UNIVERSITAS INDONESIA
EVALUASI EKSPRESI RANKL DAN OPG PADA AMELOBLASTOMA TIPE FOLIKULAR, TIPE PLEKSIFORM , DAN TIPE CAMPURAN ( Penelitian pada Pasien RSCM periode Januari 2008 – Agustus 2012)
TESIS
WENNY YULVIE 0706195945
Pembimbing Prof. DR. drg. Benny S. Latief, Sp. BM (K) dr. Diah Rini Handjari, Sp. PA (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM STUDI ILMU BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL JAKARTA DESEMBER 2012
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
EVALUASI EKSPRESI RANKL DAN OPG PADA AMELOBLASTOMA TIPE FOLIKULAR, TIPE PLEKSIFORM, DAN TIPE CAMPURAN ( Penelitian pada Pasien RSCM periode Januari 2008 - Juli 2012)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis dalam Ilmu Bedah Mulut
WENNY YULVIE 0706195945
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM STUDI ILMU BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL JAKARTA DESEMBER 2012
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan perkenan-Nya saya dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Evaluasi Ekspresi RANKL dan OPG pada Ameloblastoma tipe Folikular, tipe Pleksiform, dan tipe Campuran” dapat diselesaikan dengan baik dan merupakan salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Penelitian dan penulisan tesis ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dandukungan moril dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Pertama-tama saya sampaikan penghargaan dan rasa terima kasih saya kepada Prof.drg. Benny S Latief, SpBM (K) sebagai guru saya dan pembimbing utama dalam tesis ini. Saya ucapkan terima kasih atas segala pengorbanan, perhatian dan kesabaran selama membimbing saya, sejak persiapan hingga penulisan akhir tesis ini. Beliau adalah Bapak, guru yang bagi saya membuat saya lebih tahu arah mana yang akan saya tumpuh. Terima kasih Prof. Benny semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan limpahan kasih dan sayang-Nya kepada Prof Benny. 2. Terima kasih kepada dr. Diah Rini Handjari Sp. PA (K), yang juga sebagai pembimbing tesis ini yang selalu memberikan masukan dalam penulisan ini, ditengah kesibukan beliau selalu senantiasa menyempatkan diri untuk dapat berdiskusi dengan saya untuk terus dapat mengembangkan tesis yang sedang saya kerjakan. Semoga Allah SWT membalas amal ibadah dan kebaikan yang telah diberikan. 3. Terima kasih Kepada Prof. drg. Iwan Tofani Sp.BM (K), atas Segala bimbingan dan pencerahannya ya Prof Iwan, Semoga Prof. Iwan selalu sehat, dan mendapatkan Barokah dari Allah SWT Amien. iii Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
4. UcapanTerimakasihdan rasa hormatsayasampaikankepadaDekan FKG UI Prof.drg. Bambang Irawan,PhD yang telah memberikan kesempatan dan rekomendasi kepada penulis untuk mengikuti PPDGS Bedah Mulut di FKG UI. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan kepada Prof Bambang. 5. Sembah sujud dan terima kasih yang tidak terhingga saya haturkan kepada orang tua yang saya cintai dan kasihi Murni Moch Noer, atas doa restu dan dorongan semangat. 6. Ucapan Terima kasih yang tak terhingga kepada Kordinator Pendidikan Spesialis Bedah Mulut FKG UI ; Dr.drg. Corputty Johan E.M Sp. BM,; Dokter Ronny merupakan Inspirasi saya untuk menjadi seorang Spesialis Bedah Mulut semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan kesehatan dan kebahagian pada Dokter Ronny. 7. Rasa Hormat dan ucapan Terima kasih saya sampaikan kepada guru-guru saya drg. Anna Pasaribu Sp.BM, drg. Teguh Imam Santoso Sp. BM (almarhum), Dr.drg. Chusnul Chotimah P, Sp.BM, drg. Zulkarnaen Sp. BM, serasa guru – guru saya seperti orang tua saya yang selalu siap mengarahkan anaknya. Trima kasih dan semoga Allah SWT membalas segala amal ibadah yang telah diberikan. Rasa hormat dan jutaan terima kasih juga saya sampaikan kepada drg. Abdul Latif Sp. BM, yang selalu sabar menghadapi mahasiswanya,. drg Pradono Sp.BM, dengan senyum dan lawakannya ya dok, drg Dedy S Sp. BM, drg Lilies D.S Sp. BM, drg. Evi Eida Vitrya Sp. BM, terima kasih banyak dokter Evi dan dokter Lilies untuk bimbingan penulisan proposal sehingga saya bisa menyelesaikan penelitian saya dan mendapat penghargaan di ACOMS Bali 2012., drg. Retnowati Sp. BM, drg C. Rini S. Sp BM., drg. Vera Julia Sp. BM, drg. Dwi Ariawan Sp. BM (Makasih ya Bang Dwi atas kesabarannya membimbing, dan mengajarkan saya), drg. Etty Soenartini, Sp.BM, guru yang selalu tersenyum bila berjumpa dengan saya, dan drg. Muhammad Syafrudin Hak, Sp. BM, (K), Terima Kasih dokter Syaf untuk ilmu tentang Cleft. 8. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Kepala Departemen Patologi anatomi FKUI/RSCM dr Endang SR,
iv Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Hardjolukito, MS. SpPA(K), yang telah memberikan ijin penelitian di Lab Patologi Anatomi RSCM. 9. Secara khusus penghargaan dan terima kasih saya sampaikan kepada istriku tercinta dr. Fitriyani Ichsan yang memberikan Cinta dan kasih sayangnya, dan anak-anakku tersayang Rhaisya Althahunisha Yulvie
Abang Rezvan Raditya Yulvie dan yang selalu menjadi
adek
Cahaya di hatiku,
pendorong semangat dalam menyelesaikan pendidikan ini. Dan kepada kakaku; Da’Den, Taci Diah, serta adik-adiku Achmad, dan Ali. Terima kasih atas segala dukungan, dan doanya. 10. Teman-teman residen PPDGS-Bedah Mulut, Kurnia Natalia (mbak Iyeng), Rachmitha, dan teman – teman seangkatan yang selalu berbagi dalam tertawa, dan untuk masa-masa terindah dalam menjalankan pendidikan, Arfan Badeges terima kasih ya Fan untuk bantuannya baik di OK maupun selama pembuatan tesis ini, terimakasih Rahmi untuk bantuan dan kue - kue enak dari Medan, terima kasih Dimas buat bantuan dan diskusinya selama saya menyelesaikan tesis ini, serta Indira
atas semua bantuan dan
kebaikannya. Begitu juga dengan Ninung, dan Arbi saya ucapkan terima kasih atas segala kerja sama, dukungan dan bantuannya. 11. Terima Kasih Kepada Teman- Teman Residen Bedah FKUI- RSCM selama saya menjalani pendidikan Bedah Dasar; Eko, Irwan, Affan, Yudi, Mike, Dzikri, Adit, David, Tomy, Andri, Uut, Ming, Puri, Nungki, Risa. 12. Ucapan terima kasih kepada rekan – rekan PPDGS Bedah Mulut lainnya, Marik, Eky, Kadri, Bayu, Dian, Hetty, Reva, Agung, Semi, dan Dani. Serta rekan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. 13. Ucapan Terima Kasih Kepada Pak Sahir, Mbak Supri, mbak Rani, mbak Fanny atas semua kebaikan, dan bantuannya selama saya menjalani Pendidikan semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat dan Barokahnya. amien 14. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada seluruh subyek penelitian. Begitu pula kepada perawat Poli Bedah Mulut, mbak Sari, Bu Tini, dan suster Eni. Perawat OK 12; Mas Indra, mbak Eike, dan Mbak Nunik, dan tak lupa Mas Darman, dan staf administrasi Departemen Patologi Anatomi
v Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
RSCM pak Dedy, Pak Udin, Pak Putu, dan Mbak Upi atas dukungan dan bantuannya. 15. Terima kasih kepada pak Asep Rahmat Hidayat, Pak Enoh dan pak Suryanto, serta pak Kusdrajat yang telah membantu penulis di perpustakaan FKG UI selama menjalani pendidikan semoga Allah SWT memberikan rahmat dan barokah Nya.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya serta membalas budi baik semua pihak yang membantu saya dalam menjalani pendidikan hingga selesainya penulisan tesis ini. Disamping itu saya juga menyampaikan
di bukakan pintu maaf yang seluas - luasnya atas segala
kekhilafan yang terjadi selama masa pendidikan. Akhirnya saya menyadari bahwa penelitian ini jauh dari sempurna, namun diharapkan dapat membermanfaat bagi pengembangan ilmu
kedokteran gigi,
khususnya bidang Bedah Mulut.
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh Jakarta, Desember 2012
Penulis
vi Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Wenny Yulvie Program Studi : Spesialis Bedah Mulut Judul:Evaluasi : Ekspresi RANKL dan OPG pada Ameloblastoma Tipe Folikular, Tipe Pleksiform, dan Tipe Campuran. ( Penelitian pada Pasien RSCM Januari 2008 – Agustus 2012)
Latar Belakang : Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang dijumpai pada tulang rahang. Tumbuh lambat dan berpotensi agresif terlihat dari mekanisme ekspansi kedalam tulang rahang. Receptor activator of nuclear factorĸB ligand (RANKL) dan Osteoprotogerin (OPG) merupakan protein yang mengatur osteoklastogenesis dimana kedua agen diklasifikasikan kedalam superfamili TNF. Tujuan : Menganalisis sifat invasif local ameloblastoma melalui ekspresi RANKL dan OPG pada berbagai tipe ameloblastoma. Metode Penelitian : 40 sampel ameloblastoma terdiri dari 9 sampel ameloblastoma tipe pleksiform, 15 sampel tipe folikular, dan 16 sampel tipe campuran. Sampel dipulas secara imunohistokimia dengan antibody RANKL dan OPG poliklonal kelinci . Hasil: Perbandingan RANKL dengan OPG pada ameloblastoma tipe pleksiform dan campuran memiliki nilai RANKL lebih besar OPG yang cukup besar, dibandingkan tipe folikular, sehingga kedua tipe tersebut dapat di katagorikan lebih dekstruktif dibandingkan tipe folikular. Perbandingan RANKL lebih kecil OPG pada tipe folikular sebesar 66,67 %. Hal ini mengambarkan pada tipe folikular lambat dalam perkembangannya, sedangkan perbandingan antara RANKL sama dengan OPG skor terbesar pada tipe campuran yakni sebesar 37,5 % hal ini berarti pada tipe campuran meskipun memilik kecendrungan dekstruktif namun dapat bersifat hemostasis. Kesimpulan :Terdapat perbedaan ekspresi RANKL dan OPG pada ke tiga tipe ameloblastoma dimana pada tipe pleksiform memiliki rasio RANKL dan OPG yang lebih tinggi dibandingkan kedua tipe yang lainnya. Ketidak seimbangan tersebut dapat menyebabkan kerusakan tulang dapat berlangsung lebih cepat. Kata kunci: ameloblastoma, invasif lokal, rankl,opg, dan imunohistokimia
viii Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
ABSTRACT
Name : Wenny Yulvie Study Program : Ilmu Bedah Mulut Title : Ekspresi RANKL dan OPG pada Ameloblastoma Tipe Folikular, Tipe Pleksiform, dan Tipe Campuran. ( Penelitian pada Pasien RSCM Januari 2008 – Agustus 2012)
Background: Ameloblastoma is an odontogenic tumor is slow growing and aggressive of expansion into the jaw bone. Receptor activator of nuclear factorĸB ligand (RANKL) and Osteoprotogerin (OPG) protein that regulates osteoclastogenesis, both agents are TNF superfamily. Although benign, the ameloblastoma is destrutive tumor, locally invasive and presents a high rate of recurrence despite adequate surgical removal. Objective: To analyze the nature of local invasive ameloblastoma through the expression of RANKL and OPG Methods: 40 samples plexiform type ameloblastoma (n = 9), follicular type (n = 15), and mixed type (n = 16) by immunohistochemistry. Results: Comparison of RANKL and OPG in ameloblastoma plexiform type, follicular type, and mixed type values had greater expression of RANKL than OPG substantial plexiform type and mixed type, 66.67% of cases showed a greater expressin of OPG than RANKL type of follicular. RANKL same OPG biggest score of 37.5% on a mixed type. Conclusion: There are differences in the expression of RANKL than OPG in plexiform type and mixed type has a higher ratio than the follicular type. Imbalances can cause locally invasive will go faster to resorption in jaw. Key words: ameloblastoma, locally invasive, rankl, opg, and immunohistochemistry
ix Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................ii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..........................viii ABSTRAK ............................................................................................................ix ABSTRACT .............................................................................................................x DAFTAR ISI .........................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .....................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah Penelitian ..............................................................3 1.3. Tujuan penelitian ..................................................................................4 1.3.1. Tujuan Umum .............................................................................4 1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................4 1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................4 1.4.1. Manfaat Teoritis .........................................................................4 1.4.2. Manfaat Praktis ..........................................................................5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ameloblastoma ....................................................................................6 2.2. Epidemiologi ........................................................................................6 2.3. Etiologi ................................................................................................7 2.4. Klasifikasi .............................................................................................7 2.4.1. Ameloblastoma Konvensional Padat atauMultikistik(Intraosseus)..8 2..4.2. AmeloblastomaUnikistik ..............................................................8 2.4.3. Ameloblastoma Peripheral (Ekstraosseus) ........ ...........................8
x Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
2.5. GambaranKlinis .....................................................................................8 2.6. GambaranHistopatologik........................................................................9 2.6.1. AmeloblastomaKonvensionalPadat / Multikistik ..................9 2.6.2. AmeloblastomaUnikistik.........................................................12 2.6.3. Ameloblastoma Periperal .......................................................13 2.7. Perawatandan Prognosis .....................................................................14 2.8. BiologiDasarTulang ............................................................................15 2.8.1. SelOsteoblas ............................................................................15 2.8.2. SelOsteoklas ............................................................................16 2.9. SistemOPG-RANK, danRANKL .........................................................17 2.9.1. OPG(Osteoprotogerin)..............................................................17 2.9.2. RANK .......................................................................................18 2.9.3. RANKL .....................................................................................18 2.10. RANK, RANKL, danOPGpadaAmeloblastoma ...............................19 2.11. Imunohistokimia ..............................................................................20 2.12. KerangkaTeori ..................................................................................23 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1. KerangkaKonsep ..................................................................................24 3.2. Hipotesis ..............................................................................................24 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. DesainPenelitian ..................................................................................25 4.2. TempatdanWaktu ................................................................................25 4.3SampelPenelitian ...................................................................................25 4.4AlurPenelitian..........................................................................................26 4.5. KriteriaInklusi ......................................................................................27 4.6. KriteriaEksklusi ...................................................................................27 4.7. VariabelPenelitian ................................................................................27 4.8. DefinisiOperasional .............................................................................28 4.9. BahandanAlatKerjaPenelitian .............................................................30 4.10. ProsedurKerja ....................................................................................31 4.11.Manajemen Data danAnalisis Data ....................................................33 BAB 5 HASIL PENELITIAN............................................................................34
xi Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
BAB 6 PEMBAHASAN.......................................................................................47 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ............................................................................................52 7.2 Saran ......................................................................................................54 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................55 LAMPIRAN...........................................................................................................57
xii Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6.1.1
: Ameloblastoma tipe folikuler .................................
9
Gambar 2.6.1.2.
:
Ameloblastoma tipe pleksiformis ........................
10
Gambar 2.6.1.3
: Ameloblastoma tipe akantomatosa ........................
10
Gambar 2.6.1.4
: Ameloblastoma tipe sel granular ...........................
11
Gambar 2.6.1.5
: Ameloblastoma tipe desmoplastik
.....................................
