UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER – 15 OKTOBER 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DEDDY RIFANDI LAURENS, S.Farm. 1006835154
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK NOVEMBER 2011
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 7 Jl. H. JUANDA NO. 30, BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER – 15 OKTOBER 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
DEDDY RIFANDI LAURENS, S.Farm. 1006835154
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK NOVEMBER 2011 ii Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama : Deddy Rifandi Laurens, S. Farm. NPM : 1006835154 Program Studi : Apoteker – Departemen Farmasi FMIPA UI Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No.7 Jl. H. Juanda No. 30, Bogor Periode 5 September – 15 Oktober 2011
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh Gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker – Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Drs. Priyanggo Artadji, Apt.
(
)
Pembimbing : Dr. Nelly D. Leswara, M.Sc., Apt.
(
)
Penguji
:
(
)
Penguji
:
(
)
Penguji
:
(
)
Ditetapkan di : Depok Tanggal
iii Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas segala rahmat Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa tingkat profesi pada Program Profesi Apoteker
Departemen
Farmasi
FMIPA
Universitas
Indonesia
untuk
menyelesaikan masa studi dan memperoleh gelar apoteker. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 7 berlangsung selama periode 5 September – 15 Oktober 2011. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih tak terhingga kepada: 1. Segenap Direksi PT. Kimia Farma Apotek yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker 2. Bapak Drs. Priyanggo Artadji, Apt., selaku Pembimbing dan Manager Bisnis Wilayah Bogor yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan pengarahan selama PKPA dan penyusunan laporan PKPA. 3. Ibu Dr. Nelly D. Leswara, M.Sc., Apt selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dalam penyusunan laporan ini. 4. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA UI. 5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI. 6. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor yang telah memberikan bantuan, kerjasama yang baik, saran dan kesempatan selama masa PKPA. 7. Keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materiil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar.
iv Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
8. Seluruh teman-teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 73 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan dan jerih payah yang telah dicurahkan. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
v Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... KATA PENGANTAR .......................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR ............................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
i iii iv vi vii viii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................. 1.1 Latar Belakang ................................................................. 1.2 Tujuan ..............................................................................
1 1 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1 Pengertian Apotek ........................................................ 2.2 Landasan Hukum Apotek .............................................. 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek .............................................. 2.4 Persyaratan Apotek ....................................................... 2.5 Tata Cara Pemberian Izin Apotek .................................. 2.6 Pengelolaan Apotek ....................................................... 2.7 Pelayanan Apotek .......................................................... 2.8 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker........................... 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek ........................................ 2.10 Sediaan Farmasi ............................................................ 2.11 Pengelolaan Narkotika ................................................... 2.12 Pengelolaan Psikotropika ...............................................
3 3 3 4 4 8 9 11 14 14 16 18 21
BAB 3. TINJAUAN UMUM ............................................................. 3.1 Sejarah Singkat PT. Kimia Farma Tbk .............................. 3.2 PT. Kimia Farma Apotek ..................................................
24 24 28
BAB 4. TINJAUAN KHUSUS .......................................................... 4.1 Bisnis Manajer Wilayah Bogor ......................................... 4.2 Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor ....................................
30 30 35
BAB 5. PEMBAHASAN ...................................................................
46
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 6.1 Kesimpulan ...................................................................... 6.2 Saran ................................................................................
52 52 52
DAFTAR ACUAN ..............................................................................
53
vi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penandaan obat bebas ....................................................... Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas .......................................... Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6) ........... Gambar 2.4. Penandaan obat keras ........................................................ Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika ................................................. Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Tbk ..............................................
vii
16 16 17 17 17 27
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15.
Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek ................ Alur Pelayanan Penerimaan Resep ................................. Denah Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor ...................... Etiket Obat .................................................................... Kemasan Obat ............................................................... Copy Resep ................................................................... Kartu Stok Obat ............................................................. Bon Permintaan Barang Apotek ..................................... Surat Pemesanan Narkotika dan Psikotropika ................ Laporan Penggunaan Narkotika...................................... Laporan Khusus Penggunaan Morfin, Petidin, dan Derivatnya ..................................................................... Laporan Penggunaan Psikotropika ................................. Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) .................. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi ............... Formulir Permintaan Obat Upaya Pengobatan Sendiri ...........................................................................
viii
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser dari product oriented menjadi patient oriented yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Pelayanan yang diberikan bukan hanya bertujuan pada pengelolaan obat sebagai komoditi, namun juga pelayanan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien. Melalui Pharmaceutical Care diharapkan masyarakat dapat lebih mengetahui dan mengerti bagaimana pengelolaan suatu penyakit dan pengobatannya. Apotek berdasarkan PP No.51 merupakan suatu tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Kegiatan pelayanan kefarmasian di apotek dapat memberikan informasi dan pengobatan bagi pasien dalam pengobatan diri sendiri (swamedikasi) agar pasien lebih mengerti dan tujuan dari pengobatan dapat tercapai. PT. Kimia Farma Apotek bergerak dibidang perapotekan yang memiliki 390 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan sistem jaringan dengan skala nasional, apotek Kimia Farma dalam memberikan pelayanan kefarmasian memiliki standar yang baik dalam fasilitas dan manajemen. Hal ini merupakan salah satu keunggulan dari apotek Kimia Farma dibandingkan kompetitornya. Apotek selain memberikan pelayanan kepada masyarakat, dapat juga sebagai tempat pendidikan bagi calon apoteker dalam memahami kegiatan kefarmasian di apotek, baik dalam segi manajemen maupun dalam hal pelayanan kepada masyarakat. Seorang apoteker dituntut untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Untuk itu Departemen Farmasi FMIPA UI bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi calon apoteker. Dengan PKPA ini diharapkan para calon apoteker memiliki suatu wawasan dan tambahan pengetahuan seputar apotek serta melatih
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
2
memecahkan permasalahan yang terjadi di apotek baik dari segi pelayanan maupun manajerial.
1.2.
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh
Program Studi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia yang bekerjasama dengan PT. Kimia Farma Apotek bertujuan untuk : 1.
Memberikan pemahaman akan fungsi dan peranan apoteker dalam mengelola apotek secara profesional.
2.
Menambah dan memperluas pengetahuan serta wawasan calon apoteker agar dapat mengaplikasikan teori yang telah didapat dengan mengamati secara langsung kegiatan rutin, organisasi, manajemen dan pelayanan kesehatan di apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Apotek Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2002). Menurut PP No. 51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pekerjaan
kefarmasian
yang
dilakukan
meliputi
pembuatan
termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, maka dalam pelayanannya apotek harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik. Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
2.2
Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam: a. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MenKes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek. c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
4 d. Undang – Undang No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika. e. Undang - Undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika. f. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. g. Undang – Undang Kesehatan RI No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan. h. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1990 tentang masa bakti apoteker, yang disempurnakan
dengan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
184/MenKes/Per/II/1995. i.
Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas PP NO.26 Tahun 1965 tentang apotek.
2.3.
Tugas dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980
tugas dan fungsi
apotek adalah sebagai berikut : a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan. b. Sarana farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. d. Sarana pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
2.4
Persyaratan Apotek Apotek baru yang akan beroperasi harus mempunyai Surat Izin Apotek
(SIA) yaitu surat izin yang diberikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Izin apotek berlaku untuk seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi persyaratan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
5
Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 2002). Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Untuk menjadi Apoteker Pengelola Apotek, harus memenuhi persyaratan
sebagai
berikut
(Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, 1993) : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan. b. Telah mengucapkan sumpah/janji sebagai apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN); b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar; Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Registrasi ini merupakan pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta diakui secara
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
6
hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktek profesinya. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktek profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi ini berlaku selama 5 tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya. Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi secara langsung. Tata Cara Memperoleh Surat Tanda Registrasi (1) Untuk memperoleh STRA, Apoteker mengajukan permohonan kepada KFN (2) Surat permohonan STRA harus melampirkan: a. fotokopi ijazah Apoteker; b. fotokopi surat sumpah/janji Apoteker; c. fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku; d. surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek; e. surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi; dan f. pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar. (3) Permohonan STRA dapat
diajukan dengan menggunakan teknologi
informatika atau secara online melalui website KFN. Persyaratan pendirian sebuah apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek yaitu : a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
7
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
2.4.1 Bangunan Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Bangunan apotek harus memiliki ruangan khusus diantaranya ruang penerimaan dan penyerahan resep, ruang tunggu (dibuat seluas dan senyaman mungkin, tenang, bersih, segar, terang, tidak ada nyamuk atau serangga lain yang mengganggu sehingga para pembeli merasa betah dan tidak lelah menunggu. Ruang tunggu dilengkapi dengan ventilasi udara segar atau jika memungkinkan memakai pendingin udara, penerangan yang baik tapi tidak menyebabkan panas, televisi atau musik yang enak didengar supaya para pembeli betah menunggu, jam dinding di tempat yang mudah terlihat oleh pembeli, rak atau lemari etalase yang berisi obat bebas atau produk lainnya dan rak brosur obat atau majalah yang bisa dibaca para pembeli, ruang peracikan sebagai tempat peracikan obat yang telah diresepkan oleh dokter harus tenang, bersih, dan nyaman, ruang administrasi, ruang apoteker sebagai tempat dilaksanakannya konseling dan pelayanan informasi obat bagi pasien, konter kasir dan ruang penjualan obat bebas, serta gudang sebagai tempat penyimpanan obatobatan.
2.4.2 Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia yang terdapat di apotek antara lain Apoteker Pengelola Apotek, yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA); Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek disamping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek; Asisten Apoteker, yaitu mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker; personalia lain yang membantu kegiatan di apotek, antara lain juru resep yang membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat untuk diracik, pemegang kas/kasir dan petugas kebersihan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
8
2.4.3 Perlengkapan Perlengkapan yang harus ada di apotek adalah peralatan untuk membuat, mengolah dan meracik obat seperti timbangan, mortir dan alu, gelas ukur dan lainlain; tempat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari dan rak untuk menyimpan obat, lemari pendingin, lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika; wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket obat; peralatan administrasi seperti blanko pemesanan obat, salinan resep dan kartu stok; buku standar yang berhubungan dengan kegiatan apotek.
2.5
Tata Cara Pemberian Izin Apotek (Departemen Kesehatan, 2002) Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam Keputusan
Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: 1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir APT-1. 2. Dengan
menggunakan
formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. 3. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan formulir APT-3. 4. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam (nomor 2) dan (nomor 3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan formulir APT-4.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
9
5. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana di maksud ayat (3), atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan formulir APT-5. 6. Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud (nomor 3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan formulir APT-6 dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja. 7. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam (nomor 6), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. 8. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana. 9. Pemilik sarana yang dimaksud (nomor 8) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan. 10. Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan
surat
penolakan
disertai
dengan
alasannya
dengan
menggunakan formulir APT-7.
2.6
Pengelolaan Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993) Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek. Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi 2, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi. 1. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi : a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
10
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi : 1) Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat. 2) Pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan/atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya. 2. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya, yaitu : 1. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. 2. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. 3. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 4. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
11
2.7
Pelayanan Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993) Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan
Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 yaitu : 1. Apoteker
berkewajiban
menyediakan,
menyimpan
dan
menyerahkan
perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin; 2. Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan tanggung jawab dan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat; 3. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. Namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik; 4. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih tepat; 5. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat; 6. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep; 7. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker; 8. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu tiga tahun; 9. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku;
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
12
10. APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 11. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, Apoteker pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pendamping. Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek dapat menunjuk Apoteker Pengganti; 12. Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping, Apoteker Pengganti di dalam pengelolaan Apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan Apoteker Pengelola Apotek; dan 13. Dalam pelaksanakan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh Asisten Apoteker (AA). AA melakukan pekerjaan kefarmasian di Apotek dibawah pengawasan Apoteker. Pelayanan yang dilakukan di apotek harus menerapkan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Untuk mewujudkan pelayanan kefarmasian, farmasis harus menerapkan standar pelayanan yang baik dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, yang meliputi pelayanan resep, promosi dan edukasi, pelayanan residensial
(Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2004).
2.7.1 Pelayanan Resep (Departemen Kesehatan RI, 2004) a. Skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis, jumlah obat yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis,
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
13
potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), dan pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). b. Penyiapan obat meliputi peracikan (menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah), penulisan etiket harus jelas dan dapat dibaca, kemasan obat harus cocok dan rapi sehingga terjaga kualitasnya, penyerahan obat (dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi mengenai obat dan konseling kepada pasien). Sebelum obat diserahkan pada pasien, dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep. Informasi obat yang diberikan kepada pasien harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi ini sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan monitoring penggunaan obat, terutama untuk pasien kardiovaskular, diabetes, tuberkulosis, asma dan penyakit kronis lainnya. c. Konseling didefinisikan sebagai proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.
2.7.2 Promosi dan Edukasi (Departemen Kesehatan RI, 2004) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi kepada pasien. Apoteker ikut membantu penyebaran informasi antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lainnya.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
14
2.7.3 Pelayanan Residensial (Departemen Kesehatan RI, 2004) Pelayanan residensial adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk itu apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien (medication record).
2.8
Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker (Departemen Kesehatan RI, 2002) Pengalihan tanggung jawab apoteker diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002, yaitu : a. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA harus menunjuk apoteker pendamping. b. Apabila APA dan Apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk apoteker pengganti. c. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. d. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, pelaporan oleh ahli waris wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. e. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
2.9
Pencabutan Surat Izin Apotek (Departemen Kesehatan RI, 2002) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang tercantum dalam persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek. b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya sebagai Apoteker Pengelola Apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
15
c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus menerus. d. Terjadi
pelanggaran
terhadap
ketentuan
perundang-undangan
yang
berhubungan dengan kegiatan apotek. e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. f. Pemilik Sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan surat izin apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan surat izin apotek dilaksanakan setelah dikeluarkan : a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir Model APT-14. Pencairan Izin Apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker
Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sabagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
16
b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a).
