UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN FAKTOR IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEMAWANG KECAMATAN GEMAWANG KABUPATEN TEMANGGUNG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012
SKRIPSI
ANGGRAENI INDAH KUSUMANINGRUM 1006818551
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS DEPOK JUNI 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN FAKTOR IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEMAWANG KECAMATAN GEMAWANG KABUPATEN TEMANGGUNG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
ANGGRAENI INDAH KUSUMANINGRUM 1006818551
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS DEPOK JUNI 2012
i
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya akhirnya penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012” dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, dukungan, dan bimbingan dari semua pihak, untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Gubernur Jawa Tengah melalui Drs. Achmad Rofai, MSi selaku Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
2.
Bupati Temanggung melalui Istantiyono, S.Sos selaku Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Temanggung, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
3.
dr. Suparjo, M. Kes. selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah.
4.
Drs. Sutanto Priyo Hastono, M. Kes, selaku pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, nasehat yang berharga, bimbingan, dukungan, semangat, dan koreksi dalam penyelesaian skripsi ini.
5.
Martya Rahmaniati, M. SSi., M. Si dan dr. Dewi Damayanti selaku penguji dalam dan luar yang telah meluangkan waktu untuk hadir dan memberikan pengarahan dalam skripsi ini.
6.
dr. Emi Sih Karuniati selaku Kepala Puskesmas Gemawang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di wilayah
v
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
kerja
Puskesmas
Gemawang
Kecamatan
Gemawang
Kabupaten
Temanggung Provinsi Jawa Tengah dan telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan pada saat penelitian. 7.
Mba Yanti selaku Bidan Koordinator Puskesmas Gemawang, Mba Hanik, Mba Sri, Mba Yo, Mba Rini, Mba Dini, Mba Saroh, Mba Ida, Mba Mia, Mba Rahmi, Mba Yayuk, Mba Ratna, Mba Ila dan Pak Ilan yang selalu direpotkan, telah memberikan bantuan, membantu mencarikan data, dan membantu suksesnya penelitian ini.
8.
Masyarakat terutama Kader dan ibu-ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Gemawang yang telah membantu, bersedia diwawancarai dan mengisi kuesioner.
9.
Ibu, Bapak, Mas Agus, Ananda Allyssa dan adik-adikku, atas tulusnya cinta yang diberikan selama ini. Teteh Cimut telah membantu mengurus anakku.
10.
Teman-teman satu angkatan dan satu kelas, soulmateku Mb Asiah, teman satu kos Mb Deni, Mb Fa, Ade Manda, geng ijo yang telah membantu, memberi support, salam kompak selalu.
11.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Besar harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Depok, 19 Juni 2012
Penulis
vi
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
ABSTRAK
Nama Program Studi Peminatan Judul
: Anggraeni Indah Kusumaningrum : Kesehatan Masyarakat : Kebidanan Komunitas : Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab kematian bayi terbanyak di Indonesia (24%). Di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah kejadiannya dalam 5 tahun terakhir terjadi peningkatan. Di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian terjadi peningkatan cukup tajam dalam 2 tahun terakhir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor ibu dengan kejadian BBLR. Menggunakan desain penelitian cross sectional dengan sampel total populasi yaitu semua ibu yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gemawang berjumlah 263, diteliti selama bulan Maret 2012. Analisis hubungan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil menunjukkan adanya hubungan signifikan antara usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status gizi ibu dan paparan asap rokok. Kejadian BBLR diperoleh sebesar 8,4% merupakan masalah yang sangat besar dan harus ditangani. Upaya untuk menurunkan dengan melibatkan seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat dan meningkatkan penyuluhan. Kata kunci: Bayi Berat Lahir Rendah, Faktor Ibu.
viii
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
ABSTRACT
Name Study Program Specialisation Title
: Anggraeni Indah Kusumaningrum : Public Health : Community Midwifery : The relations mother factors with the incidence of low birth weight babies (LBW) in the working area of community health center of Gemawang sub-district Gemawang Temanggung regency Central Java province year 2012
Low Birth Weight Baby (LBW) is one of the biggest causes of infant death in Indonesia (24%). In Temanggung Regency Central Java Province, the incidence of LBW has been increasing in last 5 years. In the working area of community health center of Gemawang, where this research take place this incidence has been increasing severely in last 2 years. The purpose of this research is to determine the relations between mother factors and the incidence of low birth weight babies (LBW). Using a cross sectional research design with a sample of the total population which is all mothers who have babies aged 0-6 months lived in the working area of community health center of Gemawang amounts to 263 were researched during the month of March 2012. Analysis of the relation using the chi square test with 95% confidence interval. The results showed a significant relations among age, educational level, employment status, maternal nutritional status and affected by cigarette’s smoke. The incidence of LBW in this research were obtained at 8,4% is a very big problem and should be handled. Efforts to reduce by involving all parties, both government and society and improve the communication, information and education. Key words: Low Birth Weight Baby (LBW), mother factors.
ix
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ................................................... ABSTRAK ....................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR BAGAN .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
i ii iii iv v vii viii x xiii xiv xv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................... 1.4.1 Tujuan Umum ................................................................. 1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................ 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
1 1 5 6 7 7 7 8 9
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN ......................................................... 2.1 BBLR ............................................................................................ 2.1.1 Pengertian BBLR ............................................................ 2.1.2 Klasifikasi Status Bayi .................................................... 2.1.3 Klasifikasi BBLR ............................................................ 2.1.4 Etiologi BBLR ................................................................ 2.1.5 Diagnosis Dan Gejala Klinik .......................................... 2.1.6 Masalah-masalah BBLR ................................................. 2.1.7 Frekuensi ......................................................................... 2.1.8 Penanganan BBLR .......................................................... 2.1.9 Pemantauan Tumbuh Kembang BBLR........................... 2.1.9.1 Pemantauan Tumbuh Kembang ........................ 2.1.9.2 Cara Pemantauan Tumbuh Kembang ............... 2.1.9.3 Intervensi Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang 2.1.10 Prognosis BBLR ............................................................. 2.2 Beberapa Penyebab Yang Mempengaruhi Kejadian BBLR ......... 2.2.1 Faktor Ibu ........................................................................ 2.2.1.1 Usia Ibu ............................................................. 2.2.1.2 Pendidikan ........................................................ 2.2.1.3 Status Pekerjaan ................................................ 2.2.1.4 Paritas................................................................ 2.2.1.5 Jarak Kehamilan ............................................... 2.2.1.6 Status Gizi ibu Saat Hamil ................................ 2.2.1.7 Merokok/Terpapar Asap Rokok .......................
x
10 10 10 11 11 12 13 15 16 17 17 17 18 19 19 20 20 20 21 22 23 23 24 26
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
2.2.1.8 Hipertensi .......................................................... 2.2.1.9 Jantung .............................................................. Faktor Kehamilan ............................................................ 2.2.2.1 Ketuban Pecah Dini .......................................... 2.2.2.2 Perdarahan Antepartum .................................... 2.2.2.3 Hidramnion ....................................................... 2.2.2.4 Hamil Ganda ..................................................... 2.2.2.5 Pre Eklamsia/Eklamsia ..................................... 2.2.2.6 Anemia Berat .................................................... 2.2.2.7 Infeksi Selama Kehamilan ................................ Faktor Janin ..................................................................... 2.2.3.1 Cacat Bawaan ................................................... 2.2.3.2 Infeksi Dalam Rahim ........................................ Faktor Demografi ........................................................... 2.2.4.1 Ras .................................................................... 2.2.4.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga....................... Faktor Perawatan Kesehatan ........................................... 2.2.5.1 Ante Natal Care (ANC) ....................................
26 27 27 27 28 28 28 29 29 30 31 31 31 32 32 32 32 32
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS ......................................................... 3.1 Kerangka Teori .......................................................................... 3.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 3.3 Definisi Operasional...................................................................... 3.4 Hipotesis............... .........................................................................
34 34 35 36 38
BAB 4 METODE PENELITIAN .................................................................. 4.1 Desain Penelitian .......................................................................... 4.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................ 4.3 Populasi Dan Sampel .................................................................... 4.3.1 Populasi .......................................................................... 4.3.2 Sampel .......................................................................... 4.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 4.5 Manajemen Data .......................................................................... 4.6 Analisis Data .......................................................................... 4.6.1 Analisis Univariat ........................................................... 4.6.2 Analisis Bivariat ..............................................................
39 39 39 39 39 40 40 41 42 42 43
BAB 5 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 5.1 Hasil Analisis Univariat ................................................................ 5.2 Hasil Analisis Bivariat ..................................................................
45 45 48
BAB 6 PEMBAHASAN .......................................................................... 6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................. 6.2 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 6.2.1 Prevalensi BBLR............................................................. 6.2.2 Usia Ibu .......................................................................... 6.2.3 Pendidikan Ibu ................................................................
54 54 54 54 55 56
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
xi
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
6.2.4 6.2.5 6.2.6 6.2.7 6.2.8
Status Pekerjaan .............................................................. Paritas .......................................................................... Jarak Kehamilan .............................................................. Status Gizi Ibu Saat hamil ............................................... Merokok/Terpapar Asap Rokok......................................
58 59 59 60 61
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 7.1 Kesimpulan............... .................................................................... 7.2 Saran........................... ...................................................................
63 63 63
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN
66
xii
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.............................................................. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 ....... Tabel 5.2 Prevalensi BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 ............................................... Tabel 5.3 Hubungan Antara Usia Ibu Saat Hamil Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.................................................................................... Tabel 5.4 Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 ....... Tabel 5.5 Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.................................................................................... Tabel 5.6 Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 ....... Tabel 5.7 Hubungan Antara Jarak Kehamilan Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 ............................................... Tabel 5.8 Hubungan Antara Status Gizi Ibu Saat Hamil Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.................................................................................... Tabel 5.9 Hubungan Antara Merokok Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 .......
xiii
36
46
47
48
49
49
50
51
51
52
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Kerangka Teori Faktor-faktor Penyebab Yang Berhubungan Dengan BBLR ............................................................................... Bagan 3.2 Kerangka Konsep Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian BBLR ............................................................................................
xiv
34 35
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
: Daftar Riwayat Hidup. : Kuesioner. : Surat Permohonan Pengambilan Data. : Surat Ijin Penelitian.
xv
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan manusia dan masyarakat Indonesia menitikberatkan pada
pembangunan dibidang kesehatan, pendidikan serta ekonomi. Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur, sehat, sejahtera lahir dan batin. Di bidang kesehatan, Umur Harapan Hidup (UHH) terkait langsung salah satunya dengan kematian bayi. Angka Kematian Bayi (AKB) di Negara berkembang seperti Indonesia, sampai saat ini masih menjadi isu sentral. AKB merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Jika dibanding negara-negara ASEAN, Indonesia masih tergolong tinggi yaitu sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 2007). Sedangkan AKB Propinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir, pada tahun 2010 sebesar 10,62 per 1000 kelahiran hidup meningkat dari tahun 2008 yang sebesar 9,17 per 1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, di Kabupaten Temanggung dalam 4 tahun terakhir AKB mengalami peningkatan yang cukup tajam dari tahun 2008 yang sebesar 9,98 per 1.000 kelahiran hidup meningkat pada tahun 2011 sebesar 17,52 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut diatas bila dibanding AKB nasional masih lebih rendah, namun apabila dibanding dengan AKB Propinsi, AKB Kabupaten Temanggung lebih tinggi dari pada AKB Provinsi Jawa Tengah. Dengan adanya tren peningkatan dalam 4 tahun terakhir menunjukkan status kesehatan di Kabupaten Temanggung menurun dan ada permasalahan kesehatan masyarakat. Kejadian kematian bayi tak lepas dari faktor ibu pada waktu sebelum dan saat hamil. Seorang ibu mempunyai peran yang sangat besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi yang dikandungnya. Gangguan kesehatan yang dialami seorang ibu yang sedang hamil, akan mempengaruhi kesehatan janin dalam kandungannya sampai kelahiran dan masa pertumbuhannya di masa yang akan datang (Profil Kesehatan Nasional, 2010). Selain itu, apabila seorang ibu
1
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
2
yang sedang hamil mengalami masalah atau gangguan kesehatan secara terus menerus maka kemungkinan dapat sebagai penyumbang penyebab terjadinya kematian bayi. Dewasa ini 2/3 kematian bayi (± 60%) terjadi pada masa neonatus (0-28 hari) (Depkes RI, 2004). Angka kematian neonatus (AKN) di Indonesia tahun 2007 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup (Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 2007), salah satu penyebab kematian neonatus terbanyak adalah karena prematur dan BBLR sebesar 24%. Menurut data SDKI tahun 2003 prevalensi BBLR sebesar 7,5%, kemudian meningkat dari data yang diperoleh pada Riskesdas tahun 2007 yaitu sebesar 11,5% dan Riskesdas tahun 2010 mengalami penurunan yaitu 11,1%. Di Provinsi Jawa Tengah, prevalensi BBLR cenderung fluktuatif, diketahui pada tahun 2007 sebesar 2,26%, tahun 2008 turun menjadi 2,08%, pada tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,81% dan pada tahun 2010 turun menjadi 2,69% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010). Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2007 Prevalensi BBLR Provinsi Jawa Tengah sebesar 9,8% dan Riskesdas tahun 2010 meningkat menjadi 9,9%. Di Kabupaten Temanggung, pada tahun 2010 AKN sebesar 11,78 per 1.000 kelahiran hidup meningkat pada tahun 2011 yaitu sebesar 14,51 per 1000 kelahiran hidup. Diperoleh data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung bahwa pada tahun 2010, dari total kasus kematian sebanyak 145 kasus, penyebab kematian neonatal yang disebabkan oleh BBLR sebanyak 57 kasus (39,31%), Asfiksia 32 kasus (22,07%), kelainan kongenital 22 kasus (15,17%), lain-lain 33 kasus (22,76%), ikterus 1 kasus (0,69%), tetanus neonatorum dan sepsis tidak ada kasus. Sedang pada tahun 2011 dari total kasus kematian sebanyak 173 kasus penyebab kematian neonatal terbanyak disebabkan oleh BBLR sebanyak 82 kasus (47,39%), asfiksia 42 kasus (24,28%), lain-lain 31 kasus (17,92%), kelainan kongenital 13 kasus (7,51%), sepsis 2 kasus (1,16%), ikterus 2 kasus (1,16%), dan tetanus neonatorum 1 kasus (0,58%). Dari data penyebab kematian neonatal diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 dan 2011 BBLR merupakan penyebab utama kematian neonatal. Di Kabupaten Temanggung, prevalensi BBLR dalam 5 tahun terakhir terjadi tren
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
3
peningkatan. Tahun 2007 sebesar 2,39%, meningkat menjadi 2,95% dan 3,21% di tahun 2008 dan 2009. Pada tahun 2011 prevalensi BBLR sebesar 4,32% dengan 515 kasus yang tercatat, juga meningkat dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 3,24% dari 400 kasus yang tercatat. Dengan tren peningkatan yang terjadi setiap tahun maka akan berdampak pada terjadinya peningkatan angka kesakitan dan angka kematian neonatal di Kabupaten Temanggung. Apabila dibanding dengan data prevalensi BBLR nasional menurut Riskesdas tahun 2010, prevalensi BBLR Kabupaten Temanggung
masih jauh lebih rendah. Namun bila dibandingkan
dengan prevalensi BBLR Provinsi Jawa Tengah menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010, maka prevalensi BBLR Kabupaten Temanggung selalu lebih tinggi. Puskesmas Gemawang merupakan salah satu Puskesmas di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. Jumlah kasus BBLR dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, kasus BBLR di Puskesmas Gemawang tahun 2010 berjumlah 11 kasus (1,95%) meningkat cukup tajam pada tahun 2011 sebanyak 54 kasus (9,80%). Jumlah tersebut relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan Puskesmas lain disekitar Puskesmas Gemawang yang mempunyai karakteristik hampir sama dengan Puskesmas Gemawang yaitu Puskesmas Jumo, kandangan dan Candiroto. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir dan untuk keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama setelah lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2011). BBLR merupakan salah satu faktor utama yang dapat menyebabkan kematian perinatal dan neonatal. Bayi yang lahir dengan BBLR mempunyai resiko meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 17 kali lebih besar dari bayi yang lahir dengan berat badan normal (Saraswati, 2006). Insidens komplikasi perinatal dan neonatal juga lebih tinggi pada bayi dengan BBLR yang dapat menimbulkan pengaruh merugikan pada perkembangan anak (Gibney, Margetts, Kearney dan Arab, 2009).
