UNIVERSITAS INDONESIA
POTENSI KAWASAN BERSEJARAH DALAM MENDUKUNG PROSES SEBUAH KOTA MENUJU KOTA KREATIF (Studi Kasus: Kompleks Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta dan Jalan Braga Bandung)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur dari Departemen Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
MIA SETYANI SUDARMADJI 0706269294
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPARTEMEN ARSITEKTUR DEPOK JUNI 2011
i Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah swt yang karena ijinnyalah penulis dapat selesai menyusun skripsi ini. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menghaturkan rasa terima kasihnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini
Ibu Laksmi Gondokusumo selaku dosen pembimbing, yang telah dengan sabar memberikan masukan, dan menerima kekurangan-kekurangan selama bimbingan.
Bapak Hendrajaya dan Bapak Sukisno selaku dosen penguji, terimakasih atas masukan dan kritikannya
Bapak Hendrajaya selaku kordinator skripsi
Kedua orang tua atas dukungan, perhatian dan doanya
Yuli, Milq, Ka metri, Staniah, Pijoh, Dea, Nela untuk semua motivasi, doa, diskusi kecilnya yang berharga
Teman-teman Imani3, untuk pengertian, doa, dan canda hangat yang menemani proses penyusunan skripsi
Teman- Teman KD, Salam6, Srikandi04 dengan doanya yang mengalir
Salim dan Hasri selaku teman perjuangan di bimbingan dosen yang sama
Galih, Puspa, Lintar, Wulan, Tuti, Reni, Rizka, Jannah, Meta, Maya, Siwi, Citra dan teman-teman ars07 lainnya
Adik-adik bento untuk semangat dan doa yang tulus
Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu Semoga skripsi ini dapat menjadi amal kebajikan yang memberi manfaat. Penulis
memohon maaf untuk kekurangan dan keterbatasannya dalam proses penyusunan skripsi ini
Depok, 24 Juni 2011
Mia Setyani Sudarmadji
iv Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
ABSTRAK Nama : Mia Setyani Sudarmadji Program Studi : Arsitektur Judul : Potensi Kawasan Bersejarah dalam Mendukung Proses Sebuah Kota Menuju Kota Kreatif (Studi Kasus : Kompleks Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta dan Jalan Braga Bandung)
Konsep Kota Kreatif yang dibawa oleh Charles Landry dan Fransco Bianchini telah menjadi tren di dunia sekitar sepuluh tahun terakhir. Dalam kota, terdapat sumber daya yang krusial, yaitu sumber daya manusia. Kota kreatif, mencoba mendorong dan mengakomodir kreativitas warganya. Kreativitas merupakan sesuatu yang berharga, yang memberi dukungan bagi keberhasilan kota Beberapa kota di dunia, cenderung mengembangkan kawasan bersejarahnya dalam usaha menuju kota kreatif. Nilai sejarah pada kawasan bersejarah dapat menjadi magnet untuk mendatangkan orang dari kota maupun negara lain. Di lain sisi, sejarah dapat menjadi inspirasi dan ilham untuk kreativitas. Kawasan bersejarah memiliki potensi lain yang dapat mendukung sebuah kota menjadi kota yang kreatif. Hal ini dapat dilihat dari keempat aspek, yaitu ekonomi, sosial, budaya. Kata Kunci : kreativitas, sejarah, budaya, ekonomi, masyarakat
vi Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
ABSTRACT Name Study Program Title
: Mia Setyani Sudarmadji : Architecture : Potency of Historical Places To Support The Process of a City to be Creative City (Case Study: Fatahillah Park Old Town Jakarta and Braga Road Bandung)
Creative city concept which bring by Charles Landry and Fransco Bianchini, now being tren at least in ten last year. City has critical resource, that is the human. Creativi city is try to push and accomodate their citizen’s creativity. Creativity is precious thing, to support the succesful of the city. Some city in the world prefer develop their historical place in work to be creative city. Historic values in historical places can be magnit to invite people from other city and country. In other side, history can be inspiration for creative thinking. Historical places has other potency that can be support for a city to be creative city. It’s look by four aspect, economy, social, culture, and environment. Key words: creativity, history, culture, economy, citizen
vii Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iii
DEWAN PENGUJI ...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................ v ABSTRAK
...........................................................................................
vi
ABSTRACT ...........................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
x
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
...................................................................... 1
1.1
Latar belakang ..................................................................... 1
1.2
Tujuan penulisan ................................................................. 2
1.3
Permasalahan ...................................................................... 2
1.4
Rumusan Masalah ............................................................... 3
1.5
Urutan Penulisan ................................................................. 3
1.6
Sistematika Penulisan .......................................................... 3
BAB 2 STUDI LITERATUR ................................................................... 5 2.1
Memahami Kreativitas ........................................................ 5
2.2
Memahami Kota Kreatif ..................................................... 6 2.2.1 Latar Belakang Kota Kreatif ................................... 6 2.2.2. Pengertian Kota Kreatif ........................................... 7 2.2.3 Prasyarat Kota Kreatif ............................................. 8
viii Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
2.2.4 Aspek Pengukuran Kota Kreatif............................... 12 2.2
Urban Heritage .................................................................... 14 2.2.1 Pengertian Heritage ................................................. 14 2.2.2 Konservasi Heritage ................................................ 15
2.3
Ihtisar Kajian Pustaka .......................................................... 16
BAB 3 STUDI KASUS .............................................................................. 18 3.1
Kota Tua ............................................................................. 18 3.1.1 Profil Kompleks Taman Fatahillah ........................ 18 3.1.2 Sejarah Kompleks Taman Fatahillah ...................... 22 3.1.2 Kondisi Kompleks Taman Fatahillah ...................... 24
3.2
Jalan Braga .......................................................................... 33 3.2.1 Profil Jalan Braga .................................................... 33 3.2.2 Sejarah Braga .......................................................... 36 3.2.3 Kondisi Jalan Braga ................................................. 39
BAB 4 PEMBAHASAN............................................................................. 45 4.1
Pembahasan Kompleks Taman Fatahillah dan Jalan Braga. 45 4.1.1 Ekonomi ............................................. ................... 45 4.1.2 Sosial ....................................................................... 46 4.1.3 Lingkungan .............................................................. 47 4.1.4 Budaya ..................................................................... 48
BAB 5 PENUTUP ...................................................................................... 49 DAFTAR REFRENSI ............................................................................... 51
ix Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Daftar Gambar
Gambar 1
Skema pembahasan skripsi
Gambar 2
Pergeseran orientasi ekonomi
Gambar 3
Letak Kota Tua dalam Jakarta
Gambar 4
Peta Kota Tua
Gambar 5
Siteplan Taman Fatahillah dan sekitarnya
Gambar 6
Perkembangan Sejarah Jakarta
Gambar 7
Kondisi Kota Tua masa lampau
Gambar 8
Spot-spot Pasar dadakan di akhir pekan
Gambar 9
Pasar dadakan pada Kota Tua
Gambar 10
Penyewaan Sepeda Onthel
Gambar 11
Cafe Batavia
Gambar 12
Penjual Lukisan
Gambar 13
Pemanfaatan Taman Fatahillah dalam aktivitas foto pra wedding
Gambar 14
Jasa Fotografi dan propertinya
Gambar 15
Syuting Video Klip di Taman Fatahillah
Gambar 16
Bersepeda Ke Kota Tua
Gambar 17
Aktivitas Jalan-Jalan Museum
Gambar 18
Salah satu komunitas pecinta sejarah beraktivitas di Kota Tua
Gambar 19
Panorama Taman Fatahillah
Gambar 20
Pertunjukkan Kuda Lumping
Gambar 21
Festival Betawi di Kompleks Taman Fatahillah
Gambar 22
Peta Jalan Braga
Gambar 23
Jalan Braga pada 1911
Gambar 24
Keadaan Jalan Braga pada tahun 1920-an
Gambar 25
Penjual Lukisan di Jalan Braga
x Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Gambar 26
Aktivitas Fotografi Profesional di Jalan Braga
Gambar 27
Aktivitas Komunitas Motor di Jalan Braga
Gambar 28
Street Fashion Show di Braga
Gambar 29
Kondisi Trotoar Braga
Gambar 30
Kondisi Bangunan yang kurang terawat di Braga
Gambar 31
Festival Minang pada Jalan Braga 22 April 2011
xi Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Daftar Tabel
Tabel 1
Tingkat Identifikasi Heritage
Tabel 2
Bangunan Bersejarah di sekitar Taman Fatahillah
Tabel 3
Daftar Bangunan Bersejarah Jalan Braga
xii Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
1
Bab I Pendahuluan I.1
Latar Belakang Pemikiran kreatif merupakan hal yang berharga, baik bagi pengembangan
diri maupun masyarakat. Berpikir kreatif membuat kita memandang sesuatu dari berbagai sisi. Dengan hal tersebut, menjadikan kita dapat melihat sebuah permasalah dengan lebih banyak kemungkinan solusi. Kreativitas juga dapat menghadirkan penemuan-penemuan baru di berbagai bidang. Kreativitas bukan sekedar milik orang-orang jenius, namun milik semua orang. Berpikir kreatif bisa dilakukan oleh semua orang di dalam kota. Kebermanfaatan dari berpikir kreatif, ditangkap Charles Landry dan Franco Bianchini , yang mengeluarkan gagasan mengenai kota kreatif. Ideologi kota kreatif adalah mendorong tercipta iklim kota yang inspiratif, suatu iklim yang mendorong dan menginspirasi warganya untuk menjadi kreatif dalam usaha untuk membenahi kondisi urban. Konsep kota kreatif sudah diserap dan diaplikasikan di berbagai kota di belahan dunia. Sampai dengan tahun 2006, sudah ada dua puluh kota di Inggris yang menerapkan konsep Kota Kreatif. Tren ini juga merambah ke Amerika Serikat, Australia, Brazil, hingga ke negara-negara di benua Asia. Banyak kota-kota dunia dalam prosesnya menuju kota kreatif cenderung mengembangkan kawasan bersejarahnya. Liverpool sebagai salah satu contoh suksesnya. Pada 1950-1960an kota Liverpool mengalami perkembangan pesat, namun mengalami resesi ekonomi di 1970-1980an, yang berakibatnya maraknya pengangguran Di tahun 1980-an, Albert Dock, sebuah kompleks dermaga dan gudang dari tahun 1840-an, dipugar. Kompleks tersebut kemudian berubah fungsi menjadi kawasan hiburan. Sejak saat itu, Liverpool terus berupaya mempromosikan wisata kota tersebut melalui pusaka budaya sebagai daya tariknya. Pada tahun 2008 kota ini terpilih sebagai European Capital of Culture.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
2
I.2
Permasalahan Tren Kota kreatif, telah melanda Benua Asia. Hal inipun telah coba
diaplikasikan di beberapa kota di Indonesia. Sebut saja Bandung, yang terpilih sebagai proyek rintisan kota kreatif se-Asia Timur. Jakarta pun tengah mencoba berproses menjadi kota kreatif dengan taglinenya ”Kota Kreatif, Jakarta Punya”. Di lain pihak, kita bisa mendapati banyak kawasan bersejarah di Indonesia. Jika kondisi kawasan-kawasan bersejarah terjaga vitalitasnya dengan baik, maka dapat memberikan manfaat pada kota dimana kawasan tersebut berada. Hanya saja, seringkali kondisi kawasan bersejarah tidak terawat dengan optimal. Acapkali perhatian kepada kawasan bersejarah masih didapat dari sebagian kecil masyarakat. Belum tumbuhnya kesadaran masyarakat secara luas, akan perlunya ikut melestarikan kawasan bersejarah, dan belum luasnya dampak yang dirasakan dengan adanya kawasan bersejarah. Apa yang terjadi di Liverpool, memperlihatkan kawasan bersejarah dapat menjadi faktor yang mendukung proses sebuah kota menjadi kota kreatif. Skripsi ini mencoba melihat apa potensi sebuah kawasan bersejarah terhadap proses menuju kota kreatif?.
