UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK E DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN KOPING: KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF PADA REMAJA DI RW 02 CISALAK PASAR
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N)
SUDARTI 0806457363
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI 2012 DEPOK JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK E DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN KOPING: KOMUNIKASI TIDAK EFEKTIF PADA REMAJA DI RW 02 CISALAK PASAR
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N) Diajukan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar ners
SUDARTI 0806457363
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI 2012 DEPOK JULI 2013 ii
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir ners ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Sudarti
NPM
: 0806457363
Tanda tangan
:…
Tanggal
: 09 Juli 2013
..
iii
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Karya ilmiah akhir ners ini diajukan oleh : Nama : Sudarti NPM : 0806457363 Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul Karya Ilmiah Ners : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak E dengan Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Tidak Efektif pada Remaja di RW 02 Cisalak Pasar
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ns. Dwi Cahya Rahmadiyah, S.Kep
(
)
Penguji
(
)
: Ns. Jajang Rahmat Solihin, S.Kep., M.Kep
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 09 Juli 2013 iv
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak E dengan Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Tidak Efektif pada Remaja di RW 02 Cisalak Pasar”. Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ners keperawatan. Karya ilmiah akhir ners ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu: 1. Dewi Irawati, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperatan Universitas Indonesia 2. Kuntarti, S.Kp., M.Biomed selaku Dosen Koordinator dan Ketua Program Studi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.. 3. Ns. Dwi Cahya Rahmadiyah, S.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan, arahan, nasihat, dan terima kasih atas waktunya disela-sela kegiatan yang padat. 4. Ayah, Ibu, dan kakak ku tercinta, terima kasih atas dukungannya 5. Huru-Hara, Marisol dan teman-teman seperjuangan angkatan 2008 yang selalu menberi dukungan untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Karya ilmiah akhir ners ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan karena keterbatasan waktu, tenaga, dan pengetahuan peneliti. Maka sangat diperlukan masukan dan saran untuk menyempurnakan karya ilmiah akhir ners ini.
Depok, 09 Juli 2013
Sudarti v
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda-tangan di bawah ini:
Nama
: Sudarti
NPM
: 0806457363
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah akhir ners saya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak E dengan Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Tidak Efektif pada Remaja di RW 02 Cisalak Pasar”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 09 Juli 2013 Yang menyatakan
( Sudarti)
vi
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
ABSTRAK Nama : Sudarti Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak E dengan Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Tidak Efektif pada Remaja di RW 02 Cisalak Pasar
Masa remaja akan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun secara psikologis dan memberikan dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang dapat menimbulkan masalah kenakalan remaja. Komunikasi efektif dan peran orang tua sangat diperlukan dalam masa ini. Karya ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada keluarga bapak E khususnya anak L dengan masalah ketidakefektifan koping di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. Hasil dari pengkajian didapatkan data bahwa keluarga bapak selalu marah-marah saat anaknya melakukan kesalahan. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga ini menggunakan komunikasi tidak efektif. Selain itu anak L bersikap tertutup terhadap orang tua dan orang tua jarang melakukan komunikasi. Setelah dilakukan intervensi tentang komunikasi efektif selama 3 kali pertemuan, anak L sudah mulai terbuka terhadap ibunya dan mau menuruti nasihat orang tuanya. Kata kunci: remaja, kenakalan remaja, komunikasi
vii
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
ABSTRAC
Name : Sudarti Program Study : Science Nursing : Nursing Care to Mr E Family with Problems ineffective Title Coping: Ineffective Communication to Adolescents in RW 02 Cisalak Pasar.
Adolescence will experience changes both physically and psychologically and give a strong boost to the behavior and teenage life that can cause problems of juvenile delinquency. Effective communication and the role of parents is necessary in this period. This paper aims to describe the nursing care to Mr E families, especially L children with problems ineffectiveness coping in RW 02 , Cisalak Pasar. Results of the assessment data obtained that the parent was always angry when their children do Mistake. This suggests that this family using ineffective communication. In addition, children L to be closed to parents and parents rarely communicate. After the intervention of effective communication during meetings 3 times, L child has begun to open to her and want to follow the advice of their parents. Keywords: adolelescence, juvenile delinquency, communication
viii
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...........................................iii HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iv KATA PENGANTAR .v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................................vi ABSTRAK.......................................................................................................vii DAFTAR ISI .ix DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................x BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 7 1.3 Tujuan Penulisan 8 1.4 Manfaat Penulisan 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keperawatan perkotaan 10 2.1.1 Pengertian Masyarakat dan Urbanisasi 10 2.1.2 Konsep Dasar Keperawatan Perkotaan 10 2.2 Remaja 13 2.3 Konsep Keluarga 18 2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga 21 2.5 Komunikasi Efektif sebagai Intervensi Inovasi 29 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 32 3.1 Pengkajian 3.2 Diagnosa 35 35 3.3 Rencana Intervensi 3.4 Implementasi dan Evaluasi 36 BAB 4 ANALISIS SITUASI 4.1 Profil Lahan Praktik 42 4.2 Analisis Masalah Keperawatan 43 4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait 46 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang dapat Dilakukan 47 BAB 5 PENUTUP 5,1 Kesimpulan..........................................................................................49 5.2 Saran....................................................................................................50 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................51 LAMPIRAN
ix
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7
Pengkajian Bapak E Analisis Data Skoring Rencana Asuhan Keperawatan Catatan Perkembangan Evaluasi Sumatif Tingkat Kemandirian Keluarga
x
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan kesehatan. Salah satu upaya Pemerintah Indonesia dalam merealisasikan
kesehatan
masyarakat
yaitu
dengan
mencapai
Sasaran
Pembangunan Milenium pada tahun 2015 yang tertuang dalam program-program MDGs (Millennium Development Goals). Menurut Stalker (2008), dalam MDGs ditetapkan delapan tujuan utama yang perlu ditindak lanjuti oleh setiap negara, tiga diantaranya adalah mengenai masalah kesehatan yang meliputi menurunkan angka kematian anak usia di bawah 5 tahun, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV, malaria, penyakit menular dan tidak menular lainnya. Pencapaian MDG’s memerlukan peran serta aktif mulai dari masyarakat, lembaga pemerintah maupun swasta. Keperawatan kesehatan komunitas juga turut berupaya mewujudkan MDGs tahun 2015 dengan melakukan pelayanan kesehatan yang profesional bagi masyarakat. Pelayanan keperawatan komunitas diberikan melalui upaya peningkatan derajat kesehatan (health promotion), pemeliharaan kesehatan (health maintenance), pendidikan kesehatan serta manajemen pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (Anderson&McFarlane, 2010). Tujuan keperawatan komunitas adalah memberikan pelayanan langsung kepada individu, keluarga, dan kelompok untuk menurunkan prevalensi penyakit di masyarakat seperti di kalangan remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan mengalami perubahan fisik dan psikis (Hurlock, 1998). Usia remaja adalah antara 10-24 tahun (BKKBN, 2011). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari Laki-laki sebanyak 32.164.436 jiwa (50,70%) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30 %). Masa remaja dikatakan sebagai
1 Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
2
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Remaja yang masih dalam masa transisi sangat memerlukan dukungan dari keluarga untuk melalui tugas-tugas perkembangannya, sehingga tidak terlibat dalam masalah kenakalan remaja.
Permasalahan yang dialami oleh remaja umumnya dikarenakan krisis identitas tanpa adanya faktor pendukung dan informasi yang jelas (BKKBN, 2011). Salah satu faktor pendukung dan informasi yang jelas adalah berasal dari orang tua. Masalah yang terjadi pada remaja juga dapat disebabkan oleh kurangnya kasih sayang dari orang tuanya. Salah satu bentuk kasih sayang dan perhatian dari orang tua dapat dilakukan melalui komunikasi yang efektif antara orang tua dan remaja. Remaja cenderung mencari keintiman diluar rumah sebagai bentuk pelampiasan apabila merasa kurang kasih sayang dari orang tuanya. Remaja cenderung melakukan hal-hal yang menyimpang dari peraturan apabila mempunyai koping yang tidak efektif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Laily, N dan Matulessy (2004; dalam Fauzi, 2010) bahwa kualitas komunikasi antara orang tua dan remaja dapat menghindari remaja dari masalah dari kenakalan remaja seperti perilaku seksual.
Permasalahan kesehatan yang beresiko yang mengancam kesejahteraan remaja antara lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat, masalah fisik, problem sekolah, dan perilaku seksual. BNN melaporkan bahwa pada tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 2,8% atau sekitar 5 juta orang. Hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 4500 remaja di 12 kota besar menghasilkan 93,7% pernah berciuman dan 62% remaja di Indonesia pernah berhubungan intim. Selain itu, remaja putri di Indonesia pernah melakukan aborsi. Hasil survei BNN (2008) menyatakan bahwa 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia melakukan seks pranikah dan para pelaku seks dini itu menyakini, berhubungan seksual satu kali tidak menyebabkan kehamilan.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
3
Triswan (2007) mengemukakan perilaku remaja saat ini sudah sangat mengkhawatirkan, hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya kasus-kasus seperti aborsi, kehamilan tidak diinginkan (KTD), dan penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS di kelompok remaja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Susanto (2010) di kelurahan Tugu, Depok menunjukkan bahwa hasil perilaku remaja dalam pacaran 30,2% remaja melakukan pegangan tangan, 15,6% remaja melakukan pelukan dengan tangan di luar baju, 5,2% remaja melakukan pelukan dengan tangan di dalam baju, 9,4% remaja sudah bercumbu bibir, 6,3% remaja sudah meraba-raba dalam pacaran, 1% remaja sudah melakukan petting, dan 2,1% remaja melakukan hubungan badan 1 kali sebulan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat berfungsi suatu keluarga berkaitan dengan masalah-masalah dalam keluarga, termasuk kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Kim & Kim (2008) menunjukkan bahwa keluarga dengan tingkat berfungsi yang lebih buruk mempunyai anak yang melakukan kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Schwarts, dkk (2008) menyatakan bahwa remaja dengan skor kebingungan identitasnya meningkat selama penelitian cenderung memulai untuk menghisap rokok serta meminum alkohol.
Hasil penelitian terhadap 2000 remaja nakal, William Healy dan Augusta Broner mengatakan bahwa orang tua mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap perkembangan anak (Suwarni & Linda, 2008). Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Miller (1993) dalam Fauzi bahwa apabila orang tua kurang dapat menjalin komunikasi yang baik dengan anaknya, seperti kurang hangat dan terbuka, kurang melindungi, kurang dapat membimbing atau mengarahkan, maka anak akan cenderung menunjukkan perilaku agresif dan perilaku interpersonal lainnya. Aspek-aspek komunikasi efektif menurut Devito (1996), meliputi keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, dan kesamaan.
Keterbukaan dapat dilihat dari keinginan untuk terbuka dalam berinteraksi dan keinginan untuk menanggapi lawan bicara dengan jujur. Empati dimaksudkan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
4
sebagai kemampuan untuk merasakan perasaan individu lain sebagaimana individu tersebut merasakannya. Dukungan dapat berbentuk verbal atau non verbal. Gerakan seperti anggukan kepala, kontak mata, senyuman, atau tepukan merupakan dukungan non verbal yang positif. Perasaan positif dalam hal ini adalah perasaan positif terhadap diri sendiri, lawan bicara dan terhadap situasi yang dibicarakan.
Orang tua akan memahami perasaan anak dan atau sebaliknya jika dalam interaksi antara orang tua dan anak terdapat empati. Orang tua maupun anak akan lebih peka terhadap apa yang dibutuhkan dan dirasakan anak maupun orang tua. Hal ini akan menciptakan suasana keluarga yang penuh pengertian. Dukungan non verbal dalam berkomunikasi akan membuat orang tua dan anak merasa diterima dan dihargai. Hal ini selanjutnya akan membuat keluarga saling terbuka. Apabila anak mempunyai masalah, dia pun tanpa ragu akan bercerita pada orang tua. Hal ini akan menjadi penyelesaian masalah yang lebih efektif dibandingkan jika anak terlarut dengan masalahnya atau mencari sumber pertolongan dari teman yang bisa jadi menjerumuskan anak pada masalah kenakalan.
Sikap penuh kritik dan menyerang dalam komunikasi antara orang tua dan anak akan menimbulkan ketertutupan dan keengganan dalam komunikasi juga akan memunculkan perasaan marah. Perasaan marah anak terhadap orang tua dapat dilampiaskan dengan melakukan perbuatan yang dilarang oleh orang tuanya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endah Sri Astuti (2004) menunjukkan bahwa peran orang tua cukup memberikan pengaruh terhadap munculnya gejala kenakalan remaja yaitu sebesar 19,4%.
Penelitian yang dilakukan oleh Forehand, dkk (1997) dalam Nurhayati (2011) membuktikan bahwa semakin rendah monitoring (pengontrolan) orang tua, maka semakin tinggi kecenderungan remaja melakukan kenakalan remaja. Hasil penelitian Afrilia, K. (2008) menyatakan bahwa semakin efektif komunikasi antara orang tua dan anak maka semakin rendah kenakalan remaja. Komunikasi efektif orang tua dan anak memberikan sumbangan relatif sebesar 14,45%
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
5
terhadap kenakalan remaja dan selebihnya diperkirakan dipengaruhi oleh faktor lain seperti harga diri, teman sebaya, tingkat religiusitas, tingkat berfungsi keluarga dan lingkungan sosial.Santrock (1996) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah proses keluarga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Olson (2000) yang menyimpulkan bahwa komunikasi di dalam keluarga merupakan variabel penting dalam kaitannya dengan kenakalan remaja. Selain itu, hasil penelitian Santrock (1996) menyebutkan bahwa kenakalan remaja terjadi lebih tinggi pada remaja yang bergaul dengan remaja yang nakal dan tidak mempunyai kontrol diri yang baik.
Remaja diperkotaan biasanya kontrol dari orang tua kurang karena orang tua mereka biasanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Mereka harus bekerja dari pagi dan pulang malam. Hal ini dilakukan karena biaya hidup diperkotaan yang besar sehingga memaksa mereka untuk rajin bekerja. Selain itu, kadang ada orang tua yang susah untuk ketemu dengan anaknya karena saat berangkat bekerja anaknya belum bangun dan pulang bekerja mereka sudah tidur. Tingginya perkembangan teknologi di perkotaan juga salah satu penyebab orang tua dan anak remajanya jarang berkomunikasi. Hal ini dikarenakan remaja lebih asyik bermain game atau memainkan gadget-nya daripada harus berkomunikasi dengan orang tuanya. Banyaknya mal-mal dan tempat hiburan yang ada di kota membuat remaja lebih senang diluar rumah daripada berada dirumah. Mereka merasa senang ketika berkumpul dengan teman-teman sebayanya karena dirumahnya mereka tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya yang sibuk bekerja. Saat berada diluar rumah mereka dapat berkenalan dengan hal-hal yang negatif seperti seks bebas dan NAPZA. Remaja melakukan hal tersebut untuk mencari hiburan atau
sebagai bentuk koping karena mereka merasa bosan dirumah akibat
komunikasi dikeluarganya tidak berjalan efektif dan kontrol dari orang tuanya tidak ada. Orang tua juga tidak menggunakan komunikasi yang efektif bahkan cenderung memarahi saat anaknya diketahui melakukan kesalahan. Hal inilah yang menyebabkan diperkotaan sering terjadi masalah kenakalan remaja sebagai koping remaja sebagai akibat dari komunikasi yang tidak efektif antara orang tua dan remaja.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
6
Salah satu wilayah perkotaan adalah Kelurahan Cisalak Pasar berada di Kecamatan Cimanggis, Depok. Kota Depok berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta. Luas wilayah Cisalak Pasar adalah 1,71 km2 (depok.go.id). Dikelurahan ini terdapat pasar sehingga warganya banyak yang bekerja sebagai wiraswata. Selain itu, Cisalak Pasar juga dekat dengan mal-mal dan supermarket. Kelurahan Cisalak Pasar mempunyai 9 RW dan penulis melakukan asuhan keperawatan di RW 2. Hasil pengkajian yang di dapat dari remaja RW 02, Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok bahwa jumlah remaja di RW ini adalah 364 orang. Delapan belas remaja yang diambil menjadi kelolaan.
Setelah dilakukan
pengkajian 15 dari 18 keluarga mengaku jarang menggunakan komunikasi efektif dalam berkomunikasi antara orang tua dan remaja. Mereka jarang melakukan komunikasi dengan anak remajanya. Selain itu, mereka lebih sering menggunakan pesan kamu seperti “kamu tuh emang males banget ya..”
Keluarga yang diambil sebagai kelolaan utama yaitu keluarga bapak E khususnya anak L.
Keluarga ini juga mengaku bahwa jarang berbincang-bincang antar
keluarga dan tidak ada kebiasaan makan bersama. Ibu N juga mengatakan bahwa beliau sering memarahi anaknya ketika melakukan kesalahan. Ketika ibunya memarahi anak L, biasanya anak L juga ikut emosi. Anak L mengaku jarang berkomunikasi dan menceritakan masalahnya kepada orang tuanya terutama masalah pribadi. Ibu N juga terlihat lebih sibuk dengan urusannya. Anak L merasa senang ketika berkumpul dengan teman-temannya karena kalau dirumah dia merasa tidak punya teman. Orang tuanya sibuk dengan urusannya masing-masing. Anak L mengaku pernah berciuman dengan pacarnya dan mempunyai pacar lebih dari 3 dalam satu waktu. Anak L juga mengaku belum pernah dijelaskan tentang peran seorang remaja. Hal inilah yang mendorong dilakukannya asuhan keperawatan pada keluarga Bapak E khususnya pada anak L di RW 02, Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok dengan intervensi inovasinya adalah komunikasi efektif.
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan dari komunikasi. Komunikasi efektif ini lebih menekankan pada perasaan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
7
orang tua. Komunikasi efektif terdiri dari 4 bagian yaitu mengenal diri, mendengar aktif, pesan saya dan menentukan masalah. Orang tua dilarang menggunakan pesan “kamu” dan diharuskan menggunakan pesan “saya” saat berkomunikasi dengan remaja. Apabila orang tua melakukan komunikasi efektif dapat terjadi sharing antara orang tua dan remaja. Selain itu, remaja juga dapat lebih terbuka menceritakan masalahnya kepada orang tuanya sehingggar terhindar dari hal-hal yang negatif. Hal inilah yang mendasari komunikasi efektif sebagai intervensi inovasi.
1.2 Perumusan Masalah Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Remaja akan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun secara psikologis dalam masa transisi. Perubahan yang terjadi akan memberikan dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja. Perilaku yang dimunculkan akan menimbulkan masalah-masalah. Masalah-masalah remaja yang termasuk perilaku berisiko antara lain merokok, konsumsi alkohol, konsumsi obat (NAPZA), masalah fisik, masalah di sekolah dan perilaku seksual (Stanhope dan Lancaster, 2004).
Perilaku berisiko pada remaja dapat diantisipasi oleh keluarga terkait pola komunikasi dan kekuatan keluarga secara optimal (Friedman, Bowden dan Jones, 2003). Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang sulit untuk berkomunikasi secara baik sehingga sering terjadi konflik antara orang tua dan anak remaja. Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri sehingga membutuhkan bimbingan dari orang tua. Kasih sayang dan peran serta orang tua sangat diperlukan pada masa remaja. Kasih sayang yang diberikan orang tua berupa hubungan emosional yang akrab yang termanifestasi dalam bentuk komunikasi yang akrab dan terbuka.
Komunikasi adalah kebutuhan vital dari anak, dengan komunikasi yang baik, disiplin dapat dipertahankan, nilai-nilai baik dapat ditanamkan dan nilai-nilai buruk atau perilaku berisiko pada remaja dapat ditekan kemunculannya. Apabila
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
8
kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang tidak terpenuhi, berarti komunikasi antara remaja dan orang tua juga tidak terpenuhi akan dapat menimbulkan kegelisahan dan kegelisahan akan menimbulkan tingkah laku negatif. Selain itu, tidak adanya komunikasi efektif antar anggota keluarga dapat memicu perilaku negatif pada remaja. Lingkungan dan teman sebaya yang kurang baik juga akan mempengaruhi perilaku remaja.
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada keluarga bapak E khususnya anak L dengan masalah ketidakefektifan koping di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok . 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mampu menggambarkan data-data tentang ketidakefektifan koping melalui pengkajian keperawatan pada keluarga bapak E di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. b. Mampu menggambarkan masalah ketidakefektifan koping pada keluarga bapak E di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. c. Mampu menggambarkan perencanaan keperawatan dalam mengatasi masalah ketidakefektifan koping pada keluarga bapak E di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. d. Mampu
menggambarkan
tindakan
keperawatan
pada
setiap
rencana
keperawatan yang telah disusun untuk mengatasi masalah ketidakefektifan koping pada keluarga bapak E di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. e. Mampu menggambarkan evaluasi dari setiap implementasi yang dilakukan pada keluarga bapak E dengan masalah ketidakefektifan koping di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar. f. Mampu menggambarkan intervensi inovasi yang dilakukan dalam menangani masalah ketidakefektifan koping pada keluarga bapak E di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
9
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1Aplikatif Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada orang tua tentang cara asuhan keperawatan pada remaja dengan masalah ketidakefektifan performa peran dan manfaat komunikasi efektif di dalam keluarga. 1.4.2 Metodologi Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi atau sebagai bahan rujukan bagi penulisan selanjutnya, khususnya tentang ketidakefektifan performa peran pada remaja dan manfaat komunikasi efektif antara orang tua dan remaja. 1.4.3 Keilmuan Karya Ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan pengajaran dan pengembangan ilmu keperawatan. Selain itu, dapat juga memberikan informasi tentang masalah ketidakefektifan performa peran pada remaja dan manfaat komunikasi efektif di dalam keluarga untuk mencegah perilaku yang negatif pada remaja.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan 2.1.1 Pengertian Masyarakat dan Urbanisasi Masyarakat adalah sebuah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pengertian masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang tinggal di wilayah yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian dan biasanya bertujuan untuk memperbaiki hidup mereka (McEwen, M.,Nies, & Mary A, 2007).
Faktor penarik terjadinya urbanisasi adalah kehidupan kota yang modern dan mewah, sarana dan prasarana kota yang lebih lengkap, banyak lapangan pekerjaan di kota, serta pendidikan sekolah dan perguruan tinggi jauh lebih baik dan berkualitas. Sedangkan faktor pendorong terjadinya urbanisasi adalah lahan pertanian yang semakin sempit, merasa tidak cocok dengan budaya tempat asalnya, menganggur karena tidak banyak lapangan pekerjaan di desa, terbatasnya sarana dan prasarana di desa, diusir dari desa asal, dan memiliki impian kuat menjadi orang kaya.
