UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK EFISIENSI BIAYA PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG BERKONSEP GREEN BUILDING (STUDI KASUS : PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI)
SKRIPSI
SRI PUJI LESTARI 0706163501
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK JULI 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
NO. SKRIPSI: /021/FT.01/SKRIP/07/20011
UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK EFISIENSI BIAYA PADA PROYEK BANGUNAN GEDUNG BERKONSEP GREEN BUILDING (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI)
SKRIPSI diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
SRI PUJI LESTARI 0706163501
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DEPOK JULI 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber, baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
:
Sri Puji Lestari
NPM
:
0706163501
Tanda tangan
:
Tanggal
:
3 Juli 2011
ii Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama : NPM : Program Studi : Judul Skripsi :
: Sri Puji Lestari 0706163501 Teknik Sipil Penerapan Value Engineering Untuk Efisiensi Biaya Pada Proyek Bangunan Gedung Berkonsep Green Building (studi kasus: Proyek Pembangunan Gedung Menteri)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi dalam mencapai GelarSarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI :
Pembimbing
:
M. Ali Berawi, M.Eng.Sc, Ph.D
(
)
Penguji
:
Ir Bambang Setiadi
(
)
Penguji
:
Ir. Setyo Supriyadi, M.Si
(
)
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 24 Juni 2011
iii Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
VALIDATION SHEET This thesis has been submitted by: Name : Sri Puji Lestari Student Number : 0706163501 Study Program : Civil Engineering Title : Application of Value Engineering for Cost Efficiency on Green Building Construction Project (case study : Building of Ministry Construction Project)
It has been successfully defended before the Council of Examiners and was accepted as part of the requirements necessary to obtain a Bachelor of Engineering degree in Civil Engineering Program, Faculty of Engineering, University of Indonesia.
BOARD OF EXAMINERS Adviser
: M. Ali Berawi, M. Eng.Sc, Ph.D
(
)
Examiner : Ir. Bambang Setiadi
(
)
Examiner : Ir. Setyo Supriyadi, M.Si
(
)
Defined in : Depok Date
: June 24, 2011
iv Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Bapak M. Ali Berawi,M.Eng.Sc, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini. (2) Ir Bambang Setiadi dan Ir. Setyo Supriyadi, M.Si selaku dosen penguji. (3) Bapak dan Ibu Dosen Teknik Sipil Universitas Indonesia atas berbagai arahan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. (4) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; dan (5) sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 3 Juli 2011
Penulis
v Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NPM Program Stu Departemen Fakultas Jenis karya demi kepentingan
: Sri Puji Lestari : 0706163501 : Teknik Sipil : Teknik Sipil : Teknik : Skripsi ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneklusif (Non-exclusif RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Penerapan Value Engineering Untuk Efisiensi Biaya Pada Proyek Bangunan Gedung Berkonsep Green Building (studi kasus: Proyek Pembangunan Gedung Menteri) beserta perangkat yang ada (jika siperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 03 Juli 2011 Yang menyatakan
(Sri Puji Lestari)
vi Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: : :
Sri Puji Lestari Teknik Sipil Penerapan Value Engineering Untuk Efisiensi Biaya Pada Proyek Bangunan Gedung Berkonsep Green Building (studi kasus: Proyek Pembangunan Gedung Menteri)
Green building adalah konsep bangunan ramah lingkungan yang merupakan salah satu bentuk respon dunia mengenai kondisi lingkungan saat ini. Meskipun demikian, masih banyak anggapan bahwa konsep bangunan ramah lingkungan ini mahal sehingga masih sedikit owner yang menerapkan konsep ini pada bangunan mereka. Pada penelitian ini dilakukan studi value engineering (VE) untuk mendapatkan biaya yang optimal pada bangun green building. VE pada penelitian ini dilakukan pada system pengkondisian udara dengan fokus penelitian adalah pada pemilihan refrigerant ramah lingkungan untuk menggantikan refrigerant r134a yang tidak ramah lingkungan karena dapat menyebabkan pemanasan global. Hasil dari penelitian adalah sistem pengkondisian udara yang lebih ramah lingkungan dan efisien terhadap biaya.
Kata kunci: green building, value engineering, refrigerant
vii Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
ABSTRACT
Name Study Programe Title
: : :
Sri Puji Lestari Teknik Sipil Application of Value Engineering For Cost Efficiency on Green Building Concept Project (case study: Ministry Building Construction Project)
Green building is the concept of environmentally friendly building, which is one form of response the world about the current enviromental conditions. Nevertheless, there are many assuming that enviromentally friendly building concept is still expensive so only many owners who apply this concept in their building. In this study, Value Engineering (VE) was used to obtain the optimal cost for green building. VE in this study was conducted on air conditioning system. Focus in this reasearch is the selection of environmentally friendly rerigerants to replace refrigerant R134a which less sustainable for enviroment because it can cause global warming. The result are air conditioning system that enviromentally friendly and efficient of cost. Keyword : Value Engineering, Green Building, Refrigerant
viii Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................. v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................... iv ABSTRAK ................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB 1
PENDAHULUAN ...................................................................... 1 1.1
Latar Belakang Masalah .................................................. 1
1.2
Perumusan Permasalahan ................................................ 4 1.2.1 Deskripsi Permasalahan ....................................... 4 1.2.2 Signifikansi Masalah ............................................ 5 1.2.3 Rumusan Masalah ................................................ 5
BAB 2
1.3
Tujuan Penelitian ............................................................ 5
1.4
Batasan Penelitian ........................................................... 6
1.5
Manfaat Dan Konstribusi................................................. 6
1.6
Keaslian Penelitian .......................................................... 6
1.7
Kesimpulan ..................................................................... 11
LANDASAN TEORI MENGENAI BIAYA BANGUNAN GREEN BUILDING MENGGUNAKAN VALUE ENGINEERING ....................................................................... 12 2.1 Isu Lingkungan Hidup .......................................................... 12 2.2
Peran Perkembangan Konstruksi Dalam Isu Lingkungan (Bangunan Dan Dampaknya Bagi Lingkungan) .............................................................. 14 ix Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
2.3
Green Building Konsep Gedung Berwawasan Lingkungan .................................................. 16 2.3.1 Sejarah Green Building ............................................ 17 2.3.2 Definisi Green Building ............................................ 18 2.3.3 Prinsip Green Building ............................................. 20 2.3.4 LEED ....................................................................... 22 2.3.5 Greenship Rating Tools............................................. 23 2.3.6 Perkembangan Green Building Di Indonesia ............. 24
2.4
Value Engineering ............................................................. 25 2.4.1 Sejarah Dan Filosofi VE ........................................... 25 2.4.2 Definisi Dan Konsep Nilai (Value) ........................... 26 2.4.3 Definisi VE .............................................................. 29 2.4.4 Alasan – Alasan Untuk Unnecessary Cost................. 32 2.4.5 Elemen – Elemen Penting Dalam VE........................ 34 2.4.6 Metodelogi Value Engineering .................................. 35 2.4.6.1 Metodologi Baku Value Engineering ............ 35 2.4.7 Perkembangan Value Engineering Di Indonesia ....... 48
2.5
Value Engineering Pada Bangunan Berkonsep Green Building ................................................................... 49
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN............................................... 51 3.1 Pendahuluan........................................................................ 51 3.2 Rumusan Masalah Dan Strategis Pemilihan Metode ............................................................................... 51 3.2.1 Rumusan Masalah Dan Hipotesis .............................. 51 3.2.2 Strategi Pemilihan Metode ....................................... 52 3.3. Lokasi Penelitian................................................................. 53 3.4 Pengumpulan Data .............................................................. 53 3.5 Analisis .............................................................................. 56 3.5.1 Tahap Informasi ......................................................... 56 3.5.2 Tahap Analisis Fungsi ................................................ 57 3.5.3 Tahap Kreasi .............................................................. 58 x Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
3.5.4 Tahap Evaluasi ........................................................... 59 3.5.5 Tahap Pengembangan ................................................. 62 3.5.6 Tahap Presentasi......................................................... 63 3.6 Alur Penelitian .................................................................... 64 3.7 Kesimpulan ......................................................................... 65
BAB 4
ANALISIS DATA 4.1
Tahap Informasi ................................................................ 66 4.1.1 Mengumpulkan Informasi......................................... 66 4.1.2 Gambaran Umum Proyek ......................................... 66 4.1.3 Biaya Keseluruhan Proyek ........................................ 70 4.1.4 Pengujian Hukum Pareto .......................................... 70 4.1.5 Pemilihan Pekerjaan ................................................. 74
4.2
Tahap Analisis Fungsi ....................................................... 75 4.2.1 Analisis Fungsi ......................................................... 75 4.2.2 FAST Diagraming .................................................. 77
4.3
Tahap Kreasi ..................................................................... 79
4.4.
Tahap Evaluasi ................................................................ 80 4.4.1 Analisa Keuntungan dan Kerugian............................ 80 4.4.2 Analisis Paired Comparison dan Decision................. 83 4.4.3 MatrixAnalisis Life Cycle Cost (LCC)...................... 90
4.5
BAB 5
Tahap Pengembangan ........................................................ 94
KESIMPULAN 5.1
Kesimpulan ....................................................................... 99
5.2
Saran ................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 101
xi Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Strategi pemilihan metode ...................................................... 52
Tabel 3.2
Contoh Pembagian Poin ......................................................... 60
Tabel 3.3
Point Sharing Matrix .............................................................. 61
Tabel 3.4
Contoh Tabel Untuk Analisis Decision Matrix ....................... 62
Tabel 4.1
Rekapitulasi Biaya ................................................................. 76
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Pareto Keseluruhan Biaya Proyek ................. 71
Tabel 4.3
Hasil Pareto Pekerjaan Arsitektur Gedung Menteri................. 72
Tabel 4.4
Pareto Pekerjaan M/E Gedung Menteri................................... 73
Tabel 4.5
Tabel Identifikasi Fungsi Dasar Pekerjaan MVAC ................. 75
Tabel 4.6
Fungsi Pendukung .................................................................. 76
Tabel 4.7
Analisis Keuntungan dan Kerugian Refrigerant Hidrokarbon ........................................................................... 81
Tabel 4.8
Analisis Keuntungan dan Kerugian Refrigerant Amonia ........ 82
Tabel 4.9
Analisis Keuntungan dan KerugianRefrigerant Air ................. 82
Tabel 4.10
Alokasi Poin Hasil Wawancara .............................................. 84
Tabel 4.11
Remaining Poin...................................................................... 84
Tabel 4.12
Pembagian Nilai (Allocation Points) ...................................... 85
Tabel 4.13
Point Sharing Matrix .............................................................. 86
Tabel 4.14
Hasil Perhitungan Point Sharing ............................................. 87
Tabel 4.15
Bobot Nilai Rata-Rata ............................................................ 88
Tabel 4.16
Rangking Parameter Untuk Masing-Masing Alternatif ........... 89
Tabel 4.17
Tabel Matrix Keputusan (Decision matrix) ............................. 89
Tabel 4.18.
Life Cycle Cost (LCC) Pengkondisian Udara dengan Refrigerant R134a .................................................................. 91
Tabel 4.19.
Life Cycle Cost (LCC) Pengkondisian Udara Refrigerant Hidrokarbon ........................................................ 92
Tabel 4.20.
Life Cycle Cost (LCC) Pengkondisian Udara Refrigerant Air ......................................................................................... 93
Tabel 4.21.
Life Cycle Cost sistem pengkondisian udara dengan Refrigeran HFC R134a dan Refrigerant Hidrokarbon ............. 97 xii Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 :Tingkat distribusi CO2 per kapita di dunia .............................. 13 Gambar 2.2. Digram Impor Energi dari Tahun 1993 – 2004 ........................ 13 Gambar 2.3. Diagram Konsumsi Energi oleh Bangunan .............................. 15 Gambar 2.4. Diagram Konsumsi Air oleh Bangunan ................................... 15 Gambar 2.5. Diagram Konsumsi Kayu oleh Bangunan ................................ 16 Gambar 2.6. Diagram Flow Proses Studi nilai ............................................ 35 Gambar 3.1 Alur Penelitian ......................................................................... 64 Gambar 4.1. Grafik Pareto Keseluruhan Biaya Proyek ................................. 71 Gambar 4.2. Diagram Biaya Tiap-Tiap Pekerjaan ........................................ 72 Gambar 4.3 Grafik Hasil Pareto Pekerjaan Arsitektur Gedung Menteri ........ 73 Gambar 4.4 Grafik Hasil Pareto Pekerjaan M/E Gedung Menteri................. 74 Gambar 4.5 FAST Diagram Untuk sistem Pengkondisian Udara ................. 77
xiii Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Hasil Wawancara
Lampiran 2
Analisa Biaya
Lampiran 3
Rencana Anggaran Biaya Proyek
Lampiran 4
Hasil Wawancara untuk Validasi Hasil
Lampiran 5
Form Revisi
xiv Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG MASALAH Green building atau yang dikenal sebagai sustainable building merupakan
bangunan yang dikenal ramah terhadap lingkungan dan efisien terhadap sumber daya. Dimana efisiensi ini melalui siklus hidup bangunan (building’s life cycle) mulai dari desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan pembongkaran (Fincher,2010). Penerapan Konsep Green building pada sebuah bangunan bertujuan untuk mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan. Hal ini disebabkan bangunan tersebut menggunakan lahan, mengkonsumsi energi dan air, serta merubah udara dan atmosfer dalam jumlah yang besar. Selain itu, menurut press release yang dikeluarkan oleh GBCI (Green Building Counsil Indonesia) pada tanggal 30 September 2010, bangunan gedung, baik dalam proses pembangunan dan pengoperasiannya menimbulkan dampak terhadap lingkungan alami. Dampak dari bangunan gedung rata-rata mengeluarkan 30% emisi CO2 (penyebab utama perubahan iklim), 17% air bersih, 25% kayu, 40-50% bahan mentah lainnya dan 20-40% penggunaan energi (Juan, Gao, Wang, 2010). Adopsi green building meningkatkan secara global karena kebutuhan untuk mengurangi konsumsi sumber daya dan kontaminasi selama umur bangunan (Korkmaz, Riley, Horman, 2010). Konsep green building seharusnya diintegrasikan dengan proyek sejak awal sehingga diperoleh hasil yang maksimal dengan biaya yang seefisien mungkin. Green building dapat diterapkan pada bangunan baru maupun renovasi bangunan lama. Konsep green building ini merupakan bagian dari respon global untuk meningkatnya kesadaran manusia atas peran aktivitasnya dalam menyebabkan perubahan iklim global. ‘Bangunan hijau’ ini mempromosikan bahwa perbaikan perilaku (dan teknologi) terhadap bangunan dapat banyak berperan dalam mengatasi pemanasan global. Bangunan menyumbang lebih dari 40% dari seluruh emisi karbon, yang merupakan salah satu penyebab terjadinya pemanasan global (Yudelson, 2007). 1 Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
2
Saat ini negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, Kanada, dan Jepang memiliki konstribusi yang sangat besar dalam emisi gas rumah kaca. Situasi tersebut akan berubah secara drastis dalam waktu dekat. Pertumbuhan penduduk di China, India, sebagian Asia, Brazil, dan Rusia menyebabkan pertumbuhan emisi CO2 bertambah dengan cepat. Hal inilah yang membuatnya sangat penting bahwa seluruh dunia berpartisipasi dalam mengurangi “carbon footprint” (dampak terhadap lingkungan yang berhubungan dengan jumlah produksi gas rumah kaca, ukuran dalam unit karbon dioksida) peradaban kota lebih dari 30 tahun ke depan (Yudelson, 2007). Jika kita tidak fokus pada green building, maka kita tidak akan memiliki kesempatan untuk mencegah terjadinya perubahan iklim global. Konsep green building didorong menjadi trend dunia bagi pengembang properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan menjadi keharusan di dunia properti saat ini. Hal ini dikarenakan bangunan ramah lingkungan mempunyai konstribusi menahan laju pemasanan global dengan membenahi iklim mikro (Feriadi, 2008). Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air dan energi serta penggunaan sumberdaya terbarukan. Bangunan “hijau” dengan kinerja bagus (high performance green building) mempunyai kinerja lingkungan, ekonomi dan energi yang lebih baik dari pada bangunan standar (Komrkmaz, Messner, Riley, Magent, 2010). Di Amerika Serikat terdapat banyak perusahaan penyuplai energi listrik dengan berbagai pilihan bahan bakar, termasuk bahan bakar terbarukan. Pengembang yang memilih energi listrik dari sumber terbarukan akan memperoleh poin terbesar dalam konsep green building (Yudelson, 2007). Di banyak negara penerapan konsep green building terbukti menambah nilai jual. Implementasi konsep green building (yang menghemat energi, air, lahan, material serta menjaga kesehatan udara dalam ruangan dan mengelola lingkungan secara bijak) diyakini dapat memberikan konstribusi yang nyata pada fisik dan lingkungan perkotaan. Kecuali dampak positif pada fisik dan lingkungan perkotaan, penerapan konsep bangunan hijau juga membumikan prinsip hemat untuk diterapkan oleh pemilik, penghuni dan pengguna bangunan.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
3
Konsep green building juga mulai diterapkan di Indonesia. Namun demikian, di Indonesia masih membutuhkan edukasi panjang mengenai konsep ini. Di Indonesia bahkan muncul anggapan bahwa proyek bangunan ramah lingkungan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis (Bangunan, 2008). Untuk menanggapi hal ini maka suatu proyek bangunan ramah lingkungan harus direncanakan dengan efisien dan optimal. Dalam manajemen konstruksi (MK) terdapat suatu disiplin ilmu teknik sipil yang dapat digunakan untuk mengefisienkan dan mengefektifkan biaya. Ilmu tersebut dikenal dengan nama value engineering/ rekayasa nilai. Value engineering pertama kali muncul pada saat Perang Dunia tahun 1939-1945 (Elias, 1998). Pada masa ini, terjadi peningkatan kebutuhan yang tidak diimbangi dengan persediaan sumber daya yang cukup, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia (Elias, 1998). Di Indonesia, value engineering merupakan ilmu baru dalam dunia MK, karena masuk mulai tahun 1980-an. Ilmu ini baru digunakan di Indonesia pada tahun 1990-an dan baru digunakan pada proyek-proyek tertentu saja (Ustoyo, 2007). Value Engineering (VE) merupakan sebuah kreatif, pendekatan yang terorganisir yang sasarannya adalah untuk mengoptimalkan biaya dan/atau kinerja dari sebuah fasilitas atau sistem (Dell’Isola, 1974). Pendekatan yang digunakan diarahkan ke analisis fungsi. Apabila tidak mempunyai sifat-sifat menguntungkan untuk keperluan tersebut, biaya tersebut dikeluarkan tanpa mengurangi mutu dan tetap
menjaga
lindungan
lingkungan
serta
mengutamakan
keselamatan
(Dell’Isola, 1974). VE digunakan untuk mencari suatu alternatif-alternatif atau ide-ide yang bertujuan untuk menghasilkan biaya yang lebih baik/lebih rendah dari harga yang telah direncanakan sebelumnya dengan batasan fungsional dan mutu pekerjaan (Dell’Isola, 1974). Selain itu, VE juga dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja, kualitas, dan life cycle cost. Dalam perencanaan VE biasanya melibatkan pemilik proyek, perencana, para ahli yang berpengalaman dibidangnya masing-masing, dan konsultan VE (LEED Green Associate Study Guide, 2011). LEED Green Associate Study Guide (2011), VE dan Life-Cycle Cost AnalysIs dapat mendukung perkembangan berkelanjutan yang seharusnya
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
4
digunakan selama perencanaan konseptual, desain, dan konstruksi untuk mengevaluasi pilihan-pilihan yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan. Meskipun demikian melakukan VE dan menggunakan Life-Cycle Cost Analysis selama perencanaan konseptual bukanlah yang biasa dilakukan. Bagaimanapun, selama fase awal dari sebuah proyek, keputusan memiliki dampak yang sangat besar pada biaya dan keberlanjutan dari sebuah fasilitas yang dibuat, meliputi keputusan yang mempengaruhi operasi, perawatan, dan pembuangan. Penerapan VE ini akan memiliki potensi yang sangat besar dalam perkembangan berkelanjutan dan penghematan biaya proyek. Analisis VE dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara bangunan konvensional dengan bangunan green building. Setelah melakukan analisis diharapkan dapat mengetahui bahwa penerapan VE pada bangunan green building akan memberikan evalusi yang tepat mengenai pilihan-pilihan berkaitan dengan green building.
1.2
PERUMUSAN PERMASALAHAN Perumusahan masalah merupakan inti dari suatu penelitian. Dari uraian latar
belakang maka dihasilkan rumusan masalah yang akan diketahui penyelesaiannya pada penelitian ini.
1.2.1 Deskripsi Permasalahan Menurut Lacouture, Sefair, Florez, Medaglia, (2009), bangunan memiliki dampak yang terus meningkat dan signifikan terhadap lingkungan. Dalam skala global, bangunan berkonstribusi terhadap masalah lingkungan melalui penipisan sumberdaya, konsumsi energi dan air, dan menciptakan sampah. Selain itu, operasional dari bangunan juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan misalnya konstribusi terhadap pemanasan global dan penipisan lapisan ozon. Oleh karena itu hendaknya manusia mulai mempertimbangkan untuk membuat bangunan yang ramah lingkungan atau yang juga dikenal dengan Green Building. Green building muncul sebagai filosofi baru yang mendorong penggunaan material ramah lingkungan, implementasi teknik untuk menghemat sumberdaya dan mengurangi sampah dan meningkatkan kualitas lingkungan indoor. Namun
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
5
demikian, masih banyak orang yang menganggap bangunan ramah lingkungan lebih mahal jika dibandingan dengan bangunan konvensional. Berdasarkan deskripsi masalah ini, akan dilakukan identifikasi mengenai komponen-komponen biaya proyek yang dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode VE.
1.2.2 Signifikansi Masalah Bangunan memiliki dampak negatif yang sangat besar terhadap lingkungan misalnya penipisan ozon, pemanasan global, menghasilkan sampah, penipisan air, konsumsi energi dan lain-lain. Untuk merespon kondisi ini, muncullah konsep green building. Tetapi banyak pihak yang menganggap bahwa bangunan berkonsep green building lebih mahal jika dibandingkan dengan bangunan konvensional menyebabkan banyaknya owner yang masih enggan menerapkan konsep ini pada bangunan mereka. Oleh karena itu, akan dilakukan studi VE untuk mengetahui komponen biaya apa yang dapat dioptimalkan dari komponen biaya green building sehingga diperoleh bangunan yang lebih ramah lingkungan dengan biaya yang optimal.
1.2.3 Rumusan Masalah Maka rumusan masalah yang harus dijawab pada penelitian ini adalah 1. Apa
saja
komponen-komponen
biaya
pada
berpontensi
dihemat/
diefisiensikan dengan menggunakan metode value engineering pada proyek berkonsep green building sehingga diperoleh biaya yang paling efisien. 2. Sejauh mana efisiensi ini bisa diterapkan pada proyek gedung berkonsep green building.
1.3
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui komponen-komponen yang berpotensi dihemat/ diefisiensikan dengan menggunakan metode value engineering pada proyek bangunan yang menerapkan konsep green building sehingga diperoleh biaya yang paling efisien.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
6
2.
Mengetahui sejauh mana efisiensi ini bisa diterapkan pada proyek gedung berkonsep green building.
1.4
BATASAN PENELITIAN Mengingat luasnya cakupan VE dan untuk tujuan penelitian ini, maka
masalah yang ditinjau dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat bangunan menjadi lebih ramah lingkungan dengan biaya yang seefisien mungkin. Dimana peninjauan biaya dilakukan menggunaka Life Cycle Cost (LCC). Peninjauan pada bangunan green building ini dilakukan karena masih jarang ditemui bangunan berkonsep green building. Padahal jika dilihat kondisi lingkungan saat, penerapan konsep green building akan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan akibat pembangunan gedung.
1.5
MANFAAT DAN KONSTRIBUSI Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan konstribusi, antara lain: 1. Membantu
mengidentifikasi
komponen-komponen
biaya
yang
dapat
dioptimalkan pada proyek gedung berkonsep green building yang diketahui lebih ramah terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil terjadinya pencemaran. 2. Memberikan
masukan
pada
perusahaan
konstruksi
untuk
dapat
mengendalikan biaya pada pelaksanaan proyek yang ramah lingkungan sehingga termotifasi untuk lebih mengenalkan bangunan yang ramah lingkungan kepada owner.
1.6
KEASLIAN PENELITIAN Penelitian serupa mengenai value engineering telah dilakukan sebelumnya
oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain: 1. Togar P.T Sagala, dalam skripsinya untuk mencapai gelar Sarjana S-1 Taknik Sipil pada Universitas Indonesia tahun 1999, dengan judul “Tinjauan Penerapan Metoda Value Engineering Pada Pemilihan Jenis
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
7
Pondasi “. Penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk menggunakan metode VE dalam menentukan jenis pondasi dengan menggunakan tabel perbandingan alternatif yang telah diberi bobot berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan meletakkan alternatif pilihan sesuai dengan urutan rangking. 2. Zakki Waston Nusantara, dalam skripsinya untuk mencapai gelar sarjana S-1 Teknik Sipil Universitas Indonesia tahun 2000, dengan judul “ Optimasi Biaya Struktur Pelat Lantai Dengan Metode Value Engineering (Studi Kasus: Proyek Asrama Mahasiswa)”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa optimasi biaya berdasarkan studi kasus pada proyek Asrama Mahasiswa UI adalah dengan menggunakan metode value engineering
dengan tujuan
untuk memberikan rekomendasi jenis struktur pelat lantai mana yang memberikan nilai terbaik antara cast in situ (pelat beton bertulang) dengan Hollow Core Slab (HCS) untuk digunakan pada proyek ini. 3. Harry S. Tambunan dalam tesisnya untuk mencapai gelar Master pada Universitas Indonesia tahun 2002, dengan judul “Pengaruh Penerapan Metode Value Engineering oleh Pihak Kontraktor terhadap Kinerja Biaya Proyek Konstruksi Bangunan Industri di Wilayah Jabodetabek”.
Dimana
dari penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan/keahlian tim value engineering merupakan salah satu kunci keberhasilan penerapan VE. 4. Reza Mahendra dalam skripsinya untuk meraih gelar sarjana pada Universitas Indonesia tahun 2003, yang berjudul “Identifikasi komponen biaya proyek bangunan gedung yang berpotensi untuk dihemat sesuai hukum Pareto dengan metode value engineering. (Studi kasus: proyek bangunan gedung Bank BNI)” Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa faktor dan langkah-langkah value engineering sebagai cost control adalah analisis pareto, pemilihan aktifitas kajian, pembuatan model biaya yang salah satu bentuknya adalah initial cost model, pembuatan diagram FAST dari aktifitas yang dipilih untuk dikaji; dan pencarian alternatif ideide yang kreatif terhadap aktifitas. Komponen biaya proyek konstruksi bangunan gedung Bank BNI yang dapat dihemat antara lain pekerjaan struktur dan pekerjaan elektrikal. Dari pengaturan komponen-komponen
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
8
biaya tersebut, proyek konstruksi bangunan gedung Bank BNI, tidak sepenuhnya sesuai dengan hukum pareto, dimana biaya kumulatif dari 20% aktifitas termahal tidak menunjukkan 80% biaya total proyek, melainkan hanya berkisar 43% - 59% saja. 5. I Wayan Soasti Mantra Yasa dalam skripsi berjudul untuk memperoleh gelar sarjana pada Universitas Indonesia tahun 2006, dengan judul “Penghematan biaya pada pekerjaan struktur proyek konstruksi bangunan bertingkat tinggi dengan metode value engineering. (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gedung Telekomunikasi Telkomsel)”. diperoleh
kesimpulan
bahwa
kostruksi
Dari penelitian ini
beton
proyek
gedung
Telekomunikasi Telkomsel merupakan item pada pekerjaan struktur yang berpotensi dilakukan penghematan karena memiliki bobot 74,82% dari total pekerjaan struktur. Biaya yang berpotensi dihemat adalah sekurangkurangnya 18,52% dari desain awal pekerjaan konstruksi beton. Penghematan biaya tersebut masih berpotensi bertambah karena masih terdapat biaya-biaya di luar usulan pengganti material, seperti meredesain struktur karena pengurangan muatan-muatan tetap dari pelat yang diusulkan sebagai
pengganti
pelat
konvensional.
Dan
secara
keseluruhan
bertambahnya penghematan karena kondisi ekspos dari pelat HCS kepada pekerjaan finishing dan ME. 6. Tanzil Maharsi dalam skripsinya untuk meraih gelar sarjana S-1 Teknik Sipil Universitas Indonesia tahun 2008, dengan judul “Studi Value Engineering Pekerjaan Arsitektur Pada Proyek Rusunami Pulogebang Dengan Pendekatan Pasar”. Skripsi ini bertujuan untuk melakukan studi VE pada proyek rusunami dengan menggunakan pendekatan pasar sehingga diperoleh optimasi anggaran biaya proyek untuk pekerjaan arsitektur (seperti pekerjaan pinti, jendela, dll). 7. Vincentius Untoro Kurniawan, dalam tesisnya untuk mencapai gelar Master pada Universitas Inonesia tahun 2009, dengan judul ”Penerapan Value Engineering dalam Penyelanggaraan Infrastruktur Bidang Ke-PU-an di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dalam Usaha Meningkatkan Efektifitas Penggunaan Anggaran”.