I.3
Ruang Lingkup Masalah Pembahasan akan dimulai dengan memahami apa itu kreativitas,
dilanjutkan dengan penelusuran terhadap konsep kota kreatif. Penelusuran terhadap kota kreatif, meliputi latar belakang, definisi, maupun prasyarat kota kreatif. Disertakan pula bahasan untuk memahami kawasan bersejarah. Melihat potensi kawasan bersejarah sebagai tempat untuk masyarakat urban beraktivitas kreatif.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
3
I.4
Tujuan dan Manfaat Penulisan Tujuan penulisan ini adalah untuk dapat melihat potensi yang dimiliki
kawasan bersejarah dalam menunjang proses sebuah kota menuju kota kreatif. Harapannya, tulisan ini dapat memperluas perspektif akan kontribusi yang dapat diberi oleh bangunan warisan budaya pada masa kini. Banyak elemen kemudian menyadari pentingnya untuk bersama menjaga bangunan warisan budaya. 1.5
Metode Penulisan
Dalam membahas permasalahan menggunakan dua pendekatan, yaitu studi literatur dan studi kasus, dengan skema pembahasan
Kawasan bersejarah
Kota Kreatif
Potensi
Sosial Ekonomi
Budaya
Lingkungan Gambar 1 skema pembahasan skripsi
I.6
Urutan Penulisan
Urutan penulisan skripsi adalah sebagai berikut Bab I
:
Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, urutan penulisan
Bab 3
Studi Literatur
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
4
Berisi tentang studi mengenai kreativitas, konsep kota kreatif dan bahasan mengenai kawasan bersejarah. Bab 3
Studi kasus Berisi tentang penelusuran dua kawasan bersejarah, dari latar belakang sejarah dan kondisinya di keempat aspek yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan
Bab IV
Pembahasan Berisi tentang analisa dari studi kasus yang ada
Bab V
Penutup Berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan pembahasan dari studi literatur dan studi kasus.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
5
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1.
Tinjauan mengenai kreativitas Menurut KBBI, kreatif berarti memiliki daya cipta; kemampuan untuk
mencipta; bersifat mencipta. Satu pihak menganggap bahwa kreativitas adalah upaya melakukan ativitas yang baru dan mengagumkan, sedangkan pihak lain menganggap kreativitas adalah menciptakan inovasi baru yang mencengangkan. Pemikiran kreatif dapat melahirkan karya-karya inovatif. Kreativitas tidak identik dengan kecerdasan. Kreativitas tidaklah harus muncul dari para cendekiawan atau segolongan orang yang dianggap beruntung saja. (Uqshari,2005:14) Acapkali kreativitas muncul dari orang yang kecerdasannya biasa-biasa saja. Bisa dikatakan bahwa kreativitas adalah milik semua orang. Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan (mengkatualisasikan) dirinya, dan perwujudan atau aktualitas diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia.(Maslow,1967) Salah satu teori tradisional yang sampai sekarang banyak dikutip ialah teori Wallas yang dikemukakan tahun 1926 dalam bukunya The art of Thought (Piirto,1992), yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap yaitu: 1. Persiapan Seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah dengan belajar , berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang, dan lain sebagainya. 2. Inkubasi Tahap inkubasi ialah tahap di mana individu seakan-akan melepaskan diri sementara dari masalah tersebut, dalam arti bahwa ia tidak memikirkan masalahnya secara sadar, tetapi “mengeramnya” dalam alam pra sadar 3. Iluminasi Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
6
Tahap timbulnya “insght” atau”aha Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau gagasan baru 4. Verifikasi Tahap dimana ide atau kreasi baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Proses divergen (pemikiran kreatif) harus diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).
2.2
Memahami Kota Kreatif 2.2.1 Latar Belakang Kota Kreatif Pada abad ke 21 akan lebih dari setengah penduduk dunia tinggal di dalam
kota. Di Eropa angkanya sudah mencapai 75 persen dan di negara berkembang akan mencapai 50 persen. Dimana dua dekade lalu jumlahnya meliputi 29 persen di seluruh dunia. (Landry,2000:xiii) Sebuah survey dilakukan di Inggris pada tahun 1997.
Survey
menunjukkan 84 persen orang-orang di Inggris ingin tinggal di desa kecil, sedangkan hanya empat persen orang yang melakukannya. Kita tidak dapat menciptakan banyak desa untuk dapat memenuhi keinginan tersebut. Selebihnya, kita perlu membuat kota menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali. Perkembangan pada kota, seiring perkembangan jaman membuat masalah dan tantangan di dalam kota semakin kompleks. Ini membuat sudut pandang yang lama, seringkali menjadi tidak relevan untuk mengatasi masalah yang terjadi di kota saat ini. Untuk sebagian besar aspek, cara maupun pendekatan lama tidak dapat bekerja. Maka, sepanjang kota bertumbuh, seiring juga dengan masalah yang semakin kompleks, selayaknya kota menjadi laboratorium, dimana solusi untuk pelbagai permasalahan dapat terumuskan. Pada akhirnya, akan dapat meningkatkan kenyamanan untuk tinggal di kota.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
7
Di lain sisi, perkembangan jaman membawa dunia mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang. Kini dunia memasuki transformasi dalam bidang ekonomi. Saat ini dunia bergerak ke arah ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan ekonomi yang berbasis ide maupun kreativitas. Ekonomi kreatif merupakan gelombang keempat, setelah ekonomi pertanian, industri dan ekonomi informasi.
Gambar 2 Pergeseran orientasi ekonomi Sumber: Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia
2025 Hal ini juga didukung dengan media dan telekomunikasi berkembang begitu pesat, dan menyebabkan kebutuhan akan konten kreatif tiada habisnya. Keberadaaan media telah menghapuskan batasan baik geografi dan sosial. Saat ini, informasi dan pengetahuan merupakan pendukung kehidupan, yang dapat diakses dengan cepat oleh siapapun. Industri dalam bidang ini disebut dengan industri kreatif. Implikasinya terhadap kota, adalah kota tidak lagi cukup mengandalkan insentif ekonomi untuk menarik investasi. Kota perlu membuat iklim dimana mendukung orang-orang untuk berkreativitas, maupun menarik kehadiran orangorang kreatif. Kreativitas tersebut, dapat menjadi sokongan demi kesejahteraan kehidupan kota. 2.2.2.
Makna Kota Kreatif Kota perlu memiliki kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi. Ketika
kota berkembang menjadi besar dan kompleks, hadirlah masalah dalam manajemen urban. Kota perlu menjadi laboratorium yang mengembangkan solusi dari permasalahan yang berkembang di dalamnya Kota memiliki satu sumber daya yang krusial yaitu orang. Kepintaran manusia, keinginan, motivasi, imajinasi dan kreativitas menjadi sumber daya
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
8
urban. Kreativitas dari orang-orang yang ada di dalam kota dapat menjadi penentu untuk kesuksesan kota. (Landry,2000:xiii) Kreativitas bisa terjadi pada lingkup yang lebih khusus, yaitu pada orang dengan bakat istimewa, seperti seniman, penulis, desainer dan lain sebagainya. Kreativitas juga bisa terjadi pada lingkup lebih luas, tidak sekedar pada aspek budaya. Kota terus berkembang, dan muncul permasalahan-permasalahan yang memerlukan kreativitas untuk pemecahannya, seperti permasalahan perumahan, sampah, utilitas, pendidikan dan lain sebagainya. Kota menjadi pusat pembelajaran, di dalamnya bertemu ilmu pengetahuan, budaya, dan pemerintahan. Dalam kota terdapat keanekaragaman, kepadatan, kedekatan, yang dapat menjadi unsur penting untuk kreativitas. Kota kreatif menggambarkan sebuah metode baru dari strategi perencanaan urban dan menguji bagaimana orang-orang berpikir, berlaku dan berencana kreatif dalam kota. Hal ini dapat dilihat dengan produk maupun aktivitas kreatif yang ada di dalam kota tersebut. Bisa disimpulkan bahwa kota kreatif, dimana kota menjadi wadah kreatifitas untuk orang yang tinggal dan beraktivitas di dalamnya. Memanfaatkan berpikir kreatif untuk membuat kota semakin nyaman ditinggali. Kota dengan sektor kreatif dan budaya yang berkembang dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan sosial.
