UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT BINTANG TOEDJOE JALAN JENDERAL AHMAD YANI NO 2 PULOMAS JAKARTA TIMUR PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
MEYLIANA DENYSA, S.Farm. 1206329820
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 i Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
ii Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
iii Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXVII Universitas Indonesia, yang diselenggarakan pada tanggal 2 September – 31 Oktober 2013 di Di PT. Bintang Toedjoe Jalan Jenderal Ahmad Yani No 2 Pulomas Jakarta Timur Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Setelah mengikuti kegiatan PKPA, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja. Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak JB. Apik Ibrahim selaku Presiden Direktur PT. Bintang Toedjoe yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Bintang Toedjoe. 2. Ibu Jacqueline selaku Head Manager QA-QC PT. Bintang Toedjoe yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Divisi QA-QC. 3. Ibu Susana Julia S.F., Apt. selaku Manager QA PT. Bintang Toedjoe Plant Pulomas dan sekaligus pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya. 4. Kak Johan Pratama Rahardjo S. Farm., Apt selaku Supervisor QA PT. Bintang Toedjoe Plant Pulomas yang telah meluangkan waktu kepada penulis dalam memberikan bimbingan dan pengarahan selama melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker. 5. Dr. Mahdi Jufri, Msi, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
iv Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
6. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., selaku Pjs.Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia s/d 20 Desember 2013. 7. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia 8. Bapak Arry Yanuar M.S., Apt selaku Pembimbing penulis atas bantuan, bimbingan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama PKPA. 9. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 10. Orang tua saya yaitu Hendiarto Sigar (Alm.) dan Erna Nellis serta kakak-kakak saya Hendri Sulistyono Sigar dan Relca Adriansyah Sigar yang telah memberikan bantuan dukungan materiil dan moral. 11. Teman- Teman di laboratorium QA-QC, Euis, Vira, Desnita, Liki dan mba Diena selaku admin atas segala keramahan, bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan PKPA di PT. Bintang Toedjoe 12. Seluruh teman-teman apoteker angkatan 77 yang telah memberikan banyak sekali bantuan dan dukungan kepada penulis. 13. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis
peroleh
selama
menjalani Praktek
Kerja
Profesi
Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi rekan – rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.
Jakarta, Oktober 2013
Penulis
v Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
vi Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: Meyliana Denysa, S.Farm
NPM
: 1206329820
Program Studi
: Profesi Apoteker
Judul
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Bintang Toedjoe Jalan Jenderal Ahmad Yani No 2 Pulomas Jakarta Timur Periode 2 September – 31 Oktober 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Bintang Toedjoe Pulomas bertujuan untuk mengetahui dan memahami peran Apoteker di Industri farmasi dan untuk memahami prinsip-prinsip CPOB di Industri farmasi. Tugas khusus yang diberikan berjudul Laporan Risk Assesment Cleaning Validation Line Effervescent di PT. Bintang Toedjoe Pulomas. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui tujuan dari cleaning validation, mengetahui kriteria dan spesifikasi yang dibutuhkan dalam cleaning validation serta mengetahui fungsi dan cara perhitungan MACO pada cleaning validation. Kata Kunci
: PT.
Bintang
Toedjoe
Pulomas,
CPOB,
Risk
Assesment Cleaning Validation Line Effervescent, cleaning validation, MACO. Tugas umum
: xii + 68 halaman; 2 lampiran; 4 gambar
Tugas khusus
: ii + 19 halaman; 1 gambar
Daftar Acuan Tugas Umum : 4 (1990-2012) Daftar Acuan Tugas Khusus : 11 (1992-2012)
vii Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
ABSTRACT
Name
: Meyliana Denysa, S.Farm
NPM
: 1206329820
Program Study
: Apothecary profession
Title
: Pharmacist Internship Program at PT. Bintang Toedjoe Jalan Jenderal Ahmad Yani No 2 Pulomas Jakarta Timur Period September 2nd – October 31th 2013
Pharmacist Professional Practice at PT. Bintang Toedjoe Pulomas aims to identify and understand the role of pharmacists in the pharmaceutical industry and to understand the principles of GMP in the pharmaceutical industry. Given a special task titled Cleaning Validation Risk Assessment Report Line Effervescent PT. Bintang Toedjoe Pulomas. The specific task is to know the purpose of cleaning validation, knowing the criteria and specifications required in cleaning validation as well as know the functions and how calculations MACO on cleaning validation. Keyword
: PT. Bintang Toedjoe Pulomas, GMP, Risk Assesment Cleaning Validation Line Effervescent, cleaning validation, MACO.
General Assignment
: xii + 68 pages; 2 appendices ; 4 images
Specific Assignment
: ii + 19 pages ; 1 image
Bibliography of General Assignment : 4 (1978-2011) Bibliography of Specific Assignment : 11 (1989-2004)
viii Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................ HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. KATA PENGANTAR .............................................................................................. ABSTRAK ................................................................................................................ ABSTRACT ............................................................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................
i ii iii vii viii ix xi xii
BAB 1
PENDAHULUAN .............................................................................. 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1.2 Tujuan ........................................................................................
1 1 2
BAB 2
TINJAUAN UMUM .......................................................................... 2.1 Industri Farmasi.......................................................................... 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi .......................................... 2.1.2 Persyaratan Industri Farmasi ........................................ 2.1.3 Izin Industri Farmasi ..................................................... 2.1.4 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi ...................... 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ................................. 2.2.1 Manajemen Mutu ........................................................... 2.2.2 Personalia ....................................................................... 2.2.3 Bangunan dan Fasilitas ................................................. 2.2.4 Peralatan ......................................................................... 2.2.5 Sanitasi dan Higiene ..................................................... 2.2.6 Produksi ........................................................................ 2.2.7 Pengawasan Mutu ......................................................... 2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ....................................... 2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan kembali Produk dan Produk Kembalian ....................... 2.2.10 Dokumentasi .................................................................. 2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak .............. 2.2.12 Kualifikasi dan Validasi .................................................
3 3 3 3 3 4 4 4 5 7 8 9 10 11 12 13 13 15 16
TINJAUAN KHUSUS PT. BINTANG TOEDJOE ....................... 3.1 Sejarah Berdirinya PT. Bintang Toedjoe .................................. 3.2 Visi dan Misi PT. Bintang Toedjoe .......................................... 3.3. Lokasi dan Tata Letak Bangunan ............................................. 3.4. Pembagian Divisi PT. Bintang Toedjoe .................................... 3.5 Bussines Development ............................................................... 3.6 Manufacturing ............................................................................ 3.6.1 Divisi Plant ....................................................................
18 18 19 20 20 21 22 22
BAB 3
ix Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
3.6.2 3.6.3 3.6.4
3.6.5
3.6.6 3.6.7
3.6.1.1 Produksi ........................................................... 22 3.6.1.2 Teknik (Engineering) ...................................... 25 Production Planning and Inventory Control (PPIC) .......................................................................... 29 Warehouse dan Penimbangan ....................................... 31 Divisi Research and Development (R&D) .................... 35 3.6.4.1 Formulation Development ............................... 36 3.6.4.2 Analytical Development .................................. 38 3.6.4.3 Packaging Development .................................. 41 Divisi Quality Assurance and Quality Control (QA-QC) 42 3.4.5.1 Quality Assurance ........................................... 42 3.4.5.2 Quality Control ................................................ 45 Divisi Quality System .................................................... 47 Divisi Purchasing .......................................................... 49
BAB 4
PEMBAHASAN ................................................................................ 51 4.1 Manajemen Mutu ...................................................................... 51 4.2 Personalia .................................................................................. 53 4.3 Bangunan dan Fasilitas ............................................................. 54 4.4 Peralatan .................................................................................... 55 4.5 Sanitasi dan Higiene .................................................................. 56 4.6 Produksi ..................................................................................... 57 4.7 Pengawasan Mutu ..................................................................... 57 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu ................................................... 58 4.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk kembalian .............................................................. 59 4.10 Dokumentasi .............................................................................. 61 4.11 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak ......................... 62 4.12 Kualifikasi dan Validasi ............................................................ 62
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 64 5.1. Kesimpulan ............................................................................... 64 5.2. Saran ........................................................................................ 64
DAFTAR ACUAN ................................................................................................... 66
x Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Alur Aliran Udara untuk Sistem HVAC ........................................... Gambar 2 Alur proses IMC........................................................................................ Gambar 3 Alur proses penimbangan ......................................................................... Gambar 4 Alur proses OMC ......................................................................................
xi Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
26 32 34 35
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1: Struktur Organisasi PT Bintang Toedjoe ....................................... 67 Lampiran 2: Struktur Organisasi Departemen Quality Assurance – Quality Control PT Bintang Toedjoe ........................................... 68
xii Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan hal yang penting dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan. Untuk itu diperlukan upaya untuk peningkatan derajat kesehatan dan peningkatan penyelenggaraan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari pembangunan di bidang farmasi khususnya dalam hal obat-obatan karena obat merupakan salah satu faktor pendukung peningkatan derajat kesehatan. Pembangunan di bidang obat-obatan mempunyai tujuan menjamin tersedianya obat dalam jumlah dan jenis yang cukup, penyebaran obat secara merata dan teratur serta menjamin kemanjuran obat secara farmakologis dengan efek samping seminimal mungkin dan bentuk sediaan yang dapat diterima. Setiap industri farmasi harus memenuhi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk menjamin agar obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Aspek yang diatur dalam CPOB yaitu manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu dan audit persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak dan kualifikasi dan validasi. Aspek tersebut mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu karena mutu obat terbentuk dari sepanjang proses pembuatan obat (CPOB, 2012). Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) merupakan salah satu sarana bagi calon apoteker untuk mendapatkan pengalaman praktis dan pemahaman yang lebih dalam tentang tugas dan fungsi apoteker di industri farmasi. Oleh karena itu dalam rangka pembinaan terhadap generasi apoteker baru di industri farmasi, PT. Bintang Toedjoe Pulomas memberi kesempatan kepada calon apoteker baru untuk memperoleh pengalaman yang bermanfaat dan mempelajari tentang perannya tersebut.
1 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
1.2 Tujuan a. Mengetahui peran dan fungsi apoteker di industri farmasi serta meningkatkan wawasan dan pengalaman tentang administrasi, operasional dan pengelolaan kegiatan di industri farmasi. b. Mempelajari ruang lingkup profesi secara teori dan praktek sehingga memperoleh gambaran yang jelas dan nyata mengenai tanggung jawab profesi apoteker di setiap unit industri farmasi. c. Mengetahui penerapan prinsip-prinsip CPOB di industri farmasi.
2 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1
Industri Farmasi
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Pengertian Indsutri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah pembuatan obat atau bahan obat, pendidikan & pelatihan dan penelitian & pengembangan. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur Jendral Kementrian Kesehatan. 2.1.2 Persyaratan Industri Farmasi Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu industri farmasi memperoleh izin usaha seperti yang dijelaskan dalam 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang industri Farmasi adalah sebagai berikut : a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas. b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat. c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. 2.1.3 Izin Usaha Industri Farmasi Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM).
Izin
ini
berlaku
seterusnya
selama industri tersebut
berproduksi dengan perpanjangan izin setiap 5 tahun, sedangkan untuk industri
3 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
farmasi Penanaman Modal Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan pelaksanaannya. 2.1.4 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245, 1990) : a. Melakukan pemindahtanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan tanpa izin. b. Tidak menyampaikan laporan mengenai perkembangan industri farmasi selama tiga kali berturut-turut atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. c. Melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan RI. d. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku, termasuk obat palsu. e. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam izin usaha industri farmasi. 2.2
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) CPOB diterapkan utnuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai
dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu. CPOB merupakan pedoman yang sangat penting tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang aman, berkhasiat dan berkualitas. Terdapat 12 aspek dalam CPOB, yaitu 2.2.1 Manajemen Mutu Dalam manajemen mutu, industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan bagi pengguna karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu” yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua
4 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
jajaran pada seluruh departemen dalam suatu perusahaan, para pemasok dan para distributor. Manajemen mutu didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar dalam rangka mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan. Unsur dasar manajemen mutu adalah sebagai berikut: a. Infrastruktur atau sistem mutu yang tepat. Unsur ini mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya. b. Tindakan sistematis, unsur ini diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang ditetapkan. CPOB adalah seluruh aspek dalam praktek yang ditetapkan yang secara kolektif menghasilkan produk akhir atau layanan yang secara konsisten memenuhi spesifikasi yang sesuai serta mengikuti peraturan nasional dan internasional. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi mempunyai
fungsi
pengawasan
mutu.
Fungsi
ini
hendaklah
hendaklah terpisah
(independent) dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi pengawasan mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. 2.2.2 Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam
5 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung
jawab
masing-masing
dan
dicatat.
Seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. lndustri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Aspek CPOB harus benar-benar diterapkan, tidak ada yang terlewatkan maupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personil kunci mencakup Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purna waktu. Kepala Bagian Produksi dan Kepala
Bagian
Manajemen
Mutu
(pemastian mutu)
atau
Kepala
Bagian
Pengawasan Mutu, harus terpisah (independent) satu terhadap yang lain. Struktur organisasi industri farmasi hendaklah sedemikian rupa sehingga bagian produksi, manajemen mutu (pemastian mutu)/ pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Hendaklah personil tersebut
tidak
mempunyai
kepentingan lain
di
luar
organisasi yang dapat
menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial. lndustri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang kegiatannya
dapat berdampak pada mutu
6 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
produk. Di
samping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat
pelatihan
berkesinambungan
sesuai
hendaklah
dengan
tugas
juga diberikan,
yang
diberikan.
Pelatihan
dan efektifitas penerapannya
hendaklah dinilai secara berkala. Selain itu hendaklah tersedia program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing- masing. 2.2.3 Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan,
pencemaran
silang
dan
kesalahan
lain,
serta
memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang,
penumpukan
debu
atau
kotoran
dan
dampak
lain
yang
dapat
menurunkan mutu obat. Letak
bangunan
hendaknya
sedemikian
rupa
untuk
menghindari
pencemaran dan lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaknya dirawat dengan cermat, dibersihkan dan perlu didesinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan desinfeksi hendaklah disimpan. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan,
koridor dan
lingkungan
sekeliling
bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan. Tenaga
listrik,
lampu
penerangan,
suhu, kelembaban dan ventilasi
hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan/ ketelitian fungsi dari peralatan. Selain itu
7 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
desain dari tala letak ruang hendaklah memastikan kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan. Dilakukan juga pencegahan
agar area
produksi tidak
dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses. 2.2.4 Peralatan Peralatan untuk membuat obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan hendaklah didesain dan
dikonstruksi
sesuai
dengan
tujuannya. Permukaan
peralatan
yang
bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi
yang
tidak
tepat.
Peralatan
hendaklah
didesain
sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Pembersihan peralatan dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan
kering.
malfungsi
Peralatan hendaklah
atau
dirawat
sesuai
jadwal
untuk
mencegah
pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian produk. Selain itu hendaklah tesedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan
mencatat
hendaklah
diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang ditetapkan.
8 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Hasil pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah dicatat dan disimpan dengan baik. Selain itu peralatan hendaklah
ditempatkan sedemikian rupa
untuk
memperkecil
kemungkinan tejadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk menghindari resiko kekeliruan atau pencemaran. Peralatan satu sama lain, hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk. 2.2.5 Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang mulai diatur dalam pedoman CPOB 2012 terbaru adalah terhadap personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan. Prosedur
sanitasi dan higiene
hendaklah divalidasi
dan
dievaluasi secara berkala untuk cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam wadah tertutup hingga pencucian. Disamping itu semua personil hendaklah menerapkan higiene perorangan yang baik. Hendaklah mereka dilatih mengenai Semua personil yang berhubungan
dengan
penerapan higiene perorangan. proses
pembuatan hendaklah
menerapkan tingkat higiene yang tinggi. Merokok, makan, minum, mengunyah, memelihara tanaman, menyimpan makanan, minuman, bahan untuk merokok atau obat
pribadi hanya diperbolehkan di area tertentu dan dilarang dalam area
produksi, laboratorium,
area gudang dan area lain yang mungkin berdampak
terhadap mutu produk.
9 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Prosedur tertulis tersebut hendaklah disusun dan dipatuhi untuk mencegah pencemaran
terhadap peralatan, bahan awal, wadah obat, tutup wadah,
bahan
pengemas dan label atau produk jadi. Rodentisida, insektisida, agen fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas. bahan yang sedang diproses atau produk jadi. Hendaklah ada prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida, fungisida, agens fumigasi, pembersih dan sanitasi yang tepat. Selain itu rodentisida, insektisida dan fungisida hendaklah tidak digunakan kecuali yang sudah terdaftar dan digunakan sesuai peraturan terkait.
2.2.6 Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
dan
memenuhi
dihasilkan memenuhi
ketentuan
ketentuan
izin
CPOB
yang menjamin produk
pembuatan
dan
yang
izin edar (registrasi).
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap produk akhir, melainkan mutu harus dibangun selama tahapan proses produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi, personalia, bangunan, peralatan kebersihan, dan higiene sampai dengan pengemasan. Mutu suatu obat ditentukan oleh proses produksi. Prosedur pengolahan induk dibuat oleh RnD dan disetujui oleh produksi dan pemastian mutu. Prosedur kerja standar
hendaklah tertulis,
produksi.
Dokumentasi
mudah dipahami,
setiap
langkah
dan dipatuhi oleh karyawan
dilakukan
dengan cermat, tepat dan
ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan tertulis dari kepala bagian Pemastian mutu. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dan ruang kerja yang sama kecuali tidak ada resiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada penanganan bahan yang sangat aktif atau menyebabkan sensitisasi. Penyimpangan terhadap instruksi
10 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
atau prosedur sedapat mungkin dihindarkan. Pada umumnya pembuatan produk non-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan dengan peralatan yang khusus untuk produk obat. 2.2.7 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi obat jadi. Kemandirian pengawasan mutu dari produksi dianggap
sebagai hal yang
fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai bagian pengawasan mutu. Bagian ini harus terpisah dari bagian lain dan dibawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini juga mencakup uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya. Dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang diterapkan bagian pengawasan mutu
hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan. 2.2.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu
11 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Auditor luar yang independen dapat memberikan manfaat ketika dilakukan inspeksi diri dan audit mutu. Inspeksi
diri hendaklah dilakukan secara rutin maupun dalam keadaan
khusus, misalnya terjadi penarikan kembali
obat
jadi
atau
penolakan
yang
berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Inspeksi diri dilakukan dengan membuat daftar periksa inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan
pengawasan
selama
proses,
pengawasan
mutu,
dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan. Tim inspeksi diri paling sedikit terdiri dari tiga orang yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan CPOB. Anggota tim dapat dibentuk dari dalam atau luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah independen dalam melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri
dapat
dilakukan oleh tiap bagian sesuai
kebutuhan pabrik, namun inspeksi diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh
12 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek samping yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan. Penarikan obat jadi dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penanganan, penyelidikan dan pengujian obat kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian
dapat
diproses
ulang
atau
harus
dimusnahkan
setelah
dilakukan evaluasi secara kritis. Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk harus disiapkan dan mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan
dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak
mempunyai wewenang. 2.2.10
Dokumentasi Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
13 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya
mengandalkan
komunikasi
lisan.