2.1.2 Konsep Dasar Keperawatan Perkotaan Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lain dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga, dan masyarakat (Depkes RI, 2004). Unsur-unsur perawatan kesehatan masyarakat adalah (1) bagian integral dari pelayanan kesehatan, khususnya keperawatan; (2) merupakan bidang khusus dari keperawatan; (3) gabungan dari ilmu
10 Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
11
keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat, dan ilmu sosial; (4) sasaran pelayanan adalah individu, kelompok, masyarakat yang sehat maupun yang sakit; (5) ruang lingkup
kegiatan adalah promotif,
preventif,
kuratif,
rehabilitatif,
dan
resosialitatif; (6) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan (Depkes RI, 2004).
Peran perawat di komunitas yang pertama sebagai care giver yang merupakan peran pemberi pelayanan kepada komunitas baik pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Peran kedua sebagai advocate yang merupakan peran sebagai pembela klien baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Ketiga sebagai collaborator dimana perawat komunitas memiliki peran sebagai kolaborator dalam menjalin kerjasama baik dengan individu, keluarga, kelompok, masyarakat, tokoh masyarakat, pemerintah local, maupun pengambil kebijakan. Keempat sebagai consultant dimana perawat berperan dalam membantu klien (sasaran) dengan memberikan informasi kepada klien (komunitas) dan mengkaji alternative pemecahan masalah untuk membantu mereka dalam memecahkan masalah yang mereka alami. Kelima perawat berperan sebagai counselor merupakan peran perawat yang mengutamakan eksplorasi perasaan dan sikap untuk membantu secara langsung klien memahami masalahnya. Keenam adalah sebagai educator dimana perawat komunitas merupakan pendidik bagi komunitas (individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat). Peran perawat yang ketujuh adalah sebagai researcher yang merupakan peran perawat dalam melakukan berbagai penelitian dalam masyarakat (Stanhope dan Lancaster, 2004).
Penilaian kesehatan lingkungan bukan mengkaji penyakit yang disebabkan oleh agen, tetapi juga mengkaji mengenai kualitas lingkungan. Terdapat beberapa pendekatan terkait dengan bagaimana kita menilai kesehatan lingkungan (Allender, 2001) yaitu pendekatan pencegahan, perspektif ekologi, dan dampak lingkungan jangka panjang. Perhatian masalah terhadap lingkungan perkotaan dapat meliputi overpopulasi, polusi (udara, air dan suara) yang berhubungan dengan kesehatan di lingkungan perkotaan. Overpopulasi berkaitan dengan terjadinya fenomena urban di area perkotaan, menyebabkan penduduk kota
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
12
semakin banyak sehingga berpengaruh pada berkurangnya lahan perkotaan untuk dijadikan sebagai lahan pemukiman.
Masyarakat kota umumnya memiliki gaya hidup yang glamor dan kurang sehat yang disebabkan karena fasilitas yang cukup lengkap. Gaya hidup masyarakat kota yang kurang sehat seperti jarang berolahraga, mengkonsumsi makanan jenis junkfood, tingkat stress tinggi pengaruh pekerjaan maupun tekanan hidup mempengaruhi kesehatan masyarakat kota. Masalah kesehatan yang umum terjadi sebagai akibat dari perilaku atau gaya hidup masyarakat kotayang kurang sehat mampu menimbulkan masalah seperti penyakit hipertensi dan diabetes mellitus (Allender, 2001).
Suatu wilayah dapat disebut kota jika jumlah penduduknya lebih dari 2500 penduduk dan terdapat lebih dari 99 orang per mil persegi (Stanhope dan Lancaster, 2004). Karakteristik kota dapat dilihat dari berbagai aspek: a. Aspek morfologi, antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit (tinggi) dan serba kokoh. b. Aspek penduduk, secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang tepat untuk menyebut kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan. Jumlah penduduknya perkotaan biasanya lebih dari 2500 penduduk dan terdapat lebih dari 99 orang per mil persegi dan penduduk asli menjadi warga minoritas (Stanhope dan Lancaster, 2004). c. Aspek sosial, gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social interrelation dan social interaction). Penduduk kota cenderung bersikap acuh tak acuh dan bebas untuk memilih hubungan dengan orang lain. d. Aspek ekonomi, kota berfungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, perdagangan industri, dan kegiatan pemerintahan serta jasa-jasa pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota ialah adanya pasar, pedagang dan pusat perdagangan. e. Aspek hukum, pengertian kota yang dikaitkan dengan adanya hak-hak dan kewajiban hukum bagi penghuni, atau warga kota serta sistem hukum
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
13
tersendiri yang dianut untuk menunjukkan suatu wilayahtertentu yang secara hukum disebut kota.
Allender (2001)
menyebutkan bahwa keperawatan masyarakat perkotaan
memiliki 8 karakteristik yaitu: (1) merupakan lahan keperawatan, (2) merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik, (3) berfokus pada populasi, (4) menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri, (5) mempromosikan tanggung jawab klien dan self care, (6) menggunakan pengesahan/ pengukuran dan analisa, (7) menggunakan prinsip teori organisasi, (8) melibatkan kolaborasi interprofesional
2.2 Remaja 2.2.1 Definisi Remaja Remaja atau “adolescence”, berasal dari bahasa latin “adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosiologi dan psikologis. BKKBN (2011) menyebutkan bahwa batasan usia remaja adalah usia antara 10-24 tahun. WHO (2006) menetapkan batasan usia pada remaja adalah 10 sampai 20 tahun sedangkan menurut Depkes RI batasan usia remaja adalah antara usia 10 sampai 19 tahun dan belum menikah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial serta merupakan periode pematangan organ reproduksi (Notoatmodjo, 2007 & Soetjiningsih, 2004) . 2.2.2 Tahap – Tahap Perkembangan Remaja Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu untuk mengenal perkembangan
remaja
serta
ciri-cirinya.
Berdasarkan
sifat
atau
ciri
perkembangannya, tahap perkembangan remaja menurut Wong (2009) dibagi menjadi 3 bagian yaitu : a. Tahap remaja awal (12-15 tahun) 1) Lebih dekat dengan teman sebaya 2) Ingin bebas 3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
14
b. Tahap remaja tengah (15-18 tahun) 1) Mencari identitas diri 2) Timbulnya keinginan untuk kencan 3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam 4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak 5) Berkhayal tentang aktifitas seks c. Tahap remaja akhir (18-21 tahun) 1) Pengungkapan identitas diri 2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya 3) Mempunyai citra jasmani dirinya 4) Dapat mewujudkan rasa cinta 5) Mampu berpikir abstrak
2.2.3 Remaja sebagai Populasi Beresiko Masa remaja merupakan periode transisi dimana remaja mengalami transisi emosional, transisi sosialisasi, transisi agama, dan transisi hubungan keluarga. Periode transisi remaja telah menenmpatkan remaja sebagai populasi yang beresiko (Hurlock, 1998). Health risk dalam Stanhope dan Lancaster (2004) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap munculnya kondisi sehat atau tidak sehat. Tidak semua orang yang terpapar dengan peristiwayang sama akan memiliki akibat yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi apakah penyakit atau akibat lainnya yang tidak sehat akan muncul disebut dengan health risk. Faktor yang memberikan kontribusi populasi remaja sebagai populasi berisiko adalah: a. Periode Transisi Remaja akan mengalami perubahan-perubahan dalam hal biologis maupun psikologis yang sangat pesat. Perubahan-perubahan tersebut memberikan dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang sifatnya sangat beragam. (Hurlock, 1998).
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
15
b. Pengetahuan keluarga Keluarga harus mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab keluarga terhadap perkembangan remaja. Tugas dan perkembangan yang dimaksud adalah (1) menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab untuk mendewasakan remaja serta meningkatkan otonomi remaja, (2) memfokuskan kembali hubungan perkawinan, (3) menciptakan suasana komunikasi terbuka antara anggota keluarga, (4) mempertahankan standarstandar etik dan moral keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2003). c. Status Sosio-ekonomi Keluarga Tuntutan kebutuhan hidup yang meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan keluarga untuk memenuhi keluarga membuat remaja berusaha untuka melakukan berbagai cara yang berdampak negataif (Gunarsa, 2004). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Anjarwati (2009) yang menyatakan bahwa prevalensi remaja denga status ekonomi rendah memiliki perilaku seksual yang lebih tinggi sekitar 70% dibandingkan dengan remaja yang berstatus sosial ekonomi lebih tinggi. d. Pendidikan Materi tentang pendidikan seksual seharusnya diberikan oleh irang tua sedini mungkin. Tetapi, di Indonesia tidak semua orang tua mau terbuka terhadapa anak didalam membicarakan masalah seksual. Hal ini dapat mengakibatkan remaja mencari informasi yang salah terkait dengan permasalahannya (Gunarsa, 2004) e. Lingkungan Lingkungan pergaulan remaja dapat mempengaruhi remaja ke arah positif maupun negatif. Pengaruh lingkungan pergaulan yang negatif disertai tekanan yang kuat oleh kelompok dan masyarakat dapat menjerumuskan remaja pada perilaku negatif seperti mengkonsumsi alkohol, NAPZA, serta seks bebas (Santrock, 2003). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Suwarni & Linda (2008) bahwa yang paling dominan mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah perilaku seksual teman sebaya yaitu 34,4%.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
16
f. Kemajuan Teknologi Sarana komunikasi yang semakin canggih akibat kemajuan teknologi menyebabkan meningkatnya arus informasi dari luar. Remaja akan mengadopsinya tanpa memilah-milah yang selanjutnya akan dipraktekkan dalam hidup kesehariannya (Santrock, 2003). Hasil penelitian menyebutkan bahwa media elektronik mempunyai proporsi yang lebih besar dalam mempengaruhi perilaku kesehatan yang berisiko pada remaja yaitu sebesar 33,3% (Indarsita, 2002).
2.2.4 Definisi Kenakalan Remaja Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2003). Sarwono (2002) mengungkapkan kenakalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1990) menyebutkan bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat merusak dan menggangu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Santrock (2003) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 10-19 tahun.
Jensen (dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk yaitu: a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain. Data terakhir yang diperoleh Komnas Perlindungan Anak adalah kejadian tawuran pada tahun 2011 di Jakarta dan sekitarnya (Tangerang, Bekasi, Depok) yaitu sebanyak 339 kasus dengan korban jiwa sebanyak 82 orang (Adhiansyah & Kurniawan, 2012).
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
17
b. Kenakalan yang meninbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain- lain. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas. BNN melaporkan bahwa pada tahun 2011, prevalensi penyalahgunaan narkoba meningkat menjadi 2,8% atau sekitar 5 juta orang. Hasil penelitian Graaf et,al. (2010) di Belanda menyatakan bahwa sebanyak 67% mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual. d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.
2.2.5 Faktor Penyebab Kenakalan Remaja Kartini Kartono dalam Eliasa (2011) menyebutkan bahwa perilaku nakal remaja bisa disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : Faktor Internal: a. Krisis identitas Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua. b. Kontrol diri yang lemah Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku „nakal‟. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor Eksternal : a. Keluarga Perceraian orang tua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
18
Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan siswa. b. Teman sebaya yang kurang baik. Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. Hasil penelitian Santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, dapat diketahui bahwa kenakan remaja lebih banyak terjadi pada remaja yang mepunyai hubungan dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan. c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
2.3 Konsep Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagagi bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling bergantungan. Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan individu yang tinggal dalam satu atap dengan ikatan perkawinan dan saling ketergantungan satu sama lain (Friedman, 1998; Depkes RI).
2.3.1 Tipe/Bentuk keluarga ( Golden Berg, 1980) a. Keluarga Inti (Nuclear Family) Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak kandung. b. Keluarga Besar (Extended Family) Merupakan gabungan antara keluarga inti dan saudara-saudara lainnya. c. Keluarga Campuran (Blended Family) Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung serta anak-anak tiri.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
19
d. Keluarga Menurut Hukum Umum (Common Law Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang tidak terikat dalam perkawinan sah serta anak-anak mereka tinggal bersama. e. Keluarga Orang Tua Tunggal (Single Parent Family) Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena bercerai, berpisah, ditinggal meninggal atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka tinggal bersama. f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family) Keluarga yang terdiri dari pria, wanita, anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak, dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama. g. Keluarga Serial (Serial Family) Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya menganggap sebagai keluarga. h. Keluarga Gabungan atau Komposit (Composite Family) Keluarga terdiri dari suami dengan beberapa istri dan anak-anak nya atau istri dengan beberapa suaminya yang hidup bersama. i.
Keluarga Tinggal Bersama (Cohabitation Family) Pria dan wanita yang telah hidup bersama tanpa adanya ikatan pernikahan.
2.3.2 Fungsi Keluarga (Friedman, 2003) adalah: a. Fungsi afektif Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan kebutuhan psikososial. Fungsi afektif ini merupakan sumber energi kebahagiaan keluarga. b. Fungsi sosialisasi Sosialisasi di mulai sejak lahir. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma, budaya dan perilaku melalui hubungan interaksi dalam keluarga.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
20
c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi meneruskan keturunan dan menambahkan sumber daya manusia. d. Fungsi ekonomi Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan seluruh keluarga seperti kebutuhan makan, minum, pakaian, dan tempat tinggal. e. Fungsi keperawatan kesehatan Kesanggupan keluarga untuk melakukan pemeliharaan kesehatan dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu: 1) Keluarga mengenal masalah kesehatan. 2) Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi maalah kesehatan. 3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami maslah kesehatan. 4) Memodifikasi lingkungan, menciptakan dan mempertahankan suasana rumah yang sehat. 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat.
2.3.3 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga dengan Remaja Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga dengan remaja menurut Duval 1985 dan Friedman 1998,yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
2.3.4 Pola Asuh Keluarga Pola asuh adalah komitmen dari seseorang atau beberapa orang dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis dari anak (Kinney, 2000). Ariani (2006) menyatakan bahwa pola asuh keluarga adalah perilaku orang tua atau komitmen keluarga untuk membina pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberikan perlindungan, memenuhi kebutuha fisik, psikologis, spiritual
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
21
sehingga menghasilkan anak yang berkepribadian baik dan bertanggung jawab. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola suh orang tua adalah metode yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik anaknya untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual sehingga menjadikan remaja berkepribadian baik dan bertanggung jawab.
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu proses pemecahan masalah yang sistemastis yang digunakan saat melakukan asuhan keperawatan keluarga. Proses asuhan
keperawatan
keluarga
merupakan
proses
yang
komplek
yang
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu dan anggota keluarga. Terdapat 5 tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi: pengkajian, perumusan diagnosis keperewatan, penyusun perencanaan, pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi.
2.4.1 Pengkajian Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya (Murwani, 2008). Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah : a. Data umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi: (1) nama kepala keluarga (KK), (2) alamat dan telepon, (3) pekerjaan kepala keluarga, (4) pendidikan kepala keluarga, (5) komposisi keluarga, dan (6) tipe keluarga, (7) Tipe bangsa yaitu mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan, (8) agama yaitu mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan, (9) status sosial ekonomi keluarga yaitu mengkaji status ekonomi sosial keluarga yang ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentuka pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.(10) aktivitas rekreasi keluarga yaitu mengkaji rekreasi keluarga yang tidak hanya dilihat
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
22
kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi. b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga pengkajiani pada tahap perkembangan adalah : (1) Tahap perkembangan keluarga saat ini yaitu tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. (2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. (3) Riwayat keluarga Inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit ( imunisasi ), sumber pelayanan kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian-kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan. (4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. c. Data lingkungan Pengkajian lingkungan meliputi: (1) Karakteristik rumah dimana karakteristik rumah dididentifikasikan dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah. (2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW yaitu menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/ kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. (3) Mobiltas geografis keluarga dimana mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. (4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat yaitu menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat. (5) Sistem pendukung keluarga dimana yang termasuk pada sistem pendukung
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
23
keluarga adalah jumlah keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup, fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat. d. Struktur keluarga Pengkajian struktur keluarga meliputi: (1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga. (2) Struktur kekeuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. (3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. (4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan denga kesehatan. e. Fungsi-fungsi keluarga Pengkajian fungsi-fungsi keluarga terdiri dari: (1) Fungsi afektif yaitu mengkaji mengenai gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. (2) Fungsi sosialisasi yaitu mengkaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. (3) Fungsi perawatan kesehatan yaitu menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit, kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan, dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
24
f. Stres dan koping keluarga Pengkajian stres dan koping keluarga terdiri dari: (1) Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan dan stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. (2) kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stresor. (3) Strategi koping yang digunakan, (4) strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga jika menghadapi permasalahan. g. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. h. Harapan keluarga Perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
2.4.2 Perumusan Diagnosis Keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggungjawab untuk melaksanakannya (Mubarak, 2007 dalam Fauzi). Salah satu contoh diagnosis pada karya ilmiah ini adalah ketidakefektifan koping.
2.4.2.1.Ketidakefektifan Koping Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu (Lazarus, 1985). Sedangkan ketidakefektifan koping adalah ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang stressor, ketidakadekuatan pilihan respon yang dilakukan, dan/atau ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia. Salah satu batasan karakteristik dari ketidakefektifan koping adalah adanya perubahan pola komunikasi dalam keluarga.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
25
a. Pola Komunikasi Istilah komunikasi berasala dari bahasa latin yaitu communicates atau communication atau communicare yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama.
Roger dan D.Lawrence Kincaid
dalam Mubarok et.al (2009)
memberikan definisi komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang pada akhirnya akan tiba saling pengertian yang mendalam. Komunikasi dapat berlangsung bila antara orang-orang yan terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa agar tercipta komunikasi yang efektif diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media. Sedangkan komponen komunikasi yang menjadi unsur-unsur utama untuk terjadinya proses komunikasi adalah komunikator sebagai pengirim pesan, pesan yang disampaikan, dan komunikan sebagai penerima pesan.
b. Jenis Proses Komunikasi 1) Komunikasi fungsional Pola komunikasi keluarga terjadi interaksi yang berkesinambungan dan menghasilkan arti. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan funsional apabila berkomunikasi selaras antara apa yang sedang diucapkan sama dengan isi pesan, ekspresif, saling menghormati perasaan, pikiran dan kepedulian serta mampu mengatasi konflik (Friedman, Bowden & Jones, 2003). 2) Komunikasi disfungsional Komunikasi disfungsional sebagai transmisi tidak jelas atau tidak langsung serta penerimaan dari isi dan intruksi (maksud dari pesan) tidak sesuai dengan isi dan intruksi pesan. (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Faktor utama yang menimbulkan pola komunikasi tidak fungsional adalah memfokuskan pada kebutuhan diri, mempertahankan dan menghindari konflik, kurang empati, komunikasi tertutup, dan peraturan yang ada dalam keluarga tidak tertulis (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Komunikasi tidak efektif dalam
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
26
keluarga juga termasuk komunikasi disfungsional dimana antara orang tua dan anak tidak ada empati. Selain itu, orang tua cenderung melakukan komunikasi
tertutup
dimana
biasanya
mereka
terkesan
memojokkan/menyalahkan anaknya sehingga komunikasi mereka tidak dapat memecahkan masalah yang ada. Hasil dari komunikasi tersebut biasanya membuat jarak antara orang tua dan anaknya semakin jauh.
c.
Komunikasi dalam Keluarga
Komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak remaja merupakan faktor penting dalam interaksi karena menyebabkan adanya saling pengertian antar anggota keluarga. Komunikasi efektif dapat terwujud apabila anak dapat mengungkapkan perasaan dan problem yang dihadapai sedangkan orang tua memahami dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi Balson (1999) dalam Friedman, Bowden & Jones (2003).
Komunikasi antara orang tua dengan remaja pada dasarnya harus terbuka walaupun remaja lebih cenderung terbuka dengan teman sebaya. Komunikasi yang terbuka diharapkan dapat menghindari kesalahpahaman antara orang tua dengan remaja. Gunarsa (2004) mengemukakan bahwa komunikasi efektif antara orang tua dan remaja membentuk pola dasar kepribadian remaja secara normal dan perkembangan psikologis yang sehat bagi remaja. Pertumbuhan dan perkembangan remaja membutuhkan bimbingan orang tua sehingga dapat tumbuh dan berkembang kearah kepribadian yang matang dan harmonis.
Kualitas komunikasi antara orang tua dan remaja dapat menghindari remaja dari perilaku seksual remaja. Hal ini dikarenakan antara orang tua dan remaja terjalin komunikasi yang intensif sehingga kemungkinan terjadi sharing dan pemecahan masalah (Laily & Matulessy, 2004 dalam Fauzi, 2010). Remaja yang kurang kasih sayang dari orang tua lebih cenderung mencari keintiman di luar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Amrilah (2007) yang menyimpulkan bahwa pengetuhan seksualitas dan kualitas komunikasi antara orang tua dan anak mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual pada remaja.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
27
Komunikasi antara orang tua dan remaja dilandasi oleh kepercayaan anak kepada orang tuanya. Dengan kepercayaan itu, anak berusaha membangun keyakinan mengerti perasaannya. Menjadi pendengar yang baik dan selalu membuka diri untuk berdialog dengan anak adlah langkah awal dalam rangka mengakrabkan hubungan antara orang tua dan anak. De Vito (1990) memberikan sepuluh karakteristik komunikasi interpersonal yang efektif: a) Keterbukaan b) Keterbukaan adalah keinginan untuk mengungkapkan diri akan informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan. Terbuka dalan hal mendengarkan orang lain, terbuka untuk pemikiran dan perasaan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. c) Empati d) Empati yaitu kemampuan untuk merasakan perasaan individual lain. Empati memungkinkan kita untuk memahami secara emosional dan intelektual apa yang dirasakan orang lain. e) Kita dapat memahami dan mengkomunikasikan perasaan saling mengerti guna meningkatkan komunikasi efektif dengan empati. f) Dukungan g) Dukungan yaitu lebih mendeskripsikan dibandingan mengevaluasi atau menilai dari sudut pandang pendapat kita yang lebih bersifat sementara. h) Bersikap positif i) Dapat dijelaskan dengan dua cara yaitu kita dapat menentukan sikap positif, orang yang merasakan kepositifan dalam dirinya menyampaikan pada orang lain mengenai perasaan ini, yang kemudian membalasnya dengan memberikan perhatian yang positif. j) Kesamaan dalam tujuan penerimaan dan persetujuan k) Kesamaan juga harus ada dalam komunikasi antarpribadi untuk berbicara versus mendengarkan. l) Kenyamanan m) Komunikator yang efektif menyampaikan kenyamanan sosial dan terlihat cocok dengan orang lain dan dengan seluruh situasi komunikasi.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
28
n) Kesegaran o) Komunikator memperlihatkan kesegaran dalam menyampaikan rasa berminat dan perhatian, rasa suka dan tertarik dengan orang lain. p) Manajemen interaksi q) Setiap individu merasa sama-sama di perhatikan dnegan menjaga arus dan kelancaran percakapan tanpa jeda waktu yang terlalu lama dan kaku. r) Keekspresifan s) Mendorong orang lain untuk bersikap yang ekspresif atau terbuka dan memberikan umpan balik yang tepat. t) Orientasi pada orang lain u) Kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan penuh perhatian dan rasa tertarik pada apa yang dibicarakan.
