UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI – 28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
YESSICA LISYANA, S. Farm 1106153580
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK MEDIKO FARMA JL. PINANG RAYA NO. 10 PONDOK LABU CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 18 FEBRUARI – 28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
YESSICA LISYANA, S. Farm 1106153580
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan
laporan Praktek
Kerja
Profesi
Apoteker di Apotek Mediko Farma. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., M.M., selaku Apoteker Pengelola Apotek Mediko Farma sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan PKPA di Apotek Mediko Farma serta menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan ini;
2.
Dra. Azizahwati, Apt., M.S., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan ini;
3.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
4.
Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
5.
Bapak dan Ibu staf pengajar serta seluruh karyawan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
6.
Seluruh karyawan di Apotek Mediko Farma yang telah banyak membantu dalam PKPA dan usaha memperoleh data yang saya perlukan;
7.
Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral;
8.
Sahabat-sahabat apoteker angkatan LXXVI yang telah banyak membantu dan memberi semangat kepada saya dalam meyelesaikan laporan ini; dan
iv
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan ini. Akhir kata, saya berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
2013
v
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv DAFTAR ISI ...................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x BAB1.
PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................................... 2
BAB 2.
TINJAUAN UMUM APOTEK .................................................... 2.1. Definisi Apotek ..................................................................... 2.2. Landasan Hukum Apotek ...................................................... 2.3. Tugas dan Fungsi Apotek .................................................... 2.4. Persyaratan Apotek ........................................................... 2.5. Tata Cara Perizinan Apotek ................................................... 2.6. Tenaga Kerja Apotek ........................................................ 2.7. Pengelolaan Apotek ............................................................... 2.8. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ............................ 2.9. Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia ...................... 2.10. Pencabutan Surat Izin Apotek ................................................ 2.11. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker ................................... 2.12. Pelayanan Swamedikasi ......................................................... 2.13. Obat Wajib Apotek ............................................................... 2.14. Pelayanan Informasi Obat ..................................................... 2.15. Konseling ..............................................................................
3 3 3 4 4 5 7 9 12 14 21 23 24 24 26 26
BAB 3.
TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA ................. 3.1. Sejarah Apotek Mediko .......................................................... 3.2. Lokasi dan Tata Ruang ........................................................... 3.3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia ...................... 3.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ............................................ 3.5. Pelayanan Apotek .................................................................. 3.6. Pengelolaan Obat Golongan Narkotika ................................... 3.7. Pengelolaan Obat Golongan Psikotropika ............................... 3.8. Kegiatan Non Teknis Kefarmasian .........................................
29 29 29 31 31 34 37 38 39
BAB 4.
PEMBAHASAN ........................................................................... 4.1. Lokasi dan Bangunan Apotek ................................................ 4.2. Sumber Daya Manusia di Apotek........................................... 4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi ............................................ 4.4. Pelayanan Kefarmasian di Apotek .........................................
42 42 44 44 47
vi
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
BAB 5.
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 51 5.1. Kesimpulan ............................................................................ 51 5.2. Saran ...................................................................................... 51
DAFTAR ACUAN ....................................................................................... 53
vii
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6) ........................ 15 Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma ............................................. 55 Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma ............... 55 Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma ............................... 56 Gambar 3.4. Alat-alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma.................. 56
viii
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Logo Golongan Obat .................................................................... 14 Tabel 4.1 Pembagian Shift Asisten Apoteker ................................................. 44
ix
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu ...................... 57 Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma ................................... 58 Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma..................... 59 Lampiran 4. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma .......................... 60 Lampiran 5. TandaTerima Faktur .................................................................. 61 Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep ............................................................ 62 Lampiran 7. Salinan Resep ........................................................................... 63 Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep ................................................ 64 Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas ................................................ 65 Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika ....................... 66 Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika................... 67
x
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Presiden RI, 2009b). Pembangunan bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan. Salah satu tenaga kesehatan yang berperan penting dalam mewujudkan peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat adalah apoteker. Apoteker sebagai salah satu tenaga kefarmasian dapat menjalankan praktek kefarmasiannya pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian yang erat hubungannya dengan apoteker adalah apotek. Tugas dan fungsi apotek adalah sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan; sebagai sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat dan sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata (Presiden RI, 2009c). Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek wajib mengikuti
paradigma
pelayanan
kefarmasian
dan
perkembangan
ilmu
pengetahuan serta teknologi. Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kefarmasian telah terjadi pergeseran orientasi pelayanan kefarmasian dari pengelolaan obat sebagai komoditi (drug oriented) kepada pelayanan yang komprehensif (pharmaceutical care) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Presiden RI, 2009c). 1
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
2
Dalam menanggapi perubahan orientasi tersebut, maka apoteker sebagai long life learner dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar mampu melakukan pelayanan kefarmasian dengan baik sesuai standar pelayanan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Dalam standar pelayanan tersebut, selain mampu berinteraksi secara langsung dengan pasien, apoteker juga harus mampu berkomunikasi aktif dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Oleh karena itu, diperlukan pendidikan dan pelatihan aktual di suatu apotek, Agar calon apoteker dapat menjadi apoteker yang memiliki kompetensi melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Dalam hal ini, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menyelenggarakan PKPA di Apotek Mediko Farma yang berlangsung dari tanggal 18 Februari sampai tanggal 28 Mei 2013 dengan harapan agar calon apoteker dapat memahami secara langsung mengenai peranan dan tanggung jawab seorang apoteker di apotek dalam pelaksanaan pekerjaan kefarmasian.
1.2. Tujuan a. Mempraktekkan teori yang telah didapat selama kuliah dengan keadaan yang sebenarnya di Apotek. b. Memahami fungsi, tugas, dan peranan apoteker di apotek sesuai dengan peraturan dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. c. Mengetahui pengelolaan apotek, baik dalam pelayanan kefarmasian maupun dalam sistem manajerial.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN UMUM APOTEK 2.1
Definisi Apotek Berdasarkan
Keputusan
No.1332/Menkes/SK/X/2002 dan
Menteri Keputusan
Kesehatan
Republik
Indonesia
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No.51 Tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Departemen Kesehatan RI, 2009). Menurut PP No.51 tahun 2009,
yang dimaksud dengan pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan, harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin.
2.2
Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam: a.
Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
b.
Undang-undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
c.
Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika.
d.
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
e.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. 3
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
4
f.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 695/ MENKES/ PER/ 2007 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184/MENKES/PER/II/1995 tahun tentang penyempurnaan pelaksanaan masa bakti dan izin kerja apoteker.
g.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/ MENKES/ PER/ X/ 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
h.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
i.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/ MENKES/ SK/ X/ 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
2.3
Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah:
a.
Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker
b.
Sarana farmasi yang
melaksanakan
peracikan,
pengubahan
bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c.
Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
2.4
Persyaratan Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993,
persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek adalah sebagai berikut: a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
5
farmasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/ IX/2004, disebutkan bahwa : a.
Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
b.
Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c.
Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
d.
Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan.
e.
Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.
f.
Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga.
g.
Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pedingin. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/
IX/2004, disebutkan bahwa apotek harus memiliki : a.
Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
b.
Tempat untuk menampilkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur/materi informasi.
c.
Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
d.
Ruang racikan.
e.
Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun untuk pasien. Perlengkapan dan peralatan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-
rak penyimpanan obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dan debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
2.5
Tata Cara Perizinan Apotek Ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek diatur dalam keputusan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
6
Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993. Izin apotek diberikan oleh Menteri, yang kemudian wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: a.
Permohonan izin apotek diajukan
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/ Kota dengan menggunakan contoh Formulir APT-1. b.
Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
selambat-lambatnya 6
(enam)
hari
kerja
setelah
menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM selambat lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil
pemeriksaan
setempat dengan menggunakan Formulir APT-3. d.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud di dalam butir (b) dan butir (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan Formulir APT-4.
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud butir (c), atau pernyataan butir (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek (SIA) dengan menggunakan Formulir APT-5. f.
Dalam hal hasil pemeriksaan, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/kota atau Kepala Balai POM dimaksud butir (c) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan Formulir APT-6.
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam butir (f), apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
7
h.
Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan pemilik sarana.
i.
Pemilik sarana yang dimaksud butir (h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan dibidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.
j.
Terhadap permohonan izin apotek dan Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau lokasi tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannnya dengan menggunakan Formulir APT-7. Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek
(SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu.
2.6
Tenaga Kerja Apotek Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009, tenaga
kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari apoteker dan tenaga teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian yaitu sarjana farmasi, ahli madya farmasi rumah sakit dan tenaga menengah farmasi/ asisten apoteker yang sudah disumpah. Tenaga kefarmasian untuk kegiatan pelayanan kefarmasian di suatu apotek, antara lain:
2.6.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002, Apoteker Pengelola Apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek. Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab penuh terhadap semua kegiatan yang berlangsung di apotek, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal (jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek). Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
8
melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi
persyaratan.
Sesuai
dengan
Permenkes
RI
No.
922/MENKES/PER/X/1993, Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia. b. Telah mengucapkan sumpah/ janji Apoteker. c. Memiliki Surat Izin Kerja/ Surat Penugasan dari Departemen Kesehatan melalui dinas kesehatan daerah masing - masing. d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker. e. Tidak
bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotek di apotek lain. Tugas dan Kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut: a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin. d. Melakukan pengembangan apotek. Seorang
Apoteker
Pengelola
Apotek
apabila
berhalangan
melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk apoteker pendamping serta apabila Apoteker pengelola Apotek dan apoteker pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya,
Apoteker
pengelola
Apotek
Penunjukan dimaksud harus dilaporkan
menunjuk
kepada
Apoteker
Kepala
Dinas
pengganti. Kesehatan
kabupaten/ kotadengan tembusan kepada Kepala Dinas kesehatan propinsi setempat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 : a.
Apoteker Pendamping, yakni apoteker yang bekerja di apotek selain APA dan/ atau menggantikan APA pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
b.
Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan APA jika Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
9
APA berhalangan hadir selama lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di tempat lain.
2.6.2 Asisten Apoteker Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker di bawah pengawasan apoteker.
2.7
Pengelolaan Apotek Seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan
fungsi pelayanan apotek, disebut pengelolaan apotek. Kegiatan dalam pengelolaan apotek dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi. Pengelolaan non teknis kefarmasian tersebut meliputi kegiatan administrasi, keuangan, pajak, personalia, kegiatan bidang material dan bidang lain yang berhubungan dengan apotek.
2.7.1 Pengelolaan Persediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004, pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem First In First Out (FIFO) dan First Expire First Out (FEFO).
2.7.1.1 Perencanaan Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana keperluan yang tepat, mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang
tersimpan
lama
dalam
gudang
serta
meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi yang beragam memerlukan suatu perencanaan yang dilakukan secara cermat sehingga pengelolaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal-hal yang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
10
perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan pengadaan perbekalan farmasi yaitu: pola penyakit, daya beli masyarakat dan budaya masyarakat.
2.7.1.2 Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi. Penentu utama terhadap tersedianya obat dan total biaya kesehatan adalah pengadaan perbekalan farmasi yang efektif. Untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien kepada pasien, maka pengadaan yang meliputi ketersediaan, keamanan, perbekalan tidak hanya
dan
jaminan
mutu
tersebut harus diterapkan sebaik mungkin. Prinsip pengadaan sekedar
membeli barang, tetapi juga mengandung pengertian
meminta kerja sama pemasok dalam menyediakan barang yang diperlukan. Halhal yang harus diperhatikan dalam pengadaan antara lain: a.
Harus sesuai dengan keperluan yang direncanakan sebelumnya.
b.
Harus sesuai dengan kemampuan atau kondisi keuangan yang ada.
c.
Sistem atau cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.7.1.3 Penyimpanan Tata cara penyimpanan perbekalan farmasi dan penataannya disesuaikan dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan sifat obat serta bentuk perbekalannya. Hal hal yang perlu dipertimbangkan dalam
penyimpanan
perbekalan farmasi diantaranya: a.
Obat/ bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Ketika isi harus dipindahkan ke dalam wadah lain (pengecualian), maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru yang memuat sekurang-kurangnya nomor bets dan tanggal kadaluarsa.
b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilan bahan.
2.7.1.4 Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/SK/X/1993, yang meliputi : Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
11
a.
Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
b.
Apotek wajib menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah.
c.
Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat bermerek dagang, namun resep dengan obat bermerek dagang atau obat paten boleh diganti dengan obat generik.
d.
Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Badan POM.
e.
Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
f.
Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat.
g.
Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.
h.
Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.
i.
Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun.
j.
Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
k.
Apoteker Pengelola Apotek, apoteker pendamping atau apoteker pengganti Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
12
diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. l.
Apoteker Pengelola Apotek turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping, Apoteker Pengganti didalam pengelolaan apotek.
2.7.2 Administrasi Dalam
menjalankan
pelayanan
kefarmasian
di
apotek,
perlu
dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi : a.
Administrasi Umum Pada
bagian
ini
dilakukan
pencacatan,
pengarsipan,
pelaporan
narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b.
Administrasi Pelayanan. Pada bagian ini dilakukan pengarsipan resep, pengarsipan cacatan
pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
2.8
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat
ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi
tersebut,
apoteker
dituntut
untuk
meningkatkan
pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhir apakah sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, Ditjen Yanfar dan Alkes Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) menyusun standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
13
kepada masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek disebutkan bahwa pelayanan di apotek meliputi:
2.8.1 Pelayanan Resep (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004) 2.8.1.1 Skrining Resep Apoteker
melakukan
skrining
resep
yang
meliputi,
persyaratan
administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda tangan/ paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan); kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian); pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, serta kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain).
2.8.1.2 Penyiapan Obat Hal-hal yang diperhatikan dalam penyiapan obat adalah peracikan (kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah) dengan suatu prosedur tetap memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar, etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat dikemas dengan rapi dalam kemasan
yang
cocok sehingga terjaga
kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien sekurangkurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker juga harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau
yang
bersangkutan
terhindar
dari
bahaya,
penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan farmasi lainnya. Setelah obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien, maka apoteker Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
14
harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat dan konseling berkelanjutan terutama untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
2.8.2 Promosi dan Edukasi Dalam kegiatan ini apoteker dapat berperan dalam penyebaran leaflet/ brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.
2.8.3 Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk geriatric
dan
pasien
dengan
pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan.
2.9
Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia Obat adalah suatu zat yang digunakan dengan dosis tertentu untuk
diagnosis, pengobatan, peringanan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau hewan. Obat-obat yang beredar di Indonesia, digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda/ logo pada kemasan yang terlihat.
Tabel 2.1 Logo Golongan Obat Golongan Obat
Logo
Golongan Obat
Obat Bebas
Obat Keras
Obat Bebas
Golongan
Terbatas
Narkotik
Logo
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
15
2.9.1 Obat OTC Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC (OverThe Counter). Obat OTC terdiri dari :
2.9.1.1 Obat Bebas Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter disebut obat bebas (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Tabel 2.1).
2.9.1.2 Obat Bebas Terbatas Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan disebut dengan obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Tabel 2.1). Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik, sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1 – P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau
disesuaikan
dengan
kemasannya)
dan
diberi
tulisan
peringatan
npenggunaannya dengan huruf berwarna putih (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).
Gambar 2.1 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6) Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
16
2.9.2 Obat Ethical Obat yang hanya dapat diperoleh dengan mempergunakan resep dokter disebut ethical seperti obat keras termasuk obat golongan psikotropika dan obat golongan narkotika.
2.9.2.1 Obat Keras Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut dengan obat keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat tukak lambung dan semua obat injeksi (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).
2.9.2.2 Obat Golongan Psikotropika Pengertian psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari pengaturan psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran
gelap
psikotropika. Kemasan obat
psikotropik ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah. Psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yakni: a.
Psikotropika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat
kuat dalam
mengakibatkan
ketergantungan,
misalnya
brolamfetamina, lisergida (LSD), meskalin dan psilosibin. b.
Psikotropika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
17
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potens yang kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amfetamin, metamfetamin dan metilfenidat. c.
Psikotropika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amobarbital, siklobarbital, dan pentazosina.
d.
Psikotropika golongan IV, yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya derivat diazepam, alprazolam, dan fenobarbital. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan psikotropika di apotek
meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan (Presiden RI,1997): a. Pemesanan psikotropika Obat-obat golongan psikotropika dipesan apotek dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), dengan menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika 3 (tiga) rangkap dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek yang dilengkapi nomor SIK dari apoteker dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk beberapa jenis psikotropika. b. Penyimpanan psikotropika Obat-obat golongan psikotropika ini cenderung disalahgunakan sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus. c. Penyerahan psikotropika Penyerahan obat-obat golongan psikotropik oleh apotek hanya dapat dilakukan
kepada
apotek
lainnya,
rumah
sakit,
puskesmas,
balai
pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/ pasien. d. Pelaporan psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Direkorat Jenderal Binfar Alkes Kementerian
Kesehatan
secara
online
melalui
website
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
18
www.sipnap.binfar.depkes.go.id. Pelaporan dilakukan setiap bulan, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan tembusan kepada Balai Besar POM. e. Pemusnahan Psikotropika Pada pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan
oleh
pejabat
yang
ditunjuk
dalam
tujuh
hari
setelah
mendapat kepastian. Menurut pasal 53 UU No. 5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika yang berkaitan dengan tindak pindana dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili Departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut, dalam
waktu
tujuh
hari
setelah
mendapat
kekuatan
hukum tetap. Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan. Pemusnahan psikotropika yang disebabkan
karena kadaluarsa serta tidak memenuhi syarat untuk
digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat Departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah mendapatkan kepastian.
2.9.2.3 Obat Golongan Narkotika Pengertian narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan golongan narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
19
(Departemen Kesehatan RI, 2006b). Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu: a.
Narkotika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja.
b.
Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin.
c.
Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, misalnya kodein. UU No. 35 tahun 2009 telah mengatur tata cara ekspor-impor,
produk, penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika,
untuk
mencegah
dan
menanggulangi
bahaya-bahaya
yang
ditimbulkan oleh efek samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Secara garis besar pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan. a.
Pemesanan Narkotika Kegiatan ini dilakukan ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan
surat pesanan narkotika empat rangkap yang ditandatangani oleh APA (tiga rangkap untuk PBF Kimia Farma dan satu rangkap arsip apotek), dilengkapi nomor SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya digunakan untuk memesan satu jenis narkotika. b.
Penyimpanan Narkotika Di dalam Permenkes No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan
bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat; harus mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
20
dibagi dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari; lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40 x 80 x 100 cm dan harus dibaut pada tembok atau lantai; lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan; anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa; lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum. c.
Pelayanan Resep yang mengandung Narkotika Menurut UU No. 35 tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya
dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. Selain kepada pasien, penyerahan obat golongan narkotika dapat dilakukan apotek kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lain, balai pengobatan, dan dokter. d.
Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa
importir,
eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada bulan berikutnya yang ditujukan kepada Direkorat Jenderal Binfar Alkes Kementerian Kesehatan secara online pada website www.sipnap.binfar.depkes.go.id setiap bulan paling Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
21
lambat tanggal 10 bulan dengan tembusan kepada Balai Besar POM. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika biasa disebut dengan SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek). e.
Pemusnahan Narkotika Sesuai dengan Permenkes RI No.28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9 mengenai
pemusnahan narkotika, Apoteker Pengelola Apotek dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan
dan atau
untuk
pengembangan Ilmu
Pengetahuan.
Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Pemusnahan narkotika harus disaksikan oleh : petugas Direktorat Pengawasan Obat dan
Makanan untuk importir, pabrik farmasi dan unit
pergudangan pusat; petugas Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan untuk
pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi, petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Balai/ Balai Besar POM, dan sebagai arsip.
2.10
Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002,
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/ Kota
setempat wajib melaporkan pemberian izin, pembekuan izin,
pencairan izin,
dan pencabutan izin apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri dan tembusan
disampaikan
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Propinsi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila : Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
22
a.
Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA.
b.
Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.
c.
APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terusmenerus.
d.
Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika (sekarang UU No. 35 tahun 2009), Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan atau ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
e.
Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek dicabut
f.
Pemilik
Sarana
Apotek
terbukti
terlibat
dalam
pelanggaran
perundangundangan di bidang obat. g.
Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/
Kota
sebelum
melakukan
pencabutan berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 51 tahun 2009, pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan : a.
Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12.
b.
Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek dengan mengunakan contoh Formulir Model APT-13. Keputusan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota kepada Apoteker Pengelola Apotek dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-15 dan tembusan disampaikan kepada Menteri Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi serta Kepala Balai POM setempat. Apabila surat
izin apotek tersebut dicabut, APA atau
Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi yang dilakukan dengan cara: a.
Seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu dan obat lainnya serta Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
23
seluruh resep yang tersedia di apotek diinventarisasi. b.
Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci.
c.
Apoteker Pengelola Apotek wajib melapor secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas. Pembekuan
izin
apotek dapat
dicairkan
kembali apabila apotek
tersebut telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan menggunakan contoh Formulir APT-14. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari tim pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat. Selama pembekuan izin, apotek dilarang menjalankan kegiatan kefarmasian, namun diberi waktu maksimal 6 bulan untuk membuktikan bahwa apotek memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ada.
2.11
Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang pengalihan tanggung jawab apoteker : a.
Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA kepada apoteker pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat yang ditandatangani oleh kedua belah pihak.
b.
Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) meninggal dunia, dalam jangka dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada kepala wilayah atau petugas
yang diberi
wewenang olehnya. c.
Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, maka pelaporan oleh ahli waris tersebut wajib disertai penyerahan resep, narkotika Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
24
psikotropika, obat keras dan kunci tempat
penyimpanan
narkotika dan
psikotropika. d.
Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan kepala kantor wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya, selaku pihak yang menerima.
2.12
Pelayanan Swamedikasi Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah
swamedikasi. Tindakan pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Walaupun pengobatan sendiri dilakukan oleh dan untuk diri sendiri, swamedikasi harus dilakukan secara rasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya. Swamedikasi dilakukan dengan menggunakan obat tanpa resep yaitu golongan obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek. Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek.
