UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEFATALAN CEDERA KASUS KECELAKAAN KERJA DI TEMPAT KERJA YANG DITANGANI DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
TUGAS AKHIR
AGUSTINA PUSPITASARI 1106142394
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI JAKARTA JANUARI 2015
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEFATALAN CEDERA KASUS KECELAKAAN KERJA DI TEMPAT KERJA YANG DITANGANI DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA
TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Kedokteran Okupasi
AGUSTINA PUSPITASARI 1106142394
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN OKUPASI JAKARTA JANUARI 2015
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
ii
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
iii
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat meyelesaikan tugas akhir ini. Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tugas akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1)
Ibu Ambar W Roestam, SKM, MOH selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tugas akhir ini;
(2)
dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tugas akhir ini;
(3)
Dr.dr. Fikry Effendi, MOH, SpOk selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tugas akhir ini;
(4)
Dr.dr. Joedo Prihartono, MPH selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tugas akhir ini;
(5)
Dr.dr. Astrid W. Sulistomo, MPH, SpOk selaku Ketua Program Studi PPDS Okupasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya selama proses pendidikan.
(6)
dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, SpOk, PhD selaku dosen PJMA Proposal Penelitian yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan proposal tugas akhir ini.
iv Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
(7)
Dr.dr. Andri Maruli Tua Lubis, Sp.OT selaku Kepala Bagian Penelitian RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah memberikan persetujuan ijin penelitian.
(8)
dr. Andi Ade Wijaya Ramlan, Sp.An selaku Kepala Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo beserta seluruh jajaran yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.
(9)
dr. Idayu Widya Hastari selaku Koordinator Pelayanan Unit Rawat Inap terpadu Gedung A yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.
(10)
Ibu Woro Ariyandini, MKM, AAAK yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan.
(11)
Wiseno Adi Purnomo dan orang tua serta keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; dan
(12)
Para sahabat yang telah mendoakan, memberi dukungan dan membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Jakarta, 17 Januari 2015
Penulis
v Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
vi Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: : :
Agustina Puspitasari Kedokteran Okupasi Faktor yang Berhubungan dengan Kefatalan Cedera Kasus Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Latar Belakang: Jumlah kecelakaan kerja yang masih tinggi dan belum ada studi epidemiologi kasus kecelakaan kerja yang ditangani Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit di Indonesia. Penelitian ini untuk mengetahui distribusi kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan faktor di tempat kerja yang berhubungan dengan kefatalan cedera. Metode: Desain penelitian yang digunakan cross-sectional dengan cara wawancara dan data sekunder status rekam medis. Didapatkan 131 sampel dengan convenient sampling dari 23 April sampai dengan 16 Desember 2013. Analisis yang digunakan univariat, bivariat menggunakan uji Chi-Square dan Exact Fisher’s Test serta analisis multivariat regresi logistik. Variabel yang diteliti faktor sosiodemografi, riwayat kecelakaan kerja sebelumnya, waktu terjadinya kecelakaan, perilaku kerja tidak aman, kondisi fisik pekerja tidak aman, lingkungan kerja tidak aman dan kinerja manajemen keselamatan tidak aman. Hasil: Distribusi berdasarkan klasifikasi kecelakaan kerja didapatkan jenis kecelakaan terbanyak adalah tertumbuk atau terkena benda, penyebab kecelakaan terbanyak adalah mesin, sifat luka terbanyak adalah luka superfisial, lokasi luka terbanyak adalah ekstremitas atas, bidang pekerjaan terbanyak adalah bidang konstruksi dan pemeliharaan gedung serta jenis pekerjaan terbanyak adalah kelompok pekerja kasar. Persentase cedera fatal 7,6 % dari 131 kasus kecelakaan kerja di tempat kerja. Faktor sosiodemografi pekerja bukan formal didapatkan mempunyai resiko 12 kali mengalami cedera fatal dibanding pekerja formal. Adapun faktor sosiodemografi lain, riwayat kecelakaan kerja sebelumnya, waktu terjadinya kecelakaan, perilaku kerja tidak aman, kondisi fisik pekerja tidak aman, lingkungan kerja tidak aman dan kinerja manajemen keselamatan tidak aman didapatkan tidak berhubungan bermakna dengan kefatalan cedera. Kesimpulan: Faktor utama yang berhubungan dengan kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja adalah pekerja bukan formal. Kata kunci: instalasi gawat darurat; kefatalan cedera; kecelakaan kerja di tempat kerja
vii Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
ABSTRACT
Name Study Program Tiitle
: : :
Agustina Puspitasari Occupational Medicine Factor that Associated with Injury Fatality of Workplace Accident Cases that Treated in Emergency Department of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta
Background: The number of workplace accident still high and epidemiological study about workplace accident cases that treated in emergency department in Indonesia has not yet been available. This study is to determine workplace accident cases that was treated in emergency department of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital distribution and association between workplace factors with injury fatality. Methods: Research design was cross-sectional with interview and secondary data from medical records. Sample size was obtained 131 through convenient sampling from April 23 to December 16, 2013. Analysis that conducted are univariate analysis, bivariate analysis using Chi-square and Fisher's Exact Test and multivariate analysis using logistic regression. Variables that examined were sociodemographic factors, history of previous workplace accident, the time of the accident, unsafe acts, unsafe conditions, unsafe management performance, physical condition of the workers. Results: Distribution of workplace accident classification showed the highest number of workplace accident type was striking against or struck by objects, agency type was machine, injury nature type was superficial wound, injury bodily location type was upper limb, job field type was construction and occupation type was blue-collar workers. Percentage of fatal injury was 7.6 % from 131 workplace accidents and non-formal workers have 12 times risk of fatal injury than formal workers. The other sociodemographic factors, history of previous work accident, the time of the accident, unsafe acts, unsafe conditions, unsafe management performance, physical condition of the workers were found no significant relationship with the fatality injury. Conclusion: Main factor that associated with injury fatality of workplace accident is non-formal workers. Keywords: emergency department; fatality injury; workplace accident
viii Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................. ........ iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vi ABSTRAK............................................................................................................. vii DAFTAR ISI .................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN..................................................................................... . xiii DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................................xiv 1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1.1 Latar belakang ........................................................................................ 1.2 Permasalahan .......................................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 1.4 Manfaat penelitian ..................................................................................
1 1 2 2 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5 2.1 Kecelakaan Kerja ...................................................................................... 5 2.2 Cedera Kerja .......................................................................................... 16 2.3 Gambaran Umum RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ........................... 17 2.5 Pengendalian Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja....... ............................ 24 2.6 Kerangka Teori ..................................................................................... 26 2.7 Kerangka Konsep .................................................................................... 27 3. METODE PENELITIAN ........................................................................... 28 3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 28 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 28 3.3 Populasi ................................................................................................... 28 3.4 Sampel ................................................................................................... 28 3.5 Variabel................... ................................................................................ 30 3.6 Cara Kerja............. ................................................................................... 31 3.7 Pengolahan Data ...................................................................................... 33 3.8 Analisa Data ........................................................................................... 33 3.9 Penyajian Data ....................................................................................... 35 3.10 Batasan Operasional ............................................................................. 36 3.11 Alur Kerja Penelitian ............................................................................. 50 3.12 Etika Penelitian...................................................................................... 51 4. HASIL PENELITIAN.................................................................................. 52 4.1 Pelaksanaan Penelitian............................................................................. 52 4.2 Hasil Penelitian ....................................................................................... 52 4.2.1 Distribusi Kefatalan Cedera ........................................................... 52 ix
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