11
Gambar 2.6.1.6
: Ameloblastoma tipe sel basaloid ............................
12
Gambar 2.6.2.1
: Ameloblastoma tipe luminal .................................. 12
Gambar 2.6.2.2
: Ameloblastoma tipe intra luminal .........................
Gambar 2.6.2.3
: Ameloblastoma tipe mural ................................... 13
Gambar 2.6.3.
: Ameloblastoma tipe periperal ................................ 14
Gambar 2.12.
: Skema kerangka teori penelitian. ........................... 23
Gambar 3.1.
: Kerangka Konsep penelitian .................................. 24
Gambar 4.1.
: Alur penelitian ......................................................... 26
xiii Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
13
DAFTAR TABEL
Tabel5.1.
DistribusiPasienBerdasarkanJenisKelamin...............................
34
Tabel 5.2.
Distribusi Pasien Berdasarkan Usia...........................................
35
Tabel 5.3.
Distribusi Sampel Berdasarkan jenis histopatologi ameloblastoma ........................................................................... 35
Tabel 5.4.
Distribusi skor imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe folikular................................................
Tabel 5.5.
Distribusi sko imunoekspresi RANKL ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe folikular................................................
Tabel 5.6.
39
Distribusi skor imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran.................................................
Tabel 5.9
38
Distribusi skor imunoekspresi RANKL ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran..............................................
Tabel 5.8
37
Distribusi skor imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran..............................................
Tabel 5.7
36
40
Distribusi skor imunoekspresi RANKL ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran.................................................. 41
Tabel5.10.
Distribusi Perbandingan RANKL dan OPG............................. 42
Tabel 5.11
Distribusi skor imunoekspresi OPG ameloblastoma sesuai kelompok usia dibawah 30 tahun dengan diatas 30 tahun......... 43
Tabel 5.12
Distribusi skor imunoekspresi RANKL ameloblastoma sesuai usia dibawah 30 tahun dengan diatas 30 tahun..........................
Tabel 5.13
44
Ringkasan sampel penelitian dengan Skor ekspresi RANKL dan OPG.................................................................................... 45
xiv Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat ijin Penelitian ................................................
58
Lampiran 2
: Surat Keterangan Lolos Etik ..................................
59
Lampiran 3
: Uji Perbandingan OPG ameloblastoma tipe Pleksiform dengan tipe Folikular............................
Lampiran 4
: Uji Perbandingan RANKL ameloblastoma tipe Pleksiform dengan tipe Folikular ..........................
Lampiran 5
63
: Uji Perbandingan OPG ameloblastoma tipe Folikular dengan tipe Campuran. ...........................
Lampiran 8
62
: Uji Perbandingan RANKL ameloblastoma tipe Pleksiform dengan tipe Campuran .........................
Lampiran 7
61
: Uji Perbandingan OPG Ameloblastoma tipe Pleksiform dengan tipe Campuran. .........................
Lampiran 6
60
64
: Uji Perbandingan RANKL ameloblastoma tipe Folikular dengan tipe Campuran. ..........................
Lampiran 9
: Distribusi Hubungan antara RANKL dan OPG.......
Lampiran 10
: Distribusi skor perbandingan OPG antara sampel
65 66
usia > 30dengan usia < 30....................................... 68 Lampiran 11
: Distribusi skor perbandingan RANKL antara sampel usia > 30 dengan usia < 30.........................
Lampiran 12
70
: Ringkasan antara Jenis ameloblastoma, Skor imunopositif, Skor intensitas, dan skor imunoekspresi RANKL, dengan OPG......................
71
Lampiran 13
: Alat- alatdanBahan................................................... 72
Lampiran 14
: Gambar Hasil Imunohistokimia OPG dalam pembesaran mikroskop 400 x .................................
Lampiran 15
74
: Gambar Hasil Imunohistokimia RANKL dalam pembesaran mikroskop 400x ..................................
xv Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
75
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang kerap dijumpai pada tulang rahang. Ameloblastoma menurut Reichart dkk. (1995) sekitar
3 – 19 %
dari semua tumor dan kista pada rahang dan Cawson (2001) sekitar 12 % dari semua tumor odontogenik.1 Menurut Reichart dkk. (1995) sering dijumpai pada usia 33-44 tahun, sekitar 85 % dari ameloblastoma konvensional terjadi pada mandibula, terutama di daerah body - ramus ascenden, dan 15 % terjadi pada rahang atas terutama di daerah posterior.1. Ameloblastoma secara histopatologi bersifat
jinak berasal dari epitel odontogenik yang terlibat dalam proses
pembentukan gigi.1,2. Tumbuh lambat dan berpotensi agresif terlihat dari mekanisme ekspansi kedalam tulang rahang dan dapat melewati lapisan terkeras dari struktur tulang / korteks sampai menginfiltrasi jaringan lunak sekitarnya sehingga berhubungan dengan tingginya tingkat rekurensi terutama pada ameloblastoma solid/multikistik.2 Penatalaksanaan ameloblastoma masih sering diperdebatkan beberapa penulis menyarankan tindakan secara konservatif, namun di pihak lain banyak pula yang lebih memilih tindakan radikal yang tentunya dapat
menimbulkan
masalah
dengan
rahabilitasnya.
Penatalaksanaan
ameloblastoma sampai saat ini masih menjadi kontroversial karena perilaku biologis unik dari tumor yang tumbuh lambat, lokal invasif, dan dengan tingkat rekurensi yang tinggi.2,3. Di Indonesia penelitian mengenai kasus ameloblastoma masih jarang. Hasil penelitian pendahuluan Yulvie dan Latief (2011) secara histopatologi
tipe
terbanyak ameloblastoma tipe pleksiform ( 31,43 %) , kemudian ameloblastoma tipe folikular ( 30,00 % ), dan ameloblastoma tipe campuran antara folikular dengan tipe pleksiform ( 25,70 %).4. Sedangkan menurut Reichart dkk (1995) mendapatkan bahwa terbanyak ameloblastoma tipe folikular ( 33,9 % ), dan tipe
1 Universitas Indonesia
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
2
pleksiform (30,2 %), dan dari kedua tipe tersebut tipe folikular yang paling sering mengalami rekurensi.1. Rekurensi pada ameloblastoma dilaporkan 10 % - 20 % setelah tindakan enukleasi dan kuretase pada tipe unikistik ameloblastoma, dan sebesar 50 % - 90 %
setelah
tindakan
kuretase pada tipe padat/multikistik ameloblastoma.4,5.
Beberapa ahli menyarankan untuk perawatan secara radikal pada ameloblastoma tipe padat/multikistik dengan mereseksi 1-2 cm dari tepi tumor.5. RANKL (Receptor activator of nuclear factor-ĸB ligand) dan OPG (Osteoprotogerin) merupakan protein yang mengatur osteoklastogenesis dimana kedua agen diklasifikasikan ke dalam superfamili TNF. RANKL bekerja dengan cara mengikat
reseptor pada permukaan preosteoklas (RANK) merangsang
diferensiasi dan aktivasi menjadi osteoklas matang sehingga mengakibatkan terjadinya resopsi tulang namun adanya OPG yang diproduksi oleh sel osteoblas merupakan
reseptor
lainnya
dari
RANKL
berfungsi
menghambat
osteoklastogenesis dengan cara berikatan dengan RANKL sehingga tidak terjadi pematangan sel osteoklas dari preosteoklas melainkan menyebabkan apoptosis atau kematian sel preosteoklas yang terprogram.6 . Beberapa peneliti telah melakukan penelitian sebelumnya diantaranya Kumamoto dan Ooya (2004) melaporkan adanya nilai ekspresi OPG (+) yang lebih tinggi dibandingkan nilai ekspresi RANKL (+) pada sel-sel ameloblastoma, dan terdapat nilai ekspresi RANKL (+) yang tinggi pada ameloblastoma tipe pleksiformis dibandingkan tipe folikularis sehingga diduga perbedaan tersebut berperan besar dalam diferensiasi sel tumor dan struktur jaringan tumor pada ameloblastoma.6. Kemudian Da Silva dkk (2008) melaporkan juga bahwa terjadi peningkatan jumlah rasio ekspresi
RANKL (+) / OPG (+) lebih tinggi pada
ameloblastoma padat / multikistik dibandingkan dengan ameloblastoma unikistik, kista dentigerus, dan folikel gigi. Sehingga pada kenyataanya ameloblastoma multikistik lebih bersifat invasif lokal, menginfiltrasi sampai ke tulang medulari, dan memiliki tingkat rekurensi yang tinggi.7. Analisis tersebut sesuai dengan penelitian secara in vitro yang di lakukan oleh Sandra dkk (2005) mengatakan bahwa ameloblastoma dengan mensekresi RANKL dan TNFα dapat menginduksi osteoklastogenesis sehingga menimbulkan ruang untuk berinvasif didalam tulang
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
3
rahang.8. Sementara Qiang dan Huang (2010) mengatakan adanya peran RANKL dalam resorpsi tulang yang disebabkan oleh ameloblastoma, secara esensial dalam menginduksi osteoklastogenesis oleh sel-sel ameloblastoma, dan OPG berperan sebaliknya.9. Mereka menduga adanya korelasi antara perbedaan ekspresi RANKL dengan tipe histologi dan sifat biologis ameloblastoma, namun secara khusus belum dapat menjelaskan apakah terdapat korelasi antara persentasi RANKL dan OPG dengan sifat invasif maupun ekspansi dari ameloblastoma.6-9. Penelitian ini bertujuan untuk lebih memahami dan menganalisa sifat dari ameloblastoma sehingga penderita ameloblastoma dapat ditatalaksana secara adekuat dan mencegah terjadinya rekurensi. Selama ini penelitian mengenai sifat biologi dan sifat invasif ameloblastoma di Indonesia masih belum banyak dilakukan dari literatur – literatur yang penulis temukan belum ada yang meneliti pada ameloblastoma tipe campuran, dan mengelompokan pada kelompok usia. Karenanya penelitian ameloblastoma ini juga untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan sifat invasif lokal antara penderita usia diatas 30 tahun dengan usia sama atau dibawah 30 tahun mengingat ameloblastoma lebih banyak ditemukan pada dekade 3-4 dalam kehidupan manusia.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas maka memberikan dasar pemikiran kepada peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan
nilai ekspresi OPG pada
ameloblastoma tipe
folikular, tipe pleksiform, dan tipe campuran (pleksiform-folikular). 2. Apakah ada perbedaan nilai ekspresi RANKL pada ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform, dan tipe campuran (pleksiform-folikular). 3. Apakah ada perbedaan perbandingan RANKL / OPG pada ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform, dan tipe campuran (pleksiform-folikular). 4. Apakah terdapat perbedaan rerata nilai ekspresi OPG pada penderita ameloblastoma di usia < 30 tahun, dengan usia > 30 tahun. 5. Apakah terdapat perbedaan rerata nilai ekspresi RANKL pada penderita ameloblastoma di usia < dengan 30 tahun, dengan usia > 30 tahun.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
4
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis sifat invasif lokal ameloblastoma melalui ekspresi RANKL dan OPG pada ameloblastoma tipe folikular, ameloblastoma tipe pleksiform, dan ameloblastoma tipe campuran.
1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Menganalisis ekspresi RANKL pada ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform, dan tipe campuran. 2. Menganalisis ekspresi OPG pada ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform, dan tipe campuran. 3. Menganalisis
perbandingan
ekspresi
RANKL
/
OPG
pada
ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform, dan tipe campuran. 4. Menganalisis ekspresi RANKL pada pasien usia < 30 tahun dengan membandingkan usia > 30 tahun. 5. Menganalisis
ekspresi OPG pada pasien usia < 30 tahun dengan
membandingkan usia > 30 tahun. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan akan dapat: 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Memberikan kontribusi dan menambah informasi penting dalam upaya mengungkap pengaruh ekspresi
RANKL, dan ekspresi OPG
khususnya mengenai sifat invasif lokal dari berbagai tipe histologi ameloblastoma. 2. Memberikan informasi mengenai perbedaan nilai ekspresi RANKL dan Nilai ekspresi OPG pada penderita ameloblastoma dalam < 30 tahun dan usia > 30 tahun. 3. Menjadi dasar pertimbangan dalam tindakan penatalaksanaan ameloblastoma bagi organik Poli Bedah Mulut di RSCM, dengan harapan dapat ditingkatkan penanganan kasus
ameloblastoma
sehingga diperoleh hasil yang lebih maksimal.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
5
1.4.2 Manfaat Praktis 1. Menjadi landasan ilmiah untuk pelaksanaan dan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai RANKL dan OPG dalam mempelajari invasif lokal ameloblastoma. 2. Sebagai dasar penelitian lanjutan guna memahami sifat biologis ameloblastoma. 3. Penelitian
ini bertujuan untuk lebih memahami sifat dari
ameloblastoma
sehingga
penderita
ameloblastoma
dapat
ditatalaksana secara adekuat, dan mencegah terjadinya rekurensi.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ameloblastoma
WHO (1992)
mengklasifikasikan ameloblastoma merupakan tumor
epitelial odontogenik yang jinak tapi
locally invasive.10. Asal
Kata
“Ameloblastoma” dikemukakan oleh Churchill (1934) untuk menggantikan kata “adamantinoma” yang diperkenalkan oleh Malassez (1885) karena adamantinoma berarti pembentukan jaringan keras namun kenyataanya tidak ditemukan adanya jaringan keras dalam tumor ini.11-13. Menurut Robinson (1977) ameloblastoma merupakan tumor epitelial odontogenik yang paling umum terjadi tumor yang unisentrik, nonfungsional, dan intermiten dalam pertumbuhan, secara anatomis jinak dan secara klinis persisten.12 Pendapat Shafer (1983) menyatakan bahwa ameloblastoma adalah neoplasma sejati dari suatu jaringan dengan tipe organ enamel yang tidak mengalami diferensiasi sampai ke titik pembentukan enamel.13. Caldwell, Separsky, dan Luccbesi (1970) serta Shatkin dan Hoffmeister (1965) menyatakannya sebagai tumor yang locally malignant dengan pertumbuhan yang persisten.14
2.2. Epidemiologi Studi insiden ameloblastoma menurut Reichart (1995) mendapatkan 0,6 5,6 kasus baru per 1 juta penduduk setiap tahunnya di Swedia, Afrika Selatan, dan Nigeria.1 Menurut penelitian Reichart (1995), antara ras Kaukasus, dengan bangsa Asia
( China, India, Jepang, Melayu, dan Thailand) sebesar 24,8 %
dengan berbanding 38,4 % .1. Sementara antara negara industri dengan negara berkembang
27,7 % (n=1102)
dengan 39,1 % (n=542).1. Ameloblastoma
biasanya timbul pada kelompok usia dewasa, paling sering terjadi pada usia 20 50 tahun dengan hampir setengahnya berada pada dekade ketiga dan keempat masa hidupnya dan dua pertiganya berusia kurang dari 40 tahun sesuai penelitian Small dan Waldron (1955), Mehlisch, Dahlin dan Masson (1972).14 Tidak 6 Universitas Indonesia
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
7
ditemukan adanya predileksi gender yang signifikan, namun menurut Gorlin (1970) persentase laki-laki lebih besar dibandingkan wanita, yaitu 52 % berbanding 48 % 15 .