2.13
Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan
tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a.
Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun.
b.
Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
c.
Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
25
d.
Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
e.
Obat
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek diwajibkan untuk : a.
Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan
b.
Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
c.
Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat Keputusan Menteri
Kesehatan yaitu: a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No. 1 yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu, oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas, obat yang mempengaruhi
sistem
neuromuskular,
antiparasit,
dan
obat
topikal.
Perubahan golongan OWA No.1 berdasarkan PerMenKes No.925 Tahun1993 memuat beberapa obat yang semula OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan pembatasannya b. Keputusan Menkes RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai tambahan lampiran Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No 1. Daftar obat wajib apotek No. 2 tersebut antara lain terdiri dari albendazol, basitrasin, karbinoksamin, klindamisin, deksametason, dan dekspantenol. c. Keputusan Menkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 yang terdiri dari 6 kelas terapi yaitu, saluran pencernaan dan metabolisme, obat kulit, antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal, sistemn saluran pernafasan, dan organ-organ sensorik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
26
2.14
Pelayanan Informasi Obat Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan,
pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat
yang rasional,
yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat
regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciriciri sebagai berikut: a.
Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektf.
b.
Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.
c.
Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan
d.
Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.
e.
Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencangkup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencangkup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Oleh sebab itu peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam
pemberian informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting.
2.15
Konseling Pengertian dari konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang
sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya (Menteri Kesehatan RI, 2004). Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
27
Tujuan dari kegiatan konseling yaitu (Menteri Kesehatan RI, 2007) : a. Tujuan umum 1. Meningkatkan keberhasilan terapi. 2. Memaksimalkan efek terapi. 3. Meminimalkan resiko efek samping. 4. Meningkatkan cost effectiveness. 5. Menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. b. Tujuan khusus 1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dengan pasien 2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien 3. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obatnya 4. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan dengan penyakitnya 5. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. 6. Mencegah atau meminimalkan Drug Related Problem 7. Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam hal terapi 8. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan 9. Membimbing dan mendidik pasien dalam menggunakan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien Pemberian konseling ditujukan baik untuk pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap. Konseling dapat diberikan kepada pasien langsung atau melalui perantara. Perantara yang dimaksud disini adalah keluarga pasien, pendamping pasien, perawat pasien, atau siapa saja yang bertanggung jawab dalam perawatan pasien. Pemberian konseling melalui perantara diberikan jika pasien tidak mampu mengenali obat-obatan dan terapinya, pasien pediatrik, pasien geriatrik. Pemberian konseling untuk pasien rawat jalan dapat diberikan pada saat pasien mengambil obat di apotik, puskesmas dan di sarana kesehatan lain. Kegiatan ini bisa dilakukan di counter pada saat penyerahan obat tetapi lebih efektif bila dilakukan di ruang khusus yang disediakan untuk konseling. Pemilihan tempat konseling tergantung dari kebutuhan dan tingkat kerahasian / kerumitan akan hal-hal yang perlu dikonselingkan ke pasien. Konseling pasien Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
28
rawat jalan diutamakan pada pasien yang : 1. Menjalani terapi untuk penyakit kronis, dan pengobatan jangka panjang (Diabetes, TBC, epilepsi, HIV/ AIDS). 2. Mendapatkan obat dengan bentuk sediaan tertentu dan dengan cara pemakaian yang khusus, misalnya supositoria, inhaler, injeksi insulin dll. 3. Mendapatkan obat dengan cara penyimpanan yg khusus, misalnya insulin dll 4. Mendapatkan obat-obat dengan aturan pakai yang rumit, misalnya pemakaian kortikosteroid dengan tapering down. 5. Golongan pasien yang tingkat kepatuhannya rendah, misalnya geriatrik, pediatri. 6.
Mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, dll).
7.
Mendapatkan terapi obat-obat dengan kombinasi yang banyak (polifarmasi)
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK MEDIKO FARMA
3.1. Sejarah Apotek Mediko Farma Apotek Mediko Farma didirikan pada tanggal 14 September 1976 berdasarkan akta notaris Mintarsih Natamihardja, SH. Pemilik sarana Apotek Mediko Farma adalah Dr. Sri Soesilastoeti sedangkan Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Mediko Farma saat ini adalah Dra. Farida Indyastuti, S.E., Apt., MM dengan SIA: 153/kanwil/SIA-78/92.
3.2. Lokasi dan Tata Ruang 3.2.1. Lokasi Apotek Mediko Farma terletak di Jalan Pinang Raya No. 10, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Apotek Mediko Farma berlokasi di perempatan jalan dengan badan jalan satu arah yang tidak terlalu lebar dan berada disamping pusat perbelanjaan di dekat kawasan pemukiman penduduk yang mudah dijangkau oleh kendaraan dan dilalui oleh angkutan umum. Apotek Mediko Farma dilengkapi pula dengan laboratorium klinik yang bersebelahan dengan apotek dan praktek dokter yang berada di lantai atas apotek. Praktek dokter terdiri dari dokter umum, dokter THT, dokter anak serta dokter kulit dan kelamin, sehingga dapat meningkatkan penerimaan resep di apotek. Papan nama apotek disertai nama laboratorium klinik dan praktek dokter nampak jelas di perempatan jalan dan di tempat parkir apotek sehingga membantu pelanggan baru untuk mencari lokasi Apotek Mediko Farma.
3.2.2. Tata Ruang Bangunan apotek terdiri dari tempat parkir pada halaman depan apotek, ruang bagian depan, dan ruang bagian belakang. Selain itu, apotek juga dilengkapi kamar mandi dan mushola untuk karyawan yang berada di bagian belakang apotek. Gambar bangunan apotek Mediko Farma, dapat dilihat pada Gambar 3.1. Ruang bagian depan terdiri dari ruang tunggu dilengkapi kursi-kursi yang ditata rapi dan nyaman serta mesin dispenser untuk para pengunjung, tempat 29 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
30
penerimaan resep dan pemberian harga obat bebas, tempat pembayaran obat resep maupun obat bebas (kasir), serta tempat pemajangan obat bebas (OTC) dan obat-obat fast moving. Penataan produk OTC dikelompokkan berdasarkan indikasi/ tujuan penggunaannya (batuk; flu; demam; sakit kepala; sakit perut; vitamin; sakit
cacingan) dan bentuk sediaannya (solid, semisolid dan cair).
Sediaan-sediaan yang banyak diminati pembeli diletakkan di bagian tengah etalase dan sejajar pandangan mata agar eye catching sehingga langsung dilihat oleh pengunjung yang masuk ke apotek. Selain itu, pada bagian paling atas lemari etalase terdapat beberapa box kosong berukuran besar dan mencolok yang dititipkan oleh perusahaan untuk dipajang di Apotek Mediko Farma sebagai bagian dari promosi pada setiap pelanggan yang datang ke apotek. Selain produk OTC, apotek juga menjual perlengkapan bayi, produk-produk susu, produk-produk herbal, produk-produk kosmetik yang digunakan sehari-hari, serta alat-alat kesehatan lainnya seperti masker, sarung tangan, dan alat tes kehamilan yang ditata dietalase bagian depan. Gambar ruang tunggu apotek, dapat dilihat pada Gambar 3.2. Ruang bagian belakang terdiri dari ruang peracikan, tempat administratif serta tempat pencucian. Ruang peracikan digunakan untuk kegiatan verifikasi resep, penyiapan obat, peracikan, pemberian etiket, penulisan kopi resep dan kuitansi pembayaran obat. Ruang ini terdiri dari sebuah meja besar yang diletakkan di tengah ruangan dan dikelilingi dengan lemari obat keras yang berderet membentuk huruf L di sekeliling ruangan. Penataan ruang peracikan dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan memperhatikan
ruang
gerak
bagi
para
pekerja.
Penataan
obat
keras
dikelompokkan berdasarkan obat generik dan obat nama dagang, berdasarkan bentuk sediaannya, dan obat yang biasa diresepkan oleh dokter yang berpraktek di lantai atas apotek. Gambar ruang peracikan apotek dapat dilihat pada Gambar 3.3. Di ruang peracikan juga terdapat lemari narkotika, lemari pendingin untuk menyimpan obat-obat termolabil seperti supositoria, meja untuk menimbang disertai peralatan menimbang, lemari untuk menyimpan buku-buku literatur (Farmakope Indonesia, ISO, dan MIMS) serta wastafel. Selain itu, dirungan ini juga terdapat tempat untuk kegiatan administrasi seperti Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
31
pemesanan obat kepada distributor dan pendataan perbekalan farmasi yang harus dipesan. Oleh sebab itu, ruang peracikan juga dilengkapi dengan dua buah computer, printer, telepon dan mesin fax. Denah tata ruang Apotek Mediko Farma terdapat pada Lampiran 2.
3.3. Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari satu orang Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, satu orang apoteker pendamping yang merangkap manager keuangan dan tiga orang asisten apoteker. Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari dua orang bagian administrasi (satu orang bagian pembelian dan satu orang bagian faktur), dua orang tenaga kasir, satu orang petugas kebersihan dan dua orang petugas keamanan. Bagan struktur organisasi apotek Mediko Farma dapat dilihat pada Lampiran 3. Apotek Mediko Farma beroperasi setiap hari Senin sampai Sabtu mulai pukul 07.30 – 21.30 WIB, hari Minggu mulai pukul 08.00 - 20.00 WIB, sedangkan hari libur nasional tutup.
3.4. Pengelolaan Perbekalan Farmasi 3.4.1. Pengadaan Perbekalan farmasi Apotek Mediko Farma melakukan perencanaan setiap hari Minggu dan Kamis berdasarkan stok minimum dan penjualan di minggu sebelumnya. Perbekalan farmasi yang sudah hampir habis di buat daftar rencana pembelian pada buku defecta /buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian pembelian untuk
dibuatkan surat pesanan. Pemesanan dilakukan menggunakan surat
pesanan langsung kepada petugas PBF yang bersangkutan atau melalui telepon langsung ke PBF yang dimaksud. Contoh surat pesanan dapat dilihat pada Lampiran 4. Pemesanan dan pembelian dilakukan setiap hari Senin dan Kamis oleh bagian pembelian yang bertanggung jawab langsung kepada APA. Surat pesanan perbekalan farmasi untuk obat keras, obat bebas terbatas dan obat bebas ditandatangani oleh Asisten Apoteker, sedangkan untuk obat psikoropik dan narkotik ditandatangani oleh APA. Pengadaaan perbekalan farmasi pada apotek Mediko Farma dilakukan dengan cara : Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
32
a. Cash Order Delivery (COD) COD merupakan pembelian yang pembayarannya dilakukan langsung pada saat perbekalan farmasi yang dipesan datang. Metode ini dilakukan pengadaan perbekalan farmasi yang baru dan/atau sangat dibutuhkan oleh apotek pada keadaan tertentu. b. Kredit Kredit merupakan pembelian yang pembayarannya dapat dilakukan hingga batas waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan oleh PBF pemasok yang telah disepakati bersama dengan pihak apotek. c. Konsinyasi Konsinyasi merupakan titipan perbekalan farmasi dari pemilik kepada apotek dimana apotek bertindak sebagai Agen Komisioner yang menerima komisi bila perbekalan farmasi tersebut terjual sampai batas waktu kadaluarsa atau batas waktu yang disepakati, dan bila perbekalan farmasi tersebut tidak laku maka perbekalan farmasi tersebut dapat dikembalikan kepada pemiliknya. Biasanya konsinyasi dilakukan untuk obat-obat yang masih baru dan belum dijual di apotek dan sedang dalam masa promosi, pembayaran dilakukan hanya terhadap perbekalan farmasi yang telah terjual. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF adalah ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan, bertanggung jawab terhadap pesanan perbekalan farmasi apabila terjadi kerusakan, memberikan jaminan terhadap perbekalan farmasi pesanan, ada kepastian memperoleh perbekalan farmasi yang dipesan, diskon yang diberikan, dan lamanya tanggal jatuh tempo pembayaran.
3.4.2. Penerimaan Perbekalan farmasi Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis pada jam operasional apotek oleh Asisten Apoteker. Pada saat penerimaan dilakukan pemeriksaan dokumen berupa kesesuaian antara surat pesanan dengan faktur, serta pemeriksaan fisik perbekalan farmasi yang diterima (tanggal kadaluarsa, keadaan fisik perbekalan farmasi, kode produksi/batch, dan lainlain). Apabila perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan surat pesanan, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
33
maka bagian pembelian atau asisten apoteker menandatangani dan memberi stempel apotek pada faktur. Selanjutnya, faktur asli diserahkan kembali ke PBF dan salinan faktur disimpan di apotek. Setiap hari Selasa dan Jum’at PBF melakukan tukar faktur yaitu PBF memberikan faktur asli disertai faktur pajak kepada apotek untuk kemudian dibayarkan oleh apotek berdasarkan tanggal jatuh tempo faktur tersebut dan untuk contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.4.3. Penyimpanan Perbekalan farmasi Data mengenai perbekalan farmasi yang diterima kemudian dimasukkan ke dalam sistem komputer pada formulir penerimaan pesanan yang berisi antara lain tanggal pembelian, nama PBF, perbekalan farmasi yang diterima, tanggal kadaluarsa, potongan harga, dan harga. Setelah itu, perbekalan farmasi di tempatkan di etalase atau rak penyimpanan sediaan sesuai dengan kategori penyimpanannya. Apotek Mediko Farma melakukan penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan jenis perbekalan farmasi, penggolongan obat bebas dan obat resep (ethical), serta bentuk sediaan obat kemudian disusun menurut abjad. Penyimpanan obat bebas dikelompokkan pula berdasarkan indikasi/ farmakologi obat dan disusun sedemikian rupa dalam lemari kaca atau rak dengan perpaduan warna yang sesuai sehingga menarik perhatian pasien yang datang ke apotek. Obat resep (ethical) dikelompokkan pula berdasarkan generik, nama dagang dan obat yang sering diresepkan oleh dokter yang berpraktek di lantai atas apotek sehingga memudahkan pengambilan obat saat peracikan. Penyusunan perbekalan farmasi tersebut juga menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Penempatan obat
sistem First In First Out (FIFO) yaitu perbekalan farmasi yang masuk lebih dulu diletakkan pada bagian yang paling depan dan/atau paling atas, agar memudahkan dalam pengambilan sehingga yang terlebih dahulu masuk akan keluar terlebih dahulu. Pada penyusunan obat berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) yaitu perbekalan farmasi yang memiliki tanggal kadaluarsa
terlebih dahulu diletakkan di bagian yang paling depan dan/atau paling atas, sehingga yang batas kadaluarsa lebih dulu akan keluar terlebih dahulu. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
34
Penyimpanan obat-obat khusus dilakukan pada tempat terpisah yaitu untuk obat golongan psikotropika dan narkotik disimpan di dalam lemari terkunci dan untuk jenis obat yang termolabil seperti supositoria disimpan dalam lemari pendingin.
3.4.4. Pengeluaran Perbekalan farmasi Apotek Mediko Farma melakukan pengeluaran perbekalan farmasi dengan sistem FEFO (First Expired First Out ), yaitu perbekalan farmasi yang dikeluarkan terlebih dahulu adalah perbekalan farmasi yang memiliki batas kadaluarsa lebih awal.
3.4.5. Pembuatan Sediaan Standar (aanmaak) Apotek Mediko Farma juga melakukan pembuatan sediaan standar dan pengemasan kembali sediaan standar ke dalam wadah yang lebih kecil. Sediaan standar adalah obat-obat yang dibuat oleh apotek berdasarkan resep- resep standar dalam buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan resep dokter. Sediaan standar ini dibuat untuk menyediakan sediaan yang jarang atau tidak terdapat di pasaran. Beberapa sediaan standar yang dibuat di Apotek Mediko Farma adalah obat batuk hitam, salep 24, AAV (Asam salisilat, Asam benzoat, dan Vaselin album), boorschudmixtuur (BSM), ichtyol zalf, rivanol, alkohol 70% dan bedak salisilat. Adapula sediaan standar yang dibeli dalam skala besar lalu dikemas kembali dalam skala kecil seperti minyak cengkeh, minyak sereh, garam inggris, dan vitamin. Sediaan standar ini ditempatkan di rak obat bebas dan disusun berdasarkan abjad.
3.5. Pelayanan Apotek Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep dan pelayanan obat bebas dan komoditi lain di luar sediaan farmasi (perlengkapan bayi, produkproduk susu, produk-produk herbal, produk-produk kosmetik, serta alat-alat kesehatan). Pembayaran dapat dilakukan secara tunai, debit, ataupun kredit. Pembayaran secara tunai sama dengan pembayaran secara kredit, tetapi untuk pembayaran secara kredit, kuitansi pembayarannya tidak diserahkan ke pasien tetapi disimpan Apotek untuk dilakukan penagihan pada awal bulan berikutnya. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
35
3.5.1. Pelayanan Obat Bebas Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan untuk obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek) yaitu penjualan obat tanpa menggunakan resep dokter. Obat bebas ditandai dengan logo lingkaran berwarna hijau, obat bebas terbatas ditandai dengan logo lingkaran berwarna biru, sedangkan obat DOWA merupakan obat dengan logo lingkaran berwarna merah dengan huruf K ditengah yang tercantum didalam Daftar Obat Wajib Apotek. Jika pasien menginginkan kuitansi pembelian obat bebas apotek dapat memberikannya. Contoh kuitansi dapat dilihat pada Lampiran 9.
3.5.2. Pelayanan Obat Dengan Resep Apotek Mediko Farma melakukan pelayanan resep yaiu Asisten Apoteker menerima resep dari pasien, kemudian diperiksa ketersediaan obat dan dilakukan verifikasi resep (skrining resep) baik kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetika dan kesesuaian farmakologi. Pelayanan resep dilakukan sesuai dengan HTKP (Harga, Timbang, Kemas, Penyerahan). Resep yang diterima diberikan harga berdasarkan harga yang terdapat pada sistem komputer, dimana untuk resep yang berasal dari dokter untuk dipakai sendiri atau pada keadaan tertentu lainnya, harga yang telah dihitung kemudian dikurangi diskon sejumlah yang ditentukan. Resep yang telah diberi harga diberikan kepada kasir untuk dibayar oleh pasien serta diberikan nomor urut resep. Resep dibawa ke bagian peracikan untuk disiapkan atau diracik oleh asisten apoteker. Resep yang telah selesai dikerjakan dikemas, diberi etiket, dan dilakukan pemeriksaan akhir oleh apoteker atau asisten apoteker. Kemudian obat yang telah siap diserahkan kepada pasien oleh apoteker atas asisten apoteker disertai dengan penyampaian informasi yang berkaitan dengan obat tersebut. Pada saat penyerahan obat apoteker atau asisten apoteker meminta nomor telepon dan alamat pasien untuk data tambahan. Bagan alur penerimaan resep dapat dilihat pada Lampiran 6. Resep yang obatnya hanya diambil sebagian akan diberi salinan resep yang ditandatangani oleh apoteker/asisten apoteker dan diberi stempel apotek. Contoh salinan resep dapat dilihat pada Lampiran 7. Jika pasien menginginkan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
36
kuitansi pembayaran obat resep, apotek akan memberikannya. Contoh kuitansi pembelian obat resep dapat dilihat pada Lampiran 8. Resep yang telah selesai diracik dikumpulkan dan disusun berdasarkan nomor urut resep per hari lalu disimpan selama 3 tahun.
3.5.3. Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat di Apotek Mediko Farma sudah berjalan baik secara pasif maupun secara aktif namun masih terbatas. Pemberian informasi obat secara pasif yaitu pasien menanyakan tentang obat dan asisten apoteker/apoteker menjawab. Sedangkan secara aktif yaitu pemberian informasi pada saat penyerahan obat mengenai nama obat/ zat aktif yang terkandung didalamnya, kekuatan obat (mg/g), bentuk sediaan, indikasi obat, efek samping, interaksi obat, jadwal dan cara pemakaian, cara penyimpanan serta dosis obat.
3.5.4. Swamedikasi Kegiatan swamedikasi saat ini telah dilakukan di Apotek Mediko Farma. Obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi meliputi Obat Wajib Apotek, obat bebas terbatas, dan obat bebas. Obat Wajib Apotek merupakan obat dengan lingkaran merah dengan huruf K pada bagian tengah yang masuk dalam daftar obat wajib apotek. Penyerahan obat DOWA dilakukan oleh apoteker dan harus disertai dengan pemberian informasi tentang penggunaan, manfaat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat, namun yang sering bertindak dalam swamedikasi adalah asisten apoteker.
3.5.5. Pelayanan Lain Pelayanan lainnya di Mediko Farma untuk meningkatkan pendapatan apotek antara lain: a. Penjualan produk-produk herbal dan kosmetik b. Penjualan alat-alat kesehatan c. Penjualan makanan ringan. d. Praktek dokter umum, dokter spesialis anak, dokter THT, dan dokter spesialis kulit dan kelamin. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
37
e. Laboratorium
3.6. Pengelolaan Obat Golongan Narkotika 3.6.1. Pengadaan Obat Golongan Narkotika Pemesanan obaat-obat golongan narkotika dilakukan oleh bagian pembelian ke PBF Kimia Farma. Pembelian dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika rangkap 4 yang telah ditandatangi oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, nama apotek serta stempel apotek. Dalam satu Surat Pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika. Contoh surat pesanan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 10.
3.6.2. Penerimaan dan Penyimpanan Obat Golongan Narkotika Penerimaan narkotika yang dipesan, diterima oleh Apoteker/ Asisten Apoteker dengan mencantumkan nama jelas, SIK, tanda tangan, stempel apotek dan disertai tanggal dan waktu penerimaan narkotika. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Obat-obat golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu khusus yang terkunci berukuran panjang 19,5 cm, lebar 15,5 cm dan tinggi 39 cm. Penyimpanan obat golongan narkotika dipisahkan untuk penggunaan seharihari dan untuk persediaan, namun lemari penyimpanan obat golongan narkotika pada Apotek Mediko Farma masih diletakan pada area yang sering dilalui di dalam area apotek. Contoh sediaan narkotika yang terdapat di apotek adalah Codein tablet 10 dan 20 mg, Codipront® dan
Codipront® cum expectorant
kapsul serta Codipront® dan Codipront® cum expectorant sirup.