Spesifikasi dokumen
produksi
induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen produksi induk, prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk (formula pembuatan, intruksi pengolahan dan intruksi pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir, 1. Dokumen hendaklah didesain, disiapkan, dikaji dan didistribusikan dengan cermat. Bagian dokumen pembuatan dan dokumen registrasi (dossier) yang relevan hendaklah sesuai. 2. Dokumen hendaklah disetujui, ditandatangani dan diberi tanggal oleh personil yang sesuai dan diberi wewenang. 3. Isi dokumen hendaklah tidak berarti ganda; judul, sifat dan tujuannya hendaklah dinyatakan dengan jelas. Penampilan dokumen hendaklah dibuat rapi dan mudah dicek. Dokumen hasil reproduksi hendaklah jelas dan terbaca. Reproduksi dokumen kerja dari dokumen induk tidak boleh menimbulkan kekeliruan yang disebabkan proses reproduksi. 4. Dokumen hendaklah dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up-todate. Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem untuk
14 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja. 5. Dokumen hendaklah tidak ditulis-tangan; namun, bila dokumen memerlukan pencatatan data, maka pencatatan ini hendaklah ditulis-tangan dengan jelas, terbaca, dan tidak dapat dihapus. Hendaklah disediakan ruang yang cukup untuk mencatat data. 6. Semua perubahan yang dilakukan terhadap pencatatan pada dokumen hendaklah ditandatangani dan diberi tanggal; perubahan hendaklah memungkinkan pembacaan informasi semula. Di mana perlu alasan perubahan, hendaklah dicatat. Pencatatan hendaklah dibuat atau dilengkapi pada tiap langkah yang dilakukan dan sedemikian rupa sehingga semua aktivitas yang signifikan mengenai pembuatan obat dapat ditelusuri. Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi.
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui, dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Pemberi kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi penerima kontrak dalam pelaksanaan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti. Selain itu pemberi kontrak hendaklah menyediakan semua informasi yang diperlukan kepada penerima kontrak untuk melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar dan persyaratan legal lain. Pemberi kontrak hendaklah memastikan bahwa penerima kontrak memahami sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk atau pekerjaan atau
15 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
pengujian yang dapat membahayakan gedung, peralatan, personil, bahan atau produk lain. Disamping itu pemberi kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh penerima kontrak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan atau produk telah diluluskan oleh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Penerima kontrak harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pemberi kontrak dengan memuaskan. Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh otoritas pengawasan obat (OPO). Penerima kontrak hendaklah memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai dengan tujuan penggunaannya. Selain itu penerima kontrak hendaklah tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian apapun yang dipercayakan kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga tanpa terlebih dahulu dievaluasi dan disetujui oleh pemberi kontrak. Pengaturan antara penerima kontrak dan pihak ketiga manapun hendaklah memastikan bahwa informasi pembuatan dan analisis disediakan kepada pihak ketiga dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada awalnya antara pemberi kontrak dan penerima kontrak. 2.2.12 Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (desain, instalasi, operasional dan kinerja), kalibrasi (instrumen dan alat ukur) dan validasi (proses, pembersihan, ulang dan metode analisis). Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasi di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Pada umumnya validasi proses dilakukan
16 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal di atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif). Selain validasi proses terdapat pula validasi pembersihan untuk mengkonfirmasi efektivitas prosedur pembersihan dan validasi metode analisis untuk menunjukkan bahwa metode analisis sesuai tujuan penggunaannya. Kualifikasi adalah suatu tindakan pembuktian yang terdokumentasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa instrumen atau sistem yang digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kualifikasi mencakup : a. Kualifikasi
desain
(Design
Qualification)
yaitu
suatu
tindakan
yang
terdokumentasi untuk memastikan bahwa desain dari fasilitas, sistem dan peralatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan b. Kualifikasi instalasi (Installation Qualification) yaitu suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan bahwa alat atau instrument telah dipasang sesuai dengan desain dari spesifikasi instalasi alat tersebut. c. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification) adalah suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan bahwa alat atau instrument tersebut telah dapat beroperasi sesuai spesifikasinya. d. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification) yaitu suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan kinerja dari alat tersebut telah menghasilkan produk atau keluaran (output) secara konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan (CPOB, 2012).
17 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT. BINTANG TOEDJOE 3.1
Sejarah Berdirinya PT. Bintang Toedjoe PT. Bintang Toedjoe adalah salah satu anak perusahaan Kalbe Group, suatu
perusahaan farmasi yang terkemuka di Indonesia. Beberapa produk Bintang Toedjoe yang terkenal adalah minuman energy Extra Joss, Komix dan Puyer 16 yang pernah terkenal pada tahu 1970-an. PT. Bintang Toedjoe pertama kali didirikan pada 29 April 1946 di Garut, Jawa Barat, oleh Tan Jun She (seorang sinshe), Tjia Pu Tjien dan Hioe On Tjan. Nama Bintang Toedjoe dipilih sesuai dengan jumlah anak perempuan Tan Jun She yaitu 7 orang. Pada saat itu, PT. Bintang Toedjoe berhasil memproduksi obat-obatan yang dijual bebas guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan obat dengan alat-alat yang sederhana dan hanya mempekerjakan beberapa karyawan. Salah satu obat yang diproduksi adalah puyer no.16 (obat sakit kepala no.16) yang sampai saat ini masih banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan diekspor ke beberapa negara. Empat tahun sejak didirikan, PT. Bintang Toedjoe pindah ke kawasan Krekot, Jakarta. Pada tahun 1974, PT. Bintang Toedjoe pindah ke kawasan Cempaka Putih, Jakarta. Pada tahun 1970-an, PT. Bintang Toedjoe mulai memproduksi obat resep dokter. Pada tahun 1985, PT. Bintang Toedjoe diakuisisi oleh Kalbe Group dan berkembang dengan pesat. Seiring dengan perjalanan waktu PT. Bintang Toedjoe terus berkembang dan menunjukkan reputasinya sebagai salah satu pabrik farmasi yang sangat aktif pada segmen pasar Nutraceuitical Product (food supplements dan herbal medicine) dan produk Over The Counter (OTC), baik di dalam negeri maupun di pasar ekspor. Sejalan dengan peningkatan produksinya, lokasi kawasan Cempaka Putih sudah tidak memadai lagi. Maka pada tahun 1993 PT. Bintang Toedjoe pindah ke Kawasan Industri Pulogadung. Pada bulan September 2002 Head Office pindah ke Pulomas. Jumlah karyawan secara keseluruhan berkisar sekitar 1300 orang. PT. Bintang
18 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Toedjoe merupakan salah satu perusahaan farmasi besar di Indonesia yang tidak hanya memproduksi obat-obatan, melainkan juga memproduksi suplemen makanan. Pada tanggal 12 Mei 1997 PT. Bintang Toedjoe memperoleh sertifikat standar mutu ISO 9001 (International Organization for Standarization), yang merupakan pengakuan terhadap kualitas manajemen perusahaan. Hal ini merupakan bukti bahwa perusahaan ini selalu memperhatikan kualitas produk obat yang dibuat dan setiap aspek kegiatan yang terlibat di dalamnya. PT. Bintang Toedjoe juga menerapkan sistem CPOB, SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja), HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), ISO 9001, ISO 14001, OHSAS (Occupational Health and Safety Asessment Series), dan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin). 3.2
Visi dan Misi PT. Bintang Toedjoe
3.2.1 Visi PT. Bintang Toedjoe mempunyai visi yaitu menjadi perusahaan healthcare yang dikagumi dan disegani di Asia Tenggara. 3.2.2 Misi Untuk mewujudkan visi tersebut PT. Bintang Toedjoe mempunyai misi yaitu menghasilkan produk yang inovatif dan berkualitas yang terjangkau masyarakat umum untuk kehidupan yang lebih produktif dan bermakna. Dalam menjalankan usahanya, PT. Bintang Toedjoe mengacu pada lima nilai perusahaan yang dikenal dengan nama “Panca Sradha” yaitu: 1. Trust is the glue of life. Saling percaya adalah perekat di antara kami. 2. Mindfulness is the foundation of our action. Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami. 3. Innovation is the key to our success. Inovasi adalah kunci keberhasilan kami. 4. Strive to be the best. Bertekad untuk menjadi yang terbaik. 5. Interconnectedness is a universal way of life. Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami.
3.3 Lokasi dan Tata Letak Bangunan
19 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
PT. Bintang Toedjoe berlokasi di Jakarta Timur dan memiliki dua plant yang terletak di dua lokasi yang berbeda yaitu di Pulomas dan kawasan industri Pulogadung. PT. Bintang Toedjoe plant Pulomas terletak di Jl. Jend. Ahmad Yani No.2, yang terdiri dari Head Office dan Plant yang bertanggung jawab terhadap produksi produk-produk effervescent (seperti Extra Joss dan Ejuss). PT. Bintang Toedjoe plant Pulogadung berlokasi di Kawasan Industri Pulogadung Jl. Pulogadung rawa Sumur Barat II/K-9, contoh produknya Komix dan puyer obat sakit kepala No. 16. PT Bintang Toedjoe plant Pulomas memiliki 3 kelas pembagian ruang yaitu black area (pada area ini jumlah partikel, suhu dan kelembaban udara tidak diatur namun tetap dipantau secara berkala meliputi ruang packaging sekunder, gudang Raw Material atau Packaging Material atau finished goods dan ruang office), grey area (pada area ini jumlah partikel, suhu, kelembaban dan aliran udaranya diatur dan dipantau meliputi ruang compounding, ruang filling atau kemas primer, ruang sampling, ruang penimbangan atau weighing dan white area (meliputi ruang laboratorium analisis mikrobiologi), sebelum masuk white area tersebut diharuskan memakai baju dan sepatu khusus bebas serat dan harus melewati ruang buffer khusus yang memiliki air blower untuk menghilangkan partikel yang menempel pada baju. 3.4 Pembagian Divisi PT. Bintang Toedjoe PT. Bintang Toedjoe memiliki beberapa pembagian divisi yaitu : 1.
Marketing & Sales, divisi ini bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemasaran dan penjualan produk-produk PT. Bintang Toedjoe.
2.
Manufacturing, divisi ini bertanggung jawab atas produksi produk-produk PT. Bintang Toedjoe termasuk pengembangannya.
3.
Business
Development,
divisi
ini
bertanggung
jawab
terhadap
ide
pengembangan produk baru, registrasi produk, survey konsumen berkaitan dengan produk dan medical. 4.
Finance, Accounting, Information, Technology, Legal (FAITL), divisi ini bertanggung jawab atas semua aktivitas finance dan accounting di PT. Bintang
20 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Toedjoe serta hal-hal yang berhubungan dengan hukum dan Information Technology support. 5.
Industrial Relation and General Affair atau IRGA, divisi ini bertanggung jawab atas hubungan sosial seperti hubungan kerja antar karyawan dalam perusahaan atau menyelesaikan apabila ada sengketa antar karyawan.
6.
Human Resources, divisi ini bertanggung jawab dalam menetapkan strategi pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dengan didukung budaya perusahaan yang harmonis serta melaksanakan proses rekruitmen, penempatan pegawai, Individual Development Program atau IDP dan menciptakan sistem yang dapat mendukung terciptanya sumber daya manusia yang diharapkan.
3.5 Business Development Bagian Business Development PT. Bintang Toedjoe dibagi menjadi empat bagian, yaitu: CI (Consumer Insight), PI (Product Innovation), RA (Regulatory Affair) dan Medical. 1. Consumer Insight (CI) Tujuan CI adalah mencari produk apa yang diinginkan konsumen berdasarkan hasil insight ke pasar. Fungsi dan tugas dari CI yaitu melakukan survey terhadap konsumen, dimana hasil survey tersebut berkaitan dengan pengembangan produk PT. Bintang Toedjoe sehingga produk yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. 2. Product Innovation (PI) Berfungsi dalam pengembangan konsep produk baru, dimana PI akan menentukan komposisi serta varian rasa dari suatu produk yang akan dikembangkan oleh PT. Bintang Toedjoe. 3. Regulatory Affair (RA) Tugas dan tanggung jawab regulatory affair adalah memperoleh nomor izin edar (nomor registrasi) produk baru (untuk meregistrasikan suatu produk), melakukan registrasi variasi terhadap produk yang mengalami perubahan-perubahan yang terkait mutu dan kualitas, serta memperoleh persetujuan izin iklan. Registrasi obat dilakukan di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
21 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
4. Medical Tugas dan tanggung jawab medical berkaitan dengan penentuan indikasi produkproduk yang diproduksi PT. Bintang Toedjoe. 3.6 Manufacturing Divisi manufacturing terdiri dari Plant (Production, Engineering dan Warehouse & Penimbangan), Research & Development, Quality Assurance-Quality Control, Quality System dan Purchasing. Setiap bagian dari divisi manufacturing bekerja sama dalam menghasilkan produk yang bermutu, aman dan acceptable serta sesuai dengan ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik. 3.6.1
Divisi Plant
3.6.1.1 Produksi Departemen produksi bertanggung jawab atas semua kegiatan pembuatan produk yaitu mulai dari penerimaan bahan awal, bagian pengolahan (compounding), pengisian (filling), pengemasan (packaging), hingga menghasilkan produk jadi (finished goods). Pelaksanaan proses produksi dilakukan berdasarkan rencana produksi mingguan dari bagian PPIC (Production Planning & Inventory Control) yang diturunkan lagi menjadi rencana produksi harian. Proses produksi juga harus sesuai dengan prosedur tetap seperti yang tertulis pada WI (work instruction) sehingga dapat menjamin mutu produk sesuai spesifikasi yang ditetapkan. 1) Area produksi Area produksi di plant Pulomas dibagi menjadi 2 area yaitu black area dan grey area. Yang membedakan 2 area tersebut adalah aliran udara, tekanan udara, suhu, RH, dan jumlah partikel. a) Black area Pada daerah black area tidak ada batasan jumlah partikel dan untuk RH, suhu, tekanan udara tidak diatur namun tetap dipantau secara berkala. Yang termasuk daerah black area pada ruang produksi adalah ruang packaging sekunder. Pakaian yang digunakan di ruang black area berupa baju black area bewarna biru dan menggunakan sepatu khusus.
22 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
b) Grey area Grey area dikenal dengan area bersih. Pada ruang grey area syarat jumlah partikelnya saat at rest dibagi dua berdasarkan jumlah maksimum partikulat udara 0,5µm dan 5µm . Pada 0,5µm jumlah maksimum partikel 3.520.000 m3 dan 5µm jumlah maksimum partikel 29.000 m3. Ruang-ruang grey area dijaga suhunya antara 20-27°C dan RH ≤70%. Namun khusus untuk ruang produksi effervescent dengan dehumidifier dijaga suhunya ≤25°C dan RH ≤30%. Yang termasuk grey area pada ruang produksi adalah ruang compounding dan ruang filling (kemas primer). Untuk pakaian yang digunakan di ruang grey area berupa overall, sepatu khusus dan APD meliputi masker, sarung tangan, dan penutup telinga khusus (untuk area tertentu). Line effervescent Alur proses produksi secara keseluruhan adalah sebagai berikut: a. Bahan baku ditimbang oleh warehouse bagian penimbangan (weighing). Bahan baku yang telah ditimbang diberi label penimbangan yang diparaf oleh penimbangan dan saksi. Hasil penimbangan disimpan di ruang staging sebelum dipakai untuk proses compounding. b. Pihak produksi mengambil bahan baku yang telah ditimbang di ruang staging, kemudian melakukan proses produksi (compounding) sesuai dengan WI yang telah ditetapkan. Secara berkala dilakukan sampling dan pengawasan dalam proses (In Process Control). c. Bulk hasil akhir compounding dikarantina untuk dilakukan proses sampling dan analisis oleh pihak QC. Pihak QC akan mengeluarkan label “ditolak” atau “diluluskan”. Bulk yang dinyatakan lulus oleh pihak QC akan diserahkan ke bagian pengemasan primer. d. Selama proses pengemasan tersebut dilakukan IPC oleh Produksi dan inspeksi oleh QA. IPC yang dilakukan oleh produksi adalah uji keseragaman bobot, uji kebocoran dan uji kerekatan sealing. Uji keseragaman dilakukan per 10 menit. Uji ini bertujuan untuk menjamin kesamaan bobot produk dalam range yang dipersyaratkan, sehingga keseragaman rasa dan kadar zat aktif di dalam produk 23 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
tersebut tetap terjaga. Uji kebocoran, yaitu uji dengan larutan rodamin dan alat vakum yang bertujuan untuk mengecek kemungkinan terjadinya kebocoran pada kemasan. Uji sealing strength dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kerekatan sealing yang dihasilkan, sehingga kemasan tidak mudah terbuka. Kemasan harus dapat melindungi produk dari risiko kehilangan bobot, kerusakan dan kontaminasi sehingga kemasan tersebut harus tertutup rapat. e. Produk ruahan yang telah dikemas primer secara otomatis akan diteruskan ke pihak packaging untuk dikemas sekunder. Pengemasan sekunder terdiri dari empat tahap yaitu, tahap Cartoning, merupakan tahap pengemasan sachet ke dalam pack . Pada bagian ini operator akan mengelompokkan 6 sachet untuk diletakkan di bagian mesin pengemas sekunder. Sachet yang sudah terkelompok tersebut kemudian akan terdorong ke dalam pack kemasan sekunder, lalu kemasan akan dilem secara otomatis. Pada proses ini dilakukan In Process Control setiap 30 menit yaitu melihat secara visual kemasan sachet sebelum dimasukkan ke pack karton. Hal yang perlu diperhatikan adalah nomor batch, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa dan penampilan sachet secara visual. Selain itu, alat pengemasan memiliki sensor berat untuk memastikan jumlah sachet yang ada di karton sesuai dengan yang diinginkan. Bila jumlahnya kurang atau lebih, maka mesin akan secara otomatis membuangnya dari line proses pengemasan. f. Tahap selanjutnya yaitu wrapping yaitu tahap pengemasan 10 pack menggunakan plastik Oriented Polypropylene (OPP). Setelah proses cartoning perjalanan pack ini berlanjut ke proses wrapping pembungkusan 10 pack menjadi satu menggunakan plastik Oriented Polypropylene. Dari proses ini dihasilkan satu unit Oriented Polypropylene. Pada alat ini terdapat pengontrol untuk memastikan bahwa jumlah pack yang terbungkus dalam Oriented Polypropylene adalah sesuai. Jika jumlahnya tidak sesuai mesin akan secara otomatis tidak bekerja sampai jumlahnya sesuai. g. Proses berikutnya adalah packing Oriented Polypropylene ke dalam Master box (karton) yang dilakukan secara manual oleh operator. Sejumlah Oriented
24 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Polypropylene dimasukkan ke dalam suatu karton, kemudian karton ditimbang untuk memastikan bahwa jumlah Oriented Polypropylene dalam karton tersebut sesuai. Apabila telah sesuai maka akan keluar label timbang yang berisi keterangan nomor batch, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa, operator penimbangan dan keterangan-keterangan pelengkap lain. Label ini kemudian ditempel di karton sebagai
identitas dari karton tersebut. Setelah itu proses
dilanjutkan ke penyegelan karton dengan perekat. h. Proses selanjutnya yaitu pengiriman produk jadi ke gudang. Pada proses ini operator akan mengecek kelengkapan karton, setelah lengkap kemudian produk jadi siap diserahkan ke gudang produk jadi dengan dilengkapi dokumen GIA (Good Inward Advice) yang berisi informasi nomor batch, nama produk dan jumlah produk. Setelah proses serah terima ini, maka bagian produksi sudah menyerahkan tanggung jawab terhadap produk jadi ke bagian gudang. Nomor GIA ini kemudian akan ditempelkan di karton produk i.