Penelitian ini dilakukan dengan
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
9
menggumpulkan data, baik data primer maupun data sekunder dengan metode pengumpulan data kuesioner, wawancara, pengamatan di lapangan, dan studi literatur dengan respondennya adalah pengguna jasa (Kepala Satker, Kepala Balai, PPK) yang melakukan kegiatan fisik di lingkungan Departemen PU yang tersebar diseluruh Indonesia, yang diambil secara sampling. Hasil penelitian ini adalah penerapan VE
di Lingkungan
Departemen PU masih mengalami beberapa kendala, antara lain ketersediaan regulasi penerapan VE, jumlah personil yang berkompeten tentang teknik dan manajemen VE, serta tingkat pendidikan dan komposisi personil satuan kerja ditinjau dari sebaran disiplin ilmu di bidang jasa konstruksi, yaitu memenuhi bidang arsitektur, sipil, mekanikal elektrikal, dan tata lingkungan. 8. Diaz Aszwita, dalam skripsinya untuk mencapai gelar Sarjana S- 1 Teknik Sipil Universitas Indonesia tahun 2009, dengan judul ´Penerapan Value Engineering Pada Tahap Desain Arsitektur”. Dalam skripsi ini dilakukan penelitian besar penghematan yang terjadi, bila VE diterapkan pada awal desain arsitektur. Penelitian ini merupakan gabungan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan studi kasus proyek Gedung Sekretariat Negara, Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VE pada pekerjaan eksterior, dinding, lantai dan platfon menghasilkan penghematan sebesar 19,11% dari total biaya konstruksi. 9. Leonard Hasudungan dalam skipsinya untuk meraih gela sarjana S-1 Teknik Sipil Universitas Indonesia tahun 2009, dengan judul “Identifikasi Kegiatan Pekerjaan Arsitektur Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Yang Berpotensi Untuk Dihemat Dengan Metode Value Engineering: (Studi Kasus: Proyek Gedung Gramedia Majalah Kebun Jeruk Dan Proyek Gedung Telkomsel Buaran)”. Dalam skripsi ini rencana kerja VE dapat digunakan sebagai cost control bagi pemilik proyek maupun bagi kontraktor walaupun studi VE dilakukan pada tahap pelaksanaan. Indikasi kegiatan proyek yang dapat dihemat pada pekerjaan arsitektur adalah pekerjaan dinding , pekerjaan kusen pintu dan jendela, serta pekerjaan lantai. Dari peraturan komponen biaya proyek pada pekerjaan arsitektur, biaya
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
10
kumulatif dari 20% aktifitas termahal menunjukkan 56%-60%. Alternatif pengganti pekerjaan dinding adalah pekerjaan dinding bata+plesteran dan aci adukan 1:4 dengan tetap mempertahankan fungsi dasar. Pekerjaan ini dapat digunakan pada proyek Gedung Gramedia Kebun Jeruk maupun pada proyek Gedung Telkomsel Buaran. Alternatif pengganti pekerjaan lantai adalah lantai keramik dengan tetap mempertahankan fungsi dasar dapat digunakan pada proyek Gedung Gramedia Kebun Jeruk maupun proyek Gedung Telkomsel Buaran. Persentase penghematan akibat perubahan desain pekerjaan arsitektur pada proyek Gedung Gramedia Kebun Jeruk adalah 5,58% dan penghematan pada proyek Gedung Telkomsel Buaran 14,51% dari total biaya pekerjaan arsitektur. 10. Herry Priyatno dalam tesisnya untuk mencapai gelar master pada Universitas Indonesia tahun 2010, dengan judul “Pengoptimalan Penerapan Value Engineering pada Tahap Desain Bangunan Gedung di Indonesia” Dari penelitian ini diketahuai bahwa penerapan VE pada tahap desain bangunan gedung di Indonesia masih belum optimal diman VE belum dipahami dengan benar dan diterapkan sesuai dengan standar internasional. Sebagian stakeholder di Indonesia hanya memahami 2 manfaat dari penerapan VE pada tahap desain bangunan gedung di Indonesia, yaitu ‘meningkatkan efisiensi’ dan ‘nilai proyek yang lebih baik’, dan hanya memahami 1 faktor kunci sukses penerapan VE yaitu “perencanaan yang matang dan terstruktur”. 11. Ari Ahmad Affandi dalam skripsinya untuk meraih gelar sarjana S1 pada Universitas Indonesia tahun 2010, dengan judul “Optimasi Pemanfaatan Jalan Margonda Raya Depok Dengan Metode Value Engineering”. Dari penelitian ini, diperoleh kesimpilan berkaitan dengan upaya untuk mengoptimasi pemanfaatan Jalan Margonda Raya guna mengurangi kemacetan yang terjadi. Selain itu, dari penelitian ini diketahui bahwa pendakatan value engineering untuk mengatasi masalah yang ada menghasilkan dua skenario utama untuk mengatasi permasalahan kejenuhan yang terjadi yaitu dengan penambahan kapasitas jalan melalui perubahan geometri jalan dan pengurangan volume lalu lintas dengan menggunakan
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
11
kendaraan umum berupa busway. Berdasarkan analisa lebih lanjut dengan VE direkomendasikan bahwa skenario perubahan geometri jalan merupakan alternatif yang lebih baik.
1.7 KESIMPULAN Dalam pelaksanaan sebuah proyek, masalah yang berkaitan dengan biaya sering kali ditemui, apalagi untuk proyek berkonsep green building yang memang memerlukan biaya yang lebih besar daripada pekerjaan proyek konvensional. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik agar dalam pelaksanaan pekerjaan proyek, peningkatan biaya selama pelaksanaan pekerjaan dapat diminimalisir. Salah satu caranya ialah dengan mengidentifikasi komponenkomponen yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya proyek sehingga dapat dihasilkan penghematan anggaran proyek.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
BAB 2 LANDASAN TEORI MENGENAI BIAYA BANGUNAN GREEN BUILDING MENGGUNAKAN VALUE ENGINEERING
2.1
ISU LINGKUNGAN HIDUP Lingkungan hidup didefenisikan oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1982 sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Isral, 2008, p.7). Menurut V. Darsono (1995), lingkungan hidup dibagi menjadi tiga yaitu (Irsal, 2008, p.8): 1. Lingkungan alami, yaitu segala sesuatu yang berada disekitar manusia baik yang hidup (flora, fauna) maupun yang tidak hidup. 2. Lingkungan buatan, yaitu segala sesuatu yang dibuat dan dibangun oleh manusia
untuk
menunjang
kehidupannya
(misalnya
gedung,
bendungan/irigasi, dan sebagainya) 3. Lingkungan sosial, yaitu manusia lain yang ada disekitar kita. Lingkungan sosial adalah refleksi dari sifat sosial manusia yaitu bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Ketiga komponen ini membentuk satu-kesatuan yang utuh dan menyeluruh yang disebut ekosistem. Dalam ekosistem ini manusia berfungsi sebagai pengontrol yang selalu mencari kemudahan untuk dapat bertahan hidup. Berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk mengeksplorasi apa yang ada disekitarnya demi menciptakan sesuatu yang baru. Titik kumulasi dari eksplorasi manusia adalah revolusi industri, yang menjadi latar belakang isu lingkungan hidup. Isu mengenai lingkungan mulai muncul dalam beberapa dekade belakangan ini. Kesadaran manusia akan lingkungan yang telah rusak membuat isu tentang lingkungan ini mencuat. Isu yang paling penting dalam lingkungan adalah mengenai
terjadinya
pemanasan
global.
Pemanasan
global
disebabkan
bertambahnya jumlah CO2 di atmosfir yang menyebabkan energi panas yang seharusnya dilepas ke luar atmosfir bumi dipantulkan kembali ke permukaan bumi 12 Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
13
dan menyebabkan meningkatnya suhu permukaan bumi. Berikut ini gambar distribusi gas karbondioksida:
Gambar 2.1 :Tingkat distribusi CO2 per kapita di dunia Sumber : Prof. Dr. Michael Bauer,Peter Mösle, dan Dr. Michael Schwarz. (2007). Green Building – Guidebook for Sustainable Architecture (p.13)
Selain pemasanan global, isu lingkungan yang sedang menjadi fokus saat ini adalah konsumsi energi. Berikut ini adalah diagram konsumsi impor energi pada tahun 2004:
Gambar 2.2. Digram Impor Energi dari Tahun 1993 – 2004 Sumber : Prof. Dr. Michael Bauer,Peter Mösle, dan Dr. Michael Schwarz. (2007).Green Building – Guidebook for Sustainable Architecture (p.11)
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
14
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa impor energi dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi energi dari tahun ke tahun pun terus meningkat. Selain pemanasan global dan konsumsi energi, isu lingkungan lainnya yang menjadi fokus dalam green building adalah konsumsi air dan menipisnya sumber daya alam akibat penggunaan yang berlebihan.
2.2
PERAN KONSTRUKSI BANGUNAN DALAM ISU LINGKUNGAN (BANGUNAN DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN) Bangunan adalah struktur yang modern dunia. Mereka menggambarkan
kecerdikan masyarakat dan kemampuan kita dalam memanipulasi lingkungan, dalam bentuk menyajikan tujuan kita. Dalam beberapa cara, bentuk bangunan dan fungsinya adalah cerminan dari kebudayaan manusia yang lebih besar. William Mcdonough menggambarkan sebuah bangunan maju yang modern sebagai kapal uap/api, mengotori, mencemari, dan menghabiskan lingkungan sekeliling, dan mengandalkan cahaya alam dan udara segara yang jumlahnya sedikit. Orang pada dasarnya bekerja dalam gelap, dan mereka sering bernafas dengan udara yang tidak sehat. Bayangkan, sebaliknya, sebuah bangunan sebagai sebuah pohon yang akan membersihkan udara, menambah sinar matahari, dan menghasilkan lebih banyak energi daripada konsumsi, menciptakan tempat berteduh dan tempat tinggal, menyuburkan tanah, dan mengubahnya dengan musim. Jika kita mengubah masyarakat kita menuju masa depan yang berkelanjutan (sustainable future), memerlukan perombakan hal – hal yang tidak sustainable saat ini terhadap pertumbuhan ekonomi dan akhirnya mengatasi ketidakefisiensian dan sampah yang mendukungnya. Bangunan adalah sebuah komponen utama dalam transformasi ini. Penulis
Worldatch
Institute
mencatat
bahwa
bangunan
hanya
mengkonsumsi dua per lima dari produksi energi dunia. Ini tidak termasuk energi yang dibutuhkan untuk memanen, memproduksi dan mengirim material untuk konstruksi dan pemeliharaan bangunan. Seperenam air yang dipompa dari alam di konsumsi bangunan. Seperenam dari semua kayu yang dipanen berakhir dibangunan (tidak memperhitungkan jumlah kayu yang digunakan untuk interior).
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
15
Gabungan dari konsumsi energi, air, kayu pada sebuah bangunan inilah yang menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di planet ini (Lenssen N. and D.M. Roodman, 1995). Berikut ini adalah peran bangunan dalam isu lingkungan : 1. Persentase konsumsi energi
Gambar 2.3. Diagram Konsumsi Energi oleh Bangunan Sumber : Roodman, D. and N. Lenssen. "A Building Evolution: How Ecology and Health Concerns Are Transforming Construction". World Watch Paper #124, March 1995.
2. Persentase dari konsumsi air oleh bangunan
Gambar 2.4. Diagram Konsumsi Air oleh Bangunan Sumber: Roodman, D. and N. Lenssen. "A Building Evolution: How Ecology and Health Concerns Are Transforming Construction". World Watch Paper #124, March 1995.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
16
3. Presentase konsumsi kayu oleh bangunan
Gambar 2.5. Diagram Konsumsi Kayu oleh Bangunan Sumber : Roodman, D. and N. Lenssen. "A Building Evolution: How Ecology and Health Concerns Are Transforming Construction". World Watch Paper #124, March 1995.
Pada pergantian milenium, ada 81 juta bangunan yang sedang beroperasi di Amerika dan akan meningkat sebanyak 38 juta bangunan pada tahun 2010 . Ini menggambarkan bahwa dalam kurun waktu satu dekade pertumbuhan bangunan di Amerika telah mencapai 47%. Bangunan merupakan 50% dari kekayaan nasional yang mempekerjakan banyak orang. Di Kanada, pertumbuhan industri konstruksi per tahunnya mencapai 2%. Sedangkan di Indonesia, pertumbuhan konstruksi bisa mencapai rata – rata 7% per tahun (Muhanda,2010).
2.3
GREEN
BUILDING
KONSEP
GEDUNG
BERWAWASAN
LINGKUNGAN Revolusi green building tidak hanya dikenalkan di Amerika tetapi juga dibanyak negara. Revolusi ini diilhami oleh bangkitnya pengetahuan bahwa bangunan menggunakan sumber daya alam, berdampak pada manusia, dan berbahaya bagi lingkungan (Yudelson, 2008). Adanya revolusi ini juga didorong oleh pengetahuan bahwa dunia memiliki waktu yang sedikit untuk merespon perkembangan berbahaya dari perubahan iklim khususnya global warming dan bangunan itu memiliki peran yang sangat besar dalam emisi karbondioksida yang merupakan salah satu penggerak perubahan iklim global (Yudelson,2008). Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
17
Menurut penelitian yang dilakukan oleh McKinsey (2007), sebuah perusahaan konsultan internasional, menunjukkan bahwa perubahan dalam desain bangunan dan konstruksi dapat mengurangi hingga enam milyar ton emisi karbon tiap tahunnya “melalui pengukuran dengan nol atau negatif net life cycle cost” (Yudelson, 2008). Jumlah ini diperlukan untuk menjaga agar emisi karbon dibawah 450 bagian per milyar pada tahun 2030. Dengan kata lain, green building menghemat emisi karbon dan uang pada saat bersamaan, melalui isolasi yang efektif, air- conditioning (AC), pencahayaan dan ukuran efisiensi energi lainnya (Yudelson, 2008). Revolusi green building adalah bagian dari sebuah paradigma kearah ketahanan, sebuah realisasi pertumbuhan bahwa cara hidup saat ini, yang sebagian besar karena murah dan berlimpahnya bahan bakar fosil, tidak menyokong kehidupan untuk kurun waktu jangka panjang. Revolusi green building bekerja untuk semua industri, dalam semua kelompok pendapatan, dan dalam semua kelompok tingkat sosial (Yudelson, 2008).
2.3.1 Sejarah Green Building Pada akhir tahun 1980-an, American Institute of Architects (AIA) menciptakan Committee on Environment (COTE)). Di seluruh Amerika dan Kanada, arsitek mempunyai komitmen untuk membuat desain ke arah sustainable, yang bekerja melalui COTE lokal yang sama baiknya dengan US Green Building Counsil (Yuldeson, 2007). Diciptakan pada tahun 1993, US green Building Council (USGBC) bertujuan untuk mengubah bangunan industri ke dalam bentuk aktivitas yang lebih ramah terhadap lingkungan (Yudelson, 2007). Dimulai pada pertengahan tahun 1990-an, USGBC, dengan bantuan finansial dari Departemen Energi Amerika Serikat, mengembangkan sebuah penilaian dan sistem evaluasi mengenai hal-hal apa saja yang mewakili green building (Yudelson, 2007). Sistem pertama, diberi nama Leadership in Energy and Environmental Design (LEED), untuk konstruksi baru dan renovasi besar, dikemudikan atau diuji pada tahun 1998 dan 1999 pada sekitar 50 proyek di Amerika Serikat (Yuldeson, 2007). Pada Maret 2000, versi 2.0 dari LEED dikenalkan sebagai pembaharuan, revisi dan perluasan
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
18
versi dari LEED versi 2.0 yang asli dimana sejak versi 2.0 sudah ada banyak perubahan besar (Yuldeson, 2007). Versi terbaru dari LEED adalah versi 3.0 yang diluncurkan pada tanggal 27 April 2009 (US Green Building Counsil, 2009). USGBC tumbuh dengan cepat sejak tahun 1998 dimana pada saat itu hanya memiliki 100 anggota dan pada awal tahun 2007, jumlah anggotanya lebih dari 7700 badan hukum, institusi, organisasi pemerintah dan lembaga (tidak termasuk anggota individual) (Yuldeson, 2007). Kemudian pada tahun 2004 didirikan Canada Green Building Council (CaGBC), yang saat ini telah memiliki angota lebih dari 1.300 anggota dengan cabang dibeberapa provinsi. CaGBC menggunakan sistem evaluasi LEED tetapi telah mengalami penyesuaian dengan kondisi di Kanada. Pada tahun 2007, 225 proyek mendaftar untuk sertifikasi standar LEED Kanada (Yuldeson,2007). Green building di Kanada tumbuh dengan cepat, dengan spesial fokusnya pada efisiensi energi dan kualitas udara dalam ruangan yang cocok untuk Kanada bagian utara dan iklim yang lebih dingin.
2.3.2 Definisi Green Building Berikut ini definisi dari Green Building: 1. Robert dan Brenda Vale, mendefinisikan green building sebagai sebuah pendekatan
hijau
untuk
membangun
lingkungan,
meliputi sebuah
pendekatan holistik untuk mendesain bangunan; semua sumber daya yang masuk dalam sebuah gedung, material mereka, bahan bakar atau konstribusi dari pengguna perlu dipertimbangkan, jika sebuah bangunan berkelanjutan yang ingin dihasilkan (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob Harison, 1997, p.5). 2. Menurut kamus dari jaringan A Public Private Partnership for Advancing Housing Tecnology, green building adalah sebuah pendekatan konsep desain dan penilaian bangunan yang memperkecil dampak lingkungan dan mengurangi konsumsi energi dari bangunan dan mendukung kesehatan serta produktivitas penghuninya (Aziz, 2005, p.60). 3. Menurut EPA pada publikasi website-nya menyatakan bahwa green building adalah sebuah praktek dari menciptakan bangunan lebih sehat dan
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
19
lebih dari sekedar model efisiensi sumberdaya dari konstruksi, renovasi, operasi, pemeliharaan, dan perobohan (Aziz, 2005, p.60). 4. Menurut International Initiative for a Sustainable Built Environment (ITSBE), green building adalah kesatuan bangunan yang utuh yang mempunyai perfoma sempurna dengan parameter kunci yang mencakup konsumsi energi, emisi, dampak ekologis dan lingkungan dalam ruangan. Bangunan berkelanjutan adalah suatu bangunan “hijau” (green building) yang juga mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi (Aziz, 2005, p.61). 5. Menurut Green Building Program Austin Energy, dari Kota Austin, Texas menyatakan bahwa green building adalah suatu bangunan utuh dengan pendekatan sistem untuk disain dan teknik konstruksi yang memperkecil dampak lingkungan dan mengurangi konsumsi energi dari bangunan yang berkonstribusi pada kesehatan dan produktivitas penghuninya (Aziz, 2005, p.61). 6. Menurut Building Services Research and Information Association (BSRIA), sebuah badan industri konstruksi tendensi, mendefinisikan konstruksi berkelanjutan (sustainable construction) sebagai penciptaan dan tanggung jawab pengelolaan lingkungan yang sehat yang didasarkan pada efisiendi energi dan prinsip ekologis[18]. BSRIA menjelaskan bahwa prinsip ekologis dalam konstruksi berkelanjutan meliputi (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob Harison, 1997, p.6): -
Meminimalkan konsumsi sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui
-
Meningkatkan lingkungan alam
-
Menghilangkan dan meminimalkan penggunaan racun
Jadi, green building merupakan kombinasi efisiensi energi dan dampak material pada penghuni. Konsultan, Sustainable Development Services di Settle, USA, yang menyediakan pelayanan konsultasi khusus kepada klien, menjelaskan bahwa mereka menyediakan analisis dan mengintegrasikan solusi pada area fungsi sebagai berikut (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob Harison, 1997, p.6): -
Konservasi energi
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
20
-
Pencegahan polusi
-
Efisiensi energi
-
Integrasi sistem
-
Life cycle costing
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa green building adalah bangunan yang berwawasan lingkungan, sehingga definisi green building menurut peneliti adalah sebuah konsep penilainan atas bangunan gedung yang berkelanjutan (sustainable building) yang ramah terhadap lingkungan, menghemat penggunaan bahan bakar, mempertimbangkan faktor sosial dan ekonomi serta berkonstribusi dalam peningkatan kesehatan dan produktivitas penghuninya. Bangunan yang berkelanjutan mempertimbangkan penggunaan upaya penghematan dan penggunaan bahan baku ramah lingkungan. Konsep bangunan berkelanjutan ini mempertimbangkan penggunaan sumber daya secara bijaksana agar bermanfaat untuk generasi sekarang dan generasi berikutnya.
2.3.3 Prinsip Green Building Prinsip dasar dari green building adalah: a. Desain berkelanjutan(Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob Harison, 1997; MoU,2006; Fischer,2010; Kunci dari prinsip ini adalah: -
Meminimalkan kerusakan yang tidak dibutuhkan terhadap nilai lahan, habitat, dan ruang hijau.
-
Mendorong pengembangan perkotaan yang kepadatannya lebih tinggi, pengembangan kembali perkotaan dan pembaharuan perkotaan, dan pengembangan brownfield sebagai sebuah arti untuk menjaga ruang hijau. Kunci menjaga pengaturan lingkungan adalah melalui pengujian secara hati-hati setiap lahan.
-
Menggunakan desain dan proses konstruksi yang seminimal mungkin menggangu lahan dan nilainya, menjaga dan memperbaiki dengan sungguh-sungguh atau memperbaharui habitat yang berharga, ruang
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
21
hijau dan eko-sistem merupakan hal yang vital untuk mendukung kehidupan.
b. Konservasi dan kualitas air (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob Harison, 1997;MoU,2006; Fischer,2010; kats,2003; Untuk menjaga konservasi dan kualitas air dapat dilakukan dengan mempertahankan siklus air alami yang sudah ada. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan meminimalkan penggunaan yang tidak perlu dan tidak efisien dari air minum. Sementara itu memaksimalkan daur ulang dan penggunaan kembali air, termasuk penggunaan air hujan, storm water, dan gray water (air bekas kamar mandi, tidak termasuk air dari toilet).
c. Lingkungan dan energi (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob Harison, 1997;MoU,2006; Fischer,2010; Kunci dari prinsip ini adalah: -
Meminimalkan dampak yang merugikan pada lingkungan (udara, air, sumberdaya alami) melalui optimasi lahan bangunan, optimasi desain bangunan, pemilihan material, dan agresif menggunakan pengukur konservasi energi.
-
Menghasilkan
bangunan
yang
prestasinya
melebihi
tingkat
pemenuhan International Energy Code (IEC) mencapai 30 – 40 % atau lebih. Memaksimalkan penggunaan energi terbaharukan dan sumber energi yang berdampak rendah terhadap lingkungan.
d. Kualitas lingkungan ruangan (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob Harison, 1997; Kunci prinsip ini adalah menyediakan kesehatan, kenyamanan, dan produktivitas lingkungan ruangan untuk penghuni dan pengunjung bangunan. Kunci prinsip ini lainnya adalah menghasilkan sebuah desain bangunan, yang memiliki kondisi yang paling baik yang berhubungan dengan kualitas udara dalam ruangan, ventilasi, suhu yang nyaman, akses ventilasi dan pencahayaan alami pada waktu siang hari.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
22
e. Sumber daya dan material (Woolley, Kimmin, Paul Harrison, and Rob Harison, 1997; Fischer, 2010; kats,2003; Kunci dari prinsip ini adalah meminimalkan penggunaan material konstruksi yang tidak dapat diperbaharui dan sumberdaya lainnya seperti energi dan air melalui teknik, desain, perencanaan, dan konstruksi yang efisien dan daur ulang yang efektif dari robohan konstruksi. Selain itu juga memaksimalkan penggunaan material daur ulang, material modern yang efisien, dan sumberdaya komposit yang efisien terhadap bentuk struktur.
2.3.4 LEED Menurut USBGC, LEED (Leadership in Energy and Enviromental Design) Green Building Rating System adalah sebuah volunter, standar nasional berdasarkan konsensus untuk mengembangkan prestasi yang tinggi untuk bangunan berkelanjutan (MAPEI, 2006, p.4). LEED memberikan pemilik bangunan dan operator alat yang mereka perlukan untuk merasakan dampak langsung dan terukur pada kinerja bangunan mereka. LEED mempromosikan seluruh pendekatan pembangunan berkelanjutan dengan mengakui kinerja dalam lima bidang utama kesehatan manusia dan lingkungan: pengembangan lahan berkelanjutan, penghematan air, efisiensi energi, pemilihan bahan dan kualitas lingkungan dalam ruangan (Yudelson, 2008, p.13-14). LEED diciptakan untuk (MAPEI, 2006, p.4): -
Mendefinisikan “green building”dengan menetapkan sebuah standar umum untuk pengukuran.
-
Mempromosikan
secara
terpadu,
praktek
desain
bangunan
secara
keseluruhan -
Memperkenalkan kepemimpinan lingkungan dalam industri bangunan
-
Merangsang kompetisi “hijau”
-
Meningkatkan kesadaran konsumen akan keuntungan green building
-
Mengubah pasar bangunan
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
23
Ada beberapa hal yang meliputi luasnya sebagian besar proyek LEED, adalah sebagai berikut (Galzone, 2006):
LEED untuk konstruksi baru, atau LEED – NC
LEED untuk Core dan Shell (bangunan spekulatif), atau LEED- CS
LEED Untuk interior komersial (memperbaiki sewa dan mengubah bentuk), atau LEED – CI
LEED untuk bangunan eksiting (meningkatkan, pengoperasian dan perawatan), atau LEED EB
LEED untuk perumahan, LEED – H
LEED Neigborhood development, LEED – ND
LEED Aplication Guides (Retail, komplek bangunan/ kampus, sekolah, pusat kesehatan, laboratorium, penginapan) Setiap sistem pemilihan LEED memiliki bilangan yang berbeda dari total
point, sehingga penilaian dapat dibandingkan hanya dalam setiap sistem, meskipun metode untuk memberi penghargaan prestasi adalah identik. Sertifikasi LEED yang diberikan adalah sebagai berikut [22]:
Certified : proyek memiliki nilai lebih dari 40% dari dasar, atau utama, pada point dalam sistem
Silver; proyek memiliki nilai lebih dari 50% dari poin utama
Gold proyek memiliki nilai lebih dari 60% dari poin utama.
Platinum : proyek memiliki nilai lebih dari 80% dari poin utama.
2.3.5 Greenship Rating Tools Pemberian rating green building di Indonesia menggunakan Greenship Rating System yang disusun oleh Indonesia Green Building Council. Penyusunan greenship ini didukung oleh Wold Green Building Council. Greenship Rating System adalah suatu alat yang berisi butir-butir dari aspek penilaian yang disebut rating dan setiap butir rating mempunyai nilai (credit point/poin). Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir rating, maka bangunan tersebut akan mendapatkan poin nilai dari butir tesebut. Bila jumlah poin nilai yang berhasil dikumpulkan mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat disertifikasi untuk tingkat sertifikasi tertentu. Namun sebelum mencapai Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
24
tahap penilaian rating terlebih dahulu dilakukan kajian bangunan untuk pemenuhan persyaratan awal penilaian (eligibilitas). Berikut ini aspek-aspek penilainan dalam Greenship (Green Building Counsil Indonesia, n.d):
Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD) Pemilihan dan pembangunan tapak yang mempertimbangkan prinsip-prinsip ekologi serta mengikuti ilmu guna lahan dan bangunan, dapat mengurangi dampak negatif pada
lingkungan lahan dan bangunan, meningkatkan
kenyamanan manusia, serta memberikan kemudahan dalam aktivitas seharihari. Dengan demikian, pembangunan yang terjadi diharapkan tidak membebani daya dukung tapak melebihi dari daya dukung maksimum.
Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER) Melakukan konservasi energi dengan menyadari dampaknya terhadap lingkungan dan menggunakan refrigeran ramah lingkungan.
Konservasi Air (Water Conservation/WAC) Melakukan upaya penghematan air dalam mewujudkan kesinambungan penyediaan air bersih untuk masa depan misalnya dengan cara lansekap hemat air, mengurangi pemakaian air, mengatur keluaran air, dan lain-lain.
Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC) Mengoptimalkan suatu material sehingga dapat memperpanjang daur hidupnya.
Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC) Manjaga kualitas udara dalam ruang yag berdampak penting bagi kesehatan dan kenyamanan manusia.
Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management) Menciptakan suatu panduan pengelolaan gedung yang mengarah dan memperhatikan etika lingkungan.
2.3.6 Perkembangan Green Building di Indonesia Pesatnya perkembangan infrastruktur di Indonesia masih miskin konsep green building atau bangunan hijau yang ramah lingkungan. Meskipun Indonesia mengalami perkembangan infrastruktur yang pesat beberapa tahun terakhir ini, namun kemajuannya belum disertai dengan pemahaman para pengembang untuk
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
25
mendirikan bangunan dengan konsep ramah lingkungan. Konsep green building di Indonesia masih tahap awal dan memerlukan banyak sosialisasi. Salah satu bentuk komitmen Indonesia terhadap konsep bangunan ramah lingkungan adalah dengan didirikannya Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBCI) pada tahun 2009. GBCI melakukan berbagai kegiatan pendidikan masyarakat secara luas serta menyelenggarakan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian yang dikenal dengan nama Greenship.
2.4
VALUE ENGINEERING Bagian ini terdiri dari sejarah munculnya value engineering (VE) , definisi
tentang VE, definisi nilai, tahapan – tahapan dalam melalukan VE, serta perkembangan VE di Indonesia.