3.6.3. Pelayanan Obat Golongan Narkotika Apotek Mediko farma hanya melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Mediko Farma sendiri untuk mengambil sisa obat dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat dihubungi, dan alamat pasien yang jelas. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
38
3.6.4. Pelaporan Obat Golongan Narkotika Laporan pemakaian obat-obat golongan narkotika dibuat setiap bulan dan dilaporkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan dilakukan langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (Ditjen Binfar Alkes) secara online melalui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem pelaporan ini merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat account pada situs tersebut dan mengunduh form pelaporan narkotika yang dibuat Ditjen Binfar Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari Ditjen Binfar Alkes yang menyatakan telah menerima laporan. Pelaporan narkotika yang dilakukan di Mediko Farma hanya berupa laporan narkotika untuk sediaan jadi.
3.7. Pengelolaan Obat Golongan Psikotropika 3.7.1. Pengadaan Obat Golongan Psikotropika Pemesanan obat-obatan golongan psikotropika dilakukan oleh bagian pembelian ke PBF dengan menggunakan Surat Pemesanan Psikotropika rangkap 3 yang telah ditandatangi oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, nama apotek serta stempel apotek. Dalam satu Surat Pesanan boleh lebih dari satu jenis obat. Secara lengkap Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 11.
3.7.2. Penerimaan dan Penyimpanan Obat Golongan Psikotropika Penerimaan psikotropika dapat dilakukan oleh apoteker/asisten apoteker yang mempunyai SIK dan bukti penerimaan psikotropika ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek/ Asisten Apoteker. Obat golongan psikotropika ini kemudian disimpan di dalam lemari khusus dan terjamin keamanannya, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penyalahgunaan. Contoh sediaan psikotropika yang terdapat di apotek Mediko Farma adalah analsik® tablet, braxidin® tablet, esilgan® 2 mg, frisium® 10 mg, frixitas® 0,25 mg, lexotan® 5 mg, stesolid 5 mg, stesolid® rectal 5 dan 10 mg, valium® 2 mg, valisanbe®, xanax®, bellaphen® tablet, cetalgin®, danalgin®, diazepam 2 mg, librax®, neurodial® 5 mg, luminal 30 mg, proneuron® dan spasmium® 5 mg.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
39
3.7.3. Pelayanan Obat Golongan Psikotropika Obat psikotropika dapat diserahkan kepada pasien berdasarkan resep dokter atau salinan salinan resep dengan terlebih dahulu diskrining kelengkapan resepnya serta harus disertai stempel dokter yang jelas. Pada saat penyerahan obat kepada pasien harus dicantumkan nama, nomor telepon yang dapat dihubungi, dan alamat pasien yang jelas.
3.7.4. Pelaporan Obat Golongan Psikotropika Laporan penggunaan psikotropika di Apotek Mediko Farma sama seperti laporan narkotika dimana di laporkan paling lambat tanggal 10 d i bulan berikutnya. Pelaporan dilakukan langsung ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan secara online melaui situs sipnap.binfar.depkes.go.id. Sistem pelaporan ini merupakan sistem baru dimana apotek terlebih dahulu membuat account pada situs tersebut dan menngunduh form pelaporan narkotika yang
dibuat Ditjen Binfar Alkes. Setelah laporan dikirim akan ada surat balasan dari Ditjen Binfar Alkes yang menyatakan telah menerima laporan.
3.8. Kegiatan Non teknis Kefarmasian Dalam melaksanakan kegiatannya, Apotek tidak hanya menjalankan fungsi kefarmasian, tetapi juga menjalankan fungsi bisnis, yaitu melakukan kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja yang ada di apotek. Pengelolaannya dilakukan oleh bagian administrasi dan dibantu oleh bagian pembelian, kasir serta Asisten Apoteker yang kemudian diperiksa oleh manajer. 3.8.1. Kegiatan Administrasi Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek Mediko Farma meliputi: a. Administrasi Personalia Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi personalia yang berkaitan dengan semua hal mengenai urusan pegawai yang meliputi absensi, gaji, hak cuti, dan fasilitas lain yang berhubungan dengan karyawan. b. Administrasi Penjualan Apotek Mediko Farma melakukan kegiatan administrasi penjualan dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
40
melakukan pencatatan
baik
menggunakan sistem komputer maupun
pencatatan manual terhadap semua penjualan obat bebas dan obat bebas terbatas (OTC) maupun obat keras (ethical) serta perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) secara tunai atau debit. Selain itu, dilakukan juga pengaturan terhadap penentuan harga jual yang dimasukkan kedalam system komputer. Daftar harga jual inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pemberian harga jual pada pasien dan apabila terdapat perubahan harga pembelian dari PBF (Pedagang Besar Farmasi) maka harga yang terdapat pada daftar harga jual juga akan diubah. c. Administrasi Pembelian Kredit atau Hutang Dagang Apotek Mediko Farma melakukan pembelian produk dari PBF dengan cara tunai, kredit dan konsinyasi. Setiap PBF memberikan kebijaksanaan mengenai
harga
obat
maupun
diskon
yang
berbeda-beda
kepada
apotek. Pencatatan terhadap pembelian kredit dibuat berdasarkan faktur hutang yang masuk dari PBF ke apotek dan di buat dalam sebuah laporan oleh bagian administrasi untuk memudahkan pengawasan.
3.8.2. Sistem Administrasi Apotek Mediko Farma memiliki sistem administrasi untuk pengelolaan perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, pelayanan dan pelaporan perbekalan farmasi yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini dilakukan
oleh
bagian
pembelian,
administrasi
dan
asisten
Apoteker.
Kelengkapan administrasi di Apotek Mediko Farma meliputi : a. Buku Defekta Daftar nama obat atau sediaan yang habis atau hampir habis dicatat dalam buku defekta untuk segera dipesan agar dapat memenuhi kebutuhan di apotek. Keuntungan buku ini adalah dapat digunakan untuk mengecek perbekalan farmasi yang sudah atau hampir habis dan mempercepat proses pemesanan sehingga ketersediaan perbekalan farmasi di apotek dapat terkontrol dan terjamin dengan baik. b. Surat Pesanan (SP) Surat yang digunakan untuk memesan perbekalan farmasi yang diperlukan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
41
oleh apotek disebut Surat Pesanan yang terdiri dari 2 rangkap, dimana yang asli diserahkan pada pihak distributor sedangkan salinannya merupakan SP pertinggal di apotek untuk menyesuaikan perbekalan farmasi yang datang dengan perbekalan farmasi yang dipesan. Surat Pesanan ditandatangani asisten apoteker apabila akan melakukan pemesanan perbekalan farmasi. Dalam surat pesanan, terdapat tanggal pemesanan serta nama PBF yang ditunjuk. c. Daftar harga sediaan farmasi di apotek Daftar harga jual apotek berasal dari harga yang diberikan PBF ditambah dengan pajak dan margin. Harga ini dapat diketahui dari daftar harga pada sistem komputer dan sistem manual/ hardcopy. Pada sistem ini tercantum nama obat (merk dagang atau generik) yang disusun secara alfabetis serta spesifikasi produk sperti kekuatan dan volume sediaannya. d. Sistem administrasi pembelian dan faktur Penerimaan perbekalan farmasi diinput dalam sistem komputer dengan mencantumkan tanggal, nama perbekalan farmasi, jumlah perbekalan farmasi, nama PBF, nomor faktur, tanggal jatuh tempo faktur, nomor batch, tanggal kadaluarsa, harga satuan, diskon yang diperoleh, total harga dan total pembayaran. Pencatatan ini dilakukan saat perbekalan farmasi datang berdasarkan faktur pengiriman perbekalan farmasi dari PBF. Nomor faktur dari pembelian pada PBF berisikan nomor faktur, tanggal pembelian, nama PBF, tanggal jatuh tempo, dan jumlah pembelian. Ketika dilakukan pembayaran faktur, maka ditulis tanggal dan waktu pembayaran pada faktur yang sudah dibayar. e. Buku catatan penggunaan narkotika dan psikotropika Buku ini berfungsi untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat golongan narkotika dan psikotropika, yang berisikan nama obat, bulan, persediaan awal, penambahan jumlah yang meliputi tanggal pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan dan sisa serta keterangan lain jika ada. Catatan harian narkotika dan psikotropika meliputi nomor resep, nama pasien, alamat pasien, nama dokter, alamat dokter, jumlah obat yang diresepkan dan sisa obat (dalam satuan tablet). Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
BAB 4 PEMBAHASAN
Apotek adalah suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Seorang apoteker dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek tidak hanya pandai sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian saja. Apoteker juga dituntut dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada pihakpihak yang memiliki kepentingan (stake holder ) tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyakat).
4.1. Lokasi dan Bangunan Apotek Apotek Mediko Farma berlokasi di Jalan Pinang Raya nomor 10, Pondok Labu, Jakarta Selatan. Apotek ini telah beroperasi melayani masyarakat selama hampir 36 tahun. Apotek ini dilengkapi dengan laboratorium klinik dan beberapa praktek dokter, mulai dari dokter umum dan dokter spesialis (spesialis anak, spesialis kulit dan kelamin, dan spesialis THT). Lokasi apotek dinilai cukup strategis. Apotek ini terletak dipertigaan jalan yang cukup ramai karena berada disamping pusat perbelanjaan yang difasilitasi oleh ATM dan dilalui kendaraan, termasuk kendaraan umum, sehingga mudah untuk dicapai pembeli. Lokasi yang strategis juga didukung dengan keberadaan sarana kesehatan lain di sekitar apotek, seperti Rumah Sakit Fatmawati, Rumah Sakit Bersalin Bina Sehat, Rumah Sakit Umum Prikasih, pemukiman penduduk yang cukup padat, serta keberadaan apotek pesaing yang cukup jauh letaknya. Desain eksterior Apotek Mediko Farma sudah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari papan nama petunjuk keberadaan apotek yang cukup jelas dan besar. Meskipun bangunan apotek sudah lama, namun bangunan apotek tetap terlihat bersih dan terawat. Selain itu, apotek ini memiliki halaman yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai tempat parkir dengan kapasitas dua buah mobil dan beberapa sepeda motor. Adanya beberapa tanaman di halaman membuat apotek 42 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
43
terasa sejuk, asri, dan hijau. Bagian depan apotek terdiri dari jendela yang terbuat dari kaca yang bening namun agak tertutup dengan adanya beberapa banner produk sehingga alangkah baiknya jika banner produk tidak diletakkan di depan jendela agar pembeli dapat melihat desain interior apotek dan produk-produk yang ada di dalam apotek. Dari segi desain interior, Apotek Mediko Farma dapat dinilai memiliki desain yang baik. Bangunan apotek terbagi menjadi dua ruangan, yaitu ruang bagian depan dan ruang bagian belakang. Ruangan dalam Apotek Mediko Farma diberi cat warna putih sehingga memberi kesan bersih dan tenang. Penerangan yang ada pun sudah cukup baik dan tidak menyebabkan panas. Ruang bagian depan apotek digunakan sebagai counter untuk penerimaan resep, penyerahan obat, kasir, penerimaan pembelian dari PBF, dan ruang tunggu yang memiliki 16 buah kursi. Jumlah kursi ini sudah cukup untuk menampung pasien yang menunggu karena jumlah pelayanan resep per hari yang cukup banyak terutama saat sore hari ketika praktek dokter sudah dimulai. Ruang tunggu juga terjaga bersih, sudah dilengkapi pendingin ruangan atau air conditioner (AC), jam dinding, dan tersedia pula brosur dan majalah kesehatan serta air minum gratis untuk meningkatkan kenyamanan pelanggan selama menunggu obat. Penempatan obat bebas dan obat bebas terbatas pada etalase di ruang depan apotek sudah baik. Produk yang eye catching diletakkan dibagian yang dapat terlihat jelas oleh konsumen. Sedangkan, untuk obat bebas dan obat terbatas lain disusun berdasarkan farmakologi dan bentuk sediaan sehingga memberikan kenyaman dan kemudahan bagi karyawan maupun pembeli. Ruang bagian belakang digunakan untuk lemari penyimpanan obat keras (generik maupun paten), ruang racik dan ruang kerja dengan luas yang cukup untuk pekerjaan meracik. Ruang bagian belakang juga dilengkapi AC yang menjaga suhu ruangan untuk menjamin stabilitas obat selama penyimpanan dan kenyamanan
tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya. Desain ruang
racik Apotek Mediko Farma menempatkan meja racik pada bagian tengah di antara lemari obat akan mempermudah pekerjaan peracikan obat. Meja kerja diletakkan di sudut ruangan agar tidak mengganggu pekerjaan meracik obat. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
44
Pada ruang racik juga dilengkapi dengan wastafel yang dapat digunakan sebagai tempat pencucian alat dan kulkas yang berada disamping meja kerja untuk menyimpan obat-obat yang stabil pada suhu dingin sedangkan toilet untuk karyawan berada dibelakang ruang racik.
4.2. Sumber Daya Manusia di Apotek Apotek Mediko Farma memiliki 12 tenaga kerja, terdiri atas tenaga teknis farmasi dan tenaga non-teknis farmasi. Tenaga teknis farmasi terdiri dari satu orang Apoteker Pengelola Apotek sebagai pimpinan, satu orang apoteker pendamping yang merangkap manager keuangan dan tiga orang asisten apoteker. Tenaga non-teknis farmasi terdiri dari dua orang bagian administrasi (satu orang bagian pembelian dan satu orang bagian faktur), dua orang tenaga kasir, satu orang petugas kebersihan dan dua orang petugas keamanan. Bagan struktur organisasi apotek Mediko Farma dapat dilihat pada Lampiran 3. Tenaga kerja Apotek Mediko Farma bekerja secara bergantian berdasarkan jam kerja yang telah dibagi menjadi dua shift, yaitu shift pertama pukul 07.30 - 14.30 WIB dan shift kedua pukul 14.30 - 21.30 WIB. Sedangkan untuk hari minggu hanya ada
satu shift selama 12 jam dan tenaga kerja dianggap lembur. Tabel 4.1. Pembagian Shift Asisten Apoteker Pagi (07.30 - 14.30 WIB) 1 orang -
Senin - Sabtu Minggu
Siang (14.30 - 21.30 WIB) 2 orang -
Lembur (08.00 - 20.00 WIB) 1 orang
Berdasarkan pembagian shift tersebut, terdapat perbedaan jumlah sumber daya manusia yaitu pada jumlah asisten apoteker yang bertugas, pembagian jumlah asisten apoteker pada masing-masing shift dapat dilihat pada Table 4.1. Pembagian shift ini sudah cukup efektif mengingat jam ramai apotek berkisar pada waktu sore hingga malam karena adanya praktek dokter sehingga sumber daya manusia pada shift kedua lebih banyak dibandingkan shift pertama.
4.3. Pengelolaan Perbekalan Farmasi Proses pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma dilakukan melalui
pembelian
secara
kredit,
tunai
ataupun
konsinyasi,
dengan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
45
memperhatikan arus barang (slow moving atau fast moving) dan arus uang. Setiap hari dilakukan pemeriksaan terhadap jenis persediaan obat yang mulai menipis dan mencegah stok kosong (stock out). Pembuatan defekta dilakukan setiap hari Minggu dan Kamis dan dibuat berdasarkan stok minimum serta penjualan pada minggu sebelumnya. Perbekalan farmasi yang akan atau sudah habis tersebut kemudian dicatat kedalam buku defekta/buku pemesanan lalu disusun berdasarkan PBF yang menyediakan obat-obat tersebut dengan tujuan untuk mempermudah pemesanan dan melakukan pemilihan PBF. Jika suatu obat tersedia pada lebih dari satu PBF, maka dasar pemilihan P B F yang diterapkan adalah faktor harga (potongan harga) dan kecepatan pengiriman. Buku defekta/buku pemesanan kemudian di serahkan ke bagian pembelian untuk dibuatkan Surat Pesanan. Pemesanan perbekalan farmasi dilakukan setiap hari Senin dan Kamis tetapi untuk obat-obat keperluan mendesak (cito) dan fast moving dapat dilakukan kapan saja saat persediaan menipis karena perputaran barang lebih cepat dan untuk mencegah stok kosong maupun adanya death stock (stok mati) atau obat yang kadaluarsa (akibat terlalu lama disimpan) sehingga kerugian apotek dapat ditekan. Pemesanan obat ke distributor dilakukan melalui telepon maupun melalui sales yang datang ke apotek. Pemesanan seminggu dua kali memberikan keuntungan bagi apotek dalam hal mengurangi penumpukan yang dapat mengganggu aliran kas. Umumnya lama pengiriman barang dari distributor ke apotek kurang dari satu hari sehingga tidak ada waktu tenggang (lead time) yang panjang. Apotek Mediko Farma tidak menyediakan stok pengaman (buffer stock) bagi perbekalan famasi yang dijual kecuali untuk obat generik.
Berdasarkan hasil pengamatan, pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma sudah berjalan cukup baik dan efektif. Namun, belum adanya perencanaan dalam penyediaan stok pengaman (buffer stock) dan perhitungan stok minimum sebagai acuan pemesanan terkadang menyebabkan adanya kekosongan perbekalan farmasi.
Dalam mengatasi hal tersebut, apotek menawarkan obat
pengganti namun atau menawarkan kepada pelanggan untuk memesan terlebih dahulu kemudian mengambilnya keesokan hari penawaran
ini
tidak selalu
diterima oleh seluruh pelanggan. Hal ini dapat merugikan apotek karena apotek Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
46
kehilangan penjualan dan membuat pelanggan kecewa. Selain itu, tidak adanya stok pengaman menyebabkan peningkatkan
beban
kerja apotek dan biaya
administrasi karena pembelian barang dalam jumlah sedikit sehingga tidak mendapatkan diskon dari distributor. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan perhitungan stok minimum sebagai acuan pemesanan dan pemilahan perbekalan farmasi yang dapat disediakan stok pengamannya sehingga dapat menekan kekosongan perbekalan farmasi dan memperlancar kegiatan pelayanan . Penyimpanan perbekalan farmasi di Apotek Mediko Farma telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, yaitu persediaan farmasi harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik dan semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai untuk menjamin kestabilannya. Hal ini dilakukan agar mudah dilakukan identifikasi dan penarikan obat jika ada informasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap obat yang tidak sesuai dengan persyaratan; mengetahui waktu kadaluarsa dan obat dapat dikembalikan kepada distributor dengan wadah asli pabrik sesuai perjanjian. Sistem penyimpanan perbekalan farmasi dilakukan berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out) atau FIFO (First In First Out). Gudang untuk penyimpanan stok obat hanya ada untuk obat generik. Gudang ini berada di lemari yang sama dengan penyimpanan obat generik tersebut, hanya saja lokasinya berada di bagian bawah. Untuk narkotika dan psikotropika, harus memiliki lemari penyimpanan khusus. Akan tetapi, di Apotek Mediko Farma, penyimpanan narkotika dan psikotropika masih digabung dalam satu lemari meskipun letaknya dipisahkan. Lemari penyimpanan tersebut terbuat dari kayu namun hanya terdapat satu pintu dengan satu kunci. Hal ini masih belum sesuai dengan Permenkes No. 28/Menkes/Per/1978 pasal 5 dan 6 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang seharusnya lemari tersebut mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari dibagi dua sekat, masingmasing dengan kunci yang berlainan. Pengontrolan tanggal kadaluarsa secara visual belum diberlakukan di apotek ini. Pengontrolan tanggal untuk obat-obat yang disimpan di ruang peracikan dilakukan dua kali seminggu saat pendataan defekta. Sedangkan, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
47
pengontrolan tanggal kadaluarsa untuk produk OTC hanya dilakukan saat penerimaan barang dari distributor. Hal tersebut berisiko menimbulkan kerugian akibat tidak terkontrolnya obat yang telah mendekati kadaluarsa dan belum terjual. Persediaan farmasi yang telah kadaluarsa dikumpulkan pada awal tahun untuk dihitung kerugiannya. Selanjutnya, produk kadaluarsa ini dimusnahkan dengan disaksikan oleh karyawan apotek. Penataan di apotek ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan efisiensi karyawan apotek dalam bergerak karena semua produk yang dijual di apotek hanya bisa dijangkau oleh karyawan apotek. Untuk produk-produk yang dijual di apotek ini tidak terbatas pada obat-obat bebas, terbatas maupun keras. Produk-produk yang dijual dapat berupa persediaan farmasi maupun non farmasi. Persediaan farmasi yang dijual meliputi obat, alat kesehatan, dan produk herbal.Sedangkan, produk non farmasi yang dijual di apotek yaitu kosmetik, produk kebersihan, serta kebutuhan bayi. Penataan produk-produk tersebut berada di area produk OTC yang mudah terlihat oleh pengunjung dan disusun berdasarkan kegunaannya. Adanya alat kesehatan dan produk non farmasi menjadi salah satu keunggulan bagi apotek, selain untuk memudahkan pelangan mendapatkan kebutuhannya, juga dapat meningkatkan pendapatan apotek diluar pelayanan obat resep.
4.4. Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pekerjaan kefarmasian lainnya yang dilakukan di apotek adalah pelayanan atas resep dokter. Pada bagian peracikan sediaan diperlukan ketepatan, ketelitian dan kecepatan dari SDM untuk melayani resep dengan baik. Dalam pelaksanaannya asisten apoteker yang melakukan peracikan, penyerahan obat hingga pelayanan informasi obat ke pasien. Apotek Mediko memiliki alur pelayanan untuk pelayanan atas resep dokter, yaitu 1.
Resep dokter yang diterima diberikan kepada AA atau Apoteker.
2.
AA atau Apoteker memasukkan daftar obat dan jumlah yang dibutuhkan sesuai resep ke dalam sistem komputer untuk memberikan penomoran dan melihat biaya atas resep tersebut.
3.
Biaya atas resep diinformasikan kepada pasien. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
48
4.