4.2.2 Gambaran Karakteristik Responden ............................................... 53 4.2.3 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Risiko ........................ 60 5. PEMBAHASAN ........................................................................................... 66 5.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 66 5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................ 67 5.2.1 Distribusi Kefatalan Cedera ................................................................ 67 5.2.2 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Sosiodemografi..... 67 5.2.3 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Risiko Kecelakaan Kerja 72 5.2.4 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Risiko Okupasi ............... 74 5.2.5 Faktor yang berhubungan dengan Kefatalan Cedera ........................... 75 5.2.6 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Klasifikasi ILO ....... 75 6. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 78 DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... 80 LAMPIRAN.......................... ............................................................................. 83
x
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data kasus kecelakaan di IGD RSCM bulan Juli-September 2012..................................................................................................... 22 Tabel 2.2 Data kasus klaim kecelakaan kerja berdasar tempat kejadian tahun 2009-2013 ....................................................................................... 23 Tabel 2.3 Data jenis klaim kecelakaan kerja tahun 2009-2013 ......................... 23 Tabel 4.1 Distribusi Kefatalan Cedera........................................................ ....... 53 Tabel 4.2 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Sosiodemografi ... 53 Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Risiko ....... 54 Tabel 4.4 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Perilaku Tidak Aman di Tempat Kerja ........................................................... 55 Tabel 4.5 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan Tidak Aman di Tempat Kerja......................................... ................... 56 Tabel 4.6 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Kinerja Manajemen Keselamatan di Tempat Kerja yang Tidak Aman ............................. 56 Tabel 4.7 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Okupasi ... 57 Tabel 4.8 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kecelakaan 57 Tabel 4.9 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Penyebab Kecelakaan..........................................................................................58 Tabel 4.10 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Sifat Luka............58 Tabel 4.11 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Luka.........59 Tabel 4.12 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan 59 Tabel 4.13 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan.....60 Tabel 4.14 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Sosiodemografi...61 Tabel 4.15 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Risiko........ .................. 63 Tabel 4.16 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Okupasi.........................64 Tabel 4.17 Faktor yang Berhubungan dengan Kefatalan Cedera.........................65 xi
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori Domino Heinrich ..................................................................... 6 Gambar 2.2 Bagan Multiple Caution Theory ........................................................ 8 Gambar 2.3 Teori Rantai Kecelakaan ................................................................... 9 Gambar 2.4 Alur Pelayanan Pasien .................................................................... 18 Gambar 2.5 Rekapitulasi Kunjungan Pasien IGD Tahun 2011 ............................ 20 Gambar 2.6 Data Kasus Kematian di IGD Rata-Rata Per Bulan Tahun 2011 ...... 21 Gambar 2.7 Data 10 Kasus Terbanyak di IGD Rata-Rata Perbulan Tahun 2011 . 21 Gambar 2.8 Data Angka Kasus Medis Tahun 2011 ............................................ 22 Gambar 2.9 Kerangka Teori. .............................................................................. 26 Gambar 2.10 Kerangka Konsep.......................................................................... 27
xii
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
DAFTAR SINGKATAN
AC APD Askes BLU BPJS CO CT Scan EKG Gakin ICCU ICU IGD ILO IMET Jamkesmas JKK K3 Obsgyn PJT PPDS Puskesmas RGD RSCM RSUPN SD SKTM SMA SMP SOP SUV THT UKK UMKM UMR USG UU
Air Conditioning Alat Pelindung Diri Asuransi Kesehatan Badan Layanan Umum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Carbon Monoksida Computerized Axial Tomography Scan Elektrokardiografi Keluarga Miskin Intensive Coronary Care Unit Intensive Care Unit Instalasi Gawat Darurat International Labour Organization Integrated Multidiciplinary Emergency Team Jaminan Kesehatan Masyarakat Jaminan Kecelakaan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Obstetri dan Gynekology Pusat Jantung Terpadu Program Pendidikan Dokter Spesialis Pusat Kesehatan Masyarakat Ruang Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Sekolah Dasar Surat Keterangan Tidak Mampu Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Pertama Standar Operasional Prosedur Sinar Ultra Violet Telinga, Hidung, Tenggorok Upaya Kesehatan kerja Usaha Mikro Kecil Menengah Upah Minimum Regional Ultrasonografi Undang-Undang
