UNIVERSITAS INDONESIA
PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT GENERIK MELALUI ANALISIS ABC INDEKS KRITIS DI SEKSI LOGISTIK PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH TAHUN 2012
SKRIPSI
MEGA DEWANTY 0806336532
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT DEPOK JULI 2012
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT GENERIK MELALUI ANALISIS ABC INDEKS KRITIS DI SEKSI LOGISTIK PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
MEGA DEWANTY 0806336532
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT DEPOK JULI 2012
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Mega Dewanty
Alamat
: Perumahan Taman Mulia Jalan Mawar Nomor 84 Jimbaran - Kuta, Bali
E-mail
:
[email protected]
Tempat Tanggal Lahir
: Denpasar, 18 Maret 1991
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:
TK ABA
Tahun 1995-1997
SD Muhammadiyah I Denpasar
Tahun 1997-2002
SMP Negeri 4 Denpasar
Tahun 2002-2005
SMA Negeri 4 Denpasar
Tahun 2005-2008
FKM UI Peminatan Manajemen Rumah Sakit
Tahun 2008-2012
v Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah.. Segala puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, berkah serta hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat merampungkan skripsi yang berjudul “Pengendalian Persediaan Obat Generik Melalui Analisis ABC Indeks Kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kendala yang ditemui. Namun, berkat doa, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak peneliti akhirnya dapat melaluinya. Untuk itu, pada kesempatan ini ijinkanlah peneliti untuk mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Kurnia Sari, SKM, MSE selaku Dosen Pembimbing Akademik peneliti yang sangat baik, serta selalu bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi masukan-masukan yang sangat berharga agar peneliti dapat mengerjakan skripsi ini dengan baik. 2. Ibu Surya Fitri, S.si, Apt, MM selaku Penguji sekaligus Pembimbing Lapangan peneliti yang senantiasa meluangkan waktunya untuk menguji, mengoreksi, serta memberikan penilaian dan masukan terhadap skripsi ini. 3. Prof. dr. Anhari Achadi, SKM, Dsc selaku Dosen Penguji dari FKM-UI yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menguji, memberikan penilaian, serta masukan-masukan yang berharga terhadap skripsi ini. 4. Seluruh staf Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, terutama staf Bagian Logistik dan Dokter-Dokter yang menjadi informan. Terima kasih atas sikap yang kooperatif dan membantu untuk kelancaran penelitian ini. 5. Kedua orang tua tercinta, Marwan Idris dan Luh Priyani. Terima kasih atas doamu di setiap malam, dukungan, kasih sayang dan cintamu kepadaku. I love u so much, ma, pa... vi Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
6. Kedua adik tercinta, Randy Dewangga Idris dan Rivandy Rahman Idris yang selalu menghibur dan memberi semangat untuk peneliti. Mba Ega doakan kalian selalu sukses yaa.. Love u.. 7. Seluruh keluarga, Tante Mang Wik, Om Tut Budi, Enin, Tante Atik, dan yang lain, baik yang ada di Bali, Sunter, Bandung, yang selalu memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang kepada peneliti. 8. Rifaudi Hidayanto, SKM yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk setia menemani. Terima kasih atas segala doa, bantuan, dukungan, perhatian, dan semangat yang selalu kamu berikan. Love u... Sukses! 9. Teman-teman terdekat, terutama Putri Dina Rusdi, SKM yang berjasa membantu tahap finishing, Desesri Ralifia, S.Kom, Gusni Rahma, SKM, Kiki Yunianti, SKM, Dela Aptika Gusani, SKM, Tiagita Sasmita, SKM, Hafizah. Terima kasih atas segala perhatian, kasih sayang yang kalian berikan buatku. Semoga kita semua sukses yaa, amin… 10. Seluruh teman-teman FKM UI angkatan 2008, terutama teman-teman Peminatan MRS. Terima kasih telah mengisi hari-hari peneliti selama perkuliahan.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat peneliti harapkan untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Depok, 12 Juli 2012
Mega Dewanty
vii Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
ABSTRAK Nama : Mega Dewanty Program Studi: Sarjana Kesehatan Masyarakat Judul : Pengendalian Persediaan Obat Generik Melalui Analisis ABC Indeks Kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Tahun 2012 Pelayanan farmasi merupakan salah satu pelayanan yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit, sehingga perbekalan farmasi terutama obat memerlukan pengelolaan dengan konsep manajemen logistik yang bermutu. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai proses pengendalian persediaan obat generik dengan menggunakan metode analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan 6 orang informan dan operational research dengan 6 orang user (dokter). Hasil penelitian menunjukkan kelompok A indeks kritis terdiri atas 7 item (4,19%) dengan nilai investasi Rp615.646.911,(15,22%) dan jumlah pemakaian 540.374 (20,91%). Kelompok B terdiri atas 101 item (60,48%) dengan nilai investasi Rp3.296.055.432,- (81,48%) dan pemakaian sebanyak 1.852.301 (71,68%). Kelompok C terdiri atas 59 item (35,33%) dengan nilai investasi Rp133.541.081 (3,3%) dan pemakaian 191.416 (7,41%). Pada kelompok A indeks kritis economic order quantity (EOQ) menghasilkan besar bervariasi antara 373 – 5741 yang terdiri atas jenis tablet, kapsul, dan injeksi. Sementara, reorder point (ROP) bervariasi antara 82 – 362. Kata Kunci
: Pengendalian Persediaan, Obat Generik, ABC Indeks Kritis
ix Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
ABSTRACT
Name : Mega Dewanty Study Program : Bachelor of Public Heath Title : Inventory Control of Generic Drugs using Analysis ABC Critical Index at Pharmaceutical Logistics Islamic Jakarta Cempaka Putih Hospital in 2012 Pharmaceutical services has an important role in determining the quality of health service in the hospital, so that good logistic management concept for pharmaceutical supplies especially drugs, is required. The objective of this research is to describe an inventory control process of generic drugs using analysis of ABC critical index at Pharmaceutical Logistics of Islamic Jakarta Cempaka Putih Hospital in 2012. This research used qualitative approach with in depth interview with six participants and operational research from six users (doctors). The results showed that the group A critical index comprised of seven items (4.19%) with an investment of Rp 615.646.911,- (15.22%) and the usage of 540.374 (20.91%). Group B consisted of 101 items (60.48%) with an investment of Rp 3.296.055.432,- (81.48%) and the usage of 1.852.301 (71.68%). Group C consisted of 59 items (35.33%) with an investment of Rp 133.541.081,- (3.3%) and the usage of 191.416 (7.41%). In group A critical index, economic order quantity (EOQ) varied between 337 and 5741 consisting of tablets, capsules, and injections. Meanwhile, reorder point (ROP) varies between 82 and 362. Keywords
: Inventory Control, Generic Drugs, ABC Critical Index
x Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ..................................................................... vi DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................v KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 7 1.3 Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 8 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 9 1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................9 1.4.2 Tujuan Khusus ......................................................................9 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 10 1.5.1 Bagi Rumah Sakit ...............................................................10 1.5.2 Bagi Peneliti........................................................................10 1.6 Ruang Lingkup ............................................................................. 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................12 2.1 Manajemen Logistik ..................................................................... 12 2.1.1 Pengertian Manajemen Logistik .........................................12 2.1.2 Tujuan Manajemen Logistik ...............................................12 2.1.3 Fungsi Manajemen Logistik ...............................................13 2.1.4 Peran Manajemen Logistik di Rumah Sakit .......................17 2.2 Manajemen Persediaan .................................................................. 21 2.2.1 Definisi dan Manfaat Persediaan ........................................21 2.2.2 Jenis-Jenis Persediaan .........................................................22 2.2.3 Biaya-Biaya persediaan ......................................................23 2.2.4 Sistem Pengisian Kembali Persediaan ................................24 2.3 Pengendalian Persediaan ............................................................... 25 2.3.1 Definisi dan Tujuan Pengendalian Persediaan ...................25 2.3.2 Metode Pengendalian Persediaan .......................................27 2.3.2.1 Analisis ABC ..........................................................27 2.3.2.2 Analisis ABC Indeks Kritis ....................................32 2.3.2.3 Economic Order Quantity (EOQ) ...........................34 2.3.2.4 Reorder Point (ROP) ..............................................36 xi Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 3 ALUR PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ................................................. 38 3.1 Kerangka Teori .................................................................................. 38 3.2 Alur Pikir ............................................................................................ 42 3.3 Definisi Istilah .................................................................................... 43 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian ............................................................................... 46 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 46 4.3 Informan Penelitian ............................................................................ 46 4.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 47 4.5 Instrumen Penelitian ........................................................................... 48 4.6 Validitas Data ..................................................................................... 48 4.7 Pengolahan Data ................................................................................. 49 4.7.1 Penelitian Kualitatif ................................................................ 49 4.7.2 Penelitian Operasional ............................................................ 50 4.8 Analisis Data ...................................................................................... 52 4.9 Penyajian Data .................................................................................... 52 BAB 5 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH ................................................................................................. 53 5.1 Sejarah RSIJ Cempaka Putih ............................................................ 53 5.2 Profil RSIJ Cempaka Putih ................................................................. 56 5.3 Falsafah, Visi, Misi, Motto, dan Tujuan RSIJ Cempaka Putih .......... 56 5.3.1 Falsafah RSIJ Cempaka Putih ................................................ 57 5.3.2 Visi RSIJ Cempaka Putih ...................................................... 57 5.3.3 Misi RSIJ Cempaka Putih....................................................... 57 5.3.4 Motto RSIJ Cempaka Putih .................................................... 57 5.4 Struktur Organisasi RSIJ Cempaka Putih........................................... 58 5.5 Ketenagaan RSIJ Cempaka Putih ....................................................... 59 5.6 Fasilitas Pelayanan RSIJ Cempaka Putih ........................................... 60 5.6.1 Pelayanan Medis ..................................................................... 60 5.6.2 Pelayanan Medis Khusus ........................................................ 63 5.6.3 Pelayanan Penunjang Medis ................................................... 64 5.6.4 Pelayanan Umum .................................................................... 65 5.7 Kinerja Pelayanan RSIJ Cempaka Putih ............................................ 66 5.8 Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih ................................................ 68 5.8.1 Visi dan Misi Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih ............. 68 5.8.2 Tujuan, Fungsi, dan Sasaran Mutu Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih ........................................................................ 69 5.8.3 Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih ............................................................... 70 5.8.4 Ketenagaan Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih ........................................................................ 76 5.8.5 Program Kerja Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih ............ 76 xii Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Informan ..................................................................... 81 6.1.1 Penelitian Kualitatif ............................................................... 81 6.1.2 Penelitian Operasional ........................................................... 82 6.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 83 6.2.1 Pengendalian Persediaan Obat di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih............................................... 83 6.2.2 Analisis ABC Pemakaian ...................................................... 91 6.2.3 Analisis ABC Investasi .......................................................... 92 6.2.4 Analisis ABC Indeks Kritis ................................................... 93 6.2.5 EOQ Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis ..................... 95 6.2.6 ROP Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis ................... 100 BAB 7 PEMBAHASAN 7.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 102 7.2 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 102 7.2.1 Pengendalian Persediaan Obat di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih............................................. 102 7.2.2 Analisis ABC Pemakaian .................................................... 111 7.2.3 Analisis ABC Investasi ........................................................ 113 7.2.4 Analisis ABC Indeks Kritis ................................................. 114 7.2.5 EOQ Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis ................... 116 7.2.6 ROP Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis ................... 117 BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan ........................................................................................ 119 8.2 Saran .................................................................................................. 120 8.2.1 Untuk RSIJ Cempaka Putih ................................................. 120 8.2.2 Untuk Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan ....................... 121 DAFTAR REFERENSI ....................................................................................... 122
xiii Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 7.1
Gambar 7.2
Gambar 7.3
Gambar 5.7
Siklus Logistik ................................................................................13 Logistik di Rumah Sakit ................................................................ 20 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan ........................26 Siklus Logistik ............................................................................... 38 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan ........................39 Teknik Pengendaian Persediaan .....................................................40 Metode pengendalian persediaan dengan analisis ABC indeks kritis ...........................................................................41 Alur Pikir .......................................................................................43 Logo RSIJ Cempaka Putih .............................................................56 Trend Jumlah Pasien Rawat Jalan dan Rawat InapRSIJ Cempaka Putih Tahun 2009 s/d 2011 .............................67 Struktur Organisasi Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih ...............................................................................................72 Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Periode Januari 2011 s/d Februari 2012............................................................................... 112 Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Investasi Periode Januari 2011 s/d Februari 2012................................................................................113 Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 ..........................................................................115 Struktur Organisasi Bagian Pemasaran Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih ........................................................77
xv Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Perbandingan Jumlah dan Nilai Pembelian Persediaan Perbekalan Kesehatan Tahun 2011 .....................................5 Tabel 2.1 Analisis ABC ..................................................................................... 29 Tabel 2.2 Kebijaksanaan Manajemen Inventori Berdasarkan Klasifikasi ABC ..................................................................................31 Tabel 2.3 Nilai Kritis Rata-Rata ..........................................................................33 Tabel 3.1 Definisi Istilah .....................................................................................43 Tabel 5.1 Ketenagaan RSIJ Cempaka Putih Berdasarkan Status Hubungan Kerja dan Jenis Kelamin ....................................................59 Tabel 5.2 Fasilitas Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Kelas dan Paviliun RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012 ........................................62 Tabel 5.3 Indikator Pelayanan RSIJ Cempaka Putih Tahun 2009 s/d 2011 .................................................................................................... 66 Tabel 5.4 Ketenagaan Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012 ............................................................... 76 Tabel 5.5 Program Kerja Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012 ....................................................................................................77 Tabel 6.1 Karakteristik Informan ....................................................................... 82 Tabel 6.2 Karakteristik User .............................................................................. 82 Tabel 6.3 Pembelian Keluar Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 ............... 89 Tabel 6.4 Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 .......................... 91 Tabel 6.5 Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Investasi Periode Januari 2011 s/d Februari 2012.............................. 92 Tabel 6.6 Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 ....................... 94 Tabel 6.7 Obat Generik Kelompok A Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis ....................................................................................... 94 Tabel 6.8 Biaya Pemesanan Setiap Kali Pesan .................................................. 98 Tabel 6.9 Biaya Penyimpanan Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis...........99 Tabel 6.10 Hasil Perhitungan EOQ Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 ................................... 99 Tabel 6.11 Hasil Perhitungan ROP Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 ..................................101 Tabel 7.1 Pembelian ke Luar Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 ............ 108 Tabel 7.2 Obat Generik Kelompok A Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis ..................................................................................... 116 Tabel 7.3 EOQ Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 ........................................................ 117 Tabel 7.4 ROP Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 .........................................................118
xiv Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11
Struktur Organisasi RS Islam Jakarta Cempaka Putih Pertanyaan Wawancara Mendalam Pedoman Wawancara Mendalam Matriks Hasil Wawancara Mendalam Contoh Kuesioner Nilai Kritis Obat Generik Hasil Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan ABC Pemakaian Hasil Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan ABC Investasi Nilai Kritis Obat Generik Hasil Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan ABC Indeks Kritis Nama Obat Kelompok B Indeks Kritis Nama Obat Kelompok C Indeks Kritis
xvi Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat (UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan). Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif adalah rumah sakit. Hal ini sesuai dengan pengertian rumah sakit menurut UU RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, yaitu rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Rumah sakit memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Peranannya semakin menonjol saat ini seiring dengan perkembangan pola penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta peningkatan keadaan sosial ekonomi masyarakat yang menuntut adanya pelayanan kesehatan yang optimal. Tuntutan tersebut bertambah berat dalam menghadapi era pasar bebas saat ini, yaitu dengan masuknya kompetitor rumah sakit dengan modal asing ke dalam negeri (Aditama, 2000). Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia pun semakin meningkat pesat. Berdasarkan data Pusdatin Kemenkes (2011), diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 1.523, sedangkan hingga Juli 2011 diketahui jumlah rumah sakit meningkat menjadi 1.686. Hal ini berarti dalam kurun waktu sekitar 16 bulan bertambah 163 rumah sakit, sehingga rata1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
2
rata setiap bulannya ada 10 rumah sakit baru. Dari total 1.686 rumah sakit, diantaranya 733 rumah sakit pemerintah dan 953 rumah sakit swasta. Hal tersebut menimbulkan persaingan ketat antar rumah sakit dalam mendapatkan pasar pelayanan kesehatan. Ditengah tuntutan dan persaingan tersebut, maka mutu pelayanan kesehatan (quality of health care) menjadi tuntutan mutlak yang harus dipenuhi rumah sakit. Mutu akan menjadi kriteria utama bagi customer dalam memilih rumah sakit, dalam suasana persaingan yang tajam. Oleh karena itu, profesionalisme dalam manajemen dan pelayanan harus selalu ditingkatkan (Jacobalis, 1989). Salah satu pelayanan di rumah sakit dalam menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan farmasi. Hal tersebut diperjelas dalam SK Menteri Kesehatan No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan rumah sakit secara keseluruhan yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat (SK Menkes RI No.1197/Menkes/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit). Instalasi farmasi merupakan unit di rumah sakit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan mendistribusikannya kepada pasien, bertanggung jawab atas semua barang farmasi yang beredar dirumah sakit serta terhadap pemberian informasi obat yang siap pakai bagi petugas maupun pasien (Aditama, 2000). Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, pelayanan kefarmasian harus menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau. Instalasi farmasi memiliki peran yang vital di rumah sakit, yaitu bersifat fungsional dan terkait dengan pelayanan-pelayanan lain di rumah sakit. Hal ini dikarenakan hampir seluruh pelayanan yang diberikan kepada pasien di rumah sakit memerlukan sediaan farmasi dan/atau perbekalan kesehatan. Perbekalan kesehatan merupakan semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, meliputi sediaan farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional, kosmetika), alat kesehatan, dan perbekalan lainnya (Siregar & Amalia, 2003). Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
3
Selain itu, instalasi farmasi memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap ekonomi dan biaya operasional rumah sakit. Menurut Aditama (2000), persediaan barang yang harus disediakan di rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi persediaan farmasi, persediaan makanan, persediaan logistik umum dan teknik. Namun, biaya rutin terbesar di rumah sakit terdapat pada pengadaan persediaan farmasi, salah satunya adalah obat. Menurut Depkes RI (2008), biaya yang diserap untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit. Di banyak negara berkembang, belanja obat di rumah sakit dapat menyerap sekitar 40-50% biaya keseluruhan rumah sakit. Selain itu, Yusmainita dalam Suciati (2006) juga menyebutkan bahwa pelayanan farmasi merupakan revenue center utama rumah sakit. Hal tersebut dikarenakan lebih dari 90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi, meliputi obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, alat kesehatan habis pakai, alat kedokteran, dan gas medik. Serta 50% dari seluruh pendapatan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Melihat besarnya kontribusi instalasi farmasi terhadap kelancaran pelayanan di rumah sakit serta instalasi farmasi merupakan komponen biaya sekaligus memberikan sumber pendapatan terbesar bagi rumah sakit, maka perbekalan farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab. Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit (Depkes RI, 2008). Pengelolaan perbekalan farmasi tidak terlepas dari konsep umum manajemen logistik, yang unsur-unsurnya meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian yang selamat dan aman, hingga pengendalian persediaan yang teliti (Aditama, 2000). Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting adalah pengendalian persediaan
(inventory
control).
Persediaan
(inventory)
ditujukan
untuk
mengantisipasi kebutuhan permintaan. Persediaan menurut Bowersox (1995) merupakan salah satu daerah keputusan yang paling riskan dalam manajemen logistik, dimana komitmen terhadap persediaan merupakan pusat dari operasi logistik. Menurut Andalusia (1999), pengelolaan persediaan yang efisien adalah tersedianya barang-barang dalam jumlah yang optimum. Persediaan barang tidak Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
4
boleh berlebih. Hal ini dikarenakan penumpukan barang di gudang akan mengakibatkan kerugian karena adanya investasi yang terhenti dan menimbulkan biaya penyimpanan (holding cost) yang tinggi. Namun, juga tidak boleh terjadi kekurangan persediaan yang dapat mengakibatkan kehilangan pendapatan karena tertundanya pelayanan. Oleh karena itu, manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada dapat menjamin kelancaran produksi, dan dengan total cost seminimal mungkin. Menurut Rangkuti (1996), teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan dan kapan saatnya dilakukan pemesanan kembali. Namun, sebelumnya perlu dilakukan klasifikasi persediaan yang berguna untuk memfokuskan perhatian manajemen terhadap jenis barang yang paling penting yang terdapat dalam persediaan. Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Cempaka Putih merupakan rumah sakit swasta tipe B utama yang bernafaskan Islami dalam memberikan pelayanannya. Dalam
menjalankan
peranannya
untuk
meningkatkan
derajat
kesehatan
masyarakat melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, RSIJ Cempaka Putih juga dituntut untuk memberikan pelayanan yang optimal. Peran tersebut cukup dijalankan dengan baik yang dibuktikan dengan penilaian mutu berupa sertifikat akreditasi 16 pelayanan secara lengkap yang dimiliki serta dua sertifikat ISO lainnya. Hal ini tentu didapatkan melalui komitmen seluruh komponen rumah sakit untuk memberikan kinerja dan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Salah satu bagian yang turut berperan dalam terselenggaranya pelayanan yang bermutu adalah Bagian Logistik. Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih bertanggung jawab terhadap tersedianya berbagai kebutuhan barang dan bahan yang diperlukan dalam memberikan pelayanan kepada pasien, terutama barang perbekalan kesehatan. Kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pengendalian perbekalan kesehatan dilakukan oleh Bagian Logistik, khususnya oleh Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan (Perbekes). Sebelumnya, fungsi ini berada di bawah Bagian Farmasi, namun pada Januari 2007 diberlakukan kebijakan sentralisasi pengadaan menjadi satu pintu oleh Bagian Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
5
Logistik, yang terdiri dari Seksi Logistik Umum & Investasi yang mengelola barang perbekalan umum dan investasi dan Seksi Logistik Perbekes yang mengelola barang perbekalan kesehatan. Berdasarkan Program Kerja Anggaran Pendapatan & Belanja Bagian Logistik tahun 2012, diketahui bahwa nilai pengadaan atau pembelian barang perbekalan kesehatan pada tahun 2011 adalah sebesar 86,1 %, sedangkan barang perbekalan umum (ART, ATK, BMK, BMS, material bangunan, listrik, linen, dan barang cetakan) hanya sebesar 13,9%. Nilai pembelian perbekalan kesehatan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yaitu sebesar 5,51%. Perbekalan kesehatan yang dikelola terdiri dari tiga jenis, yaitu obat, reagensia, dan alat kesehatan operasional. Berdasarkan Laporan Pengadaan & Pengelolaan Perbekes tahun 2011, diketahui bahwa obat memiliki jumlah terbanyak dan nilai pembelian terbesar.
Tabel 1.1. Perbandingan Jumlah dan Nilai Pembelian Persediaan Perbekalan Kesehatan Tahun 2011 Jenis Perbekalan Jumlah Item % Jumlah % Nilai Pembelian
No.
Kesehatan
Item
1.
Obat
3424
78.93
75.81
2.
Alat Kesehatan
602
13.88
11.46
3.
Reagensia
312
7.19
12.73
4338
100
100
Total
Sumber: Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012 (Telah diolah kembali)
Data di atas menunjukkan bahwa obat merupakan sebagian besar jenis persediaan perbekalan kesehatan yang dimiliki serta pembelian rutin yang menyerap nilai investasi terbesar dibandingkan jenis perbekalan kesehatan lain, yaitu sebesar 75,81% dari total pembelian barang perbekalan kesehatan selama satu tahun terakhir. Hal ini menunjukkan perlunya suatu pengelolaan yang baik terhadap persediaan obat di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan. Saat ini metode pengendalian persediaan yang digunakan di Seksi Logistik Perbekes untuk menentukan tingkat persediaan yang optimal adalah metode standar minimum-maksimum. Standar minimum-maksimum merupakan batas Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
6
persediaan minimum dan maksimum yang ditetapkan untuk disediakan di Gudang Logistik Perbekes berdasarkan data historis pemakaian. Standar tersebut ditentukan berdasarkan jumlah pemakaian atau permintaan dari Bagian Farmasi selama periode sebelumnya, dimana jumlah pemakaian tersebut dijadikan data jumlah pemakaian per bulan untuk setiap item obat. Setengah dari jumlah pemakaian per bulan tersebut menjadi standar maksimum persediaan untuk bulan berikutnya. Standar minimum adalah untuk 1 minggu persediaan dan standar maksimum adalah untuk 2 minggu persediaan. Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur di Seksi Logistik Perbekes, diperoleh informasi bahwa standar minimum-maksimum tersebut belum diupdate atau dievaluasi secara rutin dan berkala. Sehingga, penentuan jumlah kebutuhan menjadi tidak akurat terutama pada saat terjadi peningkatan kasus atau perubahan pola peresepan obat oleh dokter. Berdasarkan Laporan Pengadaan & Pengelolaan Perbekes tahun 2011, diketahui frekuensi pembelian perbekalan kesehatan di luar prosedur rutin pada tahun 2011 adalah sebanyak 45 kali dengan total pembelian Rp28.423.922,- dimana jumlah ini meningkat 32,35% dari tahun sebelumnya. Pembelian berulang atau pembelian kecil-kecilan tentu tidak efisien terhadap pekerjaan maupun biaya yang ditimbulkan. Selain itu, pembelian kecil-kecilan tersebut juga dipengaruhi oleh pola peresepan obat oleh dokter yang tidak menentu, sehingga perilaku obat menjadi berubah-ubah. Hal ini terkait dengan implementasi standarisasi obat atau formularium rumah sakit yang belum diterapkan dengan optimal. Terkait evaluasi obat, berdasarkan data obat tidak laku (OTL) di Seksi Logistik Perbekes, diperoleh informasi bahwa pada periode 2011 terdapat 35 item OTL dengan nilai sebesar Rp 6.051.180,- dimana hingga Januari 2012 telah terjual atau berhasil diretur sebanyak 23 item, sehingga sisa OTL hingga akhir januari 2012 adalah 13 item dengan nilai Rp 1.710.378,- . Sedangkan, obat slow moving periode Oktober 2011 hingga Maret 2012 terdiri dari 88 item. Selain itu, di Seksi Logistik Perbekes belum pernah dilakukan metode pengendalian persediaan obat melalui pengklasifikasian persediaan obat untuk memudahkan pengawasan. Hal ini perlu dilakukan karena jumlah persediaan obat di Gudang Logistik Perbekes sangat banyak, yaitu 3.424 item. Sehingga, perlu Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
7
dilakukan pengelompokkan obat menurut tingkat kepentingannya untuk menentukan jenis-jenis obat yang perlu mendapatkan prioritas (Rangkuti, 1996). Menurut Rangkuti (1996), pengklasifikasian tersebut dapat dilakukan melalui analisis ABC berdasarkan jumlah pemakaian dan nilai investasi, kemudian Calhoun dan Campbell dalam Ramadhan (2003) menyempurnakan analisis ABC tersebut dengan memperhitungkan tingkat kekritisan obat tersebut terhadap pelayanan yang disebut dengan analisis ABC indeks kritis. Dari hasil kelompok obat tersebut dapat ditentukan economic order quantity (EOQ) dan reorder point (ROP). Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan dalam proses pengendalian persediaan obat, peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai gambaran proses pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekes. Selain itu, peneliti juga melakukan pengendalian persediaan obat melalui analisis ABC indeks kritis untuk dapat ditentukannya jumlah pemesanan ekonomis dan titik pemesanan kembali. Namun, karena banyaknya jumlah persediaan obat, pengendalian persediaan hanya dilakukan untuk salah satu jenis obat yang tersedia, yaitu obat generik. Obat generik dipilih karena jenis obat ini banyak diresepkan untuk pengobatan pasien di RSIJ Cempaka Putih dengan persentase jumlah pemakaian sebesar 34,02%. Sehingga, melalui penelitian ini, diharapkan metode pengendalian persediaan melalui analisis ABC indeks kritis dan perhitungan jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) dan titik pemesanan kembali (ROP) dapat dilakukan pada seluruh jenis persediaan perbekalan kesehatan di Gudang Logistik Perbekes, terutama obat.
1.2 Rumusan Masalah Obat merupakan jenis perbekalan kesehatan yang memiiki jumlah terbanyak yaitu 78.93% dan nilai investasi terbesar 75.81%. untuk itu, perlu dilakukan pengelolaan yang baik terhadap persediaan obat. Saat ini Seksi Logistik Perbekes menggunakan metode standar minimum-maksimum dalam menentukan tingkat persediaan yang optimal. Namun, standar minimum-maksimum ini belum diupdate atau dievaluasi secara rutin dan berkala sehingga penentuan jumlah kebutuhan menjadi tidak akurat terutama pada saat terjadi peningkatan kasus atau Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
8
perubahan pola peresepan obat oleh dokter. Hal ini terbukti dengan adanya frekuensi pembelian perbekalan kesehatan di luar prosedur rutin pada tahun 2011 sebanyak 45 kali dengan total pembelian Rp28.423.922,- dimana jumlah ini meningkat 32,35% dari tahun sebelumnya. Selain itu, pola peresepan obat oleh dokter yang tidak menentu juga mempengaruhi dilakukannya pembelian kecilkecilan. Hal ini terkait dengan implementasi standarisasi obat atau formularium rumah sakit yang belum diterapkan dengan optimal. Selain itu, di Seksi Logistik Perbekes
belum
pernah
dilakukan
pengendalian
persediaan
melalui
pengklasifikasian dengan analisis ABC dan analisis ABC indeks kritis. Berbagai masalah tersebut membuat peneliti ingin mengetahui gambaran proses pengendalian persediaan obat yang dilakukan di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih. Serta peneliti juga melakukan pengendalian persediaan obat, yang dikhususkan pada salah satu jenis obat yaitu obat generik melalui metode analisis ABC indeks kritis sehingga dapat ditentukan jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) dan titik pemesanan kembali (ROP) pada kelompok obat.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran proses pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih? 2. Bagaimana pengelompokkan obat generik yang termasuk ke dalam kelompok A, B, dan C berdasarkan analisis ABC pemakaian di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih? 3. Bagaimana pengelompokkan obat generik yang termasuk ke dalam kelompok A, B, dan C berdasarkan analisis ABC investasi di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih? 4. Bagaimana pengelompokkan obat generik yang termasuk ke dalam kelompok A, B, dan C berdasarkan analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih? 5. Berapa jumlah pemesanan ekonomis atau economic order quantity (EOQ) obat generik yang termasuk ke dalam kelompok A analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih?
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
9
6. Kapan dilakukan pemesanan kembali atau reorder point (ROP) obat generik yang termasuk ke dalam kelompok A analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih?
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1
Tujuan Umum Memberikan gambaran mengenai pengendalian persediaan obat generik
dengan menggunakan metode analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih tahun 2012.
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Menggambarkan proses pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih. 2. Mengelompokkan persediaan obat generik ke dalam kelompok A, B, dan C berdasarkan analisis ABC pemakaian di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih. 3. Mengelompokkan persediaan obat generik ke dalam kelompok A, B, dan C berdasarkan analisis ABC investasi di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih. 4. Mengelompokkan persediaan obat generik ke dalam kelompok A, B, dan C berdasarkan analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih. 5. Melakukan penghitungan jumlah pemesanan ekonomis atau economic order quantity (EOQ) obat generik yang termasuk ke dalam kelompok A analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih. 6. Melakukan penghitungan titik pemesanan kembali atau reorder point (ROP) obat generik yang termasuk ke dalam kelompok A analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
10
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Bagi Rumah Sakit
1. Memperoleh bahan masukan mengenai metode pengendalian persediaan yang dapat digunakan dalam proses pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan. 2. Memperoleh hasil analisis mengenai persediaan obat generik yang memiliki jumlah pemakaian, nilai investasi, dan nilai kritis yang tinggi, sedang, dan rendah. 3. Mendapatkan informasi mengenai jumlah pemesanan ekonomis dan titik pemesanan kembali terutama untuk persediaan obat generik dengan indeks kritis yang tinggi. 1.5.2
Bagi Penulis
1. Memperoleh pengetahuan dan wawasan dibidang manajemen logistik rumah sakit, terutama dalam hal pengendalian persediaan perbekalan kesehatan. 2. Mendapatkan keterampilan dalam melakukan analisis ABC, analisis ABC indeks kritis, EOQ, dan ROP dalam pengendalian persediaan obat. 3. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan keilmuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai pengendalian persediaan obat generik melalui metode analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih. Penelitian ini dilakukan di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih yang berlangsung selama bulan Mei hingga
Juni
tahun
2012.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
pengelompokkan persediaan obat generik berdasarkan nilai pemakaian, nilai investasi, dan tingkat kekritisannya terhadap pelayanan kepada pasien, sehingga memudahkan pengawasan terhadap kelompok obat tersebut. Penelitian ini melibatkan user (dokter) dalam menentukan nilai kritis obat, serta pegawai di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan dan Bagian Farmasi RSIJ Cempaka Putih sebagai informan. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
11
Penelitian dilakukan dengan mengolah data primer berupa hasil wawancara mendalam dan observasi untuk mengetahui gambaran proses pengendalian persediaan obat yang dilakukan di Seksi Logistik Perbekes, serta kuesioner untuk menentukan nilai kritis obat generik. Selain itu, juga dilakukan pengolahan data sekunder berupa daftar obat generik, daftar harga obat generik, dan data pemakaian obat generik periode Januari 2011 hingga Februari 2012.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Logistik 2.1.1 Pengertian Manajemen Logistik Manajemen logistik menurut Aditama (2000) adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. The Council of Logistics Management (1991) menyatakan definisi manajemen logistik kurang lebih sama yaitu “the process of planning, implementing, and controlling the efficient, effective flow and storage of goods, services, and related information from the point of origin to the point of consumption for the purpose of conforming to customer requirements.” Sedangkan, menurut Bowersox (1995) manajemen logistik merupakan proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang, dan barang jadi dari para supplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan. Terdapat lima komponen yang membentuk sistem logistik, yaitu: struktur lokasi fasilitas, transportasi, persediaan (inventory), komunikasi, serta penanganan (handling) dan penyimpanan (storage).
2.1.2 Tujuan Manajemen Logistik Tujuan
manajemen
logistik
menurut
Aditama
(2000)
adalah
menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi di mana dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah. Dalam bukunya yang berjudul Manajemen Administrasi Rumah Sakit, Aditama (2000) juga menjelaskan kegiatan logistik secara umum memiliki tiga tujuan, yaitu: 1. Tujuan Operasional Adalah agar tersedianya barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai. 2. Tujuan Keuangan
12
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
13
Meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-rendahnya. 3. Tujuan Pengamanan Bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan sesungguhnya dapat tercermin di dalam sistem akuntansi.
2.1.3 Fungsi Manajemen Logistik Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus sehingga membentuk sebuah siklus sebagai berikut.
Perencanaan Penghapusan
Penganggaran Pengendalian
Pemeliharaan
Pengadaan
Penyimpanan dan Penyaluran Gambar 2.1. Siklus Logistik Sumber: Subagya (1994)
Berdasarkan gambar di atas dapat diuraikan manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari: 1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam pelaksanaannya, sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang matang. Perencanaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi, dan reporting yang memadai yang berfungsi sebagai
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
14
umpan
balik
untuk
tindakan
pengendalian
terhadap
penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi (Subagya, 1994). Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan mencakup aktivitas menetapkan sasaran-sasaran, pedoman, dan dasar ukuran penyelenggaraan pengelolaan perlengkapan. Sedangkan, penentuan kebutuhan merupakan perincian (detailering) dari fungsi perencanaan, bilamana diperlukan semua faktor yang mempengaruhi penentuan kebutuhan harus diperhitungkan (Aditama, 2000). Dalam membuat perencanaan pengadaan, terdapat tiga metode yang dapat digunakan, yaitu: a. Metode konsumsi, yaitu metode perencanaan yang didasarkan atas analisis data konsumsi atau pemakaian perbekalan farmasi periode sebelumnya. b. Metode epidemiologi, yaitu metode perencanaan yang didasarkan pada data jumlah kunjungan, jumlah tindakan, Bed Occupation Rate (BOR), Length of Stay (LOS), frekuensi penyakit dan standar terapi. c. Kombinasi metode konsumsi dan metode epidemiologi.
Dalam merumuskan perencanaan pengadaan persediaan obat di rumah sakit, terlebih dahulu obat-obatan yang ingin diadakan harus dikonsultasikan antara Manajemen, Apoteker, dan Dokter dengan menetapkan standar formularium rumah sakit. Formularium menurut Siregar dan Amalia (2003) adalah dokumen berisi kumpulan produk obat yang dipilih Panitia Farmasi Terapi (PFT) yang disertai informasi tambahan penting penggunaan obat tersebut, serta kebijakan dan prosedur terkait obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut, yang terus menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayanan kesehatan. Formularium rumah sakit disusun berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik rumah sakit. Oleh karena itu, formularium menjadi dasar yang wajib digunakan dan dipatuhi oleh staf medik dalam menuliskan resep atau order obat untuk penderita. Dalam upaya peningkatan kepatuhan staf medik dalam menggunakan formularium, PFT dan pimpinan rumah sakit harus melakukan berbagai upaya, yaitu (Siregar dan Amalia, 2003): Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
15
1. PFT harus benar-benar berwibawa, bertugas dengan baik, dan aktif melaksanakan semua fungsi, kewajiban, dan tanggung jawabnya. 2. Sistem formularium dipatuhi dan didukung oleh semua staf profesional pelayanan kesehatan di rumah sakit serta didukung juga oleh peraturan rumah sakit. 3. Pentingnya manajemen sistem formularium yang baik guna meningkatkan kepatuhan staf medik pada penggunaan formularium. 4. Jenis obat dalam formularium benar-benar direncanakan sesuai dengan kebutuhan yang didasarkan pada pola penyakit, populasi penderita, spesialisasi, cukup fleksibel namun ada batasnya, direvisi tepat waktu dan berisi informasi penting lain yang berguna bagi staf medik. 5. Format, ukuran, dan penampilan formularium menyenangkan. 6. Lentur dalam pembatasan penggunaan obat nonformularium di rumah sakit. Apabila layak, dapat digunakan. 7. Larangan penggunaan sampel obat non formularium di rumah sakit. 8. Pengadaan dan penetapan prosedur serta daftar obat yang disetujui disubstitusi terapi. 9. Setiap staf medik memiliki satu buku formularium rumah sakit. 10. Staf medik dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait formularium yang akan datang (revisi, pengusulan obat masuk, maupun penghapusan ke/dari formularium). 11. Produk obat formularium selau tersedia di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). 12. IFRS aktif menerbitkan dan menyebarkan bulletin farmasi kepada staf profesional dimana buletin tersebut berisi informasi tentang obat formularium, (tambahan obat baru formularium, penghapusan obat, hasil evaluasi penggunaan obat, pemantauan reaksi obat merugikan). 13. Meningkatkan tanggapan bahwa formularium adalah suatu instrumen positif untuk pendidikan dan dampak evaluatif pada terapi obat. 14. Operasionalisasi
formularium
secara
terus
menerus
melalui
staf
profesional pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
16
Dalam menentukan kebutuhan, selain harus menentukan jenis barang yang dibutuhkan, hal yang tidak kalah pentingnya adalah menentukan jumlah kebutuhan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui forecasting (peramalan) jumlah kebutuhan setiap barang farmasi dengan mempertimbangkan peningkatan kunjungan, lead time dan stok pengaman (Ramadhan, 2003). Selain itu, terdapat beberapa masalah pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan kebutuhan: a. Apa yang dibutuhkan (what), untuk menentukan jenis barang yang tepat b. Berapa yang dibutuhkan (how many), untuk menentukan jumlah barang yang tepat c. Bilamana dibutuhkan (when), untuk menentukan waktu yang tepat d. Dimana dibutuhkan (where), untuk menentukan tempat yang tepat e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who), untuk menentukan orang atau unit yang tepat f. Bagaimana diselenggarakan (how), untuk menentukan proses yang tepat g. Mengapa dibutuhkan (why), untuk mengecek apakah keputusan yang diambil benar-benar tepat.
2. Fungsi Penganggaran Fungsi penganggaran merupakan usaha-usaha merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang dan jumlah biaya, dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku terhadapnya (Aditama, 2000). Beberapa hal penting dalam proses penganggaran (Awaloeddin, 2001): a. Penyesuaian rencana pembelian dengan dana yang tersedia b. Mengetahui adanya kendala-kendala dan keterbatasan c. Menentukan umpan balik dari fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan untuk penyesuaian dan penentuan rencana aternatif.