2.4.3 Penyusun perencanaan Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan. Penyusunan ini berupa rencana asuhan keperawatan.
2.4.4 Pelaksanaan asuhan keperawatan Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal berikut ini (Murwani, 2007 dalam Fauzi) : a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal masalah-masalah kesehatan dengan cara : (1) memberikan informasi, (2) mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan, (3) mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. b) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara : (1) mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan, (2) mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, (3) mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan, c) Memberikan informasi dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara : (1) Mendemonstrasikan cara perawatan, (2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, (3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
29
d) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara : (1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, (2) melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan cara : (1) mengenakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga, (2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
2.4.5 Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasidengan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemampuan status kesehatan keluarga, membandingkan respon keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan percapaian tujuaan keperawatan (Murwani, 2007). Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional menurut Murwani (2008) : S : adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjectif setelah intervensi keperawatan. O : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan. A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis. P : adalah rencana yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahapan evaluasi.
2.5 Komunikasi Efektif sebagai Intervensi Inovasi Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang berjalan dua arah dan dapat mencapai tujuan dari komunikasi (Gunarsa, 2004). Tujuan dari komunikasi efektif ini adalah membangun hubungan yang harmonis dengan remaja, membentuk suasana keterbukaan dan mendengar, membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah, membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua dan dewasa saat mereka berbicara serta membantu remaja
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
30
menyelesaikan masalahnya (BKKBN, 2002). Langkah-langkah komunikasi efektif adalah: a. Mengenal Diri Sebelum memulai komunikasi dengan anak remaja, orang tua berusaha untuk mengenal dirinya sendiri dan juga anak remajanya dengan cara: Menghargai diri sendiri Menghargai upaya yang sudah dilakukan Menentukan tujuan hidup kita Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain Mengembangkan minat dan kemampuan diri Mengendalikan perasaan b. Mendengar aktif Tujuan dari mendengar aktif adalah orang tua memahami anak remaja seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka dan menunjukkan kepada remaja bahwa kita sungguh-sungguh telah menangkap perasaan yang terkandung didalamnya. Tahapan menjadi pendengar aktif adalah: Aktif dan memperhatikan bahasa tubuh dengan sungguh-sungguh Membuka diri dan siap mendengarkan Tidak berbicara ketika remaja berbicara Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dimaksud anak Orang tua berperan seperti cermin c. Pesan Saya ”Pesan saya” lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku anak sehingga anak belajar behwa setiap perilaku memiliki akibat terhadap orang lain. ”Pesan Saya” terdiri atas 4 bagian: “Saya merasa” (pernyataan yang mengandung bagaimana perasaan orang tua yang berkaitan dengan perilaku anak atau remaja yang mengganggu) “Kapan” (saat perilaku yang mengganggu orang tua)
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
31
“Karena / sebab” (alasan atau penjelasan apa yang akan diperkirakan terjadi) Perilaku remaja yang diharapkan oleh orang tua Contoh dari pesan saya adalah Ibu merasa cemas ketika kamu tidak pulang pada waktunya, karena ibu pikir ada sesuatu yang terjadi sama kamu. Ibu suka kamu pulang menjelang pukul lima sore. d. Menentukan Masalah Apakah tingkah laku remaja mengganggu hak dan keselamatan dirinya? Ya / Tidak? Apakah tingkah laku remaja mengganggu keselamatan orang tua atau orang lain? Ya / Tidak?
Komunikasi efektif antara orang tua dan remaja tidak selalu berhasil. Hal ini disebabkan oleh berapa kecenderungan yang dilakukan orang tua atau orang dewasa ketika berkomunikasi dengan remaja, diantaranya yaitu ; (1)
Lebih
banyak bicara daripada mendengar; (2) selalu merasa tahu lebih banyak; (3) selalu memberi arahan dan nasihat; (4) Tidak berusaha untuk mendengar dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang dialami para remaja; (5) Tidak memberi kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat; (6) Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan memahaminya; (7 ) jika mereka tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan terhadap remaja maka akan merasa putus asa dan yang muncul yaitu kekesalan dan kemarahan (Dennys, 2013 dalam bppkb.com).
Orang tua diharapkan sebelum berkomunikasi dengan remajanya mampu mengenal diri. Berpikir positif terhadap dirinya dan anaknya. Orang tua mendengar aktif, memahami serta ikut merasakan apa yang dijelaskan oleh anak dan bersikap seperti cermin. Selain itu, orang tua dalam berkomunikasi dengan anak harung menggunakan pesan “ saya” sehingga tidak terkesan kesal, marah dan menyalahkan anak. Adanya metode tersebut diharapkan komunikasi efektif antara orang tua dan remaja dapat dilaksanakan dan remaja lebih terbuka dengan orang tuanya.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian 3.1.1 Pengkajian Umum Keluarga Bapak E merupakan tipe keluarga inti/nuclear family. Bapak E (42 tahun) menikah dengan Ibu N (39 tahun) dan dikaruniai 5 orang anak. Anak pertama keluarga bapak E adalah An. D (19 tahun), anak keduanya adalah An. L (15 tahun), An. F (12 tahun), An. L (8 tahun) dan An. M (10 bulam). Bapak E bekerja sebagai security di sebuah perumahan sedangkan ibu N hanya ibu rumah tangga.
Keluarga bapak E beragama islam dan mempunyai suku betawi.
Penghasilan keluarga ini standar dengan UMR tetapi ibu N mengaku bahwa penghasilannya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Rekreasi keluarga jarang dilakukan oleh keluarga ini. Rekreasi keluarga ke temapat wisata biasanya dilakukan saat liburan lebaran. Rekreasi yang rutin dilakukan adalah menonton TV tetapi dengan menonton TV sudah dapat membuat mereka senang dan menghibur mereka.
Keluarga Bapak E berada dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja dimana anak pertamanya berusia 19 tahun. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi dalam keluarga bapak E adalah bapak E belum dapat menyediakan tempat dimana rumah mereka masih kontrakan. Selain itu, anak D belum mempunyai pekerjaan padahal dia sudah tidak sekolah. Kerjaan anak D tiap hari adalah bermain game di laptop atau kumpul-kumpul bersama temantemannya.
Anak L saat SD pernah menderita gejala hepatitis tetapi sudah tidak pernah kambuh lagi. Anak L dulu bisa terkena gelaja hepatitis karena suka minum es dan makan jajan sembarangan seperti chiki-chikian dan susah untuk dilarang. Anak L mengaku hanya makan sekali dalam sehari dan tidak pernah sarapan. Perutnya sering terasa perih kalau telat makan/pulang sekolah tidak langsung makan. Anak L mengaku tidak suka sarapan dan kalau disekolah hanya makan jajanan saja.
32
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
33
Walaupun perut sering terasa perih, dia tetap makan sekali sehari dan tidak mau sarapan. Selain itu, anak L juga suka makan makanan yang pedas.
Anak L juga mengaku bahwa dia tidak pernah menceritakan masalah pribadinya kepada orang tuanya seperti masalah pacar karena takut dimarahi. Orang tuanya melarang anak L untuk pacaran sebelum bekerja. Masalah teman dekat lakilakinya lebih sering diceritakan kepada teman-temannya. Selain itu, ibu N suka curiga apabila ada teman dari anak L mengirim sms kedirinya dan langsung mengintrogasi anak L apakah dari pacarnya atau bukan. Anak L juga mengaku bahwa keluarganya jarang berkumpul untuk sekedar bercakap-cakap karena sibuk dengan urusan masing-masing. Ibu N sibuk mengurus anak M yang masih kecil sehingga sering mengajak anak M bermain kerumah tetangga sedangkan bapak E sibuk bekerja. Anak D juga sibuk dengan teman-temannya atau bermain game di laptop. Apabila anak L tidak mau membantu ibunya mengerjakan pekerjaan rumah tangga ibunya suka mengomel. Selain itu, saat anak L pulang telat kerumah, ibunya suka langsung mengomel. Ibu N menanyakan alasan pulang telat tetapi dengan nada yang tinggi sehingga kadang anak L juga menjawab dengan nada yang sinis juga.
Hasil pengkajian juga didapatkan data bahwa anak L tidak mengetahui tentang tugas dan peran dia sebagai seorang remaja. Orang tuanya juga tidak pernah menjelaskan tentang peran seorang remaja. Anak L juga mengaku bahwa selama ini dia pusing dengan tugas sekolah yang begitu banyak dan dia tidak mengerti. Orang-orang dirumahnya tidak ada yang bisa membantu dia dalam mengerjakan tugas sekolahnya. Motivasi belajar anak L juga kurang dimana dia tidak mendapatkan rangking di kelasnya. Anak L sering tidak mengerti dengan pelajarannya dan membuat dia semakin malas untuk membuka bukunya lagi. Sepulang sekolah biasanya langsung bermain dan malam menonton TV. Anak L mengaku biasanya kalau sedang ujian nonton TV sambil belajar.
Anak L menceritakan bahwa dia pernah pacaran pada waktu SMP. An.L juga mengaku adalah ciuman pipi saat pacaran adalah hal yang wajar. Pada waktu
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
34
SMP dia tidak hanya mempunyai satu pacar tetapi dalam satu waktu bisa mempunyai pacar lebih dari 3. Masa pacarannya paling lama 5 bulan dan paling sebentar hanya satu hari. An. L mengaku bahwa pacarannya dilandasi oleh rasa penasaran saja dan saingan dengan temannya agar terlihat hebat sehingga setelah jadian langsung diputus apabila sudah merasa bosan. Pacar yang pernah dia miliki tidak ada yang benar-benar dia sayangi. Dalam memilih pacara anak L mengaku memilih cowok yang mempunyai motor sehingga dapat ditebengi.
Saat ini, An. L mengaku belum mempunyai pacar lagi tetapi dia sedang menyukai teman sekelasnya yaitu An. P. An.L menyukai An. P karena dia pintar dan pendiam. Anak L juga sering kumpul/nongkrong bersama teman-temannya. Dia juga pernah bermain bersama temen-temannya setelah pulang sekolah. Anak L mengaku bahwa dia suka dimarahi apabila ketahuan nongkrong bersama temantemannya setelah pulang sekolah sehingga dia selalu sembunyi-sembunyi apabila bermain bersam teman-temannya. Anak L juga mengaku bahwa teman-teman bermainnya suka merokok dan kadang minum . anak L mengaku tidak terpengaruh dengan teman-temannya tersebut karena teman-temannya justru menasehati anak L untuk tidak mengikutinya yang sudah terlanjur rusak. An. L juga mengaku bahwa jika ada masalah lebih senang berbagi cerita kepada temantemannya daripada menceritakan kepada orang tuanya.
Keluhan An. L saat ini adalah sering terasa pusing. An. L terlihat pucat dan belum pernah melakukan pemriksaan lab. Anak L juga mengaku bahwa dirinya suka kesakitan saat hari pertama haid. Dia pernah hanya tiduran saja saat hari pertama haid karena menahan sakit. Dia juga pernah sampai guling-gulingan dikasur karena menahan sakit diperutnya. Apabila perutnya terasa sakit biasanya dia langsung minum obat yang dieli di warung dan sakitnya akan berkurang. Haid pertama kali anak L pada usia 14 tahun dan selama ini haidnya lancar. Tekanan darah An.L yaitu 90/60 mmHg. IMT An.L adalah 20.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
35
3.2 Diagnosa Diagnosa yang dapat ditegakkan dari data pengkajian yang sudah ditemukan adalah ketidakefektifan koping keluarga pada keluarga bapak E,
perilaku
cenderung berisiko (pergaulan bebas), dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait gastritis. Hasil skoring dari 3 diagnosa tersebut adalah ketidakefektifan perfoma peran pada anak L berjumlah 3 2/3, perilaku cenderung berisiko berjumlah 2 5/6, dan nyeri kronik 2 1/2. Jadi, diagnosa utamanya adalah ketidakefektifan performa peran pada anak L.
3.3 Rencana Intervensi 3.3.1 Tujuan Intervensi Tujuan umum dari intervensi yang akan dilakukan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x pertemuan, koping keluarga bapak E menjadi efektif. Sedangkan tujuan khusus yang pertama adalah
keluarga mampu
mengenal masalah tumbung kembang remaja yang terdiri dari : keluarga mampu menyebutkan pengertian
remaja dan tumbuh kembang remaja, mampu
menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja. (min 2 di masingmasing perubahan) dan mengidentifikasi anggota keluarga dengan usia remaja. Tujuan khusus yang kedua adalah keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan usia remaja dimana terdiri dari: keluarga mampu menyebutkan kembali 2 dari 4 permasalahan akibat perubahan fisik pada remaja, mampu menyebutkan 1 permasalahan akibat perubahan kejiwaan pada remaja, mampu menyebutkan 2 dari 3 permasalahan akibat perubahan sosial pada remaja, dan mampu mengambil keputusan yang tepat untuk segera melakukan tindakan pencegahan masalah anak remaja.
Tujuan Khusus ketiga dari intervensi yang akan dilakukan adalah keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan usia remaja yang terdiri dari: mampu menyebutkan 3 dari 4 sikap orang tua dalam mengasuh anak dan menyebutkan sikap anak remaja, mampu menyebutkan 3 dari 5 sikap anak remaja, mampu menyebutkan cara komunikasi efektif dan mampu mendemontrasikan kembali cara komunikasi efektif.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
36
Tujuan khusus yang keempat adalah keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan usia remaja yang terdiri dari: mampu menyebutkan
lingkungan yang kondusif untuk mendidik anak, dan mampu
memanfaatkan lingkungan yang kondusif untuk mendidik anak. Sedangkan tujuan khusus yang kelima dalah keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan: mampu menyebutkan 3 dari 6 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal, mampu menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.
3.4 Implementasi dan Evaluasi 3.4.1 Implementasi Implementasi yang sudah dilakukan adalah mengenalkan tugas perkembangan keluarga pada tahap remaja, menjelaskan pengertian tumbuh kembang remaja dan pengertian remaja serta menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja
(min
2
di
masing-masing
perubahan).
Selain
itu,
membantu
mengidentifikasi anggota keluarga yang dalam usia remaja. Selain itu dijelaskan pula tentang akibat/permasalahan yang terjadi bila keluarga tidak mencegah masalah anak remaja dan diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan untuk segera melakukan tindakan pecegahan pada masalah anak remaja. Implementasi ini dilakukan selama 1x45 menit.
Pertemuan selanjutnya menjelaskan tentang cara merawat anak remaja seperti sikap orang tua terhadap anak dan sikap remaja yang baik. Selain itu, penulis juga menjelaskan komunikasi efektif antara orang tua dan remaja. Implementasi ini dilakukan selama 1x45 menit. Pertemuan ketiga dilakuka evaluasi dari tujuan khusus 1-3. Pertemuan keempat adalah menjelaskan tentang manfaat/ cara memodifikasi
lingkungan yang kondusif untuk mencegah masalah anak remaja
dan keluarga diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif dirumah. Implementasi ini dilaksanakan selama 1x40 menit. Pertemuan kelima yaitu menjelaskan tentang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga seperti puskesmas, rumah sakit dan BP yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah pada remaja atau untuk konsultasi masalah tumbuh kembang pada
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
37
remaja, manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan dan keluarga diharapkan bersedia mengunjungi fasilitas kesehatan yang terdekat. Implementasi ini dilakukan selama 1x40 menit.
3.4.2 Evaluasi Evaluasi yang didapatkan dari keluarga bapak E setelah dilakukan implementasi selama 2 kali pertemuan adalah keluarga mengatakan bahwa mereka menjadi semakin mengerti tentang cara merawat anak. Selain itu, ibu N mengatakan bahwa dia baru mengetahui tentang tumbuh kembang anak remaja dan permasalahan yang terjadi pada remaja. Ibu N juga mengatakan bahwa ternyata cara berbicara beliau kepada anaknya adalah salah sehingga anaknya bukannya menuruti perkataan orang tua tetapi justru terpancing emosi. Keluarga mampu menyebutkan kembali tentang pengertian remaja dan tumbuh kembang pada remaja. Ibu N mampu menyebutkan 3 perubahan fisik yang terjadi pada remaja yaitu pertumbuhan payudara, pinggul membesar dan pertumbuhan rambut pada alat kelamin dan ketiak. Dua perubahan mental yaitu remaja selalu ingin tahu dan cenderung menentang orang tua juga dapat disebutkan oleh ibu N. Perubahan sosial seperti remaja mulai melepaskan diri dari keluarga dan membentuk kelompok teman sebaya dapat disebutkan oleh ibu N. Permasalahan yang terjadi pada remaja seperti timbul jerawat, kegemukan, pencarian jati diri, sering menentang orang tua, bolos, dan suka berkelahi juga dapat disebutkan kembali oleh ibu N. Hasil analisis dari pertemuan pertama adalah tujuan khusus 1 dan 2 tercapai. Rencana untuk pertemuan berikutnya adalah menjelaskan tujuan khusus ke tiga yaitu tentang cara merawat anak remaja dan tentang komunikasi efektif. Cara komunikasi efektif juga dapat disebutkan kembali oleh ibu N pada pertemuan berikutnya. Beliau menyebutkan bahwa langkah-langkah komunikasi ada 4 yaitu mengenal diri, mendengarkan aktif, pesan saya dan mengidentifikasi masalah. Dalam berbicara dengan anak remaja tidak boleh menggunakan pesan kamu karena cenderung menyalahkan anak sehingga dianjurkan untuk menggunakan pesan saya. Pesan saya ini juga terdiri dari 4 bagian yaitu saya
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
38
merasa (perasaan orang tua), kapan (saat perilaku mengganggu orang tua, sebab, dan perilaku yang diharapkan oleh remaja. Ibu N dapat mempraktekkan pesan saya seperti “mama merasa khawatir ketika L pulang terlambat dari sekolah dan ga ngasih kabar, mama kira L terjadi sesuatu, mama sih pengennya kalu L pulang terlambat ya ngasih kabar ke mama”.Analisis pada implementasi pertama yang dilakukan adalah tujuan khusus 1-3 tercapai. Rencana yang akan dilakukan selanjutnya adalah mengevaluasi dan
memotivasi keluarga untuk melatih
komunikasi efektif dan mulai mempraktekkan ketika berkomunikasi dengan anaknya,
serta
berdiskusi
tentang
modifikasi
lingkungan
dalam
mendidik/berkomunikasi dengan remaja. Kunjungan ketiga dan keempat kali kerumah bapak E, penulis melakukan evaluasi tentang komunikasi efektif dan menjelaskan tentang modifikasi lingkungan. Hasilnya adalah ibu N mengaku sudah mulai melatih cara komunikasi efektif tetapi jika anaknya berbuat kesalahan masih sering langsung marah-marah dan menggunakan pesan kamu. Ibu N juga dapat mempraktekkan komunikasi efektif dengan baik. Setelah melakukan evaluasi, mahasiswa menjelaskan tentang modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga dalam mendidik anak remajanya yaitu dengan suasana yang kondusif. Hasilnya adalah keluarga mengerti dan mampu menyebutkan kembali modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan dan akan mempraktekkannya yaitu dengan cara menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan mengusahakan untuk menyempatkan waktu berbincang-bincang antar anggota keluarga pada saat makan bersama. Keluarga bapak E mengaku bahwa selama ini mereka tidak ada makan bersama sehingga sulit untuk melakukan komunikasi antar anggota keluarga. Oleh karena itu, keluarga bapak E dianjurkan untuk mengadakan makan bersama walaupun hanya 1 kali dalam sehari. Kemudian ibu N mengatakan akan mengusahakan kebiasaan
makan
berkomunikasi.
bersama
dirumahnya
sehingga
antar
keluarga
bisa
Keluarga bapak E juga dapat menyebutkan manfaat dari
modifikasi lingkungan yaitu untuk meningkatkan komunikasi antar keluarga sehingga anak L bisa lebih terbuka dengan orang tuanya. Pada pertemuan ketiga dan keempat tujuan khusus 1-4 tercapai. Rencana selanjutnya adalah melakukan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
39
evaluasi terhadap penerapan komunikasi efektif dan modifikasi lingkungan serta menjelaskan tentang fasilitas kesehatan. Pertemuan kelima setelah dijelaskan tentang manfaat fasilitas kesehatan/sosial keluarga mengatakan bahwa akan
memanfaatkan fasilitas yang ada seperti
puskesmas atau anak L akan mengunjungi BP disekolah untuk konseling atau sekedar curhat tentang masalah tumbuh kembang remaja atau masalah sekolah. Selain itu, ibu N mengaku sudah mulai mempraktekkan komunikasi efektif dalam berbicara dengan anaknya. Anak L juga mengaku bahwa ibunya sekarang tidak langsung marah-marah apabila anak L melakukan kesalahan tetapi mendengarkan alasan yang diucapkan oleh anak L terlebih dahulu. Ibu N sudah semakin sering menggunakan pesan saya apabila anak L melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan harapan/keinginan orang tuanya. Namun, ibu N masih terlihat jarang melakukan komunikasi dengan anaknya karena ibu N sering terlihat bermain dirumah tetangga daripada dirumah. Ibu N juga mengakui bahwa dirinya belum bisa sering melakukan komunikasi dengan remajanya karena anak L sibuk dengan sekolahnya sedangkan Ibu N juga sibuk dengan pekerjaan rumah tangganya. Pengadaan makan bersama juga belum bisa dilaksanakan secara rutin karena kalau malam anak L biasanya di rumah neneknya sedangkan kalau pada pagi harinya ibunya sibuk dengan pekerjaan rumah tangga. Pada pertemuan kelima ibu N mengaku bahwa malam hari diusahakan makan bersama dimana anak L disuruh makan bersama dirumahnya. Saat makan bersama, ibu N juga mengaku sambil berbincang-bincang tentang masalah sekolah walaupun hanya sebentar. Tujuan khusus dari 1-5 tercapai pada pertemuan kelima. Rencana selanjutnya adalah memotivasi keluarga untuk terus melakukan komunikasi efektif dengan remaja dan melakukan implementasi pada masalah berikutnya yaitu tentang perilaku cenderung berisiko.
