UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN MATERI CERAMAH TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TERKAIT PENGGUNAAN ANTIDIABETES ORAL DI PUSKESMAS BEJI KOTA DEPOK TAHUN 2012
SKRIPSI
PHIHANIAR INSANIPUTRI 0806398562
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FARMASI DEPOK JULI 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH PEMBERIAN CERAMAH DAN MATERI CERAMAH TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TERKAIT PENGGUNAAN ANTIDIABETES ORAL DI PUSKESMAS BEJI KOTA DEPOK TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
PHIHANIAR INSANIPUTRI 0806398562
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FARMASI DEPOK JULI 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan kemudahan serta izin-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini, dengan segala rasa syukur serta kerendahan hati, saya mengucapkan rasa terimakasih kepada : 1.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Ketua Departemen Farmasi atas dukungannya selama ini
2.
Dra. Retnosari Andrajati, M.S., Ph.D., Apt dan Dra. Azizahwati, M.S., Apt selaku pembimbing atas waktu, kesabaran, tenaga, pikiran, nasihat, inspirasi dan kepercayaan serta kesempatan yang Ibu berikan selama penelitian ini.
3.
Dr. Rani Sauriasari., M.Sc., Ph.D dan Dra. Juheini Amin, M.Si selaku penguji atas masukan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Kepala Puskesmas, seluruh karyawan serta keluarga besar puskesmas Beji kota Depok atas izin, keramahan dan bantuannya selama penelitian ini.
5.
Ayah, ndah, adik-adik serta keluarga besar atas doa dan dukungannya.
6.
Teman-teman satu penelitian dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membnagun sangat diharapkan atas skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun pihakpihak lain yang berkaitan.
Penulis
2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
ABSTRAK
Nama
: Phihaniar Insaniputri
Program studi
: Farmasi
Judul
: Pengaruh Pemberian Ceramah dan Materi Ceramah Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Terkait Penggunaan Antidiabetes Oral di Puskesmas Beji Kota Depok Tahun 2012
Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam meminum antidiabetes oral masih sangat rendah. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi pasien. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dapat diberikan pendidikan kesehatan berupa ceramah dan pemberian materi ceramah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi adanya pengaruh ceramah dan pemberian materi ceramah terhadap tingkat kepatuhan pasien dan hubungan antara faktor sosiodemografi serta penggunaan antidiabetes oral terhadap kepatuhan. Penelitian ini dilakukan secara pra eksperimental dengan rancangan pretest-posttest two group. Seluruh pasien diabetes melitus di puskesmas Beji adalah sampel penelitian yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama (30 orang) diberi ceramah dan materi ceramah, kelompok kedua (30 orang) hanya diberi materi ceramah saja. Ceramah tentang kepatuhan diberikan oleh Apoteker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pasien setelah diberi ceramah dan materi ceramah meningkat pada kedua kelompok. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank menunjukkan bahwa ceramah dan materi ceramah meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat. Hasil uji kai kuadrat menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi dan penggunaan obat tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap kepatuhan. Hasil uji Mann Whitney U menunjukkan bahwa pemberian ceramah (1,23±0,92) lebih baik dibandingkan pemberian materi ceramah(1,07±1,04) terhadap peningkatan kepatuhan. Kesimpulan yang diperoleh adalah ceramah dapat meningkatkan kepatuhan pasien lebih baik dari materi ceramah.
Kata Kunci
xiv + 96 halaman Daftar acuan
: antidiabetes oral, ceramah, diabetes melitus tipe 2, kepatuhan pasien, materi ceramah, pendidikan kesehatan, puskesmas Beji : 1 gambar, 13 tabel : 44 (1986-2012)
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
ABSTRACT
Name
: Phihaniar Insaniputri
Program study
: Pharmacy
Title
: Influence of Lecture and Lecture Material in Improving Patient Compliance Related to The Use of Antidiabetic Oral in Beji Public Health Center Depok City in 2012
Patient with diabetes type 2 compliance in taking oral antidiabetes still very low. This can increase the risk of patients complications. To be able to increase compliance level of the patiences, health education in form of lecture and lecture material is ways to go. The purpose of this study was to evaluate the influence of lecture and lecture material to increased patient compliance and the relationship between sociodemographic factors and the use of oral antidiabetic towards patient compliance. The research was done with pre-experimental pretest-posttest design of two groups. All patients with diabetes mellitus in Beji health public center was sample of research that divided into two groups. The first group (30 people) were given lecture and lecture material, the second group (30 people) were given a lecture course material. Lecture on compliance given by a pharmacist. The results show that patient compliance after being given lecture and lecture material increased in both groups. Wilcoxon Signed Rank test results show that the lecture and lecture material increased patient compliance in taking medication. Kai squared test results show that sociodemographic factors and drug use had no significant effect on adherence. . Mann Whitney U test results show that giving a lecture (1.23 ± 0.92) is better than giving a lecture materials (1.07 ± 1.04) to increased patients compliance. The conclusion is lecture can improve patients compliance better than lecture material.
Keyword
: Oral antidiabetic, lecture, Type 2 diabetes mellitus, patientS compliance, lecture material, health education, Beji health center. xiv + 96 pages : 1 picture, 13 tables Bibliography : 44 (1986-2012)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ii HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................ vi KATA PENGANTAR ........................................................................................................vii ABSTRAK ........................................................................................................................ viii ABSTRACT ......................................................................................................................... xi DAFTAR ISI ......................................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................xii DAFTAR TABEL............................................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xiv BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3 1.3. Hipotesis Penelitian ............................................................................................. 3 1.4. Tujuan Penelitian................................................................................................. 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 4 2.1. Diabetes Melitus.................................................................................................. 4 2.1.1. Definisi Diabetes Melitus .......................................................................... 4 2.1.2. Klasifikasi Diabetes Melitus ..................................................................... 4 2.1.3. Gejala Diabetes Melitus ............................................................................ 5 2.1.4. Diagnosis Diabetes Melitus....................................................................... 6 2.1.5. Komplikasi ................................................................................................ 7 2.1.6. Penatalaksanaan ........................................................................................ 9 2.1.6.1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi........................................................ 9 2.1.6.2. Penatalaksanaan Farmakologi............................................................ 10 2.1.6.3. Penatalaksanaan Diabetes Melitus tipe 2 di Puskesmas .................... 15 2.2. Kepatuhan.......................................................................................................... 15 2.3. Pendidikan Kesehatan ....................................................................................... 17 2.3.1. Definisi .................................................................................................... 17 2.3.1. Metode Pendidikan Kesehatan ............................................................... 18 2.3.3. Media Pendidikan Kesehatan .................................................................. 19 2.3.4. Materi Cetak Untuk Pendidikan Kesehatan ............................................ 20 2.3.5. Pendidikan Kesehatan Pasien diabetes melitus ....................................... 21 2.4. Puskesmas ......................................................................................................... 22 2.4.1 Puskesmas Kota Depok ........................................................................... 23 2.4.2. Puskesmas Kecamatan Beji..................................................................... 24 BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................................... 25 3.1. Desain Penelitian ............................................................................................... 25 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................. 25 3.3. Kerangka Konsep .............................................................................................. 26
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3.4. Definisi Operasional.......................................................................................... 26 3.5. Populasi dan Sampel ......................................................................................... 28 3.5.1. Populasi ................................................................................................... 28 3.5.2. Sampel ..................................................................................................... 28 3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................. 29 3.6.1. Kriteria Inklusi Pasien ............................................................................. 29 3.6.2. Kriteria Eksklusi Pasien .......................................................................... 29 3.7. Alur Penelitian................................................................................................... 29 3.7.1. Perizinan Penelitian ................................................................................. 29 3.7.2. Pengumpulan Data .................................................................................. 29 3.7.3. Pelaksanaan Intervensi ............................................................................ 30 3.8. Insrumen Penelitian ........................................................................................... 31 3.9. Etika Penelitian ................................................................................................. 32 3.10. Pengolahan Data................................................................................................ 33 3.10.1. Seleksi Data ........................................................................................... 33 3.10.2. Coding ................................................................................................... 33 3.10.3. Input Data .............................................................................................. 33 3.10.4. Cleaning Data ........................................................................................ 33 3.10.5 Analisis Data .......................................................................................... 33 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 35 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian............................................................................... 35 4.2. Karakteristik Data Sosio-Demografi Pasien ..................................................... 35 4.3. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Sebelum dan Sesudah Pemberian Ceramah .......................................................................................... 37 4.4. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Sebelum dan Sesudah Pemberian Materi Ceramah............................................................................... 38 4.5. Hubungan Faktor Sosio-Demografi Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 ......................................................................... 39 4.6. Hubungan Penggunaan Antidiabetes Oral Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2....................................................... 40 4.7. Pengaruh pemberian Ceramah Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pasien ................................................................................................................ 40 4.8. Pengaruh Pemberian Materi Ceramah Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pasien .............................................................................................. 42 4.9. Perbandingan Tingkat Kepatuhan Pasien Antara Kelompok Ceramah dan Kelompok Materi Ceramah ........................................................................ 43 4.10. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian .............................................................. 46 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 47 5.1. Kesimpulan........................................................................................................ 47 5.2. Saran .................................................................................................................. 47 DAFTAR ACUAN.............................................................................................................. 48
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ..................................................................... 27
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 2.5. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6
Kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokan diagnosis ............... 8 Target Penatalaksanaan Diabetes .............................................................. 10 Karakteristik Insulin yang Ada di Pasaran Indonesia Berdasarkan Waktu Kerja............................................................................................... 16 Keuntungan dan Kerugian Metode Pengukuran Kepatuhan Minum Obat Pasien ................................................................................................ 56 Keunggulan dan Keterbatasan Jenis-jenis Materi Pendidikan Kesehatan .................................................................................................. 22 Gambaran Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien................................ 38 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Pasien yang Diberi Ceramah Pada Saat Pre-test dan Post-test................................................. 39 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Pasien yang Diberi Materi Ceramah Pada Saat Pre-test dan Post-test................................................. 40 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Pada Kelompok Ceramah............................................................... 43 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Pada Kelompok Materi Ceramah ................................................... 44 Hasil Uji Mann- Whitney U Tingkat Kepatuhan Pasien Pada Kelompok Ceramah dan Materi Ceramah ................................................. 47
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Keuntungan dan kerugian metode pengukuran kepatuhan minum obat ................................................................................................ 54 Lampiran 2. Form kuesioner Morisky Scale .................................................................. 55 Lampiran 3. Form kesediaan pasien (Informed consent) ............................................... 56 Lampiran 4. Form data demografi pasien ...................................................................... 57 Lampiran 5. Flyer ceramah ............................................................................................ 58 Lampiran 6. Skema Alur Penelitian di Puskesmas Beji Kota Depok ............................ 59 Lampiran 7. Skema Alur Pasien Berobat di Puskesmas Beji ........................................ 60 Lampiran 8. Satuan Acara Penyuluhan Ceramah Kesehatan ......................................... 61 Lampiran 9. Materi Ceramah Kesehatan ....................................................................... 63 Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Dari Departemen Farmasi Universitas Indonesia.................................................................................................... 67 Lampiran 11. Surat Keterangan Dari Dinas Kesehatan Kota Depok ................................ 68 Lampiran 12. Surat Rekomendasi Dari Kantor Kesbangpol dan Linmas ......................... 69 Lampiran 13. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan kota Depok ............................ 70 Lampiran 14. Uji Normalitas Data Pada Kelompok Ceramah dan Kelompok Materi Ceramah Dengan IBM SPSS 20.0 ................................................. 71 Lampiran 15. Hasil Uji Homogenitas Varians Data Pada Kelompok Ceramah dan Kelompok Materi Ceramah ....................................................................... 72 Lampiran 16. Distribusi Frekuensi Data Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Kelompok Ceramah ................................................................................... 73 Lampiran 17. Distribusi Frekuuensi Data Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Kelompok Materi Ceramah ....................................................................... 75 Lampiran 18. Uji Hubungan Data Sosio-demografi Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Pada Kelompok Ceramah Menggunakan Uji Kai Kuadrat ............ 77 Lampiran 19. Uji Hubungan Data Sosio-demografi Trrhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Pada Kelompokateri Ceramah Menggunakan Uji Kai Kuadrat ...................................................................................................... 80 Lampiran 20. Uji Hubungan Regimen Antidiabetes Oral Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Menggunakan Uji Kai Kuadrat ...................................................................................................... 83 Lampiran 21. Uji Pengaruh Pemberian Ceramah Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank...................................... 85 Lampiran 22. Uji Pengaruh Pemberian Materi Ceramah Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank ................... 87 Lampiran 23. Uji Kesetaraan Data Pasien Antara Kedua Kelompok Dengan Skala Rasio/Ordinal Menggunakan Uji Mann-Whitney U .................................. 89 Lampiran 24. Uji Kesetaraan Data Pasien Antara Kedua Kelompok Dengan Skala Nominal Menggunakan Uji Kai-Kuadrat .................................................. 90 Lampiran 25. Uji Perbandingan Pemberian Ceramah dan Materi Ceramah Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Menggunakan Uji MannWhitney U .................................................................................................. 92 Lampiran 26. Rekapitulasi Pasien Kelompok Ceramah ................................................... 93 Lampiran 27. Rekapitulasi Pasien Kelompok Materi Ceramah ........................................ 95
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus tipe 2 merupakan kasus diabetes melitus yang paling sering terjadi diseluruh dunia, mencapai 90% dari total kasus penderita diabetes melitus (Handlesman, et al ,2011). Berdasarkan data dari International Diabetes Federation didapat bahwa diabetes melitus tipe 2 mempengaruhi 200 miliar orang atau lebih dari 5% populasi dewasa di dunia dan akan meningkat jumlahnya hingga 333 miliar (6,3%) dari populasi dewasa pada tahun 2025 (Wang, Fu, Zhuo, Luo, Xu, 2010). Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 oleh Departemen Kesehatan, di Indonesia terdapat prevalensi diabetes melitus tipe 2 sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil sebesar 1,7% terdapat di Propinsi Papua dan prevalensi terbesar yaitu 11,1% terdapat di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat (PERKENI, 2011). Penelitian terakhir yang dilakukan antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan prevalensi untuk diabetes melitus tipe 2 sebesar 14,7% (Soegondo, 2006). Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 yang tidak tepat dapat berakibat fatal karena diabetes merupakan salah satu penyebab tertinggi kebutaan,
gagal
ginjal,
dan
kematian
kardiovaskular.