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
4
Penyebab BBLR sangat kompleks. BBLR dapat disebabkan oleh kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir sebelum umur kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai bernafas, menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuhnya agar tetap hangat. Sedang Bayi Kecil Masa kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik di dalam kandungan selama kehamilan. Ada 3 kelompok bayi yang termasuk bayi KMK yaitu KMK lebih bulan, KMK cukup bulan, KMK kurang bulan. Bayi KMK cukup bulan dan lebih bulan sebagian besar mampu bernafas dan menghisap dengan baik. Sedangkan bayi KMK kurang bulan kadang-kadang kemampuan bernafas dan menghisapnya masih lemah (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR yaitu faktor ibu, faktor kehamilan, Faktor bayi dan faktor yang masih belum diketahui. Faktor ibu diantaranya gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin yang terlalu dekat, penyakit menahun ibu (hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah/perokok, faktor pekerja yang terlalu berat). Faktor kehamilan yaitu hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi kehamilan (preeklamsi/eklamsi dan ketuban pecah dini). Faktor janin yaitu cacat bawaan dan infeksi dalam rahim serta masih adanya faktor lain yang masih belum diketahui (Manuaba, 1998). BBLR perlu mendapatkan perhatian yang serius karena dampaknya sangat besar. Anak akan berpotensi untuk menderita gizi buruk dimasa yang akan datang, apabila anak menderita gizi buruk, maka akan berisiko terhadap tingkat kecerdasan anak dan apabila tidak ditanggulangi maka akan terjadi lost generation (Depkes RI, 2006). Tingkat kecerdasan seorang anak yang mengalami gizi buruk akan cenderung lebih rendah dari pada anak dengan status gizi baik, anak yang menderita gizi buruk berisiko menurunkan point IQ sebesar 10-13 point (Putra, 2011). Hal tersebut kemudian akan berlanjut ke masalah anak usia sekolah dan berpengaruh
terhadap
produktifitas
seseorang bila
telah
dewasa kelak
(Purwaningsih, 2007). Selain itu, BBLR dapat mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental pada usia tumbuh kembang
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
5
selanjutnya serta lebih rawan terkena penyakit sehingga akan membutuhkan perawatan yang lebih tinggi (Mochtar, 2008). Berdasarkan uraian di atas, maka kejadian BBLR di Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian serius dan perlu mendapat prioritas utama dalam penanggulangan agar kejadiannya tidak semakin meningkat di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti hubungan faktor ibu dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah.
1.2
Rumusan Masalah Fokus masalah dalam penelitian ini adalah masih tingginya angka
kematian bayi dan neonatal yang penyebab utamanya adalah BBLR yang dilahirkan di Kabupaten Temanggung. Meningkatnya AKB di Kabupaten Temanggung dalam 4 tahun terakhir dan selalu lebih tinggi daripada AKB Provinsi Jawa Tengah pada tahun yang sama menunjukkan adanya penurunan status kesehatan masyarakat di Kabupaten Temanggung. Di tahun 2011, 82 kasus kematian bayi Kabupaten Temanggung terjadi pada waktu neonatus, diketahui penyebab utamanya karena BBLR yaitu sebesar 47,39%. Prevalensi BBLR dalam 5 tahun terakhir menunjukkan adanya tren peningkatan. Pada tahun 2007 sebesar 2,39%, meningkat menjadi 4,32% pada tahun 2011. Prevalensi BBLR di Kabupaten Temanggung juga selalu diatas prevalensi BBLR Provinsi Jawa Tengah menurut Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010. Di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah, jumlah kasus BBLR meningkat dalam dua tahun terakhir. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, Puskesmas Gemawang merupakan salah satu wilayah dengan kasus BBLR terbanyak di Kabupaten Temanggung. Kejadian BBLR tidak terlepas dari faktor ibu. Karakteristik wilayah dan penduduk, serta tradisi dan budaya
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
6
masyarakat dapat mempengaruhi seorang ibu yang kemungkinan menjadi penyebab meningkatnya kejadian BBLR di wilayah ini. Dengan melihat latar belakang dan data-data yang ada serta belum ada penelitian tentang hubungan faktor ibu dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah maka perlu dilakukan penelitian tentang hubungan faktor ibu dengan BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah.
1.3
Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimana gambaran kejadian BBLR yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012?
2.
Apakah ada hubungan antara usia ibu dengan BBLR yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012?
3.
Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu dengan BBLR yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012?
4.
Apakah ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan BBLR yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012?
5.
Apakah ada hubungan antara paritas ibu dengan BBLR yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012?
6.
Apakah ada hubungan antara jarak kehamilan ibu dengan BBLR yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012?
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
7
7.
Apakah ada hubungan antara status gizi ibu saat hamil dengan BBLR yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012?
8.
Apakah ada hubungan antara merokok atau terpapar asap rokok dengan BBLR yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum Untuk memperoleh gambaran tentang hubungan faktor ibu dengan BBLR
di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
1.4.2
Tujuan Khusus 1.
Diperoleh gambaran kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
2.
Diperoleh informasi hubungan antara usia ibu dengan BBLR di wilayah
kerja
Puskesmas
Gemawang
Kecamatan
Gemawang
Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. 3.
Diperoleh informasi hubungan antara pendidikan ibu dengan BBLR di wilayah kerja
Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang
Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. 4.
Diperoleh informasi hubungan antara pekerjaan ibu dengan BBLR di wilayah
kerja
Puskesmas
Gemawang
Kecamatan
Gemawang
Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. 5.
Diperoleh informasi hubungan antara paritas ibu dengan BBLR di wilayah
kerja
Puskesmas
Gemawang
Kecamatan
Gemawang
Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
8
6.
Diperoleh informasi hubungan antara jarak kehamilan ibu dengan BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
7.
Diperoleh informasi hubungan antara status gizi ibu saat hamil dengan BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
8.
Diperoleh informasi hubungan antara merokok atau terpapar asap rokok dengan BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
1.5
Manfaat Penelitian 1.
Bagi Penulis Dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman tentang cara melakukan penelitian, serta cara pendokumentasian penelitan. Hasil penelitian ini sangat berguna untuk lebih mendalami tentang masalah BBLR dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta dapat digunakan sebagai salah satu panduan dalam membantu upaya menurunkan angka kejadian BBLR di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah.
2.
Bagi Instansi Akan mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam membuat kebijakan dan tindakan dalam rangka peningkatan kesehatan ibu dan bayi dan dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat langkah selanjutnya dalam upaya menurunkan angka kejadian BBLR.
3.
Bagi Institusi Dapat menambah ilmu khususnya tentang masalah BBLR dan dapat dijadikan sebagai tambahan panduan tentang BBLR untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
9
1.6
Ruang Lingkup Penelitian BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang usia kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir dan untuk keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama setelah lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Berbagai masalah dan akibat dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dengan BBLR yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan selama kehidupannya di masa yang akan datang. Keadaan ini akan membawa dampak tidak hanya pada bayi saja tetapi akan meluas sampai di kehidupan masyarakat lingkungan bayi. Mengacu pada permasalahan diatas dan dikarenakan pentingnya permasalahan maka dilakukan penelitian ini. Namun penelitian ini hanya membahas beberapa distribusi faktor ibu dengan BBLR serta adanya hubungan antara faktor ibu tersebut pada BBLR yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dengan jenis penelitian kuantitatif, menggunakan metode Cross Sectional, pengumpulan data dengan menggunakan data primer yaitu dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder berdasarkan pada data yang terdapat di buku KIA, buku register pencatatan dan pelaporan PWS KIA dan register kohort (sumber Puskesmas Gemawang Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung tahun 2011-2012) yang meliputi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas ibu, jarak kehamilan ibu, status gizi ibu saat hamil dan merokok/terpapar asap rokok.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
10
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
BBLR
2.1.1
Pengertian BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang umur kehamilan (Kosim et al., 2008). Menurut Mirzanie dan Leksana (2006) menuliskan tentang pengertian BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang umur kehamilan dan penimbangan dilakukan dalam waktu 1 jam setelah lahir. Sedang menurut Sadler (1991), BBLR adalah Bayi yang lahir cukup bulan tetapi dengan berat badan rendah atau kurang dari 2500 gram atau dikenal sebagai small for date dan bayi tersebut membutuhkan pengobatan yang khusus. Semua batasan tersebut disempurnakan lagi oleh Kementerian Kesehatan RI (2011) yang menerangkan tentang batasan BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir dan untuk keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24 jam pertama setelah lahir. Menurut Wiknjosastro (1997) dan Mochtar (2008) mulai tahun 1961 WHO telah mengubah istilah premature baby dengan low birth weight baby (bayi berat lahir rendah/BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang mempunyai berat < 2500 gram pada saat lahir adalah bayi prematur. Keadaan ini disebabkan oleh: 1.
Masa kehamilan < 37 minggu dengan berat badan lahir yang sesuai (sesuai masa kehamilan/SMK).
2.
Bayi small for gestational age: bayi yang lahir dan mempunyai berat badan kurang dari berat badan seharusnya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan/KMK)
3.
Kedua-duanya
10
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
11
2.1.2
Klasifikasi Status Bayi Menurut Hakimi (2010), Mirzanie dan Leksana (2006), mengemukakan
sebagai berikut: 1.
Menurut umur kehamilan a.
Prematur (preterm/bayi kurang bulan): kurang dari 37 minggu (259 hari), sejak hari pertama haid terakhir.
b.
Aterm (term/bayi cukup bulan): 37 hingga kurang dari 42 minggu (259-293 hari).
c.
Postmatur (postterm/bayi lebih bulan): 42 minggu (294 hari) atau lebih.
2.
Menurut pola pertumbuhan a.
Sesuai dengan umur kehamilan (AGA: Appropriate for Gestational Age): antara percentile ke-10 dan ke-90.
b.
Lebih besar dibandingkan umur kehamilan (LGA: Large for Gestational Age): diatas percentile ke-90.
c.
Lebih kecil dibandingkan umur kehamilan (SGA: Small for Gestational Age): dibawah percentile ke-10.
2.1.3
Klasifikasi BBLR Menurut Depkes RI (2008) dan Saifuddin (2001), pengelompokan BBLR
berhubungan prognosis harapan hidup, kemungkinan kesakitan, penatalaksanaan selanjutnya
dan
sangat
berhubungan
pula
dengan
pertumbuhan
serta
perkembangan bayi tersebut di masa depan. Berdasarkan derajat, BBLR dibagi menjadi 3 kelompok : 1.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2499 gram.
2.
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1499 gram.
3.
Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER) dengan berat lahir <1000 gram. Menurut Hasan dan Alatas (1985), Depkes RI (1999), Mirzanie dan
Leksana (2006), mengklasifikasikan BBLR menjadi 2, yaitu:
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
12
1.
Prematuritas murni Masa gestasi kurang dari 37 minggu (antara 28-36 minggu) atau 259 hari dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan (NKB-SMK)
2.
Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Menurut kurva pertumbuhan intrauterin Lubchenco bila berat lahirnya kurang dari persentil ke-10 atau dibawah 2 SD menurut kurva pertumbuhan intrauterin Usher dan Mc. Lean. Sehingga dismaturitas dapat terjadi pada kehamilan preterm, aterm atau postterm.
2.1.4
Etiologi BBLR Menurut Manuaba (1998), faktor yang menjadi penyebab terjadinya
BBLR adalah: 1.
2.
3.
4.
Faktor ibu a.
Gizi saat hamil yang kurang
b.
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
c.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
d.
Penyakit menahun ibu: hipertensi, jantung, perokok
e.
Faktor pekerja yang terlalu berat
Faktor kehamilan a.
Hamil dengan hidramnion
b.
Hamil ganda
c.
Perdarahan ante partum
d.
Komplikasi hamil: pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
Faktor janin a.
Cacat bawaan
b.
Infeksi dalam rahim
Faktor yang masih belum diketahui
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
13
2.1.5 Diagnosis Dan Gejala Klinik Menurut Mochtar (2008), mengelompokkan menjadi 2 yaitu: 1.
Sebelum bayi lahir: a.
Pada anamnesa sering dijumpai riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
b.
Pembesaran rahim tidak sesuai umur kehamilannya.
c.
Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin juga lebih lambat walau umur kehamilan sudah lanjut.
d.
Pertambahan berat badan ibu lambat, tidak sesuai yang seharusnya.
e.
Sering dijumpai antara lain kehamilan dengan hidramnion dan perdarahan antepartum.
2.
Setelah bayi lahir a.
Bayi dengan retardasi pertumbuhan dalam rahim Secara klasik, tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, vernikaseosa sedikit atau tidak ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat dan mudah diangkat. Perut cekung atau rata, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan.
b.
Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu Vernikaseosa ada, jaringan lemak bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak mudah bergerak, muka seperti boneka, perut buncit, tali pusat tebal dan segar, menangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, merah dan transparan.
c.
Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
dalam
rahim.
Alat-alat
dalam
tubuh
lebih
berkembang dibanding dengan bayi prematur dengan berat yang sama, karena itu akan lebih mudah hidup di luar rahim, namun tetap peka terhadap infeksi dan hypotermi dibanding bayi yang lahir aterm dengan berat badan normal. d.
Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, sehingga sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma, kelahiran, hypotermia dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
14
Sedangkan menurut Hakimi (2010), memberikan gambaran BBLR sebagai berikut: 1.
Berat badannya lebih rendah bila dibandingkan dengan panjang badan.
2.
Ekstremitas panjang dan kurus.
3.
Bayi tampak kurang gizi dan hanya memiliki sedikit lemak subcutan.
4.
Vernix sedikit sekali atau tidak ada dan kalau ada, warnanya kuning atau hijau.
5.
Rambut banyak sekali.
6.
Kukunya panjang-panjang.
7.
Kulitnya menggelembir, ada kecenderungan terjadi deskuamasi khususnya pada telapak tangan dan telapak kaki. Kulit menjadi kering setelah lahir dan gambarannya seperti kertas perkamen.
8.
Kulit, kuku, talipusat dan cairan ketuban dikotori dengan mekonium.
9.
Pada kasus-kasus lanjut, cairan ketuban menjadi sedikit dan kental dengan mekonium ada kecenderungan terjadi aspirasi cairan ini dengan selanjutnya timbul komplikasi pulmoner. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), membagi gambaran klinis
BBLR menjadi 2 yaitu: 1.
Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB) -
Kulit tipis dan mengkilap
-
Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan sempurna
-
Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada punggung
-
Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik
-
Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
-
Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun
-
Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
-
Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
-
Aktifitas dan tangisannya lemah
-
Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
15
2.
Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) -
Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500 gram
-
Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat
-
Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis
-
Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan
-
Bayi perempuan bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora
-
Bayi laki-laki testis mungkin telah turun
-
Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian
-
Mengisap cukup kuat
2.1.6 Masalah – Masalah BBLR Bayi yang lahir dengan BBLR dapat mengalami berbagai macam masalah. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), mengemukakan masalah-masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada BBLR, adapun masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Asfiksia BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semua dapat berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga BBLR bisa mengalami asfiksia lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi.
2.
Gangguan nafas Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR kurang bulan adalah penyakit membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih bulan adalah aspirasi mekonium. BBLR yang mengalami gangguan nafas harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan yang lebih tinggi.
3.
Hipotermi Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Metode kanguru dengan “kontak kulit dengan kulit” membantu BBLR tetap hangat.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
16
4.
Hipoglikemi Karena hanya sedikitnya simpanan energi pada bayi baru lahir dengan BBLR. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama.
5.
Masalah pemberian ASI Karena ukuran tubuh BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap. BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan ≥ 35 minggu dan berat lahir ≥ 2000 gram umumnya bisa langsung menetek.
6.
Infeksi Karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang. Keluarga dan tenaga kesehatan yang merawat BBLR harus melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan mencuci tangan dengan baik.
7.
Ikterus (kadar bilirubin yang tinggi) karena fungsi hati belum matang. BBLR menjadi kuning lebih awal dan lebih lama dari pada bayi yang cukup beratnya.
8.
Perdarahan Berhubungan dengan belum matangnya sistem pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K 1 dengan dosis 1 mg intramuskuler segera sesudah lahir (dalam 6 jam pertama) untuk semua bayi baru lahir dapat mencegah kejadian perdarahan ini. Injeksi ini dilakukan di paha kiri.
2.1.7 Frekuensi Frekuensi BBLR di negara maju berkisar antara 3,6-10,8%, di negara berkembang berkisar antara 10-43%. Rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1:4 (Mochtar, 2008). Menurut Purwaningsih (2007), dari Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) dan studi lain yang serentak menunjukkan proporsi BBLR sebesar 7-16%. Diperkirakan 350.000 BBLR terjadi dari 4 juta kelahiran.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
17
2.1.8 Penanganan BBLR Menurut Saifuddin (2001), penanganan BBLR adalah sebagai berikut: 1.
Mempertahankan suhu dengan ketat.
2.
Mencegah infeksi dengan ketat.
3.
Pengawasan nutrisi (ASI).
4.
Penimbangan ketat. Sedang menurut Kementerian Kesehatan RI (2011) menjelaskan bahwa,
BBLR perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik pada saat lahir, yaitu harus mendapat pelayanan neonatal essensial, yang terdiri atas: 1.
Persalinan yang bersih dan aman
2.
Stabilisasi suhu
3.
Inisiasi pernafasan spontan
4.
Pemberian ASI dini (Inisiasi Menyusui Dini/IMD) dan Eksklusif
5.
Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi
2.1.9 Pemantauan Tumbuh Kembang BBLR 2.1.9.1 Pemantauan Tumbuh Kembang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), BBLR membutuhkan pemantauan pertumbuhan secara periodik (pada 6-48 jam, hari ke 3-7, dan selanjutnya satu kali tiap minggu sampai berat 2500 gram). Penurunan berat bayi maksimal 10% dari berat lahir pada 7 hari pertama dan 15% pada sepuluh hari pertama usia bayi. Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan minimal 20 gram per hari atau 120 gram per 6 hari. Upaya pemantauan dilakukan dengan cara menyeluruh dan terus menerus untuk menemukan penyimpangan dalam pertumbuhan dan perkembangan selama masa neonatal/sampai tercapai kenaikan berat badan 2500 gram. Jika ditemukan penyimpangan, segera dirujuk ke pusat rujukan. Setelah melewati masa neonatal/berat badan > 2500 gram, pemantauan selanjutnya mengikuti Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
18
2.1.9.2 Cara Pemantauan Tumbuh Kembang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), Ada 2 cara yang dapat digunakan untuk pemantauan yaitu: 1.
Pemantauan Pertumbuhan, yaitu: Panjang badan bayi Panjang badan diukur dalam posisi bayi tidur (Pengukuran tinggi badan, alat yang dipakai adalah Mikrotoise yang sudah ditera, dapat mengukur tinggi badan dengan kapasitas maksimal 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Angka dibaca sampai milimeter. Pemantauan kenaikan panjang badan, 0,5 cm – 1 cm/minggu. Berat badan bayi Berat badan yang diperoleh dari penimbangan dengan alat timbangan. Penimbangan dilakukan tanpa alas kaki dan pakaian tipis, kalau perlu tidak berpakaian. Pembacaan dilakukan dalam gram. Pemantauan kenaikan berat bayi 20 gram/hari atau 120 gram/6 hari. Lingkar kepala bayi Lingkar kepala yang diukur melewat dahi, menutupi alis mata dan bagian belakakang kepala yang menonjol, dinyatakan dalam satuan cm.
2.
Pemantauan Perkembangan, yaitu: Pemantuan perkembangan dapat dilaksanakan sampai usia tertentu. Dalam memantau perkembangan BBLR perlu diamati. Pengamatan menyangkut motorik, sensorik, psikososial dan kemandirian. Motorik yang dinilai adalah motorik kasar (mengangkat kepala, berbalik, duduk, merangkak dan berdiri) dan motorik halus (mengikuti gerakan benda, menggenggam, meraih benda, dll). Sensorik yang dinilai adalah indra penglihatan, raba, rasa, pendengaran dan penciuman. Psikososial yang dinilai adalah kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan. Kemandirian yang dinilai adalah kesiapan untuk menolong dirinya sendiri/tidak tergantung pada orang lain.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
19
2.1.9.3 Intervensi Dalam Pemantauan Tumbuh Kembang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), dalam proses tumbuh kembang BBLR banyak mengalami hambatan. Penelitian di India hanya 15% dari BBLR pada usia 1 tahun yang beratnya dapat mencapai normal. Banyak ditemukan BBLR yang mengalami gangguan perkembangan neurologis misalnya lumpuh, serebral palsi, retardasi mental, buta atau tuli. Pemantauan dini dilakukan untuk mengurangi kecacatan yang ada, yaitu dengan melakukan deteksi dan intervensi dini. Alat yang dipakai untuk memantau tumbuh kembang BBLR adalah Buku KIA dan Buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Dalam penggunaan Buku KIA, KIE dari bidan kepada ibu dan keluarganya sangat dibutuhkan untuk terciptanya kerjasama yang baik dalam pemantauan tumbuh kembang bayi. Jika dari pemantauan ditemukan ada gangguan pertumbuhan misalnya berat badan yang tidak sesuai dengan standar perlu diperhatikan faktor-faktor yang mungkin sebagai penyebab contohnya masalah nutrisi/pemberian ASI, baik dari segi jumlah ataupun cara menyusuinya. Jika ditemukan masalah dalam pemberian ASI, maka dilakukan intervensi dengan manajemen laktasi. Jika ditemukan penyakit yang diduga sebagai penyebab gangguan tumbuh kembang, dilakukan kolaborasi dengan dokter.
2.1.10 Prognosis BBLR Kematian perinatal pada BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematiannya tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah dan gangguan lainnya (Mochtar, 2008).
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
20
2.2
Beberapa penyebab yang mempengaruhi kejadian BBLR
2.2.1
Faktor Ibu
2.2.1.1 Usia Ibu Menurut Hurlock (1998) orang yang belum cukup umur akan kurang dalam tingkat kematangan dan kekuatannya, sebaliknya orang yang cukup umur, akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan dan Dewi, 2010). Menurut Depkes RI (2006), usia yang aman untuk hamil sebaiknya pada umur 20-35 tahun, karena mulai umur 20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah benarbenar siap untuk menerima kehamilan dan wanita tersebut biasanya sudah merasa siap untuk menjadi ibu. Pada usia lebih dari 35 tahun kesehatan tubuh ibu sudah tidak sebaik pada umur-umur 20-35 tahun dan kemungkinan akan terjadi persalinan lama, perdarahan dan risiko cacat bawaan lebih besar. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Hartanto (2003) dan Arisman (2009), bahwa usia < 18 tahun dan > 35 tahun adalah kehamilan risiko tinggi yang akan meningkatkan stillbirths, kematian bayi, cacat bawaan/kelainan genetik. Pada kehamilan < 18 tahun, kehamilan dalam usia ini adalah termasuk kehamilan remaja, wanita tersebut masih dalam pertumbuhan, sehingga panggul relatif masih kecil, apabila biologis sudah siap psikologis belum tentu matang, selain itu juga sering timbul masalah sosial yaitu kebiasaan sehat yang jelek, kemiskinan serta stres. Menurut Manuaba (1998), selain pernyataan diatas, ditambahkan bahwa dampak kehamilan remaja, akan memudahkan terjadinya antara lain keguguran, persalinan prematur, BBLR, kelainan bawaan. Sedang pada kehamilan umur > 35 tahun akan lebih berisiko mengalami masalah kesehatan misal hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit kronis lain. Perkawinan pada masyarakat di pedesaan sering terjadi pada usia muda, yaitu sekitar usia menarche, resiko melahirkan BBLR sekitar dua kali lipat dalam 2 tahun setelah menarche (suryani, 2002). Telah dipertimbangkan bahwa paling baik bagi wanita untuk memulai mempunyai anak umur 20 tahun dan berhenti melahirkan kira-kira umur 35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda mempunyai masalah bukan hanya dengan kesehatan mereka sendiri tapi juga dengan kesehatan anaknya. Dengan tak mengindahkan status gizi, lebih banyak
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
21
kemungkinan anaknya dengan berat waktu lahir rendah, bayi lahir mati dan kematian bayi tak lama setelah lahir (Whitehead, 1986). Penelitian yang dilakukan oleh Wiharjo (2010) diperoleh hasil bahwa kehamilan < 20 tahun dan > 35 tahun berisiko 2,91 kali melahirkan BBLR. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rusdaniah (2005) dan Budiarti (2003) diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun dengan kejadian BBLR. Namun demikian, hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamilah (2003), Rosikin (2005), Bunadi (2006), Arditha (2008) dan Susanti (2011) diperoleh bahwa usia ibu tidak berhubungan dengan kejadian BBLR.
2.2.1.2 Pendidikan Menurut Novita dan Franciska (2011), pendidikan adalah suatu upaya persuasif atau pembelajaran agar masyarakat mau untuk melaksanakan tindakantindakan untuk meningkatkan dan menjaga derajat kesehatannya dan agar tercapai suatu perilaku yang diinginkan. Kemudian Notoatmodjo (2010) menambahkan bahwa perubahan atau tindakan tersebut
didasarkan pada pengetahuan dan
kesadarannya melalui proses pembelajaran/pengalaman yang diharapkan akan langgeng dan menetap. Menurut
Suwarno
salah
satu
fungsi
pendidikan
adalah
untuk
mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan (Hasbullah, 2008, hal. 50). Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia (Ihsan, 2005). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Wawan dan Dewi (2010) yang mengemukakan bahwa pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke suatu arah cita-cita tertentu yang dapat menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Pendidikan diperlukan untuk memperoleh informasi, dalam hal ini adalah informasi kesehatan.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
22
Sedangkan pendidikan kesehatan menurut Novita dan Franciska (2011) adalah sebuah proses yang menjadi jembatan antara informasi kesehatan dan praktik kesehatan. Dengan pendidikan kesehatan, akan dapat memotivasi seseorang untuk menjaga dirinya agar lebih sehat dan dapat membentuk kebiasaan yang menguntungkan. Menurut hasil penelitan yang dilakukan oleh Wiharjo (2010) memperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan terjadinya BBLR. Ibu yang berpendidikan rendah 2,31 kali melahirkan BBLR. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Djaali dan Eryando (2010) bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, berat lahir akan 152,671 gram lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Sedangkan menurut penelitian Natalia (2003), tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR, namun jika dilihat dari hasil OR, terlihat bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, semakin kecil pula nilai OR. Penetilian Susanti (2011), Bunadi (2006), saraswati (2006), Arditha (2008), Budiarti (2003), Jamilah (2003) dan Rusdaniah (2005) juga memberikan hasil yang sama yaitu tidak ada hubungan pendidikan dengan BBLR, namun kejadian BBLR ada kecenderungan menurun pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
2.2.1.3 Status Pekerjaan Menurut Depkes RI (2006) ibu hamil perlu istirahat yang cukup, menghindari pekerjaan yang melelahkan dan mengangkat benda yang berat. Penelitian yang dilakukan oleh Bunadi (2006) diperoleh hasil bahwa ibu yang bekerja mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal yang sama juga dituliskan oleh Rusdaniah (2005) dan Saraswati (2006) dalam penelitiannya, bahwa ada hubungan yang bermakna antara ibu yang bekerja dengan terjadinya BBLR. Sedangkan menurut hasil penelitian Ardhita (2008) diperoleh hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR (p = 0,299).
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
23
2.2.1.4 Paritas Paritas atau jumlah kehamilan/persalinan yang telah dialami oleh seorang wanita mempengaruhi berat badan bayi yang dilahirkannya, hal ini terkait dengan kesuburan rahim seorang wanita. Menurut Hartanto (2003) kehamilan lebih dari 4 anak termasuk kehamilan risiko tinggi yang dapat menimbulkan BBLR, nutrisi kurang, lebih sering terkena penyakit, tumbuh kembang lebih lambat dan pendidikan/intelegensia dan pendidikan akademis lebih rendah. Hasil penelitan Natalia (2003), diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah paritas ibu dengan kejadian BBLR. Akan tetapi jika dilihat dari proporsinya, kejadian BBLR cenderung terjadi lebih banyak pada ibuibu yang memiliki paritas 1 anak atau lebih, yaitu sebesar 52,4% dibandingkan dengan yang terjadi pada ibu-ibu yang memiliki paritas 0 anak, yaitu sebesar 47,6%. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Rusdaniah (2005), diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah kehamilan > 4 kali dengan kejadian BBLR.
2.2.1.5 Jarak Kehamilan Jarak kehamilan atau spacing merupakan lamanya waktu antara kehamilan yang satu/sebelumnya dengan kehamilan yang lain/setelahnya. Lebih dari 50 tahun yang lalu di Amerika Serikat, Woodbury melaporkan bahwa ada pengurangan kematian sehabis melahirkan maupun kematian bayi apabila jarak antara kelahiran dan kehamilan lebih dari 12-48 bulan. Jarak antar kelahiran dan kehamilan yang pendek juga dihubungkan dengan lebih tingginya kekurangan gizi. Apabila jarak antara satu kelahiran dengan kelahiran berikutnya lebih dari 24 bulan, membuktikan sebagai hal yang paling memuaskan baik bagi kesehatan ibu, maupun kesehatan dan kesejahteraan anak (Whitehead, 1986). Menurut Depkes RI (2006), bila jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun atau bila terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Sehingga perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau dapat terjadi perdarahan. Menurut Hartanto (2003) ibu hamil dengan spacing kurang 2 tahun akan mengakibatkan BBLR, nutrisi kurang, lebih sering terkena penyakit, tumbuh
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
24
kembang lebih lambat, pendidikan/intelegensia dan pendidikan akademis lebih rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardhita (2008) dan Saraswati (2006) diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak kelahiran < 2 tahun dengan kejadian BBLR.