2.3. Etiologi Penyebab ameloblastoma bervariasi, namun pencetus terjadinya proses proliferasi neoplasma jaringan epitelialnya belum diketahui. Di duga tumor ini berawal dari; (1) Sisa sel organ enamel Malassez, baik sisa dari dental lamina maupun selubung Hertwig pada ligament periodontal, (2) Organ enamel yang sedang berkembang, (3) Sisa epitel serres pada gingival, (4) Sel basal dari permukaan epitel pembentuk rahang, (5) Sel basal oral mukosa, hasil dari invaginasi sel basal epitel ke tulang rahang yang sedang berkembang (6) Epitel heterotropik dari bagian tubuh yang lain terutama kelenjar hipofisis (pituitari), yang bermigrasi ke rahang dan, (7) Epitel dari kista terutama kista dentigerous.5 Mekanisme ameloblastoma tumbuh membesar dan menginvasi terlihat pada ekspresi TNF-α, protein anti apoptotik (Bcl-2,Bcl-XL), dan protein interfase (faktor pertumbuhan fibroblas [ FGF], matriks metaloprotein [ MMP]. Ameloblastoma mengalami proliperasi terlihat dalam siklus sel yang berhubungan dalam Ki-67. Mutasi gen
p 53 tidak terlihat pada perkembangan atau pertumbuhan 3.
ameloblastoma.
Kasus ameloblastoma yang berhubungan dengan kista dentigerous pertama kali dilaporkan oleh Cahn (1933), selanjutnya beberapa kasus lain yang menunjukkan adanya keterkaitan antara ameloblastoma dan kista dentigerous dilaporkan oleh antara lain Castner dkk (1967), Dresser dan Segal (1967), Gardner dan Pecak (1980), Hutton (1967), Lee (1970), Quinn dan Fournet (1969) dan Taylor dkk (1971).13,14.
2.4. Klasifikasi Menurut
WHO
2005,
klasifikasi
ameloblastoma
terbagi
4
:
Ameloblastoma solid/ multikistik, ameloblastoma ekstraosseus, ameloblastoma desmoplastik, dan ameloblastoma unikistik.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
8
Menurut Neville 2002, mengklasifikasikan ameloblastoma berdasarkan tampilan klinis dan radiologis menjadi tiga jenis 5.
2.4.1. Ameloblastoma Konvensional Padat atau Multikistik (Intraosseus) Terjadi pada 86% dari seluruh kasus ameloblastoma. Tipe ini memiliki gambaran histopatologik yang berbeda-beda, yaitu (1) Tipe Follikular, (2) Tipe Pleksiform, (3) Tipe Akantomatosa , (4) Tipe Sel Granular, (5) Tipe Desmoplatik dan, (6) Tipe Basaloid. 2.4.2. Ameloblastoma Unikistik : Pertama kali dilaporkan oleh Robinson dan Martinez pada tahun 1977. Presentase kejadian 13% dari seluruh kasus ameloblastoma yang terjadi. Gambaran
Histopatologiknya
adalah
(1)
ameloblastoma
luminal,
(2)
5
ameloblastoma intraluminal dan (3) ameloblastoma mural. 2.4.3. Ameloblastoma Peripheral (Ekstraosseus) :
Pertama kali dilaporkan oleh Stanley dan Krogh (1959). Hanya 1% kejadian yang ditemukan dari keseluruhan kasus ameloblastoma. Tumor ini mungkin terbentuk dari sisa-sisa epitel odontogenik dibawah mukosa oral atau dari sel basal epitelial dari permukaan epitel atau dari sisa epitel serres pada gingiva. Secara histopatologik memiliki gambaran yang sama dengan bentuk intraoseus dari ameloblastoma.5
2.5 Gambaran Klinis Ameloblastoma dapat
tumbuh menuju ke segala arah, menginvasif
jaringan lunak dan menghancurkan tulang baik dengan tekanan langsung maupun dengan memicu resorpsi tulang oleh osteoklas.14. Sebagian besar kasus yang telah dilaporkan menunjukkan bahwa ameloblastoma lebih sering terlihat di mandibula dibanding maksila. Sehdev dkk, (1974) dan Mehlisch dkk, (1972) melaporkan 78% kasus ameloblastoma terjadi di mandibula, Small dan Waldron (1955) melaporkan 80% kasus terjadi di mandibula, begitu juga dengan Cohen, Medak, dan Burlakaw (1972), serta Daramola, Ajagbe, dan Akinyemi (1980).15 Lesi ini
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
9
biasanya asymtomatik dan ditemukan lewat pemeriksaan radiografis atau karena ekspansi rahang yang asymtomatik, tetapi jika memiliki gejala akan bervariasi di setiap pasien. Mehlisch dkk (1972) melaporkan gejala paling umum adalah pembengkakan dengan persentase kejadian 75%, diikuti oleh rasa sakit terjadi pada 33% pasien, lalu infeksi sinus 28% dan ulserasi 10%.15
2.6 Gambaran Histopatologik Menurut Neville (2002) gambaran mikroskopik setiap subtipe ameloblastoma berbeda-beda sesuai dengan klasifikasinya.5 2.6.1 Ameloblastoma Konvensional Padat / Multikistik
2.6.1.1. Tipe Folikular Paling
umum
dan
mudah
dikenali.
Pulau-pulau
epitelium
menggambarkan epitel organ enamel didalam stroma jaringan ikat fibrosa dewasa. sarang-sarang epitel ini terdiri dari inti yang berisi sel anguler menggambarkan retikulum stelata dari organ email. Intinya dikelilingi oleh lapisan tunggal sel kolumnar seperti ameloblas. Pada area lain sel perifernya lebih berbentuk kuboid dan menggambarkan sel basal. Pembentukan kista umum terjadi mulai dari kista mikro hingga kista makro.
Gambar 2.6.1.1 Ameloblastoma tipe folikular (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
10
2.6.1.2. Tipe Pleksiform Terdiri dari benang epitel panjang yang beranastomosis Benang-benang atau lembaran-lembaran epitel tersebut diikat oleh sel mirip ameloblas berbentuk kolumnar dan kuboid, mengelilingi sel epitel yang diatur secara longgar. Stroma memiliki struktur yang longgar dan memiliki vaskularisasi. Pembentukan kista tidak umum
terjadi pada ameloblastoma dengan tipe
histopatologik ini.
Kalaupun ada kista, maka terbentuk dari degenerasi stroma bukan karena perubahan epitelium.
Gambar 2.6.1.2.. Ameloblastoma tipe pleksiform (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
2.6.1.3. Tipe Akantomatosa Ketika metaplasia sel skuamosa yang luas muncul dibagian tengah pulau epitel ameloblastoma folikular maka disebut sebagai acanthomatous ameloblastoma. Secara histopatologik biasanya lesi ini diduga sebagai karsinoma sel skuamosa.
Gambar 2.6.1.3 Ameloblastoma tipe akantomatosa (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
11
2.6.1.4. Tipe Sel Granular Sel-sel epitel ameloblastoma terkadang berubah menjadi sel-sel granuler, ketika perubahan yang terjadi cukup luas maka disebut ameloblastoma sel granuler. Sel-sel ini memiliki sitoplasma berlimpah yang terisi oleh granulgranul eosinofil.
Gambar 2.6.1.4. Ameloblastoma tipe sel granular (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
2.6.1.5. Tipe Desmoplastik Terdiri dari pulau-pulai kecil dan benang-benang epitel odontogenik didalam
stroma
yang
terkolagenisasi
penuh.
Studi
imunohistochemical
menunjukkan produksi sitokin yang mungkin menjadi penyebab desmoplasia. Secara radiografis lesi ini menggambarkan lesi fibro-osseus.
Gambar 2.6.1.5.Ameloblastoma tipe desmoplastik (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
12
2.6.1.6. Tipe Sel Basaloid Merupakan tipe yang paling jarang terjadi. Lesi ini tersusun dari sarangsarang sel basaloid yang seragam. Tidak ada retikulum stellata tampak di tengahtengah sarang. Sel perifernya cenderung kuboid dari pada kolumnar.
Gambar 2.6.1.6. Ameloblastoma tipe sel basaloid (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
2.6.2 Ameloblastoma Unikistik 2.6.2.1. Ameloblastoma Luminal Tumor ini terikat ke permukaan luminal dari kista. Lesi terdiri dari dinding kista fibrosa dengan lapisan yang berisi epitelium ameloblastik baik parsial maupun total. Tampak lapisan basal sel kolumnar atau kuboid dengan inti hiperkromatik yang menunjukkan adanya reverse polarity dan vakuolisasi sitoplasmik basilar.
Gambar 2.6.2.1. Ameloblastoma tipe luminal (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
13
2.6.2.2. Ameloblastoma Intraluminal Adanya nodul-nodul ameloblastoma dari lapisan kista hingga lumen kista. Nodul bisa secara realif kecil atau besar hingga memenuhi lumen kista. Pada beberapa kasus nodul yang berada didalam lumen memperlihatkan pola plexiform dan edematous seperti pada ameloblastoma konvensional, lesi yang seperti ini disebut pelxiform unicystic ameloblastoma.
Gambar 2.6.2.2. Ameloblastoma tipe intra luminal (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
Gambar 2.6.2.3. Ameloblastoma Mural Dinding fibrosa kista diinfiltrasi oleh ameloblastoma plexiform dan folllicullar. Perluasan dan kedalaman infiltrasi ameloblastoma bervariasi.
Gambar 2.6.2.3. Ameloblastoma tipe mural (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillo65facial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
14
2.6.3 Ameloblastoma Periperal Adanya pulau-pulau epitelium ameloblastik pada lamina propria di bawah epitel permukaan. Dapat menunjukkan gambaran ameloblastoma intraosseus, umumnya tipe folikular dan tipe pleksiform.
Gambar 2.6.3 . Ameloblastoma tipe periperal (Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-6)
2.7. Perawatan dan Prognosis Shatkin dan Hoffmeister (1965), Taylor (1968) dan peneliti lainnya menyatakan karena ameloblastoma invasif dan secara klinis ganas maka satusatunya perawatan yang rasional yaitu eksisi luas.11 Menurut Becker dan Pertl perawatan ameloblastoma terbagi dalam tiga kelompok besar yaitu (1) radioterapi, (2) perawatan konservatif dan (3) operasi radikal. Rekurensi yang terjadi pada reseksi
segmental
ini
paling
sedikit
dibandingkan
perawatan
lainnya.
Penatalaksanaan ameloblastoma telah menjadi kontroversial karena perilaku biologis unik dari tumor ini;
tumbuh lambat, invasif lokal dengan tingkat
rekurensi tinggi.16. Menurut Nevile (2002), rekurensi pada ameloblastoma dilaporkan 10 % - 20% setelah tindakan enukleasi dan kuretase pada unikistik ameloblastoma, dan sebesar 50% - 90% setelah tindakan kuretase pada tipe multikistik ameloblastoma.5 Oleh karena itu, reseksi luas dan tepi sayatan bebas tumor 0,5 - 1 cm dari batas tumor pada tipe padat / multikistik sangat direkomendasikan.. Beberapa ahli seperti; Gardner DG (1984), Gortzak RA dkk (2006),Carlson ER dkk (2006) , Rastogi V dkk (2010) merekomendasikan untuk perawatan secara radikal pada ameloblastoma multikistik dengan mereseksi 1-2 cm dari tepi tumor.15,16.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
15
2.8 Biologi Dasar Tulang Tulang adalah jaringan ikat yang membentuk sistem rangka atau skletal berfungsi menyokong tubuh (mekanik), melindungi organ-organ vital tubuh (protektif), dan sebagai tempat menyimpan cadangan metabolisme mineral, terutama kalsium dan fosfat (metabolik), dan sebagai tempat pembentukan sel-sel darah (hemopoetik).17 Tulang terdiri dari 33 % substansi organik, dan 67 % substansi anorganik. Substansi anorganik merupakan komponen mineral kalsium dan fosfat terutama terdapat sebagai kristal hidroksi apatit yang didepositkan pada serabut kolagen sehingga tulang bersifat keras, namun tetap elastis. Sedangkan substansi organik antara lain sel-sel tulang
(osteoblas, osteoprogenitor,
osteoklas, dan osteosit), dan matriks tulang yang terdiri dari kolagen tipe I sebesar 28 %, serta protein nonkolagen sebesar 5 %.18 Sementara protein nonkolagen yang disekresikan oleh sel osteoblas akan terikat pada substansi mineral tulang, yang berperan dalam regulasi dan homeostasis tulang itu sendiri. Secara mikro tulang terbagi dua yakni tulang kortikal / tulang kompak dan tulang trabekular / spongiosa/tulang kanselus. Serat-serat kolagen yang terdapat pada tulang kortikal berjalan membentuk lamella yang konsentris, sedangkan pada tulang trabekular tersusun dengan baik sehingga tampak lebih porus. Perbedaan kedua jenis tulang tersebut sesuai dengan fungsi masing-masing tulang tersebut yakni fungsi mekanik dan protektif dilakukan oleh tulang kortikal, sedangkan fungsi metabolik oleh tulang trabekular. 17,18.
2.8.1 Sel Osteoblas Osteoblas adalah sel pembentuk tulang berasal dari proliferasi stem sel mesenkim pada sumsum tulang dan periosteum.17 Osteoblas yang matur dapat mensekresikan matriks tulang terdiri atas kolagen tipe I, protein non kolagen dan proteoglikan. Beberapa protein nonkolagen yang disintesis oleh osteoblas adalah fosfatase alkali, osteokalsin, osteopontin, sialoprotein dan faktor pertumbuhan. Bentuk selnya seperti kuboid, piramidal dan seringkali berwujud lembaran utuh yang menyerupai susunan epitel.18 Berinti besar dan mempunyai satu anak inti. Dengan sitoplasma yang basofil karena terdapat nukleoprotein yang berperan mensintesis unsur organik
matriks tulang. Membran plasma osteoblas
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
16
mengandung enzim alkali fosfatase, yang menandakan bahwa osteoblas tidak saja berhubungan dengan pembentukan matriks kolagen tulang, namun berhubungan juga dengan proses kalsifikasi. 17,18.
2.8.2 Sel Osteoklas Osteoklas adalah sel yang berperan dalam proses resorpsi tulang. Berasal dari stem sel hematopoietik yang terdapat pada sumsum tulang dan limpa. Osteoklas merupakan sel dengan banyak inti /multinuklear, berukuran besar sehingga mudah dikenali, dan bertangung jawab dalam proses resorpsi tulang.17 Sel osteoklas berasal dari progenitor makrofag di sumsum tulang, dan pada proses pembentukan sampai perkembangannya memerlukan faktor solubel yang didapat dari osteoblas.18
Osteoklas memiliki struktur yang unik yakni
dengan inti didalamnya terdapat mitokondria yang sangat banyak, ribosom, lisosom, yang berdiri sendiri dengan kompleks golgi yang luas. Siklus terjadinya resorpsi di tulang dimulai dengan melekatnya osteoklas pada permukaan tulang yang akan diresorpsi, kemudian berpolarisasi membentuk zona sealing, yang pada akhirnya terjadi pemisahan komponen yang terdapat dalam tulang hingga proses kematian
sel
yang
terprogram
(apoptosis).17,18.