3. Fungsi Pengadaan Pengadaan adalah semua kegiatan dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan ini termasuk Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
17
dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada dalam batasbatas efisiensi (Subagya, 1994). Dalam fungsi pengadaan ini dilakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, serta rencana pembiayaan dari fungsi penganggaran (Aditama, 2000). Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian, namun didasarkan pada pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan organisasi. Cara–cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah (PS KARS UI, 2002): pembelian, penyewaan, peminjaman, pemberian (hibah), penukaran, pembuatan, dan perbaikan. Seperti prinsip pengadaan material pada umumnya, pengadaan obat juga melalui langkah-langkah setelah melakukan perencanaan dan penentuan kebutuhan, yaitu (Silalahi, 1989):
1. Menentukan metode atau tata cara pengadaan 2. Menentukan pemasok (supplier) 3. Persyaratan kontrak pengadaan 4. Memantau pesanan 5. Penerimaan dan pembayaran
Menurut Aditama (2000), pengadaan barang/pembelian merupakan titik awal dari pengendalian persediaan. Jika titik awal ini sudah tidak tepat, maka pengendalian akan sulit dikontrol. Pengadaan barang harus menyesuaikan dengan pemakaian, sehingga terjadi keseimbangan antara pemakaian dan pembelian. Keseimbangan ini tidak hanya antara pembelian dengan pemakaian/penjualan total, namun lebih terperinci yaitu antara penjualan dan pembelian dari setiap jenis obat, dimana obat yang laku keras dibeli dalam jumlah yang relatif besar dibanding obat yang kurang laku.
4. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran Fungsi penyimpanan dan penyaluran merupakan pelaksanaan kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran perlengkapan yang telah diadakan Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
18
melalui fungsi-fungsi terdahulu untuk kemudian disalurkan kepada instansiinstansi pelaksana (Aditama, 2000). Menurut Subagya (1994), penyimpanan adalah merupakan kegiatan dan usaha melakukan penyelenggaraan dan pengaturan obat serta persediaan di dalam ruang penyimpanan. Fungsi dari penyimpanan adalah menjamin kelangsungan penjadwalan dari kegiatan-kegiatan yang terjadi sebelumnya dengan pemenuhan yang setepat-tepatnya. Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah: a. Pemilihan lokasi b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan) c. Pengaturan ruang d. Prosedur/sistem penyimpanan e. Penggunaan alat bantu f. Pengamanan dan keselamatan
Sedangkan penyaluran atau distribusi merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu tempat ke tempat lainnya (Subagya, 1994). Faktor yang mempengaruhi penyaluran barang antara lain: a. Proses Administrasi b. Proses penyampaian berita (data-data informasi) c. Proses pengeluaran obat d. Proses angkutan
5. Fungsi Pemeliharaan Fungsi pemeliharaan merupakan usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna, dan daya hasil barang inventaris (Aditama, 2000). Pemeliharaan dapat dilakukan untuk pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan kerusakan atau break down.
6. Fungsi Penghapusan Fungsi
penghapusan
meliputi
kegiatan
pembebasan
barang
dari
pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan kata lain, fungsi penghapusan merupakan usaha untuk menghapus kekayaan (assets) karena kerusakan yang Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
19
tidak dapat diperbaiki lagi, sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut, dan karena hal-hal lain menurut peraturan perundangundangan yang berlaku (Aditama, 2000). Cara-cara penghapusan yang lazim dilakukan antara lain (Subagya, 1994): pemanfaatan langsung (merehabilitasi/merekondisi komponen-komponen yang masih dapat digunakan kembali dan dimasukkan sebagai barang persediaan baru), pemanfaatan kembali (meningkatkan nilai ekonomis dari barang yang dihapus menjadi barang lain, pemindahan atau mutasi, hibah, penjualan/pelelangan, dan pemusnahan.
7. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian merupakan fungsi inti dari seluruh fungsi manajemen logistik. Dimana kegiatannya meliputi pengawasan dan pengamanan keseluruhan pengelolaan logistik. Dalam fungsi ini terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi (inventory control) dan expediting yang merupakan unsur-unsur utamanya (Aditama, 2000): Subagya (1994) menjelaskan bahwa fungsi pengendalian mengandung kegiatan: 1. Inventarisasi, menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik. 2. Pengawasan, menyangkut kegiatan-kegiatan untuk menetapkan ada tidaknya deviasi-deviasi penyelenggaraan dari rencana-rencana logistik. 3. Evaluasi,
menyangkut
kegiatan-kegiatan
memonitor,
menilai
dan
membentuk data-data logistik yang diperlukan hingga merupakan informasi bagi fungsi logistik lainnya.
2.1.4 Peran Manajemen Logistik di Rumah Sakit Manajemen logistik dalam lingkungan rumah sakit didefinisikan sebagai suatu
proses
pengolahan
strategis
terhadap
pengadaan,
penyimpanan,
pendistribusian serta pemantauan persediaan barang (stock, material, supplies, inventory, dan lain-lain) yang diperlukan bagi produksi jasa rumah sakit. Manajemen logistik harus dilaksanakan secara efisien dan efektif dimana seluruh Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
20
barang, bahan, dan peralatan harus dapat disediakan tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, serta dengan mutu yang memadai (Aditama, 2000). Berdasarkan bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus disediakan di rumah sakit terdiri dari empat kelompok yaitu: persediaan farmasi, persediaan makanan, persediaan logistik umum dan persediaan teknik. Namun, biaya rutin terbesar di rumah sakit umumnya terdapat pada pengadaan persediaan farmasi, yang meliputi (Aditama, 2000): 1. Persediaan obat, mencakup: obat-obatan esensial, nonesensial, obat-obatan yang cepat dan lama terpakai. 2. Persediaan bahan kimia, mencakup: persediaan untuk kegiatan operasional laboratorium dan produksi farmasi intern, serta kegiatan nonmedis. 3. Persediaan gas medik, terkait dengan kegiatan pelayanan bagi pasien di kamar bedah, ICU atau ICCU. 4. Peralatan kesehatan, yaitu berbagai peralatan yang dibutuhkan bagi kegiatan perawatan maupun kedokteran yang dapat dikelompokkan sebagai barang habis pakai dan barang tahan lama atau peralatan elektronik dan nonelektronik.
Sebagai ilustrasi, logistik di rumah sakit dapat dilihat pada bagan berikut. Obat Alat Kesehatan
Gizi
LOGISTIK DI RS
Teknik
Keseimbangan
Total
Umum
Inventory control
Seluruh Kegiatan di RS
Komposisi
Mutu
Gambar 2.2. Logistik di Rumah Sakit Sumber: Aditama (2000) Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
21
Mutu pelayanan logistik dapat dinilai dari dua hal, yaitu prestasi yang dicapai dan total biaya yang dikeluarkan. Pengukuran atas prestasi yang dicapai terkait dengan tersedianya (availability) barang, kemampuan (capability) waktu pengantaran dan konsistensi, serta mutu (quality) usaha. Biaya logistik berhubungan langsung dengan kebijakan prestasi. Makin tinggi setiap prestasi tersebut, maka semakin tinggi juga total biaya yang dikeluarkan. Sehingga, kunci bagi prestasi logistik yang efektif adalah mengembangakan usaha yang seimbang antara prestasi pelayanan yang diberikan dengan biaya yang dikeluarkan (Aditama, 2000).
2.2 Manajemen Persediaan 2.2.1 Definisi dan Manfaat Persediaan Menurut Rangkuti (1996) persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagian-bagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan konsumen atau langganan setiap waktu. Persediaan ini merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah kemudian dijual kembali. Hidayati (2006) menjelaskan persediaan merupakan sumber daya yang menganggur (idle resource) karena belum digunakan dan menunggu proses lebih lanjut. Persediaan berguna mengantisipasi fluktuasi permintaan, langkanya pasokan, dan waktu tunggu barang yang dipesan (lead time). Selain itu, persediaan
mempermudah
dan
memperlancar
jalannya
operasional
perusahaan/rumah sakit. Dengan adanya persediaan, gangguan pelayanan akibat adanya kekurangan barang dapat dihindari. Menurut Rangkuti (1996), manfaat yang diperoleh dari adanya persediaan (inventory) adalah: a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang b. Menghilangkan resiko rendahnya kualitas barang c. Mengatasi resiko kenaikan harga d. Mengatasi ketergantungan pada musim e. Mendapatkan keuntungan pembelian Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
22
f. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan dan kelancaran produksi g. Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi pelanggan
2.2.2 Jenis-Jenis Persediaan Persediaan dalam perusahaan dapat dikelompokkan menurut beberapa cara. Berikut adalah jenis-jenis persediaan dilihat dari fungsinya, yaitu (Rangkuti, 1996): 1. Batch Stock atau Lot Size Inventory Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan saat itu. Persediaan ini timbul karena barang yang dibeli, diangkut, atau dibuat dalam jumlah besar (bulk), sehingga barang-barang diperoleh lebih banyak dan lebih cepat daripada pengeluaran dan penggunaannya. Pengadaan persediaan dalam jumlah besar mendapat keuntungan, yaitu: a. Memperoleh potongan harga pembelian b. Biaya pengangkutan menjadi lebih murah c. Penghematan biaya pemesanan Namun, dalam hal ini perlu dibandingkan antara pengehematan yang dilakukan karena melakukan pembelian besar-besaran dengan biaya yang timbul karena besarnya persediaan, seperti biaya sewa gudang, biaya investasi, resiko penyimpanan, dan sebagainya. 2. Fluctuation Stock Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Jadi, apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini dibutuhkan dalam jumlah yang besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut. 3. Anticipation Stock Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan data-data masa lalu atau pola musiman yang terdapat dalam satu tahun. Selain itu, persediaan ini juga bertujuan untuk menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman, peningkatan
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
23
penggunaan atau permintaan, serta menjaga jika sewaktu-waktu terjadi kelangkaan bahan atau barang.
2.2.3 Biaya-Biaya persediaan Menurut Rangkuti (1996), terdapat beberapa variabel biaya yang harus menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan. Biaya-biaya tersebut meliputi: 1. Biaya penyimpanan (Holding costs atau Carrying costs) Merupakan biaya yang bersifat variabel terhadap kuantitas persediaan. Artinya, biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas barang yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah: Biaya fasilitasfasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan, dan sebagainya), Biaya modal, Biaya keusangan, Biaya penghitungan fisik, Biaya asuransi persediaan, Biaya pajak persediaan, Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan, Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya. Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Heizer dan Render (2005) mengungkapkan bahwa biaya penyimpanan persediaan tahunan adalah 26% dari nilai persediaan per unit per tahun. 2. Biaya pemesanan atau pembelian (Ordering costs atau Procurement costs) Berbeda dengan biaya penyimpanan, biaya pemesanan tidak naik (konstan) apabila kuantitas pesanan bertambah besar. Namun, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total pun akan turun. Hal ini berarti, biaya pemesanan total tahunan adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan. Komponen biaya pemesanan meliputi: Biaya pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, Upah, Biaya telepon, Pengeluaran surat menyurat, Biaya pengepakan dan penimbangan, Biaya pemeriksaan penerimaan, Biaya pengiriman, Biaya utang lancar, dan sebagainya. 3. Biaya penyiapan (Set-up cost) Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
24
Biaya ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, namun diproduksi sendiri oleh perusahaan. Biasanya perusahaan manufacture akan menghadapi biaya ini yang meliputi Biaya mesin menganggur, Biaya penyiapan tenaga kerja langsung, Biaya penjadwalan, Biaya ekspedisi, dan sebagainya. 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (Shortage costs) Biaya ini timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya tersebut meliputi: Kehilangan penjualan, Kehilangan langganan,
Biaya
pemesanan
khusus,
Biaya
ekspedisi,
Selisih
harga,
Terganggunya operasi, Tambahan pengeluaran manajerial, dan sebagainya.
2.2.4 Sistem Pengisian Kembali Persediaan Indrajit dan Djokopranoto (2005) dalam Fakhrunnisa (2010) membedakan jenis permintaan terkait dengan sistem pengisian kembali persediaan, yaitu permintaan independen, permintaan dependen, dan permintaan dengan ciri tersendiri. a. Permintaan Independen Permintaan independen merupakan permintaan barang yang tidak tergantung pada waktu ataupun jumlah permintaan barang lain serta cenderung lebih teratur dan seragam. Terdapat empat model perhitungan jumlah pemesanan kembali terkait dengan jenis permintaan independen, yaitu: 1) sistem pemesanan tetap, dimana jumlah yang dipesan selalu bersifat tetap; 2) sistem produksi tumpukan, dimana berorientasi pada produksi barang dalam tumpukan tertentu; 3) sistem periodik tetap, dimana memiliki jadwal waktu yang tetap dalam hal tinjauan pemesanan; dan 4) sistem minimum-maksimum yang mengusahakan suatu jumlah persediaan minimum untuk menjamin kelangsungan operasi dan persediaan maksimum untuk menjamin tidak tertumpuknya barang. Model-model tersebut juga dapat disebut model deterministik, dimana variabel-variabel yang digunakan dalam perhitungan bersifat tetap dan pasti. Namun, diantara model-model tersebut ada yang bersifat probabilistik dimana variabel-variabel yang digunakan tidak pasti, melainkan berubah-ubah. Variabel yang biasanya berubah adalah jumlah permintaan, waktu permintaan, dan waktu pemesanan. Untuk mengatasi variabel yang tidak pasti tersebut, diperlukan upaya Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
25
penyempurnaan melalui penambahan perhitungan persediaan pengaman (safety stock). b. Permintaan Dependen Permintaan dependen merupakan permintaan yang sifatnya tidak bebas karena permintaan barang ini tergantung pada waktu dan atau jumlah permintaan barang lain. Tipe permintaan ini biasanya digunakan untuk produksi rakitan dan model perhitungan yang digunakan adalah material requirement planning (MRP). c. Permintaan dengan ciri tersendiri Permintaan dengan ciri tersendiri merupakan permintaan barang dimana jumlah, waktu, dan frekuensi pemakaiannya memiliki pola tersendiri dan sifatnya kadang teratur dan kadang tidak teratur. Pola tersebut dapat berulang-ulang setiap tahun (musiman), atau setiap beberapa tahun (siklikal), dan bahkan ada pola pemakaian yang sama sekali tidak teratur.
2.3 Pengendalian Persediaan 2.3.1 Definisi dan Tujuan Pengendalian Persediaan Menurut Aditama (2000), fungsi pengendalian merupakan fungsi inti dalam pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Dalam fungsi ini terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi (inventory control) dan expediting yang merupakan unsur-unsur utamanya. Pengendalian persediaan (inventory control) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi dan mengatur tingkat persediaan yang optimum agar dapat memenuhi kebutuhan bahan dalam jumlah, mutu, dan waktu yang tepat serta dengan jumlah biaya yang rendah (Aditama, 2000). Menurut Depkes RI (2008), pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau kekosongan obat di unit-unit pelayanan. Pengendalian persediaan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Oleh karena itu, hasil stock opname harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu, Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
26
misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang dari satu tahun (Aditama, 2000). Rangkuti (1996) menyebutkan bahwa sistem persediaan bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam jumlah dan waktu yang tepat serta dapat meminimumkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara optimal. Tujuan lain dari pengendalian persediaan adalah: a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan b. Agar pembentukan persediaan stabil c. Menghindari pembelian kecil-kecilan d. Pemesanan yang ekonomis
Dalam mewujudkan sistem pengendalian yang baik, diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut (Assauri dalam Fakhrunnisa, 2010): a. Terdapat gudang yang cukup luas dan teratur. b. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang yang dapat dipercaya, terutama penjaga gudang. c. Adanya sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan barang. d. Pengawasan mutlak atas pengeluaran barang. e. Pencatatan yang cukup teliti. f. Pemeriksaan fisik barang yang ada dalam persediaan secara langsung. g. Perencanaan untuk menggantikan barang-barang yang telah dikeluarkan, barang yang telah lama dalam gudang, dan barang yang telah usang. h. Pengecekan untuk menjamin dapat efektinya kegiatan rutin. Menurut Render dan Stair (2000), sistem pengendalian persediaan berhubungan erat dengan perencanaan persediaan. Sistem perencanaan dan pengendalian persediaan terdiri dari komponen-komponen dasar sebagai berikut.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
27
Perencanaan Persediaan dan Cara Memperoleh Persediaan
Peramalan terhadap Permintaan Persediaan
Pengendalian Tingkat Persediaan
Umpan Balik terhadap Perencanaan dan Peramalan Gambar 2.3. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Sumber: Render dan Stair (2000)
Tahap perencanaan (planning) memfokuskan kepada jenis persediaan yang akan diadakan serta cara memperoleh persediaan tersebut (apakah membuat atau membeli). Informasi ini kemudian digunakan untuk tahap selanjutnya, yaitu peramalan (forecasting) permintaan persediaan dan pengendalian (controlling) tingkat persediaan. Hasil dari pengendalian tersebut kemudian menjadi umpan balik (feedback) terhadap perencanaan dan peramalan berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang dilakukan. Melalui perencanaan persediaan, perusahaan menentukan jenis barang dan atau jasa yang akan dihasilkan. Untuk produk fisik, perusahaan juga harus menentukan apakah persediaan barang tersebut dihasilkan atau dibeli dari perusahaan lain. Tahap berikutnya adalah meramalkan permintaan persediaan melalui berbagai teknik perhitungan. Kemudian, tahap utama yaitu pengendalian persediaan untuk menjaga tingkat persediaan yang optimal bagi suatu perusahaan.
2.3.2 Metode Pengendalian Persediaan 2.3.2.1 Analisis ABC Pada umumnya persediaan terdiri dari berbagai jenis barang yang sangat banyak jumlahnya. Masing-masing jenis barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point. Namun, berbagai jenis barang yang ada dalam persediaan tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Sehingga, untuk mengetahui jenis-jenis barang yang perlu mendapat prioritas, dapat digunakan analisis ABC, karena analisis ini dapat mengklasifikasi seluruh jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya (Rangkuti, 1996). Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
28
Analisis Always-Better Control (ABC) adalah salah satu cara pengendalian dengan mengurutkan dan mengelompokkan jenis barang. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan prioritas perhatian pada barang-barang dengan nilai investasi tinggi dan jumlah pemakaian besar (Andalusia, 1999). Menurut Johnson (1998), metode ini menggunakan Pareto Analysis yang dikemukakan oleh Vilfredo Pareto (1848-1923) yang berbunyi “distribusi sebagian besar pendapatan (85%) terpusat pada sebagian kecil individu (15%) dari total populasi.” Hal ini juga berlaku pada persediaan, dimana dari sejumlah persediaan yang ada, hanya sebagian kecil barang yang menggunakan sebagian besar dana pembelian. Maksudnya, jika terdapat 100 jenis barang, maka kira-kira hanya 20 jenis barang yang bernilai kurang lebih 80% dari seluruh nilai persediaan. Oleh karena itu, Hukum Pareto disebut juga “Dalil 20-80”. Hal serupa juga diungkapkan Bowersox (1995) dan Rangkuti (1996) yang menyebutkan bahwa 20 persen jenis barang merupakan wakil dari 80 persen dari nilai total penjualan sebuah perusahaan. Oleh karena itu, analisis ABC mengadakan penekanan perhatian pada golongan atau jenis-jenis obat yang terdapat dalam persediaan yang mempunyai nilai penggunaan yang relatif tinggi/mahal, sehingga pengawasan dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Menurut Heizer dan Render (1991) yang dikutip dalam Andalusia (1999), analisis ABC mengelompokkan persediaan menjadi tiga klasifikasi pada basis volume besaran uang tahunan, yaitu kelompok A, B, dan C. kelompok A adalah barang dengan volume keuangan persediaan yang tinggi. Jenis barang tersebut mungkin hanya 15% dari jumlah barang persediaan, namun mencakup 70%-80% dari jumlah biaya persediaan keseluruhan. Kelompok B terdiri dari sekitar 30% dari jumlah persediaan dan mempunyai nilai sekitar 5%-25% dari total nilai persediaan barang. Sedangkan, kelompok C adalah kelompok yang memiliki nilai investasi rendah, yaitu sekitar 5% dari total nilai investasi, namun meliputi 55% dari jumlah persediaan yang ada. Menurut Render dan Stair (2000), selain menggunakan teknik kuantitatif dalam pengendalian persediaan, juga terdapat beberapa pertimbangan praktis yang harus dilakukan, yaitu melalui analisis ABC. Analisis ini bertujuan untuk membagi seluruh persediaan dalam perusahaan menjadi tiga kelompok, yaitu Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
29
kelompok A, B, dan C. Kemudian, berdasarkan kelompok tersebut dapat ditentukan level persediaan yang harus dikendalikan secara umum. Analisis ABC didasarkan pada kenyataan bahwa beberapa jenis barang lebih penting dari jenis barang yang lain. Berikut adalah klasifikasinya: a. Kelompok A Merupakan kelompok barang yang kritis terhadap fungsi dan operasi sebuah perusahaan. Tingkat persediaan kelompok ini harus dimonitor secara hati-hati. Kelompok barang ini memiliki volume keuangan yang tinggi dimana jumlah barang hanya sebesar 10% dari seluruh persediaan, namun mencakup lebih dari 70% keuangan perusahaan. b. Kelompok B Merupakan kelompok barang yang penting, namun tidak kritis. Sehingga, tidak diperlukan pengendalian secara konstan untuk seluruh jenis barang ini. Kelompok ini mewakili sekitar 20% keuangan perusahaan dan jumlahnya sekitar 20% dari seluruh persediaan. c. Kelompok C Merupakan kelompok barang yang tidak terlalu penting terhadap suatu perusahaan. Kelompok barang ini mungkin hanya mewakili 10% dari keuangan perusahaan, namun jumlah itemnya sebesar 70% dari seluruh persediaan.
Kategori analisis ABC tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: Tabel 2.1. Analisis ABC Kelompok
Nilai Persediaan (%)
Jumlah Barang (%)
A B C
70 20 10
10 20 70
Teknik Pengendalian Kuantitatif Digunakan? Ya Pada Beberapa Kasus Tidak
Sumber: Render dan Stair (2000)
Dalam melakukan pengklasifikasian persediaan melalui analisis ABC, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut (Hidayati, 2006): 1. Membuat daftar semua item persediaan yang akan diklasifikasikan dan harga beli masing-masing item. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
30
2. Menentukan jumlah pemakaian rata-rata per tahun untuk setiap item tersebut. 3. Menentukan nilai pemakaian per tahun setiap item dengan cara mengalikan jumlah pemakaian rata-rata per tahun dengan harga beli masing-masing item. 4. Menjumlahkan nilai pemakaian tahunan semua item untuk memperoleh nilai pemakaian total. 5. Menghitung persentase pemakaian setiap item dari hasil bagi antara nilai pemakaian per tahun setiap item dengan total nilai pemakaian per tahun. 6. Mengurutkan nilai pemakaian tahunan semua persediaan yang memiliki nilai uang yang paling besar sampai yang terkecil. 7. Menghitung persentase nilai pemakaian total kumulatif untuk setiap item yaitu mulai dengan item pertama di atas kemudian terus dijumlahkan dengan persentase pemakaian setiap item yang ada di bawahnya. 8. Memberikan pembatas untuk kelompok A, B, dan C, yaitu kelompok A memiliki persentase jumlah barang 10% dan persentase nilai barang 70%; kelompok B memiliki persentase jumlah barang dan nilai barang sebesar 20%; dan kelompok C memiliki persentase jumlah barang 70% dan persentase nilai barang 10%.
Cara penanganan terhadap kelompok A, B, dan C antara lain (Elsayed & Boucher, 1985; Heizer dan Render, 1991 dalam Andalusia, 1999): a. Kelompok A Memerlukan perhatian yang ketat dalam pengendalian persediaannya, dimana dapat dilakukan pengendalian dengan periode waktu yang tetap dan ketat, misalnya setiap bulan menggunakan model pesanan Economic Order Quantity. b. Kelompok B Perhatian yang diberikan untuk pengendalian kelompok B tidak terlalu ketat seperti kelompok A. Evaluasi dapat dilakukan dengan periode 6 bulan sekali atau 3 bulan sekali.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
31
c. Kelompok C Pengendalian persediaan dalam kelompok ini dilakukan dengan sangat longgar dibandingkan kelompok A dan B. evaluasi dapat dilakukan dalam periode 1 tahun atau 6 bulan sekali. Selain itu, Markland (1983) dalam Andalusia (1999) menyimpulkan bahwa: a. Kelompok A memerlukan pemantauan yang ketat, sistem pencatatan yang komplit dan akurat, serta peninjauan yang tetap harus dilakukan oleh pengambil keputusan yang berpengaruh. b. Kelompok B memerlukan pengendalian yang tidak terlalu ketat, sistem pencatatan yang cukup baik disertai peninjauan berkala. c. Kelompok C memerlukan pemantauan dan sistem pencatatan yang sederhana dan jumlah persediaan banyak dapat dilakukan.
Menurut Gasperz (1998), kebijaksanaan yang harus dilakukan berdasarkan klasifikasi menurut analisis ABC yaitu:
Tabel 2.2. Kebijaksanaan Manajemen Inventori Berdasarkan Klasifikasi ABC Deskripsi Fokus perhatian manajemen Pengambilan (Kontrol) Stok Pengaman Akurasi Peramalan Kebutuhan Perhitungan Inventory (cycle counting)
Persediaan Kelompok A Utama Ketat Sedikit Tinggi 1-3 Bulan
Persediaan Kelompok B Normal Normal Normal Normal 3-6 Bulan
Persediaan Kelompok C Cukup Longgar Cukup Cukup 6-12 Bulan
Sumber: Gasperz (1998)
2.3.2.2 Analisis ABC Indeks Kritis Menurut Calhoun dan Campbell (1985) dalam Ramadhan (2003), pada kenyataannya analisis ABC tidak dapat diterapkan secara sepenuhnya dengan lebih memadai di rumah sakit. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa barang yang tergolong kelompok C dengan biaya pemakaian yang rendah, namun barang tersebut sangat dibutuhkan dan sulit didapat, sehingga harus selalu ada dalam Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
32
persediaan. Hal ini juga diungkapkan oleh Rangkuti (1996) dimana seringkali perusahaan memiliki jenis barang yang masuk ke dalam kelompok C berdasarkan kriteria nilai penjualan, namun sangat penting untuk pelanggan dan apabila tidak dipenuhi dapat mempengaruhi penjualan di masa mendatang. Sehingga, jenis barang tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari manajemen, sama seperti barang dalam kelompok A dan B. Keadaan
tersebut
membuat
Rumah
Sakit
Universitas
Michigan
mengembangkan suatu analisis yaitu analisis ABC indeks kritis, yang mencakup karakterisik: persediaan, biaya investasi, dan nilai kritis terhadap pelayanan. Ketiga komponen tersebut ditransformasikan menjadi suatu indeks yang digunakan untuk menetapkan persediaan dengan kelompok ABC, sehingga proses monitoring dan kontrol dapat terjamin. Analisis ABC indeks kritis digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana dengan pengelompokkan obat atau perbekalan farmasi, terutama obat-obatan yang digunakan berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan (Depkes RI, 1990). Analisis ABC indeks kritis melibatkan pemakai (user) untuk menentukan nilai kritis terhadap persediaan yang ada. Pengindeksan ini dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh komponen rumah sakit dan untuk seluruh item tergantung dari besar dan kemampuan rumah sakit. a. Penentuan nilai kritis Penentuan nilai kritis dilakukan dengan membagi suatu daftar persediaan kepada
para
pemakai.
Dalam
hal
ini,
para
pemakai
diminta
untuk
mengklasifikasikan seluruh item barang dalam daftar sesuai dengan kriteria dari kekritisan barang tersebut. Adapun kriteria klasifikasinya adalah sebagai berikut: 1. Kelompok X
: adalah barang yang tidak boleh diganti, dan harus selalu
tersedia dalam rangka proses perawatan pasien. 2. Kelompok Y
: adalah barang yang dapat diganti walaupun tidak
memuaskan karena tidak sesuai dengan barang yang asli, dan kekosongan kurang dari 48 jam masih dapat ditoleransi. 3. Kelompok Z
: adalah barang yang dapat diganti dan kekosongan lebih
dari 48 jam dapat ditoleransi.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
33
4. Kelompok O
: adalah barang yang tidak dapat diklasifikasikan dalam
kelompok X, Y, dan Z. Setiap kelompok barang diberi bobot sebagai berikut: X= 3, Y=2, Z=1, sedangkan O tidak diberi bobot atau 0. Nilai kritis rata-rata dari setiap item barang didapat dengan menjumlahkan nilai bobot yang diperoleh dari pemakai, kemudian dibagi dengan jumlah pemakai yang memberi nilai. Pemakai yang memberi nilai 0 tidak dimasukkan. Proses mendapatkan nilai kritis rata-rata dapat dilihat pada Tabel 2.3. berikut. Tabel 2.3. Nilai Kritis Rata-Rata Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4 Perawat 5 Total Rata-rata
Item 1 X=3 X=3 Y=2 X=3 Y=2 13 2,6
Item 2 Z=1 Z=1 Z=1 Z=1 Z=1 5 1
Item 3 Z=1 Y=2 Z=1 Z=1 Y=2 7 1,4
Item 4 Y=2 X=3 Y=2 Y=2 Y=2 11 2,2
Sumber: Calhoun dan Campbell (1985) dalam Ramadhan (2003)
b. Penentuan hasil ABC indeks kritis Untuk mendapatkan analisis ABC indeks kritis, maka nilai kritis, nilai investasi, dan nilai pemakaian digabungkan. Sebelumnya, melalui analisis ABC didapatkan 3 kelompok nilai investasi dan 3 kelompok nilai pemakaian. Masingmasing kelompok tersebut mempunyai nilai yaitu kelompok A mendapat nilai 3, kelompok B mendapat nilai 2 dan kelompok C mendapat nilai 1. Akhirnya didapatkan setiap item barang memiliki 3 nilai yaitu nilai kritis, nilai investasi, dan nilai pemakaian yang digabungkan menjadi: Indeks Kritis = W1 + W2 + W3 Dimana: W1 = nilai kritis, dengan bobot 2 W2 = nilai investasi, dengan bobot 1 W3 = nilai pemakaian, dengan bobot 1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
34
Dalam analisis ini, nilai kritis dianggap nilai yang paling penting sehingga diberi bobot dua kali lebih tinggi dari nilai yang lain. Selanjutnya, nilai indeks kritis tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Kelompok A : indeks kritis dengan range 9,5 - 12 2. Kelompok B : indeks kritis dengan range 6,5 - 9,4 3. Kelompok C : indeks kritis dengan range 4,0 - 6,4
c. Keuntungan dan Kerugian Analisis ABC Indeks Kritis Menurut Ramadhan (2003), analisis ABC indeks kritis memiliki beberapa keuntungan dan kerugian sebagai berikut. Keuntungan: 1. Proses pengelompokkan melibatkan pemakai, sehingga mereka mendapat kesempatan menyumbangkan pengetahuan khusus dan keahlian mereka dalam suatu proses yang akan meningkatkan mutu pelayanan dan efisiensi biaya operasional. Selain itu, proses ini akan meningkatkan komunikasi antara Bagian Logistik dengan pemakai. 2. Memberikan suatu evaluasi di Bagian Logistik, baik pada administrasi maupun manajer material, sehingga dapat ditentukan sasaran setelah standar kekosongan persediaan setiap kelompok ditentukan. Kerugian: 1. Waktu yang dibutuhkan oleh pemakai untuk menentukan kritis suatu barang cukup lama, karena banyaknya item barang yang tersedia. 2. Dapat terjadi bias dalam menentukan pengelompokkan oleh pemakai. Oleh karena itu, pemakai yang dipilih harus benar-benar mengetahui jenis persediaan yang akan dikelompokkan.
2.3.2.3 Economic Order Quantity (EOQ) Teknik pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang diharuskan, serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali (Rangkuti, 1996). Menurut Render dan Stair (2000), terdapat dua keputusan fundamental yang harus
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
35
dibuat ketika melakukan pengendalian persediaan, yaitu mengenai jumlah persediaan yang harus dipesan dan kapan melakukan pemesanan. Jumlah yang dipesan hendaknya menghasilkan biaya-biaya yang minimal dalam persediaan. Untuk itu, dilakukan usaha-usaha untuk memperkecil biayabiaya yang merupakan komponen biaya dasar dalam persediaan, yakni biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost) melalui perhitungan jumlah pemesanan yang ekonomis (economic order quantity). Economic
order
quantity
(EOQ)
merupakan
salah
satu
teknik
pengendalian persediaan tertua dan banyak digunakan. Pertama kali diterapkan oleh Ford W. Harris pada tahun 1915 dan masih digunakan oleh sebagian besar perusahaan hingga saat ini. EOQ adalah jumlah pembelian persediaan pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah. Tujuan mengetahui besarnya jumlah pemesanan adalah untuk memaksimumkan perbedaan antara pendapatan dengan biaya yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan. Dimana biaya pemesanan dan biaya penyimpanan merupakan biaya yang signifikan terhadap pengadaan persediaan. Oleh karena itu, dengan meminimasi kedua biaya tersebut berarti meminimasi total biaya keseluruhan (Render dan Stair, 2000). Penerapan metode EOQ relatif mudah, namun menggunakan beberapa asumsi, yaitu (Render dan Stair, 2000): 1. Demand atau kebutuhan diketahui dan konstan. 2. Lead time atau waktu tunggu yang diperlukan mulai saat pemesanan dilakukan sampai barang tiba diketahui dan konstan. 3. Pesanan diterima sekaligus pada satu waktu. 4. Quantity discount tidak dimungkinkan. 5. Variable cost nya hanya terdiri dari biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding or carrying cost). 6. Stockouts/shortages
atau
kekosongan
dapat
dihindarkan
jika
pemesanan dilakukan tepat waktu. Menurut Rangkuti (1996), optimum order size dapat dihitung dengan menganalisis total biaya (TC) pada suatu periode yang merupakan jumlah dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan selama periode tertentu. Biaya penyimpanan per tahun = Q x Cc 2
Biaya pemesanan per tahun =
D x Cs
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
2
36
Dengan demikian, total biaya per tahun (TC) adalah penjumlahan dari kedua komponen biaya di atas yang merupakan fungsi dari order size. TC = Q x Cc + D x Cs 2
Q
Total biaya minimum terjadi apabila kedua komponen biaya di atas saling berpotongan. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dicari rumus umum untuk memperoleh optimum order quantity sebagai berikut: Q x Cc = D x Cs 2
EOQ =
Q
2 x D x Cs Cc
Dimana: Cs
= Biaya pemesanan (ordering cost)
Cc
= Biaya penyimpanan (carrying cost) per unit per tahun
D
= Jumlah permintaan per tahun
EOQ = Optimum order size D/Q
= Jumlah pemesanan selama setahun
Q/2
= Rata-rata persediaan
2.3.2.4 Reorder Point (ROP) Render dan Stair (2000) mengungkapkan bahwa setelah menentukan jumlah pemesanan, masalah kedua yang harus dijawab dalam pengendalian persediaan adalah kapan diadakan pemesanan kembali. Ketika terdapat jenis persediaan yang telah mencapai 0, perusahaan akan melakukan pemesanan kembali untuk mengisi persediaan tersebut. Namun, lead time atau delivery time yaitu waktu yang dibutuhkan dari saat memesan hingga pesanan datang, biasanya mencapai beberapa hari atau beberapa minggu. Sehingga, perlu ditentukan batas minimal tingkat persediaan agar tidak terjadi kekurangan persediaan melalui perhitungan titik pemesanan kembali (reoder point). Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
37
Reoder point (ROP) atau titik pemesanan kembali adalah batas/titik dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana pemesanan harus dilakukan kembali (Rangkuti, 1996). Jadi, ketika pesanan dilakukan ketika persediaan mencapai ROP, pesanan akan tiba saat persediaan sudah mencapai 0. Dalam menentukan titik ini harus diperhatikan besarnya penggunaan selama persediaan yang dipesan belum datang yang ditentukan oleh dua faktor, yaitu lead time dan tingkat penggunaan rata-rata. Besarnya penggunaan tersebut dihitung selama waktu lead time, mungkin dapat juga ditambahkan dengan safety stock (persediaan pengaman) yang biasanya mengacu kepada kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama lead time. Jadi, besaran ROP adalah hasil perkalian antara jumlah penggunaan rata-rata dan waktu tunggu pemesanan sebagai berikut (Rangkuti, 1996): ROP = d x L
Sedangkan, apabila terdapat besaran safety stock menjadi: ROP = (d x L) + Safety Stock
Keterangan: d (Demand)
= jumlah permintaan per hari
L (Lead time) = waktu tunggu antara pemesanan hingga barang diterima (hari) Dimana d dan L adalah konstan
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 3 ALUR PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH 3.1 Kerangka Teori Fungsi pengendalian dalam siklus manajemen logistik merupakan fungsi inti dari seluruh kegiatan pengelolaan persediaan yang meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseruhan pengeoaan kebutuhan persediaan. Dalam fungsi ini terdapat kegiatan pengendalian inventarisasi (inventory control) dan expediting yang merupakan unsur-unsur utamanya. (Aditama, 2000). Fungsi pengendalian dalam sikus manajemen logistik dapat diihat pada gambar berikut.
Perencanaan Penghapusan
Penganggaran Pengendalian
Pemeliharaan
Pengadaan
Penyimpanan dan Penyaluran Gambar 3.1. Siklus Logistik Sumber: Subagya (1994)
Kegiatan pengendalian persediaan (inventory control) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi dan mengatur tingkat persediaan yang optimum agar dapat memenuhi kebutuhan bahan dalam jumlah, mutu, dan waktu yang tepat serta dengan jumlah biaya yang rendah (Aditama, 2000). Pengendalian persediaan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Menurut Render dan Stair (2000), sistem pengendalian persediaan berhubungan erat
38
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
39
dengan perencanaan persediaan. Sistem perencanaan dan pengendalian persediaan terdiri dari komponen-komponen dasar sebagai berikut.
Perencanaan Persediaan dan Cara Memperoleh Persediaan
Peramalan terhadap Permintaan Persediaan
Pengendalian Tingkat Persediaan
Umpan Balik terhadap Perencanaan dan Peramalan Gambar 3.2. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Sumber: Render dan Stair (2000)
Menurut Rangkuti (1996), persediaan adalah sejumlah bahan-bahan, bagianbagian yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan konsumen atau langganan setiap waktu. Persediaan ini merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah kemudian dijual kembali. Persediaan di rumah sakit terdiri dari persediaan farmasi, persediaan makanan, persediaan logistik umum dan persediaan teknik. Namun, biaya rutin terbesar di rumah sakit umumnya terdapat pada pengadaan persediaan farmasi, yang meliputi obat, bahan kimia, gas medik, dan peraatan kesehatan (Aditama, 2000). Suatu perusahaan, baik perusahaan pabrik maupun persahaan jasa, biasanya memiiki jumah persediaan yang sangat banyak bukan hanya dari segi jumah tetapi juga dari segi jenis. Menurut Rangkuti (1996), masing-masing jenis barang tersebut membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point. Teknik pengendaian persediaan merupakan tindakan yang berguna untuk menghitung berapa jumah optimal tingkat persediaan yang diharuskan (economic Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
40
order quantity), serta kapan saatnya mulai mengadakan pemesanan kembali (reorder point). Namun, berbagai jenis barang yang ada dalam persediaan tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Sehingga, untuk mengetahui jenis-jenis barang yang perlu mendapat prioritas dapat digunakan analisis ABC, karena analisis ini dapat mengklasifikasi seluruh jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya. Analisis Always-Better Control (ABC) adalah salah satu cara pengendalian dengan mengurutkan dan mengelompokkan jenis barang. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan prioritas perhatian pada barang-barang dengan nilai investasi tinggi dan jumlah pemakaian besar (Andalusia, 1999). Teknik pengendalian persediaan menurut Rangkuti (1996) dan Andalusia (1999) dapat digambarkan sebagai berikut. Persediaan
Analisis ABC Analisis ABC Pemakaian Analisis ABC Investasi
Kelompok A
Kelompok B
Kelompok C
EOQ ROP Gambar 3.3. Teknik Pengendalian Persediaan Sumber: Rangkuti (1996) dan Andalusia (1999)
Menurut Calhoun dan Campbell (1985) dalam Ramadhan (2003), pada kenyataannya analisis ABC tidak dapat diterapkan secara sepenuhnya dengan lebih memadai di rumah sakit. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa barang yang tergolong kelompok C dengan biaya pemakaian yang rendah, namun barang tersebut sangat dibutuhkan dan sulit didapat, sehingga harus selalu ada dalam persediaan. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
41
Keadaan tersebut membuat Rumah Sakit Universitas Michigan mengembangkan suatu analisis yaitu analisis ABC indeks kritis. Anaisis ABC indeks kritis merupakan analisis yang mencakup beberapa karakterisik, yaitu: persediaan, biaya investasi, dan nilai kritis terhadap pelayanan. Setiap kelompok persediaan tersebut memiliki perhitungan yang berbeda-beda untuk menentukan tingkat persediaan yang optimum dan kapan dilakukan pemesanan. Persediaan kelompok A biasanya menggunakan metode economic order quantity (EOQ) dan reorder point (ROP). untuk kelompok B dapat menggunakan metode EOQ tetapi untuk ROP biasanya sudah diperkirakan. Sedangkan untuk kelompok C adalah dengan standarisasi persediaan rumah sakit (Calhoun dan Campbell dalam Awaloeddin (2001)). Metode pengendalian persediaan menurut Calhoun dan Campbell dengan menggunakan analisis ABC indeks kritis adalah sebagai berikut: Persediaan
Analisis ABC
Analisis ABC Indeks Kritis
Kelompok A
EOQ ROP
Kelompok B
Kelompok C
EOQ Perkiraan
Standarisasi Persediaan Rumah Sakit
Gambar 3.4. Metode Pengendalian Persediaan dengan Analisis ABC indeks kritis Sumber: Calhoun dan Campbell
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
42
3.2 Alur Pikir Berdasarkan kerangka teori tersebut, dapat disusun alur pikir penelitian. Dimana pada penelitian ini akan dianalisis gambaran proses pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih. Kemudian peneliti melakukan pengendalian persediaan obat melalui analisis ABC pemakaian, analisis ABC investasi, dan analisis ABC indeks kritis. Dimana metode tersebut dilakukan hanya pada persediaan obat generik. Hal ini mengingat banyaknya jumlah obat yang tersedia dan obat generik memiliki jumlah pemakaian yang besar yaitu 34,02%. Dalam melakukan klasifikasi persediaan menurut analisis ABC dibutuhkan data-data berupa daftar obat generik, data jumlah pemakaian obat generik, data harga obat generik, dan nilai kritis obat generik. Kemudian dari hasil analisis ABC indeks kritis didapatkan obat generik kelompok A, kelompok B, dan kelompok C indeks kritis. Selain itu, pengendalian persediaan dilakukan dengan penentuan economic order quantity (EOQ) dan reorder point (ROP) yang difokuskan untuk obat generik yang tergolong ke dalam kelompok A indeks kritis. Hal ini dikarenakan apabila terjadi kesalahan dalam pengawasan, maka kerugian yang ditimbulkan cukup besar. Pengendalian Persediaan
Persediaan Obat Generik Daftar Obat Generik Data Jumlah Pemakaian obat Generik Data Harga Obat Generik Niai Kritis Obat Generik
Analisis ABC Analisis ABC Pemakaian Analisis ABC Investasi (Rangkuti, 1996)
Analisis ABC Indeks Kritis Calhoun dan Campbell dalam Ramadhan (2003)
Kelompok B
Kelompok A
Gambar 3.5. Alur Pikir
EOQ ROP
Kelompok C
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
43 3.3 Definisi Istilah Tabel 3.1. Definisi Istilah No. 1.