Kemudian pihak gudang akan melakukan scan pada barcode di karton dan melakukan penyimpanan.
3.6.1.2 Teknik (Engineering) Departemen teknik PT Bintang Toedjoe memiliki tanggung jawab dalam memberikan bantuan teknik kepada semua departemen yang membutuhkan bantuan terkait alat, mesin, sistem penunjang dan lain-lain. Departemen ini langsung di bawahi oleh Manajer Teknik. Sesuai dengan fungsinya departemen teknik dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu maintenance, utility, sparepart, workshop, building management dan environment (IPAL). a. Maintenance Bagian maintenance memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memastikan penanganan, perawatan dan perbaikan mesin-mesin yang digunakan pada proses produksi (mesing compounding, mesin filling dan mesin kemas), dll. b. Utility Bagian Utility memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memastikan penanganan, perawatan dan perbaikan sistem penunjang produksi berjalan
25 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
secara lancar dan efektif. Sistem penunjang produksi yang menjadi bagian dari tanggung jawab utility adalah:
Genset/PLN Boiler
Compressor Chiller Dehumidifiers HVAC (Heating Ventilating and Air Conditioner) Proses HVAC di PT. Bintang Toedjoe Pulomas mengalami beberapa proses, yaitu:
Fresh Air
Air Volume Damper
3 tahap filtrasi (pre, medium, high)
Udara buangan
Udara keluar melalui return air grill
masuk ke ruang produksi (atur suhu, %RH dan tekanan udara) dan ruangan lain melalui supply air diffuser
Dipanaskan dengan Boiler untuk menurunkan RH
udara didinginkan dengan Chiller agar sesuai dengan suhu ruang.
Udara di blow dengan Fan blower
Gambar 3.1. Alur Aliran Udara untuk Sistem HVAC
26 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Pengolahan air / Purifikasi PT Bintang Toedjoe mempunyai sistem pnegolahan air dengan sistem
pengolahan sendiri. Sumber air yang digunakan berasal dari PAM, air dari PAM diolah menjadi Aqua Demineralisasi dengan menggunakan sand filter, karbon filter, penukar kation, penukar anion dan mixed bed filter adapun pengolahan airnya sebagai berikut: o Air dari tangki akan dilewatkan kedalam sand filter (multi sorb) atau penyaring yang berisi pasir silika, batu koral dan ijok. o Air yang keluar dari multi sorb ini dialirkan ke karbon filter yang berfungsi mengikat bau, warna dan racun yang terdapat dalam air sehingga dihasilkan air bersih yang dapat digunakan sehari-hari dengan pH mendekati netral (pH 6-9). o Kemudian air dialirkan ke kation filter dengan media cation exchange resin sampai pH air berada pada range 2-3. o Setelah memenuhi syarat range air dialirkan ke anion filter dengan media anion exchange sampai pH air berada pada range 10-11. o Kemudian air di alirkan ke mixbed filter dengan media anion & cation exchange resin, sehingga semua kandungan ion yang terlarut dalam air akan ditukar oleh resin yang ada dalam anion & cation exchange sampai nilai
pH didapat 5-7 dan nilai
konduktivitas ≤ 1,3 µS/cm. o Apabila kolom penukar kation-anion sudah jenuh maka salurannya dibersihkan atau diregenerasi terlebih dahulu menggunakan larutan asam (HCl) untuk kolom penukar kation dan larutan basa (NaOH) untuk kolom penukar anion. Apabila kondisi tersebut belum tercapai, maka air yang dihasilkan harus dibuang. Setelah air memenuhi persyaratan tersebut, air ditampung. Aqua demineralisasi yang terbentuk akan dialirkan ke line produksi effervescent.
27 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
c.
Sparepart Tugas dan tanggung jawab sparepart, yaitu menjamin ketersediaan sparepart ke
bagian maintenance, utility, workshop dan produksi pada saat yang dibutuhkan. d. Workshop Tugas dan tanggung jawab workshop, yaitu membuat dan mendesain part mesin sehingga umur pakai menjadi optimal dan membantu dalam memperbaiki semua alatalat yang rusak. e. Building maintenance Bagian building memiliki tanggung jawab dalam pengelolaan bangunan baik manufacturing maupun office sehingga tetap dalam kondisi yang optimal sesuai dengan standar manajemen mutu yang telah ditetapkan. f. Environment / Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL) Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) memiliki tanggung jawab dalam menangani limbah yang dihasilkan oleh pabrik. Limbah yang dihasilkan terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat non B3 yang masih memiliki nilai ekonomis akan dijual contohnya sampah kardus, yang tidak memiliki nilai ekonomis misalnya guguran daun akan diolah menjadi kompos dan sisa pengolahan limbah non B3 yang lain akan dibuang ke pembuangan sampah. Sedangkan limbah padat B3 seperti produk yang direject karena expired date atau reject produk akan dimusnahkan dengan adanya pihak ketiga. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik ada dua, yaitu limbah produksi dan limbah domestik. Limbah produksi berasal dari cucian mesin dan sisa produksi, sedangkan limbah domestik berasal dari toilet, kantin, laundry dan musholla. Proses pengolahan air limbah adalah: 1.
Limbah ditampung di dalam penampung.
2.
Inlet, dimana limbah disaring menggunakan saringan kasar untuk memisahkan kerikil atau sachet yang tertinggal pada limbah. Pada proses ini air limbah diadjust pH hingga mencapai standar 6.5-8.5 dengan menggunakan asam sulfat/NaOH. Alat yang digunakan adalah dosing pump dimana ketika air limbah
28 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
telah mencapai pH yang sesuai, secara otomatis pompa akan jalan untuk mentransfer air limbah ke proses selanjutnya. 3.
Limbah dialirkan untuk proses anaerob (proses biologi dengan bakteri anaerob).
4.
Aerasi, yaitu merupakan proses injeksi oksigen kedalam air limbah untuk mereduksi nilai COD dan BOD dengan meningkatkan nilai oksigen terlarutnya.
5.
Trickling filter, yaitu proses filtrasi air limbah dengan melewatkan air melalui biomedia yang diselimuti oleh biofilm.
6.
Koagulasi-flokulasi,
yaitu
proses
pengikatan
koloid
dengan
bahan
kimia/koagulan dengan proses pengadukan cepat-lambat. Koagulan yang digunakan adalah PAC, dimana PAC akan mengikat koloid membentuk mikroflok lalu menjadi makroflok, yang selanjutnya akan turun ke dasar bak akibat adanya perbedaan berat. 7.
Sedimentasi, yaitu proses pengendapan flok secara gravitasi ke dasar bak sedimen dan membentuk slurry (lumpur).
8.
Filtrasi, merupakan proses lanjutan dari sedimentasi. Air dialirkan melewati media filtrasi (karbon aktif dan batuan zeolit) untuk menyerap pengotor terlarut yang tersisa dari proses sedimentasi serta untuk menghilangkan warna dan bau dari air.
9.
Hasil dari proses ini ditampung di outlet kemudian dialirkan ke kolam bioindikator yang menggunakan ikan mas sebagai indikator dimana ikan mas ini sensitif terhadap cemaran air, apabila tidak ada ikan yang mati maka air limbah yang telah diolah tersebut dapat di buang.
3.6.2 Production Planning and Inventory Control (PPIC) Production Planning & Inventory Control (PPIC) merupakan bagian yang banyak bekerjasama dengan manufacturing terutama bagian produksi. PPIC PT. Bintang Toedjoe saat ini dikelola oleh SCM (Supply Chain Management) Kalbe Group. PPIC bertanggung jawab terhadap perencanaan jadwal produksi dan pengelolaan inventori baik raw material, packaging material, finished goods. PPIC dalam fungsi dan tugasnya bekerja sama dengan bagian produksi, purchasing, RnD, QC dan marketing
29 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Tugas dan tanggung jawab PPIC yaitu menerima perkiraan pemesanan produk dari pihak sales, merencanakan pengadaan raw material atau packaging material, memenuhi permintaan finished goods. PPIC bertanggung jawab terhadap perhitungan jumlah bahan baku maupun bahan kemas yang ada maupun yang sedang dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan produksi dan memantau persediaan obat jadi agar tidak terjadi overstock atau stock out sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen. Pihak PPIC harus mempertimbangkan kapasitas produksi dalam menentukan jumlah atau perencanaan produksi agar produk yang dihasilkan sesuai yang diharapkan dan dihasilkan tepat waktu. Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam PPIC antara lain : stock on hand, lead time dan safety stock. Sistem pemesanan barang dengan supplier oleh PPIC PT Bintang Toedjoe sebagian sudah menggunakan sistem kanban. Secara umum, alur PPIC adalah sebagai berikut : a.
Penyampaian RoFo (Rolling Forecast) dari bagian marketing ke demand planning. RoFo merupakan suatu rencana penjualan selama rencana waktu yang ditentukan/direncanakan.
b.
Kemudian PPIC membuat perencanan produksi/RPP (Rolling Production Plan) untuk memenuhi target yang diminta. RPP disusun untuk satu tahun, 6 bulan, bulanan dan mingguan. Rencana produk yang akan diproduksi untuk 1 tahun ke depan disusun berdasarkan review meeting bulanan secara berkala dengan marketing dan menjadi rencana produksi 6 bulan. Kemudian rencana produksi 6 bulan dituangkan menjadi rencana produksi bulanan dari forecast bulanan dan disampaikan ke produksi dalam bentuk rencana produksi mingguan.
c.
PPIC akan menghitung kebutuhan bahan raw material (RM), packaging material (PM) yang diperlukan berdasarkan rencana produksi yang dibuat.
d.
PPIC membuat pemesanan bahan dengan membuat PR (Purchase Request) ke bagian purchasing. Bagian purchasing membuat PO (Purchase Order) ke supplier yang dituju.
e.
Bahan yang dipesan, dikirim oleh supplier dan diterima oleh bagian IMC (Incoming Material Control) di gudang.
30 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Pada tahap perencanaan produksi dibutuhkan perencanaan terhadap material yang akan dibutuhkan dalam kegiatan produksi, yang biasa disebut MRP (Material Requirement Planning). Alur proses MRP adalah : 1. Proses konversi dari produk yang diminta menjadi material-material pembentuk yang dibutuhkan 2. Netting, yaitu menghitung kebutuhan masing-masing material, inventory yang tersedia, dan penjadwalan untuk pemesanan material. 3. Lot sizing, yaitu menentukan jumlah material yang akan dipesan dimana jumlah yang dipesan harus disesuaikan dengan jumlah standar pembelian. Lead time offsetting, yaitu
menentukan kapan
material diperlukan dan kapan
material akan siap digunakan untuk produksi. 3.6.3 Warehouse (Gudang) dan Penimbangan Warehouse (gudang) merupakan salah satu bagian penting yang berperan dalam pengelolaan RM (Raw Material), PM (Packaging Material) dan FG (Finished Goods) pada kondisi yang tepat untuk menjamin kualitasnya. Bidang warehouse menjalin hubungan internal kepada bagian PPIC, produksi, Quality assurance (QA), Quality control (QC), Produk Development (R&D), FA (Finance) dan hubungan eksternal kepada distributor (PT Enseval), Supplier, dan Ekspedisi. Berdasarkan fungsinya gudang di PT. Bintang Toedjoe dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1.
IMC (Incoming Material Control)
Tugas dan tanggung jawab IMC adalah: 1.
2.
Menerima:
RM / PM
General items dan Manufaturing items
FG return dari cabang
Mutu barang tetap terjaga, dimana penyimpanan material disesuaikan dengan kondisi penyimpanan setiap material.
3.
Penerapan sistem FIFO (untuk Packaging Material) dan sistem FEFO (untuk Raw Material), dalam penyusunan RM/PM di gudang.
31 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
4.
Menjaga kerapian dan kebersihan, dimana salah satu tujuannya adalah untuk menghindari kontaminasi.
5.
Kelengkapan dan kebenaran dokumen
6.
Melayani RM/PM ke produksi
7.
Melaksanakan manajemen sistem yang berlaku PT. Bintang Toedjoe menggunakan metode satu pintu untuk barang masuk
melalui gudang. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses kontrol. Sistem penyimpanan yang digunakan terhadap PM di gudang adalah sistem FIFO (First In First Out) yaitu PM yang pertama kali datang akan digunakan terlebih dahulu. Hal ini digunakan untuk mencegah terjadinya kerusakan barang akibat penyimpanan yang terlalu lama, serta untuk mengontrol stok barang. Sistem penyimpanan yang digunakan terhadap RM di gudang adalah sistem FEFO (First expired First Out) yaitu RM yang masa ED nya lebih cepat akan digunakan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan barang karena penyimpanan dan melampaui batas ED. Ruangan yang digunakan untuk menyimpan RM/PM yaitu: a.
Ruang dengan suhu kamar (max 300C)
b.
Ruang AC (max 250C)
c.
Ruang penyimpanan khusus alkohol (gudang alkohol) RM &PM
Purchasing
PO
Supplier
DO
Ware House
PR
Produksi PPO, SPO
PPIC
GIA
QC test
Realese/ Reject
Gambar 3.2 Alur proses IMC :
32 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Keterangan :
Bagian purchasing akan melakukan pemesanan kepada supplier sesuai dengan PR (Purchase Request) yang dikeluarkan oleh bagian PPIC (Planning), kemudian supplier mengirimkan pesanan ke gudang.
Pada saat barang datang di gudang, pihak PT. Bintang Toedjoe akan melakukan beberapa pemeriksaan seperti: kesesuaian fisik dengan surat pengantar barang dari supplier (DO), sertifikat analisis (CoA), Purchase Order (PO), memeriksa list.
Setelah pemeriksaan selesai, bagian gudang akan membuat Receive of Note yang akan diserahkan kepada supplier sebagai bukti penerimaan barang dan surat GIA (Goods Inward Advice) yang menjadi bukti bahwa telah terjadi transaksi dari supplier ke gudang PT. Bintang Toedjoe, yang selanjutnya akan digunakan oleh bagian Finance untuk melakukan transaksi pembayaran.
GIA dan CoA selanjutnya diserahkan ke QC, dimana tanpa adanya GIA, QC tidak akan melakukan pemeriksaan.
RM/PM selanjutnya akan dikelompokkan dan ditempelkan label karantina yang berwarna orange. Kemudian bagian QC akan mengambil sampel untuk analisis.
Ketika hasil dari QC telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan maka QC akan memberikan label released (hijau). Kemudian RM/PM disimpan di gudang RM/PM. QC akan memberikan label merah (reject) apabila RM/PM tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah di tentukan.
2.
Penimbangan (Weighing) Tugas dan tanggung jawab penimbangan:
1.
Menimbang RM sesuai PWO (Product Work Order) dan jadwal produksi, dimana PWO berasal dari Planning yang selanjutnya di order ke bagian penimbangan untuk dilakukan proses penimbangan.
2.
Menjaga mutu RM agar tetap terjaga, dengan penjagaan kondisi ruangan dan penggunaan APD yang sesuai.
3.
Sistem FEFO
4.
Kebersihan dan kerapian 33 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
5.
Kelengkapan dan kebenaran dokumen dan laporan
6.
Melaksanakan manajemen sistem yang berlaku Penimbangan yang dilakukan oleh PT. Bintang Toedjoe dengan menggunakan
sistem online. Pada penimbangan dilakukan oleh dua orang, yaitu operator dan helper yang berperan sebagai saksi saat penimbangan.
Bahan baku dari gudang
Preparasi
Ruang staging
Proses timbang
Lepas kemasan sekunder
Proses produksi
Sistem komputerisasi + barcode Sesuai PWO / petunjuk penimbangan Sisa bahan dikembalikan ke gudang Cek oleh spv weighing Cek oleh produksi Serah terima barang dan dokumen oleh produksi
Gambar 3.3 Alur proses penimbangan Keterangan :
Bahan baku yang telah lulus uji QC dipreparasi, yaitu dengan melepas kemasan sekunder.
Setelah itu dilakukan proses penimbangan sesuai dengan PWO, kemudian dilakukan pengecekan oleh supervisor penimbangan dan bagian produksi. Sebelum ditimbang bahan discan barcodenya untuk memastikan kebenaran item bahan. Sisa bahan setelah penimbangan dikembalikan lagi ke gudang.