Pembentukan
osteoklas
(osteoklastogenesis) dimulai saat stem sel hematopoietik distimulasi untuk membentuk sel mononuklear, kemudian berdiferensiasi menjadi preosteoklas, yang selanjutnya dilepaskan ke aliran darah. Prekursor osteoklas yang terdapat pada sirkulasi darah akan meninggalkan pembuluh darah perifer menuju daerah tulang yang akan diresorpsi, dan berfusi satu sama lain membentuk osteoklas imatur.19. Diferensiasi dari osteoklas imatur menjadi matur memerlukan adanya molekul RANKL. Protein diekspresikan oleh sel stromal osteoblas, limfosit T, dan sel dendritik. RANKL akan berikatan dengan reseptornya, yaitu receptor activator of nuclear factor κB (RANK) yang terdapat pada membran sel prekursor osteoklas. Ikatan antara RANK dengan ligannya akan menyebabkan terjadi transduksi sinyal pada prekursor osteoklas berupa perekrutan protein adaptor tumor necrosis factor receptor associated factor-6 (TRAF 6) sebagai second messenger. Hal tersebut akan mengaktifkan faktor transkripsi nuclear factor κB dan akan bertranslokasi ke nukleus. Nuclear factor κB akan meningkatkan ekspresi c-fos oleh nukleus.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
17
c-fos akan berinteraksi dengan nuclear factor of activated T cells, calcineurin dependent 1 (NFAt-c1) yang kemudian akan merangsang transkripsi dari gen yang berperan
dalam
osteoklastogenesis,
sehingga 18
berdiferensiasi menjadi osteoklas matang.
prekursor
osteoklas
dapat
Setelah osteoklas menjadi matang,
aktivitas resorpsi dan survival dari sel tersebut tetap diatur oleh RANKL.19 Proses osteoklastogenesis dihambat oleh molekul OPG yang diekspresikan oleh osteoblas. OPG berikatan dengan RANKL, sehingga RANKL tidak
berikatan
dengan RANK pada prekursor osteoklas. Akibatnya prekursor osteoklas gagal berdiferensiasi menjadi osteoklas yang matur dan akan diinduksi untuk mengalami kematian sel yang terprogram (apoptosis).18,19.
2.9 Sistem OPG -RANK, dan RANKL 2.9.1 OPG (Osteoprotegerin) Adalah
protein yang berasal dari sel stroma berfungsi mengikat
RANKL dan mengganggu
obligasi pada RANK. Nama lainnya adalah OCIF
(Osteoclastogenesis Inhibiting Factor). Protein ini menghambat diferensiasi menjadi osteoblas, menampilkan hipokalsemi dan menghambat resorpsi.20 OPG ditemukan dalam organ paru-paru, jantung , hati ginjal, timus, kelenjar getah bening, dan sintesis oleh beberapa sel termasuk sel-sel stroma, osteoblas, sel otot polos pembuluh darah, limfosit B, limfosit T, serta kondrosit artikular .20 OPG diproduksi sebagai
proprotein
dari 401 asam amino dan
mengalami suatu intracellular pembelahan menghasilkan 380 asam amino protein matur.21 OPG di produksi oleh sel-sel spesifik dimodulasi oleh beberapa sitokin, vitamin, estrogen dan molekul lain, modulasi osteoklastogenesis dan resorption tulang. OPG diproduksi oleh
1α, 25-dihydroxy vitamin D3, estrogen, pro-
inflamasi sitokin seperti interleukin-1 (IL-1) dan TNF-α serta mentransformasikan growth factor-β (TGF-β), sedangkan paratiroid hormon (PTH) dan glukokortikoid menghambat produksi
OPG.20 Selain itu, OPG dapat menghambat aktivitas
osteoklas, dengan cara berikatan langsung pada RANKL, melalui interaksi dengan reseptor masih dalam tahap awal pembentukan osteoklas.20 Efek biologis dari OPG pada sel tulang sebagai penghambatan, tahap terminal dari diferensiasi osteoklas, penekanan aktivasi osteoklas dewasa dan apoptosis sel osteoklas.20,21.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
18
2.9.2 RANK RANK (Reseptor Aktivator faktor Nuklir Kappa B)
adalah ;
protein
dalam membran sel osteoklas dan sel dendritik, yang berperan penting bagi semua hormon kalsiumtropik dan proresorpsi sitokin dalam 22
kalsemia dan multifikasi dari osteoklas dalam tulang.
meningkatkan
RANK dianggap sebagai
reseptor permukaan hematopoietik mengendalikan osteoklastogenesis dalam metabolisme kalsium. RANK, disintesis sebagai tipe I transmembran protein dari 616 asam amino dan merakit dirinya menjadi fungsional.23 RANK dianggap sebagai reseptor alami RANKL yang terdapat pada; timus, hati , usus besar, kelenjar payudara, prostat, pankreas, dan sel line dari
monosit / makrofag
termasuk prekursor osteoklas dewasa, limfosit B dan T, sel dendritik, fibroblas, dan artikular kondrosit.24.
2.9.3 RANKL(Reseptor Aktivator faktor Nuklir Kappa B ligand ) Dikenal juga sebagai
TRANCE (TNF- related activation-induced
cytokine) (Wong dkk., 1997),ODF(osteoclast differentiation factor) (Yasuda dkk., 1998), and OPGL (osteoprotegerin ligand) (Lacey dkk., 1998).25 RANK ligan adalah protein yang diproduksi oleh osteoblas, sel-sel stroma tulang dan diaktifasi oleh sel limfosit B dan T. RANKL berasal dari superfamili TNF dan sintesis sebagai protein matang dari 317 asam amino.26 RANKL sebagian besar terdapat dalam tulang, sumsum tulang dan jaringan limfoid. Peran dominan RANKL dalam fisiologi tulang adalah stimulasi diferensiasi osteoklas / aktivasi dan inhibisi osteoklas apoptosis. Dapat mempromosikan osteoresorpsi oleh induksi ekspresi gen kathepsin K. Selain itu, sitokin berkaitan dengan makrofag faktor stimulasi koloni (M-CSF) juga terlibat dalam proses osteoklastogenesis. 27.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
19
2.10. RANK , RANKL, dan OPG pada Ameloblastoma. Ameloblastoma merupakan tumor yang berlokasi di tulang, dan dapat terus berlanjut hingga menembus ke jaringan lunak. Untuk berkembang di dalam tulang ameloblastoma harus memiliki mekanisme resorpsi. Namun bagaimana mekanisme resorpsi itu terjadi hingga saat ini masih sangat kurang dipahami. Mekanisme ameloblastoma tumbuh membesar dan menginvasi terlihat pada ekspresi TNF-α, protein anti apoptotik (Bcl-2,Bcl-XL), dan protein interfase (faktor pertumbuhan fibroblas [ FGF], matriks metaloprotein [ MMP], ameloblastoma mengalami proliperasi terlihat dalam siklus sel yang berhubungan dalam Ki-67. Mutasi gen
p 53 tidak terlihat pada perkembangan atau pertumbuhan 2
amelolastoma.
Penelitian
Ferry Sandra dkk (2005) mekanisme RANKL dan TNF-α
diekspresikan dalam sel-sel ameloblastoma, hal ini dibuktikan dengan adanya proses osteoklastogenesis dimana dapat menghasilkan ruangan pada tulang akibat dari ekspansi ameloblastoma itu sendiri.7 OPG secara bermakna menghambat ameloblastoma dalam osteoklastogenesis secara tidak langsung OPG dapat digunakan sebagai reseptor penghambat proses pertumbuhan ameloblastoma.28 Osteoklas multinuklear berasal dari prekursor hematopoietik
dari sel line
monosit / makrofag, dan sel stroma dalam sumsum tulang dan osteoblas memodulasi diferensiasi osteoklas melalui molekul yang disekresikan langsung dan melalui interaksi sel ke sel, dan Jalur sinyal melibatkan reseptor diaktifkan faktor nuklear ĸB (RANK) dan ligan (RANKL) memainkan peran utama dalam mengendalikan osteoklastogenesis.29 RANKL, diekspresikan pada membran plasma sel stroma dan osteoblastik mengikat RANK diekspresikan pada membrane plasma asal osteoklas untuk menginduksi jalur sinyal yang menyebabkan diferensiasi dan fusi dari sel prekursor osteoklas dan mempromosikan kelangsungan hidup dan aktivitas osteoklas dewasa. Osteoblas yang disekresikan sebagai penghambat RANKL disebut osteoprotegerin berfungsi menghalangi interaksi antara
RANKL dan RANK sehingga menghalangi pembentukan
osteoklas.30.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
20
2.11. Imunohistokimia Imunohistokimia merupakan proses dalam mendeteksi antigen pada sel dari jaringan dengan prinsip reaksi antibodi yang berikatan terhadap antigen pada jaringan.
Imunohistokimia
seringkali
digunakan
untuk
mengukur
dan
mengidentifikasi karakteristik dari proses proliferasi sel, apoptosis sel. Imunohistokimia juga sering digunakan untuk penelitian dasar dalam rangka mengetahui distribusi dan lokasi biomarker ataupun protein terekspresi pada berbagai macam jaringan pada tubuh. Untuk memvisualisasikan hasil interaksi antara antigen dan antibodi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, dimana cara yang paling sering digunakan ialah dengan konjugasi antibodi dengan enzim seperti peroksidase. 31 Antibodi poliklonal Antibodi poliklonal diproduksi dengan imunisasi hewan yang cocok, biasanya mamalia. Antigen disuntikkan ke binatang, Ig G spesifik untuk antigen ini diproduksi oleh limfosit B sebagai respon imun, dan ini adalah imunoglobulin dimurnikan dari serum hewan. Antibodi diproduksi oleh metode ini berasal dari berbagai jenis sel kekebalan tubuh, dan karenanya disebut poliklonal. 32 Antibodi monoklonal Antibodi monoklonal berasal dari garis sel tunggal (juga disebut sebagai klon). Dalam teknologi antibodi monoklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa henti menyatu dengan sel mamalia yang menghasilkan antibodi. Hasil fusi sel disebut "hibridoma", yang akan terus memproduksi antibodi. Antibodi monoklonal adalah identik karena
diproduksi oleh sel imun yang
semuanya adalah klon dari sel induk tunggal. Produksi antibodi monoklonal memerlukan imunisasi hewan, biasanya tikus, mendapatkan sel-sel imun dari limpa. 32 Metode imunohistokimia, dapat dilakukan dengan metode Direct / langsung
maupun Metode
Indirect / tidak langsung. Dimana keduanya
ditentukan oleh prinsip reaksi antibodi yang digunakan, yakni:
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
21
Metode Direct / langsung Metode imunohistokimia direct menggunakan antibodi primer yang sudah terlabel dan berikatan langsung dengan antigen target secara langsung. Metode Indirect / tidak langsung Metode imunohistokimia indirect menggunakan antibodi primer yang tidak ada labelnya, namun digunakan juga antibodi sekunder yang sudah memiliki label dan akan bereaksi dengan IgG dari antibodi primer. 32
2.11.1. Imunohistokimia Metode Da Silva Untuk imunohistokimia , jaringan potong di 3 µM dan dikumpulkan dalam serial di slide kaca dilapisi dengan 2% 3-aminopropyltriethylsilane (Sigma Kimia, St Louis, MO) yang deparafinasi dan dehidrasi. Bagian itu kemudian diinkubasi dengan hidrogen peroksida 3% dan direndam dalam bufer sitrat, pH 6,0, selama 20 menit pada 95 ° C Bagian itu kemudian diblokir oleh inkubasi dengan serum kambing 3% normal pada suhu kamar, selama 20 menit, dan slide diinkubasi dengan antibodi poliklonal kelinci anti-OPG (H-249, sc11383, Santa Cruz Bioteknologi, Santa Cruz, CA ) diencerkan 1:200, anti-RANK (H-300, sc9072, Santa Cruz Bioteknologi) diencerkan 1:200,dan anti-RANKL (FL-327, sc9073, Santa Cruz Bioteknologi) diencerkan 1:150; pada 4 ° C, semalam , dalam ruang lembab. Setelah mencuci di TBS (tris-buffered saline), bagian diobati dengan streptavidin-biotin berlabel kit (K0492, Dako, Carpinteria, CA). Bagian tersebut kemudian diinkubasi dalam 3,3 - diaminobenzidin (K3468, Dako) selama 2 sampai 5 menit dan diwarnai dengan hematoxylin Mayer. Giant cell granuloma digunakan sebagai kontrol positif untuk semua penanda. Kontrol negatif diperoleh oleh kelalaian antibodi primer dan penggantian antibodi primer dengan serum kelinci nonimun (X0902, Dako). 7.
2.11.2. Imunohistokimia Metode Nonaka Sampel di deparafinisasi dan diberi cairan emersi 3 % hidrogen perosida. Selanjutnya dicuci dengan PBS (Phosphate-buffered saline). Setelah dilakukan perendaman dalam normal serum, selanjutnya inkubasi dengan antibodi primer
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
22
dalamsuhu kamar. Kemudian dilakukan pencucian sebanyak dua kali dengan PBS, dan dilakukan pelabelan dengan kompleks streptevidin biotin (LSAB + system HRP; dako,Carpinteria, CA) dalam suhu ruangan guna mengikat antibodi primer. Aktivitas peroksida yang terlihat berwarna coklat (cairan DAB +; Dako, Carpentirea, CA).
Selanjutnya dilakukan pewarnaan dengan Mayer’s
haematosilin. Positif kontrol dengan mengunakan Giant cell tumor untuk RANKL, dan OPG, dan hemangioma kapiler digunakan sebagai positif kontrol untuk CD34 dan α-SMA. 33. Pada penelitian ini digunakan metode langsung/ direct, dengan antibodi polyklonal yang dipilih guna mendapatkan spesifitas untuk epitop tunggal sehingga bersifat lebih spesifik terhadap antigen target. Sedangkan negatif kontrol dengan antibodi primer dan penganti antibodi primer dengan nonimun serum kelinci. Antibodi primer akan di tempatkan pada antigen yang diinginkan, sedangkan antibodi sekunder akan di tempatkan pada immonoglobulin dari spesies antibodi primer.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
23
2.12 Kerangka Teori
Epitel Malasez Selubung Hertwig Epitel kista Dentigerous
- Akantomatosa - Granuler - Basal - Desmoplastik
Unikistik Multikistik
Ameloblastoma
- Folikular - Pleksiform -Tipe Campuran
Periferal
dan OPG) - TNF-α Matriks(RANKL Metaloprotein [ MMP-9,2], - Cathepsin K - Faktor pertumbuhan (IL-1,IL-6,...) - Hormon - Sitokin - Protein anti apoptotik (Bcl-2,Bcl-XL) - Protein interfase (faktor pertumbuhan fibroblas [ FGF]
TNF-α (RANKL dan OPG)
OPG ↓
RANKL ↑
OPG = RANKL
Apoptosis Osteoklas matur t
OPG ↑
RANKL ↓
Anti apoptosis
Resorpsi tulang
Invasif lokal
Gambar 2.12. Skema kerangka teori penelitian.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep Ameloblastoma Multikistik - Tipe Pleksiform - Tipe Campuran
- Tipe Follikular Ekspresi : RANKL & OPG
Usia ≤ 30
-
Usia > 30
Imu nopositif
Evaluasi
OPG ↓
RANKL ↑
OPG =
OPG ↑
RANKL
RANKL ↓
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesis 1. Terdapat
perbedaan
nilai ekspresi OPG
pada
ameloblastoma tipe
RANKL pada
ameloblastoma tipe
folikular, tipe pleksiform, dan tipe campuran. 2. Terdapat perbedaan
nilai ekspresi
folikular, tipe pleksiform, dan tipe campuran . 3. Terdapat
perbedaan
perbandingan
ekspresi
RANKL/OPG
pada
ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform, dan tipe campuran. 4. Terdapat
perbedaan
rerata
nilai
ekspresi
OPG
pada
penderita
ameloblastoma di usia < 30 tahun, dengan usia > 30 tahun. 5. Terdapat perbedaan rerata nilai ekspresi RANKL pada penderita ameloblastoma di usia kurang atau sama dengan 30 tahun, dengan usia diatas 30 tahun 24 Universitas Indonesia
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian Desain pada penelitian ini adalah studi retrospektif analitik pada penderita ameloblastoma di RSCM periode Januari 2008 – Agustus 2012.
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Departemen Patologik Anatomi
FKUI / RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo, dalam jangka waktu 7 bulan terhitung mulai awal bulan Mei 2012 sampai dengan akhir November 2012.