2.10
Sediaan Farmasi (Departemen Kesehatan RI, 2006) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Untuk menjaga keamanan penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat menjadi :
2.10.1 Obat Bebas Obat golongan ini adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna hijau disertai brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis, atau aturan pemakaiannya, nomor bets, nomor registrasi, nama pabrik, dan alamat serta cara penyimpanannya.
Gambar 2.1. Penandaan obat bebas 2.10.2 Obat Bebas Terbatas Obat golongan ini adalah obat keras yang diberi batas pada setiap takaran dan kemasan yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh penderita sendiri. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan lingkaran hitam, mengelilingi bulatan warna biru yang ditulis pada etiket dan bungkus luar.
Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas Di samping itu ada tanda peringatan P.No.1 sampai dengan P.No.6, dan penandaan pada etiket atau brosur terdapat nama obat yang bersangkutan, daftar bahan khasiat serta jumlah yang digunakan, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk penggunaan (indikasi), dan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
17
cara pemakaian, peringatan, serta kontraindikasi. Tanda peringatan pada kemasan dibuat dengan dasar hitam, tulisan putih.
Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas (P1-P6)
2.10.3 Obat Keras Obat golongan ini adalah obat-obatan yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksi dan lain-lain pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Tanda khusus lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K didalamnya. Psikotropika termasuk dalam golongan obat keras.
Gambar 2.4. Penandaan obat keras 2.10.4 Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika Berdasarkan Undang-undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika, narkotika dibedakan dalam tiga golongan yaitu: a. Narkotika golongan I, yang dapat digunakan untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang digunakan untuk kepentingan lainnya, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menimbulkan Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
18
ketergantungan. Contoh tanaman Papaver somniferum (kecuali biji), Erythroxylon coca, Cannabis sativa. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan sebagai pilihan terakhir dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contohnya adalah morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, contohnya yaitu Codein.
2.11
Pengelolaan Narkotika Menurut Undang-undang 35 Tahun 2009 pengaturan narkotika bertujuan
untuk: a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan; b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika; dan c. Memberantas peredaran gelap narkotika. Secara
garis
besar
pengelolaan
narkotika
meliputi
pemesanan,
penyimpanan, pelayanan dan pemusnahan.
2.11.1 Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, yaitu PT. Kimia Farma, dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan (SP) khusus narkotika yang terdiri dari 4 rangkap yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK, dan SIA. Satu Surat Pesanan (SP) hanya untuk memesan satu jenis narkotika.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
19
2.11.2 Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan RI, 1978) Apotek harus mempunyai tempat khusus yang dikunci dengan baik untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat. c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika; bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan. f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
2.11.3 Pelayanan Resep Yang Mengandung Narkotika Menurut UU No. 9 Tahun 1976 tentang narkotika disebutkan bahwa: a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan/atau ilmu pengetahuan. b. Narkotika hanya dapat dipergunakan untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. c. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh diambil di apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep yang mengandung narkotika.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
20
2.11.4 Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 35 Tahun 2009 pasal 14 ayat (2) menyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan yang ditandatangani oleh APA. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan khusus menggunakan morfin, petidin dan derivatnya. Laporan dikirim ke kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip.
2.11.5 Pemusnahan Narkotika (Departemen Kesehatan RI, 1978) APA dapat melakukan pemusnahan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. APA yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara pemusnahan narkotika yang memuat : a. Hari, tanggal, bulan,dan tahun pemusnahan. b. Nama APA. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah Narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tandatangan penanggung jawab apotek. Pemusnahan narkotik harus disaksikan oleh : a. Petugas Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan untuk Importir, pabrik farmasi dan unit pergudangan pusat b. Petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
21
c. Petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip. Menurut Petunjuk Teknis Peraturan Apotek Tahun 2004 mengenai Prosedur Tetap Pelayanan Resep Narkotika, yaitu : a. Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi. b. Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetika, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian. c. Mengkaji pertimbangan klinis, yaitu adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). d. Narkotika hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep narkotika dalam tulisan “iter” tidak bolah dilayani sama sekali. e. Salinan resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. f. Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila diperlukan.
2.12
Pengelolaan Psikotropika Menurut Undang Undang 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada sistem saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku. Psikotropika dapat dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: lisergida dan meskalina. b. Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
22
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin dan metamfetamin. c. Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital dan pentazosina. d. Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: barbital, alprazolam dan diazepam.
2.12.1 Pemesanan Psikotropika Surat Pesanan (SP) psikotropika harus ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Satu surat pesanan ini dapat terdiri dari berbagai macam nama obat psikotropika dan dibuat tiga rangkap.
2.12.2 Penyimpanan Psikotropika Obat
golongan psikotropika penyimpanannya belum diatur
perundang-undangan,
namun
karena
kecenderungan
oleh
penyalahgunaan
psikotropika, maka disarankan agar obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus.
2.12.3 Pelaporan Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997, apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan wajib melaporkan kepada Menteri secara berkala. Pelaporan psikotropika ditandatangani oleh APA ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinkes Propinsi setempat, Balai/Balai Besar POM serta sebagai arsip apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
23
2.12.4 Pemusnahan Psikotropika Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1997, setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara. Pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal : a. Berhubungan dengan tindak pidana b. Kadaluwarsa c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika sebagaimana dimaksud : a. Pada butir a, dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hukum tetap. Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan; dan b. Pada butir b dan c dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari.
2.12.5 Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 3 TINJAUAN UMUM
3.1.
Sejarah Singkat PT. Kimia Farma Tbk. (PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., 2009). PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang didirikan pada tanggal 16 Agustus 1971 dengan status Perusahaan Perseroan Terbatas (PT) dan berada dibawah lingkup Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menurut sejarah perkembangannya, PT. Kimia Farma Tbk. berawal dari beberapa perusahaan milik Belanda, yaitu : a. Bidang usaha industri farmasi dan pertambangan 1. N. V. Chemicalien Handel Rathkamp & Co., bergerak dalam bidang farmasi dan alat kesehatan, di Jakarta. 2. N. V. Pharmaceutische Handel Svereniging, J. Van Gorkom & Co., bergerak dalam bidang farmasi dan alat kesehatan, di Jakarta. 3. N. V. Pharmaceutische Handel Svereniging, De Gedeh, bergerak di bidang farmasi, alat kesehatan dan apotek, Jakarta. 4. N. V. Bandoengsche Kinine Fabriek (pabrik kina) di Bandung. 5. N.V. Indonesche Combinatie Voor Chemicals Industries, di Bandung. 6. N. V. Jodium Onderneming Watoedakon (pabrik yodium), di Watudakon, Mojokerto. 7. N.V. Verband Stoffe Fabriek (pabrik kain kasa), di Surabaya. 8. Drogistery Ballem, di Surabaya. b. Bidang usaha apotek 1. N.V. Bavosta – Bataviasche volks stads apotheek, 2. Multi pharma, Jln. Menteng Raya No.23. 3. N.V. Nederlandsche Apotheek, di Jakarta. 4. N.V. Apotheek Jakarta, di Jakarta. 5. N.V. Apotheek De Vos, di Jakarta. 6. N.V. Apotheek Vij Zel, di Jakarta.
24
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
25
7. N.V. Buiten Zorgsche apotheek, di Bogor . 8. N.V. Apotheek , De Gedeh, di Sukabumi. 9. Apotheek Pharmacon, di Bandung. 10. C.V. Apotheek Malang, di Malang. Pada masa pembebasan wilayah Irian Barat, Penguasa perang saat itu dengan berdasar kepada Undang-undang No. 74/1957, mengambil alih dan menguasai semua perusahaan swasta Belanda yang beroperasional di seluruh wilayah Republik Indonesia termasuk perusahaan-perusahaan tersebut diatas. Pada
Tahun
1958,
perusahaan-perusahaan
tersebut
mengalami
proses
nasionalisasi dan dibentuk menjadi Bapphar (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan “Farmasi Belanda”). Bapphar kemudian digabung dengan beberapa perusahaan dari Bappit (Badan Pusat Penguasaan Perusahaan “Farmasi Belanda”). Berdasarkan UU no. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 Tahun 1961, Departemen Kesehatan mengubah Bapphar menjadi Badan Perusahaan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa Perusahaan Negara Farmasi (PNF) yaitu; Radja Farma (Jakarta), Nurani Farma (Jakarta), Nakula Farma (Jakarta), Bhineka Kina Farma (Bandung), Bio Farma (Bandung), Sari Husada (Jogyakarta) dan Kasa Husada (Jawa Timur). Pada perkembangan selanjutnya, melalui PP No. 3 Tahun 1969 tanggal 23 Januari 1969, PNF Radja Farma, PNF Nakula Farma, PNF Sari Husada dan PNF Bhineka Kina Farma digabungkan dan dilebur menjadi perusahaan Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma. Pada tanggal 19 Maret 1971 pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971, mengalihkan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Pada tahun 1997 PT.Kimia Farma menjadi sebuah perusahaan terbuka (Tbk.) sehingga masyarakat ikut serta dalam kepemilikan saham di PT. Kimia Farma. Saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998 di ASEAN, bersamaan dengan adanya pergantian kepala pemerintahan (reformasi) terjadi defisit anggaran dan hutang negara yang besar. Untuk mengurangi beban hutang tersebut Pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/ M-PM. BUMN/2000
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
26
tanggal 7 Maret 2000, PT Kimia Farma di privatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun 2002 PT. Kimia Farma resmi listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik. Direksi PT. Kimia Farma Tbk kemudian mendirikan 2 anak perusahaan pada tanggal 4 Januari 2002 yaitu: PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. Hal ini bertujuan untuk dapat mengelola perusahaan sehingga lebih terarah dan berkembang dengan cepat.
3.1.1. Visi, Misi, Motto dan Arah Kebijaksanaan PT. Kimia Farma,Tbk. a. Visi PT. Kimia Farma, Tbk PT. Kimia Farma, Tbk. Mempunyai visi berkomitmen pada peningkatan kualitas kehidupan, kesehatan dan lingkungan. b. Misi PT. Kimia Farma, Tbk. PT. Kimia Farma, Tbk mempunyai misi sebagai berikut: 1. Mengembangkan industri kimia dan farmasi dengan melakukan penelitian dan pengembangan produk yang inovatif. 2. Mengembangkan bisnis pelayanan kesehatan terpadu (health care provider) yang berbasis jaringan distribusi dan jaringan apotek. 3. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dan mengembangkan sistem informasi perusahaan. c. Motto PT. Kimia Farma, Tbk. yang memiliki filosofi “I CARE” yang merupakan singkatan dari: I
: Innovative
C : Customer First A : Accountability R : Responsibility E : Eco Friendly
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
27
3.1.2. Tujuan, Fungsi, dan Logo
Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Tbk Tujuan dari PT. Kimia Farma Tbk. adalah terwujudnya bidang farmasi menuju tercapainya kemandirian di bidang obat yang memiliki peranan di bidang kesehatan,
serta
kemampuan
untuk
meningkatkan
dan
memperbaiki
perekonomian negara. PT. Kimia Farma Tbk. memiliki tiga fungsi yaitu: a. Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan terutama di bidang pengadaan obat mengingat PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu badan usaha milik negara dalam industri farmasi. b. Memupuk laba demi kelangsungan usaha. c. Sebagai agent of development yaitu menjadi pelopor perkembangan kefarmasian di Indonesia. PT. Kimia Farma Tbk. memiliki logo resmi berupa nama Kimia Farma berwarna biru yang diatasnya ada lambang matahari terbit berwarna oranye dengan jenis huruf italic. Maksud dari simbol tersebut adalah : 1) Simbol : matahari Paradigma baru: matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. a. Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. b. Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
28
c. Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan, dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. d. Semangat yang abadi Warna oranye berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. 2) Jenis huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. Sifat huruf: a. Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir, dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. b. Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme. c. Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya.
3.2.
PT. Kimia Farma Apotek Perkembangan jumlah apotek yang pesat dapat dilihat mulai tahun 1985
sampai September 2011 ini terdapat sekitar 390 unit outlet apotek. Kegiatan yang dilakukan di apotek Kimia Farma tidak hanya melayani resep dokter namun juga dilengkapi dengan : a. Counter swalayan farmasi yang berisi obat-obat bebas dan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari. b. Tempat praktek dokter dan laboratorium klinik untuk mendekatkan pelayanan kepada pasien.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
29
c. Layanan kacamata yang didukung oleh peralatan modern untuk pembuatan kacamata. Kimia Farma juga memenuhi kebutuhan obat-obatan dan sediaan farmasi lainnya dalam rangka menunjang program pemerintah, seperti program obat inpres dan program peningkatan gizi masyarakat. Bidang pelayanan terus ditingkatkan dengan cara: a. Pelayanan berbagai sarana untuk menciptakan suasana keamanan dan kenyamanan. b. Penempatan tenaga kerja yang terampil dan ramah. c. Penempatan harga yang terjangkau. d. Kecepatan pelayanan dan kelengkapan obat. Paket Deregulasi 23 Oktober 1993 memberikan dampak munculnya apotek-apotek baru yang mengakibatkan persaingan apotek yang semakin ketat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, maka Kimia Farma memunculkan gagasan grouping antar Apotek Kimia Farma agar lebih efisien dalam pekerjaan pelayanan dan ekonomis serta untuk meningkatkan daya saing dengan apotek swasta lainnya yang lebih dulu melakukan grouping dalam menjalankan usahanya. Dalam melaksanakan grouping ini maka Apotek Kimia Farma secara umum dibagi menjadi 2 jenis kegiatan apotek yaitu apotek Bisnis Manajer dan apotek pelayanan. Pada apotek Bisnis Manajer dilakukan kegiatan administrasi yang mengkoordinasikan aktivitas administrasi beberapa apotek pelayanan dalam suatu group daerah, disamping melaksanakan fungsi pelayanan apotek secara umum, sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan. Pada apotek Bisnis Manajer dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang, serta pendistribusian barang dan juga pengumpulan data kegiatan untuk semua apotek dalam group daerahnya. Dengan adanya apotek Bisnis Manajer ini maka dapat ditingkatkan efisiensi modal kerja, pengadaan dan kelengkapan barang serta pengumpulan data apotek pelayanan secara terpadu. Pada apotek pelayanan tidak dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang sendiri, namun barang diperoleh dari apotek Bisnis Manajer sehingga kegiatannya terfokus pada pelayanan. Saat ini terdapat 33 Bisnis Unit di seluruh Indonesia.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 4 TINJAUAN KHUSUS
4.1.