2.2.3
Prasyarat Kota Kreatif Ada beberapa hal yang menjadi prasyarat untuk kota menjadi betul-betul
kreatif. Kota dapat menjadi kreatif dengan beberapa diantaranya, namun beroperasi secara sangat baik jika semua hal tersebut ada. Disebutkan ada tujuh faktor, yaitu (Landry,2000:105-131) : 1. Kualitas Personal
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
9
Tidak akan ada organisasi maupun kota kreatif, tanpa individu kreatif. Individu yang memiliki banyak akal, berpikir terbuka, fleksibel, memiliki kemauan untuk mengambil resiko. Aksi kreatif dapat terwujud dalam berbagai bentuk dan muncul dari berbagai sumber, namun dampaknya bergantung kepada imajinasi publik, dan kepemimpinan komunitas. Individu yang kreatif dapat memberi perubahan pada kota, jika diletakkan pada posisi yang tepat. Mereka memerlukan orang-orang yang dapat melakasanakan dan mengeksploitasi kreativitas mereka. Tanpa hal tersebut, maka individu kreatif tidak dapat memperoleh hasil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tudor Rickards yang melihat inovasi adalah proses yang bermula dengan ide kreatif dan berakhir dengan implementasi, yang pada poin ini eksekusi berlangsung secara rutin. 2. Kemauan dan Kepemimpinan Kota Kreatif membutuhkan tidak sekedar orang-orang kreatif, tapi orang dengan kemauan untuk sukses. Kemauan dapat dilatih dengan proses mengidentifikasi kota , kemudian memvisualisasikan tujuan yang ingin diraih. Kemauan ini juga harus diseimbangkan dengan rasa empati, dan saling memahami. Selain kemauan, dalam kota kreatif juga dibutuhkan kepemimpinan. Ada beberapa macam pemimpin, yaitu pemimpin biasa, inovatif dan visioner. Pemimpin yang inovatif, akan melihat keadaan lokal untuk menggambarkan kebutuhan terpendam, kemudian membawa ide yang segar. Pemimpin yang visioner menyepurnakan ide-ide baru. Keahlian memimpin termasuk pula dengan kemampuan untuk memahami apa yang diinginkan orang, meskipun orang tersebut tidak benar-benar yakin, mengetahui kapan waktu untuk mendorong, kapan untuk mundur, memberikan pertimbangan, dsb.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
10
3. Keanekaragaman dan akses untuk berbagai potensi Kondisi sosial dan demografi dapat mempengaruhi kapasitas kreatif sebuah kota. Kota dengan populasi yang homogen biasanya cenderung sulit untuk menjadi kreatif secara luas. Keanekaragaman dapat menjadi unsur yang baik bagi kreativitas, ketika dapat saling memahami dan mempelajari satu sama lain dalam keberagaman tersebut. Baik penduduk asli (lokal) maupun pendatang memiliki perannya masing-masing untuk berkontribusi dalam kota kreatif. Ketika pendatang diperbolehkan berkontribusi, maka keahlian, bakat dan nilai budaya mereka yang berbeda dapat terarah menjadi munculnya ide-ide baru. Bakat pendatang seringkali dengan sengaja perlu dimasukkan. Sebagian besar kota mendiskusikan masalah mereka dengan kebiasaan, tradisi dan kulturnya, sedangkan pendatang dapat memberikan ide segar yang mungkin berdampak baik terhadap kota. Penduduk aslipun memilik peran yang penting, karena mereka yang sangat mengenal kondisi dan seluk beluk kehidupan pada kota dimana mereka tinggal. Penduduk asli jugalah yang memberikan ciri khas pada sebuah kota. 4. Budaya berorganisasi Diperlukan organisasi yang dapat membangun kapasitas personal, sanggup mencipatakan visi organisasi, serta mentransformasi pemikiran bersama. Kapasitas organisasi berperan seperti pengganda dari potensi dan sumber daya yang ada, dan dapat memaksimalkan pemikiran kreatif. Kreatifitas tanpa organisasi yang solid, tidak memiliki cukup energi untuk mengolah sumber daya yang ada di dalam kota. 5. Identitas Lokal Identitas yang kuat memiliki dampak positif untuk membangun rasa kebanggan, semangat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memperhatikan lingkungan kota. Identitaspun dapat menghadirkan ikatan antara orang-orang dari berbagai kepentingan untuk bekerjasama
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
11
menciptakan kondisi yang baik pada kota. Identitas, memberikan landasan kepada kota untuk memilih apa yang pokok ataupun tidak dalam banyaknya informasi dan ide yang tersedia Membangun identitas budaya adalah hal yang penting untuk menciptakan perbedaan , dan memberi penanda dari satu wilayah dengan wilayah lainnya. Membuat simbol-simbol spesifik dari kota dapat berupa makanan, lagu, hasil kerajinan, dan aset tradisi lainnya. Dalam hal ini, kota bersejarah memiliki keuntungan, dimana nilai sejarah yang dimiliki menjadi nilai keunikan tersendiri. Sejarah bisa saja menjadi pemicu kreatifitas. Di satu waktu, sejarah dapat menjadi preseden yang memicu inspirasi dan inovasi. Di lain waktu bisa menjadi beban yang memberatkan. 6. Ruang urban dan fasilitas Individu dan proyek kreatif membutuhkan sebuah tempat sebagai wadahmya. Adanya ruang publik dan fasilitas seperti fasilitas budaya, sumber informasi, area penelitian dapat mendorong orang untuk berlaku kreatif. Ruang kota dapat berfungsi sebagai area untuk berinteraksi, bertukar ide. Dari proses pertukaran ide itu, dapat memicu lebih banyak lagi orang yang bertindak kreatif. 7. Jaringan yang dinamis Jaringan memiliki dua aspek, yaitu jaringan di dalam kota dan jaringan internasional. Kota sendiri merupakan pusat dari jaringan dan komunikasi. Dengan tujuan utama dari jaringan, membawa orang hadir secara fisik maupun virtual untuk berfokus pada berkomunikasi di kota. Jaringan dan kreativitas sesungguhnya saling berhubungan. Untuk memaksimalkan keuntungan , jaringan perlu menjadi lebih intens dan dengan berbagai bentuk.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
12
2.2.4 Aspek-Aspek Pengukuran Kota Kreatif Melihat sebuah tempat yang kreatif, bisa dilihat dari empat aspek yaitu ekonomi , sosial, kultural, dan lingkungan. The central features of creative places are their openness and their vitality, which leads to their viability. Vitality is measured by assessing a range of factors across the economic, social, cultural and environmental spheres.” (Landry,2006:414)
a.
Aspek ekonomi Kondisi ekonomi sebuah kota dapat dilihat dari jumlah pekerja, pemasukan yang dibelanjakan, standar hidup, jumlah turis maupun pengunjung tiap tahunnya, performa retail, properti dan nilai lahan. Kreativitas dapat menjadi salah satu cara meningkatkan kondisi ekonomi suatu kota, yaitu dengan ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif merupakan ekonomi berbasis ide maupun kreativitas sebagai kekayaan intelektual. Dari basis ide dapat berkembang menjadi produk yang komersil. Empat belas sektor yang bisa termasuk ke dalam ekonomi kreatif antara lain desain, arsitektur, fashion, periklanan, percetakan dan penerbitan, televisi dan radio, kuliner, seni rupa dan kriya, film, video, animasi, musik, fotografi, peranti lunak, hiburan interaktif, mainan,
seni
pertunjukkan,
riset
dan
pengembangan.
(Howkins,2002:hal86)
b.
Aspek sosial, Kondisi sosial dapat dilihat dari tingkat aktivitas dan interaksi sosial, komunikasi yang baik antara berbagai strata sosial, spirit komunitas, kebanggan masyarakat, serta toleransi sosial. Ketika kondisi sosial masyarakat baik, maka kemungkinan interaksi antara berbagai
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
13
elemen masyarakat akan menjadi lebih luas. Dari interaksi memungkinkan pertukaran, dan kombinasi ide yang lebih banyak. Most creativity does not come in a flash of genius or insight in the head of an individual. Most creativity – in science, business and culture – comes from the recombination of two existing ideas to create a new one. That is why new ideas often emerge from intense and extended conversations between people (Leadbeater,n.d.:5)
c.
Aspek lingkungan Lingkungan menjadi wadah beraktivitas. Kondisi dan atmosfer lingkungan yang baik dapat mendukung untuk terjadinya kreatifitas. Aspek
lingkungan
menyangkut
dua
hal,
yang
pertama
adalah
keberlanjutan ekologikal yang berhubungan dengan polusi suara, udara, pembuangan sampah dan ruang hijau. Hal yang kedua menyangkut desain, dan sense of place. Bagaimana penerangan jalan, dan keamanan, kenyamanan dan pendekatan secara psikologi dari lingkungan urban.. What makes a milieu creative is that it gives the user the sense that they can shape, create and make the place they are in, that they are an active participant rather than a passive consumer, and that they are an agent of change rather than a victim. (Landry,2006:394)
d.
Aspek budaya Kondisi budaya bersangkutan dengan kepeduliaan kota untuk menjaga identitas, memori, maupun tradisinya. Kebudayaan menjadi ciri khas, kebanggan, serta nilai keistimewaan bagi sebuah kota. Seni budaya juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi kreatifitas kota. Local culture and heritage helps give a place recognizable feature as it adds to the collective memory of the human experience. It a great source for `original’ ideas because it has progressively evolved for generations of a specific place and time. (Landry,2006:394)
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
14
Seni dan budaya yang berhubungan dengan indutri disebut industri kreatif. Dampaknya dapat memberi keuntungan seperti menciptakan lapangan pekerjaan, menarik investasi, meningkatkan pajak, menstimulasi ekonomi lokal.
Ketika vitalitas budaya baik, maka dapat menarik
profesional muda ataupun orang-orang kreatif untuk masuk ke dalam area tersebut. A city with a thriving creative and cultural sector would then attract other high end knowledge jobs and set off a spiral of economic and social growth.