4.3. Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah blok parafin pasien ameloblastoma Poliklinik Bedah Mulut RSCM yang tersimpan di Departemen Patologi Anatomik FKUI/RSCM. Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Besar sampel ditentukan melalui rumus Pagano dan Gauvreau 1993. n=
( Z1-α )
2
σ2
d2
Z1-α = Standar normal variate ( = 1,96 untuk α = 5 %) α = 5 % ( taksiran confidence interval CI = 1- α = 95 %) σ = Standar deviasi dari rata-rata nilai observed atau expected d = toleransi terhadap kesalahan maksimum spesifik. Misalkan standar deviasi dalam persentasi sel tumor ameloblastoma yang terwarnai adalah 30 % dan toleransi terhadap kesalahan maksimum spesifik ± 10 % dari sel yang ada. Maka, ukuran sampel yang diangap mencukupi untuk menunjukan nilai rata-rata dari persentasi sel-sel yang terwarnai adalah n= 1,962 x 0,32 / 0,12 = 34,57 jadi paling sedikit dibutuhkan 35 sampel. 25 Universitas Indonesia
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
26
4.4. Alur Penelitian
Pengumpulan data pasien Blok parafin ameloblastoma Pemotongan blok parafin
Pemeriksaan imunohistokimia RANKL dan OPG
Tipe folikular > 30 th
≤ 30 th
Tipe pleksiform > 30 th
≤ 30 th
Tipe campuran > 30 th
≤ 30 th
Penilaian ekspresi RANKL dan OPG mengunakan sistem skor
Analisa data Laporan penelitian
Gambar 4.1. Alur penelitian
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
27
4.5 Kriteria inklusi 1. Blok parafin ameloblastoma dari pasien berusia 0 - 60 tahun di RSCM , dengan umur sediaan /preparat 1 minggu sampai lima tahun. 2. Sampel ameloblastoma multikistik/solid 3. Sampel ameloblastoma lokasi pada rahang bawah. 4. Sampel pasca operasi diambil bagian lapisan terluar kapsul ameloblastoma 5. Sampel dari jenis kelamin pria dan wanita. 4.6 Kriteria eksklusi 1. Sample yang tidak lengkap keterangan identitas pasien. 2. Sampel operasi rekuren, dan biopsi. 3. Sampel blok parafin yang rusak.
4.7. Variabel Penelitian 4.7.1 Variabel bebas : 1. Ekspresi RANKL. 2. Ekspresi OPG. 4.7.2 Variabel terikat: 1. Preparat ameloblastoma tipe folikular, tipe
pleksiform, dan
tipe
campuran. 2. Usia pasien. 4.7.3 Variabel terkendali : 1. Pewarnaan Hematoksilin. 2. Pemotongan blok parafin. 3. Pemulasan Imunohistokimia.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
28
4.8 Definisi Operasional A. Variabel bebas Variabel
Batasan Operasional
Cara pengukuran
Skala
Ekspresi
Ekspresi immunostaining Sel yang imunopositif dinilai Ordinal
RANKL
RANKL didapat dengan dengan skor sebagai berikut (P) cara kuantitatif dari blok : 1 = ≤ 10 %, 2 = 11-50 %, 3= parafin
yang
telah 51-100 %, Intensitas staining
dilakukan pemotongan
dinilai dengan skor (I) : 1 =
4 µ kemudian setelah di lemah, 2 = moderat, 3 = positif IHK
diperiksa oleh kuat.Imunoskor
RANKL
peneliti di dampingi oleh dihitung dengan mengalikan dokter Spesialis Patologi skor (P) dan skor (I) dengan dengan klasifikasi
Anatomi,
sebagai
berikut
mengunakan mikroskop :1,2,dan 3 = positif lemah (+), cahaya (Olympus BX41 4 dan 6 = positif sedang (++), buatan Jepang), dengan 8,9 = positif kuat (+++). pembesaran 100x Ekspresi
Ekspresi immunostaining Sel imunopositif dinilai dengan Ordinal
OPG
OPG didapat dengan cara skor (P) : 1 = ≤ 10 %, 2 = 11kuantitatif parafin
dari yang
blok 50 %, 3 = 51-100 %, telah
Intensitas
staining
dinilai
dilakukan pemotongan 4 dengan (I) : 1 = lemah, 2 = µ kemudian setelah di moderat, 3 = positif kuat. IHK
diperiksa oleh Imunoskor
peneliti di dampingi oleh dengan
OPG
dihitung
mengalikan(P)
dan
dokter Spesialis Patologi skor (I) dengan klasifikasi Anatomi,
dengan sebagai berikut : nilai 1,2,dan 3
mengunakan mikroskop = positif lemah (+), nilai 4 dan cahaya (Olympus BX41 6 = positif moderat (++).nilai buatan Jepang), dengan 8,9= positif kuat (+++). pembesaran 100x
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
29
B. Variabel terikat Cara Variabel
Batasan operasional
pengukuran
Blok parafin
Adalah sedian berupa blok parafin
Tidak
ameloblastoma ameloblastoma yang telah dipilih
diukur
/Preparat sampel
menjadi
sampel
Skala Nominal
dilakukan
pemotongan serial blok parafinnya dengan ketebalan 4-6 µm, dipilih sayatan yang terbaik masing-masing sebanyak 3 buah untuk prosedur immunostaining
guna
mendeteksi
ekspresi RANKL, dan OPG serta satu sayatan untuk kontrol negatif. Ameloblastoma dalam penelitian ini adalah yang diperoleh di Lab PA FKUI-RSCM kesimpulan
yang PA
dalam
terlabel
sebagai
ameloblastoma tipe folikular, tipe pleksiform ,dan tipe campuran Usia
Adalah; Umur pasien berdasarkan Mengurangi
Ratio
umur kronologis dimana perhitungan jumlah tahun usia yang dimulai dari saat kelahiran pasien datang seseorang sampai dengan waktu ke
klinik
datang. Dibagi dua bagian, usia < 30 dengan tahun tahun dan usia > 30 tahun. Jenis kelamin
Adalah ditetapkan genitalia
jenis atas
kelahirannya.
kelamin dasar
eksterna.
yang Tidak diukur
Nominal
morfologi
Dikelompokan
menjadi laki-laki dan perempuan
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
30
4.9 Bahan dan Alat penelitian Alat – alat penelitian Kaca preparat (Biogear, 156 buah) Mikrotom ( Finesse ME +, Thermo Scientific) Slides box (neuralstainkit) Kaca penutup Slides warmer (Premiere XH 2001) Staining rack Staining jar Microwave (Electrolux) Pipet mikro (Eppendorf) Moist block Tabung reaksi (18 x 150 mm) Pen parafin (Biogear) Mikroskop (Olympus BX41) Komputer merk Accer
Bahan-bahan penelitian : Blok parafin ameloblastoma (tipe folikular, tipe pleksiformis, tipe campuran) Hematoksilin Xylol I,II,III Alkohol absolut, 96 %,dan 80 %. Metanol Aqua bidestilata Hidrogen peroksida 0,5 % Tris EDTA 0,01 M pH 9,0 Phosphate-buffered saline (PBS) pH 7,4 Sniper block (Biocare medical) Universal link (Biocare medical) Goat serum (Biocare medical) Antibodi RANKL ( FL-327) polyklonal tikus (Santa Cruz) Antibodi OPG (H-249) polyklonal tikus (Santa Cruz)
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
31
Trekavidin HRP (Biocare medical) DAB chromogen kit (Biocare medical) Lithium carbonat 4.10 Prosedur Kerja Prosedur imunostaining: 1. Sampel tumor difiksasi dalam 10 % buffered formalin dan ditanam dalam parafin. Selanjutnya sayatan yang representatif dari setiap sampel tumor dipilih untuk prosedur immunostaining. Masing-masing sayatan akan dipulas dengan metode streptavidin secara imunoperoksidase. 2. Dilakukan pemotongan serial blok parafinnya dengan ketebalan 4-6 µm, dipilih sayatan yang terbaik masing-masing sebanyak 3 buah untuk prosedur immunostaining guna mendeteksi ekspresi RANKL, dan OPG serta satu sayatan untuk kontrol negatif. 3. Dilakukan deparafinisasi dan rehidrasi dengan xylene dan rehidrasi alkohol yang konsentrasinya ( alkohol 96 %, alkohol 80 %, alkohol 70 %). Untuk tujuan memblokir aktifitas endogenous peroksidase sediaan diinkubasi dengan 2 blocking reagen secara terpisah 0,5 % H2O2 dalam metanol selama 30 menit pada suhu kamar kemudian dicuci dalam air, dan inkubasi dalam 3 % NHS selama 20 menit, masing-masing diikuti pencucian beberapa kali dalam PBS, pH 7,4. Kegunaan blocking ini untuk mengurangi reaksi non spesifik. 4. Untuk menampilkan antigen yang optimal (antigen retrieval), specimen dipanaskan dengan mengunakan microwave dalam citrate buffer selama 5 menit power level tinggi dan 10 menit power level rendah, selanjutnya didiaamkan dalam suhu kamar selama 45 menit. Selanjutnya dilakukan pencucian dalam PBS sebanyak 2 kali. 5. Selanjutnya spesimen diinkubasi semalaman dalam antibodi primer AntiRANKL (FL-327) ( kelinci polyklonal, Santa Cruz. California, dengan pengenceran 1 : 200), dan OPG (H-249) (kelinci polyklonal, Santa Cruz. California, dengan pengenceran 1:200), masing-masing untuk menditeksi ekspresi RANKL dan OPG. Kontrol negatif diinkubasi dengan NHS 3 %.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
32
Dilakukan pencucian dengan PBS sebanyak 2 kali dan inkubasi dalam antibody sekunder . 6. Sesudah pencucian dengan PBS, specimen di label dengan cara inkubasinya dalam peroxidase conjugated Streptavidin (Pierce, Australia) selama 30 menit, dan dicuci lagi dalam PBS. 7. Staining dilakukan dengan cara melakukan inkubasi dalam chromogen
DAB solution (25mg diaminobenzene tetrahydrochloride dalam 50 ml buffer Tris HCL, pH 7,4 ) selama 5 menit. Selanjutnya dilakukan pewarnaan tanding ( counter staining ) dengan Mayer hematoxylin. Sebelum dilakukan mounting dengan entelan, sediaan didehidrasi dalam alkohol bertingkat (alkohol absolut 80 %, alkohol absolut 96 %, ,). 8. Dari sediaan yang telah terpulas akan dilakukan evaluasi pewarnaan dan penghitungan jumlah sel yang positif. 9. Sampel yang sudah di IHK kemudian dibagi menjadi 3 kelompok sesuai
dengan tipe histopatologiknya, yaitu tipe folikular, tipe pleksiform, tipe campuran. Masing-masing kelompok dibagi lagi sesuai dengan kelompok usia, yaitu < 30 tahun dan > 30 tahun. Preparat diamati
dibawah
mikroskop dengan pembesaran 100 x dan tingkat ekspresi RANKL dan OPG dari masing-masing kelompok dinilai dengan mengunakan sistem skor modifikasi dari skor Nonaka et al. (2008).33. Presentase sel-sel imunopositif (P): 1 = ≤ 10 % 2 = 11-50 % 3= 51%-100% Intensitas staining dinilai dengan skor (I) 1 = negatif/lemah 2 = moderat 3 = positif kuat. Imunoskor RANKL dan OPG dihitung dengan mengalikan skor presentase skor (P) dan skor intensitas (I) dengan klasifikasi sebagai berikut:
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
33
P (%) X I (sel positif) = Skor Imunoekspresi (% sel positif). 1,2, dan 3= skor positif (+) lemah 4, dan 6 = skor positif (++) sedang 8, dan 9= skor positif (+++) kuat 4.11 Manajemen Data dan Analisis Data 4.11.1 Pengolahan Data Data yang dikumpulkan dimasukan dalam program. 4.11.2 Analisa Data Mengunakan uji non – parametrik Chi-square dengan p < 0,05. 4.12 Etik Penelitian Penelitian ini akan diajukan ethical clearance pada Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia dengan Surat Keterangan Lolos Etik nomor 140/Ethical Clearance/FKGUI/IX/2012.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
BAB 5 HASIL Sampel pada penelitian ini diambil dari blok parafin ameloblastoma yang berasal dari lab Patologi Anatomi FK UI – RSCM periode Januari 2008- Agustus 2012. Sampel dipilih melalui consecutive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eklusi didapatkan jumlah sampel keseluruhan sebanyak
40 sampel.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menganalisis invasif lokal ameloblastoma melalui ekspresi RANKL dan ekspresi OPG pada ameloblastoma tipe folikular, tipe
pleksiform, dan
tipe campuran. Kemudian
menganalisis
ratio
imunoekspresi RANKL dan Imunoekspresi OPG dengan perbandingan RANKL > OPG , RANKL < OPG , dan RANKL =. OPG, serta menganalisis perbandingan imunoekspresi RANKL dan Imunoekspresi OPG pada sampel ameloblastoma usia < 30 tahun dengan usia > 30 tahun.
5.1 Distribusi sampel penelitian Sebanyak 40 sampel yang didapat, terdapat sebanyak 13 sampel (32,5 %) berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 27 sampel (67,5%) berjenis kelamin laki-laki (Tabel 5.1) , dengan rasio perbandingan 1 : 2,07. Besar jarak usia sampel penelitian 12 – 59 tahun dengan usia rata – rata 37,5 tahun. Sampel dengan usia sama dengan 30 tahun kebawah adalah sebanyak 13 sampel (32,5%), dan usia diatas 30 tahun sebanyak 27 sampel ( 67,5 %) lihat (Tabel 5.2). Dari data jenis histopatologi ameloblastoma didapatkan jenis pleksiformis sebanyak 9 sampel (22,5 %), jenis folikuler sebanyak 15 sampel (37,5%), dan jenis campuran sebanyak 16 sampel (40 %) (Tabel 5.3). Tabel 5.1 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin.
Jenis kelamin
Jumlah
Presentasi (%)
Laki –laki
27
67,5 %
Perempuan
13
32,5%
Total
40
100 %
34 Universitas Indonesia
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
35
Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan usia
Usia
Jumlah
Persentase (%)
< 30 tahun
13
32.5
>30 tahun
27
67.5
Total
40
100.0
Tabel 5.3 Distrbusi sampel berdasarkan jenis histopatologis ameloblastoma
Jenis histopatologis
Jumlah
Presentasi (%)
Tipe Folikular
15
37,5 %
Tipe Pleksiform
9
22,5 %
Tipe Campuran
16
40,0 %
Total
40
100 %
5.2 Ekspresi RANKL (Reseptor Aktivator faktor Nuklir Kappa B ligand ) dan OPG (Osteoprotegerin) pada ameloblastoma tipe pleksiform, tipe folikular, dan tipe campuran. Hasil pemulasan imunohistokimia antibodi RANKL dan antibodi OPG diamati dibawah mikroskop cahaya dan ekspresi keduanya dinilai berdasarkan presentasi sel-sel yang imunopositif dan intensitas ekspresinya pada tiap-tiap kelompok
kemudian dilakukan pengkalian kedua nilai tersebut sehingga
didapatkan skor nilai ekspresi RANKL dan skor nilai ekspresi OPG. Untuk mendapatkan skor imunohistokimia ekspresi RANKL dan skor imunohistokimia ekspresi OPG
pada ameloblastoma tipe pleksiform, tipe folikular, dan tipe
campuran digunakan analisa statistik uji Chi-square dengan batas kemaknaan p < 0,05.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
36
Tabel 5.4. Distribusi skor imuno ekspresi OPG ameloblastoma tipe pleksiform dengan folikular.