3.4.3 Intervensi Inovasi Intervensi inovasi yang dilakukan pada keluarga bapak E adalah tentang komunikasi efektif. Intervensi ini dilakukan selama 3 kali pertemuan. Orang tua diajarkan cara bagaimana berkomunikasi yang efektif dengan anak dimana terdiri dari 4 bagian yaitu mengenal diri, mendengarkan aktif, menggunakan pesan saya,
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
40
dan menentukan masalah. Dalam komunikasi yang diajarkan kepada keluarga bapak E hanya terdiri dari 3 bagian yaitu mengenal diri, mendengar aktif dan pesan saya saat berkomunikasi dengan remaja. Hal ini dikarenakan pada bagian pesan saya yaitu “saya merasa” sudah mengungkapkan perasaan orang tua dari perilaku remaja yang mengganggu atau bermasalah. Sebelum memulai komunikasi dengan anak remaja, orang tua berusaha untuk mengenal dirinya sendiri dan anaknya seperti mengendalikan diri dan berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Orang tua harus bisa mengendalikan emosinya sebelum berkomunikasi dengan anaknya. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih emosi akan menciptakan komunikasi yang tidak efektif dimana orang tua akan cenderung memarahi dan menghakimi anaknya. Orang tua juga harus berpikir positif pada anaknya bahwa anaknya tidak melakukan kesalahan sehingga tidak terkesan menuduh.
Langkah selanjutnya adalah orang tua dapat mendengar aktif. Orang tua harus dapat membuka diri dan siap mendengarkan alasan yang dibicarakan oleh anaknya. Jangan pernah berbicara ketika remaja masih berbicara. Orang tua juga harus dapat memahami apa yang dirasakan, dipikirkan dan dimaksud anak. Setelah itu, orang tua harus dapat berperan seperti cermin. Orang tua berusaha memposisikan dirinya sebagai anak remajanya sehingga dapat mengetahui lebih dalam tentang perasaan anaknya. Pesan saya digunakan setelah remaja selesai menjelaskan alasannya. Pesan saya ini lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku memiliki akibat terhadap orang lain. Disini juga diajarkan bahwa orang tua tidak boleh menggunakan pesan kamu saat berkomunikasi dengan remaja karena terkesan menyalahkan anaknya. Penggunaan komunikasi pesan saya ini lebih menekankan perasaan orang tua sehingga diharapkan remaja akan lebih terbuka terhadap orang tuanya.
Pertemuan
pertama
menjelaskan
tentang
komunikasi
efektif
dan
cara
melakukannya. Ibu N sudah dapat mempraktekkan komunikasi efektif dengan pesan saya. Pada pertemuan berikutnya, dilakukan evaluasi tentang komunikasi
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
41
efektif dan ibu N mengaku sudah melatih cara komunikasi pesan saya tetapi masih jarang dilakukan. Saat dilakukan evaluasi ibu N dapat mempraktekkan komunikasi efektif pesan saya dengan benar. Pada pertemuan selanjutnya ibu N mengaku sudah mempraktekkan komunikasi efektif pada anak L.
Hasil evaluasi setelah dilakukan intervensi komunikasi efektif selama 3 kali pertemuan adalah Ibu N mengaku bahwa setelah beliau diajarkan tentang cara komunikasi efektif, beliau masih susah untuk mempraktekkan di rumahnya. Ibu N mengaku bahwa pada awalnya beliau masih sering emosi dan menggunakan pesan “kamu” apabila anak L melakukan kesalahan. Tetapi untuk pertemuan kedua ibu N sudah berusaha melatih komunikasi efektifnya di rumah. Ibu N dapat menyebutkan contoh dari pesan saya yaitu “mama merasa khawatir ketika L pulang terlambat dari sekolah dan ga ngasih kabar, mama kira L terjadi sesuatu, mama sih pengennya kalu L pulang terlambat ya ngasih kabar ke mama”. Pertemuan keempat Keluarga mengaku bahwa setelah Ibu N mempraktekkan komunikasi efektif di rumahnya, beliau lebih bisa mengendalikan emosinya. Ibu N berusaha untuk menanyakan alasan dari anak L terlebih dahulu dan tidak lagi menggunakan kata “kamu” pada saat bekomunikasi dengan anak remajanya. Saat dilakukan evaluasi sumatif keluarga mengaku bahwa setelah menggunakan pesan saya, anak L dapat lebih terbuka dengan orang tua walaupun belum mau menceritakan masalah pribadinya dan tidak marah-marah lagi ketika ditanyai oleh ibu N. Ibu N juga mengaku bahwa komunikasi efektif yang dia laksanakan belum bisa maksimal karena dia lebih banyak terfokus untuk merawat anak M. Intervensi komunikasi efektif yang dilakukan pada keluarga bapak E dapat dilaksanakan oleh keluarga walaupun belum maksimal karena anak L belum bisa terbuka semuanya.
Kesimpulan
yang dapat diambil adalah setelah melakukan
komunikasi efektif, anak L dapat lebih terbuka dengan orang tuanya meskipun masih sedikit yang diceritakannya kepada orang tuanya.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik Kota Depok sebagai wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 km2 (depok.go.id). Secara geografis, Kota Depok berbatasan langsung dengan Kota Jakarta atau berada dalam lingkungan wilayah Jabotabek. Penduduk kota depok pada tahun 2010 diperkirakan berjumlah 1.610.000 jiwa. Jumlah populasi anak remaja usia SMP/SMU di Kota Depok berdasarkan hasil cakupan deteksi tumbuh kembang anak dan pemeriksaan siswa SMP/SMU didapatkan sebanyak 45.622. Masalah yang menonjol pada remaja ada 3 atau biasa disebut triad KRR yaitu seks bebas, HIV dan AIDS, dan Napza (BKKBN, 2010). Kota Depok merupakan wilayah yang berisiko untuk terjadinya ketiga masalah tersebut karena wilayah Kota Depok yang berdekatan dengan ibu Kota Jakarta. Data Unit Perlindungan
Perempuan dan Anak (PPA) Polres Depok
menyebutkan bahwa rata-rata terdapat persetubuhan remaja dibawah umur setiap bulan (okezone.com). Laporan tahunan Badan Narkotika Kota Depok (2008) menyebutkan bahwa penyalahgunaan NAPZA di Kota Depok berkisar 1,5% dari total penduduk Kota Depok, dan 75% kasus berasal dari kelompok umur 10-18 tahun. Oleh karena itu, Kota Depok merupakan daerah yang rawan untuk terjadinya masalah kenakalan remaja karena berdekatan dengan Kota Jakarta yang merupakan kota metropolitan.
Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimanggis, Depok. Luas wilayah Cisalak Pasar adalah 1,71 km2. Jumlah penduduk kelurahan Cisalak Pasar adalah 17869 jiwa (BPS Depok, 2012). RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar mempunyai remaja yang berjumlah 364 orang. Hasil observasi yang dilakukan penulis dan kelompok didapatkan data bahwa terdapat tempat yang sering dijadikan nongkrong para remaja di malam hari. Kehamilan Tidak Diinginkan juga sering terjadi di RW ini dimana ada 10 kasus KTD dalam satu tahun. Delapan belas remaja di RW 2 diambil untuk dijadikan keluarga kelolaan. Data yang diperoleh bahwa dari 7 orang remaja lelaki yang diambil 6
42
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
43
diantaranya pernah mencoba untuk merokok. Sedangkan 50% dari 18 remaja mengaku sudah pernah berpacaran. Hasil pengkajian juga dapat diketahui bahwa 15 dari 18 keluarga yang diambil sebagai keluarga kelolaan mengaku jarang melakukan komunikasi yang efektif antara orang tua dana anak. Penulis mengambil keluarga bapak E khususnya anak L (15 tahun) sebagai keluarga kelolaan utama karena remaja ini mengaku tidak pernah menceritakan masalah yang dihadapinya pada orang tua. Selain itu, Anak L mengaku pernah pacaran dan berciuman pipi dengan pacarnya.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan 4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP Kegiatan
keperawatan perkotaan berfokus promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan resosialitatif. Salah satu masalah yang biasanya terjadi pada perkotaan adalah masalah kenakalan remaja (Soerjono Soekanto). Masalah kenakalan remaja ini dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah lingkungan, teman sebaya dan peran orang tua.
Permasalahan yang terjadi pada keluarga bapak E tentang koping tidak efektif terutama dengan masalah komunikasi tidak efektif. Salah satu penyebabnya adalah keluarga jarang melakukan komunikasi dengan anaknya adalah mereka sibuk dengan urusannya masing-masing terutama bapak E yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Biaya hidup di perkotaan yang mahal juga menuntut mereka untuk lebih giat dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan McEwen, M.,Nies, & Mary A, (2007) bahwa masyarakat yang tinggal di perkotaan harus dapat bersaing dengan yang lain untuk memperbaiki hidup mereka.
Kasus yang terjadi pada keluarga bapak E dimana anak L sering berkumpul ditempat hiburan seperti mall bersama teman-temanya setelah pulang sekolah karena ajakan dari teman-temannya. Selain itu, anak L juga mengaku sudah berpacaran karena dia tidak mau kalah dari teman-temanya. Anak L dapat melakukan pertemanan dengan siapa saja. Hal ini sesuai dengan salah satu
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
44
karakteristik perkotaan bahwa mereka dapat melakukan hubungan sosial dengan siapa saja.
Anak L yang berusia remaja dan masih dalam pencarian identitas diri dan kontrol diri yang rendah sehingga dia lebih mudah terpengaruh dengan teman-temannya. Kondisi psikologis anak L yang kurang perhatian dan kontrol dari orang tua membuat anak L lebih suka bermain di luar bersama teman-temannya. Selain itu, kondisi fisik di Depok dimana banyaknya mall-mall dan tempat hiburan untuk remaja juga dapat mempengaruhi anak L lebih sering bermain di luar rumah sehingga rentan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal ini juga sesuai dengan karakteristik fisik perkotaan dimana terdapat bangunan pencakar langit dan bangunan mewah.
Penyebab lainnya adalah kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak remajanya. Kurangnya komunikasi dapat disebabkan karena orang tua sibuk bekerja. Mereka harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan biaya hidup diperkotaan mahal.
Kebiasaan orang tua yang jarang
berkomunikasi dengan anaknya membuat si anak (remaja) merasa kurang diperhatikan. Hal ini dapat membuat si anak mencari keintiman diluar dimana di perkotaan disajikan berbagai hiburan seperti mall-mall dan tempat hiburan lainnya.
4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep Remaja Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa. Masa ini terjadi berbagai perubahan termasuk fisik dan psikologis. Dari segi psikologis, remaja merupakan masa pencarian jadi diri sehingga mereka selalu ingin mencoba hal-hal yang baru dan menantang bagi dirinya. Mereka dapat melakukan hal-hal yang negatif apabila tidak ada kontrol dari orang tua seperti free sexs, dan NAPZA. Selain itu, karena masih dalm masa pencarian identitas diri mereka dapat dipengaruhi oleh temannya untuk melakukan hal-hal yang negatif. Oleh karena itu, orang tua mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan seorang remaja.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
45
Masalah remaja yang ditemukan pada keluarga bapak E khususnya anak L adalah ketidakefektifan koping. Anak L tidak mengetahui tentang tumbuh kembang remaja, peran seorang remaja di keluarga. Anak L juga mengaku bahwa dirinya sudah pernah berpacaran dan berciuman pipi tetapi orang tuanya tidak mengetahui. Hal ini dikarenakan oleh anak L belum diizinkan untuk berpacaran sehingga apabila orang tuanya mengetahui kalau dirinya sudah berpacaran akan dimarahi. Dia pernah mempunyai pacar lebih dari 3 dalam sewaktu karena tidak mau kalah dengan temannya.
Teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson yaitu masa remaja ada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas harus diatasi. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi pada kepribadian remaja. Masa remaja adalah masa dimana pencarian identitas. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja tidak lagi dikatakan sebagai kanak-kanak dan belum cukup matang baik kematangang mental dan sosial. Hal inilah yang menyebabkan seorang remaja lebih mudah terbawa arus atau tren untuk berperilaku negatif. Penelitian McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan bahwa pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Enam puluh persen dari mereka menghentikan perbuatan kenakalannya pada usia 21 sampai 23 tahun.
Seorang remaja lebih menyukai bergaul atau bercerita dengan teman mereka dibandingkan dengan keluarganya.
Memiliki
teman-teman sebaya
yang
melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk menjadi nakal. Hasil penelitian Santrock (1996) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, dapat diketahui bahwa kenakan remaja lebih banyak terjadi pada remaja yang mepunyai hubungan dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan. Hal ini sesuai dengan pengakuan anak L bahwa dia sering diajak oleh temannya untuk bermain setelah pulang sekolah dan mempunyai pacar karena sebagian temannya sudah berpacaran.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
46
Faktor keluarga juga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Ibu N mengaku bahwa mereka jarang berbincang-bincang dengan anak L. Ibu N cenderung lebih fokus terhadap anak-anak mereka yang lebih kecil sehingga kadang pengawasan mereka terhadap anaknya kurang. Ibu N tidak mengetahui kegiatan apa saja yang biasanya dilakukan oleh anaknya. Selain itu, mereka juga mengakui bahwa apabila anak mereka ketahuaan melakukan kesalahan langsung dimarahi. Hal inilah yang membuat anak remaja cenderung tertutup terhadap orang tuanya. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 1996) menunjukkan bahwa pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja.
4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Pengetahuan seorang remaja tentang tahap perkembangan remaja dan peran seorang remaja sangat diperlukan seorang remaja dalam perkembangannya. Dukungan keluarga sekitar juga sangat berperan dalam proses pencarian jati diri seorang remaja. Depkes (2005) menyebutkan bahwa salah satu penyebab dari perilaku seksual berisiko pada remaja adalah kurangnya pengetahuan dan kurang kepedulian orang tua dan masyarakat sekitar terhadap remaja. Anak L mengaku bahwa dia tidak mengetahui tahap perkembangan seorang remaja dan tidak pernah mendapat penyuluhan tentang tahap perkembangan remaja. Ibu L juga mengatakan bahwa dirinya jarang berbincang-bincang dengan anak L dan lebih sibuk mengurus rumah tangga serta mengasuh anak M.
Komunikasi efektif antara orang tua dan remaja memberikan kesempatan saling mengungkapkan isi hati atau kekesalan yang dirasakan serta harapan yang diinginkan, karena pada hakekatnya seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan uluran tangan orang tua. Orang tua bertanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan anak termasuk kebutuhan fisik dan
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
47
psikis sehingga seorang remaja dapat tumbuh dan berkembang kearah kepribadian yang matang (Gunarsa, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Indarsita (2002) terhadap 107 siswa SMP menyimpulkan bahwa remaja yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang tua mempunyai risiko lebih besar dibandingkan dengan proporsi remaja yang berkomunikasi dengan orang tua.
Dukungan di dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung didalam keluarga (Friedman, Bowden dan Jones, 2003). Widjaja (2000) berpendapat bahwa komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia tida akan terjadi, adanya keterbukaan serta saling percaya diantara kedua belah pihak dapat memicu keterbukaan serta penyampaian informasi juga mengenai masalah remaja terutama seksualitas. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Olson (2000) yang menyatakan bahwa komunikasi merupakan variabel penting dalam kaitannya dengan kenakalan remaja dimana komunikasi yang baik akan membuat keluarga terhindar dari masalah kenakalan remaja.
Intervensi komunikasi efektif yang diterapkan pada keluarga bapak E membuat anak L lebih terbuka ketika ditanyai oleh orang tuanya. Penggunaan pesan saya dapat membuat anak tidak merasa disalahkan oleh orang tuanya. Hal ini akan membuat anak lebih terbuka dan mau menceritakan masalahnya sehingga akan terjalin sharing dan menemukan penyelesaian masalah (Laily, N dan Matulessy (2004; dalam Fauzi, 2010). Seorang remaja akan terhindar dari masalah kenakalan remaja jika masalah remaja dapat diselesaikan oleh orang tuanya. Oleh karena itu, komunikasi efektif antara orang dan anak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kenakalan remaja.
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dapat Dilakukan Hasil evaluasi dari intervensi inovasi yang dilakukan yaitu tentang komunikasi efektif didalam keluarga dapat diketahui bahwa anak L sudah mulai terbuka dengan ibu N walaupun anak L belum mau menceritakan semua masalah pribadinya. Hasil dari intervensi komunikasi efektif untuk mengurangi masalah
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
48
kenakalan remaja ini akan lebih bagus jika didukung dengan tingkat pengetahuan remaja yang tinggi. Semakin baik pemahaman remaja terhadap seseuatu akan mendorong mereka untuk bersikap lebih baik dan tidak menyimpang dari peraturan yang berlaku.. Green dalam Notoamodjo (2007) menyebutkan bahwa permasalahn pada remaja dapat terjadi karena kurangnya informasi remaja sehingga mereka cenderung mencari informasi dari teman atau media yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mepham yang menyebutkan bahwa pendidikan yang rendah mengakibatkan kelompok remaja sebagai kelompok berisiko. Selain itu, hasil penelitian Nurhayati (2011) menyebutkan bahwa pendidikan remaja dengan perilaku seksual adalah berisiko lebih tinggi pada pendidika rendah yaitu sebesar 52,6% dibandingkan dengan remaja dengan pendidikan tinggi yaitu sebesar 41, 2%. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan seorang remaja dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Risiko kenakalan remaja dapat diturunkan dengan dibekali pengetahuan yang cukup selain komunikasi efektif di keluarga.
Peningkatan pengetahuan pada
remaja dapat dilakukan dengan sharing antara orang tua dan remaja. Selain itu, remaja juga dapat berdiskusi dengan kelompok pendukung (peer group/peer counselor) remaja yang telah dibentuk oleh mahasiswa residensi. Hasil penelitian Sholihatun (2011) tentang perbedaan efektikvitas antara metode ceramah dan peer konselor terhadap pengetahuan remaja adalah ada perbedaan yang signifikan efektivitas metode ceramah dan metode peer konselor terhadap pengetahuan remaja dimana peningkatan pengetahuan remaja dengan metode peer konselor lebih tinggi yaitu sebanyak 35 orang dibandingkan dengan metode ceramah yaitu sebanyak 23 orang. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Herniyatun, Astutiningrum, Nurlaila (2009) menyebutkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai pengetahuan, sikap, ketrampilan, antara sebelum dan setelah mengikuti peer group. Kesimpulan dari uraian tersebut bahwa metode peer group lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan pada remaja dibandingkan dengan metode ceramah.
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial serta merupakan periode pematangan organ reproduksi (Notoatmodjo, 2007 & Soetjiningsih, 2004). Masa remaja yang sedang mengalami masa transisi dan krisis identitas akan membuat mereka lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Kontrol dan perhatian yang kurang dari orang tua juga akan berpengaruh terhadap perkembangan remaja. Orang tua yang melakukan komunikasi efektif dengan anaknya akan mengurangi resiko terkena masalah remaja seperti seks bebas dan NAPZA.
Hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga bapak E dapat diketahui bahwa anak L jarang berkomunikasi dan menceritakan masalahnya terhadap orang tuanya. Orang tuanya juga tidak pernah mengetahui bahwa dirinya sudah pernah mempunyai pacar dan pernah berciuman. Anak L juga sering bermain dengan teman-temannya sehingga sering pulang terlambat kerumah. Jika anak L pulang terlambat, ibu N biasanya langsung memarahi anak L. Hal inilah yang membuat anak L tidak suka bercerita dengan ibunya dan lebih suka bercerita dengan temannya. Anak L juga lebih suka bermain dengan teman-temannya karena keluarganya sibuk dengan urusan masing-masing. Hasil pengkajian yang telah didapatkan dapat diketahui bahwa terjadi koping tidak efektif dalam keluarga bapak E.
Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pada keluarga bapak E dengan menggunakan komunikasi efektif adalah anak L bisa lebih terbuka dan ibu N juga tidak langsung memarahi anaknya jika melakukan kesalahan. Komunikasi efektif dengan menggunakan pesan saya membuat ibu N bisa lebih mengontrol emosi. Ibu N juga mengaku jika menggunakan pesan saya, anak L lebih bisa menerima perkataan dari orang
49 Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
50
tuanya dan menurutinya dibandingkan dengan saat Ibu N memarahi anaknya. Namun, komunikasi efektif ini belum dilaksanakan secara maksimal karena keluarganya jarang berkumpul untuk melakukan komunikasi atau berbincangbincang. Di keluarga Bapak E juga tidak ada kebiasaan makan bersama.
5.2 Saran 5.2.1 Bidang Keperawatan Komunitas Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi tenaga kesehatan khusunya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan usia remaja khususnya yang mengalami koping tidak efektif serta meningkatkan derajat kesehatan remaja di perkotaan. 5.2.2 Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Cimanggis Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi anak remaja. Puskesmas diharapkan tidak hanya menangani masalah fisik remaja tetapi juga masalah psikososial yang terjadi pada remaja. Oleh karena itu, diharapkan di Puskesmas Cimanggis terdapat program pelayanan konseling yang mencangkup aspep fisik atau biologi dan psikososial remaja sehingga dapat menurunkan masalah pada anak remaja. 5.2.3 Penulis berikutnya Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau bahan dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya tentang asuhan keperawatan pada keluarga dengan remaja. Selain itu, karya ilmiah ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan ide untuk penulisan karya ilmiah yang selanjutnya. .
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Afrilia & Kurniati. (2008). Hubungan antara komunikasi efektif orang tua-anak dengan kenakalan remaja pada remaja di rumah tahanan Pondok Bambu Jakarta Timur. Allender, Rector, & Warner. (2001). Community Health Nursing. Lippincott: Williams & Wilkins Amrillah. (2007). Hubungan antara pengetahuan dan kualitas komunikasi orang tua dan anak dengan perilaku seksual pranikah. http://eprints.ums.ac.id, diakses tanggal 15 Juni 2013. BKKBN. (2011). “Kajian Profil Penduduk Remaja”. http://bkkbn.go.id diakses tanggal 15 Juni 2013 Dennys, M. (2013). “ cara ampun berkomunikasi dengan remaja”. Diunduh dari bppkb.com Depkes RI. (2004). Masalah Perkotaan. Diakses 22 Juni 2013 Friedman, Bowden, Jones. (2003). Family nursing: research, theory, & practice. 4th ed. Printice hall. Gunarsa. (2004). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga. Jakarta: Gunung Mulia Herniyatun, Astutiningrum, Nurlaila. (2009). Efektivitas metode ceramah pada pengetahuan remaj untuk mencegah kanker serviks. Diunduh 10 Juli 2013 Hitchock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: caring in action. Albani: Delmas Publiser. Hurlock, E.B (1998). Developmental Psychology: a life span approach (5th ed). London: McGraw Hill Inc. Indarsita, D. (2002). Hubungan faktor eksternal dengan perilaku remaja dalam hal kesehatan reproduksi di SLTP Medan. Skripsi, http://repository.usu.ac.id, diakses tanggal 15 Juni 2013. Kartono. (2003). Psikologi remaja. Jakarta: CV Rajawali Kartono, K. (2005). Patologi sosial II: Kenakalan remaja. Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada.