2.2
Urban Heritage 2.2.1 Pengertian Heritage Kata heritage berasal dari kata inheritence yang didefinisikan sebagai sesuatu yang diwariskan. Heritage merupakan sesuatu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Heritage tidak sekedar sesuatu yang ingin diturunkan ke generasi selanjutnya, tetapi juga sesuatu yang ingin diapresiasi dan dialami untuk tingkat yang luas. Sesuatu akan menjadi heritage sampai adanya proses identifikasi, dan diakui. Heritage bisa dipandang sebagai sesuatu yang penting, sampai seseorang mau mengkonservasi, mengawetkan, dan mewariskan untuk generasi selanjutnya. Heritage merupakan sumber kekayaan yang dimiliki suatu wilayah. Disana bisa menjadi refrensi akan apa yang telah terjadi di masa lalu, dan sumber inspirasi untuk masa kini dan akan datang. Tingkat Identifikasi heritage terbagi atas delapan (tabel 1). Urban heritage bisa diartikan sebagai warisan yang berharga dalam sejarah perkembangan urban, dan telah teridentifikasi dan diakui oleh warga kota. Tidak ada dua wilayah maupun kota yang identik. Setiap kota memiliki sejarah, dan proses pembentukan yang berbeda. Bangunan maupun kawasan bersejarah sebagai bagian dari heritage, memiliki nilai
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
15
penting bagi sebuah kota. Kombinasi akan bentuk maupun gaya arsitektural dengan makna sosial, serta sejarah yang terkandung di dalamnya memberikan identitas bagi kota. Identitas ini tentu akan berbeda bagi masing-masing kota, dan memberikan nilai yang spesial yang dapat menjadi daya tarik bagi kota.
Tabel 1 Tingkat Identifikasi Heritage Sumber : Heritage Management
2.2.2 Konservasi Heritage Proses konservasi dalam bangunan atau kawasan heritage memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan bangunan atau kawasan heritage tersebut. Pada tahun 1980an terdapat perubahan yang penting dalam proses konservasi. Ide akan konservasi perlahan berangsur berubah. Konservasi menjadi alat penting uuntuk memberi pengaruh pada lingkungan urban.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
16
Konservasi tidak lagi sekedar menjaga nilai sakral akan peninggalan masa lalu, tetapi mencoba membuatnya lebih relevan dengan keadaan zaman. Konservasi tidak sekedar memandang aspek sejarah, tetapi juga perlu melihat aspek fungsionalitas. Bagaimana membuat lingkungan yang mampu didiami, sesuai dengan kebutuhan komunitas, dan terkait dengan aspek lain seperti ekonomi maupun nilai politik. Konservasi heritage memiliki tiga dimensi yaitu, fisik, sosial, dan spasial. Ketiga dimensi ini dilingkupi oleh satu dimensi yaitu dimensi waktu. Dimensi fisik ini melibatkan bangunan lama, kompleks bangunan, maupun furnitur jalan. Konservasi bertitik tekan pada penampilan . Yang terlibat dalam konservasi pada dimensi fisik, meliputi sejarawan, arkeologis, arsitek, yang prosesnya dikontrol oleh perencana kota maupun departemen konservasi. Dimensi
spasial
merupakan
pandangan
menyeluruh
akan
perencanaan kota, termasuk hubungan antara ruang dan penggunaannya, sirkulasi, lalu lintas, ruang dalam dan ruang luar. Kawasan atau bangunan heritage memiliki porsi dan pengaruhnya pada perencanaan kota secara keseluruhan. Daya tarik dari bangunan atau kawasan heritage, akan mengundang adanya sirkulasi. Dari sirkulasi
tersebut juga akan
membutuhkan fasilitas, yang perlu dipikirkan dalam perencanaan kota. Dimensi sosial , dimana ia menaruh perhatian terhadap pengguna, komunitas lokal, dan populasi urban. Dibanding dengan dimensi fisik dan dimensi spasial, dimensi sosial merupakan poin penting yang paling sulit didefinisikan dalam proses konservasi. Dimensi sosial dapat berperan pada keberlanjutan konservasi, sepanjang adanya keberlanjutan kehidupan urban.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
17
2.3
Ihtisar Kajian Pustaka Kreativitas dapat dimiliki oleh semua orang. Hasil pemikiran kreatif yang
teraplikasi bisa membantu kehidupan sehari-hari, begitu juga kehidupan urban. Kota Kreatif merupakan kota dimana dapat mendukung dan mengakomodir penduduknya untuk menjadi kreatif. Kreativitas tersebut dapat memberi dampak bagi kesejahteraan urban. Kota Kreatif dapat dilihat dari empat aspek, yaitu ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan. Di sisi lain, sebuah kota yang memiliki kawasan bersejarah di dalamnya, dapat menjadi dukungan dalam proses sebuah kota menuju kota kreatif. Kawasan bersejarah menjadi identitas, ciri khas, dan keistimewaan sebuah kota. Keistimewaan tersebut dapat menjadi daya tarik sebuah kota.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
18
Bab 3 Studi Kasus
Dalam membahas potensi kawasan bersejarah dalam Kota Kreatif, akan disajikan dua studi kasus di kota yang berbeda. Studi kasus tersebut adalah, Kompleks Taman Fatahillah yang berlokasi di Jakarta, dan Jalan Braga di Bandung. Kedua kawasan tersebut merupakan kawasan yang memiliki nilai sejarah yang berharga dalam perkembangan kota masingmasing.
3.1
Komplek Taman Fatahillah, Kota Tua 3.1.1 Profil Kompleks Taman Fatahillah Kompleks Taman Fatahillah terletak di dalam Kota Tua. Kotatua
merupakan salah satu kawasan cagar budaya dari empat kawasan yang terdapat di Jakarta. Kotatua memiliki luas 846 Ha , dan terletak di Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarta Barat.
Gambar 3 Letak Kota Tua dalam Jakarta Sumber: Guideline Kota Tua,2007
Kawasan Cagar Budaya Kotatua dibagi menjadi 5 (lima) zona, yaitu: kawasan Sunda Kelapa, kawasan Fatahillah, kawasan Pecinan,
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
19
kawasan Pekojan, dan kawasan Peremajaan. Di tengah Kawasan Cagar Budaya terdapat zona inti, yang merupakan area dengan nilai sejarah yang lebih bernilai. kawasan sebagai kawasan cagar budaya Kawasan Fatahillah, yang merupakan zona 2 merupakan bagian zona inti dari Kawasan Cagar Budaya Kota Tua. Luasnya sebesar 87 Ha. Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kotatua direncanakan sebagai sebuah living heritage dan sebagai kawasan revitalisasi. Hal ini dimaksudkan bahwa Zona 2 diproyeksikan menjadi salah satu tempat skala kota berekreasi, berbudaya, bertinggal, dan bekerja dengan tetap menjaga kelestarian kawasan sebagai kawasan cagar budaya.
Gambar 4 Peta Kota Tua Sumber:Guidelines Kota Tua,2007 Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
20
Kompleks Taman Fatahillah terletak di dalam zona inti tersebut. Dalam studi kasus ini, penulis memberikan batasan wilayah yang akan dianalisa. Cakupan area studi kasus meliputi Taman Fatahillah, dan kawasan pedestrian di sekitarnya,dengan batasan area : Utara : Jalan Kali Besar Timur 3 Selatan :Kantor Pajak, Kantor Metereologi Timur :Jalan Lada Barat : Jalan Kali besar timur Dengan bangunan-bangunan bersejarah yang ada pada sekitar Taman Fatahillah dapat dilihat pada tabel 2.
Gambar 5 Siteplan Taman Fatahillah dan sekitarnya Sumber:Guidelines Kota Tua,2007 Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
21
No
Nama Bangunan Sekarang
Nama Bangunan Dulu
Lokasi
Gol.
Peruntukkan Makro
1
Museum Sejarah Jakarta
Batavia Land Huis/Balai Kota
Jl. Taman Fatahillah No.1
A
Pendidikan, museum, konvensi
2
Cafe Batavia
Rumah Tinggal
Jl. Pintu Besar Utara No. 14
Diusul kan B
Komersial jasa/retail, perkantoran, pendidikan, konvensi, hotel, hunian
3
Kantor Pos Jakarta Kota
Post en Telegraaf Kantoor
Jl. Taman Fatahillah no. 3
A
Komersial jasa/retail, perkantoran, pendidikan, konvensi, hotel, hunian
4
Museum wayang
New Dutvh Church
Jl. Pintu Besar Utara No. 27-20
A
Pendidikan, museum, konvensi
5
Kantor wilayah PT Asuransi Jasa Indonesia (kosong)
Kantoor Gebouw West Java (WEVA) Handet Maatschappi
Jl. Taman Fatahillah No. 2
B
Komersial/jasa/retail, perkantoran, pendidikan, konvensi, hotel, hunian
6
Ex Bank Ekspor Impor (Bank Mandiri)
Bank of China
Jl.Pintu Besar B Utara No. 2326
Komersial/jasa/retail, perkantoran, pendidikan, konvensi, hotel, hunian
7
Dasaad Musin Concem (kosong)
Dasaad Musin Concem
Jl. Kunir
B
Komersial/jasa/retail, perkantoran, pendidikan, konvensi, hotel, hunian
8
Gedung P.T. Jakarta Llyod (kosong)
P.T. Jakarta Llyod
Jl. Kunir
Diusul kan A
Komersial/jasa/retail, perkantoran, pendidikan, konvensi, hotel, hunian
Tabel 2 Bangunan Bersejarah di sekitar Taman Fatahillah Sumber: Guideline Kota Tua, 2007
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
22
3.1.2 Sejarah Kota Tua
Gambar 6 Perkembangan Sejarah Jakarta Sumber: Rencana Induk Kota DKI Jakarta, 2005 dalam jurnal The Old Town Jakarta: Perspectives On Revitalization, Conservation and Urban Development,2006
Dalam melihat
sejarah Kompleks Taman Fatahillah akan
berhubungan dengan sejarah Jakarta, dan pembentukkan Kota Tua. Perkembangan Jakarta dimulai pada tahun 1526, ketika gabungan kekuatan Kerajaan Banten dan Demak yang dipimpin Fatahillah dapat menguasai Sunda Kelapa. Daerah tersebut dinamai Jayakarta pada 22 Juni 1527, yang berarti kemenangan yang nyata. Kota ini hanya seluas 15 hektar dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, VOC menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Rencana kota Batavia ini dirancang oleh Simon Stevin atas permintaan dewan pemerintah VOC di Belanda (1618). Kota dibangun dikelilingi tembok dan parit. Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
23
Warga yang berhak tinggal di dalam kota, adalah orang Eropa, Cina, dan Arab, sedangkan warga pribumi harus tinggal di luar tembok kota. Struktur Kota Batavia menyerupai Amsterdam. Rumah berderet kecil memanjang ke belakang, dengan jendela yang kecil untuk mengadaptasi iklim dingin atau salju. Pusat kotanya adalah Balai kota( sekarang Museum Sejarah), bangunan bertingkat dua yang selesai dibangun pada 1712. Balai kota ini menggantikan balai kota lama yang lebih kecil yang dibangun pada 1620. Kota ini dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa, Batavia dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah. Pada abad ke -18 citra ”Ratu Timur” menurun drastis. Proses pembangunan Batavia yang mengacu pada model kota di Belanda, tidak memperhatikan kondisi iklim, dan posisi Batavia yang hampir dalam permukaan laut. Keadaan ini menyebabkan wabah malaria, dan hadirnya penyakit seperti disentri, kolera, lepra yang menjadi pemandangan umum. Kondisi ini diperparah dengan gempa disertai letusan gunung berapi pada 4-5 November 1699. Hal tersebut berakibat mengacaukan sistem pengairan, dan membuat terusan menjadi penuh lumpur. Penduduk kota berulang kali mengalami disentri dan kolera. Pada 9 Mei 1821 Bataviasche Courant melaporkan, bahwa 158 orang meninggal akibat kolera di kota dan tiga hari kemudian 733 korban lagi di seluruh wilayah Batavia. Akhirnya Kota Batavia menjelang akhir abad ke-19 dinyatakan sebagai kota yang tidak sehat. Kota ini dibongkar dan ditinggalkan lebih seratus tahun. Pada akhirnya berakhirlah kisah Oud Batavia, yang diganti dengan New Batavia, di tanah weltevedren (gambir). Kemudian, hadir SK baru di tahun 1973 , yakni SK Gubernur nomor D.III-b 11/4/54/73 yang
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
24
menyatakan Daerah Jakarta Kota, Pasar Ikan, Jakarta Barat dan Jakarta Utara sebagai daerah dibawah pemugaran Pemda Jakarta.