Skor imunoekspresi OPG Jenis
+
Histopatologi
++
+++
n
%
n
%
Pleksiform
1
11,1
6
66,7
2
22,2
Folikular
4
26,7
2
13,3
9
60,0
5
20,8
8
33,3
11
45,8
Total
n
%
P* 0,027
*Uji statistik Chi-Square p < 0,05 Sejumlah
24 sampel ameloblastoma tipe pleksiform dengan folikular
yang diamati, pada kelompok tipe pleksiform, terdapat 6 sampel mendapat skor positif (++) sebesar (66,7 %), Sedangkan pada kelompok tipe folikular terdapat 9 sampel mendapat skor positif (+++) sebesar (60,0 %). (Tabel 5.4.) Sehingga secara keseluruhan berdasarkan perhitungan uji statistik Chisquare didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan
folikular
adalah
0,027
(p<0,05)
(lampiran
3).
Hasil
tersebut
mengambarkan bermakna secara statistik, dikarenakan nilai (p) yang didapat setelah perhitungan statistik dengan Chi -square lebih
rendah dari nilai
probabilitas (p) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe folikular. Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe folikular, diterima.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
37
Tabel 5.5. Distribusi skor imuno ekspresi RANKL ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe folikular.
Skor imunoekspresi RANKL Jenis
+
++
+++
Histopatologi
n
%
n
%
n
%
Pleksiform
6
66,7
2
22,2
1
11,1
Folikular
14
93,3
1
6,7
0
0
Total
20
83,3
3
12,5
1
4,2
P* 0,198
*Uji statistik Chi-Square p < 0,05 Sebanyak 24 sampel tipe pleksiform dan tipe folikular yang diamati, pada kelompok tipe pleksiform, terdapat 6 sampel yang mendapat skor positif (+) sebesar (66,7 %), sedangkan pada kelompok tipe folikular terdapat 14 sampel yang mendapat skor positif (+) sebesar (93,3 %). (Tabel 5.5) . Sehingga secara keseluruhan berdasarkan perhitungan uji statistik Chisquare didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan folikular adalah 0,198 ( p > 0,05 ) (lampiran 4). Hasil tersebut mengambarkan tidak bermakna secara statik, dikarenakan nilai (p) yang didapat setelah perhitungan statistik dengan Chi -square lebih
tinggi
dari nilai
probabilitas (p) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe folikular. Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe folikular, ditolak.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
38
Tabel 5.6. Distribusi skor imuno ekspresi OPG ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran.
Skor imuno ekspresi OPG Jenis
+
Histopatologi
++
+++
n
%
n
%
Pleksiform
1
11,1
6
66,7
2
22,2
Campuran
8
50,8
2
12,5
6
37,5
9
36,0
8
32,0
8
32,0
Total
n
%
P* 0,017
*Uji statistik Chi-Square p < 0,05 Terdapat
25
sampel ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe
campuran yang diamati, 6 sampel mendapat skor (++)
sebesar (66,7 %),
Sedangkan pada kelompok tipe campuran, terdapat 8 sampel yang mendapat skor (+) sebesar (50,8 %). (Tabel 5.6). Sehingga secara keseluruhan berdasarkan perhitungan uji statistik Chisquare didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan campuran p = 0,017 ( p < 0,05 ) (lampiran 5). Hasil tersebut mengambarkan bermakna secara statik, dikarenakan nilai (p) yang didapat setelah perhitungan statistik dengan Chi -square lebih rendah dari nilai probabilitas (p) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran. Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran, diterima.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
39
Tabel 5.7. Distribusi skor imunoekspresi RANKL ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran.
Skor imunoekspresi RANKL Jenis
+
++
+++
Histopatologi
n
%
n
%
n
%
Pleksiform
6
66,7
2
22,2
1
11,1
Campuran
14
87,5
0
0
2
12,5
Total
20
80,0
2
8,0
3
12,0
P* 0,144
*Uji statistik Chi-Square p < 0,05 Sebanyak
25
sampel ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe
campuran yang diamati, pada kelompok tipe pleksiform, terdapat 6 sampel yang mendapat skor (+) sebesar (66,7 %), sedangkan pada kelompok tipe campuran, terdapat 14 sampel yang mendapat skor (+) sebesar (87,5 %). (Tabel 5.7) Sehingga secara keseluruhan berdasarkan perhitungan uji statistik Chisquare didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan campuran p = 0,144
( p > 0,05 ) (lampiran 6). Hasil tersebut
mengambarkan tidak bermakna secara statik, dikarenakan nilai (p) yang didapat setelah perhitungan statistik dengan Chi -square lebih
tinggi
dari nilai
probabilitas (p) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran. Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran, ditolak.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
40
Tabel 5.8. Distribusi skor imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran.
Skor imunoekspresi OPG Jenis
+
++
+++
Histopatologi
n
%
n
%
n
%
Folikular
5
16,1
2
6,5
8
25,8
Campuran
8
25,8
2
6,5
6
19,4
Total
13
41,9
4
12,9
14
45,2
P* 0,623
*Uji statistik Chi-Square p < 0,05 Diastribusi 31 sampel ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran sampel yang diamati
pada kelompok tipe folikular terdapat 8 sampel yang
mendapat skor (+++) sebesar (25,8 %). Sedangkan pada kelompok tipe campuran terdapat 8 sampel yang mendapat skor (+) sebesar (25,8 %). (Tabel 5.8). Sehingga secara keseluruhan berdasarkan perhitungan uji statistik Chisquare didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe folikular dengan tipe campuran adalah p = 0,623 ( p > 0,05) (Lampiran 7). Hasil tersebut mengambarkan tidak bermakna secara statik, dikarenakan nilai (p) yang didapat setelah perhitungan statistik dengan Chi -square lebih tinggi dari nilai probabilitas (p) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran. Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran, ditolak.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
41
Tabel 5.9. Distribusi skor imunoekspresi RANKL ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran.
Skor imunoekspresi RANKL Jenis
+
++
+++
Histopatologi
n
%
n
%
n
%
Folikular
14
45,2
1
3,2
0
0
Campuran
14
45,2
0
0
2
6,5
Total
28
90,3
1
3,2
2
6,5
P* 0,226
*Uji statistik Chi-Square p < 0,05 Sebanyak total 31 sampel imunoekspresi RANKL ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran yang diamati
pada kelompok tipe folikular
terdapat 14 sampel yang mendapat skor (+) sebesar (45,2 %), sedangkan pada kelompok tipe campuran terdapat 14 sampel yang mendapat skor (+) sebesar (45,2 %). (Tabel 5.9). Sehingga secara keseluruhan berdasarkan perhitungan uji statistik Chisquare didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiformis dengan folikular adalah p = 0,226
(p>0,05) (lampiran 8). Hasil tersebut
mengambarkan tidak bermakna secara statik, dikarenakan nilai (p) yang didapat setelah perhitungan statistik dengan Chi -square lebih
tinggi
dari nilai
probabilitas (p) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran. Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara imunoekspresi RANKL ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran, ditolak.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
42
Tabel 5.10. Distribusi Perbandingan RANKL dan OPG
Jenis Histopatologi
RANKL > OPG
RANKL < OPG
RANKL = OPG
p*
Pleksiform
2 (22,22 %)
6 (66,67 %)
1 (11,11 %)
0,248
Tipe Folikular
0
10 (66,67 %)
5(33,33 %)
0,175
2 (12,5 %)
8 (50,0 %)
6 (37,5%)
0,002
4 (2,5%)
24 (50 %)
12 (30 %)
Tipe
Tipe Campuran Total
Ket *Uji statistik Chi-Square p < 0,05 Sebanyak 40 sampel ameloblastoma tipe pleksiform, tipe folikular, dan tipe campuran sampel yang mendapat nilai RANKL > OPG sebanyak 4 sampel (2,5%), dan mendapatkan nilai RANKL < OPG sebanyak 24 sampel (50 %), sedangkan yang mendapatkan nilai RANKL = OPG sebanyak 12 sampel (30 %). Pada ameloblastoma tipe pleksiform terdapat 2 sampel (22,22%) RANKL > OPG, sedangkan nilai terbanyak pada tipe ini pada RANKL < OPG sebanyak 6 sampel (66,67%), dan terendah pada RANKL = OPG sebesar 1 sampel (11,11 %). Kemudian pada tipe folikular tidak dijumpai sampel yang memiliki nilai RANKL > OPG, dan pada nilai RANKL < OPG terdapat 10 sampel (66,67 %), selanjutnya untuk nilai RANKL = OPG sebesar 5 sampel atau (33,33 %). Pada kelompok tipe campuran dijumpai nilai RANKL > OPG sebesar 2 sampel (12,5 %), lebih rendah dibandingkan dengan nilai RANKL< OPG sebesar 8 sampel (50 %), dan untuk perbandingan RANKL = OPG sebesar 6 sampel atau (37,5 %). (Tabel 5.10). Secara garis besar perbandingan nilai RANKL > OPG terbanyak pada tipe pleksiform, perbandingan nilai RANKL < OPG pada
pada tipe
folikular, dan untuk perbandingan RANKL = OPG pada tipe Campuran.
Hasil
nilai menunjukan tipe campuran nilai p = 0,002 ( p < 0,05 ) (Lampiran 9) dikarenakan nilai (p) yang didapat setelah perhitungan statistik dengan Chi square lebih rendah dari nilai probabilitas (p) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan terdapat
perbedaan bermakna
antara ratio RANKL / OPG pada ameloblastoma tipe Campuran. Sedangkan pada
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
43
kedua tipe ameloblastoma lainnya mendapatkan nilai p > 0,05 dari hasi tersebut terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada tipe pleksiform, dan tipe folikular. Tabel 5.11. Distribusi skor imunoekspresi OPG ameloblastoma sesuai kelompok usia dibawah 30 tahun dengan diatas 30 tahun.
Skor imunoekspresi OPG Kelompok
+
++
+++
umur
n
%
n
%
> 30
13
48,1
4
14,8
10
37,0
< 30
1
7,7
7
53,8
5
38,5
14
35,0
11
27,5
15
37,5
Total
n
%
P* 0,011
Ket *Uji statistik Chi-Square p < 0,05 Distribusi persentase skor imunoekspresi OPG skor positif (+) terbesar pada usia > 30 tahun sebesar 48,1 % lebih banyak dibanding < usia 30 tahun sebesar 7,7 %, sedangkan skor positif
(++) terbanyak pada usia dibawah 30
tahun sebesar 53,8 % dibandingkan dengan diatas usia 30 tahun sebesar 14,8 %. Sedangkan pada skor positif (+++), skor terbesar pada usia > 30 tahun sebesar 37,0 % dibandingkan dengan usia < 30 tahun sebesar 38,5 %. (Tabel 5.11). Sehingga secara keseluruhan berdasarkan perhitungan uji statistik Chi-square didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan folikular adalah 0,011 (p < 0,05) (lampiran 10). Hasil tersebut mengambarkan bermakna secara statistik, dikarenakan nilai (p) yang didapat setelah perhitungan statistik dengan Chi -square lebih rendah dari nilai probabilitas (p) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna imunoekspresi OPG antara sampel usia < 30 tahun dengan usia >30 tahun. Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi OPG sampel ameloblastoma usia < 30 tahun dengan usia > 30 tahun, diterima.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
44
Tabel 5.12 . Distribusi skor imunoekspresi RANKL ameloblastoma sesuai usia.dibawah 30 tahun dengan diatas 30 tahun
Skor imunoekspresi RANKL Jenis
+
++
+++
Histopatologi
n
%
n
%
n
%
> 30
24
88,9
1
3,7
2
7,4
<30
10
76,9
2
15,4
1
7,7
Total
34
85,0
3
7,5
3
7,5
P* 0,418
Ket *Uji statistik Chi-Square p < 0,05 Distribusi persentase skor RANKL positif (+) terbesar pada usia > 30 tahun sebesar 88,9 % lebih banyak dibanding < usia 30 tahun sebesar 76,9 %, sedangkan skor positif
(++) terbanyak pada usia < 30 tahun sebesar 15,4%
dibandingkan dengan usia > 30 tahun sebesar 3,7 %. Sedangkan pada tipe positif (+++) skor terbesar pada usia < 30 tahun sebesar 7,7 % dibandingkan dengan usia > 30 tahun sebesar 7,4 %. (Tabel 5.12). Sehingga secara keseluruhan berdasarkan perhitungan uji statistik Chi-square didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan folikular adalah p = 0,418 ( p > 0,05) (lampiran 11). Hasil tersebut mengambarkan tidak bermakna secara statistik, dikarenakan nilai (p) yang didapat setelah perhitungan statistik dengan Chi square lebih tinggi dari nilai probabilitas (p) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna imunoekspresi RANKL antara sampel usia < 30 tahun dengan usia > 30 tahun. Dari hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan bermakna antara ekspresi RANKL sampel ameloblastoma usia < 30 tahun dengan usia > 30 tahun, ditolak.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
45
Tabel 5.13 Ringkasan Penelitian dengan Skor Ekspresi RANKL dan OPG.
Ringkasan N
Persentasi
Pleksiform
9
22.5%
Folikular
15
37.5%
Campuran (pleksiform dan folikular )
16
40.0%
< 10
8
20.0%
11-50 %
7
17.5%
51-100 %
25
62.5%
lemah
13
32.5%
moderat
10
25.0%
kuat
17
42.5%
+
14
35.0%
++
11
27.5%
+++
15
37.5%
< 10 %
29
72.5%
11-50 %
8
20.0%
51-100 %
3
7.5%
lemah
33
82.5%
4
10.0%
kuat
3
7.5%
+
34
85.0%
++
3
7.5%
+++
3
7.5%
Jumlah nilai sah
40
100.0%
Hilang
0
Total
40
Subpopulasi
16a
Jenis Ameloblastoma
Skor sel imunopositif OPG Skor intensitas OPG
Skor imunohistokimia OPG Skor imunopostif RANKL
Skor intensitas RANKL moderat
Skor imunohistokimia RANKL
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
46
Dari data tabel 5.13
jenis ameloblastoma terbesar adalah tipe
campuran sebanyak 16 sampel sebesar 40 %, sedangkan skor imunopositif OPG terbanyak adalah 51-100 % sebanyak 25 sampel sebesar 62,5 %, dan skor intensitas pada OPG lemah sebanyak 17 sampel sebesar 42,5 % diikuti dengan skor imunohistokimia OPG dengan nilai (+++) terbanyak 15 sampel sebesar 27,5 %. Pada nilai skor imunopositif RANKL skor < 10 % sebanyak 29 sampel (72,5 %), sedangkan skor intensitas RANKL lemah sebesar 33 sampel atau (82,5%), dan untuk skor imunoekspresi RANKL sebesar 34 sampel atau (85 %).(Lampiran 12).