51
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
52
Kim, H.S., & Kim, H.S. (2008). The Impact of family violence, family functioning, and parental partner dynamics in korean juvenile delinquency. Mephan, I. (2001). A Review of NGO Adolescent Reproductive Health Programs in indonesia. http://pdf.usaid.gof. Diakses tanggal 2 Juni 2013 Mc.Murray, A. (2003). Community Health and Wellness: a Sociological approach. Toronto: Mosby Nies, M.A., and McEwan, M. (2001). Community health nursing: promoting the health of population. (3th ed). Philadelphia: Davis Company. Notoatmodjo. (2007). Promosi kesehatan dan Ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhayati. (2011). Hubungan pola komunikasi dan kekuatan keluarga dengan perilaku seksual berisiko pada remaja di Desa Tridaya Sakti Kecamatan Tambun Selatan Kaupaten Bekasi. Diakses tanggal 15 Juni 2013 Olson, D.H. (1999). Empirical approaches to family assessment.Journal of family therapy. Pender, Murdaugh, & Parson. (2002). Health promotion in nursing practice. USA: Prentice Hall. Profil Depok. (2012). Kecamatan Cimanggis.http://profil-depok.go.id Santrock. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S.W. (2010) Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Press Sholihatun. (2011). Perbedaan perbedaan yang signifikan efektivitas metode ceramah dan metode peer konselor terhadap pengetahuan remaja. Diunduh 10 Juli 2013. Suwarni & Linda. (2008). Pengaruh monitoring parental dan perilaku teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja SMA di kota Pontianak. Tesis. http://enprints.undip.ac.id diakses tanggal 2 Juni 2013 Stanhope, Lancaster. (2004). Community Health Nursing. (4th ed). St.Louis Missouri: Mosby Co. Wong, Dona L et al. (2009). Wong’s Essentials of pediatric nursing, 6th ed. By Mosby, Inc
Universitas Indonesia Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
PENGKAJIAN KELUARGA
I.
Data umum 1. Nama keluarga (KK)
: Bpk. E (42 tahun)
2. Alamat
: RT 03 RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok
3. Komposisi keluarga
:
No.
Nama
Jenis Kelamin
Hub. Dengan KK
Usia
Pendidikan
Perempuan
Istri
39 tahun
SMP
1.
Ibu N
2.
Anak D
Laki-laki
Anak kandung
19 tahun
SMA
3.
Anak L
Perempuan
Anak kandung
15 tahun
SMA
4.
Anak F
Laki-laki
Anak kandung
12 tahun
SD
5.
Anak L
Perempuan
Anak kandung
8 tahun
SD
6.
Anak M
Laki-laki
Anak kandung
10 bulan
-
Genogram
Bpk E (42)
Ibu N
(39)
19 th
An.D
15 th An. L an
4. Tipe keluarga
12 th An.F
8 th An.L
10 bl An.M
A
: tipe keluarga pada keluarga ini adalah tipe keluarga inti
(nuclear family). Keluarga ini terdiri dari bapak, ibu, dan 5 orang anak. Bapak E bekerja sebagai security di perumahan sedangkan ibu N sebagai ibu rumah tangga. Tahap perkembangan keluarga bapak E adalah tahap perkembangan remaja karena anak pertama dari bapak E masih berumur 19 tahun. 5. Suku
: Keluarga Bapak E bersuku Betawi. Ibu N dan bapak E
dilahirkan dan dibesarkan di Jakarta. Keluarga bapak E menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi sehari-hari. Cara berpakaian kelurga ini tidak menggambarkan daerah asal masing-masing dimana bapak E menggunakan kaos, ibu N 1
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
sering menggunakan daster kalau dirumah dan anak-anaknya juga memakai kaos. Tetapi kadang anak L memakai baju yang terlalu terbuka seperti celana pendek dan kaos tanpa lengan. 6. Agama
: keluarga Bapak E mempunyai agama islam. Ibu N jarang
mengikti kegiatan pengajian karena kesibukannya sebagai ibu rumah tangga. Di rumahnya juga tidak ada foto/gambar tokoh-tokoh agama. Ibu N dan anak L juga tidak memakai jilbab bahkan cara berpakaian anak L kadang terbuka. Sholat 5 waktu selalu dikerjakan oleh keluarga bapak E. 7. Status sosial ekonomi keluarga : Keluarga Bapak P mempunyai status ekonomi yang cukup dimana penghasilan bapak E standar dengan UMR kota Depok. Ibu E hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Ibu N mengaku dengan penghasilan yang diperoleh oleh bapak E, beliau merasa cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari dan membayar biaya sekolah. Di rumah bapak E terdapat TV dan DVD player. Selain itu, keluarga bapak E juga mempunyai motor dan laptop yang biasa digunakan oleh anakanaknya. 8. Aktivitas rekreasi keluarga
: Keluarga bapak E jarang melakukan rekreasi ke
tempat-tempat hiburan saat liburan lebaran. Rekreasi yang mereka lakukan hanya menonton TV saja. Tetapi mereka sudah senang dan cukup menghibur. Sedangkan anak-anak dari bapak E biasanya suka main game dilaptop. Berliburan k tempat wisata biasanya hanya saat liburan semesteran saja dan tidak tiap tahun hanya pada saat ada rezeki yang berlebih saja. .
II.
Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 9.
Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga bapak E adalah tahap perkembangan remja. Dimana anak pertamanya yaitu An.D berusia 19 tahun. Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Hurlock, 1991) adalah a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. b. Mencapai peran sosial pria dan wanita. c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
2
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. f. Mempersiapkan karier ekonomi. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku – mengembangkan ideologi. 10. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tahap perkembangan remaja yang belum terpenuhi adalah anak D, anak pertama dari bapak E belum bekerja padahal dia sudah lulus SMA. Selain itu, dia hanya main dengan teman-temannya saja tidak pernah membantu orang tua. Anak L juga lebih sering bermain dengan teman-temannya (nongkrong) daripada membantu orang tua. Selain itu biasanya setelah pulang sekolah biasanya dia suka bermain. Keluarga bapak E juga belum mempunyai rumah sendiri karena statusnya masih kontrakan. 11. Riwayat keluarga inti Bapak E dan ibu N menikah tanpa dijodohkan. Mereka bertemu karena rumahnya masih dalam satu wilayah. Bapak E dan ibu N menikah dengan restu kedua orang tuanya. Kelima anaknya lahir secara normal dengan berat rata-rat diatas 3. Keluarga Bpk E mempunyai 5 orang anak yaitu anak D, anak L, anak F, anakL dan anak M . anak L sering terkena ispa. Selain itu, anak L pada saat SD pernah diberitahu dokter bahwa anak L terkena gejala hepatitis. Saat kecil ibu N mengaku bahwa anak L ini dulu sering makan sembarangan dan susah kalau dilarang untuk tidak makan jajanan yang sembarangan. Sedangkan Anak-anak yang lain hanya sakit batuk pilek saja. Ibu N juga mengaku bahwa selama ini dia jarang periksa ke dokter karena biasanya yang dirsakan oleh beliau hanya pusing dan pilek saja sehingga cukup minum obat warung saja. Bapak E juga tidak mempunyai keluhan khusus, dia kadang terasa pusing dan biasanya juga hanya minum obat warung saja. Enam bulan yang lalu anak L terkena cacar dan diperiksakan ke puskesmas. 12. Riwayat keluarga sebelumnya (suami dan istri) Kedua orang tua dari bapak E sudah meninggal. Keduanya meninggal karena sakit tua. Sedangkan untuk masalah yang diderita oleh kedua orang tuanya, bapak E mengaku tidak tahu. Orang tua dari Ibu N tinggal satu yaitu ibunya. Ayahnya meninggal karena pembengkakan prostat. Ibu dari ibu N masih hidup dan beliau tinggal disebelah rumahnya. Ibu dari ibu N mempunyai darah tinggi dan suka makan 3
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
ikan asin. Ibu N ini merupakan anak ke tiga dari 3 bersaudara. Kakak pertama ibu N juga mempunyai darah tinggi.. III.
Lingkungan 13. Karakteristik rumah Rumah bapak E merupakan bangunan permanen yang beratapkan genteng dimana status ini adalah rumah kontrakan. Terdapat ventilasi yang cukup dirumah ini. Jendela ada disetiap ruangan tetapi jarang dibuka. Rumah yang ditinggalin keluarga bapak E mempunyai ukuran sedang. Rumah bapak E tidak mempunyai ruang tamu khusus dan tidak mempunyai halaman. Rumahnya sudah berlantai keramik dan mempunyai teras kecil. Penataan perabotan rumah masih kurang rapi. Ruang keluarga dan kamar tidur jadi satu. Keluarga bapa E juga tidak mempunyai ruang makan khusus dimana ruang makan dan dapur juga jadi satu. Letak rumah bapak E tidak dekat dengan jalan raya sehingga tidah terlalu bising dan jauh dari polutan asap. Rumah bapak E merupakan bangunan permanen yang beratapkan genteng dimana status ini adalah rumah kontrakan. Sumber air yang dipakai adalah air tanah. Pencahayaan kurang baik karena jendela jarang dibuka. Dapur dan ruang makan
Kamar tidur dan tempat nonton TV Kamar tidur
teras
14. Karakterisitik tetangga dan komunitas Keluarga bapak E cukup dekat dengan tetangga lainnya. Bapak E sering berbincangbincang dengan tetangga sekitar setelah pulang kerja atau jika sedang libur kerja. Ibu N juga sering terlihat berbincang-bincang dengan tetangganya sambil mengajak anak M bermain. Jika pekerjaan rumah tangga selesai ibu N sering bermain kerumah tetangga. Selain itu, didaerah ini juga diadakan arisan tiap satu bulan sekali dimana tempat arisannya bergilir dari rumah yang satu ke yang lainnya. Lingkungan sekitar
4
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
juga aman dimana tidak pernah terjadi pencurian. Di malam hari, banyak anak-anak yang nongkrong tidak jauh dari rumah bapak E. 15. Mobilitas geografis keluarga Keluarga bapak E sudah lama tinggal di rumah itu karena sebelah rumah dari bapak E adalah rumah orang tuanya. Setelah menikah dan mempunyai anak pertama keluarga bapak E pindah kerumah yang sekarang ditinggalinya. Keluarga bapak E adalah keluarga asli betawi. 16. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga bapak E sering berkumpul dengan keluarga lainnya karena orang tua dan adiknya tinggal disebelah rumah mereka. Mereka sering berkumpul dan berbincangbincang. Di daerah rumah keluarga bapak E ada pengajian tetapi bapak E maupun ibu E tidak pernah mengikuti pengajian. Ibu E biasanya hanya ikut arisan yang diadakan RT setiap satu bulan sekali. Ibu E mengaku lebih sering berkumpul dengan warga lainnya saat mengajak bermain anak M. 17. Sistem pendukung keluarga Antar anggota keluarga saling perhatian dengan kondisi kesehatan anggota keluarganya. Fasilitas sosial yang ada adalah posbindu dan posyandu. Keluarga bapak E seringnya berobat ke puskesmas. Keluarga ini juga mempunyai Jamkesmas.
IV.
Struktur keluarga 18. Pola komunikasi keluarga Apabila ada masalah dikeluarga bapak E selalu dibicarakan bersama-sama walupun pemegang/pengambil keputusannya adalah bapk E. Cara komunikasi keluarga bapak E terhadap anak-anaknya lembut tetapi kadang kata-kata menyalahkan atau memarahi anaknya masih terdengar terutama kepada anak D dan anak L apabila mereka tidak mematuhi perkataan orang tuanya. Ibu N jarang berbincang-bincang dengan anak L karena apabila anak L pulang sekolah ibunya pergi bermain bersama anak M. Anak L juga tidak pernah menceritakan masalahnya kepada orang tuanya karena takut dimarahi. Anak L lebih suka bercerita dengan temannya. Anak L juga mengaku bahwa ibunya jarang menanyakan masalah sekolah kepada dirinya karena ibunya sibuk dengan adik-adiknya dan pekerjaan rumah tangga. Apabila anak L melakukan kesalahan, ibunya selalu mengomel.
5
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
19. Struktur kekuatan keluarga Bapak E sebagai pengambil/pemegang keputusan dirumahnya seperti masalah sekolah, dan saat akan membeli sesuatu seperti kendaraan bermotor. Ibu N sebagai pengambil keputusan dalam masalah menu makanan dam masalah kesehatan keluarganya. Anak D dan anak L kadang membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangganya. 20. Struktur peran (formal dan informal) Bapak E berperan sebagai kepala keluarga dan bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Ibu N sebagai ibu rumah tangga dan bertugas melakukan pekerjaan rumah tangga dan membesarkan serta mendidik anak-anaknya. Anak D sebagai anak tertua, kadang-kadang dia membantu pekerjaan ibunya seperti menyapu. Tetapi anak D ini belum mempunyai pekerjaan. Dia lebih sering berkumpul dengan teman-temannya. Anak L juga kadang membantu ibu N dalam melakukan pekerjaan rumah tangganya seperti menyapu, dan mencuci piring. Anak L ini juga sering membantu ibunya dalam mengasuh adik-adiknya. 21. Nilai dan norma keluarga Keluarga bapak E mempunyai sikap sopan santun dan baik hati. Karena dibesarkan di lingkungan betawi, ibu W mempunyai sifat cablak dan ramai. Peraturan dirumahnya disesuaikan dengan nilai dan norma agama islam walaupun anak L suka memakai celana yang pendek-pendek. Apabila ada yang melanggar peraturan dirumahnya, ibu N biasanya lansung memarahi anaknya tersebut. Apabila ada anaknya yang sakit, kalau tidak parah biasanya dibelikan obat warung tetapi apabilah 5 hari tidak sembuh dibawa ke puskesmas. Keluarga bapak E tidak mempercayai pengobatan yang dilakukan oleh habib. V.
Fungsi keluarga 22. Fungsi afektif Antar anggota keluarga saling mendukung satu sama lain. Selain itu, terlihat kasing sayang orang terhadap anak-anaknya sama rata walaupun kadang ibu N lebih fokus kepada anak M karena masih kecil. Apabila ada anggota keluarganya yang sakit, keluarga khusunya ibu N berusaha untuk merawatnya.
6
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
23. Fungsi sosialisasi Anggota keluarga dekat dengan keluarga lainnya. Keluarga bapak E menjunjung tinggi sopan santun dan tata krama yang ada. Selain itu, keluarga bapak E juga menjunjung tinggi aturan atau tata krama yang ada di daerah sekitarnya. Keluarga bapak E mengenal tetangga disekitarnya dan sering berbincang-bincang. Ibu N mengikuti arisan bulanan yang diadakan oleh Rtnya. Akan tetapi, ibu N jarang mengikuti pengajian karena anaknya masih kecil. 24. Fungsi perawatan keluarga Apabila ada anggota keluarga bapak E yang sakit maka yang akan turun tangan terlebih dahulu adalah ibu N. Apabila bapak N sakit atau terasa pegal karena kecapekan biasanya dibelikan obat warung terlebih dahulu. Apabila sakitnya bapak E tidak sembuh lebih dari 3 hari baru dibawa ke puskesmas. Ibu N mengaku bahwa dirinya paling males untu ke puskesmas apabila dia sakit. Biasanya apabila terasa tidak enak badan, ibu N hanya minum obat warung saja kemudian istirahat. Dia akan pergi ke puskesmas kalau dirasa sudah parah sekali. Dan apabila anak-anak sakit seperti batuk pilek pada anak F, L, dan M biasanya hanya dibelikan obat warung saja. Ketiga anaknya ini sring batuk dan pilek karena suka minum es dan jajan sembarangan seperti chiki-chikian. Anak L pernah menderita gejala hepatitis tetapi pada waktu SD dan sekarang tidak pernah kambuh lagi. VI.
Stress dan koping keluarga 25. Stressor jangka pendek dan panjang serta kekuatan keluarga Stressor jangka pendeknya adalah anak tertua keluarga bapak E yaitu anak D belum bekerja. Sedangkan dia suka nongkrong dan berkumpul bersama teman-temannya hingga larut malam sehingga membuat ibu N khawatir apabila anaknya tersebut bergaul dengan anak-anak yang tidak baik. Ibu N mengaku selama ini sering memarahi anak D apabila pulang larut malam tetapi anak D juga ikut berbicara keras. Begitu juga dengan anak L yang sering berkumpul dengan teman-temannya dan tidak mau terbuka dengan orang tuanya. Stressor jangka panjangnya yaitu masalah biaya pendidikan terutama untuk biaya kuliah anak L dimana yang bekerja hanya bapak N sedangkan anak L masih mempunyai 3 adik yang juga membutuhkan biaya. 26. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
7
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
Apabila ibu N merasa khawatir terhadap anak-anak remajanya yaitu anak D dan anak L karena pulang telat biasanya ibu N langsung marah-marah apabila anaknya sampai rumah. 27. Strategi koping yang digunakan Apabila ada masalah yang sedang dihadapai, ibu N lebih suka bercerita tentang masalahnya tersebut kepada tetangga yang dianggap dapat dipercaya dan memberikan masukan untuk masalahnya tersebut. Ibu N juga kadang membicarakan masalahnya dengan bapak E. Biasanya keputusan untuk mengatasi masalahnya tersebut diambil berdasarkan musyawarah antara bapak N dan ibu E. Akan tetapi, untuk masalah pada anaknya yang pulang telat biasanya ibu N langsung menanyai anaknya dengan nada keras dan terkesan seperti intrograsi. 28. Strategi adaptasi disfungsional Ibu N dalam melakukan komunikasi dengan anak remajanya cenderung keras dan menyalahkan/menghakimi apabila anaknya pulang telat atau melakukan kesalahan.
VII.
Harapan keluarga Keluarga bapak E berharap dengan adanya mahasiswa dapat membantu mereka untuk menasehati anak-anak remaja agagr tidak nakal lagi dan semoga kedepannya keluarga bapak E akan lebih baik lagi dan selalu di jaga kesehatannya.
VIII.
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Kepala
Bapak E
Ibu N
Anak D
Anak L
Anak F
Anak L
Anak M
Sebaran rambut rata, rambut berwarna hitam, bersih, dan tidak berminyak serta tidak jejas dikepala.
Sebaran rambut rata, rambut berwarna hitam, bersih, dan tidak berminya k serta tidak jejas dikepala
Sebaran rambut rata, rambut berwarna hitam, bersih, dan tidak berminyak serta tidak jejas dikepala
Sebaran rambut rata, rambut berwarna hitam, bersih, dan tidak berminya k serta tidak jejas dikepala
Sebaran rambut rata, rambut berwarna hitam, bersih, dan tidak berminya k serta tidak jejas dikepala
Sebaran rambut rata, rambut berwarna hitam, bersih, dan tidak berminya k serta tidak jejas dikepala
Sebaran rambut rata, rambut berwarna hitam, bersih, dan tidak berminya k serta tidak jejas dikepala 8
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
Leher
Tidak ada kelainan (tidak ada penonjola n kelenjer tiroid)
Tidak ada kelainan (tidak ada penonjol an kelenjer tiroid)
Tidak ada kelainan (tidak ada penonjola n kelenjer tiroid)
Tidak ada kelainan (tidak ada penonjol an kelenjer tiroid)
Tidak ada kelainan (tidak ada penonjol an kelenjer tiroid)
Tidak ada kelainan (tidak ada penonjol an kelenjer tiroid)
Tidak ada kelainan (tidak ada penonjol an kelenjer tiroid)
Telinga
bersih, dan pendengar an masih baik
bersih, dan pendeng aran masih baik
Telinga terlihat bersih.
Telinga terlihat bersih dan tidak ada kelainan.
Liang terlihat kotor tetapi bukan cairan yang keluar.
Di liang telinga terlihat kotor tapi bukan cairan yang keluar
bersih, dan pendeng aran masih baik
Mata
Konjungti va tidak anemis, dan sklera tidak ikterik.
Konjungt iva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik.
Konjungti va tidak anemis, dan sklera tidak ikterik.
Konjungt iva sedikit pucat dan sklera tidak ikterik.
Konjungt iva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik.
Konjungt iva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik.
Konjungt iva tidak anemis, dan sklera tidak ikterik.
Mulut & Tidak ada hidung karies gigi, tidak ada sariawan, dan sudah ada 3 gigi yang tanggal.
Ada karies gigi, tidak ada sariawan, dan sudah ada 2 gigi yang tanggal.
Terdapat karies gigi, tidak ada gigi yang berlubang dan tidak ada sariawan, Tidak ada cairan yang keluar dari hidung. Tidak
Tidak ada karies gigi, tidak ada gigi yang berluban g dan tidak ada sariawan, Tidak ada cairan yang keluar
Ada karies gigi, satu gigi berluban g (pernah sakit gigi) , tidak ada sariawan Tidak ada cairan yang keluar
Ada karies gigi sedikit, tidak ad gigi berluban g dan tidak ada sariawan.
Gigi baru tumbuh 5 tidak ada sariawan dan tidak ada cairan yang keluar dari hidung.
Tidak ada cairan yang keluar dari hidung.
Tidak ada cairan yang
Tidak ada cairan yang
9
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
Tidak penonjola n massa dan simetris dikedua sisi.
keluar dari hidung. Tidak penonjol an massa dan simetris dikedua sisi.
penonjola n massa dan simetris dikedua sisi.
dari hidung. Tidak penonjol an massa dan simetris dikedua sisi.
dari hidung. Tidak penonjol an massa dan simetris dikedua sisi.
keluar dari hidung. Tidak penonjol an massa dan simetris dikedua sisi.
Dada & Pengemba paru-paru ngan dada simetris, terdengan suara napa vesikuler dan terdengar BJ 1 dan BJ 2 dan tidak ada terdengar suara tambahan.
Pengemb angan dada simetris, terdenga n suara napa vesikuler dan terdengar BJ 1 dan BJ 2 tidak ada terdengar suara tambahan
Pengemba ngan dada simetris, terdengan suara napa vesikuler dan terdengar BJ 1 dan BJ 2 tidak ada terdengar suara tambahan.
Pengemb angan dada simetris, terdenga n suara napa vesikuler dan terdengar BJ 1 dan BJ 2 tidak ada terdengar suara tambahan.
Pengemb angan dada simetris, terdenga n suara napa vesikuler dan terdengar BJ 1 dan BJ 2 tidak ada terdengar suara tambahan.
Pengemb angan dada simetris, terdenga n suara napa vesikuler dan terdengar BJ 1 dan BJ 2 tidak ada terdengar suara tambahan.
Pengemb angan dada simetris, terdenga n suara napa vesikuler dan terdengar BJ 1 dan BJ 2 tidak ada terdengar suara tambahan.