Gambar 7 Kondisi Kota Tua masa lampau Sumber: Guideline Kota Tua,2007
3.1.3
Kondisi Kompleks Taman Fatahillah 3.1.3.1 Ekonomi Kompleks Taman Fatahillah telah menjadi daerah tujuan wisata, banyak masyarakat dari dalam maupun luar kota yang mengunjunginya. Pengunjung datang dengan berbagai maksud dan tujuan. Disebutkan pada Harian Sinar Harapan yang terbit pada Jumat, 15 Mei 2009 bahwa
Pada Mei 2009 ini, angka pengunjung yang datang sekitar 1.500 orang, bahkan pernah mencapai angka 2.000-an, sedangkan April 2009 hanya sekitar 1.000 pengunjung
Jumlah pengunjung, mempengaruhi kondisi ekonomi di Kompleks Taman Fatahillah. Pengunjung yang datang, membuka peluang aktivitas ekonomi baik formal maupun informal. Kegiatan ekonomi formal yang ada di Kompleks Taman Fatahillah, seperti kafe, dan toko souvenir yang terdapat di dalam museum. Bentuk kegiatan ekonomi informal muncul dengan penjaja makanan, minuman, mainan, maupun foto keliling. Kegiatan ekonomi informal makin marak pada akhir pekan. Di beberapa titik Kompleks Taman Fatahillah (gambar 6) muncul pasar dadakan. Banyak pedagang menggelar dagangannya di area pedestrian, serta sekitar Taman fatahillah,
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
25
baik menjual berbagai produk, kerajinan tangan, makanan, maupun menawarkan jasa.
Gambar 8 Spot-spot Pasar dadakan di akhir pekan Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 9 Pasar dadakan pada Kota Tua Sumber:Dokumen Pribadi
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
26
Salah satu kegiatan ekonomi yang khas di Taman Fatahillah adalah penyewaan sepeda onthel. Sepeda onthel merupakan sepeda tradisional. Kehadirannya sesuai dengan nuansa tempo dulu yang ada di Kota Tua. Sepeda ini dapat dijadikan alat transportasi untuk berkeliling Kota Tua.
Gambar 10 Penyewaan Sepeda Onthel Sumber:Dokumentasi Pribadi
Pada Kompleks Taman Fatahillah muncul pula aktivitas ekonomi kreatif. Aktivitas ekonomi kreatif muncul di berbagai bidang, yaitu kuliner, seni rupa, fotografi, sinematografi. Di bidang kuliner, ditandai dengan Cafe Batavia. Di bidang seni rupa terlihat dari aktivitas penjual lukisan dan sketsa.
Gambar 11 Cafe Batavia
Gambar 12 Penjual Lukisan
Sumber:dokumen pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi
Bentuk ekonomi kreatif lainnya adalah adalah kegiatan fotografi dan sinematografi. Kegiatan fotografi banyak kaitannya dengan bentukan Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
27
arsitektur dan kualitas ruang Kompleks Taman Fatahillah. Citra tersebut menjadi magnet bagi orang-orang untuk mengabadikannya dalam video maupun foto. Seperti yang terlihat dalam aktivitas foto pra wedding di Kompleks Taman Fatahillah.
Gambar 13 Pemanfaatan Taman Fatahillah dalam aktivitas foto pra wedding Sumber : Dokumen Pribadi
Minat pengunjung untuk berfoto di Kompleks Taman Fatahillah, dimanfaatkan pengusaha dengan mendirikan stand jasa fotografi. Dengan mobil kuno, sepeda onthel, vespa dan berbagai properti lainnya yang dapat menjadi fitur pelengkap dalam kegiatan fotografi.
Gambar 14 Jasa Fotografi dan propertinya Sumber:Dokumen Pribadi
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
28
Di bidang sinematofrafi, Kompleks Taman Fatahillah dijadikan tempat syuting baik film, sinema elektronik, video klip, maupun iklan. Faktor
yang
mendukung
Taman
Fatahillah
menjadi
aktivitas
sinematografi, adalah luasan dan kelenggangan kawasan. Hal ini mengakibatkan para pekerja seni dapat bebas bereksplorasi dan berkreasi di tempat tersebut.
Gambar 15 Syuting Video Klip di Taman Fatahillah Sumber:Kapanlagi.com
3.1.3.2 Sosial Pada Kompleks Taman Fatahillah,
kita bisa
menemukan
keberagaman manusia. Pengunjung berasal dari dalam dan luar kota, bahkan luar negri. Pengunjung juga berasal dari berbagai kalangan, dengan status ekonomi, suku, dan minat yang beragam. Keberagaman ini dapat menjadi sesuatu yang bermanfaat selama terjadinya interaksi sosial. Dimana dalam keberagamaan, bisa dimanfaatkan untuk bertukar wawasan, informasi, maupun ide kreatif . Lapangan luas dan pedestrian yang lebar pada Kompleks Taman fatahillah, memungkinkan menjadi ruang publik, tempat berinteraksi dan beraktivitas sosial. Kawasan ini sering dijadikan arena kegiatan komunitas tertentu. Hal ini terlihat diantaranya pada kegiatan bersepeda ke Kota Tua. Di Kompleks Taman Fatahillah mereka berkumpul, sejenak beristirahat, berinteraksi satu sama lain.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
29
Gambar 16 Bersepeda Ke Kota Tua Sumber:Dokumen Pribadi
Di lain sisi, keberadaan nilai sejarah mampu menghadirkan interaksi sosial. Salah satunya berupa aktivitas edukasi, yaitu ”jalan-jalan ke museum”. Pada sekitar Taman Fatahillah terdapat museum-museum, seperti museum Jakarta, museum wayang, museum keramik, dan museum BI.
Gambar 17 Aktivitas Jalan-Jalan Museum Sumber: Dokumen Pribadi
Bentuk interaksi sosial lainnya adalah aktivitas yang dilakukan oleh komunitas-komunitas pecinta sejarah. Komunitas pecinta sejarah terdiri dari orang-orang yang memiliki minat yang sama akan sejarah. Anggotanya bisa berasal dari berbagai elemen masyarakat. Komunitas ini memiliki agenda seperti diskusi, jalan-jalan, bedah buku, fotografi maupun seminar. Kawasan bersejarah menjadi salah satu katalisator yang mendorong komunitas tersebut melakukan interaksi sosial.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
30
Gambar 18 Salah satu komunitas pecinta sejarah beraktivitas di Kota Tua
3.1.3.3 Lingkungan
Gambar 19 Panorama Taman Fatahillah Sumber: Dokumen Pribadi
Taman Fatahillah dan area sekitarnya saat ini merupakan area pedestrian. Hal ini sangat mendukung wisatawan untuk menikmati area ini dengan leluasa, tanpa polusi dan gangguan kendaraan. Jumlah penghijauan di Taman Fatahillah, dan area pedestrian sekitarnya juga cukup memadai. Hal yang masih kurang optimal adalah penangan sampah. Akan mudah kita melihat sampah yang bertumpuk, terutama saat jumlah pengunjung meningkat. Hal ini tentu turut mempengaruhi citra Kota Tua. Ini senada dengan artikel Di Kota Tua Banyak Sampah pada 22 Mei 20105.51 WIB yang terdapat di www.poskota.co.id ” Membludaknya pengunjung di Kawasan Kota Tua Jakarta, ternyata berbuntut pada persoalan sampah. Tak heran, tempat wisata sejarah di
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
31
Jakarta Barat (Jakbar) ini sekarang terkesan kumuh, kotor dan semrawut.” Kondisi lain yang disayangkan adalah kondisi beberapa bangunan di sekitar Taman Fatahillah. Terdapat bangunan yang perawatannya minim. Hal ini mengurangi nilai keindahan arsitektur, bahkan dapat memmbahayakan karena ada bagian bangunan yang rentan ambruk, seperti disebutkan di artikel Bangunan di Kota Tua Ambruk Atapnya pada Jumat, 18 Maret 2011 - 19:04 WIB yang terdapat di www.poskota.co.id ”Bangunan berlantai empat milik BUMN PT Jasindo (Jasa Asuransi Indonesia) di depan Museum Sejarah Jakarta, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, ambruk bagian atapnya.”