xiii
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Lolos Kaji Etik (Ethical Clearance) .................... 83 Lampiran 2 Surat Persetujuan Ijin Penelitian ...................................................... 84 Lampiran 3 Permohonan Ijin Melakukan Penelitian ........................................... 85 Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian .......................................................... 86 Lampiran 5 Surat Persetujuan ............................................................................ 87 Lampiran 6 Formulir A ...................................................................................... 88 Lampiran 7 Formulir B ...................................................................................... 89 Lampiran 8 Kuisioner Faktor Risiko Kecelakaan Kerja ..................................... 91
xiv
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Kecelakaan kerja sampai saat ini masih menjadi masalah utama dalam kesehatan dan keselamatan kerja. Adapun sistem pelaporan dan pencatatan kecelakaan kerja masih menjadi masalah di banyak negara sampai saat ini. Dampak dari kecelakaan kerja ini bisa menimbulkan kerugian bagi negara, masyarakat dan perusahaan secara baik secara ekonomi maupun non ekonomi. 1 Jumlah kecelakaan kerja masih tinggi, berdasar World Statistic ILO 2011 menyebutkan setiap tahunnya terjadi 340 juta kecelakaan kerja dan 160 juta pekerja menderita penyakit berhubungan dengan pekerjaan. ILO memperkirakan 1.020 pekerja meninggal karena kecelakaan kerja setiap hari dan 5.330 pekerja meninggal karena penyakit berhubungan dengan pekerjaan dengan total biaya menelan 4 % Gross National Product. Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi jumlah kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 99.491 dimana kecelakaan kerja yang terjadi masih didominasi oleh kecelakaan lalu lintas sebanyak 40% kasus yang terjadi saat pekerja berangkat dan pulang bekerja dan korban yang meninggal 2.144 orang. Adapun berdasar data dari BPJS Ketenagakerjaan jumlah kecelakaan kerja tahun 2013 sebanyak 103.285 terdiri dari kecelakaan dalam perusahaan sebanyak 71.876, kecelakaan di luar perusahaan sebanyak 10.597 dan kecelakaan di jalan raya sebanyak 20.812 dan total korban meninggal sebanyak 2.438 orang.1-4 Berdasarkan data rekam medis di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta didapatkan 38 kasus kecelakaan kerja yang ditangani selama 3 bulan dari Juli sampai September 2012. Adapun penggolongan ini hanya meliputi kasus kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja tidak termasuk kecelakaan dalam perjalanan berangkat dan pulang kerja. Standard Prosedur Operasional baku untuk klasifikasi kasus kecelakaan kerja dan kefatalan cedera juga belum ada sehingga pengertian petugas RS tentang definisi kecelakaan kerja bisa tidak sama satu dengan yang lain. Di dalam rekam medis juga belum ada status okupasi berkaitan dengan kasus kecelakaan kerja yang 1
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Universitas Indonesia
ditangani dan sampai saat ini belum ada kerjasama antara RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan BPJS Ketenagakerjaan meskipun merupakan RS Pusat Rujukan Nasional. Berdasarkan hal tersebut maka sangat dibutuhkan penelitian awal sebagai studi epidemiologi kasus kecelakaan kerja di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebelum merencanakan pengembangan pelayanan kecelakaan kerja yang komprehensif dan terintegrasi.
1.2 PERMASALAHAN 1.2.1 Belum ada data distribusi kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo berdasarkan karakteristik sosiodemografi, riwayat kecelakaan kerja sebelumnya, waktu terjadinya kecelakaan, perilaku kerja tidak aman, kondisi fisik pekerja tidak aman, lingkungan kerja tidak aman dan kinerja manajemen keselamatan tidak aman. 1.2.2 Belum ada Standard Prosedur Operasional baku untuk klasifikasi kecelakaan kerja di tempat kerja dan kefatalan cedera pada kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. 1.2.3 Belum ada penelitian yang meneliti tentang faktor dominan di tempat kerja yang berhubungan dengan kefatalan cedera pada kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan menganalisis hubungan antar faktor tersebut.
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Diketahuinya distribusi kasus kecelakaan kerja di tempat kerja dan faktor di tempat kerja yang berhubungan dengan kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Diketahuinya distribusi kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo berdasarkan klasifikasi jenis kecelakaan kerja, penyebab kecelakaan, sifat luka, lokasi luka, bidang pekerjaan dan jenis pekerjaan. 1.3.2.2 Diketahuinya distribusi kefatalan cedera pada kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 1.3.2.3 Diketahuinya hubungan antara kefatalan cedera pada kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dengan faktor sosiodemografi, riwayat kecelakaan kerja sebelumnya, waktu terjadinya kecelakaan, perilaku kerja tidak aman, kondisi fisik pekerja tidak aman, lingkungan kerja tidak aman dan kinerja manajemen keselamatan tidak aman. 1.3.2.4 Diketahuinya faktor dominan di tempat kerja yang berhubungan dengan kefatalan cedera pada kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani
di
Instalasi
Gawat
Darurat
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo.