Jika pasien setuju dengan harganya, maka dilakukan pembayaran oleh pasien ke kasir. Pada tahap ini kasir memberikan nomor antrian, satu lembar diberikan ke pasien, satu lembar ditempel di resep. Jika pasien tidak setuju, resep dikembalikan ke pasien.
5.
Resep yang sudah dibayar, diberikan kepada AA.
6.
AA menyiapkan obat sesuai resep dalam satu wadah. Saat awal penyiapan, terlebih dahulu resep di-cap dengan cap HTKP.
7.
Penyerahan obat dengan terlebih dahulu mencocokkan antara nomor yang dipegang oleh pasien dan nomor yang tertempel di resep.
8.
Pemberian informasi obat terkait nama obat, kegunaan dan cara penggunaan.
9.
Pencatatan nomor telepon pasien untuk semua jenis resep dan dilengkapi pencatatan alamat pasien untuk resep yang menuliskan obat psikotropika dan narkotika.
10. Resep asli disimpan oleh pihak Apotek, namun untuk reep yang dapat diulang, diberikan kopi resepnya ke pasien. Metode peracikan yang dilakukan sangat berpengaruh terhadap ketepatan dosis dan efek farmakologis yang akan dihasilkan dari obat yang diberikan pada pasien tersebut. Penggunaan alat penggerus pada peracikan puyer atau kapsul yang tidak teliti, yaitu mortir dan tablet crusher (mesin penghancur tablet), dapat mengurangi jumlah serbuk obat yang diracik. Pada peracikan puyer dan kapsul di apotek ini selalu menggunakan tablet crusher , sedangkan mortar dipakai untuk peracikan sediaan semi solid. Apabila sediaan puyer atau kapsul yang diracik dengan tablet crusher memiliki jumlah yang sedikit dan memiliki kandungan zat aktif yang juga sedikit, adanya kemungkinan ketidaktepatan dosis dari sediaan obat racikan menjadi lebih besar. Hal tersebut seharusnya dapat diminimalisir dengan pemilihan alat penggerus yang sesuai ketika dilakukan peracikan obat. Pada saat peracikan masih terjadi kesalahan seperti digunakannya sediaan salut, baik salut gula maupun salut enterik untuk kemudian diracik menjadi sediaan kapsul atau puyer. Solusi yang seharusnya dilakukan yaitu menghubungi dokter penulis resep untuk merekomendasikan pergantian bentuk sediaan obat dalam resep menjadi sediaan konvensional. Dalam proses peracikan sediaan juga harus diperhatikan faktor kebersihan dan keamanan bagi tenaga teknis Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
49
kefarmasian yang melakukan peracikan sediaan. Dalam pelaksanaannya, tenaga teknis kefarmasian sudah melengkapi diri dengan alat pelindung diri seperti masker. Namun, penggunaan alat pelindung diri lain saat peracikan seperti sarung tangan belum dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian di apotek ini. Pemberian informasi obat pada saat penyerahan obat di apotek seringkali hanya meliputi kegunaan obat, aturan pakai, dan cara penggunaan obat. Hal ini dikarenakan banyaknya obat yang harus diberikan kepada pasien dalam waktu yang sama dan pasien biasanya menghendaki penyampaian informasi yang cepat. Namun, alangkah lebih baik lagi jika pemberian informasi obat pada saat penyerahan obat kepada pasien, sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi sehingga dapat mempercepat kesembuhan pasien dan sesuai dengan standar pelayanan di apotek yang ditetapkan. Apotek Mediko Farma dilengkapi dengan dua buah komputer dengan sistem yang tersambung pada internet dan sudah disesuaikan untuk keperluan apotek untuk membantu dalam pelayanan. Sistem komputer ini yang menjadi acuan dalam pemberian harga jual obat kepada pasien dan melihat stok obat. Berdasarkan pengamatan, sistem ini sudah efektif dalam membantu pelayanan di apotek. Namun, terkadang sistem ini mengalami masalah yang membuat loading menjadi lama dan hal ini berpengaruh pada pelayanan karena pasien perlu menunggu hingga sistem kembali normal. Hal ini tentunya memerlukan perhatian karena menyebabkan pembeli menunggu cukup lama dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap kinerja apotek. Oleh sebab itu, alangkah lebih baik jika sistem komputer di-upgrade agar kecepatan pelayanan meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan membawa keuntungan bagi apotek. Konseling atau disebut juga dengan konsultasi, dilakukan ketika pasien meminta untuk berkonsultasi. Konseling dilakukan di tempat penyerahan obat biasanya oleh AA. Konseling bertujuan untuk dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya. Kegiatan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
50
pelayanan yang dilakukan di Apotek ini terbatas pada pemberian informasi obat dan konseling. Pelayanan berupa monitoring terapi baru dimulai dengan menuliskan riwayat pengobatan pasien di suatu formulir yang diisi oleh AA. Namun, untuk pemantauan secara rutin terhadap penggunaan obat oleh pasien tertentu belum dilakukan. Selain dengan resep, apotek juga memberikan pelayanan pembelian obat tanpa resep sebagai pelayanan pengobatan swamedikasi melalui UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri) sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SKA/ll/1990 tentang Obat Wajib Apotik, Keputusan Menteri Kesehatan No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 2, dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No.3. Pelayanan yang ramah dan cepat merupakan salah satu faktor penting untuk kemajuan suatu apotek. Dalam hal kepuasan pasien mengenai waktu pelayanan, setiap karyawan apotek menjaganya dengan selalu memberitahukan kepada pasien tentang pelayanan resep yang agak lama jika terdapat racikan pada resep. Adanya program PKPA di Apotek Mediko Farma yang dilaksanakan selama 6 (enam) minggu telah banyak memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang bagaimana seorang Apoteker seharusnya menjalankan profesinya di apotek. Tugas dan fungsi seorang apoteker di apotek tidak hanya berperan sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian melainkan juga berperan dalam manajemen pengelolaan Apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan program PKPA di Apotek Mediko selama 6 minggu, penulis dapat menyimpulkan: a. PKPA di apotek merupakan kegitatan yang tepat dan efektif untuk mengaplikasikan ilmu kefarmasian. b. Apoteker di apotek berperan sebagai penanggung jawab teknis kefarmasian sekaligus berperan dalam manajemen pengelolaan Apotek sehingga apotek dapat terus bertahan dan memberikan keuntungan bisnis. c. Kegiatan pengelolaan apotek di Apotek Mediko Farma sudah berjalan baik dalam segi pelayanan kefarmasian meliputi pelayanan resep dan nonresep hingga pemberian
informasi kepada pasien, maupun sistem manajerial
meliputi kegiatan
menejemen pengadaan, penyimpanan, penjualan,dan
sumber daya manusia.
5.2. Saran Untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan di apotek diperlukan upaya-upaya antara lain: a. Sebaiknya banner produk yang diletakkan di dekat jendela apotek dipindahkan agar pembeli dapat melihat desain interior apotek dan produk yang ada di dalam apotek sehingga dapat menarik pelanggan baru dan pada akhirnya meningkatkan penjualan apotek. b. Pengadaan perbekalan farmasi yang sudah berjalan dapat berjalan lebih baik dan efektif bila dilakukan perhitungan stok minimum sebagai acuan pemesanan dan pemilahan perbekalan farmasi yang dapat disediakan stok pengamannya sehingga dapat menekan kekosongan perbekalan farmasi dan memperlancar kegiatan pelayanan . c. Pengadaan lemari khusus tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika agar sesuai dengan peraturan yang berlaku. 51
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
52
d. Sistem komputer perlu diupgrade kinerjanya sehingga pasien tidak perlu menunggu lama untuk mengetahui berapa jumlah uang yang harus dibayar untuk meningkatkan efisiensi kerja dan kepuasan pelanggan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
DAFTAR ACUAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006a). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006b). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Sistem Pelaporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika dan Psikotropika Nasional. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan No.28/Menkes/Per/I/1978 tentang Tata Cara Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 347/Menkes/SK/VII/1990 Tentang Obat Wajib Apotik. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 919/Menkes/Per/X/1993. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.(1993b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia .(1993c). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 924/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 2. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 925/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Perubahan Golongan Obat No. 1. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1176/Menkes/Per/X/1993 Tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.3. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. 53
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
54
Presiden Republik Indonesia. (2009a). Undang-undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Presiden Republik Indonesia.(2009b). Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Presiden Republik Indonesia. (2009c). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
GAMBAR
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
55
Gambar 3.1. Bangunan Apotek Mediko Farma
Gambar 3.2. Ruang Tunggu dan Etalase di Apotek Mediko Farma
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
56
Gambar 3.3. Ruang Peracikan di Apotek Mediko Farma
Keterangan :
(a) Tablet crusher (mesin penghancur tablet) (b) Sealing machine (mesin pengemas) (c) Medicine packet (pembungkus puyer) (d) Plastic spoon (sendok plastik)
Gambar 3.4. Alat-Alat Peracikan Puyer di Apotek Mediko Farma
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
57
Lampiran 1. Peta Lokasi Apotek Mediko Farma Pondok Labu
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
58
Lampiran 2. Denah Bangunan Apotek Mediko Farma
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
59
Lampiran 3. Bagan Struktur Organisasi Apotek Mediko Farma
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
60
Lampiran 1. Format Surat Pesanan Apotek Mediko Farma
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
61
Lampiran 5. Tanda Terima Faktur
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
62
Lampiran 6. Alur Penerimaan Resep
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
63
Lampiran 7. Salinan Resep
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
64
Lampiran 8. Kuitansi Pembelian Obat Resep
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
65
Lampiran 9. Kuitansi Pembelian Obat Bebas
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
66
Lampiran 10. Format Surat Pesanan Obat Golongan Narkotika
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
67
Lampiran 11. Format Surat Pesanan Obat Golongan Psikotropika
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
EFEK SAMPING DAN KONTRAINDIKASI DAFTAR OBAT DI APOTEK MEDIKO FARMA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
YESSICA LISYANA, S.Farm 1106153580
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................... 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Tujuan ......................................................................................
1 1 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2.1 Efek Samping ........................................................................... 2.2 Kontra Indikasi ......................................................................... 2.3 Daftar Obat di Apotek Mediko Farma ......................................
3 3 5 5
BAB 3. METODE PENGKAJIAN ............................................................ 3.1 Waktu dan Tempat ................................................................... 3.2 Metode Pengkajian ...................................................................
6 6 6
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................
7
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 5.1 Kesimpulan…. ......................................................................... 5.2 Saran………….........................................................................
9 9 9
DAFTAR ACUAN………. ..........................................................................
10
ii
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2.
Halaman Bagan klasifikasi ESO berdasarkan reaksi imunologi ............. 3 Bagan klasifikasi ESO berdasarkan aksi farmakologi ............. 3
iii
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Daftar Obat di Apotek Mediko Farma . .................................. 11
iv
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Peningkatan taraf kesehatan dapat dicapai dengan meningkatkan
pembangunan kesehatan. Berdasarkan UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, bahwa salah satu unsur penyelenggaraan upaya kesehatan yaitu sarana kesehatan. Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, rumah sakit dan apotek. Undang-undang atau peraturan merupakan hal penting yang harus diketahui apoteker beserta staf di apotek dalam mengelola perbekalan farmasi di apotek. Sebab pengelolaan yang menyimpang dari ketentuan peraturan yang berlaku akan memperoleh sanksi pidana. Seorang apoteker dalam menjalankan usaha apotek harus mampu mengembangkan apoteknya, tetapi tidak melupakan fungsi sosialnya. Pertimbangannya adalah bahwa konsumen tidak mengerti tentang obat sehingga apoteker dan stafnya dapat menginformasikan dan melayani kebutuhan obat sesuai dengan kemampuan setiap konsumennya yang datang ke apoteknya (Umar, 2004). Obat tidak hanya memiliki efek yang menguntungkan, tetapi juga merugikan. Efek samping adalah efek yang tidak diinginkan yang timbul dari penggunaan obat pada dosis yang dianjurkan. Efek samping obat dapat menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan pada pasien, yaitu memperburuk keadaan penyakit atau efek fatal lainnya. Reaksi ini dapat terjadi pada dosis yang biasanya digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit. Tingginya angka kejadian efek samping obat perlu mendapatkan perhatian yang besar, salah satunya dengan melakukan pengawasan (Syamsudin, 2011). Apotek yang mengadakan pengelolaan farmasi yang bertanggung jawab atas pekerjaan dan pelayanan kefarmasian yang terdiri atas perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan, perbekalan kesehatan barang farmasi, mengelola dan mendistribusikannya ke pasien, bertanggung jawab atas semua barang farmasi yang beredar di apotek dan berperan dalam memberikan informasi obat bagi pasien agar tercapai ketepatan penggunaan obat dan dapat menghindari kesalahan penggunaan obat. 1
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
2
1.2
TUJUAN Mengetahui obat-obatan yang tersedia di apotek Mediko Farma dan
mengetahui efek samping dari penggunaan obat dan kontra indikasinya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Efek Samping Efek samping adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan
atau membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu pengobatan. Efek samping tidak mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui (Anonim, nd). Klasifikasi Efek Samping Obat (Anonim, nd) : 1. Berdasarkan Reaksi Immunologi dan Non Immunologi
Gambar 1. Bagan klasifikasi ESO berdasarkan reaksi imunologi 2.
Berdasarkan Tipe Aksi Farmakologi
Gambar 2. Bagan klasifikasi ESO berdasarkan aksi farmakologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya Efek Samping Obat (ESO). Faktor-faktor tersebut meliputi (Anonim, nd) : 3
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
4
1. Umur Pasien lanjut usia akan lebih sering mengalami ESO dibandingkan pasien yang lebih muda. Hal ini dimungkinkan karena pasien lanjut usia lebih sering mendapatkan terapi obat dimana pasien lansia mengalami beberapa penyakit sekaligus (komplikasi). Neonatus, khususnya yang prematur, juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami ESO. Pada tahap neonatus ini enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme dan distribusi obat masih belum berkembang sempurna. Oleh karena itu obat-obat dengan indeks terapi sempit perlu digunakan dengan lebih berhatihati. 2. Jenis kelamin Reaksi obat yang tidak dikehendaki lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Namun belum ada penjelasan mengapa hal ini bisa terjadi. Contoh wanita lebih mudah mengalami kelainan sel darah bila menggunakan fenilbutazon dan kloramfenikol. 3. Genetik Perbedaan genetik mungkin dapat mempengaruhi proses pengobatan di dalam tubuh. Sebagai contoh, perbedaan secara genetik tampak dalam laju metabolisme pada banyak obat sehingga meskipun obat diberikan dalam dosis yang sama akan menghasilkan variasi kadar yang sangat besar di dalam plasma pada pasien yang berbeda. 4. Penyakit Adanya penyakit lain yang menyertai dapat mempengaruhi respons obat dan munculnya ESO secara bermakna melalui perubahan proses farmokokinetika. Penderita yang mengalami risiko ESO lebih tinggi dari obat-obat yang dieliminasi melalui rute ini. Keadaan hamil dan melahirkan seringkali mempengaruhi respons obat. Penyakit lain juga mempengaruhi penderita terhadap terjadinya ESO, misalnya penderita yang positif mengidap HIV atau AIDS yang menggunakan kotrimoksazol.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
5
2.2
Kontra Indikasi Kontra indikasi adalah suatu situasi tertentu di mana obat tidak boleh
digunakan karena dapat membahayakan pasien. Ada dua jenis kontraindikasi (Vorvick, 2013) : 1. Kontra indikasi relatif berarti bahwa ketika dua obat atau prosedur yang digunakan bersama-sama dalam penggunaannya harus diperhatikan. (Hal ini dapat dilakukan jika manfaat lebih besar daripada risiko.) 2. Kontra indikasi absolut berarti bahwa peristiwa atau zat bisa menyebabkan situasi yang mengancam jiwa. Obat yang berada di kategori ini harus dihindari.
Beberapa pengobatan dapat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan atau berbahaya pada orang dengan alergi, tekanan darah tinggi, atau kehamilan. Misalnya, isotretinoin, obat yang digunakan untuk mengobati jerawat adalah mutlak dikontraindikasikan pada kehamilan karena risiko cacat lahir. Dekongestan tertentu kontraindikasi pada orang dengan tekanan darah tinggi dan harus dihindari. Banyak obat tidak boleh digunakan bersama-sama oleh orang yang sama. Misalnya, orang yang mengambil warfarin untuk mengencerkan darah sebaiknya tidak menggunakan aspirin, yang merupakan pengencer darah. Ini adalah contoh dari kontraindikasi relatif.
2.3
Daftar Obat di Apotek Mediko Farma Daftar obat di apotek dimaksudkan untuk menunjang pelayanan
pengobatan terhadap pasien agar kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Pedoman efek samping dan kontraindikasi yang ditambahkan agar mempermudah pelaksanaan pada saat di lapangan. Sehingga apoteker atau asisten apoteker yang menyerahkan obat dipermudah dalam memberikan informasi tentang efek samping dan kontraindikasi sehingga obat tersebut tepat diberikan kepada pasien dan menghindari terjadi kesalahan dalam memberikan obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
BAB 3 METODELOGI PENGKAJIAN 3.1
Waktu dan Tempat Pengambilan data dilakukan apotek Mediko Farma dari tanggal 26
Februari – 28 Maret 2013.
3.2
Metode Pengkajian Data diambil dari studi literatur seperti ISO, MIMS, martindale dan brosur
obat.
6
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN Berdasarkan obat yang ada pada daftar obat yang ada di apotek Mediko Farma maka efek samping yang paling banyak ditemukan pada keseluruhan obat antara lain gangguan GI seperti mual, muntah dan diare. Diare adalah suatu kondisi yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar dibandingkan biasanya. Anjuran yang dapat diberikan ke pasien adalah asupan nutrisi (makanan) harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan gizi yang terjadi. Banyak minum air, konsumsi produk susu dihindari dan segera ke dokter bila mengalami tanda-tanda dehidrasi. Untuk mengatasinya dapat diberikan obat antidiare, baik itu adsorben dan pembentuk massa, antidiare narkotik, kombinasi antibakterial dan elektrolit (Pramudianto dan Evaria, 2011). Mual adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan dan sering mendahului muntah. Mual disebabkan distensi atau iritasi di bagian mana saja di saluran GI, tetapi juga dapat distimulasi oleh pusat otak. Muntah adalah refleks kompleks yang diperantarai pusat muntah di medula oblongata otak. Hipoksia dan nyeri juga dapat menstimulasi muntah dengan mengaktivasi pusta muntah. Muntah juga dapat terjadi melalui stimulasi langsung bagian otak yang terletak dekat dengan pusat muntah di otak. Gejala-gejala tertentu biasanya mendahului muntah, termasuk mual, takikardi dan berkeringat (Corwin, 2007). Sedangkan untuk kontra indikasi yang paling banyak ditemukan pada keseluruhan obat adalah bila pasien hipersensitif terhadap obat tertentu. Alergi adalah reaksi hipersensitifitas tubuh terhadap suatu zat / alergen yang pada individu normal tidak berbahaya namun pada individu yang sensitif dapat memicu timbulnya reaksi alergi. Alergi dapat diakibatkan oleh obat-obatan tertentu. Reaksi alergi serius dapat mengakibatkan syok anafilaksis yang membutuhkan penanganan medis segera (Pramudianto dan Evaria, 2011). Anjuran yang dapat diberikan ke pasien adalah menghentikan penggunaan obat tersebut jika obat itu termasuk golongan obat bebas dan konsultasikan ke dokter jika obat tersebut tergolong obat keras. Setiap kali berobat ke dokter
7
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
8
beritahukan dokter mengenai alergi obat apa saja yang dialami (Pramudianto dan Evaria, 2011). Untuk menghindari efek samping dan kontraindikasi maka yang harus dilakukan adalah memberi instruksi kepada pasien mengenai penggunaan obatobatan seperti besarnya dosis, frekuensi penggunaan, cara penggunaan, dll dan diskusi cara penanganan dan pencegahan mengenai reaksi-reaksi efek samping dan kontra indikasi yang mungkin terjadi (Pramudianto dan Evaria, 2011).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Dengan dibuatnya daftar obat ini beserta keterangan mengenai efek
samping dan kontraindikasinya diharapkan dapat membantu mempermudah pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek agar pelaksana mengetahui tentang efek samping dan kontraindikasi tentang obat yang tersedia di apotek sehingga membantu dalam memberikan pelayanan obat ke pasien.
5.2
Saran Sistem pengadaan obat di apotek agar lebih baik sehingga daftar obat yang
telah ada dapat melayani kebutuhan pasien terhadap obat yang diperlukan. Jika perlu direvisi daftar obat yang harus disediakan apotek untuk meningkatkan pelayanan obat.
9
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN Anonim. (nd). Efek Samping Obat. Yogyakarta : Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Corwin, E. J. (2007). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pramudianto dan Evaria. (2011). MIMS Indonesia. Petunjuk Konsultasi Edisi 11 2011/2012. Jakarta : Penerbit BIP. Syamsudin, M. (2011). Buku Ajar Farmakologi : Efek Samping Obat. Jakarta : Penerbit Salemba. Sweetman, S.C. (ed). (2007). Martindale: The Complete Drug Reference. London: Pharmaceutical Press. Umar, M. (2004). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta : Wira Putra Kencana. Vorvick, L.J. (2013). Contraindication. Diunduh dari www.nlm.nih.gov
10
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Lampiran 1. Daftar Obat di Apotek Mediko Farma No
Nama Obat Nama Dagang Komposisi
1.