Abdomen
Bising usus 10x/mnt dan tidak ada penonjol an massa yang mencurig akan
Bising usus 7x/mnt dan tidak ada penonjola n massa yang mencuriga kan
Bising usus 8x/mnt dan tidak ada penonjol an massa yang mencurig akan
Bising usus 5x/mnt dan tidak ada penonjol an massa yang mencurig akan
Bising usus 8x/mnt dan tidak ada penonjol an massa yang mencurig akan
Bising usus 5x/mnt dan tidak ada penonjol an massa yang mencurig akan
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak dikaji
Tidak ada Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Bising usus 8x/menit dan tidak penonjola n massa
Reproduks Tidak i dikaji Sistem
Tidak ada Tidak
10
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 1-Pengkajian Keluarga Bapak E
muskulosk eletal
kelainan
BB & TB
54 kg & 50 kg & 50 kg & 45 kg & 40 kg & 28 kg & 7,6 kg 160 cm 155 cm 158 cm 150 cm 145 cm 135 cm
Tandatanda vital
TD 110/80 mmHg; HR 84x/menit; RR 22x/menit; S 36,7 0C;
Capillary refill
< 2 detik
ada kelainan
TD 100/70 HR 86x/meni t; RR 20x/mnt, S: 36 0C
< 2 detik
kelainan
TD 110/70 mmHg; HR 82x/mnt; RR 18x/mnt
< 2 detik
ada kelainan
ada kelainan
TD 90/60 mmHg; HR 82x/mnt; RR 20x/mnt
TD 110/70m mHg; HR 84x/mnt; RR: 22x/mnt
S: 36, 4
S: 36, 2
< 2 detik
< 2 detik
ada kelainan
HR: 82x/mnt; RR 21x/mnt S: 36,4
< 2 detik
ada kelainan
HR: 86x/mnt RR: 22x/mnt S:36,5
< 2 detik
11
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 2-Analisis Data
Analisa Data Data Data Objektif: Orang tua jarang berkomunikasi dengan anaknya. Terlihat saat anaknya melakukan kesalahan, orang tua sering marahmarah. Orang tua memakai pesan kamu saat berkomunikasi dengan anaknya. Orang tua sibuk bekerja dan mengurus rumah tangga.
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan koping pada keluarga bapak E
Data Subjektif: Anak L mengaku bahwa dia tidak pernah menceritakan masalah yang dialaminya kepada orang tuanya. Anak L takut dimarahi orang tuanya kalau dia menceritakan masalahnya kepada orang tua. Remaja lebih senang bermain dengan orang tuanya daripada berkumpul dengan keluarganya. Remaja lebih senang menceritakan masalahnya kepada teman-temannya karena takut dimarahi oleh orang tuanya apabila melakukan kesalahan. Anak L pernah beciuman dengan teman lawan jenisnya. Anak L pernah mempunyai pacar lebih dari 3. Tidak mengetahui peran dan tanggung jawab remaja. Nyeri kronik (haid)
Data Objektif: Data Subjektif: Anak L mengaku bahwa setiap hari pertama haid selalu terasa nyeri didaerah perut. Pernah sampai guling-gulingan saat nyeri haid. Biasanya kalau terasa sakit langsung minum obat. Saat nyeri haid selalu tiduran di tempat tidur saja. Skala nyeri saat haid adalah 6.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 2-Analisis Data
Haid lancar
Data Objektif: Suka memakai baju yang minim.
Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada masalah kenakalan remaja pada anak L
Data Subjektif: Pernah mempunyai pacarlebih dari 3 dalam satu waktu Pernah berciuman dengan pacarnya. Berteman dengan anak yang merokok Sering diajak temannya main ke mall setelah pulang sekolah. Suka berkumpul dengan temantemannya saat malam hari. Orang tua suka marah-marah apabila anak L pulang terlambat.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 3-Skoring
SKORING MASALAH
1. Ketidakefektifan koping pada keluarga bapak E Kriteria
Skor
Angka
Bobot
Perhitungan
1
3/3 x 1 = 1
Pembenaran
tertinggi Sifat masalah:
3
3
Aktual
Anak L pernah berciuman dengan pacarnya, tidak suka bercerita dengan orang tuanya, motivai belajar kurang . orang tua suka memarahi apabila anak melakukan kesalahan tanpa menanyakan alasannya terlebih dahulu.
Kemungkinan
1
2
2
1/2 x 2 = 1
masalah untuk
Keluarga jarang melakukan komunikasi.
diubah: sebagian Potensi
2
3
1
masalah untuk
2/3 x 1 =
Masalah sedang terjadi.
2/3
dicegah: cukup Menonjolnya
2
2
1
2/2 x 1 = 1
Keluarga mengatakan bahwa
masalah :
masalah pada anak L harus
segera
segera ditangani.
ditangani Total
3
2/3
2. Nyeri kronik Kriteria
Skor
Angka
Bobot
Perhitungan
Pembenaran
1
2/3 x 1 =
Sering terasa nyeri saad
2/3
hari pertama haid sampai
tertinggi Sifat masalah: risiko
2
3
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 3-Skoring
guling-guling. Kemungkinan
1
2
2
1/2 x 2 = 1
masalah untuk
Anak L selalu minum obat saat terasa nyeri.
diubah: sebagian Potensi
1
3
1
masalah untuk
1/3 x 1 =
Nyeri haid timbul akibat
1/3
luruhnya dinding rahim
1/2 x 1 =
Nyeri haid timbul saat hari
1/2
pertama haid tetapi kadang
dicegah: rendah Menonjolnya
1
2
1
masalah : tidak perlu
sampai 3 hari pertama haid.
segera ditangani Total
2 1/2
3. Perilaku cenderung berisiko: kenakalan remaja pada anak L Kriteria
Skor
Angka
Bobot
Perhitungan
Pembenaran
1
2/3 x 1 =
Pernah berciuman dan
2/3
punya pacar lebih dari 3
tertinggi Sifat masalah:
2
3
risiko
dalam satu waktu. Pengawasan orang tua kurang Kemungkinan
1
2
2
1/2 x 2 = 1
Anak L tidak pernah
masalah untuk
bercerita dengan orang
diubah:
tuanya karena dia belum
sebagian
diizinkan untuk berpacaran
Potensi
2
3
1
masalah untuk
2/3 x 1 =
Anak L suka nongkrong
2/3
dengan teman-temannya dan
dicegah:
temannya ada yang merokok,
cukup
dan free sex
Menonjolnya
1
2
1
1/2 x 1 =
Masalah dapat diselesaikan
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 3-Skoring
masalah :
1/2
apabila komunikasi antara
tidak perlu
anak dan orang lebih
segera
terbuka.
ditangani Total
2
5/6
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Koping tidak efektif pada keluarga bapak E 2. Perilaku cenderung berisiko 3. Nyeri kronik
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA No
1
Diagnosa Keperawatan Koping keluarga tidak efektif pada keluarga bapak E
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Jangka Jangka Pendek Kriteria Panjang Setelah 1. Setelah dilakukan dilakukan pertemuan I sebanyak asuhan 1x45 menit, Keluarga keperawatan dapat mengenal tugas sebanyak 4 perkembangan keluarga kali pada tahap remaja. pertemuan a. Mampu menyebutkan diharapkan Respon verbal pengertian tumbuh keluarga kembang remaja dan mampu remaja. melaksanaka n peran remaja yang efektif
Rencana Intervensi
Standar
Keluarga menyebutkan remaja adalah usia 10-24 tahun (BKKBN) dan merupakan masa pubertas. Tumbuh kembang remaja adalah proses lebih lanjut remaja menuju tahap perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya (dewasa) sehingga terjadi perubahan-perubahan baik secara fisik, perubahan jiwa/mental dan perubahan social.
a.
b. c.
d. e. f. g.
b. Mampu menjelaskan Respon verbal perubahanperubahan yang terjadi pada remaja. (min 2 di masingmasing perubahan).
Keluarga mampu menyebutkan: Perubahan fisik: Perubahan TB dan BB. Putri: Pinggul melebar, Pertumbuhan rahim dan
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
a.
b. c.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian remaja dan tumbuh kembang remaja. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian remaja dan tumbuh kembang remaja dengan menggunakan media flip chart. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pad aremaja. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
vagina, Menstruasi awal, Pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak, Payudara membesar, Pertumbuhan lemak dan keringat (jerawat). Putra: Otot dada, bahu dan lengan melebar, Kening menonjol, rahang, dagu melebar dan jakun, Perubahan suara, Pertumbuhan penis, Pertumbuhan kumis dan jambang, Pertumbuhan rambut kelamin, mimpi basah, ketiak,dada dan Pertumbuhan lemak serta keringat (jerawat). Perubahan mental: Kritis. Selalu ingin tahu. Cenderung menentang orang tua. Ingin mencoba hal-hal yang menguji keberanian. Perubahan sosial: Mulai melepaskan diri dari keluarga. Membentuk kelompok teman sebaya.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
d. e. f. g.
perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja dengan menggunakan media flip chart Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
Mengidentifikasi anggota keluarga yang remaja.
Respon afektif
2. Setelah dilakukan pertemuan selama 1x 40 Respon verbal menit keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan pencegahan masalah pada anak remaja a. mampu mnyebutkan kembali akibat/permasalahan yang terjadi bila keluarga tidak mencegah masalah anak remaja.
b. mampu Mengambil keputusan yang tepat untuk segera melakukan tindakan pencegahan masalah anak remaja
Respon afektif
Keluarga mengatakan bahwa anak L anak D adalah masuk dalam kategori remaja.
a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang 10-24 tahun. b. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukakan keluarga yang tepat dan benar.
Keluarga mampu menyebutkan: 2 dari 4 permasalahan akibat perubahan fisik pada remaja Menyebutkan 1 permasalahan akibat perubahan kejiwaan pada remaja Menyebutkan 2 dari 3 permasalahan akibat perubahan sosial pada remaja
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai permasalah pada anak remaja. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman permasalahan pada anak remaja yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai permasalahan yang terjadi pada anak remaja dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Keluarga mengatakan akan melakukan tindakan pencegahan masalah anak remaja.
3. Setelah dilakukan pertemuan selama 1x40 menit, keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan usia remaja: Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
a. Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya masalah pada anak remaja. b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga dengan usia remaja c. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
Mampu menyebutkan Respon verbal sikap orang tua dalam mengasuh anak dan menyebutkan sikap anak remaja.
Mampu menyebutkan dan Mendemontrasikan cara komunikasi efektif
Respon psikomotor
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja: Mengenal anak Sering melakukan percakapan dengan anak. Mendampingi dan membimbing remaja dalam menghadapi tantangan hidup. Menjadi pemimpin dan teman bagi remaja. Menyebutkan 3 dari 5 sikap anak remaja pada masa remaja: Mengetahui kelebihan dan kekurangan diri. Menerima diri Sendiri. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan Bersikap terbuka. Memiliki Kegiatan positif
Keluarga dapat mendemontrasikan cara komunikasi efektif: 1. MENGENAL DIRI Sebelum memulai komunikasi dengan anak remaja, orang tua berusaha untuk mengenal dirinya sendiri dan juga anak
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
a.
b.
c.
d. e. f. g.
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja dan sikap remaja pada masa remaja. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman sikap orang tua tua dalam mengasuh anak remaja dan sikap remaja pada masa remaja. yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai sikap orang tua tua dalam mengasuh anak remaja dan sikap remaja pada masa remaja dengan menggunakan media flip chart Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara komunikasi efektif. b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai tehnik komunikasi efektif c. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali tenik komunikasi efektif. d. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
remajanya dengan cara: Menghargai diri sendiri Menghargai upaya yang sudah dilakukan Menentukan tujuan hidup kita Berpikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain Mengembangkan minat dan kemampuan diri Mengendalikan perasaan 2. MENDENGAR AKTIF Tujuan dari mendengar aktif adalah orang tua memahami anak remaja seperti yang mereka rasakan bukan seperti apa yang kita lihat atau kita sangka.. Tahapan menjadi pendengar aktif adalah: Aktif dan memperhatikan Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
bahasa tubuh dengan sungguhsungguh Membuka diri dan siap mendengarkan Tidak berbicara ketika remaja berbicara Memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dimaksud anak Orang tua berperan seperti cermin. 3. PESAN SAYA ”Pesan saya” lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku anak sehingga anak belajar behwa setiap perilaku memiliki akibat terhadap orang lain. ”Pesan Saya” terdiri atas 4 bagian: “Saya merasa” (pernyataan yang mengandung bagaimana Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
perasaan orang tua yang berkaitan dengan perilaku anak atau remaja yang mengganggu) “Kapan” (saat perilaku yang mengganggu orang tua) “Karena / sebab” (alasan atau penjelasan apa yang akan diperkirakan terjadi) Perilaku remaja yang diharapkan oleh orang tua 4. MENENTUKAN MASALAH Apakah tingkah laku remaja mengganggu hak dan keselamatan dirinya? Ya / Tidak? Apakah tingkah laku remaja mengganggu keselamatan orang
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
tua atau orang lain? Ya / Tidak?
4. Setelah dilakukan Respon verbal pertemuan 1x40 menit keluarga mampu memanfaatkan/memodifi kasi lingkungan yang kondusif untuk mencegah masalah anak remaja.
5. Setelah dilakukan pertemuan selama 1x45 menit keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan sosial yang ada untuk mencegah masalah anak remaja. a. menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial yang tersedia.
Respon verbal
Keluarga mampu memanfaatkan lingkungan yang kondusif untuk mencegah masalah anak remaja a. Menyebutkan lingkungan yang kondusif untuk mendidik anak remaja/pergaulan dengan teman sebaya yang baik b. Memanfaatkan lingkungan yang kondusif di rumah untuk mencegah anak remaja menjadi nakal Keluarga dapat menyebutkan dan memanfaatkan fasilitas kesehatan/sosial yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter - Psikolog - Guru wali kelas - Guru BP di sekolah. Keluarga mengunjungi
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
a. b.
c.
d. e. f.
Diskusikan cara memodifikasi lingkungan yang kondusif untuk mencegah masalah remaja. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah masalah remaja dengan menggunakan flipchart. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan yang kondusif untuk mencegah masalah remaja. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
a. Bantu keluarga memanfaatkan kegiatan di lingkungan. b. Beri kesempatan keluarga menunjukkan kemampuannya dalam memanfaatkan kegiatan lingkungan bagi remaja. c. Lakukan kunjungan rumah yang tidak direncanakan. d. Beri pujian bila keluarga dapat mempertahankan lingkungan yang kondusif di rumah.
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan.
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
b. Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi mengenai tumbuh kembang remaja
Respon afektif
pelayanan kesehatan untuk konsultasi tumbuh kembang remaja.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
b. berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA No.
Diagnosa Keperawatan Perilaku kesehatan cenderung beresiko : masalah kenakalan remaja pada anak L
Tujuan Jangka Panjang
Jangka Pendek
Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 3kali kunjungan, Perilaku kesehatan beresiko : masalah kenakalan remaja tidak terjadi
Setelah dilakukan pertemuan I sebanyak 1x60 menit, keluarga:
Kriteria Evaluasi Kriteria
Rencana Intervensi
Standar
1. Mampu mengenal masalah pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab Menyebutkan pengertian pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab
Menyebutkan masingmasing 2 contoh dari pergaulan bebas dan bertanggung jawab.
Respon verbal
Respon verbal
Pengertian pergaulan bebas adalah pergaulan yang menyimpang tidak sesuai dengan peraturan atau norma yang berlaku sedangkan pergaulan bertanggung jawab adalah pergaulan yang sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku.
1.1.1. Dengan menggunakan lembar
Contoh dari pergaulan bebas adalah seks bebas, merokok, NAPZA, bolos sekolah, dan tawuran, nongkrong pada malam hari. sedangkan contoh dari pergaulan yang bertanggung jawab adalah
1.2.1. Jelaskan pada keluarga tentang
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
balik jelaskan pada keluarga tentang pengertian pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab. 1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
contoh dari pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab. 1.2.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.2.3. Beri reinforcement positif atas
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
mengaji, belajar bersama, bermain dengan temannya dimana sebelumnnya berpamitan dengan orang tua dan sesuai peraturan. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 penyebab dari pergaulan bebas/masalah kenakalan remaja
Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 ciri-ciri anak dengan pergaulan bebas/kenakalan remaja
Respon verbal
Respon verbal
Penyebab dari pergaulan bebas/kenakalan remaja adalah a. Teman sebaya yang tidak baik b. Pola asuh orang tua yang terlalu bebas/keras c. Ketidaktepatan informasi yang didapat remaja tentang seksual. d. Kurang kasih sayang dari orang tua. Ciri-ciri anak dengan pergaulan bebas/kenakalan remaja adalah: a. Jarang pulang tepat waktu tanpa alasan yang jelas. b. Lebih banyak melakukan aktivitas sosial dari pada melakukan kewajiban sebagai seorang pelajar. c. Tidak ada kestabilan emosi d. Motivasi belajar menurun
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
jawaban yang tepat.
1.3.1
1.3.2 1.3.3
1.4.1
1.4.2 1.4.3
Jelaskan pada keluarga tentang contoh dari pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
Jelaskan pada keluarga tentang contoh dari pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
Keluarga mampu mengidentifikasi anggota keluarga yang mempunyai perilaku kesehatan cenderung berisiko
Respon verbal
Keluarga mengatakan bahwa anak L cenderung berisiko
1.5.1 Tanyakan kepada keluarga,
1.5.2 2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah perilaku beresiko : pergaulan bebas/kenakalan remaja
Respon verbal
Keluarga mengatakan akan menghindarkan anakanaknya dari pergaulan bebas/kenakalan remaja
Menyebutkan 3 dari 4 dampak yang terjadi jika perilaku beresiko : pergaulan bebas/kenakalan remaja
Respon verbal
Keluarga menyebutkan 4 dari 7 dari pergaulan bebas:
1. Sulit berkonsentrasi 2. Dapat tertular penyakit infeksi (HIV/AIDS) 3. Hamil diluar nikah 4. Masa depan suram
Memutuskan untuk merawat anak dengan perilaku cenderung berisiko pergaulan bebas/kenakalan remaja
Respon afektif
Keluarga mengatakan akan mengatasi masalah pada anak remaja
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala perilaku kesehatan cenderung berisiko Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
2.1.1
Diskusikan dengan keluarga tentang dampak pergaulan bebas: sek bebas 2.1.2 motivasi keluarga untuk menyebutkn kembali 2.1.3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
2.2.1 Bantu keluarga untuk menngenal
2.2.2
dan menyadari akan adanya masalah sesuai dengan materi yang telah diberikan Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
2.2.1
keluarga yang sakit Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah perilaku kesehatan cenderung berisiko pergaulan bebas/kenakalan remaja Menjelaskan 4 dari 5 cara merawat anak remaja
Respon verbal
Mampu mendemonstrasikan cara menolak asertif
Respon psikomotor
Menyebutkan cara merawat anak remaja. a. Berikan perhatian dari orang tua. b. Ada kontrol dari orang tua terhadap pergaulan anak. c. Orang tua sering melakukan komunikasi efektif dengan anak. d. Bergaul dengan teman yang baik. e. Dapat menolak ajakan teman yang kurang baik. Dapat mempraktekkan kembali cara menolak asertif. Menolak dengan bahasa sopan dan tegas. Contoh: maaf, saya tidak bisa ikut karena ibu sudah menunggu di rumah
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
3.1.1 Beri penjelasan pada keluarga tentang cara merawat anak remaja agar tidak terjadi pergaulan bebas. 3.1.2 Beri kesempatan keluarga bertanya 3.1.3 Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara merawat anak 3.1.4 Beri pujian pada keluarga
3.1.1 Beri penjelasan pada keluarga tentang cara menolak asertif.. 3.1.2 Beri kesempatan keluarga bertanya dan mempraktekkan kembali cara menolak asertif. 3.1.3 Beri pujian pada keluarga
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
4. Memodifikasi lingkungan untuk perilaku cenderung berisiko: pergaulan bebas/masalah kenakalan remaja.
Respon verbal
Menyebutkan 2 dari 3 cara modifikasi lingkungan: 1 Suasana rumah yang kondusif dan nyaman. 2 Keluarga melakukan kontrol terhadap anaknya 3 Teman bermain yang baik 4 Berikan tanggung jawab kepada anak untuk membantu mengurus rumah.
4.1.1. Motivasi keluarga untuk melakukan modifikasi lingkungan 4.1.2. motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara modifikasi lingkungan 4.1.3. Berikan reinforcement positif bila jawaban keluarga sesuai dengan standar.
Manfaat fasilitas kesehatan untuk mengatasi/mencegah perilaku berisiko:masalah kenakalan remaja. - Memperoleh informasi tentang cara merawat anak remaja. - Mendapatkan terapi pengobatan.
5.1.1.Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan terkait keluhan yang ada. 5.1.2.Evaluasi kembali hasil penjelasan yang diberikan. 5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban sesuai dengan standar.
5. Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, dengan: Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan.
Respon verbal.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
Menyebutkan fasilitas kesehatan terdekat.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Respon verbal
Respon verbal
Fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter - Posyandu - BP/konseling
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk membawa anggota keluarga periksa
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
5.3.1. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan. 5.3.2. Beri reinforcement positif setelah keluarga pergi ke pelayanan kesehatan.
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA No
1
Diagnosa Keperawatan Nyeri kronik (haid)
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Jangka Jangka Pendek Panjang Setelah 1. Setelah dilakukan dilakukan pertemuan I sebanyak pertemuan 1x45 menit, keluarga sebanyak 5 mampu mengenal kali masalah nyeri kunjungan, menstruasi dengan keluarga mampu; mampu Menyebutkan definisi merawat menstruasi (haid) anggota keluarga dengan masalah Intoleransi aktivitas dapat diminimalk an..
Menyebutkan respon wanita saat haid datang.
Kriteria
Respon verbal
Respon verbal
Rencana Intervensi
Standar
Keluarga menyebutkan menstruasi sebagai peristiwa yang normal, suatu keadaan dimana sel telur yang tidak dibuahi luruh bersama dinding rahim di sekitarnya, dan
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai definisi menstruasi. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai definisi menstruasi dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Keluarga menyebutkan respon tubuh wanita sangat berbeda-beda ketika haid. Keluarga juga menyebutkan 4 dari 7
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai respon wanita saat haid datang. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai respon wanita saat haid datang dengan
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
respon tubuh wanita ketika haid yaitu, a. nyeri perut hebat, b. nyeri perut sedang, c. tidak nyeri, d. pegal-pegal seluruh badan, e. pegal-pegal daerah pinggul, paha, kaki, f. lemas, g. pusing, dan sebagainya.
menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Respon verbal
Keluarga menyebutkan nyeri menstruasi adalah sakit kram yang amat sangat di perut bagian bawah yang timbul sebelum atau ketika haid datang.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian nyeri menstruasi. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian nyeri menstruasi dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 penyebab nyeri haid, yaitu:
Menyebutkan definisi nyeri menstruasi
Menyebutkan penyebab timbulnya nyeri menstruasi
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab timbulnya nyeri menstruasi. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
1. tertahannnya darah menstruasi karena penyumbatan leher rahim. 2. tidak bisa membukanya leher rahim menyebabkan peningkatan tekanan di dalam rahim. 3. faktor keturunan. 4. Cairan di rahim yang dinamakan prostaglandin menyebabkan vasokonstriksi dan fibrinolisis. 5. peradangan atau kista di rahim. Menyebutkan tanda dan gejala nyeri menstruasi.