Tujuan
penatalaksanaan diabetes adalah mengendalikan kadar glukosa darah pasien sehingga
dapat
meminimalkan
terjadinya
komplikasi
(Departemen
Kesehatan RI, 2005). Salah satu indikator keberhasilan penatalaksanaan terapi yaitu kepatuhan pasien terhadap rekomendasi terapi. Pada suatu penelitian yang dilakukan oleh Krapel K., et al (2004) terdapat 27- 49% kasus pasien diabetes melitus tipe 2 yang tidak meminum obat sesuai rekomendasi (Obreli-Neto, et al, 2011). Ketidakpatuhan pasien terhadap rekomendasi terapi
dapat
meningkatkan
risiko
komplikasi
mikrovaskular
dan
makrovaskular yang menyebabkan kerusakan organ seperti ginjal, jantung, otak dan mata. (Shams, Barakat, 2010).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Salah satu upaya yang dilakukan terkait penatalaksanaan diabetes adalah
pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan
dengan berbagai metode dan media. Salah satu
metode yang dapat
digunakan adalah ceramah. Metode konvesional ini dapat menyampaikan beberapa topik bahasan sekaligus sehingga relatif lebih efisien dan sederhana serta mampu menjangkau banyak responden dalam waktu bersamaan (Suyono, 1996). Media yang dapat untuk digunakan dalam memberikan pendidikan kesehatan adalah media cetak karena praktis dan mudah dibawa (Ghazali,2005) selain itu ada peningkatan kebutuhan pasien terhadap informasi yang tertulis (Dowse, Ramela, Browne, 2011). Salah satu media cetak yang dapat digunakan adalah materi ceramah yang berbentuk handout. media ini dipilih karena efisien, ekonomis dan sederhana (Blanck, Marshall, 2011) dan dapat memfasilitasi komunikasi antara pasien dengan petugas kesehatan (Donellan, 2001). Untuk mencapai keberhasilan penatalaksanaan penyakit diabetes melitus tipe 2 diperlukan peran serta tenaga kesehatan di tingkat pelayanan kesehatan primer, yaitu Puskesmas (Soegondo,2006). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Depok pada tahun 2008 didapatkan prevalensi pasien dengan diabetes melitus untuk pasien rawat jalan di puskesmas-puskesmas kota Depok sebesar 3,42% dari total populasi dewasa. Penelitian terhadap kepatuhan penggunaan antidiabetes oral pada pasien diabetes melitus tipe 2 di tingkat puskesmas kecamatan kota Depok belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengevaluasi pemberian ceramah dan materi ceramah terhadap peningkatan kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas wilayah kota Depok. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat di wilayah sekitar kota Depok dan dapat menilai kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas wilayah kota Depok, yaitu Puskesmas di Kecamatan Kota Depok.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Depok populasi diabetes melitus tipe 2 di kota Depok mencapai 14,7% dari populasi dewasa. Jumlah ini
akan
semakin
penatalaksanaan
meningkat
terapi
pasien
dan tidak
menjadi tepat.
komplikasi
apabila
Penatalaksanaan
terapi
membutuhkan kepatuhan pasien. Namun, tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus terhadap rekomendasi terapi masih rendah. Hal ini dapat meningkatkan meningkatkan risiko komplikasi. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dapat diberikan pendidikan kesehatan berupa pemberian ceramah dan materi ceramah sehingga diharapkan dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas pasien yang disebabkan komplikasi. 1.3. Hipotesis Penelitian 1. Pemberian ceramah dan materi ceramah meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum antidiabetes oral. 2. Faktor sosio-demografi dan penggunaan antidiabetes oral berpengaruh terhadap terhadap tingkat kepatuhan pasien. 3. Pemberian ceramah lebih baik dibandingkan pemberian materi ceramah terhadap peningkatan kepatuhan pasien.
1.4. Tujuan Penelitian 1.
Menganalisis pemberian ceramah dan materi ceramah
terhadap
peningkatan kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Beji 2.
Menganalisa hubungan faktor sosio-demografi dan penggunaan antidiabetes oral terhadap tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Beji
3.
Membandingkan pemberian ceramah dengan materi ceramah terhadap peningkatan kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Beji.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi diabetes melitus Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia karena adanya gangguan dari sekresi insulin, kerja insulin ataupun keduanya. Hiperglikemia kronis dikaitkan dengan komplikasi jangka panjang seperti kerusakan, disfungsi atau kegagalan dari organ-organ tubuh terutama ginjal, mata, syaraf. Selain itu juga dihubungkan dengan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular (James, 2009)
2.1.2. Klasifikasi Diabetes Melitus a. Pra- Diabetes Pra-diabetes adalah kondisi dimana kadar glukosa darah pasien lebih tinggi dari kadar normal namun tidak terlalu tinggi untuk dikatakan diabetes. Jumlah pasien pra-diabetes di Indonesia diperkirakan lebih banyak daripada pasien diabetes melitus tipe 2 namun belum terdapat data yang pasti terkait jumlah pasien pra-diabetes. Pra-diabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes melitus tipe 2, serangan jantung dan stroke. Apabila kondisi ini tidak terkontrol dapat meningkat menjadi diabetes melitus tipe 2 dalam kurun waktu 5-10 tahun (Departemen Kesehatan RI,2005). b. Diabetes Melitus tipe 1 Diabetes melitus tipe 1 merupakan kasus diabetes yang jarang terjadi, diperkirakan prevalensi penderita diabetes melitus tipe 1 kurang dari 5-10% dari total penderita diabetes. Tipe ini biasanya muncul pada usia anak-anak namun ada juga yang muncul pada usia dewasa. Penyebab penyakit ini karena kerusakan sel β pulau langerhaens yang disebabkan oleh reaksi otoimun sehingga menganggu sekresi insulin. Selain itu ada pula
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
yang disebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie, Rubella, CMVirus, Herpes, dan lain sebagainya (Departemen Kesehatan RI, 2005) c. Diabetes Melitus tipe 2 Diabetes melitus tipe 2 ini adalah jenis diabetes melitus yang paling banyak ditemukan. Prevalensi kasus diabetes melitus tipe 2 mencapai 9095% populasi penderita diabetes. Penyebab diabetes melitus tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal atau disebut juga resistensi insulin. Karena itu defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif (Departemen Kesehatan RI, 2005). d. Diabetes Melitus tipe lain Terdapat beberapa tipe diabetes tipe lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain (Departemen Kesehatan RI, 2005). e. Diabetes Melitus gestasional Diabetes melitus ini merupakan diabetes yang timbul pada masa kehamilan, meliputi 2-5% dari total penderita diabetes. Umumnya diabetes tipe ini terdeteksi pada trimester kedua, dan dapat pulih sendiri setelah melahirkan namun dapat berakibat buruk terhadap bayi yang dikandung. Selain itu wanita yang pernah menderita diabetes melitus tipe ini akan lebih besar risikonya untuk menderita diabetes lagi di masa yang akan datang (Departemen Kesehatan RI, 2005).
2.1.3. Gejala diabetes melitus Diabetes melitus seringkali muncul tanpa gejala, sehingga penyakit ini sulit untuk dideteksi, namun ada beberapa gejala tipikal yang bisa dijadikan sebagai penanda pasien menderita diabetes. Gejala tipikal yang sering dirasakan pasien antara lain poliuria, polidipsia, dan polifagia. Muncul keluhan seperti penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul pruritus dan berat badan menurun. (Departemen Kesehatan RI, 2005). Gejala yang muncul pada diabetes melitus tipe 1 adalah poliuria, polidipsia dan berat badan yang menurun namun nafsu makan meningkat, hipotensi dan eksaserbasi ketoasidosis. Sedangkan gejala yang mucul pada pasien diabetes melitus tipe 2 seringkali tidak diketahui, namun terdapat gejala awal seperti poliuria dan polidipsia (McPhee & Papadakis , 2010).
2.1.4. Diagnosis diabetes melitus Diagnosis diabetes melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya dengan adanya glukosuria. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah dengan pemeriksaan glukosa secara enzimatik menggunakan darah plasma vena. Diagnosis awal ditegakkan apabila terdapat gejala khas berupa
poliuria, polidipsi, polifagi, dan
penurunan berat badan yang drastis. Gejala lain yang timbul yaitu lemas, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita (Gustaviani, 2006). Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara : pertama, jika pasien mengalami gejala khas maka dilakukan uji diagnostik. Hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl dapat dijadikan patokan diagnosis diabetes melitus. Pada pasien tanpa gejala khas perlu dilakukan pemeriksaan penyaring, karena pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu dan kadar glukosa darah puasa yang tinggi tidak cukup untuk menegakkan diagnosis (PERKENI, 2011). Kedua, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mengukur satu kali lagi kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl dan kadar gl ukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl. Ketiga, pasien menderita diabetes melitus apabila pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembebanan ≥ 200 mg/dl. Tes toleransi glukosa oral dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dibandingkan pemeriksaan kadar glukosa plasma
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
puasa, namun tes ini jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus (PERKENI, 2011). Tabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan diagnosis diabetes melitus (mg/dl) (Gustaviani,2006) Bukan DM Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dl) Kadar glukosa darah puasa(mg/dl)
Belum pasti DM
DM
Plasma vena
< 110
110-199
≥ 200
Darah kapiler
< 90
90-199
≥ 200
Plasma vena
< 110
110-125
≥ 126
Darah kapiler
< 90
90-109
≥ 110
2.1.5. Komplikasi Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan dapat menimbulkan komplikasi akut dan kronis (Departemen Kesehatan RI ,2005) 1.
Komplikasi akut a.
Hipoglikemia Gejala klinis seperti pusing, lemas, gemetar, pandangan kabur,
keringat dingin, detak jantung meningkat, hilang kesadaran, hingga kematian. Pada kondisi hipoglikemia, kadar glukosa darah plasma mencapai < 50 mg/dl. Kadar glukosa yang terlalu rendah dapat menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat asupan energi yang cukup sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik bahkan rusak. Hipoglikemia lebih sering terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 1 dengan terapi insulin dibandingkan dengan pasien diabetes melitus tipe 2. Penyebab hipoglikemia adalah : (1) dosis insulin yang berlebihan, (2) saat pemberian yang tidak tepat, (3) pemakaian glukosa yang berlebihan karena olahraga yang terlalu berat, (4) faktor lain yang dapat meningkatkan kepekaan pasien terhadap insulin seperti gangguan fungsi adrenal atau hipofisis (Departemen Kesehatan RI, 2005). Tanda-tanda hipoglikemia : 1. Stadium parasimpatik : lapar, mual, tekanan darah turun
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2. Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan menghitung sederhana. 3. Stadium simpatik : keringat dingin pada muka terutama di hidung, bibir, tangan dan perasaan berdebar-debar. 4. Stadium gangguan otak berat : koma dengan atau tanpa adanya kejang. b.
Hiperglikemia Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia,
kelelahan yang parah, pandangan kabur, dan kadar glukosa darah yang melonjak secara tiba-tiba. Penyebabnya antara lain stres, infeksi dan konsumsi obat-obatan tertentu. Kondisi hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi Ketoasidosis diabetik (Departemen Kesehatan RI, 2005).
2. Komplikasi kronik. a. Komplikasi makrovaskular Terdapat tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umunya didapati pada pasien diabetes melitus yaitu penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer. Komplikasi ini sering ditemukan pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang menderita hipertensi, dislipidemia, dan kegemukan. Pencegahan komplikasi sangat penting untuk dilakukan seperti pengendalian tekanan darah, kadar kolesterol dan lipid darah. Pasien diabetes sebaiknya menjaga tekanan darah tidak lebih dari 130/80 mmHg, karena itu pasien disarankan untuk mengatur gaya hidup seperti menjaga berat badan, diet, olahraga teratur, tidak merokok dan mengurangi stress. b. Komplikasi Mikrovaskular Komplikasi ini umumnya terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 1. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati dan neuropati ini terjadi karena kondisi hiperglikemia yang persisten dan adanya pembentukan protein terglikasi yang menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi rapuh sehingga terjadi penyumbatan pada
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
pembuluh-pembuluh darah kecil. Pencegahan komplikasi mikrovaskuler dapat dilakukan mengendalikan kadar glukosa darah menggunakan insulin disertai monitoring kadar glukosa darah (Departemen Kesehatan RI, 2005).
2.1.6. Penatalaksanaan Langkah pertama dalam penatalaksanaan diabetes melitus adalah secara non – farmakologis berupa perencanaan makan dan kegiatan fisik (olahraga). Apabila sasaran pengendalian diabetes melitus belum tercapai dapat dilanjutkan dengan penatalaksanaan secara farmakologis dengan pemberian antidiabetes oral. Pada keadaan kegawatan (ketoasidosis, diabetes melitus dengan infeksi, stress) dapat langsung diberikan insulin. American Diabetes Association memberikan parameter yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan penatalaksanaan diabetes melitus dapat dilihat pada Tabel 2.2 (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Tabel 2.2. Target Penatalaksanaan Diabetes (Departemen Kesehatan RI,2005) Parameter Kadar Glukosa Darah Puasa Kadar Glukosa Darah Saat Tidur Kadar insulin Kadar HbA1c Kadar Kolesterol HDL Kadar Trigliserida Tekanan Darah
Kadar yang diharapkan 80- 120 mg/dl 100- 140 mg/ dl < 7mg/dl <7% > 45 mg/dl (pria) ; >55 mg/dl (wanita) < 200 mg/dl < 130/80 mmHg
2.1.6.1. Penatalaksanaan Non farmakologi Penatalaksanaan non-farmakologi meliputi perubahan gaya hidup dengan melakukan melakukan latihan jasmani dan mengatur pola makan yang dikenal dengan terapi gizi medis. a. Terapi Gizi Medis Prinsip terapi ini adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan atas status gizi pasien diabetes dan melakukan modifiksi diet. Pada pasien diabetes melitus penting adanya keteraturan makan dalam hal
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
jadwal, jenis, jumlah makanan yang dikonsumsi terutama pada pasien yang menggunakan insulin. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari : karbohidrat (45-65%), lemak (20-25%), protein (10-20%), natrium (6-7 g/hari) dan serat (25 g/hari) (PERKENI,2011). Tujuan terapi gizi medis adalah untuk mencapai dan mempertahankan : 1. Kadar glukosa darah mendekati normal a. Glukosa darah puasa berkisar 90-130 mg/dl b. Glukosa darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dl c. Kadar HbA1c < 7% 2. Tekanan darah < 130/80 mmHg 3. Profil lipid a. Kolesterol LDL < 100 mg/dl b. Kolesterol HDL > 40 mg/dl c. Trigliserida < 150 mg/dl b.
Latihan jasmani Pada pasien diabetes melitus latihan jasmani dapat menurunkan berat
badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga dapat mengendalikan kadar glukosa darah (PERKENI,2011). Angka kematian pasien diabetes yang melakukan latihan jasmani 50% lebih rendah dibanding yang tidak melakukan latihan jasmani. Prinsip latihan jasmani secara umum terdiri dari beberapa hal, seperti : (1) frekuensi : jumlah olahraga per minggu sebaiknya dilakukan dengan teratur 3-5 kali, (2) intensitas : ringan-sedang, (3) durasi : 30-60 menit, (4) jenis : latihan aerobik untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda (Departemen Kesehatan RI,2005).
2.1.6.2. Penatalaksanaan Farmakologi A.
Anti Diabetes Oral Berdasarkan McPhee & Papadakis (2010) obat untuk pasien diabetes
melitus tipe 2 terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu :
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
1. Golongan obat yang menstimulasi sekresi insulin dengan berikatan pada reseptor sulfonilurea Mekanisme kerja obat ini adalah dengan merangsang pengeluaran insulin dari sel β pankreas. Golongan obat ini berikatan dengan reseptor di permukaan sel β pankreas yang menutup kanal kalium dan menyebabkan depolarisasi sel sehingga kalsium akan masuk dan kemudian merangsang pengeluaran insulin. a. Sulfonilurea Sulfonilurea banyak digunakan dalam terapi hiperglikemia. Obat ini dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui ginjal dan sebagian melalui empedu. Kontraindikasi obat terhadap pasien dengan gagal ginjal dan penyakit hati. Terdapat dua generasi sulfonilurea, yaitu
generasi
pertama
terdiri
dari
tolbutamid,
tolazamid,
asetoheksamid dan klorpropamid. Generasi kedua yaitu gliburid, glipizid, gliklazid, glimepirid. Keduanya mempunyai cara kerja yang sama, hanya berbeda pada masa kerja namun tetap mempunyai efek hipoglikemi yang dapat berakibat fatal (Soegondo,2006). 1.
Sulfonilurea generasi pertama
Tolbutamid merupakan obat generasi pertama yang paling aman digunakan karena jarang terjadi efek hipoglikemia. Obat ini paling baik diberikan dalam dosis terbagi dengan durasi aksi 6-10 jam. Tolazamid, asetoheksamid dan klorpropamid jarang digunakan karena dapat menimbulkan efek hipoglikemi yang parah (McPhee & Papadakis 2010). 2.