2.2.1.6 Status Gizi Ibu Saat Hamil Di negara-negara berkembang, sebagian besar bayi dengan BBLR dilahirkan dengan umur kehamilan cukup bulan dan sudah menderita retardasi pertumbuhan dalam rahim karena akibat ibu yang mengandungnya stunting dan gizi kurang yang terjadi sebelum dan selama kehamilan (Gibney, Margetts, Kearney dan Arab, 2009). Perbaikan gizi dan kesehatan ibu-ibu di negara maju terlihat dengan bertambahnya tinggi badan dan berat badan orang dewasa dibandingkan dengan negara berkembang. Keadaan ini mempengaruhi berat lahir bayi yang berbeda secara bermakna. Berat badan lahir bayi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selama kehamilan, salah satunya adalah kurang gizi, keadaan ini dapat mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya atau pertumbuhan plasenta dan transport zat-zat gizi ke janin (Suryani, 2002). Bila ibu tidak memperoleh zat gizi yang cukup selama hamil, maka bayinya akan menderita kurang gizi sehingga walaupun sudah cukup bulan, akan lahir dengan berat kurang dari 2500 gram atau BBLR (Wiryo,2002). Menurut National Center for Health Statistik/NCHS tahun 1986, wanita yang hamil dengan status gizi buruk, akan menghadapi risiko melahirkan bayi berberat badan rendah 2-3 kali lebih besar dari pada mereka yang berstatus gizi baik (Arisman, 2009, hal. 4) Secara antropometrik, salah satu indikator untuk status gizi pada ibu hamil yaitu lingkar lengan atas (LILA) (Suryani, 2002). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sayogo (2007) yaitu cara lain untuk menilai keadaan gizi ibu hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). LILA < 23,5 cm menunjukkan kurang energi kronis. Disebutkan juga bahwa wanita yang menderita kekurangan gizi yang berlangsung lama disebut KEK atau kekurangan energi kronis, dengan tanda berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
25
LILA (lingkar lengan atas) kurang dari 23,5 cm. Diperkirakan ada 11,7 juta wanita usia subur berisiko KEK dan 30 juta dari 118 juta wanita usia subur mengalami KEK. Wanita usia subur yang KEK akan berisiko melahirkan BBLR (Purwaningsih, 2007). Bila ibu hamil menderita KEK maka pertumbuhan dan perkembangan janinnya terganggu sehingga bayi yang dilahirkan BBLR, mudah terkena sakit serta pertumbuhan dan perkembangan otak janin terhambat, sehingga akan mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari dan kemungkinan perkembangan kepandaiannya lambat (Depkes RI, 2006). Kekurangan gizi pada ibu lebih cenderung mengakibatkan BBLR atau kelainan yang bersifat umum daripada kelainan anatomik yang spesifik. Kekurangan gizi pada ibu yang lama dan berkelanjutan selama masa kehamilan akan berakibat lebih buruk pada janin dan malnutrisi akut (Suryani, 2002). Menurut Sayogo (2007), pada triwulan terakhir, pembesaran sel merupakan hal yang lebih penting, sehingga aspek kuantitatif diet/jumlah makanan yang dikonsumsi merupakan hal yang penting. Selama kurun waktu ini, apabila terjadi gangguan gizi (keadaan gizi kurang) cenderung akan berakibat buruk terhadap berat badan lahir. Pemantauan kenaikan berat badan ibu selama hamil mempunyai arti penting. Ibu dengan berat badan kurang mempunyai resiko tinggi melahirkan BBLR. Penelitian yang dilakukan oleh Bunadi (2006) di kota Cirebon menyebutkan bahwa ibu yang kenaikan berat badan selama hamil < 10 kg mempunyai risiko 1,9 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang penambahan berat badannya ≥ 10 kg, ibu yang ukuran lingkar lengan atas selama hamil < 23.5 cm mempunyai resiko 2,5 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR di bandingkan dengan ibu yang ukuran lingkar lengan atasnya ≥ 23,5 cm. Senada dengan hasil penelitian Bunadi (2006), penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2006) juga memberikan hasil bahwa KEK yang dinilai dengan LILA berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Terbukti bahwa ibu hamil dengan ukuran LILA < 23,5 cm akan berisiko melahirkan BBLR lebih tinggi daripada LILA ≥ 23,5 cm.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
26
2.2.1.7 Merokok/Terpapar Asap Rokok Menurut hasil survey sosial ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2004, menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam prevalensi merokok dibanding tahun 2001. Sekitar 34,4% penduduk berumur 15 tahun keatas merokok, dengan prevalensi lebih tinggi 36,6% di daerah pedesaan. Sehingga selama ini sebagian besar penduduk hidup serumah dengan perokok dan terpapar asap tembakau pasif (Suharmiati, Handajani dan Handajani, 2010). Orang-orang yang tidak merokok tetapi terpaksa mengisap asap rokok disebut perokok pasif, perokok pasif akan menghisap asap sampingan yang keluar dari ujung batang rokok yang terbakar, selain itu juga akan menghisap bagian utama yang dihembuskan lagi oleh perokok aktif. Dari satu batang rokok yang dinyalakan akan menghasilkan asap sampingan selama sekitar 10 menit, dan asap utama hanya kurang lebih 1 menit. Kadar bahan-bahan berbahaya lebih tinggi pada asap sampingan dari pada asap utama, maka perokok pasif menerima akibat buruk dari kebiasaan merokok orang disekitarnya (Aditama, 1997). Menurut Depkes RI (2006), asap rokok dari orang lain yang terhisap oleh ibu besar kemungkinan dapat mengakibatkan bayi yang akan dilahirkannya lebih kecil, tidak cukup bulan, pertumbuhan matanya terganggu atau terjadi gangguan lainnya. Selain berefek pada bayi yang dikandung ibu, ibu juga dapat mengalami masalah selama kehamilan akibat merokok atau menghisap asap rokok yaitu peningkatan risiko keguguran sejak dini, komplikasi plasenta, persalinan prematur dan infeksi intrauteri (Medforth et al., 2011).
2.2.1.8 Hipertensi Yang dimaksud dengan hipertensi disertai kehamilan adalah hipertensi yang telah ada sebelum kehamilan. Apabila dalam kehamilan disertai proteinuria dan edema, maka disebut pre eklamsia yang tidak murni atau superimposed pre eklamsia (Manuaba, 1998). Komplikasi hipertensi kronik, dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat, kematian janin, persalinan prematur dan solusio plasenta (Saifuddin, 2008). Menurut Mochtar (2008), Prognosis hipertensi bagi janin kurang baik, karena adanya insufisiensi plasenta dan solusio plasenta. Janin
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
27
bertumbuh kurang sempurna: prematuritas dan dismaturitas. Angka kematian bayi 20%.
2.2.1.9 Jantung Kehamilan akan menimbulkan perubahan pada sistem kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler dapat dijumpai pada wanita hamil atau tidak hamil. Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1-4%. Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan adalah dapat terjadi abortus, prematuritas (lahir tidak cukup bulan), dismaturitas (lahir cukup bulan namun dengan berat lahir rendah) dan lahir mati (Mochtar, 2008). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Manuaba (1998) bahwa penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim yaitu dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas atau berat lahir rendah, kematian perinatal yang semakin meningkat dan pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan intelegensia atau fisik.
2.2.2
Faktor Kehamilan
2.2.2.1 Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tandatanda persalinan akan dimulai, yaitu bila pembukaan pada primipara < 3 cm dan pada multipara < 5 cm. Hal ini bisa terjadi pada usia kehamilan di bawah 36 minggu (Manuaba, 2001 ; Saifuddin 2001; Mochtar, 2008 dan Saifuddin, 2008). Ketuban pecah dini merupakan faktor risiko terbesar/penyebab persalinan prematur dengan berbagai akibatnya (Saifuddin, 2008). Disebutkan pula bahwa pada persalinan prematur makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya (Saifuddin, 2008). Menurut Mochtar (2008), komplikasi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan ketuban pecah dini antara lain adalah IUFD, asfiksia dan prematuritas. Penelitian yang dilakukan oleh Wiharjo (2010) memperoleh hasil bahwa ibu dengan riwayat ketuban pecah dini (KPD) akan mempunyai peluang 2,16 kali lebih besar melahirkan BBLR.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
28
2.2.2.2 Perdarahan Antepartum Perdarahan ante partum adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih atau yang terjadi pada trimester ketiga ( Manuaba, 2001 dan Mochtar, 2008). Penanganan perdarahan ante partum memerlukan perhatian karena dapat saling mempengaruhi ibu dan bayinya. Sebagian besar bentuk pertolongannya dengan terminasi kehamilan, sering hal tersebut dilakukan sebelum usia kehamilan aterm atau cukup bulan sehingga bayi yang dilahirkan mempunyai peluang BBLR yang besar dan bisa terjadi trias komplikasi yaitu prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, mudah terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang rendah dan asfiksia intra uterin (Manuaba, 1998 dan 2001). Menurut Hakimi (2010) prognosis bagi janin pada kasus perdarahan ante partum yaitu angka mortalitas tinggi pada kasus Abruptio Placenta berkisar antara 30-50% sedangkan untuk Placenta Previa sekitar 15%. Salah satu faktor yang memperburuk kemungkinan janin hidup yaitu karena bayi yang dilahirkan prematur.
2.2.2.3 Hidramnion Hidramnion adalah keadaan dimana banyaknya air ketuban jauh lebih banyak dari normal, melebihi 2.000 cc, pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat mencapai 1.000 cc untuk kemudian turun lagi setelah minggu ke38. Hidramnion sering dijumpai antara lain bersamaan dengan hamil ganda, diabetes melitus dan toksemia gravidarum. Hidramnion dianggap sebagai kehamilan beresiko karena dapat membahayakan ibu dan janin. Pada janin prognosanya agak buruk (mortalitas ± 50%), terutama salah satunya karena prematuritas (Mochtar, 2008).
2.2.2.4 Hamil ganda Kehamilan ganda adalah terdapatnya dua janin atau lebih dalam rahim ibu yang sedang hamil (Mochtar, 2008). Sedangkan menurut Saifuddin (2001) adalah proses fertilisasi yang menghasilkan janin lebih dari satu. Disebutkan bahwa komplikasi yang terjadi pada kehamilan ganda diantaranya adalah persalinan
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
29
prematuritas dan gangguan pertumbuhan janin (IUGR, pertumbuhan prematuritas dan anomali pertumbuhan) (Manuaba, 2001). Ditambahkan oleh Saifuddin (2001) bahwa komplikasi yang dapat terjadi pada janin adalah bayi kecil, malpresentasi, kelainan kongenital dan insufisiensi plasenta. Berat badan janin pada kehamilan ganda lebih ringan dari pada janin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama, sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan lebih kecil, mungkin karena renggangan yang berlebihan menyebabkan peredaran darah plasenta berkurang. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2008). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Hakimi (2010), yang mengatakan bahwa berat masing-masing anak pada kehamilan ganda lebih kecil dari rata-rata. Menurut Manuaba (1998) dan Mochar (2008), secara umum masing-masing berat janin hamil ganda lebih rendah sekitar 700-1.000 gram dari hamil tunggal.
2.2.2.5 Pre Eklamsia/Eklamsia Dapat disebut pre eklamsi apabila terdapat 3 tanda-tanda (trias) yaitu hipertensi, oedema dan proteinuria. Eklamsia merupakan kelanjutan dari pre eklamsia ringan dan berat, dapat terjadi pada waktu hamil, saat melahirkan dan setelah melahirkan sekitar 24 jam pertama, yaitu ibu tersebut sudah mengalami kejang. Resiko yang dapat dialami oleh janin adalah pertumbuhan janin terhambat (Manuaba, 2001). Di Indonesia, Pre eklamsia/eklamsia masih merupakan sebab utama kematian perinatal yang tinggi. Usaha utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklamsia/eklamsia. Disebutkan bahwa komplikasi yang biasanya terjadi pada pre eklamsia berat dan eklamsia adalah prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin (Saifuddin, 2008).
2.2.2.6 Anemia Berat Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011) anemia berat pada ibu hamil merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan BBLR. Pada ibu hamil biasanya terjadi anemia, hal tersebut adalah normal karena disebabkan adanya pertambahan volume plasma dan meningkatnya massa sel darah merah. Produksi
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
30
sel darah merah dirangsang setelah terjadi peningkatan volume plasma. Akibatnya terjadi penurunan kadar hemoglobin dan hematokrit selama trimester pertama dan kedua. Risiko melahirkan BBLR terjadi pada ibu hamil jika kadar hemoglobin kurang dari 10 gr/dl (Krummel, dkk, 1996 dalam Bunadi, 2006). Hal senada juga diungkapkan oleh Manuaba (1998) bahwa pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan
volume 30%-40% yang puncaknya pada
kehamilan 32-34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin sekitar 19%. Seorang ibu hamil dikatakan anemia berat apabila kadar hemoglobin < 7 gr%. Sekalipun janin mampu menyerap semua kebutuhan dari ibunya, namun dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan pada janin adalah terjadi BBLR. Sedangkan menurut Myles (1996) dalam Arditha (2008) kadar hemoglobin ibu hamil adalah keadaan jumlah sel darah merah dalam darah. Meningkat akibat dari kebutuhan pertambahan oksigen dari tubuh ibu ke plasenta. Anemia yang berat selama kehamilan dapat mengakibatkan kadar oksigen yang dibawa darah ke dalam plasenta berkurang karena sedikitnya hemoglobin yang dapat mengikat oksigen, sehingga terjadi hipoksemia yang lama dan menyebabkan BBLR. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bunadi (2006), diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara kadar haemoglobin < 11 gr% dengan kejadian BBLR dengan p value 0,001 dan OR menunjukkan bahwa ibu hamil yang mempunyai kadar haemoglobin < 11 gr% akan berisiko 2,243 kali melahirkan BBLR dari pada ibu yang mempunyai kadar haemoglobin ≥ 11 gr%.
2.2.2.7 Infeksi Selama Kehamilan Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), mengemukakan bahwa infeksi yang terjadi selama kehamilan seperti infeksi saluran kencing dan ginjal, hepatitis, IMS, malaria, HIV/AIDS dan TORCH merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
31
2.2.3
Faktor Janin
2.2.3.1 Cacat Bawaan Kelainan
kongenital/cacat
bawaan
merupakan
kelainan
dalam
pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Salah satu macamnya adalah Sindroma Down (Mongolisme, Trisomi 21) disebutkan bahwa bayi dengan Mongolisme umumnya mempunyai berat badan waktu lahir kurang daripada bayi normal, kira-kira 350 gram lebih rendah dan cacat bawaan merupakan penyebab terjadinya persalinan prematur, keguguran, lahir mati atau kematian bayi setelah persalinan pada minggu pertama (Saifuddin, 1997).