2.4.1 Sejarah dan filosofi VE Value Engineering (VE) dikembangkan pertama kali oleh Lawrence D. Miles pada tahun 1940-an di perusahaan General Electric, guna menyelesaikan masalah kurangnya material penting dari produk yang akan mereka produksi selama perang dunia kedua (Priyanto, 2010). Pada awalnya, VE bernama analisis nilai (Value Analysis/VA) dengan pondasi kunci adalah fungsi. Pada mulanya fungsi ini mengkaji setiap komponen bagian dari perubahan/bagian dari produk eksiting. Pada perkembangannya, metode analisis ini mengalami perubahan konteks, yaitu dari pengkajian terhadap bagian produk eksiting ke peningkatan rancangan konsep, oleh karena itu nama value enguneering (VE) muncul sebagai bentuk penyesuaian terhadap perubahan konteks tersebut (Priyanto, 2010). Selama perkembangannnya banyak pengetahuan dan inovasi yang dihasilkan oleh para praktisis VE. Guna berbagai pengetahuan dan inovasi, pada tahun 1959, para praktisi membentuk asosiasi pembelajaran di Washington, DC dengan nama ‘Society of American Value Engineers (SAVE)’ (Priyanto, 2010). Dalam waktu yang relatif singkat, metode ini telah tersebar luas diseluruh dunia dan banyak tools, teknik, dan proses lain yang dikembangkan dalam metode ini. Untuk
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
26
menarik para pengembang dan praktisi dari tools, teknik, dan proses lain menjadi anggota SAVE, maka pada tahun 1996, nama asosiasi ini diubah menjadi ‘SAVE International (Priyanto, 2010). Dalam uraian singkat mengenai perkembangan VE yang dimuat dalam buku standar SAVE International (2007), tersirat adanya filosofi VE yang memberi kemudahan bagi upaya memahami konsep VE. Filosofi VE tersebut adalah menyediakan cara pengelolaan nilai (value) dan upaya peningkatan inovasi yang sistematik guna memberikan keunggulan daya saing bagi sebuah produk yang akan dirakit, karena produk-produk dibeli untuk apa yang dapat mereka lakukan (fungsi dari produk), baik melalui pekerjaan yang mereka dapat lakukan atau kualitas estetika yang mereka sediakan (Priyanto, 2010). Untuk dapat fokus pada pemahaman fungsi, maka fungsi di definisikan dengan menggunakan gabungan kata aktif (active verb) dan kata benda yang diukur (measure noun) yang dapat memberikan karakteristik manfaat dari fungsi yang dimaksud. Oleh karena itu, metode ini menempatkan analisis fungsi sebagai pondasi kunci. Analisis fungsi terus dikembangkan dan menjadi tool untuk membantu individu dan tim memahami sebuah konsep melalui fungsi-fungsinya guna memutuskan apakah desain dapat ditingkatkan atau diadakan material atau konsep lain yang dapat memenuhi fungsi tersebut.
2.4.2 Definisi dan Konsep Nilai (Value) Seperti yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa nilai (value) merupakan ‘sesuatu’ yang dikelola dalam pengelolaan nilai. Nilai (value) dari sebuah subyek tidak dapat digeneralisir dan tidak dapat didefiniskan secara akurat karena nilai merupakan fungsi waktu, orang, subyek, dan kondisi. Menurut Snodgrass dan Kasi (1986), sebuah nilai tidak bisa ditetapkan hanya dengan mempertimbangkan subyek itu sendiri, oleh karena itu tim harus menetapkan terlebih dahulu alat ukur nilai (value) (Priyanto, 2010).
Masing-masing
komponen seharusnya diukur kinerjanya dengan alat ukur ini. Menurut standar SAVE (2007), Nilai (value) adalah sebuah pernyataan hubungan antara fungsi-fungsi dan sumber daya. Secara umum nilai (value) digambarkan melalui hubungan sebagai berikut (Priyanto, 2010):
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
27
Nilai (Value) ≈Fungsi / Sumber Daya
Dimana fungsi diukur dalam kinerja yang dipersyaratkan oleh pelanggan. Sedangkan sumber daya diukur dalam jumlah material, tenaga kerja, harga, waktu, dan nilai – nilai yang diperlukan untuk menyelesaikan fungsi tersebut. Sementara itu, menurut Dell Isola (1997) ada 3 elemen dasar yang diperlukan untuk mengukur sebuah nilai (value) yaitu fungsi (function), kualitas (quality), dan biaya (cost) (Dell’ Isola). Tiga elemen ini dapat diinterprestasikan melalui hubungan dibawah ini :
Value =
Function+Quality Cost
Dimana ; Function = pekerjaan tertentu yang sebuah desain/ item harus lakukan Quality = kebutuhan, keinginan, dan harapan pemilik atau pengguna Cost
= biaya siklus hidup dari sebuah produk/ proyek
Definisi lain datang datang dari Carlos Fallon dalam buku Mohd. Mazlan Haji Che Mat (2002) berjudul Value Management : Principle And Aplications : Towards Achieving Better Value For Money, Pearson Malaysia Sdn. Bhd.,p.3 (Priyanto, 2010). Value =
Worth Cost
Dimana ; Worth
=
Biaya yang paling minimum untuk menyediakan fungsi yang diperlukan dan kinerja yang dipersyaratkan dengan cara membandingkan biaya dari Unit – unit yang memiliki fungsi yang sama.
Cost
=
Biaya siklus hidup dari produk / proyek
Menurut Kelly t.al, nilai didefinisikan sebagai hubungan antara biaya, mutu, dan waktu dimana mutu tersebut terdiri dari sejumlah variabel yang ditentukan berdasar pengetahuan dan pengalaman seorang individu atau beberapa individu Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
28
dalam sebuah kelompok, yang dibuat eksplisit untuk maksud membuat pilihan diantara berbagai pilihan yang cocok secara fungsi (Priyanto, 2010). Oleh karena itu, sistem nilai yang dibuat eksplisit merupakan gambaran pada waktu tertentu dari berbagai variabel terhadap semua keputusan yang mempengaruhi bisnis inti atau proyek, sehingga dapat diaudit. Berdasarkan definisi nilai diatas, Kellly et.al.,(2004) menjelaskan bahwa nilai desain bangunan gedung dapat diuraikan dan diukur melalui beberapa komponen berikut ini (Priyanto, 2010): -
Time, dari saat ini hingga selesainya proyek, titik ketika poryek berakhir dan masuk kembali ke bisnis pelanggan inti.
-
Capital Cost (CAPEX) adalah semua biaya yang diasosiasikan dengan semua biaya modal dari proyek.
-
Operating Cost (OPEX) mengacu pada semua biaya yang dikeluarkan terkait dengan aktivitas operasional dan pemeliharaan.
-
Environment
mengacu pada sejauh mana proyek-proyek tersebut
menghasilkan sebuah pendekatan simpatik terhadap lingkungan, yang diukur dengan dampaknya terhadap pendekatan lingkungan lokal dan global, penguasaan energi, penggunaan energi, dan isu-isu “green” lainnya. -
Excange atau resale adalah nilai uang dari proyek.
-
Flexibility menggambarkan sejauh mana parameter-parameter proyek harus mencerminkan sebuah perubahan lingkungan yang terus menerus di dalam desain.
-
Esteem adalah sejauh mana pelanggan berkeinginan untuk memenuhi komitmen terhadap penyediaan sumber daya bagi estetika atau menggambarkan penghargaan/kemuliaan (esteem) organsasi, secara internal dan eksternal.
-
Comfort adalah kenyamanan fisik bdan psikologis dari bangunan gedung sebagai tempat untuk bekerja dan tinggal.
-
Politics adalah sebuah dimensi eksternal yang mengacu pada sejauh mana isu-isu komunitas, popularitas, dan kepedulian lingkungan (good neighbour) merupakan hal-hal penting bagi pelanggan.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
29
Berdasarkan definis-definisi nilai diatas, maka defini oleh Kelly et. El., yang paling cocok digunakan pada definisi VE dalam penerapan VE untuk efisiensi biaya bangunan berkonsep green building.
2.4.3 Definisi VE Definisi VE perlu dipahami untuk memberiakan gambaran yang jelas mengenai VE. Definisi VE tersebut antara lain sebagai berikut (Priyanto, 2010): 1. Value Engineering (VE)
adalah
aplikasi
metodologi nilai (value
methodology) pada sebuah proyek atau layanan yang telah direncanakan atau dikonsepkan untuk mencapai peningkatan nilai (value). Metodologi nilai adalah sebuah proses sistematis yang digunakan oleh disiplin untuk meningkatkan nilai (value) dari sebuah pryek melalui analisa terhadap fungsi-fungsinya. (standar SAVE, 2007). 2. Value Engineering (VE) adalah sebuah upaya terorganisir diarahkan pada analisa fungsi-fungsi dari sistem, perlengkapan, fasilitas, jasa layanan dan jasa penyediaan untuk mencapai tujuan yang signifikan pada siklus hidup (life-cycle cost) yang paling rendah, konsisten dengan persyaratan kinerja (perfomance), kepercayaan (reliability), mutu(quality) dan keamanan (safety) (PBS – PQ250. 1992, PBS – PQ251, 1993) 3. Value Engineering (VE) adalah suatu sistem pemecahan masalah yang dilaksanakan dengan menggunakan kumpulan teknik tertentu, ilmu pengetahuan, tim ahli, pendekatan kreatif terorganisir yang memiliki tujuan untuk mendefinisikan dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan seperti biaya yang tidak memberikan konstribusi bagi mutu, kegunaan, umur, dan penampilan produk serta daya tarik konsumen (Miles, 1972). 4. Value Engineering (VE) adalah suatu pendekatan tim profesional yang dalam penerapannya berorientasi pada fungsi dan dilakukan secara sistematis yang digunakan untuk menganalisis dan meningkatkan nilai (value) suatu produk, desain fasilitas, sistem, atau layanan. VE merupakan suatu metodologi yang baik untuk memecahkan masalah dan atau mengurangi biaya namun tetap dapat meningkatkan persyaratan kinerja atau kualitasyang ditetapkan (Siciety of American Value Engineers, 2009).
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
30
5. Value Engineering
adalah sebuah prosedur ketat yang diarahkan pada
pencapaian fungsi yang dibutuhkan dengan biaya minimum tanpa mengurangi mutu, tingkat kepercayaan, kinerja dan waktu penyerahan (delivery) (Short et al.,2007). 6. Value Engineering (VE) adalah pendekatan tim yang berorientasi fungsi yang terorganisir dan terarah untuk menganalis fungsi-fungsi dari produk, sistem, atau proses penyediaan, untuk tujuan meningkatkan nilainya (value) dengan mengidentifikasi dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan dan mencapai kinerja yang dibutuhkan pada biaya siklus hidup proyek paling rendah (Fong, 1998). 7. Value Enginnering (VE) adalah sebuah upaya terorganisir yang diarahkan pada analisis fungsi dari barang-barang dan jasa-jasa layanan dengan maksud untuk mencapai fungsi-fungsi dasar biaya total paling kecil, konsistensi dengan pencapaian karakteristik yang diperlukan. VE adalah sebuah proses dengan menggunakan tim dari berbagai disiplin ilmu untuk mengkaji proyek dan menggunakan standar untuk mengidentifikasi fungsifungsi biaya tinggi beserta potensi peningkatanya. Tim mengikuti keseluruhan rangkaian job plan VE yang sistematik dan kreatif untuk menetapkan nilai (value) optimum
dari fungsi yang dipilih. Berbagai
alternatif, yang akan menyediakan fungsi yang diperlukan dengan biaya modal awal dan atau biaya siklus hidup yang paling ekonomis, dikembangkan yang secara konsisten memenuhi persyaratan keamanan, mutu, operasional, pemeliharaan, dan estetika (Younker, 2003). 8. Value Engineering menyediakan
sebuah
adalah sebuah teknik pemecahan masalah yang pendekatan
terorganisir/terstruktur
dengan
menekankan pada pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor penting dalam analisa fungsi dan pengembangan solusi-solusi kreatif. (Kasi dan Snodgrass, 1994). 9. Value Engineering adalah pendekatan yang sistematis, terorganisisr, berorientasi pada fungsi dan tim yang multi disiplin (Shen dan Liu, 2007).
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
31
Berdasarkan uraian mengenai definisi VE diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa VE adalah sistem penyelesaian masalah dengan berorientasi pada nilai (value) dan dilakukan dengan pendekatan yang sistematis, kreatif dan terorganisir dengan pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor penting, dan bertujuan untuk meminimalkan biaya tanpa mengurangi mutu, kegunaan, umur, dan penampilan produk. Menurut Leuuw (2010), dalam praktek VE, pemahaman yang kurang tepat tentang konsep VE banyak terjadi dikalangan praktisi industri konstruksi, seperti VE dianggap sebagai review desain, atau upaya pemotongan biaya (cost cutting), atau sebagai upaya standarisasi (Priyanto, 2010).Berbagai pendapat para pakar mengenai VE adalah sebagai berikut (Priyanto, 2010): 1. VE bukan apa yang selama ini dilakukan secara rutin oleh para perencana dan perancang denga reputasi yang bagus. VE bukan bagian dari proses pengambangan rencana. Upaya VE dilakukan lebih serius dibandingkan dengan sebuah upaya review proyek/ desain. 2. VE bukan upaya pendekatan untuk pengurangan biaya (cost reduction). Dalam VE, pengurangan biaya dicapai dengan membuat desain yang lebih efisien tanpa mengurangi kinerja (perfomance) tingkat kepercayaan (reliability), atau kemampuan untuk tetap terpelihara (maintainability). Sebaliknya, upaya pengurangan biaya (cost reduction) menekankan pada sustitusi material, mengurangi atau menghilangkan elemen-elemen tertentu. Pendekatan ini seringkali berhasil dengan menurunkan kualitas, atau mengurangi kinerja. 3. Pelaksanaan VE tidak sama dengan review quality assurance (QA). Secara tradisional QA akan menjawab pertanyaan seperti apakah desain telah memenuhi persyaratan peraturan?; akankah desain dapat bekerja?; dan apakah desain telah memenuhi standar praktek pada umumnya?. Sementara VE akan menjawab pertanyaan tersebut: apakah ada yang lain yang akan mencapai fungsi yang sama dengan LCC yang lebih rendah?; dan fungsifungsi apa yang tidak berhubungan dengan kinerja proyek? 4. VE tidak dimaksudkan untuk mempermasalahkan atau memperburuk upayaupaya yang telah dilakukan oleh para perencana. VE adalah tool manajemen
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
32
yang dimaksudkan untuk memasukkan beberapa perbaikan kedalam pekerjaan yang sudah dilakukan dengan sangat baik. 5. Banyak dari para perencana profesional dan kontraktor menganggap VE sama dengan review desain (design review) dan perencana biaya (cost planning). Beberapa kelemahan dari review desain (desain review) dan perencanaan biaya (cost planning) (Mohd. Mazlan Haji Che Mat, 2002), yaitu : a) Tidak berorinetasi pada fungsi. b) Tidak melibatkan tim multidisiplin. c) Tidak memiliki berbagai tool dan teknik untuk membuat keputusan d) Jarang memanfaatkan “ sudut pandang lain” dari profesiaonal yang sangat berpengalaman. e) Jarang mempertimbangkan LCC dalam mengambil keputusan. f) Jarang melibatkan pelanggan atau yang mewakilinya. g) Tidak menghasilkan banyak solusi alternatif. 6. Beberapa profesional jasa konstruksi menganggap VE terhadap “ apa yang mereka telah dilakukan selama ini”. Untuk beberapa hal tertentu, hal ini mungkin saja benar. Karena praktek yang ada selama ini bisa mendapatkan value for money hanya beberapa kali, VE justru mendapatkan value for money dengan baik setiap kali digunakan (Connaughton, JN AND Green, S.D., 1996). 7. Berdasarkan definisi VE yang ada, Leuuw(2001) berpendapat bahwa VE bukanlah sebuah: a) Review desain yang berpotensi konflik. b) Upaya pemotongan biaya (cost cutting). c) Upaya standarisasi.
2.4.5 Alasan – Alasan untuk Unnecessary Cost Pelaksanaan proyek konstruksi sering terjadi overbuget, hal ini terjadi kareana adanya biaya-biaya yang tidak perlu (Unnecessery Cost).
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
33
Dell’ Isola (1997) menguraikan mengenai alasan-alasan biaya yang tidak perlu antara lain (p.xxii): 1. Kurangnya Informasi, Data
yang
tidak
cukup
mengenai
fungsi
owner/
pengguna
inginkan/butuhkan dan informasi material baru, produk, yang dapat mempertemukan kebutuhan ini 2. Kekurangan ide. Kegagalan untuk mengembangkan solusi alternatif, di beberapa kasus, pembuat keputusan menerima solusi pertama yang terlintas dipikirannya. Kecenderungn ini selalu mendatangkan unnecessery cost , yang dapat dieliminasi dengan menuntut pengembangan ide alternatif tambahan dan kemudian membuat keputusan yang didasarkan pada ekonomi dan prestasi. 3. Keadaan sementar Desain, jadwal dan pengiriman yang mendesak dapat memaksa pembuat keputusan mencapai kesimpulan cepat untuk memenuhi persyaratan waktu tanpa memperhatikan nilai yang baik. 4. Kepercayaan yang salah Unnecesery cost juga sering disebabkan oleh keputusan yang didasarkan pada apa yang pembuat keputusan percaya sebagai keputusan yang benar, daripada mempertimbangkan pada kondisi nyata. Hal ini dapat menghalangi ide bagus. 5. Kebiasaan dan perilaku Manusia menciptakan kebiasaan. Sebuah kebiasaan adalah bentuk dari respon, melaukan hal yang sama, cara yang sama, pada kondisi yang sama. Kebiasaan adalah reaksi dan respon yang orang pelajari secara otomatis, tanpa berpikir atau memutuskan. Kebiasaan adalah bagian yang penting dari kehidupan, tetapi ada satu hala yang harus dipertanyakan, “Apakah saya melakukan cara ini karena ini adalah cara yang terbaik, karena saya merasa nyaman dengan metode ini, atau karena saya selalu melakukan cara ini!”
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
34
6. Perubahan kebutuhan owner Sering, kebutuhan baru owner memaksa perubahan selama desain atau konstruksi yang meningkatkan biaya dan merubah jadwal. Pada banyak kasus ower tidak mempertimbangkan dampak dari perubahan ini. 7. Kurangnya komunikasi dan koordinasi Kurangnya komunikasi dan informasi adalah alasan utama untuk unnecesery cost. VE membuka saluran komunikasi bahwa alat diskusi persoalan dan mengijinkan mengepresikan pendapat. 8. Standar dan spesifikasi yang Kuno. Beberapa standar dan spesifikasi yang digunakan dalam konstruksi berumur kurang dari sepuluh tahu. Sebagai teknologi yang baru, pembaharuan berkelanjutan terhadap data diperlukan, tetapi ini sering kali tidak sempurna. VE membantu untuk mengisolasi dan fokus pada teknologi dan standar baru dimana biaya tinggi dan nilai jelek mungkin terjadi. Setiap alasan untuk nilai yang jelek ini menyediakan sebuah kesempatan untuk memperbaiki keputusan yang dibuat dan sebuah area dimana upaya value engineering adalah tindakan yang tepat.
2.4.5 Elemen – Elemen Penting Dalam VE Elemen – elemen VE ini digunakan untuk membantu dalam analisis VE Elemen ini terdiri dari (Ustoyo, 2007): 1. pemilihan komponen proyek untuk studi VE 2. pembiayaan untuk nilai 3. permodelan biaya 4. pendekatan fungsional 5. Teknik sistem analisa fungsi (Functional Analysis System Technique – FAST) 6. Rancana kerja VE 7. Kreativitas 8. Penentuan dan pembiayaan program VE 9. Kedinamisan manusia, dan
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
35
10. Pengaturan hubungan antara pemilik, perancang, dan konsultan VE Setiap elemen tersebut diatas harus digunakan dalan studi VE untuk sebuah proyek.
2.4.6 Metodelogi Value Engineering Pada bagian ini akan dibahas mengenai metodologi Value engineering dan tools yang digunakan untuk studi VE.
2.4.6.1 Metodologi Baku Value Engineering Metodologi baku untuk melalukan kajian VE menurut SAVE 2007 dibagi menjadi 3 tingkat yaitu:
Gambar 2.6. Diagram Flow Proses Studi nilai
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
36
1. Pre-Workshop Activities Tahap ini bertujuan untuk merencanakan dan mangatur Value Study. Pertanyaan dasar yang digunakan pada tahap ini adalah “ apa yang harus dilakukan untuk menyiapkan Value Study?” Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah: -
Mendapatkan persetujuan dari manajemen senior dan dukungan yang berhubungan dengan job plan, peraturan-peraturan dan tanggung jawab.
-
Mengembangkan scope dan sasaran value study.
-
Mendapatkan data dan informasi proyek.
-
Mendapatkan dokumen kunci seperti lingkup definisi pekerjaan, gambar, laporan spesifikasi, dan perkiraan proyek.
-
Mengidentifikasi dan memprioritaskan strategi masalah yang sedang diperhatikan.
-
Menentukan scope dan sasaran penyelidikan.
-
Mengembangkan jadwal penyelidikan.
-
Melakukan analisis benchmarking yang kompetitif.
-
Mengidentifikasi anggota Value Team.
-
Mendapatkan komitmen dari anggota tim yang telah dipilih untuk mencapai sasaran proyek.
-
Mereview biaya proyek.
-
Mengumpulkan informasi konsumen/pengguna proyek.
-
Jika waktunya tepat, mengundang suppliers, konsumen, atau stakeholder untuk berpartisipasi dalam Value Study.
-
Mendistribusikan informasi ke anggota tim untuk direview.
-
Mengembangkan diagram dan model informasi tentang proyek.
-
Menentukan tanggal, waktu, lokasi penyelidikan dan logika lain yang diperlukan.
-
Mendefinisikan secara jelas, dengan manajemen senior, persyaratan untuk kesuksesan hasil Value Study.
2. Workshop (Job Plan) Activities Workshop (Job Plan) activities ini terdiri dari 6 tahap yang yaitu:
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
37
a. Tahap Informasi Menurut Zimmerman(1982) sesuai dengan yang dikutip saudara Afandi, tahap informasi dalam VE ditunjukkan untuk mendapatkan informasi
seoptimal mungkin dari tahap desain suatu proyek (Afandi,
2010). Informasi tersebut antara lain berupa latar belakang yang memberikan informasi yang membawa kepada desain proyek, asumsiasumsi yang digunakan, dan sensitivitas dari biaya yang diperlukan dalam bangunan green building. Menurut standar SAVE 2007, aktifitas-aktifitas yang umum dilaksanakan pada tahap ini adalah: 1. Mendapatkan data proyek dan informasi dan dokumen kunci seperti scope
definisi
pekerjaan,
gambar-gambar,
laporan
spesifikasi,informasi detail biaya proyek, data kualitas, inforamsi pemasaran, flow charts proses, dan lain-lain. Tool yang digunakan antara lain: Quality Function Deployment, Voice of Customer. 2. Mengidentifikasi dan memprioritaskan pada masalah yang sedang diamati. Selanjutnya mendefinisikan scope dan sasaran studi. Tool yang dapat digunakan antara lain: SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats), Project Charter. 3. Tim proyek mempresentasikan konsep proses/ produk/ desain saat ini dan yang asli. 4. Menyelenggarakan analisis benchmarking yang kompetitif. Tool yang apat digunakan adalah Bechmarking, Tera Down Analysis, Pareto Analysis, Design For Assembly. 5. Menentukan jadwal studi; tanggal, waktu, lokasi dan kebutuhan lainnya. 6. Mendistribusikan informasi proyek kepada anggota tim VE untuk direview. 7. Memahami lingkup proyek, jadwal, budget, biaya, risiko, kinerja non moneter . 8. Mengkonformasi konsep proyek yang paling baru. 9. Mengidentifikasi fungsi proyek pada level tinggi. 10. Mengujungi lokasi dan fasilitas.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
38
11. Mengkonfirmasi parameter kesuksesan.
Menurut Dell’ Isola (1982), beberapa pertanyaan yang bisa diajukan dalam tahap pengumpulan informasi antara lain: a.
Apakah ini ?
b.
Apa yang dikerjakannya?
c.
Apa yang harus dikerjakannnya?
d.
Berapa biayanya?
e.
Berapa nilainya?
Dengan mengajukan informasi tersebut bisa diperoleh informasi dasar dan
mendapatkan lingkup bagian yang dikaji secara lebih terperinci.
Pertanyaan tersebut dapat memberikan alur pemikiran sebagai berikut (Afandi, 2010): a. Apakah ini?, akan membawa kepada pengertian fitrah atau nature dari proyek beserta bagian-bagian dan komponen-komponennya. b. Apa yang dikerjakannya?, akan membawa kepada peran atau fungsi pada umumnya dari proyek beserta
bagian-bagian dan komonen-
komponen. c. Apa yang harus dikerjakannya? Akan membawa kepada fungsi primer dari proyek beserta bagian-bagian dan komponen-komponen atau merupakan alasan dasar diadakannya proyek tersebut. d. Berapa biayanya?, akan membawa kepada biaya produksi dan biaya pelaksanaan dari proyek beserta bagian-bagian dan komponenkomponennya. e. Berapa nilainya?, akan membawa kepada penghargaan atas manfaat yang akan diperoleh dari proyek beserta bagian-bagian dan komponen-komponennya oleh klien atau dalam hal ini pemilik proyek.
Fase ini akan membawa semua anggota untuk mengetahui proyek pada level dasar, meliputi taktik, operasional, dan spesifikasi subyek.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
39
Pemahaman mengenai fungsi merupakan dasar untuk mengidentifikasi dan alternatif bencmark dan mismatches dan mengatur agenda untuk inovasi. Pada fase ini konsultan perencana mempresentasikan proyek kepada tim VE, setelah ketua tim VE membuka acara workshop. Anggota tim VE akan mengajukan pertanyaan yang muncul selama pengkajian dokumen proyek selama tahap persiapan. Jika dianggap perlu dilakukan survey lapangna oleh anggota tim VE yang ditunjuk. Survey ini dilakukan setelah presentasi oleh konsultan perencana. Tujuan dilakukan survey adalah untuk membuat rekonstruksi proyek. dengandilakukan survey lapangan dapat diperoleh beberapa catatan yang tidak dapat dilakukan dengan cara wawancara atau didapat dari dukumen tetapi sangat penting artinya bagi sebuah pemahaman yang lengkap dari sebuah masalah nilai.
b. Tahap Analisis Fungsi Setelah mengumpulkan informasi kemudian dilakukan analisis fungsi. Tahap analisis fungsi merupakan tahap yang paling penting dalam value engineering karena analisis fungsi ini yang membedakan VE dengan teknik penghemtan biaya lainnya. Pada tahap ini akan dilakukan analisis fungsi sehingga diperoleh biaya terendah yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi utama, fungsi-fungsi pendukung, dan mengidentifikasi biayabiaya yang dapat dikurangi atau dihilangkan tanpa mempengaruhi kinerja atau mutu poduk. Pendekatan fungsional mengandung pengertian uraian, kajian, dan analisis yang akan dilakukan terhadap proyek tersebut akan mengacu kepada aspek fungsi dari proyek. Menurut Hario Sabrang (1998) fungsi dari sesuatu adalah peran dari sesuatu tersebut yang melingkupinya (Afandi, 2010). Peran atau kegiatan yang terjadi dalam proyek tersebut adalah untuk mendukung tercapainya tujuan sistem yang melingkupinya. Menurut Mitchell (1982) pendekatan fungsional ini sangat strategis dalam melakukan analisis VE karena pendekatan ini akan membedakan penghematan VE dengan teknik penghematan biaya lainnya (Afandi, 2010).
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
40
Fungsi suatu barang dan jasa merupakan jawaban atas “dapat melakukan apa benda, barang, jasa tersebut”. Dimana fungsi dalam VE ada dua yaitu (Dell’ Isola, 1974): 1.
Fungsi primer, fungsi yang mendasi dasar diadakannya barang atau jasa tersebut, fungsi ini untuk menjawab pertanyaan “ apa yang harus dilakukan” oleh barang atau jasa tersebut.
2.
Fungsi sekunder yaitu fungsi yang sangat situasional serta kondisional dan bergantung pada pembeli dan pemanfaatannya. Sehingga bisa berbagai macamnya.
Bagian yang paling sulit pada analisis fungsi adalah memperkirakan nilai
kegunaan
(worth)
setiap
subsistem
atau
komponen
untuk
membandingkannya dengan biaya yang diperkirakan. Nilai keguanaan (worth) memberikan identifikasi value artinya biaya terendah yang diperlukan untuk terlaksananya suatu fungsi tertentu. Untuk itu tidak perlu ketelitian yang sangat besar.