3.1.3.4 Budaya Kompleks Taman Fatahillah acapkali dijadikan sarana pertunjukkan maupun gelaran festival budaya, baik oleh Pemerintah Daerah maupun bukan. Pertunjukkan yang berlangsung merupakan seni-seni tradisional Indonesia, seperti topeng monyet, kuda lumping, dan lain sebagainya. Hal ini cukup dapat menarik minat masyarakat, terutama masyarkat perkotaan maupun turis asing yang jarang menyaksikan pertunjukkan tersebut.
Gambar 20 Pertunjukkan Kuda Lumping Sumber: Dokumen Pribadi
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
32
Terdapat juga gelaran budaya, seperti festival kebudayaan Betawi pada 23 Februari 2008. Pada acara tersebut dapat disaksikan kebudayaan Jakarta, dan nuansa Jakarta tempo dulu. Para karyawan di museum sekitar Taman Fatahillah turut berpartisipasi dalam acara ini. Nilai budaya juga dapat di peroleh di museum sekitar Taman Fatahillah. Pada museum terdapat benda-benda budaya maupun benda peninggalan bersejarah, seperti koleksi wayang pada Museum Wayang, koleksi peninggalan bangunan Belanda pada Museum Fatahillah. Hal ini juga didukung dengan kegiatan yang hadir pada museum-museum tersebut, seperti pertunjukkan wayang pada museum wayang.
Gambar 21 Festival Betawi di Kompleks Taman Fatahillah
3.1.4 Ihtisar Studi Kasus Kompleks Taman Fatahillah, Kota Tua Kompleks Taman Fatahillah kini telah menjadi Daerah Tujuan Wisata yang cukup berhasil menarik pengunjung dari wilayah sekitar, bahkan luar negri. Di dalamnya terdapat berbagai aktivitas, baik aktivitas, ekonomi, sosial, dan budaya. Terdapat aktivitas ekonomi kreatif di bidang kuliner, seni rupa, fotografi maupun sinematografi. Pada aspek sosial banyak warga kota maupun komunitas-komunitas yang berkegiatan di kawasan ini. Di aspek budaya, terdapat gelaran festival budaya pada waktu tertentu.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
33
3.2
Jalan Braga 3.2.1 Profil Jalan Braga
Gambar 22 Peta Jalan Braga Sumber: GoogleEarth
Jalan Braga terletak di kota Bandung, ibukota provinsi Jawa Barat. Jalan Braga merupakan salah satu obyek wisata Kota Bandung. Membujur dari selatan ke utara, dan berjarak kurang dari satu kilometer. Secara administrasi, kawasan Braga merupakan kelurahan Braga, kecamatan Sumur Bandung, Wilayah Pembangunan Cibeunying dengan luas lahan sekitar 55 Ha. Bangunan- bangunan bersejarah yang terdapat di Jalan Braga, ialah :
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
34
Nama Bangunan
Lokasi
Gaya Arsitektur
Tahun
Arsitek
Museum Asia Afrika
Jl. Braga I-
Streamline Art
1940
A. F Albers
Asia Afrika
Deco
Jl. Braga I
Art Deco
1925
C. P. Wolff
Asia Africa Cultural Centre
Schoemaker
Apotik Kimia Farma
Jl. Braga 2-6
Neo Classic
1902
-
Gudang Kimia Farma
Jl. Braga 3
Geometric Art
1913
C. P. Wolff
Deco
Schoemaker
Hotel Braga
Jl. Braga 8
-
1928-1930
Sarinah
Jl. Braga 10
-
1937-1940
BPD Jawa Barat
Jl. Braga 12
Streamline Art
1935
A. F Albers
1925
C. P. Wolff
Deco Centre Point
Jl. Braga
Streamline Art
117
Deco
LKBN Antara
Jl. Braga 25
Kantor Gas Negara
Jl. Braga 40
Geometric Art
Schoemaker 1936
A. F Albers
1930
C. P. Wolff
Deco
Schoemaker
Toko Populer
Jl. Braga 45
Classic
1915
RLA
Ex Sister Salon
Jl. Braga 48-
Geometric Art
1930
-
50
Deco
Jl. Braga 52
Art Deco
1920
G.S Bell
Bank & Scientific
Geometric -
1919
Jl. Braga 54-
Geometric Art
1920
58
Deco
Toko Concurent,
Jl. Braga 53-
Bank Modern
55
Restoran Braga Permai, Cellini
G.S Bell
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
35
Deretan Sinsin,
Jl. Braga 59-
Tiffani
63
Deretan A. Kasoem
Jl. Braga 60-
-
1935
-
-
1923-an
-
1928-1931
-
1928-1931
-
66 North Sea Bar (Braga
Jl. Braga 82-
Geometric Art
Weg), Toko Merdeka
84
Deco
Deretan uero, Djawa
Jl. Braga 77-
Geometric Art
81,85-99
Deco
Jl. Braga 90-
-
1950
-
1920
Deretan Elegance
94 Jl. Braga 99
Ex Permorin
P.J.C Van Kleef
(BRAGA CITY WALK) Showroom Fuch and Rens Deretan Sentral
Jl. Braga
Billiard
101-109
Bank Indonesia
Jl. Braga
(Javasche Bank;
108
-
Sebelum 1930
Neo Classic
1917
Edward Cypers
Kantor Bank Sentral) Ega Kineta
Leather Palace
1955
-
-
1955
-
Neo Classic
1922
C. P. Wolff
Jl. Braga
Tropical Art
111
Deco
Jl. Braga 113-115
Landmark Building
Jl. Braga 129-131
Schoemaker
Tabel 3 Daftar Bangunan Bersejarah Jalan Braga Sumber: Revitalisasi Kawasan Bersejarah oleh Aline Jihan Hadiahwati Tahun 2007
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
36
3.2.2 Sejarah Jalan Braga Konon
Pembangunan
Jalan
Braga
berhubungan
dengan
pembangunan Jalan Anyer-Panarukan(1808-1811), dan politik tanam paksa (1830-1870). Pada saat itu, Jalan Braga menjadi rute proses pengangkutan biji kopi dengan pedati, dan disebut dengan Jalan Pedati. Jalan Braga menghubungkan Jalan Raya Pos dengan Gudang kopi Andries de Wilde( sekarang Balai Kota Bandung). Fungsi utama jalan tersebut menyebabkan kawasan itu menjadi tempat yang paling dikenal oleh masyarakat. Setelah kota Bandung menjadi ibukota Keresidenan Priangan (mulai pertengahan 1864), kawasan Braga berangsur-angsur dibenahi. Beberapa hunian eropa mulai dibangun disepanjang jalan tersebut. Hingga tahun 1874, terdapat tujuh rumah batu, dimana yang lainnya masih beratap ijuk, rumbia, ilalang. Pada masa ini berlaku Penghapusan politik tanam paksa, mengakibatkan banyak perkebunan bebas dimanfaatkan orang Eropa. Muncul banyak perkebunan di kawasan Pangalengan. Pada akhir pekan para pengusaha perkebunan tersebut berwisata ke Bandung, khususnya alun-alun dan kawasan Braga. Pertengahan 1882, Di tengah-tengah kawasan Braga
berdiri
gedung pertunjukkan Opera dengan nama Tonil Braga. Sebutan Jalan Pedati pun kemudian berubah menjadi Jalan Braga. Jalan diperkeras dengan batu kali dan digunakan lampu minyak sebagai penerang Jalan. Pada tahun 1884, aksesibilitas kereta api Batavia-Bandung dibuka. Ujung
jalan Braga
yang dekat
dengan pusat
kota mengalami
perkembangan, sedangkan bagian utaranya masih berupa hutan karet. Penataan kawasan Braga dilakukan secara kerjasama antara pemerintah dan
swasta
asing, yaitu
pemerintah
Keresidenan
Priangan
dan
pemerintah Kabupaten Bandung bekerjasama dengan para pengusaha asing kelas atas (orang Belanda/Eropa), khususnya pengusaha perkebunan.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
37
Tahun 1894 berdiri toko Hellerman, toko terbesar pertama di Bandung. Tahun 1895, sebuah gedung di ujung selatan Braga direnovasi menjadi gedung Societeit Concordia, tempat pertemuan dan hiburan golongan elite Belanda/Eropa. Pada akhir abad ke-19 sampai dengan perempat pertama abad ke20, penataan kawasan Braga makin ditingkatkan. Bupati Bandung R.A.A. Martanagara (1893-1918) berperan aktif meningkatkan kondisi rumah penduduk di sekitar Braga, khususnya mengganti atap alang-alang atau ijuk menjadi genteng. Pada tahun 1900, Jalan Braga mulai diaspal. Di seberang ujung selatan Jalan Braga berdiri toko De Vries (1900), toserba pertama di Bandung. Toko ini banyak dikunjungi petani Priangan keturunan Belanda yang kaya raya (Priangan planters). Keramaian De Vries membuat kawasan di sekitarnya ikut berkembang. Pada tahun 1906, seiring dengan Bandung mendapat status Gementee (perubahan menjadi kota) dibuat peraturan tentang standar bangunan toko di Jalan Braga. Tipe bangunan gaya barat yang semula terbuka diubah menjadi bangunan perdagangan tertutup.
Gambar 23 Jalan Braga pada 1911 Sumber: www.uniknya.com
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
38
Modernisasi Jalan Braga dilakukan tahun 1920-1930 dan menjadikannya sebagai pertokoan eksklusif. Kawasan Braga disebut "De Meest Europeesche Winkelstraat van Indie" (Kompleks pertokoan Eropa terbaik di Hindia Belanda). Kawasan ini terkenal dengan aktivitas seeing and being seen (melihat dan dilihat). Baju model terbaru yang beredar di Paris dan Amsterdam bisa dibeli di jalan Braga. Terdapat pula toko yang menjual barang elektronik, arloji, buku ,bakeri dan restoran.
Gambar 24 Keadaan Jalan Braga pada tahun 1920-an Sumber: PENATAAN BRAGA ; "SEJARAH BERULANG" Oleh: A. Sobana Hardjasaputra
Pada tahun 1942 Jepang datang dan berdiam di Indonesia selama tiga tahun. Invasi Jepang memberi pegaruh buruk. Para pemilik toko ditangkap, kemudian dimasukkan ke dalam penjara. Pada tahun 1945, tahun kemerdekaan Indonesia terjadi agresi Belanda ke dua. Di bandung sendiri terjadi peristwa APRA (Angktan Perang Ratu Adil). Pembangunan Bandung menurun, begitu juga dengan pamor jalan Braga. Kawasan Braga mengalami kondisi stagnan pada tahun 1950-an. Menjelang Konferensi Asia Afrika tahun 1955, bangunanbangunan di Jalan Braga dipercantik. Kemeriahan Jalan Braga pun hidup kembali.