Bisnis Manajer Wilayah Bogor Bisnis Manajer wilayah Bogor membawahi apotek pelayanan di wilayah
Bogor, Depok, Sukabumi dan Cianjur. Bisnis Manajer wilayah Bogor bertempat di Apotek Kimia Farma No.7, Jl. H. Ir. Juanda No.30, Bogor. Bisnis Manajer bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang membawahi supervisor pelayanan, supervisor pengadaan dan supervisor administrasi dan keuangan.
4.1.1. Manajer Bisnis Tugas dari seorang manajer bisnis adalah mengarahkan, mengelola, dan mengawasi kegiatan operasional beberapa apotek di wilayahnya baik dari sisi penjualan dan pelayanan, untuk memastikan pencapaian target operasional yang telah ditentukan baik dari segi penjualan, keuntungan, dan lainnya. Adapun tanggung jawab utama dari manajer bisnis adalah: a. Merencanakan, mengelola, mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan bisnis dan operasional unit bisnis sesuai dengan kebijakan yang digariskan PT Kimia Farma Apotek. b. Merencanakan dan menyusun rencana kerja serta anggaran perusahaan unit bisnisnya. c. Mengendalikan dan mengawasi penggunaan anggaran operasional. d. Merencanakan,
mengkoordinasikan,
melaksanakan,
dan
menganalisis
pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan dan pengembangan usaha. e. Mengevaluasi dan meningkatkan standar pelayanan yang ada di unitnya.
30
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
31
4.1.2. Bagian Pengadaan Dipimpin oleh supervisor pengadaan yang bertanggung jawab langsung pada Bisnis Manajer. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Tanggung jawab utama bagi supervisor pengadaan adalah: a. Melaksanakan pengecekan dan validasi BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) dari apotek pelayanan untuk memastikan pemesanan barang/obatobatan kepada distributor/PBF (Pedagang Besar Farmasi) yang dibutuhkan apotek pelayanan sesuai dengan rencana dan ketentuan serta prosedur yang berlaku. b. Membuat perencanaan dan pengadaan barang untuk seluruh unit bisnis apotek berdasarkan pareto penjualan apotek. c. Melakukan pemeriksaan terhadap ketersediaan barang di gudang, sebelum dilakukan pemesanan barang kepada distributor untuk memastikan ketepatan dalam pemenuhan ketersediaan barang. d. Membuat SPB (Surat Pesanan Barang) sebagai bukti pemesanan barang/obatobatan kepada distributor/PBF dan permintaan pengiriman barang/obat-obatan secara langsung dari distributor/PBF kepada apotek pelayanan, untuk memastikan
bahwa
distributor/PBF
memberikan
dan
mengirimkan
barang/obat-obatan yang sesuai dengan pesanan kepada apotek pelayanan. e. Melakukan pemesanan barang/obat-obatan sekaligus melakukan negosiasi diskon harga (waktu kegiatan dan waktu pembayaran) dan bonus dengan distributor/PBF untuk mendapatkan harga yang kompetitif. f. Melakukan verifikasi faktur dan BPBA dari seluruh apotek pelayanan g. Memberikan faktur untuk verifikasi lebih lanjut terhadap barang yang sudah dicek kepada administrasi pembelian/hutang dagang, memastikan pengarsipan faktur dan memperlancar proses pembayaran hutang kepada distributor/PBF. h. Melaksanakan rekapitulasi koreksi harga dan penambahan barang/obatobatan. i.
Melaksanakan pemilihan distributor/PBF.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
32
4.1.3. Bagian Keuangan Bagian keuangan dijalankan oleh petugas kasir besar yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Tugas kasir besar adalah: a. Menyiapkan uang sebagai modal awal untuk diserahkan ke kasir apotek. b. Menerima setoran penjualan tunai berdasarkan bukti setoran kasir dari apotek pelayanan. c. Menerima hasil penagihan piutang dagang berupa uang tunai, cek atau giro dari bagian penagihan. d. Mengeluarkan uang untuk keperluan rutin dengan sepengetahuan/perintah unit BM seperti: uang transpor, gaji pegawai, pembayaran hutang dagang yang telah jatuh tempo, dan lain-lain. e. Membuat laporan mingguan saldo kas/bank. Tanggung jawab kasir besar adalah: a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang sah dan disetujui oleh APA. b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang (surat berharga). c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.
4.1.4. Bagian Administrasi/Ketatausahaan Fungsi bagian administrasi/ketatausahaan adalah sebagai pelaksana pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku di apotek. Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor administrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Supervisor administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada dibawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang, administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi umum.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
33
a. Administrasi hutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi pembelian barang di apotek, yaitu: 1. Mencatat seluruh faktur pembelian di kartu hutang masing-masing distributor sebagai hutang dagang. 2. Menerima kontrabon dari distributor (faktur asli, pajak dan surat pesanan) dan membuat tanda terima faktur untuk distributor seminggu sebelum jatuh tempo pembayaran. 3. Mencocokkan salinan faktur dengan yang asli dan menyimpannya sampai jatuh tempo. 4. Menyerahkan struk hutang dagang ke bagian keuangan untuk dibuatkan bukti pengeluaran kas. 5. Melengkapi berkas-berkas seperti faktur asli, salinan faktur, SP barang dan bukti pengeluaran kas untuk diserahkan ke kasir besar. 6. Membuat laporan hutang dagang. 7. Membuat laporan saldo mutasi hutang dagang.
b. Administrasi piutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi penjualan kredit di apotek, kegiatannya meliputi: 1. Mengumpulkan faktur-faktur resep kredit setiap hari disertai faktur penjualan, copy resep dan kuitansi dan mengelompokkannya berdasarkan masing-masing debitur. 2. Membuat rekap tagihan perbulan untuk masing-masing debitur. 3. Membuat kuitansi penagihan perbulan untuk masing-masing debitur (dibuat 5 rangkap yaitu 1 untuk bagian administrasi inkaso, 1 lembar untuk bagian administrasi piutang dagang dan 3 lembar untuk ditagihkan kepada debitur). 4. Mencocokkan resep/faktur penjualan kredit dengan data yang ada di komputer. 5. Mencatat piutang dagang dalam kartu piutang dagang. 6. Membuat laporan piutang dagang setiap bulan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
34
c. Administrasi pajak Bagian administrasi pajak bertugas untuk mengurus seluruh administrasi pajak yang ada di Bisnis Manajer wilayah Bogor. 1. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai). 2. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 21. 3. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 22. 4. Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 23.
d. Administrasi inkaso Kegiatan bagian administrasi inkaso meliputi : 1. Bertanggung jawab menyimpan dan menerbitkan alat-alat tagih (dibuat oleh bagian administrasi piutang dagang) yang terdiri dari rekap tagihan, kuitansi penagihan dan bukti fotokopi resep kredit. 2. Setiap bulan, menerbitkan tagihan ke masing-masing debitur, kemudian dibuat tanda terima kuitansi dari debitur. 3. Tanda terima kuitansi kemudian disimpan di map tunggu sampai jatuh tempo pelunasan piutang tiba. 4. Setelah jatuh tempo, tanda terima kuitansi ditagihkan ke debitur oleh bagian penagihan untuk dilunasi oleh debitur, hasil pelunasan diserahkan ke bagian kasir besar. 5. Setelah dilunasi, bagian administrasi inkaso akan menerbitkan nota inkaso sebagai bukti pelunasan piutang. 6. Setiap bulan dilakukan stok kuitansi untuk melihat apakah terdapat debitur yang belum melunasi piutangnya.
e. Administrasi kas bank Bagian ini bertugas untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran melalui kas atau bank. Kegiatannya adalah membuat laporan saldo kas/bank berdasarkan dokumen penjualan tunai dan penerimaan piutang, pembayaran hutang dan dokumen biaya variabel dan biaya tetap.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
35
f. Administrasi Umum Administrasi terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian umum dan bagian sumber daya manusia/kepegawaian. Setiap bagian tersebut mempunyai tugas tersendiri, adapun tugas dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut : a) Tugas bagian umum: 1. Menyiapkan bahan-bahan rapat. 2. Melakukan kegiatan surat menyurat. 3. Bertanggung jawab terhadap seluruh barang inventaris perusahaan. b) Tugas bagian SDM/kepegawaian: 1. Membuat daftar gaji pegawai, IP (Iuran Pensiun), ISP (Iuran Sosial Pensiun), Iuran Jamsostek. 2. Mengajukan kenaikan pangkat dan membuat surat usulan kenaikan pangkat bagi pegawai. c) Tugas Bagian Teknologi Informasi Bagian Teknologi informasi (IT) bertanggung jawab atas kelancaran sistem yang digunakan di Bisnis Manajer wilayah Bogor baik software maupun hardware.
4.2.
Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor
4.2.1 Lokasi dan Tata Ruang a.
Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No.7 terletak dikawasan yang sangat strategis yaitu
berada di tepi jalan besar dua arah dengan halaman yang luas, mudah diakses, dapat dilewati oleh mobil pribadi, kendaraan umum, dekat dengan kebun raya Bogor dan disekitarnya merupakan daerah perkantoran. b.
Tata Ruang Apotek Bangunan apotek terdiri dari 3 lantai, dimana lantai 1 digunakan untuk
kegiatan apotek pelayanan resep umum, lantai 2 digunakan untuk kegiatan apotek pelayanan resep asuransi kesehatan (askes) dan sebagai tempat beberapa praktek dokter, sedangkan lantai 3 digunakan untuk kegiatan Bisnis Manajer untuk wilayah Bogor. Ruang di Apotek KF No.7 diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pelaksanaan aktivitas pelayanan apotek, memberikan suasana
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
36
nyaman bagi pasien dan pegawai apotek. Adapun pembagian ruang atau tempat yang terdapat di dalam apotek antara lain : 1. Ruang tunggu Ruang ini dilengkapi dengan pendingin ruangan dan televisi sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi pasien yang menunggu. 2. Tempat penyerahan resep dan pengambilan obat Tempat ini berupa counter yang tingginya kurang lebih 1 meter untuk kegiatan penyerahan dan pengambilan obat. 3. Swalayan farmasi Ruangan ini berada di sebelah kanan dari pintu masuk apotek dan mudah terlihat dari ruang tunggu pasien. Barang-barang yang dijual di swalayan farmasi adalah obat-obat bebas, produk-produk susu, minyak angin, bedak tabur, alat kesehatan, dan lain sebagainya. 4. Tempat peracikan Ruangan ini terletak di bagian samping tempat penyerahan resep. Di ruangan ini dilakukan peracikan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, blender, lumpang, bahan baku dan alat-alat untuk meracik.
4.2.2 Struktur Organisasi Apotek KF No.7 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara langsung supervisor yang terdapat di apotek tersebut. Di bawah supervisor terdapat pelaksana-pelaksana yang masing-masing memiliki tanggung jawab lain selain menyiapkan obat dan memberikan obat kepada pasien, seperti Asisten Apoteker (AA) yang bertanggung jawab mengurusi penjualan resep kredit ataupun tender dengan perusahaan atau instansi. Masing-masing Asisten Apoteker (AA) juga bertanggung jawab pada rak-rak obat tertentu mengenai persediaan obat.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
37
4.2.3 Tugas dan Fungsi Tenaga Kerja Apotek a. Apoteker Pengelola Apotek Pimpinan Apotek Kimia Farma No.7 adalah seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan Surat Izin Apotek. APA bertindak sebagai manajer apotek pelayanan yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengawasi jalannya apotek. b. Apoteker Pendamping Apoteker pendamping adalah seorang apoteker yang bertugas memberi pelayanan farmasi ketika apoteker pengelola apotek tidak berada ditempat. Apotek Kimia Farma No. 7 mempunyai seorang Apoteker Pendamping yang melaksanakan pekerjaan kefarmasiannya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. c. Supervisor Supervisor adalah seorang asisten apoteker senior yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan apotek. Tugas Supervisor adalah sebagai berikut: 1. Membantu Apoteker Pengelola Apotek melakukan pengontrolan dan pengawasan pelayanan kepada pasien. 2. Membantu Apoteker Pengelola Apotek melakukan pengontrolan dan mengawasi kelancaran arus barang yang masuk dan keluar, serta pengadaan barang untuk apotek, kelancaran resep, penjualan bebas, dan penjualan alat kesehatan. 3. Mengatur jadwal masuk kerja serta pergantian jadwal masuk kerja para petugas apotek. d. Asisten Apoteker Asisten apoteker bertanggung jawab langsung kepada supervisor pelayanan. Tugas asisten apoteker adalah sebagai berikut: 1. Mengatur, mengontrol dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya sesuai dengan bentuk dan jenis barang yang disusun secara alfabetis. 2. Menerima resep dan memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep sesuai dengan peraturan kefarmasian.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
38
3. Memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep yang diterima. 4. Memberikan harga pada setiap resep dokter yang masuk. 5. Melayani dan meracik obat sesuai dengan resep dokter antara lain menghitung dosis obat untuk racikan, menimbang bahan, meracik, mengemas obat dan memberikan etiket. 6. Membuat kuitansi atau salinan resep untuk obat yang hanya diambil sebagian atau bila diperlukan pasien. 7. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan, jumlah obat, nama, nomor resep dan cara pemakaian. 8. Melakukan pemeriksaan akhir terhadap hasil penyiapan obat. 9. Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada pasien dan memberikan penjelasan tentang penggunaan obat atau informasi lain yang dibutuhkan. 10. Mencatat masuk dan keluarnya obat pada kartu stok barang. 11. Melakukan pelayanan informasi mengenai cara pemakaian obat melalui penyerahan obat dari asisten apoteker kepada pelanggan. e. Juru Resep Juru resep bertugas membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya di bawah pengawasan asisten apoteker. Tugas Juru resep adalah sebagai berikut: 1. Membantu Asisten Apoteker dalam menyiapkan obat, mengerjakan obatobatan racikan yang telah disiapkan oleh asisten apoteker sesuai dengan sediaan yang diminta. 2. Membuat obat-obat racikan standar (anmaak) di bawah pengawasan asisten apoteker. 3. Menjaga kebersihan ruangan apotek.