1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat bagi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Dengan diketahuinya distribusi karakteristik kasus kecelakaan kerja di tempat kerja berdasarkan sosiodemografi, jenis kecelakaan kerja, penyebab kecelakaan, sifat luka, lokasi luka, bidang pekerjaan dan jenis pekerjaan bisa digunakan menjadi acuan penyusunan Standard Prosedur Operasional klasifikasi kasus kecelakaan kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai langkah awal sebelum merencanakan pengembangan pelayanan kecelakaan kerja yang komprehensif dan terintegrasi. 1.4.2 Manfaat bagi pendidikan Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara teori dan kajian akademis tentang hubungan antara kefatalan cedera pada Universitas Indonesia
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
kasus kecelakaan kerja di tempat kerja dengan faktor sosiodemografi, riwayat kecelakaan kerja sebelumnya, waktu terjadinya kecelakaan, perilaku kerja tidak aman, kondisi fisik pekerja tidak aman, lingkungan kerja tidak aman, kinerja manajemen keselamatan tidak aman. Dan menjadi penelitian awal untuk penelitian lanjutan mengenai kecelakaan kerja yang ditangani di institusi Rumah Sakit. 1.4.3
Manfaat bagi peneliti Melalui penelitian ini penulis kompeten dalam melakukan penelitian khususnya mengenai kecelakaan kerja dan umumnya mengenai kedokteran kerja.
Universitas Indonesia
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KECELAKAAN KERJA
2.1.1 Definisi Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja (UU Nomor 40 tahun 2004 ).5
2.1.2 Teori Kecelakaan Kerja Mencegah kecelakaan akan sulit dilakukan tanpa adanya pemahaman akan penyebab-penyebab kecelakaan, sehingga banyak cara telah dilakukan untuk mengembangkan teori untuk memperkirakan penyebab-penyebab kecelakaan dan sejauh ini, tak ada satupun yang diterima secara universal. Para peneliti dari berbagai bidang ilmu pengetahuan dan rekayasa telah mencoba untuk mengembangkan teori-teori penyebab kecelakaan untuk menolong dalam mengidentifikasikan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyebabpenyebab kecelakaan ini. Teori-teori penyebab kecelakaan kerja antara lain: 2.1.2.1 Teori Domino (The Domino Theory) Menurut W.H. Heinrich (1931), pakar yang mengembangkan teori Domino mengungkapkan bahwa 88% dari semua kecelakaan disebabkan perilaku tidak aman yang dilakukan orang-orang, 10% oleh tindakan yang tidak aman dan 2 % oleh campur tangan Tuhan. Ia mengajukan lima faktor urutan penyebab kecelakaan dimana dalam tiap-tiap faktor akan menggerakkan langkah selanjutnya untuk menjatuhkan barisan kartu domino berikutnya. Faktor-faktor urutan kecelakaan tersebut adalah sebagai berikut: Lingkungan asal dan sosial Kegagalan pekerja 5
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
6
Tindakan tidak aman bersamaan antara bahaya fisik dan mekanik Kecelakaan Kerusakan atau luka-luka Membuang satu kartu domino dalam satu baris kartu domino yang berjejer, akan menghentikan terjatuhnya urutan kartu domino berikutnya. Dengan cara yang sama, Heinrich menyarankan untuk menghilangkan satu faktor yaitu faktor nomor 3. Meskipun Heinrich tidak menyediakan data untuk teorinya, tapi
tetap
menghadirkan pemikiran yang sangat berguna untuk diskusi dan dasar dari riset di masa mendatang.