2.2.3.2 Infeksi Dalam Rahim Infeksi dalam rahim adalah masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh wanita hamil, kemudian timbul tanda-tanda atau gejala penyakit. Mikroorganisme penyebab infeksi dapat berupa bakteri, protozoa, jamur dan virus. Beberapa penyakit ada yang dikelompokkan menurut pemeriksaan serologik, misalnya TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Citomegalo virus, Herpes Genitalis) (Saifuddin, 2001). Pada Toksoplasmosis, jika wanita hamil terinfeksi selama empat setengah bulan pertama kehamilannya, bayinya dapat lahir prematur atau mengalami kelainan (Nolan, 2004). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Saifuddin (2001) bahwa infeksi virus pada wanita hamil bersifat teratogenik terhadap janin. Disebutkan juga bahwa pemeriksaan sebelum kehamilan sebaiknya dilakukan untuk menghindari infeksi khusus yang dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin intrauterin, kelainan bawaan dan persalinan prematur. Infeksi bakterial di negara berkembang seperti Indonesia, dengan situasi lingkungan dan gizi yang masih kurang serta pengawasan selama kehamilan yang lemah lebih tinggi dibanding negara maju, sehingga dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas perinatal yang tinggi. Komplikasi infeksi yang dapat terjadi pada bayi yang dikandung ibu antara lain prematuritas, IUGR/BBLR dan kelainan kongenital (Manuaba, 2001).
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
32
2.2.4 Faktor Demografi 2.2.4.1 Ras Orang kulit hitam memiliki risiko BBLR lebih tinggi dari pada orang kulit putih. Rasio BBLR pada kelompok orang kulit hitam dengan bukan kelompok kulit hitam adalah 2:1. Janin dari ras kulit hitam lebih berisiko tinggi mengalami BBLR dan ibu dari ras kulit hitam lebih berisiko melahirkan BBLR. Pada penelitian terhadap 50.000 kehamilan, kelahiran pada ras kulit hitam berat badan bayi lahir 233 gram lebih rendah dari pada ras kulit putih (Institute Of Medicine, 1985).
2.2.4.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga Faktor sosial ekonomi keluarga sering digambarkan dengan pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama segi pangan dan pemeliharaan kesehatan. Status sosial ekonomi juga berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan. Dari beberapa penelitian, didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara sosial ekonomi rendah dengan kejadian BBLR (Institute Of Medicine, 1985). Penelitian yang dilakukan oleh Bunadi (2006) diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara status sosial ekonomi keluarga dengan kejadian BBLR di Kota Cirebon dengan p value 0,000. Dengan OR, ibu dari keluarga miskin mempunyai peluang 2,9 kali lebih besar melahirkan BBLR dibanding ibu dari keluarga bukan miskin.
2.2.5 Faktor Perawatan Kesehatan 2.2.5.1 Ante Natal Care (ANC) Menurut Manuaba (1998), pengawasan ANC sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Pengawasan ANC memberi manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkahlangkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibu yang mengandungnya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
33
bayi. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan antenatal minimal sebanyak 4 kali, yaitu 1 kali pada setiap trimester pertama dan kedua serta sebanyak 2 kali pada trimester terakhir. Pada ANC ini, adalah pengawasan pada waktu kehamilan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam rahim. Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk: 1.
Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan.
2.
Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan.
3.
Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas, laktasi dan KB.
4.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Selain itu keuntungan dari ANC sangat besar karena dapat mengetahui
berbagai risiko dan komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke Rumah Sakit. Namun apabila ANC tidak dilakukan secara adekuat, maka berbagai risiko dan komplikasi selama kehamilan tidak akan dapat dideteksi secara dini sehingga dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Hal inilah yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR dan meningkatnya kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi. Hal ini juga diungkapkan menurut Kementerian Kesehatan RI (2011) yang menyebutkan bahwa upaya untuk menurunkan prevalensi BBLR di masyarakat adalah dengan meningkatkan semua perawatan kesehatan remaja putri dan mengusahakan semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
34
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS 3.1
Kerangka Teori Kerangka teori adalah merupakan kesimpulan dari tinjauan kepustakaan
yang dibuat sebagai dasar untuk membuat kerangka konsep (Notoatmodjo, 2010). Dari teori yang telah dijabarkan pada bab I, membentuk kerangka atau bagan teori tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR yang diambil dari kumpulan teori menurut Kementerian Kesehatan R.I. (2011), Manuaba (1998) dan Institute Of Medicine (1985), maka kerangka teorinya adalah sebagai berikut: Bagan 3.1: Kerangka Teori Faktor-faktor Penyebab Yang Berhubungan Dengan BBLR Faktor Ibu: 1. Usia ibu 2. Pendidikan 3. Status pekerjaan 4. Paritas 5. Jarak kehamilan 6. Status gizi ibu saat hamil 7. Merokok/terpapar asap rokok, Hipertensi, Jantung Faktor Kehamilan: 1. Ketuban Pecah Dini 2. Perdarahan Antepartum 3. Hidramnion 4. Hamil Ganda 5. Pre eklamsia/eklamsia 6. Anemia Berat 7. Infeksi Selama Kehamilan
BBLR
Faktor Janin: 1. Cacat Bawaan 2. Infeksi Dalam Rahim Faktor Demografi: 1. Ras 2. Status sosial Ekonomi Keluarga Faktor Perawatan Kesehatan: ANC 34
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
35
3.2
Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah merupakan rangkaian hubungan atau kaitan
antara konsep yang satu dengan konsep yang lain atau variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang akan dilakukan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Penyebab yang berhubungan dengan BBLR dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Supaya tujuan penelitian dapat terlaksana, maka dari variabelvariabel yang akan diteliti dituliskan dalam suatu kerangka sebagai berikut: Bagan 3.2: Kerangka Konsep Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian BBLR
Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor ibu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Usia ibu Pendidikan Status pekerjaan Paritas Jarak kehamilan Status gizi ibu saat hamil Merokok/terpapar asap rokok
BBLR
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
36
3.3
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Faktor Ibu Dengan Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 No
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
Operasional 1.
BBLR
Bayi yang lahir Wawancara dengan
Kuesioner
berat
1 = BBLR (berat Ordinal bayi < 2.500
badan < 2500
gram)
gram termasuk
0 = BBLN
bayi prematur
(berat bayi ≥
dan kecil untuk
2500 gram)
masa
(Kementerian
kehamilan
Kesehatan RI, 2011)
2.
Usia Ibu
Kurun
waktu Wawancara
Kuesioner
1
= < 20 Ordinal
yang dihitung
tahun atau > 35
dalam
tahun (buruk)
tahun
sesudah
0
dilahirkan
tahun
sampai
saat
= 20-35 (baik)
(Depkes,
dilakukan
dan
penelitian
2000
2006
Depkes, dalam
Ardhita, 2008) 3.
Pendidikan Jenjang ibu
Wawancara
Kuesioner
1 = < SLTP Ordinal
pendidikan
(kurang)
formal terakhir
0 = ≥ SLTP
yang
(baik)
ditamatkan oleh ibu
4.
Status
Jenis kegiatan Wawancara
Kuesioner
1 = bekerja
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Nominal
37
pekerjaan
utama
yang
ibu
dilakukan ibu
0 = tidak bekerja
untuk memperoleh pendapatan 5.
Paritas
Jumlah semua Wawancara
Kuesioner
1 = ≥ 4 (buruk)
kelahiran yang
0 = < 4 (baik)
telah
(Depkes, 2006)
dialami
Ordinal
oleh ibu baik lahir
hidup
atau lahir mati 6.
Jarak
Jarak
antara Wawancara
Kuesioner
kehamilan
kehamilan
(buruk)
anak
0 = ≥ 2 tahun
terakhir
1 = < 2 tahun Ordinal
dengan
(baik)
kehamilan
1990
sebelumnya
Ardhita, 2008)
(Penfin, dalam
dalam tahun 7.
Status gizi Ukuran lingkar Dengan ibu
saat lengan
hamil
Buku
1 = < 23,5 cm Ordinal
atas melihat data KIA,
(buruk)
ibu sekunder
register
0 = ≥ 23,5 cm
sewaktu hamil
pencatatan
(baik) (Depkes,
anak terakhir <
dan
2006)
23,5 cm
pelaporan
(LILA)
PWS KIA serta register kohort 8.
Merokok / ibu
merokok Wawancara
terpapar
atau
asap rokok
anggota keluarga
ada
Kuesioner
1 = merokok / terpapar asap rokok (buruk)
ibu
0 = tidak
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Nominal
38
yang merokok
merokok (baik)
di
(Depkes, 2006)
dalam
rumah.
3.4
Hipotesis
3.4.1 Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. 3.4.2
Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR di wilayah kerja
Puskesmas
Gemawang
Kecamatan
Gemawang
Kabupaten
Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. 3.4.3
Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR di wilayah kerja
Puskesmas
Gemawang
Kecamatan
Gemawang
Kabupaten
Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012. 3.4.4
Ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
3.4.5
Ada hubungan antara jarak kehamilan ibu dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
3.4.6
Ada hubungan antara status gizi ibu saat hamil dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
3.4.7
Ada hubungan antara merokok/terpapar asap rokok dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
39
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, dengan jenis
penelitian kuantitatif, menggunakan desain cross sectional (potong lintang), yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2010).
Data primer
dikumpulkan dengan kuesioner dan data sekunder dengan buku KIA, buku register pencatatan dan pelaporan PWS KIA
dan register kohort (sumber
Puskesmas Gemawang Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung tahun 20112012).
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang
Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. Adapun waktu penelitian berlangsung pada bulan Maret 2012.
4.3
Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Menurut Hastono dan Sabri (2008) dan Notoatmodjo (2010) yang disebut populasi adalah keseluruhan objek/unit dalam pengamatan yang akan dilakukan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan pada waktu dilakukan penelitian yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2012.
39
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
40
4.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti atau dari populasi yang karakteristiknya diukur dan dianggap mewakili seluruh populasi serta dipakai untuk menduga karakteristik populasi (Hastono & Sabri, 2008; Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. Sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total populasi yaitu semua ibu yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah yang memenuhi kriteria dalam penelitian. Dilakukan pendataan pada semua Desa yang memiliki ibu yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan. Setelah itu sampel total populasi tersebut diseleksi dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusinya adalah: 1.
Ibu bayi berusia 0-6 bl pada waktu penelitian ini.
2.
Ibu yang bayinya dilahirkan tunggal dan hidup.
3.
Ibu bayi yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung.
4.4
4.
Ibu bayi bersedia menjadi responden penelitian ini.
5.
Ibu bisa membaca dan menulis.
Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu dari
kuesioner dan data sekunder dari buku KIA, buku register pencatatan dan pelaporan PWS KIA dan register kohort (sumber Puskesmas Gemawang Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung tahun 2011-2012) dari bayi yang berumur 0-6 bulan pada waktu dilakukan penelitian, yang dilahirkan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2012, yang kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam kuesioner untuk masing-masing variabel yang diteliti.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
41
Penelitian ini dibantu oleh Bidan-bidan terutama Bidan di Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah, yang sebelumnya telah dikumpulkan dan dilatih oleh peneliti tentang cara-cara pengisian kuesioner dan kriteria responden yang berguna untuk menyamakan persepsi dalam pengisian kuesioner. Penelitian dilakukan pada saat responden datang ke Posyandu, Poskesdes dan apabila responden tidak datang di kedua tempat tersebut dilakukan kunjungan ke rumah responden.
4.5
Manajemen Data Pengolahan data yang telah dikumpulkan dilakukan dengan cara manual
dan menggunakan komputer. Menurut Hastono (2007), ada 4 tahap yang di lakukan dalam pengolahan data yaitu: 1.
Editing Editing adalah kegiatan untuk melakukan pemeriksaan kembali isian kuesioner tentang kelengkapan, kejelasan, relevansi dan konsistensi dari data yang diperoleh atau dikumpulkan, hal ini juga dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Dalam penelitian ini setelah semua kuesioner terisi dan terkumpul, peneliti memeriksa kembali kelengkapan data dari kuesioner tersebut, apabila ternyata ada data yang belum terisi, peneliti melakukan pengambilan data lagi dari data sekunder yaitu dari buku KIA, register KIA ataupun register Kohort. Apabila tidak didapatkan data dari data sekunder tersebut maka dilakukan kunjungan rumah ke responden.
2.
Coding Coding merupakan kegiatan mengganti data dari bentuk huruf ke dalam bentuk angka (numeric). Hal ini berguna untuk memudahkan saat melakukan analisis data dengan komputer dan dapat mempercepat entry data. Dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku yang bernama code book. Buku kode ini berguna untuk memudahkan kembali melihat arti suatu kode dari variabel. Dalam penelitian ini, pemberian kode dilakukan setelah semua data terisi lengkap.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
42
Mulai dari pemberian nomor responden, kemudian pemberian kode pada semua variabel yang diteliti. Pada variabel independen untuk kelompok yang tidak berisiko diberi dengan kode nol (0), sedang pada kelompok berisiko diberi kode satu (1). Kemudian untuk variabel dependen, kode nol (0) diberikan untuk kelompok non kasus dalam hal ini Bayi Berat Lahir Normal (BBLN) dan kode satu (1) untuk kelompok kasus yaitu BBLR. 3.
Processing Processing
dilakukan
dengan
cara
melakukan
Entry
data
atau
memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer. Tujuannya agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis. Dalam penelitian ini setelah selesai pemberian kode maka peneliti memasukkan semua data ke dalam komputer. 4.
Cleaning Cleaning atau pembersihan data, adalah kegiatan untuk mengecek kembali data yang telah dimasukkan apakah saat memasukkan data ke dalam komputer ada kesalahan atau tidak. Peneliti melakukan pengecekan ulang pada semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer, sehingga semua data tidak ada yang terlewat ataupun salah pada saat memasukkan data.
4.6
Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah dengan
pendekatan kuantitatif. Memakai ilmu statistik kesehatan yang disesuaikan dengan tujuan yang akan dianalisis. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode statistik inferens
yaitu metode yang digunakan untuk
menggeneralisasi hasil penelitian dari sampel yang diambil menjadi hasil populasi (Hastono dan Sabri, 2008). Menggeneralisasikan adalah mengambil kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto,1998).
4.6.1 Analisis Univariat Analisis ini untuk menjelaskan karakteristik dari semua variabel yang diteliti (Hastono, 2007), seperti usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
43
ibu, jarak kehamilan ibu, status gizi ibu saat hamil dan merokok/terpapar asap rokok pada BBLR yang dilahirkan di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2012.
4.6.2 Analisis Bivariat Menurut Hastono (2007), analisis bivariat (analitik) adalah untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Uji yang digunakan pada analisa bivariat ini adalah Chi Square (X²) dengan menggunakan derajat kepercayaan 95%. Uji Chi Square dipakai untuk mengetahui hubungan antar data kategorik. Dalam uji ini kemaknaan hubungan dapat diketahui, uji Chi Square digunakan untuk mengetahui hubungan frekuensi yang diamati (observed) dengan frekuensi yang diharapkan (expected) dengan rumus: X² = ∑(O – E)² E X = Statistik Chi Square O = Frekuensi hasil pengamatan E = Frekuensi hasil yang diharapkan Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai α dengan nilai Probabilitas (P) dengan menggunakan derajat kemaknaan 0,05 (Confidence Interval 95%), makna nilai P menurut ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut: •
P value > α, keputusannya adalah Ho (Hipotesis Nol) gagal di tolak, menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan tidak bermakna signifikan secara statistik.
•
P value ≤ α, keputusannya adalah Ho (Hipotesis nol) di tolak, menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan bermakna signifikan secara statistik.