Variabel Pengendalian Persediaan
Definisi Istilah Kegiatan melakukan pengawasan dan pengendalian persediaan obat di Gudang Logistik Perbekes
Cara Ukur Wawancara dan Observasi
Alat Ukur Pedoman Wawancara Mendalam
Hasil Ukur Pernyataan informan mengenai pengendalian persediaan obat yang dilakukan di Gudang Logistik Perbekes Daftar obat generik di Gudang Logistik Perbekes.
2.
Daftar Obat Generik
Telaah Dokumen
Dokumen
3.
Data Pemakaian Obat Generik
Telaah Dokumen
Dokumen
Informasi mengenai jumlah pemakaian per item obat generik dari Bulan Januari 2011 - Februari 2012
4.
Data Harga Obat Generik
Data jumlah dan jenis persediaan obat generik di Gudang Logistik Perbekes selama periode Januari 2011 hingga Februari 2012. Jumlah penggunaan obat generik di Gudang Logistik Perbekes selama satu tahun terakhir yaitu periode Januari 2011 hingga Februari 2012. Data biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh satu item obat generik.
Telaah Dokumen
Dokumen
5.
Nilai Kritis Obat Generik
Tingkat kekritisan obat generik terhadap pelayanan kepada pasien yang ditetapkan oleh user (dokter)
Wawancara
Kuesioner
Data harga satuan masingmasing obat generik periode Januari 2011 Februari 2012 Nilai kritis dengan kriteria: X : nilai 3 Y : nilai 2 Z : nilai 1 O : nilai 0
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
44 No. 6.
Variabel Analisis ABC Pemakaian
Definisi Istilah Klasifikasi persediaan obat generik berdasarkan nilai pemakaian selama satu tahun terakhir, yang terbagi menjadi Kelompok A, B, dan C.
Cara Ukur Data jumlah pemakaian obat generik diurutkan dari pemakaian terbesar hingga terkecil.
Alat Ukur Menggunakan Program Komputer
7.
Analisis ABC Investasi
Klasifikasi persediaan obat generik berdasarkan nilai mata uang selama satu tahun terakhir, yang terbagi menjadi Kelompok A, B, dan C.
Jumlah pemakaian obat generik dikalikan dengan harga satuan per item obat, kemudian diurutkan dari nilai investasi terbesar hingga terkecil.
Menggunakan Program Komputer
8.
Analisis ABC Indeks Kritis
Klasifikasi persediaan obat generik berdasarkan nilai pemakaian, nilai investasi, dan nilai kritis obat terhadap pelayanan.
Menggabungkan nilai pemakaian, nilai investasi, dan nilai kritis dengan rumus: NIK= 2W1+W2+W3 Dimana: W1 = Nilai Kritis W2 = Nilai Investasi W3 = Nilai Pemakaian
Menggunakan Program Komputer
Hasil Ukur Klasifikasi persediaan obat generik berdasarkan nilai pemakaian. A: 70% dari total pemakaian. B: 20% dari total pemakaian. C: 10% dari total pemakaian. Klasifikasi persediaan obat generik berdasarkan nilai investasi. A: 70% dari total nilai investasi B: 20% dari total nilai investasi C: 10% dari total nilai investasi. Klasifikasi persediaan obat generik periode Januari 2011- Februari 2012 berdasarkan nilai indeks kritis. Kelompok A: NIK 9,5 - 12 Kelompok B: NIK 6,5 - 9,4 Kelompok C: NIK 6,4 - 4,0
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
45
No. 9.
Variabel EOQ (Economic Order Quantity)
Definisi Istilah Metode dalam pengendalian persediaan dengan cara menetapkan jumlah pesanan yang ekonomis setiap kali pesan.
10.
ROP (Reorder Point)
Metode dalam pengendalian persediaan untuk menghitung suatu titik atau batas dari jumlah persediaan dimana pemesanan harus diadakan kembali.
Cara Ukur Menggunakan rumus: EOQ = √2D x Cs/Cc Dimana: D = Jumlah permintaan per tahun Cs = Biaya satu kali pesan (ordering cost) Cc = Biaya penyimpanan (carrying cost) per unit per tahun. Menggunakan rumus: ROP = d x L Dimana: d (Demand) = Jumlah permintaan per hari Lead Time = Waktu tunggu
Alat Ukur Menggunakan Program Komputer
Hasil Ukur Jumlah pemesanan ekonomis per item obat generik untuk setiap kali melakukan pemesanan.
Menggunakan Program Komputer
Waktu dilakukannya pemesanan kembali berdasarkan jumlah persediaan obat tertentu.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif berupa operational research. Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran proses pengendalian persediaan obat yang dilakukan di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih. Pendekatan ini dilakukan melalui wawancara mendalam dengan beberapa informan dan observasi. Sedangkan, penelitian operasional dilakukan dengan melibatkan user atau dokter yang menentukan nilai kritis obat generik melalui pengisian kuesioner. Selain itu, juga dilakukan pengolahan data sekunder, berupa daftar persediaan obat generik, daftar harga obat generik, dan data pemakaian obat generik selama periode Januari 2011 hingga Februari 2012.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Logistik Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih, khususnya di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan yang berlokasi di Jalan Cempaka Putih Tengah 1 Nomor 1, Jakarta Pusat. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan, yakni Bulan Mei 2012 hingga Juni 2012.
4.3 Informan Penelitian a) Untuk penelitian kualitatif, peneliti menetapkan informan berdasarkan prinsip yang berlaku, yaitu (Hadi, dkk, 2000): 1. Kesesuaian (appropriateness) adalah informan yang dipilih merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan terkait topik penelitian. 2. Kecukupan (adequacy) adalah data yang diperoleh melalui informan lengkap, sehingga dapat memperoleh gambaran dan fenomena yang ada.
Informan yang dipilih berdasarkan kedua prinsip tersebut, adalah: 1. Manajer Logistik 2. Manajer Farmasi 46
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
47
3. Kepala Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan 4. Koordinator Pengadaan Perbekalan Kesehatan 5. Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan 6. Pelaksana Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan
Dilakukan wawancara mendalam terhadap keenam informan tersebut untuk mengetahui gambaran proses pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih.
b) Untuk penelitian operasional, informan yang dipilih untuk mengetahui tingkat kekritisan obat terhadap pelayanan kepada pasien adalah dokter-dokter yang terdapat di RSIJ Cempaka Putih, baik dokter tetap maupun dokter paruh waktu. Pemilihan dokter didasarkan atas wawancara tidak terstruktur dengan Manajer Farmasi mengenai dokter yang sering melakukan peresepan obat generik. Informan yang digunakan berjumlah 6 (enam) orang yaitu Dokter Spesialis Syaraf, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Gigi & Mulut, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Bedah, Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan.
4.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis sumber data, yakni data primer dan data sekunder (Sugiyono, 2008). 1. Data Primer dalam penelitian ini diperoleh melalui: a. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan dengan 6 orang informan penelitian kualitatif, yaitu: Manajer Logistik, Manajer Farmasi, Kepala Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan, Koordinator Pengadaan Perbekalan Kesehatan, Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan, Pelaksana Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan. b. Kuesioner Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 6 orang user (dokter) yang menjadi informan, yaitu: Dokter Spesialis Syaraf, Dokter Spesialis Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
48
Penyakit Dalam, Dokter Gigi & Mulut, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Bedah, Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan. c. Observasi Merupakan
pengamatan
(observasi)
secara
langsung
proses
pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih. 2. Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui telaah dokumen yang terdiri dari daftar obat generik yang terdapat di Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan, daftar harga satuan obat generik, dan data jumlah pemakaian obat generik periode Januari 2011 hingga Februari 2012. Selain itu, juga dilakukan studi kepustakaan melalui buku, jurnal, atau referensi lain yang berkaitan dengan pengendalian persediaan berdasarkan metode analisis ABC, ABC indeks kritis, EOQ, dan ROP.
4.5 Instrumen Penelitian Instrumen utama penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri (Sugiyono, 2008), dimana peneliti yang melakukan wawancara secara langsung. Wawancara mendalam dilakukan dengan mengacu kepada pedoman wawancara mendalam. Instrumen lain yang digunakan adalah alat tulis dan alat perekam. Instrumen dalam penelitian operasional untuk data primer adalah kuesioner yang diberikan kepada user untuk mengetahui nilai kritis obat generik. Sedangkan, instrumen untuk data sekunder adalah pedoman telaah dokumen untuk melihat dokumen terkait dengan daftar obat generik, daftar harga satuan obat generik, dan data pemakaian obat generik selama satu tahun terakhir.
4.6 Validitas Data Untuk menjaga validitas data dan menguji hasil penelitian kualitatif, peneliti melakukan uji validitas dengan menggunakan triangulasi, yang terdiri dari (Hadi, dkk, 2000):
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
49
1. Triangulasi Sumber Melakukan pemeriksaan (cross-check) hasil wawancara mendalam dengan informan yang berbeda, yaitu: Manajer Logistik, Manajer Farmasi, Kepala Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan, Koordinator Pengadaan Perbekalan Kesehatan, Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan, dan Pelaksana Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan. 2. Triangulasi Metode Membandingkan data hasil wawancara mendalam dengan observasi maupun telaah dokumen. 3. Triangulasi Data Meminta umpan balik kepada informan. Hal ini bertujuan untuk alasan etik serta meningkatkan kualitas data yang diperoleh melalui saran dan informasi tambahan oleh informan.
4.7 Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pengolahan data untuk penelitian kualitatif dan pengolahan data untuk penelitian operasional.
4.7.1 Penelitian Kualitatif Pengolahan data primer berupa hasil wawancara mendalam diolah secara manual sebagai berikut: 1. Hasil wawancara mendalam dalam bentuk rekaman suara dipindahkan ke dalam bentuk transkrip wawancara lengkap untuk setiap informan. 2. Transkrip dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel yang diteliti. 3. Data yang terdapat dalam transkrip tidak semuanya digunakan dalam penelitian, untuk itu dilakukan reduksi untuk menghilangkan data-data yang tidak berhubungan dengan variabel penelitian. 4. Transkrip yang telah direduksi, dituangkan ke dalam matriks wawancara berdasarkan variabel penelitian, untuk kemudian ditriangulasi.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
50
5. Transkrip dan matriks wawancara merupakan pedoman untuk menyajikan hasil penelitian dan dengan menambahkan data-data hasil observasi dan telaah dokumen.
4.7.2 Penelitian Operasional Pengolahan data untuk penelitian kuantitatif dilakukan berdasarkan jenis data primer dan data sekunder. a. Data Primer Hasil dari kuesioner yang diberikan kepada dokter, dihitung jumlah skor setiap item obat untuk mendapatkan nilai kritis obat. Nilai kritis untuk setiap item obat generik merupakan rata-rata skor, yaitu membagi total skor dari semua informan (dokter) dengan jumlah dokter yang menilai. b. Data Sekunder Data sekunder yang diperoleh, kemudian diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dengan dibuat analisis sebagai berikut: 1. Analisis ABC Pemakaian Data jumlah pemakaian obat generik dari Bulan Januari 2011 hingga Februari 2012, diurutkan berdasarkan jumlah pemakaian terbesar sampai yang terkecil. Kemudian, dicari persen pemakaian dan persen kumulatif, sehingga didapat tiga kelompok obat dengan jumlah pemakaian tinggi, sedang, dan rendah, yaitu: -
Obat Kelompok A dengan persen kumulatif sampai 70%
-
Obat Kelompok B dengan persen kumulatif dari 70,1% - 90%
-
Obat Kelompok C dengan persen kumulatif dari 90,1% - 100%
2. Analisis ABC Investasi Data jumlah pemakaian obat generik dari Bulan Januari 2011 hingga Februari 2012 dilengkapi dengan data harga pembelian per satuan barang. Kemudian, dicari nilai investasi setiap obat dengan cara mengalikan jumlah pemakaian dengan harga satuannya. Nilai investasi tersebut kemudian diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah. Selanjutnya, dihitung persentase dari total nilai investasi keseluruhan dan dicari persen kumulatifnya berdasarkan persentase nilai investasi tersebut. Sehingga, Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
51
didapat tiga kelompok obat dengan nilai investasi tinggi, sedang, dan rendah, yaitu: -
Obat Kelompok A dengan persen kumulatif sampai 70%
-
Obat Kelompok B dengan persen kumulatif dari 70,1% - 90%
-
Obat Kelompok C dengan persen kumulatif dari 90,1% - 100%
3. Analisis ABC Indeks Kritis Analisis ABC indeks kritis dilakukan untuk mengetahui tingkat kekritisan obat
generik
terhadap
pelayanan
kepada
pasien
dengan
cara
menggabungkan nilai kritis yang diperoleh dari user dengan nilai pemakaian dan nilai investasi. Sebelumnya, melalui analisis ABC didapatkan kelompok nilai investasi dan nilai pemakaian. Masing-masing kelompok tersebut mempunyai nilai yaitu kelompok A=3, kelompok B=2 dan kelompok C=1. Akhirnya didapatkan setiap item barang memiliki 3 nilai yaitu nilai kritis, nilai investasi, dan nilai pemakaian yang digabungkan sesuai rumus: NIK = (2 x nilai kritis) + nilai investasi + nilai pemakaian Setelah mendapatkan nilai indeks kritis setiap obat, diperoleh tiga kelompok obat hasil analisis ABC indeks kritis, yaitu: -
Obat Kelompok A dengan NIK 9,5 - 12
-
Obat Kelompok B dengan NIK 6,5 - 9,4
-
Obat Kelompok C dengan NIK 4,0 - 6,4
4. EOQ (Economic Order Quantity) Merupakan jumlah pemesanan ekonomis untuk mengetahui jumlah pemesanan optimum setiap kali pesan untuk obat generik Kelompok A indeks kritis. Data yang digunakan dalam perhitungan EOQ, antara lain: -
Demand
: Jumlah pemakaian obat generik selama satu tahun (Januari 2011-Februari 2012)
-
Order Cost
: Biaya setiap kali pemesanan
-
Carrying Cost
: Biaya penyimpanan
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
52
5. ROP (Reorder Point) Merupakan titik pemesanan kembali untuk mengetahui kapan pemesanan obat dilakukan agar pemesanan menjadi optimum. Data yang digunakan antara lain: -
Demand
: Jumlah permintaan per hari
-
Lead Time : Waktu tunggu pemesanan obat
4.8 Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis terhadap isi (content analysis). Analisis isi adalah menganalisis setiap isi/teks yang didapatkan dari semua sumber (transkrip wawancara mendalam, kuesioner, observasi, dan telaah dokumen) berdasarkan topik/masalah penelitian. Semua data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder dikelompokkan sesuai dengan variabel yang terdapat dalam alur penelitian, kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada maupun hasil penelitian terkait yang ada sebelumnya.
4.9 Penyajian Data Data yang diperoleh disajikan secara deskripsi dan dalam bentuk tabel dan grafik agar mudah untuk dipahami.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 5 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH 5.1 Sejarah RSIJ Cempaka Putih Berdirinya Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) diawali karena adanya suatu kebutuhan akan pelayanan rumah sakit Islami. Hal ini yang kemudian turut dirasakan oleh salah satu tokoh Muhammadiyah, yaitu Dr. H. Kusnadi untuk mendirikan sebuah rumah sakit yang bernafaskan Islam. Gagasan tersebut berhasil mendapatkan dukungan dan sambutan positif dari berbagai pihak, terutama tokohtokoh penting dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Gagasan ini dirasakan sesuai dengan tujuan dan usaha-usaha pergerakan Muhammadiyah. Sehingga pada akhir tahun 1960, Pimpinan Muhammadiyah memutuskan untuk mendirikan sebuah rumah sakit di Jakarta. Secara garis besar, sejarah pendirian RSIJ dapat dijabarkan ke dalam tiga tahapan, sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan (1961-1967) Pada tanggal 18 April 1967, menurut akte Nomor 36 Tahun 1967 melalui Notaris R. Suryo Widjaja, berdirilah Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta yang diketuai langsung oleh Dr. H. Kusnadi. Setelah itu, pengurus yayasan semakin gencar untuk mencari dana pembangunan rumah sakit, sehingga ditemukanlah beberapa jalan untuk mendapatkan dana tersebut. Adapun dana yang telah diperoleh berasal dari berbagai sumber, antara lain: a. NOVIB (Nederlandsche Organisatie Voor Internationale Behulpzaam Held) Yaitu suatu lembaga pemerintahan Belanda yang memberikan bantuan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan. b. Partisipasi masyarakat Islam setempat c. Para pengusaha Muslim d. Bantuan pemerintahan Indonesia e. Dukungan Ir. H. M. Sanoesi Setelah dana bantuan terkumpul, diperolehlah tanah seluas kurang lebih 7 (tujuh) hektare yang terletak di daerah Cempaka Putih. Dalam hal ini, Bapak 53
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
54
Letnan Jenderal Ali Sadikin yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, memberikan andil yang cukup besar dalam hal pengalokasian tanah di daerah tersebut serta membantu untuk perkembangan selanjutnya. Namun, masalah kembali muncul untuk dana pengembangan gedung, seperti pengadaan material dan perlengkapan. Kemudian, pada tanggal 7 Maret 1968, terjadi penandatanganan MOU (Memorandum of Understanding) antara pihak Yayasan RSIJ yang diwakili oleh Dr. H. Kusnadi dengan pihak SCCFA (State Committee for Coordinating Foreign Aid) yaitu sebuah lembaga dari Departemen Luar Negeri Belanda, yang diwakili oleh B. J. Oeding. MOU tersebut berisi pernyataan bahwa SCCFA akan memberikan bantuan sebesar 75% dari biaya yang dibutuhkan untuk membangun RSIJ. 2. Tahap Rintisan (1971-1976) Setelah melalui berbagai perjuangan yang begitu melelahkan, akhirnya pada tanggal 23 Juni 1971, berdirilah dengan kokoh Rumah Sakit Islam Jakarta yang diresmikan oleh Presiden Soeharto. Pada saat itu, RSIJ hanya memiliki fasilitas gedung perawatan dengan kapasitas 56 Tempat Tidur (TT), ruang kantor, poliklinik, laboratorium, dan dapur. Sarana penunjang lain yang dimiliki adalah asrama putri dan rumah dinas untuk dokter. Ruang perawatan pada saat itu hanya terdiri dari Zaal A dan Zaal B. Dimana Zaal A adalah ruang perawatan khusus untuk pasien melahirkan dan pasien umum perempuan, sedangkan Zaal B khusus untuk pasien umum laki-laki. Pada tahun 1972, RSIJ mendapatkan bantuan dari Presiden Soeharto, sehingga dapat dibangun sebuah kamar operasi. Kemudian pada tahun 1973, dibangun gedung perawatan Kelas I yang disebut Zaal C dengan kapasitas 16 TT. Pada tanggal 24 Desember 1973, terjadi penandatanganan Berita Acara Kerjasama antara pihak Yayasan RSIJ dengan Sekolah Tinggi Kedokteran Yayasan Rumah Sakit Islam (YARSI) untuk pengelolaan perawatan kelas III yang berlokasi di komplek STK YARSI. Perawatan kelas III tersebut terdiri dari dua jenis ruang perawatan, yang selanjutnya diberi nama Pavilliun YARSI I dan II. Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1975, dibangun kembali ruang perawatan Kelas Utama yang diberi nama Zaal D dengan kapasitas 26 TT.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
55
3. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan (1978-1986) Pada tahun 1979, kembali dibangun empat buah gedung perawatan, dimana hal ini juga tidak terlepas dari bantuan Presiden Soeharto. Pada tahun yang sama juga terjadi perubahan nama yaitu dari istilah Zaal menjadi Pavilliun. Selain itu, pada tahun tersebut juga berhasil dibangun kamar rontgen, apotik, dan laboratorium. Kemudian pada tahun 1981, kembali dibangun ruang perawatan Kelas I dengan kapasitas 32 TT dan asrama putra dengan kapasitas 56 orang. Tahun 1982 dibangun sebuah gedung empat lantai untuk Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang mampu menampung 100 orang siswi. Pembangunan ini mendapatkan dukungan dari Pemerintah Saudi Arabia. Masih di tahun yang sama, Yayasan RSIJ berhasil membangun ruang perawatan Intensive Care Unit (ICU) dengan kapasitas 8 TT yang dilengkapi dengan fasilitas gas medis sentral. Seiring dengan perjalanannya, RSIJ terus mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Salah satunya adalah pada tahun 1986-1987 RSIJ telah memiiki kapasitas TT sebanyak 250 TT untuk perawatan Kelas III. Hal ini berarti 50% dari total kapasitas TT yang dimiliki, ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah yang merupakan wujud fungsi sosial RSIJ sebagai amal usaha Muhammadiyah. Pada tanggal 23 Juni 2001, RSIJ telah memiliki 466 TT dan didukung oleh 1.444 orang tenaga medis, perawat, dan non medis serta menggunakan berbagai peralatan canggih. Berdasarkan SK Menkes RI No. 1142/MenKes/SK/II/1995 pada tanggal 10 November 1995, ditetapkan bahwa Rumah Sakit Islam Jakarta sebagai Rumah Sakit Umum Kelas Utama yang merupakan klasifikasi tertinggi rumah sakit swasta yang memiliki jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan RSIJ ialah RS Islam Jakarta Timur, RS Islam Jakarta Utara, RS Khusus Kesehatan Jiwa, Balai Kesehatan Masyarakat (Balkesmas) Cipinang Muara, RS Bersalin Ibnu Sina, RS Bersalin Muhammadiyah Taman Puring, serta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) /Dinas Sehat Takaful (Website RSIJ Cempaka Putih, 2012).
5.2 Profil RSIJ Cempaka Putih Profil RSIJ Cempaka Putih secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
56
Gambar 5.1. Logo RSIJ Cempaka Putih 1. Nama Rumah Sakit
: Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
2. Kelas Rumah Sakit
: Kelas B Utama
3. Status Kepemilikan
: Swasta - Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta Amal Usaha Muhammadiyah
4. Status Akreditasi
: Lulus Akreditasi 16 Pelayanan versi 2007 pada tahun 2012 ISO 9001: 2000 pada tahun 2007 ISO 9001: 2008 pada tahun 2010
5. Alamat
: Jalan Cempaka Putih Tengah I/1 Jakarta Pusat 10510
6. Kecamatan
: Cempaka Putih
7. Kotamadya
: Jakarta Pusat
8. Provinsi
: DKI Jakarta
9. Telepon/Fax
: (021) 4250451; 42801567/ (021) 4206681
10. Website
: www.rsi.co.id
11. E-mail
:
[email protected]
(Sumber: http://www.rsi.co.id/)
5.3 Falsafah, Visi, Misi, Motto, dan Tujuan RSIJ Cempaka Putih Sebagai sebuah rumah sakit yang bernafaskan Islami, RSIJ Cempaka Putih juga mengamalkan nilai-nilai Islam yang tertuang dalam falsafah, visi, misi, dan motto sebagai berikut.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
57
5.3.1 Falsafah RSIJ Cempaka Putih Rumah Sakit Islam Jakarta adalah perwujudan daripada iman, yaitu sebagai perwujudan amal shaleh kepada Allah SWT dan menjadikannya sebagai sarana ibadah.
5.3.2 Visi RSIJ Cempaka Putih “Menjadi Rumah Sakit Kepercayaan Masyarakat dan Pusat Pengkaderan Tenaga Kesehatan Islam.”
5.3.3 Misi RSIJ Cempaka Putih Untuk mewujudkan visi tersebut, RSIJ Cempaka Putih memiliki dua misi utama, yaitu: 1. Pelayanan kesehatan Islami, profesional, dan bermutu, dengan tetap peduli pada kaum dhu’afa. 2. Mampu memimpin pengembangan rumah sakit Islam lainnya. Hal ini berarti mampu memimpin sesuai dengan rujukan dalam bentuk pelatihan, studi banding, magang, konseling, benchmarking.
5.3.4 Motto RSIJ Cempaka Putih Motto yang digunakan untuk memotivasi karyawan dalam memberikan pelayanan terbaik berbunyi: “Bekerja sebagai Ibadah, Ihsan dalam Pelayanan.” Motto tersebut memiliki makna bahwa dalam memberikan pelayanan terbaik yang disertai dengan keikhlasan dapat menjadi suatu amalan dan sarana ibadah, sehingga diharapkan juga hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap RSIJ Cempaka Putih.
5.3.5 Tujuan RSIJ Cempaka Putih Tujuan yang hendak dicapai RSIJ Cempaka Putih adalah mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi semua lapisan masyarakat melalui beberapa pendekatan, antara lain: Pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara komprehensif (menyeluruh), serta sesuai Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
58
dengan peraturan perundang-undangan dan tuntunan ajaran Islam, dengan tidak memandang agama, golongan, maupun kedudukan di masyarakat.
5.4 Struktur Organisasi RSIJ Cempaka Putih Berdasarkan Surat Keputusan Badan Pelaksana Harian RSIJ Nomor 044/KEP/I.6.AU/D/2011 tanggal 5 Muharram 1433 H atau 30 November 2011, struktur organisasi RSIJ Cempaka Putih dapat dilihat seperti yang terdapat pada lampiran 1. RSIJ Cempaka Putih dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang berada di bawah naungan langsung BPH Rumah Sakit Islam Jakarta. Adapun Direktur Utama dibantu oleh empat orang Direktur lainnya, yakni Direktur Pelayanan Rumah Sakit, Direktur Penunjang Pelayanan Rumah Sakit, Direktur SDI (Sumber Daya Insani) & Bindatra (Pembinaan Dakwah dan Citra), dan Direktur Administrasi Keuangan & SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit). Direktur Pelayanan RS dibantu oleh Asdir Medik & Profesi Kesehatan Lain, Asdir Keperawatan, dan Komite Keperawatan untuk membawahi Manajer Rawat Inap, Manajer Rawat Jalan, Manajer Pelayanan Medis Khusus, Manajer Radiologi & Diagnostik, Manajer Laboratorium, dan Manajer Farmasi & Sterilisasi. Direktur Penunjang Pelayanan RS langsung membawahi Manajer Gizi, Manajer Rekam Medis, Manajer Pemeliharaan & Kesehatan Lingkungan (Kesling), dan Manajer Logistik. Direktur SDI & Bindatra membawahi Manajer Keuangan, Manajer Akuntansi, dan Manajer SIRS. Sedangkan, Direktur Adm Keuangan & SIRS membawahi Manajer SDI, Manajer Binroh (Pembinaan Rohani), Manajer Yanum (Pelayanan Umum & Perkantoran), Manajer Pemasaran & Pencitraan, dan Manajer Diklat (Pendidikan dan Pelatihan). Selain itu, Direktur Utama juga membawahi secara langsung unit-unit kerja lainnya, seperti Komite Etik RS, Komite Medik, Komite Pendidikan, Satuan Pengawas Internal, Pengembangan Organisasi & Mutu, Humas & Legal, dan Manajemen Risiko.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
59
5.5 Ketenagaan RSIJ Cempaka Putih Berdasarkan data yang diperoleh dari Bagian SDI RSIJ Cempaka Putih, uraian mengenai ketenagaan RSIJ Cempaka Putih dapat dijabarkan menurut status tenaga kerja dan jenis kelamin. Dimana secara keseluruhan jumlah tenaga kerja yang dimiliki RSIJ Cempaka Putih periode April 2012 adalah sebanyak 1432 orang, yang terdiri dari tenaga kerja laki-laki sebanyak 650 orang dan tenaga kerja perempuan sebanyak 782 orang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.1. di bawah ini. Tabel 5.1. Ketenagaan RSIJ Cempaka Putih Menurut Status Tenaga Kerja dan Jenis Kelamin No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kode Status B Pegawai Tetap C Kontrak F Direksi J Magang L Paruh Waktu N Dokter Jaga O Bulanan R Konsultan U Purna Waktu X PKWT JUMLAH TENAGA KERJA
L 496 27 4 21 81 8 3 7 3 0 634
P 639 38 1 56 38 8 0 1 0 1 762
Jumlah 1135 65 5 77 119 16 3 8 3 1 1432
Sumber: Bagian Sumber Daya Insani RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar tenaga kerja yang terdapat di RSIJ Cempaka Putih merupakan pegawai tetap. Secara umum, ketenagaan yang terdapat di RSIJ Cempaka Putih dapat dikelompokkan menjadi lima jenis tenaga kerja, yaitu: 1. Tenaga Medis (Dokter tetap), terdiri dari; dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi. 2. Tenaga dokter tidak tetap, terdiri dari; tenaga paruh waktu, dokter tamu dan dokter jaga. 3. Tenaga perawatan, terdiri dari; pegawai perawatan, nonmedis penunjang dan pekarya perawatan. 4. Tenaga penunjang medis, terdiri dari; pegawai penunjang medis, nonmedis penunjang medis dan pekarya penunjang medis. 5. Tenaga nonmedis, terdiri dari; pegawai nonmedis dan pegawai tidak tetap. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
60
5.6 Fasilitas Pelayanan RSIJ Cempaka Putih Dalam rangka mencapai visi rumah sakit, yakni menjadi rumah sakit kepercayaan masyarakat serta pusat pengkaderan tenaga kesehatan Islam, RSIJ Cempaka Putih selalu berupaya memberikan pelayanan terbaik yang berorientasi kepada kebutuhan pasien, melalui berbagai produk layanan yang telah disediakan. Adapun fasilitas pelayanan RSIJ Cempaka Putih dapat dijabarkan sebagai berikut. 5.6.1
Pelayanan Medis Pelayanan Medis RSIJ Cempaka Putih terdiri dari pelayanan rawat jalan
dan rawat inap. Namun, RSIJ Cempaka Putih memiliki dua fasilitas pelayanan rawat jalan, yaitu Pelayanan Rawat Jalan Depan yang buka di waktu pagi dan sore hari, serta Pelayanan Rawat Jalan Raudhah yaitu pelayanan rawat jalan dengan fasilitas atau pelayanan eksekutif. 1) Pelayanan Rawat Jalan Depan Pelayanan Rawat Jalan Depan memiliki Poliklinik yang terdiri dari: a. Klinik Anak, terdiri dari: Syaraf Anak dan Gastroenterologi Anak. b. Klinik Bedah, terdiri dari: Bedah Umum, Bedah Orthopedi, Bedah Urologi, Bedah Anak, Bedah Gigi dan Mulut, Bedah Plastik, Bedah Syaraf, Bedah Thorax, Bedah Digestive, Bedah Onkologi. c. Klinik Kebidanan dan Kandungan d. Klinik Dalam, terdiri dari: Penyakit Infeksi Tropis, Ginjal dan Hipertensi, Reumatik dan Osteoporosis, Penyakit Hati, Penyakit Darah dan Kanker, Lambung dan Pencernaan. e. Klinik Mata f. Klinik THT g. Klinik Gigi dan Mulut h. Klinik Jiwa i. Klinik Kulit dan Kelamin j. Klinik Paru k. Klinik Psikologi l. Klinik Rehabilitasi Medik, terdiri dari: Fisioterapi, Okupasi, Speech Therapy. m. Klinik Syaraf Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
61
n. Klinik Umum o. Klinik Alzheimer p. Konsultasi Gizi, Diabetes, Laktasi, Keluarga Sakinah.
2) Pelayanan Rawat Jalan Raudhah Pelayanan Rawat Jalan Raudhah memiliki gedung tersendiri yang terdiri dari 4 lantai dengan berbagai jenis fasilitas, meliputi: 1. Poliklinik 2. Rehabilitasi Medik 3. Medical Check Up (MCU) 4. Akupuntur Selain berbagai pelayanan tersebut, di gedung Raudhah juga terdapat berbagai unit bisnis, yaitu: 1. ABDI (Alat Bantu Dengar Indonesia) adalah sebuah perusahaan alat kesehatan yang telah bekerja sama dengan pihak RSIJ Cempaka Putih dan menjual produknya di gedung Raudhah RSIJ Cempaka Putih. 2. Optik Mata 3. Toko Buku 4. Restaurant cepat saji, seperti KFC. 5. Mini Shop
3) Pelayanan Rawat Inap Pelayanan Rawat Inap RSIJ Cempaka Putih saat ini memiliki kapasitas 411 Tempat Tidur (TT). Dimana pelayanan tersebut terdiri dari beberapa kelas, yaitu VIP, Kelas Utama, Kelas I, Kelas II dan Kelas III yang terbagi-bagi ke dalam beberapa paviliun. Setiap kelas memiliki karakteristik yang berbeda termasuk dalam hal tarif pelayanan yang diberlakukan. Meskipun demikian, RSIJ Cempaka Putih tetap berorientasi kepada mutu pelayanan yang diberikan dengan tetap mengutamakan standar kelengkapan dan kelayakan serta keterjangkauan tarif pelayanan pada semua kelas perawatan. Uraian mengenai fasilitas serta kelengkapan berdasarkan paviliun dan kelas perawatan RSIJ Cempaka Putih dapat dilihat pada Tabel 5.2. di bawah ini. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
62
Tabel 5.2. Fasilitas Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Kelas dan Paviliun RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012 No 1
Kelas VIP
2
Pavilliun Muzdalifah Bawah Muzdalifah Atas
VIP
9
3 4
Multazam Bawah Arafah Bawah
VIP Utama
16 16
5 6
Multazam Atas Melati (Anak)
32 24
7
Shafa Annisa (Kebidanan)
8 9
Arafah Atas Shafa-Shafa (Pria)
10
Badar Anak)
(Anak-
11
Marwah (Wanita)
Bawah
12
Marwah (Pria)
Atas
13
Matahari (Pria)
Dua
14
Zam-Zam (Wanita) Stroke Unit
I I dan III I, II, III, dan Bayi Sehat IIA IIA dan IIB IIA, IIB, Isolasi IIC, IIIA, dan Isolasi IIC, IIIA, dan Isolasi III, Isolasi A dan B III
15
16
High Care Baby (HCB) 17 Intensive Care Unit (ICU) 18 High Care Unit (HCU) KAPASITAS TEMPAT TIDUR
Kapasitas TT 9
27
Fasilitas TV, AC, Kulkas, Telepon, Paket Welcome, Sofa Multifungsi. TV, AC, Kulkas, Telepon, Paket Welcome, Sofa Multifungsi, Ekstra makanan 2 kali/hari untuk satu Penunggu. TV, AC, Kulkas, Paket Welcome, Sofa. TV, AC, Kulkas, Telepon, Paket Welcome, Sofa. TV, AC, Kamar mandi di dalam Kelas I: TV, AC, Kamar mandi di dalam Kelas III: AC, TV di Hall Kelas I dan II: TV, AC, TT Bayi (Rooming In) Kelas III: AC Kelas Bayi Sehat: -
32 18
TV, AC, Kamar mandi di dalam TV, AC, Kamar mandi di dalam
30
Kelas IIA dan B: TV, AC, Kamar mandi di dalam Kelas Isolasi: AC, Kamar mandi di dalam IIC: TV, AC, Kamar mandi di dalam. IIIA: AC Untuk Kelas Isolasi kamar mandi berada di luar
45
45
IIC: TV, AC IIIA: AC
40
Kelas III: Fan. Kelas Isolasi A: TV, AC, Kamar mandi di dalam Kelas Isolasi B: Fan, Kamar mandi di luar. Fan.
14 10
AC, TV, Kamar mandi khusus, Monitor (Tensi, Nadi, Saturasi Oxygen), Syringe Pump, 1 buah Infusion Pump.
12
AC, Saturasi Oxygen.
7
AC, Monitor (Tensi, Nadi, Saturasi Oxygen), Syringe pump, 1 buah infusion pump. AC, Monitor (Tensi, Nadi, Saturasi Oxygen), Syringe pump, 1 buah infusion pump.
7 411
Sumber: Bagian Pemasaran RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012 Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
63
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa Kelas VIP sebagai kelas perawatan pada tingkatan yang paling tinggi memiliki fasilitas pelayanan terlengkap dari semua kelas perawatan di RSIJ Cempaka Putih. Hal tersebut juga sebanding dengan besarnya tarif pelayanan yang dikenakan, dimana pasien Kelas VIP harus membayar dengan tarif yang lebih mahal. Namun, apabila dibandingkan dengan rumah sakit swasta lainnya di Jakarta, tarif pelayanan Kelas VIP di RSIJ Cempaka Putih masih tergolong lebih murah, sehingga golongan menengah pun masih mampu memenuhi tarif tersebut. Selain itu, tabel tersebut juga memperlihatkan bahwa RSIJ Cempaka Putih peduli pada kaum dhuafa dan menengah ke bawah. Dimana kapasitas tempat tidur yang disediakan untuk Kelas II dan III lebih banyak dibandingkan Kelas VIP dan Kelas Utama.
5.6.2 Pelayanan Medis Khusus Pelayanan Medis Khusus memiliki beberapa fasilitas yang terdiri dari: 1. Kamar Bedah (operasi), terdiri dari beberapa jenis operasi yaitu: a. Bedah Umum b. Operasi Kebidanan dan Kandungan c. Operasi Urologi d. Operasi Bedah Vaskuler e. Operasi Bedah Thorax f. Operasi Bedah Syaraf g. Operasi Bedah Gigi dan Mulut h. Operasi Bedah Plastik i. OperasiBedah Mata j. Operasi Bedah THT k. Electro Short Wave Lithotripsi (ESWL) 2. Unit Gawat Darurat (UGD) 3. Intensive Care Unit (ICU) 4. High Care Unit (HCU) 5. High Care Baby (HCB) 6. Ruang Haemodialisa (HD) Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
64
7. Ruang Anastesi 8. Ruang SC
5.6.3 Pelayanan Penunjang Medis Pelayanan Penunjang Medis berfungsi untuk menunjang diagnosis dokter. Pelayanan Penunjang Medis yang tersedia di RSIJ Cempaka Putih, adalah: 1. Laboratorium, yang terdiri dari: a. Laboratorium Klinik b. Laboratorium Patologi Anatomi c. Bank Darah 2. Farmasi 3. Diagnostik Uji Medik, merupakan tes kesehatan melalui pemeriksaanpemeriksaan medik untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien pada saat itu. Beberapa macam pemeriksaan yang dimiliki, diantaranya: Audio Test, Aspirasi/Biopsi
hati,
Echo
Cardiografi,
Treadmill,
CT-Scan,
Sphingterotomi, Endoskopi, Gastroskopi, Colonoskopi, USG, EEG, EMG, ERCP, Dilatasi, Pemeriksaan Cairan Plural, Bronkoskopi, Fluoroskopi, Systoskopi, Brain Mapping, serta Pelayanan Uji Medik. 4. Dapur atau Instalasi Gizi 5. Radiologi 6. Rekam Medik
5.6.4
Pelayanan Umum Selain Pelayanan Medis dan Pelayanan Penunjang Medis, RSIJ Cempaka
Putih juga memiliki beberapa pelayanan lain yang dapat dikelompokkan ke dalam Pelayanan Umum, yaitu: 1. Pelayanan Kesehatan Masyarakat 2. Pelayanan Ambulance 3. Home care 4. Home Service 5. Konsultasi Sosial Medis
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
65
6. Klub Olahraga Kesehatan, seperti Jantung Sehat, Diabetes, Stroke, Tulang Sehat (mencegah osteoporosis), serta Asma. 7. Unit Bisnis, seperti ABDI, Optik Mata, Toko Buku, Kantin, KFC. 8. Pembinaan Rohani, yang ditujukan untuk pasien (pelanggan) dan pegawai rumah sakit. Kegiatannya dilakukan oleh para Mubaligh yang bertujuan untuk konsultasi seputar Agama Islam, melalui: Siaran radio dan televisi di rumah sakit, Peringatan Hari Besar Islam, maupun Pengajian rutin. 9. Pelayanan Unggulan. RSIJ Cempaka Putih memiliki beberapa pelayanan unggulan, diantaranya: Onkologi, Geriati, Rheumatologi, Stroke Center, Cardiovaskuler, Hematologi dan Urologi. 10. Pelayanan Prima, merupakan pelayanan yang dapat memenuhi harapan pelanggan, sehingga bukan hanya sekedar dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan. Terdiri dari : Kelas VIP, P3C (Petugas Pemandu Customer yang terdapat pada front line) dan Haemodialisa (HD).