4.2.4 Kegiatan Apotek Kegiatan utama yang dilakukan apotek Kimia Farma No.7 meliputi kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan non teknis kefarmasian.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
39
A.
Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian yang dilakukan di apotek meliputi
pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta pengelolaan psikotropika dan narkotika. 1. Pengadaan barang Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No.7 dilakukan melalui Bisnis Manajer dengan sistem Distribution Center (DCs) melalui sistem online. Dengan sistem DC ini kita dapat mengetahui kebutuhan apotek, sehingga pengiriman barang berdasarkan kebutuhan apotek. Pemesanan ditujukan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan barang yang dipesan dikirim ke gudang pusat kemudian didistribusikan ke masing-masing apotek berdasarkan dengan kebutuhan apotek tersebut. Apotek pelayanan dapat melakukan permintaan mendesak (by pass) jika obat atau perbekalan farmasi lainnya dibutuhkan segera tetapi tidak ada persediaan, permintaan dilakukan menggunakan Bon Pemesanan Barang Apotek (BPBA) yang ditujukan kepada PBF. Khusus untuk pengadaan narkotika, pengadaan dilakukan oleh masing-masing apotek pelayanan melalui surat pesanan khusus dan diantar langsung ke apotek pelayanan. Pembelian obat dan perbekalan farmasi lainnya tidak saja berasal dari PBF Kimia Farma tetapi juga dari PBF atau distributor resmi/berizin lainnya. Adapun dasar pemilihan PBF atau distributor adalah sebagai berikut : a) Ketersediaan barang. b) Kualitas barang yang dikirim dapat dipertanggungjawabkan. c) Besarnya potongan harga (diskon) yang diberikan. d) Kecepatan pengiriman barang yang tepat waktu. e) Cara pembayaran.
2. Penyimpanan barang Apotek Kimia Farma No.7 melakukan penyimpanan barang di ruang peracikan dan di tempat penjualan bebas. Obat-obat yang dapat dibeli bebas diletakkan di swalayan farmasi ataupun ruang tunggu yang dapat langsung dilihat oleh pembeli.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
40
a) Penyimpanan di ruang peracikan Setiap AA bertanggungjawab terhadap lemari penyimpanan obat yang telah ditetapkan. Penyimpanan obat atau perbekalan farmasi di ruang peracikan dilakukan oleh AA. Setiap pemasukan dan penggunaan obat/barang harus di input kedalam komputer dan untuk ketelitian dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal pengisian/pengambilan, nomor dokumennya, jumlah barang yang diisi/diambil, sisa barang dan paraf petugas yang melakukan pengisian/pengambilan barang. Kartu stok ini diletakkan di masing-masing obat/barang. Setiap AA bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di lemari. Penyimpanan farmakologisnya,
barang jenis
disusun
sediaan,
bentuk
berdasarkan
kegunaan
sediaan
alfabetis.
dan
Penyimpanan obat/barang di ruang peracikan disusun sebagai berikut: 1) Lemari penyimpanan obat ethical/prescription drugs. 2) Lemari penyimpanan obat psikotropika. 3) Lemari penyimpanan obat narkotika. 4) Lemari penyimpanan bahan baku. 5) Lemari penyimpanan sediaan sirup atau suspensi. 6) Lemari penyimpanan obat tetes/drops dan obat salep dan tetes mata. 7) Lemari penyimpanan ampul, syringe dan infus. 8) Lemari pendingin untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti suppositoria, serum dan vaksin.
b). Penyimpanan obat atau barang yang dapat dibeli bebas Obata tau barang yang dapat dibeli secara bebas disimpan di rak-rak penjualan obat bebas swalayan farmasi disamping ruang tunggu pasien dan ruang racik apotek. Pengaturan penyimpanannya didasarkan pada bentuk dan jenis sediaan serta kegunaannya agar memudahkan pembeli untuk melihat dan memudahkan petugas dalam mengambil obat/barang yang diinginkan oleh pembeli.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
41
3. Penjualan Penjualan yang dilakukan oleh Apotek KF No.7 meliputi : a) Penjualan tunai obat dengan resep dokter Penjualan tunai obat dengan resep dilakukan terhadap pelanggan yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai. Prosedur penjualan tunai obat dengan resep dokter adalah sebagai berikut : 1) Asisten apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut. 2) Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan memberitahukannya kepada pasien. 3) Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat dan dibuatkan struk pembayaran obat tersebut dan disatukan dengan resep aslinya. Informasi pasien akan dicatat di medical record pasien. Bila obat hanya diambil sebagian maka petugas membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi dapat pula dibuatkan kuitansi dan salinan resep di belakang kuitansi tersebut. 4) Obat disiapkan. 5) Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas. 6) Pemeriksaan kembali dilakukan sebelum obat diberikan yang meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi. 7) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep yang disertai dengan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien. 8) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
42
b) Penjualan dengan cara kredit obat dengan resep dokter Penjualan obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang pembayarannya dilakukan secara kredit melalui penagihan kepada perusahaan secara berkala. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan seperti: 1) Setelah resep dokter diterima dan diperiksa kelengkapannya maka dilakukan penetapan harga namun tidak dilakukan pembayaran oleh pasien tetapi langsung dikerjakan oleh petugas apotek. 2) Harga resep kredit ditetapkan berdasarkan perjanjian kerjasama oleh intansi/perusahaan dengan Apotek Kimia Farma, sehingga harganya berbeda dengan pembelian resep tunai. 3) Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep yang dibeli secara tunai. 4) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai kemudian dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan masing-masing instansi atau perusahaan untuk dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. c) Pelayanan upaya pengobatan diri sendiri (UPDS) Pelayanan UPDS yang dimaksud adalah penjualan obat bebas atau perbekalan farmasi yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti OTC (over the counter) baik obat bebas dan obat bebas terbatas. Prosedur pelayanan UPDS yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Petugas menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan ketersediaan obat. 2) Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir. 3) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas. 4) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
43
B. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No.7 berupa administrasi harian dalam bentuk pembuatan laporan harian baik penjualan (LIPH) tunai maupun kredit, serta memasukkan data resep tunai dan resep kredit. Kegiatan pencatatan dilakukan oleh bagian administrasi dan keuangan di Bisnis Manajer. Kegiatan pencatatan yang dilakukan meliputi kegiatan administrasi dan keuangan. Kegiatan administrasi ditangani oleh beberapa staf adiministrasi
dan
keuangan
yang
bertanggungjawab
kepada
supervisor
administrasi dan keuangan, sedangkan kegiatan keuangan ditangani oleh Kasir Besar. Supervisor administrasi dan keuangan serta Kasir Besar bertanggungjawab langsung kepada pimpinan apotek BM.
4.2.5 Pengelolaan Narkotik dan Psikotropika A. Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 meliputi : 1. Pemesanan narkotika Pemesanan sediaan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Surat pesanan narkotika yang sudah ditandatangani oleh apoteker penanggung jawab apotek dikirim ke BM. Pemesanan dilakukan ke PBF KF selaku distributor tunggal dengan membuat surat pesanan khusus narkotika yang dibuat rangkap empat, yang masing-masing diserahkan kepada PBF yang bersangkutan (SP asli dan 2 Lembar kopi SP), dan satu lembar sebagai arsip di apotek. 2. Penerimaan narkotika Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh Apoteker Pengelola Apotek. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah melihat kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
44
3. Penyimpanan narkotika Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 disimpan dalam lemari khusus yang terkunci. Kunci lemari tersebut di pegang oleh senior supervisor. 4. Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No.7 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.7 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain. 5. Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.7 dibuat setiap bulan yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan penggunaan bahan baku narkotika. Laporan dibuat rangkap lima dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kota Bogor, dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Propinsi Jawa Barat, Penanggung Jawab Obat Narkotika PT. Kimia Farma Tbk., Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, dan Arsip apotek. 6. Pemusnahan narkotika. Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut : a) Apoteker pengelola apotek membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat. b) Surat permohonan yag telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai POM Jawa Barat. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan. c) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Apoteker Pengelola Apotek, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Kantor Dinkes Kota Bogor. d) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan yang berisi:
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
45
1) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan. 2) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. 3) Cara pemusnahan. 4) Petugas yang melakukan pemusnahan. 5) Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek. Berita acara tersebut dikirimkan kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), Kepala dinas kesehatan Propinsi, dan Arsip apotek.
B. Pengelolaan Psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.7 meliputi : 1. Pemesanan Psikotropika Pemesanan obat psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang boleh berisi lebih dari satu jenis psikotropika. Surat pemesanan dibuat rangkap 3, yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan (asli dan salinan) dan 1 lembar sebagai arsip di apotek. 2. Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan obat Psikotropika dilakukan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan yang lain. 3. Pelayanan Psikotropika Apotek KF No.7 hanya melayani resep psikotropika dari resep dokter. 4. Pelaporan Psikotropika Laporan penggunaan Psikotropika dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan setiap 1 bulan. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat, nama distibutor, jumlah penerimaan, jumlah pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan nomor SIK, serta stempel apotek dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM Propinsi, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Arsip apotek. 5. Pemusnahan Psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan Psikotropika dapat dilakukan bersamaan dengan pemusnahan narkotika.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 5 PEMBAHASAN
Apotek Kimia Farma No. 7 merupakan apotek pelayanan yang berada satu atap dengan Bisnis Manajer wilayah Bogor. Apotek ini dikepalai oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang sekaligus menjabat sebagai Manajer Bisnis untuk wilayah Bogor. Apotek terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 30, Bogor. Lokasinya strategis ditambah lagi posisi apotek yang berada satu tempat dengan Bisnis Manajer wilayah Bogor sehingga kendala operasional yang ditemui tidaklah begitu banyak. Apotek beroperasi selama 24 jam dan 7 hari dalam seminggu tidak terkecuali di hari besar. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menunjukkan dedikasi yang besar untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan. Apotek ini ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik serta praktek dokter yang cukup memadai dalam melayani kebutuhan pengobatan pelanggan. Diharapkan dengan begitu masyarakat menaruh kepercayaan yang tinggi. Kegiatan operasional apotek adalah sebagai berikut: a. Fungsi Pengadaan Kegiatan pengadaan barang apotek dilakukan secara terpusat yang dilakukan oleh bagian pembelian di Bisnis Manajer. Pembelian secara terpusat memberikan keuntungan yaitu: 1. Pembelian dilakukan dalam jumlah besar sehingga potongan harga yang diperoleh lebih besar. 2. Efisiensi modal kerja terutama untuk Apotek Kimia Farma lainnya yang ada di wilayah bisnis Bogor. 3. Pembelian dilakukan setiap minggu, berdasarkan daftar obat ethical yang ada di sistem komputer. Dengan menggunakan sistem yang terdapat di komputer dapat diketahui daftar pareto A hingga C, buffer stock, serta lead time untuk masing-masing apotek. Sehingga pemesanan obat lebih efektif dan efisien. Selain itu peminjaman barang juga dapat dilakukan antar apotek pelayanan yang lain apabila stok barang di apotek kosong. Pembelian dapat dilakukan kapanpun karena letak distributor yang relatif dekat dan sudah ada perjanjian 46
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
47
sebelumnya dengan distributor yaitu same day service (hari ini dipesan, hari ini juga diantar) atau one day service (hari ini dipesan, besok diantar). Namun begitu masih terdapat kendala dalam pengadaan barang dikarenakan sistem pengadaan barang yang diatur dengan sistem Distribution Center belum optimal. Buffer stock kurang berjalan dengan baik di apotek, karena kurangnya disiplin dari petugas dalam menjaga stock obat dilemari penyimpanan. Hal ini dapat terlihat dari seringnya pengambilan barang CITO langsung ke gudang. Bagian pembelian di Bisnis Manajer belum dapat menyesuaikan kinerjanya dengan sistem Distribution Center sehingga terkadang menyebabkan dualisme dalam pengadaan barang untuk apotek pelayanan. Keberhasilan fungsi pembelian suatu apotek akan menentukan keberhasilan apotek secara keseluruhan karena fungsi pembelian yang baik dapat menjamin persediaan barang di apotek. Indikator keberhasilan dari fungsi pembelian adalah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang rendah dan jumlah resep yang ditolak sangat kecil.