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
BAB 6 PEMBAHASAN Ameloblastoma,
odontogenik tumor yang sering dijumpai di rahang,
memiliki karakteristik jinak, akan tetapi bersifat invasif lokal dengan tingkat rekurensi tinggi.1 Ameloblastoma tumbuh lambat dan sulit terdeteksi awal secara klinis karena tanpa gejala kecuali adanya pembengkakan untuk itu tatalaksana secara radikal sangat diperlukan yang tentunya dapat menjadi defek yang cukup besar sehingga dapat menyebabkan masalah phisikologis dan fungsional bagi penderitanya.3 Pertumbuhan dan pembesaran ameloblastoma di rahang juga melibatkan kerusakan tulang, karena itu perlu untuk mempelajari bagaimana mekanisme resorpsi tulang yang dilakukan ameloblastoma yang tentunya sangat membantu memahami prilaku biologi dan sebagai panduan tatalaksana di klinik.5 Walau bagaimanapun sampai saat ini mekanisme bagaimana tumor ini dapat merusak struktur tulang dan tumbuh agresif di rahang masih belum jelas.3,5 Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang peran RANKL dan OPG dalam resorpsi tulang yang disebabkan oleh ameloblastoma, dengan melakukan pemeriksaan setidaknya ada tiga kriteria untuk membuktikan aktivitas osteoklas; diantaranya TRAP-positif, ekspresi reseptor kalsitonin, dan aktivitas resorpsi tulang, dimana secara khusus sebagai standar dalam mengidentifikasi osteoklas.9 Dari penelitian ini secara karakteristik terlihat usia sampel antara 12-59 tahun degan rata-rata usia 37,5 tahun, dan jumlah sampel laki – laki sebanyak 27 sampel (67,5%), dibanding perempuan sebanyak 13 sampel (32,5%) atau 1:2,07. Sedangkan berdasarkan
usia sampel di atas 30 tahun
sebanyak 27 sampel
(67,5%) lebih banyak di banding usia dibawah 30 tahun sebanyak 13 sampel (32,5). Dan berdasarkan jenis histopatologi tipe campuran sebanyak 16 sampel (40%), tipe folikular 15 sampel (37,5%), dan tipe pleksiform sebesar 9 sampel (22,5%). Hasil tersebut tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan Reichart PA, dkk (1995) usia penderita ameloblastoma berkisar antara 4-92 tahun dengan rata-rata usia 37,4 tahun, dan antara laki-laki : perempuan adalah 1:1,14, dan
47 Universitas Indonesia
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
48
jenis histopatologi yang terbanyak adalah tipe folikular (33,9%), pleksiformis 30,2 %), dan tipe campuran 15,5%.1 Berdasarkan
24 sampel imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe
pleksiform dengan tipe folikular yang diamati pada kelompok tipe pleksiform, terdapat kelompok
6 sampel mendapat skor positif (++) tipe folikular terdapat
(66,7 %) , Sedangkan pada
9 sampel mendapat skor positif
(+++)
(60,0 %). Berdasarkan perhitungan uji statistik Chi-square didapatkan nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan tipe folikular adalah p = 0,027
( p < 0,05) dari hasil tersebut maka terdapat perbedaan bermakna
antara ekspresi OPG dimana tipe folikular lebih tinggi. Selanjutnya imunoekspresi RANKL
sampel
pada kelompok tipe pleksiform, terdapat 6 sampel yang
mendapat skor positif (+) (66,7 %), sedangkan pada kelompok tipe folikular, terdapat 14 sampel yang mendapat skor positif (+)
(93,3 %). Berdasarkan
perhitungan uji statistik Chi-square didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan folikular adalah p = 0,198 (p>0,05) Dari hasil tersebut maka tidak terdapat perbedaan antara ekspresi RANKL ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe folikular. Selanjutnya dari 25
sampel imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe
pleksiform dengan tipe campuran, tipe pleksiform 6 sampel mendapat skor (++) (66,7 %), pada kelompok tipe campuran, terdapat 8 sampel yang mendapat skor (+) (50,8 %), berdasarkan perhitungan uji statistik Chi-square didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan tipe campuran p = 0,017 ( p < 0,05 ) maka terdapat perbedaan bermakna antara imunoekspresi OPG dimana tipe pleksiform lebih tinggi. Berbeda dengan sampel imunoekspresi RANKL pada kelompok tipe pleksiform terdapat 6 sampel yang mendapat skor (+) (66,7 %) sedangkan pada kelompok tipe campuran terdapat 14 sampel yang mendapat skor (+) (87,5 %) berdasarkan perhitungan uji statistik Chi-square didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan tipe campuran adalah p = 0,144 ( p > 0,05) sehingga berdasarkan uji statistik
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
49
tersebut dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna imunoekspresi RANKL antara ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran. Sebanyak
31 sampel imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe folikular
dengan tipe campuran diamati, pada tipe folikular 8 sampel mendapat skor (+++) (25,8 %), dan tipe campuran terdapat 8 sampel yang mendapat skor (+) (25,8 %). berdasarkan perhitungan uji statistik chi-square didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p)
antara tipe folikular dengan tipe campuran adalah p=0,623
(p>0,05) sehingga berdasarkan uji statistik dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran. Sementara sampel imunoekspresi RANKL pada kelompok tipe folikular, terdapat 14 sampel yang mendapat skor (+) (45,2 %), tipe campuran 14 sampel yang mendapat skor (+) (45,2 %) berdasarkan perhitungan uji statistik chi-square didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiformis dengan folikular adalah 0,226
(p>0,05) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut
dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qian Y dkk (2010) yang meneliti “The role of RANKL and MMP-9 in the bone resorption caused by ameloblastoma”, mengatakan terdapat ekspresi RANKL yang konstan di semua sampel tipe ameloblastoma dan di duga memainkan peranan yang penting di dalam pertumbuhan dan perkembangan ameloblastoma.9 Hasil penelitian ini juga mendapatkan nilai ratio antara RANKL /OPG yang signifikan pada ameloblastoma tipe campuran p = 0,002 ( p <
0,05)
sehingga secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna. Pada perbandingan RANKL/OPG penulis mendapatkan bahwa pada ameloblastoma tipe pleksiform dan tipe campuran memiliki nilai RANKL > OPG yang berbeda, dibandingkan tipe folikular, sehingga kedua tipe tersebut dapat di katagorikan lebih berpeluang terjadi kerusakan tulang yang berlebih dibandingkan tipe folikular. Dari hasil penelitian ini juga mendapatkan nilai yang paling
besar pada perbandingan
RANKL < OPG pada tipe folikular sebesar 66,67 % hal ini patut diduga pada tipe folikular cenderung pembesaran lebih lambat, sedangkan untuk perbandingan
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
50
antara RANKL = OPG skor terbesar pada tipe campuran yakni sebesar 37,5 % hal berarti pada tipe campuran diasumsikan
meskipun
memilik kecendrungan
berkembang cepat namun dapat bersifat hemostasis. Penelitian ini memperlihatkan hasil dari total 40 sampel imunoekspresi OPG dimana kelompok usia >
30 tahun terdapat 13 sampel yang mendapat
skor (+) (48,1 %) dan kelompok usia < 30 tahun terdapat 7 sampel mendapat skor (++) (53,8 %) berdasarkan perhitungan uji statistik Chi-square didapatkan data nilai kemaknaan probabilitas (p) antara kelompok usia > 30 tahun dengan kelompok usia < 30 tahun p = 0,011 ( p < 0,05 ) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut dinyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna imunoekspresi OPG antara sampel usia > 30 tahun dengan usia < 30 tahun dimana usia < 30 memiliki skor imunoekspresi OPG yang lebih tinggi sehingga dapat diambil kesimpulan pada sampel usia < 30 tahun memiliki prognosis yang lebih baik. Hasil tersebut berbeda dengan sampel imunoekspresi RANKL ameloblastoma pada kelompok usia > 30 tahun terdapat 24 sampel yang mendapat skor (+) (88,9 %), sedangkan pada kelompok usia < 30 tahun, terdapat 10 sampel yang mendapat skor (+) (76,9 %). Berdasarkan perhitungan uji statistik Chi-square didapatkan nilai kemaknaan probabilitas (p) antara tipe pleksiform dengan tipe folikular p = 0,418
( p > 0,05) sehingga berdasarkan uji statistik tersebut
dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna imunoekspresi RANKL antara sampel usia < 30 tahun dengan usia > 30 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kumamoto dan Ooya (2004) yang meneliti “ Expression
of parathyroid hormonerelated
protein (PTHrP), osteoclast
differentiation factor (ODF)/ receptor activator of nuclear factor-kappaB ligand (RANKL) and osteoclastogenesis inhibitory factor (OCIF)/osteoprotegerin (OPG) in ameloblastomas” , hasilnya menunjukan ekspresi yang tinggi pada tipe pleksiform dibanding dengan tipe folikular. Pada penelitian tersebut beliau juga mengatakan bahwa pada ameloblastoma secara imunohistokimia kecendrungan OPG-positif lebih tinggi dibandingkan RANKL- positif.6
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
51
Penelitian ini masih terdapat kekurangan yang memungkinkan dilakukan penelitian lebih mendalam kekurangan dari penelitian ini adalah jumlah sampel yang terbatas sehingga hasil penelitian masih memungkinkan berbeda dengan jumlah sempel yang banyak dan
rerata umur dapat di buat lebih luas lagi
variabelnya seperti 0-20 tahun, 21-30 tahun, 31-40 tahun, 41 – 50 tahun, dan 5160
tahun.
Disamping
itu
metode
pemeriksaan
lain
seperti
dengan
immunoflourescen, Western blot, dan RT-PCR masih belum banyak yang melakukan penelitian.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian terdapat
perbedaan
yang
dengan mengunaka imunohistokimia bermakna
antara
imunoekspresi
OPG
ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe folikular, dimana tipe folikular lebih tinggi ( p = 0,027 ). 2. Pada pemeriksaan imunoekspresi RANKL pada tipe pleksiform dengan tipe folikular tidak terdapat perbedaan yang bermakna ( p = 0,198 ) 3. Berdasarkan hasil penelitian ini terdapat perbedaan bermakna antara imunoekspresi OPG ameloblastoma tipe pleksiform dengan tipe campuran dimana tipe pleksiform lebih tinggi. ( p = 0,017 ) 4. Berdasarkan hasil antara tipe pleksiform dengan tipe campuran terdapat
perbedaan
bermakna
imunoekspresi
RANKL
tidak antara
ameloblastoma tipe pleksiformis dengan tipe campuran. (p = 0,144) 5. Berdasarkan perhitungan antara tipe folikular dengan tipe campuran tidak terdapat
perbedaan bermakna antara sampel imunoekspresi OPG
ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran. p = 0,623 6. Berdasarkan perhitungan antara tipe pleksiform dengan folikular tidak terdapat
perbedaan
bermakna antara sampel imunoekspresi RANKL
ameloblastoma tipe folikular dengan tipe campuran. (p = 0,226 ) 7. Hasil penelitian ini perbandingan RANKL/OPG mendapatkan bahwa pada ameloblastoma
tipe
pleksiform
dan tipe campuran memiliki nilai
RANKL > OPG yang berbeda, dibandingkan tipe folikular, sehingga kedua tipe tersebut lebih berpeluang terjadi kerusakan tulang yang cepat dibandingkan tipe folikular. (p = 0,002) 8. Dari hasil penelitian ini juga mendapatkan nilai yang paling besar pada perbandingan RANKL < OPG pada tipe folikular sebesar 66,67 % hal ini 52 Universitas Indonesia
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
53
patut diduga
pada tipe folikular cenderung pembesaran lebih lambat,
dibanding tipe lainnya. 9. Sedangkan untuk perbandingan antara RANKL = OPG skor terbesar pada tipe campuran yakni sebesar 37,5 % diduga pada tipe campuran meskipun memilik kecendrungan berkembang cepat
namun dapat bersifat
hemostasis. 10. Penelitian ini memperlihatkan hasil terdapat perbedaan bermakna imunoekspresi OPG ameloblastoma usia < 30 tahun dengan usia > 30 tahun, dimana usia < 30 memiliki skor imunoekspresi OPG yang lebih tinggi sehingga dapat diambil kesimpulan pada sampel usia < 30 tahun memiliki prognosis yang lebih baik. ( p = 0,011). Hasil tersebut berbeda dengan sampel imunoekspresi RANKL dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna imunoekspresi RANKL antara sampel usia < 30 tahun dengan usia > 30 tahun. 11. Peran OPG pada ameloblastoma dalam penelitian ini nyata dimana dapat menghambat sel-sel ameloblastoma dalam memungkinkan
suatu
terobosan
baru
osteoklastogenesis dan didalam
aplikasi
klinik
penatalaksanaan terapi ameloblastoma dimasa yang akan datang.
7.2 Saran 1. Berdasarkan hasil penelitian ini jenis ameloblastoma tipe pleksiform dan tipe campuran mempunyai nilai RANKL > OPG dibandingkan dengan amelobkastoma tipe folikular secara teori lebih dekstruktif (kerusakan tulang) maka disarankan dalam penatalaksanaan di klinik jika didapatkan tipe pleksiform dan tipe campuran harus lebih hati-hati dalam menentukan batas tepi sayatan. 2. Pada penelitian ini masih memiliki kekurangan, diantaranya jumlah sampel yang kurang dari cukup sehingga memungkinkan untuk dilakukan pengembangan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
54
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai tingkat resorpsi tulang pada ameloblastoma dengan mengunakan teknik pemeriksaan lain. 4. Perkembangan penelitian telah mengunakan OPG sebagai agen terapi untuk kasus kerusakan tulang.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
1. 2. 3. 4.
5. 6.
7.
8.