Sulfonilurea generasi kedua
Obat generasi kedua memiliki potensi 100-200 kali dibandingkan dengan generasi pertama. Dosis gliburid yang diberikan adalah 2,5 mg per hari, glipizid diberikan sebanyak 5 mg per hari hingga 15 mg per hari diberikan sebelum makan pada pagi hari. Dosis awal gliklazid 40-80 mg perhari dan dosis maksimum 320 mg/hari. Glimepirid diberikan sebagai terapi tunggal dengan dosis 1 mg perhari.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
b. Analog meglitinid (repaglinid) Dosis awal adalah 0,5 mg tiga kali sehari, diminum 15 menit sebelum makan. c. Derivat D-Fenilalanin (Nateglinid) Dosis awal dan pemeliharaan adalah 120 mg tiga kali sehari sebelum makan. Obat ini dimetabolisme di hati dan waktu paruhnya 1,5 jam. 2. Golongan obat yang mengubah kerja insulin a. Metformin Metformin bekerja dengan mereduksi glukoneogenesis di hati dan mengaktivasi adenosin monofosfat dengan protein kinase (AMPK). Peran AMPK sebagai sensor energi intraseluler dan reglukosasi glukoneogenesis. Regimen dosis adalah 500 mg tablet tiga kali sehari dibarengi dengan makanan atau 850-1000 mg tablet dua kali sehari pada saat sarapan dan makan malam. Efek samping yang ditimbulkan berkaitan dengan dosis berupa anoreksia, mual, muntah, nyeri abdominal, diare (McPhee & Papadakis 2010). b. Thiazolidindion Obat ini berikatan dengan reseptor yang disebut Peroxisome proliferator-activated receptor gamma (PPARγ) dan mempengaruhi reglukosasi dari pelepasan adipoksin-resistin dan adinopektin dari adiposit. Sekresi adinopektin distimulasi sehingga menambah sensitivitas jaringan terhadap insulin dan menghambat sekresi resistin yang dapat menurunkan resistensi insulin. Dua obat dari kelas ini adalah rosiglitazon dan pioglitazon. Dosis rosiglitazon adalah 4-8 mg per hari dan pioglitazon adalah 15-45 mg per hari. Efek samping dari rosiglitazon dapat meningkatkan total kolesterol dalam tubuh dan osteoblastogenesis. Poliglitazon dapat menurunkan kadar trigliserida akan tetapi obat ini juga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL (McPhee & Papadakis 2010).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3. Golongan obat yang mempengaruhi absorbsi glukosa Mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat enzim α glukosidase di usus sehingga menghambat penyerapan polisakarida, dekstrin dan disakarida. a. Akarbose Akarbose merupakan oligosakarida yang berasal dari mikroba. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 50 mg diberikan dua kali sehari. Dosis secara berkala ditingkatkan hingga 100 mg tiga kali sehari. Apabila diberikan bersamaan dengan insulin atau sulfonilurea akan menimbulkan efek hipoglikemia. Efek samping yang sering ditemukan yaitu flatulen, malabsorbsi dan diare (McPhee & Papadakis 2010). b. Miglitol Miglitol memiliki efek klinis serupa dengan akarbose. Dosis awal adalah 25 mg dua kali sehari. Dosis pemeliharaan adalah 50 mg tiga kali sehari (McPhee & Papadakis 2010). 4. Incretin Incretin atau GLP-1 (Glucagon-like peptide 1) bekerja dengan merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah, namun tidak seperti sulfonilurea, incretin memiliki efek untuk merangsang insulin yang cukup rendah sehingga risiko hipoglikemia lebih jarang terjadi. a. Exenatida Exenatida atau exedin 4 adalah agonis reseptor GLP-1 yang diisolasi dari ludah Gila Monster. Obat ini diberikan secara injeksi subkutan sebanyak dua kali sehari dengan dosis 5 µg atau 10 µg. Exenatida diinjeksikan 60 menit sebelum makan pagi dan makan malam. Dosis awal diberikan sebanyak 5µg dan dapat ditingkatkan menjadi 10 µg dua kali sehari. Efek samping yang ditimbulkan yaitu mual dan pankreatitis akut (McPhee & Papadakis 2010). b. Sitagliptin Dosis pemberian sitagliptin adalah 100 mg sehari satu kali, namun dosis harus diturunkan menjadi 50 mg apabila pasien memiliki
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
ganggguan ginjal dengan klirens kreatinin 30-50 ml/min atau ditingkatkan menjadi 25 mg apabila klirens kreatinin pasien kurang dari 30-50 ml/min. Efek samping sitagliptin yaitu terjadinya nasofaringitis dan alergi (McPhee & Papadakis 2010). 5. Obat lain Pramlintida adalah analog sintesis dari Islet amyloid polypetide (IAPP atau amylin). Obat ini dapat digunakan untuk diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2. Obat ini diberikan secara injeksi sebelum makan. Untuk pasien diabetes melitus tipe 1 dosis awal yang digunakan yaitu 15 µg dan dosis pemeliharaan yaitu 30 µg atau 60 µg. Untuk pasien diabetes melitus tipe 2 dosis awal mulai dari 60 µg yang kemudian ditingkakan menjadi 120 µg dalam 3 hingga 7 hari apabila tidak mengalami gejala mual (McPhee & Papadakis 2010).
B.
Terapi Insulin Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel β pulau langerhans
kelenjar pankreas. Insulin dibentuk dari proinsulin yang apabila distimulasi terutama oleh peningkatan kadar glukosa darah akan pecah dan menghasilkan insulin dan peptida penghubung yang kemudian masuk kedalam aliran darah. Penggunaan insulin diindikasikan untuk pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2 dengan insulinopenia saat kondisi hiperglikemia tidak dapat diatasi lagi dengan terapi diet atau dikombinasi dengan antidiabetes oral. Insulin diindikasikan untuk pasien dengan diabetes kehamilan apabila diet tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah. Sediaan insulin tersedia dalam bentuk injeksi dalam vial (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 2.3. karakeristik Insulin yang ada di pasaran Indonesia berdasarkan waktu kerja (Departemen Kesehatan RI,2005) Sediaan Insulin Insulin prandial Insulin Kerja cepat Reglukosar Insulin analog, kerja sangat cepat Insulin Lispro Insulin kerja menegah NPH Insulin kerja panjang Insulin Glargine Insulin Campuran 70% NPH / 30% Reglukosar 70% NPH / 30% analog rapid
Awal Kerja
Puncak Kerja
Lama Kerja
30-60 menit
30-90 menit
3-5 jam
5- 15 menit
30 -90 menit
3-5 jam
2-4 jam 2-4 jam
4-10 jam
10-16 jam
30-60 menit
Dual
10 -16 jam
2.1.6.3. Penatalaksanaan diabetes melitus di Puskesmas Penderita diabetes melitus tipe 2 yang berobat di puskesmas diberikan antidiabetes oral dimulai dengan dosis terkecil pada awal terapi dan setelah dua minggu pengobatan dosis dapat ditingkatkan. Macam-macam antidiabetes oral yang digunakan di puskesmas menurut Departemen Kesehatan RI (2005) yaitu : 1.
Klorpropamid : 0,1 g/hari dalam sekali pemberian
2.
Glibenklamid : 5 mg/hari dalam sekali pemberian
3.
Metformin : 0,5 g/hari dalam dua hingga tiga kali pemberian
2.2. Kepatuhan (Compliance) Kepatuhan didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang meminum obat, menjalani diet dan atau merubah gaya hidup sesuai dengan penyedia layanan kesehatan (WHO, 2003). Kepatuhan mengartikan kemauan pasien secara sukarela untuk mengikuti rekomendasi terapi yang diberikan. Tingkat kepatuhan yang tinggi lebih banyak terjadi pada pasien dengan penyakit akut dibandingkan pada pasien dengan penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang (Osterberg & Blaschke, 2005).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien terutama pada penyakit yang memiliki terapi jangka panjang seperti diabetes melitus tipe 2. Menurut Lerman (2004) faktor hambatan terhadap kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 sebagai berikut : 1. Faktor Psikososial Faktor hambatan psikososial seperti stres, depresi, keengganan pasien untuk mengubah pola hidup dan menjalankan terapi rekomendasi, terapi yang kompleks serta kurangnya dukungan keluarga pasien dapat menjadi penyebab dari rendahnya kepatuhan pasien terhadap terapi diabetes melitus tipe 2. 2. Faktor Pendidikan Tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien berkaitan erat dengan tingkat kepatuhan terapi pasien. 3.
Faktor Sosioekonomi dan Budaya Pendapatan
pasien
merupakan
salah
satu
faktor
yang
dapat
menghambat kepatuhan pasien. Pengobatan yang mahal serta penggunaan
jangka
panjang
membuat
pasien
tidak
dapat
mengakomodasi obat secara sempurna. Selain itu gaya hidup pasien yang gemar makanan cepat saji dapat menjadi salah satu faktor ketidakpatuhan terhadap rekomendasi terapi gizi. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan yaitu dengan pengukuran langsung dan tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu observasi terapi secara langsung, pengukuran kadar obat dalam darah, pengukuran penanda biologis dalam darah. Metode tidak langsung yaitu kuesioner, menghitung pil, monitor obat secara elektronik, pengukuran penanda fisiologis, buku harian pasien, pengukuran kecepatan penebusan resep kembali, penilaian respon klinis pasien. masing-masing dari metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan yang dapat dilihat pada Lampiran 1 (Osterberg & Blaschke, 2005). Salah satu cara yang sederhana untuk mengukur kepatuhan adalah dengan menggunakan kuesioner. Model kuesioner yang dapat digunakan
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
untuk menilai kepatuhan pada terapi adalah kuesioner Morisky Scale. Kuesioner ini telah tervalidasi dan dapat digunakan untuk mengukur kepatuhan pengobatan pada penyakit dengan terapi jangka panjang seperti diabetes melitus. Awalnya kuesioner Morisky scale yang divalidasi berjumlah empat pertanyaan dan digunakan untuk mengukur kepatuhan pasien hipertensi. Kelebihan dari kuesioner ini adalah menggunakan bahasa yang sederhana dan perhitungan skor yang mudah. Kuesioner Morisky scale empat pertanyaan tersebut diperbaharui dengan empat pertanyaan tambahan yang menggambarkan lingkungan yang mempengaruhi perilaku kepatuhan (Korb-Salvodelli, et al, 2012). Kuesioner
Morisky
Scale
delapan
pertanyaan
memiliki
sifat
psikometrika yang lebih baik dibanding kuesioner Morisky Scale empat pertanyaan. Kuesioner Morisky Scale delapan pertanyaan dirancang untuk mengidentifikasi hambatan dan sikap pasien yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap rekomendasi obat (Korb-Salvodelli, et al, 2012). Perhitungan pada kuesioner Morisky Scale delapan pertanyaan sebagai berikut : perhitungan skor pasien > 2 dapat dikatakan pasien memiliki kepatuhan rendah, jika nilai yang diperoleh 1 atau 2 disebut kepatuhan sedang dan jika nilai adalah 0 maka disebut kepatuhan tinggi (Morisky, Ang, Krousel-Wood, Ward, 2008).
2.3. Pendidikan Kesehatan 2.3.1. Definisi Pendidikan kesehatan adalah upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan menggunakan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi dan kesadaran. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan yaitu : (1) metode yang digunakan, (2) materi yang disampaikan, (3) pelaksana pendidikan, (4) alat bantu atau peraga (Notoatmodjo, 2003).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2.3.2. Metode Pendidikan Kesehatan 1.
Metode pendidikan perorangan Metode ini digunakan untuk membina seseorang yang tertarik kepada perubahan perilaku. Bentuk pendidikan perorangan dapat berupa bimbingan, penyuluhan, konseling serta wawancara
2.
Metode pendidikan kelompok a.
Kelompok Besar 1) Ceramah Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. 2) Seminar Metode ini hanya cocok untuk sasaran yang berpendidikan menengah keatas.
b.
Kelompok kecil 1) Diskusi kelompok Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan tentang topik tertentu. 2) Curah pendapat Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. 3) Bola salju (Snow balling) Metode
ini
membagi
kelompok
berpasangan
kemudian
dikumpulkan kembali untuk berdiskusi 4) Kelompok- kelompok kecil (Buzz group) Metode ini membagi kelompok menjadi kelompok-kelompok kecil yang diberi permasalahan untuk diskusi. 5) Memainkan peran (Role play) Pada metode ini beberapa anggota kelompok dotunjuk untuk memainkan peran dan memeragakan. 6) Permainan simulasi (Simulation game) Metode ini merupakan metode gabungan antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan kesehatan disampaikan dalam bentuk permainan.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3.
Metode pendidikan massa Metode pendidikan massa cocok untuk menyampaikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan massa bersifat umum, tidak membedakan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan. Contoh metode pendidikan massa antara lain ceramah umum, diskusi atau pidato kesehatan melalui media elektronik, tulisan di media cetak berupa artikel kesehatan atau konsultasi, Billboard.
2.3.3. Media Pendidikan Kesehatan Media pendidikan kesehatan adalah media yang digunakan oleh pemberi pendidikan dalam menyampaikan pendidikan. Media digunakan berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan pada setiap individu ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak panca indera yang digunakan untuk menerima sesuatu, maka semakin banyak dan semakin jelas pengetahuan yang diperoleh oleh seorang individu. Media pendidikan kesehatan dimaksudkan untuk mengarahkan panca indera sebanyak mungkin sehingga mempermudah pemahaman (Notoatmodjo, 2003). Menurut Notoatmodjo (2003) terdapat tiga macam media yang dapat digunakan dalam pendidkan kesehatan : 1. Media bantu lihat (visual aids). Media ini berguna dalam membantu stimulasi indera penglihatan. Ada dua bentuk media lihat, yaitu : a. Media yang diproyeksikan misalnya slide, film. b. Media yang tidak diproyeksikan misalnya gambar, peta, bagan, handout (materi yang dicetak), bola dunia, dan sebagainya 2. Media bantu dengar (audio aids). Media ini dapat membantu stimulasi indera pendengar, misalnya : CD, piring hitam, radio dan lain sebagainya. 3. Media bantu lihat dengar. Misalnya, televisi, VCD, dan lain sebagainya.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2.3.4. Materi Cetak Untuk Pendidikan Kesehatan Materi cetak untuk pendidikan kesehatan banyak digunakan sebagai media untuk pendidkan kesehatan. Sumber materi disesuaikan dengan pendidikan yang diberikan. Materi cetak tidak efektif apabila diberikan secara tunggal karena hanya memuat sebagian materi yang akan disampaikan (Lang, 2006). Terdapat beberapa jenis materi yang dicetak seperti leaflet, poster, dan handout. Setiap jenis materi memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing yang dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tujuan
pemberian
materi
cetak
adalah
untuk
memfasilitasi
komunikasi antara pemberi materi dengan pasien sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pasien. Salah satu materi cetak yang umum digunakan adalah handout. Materi cetak ini merupakan media yang mudah dibuat dan ekonomis. Dalam penyajian materi cetak perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya : kemampuan membaca pasien, bahasa yang digunakan, desain, isi materi, sumber yang digunakan (Clark,2011). Menurut Lang (2006) materi cetak handout cukup efektif untuk pendidikan kesehatan karena materi cetak handout yang baik dapat meningkatkan kepatuhan melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman pasien terkait penyakit yang diderita. Selain itu pesan yang disampaikan secara verbal mudah untuk dilupakan sehingga dibutuhkan materi cetak untuk menjaga ingatan pasien. Materi cetak akan lebih efektif apabila diberikan sebagai bagian dari media penunjang dalam pendidikan kesehatan, karena pemberian materi cetak saja tidak cukup untuk meningkatkan pengetahuan dan perubahan sikap pasien.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 2.2. Keunggulan dan keterbatasan jenis-jenis materi pendidikan kesehatan (Ewles, Simnet, 1994) Jenis Materi
Keunggulan 1. Pasien dapat belajar mandiri
Leaflet, Handout
Keterbatasan 1. Materi
2. Informasi dapat dibagi dengan orang lain
orang 2. Leaflet dan Handout tidak
4. Handout mudah dibuat, diperbanyak
tahan lama dan mudah hilang 3. Handout perlu pengetikan
5. Handout dan leaflet
dan
merupakan media pendidikan yang sederhana 1. Dapat meningkatkan
Poster, display
kesadaran terhadap kesehatan
diproduksi
tidak cocok untuk setiap
3. Informasi dapat diberikan secara detail
yang
secara massal kemungkinan
fasilitas
penggandaan
yang baik 4. 1. Mudah rusak dan diacuhkan 2. Materi
yang
berkualitas
dan meningkatkan
tinggi membutuhkan tenaga
kepercayaan, sikap dan
ahli terkait peralatan cetak
perilaku 2. Dapat menyampaikan informasi, mengarahkan pasien melihat sumber lain
3. Poster dapat dibeli dengan biaya yang rlatif mahal 4. Butuh
uji
coba
terhadap
sasaran
3. Mudah dibuat 1. Dapat memacu diskusi
Videotape
mengenai sikap dan perilaku 2. Cocok untuk sasaran dalam
1. Alat dapat rusak 2. Layar
yang
kecil
dapat
membatasi jumlah audiens
jumlah sedang dan kecil 3. Dapat digunakan untuk belajar mandiri 4. Dapat direkam untuk digunakan lagi Transparansi OHP
1. Dapat digunakan untuk
1. Perlu listrik
membangun informasi dengan
2. OHP mudah rusak
menggunakan tekhnik overlay
3. Lensa
2. Dapat digunakan untuk sasaran dengan jumlah tidak terbats
OHP
menghalangi
dapat pandangan
peserta
3. Mudah digunakan
2.3.5. Pendidikan Kesehatan Pasien diabetes melitus Pendidikan kesehatan diabetes adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes melitus tipe 2
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan pasien akan penyakitnya. Pendidikan kesehatan merupakan
salah satu pilar
penatalaksanaan diabetes yang memiliki peran penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal sehingga komplikasi kronik dapat dicegah. Pendidikan kesehatan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 dapat dilakukan dengan tatap muka dan didukung dengan penyediaan alat dan materi pendidikan yang diperlukan serta penggunaan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien diabetes melitus tipe 2 (Departemen Kesehatan RI, 2005). Pendidikan
kesehatan
dapat
dilaksanakan
baik
secara
perseorangan maupun berkelompok. Penyediaan materi pendidikan yang informatif dan menarik merupakan pendukung yang kuat karena akan meningkatkan pengetahuan pasien. salah satu metode pendidikan kesehatan yang dapat digunakan adalah ceramah. Metode ini tergolong metode yang konvesional karena persiapannya mudah dan sederhana serta fleksibel. Pasien dapat berpartisipasi dalam proses belajar dengan cara mendengarkan, membuat catatan dan bertanya pada pemberi materi (Departemen Kesehatan RI, 2005).