5.7 Kinerja Pelayanan RSIJ Cempaka Putih Kinerja pelayanan suatu rumah sakit dapat diukur melalui beberapa indikator untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. indikator-indikator pelayanan rumah sakit tersebut bersumber dari sensus harian rawat inap, meliputi: 1. BOR (Bed Occupancy Ratio) 2. ALOS (Average Length Of Stay) 3. TOI (Turn Over Interval) 4. BTO (Bed Turn Over) 5. NDR (Net Death Rate) 6. GDR (Gross Death Rate) Adapun data indikator pelayanan RSIJ Cempaka Putih dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.3. di bawah ini.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
66
Tabel 5.3. Indikator Pelayanan RSIJ Cempaka Putih Tahun 2009 s/d 2011 No.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Indikator
BOR ALOS TOI BTO NDR GDR
2009
Tahun 2010
2011
65,34 % 3,56 2,08 61,55 15,10 29,02
67,94% 5,08 2,31 50,63 16,77 38,64
65,34% 6,06 2,68 47,26 19,15 40,98
Standar (Depkes RI, 2009) 60 - 85 % 6 - 9 hari 1 - 3 hari 40 – 50 kali Maks 25/1000 Maks 45/1000
Sumber: Bagian Rekam Medik RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit (Depkes RI, 2009). Tabel di atas memperlihatkan bahwa pemanfaatan perawatan di RSIJ Cempaka Putih telah cukup baik, karena cakupan BOR nya sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan Depkes RI, yakni sebesar 60%. Namun, pada tahun 2011 angka ini menurun dari tahun sebelumnya. ALOS merupakan rata-rata lamanya hari rawat pasien. Indikator ini dapat menggambarkan efisiensi dan mutu pelayanan rumah sakit. Hari rawat pasien di RSIJ Cempaka Putih telah sesuai dengan standar ideal ALOS menurut Depkes RI yaitu 6-9 hari. TOI adalah rata-rata rentang hari tempat tidur tidak ditempati hingga terisi ke saat berikutnya (Depkes RI, 2009). Rata-rata lamanya tempat tidur tidak terisi di RSIJ Cempaka Putih adalah 2 hari, dimana angka ini telah sesuai dengan standar ideal yaitu pada kisaran 1-3 hari. Sedangkan, BTO adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode. Angka ini menunjukkan efisiensi pemakaian tempat tidur di rumah sakit (Depkes RI, 2009). Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai sebanyak 40-50 kali. Angka ini pun semakin membaik hingga tahun 2011. NDR merupakan angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk setiap 1000 pasien keluar dari rumah sakit (Depkes RI, 2009). Angka NDR RSIJ Cempaka Putih telah sesuai dengan standar Depkes, yakni jumlahnya ≤25 untuk setiap 1000 pasien. Sedangkan, GDR merupakan angka kematian umum untuk setiap 1000 pasien keluar dari rumah sakit (Depkes RI, 2009). Dimana angka GDR RSIJ Cempaka Putih juga sesuai dengan standar yang ditetapkan Depkes, yakni ≤45 Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
67
untuk setiap 1000 pasien. Namun, angka NDR dan GDR yang terus meningkat selama 3 tahun terakhir perlu menjadi pantauan oleh pihak rumah sakit karena hal ini dapat menggambarkan mutu pelayanan RSIJ Cempaka Putih. Selain keenam indikator tersebut, kinerja pelayanan RSIJ Cempaka Putih juga dapat digambarkan menurut data trend kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap selama 3 (tiga) tahun terakhir, yang dapat dilihat pada Gambar 5.2. di bawah ini. 200000
185430
191024
192050 Rajal Depan Pagi
150000
Rajal Depan Sore Rajal Raudhah Pagi
100000
Rajal Raudhah Sore Total Rajal
50000 20808
19519
19423
Ranap
0 2009
2010
2011
Gambar 5.2. Trend Jumlah Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap RSIJ Cempaka Putih Tahun 2009 s/d 2011 Sumber: Bagian Rekam Medik RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa kunjungan terbanyak rawat jalan RSIJ Cempaka Putih berasal dari Rajal Depan pada jam pagi hari, kemudian disusul dengan Rajal Raudhah pada jam sore hari. Secara keseluruhan, angka kunjungan rawat jalan RSIJ Cempaka Putih cenderung meningkat dari tahun ke tahun, yaitu sebanyak 185.430 tahun 2009, kemudian 191.024 tahun 2010, menjadi 192.050 di tahun 2011. Sedangkan, jumlah pasien rawat inap mengalami trend yang tidak konsisten, yakni pada tahun 2009 sebanyak 19.519, kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi 20.808, namun menurun tahun 2011 menjadi 19.423.
5.8 Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Salah satu bagian di RSIJ Cempaka Putih yang memiliki peranan penting dalam mewujudkan visi rumah sakit melalui pelayanan yang bermutu kepada pasien adalah Bagian Logistik. Bagian Logistik khususnya Seksi Logistik Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
68
Perbekalan Kesehatan bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan barang perbekalan kesehatan dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Di bawah ini merupakan gambaran umum dari Bagian Logistik terutama Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih.
5.8.1 Visi dan Misi Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih 1) Visi “Menjadikan unit pelayanan penunjang umum yang amanah, tepat, dan cepat untuk tercapainya kebutuhan dan kepuasan stakeholder.”
2) Misi Untuk mewujudkan visi tersebut, terdapat beberapa misi yang dilakukan Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih, yaitu: 1. Mengelola dan memberikan pelayanan yang amanah, profesional dan bermutu 2. Menciptakan hubungan kemitraan dengan prinsip kepercayaan dan kejujuran 3. Mengembangkan sistem dan prosedur sesuai standar 4. Meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia sesuai kompetensi.
5.8.2 Tujuan, Fungsi, dan Sasaran Mutu Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih 1) Tujuan Tujuan Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih terbagi kedalam tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Untuk memenuhi kebutuhan persediaan barang unit-unit di RSIJ Cempaka Putih. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan fungsi pengadaan barang. b. Meningkatkan pengendalian biaya pengadaan barang. c. Meningkatkan ketepatan dan kecepatan pelayanan. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
69
d. Meningkatkan sistematika tata letak penyimpanan di gudang logistik. e. Meningkatkan perilaku islami, keterampilan, serta disiplin pegawai. 2) Fungsi Dalam menjalankan fungsinya, Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih terbagi ke dalam dua seksi, yaitu: 1. Seksi Logistik Umum & Investasi Berfungsi mengelola kegiatan pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian barang rutin, seperti Alat Rumah Tangga (ART), Alat Tulis Kantor (ATK), Bahan Makanan Kering (BMK), Bahan Makanan Segar (BMS), material bangunan, material listrik, linen dan barang cetakan, serta pengadaan dan penerimaan barang investasi. 2. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan Berfungsi mengelola kegiatan pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, reagensia, bahan radiologi, cairan Haemodialisa (HD), dan nutrisi parenteral.
3) Sasaran Mutu Dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal, Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih memiliki beberapa sasaran mutu yang dibagi berdasarkan seksiseksi di Bagian Logistik. Berikut adalah sasaran mutu yang ingin dicapai mulai periode Juni s/d Desember 2012. 1. Seksi Logistik Umum & Investasi a. Jumlah persediaan barang rutin di Gudang Penyimpanan & Distribusi sesuai dengan stok minimal, rata-rata sebesar 88%. b. Waktu kedatangan barang rutin kurang dari 7 (tujuh) hari kerja dengan target sebesar 90%. 2. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan a. Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB) dibuat tidak lebih dari 2,5 jam dari waktu penerimaan barang, dengan prosentase pencapaian sebesar 88%. b. Penolakan pemintaan barang oleh Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan maksimal sebesar 5%. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
70
Pada praktiknya secara umum, Bagian Logistik telah berhasil mencapai sasaran mutu yang telah dibuat. Namun, seiring dengan pencapaiannya, standar yang digunakan dalam sasaran mutu akan senantiasa diupdate atau ditingkatkan untuk terus diupayakan mendekati nilai yang paling ideal hingga mencapai zero defect (tanpa cacat). Standar mutu biasanya diupdate setiap 6 bulan sekali setelah dilakukan evaluasi pencapaian sasaran mutu. Namun, apabila standar mutu belum tercapai, maka akan langsung diupayakan tindakan korektif (perbaikan) secepatnya.
5.8.3 Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih 1) Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Jakarta Nomor 121/XII/SK/8/2006 Tanggal 01 Agustus 2006 Tentang Pemberlakuan SKBadan Pengurus RS Islam Jakarta mengenai Susunan Organisasi, Jenjang Jabatan (Eselonisasi) dan Tunjangan Jabatan RS Islam Jakarta, didapatkan bahwa struktur organisasi Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih dapat dilihat pada Gambar 5.3. di bawah ini. Manajer Logistik
Seksi Logistik Umum & Investasi (Ka.Seksi)
Koordinator Pengadaan
Koordinator Gudang
Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan (Ka.Seksi)
Koordinator Pengadaan
Koordinator Gudang
Gambar 5.3. Struktur Organisasi Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
71
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih dipimpin oleh seorang Manajer Logistik yang membawahi secara langsung dua Kepala Seksi, yakni Ka. Seksi Logistik Umum & Investasi dan Ka. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan. Ka. Seksi Logistik Umum & Investasi membawahi Koordinator Pengadaan dan Koordinator Gudang Penyimpanan & Distribusi. Serta masing-masing Koordinator membawahi Pelaksana, yakni Pelaksana Pengadaan Barang Rutin & Investasi dan Pelaksana Gudang Penyimpanan & Distribusi. Sedangkan, Ka. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan membawahi Koordinator Pengadaan Perbekalan Kesehatan dan Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan. Dimana Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan membawahi Pelaksana Gudang Perbekalan Kesehatan. 2) Uraian Pekerjaan Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan Berikut ini akan dipaparkan uraian pekerjaan yang difokuskan pada Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih berdasarkan struktur organisasi di atas: 1. Manajer Logistik Manajer Logistik bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Penunjang Klinik, serta membawahi Ka. Seksi Logistik Umum & Investasi dan Ka. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan. Fungsi utama Manajer Logistik ialah mengoordinir, mengendalikan, dan mengembangkan pelaksanaan fungsi pelayanan logistik yang meliputi fungsi Pengadaan Barang Rutin dan Inventaris serta Perbekalan Kesehatan (Perbekes) untuk memenuhi kebutuhan RSIJ Cempaka Putih dengan mengacu pada Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Badan Pelaksana Harian (BPH) RS Islam Jakarta serta Rencana Strategis (Renstra) dan Program Direktorat Penunjang Klinik. Tanggung Jawab pekerjaannya, meliputi: a. Tersedianya masukan untuk penyusunan Renstra dan Evaluasi Renstra Direktorat Penunjang Klinik. b. Terlaksananya Renstra Direktorat Penunjang Klinik yang terkait dengan Logistik. c. Tersedianya dan terjaminnya pelaksanaan Program Kerja Tahunan dan tercapainya sasaran Logistik. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
72
d. Terjaminnya koordinasi dan pengendalian dalam pelaksanaan fungsi Logistik sesuai Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Badan Pengurus Yayasan RS Islam Jakarta. e. Terlaksananya pembinaan dan pengembangan SDM di Bagian Logistik.
Adapun wewenang dari Manajer Logistik, meliputi: a. Melaksanakan keputusan/ kebijakan Direksi kepada jajaran Logistik. b. Melakukan negosiasi sesuai ketentuan Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Badan Pengurus Yayasan RS Islam Jakarta. c. Menandatangani Surat Pesanan Pembelian, Formulir Surat Perintah Mengeluarkan Uang (SPMU) sesuai ketentuan yang ditetapkan Direksi, Surat Perintah Kerja Lembur. d. Memberikan paraf pada Surat Permintaan Pembelian. e. Menentukan rekanan pengadaan sesuai Daftar Rekanan yang disetujui Direksi (DRD). f. Melakukan pembinaan terhadap SDM di jajaran Logistik. g. Melakukan evaluasi terhadap penilaian karya seluruh kepala seksi. h. Menyetujui pekerjaan yang disampaikan masing-masing kepala seksi. i. Melakukan mutasi dan rotasi intern di Bagian Logistik. j. Mengatur kebijakan pengelolaan pekerjaan di jajaran Logistik.
2. Ka. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan Ka. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan berada di bawah Manajer Logistik, serta membawahi secara langsung Koordinator Pengadaan Perbekalan Kesehatan dan Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan. Fungsi utama Ka. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan adalah mengoordinir dan mengawasi pelaksanaan fungsi Logistik Perbekes untuk memenuhi kebutuhan persediaan perbekalan kesehatan yang mengacu pada Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BPH RSIJ dan sasaran Bidang Logistik di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan. Tanggung jawab pekerjaannya, meliputi:
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
73
a. Tersedianya masukan untuk menyusun program kerja tahunan Bagian Logistik dan sasaran Bagian Logistik dalam fungsi Logistik Perbekes. b. Terjaminnya koordinasi dan pengawasan dalam pelaksanaan fungsi Logistik Perbekes sesuai standar pelayanan kesehatan Rumah Sakit. c. Terjaminnya pembinaan dan pengembangan bawahan.
Adapun wewenang pekerjaannya, meliputi: a. Mengusulkan sistem dan prosedur pembelian kepada Manajer Logistik. b. Mengusulkan perencanaan Perbekalan Kesehatan 3 bulanan kepada Manajer Logistik. c. Mengusulkan penambahan persediaan perbekalan kesehatan, jika ada kenaikan harga atau penawaran harga murah kepada Manajer Logistik sejauh tidak melebihi anggaran. d. Mengevaluasi pelaksanaan ketentuan harga jual perbekalan kesehatan. e. Mengusulkan rekanan baru kepada Manajer Logistik. f. Melakukan pembelian perbekalan kesehatan yang diperlukan segera. g. Membuat jadwal dinas harian, jadwal dinas lembur dan menetapkan petugas pengganti yang tidak masuk (cuti) serta mengusulkan rotasi karyawan kepada Manajer Logistik. h. Mengusulkan penambahan tenaga, sarana dan prasarana yang diperlukan Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan kepada Manajer Logistik. i. Memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan karyawan Bagian Logistik di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan.
3. Koordinator Pengadaan Perbekalan Kesehatan Koordinator Pengadaan Perbekalan Kesehatan bertanggung jawab secara langsung kepada Ka. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan. Dimana fungsi utama pekerjaanya ialah terselenggaranya dan terpenuhinya pengadaan barang perbekalan kesehatan secara efektif dan efisien, sesuai dengan kebutuhan.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
74
Tanggung jawab pekerjaannya, meliputi: a. Terpenuhinya perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien. b. Bertanggung jawab atas harga dan kualitas barang perbekalan kesehatan.
Adapun wewenang pekerjaannya, meliputi: a. Memesan barang perbekalan kesehatan sesuai kebutuhan dengan harga yang ekonomis. b. Mengoreksi dokumen pembelian dari rekanan agar sesuai dengan perjanjian (harga, kondisi diskon, dan lain-lain). c. Melakukan koordinasi dengan unit-unit terkait pengadaan barang. d. Mengusulkan kepada Ka. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas pengadaan perbekalan kesehatan.
4. Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan bertanggung jawab secara langsung kepada Ka. Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan dan membawahi Pelaksana Gudang Perbekalan Kesehatan. Fungsi utama Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan adalah menyelenggarakan pengelolaan Gudang Penyimpanan & Distribusi yang meliputi perencanaan, penerimaan, penginputan data ke dalam program SMART, penyimpanan, distribusi dan administrasi dokumen perbekalan kesehatan. Tanggung jawab pekerjaannya, meliputi: a. Pelaksanaan administrasi gudang yang meliputi penerimaan, penginputan data ke dalam program SMART, penyimpanan, dan pendistribusian barang. b. Bertanggung jawab atas kondisi barang baik secara kualitas maupun kuantitas. c. Bertanggung jawab atas kerapihan dan kebersihan ruangan gudang.
Adapun wewenang pekerjaannya, meliputi: a. Mengusulkan kebutuhan persediaan barang rutin dan cito. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
75
b. Menolak permintaan dari unit terkait mengenai barang baru maupun lama yang tidak/ belum tersedia karena belum sesuai dengan prosedur pengadaan. c. Menolak barang yang dikirim tidak sesuai kebutuhan (tidak sesuai surat pesanan, rusak, kadaluarsa, dan lain-lain). d. Mengusulkan perubahan daftar dinas Pelaksana Gudang. e. Mengusulkan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas di gudang.
5. Pelaksana Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan Pelaksana Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan bertanggung jawab secara langsung kepada Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan. Dimana fungsi utama pekerjaannya adalah melaksanakan tugas penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian. Serta bertanggung jawab atas terseleggaranya penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian dengan baik ke seluruh unit-unit kerja yang terkait. Adapun wewenang pekerjaannya, meliputi: a. Menolak permintaan barang dari unit kerja yang tidak sesuai ketentuan, (misalnya: tanpa dokumen permintaan baik secara sistem maupun manual). b. Menolak pengiriman barang yang tidak sesuai dengan pesanan/ kebutuhan. c. Mengusulkan hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas di Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan.
5.8.4 Ketenagaan Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih Data ketenagaan Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih khususnya staf Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih dapat dilihat pada Tabel 5.4. di bawah ini. Tabel 5.4. Ketenagaan Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012 No. 1. 2.
Jabatan Manajer Logistik Ka.Seksi Logistik Perbekes
Pendidikan S2 Apoteker SMF
Status Pegawai Tetap Pegawai Tetap Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
76
No. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Jabatan Koord. Gudang Logistik Perbekes Koord. Pengadaan Pelaksana Pengadaan Pelaksana Gudang Pelaksana Gudang Pelaksana Gudang Pelaksana Gudang Pelaksana Gudang Pelaksana Gudang
Pendidikan SMF
Status Pegawai Tetap
SMF SMF S1 Ekonomi SMA SMA SMF SMF SMF
Pegawai Tetap Pegawai Tetap Pegawai Tetap Pegawai Tetap Pegawai Tetap Magang PKWT PKWT
Sumber: Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012
5.8.5 Program Kerja Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Penyusunan program kerja Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih dilakukan setiap tahun dan tertuang dalam Plan of Action (POA) Bagian Logistik. Dalam POA tersebut juga mencakup hasil evaluasi kinerja Bagian Logistik pada tahun sebelumnya. Berikut adalah Program Kerja Bagian Logistik Tahun 2012. Tabel 5.5. Program Kerja Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012 PROGRAM 2012 KEUANGAN Pengendalian biaya pengadaan barang
PELANGGAN Peningkatan kepuasan pelanggan
TUJUAN
SASARAN
RENCANA TINDAKAN
INDIKATOR
Meningkatkan pengendalian biaya
Tercapainya efisiensi biaya
Melakukan pemantauan & evaluasi biaya pengadaan barang
Biaya
Tidak melebihi anggaran, program terealisasi 100%
Meningkatkan kepuasan pelanggan
Tercapainya pelayanan yang cepat dan tepat
Monitoring & evaluasi kecepatan dan ketepatan penerimaan barang
Kecepatan pelayanan
Maksimal 30 menit untuk barang umum dan maksimal 2,5 jam untuk barang perbekes. Sesuai spesifikasi
Ketepatan barang
TARGET
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
77
PROGRAM 2012
TUJUAN
PROSES BISNIS INTERNAL Peningkatan mutu Meningkatkan melalui penerapan mutu standar Akreditasi pelayanan
Peningkatan mutu melalui penerapan standar ISO 9001: 2008
Meningkatkan mutu pelayanan
Peningkatan koordinasi dalam peningkatan pelayanan berbasis syariah (islami)
Meningkatkan koordinasi dalam peningkatan pelayanan berbasis syariah (islami) Meningkatkan fungsi pengadaan
Peningkatan fungsi pengadaan
SASARAN
RENCANA TINDAKAN
INDIKATOR
TARGET
Tercapainya mutu pelayanan sesuai standar Akreditasi Tercapainya mutu pelayanan sesuai standar ISO 9001: 2008
Melakukan monitoring, evaluasi dan implementasi Akreditasi
Kesesuaian dengan standar Akreditasi
100%
Melakukan monitoring & evaluasi sasaran mutu dan implementasi ISO 9001: 2008 Menyediakan obat halal dengan memperhatika n azimah dan rukhsoh
Kesesuaian dengan standar
100%
Obat halal
100%
Melakukan koordinasi dengan unit terkait
Pelaksanaan pengadaan
Sesuai prosedur
Monitoring dan evaluasi kinerja rekanan (waktu pengiriman, dokumen, mutu)
Frekuensi laporan
3 bulan sekali dan 6 bulan sekali
Jumlah rekanan Spesifikasi barang
Perbekum 70% Perbekes 50% 100%
Tersedianya obat halal
Tercapainya implementa si pengadaan sesuai SPO
Mengevaluasi dan menyempurna kan spesifikasi barang
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
78
PROGRAM 2012
Peningkatan pemantauan implementasi modul inventori
Peningkatan koordinasi dalam realisasi green hospital
TUJUAN
Meningkatkan pemantauan implementasi program inventori
Mewujudkan green hospital
SASARAN
Tercapainya implementa si modul inventori secara terintegrasi
Terwujudny a green hospital
RENCANA TINDAKAN Melakukan standarisasi barang umum dan perbekes Melakukan koordinasi dengan unit terkait dalam mengurangi dead stock Perbekes Melakukan pengadaan barang secara aliansi Melakukan monitoring dan evaluasi master data
Monitoring ketepatan waktu transfer data ke modul back office Melakukan koordinasi dengan unit terkait dalam penetapan standarisasi Melakukan koordinasi dalam penyediaan bahan ramah lingkungan
INDIKATOR
TARGET
standarisasi
Nilai dead stock
100%
Turun 10% dari tahun 2011
Jumlah item Implementasi
<5 100%
Update master data
100%
Transfer data real time
1 hari real time ke back office 96%
Kesesuaian standar
100%
Bahan ramah lingkungan
100%
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
79
PROGRAM 2012
TUJUAN
Peningkatan koordinasi dalam penyiapan sarana dan prasarana
Meningkatkan sarana dan prasarana
Pengendalian Risiko Manajemen
Mengendalikan risiko manajemen
SASARAN Terlaksananya peningkatan koordinasi dalam penyediaan sarana dan prasarana Terkendalinya risiko manajemen unit kerja
PEMBELAJARAN & PERTUMBUHAN Penerapan API 2 Meningkatkan Terwujudnya perilaku islami peningkatan pegawai dalam perilaku islami pelayanan dalam pelayanan Peningkatan Meningkatkan Terwujudnya ketrampilan kompetensi kesesuaian melalui pelatihan (knowledge, antara dan pengembangan skill & attitude) pemegang pegawai pegawai pekerjaan (job holder) dengan persyaratan pekerjaan (job specification) Meningkatkan Meningkatkan Terwujudnya disiplin kerja disiplin kerja peningkatan pegawai pegawai disiplin kerja pegawai Kaderisasi Memperoleh Tersedianya kepemimpinan dan kader pemimpin kader keahlian dan tenaga ahli pemimpin dan tenaga ahli
RENCANA TINDAKAN Melakukan koordinasi dengan unit terkait dalam penyediaan sarana dan prasarana Monitoring danmengendal ikan faktorfaktor risiko Melakukan pelaporan kejadian risiko
INDIKATOR Pelaksanaan
Jumlah kejadian risiko
Laporan
TARGET 100%
0
100%
Monitoring evaluasi secara berkala
Jumlah komplain perilaku tidak islami
0 kejadian
Mengikuti pelatihan
Jumlah pegawai yang mengikuti pelatihan
80%
Monitoring evaluasi serta melakukan pembinaan. Melakukan kegiatan kaderisasi
Tingkat kedisiplinan
100%
Kader
100%
Memenuhi kebutuhan tenaga ahli
Tenaga ahli
100%
Sumber: Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 6 HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai pengendalian persediaan obat generik melalui analisis ABC indeks kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih tahun 2012. Pada bagian pertama disampaikan karakteristik informan dalam penelitian. Bagian kedua disajikan hasil penelitian, yaitu mengenai gambaran proses pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih yang diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen. Kemudian, dilanjutkan dengan hasil pengendalian persediaan obat generik dengan analisis ABC pemakaian, analisis ABC investasi, analisis ABC indeks kritis, penentuan jumlah pemesanan ekonomis (EOQ), dan titik pemesanan kembali (ROP) yang diperoleh melalui pengolahan data primer berupa nilai kritis obat dari hasil penyebaran kuesioner kepada user, dan data sekunder berupa daftar persediaan obat generik, daftar harga obat generik, dan data pemakaian obat generik periode Januari 2011-Februari 2012.
6.1 Karakteristik Informan 6.1.1 Penelitian Kualitatif Pada penelitian kualitatif dilakukan wawancara mendalam kepada informan untuk mengetahui gambaran proses pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih. Penelitian ini melibatkan Bagian Logistik khususnya Seksi Logistik Perbekes dan Bagian Farmasi yang berkaitan dengan proses pengendalian persediaan obat. Informan yang terlibat berjumlah 6 (enam) orang yang terdiri dari Manajer Logistik, Manajer Farmasi, Kepala Seksi Logistik Perbekes, Koordinator Pengadaan Perbekes, Koordinator Gudang Logistik Perbekes, dan Pelaksana Gudang Logistik Perbekes. Karakteristik informan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.1. berikut.
81
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
82
Tabel 6.1. Karakteristik Informan Kode Informan
Jabatan
Usia (tahun)
Jenis Kelamin
Pendidikan
I1
Manajer Logistik Manajer Farmasi Kepala Seksi Logistik Perbekes Koordinator Pengadaan Perbekes Koordinator Gudang Logistik Perbekes Pelaksana Gudang Logistik Perbekes
36
Perempuan
S2 Manajemen
Masa Kerja (tahun) 10
37 46
Perempuan Perempuan
S1 Apoteker SMF
12 19
48
Perempuan
SMF
29
23
Perempuan
SMF
4
54
Perempuan
S1 Manajemen
28
I2 I3
I4
I5
I6
6.1.2 Penelitian Operasional Penelitian operasional dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada user (dokter) yang sering menggunakan obat generik dalam pelayanannya, sehingga dapat diketahui nilai kritis obat generik terhadap pelayanan kepada pasien. Karakteristik informan yang terlibat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.2. berikut. Tabel 6.2. Karakteristik User Kode User R1
Poli Syaraf
Usia (tahun) 47
Jenis Kelamin Perempuan
R2
Penyakit Dalam
46
Perempuan
R3 R4
Gigi & Mulut Anak
47 48
Perempuan Perempuan
R5
Bedah Umum
70
Laki-laki
R6
Kebidanan & Kandungan
45
Laki-laki
Pendidikan
Status
Dokter Spesialis Syaraf Dokter Spesialis Penyakit Dalam Kedokteran Gigi Dokter Spesialis Anak Dokter Spesialis Bedah Dokter Spesialis OG
Tetap Tetap Tetap Tetap Paruh waktu Tetap
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
83
6.2 Hasil Penelitian 6.2.1 Pengendalian Persediaan Obat di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan keenam informan di atas, diketahui bahwa proses pengendalian persediaan obat untuk menentukan tingkat persediaan yang optimum di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih adalah melalui standar minimum-maksimum. Selain itu, informan pertama menambahkan pengendalian persediaan dilakukan dengan memonitor kondisi persediaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas secara kolaborasi tim. Sedangkan, tiga informan lain menambahkan pengendalian dilakukan dengan menerapkan FIFO (first in first out) pada saat pengeluaran barang untuk menghindari barang-barang yang expired. Berikut adalah kutipan wawancaranya: “Dalam hal pengendalian ya? selama ini kita lebih cenderung kepada melakukan kolaborasi tim...Kita masing-masing mempunyai penanggung jawab lemari, kemudian penanggung jawab lemari melakukan cross check terhadap data yang ada dari segi kualitas ataupun kuantitas. Kemudian, data ini akan direkapitulasi oleh koordinator, menjadi pantauan mereka dan dilaporkan kepada Seksi-seksi dan Manajer, Kasie juga bantu pantau mereka ke lapangan.. Otomatis kolaborasi itu melakukan pengecekan baik itu kuantitas dan kualitas..Cuma dalam hal pengendalian persediaan jumlah pengadaan rumah sakit ini kita memang melakukan evaluasi standar minimum dan maksimum secara berkala…” (I1) “..Metode dengan memperhatikan standar minimal maksimal aja dari obat tersebut….” (I2) “Sistemnya yang pertama FIFO, jadi kita ngeluarin berdasarkan barang masuk pertama trus harus keluar, nah trus untuk pengendalian persediaannya kita menggunakan min-max... “ (I5) “Kalau di komputer berdasarkan min-maks nya.. pake set barang kalo untuk pembelian dengan memperhitungkan min-max, jadi akan terkendali pemakaian banyak sedikitnya.. trus juga harus diperhatikan fast movingnya barang… FIFO ya harus diperhatikan juga mana barang yang keluar duluan karena expired ya..” (I6) Standar
minimum-maksimum
merupakan
batas
persediaan
yang
ditetapkan berdasarkan data historis pemakaian atau data permintaan dari Bagian Farmasi selama satu tahun sebelumnya. Dimana data jumlah pemakaian selama satu tahun dijadikan data pemakaian per bulan, kemudian setengah dari total pemakaian per bulan tersebut menjadi standar atau batas maksimal dari persediaan Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
84
untuk bulan berikutnya. Standar minimum yang ditetapkan di Gudang Logistik Perbekes adalah untuk 1 minggu persediaan dan standar maksimumnya untuk 2 minggu persediaan. Sedangkan, standar minimum di Bagian Farmasi adalah untuk 3 hari persediaan dan standar maksimumnya adalah untuk 7 hari persediaan. Namun, berdasarkan wawancara dengan informan pertama dan kelima, diperoleh informasi bahwa penerapan standar minimum-maksimum tersebut belum dilakukan secara optimal, yakni terkait evaluasi atau pengupdatean standar minimum-maksimum yang tidak dilakukan secara rutin ke dalam sistem SMART. Hal ini, tentu akan berpengaruh kepada perencanaan jumlah pengadaan persediaan berikutnya. “Belum maksimal... karena terus terang inventori itu dilaksanakan mulai tahun 2006, vpdate min-maks nya itu telah dilaksanakan tapi ngga terlalu optimal, baru beberapa kali, tidak ada periode khusus seperti itu... harapannya kedepan sih apakah setiap 3 bulan tapi lebih baik lagi setiap sebulan kita evaluasi minmaksnya... kenapa? Karena data kumulatif itu kan bergerak bergerak bergerak terus, kita harus melakukan perubahan data di sistem...” (I1) “..Harus diupdate setiap bulan, karena kan kita tidak tau kasus-kasus apa yang terjadi, jadi kita min-maks itu berdasarkan kasus. Jadi kalau memang satu obat itu lagi kasus banyak lagi pemakaian banyak kita akan tinggikan maksimalnya, tapi kalau memang kasusnya jarang kita akan turunkan. Evaluasi itu memang harus dilakukan setiap sebulan.... Fifty-fifty ya, terkait evaluasi nya belum optimal.” (I5) Metode standar minimum-maksimum ini dirasa sudah cukup tepat dalam menentukan jumlah kebutuhan dan menjaga tingkat kestabilan persediaan di Gudang Logistik Perbekes. Namun, informan pertama menyatakan bahwa metode ini belum terlalu tepat, dimana idealnya melakukan perencanaan dengan menggunakan beberapa metode seperti ABC, VEN, dan menyesuaikan dengan kondisi di lapangan agar data perencanaan menjadi lebih valid. Berikut adalah petikan wawancaranya: “Memang selain kondisi itu, kita harus memperhatikan juga kondisi demand di lapangan ya, memang sih dalam kondisi idealnya kita harus menegaskan beberapa metoda-metoda perencanaan. Kalo selama ini kita masih mengandalkan data pakai, metoda konsumsi dan metoda epidemiologi. Sebenarnya kan ada lagi data perencanaan menggunakan ABC, ada diagram VEN, atau segala macam, dan itu memang belum pernah kita lakukan seperti itu… Belum terlalu tepat ya, mungkin kalau bisa kita mengadakan perencanaan dengan beberapa kombinasi metode, karena kalau cuma dengan satu, ya perkiraan kita sudah tepat ternyata dengan kenyataan di lapangan tidak, karena hal ini masih terbukti dengan beberapa kondisi pembelian cito kita...” (I1) Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
85
“….Sudah tepat sih...” (I5) “Tepat ya… Kita juga harus perhatikan kalo fast moving nya itu lho.. Ntar kalo tiba-tiba menurun kita juga rubah itu standar maksimalnya, kan kadang-kadang juga obat itu langsung turun ga laku, ntar kalo lagi naek, naek banyak.. gitu, jadi itu harus diperhatikan juga..” (I6) Selain menggunakan metode tersebut, baik Seksi Logistik Perbekes maupun Bagian Farmasi, sama-sama melakukan evaluasi obat secara berkala untuk mengetahui pergerakan obat, terutama obat-obat yang tidak laku (OTL) dan obat-obat yang penggunaannya lambat (slow moving). Evaluasi ini dilakukan setiap 6 bulan sekali yaitu Bulan April dan Oktober. Selain itu, juga dilakukan evaluasi expired date obat pada saat stock opname untuk mengetahui obat-obat yang akan expired selama satu tahun ke depan, serta pengecekan fisik setiap hari untuk melihat adanya selisih barang dan obat-obat yang expired. “Evaluasi secara berkala kita lakukan dua kali setahun, yaitu bulan April dan Oktober untuk mengetahui data pergerakan obat, sementara untuk posisinya evaluasi min-max tadi dari segi kualitas kita laksanakan lebih cenderung kepada sekali setahun pada saat stock opname, otomatis sudah mencatat barang yang akan expired selama 1 tahun ke depan, tinggal hati-hati dari barang yang akan masuk selama 1 tahun berjalan ini… pengecekan fisik juga karena bisa jadi di lapangan, di stock nya 10 tapi ternyata di fisiknya bisa 8….” (I1) “Untuk evaluasi kita lakukan setahun dua kali, setiap 6 bulan yaitu bulan April dan Oktober… Secara fisik ada penanggung jawab lemari yang bertanggung jawab terhadap kewajaran persediaan, selisih obat, OTL dan ED nya obat…. ED dilihat secara fisik, di sistem sebenarnya ada ya fasilitas, tapi kita ga bisa nangkep dari sistem karena di Logistik pun dia belum mengentri semua expired ya…” (I2) “Obat tidak laku kita per 6 bulan, April dan Oktober.. Jadi kalau 6 bulan stuck tanpa berjalan, masuk OTL.. dan itu kita nonaktifkan di master kita.. jadi nanti kalau misalkan dia mau masuk lagi, dia harus prosedur obat baru… Nah kalau 3 bulan berturut-turut tidak jalan itu masuk slow.. kita mengingatkan principal.. kan kalau untuk obat baru itu masuk standarisasi harus nunggu.. setahun dua kali, Maret dan September, jadi mesti nunggu bulan itu kalau dia mau masukin lagi…” (I3) Berdasarkan hasil telaah dokumen, diperoleh data bahwa pada periode 2011 terdapat 35 item OTL dengan nilai sebesar Rp 6.051.180,- dimana hingga januari 2012 telah terjual atau berhasil diretur sebanyak 23 item, sehingga sisa OTL hingga akhir januari 2012 adalah 13 item dengan nilai Rp 1.710.378,- . Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
86
Sedangkan, obat slow moving periode Oktober 2011 hingga Maret 2012 terdiri dari 88 item. Upaya yang dilakukan terhadap obat tidak laku tersebut yaitu menghubungi dokter yang dulu meresepkan obat tersebut untuk membantu meresepkannya kembali hingga habis. Apabila tidak berhasil, obat yang kemasannya masih utuh biasanya diretur/dikembalikan ke distributor. Namun, apabila sudah berupa pecahan, maka principal/pabriknya akan diminta untuk membeli obat tersebut melalui apotik rumah sakit. Pada stock opname, dilakukan kegiatan penghitungan fisik barang yang bertujuan untuk mengetahui jumlah aset/kekayaan rumah sakit saat akhir tahun. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun, tidak hanya di Bagian Logistik dan Bagian Farmasi, namun di seluruh bagian yang ada di rumah sakit. Biasanya dilakukan pada hari libur agar tidak mengganggu pelayanan. Proses stock opname di Gudang Logistik Perbekes biasanya diawali dengan memeriksa seluruh fisik barang, meliputi expired date, selisih antara stok fisik dengan kartu stok manual maupun sistem, kemudian menghitung jumlah barang dengan menetapkan batas cut off pada sistem untuk memudahkan penghitungan. Berikut adalah pernyataan informan: “Sekali setahun.. Stock opname udah dibantu dengan sistem, misalnya tanggal 25 Desember kita cut off jam 8 pagi.. jadi kita menghitung barang pada kondisi tanggal 25 jam 8 pagi.. tanggal 25 misalnya ada barang 100, kemudian sampai tanggal 31 terjadi transaksi pengurangan barang sekitar 25, pada kondisi jam 00.00 kita sudah mengetahui posisinya 75.. karena batas cut off sebagai dasar perhitungan..” (I1) “ Stock opname kita setahun sekali.. pada saat stock opname kita kan itu menghitung fisik, jadi ada form nya khusus.. di form itu ditulis fisik obat, kemudian ada selisih ga antara fisik dengan kartu stok, kemudian sama kolom keterangan untuk menuliskan ED atau OTL..” (I2) “Setiap akhir tahun.. stock opname itu kan kita mengecek semua barang yang ada di gudang.. intinya stock opname itu adalah mengetahui jumlah kekayaan rumah sakit di gudang itu berapa saat akhir tahun.. sebelum melakukan stock opname ada namanya pra SO yaitv kita menyeleksi atau memeriksa semua fisiknya, expirednya, jumlahnya, kartunya cocok ga, nah pada saat hari H kita melakukan perhitungan barang.. “ (I3) “Dilakukan setiap setahun sekali….” (I5) Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
87
Salah satu bentuk upaya pengendalian persediaan di Gudang Logistik Perbekes adalah melalui sistem pencatatan. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan adalah melalui kartu stok sistem dan kartu stok manual. Walaupun transaksi barang masuk dan keluar telah dicatat secara real time ke dalam kartu stok sistem (inventory), namun penggunaan kartu stok manual masih dibutuhkan karena perilaku SDM yang masih khawatir meninggalkan kartu stok manual dan untuk alasan kemudahan penelusuran barang secara langsung apabila terjadi kesalahan. “Pencatatan persediaan disini menggunakan sistem komputerisasi, otomatis transaksi barang keluar dan masuknya secara real time.. untuk posisinya kartu stok manual memang sih idealnya kita udah ga perlu lagi, karena dengan keluar masuknya di sistem sudah langsung terakumulasi dalam bentuk kartu stok sistem.. Cuma kita masih ada kekhawatiran bahwasannya kita tidak bisa meninggalkan kartu stok manual sampai hari ini.. Mungkin dengan harapan kedepannya stok manual bisa dihilangkan… Kita masih butuh mengubah perilaku SDM nya karna belum semuanya terbiasa menggunakan fasilitas komputer….” (I1) “Pencatatan persediaan dengan menggunakan kartu stok. Pada saat barang masuk dari logistik selalu kita catat.. setiap transaksi ke pasien pun kita catat... secara manual, walaupun sebenarnya secara sistem sudah tercatat juga, cuma kita inget lagi metode telusurnya yang kita khawatir kalau tidak menggunakan kartu stok manual kita tidak mampu telusur pada saat ada kesalahan.. ga bisa ngelacak…” (I2) “Dengan stok manual dan inventori.. jadi begitu barang masuk, dicetak berita acara penerimaan barang, masuklah secara inventori jumlah barang...Setelah itu kita meletakkan kan di rak-rak obat, masuklah ke stok manual.. dicatat semuanya, nama PBFnya, tanggalnya, jumlahnya..” (I3) “Manual juga, sistem juga... Jadi secara sistem dulu, baru kita lakukan ke manual...” (I6) Berdasarkan keterangan dari Gudang Logistik Perbekes, diperoleh informasi bahwa selisih atau perbedaan jumlah barang antara kartu stok dengan fisik, pasti ada. Namun, biasanya petugas Gudang diminta untuk menelusuri data selisih selama 1 x 24 jam, agar data selisih tidak terus berlanjut. Biasanya data selisih disebabkan oleh kesalahan dalam penjumlahan serta kesalahan dalam pemberian jumlah obat. Untuk itulah pentingnya dilakukan pengecekan fisik setiap hari untuk menghitung dan mencocokkan jumlah persediaan antara kartu
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
88
stok manual maupun sistem dengan fisik obat, agar selisih barang bisa segera ditelusuri. Selain selisih barang, Gudang Logistik Perbekes tentunya pernah mengalami kekosongan persediaan (stockout). Kekosongan tersebut biasanya disebabkan oleh demand (permintaan) dari Bagian Farmasi meningkat karena terjadi peningkatan kasus dari biasanya, selain itu juga terjadi perubahan sifat obat yaitu obat slow moving atau bahkan OTL tiba-tiba menjadi obat fast moving, sehingga tidak tersedia karena tidak disiapkan atau masih dalam proses pemesanan. Penyebab ketiga adalah terjadi kekosongan di pabrik atau PBF/distributor. Berikut adalah keterangan yang diberikan informan: “Kekosongan obat ada juga yang terjadi.. karena itu faktornya permintaan di bawah yang meningkat, dalam arti kata kita normalnya adalah 100 tiba-tiba demand di lapangan meningkat 150 karena mungkin ada kondisi khusus di lapangan.. Bisa juga karena faktor obat itu tidak laku tiba-tiba ditulis lagi, atau obat slow moving ditulis lagi. Karena kebijakannya 6 bulan tidak ada transaksi, obat itu harus keluar dari standarisasi.. tiba-tiba mungkin rep nya ngingetin dokter lagi kan, ditulis lagi sama dokter padahal kita udah ga nyiapin lagi…” (I1) “Kekosongan terjadi bila tiba-tiba barang itu jadi fast moving, misalnya antibiotik ini bulan lalu pemakaian sebulan cuma 5, otomatis kan kita sedia cuma 2 tuh untuk 2 minggu, tiba-tiba sekarang sehari 5.. kan kurang tuh, akhirnya kosong ga bisa nyiapin, padahal kita lagi proses pesan… atau terjadi kekosongan di PBF, kita udah pesan barang itu kosong…” (I3) “Untuk penolakan permintaan, kekosongan itu pernah terjadi..sering lah ya...karena kan kalo kekosongan faktornya dari PBF (distributor)..kalo memang distributornya itu kosong obat, otomatis kan dia ga akan kirim ke kita, mungkin alternatif nya kita akan cari ke tempat lain, tapi kan kita akan menolak permintaan….” (I5) “Ada setiap bulan..mesti ada aja barang kosong itu..kosong pabrik banyakan, pabriknya kosong.. kendalanya dari pabriknya, distributornya…” (I6) Solusi atau upaya yang dilakukan selama ini untuk mengatasi kekosongan persediaan tersebut adalah pencarian obat ke subdistributor, negosiasi dengan user oleh Bagian Farmasi untuk menggantikan obat tersebut dengan yang sejenis, serta pembelian cito ke apotik rekanan atau apotik sekitar, rumah sakit cabang, atau rumah sakit lain. Berikut adalah keterangan dari informan: “Biasanya kita akali dengan pembelian cito ke distributor atau pembelian ke rekanan terdekat apotik ataupun rumah sakit lain…” (I1) Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
89
“Kita beli ke apotik sekitar sini atau ke apotik rekanan kita.. Kita kan motto nya tidak menolak resep, dengan begitu akhirnya ketika kita kosong, kita beli….” (I2) “Kita tanya ke cabang, atau kalo di cabang ga ada juga ke apotik yang kerjasama.. bisa beli ke Subdis, cuma ga ada diskon atau diskonnya kecil…” (I4) “Kalo misalkan kosongnya PBF (distributor) kita akan berusaha untuk pindah ke distributor lain, kalo memang dia kosong pabrik otomatis kan semua distributor akan kosong, kita akan segera informasikan ke Farmasi untuk menggantikan obat tersebut….” (I5) Berdasarkan hasil telaah dokumen, yaitu data Rekap Pembelian Non PO, diperoleh informasi bahwa pembelian ke luar yang dilakukan selama periode Januari 2011-Februari 2012 adalah sebesar Rp 110.168.107,- dan pembelian ke rumah sakit cabang sebesar Rp 1.515.999,- . Tabel 6.3. di bawah ini memperlihatkan frekuensi pembelian ke luar berdasarkan kategori penyebab kekosongan. Tabel 6.3. Pembelian Keluar Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Penyebab Kekosongan Tidak Sedia Stok Kurang Obat Tidak Laku Obat Baru Kosong PBF Jumlah
Frekuensi 129 3 6 3 3 144
Persentase (%) 89,58 2,08 4,17 2,08 2,08 100
Sumber: Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa penyebab kekosongan terbesar sehingga harus dilakukan pembelian ke luar adalah tidak tersedianya barang yang diminta di Gudang Logistik Perbekes. Frekuensi pembelian ke luar karena faktor kekosongan tersebut mencapai 89,58% dari total frekuensi pembelian ke luar. Obat-obat yang akan diadakan di rumah sakit harus mengacu kepada standarisasi rumah sakit atau formularium rumah sakit. Hal ini bertujuan untuk membatasi obat-obat yang akan masuk ke rumah sakit untuk menjamin efek terapi, keamanan, harga obat, serta memaksimumkan penggunaan obat secara rasional. Namun, berdasarkan hasil wawancara mendalam, diperoleh informasi bahwa formularium rumah sakit belum diterapkan secara optimal dalam proses pengadaan obat. Hal ini terutama disebabkan oleh ketidakpatuhan user dalam Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
90
meresepkan obat sesuai formularium, serta belum optimalnya pengupdatean standar formularium. Berikut ini kutipan wawancara terkait formularium. “Untuk implementasi formularium sih telah diterapkan, tapi bisa dikatakan belum terlalu optimal 100% ya, bisa dikatakan 80-85%...karena masih ada dokterdokter yang menulis obat-obatan diluar formularium, hal ini kita buktikan dengan adanya pembelian cito tadi..Barang-barang yang kategorinya masih obat baru dia udah nulis..atau obat OTL tadi tiba-tiba ditulis lagi karena dia diingetin lagi atau dideketin lagi…Kendala paling utama adalah kita sangat sulit untuk mengumpulkan dokter...” (I1) “Belum optimal…penyebabnya pertama karena kita belum selalu update ya, ya mungkin seharusnya 6 bulan sekali atau bagaimana, RS kebijakannya baru 3 tahun sekali kita merubah, nah ini kita mencoba kurangin lagi untuk 2 tahun kita mau merubah lagi... Kadang juga dokter masih banyak yang menuliskan obatobat baru yang memang kita belum punya dan belum ada di penawaran.. ada juga dokter yang meresepkan obat-obat lama yang sudah kita keluarkan…” (I2) “Kayaknya sih belum.. walaupun sudah ada, tapi dokternya rata-rata tidak patuh.. makanya ga jalan formularium…” (I3) Secara
keseluruhan,
kendala
yang
dihadapi
dalam
melakukan
pengendalian persediaan di Seksi Logistik Perbekes menurut informan adalah pergerakan demand (permintaan) dari user yang berubah-ubah sehingga terjadi perubahan perilaku obat yang sebelumnya slow moving menjadi fast moving atau sebaliknya. Hal tersebut juga terkait dengan implementasi formularium yang belum optimal. Selain itu, masih kurangnya koordinasi antara Bagian Farmasi dengan Bagian Logistik ketika terdapat pemakaian yang tiba-tiba meningkat. Luas tempat penyimpanan juga dirasa kurang memadai terutama ketika harus memesan obat dalam jumlah besar karena peningkatan kasus. Kemudian, evaluasi atau pengupdatean standar minimum-maksimum yang tidak dilakukan secara rutin membuat perkiraan standar minimum-maksimum ada yang meleset. Selain itu, kekosongan di distributor atau pabrik dan keterlambatan pengiriman juga kerap menyulitkan dalam pengadaan persediaan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut: “Kendala yang dihadapi mungkin dalam hal pergerakan demand dari user itu ya.. kadang kita udah punya perencanaan, dokter tiba-tiba mungkin dideketin lagi sama rep.. Kalo untuk internalnya, ya itu kadang dari evaluasi min-max tadi yang tidak diupdate secara berkala, jadi akibatnya kebutuhan tahun lalu yang kategorinya mungkin 50 dipake juga untuk standar sekarang, padahal bisa jadi standar itu udah ga dipake….” (I1) Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
91
“Kendalanya tadi ya..pada saat dokter meresepkan obat yang memang kita sudah ga punya lagi.. Kemudian yang kedua, kurangnya koordinasi juga ya antara di Farmasinya dengan Logistik saat ada obat-obat booming kan harusnya di bawah menaikkan min-max harusnya mereka juga koordinasi ke Bagian Logistik, itu perlu harus ditingkatkan lagi ya…” (I2) “Kendalanya ya itu, formularium rumah sakit belum berjalan optimal.. ya itu, karena formularium ga berjalan, tiba-tiba ada obat yang ga jalan, tiba-tiba ada obat yang fast moving.. Eksternnya lebih kepada kekosongan PBF dan pabrik…” (I3) “Kendalanya ya.. update untuk min-max, mungkin juga kendala dari luas tempat penyimpanan disaat ada kasus banyak kita harus pesan obat itu banyak, tapi ternyata tempatnya kurang memadai… Eksternnya ya mungkin obat kosong tadi ya distributornya, mungkin dari farmasinya juga telat kalo barang itu ternyata kosong, sedangkan di kita stok nya sudah minim..mungkin pengendalianpengendalian itu....” (I5) “Satu, distributor kosong.. kosong pabrik. Kedua, keterlambatan pengiriman barang dari distributor, terlambatnya persediaannya ya itu.. lama distributornya atau terhambat…” (I6)
6.2.2 Analisis ABC Pemakaian Salah satu teknik pengendalian persediaan menurut Rangkuti (1996) adalah teknik klasifikasi persediaan yang disebut dengan analisis ABC yang sangat berguna untuk memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting. Dari hasil telaah dokumen berupa data pemakaian obat generik selama periode Januari 2011 hingga Februari 2012, diperoleh obat generik yang tergolong ke dalam kelompok A, B, dan C. Berikut adalah hasil pengelompokkan obat generik berdasarkan analisis ABC pemakaian. Tabel 6.4. Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 Kelompok Obat Generik Pemakaian Jumlah Item Persentase Jumlah Persentase (%) (%) A 32 19,16 1.792.313 69,36 B 36 21,56 535.120 20,71 C 99 59,28 256.658 9,93 Total 167 100 2.584.091 100 Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
92
Dari tabel di atas diketahui: 1. Kelompok A merupakan obat generik dengan pemakaian tinggi, yaitu sebanyak 1.792.313 atau 69,36% dari total pemakaian obat generik keseluruhan dengan jumlah item 32 item atau 19,16% dari total item obat generik yang ada. 2. Kelompok B merupakan obat generik dengan pemakaian sedang, yaitu sebanyak 535.120 atau 20,71% dari total pemakaian obat generik keseluruhan dengan jumlah item 36 item atau 21,56% dari total item obat generik yang ada. 3. Kelompok C merupakan obat generik dengan pemakaian rendah, yaitu sebanyak 256.658 atau 9,93% dari total pemakaian obat generik keseluruhan dengan jumlah item 99 item atau 59,28% dari total item obat generik yang ada.