ANALGESIK, ANTIPIRETIK, ANTIREMATIK, ANTIPIRAL
Indikasi
Bentuk Sediaan
Dosis
Efek Samping
Kontra Indikasi
1.1 ANALGESIK NARKOTIK 1
Codein
Codein 10 mg; 20 mg
Meredakan rasa nyeri, batuk
tablet
Mual atau muntah, mengantuk, pusing, kurang waspada
pasien hipersensitif, serangan asma akut, koma, hamil dan menyusui, penyakit saluran pencernaan
1.2 ANALGESIK NON NARKOTIK Analsik
Metampiron 500 mg dan Diazepam 2 mg
Sakit kepala,nyeri pinggang,nyeri otot dan sendi
Kaplet
Dewasa sehari 3 x 1 kaplet, anak sehari 3 x 1/2 kaplet.
mengantuk, pusing, amnesia, gangguan penglihatan, hipotensi, ketergantungan, reaksi alergi
psikosis berat, hipersensitifitas terhadap golongan pirazolon
3
Antalgin
Metampiron 500 mg
Tablet
Dewasa: sehari 3x 1 tablet.
reaksi alergi, pendarahan GI, mengantuk, takikardi, aritmia, retensi urin
kemungkinan pendarahan, porfiria
4
Asam Mefenamat
Asam mefenamat 250 mg/kapsul; 500 mg/kaplet
Meringankan rasa sakit terutama kolik dan sakit setelah operasi Meredakan nyeri ringan sampai sedang karena sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot dan sesudah operasi
Kaplet Kapsul
Dewasa dan anak > 14 tahun : awal 500 mg, dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
gangguan GI, ulkus peptikum, sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas, gangguan visual ruam kulit,
ulserasi lambung atau usus, penyakit radang usus, gangguan hati atau ginjal
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
11
2
5
Aspilets
Asetosal 80 mg
Demam, sakit kepala, sakit gigi, rasa nyeri pada otot dan sendi
Tablet
Jika perlu dapat di berikan tiap 3 jam : bayi : 1/2 -1 tab, 2-3 tahun 1 tab, 4-5 tahun 2 tab, 6-9 tahun 4 tab.
sindrom reye, tukak lambung, ulkus peptik
wanita hamil
6
Aspirin
Asetosal 500 mg
Sakit kepala, pusing, sakit gigi, nyeri otot, demam
Tablet
Dewasa : sehari 1-3 tab, anak > 5 tahun ½-1 tab, maksimal sehari 1½ -3 tab.
sindrom reye, tukak lambung, ulkus peptik
wanita hamil
7
Betalgin
Metampiron
500 mg kapsul
Dewasa : jika sakit 1 kap, berikutnya 1 kap tiap 6-8 jam.
reaksi alergi, pendarahan GI, mengantuk, takikardi, aritmia, retensi urin
8
Biogesic
Parasetamol 500 mg; 150 mg/ 5 ml
Meringankan rasa sakit terutama nyeri kolik dan sakit setelah operasi Influenza, sakit kepala, sakit gigi, dismenore, demam
Tablet dan sirup
Dewasa : sehari 3 x 1-2 tab anak-anak sehari 3-4x, anak 2-6 tahun 5-10 ml, anak 7-12 tahun 10-15 ml.
mata kuning, diare, mual muntah, lambung nyeri, keringat meningkat, hilang nafsu makan
Hipersensitif, wanita hamil dan menyusui, penderita dengan tekanan darah sistolik < 100 mmHg Penderita yang telah ketergantungan alkohol, gagal ginjal, hepatitis, liver, atau fenilketouria
12
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Bodrex
Parasetamol 600 mg, Kafein 50 mg
Meringankan sakit kepala, pusing, sakit gigi, menurunkan demam
Tablet
Dewasa : sehari 3-4 x 1 tab, anak 6-12 tahun sehari 3-4 x ½ 1 tab.
mata kuning, diarea, mual muntah, lambung nyeri, keringat meningkat, hilang nafsu makan
Penderita yang telah ketergantungan alkohol, gagal ginjal, hepatitis, liver, atau fenilketouria
10
Bodrexin
Asetosal (acetyl salicylic acid) 80 mg
Tablet
2-3 tahun 1 tab, 4-5 tahun 2 tab, 6-8 tahun 3 tab.
sindrom reye, tukak lambung, ulkus peptik
wanita hamil
11
Cataflam
Kalium diklofenak 25 mg; 50 mg
Tablet
Dewasa : awal 100-150 mg sehari.
Kadang-kadang nyeri epigastrum, sakit kepala, pusing dan vertigo
Hipersensitif, ulkus peptic
12
Contrexin
Asetosal termikronisasi 80 mg, glisin 20 mg
Menurunkan demam dan Meringankan rasa nyeri pada anakanak Pengobatan jangka pendek untuk nyeri dan inflamasi Demam dan rasa nyeri karena flu, masuk angin, vaksinasi dan lainnya pada anak-anak
Tablet
sindrom reye, tukak lambung, ulkus peptic
wanita hamil, anak < 12 tahun
13
Neurodial
Metampiron 500 mg dan Diazepam 2 mg
Nyeri kolik dan sakit setelah operasi
Kaplet salut selaput
Sebaiknya di sesuaikan dengan umur anak 3-6 bulan : sehari 2-3x 1/3½ tab, ½-1 tahun : sehari 2-3x 3/4 tab, 1-3 tahun : sehari 2-3x 111/2 tab Dewasa 1 kaplet jika sakit, setelahnya 1 kaplet setiap 6-8 jam
reaksi alergi, pendarahan GI, mengantuk, takikardi, aritmia, retensi urin
psikosis berat, kemungkinan pendarahan, porfiria
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
13
9
14
Artrilox
Meloksikam 7,5 mg dan 15 mg
Terapi jangka pendek eksaserbasi osteo artitis akut, simpyomati jangka panjang arthariitis rhematoid Osteoarthariitis dan rematik arthariitis pada orang dewasa
Tablet
Dosis maks yang dianjurkan sehari 15 mg
Pendarahan saluran cerna, intosikasi saluranan cerna, peningkatan tekanan darah
Tukak lambung, pendarahan saluran cerna, pendarahan pembuluh darah otak, peningkatan tekanan darah
15
Celebrex
Selekoksib 100 mg; 200 mg
Kapsul
Sehari 1 x 200 mg atau 2 x 100 mg; untuk rematik artitis 2 x 100-200 mg
Intoksikasi saluran cerna, intoksikasi kardiovaskuler, intoksikasi sistem saraf periferal
Reaksi tipe alergi terhadap sulfonamida, aspirin
16
Cetalgin
Metampiron 500 mg dan diazepam 2 mg
Sakit kepala neuralgia, sakit pinggang, ketegangan, rasa sakit lainnya
Tablet
Dewasa 3x1 tablet, Anak 1/2 - 1 tablet
reaksi alergi, pendarahan GI, agranulositosis,mengantuk, takikardi, aritmia, retensi urin
psikosis akut, kemungkinan pendarahan, porfiria
17
Cetalgin-T
Metampiron 500 mg, vit B1 60 mg, vit B6 15 mg, vit B12 15 µg dan Kafein 50 mg
Sakit kepala neuralgia, sakit pinggang, ketengangan, rasa sakit lainnya
Tablet / kaplet
Dewasa Sehari 3 x 1 tablet/kaplet, anak 8-12 tahun sehari 1-2 x ½ kaplet/tablet
reaksi alergi, pendarahan GI, agranulositosis,mengantuk, takikardi, aritmia, retensi urin
psikosis akut, kemungkinan pendarahan, porfiria
14
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
18
Danalgin
Metampiron 500 mg dan diazepam 2 mg
Meringankan rasa sakit sedang sampai berat terutama nyeri otot kolik dan sakit setelah operasi dimana diperlukan kombinasi dengan trankulizer.
kaplet
1 kaplet jika sakit, setelahnya 1 kaplet setiap 6-8 jam
mengantuk, pusing, amnesia, gangguan penglihatan, hipotensi, ketergantungan, reaksi alergi
Hipersenstif, depresi pernapasan, psikosis akut.
19
Dumin
Parasetamol 120mg/5ml; 500mg
Menurunkan Demam dan meredakan rasa nyeri pada otot, sakit kepala dan sakit gigi
Tablet / sirup
mata kuning, diarea, mual muntah, lambung nyeri, keringat meningkat, hilang nafsu makan
Penderita yang telah ketergantungan alkohol, gagal ginjal, hepatitis, liver, atau fenilketouria, hipersensitif
20
Dumin RT
Parasetamol 125 mg/2,5ml
Menghilangkan nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, masuk angin, flu dan sendi
Sirup
sehari 3-4 x , Anak < 1 tahun 2,5 ml; 2-6 tahun 5 ml; 7-12 tahun 10 ml; dewasa 3-4 x 12 tablet sampai sehari maksimal 8 tablet Dewasa sehari 3-4x 0,5-1g, maks sehari 4 g, anak 1-6 tahun sehari 3-4x 125 mg maks sehari 750 mg, anak < 1tahun sehari 34x 60 mg
mata kuning, diare, mual muntah, lambung nyeri, keringat meningkat, hilang nafsu makan
Penderita yang telah ketergantungan alkohol, gagal ginjal, hepatitis, liver, atau fenilketouria, hipersensitif
15
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
21
Hufagrip
Menghilangkan nyeri pada sakit kelapa, sakit gigi,masuk angin, flu dan sendi
Sirup
Anak 2-6 tahun sehari 3-4x10ml, anak 1-2 tahun 2,5ml, anak 3-7 tahun 5ml anak 8-12 10ml
mata kuning, diarea, mual muntah, lambung nyeri, keringat meningkat, hilang nafsu makan
Penderita yang telah ketergantungan alkohol, gagal ginjal, hepatitis, liver, atau fenilketouria, hipersensitif
22
Hufagrip TMP
Menurunkan demam, meringankan nyeri ringan sampai sedang.
Sirup
gangguan GI, ruam kulit, bronkospasme, trombositopenia, limfospenia, penglihatan kabur atau menurun
hipersensitif terhadap AINS lain dan aspirin, tukak peptik, asma, rinitis atau urtikaria. Hamil trisemester 3
Maxicam
Piroksikam 20 mg
Terapi simptomatik pada reumotoid, gangguan encok akut.
Kapsul
gangguan GI, sakit kepala, iritasi dan ulkus gaster (dosis >20 mg/hari)
ulkus peptikum. Riwayat serangan asma,, rinitis, urtikaria, polip nasal
Mefinal
Asam Mefenamat 250 mg; 500 mg
Menghilangkan rasa sakit dan nyeri.
Kaplet
Dewasa sehari 3-4x 10ml. Anak 1-2 tahun 2,5ml, 3-7 tahun 5ml, 8-11tahun 10ml Dewasa awal 20mg dan sehari 40mg dosis tunggal atau terbagi selama 2 hari, selanjutnya sehari 20 mg selama 7-14 hari Anak > 6 bulan 3-6,5mg/kgBB /hari/jam, Dewasa dan anak > 14 tahun mula-mula 500 mg kemudian 250 mg setiap 6
23
24
gangguan GI & pendarahan, ulkus peptik, sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas, gangguan visual, ruam kulit, diskrasia darah
ulserasi lambung atau usus, penyakit radang usus, gangguan hati atau ginjal
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
16
Parasetamol 120 mg,pseudoefedrin HCl 7,5 mg, klorfeniramin maleat 0,5 mg, gliseril guaiakolat 50 mg per ml sirup Ibupropen 100mg/5 ml
jam
Mevilox
Meloksikam 7,5mg; 15mg
Terapi simptomatik jangka pendek eksaserbasi oesteoritis akut.
Tablet
Sehari 7,5-15 mg dosis maks 15 mg
gangguan GI, anemia, sakit kepala, ruam kulit, pruritus
26
Metaneuron
Metampiron 500 mg
Tablet
Dewasa sehari 3-4x1tab setelah makan, anak ½ tablet setelah makan.
mengantuk, ataksia, lelah, konstipasi, depresi, hipotensi, mual, tremor, retensi urin, vertigo
27
Movicox
Meloksikam 7,5mg; 15mg
Sakit kepala akibat ketegangan, menimbulkan kejang pada sel empedu dan ginjal. Arthariitis rematoid (AR), osteoarthariitis (OA)
Tablet
AR : sehari 15 mg tergantung respon terapetik, dapat dikurangi hingga sehari 7,5 mg; OA: Dosis awal 7,5mg, dosis dapat
gangguan GI, anemia, sakit kepala, ruam kulit, pruritus, edema, kepala terasa ringan
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
hamil dan laktasi, anak < 15 tahun, insufisiensi ginjal berat non dialisis, insufisiensi hati berat, pendarahan GI dan KV, asma bayi < 6 bulan, gangguan paru akut, hamil dan laktasi, pasien dengan TD sistol < 100mmHg, depresi pernafasan hamil dan laktasi, anak dan remaja < 15 tahun, insufisiensi ginjal berat non dialisis, pendarahan saluran cerna
17
25
ditingkatkan menjadi 15 mg per hari
28
Neorhemacyl
Ibuprofen 200 mg, parasetamol 350 mg
29
Neorhemacyl cream
30
Neurofenac
Metilsalisilat 150 mg, mentol 50mg, kamfer 15 mg, dan euginol 20 mg Natrium diklofenak 25mg; 50mg
Meringankan nyeri ringan sampai sedang pada otot dan sendi, nyeri haid. Meredakan nyeri otot dan nyeri sendi, keseleo dan pegal-pegal Antirematik non steroid
Tablet
1 tablet tiap 4-6 jam atau sehari 3-4 x
Cream 10mg
Dioleskan atau digosokan pada bagian yang sakit.
Tablet
Dewasa 3x25 mg; pemeliharaan atau pengobatan jangka panjang 75-100 mg
Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menimbulkan kerusakan hati
Penderita hipersensitif terhadap ibuprofen, parasetamol, asesetosal dan AINS. Trisemester terakhir kehamilan Tidak dianjurkan untuk hipersensitif komponen obat, anak < 2 tahun
gangguan GI, tukak lambung atau usus, kecenderungan edema meningkat, gangguan SSP, reaksi hipersensitifitas
tukak peptik, reaksi hipersensitifitas terhadap diklofenak, asetosal, atau obat AINS lain
18
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
31
Novagesic
Parasetamol 120mg/5ml; 500mg
Rasa sakit pada sakit kepala, sakit gigi, menurunkan demam
sirup, kaplet
32
Novalgin
Metampiron 500mg/tablet; 50mg/ml sirup
Nyeri berat terkait dengan sakit kepala, sakit gigi, paska kecelakaan atau paska operasi.
Tablet / sirup
33
Pamol
Parasetamol 500mg; 120mg/5ml
Demam dan nyeri pencernaan
Tablet / sirup
Anak-anak 0-1 tahun ½ sdt, 2-6 tahun 1-2 sdt, 6-9 tahun 2-3 sdt. Kapsul Dewasa sehari 3-4x 1 kaplet, anak-anak 6-12 tahun sehari 3-4 ½ -1 kaplet. Dewasa 1 tablet sehari. Sirup Dewasa 2-4 sendok
Dewasa: sehari 1-2 tablet, anakanak ½- 1 tablet. Sirup sehari 13x sendok. Drops 0,6ml maks 1,2ml
mata kuning, diarea, mual muntah, lambung nyeri, keringat meningkat, hilang nafsu makan
Penderita yang telah ketergantungan alkohol, gagal ginjal, hepatitis, liver, atau fenilketouria, hipersensitif
jarang : reaksi anafilaksis. Penurunan TD secara drastis, bronkospasme. Sangat jarang : leukopenia, agranulositosis, proteinuria, urin berwarna merah, nyeri dan reaksi lokal pada tempat injeksi mual muntah diare, wajah pucat dan nyeri perut, gangguan fungsi hati (penggunaan jika panjang dan dosis tinggi)
alergi pirazolon, hamil dan laktasi, bayi < 3 bulan atau dengan BB < 5 kg
gangguan fungsi hati berat dan Hipersensitif tehadap parasetamol
19
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
34
Panadol
Parasetamol 500mg; 120mg/5ml
Sakit kepala,sakit sendi,sakit gigi, sakit setelah vaksinasi menurunkan panas
501 mg tablet, 60 ml sirup
35
Paracetamol
Paracetamol 120mg/5ml
Meringankan rasa sakit kepala, sakit gigi, menurunkan demam.
Sirup
36
Ponstan dan Ponstan FCT
Asam mefenamat 250mg; 500mg; 50mg/5ml
Kaplet/ tablet/ suspensi
37
Progesic
Parasetamol 250mg/5 ml; 500mg/ tablet
Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala,sakit gigi, nyeri otot Obat penurun panas, demam, penghilang rasa nyeri,yang aman dan efektif
Sirup/ tablet
Dewasa: Tablet sehari 1-2 tablet, anak-anak ½- 1 tablet. Sirup sehari 1-3x sendok. Drops 0,6ml maks 1,2ml Dewasa: Sehari 3-4x 4 sdt, anak 8-12 tahun : 3-4x 2-4 sdt, anak 1-6 tahun, 3-4x 1-2 sdt, anak < 1 tahun 3-4x ½-1 sdt. 500 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan.
mual muntah diare, wajah pucat dan nyeri perut, gangguan fungsi hati (penggunaan jika panjang dan dosis tinggi)
Hipersensitif tehadap parasetamol dan gangguan hati dan pencernaan
reaksi hematologi, erupsi kulit, mual, muntah, gangguan ginjal (dosis besar)
penyakit hati dan ginjal. Hipersensitif tehadap parasetamol
gangguan GI, ulkus peptikum, sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas, gangguan visual ruam kulit,
ulserasi lambung atau usus, penyakit radang usus, gangguan hati atau ginjal
Sirup : dewasa 1 sdm. Anak 6-12 tahun 1-2 sdt. Tablet : dewasa 2 tablet. Anak 612 tahun ½-1 tab
reaksi hematologi, reaksi kulit dan alergi lain
penyakit hati. Hipersensitif tehadap parasetamol
20
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
38
Voltadex
Natrium diklofenak 25 mg; 50 mg
39
Voltaren
Natrium diklofenak 25mg; 50mg
Menghilangkan rasa sakit, inflamasi rheumatoid artitis dan jenis rematik lainnya. 25-50mg 3kali sehari Peradangan dan untuk penyakit degenerative pada rematik.
Tablet
Dewasa 3x25 mg; pemeliharaan atau pengobatan jangka panjang 75-100 mg
gangguan dan pendarahan GI, sakit kepala, cemas, ruam kulit, pruritus, edema, mengantuk, depresi, insomnia, penglihatan kabur
tukak peptik, reaksi hipersensitifitas terhadap diklofenak, asetosal, atau obat AINS lain
Tablet
Dewasa: 100 150 mg
gangguan GI, sakit kepala, pusing, vertigo, ruam kulit
tukak peptik, reaksi hipersensitifitas terhadap diklofenak, asetosal, atau obat AINS lain
Hiperurisemia primer, dan hiperurisemia sekunder (mencegah pengendapan asam urat dan kalsium oksalat).
Tablet
Dewasa Awal sehari 100-300 mg, dosis pemeliharaan sehari 200600mg, dosis tunggal maks 300mg.
mual, diare, gangguan GI, sakit kepala , mengantuk, hipersensitifitas
serangan gout akut, hamil dan laktasi
Anestetik lokal
ampul
1 amp, maks 2ml
Dapat menyebabkan udem, kepucatan yang bersifat lokal dan sementara
hipersensitifitas thd gol amida pd anestesi lokal
I.3 ANTIREMATIK, ANTIPIRAI 40
Alopurinol
Alopurinol 100 mg; 300 mg
2. ANESTETIK 2.1 ANESTETIK LOKAL 41
Lidodex
Lidocain HCl 50 mg/ml
2.2 ANESTETIK UMUM
21
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
42
Miloz
Midazolam 5 mg/ml
Anestesi umum
ampul
Dewasa: 0,070,1mg/kgbb
sakit kepala, reaksi di tempat injeksi, cegukan, mual muntah, batuk, oversedasi, mengantuk, halusinasi
bayi prematur, intoksisitas alkohol akut dengan depresi tanda-tanda vital, syok atau koma
sakit kepala, agitasi, mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan GI, reaksi kulit Mengantuk, mulut kering, pandangan kabur
hamil trisemester 1 dan laktasi. Penyakit ginjal berat
3. ANTIALERGI DAN OBAT UNTUK ANAFILAKSIS 43
Cetirizine
Setirizin HCl 10mg/kap; 5mg/ml
Alergi rhinitis yg kronik
Kapsul/ sirup
Dewasa dan anak > 12 tahun sehari 1x 10mg
44
Chlorphenirami ne
klorpheniramin maleat 4 mg
Rinitis, ultikaria
Tablet
45
CTM
Klorfeniramin maleat 4 mg
Mengobati Tablet keadaan alergi, seperti gatal-gatal, dermatitis.