Pada
tahun 1957,
kawasan Braga
mulai diperhatikan
pemerintahan Soekarno. Terjadi pemindahan kepemilikan tanah dan Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
39
bangunan ke pemerintah dan swasta. Wajah Jalan Braga mulai berubah secara perlahan. Reklame mulai bermunculan menutupi bangunanbangunan yang ada. Citra Jalan Braga surut kembali sekitar tahun 1960, bersamaan dengan pembangunan kembali sebuah toko dengan bentuk yang berbeda. Kerusakan bertambah parah ketika kesepakatan untuk tidak membangun gedung-gedung
lebih dari dua
lantai dilanggar.
Dengan alasan
pembangunan, gedung-gedung lama dibongkar dan dibangun tanpa ada aturan. Kondisi Braga pun makin semrawut.
3.2.3 Kondisi Jalan Braga 3.2.3.1 Ekonomi Aktivitas perdagangan di Jalan Braga sudah berlangsung sejak jaman penjajahan Belanda, dan fungsi tersebut masih dipertahankan sampai saat ini. Di sepanjang kiri kanan Jalan Braga, berjejer toko dengan berbagai barang dagangan. Sebagian besar memuncak aktivitasnya di malam hari. Di Braga, dapat dilihat adanya aktivitas ekonomi kreatif, yaitu di bidang kuliner, seni rupa, dan fotografi. Di Jalan Braga banyak kita temui tempat makan berupa restoran, cafe maupun bakeri. Salah satu yang cukup khas ialah hidangan pada Rumah Makan Sumber Hidangan yang dahulu bernama Het Snoephuis (Rumah Makan Manis). Cara mengolah produk kuliner dengan cara lama masih dipertahankan, dan menjadi ciri khas tersendiri. Aktivitas ekonomi kreatif lainnya, yaitu di bidang seni rupa. Hal ini bisa terlihat dari galeri, maupun galeri seni pinggir jalan. Galeri seni pinggir jalan muncul di beberapa titik Jalan Braga. Banyak pedagang dengan aliran realisme yang menjajakan dagangannya di sisi-sisi jalan. Salah satu pelukis yang terkenal dari daerah Braga adalah Affandi.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
40
Gambar 25 Penjual Lukisan di Jalan Braga Sumber:Dokumen Pribadi
Kawasan Braga juga sering dijadikan latar belakang dalam aktivitas fotografi. Aktifvitas fotografi ini terbagi atas aktivitas fotografi amatir, yang banyak dilakukan pengunjung Jalan Braga, dan aktivitas fotografi profesional. Aktivitas fotogragi profesional inilah yang merupakan salah satu sektor ekonomi kreatif.
Gambar 26 Aktivitas Fotografi Profesional di Jalan Braga Sumber: Dokumen Pribadi
3.2.3.2 Sosial Pada Jalan Braga, terdapat ruang-ruang dimana bisa terjadinya interaksi sosial, seperti kafe, restoran, maupun galeri. Tempat-tempat tersebut bisa menjadi titik pertemuan dan memungkinan adanya pertukaran ide, ilmu, dan sebagainya.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
41
Selain itu, nilai sejarah di Braga telah mendorong terjadinya interaksi sosial, seperti terlihat dalam acara Plezier Braga. Plezier Braga merupakan acara dimana peserta diajak bernostalgia , mengenang kejayaan Jalan Braga di masa lalu. Acara ini menjadi sebuah ajang pertemuan warga kota yang beragam. Di lain sisi, Jalan Braga juga telah menarik komunitas yang ada di kota untuk berkegiatan di dalamnya. Braga telah menjadi markas sebuah komunitas, yaitu Brotherhood, komunitas sepeda motor besar. Komunitas ini menyelenggarakan acara Brotherhood Braga Bike Fest. Pemilihan Jalan Braga menjadi tempat kegiatan komunitas ini menunjukkan adanya satu keterikatan dan kecintaan pada kawasan bersejarah oleh warga kota.
Gambar 27 Aktivitas Komunitas Motor di Jalan Braga Beberapa komunitas lainpun mengadakan aktivitas sosial di Braga, seperti gelaran Street Fashion Show (19/4/2009). Acara ini diikuti oleh lebih dari tujuh komunitas. Tiap komunitas menyusuri Jalan Braga dengan gaya pakaian yang unik, sesuai ciri khas masing-masing.
Gambar 28 Street Fashion Show di Braga Sumber:www.detik.com Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
Universitas Indonesia
42
3.2.3.3 Lingkungan Revitalisasi Kawasan Braga, telah diusahakan oleh Pemerintah Kota Bandung. Aspal di Jalan Braga, diganti menjadi batu andesit dengan bertitik tekan pada penataan badan jalan dan jalur pedestrian. Hal ini dalam rangka mengoptimalkan kembali daya dukung kawasan untuk dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan seni budaya, perdagangan dan jasa. Trotoar di Jalan Braga di perlebar, dan diberikan penghijauan di sisi-sisi trotoar.
Gambar 29 Kondisi Trotoar Braga Sumber:Dokumen Pribadi
Aktivitas bersama warga dalam usaha revitalisasi pun pernah diselenggarakan pada tahun 2008, yaitu program pengecatan masal gedung-gedung Jalan Braga dengan cat warna putih. Disayangkan, usaha revitalisai terhambat oleh beberapa hal, salah satunya dana. Minimnya dana telah menyebabkan minimnya perawatan beberapa bangunan bersejarah. Kondisi beberapa bangunan di Jalan Braga tidak terawat dengan baik. Bisa dijumpai bangunan terlantar, beberapa bahkan tak berpenghuni. Bangunan-bangunan ini akan lapuk dimakan usia jika tidak ada usaha pemerintah dan masyarakat untuk melestarikannya. Kondisi bangunan tak terawat tentunya akan mempengaruhi citra Jalan Braga.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
43
Gambar 30 Kondisi Bangunan yang kurang terawat di Braga Sumber:dokumen pribadi
Permasalahan lain yang Jalan braga yang sebaiknya menjadi pedestrian, sampai saat ini masih bisa dilalui oleh kendaraan-kendaraan bermotor. Hal ini tentu mengurangi kenyamanan pengunjung dalam berjalan-jalan di Jalan Braga. 3.2.3.4 Budaya Kegiatan-kegiatan Budaya yang ada pada Jalan Braga, biasanya berupa festival. Baik festival yang diadakan oleh Pemda Bandung, sebagai bagian dari menghidupkan Braga , maupun festival yang diadakan oleh masyarakat. Salah satu festival yang diadakan oleh Pemda adalah Braga Festival, seperti yang tertuang dalam kutipan berikut. ”Dalam Braga Festival 29-31 Desember, Kasubdin Promosi Disbudpar Jabar, Deddy Haryadi mengatakan, dalam festival kali ini akan mengangkat
tema
"Bihari,
Kiwari,
Baring
Supagi"
sebagai
pengejawantahan paradigma Braga selam ini, tidak hanya melihat ke belakang dan kekinian, tetapi juga menatap Braga masa depan. "Festival ini akan mempresentasikan kembali spirit terhadap tradisi serta menghormati kearifan lokal, merayakan kekinian yang pernah tumbuh di Jalan Braga.” Untuk festival yang diadakan masyarakat, salah satunya adalah festival Minang. Jadi, tidak sekedar budaya tradisional Bandung yang bisa hadir di Jalan Braga ini, budaya daerah lainpun bisa masuk. Hal ini akan dapat saling memperkaya pengetahuan akan budaya daerah masing-
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
44
masing. Dalam Festival Minang tersebut, dipertunjukkan seni tari tradisional, makanan khas, bahkan juga desain pelaminan pada adat minang. Hal ini sungguh menarik, dan dapat memberi inspirasi bagi pihak lain.