2.4. Puskesmas Menurut Azrul Azwar (1996) Puskesmas adalah unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Secara nasional standar kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Visi utama Puskesmas adalah pembangunan kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup empat indikator yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan
pelayanan
kesehatan yang bermutu dan derajat kesehatan penduduk. Untuk mencapai visi tersebut Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang ditunjang dengan pelayanan kefarmasian klinik bermutu.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
1.
Pelayanan kesehatan perseorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perseorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. pelayanan kesehatan perseorangan antara lain rawat jalan atau rawat inap.
2.
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat, serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
3.
Pelayanan Kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, administrasi) dan pelayanan farmasi klinis (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan pencatatan atau penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, sarana prasarana dan metode tatalaksana yag sesuai. Pelayanan yang dilakukan di Puskesmas adalah pelayanan
kesehatan primer yaitu pelayanan kesehatan yang terjangkau, murah, mudah, praktis. Untuk pasien diabetes diutamakan pelayanan yang mencegah terjadinya diabetes melitus tipe 2 pada pasien yang mempunyai faktor risiko tinggi seperti kegemukan, hipertensi, umur > 40 tahun, adanya faktor keturunan, dan ibu hamil, serta untuk mencegah komplikasi.
2.4.1. Puskesmas Kota Depok Kota Depok memiliki 32 Puskesmas yang tersebar di sebelas kecamatan. Setiap kecamatan memiliki satu Puskesmas kecamatan. Puskesmas kecamatan merupakan Puskesmas terbesar di wilayah kecamatan tersebut. Umumnya, Puskesmas kecamatan memiliki jumlah pasien yang lebih banyak dibandingkan Puskesmas kelurahan. Jumlah Puskesmas
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
kecamatan di Kota Depok adalah sebelas sesuai dengan jumlah kecamatannya. Puskesmas kecamatan kota Depok antara lain : Beji, DTP Cimanggis, Tapos, Sawangan, Cilodong, Cipayung, DTP Sukmajaya, Cinere, Pancoranmas, Limo, Bojong sari (Sari, 2011). 2.4.2. Puskesmas Kecamatan Beji Puskesmas Kecamatan Beji terletak di wilayah Kelurahan Beji dan Beji Timur dengan batas wilayah sebelah utara : kelurahan kukusan, batas selatan : Kecamatan Pancoran Mas, batas barat : Kelurahan Tanah Baru, batas timur : Kelurahan Kemiri Muka. Puskesmas Kecamatan Beji bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di kedua puskesmas kelurahan. Dalam upaya menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja, puskesmas Beji melakukan upaya kesehatan yang dikelopokkan menjadi dua, yaitu : 1.
2.
3.
Upaya kesehatan wajib a.
Upaya promosi kesehatan
b.
Upaya kesehatan lingkungan
c.
Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d.
Upaya perbaikan gizi masyarakat
e.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f.
Upaya pengobatan
Upaya kesehatan pengembangan a.
Upaya kesehatan sekolah
b.
Upaya kesehatan olahraga
c.
Upaya kesehatan gigi dan mulut
d.
Upaya kesehatan mata
e.
Upaya kesehatan usia lanjut
Upaya kesehatan penunjang : laboratorium dan unit khusus klinik penyalahgunaan dampak merokok
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1.
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan pretest-postetst two group design. Penelitian ini menggunakan dua kelompok pasien yang diberi intervensi berbeda, yaitu kelompok yang diberi intervensi ceramah kesehatan dengan media berupa materi ceramah kesehatan dan kelompok yang hanya diberi intervensi media berupa materi ceramah kesehatan. Pada kedua kelompok diberikan pretest untuk menilai kepatuhan pasien sebelum dilakukan intervensi. Lalu kedua kelompok diberikan intervensi berupa ceramah kesehatan dan intervensi media dengan materi ceramah kesehatan. Setelah pemberian intervensi dilakukan post-test untuk menilai tingkat kepatuhan pasien. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara bebas terpimpin. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa kuesioner kepatuhan Morisky Scale dan data sosiodemografi. Data sekunder berupa resep yang mencantumkan antidiabetes oral. Selanjutnya data diolah dengan program IBM SPSS 20.0.
3.2.
Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Beji Kota Depok. Pemilihan puskesmas berdasarkan data prevalensi kasus diabetes melitus tipe 2 tertinggi pada bulan Februari 2012 dari Dinas Kesehatan Kota Depok. Pengambilan data dilakukan dari bulan Maret-Mei 2012.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3.3. Kerangka Konsep
Intervensi Ceramah Kesehatan dan Materi Ceramah Kesehatan
Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 terkait penggunaan antidiabetes oral
Faktor Sosio-Demografi Pasien, Regimen Antidiabetes Oral
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
3.4. Definisi Operasional 1.
Ceramah Kesehatan Intervensi yang diberikan kepada satu kelompok pasien diabetes melitus tipe 2 berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang dilakukan sekali setelah pasien melakukan pretest (pengisian kuesioner kepatuhan Morisky Scale). Ceramah dilaksanakan selama 60 menit.
2.
Materi ceramah kesehatan Intervensi berupa media visual yang diberikan kepada kedua kelompok pasien diabetes melitus tipe 2 yang berisi materi ceramah kesehatan. Isi materi disesuaikan dengan satuan acara penyuluhan serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
3.
Faktor Sosio-demografi pasien Faktor sosiodemografi pasien pada penelitian ini terdiri dari : a. Jenis Kelamin Kategori dalam masyarakat yang didasarkan pada perbedaan biologis. Skala : Nominal Kategori: 1. Pria 2. Wanita
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
b. Umur Lama waktu hidup pasien sejak dilahirkan hingga penelitian dilakukan. Skala : Interval Kategori: 1. Kelompok umur 30-45 tahun 2. Kelompok umur 46-60 tahun 3. Kelompok umur ≥ 60 tahun c. Tingkat pendidikan Pendidikan terakhir yang didapat oleh pasien DM tipe 2 Skala : Nominal Kategori: 1. Tidak mendapat pendidikan formal 2. Tamat SD 3. Tamat SMP/SMA/Kejuruan 4. Tamat Perguruan Tinggi / Akademi d. Tingkat pendapatan Pendapatan pasien DM tipe 2 per bulannya. Skala : Interval Kategori: 1. < Rp 500.000,00 2. Rp 500.001,00 – Rp 1.000.000,00 3. Rp 1.000.001,00 – Rp 1.500.000,00 4. > Rp 1.500.001,00 e. Jenis Pekerjaan Mata pencaharian atau kegiatan pasien DM tipe 2 saat ini. Skala : Nominal Kategori: 1. PNS/ Swasta 2. Wiraswasta 3. Lain-lain 4. Tidak bekerja/Pensiunan
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
4.
Penggunaan antidiabetes oral Obat yang digunakan pasien untuk mengontrol kadar glukosa darah dan diresepkan oleh dokter di puskesmas. Skala
: Nominal
Kategori : 1. Glibenklamid 2. Metformin 3. Glibenklamid dan metformin 5.
Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 Kesukarelaan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam menjalankan rekomendasi terapi antidibetes oral yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Pengukuran kepatuhan dilakukan dengan pengisian kuesioner Morisky Scale. Pertanyaan dari no. 1 hingga 7 untuk “Ya” bernilai 1 dan “Tidak” bernilai 0. Sedangkan pertanyaan pada no. 5 untuk jawaban “Ya” bernilai 0 dan “Tidak” bernilai 1. Pertanyaan pada no. 8 untuk jawaban “A” bernilai 0 dan jawaban “B-E” bernilai 1 Skala
: Ordinal
Kategori : 1. Penilaian kepatuhan pasien tinggi jika 0 2. Penilaian kepatuhan pasien sedang jika 1 atau 2 3. Penilaian kepatuhan pasien rendah jika > 2
3.5. Populasi dan sampel 3.5.1. Populasi Seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat jalan di puskesmas Beji kota Depok dari bulan Maret-Mei 2012 dan telah diberikan pretest. 3.5.2. Sampel Pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat di puskesmas Beji kota Depok yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi berjumlah 60 orang yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi intervensi berupa ceramah kesehatan
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
sebanyak 30 orang dan kelompok yang diberi intervensi media cetak berupa materi ceramah yang berbentuk handout sebanyak 30 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan secara total sampling.
3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi 3.6.1. Kriteria inklusi pasien 1.
Pasien laki-laki dan perempuan dengan riwayat penyakit diabetes melitus tipe 2 yang berobat jalan di Puskesmas Beji Kota Depok dari bulan Maret-Mei yang menggunakan antidiabetes oral minimal satu bulan sebelumnya.
2.
Pasien yang berusia ≥ 30 tahun.
3.
Pasien dapat membaca
4.
Pasien yang bersedia menjadi responden
5.
Pasien yang mendapat intervensi berupa ceramah dan materi ceramah
3.6.2. Kriteria eksklusi pasien 1.
Ibu hamil
2.
Pasien yang tidak mengikuti salah satu test
3.7. Alur penelitian 3.7.1. Perizinan penelitian Sebelum melakukan pengambilan data ke puskesmas, peneliti mengajukan permohonan izin terlebih dahulu ke lembaga-lembaga terkait, dimulai dari Departemen farmasi, Dinas Kesehatan Kota Depok, Kesbangpol
Linmas (Kesatuan
Bangsa,
Politik, dan
Perlindungan
Masyarakat), Dinas Kesehatan Kota Depok dan kepala puskesmas Beji (surat perizinan dapat dilihat pada Lampiran 10,11,12,13). Setelah mendapatkan izin peneliti mulai melakukan sampling pasien.
3.7.2. Pengumpulan data Pengambilan data dilakukan dengan metode observasi dan wawancara bebas terpimpin. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang dikumpulkan dengan cara sebagai berikut :
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
1.
Pengambilan data berdasarkan kesediaan pasien menjadi responden dengan mengisi informed consent.
2.
Data primer diperoleh dengan metode wawancara bebas terpimpin kepada pasien diabetes melitus tipe 2 yang berobat di Puskesmas Beji. Data primer berupa data sosio-demografi pasien serta hasil pretest dan post-test menggunakan instrumen kuesioner kepatuhan Morisky Scale yang sudah tervalidasi dengan bentuk jawaban “ya” atau “ tidak”. Pasien dibantu oleh peneliti dalam menjawab kuesioner melalui wawancara bebas terpimpin. Pretest diberikan sebelum pelaksanaan intervensi dan post-test dilakukan dua minggu setelah pelaksanaan intervensi.
3.
Data sekunder diperoleh dari data resep pasien yang masuk ke instalasi farmasi di Puskesmas Beji Kota Depok serta rekam medik pasien untuk mendapatkan data kadar glukosa darah sewaktu pasien saat pretest dan saat post-test.
3.7.3. Pelaksanaan intervensi Intervensi pada penelitian ini dilakukan dengan dua metode, yaitu metode ceramah dan metode materi ceramah yang dicetak. Pelaksanaan intervensi dilakukan pada waktu yang berbeda dengan sampel yang berbeda. 1.
Ceramah kesehatan dilaksanakan pada tanggal 25 April 2012 selama 60 menit (termasuk diskusi) di aula puskesmas Beji lantai 2. Materi yang diberikan oleh pemateri menggunakan bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti oleh semua pasien. Materi ceramah terdiri dari : Definisi dan patofisiologi penyakit diabetes melitus, klasifikasi diabetes
melitus,
Penatalaksanaan
diabetes
melitus
berupa
pengelolaan nutrisi dan diit, penggunaan serta regimen antidiabetes oral, aktivitas jasmani, pemantauan kadar glukosa darah, pencegahan komplikasi, manfaat kepatuhan, penggunaan sistem pelayanan kesehatan (bagan alur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6). 2.
Materi ceramah kemudian dicetak lalu diberikan kepada pasien yang menghadiri ceramah kesehatan dan kepada pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Beji yang tidak bersedia menghadiri ceramah
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
kesehatan. Materi mulai diberikan kepada pasien pada tanggal 26 April 2012 (bagan alur penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6). 3.8. Instrumen Penelitian 1.
Kuesioner Pengambilan
data
primer
dilakukan
dengan
menggunakan
kuesioner kepatuhan Morisky scale yang sudah divalidasi kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan diuji pemahaman kepada 20 orang yang dipilih secara acak. Pertanyaan dalam kuesioner berjumlah delapan buah dengan jawaban ya atau tidak (Dichotomous choice). Pengukuran skor Morisky Scale untuk pertanyaan dari no. 1 hingga 7 untuk “Ya” bernilai 1 dan “Tidak” bernilai 0. Sedangkan pertanyaan pada no. 5 untuk jawaban “Ya” bernilai 0 dan “Tidak” bernilai 1. Pertanyaan pada no. 8 untuk jawaban “A” bernilai 0 dan jawaban “B-E” bernilai 1. Rincian jawaban sebagai berikut : “A” atau tidak pernah jika pasien tidak sekalipun lupa meminum obat dalam satu minggu, “B” atau sekali-sekali, jika satu kali dalam seminggu pasien lupa meminum obat, “C” atau kadang-kadang, jika tiga/empat kali dalam seminggu pasien lupa meminum obat, “D” atau biasanya, jika lima/enam kali dalam seminggu pasien lupa meminum obat, dan “E” atau setiap saat, jika dalam seminggu pasien lupa meminum obat sama sekali (lihat Lampiran 2) 2.
Data sosio-demografi Pasien Pengambilan data primer juga dilakukan dengan data sosiodemografi pasien yang terdiri dari nama, umur, alamat, nomor telepon, pekerjaan,
tingkat
pendapatan,
tingkat
pendidikan,
regimen
antidiabetes oral yang digunakan (lihat Lampiran 4) 3.
Materi ceramah Intervensi berupa media yang dicetak dan diberikan kepada pasien yang berisi tentang : Definisi diabetes melitus, Etiologi penyakit diabetes melitus, pencegahan komplikasi, Penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 berupa pengelolaan nutrisi dan diit, penggunaan serta
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
regimen antidiabetes oral dan insulin, aktivitas jasmani, pemantauan kadar glukosa darah, dan manfaat kepatuhan terhadap penggunaan antidiabetes oral (lihat Lampiran 9) Dalam pembuatan materi ceramah perlu memperhatikan cara pembuatan yang baik sehingga akan lebih efektif. Cara pembuatan materi ceramah yang baik menurut Ewles dan Simnet (1994) yaitu : a. Menjaga tujuan materi. Isi materi harus singkat dan lugas, hindari materi yang tidak sesuai dengan tema. b. Penekanan terhadap isi yang penting dengan mengubah jenis huruf atau warnanya. c. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, sederhana dan menjelaskan istilah asing yang digunakan d. Memperhatikan penggunaan warna, tata letak dan ukuran cetak untuk meningkatkan kejelasan. e. Hindari penggunaan huruf kapital f. Gunakan
ilustrasi
gambar,
grafik
dan
tabel
untuk
mempermudah komunikasi. 4.