b. Fungsi Penyimpanan Apotek tidak menggunakan sistem gudang
yang memungkinkan
penyimpanan barang dalam jumlah besar dengan tujuan meminimalisir kehilangan barang. Obat-obatan yang datang langsung diletakkan di lemari-lemari obat yang ada di ruang peracikan dan swalayan. Penyusunan dilakukan berdasarkan abjad dan dikelompokkan berdasarkan farmakologi, obat generik, obat khusus untuk Askes, obat golongan psikotropik, obat golongan narkotik, obat suntik, sediaan parenteral, obat yang termasuk pareto, obat-obat suspensi oral atau sirup, obatobat tetes mata, obat tetes telinga, hidung dan inhaler, dan obat-obat yang harus disimpan dalam kondisi khusus. Sedangkan ditempat swalayan farmasi menyediakan obat-obat bebas, alat kesehatan dan kebutuhan-kebutuhan lain diluar obat seperti kursi roda, produk kosmetik, susu, madu, dll. Petugas mempunyai tanggung jawab untuk mengontrol stok obat-obatan yang ada di lemari. Setiap petugas apotek diberikan tugas untuk bertanggung jawab terhadap beberapa rak obat-obatan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi ketidaksesuaian stok, memeriksa tanggal kadaluarsa obat, serta untuk mengetahui obat-obat yang slow moving maupun fast moving.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
48
Setiap item obat yang masuk maupun keluar dicatat secara akurat. Hal ini penting untuk menjaga agar stok obat terkontrol dengan baik serta sesuai antara jumlah fisik obat dengan jumlah pada kartu stok. Namun hal ini sering dilupakan terutama pada jam-jam sibuk apotek. Namun dikarenakan kedisiplinan petugas yang masih kurang, ataupun karena tercecernya obat menyebabkan pada saat stock opname dilakukan, banyak ditemui ketidakcocokan antara jumlah fisik barang dan jumlah pada kartu stok.
c. Fungsi Penjualan/Pelayanan Penjualan di Apotek Kimia Farma No.7 Bogor, dilaksanakan dengan 2 kasir untuk pelayanan resep, 1 kasir untuk swalayan, 1 kasir untuk pelayanan askes. Selain itu, ada pula pelayanan farmasi di tempat praktek dokter di gedung lama. Gedung lama ini letaknya bersebelahan dengan apotek. Pengamatan yang dilakukan selama di Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor terhadap pelayanan apotek dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Jarang terjadi penolakan resep. Hal ini karena tersedianya obat dalam jumlah yang cukup dalam melayani kebutuhan pelanggan. Namun demikian, tetap dilakukan upaya memenuhi permintaan konsumen dengan menawarkan obat lain sebagai pengganti obat yang tidak ada sesuai dengan rekomendasi dari dokter pasien tersebut. 2. Dilakukan pencatatan terhadap resep yang ditolak. Hal ini dilakukan guna mempersiapkan persediaan obat agar mengurangi penolakan resep di masa mendatang. 3. Untuk obat yang persediaannya habis, diantisipasi dengan melakukan aktivitas pengantaran obat, segera setelah obat tersebut tiba. 4. Petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah melayani dengan ramah, biasanya dimulai dengan sapaan dan tawaran bantuan serta diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai penutup. 5. Petugas menunjukkan sikap santun dan informatif dengan selalu berbicara dengan bahasa yang baik. 6. Petugas selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta membantu mengatasi kesulitan konsumen.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
49
7. Pelayanan informasi obat untuk konsumen diberikan oleh Apoteker dan pada saat Apoteker tidak di tempat, pelayanan informasi obat dilakukan oleh Asisten Apoteker. 8.
Apotek melayani pasien rawat jalan peserta ASKES, JAMSOSTEK dan Rekanan Perusahaan yang menyediakan anggaran kesehatan bagi para karyawannya serta pasien dokter praktek bersama Apotek Kimia Farma No. 7 dan prakter dokter luar Kimia Farma
9. Waktu tunggu pelayanan cukup singkat sekitar 15 menit untuk obat non racikan dan 30 menit untuk obat racikan. Kelebihan yang ditunjukkan oleh apotek Kimia Farma adalah Swalayan farmasi. Swalayan ini membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan seperti kosmetik, minuman, alat kesehatan, majalah kesehatan, perlengkapan bayi dan lain-lain dengan lebih leluasa dan nyaman. Ditambah dengan adanya Sales Promotion Girl yang dapat memberikan informasi obat yang dibutuhkan oleh pelanggan.
d. Fungsi Administrasi/Ketatausahaan dan keuangan Apoteker dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang manajer memiliki tanggung jawab dalam hal pengelolaan bisnis meliputi pengelolaan modal, sarana, administrasi, keuangan, ketenagakerjaan dan pemasaran. Namun keseluruhan fungsi tersebut telah diambil alih oleh Bisnis Manajer. Diharapkan dengan menggunakan sistem ini terjadi efisiensi didalam kinerja apotek. Bisnis Manajer terdiri dari supervisor administrasi dan keuangan yang membawahi bagian administrasi piutang dagang, bagian administrasi hutang dagang, bagian administrasi kas bank, bagian administrasi inkaso dan bagian umum. Struktur organisasi tersebut telah mampu menangani seluruh kegiatan yang diperlukan walaupun masih terdapat perangkapan di berbagai fungsi seperti administrasi pajak dirangkap oleh bagian administrasi piutang dagang. Perangkapan fungsi yang ada bertujuan untuk efisiensi tenaga kerja, karena pekerjaan-pekerjaan tersebut masih bisa dijalankan oleh satu orang dan pekerjaan tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama untuk pengerjaannya. Namun untuk
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
50
fungsi-fungsi yang dapat menimbulkan adanya peluang terjadinya penyimpangan tetap dipisahkan. Misalnya bagian juru tagih berada dibawah administrasi inkaso dan dilaksanakan oleh orang yang berbeda. Sistem Informasi Manajemen dan Keuangan Apotek (SIMKA) dipakai oleh seluruh Apotek Kimia Farma yang ada di Indonesia. Dengan adanya SIMKA maka kegiatan yang berhubungan dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Fungsi keuangan diselenggarakan oleh kasir besar yang bertanggung jawab langsung kepada Bisnis Manajer. Apotek Kimia Farma No. 7 berada di lokasi yang sama dengan BM sehingga arus uang menjadi lebih mudah dan cepat. Petugas kasir kecil dapat menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift-nya dengan menyertakan bukti setoran kasir. Bukti setoran kasir ini akan dicocokkan terlebih dahulu jumlahnya dengan Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh supervisor peracikan sebelum diserahkan kepada kasir besar. Jumlah fisik uang dengan jumlah penjualan yang ada di LIPH harus sama, jika terjadi ketidakcocokan maka harus dicari penyebabnya apakah ada transaksi yang belum dientri atau ada penyebab lainnya. Kasir kecil tidak bisa membuka LIPH, maka tidak ada kemungkinan terjadinya penyimpangan uang. LIPH hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas tertentu seperti supervisor dan petugas administrasi kas bank sehingga mekanisme pengontrolan uang dapat dilakukan dengan baik untuk mencegah kehilangan uang. Fungsi keuangan ini dilakukan oleh satu orang yaitu kasir besar dengan tujuan untuk menghindari adanya penyimpangan akibat adanya saling lempar tanggung jawab jika fungsi keuangan ini dilakukan oleh lebih dari satu orang. Secara umum fungsi keuangan di apotek ini telah berjalan dengan baik sesuai dengan standar prosedur operasional yang ditetapkan.
e. Fungsi Desain Eksterior dan Interior Meningkatkan daya tarik apotek kepada pelanggan merupakan fungsi dari desain interior dan eksterior. Hal ini dilakukan untuk memberikan kenyamanan dalam pelayanan, sehingga diperlukan perancangan dan penataan desain interior dan eksterior yang baik.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
51
Desain interior apotek Kimia Farma No. 7 berkonsep minimalis dengan selalu memperhatikan kebersihan dan kerapihan disetiap etalasenya. Dilengkapi dengan swalayan farmasi yang cukup atraktif dalam menarik perhatian pelanggan untuk membeli atau hanya sekedar melihat dan mencari informasi obat yang mereka butuhkan. Pencahayaan yang cukup beragam dengan didominasi warna putih yang menunjang kesan bersih dan luas dari apotek itu sendiri.
f. Fasilitas Pendukung di Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor. Apotek Kimia Farma No. 7 didukung dengan fasilitas antara lain: 1. Praktek dokter. 2. Optik. 3. Laboratorium klinik. 4. Swalayan farmasi. 5. Masjid 6. Tempat parkir. 7. Toilet. Fasilitas pendukung tersebut berperan penting dalam menunjang kinerja apotek secara optimal dalam memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berperan dalam menentukan kebijakan pengelolaan
apotek
serta
melaksanakan
fungsi
pengawasan
dan
pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek, disamping melaksanakan fungsinya sebagai seorang apoteker untuk menjamin penggunaan obat yang rasional. 2. Pengelolaan Apotek mencakup administrasi, manajemen pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelayanan telah sesuai dengan peraturan, dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
6.2.
Saran
1. Kebersihan alat peracikan perlu diperhatikan guna menjamin efektifitas obat. Terutama untuk obat racikan yang mengandung beta laktam sebaiknya mempunyai alat racik sendiri. 2. Apoteker lebih berperan aktif dalam kepuasan pelanggan terkait dengan pelayanan informasi obat selama jam kerja. 3. Setiap karyawan sebaiknya lebih bertanggung jawab mengenai persediaan barang berdasarkan tanggung jawab rak masing-masing untuk mencegah kekosongan barang. 4. Sebaiknya jumlah barang yang tersisa ditulis dalam kartu stok agar dapat mempermudah pengontrolan persediaan barang.
52
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
53
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1980. Apotek. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 1980. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/MenKes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1997. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/Sk/IX/2004. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta Presiden Republik Indonesia. 2009. Ketentuan Umum pasal 1 ayat 1. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. 2009. Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 13. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2009. Mutu Pelayanan Kefarmasian dan Pengendalian Mutu. Dalam Panduan Materi PKPA di Apotek Kimia Farma. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. .2009. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
55
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Kimia Farma Apotek Direktur Utama KFA
Manajer Bisnis Strata A
Supervisor Pengadaan
Supervisor Adm dan Keu
Adm Hutang Dagang
Direktur Operasional
Direktur SDM dan Umum
Manajer Bisnis Strata B
Manajer Bisnis Strata C
Apoteker Pengelola Apotek
Kepala Pelayanan Farmasi / APIM
Adm Piutang Dagang
Swalayan Farmasi
Pemegang Kas
Layanan Farmasi
Umum/SDM
*)Ket: APIM: Apoteker Pendamping
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
Direktur Keuangan
56
Lampiran 2. Alur Pelayanan Penerimaan Resep
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
57
Lampiran 3. Denah Apotek Kimia Farma No. 7 Bogor
Lantai 1
Lantai 2
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
58
Lampiran 4. Etiket Obat
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
59
Lampiran 5. Kemasan Obat
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
60
Lampiran 6. Copy Resep
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
61
Lampiran 7. Kartu Stok Obat
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
62
Lampiran 8. Bon Permintaan barang Apotek
BON PERMINTAAN BARANG APOTEK (BPBA) TANGGAL:
No.
NAMA
No. Urut:
SATUAN
JUMLAH
JUMLAH
SISA
YANG
YANG
PERSEDIAAN
DIMINTA
DIBERIKAN
DI GUDANG
PJ
PENERIMA
PJ
PJ
GUDANG
BARANG
PEMBELIAN
PELAYANAN
BARANG
KET.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
63
Lampiran 9. Surat Pemesanan Narkotika dan Psikotropika
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
64
Lampiran 10. Laporan Penggunaan Narkotika
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
65
Lampiran 11. Laporan Khusus Penggunaan Morfin, Petidin, dan Derivatnya
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
66
Lampiran 12.Laporan Penggunaan Psikotropika
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
67
Lampiran 13. Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian (LIPH) PT. Kimia Farma Apotek Apotek KF No. 7 Jl. Juanda No. 30. Bogor Laporan Ikhtisar Penerimaan Harian-Rekap Shift: Total Operator: Seluruh Tanggal : 20/10/2011
No.
Nama Pelayanan L/R
1
PENJUALAN TUNAI Obat Bebas
2
Retur Tunai
3
Resep Tunai
4
Resep UPDS
Hal: 1/1
Nomor.
Kd.
Tanggal
Tunai
Kredit
Jumlah
Sub Total PENJUALAN KREDIT 1
Kartu Debit
2
Kartu Kredit Sub Total TOTAL TUNAI:
SETORAN:
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
Disc. Tag
68
Lampiran 14. Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi
BERITA ACARA PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI
Pada hari ini kamis tanggal tiga belas bulan Januari tahun dua ribu sebelas sesuai dengan peraturan menteri kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek. Nama Apoteker Pengelola Apotek
: Drs. Syarifuddin, Apt.
SIK No.
: ……………………… Tanggal ………
Nama Apotek
: Apotek Kimia Farma Unit Bisnis Bogor
Alamat Apotek
: Jl. Ir. H. Djuanda No. 30 Bogor
Telah melakukan pemusnahan
: Perbekalan farmasi sebagaimana tercantum dalam daftar terlampir
Tempat melakukan pemusnahan
: Halaman belakang Apotek Kimia Farma Jl. Ir H. Djuanda No. 30 Bogor
Berita acara ini kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab Berita acara ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) dan dikirimkan kepada : 1.
Kepala kantor wilayah departemen kesehatan propinsi jawa barat
2.
Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan di Bogor
Bogor, 13 Januari 2011 Karyawan yang membantu
Yang membuat Berita Acara
(……………………………)
(Drs. Syarifuddin, Apt) SIK …………………….