Setelah itu dilakukan serah terima barang dan dokumen ke bagian produksi.
34 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Bahan yang telah ditimbang dapat langsung digunakan dalam proses produksi atau disimpan dalam ruang stagging (ruang tunggu) sampai bahan digunakan untuk proses.
3.
OMC (Outgoing Material Control) Tugas dan tanggung jawab OMC: 1. Menerima dan menyimpan FG 2. Menjaga mutu FG agar tetap terjaga 3. Sistem FIFO/FEFO 4. Kebersihan dan kerapian 5. Kelengkapan dan kebenaran dokumen 6. Mengirim FG ke distributor 7. Melaksanakan manajemen sistem yang berlaku Produksi
Warehouse
Distributor
GIA FG
Serah terima,Simpan
DO & DO list Marketing
Menerbitkan SOL & SOE
Gambar 3.4 Alur proses OMC
Keterangan :
Produk jadi dari produksi dilengkapi label GIA dan label karantina diserahkan ke gudang OMC.
Pihak gudang akan melakukan scan pada barcode yang tertera pada master box dan melakukan penyimpanan barang yang telah diserahkan. Penyimpanan digudang pada suhu kamar.
Setelah produk diluluskan oleh QA dan dilakukan penempelan label release produk, maka pihak gudang akan mengeluarkan barang setelah menerima PO (Sales Order Expor atau Sales Order Local) dari bagian marketing. Setelah 35 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
mendapatkan PO maka bagian gudang akan membuat DO dan DO list yang berfungsi sebagai surat jalan untuk distributor.
3.6.4 Divisi Research and Development (R&D) Research and Development (R&D) memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pengembangan produk, baik produk baru maupun produk existing. Pengembangan produk baru dan produk existing mencakup perubahan formula maupun proses produksinya. Pengembangan produk existing biasanya bertujuan untuk mengurangi cost, mengoptimalisasi proses produksi maupun memodifikasi formula. Departemen Research and Development dibagi menjadi Formulation Development, Packaging Development serta Analytical Development. Departemen Research and Development (R&D) di PT Bintang Toedjoe memfokuskan pada produk-produk konsumen seperti food, suplemen, obat dan obat tradisional.
3.6.4.1 Formulation Development (FD) Formulation Development yang merupakan department Reseacrh and Development
di
PT.
Bintang
Toedjoe
memiliki
tanggung
jawab
dalam
mengembangkan produk-produk kategori Consumer health care terhadap produkproduk baru ataupun produk existing yang memiliki khasiat dan dapat diterima konsumen. Karyawan RnD di PT. Bintang Toedjoe ini harus dapat selalu memberikan ide terbaru di setiap tahunnya. Sebelum mengembangkan suatu produk harus diketahui terlebih dahulu profil market yang akan dituju.
Pengembangan Produk Baru Pengembangan produk baru merupakan kegiatan yang dilakukan oleh bagian
Formulation Development. Pengembangan produk baru berasal dari Business Development (BD) bagian Product Innovation. Bagian Product Innovation terlebih dahulu menganalisis tren market yang sedang terjadi saat itu Product Innovation bersama
dengan
bagian
marketing
membuat
konsep
produk
baru
dan
menganalisisnya, yang diserahkan ke bagian Formulation Development (FD) dalam bentuk prototype request (PR) yang berisi usulan produk baru dengan nama project,
36 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
bentuk sediaan, bentuk kemasan, komposisi, rasa, warna dan lain-lain. Setelah itu Formulation Development mengecek kelengkapan Raw Material (RM) untuk pembuatan prototype. Jika tidak lengkap maka FD akan mengajukan permintaan RM ke Purchasing. Selanjutnya FD akan melakukan formulasi dan membuat prototype dalam trial lab. FD akan mengirimkan hasil prototype ke BD dengan form placement test, FD menunggu feedback dari BD, bila belum sesuai maka FD akan menerima review dari BD dan FD akan melakukan perbaikan pada formula hingga sesuai. Tahap selanjutnya apabila produk sudah sesuai, FD akan melakukan lab scale research dan stability test sedangkan pihak analytical development akan melakukan pengembangan metode analisa dan pihak Packaging development melakukan riset kemasan yang sesuai untuk digunakan pada lab scale research dicari titik kritis dalam proses pembuatan produksi dan spesifikasi yang diharapkan, sehingga tahap-tahap kritis tersebut dapat dikontrol dan produk yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Hasil dari lab scale research adalah spesifikasi finished good, rancangan batch record, formula. Apabila produk pada skala laboratorium sudah terbukti stabil dan memenuhi spesifikasi maka produk siap dilakukan stability test hasilnya adalah expired date. Pada tahap ini akan memperoleh batch record produksi, master formula dan spesifikasi finished good. Setelah tahap ini dilanjutkan dengan pilot scale yang dikerjakan oleh pihak RnD sejumlah 1/10 dari jumlah bets komersial. Selanjutnya bisa dilakukan registrasi ke BPOM, jika nomor regisrasi sudah diperoleh, maka produk dapat diproduksi dalam skala industri.
Pengembangan Existing Product Kegiatan
yang
dilakukan
bagian
Formulation
Development
dalam
pengembangan produk existing meliputi quality improvement, cost reduction, capacity improvement, diversification raw material dan trouble shooting. Pada kegiatan ini bagian Formulation Development berupaya agar proses menjadi singkat, efektif, dan efisien. Quality improvement dilakukan FD untuk meningkatkan kualitas produk apabila ditemukan adanya complain terhadap produk setelah disesuaikan dengan retained sample. Cost reduction dilakukan pengembangan formula oleh FD untuk menurunkan biaya produksi tanpa menurunkan kualitas produk. Capacity
37 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
improvement dilakukan ketika terjadi peningkatan permintaan barang oleh konsumen, sehingga dibutuhkan peningkatan batch size pada produksi dimana FD akan melakukan penyusunan ulang proses dan melakukan trial hingga produk dengan batch size yang lebihbesar berhasil diproduksi. Diversification raw material merupakan kegiatan untuk menghindari raw material yang stock out karena adanya masalah pada produsen raw material atau karena distribusi terganggu. Bagian Formulation Development harus mempunyai alternatif supplier untuk pembelian raw material agar proses produksi tetap dapat berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari putus stok dan untuk persaingan harga supplier. Trouble shooting adalah tindakan yang dilakukan FD untuk memberikan solusi ketika selama proses produksi terjadi masalah, misalnya kadar zat aktif tidak masuk spesifikasi. FD harus dapat menentukan tahap selanjutnya terhadap produk tersebut, apakah dilakukan penambahan suatu komposisi atau dengan cara lain. Bagian Formulation Development juga mempunyai tim khusus untuk uji sensori. Uji sensori adalah mengukur sifat indrawi produk, dimana instrument yang digunakan kemampuan indrawi manusia. Uji ini penting dilakukan untuk health care product. Ada dua kategori dari panelis yang dapat diikutsertakan dalam uji sensori ini, yaitu panelis terlatih dan tidak terlatih. Panelis tidak terlatih dapat diikutsertakan pada uji hedonik (uji kesukaan) saja, sedangkan panelis terlatih diikutsertakan untuk triangle test (uji pembeda).
3.6.4.2 Analytical Development (AnDev) Analytical Development (AnDev) memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pengembangan metode analisa. Analytical development terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1.
Analytical Development Finished Goods, Trial, Stabtest Food dan Suplemen
2.
Analytical Development Trial dan Stability test Pharma dan Obat Tradisional
3.
Analytical Development RM dan Microbiology
Uraian dari Tugas dan tanggung jawab adalah : a. Mengembangkan metode analisa produk jadi
38 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Pengembangan metode analisa dilakukan jika ada produk baru atau produk varian, produk reformulasi (baik zat tambahan, bentuk sediaan, maupun komposisi zat aktif), dan improvement. Improvement dilakukan untuk meningkatkan kualitas analisa, efisiensi waktu dan biaya, serta keamanan. Parameter metode analisa meliputi spesifitas, linearitas, akurasi, presisi, robustness, LOD, LOQ, dan range.
b. Analisa sampel kompetitor Analisa sampel kompetitor berfungsi untuk mengetahui komposisi zat aktif produk kompetitor dan pengamatan kestabilannya. Analisa sampel kompetitor dilakukan pada produk sejenis yang ada dipasaran untuk perbandingan kualitas produk dengan kompetitor. c. Analisa laboratorium eksternal Analisa laboratorium eksternal dilakukan untuk keperluan pendaftaran produk terkait regulasi atau jika laboratorium internal tidak dapat melakukan analisa. Analisa dilakukan jika ada tuntutan regulasi (misalnya bahan kimia obat, bahan tambahan pangan, narkotika) dan produk baru. d. Pengembangan metode analisa untuk uji stabilitas Pengembangan metode analisa untuk uji stabilitas dilakukan jika ada koreksi pada pemeriksaan stabilitas, ketangguhan metode yang kurang. e. Analisa stabilitas sampel Kegunaan analisa stabilitas sampel adalah untuk mendapatkan expired date produk, memantau kualitas produk selama penyimpanan dan sebagai syarat registrasi. Pengamatan stabilitas dilakukan terhadap degradasi fisik, kimiawi, dan mikrobiologi. Analisa uji stabilitas dilakukan terhadap produk baru, produk reformulasi, dan untuk tujuan improvement dari formulasi. f. Evaluasi stabilitas Evaluasi stabilitas sampel digunakan untuk memastikan hasil analisa, memberikan masukan kepada tim formulasi mengenai stabilitas sampel. Parameter yang diuji adalah kadar dan degradasi. g. Instrument monitoring
39 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Instrument monitoring berfungsi memastikan bahwa semua alat beroperasi sesuai dengan spesifikasi dan selalu dimonitor dengan baik. Parameter yang harus dimonitor
meliputi
perawatan
instrumen
(kalibrasi/verifikasi),
kerusakan
instrumen, perbaikan instrument. h. Analisa sampel scale up dan pra validasi Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui homogenitas proses produksi dan hasil proses produksi. Analisa dilakukan pada produk baru, produk reformulasi, dan untuk improvement dari formulasi. Parameter analisa yang dilakukan adalah fasefase dalam produksi, keseragaman kandungan/bobot, disolusi dan mikrobiologi. i.
Pengembangan metode analisa raw material Pengembangan metode analisa dilakukan jika ada bahan baku baru, bahan baku alternatif, dan improvement
dari analytical
development
yang meliputi
peningkatan kualitas analisa, efisiensi analisa dan keamanan. Parameter validasi metode analisa raw material meliputi linearitas, akurasi, presisi, dan range. Parameter verifikasi metode analisa raw material meliputi akurasi dan presisi. j.
Pengembangan metode analisa mikrobiologi Pengembangan metode analisa mikrobiologi dilakukan jika ada bahan baku/ produk baru dan improvement inisiatif dari analytical development.
k. Vendor diversification Vendor diversification yaitu pemilihan vendor berdasarkan spesifikasi raw material yang telah dibuat. Kegunaan diversifikasi vendor adalah untuk mempertahankan kontinuitas bahan baku untuk proses produksi, skrining kualitas bahan, dan efisiensi. Proses diversifikasi vendor dimulai dengan adanya permintaan analisa kemudian vendor akan mengirimkan sampel dan dilakukan analisa oleh analytical development, selanjutnya dilakukan penelitian oleh formulation development berdasarkan raw material. Hasil dari penelitian tersebut dapat menentukan kualitas raw material. l.
Analisa mikrobiologi
40 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Analisa mikrobiologi dilakukan terhadap sampel untuk uji stabilitas, sampel bahan baku, dan sampel untuk trial. Parameter yang diperiksa meliputi TPC (Total Plate Count), KK (Kapang Khamir), identifikasi bakteri patogen dan lain-lain. m. Project mikrobiologi dan raw material Project yang dilakukan antara lain berhubungan dengan baku standar, efektivitas pengawet, mikrobiologi dan analisa sanitasi dan higienitas. Project baku standar antara lain memastikan RS (Refference Standard) dan WS (Working Standard) tersedia dan terdokumentasi dengan baik, serta memastikan kultur bakteri dan turunannya tersedia dan terdokumentasi dengan baik. Project tentang efektifitas pengawet adalah melakukan studi efektifitas pengawet pada produk dan studi sensitifitas formula pada produk. Project mikro yang dilakukan adalah update regulasi dan persyaratan laboratorium mikro dan improvement terhadap kondisi laboratorium mikro. Analisa sanitasi dan higienitas diantaranya melakukan sampling higienitas dan proses sanitasi di produksi serta melakukan analisa sampel terkait sanitasi dan higienitas.
3.6.4.3 Packaging Development (PackDev) Packaging Development (PackDev) memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pengembangan kemasan primer, sekunder, dan tersier yang dapat digunakan dalam proses produksi sehingga dapat melindungi produk mulai dari pengemasan, masa simpan dan distribusinya. Packaging development juga akan menentukan kualitas kemasan yang akan digunakan, mulai dari jenis bahan, ukuran, ketebalan, ketahanan terhadap suhu dan kelembaban serta kekuatan sealing, membuat spesifikasi kemasan untuk standar pengujian Quality Control serta memperbaiki dan memodifikasi kemasan secara berkesinambungan agar meningkatkan efektivitas produksi namun tetap menjaga mutu produk. Kemasan primer mencakup kemasan sachet, botol maupun tube. Kemasan sekunder mencakup pack, wrapping dan box. Kemasan tersier mencakup karton. Kemasan-kemasan tersebut sebelum digunakan dengan mesin untuk proses produksi dilakukan trial kemasan terlebih dahulu. Setelah dilakukan trial dan telah didapatkan
41 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
hasilnya, maka bagian packaging development akan memberikan hasilnya ke purchasing dan akan diberikan kepada supplier. Supplier sebelum mengirim packaging material terlebih dahulu mengirimkan colour tolerance, apabila sudah sesuai oleh packaging development baru dikirim packaging material tersebut ke PT. Bintang Toedjoe. Secara garis besar, PackDev membuat drawing kemasan sesuai mesin yang dipakai, memberikan kode kemasan, mempertimbangkan sisi teknik seperti apa jika digunakan ke dalam mesin produksi. Sedangkan, untuk desain kemasan sudah ditentukan oleh bagian marketing dan BD menetukan redaksional pada kemasan.
3.6.5 Divisi Quality Assurance and Quality Control (QA-QC) 3.6.5.1 Quality Assurance (QA) Quality assurance (pemastian mutu) adalah suatu kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan dalam sistem mutu dan dilakukan sesuai kebutuhan untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Tanggung jawab pemastian mutu terbagi menjadi empat bagian, yaitu: a. Validasi Validasi merupakan indikator pembuktian bahwa setiap proses atau mekanisme yang digunakan dalam proses produksi senantiasa mencapai hasil yang memenuhi syarat secara konsisten. Validasi yang dilakukan oleh quality assurance meliputi: Validasi proses Validasi proses untuk memastikan bahwa dengan prosedur dan metode yang sama akan dihasilkan mutu produk yang sama. Validasi ini dilakukan pada 3 batch secara berturut-turut, apabila hasilnya memenuhi syarat, maka proses dinyatakan valid. Validasi pembersihan Validasi pembersihan dilakukan untuk memastikan peralatan produksi terbebas dari residu (kimia) dan mikrobiologi. Validasi sarana penunjang 42 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Validasi sarana penunjang dilakukan untuk menjamin sarana yang digunakan dalam proses produksi memenuhi persyaratan. Validasi sarana penunjang antara lain validasi ruangan, validasi AHU, validasi sistem pengolahan air dan lain-lain. b. Kualifikasi Kualifikasi adalah suatu tindakan pembuktian yang terdokumentasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa instrumen atau sistem yang digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kualifikasi mencakup:
Kualifikasi desain (Design Qualification), yaitu suatu tindakan untuk memastikan bahwa desain dari fasilitas, sistem, dan peralatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Kualifikasi instalasi (Installation Qualification), yaitu suatu tindakan untuk memastikan bahwa alat atau instrument telah dipasang sesuai dengan desain dari spesifikasi instalasi alat tersebut.
Kualifikasi Operasional (Operational Qualification) adalah suatu tindakan untuk memastikan bahwa alat atau instrument tersebut telah dapat beroperasi sesuai spesifikasinya. Kualifikasi ini dilakukan ketika mesin dalam keadaan kosong dihidupkan dan dilihat kerjanya apakah sesuai atau tidak dengan spesifikasinya.
Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification), yaitu suatu tindakan untuk memastikan kinerja dari alat tersebut telah menghasilkan produk spesifikasi yang telah ditentukan. Kualifikasi ini dilakukan ketika mesin dijalankan dengan menggunakan produk, apabila tiga batch berturut-turut sesuai dengan spesifikasinya maka mesin dinyatakan memenuhi syarat dan dapat digunakan secara rutin.
c. Kalibrasi Kalibrasi dilakukan terhadap semua alat ukur dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Hal ini untuk memastikan bahwa alat yang digunakan menunjukkan hasil yang sebenarnya. Kalibrasi dapat dilakukan secara eksternal oleh kalibrator dari luar, dan secara internal oleh kalibrator yang telah ditunjuk. d. Compliance Tugas dan tanggung jawab quality assurance bagian compliance meliputi: 43 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Evaluasi batch record Batch record merupakan kumpulan protap pembuatan produk dari awal sampai akhir packaging. Pada batch record setiap penyimpangan yang terjadi atau dilakukan harus dibuat laporan penyimpangan. Review atau laporan batch record tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan pelulusan produk jadi oleh Quality Assurance. Batch record disimpan sampai satu tahun setelah ED produknya. Batch record ini disimpan untuk mempermudah penelusuran kembali apabila diperlukan.
Annual Product Review (APR) Annual product review (pengkajian/penilaian produk tahunan), dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki mutu produk. APR berisi gambaran dari suatu produk yang dibuat dan diuji, meliputi total batch dari produk yang diproduksi, keluhan pelanggan, produk yang direject, stability test, analisa kapabilitas, dan lain-lain. APR dilakukan setiap satu tahun sekali.
Inspeksi Diri dan Audit Mutu Audit internal dilakukan oleh industri itu sendiri, sedangkan audit eksternal dilakukan
oleh
orang
dari
luar
industri.
Audit
dilakukan
untuk
melihat/mencocokkan dokumentasi dengan kenyataan di lapangan, apabila ditemukan penyimpangan maka perlu disusun upaya perbaikannya.