Resep Keterangan dokter tentang obat serta regimen yang diberikan kepada pasien dan dapat ditebus dengan obat di apotek.
6.
Flyer Selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tentang judul ceramah, tempat dan waktu ceramah, dan penyelenggara. Flyer didesain semenarik mungkin dengan bahasa yang singkat dan mudah dimengerti. Flyer digunakan untuk menginformasikan dan mengajak responden untuk ikut berpartisipasi dalam ceramah.
3.9. Etika Penelitian Sebelum pengumpulan data terlebih dahulu peneliti meminta persetujuan pasien untuk menjadi responden melalui penandatanganan lembar persetujuan (informed consent) yang dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
3.10. Pengolahan data Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya : 3.10.1. Seleksi data Sebelum data dimasukkan ke dalam program Microsoft excel, peneliti melakukan pemilahan kelengkapan data pasien serta data pasien yang memenuhi kriteria inklusi 3.10.2. Coding Merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Peneliti melakukan coding terhadap data yag dimasukkan untuk kemudian dianalisis dengan program statistik SPSS 20.0. Data yang di –coding antara lain : 1.
Jenis kelamin pasien
2.
Umur pasien
3.
Tingkat pendidikan
4.
Jenis pekerjaan
5.
Tingkat pendapatan
6.
Regimen antidiabetes oral
7.
Tingkat kepatuhan pasien
3.10.3. Input data Data pasien yang sudah lengkap dan memenuhi kriteria inklusi dimasukkan ke program Microsoft excel dengan format tabel yang memuat nama, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, regimen antidiabetes oral, tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest dan posttest, glukosa darah pada saat pretest dan posttest. 3.10.4. Cleaning data Setelah data dimasukkan kemudian diperiksa kembali untuk memastikan apakah data bersih dari kesalahan dan siap untuk dianalisis 3.10.5. Analisis data Data dianalisis secara statistik deksriptif dan statistik inferensial yang diolah menggunakan program IBM SPSS 20.0. Confidence interval yang digunakan sebesar 95% dengan α = 0,05. Pengolahan data meliputi :
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
a.
Analisis distribusi frekuensi data sosio-demografi pasien diabetes melitus tipe 2.
b.
Analisis normalitas distribusi sampel
c.
Analisis hubungan antara data sosio-demografi dengan tingkat kepatuhan pasien dengan uji kai kuadrat.
d.
Analisis hubungan antara regimen dosis dengan tingkat kepatuhan paien dengan uji Kai kuadrat.
e.
Analisis pengaruh pemberian intervensi ceramah kesehatan dan materi ceramah kesehatan terhadap tingkat kepatuhan pasien dengan uji Wilcoxon Signed Rank
f.
Analisis kesetaraan data sosio-demografi dan tingkat kepatuhan kedua kelompok dengan uji kai kuadrat dan Mann Whitney U.
g.
Analisis perbandingan ceramah kesehatan dan materi ceramah kesehatan terhadap tingkat kepatuhan pasien dengan uji Mann Whitney U.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi lokasi penelitian Puskesmas Beji terletak di Kecamatan Beji dengan wilayah kerja meliputi kelurahan Beji dan Kelurahan Beji Timur. Puskesmas Beji membawahi dua puskesmas kelurahan, yaitu puskesmas Kemiri Muka dan puskesmas Tanah Baru. Puskesmas Beji memiliki 20 pegawai negeri sipil yang terdiri dari 4 orang Dokter umum, 1 orang Dokter gigi, 1 orang Apoteker, 4 orang Perawat, 4 orang Bidan, 1 orang Perawat gigi, 1 orang tenaga gizi, 1 orang tenaga sanitasi, 1 orang teknisi medis, 1 orang bagian administrasi dan lima orang sukarelawan. Sarana pelayanan di puskesmas Beji terdiri dari poli umum, poli gigi, poli KIA, poli MTBS, klinik sanitasi, apotek (loket obat) dan laboratorium. jumlah total resep pasien di puskesmas Beji dari poli umum pada periode Maret-Mei 2012 sebanyak 7780 resep. Rata-rata resep per hari sebanyak 152 resep. Jumlah antidiabetes oral yang diresepkan di puskesmas Beji berjumlah 191 resep. Puskesmas Beji bekerjasama dengan PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) dalam melakukan pelayanan untuk pasien diabetes melitus, meliputi penyuluhan dan senam diabetes yang dilakukan setiap Jum’at pagi di area puskesmas Beji.
4.2. Karakteristik data sosio-demografi pasien Jumlah pasien diabetes melitus tipe 2 yang menjadi responden pada penelitian ini sebanyak 60 orang, yang dibagi menjadi dua kelompok dengan pemberian intervensi berbeda. Masing-masing kelompok terdiri dari 30 orang kelompok ceramah dan 30 orang kelompok materi ceramah. Pembagian kelompok berdasarkan kesediaan pasien untuk diberikan intervensi. Pasien yang tidak bersedia datang ke acara ceramah maka dijadikan kelompok kedua yaitu kelompok materi ceramah. Data sosio-demografi pasien, dianalisis secara deskriptif untuk melihat gambaran distribusi frekuensi sampel pada kedua kelompok intervensi. Data
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
sosio-demografi yang didapat diuji normalitas terlebih dahulu (hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 14). Pada Tabel 4.1. dapat terlihat bahwa sebagian besar pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Beji adalah wanita. Pada kelompok ceramah terdapat 20 orang wanita (66,7%) dan 10 orang pria (33,3%), sedangkan pada kelompok metode materi ceramah terdapat 18 orang wanita (60%) dan 12 orang pria (40%). Sebagian besar pasien berumur antara 46-60 tahun. Pada kelompok ceramah terdapat 16 orang (53,3%) yang berumur antara 46-60 tahun, dan pada kelompok materi ceramah berjumlah 19 orang (63,3%). Kriteria inklusi umur pasien pada penelitian ini adalah usia ≥ 30 tahun. Hal ini dikarenakan diabetes melitus tipe 2 muncul pada usia sekitar 30 tahun keatas (Handlesman, et al, 2011) sehingga pasien dengan usia < 30 tahun tidak menjadi kriteria inklusi Sebagian besar pasien diabetes melitus memiliki tingkat pendidikan hingga jenjang SMP/SMA/Kejuruan pada masing-masing kelompok. Pada kelompok metode ceramah sekitar 16 orang (53,3%) pasien memiliki tingkat pendidikan hingga SMP/SMA/Kejuruan dan pada metode Materi ceramah terdapat 17 orang (56,7%). Sebagian besar pasien diabates melitus tipe 2 tidak bekerja atau sudah pensiun. Terdapat 21 orang (70%) pasien yang tidak bekerja atau pensiunan pada kelompok metode ceramah dengan materi ceramah dan 23 orang (76,7%) pada kelompok metode materi ceramah Sebagian besar pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki tingkat pendapatan dibawah bawah Rp 500.000,00. Pada kelompok ceramah terdapat 19 orang (63,3%) dan pada kelompok materi ceramah terdapat 25 orang (83,8%) dengan pendapatan kurang dari Rp 500.000,00. Sebagian besar pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas Beji menggunakan antidiabetes oral kombinasi, yaitu glibenklamid dan metformin. Pada kelompok ceramah terdapat 17 orang (56,75) dan pada kelompok materi ceramah terdapat 16 orang (53,3%) pasien yang menggunakan antidiabetes oral kombinasi (hasil analisis deskriptif pasien dapat dilihat pada lampiran 16).
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi karakteristik pasien. Kelompok ceramah No Karakteristik Sosio-demografi 1
2
3
4
5
6
Jenis Kelamin a. Pria b. Wanita Usia a. 31-45 tahun b. 46-60 tahun c. > 61 tahun Tingkat pendidikan a. Tidak mendapat pendidikan formal b. Tamat SD c. Tamat SMP/SMA/Kejuruan d. Tamat PT/Akademi Jenis pekerjaan a. PNS/Swasta b. Wiraswasta c. Lain-lain d. Tidak bekerja/pensiunan Tingkat Pendapatan a. < Rp 500.000,00 b. Rp 500.001,00 – Rp1.000.000,00 c. Rp 1.000.001,00-Rp1.500.000,00 d. >Rp 1.500.001,00 Penggunaan Antidiabetes Oral a. Glibenklamid b. Metformin c. Glibenklamid dan Metformin
4.3. Gambaran
Tingkat
Kepatuhan
Kelompok materi ceramah
n
(%)
n
(%)
10 20
33,3 66,7
12 18
40 60
3 16 11
10 53,3 36,7
1 19 10
3,3 63,3 33,3
3
10
3
10
8 16 3
26,7 53,3 10
8 17 2
26,7 56,7 6,7
1 4 4 21
3,3 13,3 13,3 70
0 5 2 23
0 16,7 6,7 76,7
19 3 1 7
63,3 10 3,3 23,3
25 5 0 0
83,8 16,7 0 0
8 5 17
26,7 16,7 56,7
10 4 16
33,3 13,3 53,3
Pasien
Sebelum
dan
Sesudah
Pemberian Ceramah Data hasil pretest dan post-test dianalisa secara deskriptif untuk melihat gambaran distribusi frekuensi tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah. Data distribusi tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi tingkat kepatuhan pasien kelompok ceramah pada saat pretest dan posttest. Tingkat No
Kepatuhan
Pretest
Post-test
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
(orang)
(%)
1
Tinggi
9
30
24
80
2
Sedang
10
33,3
5
16,7
3
Rendah
11
36,7
1
3,3
Hasil analisa data tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepatuhan pasien pada saat sebelum dilakukan ceramah (pretest ) dan pada saat setelah dilakukan ceramah (posttest). Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada hasil pretest mayoritas tingkat kepatuhan pasien adalah rendah dengan jumlah 11 orang (36,7%). Setelah dilakukan intervensi berupa ceramah kesehatan kepada 30 orang pasien pada hasil posttest menunjukkan adanya peningkatan. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah menurun menjadi 1 orang (3,3%) dan pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi meningkat menjadi 24 orang (80%).
4.4. Gambaran Tingkat Kepatuhan Pasien Sebelum dan Sesudah Pemberian Materi Ceramah Kesehatan Data hasil pretest dan post-test dianalisa secara deskriptif untuk melihat gambaran distribusi frekuensi tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah. Data distribusi tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel. 4.3. Distribusi frekuensi tingkat kepatuhan pasien kelompok materi ceramah pada saat pretest dan posttest. Tingkat No
Kepatuhan
Pretest
Post-test
Jumlah
Persentase
Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
(orang)
(%)
1
Tinggi
8
26,7
17
56,7
2
Sedang
11
36,7
12
40
3
Rendah
11
36,7
1
3,3
Hasil analisis data pretest pada kelompok yang diberi materi ceramah menunjukkan tingkat kepatuhan pasien sedang dan rendah adalah sama dengan jumlah masing-masing 11 orang (36,7%) dan pada saat posstest, mayoritas tingkat kepatuhan pasien adalah tinggi dengan jumlah 17 orang (56,7%). Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada perubahan tingkat kepatuhan pasien dalam meminum antidiabetes oral pada saat pretest dan pada saat posttest. Pasien dengan tingkat kepatuhan tinggi meningkat menjadi 17 orang (56,7%), sedangkan pasien dengan tingkat kepatuhan rendah menurun menjadi 1 orang (3,3%) setelah pemberian materi ceramah.
4.5. Hubungan Faktor Sosio-demografi Terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Faktor sosio-demografi pasien pada peneltian ini terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan. Pengujian pengaruh faktor sosio-demografi terhadap tingkat kepatuhan pasien dilakukan dengan uji Kai Kuadrat. Masing- masing data sosiodemografi yang terdiri dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatn dan regimen antidiabetes oral diuji hubungannya dengan hasil post-test. Hasil uji Kai Kuadrat didapatkan nilai p > 0,05 (hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 18,19). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi pasien terhadap tingkat kepatuhan pasien. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh
Jin, Sklar, Sen Oh, Chuen Li (2008) yang
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi terhadap kepatuhan pasien.
4.6. Hubungan
Penggunaan
Antidiabetes
Oral
Terhadap
Tingkat
Kepatuhan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terapi antidiabetes oral yang digunakan di puskesmas beji diuji pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan pasien. Analisis dilakukan dengan uji Kai Kuadrat. Antidiabetes oral yang digunakan di puskesmas Beji sebagian besar menggunakan kombinasi glibenklamid dan metformin. Penggunaan antidiabetes oral pada saat pretest pada kedua kelompok diuji pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan pada saat pretest didapatkan hasil p > 0,05 (hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 20). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Penggunaan antidiabetes oral terhadap tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest. Penggunaan antidiabetes oral pada saat post-test diuji hubungan terhadap tingkat kepatuhan pada saat post-test dan didapatkan nilai p > 0,05 (hasil analisis dapat dilihat pada lampiran 20), jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara Penggunaan antidiabetes oral pada saat post-test terhadap tingkat kepatuhan pasien pada saat post-test.
4.7. Pengaruh Pemberian Ceramah Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pasien Analisis pengaruh pemberian ceramah terhadap tingkat kepatuhan dilakukan dengan uji Wilcoxon Signed Rank karena data berupa data ordinal dan tidak terdistribusi normal (Lihat lampiran 14). Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest dan saat postest. (lihat lampiran 21). Hal ini dinyatakan oleh nilai p = 0,015 dari uji hipotesis dua sisi (two-tailed test) yang lebih kecil dari nilai α (0,050) Uji hipotesis satu sisi (one-tailed test) menunjukkan nilai ½ p yang diperoleh adalah 0,0075. Nilai ini juga lebih kecil daripada nilai α (0,050), hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien mengalami
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
peningkatan setelah diberikan ceramah.. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ceramah
menyebabkan terjadinya peningkatan yang
bermakna secara statistik terhadap tingkat kepatuhan pasien.
Tabel 4.4. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank terhadap tingkat kepatuhan pasien kelompok ceramah
Hasil pretest Hasil post-test
Ceramah Jumlah (n) Rerata 30 1,93 ± 1,51 30 2,83 ± 0,69
P 0,015
Pada Tabel 4.4. terlihat adanya perubahan rerata pada hasil pretest dan post-test yaitu pada saat pretest 1,93 ± 1,51 dan pada saat post-test meningkat menjadi 2,83 ± 0,69. Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 terhadap penggunaan antidiabetes oral merupakan salah satu cara untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah dan mencegah terjadinya komplikasi. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit dan penanganannya menyebabkan pasien menjadi tidak patuh terhadap pengobatan (Shams, Barakat, 2010). Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya adalah dengan ceramah kesehatan (Hiswani, 2002). Ceramah merupakan salah satu metode pendidikan yang konvensional, sederhana dan mudah (Harsono, Soesanto, Samsudi, 2009) selain itu ceramah bisa mencakup banyak orang (lebih dari 15 orang) pada satu waktu (Notoatmodjo, 2003). Karena itulah peneliti memilih ceramah sebagai metode untuk menyampaikan informasi tentang diabetes melitus. Ceramah dihadiri oleh pasien yang telah diberi pretest sebelumnya. Jumlah pasien pada saat pretest sebanyak 75 orang, namun yang bersedia hadir pada acara ceramah kesehatan hanya 30 orang. Pasien selain diberi ceramah kesehatan juga diberikan materi ceramah yang telah dicetak sebagai sarana penunjang. Pada penelitian ini dapat dilihat dari data bahwa
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
ceramah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest dan saat post-test. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rashid dan Sapna pada tahun 2010. Pemberian ceramah kepada satu kelompok pasien dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap topik yang diberikan. Selain itu, hal yang mungkin turut memberikan pengaruh terhadap peningkatan kepatuhan pasien disamping pemberian juga pemberian materi ceramah, karena keefektifan materi ceramah yang dicetak tergantung pada metode intervensi yang digunakan, yaitu intervensi tunggal atau kombinasi dengan intervensi lain (Paul, Redman, Sanson-Fisher, 2003).