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
69
Lampiran 15. Formulir Permintaan Obat Upaya Pengobatan Sendiri
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KELAYAKAN APOTEK DI KELURAHAN CINERE-DEPOK
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DEDDY RIFANDI LAURENS, S.Farm. 1006835154
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER – DEPARTEMEN FARMASI DEPOK NOVEMBER 2011
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL.. .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN.. .................................................................................. BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1.2 Tujuan...........................................................................................
i ii iii iv 1 1 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 2.1 Definisi Studi Kelayakan............................................................... 2.2 Manfaat Studi Kelayakan .............................................................. 2.3 Proses Pembuatan Studi Kelayakan. ............................................. 2.4 Aspek-aspek Penilaian Studi Kelayakan.. ..................................... 2.5 Demografi Penduduk Kelurahan Cinere. .......................................
3 3 3 4 6 11
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 4.1 Asumsi Sumber Pendapatan Apotek .............................................. 4.2 Aspek Modal dan Biaya ................................................................
15 18 20
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..... ...................................................... 4.1 Kesimpulan ................................................................................... 4.2 Saran.............................................................................................
25 25 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
26
ii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Bulan Juli 2011 .......................
11
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Menurut Komposisi Umur Bulan Juli 2011. .........................................................................................
12
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Menurut Tingkat Pendidikan Bulan Juli 2011. ..............................................................................
12
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Menurut Mata Pencaharian Bulan Juli 2011. ..............................................................................
12
Tabel 2.5. Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Pasien Umur 1-4 Tahun di Puskesmas Cinere. .......................................................................
13
Tabel 2.6. Pola Penyakit Rawat Jalan Pasien Umur 5-44 Tahun di Puskesmas Cinere...............................................................................................
13
Tabel 4.1. Apotek Kompetitor. ..........................................................................
18
Tabel 4.2. Asumsi Resep per Hari. ....................................................................
19
Tabel 4.3. Asumsi Penjualan Obat Wajib Apotek dan Obat Bebas Dalam 1 Tahun. ...........................................................................................
19
Tabel 4.4. Sumber Pendapatan Dari Resep Luar (Out of House). .......................
20
iii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Jumlah Penduduk Warga Negara Indonesia di Kelurahan Cinere Pada Bulan Juli 2001 .......................................................
28
Lampiran 2. Jumlah Penduduk Warga Negara Asing di Kelurahan Cinere Pada Bulan Juli 2011. ......................................................
iv
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
29
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Apotek merupakan suatu tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian,
penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, dan sebagai sarana farmasi untuk melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat dan sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata (Kementerian Kesehatan RI, 2009). Apoteker penanggung jawab suatu apotek, memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Dalam pemberian pelayanan, seorang apoteker juga dituntut untuk mampu dalam mengelola suatu apotek dengan baik. Oleh karena itu, sebelum dibangunnya suatu apotek, perencanaan dalam pembangunannya harus dilakukan dengan perhitungan teliti karena apotek juga bertujuan memperoleh keuntungan. Saat ini pertumbuhan pendirian apotek, baik yang didirikan secara perseorangan maupun kerjasama dengan pihak lain semakin meningkat. Namun tidak semua apotek yang berdiri tersebut dapat bertahan dalam persaingan. Apalagi saat ini sudah tidak ada peraturan mengenai jarak minimal dalam pendirian apotek, sehingga membuat persaingan menjadi semakin ketat, hanya apotek yang mempunyai perencanaan dan bisa membaca pasarlah yang dapat bertahan. Penelitian yang digunakan untuk mengetahui apakah apotek layak berdiri pada suatu lokasi tertentu disebut dengan studi kelayakan (Feasibility Study). Studi kelayakan digunakan untuk menilai kemajuan atau kemunduran suatu apotek dalam beberapa tahun ke depan setelah apotek tersebut berdiri. Pelaksanaan studi kelayakan memiliki tujuan, yaitu menghindari resiko kerugian, memudahkan perencanaan, memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengendalian.
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
2
Untuk itu pada Praktek Kerja Profesi Apoteker kali ini diberikan tugas khusus mengenai studi kelayakan terhadap suatu apotek. Titik yang akan didirikan suatu apotek yaitu berlokasi di Jalan Cinere Raya Kelurahan Cinere, Kecamatan Cinere Depok.
1.2
Tujuan Mahasiswa dapat melakukan penilaian studi kelayakan terhadap apotek
yang akan didirikan di Jalan Cinere Raya Kelurahan Cinere, Kecamatan Cinere Depok. .
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Definisi Studi Kelayakan Studi kelayakan (feasibility study) adalah suatu metode penjajagan
gagasan (idea) suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan (Umar, 2009). Suatu apotek yang didahului dengan studi kelayakan belum tentu dapat menjamin keberhasilan apotek tersebut, sebab studi kelayakan tersebut hanya berfungsi sebagai pedoman atau landasan pelaksanaan pekerjaan, karena dibuat berdasarkan data-data dari berbagai sumber yang dianalisis dari banyak aspek. Tingkat keberhasilannya dipengaruhi dua faktor yaitu kemampuan sumber daya internal termasuk kecakapan manajemen, kualitas pelayanan, produk yang dijual, dan kualitas karyawan serta pengaruh lingkungan eksternal yang tidak dapat dipastikan termasuk pertumbuhan pasar, pemasok, pesaing, dan adanya perubahan peraturan. Pendirian apotek yang dipaksakan tanpa mengindahkan hasil penilaian dari studi kelayakan akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu studi kelayakan yang dilakukan harus benar-benar berdasarkan pada data yang valid dan observasi secara menyeluruh.
2.2
Manfaat Studi Kelayakan (Sofyan, 2003) Studi kelayakan dibutuhkan oleh pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan antara lain yaitu : 1. Pengusaha : dengan adanya studi kelayakan pengusaha dapat mengetahui apakah gagasan usahanya layak digunakan atau tidak, karena dengan adanya studi kelayakan pengusaha dapat mengambil peluang atau dapat menghindari resiko kerugian. 2. Kreditor : dengan adanya studi kelayakan kreditor dapat mengkaji apakah proyek tersebut pantas diberikan kredit atau tidak. Meskipun ada faktorfaktor lain yang dijadikan pertimbangan seperti besarnya nilai jaminan, bonafiditas pengusahanya, tingkat hubungan kedua belah pihak, jaminan dan sebagainya.
3
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
4
3. Investor : dengan adanya studi kelayakan calon investor dapat menganalisis apakah menanamkan modal pada proyek tersebut dapat memberikan keuntungan atau tidak.
2.3
Proses Pembuatan Studi Kelayakan Tahapan atau proses dalam membuat sebuah studi kelayakan pendirian
apotek, dapat terdiri dari 5 tahapan yaitu : 2.3.1. Penemuan suatu gagasan Gagasan merupakan sebuah pemikiran terhadap sesuatu yang ingin sekali untuk dilaksanakan. Gagasan yang baik untuk didiskusikan dan dianalisis sebelum dilaksanakan adalah gagasan yang memenuhi beberapa kriteria diantaranya yaitu bahwa ide harus : a. Sesuai dengan visi organisasi b. Dapat menguntungkan organisasi c. Sesuai dengan kemampuan sumber dayanya yang dimiliki organisasi d. Tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku e. Aman untuk jangka panjang
2.3.2. Penelitian Setelah gagasan disetujui, langkah berikutnya adalah melakukan penelitian lapangan. Data-data yang dibutuhkan antara lain : a. Ilmiah : melalui analisa data-data bisnis mengenai kondisi lingkungan eksternal yang ada di sekitar lokasi yang ditetapkan seperti : 1) Nilai strategi sebuah lokasi. 2) Data kelas konsumen. 3) Peraturan yang berlaku di daerah tersebut. 4) Tingkat persaingan yang ada saat ini. b. Non ilmiah yaitu : melalui intuisi (intuition) atau feeling yang diperoleh setelah melihat lokasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
5
2.3.3. Evaluasi Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian dilapangan, dapat dilakukan dengan cara yaitu: 1) Memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh, terdiri dari : a) Eksternal faktor, yaitu tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran), tingkat keuntungan yang akan diperoleh, kondisi keamanan, peraturan tentang perkembangan tata kota (pelebaran jalan) di tempat lokasi yang ditetapkan, dan kondisi keamanan di sekitar lokasi yang ditetapkan. b) Internal faktor, yaitu kemampuan keuangan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan produk, dan kemampuan pengelolaan (manajemen). 2) Membuat usulan proyek (project appraisal), yang meliputi: pendahuluan, analisis teknis mengenai peta lokasi dan lingkungan sekitar, analisis pasar, analisis manajemen, dan analisis keuangan.
2.3.4. Rencana Pelaksanaan Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu (time schedule) untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas : a. Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja. b. Mengurus izin. c. Membangun, merehabilitasi gedung. d. Merekrut karyawan. e. Menyiapkan barang dagangan, sarana pendukung. f. Memulai operasional.
2.3.5. Pelaksanaan rencana kerja Dalam melakukan setiap jenis pekerjaan, dibuatkan suatu format yang berisi mengenai : a. Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan. b. Mencatat setiap penyimpangan yang terjadi. c. Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
6
2.4
Aspek-aspek Penilaian Studi Kelayakan Aspek-aspek yang perlu dilakukan studi kelayakan bila akan membuat
suatu usaha apotek antara lain : 2.4.1. Penilaian Aspek Manajemen Penilaian terhadap aspek manajemen operasional antara lain dapat meliputi mengenai rencana : 1) Strategi manajemen Strategi manajemen yaitu suatu strategi yang akan digunakan untuk mengubah kondisi yang ada saat ini (current condition) menjadi kondisi di saat yang akan (future condition) datang dalam suatu periode waktu tertentu. Strategi manajemen tersebut antara lain mengenai visi, misi, strategi, program kerja, standar operasional prosedur (SOP). 2) Bentuk dan Tata Letak Bangunan. Dalam menetapkan bentuk dan tata letak bangunan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : a) Bentuk bangunan harus dapat menggambarkan Identity company image, untuk membentuk opini konsumen. Nuansanya (physical evident) baik interior ataupun exterior, sesuai dengan target konsumen yang akan dilayani, dan kemudahan untuk dikembangkan. b) Sistem tata letak (lay out) dapat memberikan kemudahan dalam melakukan
pengawasan
dan
pengendalian mutasi
barang
dan
kemudahan bagi konsumen untuk memperolehnya (untuk barang otc/bebas). c) Estetika, rapih,teratur dan tersusun dengan baik. d) Kesesuaian dengan peraturan yang berlaku dan sifat barang, karena dalam pengelolaan sediaan farmasi di apotek telah diatur oleh undang-undang dan adanya sifat obat yang mudah terpengaruh oleh berbagai macam keadaan. 3) Jenis Produk yang Akan Dijual Persediaan merupakan elemen penting dalarn perusahaan retail. Seperti diketahui dalam melakukan penilaian terhadap analisis produk yang akan dijual berkaitan dengan beberapa hal yaitu :
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
7
a) Target konsumen, bila target konsumennya yang menengah-atas, maka barang yang dijual juga barang menengah-atas. b) Jumlah dan jenis (lini, item) produk kebutuhan konsumen, umumnya konsumennya yang menengah-atas meminta perhatian yang lebih dari penjual. Oleh sebab itu lini dan jumlah itemnya terpenuhi agar kelengkapannya terjaga.
2.4.2. Penilaian Aspek Pasar Dalam menilai aspek pasar terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain yaitu : 1) Bentuk Pasar, dapat berupa : 1. Persaingan sempurna a. Jumlah penjual dan konsumennya tidak terbatas. b. Harga ditentukan oleh jumlah penawaran (supply) dan jumlah permintaan (demand). c. Tidak ada hambatan masuk (entry barrier). d. Contohnya : pasar industri sembako, buah. 2. Persaingan monopolistis a. Jumlah penjual dan konsumennya banyak. b. Harga ditentukan oleh promosi. c. Tidak ada entri barrier. d. Contohnya : pasar industri restoran, salon. 3. Monopoli yaitu : a. Hanya ada satu penjual, tidak ada pesaing. b. Mempunyai posisi tawar yang dominan, sehingga dapat bertindak sebagai penentu harga (price maker) . c. Entri barriernya tinggi. d. Contohnya : PLN, Telkom. 4. Oligopoli yaitu : a. Penjualnya sedikit. b. Harga ditentukan oleh kualitas produk, service, promosi. c. Entri barriernya tinggi.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
8
d. Contohnya : pasar industri automotif, hand phone.
2) Potensi Pasar (potential market) Potensi Pasar adalah sejumlah pembeli suatu wilayah yang memiliki uang dan keinginan untuk membelanjakannya (dikuantumkan dalam suatu mata uang). Cara mengukur potensi pasar (Q) antara lain dapat dilakukan dengan mengkalikan jumlah pembeli (n) dan harga rata-rata barang (P). Rumus 1 :
Q=nx P
3) Target Pasar (target market) Target Pasar adalah jenis konsumen tertentu yang akan dilayani atau yang akan menjadi sasaran pemasaran. Target pasar dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu : a) Pasar individu (untuk keperluan perorangan), umumnya tunai, jumlah pembeliannya kecil, seperti anggota masyarakat b) Pasar korporasi (untuk keperluan karyawan di suatu instansi), umumnya kredit, jumlah pembeliannya besar, seperti PLN c) Pasar reseller (penjual) adalah pasar yang membeli barang atau jasa untuk dijual kembali, seperti grosir, dokter dispensing.