Nilai kegunaan (worth) hanya digunakan
sebagai suatu mekanisme untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah dengan potensi penghematan dan perbaikan nilai (value) yang tinggi. Subsistem yang melaksanakan fungsi sekunder tidak memiliki worth karena tidak berhubungan langsung dengan fungsi dasar (Afandi, 2010). Sebagai bagian dari analisi fungsi, tim VE membandingkan rasio costto-worth berbagai alternatif untuk keseluruhan fasilitas dan subsistemnya. Rasio cost-to-worth ini diperoleh dengan membagi biaya yang diperkirakan untuk sistem atau subsistem dengan total worth untuk fungsi dasar sistem atau subsistem. Rasio cost-to-worth yang lebih besar daripada dua biasanya mengindikasikan wilayah dimana terdapat potensi penghematan biaya dan perbaikan nilai (value) (Afandi 2010). Menurut SAVE (2007), tools yang dapat digunakan sebagai alat bantu pada tahap ini adalah Random Functions Identification, FAST, Function Tree, Cost to Function Analisis. Pada penelitian ini tools yang digunakan adalah FAST Diagram.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
41
Standar SAVE (2007) mengenal 4 model diagram FAST, yaitu : 1. Classical FAST Model : fungsi yang menggambarkan kesaling terhubungan antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lain didalam logika HOW – WHY. Model ini dikembangkan oleh Charles Bytheway. 2. Hierarchy Function Model : sebuah grafik hirarki dari fungsi-fungsi yang disusun secara vertikal. Model ini menempatkan fungsi dasar dipuncak grafik. Fungsi dari masing-masing sistem utama ditetapkan dibawah fungsi dasar. Kemudian fungsi pendukung ditempatkan pada garis bawah fungsi utama. Fugsi ini dilakukan hingga tingkat detail tertentu diana tim VE merasa cukup mencapai maksu dari dilakukannya studi. 3. Technical FAST Model : sebuah bentuk lain dari Classical FAST yang menambahkan “all the item” function, “one time” function dan “same time” function atau “caused by” function. 4. Customer-Oriented FAST Model :
jenis diagram FAST
ini
dikembangkan untuk mencerminkan bahwa pelanggan adalah pihak yang menentukan ilai (value) dalam proses analisis fungsi. Customeroriented FAST menambahkan fungsi-fungsi pendukung : attract users, satisfy users, assure dependenability, dan assure convenience. Fungsifungsi proyek yang mendukung fungsi-fungsi pelanggan ini ditentukan dengan menggunakan logika HOW-WHY Fungsi pendukung: tidak penting bagi kinerja task tetapi fungsifungsi ini adalah fungsi-fungsi yang sangat penting di dalam membangun daya terima produk, sistem, dan lain-lain dikalangan pelanggan dan di dalam menjual produk atau layanan. -
Assure convinience adalah semua fungsi yang membuatnya cocok (tidak menyusahkan) untuk menggunakan (seperti, fungsi-fungsi terkait dengan hubungan ruangan dalam sebuah bangunan gedung)
-
Assure dependability : Semua fungsi yang akan mengurangi biaya pemeliharaan dan melindungi pengguna dari kondisi alam yang tidak menyenangkan (seperti dari angin atau rasa dingin).
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
42
-
Satisfy User : semua fungsi yang membuatnya nyaman untuk ditinggali atau digunakan (seperti dengan memasang sebuah air konditioner)
-
Attract User : semua fungsi yang memenuhi semua harapan estetika dari pemilik/ pengguna.
c. Tahap Kreatif Fase ini merupakan fase untuk mengembangkan sebuah kuantiti ideide yang berhubungan dengan cara lain untuk kinerja fungsi. Menurut Hutabarat (1995), tahap kreatif adalah tahap mengembangkan sebanyak mungkin alternatif yang bisa memenuhi fungsi primer atau pokoknya (Ustoyo, 2007). Untuk itu diperlukan adanya permunculan ide-ide guna memperbanyak alternatif-alternatif yang akan dipilih. Alternatif tersebut dapat dikaji dari segi desain, bahan, waktu pelaksanaa, metode pelaksanaan, dan lain-lain. sebagai bahan pertimbangan dalam mengusulkan alternatif dapat
disebutkan
keuntungan
dan
kerugiannya.
Sebagai
dasar
penilaian/pertimbangan untuk dilakukan analisis VE dapat dipilih kriteriakriteria dari item pekerjaan. Kriteria-kriteria tersebut nantinya sebagai bahan evalusi untuk memilih alternatif yang dipilih. Kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan pada tahap ini adalah(SAVE,2007): 1. Melakukan latihan pemanasan kreatif. 2. Menetapkan peraturan-peraturan yang melindungi lingkungan kreatif yang dikembangkan. Tools yang digunakan : Creativity “Ground Rules”. 3. Menggunakan teknik stimulasi ide yang dapat meningkatkan nilai. Tools yang digunakan: Brainstroming, Gordon Technique, Nominal Group Technique, TRIZ, Synetics 4. Mengembangkan ide alternatif yang dapat meningkatkan nilai. Pada akhir fase ini akan dihasilkan daftar ide-ide yang memuat alternatif-alternatif lain untuk menjalankan masing-masing fungsi yang memiliki peluang potensi bagi peningkatan nilai (fungsi dengan nilai rasio cost to worth lebih besar dari 1:1). Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
43
d. Tahap Evaluasi Fase evaluasi merupakan tahap mengurangi kuantiti ide-ide yang harus diidentifikasi untuk daftar pendek ide-ide dengan potensi yang besar untuk meningkatkan proyek. Ide-ide yang ingin dihasilkan pada tahap ini adalah ide-ide yang terkait dengan berbagai alternatif lain untuk menjalankan fungsi tertentu, fungsi yang berpotensi bagi peningkatan nilai proyek. banyak tool yang dapat digunakan untuk memunculkan ide kreatif. Pada umumnya, memunculakan ide kreatif bagi para engineer bukanlah hal yang mudah karena mereka cenderung untuk menemukan solusi dengan cepat. Untuk mengendalikan hal ini, maka engineer harus mengikuti seluruh tahapan yang ada dalam job plan dan menaaati semua aturan dalam fase ini. Kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan padatahap ini adalah (SAVE, 2007): 1. Menjelaskan dan mengkategorikan setiap ide untuk mengembangkan sebuah pemahaman. 2. Mendiskusikan bagaimana ide-ide berdampak pada biaya proyek, dan kinerja parameter-parameter. Tools yang digunakan: T-Charts. 3. Memilih
dan
memprioritaskan
ide-ide
untuk
pengembangan
selanjutnya. Tools yang digunakan: Pugh Analysis, Kepner-Tregoe, Life Cycle Coasting. 4. Menjelaskan bagaimana ide-ide dituliskan sebagai stand-alone riskreward invesment proposals.
Pada tahap ini, ide-ide yang nampak jelas tidak layak dibuang. Kemudian ide-ide atau alternatif yang terpilih dianalisis keuntungan dan kerugiaannya, biaya siklus hidupnya (life cycle cost), dan dibuat bobotnya. 1. Analisis keuntungan dan kerugian. Ide-ide yang muncul dari tahap sebelumnya dianalisis keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari setiap ide tersebut. Dalam melakukan analisis keuntungan dan kerugian ini dapat digunakan tabel yang menunjukkan keuntungan dan kerugian.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
44
2. Analisis paired comparison dan decision matrix Paired comparison adalah untuk menentukan tingkat kepentingan (bobot) masing-masing parameter. Pada analisis paired comparison, parameter-parameter yang digunakan saling dibandingkan satu sama lain. Tujuannya adalah untuk mengetahui bobot masing-masing parameter. Setelah analisis analisis paired comparison, dilakukan analisis dengan decision matrix. Decision matrix bertujuan untuk mengevaluasi ide menurut beberapa faktor atau kriteria. 3. Biaya Siklus Hidup Proyek Setelah diketahui keuntungan dan kerugiaanya, ide tersebut dianalisi biaya siklus hidupnya. Ide yang terpilih ini kemudian dianalis pada tahap perikutnya yaitu tahap pengembangan.
e. Tahap Pengembangan Fase ini merupakan fase analisis lanjutan dan mengembangkan daftar pendek ide-ide dan pengembangan ini dengan memperhitungkan alternatifalternatif value. Kegiatan-kegiatan umum pada fase ini adalah: 1. Membandingkan kesimpulan studi dengan syarat kesuksesan selama fase informasi dan fase analisis fungsi. 2. Menyiapan sebuah tuliasan menganai alternatif nilai untuk setia ide yang dipilih untuk pengembangan selanjutnya. 3. Menaksir dan mengalokasikan risiko dan biaya denga tepat 4. Mengadakan analisa cost-benefit. 5. Mengembangkan sketsa dan infomasi yang diperlukan untuk menyampaikan konsep. 6. Mengkonfirmasi
sebuah
alternatif
yang
akan
dikembangkan
selanjutnya. 7. Mengakhiri perkembangan alternatif awal. 8. Mengembangkan sebuah rencana tindakan untuk mendefinisikan langkah-langkah implementasi untuk setiap alternatif nilai (value).
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
45
Pada tahap ini ide-ide terpilih akan dikembangkan menjadi berbagai alternatif perubahan sesuai dengan fase pengembangan proyek. masingmasing alternatif ini akan ditentukan kelayakannya. Alternatif- alternatif yang tidak layak, tidak bekerja, akan dibuang. Setelah diperoleh alternatif, selanjutnya bihitung biayanya dan biaya siklus hidup bagi masing-masing alternatif terbaik. Alternatif terbaik ini perlu didukung sebanyak mungkin informasi-informasi teknis.
Bentuk dukungan informasi teknis dapat
meliputi (Priyanto, 2010, p.116): -
Uraian tertulis tentang konsep asli dan alternatif yang diajukan.
-
Backup teknis, tapi tidak dibatasi pada, seperti perhitungan, catalogue cut, informasi vendor.
-
Keuntungan dan kerugian alternatif.
-
Pembahasan tentang berbagai alternatif untuk mengkomunikasikan ide secara jelas kepada para pengkaji, termasuk informasi berkaitan dengan pelaksanaan seperti biaya, jadwal, potensi konflik.
-
Informasi biaya meliputi biaya awal dan biaya siklus-hidup (life-cycle cost), yang menanyakan perbedaan antara biaya rancangan asli dan biaya alternatif secara jelas. Pada akhir fase ini akan dihasilkan berbagai alternatif yang didukung
oleh informasi teknik yang memadai. Berbagai alternatif ini akan dikomunikasikan kepada perencana, pengguna/pemilik, atau kelompok atau individu lain yang terlibat pada fase presenatsi.
f. Tahap Presentasi Tahap ini dapat berupa presentasi atau laporan secara tertulis atau lisan yang ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam memahami alternatif-alternatif yang akan dipilih dalam usulan tim VE. Usulan yang dipilih dapat disampaikan secara singkat, jelas, cepat dan tanpa memojokkan salah satu pihak. Rekomendasi ini nantinya digunakan untuk meyakinkan manajemen, owner, dan stakeholder lain yang berperan dalam pengambil keputusan. Aktifitas umum pada fase ini: a. Menyiapkan presentasi dan dokumen pendukung. Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
46
b. Membandingkan kesimpulan pembelajaran persyaratan keberhasilan yang ditetapkan selama informasi dan fase analisis fungsi. c. Menawarkan kepada manajemen skenarion inovasi “ risk-reward” untuk memilih nilai alternatif yang akan diterapkan. d. Bertukar informasi dengan tim proyek. e. Meyakinkan manajemen sehingga mereka dapat membuat keputusan. f. Bagan rencana pelaksanaan antisipasi. g. Menyiapkan format laporan.
Presentasi dilakukan dihadapan para perencana, pengguna/pemilik, atau kelompok atau individu lainnya yang terlibat dalam memberikan pemahaman terhadap maksud dari masing-masing alternatif sebelum mereka mengevaluasi lebih lanjut untuk menentukan implementasi dari berbagai alternatif tersebut. Pada kesempatan ini juga disampaikan laporan awal tertulis sehingga penerapan/implementasi alternatif tidak terlambat. Laporan dimaksud memuat informasi minimal, sebagai berikut: -
Tujuan proyek
-
Uraian proyek
-
Ruang lingkup studi analisis nilai
-
Prosedur VA
-
Alternatif VA dan pengembangannya. Pada fase ini juga perlu memastikan bahwa manajemen memiliki
seluruh informasi yang objektif sebagai dasar pembuatan keputusan serta menguraikan rencana pelaksanaan alternatif yang diusulkan. 3. Post-Workshop Activities Tahap ini terdiri dari dua aktifitas yaitu: a. Kegiatan pelaksanaan Memastikan alternatif yang diterima diterapkan dan manfaat yang diproeksikan oleh Value Study telah direalisasikan. Bertanyaan dasar pada fase ini adalah “ apa program berubah dan bagaimana tim proyek
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
47
mengaturnya?”. Kegiatan-kegiatan umum yang dilakukan pada fase ini antara lain: 1) Mereview laporan premilinary. 2) Melakukan pertemuan pelaksanaan untuk menentukan disposisi dari setiap alternatif nilai. 3) Menentukan tindakan rencana untuk alternatif yang diterima dan dokumen yang rasional untuk alternatif yang ditolak. 4) Mendapatkan komitmen untuk implementasi. 5) Mengatur sebuah kerangka waktu untuk mereviw dan melaksanakan setiap alternatif nilai. 6) Menghargai prestasi sebagai hasil dari alternatif yang diterapkan. 7) Mengakhiri deliverable. 8) Memvalidasi keuntungan dari implementasi perubahan. 9) Meyakinkan bahwa praktek baru menjadi embedded dengan menentukan dan mengatur sebuah rencana implementasi.
Output dari fase ini adalah stakeholder proyek menetukan apa yang akan diubah dalam proyek sebagai hasil dari Value Study. Ini merupakan perubahan konsep yang asli atau konsep dasar dari suatu studi, sebagai hasil alternatif nilai, yang perkembangan proyek akan gabungkan dalam kegiatan pengembambangan prodak dan besain di masa depan.
b. Kegiatan Value Study Follow-Up Fase ini merupakan Follow Up pada pelaksanaan hasil Value Study dan memperbaiki aplikasi dari methodologi nilai untuk studi di masa mendatang.pertanyaan dasar pada fase ini adalah “ apa yang telah kita pelajari tentang bagaiman cara yang paling baik dalam menciptakan atau mengingkatkan nilai dari suatu subjek dibawah pembelajaran/”. Kegiatan umum yang dilakukan pada fase ini adalah: 1) Mempersiapakan laporan hasi studi, pembelajaran pelajaran, atau item lain untuk direkam/ diurutkan melalui implementasi. 2) Mengidentifikasi dimana kesempatan-kesempatan yang hilang,.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
48
3) Mengidentifikasi roadblocks untuk inovasi dan mengetahui mengapa mereka ada. 4) Mengadakan wawancara dan merekam pelajaran yang dipelajari. 5) Mengintegrasi hasil Value Study dalam laporan program. 6) Mencerminkan pada Value Study dan menentukan bagaimana pengalaman mengembangkan kapasitas baru. Outcome dari fase ini adalah individu menjadi pencipta nilai yang lebih baik dengan dicerminkan pada teori yang mereka pegang sebelum Value Study.
2.4.7 Perkembangan Value Engineering di Indonesia Value engineering (VE) mulai diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1986 oleh bapak Dr. Ir. Suriana Chandra melalui seminar-seminar di berbagai kota (Fauzan, 2008). Pada tahun itu juga, metode ini digunakan pada Proyek Pembangunan Jalan Layang Cawang. Selanjutnya, pada tahun 1987, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Departemen Keuangan, dan Direktorat Jenderal Cipta Karya mengajukan pemakaian VE di Indonesia untuk seluruh pembangunan rumah dinas dan gedung negara di atas satu milyar rupiah (Fauzan, 2008). Periode sejak berikutnya yaitu tahun 1990-an sampai awal tahun 2003, perkembangan VE di Indonesia tidak banyak diketahui. Jika ditinjau dari regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan konstruksi pada periode tersebut adalah sebagai berikut (Fauzan, 2008, p. 15): 1.
Undang – undang Perumahan Dan Pemukiman Nomor 24 tahun 1992;
2.
Undang – Undang Jasa Konstruksi Nomor 18 tahun 1999;
3.
Undang – Undang Tentang bangunan Gedung Nomor 28 Tahun 2002;
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 28,29,30 Tahun 2000;
5.
Keputusan Menteri (Kepmen) Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Nomor 332/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara.
Maka tampaknya anjuran Bappenas tahun 1987 untuk menerapkan value engineering pada pembangunan rumah dinas dan gedung negara, tidak dilanjuti
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
49
dengan penyusunan regulasi yang lebih tinggi tingkatan hukumnya, karena tidak ada satu klausaul pada regulasi periode tersebut yang menyinggung mengenai penerapan VE. Beberapa paraktisi memperkirakan bahwa
perkembangan VE
pada periode ini telah terhenti. Pada beriode berikunya mulai tahun 2003 sejak dikeluarkannya Keppres 80 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah sampai awal tahun
2007,
VE
di Indonesia
masih
belum
menunjukan
tanda-tanda
perkembangan yang berarti (Fauzan, 2008). Pada periode ini kewajiban menerapkan Keppres 80 dianggap menghambat perkemangan penerapan VE khususnya pada proyek-proyek yang dibiayai oleh pemerintah. Keppes 80, disatu sisi menyatakan bahwa pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyedian jasa dan barang harus menghindari terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan, disisi lain tidak menyediakan ruang bagi penyedia jasa untuk berkreasi mengupayakan penghematan dengan metode-metode dan inovasi-inovasi baru yang lebih baik. Value egineering yang dalam aplikasinya memerlukan keleluasaan untuk berkreasi dan inovasi terhadap desain awal seringkali tidak terakomondasi atau tidak dipahami oleh owner (panitian pengadaan) dan aparat penegak hukum. Keterlambatan pemahaman aparat penegak hukum terkait dengan pelaksanaan konstruksi menyebabkan mereka berpegang pada aturan-aturan kaku yang sebenarnya masih harus disempurnakan. Hal ini yang menyebabkan value engineering masih jarang digunakan di Indonesia.
2.5
VALUE ENGINEERING PADA BANGUNAN BERKONSEP GREEN BUILDING Dari tahun ke tahun, industri konstruksi di Indonesia terus mengalami
perkembangan yang signifikan. Tetapi perkembangan yang terjadi ini masih minim konsep green building yang dinilai lebih ramah terhadap lingkungan. Selain itu, masih banyak kalangan yang berpendapat bahwa bangunan berkonsep ini memerlukan biaya besar sehingga masih sedikit owner yang menerapkan konsep ini untuk bangunan yang mereka miliki.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
50
Hal ini berlawanan dengan pernyataan yang dibuat oleh Alexia Nalewaik, CCE MRICS, and Valerie Venters, CCC dalam the AACE international Journal of Cost Estimation, Cost/ Schedule Control, and Project Managemet yang terbit bulan Februari 2009 yang menyatakan bahwa konsep bangunan berkelanjutan menghemat life cycle cost pada biaya utilitas dan biaya perawatan yang menarik para owner untuk menerapkan konsep ini. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa konsep bangunan berkelanjutan mencerminkan value engineering. Berikut ini potensi besar penghematan biaya yang samar-samar
dikaitan dengan konsep
desain “hijau” dan VE (Nalewaik and Venters, 2009):
Desain yang fleksibel dan perencanaan lokasi yang hati-hati mengurangi footprint dari bangunan, ukuran yang benar dari fasilitas selagi memuaskan kebutuhan pemilik.
Efisiensi dalam infrasutruktur misalnya penghematan area paving.
Mengurangi peralatan mekanikal dan elektrikal, melalui penggunaan cahaya matahari, ventilasi alami, dan lain-lain.
Serupa dengan sistem efisiensi
tinggi dan perletakan bangunan yang tepat.
Generasi tenaga/power melalui penggunaan photovoltaics dan generasi lainnya, mengurangi penggunaan energi.
Menggunakan sumber daya lokal dan material daur ulang, yang tidak hanya mendorong ekonomi lokal tetapi juga mengurangi biaya transportasi.
Memilih dan mengurangi atau tidak menggunakan sama sekali material khususnya untuk penyelesaian interior.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
PENDAHULUAN Objek pada penelitian ini adalah bangunan gedung berkonsep green
building. Hal ini karena masih banyaknya anggapan bahwa proyek bangunan dengan konsep green building mahal. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan diketahui komponen-komponen biaya yang potensi untuk dihemat sehingga bisa menghapus anggapan bahwa bangunan berkonsep ini mahal. Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui bahwa penerapan value engineering pada bangunan berkonsep green building dapat mengefisiensikan biaya proyek berkonsep ini yang dianggap memiliki biaya lebih mahal dibandingkan dengan bangunan konvensional. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat, maka pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang akan dipakai pada penelitian ini. Rumusan masalah dan strategis pemilihan metode diuraikan pada sub bab 3.2 dan lokasi penelitian sub bab 3.3. Sub bab 3.4 menjelaskan mengenai pemilihan metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini. Sub bab 3.5 menjelaskan tentang metode analisis data dan sub bab 3.6 menjelaskan mengenai alur penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini. Sedangkan sub bab 3.7 berisi kesipmulan dari bab ini.
3.2
RUMUSAN MASALAH DAN STRATEGIS PEMILIHAN METODE Tahap awal dalam melakukan penelitian adalah merumuskan masalah,
membuat hipotesis, dan menentukan strategi penelitian.
3.2.1 Rumusan Masalah dan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah yang disampaikan pada pembahasan sebelumnya, maka dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian (research questions) untuk dianalisis.
51 Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
52
Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: 1. Apa saja komponen-komponen biaya pada berpontensi dihemat/ diefisiensikan dengan menggunakan metode value engineering pada proyek berkonsep green building sehingga diperoleh biaya yang paling efisien. 2. Sejauh mana efisiensi ini bisa diterapkan pada proyek gedung berkonsep green building. Dari rumusan masalah tersebut, maka diperoleh hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Dengan Diterapkannya Value Engineering pada Proyek Bangunan Berkonsep Green Building Maka akan Efisiensi Biaya.”
3.2.2 Strategi Pemilihan Metode Dalam penelitian digunakan suatu strategi yang disarankan oleh Yin (1996) dengan tujuan agar dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian tersebut. Ada tiga faktor yang mempengaruhi jenis strategis penelitian, yaitu (Afandi, 2010): 1. Tipe pertanyaan yang diajukan 2. Luas kontrol yang dimiliki peneliti atas peristiwa yang akan diteliti. 3. Fokus terhadap peristiwa kontemporer sebagai kebalikan dari peristiwa historis Metode penelitian disini menjelaskan tentang metode apa yang akan dipakai pada penelitian ini. Strategi dalam penentuan metode penelitian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Strategi Pemilihan Metode Penelitin Strategi
Bentuk pertanyaan
Kontrol dari
Tingkat fokus
peneliti
peneliti dengan
dari kesamaan
tindakan dari
penelitian yang
penelitian yang
lalu
aktual Esperimen
Bagaimana, mengapa
Survei
Siapa,
apa,
dimana,
Ya
Ya
Tidak
Ya
berapa banyak
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
53
Tebel 3.1 Strategi Pemilihan Metode Penelitin (lanjutan) Strategi
Bentuk
pertanyaan
peneliti
Analisis
Siapa,
apa,
dimana,
Kontrol dari peneliti dengan tindakan dari penelitian yang aktual Tidak
Tingkat fokus dari kesamaan penelitian yang lalu Tidak
berapa banyak Historis
Bagaimana, mengapa
Tidak
Tidak
Studi
Bagaimana, mengapa
Tidak
Ya
Kasus Sumber : Prof. Robert K. Yin, “Studi Kasus Desain dan Metode” Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2002 hal 8
Dalam penelitian ini digunakan rumusan masalah “apa” dan “berapa yaitu : 1. Apa saja komponen biaya yang dapat dihemat pada proyek gedung berkonsep Green Building 2. Sejauh mana efisiensi ini bisa diterapkan proyek gedung berkonsep green building. (rumusan masalah yang kedua ini lebih menekankan pada berapa persen penghematan yang dapat dilakukan dengan menggunakan metode VE). maka dapat diketahui bahwa strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Sedangkan berdasarkan pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini didukung dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara dengan para ahli dibidang value engineering dan green building.
3.3. LOKASI PENELITIAN Penelitian ini akan dilakukan pada salah satu proyek bangunan yang menerapkan konsep green building yang berada di wilayah Jabodetabek.
3.4
PENGUMPULAN DATA Metode pengumpulan data adalah teknik yang atau cara–cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam mengumpulkan data
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
54
diperlukan juga instrumen pengumpulan data yaitu alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis. Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis yaitu: a. Data Primer, yaitu data yang secara langsung diambil dari objek penelitian. Data primer ini merupakan data pokok yang digunakan untuk analisis value engineering. Data primer pada penelitian ini dapat berupa data teknis proyek, seperti gambar kerja, Rencana Anggaran Biaya (RAB), Rencana Kerja dan Syarat (RKS). b. Data Sekunder, yaitu yang diperoleh tidak secara langsung dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, data sekunder berupa data pendukung yang dijadikan input dan referensi dalam melakukan analisis VE. Data sekunder terdiri dari daftar harga satuan atau analisa pekerjaan, data bahan, material, dan peralatan
bangunan yang digunakan, data tenaga kerja, peraturan-
peraturan mengenai green building yang dapat dijadikan referensi dalam melakukan analisis VE.
Peralatan yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini antara lain: 1. Alat tulis, digunakan untuk mencatat semua hasil pendataan. 2. Kamera, mendokumentasikan gambar-gambar. 3. Recorder, mereka hasil wawancara antara peneliti dengan narasumber. 4. Kalkulator, sebagai alat bantu dalam melakukan analisis. 5. Komputer, alat yang digunakan untuk menginput data.
Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari: a.
Dokumentasi Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi gambar kerja, Rencana Angaran Biaya (RAB), Rencana Kerja dan Syarat (RKS), buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
55
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan dengan penelitian.
b. Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
Wawancara ini
dilakukan jika peneliti ingin mengetahui secara lebih mendalam mengenai subjek penelitian. Pada penelitian ini digunakan wawancara bebas terpimpin yaitu perpaduan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Dalam pelaksanaannya, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan. Penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan ahli value engineering dan green building.
c.
Observasi (Pengamatan) Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi dilakukan pada tahap pengumpulan informasi.
Metode pengumpulan data primer diklakukan dengan cara survey langsung pada konsultan maupun pelaksana yang menangani proyek tersebut dan melakukan observasi langsu ke lapangan. Sedangkan untuk metode pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan survey langsung pada instansi-instansiatau perusahaan-perusahaan yang dianggap berkepentingan. Perusahaan itu dapat meliputi perusahaan bahan/material bangunan, kontraktor, dan perusahaanperusahaan lain yang dapat dijadikan bahan referensi.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
56
3.5
ANALISIS Analisis yang digunakan untuk menjawab kedua rumusan masalah pada
penelitian ini adalah analisis VE. Berikut metodologi VE yang digunakan pada penelitian ini:
3.5.1 Tahap Informasi Tahap ini merupakan tahap awal dalam studi VE. Aktifitas VE pada tahap ini adalah: a. Memahami konsep desain asli b. Mengedentifikasi masalah dan kendala-kendala c. Mengkonfirmasi konsep proyek paling baru. d. Mengunjungi lokasi e. Mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya berkaitan dengan proyek. f. Mengkonfirmasi parameter kesuksesan. Masalah Green Building yang dibahas pada tahap ini: a. Meminimalisasi konsumsi sumberdaya. b. Memaksimalkan penggunaan kembali (reuse) sumberdaya c. Menggunakan sumber daya yang dapat diperbaharui dan dapat didaur ulang. d. Melindungi lingkungan alam e. Menciptakan lingkungan sehat dan tidak beracun. f. Mengejar kualitas dalam menciptakan lingkungan bangunan. g. Menggunakan kembali aset bangunan yang sudah ada. h. Mendesain untuk meminimalkan sampah i.
Konservasi sumberdaya air
j.
Mempertimbangkan manusia dan lingkungan lokalnya.
Pada tahap awal ini dilakukan pengumpulan informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan proyek yang menjadi objek penelitian. Informasi umum yang diperoleh pada tahap ini antara lain adalah : -
Nama Proyek
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
57
-
Lokasi proyek
-
Pemilik proyek
-
Nilai proyek
Hal-hal yang dapat dilakukan pada tahap informasi ini antara lain: 1) Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan objek studi. Adalah mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan objek studi. informasi ini dapat berupa: -
Gambar-gambar perencanaan
-
Spesifikasi biaya
-
Perkiraan biaya
-
Pedekatan desain
-
Jadwal kegiatan, dan lain-lain.
2) Penentuan sasaran studi Untuk menetukan sasaran studi, dilakukan analisis pareto terhadap biaya proyek dan dilakukan pemahaman terhadap kriteria-kriteria green building sehingga diketahui komponen pekerjaan yang akan dianalisis menggunakan VE.
3.5.2 Tahap Analisis Fungsi Dalam studi VE, tahap analisis fungsi merupakan tahap yang penting, karena tahap inilah yang membedakan VE dengan metode penghematan biaya lainnya. Pada tahap ini didefinisikan fungsi dari komponen-komponen proyek yang telah didefinisikan sebelumnya pada fase informasi. Tahap ini merupakan tahap untuk memperkirakan nilai kegunaan dari suatu subsistem dan
diperkirakan biaya (cost) untuk
subsistem tersebut. Aktifitas VE pada tahap ini adalah: a. Menetukan fungsi dari komponen item pekerjaan. b. Mengidentifikasi masalah Green Building yang potensinya tinggi untuk didiskusikan
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
58
c. Menentukan komponen item pekerjaan, mengklasifikasikan fungsi tersebut ke dalam fungsi basic untuk komponen-komponen yang berfungsi sama dengan item pekerjaan. untuk mengembangkan fungsi ini dapat digunakan tools FAST. d. Mentukan rasio cost/worth yang merupakan indeks nilai biaya dibanding nilai manfaat. e. Kemudian menentukan item pekerjaan yang akan dianalisis pada tahap selanjutnya. Masalah Green Building yang dibahas pada tahap ini: a.
Mendefinisikan
fungsi
dari
masalah
Green
Building
yang
didefinisikan pada tahap Informasi. b.
Mendimensikan model fungsi dengan biaya dan atribut kinerja Green Building.
c.
Memilih fungsi yang berhubungan dengan Green Building sebagai fokusnya selama tahap kreatif.