4.8. Pengaruh Pemberian Materi Ceramah Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pasien Analisis pengaruh pemberian materi ceramah terhadap tingkat kepatuhan pasien dengan menggunakan uji Wilcoxon signed rank. Uji ini dipilih karena data hasil pretest dan post-test tidak terdistribusi normal sehingga digunakan analisis non-parametrik (lihat Lampiran 14). Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest dan saat postest. (lihat lampiran 22) yang dinyatakan oleh nilai p = 0,000 dari uji hipotesis dua sisi (twotailed test) yang lebih kecil dari nilai α (0,050) Untuk uji hipotesis satu sisi (one-tailed test) menunjukkan nilai ½ p < 0,050. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien mengalami peningkatan setelah diberikan materi ceramah., sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian materi ceramah
menyebabkan terjadinya peningkatan
yang bermakna secara statistik terhadap tingkat kepatuhan pasien.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Tabel 4.5. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank terhadap tingkat kepatuhan pasien kelompok materi ceramah
Hasil pretest Hasil post-test
Materi ceramah Jumlah (n) Rerata 30 1,90 ± 1,47 30 2,53 ± 1.04
P 0,000
Pada Tabel 4.5. diatas terlihat peningkatan nilai rerata dari 1,90 ± 1,47 pada saat pretest menjadi 2,53 ± 1.04 pada saat post-test. Menurut Thomas
A.Lang (1999) tujuan pemberian materi ceramah yang berbentuk handout adalah untuk meningkatkan kesehatan pasien dan kualitas hidup pasien. Penggunaan materi yang dicetak dapat memberikan hasil yang positif terhadap tingkat kepatuhan pasien dan perubahan gaya hidup pasien (Webber, Higgins, Baker, 2001). Selain itu, pemberian materi ceramah merupakan salah satu bentuk pendidikan kesehatan yang mudah dan ekonomis (Blanck, Marshall, 2011). Penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian materi ceramah terhadap tingkat kepatuhan pasien. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Dabritz dan Conrad (2010) kepada sekelompok
populasi
terkait
pengetahuan
tentang T.gondii
menunjukkan bahwa pemberian handout kepada responden
yang dapat
meningkatkan pengetahuan responden terhadap T.gondii. Selain itu pada penelitian lain yang dilakukan terhadap pasien hipertensi didapatkan bahwa pemberian media cetak berupa handout dapat meningkatkan pengetahuan pasien sehingga dapat berdampak terhadap tingkat kepatuhan pasien (Milewa, Calnan, Almond, Hunter, 2000)
4.9. Perbandingan Tingkat Kepatuhan Pasien Antara Kelompok Ceramah dan Kelompok Materi Ceramah Analisis perbandingan hasil post-test antara kelompok ceramah dengan kelompok materi ceramah dilakukan dengan uji Mann Whitney U. Uji ini dipilih karena data tidak terdistribusi normal (lihat lampiran 14)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
dan peneliti ingin membandingkan dua kelompok yang independent. Sebelum dilakukan uji perbandingan antara kedua kelompok, peneliti melakukan uji kesetaraan antara kelompok ceramah dengan kelompok materi ceramah dengan menggunakan uji Kai kuadrat dan uji
Mann
Whitney U. Uji kesetaraan dilakukan untuk melihat kelayakan kedua kelompok untuk diperbandingkan (matching kelompok). Uji kesetaraan dengan uji Kai kuadrat dilakukan untuk menguji kesetaraan data jenis pekerjaan dan jenis kelamin antara kelompok ceramah kesehatan dengan kelompok materi ceramah kesehatan. Uji ini digunakan karena data jenis kelamin dan jenis pekerjaan merupakan data nominal. Hasil analisis menunjukkan nilai p > 0,050 sehingga dapat disimpulkan bahwa data jenis pekerjaan setara antara kedua kelompok (hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 24) Uji kesetaraan dengan uji Mann Whitney U digunakan untuk menganalisis data umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest, karena data-data tersebut merupakan bentuk data kontinu. Hasil uji kesetaraan dengan Mann Whitney U didapatkan nilai p > 0,05 kecuali data tingkat pendapatan (p = 0,036). Hal ini menunjukkan bahwa data umur, tingkat pendidikan dan tingkat kepatuhan pasien pada saat pretest adalah setara antara kedua kelompok. Sedangkan untuk data tingkat pendapatan nilai p = 0,036 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data tingkat pendapatan tidak setara antara kedua kelompok (hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 23) Berdasarkan hasil uji kesetaraan dapat disimpulkan bahwa data jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan adalah setara antara kedua kelompok sehingga dapat dibandingkan antara kedua kelompok, namun dengan catatan bahwa ada faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil analisis yaitu tingkat pendapatan pasien pada kedua kelompok. Hasil analisis perbandingan tingkat kepatuhan pasien antara kedua kelompok dengan menggunakan uji statistik Mann Whitney U didapatkan
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
nilai p = 0,069, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kepatuhan pasien yang diberi pendidikan berupa ceramah dengan pemberian materi ceramah. (hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 25). Perbedaan nilai rerata dan median dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Hasil uji Mann Whitney U tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah dan kelompok materi ceramah
Tingkat kepatuhan pasien pada metode ceramah Tingkat kepatuhan pasien pada metode materi ceramah
Jumlah (n)
Rerata
30
1,23 ± 0,92
30
1,07 ± 1,04
P 0,069
Pada Tabel 4.6. dapat terlihat perbedaan nilai rerata tingkat kepatuhan pada kelompok ceramah yaitu 1,23 ± 0,92 dan pada kelompok materi ceramah nilai rerata adalah 1,07 ± 1,04 sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ceramah lebih baik dari pemberian materi ceramah dalam meningkatkan kepatuhan pasien, namun kemungkinan ada faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kepatuhan pasien pada kedua kelompok yaitu faktor tingkat pendapatan. Pada peneltian yang dilakukan oleh Mishra, Sabroe, Hansen dan Kafie pada tahun 2005 menunjukkan bahwa ada kaitan antara tingkat pendapatan terhadap tingkat kepatuhan. Pasien dengan tingkat pendapatan rendah cenderung tidak patuh terhadap pengobatan. Hal ini disebabkan karena biaya pengobatan untuk penyakit kronis, seperti diabetes melitus tipe 2, akan menjadi sangat besar karena merupakan pengobatan jangka panjang (Jin, Sklar, Sen Oh, Chuen Li, 2008) Pemberian ceramah memberikan hasil yang lebih baik terhadap peningkatan kepatuhan, mungkin disebabkan karena adanya pemberian handout materi ceramah disamping pemberian ceramah. Pada suatu penelitian terkait pemberian materi cetak didapatkan hasil bahwa target
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
pendidkan kesehatan dapat tercapai ketika materi yang dicetak, dalam penelitian ini adalah handout materi ceramah, diberikan bersamaan dalam kelompok belajar (Webber, Higgins,Baker,2001).
4.10. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian Kelebihan penelitian mengenai pengaruh pemberian intervensi berupa ceramah dan materi ceramah belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini dan juga bagi pihak Puskesmas agar dapat meningkatkan kegiatan promosi kesehatan kepada pasien terutama pasien dengan penyakit degeneratif seperti diabetes melitus tipe 2. Kuesioner kepatuhan yang digunakan telah tervalidasi dan menggunakan bahasa yang sederhana serta perhitungan skor yang mudah. Penelitian ini juga memiliki kekurangan, yaitu sampel yang digunakan pada penellitian ini hanya 30 orang pada masing-masing kelompok intervensi, sehingga dikhawatirkan jumlah sampel tidak mewakili keadaan sebenarnya. Selain itu, instrumen kuesioner kepatuhan Morrisky scale tidak menggambarkan keadaan pasien secara keseluruhan, misal tingkat pengetahuan, gaya hidup, asupan nutrisi dan latihan jasmani sehingga peneliti hanya bisa mlihat tingkat kepatuhan pasien terkait penggunaan antidiabetes oral.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa : 1. Ada pengaruh pemberian ceramah dan materi ceramah terhadap tingkat kepatuhan pasien dalam meminum antidiabetes oral. 2. Tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi dan penggunaan antidiabetes oral dengan tingkat kepatuhan pasien. 3. Ada perbedaan tingkat kepatuhan pasien antara kelompok ceramah dan materi ceramah, dimana ceramah lebih baik dalam meningkatkan kepatuhan dibandingkan materi ceramah
5.2. Saran 1. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan kuesioner yang menggambarkan kondisi pasien secara keseluruhan 2. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA Basuki., Endang S. (2009). Konseling Medik : Kunci Menuju Kepatuhan Pasien. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(2), 55-60. Blanck., Alyson, Marshall., Caroline. (2011). Patient education materials from the Layperson’s perspective. Journal for Nurses in Staff Development, 27(2), 810. Clark., Nancy B. (2011). Patient Education Materials. Florida : College of Medicine Florid State University. Dabritz., Haydee A, Conrad., Patricia A. (2010). Evaluation of an educational handout on knowledge about toxoplasmosis. Scientica Medica, 20(1), 5158. Delamater, Alan.M. (2006). Improving patient adherence. Clinical Diabetes, 24(2), 71-77. De Sa Borges., Anna Paula, Guidoni., Camilo Molino, Ferreira., Ligia Domingues,
Freitas.,
Osvaldo,
Pereira.,
Leonardo.
(2010).
The
Pharmaceutical Care of Patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Pharm World Sci, 32, 730-736. Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas 2007. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Melitus. Desember 24, 2011. http://agus34drajat.files.wordpress.com/2010/10/pedoman-teknispenemuan-dan-tatalaksana-Diabetes Melitus_2008.pdf. Dinas Kesehatan Depok. (2008). Tabel profil kesehatan 2008. Februari 2, 2012. http://dinkes.depok.go.id/berkas-unggah/tabel%20profil%202008.pdf. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus. September 29, 2011. http://binfar.depkes.go.id/dat/lama/1309243977_YANFAR.PC%20DIABET ES MELITUS_1.pdf.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan RI (2006). Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Januari 18, 2012. http://ebookbrowse.com/pedoman-pelayanan-farmasi-di-Puskesmas-pdfd107070248. Donellan., Steven. (2001). How to use textbooks, handouts and visual aids. Wilderness and Environmental Medicine, 12, 42-48. Dowse., Ros, Ramela., Thato, Browne., Sara H. (2011). An ilustrated leaflet containing antiretroviral information targeted for low-literate readers : Development and evaluation. Patient Education and Counseling, 85, 508515. Ewles., Linda, Simnet., Ina. (1994). Promosi Kesehatan Petunjuk Praktis (Ova Emilia, Doeljachman, Mubasyir Hasantasri, penerjemah) (Ed. ke-2). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Forouhi, Nita Gandhi., Wareham, Nicholas J. (2010). Epidemiologi of diabetes. Medicine, 38(11), 602-606. Ghazali., Pariawan Lutfi. (2005). Pengembangan buklet sebagai media pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja tuna netra. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia¸1-12. Gustaviani., Reno (2006). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Didalam Sudoyo., Aru W, Setiyohadi., Bambang, Alwi., Idrus, Simadibrata K., Marcellus, Setiati., Siti (ed). (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Ed. Ke-4). Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Handelsman, Yehuda, et al. (2011). American Association of Clinical Endocrinologists Medical Guidelines For Clinical Practice For Developing a Diabetes Mellitus Comprehensive Care Plan. Endocrine Practice,17, 1-53. Harsono., Beni, Soesanto, Samsudi. (2009). Perbedaan hasil belajar antara metode ceramah konvensional dengan ceramah berbantuan media animasi pada pembelajaran kompetisi perakitan dan pemasangan sistem rem. Jurnal PTM, 9, (2), 71-80
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Isniati. (2007). Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus Dengan Keterkendalian Gula Darah di Poliklinik RS Perjan Dr.M.Djamil Padang tahun 2003. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1 (2), 73-77. James, Jacqueline. (2009). Approach to the management of diabetes mellitus. (Ed. Ke-7). Maret 1, 2012. http://www.aoa.org/documents/CPG-3.pdf. Jazilah., Wijono., Paulus, Sudargo., Toto. (2003, September). Hubungan Tingkat Pengetahuan, sikap, dan praktik (PSP) Penderita Diabetes Mellitus Mengenai Pengelolaan Diabetes Mellitus dengan Kendali Kadar Glukosa Darah. Sains Kesehatan, 16 (3), 413-422. Jin., Jing, Sklar., Grant Edward, Sen Oh., Vermon Min, Chuen Li., Shu. (2008). Factors affecting therapeutic compliance : a review from the patient’s perspective. Ther Clin Risk Manag, 4(1), 269-286. K., Rashid. A, Sapna. (2010). Teaching public health : seminar or lecture?. SouthEast Asian Journal of Medical Education, 4 (1), 25-33. Korb-Salvodelli., Virginie, et al. (2012). Validation of a French Version of the 8Item Morisky Medication Adherence Scale in Hypertensive Adults. The Journal pf Clinical Hypertension, 1-6. Lang., Thomas A. (2006). Developing Patient Education Handouts. Juni 7, 2012. www.tomlangcommunications.com/Expanded_Patient_Ed_Chapter.pdf. Lerman., Israel. (2005). Adherence to Treatment : The Key to Avoiding Long Term Complications of Diabetes. Archives of Medical Research, 36, 300306. McPhee., Stephen J, Papadakis., Maxine A. (2010). Medical Diagnosis & Treatment. Amerika Serikat : The McGraw-Hill Companies. Milewa., Timothy, Calnan., Michael, Almond., Stephen, Hunter., Alethea. (2000). Patient education literature and help seeking behaviour : perspectives from an evaluation in the United Kingdom. Social science and medicine. 51(2000) : 463-475 Morisky., DE, Green., LW, Levine. (1986). Concurrent and predictive validity of a self-reported measure of medication adherence. Med Care. 24(1):67-74.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Morisky., Donald E, Ang., Alfonso, Krousel-Wood., Marie, Ward., Harry J. (2008, Januari). Predictive Validity of a Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting. Le Jacq. 5 (10), 348-354. Notoatmodjo., Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 56-72. Notoatmodjo., Soekidjo, et al. (1989). Pengantar Pendidikan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 56-72. Obreli-Neto., Paulo Roque., et al. (2011). Effect of a 36-month Pharmaceutical Care Program on Pharmacotherapy Adherence in Elderly Diabetic and Hypertensive Patients. Int J Clin Pharm, 33, 642-649 Osterberg., Lars, Blaschke., Terrence. (2005). Adherence to Medication. The New England Journal of Medicine, 97, 353-487. Paul., C.L, Redman., S., Sanson-Fisher., R.W. (2003). Print material content and design : is it relevant to effectivensess. Health Education ResearchI, 18(2), 181-190. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. (2011). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia. Februari 2, 2012. http://www.scribd.com/doc /73323977/Konsensus-DIABETES MELITUSTipe-2-Indonesia-2011. Rahmadiliyani, Nina., Muhlisin, Abi. (2008). Hubungan antara pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi pada penderita diabetes melitus dengan tindakan mengontrol kadar gula darah di wilayah kerja puskesmas I Gatak Sukoharjo. Berita Ilmu keperawatan, 1(2), 63-68 Shams., Mohamed, Barakat., Enase. (2010). Measuring the rate of therapeutic adherence among outpatients with T2DM in Egypt. Saudi Phamaceutical Journal, 18, 225-232 Sudoyo., Aru W, Setiyohadi., Bambang, Alwi., Idrus, Simadibrata K., Marcellus, Setiati., Siti. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (Ed. Ke-4). Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Suyono, Slamet. et al. (2005). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI. Wang, Weibing, Fu, Chaowei, Zhuo, Haijing, Luo, Jianfeng, Xu, Biao. (2010). Factors affecting costs and utilization of type 2 diabetes healthcare : a crosssectional survey among 15 hospitals in urban China. BMC Health Services Research, 10 (244), 2-8 Webber., Darron, Higgins., Leslie, Baker., Vanessa. (2001). Enhancing recall of information from a patient education booklet : a trial using cardiomyopathy patients. Patient Education and Counseling. 44 : 263-270.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 1. Tabel 2.4. Keuntungan dan kerugian metode pengukuran kepatuhan minum obat pasien. Pengukuran Langsung 1. Observasi terapi langsung
Keuntungan Paling akurat
3.