46
Decadryl
Difenhidramin HCl 10mg/ml
Anti alergi
Dewasa: Sehari 3-4x ½ tab, 2-6 tahun: sehari 3-4 x1/4 tab. Dewasa: Bila perlu sehari 3x1 tab. Anak – anak: bila perlu 3x ½ tab atau atas petunjuk dokter -
Sirup
Mengantuk mulut kering, pandangan kabur
pusing, gangguan saluran pencernaan, kekeringan pd mulut, hidung, tenggorokan, kesulitan urinasi, dan penglihatan kabur
jgn diberikan pd orang yg mengemudikan kendaraan, bayi baru lahir atau prematur jgn diberikan pd orang yg mengemudikan kendaraan, bayi baru lahir atau prematur
glaukoma, retensi urin, alergi terhadap dipenhidramin HCl, sedasi
22
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
47
Loratadine
Loratadin 10 mg/ml
Pengobata simptomatis pada alergi rhinitis dan berbagai jenis alergi pada kulit
Sirup
Dewasa dan anak anak > 12 tahun: sehari 10 mg. Anak 2-12 tahun : > 30 kg: sehari 10 mg, anak > 30kg : sehari 5 mg.
sedasi, mulut kering, sakit kepala, lesu
prematur atau bayi baru lahir, serangan asma akut
4. ANTIEPILEPSI 48
Phenytoin
Phenitoin na 100 mg: 100mg/ 2 ml
antikonvulsan
kap/ ampul
Dewasa sehari 3x1 kap
gangguan GI, ataksia, bicara tidak jelas, pusing, sakit kepala, mual, muntah, nistagmus
hipersensitif thd hidantoin lain
49
Neurontin
Gabapentin 300mg
Nyeri neuropati pada pasien dewasa di atas 18 tahun
kap
Dewasa dan anak > 12 tahun sehari dosis efektif 900-1800 mg
pusing, ataksia, lesu, nistagmus, sakit kepala, termor, mual, muntah,
Hipersensitif
Sebagai infeksi tunggal atau ganda
Sirup tablet
Dosis tunggal 10mg/kg bb atau 250 mg/25kg bb
Tukak lambung, anak dengan kecenderungan kejang, gangguan fungsi ginjal dan hati, anak < 2 tahun. Hamil, laktasi
muntah, mengantuk, inkordinasi otot, dan gangguan akomodasi mata
5. ANTIMIKROBA 5.1 ANTELMINTIK 5.1.1 ANTELMINTIK INTESTINAL 50
Combantrin
Pirantel pamoat setara pirantel 50mg/ml; 25/ml, 250 mg/ tab; 125mg/tab
5.2 ANTIBAKTERI 5.2.1 GOLONGAN PENISILIN
23
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
51
Amoksisilin
Amoksisilin trihidrat 250 mg; 500mg; 125 mg/5ml; 250 mg/ml,
52
Amoxan
Amoksisilin 125 mg/5ml; 250 mg/ml; 250 mg; 500 mg
53
Ampisilin
Ampisilin trihidrat 500 mg/ Kaplet; Amoksisilin 125 mg/5ml
Infeksi yang disebabkan oleh strain bakteri yang peka infeksi kulit dan jaringan lunak. Infeksi saluran pernapasan bawah, tifoid
Sirup / kapsul
Dewasa dan anak dngan BB < 20 Kg 250500 mg tiap 8 jam.
reaksi hipersensitifitas, gangguan GI
Hipersensitifitas, pasien dangan riwayat alergi terhadap penisilin, infeksi mononukleosis
Sirup/ kapsul
Kaps: Dewasa dan anak-anak ≥ 20 kg : 250-500 mg tiap 8 jam , anak > 8kg 125250 mg tiap 8 jam.
reaksi hipersensitifitas, gangguan GI (mual, muntah, diare), reaksi-reaksi hematologi
hipersensitifitas thd gol penisilin
Infeksi yang di sebabkan oleh bakteri gram positif atau gram negatif yang peka terhadap ampisilin, infeksi saluran pernapasan, infeksi alat kelamin wanita, infeksi saluran pencernaan.
Kaplet / sirup
Dewasa dan anak-anak dengan BB > 20 kg sehari 3-4x 250-500 mg. Anak –anak dengan BB < 20Kg 50-100mg/kg BB di bagi 4 dosis setiap 6 jam.
gangguan GI, ruam kulit, demam, pruritus, urtikaria
hipersensitif thd penisilin, infeksi mononuleosis
24
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
54
Claneksi
amoksisilin 500mg dan asam klavulanat 125 mg; tiap 5 ml sirup kering amoksisilin 125 mg dan asam klavulanat 31, 25 mg
Infeksi saluran napas bagian atas, infeksi saluran nafas bagian bawah,infeksi kulit dan jaringan lunak.
Kaplet/ sirup kering
55
Decamox
Amoksisilin trihidrat 250mg, 500mg, amoksisilin anhidrat 250 mg/5ml.
Infeksi saluran napas bagian atas, infeksi saluran nafas bagian bawah,infeksi kulit dan jaringan lunak.
Tablet/ sirup
Dewasa dan anak-anak > 12 tahun: infeksi ringan smpai sedang: 1 kaplet 250mg 3x sehari, infeksi berat: 1 kaplet 500 mg 3 x sehari. Anakanak 25mg/kg BB/ Hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam. Dewasa dan anak-anak > 12 tahun: infeksi ringan smpai sedang: 1 kaplet 250mg 3x sehari, infeksi berat: 1 kaplet 500 mg 3 x sehari. Anakanak 25mg/kg BB/ Hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam.
diare, mual, muntah, urtikaria atau eritema, anemia hemolitik, kolestatik jaundice
hipersensitif thd penisilin, riwayat kolestatik jaundice
diare, mual, muntah, urtikaria atau eritema, anemia hemolitik, kolestatik jaundice
hipersensitif thd penisilin, riwayat kolestatik jaundice
25
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
56
Kalmoxilin
Amoksisilin trihidrat 250mg; 500mg; 125mg/ml, 250mg/5ml
Infeksi saluran nafas akut maupun kronik,saluran kemih, kulit dan jaringan lunak.
Tablet/ sirup kering
Dewasa: Infeksi ringan dan sedang: sehari 3x1 kap atau 2 tab. Anak: sehari 25-50 mg/kgBB dalam 3 dosis.infeksis parah dosis dapat di perbesar.
diare, mual, muntah, urtikaria atau eritema, anemia hemolitik, kolestatik jaundice
hipersensitif thd penisilin, riwayat kolestatik jaundice
5.2.2 GOLONGAN KLORAMFENIKOL 57
Biothicol
Tiamfenikol 250 mg, 500mg, 125 mg/ 5ml, 250 mg/ 5ml
Tifus, paratifus, infeksi yang di sebabkan oleh salmonella.
Kap/ sirup kering.
Dewasa anak dan bayi>2 minggu: 50mg/ kg BB /hari, terbagi dalam 34 dosis
gangguan GI, urtikaria, anafilaktik, diskrasia darah, sindrom gray
hipersensitif, disfungsi ginjal dan hati berat
58
Chloramphenic ol
Kloramfenikol 250 mg
Tifus karena H. Influensa
Kapsul
Dewasa anak dan bayi > minggu: sehari 50 mg/kg BB dalam dosis terbagi 3-4.
anemia aplastik, gangguan GI, depresi sumsum tulang, sindrom gray
hipersensitif, hamil trisemester 3 dan laktasi, anemia
26
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
59
Tiamfenikol
Tiamfenikol 250 mg, 500mg
Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif seperti salmonella sp, bakteri gram negatif, meningitis
Kapsul
Dewasa anak dan bayi >2 minggu: 50mg. Kg BB , terbagi dalam sehari 34x.
gangguan GI, urtikaria, anafilaktik, diskrasia darah, sindrom gray
hipersensitif, disfungsi ginjal dan hati berat, hamil dan laktasi
Pengobatan infeksi oleh strain yang sensitip dari mikroorganisme pada infeksi saluran nafas bawah, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi tulang dan persendian, saluran kemih dan saluran cerna.
Tablet/ kapsul
Sal kemih ringan dan sedang: sehari 2x 250mg; infeksi berat 2x 500 mg
rasa terbakar setempat atau tidak enak, gatal, edema kelopak mata, berair
hipersensitif thd siprofloksasin dan kuinolon lain
5.2.3 GOLONGAN KUINOLON 60
Baquinor
Siprofloksasin HCl 250 mg, 500mg,
27
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
61
Ciprofloxacin
Siprofloksasin 250 mg, 500 mg
Infeksi saluran nafas, infeksi kulit, dan jaringan lunak.
Tablet
Ringan – sedang: sehari 2x250 -500mg, berat : sehari 2x 500mg.ringan – sedang: 2x 250500mg, berat sehari 2x750 mg.
gangguan GI, sakit kepala, pusing, insomnia, takikardi, tremor, agitasi
anak <18 tahun, hamil dan laktasi
Infeksi ringansedang, saluran fernapasan atas dan bawah, infeksi kulit dan jaringan.
Tab/ suspensi
Dewasa 300 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam, anak 30-50 mg/kg BB sehari dalam 3-4 dosis.
rasa tidak enak pada perut, gangguan fungsi hati, reaksi alergi ringan
hipersensitif thd eritromisin
Infeksi oleh stroptokokus, stapilokokus
Kap
500 mg tiap 6-8 jam, anak dan bayi > 1 bulan: 30-60 mg/ kg BB/ hari di bagi dalam 3-4 dosis.
reaksi hipersensitifitas, gangguan GI, haus, letih, kehilangan bobot tubuh, trombositopenia
hipersensitif thd linkomisin dan klindamisi, jgn digunakan pd bayi baru lahir
5.2.4 GOLONGAN MAKROLIDA 62
Erithariomycin
63
Lincomycin
Erythariomisin stearat setara eritromisin 250 mg, eritromisin suksinat setara eritromisin 500mg/tab, 200mg 5ml susp. Linkomisin 250 mg, 500 mg
28
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
64
Osmycin
Spiramisin 500 mg, 125 mg/ 5 ml
Infeksi saluran pernapasan antara lain tonsillitis, faringitis, otitis media, bronkitis, pneumonia dan pertusi.
Tablet/ sirup
Sehari 3x 1 tablet selama 5 hari, anak 50 mg/ kg BB/ hari dalam 3 dosis bagi selama 5 hari.
gangguan GI (mual, muntah, diare)
alergi thd spiramisin
65
Spiramycin
Spiramisin 250 mg,500 mg.
Infeksi saluran nafas , seperti tonsillitis, faringitis, bronchitis, pneumonia, sinusitis dan otitis media.
Tablet
Dewasa: Sehari 3x 500 mg selama 5 hari, infeksi berat dapat sampai maks 3000mg/hari. Anak-anak : sehari 50-100 mg Kg BB terbagi 2-3 dosis.
gangguan GI, reaksi alergi pd kulit
hipersensitif
29
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
66
Zibramax
Azitromisin 500 mg
Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah, infeksi kulit dan jaringan, penyakit kelamin.
Kaplet salut selaput
Dosis total 1,5 g selama 5 hari dengan dosis awal 500 mg, kemudian sehari 250 mg pada hari kedua sampai hari ke 5, anak-anak sehari 1x10 mg/kgBB selama 3 hari.
diare, muntah, rasa tidak enak di perut, kembung, mual, sakit kepala, ruam kulit, kelelahan menyeluruh
hipersensitif thd eritromisin ataupun makrolida
Infeksi saluran nafas, kulit jaringan lunak, saluran cerna, saluran kemih.
Kap/ sirup kering
Dewasa: Sehari 1-2 g dalam sekali dosis atau 2 dosis terbagi. Anak 30 mg/kg BB/ hari dalam 2 dosis terbagi.
Mual, muntah, diare, genital pruritus,nyeri perut, demam, kulit panas, menurunnya urin, pusing dan berkunang- kunang, gatal, bengkak, kesulitan bernafas
alergi thd sefalosforin
5.2.5 GOLONGAN SEFALOSPORIN 67
Cefadroxil
Sefadroksil 250 mg, 500 mg, 125 mg/5 ml
5.2.6 GOLONGAN TETRASIKLIN
30
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
68
Cendocyclin
Tetrasiklin HCl 250 mg
ISK,usus, saluran nafas, kulit dan jaringan lunak,infeksi sistemik, infeksi pada mata.
kapsul
Dewasa : Sehari 4x1 kap: anak: 25mg/kg BB/hari daalam 4 dosis, 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
mual, diare,muntah, anoreksia, perubahan warna gigi dan hipoplasia enamel pd anak, hambatan pertumbuhan tulang
Hipersensitif, gangguan ginjal, hamil, anak < 7 tahun
69
Terramycin
Oksitetrasiklin HCl 250 mg
Infeksi saluran nafas, saluran cerna, kulit dan jaringan lunakmata,oral dan gigi.
Kap
Dewasa sehari 1-2 g, anak 2025 mg/kgBB.
reaksi hipersensitif, hipoplasia enamel, gangguan GI, ruam eritematosa
Hipersensitif, hamil, anak < 8 tahun
Infeksi saluran nafas atas dan bawah, saluran kemih,saluran cerna dan infeksi lainnya.
Tablet
Sehari 2x2 tablet.
gangguan GI, sindrom steven johnson, kelainan darah, hepatitis
hipersensitif terhadap sulfonamid, kerusakan hati atau ginjal berat, hamil dan laktasi, bayi < 2 bulan
5.2.7 GOLONGAN LAIN-LAIN 70
Bactricid
Trimetoprim 80 mg, sulfametakzasol 400 mg.
31
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
71
Bactrim
Trimetoprim 80 mg, sulfametokzasol 400mg.
Disebabkan kuma e, coli, saluran pencernaan di sebabkan oleh salmonella sp dan shigella, saluran pernafasan di sebabkan oleh kuman .H . influenza.
Tablet
Dewasa dan anak-anak > 12 tahun: sehari 2x2 tablet atau 1 tab forte.
gangguan GI, reaksi kulit, hiperkalemia, hipoglikemi
hipersensitif, hamil, gagal ginjal berat, jerusakan parenkim hati
72
Clindamycin
Klindamisin 150 mg, 300mg.
Infeksi serius bakteri anaerob, streptokokus, pneumokokus.
Kapsul
Dewasa infeksi serius 150-300 mg tiap 6 jam, anak-anak dengan infeksi serius: 8-16 jam.
diarea, mual muntah, nyeri perut, gatal pada rectal dan organ sex
Hipersensitif terhadap klindamisisn dan linkomisin
73
Cotrimoxazole
Sulfametokzasol dan trimetroprim 200 mg dan 40 mg/5ml.susp 400mg dan 80 mg/tab.
ISK ole e.coli, saluran cerna oleh salmonella.
Tablet
Dewasa dan anak >12 tahun, sehari 2x2 tab selama 10-14 hari, infeksi berat sehari 2x3 tab.
gangguan GI, reaksi kulit, hiperkalemia, hipoglikemi
hipersensitif, hamil, gagal ginjal berat, jerusakan parenkim hati
5.3 ANTITUBERKULOSIS
32
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
74
Ethambutol
Etambutol 250 mg, 500 mg
TBC paru
Tablet
75
INH
Isoniazid 100 mg
Anti tuberkulosis.
Tablet
76
Isoniazid
Isoniazid 100 mg, 300 mg.
Anti Tuberkulosis.
Tablet
77
Rifampicin
Rifampisin 450mg; 600 mg
Tuberculosis.
kaplet
Rifampisin 300 mg, 450 mg/kaps, 600 mg/ tab salut.
lepra
Kapsul, tab salut
15 mg/kg BB/ hari pada pasien yang tidak mendapat terapidengan banyak anti tuberkulosa. 3-4x 1 tablet sehari atau menurut petunjuk dokter. Sehari 5 mg/ kg BB sampai 300 mg dosis tunggal. Sehari 10-20 mg/ kgBB.
penurunan daya penglihatan, gangguan GI, ruam alergi, buta warna hijau-merah
neuritis optik, anak < 13 tahun
neuritis perifer, neuritis optik, insomnia, kedutan pd otot, kejang, reaksi hipersensitifitas
pasien hipersensitif INH, penyakit hati yang diinduksi obat
neuritis perifer, neuritis optik, insomnia, kedutan pd otot, kejang, reaksi hipersensitifitas
pasien hipersensitif INH, penyakit hati yang diinduksi obat
fungsi hati abnormal, gangguan GI, demam disertai flu, reaksi kulit, hemolisis
hipersensitif, ikterus
Sehari 10-20 mg/kgBB.
fungsi hati abnormal, gangguan GI, demam disertai flu, reaksi kulit, hemolisis
hipersensitif, ikterus
5.4 ANTILEPROTIK 78
Rifampicin
5.5 ANTIFUNGI
33
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
79
Candistin
Nistatin 100.000 UI
Terapi kandiasis pada rongga mulut.
Drops
80
Flagystatin
Metronidazol 500 mg, nistatin 100.000 UI.
Ovula
81
Ketoconazole
Ketokonazol 200 mg.
82
Mycostatin
Nistatin 100.000 UI/ml; 500.000 UI
Infeksi vagina yang di sebabkan oleh trikomoniasis dan kandidiasis. Infeksi pada kulit, rambut dan kuku yg di sebabkan oleh dermatofit atau ragi. Infeksi jamur sistemik.
Tablet
Drops, Tablet
Bayi: sehari 4x1-2 ml sehari . anak dan dewasa: sehari 4x1-6 ml diteteskan ke dalam mulut dan di tahan beberapa waktu sebelum di telan. Ovula : selama 7-19 hari, krim: 1 aplikator perhari selama 10 hari. Infeksi kulit: sel cernak dan sistemik, sehari 1x1 tab, pada waktu makan. Sehari 3x 1-2 tab atau sehari 4x1 ml untuk kondidiasi mulut.
diare gangguan GI, mual, muntah, urtikaria
Hipersensitif thd obat ini.
iritasi lokal
Hipersensitif terhadap metronidazol dan nistatin.
iritasi kulit setempat
Hipersensitif
diare, rasa tidak nyaman pd GI, mual dan muntah (dosis besar)
Hipersensitif
5.6 ANTIMALARIA
34
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
83
Sulfadoxine
Sulfadoksin 500 mg, pirimetamin 25 mg.
Pencegahan dan Tablet pengobatan malaria yang telah resisten terhadap klorokuina.
Dosis tunggal deasa: 2-3 tab, anak 9-14 tahn: 2 tab, 4-8 tahun: 1 tab, <4 tahun: ½ tab.
ruam akibat obat, pruritus, kerontokan rambut ringan. Jarang : sindrom steven johnson, kenyang, mual, muntah
Hamil dan menyusui, bayi premature atau sebelum 4 minggu. Gangguan ginjal dan hati
Asiklovir 200 mg, 400 mg/tab, 5% krim.
Herpes genital, Simpleks pada kulit dan selaput lender.
Tab / krim.
Dewasa: Sehari 5x800mg selama 7-10 hari, anak 2-12 tahun: sehari 4x400-800 mg selama 5 hari, anak < 2 tahun sehari 4x 20 mg/kg BB selama 5 hari.
rasa panas, perih, eritema, pengeringan kulit ringan, pengelupasan kulit
hipersensitif terhadap asiklovir
5.7 ANTIVIRUS 84
Acyclovir
6. ANTIMIGRAIN/VERTIGO 6.1 ANTIMIGRAIN Bodrex migrain
Paracetamol 350 mg, profipenazon 150 mg, kofein 50 mg.
Meringankan sakit kepala pada migrain.
Tablet
Sehari 3-4x ½ -1 tab, anak 6-1 tahun: sehari 34x ½ -1 tab.
reaksi hematologi, erupsi kulit, mual, muntah, gangguan ginjal (dosis besar)
Penderita dengan gangguan fungsi hati yg berat, penderita hipersensitif.
86
Bodrex extra
Paracetamol 350 mg, ibuprofen 200mg, kofein 50 mg.
Meredahkan sakit kepalah,menceng kram, tegang, kaku di kepala
Kaplet
3-4x11 tab, anak 6-12 tahun: sehari 3-4x ½ -1 tab.
reaksi hematologi, erupsi kulit, mual, muntah, gangguan ginjal (dosis besar)
Penderita dengan gangguan fungsi hati yg berat, penderita hipersensitif.
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
35
85
belakang.
6.2 ANTIVERTIGO 87
Mertigo
Bethistin mesilat 6 mg.
Gangguan ke seimbangan yang terjadi pada gangguan sirkulasi darah.
tablet
3x1-2 tablet
gangguan GI, ruam kulit
hamil, laktasi, anak <2 tahun
pendarahan vagina, mual, muntah, retensi cairan, ruam kulit, lelah, sakit kepala. Pada pria, impotensi, lekopenia atau trombositopenia, tromboemboli
hamil, laktasi,trombositopenia, lekopenia atau hiperkalsemia
7. ANTINEOPLASTIK, IMUNOSUPRESAN DAN OBAT UNTUK TERAPI PALIATIF 7.1 ANTIHORMON 88
Taxen
Tamoksifen 10 mg, 20 mg.
Terapi tambahan setelah pengobatan primer karsinoma mammae
Tab salut film
Sehari 20-40 mg.
8. ANTIPARKISON/ DEMENTIA 8.1. ANTIPARKISON
36
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
89
Pardoz
Levodopa 100 mg, benzeraside 25 mg.
Penyakit parkison dan gejala pankirsonisme kecuali sindrom parkison karena obat-obatan. Glaucoma sudut sempit, psikosis.
Tablet
Awal sehari 34x ½ tab.ditingkatkan menjadi sehari 3x1 tab dan di naikan 1 tab dengan interval tiap minggu sampai tercapai dosis pengobatan individual.
anoreksia, mual, muntah, aritmia jantung, hipotensi ortostatik. Jarang insomnia, agitasi atau depresi, reaksi psikosis
glaukoma sudut sempit, psikosis, riwayat melanoma, pasien < 30 tahun
Donefezil HCL 5 mg.
Gejala demensia ringan tau sedang pada penyakit Alzheimer.
Tablet
Dewasa atau lansia : dimulai dengan sehari 5 mg menjelang tidur malam selama 1 bulan , kemudian di tingkatkan s/d 10 mg perhari 1x.
diare, kram otot, kelelahan yang menyeluruh, mual, muntah, insomnia, pusing
Hipersensitif terhadap derivat piperidin, anak.
8.2 DEMENTIA 90
Aldomer 5
9. OBAT YANG MEMPENGARUHI DARAH 9.1 ANTIANEMIA
37
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
91
Sangobion
Besi II glukonat Anemia yang di Kapsul 250 mg, mangan sebabkan sulfat 0,2 mg, defisiensi besi tembaga II sulfat dan mineral 0,2 mg, vit c 50 lainnya yang mg, asam polat 1 berperan dalam mg, vit-b12 pembentukan dengan fakter darah. intriksi 7,5 mg, besi II glikonat 129,5 mg, vit-B1 1 mg, vit-B2 1 mg, vit- B6 5 mg, nikotinamid 15 mg, biotin 0,3 mg. 9.2 ANTIKOAGULAN, ANTI PLATELET DAN TROMBOLITIK
Sehari satu kap selama tau setelah makan, anak sehari 1 sdtk, Dewasa 2 sdtk.
gangguan GI
akumulasi zat besi, gangguan penggunaan zat besi
92
Procardin
Sehari 1x1 tab.
Iritasi lambung, mual, muntah
Hipesensitif, ganggguan fungsi hati, dan ginjal berat, kelainan perdarahan, penderita alergi atau sering mendapat perdarahan di bawah kulit.
Asetosal 100 mg.
Mengurangi resiko kematian, strok pada penderita laki-laki dengan riwayat iskimia otak.
Tablet
38
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
93
Thariombo aspilets
Asetosal 80 mg.
Pengobatan dan pencegahan proses pembekuan dalam pembuluh darah dan paska strok. hipersensitif, tukak lambung, sering mengalami perdarahan di bawah kulit.