6.2.3 Analisis ABC Investasi Dari hasil telaah dokumen berupa data harga per item obat generik dan jumlah pemakaian obat generik selama periode Januari 2011 hingga Februari 2012, diperoleh obat generik yang tergolong ke dalam kelompok A, B, dan C. Berikut adalah hasil pengelompokkan obat generik berdasarkan analisis ABC investasi. Tabel 6.5. Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Investasi Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 Kelompok
A B C Total
Obat Generik Jumlah Persentase Item (%) 13 7,78 24 14,37 130 77,85 167 100
Investasi Nilai (Rp) Persentase (%) 2.833.514.315 70,05 807.027.761 19,95 404.701.348 10,00 4.045.243.424 100
Dari hasil tabel tersebut diketahui: 1. Kelompok A terdiri dari 13 item obat generik atau 7,78% dari total item obat generik yang ada dengan nilai investasi sebesar Rp 2.833.514.315 atau mengambil porsi 70,05% dari total nilai investasi keseluruhan. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
93
2. Kelompok B terdiri dari 24 item obat generik atau 14,37% dari total item obat generik yang ada dengan nilai investasi sebesar Rp 807.027.761 atau mengambil porsi 19,95% dari total nilai investasi keseluruhan. 3. Kelompok C terdiri dari 130 item obat generik atau 77,85% dari total item obat generik yang ada dengan nilai investasi sebesar Rp 404.701.348 atau mengambil porsi 10,00% dari total nilai investasi keseluruhan.
6.2.4 Analisis ABC Indeks Kritis Calhoun dan Campbell daam Ramadhan (2003) menyempurnakan analisis ABC dengan analisis ABC indeks kritis, yaitu menggabungkan hasil analisis ABC berdasarkan pemakaian dan investasi dengan tingkat kekritisan obat terhadap pelayanan kepada pasien. Nilai kritis obat generik ditentukan oeh user melalui penyebaran kuesioner kepada 6 orang user (dokter) yang terdiri dari Dokter Spesialis Syaraf, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Gigi & Mulut, Dokter Spesialis Anak, Dokter Spesialis Bedah, Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan. Setelah memperoleh nilai kritis obat generik, selanjutnya nilai kritis, nilai investasi, dan nilai pemakaian digabungkan untuk mendapatkan analisis ABC indeks kritis. Nilai kritis diberi bobot 2, sedangkan nilai investasi dan pemakaian diberi bobot 1. Kemudian ketiga nilai tersebut dijumlahkan sehingga diperoleh indeks kritis dari setiap item obat generik. Pengelompokkan obat generik berdasarkan indeks kritis adalah sebagai berikut: a. Kelompok A : indeks kritis 9,5 - 12 b. Kelompok B : indeks kritis 6,5 - 9,4 c. Kelompok C : indeks kritis 4,0 - 6,4 Berikut adalah hasil pengelompokkan obat generik berdasarkan analisis ABC indeks kritis.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
94
Tabel 6.6. Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 Kelompok
Obat Generik Jumlah Persentase item (%) 7 4,19 101 60,48 59 35,33 167 100
A B C Total
Investasi Nilai Persentase (Rp) (%) 615.646.911 15,22 3.296.055.432 81,48 133.541.081 3,30 4.045.243.424 100
Pemakaian Jumlah Persentase (%) 540.374 20,91 1.852.301 71,68 191.416 7,41 2.584.091 100
Dari tabel tersebut diketahui: 1. Kelompok A analisis ABC indeks kritis terdiri dari 7 item obat generik atau 4,19% dari total item obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp 615.646.911 atau 15,22% dari total nilai investasi dan jumlah pemakaian sebanyak 540.374 atau 20,91% dari total pemakaian keseluruhan obat generik. Daftar obat generik kelompok A analisis ABC indeks kritis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.7. Obat Generik Kelompok A Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Obat Ceftriaxone Inj 1 gr Co Amoxyclav Tab 625 mg Cefixime Cap 100 mg Amlodipine Tab 5 mg ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg Metformin Tab 500 mg Omeprazol Cap 20 mg Total
Pemakaian 34.959
Pemakaian (%) 1.35
Nilai Investasi (Rp) 182.835.570
Investasi (%) 4.52
43.320 51.321 96.001
1.68 1.99 3.72
218.809.320 85.141.539 70.752.737
5.41 2.10 1.75
153.930 99.363 61.480 540.374
5.96 3.85 2.38 20.91
14.969.846 18.034.385 25.103.514 615.646.911
0.37 0.45 0.62 15.22
2. Kelompok B analisis ABC indeks kritis terdiri dari 101 item obat generik atau 60,48% dari total item obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp 3.296.055.432 atau 81,48% dari total nilai investasi dan jumlah pemakaian sebanyak 1.852.301 atau 71,68% dari total pemakaian keseluruhan obat Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
95
generik. Daftar obat generik kelompok B analisis ABC indeks kritis dapat dilihat pada lampiran. 3. Kelompok C analisis ABC indeks kritis terdiri dari 59 item obat generik atau 35,33% dari total item obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp 133.541.081 atau 3,30% dari total nilai investasi dan jumlah pemakaian sebanyak 191.416 atau 7,41% dari total pemakaian keseluruhan obat generik. Daftar obat generik kelompok B analisis ABC indeks kritis dapat dilihat pada lampiran.
6.2.5 EOQ Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Menurut Rangkuti (1996), masing-masing jenis barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui order size dan order point. Oleh karena itu, penghitungan economic order quantity dilakukan untuk barang-barang dalam kelompok A hasil analisis ABC indeks kritis. Dalam menghitung besaran jumah pemesanan ekonomis atau economic order quantity (EOQ) pada setiap kali pesan, dibutuhkan data mengenai jumlah permintaan per tahun, biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost). Jumlah permintaan per tahun dapat diketahui berdasarkan hasil telaah dokumen. Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan diperoleh melalui wawancara tidak terstruktur dengan pegawai di Bagian Logistik. Untuk perhitungan komponen-komponen biaya pemesanan, peneliti mengacu pada penelitian Fakhrunnisa (2010). Berikut adalah hasil perhitungannya. 1. Biaya Pemesanan a. Biaya Sumber Daya Manusia (SDM) SDM yang terlibat dalam proses pemesanan barang perbekalan kesehatan berjumlah 2 (dua) orang, terdiri dari Koordinator pengadaan perbekes dan pelaksana pengadaan perbekes. Koordinator pengadaan bertanggung jawab untuk membuat surat pesanan (purchase order) dan melakukan pemesanan (ordering) untuk jenis pesanan reguler. Sedangkan, pelaksana bertanggung jawab membuat surat pesanan dan melakukan pemesanan khusus obat-obatan untuk pasien jaminan Askes dan Inhealth. Berikut adalah data pendukung untuk menghitung biaya SDM dalam proses pemesanan. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
96
1) Biaya gaji atau upah pegawai yang membuat surat pesanan dan melakukan pemesanan per bulan masing-masing sebesar Rp 3.945.300,- dan Rp 1.616.000,-. Sehingga, biaya upah pegawai yang terlibat dalam proses pemesanan sebesar Rp 5.561.300,- per bulan. 2) Persentase alokasi waktu kerja untuk melakukan kegiatan pemesanan per bulan diestimasikan sebesar 80% dari total beban kerja selama satu bulan. 3) Jumlah hari kerja per minggu adalah 6 hari dengan jumlah jam kerja 7 jam per hari. Jadi, jumlah jam kerja selama satu bulan adalah 168 jam. 4) Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu surat pesanan adalah kurang lebih 2 menit. 5) Rata-rata waktu yang digunakan untuk melakukan pemesanan ke distributor via telepon adalah kurang lebih 2 menit. 6) Berdasarkan data tersebut, maka dapat dihitung biaya SDM sebagai berikut: -
Biaya upah pemesanan/bulan = 80 x Rp 5.561.300 = Rp 4.449.040,100
-
Biaya upah pemesanan/jam
= Rp 4.449.040
= Rp 26.482,3,-
168 jam -
Biaya upah setiap kali pesan
= 4 x Rp 26.482,3
= Rp 1.765,49,-
60 b. Biaya Telepon Biaya telepon adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan satu pesanan. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Bagian Central RSIJ Cempaka Putih, diperoleh data tarif telepon lokal (belum termasuk PPN 10%) sebagai berikut: 1. Lokal Zone 1 (< 20 km) -
00:00:00
: 250/180
-
09:00:00
: 250/120
-
15:00:00
: 250/180
2. Lokal Zone 2 (20-30 km) -
00:00:00
: 250/120
-
09:00:00
: 250/90 Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
97
-
15:00:00
: 250/120
3. Lokal Zone 3 (> 30 km) -
00:00:00
: 250/120
-
09:00:00
: 250/90
-
15:00:00
: 250/120
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa biaya telepon tergantung kepada dua aspek, yaitu jarak dan waktu. Dari data personal analysis report diperoleh bahwa rata-rata waktu telepon tidak lebih dari 2 menit, dilakukan pada jam kerja dan berada pada lokal zone 2. Sehingga, biaya telepon untuk satu kali pesan sebesar Rp 275,- (sudah termasuk PPN 10%). c. Biaya Alat Tulis Kantor (ATK) Biaya ATK yang dihitung meliputi biaya kertas dan biaya pita printer yang digunakan. Berikut adalah data pendukung perhitungan biaya ATK. 1) Biaya Kertas -
Jumlah kertas yang dibutuhkan untuk membuat satu surat pesanan adalah 1-2 lembar.
-
Berdasarkan data dari Seksi Logistik Umum dan Investasi, harga jenis kertas yang digunakan untuk membuat surat pesanan adalah Rp 260.000,per box, dimana 1 box terdiri dari 1000 set. Jadi, harga kertas per lembar adalah Rp 260,-
2) Biaya Pita Printer -
Rata-rata jumlah pita printer yang digunakan per bulan adalah 2 buah.
-
Persentase penggunaan pita printer per bulan diestimasikan sebesar 80% dari total pita printer per bulan.
-
Berdasarkan data dari Seksi Logistik Umum dan Investasi, harga jenis pita printer yang digunakan adalah Rp 110.000,- per buah.
-
Jumlah surat pesanan yang dibuat per hari rata-rata mencapai 50 surat. Jadi, selama hari kerja rata-rata surat pesanan mencapai 300 surat dan jumlah surat pesanan per bulan rata-rata mencapai 1200 surat.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
98
Berdasarkan data di atas, maka dapat dihitung biaya penggunaan ATK sebagai berikut: 1. Biaya Kertas
= 2 x Rp 260 = Rp 520,-
2. Biaya Pita Printer -
Biaya pita printer/ bulan
= 2 x Rp 110.000 = Rp
220.000,-
Biaya penggunaan pita printer/ bulan = 80 x Rp 220.000 = Rp 176.000,100
-
Biaya pita printer/pesanan
= Rp 176.000
= Rp 146,67,-
1200 Berdasarkan perhitungan komponen-komponen biaya pemesanan di atas, maka rincian biaya pemesanan yang dikeluarkan setiap kali pesan dapat dilihat pada tabel 6.8. di bawah ini.
Tabel 6.8. Biaya Pemesanan Setiap Kali Pesan No. Komponen Biaya Pemesanan Biaya/pesanan 1. Biaya SDM Rp 1.765,49 2. Biaya Telepon Rp 275 3. Biaya ATK - Biaya Rp 520 Kertas - Biaya Pita Printer Rp 146,67 Jumlah biaya pemesanan setiap kali pesan Rp 2.707,16,2. Biaya Penyimpanan Penentuan besarnya biaya penyimpanan dilakukan dengan menggunakan teori dari Heizer dan Render (2005) yang menyatakan bahwa biaya penyimpanan adalah sebesar 26% dari unit cost atau harga per item barang. Berikut adalah hasil perhitungan biaya penyimpanan obat generik kelompok A hasil analisis ABC indeks kritis.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
99
Tabel 6.9. Biaya Penyimpanan Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Obat
Harga Satuan (a) Rp 5,230 Rp 5,051 Rp 1,659 Rp 737 Rp 97 Rp 182 Rp 408
Ceftriaxone Inj 1 gr Co Amoxyclav Tab 625 mg Cefixime Cap 100 mg Amlodipine Tab 5 mg ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg Metformin Tab 500 mg Omeprazol Cap 20 mg
Carrying Cost (26% x a) Rp 1359.80 Rp 1313.26 Rp 431.34 Rp 191.62 Rp 25.29 Rp 47.19 Rp 106.16
Hasil perhitungan EOQ kelompok A indeks kritis dapat dilihat pada tabel berikut.
No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel 6.10. Hasil Perhitungan EOQ Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 Nama Obat Pemakaian OC CC (a) (b) (c) Ceftriaxone Inj 1 gr Co Amoxyclav Tab 625 mg Cefixime Cap 100 mg Amlodipine Tab 5 mg ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg Metformin Tab 500 mg Omeprazol Cap 20 mg
34959
Rp 2707.16
Rp 1359.80
373.09
43320 51321 96001
Rp 2707.16 Rp 2707.16 Rp 2707.16
Rp 1313.26 Rp 431.34 Rp 191.62
422.61 802.62 1646.98
153930 99363 61480
Rp 2707.16 Rp 2707.16 Rp 2707.16
Rp 25.29 Rp 47.19 Rp 106.16
5740.63 3376.44 1770.75
Berdasarkan hasil perhitungan EOQ di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pemesanan ekonomis terbesar adalah ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg yang berjumlah 5740.63 atau dibulatkan menjadi 5741 tablet, sedangkan jumlah pemesanan ekonomis terkecil adalah Ceftriaxone Inj 1 gr yang berjumlah 373.09 atau dibulatkan menjadi 373 vial.
6.2.6 ROP Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Perhitungan
EOQ (√2xaxb/c)
titik pemesanan kembali
atau
reoder
point
(ROP)
membutuhkan rata-rata jumlah pemakaian per hari, lead time dan safety stock. Rata-rata jumlah pemakaian per hari dapat dihitung berdasarkan telaah dokumen. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
100
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan keempat diketahui bahwa waktu tunggu yang diperlukan dari saat memesan hingga barang diterima (lead time) biasanya adalah satu hari. Berikut adalah kutipan wawancaranya. “Kita biasanya pesan pagi datang sore.. Satu hari.. tapi kalau misalnya kita pesannya udah agak siang, ada juga distributor yang maksimal jam 10 dikirim hari itu, setelah jam 10 dikirimnya besok.. Besok.. ga sampe berhari-hari...” (I4) Sedangkan, untuk safety stock (persediaan pengaman) berdasarkan hasil wawancara mendalam juga diperoleh informasi bahwa kebijakan safety stock tidak diberlakukan, karena sudah termasuk dalam perhitungan batas minimum dari standar minimum-maksimum. Sementara informan pertama menambahkan kebijakan ini baru ada untuk kondisi tertentu di lapangan, misalnya inflasi. Berikut adalah kutipan wawancaranya. “Biasanya kita cuma menentukan bahwasannya di gudang itu buffer stok untuk minimal 7 hari kebutuhan ya, kalau untuk maksimalnya 14 hari kebutuhan.. Kita bikin standar minimalnya 7 maksimalnya 14, dikala stok itu posisinya 8, kita udah bisa mengkalkulasi untuk kebutuhan 2 minggu ke depannya lagi, otomatis dalam setiap buffer stock itu 2 minggu ke depan. Kalau tiba-tiba ada peningkatan demand, setidaknya stok aman untuk 1 minggu kedepan.. Dari perencanaan kita tidak melebihkan, tapi kalau dibutuhkan kita melebihkan 10% cuma untuk kondisi di lapangan saja tidak langsung ditambahkan.. untuk mengantisipasi inflasi atau kenaikan harga…” (I1) “Safety stock ya, itu sudah include ya, jadi kenapa kita membuat standar minmax, itulah safety stock gudang.. “ (I3) “..Standar minimum-maksimum itu akan terjaminnya safety stock... “ (I6) Dengan demikian, perhitungan ROP untuk obat generik kelompok A indeks kritis periode Januari 2011-Februari 2012 pada item obat Ceftriaxone Inj 1 gr dapat dicari sebagai berikut: -
Rata-rata pemakaian per hari (d) = 34.959 = 82,26 425
-
Lead time (L) = 1 hari
-
Maka, besaran ROP adalah sebagai berikut: ROP
=dxL = 82,26 x 1 = 82,26 dibulatkan menjadi 82 tablet
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
101
-
Jumlah kali pesan (N)
= Jumlah pemakaian selama setahun EOQ = 34.959 = 93,70 dibulatkan menjadi 94kali 373,09
-
Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur dengan staf di Bagian Logistik, diketahui bahwa waktu kerja efektif selama 14 bulan tersebut adalah 324 hari. Sehingga Interval waktu pemesanan
= Jumlah hari kerja N = 324 = 3, 46 dibulatkan menjadi 3 hari 93,70
Dari hasil perhitungan di atas, dapat dijelaskan bahwa batas atau titik pemesanan kembali obat Ceftriaxone Inj 1 gr adalah ketika obat mencapai 82 tablet dan jarak untuk dilakukan pemesanan kembali adalah 3 hari. Secara lebih rinci, hasil perhitungan ROP untuk obat generik kelompok A indeks kritis adalah sebagai berikut. Tabel 6.11. Hasil Perhitungan ROP Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 No.
Nama Obat
1.
Ceftriaxone Inj 1 gr Co Amoxyclav Tab 625 mg Cefixime Cap 100 mg Amlodipine Tab 5 mg ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg Metformin Tab 500 mg Omeprazol Cap 20 mg
2. 3. 4. 5. 6. 7.
d (a) 82.26
L (b) 1
ROP (a x b) 82.26
N 93.70
Interval Hari 3.46
101.93 120.76 225.88
1 1 1
101.93 120.76 225.88
102.51 63.94 58.29
3.16 5.07 5.56
362.19
1
362.19
26.81
12.08
233.80 144.66
1 1
233.80 144.66
29.43 34.72
11.01 9.33
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 7 PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah diperoleh, yaitu mengenai proses pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan RSIJ Cempaka Putih, hasil pengelompokkan obat generik berdasarkan analisis ABC pemakaian, analisis ABC investasi, analisis ABC indeks kritis, serta hasil perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) dan Reorder Point (ROP) untuk obat generik kelompok A indeks kritis. Terlebih dahulu peneliti menyampaikan keterbatasan penelitian ini.
7.1 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: 1. Karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka pengendalian persediaan obat melalui pengelompokkan persediaan obat di Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan berdasarkan analisis ABC indeks hanya dilakukan untuk obat-obat generik saja. 2. Dalam pengisian kuesioner nilai kritis obat generik, nilai nol diberikan dokter untuk obat-obat yang tidak digunakan oleh dokter yang bersangkutan, sehingga belum didasarkan atas kekritisan terhadap pelayanan. 3. Perhitungan biaya pemesanan tidak memperhitungkan Biaya Pengeluaran surat menyurat, Biaya pengepakan dan penimbangan, Biaya pemeriksaan penerimaan, Biaya pengiriman, Biaya utang lancar, dan sebagainya. 4. Hasil
perhitungan
jumlah
pemesanan
ekonomis
(EOQ)
masih
menggunakan jumlah obat dalam satuan kecil.
7.2 Pembahasan Hasil Penelitian 7.2.1 Pengendalian Persediaan Obat di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih Menurut Aditama (2000), pengendalian merupakan fungsi inti dalam manajemen logistik yang kegiatannya meliputi pengawasan dan pengamanan keseluruhan pengelolaan logistik. Dalam fungsi ini terdapat kegiatan pengendalian 102
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
103
inventarisasi (inventory control) dan expediting yang merupakan unsur-unsur utamanya. Pengendalian persediaan (inventory control) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengawasi dan mengatur tingkat persediaan yang optimum agar dapat memenuhi kebutuhan bahan dalam jumlah, mutu, dan waktu yang tepat serta dengan jumlah biaya yang rendah. Subagya (1994) menjelaskan bahwa fungsi pengendalian mengandung kegiatan: 1. Inventarisasi, menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik. 2. Pengawasan, menyangkut kegiatan-kegiatan untuk menetapkan ada tidaknya deviasi-deviasi penyelenggaraan dari rencana-rencana logistik. 3. Evaluasi,
menyangkut
kegiatan-kegiatan
memonitor,
menilai
dan
membentuk data-data logistik yang diperlukan hingga merupakan informasi bagi fungsi logistik lainnya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih, diketahui bahwa dalam melakukan pengendalian persediaan obat, dilakukan berbagai bentuk upaya sebagai berikut: 1. Penetapan Standar Minimum-Maksimum Standar
minimum-maksimum
merupakan
batas
persediaan
yang
ditetapkan untuk menentukan tingkat persediaan yang optimum. Dasar dari metode ini adalah data historis pemakaian atau data permintaan dari Bagian Farmasi selama satu tahun sebelumnya. Dimana data jumlah pemakaian selama satu tahun dijadikan data pemakaian per bulan, kemudian setengah dari total pemakaian per bulan tersebut menjadi standar atau batas maksimal dari persediaan untuk bulan berikutnya. Standar minimum yang ditetapkan di Gudang Logistik Perbekes adalah untuk 1 minggu persediaan dan standar maksimumnya untuk 2 minggu persediaan. Hal ini sesuai dengan sistem pengisian kembali persediaan yang dinyatakan oleh Indrajit dan Djokopranoto dalam Fakhrunnisa (2010) dimana sistem minimum-maksimum merupakan sistem yang mengusahakan suatu jumlah persediaan minimum untuk menjamin kelangsungan operasi dan persediaan maksimum untuk menjamin tidak tertumpuknya barang. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
104
Standar minimum-maksimum ini sekaligus digunakan sebagai acuan dalam menentukan jumlah kebutuhan obat yang akan diadakan berdasarkan data historis pemakaian dan kondisi epidemiologi yang sedang berkembang. Sistem ini mampu menjawab dua pertanyaan utama dalam pengendalian persediaan yang diungkapkan Render dan Stair (2000), yakni mengenai berapa banyak jumlah pemesanan dan kapan dilakukan pemesanan. Namun, metode ini tidak memperhitungkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Dimana menurut Rangkuti (1996), jumlah pemesanan yang optimal (optimum order point) adalah dapat memaksimumkan perbedaan antara pendapatan dengan biaya yang berkaitan
dengan
pengelolaan
persediaan
ditambah
dengan
tingkat
penggunaannya. Bowersox (1995) juga menjelaskan konsep kuantitas pesanan yang ekonomis (economic order quantity) adalah menyeimbangkan biaya pemeliharaan persediaan dengan biaya pemesanan. Metode economic order quantity (EOQ) dapat menghasilkan kuantitas pesanan dengan total biaya gabungan untuk pemesanan dan pemeliharaannya adalah paling rendah untuk volume penjualan tertentu. Selain itu, diketahui bahwa penerapan standar minimum-maksimum ini belum dilakukan secara optimal. Hal ini terkait dengan evaluasi atau pengupdatean standar minimum-maksimum tidak dilakukan secara rutin dan berkala. Pengupdatean ini harus dilakukan secara berkala setiap bulan karena data pemakaian akan selalu bergerak, selain itu juga harus menyesuaikan dengan kasus atau keadaan epidemiologi yang berkembang saat itu. Hal ini tentu berpengaruh kepada penentuan jumlah kebutuhan yang tidak tepat, apabila menggunakan standar yang tidak update. Perencanaan kebutuhan obat di Seksi Logistik Perbekes sebaiknya juga harus memperhatikan kondisi di lapangan, sehingga perencanaan kebutuhan dapat dilakukan dengan mengkombinasikan standar minimum-maksimum tersebut dengan metode perencanaan kebutuhan lain menurut Rangkuti (1996) seperti analisis ABC, penentuan titik optimum baik jumlah pemesanan (EOQ) dan order point (ROP) yang memang selama ini belum pernah dilakukan di Seksi Logistik Perbekes.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
105
2. Evaluasi Obat Salah satu prinsip pengaturan mengenai obat dan perbekalan kesehatan adalah ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, yang meliputi manajemen yang efisien dan transparan, kuantifikasi dan seleksi obat, kompetisi dan pembiayaan, serta seleksi penyedia obat dan jaminan kualitas. Hal ini bertujuan untuk menjaga mutu obat dan perbekalan kesehatan di rumah sakit (Adisasmito, 2008). Evaluasi penggunaan obat ini untuk menjaga mutu, juga dilakukan di Seksi Logistik Perbekes yang meliputi evaluasi pergerakan obat untuk mengetahui obat-obatan yang tidak laku (OTL) dan obat-obat yang penggunaannya lambat (slow moving). Evaluasi ini dilakukan secara berkala setiap 6 bulan, yakni pada Bulan April dan Oktober. Selain itu, juga dilakukan evaluasi expired date (tanggal kadaluarsa) obat pada saat stock opname untuk mencatat obat-obat yang akan expired selama satu tahun kedepan. Serta pengecekan fisik obat yang dilakukan setiap hari untuk melihat adanya selisih barang dan obat-obat yang expired. Berdasarkan keterangan dari wawancara mendalam, diperoleh informasi bahwa penginputan expired date (ED) obat ke dalam sistem SMART belum berjalan secara optimal. Hal ini diketahui dari Bagian Farmasi yang tidak mampu menangkap ED obat dalam sistem, dikarenakan Bagian Logistik tidak mengentri seluruh ED obat ke dalam sistem. Sehingga, pengecekan obat-obat yang expired pun dilakukan secara manual setiap hari. Untuk itu, penginputan ED obat ke dalam sistem, baik saat stock opname maupun saat penerimaan barang harus ditingkatkan. Karena hal tersebut akan berpengaruh kepada pelaporan obat-obat yang akan kadaluarsa.
3. Sistem Pencatatan Pencatatan merupakan salah satu bentuk pengendalian yang dapat dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Subagya (1994) dimana salah satu kegiatan dalam fungsi pengendalian adalah inventarisasi yang menyangkut kegiatan-kegiatan dalam perolehan data logistik. Assauri dalam Fakhrunnisa (2010) juga menyebutkan bahwa sistem pengawasan persediaan meliputi
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
106
diantaranya suatu sistem pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan barang, pengawasan mutlak atas pengeluaran barang, serta pencatatan yang cukup teliti. Sistem pencatatan persediaan yang dilakukan oleh Gudang Logistik Perbekes adalah melalui kartu stok sistem (inventory) dan kartu stok manual. Barang yang diterima dari rekanan dilakukan pemeriksaan atas kesesuaiannya dengan permintaan dan dibuatkan Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB) sehingga secara inventory akan tercatat mengenai barang yang masuk, kemudian barang disimpan ke dalam rak-rak penyimpanan dan dilakukan pencatatan ke dalam kartu stok manual. Walaupun transaksi barang masuk dan keluar telah dicatat secara real time ke dalam kartu stok sistem (inventory), namun penggunaan kartu stok manual masih dibutuhkan karena perilaku SDM yang masih khawatir meninggalkan kartu stok manual dan untuk memudahkan penelusuran barang secara langsung apabila terjadi kesalahan. Sehingga, pengecekan harus dilakukan secara rutin setiap hari untuk menghitung dan mencocokkan jumlah persediaan antara kartu stok manual maupun sistem dengan fisik obat, agar tidak terjadi selisih barang. Penggunaan kartu stok tersebut sesuai dengan teori Rangkuti (1996) yang menyebutkan bahwa untuk mengendalikan pengeluaran barang dari gudang diperlukan sistem pengendalian dengan menggunakan kartu-kartu dan surat pengeluaran barang. Kartu yang dimaksud ialah Kartu Bahan (Material Ledger Card) atau Lembaran Stok (Stock Ledger Sheets). Kartu ini juga biasa disebut dengan Kartu Persediaan yang merupakan kartu tambahan untuk persediaan yang berisi informasi mengenai berapa jumlah barang, kapan diterimanya suatu barang, kapan dan berapa jumlah yang dikeluarkan, serta berapa sisa yang tersedia. Pengisian kartu tersebut dilakukan berdasarkan faktur yang telah disetujui dan dokumen-dokumen pendukung, seperti surat pesanan, laporan penerimaan barang, dan surat permintaan barang. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan fisik di gudang secara periodik untuk mencocokkan saldo barang yang tersedia di gudang dengan saldo pencatatan. 4. Stock Opname Menurut Aditama (2000), inventory control bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Sehingga, hasil stock opname Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
107
harus seimbang dengan permintaan yang didasarkan atas satu kesatuan waktu tertentu, misalnya satu bulan, dua bulan atau kurang dari satu tahun. Untuk itu, dilakukan proses stock opname secara berkala setiap tahun di Gudang Logistik Perbekes yang bertujuan untuk menilai dan mengetahui jumlah aset/kekayaan rumah sakit saat akhir tahun. Proses stock opname ini tidak hanya dilakukan di Logistik dan Farmasi, melainkan juga diseluruh bagian yang ada di rumah sakit. Pada saat stock opname, dilakukan pengecekan seluruh persediaan yang ada di gudang dengan memeriksa fisik barang, menyeleksi atau mencatat expired date obat yang akan segera kadaluarsa, dan mencocokkan jumlah persediaan antara fisik dengan kartu stok, baik sistem maupun manual. Kemudian, dilakukan penghitungan jumlah persediaan dengan bantuan sistem komputer. Dengan berbagai bentuk pengendalian tersebut, nyatanya Gudang Logistik Perbekes pernah mengalami kekosongan barang (stockout). Hal ini tentu akan menghambat proses penyediaan barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi pada waktu yang tepat (Aditama, 2000). Penyebab kekosongan tersebut biasanya disebabkan oleh adanya peningkatan demand (permintaan) dari Bagian Farmasi dari biasanya, dikarenakan terdapat kasus atau kondisi khusus di lapangan. Sehingga, stok yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan tersebut. Selain itu, kekosongan juga disebabkan oleh adanya perubahan perilaku obat, dimana obat yang sebelumnya slow moving atau tidak laku tiba-tiba menjadi fast moving, atau bahkan user meresepkan obat baru yang belum ada di standarisasi. Sehingga obat tersebut belum disiapkan atau masih dalam proses pemesanan. Penyebab berikutnya adalah terjadi kekosongan di pabrik atau PBF (distributor). Berbagai penyebab kekosongan tersebut tentunya mengakibatkan Gudang Logistik Perbekes tidak dapat melayani permintaan dan terjadi penolakan permintaan. Upaya yang dilakukan selama ini untuk mengatasi stockout tersebut adalah pencarian obat ke subdistributor apabila memungkinkan, atau bernegosiasi dengan user oleh Bagian Farmasi untuk menggantikan obat tersebut dengan yang sejenis. Hal ini biasanya dilakukan apabila terjadi kekosongan di pabrik yang mengakibatkan kekosongan di semua distributor. Selain itu, upaya lain yang dilakukan bagian pengadaan ialah melakukan pembelian cito atau pembelian Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
108
kecil-kecilan ke apotik rekanan atau apotik sekitar, rumah sakit cabang atau rumah sakit lain. Berikut adalah data pembelian cito yang dilakukan selama periode Januari 2011 hingga Februari 2012. Tabel 7.1. Pembelian ke Luar Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 No. 1. 2. 3. 4. 5.