Pengukuran kadar obat atau metabolit dalam darah
Objektif
4.
Pengukuran penanda biologis dalam darah
Objektif, dalam uji klinik dapat juga digunakan untuk mengukur plasebo
Tidak Langsung 5. Kuesioner
Sederhana, tidak mahal, metode paling berguna dalam penentuan klinis Objektif, mudah dilakukan
6.
Menghitung pil
7.
Monitor obat secara elektronik Pengukuran penanda fisiologis
Tepat, hasil mudah diukur
9.
Buku harian pasien
10.
Jika pasien anak-anak, kuesioner ditujukan kepada orangtua atau yang merawatnya Kecepatan menebus resep kembali
Membantu memperbaiki ingatan yang lemah Sederhana, objektif
8.
11.
12.
Penilaian respon klinis pasien
Mudah untuk dilakukan
Objektif, mudah untuk memperoleh data Sederhana, mudah untuk dilakukan
Kekurangan Pasien dapat menyembunyikan pil dalam mulut kemudian membuangnya Variasi metabolisme dapat memberikan penafsiran yang salah terhadap kepatuhan, mahal Memerlukan pengujian kuantitatif yang mahal
Rentan terhadap kesalahan dengan kenaikan waktu antara kunjungan Data mudah diubah oleh pasien Mahal, perlu kunjungan kembali Sulit mengenali penyebab (misal : peningkatan metabolisme, turunnya absorbsi) Mudah diubah oleh pasien Rentan terhadap distorsi
Resep yang diambil tidak sama dengan obat yang dikonsumsi Faktor lain dapat berefek pada respon klinis
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 2. Form Kuesioner Morisky Scale
Pertanyaan
Jawaban
Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i terkadang lupa untuk meminum obat?
Ya
Tidak
Selama dua minggu terakhir, adakah Bapak/Ibu/Saudara/i pada suatu hari tidak meminum obat?
Ya
Tidak
Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah mengurangi atau menghentikan penggunaan obat tanpa memberitahu dokter karena merasakan kondisi lebih buruk?
Ya
Tidak
Saat melakukan perjalanan atau meninggalkan rumah, apakah Bapak/Ibu/Saudara/i terkadang lupa untuk membawa serta obat?
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i kemarin meminum semua obat? Saat merasa keadaan membaik ,apakah Bapak/Ibu/Saudara/i terkadang memilih untuk berhenti meminum obat? Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus meminum obat setiap hari. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i pernah merasa terganggu dengan keadaan seperti itu? Seberapa sering anda lupa meminum semua obat Bapak/Ibu/Saudara/i? A. Tidak pernah / sangat jarang ........................ B. Sekali-sekali................................................. C. Terkadang.............................,,...................... D. Biasanya...................................................... E. Setiap saat.....................................................
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 3. Form kesediaan pasien (Informed consent)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth Bapak/ibu/saudara/i responden di……..
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Program S1 Farmasi Universitas Indonesia, saya akan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis pengaruh pemberian intervensi terhadap kepatuhan terapi pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kecamatan Kota Depok”. Tingkat kepatuhan pasien akan mempengaruhi keberhasilan dari terapi diabetes melitus tipe 2. Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini bersifat sukarela. Semua informasi dan keterangan yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian, saya ucapkan terimakasih.
Depok,..................... 2012
(........................................)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 4. Form Data demografi pasien
DATA DEMOGRAFI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PUSKESMAS KECAMATAN .................... KOTA DEPOK PERIODE FEBRUARI-MEI 2012
Nama
:
Alamat
:
No.Telepon
:
Umur
: 30-45 th /45-60 th / > 60 th (pilih salah satu)
Pendidikan Terakhir
:1. Tamat SD 2. Tamat SMP/SMA 3. Tamat Perguruan Tinggi/Akademi 4. Tidak mendapat pendidikan formal
Pekerjaan
: 1. Pegawai negeri/swasta 2. wiraswasta 3. Pedagang 4. Tidak bekerja/Pensiunan
Pendapatan perbulan
: 1. < Rp 500.000,00 2. Rp 500.001,00 – Rp 1.000.000,00 3. Rp 1.000.001,00 – Rp 1.500.000,00 4. > Rp 1.500.001,00
Obat Antidiabetes yang digunakan
:.................................................... (....x sehari) ..................................................... (....x sehari)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 5. Flyer Ceramah
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 6. Skema Alur Penelitian di Puskesmas Beji Kota Depok
Penentuan Judul Penelitian
Setelah dua minggu pelaksanaan intervensi (ceramah/materi ceramah) dilakukan post-test
Mengurus perizinan penelitian ke lembagalembaga terkait
Penyebara materi ceramah dimulai pada tanggal 27 April 2012
Pasien dari poli umum kemudian menyerahkan resep ke bagian loket obat
Pasien yang tidak bersedia hadir ke intervensi ceramah, diberikan materi ceramah yang dicetak
Peneliti melakukan sampling dengan melihat resep pasien yang menggunakan antidiabetes oral
Pelaksanaan intervensi ceramah pada tanggal 26 April 2012 di Aula puskesmas Beji
Pasien yang menggunakan antidiabetes oral diminta kesediaannya untuk diwawancara
Wawancara pasien dan pelaksanaan pretest serta mengundang pasien untuk datang ke ceramah
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 7. Skema Alur Pasien Berobat di Puskesmas Beji
Pasien mendaftar ke loket pendaftaran, kemudian mengambil nomor
Pasien menunggu pemanggilan nomor dari poli umum
Pasien yang sudah dipanggil nomornya segera menuju ke poli umum
Pasien dapat mengambil obat yang sudah diracik atau disiapkan oleh apoteker
Pasien menunggu resep diracik atau disiapkan
Pasien dari Poli umum menuju loket obat untuk menebus resep
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 8. Satuan acara penyuluhan ceramah kesehatan
SATUAN ACARA PENYULUHAN “HIDUP SEHAT BERSAMA DIABETES” 1. Pokok bahasan
: Diabetes Melitus (DM) tipe 2
2. Sub pokok bahasan
:
Pemahaman pasien tentang diabetes dan kepatuhan minum obat a. Pendahuluan b. Pengertian Diabetes Melitus c. Macam dan Penyebab DM d. Tanda dan gejala DM e. Komplikasi DM f. Penatalaksanaan DM tipe 2 g. Kepatuhan pasien minum antidiabetes oral 3. Sasaran
: Pasien penderita diabetes melitus tipe 2
4. Waktu pelaksanaan
:
Hari, tanggal : Rabu, 25 April 2012 Pukul
: 09.00 – 10.00
Tempat
: Aula Puskesmas Kecamatan Beji lantai 2
5. Metode penyuluhan
: Ceramah & diskusi
6. Penyaji
: Dra. Azizahwati, Apt
7. Tujuan
:
a. Tujuan Umum Pasien mengetahui tentang penyakit diabetes melitus tipe 2, komplikasi serta pengbatannya. b. Tujuan Khusus Pasien tahu dan paham akan pentingnya meminum antidiabetes oral secara rutin sesuai anjuran dokter / tenaga kesehatan lainnya.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
8. Kegiatan penyuluhan Tahap
Pembukaan
Waktu
Kegiatan
09.00 – 09.05
Membuka forum dengan salam dan ucapan terimakasih atas kehadiran peserta. Penjelasan singkat tentang acara, tujuan dan penyelenggara ceramah. Memperkenalkan penceramah, Pembukaan acara ceramah
Pengisi Acara
Media dan Perlap
Ceramah. MC
Mic, speaker, notulensi
Ceramah. Penyajian Ceramah
09.05 – 09.35
Penyampaian materi
Penceramah Dra.Azizahwati, Apt & MC
Mic, speaker, laptop, proyektor, kamera, notulensi. Diskusi.
Diskusi
Doorprize
Penutup
09.35 – 09.45
Tanya Jawab peserta
Dra.Azizahwati, Apt & MC
09.45 – 09.55
Pemberian hadiah kepada dua orang peserta yang bisa menjawab pertanyaan. Peserta dipilih acak yang dibantu oleh penceramah
MC, Dra.Azizahwati, Apt
Mic,speaker, dua buah doorprize, kamera, notulensi
09.55 – 10.00
Pemberian kesimpulan, Menutup pertemuan forum dengan membaca doa singkat dan ucapan terimakasih kepada peserta dan pengisi acara ceramah.
MC
Mic, speaker, kamera, notulensi
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Mic, speaker, kamera, notulensi
Lampiran 9. Materi Ceramah Kesehata
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian Dari Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 11. Surat Keterangan Dari Dinas Kesehatan Kota Depok
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 12. Surat Rekomendasi Dari Kantor Kesbangpol dan Linmas (Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat)
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 13. Surat Izin Penelitian Dari Dinas Kesehatan Kota Depok
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 14. Hasil uji normalitas data pada kelompok ceramah dan kelompok materi ceramah. Tests of Normality Shapiro-Wilk
Kelompok Ceramah
Statistic
df
Sig.
Jenis kelamin metode ceramah
.597
30
.000
Umur Responden Pada Metode Ceramah
.775
30
.000
Tingkat Pendidikan Responden pada Metode Ceramah
.808
30
.000
Jenis pekerjaan responden pada metode ceramah
.636
30
.000
Tingkat pendapatan responden pada metode ceramah
.648
30
.000
Regimen ADO pada metode ceramah
.703
30
.000
Hasil pretest responden pada metode ceramah Hasil post-test responden pada metode ceramah
.794 .452
30 30
.000 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Kelompok Materi Ceramah
Tests of Normality Shapiro-Wilk
Jenis Kelamin Metode Handout Umur responden pada metode materi Tngkat pendidikan responden pada metode materi Jenis pekerjaan responden pada metode materi Tingkat pendapatan responden pada metode materi Regimen ADO pada metode materi ceramah Hasil pretest responden pada metode materi Hasil post-test responden pada metode materi
Statistic .624 .700 .780 .542 .452 .703 .800 .700
df 30 30 30 30 30 30 30 30
Sig. .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Analisis : H0
: data berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 : data tidak berasal dari populasi yang teristribusi normal H0 ditolak jika nilai p < 0,050 H0 tidak dapat ditolak jika nilai p > 0,050 Kesimpulan : Hasil analisis menunjukkan bahwa semua nilai p = 0,000 (p < 0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang dikumpulkan tidak terdistribusi normal.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 15. Hasil uji homogenitas varians data pada kelompok ceramah dan kelompok materi ceramah.
Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic Sig. Hasil pretest Hasil post-test
.045 18.744
.832 .000
Analisis : H0
: nilai variansi pada kedua kelompok sama (homogen)
H1 : nilai variansi pada kedua kelompok tidak sama (tidak homogen) H0 ditolak jika nilai p < 0,050 H0 tidak dapat ditolak jika nilai p > 0,050 Kesimpulan : Hasil analisis menunjukkan bahwa hasil pretest pada kedua kelompok memiliki nilai p > 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut adalah tidak homogen. Untuk variabel hasil post-test memiliki nilai p < 0,050 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut homogen.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 16. Distribusi frekuensi pasien diabetes melitus tipe 2 pada kelompok ceramah Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
pria
10
33.3
33.3
33.3
wanita
20
66.7
66.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Jenis kelamin
Valid
Frequency
Percent
30-45 tahun
3
10.0
Valid Percent Cumulative Percent 10.0 10.0
46-60 tahun
16
53.3
53.3
63.3
>61 tahun
11
36.7
36.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
PNS/Swasta
1
3.3
3.3
3.3
Wiraswasta
4
13.3
13.3
16.7
lain-lain
4
13.3
13.3
30.0
tidak bekerja/pensiunan
21
70.0
70.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tamat SD
8
26.7
26.7
26.7
tamat SMP/SMA/Kejuruan
16
53.3
53.3
80.0
tamat PT/Akademi
3
10.0
10.0
90.0
tidak mendapat 3 pendidikan formal
10.0
10.0
100.0
Total
100.0
100.0
Umur
Valid
Jenis pekerjaan
Valid
Tingkat pendidikan
Valid
30
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Tingkat pendapatan
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
19
63.3
63.3
63.3
Rp 500.001,00 - Rp 3 1.000.000,00
10.0
10.0
73.3
Rp 1.000.001,00 - Rp 1 1.500.000,00
3.3
3.3
76.7
> Rp 1.500.001,00
7
23.3
23.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Regimen ADO pada metode ceramah
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
glibenklamid
8
26.7
26.7
26.7
metformin
5
16.7
16.7
43.3
glibenklamid dan metformin
17
56.7
56.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
11
36.7
36.7
36.7
sedang
10
33.3
33.3
70.0
tinggi
9
30.0
30.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
sedang
5
16.7
16.7
16.7
tinggi
25
83.3
83.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Hasil pre-test
Valid
Hasil post-test
Valid
Frequency
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 17. Distribusi frekuensi data pasien diabetes melitus tipe 2 pada kelompok materi ceramah
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
pria
12
40.0
40.0
40.0
wanita
18
60.0
60.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Jenis Kelamin
Valid
Frequency
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
30-45 tahun 46-60 tahun
1 19
3.3 63.3
3.3 63.3
3.3 66.7
>61 tahun
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Umur
Valid
Tingkat Pendidikan tamat SD
Valid
Valid Percent Cumulative Percent
8
26.7
26.7
26.7
56.7
56.7
83.3
tamat PT/Akademi
6.7
6.7
90.0
Tidak mendapat 3 pendidikan formal
10.0
10.0
100.0
Total
100.0
100.0
2
30
Frequency
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
wiraswasta
5
16.7
16.7
16.7
lain-lain
2
6.7
6.7
23.3
tidak bekerja/pensiunan
23
76.7
76.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent Cumulative Percent
25
83.3
83.3
83.3
5
16.7
16.7
100.0
30
100.0
100.0
Tingkat pendapatan
Percent
tamat SMP/SMA/Kejuruan 17
Jenis pekerjaan
Valid
Frequency
Rp 500.001,00 1.000.000,00 Total
-
Rp
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan) Regimen ADO pada metode materi ceramah
Frequency
Glibenklamid
33.3
33.3
33.3
4
13.3
13.3
46.7
glibenklamid dan metformin
16
53.3
53.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Rendah
11
36.7
36.7
36.7
Sedang
11
36.7
36.7
73.3
Tinggi
8
26.7
26.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Rendah
1
3.3
3.3
3.3
Sedang
12
40.0
40.0
43.3
Tinggi
17
56.7
56.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Hasil pre-test
Valid
Hasil post-test
Valid
Valid Percent Cumulative Percent
10
Metformin Valid
Percent
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 18. Uji hubungan faktor sosiodemografi terhadap tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah menggunakan uji Kai kuadrat
Uji hubungan jenis kelamin - posttest ceramah Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
Chi-Square Tests df Asymp. Exact Sig. Exact Sig. Point Sig. (2- (2-sided) (1-sided) Probability sided)
1.088a 1.432 .996
2 2
.581 .489
.755 .755 .755
1.050b
1
.306
.474
.283
.218
30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .33. b. The standardized statistic is 1.025.
Chi-Square Tests Uji hubungan umur dengan posttest metode ceramah Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Exact Sig. Exact Sig. Point Sig. (2- (2-sided) (1-sided) Probability sided)
3.477a 4.233 3.503
4 4
.481 .375
.384 .384 .519
.426b
1
.514
.585
.367
.190
30
a. 7 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .10. b. The standardized statistic is .653.
Uji hubungan tingkat pendidikan terhadap posttest Metode ceramah Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
Chi-Square Tests df Asymp. Sig. (2sided)
Exact Sig. Exact Sig. Point (2-sided) (1-sided) Probability
2.323a 3.090 3.955
6 6
.888 .797
.966 .966 .943
.101b
1
.751
.838
.430
.143
30
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .10. b. The standardized statistic is .317.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan) Chi-Square Tests uji hubungan jenis pekerjaan terhadap posttest metode ceramah
Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square
7.238a
6
.299
.367
Likelihood Ratio
7.374
6
.288
.237
Fisher's Exact Test
7.501
Linear-by-Linear Association
.046b
N of Valid Cases
30
.492 1
.831
1.000
.544
.161
a. 11 cells (91.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03. b. The standardized statistic is .214.
uji hubungan tingkat pendapatan terhadap posttest metode ceramah Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
Chi-Square Tests df Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
5.256a 6 5.477 6 7.157
.511 .484
.477 .508 .447
2.920b 1
.088
.126
Exact Sig. Point (1-sided) Probability
.080
.040
30
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03. b. The standardized statistic is 1.709.