2.4.3. Penilaian Aspek Teknis 2.4.3.1. Lokasi dan Lingkungan Di sekitarnya . Arti strategis suatu lokasi adalah berkaitan dengan beberapa hal yang menjadi pertimbangan yaitu meliputi: a) Jarak lokasi dengan supplier : relatif dekat dan mudah dicapai b) Jarak lokasi dengan domisili konsumennya relatif dekat dan mudah dicapai dengan berbagai macam jenis alat transportasi c) Bentuk dan luas lahan (bangunan) : mudah untuk mengembangkan usaha, seperti praktek dokter, laboratorium klinik. d) Nyaman dan aman : daerahnya tidak jorok, tidak macet dan sempit dan tingkat kriminalnya rendah (bukan daerah premanisme). e) Prospek pertumbuhan pasarnya relatif cepat dan besar : jumlah konsumen dan daya beli (income perkapita) nya relatif tinggi.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
9
2.4.3.2. Bentuk Badan Usaha Bentuk badan usaha yang akan ditetapkan tentunya memiliki tujuan tertentu misalnya : 1.
Koperasi untuk memperoleh fasilitas kemudahan dalam mengurus izin, tetapi kurang mendapat perhatian dari kalangan konsumen, investor, kreditor.
2.
Persero (PT) untuk memperoleh perhatian dari kalangan konsumen, investor, kreditor tertentu, tetapi dalam mengurus izin dikenakan biaya yang relatif mahal dibandingkan dengan koperasi.
2.4.3.3. Struktur Organisasi Tujuan pembentukan struktur organisasi untuk memberi gambaran mengenai : a) Jumlah jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan. b) Fungsi-tugas dan wewenang-tanggung jawab setiap pekerjaan. c) Persyaratan jabatan pada setiap jenis pekerjaan. d) Hirarki dalam pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi, besar-kecilnya bagan dan jumlah pegawai yang dibutuhkan tegantung pada : a) Jenis dan volume pekerjaan, bila jumlah dan volume pekerjaan banyak, maka struktur diperbesar. Sebaliknya bila volume pekerjaan sedikit, struktur dirampingkan, agar lebih efisien. b) Penempatan setiap pegawai sesuai dengan persyaratan jabatannya (the right man on the right place) yang telah ditetapkan.
2.4.4. Penilaian Aspek Keuangan Pertimbangan dalam menilai aspek keuangan dapat meliputi penilaian terhadap : A. Penilaian Sumber Pendanaan 1. Kegunaannya a.
Dana untuk kebutuhan membeli aktiva tetap, seperti tanah, bangunan, peralatan interior (komputer, meja & rak obat, kursi pasien) dan eksterior (billboard).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
10
b.
Dana untuk kebutuhan modal kerja (untuk aktiva lancar yaitu kas, rekening di Bank, membeli barang dagangan).
2. Sumber Dana Pertimbangan dalam memilih sumber dana adalah biaya yang paling rendah (efisien) dengan masa tenggang pengembalian yang lebih lama dibandingkan payback periode proyeknya. Beberapa sumber dana yang dapat digunakan yaitu : a.
Modal pemilik perusahaan (modal disetor).
b.
Bank (kreditor).
c.
Investor, dari kas penerbitan saham atau obligasi.
d.
Lembaga non-bank atau leasing (dana pensiun).
B. Penilaian Analisis Keuangan Dalam melakukan penilaian aspek keuangan terhadap kelayakan suatu proyek dapat dilakukan dengan beberapa metode analisis antara lain: 1. Metode Analisis Payback Periode (PP). Payback Periode adalah pengukuran periode yang diperlukan dalam menutup kembali biaya investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (laba bersih) yang akan diterima. Rumus 2 : Jumlah nilai investasi Payback Periode = -------------------------------------x 1 tahun Jumlah kas yang masuk per th Indikatornya adalah a.
Bila PP yang diperoleh waktunya < dari maksimum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut layak dilaksanakan.
b.
Bila PP yang diperoleh waktunya > lama dari maksimum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan.
c.
Bila PP yang diperoleh waktunya = maksimum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut dikatakan boleh dilaksanakan dan juga boleh tidak.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
11
2. Metode Analisis Return On Investment (ROI) Analisis Return On Investment adalah pengukuran besaran tingkat return (%) yang akan diperoleh selama periode investasi dengan cara membandingkan jumlah nilai laba bersih per tahun dengan nilai investasi. Rumus 3 : ROI
Nilai laba bersih x 100% Nilai investasi
Indikatornya adalah : a. Bila ROI yang diperoleh > dari bunga pinjaman, maka proyek dikatakan layak dilaksanakan b. Bila ROI yang diperoleh < dari bunga pinjaman, maka proyek dikatakan tidak layak dilaksanakan c. Bila ROI yang diperoleh = bunga pinjaman, maka proyek boleh dilaksanakan dan boleh juga tidak.
2. 5
Demografi penduduk kelurahan Cinere Lokasi apotek yang akan didirikan berada di Kelurahan Cinere yang terdiri
dari 18 RW dengan jumlah penduduk sebesar 23.512 jiwa. Segmentasi pasar dilakukan berdasarkan data demografi penduduk yang meliputi pembagian berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian serta pola penyebaran penyakit di daerah Cinere.
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Bulan Juli 2011 Warga Negara Indonesia Warga Negara Asing Total
Laki-laki 12.536 29 12.565
Perempuan 10.931 16 10.947
Jumlah 23.467 45 23.512
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
12
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Menurut Komposisi Umur Bulan Juli 2011 No. Usia Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Total (jiwa) 1. 0-4 1.270 1.158 2.428 2. 5-9 1.129 1.001 2.130 3. 10-14 1.024 975 1.999 4. 15-19 1.009 953 1.962 5. 20-24 1.001 948 1.949 6. 25-29 990 856 1.846 7. 30-34 962 849 1.811 8. 35-39 895 776 1.671 9. 40-44 885 671 1.556 10. 45-49 860 676 1.536 11. 50-54 719 665 1.384 12. 55-59 580 513 1.093 13. 60-64 558 333 891 14. 65-69 325 235 560 15. 70-74 191 197 388 16 75-79 98 77 175 17. 80 keatas 69 64 133
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Menurut Tingkat Pendidikan Bulan Juli 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tingkat Pendidikan Belum sekolah Tidak Tamat Sekolah Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SLTA/sederajat Tamat akademi/sederajat Tamat perguruan tinggi/sederajat
Jumlah penduduk (orang) 1.788 1.804 2.779 3.414 6.031 4.423 3.273
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Kelurahan Cinere Menurut Mata Pencaharian Bulan Juli 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Mata Pencaharian Petani Wiraswasta Pengrajin/industri kecil Buruh Pedagang PNS TNI/POLRI Pensiun/purnawirawan Lain-lain
Jumlah penduduk (orang) 40 1.440 3 3.210 859 503 210 833 16.414
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
13
Tabel 2.5. Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Pasien Umur 1-4 Tahun di Puskesmas Cinere No.
Nama Penyakit
1. 2. 3. 4. 5. 6.
ISPA Dermatitis Pneumonia Diare Konjungtivitis Asma Jumlah
Kasus Baru Jumlah % 2.994 64,85 794 17,20 247 5,35 218 4,72 195 4,22 169 3,66 4617 100
Tabel 2.6. Pola Penyakit Penderita Rawat Jalan Pasien Umur 5-44 Tahun di Puskesmas Cinere No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Nama Penyakit ISPA Dermatitis Gastro Enteritritis Hypertensi Diare Asma Arthritis Mata Diabetes Melitus TBC Jumlah
Kasus Baru Jumlah % 1.442 15,66 1.613 17,52 1.521 16,52 1.224 13,30 879 9,55 684 7,43 592 6,43 479 5,20 431 4,68 341 3,70 9.206 100
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Penelitian dilakukan dengan observasi langsung pada lokasi penelitian.
Sedangkan data kependudukan diperoleh dari Kelurahan Cinere Bulan Juli 2011.
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di Jalan Cinere Raya, Cinere, Depok. Waktu
penelitian dilakukan selama periode 16 hingga 19 September 2011.
3.3
Data Penelitian
a.
Jumlah penduduk berdasarkan usia, jenis kelamin, mata pencaharian, dan tingkat pendidikan di Kelurahan Cinere, Depok.
b.
Sarana kesehatan yaitu Rumah Sakit, Puskesmas, klinik, praktek dokter, laboratorium, dan apotek (pada radius 100 m, 500 m, dan 1 Km dari lokasi apotek).
c.
Sumber pemasukan serta jumlah pemasukan apotek rata-rata per hari.
3.4
Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data
a.
Data kependudukan diperoleh dari Kelurahan Cinere Bulan Juli 2011, antara lain meliputi data jumlah penduduk, jenis kelamin, sebaran usia, tingkat pendidikan dan mata pencaharian yang diperoleh dan dibuat dalam bentuk tabel yang digunakan untuk memberikan gambaran mengenai apotek yang sesuai dengan kondisi penduduk.
b.
Data mengenai sarana kesehatan diperoleh dari observasi lapangan secara langsung pada radius 100 m, 500 m, dan 1 Km dari lokasi pendirian apotek.
c.
Data jumlah pemasukan apotek beserta sumber pemasukan rata-rata per hari.
14
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Apotek merupakan suatu institusi yang di dalam pelaksanaanya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan (patient oriented) dan unit bisnis (profit oriented). Dalam fungsinya sebagai unit pelayanan kesehatan, fungsi apotek adalah menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan fungsi apotek sebagai institusi bisnis, apotek bertujuan untuk memperoleh keuntungan, dan hal ini dapat dimaklumi mengingat investasi yang ditanam pada apotek dan operasionalnya juga tidak sedikit. Oleh karena itu, untuk menghindari kemungkinan terjadinya kerugian yang sangat besar maka perlu dilakukan suatu studi kelayakan sebelum didirikan sebuah apotek baru. Studi kelayakan (feasibility study-FS) apotek adalah suatu metode penjajagan gagasan (idea) mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk didirikan sebuah apotek. Lokasi apotek yang akan didirikan berada di Jalan Cinere Raya Blok A Kelurahan Cinere, Kecamatan Cinere, Depok dan ruko yang digunakan untuk apotek baru terdiri dari 2 lantai. Lokasi tersebut merupakan lokasi yang memiliki kepadatan penduduk yang besar. Jumlah penduduk pada Kelurahan Cinere berdasarkan data pada bulan Juli 2011 sebesar 23.512 jiwa dengan tingkat pendidikan penduduk yang sudah cukup baik. Lokasi apotek berada dipinggir jalan raya 2 arah dengan lalu lintas yang padat, dekat dengan pertigaan jalan menuju Pondok Labu, serta dilalui oleh angkutan umum dan kendaraan pribadi baik motor maupun mobil. Angkutan umum yang melewati jalan Cinere Raya antara lain angkutan umum 102, 110, 114, 61, serta metromini 619. Berdasarkan hasil survey diperoleh data bahwa ratarata jumlah motor yang melewati lokasi apotek sebesar 50 motor/menit, untuk mobil pribadi sebesar 25 mobil/menit, dan angkot sebesar 9 angkot/menit. Data tersebut menunjukkan bahwa lokasi tersebut banyak dilewati oleh kendaraan dan dapat memberikan dampak positif terhadap apotek. Lokasi apotek yang akan didirikan juga sangat dekat dengan pusat perbelanjaan bagi penduduk diantaranya adalah Cinere Mall, Cinere Square, bank,
15
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
16
perkantoran dan ruko/toko. Lokasi yang dipilih juga sudah dilengkapi dengan sarana kesehatan yang sangat baik, diantaranya adalah Rumah Sakit Puri Cinere, Rumah Sakit Prikasih, Puskesmas kecamatan, klinik-klinik kesehatan seperti Klinik Wijaya Platinum, Erha Clinic, Klinik K-24, dan lain-lain serta beberapa praktek dokter. Disekitar lokasi apotek juga dikeliling oleh komplek-komplek perumahan seperti komplek puri cinere, komplek cinere estate, dan komplek TNIAL pangkalan jati. Apotek pesaing yang berada disekitar apotek juga sudah cukup banyak seperti Apotek K-24, Apotek Kawijaya, Apotek Swamandiri, Apotek Century, Apotek Cinere, dan Apotek Cempaka Mas. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis SWOT, dapat diketahui bahwa : A. Kekuatan (Strength) Yang menjadi kekuatan kompetitif apotek baru yang akan didirikan adalah sebagai berikut : 1. Apotek dengan konsep layanan patient oriented yang berbasis layanan kefarmasian pharmaceutical care. 2. Letak/lokasi apotek berada di Jl. Cinere Raya yang ramai dilalui arus kendaraan dan mudah dijangkau dari segala arah dan berada di depan Mall Cinere dan dekat dengan Rumah Sakit Puri Cinere. 3. Petugas apotek yang handal dan loyal, terdiri dari tenaga yang sudah berpengalaman. 4. Apoteker yang selalu berada di apotek, siap memberikan layanan dan konsultasi seputar obat.
B. Kelemahan (Weekness) Parkir yang agak sempit karena di area parkir banyak berdiri warung tenda makanan
C. Peluang (Opportunity) 1. Potensi Daerah a. Jumlah Penduduk cukup padat, sehingga menjadi sumber pelanggan apotek yang potensial,
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
17
b. Penduduk
dengan
latar
belakang
sosial
yang
beragam,
sangat
memungkinkan untuk menjadi pelanggan. Masyarakat golongan ini mempunyai daya beli lebih tinggi, karena itu apotek harus dikonsep sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi keinginan pelanggan seperti mereka. Sebagai contoh apotek ditata agar bersih, nyaman, elegan, tanpa menimbulkan konsep mahal, sehingga tetap dapat menarik pelanggan dari kelas sosial menengah ke bawah. c. Penduduk dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Golongan masyarakat ini lebih kritis, lebih bisa menerima pikiran logis, dan mungkin lebih peduli dengan pola hidup sehat. Untuk menarik pelanggan dari golongan ini, salah satu kegiatan apotek bisa mengarah pada mereka (khususnya), contohya melalui progam konsultasi obat melalui telepon, penerbitan buletin kesehatan secara berkala, dll. d. Lokasi sekitar apotek yang akan didirikan terdapat beberapa sarana kesehatan seperti Puskesmas kecamatan, Rumah Sakit Puri Cinere, Rumah Sakit Prikasih, klinik-klinik, dan praktek dokter. 2. Jumlah dokter yang membuka praktek di sekitar lokasi apotek cukup sehingga diharapkan pasien yang datang ke apotek juga banyak.