Penyebab Kekosongan Tidak Sedia Stok Kurang Obat Tidak Laku Obat Baru Kosong PBF Jumlah
Frekuensi 129 3 6 3 3 144
Persentase (%) 89,58 2,08 4,17 2,08 2,08 100
Sumber: Bagian Logistik RSIJ Cempaka Putih Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa penyebab terbesar kekosongan didominasi oleh faktor tidak tersedianya barang yang dibutuhkan di Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan, yaitu sebesar 89,58%. Hal ini berarti kebutuhan barang tersebut tidak terdapat dalam perencanaan pengadaan. Hal tersebut juga diketahui dari tidak tercantumnya barang-barang tersebut dalam data pengadaan selama periode Januari 2011-Februari 2012. Pembelian cito atau pembelian kecil-kecilan ini tidak sejalan dengan tujuan pengawasan persediaan yang diungkapkan Rangkuti (1996), yaitu salah satunya menghindari pembelian kecil-kecilan. Pembelian cito ini juga akan merugikan karena proses pembelian dilakukan berulang, serta tidak adanya diskon karena harga yang kita beli sudah merupakan harga jual. Salah satu penyebab kekosongan di atas adalah adanya perilaku obat yang berubah-ubah, yakni obat yang sebelumnya slow moving atau tidak laku tiba-tiba diresepkan kembali atau menjadi fast moving, atau bahkan user menuliskan obat baru yang belum masuk ke dalam standarisasi rumah sakit. Inkonsistensi user tersebut terkait dengan penerapan standar formularium rumah sakit yang belum berjalan optimal. Hal ini dkarenakan masih terdapat dokter-dokter yang meresepkan obat di luar formularium rumah sakit, selain itu update standar formularium juga kurang optimal. Hal tersebut tidak sesuai dengan yang dinyatakan Siregar dan Amalia (2003), dimana formularium merupakan dokumen yang berisi kumpulan produk Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
109
obat yang dipilih oleh Panitia Farmasi Terapi (PFT) dan disertai dengan informasi penting mengenai penggunaan obat tersebut, serta kebijakan dan prosedur terkait obat yang relevan untuk rumah sakit tersebut. Formularium disusun berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf medik rumah sakit. Oleh karena itu, formularium menjadi dasar yang wajib digunakan dan dipatuhi oleh staf medik dalam menuliskan resep atau order obat untuk penderita. Formularium juga harus terus menerus direvisi agar selalu akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan penggunaan formularium di RSIJ Cempaka Putih, yaitu (Siregar dan Amalia, 2003): 1. PFT harus benar-benar berwibawa, bertugas dengan baik, dan aktif melaksanakan semua fungsi, kewajiban, dan tanggung jawabnya. 2. Sistem formularium dipatuhi dan didukung oleh semua staf profesional pelayanan kesehatan di rumah sakit serta didukung juga oleh peraturan rumah sakit. Peranan manajemen dalam hal ini diperlukan untuk selalu mengingatkan user melalui edaran yang diberikan untuk mematuhi formularium. 3. Jenis obat dalam formularium benar-benar direncanakan sesuai dengan kebutuhan yang didasarkan pada pola penyakit, populasi penderita, spesialisasi dan berisi informasi penting lain yang berguna bagi staf medik, serta senantiasa direvisi atau diupdate tepat waktu untuk mengikuti perkembangan obat. 4. Larangan penggunaan sampel obat non formularium di rumah sakit. 5. Mensosialisasikan formularium kepada seluruh dokter di rumah sakit. Hal ini belum berjalan optimal di RSIJ Cempaka Putih, dikarenakan sulitnya mengumpulkan dokter pada pertemuan yang diadakan PFT, selain itu sosialisasi dari masing-masing SMF kepada sejawatnya mengenai penggunaan formularium juga masih belum optimal. 6. Setiap staf medik memiliki satu buku formularium rumah sakit.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
110
7. Staf medik dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait formularium yang akan datang (revisi, pengusulan obat masuk, maupun penghapusan ke/dari formularium). 8. IFRS aktif menerbitkan dan menyebarkan buletin farmasi kepada staf profesional dimana buletin tersebut berisi informasi tentang obat formularium (tambahan obat baru, penghapusan obat, hasil evaluasi penggunaan obat, pemantauan reaksi obat merugikan).
Secara keseluruhan, kendala yang ditemui dalam melakukan pengendalian persediaan di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih meliputi inkonsistensi user dalam meresepkan obat, sehingga pergerakan demand menjadi tidak menentu dan perilaku obat juga berubah-ubah, dimana obat yang sebelumnya slow moving tiba-tiba menjadi fast moving atau sebaliknya, atau obat baru yang belum dimiliki dan sebaliknya obat yang sudah tidak dimiliki kemudian diresepkan kembali. Hal tersebut terkait dengan implementasi formularium yang belum optimal. Selain itu, evaluasi standar minimum-maksimum masih belum dilakukan secara rutin dan berkala, sehingga terkadang ada perkiraan yang tidak tepat. Kurangnya koordinasi Bagian Farmasi dengan Logistik saat terjadi peningkatan kasus. Selain itu, luas tempat penyimpanan yang kurang memadai, hal ini paling dirasakan ketika harus menyimpan dalam jumlah banyak. Faktor ekstern, seperti kekosongan dan keterlambatan pengiriman dari pabrik atau distributor juga turut menghambat proses pengendalian. Untuk itu, solusi yang harus dilakukan adalah evaluasi atau update standar minimum-maksimum secara rutin setiap bulan. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap obat-obat yang sedang meningkat penggunaannya, melainkan juga terhadap obat yang sedang menurun. Kemudian, upaya peningkatan penggunaan formularium rumah sakit dan pembinaan terhadap principal dalam melakukan penawaran obat-obat kepada dokter, perlu dilakukan untuk mengurangi fluktuasi perilaku obat. Selain itu, koordinasi antara Bagian Farmasi dengan Bagian Logistik harus ditingkatkan, terutama ketika dilakukan perubahan standar minmax oleh Farmasi agar kebutuhan barang dapat disiapkan dengan segera. Selain itu, meningkatkan sistem FIFO untuk menghindari penumpukkan dan expired Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
111
obat di gudang serta melakukan penginputan expired date ke dalam sistem secara rutin.
7.2.2. Analisis ABC Pemakaian Pada umumnya persediaan terdiri dari berbagai jenis barang yang sangat banyak jumlahnya. Masing-masing jenis barang membutuhkan analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point. Namun, berbagai jenis barang yang ada dalam persediaan tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas yang sama. Sehingga, untuk mengetahui jenis-jenis barang yang perlu mendapat prioritas, dapat digunakan analisis ABC, karena analisis ini dapat mengklasifikasi seluruh jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya (Rangkuti, 1996). Menurut Andalusia (1999), Analisis ABC adalah salah satu cara pengendalian dengan mengurutkan dan mengelompokkan jenis barang. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan prioritas perhatian pada barang-barang dengan nilai investasi tinggi dan jumlah pemakaian besar. Analisis ini mengikuti Hukum Pareto atau Dalil 20-80, yaitu 20 persen jenis barang merupakan wakil dari 80 persen dari nilai total persediaan. Oleh karena itu, analisis ABC mengadakan penekanan perhatian pada golongan atau jenis-jenis obat yang mempunyai nilai penggunaan yang relatif tinggi/mahal dalam persediaan, sehingga pengawasan dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Berdasarkan hasil telaah dokumen berupa data pemakaian obat generik selama periode Januari 2011 hingga Februari 2012, diperoleh hasil analisis ABC pemakaian terhadap 167 item obat generik yang tersedia di gudang yaitu terdapat 32 item atau 19,16% dari total item obat generik termasuk ke dalam kelompok A dengan pemakaian tinggi yaitu sebesar 1.792.313 atau 69,36% dari total pemakaian obat generik keseluruhan. Kelompok B terdiri dari 36 item atau 21,56% dari total item obat generik dengan jumlah pemakaian sedang yaitu sebesar 535.120 atau 20,71% dari total pemakaian obat generik keseluruhan. Sedangkan, kelompok C terdiri dari 99 item atau 59,28% dari total item obat generik dengan jumlah pemakaian rendah, yaitu sebesar 256.658 atau 9,93% dari
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
112
total pemakaian obat generik keseluruhan. Hasil analisis ABC pemakaian dapat digambarkan sebagai berikut. 80 70 60 50 40 30 20 10 0
69.36 59.28 A B 19.16
21.56
20.71
C 9.93
% Jumlah Item (167 Item)
% Jumlah Pemakaian (2.584.091)
Gambar 7.1. Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Periode Januari 2011 s/d Februari 2012
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa jumlah obat generik dalam kelompok A adalah paling sedikit dalam persediaan, namun memiliki nilai pemakaian yang paling tinggi yaitu sebesar 69,36%. Sedangkan, jumlah obat generik yang sangat banyak dalam kelompok C hanya memiliki nilai penggunaan yang sangat kecil yaitu sebesar 9,93%. Hal ini sesuai dengan prinsip Pareto tersebut bahwa sebagian kecil jenis barang merupakan wakil dari sebagian besar total nilai persediaan. Menurut Heizer dan Render dalam Andalusia (1999), jenis barang dalam kelompok A merupakan jenis barang yang sangat penting karena memiliki nilai pemakaian terbesar, sehingga memerlukan perhatian yang ketat dalam pengendalian persediaannya, dimana dapat dilakukan pengendalian dengan periode waktu yang tetap dan ketat, misalnya setiap bulan menggunakan model pesanan Economic Order Quantity. Perhatian yang diberikan untuk pengendalian kelompok B tidak terlalu ketat seperti kelompok A. Evaluasi dapat dilakukan dengan periode 6 bulan sekali atau 3 bulan sekali. Sedangkan untuk kelompok C, pengendalian persediaan dalam kelompok ini dilakukan dengan sangat longgar dibandingkan kelompok A dan B. evaluasi dapat dilakukan dalam periode 1 tahun atau 6 bulan sekali.
7.2.3
Analisis ABC Investasi Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
113
Berdasarkan hasil analisis ABC investasi terhadap 167 item obat generik di gudang, diperoleh informasi bahwa kelompok A terdiri dari 13 item atau 7,78% dari total item obat generik dengan nilai investasi tinggi sebesar Rp 2.833.514.315,- atau mengambil porsi sebesar 70,05% dari total nilai investasi obat generik keseluruhan. Kelompok B terdiri dari 24 item atau 14,37% dari total item obat generik dengan nilai investasi sedang sebesar Rp 807.027.761,- atau mengambil porsi sebesar 19,95% dari total nilai investasi obat generik keseluruhan. Kelompok C terdiri dari 130 item obat generik atau 77,85% dari total item obat generik dengan nilai investasi rendah sebesar Rp 404.701.348,- atau mengambil porsi 10,00% dari total nilai investasi obat generik keseluruhan. Hasil analisis ABC investasi dapat digambarkan sebagai berikut: 100 77.85
80
70.05 A
60
B 40 20
7.78
C
19.95
14.37
10
0 % Jumlah Item(167 Item)
%Investasi (4.045.243.424)
Gambar 7.2. Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Investasi Periode Januari 2011 s/d Februari 2012
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa hasil analisis ABC investasi juga memiliki kesesuaian dengan Prinsip Pareto. Dimana kelompok A dengan jumlah item obat paling sedikit namun memiliki nilai investasi yang sangat tinggi, yaitu sebesar 70,05%. Sedangkan Kelompok C dengan jumlah item paling banyak hanya memiliki niai investasi sebesar 10,00%. Hasil ini juga sesuai dengan teori Render dan Stair (2000), yaitu kelompok A memiliki volume keuangan yang tinggi dimana jumlah barang hanya sebesar 10% dari seluruh persediaan, namun mencakup lebih dari 70% keuangan perusahaan. Hasil perhitungan diperoleh kelompok A memiliki jumlah item sebesar 7,78% dari total item obat generik, namun memiliki nilai investasi sebesar 70,05% dari total nilai investasi obat generik. Kelompok B mewakili sekitar 20% keuangan perusahaan dan jumlahnya sekitar 20% dari seluruh persediaan. Hasil Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
114
perhitungan diperoleh jumlah persediaan kelompok B sebesar 14,37% dari total item obat generik dan nilai investasi sebesar 19,95% dari total nilai investasi obat generik. Kelompok C hanya mewakili 10% keuangan perusahaan, namun jumlah itemnya sebesar 70% dari seluruh persediaan. Hasil perhitngan diperoleh kelompok C memiliki jmlah item sebesar 77,85% namn hanya memiiki nilai investasi sebesar 10,00%. Menurut Render dan Stair (2000), kelompok A harus difokuskan dalam hal pengawasan karena kelompok ini memiliki volume keuangan perusahaan yang sangat tinggi, jadi apabila terjadi kesalahan dalam hal pengawasan maka kerugian yang ditimbulkan cukup besar. Menurut Markland daam Andalusia (1999), kelompok ini memerlukan pemantauan yang ketat, sistem pencatatan yang komplit dan akurat, serta peninjauan yang tetap harus dilakukan oleh pengambil keputusan yang berpengaruh. Kelompok B memerlukan pengendalian yang tidak terlalu ketat, sistem pencatatan yang cukup baik disertai peninjauan berkala. Kelompok C merupakan kelompok yang memiliki volume keuangan perusahaan terkecil, sehingga pengendailan memerlukan pemantauan dan sistem pencatatan yang sederhana dan jumlah persediaan banyak dapat dilakukan.
7.2.4
Analisis ABC Indeks Kritis Pada hasil analisis ABC indeks kritis, diperoleh kelompok A dengan
indeks kritis 9,5 – 12 terdiri dari 7 item atau 4,19% dari total item obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp 615.646.911,- atau 15,22% dari total nilai investasi dan jumlah pemakaian sebanyak 540.374 atau 20,91% dari total pemakaian keseluruhan obat generik. Kelompok B dengan indeks kritis 6,5 – 9,4 terdiri dari 101 item atau 60,48% dari total item obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp 3.296.055.432,- atau 81,48% dari total nilai investasi dan jumlah pemakaian sebanyak 1.852.301 atau 71,68% dari total pemakaian keseluruhan obat generik. Kelompok C dengan indeks kritis 4,0 – 6,4 terdiri dari 59 item atau 35,33% dari total item obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp133.541.081,- atau 3,30% dari total nilai investasi dan jumlah pemakaian sebanyak 191.416 atau 7,41% dari total pemakaian keseluruhan obat generik. Hasil analisis ABC indeks kritis dapat diihat sebagai berikut: Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
115
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
81.48 71.68 60.48 A B
35.33
4.19 % Jumlah Item (167 Item)
C
20.91
15.22
7.41
3.3 % Investasi (4.045.243.424)
% Jumlah Pemakaian (2.584.091)
Gambar 7.3. Pengelompokkan Obat Generik Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa kelompok A memiliki jumlah item paling sedikit namun nilai investasi dan pemakaian yang sedang yaitu berada di antara keompok B dan C. Kelompok B memiliki jumlah item, nilai investasi dan nilai pemakaian yang tinggi. Sedangkan, kelompok C memiliki jumlah item sedang namun nilai investasi dan jumlah pemakaian yang tinggi. Analisis ABC indeks kritis ini diperoleh dengan menggabngkan nilai kritis dari user, nilai investasi dan nilai pemakaian, dimana nilai kritis memiliki bobot dua kali lipat dari nilai yang lain. Dengan melakukan analisis ABC indeks kritis dapat diketahui perilaku obat berdasarkan tingkat kekritisan, jumlah pemakaian, dan nilai investasi sehingga memudahkan pengawasan. Oleh karena itu, Seksi logistik Perbekes harus memberikan pengawasan yang ketat terhadap 7 item obat generik yang termasuk dalam kelompok A hasil analisis ABC indeks kritis. Hal ini dikarenakan dengan memberikan pengawasan terhadap 4,19%, secara tidak langsng juga mengawasi 15,22% dari nilai investasi obat generik dan 20,91% dari jumlah pemakaian obat generik. Berikut adalah nama-nama obat generik kelompok A indeks kritis.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
116
Tabel 7.2. Obat Generik Kelompok A Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis No. Nama Obat Pemakaian Pemakaian Nilai Investasi Investasi (%) (Rp) (%) 1. Ceftriaxone Inj 1 gr 34.959 1.35 182.835.570 4.52 2. Co Amoxyclav Tab 625 mg 43.320 1.68 218.809.320 5.41 3. Cefixime Cap 100 mg 51.321 1.99 85.141.539 2.10 4. Amlodipine Tab 5 mg 96.001 3.72 70.752.737 1.75 5. ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg 153.930 5.96 14.969.846 0.37 6. Metformin Tab 500 mg 99.363 3.85 18.034.385 0.45 7. Omeprazol Cap 20 mg 61.480 2.38 25.103.514 0.62 Total 540.374 20.91 615.646.911 15.22 Dari tabel di atas diketahui jenis-jenis obat generik yang memiliki indeks kritis tertinggi. Dimana dari obat-obat tersebut diketahui bahwa Ceftriaxone Inj 1 gr, Co Amoxyclav Tab 625 mg , dan Cefixime Cap 100 mg merupakan jenis obat antibiotik Sedangkan, Amlodipine Tab 5 mg merupakan obat untuk penyakit Hipertensi, ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg obat untuk penyakit jantung, Metformin Tab 500 mg untuk penyakit diabetes mellitus, dan Omeprazol Cap 20 mg obat untuk penyakit lambung.
7.2.5
EOQ Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Menurut Heizer dan Render dalam Andalusia (1999), persediaan
kelompok
A
Memerlukan
perhatian
yang
ketat
dalam
pengendalian
persediaannya, dimana dapat dilakukan pengendalian dengan periode waktu yang tetap dan ketat, misalnya setiap bulan menggunakan model pesanan Economic Order Quantity. Berdasarkan hasil perhitungan EOQ pada bab hasil, diperoleh jumlah pemesanan ekonomis pada setiap kali dilakukan pemesanan karena telah memperhitungkan komponen-komponen biaya pemesanan dan penyimpanan. Namun, dapat dilakukan penyesuaian-penyesuaian mengenai jumlah yang harus dipesan. Hal ini mengingat bahwa perhitungan EOQ yang dilakukan masih dalam satuan kecil sehingga harus disesuaikan ke dalam satuan besar. Berikut adalah hasil perhitungan EOQ obat generik kelompok A indeks kritis.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
117
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tabel 7.3. EOQ Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 Nama Obat Pemakaian EOQ N (a) (√2xaxb/c) Ceftriaxone Inj 1 gr 34959 373.09 93.70 Co Amoxyclav Tab 625 mg 43320 422.61 102.51 Cefixime Cap 100 mg 51321 802.62 63.94 Amlodipine Tab 5 mg 96001 1646.98 58.29 ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg 153930 5740.63 26.81 Metformin Tab 500 mg 99363 3376.44 29.43 Omeprazol Cap 20 mg 61480 1770.75 34.72 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pemesanan ekonomis dalam
satuan kecil untuk Ceftriaxone Inj 1 gr adaah 373 vial dengan frekuensi pemesanan 94 kali dalam setahun, Co Amoxyclav Tab 625 mg adalah 423 tablet dengan frekuensi pemesanan 103 kali dalam setahun, Cefixime Cap 100 mg adalah 803 kapsul dengan frekuensi pemesanan 64 kali dalam setahun, Amlodipine Tab 5 mg adalah 1647 tablet dengan frekuensi pemesanan 58 kali dalam setahun, ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg adalah 5741 tablet dengan frekuensi pemesanan 27 kali dalam setahun, Metformin Tab 500 mg sebanyak 3376 tablet dengan frekuensi pemesanan 29 kail dalam setahun dan Omeprazol Cap 20 mg sebanyak 1771 tablet dengan frekuensi pemesanan 35 kali dalam setahun. Besar jumlah pemesanan tersebut tentunya harus disesuaikan juga dengan kebijakan dan kondisi yang ada di RSIJ Cempaka Putih, seperti besarnya alokasi anggaran, luas gudang penyimpanan, dan faktor keamanan (Fakhrunnisa, 2010). Sebagai contoh untuk Ceftriaxone Inj 1 gr yang memiliki jumlah pemakaian cukup banyak selama periode tersebut, sehingga jumlah pemesanan ekonomis juga menjadi banyak yaitu 373 vial. Namun, apabila dikalikan dengan harga satuannya, maka untuk sekali pesan biaya yang harus dikeluarkan cukup banyak sehingga harus diperhatikan kebijakan anggaran rumah sakit. Selain itu dari faktor keamanan, obat tersebut mudah pecah jadi ada kemungkinan dilakukan pembatasan jumlah (Fakhrunnisa, 2010).
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
118
7.2.6 ROP Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Menurut Calhoun dan Campbell dalam Awaloeddin (2001), model pengendalian yang tepat untuk kelompok A hasil analisis ABC indeks kritis adalah perhitungan EOQ dan ROP. ROP (reoder point) adalah batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan agar tidak terjadi kekurangan persediaan. jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama waktu lead time (waktu tnggu pemesanan barang), dan dapat juga ditambahkan dengan besaran safety stock. Sehingga batas minimm tersebut menjadi titik dilakukannya pemesanan kembali. Berdasarkan penjabaran pada bab hasil, diperoleh hasil perhitungan titik pemesanan kembali tanpa menggunakan kebijakan besarnya persediaan pengaman (safety stock). Hasil ROP untuk obat generik kelompok A analisis ABC indeks kritis adalah sebagai berikt: Tabel 7.4. ROP Obat Generik Kelompok A Indeks Kritis Periode Januari 2011 s/d Februari 2012 No. Nama Obat d L ROP Interval (a) (b) (a x b) Hari 1. Ceftriaxone Inj 1 gr 82.26 1 82.26 3.46 2. Co Amoxyclav Tab 625 mg 101.93 1 101.93 3.16 3. Cefixime Cap 100 mg 120.76 1 120.76 5.07 4. Amlodipine Tab 5 mg 225.88 1 225.88 5.56 ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 5. mg 362.19 1 362.19 12.08 6. Metformin Tab 500 mg 233.80 1 233.80 11.01 7. Omeprazol Cap 20 mg 144.66 1 144.66 9.33 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa titik pemesanan kembali obat Ceftriaxone Inj 1 gr adalah ketika persediaan mencapai 83 vial dengan jarak pemesanan 4 hari, Co Amoxyclav Tab 625 mg adalah saat persediaan mencapai 102 tablet dengan jarak pemesanan 3 hari, Cefixime Cap 100 mg adalah saat persediaan mencapai 121 kapsul dengan jarak pemesanan 5 hari, Amlodipine Tab 5 mg adalah saat persediaan mencapai 226 tablet dengan jarak pemesanan 6 hari, ISDN (Isosorbid Dinitr) 5 mg adalah saat persediaan mencapai 362 tablet dengan jarak pemesanan 12 hari, Metformin Tab 500 mg adalah saat persediaan mencapai 234 tablet dengan jarak pemesanan 11 hari dan Omeprazol Cap 20 mg adalah saat persediaan mencapai 145 kapsul dengan jarak pemesanan 9 hari. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Pengendalian persediaan obat di Seksi Logistik Perbekes RSIJ Cempaka Putih adalah dengan menggunakan metode standar minimum-maksimum. Selain itu, dilakukan beberapa bentuk kegiatan pengendalian lain seperti evaluasi pergerakan obat setiap 6 buan sekali, sistem pencatatan persediaan menggunakan kartu stok inventori (sistem) dan kartu stok manual, serta stock opname. Namun, masih terdapat beberapa kendala dalam proses pengendalian persediaan yaitu standar minimum-maksimum yang tidak dievaluasi secara berkala, pola peresepan obat oleh dokter yang berubah-ubah akibat
tidak optimalnya
formularium,
luas
tempat
penyimpanan yang kurang memadai, serta kendala dari pabrik atau distributor seperti kekosongan barang dan keterlambatan pengiriman barang. 2. Hasil pengelompokkan persediaan obat generik berdasarkan analisis ABC pemakaian adalah kelompok A terdiri dari 32 item (19,16%) dari total item obat generik dengan jumlah pemakaian tinggi sebanyak 1.792.313 (69,36%) dari total pemakaian obat generik keseluruhan. Kelompok B terdiri dari 36 item (21,56%) dari total item obat generik dengan jumlah pemakaian sedang sebanyak 535.120 (20,71%) dari total pemakaian obat generik keseluruhan. Kelompok C terdiri dari 99 item (59,28%) dari total item obat generik dengan jumlah pemakaian rendah sebanyak 256.658 (9,93%) dari total pemakaian obat generik keseluruhan. 3. Hasil pengelompokkan persediaan obat generik berdasarkan analisis ABC investasi adalah kelompok A terdiri dari 13 item (7,78%) dari total item obat generik dengan nilai investasi tinggi sebesar Rp 2.833.514.315,(70,05%) total nilai investasi obat generik keseluruhan. Kelompok B terdiri dari 24 item (14,37%) dari total item obat generik dengan nilai investasi sedang sebesar Rp 807.027.761,- (19,95%) dari total nilai investasi obat generik keseluruhan. Kelompok C terdiri dari 130 item 119
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
120
(77,85%) dari total item obat generik dengan nilai investasi rendah sebesar Rp 404.701.348,- (10,00%) dari total nilai investasi obat generik keseluruhan. 4. Hasil pengelompokkan persediaan obat generik berdasarkan analisis ABC indeks kritis adalah kelompok A terdiri dari 7 item (4,19%) dari total item obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp 615.646.911,- (15,22%) dari total nilai investasi obat generik dan jumlah pemakaian sebanyak 540.374 (20,91%) dari total pemakaian obat generik. Kelompok B terdiri dari 101 item (60,48%) dari total item obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp 3.296.055.432,- (81,48%) dari total nilai investasi obat generik dan jumlah pemakaian sebanyak 1.852.301 (71,68%) dari total pemakaian obat generik. Kelompok C terdiri dari 59 item (35,33%) dari total item obat generik dengan nilai investasi sebesar Rp 133.541.081,- (3,30%) dari total nilai investasi dan jumlah pemakaian sebanyak 191.416 (7,41%) dari total pemakaian obat generik. 5. Hasil perhitungan jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) obat generik kelompok A analisis ABC indeks kritis dalam satuan kecil adalah bervariasi, yaitu pada rentang 373 – 5741 yang terdiri dari jenis tablet, kapsul, dan injeksi. Besar EOQ ini dapat disesuaikan dengan kebijakan rumah sakit. 6. Hasil perhitungan titik pemesanan kembali (ROP) obat generik kelompok A analisis ABC indeks kritis menghasikan batas minimal antara 82 – 362 yang terdiri dari jenis tablet, kapsul, dan injeksi
8.2 Saran 8.2.1 Untuk RSIJ Cempaka Putih 1. Perlunya
menetapkan
suatu
kebijakan
dan
peraturan
mengenai
peningkatan penggunaan formularium rumah sakit oleh dokter-dokter yang berada di RSIJ Cempaka Putih. Termasuk memberikan pembinaan kepada principal dalam meakkan penawaran obat kepada dokter. Peningkatan penggunaan formularium harus didukung oleh semua staf profesional
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
121
rumah sakit termasuk komitmen rumah sakit berupa peraturan dan kebijakan. 2. Mengoptimalkan peranan Panitia Farmasi Terapi (PFT) rumah sakit dalam meningkatkan penggunaan formularium. Seperti mengupdate standar formularium secara berkala misalnya 6 bulan sekali, meningkatkan sosialisasi formularium kepada dokter-dokter, menerbitkan satu buku formularium untuk setiap staf medik, dan aktif menerbitkan buletin farmasi yang berisi informasi tentang obat formularium.
8.2.2 Untuk Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan 1. Sebaiknya dilakukan pengendalian persediaan obat di Gudang Logistik Perbekes dengan metode analisis ABC dan analisis ABC indeks kritis sehingga pengelolaan obat dapat menjadi lebih efektif dan efisien. Efektif karena dapat memfokuskan pengawasan kepada beberapa item obat yang jumlahnya sedikit namun sangat penting serta efisien dari segi waktudan biaya dalam melakukan pengendalian persediaan obat. 2. Perlu menerapkan metode perhitungan jumlah pemesanan yang harus diadakan dengan menghitung jumlah pemesanan ekonomis atau economic order quantity (EOQ) karena metode ini menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan pada setiap kali melakukan pemesanan obat. 3. Perlu menerapkan metode penentuan titik pemesanan kembali atau reorder point (ROP) untuk mengetahui kapan dilakukannnya waktu pemesanan kembali. Sebaiknya diterapkan juga dengan menentukan besaran safety stock untuk mengantisipasi terjadinya fluktuasi obat. 4. Melakukan evalasi atau pengpudatean standar minimum-maksimum secara berkala setiap bulan. Evaluasi tidak hanya dilakukan terhadap obatobat yang sedang meningkat penggunaannya, melainkan juga terhadap obat yang sedang menurun. 5. Meningkatkan kegiatan pencatatan persediaan dengan teliti untuk mengurangi terjadinya selisih barang serta meningkatkan pengecekan fisik obat setiap hari. Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
122
6. Meningkatkan pelaksanaan sistem FIFO (first in first ot) dalam kegiatan penyimpanan barang untuk menghindari barang-barang yang expired, serta perlu dilakukannya penginputan expired date obat ke dalam sistem secara rutin yang juga berguna untuk mengirimkan informasi kepada Bagian Farmasi. 7. Meningkatkan koordinasi antara Bagian Logistik dengan Bagian Farmasi terutama ketika terjadi perubahan atau pengupdatean standar minimummaksimum saat adanya peningkatan kasus.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
DAFTAR REFERENSI
Aditama, Tjandra Y. (2000). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Adisasmito, Wiku. (2008). Sistem Kesehatan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Andalusia, Lucia Rizka. (1999). Analisis Persediaan Barang Farmasi dan Alat Kesehatan Habis Pakai untuk Mendapatkan Model Perencanaan dan Pengendalian di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Tesis. Depok: Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Awaloeddin, Arfan. (2001). Penggunaan Analisis ABC untuk Pengendalian Persediaan Obat Antibiotika di Instalasi Farmasi Studi Kasus di Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru. Tesis. Depok: Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Barry, Render & Ralph M. Stair, Jr. (2000). Quantitative Analysis For Management (7th ed.). USA: Prentice Hall. Bowersox, Donald J. (1995). Manajemen Logistik 1: Integrasi Sistem-Sistem Manajemen Distribusi Fisik dan Manajemen Material (A. Hasymi Ali, Penerjemah). Jakarta: BUMI AKSARA. Departemen Kesehatan RI & JICA. (2008). Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. http://www.scribd.com/doc/94524854/Pedoman-PengelolaanPerbekalan-Farmasi-Di-Rumah-Sakit Fakhrunnisa, Fatimah. (2010). Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik dengan Analisis ABC, ABC Indeks Kritis, EOQ, dan ROP di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Tahun 2010. Skripsi. Depok: Program Sarjana Reguler Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hadi, Ella N., dkk. (2000). Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Depok: FKM-UI dengan CIMU-Health The British Council. Hidayati, Suci & Henmaidi. (2006). Analisis Kinerja Manajemen Persediaan pada PT. United Tractors, tbk Cabang Padang. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Jacobalis, Samsi. (1989). Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan (Quality Assurance). Jakarta: PT. Citra Windu Satria.
122
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
123
Johnson, James C., dkk. (1998). Contemporary Logistics (7th ed.). USA: Prentice Hall. Kementrian Kesehatan RI. (2011). Data & Informasi. http://www.depkes.go.id/downloads/Booklet/Data%20&%20Informasi%20un tuk%20Pimpinan.pdf Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197 Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201197 %20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Farmasi%20Di%20RS.pdf Laksono, Trisnantoro. (2009). Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/068/I/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. http://www.depkes.go.id/downloads/PMK_No._HK.02.02068_ttg_Kewajiban_Menggunakan_Obat_Generik_Di_Fasilitas_Pelayanan_K esehatan_Peme.pdf Program Studi KARS UI. (2002). Modul Manajemen Logistik: Kelas Khusus Palembang dan Cirebon. Depok: Author. Ramadhan, Rahmad. (2003). Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karya Bhakti Tahun 2003. Tesis. Depok: Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Rangkuti, Freddy. (1996). Manajemen Persediaan: Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Silalahi, Bennet. (1989). Prinsip Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Lembaga Pengembangan Manajemen Indonesia. Siregar, Charles J.P. & Lia Amalia. (2003). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta: ECG. Subagya, MS. (1994). Manajemen Logistik. Jakarta: CV Haji Masagung. Suciati, Susi & Wiku B.B Adisasmito. (2006). Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09 No. 01 Maret 2006, hal. 19-26.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
124
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan.pdf Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. http://dinkes.demakkab.go.id/v2010/dokumen/UU%2044%20TAHUN%2020 09%20Tentang%20Rumah%20Sakit.pdf Profil Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. (2012). http://www.rsi.co.id
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 1 SK BPH RSIJ NOMOR: 044/KEP/I.6.AU/D/2011 TANGGAL 5 MUHARRAM 1433 H ATAU 30 NOVEMBER 2011 STRUKTUR ORGANISASI RS ISLAM JAKARTA BADAN PELAKSANA HARIAN RS ISLAM JAKARTA DIREKTUR UTAMA
Komite Medik
Komite Etik RS Komite Pendidikan Satuan Pengawas Internal
Pengembangan Organisasi & Mutu
Humas & Legal
Manajemen Risiko
Direktur Pelayanan RS Komite Keperawatan
Direktur Penunjang Pelayanan Rumah Sakit
Asdir Med & Profesi Kesehatan Lain
Manajer Gizi
Asdir Keperawatan Manajer Rawat Inap
Manajer Rawat Jalan
Manajer Pelayanan Medis Khusus
Manajer Radiologi & Diagnostik
Manajer Rekam Medis
Manajer Laboratorium mm
Manajer Pemeliharaan & Kesling
Manajer Farmasi & Stersilisasi
Direktur SDI & Bindatra
Manajer Logistik
Manajer Keuangan
Manajer SDI
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Manajer Binroh
Direktur Adm Keuangan & SIRS
Manajer Akuntansi
Manajer SIRS
Manajer Yanum & Perkantoran
Manajer Pemasaran & Pencitraan
Manajer Diklat
Lampiran 2 PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
1. Dalam melakukan pengendalian persediaan, khususnya obat-obatan, metode apa yang selama ini digunakan? 2. Bagaimana gambaran proses metode tersebut? 3. Apakah yang dijadikan dasar penggunaan metode tersebut? 4. Apakah metode tersebut sudah diterapkan dengan maksimal? 5. Menurut Anda, apakah metode pengendalian persediaan tersebut sudah tepat, terutama dalam menjaga persediaan agar tetap stabil? 6. Selain metode tersebut, apakah dilakukan evaluasi obat secara berkala untuk mengetahui obatobatan yang tidak laku/slow moving? 7. Apakah dilakukan stock opname? Jika ya, bagaimana prosesnya? apakah terdapat periode khusus dalam melakukannya? 8. Bagaimana sistem pencatatan persediaan yang dilakukan? Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian antara stock fisik dengan catatan? 9. Apakah selama ini pernah terjadi kekosongan obat/stock out/permintaan tidak terlayani di gudang? Jika ya, apa penyebabnya? Lalu, bagaimana solusi yang dilakukan? 10. Bagaimana proses pembelian obat? kapan jadwal pembelian dilakukan? Berapa lama waktu tunggu pemesanan? 11. Apakah pembelian cito sering dilakukan? Jika ya, apa penyebabnya? 12. Apakah terdapat kebijakan mengenai safety stock/persediaan pengaman dalam pengendalian persediaan obat? 13. Apakah implementasi formularium rumah sakit telah diterapkan dengan optimal? jika tidak, apa penyebabnya? Solusi apa yang harus dilakukan? 14. Menurut Anda, apa saja kendala yang ditemui dalam melakukan pengendalian persediaan obat? Solusi apa yang dibutuhkan? Catatan: Pertanyaan ini tidak diajukan seluruhnya untuk informan, melainkan hanya yang terkait dengan bidang tugas informan.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 3 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Informan: I1: Manajer Logistik I2: Manajer Farmasi I3: Kepala Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan I4: Koordinator Pengadaan Perbekalan Kesehatan I5: Koordinator Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan I6: Pelaksana Gudang Logistik Perbekalan Kesehatan
No 1.
2. 3. 4. 5.
6.
Pertanyaan Dalam melakukan pengendalian persediaan, khususnya obat-obatan, metode apa yang selama ini digunakan? Bagaimana gambaran proses metode tersebut?
I1 √
I2 √
I3 √
I4 -
I5 √
I6 √
Metode Wawancara Mendalam
√
√
√
-
√
√
Apakah yang dijadikan dasar penggunaan metode tersebut? Apakah metode tersebut sudah diterapkan dengan maksimal? Menurut Anda, apakah metode pengendalian persediaan tersebut sudah tepat, terutama dalam menjaga persediaan agar tetap stabil? Selain metode tersebut, apakah dilakukan evaluasi obat secara berkala untuk mengetahui obat-obatan
√
√
√
-
√
√
1. Wawancara Mendalam 2. Observasi Wawancara Mendalam
√
√
√
-
√
√
√
√
√
-
√
√
√
√
√
-
√
√
1. Wawancara Mendalam 2. Observasi Wawancara Mendalam
1. Wawancara Mendalam 2. Telaah Dokumen Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 3 (lanjutan)
7.
8.
9.
10.
11. 12.
13.
14.
yang tidak laku/slow moving? Apakah dilakukan stock opname? Probing: Jika ya, bagaimana prosesnya? Apakah terdapat periode khusus dalam melakukannya? Bagaimana sistem pencatatan persediaan yang dilakukan? Probing: Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian antara stock fisik dengan catatan? Apakah selama ini pernah terjadi kekosongan obat/stock out/permintaan tidak terlayani di gudang? Probing: Jika ya, apa penyebabnya? solusi apa yang dilakukan? Bagaimana gambaran proses pembelian obat? Probing: Bagaimana proses penentuan kebutuhan? Kapan pemesanan kembali dilakukan? Berapa lama waktu tunggu hingga barang datang? Apakah pembelian cito sering dilakukan? Probing: Jika ya, apa penyebabnya? Apakah terdapat kebijakan mengenai safety stock/persediaan pengaman dalam pengendalian persediaan obat? Apakah implementasi formularium rumah sakit telah diterapkan dengan optimal? Probing: Jika tidak, apa penyebabnya? solusi apa yang harus dilakukan? Menurut Anda, apa saja kendala yang ditemui dalam melakukan pengendalian persediaan obat? Probing: solusi apa yang dibutuhkan?
√
√
√
-
√
√
Wawancara Mendalam
√
√
√
-
√
√
1. Wawancara Mendalam 2. Observasi
√
-
√
√
√
√
1. Wawancara Mendalam 2. Telaah Dokumen
-
-
-
√
-
-
Wawancara Mendalam
√
-
-
√
-
-
√
√
√
-
√
√
1. Wawancara Mendalam 2. Telaah Dokumen Wawancara Mendalam
√
√
√
-
-
-
1. Wawancara Mendalam 2. Telaah Dokumen
√
√
√
√
√
√
Wawancara Mendalam
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 4 MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM
No. Pertanyaan 1. Dalam melakukan pengendalian persediaan, khususnya obatobatan, metode apa yang selama ini digunakan?