Audit vendor Audit vendor ini dilakukan terhadap vendor/supplier dan rekanan toll manufacturing. Audit tersebut dilakukan oleh tim yang terdiri dari purchasing, quality control dan quality assurance. Apabila ada penyimpangan maka akan diberikan bukti-bukti temuan audit untuk dapat di follow up oleh vendor.
Distributor retur Distributor retur (produk yang dikembalikan dari distributor). Produk yang dikembalikan adalah produk yang mendekati ED dan cacat produk karena kesalahan pabrik. Prosedur pengembalian produk, yaitu gudang akan menerima produk yang dikembalikan dan mencocokkannya dengan surat jalan kemudian produk tersebut dimasukkan ke gudang karantina. Quality assurance akan 44 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
memeriksa produk tersebut, jika produk tersebut cacat dari pabrik maka quality assurance akan approved secara online dan bagian finance akan melakukan pembayaran ke distributor.
Customer Complain Marketing menerima keluhan dari pelanggan kemudian quality assurance akan melakukan pemeriksaan untuk menganalisa keluhan pelanggan tersebut (berasal dari pabrik atau bukan), setelah dilakukan penelusuran batch record dan retained sample maka quality assurance akan mengkoordinir investigasi selanjutnya dan menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
3.6.5.2 Quality Control (QC) Quality control (pengawasan mutu) merupakan semua upaya pengawasan yang dilakukan selama pembuatan produk dan untuk menjamin agar produk senantiasa memenuhi spesifikasi, identitas, kekuatan, kemurnian dan karakteristik yang telah ditetapkan. Quality control melakukan kontrol terhadap kualitas Raw Material (RM), Packaging Material (PM), Produk Antara dan produk Ruahan apakah sudah sesuai dengan spesifikasi yang sudah dibuat, dimana metode yang digunakan dikembangkan oleh Andev. Quality control memiliki kewenangan untuk meluluskan atau menolak bahan awal, produk antara dan produk ruahan berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan. a. Raw Material (RM) Analisa bahan baku dilakukan apabila ada bahan baku yang datang ke gudang diperiksa terlebih dahulu identitas CoA (Certificate of Analysis) dari bahan baku tersebut. Apabila sesuai maka bahan baku akan diberi label karantina kemudian bagian gudang akan membuat GIA (Good Inward Advice). Pihak Quality control akan melakukan analisa sampel sesuai dengan Working Instruction (WI) yang telah ditentukan. Parameter yang dilakukan untuk pengujian sampel RM antara lain pemerian, identitas, kelarutan, loss on drying (LOD), kadar zat dan parameter lain
45 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
yang terdapat di masing-masing monografi seperti kadar air, kadar keasaman, pemijaran, susut pengeringan, titik leleh, viskositas, BJ dan rotasi optik. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan dibuat oleh bagian Analytical Development. Hasilnya akan diperiksa dan diapprove oleh supervisor QC dan manager QC. Setelah itu akan ditempel label release dan pihak finance akan membayarnya ke supplier. Apabila tidak sesuai maka akan di reject dan dikembalikan kepada supplier. b. Packaging Material (PM) Analisa packaging material dilakukan apabila ada bahan kemas yang datang dan gudang akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu kemudian pihak gudang akan membuat GIA (Good Inward Advice). Bagian quality control akan melakukan sampling dan analisa packaging sesuai dengan Working Instruction (WI) yang telah ditentukan. Pemeriksaan untuk bahan kemas, meliputi pemeriksaan spesifikasi dan defect kemasan. Defect bahan kemas terdiri dari parameter-parameter kritis (critical defect), major dan minor. Parameter yang dilakukan untuk pengujian kemasan primer adalah dimensi (panjang, lebar, dan tebal), gramatur, redaksi dan bonding strength. Pada kemasan sekunder dan tersier dilakukan pemeriksaan dimensi (panjang, lebar dan tinggi), gramatur, berat, dan redaksi. Hasil pemeriksaan akan dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh bagian Packaging Development. Hasilnya akan diperiksa dan diapprove oleh supervisor QC dan manager QC. Jika sesuai maka akan ditempel label release dan pihak finance akan membayarnya ke supplier. Apabila tidak sesuai maka akan di reject dan dikembalikan kepada supplier. c. Produk Antara Produk antara merupakan bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu atau lebih tahap pengolahan lanjutan untuk menjadi produk ruahan. Bagian QC akan melakukan analisa sesuai dengan Working Instruction (WI), hasil dari analisa diperiksa oleh supervisor QC, apabila hasilnya memenuhi syarat maka proses produksi produk antara ini bisa dilanjutkan. Contoh pemeriksaan yang dilakukan adalah penetapan kadar karbonat pada Sodium Bicarbonat.
46 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
d. Produk Ruahan Produk ruahan merupakan bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan kegiatan pengemasan untuk menjadi obat jadi. Bagian QC akan melakukan analisa sesuai dengan Working Instruction (WI), hasil analisa diperiksa oleh supervisor QC, apabila hasilnya memenuhi syarat yang ditentukan maka dilanjutkan dengan proses pengemasan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk produk ruahan adalah pemeriksaan fisik, sensori, dan penetapan kadar dimana batas/range spesifikasi dari kadar tersebut telah ditentukan oleh bagian Formulation Development (FD). e. Stability Test Stability test yang dilakukan oleh QC PT Bintang Toedjoe meliputi, pengujian stabilitas production scale seperti sampel reproses (sampel diambil per bets produk yang mengalami reproses, pengujian dilakukan setiap 6 bulan sampai batas expired date pada suhu kamar), produk validasi proses (sampel diambil sejumlah bets yang divalidasi, pengujian dilakukan setiap 3 bulan pertama, 6 bulan kedua dan setiap tahun, untuk tahun-tahun berikutnya hingga expired date) dan produk periodik (sampel diambil 1 bets per triwulan, pengujian dilakukan setiap 1 tahun sekali pada suhu kamar). Pengujian lain yang dilakukan oleh QC yaitu Post Market Stability dengan melakukan sampling acak terhadap semua produk PT Bintang Toedjoe dari pasar sebanyak 1x dalam setahun, sampling dilakukan di supermarket, pasar tradisional dan apotek sebanyak 3 bets untuk masing-masing produk. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kimia, fisika dan mikrobilogi. f. Pemeriksaan terhadap mutu air Pemeriksaan terhadap mutu air juga dilakukan oleh bagian QC untuk meyakinkan bahwa air yang digunakan untuk proses pembuatan dan analisis obat sesuai dengan standar. Air yang diperiksa tidak hanya air yang digunakan sebagai bahan dalam pengolahan obat akan tetapi air limbah yang telah diproses juga diperiksa kualitasnya sebelum dibuang ke pembuangan terakhir. Parameter-parameter air limbah yang diuji antara lain: BOD, COD, TSS (padatan tersuspensi), pH, zat
47 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
organik (KmnO4), fenol total, nitrogen total, minyak dan lemak serta deterjen sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 582 tahun 1995. g. Pemeriksaan Mikrobiologi Pemeriksaan biologi dilakukan untuk mendukung pengawasan mutu dalam hal
mikrobiologi seperti pemeriksaan mikrobiologi bahan baku, bahan kemas,
produk ruahan dan produk jadi, pemeriksaan cemaran mikroba di ruang produksi dan laboratorium. Pemeriksaan yang dilakukan adalah TPC (Total Plate Count) KK (Kapang Khamir), dan Uji Patogen. 3.6.6 Divisi Quality System Divisi Quality System berfungsi untuk memfasilitasi, mengkoordinasi dan melakukan pengawasan terhadap semua sistem manajemen yang berlaku di PT. Bintang Toedjoe sehingga semuanya berjalan efektif dan efisien. Yang dikelola oleh Quality system terbagi atas tiga bagian yaitu, Compliance to Standard, Compliance to Legal, dan Conim (Continual Improvement).
a. Compliance to Standard Compliance to Standard adalah mengelola PT. Bintang Toedjoe bagaimana caranya agar selalu memenuhi persyaratan standar-standar sistem manajemen yang diberlakukan di PT. Bintang Toedjoe. Standar sistem manajemen yang diberlakukan oleh PT. Bintang Toedjoe meliputi CPOB, ISO 9001, ISO 14001, OHSAS, SMK3 dan HACCP. CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) merupakan pedoman wajib bagi semua industri farmasi supaya menghasilkan produk yang berkhasiat, aman dan mutu terjamin. ISO 9001 (International Standard Organization 9001) merupakan sistem manajemen mutu untuk menjamin konsistensi mutu secara keseluruhan yang bertujuan untuk costumer satisfaction. ISO 14001 merupakan sistem manajemen lingkungan untuk memastikan bahwa lingkungan pabrik tersebut sudah memenuhi standar yang ditetapkan yang bertujuan agar PT. Bintang Toedjoe dapat memproduksi produk akan tetapi juga mencegah pencemaran terhadap lingkungan, baik udara, air, maupun tanah serta meminimalkan penggunaan ssumber daya alam. SMK3
48 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
(Sistem Manajemen
Kesehatan dan
Keselamatan kerja)
dan OHSAS
(Occupational Health and Safety Assessment Series) merupakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang bertujuan untuk menjamin keselamatan kerja dan kesehatan kerja karyawan sehingga tidak terjadi penyakit akibat kerja maupun kecelakaan akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efektif dan efisien. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) merupakan sistem manajemen keamanan produk yang bertujuan untuk mengurangi atau mencegah kontaminasi produk baik dari faktor fisika, biologis maupun kimia sehingga dihasilkan produk yang aman bagi konsumen. Selain itu PT. Bintang Toedjoe juga menerapkan value yang disebut 5R (Ringkas, Rapih, Resik, Rawat, Rajin) untuk meningkatkan efisiensi kerja semua sistem manajemen di PT. Bintang Toedjoe. b. Compliance to Legal Compliance to Legal adalah mengelola PT. Bintang Toedjoe bagaimana caranya agar selalu memenuhi peraturan-peraturan yang legal, baik peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Standar sistem manajemen
yang
digunakan
adalah
Undang-Undang,
Keputusan
Menteri/Gubernur, Peraturan Pemerintah, dan lain-lain. c. Conim (Continual Improvement) Sistem ini merupakan program yang bertujuan untuk proses pemecahan masalah yang berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi, kualitas perusahaan, serta perbaikan/inovasi terus menerus. Conim merupakan dasar dari problem solving (pemecahan masalah), apabila terdapat masalah di PT. Bintang Toedjoe semua karyawan harus ikut terlibat dalam mengatasinya. Problem solving di PT.Bintang Toedjoe terdiri atas SS (sugestion system) yang merupakan laporan yang dikerjakan secara individu, QCC yaitu laporan yang dikerjakan oleh kelompok dalam satu departemen dengan cara menganalisanya dengan 8 prinsip delta (8 langkah & 7 alat), QCP merupakan laporan yang dikerjakan oleh kelompok dan lintas departemen, A3Report adalah laporan yang hanya dikerjakan oleh supervisor dan asisten manager, sedangkan PPS (Practical Problem Solving)
49 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
khusus untuk manager dan BPI khusus untuk direksi/kepala departemen baik lintas departemen maupun lintas perusahaan. 3.6.7 Divisi Purchasing Divisi purchasing adalah bagian dari manufacturing yang terbagi dalam beberapa bagian yaitu purchasing material promotion (MP), purchasing general item (GI), purchasing sparepart sedangkan purchasing RM & PM digabung dengan purchasing central di Departemen Supply Chain Management (SCM) Kalbe Group. Tujuan dari purchasing adalah untuk memastikan kelancaran proses pembelian sesuai perencanaan dengan harga baik, mutu dan jumlah yang sesuai dengan spesifikasi yang diminta serta delivery time yang tepat. Fungsi umum dari purchasing mengkoordinasikan dan merencanakan pelaksanaan pembelian keperluan RM, PM, MP, GI dan sparepart sesuai standar manajemen mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku dengan harga terbaik, mutu dan jumlah yang sesuai dengan spesifikasi yang diminta serta delivery time yang tepat. Purchasing mengurusi pemesanan dan pembelian barang ke supplier, meliputi keperluan promosi, general item atau alat rumah tangga (ART), alat pelindung diri (APD), bahan-bahan kebutuhan analisis Quality Assurance- Quality Control dan mesin-mesin untuk produksi dan lain-lain. Purchasing akan mereview data vendor dan melakukan pemilihan vendor, selanjutnya purchasing akan memberi info ke user mengenai nama supplier, detail, spesifikasi, harga serta ukuran. Bila sesuai, maka user akan membuat PR (Purchasing Request). Selanjutnya purchasing akan menerbitkan PO (Purchasing Order) dan memonitoring prosesnya (pengiriman, kuantitas serta waktu), apabila sesuai maka akan dilakukan proses pembayaran dan bila tidak sesuai akan dilakukan reject.
50 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN Industri farmasi dituntut untuk mampu menghasilkan produk obat yang berkualitas baik. Untuk itu pemerintah mengharuskan semua industri farmasi agar menerapkan CPOB dalam seluruh rangkaian kegiatan produksi. Penerapan CPOB bertujuan untuk (1) meningkatkan kemampuan industri farmasi Indonesia sesuai dengan standar internasional agar lebih kompetitif baik secara domestik maupun untuk pasar ekspor, (2) mendorong industri farmasi Indonesia agar lebih efisien dan fokus dalam pelaksanaan produksi obat, termasuk pemilihan fasilitas produksi obat yang paling layak untuk dikembangkan sehingga produk obat industri farmasi Indonesia mampu menembus pasar dunia karena khasiat dan mutu obat lebih terjamin, (3) peningkatan company image dan volume pasar,
(4)
menghindari
produk yang tidak memenuhi syarat dan pemborosan biaya, (5) menghindari resiko regulasi serta (6) menjamin waktu pemasaran. PT. Bintang Toedjoe merupakan industri farmasi yang telah melaksanakan CPOB dalam menjalankan produksinya dan didukung oleh karyawan yang telah terlatih dengan baik. Penerapan CPOB di PT. Bintang Toedjoe meliputi seluruh aspek yang tercantum dalam pedoman dan petunjuk operasional pelaksanaan CPOB, yaitu: manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan validasi. 4.1
Manajemen Mutu Penerapan manajemen mutu di PT. Bintang Toedjoe berdasarkan pada
sistem mutu yang terbentuk atas pola kerja yang baik dari struktur organisasi, prosedur kerja di setiap bagian, proses produksi serta yang terlibat dalam proses pembuatan suatu produk sehingga produk yang dihasilkan PT. Bintang Toedjoe memenuhi persyaratan CPOB. Sistem manajemen yang diterapkan di PT. Bintang Toedjoe adalah:
51 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
1. CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) Merupakan suatu pedoman untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang ditentukan tetap dicapai. 2. SMK3 (Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan OHSAS (Occupational Health Safety Assessment Standard). Merupakan persyaratan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja untuk mengendalikan semua resiko serta meningkatkan kinerja perusahaan yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Persyaratan- persyaratan dari OHSAS 18001 ini dimasukkan ke dalam sistem manajemen yang sudah dimiliki oleh perusahaan. 3. ISO 9001 (The International Organization for Standarization) Merupakan standar internasional yang diakui untuk sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (SMM). SMM menyediakan kerangka kerja bagi perusahaan dan seperangkat prinsip-prinsip dasar dengan pendekatan manajemen secara nyata dalam aktivitas rutin perusahaan untuk terciptanya konsistensi mencapai kepuasan pelanggan. 4. ISO 14001 Merupakan
suatu
standar
internasional
untuk
Sistem
Manajemen
Lingkungan (SML) yang fokus terhadap pengendalian aspek lingkungan atau arah aktivitas produk dan pelayanan yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan, sebagai contoh emisi udara, tanah, atau air. 5. HACCP (Hazard Analytical Critical Control Point) Merupakan sistem keamanan pangan serta unsur-unsur yang mendasarinya dan digunakan untuk memastikan bahwa produk beserta proses pembuatannya hingga sumber bahan bakunya adalah aman untuk dikonsumsi dan terjamin mutunya.
52 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
4.2
Personalia Sumber daya manusia yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan sesuai dengan tugasnya dan juga memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik merupakan modal terpenting yang dimiliki oleh PT. Bintang Toedjoe. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan pegawai adalah dengan adanya tes kesehatan secara berkala setiap setahun sekali dan tes kesehatan secara rinci setiap kali penerimaan karyawan baru PT. Bintang Toedjoe. Selain itu PT Bintang Toedjoe juga melengkapi fasilitas pabrik dengan klinik kesehatan bagi karyawannya. Personil kunci yang mencakup Manager Produksi, Manager Pengawasan Mutu dan Manager Pemastian Mutu, telah dipegang oleh apoteker yang terpisah satu sama lain. Hal ini dilakukan agar masing-masing bagian dapat menjalankan tugasnya secara efektif, tidak tumpang tindih dan dapat bekerja secara profesional. Selain itu pembagian ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2010, tentang Industri Farmasi, yang harus memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia, sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. Pelatihan mengenai materi CPOB bagi personil Bintang Toedjoe dilakukan secara berkala. Hal ini merupakan salah satu wujud komitmen perusahaan dalam melaksanakan fungsinya untuk memproduksi obat yang terjamin mutu dan khasiatnya. Salah satu materi yang disampaikan adalah CPOB yang diberikan secara berkala untuk semua karyawan di PT Bintang Toedjoe. Tujuan pelatihan telah dirancang dan ditetapkan sebelum pelatihan dilaksanakan. Materi pelatihan telah dibuat secara bertahap, detail dan tertulis dalam bentuk rencana pelatihan. Materi yang disampaikan diberikan secara bertahap dalam jangka waktu yang ditetapkan dan terjadwal, serta disampaikan dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis materi. Selain itu disediakan modul pembelajaran online untuk supervisor dan manager, untuk meningkatkan pengetahuan dan mengingatkan kembali materi yang pernah didapat mengenai manajemen mutu.
53 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
4.3
Bangunan dan Fasilitas PT. Bintang Toedjoe terletak di Kawasan Industri Pulomas, yang terdiri dari
bangunan produksi, pengawasan mutu, gudang dan bangunan untuk office. Secara umum, bangunan yang ada di PT. Bintang Toedjoe telah memenuhi ketentuan CPOB.