3.5.3 Tahap Kreatif Tahap ini merupakan tahap pengembangan sebanyak mungkin alternatif yang biasa memenuhi fungsi-fungsi primer atau pokok. Sehingga pada tahap ini perlu dikembangkan ide-ide guna memperbanyak alternatifalternatif yang akan dipilih. Untuk membangkitkan ide-ide yang dapat meningkatkan nilai dapat digunakan Brainstorming, Gordon Technique, Nominal Group Technique, TRIZ, Synetics. Aktifitas VE : -
Mengembangkan ide-ide alternatif yang dapat meningkatkan nilai.
Persoalan Green Building yang dibahas pada tahap ini: a. Meminimalkan penggunaan energi b. Mencegah terjadinya polusi c. Memelihara dan meningkatkan bio-diversity d. Konservasi sumbardaya air. e. Mengatur target Green Building
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
59
f. Meningkatkan kualitas kehidupan dan menawarkan kepuasan bagi konsumen. g. Menghasilkan dan mendukung kebutuhan alam dan lingungan sosial h. Memaksimalkan efisiensi penggunaan sumberdaya i.
Mengurangi penggunaan energi dan metarial mentah.
j.
Memaksimalkan konsumsi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui.
k. Mengurangi jumlah emisi dan sampah berbahaya. l.
Meningkatkan kualitas lingkungan dalan ruangan.
3.5.4 Tahap Evaluasi Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap masukan-masukan ide dan alternatif. 1) Pertama, melakukan analisis keuntungan dan kerugian terhadap masing-masing alternatif. Pada tahap ini, jika ada ide yang tidak layak untuk dianalisis lebih lanjut, maka ide/ alternatif tersebut harus dihilangkan. 2) Kedua, melakukan analisis paired comparison dan melakukan analisis decision matrix. Pada analisis ini harus ditentukan terlebih dahulu parameter-parameter yang akan digunakan. Contoh parameterparameter yang digunakan pada adalah: a. Biaya awal b. Potensi Penipisan Ozon c. Potensi Pemanasan global d. Biaya operasional dan biaya perawatan e. Keselamatan f. Penghematan energi.
-
Paired Comparison
Pada analisis ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menetukan pembagian nilai (allocation poin) untuk masing-masing parameter. Contoh pembagian poin dapat dilihat pada tabel 3.2.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
60
Tabel 3.2. Contoh Pembagian Poin Key Letter A B C D E F
PAREMETER Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi TOTAL Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Max Point 100 100 100 100 100 100 600
Min Points
Remaining points
Setelah diketahui pembagian nilai (allocation points) masing-masing parameter, dilanjutkan dengan menghitung jumlah total dari perbandingan berpasang (paired comparison) dan menghitung maksimum poin yang dialokasikan untuk masing-masing bagian dengan menggunakan rumus : Jumlah total paired comparison = n(n-1)/2. Maksimum poin = Remaining poin/ jumlah total paired comparison dimana, n adalah jumlah parameter yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan matrix pembagian poin (point sharing matrix). Pada point sharing matrix, skala yang digunakan adalah: Major Medium Minor Equal
Besar Sedang Kecil Sama
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
61
Tabel 3.3. Point Sharing Matrix
-
Decision Matrix Setelah diperoleh bobot masing-masing parameter, dilakukan analisis decision matrix. Pada analisis decision matrix, harus diketahui ranking dari parameter untuk masing-masing alternatif. Skala ranting yang digunakan adalah : 5 Excellent 4 Very Good 3 Good 2 Fair 1 Poor Penentuan rating dilakukan dengan melakukan wawancara.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
62
Tabel 3.4. Contoh Tabel Untuk Analisis Decision Matrix Kriteria Kriteria 1 2 3 4 5 6
Bobot
Alternatif Alternatif 1 Alternatif 2 Rating score Rating Score
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi TOTAL RANKING Sumber : Hasil Olahan Sendiri
3) Tahap ketiga adalah analisis tehadap siklus hidup biaya (life cycle cost) sehingga diperoleh alternatif dengan biaya terendah.
Persoalan Green Building yang dapat didiskusikan pada tahap ini: a. Memaksimalkan efisiensi penggunaan sumberdaya. b. Meminimalkan konsumsi energi yang tidak dapat diperbaharui. c. Menggunakan produk yang ramah lingkungan d. Melindungi dan menghemat air e. Meningkatkan kualitas lingkungan dalam ruangan. f. Mengoptimalkan operasional dan perawatan
3.5.5 Tahap Pengembangan Selama fase pengembangan dari studi VE, setiap ide yang didesain diperluas dalam solusi yang dapat dikerjakan. Pengembangan ini terdiri dari desain yang direkomendasikan, modal, dan perbandingan life cycle cost dan sebuah deskripsi yang mengevaluasi keuntungnan dan kerugian dari rekomendasi yang diajukan. Alternatif terbaik ini perlu didukung sebanyak mungkin informasi-informasi teknis. Kemudian ide yang dipilih ditulis dengan jelas sehingga owner atau stakeholder lainnya dapat memahami maksud dari alternatif dan dapat memahami keuntungan dari
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
63
ide yang dipilih, dan juga dapat mengidentifikasi faktor negatif dari alternatif tersebut. Proposal ini biasanya terdiri dari teks, diagram, sketsa, hitungan pendukung, perbandingan biaya, risiko pekerjaan, dan informasi lain yang diperlukan. Pada tahap ini juga harus dipertimbangkan mengenai reliability, customer convenience, quality control, capital cost, O&M cost, life cycle cost, schedule, risk, availability, political ramifications, and perception dari ide yang dipilih.
3.5.6 Tahap Presentasi Tahap ini merupakan tahap presentasi hasil studi VE kepada owner dan pihak-pihak pengambil keputusan lainnya. Lembar kerja VE dan hasil dari VE diberikan kepada Owner dan pihak-pihak yang berperan dalam mengambil keputusan.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
64
3.6
ALUR PENELITIAN Alur penelitian menggambarkan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
penelitian.
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
65
Dari alur penelitian dapat dilihat tahapan-tahapan dalam penelitian ini. Dimulai dengan adanya isu lingkungan global
yang terdiri dari menipisnya
jumlah sumber daya, kelangkaan energi, kelangkaan air, terjadinya pencemaran lingkungan oleh bangunan, maka timbul pemikiran untuk membuat bangunan yang berkonsep ramah lingkungan yang dikenal dengan nama green building. Kemudian timbul permasalahan bahwa bangunan berkonsep ini mahal sehingga masih sedikit sekali penerapan konsep ini. Dari masalah ini kemudian di kumpulkan literatur mengenai green building dan metode penghematan value engineering sehingga menghasilkan hipotesis yang nantinya akan diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran ini dipilih metode penelitian yang akan digunakan untuk penelitian dan dikumpulkan data yang diperlukan. Data tersebut kemudian
dianalisis
sehingga
diperoleh rating
bangunan
tersebut
dan
direkomendasikan hasil penghematan dengan menggunakan VE. Tahapan akhir dalam penelitian ini adalah pembuatan kesimpulan untuk menjawab hipotesis.
3.7
KESIMPULAN Pada bab ini dijelaskan tahapan-tahapan yang digunakan dalam penelitian.
Tahapan tersebut meliputi perumusan masalah, hipotesis, strategi pemilihan metode penelitian, pengumpulan data, dan analisis data.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
66
BAB 4 ANALISIS DATA
4.1
TAHAP INFORMASI Berdasarkan rencana kerja (job plan) dalam value engineering, tahap
pertama yang harus dilalui dalam studi VE adalah mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai desain perencanaan proyek mulai data umum hingga batasan desain yang diinginkan dalam proyek tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi item pekerjaan berbiaya tinggi.
4.1.1 MENGUMPULKAN INFORMASI Data proyek diperlukan untuk mendapatkan informasi dasar mengenai suatu proyek. Data-data proyek berisi informasi umum proyek, fungsi gedung proyek, dan batasan desain perencanaan proyek. Informasi mengenai proyek diperoleh dengan meminta langsung data proyek ke pihak kontraktor. Sedangkan untuk mendapatkan informasi yang tidak terdapat di data proyek, dilakukan melalui wawancara kepada pihak terkait.
4.1.2 Gambaran Umum Proyek 4.1.2.1 Data Umum Proyek Studi Value Enguneering ini akan dilakukan pada proyek pembangunan yang menerapkan konsep green building. Dimana bangunan ini ditargetkan untuk mendapatkan sertifikat Platinum. 1. Berikut data-data umum yang diperlukan sebagai bahan informasi untuk penerapan Value Engineering pada bangunan ini: -
Jenis Proyek : Gedung Kantor dan Gedung Parkir.
-
Lokasi Proyek
: Jalan Pattimura, Blok-M, Jakarta Selatan.
-
Pemberi Tugas
: Kementian Pekerjaan Umum.
-
Status Proyek
: KSO PP-Brantas
-
Perencana
: PT Jakarta Konsulkindo
-
Nilai Kontrak
: Rp. 358.700.000.000,00
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
67
2. Karakteristik Proyek adalah sebagai berikut: a. Gedung kantor dan Gedung Parkir -
Gedung Kantor: 17 lantai dan 1 lantai semi basement
-
Gedung Parkir : 12 Lapis dan 1 lantai semi basement
b. Lingkup pekarjaan : -
Pekerjaan Struktur
-
Pekerjaan Arsitektur
-
Pekerjaan Interior
-
Pekerjaan Mekanikal/ Elektrikal
-
Pekerjaan Landscape
Pada penelitian ini, pekerjaan yang akan dianalisis adalah pekerjaan yang yang memiliki bobot biaya besar dan menjadi salah satu poin dalam tercapainya konsep green building pada sebuah bangunan sesuai dengan cheklist
green
building yang rencananya akan diterapkan pada proyek ini.
4.1.2.2 Penerapan Green Building Pada Proyek Studi Kasus Pada bangunan berkonsep green building, sejak dimulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam tahap pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek
dalam
melindungi,
menghemat,
mengurangi
penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu baik bangunan maupun mutu kualitas udara di dalam ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang kepada kaidah-kaidah berkesinambungan. Berikut kriteria green building yang diterapkan pada proyek ini adalah: 1. Bentuk bangunan Bangunan ini memiliki sisi tipis di pada bagian puncak yang berfungsi sebagai shading untuk bangunan dibawahnya. 2. Orientasi bangunan Kondisi
bangunan
menghadap ke
timur,
hal
ini didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: a. Bangunan mendapatkan sinar matahari lebih maksimal. b. Memerlukan penerapan teknologi tambahan untuk mengurangi efek dari cahaya dan panas matahari yang masuk ke bangunan secara berlebihan.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
68
c. Bukaan di arah timur lebih baik daripada arah barat. d. Menurut hasil penelitian, cahaya matahari sore hari (barat) lebih bersifat menyengat dan menyilaukan.
3. Teknologi tambahan pada arsitektural Teknolologi tambahan pada arsitektural berupa Sun Shading dan Heat Insulation. Shading berfungsi memantulkan sinar matahari sehingga tidak menjadi silau. Selain sun shading, bangunan ini juga dilengkapi dengan reflektor yang berfungsi untuk memantulkan sinar matahari sehingga bisa masuk ke dalam ruangan sebagai pencahayaan alami.
4. Seleksi Vendor dan material bersertifikast Green a. Disyaratkan
material
maupun
management
vendor
memenuhi
persyaratan untuk Greenship GBCI, diutamakan material yang bersertifikasi “Green”. b. Disyaratkan semua peralatan dan sistem terkalibrasi dan tervalidasi dengan baik. Untuk setiap instalasi yang diwajibkan untuk mamasang meteran atau indikator yang permanen.
5. Sistem M/E Pendukung Konsep “Green” a. Sistem Pengkondisian Udara Sitem pengkondisian udara pada proyek ini menggunakan AC Sentral Cooled Chiller dan Sistem AC Variable Refrigerant Volime (VRV). Refigerant yang digunakan adalah Refigerant HFC-134 a yang ramah lingkungan sehingga tidak mempengaruhi penipisan lapisan ozon. b. Sistem Air Bersih Merencanakan instalasi daur ulang air dengan kapasitas yang cukup untuk kebutuhan seluruh sistem flusing, irigasi, dan make up water cooling tower (jika ada). Dimana pada bangunan ini menggunakan sistem daur ulang air kotor dan air bekas menggunakan STP dan WTP. c. Pencahayaan buatan Implementasi pencahayaan buatan pada proyek ini adalah 1) Menggunakan Ballast elektronik frekuensi tinggi
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
69
2) Zonasi pencahayaan dalam ruang kerja yang dikaitkan dengan sensor gerak (motion sensor) 3) Penempatan tombol lampu dalam jarak pencapaian tangan pada saat buka pintu dan menyediakan lampu meja di tempat kerja (task lamp). d. Pencahayaan alami Pencahayaan alami
dalah dengan menggunakan
lux sensor untuk
optimasi pencahayaan buatan sebagai pengganti intensitas cahaya alami kurang dari 300 lux, mendapatkan tambahan e. Sistem Lift Lift pada proyek ini menggunakan sistem Variable Voltage Variable Frequency (VWF) yang putaran motornya lebih halus dan Inrush current lebih kecil sehingga ebih hemat energi listrik. Lift juga menggunakan Car light/ Fan Shut Off sehingga lampu dan kipas akan mati secara otomatis ketika elevator tidak digunakan. Selain itu, lift juga dilengkapi dengan regenerative converter yang akan menghasilkan listrik ketika lift bergerak turun sehingga menghemat energi listrik lebih dari 35% (mengurangi emisi CO2 1400 kg/thn)
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
70
4.1.3 Biaya Total Keseluruhan Proyek Biaya total keseluruhan proyek dapat dilihat dalam tabel 4.1. Sedangkan untuk rincian biaya dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.1. Rekapitulasi Biaya Proyek No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pekerjaan Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Struktur GK Pekerjaan Arsitektur GK Pekerjaan M/E GK Pekerjaan Interior Lepas GK Pekerjaan IT jaringan data GK Pekerjaan Landscape GK Pekerjaan Struktur GP Pekerjaan Arsitektur GP Pekerjaan M/E GP TOTAL
Biaya Rp7.865.104.367,52 Rp79.028.209.502,51 Rp78.390.880.386,05 Rp76.559.848.878,00 Rp21.037.186.683,00 Rp5.633.682.023,00 Rp1.930.048.320,25 Rp39.221.047.706,15 Rp11.986.126.342,28 Rp4.438.957.411,00 Rp326.091.091.619,76
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Keterangan: -
GK
= Gedung Kantor
-
GP
= Gedung Parkir
4.1.4 Pengujian Hukum Pareto Analisa Pareto dilakukan untuk mengetahui biaya tertinggi pada proyek ini yang berpotensi untuk dilakukan analisis value engineering. Berikut ini langkahlangkah dalam pengujian hukum pareto: 1. Mengurutkan biaya pekerjaan dari yang terbesar ke yang terkecil. 2. Menjumlah biaya pekerjaan total secara kumulatif. 3. Menghitung persentase biaya masing-masing pekerjaan. % Biaya Pekerjaan=
Biaya Pekerjaan Total Biaya Keseluruhan
4. Menghitung presentase kumulatif 5. Mengeplot presentase kumulatif. Hasil pareto dari total biaya keseluruhan proyek dapat dilihat pada tabel 4.2
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
71
Tabel 4.2. Tabel Hasil Pengujian Pareto No.
Pekerjaan
Biaya
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pekerjaan Struktur GK Pekerjaan Arsitektur GK Pekerjaan M/E GK Pekerjaan Struktur GP Pekerjaan Interior Lepas GK Pekerjaan Arsitektur GP Pekerjaan Persiapan Pekerjaan IT jaringan data GK Pekerjaan M/E GP Pekerjaan Landscape GK TOTAL
79.028.209.503 78.390.880.386 76.559.848.878 39.221.047.706 21.037.186.683 11.986.126.342 7.865.104.368 5.633.682.023 4.438.957.411 1.930.048.320 326.091.091.620
Presentase Presentase Harga Kumulatif 24% 24% 24% 48% 23% 72% 12% 84% 6% 90% 4% 94% 2% 96% 2% 98% 1% 99% 1% 100%
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Grafik Pareto
Presentase Kumulatif
120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Pekerjaan
Gambar 4.1. Grafik Pareto
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
72
Gambar 4.2. Diagram Biaya Tiap-Tiap Pekerjaan Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Dari hasil pareto keseluruhan biaya proyek dapat dilihat bahwa pada proyek ini pekerjaan yang berbobot besar adalah pekerjaan struktur gedung kantor, pekerjaan arsitektur gedung kantor, dan pekerjaan mekanikal/elektrikal gedung kantor. Dari ketiga komponen pekerjaan tersebut, ada dua pekerjaan yang akan dianalisa lagi dengan menggunakan hukum pareto. Kedua pekerjaan itu adalah pekerjaan arsitektur gedung kantor dan pekerjaan M/E gedung kantor. Berikut hasil analisa pareto dari kedua pekerjaan tersebut:
Tabel 4.3. Hasil Pareto Pekerjaan Arsitektur Gedung Kantor No.
Uraian Pekerjaan
Pekerjaan Pintu dan 1 Jendela Pekerjaan Dinding 2 dan Plesteran 3 Pekerjaan Lantai Pekerjaan Platfond 4 dan Cashboard 5 Pekerjaan Saniter Pekerjaan 6 Pengecatan TOTAL
Biaya
%
% Kumulatif
Rp.
35.197.520.591,72
44,90%
44,90%
Rp. Rp.
21.382.340.726,73 13.988.008.988,30
27,28% 17,84%
72,18% 90,02%
Rp. Rp.
4.959.989.671,50 1.533.443.653,00
6,33% 1,96%
96,35% 98,30%
Rp.
1.329.576.754,80
1,70%
100,00%
Rp. 78.390.880.386,05 100,00%
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
73
Persentase Kumulatif Biaya
Analisa Pareto Pekerjaan Arsitektur Gedung Kantor 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 0
1
2
3
4
5
6
7
Pekerjaan
Gambar 4.3. Grafik Hasil Pareto Pekerjaan Arsitektur Gedung Kantor Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Tabel 4.4. Pareto Pekerjaan Mekanikal Elektrikal Gedung Kantor No.
Uraian Pekerjaan
1 Pekerjaan Listrik 2 Pekerjaan MVAC 3 Pekerjaan Lift / Elevator Pekerjaan Sound 4 Reinforcement System Pekerjaan Pemadam 5 Kebakaran 6 Pekerjaan Gondola 7 Pekerjaan Plumbing 8 Pekerjaan Telepon Pekerjaan Conference 9 System Pekerjaan Intellegent 10 Lighting Control System 11 Pekerjaan BAS 12 Pekerjaan Fire Alarm 13 Pekerjaan Tata Suara 14 Pekerjaan CCTV TOTAL
Biaya
Persentase Persetase Biaya Kumulatif
Rp. Rp. Rp.
21.047.641.921 16.459.325.600 13.199.068.975
27,49% 21,50% 17,24%
27,49% 48,99% 66,23%
Rp.
5.085.423.000
6,64%
72,87%
Rp. Rp. Rp. Rp.
4.274.716.035 3.541.725.000 3.052.162.245 2.838.814.341
5,58% 4,63% 3,99% 3,71%
78,46% 83,08% 87,07% 90,78%
Rp.
2.529.378.000
3,30%
94,08%
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1.698.750.000 1.179.567.000 824.692.012 454.630.513 373.954.236
2,22% 1,54% 1,08% 0,59% 0,49%
96,30% 97,84% 98,92% 99,51% 100,00%
76.559.848.878
100,00%
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
74
Grafik Pareto Biaya M/E Gedung Kantor Kumulatif Persentase Biaya
120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15
Pekerjaan
Gambar 4.4. Grafik Hasil Pareto Pekerjaan M/E Gedung Kantor Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Dari hasil analisa Pareto pekerjaan arsitektur diperoleh pekerjaan berbobot besar yaitu pekerjaan pintu & jendela dan pekerjaan dinding & plesteran. Sedangkan dari dari hasil Pareto pekerjaan M/E gedung kantor, diketahui bahwa pekerjaan yang berbobot besar adalah pekerjaan pekerjaan listrik, pekerjaan Motor Vehicle Air Conditioning (MVAC), dan pekerjaan lift.
4.1.5 Pemilihan Pekerjaan Dengan pertimbangan kriteria green building yang diterapkan pada proyek ini dan hasil analisis pareto, maka value engineering pada penelitian ini akan difokuskan pada pekerjaan Motor Vehicle Air Conditioning (MVAC). Dimana pekerjaan MVAC pada proyek ini menggunakan refrigeran sintetis HFC R134a. Refrigerant HFC 134a dikembangkan untuk menggantikan refrigerant CFC dan HFCF
berdasarkan
protokol
Montreal
dan
digunakan
sejak
1990-an
(Larsen,2009). Refrigerant jenis ini tidak tidak menyebabkan penipisan lapisan ozon tetapi dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. HFC R134a memiliki nilai Global Warming Potential (GWP) sebesar 1300 kg CO2 eq/ kg, artinya setiap 1 kilogram HFC yang terlepas ke udara akan menghasilkan 1300 kg CO2. Karena berpotensi menyebabkan pemansan global inilah HFC menjadi target Protokol Kyoto. Penggunaan refrigerant sintetis HFC R134a akan digantikan
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
75
dengan refrigerant alami. Pada penelitian ini, analisa VE lebih lanjut akan dilakukan pada pemilihan bahan refrigerant yang ramah lingkungan yaitu refrigerant alami yang tidak menyebabkan pemanasan global dan tidak menyebabkan terjadinya penipisan lapisan ozon.
4.2
TAHAP ANALISIS FUNGSI
4.2.1 Analisis Fungsi Tahap berikutnya dalam value engineering adalah tahap analisa fungsi. Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi fungsi yang terdiri dari kata kerja aktif (active verb) dan kata benda (measurable noun). Identifikasi fungsi dilakukan secara acak dan selanjutnya dikelompokkan serta diidentifikasi masing-masing jenisnya.
Tabel 4.5. Tabel Identifikasi Fungsi Dasar Pekerjaan MVAC Pekerjaan Pekerjaan MVAC
Kata Kerja Mengatur Mensirkulasi Menyejukkan Menjaga
Pertukaran Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Kata Benda suhu udara Udara Udara Kelembapan udara Udara
Fungsi Primer Primer Sekunder Sekunder Sekunder
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
76
Tabel 4.6 Fungsi Pendukung -Assure Convenience -Assure Convenience
-Assure Dependability -Assure Dependability
Mudah pemasangan Mudah Perawatan Mudah Pengoperasiannya
Hemat energi
-Satisfy Green Building Standart -Satisfy Green Building Standart
mengurangi biaya listrik
Mengurangi kerusakan lapisan ozon Mengurangi emisi CO2
-Attract User -Attract User Meningkatkan estetika Sumber : Hasil Olahan Sendiri
hasil pekerjaan MVAC rapi
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
77
4.2.2. FAST Diagraming Selanjutnya fungsi-fungsi tersebut disusun dalam suatu diagram Customer FAST Diagram.
Gambar 4.5 FAST Diagram Untuk Sistem Pengkondisian Udara Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
78
Berdasarkan analisis fungsi tersebut, maka hal-hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan pengkondisian udara untuk proyek gedung green building antara lain: a.
Pemenuhan persyaratan green building Pada pekerjaan pengkondisian udara, hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan efek sistem pengkondisian udara terhadap lingkungan adalah konstribusi terhadap penipisan lapisan ozon dan pemanasan global. Pada bangunan berkonsep green building, sistem pengkondisiaan udara harus bebas dari bahan yang dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon. Selain itu, bangunan green building harus mengurangi produksi CO2. Dimana
pekerjaan
pengkondisian
udara
pada
suatu
bangunan
berkonstribuksi menghasilkan CO2 baik secara langsung maupun secara tidak
langsung.
Pekerjaan
pengkondisian
udara
berkonstribusi
menghasilkan CO2 secara langsung melalui refrigeran yang digunakan dalam sistem pengkondisian udara tersebut. Sedangkan secara tidak langsung melalui energi listrik yang digunakan untuk mengoperasikan sistem pengkondisian udara. Sistem pengkondisisn udara yang hemat listrik, selain dapat mengurangi biaya juga dapat mengurangi CO2.
b. Biaya Pada pekerjaan pengkondisian udara, biaya yang harus dikeluarkan adalah biaya awal, biaya opesional dan biaya perawatan. -
Biaya awal Biaya awal adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli peralatan dan pemasangan sistem pengkondisian udara pada suatu bangunan.
-
Biaya Operasional Pada pekerjaan pengkondisian udara diperlukan biaya operasional untuk mengoperasikan sistem pengkondisian udara di bangunan tersebut. Biaya operasional pada sistem pengkondisian udara adalah biaya listrik yang digunakan untuk mengoperasikan sistem pengkondisian udara.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
79
-
Biaya Perawatan Biaya perawatan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan peralatan sistem pengkondisian udara.
Pada umumnya, owner menginginkan sistem pengkondisian udara dengan biaya yang optimal dan memiliki dampak terhadap lingkungan yag minimum.
4.3
TAHAP KREASI Setelah mengetahui fungsi dasar dan fungsi pendukung dari pekerjaan
MVAC, tahap berikutnya adalah tahap kreatif. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam memberikan alternatif untuk sistem pengkondisian udara adalah: 1. Biaya Awal Merupakan semua biaya yang dikeluarkan untuk pembelian dan pemasangan sistem pengkondisian udara. 2. Biaya operasional dan perawatan Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem pengkondisian udara pada sebuah bangunan dan merawat peralatanperalatan yang digunakan dalam sistem pengkondisian udara. 3. Potensi terhadap penipisan ozon (Ozon Depletion Potential) Mengurangi potensi penipisan lapisan ozon dapat dilekukan dengan cara menggunakan sistem pengkondisian udara dengan refrigenan yang yang memiliki nilai ODP nol. 4. Potensi terhadap pemanasan global (Global Warming Potential) Mengurangi potensi terhadap pemanasan global dilakukan dengan menggunakan refrigeran dengan nilai GWP yang sangat kecil yaitu mendekati nol. 5. Keselamatan Sistem pengkondisian udara pada suatu bangunan harus memperhatikan keselamatan penghuni. 6. Efisiensi Energi Kinerja dari sistem pengkondisian udara akan mempengaruhi energi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem pengkondisian udara. Semakin
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
80
bagus kinerja suatu sistem maka semakin kecil energi yang dibutuhkan. Kinerja dari sistem inilah yang nantinya akan mempengaruhi efisiensi energi dari suatu sistem.
Beberapa alternatif dari pekerjaa Motor Vehicle Air Conditioning (MVAC) sebagai berikut: 1. Pekerjaan pengkondisian udara dengan Refigerant Amonia (R 717) 2. Pekerjaan pengkondisian udara dengan Refrigerant Hidokarbon (R290) 3. Pekerjaan pengkondisian udara dengan Refrigerant Air Masing-masing refrigerant tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga pemilihan refrigerant harus dilakukan secara cermat.
4.4
TAHAP EVALUASI Tahap evaluasi merupakan tahap menganalisis masing-masing alternatif
yang diperoleh dari tahap kreasif. Tahap ini adalah tahap mengurangi kuantiti ideide yang harus diidentifikasi untuk daftar pendek ide-ide dengan potensi yang besar untuk meningkatkan proyek. Pada tahap evaluasi akan dilakukan analisa keuntungan dan kerugian serta dilakukan analisa Paired Comparison dan Descision Matrix dengan tujuan untuk mendapatkan alternatif yang paling tepat. Kemudian akan dilanjutkan dengan analisa Life Cycle Cost (LCC) untuk mengetahui total biaya selama umur hidup sistem pengkondisian udara.
4.4.1 Analisa Keuntungan dan Kerugian Pada tahap ini alternatif-alternatif yang ada pada tahap sebelumnya disaring dengan meihat keuntungan dan kerugiannya yang ditimbulkan dari setiap alternatif tersebut.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
81
Tabel 4.7 Analisis Keuntungan dan Kerugian Refrigerant Hydrocarbon REFRIGERANT HYDROCARBON KEUNTUNGAN
KERUGIAN
1. Biaya awal murah karena refrigernat
1. Hydrocarbon mudah terbakar
hydrokarbon dapat digunakan pada komponen-komponen AC dengan refrigerant R134a 2. Tidak menyebabkan penipisan ozon Tidak
menyebabkan
pemanasan
3. global 4. Biaya operasi dan perawatan murah, karena dari segi operasional dan perawatan hampir sama dengan AC refrigerant R134a 5. dengan
menggunakan
hidrokarbon menjadi
kerja
ringan
refrigeran compressor
sehingga
dapat
menghemat penggunaan listrik. 6. Tidak beracun Sumber : Hasil Olahan Sendiri (wawancara dan literatur)
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
82
Tabel 4.8. Analisis Keuntungan dan Kerugian Refrigerant Amonia REFRIGERANT AMONIA KEUNTUNGAN
KERUGIAN
1. Tidak menyebabkan penipisan ozon
1. Biaya awalnya mahal, karena refrigerant hydrocarbon tidak cocok dengan sistem AC yang menggunakan R134a
2. Tidak menyebabkan pemanasan global
2. Amonia beracun dan mudah terbakar
3. Biaya operasi dan perawatan murah, karena dari segi operasional dan perawatan hampir sama dengan AC refrigerant R134a 4. Menghemat penggunaan listrik Sumber : Hasil Olahan Sendiri (wawancara dan literatur)
Tabel 4.9. Analisis Keuntungan dan Kerugian Refrigerant air REFRIGERANT AIR KEUNTUNGAN 1.