Informan 2 Standar minimal dan maksimal obat.
Informan 3 FIFO, Set barang berdasarkan standar minmax.
2.
Data pemakaian sebulan sebelumnya dilihat rata-rata pemakaiannya lalu dirubah standar minmax nya. Minimal untuk persediaan 3 hari, maksimal 7 hari. Evaluasi standar minmax dilakukan secara berkala setiap bulan. Data historis pemakaian 1
3.
Informan 1 Standar minimummaksimum secara berkala, kolaborasi tim mengecek kondisi persediaan secara kualitas dan kuantitas. Bagaimana gambaran Data proses metode pemakaian 1 tersebut? tahun lalu dijadikan data pemakaian per bulan, kemudian dibagi 4 untuk standar minimum dan dibagi 2 untuk standar maksimum.
Apakah yang dijadikan dasar
Data historis pemakaian
Informan 4 -
Informan 5 FIFO untuk pengeluaran barang, sistem dengan standar min-max.
Informan 6 Standar min-max, FIFO terkait expired barang.
Data pembelian 15 bulan sebelumnya ditotal jumlahnya lalu dijadikan data per bulan. Standar min untuk 1 minggu, max 2 minggu lalu update ke dalam sistem.
-
Untuk barangbarang fast moving min= 2 minggu, max= 1 bulan. Slow moving, min=1 minggu, max= 2 minggu.
Merupakan batas persediaan yang dihitung berdasarkan data pemakaian 3 bulan sebelumnya.
Data pemakaian 1 tahun
-
Kasus atau pemakaian.
Data pemakaian atau pengeluaran
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 4 (lanjutan) penggunaan metode tersebut?
4.
Apakah metode tersebut sudah diterapkan dengan maksimal?
5.
Menurut Anda, apakah metode pengendalian persediaan tersebut sudah tepat, terutama dalam menjaga persediaan agar tetap stabil?
6.
Selain metode tersebut, apakah dilakukan evaluasi obat secara berkala untuk mengetahui obat-obatan yang tidak laku/slow moving?
yang dikombinasikan dengan kondisi epidemiologi pada saat itu. Belum maksimal. Pengupdatean standar minmax tidak secara rutin dan baru beberapa kali dilakukan. Belum terlalu tepat, idealnya menggunakan kombinasi beberapa metode perencanaan dan memperhatikan kondisi di lapangan. 2 kali setahun, bulan April dan Oktober untuk mengetahui data obat tidak laku dan slow moving, pengecekan
bulan sebelumnya.
sebelumnya.
gudang.
Sudah hampir maksimal.
Sudah maksimal.
-
Belum terlalu optimal terkait dengan evaluasi standar minmax.
Sudah baik.
Sudah cukup.
Sudah.
-
Sudah.
Tepat. Namun, harus diperhatikan juga slow/fast movingnya barang.
Setiap 6 bulan, April dan Oktober, pemantauan fisik setiap hari oleh PJ lemari.
Evaluasi pergerakan obat setiap 6 bulan (April dan Oktober)
-
Setiap bulan Setiap bulan untuk untuk melihat melihat slow/fast obat yang moving nya barang. expired, selisih, tidak laku dan slow moving.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 4 (lanjutan)
7.
Apakah dilakukan stock opname? Probing: Jika ya, bagaimana prosesnya? Apakah terdapat periode khusus dalam melakukannya?
8.
9.
Bagaimana sistem pencatatan persediaan yang dilakukan? Probing: Apakah pernah terjadi ketidaksesuaian antara stock fisik dengan catatan? Apakah selama ini pernah terjadi kekosongan obat/stock out/permintaan tidak terlayani di gudang? Probing: Jika ya, apa penyebabnya? solusi apa yang dilakukan?
fisik obat setiap hari. Satu kali setahun. Menghitung barang berdasarkan cut off di sistem.
Sistem komputerisasi dan kartu stok manual.
Menghitung fisik barang setahun sekali.
Satu kali setahun. Mengecek seluruh barang yang ada di gudang untuk mengetahui kekayaan RS saat akhir tahun.
Kartu stok manual dan sistem.
Stok manual dan inventori.
Pernah dikarenakan Demand meningkat, OTL/slow moving diresepkan kembali oleh dokter. Mencari ke distributor
Penyebabnya Obat slow moving menjadi fast moving, kekosongan di PBF. Pembelian cito ke apotik sekitar/rekanan.
-
Penyebabnya kosong distributor, tiba-tiba pemakaian meningkat. Mencari ke subdistributor, pembelian cito ke RS cabang,
Setahun sekali. Menghitung dan mencocokkan jumlah persediaan di kartu stok manual dan sistem dengan fisik barang. Kartu stok manual dan kartu stok sistem.
Secara global/menyeluruh di RS setiap akhir tahun.
Sering. Kosong PBF/ distributor, kasus tiba-tiba banyak. Mencari di distributor lain, meminta farmasi mengganti
Setiap bulan pasti ada. Kosong pabrik/distributor. Menghubungi rep untuk mencari pinjaman obat, membeli ke rekanan lain atau apotik.
Kartu stok manual dan komputer.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 4 (lanjutan) terdekat, RS lain, apotik.
10.
Bagaimana gambaran proses pembelian obat?
apotik.
-
-
Membuat surat pesanan, menentukan supplier dan memesan jumlah obat yang sudah ditentukan oleh petugas gudang. Senin & Kamis. Satu hari.
-
-
Tidak terlau sering. Dilakukan apabila di gudang kosong dan terjadi penolakan permintaan.
Probing: Bagaimana proses penentuan kebutuhan? Kapan pemesanan kembali dilakukan? Berapa lama waktu tunggu hingga barang datang?
11.
Apakah pembelian cito sering dilakukan?
Disebabkan perubahan sifat obat dari OTL/slow Probing: Jika ya, apa menjadi fast, penyebabnya? demand melebihi proyeksi.
dengan obat lain yang sejenis apabila kosong pabrik. -
-
-
-
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 4 (lanjutan) 12.
13.
14.
Apakah terdapat kebijakan mengenai safety stock/persediaan pengaman dalam pengendalian persediaan obat? Apakah implementasi formularium rumah sakit telah diterapkan dengan optimal? Probing: Jika tidak, apa penyebabnya? solusi apa yang harus dilakukan? Menurut Anda, apa saja kendala yang ditemui dalam melakukan pengendalian persediaan obat? Probing: solusi apa yang dibutuhkan?
Tidak ada. Tidak ada. Sudah termasuk dalam standar min-max, kecuali jika ada kondisi khusus.
Tidak ada. Sudah include dalam standar min-max.
-
Tidak ada. Tidak ada. Sudah Sudah terjamin dalam termasuk dalam standar min-max. standar minmax.
Belum terlalu optimal.
Belum optimal.
Belum optimal.
-
-
-
Pergerakan demand dari user yang berubah-ubah, Evaluasi standar minmax tidak diupdate secara berkala.
Dokter meresepkan obat yang farmasi/logistik sudah tidak punya, kurangnya koordinasi farmasi dengan logistik saat ada obat-obat yang pemakaiannya meningkat.
Formularium rumah sakit belum berjalan optimal, kekosongan PBF dan pabrik.
Pemakaian tiba-tiba meningkat, standar minmax terkadang ada yang meleset, persediaan di distributor terbatas.
Update standar min-max belum optimal, luas tempat penyimpanan kurang memadai, kekosongan di distributor.
Kekosongan di distributor dan keterlambatan pengiriman barang oleh distributor.
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 5 KUESIONER NILAI KRITIS PERSEDIAAN OBAT GENERIK
Data Responden No. Responden Nama Responden Usia Responden Poli
: : : :
Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan hormat, Saya Mega Dewanty, mahasiswi semester 8 Peminatan Manajemen Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI). Saat ini, saya sedang melakukan penelitian skripsi yang berjudul “Pengendalian Persediaan Obat Generik Melalui Analisis ABC Indeks Kritis di Seksi Logistik Perbekalan Kesehatan Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih Periode Januari 2011-Februari 2012”. Terkait dengan topik penelitian tersebut, saya memohon kesediaan Dokter RSIJ Cempaka Putih sebagai responden untuk mengisi kuesioner daftar persediaan obat generik sebagaimana terlampir mengenai nilai kritis obat generik tersebut terhadap pelayanan kepada pasien. Kuesioner dapat diisi dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang telah disediakan. Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Kelompok X atau kelompok obat vital, adalah obat yang tidak boleh diganti dan terjadi kekosongan, sehingga harus selalu tersedia dalam rangka proses perawatan pasien. b. Kelompok Y atau kelompok obat essensial, adalah obat yang dapat diganti apabila terjadi kekosongan (walaupun tidak memuaskan karena tidak sesuai dengan barang yang asli). Kekosongan tersebut masih dapat ditoleransi kurang dari 48 jam. c. Kelompok Z atau kelompok obat non-essensial, adalah obat yang dapat diganti apabila terjadi kekosongan. Kekosongan tersebut masih dapat ditoleransi lebih dari 48 jam. d. Kelompok O adalah obat yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kriteria X, Y, maupun Z. Demikian kuesioner ini dibuat. Atas bantuan dan kerjasama Dokter dalam kelancaran penelitian ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT senantiasa membalas seluruh kebaikan Dokter. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Hormat Saya, Peneliti
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 5 (lanjutan) DAFTAR NAMA PERSEDIAAN OBAT GENERIK RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Nama Obat ACYCLOVIR CREAM ACYCLOVIR TAB 200 MG ACYCLOVIR TAB 400 MG ALLOPURINOL TAB 100 MG ALPRAZOLAM TAB 1 MG ALPRAZOLAM TAB 0,5 MG AMBROXOL PED SIR AMBROXOL TAB IND AMITRIPTILINE TAB 25 MG AMLODIPINE TAB 5 MG AMLODIPINE TAB 10 MG AMOXICILLIN SIR 125 MG AMOXICILLIN SIR 250 MG AMOXICILLIN TAB 500 MG ANTACIDA SIR ANTACIDA TAB ANTALGIN TAB ASAM MEFENAMAT TAB 500 MG ATORVASTATIN TAB 20MG ATROPIN SULF INJ 0.25 MG ATROPIN SULF TAB 0.50 MG BENZATIN BENZYL PENICILLIN INJ 1,2 BETAMETASON CR BISOPROLOL TAB 5 MG CALCII LACTAS TAB CAPTOPRIL TAB 12.5 MG CAPTOPRIL TAB 25 MG CARBAMAZEPINE TAB 200 MG CEFADROXIL CAP 500 MG CEFADROXIL SIR 125 MG CEFAZOLIN INJ 1 G CEFEPIME INJ 1 G CEFIXIME CAP 100 MG CEFIXIME DRY SIR 100 MG CEFOPERAZONE SULBACTAM 1 G CEFOTAXIME INJ 1 G CEFTAZIDIME INJ 1 G CEFTIZOXIM INJ 1 G
Satuan
X
Y
TUBE TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET BOTOL TABLET TABLET TABLET TABLET BOTOL BOTOL TABLET BOTOL TABLET TABLET TABLET TABLET AMPUL TABLET VIAL TUBE TABLET TABLET KAPSUL KAPSUL KAPSUL KAPSUL BLISTER VIAL VIAL KAPSUL BOTOL VIAL BOX VIAL VIAL
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Z
O
Lampiran 5 (lanjutan) No 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
Nama Obat CEFTRIAXONE INJ 1 G CEPHALEXIN CAP 500 MG CETIRIZINE DROP CETIRIZINE SIR CETIRIZINE TAB 10 MG CHLORAMPHENICOL CAP 250 MG CHLORAMPHENICOL SIR CHLORPROMAZIN TAB 100 MG CILOSTAZOL TAB 100 MG CIPROFLOXACIN "INFUS" 200 MG CIPROFLOXACIN TAB 500 MG CITICOLINE INJ 250 MG CLINDAMYCINE CAP 300 MG CLOBAZAM TAB 10 MG CLONIDIN TAB 0.15 MG CLOPIDOGREL TAB 75 MG CO AMOXYCLAV TAB 625 MG COTRIMOXAZOL SIR COTRIMOXAZOL TAB DEXAMETHASON 0.5 MG TAB DEXAMETHASONE INJ DEXTROMETHORPHAN SIR DEXTROMETHORPHAN TAB STRIP DIAZEPAM TAB 2 MG DIFENHYDRAMIN INJ 10 MG/ML DIGOXIN TAB 0.25 MG DILTIAZEM TAB 30 MG DIMENHYDRINATE TAB DOMPERIDON TAB 10 MG DOXYCICLINE CAP 100 MG EPHEDRIN TAB 25 MG ERGOTAMIN COFFEIN TAB ERYTHROMYCIN CAP 250 MG ERYTHROMYCIN SIR FLUCONAZOLE CAP 150 MG FLUCONAZOLE INFUS 200 MG FLUNARIZIN TAB 5 MG FOLIC ACID TAB 1 MG FUROSEMID TAB 40 MG GEMFIBROZIL CAP 300 MG GENTAMYCIN OINT 5 G GENTAMYCIN EYE DROP 0.3%
Satuan
X
Y
VIAL KAPSUL BOTOL BOTOL TABLET KAPSUL BOTOL TABLET TABLET BOTOL TABLET AMPUL KAPSUL TABLET KAPSUL TABLET TABLET BOTOL TABLET TABLET AMPUL BOTOL TABLET TABLET AMPUL TABLET TABLET TABLET TABLET KAPSUL TABLET TABLET KAPSUL BOTOL KAPSUL BOTOL TABLET TABLET TABLET TABLET TUBE BOTOL
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Z
O
Lampiran 5 (lanjutan) No 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122
Nama Obat GLIBENKLAMID TAB 5 MG GLIMEPIRIDE TAB 1 MG GLIMEPIRIDE TAB 2 MG GLIMEPIRIDE TAB 3 MG GLIMEPIRIDE TAB 4 MG GLIQUIDONE TAB 30 MG GLUCOSAMIN+CHONDROITIN+VIT C GLUCOSAMINE TAB GLYCERIL GUAIACOLAT 100 MG HALOPERIDOL TAB 0.5 MG HALOPERIDOL TAB 1.5 MG HALOPERIDOL TAB 5 MG HCT TAB 25 MG HYDROCORTISON CREAM 2.5% IBUPROFEN SYR 100 MG IBUPROFEN SYR 200 MG IBUPROFEN TAB 200 MG IBUPROFEN TAB 400 MG INH TAB 100 MG INH TAB 300 MG IRBESARTAN TAB 300 MG ISDN (ISOSORBID DINITR) 5 MG ITRACONAZOLE CAP KETOCONAZOL TAB 200 MG KETOCONAZOLE KRIM 10 G KETOPROFEN TAB 100 MG KETOROLAC INJ 30 MG LANSOPRAZOLE CAP 30 MG LEVOFLOXACIN INFUS LEVOFLOXACIN TAB 500 MG LIDOCAIN INJ 2 % LINCOMYCIN CAP 500 MG LORATADIN TAB LOSARTAN K TAB 50 MG MELOXICAM TAB 15 MG MELOXICAM TAB 7.5 MG MEROPENEM INJ 1 G MEROPENEM INJ 500 MG METFORMIN TAB 500 MG METFORMIN TAB 850 MG METHYL ERGOMETRIN TAB METHYL PREDNISOLON INJ 125 MG
Satuan
X
Y
TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TUBE BOTOL BOTOL TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET KAPSUL TABLET TUBE TABLET AMPUL KAPSUL BOTOL TABLET AMPUL KAPSUL TABLET TABLET TABLET TABLET VIAL VIAL TABLET TABLET TABLET VIAL
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Z
O
Lampiran 5 (lanjutan) No 123 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 125
Nama Obat METHYL PREDNISOLON TAB 4 MG METRONIDAZOLE TAB 500 MG MICONAZOL CREAM 2% 10 G NATRII DICLOFENAC TAB 50 MG NATRII DIKLOFENAC TAB 25 MG NIFEDIPIN TAB 10 MG NYSTATIN TAB OFLOXACIN TAB 200 MG OFLOXACIN TAB 400 MG OMEPRAZOL CAP 20 MG ONDANSETRON INJ 4 MG ONDANSETRON INJ 8 MG ONDANSETRON TAB 4 MG ONDANSETRON TAB 8 MG ORALIT 200 ML OXYTETRACYCLIN 3% OINT 5 G PARACETAMOL DROP PARACETAMOL SIR PARACETAMOL TAB PHENOBARB TAB 30 MG PHENOKSIMETIL PENICILLIN TAB 500 MG PIRACETAM TAB 400 MG PIRACETAM TAB 800 MG PIRACETAM TAB 1200 MG PIROKSIKAM TAB 10 MG PIROKSIKAM TAB 20 MG PREDNISONE TAB PRIMAQUIN TAB PROPANOLOL TAB 10 MG PYRAZINAMIDE TAB 500 MG RANITIDINE TAB 150 MG RANITIDINE INJ RIFAMPICIN CAP 300 MG RIFAMPICIN TAB 450 MG RIFAMPICIN TAB 600 MG SALBUTAMOL 2 MG SALBUTAMOL 4 MG SALBUTAMOL SIR SIMVASTATIN TAB 10 MG SIMVASTATIN TAB 20 MG SPIRAMYCIN TAB 500 MG TETRACYCLIN CAP 250 MG METRONIDAZOLE TAB 500 MG
Satuan
X
Y
TABLET TABLET TUBE TABLET TABLET TABLET BUAH TABLET TABLET KAPSUL AMPUL AMPUL TABLET TABLET BUNGKUS TUBE BOTOL BOTOL TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET AMPUL KAPSUL TABLET TABLET TABLET TABLET BOTOL TABLET TABLET TABLET KAPSUL TABLET
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Z
O
Lampiran 5 (lanjutan) No 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165
Nama Obat MICONAZOL CREAM 2% 10 G NATRII DICLOFENAC TAB 50 MG NATRII DIKLOFENAC TAB 25 MG NIFEDIPIN TAB 10 MG NYSTATIN TAB OFLOXACIN TAB 200 MG OFLOXACIN TAB 400 MG OMEPRAZOL CAP 20 MG ONDANSETRON INJ 4 MG ONDANSETRON INJ 8 MG ONDANSETRON TAB 4 MG ONDANSETRON TAB 8 MG ORALIT 200 ML OXYTETRACYCLIN 3% OINT 5 G PARACETAMOL DROP PARACETAMOL SIR PARACETAMOL TAB PHENOBARB TAB 30 MG PHENOKSIMETIL PENICILLIN TAB 500 MG PIRACETAM TAB 400 MG PIRACETAM TAB 800 MG PIRACETAM TAB 1200 MG PIROKSIKAM TAB 10 MG PIROKSIKAM TAB 20 MG PREDNISONE TAB PRIMAQUIN TAB PROPANOLOL TAB 10 MG PYRAZINAMIDE TAB 500 MG RANITIDINE TAB 150 MG RANITIDINE INJ RIFAMPICIN CAP 300 MG RIFAMPICIN TAB 450 MG RIFAMPICIN TAB 600 MG SALBUTAMOL 2 MG SALBUTAMOL 4 MG SALBUTAMOL SIR SIMVASTATIN TAB 10 MG SIMVASTATIN TAB 20 MG SPIRAMYCIN TAB 500 MG TETRACYCLIN CAP 250 MG
Satuan
X
Y
TUBE TABLET TABLET TABLET BUAH TABLET TABLET KAPSUL AMPUL AMPUL TABLET TABLET BUNGKUS TUBE BOTOL BOTOL TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET AMPUL KAPSUL TABLET TABLET TABLET TABLET BOTOL TABLET TABLET TABLET KAPSUL
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Z
O
Lampiran 5 (lanjutan) No 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176
Nama Obat THIAMFENICOL CAP 500 MG TRAMADOL CAP 50 MG TRAMADOL INJ 100 MG TRIHEXYPHENIDIL TAB 2 MG VERAPAMIL TAB 80 MG VIT B 1 TAB 50 MG VIT B 12 TAB 50 MCG VIT B 6 TAB 10 MG (PYRIDOXIN) VIT B COMP TAB VIT C TAB 50 MG VIT K1 INJ 10 MG /PHYTO MENADION
Satuan
X
Y
KAPSUL KAPSUL AMPUL TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET TABLET AMPUL
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Z
O
Lampiran 6
HASIL PENGELOMPOKKAN OBAT GENERIK BERDASARKAN ANALISIS ABC PEMAKAIAN NO
NAMA OBAT GENERIK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
ISDN (ISOSORBID DINITR) 5 MG ASAM MEFENAMAT TAB 500 MG CAPTOPRIL TAB 25 MG METFORMIN TAB 500 MG AMLODIPINE TAB 5 MG RANITIDINE TAB 150 MG CAPTOPRIL TAB 12.5 MG SIMVASTATIN TAB 10 MG OMEPRAZOL CAP 20 MG CIPROFLOXACIN TAB 500 MG ALLOPURINOL TAB 100 MG PHENOBARB TAB 30 MG CEFIXIME CAP 100 MG FUROSEMID TAB AMOXICILLIN TAB 500 MG CEFADROXIL CAP 500 MG DIAZEPAM TAB 2 MG METHYL PREDNISOLON TAB 4 MG CO AMOXYCLAV TAB 625 MG INH TAB 300 MG BISOPROLOL TAB 5 MG LANSOPRAZOLE CAP 30 MG AMBROXOL TAB VIT C TAB 50 MG CEFTRIAXONE INJ 1 G
PEMAKAIAN 153930 112851 99659 99363 96001 93492 67009 66467 61480 61211 59943 57288 51321 49798 48560 47502 46015 43841 43320 42517 41977 39411 39108 36916 34959
% PEMAKAIAN 5.96 4.37 3.86 3.85 3.72 3.62 2.59 2.57 2.38 2.37 2.32 2.22 1.99 1.93 1.88 1.84 1.78 1.70 1.68 1.65 1.62 1.53 1.51 1.43 1.35
% KUMULATIF 5.96 10.33 14.18 18.03 21.74 25.36 27.96 30.53 32.91 35.28 37.59 39.81 41.80 43.73 45.60 47.44 49.22 50.92 52.60 54.24 55.87 57.39 58.90 60.33 61.69
KELOMPOK
BOBOT
A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 6 (lanjutan) NO 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
NAMA OBAT GENERIK TRIHEXYPHENIDIL TAB 2 MG VIT B 6 TAB 10 MG (PYRIDOXIN) PYRAZINAMIDE TAB 500 MG VIT B COMP TAB TRAMADOL CAP 50 MG ALPRAZOLAM TAB 0,5 MG CLINDAMYCINE CAP 300 MG CETIRIZINE TAB 10 MG AMLODIPINE TAB 10 MG SALBUTAMOL 2 MG DEXAMETHASON TAB VIT B 12 TAB 50 MCG SALBUTAMOL 4 MG SIMVASTATIN TAB 20 MG ANTACIDA TAB GLIBENKLAMID TAB 5 MG DIGOXIN TAB PROPANOLOL TAB 10 MG LINCOMYCIN CAP 500 MG MELOXICAM TAB 7.5 MG MELOXICAM TAB 15 MG DILTIAZEM TAB 30 MG ACYCLOVIR TAB 400 MG COTRIMOXAZOL TAB RIFAMPICIN TAB 450 MG AMITRIPTILINE TAB 25 MG RIFAMPICIN TAB 600 MG LOSARTAN K TAB 50 MG LEVOFLOXACIN TAB 500 MG
PEMAKAIAN 29849 29355 29207 28359 27833 26901 26870 26409 26195 25680 24219 23797 22363 20626 20028 17586 17499 16664 16478 16260 16065 14921 14632 14509 13515 12858 12325 12101 11953
% PEMAKAIAN 1.16 1.14 1.13 1.10 1.08 1.04 1.04 1.02 1.01 0.99 0.94 0.92 0.87 0.80 0.78 0.68 0.68 0.64 0.64 0.63 0.62 0.58 0.57 0.56 0.52 0.50 0.48 0.47 0.46
% KUMULATIF 62.84 63.98 65.11 66.20 67.28 68.32 69.36 70.38 71.40 72.39 73.33 74.25 75.12 75.91 76.69 77.37 78.05 78.69 79.33 79.96 80.58 81.16 81.72 82.29 82.81 83.31 83.78 84.25 84.71
KELOMPOK
BOBOT
A A A A A A A B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 6 (lanjutan) NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83
NAMA OBAT GENERIK PREDNISONE TAB CITICOLINE INJ 250 MG CARBAMAZEPINE TAB 200 MG HALOPERIDOL TAB 5 MG LORATADIN TAB GLIQUIDONE TAB 30 MG NATRII DIKLOFENAC TAB 25 MG HCT TAB 25 MG METFORMIN TAB 850 MG CEFOTAXIME INJ 1 G DOMPERIDON TAB GEMFIBROZIL CAP 300 MG CHLORPROMAZIN TAB 100 MG GLUCOSAMINE TAB DEXTROMETHORPHAN TAB EPHEDRIN TAB 25 MG ONDANSETRON INJ 4 MG ANTALGIN TAB NATRII DICLOFENAC TAB 50 MG SPIRAMYCIN TAB 500 MG INH TAB 100 MG PIRACETAM TAB 800 MG GLIMEPIRIDE TAB 2 MG METRONIDAZOLE TAB 500 MG PIROKSIKAM TAB 10 MG ACYCLOVIR TAB 200 MG NYSTATIN TAB VIT B 1 TAB 50 MG NIFEDIPIN TAB 10 MG
PEMAKAIAN 11353 11328 11319 11133 10886 10614 9989 9612 9243 9164 8571 8450 8423 8352 8090 8034 8029 7502 7426 6930 6482 6378 6305 6070 5916 5754 5726 5672 5536
% PEMAKAIAN 0.44 0.44 0.44 0.43 0.42 0.41 0.39 0.37 0.36 0.35 0.33 0.33 0.33 0.32 0.31 0.31 0.31 0.29 0.29 0.27 0.25 0.25 0.24 0.23 0.23 0.22 0.22 0.22 0.21
% KUMULATIF 85.15 85.59 86.03 86.46 86.88 87.29 87.68 88.05 88.41 88.76 89.09 89.42 89.75 90.07 90.38 90.69 91.01 91.30 91.58 91.85 92.10 92.35 92.59 92.83 93.06 93.28 93.50 93.72 93.93
KELOMPOK
BOBOT
B B B B B B B B B B B B B B C C C C C C C C C C C C C C C
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 6 (lanjutan) NO 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112
NAMA OBAT GENERIK ERYTHROMYCIN CAP 250 MG CHLORAMPHENICOL CAP 250 MG MEROPENEM INJ 1 G ONDANSETRON TAB 4 MG CLONIDIN TAB 0.15 MG CLOBAZAM TAB 10 MG ONDANSETRON TAB 8 MG HALOPERIDOL TAB 0.5 MG DEXAMETHASONE INJ GLYCERIL GUAIACOLAT 100 MG GLIMEPIRIDE TAB 1 MG CEPHALEXIN CAP 500 MG CEFOPERAZONE SULBACTAM 1 G DIMENHYDRINATE TAB KETOCONAZOL TAB 200 MG CEFTAZIDIME INJ 1 G METRONIDAZOL INFUS IBUPROFEN TAB 400 MG TETRACYCLIN CAP 250 MG GENTAMYCIN OINT 5 G ALPRAZOLAM TAB 1 MG METHYL PREDNISOLON INJ 125 MG RIFAMPICIN CAP 300 MG PIROKSIKAM TAB 20 MG CILOSTAZOL TAB 100 MG PARACETAMOL SIR VERAPAMIL TAB 80 MG OFLOXACIN TAB 400 MG THIAMFENICOL CAP 500 MG
PEMAKAIAN 5455 5316 5293 5142 5127 5097 4961 4853 4801 4658 4446 4439 4396 3753 3556 3424 3392 3376 3300 3193 2945 2920 2841 2837 2820 2674 2616 2494 2446
% PEMAKAIAN 0.21 0.21 0.20 0.20 0.20 0.20 0.19 0.19 0.19 0.18 0.17 0.17 0.17 0.15 0.14 0.13 0.13 0.13 0.13 0.12 0.11 0.11 0.11 0.11 0.11 0.10 0.10 0.10 0.09
% KUMULATIF 94.15 94.35 94.56 94.76 94.95 95.15 95.34 95.53 95.72 95.90 96.07 96.24 96.41 96.56 96.69 96.83 96.96 97.09 97.22 97.34 97.45 97.57 97.68 97.79 97.90 98.00 98.10 98.20 98.29
KELOMPOK
BOBOT
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 6 (lanjutan) NO 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141
NAMA OBAT GENERIK CIPROFLOXACIN "INFUS" 200 MG CEFIXIME DRY SIR 100 MG VIT K1 INJ 10 MG /PHYTO MENADION PIRACETAM TAB 400 MG ORALIT 200 ML DOXYCICLINE CAP 100 MG ITRACONAZOLE CAP OFLOXACIN TAB 200 MG ERGOTAMIN COFFEIN TAB LIDOCAIN INJ 2 % GLIMEPIRIDE TAB 4 MG GLIMEPIRIDE TAB 3 MG LEVOFLOXACIN INFUS ONDANSETRON INJ 8 MG FLUCONAZOLE CAP 150 MG MEROPENEM INJ 500 MG PIRACETAM TAB 1200 MG IBUPROFEN TAB 200 MG AMBROXOL PED SIR KETOCONAZOLE KRIM 10 G RANITIDINE INJ ACYCLOVIR CREAM GLUCOSAMIN+CHONDROITIN+VIT C BETAMETASON CR TRAMADOL INJ 100 MG CEFEPIME INJ 1 G CEFTIZOXIM INJ 1 G DIFENHYDRAMIN INJ ERYTHROMYCIN SIR
PEMAKAIAN 2296 2190 2055 1998 1779 1677 1541 1503 1498 1497 1409 1390 1390 1342 1268 1206 1132 1105 1065 1062 1033 999 990 879 824 810 810 800 789
% PEMAKAIAN 0.09 0.08 0.08 0.08 0.07 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03
% KUMULATIF 98.38 98.46 98.54 98.62 98.69 98.76 98.82 98.87 98.93 98.99 99.04 99.10 99.15 99.20 99.25 99.30 99.34 99.39 99.43 99.47 99.51 99.55 99.58 99.62 99.65 99.68 99.71 99.74 99.77
KELOMPOK
BOBOT
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 6 (lanjutan) NO 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
NAMA OBAT GENERIK AMOXICILLIN SIR 125 MG METHYL ERGOMETRIN TAB CEFADROXIL SIR 125 MG ANTACIDA SIR MICONAZOL CREAM 2% 10 G KETOROLAC INJ 30 MG FLUNARIZIN TAB 5 MG CETIRIZINE SIR HYDROCORTISON CREAM 2.5% COTRIMOXAZOL SIR PARACETAMOL DROP AMOXICILLIN SIR 250 MG IRBESARTAN TAB 300 MG FLUCONAZOLE INFUS 200 MG PRIMAQUIN TAB PHENOKSIMETIL PENICILLIN TAB 500 MG CETIRIZINE DROP IBUPROFEN SYR 100 MG HALOPERIDOL TAB 1.5 MG IBUPROFEN SYR 200 MG DEXTROMETHORPHAN SIR BENZATIN BENZYL PENICILLIN INJ 1,2 CEFAZOLIN INJ 1 G SALBUTAMOL SIR CHLORAMPHENICOL SIR ATROPIN SULF TAB 0.50 MG TOTAL
PEMAKAIAN 787 677 646 561 502 462 360 259 250 177 174 169 133 129 107 103 99 88 70 37 29 20 19 17 15 10 2.584.091
% PEMAKAIAN 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
% KUMULATIF 99.81 99.83 99.86 99.88 99.90 99.92 99.93 99.94 99.95 99.96 99.96 99.97 99.97 99.98 99.98 99.99 99.99 99.99 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
KELOMPOK
BOBOT
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 7 HASIL PENGELOMPOKKAN OBAT GENERIK BERDASARKAN ANALISIS ABC INVESTASI NO
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
NAMA OBAT GENERIK
MEROPENEM INJ 1 G CEFOPERAZONE SULBACTAM 1 G CO AMOXYCLAV TAB 625 MG CITICOLINE INJ 250 MG CEFTRIAXONE INJ 1 G MEROPENEM INJ 500 MG LEVOFLOXACIN INFUS CEFEPIME INJ 1 G CEFTAZIDIME INJ 1 G CEFTIZOXIM INJ 1 G METHYL PREDNISOLON INJ 125 MG CEFIXIME CAP 100 MG METRONIDAZOL INFUS CIPROFLOXACIN "INFUS" 200 MG AMLODIPINE TAB 5 MG CEFIXIME DRY SIR 100 MG LOSARTAN K TAB 50 MG BISOPROLOL TAB 5 MG LANSOPRAZOLE CAP 30 MG AMLODIPINE TAB 10 MG CEFOTAXIME INJ 1 G ONDANSETRON INJ 4 MG CEFADROXIL CAP 500 MG SIMVASTATIN TAB 10 MG FLUCONAZOLE CAP 150 MG OMEPRAZOL CAP 20 MG RANITIDINE TAB 150 MG SIMVASTATIN TAB 20 MG CLINDAMYCINE CAP 300 MG
PEMAKAIAN
HARGA (Rp)
INVESTASI (Rp)
INVESTASI (%)
KUMULATIF (%)
KELOMPOK
BOBOT
5293 4396 43320 11328 34959 1206 1390 810 3424 810 2920 51321 3392 2296 96001 2190 12101 41977 39411 26195 9164 8029 47502 66467 1268 61480 93492 20626 26870
184,800 110,000 5,051 16,500 5,230 105,824 88,000 128,700 27,086 110,000 30,154 1,659 21,824 31,350 737 28,738 4,620 1,277 1,147 1,661 4,389 4,840 812 436 22,000 408 252 1,026 753
978,146,400 483,560,000 218,809,320 186,912,000 182,835,570 127,624,226 122,320,000 104,247,000 92,742,464 89,100,000 88,048,950 85,141,539 74,026,845 71,979,600 70,752,737 62,936,220 55,906,620 53,604,629 45,223,287 43,509,895 40,220,796 38,860,360 38,571,624 28,983,334 27,896,418 25,103,514 23,559,891 21,162,111 20,233,110
24.18 11.95 5.41 4.62 4.52 3.15 3.02 2.58 2.29 2.20 2.18 2.10 1.83 1.78 1.75 1.56 1.38 1.33 1.12 1.08 0.99 0.96 0.95 0.72 0.69 0.62 0.58 0.52 0.50
24.18 36.13 41.54 46.16 50.68 53.84 56.86 59.44 61.73 63.93 66.11 68.22 70.05 71.82 73.57 75.13 76.51 77.84 78.95 80.03 81.02 81.99 82.94 83.66 84.34 84.97 85.55 86.07 86.57
A A A A A A A A A A A A A B B B B B B B B B B B B B B B B
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 7 (lanjutan) NO
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
NAMA OBAT GENERIK
CIPROFLOXACIN TAB 500 MG ASAM MEFENAMAT TAB 500 MG METFORMIN TAB 500 MG AMOXICILLIN TAB 500 MG MELOXICAM TAB 15 MG ALPRAZOLAM TAB 0,5 MG ISDN (ISOSORBID DINITR) 5 MG FLUCONAZOLE INFUS 200 MG CAPTOPRIL TAB 25 MG MELOXICAM TAB 7.5 MG LEVOFLOXACIN TAB 500 MG METHYL PREDNISOLON TAB 4 MG RIFAMPICIN TAB 600 MG LINCOMYCIN CAP 500 MG SPIRAMYCIN TAB 500 MG CILOSTAZOL TAB 100 MG ONDANSETRON TAB 8 MG ONDANSETRON INJ 8 MG DEXAMETHASONE INJ TRAMADOL CAP 50 MG ACYCLOVIR TAB 400 MG CETIRIZINE TAB 10 MG RIFAMPICIN TAB 450 MG ALLOPURINOL TAB 100 MG GLIMEPIRIDE TAB 2 MG GLUCOSAMINE TAB GLIQUIDONE TAB 30 MG PYRAZINAMIDE TAB 500 MG ERYTHROMYCIN SIR ONDANSETRON TAB 4 MG PARACETAMOL SIR CAPTOPRIL TAB 12.5 MG
PEMAKAIAN
HARGA (Rp)
INVESTASI (Rp)
INVESTASI (%)
KUMULATIF (%)
KELOMPOK
BOBOT
61211 112851 99363 48560 16065 26901 153930 129 99659 16260 11953 43841 12325 16478 6930 2820 4961 1342 4801 27833 14632 26409 13515 59943 6305 8352 10614 29207 789 5142 2674 67009
330 176 182 370 1,049 585 97 115,500 131 773 1,050 277 922 649 1,541 3,667 2,024 7,480 2,000 330 571 313 592 132 1,162 836 645 234 8,092 1,232 2,298 90
20,199,630 19,861,776 18,034,385 17,967,200 16,854,193 15,737,085 14,969,846 14,899,500 13,055,329 12,570,460 12,554,214 12,160,191 11,358,474 10,700,022 10,679,061 10,340,940 10,041,064 10,038,160 9,602,000 9,175,705 8,354,872 8,266,017 8,005,016 7,912,476 7,324,341 6,982,272 6,849,140 6,827,458 6,384,272 6,334,944 6,144,585 6,030,810
0.50 0.49 0.45 0.44 0.42 0.39 0.37 0.37 0.32 0.31 0.31 0.30 0.28 0.26 0.26 0.26 0.25 0.25 0.24 0.23 0.21 0.20 0.20 0.20 0.18 0.17 0.17 0.17 0.16 0.16 0.15 0.15
87.07 87.56 88.01 88.45 88.87 89.26 89.63 90.00 90.32 90.63 90.94 91.24 91.52 91.79 92.05 92.30 92.55 92.80 93.04 93.27 93.47 93.68 93.87 94.07 94.25 94.42 94.59 94.76 94.92 95.08 95.23 95.38
B B B B B B B B C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 7 (lanjutan) NO
62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93
NAMA OBAT GENERIK
GENTAMYCIN OINT 5 G TRAMADOL INJ 100 MG KETOROLAC INJ 30 MG CEPHALEXIN CAP 500 MG CEFADROXIL SIR 125 MG FUROSEMID TAB KETOCONAZOLE KRIM 10 G AMBROXOL TAB CLOBAZAM TAB 10 MG PIRACETAM TAB 800 MG INH TAB 300 MG LORATADIN TAB AMBROXOL PED SIR DOMPERIDON TAB NYSTATIN TAB GLIMEPIRIDE TAB 1 MG GLIMEPIRIDE TAB 4 MG EPHEDRIN TAB 25 MG METFORMIN TAB 850 MG ACYCLOVIR CREAM AMOXICILLIN SIR 125 MG ITRACONAZOLE CAP CARBAMAZEPINE TAB 200 MG ERYTHROMYCIN CAP 250 MG CETIRIZINE DROP GLIMEPIRIDE TAB 3 MG CETIRIZINE SIR RANITIDINE INJ ALPRAZOLAM TAB 1 MG DIGOXIN TAB GEMFIBROZIL CAP 300 MG VIT K1 INJ 10 MG /PHYTO MENADION
PEMAKAIAN
HARGA (Rp)
INVESTASI (Rp)
INVESTASI (%)
KUMULATIF (%)
KELOMPOK
BOBOT
3193 824 462 4439 646 49798 1062 39108 5097 6378 42517 10886 1065 8571 5726 4446 1409 8034 9243 999 787 1541 11319 5455 99 1390 259 1033 2945 17499 8450 2055
1,835 6,915 12,029 1,199 8,192 102 4,666 125 950 725 97 333 3,297 404 600 760 2,271 390 330 2,997 3,696 1,833 246 499 27,500 1,954 10,440 2,570 900 143 292 1,200
5,859,640 5,697,812 5,557,167 5,322,361 5,292,032 5,078,450 4,955,504 4,888,500 4,842,150 4,623,209 4,124,064 3,625,909 3,511,305 3,459,358 3,435,571 3,379,307 3,200,006 3,133,212 3,050,190 2,994,003 2,908,752 2,825,172 2,784,474 2,724,767 2,722,500 2,716,727 2,703,960 2,654,851 2,650,500 2,502,357 2,469,217 2,465,979
0.14 0.14 0.14 0.13 0.13 0.13 0.12 0.12 0.12 0.11 0.10 0.09 0.09 0.09 0.08 0.08 0.08 0.08 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.06 0.06 0.06
95.52 95.66 95.80 95.93 96.06 96.19 96.31 96.43 96.55 96.67 96.77 96.86 96.94 97.03 97.11 97.20 97.28 97.35 97.43 97.50 97.58 97.65 97.71 97.78 97.85 97.92 97.98 98.05 98.11 98.18 98.24 98.30
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran7 (lanjutan) NO
94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125
NAMA OBAT GENERIK