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan 3 tandatanda dari masing-masing jenis nyeri haid, yaitu: 1. Nyeri haid primer a. mulai 6-12 bulan setelah haid I (menarche). b. Gejala: kram perut bawah, sakit kepala, sakit pungggung, mual, muntah, diare, kelemahan, pingsan.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
pemahaman keluarga yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab nyeri menstruasi dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda nyeri menstruasi berdasarkan jenisnya. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda yang benar c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda nyeri menstruasi berdasarkan jenisnya dengan menggunakan media flip chart d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita nyeri menstruasi.
Respon afektif
2. Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyal 1x40 menit, keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah nyeri menstruasi. menyebutkan akibat lanjut nyeri menstruasi.
Respon verbal
c. Gejala biasanya selama 48 jam atau kurang, kadang-kadang sampai 72 jam atau lebih. 2. Nyeri haid sekunder. a. disebabkan kondisi patologis (abnormal) di organ genital dan pelvic peritoneum dan penggunaan IUD. b. Tanda: perdarahan terus-menerus dan nyeri.
g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Keluarga menyebutkan anak S menderita nyeri haid.
a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala tubuh b. Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar.
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat lebih lanjut nyeri haid, yaitu: 1. nyeri yang amat sangat.
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat lanjut nyeri menstruasi. b. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman akibat yang benar. c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
2. intoleransi aktivitas. 3. kemandulan (patologis).
d. e. f. g.
pengambilan keputusan untuk mengatasi nyeri menstruasi.
Respon afektif
3. Setelah dilakukan pertemuan ke 3 sebanyak 1x40 menit, keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah nyeri menstruasi menyebutkan cara mengatasi nyeri menstruasi.
Respon verbal
akibat lanjut nyeri menstruasi dengan menggunakan media flip chart Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Keluarga mengatakan akan mengatasi masalah nyeri haid yang dialami anggota keluarganya.
a. Bantu keluarga untuk menngenal dan menyadari akan adanya masalah sesuai dengan materi yang telah diberikan b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang menderita nyeri menstruasi c. Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 cara mengatasi nyeri haid, yaitu: 1. kompres dengan air hangat.
a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat nyeri haid datang dan bagaimana hasilnya b. Diskusikan cara mengatasi nyeri menstruasi dengan menggunakan flifchart. c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
menyebutkan cara pencegahan nyeri menstruasi.
mendemontrasikan senam untuk mengatasi nyeri menstruasi.
Respon afektif
Respon psikomotor
2. massase (pemijatan). 3. distraksi (pengalihan perhatian). 4. senam uintuk mengatasi nyeri haid. 5. diet menghindari makanan tinggi garam. 6. diet banyak konsumsi natural diuretik seperti teh.
bertanya tentang materi yang disampaikan d. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti e. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Keluarga dapat menyebutkan 2 cara pencegahan nyeri haid, yaitu: 1. meningkatkan aktivitas; olahraga, berjalan. 2. konsumsi nutrisi suplemen.
a. Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan untuk mencegah nyeri haid dan bagaimana hasilnya b. Diskusikan cara mencegah nyeri menstruasi dengan menggunakan flifchart. c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan d. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti e. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Keluarga dapat mendemonstrasikan 4 dari 7 cara senam untuk mengatasi nyeri haid, yaitu: 1. latihan tarik nafas - tidur telentang dengan
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara senam untuk mengatasi nyeri haid. b. Demonstrasikan kepada keluarga mengenai cara senam untuk mengatasi nyeri haid. c. Anjurkan keluarga mendemonstrasikannya bersama mahasiswa secara berulang-ulang. d. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
kedua kaki ditekuk. - Dorong perut keluar saat menghirup udara. - Kempiskan perut dan hembuskan nafas dengan cepat. - Lakukan sebanyak 4 kali sambil tetap menekankan punggung di lantai. 2. latihan dengan angkat tangan ke atas. - angkat kedua tangan ke atas. - Jalan 10 langkah sambil berjinjit. 3. gerakan rileks - angkat kedua kaki lebih tinggi daripada kepala. - Letakkan kedua telapak kaki di dinding. - Tarik nafas dalamdalam, hembuskan dan rileks. 4. gerakan tubuh memutar tidurlah telentang dengan kedua tangan dibentangkan ke sampng. Angkat kaki kiri lalu ayunkan ke arah samping sampai Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
secara mandiri. e. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
5. -
6.
7. -
-
menyentuh tangan kanan. Kembalikan kaki kiri ke tempat semula. Ulangi gerakan untuk kaki kanan. Lakukan sebanyak 3 kali. Lutut, siku, serta punggung tetap lurus. gerakan kucing berlututlah di lantai lalu bersujudlah diantara kedua siku. Dalam posisi ini rahim seolah-olah tergantung. gerakan urut tidurlah telentang di lantai, kedua lutut dirapatkan ke atas. Putarlah lutut membentuk lingkaran di udara. gerakan lengkung berdirilah tegak di samping dinding, letakkan telapak tangan sampai batas siku di dinding setinggi bahu. Dengan telapak kaki menempel di lantai dan kedua betis lutut lurus,
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
4. Setelah dilakukan pertemuan ke 4 sebanyak 1x40 menit, keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk masalah nyeri menstruasi, dengan mampu: 4.1 menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk mengatasi nyeri haid
cobalah menempelkan pinggul di dinding. - Lakukan gerakan ini 45 kali setiap sisi tubuh.
Respon afektif
Keluarga dapat menyebutkan lingkungan yang sesuai untuk nyeri haid, yaitu: Keluarga atau teman sebaya membantu dan menemani anak S. Yang mengalami nyeri haid untuk rajin berolahraga dan menurunkan stres.
a. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita nyeri menstruasi. b. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk penderita nyeri menstruasi dengan menggunakan flipchart. c. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk penderita nyeri menstruasi. d. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. e. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. f. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
Keluarga dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas
a. Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal b. Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi c. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
5. Setelah dilakukan pertemuan 5, selama 1x40 menit keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk melakukan mengatasi nyeri menstruasi, dengan mampu;
5.1 Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk dirujuk.
Respon verbal
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 4-Rencana Asuhan Keperawatan
- Rumah sakit - Klinik dokter - Layanan-layanan informasi tentang nyeri haid via telepon.
5.2 Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksa kesehatan reproduksi.
Respon afektif
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit reproduksi.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. b. berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA Insial KK Alamat
: Bp. E : RT 03/RW 02 Kel.Cisalak Pasar
Tanggal 27/05/13 Pukul 14.00
Diagnosa Implementasi Ketidakefe 1. Mengucapkan salam ktifan dan menanyakan koping keadaan keluarga pada khusunya keluhan keluarga terhadap kesehatan bapak E pada hari ini. 2. Menjelaskan tujuan kunjungan, yaitu berbincang-bincang tentang tumbuh kembang remaja selama 45 menit.
Evaluasi (SOAP) S: Keluarga menjawab salam dan menerima kehadiran mahasiwa dengan baik . Keluarga mengatakan bahwa tidak ada keluhan khusus hari ini. IbuN menangatak sudah mengerti tentang remaja, tumbuh kembang remaja, perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja serta permasalahan pada remaja dan tidak ada pertanyaan. Ibu N mengatakan setelah berdiskusi wawasannya menjadi bertambah.
3. Berdiskusi dengan keluarga tentang pengertian remaja dan tumbuh kembang remaja, perubahanO: perubahan yang terjadi Keluarga mengatakan remaja pada remaja dan adalah masa transisi atau permasalahan yang pubertas dan usianya dalam terjadi akibat rentang 10-24 tahun. perubahan-perubahan Keluarga menyebutkan pada remaja. bahwa tumbuh kembang remaja adalah proses lebih 4. Memberikan lanjut menuju dewasa reinforcement positif sehingga terjadi perubahan pada keluarga akan fisik mental/jiwa dan sosial. jawaban yang Keluarga menyebutkan diberikan. perubahan fisik yang terjadi pada remaja adalah payudara 5. Dengan menggunakan membesar, pertumbuhan lembar balik, keluarga rambut diketiak dan alat dan mahasiswa kelamin, serta pinggul berdiskusi tentang : membesar. - Pengertian remaja Keluarga dapat menyebutkan dan tumbuh perubahan mental yang kembang remaja. terjadi pada remaja adalah - Perubahanselalu ingin tahu dan perubahan yang menentang orang tua. terjadi pada remaja Keluarga dapat menyebutkan baik fisik, perubahan sosial yang terjadi mental/jiwa dan
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
TTD
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
-
sosial. Permasalahan/akib at dri perubahanperubahan yang terjadi pada remaja.
6. Menanyakan kembali kepada keluarga hal yang sudah didiskusikan. 7. Memberikan reinforcement positif terhadap usaha Ibu N untuk memberikan jawaban. 8. Mengevaluasi hasil kunjungan hari ini karena waktu kontrak telah habis dan merencanakan kegiatan berikutnya yaitu tentang komunikasi efektif.
pada remaja adalah selalu berkumpul dengan temantemannya membentuk kelompok dan mulai menjauh dari orang tua. Keluarga mengatakan bahwa anak D dan anak L termasuk remaja. Keluarga dapat menyebutkan bahwa permasalahan fisik pada remaja adalah jerawat, kegemukan dan anemia. Keluarga dapat menyebutkan bahwa permasalahan mental/jiwa pada remaja adalah pencarian identitas diri sehingga remaja mudah terbawa arus Keluarga dapat menyebutkan permasalahan sosial pada remaja adalah memakai narkoba, sering menentang orang tua, perkelahian dengan teman atau geng lain, dan merokok.
A: Intervensi untuk TUK 1 dan 2 telah berhasil dilakukan P: Melanjutkan ke TUK 3
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
Tanggal 29/05/13 Pukul 14.00
Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Ketidakefe 1. Mengucapkan salam S: ktifan dan menanyakan Keluarga menjawab salam koping keadaan keluarga dan menerima kehadiran pada khusunya keluhan mahasiwa dengan baik . keluarga terhadap kesehatan pada Keluarga mengatakan bapak E. hari ini. bahwa tidak ada keluhan khusus hari ini. 2. Menjelaskan tujuan Ibu N menangatakan sudah kunjungan, yaitu mengerti komunikasi efektif berbincang-bincang dan tidak ada pertanyaan. tentang komunikasi Ibu N mengatakan setelah efektif selama 45 menit. berdiskusi wawasannya menjadi bertambah dasn 3. Mengevaluasi tentang merasa senang berbincangpengertian remaja dan bincang dengan tumbuh kembang mahasiswa.. remaja, perubahan Keluarga akan mencoba perubahan yang terjadi mempraktekkan komunikasi pada remaja dan efektif di keluarga. perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja. O: Keluarga dapat 4. Memberikan menyebutkan kembali reinforcement positif pengertian remaja dan pada keluarga akan tumbuh kembang remaja, jawaban yang diberikan perubahan-perubahan pada remaja dan permasalahan 5. Berdiskusi dengan yang terjadi pada remaja. keluarga tentang Keluarga dapat komunikasi yang biasa menyebutkan langkahdilakukan antara orang langkah komunikasi efektif tua dan anak remaja. yaitu mengenal diri, mendengar aktif, pesan saya 6. Memberikan dan mengidentifikasi reinforcement positif masalah. pada keluarga akan Keluarga menyebutkan cara jawaban yang diberikan. untuk menyampaikan pesan saya.. 7. Dengan menggunakan Keluarga dapat lembar balik, keluarga mempraktekan cara dan mahasiswa menyampaikan pesan saya berdiskusi tentang : dengan benar. komunikasi efektif (langkah-langkah komunikasi efektif). 8. Menanyakan kembali kepada keluarga hal
A: Intervensi untuk TUK 3 telah berhasil dilakukan
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Ttd
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
yang sudah didiskusikan. 9. Memberikan reinforcement positif terhadap usaha Ibu N untuk memberikan jawaban.
P: Melakukan evaluasi dari TUK 1-3 Untuk keluarga: Melatih komunikasi efektif yaitu dengan pesan saya dirumah.
10. Mendemontrasikan cara komunikasi efektif. 11. Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan ulang cara komunikasi efektif. 12. Mengevaluasi hasil kunjungan hari ini karena waktu kontrak telah habis dan merencanakan kegiatan berikutnya yaitu tentang menolak asertif.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
Tanggal 1/06/13 Pukul 10.00
Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP) Ketidakefe 1. Mengucapkan salam S: ktifan dan menanyakan Keluarga mengatakan bahwa koping keadaan keluarga kabar hari ini baik-baik saja pada khusunya keluhan dan tidak ada keluhan keluarga terhadap kesehatan pada khusus. bapak E. hari ini. Ibu N menangatakan sudah melatih komunikasi efektif 2. Menjelaskan tujuan dengan anaknya. kunjungan, yaitu untuk Ibu N mengaku kadangmelakukan evaluasi kadang belum bisa menahan TUK 1-3 emosi saat anaknya melakukan kesalahan 3. Melakukan evaluasi sehingga memarahinya. tentang pengertian Ibu N akan berusaha agar remaja dan tumbuh bisa menahan emosi. kembang remaja. Ibu N mengaku jarang ada waktu untuk berkumpul 4. Memberikan bersama dan melakukan reinforcement positif komunikasi antar anggota pada keluarga akan keluarga. jawaban yang diberikan. Tidak ada kebiasaan makan bersama 5. Melakukan evaluasi tentang perubahanO: perubahan pada remaja Ibu N mampu menyebutkan dan permasalahan yang pengertian remaja dan terjadi pada remaja. tumbuh kembang remaja.
Ibu N mampu menyebutkan perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja seperti pinggul membesar, payudara membesar dan tumbuh rambut diketiak dan alat 7. Mengevaluasi tentang kemaluan dan komunikasi efektif. permasalahannya seperti suka berantem, jerawat, dan suka 8. Memberikan membangkang reinforcement positif Keluarga dapat pada keluarga akan mempraktekkan kembali cara jawaban yang diberikan. komunikasi efektif dengan menggunakan pesan saya 9. Menanyakan kembali “mama merasa khawatir kepada keluarga hal ketika L pulang terlambat yang sudah dari sekolah dan ga ngasih didiskusikan. kabar, mama kira L terjadi sesuatu, mama sih pengennya 10. Memberikan kalu L pulang terlambat ya reinforcement positif ngasih kabar ke mama”. terhadap usaha keluarga 6. Memberikan reinforcement positif pada keluarga akan jawaban yang diberikan.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Ttd
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
untuk memberikan jawaban. 11. Mengevaluasi hasil kunjungan hari ini karena waktu kontrak telah habis dan merencanakan kegiatan berikutnya yaitu tentang modifikasi lingkungan yang kondusif dan fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial.
Ibu N terlihat tenang saat berkomunikasi dengan anaknya A: Intervensi untuk TUK 1-3 telah tercapai P: Melanjutkan ke TUK 4 dan 5 Untuk keluarga: Melatih komunikasi efektif yaitu dengan pesan saya dirumah. Mengadakan makan bersama minimal 1 kali sehari sehingga dapat terjalin komunikasi antar anggota keluarga.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
Tanggal 3/06/13 Pukul 14.00
Diagnosa Koping keluarga tidak efektif pada keluarga bapak E
Implementasi 1. Mengucapkan salam dan menanyakan keadaan keluarga khusunya keluhan terhadap kesehatan pada hari ini. 2. Menjelaskan tujuan kunjungan, yaitu berbincang-bincang tentang modifikai lingkungan selama 45 menit. 3. Berdiskusi dengan keluarga tentang manfaat dan cara melakukan inhalasi sederhana. 4. Meminta keluarga untuk mengulang kembali manfaat dan cara melakukan inhalasi sedrhana.
Evaluasi (SOAP) S: Keluarga mengatakan bahwa anak M sedang pilek sudah 2 hari. Sudah melatih dan mempraktekkan komunikasi efektif. Berusaha untuk melakukan makan bersama tapi susah untuk berkumpul karena alasan belum lapar dan sibuk masingmasing. Anak M sudah minum bodrexin. Ibu N mengatakan sudah mengerti cara inhalasi sederhana. IbuN menangatakan sudah mengerti tentang mamfaat dan cara modifikasi lingkungan.
O: Ibu N dapat menyebutkan 5. Memberikan langkah komunikasi efektif reinforcement positif yaitu mengenal diri, pada keluarga akan mendengarkan aktif dan jawaban yang diberikan. menggunakan pesan saya. Ibu N dapat menyebutkan 6. Dengan menggunakan kembali manfaat inhalasi lembar balik, keluarga sederhana yaitu dapat dan mahasiswa berdiskusi melegakan tenggorokan. tentang modifikasi Ibu N dapat menyebutkan lingkungan yang dapat kembali cara melakukan dilakukan keluarga. inhalasi sederhana yaitu menggunakan air hangat 7. Menanyakan kembali didalam baskom kemudian kepada keluarga hal yang diberikan minyak kayu putih sudah didiskusikan. 1-2 tetes. Setelah itu dihirup menggunakan corong. 8. Memberikan Ibu N dapat menyebutkan reinforcement positif manfaat modifikasi lingkungan terhadap usaha Ibu N yaitu untuk membuat anak untuk memberikan lebih suka dirumah dan merasa jawaban. nyaman dirumah. Selain itu, membuat anak bisa lebih 9. Mengevaluasi hasil terbuka. kunjungan hari ini karena Ibu N mampu menyebutkan waktu kontrak telah habis
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
TTD
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
dan merencanakan kegiatan berikutnya yaitu berdiskusi tentang manfaat fasilitas kesehatan.
cara modifikasi lingkungan yaitu lingkungan yangkondusif. Keluarga tidak berantem atau marah-marah dan walaupun sibuk masingmasing masih mempunyai waktu untuk memperhatikan dan mengajak berbincangbincang. Selain itu, bisa juga melakukan makan bersama. A: Intervensi untuk TUK 4 tercapai P: Melanjutkan ke TUK 5 Untuk keluarga: Mempraktekkan komunikasi efektif dirumah dan menerapkan modifikasi lingkungan agar lebih nyaman
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
Tanggal 5/06/13 Pukul 14.00
Diagnosa Implementasi Ketidakefe 1. Mengucapkan salam dan ktifan menanyakan keadaan koping keluarga khusunya pada keluhan terhadap keluarga kesehatan pada hari ini. bapak E 2. Menjelaskan tujuan kunjungan, yaitu melakukan evaluasi tentang modifikasi lingkungan dan berdiskusi tentang manfaat fasilitas kesehatan.
Evaluasi (SOAP)
S: Keluarga mengatakan hari ini kabar baik-baik saja. Anak M pileknya sudah berkurang. Ibu N mengatakan sudah mencoba inhalasi sederhana. Ibu N mengatakan sudah berusaha untuk lebih memperhatikan anak L dan menciptakan lingkungan yang kondusif. Berusaha untuk melakukan makan bersama tapi susah untuk berkumpul karena alasan 3. Melakukan evaluasi belum lapar dan sibuk masingtentang cara dan manfaat masing. modifikasi lingkungan. Ibu N mengatakan sudah mengerti tentang manfaat 4. Memberikan fasilitas kesehatan. reinforcement positif pada keluarga akan O: jawaban yang diberikan. Ibu N dapat menyebutkan 5. Berdiskusi dengan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan. 6. Memberikan reinforcement positif pada keluarga akan jawaban yang diberikan. 7. mengevaluasi hasil kunjungan hari ini karena waktu kontrak telah habis 8. memberikan reinforcement posistif atas jawaban yang diberikan 9. Merencanakan kegiatan berikutnya yaitu berdiskusi tentang pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab.
kembali cara modifikasi lingkungan yaitu menciptakan lingkungan yang kondusif agar anak lebih nyaman dan mengadakan kebiasaan makan bersama. Ibu N dapat menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu Puskesmas, Rumah sakit, BP dan dokter dan dapat juga psikologi. Ibu N dapat menyebutkan kembali manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan yaitu untuk membantu mengatasi masalah yang terjadi pada anak remaja jika anak terlihat berubah sikap, pendiam, dan suka melamun/menyendiri. A: Intervensi untuk TUK 1-5 tercapai
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
TTD
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
P: Melanjutkan ke masalah berikutnya yaitu perilaku kesehatan cenderung berisiko Untuk keluarga: Mempraktekkan komunikasi efektif dirumah Menerapkan modifikasi lingkungan agar lebih nyaman Memberikan perhatian dan pengawasan pada anak L.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
Tanggal 8/06/13 Pukul 10.00
Diagnosa Implementasi Perilaku 1. Mengucapkan salam kesehatan dan menanyakan cenderung keadaan keluarga berisiko khusunya keluhan pada terhadap kesehatan masalah pada hari ini. kenakalan remaja 2. Menjelaskan tujuan pada anak kunjungan hari ini, L yaitu berbincangbincang tentang pergaulan bebas dan bertanggung jawab selama 45 menit. 3. Dengan menggunakan lembar balik, keluarga dan mahasiswa berdiskusi tentang : a. Pengertian pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab. b. Contoh dari pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab. c. Penyebab dari pergaulan bebas/kenakalan remaja. d. Ciri-ciri remaja yang sudah melakukan kenakaln remaja. 4. Menanyakan kembali kepada keluarga hal yang sudah didiskusikan. 5. Memberikan reinforcement positif terhadap usaha Ibu N untuk memberikan jawaban.