Tidak menyebabkan penipisan ozon
KERUGIAN 1. Biaya awalnya mahal, karena refrigerant air tidak cocok dengan sistem AC yang menggunakan R134a
2.
Tidak menyebabkan pemanasan global
2. Biaya operasional dan perawatan mahal
3.. Tidak beracun dan tidak mudah terbakar Sumber : Hasil Olahan Sendiri (wawancara dan literatur)
Dari analisis keuntungan dan kerugian serta dari hasil wawancara, alternatif refrigerant amonia tidak dilanjutkan ke analisis berikutnya. Hal ini dikarenakan aplikasi refrigerant amonia digunakan pada freezer dan sistem pendingin di industri-industri.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
83
4.4.2 Analisis Paired Comparison dan Decision Matrix 4.4.2.1 Analisis Paired Comparison Pada analisis paired comparison, berbagai parameter didaftar. Setiap parameter dibandingkan dengan parameter lainnya. Hasilnya dihitung dan parameter dengan nilai tertinggi memiliki tingkat kepentingan yang besar. Pada paired comparison dilakukan pembagian point (allocation points) dan matrik pembagian poin (point sharing matrix) untuk masing-masing parameter. Penentuan alokasi masing-masing parameter pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara. Hasil wawancara pembagian poin (allocation points) dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
84
Tabel 4.10. Alokasi Poin Hasil Wawancara MIN POINTS (PREDETERMINED POINTS) PARAMETER
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan Perawatan Keselamatan Efisiensi Energi
KEY LETTER A B C D E F
MAX POINT 100 100 100 100 100 100
1 82 87 85 98 100 96
2 75 90 95 80 85 100
3 50 95 85 60 100 70
NARASUMBER 4 5 6 7 90 95 75 80 75 75 100 90 70 70 100 90 95 90 70 70 80 80 90 95 85 85 80 100
8 70 100 100 80 70 100
9 70 60 60 70 70 100
Jmlh
Ratarata
687 772 755 713 770 816
76,33 85,78 83,89 79,22 85,56 90,67
Jmlh
Ratarata
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Tabel 4.11 Remaing points PARAMETER
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan Perawatan Keselamatan Efisiensi Energi
KEY LETTER
A B C D E F
MAX POINT
100 100 100 100 100 100
REMAINING POINTS
1 18 13 15 2 0 4
2 25 10 5 20 15 0
3 50 5 15 40 0 30
NARASUMBER 4 5 6 10 5 25 25 25 0 30 30 0 5 10 30 20 20 10 15 15 20
7 20 10 10 30 5 0
8 30 0 0 20 30 0
9 30 40 40 30 30 0
213 128 145 187 130 84
23,67 14,22 16,11 20,78 14,44 9,33
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
85
Dari masing-masing hasil allocation point hasil wawancara tersebut, kemudian ditentukan nilai maksimum untuk setiap setiap parameter. berikut ini contoh penentuan allocation points dan point sharing matrix :
a. Pembagian Nilai (Allocation Points) Tabel 4.12. Pembagian Nilai (Allocation Points) PAREMETER Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi TOTAL
Key Letter A B C D E F
Max Min Remaining Point Points points 100 82 18 100 87 13 100 85 15 100 98 2 100 100 0 100 96 4 600 548 52
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Jumlah total dari perbandingan berpasangan (paired comparson) = n(n-1)/2 = 6(6-1)/2 = 15 Maksimum point yang dialokasikan untuk masing-masing bagian adalah remaining points/ jumlah total dari paired comparison. Sehingga diperoleh maksimum point = 52/15 =3,4667
b. Matrik pembagian poin (points sharing matrix) Setelah mengetahui alokasi point untuk masing-masing parameter dan mengetahui nilai maksimum yang dialokasikan untuk setiap bagian maka dilanjutkan dengan matrik pembagian poin (points sharing matrix). Pada points sharing matrix harus ditentukan skalanya terlebih dahulu. Berikut skala yang digunakan pada penelitian ini: Major Medium Minor Equal
Besar Sedang Kecil Sama
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
86
Points Sharing Matrix hasil wawancara sebagai berikut: Tabel 4.13. Point Sharing Matrix B A
C
D
E
F
A
40% A
40% A
25% A
25% A
40%
B
60% C
60% D
75% E
75% F
60%
B
B
50% B
25% B
25% A
25%
C
50% D
75% E
75% F
75%
C
C
25% C
25% C
25%
D
75% E
75% F
75%
D
D
40% D
40%
E
60% F
60%
E
E
75%
F
25%
F Sumber : Hasil Olahan Sendiri (hasil wawancara)
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
87
Dengan nilai maksimum poin 3,4667 maka point sharing yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14. Hasil Perhitungan Point Sharing
A
B
C
D
E
F
A
1,387 A
1,387 A
0,867 A
0,867 A
1,387
B
2,080 C
2,080 D
2,600 E
2,600 F
2,080
B
B
1,733 B
0,867 B
0,867 B
0,867
C
1,733 D
2,600 E
2,600 F
2,600
C
C
0,867 C
0,867 C
0,867
D
2,600 E
2,600 F
2,600
D
D
1,387 D
1,387
E
2,080 F
2,080
E
E
2,600
F
0,867
F
SCORE
WEIGHTED SCORE
5,893
87,893
6,413
93,413
6,413
91,413
10,573
108,573
12,480
112,480
10,227
106,227
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Setiap hasil wawancara dihitung hingga diperoleh bobot nilai (weighted score). Analisa paired comparison untuk hasil wawncara lainnya dapat dilihat di lampiran. Bobot nilai ini kemudian dijumlahkan dan dicari nilai rata-ratanya.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
88
Tabel 4.15. Bobot Nilai (Weighted Score) Rata-Rata NO
KODE Narasumber 1
1. 2. 3. 4. 5. 6.
A B C D E F
87,89 93,41 91,41 108,57 112,48 106,23
Narasumber 2 81,25 102,50 106,25 95,00 100,00 115,00
Narasumber 3 63,07 125,33 106,93 76,33 139,67 88,67
WEIGHTED SCORE NaraNaraNarasumber 4 sumber 5 sumber 6 111,70 88,30 80,85 119,15 95,75 104,25
119,15 88,30 80,85 111,70 96,80 103,20
84,92 118,98 118,98 78,78 106,43 91,90
Narasumber 7 92,00 103,25 103,25 77,00 110,50 114,00
Narasumber 8 78,80 117,33 117,33 90,40 78,80 117,33
Narasumber 9
RataRata
93,23 90,22 84,37 102,42 84,37 98,91 97,77 94,97 97,77 104,24 142,50 109,23
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
89
4.4.2.2 Decision Matrix Hasil analisis paired comparison adalah diperoleh bobot untuk masing-masing paramater. Setelah diperoleh bobot dari masing-masing parameter, selanjutnya dilakukan analisis decision matrix. Decision matrix adalah sebuah metode yang memungkinkan sebuah tim atau individu untuk secara sistematis mengidentifikasi, menganalisis, dan menaksir kekuatan hubungan antara informasi. Matriks ini sangat berguna untuk mengambil putusan yang dipengaruhi oleh beberapa parameter. Penentuan rangking untuk analisis decision matrix dilakukan dengan wawancara dan litertur. Berikut rangking tersebut:
Tabel 4.16. Rangking Paremeter untuk Masing-Masing Alternatif Kriteria 1 2 3 4 5 6
Bobot
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi (Kinerja)
90,22 102,42 98,91 94,97 104,24 109,23
Alternatif R290 R718 Rating Rating 5 1 5 5 5 5 5 3 1 5 5 2
Sumber : Hasil Olahan Sendiri (hassil wawancara dan literatur)
Tabel 4.17. Tabel Matrik Keputusan (Decision Matrix) Kriteria Kriteria 1 2 3 4 5 6
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi (kinerja) TOTAL RANKING
Bobot Bobot 90,22 102,42 98,91 94,97 104,24 109,23
Alternatif Refrigerant Refrigeran Hidrokarbon Air Rating score Rating Score 5 451,12 1 90,22333 5 512,10 5 512,1 5 494,57 5 494,5722 5 474,84 3 284,9022 1 104,24 5 521,2204 5 546,15 2 218,4615 2583,02 2121,48 I II
Sumber: Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
90
4.4.3 Analisis Life Cycle Cost (LCC) Biaya Siklus Hidup atau disebut dengan Life Cycle Cost adalah suatu teknik untuk mengevaluasi secara ekonomi dengan menghitung seluruh biaya yang relevan selama jangka waktu investasi melalui penyesuaian terhadap nilai waktu dari uang (time value of money). Biaya siklus hidup terdiri dari biaya awal, biaya operasional, biaya perawatan, biaya sisa. 1. Biaya awal Biaya awal merupakan biaya yang dikeluarkan untk pemasangan komponen-komponen peralatan pengkondisisn udara. 2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya listrik yang diperlukan untuk mengoperasikan sistem pendingin udara. 3. Biaya Perawatan Biaya perawatan diambil sebesar 10% dari biaya operasional. 4. Biaya Sisa Biaya sisa setelah umur pemakaian. Dimana umur pemakain diasumsikan selama 20 tahun dengan suku bunga 12%.
Menurut Degarmo (1997) ada tiga metode yang digunakan untuk mengubah arus kas yang dihasilkan kedalam nilai ekuivalennya pada beberapa titik dalam waktu dengan mempergunakan tingkat bunga. Ketiga metode tersebut yaitu metode nilai sekarang (present worth method=PW), metode nilai masa depan (future worth method) dan metode nilai tahunan (annual worth method). Dimana metode yang digunakan pada analisis ini adalah present worth method (PW), yaitu semua estimasi atau pengeluaran yang terjadi pada masa mendatang dibawa ke masa sekarang (Hidayanti, Indrayani, Adi, 2007).
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
91
Berikut hasil analisis siklus hidup biaya untuk pengkondisisan udara:
Tabel 4.18. Life Cycle Cost (LCC) Pengkondisian Udara dengan Refrigerant R134a Life cycle Suku Bunga Inflasi 1.
2.
3.
20 12% 8%
ORIGINAL
tahun
Capital Cost A) Initial Costs Total initial Cost Annual Cost A) Operasi B) Perawatan Total Biaya operasional dan perawatan year faktor Salvage Costs A) Peralatan 20 0,1037 Total salvage PW costs TOTAL PRESENT WORTH COST
PW
Rp
Rp
(16.459.325.600,00)
1.645.932.560,00
Rp Rp
(16.459.325.600,00) (16.459.325.600,00)
Rp Rp Rp
(25.730.987.734,52) (2.573.098.773,45) (28.304.086.507,98)
Rp Rp
300.711.878,71 300.711.878,71
Rp
(44.462.700.229,26)
Life Cycle Present Worth Saving Saving
0%
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
92
Tabel 4.19. Life Cycle Cost (LCC) Pengkondisian Udara Refrigerant Hidrokarbon Life cycle Suku Bunga Inflasi 1.
2.
3.
20 12% 8%
ALTERNATIF 1 (SISTEM PENGKONDISIAN UDARA REFRIGERANT HYDROCARBON)
tahun
Capital Cost A) Initial Costs Other initial cost A) Redesign B) Pergantian refrigerant Total initial Cost Annual Cost A) Operasi B) Perawatan Total Biaya operasional dan perawatan year faktor Salvage Costs A) Peralatan 20 0,1037 Total salvage PW costs TOTAL PRESENT WORTH COST
PW
Rp (16.459.325.600,00)
Rp
(16.459.325.600,00)
Rp Rp
Rp Rp Rp
(270.000.000,00) (30.000.000,00) (16.759.325.600,00)
Rp Rp Rp
(21.871.339.574,34) (2.573.098.773,45) (24.444.438.347,80)
Rp Rp
170.683.206,47 170.683.206,47
Rp
41.033.080.741,32)
Rp
3.429.619.487,94
Rp
(270.000.000,00) (30.000.000,00)
.645.932.560,00
Life Cycle Present Worth Saving Saving
7,71%
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
93
Tabel 4.20. Life Cycle Cost (LCC) Pengkondisian Udara Refrigerant Air Life cycle Suku Bunga Inflasi 1.
2.
3.
20 12% 8%
tahun
Capital Cost A) Initial Costs Total initial Cost Annual Cost A) Operasi B) Perawatan Total Biaya operasional dan perawatan Year faktor Salvage Costs A) Peralatan 20 0,1037 Total salvage PW costs TOTAL PRESENT WORTH COST
ALTERNATIF 2 (SISTEM PENGKONDISIAN UDARA REFRIGERANT AIR) PW
Rp
Rp
(113.275.935.000,00)
11.327.593.500,00
Life Cycle Present Worth Saving Saving
Rp Rp
(113.275.935.000,00) (13.275.935.000,00)
Rp Rp
(5.146.197.546,90) (5.146.197.546,90)
Rp Rp
1.174.671.445.95 1.174.671.445.95
Rp
(11.7.247.461.100,96)
Rp
(72.784.760.871,69) -164%
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
94
Dari hasil analisis decision matrix dan analisis life cycle cost, maka alternatif terpilih adalah alternatif 1 yaitu sistem pengkondisian udara dengan refrigeran hidrokarbon. Sistem pengkondisian udara dengan refrigeran hidrokarbon lebih ramah lingkungan dibangkan sistem pengkondisian udara dengan refrigeran R134a karena refrigeran hidrokarbon memiliki potensi pemanasan global yang sangat kecil yaitu mendekati nol. Selain itu, sistem pengkondisian udara dengan refrigeran hidrokarbon memiliki siklus hidup biaya yang paling kecil. Hal ini dikarenakan hidrokarbon sebagai refrigeran memiliki kinerja yang sangat baik sehingga menghemat penggunaan listrik untuk pengkondisian udara. Sistem pengkondisian udara dengan menggunakan refrigeran air juga ramah terhadap lingkungan. Tetapi sistem pengkondisian udara dengan refrigeran air memiliki siklus hidup biaya yang sangat besar. Hal ini dikarenakan sistem pengkondisian udara dengan refrigeran air memerlukan komponen yang komplek dan harga komponen-omponen ini masih sangat mahal.
4.5
TAHAP PENGEMBANGAN Dari hasil tahap analisis didapat alternatif terpilih yaitu refrigerant hidrokarbon. Menurut Green Design Guide Singapore “Air-Conditioned Building”, refrigeran hidrokarbon sah untuk menggantikan R134a. Refrigeran hidrokarbon tidak menyebabkan
penipisian
lapisan
ozon dan tidak
menyebabkan pemanasan global. Berdasarkan hasil wawancara dan literature diketahui bahwa hidrokarbon memiliki sifat termodinamika yang bagus. Refrigeran ini dapat menggantikan hampir semua jenis refrigeran tanpa harus mengganti keseluruhan komponen peralatan pengkondisian udara yang digunakan. Selain itu, hidrokarbon memiliki massa jenis yang ringan sehingga membuat kerja kompressor menjadi ringan. Hal inilah yang menyebakan penggunakaan hidrokarbon sebagai refrigeran dapat menghemat energi listrik sebesar 15%-25%.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
95
Proposal Value Engineering Pekerjaan Motor Vehicle Air Conditioning (MVAC). I.
Umum Prinsip dasar studi Value Engineering pada bangunan berkonsep green building
adalah membuat bangunan tersebut menjadi semakin ramah
lingkungan dengan biaya yang optimal. Studi Value Engineering dilakukan pada pekerjaan Motor Vehicle Air Conditioning (MVAC) dengan tujuan memberikan alternatif sistem pengkondisian udara yang tidak memiliki dampak negatif terhadap lingkungan yaitu sistem pengkondisian udara yang tidak menyebabkan penipisan lapisan ozon dan tidak menyebabkan pemanasan global. VE pada proyek ini dilakukan pada pekerjaan MVAC karena sistem MVAC yang digunakan pada proyek ini menggunakan refrigeran HFC 134a dimana refrigeran jenis ini berkonstribusi dalam pemanasan global sehingga refrigeran jenis ini tidak ramah lingkungan.
II.
Objek Studi Desain mengikuti desain awal pada prouek studi yaitu Proyek Gedung Menteri PU, Jakarta Selatan.
III.
Alat-alat analisis a. Analisis keuntungan dan kerugian. b. Analisis Paired Comparison dan Decision Matrix c. Analisis Life Cycle Cost
IV.
Pilihan Alternatif Ada dua alternatif yang diberikan untuk sistem MVAC atau sistem pengkondisian udara di proyek ini yaitu: 1. Sistem pengkondisian udara dengan refrigeran hidrokarbon. 2. Sistem pengkondisian udara dengan refrigerant air.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
96
Berdasarkan analisis keuntungan dan kerugian, analisis paired comparison dan decision matrix serta analisis life cycle cost maka terpilihlah alternatif 1 yaitu refrigeran hidrokarbon sebagai pengganti refrigeran HFC R134a. Keuntungan penggunaan refrigeran hidrokarbon dalam sistem pengkondisian udara jika dibandingkan dengan refrigeran R134a adalah: a. Lebih ramah lingkungan karena tidak menyebabkan pemanasan global. b. Menghemat penggunaan listrik untuk pengkondisian udara. Refrigeran hidrokarbon memiliki kinerja yang baik dan masa jenis yang lebih ringan jika dibandingkan dengan refrigerant HFC R134a sehingga dapat mengurangi kerja kompressor. Karena kerja kompressor menjadi ringan, maka energi listrik yang digunakan berkurang.
Kekurangan refrigeran hidrokarbon adalah mudah terbakar. Untuk menutupi kekurangan ini telah banyak dilakukan penelitian mengenai refrigeran hidrokarbon. Pada prinsipnya, hidrokarbon akan terbakar jika terdapat 3 unsur yaitu hidrokarbon, udara dan api. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada maka tidak akan terjadi kebakaran.Dari segi life cycle cost, penggunaan refrigeran hidrokarbon lebih efisien terhadap biaya jika dibandingkan dengan refrigeran HFC R134a.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
97
Tabel 4.21. Life Cycle Cost sistem pengkondisian udara dengan Refrigeran HFC R134a dan Refrigerant Hidrokarbon
1.
2.
3.
Life cycle Suku Bunga Inflasi Capital Cost
20 12% 8%
tahun
A) Initial Costs Other initial cost A) Redesign B) Pergantian refrigerant Total initial Cost Annual Cost A) Operasi B) Perawatan Total Biaya operasional dan perawatan year faktor Salvage Costs A) Peralatan 20 0,1037 Total salvage PW cost TOTAL PRESENT WORTH COST Life Cycle Present Worth Savin Saving
ALTERNATIF 1 (SISTEM PENGKONDISIAN UDARA REFRIGERANT HYDROCARBON)
ORIGINAL PW
PW
Rp.(16.459.325.600,00) Rp.(16.459.325.600,00)
Rp 1.645.932.560,00
Rp (16.459.325.600,00)
Rp (16.459.325.600,00)
Rp Rp Rp(16.459.325.600,00)
Rp (270.000.000,00) Rp (30.000.000,00) Rp (16.759.325.600,00)
Rp(25.730.987.734,52) Rp (2.573.098.773,45)
Rp (21.871.339.574,34) Rp (2.573.098.773,45)
Rp(28.304.086.507,98)
Rp (24.444.438.347,80)
Rp Rp
300.711.878,71 300.711.878,71
Rp(44.462.700.229,26)
Rp
(270.000.000,00) (30.000.000,00)
1.645.932.560,00
Rp Rp
Rp (41.033.080.741,32) Rp
0%
170.683.206,47 170.683.206,47
3.429.619.487,94 7,71%
Sumber : Hasil Olahan Sendiri
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
98
Dari tabel 4.21, dapat dilihat bahwa penggunaan refrigeran hidrokarbon pada sistem pengkondisian udara, dapat mengefisiensi biaya operasional sebesar Rp. 3.429.619.487,94 atau sebesar 7,71% jika dibandingkan dengan siklus hidup biaya dengan refrigeran HFC 134a.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
BAB 5 KESIMPULAN
5.1
KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan berdasarkan tahapan kerja value
engineering, dapat disimpulkan bahwa: -
Komponen pekerjaan yang dapat dioptimal dengan metode value engineering pada proyek ini adalah pekerjaan Motor Vehicle Air Conditioning (MVAC). Dimana sistem MVAC yang digunakan memiliki potensi pemanasan global sehingga tidak ramah terhadap lingkungan.
-
Dengan melakukan analisis VE lebih lanjut pada pekerjaan MVAC diperoleh alternatif pengkondisian udara dengan menggunakan refrigeran hidrokarbon sebagai sebagai pengganti sistem pengkondisian udara refrigeran HFC R134a.
-
Refrigeran hidrokarbon merupakan refrigeran yang ramah lingkungan karena tidak menyebabkan penipisan ozon dan potensi pemanasan globalnya sangat rendah. Refrigeran hidrokarbon juga dinyatakan sah untuk menggantikan refrigerant HFC oleh para narasumber dan oleh Green Building Design Guide Singapore “Air-Conditioned Building”.
-
Selain tidak
menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan,
penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran juga dapat mengefisiensi penggunaan energi listrik untuk sistem pengkondisian udara sebesar 15%25%, dimana effisiensi energi juga merupakan salah satu prinsip dari konsep green building. -
Dengan
asumsi
penghematan
listrik
sebesar
15%,
diperoleh
penghematan/efisiensi biaya sebesar Rp. 3.429.619.487,94 (7,71%) dari siklus hidup biaya pengkondisian udara.
5.2
SARAN Studi Value engineering pada proyek bangunan green building, selain
dapat mengefisiensikan biaya juga dapat membuat sebuah bangunan menjadi ramah lingkungan. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan studi value engineering 99 Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
100
sehingga biaya proyek bangunan berkonsep green building menjadi lebih efisien dan bangunan tersebut juga menjadi lebih ramah lingkungan.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Ari Ahmad, Optimasi pemanfaatan jalan Margonda Raya Depok dengan metode value engineering. Skripsi Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Alexia Nalewaik, CCE MRICS, and Valerie Venters, CCC. (2009). Cost benefits of building green” cost engineering : the AACE international journal of cost estimation, cost/ schedule control, and project managemet. (Vol. 51/ No.1 February 2009).
Aziz, Muhammad Hasbi. (2005). Penerapan Konsep Eco Building di Indonesia. Tesis Universitas Indonesia.
Bangunan Ramah Lingkungan Sudah Menjadi Kebutuhan. (2008, May 08). Suara Merdeka.
Building
and
their
impact.
(n.d)
November
21,
2010.
http://ecolodgical.yourhomeplanet.com/index_statistics.php
Castro-Lacourure, D., Sefair J. A., Florez L.,& Medaglia, A. L. (2009). Optimization model for the selection of materials using LEED-based green building rating system in Colomba. Journal of Building and Enviromental 44, 1162-1170.
Commission for Enviromental Cooperation (CEC). 2008. Green Building in North America. Quebec: The Comunications Departements of The
CEC
Secretariat.
Cost Efficiency of Green Buildings in India. (n.d). 14 Januari 2011. www.joneslanglasalle.com/.../research_greenomics_cost_efficiency_of_gree n_buildings_in_india.pdf
101 Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
102
Cryer, B., Felder, J., Matthews, R.., Pettigrew M.,&Okrent, J. (2005). Evaluating the Diffusion of Green Building Practices. UCLA Anderson: Management Research Project. Dell, Isola, Alphonse. (1974). Value engineering in the construction industry. New York: Construction Publishing Corp., Inc.
Dell, Isola, Alphonse. (2008). Value engoneering: practical applicationfor design construction maintenance & operations. Kingston: RS Means Company.
Elias, Samy E. G. (1998). Value Engineering, A Power Productivity Tool. Great Britain : Elsevier Science.
Fauzan, Mohammad. (2008). Kesiapan penerapan value engineering pada pembangunan infrastruktur di Nanggroe Aceh Darussalam. Tesis Institut Teknologi Bandung.
Federal Leadership In High Performance
And Sustainable Buildings.
Memorandum Of Understanding, 2006.
Ficher, Eric A. (2010). Issues in Green Building and the Federal Respone: An Green Building Design Process Modelling and Integrated Use of Visualization Tools. Journal of Architectural Engineering ASCE, March 2010.
Galzone, Carmen. “Building Council and the LEED Green Building Rating System”. (26 Juli 2006)
Green Building Council Indonesia .http://www.gbcindonesia.org/
Green Building Coucil Indonesia. (2010). Press Release:Penandatanganan Kerjasama Kemitraan Ikatan Arsitek Indonesia – Konsil Bangunan Hijau Indonesia Jakarta, 30 September 2010
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
103
Heerwagen, Judith H. (2000). Green Building, Organizational Success, and Occupant Productivity. Building Research and Information vol 28 (5), 353367, London.
Introduction. July 20,2010. Congressional Research Service.www.crs.gov
Irsal,
Ridho
Masruri.
(2008).
mempertimbangkan aspek
Perangcangan
bangunan
dengan
energi dan lingkungann studi kasus:
pengamatan beberapa bangunan di jakarta dan surabaya dengan menggunakan LEED-NC 21. Skripsi Universitas Indonesia.
Juan, Y-K., Gao P.,& Wang J. (2010). A hibrid decision support system for sustainable office building renovation and energy perfomance improvement. Journal of energy and building, 42, 290-297.
Kats, Greg. (2003). The Costs and Financial Benefit of Green Building. October 2002 http://www.usgbc.org/Docs/News/News477.pdf
Kats, Gregory H. (2003). Green Building Costs and Financial Benefits. Manssachusetts: Manssachusetts Technology Collaborative.
Komarkmaz, S.,Messner, J.I., Riley, D.R., & Magent, C.(2010). HighPerformance Green Building Design Process Modelling and Integrated Use of Visualization Tools. Journal of Architectural Engineering ASCE, March 2010.
Korkmaz, S.,Riley D.,& Horman M. (2010). Piloting Evaluation Metrics for Sustainable High-Performance Building Project Delivery. Journal of Constraction Engineering and Management ASCE, August 200, 877-885.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
104
Landmark International Green Building Study Finds Benefits of Building GreenOutweigh
Cost
Premium.
(n.d).
14
April
2011.
http://www.goodenergies.com/news/-
LEED® Green Associate Study Guide. (2011). Green Building.
LEED Rating System diakses melalui
LEED Version 3 diakses dari http://www.usgbc.org/
Lenssen N. and D.M. Roodman. Worldwatch Paper 124. A Building Revolution: How Ecology and Health Concerns are Transforming Construction. WorldWatch Institute, 1995.
Miller, Norm G., Pogoe D., Gough, Quiana D.. Davis, Susan M. (2009). Green Building and Productivity. Forthcoming in the Journal of Sustainable Real Estate Vol. 1, No. , Fall 2009. www.Jorse.org
Muhanda, A. Dadan. (2010). Konstruksi tumbuh di timur. November 21, 2010. diakses dari http://www.bisnis.com/
Priyanto, Herry. (2010). Pengoptimalan penerapan value engineering pada tahap desain bangunan gedung di Indonesia. Tesis Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Society of American Value Engineering.(2007).
Sustainable design. (n.d) 24/12/2010 http://orf.od.nih.gov/
The Basics of Green Building and LEED, MAPEI (2006) (hal 4)
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
105
The cost & benefit of achieving Green Building. (n.d) 14 Januari 2011) http://www.davislangdon.com/upload/StaticFiles/AUSNZ%20Publications/I nfo%20Data/InfoData_Green_Buildings.pdf
Tom Woolley, Sam Kimmins, Paul Harrison, and Rob Harrison. (1997) Green Building Handbook. New York : E & FN Spon, an imprint of Thomson Science &Professional
Turcotte, D., Villareal J.,& Bermingham, C. (2006). The Benefit of Building Green: Recomendations for green program and incetives for the City of Lowell. Lowell:University of Massachusetts Lowell.
Untoro, Kurniawan Vincetus. (2009). Penerapan Value Engineering dalam Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Ke – PU-an di Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum Dalam Usaha Meningkatkan Efektifitas Penggunaan Anggaran. Tesis Universitas Indonesia
Value enineering: paket 40 jam; Universitas Indonesia, Fakultas Teknologi, Lembaga Teknologi. Jakarta: Lemtek FTUI
Yudelson, Jerry. (2007).A to Z green building.Gabriola Island: New Society Publishers
Yudelson, Jerry. (2008). The green building revolution. United State : Island Press.