COTRIMOXAZOL TAB DILTIAZEM TAB 30 MG ACYCLOVIR TAB 200 MG SALBUTAMOL 4 MG GLUCOSAMIN+CHONDROITIN+VIT C OFLOXACIN TAB 400 MG ANTACIDA SIR SALBUTAMOL 2 MG PHENOBARB TAB 30 MG LIDOCAIN INJ 2 % BETAMETASON CR NATRII DIKLOFENAC TAB 25 MG NATRII DICLOFENAC TAB 50 MG ANTACIDA TAB AMITRIPTILINE TAB 25 MG MICONAZOL CREAM 2% 10 G THIAMFENICOL CAP 500 MG DIAZEPAM TAB 2 MG PIRACETAM TAB 1200 MG KETOCONAZOL TAB 200 MG RIFAMPICIN CAP 300 MG HALOPERIDOL TAB 5 MG DEXAMETHASON TAB PROPANOLOL TAB 10 MG CHLORPROMAZIN TAB 100 MG GLIBENKLAMID TAB 5 MG TRIHEXYPHENIDIL TAB 2 MG VIT C TAB 50 MG CHLORAMPHENICOL CAP 250 MG CLONIDIN TAB 0.15 MG VERAPAMIL TAB 80 MG PARACETAMOL DROP
PEMAKAIAN
HARGA (Rp)
INVESTASI (Rp)
INVESTASI (%)
KUMULATIF (%)
KELOMPOK
BOBOT
14509 14921 5754 22363 990 2494 561 25680 57288 1497 879 9989 7426 20028 12858 502 2446 46015 1132 3556 2841 11133 24219 16664 8423 17586 29849 36916 5316 5127 2616 174
165 152 388 97 2,200 873 3,850 84 37 1,212 2,026 168 218 79 120 3,000 615 32 1,294 410 480 122 56 77 152 72 41 32 205 205 352 5,275
2,393,985 2,267,992 2,232,552 2,178,022 2,178,000 2,177,272 2,159,850 2,155,605 2,128,708 1,814,351 1,780,854 1,674,995 1,616,729 1,582,212 1,542,960 1,505,849 1,505,229 1,472,480 1,464,355 1,457,932 1,363,669 1,360,074 1,356,264 1,283,128 1,280,296 1,264,943 1,229,958 1,180,463 1,089,780 1,051,035 921,235 917,763
0.06 0.06 0.06 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.02 0.02
98.36 98.41 98.47 98.52 98.58 98.63 98.68 98.74 98.79 98.83 98.88 98.92 98.96 99.00 99.04 99.07 99.11 99.15 99.18 99.22 99.25 99.29 99.32 99.35 99.38 99.42 99.45 99.47 99.50 99.53 99.55 99.57
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 7 (lanjutan) NO
NAMA OBAT GENERIK
126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157
DEXTROMETHORPHAN TAB OFLOXACIN TAB 200 MG ANTALGIN TAB PIRACETAM TAB 400 MG AMOXICILLIN SIR 250 MG DIFENHYDRAMIN INJ HYDROCORTISON CREAM 2.5% NIFEDIPIN TAB 10 MG ORALIT 200 ML PREDNISONE TAB COTRIMOXAZOL SIR IBUPROFEN TAB 400 MG METRONIDAZOLE TAB 500 MG VIT B COMP TAB VIT B 6 TAB 10 MG (PYRIDOXIN) IRBESARTAN TAB 300 MG TETRACYCLIN CAP 250 MG PIROKSIKAM TAB 10 MG IBUPROFEN SYR 200 MG CEFAZOLIN INJ 1 G DOXYCICLINE CAP 100 MG DIMENHYDRINATE TAB HCT TAB 25 MG VIT B 12 TAB 50 MCG IBUPROFEN SYR 100 MG PIROKSIKAM TAB 20 MG HALOPERIDOL TAB 0.5 MG FLUNARIZIN TAB 5 MG INH TAB 100 MG VIT B 1 TAB 50 MG ERGOTAMIN COFFEIN TAB IBUPROFEN TAB 200 MG
PEMAKAIAN
HARGA (Rp)
INVESTASI (Rp)
INVESTASI (%)
KUMULATIF (%)
KELOMPOK
BOBOT
8090 1503 7502 1998 169 800 250 5536 1779 11353 177 3376 6070 28359 29355 133 3300 5916 37 19 1677 3753 9612 23797 88 2837 4853 360 6482 5672 1498 1105
110 590 110 411 4,855 960 2,976 129 401 63 3,956 205 110 22 17 3,801 152 75 11,539 20,650 230 96 36 13 3,498 105 60 770 37 38 103 115
889,900 886,103 825,220 821,982 820,495 768,000 744,046 714,127 712,703 709,585 700,212 691,509 670,504 629,513 511,159 505,467 501,593 443,688 426,943 392,350 385,708 360,277 348,916 311,764 307,824 297,559 292,058 277,200 239,860 214,379 153,987 127,506
0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.00 0.00
99.60 99.62 99.64 99.66 99.68 99.70 99.72 99.73 99.75 99.77 99.79 99.80 99.82 99.83 99.85 99.86 99.87 99.88 99.89 99.90 99.91 99.92 99.93 99.94 99.95 99.95 99.96 99.97 99.97 99.98 99.98 99.99
C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 7 (lanjutan) NO
158 159 160 161 162 163 164 165 166 167
NAMA OBAT GENERIK
GLYCERIL GUAIACOLAT 100 MG SALBUTAMOL SIR DEXTROMETHORPHAN SIR METHYL ERGOMETRIN TAB BENZATIN BENZYL PENICILLIN INJ1,2 CHLORAMPHENICOL SIR PHENOKSIMETIL PENICILLIN TAB 500 MG PRIMAQUIN TAB HALOPERIDOL TAB 1.5 MG ATROPIN SULF TAB 0.50 MG Total
PEMAKAIAN
HARGA (Rp)
INVESTASI (Rp)
INVESTASI (%)
KUMULATIF (%)
KELOMPOK
BOBOT
4658 17 29 677 20 15
26 5,500 2,907 121 3,802 4,000 371
121,229 93,500 84,303 81,917 76,040 60,000
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
99.99 99.99 99.99 99.99 100.00 100.00
C C C C C C
1 1 1 1 1 1
38,175 18,618 5,781 280 4,045,243,424
0.00 0.00 0.00 0.00
100.00 100.00 100.00 100.00
C C C C
1 1 1 1
103 107 70 10
174 83 28
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 8 NILAI KRITIS OBAT GENERIK
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
NAMA OBAT DIGOXIN TAB 0.25 MG NIFEDIPIN TAB 10 MG ATROPIN SULF TAB 0.50 MG CEFTRIAXONE INJ 1 G CO AMOXYCLAV TAB 625 MG DEXAMETHASONE INJ LIDOCAIN INJ 2 % COTRIMOXAZOL SIR COTRIMOXAZOL TAB EPHEDRIN TAB 25 MG PRIMAQUIN TAB AMLODIPINE TAB 5 MG AMLODIPINE TAB 10 MG CEFOTAXIME INJ 1 G DEXAMETHASON TAB DIAZEPAM TAB 2 MG ISDN (ISOSORBID DINITR) 5 MG METHYL ERGOMETRIN TAB OFLOXACIN TAB 200 MG OFLOXACIN TAB 400 MG ONDANSETRON INJ 4 MG ONDANSETRON INJ 8 MG ONDANSETRON TAB 4 MG ONDANSETRON TAB 8 MG
R1 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2
R2 3 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
R3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
R4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2
R5 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3
R6 3 3 0 3 3 2 3 0 0 0 0 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
∑ 18 14 11 16 16 16 16 13 13 13 13 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
N 6 5 4 6 6 6 6 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
NK 3.00 2.80 2.75 2.67 2.67 2.67 2.67 2.60 2.60 2.60 2.60 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 8 (lanjutan)
NO 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
NAMA OBAT PHENOBARB TAB 30 MG PROPANOLOL TAB 10 MG VERAPAMIL TAB 80 MG CAPTOPRIL TAB 12.5 MG CARBAMAZEPINE TAB 200 MG CEFTAZIDIME INJ 1 G CEFTIZOXIM INJ 1 G CEPHALEXIN CAP 500 MG CHLORAMPHENICOL CAP 250 MG CHLORAMPHENICOL SIR GLIBENKLAMID TAB 5 MG GLIMEPIRIDE TAB 1 MG GLIMEPIRIDE TAB 2 MG GLIMEPIRIDE TAB 3 MG GLIMEPIRIDE TAB 4 MG METFORMIN TAB 500 MG METFORMIN TAB 850 MG PYRAZINAMIDE TAB 500 MG CAPTOPRIL TAB 25 MG FLUCONAZOLE CAP 150 MG FLUCONAZOLE INFUS 200 MG FUROSEMID TAB GEMFIBROZIL CAP 300 MG METHYL PREDNISOLON INJ 125 MG METHYL PREDNISOLON TAB 4 MG METRONIDAZOL INFUS OMEPRAZOL CAP 20 MG
R1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 0 2 2 2 2
R2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
R3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
R4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2
R5 2 0 0 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 0 2 2 2 2 0 3 3 2 2
R6 3 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 2 0 1 1 2 3
∑ 15 10 10 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 14 14 14 14 7 14 14 14 14
N 6 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 3 6 6 6 6
NK 2.50 2.50 2.50 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.40 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 8 (lanjutan) NO 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
NAMA OBAT RIFAMPICIN CAP 300 MG RIFAMPICIN TAB 450 MG RIFAMPICIN TAB 600 MG SALBUTAMOL 2 MG SALBUTAMOL 4 MG SALBUTAMOL SIR THIAMFENICOL CAP 500 MG TRAMADOL INJ 100 MG BENZATIN BENZYL PENICILLIN INJ 1,2 IRBESARTAN TAB 300 MG LOSARTAN K TAB 50 MG PIROKSIKAM TAB 10 MG PIROKSIKAM TAB 20 MG TRIHEXYPHENIDIL TAB 2 MG CEFAZOLIN INJ 1 G CHLORPROMAZIN TAB 100 MG CLOBAZAM TAB 10 MG DILTIAZEM TAB 30 MG ERGOTAMIN COFFEIN TAB ERYTHROMYCIN SIR KETOCONAZOL TAB 200 MG LINCOMYCIN CAP 500 MG MELOXICAM TAB 15 MG MELOXICAM TAB 7.5 MG PREDNISONE TAB AMOXICILLIN TAB 500 MG ASAM MEFENAMAT TAB 500 MG
R1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 0 0 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2
R2 3 3 3 3 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2
R3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
R4 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
R5 2 2 2 2 2 2 2 3 2 0 0 2 2 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 3 2 2
R6 1 1 1 2 2 2 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 3 3
∑ 14 14 14 14 14 14 14 14 9 9 9 9 9 9 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 13 13
N 6 6 6 6 6 6 6 6 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6
NK 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.25 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.20 2.17 2.17
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 8 (lanjutan) NO 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105
NAMA OBAT CEFIXIME CAP 100 MG CEFIXIME DRY SIR 100 MG CEFOPERAZONE SULBACTAM 1 G CITICOLINE INJ 250 MG DEXTROMETHORPHAN SIR DEXTROMETHORPHAN TAB DIFENHYDRAMIN INJ 10 MG/ML DOMPERIDON TAB 10 MG DOXYCICLINE CAP 100 MG ERYTHROMYCIN CAP 250 MG INH TAB 100 MG INH TAB 300 MG KETOCONAZOLE KRIM 10 G LEVOFLOXACIN INFUS LEVOFLOXACIN TAB 500 MG MEROPENEM INJ 1 G MEROPENEM INJ 500 MG METRONIDAZOLE TAB 500 MG NYSTATIN TAB RANITIDINE TAB 150 MG RANITIDINE INJ SPIRAMYCIN TAB 500 MG TRAMADOL CAP 50 MG VIT K1 INJ 10 MG /PHYTO MENADION AMOXICILLIN SIR 125 MG AMOXICILLIN SIR 250 MG ANTACIDA SIR
R1 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1
R2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 0
R3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
R4 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 1 1 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3
R5 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
R6 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 3 1 1 1 3 2 2 1 2 1 2 2 2
∑ 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 12 12 10
N 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5
NK 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.00 2.00 2.00
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 8 (lanjutan) NO 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132
NAMA OBAT ANTACIDA TAB ANTALGIN TAB CEFADROXIL CAP 500 MG CEFEPIME INJ 1 G CILOSTAZOL TAB 100 MG CIPROFLOXACIN "INFUS" 200 MG CIPROFLOXACIN TAB 500 MG CLINDAMYCINE CAP 300 MG CLONIDIN TAB 0.15 MG GENTAMYCIN OINT 5 G GLIQUIDONE TAB 30 MG IBUPROFEN SYR 100 MG IBUPROFEN SYR 200 MG IBUPROFEN TAB 200 MG IBUPROFEN TAB 400 MG ITRACONAZOLE CAP LANSOPRAZOLE CAP 30 MG LORATADIN TAB ORALIT 200 ML PARACETAMOL DROP PARACETAMOL SIR PHENOKSIMETIL PENICILLIN TAB 500 MG PIRACETAM TAB 400 MG PIRACETAM TAB 800 MG PIRACETAM TAB 1200 MG SIMVASTATIN TAB 10 MG SIMVASTATIN TAB 20 MG
R1 1 1 2 3 2 3 3 2 3 0 2 1 1 1 1 2 2 2 0 1 1 2 0 0 0 1 1
R2 0 0 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 0 0 0 3 3
R3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
R4 3 3 2 2 0 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3
R5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 3 0 0 0 2 3 3 0 0 0 0 2 2
R6 2 0 2 1 0 1 1 2 1 0 0 0 0 0 0 2 2 1 3 1 1 0 0 0 0 1 1
∑ 10 8 12 12 8 12 12 12 12 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10 12 12 8 4 4 4 12 12
N 5 4 6 6 4 6 6 6 6 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 4 2 2 2 6 6
NK 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 8 (lanjutan) NO 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159
NAMA OBAT TETRACYCLIN CAP 250 MG AMBROXOL TAB CEFADROXIL SIR 125 MG CETIRIZINE DROP CETIRIZINE SIR CETIRIZINE TAB 10 MG FLUNARIZIN TAB 5 MG HCT TAB 25 MG NATRII DICLOFENAC TAB 50 MG NATRII DIKLOFENAC TAB 25 MG ALLOPURINOL TAB 100 MG AMBROXOL PED SIR DIMENHYDRINATE TAB KETOROLAC INJ 30 MG MICONAZOL CREAM 2% 10 G AMITRIPTILINE TAB 25 MG BISOPROLOL TAB 5 MG GLUCOSAMIN+CHONDROITIN+VIT C GLUCOSAMINE TAB ACYCLOVIR TAB 200 MG ALPRAZOLAM TAB 1 MG ALPRAZOLAM TAB 0,5 MG GLYCERIL GUAIACOLAT 100 MG HALOPERIDOL TAB 0.5 MG HALOPERIDOL TAB 1.5 MG HALOPERIDOL TAB 5 MG HYDROCORTISON CREAM 2.5%
R1 3 1 2 3 3 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 3 0 0 2 1 1 0 2 2 2 0
R2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 0 1 2 3 2 2 3 3 1 2 2 3 1 1 1 3
R3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
R4 2 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 2 1 1 0 0 1 1 1 2 2 1 3 3 3 1
R5 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1
R6 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 2 0 2 1 0 0 0 0 3 0 0 1 0 0 0 1
∑ 12 11 11 11 11 11 11 11 11 11 9 9 9 9 9 7 7 7 7 10 8 8 8 8 8 8 8
N 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 4 4 4 4 6 5 5 5 5 5 5 5
NK 2.00 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.80 1.80 1.80 1.80 1.80 1.75 1.75 1.75 1.75 1.67 1.60 1.60 1.60 1.60 1.60 1.60 1.60
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 8 (lanjutan) NO 160 161 162 163 164 165 166 167
NAMA OBAT VIT B 1 TAB 50 MG VIT B 12 TAB 50 MCG VIT B 6 TAB 10 MG (PYRIDOXIN) VIT B COMP TAB VIT C TAB 50 MG BETAMETASON CR ACYCLOVIR CREAM ACYCLOVIR TAB 400 MG
R1 0 0 0 0 0 1 2 2
R2 3 3 3 3 3 1 1 1
R3 2 2 2 2 2 2 2 2
R4 1 1 1 1 1 2 1 1
R5 1 1 1 1 1 1 1 1
R6 1 1 1 1 1 2 1 1
∑ 8 8 8 8 8 9 8 8
N 5 5 5 5 5 6 6 6
NK 1.60 1.60 1.60 1.60 1.60 1.50 1.33 1.33
Keterangan: R
= Responden
∑
= Total Skor
N
= Jumlah responden yang memberi skor
NK = Nilai Kritis
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 9 HASIL PENGELOMPOKKAN OBAT GENERIK BERDASARKAN ANALISIS ABC INDEKS KRITIS NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
NAMA OBAT GENERIK CEFTRIAXONE INJ 1 G CO AMOXYCLAV TAB 625 MG CEFIXIME CAP 100 MG AMLODIPINE TAB 5 MG ISDN (ISOSORBID DINITR) 5 MG METFORMIN TAB 500 MG OMEPRAZOL CAP 20 MG AMOXICILLIN TAB 500 MG ASAM MEFENAMAT TAB 500 MG CITICOLINE INJ 250 MG RANITIDINE TAB 150 MG AMLODIPINE TAB 10 MG CEFADROXIL CAP 500 MG CEFOTAXIME INJ 1 G CIPROFLOXACIN TAB 500 MG CLINDAMYCINE CAP 300 MG DIAZEPAM TAB 2 MG DIGOXIN TAB LANSOPRAZOLE CAP 30 MG PHENOBARB TAB 30 MG SIMVASTATIN TAB 10 MG CAPTOPRIL TAB 12.5 MG CEFTAZIDIME INJ 1 G CEFTIZOXIM INJ 1 G
W1 2.67 2.67 2.17 2.5 2.5 2.4 2.33 2.17 2.17 2.17 2.17 2.5 2 2.5 2 2 2.5 3 2 2.5 2 2.4 2.4 2.4
W2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 3 3
W3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 1
2W1+W2+W3 11.34 11.34 10.34 10.00 10.00 9.80 9.66 9.34 9.34 9.34 9.34 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 9.00 8.80 8.80 8.80
KELOMPOK A A A A A A A B B B B B B B B B B B B B B B B B
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 9 (lanjutan) NO 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
NAMA OBAT GENERIK PYRAZINAMIDE TAB 500 MG CAPTOPRIL TAB 25 MG FUROSEMID TAB METHYL PREDNISOLON INJ 125 MG METHYL PREDNISOLON TAB 4 MG METRONIDAZOL INFUS BISOPROLOL TAB 5 MG LOSARTAN K TAB 50 MG TRIHEXYPHENIDIL TAB 2 MG MELOXICAM TAB 15 MG CEFOPERAZONE SULBACTAM 1 G INH TAB 300 MG LEVOFLOXACIN INFUS MEROPENEM INJ 1 G MEROPENEM INJ 500 MG TRAMADOL CAP 50 MG ALPRAZOLAM TAB 0,5 MG COTRIMOXAZOL TAB CEFEPIME INJ 1 G DEXAMETHASON TAB ONDANSETRON INJ 4 MG PROPANOLOL TAB 10 MG SIMVASTATIN TAB 20 MG CARBAMAZEPINE TAB 200 MG GLIBENKLAMID TAB 5 MG METFORMIN TAB 850 MG AMBROXOL TAB
W1 2.4 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 1.75 2.25 2.25 2.2 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 1.6 2.6 2 2.5 2.5 2.5 2 2.4 2.4 2.4 1.83
W2 1 1 1 3 1 3 2 2 1 2 3 1 3 3 3 1 2 1 3 1 2 1 2 1 1 1 1
W3 3 3 3 1 3 1 3 2 3 2 1 3 1 1 1 3 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3
2W1+W2+W3 8.80 8.66 8.66 8.66 8.66 8.66 8.50 8.50 8.50 8.40 8.34 8.34 8.34 8.34 8.34 8.34 8.20 8.20 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 7.80 7.80 7.80 7.66
KELOMPOK B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 9 (lanjutan) NO 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78
NAMA OBAT GENERIK FLUCONAZOLE CAP 150 MG FLUCONAZOLE INFUS 200 MG GEMFIBROZIL CAP 300 MG RIFAMPICIN TAB 450 MG RIFAMPICIN TAB 600 MG SALBUTAMOL 2 MG SALBUTAMOL 4 MG ALLOPURINOL TAB 100 MG NIFEDIPIN TAB 10 MG ATROPIN SULF TAB 0.50 MG CHLORPROMAZIN TAB 100 MG DILTIAZEM TAB 30 MG LINCOMYCIN CAP 500 MG MELOXICAM TAB 7.5 MG PREDNISONE TAB CEFIXIME DRY SIR 100 MG DEXAMETHASONE INJ DOMPERIDON TAB LEVOFLOXACIN TAB 500 MG LIDOCAIN INJ 2 % COTRIMOXAZOL SIR EPHEDRIN TAB 25 MG PRIMAQUIN TAB VIT B 6 TAB 10 MG (PYRIDOXIN) VIT B COMP TAB VIT C TAB 50 MG ANTACIDA TAB
W1 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 2.33 1.8 2.8 2.75 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2 2.17 2.67 2.17 2.17 2.67 2.6 2.6 2.6 1.6 1.6 1.6 2
W2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
W3 1 1 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 3 3 3 2
2W1+W2+W3 7.66 7.66 7.66 7.66 7.66 7.66 7.66 7.60 7.60 7.50 7.40 7.40 7.40 7.40 7.40 7.34 7.34 7.34 7.34 7.34 7.20 7.20 7.20 7.20 7.20 7.20 7.00
KELOMPOK B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 9 (lanjutan) NO 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105
NAMA OBAT GENERIK CIPROFLOXACIN "INFUS" 200 MG GLIQUIDONE TAB 30 MG LORATADIN TAB METHYL ERGOMETRIN TAB OFLOXACIN TAB 200 MG OFLOXACIN TAB 400 MG ONDANSETRON INJ 8 MG ONDANSETRON TAB 4 MG ONDANSETRON TAB 8 MG VERAPAMIL TAB 80 MG CEPHALEXIN CAP 500 MG CHLORAMPHENICOL CAP 250 MG CHLORAMPHENICOL SIR GLIMEPIRIDE TAB 1 MG GLIMEPIRIDE TAB 2 MG GLIMEPIRIDE TAB 3 MG GLIMEPIRIDE TAB 4 MG CETIRIZINE TAB 10 MG HCT TAB 25 MG NATRII DIKLOFENAC TAB 25 MG RIFAMPICIN CAP 300 MG SALBUTAMOL SIR THIAMFENICOL CAP 500 MG TRAMADOL INJ 100 MG AMITRIPTILINE TAB 25 MG BENZATIN BENZYL PENICILLIN INJ 1,2 GLUCOSAMINE TAB
W1 2 2 2 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 1.83 1.83 1.83 2.33 2.33 2.33 2.33 1.75 2.25 1.75
W2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
W3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2
2W1+W2+W3 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 6.80 6.80 6.80 6.80 6.80 6.80 6.80 6.66 6.66 6.66 6.66 6.66 6.66 6.66 6.50 6.50 6.50
KELOMPOK B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B B
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 9 (lanjutan) NO 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132
NAMA OBAT GENERIK IRBESARTAN TAB 300 MG PIROKSIKAM TAB 10 MG PIROKSIKAM TAB 20 MG CEFAZOLIN INJ 1 G CLOBAZAM TAB 10 MG ERGOTAMIN COFFEIN TAB ERYTHROMYCIN SIR KETOCONAZOL TAB 200 MG DEXTROMETHORPHAN SIR DEXTROMETHORPHAN TAB DIFENHYDRAMIN INJ DOXYCICLINE CAP 100 MG ERYTHROMYCIN CAP 250 MG INH TAB 100 MG KETOCONAZOLE KRIM 10 G METRONIDAZOLE TAB 500 MG NYSTATIN TAB RANITIDINE INJ SPIRAMYCIN TAB 500 MG VIT K1 INJ 10 MG /PHYTO MENADION HALOPERIDOL TAB 5 MG VIT B 12 TAB 50 MCG AMOXICILLIN SIR 125 MG AMOXICILLIN SIR 250 MG ANTACIDA SIR ANTALGIN TAB CILOSTAZOL TAB 100 MG
W1 2.25 2.25 2.25 2.2 2.2 2.2 2.2 2.2 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 2.17 1.6 1.6 2 2 2 2 2
W2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
W3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1
2W1+W2+W3 6.50 6.50 6.50 6.40 6.40 6.40 6.40 6.40 6.34 6.34 6.34 6.34 6.34 6.34 6.34 6.34 6.34 6.34 6.34 6.34 6.20 6.20 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00
KELOMPOK B B B C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 9 (lanjutan) NO 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159
NAMA OBAT GENERIK CLONIDIN TAB 0.15 MG GENTAMYCIN OINT 5 G IBUPROFEN SYR 100 MG IBUPROFEN SYR 200 MG IBUPROFEN TAB 200 MG IBUPROFEN TAB 400 MG ITRACONAZOLE CAP ORALIT 200 ML PARACETAMOL DROP PARACETAMOL SIR PHENOKSIMETIL PENICILLIN TAB 500 MG PIRACETAM TAB 400 MG PIRACETAM TAB 800 MG PIRACETAM TAB 1200 MG TETRACYCLIN CAP 250 MG ACYCLOVIR TAB 400 MG CEFADROXIL SIR 125 MG CETIRIZINE DROP CETIRIZINE SIR FLUNARIZIN TAB 5 MG NATRII DICLOFENAC TAB 50 MG AMBROXOL PED SIR DIMENHYDRINATE TAB KETOROLAC INJ 30 MG MICONAZOL CREAM 2% 10 G GLUCOSAMIN+CHONDROITIN+VIT C ACYCLOVIR TAB 200 MG
W1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1.33 1.83 1.83 1.83 1.83 1.83 1.8 1.8 1.8 1.8 1.75 1.67
W2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
W3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2W1+W2+W3 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 6.00 5.66 5.66 5.66 5.66 5.66 5.66 5.60 5.60 5.60 5.60 5.50 5.34
KELOMPOK C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 9 (lanjutan) NO 160 161 162 163 164 165 166 167
NAMA OBAT GENERIK ALPRAZOLAM TAB 1 MG GLYCERIL GUAIACOLAT 100 MG HALOPERIDOL TAB 0.5 MG HALOPERIDOL TAB 1.5 MG HYDROCORTISON CREAM 2.5% VIT B 1 TAB 50 MG BETAMETASON CR ACYCLOVIR CREAM
W1 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.6 1.5 1.33
W2 1 1 1 1 1 1 1 1
W3 1 1 1 1 1 1 1 1
2W1+W2+W3 5.20 5.20 5.20 5.20 5.20 5.20 5.00 4.66
KELOMPOK C C C C C C C C
Keterangan: W1
= Nilai Kritis
W2
= Nilai Investasi
W3
= Nilai Pemakaian
2W1 + W2 + W3 = Nilai Indeks Kritis
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
Lampiran 10 OBAT GENERIK KELOMPOK B BERDASARKAN ANALISIS ABC INDEKS KRITIS PERIODE JANUARI 2011 S/D FEBRUARI 2012 No
Nama Obat
Pemakaian
(%)
1
AMOXICILLIN TAB 500 MG ASAM MEFENAMAT TAB 500 MG CITICOLINE INJ 250 MG RANITIDINE TAB 150 MG AMLODIPINE TAB 10 MG CEFADROXIL CAP 500 MG CEFOTAXIME INJ 1 G CIPROFLOXACIN TAB 500 MG CLINDAMYCINE CAP 300 MG DIAZEPAM TAB 2 MG DIGOXIN TAB LANSOPRAZOLE CAP 30 MG PHENOBARB TAB 30 MG SIMVASTATIN TAB 10 MG CAPTOPRIL TAB 12.5 MG CEFTAZIDIME INJ 1 G CEFTIZOXIM INJ 1 G PYRAZINAMIDE TAB 500 MG CAPTOPRIL TAB 25 MG FUROSEMID TAB METHYL PREDNISOLON INJ 125 MG METHYL PREDNISOLON TAB 4 MG METRONIDAZOL INFUS BISOPROLOL TAB 5 MG LOSARTAN K TAB 50 MG TRIHEXYPHENIDIL TAB 2 MG MELOXICAM TAB 15 MG CEFOPERAZONE SULBACTAM 1G INH TAB 300 MG LEVOFLOXACIN INFUS MEROPENEM INJ 1 G MEROPENEM INJ 500 MG TRAMADOL CAP 50 MG ALPRAZOLAM TAB 0,5 MG
48560
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1.88
Investasi (Rp) 17,967,200
0.44
112851 11328 93492 26195 47502 9164 61211 26870 46015 17499 39411 57288 66467 67009 3424 810 29207 99659 49798
4.37 0.44 3.62 1.01 1.84 0.35 2.37 1.04 1.78 0.68 1.53 2.22 2.57 2.59 0.13 0.03 1.13 3.86 1.93
19,861,776 186,912,000 23,559,891 43,509,895 38,571,624 40,220,796 20,199,630 20,233,110 1,472,480 2,502,357 45,223,287 2,128,708 28,983,334 6,030,810 92,742,464 89,100,000 6,827,458 13,055,329 5,078,450
0.49 4.62 0.58 1.08 0.95 0.99 0.50 0.50 0.04 0.06 1.12 0.05 0.72 0.15 2.29 2.20 0.17 0.32 0.13
2920
0.11
88,048,950
2.18
43841 3392 41977 12101
1.70 0.13 1.62 0.47
12,160,191 74,026,845 53,604,629 55,906,620
0.30 1.83 1.33 1.38
29849 16065
1.16 0.62
1,229,958 16,854,193
0.03 0.42
4396 42517 1390 5293 1206 27833 26901
0.17 1.65 0.05 0.20 0.05 1.08 1.04
483,560,000 4,124,064 122,320,000 978,146,400 127,624,226 9,175,705 15,737,085
11.95 0.10 3.02 24.18 3.15 0.23 0.39
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
(%)
Lampiran 10 (lanjutan) No
Nama Obat
Pemakaian
(%)
35 36 37 38 39 40
COTRIMOXAZOL TAB CEFEPIME INJ 1 G DEXAMETHASON TAB ONDANSETRON INJ 4 MG PROPANOLOL TAB 10 MG SIMVASTATIN TAB 20 MG CARBAMAZEPINE TAB 200 MG GLIBENKLAMID TAB 5 MG METFORMIN TAB 850 MG AMBROXOL TAB FLUCONAZOLE CAP 150 MG FLUCONAZOLE INFUS 200 MG GEMFIBROZIL CAP 300 MG RIFAMPICIN TAB 450 MG RIFAMPICIN TAB 600 MG SALBUTAMOL 2 MG SALBUTAMOL 4 MG ALLOPURINOL TAB 100 MG NIFEDIPIN TAB 10 MG ATROPIN SULF TAB 0.50 MG CHLORPROMAZIN TAB 100 MG DILTIAZEM TAB 30 MG LINCOMYCIN CAP 500 MG MELOXICAM TAB 7.5 MG PREDNISONE TAB CEFIXIME DRY SIR 100 MG DEXAMETHASONE INJ DOMPERIDON TAB LEVOFLOXACIN TAB 500 MG LIDOCAIN INJ 2 % COTRIMOXAZOL SIR EPHEDRIN TAB 25 MG PRIMAQUIN TAB VIT B 6 TAB 10 MG (PYRIDOXIN) VIT B COMP TAB VIT C TAB 50 MG ANTACIDA TAB CIPROFLOXACIN "INFUS" 200 MG GLIQUIDONE TAB 30 MG LORATADIN TAB METHYL ERGOMETRIN TAB
14509 810 24219 8029 16664 20626
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
0.56 0.03 0.94 0.31 0.64 0.80
Investasi (Rp) 2,393,985 104,247,000 1,356,264 38,860,360 1,283,128 21,162,111
0.06 2.58 0.03 0.96 0.03 0.52
11319 17586 9243 39108 1268 129 8450 13515 12325 25680 22363 59943 5536 10
0.44 0.68 0.36 1.51 0.05 0.00 0.33 0.52 0.48 0.99 0.87 2.32 0.21 0.00
2,784,474 1,264,943 3,050,190 4,888,500 27,896,418 14,899,500 2,469,217 8,005,016 11,358,474 2,155,605 2,178,022 7,912,476 714,127 280
0.07 0.03 0.08 0.12 0.69 0.37 0.06 0.20 0.28 0.05 0.05 0.20 0.02 0.00
8423 14921 16478 16260 11353 2190 4801 8571 11953 1497 177 8034 107
0.33 0.58 0.64 0.63 0.44 0.08 0.19 0.33 0.46 0.06 0.01 0.31 0.00
1,280,296 2,267,992 10,700,022 12,570,460 709,585 62,936,220 9,602,000 3,459,358 12,554,214 1,814,351 700,212 3,133,212 18,618
0.03 0.06 0.26 0.31 0.02 1.56 0.24 0.09 0.31 0.04 0.02 0.08 0.00
29355 28359 36916 20028
1.14 1.10 1.43 0.78
511,159 629,513 1,180,463 1,582,212
0.01 0.02 0.03 0.04
2296 10614 10886 677
0.09 0.41 0.42 0.03
71,979,600 6,849,140 3,625,909 81,917
1.78 0.17 0.09 0.00
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
(%)
Lampiran 10 (lanjutan) No 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
Nama Obat OFLOXACIN TAB 200 MG OFLOXACIN TAB 400 MG ONDANSETRON INJ 8 MG ONDANSETRON TAB 4 MG ONDANSETRON TAB 8 MG VERAPAMIL TAB 80 MG CEPHALEXIN CAP 500 MG CHLORAMPHENICOL CAP 250 MG CHLORAMPHENICOL SIR GLIMEPIRIDE TAB 1 MG GLIMEPIRIDE TAB 2 MG GLIMEPIRIDE TAB 3 MG GLIMEPIRIDE TAB 4 MG CETIRIZINE TAB 10 MG HCT TAB 25 MG NATRII DIKLOFENAC TAB 25 MG RIFAMPICIN CAP 300 MG SALBUTAMOL SIR THIAMFENICOL CAP 500 MG TRAMADOL INJ 100 MG AMITRIPTILINE TAB 25 MG BENZATIN BENZYL PENICILLIN INJ 1,2 GLUCOSAMINE TAB IRBESARTAN TAB 300 MG PIROKSIKAM TAB 10 MG PIROKSIKAM TAB 20 MG Total
Pemakaian
(%) 0.06 0.10 0.05 0.20 0.19 0.10 0.17
Investasi (Rp) 886,103 2,177,272 10,038,160 6,334,944 10,041,064 921,235 5,322,361
1503 2494 1342 5142 4961 2616 4439
0.02 0.05 0.25 0.16 0.25 0.02 0.13
5316 15 4446 6305 1390 1409 26409 9612
0.21 0.00 0.17 0.24 0.05 0.05 1.02 0.37
1,089,780 60,000 3,379,307 7,324,341 2,716,727 3,200,006 8,266,017 348,916
0.03 0.00 0.08 0.18 0.07 0.08 0.20 0.01
9989 2841 17 2446 824 12858
0.39 0.11 0.00 0.09 0.03 0.50
1,674,995 1,363,669 93,500 1,505,229 5,697,812 1,542,960
0.04 0.03 0.00 0.04 0.14 0.04
20 8352 133 5916 2837 1.852.301
0.00 0.32 0.01 0.23 0.11 71.68
76,040 6,982,272 505,467 443,688 297,559 3.296.055.432
0.00 0.17 0.01 0.01 0.01 81.48
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
(%)
Lampiran 11 OBAT GENERIK KELOMPOK C BERDASARKAN ANALISIS ABC INDEKS KRITIS PERIODE JANUARI 2011 S/D FEBRUARI 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Obat CEFAZOLIN INJ 1 G CLOBAZAM TAB 10 MG ERGOTAMIN COFFEIN TAB ERYTHROMYCIN SIR KETOCONAZOL TAB 200 MG DEXTROMETHORPHAN SIR DEXTROMETHORPHAN TAB DIFENHYDRAMIN INJ DOXYCICLINE CAP 100 MG ERYTHROMYCIN CAP 250 MG INH TAB 100 MG KETOCONAZOLE KRIM10 G METRONIDAZOLE TAB 500 MG NYSTATIN TAB RANITIDINE INJ SPIRAMYCIN TAB 500 MG VIT K1 INJ 10 MG /PHYTO MENADION HALOPERIDOL TAB 5 MG VIT B 12 TAB 50 MCG AMOXICILLIN SIR 125 MG AMOXICILLIN SIR 250 MG ANTACIDA SIR ANTALGIN TAB CILOSTAZOL TAB 100 MG CLONIDIN TAB 0.15 MG GENTAMYCIN OINT 5 G IBUPROFEN SYR 100 MG IBUPROFEN SYR 200 MG IBUPROFEN TAB 200 MG IBUPROFEN TAB 400 MG ITRACONAZOLE CAP ORALIT 200 ML PARACETAMOL DROP PARACETAMOL SIR PHENOKSIMETIL PENICILLIN TAB 500 MG PIRACETAM TAB 400 MG PIRACETAM TAB 800 MG
Pemakaian
(%) 0.00 0.20 0.06 0.03 0.14 0.00 0.31 0.03 0.06 0.21 0.25 0.04 0.23 0.22 0.04 0.27
Investasi (Rp) 392,350 4,842,150 153,987 6,384,272 1,457,932 84,303 889,900 768,000 385,708 2,724,767 239,860 4,955,504 670,504 3,435,571 2,654,851 10,679,061
19 5097 1498 789 3556 29 8090 800 1677 5455 6482 1062 6070 5726 1033 6930
0.01 0.12 0.00 0.16 0.04 0.00 0.02 0.02 0.01 0.07 0.01 0.12 0.02 0.08 0.07 0.26
2055 11133 23797 787 169 561 7502 2820 5127 3193 88 37 1105 3376 1541 1779 174 2674
0.08 0.43 0.92 0.03 0.01 0.02 0.29 0.11 0.20 0.12 0.00 0.00 0.04 0.13 0.06 0.07 0.01 0.10
2,465,979 1,360,074 311,764 2,908,752 820,495 2,159,850 825,220 10,340,940 1,051,035 5,859,640 307,824 426,943 127,506 691,509 2,825,172 712,703 917,763 6,144,585
0.06 0.03 0.01 0.07 0.02 0.05 0.02 0.26 0.03 0.14 0.01 0.01 0.00 0.02 0.07 0.02 0.02 0.15
103 1998 6378
0.00 0.08 0.25
38,175 821,982 4,623,209
0.00 0.02 0.11
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
(%)
Lampiran 11 (lanjutan) No
Nama Obat
Pemakaian
(%)
38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
PIRACETAM TAB 1200 MG TETRACYCLIN CAP 250 MG ACYCLOVIR TAB 400 MG CEFADROXIL SIR 125 MG CETIRIZINE DROP CETIRIZINE SIR FLUNARIZIN TAB 5 MG NATRII DICLOFENAC TAB 50 MG AMBROXOL PED SIR DIMENHYDRINATE TAB KETOROLAC INJ 30 MG MICONAZOL CREAM 2% 10 G GLUCOSAMIN +CHONDROITIN+VIT C ACYCLOVIR TAB 200 MG ALPRAZOLAM TAB 1 MG GLYCERIL GUAIACOLAT 100 MG HALOPERIDOL TAB 0.5 MG HALOPERIDOL TAB 1.5 MG HYDROCORTISON CREAM 2.5% VIT B 1 TAB 50 MG BETAMETASON CR ACYCLOVIR CREAM Total
1132 3300 14632 646 99 259 360 7426 1065 3753 462 502 990 5754 2945 4658 4853 70 250 5672 879 999 191.416
50 51 52 53 54 55 56 57 58 59
0.04 0.13 0.57 0.02 0.00 0.01 0.01 0.29 0.04 0.15 0.02 0.02
Investasi (Rp) 1,464,355 501,593 8,354,872 5,292,032 2,722,500 2,703,960 277,200 1,616,729 3,511,305 360,277 5,557,167 1,505,849
0.04 0.01 0.21 0.13 0.07 0.07 0.01 0.04 0.09 0.01 0.14 0.04
0.04 0.22 0.11 0.18 0.19 0.00 0.01 0.22 0.03 0.04 7.41
2,178,000 2,232,552 2,650,500 121,229 292,058 5,781 744,046 214,379 1,780,854 2,994,003 133.541.081
0.05 0.06 0.07 0.00 0.01 0.00 0.02 0.01 0.04 0.07 3.30
Universitas Indonesia
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012
(%)
Pengendalian persediaan..., Mega Dewanty, FKM UI, 2012