Gambar 31 Festival Minang pada Jalan Braga 22 April 2011 Sumber: Dokumen Pribadi
3.2.4 Ihtisar Studi Kasus Jalan Braga Jalan Braga, telah menjadi area perdagangan yang tersohor di jaman kolonial Belanda. Kreativitas telah muncul di Jalan Braga sejak dulu, terutama lewat fashion yang mejadi ciri utama Jalan Braga dengan aktivitas seeing and being seen (melihat dan dilihat). Keberadaannya kini memang tidak segemilang ketika Braga menjadi "De
Meest
Europeesche
Winkelstraat van Indie"
(Kompleks pertokoan Eropa terbaik di Hindia Belanda) di abad ke-19. Kini Jalan Braga menjadi kawasan bernilai sejarah, dengan fungsi perdagangan yang masih dipertahankan. Terdapat aktivitas ekonomi kreatif di Braga, dalam bidang kuliner, seni rupa maupun fotografi Braga juga menjadi ajang interaksi sosial oleh warga kota dan komunitas. Selain aktivitas sosial, warga kotapun terkadang mengadakan gelaran budaya pada Braga.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
45
Bab 4 Pembahasan
4.1
Pembahasan Kompleks Taman Fatahillah dan Jalan Braga 4.1.1 Ekonomi Kompleks Taman Fatahillah dan Jalan Braga saat ini menjadi daerah tujuan wisata. Keduanya memiliki pesona, untuk mendatangkan pengunjung baik dari daerah sekitar, maupun luar daerah dan luar negeri. Pengunjung kawasan tersebut mampu menjadi stimulus untuk aktivitas ekonomi. Pada kedua kawasan tersebut, bisa terlihat adanya aktivitas ekonomi. Jalan Braga masih mempertahankan identitasnya sebagai kawasan pertokoan. Bangunan di sisi-sisi Jalan Braga ada yang berfungsi sebagai perkantoran, restoran, bakeri, galeri seni, bar, cafe, karaoke, toko souvenir, dan lain sebagainya. Di Kompleks Taman Fatahillah, semenjak ditetapkan menjadi kawasan cagar budaya, dan peralihan beberapa bangunan menjadi museum, maka mulailah muncul aktivitas ekonomi. Di kedua kawasan, juga bisa ditemui bentuk ekonomi kreatif. Kawasan bersejarah dapat menjadi wadah yang baik bagi ekonomi kreatif. Hal ini didukung dengan kualitas ruang yang unik yang menjadi daya tarik sebuah kawasan. Pengunjung kawasan tersebut dapat menjadi sasaran pasar untuk produk-produk ekonomi kreatif. Pada Jalan Braga, kita bisa mendapati ekonomi kreatif di bidang kuliner, seni lukis, maupun fotografi. Ragam kuliner dan galeri seni telah menjadi ciri khas di Jalan Braga. Pada Kompleks Taman Fatahillah bisa ditemui ragam ekonomi kreatif di bidang fotografi, sinematografi, seni rupa, maupun kuliner. Ragam ekonomi kreatif yang dominan pada Taman Fatahillah di bidang fotografi.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
46
4.1.2 Sosial Proses berpikir kreatif, dimulai dengan tahapan persiapan. Pada tahap persiapan, individu berusaha mencari jawaban baik dengan mencari info lewat literatur, maupun bertanya kepada individu lain. Proses mencari informasi ini bisa berlangsung dalam interaksi sosial. Interaksi sosial memungkinkan terjadinya pertukaran informasi, dan rekombinasi ide-ide kreatif. Kompleks Taman Fatahillah maupun Jalan Braga dapat menjadi wadah aktivitas dan interaksi sosial. Taman Fatahillah dan area pedestrian sekitarnya
menjadi ruang yang lapang untuk berkegiatan urban. Pada
Jalan Braga, cafe, restoran, galeri, trotoar maupun jalannnya dapat menjadi area interaksi sosial. Individu-individu yang melakukan aktivitas sosial disana, berasal dari berbagai elemen masyarakat. Penduduk lokal, penduduk dari luar kota maupun luar negeri dengan bermacam karakteristik bisa ditemui di kawasan tersebut. Keanekaragaman menjadi unsur penting bagi kreativitas. Selain sebagai wadah interaksi sosial, nilai sejarah pada kawasan bersejarah dapat menjadi katalisator untuk munculnya aktivitas sosial. Kawasan bersejarah mampu menarik komunitas-komunitas yang ada di dalam kota untuk berkegiatan di dalamnya. Baik itu merupakan komunitas pecinta sejarah maupun komunitas lainnya. Komunitas
menjadi
semacam organisasi
yang
didalamnya
berkumpul orang-orang dengan potensi dan minat yang khusus. Di dalam komunitas, potensi masing-masing individu dapat terberdayakan. Dapat muncul ide-ide kreatif dari komunitas tersebut. Aktivitas komunitas di kawasan bersejarah dapat memberi kontribusi yang baik bagi kota.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
47
4.1.3 Lingkungan Kualitas ruang pada suatu tempat dapat memberikan dampak positif maupun negatif. Bentuk arsitektur
di sebuah ruang dapat
membentuk atmosfer, yang bisa memberi pengaruh ke pengguna ruang tersebut. Selanjutnya ,kondisi sebuah ruang bisa memberikan dampak terhadap kondisi sosial, maupun ekonomi tempat tersebut. Kompleks Taman Fatahillah maupun Jalan Braga memiliki kualitas ruang dan bentuk arsitektur yang unik. Inil menjadi salah satu faktor yang menarik minat orang-orang untuk mengunjungi kawasan tersebut. Hanya disayangkan, perawatan bangunan tua yang ada pada kedua kawasan tersebut, belum terawat secara optimal. Pada kedua kawasan, dapat ditemukan bangunan yang kondisinya tidak layak. Jika saja, bangunan-bangunan yang merupakan aset sejarah ini terawat lebih baik akan memberi dampak yang optimal. Pada kedua kawasan, sebenarnya sudah dilakukan usah revitalisasi, hanya belum memberi dampak yang signifikan. Fasilitas-fasilitas penunjang daya dukung kawasan, berupa sanitasi, lahan parkir ini belum cukup optimal. Untuk masalah sampah, masih banyak sampah pada Kompleks Taman Fatahillah, sedangkan pada Jalan Braga cenderung relatif lebih bersih. Urusan parkirpun belum tertata rapi baik di Kompleks Taman Fatahillah maupun di Jalan Braga, padahal ini aspek yang penting sebagai daerah tujuan wisata. Aspek pendukung yang sudah cukup baik di Kompleks Taman Fatahillah, dan Jalan Braga adalah aspek penghijauan. Pada Jalan Braga, kita bisa mendapati pepohonan yang ditanam di sisi-sisi trotoar, begitu juga pada Kompleks Taman Fatahillah juga didapati pepohonan pada Taman Fatahillah dan sekitarnya.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
48
4.1.4 Budaya Penting bagi sebuah kota yang menuju proses kreatif untuk memiliki serta menjaga identitas lokalnya. Aktivitas kebudayaan pada kawasan bersejarah turut menjadi ajang pelestarian kebudayaan lokal. Beberapa bangunan di sekitar Taman Fatahillah telah beralih fungsi menjadi museum, seperti Museum Wayang, dan Museum Sejarah. Masyarakat bisa melihat dan mengapresiasi produk budaya lewat museum tersebut. Disayangkan pada Jalan Braga, belum ada bentuk yang serupa. Di Jalan Braga, belum ada museum yang dapat merekam jejak sejarah kawasan tersebut, maupun nilai budaya Kota Bandung. Pelestarian dan penjagaan nilai budaya dapat dilakukan juga lewat acara-acara kebudayaan. Budaya yang dipertontonkan bisa merupakan budaya lokal (daerah setempat) maupun budaya yang berasal dari wilayah lain. Budaya betawi acapkali mewarnai kompleks Taman Fatahillah, terutama pada ulang tahun Kota Jakarta. Budaya sunda pun mewarnai Jalan Braga yang terletak di Bandung lewat gelaran festival yang diadakan Pemkot Bandung. Dalam gelaran tersebut, penduduk lokal bisa menunjukkan ciri khas yang mereka miliki baik berupa kesenian, makanan, pakaian, ornamen dan sebagainya.. Di Kompleks Taman Fatahillah maupun Jalan Braga juga dijadikan ajang festival kebudayaan yang berasal bukan dari wilayah setempat. Seperti pada Jalan Braga diadakan festival Minang, di Kompleks Taman Fatahillah diadakan Festival dalam rangka perayaan Imlek. Gelaran-gelaran
budaya
yang
berlangsung
pada
kawasan
bersejarah, dapat menjadi inspirasi untuk pemikiran kreatif. Gelaran budaya juga dapat menarik datangnya pengunjung ke kawasan bersejarah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan geliat ekonomi di kawasan tersebut.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
49
Bab 5 Kesimpulan
Untuk menjadi sebuah kota kreatif, maka warga di kota tersebut perlu untuk menjadi kreatif. Sebenarnya berpikir kreatif mampu dilakukan oleh semua orang, kota hanya perlu memberi dukungan dan dorongan agar warganya menjadi kreatif. Membangun dan melestarikan kawasan bersejarah mampu menjadi bentuk dukungan dan dorongan sebuah kota terhadap kreatifitas warganya. Hal ini bisa dilihat dari potensi kawasan bersejarah terhadap proses sebuah kota menuju kota kreatif. Kawasan bersejarah merupakan sesuatu yang istimewa, yang dapat berperan bagi identitas, ciri khas, maupun daya tarik sebuah kota. Potensi kawasan bersejarah dalam proses kota kreatif dapat dilihat dari empat aspek, yaitu ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keempat aspek ini saling terkait, dan saling mendukung satu sama lain. Dalam aspek ekonomi, kawasan bersejarah mampu menjadi ruang untuk wadah ekonomi kreatif, baik dari bidang fotografi, kuliner, seni rupa, dan lain sebagainya. Jumlah dan keberagaman pengunjung pada kawasan bersejarah dapat menjadi dukungan yang sangat berarti untuk timbulnya ekonomi kreatif. Aspek berikutnya, yaitu aspek sosial. Kawasan bersejarah merupakan bagian yang penting dari perkembangan sebuah kota, dan masyarakat. Hal ini telah menimbulkan kecintaan warga kota terhadap kawasan tersebut. Rasa kecintaan tersebut, menjadi faktor yang mendorong terjadinya aktivitas-aktivitas sosial di kawasan tersebut. Dalam aktivitas sosial tersebut, terjadi interaksi yang memungkingkan terjadinya pertukaran dan saling melengkapi ide-ide kreatif. Tidak sekedar aktivitas sosial, namun kawasan bersejarah menjadi ruang aktivitas dan gelaran budaya. Gelaran budaya ini memberi dampak positif, dengan menjadi inspirasi kreatif bagi warga kota, dan berdampak baik bagi kesejahteraan ekonomi. Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
50
Ketiga aspek tersebut didukung oleh daya dukung lingkungan. Kebersihan, keamanan, dan kenyaman lingkungan membuat ketiga aspek dapat berjalan dengan baik. Pada akhirnya potensi-potensi yang telah disebutkan di atas, akan sangat bermanfaat bagi kota, ketika seluruh elemen masyarakat bekerja sama dengan baik untuk mewujudkan sebuah kota kreatif.
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011
51
Daftar Refrensi
Landry, Charles.2000. The Creative City, a toolkit for urban innovators.London:Earthscan Publications Ltd. Landry, Charles.2006.The Art of City Making.London:Earthscan Publications Ltd. Horward, Peter. Heritage, management, interpretation, identity. Center, NGA.Arts and the Economy. Suherman, Sherly A. 2009.Made in bandung. Bandung:Mizan Dimyati, Edi.Wisata Kota Tua Jakarta. Jakarta:PT Gramedia Reis, Anna Carla Fonsesca, dkk.2009.Creative City Perspectives. São Paulo:Garimpo de Soluções & Creative City Productions Uqshari, Yusuf Al.2005.Melejit dengan kreatif.Jakarta:Gema Insani Press Florida, Richard.2008. Who’s your city. Basic books Orbasli, Aylin.Tourist in Historic Town: Urban Conservation and Heritage Management.London: E & FN Spon Jakarta, Pemprov DKI.2007. Guideline Kota Tua.Jakarta:Pemprov DKI
Universitas Indonesia Potensi kawasan..., Mia Setyani, FT UI, 2011