Universitas Indonesia Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
LAMPIRAN 1 DATA HASIL WAWANCARA
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking
DATA NARASUMBER No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nara Sumber Narasumber 1 Narasumber 2 Narasumber 3 Narasumber 4 Narasumber 5 Narasumber 6 Narasumber 9 Narasumber 8 Narasumber 9
Jabatan Kontraktor Kontraktor Pengusaha Konsultan ME Dosen Dosen Dosen Dosen Dosen
Pendidikan Pengalaman S1 6 tahun S1 3 tahun S1 7 tahun S1 20 tahun S3 32 tahun S3 16 tahun S3 33 tahun S3 10 tahun S2 7 tahun
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan)
HASIL WAWANCARA Nama : Narasumber 1 MENENTUKAN PARAMETER KODE PARAMETER A BIAYA AWAL B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP) C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP) D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN E KESELAMATAN F EFISIENSI ENERGI ALLOCATION OF POINTS allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin. Key Max Min Remaining PAREMETER Letter Point Points points Biaya Awal A 100 82 18 Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 87 13 Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 85 15 Biaya Operasional dan perawatan D 100 98 2 Keselamatan E 100 100 0 Efisiensi Energi F 100 96 4 600 548 52 TOTAL
Total no o comparison
= n(n-1)/2
“n” adalah jumlah dari parameter
=6
Jadi total no of paired comparison
= 6(6-1)/2 = 15
Maksimum point untuk satu bagian = 52/15
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
= 3,4667
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) POINT SHARING MATRIX B C A 40% A A B 60% C B B C C Skala kepentingan Major Besar 100%,0% Medium Sedang 75%,25% Minor Kecil 60%, 40% Equal Sama 50%,50%
A
B A B B
Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
C 1,387 A 2,080 C B C C
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
40% 60% 50% 50%
1,387 2,080 1,733 1,733
D A D B D C D D
D A D B D C D D
25% 75% 25% 75% 25% 75%
0,867 2,600 0,867 2,600 0,867 2,600
E A E B E C E D E E
E A E B E C E D E E
25% 75% 25% 75% 25% 75% 40% 60%
0,867 2,600 0,867 2,600 0,867 2,600 1,387 2,080
F A F A F C F D F E F F
F A F B F C F D F E F F
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
SCORE WEIGHTED SCORE 40% 60% 25% 75% 25% 75% 40% 60% 75% 25%
SCORE WEIGHTED SCORE 1,387 5,893 87,893 2,080 0,867 6,413 93,413 2,600 0,867 6,413 91,413 2,600 1,387 10,573 108,573 2,080 2,600 12,480 112,480 0,867 10,227 106,227
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) HASIL WAWANCARA Nama : Narasumber 2 MENENTUKAN PARAMETER KODE PARAMETER A BIAYA AWAL B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP) C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP) D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN E KESELAMATAN F EFISIENSI ENERGI ALLOCATION OF POINTS allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin. Key Max Min Remaining PAREMETER Letter Point Points points Biaya Awal A 100 75 25 Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 90 10 Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 95 5 Biaya Operasional dan perawatan D 100 80 20 Keselamatan E 100 85 15 Efisiensi Energi F 100 100 0 600 525 75 TOTAL
Total no o comparison
= n(n-1)/2
“n” adalah jumlah dari parameter
=6
Jadi total no of paired comparison
= 6(6-1)/2 = 15
Maksimum point untuk satu bagian = 75/15
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
=5
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) POINT SHARING MATRIX B C A 0% A A B 100% C B B C C Skala kepentingan Major Besar 100%,0% Medium Sedang 75%,25% Minor Kecil 60%, 40% Equal Sama 50%,50%
A
B A B B
C 0,000 A 5,000 C B C C
Skala kepentingan Major Besar 100%,0% Medium Sedang 75%,25% Minor Kecil 60%, 40% Equal Sama 50%,50%
0% 100% 50% 50%
0,000 5,000 2,500 2,500
D A D B D C D D
D A D B D C D D
50% 50% 25% 75% 0% 100%
2,500 2,500 1,250 3,750 0,000 5,000
E A E B E C E D E E
E A E B E C E D E E
50% 50% 50% 50% 50% 50% 25% 75%
2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 2,500 1,250 3,750
F A F A F C F D F E F F
F A F B F C F D F E F F
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
SCORE WEIGHTED SCORE 25% 75% 25% 75% 25% 75% 50% 50% 75% 25%
SCORE WEIGHTED SCORE 1,250 6,250 81,250 3,750 1,250 12,500 102,500 3,750 1,250 11,250 106,250 3,750 2,500 15,000 95,000 2,500 3,750 15,000 100,000 1,250 15,000 115,000
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) HASIL WAWANCARA Nama : Narasumber 3 MENENTUKAN PARAMETER KODE PARAMETER A BIAYA AWAL B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP) C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP) D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN E KESELAMATAN F EFISIENSI ENERGI ALLOCATION OF POINTS allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin. Key Max Min Remaining PAREMETER Letter Point Points points Biaya Awal A 100 50 50 Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 95 5 Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 85 15 Biaya Operasional dan perawatan D 100 60 40 Keselamatan E 100 100 0 Efisiensi Energi F 100 70 30 600 460 140 TOTAL
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Total no o comparison
= n(n-1)/2
“n” adalah jumlah dari parameter
=6
Jadi total no of paired comparison
= 6(6-1)/2 = 15
Maksimum point untuk satu bagian = 140/15 = 9,333
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) POINT SHARING MATRIX B C A 25% A A B 75% C B B C C Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
A
B A B B
Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
25% 75% 100% 0%
D A D B D C D D
50% 50% 75% 25% 75% 25%
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
C 2,333 A 7,000 C B C C
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
2,333 7,000 9,333 0,000
D A D B D C D D
4,667 4,667 7,000 2,333 7,000 2,333
E A E B E C E D E E
E A E B E C E D E E
0% 100% 0% 100% 25% 75% 25% 75%
0,000 9,333 0,000 9,333 2,333 7,000 2,333 7,000
F A F B F C F D F E F F
F A F B F C F D F E F F
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
SCORE WEIGHTED SCORE 40% 60% 75% 25% 60% 40% 50% 50% 75% 25%
SCORE WEIGHTED SCORE 3,733 13,067 63,067 5,600 7,000 30,333 125,333 2,333 5,600 21,933 106,933 3,733 4,667 16,333 76,333 4,667 7,000 39,667 139,667 2,333 18,667 88,667
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) HASIL WAWANCARA Nama : Narasumber 4 MENENTUKAN PARAMETER KODE PARAMETER A BIAYA AWAL B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP) C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP) D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN E KESELAMATAN F EFISIENSI ENERGI ALLOCATION OF POINTS allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin. Key Max Min Remaining PAREMETER Letter Point Points points Biaya Awal A 100 90 10 Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 75 25 Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 70 30 Biaya Operasional dan perawatan D 100 95 5 Keselamatan E 100 80 20 Efisiensi Energi F 100 85 15 600 495 105 TOTAL
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Total no o comparison
= n(n-1)/2
“n” adalah jumlah dari parameter
=6
Jadi total no of paired comparison
= 6(6-1)/2 = 15
Maksimum point untuk satu bagian = 105/15 =7
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) POINT SHARING MATRIX B C A 75% A A B 25% C B B C C Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
A
B A B B
Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
75% 25% 60% 40%
D A D B D C D D
40% 60% 25% 75% 25% 75%
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
C 5,250 A 1,750 C B C C
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
5,250 1,750 4,200 2,800
D A D B D C D D
2,800 4,200 1,750 5,250 1,750 5,250
E A E B E C E D E E
E A E B E C E D E E
60% 40% 40% 60% 40% 60% 75% 25%
4,200 2,800 2,800 4,200 2,800 4,200 5,250 1,750
F A F B F C F D F E F F
F A F B F C F D F E F F
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
SCORE WEIGHTED SCORE 60% 40% 40% 60% 25% 75% 60% 40% 40% 60%
SCORE WEIGHTED SCORE 4,200 21,700 111,700 2,800 2,800 13,300 88,300 4,200 1,750 10,850 80,850 5,250 4,200 24,150 119,150 2,800 2,800 15,750 95,750 4,200 19,250 104,250
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) HASIL WAWANCARA Nama : Narasumber 5 MENENTUKAN PARAMETER KODE PARAMETER A BIAYA AWAL B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP) C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP) D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN E KESELAMATAN F EFISIENSI ENERGI ALLOCATION OF POINTS allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin. Key Max Min Remaining PAREMETER Letter Point Points points Biaya Awal A 100 95 5 Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 75 25 Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 70 30 Biaya Operasional dan perawatan D 100 90 10 Keselamatan E 100 80 20 Efisiensi Energi F 100 85 15 600 495 105 TOTAL
Total no o comparison
= n(n-1)/2
“n” adalah jumlah dari parameter
=6
Jadi total no of paired comparison
= 6(6-1)/2 = 15
Maksimum point untuk satu bagian = 105/15
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
= 75
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) POINT SHARING MATRIX B C A 75% A A B 25% C B B C C Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
A
B A B B
Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
75% 25% 60% 40%
D A D B D C D D
60% 40% 25% 75% 25% 75%
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
C 5,250 A 1,750 C B C C
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
5,250 1,750 4,200 2,800
D A D B D C D D
4,200 2,800 1,750 5,250 1,750 5,250
E A E B E C E D E E
E A E B E C E D E E
60% 40% 40% 60% 40% 60% 60% 40%
4,200 2,800 2,800 4,200 2,800 4,200 4,200 2,800
F A F B F C F D F E F F
F A F B F C F D F E F F
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
SCORE WEIGHTED SCORE 75% 25% 40% 60% 25% 75% 60% 40% 40% 60%
SCORE WEIGHTED SCORE 5,250 24,150 119,150 1,750 2,800 13,300 88,300 4,200 1,750 10,850 80,850 5,250 4,200 21,700 111,700 2,800 2,800 16,800 96,800 4,200 18,200 103,200
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) HASIL WAWANCARA Nama : Narasumber 6 MENENTUKAN PARAMETER KODE PARAMETER A BIAYA AWAL B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP) C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP) D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN E KESELAMATAN F EFISIENSI ENERGI ALLOCATION OF POINTS Allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin. Key Max Min Remaining PAREMETER Letter Point Points points Biaya Awal A 100 75 25 Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 100 0 Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 100 0 Biaya Operasional dan perawatan D 100 70 30 Keselamatan E 100 90 10 Efisiensi Energi F 100 80 20 600 515 85 TOTAL
Total no o comparison
= n(n-1)/2
“n” adalah jumlah dari parameter
=6
Jadi total no of paired comparison
= 6(6-1)/2 = 15
Maksimum point untuk satu bagian = 85/15
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
= 5,667
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) POINT SHARING MATRIX B C A 25% A A B 75% C B B C C
25% 75% 50% 50%
Skala kepentingan Major Besar 100%,0% Medium Sedang 75%,25% Minor Kecil 60%, 40% Equal Sama 50%,50%
A
B A B B
Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
C 1,417 A 4,250 C B C C
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
1,417 4,250 2,833 2,833
D A D B D C D D
D A D B D C D D
60% 40% 75% 25% 75% 25%
3,400 2,267 4,250 1,417 4,250 1,417
E A E B E C E D E E
E A E B E C E D E E
25% 75% 60% 40% 60% 40% 25% 75%
1,417 4,250 3,400 2,267 3,400 2,267 1,417 4,250
F A F B F C F D F E F F
F A F B F C F D F E F F
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
SCORE WEIGHTED SCORE 40% 60% 75% 25% 75% 25% 40% 60% 60% 40%
SCORE WEIGHTED SCORE 2,267 9,917 84,917 3,400 4,250 18,983 118,983 1,417 4,250 18,983 118,983 1,417 2,267 8,783 78,783 3,400 3,400 16,433 106,433 2,267 11,900 91,900
HASIL WAWANCARA Nama : Narasumber 7
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan)
MENENTUKAN PARAMETER KODE PARAMETER A BIAYA AWAL B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP) C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP) D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN E KESELAMATAN F EFISIENSI ENERGI ALLOCATION OF POINTS Allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin. Key Max Min Remaining PAREMETER Letter Point Points points Biaya Awal A 100 80 20 Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 90 10 Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 90 10 Biaya Operasional dan perawatan D 100 70 30 Keselamatan E 100 95 5 Efisiensi Energi F 100 100 0 600 525 75 TOTAL
Total no o comparison
= n(n-1)/2
“n” adalah jumlah dari parameter
=6
Jadi total no of paired comparison
= 6(6-1)/2 = 15
Maksimum point untuk satu bagian = 75/15
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
= 3,4667
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) POINT SHARING MATRIX B C A 40% A A B 60% C B B C C Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
A
B A B B
Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
40% 60% 50% 50%
D A D B D C D D
60% 40% 75% 25% 75% 25%
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
C 2,000 A 3,000 C B C C
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
2,000 3,000 2,500 2,500
D A D B D C D D
3,000 2,000 3,750 1,250 3,750 1,250
E A E B E C E D E E
E A E B E C E D E E
25% 75% 40% 60% 40% 60% 25% 75%
1,250 3,750 2,000 3,000 2,000 3,000 1,250 3,750
F A F B F C F D F E F F
F A F B F C F D F E F F
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
SCORE WEIGHTED SCORE 75% 25% 40% 60% 40% 60% 25% 75% 40% 60%
SCORE WEIGHTED SCORE 3,750 12,000 92,000 1,250 2,000 13,250 103,250 3,000 2,000 13,250 103,250 3,000 1,250 7,000 77,000 3,750 2,000 15,500 110,500 3,000 14,000 114,000
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) HASIL WAWANCARA Nama : Narasumber 8 MENENTUKAN PARAMETER KODE PARAMETER A BIAYA AWAL B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP) C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP) D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN E KESELAMATAN F EFISIENSI ENERGI ALLOCATION OF POINTS Allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin. Key Max Min Remaining PAREMETER Letter Point Points points Biaya Awal A 100 70 30 Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 100 0 Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 100 0 Biaya Operasional dan perawatan D 100 80 20 Keselamatan E 100 70 30 Efisiensi Energi F 100 100 0 600 520 80 TOTAL
Total no o comparison
= n(n-1)/2
“n” adalah jumlah dari parameter
=6
Jadi total no of paired comparison
= 6(6-1)/2 = 15
Maksimum point untuk satu bagian = 80/15
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
= 5,333
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) POINT SHARING MATRIX B C A 25% A A B 75% C B B C C Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
A
B A B B
Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
25% 75% 50% 50%
D A D B D C D D
40% 60% 75% 25% 75% 25%
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
C 1,333 A 4,000 C B C C
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
1,333 4,000 2,667 2,667
D A D B D C D D
2,133 3,200 4,000 1,333 4,000 1,333
E A E B E C E D E E
E A E B E C E D E E
50% 50% 75% 25% 75% 25% 60% 40%
2,667 2,667 4,000 1,333 4,000 1,333 3,200 2,133
F A F B F C F D F E F F
F A F B F C F D F E F F
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
SCORE WEIGHTED SCORE 25% 75% 50% 50% 50% 50% 25% 75% 25% 75%
SCORE WEIGHTED SCORE 1,333 8,800 78,800 4,000 2,667 17,333 117,333 2,667 2,667 17,333 117,333 2,667 1,333 10,400 90,400 4,000 1,333 8,800 78,800 4,000 17,333 117,333
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) HASIL WAWANCARA Nama : Narasumber 9 MENENTUKAN PARAMETER KODE PARAMETER A BIAYA AWAL B POTENSI PENIPISAN OZON (ODP) C POTENSI PEMANASAN GLOBAL (GWP) D BIAYA OPERASIONAL DAN PERAWATAN E KESELAMATAN F EFISIENSI ENERGI ALLOCATION OF POINTS Allocation of points bertujuan untuk menentukan tingkat kepentingan masing-masing poin. Key Max Min Remaining Total no o comparison PAREMETER Letter Point Points points “n” adalah jumlah dari parameter Biaya Awal A 100 70 30 Jadi total no of paired comparison Potensi Penipisan Ozon (ODP) B 100 60 40 Potensi Pemanasan Global (GWP) C 100 60 40 Biaya Operasional dan perawatan D 100 70 30 Maksimum point untuk satu bagian Keselamatan E 100 70 30 Efisiensi Energi F 100 100 0 600 430 170 TOTAL
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
= n(n-1)/2 =6 = 6(6-1)/2 = 15 = 170/15 = 11,3333
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) POINT SHARING MATRIX B C A 40% A A B 60% C B B C C Skala kepentingan Major Besar Medium Sedang Minor Kecil Equal Sama
A
B A B B
40% 60% 50% 50%
D A D B D C D D
50% 50% 40% 60% 40% 60%
100%,0% 75%,25% 60%, 40% 50%,50%
C 4,533 A 6,800 C B C C
Skala kepentingan Major Besar 100%,0% Medium Sedang 75%,25% Minor Kecil 60%, 40% Equal Sama 50%,50%
4,533 6,800 5,667 5,667
D A D B D C D D
5,667 5,667 4,533 6,800 4,533 6,800
E A E B E C E D E E
E A E B E C E D E E
50% 50% 40% 60% 40% 60% 50% 50%
5,667 5,667 4,533 6,800 4,533 6,800 5,667 5,667
F A F B F C F D F E F F
F A F B F C F D F E F F
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
SCORE WEIGHTED SCORE 25% 75% 25% 75% 25% 75% 25% 75% 25% 75%
SCORE WEIGHTED SCORE 2,833 23,233 93,233 8,500 2,833 24,367 84,367 8,500 2,833 24,367 84,367 8,500 2,833 27,767 97,767 8,500 2,833 27,767 97,767 8,500 42,500 142,500
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan)
WEIGHTED SCORE RATA-RATA NO. KODE
1. 2. 3. 4. 5. 6.
A B C D E F
Narasumber 1
Narasumber 2
Narasumber 3
87,89 93,41 91,41 108,57 112,48 106,23
81,25 102,50 106,25 95,00 100,00 115,00
63,07 125,33 106,93 76,33 139,67 88,67
WEIGHTED SCORE NaraNaraNarasumber 4 sumber 5 sumber 6 111,70 88,30 80,85 119,15 95,75 104,25
119,15 88,30 80,85 111,70 96,80 103,20
84,92 118,98 118,98 78,78 106,43 91,90
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Narasumber 7
Narasumber 8
92,00 103,25 103,25 77,00 110,50 114,00
78,80 117,33 117,33 90,40 78,80 117,33
Narasumber 9 93,23 84,37 84,37 97,77 97,77 142,50
RataRata 90,22 102,42 98,91 94,97 104,24 109,23
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan) RANKING MASING-MASING PARAMETER UNTUK REFRIGERNT HYDROCARBON DAN REFRIGERANT AIR Narasumber 5
Kriteria 1 2 3 4 5 6
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi (Kinerja)
Alternatif Refrigerant Refrigerant Hidrokarbon Air Rating Rating 5 1 5 5 5 5 5 3 1 5 5 2
Narasumber 6
Kriteria 1 2 3 4 5 6
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi (Kinerja)
Alternatif Refrigerant Refrigerant Hidrokarbon Air Rating Rating 5 1 5 5 5 5 5 3 1 5 5 2
Narasumber 7
Kriteria 1 2 3 4 5 6
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi (Kinerja)
Alternatif Refrigerant Refrigerant Hidrokarbon Air Rating Rating 5 1 5 5 5 5 5 3 1 5 5 2
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan)
Narasumber 8
Kriteria 1 2 3 4 5 6
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi (Kinerja)
Alternatif Refrigerant Refrigerant Hidrokarbon Air Rating Rating 5 1 5 5 5 5 5 3 1 5 5 2
Narasumber 9
Kriteria 1 2 3 4 5 6
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi (Kinerja)
Alternatif Refrigerant Refrigerant Hidrokarbon Air Rating Rating 5 1 5 5 5 5 5 3 1 5 5 2
Rangking Rata-rata
Kriteria 1 2 3 4 5 6
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi (Kinerja)
Alternatif Refrigerant Refrigerant Hidrokarbon Air Rating Rating 5 1 5 5 5 5 5 3 1 5 5 2
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 1: Hasil Wawancara Untuk Menetukan Tingkat Kepentingan Dan Ranking (lanjutan)
HASIL ANALISIS DECISION MATRIX Kriteria Kriteria 1 2 3 4 5 6
Biaya Awal Potensi Penipisan Ozon (ODP) Potensi Pemanasan Global (GWP) Biaya Operasional dan perawatan Keselamatan Efisiensi Energi (kinerja) TOTAL RANKING
Bobot Bobot 90,22 102,42 98,91 94,97 104,24 109,23
Alternatif Refrigerant Refrigerant Air Hidrokarbon Rating score Rating score 5 451,12 1 90,22 5 512,10 5 512,10 5 494,57 5 494,57 5 474,84 3 284,90 1 104,24 5 521,22 5 546,15 2 218,46 2583,02 2121,48 I II
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
LAMPIRAN 2 ANALISA BIAYA
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 2 : Analisis Biaya
KAPASITAS AC Konversi 1 TR 1 PK 1 PK 1000 watt 1KWH
= = = = =
Rp
12000 9000 745 1 750
BTU (British Thermal Unit)/hr BTU/hr watt KWH (harga menurut Penpres No. 8 th 2011)
Perhitungan Kebutuhan AC Proyek Gedung Menteri Asumsi Lama pemakaian AC per hari Lama pemakaian AC per bln
= =
10 jam 25 hari
Kapasitas AC yang ada
=
3 x
Kebutuhan listrik untuk 1200 PK 1 PK 1200 PK 1.000 watt 894.000 watt
= = = =
Menghitung biaya listrik untuk kebutuhan AC
745 894.000 1 894
300 TR
watt watt KWH KWH
= = =
900 TR 10.800.000 BTU/hr 1200 PK
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
KOMPONEN BIAYA UNTUK SIKLUS HIDUP BIAYA PEKERJAAN MVAC DENGAN REFRIGERANT
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
R134a
●
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
Biaya Awal Biaya awal merupakan semua biaya yang komponen-komponen/ peralatan untuk sietem pengkondisisn udara di gedung. Biaya awal sesuai dengan rencana anggara biaya (RAB) proyek yaitu Rp. 16.459.325.600,00
●
Nilai Sisa Dengan asumsi umur pemakaian 20 tahun. Nilai sisa dari komponen-komponen/ peralatan MVAC diasumsikan 10% dari biaya awal. Nilai sisa = Rp 1.645.932.560
●
Biaya Operasional AC dengan Refrigerant R134a Biaya operasional merupakan biaya pemakaian listrik untuk AC dengan refrigerant HFC R 134a. Biaya listrik untuk AC per jam 1 KWH = Rp 750 894 KWH = Rp 670.500 Biaya listrik untuk AC per hari dengan asumsi pemakaian selama 10 jam adalah 1 jam = Rp 670.500 10 jam = Rp 6.705.000 Biaya listrik untuk AC per bulan dengan asumsi pemakaian 1 bulan 25 hari adalah 1 hari = Rp 6.705.000 25 hari = Rp 167.625.000
Biaya listrik untuk AC selama setahun adalah 1 bulan = Rp 167.625.000
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan) 12 bulan = Rp 2.011.500.000 Biaya litrik untuk AC ini merupakan biaya operasional pemakaian AC Jadi, biaya operasional AC per tahun adalah Rp. 2.011.500.000 ●
Biaya Perawatan Berdasarkan hasil wawancara dengan konsultan ME proyek ini, rencana biaya perawatan AC adalah 10% dari biaya operasional AC. Sehingga biaya perawatan per tahunnya adalah = Rp 201.150.000
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
KOMPONEN BIAYA UNTUK SIKLUS HIDUP BIAYA PEKERJAAN MVAC DENGAN REFRIGERANT HYDROCARBON ●
Biaya Awal Biaya awal merupakan semua biaya yang komponen-komponen/ peralatan untuk sietem pengkondisisn udara di gedung. Biaya awal sesuai dengan rencana anggara biaya (RAB) proyek yaitu Rp. 16.459.325.600,00 Biaya awal untuk sistem pengkondisian udara dengan refrigeran hidrokarbon sama dengan sistem pengkondisian udara dengan refrigeran HFC R134a, karena pergantian dari refrigeran HFC R134a dengan refrigeran hidrokarbon tidak mengubah komponenkomponen utama sistem pengkondisian udara yang digunakan.