D. Ancaman (Threats) Ancaman terutama datang dari kompetitor/pesaing, yaitu apotek lain disekitar lokasi. Berikut diuraikan fasilitas masing‐masing apotek pesaing. Apotek Kompetitor : 1. Apotek Swa Mandiri Apotek memiliki parkir luas, dekat dengan Cinere Mall, memiliki konsep swalayan, ruang tunggu ber AC tapi agak kecil, bersih, petugas apotek seragam rapih, dan ramah. 2. Apotek Kawijaya Apotek tidak berkonsep swalayan, ruang tunggu tidak ber AC, ruang tunggu cukup luas, petugas tidak berseragam, penerangan kurang, namun harga obat cenderung lebih murah dibanding harga di apotek sekitar.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
18
3. Apotek Cinere Mas Apotek tidak berkonsep swalayan, ruang tunggu agak kecil, dan penampilan apotek dari luar terlihat kusam dan tidak menarik. 4. Apotek Century Pharma M26 Apotek memiliki parkir yang luas, berkonsep swalayan, memberikan layanan antar obat gratis dan tidak menerima resep 5. Apotek Century Mall Cinere Apotek tidak menerima resep dan luas apotek kecil. 6. Apotek Cempaka Mas Apotek tidak berkonsep swalayan, ruangan tidak ber-AC, ada praktek dokter, dan terdapat tempat parkir yang cukup luas. 7. Apotek K-24 Parkir apotek cukup luas, ruangan ber-AC, dan ada praktek dokter 8. Apotek Cinere Apotek kurang terlihat dari jalan karena terletak di ujung/pojok ruko, kaca etalase apotek agak gelap sehingga kurang terlihat kelengkapan obat, parkir luas, ruang tunggu ber-AC.
4.1
Asumsi Sumber Pendapatan Apotek Tabel 4.1. Apotek Kompetitor
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Nama Apotek Apotek Cinere Mas Apotek Swamandiri Apotek Kawijaya Century Mall Cinere Apotek Cinere Apotek Century Apotek K-24 Apotek Cempaka Mas
Jarak Dari Apotek 10 m 100 m 100 m 100 m 500 m 520 m 540 m 800 m
Praktek Dokter Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada
Input Resep/hari 15 20 75 20 30 25
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
19
Tabel 4.2. Asumsi Resep per hari
No
1.
2.
Sumber pendapatan
Asumsi Kunjungan per hari Jml Asumsi Kunj. Pasien ke Kunj. Apotek / hari Pasien / % Jumlah hari
Praktek dokter drg. Amrul Amri drh. I Made Widiadnya Dr. Tajri Dr. Hengky Irawan Klinik dan Rumah sakit Klinik Cempaka Mas Klinik Cinere Klinik K-24 Bidan ERHA Clinic Klinik Wijaya Platinum Puskesmas Cinere Rumah Sakit Prikasih Rumah Sakit Puri Cinere
8 5 10 15
90 80 50 30
7,2 4 5 4,5
15 20 30 5 25 30 70 100 200
5 3 3 2 5 5 10 5 10
0,75 0,6 0,9 0,1 1,25 1,5 7 5 20
Tabel 4.3. Asumsi penjualan Obat Wajib Apotek dan Obat Bebas Dalam 1 Tahun Asumsi kunjungan dalam 1 tahun No.
1
No. 2
Sumber Pendapatan Penjualan Obat Wajib Apotek Total Sumber Pendapatan
Kunj./thn
Kunj./hr
(30 hr x12 bln)
20
7200
Rata2 item obat
Harga rata2 per item
1
Rp. 50.000
Total perkiraan omzet
Rp. 360.000.000 Rp. 360.000.000
Asumsi kunjungan dalam 1 tahun Kunj./thn Jml orang Daya beli / Kunj./hr (30 hr x12 yang org transaksi bln) 80% 30 10800 Rp.30.000 (8640)
Penjualan Obat bebas Total Total Pendapatan in house = Rp. 619.200.000
Total perkiraan omzet Rp.259.200.000 Rp. 619.200.000
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
20
Tabel 4.4. Sumber Pendapatan Dari Resep Luar (Out of House)
No
1.
2.
Sumber Pendapatan
Praktek dokter drg. Amrul Amri drh. I Made Widiadnya Dr. Tajri Dr. Hengky Irawan
Kunj. /hr
Kunj./th (25 hr x12 bln)
Asumsi kunjungan dalam 1 tahun Asumsi Kunj. Jml R/ Pasien ke Harga rata2 dlm 1 Apotek/th 1 R/ lmbr % Jmlh
Total perkiraan omzet
8
2400
90
2160
2
Rp. 20.000
Rp.
86.400.000
5
1500
80
1200
3
Rp. 25.000
Rp.
90.000.000
10 15
3000 4500
50 30
4500 1350
2 3
Rp. 10.000 Rp. 15.000 Total
Rp. Rp. Rp.
90.000.000 60.750.000 327.150.000
4500
5
1350
3
Rp. 20.000
Rp.
60.750.000
6000 9000 4500 7500
3 3 2 5
180 270 90 375
3 4 2 3
Rp. 20.000 Rp. 50.000 Rp. 10.000 Rp. 30.000
Rp. Rp. Rp. Rp.
10.800.000 54.000.000 1.800.000 33.750.000
9000
5
450
4
Rp. 25.000
Rp.
45.000.000
21000
10
2100
2
Rp. 10.000
Rp.
42.000.000
30000
5
1500
4
Rp. 30.000
Rp.
180.000.000
60000
10
6000
4
Rp. 30.000
Rp.
720.000.000
Klinik dan Rumah Sakit Klinik Cempaka 15 Mas Klinik Cinere Mas 20 Klinik K-24 30 Bidan 5 ERHA Clinic 25 Klinik Wijaya 30 Platinum Puskesmas Cinere 70 Rumah Sakit 100 Prikasih Rumah Sakit Puri 200 Cinere
Total
Rp. 1.148.100.000
Total Pendapatan out of house = Rp. 1.475.250.000
Total Perkiraan Omzet Total Pendapatan in house + Total Pendapatan out of house = Rp. 619.200.000 + Rp. 1.475.250.000 = Rp. 2.094.450.000,-
4.2
Aspek Modal dan Biaya
4.2.1 Modal a) Modal sendiri
= Rp. 500.000.000,-
b) Modal tetap Sarana fisik: tanah dan bangunan dengan luas bangunan 16 x 7 m2 (2 lantai) harga sewa diasumsikan Rp. 80.000.000,-/tahun Rp. 80.000.000,-/tahun x 5 tahun
= Rp. 400.000.000,Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
21
c) Sarana Penunjang Rak kaca etalase kecil Rak kaca etalase besar Meja kerja Meja racik Lemari narkotik Kursi-kursi Wastafel Komputer 1 unit Mesin kasir Peralatan administrasi Televisi 14 inch Telepon Peralatan meracik Kulkas Dispenser AC Plang nama Apotek + buku wajib farmasi Gondola Motor Cooler Total
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1.300.000,2.700.000,450.000,350.000,500.000,600.000,200.000,3.500.000,1.000.000,250.000,1.000.000,400.000,2.600.000,1.600.000,250.000,2.000.000,150.000,-
Rp. Rp. Rp. Rp.
3.000.000,10.000.000,2.000.000,33.850.000,-
d) Modal operasional (modal kerja) Barang dagangan :
Rp.100.000.000,-
Total investasi = modal tetap + sarana penunjang + modal kerja+cadangan modal = Rp. 400.000.000,- + Rp. 34.600.000,- + Rp.100.000.000,- + Rp. 65.400.000,-
= Rp. 600.000.000,-
4.2.2 Biaya Tetap a) Biaya personalia per tahun ditambah dengan tunjangan hari raya Apoteker (1) : Rp 3.000.000,-/bulan x 13
= Rp. 39.000.000,-
AA (2)
: Rp 1.250.000,-/bulan x 13
= Rp. 32.500.000,-
Kasir (1)
: Rp 1.000.000,-/bulan x 13
= Rp. 13.000.000,-
Total
= Rp. 84.500.000,-
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
22
b) Biaya Pengelolaan per tahun Biaya listrik, air, dan telepon Pajak Bangunan Asuransi Iuran RT/RW+kebersihan dan keamanan Administrasi Buku kuitansi Lain-lain (ATK) BBM Biaya penyusutan gedung (10%) Total Total biaya tetap
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
12.000.000,2.000.000,1.000.000,250.000,1.000.000,500.000,750.000,300.000,20.000.000037.800.000,-
= biaya personalia + biaya operasional = Rp. 84.500.000,- + Rp. 37.800.000,= Rp. 122.300.000,-
4.2.3 HPP (Harga Pokok Penjualan) Omset penjualan resep
: Rp. 1.475.250.000
Omset penjualan obat bebas
: Rp. 259.200.000
Omset penjualan obat wajib apotek : Rp. 360.000.000 Total penjualan
: Rp. 2.094.450.000
Laba penjualan resep
: 30%
Laba penjualan obat bebas
: 15%
Laba penjualan obat wajib apotek
: 25%
Indeks penjualan resep
: 70,4% X 1,3 = 0,9152
Indeks penjualan obat bebas
: 12,4% X 1,15= 0,1426
Indeks penjualan obat wajib apotek : 17,2% X 1,25= 0,215 Indeks penjualan total
: 0,9152 + 0,1426 + 0,215 = 1,2728
HPP untuk : a) Resep
= 100/130 x (omset resep outhouse) = 100/130 x (Rp. 1.475.250.000) = Rp. 1.134.807.692,-
b) Obat bebas
= 100/115 x (Rp.259.200.000,-) = Rp. 225.391.304,-
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
23
c) Obat wajib apotek
= 100/125 x (Rp. 360.000.000,-)
= Rp. 288.000.000,Total HPP
= Rp. 1.648.198.996,-
4.2.4 Perhitungan Laba Margin
= Rp. 2.094.450.000, - Rp. 1.648.198.996,= Rp. 446.251.004,-
Laba kotor
= Margin – biaya usaha = Rp. 446.251.004,- Rp. 122.300.000,= Rp. 323.951.004,-
Pajak
= 10% x Rp. 323.951.004,= Rp. 32.395.100,4-
Laba netto
= laba kotor – pajak = Rp. 323.951.004,- - Rp. 32.395.100,4 = Rp. 291.555.903,6,-
a) Payback periode (PP) PP = PP =
= 2 tahun 1 bulan PP selama 2 tahun 1 bulan masih dapat diterima.
b) Return of Investment (ROI) ROI
=
= Rp. 291.555.903,6,- x 100% Rp. 600.000.000,= 48,59% ROI sebesar 48,59% > suku bunga bank sebesar 20%.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
24
c) Break Event Point (BEP) BEP per tahun =
= Rp. 570.613.783,-
Jadi, BEP terjadi pada jumlah penjualan sebanyak dengan nilai RP. 570.613.783,-/tahun. 1. Pada saat penjualan resep mencapai (70,4%) Rp. 401.712.103,-/tahun atau 4.017 lembar resep/tahun, atau 11 lembar resep/hari 2. Pada saat penjualan obat wajib apotek (17,2%) mencapai Rp 98.145.570,/tahun atau Rp.268.891,-/hari 3. Pada saat penjualan obat bebas (12,4%) mencapai Rp. 70.756.109,-/tahun atau Rp.193.852,-/hari
Berdasarkan aspek pemilihan lokasi maka apotek ini dapat dikatakan layak berdiri. Berdasarkan aspek modal dan biaya, payback periode dicapai pada waktu 2 tahun 1 bulan sehingga dalam kurun waktu kurang dari 5 tahun modal yang digunakan sudah dapat dikembalikan. Nilai ROI (Return Of Investment) sebesar 48,59% yang lebih besar dari nilai suku bunga yaitu 20 %. Nilai BEP (Break Event Point) Rp. 570.613.783,- /tahun dengan penjualan resep Rp. 401.712.103,-/ tahun atau 11 lembar resep/hari dengan rata-rata penjualan resep Rp. 100.000,/lembar dan penjualan obat wajib apotek Rp Rp 98.145.570,-/tahun atau
Rp.
268.891,-/hari. Penjualan obat bebas Rp. 70.756.109,-/tahun atau Rp 193.852,/hari. Hal tersebut menyatakan bahwa apotek ini layak untuk didirikan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian studi kelayakan yang ditinjau menunjukkan
bahwa apotek layak didirikan di Jl. Cinere Raya Blok A No. 58.
5. 2
Saran Desain interior dan eksterior apotek perlu diperhatikan agar dibuat
semenarik mungkin sehingga dapat menarik konsumen untuk datang ke apotek dan dapat bersaing dengan apotek pesaing disekitar lokasi apotek.
25
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
26
DAFTAR PUSTAKA
Artadji, Priyanggo. (2009). Materi praktek kerja profesi Apoteker tentang: Studi kelayakan (feasibility study) Apotek . Jakarta: Tim PKPA Kimia Farma. Kementerian Kesehatan. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 tentang: Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sofyan, Iban. (2003). Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. Umar, M. (2009). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta: Wira Putra Kencana.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
28
Lampiran 1 Jumlah Penduduk Warga Negara Indonesia di Kelurahan Cinere Pada Bulan Juli 2011
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011
29
Lampiran 2 Jumlah Penduduk Warga Negara Asing di Kelurahan Cinere Pada Bulan Juli 2011
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Deddy Rifandi Laurens, FMIPA UI, 2011