Ruang kerja dibuat
secara teratur
dan rapih sehingga
menunjang kelancaran dan mempermudah dalam bekerja serta lalu lintas barang dan personil. Pada area produksi tata letak dirancang sedemikian rupa untuk kegiatan produksi yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain yang mengikuti tahap/alur produksi. Ruangan produksi grey area memiliki dinding, dan langit-langit yang licin, mudah di bersihkan dan didesinfeksi. Sudut-sudut antara dinding, lantai dan langit-langit berbentuk lengkungan agar mudah dibersihkan serta untuk menghindari pengumpulan partikel yang dapat mencemari produk. Lantai dilapisi
dengan
epoksi sehingga lebih tahan terhadap goresan dan tidak cepat
terkelupas. Ruangan ditata sesuai dengan alur proses pembuatan sediaan yang terbagi menjadi dua kelas yaitu kelas
D
(grey
area)
untuk
proses
penimbangan,
pengolahan (pengadukan dan pengisian) dan pengemasan primer, dimana pada ruangan final mixing dan filling di bagian produksi effervescent, ruangan di atur agar RH ≤30. Ruang kelas E (black area) yang terdiri atas ruang pengemasan sekunder dan ruang ganti pakaian. Area penyimpanan di PT. Bintang Toedjoe memiliki kapasitas yang cukup memadai untuk menyimpan dengan rapih dan teratur berbagai bahan awal, bahan pengemas, produk ruahan, produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditiolak, produk yang dikembalikan. Area penyimpanan pada kondisi khusus selalu dipantau dan dicatat suhu maupun kelembaban setiap hari. Laboratorium pengawasan mutu telah memenuhi persyaratan CPOB, karena pembagian ruangan yang sudah jelas untuk setiap bagian di laboratorium, yaitu laboratorium uji kimia dan fisika, laboratorium mikrobiologi, ruang instrumen, ruang timbang, ruang kantor, ruang penyimpanan contoh pertinggal dan ruang penyimpanan
54 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
reagen. Persyaratan ruangan untuk laboratorium adalah kelas G, dimana tidak ada persyaratan untuk jumlah partikel yang diperbolehkan. Untuk penanganan serangga dan binatang pengerat, telah dibuat suatu program pengendalian hama (pest control) yang teratur, efektif dan terdokumentasi yang bekerjasama dengan vendor (pihak ketiga). Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan dan menjaga mutu produk yang dihasilkan.
4.4
Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat harus memiliki desain dan konstruksi yang
tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets.
Penempatan
peralatan di PT. Bintang Toedjoe disesuaikan dengan tahapan kegiatan yang dilakukan dan jarak yang memadai untuk memudahkan kegiatan karyawan di dalamnya. Hal ini untuk menghindari adanya kontaminasi silang antar bahan di daerah yang sama. Perawatan peralatan dilakukan menurut jadwal yang tepat sesuai dengan protap yang ada, dengan cara dibersihkan setiap kali selesai digunakan dalam produksi. Perawatan peralatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu dan kemurnian suatu produk yang disebabkan oleh kotoran yang tertinggal di alat. Peralatan juga dilengkapi dengan label yang menunjukkan apakah alat tersebut siap atau tidak untuk digunakan. Di setiap alat atau mesin terdapat protap penggunaan yang akan memudahkan pemakaian peralatan. Peralatan yang telah dibersihkan dicantumkan keterangan tertulis yang menyatakan status alat, siapa yang membersihkan, kapan dan siapa yang mengetahui kemudian diberi label “TELAH DIBERSIHKAN”. Ini bertujuan untuk membedakan alat yang telah dibersihkan dengan peralatan yang belum dibersihkan. Untuk memastikan kebersihan alat, dilakukan validasi pembersihan untuk memastikan peralatan produksi terbebas dari residu kimia dan mikrobiologi, sisa produk atau bahan pembersih yang digunakan sebelumnya.
55 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Peralatan yang digunakan di ruang produksi PT. Bintang Toedjoe memenuhi persyaratan CPOB, sebagian besar peralatan terbuat dari stainless steel yang bersifat inert dan menggunakan pelumas food grade. Sehingga tidak menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
4.5
Sanitasi dan Higiene Prosedur sanitasi dan higiene hendaknya selalu diterapkan di industri
farmasi pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan. Semua karyawan dilatih untuk menerapkan higiene perorangan. Tiap personil yang masuk ke area produksi diharuskan untuk mencuci tangan dan menggunakan pakaian pelindung termasuk untuk kepala dan rambut. Persyaratan ini tidak saja diberlakukan pada karyawan tapi juga pada semua pengunjung lain seperti tamu dan mahasiswa yang melakukan praktek kerja lapangan. Pakaian pelindung yang digunakan harus bersih untuk menghindari pencemaran terhadap produk. PT. Bintang Toedjoe menerapkan prosedur sanitasi dan higiene ini dengan cukup baik. Untuk karyawan produksi sudah diterapkan prosedur penggunaan pakaian khusus dengan penutup kepala dan sarung tangan. Selain itu protap mengenai higiene sebelum masuk ruang produksi sudah ada dan terdokumentasi dengan baik. Bangunan produksi juga dilengkapi dengan toilet, loker yang berfungsi untuk menyimpan keperluan pribadi karyawan dan perlengkapan tamu. Kegiatan pembersihan dan sanitasi berbeda untuk masing-masing alat dan area. Untuk grey area pembersihan dilakukan satu kali setiap hari kerja, sedangkan untuk alat-alat yang digunakan dalam proses produksi pembersihan dilakukan setiap ganti produk dan/atau setiap akhir penggunaan mesin. Pembersihan untuk black area meliputi bangunan, mesin, peralatan, dilakukan satu kali sehari, sedangkan pembersihan lampu dan kap lampu, rak gudang maupun exhaust dilakukan satu kali sebulan. Sanitasi dilakukan seminggu sekali setelah proses pembersihan selesai.
Kemudian
setelah
proses pembersihan dan sanitasi selesai, dilakukan
56 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
pengisian form Catatan Pembersihan dan Sanitasi untuk masing-masing area baik grey area maupun black area. Dan penanggung jawab kegiatan pembersihan masing-masing area wajib memeriksa kebersihan ruangan. PT. Bintang Toedjoe juga melakukan pengolahan limbah cair dan padat, di mana air yang telah mengalami pengolahan dapat digunakan kembali untuk toilet, menyiram tanaman. Tahapan pengolahan air limbah melalui
tahap
sedimentasi, filtrasi, aerasi dan absorbsi. Selain itu dilakukan pengujian dengan menggunakan bioindikator berupa ikan mas, hal ini untuk memastikan bahwa air tersebut aman dan dapat dimanfaatkan ulang. Ikan mas ini secara berkala diganti setiap 6 bulan sekali
4.6
Produksi Produksi obat di PT. Bintang Toedjoe dilaksanakan dengan mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan, agar menjamin produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi
yang
ditentukan.
Proses penimbangan yang dilakukan pada ruang
timbang gudang dibatasi hanya dua orang petugas yaitu bagian gudang (satu penimbang
dan
satu
sebagai
saksi
penimbangan).
Tahapan
penimbangan
dilaksanakan sesuai dengan batch record. Dalam upaya pengawasan dan pengendalian terhadap produk jadi agar selalu sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan maka dilakukan In Process Control (IPC) selama proses produksi dan pengemasan. IPC yang dilakukan bagian produksi yaitu pemeriksaan LOD (Loss of Drying) pada compounding. Pada filling dilakukan uji kebocoran sachet, uji sealing strength dan bobot sachet. Pada packaging dilakukan pengecekan terhadap fisik pack (nomor batch dan expired date) , bobot setelah di pack dan bobot karton. Dalam melakukan validasi, PT Bintang Toedjoe telah melakukan validasi untuk metode analisis bahan baku dan validasi proses produksi. Validasi proses produksi dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan dan memastikan bahwa proses produksi dari batch ke batch dilaksanakan dengan konsisten sehingga menghasilkan produk yang memenuhi ketentuan mutu yang ditetapkan.
57 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
4.7
Pengawasan Mutu Aspek pengawasan mutu yang diterapkan oleh PT. Bintang Toedjoe
dilakukan oleh bagian Quality Control (QC), untuk menjamin agar produk yang dihasilkan berkualitas memenuhi persyaratan yang diterapkan dalam CPOB, bagian pengawasan mutu bertugas melakukan pemeriksaan dan pengujian bahan baku, produk antara, produk ruahan, kemasan dan obat jadi. Jika bahan baku atau bahan kemas memenuhi syarat, maka diberi label warna hijau bertuliskan “LULUS” dan jika tidak memenuhi syarat diberi label merah bertuliskan “DITOLAK” dan dikembalikan ke pemasok. Pengendalian mutu terhadap bahan baku dan produk jadi yang dihasilkan PT Bintang Toedjoe mengacu pada metode analisis yang dikembangkan oleh Andev. Bagian-bagian QC terdiri dari: a. Analis Raw material (RM) melakukan pemeriksaan pada bahan baku yang datang. Bahan baku tersebut akan diperiksa terlebih dahulu identitas CoA (Certificate of Analysis) dan dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan dibuat oleh bagian Analytical Development. b. Analis Packaging material (PM) akan menguji bahan kemas yang datang, dimana cara sampling dan analisanya mengikuti Working Instruction (WI) yang telah ditentukan. Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan dibuat oleh bagian Packaging Development. c. Analis Obat Jadi akan menguji produk antara dan produk ruahan yang dihasilan oleh bagian produksi. Jika hasilnya sesuai spesifikasi maka produk tersebut dapat dilanjutkan untuk tahap selanjutnya d. Analis Mikrobiologi melakukan pengujian adanya kontaminan dalam bahan baku, produk jadi, kualitas air, pengujian adanya kontaminasi dalam ruangan dan peralatan, dan pengujian limbah. Pengawasan mutu dilakukan sejak datangnya bahan baku, bahan pengemas, hingga produk ruahan.
58 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
4.8
Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi
diri
dilakukan
untuk
mengevaluasi aspek
produksi
dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Hal-hal yang perlu diinspeksi antara lain karyawan, bangunan, fasilitas untuk karyawan, penyimpanan bahan awal dan obat jadi, peralatan, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi, serta perawatan gedung dan peralatan. Program
inspeksi
diri
dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan sehingga produksi senantiasa berjalan dengan
benar,
sesuai
dengan ketetapan yang berlaku. Pelaksanaan
program inspeksi diri dilaksanakan minimal sekali setahun oleh tim inspeksi diri. Tim ini harus mampu menilai secara objektif pelaksanaan CPOB terkini pada semua bagian yang terkait dengan pembuatan obat, termasuk berbagai dokumen yang terkait dengan bagian yang diinspeksi, seperti protap, dokumen validasi/kualifikasi, catatan bets, dan lain-lain. Hasil temuan tersebut kemudian akan ditindak lanjuti oleh masing-masing bagian dengan pengamatan QA untuk memastikan bahwa perbaikan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Inspeksi yang berkaitan dengan CPOB juga dapat dilakukan oleh pihak luar (eksternal) yaitu Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sebagai bentuk pengawasan mengenai penerapan CPOB di PT Bintang Toedjoe. Internal Audit yang berhubungan dengan manajemen mutu dilakukan oleh pihak PT. Bintang Toedjoe dengan menggunakan auditor dari karyawan dengan posisi assisten manager ke atas yang telah dilatih terlebih dahulu oleh bagian QS dan bekerjasama dengan badan sertifikasi, seperti BSI (Badan Sertifikasi Indonesia) Sucofindo untuk melakukan audit terhadap pelaksanaan sistem SMK3, OHSAS, sistem ISO 9001 dan 14001. Kemudian dibuat perencanaan mengenai tanggal audit, jadwal pelaksanaan audit dan penyiapan auditor-auditor yang berkompeten untuk komite internal audit. Setelah dilakukan audit, hasil temuan tersebut akan dibuat CAPA dan kemudian dilakukan perbaikan. Perbaikan tersebut kemudian ditindak lanjuti oleh masing-masing bagian dan akan diawasi oleh bagian QS untuk temuan yang berhubungan dengan manajemen mutu.
59 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
4.9
Penanganan Keluhan tehadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Obat yang telah diproduksi sebelum didistribusikan kepasaran, akan diuji
terlebih
dahulu oleh bagian QC untuk memastikan mutunya sesuai dengan
spesifikasi yang telah dibuat. Selain itu QC akan menyimpan sampel pertinggal untuk setiap batch produk yang dibuat. Sampel pertinggal disimpan pada tempat tersendiri
untuk
penanganan
keluhan-keluhan
dari
produk yang
telah
didistribusikan. Penanganan keluhan dilakukan oleh bagian QA. Keluhan yang diajukan oleh pelanggan disampaikan kepada pihak penyedia atau toko atau pelanggan dapat langsung menyampaikan keluhannya melalui customer service atau datang langsung ke PT. Bintang Toedjoe. Oleh pihak PT. Bintang Toedjoe, pelanggan diminta untuk mengirimkan sampel produk keluhan ke PT. Bintang Toedjoe. Kemudian customer service akan membuat keluhan pelanggan terkait kualitas produk secara online yang ditujukan kepada bagian QA sehingga dapat dilakukan investigasi internal. Kemudian barang tersebut diperiksa dan dibandingkan dengan sampel pertinggal dan dilakukan penelusuran berdasarkan batch record dari produk yang bersangkutan. Pemeriksaan fisika dan kimia untuk mengecek mutu produk dilakukan oleh bagian quality control. Penarikan kembali produk jadi adalah suatu tindakan untuk menarik kembali produk jadi dari pasar, distributor atau konsumen karena produk jadi tidak aman atau berbahaya untuk dikonsumsi atau tidak memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan.
Penarikan
produk jadi ini disebabkan karena keluhan dari
pelanggan atau perintah penarikan produk oleh BPOM. Setelah ada keputusan penarikan
kembali
produk
jadi oleh QA, maka
sales manager
segera
mengeluarkan memo ke seluruh cabang PT. Bintang Toedjoe untuk menarik produk yang bersangkutan. Informasi produk yang ditarik kembali harus
jelas
meliputi nama produk, nomor batch, tipe kemasan dan jumlahnya. Pada memo tersebut disertakan lampiran yang berisi data mengenai daerah distribusi produk dan jumlahnya.
60 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Produk kembalian adalah produk jadi yang dikembalikan ke gudang PT. Bintang Toedjoe karena kadaluarsa, kerusakan produk, kemasan primer atau kemasan sekunder, penarikan atau produk diskontinyu. Produk kembalian akan diterima oleh PT. Bintang Toedjoe melalui distributor. Pihak gudang akan menerima produk yang dikembalikan dan mencocokan dengan surat jalan, kemudian bagian QA akan melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang berlaku. Barang yang diterima diperiksa jumlahnya, nomor batch, kemudian PT. Bintang Toedjoe akan mengganti sejumlah kerugian berupa uang.
4. 10 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Selain itu, dokumentasi memudahkan diinginkan
penelusuran serta
untuk
sejarah
produk bila terjadi
mengantisipasi
berfungsi hal-hal
yang
terjadinya kesalahan.
untuk tidak Sistem
pendokumentasian PT. Bintang Toedjoe dilakukan secara komputerisasi dengan sistem BIBS (Bintang Toedjoe’s Intelegent Bussiness System) yang secara otomatis tersambungkan pada setiap bagian yang menyangkut seluruh aspek dalam menghasilkan produk. Mulai dari sistem pemesanan barang, persediaan di gudang, status release, sampai produk jadi yang akan didistribusikan. Sistem ini juga membantu dalam penerapan prinsip FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out) untuk penggunaan raw material dan pendistribusian produk jadi. Semua kegiatan produksi dan pendukungnya mulai dari bahan baku hingga menghasilkan obat jadi harus didokumentasikan, data-data tersebut dicatat dalam batch record. Batch record merupakan catatan pengolahan batch, catatan tersebut memuat semua bahan baku, bahan pembantu dan bahan pengemas beserta
61 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
jumlahnya, jalannya proses produksi, dan hal-hal lain yang terkait dengan proses produksi. Bila di kemudian hari ditemukan masalah maka dengan batch record, penyebab masalah akan mudah ditelusuri. Seluruh kegiatan produksi dan pendukungnya mulai dari bahan baku hingga produk jadi harus mengikuti alur dokumentasi. Batch Record produksi akan dimusnahkan setelah waktu expire date + 1 tahun.
4.11 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak PT. Bintang Toedjoe membuka diri untuk bekerja sama dengan industri lain untuk memproduksi obat berdasarkan kontrak (toll in dan toll out) yang memerlukan sarana, fasilitas dan tempat memproduksi atau penandaan suatu obat. Kontrak tertulis harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Toll out yang dilakukan misalnya dari PT. Bintang Toedjoe ke industri farmasi lainnya, sedangkan toll in dari industri farmasi lain ke PT. Bintang Toedjoe. Toll out yang dilakukan oleh PT. Bintang Toedjoe apabila fasilitas di PT. Bintang Toedjoe tidak memadai atau terjadi overload. Pada kegiatan toll out, formula berasal dari PT. Bintang Toedjoe sedangkan produksinya dilakukan oleh perusahaan lain (penerima kontrak).
4. 12 Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan, perubahan yang signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses dapat mempengaruhi mutu produk. Validasi adalah tindakan pembuktian terdokumentasi dengan cara yang sesuai bahwa setiap bahan, peralatan, proses, dan sistem yang digunakan dalam produksi dan pengendalian mutu senantiasa mencapai hasil yang sesuai dengan standar. Validasi yang dilakukan mencakup validasi proses, umum, pembersihan, validasi ruang, validasi sistem penunjang, kalibrasi dan kualifikasi. Kualifikasi
62 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
adalah tindakan pembuktian yang terdokumentasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa instrument atau sistem yang digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Selain itu dilakukan kalibrasi secara berkala untuk semua alat ukur yang digunakan di PT.
Bintang
Toedjoe. Hal ini untuk menentukan devisiasi dan kebenaran
konvensional nilai penunjukann alat ukur apakah sesuai dengan standar ayng telah ditetapkan. Jika alat ukur tersebut sudah lewat masa kalibrasinya dan belum dikalibrasi, maka tidak boleh digunakan terlebih dahulu sebelum dikalibrasi. PT Bintang Toedjoe juga melaksanakan validasi terhadap mesin atau peralatan yang biasa dikenal sebagai kualifikasi alat. Kualifikasi alat di PT Bintang Toedjoe dilakukan oleh bagian Quality Assurance (QA). Kualifikasi yang dilakukan antara lain kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi tersebut memastikan bahwa alat tersebut telah dipasang dan dapat dioperasikan dengan baik serta telah mencapai kinerjanya.