Analisis : H0
: tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi dengan tingkat kepatuhan pasien
H1
: ada hubungan antara faktor sosio-demografi dengan tingkat kepatuhan pasien
H0 ditolak jika nilai p < 0,05 H0 diterima jika nilai p > 0,05
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Kesimpulan : Hasil
analisis
dengan
menggunakan
nilai
uji
mutlak
Fisher
menunjukkan nilai > 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara antara faktor sosio-demografi dengan tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 19. Uji hubungan data sosiodemografi terhadap tingkat kepatuhan pasien pada kelompok materi ceramah menggunakan uji Kai kuadrat Chi-Square Tests Uji hubungan jenis kelamin terhadap hasil posttest kelompok materi ceramah
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
1.324a 1.671 1.308
2 2
.516 .434
.683 .683 .683
Linear-by-Linear Association
.068b
1
.794
1.000
N of Valid Cases
30
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.521
Point Probability
.244
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .40. b. The standardized statistic is -.261.
Value Uji hubungan umur terhadap hasil posttest kelompok materi ceramah Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Chi-Square Tests df Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided)
5.007a 5.539 6.365
4 4
.287 .236
.162 .184 .184
1.196b
1
.274
.367
Exact Sig. (1-sided)
.216
30
a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .03. b. The standardized statistic is 1.094.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Point Probability
.135
(Lanjutan) Chi-Square Tests uji hubungan tingkat pendidikan terhadap hasil Value posttest leelompok materi ceramah Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided)
Df
2.624a 2.979 4.751
6 6
.854 .811
.848 .827 .818
1.253b
1
.263
.358
Exact Sig. (1-sided)
.178
Point Probability
.078
30
a. 10 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .07. b. The standardized statistic is 1.119.
Chi-Square Tests uji hubungan jenis pekerjaan terhadap hasil posttest kelompok materi ceramah
Value
Pearson Chi-Square
1.502a
4
.826
.759
Likelihood Ratio
1.785
4
.775
.759
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
3.042 1.204b
Df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
.853 1
.273
.309
.191
30
a. 7 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .07. b. The standardized statistic is 1.097.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
.097
(Lanjutan) Chi-Square Tests uji hubungan tingkat pendapatan terhadap hasil posttest kelompok materi ceramah
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
1.376a 1.599 1.570
2 2
.502 .449
.475 .475 .475
1.307b
1
.253
.401
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
.244
.200
30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .17. b. The standardized statistic is -1.143.
Analisis : H0
: tidak ada hubungan antara faktor sosio-demografi dengan tingkat kepatuhan pasien
H1
: ada hubungan antara faktor sosio-demografi dengan tingkat kepatuhan pasien
H0 ditolak jika nilai p < 0,05 H0 diterima jika nilai p > 0,05 Kesimpulan : Hasil
analisis
dengan
menggunakan
nilai
uji
mutlak
Fisher
menunjukkan nilai > 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara antara faktor sosio-demografi dengan perubahan tingkat kepatuhan pasien pada kelompok materi ceramah.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 20. Uji hubungan penggunaan antidiabetes oral terhadap tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 menggunakan uji Kai Kuadrat
Uji hubungan regimen ADO terhadap tingkat kepatuhan kelompok ceramah Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Chi-Square Tests Df Asymp. Sig. (2-sided)
Value
.897a .954 1.250 .010b 30
4 4
.925 .917
1
.918
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
.509
.099
.943 .943 .943 1.000
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,50. b. The standardized statistic is -,102.
Chi-Square Tests Value
Uji hubungan regimen ADO terhadap tingkat kepatuhan kelompok materi ceramah
Df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
2.331a
4
.675
.734
Likelihood Ratio
2.523
4
.641
.734
Fisher's Exact Test
2.793
Linear-by-Linear Association
b
.968
N of Valid Cases
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
.212
.086
.734 1
.325
.386
30
a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,13. b. The standardized statistic is ,984.
Analisis : H0
: tidak ada hubungan antara penggunaan antidiabetes oral dengan perubahan tingkat kepatuhan pasien
H1
: ada hubungan antara regimen penggunaan antidiabetes oral dengan perubahan tingkat kepatuhan pasien
H0 ditolak jika nilai p < 0,05 H0 diterima jika nilai p > 0,05
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Kesimpulan : Hasil
analisis
dengan
menggunakan
nilai
uji
mutlak
Fisher
menunjukkan nilai > 0,050, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara regimen penggunaan antidiabetes oral dengan tingkat kepatuhan pasien pada kelompok ceramah dan materi ceramah.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 21. Uji pengaruh pemberian ceramah terhadap tingkat kepatuhan pasien menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank.
Ranks Pengaruh pemberian ceramah terhadap kepatuhan
a
Negative Ranks Posttest ceramah
ceramah-
N 5
b
pretest Positive Ranks Ties
17
Total
30
Mean Rank
Sum of Ranks
11.20
56.00
11.59
197.00
c
8
a. posttest ceramah < pretest ceramah b. posttest ceramah > pretest ceramah c. posttest ceramah = pretest ceramah Test Statisticsa Posttest – pretest Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-2.426b .015
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
Analisis
:
Hipotesis dua sisi (two-tailed) H 0 : hasil post-test = hasil pre-test H1 : hasil post-test ≠ hasil pre-test H0 ditolak jika nilai p < 0,050 H0 diterima jika nilai p > 0,050 Hipotesis satu sisi (one-tailed) H 0 : hasil post-test ≤ hasil pre-test H1 : hasil post-test > hasil pre-test H0 ditolak jika nilai p < 0,050 H0 diterima jika nilai p > 0,050 Kesimpulan
:
1. Hasil analisis pada tabel menunjukkan perbandingan kepatuhan pasien sebelum dan sesudah diberi ceramah. Terdapat 17 orang yang kepatuhannya meningkat dan 8 orang yang tidak ada perubahan.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2. Pada tabel test statistic, nilai p dan ½ p < 0,050. Maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat pengaruh yang bermakna dari pemberian ceramah terhadap peningkataan kepatuhan pasien.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 22. Uji pengaruh pemberian materi ceramah terhadap tingkat kepatuhan pasien menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank. Ranks Pengaruh pemberian materi ceramah terhadap kepatuhan Negative Ranks Posttest materi ceramah – pretest materi ceramah
Positive Ranks
N
Mean Rank
Sum of Ranks
0a
.00
.00
b
8.00
120.00
15
c
Ties
15
Total
30
a. posttest materi ceramah < pretest materi ceramah b. posttest materi ceramah > pretest materi ceramah c. posttest materi ceramah = pretest materi ceramah Test Statisticsa posttest - pretest Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-3.578b .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks.
Analisis
:
Hipotesis dua sisi (two-tailed) H 0 : hasil post-test = hasil pre-test H1 : hasil post-test ≠ hasil pre-test H0 ditolak jika nilai p < 0,050 H0 diterima jika nilai p > 0,050 Hipotesis satu sisi (one-tailed) H 0 : hasil post-test ≤ hasil pre-test H1 : hasil post-test > hasil pre-test H0 ditolak jika nilai p < 0,050 H0 diterima jika nilai p > 0,050 Kesimpulan
:
1. Hasil analisis pada tabel menunjukkan perbandingan kepatuhan pasien sebelum dan sesudah diberi ceramah. terdapat 15 orang yang kepatuhannya meningkat dan 15 orang yang tidak ada perubahan.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
2. Pada tabel test statistic, nilai p dan ½ p < 0,050. Maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat pengaruh yang bermakna dari pemberian materi ceramah terhadap peningkataan kepatuhan pasien.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 23. Uji kesetaraan data pasien antara kedua kelompok dengan skala rasio/ordinal menggunakan uji statistik Mann Whitney U Test Statisticsa uji komparabilitas umur kedua metode Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2tailed)
uji komparabilitas tingkat pendidikan kedua metode
uji komparabilitas tingkat pendapatan kedua metode
Uji komparabilitas tingkat kepatuhan pretest
444.500 909.500 -.093
440.500 905.500 -.156
340.000 805.000 -2.096
440.500 905.500 -.149
.926
.876
.036
.881
a. Grouping Variable: jenis metode
Analisis : H0 : data kedua kelompok setara H1 : data kedua kelompok tidak setara H0 ditolak jika nilai p < 0,05 H0 diterima jika nilai p > 0,05 Kesimpulan : Hasil analisis komparabilitas menunjukkan bahwa data umur, tingkat pendidikan, tingkat kepatuhan mempunyai nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data umur, tingkat pendidikan dan tingkat kepatuhan dapat dibandingkan antara kedua kelompok. Sedangkan data tingkat pendapatan memiliki nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendapatan tidak dapat dibandingkan antara kedua kelompok
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 24. Uji kesetaraan data pasien antara kedua kelompok dengan skala nominal menggunakan uji statistik Kai kuadrat
Chi-Square Tests Jenis Kelamin
Value
Asymp. Sig. (2-sided)
df
.287a
1
.592
Continuity Correction
.072
1
.789
Likelihood Ratio
.287
1
.592
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
c
.282
N of Valid Cases
1
.595
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. Point (1-sided) Probability
.789
.395
.789
.395
.789
.395
.789
.395
.184
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
.377
.112
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
.387
.104
60
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.00. b. Computed only for a 2x2 table c. The standardized statistic is -.531.
Jenis Pekerjaan Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
Chi-Square Tests Asymp. Sig. df (2-sided)
1.869a 2.268 1.840 .228b 60
3 3
.600 .519
1
.633
Exact Sig. (2-sided) .757 .757 .757 .753
a. 6 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .50. b. The standardized statistic is .477.
Chi-Square Tests Regimen ADO
Value
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
.364a
2
.834
.879
Likelihood Ratio
.364
2
.833
.879
Fisher's Exact Test
.430
Linear-by-Linear Association
.187b
N of Valid Cases
.879 1
.665
.773
60
a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50. b. The standardized statistic is -.433.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Analisis : H0 : data antara kedua kelompok setara H1 : data antara kedua kelompok tidak setara H0 ditolak jika nilai p < 0,05 H0 diterima jika nilai p > 0,05 Kesimpulan : Hasil analisis kesetaraan menunjukkan bahwa data jenis pekerjaan menunjukkan nilai p > 0,05 sehingga dapat disimpulkan data jenis pekerjaan setara antara kedua kelompok.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 25. Uji perbandingan pemberian ceramah dan materi ceramah terhadap tingkat kepatuhan pasien menggunakan uji Mann Whitney U Test Statisticsa perbandingan metode ceramah dengan metode handout Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. (2-tailed) Exact Sig. (1-tailed) Point Probability
348.500 813.500 -1.849 .064 .089 .044 .016
a. Grouping Variable: jenis metode
Analisis : H0
: ada perbedaan bermakna antara tingkat kepatuhan kelompok ceramah dan kelompok materi ceramah
H1
: tidak ada perbedaan bermakna antara tingkat kepatuhan kelompok ceramah dan kelompok materi ceramah
H0 ditolak jika nilai p < 0,05 H0 diterima jika nilai p > 0,05 Kesimpulan : Hasil analisis menunjukkan nilai p (1-tailed)
= 0,32 sehingga
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara tingkat kepatuhan kelompok ceramah dengan kelompok materi ceramah.
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 26. Rekapitulasi Pasien Kelompok Ceramah
No
Nama
Klmn
Umur
Pnddkn
Pkrjn
Pndptn
1
Ade Sopiah
2
2
2
1
4
2
Aisyah
2
3
3
3
1
3
Armani
1
3
2
2
1
4
Asih
2
2
4
4
1
5
Atikah
2
2
1
3
4
6
Eli
2
3
2
4
4
7
Hanafiar
1
2
2
4
1
8
Hasanah
2
3
1
4
1
9
Husnan Latief
1
3
3
4
1
10
Ida
2
2
1
4
1
11
Idayanti
2
1
2
4
1
12
Inah
2
2
2
4
4
13
Kasan
1
2
1
4
1
14
Khosmisah
1
2
2
4
1
15
Maimunah
2
2
1
4
1
16
Mansur
1
2
2
3
2
17
Marip
1
3
4
4
1
18
Masnun
2
3
2
4
4
19
Mulyati
2
2
1
4
1
20
Parjan
1
2
2
4
1
21
Rachmat
1
3
3
4
1
22
Sabariyah
2
3
2
4
4
23
Said
1
2
2
4
4
24
Sainah
2
3
1
2
1
25
Sumiyati
2
3
2
2
2
26
Surni
2
2
2
4
1
27
Umiyani
2
2
2
4
3
28
Yenah
2
1
2
3
1
29
Yeni
2
2
1
4
1
30
Yuliana
2
1
4
2
2
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Keterangan : Jenis Kelamin : 1. Pria 2. Wanita Umur
: 1. 31-45 tahun 2. 46-60 tahun 3. > 60 tahun
Pendidikan
: 1. Tamat SD 2. Tamat SMP/SMS/Kejuruan 3. Tamat Perguruan Tinggi/Akademi 4. Tidak mendapat pendidikan formal
Pekerjaan
: 1. PNS/ Swasta 2. Wiraswasta 3. Lain-lain 4. Tidak bekerja/pensiunan
Pendapatan
: 1. < Rp 500.000,00 2. Rp 500.001,00 – Rp 1.000.000,00 3. Rp 1.000.001,00-Rp1.500.000,00 4. >Rp 1.500.001,00
Regimen ADO: 1. Glibenklamid 2. Metformin 3. Glibenklamid dan Metformin
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
Lampiran 27. Rekapitulasi Pasien Kelompok Materi Ceramah
No
Nama
Kelamin
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
1
Abidin
1
3
2
4
1
2
Aisyah
2
2
1
3
2
3
Arni
2
2
2
2
2
4
Asuro
2
3
4
4
1
5
Ayansa
1
2
3
4
1
6
Didi Muhidi
1
2
2
4
1
7
Embot
2
3
4
4
1
8
Erawati
2
2
2
4
1
9
Halimi
1
2
2
4
1
10
Hamdani
1
3
1
4
1
11
Hasanudin
1
2
2
2
1
12
Karsiah
1
2
1
4
1
13
Mahati
2
2
2
4
1
14
Martini
2
2
3
4
1
15
Mulyaningsih
2
2
2
4
1
16
Musa
1
3
1
4
1
17
Naih
2
3
2
4
1
18
Namy
2
3
2
4
1
19
Nining
2
2
2
4
1
20
Nunung
2
2
1
4
1
21
Nurdin
1
3
2
2
2
22
Omih
2
2
1
4
1
23
Rosnah
2
2
2
4
1
24
Sapei
1
2
2
2
2
25
Sarudin
1
2
4
3
1
26
Suhati
2
2
2
4
1
27
Sukmawati
2
1
2
4
1
28
Tresnawati
2
3
1
4
1
29
Ujang
1
2
1
2
2
30
Yayah
2
3
2
4
1
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012
(Lanjutan)
Keterangan : Jenis Kelamin : 1. Pria 2. Wanita Umur
: 1. 31-45 tahun 2. 46-60 tahun 3. > 60 tahun
Pendidikan
: 1. Tidak mendapat pendidikan formal 2. Tamat SD 3. Tamat SMP/SMS/Kejuruan 4. Tamat Perguruan Tinggi/AkademI
Pekerjaan
: 1. PNS/ Swasta 2. Wiraswasta 3. Lain-lain 4. Tidak bekerja/pensiunan
Pendapatan
: 1. < Rp 500.000,00 2. Rp 500.001,00 – Rp 1.000.000,00 3. Rp 1.000.001,00-Rp1.500.000,00 4. >Rp 1.500.001,00
Regimen ADO: 1. Glibenklamid 2. Metformin 3. Glibenklamid dan Metformin
Pengaruh pemberian..., Phihaniar Insaniputri, FMIPA UI, 2012