Selain menggunakan Chi Square, dilakukan juga analisis dengan menggunakan Odds Ratio (OR). Dengan OR dapat diketahui seberapa besar risiko
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
44
dari setiap variabel independen terhadap terjadinya variabel dependen, dalam penelitian ini variabel dependennya adalah BBLR. Menurut Murti B. (1995) dalam Bunadi (2006), OR adalah perbandingan antara odds pada kelompok kasus yaitu BBLR dengan odds pada kelompok kontrol yaitu bukan BBLR atau BBLN, dengan cara perhitungan sebagai berikut: BBLR
Bukan BBLR (BBLN)
Faktor risiko ( + )
a
b
Faktor risiko ( - )
c
d
a+c
b+d
Odds Kelompok BBLR Odds Kelompok Bukan BBLR (BBLN) Odds Ratio BBLR
a
c
a
: a+c : a+c = c b
d
b
: b+d : b+d = d a
b
ad
: c : d = bc
OR = 1 berarti tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan BBLR. OR < 1 berarti risiko negatif atau bersifat protektif. OR > 1 berarti risiko positif atau bersifat etiologi atau sebagai penyebab.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
45
BAB 5 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah. Waktu penelitian sampai pengolahan data dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2012. Responden dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan total populasi yaitu semua ibu yang memenuhi syarat dalam penelitian yang mempunyai bayi yang berumur 0-6 bulan yang berjumlah 263 orang. Proses pengumpulan data peneliti dibantu oleh Bidan yang ada di Puskesmas Gemawang dan semua Bidan di Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gemawang. Pengumpulan data pada responden dengan menggunakan data primer yaitu dari kuesioner dan data sekunder yaitu dari buku KIA, buku register pencatatan dan pelaporan PWS KIA
dan register kohort. Penelitian
dilakukan pada saat responden datang ke Posyandu, Poskesdes dan apabila responden tidak datang di kedua tempat tersebut dilakukan kunjungan ke rumah responden.
5.1
Hasil Analisis Univariat Analisis ini adalah menjelaskan karakteristik dari semua variabel yang
diteliti baik variabel independen yaitu usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, paritas ibu, jarak kehamilan ibu, status gizi ibu saat hamil dan merokok/terpapar asap rokok serta variabel dependen yaitu BBLR, yang didapatkan hasil sebagai berikut:
45
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
46
Tabel 5.1: Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 No 1
2
3
4
5
6
7
Variabel Frekuensi (n) Usia ibu Tidak berisiko (20-35 tahun) 176 Berisiko (< 20 dan > 35 tahun) 87 Pendidikan ibu Pendidikan tinggi (≥ SLTP) 113 150 Pendidikan rendah (< SLTP) Status pekerjaan Tidak bekerja 211 Bekerja 52 Paritas Hamil < 4 kali 249 Hamil ≥ 4 kali 14 Jarak kehamilan anak terakhir dengan sebelumnya Tidak berisiko (≥ 2 tahun) 117 146 Berisiko (< 2 tahun) Status gizi ibu saat hamil LILA ≥ 23,5 cm 207 56 LILA < 23,5 cm Merokok/terpapar asap rokok Tidak merokok (tidak terpapar asap 49 rokok) Merokok (terpapar asap rokok) 214
Persentase (%) 66,9 33,1 43,0 57,0 80,2 19,8 94,7 5,3
44,5 55,5 78,7 21,3 18,6 81,4
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada variabel usia ibu pada waktu hamil yang terakhir, sebagian besar adalah hamil pada umur 20-35 tahun atau dalam usia reproduksi sehat yaitu sebanyak 66,9%, namun ada sebanyak 33,1% ibu yang hamil dalam usia berisiko (< 20 dan > 35 tahun). Pada variabel pendidikan ibu didapatkan hasil bahwa sebagian besar ibu dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 57%, sedangkan sebanyak 43% responden berpendidikan tinggi. Pada variabel status pekerjaan, sebagian besar responden adalah tidak bekerja (80,2%), namun ada sebanyak 19,8% ibu dengan status bekerja. Sedang
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
47
untuk variabel paritas diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden hamil kurang dari 4 kali sebanyak 94,7% dan ada 5,3% yang hamil ≥ 4 kali. Variabel Jarak kehamilan anak terakhir dengan sebelumnya pada responden terbanyak adalah dengan jarak < 2 tahun sebanyak 55,5%. Hal ini merupakan jarak kehamilan yang berisiko dan ada sebanyak 44,5% dengan jarak kehamilan tidak berisiko atau ≥ 2 tahun. Untuk mengetahui variabel status gizi ibu pada waktu hamil anak yang terakhir, dilakukan dengan menggunakan ukuran LILA ibu pada waktu hamil anak yang terakhir. Diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden dengan ukuran LILA ≥ 23,5 cm sebanyak 78,7%. Namun ada sebanyak 21,3% responden yang pada waktu hamil dengan ukuran LILA < 23,5 cm. Variabel merokok/terpapar asap rokok pada ibu didapatkan hasil bahwa sebagian besar adalah merokok (terpapar asap rokok) sebanyak 81,4%. Ibu yang tidak merokok/tidak terpapar asap rokok sebanyak 18,6%. Pada penelitian ini, tidak ditemukan ada ibu yang merokok, namun yang merokok adalah anggota keluarga lain yang tinggal satu rumah dengan ibu dan merokok dilakukan di dalam rumah. Artinya bahwa ibu terpapar asap rokok atau sebagai perokok pasif. Tabel 5.2: Prevalensi BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Variabel
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Tidak BBLR
241
91,6
BBLR
22
8,4
Total
263
100
BBLR
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa prevalensi BBLR yang didapat dari penelitian sejumlah 263 responden yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang adalah sebanyak 22 (8,4%).
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
48
5.2
Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antar dua
variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Uji yang digunakan pada analisa bivariat ini adalah Chi Square (X²) dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dan dilakukan juga analisis dengan menggunakan Odds Ratio (OR). Dengan OR dapat diketahui seberapa besar risiko dari setiap variabel independen terhadap terjadinya variabel dependen yaitu BBLR. Dengan hasil sebagai berikut: Tabel 5.3: Hubungan Antara Usia Ibu Saat Hamil Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Usia Ibu (tahun)
Status BBLR Tidak BBLR n %
20-35 < 20 dan > 35 Total
Total
BBLR n
%
n
%
176 65
100 74,7
0 22
0 25,3
176 87
100 100
241
91,6
22
8,4
263
100
OR (95% CI)
p value
(1,184-1,513)
0,000
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa umur ibu yang berisiko yaitu yang berumur < 20 dan > 35 tahun sebanyak 87 orang. Dari 87 ibu yang umurnya berisiko tersebut, yang melahirkan BBLR sebanyak 22 orang (25,3%). Sedangkan yang berumur 20-35 tahun sebanyak 176 orang tidak ada yang melahirkan BBLR (0%). Ini berarti bahwa semua BBLR yang ditemukan adalah terlahir dari ibu yang mempunyai umur berisiko. Ada perbedaan sebanyak 25,3% kejadian BBLR dari ibu yang mempunyai umur berisiko dengan ibu yang mempunyai umur tidak berisiko. Dari uji Chi-Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan bermakna secara statistik antara usia ibu dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,000 ini berarti p value < 0,05 dengan CI 95%: 1,184-1,513. Pada variabel ini tidak didapatkan nilai OR karena ada cell yang mempunyai nilai nol (0) pada tabel 2x2.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
49
Tabel 5.4: Hubungan Antara Pendidikan Ibu Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Pendidikan Ibu
Status BBLR Tidak BBLR n %
Pendidikan tinggi Pendidikan rendah Total
Total
BBLR n
%
n
%
111
98,2
2
1,8
113
100
130 241
86,7 91,6
20 22
13,3 8,4
150 263
100 100
OR (95% CI)
p value
8,538 (1,953-37,339)
0,002
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 150 responden dengan pendidikan rendah 20 orang (13,3%) melahirkan BBLR. Kemudian dari 113 responden yang berpendidikan tinggi ada 2 orang (1,8%) yang melahirkan BBLR. Ada perbedaan sebesar 11,5% kejadian BBLR yang dilahirkan dari ibu yang berpendidikan rendah dengan ibu yang berpendidikan tinggi. Dari uji Chi-Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,002. Dari uji statistik juga diperoleh hasil OR = 8,538. Artinya ibu yang berpendidikan rendah mempunyai risiko melahirkan BBLR sebanyak 8,538 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. Tabel 5.5: Hubungan Antara Status Pekerjaan Ibu Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Pekerjaan Ibu
Status BBLR Tidak BBLR n %
Tidak bekerja Bekerja Total
Total
BBLR n
%
n
%
206
97,6
5
2,4
211
100
35 241
67,3 91,6
17 22
32,7 8,4
52 263
100 100
OR (95% CI)
p value
20,011 (6,936-57,735)
0,000
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
50
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 52 responden yang bekerja, ada 17 orang (32,7%) melahirkan BBLR. Sedang responden yang tidak bekerja sebanyak 211 orang, ada 5 orang (2,4%) yang melahirkan BBLR. Ini berarti ada perbedaan sebanyak 30,3% kejadian BBLR dari ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja. Dari hasil uji Chi-Square didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,000. Dari uji statistik juga diperoleh hasil OR = 20,011. Artinya ibu yang bekerja mempunyai risiko melahirkan BBLR sebanyak 20,011 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Tabel 5.6: Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Paritas Ibu
Status BBLR Tidak BBLR n %
Hamil < 4x Hamil ≥ 4x Total
Total
BBLR n
%
n
%
228
91,6
21
8,4
249
100
13
92,9
1
7,1
14
100
241
91,6
22
8,4
263
100
OR (95% CI)
p value
0,835 (0,104-6,702)
1,000
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari ibu yang hamil ≥ 4x sebanyak 14 orang ada 1 orang (7,1%) yang melahirkan BBLR. Sedangkan dari ibu yang hamil < 4x sebanyak 249, ada 21 orang (8,4%) melahirkan BBLR. Dari hasil uji Chi-Square didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian BBLR. Hal ini ditunjukkan dengan hasil yang didapat dari p value 1,00. Uji statistik juga memperoleh hasil OR = 0,835 dengan CI 95%: 0,104-6,702. Artinya bahwa ibu yang hamil ≥ 4x
berisiko negatif terhadap
kejadian BBLR.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
51
Tabel 5.7: Hubungan Antara Jarak Kehamilan Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Jarak Kehamilan
Status BBLR Tidak BBLR n %
Total
BBLR n
%
n
%
≥ 2 tahun < 2 tahun
112 129
95,7 88,4
5 17
4,3 11,6
117 146
100 100
Total
241
91,6
22
8,4
263
100
OR (95% CI)
p value
2,952 (1,055-8,258)
0,055
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jarak kehamilan antara anak terakhir dengan sebelumnya yang < 2 tahun sebanyak 146, dengan jarak < 2 tahun yang BBLR
sebanyak 17 (11,6%). Sedangkan jarak kehamilan ≥ 2 tahun
sebanyak 117, ada 5 (4,3%) yang melahirkan BBLR. Dari hasil uji Chi-Square didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR. Hasil yang didapat dari uji statistik bahwa p value 0,055, ini berarti bahwa p value > 0,05. Namun didapatkan hasil OR = 2,952. Artinya ibu yang jarak kehamilan antara anak terakhir dengan sebelumnya < 2 tahun mempunyai risiko melahirkan BBLR sebanyak 2,952 kali lebih besar dibandingkan ibu yang jarak kehamilan ≥ 2 tahun. Tabel 5.8: Hubungan Antara Status Gizi Ibu Saat Hamil Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Ukuran LILA Ibu Saat Hamil ≥ 23,5 cm < 23,5 cm Total
Status BBLR Tidak BBLR n % 197 44 241
95,2 78,6 91,6
Total
BBLR n
%
10 12 22
4,8 21,4 8,4
n
%
207 56 263
100 100 100
OR (95% CI)
p value
5,373 (2,183-13,223)
0,000
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
52
Dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan untuk menentukan status gizi ibu saat hamil adalah dengan menggunakan ukuran lingkar lengan atas ibu saat hamil (LILA). Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ibu yang mempunyai LILA < 23,5 cm sebanyak 56 orang dan yang melahirkan BBLR sebanyak 12 orang (21,4%). Dari responden yang mempunyai LILA ≥ 23,5 cm sebanyak 207 orang, yang melahirkan BBLR ada 10 orang (4,8%). Ini berarti bahwa ada perbedaan sebanyak 16,6% dari ibu yang mempunyai LILA < 23,5 cm yang melahirkan BBLR dengan ibu yang mempunyai LILA ≥ 23,5 cm yang melahirkan BBLR. Dari hasil uji Chi-Square didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara LILA ibu saat hamil yang < 23,5 cm dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,000. Sedangkan OR = 5,373. Artinya ibu yang mempunyai LILA < 23,5 cm mempunyai risiko melahirkan BBLR sebanyak 5,373 kali lebih besar dibandingkan ibu yang mempunyai LILA ≥ 23,5 cm. Tabel 5.9: Hubungan Antara Merokok/Terpapar Asap Rokok Dengan BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 Kebiasaan Merokok Pada Ibu / Keluarga Tidak merokok /tidak terpapar asap rokok Merokok /terpapar asap rokok Total
Status BBLR
Total
Tidak BBLR n %
BBLR
n
%
n
%
49
100
0
0
49
100
192
89,7
22
10,3
214
100
241
91,6
22
8,4
263
100
OR (95% CI)
p value
(1,065-1,166)
0,018
Hasil yang di dapat dari penelitian ini dari semua kasus yang merokok adalah keluarga ibu atau anggota keluarga ibu yang tinggal satu rumah dengan ibu dan merokok dilakukan di dalam rumah, hal ini berarti bahwa ibu terpapar asap rokok. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 214 responden yang terpapar
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
53
asap rokok ada 22 kasus BBLR (10,3%) ini berarti bahwa semua kasus BBLR adalah yang ibunya terpapar asap rokok. Pada ibu yang tidak terpapar asap rokok sebanyak 49 (100%) yang melahirkan BBLR tidak ada (0%). Ini berarti bahwa ada perbedaan sebesar 10,3% kejadian BBLR dari ibu yang terpapar asap rokok dengan ibu yang tidak terpapar asap rokok. Dari hasil uji Chi-Square didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara merokok/terpapar asap rokok dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,018 dengan CI 95%: 1,065-1,166. Variabel ini juga tidak diperoleh hasil dari OR karena ada cell yang mempunyai nilai nol (0) dalam tabel 2x2.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
54
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1
Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian yang di lakukan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang
Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah ini, hanya membahas beberapa distribusi faktor ibu dengan BBLR serta adanya hubungan antara faktor ibu tersebut dengan BBLR. Keadaan tersebut penulis lakukan karena sebagian besar penyebab dari kejadian BBLR didaerah ini disebabkan karena faktor ibu serta karena mengingat keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya. Pada variabel penyakit menahun ibu menurut teori Manuaba (1998), hanya diambil variabel merokok saja. Variabel merokok hanya didapatkan hasil bahwa ibu terpapar asap rokok atau sebagai perokok pasif. Untuk variabel penyakit hipertensi dan jantung tidak dimasukkan dalam penelitian karena setelah dilakukan penelitian tidak ada ibu yang menderita penyakit hipertensi dan jantung, sehingga penyakit hipertensi dan jantung dikeluarkan dari variabel penelitian.