Tablet
Sehari 1x1-2 tab.
iritasi GI, mual muntah. Penggunaan jangka panjang pendarahan GI, ulkus peptikum
sensitif terhadap aspirin, asma, ulkus peptikum, pendarahan subkutan, hemofilia
Asam traneksamat Pendarahan 250 mg, 500mg abnormal setelah oprasi, pendarahan setelah ekstaksi gigi pada pasien hemofili. 95 Transamin Asam traneksamat Untuk pendarahan 50 mg, 250 abnormal dengan mg/kap, 500 mg gejala penyakit anemia hipoplastik, leukemia atau setelah operasi prostat. 10. ANTISEPTIK DAN DESINFEKTAN
Tablet
Sehari 3-4x 1-2 tab.
gangguan GI, mual, pusing, muntah, anoreksia, eksantema, sakit kepala. Hipotensi pada pemberian iv cepat
riwayat tromboembolik
Kaplet
Sehari 3-4x 1-2 kap.
gangguan GI, mual, pusing, muntah, anoreksia, eksantema, sakit kepala. Hipotensi pada pemberian iv cepat
riwayat tromboembolik
9.3 HEMOSTATIK 94
Kalnex
39
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
96
Betadine
Larutan povidon iodine 10%.
Desinfektan dan setelah oprasi, mencegah timbulnya infeksi pada luka, pengobatan pada infeksi kulit, kompres luka bernanah.
Larutan
Faradiomisin 2,5 mg, garamisidin-s 1 mg.
Gingifitis, stomatitis, laryngitis, bronchitis, tosilitis dan infeksi di dalam mulut.
Tablet kunyah
Furosemid 40 mg/tab,
Udema karena gangguan jantung, sirosis hati, gangguan ginjal, hipertensi ringan dan sedang.
Tablet
Oleskan pada bagian yang luka
Hipotiroidisme pada bayi
Hipersensitif terhadap iodium.
anoreksia, mual, gangguan GI
hipersensitif terhadap aminoglikosida seperti streptomisisn, kanamisin, gentamisin, fradiomisin atau basitrasin
mual, muntah, diare, ruam kulit, pruritus, penglihatan kabur. Hiperglikemia, urtikaria, eritema multiforma, agranulositosis, anemia
pasien dengan gangguan defisiensi kalium, insufisiensi ginjal akut, wanita hamil, pasien hipersensitif, anuria, ibu menyusui
11. OBAT UNTUK GIGI DAN MULUT 97
FG Troches
12. DIURETIK 98
Furosemide
Dewasa: Sehari 1-2x 1-2 tab, maksimal 5 tab sehari.
13. HORMON, ENDOKRIN LAIN DAN KONTRASEPSI 13.1 ANTIDIABETIK
40
13.1.1 ANTIDIABETIK ORAL
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
99
Amaryl
Glimepirid 1mg, 2 Diabetes mellitus mg, 3 mg, 4 mg. tipe 2 yang tidak cukup terkontrol oleh diet, latihan fisik dan penurunan berat badan saja, insulin. Dia bêtes mellitus tergnatung insulit tipe 1. Gangguan ginjal, disfungsi hati, wanita hamil dan menyusui.
Tablet
1-8 mg per hari, dosis awal: 1 mg 1x sehari.dosis haria dapat ditingkatkan dengan interval 1-2 munggu.
hipoglikemi, gangguan penglihatan sementara, gangguan GI, kerusakan fungsi hati. Jarang : trombositopenia, anemia hemolitik, gatal, ruam, urtikaria
DM tipe 1, gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, hipersensitif terhadap sulfonil urea, hamil dan laktasi
41
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
100
Glucovance
Glibenklamid , metformin hidroklorida tiap tab 1,25 /250 mg: 2,5/500, 5/500 mg/mg.
Terapi tahap 2 untuk diabetes tipe 2 bila diet.
Tablet
101
Glumin
Metformin HCl 500 mg, 850 mg.
NIDDM.
Tablet
Dosis di gunakan secara individu dengan mempertimbang angkan ke efektifan dan toleransi, dosis sehari tidak boleh dari 20 mg, glibanklamid & 200 mg metformin.dosis awal yang diromundasikan: 1sehari 1-2x 1,25/2,50 mg. Tab 500mg. Sehari 3x 1 tab, tab 850 mg, awal sehari 1x, pemeliharaan sehari 2x.
infeksi saluran nafas atas, reaksi pada GI seperti diare, mual muntah & nyeri perut, sakit kepala, pusing, hipoglikemi
penyakit ginjal atau gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif, asidosis metabolik akut atau kronik
gangguan GI, asidosis laktat (jarang)
koma diabetik, ketoasidosis, kerusakan ginjal, penyakit hati kronik, gagal jantung, infark miokardium, hipoksemia, hipersensitif, insufisiensi pulmonal
42
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
102
Metformin
Metformin 500 mg.
D tipe 2 dan Tablet Awal sehari 3x penderita yang 500 mg maks sudah overweight 3b/hari. yang kadar gula darahnya tidak bias dikontrol hanya dengan diet saja. 13.2. HORMON KELAMIN DAN OBAT YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS
gangguan GI, asidosis laktat (jarang)
koma diabetik, ketoasidosis, kerusakan ginjal, penyakit hati kronik, gagal jantung, infark miokardium, hipoksemia, hipersensitif, insufisiensi pulmonal
13.2.1 ESTROGEN 103
Diane 35
Estradiol valerat 2 mg/tab.
Simtomatik gejala klimakterik, dan pengganti estrogen.
Pil
Sehari 1 tablet selama 21 hari
perlunakan atau nyeri pada payudara, sakit kepala, perasaan depresi, perubahan BB, mual, nyeri perut
Hamil, laktasi, tumor hati, DM berat, pendarahan vagina yang abnormal.
104
Renodiol
Metilestrenolon 5 mg, metilestradiol 0,3 mg.
Pengobatan tidak terjadinya masa haid pada kasus tertentu.
Pil
1 tablet selama 2 hari berturutturut
edema, sakit kepala, mual
hamil, riwayat ikterus idiopatik, pruritus berat atau pemfigoid gestasional selama kehamilan
Kontrasepsi oral.
Pil
Sehari 1 tab mulai pada hari pertama siklus haid.
perlunakan atau nyeri pada payudara, sakit kepala, perubahan suasana hati, perubahan BB, mual, nyeri perut
trombosis vena, migren dengan gejala neurologi lokal, DM dengan gejala vaskuler, penyakit hati berat, tumor hati, anemia sel sabit, hamil
13.2.2 KONTRASEPTIK 105
Microgynon
Etinil estradiol 0,03 mg, levonorgestrel 0,15 mg, plus 7 tab besar plasebo.
43
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
106
PIL KB
107
Yasmin
Levonogestrel 0,15mg, etinestradiol o,o3 mg, tiap 21 tab salut gula ukuran lebih kecil, tiap 7 tab salut gula lebih besar,. Drospirenon 3 mg, etinelistradiol 0,03 mg.
Kontrasepsi oral
Pil
Sehari 1 tab mulai hari pertama haid, mengikuti arah panah sampai kemasan kosong.
perlunakan atau nyeri pada payudara, sakit kepala, perubahan suasana hati, perubahan BB, mual, nyeri perut
trombosis vena, migren dengan gejala neurologi lokal, DM dengan gejala vaskuler, penyakit hati berat, tumor hati, anemia sel sabit, hamil
Kontrasepsi oral dengan afek anti mineral kartikoid dan antiadrogenik.
Pil
Mulai pada hari pertama mentruasi, sehari 1 tab selama 21 hari, lalu 7 hari tanpa tab, dan seterusnya.
gangguan siklus menstruasi, pendarahan, nyeri payudara, sakit kepala, pusing, depresi, migren, mual, kandidiasis vagina
trombosis arteri atau vena. DM dengan gejala vaskuler, penyakit hati berat, insufisiensi ginjal atau gagal ginjal akut, hamil, laktasi, hipertensi berat, perokok berat, usia >35 tahun
Klomifen sitrat 50 mg.
Pengobatan infertilitas pada wanita dan pria.
Tablet
fertelitas pada wanita: sehari 1 tab selama 5 hari, di mulai pada hari ke-5 siklus mentruasi.
pembesaran ovarium, rasa tidak nyaman pada perut, gejala vasomotor (wajah merah dan panas), mual, muntah, rasa tidak nyaman pada payudara & gangguan visual, gugup, insomnia, sakit kepala, pusing, berkemih, depresi, lelah, dermatitis, urtikaria, peningkatan BB, kerontokan rambut temporer
insufisiensi hati, hamil, kista ovarium. Gangguan organik pada pituitari, ovarium atau organ reproduksi lain. Pendarahan uterus abnormal, endometriosis ovarium. Disfungsi tiroid atau adrenal tidak terkontrol
13.2.3 INDUKTOR 108
Fensipros
44
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
13.3 HORMON TEROID DAN ANTITIROID 13.3.1 ANTIHIPERTIROIDESME 109
Thyrozol
Tiamazol 5mg, 10mg, 20mg.
Hipertirodisme terutama pasien usia muda, persiapan operasi.
Tablet
25-40 mg perhari, kasus ringan, sehari 2x 1 tab 20 mg.
reaksi alergi kulit, mual, muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrum, kehilangan daya pengecapan, sakit kepala, pruritus, mengantuk, edema, vertigo, pigmentasi kulit, ikterus
granulositopenia, kolestasis sebelum mulai terapi, laktasi
13.4 KORTIKOSTEROID DAN KORTIKOTROPIN 110
Dexa methasone
Dexametason 0,5 mg.
Anti alergi, anti inflamasi, reumatik, pernapasan.
Tablet
Sehari awal 0,75-9 mg.
retensi cairan & elektrolit, meningkatkan kemungkinan infeksi, gangguan pertumbuhan, sindrom cushing, amenorea, hiperhidrosis, gangguan mental, hipertensi intrakranial, pankreatitis akut
ulkus peptik, osteoporosis, infeksi akut, laktasi
111
Kemotason
Dexametason 0,5mg.
alergi, penyakit kulit,penyakit neoplastik.
Tablet
Dosis permulaan sehari 0,75-9 mg
retensi cairan & elektrolit, meningkatkan kemungkinan infeksi, gangguan pertumbuhan, sindrom cushing, amenorea, hiperhidrosis, gangguan mental, hipertensi intrakranial, pankreatitis akut
ulkus peptik, osteoporosis, infeksi akut, psikosis atau psikoneurosis berat
45
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
112
Kenacort
Triamsinolon 4 mg.
Demam, reumatik.asma bronchial
Tablet
Dewasa: Sehari 4-48 mg.
rasa panas dan kemerahan pd wajah, berkeringat, akne, hirsutisme, vertigo, sakit kepala, tromboemboli,tukak peptik, esofagitis ulseratif, pankreatitis akut, peningkatan TIK
TBC aktif, laten atau yang sudah sembuh, psikosis akut
113
Ketricin
Triamsinolon asetonid
Lesi akut dari mukosa rongga mulut
Tablet
Oleskan pada membrane mukosa oral sehari 2-3x setelah makan dan sebelum tidur.
pasien dengan infeksi jamur sistemik
114
Methyl prednisolone OBG DEXA
Metilprednisolon
Abnormalitas fungsi adrenokortikal penyakit kolagen keadaan alergi dan peradangan pada kulit dan saluran pernapasan tertentu penyakit hematologik, hiperkalsemia.
Tablet
Dewasa sehari 4-48mg. Anak sehari 0,117 mg/kgbb atau sehari 3,33mg/m2 luas permukaan dalam dosis terbagi 3.
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan muskuloskeletal, GI, dermatologik, neurologik, gangguan oftalmologik & metabolik, insomnia, memburuknya infeksi atau menutupi gejala infeksi gangguan elektrolit dan cairan tubuh, kelemahan otot, penurunan resistensi terhadap infeksi, gangguan penyembuhan luka, meningkatnya TD, katarak, gangguan pertumbuhan pada anak, osteoporosis, tukak lambung
TB, infeksi jamur sistemik, ulkus peptik, herpes, DM dan varisela
46
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
115
Prednisone
Prednisone 5mg
Pengobatan untuk kasus alergi, inflamasi, rematik,
Tablet
Sehari 1-4 tablet
gangguan elektrolit dan cairan tubuh, retensi Na dan cairan, kehilangan kalium, hipertensi, gagal jantung kognitif, gangguan muskuloskeletal, GI, kulit, neurologi, endokrin, mata, metabolik, reaksi anafilaksis
TBC aktif, infeksi jamur sistemik, tukak peptik, herpes simpleks okular, gangguan saraf, gangguan ginjal, gangguan jantung
116
Sanexon
Metil prednisolon 4mg/8mg/ 16mg/tab. Metilprednisolon 125mg/2ml; 500mg/8ml
Abnormalitas Tablet fungsi /sirup adrenokortikal, gangguan alergi, kolagen, penyakit hati,hiperkalsemia
Dewasa sehari 4-80mg dosis dapat ditingkatkan 16mg sehari. Anak 24mgsehari dosis dapat ditingkatkan 8 mg
moon face, kelemahan otot, obesitas, osteoporosis, penuruna toleransi glukosa, penghambatan pertumbuhan pd anak, sakit kepala, vertigo, gangguan elektrolit dan retensi cairan, dermatologi
ulkus lambung, osteoporosis, gangguan psikiatrik, amebiasis, infeksi mikosis sistemik, poliomyelitis
Supleman kalsium untuk membantu kekurangan kalsium pada wanita hamil dan menyusui
Sehari 1-2 tablet
kembung, diare, atau konstipasi
hiperkalsemia dan hiperkalsiuria berat, insufisiensi ginjal berat
13.5 OBAT MEMEPENGARUHI TULANG 117
Osteocal
Kalsium karbonat tablet
Tablet
47
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
118
Osvion plus
Vitamin C,Vitamin D mono sulfat, Zn sulfat, selenium dioksida HCl, Metil sufonil metan, kondroitin sulfat 14. OBAT KARDIOVASKULAR
Memelihara kesehatan fungsi persendiaan dan bermanfaat bagi penderita osteoartritis
kapsul
Sehari 1 kapsul
14.1 ANTIANGINA 119
Adalat
Nifedifin 5mg,10mg
Terapi dan propilaksis insufiensi kororner akut dan koronik
Tablet
Dosis tunggal sehari 3x5-10mg
sakit kepala, edema, vasodilatasi, konstipasi, gelisah
hipersensitifitas thd dihidropiridin, hipotensi berat, syok KV, infark miokard akut, hamil dan laktasi
120
Cedocard
Isosorbid dinitrat 5m, 10mg
Angina pektoris
Tablet sub lingual
1-2 tablet sublingual 5mg setiap 2-3 jam
hipotensi orthostatik, wajah/leher panas & kemerahan, sakit kepala, gangguan GI, denyut nadi cepat, ruam kulit (jarang)
glaukoma, anemia, hipertiroid, infark miokardium
Amiodaron HCl 200mg
Pengobatan Tablet fibrilasi verikular yang berulang dan tarkikardia ventricular yang tidak stabil secara hemodinamik
Sehari 3x1 tab selama seminggu
gangguan GI, sakit kepala, lesu/letih, mialgia, termor, ataksia, gagal jantung kongestif, inflamasi paru
sinus bradikardi, hamil, distiroidisme
14.2 ANTIDISRITMIA 121
Kendaron
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
48
14.3 ANTIHIPERTENSI
14.3.1 GOLONGAN ACE INHIBITOR 122
Captropil
Kaptropil tab 12,5mg, 25mg, 50mg
Hipertensi ringan sampai dengan sedang
Tablet
Dewasa Dosis sehari awal 2x12,5mg, dosis maksimum sehari 3x50mg. Anak 0,3mg/kgbb/hari maks 0,6mg/kgbb/hari Sehari 2x1/2 tablet
ruam kulit, pruritus, muka kemerahan, batuk kering, gangguan pengecapan, hipotensi, gangguan GI, proteinuria
hamil, hipotensi dengan gejala hiponatrium
123
Clonodin
Klonidin HCl 0,25mg
Hipertensi ringan -sedang
Tablet
mulut kering, sedasi, rasa lelah
Tablet
Dewasa Dosis sehari awal 2x12,5mg, dosis maksimum sehari 3x50 mg. Anak 0,3mg/kgbb/hari maks 0,6mg/kgbb/hari
ruam kulit, pruritus, muka kemerahan, batuk kering, gangguan pengecapan, hipotensi, gangguan GI, proteinuria
sindrom sick-sinus. Blok AV derajat 2 atau 3 hamil, hipotensi dengan gejala hiponatrium
124
Dexacap
Kaptropil tab 12,5mg, 25mg, 50mg
Hipertensi,gagal jantung
Sebagai terapi tunggal atau kombinasi dengan antihipertensi
Tablet
Awal sehari 1x 5mg dapat dinaikan 10 sehari 20 mg.
sensasi dingin atau kebal pd ekstremitas,mual, muntah, diare, konstipasi, lelah, pusing, sakit kepala
14.3.2 GOLONGAN BETA BLOKER 125
Bisoprolol
Bisoprolol 5 mg
syok kardiogenik, sindrom sick-sinus. Blok Av derajat 2 atau 3, blok SA, bradikardi
14.4 PENURUN KOLESTEROL
49
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
126
Simvastatin
Simvastatin 10 mg
Mengurangi kadar kolesterol total dan LDL sebagai antikolesterol primer ataupun sekunder
Tablet
Sehari 1x10 mg (malam hari), sehari 1x5mg maksimal sehari 40mg
nyeri perut, kembung, konstipasi, sakit kepala. Jarang : hepatitis dan reaksi hipersensitifitas
hamil & laktasi, penyakit hati aktif atau peningkatan persisten dari transaminase serum
15. OBAT TOPIKAL UNTUK KULIT 15.1 ANTIAKNE 127
Medi-Klin
Solution gel klidamisin fosfat 1,2 %
Mengobati akne vulgaris
Gel
Dioleskan pada letak yang berjerwat tipis 1-2x sehari
iritasi, kemerahan, ruam & kekeringan pd kulit
hipersensitif thd klindamisin & linkomisin
128
Medi Klin TR
Klidimisin Fosfat 1,2%, Tritinoin 0,025%
Mengobati anti vulgaris yang disertai lesi inflamasi dan komedo tertutup dan terbuka
Gel
Dioleskan pada letak yang berjerwattipis 1xsehari
iritasi, kulit kering, kemerahan pd kulit, gatal
hipersensitif thd klindamisin & linkomisin. Hamil dan laktasi.dermatitis seboroik, kulit terbakar sinar matahari
Oksitetrasiklin HCl setara dengan Oksitetrasiklin HCl 30mg/g
Infeksi-infeksi kulit yang disebabkanoleh mikroorganisme
Salep
Dioleskan sehari 2-3 kali pada bagian kulit yang sudah dibersihkan
gangguan GI, gatal di anus dan vulva, hambatan pertumbuhan tulang sementara, perubahan warna pd gigi dan hipoplasia enamel pd anak
hipersensitif, gangguan ginjal, hamil, anak < 7 tahun
15.2 ANTI BAKTERI 129
Oxytetracyclne
50
15.3 ANTIFUNGI
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
130
Canesten
Krim dan cairan klotrimazol 1%
Pengobatan topikal candida albicans
Krim /cairan
Sehari 2-3 kali dioleskan
eritema, rasa tersengat, lepuh, kulit mengelupas, edema, gatal, urtikaria, rasa terbakar & iritasi pd kulit
hipersensitif thd klotrimazol
131
Daktarin
Mikonazol nitrat 2%
Dermatosis Mikosi dan berbagai infeksi jamur superinfeksi karena infeksi gram positif
Krim
Dioleskan tipis sehari 2x lama gantung letak dan pengobatan letak dan luas.
iritasi, alergi
Hipersensitif
132
Mycostatin
Nistatin 100000 UI/g
Terapi pencegahan kandiditasis pada kulit
Dioleskan tipis sehari 2x lama gantung letak dan pengobatan letak dan luas.
diare, rasa tidak nyaman pd GI, mual dan muntah (dosis besar)
Hipersensitif
Asiklovir 50%
Infeksi herpes simpleks
Dioleskan sampai menutup lesi selama 3jam
ruam kulit, reaksi neurologis yg reversibel, gangguan GI, peningkatan bilirubin dan enzim hati, peningkatan kadar urea & kreatinin darah, sakit kepala, rasa lelah, penurunan indeks hematologik
hipersensitif thd asiklovir
15.4 ANTIVIRUS 133
Licovir
Krim
15.5 ANTIINFLAMASI 15.5.1 ANTIEKZEM
51
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
134
Hydrocortisone
Hidrokortisaone asetat 2,5%
Menekan reaksi radang pada kulit yang bukan disebabkan infeksi alersi kulit
Krim
Dioleskan sehari 2-3x sehari
hilangnya atropi kulit setempat (pemakaian lama dan terus menerus),jaringan kolagen kulit, erupsi yg menyerupai akne, gatal, dermatitis kontak alergi rasa tidak enak pd permulaan terapi yang akan hilang jika terapi dihentikan
penyakit virus, infeksi jamur dan bakteri pd kulit, akne, dermatitis perioral, laktasi
15.6 Lain-lain 135
Albothyl
Polikresulen 3,6 mg/ml
Sebagai keputihan, epikstatits, stokmatitis, polipektomi, tonsilektomi
Larutan
Sesuai pemakaian
136
Herocyn
Untuk mengobati gangguan seperti biang keringat.
bedak
sehari beberapa kali taburkan pada tempat yang sakit setelah di bersihkan.
137
Kalpanax
Balsem peru 2%, seng oksida 3,5 %, belerang endap 1,42 %, asam salisilat 0,8 %, kamfer 0,31%, mentol 0,47%, talk 100% Cairan: asam salisilat 4%, asam benzoate 4%, povidon iodide 0,5%,
Cairan: panu, kadas dan lainlainnya,jamur pada kulit, salep: kutu air, panu, kadas atau kurap.