63 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan 1. Tugas dan fungsi seorang apoteker dalam bidang
industri farmasi
memegang peranan penting sebagai tenaga profesional yang ikut serta dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan melalui keahliannya dalam bidang kefarmasian. 2. Dalam industri farmasi seorang apoteker memiliki peranan yang penting yaitu menjadi personil kunci sebagai kepala produksi, kepala pengawasan mutu dan kepala pemastian mutu. 3. PT Bintang Toedjoe telah menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam tiap aspek dan rangkaian proses produksinya yang meliputi aspek personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk, dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi. 4. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Bintang Toedjoe membantu mahasiswa dalam memahami rangkaian kegiatan yang dilakukan di industri farmasi mulai dari proses pembelian bahan awal (bahan baku dan bahan kemas), proses produksi, proses analisa hingga distribusi produk jadi sehingga dapat digunakan oleh masyarakat.
5.2
Saran 1. Setiap aspek dalam CPOB hendaknya selalu dilaksanakan dan diawasi pelaksanaannya untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan. 2. Standar operasional prosedur hendaknya diterapkan oleh semua bagian dan diawasi pelaksanaannya agar proses berjalan efektif dan efisien.
64 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
3. Perlu diadakan review test terhadap pelatihan-pelatihan secara berkala yang diberikan kepada setiap staff untuk mengevaluasi kemampuan kinerja staff. 4. Peningkatan personil dalam menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dalam bekerja dan meningkatkan motivasi personil agar menyadari tugas dan tanggung jawab masing-masing demi kelancaran proses produksi dan untuk meningkatkan kualitas produk sesuai dengan yang diharapkan.
65 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
DAFTAR ACUAN
Anonim.(2012). Profilperusahaan PT. BintangToedjoe.Diambil 3 Oktober 2013.dari: http://www.bintang7.com
BadanPengawasObatdanMakanan. (2012). Pedoman Cara PembuatanObat yang Baik. Jakarta
MenteriKesehatan
RI.
(1990).
PeraturanPemerintah
245/Menkes/SK/V/1990
tentangKetentuandan Tata Cara PelaksanaanPemberianIzin Usaha Industri. Jakarta
MenteriKesehatan RI. (2010). PeraturanPemerintah 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentangIndustriFarmasi. Jakarta
66 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Bintang Toedjoe
President Director
Managing Director
Marketing & Sales Head
Business Development Head
FAITL Head
Manufacturing Head
HRD & GA Head
SBU Head
RA Manager
Finance Manager
QA-QC Head
National Sales Manager
PI Manager
Accounting Manager
R & D Head
National Trade & Channel Manager
CI manager
Sales Dev. Manager Public Relation Head MKT Support Manager
Plant Head IT Manager
Medical Manager
Plant Head Legal Manager
Procurement Head
Internal Audit Manager
Quality System Head
Finance Analyst Manager
Project Manager
67 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
IR Head
Comben Manager
Lampiran 2. Struktur Organisasi Departemen Quality Assurance-Quality Control PT. Bintang Toedjoe. Manufacturing Div. Head
QA-QC Head Administrasi Staff
QA Manager PM
QC Manager PM
QA Supervisor
QC Manager PG
QC Superintenden t
QA Manager PG
QC Supervisor
QA Supervisor
QA Supervisor
QA Supervisor QC Supervisor
QC Supervisor
QA Supervisor
QA Supervisor
QA Supervisor
QA Supervisor
68 Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
QA Supervisor
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT BINTANG TOEDJOE PERIODE 2 SEPTEMBER – 31 OKTOBER 2013
LAPORAN RISK ASSESMENT CLEANING VALIDATION LINE EFFERVESCENT DI PT. BINTANG TOEDJOE PULOMAS
MEYLIANA DENYSA, S.Farm. 1206329820
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
lxix Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................
i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................
iii
BAB 1
BAB 2
BAB 3
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1
Latar Belakang ..........................................................................
1
1.2
Tujuan ........................................................................................
2
TINJAUAN UMUM ..........................................................................
3
2.1
Validasi ......................................................................................
3
2.2
Validasi Pembersihan ................................................................
3
2.2.1 Proses Pembersihan .........................................................
5
2.2.2 Metode Sampling ............................................................
6
2.2.3 Metode untuk Mendetekai Hasil Pembersihan ...............
8
2.2.4 Batas Penerimaan Residu ................................................
9
2.2.4.1 Batas Penerimaan Fisik .......................................
10
2.2.4.2 Batas Penerimaan Kimia ...................................
10
2.2.4.3 Batas Penerimaan Residu Mikrobiologi .............
12
METODOLOGI TUGAS KHUSUS ................................................
13
3.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus .......................
13
3.2
Metode Pembuatan Risk Assesment Cleaning Validation Line Effervescent PT. Bintang Toedjoe
BAB 4
Pulomas ......................................................................................
13
TUGAS KHUSUS PKL ....................................................................
14
4.1
Kriteria Penilaian Resiko ..........................................................
14
4.2 4.3
Perhitungan Risk Assesment ...................................................... Hasil Analisa Maximum Allowance Carry Over
15
(MACO) Line Effervescent PT. Bintang Toedjoe Pulomas ...............................................................................
16
DAFTAR ACUAN ...................................................................................................
19
lxx Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1 Pola Swabbing .................................................................................
lxxi Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
7
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu aspek CPOB yang dijalankan oleh PT. Bintang Toedjoe adalah validasi. Kegiatan validasi yang disyaratkan CPOB yaitu validasi proses, validasi pembersihan dan validasi metode analisis yang digunakan. Masing-masing kegiatan validasi mempunyai tujuan akhir berupa pembuktian bahwa proses atau metode analisis yang divalidasi layak digunakan sehingga akan diperoleh hasil yang valid (CPOB, 2012). Produsen farmasi harus memvalidasi tiap proses pembersihan mereka untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan cGMP. Mesin produksi di PT. Bintang Toedjoe perlu dilakukan validasi pembersihan untuk memastikan keamanan, efikasi dan kualitas produk obat. Sehingga dengan melakukan validasi pembersihan akan mencegah terjadinya kontaminasi silang, kontaminan yang berasal dari debu, mikroba ataupun bahan pembersih yang digunakan untuk membersihkan mesin (PIC/S, 2007). Analisa ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik, pengukuran residu kimia dan pemeriksaan mikrobiologi. Mesin produksi di Line Effervescent mencakup super mixer, FBD, Bin tumbler, Vibroseparator dan mesin filling. Pada pelaksanaan tugas khusus ini dilakukan studi analisa resiko validasi pembersihan untuk menentukan produk marker dan zat aktif marker. Line Effervescent memproduksi lebih dari satu produk dan dalam tiap produk terdapat lebih dari satu zat aktif sehingga perlu ditentukan produk dan zat aktif yang paling beresiko. Secara teoritis produkproduk lain yang mempunyai resiko lebih kecil dibandingkan dengan produk marker dalam proses pembersihannya juga akan memenuhi persyaratan. Analisa dilakukan dengan memberi nilai pada tiap bahan dalam formula per produk berdasarkan kategori toksikologi, kelarutan zat aktif dalam air, jumlah bahan aktif, jumlah ruahan, warna dan bau. Hasil penjumlahan nilai skoring tertinggi akan dijadikan produk marker dan menjadi acuan dalam pembersihan tiap mesin yang digunakan dan nilai skoring tertinggi zat aktif pada produk marker akan dijadikan acuan dalam perhitungan MACO (Maximum Allowance Carryover) untuk 1
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
menentukan batasan maximum bahan aktif yang boleh tertinggal pada mesin setelah pembersihan.
1.2 Tujuan Tujuan pembuatan tugas khusus ini adalah : a. Memahami tujuan dari cleaning validation dan mengetahui kriteria dan spesifikasi yang dibutuhkan dalam cleaning validation. b. Mngetahui fungsi dan cara perhitungan MACO pada cleaning validation.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Validasi Validasi adalah suatu dokumentasi dengan tingkat keyakinan tinggi yang
membuktikan bahwa proses secara konsisten memenuhi aspek kualitas yang telah ditetapkan sebelumnya (LeBlanc, 2000). CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, mesin dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaknya divalidasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan dalam Rencana Induk Validasi (RIV) (CPOB, 2012).
2.2
Validasi Pembersihan Validasi pembersihan adalah tindakan pembuktian yang didokumentasikan
bahwa prosedur pembersihan yang disetujui akan senantiasa menghasilkan peralatan bersih yang sesuai untuk pengolahan obat (CPOB, 2012). Tujuan dari validasi pembersihan adalah verifikasi keefektifan prosedur pembersihan untuk menghilangkan residu produk, degradasi produk atau bahan pembersih sehingga monitoring analisis dapat diminimalkan pada fase rutin (PIC/S, 2007). Validasi prosedur pembersihan dilakukan sebanyak tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa metode tersebut telah tervalidasi (CPOB, 2012). Metode validasi yang digunakan harus memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Batas deteksi masing-masing metode analisis harus cukup peka untuk mendeteksi tingkat residu atau cemaran yang dapat diterima. (CPOB, 2012). Prosedur validasi pembersihan ini biasanya hanya dilakukan pada permukaan alat yang bersentuhan dengan produk, sehingga alat yang tidak bersentuhan langsung dengan produk harus menjadi pertimbangan. Interval waktu antara penggunaan alat dan pembersihan hendaklah divalidasi, demikian juga
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
4
antara pembersihan dan penggunaan kembali. Hendaklah ditentukan metode dan interval pembersihan (CPOB, 2012). Prosedur pembersihan untuk produk dengan proses yang serupa dapat dipertimbangkan untuk memilih suatu rentang yang mewakili produknya. Suatu studi validasi dapat dilakukan menggunakan pendekatan kondisi terburuk (worst case) dengan memperhatikan isu kritis. Untuk produk yang beracun atau berbahaya dalam kondisi tertentu dapat disimulasikan dengan produk lain yang mempunyai sifat fisika – kimia yang sama (CPOB, 2012). Revalidasi pada validasi pembersihan merupakan penilaian yang didasarkan pada validasi pembersihan sebelumnya dimana penilaian ini dilakukan untuk memastikan jika terjadi perubahan metode validasi pembersihan akan tetap menghasilkan hasil yang sama dengan sebelumnya. Revalidasi terdiri dari dua bagian: 1. Revalidasi dengan perubahan yang signifikan Masalah sederhana yang timbul dari perubahan yang signifikan adalah perubahan proses pembersihan. Perubahan yang signifikan ini akan mempengaruhi hasil pembersihan sehingga diperlukan revalidasi. 2. Revalidasi rutin Revalidasi rutin ini melibatkan evaluasi validasi awal secara teratur untuk menentukan apakah validasi awal masih berlaku. Revalidasi ini biasanya dilakukan secara rutin, seperti setiap dua tahun (LeBlanc,2000). Pencatatan harus dilakukan bila pembersihan telah dilakukan. Informasi yang dicatat meliputi luas atau bagian mesin yang dibersihkan, personel yang melakukan pembersihan, kapan pembersihan dilakukan, SOP proses pembersihan dan produk yang sebelumnya diproses dengan mesin yang dibersihkan. Pencatatan ini harus diparaf oleh operator yang melakukan pembersihan dan orang yang bertanggung jawab untuk produksi harus dikaji oleh QA (PIC/S, 2007). 2.2.1 Proses Pembersihan Pembersihan adalah penghilangan kontaminan dari permukaan yang hendak dibersihkan. Kontaminan ini dapat berasal dari bahan lain, produk intermediate, detergen, mikroorganisme, debu atau lubrikan. Mekanisme
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
5
pembersihan meliputi solubilisasi, emulsifikasi, dispersi, pembasahan, hidrolisis, oksidasi, physical removal dan antimicrobial action (LeBlanc, 2000). Proses pembersihan mesin dapat dilakukan dengan metode manual dan cleaning in place (CIP). Metode pembersihan mesin harus menghasilkan konsistensi dan performa hasil yang baik. Pemilihan metode pembersihan dan pemilihan detergen harus memudahkan pembersihan residu. (LeBlanc, 2000). Secara umum, ada dua metode pembersihan yang umum digunakan yaitu metode manual dan metode Cleaning in Place (CIP). Metode CIP lebih baik dari metode manual dalam hal konsistensi hasil pembersihan, keamanan terhadap kesehatan, hemat biaya dan waktu. Efektivitas metode CIP ditentukan oleh lama pembersihan yang tepat (waktu kontak antara permukaan mesin dengan larutan pembersih), suhu larutan pembersih, konsentrasi larutan pembersih, kecepatan aliran larutan pembersih yang tepat sehingga bisa memberikan aliran turbulen yang tepat untuk memberikan efek pembersihan yang tepat (LeBlanc, 2000). Mesin yang akan dibersihkan dengan metode CIP harus mempunyai design mesin yang sesuai. Hal ini berarti bahwa sebelum suatu mesin dibuat, maka harus ditetapkan terlebih dahulu proses pembersihan mesin agar proses pembersihan didukung oleh design mesin. Design mesin yang akan dibersihkan dengan CIP tidak boleh ada celah atau retak sehingga produk dapat terperangkap di dalamnya. Bagian mesin yang kontak dengan produk terbuat dari stainless steel. Bagian mesin yang tidak kontak produk harus dari material bahan tahan korosi. Design tank harus melengkung, sistem pipa harus berbentuk slope, sambungan harus kontinu dan halus (Schmidt & Erickson, 2005). Proses pembersihan ini harus didokumentasikan dalam Standard Operating Procedure (SOP) (PIC/S, 2007). Pengembangan proses pembersihan tergantung dari kerumitan mesin, sifat
bahan yang kontak dengan mesin,
parameter kritis (interval waktu antara mesin terakhir digunakan dan proses pembersihan dilakukan, suhu, tekanan, volume mesin dan waktu proses) (Kim, 2006). Mesin yang sama dapat digunakan untuk memproses beberapa produk sehingga diperlukan prosedur pembersihan yang efektif agar tidak terjadi kontaminasi. Untuk produk yang sulit dibersihkan, sebaiknya digunakan mesin Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
6
khusus yang memproduksi produk tersebut (dedicated equipment). Efisiensi prosedur pembersihan untuk penghilangan residu detergen harus dievaluasi. Komposisi detergen harus diketahui, bila tidak diketahui komposisi detergen, maka sebaiknya digunakan detergen alternatif yang komposisinya dapat diketahui. Menurut WHO, kriteria pemilihan detergen (Startup, 2009): 1. Diloloskan oleh QC dan memenuhi kriteria food standard. 2. Diketahui komposisinya 3. Mudah dibersihkan dengan pembilasan, ditunjukan dengan tercapainya batas yang disyaratkan 4. Pertimbangan terjadinya degradasi detergen Operator yang melakukan pembersihan harus dilatih secara rutin dan harus dilakukan pencatatan pelatihan. Operator yang melakukan prosedur pembersihan secara manual harus disupervisi secara regular (PIC/S, 2007). Desain mesin harus diperiksa secara teliti dan harus diidentifikasi bagian mesin yang merupakan area kritis (area yang paling sulit dibersihkan). Kondisi yang memungkinkan untuk tumbuhnya mikroorganisme seperti kelembapan, suhu, retakan dan permukaan kasar harus diperhatikan. Mesin harus disimpan kering dan tidak boleh ada air tertinggal di mesin. Tujuannya adalah untuk mencegah kontaminasi mikroba.
2.2.2. Metode Sampling Sampling harus dilakukan sesuai protokol validasi pembersihan. Ada dua metode
sampling
yang
digunakan
yaitu swabbing (penyekaan)
dan rinsing (bilasan).
a. Swabbing Sampling
dengan metode swabbing harus menggunakan material dan
medium yang sesuai untuk sampling . Recovery sample secara akurat mungkin dipengaruhi
oleh
pemilihan
cara swabbing dilakukan
material
dengan
sampling
.
membasahi polyester
Sampling
dengan
swab dengan Purified
water (bila perlu yang telah diasamkan dengan asam fosfat) (Wallace, 2003). Pada metode sampling swab ini, tidak seluruh permukaan pada mesin di swab untuk dijadikan sampel.
Dipilih bagian yang paling berpotensi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
7
meninggalkan residu pada mesin dan dihitung total produk yang kontak dengan mesin. Perhitungan ini yang akan menjadi acuan untuk penentuan Maximum Allowance Carryover (MACO).Metode ini juga terpilih untuk sampel residu yang tidak mudah larut dalam air (APIC, 2000). Metode swabbing dilakukan dengan bantuan swab template 5 x5 cm, dengan pola pada gambar (LeBlanc, 2000). mulai
selesai
mulai
Putar arah swab
selesai
Gambar 2.1 Pola Swabbing Swab yang digunakan harus kompatibel dengan bahan aktif, tidak mengganggu pada saat pengujian dan tidak menyebabkan degradasi senyawa. Pelarut yang digunakan harus larut baik dan tidak mendorong terjadinya degradasi (Prabu, S.L dan Suriyaprakash, T.N.K, 2010). b. Rinsing Sampling dengan metode rinsing memungkinkan sampling pada area yang lebih luas. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk bagian mesin yang tidak bisa diakses dengan tangan. Namun perlu dipertimbangkan kelarutan kontaminan dalam medium bilasan. Metode ini juga mengurangi indikasi bahwa masih ada residu yang tertinggal. Zat marker yang dapat larut air dapat menggunakan metode ini (LeBlanc, 2000). Pelarut yang digunakan harus dipilih berdasarkan kelarutan bahan aktif dan dapat digunakan untuk produk berikutnya. Kelemahan dari sampling rinsing ini adalah bahwa residu atau kontaminan mungkin tidak larut secara fisik (Prabu, S.L dan Suriyaprakash, T.N.K, 2010). Ada dua tipe sampling rinse (LeBlanc, 2000): 1. Sampling rinse terakhir Sampel diperoleh pada akhir proses pembilasan akhir, jika medium bilasan air. Keuntungan dari metode ini adalah prosesnya sederhana dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
8
efektif untuk mengambil sampel pada bagian yang tidak terlihat atau tidak terdeteksi oleh metode swabbing.
2. Sampling rinse terpisah Bilasan sampling terpisah atau sampling rinse separate ini dilakukan setelah proses pembilasan pada mesin sudah selesai. Semua permukaan harus di sampling
untuk mengetahui semua jenis kontaminasi.