6.2
Pembahasan Hasil Penelitian
6.2.1
Prevalensi BBLR Hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari sejumlah 263 responden yang
mempunyai bayi umur 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang, dengan total kasus BBLR sebanyak 22 kasus dengan prevalensi BBLR dari penelitian ini adalah sebesar 8,4%. Hasil ini hampir sama dengan prevalensi kasus BBLR pada tahun 2011 di wilayah kerja Puskesmas Gemawang yaitu sebanyak 9,8%, yang mengalami peningkatan cukup tajam dari tahun 2010 yang sebanyak 1,95%. Prevalensi yang diperoleh ini kemungkinan masih bisa meningkat dari 8,4%. Hal ini diketahui dari informasi yang didapatkan setelah penelitian ini selesai bahwa kasus BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang tercatat ada 6 kasus baru dan makin meningkat dari target yang ditentukan yaitu tidak ada kasus untuk bulan-bulan selanjutnya. Hasil ini lebih tinggi dari prevalensi di Provinsi
54
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
55
Jawa Tengah pada tahun 2010 yaitu sebanyak 2,69% dan lebih tinggi juga dari prevalensi di Kabupaten Temanggung pada tahun 2011 yang sebanyak 4,32%. BBLR merupakan penyebab utama kematian bayi di Kabupaten Temanggung dan khususnya di wilayah kerja Puskesmas Gemawang. Dengan makin meningkatnya kasus BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang tentu saja akan meningkatkan pula kasus BBLR yang ada di Kabupaten Temanggung, sehingga dapat mempengaruhi peningkatkan kasus kematian bayi di Kabupaten Temanggung pada umumnya dan wilayah kerja Puskesmas Gemawang pada khususnya. Ini merupakan masalah kesehatan yang sangat besar dan harus ditangani oleh semua pihak, karena dampak yang ditimbulkan akibat BBLR dimasa yang akan datang begitu besar. BBLR akan berpotensi untuk menderita gizi buruk dimasa yang akan datang, apabila anak menderita gizi buruk, maka akan berisiko terhadap tingkat kecerdasan anak, apabila hal ini tidak ditanggulangi, maka akan menyebabkan lost generation (Depkes RI, 2006). Tingkat kecerdasan seorang anak yang mengalami gizi buruk akan cenderung lebih rendah dari pada anak dengan status gizi baik, yang kemudian akan berlanjut ke masalah anak usia sekolah dan berpengaruh terhadap produktifitas seseorang bila telah dewasa kelak (Purwaningsih, 2007).
6.2.2
Usia Ibu Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa semua kejadian BBLR
disebabkan oleh umur ibu yang berisiko (< 20 tahun dan > 35 tahun). Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara usia ibu dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,000. Hal ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa usia yang aman untuk hamil sebaiknya pada umur 20-35 tahun, karena mulai umur 20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah benar-benar siap untuk menerima kehamilan dan wanita tersebut biasanya sudah merasa siap untuk menjadi ibu (Depkes RI, 2006). Keadaan di tempat penelitian ini, ternyata bahwa masih banyak perempuan usia remaja yang berumur < 20 tahun yang belum mencapai usia reproduksi sehat sudah menikah. Bahkan sebagian besar penduduknya melakukan perkawinan pada
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
56
usia muda. Ada mitos yang mengemukakan bahwa pantang bagi seorang perempuan untuk menolak lamaran seorang laki-laki, walaupun masih berusia di bawah 20 tahun dan masih sekolah. Keluarganya akan menyuruh anak perempuan tersebut untuk menikah dan memilih untuk tidak melanjutkan sekolah. Ini merupakan faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya kejadian kasus BBLR yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gemawang. Dikemukakan oleh Manuaba (1998), bahwa salah satu dampak kehamilan remaja,
akan
memudahkan
terjadinya
BBLR.
Suryani
(2002),
juga
mengemukakan bahwa perkawinan pada masyarakat di pedesaan sering terjadi pada usia muda, yaitu sekitar usia menarche, risiko melahirkan BBLR sekitar dua kali lipat dalam 2 tahun setelah menarche. Telah dipertimbangkan bahwa paling baik bagi wanita untuk memulai mempunyai anak umur 20 tahun dan berhenti melahirkan kira-kira umur 35 tahun. Ibu-ibu yang terlalu muda mempunyai masalah bukan hanya dengan kesehatan mereka sendiri tapi juga dengan kesehatan anaknya. Dengan tak mengindahkan status gizi dan keadaan dirinya bahwa ia telah hamil, lebih banyak kemungkinan anaknya dengan berat waktu lahir rendah (Whitehead, 1986). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wiharjo (2010) yang diperoleh hasil bahwa kehamilan < 20 tahun dan > 35 tahun berisiko 2,91 kali melahirkan bayi BBLR. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rusdaniah (2005) dan Budiarti (2003) juga diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun dengan kejadian BBLR.
6.2.3
Pendidikan Ibu Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari responden dengan
pendidikan rendah, sebagian besar melahirkan BBLR. Yang berpendidikan tinggi hanya ada 2 orang (1,8%) saja yang melahirkan BBLR. Dari uji Chi-Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,002. Keadaan di tempat penelitian diketahui bahwa sebagian besar penduduk di wilayah kerja Puskesmas Gemawang adalah dengan pendidikan tamat SD. Salah
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
57
satu target wajib belajar 9 tahun tidak terpenuhi, dan dari sekian banyak penduduknya ini, terbanyak pada usia produktif. Berarti bahwa ada banyak penduduk perempuan yang siap hamil dan melahirkan sebagai fungsi reproduksi yaitu meneruskan keturunan. Pendidikan diperlukan untuk memperoleh informasi, dalam hal ini adalah informasi kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak. Berawal dari putus sekolah karena menikah muda dan keadaan ibu yang masih terlalu muda sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan dan informasi yang didapat tentang kesehatan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suwarno bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan (Hasbullah, 2008, hal. 50). Dan menurut Novita dan Franciska (2011), pendidikan adalah suatu upaya persuasif atau pembelajaran agar masyarakat mau untuk melaksanakan tindakan-tindakan untuk meningkatkan dan menjaga derajat kesehatannya dan agar tercapai suatu perilaku yang diinginkan. Kemudian Notoatmodjo (2010) menambahkan bahwa perubahan atau tindakan tersebut didasarkan pada pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran/pengalaman yang diharapkan akan langgeng dan menetap. Sedangkan pendidikan kesehatan menurut Novita dan Franciska (2011) adalah sebuah proses yang menjadi jembatan antara informasi kesehatan dan praktik kesehatan. Dengan pendidikan kesehatan, akan dapat memotivasi seseorang untuk menjaga dirinya agar lebih sehat dan dapat membentuk kebiasaan yang menguntungkan. Yang terjadi di daerah penelitian bahwa masih rendahnya tingkat pendidikan ibu maka akan memungkinkan dan memberikan kontribusi makin meningkatnya kasus BBLR yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gemawang. Hasil OR dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah mempunyai risiko melahirkan BBLR sebanyak 8,538 kali lebih besar dibandingkan ibu dengan tingkat pendidikan tinggi. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitan yang dilakukan oleh Wiharjo (2010), yang memperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan terjadinya BBLR. Ibu yang berpendidikan rendah 2,31 kali melahirkan BBLR. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Djaali dan Eryando (2010) bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, berat lahir akan
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
58
152,671 gram lebih besar dibandingkan dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah.
6.2.4
Status Pekerjaan Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang
melahirkan BBLR adalah ibu yang bekerja. Uji Chi-Square dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,000. Kondisi di wilayah kerja Puskesmas Gemawang, sebagian besar penduduknya adalah bekerja sebagai petani. Apabila ibu tersebut ikut bekerja membantu suaminya, tidak hanya sekedar membantu saja tetapi banyak dari ibuibu yang ada di daerah tersebut ikut mencangkul sawah dan kebun serta mengurusi hasil panen yang diperoleh. Apalagi bila musim panen telah tiba maka semua sibuk mengurusi hasil panen dan tidak akan mempedulikan waktu serta kondisi badan terutama ketika ibu tersebut sedang hamil. Memang dianjurkan bagi ibu hamil untuk tetap melakukan aktifitas, namun sebatas kemampuan dan aktifitas yang ringan dan tidak bekerja yang terlalu berat. Hal ini sejalan dengan teori menurut Depkes RI (2006) yang mengatakan bahwa ibu hamil perlu istirahat yang cukup, menghindari pekerjaan yang melelahkan dan mengangkat benda yang berat. Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa ibu yang bekerja mempunyai risiko melahirkan BBLR sebanyak 20,011 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Hal inilah yang dapat menyumbangkan adanya kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang ini. Hasil penelitian ini memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Bunadi (2006) bahwa ibu yang bekerja mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal yang sama juga dituliskan oleh Rusdaniah (2005) dan Saraswati (2006) dalam penelitiannya, bahwa ada hubungan yang bermakna antara ibu yang bekerja dengan terjadinya BBLR. Namun demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardhita (2008) diperoleh hasil tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian BBLR (p = 0,299).
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
59
6.2.5
Paritas Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar ibu yang
melahirkan BBLR adalah dari ibu yang hamil < 4x. Uji Chi-Square didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan kejadian BBLR. Dengan hasil p value 1,00. Hal ini dikarenakan banyak ibu yang hamil dan melahirkan pertama kali. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa peringkat pertama ibu dengan paritas 1 kali sebanyak 136 orang (51,7%) dan peringkat kedua adalah ibu dengan paritas 2 kali sebanyak 92 orang (35,0%). Selain itu juga dari faktor perkawinan usia dini sehingga banyak pasangan baru atau keluarga baru yang hamil dan melahirkan, sedangkan untuk pasangan atau keluarga yang sudah menjalani perkawinan yang lama mayoritas sudah membatasi jumlah anak. Hal ini diperoleh hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2003), bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah paritas ibu dengan kejadian BBLR. Akan tetapi jika dilihat dari proporsinya, kejadian BBLR cenderung terjadi lebih banyak pada ibu-ibu yang memiliki paritas 1 anak atau lebih, yaitu sebesar 52,4% dibandingkan dengan yang terjadi pada ibu-ibu yang memiliki paritas 0 anak, yaitu sebesar 47,6%. Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh Rusdaniah (2005), diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah kehamilan > 4 kali dengan kejadian BBLR.
6.2.6
Jarak Kehamilan Dari penelitian ini diketahui bahwa jarak kehamilan antara anak terakhir
dengan sebelumnya yang < 2 tahun dan melahirkan BBLR sebanyak 17 (11,6%). Sedangkan jarak kehamilan ≥ 2 tahun ada 5 (4,3%) yang melahirkan BBLR. Hasil uji Chi-Square didapatkan tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian BBLR dengan hasil p value 0,055. Keadaan ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Depkes RI (2006), yang mengatakan bahwa bila jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun atau bila terlalu dekat, maka rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Sehingga perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, yang akan berakibat terjadinya BBLR. Kemudian
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
60
menurut Hartanto (2003) ibu hamil dengan spacing kurang 2 tahun akan mengakibatkan BBLR, nutrisi kurang, lebih sering terkena penyakit, tumbuh kembang lebih lambat, pendidikan/intelegensia dan pendidikan akademis lebih rendah. Hasil penelitian ini juga tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ardhita (2008) dan Saraswati (2006) yang memperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara jarak kehamilan < 2 tahun dengan kejadian BBLR. Dalam penelitian ini, kondisi dilapangan diketahui bahwa sebagian besar responden adalah ibu yang baru melahirkan pertama kali dan sebagian besar ibu sudah mengatur jarak kehamilan untuk anak berikutnya agar mulai hamil lagi setelah anak berumur > 2 tahun, namun demikian bila dilihat dari hasil OR menunjukkan bahwa ibu yang hamil dengan jarak < 2 tahun akan mempunyai kecenderungan berisiko 2,952 kali lebih besar melahirkan BBLR.
6.2.7
Status Gizi Ibu Saat Hamil Dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan untuk menentukan status
gizi ibu saat hamil adalah dengan menggunakan ukuran lingkar lengan atas ibu saat hamil (LILA). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suryani (2002) bahwa secara antropometrik, salah satu indikator untuk status gizi pada ibu hamil yaitu dengan menggunakan ukuran lingkar lengan atas (LILA). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Sayogo (2007) yaitu cara lain untuk menilai keadaan gizi ibu hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). LILA < 23,5 cm menunjukkan kurang energi kronis (KEK). Menurut hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang mempunyai LILA < 23,5 cm dan melahirkan BBLR sebanyak 12 orang (21,4%). Dari responden yang mempunyai LILA ≥ 23,5 cm yang melahirkan BBLR ada 10 orang (4,8%). Hasil uji Chi-Square didapatkan bahwa ada hubungan bermakna antara LILA ibu saat hamil yang < 23,5 cm dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,000. Hal ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa Wanita usia subur yang KEK akan berisiko melahirkan BBLR (Purwaningsih, 2007). Bila ibu hamil menderita KEK maka pertumbuhan dan perkembangan janinnya terganggu sehingga bayi yang dilahirkan BBLR, mudah terkena sakit serta pertumbuhan dan
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
61
perkembangan otak janin terhambat, sehingga akan mempengaruhi kecerdasan anak di kemudian hari dan kemungkinan perkembangan kepandaiannya lambat (Depkes RI, 2006). Pada kondisi di daerah penelitian diperoleh hasil bahwa kebanyakan ibu yang hamil adalah masih pada usia remaja. Pada usia remaja, masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik dan mental. Sehingga yang semula fisik masih kecil akan bertumbuh lagi menjadi besar, namun di daerah ini kebanyakan sudah hamil dan melahirkan. Disisi lain remaja juga cenderung belum memikirkan nutrisi yang dikonsumsi dan cenderung mempuyai kebiasaan sehat yang jelek, masih seenaknya sendiri dan belum memikirkan kondisi dirinya bahwa telah hamil, sehingga akan berpengaruh terhadap kehamilannya terutama janin yang dikandungnya. Dari penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa ibu yang mempunyai LILA < 23,5 cm mempunyai risiko melahirkan BBLR sebanyak 5,373 kali lebih besar dibandingkan ibu yang mempunyai LILA ≥ 23,5 cm. Hal inilah yang dapat berpengaruh terhadap meningkatnya BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang. Hasil penelitian yang sama juga didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Bunadi (2006) di kota Cirebon menyebutkan bahwa ibu yang mempunyai ukuran lingkar lengan atas selama hamil < 23,5 cm mempunyai resiko 2,5 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR di bandingkan dengan ibu yang ukuran lingkar lengan atasnya ≥ 23,5 cm. Senada dengan hasil penelitian Bunadi (2006), penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2006) juga memberikan hasil bahwa KEK yang dinilai dengan LILA berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Terbukti bahwa ibu hamil dengan ukuran LILA < 23,5 cm akan berisiko melahirkan BBLR lebih tinggi daripada LILA ≥ 23,5 cm.