●
Biaya Awal Lainnya Biaya awal lainnya merupakan biaya yang digunakan untuk mengganti refrigerant HFC R134a dengan refrigerant hydrocarbon. Biaya penggantian per TR adalah Rp 300.000,00 Biaya penggantian 900 TR adalah Rp 270.000.000,00 Biaya Redesign Rp 30.000.000,00 Total Rp. 300.000.000,00
●
Nilai Sisa Dengan asumsi umur pemakaian 20 tahun. Nilai sisa dari komponen-komponen/ peralatan MVAC diasumsikan 10% dari biaya awal. Nilai sisa = Rp 1.645.932.560
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
● Biaya Operasional AC dengan Refrigerant Hidrokarbon Biaya operasional merupakan biaya pemakaian listrik untuk AC dengan refrigeran hidrokarbon Biaya listrik untuk AC per jam 1 KWH = Rp 750 894 KWH = Rp 670.500
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
Biaya listrik untuk AC per hari dengan asumsi pemakaian selama 10 jam adalah 1 jam = Rp 670.500 10 jam = Rp 6.705.000 Biaya listrik untuk AC per bulan dengan asumsi pemakaian 1 bulan 25 hari adalah 1 hari = Rp 6.705.000 25 hari = Rp 167.625.000 Biaya listrik untuk AC selama setahun adalah 1 bulan = Rp 167.625.000 12 bulan = Rp 2.011.500.000 Berdasarkan hasil wawancara dan literature diketahui bahwa penggunaan hidrokarbon sebagai refrigeran dapat menghemat biaya listrik sebesar 15%-25% Asumsi penghematan listrik karena penggunaan refrigeran hidrokarbon adalah sebesar 15% Pengehematan biaya = Rp 301.725.000 Biaya listrik per tahun = Rp 1.709.775.000 ●
Biaya Perawatan Biaya perawatan untuk sistem pengkondisian udara dengan refrigerant R134a dan refrigeran hidrokarbon diasumsikan sama. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsultan ME proyek ini, rencana biaya perawatan AC adalah 10% dari biaya operasional. Sehingga biaya perawatan per tahunnya adalah = Rp 201.150.000
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
KOMPONEN BIAYA UNTUK SIKLUS HIDUP BIAYA PEKERJAAN MVAC DENGAN REFRIGERANt AIR ● Biaya Awal Kapasitas AC
=
3 x
300 TR
= =
AC dengan refrigerant air kapasitas /unit = 10200 BTU/hr Maka untuk kebutuhan AC sebesar 10.800.000 BTU/hr = 1058,824 unit = Harga satu unit AC dengan refrigerant air = Rp 106.965.000,00 Harga 900 unit AC dengan refrigerant air = Rp.113.275.935.000,00 Jadi, biaya awal untuk sistem pengkondisian udara dengan refrigerant air adalah
900 TR 10.800.000 BTU/hr 1.059 unit
Rp 113.275.935.000,00
● Nilai Sisa Dengan asumsi umur pemakaian 20 tahun. Nilai sisa dari komponen-komponen/ peralatan MVAC diasumsikan 10% dari biaya awal. Nilai sisa = Rp 11.327.593.500 ● Biaya Operasional AC dengan Refrigeran Air Air-Condicioner dengan refrigeran air dapat dioperasionalkan dengan menggunakan energi matahari. Sehingga diasumsikan biaya operasionalnya nol (atau tidak memerlukan biaya operasional). ● Biaya Perawatan Berdasarkan hasil wawancara dengan nara sumber, biaya perawatan AC jenis ini lebih maha jika dibandingkan dengan biaya perawatan AC dengan refrigerant R290 dan R134a. Diasumsikan biaya perawatan AC ini dua kali biaya perawatan AC dengan refrigeran hidrokarbon dan R134a Sehingga biaya perawatan per tahunnya adalah = Rp 402.300.000
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
SIKLUS HIDUP BIAYA SISTEM MVAC DENGAN REFRIGERANT R134A Suku Bunga Inflasi 1. Biaya Awal 2. Nilai Sisa
12% 7,87% Rp. 16.459.325.600 Rp1.645.932.560
3. Rincian Biaya operasional dan Biaya Perawatan 4
5
Rp2.011.500.000 Rp 201.150.000 0,8929
1,079 Rp2.169.805.050 Rp 216.980.505 0,7972
TAHUN KE3 1,164 Rp2.340.568.707 Rp 234.056.871 0,7118
1,255 Rp 2.524.771.465 Rp 252.477.146 0,6355
1,354 Rp 2.723.470.979 Rp 272.347.098 0,5674
Rp1.796.068.350 Rp 179.606.835
Rp1.729.768.586 Rp 172.976.859
Rp1.666.016.806 Rp 166.601.681
Rp 1.604.492.266 Rp 160.449.227
Rp 1.545.297.433 Rp 154.529.743
1 Faktor inflasi Biaya Operasional Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya Operasional PW Biaya perawatan
Faktor Biaya Operasional Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya Operasional PW Biaya perawatan
2 1
6
7
1,461 Rp2.937.808.145 Rp 293.780.815 0,5066
1,575 Rp3.169.013.646 Rp 316.901.365 0,4523
TAHUN KE8 1,699 Rp3.418.415.020 Rp 341.841.502 0,4039
Rp1.488.293.606 Rp 148.829.361
Rp1.433.344.872 Rp 143.334.487
Rp1.380.697.827 Rp 138.069.783
9
10
1,833 Rp 3.687.444.282 Rp 368.744.428 0,3606
1,977 Rp 3.977.646.147 Rp 397.764.615 0,3220
Rp 1.329.692.408 Rp 132.969.241
Rp 1.280.802.059 Rp 128.080.206
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
TOTAL
Rp Rp
8.341.643.441 834.164.344
TOTAL
Rp Rp
6.912.830.772 691.283.077
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
Faktor Biaya Operasional Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya Operasional PW Biaya perawatan
Faktor Biaya Operasional Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya Operasional PW Biaya perawatan
11
12
2,133 Rp4.290.686.899 Rp 429.068.690 0,2875
2,301 Rp4.628.363.958 Rp 462.836.396 0,2567
TAHUN KE13 2,482 Rp4.992.616.201 Rp 499.261.620 0,2292
Rp1.233.572.483 Rp 123.357.248
Rp1.188.101.028 Rp 118.810.103
Rp1.144.307.633 Rp 114.430.763
16
17
3,115 Rp6.266.574.655 Rp 626.657.466 0,1631
3,361 Rp6.759.754.081 Rp 675.975.408 0,1456
TAHUN KE18 3,625 Rp7.291.746.727 Rp 729.174.673 0,1300
Rp1.022.078.326 Rp 102.207.833
Rp 984.220.194 Rp 98.422.019
Rp 947.927.074 Rp 94.792.707
14
15
2,677 Rp 5.385.535.096 Rp 538.553.510 0,2046
2,888 Rp 5.809.376.708 Rp 580.937.671 0,1827
Rp 1.101.880.481 Rp 110.188.048
Rp 1.061.373.125 Rp 106.137.312
19
20
3,910 Rp 7.865.607.194 Rp 786.560.719 0,1161
4,218 Rp 8.484.630.480 Rp 848.463.048 0,1037
Rp 913.196.995 Rp 91.319.700
Rp 879.856.181 Rp 87.985.618
TOTAL PW Biaya Opersional TOTAL PW Biaya Perawatan
TOTAL
Rp Rp
5.729.234.750 572.923.475
TOTAL
Rp Rp
4.747.278.771 474.727.877
Rp 25.730.987.735 Rp 2.573.098.773
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
SIKLUS HIDUP BIAYA SISTEM MVAC DENGAN REFRIGERANT HYDROCARBON Suku Bunga Inflasi
12% 7,87%
1. Biaya Awal Rp. 16.459.325.600 2. Biaya Awal lainnya Rp 300.000.000 3. Nilai Sisa Rp 1.645.932.560 4. Rincian biaya operasional dan biaya perawatan 1 Faktor inflasi Biaya Operasional Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya Operasional PW Biaya perawatan
Rp Rp Rp Rp
1 1.709.775.000 201.150.000 0,8929 1.526.658.098 179.606.835
6 Faktor Biaya Operasional Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya Operasional PW Biaya perawatan
Rp Rp Rp Rp
1,461 2.497.136.923 293.780.815 0,5066 1.265.049.565 148.829.361
2 1,079 Rp 1.844.334.293 Rp 216.980.505 0,7972 Rp 1.470.303.298 Rp 172.976.859
7 1,575 Rp 2.693.661.599 Rp 316.901.365 0,4523 Rp 1.218.343.141 Rp 143.334.487
TAHUN KE3 1,164 Rp1.989.483.401 Rp 234.056.871 0,7118 Rp1.416.114.285 Rp 166.601.681 TAHUN KE8 1,699 Rp2.905.652.767 Rp 341.841.502 0,4039 Rp1.173.593.153 Rp 138.069.783
4 1,255 Rp 2.146.055.745 Rp 252.477.146 0,6355 Rp 1.363.818.426 Rp 160.449.227
5 Rp Rp Rp Rp
9 1,833 Rp 3.134.327.640 Rp 368.744.428 0,3606 Rp 1.130.238.547 Rp 132.969.241
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
1,354 2.314.950.332 272.347.098 0,5674 1.313.502.818 154.529.743
10 Rp Rp Rp Rp
1,977 3.380.999.225 397.764.615 0,3220 1.088.681.750 128.080.206
TOTAL
Rp7.090.396.925 Rp 834.164.344
TOTAL
Rp5.875.906.157 Rp 691.283.077
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
4. Rincian Biaya perawatan dan biaya operasional (lanjutan) 11 Faktor Biaya Operasional Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya Operasional PW Biaya perawatan
Rp Rp Rp Rp
2,133 3.647.083.864 429.068.690 0,2875 1.048.536.611 123.357.248
16 Faktor Biaya Operasional Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya Operasional PW Biaya perawatan
Rp Rp Rp Rp
3,115 5.326.588.457 626.657.466 0,1631 868.766.577 102.207.833
12 2,301 Rp 3.934.109.364 Rp 462.836.396 0,2567 Rp 1.009.885.874 Rp 118.810.103
17 3,361 Rp 5.745.790.969 Rp 675.975.408 0,1456 Rp 836.587.165 Rp 98.422.019
TAHUN KE13 2,482 Rp4.243.723.771 Rp 499.261.620 0,2292 Rp 972.661.488 Rp 114.430.763 TAHUN KE18 3,625 Rp6.197.984.718 Rp 729.174.673 0,1300 Rp 805.738.013 Rp 94.792.707
14 2,677 Rp 4.577.704.832 Rp 538.553.510 0,2046 Rp 936.598.409 Rp 110.188.048
15 Rp Rp Rp Rp
2,888 4.937.970.202 580.937.671 0,1827 902.167.156 106.137.312
19 3,910 Rp 6.685.766.115 Rp 786.560.719 0,1161 Rp 776.217.446 Rp 91.319.700
TOTAL PW Biaya Opersional TOTAL PW Biaya Perawatan
20 Rp Rp Rp Rp
4,218 7.211.935.908 848.463.048 0,1037 747.877.754 87.985.618 Rp Rp
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
TOTAL
Rp4.869.849.538 Rp 572.923.475
TOTAL
Rp4.035.186.955 Rp 474.727.877 21.871.339.574 2.573.098.773
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan)
SIKLUS HIDUP BIAYA SISTEM MVAC DENGAN REFRIGERANT AIR Suku Bunga Inflasi
12% 7,87%
1. Biaya Awal Rp 2. Nilai Sisa Rp 3. Rincian Biaya Perawatan
113.275.935.000,00 11.327.593.500
1 Faktor inflasi Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya perawatan
Faktor Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya perawatan
2 1
Rp 402.300.000 0,8929 Rp 359.213.670
1,079 Rp 433.961.010 0,7972 Rp 345.953.717
6
7
1,461 Rp 587.561.629 0,5066 Rp 297.658.721
1,575 Rp 633.802.729 0,4523 Rp 286.668.974
TAHUN KE3 1,164 Rp 468.113.741 0,7118 Rp 333.203.361 TAHUN KE8 1,699 Rp 683.683.004 0,4039 Rp 276.139.565
4 1,255 Rp 504.954.293 0,6355 Rp 320.898.453
5 Rp Rp
9 1,833 Rp 737.488.856 0,3606 Rp 265.938.482
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
1,354 544.694.196 0,5674 309.059.487
TOTAL
Rp
10 Rp Rp
1,977 795.529.229 0,3220 256.160.412
1.668.328.688
TOTAL
Rp
1.382.566.154
Lampiran 2 : Analisis Biaya (lanjutan) 3. Rincian Biaya perawatan (lanjutan)
Faktor Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya perawatan
11
12
2,133 Rp 858.137.380 0,2875 Rp 246.714.497
2,301 Rp 925.672.792 0,2567 Rp 237.620.206
16 Faktor Biaya perawatan Faktor suku bunga PW Biaya perawatan
3,115 Rp. 1.253.314.931 0,1631 Rp 204.415.665
TAHUN KE13 2,482 Rp 998.523.240 0,2292 Rp 228.861.527
TAHUN KE17 18 3,361 3,625 Rp 1.351.950.816 Rp. 1.458.349.345 0,1456 0,1300 Rp 196.844.039 Rp 189.585.415
14
15
2,677 Rp1.077.107.019 0,2046 Rp 220.376.096
2,888 Rp 1.161.875.342 0,1827 Rp 212.274.625
19
20
3,910 Rp1.573.121.439 0,1161 Rp 182.639.399
4,218 Rp 1.696.926.096 0,1037 Rp 175.971.236
TOTAL PW Biaya Perawatan
TOTAL
Rp
TOTAL
Rp Rp
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
1.145.846.950
949.455.754 5.146.197.547
LAMPIRAN 3 RENCANA ANGGARAN BIAYA PROYEK
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS PROYEK :
PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI
No.
Uraian Pekerjaan
I.
PEKERJAAN PERSIAPAN
II.
GEDUNG MENTERI
Jumlah Harga (Rp)
7.865.104.367,52
II.1.
PEKERJAAN STRUKTUR
79.028.209.502,51
II.2.
PEKERJAAN ARSITEKTUR
78.390.880.386,05
II.3.
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
76.559.848.878,00
II.4.
PEKERJAAN INTERIOR LEPAS
21.037.186.683,00
II.5.
PEKERJAAN IT DAN JARINGAN DATA PEKERJAAN LANSCAPE
II.6.
Sub Total Harga (Rp)
5.633.682.023,00 1.930.048.320,25
SUB TOTAL PEKERJAAN GEDUNG MENTERI
262.579.855.792,81
III. GEDUNG PARKIR III.1. PEKERJAAN STRUKTUR
39.221.047.706,15
III.2. PEKERJAAN ARSITEKTUR
11.986.126.342,28
III.3. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
4.438.957.411,00
SUB TOTAL PEKERJAAN GEDUNG PARKIR
55.646.131.459,43
TOTAL 326.091.091.619,76 PPN 10 %
32.609.109.161,98
GRAND TOTAL 358.700.200.781,74 Dibulatkan 358.700.000.000,00
TERBILANG : TIGA RATUS LIMA PULUH DELAPAN MILYAR TUJUH RATUS JUTA RUPIAH
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan) DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN PERSIAPAN, PRASARANA DAN PENUNJANG PROYEK :
No
I
PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI
Uraian Pekerjaan
Sat
Vol
Jumlah Harga (RP.)
Harga Satuan (RP.)
Pekerjaan Persiapan : Mobilisasi dan 1 Demobilisasi Direksi Keet & 2 perlengkapannya
ls
1,00
Rp.243.250.000,00
Rp.
243.250.000,00
m2
125,00
Rp.
300.000,00
Rp.
37.500.000,00
3 Pembuatan Jalan Sementara
m2
600,00
Rp.
169.000,00
Rp.
101.400.000,00
4 Sewa TC (2 unit)
bl
12,00
Rp. 100.000.000,00
Rp. 1.200.000.000,00
5 Sewa genset
bl
18,00
Rp.
15.000.000,00
Rp.
270.000.000,00
6 Air kerja
bl
18,00
Rp.
6.000.000,00
Rp.
108.000.000,00
7 Listrik kerja Papan nama 8 proyek
bl
18,00
Rp.
40.000.000,00
Rp.
720.000.000,00
bh
1,00
Rp.
750.000,00
Rp.
750.000,00
9 Foto Dokumentasi Shopdrawing & Asbuilt 10 drawing Pengukuran dan 11 pemasangan bouwplank
ls
1,00
Rp.
5.000.000,00
Rp.
5.000.000,00
ls
1,00
Rp.
25.000.000,00
Rp.
25.000.000,00
ls
1,00
Rp.
48.000.000,00
Rp.
48.000.000,00
12 Pagar proyek Demolition bangunan 13 existing
m1
450,00
Rp.
315.000,00
Rp.
141.750.000,00
ls
1,00
Rp.
50.000.000,00
Rp.
50.000.000,00
14 Bedeng Pekerja
m2
100,00
Rp.
900.000,00
Rp.
90.000.000,00
15 Keamanan Proyek
bl
18,00
Rp.
9.500.000,00
Rp.
171.000.000,00
16 Dewatering Pembersihan Tapak 17 bangunan areal site Proyek Manajemen dan Biaya 18 Administrasi Lapangan
bl
6,00
Rp.
17.850.000,00
Rp.
107.100.000,00
m2
13.900
Rp.
7.500,00
Rp.
104.250.000,00
ls
1,00
Rp 1.800.000.000,00
Rp 1.800.000.000,00
19 Akomodasi Rapat Lapangan
ls
1,00
Rp.
Rp.
10.000.000,00
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
10.000.000,00
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan)
20 Gambar Kerja
ls
1,00
Rp.
4.600.000,00
Rp.
4.600.000,00
21 Contoh Bahan Pertanggungan 22 Biaya P3K, Pemadam Kebakaran dan 23 Peralatan Keselamatan Kerja Peralatan dan Perlengkapan 24 Kerja
ls
1,00
Rp.
3.750.000,00
Rp.
3.750.000,00
ls
1,00
Rp.
10.000.000,00
Rp.
10.000.000,00
ls
1,00
Rp.
20.000.000,00
Rp.
20.000.000,00
ls
1,00
Rp.
50.000.000,00
Rp.
50.000.000,00
25 Fasilitas Komunikasi (HT) Asuransi 26 (Jamsostek) Biaya Perizinan Lisensi27 lisensi Pekerjaan Kontraktor yang dilaksanakan oleh Badan Pemerintahan.
ls
1,00
Rp.
15.000.000,00
Rp.
15.000.000,00
ls
1,00
Rp. 420.500.000,00
Rp.
420.500.000,00
ls
1,00
Rp.
25.000.000,00
Rp.
25.000.000,00
28 Testing Commisioning 29 Biaya Identifikasi Termasuk plat, label, peta, tanda-tanda berwarna Soldier Pile (Pekerjaan 30 Struktur) Perijinan dan Penyambungan 31 (Pekerjaan M & E)
ls
1,00
Rp.
15.000.000,00
Rp.
15.000.000,00
ls
1,00
Rp.
7.515.157,00
Rp.
7.515.157,00
ls
1,00
Rp 1.009.739.210,52
Rp. 1.009.739.210,52
ls
1,00
Rp 1.051.000.000,00
Rp. 1.051.000.000,00
Total Pekerjaan Persiapan
Rp. 7.865.104.367,52
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan) REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN STRUKTUR GEDUNG MENTERI PROYEK :
No.
PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI
Uraian Pekerjaan
Jumlah Harga (RP.)
GEDUNG MENTERI I.a I.b I.c II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX XXI
Pekerjaan Pondasi Bored pile dia 100 cm 236 titik Pekerjaan Tanah Pekerjaan Lantai Separasi Pekerjaan Lantai Semi Basement Pekerjaan Lantai Satu Pekerjaan Lantai Dua Pekerjaan Lantai Tiga Pekerjaan Lantai Empat Pekerjaan Lantai Lima Pekerjaan Lantai Enam Pekerjaan Lantai Tujuh Pekerjaan Lantai Delapan Pekerjaan Lantai Sembilan Pekerjaan Lantai Sepuluh Pekerjaan Lantai Sebelas Pekerjaan Lantai Duabelas Pekerjaan Lantai Tigabelas Pekerjaan Lantai Empatbelas Pekerjaan Lantai Limabelas Pekerjaan Lantai Enambelas Pekerjaan Lantai Tujuhbelas Pekerjaan Lantai Atap Pekerjaan Lantai Atap Ruang Mesin
Total Pekerjaan Struktur
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
12.673.141.180,25 128.037.124,80 782.447.739,00 11.734.718.880,51 3.497.762.572,53 3.205.061.129,98 3.706.342.897,88 2.857.165.199,59 2.999.258.307,06 2.509.471.037,59 2.516.529.473,90 2.490.438.233,79 2.403.163.805,82 2.374.967.391,35 2.361.433.710,66 2.341.141.413,11 2.405.354.168,13 2.278.929.829,10 5.741.480.662,40 3.589.351.164,40 3.898.305.892,39 2.044.469.463,17 489.238.225,10
Rp. 79.028.209.502,51
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan) REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR PROYEK :
No.
I.a I.b I.c II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI XVII XVIII XIX XX XXI XXII XXIII XXIV XXV XXVI
PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI
Uraian Pekerjaan
Pekerjaan Pondasi Bored pile dia 80 cm 187 ttk Pekerjaan Tanah Pekerjaan Lantai Separasi Pekerjaan Lantai Semi Basement Pekerjaan Lantai P-1 Pekerjaan Lantai P - 1A Pekerjaan Lantai P - 2 Pekerjaan Lantai P - 2 A Pekerjaan Lantai P - 3 Pekerjaan Lantai P - 3A Pekerjaan Lantai P - 4 Pekerjaan Lantai P - 4 A Pekerjaan Lantai P - 5 Pekerjaan Lantai P - 5A Pekerjaan Lantai P - 6 Pekerjaan Lantai P - 6A Pekerjaan Lantai P - 7 Pekerjaan Lantai P -7 A Pekerjaan Lantai P - 8 Pekerjaan Lantai P - 8A Pekerjaan Lantai P - 9 Pekerjaan Lantai P - 9A Pekerjaan Lantai P - 10 Pekerjaan Lantai P - 10A Pekerjaan Lantai P - 11 Pekerjaan Lantai P -11A Pekerjaan Lantai P - 12 Pekerjaan Lantai atap
Jumlah Harga (RP.)
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Sub Total Harga (RP.)
6.838.105.402,30 228.566.865,73 1.002.120.248,00 6.261.086.487,99 1.914.436.655,71 1.054.938.432,63 1.099.503.352,51 1.017.624.434,71 1.095.086.021,44 1.017.624.434,71 1.035.507.640,79 970.120.252,31 1.031.489.303,12 970.120.252,31 1.019.833.506,47 970.120.252,31 976.070.897,92 920.217.902,33 980.488.228,99 922.438.314,83 976.070.897,92 922.438.314,83 980.488.228,99 922.438.314,83 1.060.587.037,59 768.382.003,91 995.657.879,82 1.269.486.141,15
Total Pekerjaan Struktur 39.221.047.706,15
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan) REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN ARSITEKTUR GEDUNG MENTERI PEMBANGUNAN GEDUNG PROYEK : MENTERI No. Uraian Pekerjaan
II.2
Jumlah Harga (Rp)
Sub Total Harga (Rp)
GEDUNG MENTERI A.
Pekerjaan Lantai Semi Basement
Rp. 2.717.685.310,58
B.
Pekerjaan Lantai Satu
Rp. 6.524.222.536,29
C.
Pekerjaan Lantai Dua
Rp. 4.538.254.914,85
D.
Pekerjaan Lantai Tiga
Rp. 4.845.121.988,55
E.
Pekerjaan Lantai Empat
Rp. 4.746.936.768,87
F.
Pekerjaan Lantai Lima
Rp. 3.968.457.374,96
G.
Pekerjaan Lantai Enam
Rp. 3.957.067.146,25
H.
Pekerjaan Lantai Tujuh
Rp. 3.804.114.394,04
I.
Pekerjaan Lantai Delapan
Rp. 3.749.810.010,54
J.
Pekerjaan Lantai Sembilan
Rp. 3.688.218.747,27
K.
Pekerjaan Lantai Sepuluh
Rp. 3.705.546.062,33
L.
Pekerjaan Lantai Sebelas
Rp. 3.717.661.147,83
M.
Pekerjaan Lantai Duabelas
Rp. 3.791.427.569,75
N.
Pekerjaan Lantai Tigabelas
Rp. 3.798.613.932,39
O.
Pekerjaan Lantai Empatbelas
Rp. 4.239.931.190,21
P.
Pekerjaan Lantai Limabelas
Rp. 4.486.331.795,42
Q.
Pekerjaan Lantai Enambelas
Rp. 4.491.487.120,27
R.
Pekerjaan Lantai Tujuhbelas
Rp. 4.794.463.900,01
S.
Pekerjaan Lantai Atap
Rp. 2.825.528.475,64
SUB TOTAL GEDUNG MENTERI
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Rp.78.390.880.386,05
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan) REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS ARSITEKTUR GEDUNG PARKIR PROYEK :
PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI Uraian Pekerjaan
Jumlah Harga (Rp)
GEDUNG PARKIR Pekerjaan Lantai Semibasement A. dan Kantin B. Pekerjaan Lantai P1 - P1A
Rp. 1.678.071.011,61
No.
Rp. 1.152.513.431,13
C.
Pekerjaan Lantai P2 - P2A
Rp.
787.598.793,25
D.
Pekerjaan Lantai P3 - P3A
Rp.
787.598.793,25
E.
Pekerjaan Lantai P4 - P4A
Rp.
787.598.793,25
F.
Pekerjaan Lantai P5 - P5A
Rp.
787.598.793,25
G.
Pekerjaan Lantai P6 - P6A
Rp.
787.598.793,25
H.
Pekerjaan Lantai P7 - P7A
Rp.
787.598.793,25
I.
Pekerjaan Lantai P8 - P8A
Rp.
787.598.793,25
J.
Pekerjaan Lantai P9 - P9A
Rp.
787.598.793,25
K.
Pekerjaan Lantai P10 - P10A
Rp.
787.598.793,25
L.
Pekerjaan Lantai P11 - P11A Pekerjaan Lantai P12 - P12A dan Atap
Rp.
787.598.793,25
M.
Sub Total Harga (Rp)
Rp. 1.279.553.967,04
SUB TOTAL GEDUNG PARKIR
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Rp. 11.986.126.342,28
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan) REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL PROYEK :
No.
PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL Jumlah Harga (Rp)
Uraian Pekerjaan
1.
GEDUNG MENTERI
I
Pekerjaan Listrik
Rp.
21.047.641.921,00
II
Pekerjaan Telepon
Rp.
2.838.814.341,00
III
Pekerjaan Tata Suara
Rp.
454.630.513,00
IV
Pekerjaan Conference System
Rp.
2.529.378.000,00
V
Pekerjaan Sound Reinforcement System
Rp.
5.085.423.000,00
VI
Pekerjaan CCTV
Rp.
373.954.236,00
VII
Pekerjaan Pemadam Kebakaran
Rp.
4.274.716.035,00
VIII
Pekerjaan Plumbing
Rp.
3.052.162.245,00
IX
Pekerjaan Fire Alarm
Rp.
824.692.012,00
X
Pekerjaan BAS
Rp.
1.179.567.000,00
XI
Pekerjaan MVAC
Rp.
16.459.325.600,00
XII
Rp.
13.199.068.975,00
XIII
Pekerjaan Lift / Elevator Pekerjaan Intellegent Lighting Control System
Rp.
1.698.750.000,00
XIV
Pekerjaan Gondola
Rp.
3.541.725.000,00
SUB TOTAL PEKERJAAN GEDUNG MENTERI
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Sub Total Harga (Rp)
76.559.848.878,00
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan)
2.
PEKERJAAN IT DAN JARINGAN DATA
RP
5.633.682.023,00
SUB TOTAL PEKERJAAN IT DAN JARINGAN DATA
5.633.682.023,00
3.
GEDUNG PARKIR
I
Pekerjaan Listrik
Rp.
666.464.186,00
II
Pekerjaan Tata Suara
Rp.
80.135.256,00
III
Pekerjaan CCTV
Rp.
10.314.440,00
IV
Pekerjaan Lift / Elevator
Rp.
1.376.157.560,00
V
Pekerjaan Pemadam Kebakaran
Rp.
1.855.957.532,00
VI
Pekerjaan Fire Alarm
Rp.
449.928.437,00
SUB TOTAL PEKERJAAN GEDUNG PARKIR [ B.III ] BIAYA PERIJINAN DAN PENYAMBUNGAN [dalam pek I.31 persiapan] I. Biaya Penambahan Penyambungan (BP) dan Uang Jaminan Langganan [UJL] 1560 kVA ke PLN, TM 20 KV Biaya penyambungan telepon ke PT. II. Telkom - 100/1000 Saluran III.
Biaya penyambungan ke PDAM
Rp.4.438.957.411,00
Rp.
936.000.000,00
Rp.
25.000.000,00
Rp.
90.000.000,00
SUB TOTAL BIAYA PERIJINAN DAN PENYAMBUNGAN TOTAL PEKERJAAN MEKANIKAL, ELEKTRIKAL, PLUMBING, IT & DATA
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Rp. 1.051.000.000,00
87.683.488.312,00
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan) REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN INTERIOR LEPAS PROYEK : PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI NO. I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI
URAIAN LANTAI 1 LANTAI 2 LANTAI 3 LANTAI 4 LANTAI 5 , 6 LANTAI 6, 7 LANTAI 8 LANTAI 9, 10 LANTAI 10 LANTAI 11 LANTAI 12 LANTAI 13 LANTAI 14 LANTAI 15 LANTAI 16 LANTAI 17
TOTAL HARGA Rp. RP Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
TOTAL PEKERJAAN INTERIOR LEPAS
275.632.875,00 1.206.186.635,00 1.677.939.457,00 1.498.426.580,00 1.416.819.091,00 1.668.212.715,00 1.256.469.464,00 1.142.175.086,00 478.788.427,00 1.289.358.837,00 1.183.439.525,00 1.317.287.807,00 1.670.971.777,00 2.599.097.616,00 1.299.548.808,00 1.056.831.983,00
RP 21.037.186.683,00
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Lampiran 3 : Rencana Anggaran Biaya Proyek (lanjutan)
PROYEK : No.
REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS PEKERJAAN LANSEKAP PEMBANGUNAN GEDUNG MENTERI Uraian Pekerjaan
A.
PEKERJAAN HARDSCAPE
I II III IV V VI
AREA PLAZA UPACARA AREA PLAZA BENDERA AREA DROPOFF AREA PLAZA INTERAKTIF AREA ROOF GARDEN Lt. 4 AREA ROOF GARDEN Lt. 17
Jumlah Harga
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
(RP.)
312.261.588,50 394.996.387,50 125.863.875,00 109.688.528,05 318.629.013,75 160.213.649,04
JUMLAH PEKERJAAN HARDSCAP B.
PEKERJAAN SOFTSCAPE
I II III IV
PEKERJAAN TANAH PENANAMAN LAIN-LAIN MASA PERAWATAN ( setelah pekerjaan selesai 100 % )
Sub Total Harga (Rp)
Rp.1.421.653.041,84
Rp. Rp. Rp. Rp.
240.116.388,25 160.385.868,00 64.327.500,00 43.565.522,16
JUMLAH PEKERJAAN SOFTSCAPE
TOTAL PEKERJAAN LANSEKAP
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Rp.508.395.278,41
Rp.1.930.048.320,25
LAMPIRAN 4 HASIL WAWANCARA UNTUK VALIDASI
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
PENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK EFISIENSI BIAYA PADA PROYEK BANGUNAN BERKONSEP GREEN BUILDING
WAWANCARA TERSTUKTUR
oleh SRI PUJI LESTARI 0706163501
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
PENDAHULUAN
Green building atau yang dikenal sebagai sustainable building merupakan bangunan yang dikenal ramah terhadap lingkungan dan efisien terhadap sumber daya. Dimana efisiensi ini melalui siklus hidup bangunan (building’s life cycle) mulai dari desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan pembongkaran. Green building bertujuan untuk mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan. Konsep green building didorong menjadi trend dunia bagi pengembang properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan menjadi keharusan di dunia properti saat ini. Hal ini dikarenakan bangunan ramah lingkungan mempunyai konstribusi menahan laju pemasanan global dengan membenahi iklim mikro. Meskipun demikian masih banyak pihak yang menganggap bahwa penerapan konsep green building pada bangunan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis. Untuk menanggapi hal ini maka suatu proyek bangunan ramah lingkungan harus direncanakan dengan efisien dan optimal. Salah satu cara untuk mengefisienkan dan mengoptimalkan biaya adalah dengan menerapkan value engineering (VE). Prinsip dasar VE pada proyek Igreen building adalah membuat bangunan menjadi ramah lingkungan dengan biaya yang efisien dan optimal. VE pada pada proyek ini dilakukan pada pekerjaan Motor Vehicle Air Conditioning (MVAC) karena sistem MVAC pada proyek ini menggunakan refrigerant HFC R134a, dimana refrigeran ini masih belum ramah lingkungan karena dapat menyebabkan pemanasan global. Dari hasil VE, terdapat 2 alternatif refrigeran hidrokarbon dan refrigeran air. Dari dua alternatif tersebut, terpilih alternatif refrigearn hidrokarbon, karena dari hasil analisis, alternatif ini memiliki ranking yang tinggi dan Life Cycle Cost (LCC) yang paling rendah.
TUJUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui apakah refrigeran hidrokarbon layak menggantikan refrigrant R134a untuk sistem pengkondisian udara.
52 Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
PENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK EFISIENSI BIAYA PADA PROYEK BANGUNAN BERKONSEP GREEN BUILDING
WAWANCARA TERSTUKTUR
oleh SRI PUJI LESTARI 0706163501
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
PENDAHULUAN
Green building atau yang dikenal sebagai sustainable building merupakan bangunan yang dikenal ramah terhadap lingkungan dan efisien terhadap sumber daya. Dimana efisiensi ini melalui siklus hidup bangunan (building’s life cycle) mulai dari desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan pembongkaran. Green building bertujuan untuk mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan. Konsep green building didorong menjadi trend dunia bagi pengembang properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan menjadi keharusan di dunia properti saat ini. Hal ini dikarenakan bangunan ramah lingkungan mempunyai konstribusi menahan laju pemasanan global dengan membenahi iklim mikro. Meskipun demikian masih banyak pihak yang menganggap bahwa penerapan konsep green building pada bangunan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis. Untuk menanggapi hal ini maka suatu proyek bangunan ramah lingkungan harus direncanakan dengan efisien dan optimal. Salah satu cara untuk mengefisienkan dan mengoptimalkan biaya adalah dengan menerapkan value engineering (VE). Prinsip dasar VE pada proyek Igreen building adalah membuat bangunan menjadi ramah lingkungan dengan biaya yang efisien dan optimal. VE pada pada proyek ini dilakukan pada pekerjaan Motor Vehicle Air Conditioning (MVAC) karena sistem MVAC pada proyek ini menggunakan refrigerant HFC R134a, dimana refrigeran ini masih belum ramah lingkungan karena dapat menyebabkan pemanasan global. Dari hasil VE, terdapat 2 alternatif refrigeran hidrokarbon dan refrigeran air. Dari dua alternatif tersebut, terpilih alternatif refrigearn hidrokarbon, karena dari hasil analisis, alternatif ini memiliki ranking yang tinggi dan Life Cycle Cost (LCC) yang paling rendah.
TUJUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui apakah refrigeran hidrokarbon layak menggantikan refrigrant R134a untuk sistem pengkondisian udara.
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
LAMPIRAN 5 FORM REVISI
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
REVISI SKRIPSI
PENGUJI Ir. Setyo Supriyadi, M.Si
KOMENTAR
RESPON
Tambahkan intro aspek green building yang lain selain
Telah direvisi dan ditambahkan pada
batasan AC pada tesis ini
halaman 24
Depok, 24 Juni 2011 Mengetahui Pembimbing,
(M. Ali Berawi, M.Eng. Sc, Ph.D)
Penguji,
Penguji,
(Ir. Bambang Setiadi)
(Ir. Setyo Supriyadi, M.Si)
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011