Keuntungan dari metode ini adalah dapat menggunakan larutan bilasan yang berbeda dari larutan proses pembersihan.
2.2.3 Metode untuk Mendeteksi Hasil Pembersihan (ISPE, 2011) Ada beberapa metode untuk deteksi proses pembersihan. Metode tersebut seperti pemeriksaan visual, konduktivitas, TOC, pH, mikro dan metode analisis spesifik zat. a. Pemeriksaan visual Metode ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada residu yang terlihat di mesin setelah prosedur pembersihan dilakukan (PIC/S, 2007). b. Konduktivitas Metode ini digunakan untuk mendeteksi residu senyawa bermuatan. Metode ini sangat berguna untuk menentukan residu senyawa detergen dan beberapa produk (ISPE, 2011). c. Total Organic Carbon (TOC) Metode ini bersifat sederhana, cepat dan dapat mendeteksi residu dengan kadar rendah (ISPE, 2011). TOC akan mendeteksi karbon organik dan bahan organik lainnya, termasuk komponen organik dalam agen pembersih (Mollah, A.H, 2008). d. Metode analisis spesifik zat Metode analisis harus divalidasi sebelum validasi pembersihan dilakukan. Metode analisis yang digunakan untuk deteksi residu atau kontaminan harus spesifik untuk zat yang akan diukur kadarnya dan memberikan sensitivitas sesuai dengan tingkat kebersihan yang ditetapkan oleh perusahaan (PIC/S, 2007). e. pH Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
9
Metode pendeteksian pH sangat sensitif terhadap ion hidrogen dan sangat baik untuk mendeteksi adanya asam dan basa yang tertinggal pada mesin. (WHO, 2002) e. Mikrobiologi Sistem sanitasi dipantau secara efektif dan berkala serta diverifikasi atau dengan pengambilan contoh mikrobiologi pada permukaan kontak alat dengan bahan dan disesuaikan dengan perubahan kondisi lingkungan. Hal ini untuk memfasilitasi keberlangsungan pengendalian yang efektif terhadap zat dan yang dapat mengkontaminasi alat (SNI, 2011).
2.2.4 Batas Penerimaan Residu Batas
residu
yang
ditetapkan
harus
dapat
dicapai
dan
dapat
diverifikasi(PIC/S, 2007). Penetapan batas residu tidak bisa secara cukup berfokus hanya kepada bahan utama saja karena mungkin saja terjadi dekomposisi bahan yang mungkin lebih sulit untuk dihilangkan. Pendekatan dalam menentukan batas : a. Spesifik untuk produk b. Dikelompokkan dalam famili produk dan memilih produk worst case. c. Mengelompokkan ke dalam kelompok resiko (produk yang sangat mudah larut, potensi mirip, produk dengan toksisitas tinggi, produk yang sulit untuk dideteksi). 2.2.4.1 Batas penerimaan Fisik Penetapan batas penerimaan residu fisik pada validasi pembersihan meliputi TOC, pH dan konduktivitas. a. TOC (Total Organic Carbon) Batasan TOC pada pembilasan akhir mesin <500 ppb. (Clark, K.A, 2000). Pembilasan akhir ini dimaksudkan untuk menghilangkan agen pembersih secara keseluruhan (Mollah, A.H, 2008). b. pH Untuk mengetahui batasan pH pada purified water digunakan klorida dan ammonia dengan batasan pH 5.0 – 7.0 (USP, 2008). c. Konduktivitas Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
10
Batas konduktivitas untuk air bilasan pada validasi pembersihan 1,3 µS/cm (USP, 2008). 2.2.4.2 Batas penerimaan kimia (APIC, 2000) : 1. Berdasarkan dosis terapetik/ Therapeutic Daily Dose (TDD) Prinsipnya adalah bahwa zat tidak terkontaminasi pada proporsi tertentu (biasanya 1/1000 bagian) zat sebelumnya. Metode ini hanya digunakan bila dosis terapeutik harian diketahui.
( )= Keterangan : MACO
= Maximum
Allowance
Carryover
(jumlah
maksimum produk sebelumnya yang diizinkan berada di produk berikutnya) TDD sebelumnya
= Therapeutic
Daily
Dose sebelumnya
(dosis
terapeutik harian produk sebelumnya) MBS
= Minimum Batch Size (jumlah bets minimum untuk produk berikutnya)
TDS selanjutnya
= Total Daily Serve (Total maksimum produk dapat dikonsumsi selanjutnya (g/hari))
SF
= Safety factor
Nilai SF bervariasi tergantung rute administrasi obat: a. Topikal (10-100) b. Oral (100-1000) c. Parenteral (1000-10000) 2. Berdasarkan data toksikologis Bila dosis terapeutik tidak diketahui (misalnya untuk bahan intermediate atau untuk detergen), dapat digunakan data toksisitas untuk menghitung MACO
=
( ⁄
) 2000
(
)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
11
Dari angka NOEL yang didapat MACO dapat dihitung dengan persamaan:
= Keterangan : MACO
= Maximum Allowance Carryover (jumlah maksimum produk sebelumnya yang diizinkan berada di produk berikutnya)
NOEL
= No Observed
Effect Level (dosis
yang
tidak
menimbulkan efek farmakologis yang terlihat) MBS
= Minimum Batch Size (jumlah bets minimum untuk produk berikutnya)
TDS selanjutnya = Total Daily Serve (Total maksimum produk dapat dikonsumsi selanjutnya (g/hari)) SF
= Safety factor
LD 50
= Dosis yang dapat menyebabkan kematian pada 50% hewan coba.
70
= Berat rata-rata dewasa (kg)
2000
= Konstanta
3. Batas general limit 10 ppm atau 100 ppm (tergantung kebijakan masing-masing institusi) (APIC, 2000). = Keterangan : MACO
= Maximum Allowance Carryover (jumlah maksimum produk sebelumnya yang diizinkan berada di produk berikutnya)
MBS
= Minimum Batch Size (jumlah bets minimum untuk produk berikutnya)
4. Untuk beberapa bahan alergenik, penisilin dan sefalosporin atau steroid poten dan bahan sitotoksik, batas residu harus di bawah LOD dengan metode analisis Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
12
terbaik. Secara praktisnya, ini berarti bahwa harus digunakan dedicated equipment untuk bahan-bahan ini (PIC/S, 2007) 2.2.4.3 Batas Penerimaan Residu Mikrobiologi Penetapan batas penerimaan untuk kontaminasi mikroba lebih sulit daripada penetapan batas residu kimia. Berbeda dengan batas penetapan batas residu kimia, tidak ada panduan resmi untuk penetapan batas residu mikrobiologi. Kriteria minimum yang digunakan keberadaan mikroorganisme yaitu Eschericia coli atau Enterococcus (LeBlanc,2000). Batas penerimaan residu mikrobiologi untuk air bilasan mengacu kepada persyaratan USP, yaitu Purified water mempunyai angka mikroba ≤100 CFU/ml (USP, 2008).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
13
BAB 3 METODOLOGI TUGAS KHUSUS 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker Periode 2 September -31 Oktober 2013 di Departemen Quality Assurance, PT. Bintang Toedjoe Pulomas.
3.2 Metode Pembuatan
Risk Assesment
Cleaning
Validation Line
Effervescent PT. Bintang Toedjoe Pulomas Pendataan produk dan jumlah batch Pendataan semua jenis produk dan jumlah batch yang diproduksi untuk tahun 2014
Pendataan mesin yang digunakan Pendataan jenis mesin yang digunakan untuk setiap produk
Memberi skoring berdasarkan impact Melakukan analisis risiko berdasarkan kategori toksikologi, kelarutan zat aktif dalam air, jumlah bahan aktif, jumlah ruahan, warna, bau dan diberi skor sesuai dengan batasannya.
Menentukan produk marker Menghitung jumlah skor impact dari masing-masing produk dan menetapkan nilai tertingginya sebagai produk marker
Menetapkan zat aktif marker Memberi skoring pada tiap bahan dalam produk marker dan menetapkan nilai zat aktif tertinggi sebagai zat aktif marker.
Menghitung MACO Menghitung MACO zat aktif marker berdasarkan perhitungan 10 ppm, TDD dan LD50 dari tiap mesin yang digunakan dan menetapkan nilai terendah dari perhitungan untuk dijadikan nilai MACO. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
14
BAB 4 TUGAS KHUSUS PKL
Tujuan Risk assesment adalah proses penilaian untuk mengetahui resiko yang paling besar dari suatu produk dalam satu line. Risk assesment dibuat berdasarkan jumlah batch yang diproduksi dan impact dari produk yang ada. Risk assesment
ini dilakukan per mesin produksi yang digunakan dan yang
mempunyai metode pembersihan yang sama pada produk-produk yang berbeda. Sehingga proses ini dapat divalidasi dengan menggunakan marker, yaitu produk yang mempunyai resiko terbesar. Adapun tahapan penilaian dari risk assessment ini dimulai dari pendataan produk dan jumlah batch, pendataan mesin yang digunakan, memberi skoring berdasarkan impact, menentukan produk marker, menetapkan zat aktif dan menghitung MACO (Maximum Allowance Carryover). 4.1
Kriteria Penilaian Resiko
Pendataan produk dan Jumlah Batch PT. Bintang Toedjoe Pulomas memproduksi banyak jenis produk
effervescent. Pendataan produk dan jumlah batch merupakan hal pertama yang penting dilakukan sebelum membuat risk assesment tahunan ini untuk mengetahui apa saja yang akan di produksi untuk satu tahun ke depan. Pada tahun 2014 mendatang PT. Bintang Toedjoe Pulomas akan memproduksi sejumlah produk untuk lokal dan ekspor dengan jumlah batch yang berbeda-beda.
Skoring Jumlah Batch Number Jumlah batch yang didapat akan di beri skoring sesuai range dan
kategorinya. Jumlah batch yang akan di produksi akan sangat berpengaruh pada perhitungan, yang nantinya akan dikalikan dengan total skoring impact untuk mendapatkan skoring akhir. Kriteria jumlah batch disesuaikan dengan jumlah batch yang diproduksi dalam satu tahun. Jumlah batch dan nilai skor dari batch number ini dimasukan ke dalam tabel Hasil Risk assessment.
Impact dan Skoring Pada saat pembersihan mesin, bisa jadi masih ada bahan dari produk
sebelumnya yang tertinggal pada mesin dan ini perlu diperhatikan. Bahan dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
15
tiap produk beresiko mempengaruhi sifat fisika-kimia bahan produk lain dalam batasan tertentu, oleh karena itu perlu di berikan penilaian resiko tiap bahan produk. Tiap bahan memiliki kriteria atau kategori resiko masing-masing, sehingga perlu di berikan penilaian berdasarkan kategori. Kategori-kategori ini di sebut dengan impact, yaitu dimana suatu kondisi dapat saling berpengaruh. PT. Bintang Toedjoe menggunakan tujuh impact A-G, yaitu : Impact A : Kategori produk berdasarkan LD 50. Impact B : Kategori produk berdasarkan kelarutan. Impact C : Kategori produk berdasarkan jumlah bahan aktif Impact D : Kategori produk berdasarkan jumlah ruahan. Impact E : Kategori produk berdasarkan warna produk. Impact F : Kategori produk berdasarkan bau. Impact G :Kategori Berdasarkan Jumlah zat Aktif dan Pembantu Masing-masing impact memiliki spesifikasi dari spesifikasi dibagi lagi menjadi kategori dari very low sampai very high dan diberi skoring dari kategori tersebut. Setelah di beri skoring pada tiap formula dalam tiap produk, di hitung total skoring per impact nya dan dimasukan ke dalam tabel Hasil Risk assement berdasarkan kategori skor impact nya.
Mendata Mesin-mesin Produksi yang Digunakan Mesin-mesin produksi yang digunakan oleh PT. Bintang Toedjoe lebih dari
satu, oleh karena itu perlu didata mesin apa saja yang digunakan dalam proses pembuatan produk-produk tersebut untuk mengetahui mesin apa saja yang harus di bersihkan.
4.2
Perhitungan Risk Assesment
Skoring Produk Marker Setelah mendapatkan data mesin-mesin produksi yang digunakan dan data
total dari masing-masing skor impact dan skor jumlah batch, dapat di hitung Risk total nya dengan rumus : RISK TOTAL = Skoring jumlah batch yang diproduksi per tahun X ∑ Impact
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
16
Masing-masing hasil impact (A-G) tiap produk di jumlahkan kemudian dikalikan dengan skoring jumlah batch yang diproduksi per tahun, maka akan didapatkan risk total. Produk yang dijadikan produk marker adalah yang memiliki nilai skor impact tertinggi. Produk yang memiliki resiko terbesar sebagai marker, dimana jika hasil validasi pembersihan yang dilakukan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, maka secara teoritis produk-produk lainnya yang mempunyai resiko lebih kecil dibandingkan dengan produk marker tersebut, dalam proses pembersihannya juga akan memenuhi syarat.
Skoring Zat Aktif Marker Bahan aktif dari produk marker di beri skoring, untuk menentukan zat
aktif marker. Dilihat nilai skoring tertinggi diantara zat aktif yang tertera pada kemasan.
4.3
Hasil Analisa Maximum Allowance Carry Over (MACO) Line Effervescent PT. Bintang Toedjoe Pulomas Pada setiap pembersihan rutin pada alat produksi, setiap alat harus
memiliki nilai MACO (Maximum allowance carryover) yaitu batasan maksimum sisa bahan aktif yang masih boleh tertinggal pada tiap mesin. Nilai MACO atau batasan tersebut harus dihitung dengan perhitungan berdasarkan:
a. MACO berdasarkan 10 ppm = Perhitungan berdasarkan 10 ppm dengan mengalikan 10 ppm (10 x 10-6) dengan jumlah Minimum Batch Size (MBS) yang merupakan jumlah ukuran minimum bets untuk produk berikutnya. b.
MACO Berdasarkan TDD (Therapeutics Daily Dose) =
Pada perhitungan ini, nilai TDD sebelumnya yang digunakan adalah nilai TDD dari zat aktif marker dari produk marker, dimana TDD merupakan dosis Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
17
maksimum dari zat aktif marker dalam sehari. MBS merupakan jumlah ukuran minimum bets untuk produk berikutnya. Nilai SF atau Safety Factor yang digunakan harus berdasarkan pada rute pemberian. PT. Bintang Toedjoe Pulomas memproduksi produk oral sehingga menggunakan nilai SF 1000. Nilai Total Daily Serve (TDS) selanjutnya didapat dari perhitungan dosis produk selanjutnya dikalikan dengan penggunaan maksimal satu hari. c. MACO Berdasarkan LD50 Bila dosis terapeutik tidak diketahui (misalnya untuk bahan intermediate atau untuk detergen), dapat digunakan data toksisitas untuk menghitung MACO. = Nilai MACO berdasarkan LD50 didapat dengan mengalikan No Observed Effect Level (NOEL) dengan jumlah ukuran minimum bets untuk produk berikutnya atau Minimum Batch Size (MBS), dibagi dengan nilai SF oral (Safety Factor) yaitu 1000 dan dibagi nilai Total Daily Serve (TDS) selanjutnya yang didapat dari perhitungan dosis produk selanjutnya dikalikan dengan penggunaan maksimal satu hari. Nilai NOEL didapat dari persamaan: ( ⁄
) ( ) 2000 LD50 yang digunakan adalah LD50 dari zat aktif marker dikalikan dengan =
70 kg (berat rata-rata orang dewasa) dan dibagi dengan 2000 (konstanta).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
18
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1
Kesimpulan a. Validasi
pembersihan
adalah
tindakan
pembuktian
yang
didokumentasikan bahwa prosedur pembersihan yang disetujui akan senantiasa
menghasilkan peralatan
bersih
yang
sesuai untuk
pengolahan obat. b. Kriteria dan spesifikasi yang dibutuhkan dalam validasi pembersihan adalah data produk dan jumlah batch, scoring jumlah batch, impact dan skoringnya serta mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi. c. Fungsi dari perhitungan MACO adalah untuk menetapkan berapa jumlah maksimum bahan aktif yang masih boleh tertinggal pada mesin. Perhitungan ini berdasarkan 10 ppm, TDD dan LD50. 5.2 Saran Perlu dilengkapi data spesifikasi dan data LD50, kelarutan dalam air, warna dan bau tiap kategori dalam formula per produk untuk penilaian impact dalam risk assessment cleaning validation, agar skoring impact yang didapat lebih valid.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014
19
DAFTAR ACUAN
Active Pharmaceutical Ingredients Committee. (2000). Guidance on Aspects of Cleaning Validation in Active Pharmaceutical Ingredient Plants. Brussels. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan PengawasObat dan Makanan RI No HK. 03.1.33.12.12.8195 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Kim, Brian. (2006, Juni). Cleaning Process Development and Validation LeBlanc, Destin A. (2000). Cleaning Technologies for Pharmaceutical Manufacturing. USA : CRC Press. Mollah . A.H. (2008) Cleaning Validation for Biopharmaceutical Manufacturing at Genenech, Inc. Part 2. Volume 21, Issue 3 Prabu, S.L dan Suriyaprakash, T.N.K.(2010). Pharmaceutical Inspection Convention Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme. (2007). Recommendations on Validation Master Plan, Installation and Operational Qualification, Non-Sterile Process Validation, CleaningValidation. Geneva. Schmidt, Ronald H. & Erickson, Daniel J. (2005). Sanitary Design and Construction of Food Equipment. University of Florida, 1-8. BSN. (2011). Rekomendasi Nasional Kode Praktos – Prinsip Umum Higiene Pangan. Jakarta. Startup, John. (2009, Februari). WHO Supplementary Training Modules : Cleaning Validation. Training workshop presented at Training Workshop on Regulatory Requirements for Registration of Artemisinin based Combined Medicines and Assessment of Data Submitted to Regulatory Authorities, Kampala, Uganda. United States Pharmacopoeia (32nd ed.). (2008). Rockville: The United States Pharmacopeial Convention. Walsh, A. ( 2011). Cleaning Validation for the 21shCentury : Overview of New ISPE Cleaning Guide. PharmaceuticalEnginnering, 1-7. WHO Expert Committee on Specifications for Pharmaceutical Preparations. Thirty-second Report. Geneva, World Health Organization, 1992 (WHO Technical Report Series, No. 823). Annex 1, 5.1.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Meyliana Denysa, FFar UI, 2014