6.2.8
Merokok/Terpapar Asap Rokok Hasil yang di dapat dari penelitian ini adalah ibu terpapar asap rokok atau
sebagai perokok pasif. Dari semua kasus BBLR diketahui dari ibu yang terpapar asap rokok di dalam rumah. Uji Chi-Square didapatkan hasil bahwa ada hubungan signifikan antara merokok dengan kejadian BBLR yaitu dengan p value 0,018.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
62
Kondisi di wilayah penelitian ini, penduduknya sebagian besar bekerja sebagai petani perkebunan kopi, bukan petani tembakau. Ternyata walaupun wilayah kerja Puskesmas Gemawang sebagian besar penduduknya adalah sebagai petani kebun kopi, namun sebagian besar penduduknya terutama kaum laki-laki adalah sebagai perokok aktif, walaupun ada perempuan yang merokok, namun hanya dilakukan oleh perempuan yang sudah tua dan hanya sebagian kecil saja. Dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya ibu yang merokok. Namun kejadian BBLR ini kemungkinan disebabkan oleh efek asap rokok yang dihisap oleh ibu tersebut atau sebagai perokok pasif. Hal ini sejalan dengan teori yang mengemukakan bahwa asap rokok dari orang lain yang terhisap oleh ibu dapat mengakibatkan bayi yang dikandung ibu tersebut lahir dengan berat lahir rendah (Depkes RI, 2006). Selain berefek pada bayi yang dikandung ibu, ibu juga dapat mengalami masalah selama kehamilan akibat menghisap asap rokok (Medforth et al., 2011). Karena sebagai perokok pasif ibu akan menghisap asap sampingan yang keluar dari ujung batang rokok yang terbakar, selain itu juga akan menghisap bagian utama yang dihembuskan lagi oleh perokok aktif. Dari satu batang rokok yang dinyalakan akan menghasilkan asap sampingan selama sekitar 10 menit, dan asap utama hanya kurang lebih 1 menit. Kadar bahan-bahan berbahaya lebih tinggi pada asap sampingan dari pada asap utama, maka perokok pasif menerima akibat buruk dari kebiasaan merokok orang disekitarnya (Aditama, 1997). Dari hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa paparan asap rokok yang dihisap ibu setiap harinya sangat tinggi, ini terbukti dari hasil penelitian bahwa dari jumlah orang yang merokok di dalam rumah ada yang merokok sampai sebanyak 4 orang. Frekuensi merokok dalam satu hari terbanyak adalah > 4 kali. Sedangkan banyaknya rokok yang dihisap dalam satu hari terbanyak adalah > 6 batang sehari. Dan anggota keluarga ini merokok tidak terpengaruh keadaan dan waktu. Hal inilah yang dapat menyumbangkan makin meningkatnya kasus BBLR yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah karena tingginya keterpaparan ibu dari asap rokok yang dihisap ibu terus menerus.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
63
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
1.
Kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 dalam dua tahun ini mengalami peningkatan. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa jumlah kasus BBLR sebanyak 22 kasus, dengan prevalensi 8,4%. Hampir sama dengan prevalensi BBLR pada tahun 2011. Temuan dilapangan didapatkan informasi bahwa kasus BBLR di wilayah kerja Puskesmas Gemawang prevalensinya akan meningkat lagi dari 8,4%, terbukti dengan makin meningkatnya kasus BBLR baru. Ini merupakan masalah yang sangat besar dan harus ditangani.
2.
Variabel independen yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian BBLR adalah usia ibu, tingkat pendidikan, status pekerjaan ibu, status gizi ibu saat hamil dan merokok/terpapar asap rokok.
3.
Variabel independen yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan terhadap kejadian BBLR adalah paritas dan jarak kehamilan.
7.2
Saran
1.
Pemerintah Desa dan Kantor Urusan Agama (KUA) Masukan kepada Pemerintah Desa dan KUA mengenai usia minimum menikah, agar dilaksanakan sesuai dengan UU Perkawinan yang ada.
2.
Dinas Pendidikan Kecamatan dan Kabupaten Masukan kepada Dinas Pendidikan Kecamatan dan Kabupaten agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang wajib belajar 9 tahun dan perlu memasukkan pelajaran tentang kesehatan reproduksi bagi siswa SLTP dan SLTA dalam kurikulum sekolah.
3.
Puskesmas Gemawang -
Masukan
kepada
Puskesmas
Gemawang
perlu
lebih
mensosialisasikan dan meningkatkan lagi penyuluhan tentang
63
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
64
reproduksi sehat dan pendewasaan usia perkawinan bagi remaja dan masyarakat. -
Meningkatkan deteksi dini pada ibu hamil, dengan memperhatikan ukuran LILA serta meningkatkan pengetahuan pada masyarakat terutama ibu-ibu dan remaja putri dengan penyuluhan, penyebaran leaflet dan bila mungkin dengan spanduk untuk meningkatkan asupan nutrisi terutama pada waktu hamil, istirahat yang cukup dan tidak melakukan pekerjaan yang berat sewaktu hamil serta bahaya merokok/terpapar asap rokok.
-
Perlu menyarankan kepada ibu hamil agar pada waktu pemeriksaan ANC didampingi oleh suami sehingga Bidan bisa memberikan penyuluhan kepada suami ibu tentang kondisi kehamilan ibu serta menyarankan kepada suami ibu untuk berhenti merokok atau apabila belum bisa berhenti merokok agar tidak merokok di dalam rumah.
-
Perlu meningkatkan pelaksanaan ANC yang berkualitas dengan melaksanakan standart minimun pemeriksaan 10 T, terutama memperhatikan ukuran tinggi fundus uteri sehingga pada kasus risiko tinggi dapat segera dirujuk dan mendapat intervensi gizi.
4.
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Masukan kepada masyarakat terutama ibu-ibu yang sedang hamil agar lebih mengindahkan dan melaksanakan saran serta nasehat yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk mengkonsumsi makanan dengan gizi berimbang dengan porsi yang cukup, tidak melakukan aktifitas atau bekerja yang berat saat hamil dan menghindari asap rokok sejak merencanakan kehamilan sampai pada saat hamil.
5.
Untuk penelitian yang akan datang -
Meneliti lebih lanjut faktor lain yang berhubungan dengan kejadian BBLR yaitu dari faktor tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Gemawang.
-
Meneliti lebih lanjut faktor lain yang berhubungan dengan kejadian BBLR dilain Kecamatan dalam satu Kabupaten, sehingga dapat
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
65
menggambarkan hasil faktor apa saja yang berhubungan dengan BBLR untuk satu Kabupaten Temanggung.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
66
DAFTAR PUSTAKA
Aditama. Tjandra Yoga. (1997). Rokok dan Kesehatan. Jakarta: UI Press. Arditha, Intan. (2008). Skripsi: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Pada Bayi Lahir Di RSAB Harapan Kita Jakarta Tahun 2007. Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arisman. (2009). Buku Ajar Ilmu Gizi Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Jakarta: EGC. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta. Budiarti, Eti. (2003). Skripsi: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003. Bunadi. (2006). Tesis: Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Di Kota Cirebon Tahun 2004. Departemen Kesehatan RI dan Badan Pusat Statistik. (2007). Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1995). Pedoman Dan Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1999). Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2006). Ibu Sehat Bayi Sehat. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2006). Panduan Promosi Perilaku Tidak Merokok. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA). Jakarta.
66
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
67
Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Nasional Tahun 2009. Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. (2010). Profil Kesehatan Kabupaten Temanggung Tahun 2010. Temanggung. Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. (2011). Profil Kesehatan Kabupaten Temanggung Tahun 2011. Temanggung. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2010). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010. Semarang. Djaali, Nur Asniati & Eryando, Tris. (2010). Bayi Berat Lahir Rendah di rumah Sakit umum Daerah Pasar Rebo dan Faktor-faktor yang Berhubungan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 5 Nomor 2 Oktober 2010. Jakarta. Efriza. (2007). Determinan Kematian Neonatal Dini Di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 2 Nomor 3 Desember 2007. Jakarta. Gibney, Michael, J., Margetts, Barrie, M., Kearney, John, M. & Arab, Lenore. (2009). Gizi Kesehatan Masyarakat (Public Health Nutrition)(Hartono Andry, Alih Bahasa.). Jakarta: EGC. Hakimi, Muhammad. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan Human Labor And Birth. Yogyakarta: Andi kerjasama dengan Yayasan Essentia Medica (YEM). Hartanto, Hanafi. (2003). KB Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hasan et al. (1985). Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hastono, Sutanto Priyo & Sabri, Luknis. (2008). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
68
Hastono, Sutanto Priyo. (2007). Analisis Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hidayat, A. Azis Alimul. (2010). Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Ihsan, Fuad. (2005). Dasar-Dasar Kependidikan Komponen MKDK. Jakarta: Rineka Cipta. Institute Of Medicine. (1985). Preventing Low Birthweight. Washington, D.C.: National Academy Press. Jamilah, Mimmi. (2003). Skripsi: Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Di Empat Kabupaten Di Jawa Barat (Cirebon, Cianjur, Ciamis Dan Karawang) Tahun 2002 (Analisis Data Sekunder Survei Data Dasar Asuh Di Jawa Barat Tahun 2002). Kementerian Kesehatan RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Buku Acuan Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Untuk Bidan Di Desa. Jakarta. Kosim et al. (2008). Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. Manuaba, Ida Bagus Gde. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi Dan KB. Jakarta: EGC. Manuaba, Ida Bagus Gede. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Mirzanie, Hanifah & Leksana. (2006). Buku Saku Anak Pediatricia Edisi Kedua. Yogyakarta: Tosca Enterprise. Mochtar, Rustam. (2008). Sinopsis Obstetri Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Jilid 1. Jakarta: EGC. Moehji, Sjahmien. (2003). Ilmu Gizi 2 Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
69
Natalia, Rika. (2003). Skripsi: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Di RSU Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun 2001. Nolan, Mary. (2004). Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Arcan. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. Novita, Nesi & Franciska, Yunetra. (2011). Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Purwatiningsih, Endang. (2007, Juni). Dampak Gangguan Gizi Sejak Awal Kehamilan Dalam Terjadinya Penyakit Di Usia Dewasa (Studi Kajian Ilmu Gizi dan Epidemiologi). Pidato Pengukuhan Dipresentasikan Pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Putra, I Wayan Gede Artawan Eka. (2011). Karya Tulis Ilmiah: Evaluasi Sistem Surveilans BBLR Di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011. Rosikin. (2005). Skripsi: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian BBLR Di Puskesmas Cangkol Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat Tahun 2004. Rusdaniah. (2005). Skripsi: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Proporsi Kejadian BBLR di Provinsi Gorontalo (Analisis Data Sekunder SDKI Tahun 2002-2003). Sadler, T, W. (1991). Langman Embriologi Kedokteran. (Susanto Irwan, Alih Bahasa). Jakarta: EGC. Saifuddin, Abdul Bari. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI bekerjasama dengan Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, Abdul Bari. (2008). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
70
Saraswati, Etna. (2006). Faktor Kesehatan Reproduksi Ibu Hamil dan Hubungannya dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Kota Sukabumi Tahun 2005-2006. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 1 Nomor 3 Desember 2006. Jakarta. Sayogo, Safitri. (2007). Gizi Ibu Hamil. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Suharmiyati, Handajani, Lestari & Handajani, Adianti. (2010). Hubungan Pola Penggunaan Rokok Dengan Tingkat Kejadian Asma. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan (Bulletin Of Health System Research) Volume 13 Nomor 4 Oktober 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Suryani, As’ad. (2002). Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Susanti, Olivia Yuli. (2011). Skipsi: Studi Kasus Hubungan Antara Anemia Dan Faktor-Faktor Lain Dengan Kejadian BBLR Di Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. Turhayati, Elmy Rindang. (2006). Hubungan Pertambahan Berat Badan Selama Kehamilan dengan Berat Lahir Bayi di Sukaraja Bogor Tahun 2001-2003. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume 1 Nomor 3 Desember 2006. Jakarta. Wawan, A & Dewi, M. (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Whitehead, R. G. (1986). Pola Makanan Bagi Ibu Kesanggupan Menyusui dan Ketidaksuburan Selama Menyusui. Jakarta: Prima Karsa Utama. Wiharjo, Siti Handayani. (2010). Skripsi: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Bayi BBLR Di RSUD Cibinong Tahun 2009. Wiknjosastro, Hanifa. (1997). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wiryo, Hananto. (2002). Peningkatan Gizi bayi, Anak, Ibu Hamil, Dan Menyusui Dengan Bahan Makanan Lokal. Jakarta: Sagung Seto.
Universitas Indonesia
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Anggraeni Indah Kusumaningrum
Tempat Tanggal Lahir: Temanggung, 15 Oktober 1977 Alamat
: Jl. Sundoro No. 8 Lingkungan Kwaluhan, Kertosari, Temanggung, Jawa Tengah
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Riwayat Pendidikan : 1.
TK Pertiwi Kertosari
1982-1984
2.
SD Negeri Kertosari 1
1984-1990
3.
SMP Negeri 2 Temanggung
1990-1993
4.
SPK Depkes Magelang
1993-1996
5.
Pendidikan Program Bidan (PPB) Depkes Magelang
1996-1997
6.
D III Kebidanan Poltekkes Depkes Semarang
2004-2006
7.
Program SKM Peminatan Kebidanan Komunitas UI
2010
s.d.
sekarang Riwayat Pekerjaan 1.
:
Bidan di Desa Petirejo wilayah kerja Puskesmas Traji Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 1997-1998.
2.
Bidan di Desa Katekan wilayah kerja Puskesmas Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah tahun 1998-2010.
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Lampiran 2: Kuesioner
KUESIONER
HUBUNGAN FAKTOR IBU DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEMAWANG KECAMATAN GEMAWANG KABUPATEN TEMANGGUNG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012
Isilah titik-titik di bawah ini dan berilah tanda silang pada jawaban yang ibu pilih Pewawancara
:
(diisi oleh petugas)
Tanggal wawancara :
(diisi oleh petugas)
Nomor responden
:
(diisi oleh petugas)
Nama responden
:
Umur responden
: ..............tahun
Alamat responden
: RT......... RW.......... Desa................................ Kecamatan................................. Kabupaten Temanggung
Berat bayi yang dilahirkan
:
...........kg
Umur bayi
:
............bl
Karakteristik Ibu
:
1.
2.
Apakah pendidikan formal terakhir yang ibu tamatkan? 0.
Tidak sekolah
1.
Tidak tamat SD
2.
Tamat SD
3.
Tamat SMP/sederajat
4.
Tamat SMU/sederajat
5.
Akademi/perguruan tinggi
Apakah ibu bekerja? 0. Tidak 1.
Ya, sebutkan.......................
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
(lanjutan)
3.
Berapa kali ibu pernah melahirkan bayi, baik yang hidup maupun yang meninggal? 0. 1 kali 1. 2 kali 2. 3 kali 3. 4 kali 4. > 4 kali sebutkan......................
4.
Berapa jarak kehamilan ibu antara anak yang terakhir dengan yang sebelumnya.............. tahun
5.
Berapakah ukuran lingkar lengan atas ibu saat hamil anak yang terakhir............. cm
Kebiasaan Merokok 1.
:
Apakah ibu merokok atau adakah anggota keluarga ibu yang merokok dan tinggal satu rumah dengan ibu?
2.
0.
Tidak
1.
Ya, lanjut ke nomor 2
Ada berapa orang yang merokok dalam rumah ibu............. orang, siapa saja sebutkan..............................................................................
3.
Dalam 1 hari, orang yang merokok dan tinggal satu rumah dengan ibu menghabiskan berapa batang rokok............... batang
4.
Dalam 1 hari, orang yang merokok dan tinggal satu rumah dengan ibu melakukan berapa kali merokok.......... kali
5.
Dalam keadaan dan waktu yang bagaimana orang yang merokok di rumah ibu? 1.
Bila sedang ada tekanan/masalah
2.
Pada saat capek
3.
Waktu tertentu saja, misal pagi hari saja, sore hari saja, setelah makan saja, pulang kerja saja
4.
Tidak terpengaruh keadaan, dalam keadaan dan waktu apapun selalu merokok
5.
Hal yang lain, sebutkan.....................................................................
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012
Hubungan faktor..., Anggraeni Indah Kusumaningrum, FKM UI, 2012