Larutan
Oleskan pada kulit
52
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
138
Konicare
Peru balsem 20%, mentol 1,2 %, seng oksida 4,5%, asam salisilat 0,8%, sulphur presipitat 3,2%, kamfer 0,18%, serbuk bedak, biang keringat, kalamin 10%, mentol 0,01%, seng oksida 2%, kamfer 0,05%.
Gatal-gatal, biang keringat, serta gangguan kulit lain.
Bedak
Oleskan bagian yang nyeri merata, gosok sampai meresap ke dalam kulit, bila perlu pemakaian dapat di ulang sampai sehari 3x.
139
Melanox forte
Hidrokuinon 4%.
Hiperpegmentasi kulit, noda hitam.
Krim
Oleskan sehari 1x pada malam hari, gunakan kriem pelindung sinar matahari pada siang hari.
kadang-kadang dapat terjadi hipersensitifitas
53
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
140
Minyak angin cap kapak.
Mentol 20%, kamfer 5%, minyak eucalyptus 15%, minyak esensial 12%, metil salisilat 15%.
Menghilangkan dengan segala rasa sakit pada rematik, mual dalam perjalana , pilek,ckeseleo, influenza, sakit urat saraf, sakit gigi,sakit otot, badan lesu, gatal digigit serangga.
Larutan
Oleskan 1-2 tetes pada bagian yang sakit.
141
Minyak telon
Cajuput oil 0,45ml, coconut oil 0,5ml, anise oil 0,05ml/ml
Menghangatkan kulit dan menghilangkan rasa pegel-pegel.
Larutan
Gunakan secukupnya.
Serbuk
Anak di bawah 1 tahun, sampai 3 jam pertama 1 ½ gelas, selanjutnya ½ gelas setiap kali mencret.
16. LARUTAN ELEKTROLIT NUTRISI DAN LAIN LAIN 16.1 ORAL 142
Oralit
natrium klorida 0,52 g, kalium klorida 0,3 g, trinatrium sitrat hidrat 0,58 g, glukosa anhidrat 2,7 g untuk 1 gelas air.
Mencegah dan mengobati kurang cairan akiat diare, mencret dan muntaber.
54
17. OBAT UNTUK MATA
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
17.1 SISTEMIK 143
Opibright
Ekstra billberry 80 mg, beta karoten 5mg, retinol 1,600 UI, vit-E 40mg.
Membantu kesehatan mata.
Tablet
Infeksi bakteri pekak neomisindan polimiksin, tidak bernananh, tukak kornea. Infeksi mata yang sensitive terhadap gentamycin.
Tetes
Sehari 2-3x 1 tab.
17.2 TOPIKAL 17.2.1 ANTIMIKROBA 144
Cendoxitrol
Deksametason 0,1 %, neomisin 3,5 mg polimiksin – B- sulfat 6000 UI/ml.
145
Gentamycin
Gentamisin sulfat 0,3 %
146
Kloramixin
Kloramfenikol 0,2%, polimiksin B sulfat 2,500 IU/ml.
Tetes mata
Pengobatan Tetes infeksi mikroba mata yang pekak terhadap kloramfenikol dan polimiksin pada mata.
Hipersensitif
tiap 4 jam 1-2 tetes pada mata yang sakit, dapat di tingkatkan 2 tetes tiap jam. Sehari 4-6 x12tetes.
iritasi lokal
infeksi karena jamur atau virus
reaksi alergi, gangguan daya penglihatan, eritropoesis, hipoplasia sum-sum tulang termasuk anemia aplastik
Hipersensitif
17.2.2 ANTIINFLAMASI
55
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
146
Insto
Tetrahidrozolin HCL 0,05%, benzalkonium chloride 0,01%.
147
Rohto
Tetrahidrozolin HCL 0,05%, magnesium Laspartat kalium-L – aspartat (1:1), asam borat, natrium borat, benzalkonium klorida, klorbutanol.
148
Visine
Tetrahidrozolin HCL 0,05%.
Mata lelah, mata merah, mata perih dan mata gatal karena iritasi debu, asap ,angin, banyak membaca, setelah berenang, menonton tv, lama mengemudi. Iritasi mata ringan, yang di sebabkan oleh debu, asap, terkena sengatan matahari, dingin, pemakaian lensa kontak, terlalu banyak membaca atau iritasi setelah berenang.
Tetes mata
2-3 tetes pada setiap mata, sehari 3-4x.
mata terasa pedih, panas seperti terbakar & hiperemia reaktif jika digunakan secara berlebihan
glaukoma. Jangan digunakan bersama lensa kontak & untuk pengobatan jangka lama
Tetes mata
Sehari 2-3x 1-2 tetes pada mata yang sakit.
mata terasa pedih, panas seperti terbakar & hiperemia reaktif jika digunakan secara berlebihan
Glaukoma
Meredahkan mata merah karena iritasi mata ringan.
Tetes mata
Sehari 2-3x 1-2 tetes.
rasa tersengat & panas pada mata & hiperemia reaktif
Glaukoma
17.2.3 MIDRIATIK
56
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
149
Cendo carpine
Pilokarpin HCl 1%, 2%, 4%
Anti glaukoma simplek kronis.
Tetes mata
Sehari 3-4x 2 tetes.
rasa terbakar, ngilu, gatal, penglihatan kabur, menurunkan ketajaman penglihatan, miopia, kongesti vaskular konjungtiva
kondisi konstriksi papilar yg tidak diinginkan seperti iritis akut,glaukoma blok papilar, menggunakan lensa kontak
Tetrahidrozolin HCl 0,5 mg/ml
Mata lelah,mata merah, mata perih dan gatal,iritasi debu,asap,angin,b anyak membaca setelah berenang.
tetes mata.
Sehari 3-4x 2tetes.
rasa tersengat & panas pd mata & hiperemia reaktif
Glaukoma
17.2.4. LAIN-LAIN 150
Vitrasin
18. PSIKOFARMAKA 18.1 ANTIANSIETAS DAN ANTIINSOMANIA Diazepam
Diazepam 2 mg, 5mg/tab,
Kejang otot.
Tablet
Dewasa 3x 2-5 mg sehari. Lansia 1-2 x 22.5 mg sehari
gangguan mental, mengantuk, amnesia, ketergantungan, penglihatan kabur, retensi urin, depresi pernafasan, hipotensi, ataksia, depresi pulmoral, tremor, vertigo, konstipasi, gangguan bicara
psikosis berat, glaukoma sudut sempit akut. Bayi prematur atau baru lahir, serangan asma akut, miastenia gravis, hamil trisemester 1
152
Renaquin
Lorazepam 1 mg.
Trankuilizer minor.
Tablet
Sehari 2-3x 1mg.
mengantuk, pusing, sedasi, letih, bingung, lelah & gangguan tidur. Perubahan nafsu makan, gangguan penglihatan, efek GI
gangguan depresi primer, terapi primer psikosis, hamil, anak < 12 tahun
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
57
151
153
Xanax
Alprazolam 0,25 mg, 0,5mg, 1 mg.
Gangguan kecemasan, gejala kecemasan.
Tablet
Kecemasan dosis awal: sehari 3x 0,25-0,50 mg, dosis biasa sehari 0,50-4 mg, di berikan dalam beberapa kali pemberian.
mengantuk, gangguan bicara & kordinasi, gangguan daya ingat, lelah, depresi
glaukoma sudut terbuka akut, pasien yg sensitif terhadap benzodiazepin
18.2 ANTIDEPRESI DAN ANTIMANIA 154
Kalxetin
Fluoksetin HCl setara dengan fluoksetin 10 mg; 20mg. 19. OBAT UNTUK MESTENIA GRAVIS
Depresi
Kap
Sehari 20 mg, maksimal sehari 80 mg.
ansietas, gelisah, insomnia, mengantuk, lelah, tremor, berkeringat, anoreksia, mual, diare, pusing
hipersensitif
155
Mestinon
Miastenia gravis
Tablet salut gula
Dewasa: Sehari 30-120 mg, anak 6-12 tahun sehari 60 mg.
mual, muntah, hipersalivasi, kram abdomen
hipersensitif thd bromida, obstruksi GI atau saluran kemih, asma bronkial
Piridostigmin Br 60 mg.
20. OBAT UNTUK SALURAN CERNA 20.1 ANTASIDA DAN ULKUS
58
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
156
Antasida doen
Al hidroksida gel kering yang setara dengan Al hidroksida 200mg, Mg hidroksida 200mg.
157
Cimetedine
Simetidin 200mg.
158
Dexanta
Al- hidroksida 200 mg, mghidroksida setara dengan mg-oksida 200mg, dimetilpolisiloksa n aktif 20mg/5ml atau tiap tab.
Obat sakit maag, untuk mengurangi nyeri lambung yang disebabkan oleh kelebihan asam lambung dengan gejala mual dan perih. Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari, tukak lambung, pencegahan perdarahan saluran cerna atas.
Tablet
Dewasa: Sehari 3-4x 1-2 tab, anak 6-12 tahun sehari 3-4 x ½ 1 tab.
gangguan GI
Disfungsi ginjal berat, hipersensitif.
Tablet
diare, ruam, pusing, lelah, ginekomastia. Jarang : alergi, mialgia, kelainan darah
Hipersensitif terhadap simetidin.
Tukak lambung dan perut kembung, dan nyeri ulu hati.
Suspensi
Untuk tukak usus 12 jari : 800mg/hari , sebelum pemeliharaan tukak usus 12 jari: 400mg, tukak lambung, 800 mg 1x Sehari 5-10ml susp, diantara makan dan akan tidur.
konstipasi, diare, obstruksi intestinal (dosis besar)
disfungsi ginjal
59
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
Magalat
Magaldrat 480 mg, simetikon 20mg/tab, magaldrat 540 mg, simetikon 20mg/ml. Aluminium, magnesium hidroksida gel kering 461 mg, simetikon 20 mg, tiap tab kunyah atau 5 ml suspensi. Al- hidroksida gel kering 200 mg, mg- hidroksida 200 mg,simetikon 20 mg/ml atau tab.
160
Magasida
161
Mylanta
162
Omeprazol
Omeprazol 20 mg.
163
Promag
Hidrotalsit 200 mg, Mg- hidroksida 15 mg, simetikon.
Gangguan lambung karena hiperasiditas dengan atau tanpa rasa kembung.
Tablet/ Suspensi
1-2 tab atau 1-2 sdt sehari 3-4x.
gangguan fungsi usus, hipofasfatemia, konstipasi, diare (jarang)
insufisiensi ginjal.
Tukak lambung dan usus 12 jari, perut kembung karna gas di dalam perut.
Tablet/ Suspensi
1-2 tab , 1-2 sendok 5 ml suspensi
gangguan GI
Disfungsi ginjal berat, hipersensitif.
Mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung. nyeri lambung, nyeri ulu hati. Pengobatan jangka panjang tukak husus, dan tukak lambung.
Tablet/ Suspensi
Dewasa: 1-2 sdt atau 1-2 tab, sehari 3-4x. Anak 6-12 tahun, ½ -1 sdt atau ½ -1 tab, sehari 3-4x Dewasa: Sehari 1x 20-40 mg.
gangguan GI seperti sembelit, diare, mual, muntah
Gangguan fungsi ginjal berat.
Kelebihan asam lambung, perut kembung, perut sakit dan kolik,
Tablet
Kapsul
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
mual, muntah, sakit kepala, diare, konstipasi, nyeri perut, ruam kulit
Hipersensitif
diare, konstipasi
Hipersensitif
60
159
164
Ranitidine
Ranitidine 150 mg/ tab, 25mg/ml inj.
Tukak lambung.
Tablet
Dewasa: Oral: sehari 2x1 tab.menjelang tidur malam hari selama 4-8 minggu.
sakit kepala, pusing, mual, konstipasi, nyeri abdomen, ruam kulit
depresi susunan saraf pusat seperti mengantuk, lesu, pusing dan gangguan koordinasi. Sakit kepala, gangguan psikomotor, efek antimuskarinik, seperti mulut kering, pandangan kabur, retensi urin, konstipasi. gangguan saluran cerna seperti mual muntah jarang : kram ringan pd perut, peningkatan kadar prolaktin serum
Hipersensitif
20.2 ANTIEMETIK 165
Antimo
Dimenhidrinat 50 Mabuk perjalanan mg, dimenhidrinat 12,5 mg/sachet.
Tablet larutan
Dewasa 1 tab 8-12 tahun ½ tab 5-8 tahun ¼ tab.
166
Domperidone
Domperidon 10 mg.
Mual dan Muntah
Tablet
Sehari 3x1 tab.
167
Vometa
Domperidon 10 mg/ tab, 5 mg/5 ml sirup, 5mg/ml drops.
Mual,muntah, sindrom yang sering pengosongan lambung yang terlambat.
Tablet
Dewasa dan lansia 3x 10-20 mg 0,2-0,4 mg/kgBB tiap 48 jam
jarang : kram ringan pd perut
pendarahan, obstruksi mekanik atau perforasi GI, prolaktinoma jika terjadi stimulasi thd motilitas lambung dianggap membahayakan
20.3 ANTIPASMODIK
61
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
168
Librax
Klordiazepoksid 5 mg, klidinum bromida 2,5 mg, 279 mg karbohidrat.
Teraapi tambahan paska pengobatan tukak petik dan sindrom perut.
Tablet
Lazim oral : sehari 1-4x1 atau 2 tab.
mulut kering, konstipasi, agranulositosis, reaksi alergi, mengantuk
glaukoma
konstipasi
lesi stenosis pd GI. Demam tinggi
20.4 OBAT UNTUK DIARE Biodiar
Attapulgit 630 mg.
Antidiare.
Tablet
Dewasa: Maksimum sehari 6 tab.
170
Diapet
Mengobatkan mencret dan memadatkan kembali feses yang cair, mengatasi rasa mulas.
Kaplet
Dewasa dan anak sehari 23x2 kap, untuk penyembuhan diare akut 2x2 kap.
171
Nifural
Ekstrak psidii folium 23,5 %, ekstrak curcuma domesticae rhizome 12,5%, ekstrak coix lacrima jobi semen 18%, ektrak phellodendri radix 23 %, ekstrak coptidis rhizome 23%. Nifuroksazid 250mg/5ml sirup.
Diare akut pada dewasa, diare yang di sebabkan oleh E.coli.
sirup
Sehari 3-4x 1-2 sdt, anak lebih dari 6 bulan sehari 3x1 sdt, kurang dari 6 bulan sehari 2x1 sdt.
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
anak < 5 tahun
neurotoksisitas berat. Nyeri abdomen, diare, pigmentasi hijau pd lidah, urin & feses. Kerusakan serebral
kerusakan fungsi ginjal & hati. Hipertiroid, intoleransi iodium
62
169
20.5 LAKSATIF 172
Dulcolax
Bisakodil 10mg/supositoria, 5 mg/supositoria, anak 5 mg.
Sembelit, menghilangkan rasa nyeri pada buang air besar, sebelum dan setelah operasi.
Tablet
Dewasa: Sehari 1x1 atau 1x2 supositoria, jika perlu. Anak 1x1
kram & nyeri abdomen. Diare, reaksi alergi
obstruksi intestinal, kondisi pd abdomen yang memerlukan tindakan operasi termasuk apendisitis, penyakit inflamasi akut pada usus besar & dehidrasi berat
Laktoferin 100mg, laktulosa 100 mg, bifidobacteria 100 milion cell.
Mengatur sistem imun, memperbaiki flora usus.
Tablet
Maksimal Sehari 6 tab.
kembung, mual, muntah, diare, kehilangan cairan, mulut kering
galaktosemia, diet rendah galaktosa, obstruksi usus
20.6 LAIN-LAIN 173
Laktobion
21 OBAT UNTUK SALURAN NAFAS 21.1 ANTIASMA 174
Asmadex
Teofilin anhidrat 130 mg, efedrin HCl 10 mg.
Asma bronkial, asma bronkitis, kejang bronkus, alergi.
Tablet
Dewasa: Sehari 3x1-2 tab, anak sehari 2-3x ½ -1 tab.
mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan dan pendarahan GI, insomnia, palpitasi, ansietas, sakit kepala
hipertiroid, hipertensi, penyakit koroner
175
Ephedrine HCl
Efedrin HCl
Asam, bronchitis, emfisema.
Tablet
Dewasa: sehari 1 - 3 tablet
mual, muntah, sakit kepala, diare, insomnia
hipertiroid, hipertensi, gangguan jantung, glaukoma
63
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
176
Lasal
Salbutamol sulfat 2 mg. 4 mg,/kap, 2mg/5 ml sirup,
Asma bronkial, dan penyakit paru lain.
Kapsul/si rup
sehari 3-4x, Dewasa 2-4 minggu, anak 612 tahun, 0,10,2mb/ kg BB/hari.
tremor, palpitasi
hipertensi, insufisiensi miokardial, diabetes & gangguan KV, hipersensitifitas thd salbutamol sulfat
177
Neo napacin
Teofilin 130 mg, efedrin 25 mg.
Asma, sesak napas.
Tablet
-
mual, muntah, sakit kepala, diare, insomnia
178
Salbutamol
Salbutamol sulfat setara salbutamol 2mg dan 4 mg per tab dan 2mg/5ml sirup.
Kejang bronkus, pada asma bronkial, bronkitis kronis dan emfisema.
Tablet/ sirup
>12 tahun 2-4 mg, sehari 3-4x atau 1-2 sendok (5-10ml). anak 2-6 tahun, 1-2 mg sehari 3-4x atau ½ -1 sdt.612 tahun, sehari 3-4x 1 sdt sirup.
tremor, palpitasi
hipertiroid, hipertensi, gangguan jantung, glaukoma hipertensi, insufisiensi miokardial, diabetes & gangguan KV, hipersensitifitas thd salbutamol sulfat
Difenhidramin HCl 5 mg, dekstrometorfan HBr 7,5 mg/5ml.
Meringankan batuk dan pilek.
sirup
Tiap 4-6 jam. Dewasa 10ml, 4-12 tahun, 510ml, 2-4 tahun, 2,5ml.
21.2 ANTITUSIF 179
Benadryl DMP
64
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
180
Decadryl DHB
Diphenhidramin HCl 13,5mg, ammonium klorida 131,5 mg, HBr 10 mg/5ml.
Batuk, pilek,asma,sesak nafas gangguan perut, alergi.
sirup
Tiap 2-3 jam 1-2 sdtk, anak 3 jam1/2 -1 sdtk.
181
Dextromethorp han
Dekstrometorfan HBr 15 mg/tab dan 10 mg/5 ml sirup.
Meringankan Tablet/ batuk tidak sirup berdahak, atau menimbulkan rasa sakit.
Dewasa dan anak >12 tahun, sehari 3x 1 tab, anak 6-12 tahun 3x ½ -1 sendok teh sehari.
mengantuk, mual, pusing, konstipasi
182
Ikadryl DMP
Difenhidramin HCl 10 mg, dekstrometorphan HBr 15 mg, guaifenesin 100mg, fenilefrin HCl 15 mg.
Mengobati batuk dan filek di sebabkan oleh alergi.
sirup
Dewasa Sehari 3x1 tab, anak 612 tahun, sehari 3x ½ sdtk setiap 6 jam.
gangguan GI, anoreksia atau peningkatan nafsu makan, penglihatan kabur, gangguan kencing,
183
Komix
Dekstrometorfan HBr 15 mg, klorfeniramin maleat 2 mg, ammonium klorida 100mg.
Antitusip dan ekspektoran pada batuk produktif maupun non produktif.
Sirup
Sehari 3-4x 1-2 sachet, anak sehari 3-4x ½ -1 sachet.
mengantuk, mual, pusing, konstipasi
neonatus atau bayi prematur, serangan asma akut
65
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
184
Konidin
klorfeniramin maleat 2 mg, Dekstrometorfan HBr 15 mg , gliserin guaiakolat 100mg.
Batuk kering, batuk pilek, batuk sesak dan meringankan batuk.
Tablet/ sirup
Dewasa dan anak, di atas 12 tahun, sehari 3x1-2 tab, Dewasa sehari 3x 5ml sirup.
185
Sanadryl DMP
Meringankan gejalah batuk, tidak berdahak atau batuk karena alergi.
Sirup
Dewasa sehari 3-4x sdt sirup, anak 6-12 tahun sehari 3-4x 1sdt sirup.
mengantuk, pusing, gangguan kordinasi,sekresi saluran nafas mengental, mulut kering
hamil & laktasi, glaukoma, asma bronkial, gagal nafas,
186
Wood antitusif
Dekstrometorfan HBr 15 mg, difenhidramin HCL 12,5 mg, fenilefrin HCL 5 MG, ammonium klorida 100mg, na-nitrat 50 mg, menthol 1 mg/5 ml. Dekstrometorfan HBr 7,5 mg,/5ml. difenhidramin HCl 12,5mg.
Batuk non produktif yang berhubungan dengan alergi.
Sirup
Dewasa: sehari 3 x 1 sendok makan (15 ml)
muntah, pusing, mengantuk, konstipasi
hamil & laktasi, glaukoma, asma bronkial, gagal nafas
187
Yekadryl extra
Meredakan batuk di sertai alergi.
Sirup
Dewasa dan anak > 12 tahun 1-2 sdtk setiap 6 jam, anak 6-12 tahun, ½ -1 sdt setiap 6 jam.
muntah, pusing, mengantuk, konstipasi
hamil & laktasi, glaukoma, asma bronkial, gagal nafas,
difenhidramin HCl 12,5 mg, Dekstrometorfan HBr 15 mg. ammonium klorida 125mg/5ml.
66
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013
21.3 MUKOLITIK DAN EKSPEKTORAN 188
Bisolvon
Bromheksin HCL 4 mg/5 ml.eliksir 2mg/5ml, inj 8mg.
Paru meradang kronik, merangsang pembentukan dahak.
Tablet, sirup
Eliksir Dewasa sei 3x10ml, anak sehari 3x 5ml, bayi dan anak kecil sehari 3x 2,5 ml.
diare, mual, muntah, gangguan GI ringan lain, reaksi alergi termasuk ruam kulit, urtikaria, bronkospasme, anafilaksis
67
Laporan praktek..., Yessica Lisyana, FF UI, 2013