Evaluasi (SOAP) S: Keluarga mengatakan bahwa tidak ada keluhan khusus hari ini. Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang pengertian pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab setelah dijelaskan dan tidak ada pertanyaan. Ibu N mengatakan bahwa anaknya berisiko melakukan kenakalan remaja karena suka berkumpul dengan temannya pada malam hari. Ibu N mengaku sudah mengerti tentang dampak pergaulan bebas/kenakalan remaja dan mengatakan bahwa “jangan sampai anak saya begitu” Anak L mengaku sudah memahami tentang cara menolak assertif setelah dijelaskan. O: Keluarga mengatakan pergaulan bebas adalah pergaulan yang menyimpang tidak sesuai dengan peraturan atau norma yang berlaku sedangkan pergaulan bertanggung jawab adalah pergaulan yang sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku Keluarga mampu menyebutkan 2 contoh pergaulan bebas/kenakalan remaja yaitu merokok, berpacaran yang tidak tahu aturan, NAPZA, dan nongkrong pada malam hari sampai larut malam. Sedangkan contoh dari pergaulan yang bertanggung jawab adalah belajar kelompok, mengaji, bermain
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
TTD
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
6. Berdiskusi tentang dampak dari pergaulan bebas/kenakalan remaja.
dengan teman tetapi mengetahui waktu dan tidak melanggar peraturan. Keluarga dapat menyebutkan penyebab dari pergaulan 7. Menanyakan kembali bebas/kenakalan remaja kepada keluarga adalah teman sebaya yang tentang hal yang sudah tidak baik, pola asuh orang didiskusikan. tua yang terlalu bebas/keras, kurang 8. Memberikan informasi/ketidaktepatan reinforcement positif informasi yang didapat atas jawaban yang remaja sudah diberikan. Keluarga menyebutkan ciriciri seorang remaja berisiko 9. Mengajarkan cara pergaulan bebas/kenakalan penecegahan agar remaja yaitu sering pulang tidak terjebak dalam terlambat tanpa alasan yang kenakalan jelas, dan suka bermain tanpa remaja/pergaulan berpamitan serta suka marahbebas marah kalau ditanyai orang tua dari mana dan dengan 10. Mengajarkan siapa. cara menolak assertif Keluarga dapat menyebutkan kepada anak L. dampak dari pergaulan bebas/kenakalan remaja yaitu 11. Mendemonstrasikan Sulit berkonsentrasi dalam cara menolak assertif. sekolah, melakukan pacaran dan seks pranikah, dapat 12. Meminta anak L tertular penyakit infeksi mendemonstrasikan (HIV/AIDS), hamil diluar kembali “menolak nikah, masa depan suram assertif” Keluarga mampu menyebutkan cara 13. Memberikan pencegahan yaitu Bergaul reinforcement positif dengan teman yang baik, atas jawaban yang dapat menolak ajakan teman sudah diberikan. yang kurang baik dan adanya pengawasan dari orang tua. 14. Mengevaluasi hasil Anak L menyebutkan cara kunjungan hari ini menolak assertif yaitu karena waktu kontrak menolak dengan tegas tetapi telah habis dan bahasa sopan. merencanakan Anak L dapat kegiatan berikutnya mempraktekkan cara yaitu evaluasi TUK 1menolak assertif yaitu“ 3 melanjutkan TUK 4 terima kasih atas ajakannya tapi aku tidak bisa ikut karena aku sudah ditunggu mama dirumah”.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
A: Intervensi untuk TUK 1 dan 3 telah berhasil dilakukan
P: Melakukan evaluasi TUK 1-3 Melanjutkan TUK 4 Untuk keluarga: Melatih menolak assertif
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
Tanggal 10/06/13 Pukul 14.00
Diagnosa Implementasi Perilaku 1. Mengucapkan salam kesehatan dan menanyakan cenderung keadaan keluarga berisiko khusunya keluhan pada terhadap kesehatan masalah pada hari ini. kenakalan remaja 2. Menjelaskan tujuan pada anak kunjungan hari ini, L yaitu melakukan evaluasi tentang pergaulan bebas dan bertanggung jawab serta menjelaskan tentang modifikasi lingkungan selama 45 menit.
Evaluasi (SOAP) S: Keluarga mengatakan bahwa tidak ada keluhan khusus hari ini. Keluarga mengatakan bahwa sudah melatih cara menolak assertif. Ibu N mengatakan sudah mengerti tentang cara memodifikasi lingkungan setelah dijelaskan dan akan mempraktekkan dirumah. Kebiasaan anak L kalau pergi jarang minta izin kepada orang tua.
O: Keluarga mengatakan 3. Melakukan evaluasi pergaulan bebas adalah kepada keluarga pergaulan tidak sesuai tentang pergaulan dengan peraturan yang bebas dan bertanggung berlaku. Pergaulan jawab. bertanggung jawab adalah pergaulan yang sesuai 4. Memberikan dengan peraturan. reinforcement positif Keluarga mampu terhadap usaha menyebutkan 2 contoh keluarga dalam pergaulan bebas/kenakalan memberikan jawaban. remaja yaitu merokok, dan bermain tanpa tahu waktu. 5. Melakukan evaluasi Sedangkan contoh dari menolak assertif. pergaulan yang bertanggung jawab adalah belajar 6. Memberikan kelompok, mengaji. reinforcement positif Keluarga dapat menyebutkan terhadap usaha penyebab dari pergaulan keluarga dalam bebas/kenakalan remaja memberikan jawaban. adalah teman sebaya yang tidak baik, tidak ada 7. Dengan menggunakan pengawasan dari orang tua. lembar balik, keluarga Keluarga dapat menyebutkan dan mahasiswa dampak dari pergaulan berdiskusi tentang bebas/kenakalan remaja yaitu modifikasi lingkungan sekolah malas dan nilainya yaitu teman bermain jelek, dapat tertular penyakit yang baik, kontrol infeksi (HIV/AIDS, masa orang tua kepada depan suram anaknya misalnya mau main kemana, dengan Anak L menyebutkan cara
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
TTD
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
siapa dan sampai jam berapa, berikan tanggung jawab kepada anak untuk mengurus rumah sehingga anak tidak bermain terus. 8. Menanyakan kembali kepada keluarga hal yang sudah didiskusikan. 9. Memberikan reinforcement positif terhadap usaha keluarga dalam memberikan jawaban. 10. Mengevaluasi hasil kunjungan hari ini karena waktu kontrak telah habis dan merencanakan kegiatan berikutnya yaitu melanjutkan TUK 5.
menolak assertif yaitu menolak dengan tegas tetapi bahasa sopan. Anak L dapat mempraktekkan cara menolak assertif yaitu“ maaf aku tidak bisa ikut karena aku harus segera pulang”. Keluarga mampu menyebutkan manfaat dan cara melakukan modifikasi lingkungan yaitu keluarga memberikan pengawasan kepada anak dan memberikan tanggung jawab kepada anak untuk ikut membantu pekerjaan rumah tangga dan suasana rumah yang nyaman.
A: Intervensi untuk TUK 1 -4 tercapai
P: Melanjutkan TUK 5 Untuk keluarga: Melatih menolak assertif Memberikan pengawasan kepada anak Menciptakan suasana rumah yang nyaman. Libatkan anak dalam melakukan pekerjaan rumah tangga.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
Tanggal 15/06/13 Pukul 10.00
Diagnosa Implementasi Perilaku 1. Mengucapkan salam kesehatan dan menanyakan cenderung keadaan keluarga berisiko khusunya keluhan pada terhadap kesehatan masalah pada hari ini. kenakalan remaja 2. Menjelaskan tujuan pada anak kunjungan hari ini, L yaitu berbincangbincang fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan selam 45 menit.
Evaluasi (SOAP)
S: Keluarga mengatakan bahwa tidak ada keluhan khusus hari ini. Keluarga mengatakan sudah melatih menolak assertif tetapi masik susah menolak jika diajak teman bermain setelah pulang sekolah. Ibu N mengatakan bahwa sudah mulai mengawasi anaknya dimana kalau mau pergi ditanyai terlebih daulu mau pergi kemana, sama siapa dan mau pulang jam 3. Melakukan evaluasi berapa. tentang menolak Keluarga mengatakan bahwa assertif dan modifikasi anaknya sekarang sudah lingkungan. diberikan tugas yaitu pada sore hari membantu 4. Memberikan membersihkan rumah. reinforcement positif Ibu N mengaku belum pernah atas jawaban yang ke fasilitas kesehatan untuk diberikan. konseling masalah remaja. 5. Dengan menggunakan O : lembar balik, keluarga Keluarga dapat menyebutkan dan mahasiswa fasilitas kesehatan yang dapat berdiskusi tentang dikunjungi yaitu puskesmas, fasilitas kesehatan rumah sakit, dokter atau yang dapat dikunjungi. psikologi. Keluarga dapat menyebutkan 6. Menanyakan kembali manfaat fasilitas kesehatan kepada keluarga hal yaitu membantu mengatasi yang sudah masalah pada remaja didiskusikan. 7. Memberikan reinforcement positif atas jawaban yang diberikan.
A: TUK 1-5 tercapai
P: 8. Menanyakan kembali Melakukan evaluasi TUK 1-5 kepada keluarga koping tidak efektif. tentang hal yang sudah Untuk keluarga: didiskusikan. Melatih menolak assertif Mengunjungi fasilitas 9. Memberikan kesehatan jika terjadi reinforcement positif
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
TTD
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
atas jawaban yang sudah diberikan.
masalah kesehatan.
10. Mengevaluasi hasil kunjungan hari ini karena waktu kontrak telah habis dan merencanakan kegiatan berikutnya untuk melakukan evealuasi koping tidak efektif dari TUK 1-5
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
Tanggal 18/06/13 Pukul 11.00
Diagnosa Implementasi Ketidakefe 1. Mengucapkan salam ktifan dan menanyakan koping keadaan keluarga pada khusunya keluhan keluarga terhadap kesehatan bapak E pada hari ini. 2.
3.
4.
5.
Evaluasi (SOAP)
S: Keluarga mengatakan bahwa tidak ada keluhan khusus hari ini. Keluarga mengatakan sudah melakukan komunikasi efektif walaupun masih Menjelaskan tujuan jarang. kunjungan, yaitu untuk Ibu N mengatakan bahwa mengulang kembali anak L sudah mulai terbuka masalah tumbuh kalau ditanyai. kembang remaja. Ibu N mengatakan sudah bisa menahan emoasi saat Melakukan evaluasi anaknya melakukan TUK 1-5. kesalahan. Ibu N mengaku sudah Memberikan menggunakan pesan saya reinforcement positif walaupun kadang-kadang pada keluarga pada sering lupa menggunakan setiap jawaban yang pesan kamu. diberikan. Ketika berkomunikasi menggunakan pesan kamu Merencanakan anak L mau mendengarkan kegiatan berikutnya terlebih dahulu dan tidak yaitu mengulang balik marah. Daia hanya kembali tentang bilang “iya” pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung O : jawab. Keluarga mengatakan remaja adalah masa transisi atau pubertas dan perkembangan menuju dewasa.. Keluarga menyebutkan perubahan fisik yang terjadi pada remaja adalah payudara membesar, pertumbuhan rambut diketiak dan alat kelamin, serta pinggul membesar dan jerawat. Keluarga dapat menyebutkan perubahan mental yang terjadi pada remaja menentang/membangkang orang orang tua. Keluarga dapat menyebutkan perubahan sosial yang terjadi pada remaja adalahlebih suka bermain dengan temannya
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
TTD
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
dari pada dirumah. Keluarga dapat menyebutkan bahwa permasalahan fisik pada remaja adalah jerawat, kegemukan dan kurang darah. Keluarga dapat menyebutkan bahwa permasalahan mental/jiwa pada remaja adalah mudah terpengaruh temannya dan krisis identitas. Keluarga dapat menyebutkan permasalahan sosial pada remaja adalah memakai narkoba, sering menentang orang tua, tawuran, dan merokok. Keluarga dapat menyebutkan cara komunikasi efektif yaitu menggunakan pesan saya “ mama merasa khawatir ketika kamu pulang malam dan tidak memberikan kabar, mama takut kamu terjadi sesuatu jadi kalau kamu pulang malam mama harap kamu memberikan kabar. Keluarga dapat memberikan contoh modifikasi lingkungan yaitu kondisi lingkungan yang kondusif/makan bersama. Maka bersama sudah mulai diterapkan tetapi belum bisa kumpul semua dan hanya kadang-kadang. Keluarga dapat menyebutkan manfaat dari fasilitas kesehatan dan dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas, dokter dan rumah sakit. A: TUK 1-5 tercapai P: Memotivasi keluarga untuk terus menggunakan komunikasi efektif.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
Tanggal 19/06/13 Pukul 11.00
Diagnosa Implementasi Perilaku 1. Mengucapkan salam kesehatan dan menanyakan cenderung keadaan keluarga berisiko khusunya keluhan pada terhadap kesehatan masalah pada hari ini. kenakalan remaja 2. Menjelaskan tujuan pada anak kunjungan hari ini, L yaitu mengulang kembali tentang pergaulan bebas dan bertanggung jawab serta menolak assertif 45 menit. 3. Dengan menggunakan lembar balik, keluarga dan mahasiswa berdiskusi tentang : a. Pengertian pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab. b. Contoh dari pergaulan bebas dan pergaulan bertanggung jawab. c. Penyebab dari pergaulan bebas/kenakalan remaja. d. Ciri-ciri remaja yang sudah melakukan kenakalan remaja. e. Dampak dari pergaulan bebas/kenakalan remaja. f. Cara pencegahan agar anak tidak terjebak pergaulan bebas/kenakalan remaja.
Evaluasi (SOAP) S: Keluarga mengatakan bahwa tidak ada keluhan khusus hari ini. Keluarga mengatakan bahwa anak L kalau bermain sudah mulai minta ijin terlebih dahulu dan pulang sesuai waktunya. Anak L mau melaksanakan tanggung jawabnya untuk membantu mebersihkan rumah. Sudah jarang nongkrong kalau malam Ibu N mengucapkan terima kasih atas informasi yang diberikan selama ini dan meinta maaf jika selam ini ada kesalahan. O: Keluarga mengatakan pergaulan bebas adalah pergaulan yangtidak sesuai dengan peraturan sedangkan pergaulan bertanggung jawab adalah pergaulan yang sesuai dengan peraturan yang ada. Keluarga mampu menyebutkancontoh pergaulan bebas/kenakalan remaja yaitu merokok, berpacaran yang tidak tahu aturan, narkoba, dan nongkrong pada malam hari Sedangkan contoh dari pergaulan yang bertanggung jawab adalah belajar kelompok dan mengaji, Keluarga dapat menyebutkan penyebab dari pergaulan bebas/kenakalan remaja adalah teman sebaya yang tidak baik, orang tua terlalu keras atau tidak ada pengawasan dari orang tua, remaja kurang mendapat
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
TTD
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
g. Cara menolak assertif h. Cara modifikasi lingkungan. i. Fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi. 4. Menanyakan kembali kepada keluarga hal yang sudah didiskusikan. 5. Memberikan reinforcement positif terhadap setiap jawaban yang diberikan 6. Melakukan terminasi dan memotivasi keluarga untuk selalu melakukan pengawasan terhadap anaknya dan melakukan komunikasi efektif. Selain itu, bergaul sesuai aturan.
informasi. Keluarga menyebutkan ciriciri seorang remaja berisiko pergaulan bebas/kenakalan remaja yaitu sering pulang terlambat tanpa alasan yang jelas, suka membangkang orang tua , dan suka bermain tanpa berpamitan serta suka marah-marah kalau ditanyai orang tua dari mana dan dengan siapa. Keluarga dapat menyebutkan dampak dari pergaulan bebas/kenakalan remaja yaitu Sulit berkonsentrasi dalam belajar, tidak anik kelas, dapat tertular penyakit infeksi (HIV/AIDS), hamil diluar nikah, masa depan suram. Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan yaitu Bergaul dengan teman yang baik, dapat menolak ajakan teman yang kurang baik dan adanya pengawasan dari orang tua. Anak L menyebutkan cara menolak assertif yaitu menolak dengan tegas tetapi bahasa sopan. Anak L dapat mempraktekkan cara menolak assertif yaitu“ terima kasih, tapi aku harus segera pulang”. Keluarga dapat menyebutkan modifikasi lingkungan yaitu lingkungan keluarga yang nyaman dan anak diberikan tanggung jawab sehingga tidak bermain terus. Keluarga dapat menyebutkan manfaat dar fasilitas kesehatan dan dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu puskesmas, rumah sakit, dan dokter.
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 5-Catatan Perkembangan
A: TUK 1-5 tercapai P: Melakukan terminasi Memotivasi keluarga untuk terus melakukan komunikasi efektif dan melakukan pengawasan terhadap anaknya serta tidak bergaul dengan teman yang tidak baik serta tidak mudah terpengaruh..
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 6-Evaluasi Sumatif
Nama Mahasiswa
: Sudarti
NPM
: 0806457363
FORMAT EVALUASI SUMATIF ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa 1: Ketidakefektifan koping pada keluarga bapak E
No
RESPON KELUARGA
HASIL Ya
1
Keluarga mampu menyebutkan pengertian remaja adalah masa transisi atau pubertas dan perkembangan menuju dewasa.. Keluarga menyebutkan perubahan fisik yang terjadi pada remaja adalah payudara membesar, pertumbuhan rambut diketiak dan alat kelamin, serta pinggul membesar dan jerawat. Keluarga dapat menyebutkan perubahan mental yang terjadi pada remaja menentang/membangkang orang orang tua. Keluarga dapat menyebutkan perubahan sosial yang terjadi pada remaja adalahlebih suka bermain dengan temannya dari pada dirumah.
v
3
Keluarga dapat menyebutkan bahwa permasalahan mental/jiwa pada remaja adalah mudah terpengaruh temannya dan krisis identitas. Keluarga dapat menyebutkan permasalahan sosial pada remaja adalah memakai narkoba, sering menentang orang tua, tawuran, dan merokok.
v
4
Keluarga dapat menyebutkan cara komunikasi efektif yaitu menggunakan pesan saya “ mama merasa khawatir
v
2
Tidak
v
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Modifikasi intervensi
Lampiran 6-Evaluasi Sumatif
5
6
ketika kamu pulang malam dan tidak memberikan kabar, mama takut kamu terjadi sesuatu jadi kalau kamu pulang malam mama harap kamu memberikan kabar. Keluarga dapat memberikan contoh modifikasi lingkungan yaitu kondisi lingkungan yang kondusif/makan bersama. Makan bersama sudah mulai diterapkan tetapi belum bisa kumpul semua dan hanya dilakukan kadangkadang.
Keluarga dapat menyebutkan manfaat dari fasilitas kesehatan dan dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yaitu puskesmas, dokter dan rumah sakit.
v
v
Diagnosa 2 : perilaku kesehatan cenderung berisiko:kenakalan remaja pada anak L
No
RESPON KELUARGA
HASIL Ya
1
Keluarga mengatakan pergaulan bebas adalah pergaulan yangtidak sesuai dengan peraturan sedangkan pergaulan bertanggung jawab adalah pergaulan yang sesuai dengan peraturan yang ada.
v
2
Keluarga mampu menyebutkan contoh pergaulan bebas/kenakalan remaja yaitu merokok, berpacaran yang tidak tahu aturan, narkoba, dan nongkrong pada malam hari Sedangkan contoh dari pergaulan yang bertanggung jawab adalah belajar kelompok dan mengaji.
v
3
Keluarga dapat menyebutkan penyebab dari pergaulan bebas/kenakalan remaja adalah teman sebaya yang tidak baik,
v
Tidak
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Modifikasi intervensi
Lampiran 6-Evaluasi Sumatif
4
orang tua terlalu keras atau tidak ada pengawasan dari orang tua, remaja kurang mendapat informasi. Keluarga menyebutkan ciri-ciri seorang remaja berisiko pergaulan bebas/kenakalan remaja yaitu sering pulang terlambat tanpa alasan yang jelas, suka membangkang orang tua , dan suka bermain tanpa berpamitan serta suka marah-marah kalau ditanyai orang tua dari mana dan dengan siapa.
v
5
Keluarga dapat menyebutkan dampak dari pergaulan bebas/kenakalan remaja yaitu Sulit berkonsentrasi dalam belajar, tidak anik kelas, dapat tertular penyakit infeksi (HIV/AIDS), hamil diluar nikah, masa depan suram.
v
6
Keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan yaitu Bergaul dengan teman yang baik, dapat menolak ajakan teman yang kurang baik dan adanya pengawasan dari orang tua.
v
7
Anak L menyebutkan cara menolak assertif yaitu menolak dengan tegas tetapi bahasa sopan. Anak L dapat mempraktekkan cara menolak assertif yaitu“ terima kasih, tapi aku harus segera pulang”.
v
8
Keluarga dapat menyebutkan modifikasi lingkungan yaitu lingkungan keluarga yang nyaman dan anak diberikan tanggung jawab sehingga tidak bermain terus.
v
9
Keluarga dapat menyebutkan manfaat dar fasilitas kesehatan dan dapat menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu puskesmas, rumah sakit, dan dokter.
v
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 6-Evaluasi Sumatif
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Lampiran 7-Tingkat Kemandirian Keluarga
Nama Mahasiswa
: Sudarti
NPM
: 0806457363
Tingkat Kemandirian Keluarga Bapak E (42 tahun) NO 1
KRITERIA Keluarga menerima petugas kesehatan
YA
TIDAK
v
PEMBENARAN Keluarga menerima kedatangan mahasiswa dengan senang hati dan penerimaan baik
2
Keluarga menerima pelayanan
v
kesehatan sesuai rencana
Keluarga menerima pelayanan kesehatan yang sudah direncanakan mahasiswa
3
Keluarga menyatakan masalah
v
kesehatan secara benar
Keluarga mengatakan bahwa mereka jarang berkomunikasi dengan anaknya sehingga anaknya tertutup terhadap mereka. Selain itu, mereka juga mengaku bahwa anak L lebih suka bermain dengan teman-temannya dan kadang “nongkrong” pada malam hari.
4
Keluarga memanfaatkan fasilitas
v
kesehatan sesuai anjuran
Keluarga melakukan cek ke kliknik atau ke rumah sakit saat ada anggota keluarganya ada yang sakit dan semakin parah.
5
Keluarga melaksanakan perawatan
v
sederhana sesuai anjuran
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
Keluarga mampu melakukan komunikasi
Lampiran 7-Tingkat Kemandirian Keluarga
efektif dan anak L dapat mempraktekkan menolak assertif jika diajak temannya hal yang tidak baik. 6
Keluarga melaksanakan tindakan
v
Ibu N sudah memberikan
pencegahan secara aktif
perhatian dan pengawasan terhadap pergaulan anak L
7
Keluarga melaksanakan tindakan
v
promotif secara aktif
Keluarga belum mampu untuk menularkan informasi yang diperoleh kepada orang lain.
Kesimpulan:
Keluarga Bapak E berada pada tahap kemandirian tingkat III
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013
BIODATA MAHASISWA
1.
Nama Lengkap
: Sudarti
2.
Agama
: Islam
3.
Tempat/Tgl Lahir
: Purworejo, 01 Januari 1990
4.
Suku
: Jawa
5.
Alamat
: Borowetan RT 04 RW II, Banyuurip, Purworejo 54171
6.
Hp
: 085697036729
7.
Email
:
[email protected]
8.
Riwayat Pendidikan
:
a. TK Pertiwi
(1995-1996)
b. SDN Borowetan
(1996-2002)
c. SMPN 1 Purworejo
(2002-2005)
d. SMAN 1 Purworejo
(2005-2008)
e. Fakultas Ilmu Keperawatan UI (Sarjana)
(2008-2012)
f. Fakultas Ilmu Keperawatan UI (Profesi)
(2012-2013)
Asuhan keperawatan ..., Sudarti, FIK UI, 2013