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Reichart PA, Philisen HP, Sonner S. Ameloblastoma: biological profile of 3677 cases. Eur J Cancer B Oral Oncol 1995; 31B: 86-99. Soames JV, Southam JC. Oral pathology. 2nd ed. USA: Oxford University Press Inc; 1993: p. 263-6. Sciubba JJ, Regezi JA. Oral pathology : Clinical Pathologic Correlations . 5th ed. Sanders Elsevier; 2008: p. 261-8. Yulvie W, Latief BS. Ameloblastoma of the jaws: Clinicopathological, radiographic, and demographic characteristics at the Oral Surgery Clinic of Ciptomangunkusumo Hospital. FDI Semarang. 2011. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-619. Kumamoto H, Ooya K. Expression of parathyroid hormonerelated protein (PTHrP), osteoclast differentiation factor (ODF)/ receptor activator of nuclear factor-kappaB ligand (RANKL) and osteoclastogenesis inhibitory factor (OCIF)/osteoprotegerin (OPG) in ameloblastomas. J Oral Pathol Med 2004;33:46-52. Tarcilia Aparecida da Silva, Alline Carvalho Batista, Elismauro Francisco Mendonca. Comparative expression of RANK,RANKL, and OPG in keratocystic odontogenic tumors, ameloblastomas, and dentigerous cyst. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2008; 105:333-41. Sandra F, Hendarmin L, Kukita T, Nakao Y, Nakamura N, Nakamura S. Ameloblastoma induces osteoclastogenesis: a possible role of ameloblastoma in expanding in the bone. Oral Oncol 2005;41:637-44. Qian Y, Huang HZ. The role of RANKL and MMP-9 in the bone resorption caused by ameloblastoma. J Oral Pathol Med 2010; 39: 592-98. Fonseca RJ. Oral and maxillofacial surgery. Vol. 5. Philadephia: Saunders; 2000: p. 334-58. Shatkin S, Hoffmeister FS. Ameloblastoma: a rational approach to therapy. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1965;20:421-35. Robinson HBG, Ameloblastoma. A survey of 379 cases from the literature. Arch Pathol 1937, 23-831. Shafer, Hine, Levi. A text book of oral pathology. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 1983: p. 276-85. Laskin DM. editor. Oral and maxillofacial surgery. Vol. 2. St. Louis: The CV Mosby Co; 1985: p. 625-36. Gorlin RJ, Goldman HM. Thoma’s Oral pathology. 6th ed. Vol. 1. St. Louis: The CV Mosby Co; 1970: p. 481-9. 55 Universitas Indonesia
Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
56
16. Cawson RA. . Oral disease; Clinical and pathologial correlations.3.th.ed. St. Louis: The CV Mosby Co; 1985: p. 625-36. 17. Marks Jr, Hermey DC; The Structure and Developmentof Bone, In Principle of Bone Biology; Bilezikian JP, Raisz LG, Rodan GA (Eds), Academic Press, San Diego-Toronto, 1996: 3-13. 18. Antonio Nanci. editor. Oral Histology . Vol. 7. St. Louis: The CV Mosby Co; 2008: p. 108-140. 19. Suda, T., Takahashi, N., Udagawa, N., Jimi, E., Gillespie, M. T., Martin, T. J. (1999) Modulation of osteoclast differentiation and function by the new members of the tumor necrosis factor receptor and ligand families. Endocr. Rev., 3, 345–57 20. Menezes R, Bramante CM, Silva Paiva KB, Letra A, Carneiro E, Fernando Zambuzzi W, et al. Receptor activator Nf kappa B ligand and osteoprotegerin protein expression in human periapical cysts and granulomas. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2006;102:404-9. 21. Simonet WS, Lacey DL, Dunstan CR, Kelley M, Chang MS, Luthy R, et al.: Osteoprotegerin: a novel secreted protein involved in the regulation of bone density. Cell 1997;89:309-319. 22. Yasuda H, Shima N, Nakagawa N, Mochizuki SI, Yano K, Fujise N, et al.: Identity of osteoclastogenesis inhibitory factor (OCIF) and osteoprotegerin (OPG): a mechanism by which OPG/OCIF inhibits osteoclastogenesis in vitro. Endocrinology 1998;139:1329-1337. 23. Khosla S: Minireview: the OPG/RANKL/RANK system. Endocrinology 2001; 142:5050-5055. 24. Gao YH, Shinki T, Yuasa T, Kataoka-Enomoto H, Komori T, Suda T, et al.: Potential role of cbfa1, an essential transcriptional factor for osteoblast differentiation, in osteoclastogenesis: regulation of mRNA expression of osteoclast differentiation factor (ODF) . Biochem Biophys Res Commun 1998;252:697-702. 25. Hakeda Y, Kobayashi Y, Yamaguchi K, Yasuda H, Tsuda E, Higashio K, et al.: Osteoclastogenesis inhibitory factor (OCIF) directly inhibits boneresorbing activity of isolated mature osteoclasts. Biochem Biophys Res Commun 1998;251:796-801 26. Kaneda, T., Nojima, T., , M. (2000) Endogenous production of TGF-beta is essential for osteoclastogenesis induced by a combination of receptor activator of NF-kappa B ligand and macrophage-colony-stimulating factor. J. Immunol., 165, 4254–4263. 27. Kanazawa K, Kudo A: Self-assembled RANK induces osteoclastogenesis ligand-independently. J Bone Miner Res 2005;20:2053-2060
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
57
28. Corisdeo, S., Gyda, M., Zaidi, M., Moonga, B. S., Troen, B. R. (2001) New insights into the regulation of cathepsin K gene expression by osteoprotegerin ligand. Biochem. Biophys. Res. Commun., 285, 335–9. 29. Zhang, Y., Heulsmann, A., Tondravi, M. M. (2001) TNF-alpha Stimulates RANKL-inducer osteoclastogenesis via coupling of TNF type 1 receptor and RANK Signaling Pathways. J. Biol. Chem., 276, 563–568. 30. Tay JY, Bay BH, Yeo JF, Harris M, Meghji S, Dheen ST. Identification of RANKL in osteolytic lesions of the facial skeleton. J Dent Res. 2004;83(4): 349-53. 31. Rantam, Fedik A. 2003. Metode Immunologi. Airlangga University Press. Surabaya. 145-155 32. Buchwalow IB, Bocker W. Immunohistochemistry: basic and methods. Heidlberg: Springer, 2010. 33. Nonaka CF, Cavalcante RB, Nogueira RL, Batista de Souza L, Pereira pinto L. Immunohistochemical analysis of bone resorption regulators (RANKL and OPG), angiogenic index, and myofibroblast in syndrome and non-syndrome odontogenic keratocyst. Achieves Oral biology 2011;2644(8):01–08. 34. Moraes Maiara, Lucena HF,Azevedo PR, Queiroz LM, Lopes Costa AL . Comparative immunohistochemical expression of RANK, RANKL, and OPG in radicular and dentigerous cyst. Achieves Oral biology 2011;56:1256– 1263.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 1
Surat Ijin dan Pembimbing Penelitian di Lab Patologi Anatomi Departemen Patologi FK UI-RSCM.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran. 2
Surat Keterangan Lolos Etik
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran. 3
Uji Perbandingan OPG Ameloblastoma tipe Pleksiform dengan Folikular. Hasil Uji Chi-Square Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
jenishisto * skorihkopg
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
24
60.0%
16
40.0%
40
100.0%
Jenishisto * skorihkopg Crosstabulation skorihkopg
pleksiform Jenis
Count % within jenishisto
+
++
+++
Total
1
6
2
9
11.1%
66.7%
22.2%
100.0%
4
2
9
15
26.7%
13.3%
60.0%
100.0%
5
8
11
24
20.8%
33.3%
45.8%
100.0%
Histopatologis folikular
Count % within jenishisto
Total
Count % within jenishisto
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
7.205a
2
.027
Likelihood Ratio
7.323
2
.026
Linear-by-Linear
.441
1
.507
Association N of Valid Cases
24
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,88.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 4
Uji Perbandingan RANKL Ameloblastoma tipe Pleksiform dengan Folikular Hasil Uji Chi-Square Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
Jenishisto * skorihkrkl
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
24
60.0%
16
40.0%
40
100.0%
Jenishisto * skorihkrkl Crosstabulation skorihkrkl
pleksiform Jenis
Count % within jenishisto
+
++
+++
Total
6
2
1
9
66.7%
22.2%
11.1%
100.0%
14
1
0
15
93.3%
6.7%
.0%
100.0%
20
3
1
24
83.3%
12.5%
4.2%
100.0%
histopatologis folikular
Count % within jenishisto
Total
Count % within jenishisto Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
3.236
a
2
.198
Likelihood Ratio
3.501
2
.174
Linear-by-Linear
3.099
1
.078
Association N of Valid Cases
24
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,38.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 5
Uji Perbandingan OPG Ameloblastoma tipe Pleksiform dengan Campuran. Hasil Uji Chi-Square Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
jenis histologi * skor ihk opg
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
25
62.5%
15
37.5%
40
100.0%
jenis histologi * skor ihk opg Crosstabulation skor ihk opg
pleksiform
Jenis
Count % within jenis
histopatologi
+
++
+++
Total
1
6
2
9
11.1%
66.7%
22.2%
100.0%
8
2
6
16
50.0%
12.5%
37.5%
100.0%
9
8
8
25
36.0%
32.0%
32.0%
100.0%
histologi campuran(pleksiform Count & Folikular)
% within jenis histologi
Total
Count % within jenis histologi
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
8.121a
2
.017
Likelihood Ratio
8.397
2
.015
Linear-by-Linear
.454
1
.500
Association N of Valid Cases
25
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,88.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 6
Uji Perbandingan RANKL Ameloblastoma tipe Pleksiform dengan Campuran Hasil Uji Chi-Square Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
jenis histologi * skor ihk
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
25
62.5%
15
37.5%
40
100.0%
rankl
jenis histologi * skor ihk rankl Crosstabulation skor ihk rankl
pleksiform Jenis
Count % within jenis histologi
+
++
+++
Total
6
2
1
9
66.7%
22.2%
14
0
87.5%
.0%
20
2
80.0%
8.0%
11.1% 100.0%
histologi campuran(pleksif Count orm & Folikular) % within jenis histologi Total
Count % within jenis histologi
2
16
12.5% 100.0% 3
25
12.0% 100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
3.877a
2
.144
Likelihood Ratio
4.417
2
.110
Linear-by-Linear
.457
1
.499
Association N of Valid Cases
25
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,72.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 7 Uji Perbandingan OPG Ameloblastoma tipe Folikular dengan Campuran. Hasil Uji Chi-Square Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
Jenis histopatologis *
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
31
77.5%
9
22.5%
40
100.0%
Skor IHK OPG Jenis histopatologis * skorihkopg Crosstabulation Skor Imunohistokimia OPG
Count Expected Count Jenis
+
++
+++
Total
5
2
8
15
6.3
1.9
6.8
15.0
16.1%
6.5%
25.8%
48.4%
8
2
6
16
6.7
2.1
7.2
16.0
25.8%
6.5%
19.4%
51.6%
13
4
14
31
13.0
4.0
14.0
31.0
41.9%
12.9%
45.2%
100.0%
Folikular % of Total
histopatologis
Count Expected Count Campuran % of Total Count Expected Count Total
% of Total Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
.947a
2
.623
Likelihood Ratio
.953
2
.621
Linear-by-Linear
.910
1
.340
Association N of Valid Cases
31
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,94.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 8 Uji Perbandingan RANKL Ameloblastoma tipe Folikular dengan Campuran. Hasil Uji Chi-Square Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
Jenis histopatologis *
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
31
77.5%
9
22.5%
40
100.0%
Skor IHK RANKL Jenis Histopatologis * skor IHK RANKL Crosstabulation Skor Imunohistokimia RANKL
Folikular
Count Expected Count % of Total
Jenis Histopato- Campuran logis
Count Expected Count % of Total Count
Total
Expected Count % of Total
+
++
+++
Total
14
1
0
15
13.5
.5
1.0
15.0
45.2%
3.2%
.0%
48.4%
14
0
2
16
14.5
.5
1.0
16.0
45.2%
.0%
6.5%
51.6%
28
1
2
31
28.0
1.0
2.0
31.0
90.3%
3.2%
6.5%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
2.971a
2
.226
Likelihood Ratio
4.127
2
.127
Linear-by-Linear Association
.953
1
.329
N of Valid Cases
31
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,48.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 9 Distribusi Hubungan antara RANKL dan OPG jenis ameloblastoma * skor imunohistokimia RANKL * skorrasio Crosstabulation skor imunohistokimia RANKL Distribusi Hubungan antara RANKL dan OPG RANKL >
jenis
OPG
ameloblastoma
pleksiform
+ ++ Count % within jenis ameloblastoma
campuran (pleksiform dan folikular) Total
Count % within jenis ameloblastoma Count % within jenis ameloblastoma
RANKL <
jenis
OPG
ameloblastoma
pleksiform
folikular
Count
Count
ameloblastoma
1
9
8
0
0% 23
1
95.8 4.2% %
Count
0
1
.0% 100.0
ameloblastoma Count
1
100. .0%
ameloblastoma
% within jenis
folikular
0
90.0 10.0%
Count
2
2
3
4
25.0% 75.0% 100.0%
6
%
2
%
ameloblastoma
1
.0% 100.0 100.0%
0%
Count
pleksiform
0
ameloblastoma
% within jenis
RANKL=OPG jenis
Total
50.0% 50.0% 100.0%
100. .0%
(pleksiform dan % within jenis folikular) ameloblastoma Total
1
% within jenis
% within jenis
campuran
+++
% 5
0
% within jenis
100. .0%
ameloblastoma
0%
6 100.0%
10 100.0%
8 100.0%
24 100.0%
1 100.0%
5 100.0%
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
(Lanjutan) campuran
Count
6
(pleksiform dan % within jenis folikular) ameloblastoma Total
Count
0
100. .0% 0% 11
% within jenis
1
91.7 8.3%
ameloblastoma
%
6 100.0%
12 100.0%
Chi-Square Tests Exact Asymp. Sig.
Sig. (2-
Exact Sig.
sided)
(1-sided)
1.000
.500
skorrasio
Value
df
(2-sided)
RANKL > Pearson Chi-Square
1.333
a
1
.248
OPG
Continuity Correctionb
.000
1
1.000
Likelihood Ratio
1.726
1
.189
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear
1.000
1
.317
Association N of Valid Cases
4
RANKL < Pearson Chi-Square
3.484
c
2
.175
OPG
Likelihood Ratio
3.524
2
.172
Linear-by-Linear
.905
1
.341
12.000d
2
.002
Likelihood Ratio
6.884
2
.032
Linear-by-Linear
4.898
1
.027
Association N of Valid Cases RANKL= Pearson Chi-Square OPG
24
Association N of Valid Cases
12
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 10 Distribusi skor perbandingan OPG antara sampel usia > 30 dengan usia < 30. Hasil Uji Chi-Square Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid
Umur sampel penelitian *
Missing
Total
N
Percent
N
Percent
N
Percent
40
95.2%
2
4.8%
42
100.0%
Skor IHK OPG
umur sampel penelitian * skorihkopg Crosstabulation Skor Imunohistokimia OPG +
++
+++
Total
Count
13
4
10
27
Expected Count
9.5
7.4
10.1
27.0
% within umur
48.1%
14.8%
37.0%
100.0%
1
7
5
13
Expected Count
4.6
3.6
4.9
13.0
% within umur
7.7%
53.8%
38.5%
100.0%
14
11
15
40
Expected Count
14.0
11.0
15.0
40.0
% within umur
35.0%
27.5%
37.5%
100.0%
> 30 sampel penelitian
Umur
Count
Sampel penelitian < 30
sampel penelitian Count Total
sampel penelitian
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
(Lanjutan) Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
8.969a
2
.011
Likelihood Ratio
9.726
2
.008
Linear-by-Linear
2.072
1
.150
Association N of Valid Cases
40
a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,58.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 11
Distribusi skor perbandingan RANKL antara sampel usia > 30 dengan usia < 30 Umur sampel penelitian * skorihkrankl Crosstabulation
Skor IHK RANKL +
++
+++
Total
24
1
2
27
Expected Count
23.0
2.0
2.0
27.0
% within umur
88.9%
3.7%
7.4%
100.0%
10
2
1
13
Expected Count
11.1
1.0
1.0
13.0
% within umur
76.9%
15.4%
7.7%
100.0%
34
3
3
40
Expected Count
34.0
3.0
3.0
40.0
% within umur
85.0%
7.5%
7.5%
100.0%
Count > 30 Umur
sampel penelitian
sampel
Count
penelitian < 30
sampel penelitian Count Total
sampel penelitian
Chi-Square Tests Asymp. Sig. (2Value
df
sided)
Pearson Chi-Square
1.745a
2
.418
Likelihood Ratio
1.614
2
.446
Linear-by-Linear
.396
1
.529
Association N of Valid Cases
40
a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,98.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 12
Ringkasan antara Jenis ameloblastoma, Skor Imuno positif, Skor intensitas, dan skor imuno ekspresi RANKL, dan OPG. Case Processing Summary Marginal N
Percentage
Pleksiform
9
22.5%
Folikular
15
37.5%
Campuran (pleksiform
16
40.0%
< 10
8
20.0%
11-50 %
7
17.5%
51-100 %
25
62.5%
lemah
13
32.5%
moderat
10
25.0%
kuat
17
42.5%
+
14
35.0%
++
11
27.5%
+++
15
37.5%
< 10 %
29
72.5%
11-50 %
8
20.0%
51-100 %
3
7.5%
lemah
33
82.5%
moderat
4
10.0%
kuat
3
7.5%
+
34
85.0%
++
3
7.5%
+++
3
7.5%
Valid
40
100.0%
Missing
0
Total
40
Subpopulation
16a
Jenis Ameloblastoma
dan folikular) Skor sel imunopositif OPG
Skor intensitas OPG
Skor imunohistokimia OPG
Skor imunopostif RANKL
Skor intensitas RANKL
Skor imunohistokimia RANKL
a. The dependent variable has only one value observed in 10 (62,5%) subpopulations.
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 13
Alat- alat dan Bahan.
Mikrotom
Waterbath
Slide warmer
Mikroskop Cahaya
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
(Lanjutan)
a
b
a. Antibodi RANKL b. Antibodi OPG
Gambar; DAB, Universal link, sniper, dan trekavidine HRP
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 14 Imunohistokima OPG dalam pembesaran mikroskop 400x
< 10 % / LEMAH/NEGATIF
11-50 % / MODERAT
51-100%/ KUAT
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012
Lampiran 15
Imunohistokimia RANKL dalam pembesaran mikroskop 400x
< 10 %/ LEMAH/NEGATIF
11- 50 % /MODERAT
51-100 %/ KUAT
Universitas Indonesia Evaluasi ekspresi..., Wenny Yulvie, FKG UI, 2012