Gambar 2.1 Teori Domino Heinrich
2.1.2.2 Teori Penyebab Jamak (Multiple Causation Theory) Teori Penyebab Jamak adalah perkembangan dari Teori Domino, tapi teori ini mendalilkan bahwa untuk kecelakaan tunggal kemungkinan disebabkan oleh Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
7
banyak
faktor,
penyebab-penyebab,
terjadinya kecelakaan-kecelakaan.
dengan
Menurut
kombinasinya teori ini,
menghasilkan
faktor-faktor
yang
berkontribusi dapat digolongkan ke dalam dua kategori yaitu: Perilaku Kategori ini mencakup faktor-faktor yang bersinggungan dengan pekerja yang melakukan tindakan tidak aman seperti sikap yang tidak patut atau tidak wajar, kurang pengetahuan, kurang terampil, keterbatasan fisik dan mental termasuk kurang konsentrasi, kelelahan atau menderita suatu penyakit, mengoperasikan alat tanpa wewenang, gagal memperingatkan, mengoperasikan alat pada kecepatan yang tidak benar, membuat alat keselamatan tidak bekerja, melepas alat keselamatan, menggunakan alat yang rusak, tidak memakai Alat Pelindung Diri, membawa dan menempatkan barang secara salah, mengangkat secara salah, mengambil posisi kerja salah, melakukan pemeliharaan alat yang sedang jalan, senda gurau, dibawah pengaruh alkohol/obat terlarang. Lingkungan. Kategori ini termasuk kurangnya kehati-hatian terhadap elemen-elemen kerja yang berbahaya dan penurunan performa perangkat, serta prosedur yang tidak aman. Contohnya tutup/penghalang keselamatan tidak memadai, alat pelindung tidak memadai/tidak benar, perkakas maupun alat dan bahan rusak, sistem peringatan bahaya kebakaran dan peledakan kurang memadai,tata rumah tangga semrawut, tempat kerja tidak teratur, kondisi lingkungan berbahaya seperti adanya gas, debu, asap, uap, logam, paparan kebisingan, paparan radiasi, paparan suhu tinggi atau rendah, penerangan tidak memadai atau berlebihan serta ventilasi yang tidak memadai. Terjadinya perilaku, lingkungan tidak aman, manajemen program kesehatan dan keselamatan kerja yang buruk, kondisi fisik dan mental pekerja yang tidak baik secara simultan akan menyebabkan kecelakaan. Sehingga kontribusi utama dari teori ini adalah untuk menampilkan fakta bahwa kecelakaan sangat jarang merupakan hasil dari penyebab atau aksi tunggal. Bagan Multiple Causation Theory tersaji selengkapnya pada gambar 2 di halaman berikut ini.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
8
TIPE
• Terjebak dalam atau diantara obyek mekanis atau lainnya
PENYEBAB LANGSUNG
• Jatuh • Tergelincir • Tubrukan
• Letupan atau ledakan • Kebakaran
Perilaku tidak aman
• •
• Perangkat pelindung atau pengaman disediakan namun tidak digunakan • Bekerja dengan cara yang berbahaya (kurang mawas terhadap benda tajam dan obyek yang licin dan mudah bergeser, mencuat, kehilangan pegangan dsb) • Tak tersedianya alat dan perangkat yang memadai untuk bekerja • Gerakan-gerakan yang berbahaya (berlari, melangkah, memanjat, melempar dsb)
• • •
Hasil
• • •
Gangguan kerja Penundaan produksi Penurunan kualitas Pembusukan Kerusakan properti Luka-luka minor Cacat Fatal
Kondisi lingkungan tidak aman • • • • •
Perangkat keselamatan yang tak efektif Tidak ada perangkat keselamatan meskipun dibutuhkan Perangkat, peralatan, atau mesin yang rusak Seragam atau pakaian kerja yang tidak sesuai Pencahayaan,ventilasi, dan lain sebagainya yang tidak benar
PENYEBAB PENYUMBANG KINERJA MANAJEMEN KESELAMATAN • Petunjuk yang tak cukup • Aturan yang tidak tegas • Keselamatan tidak direncanakan sebagai bagian dari pekerjaan • Kurangnya interaksi pekerja dengan perangkat keselamatan • Tanda-tanda bahaya tidak diperbaiki • Perangkat keselamatan tak tersedia
KONDISI MENTAL PEKERJA • Kurangnya kesadaran akan keselamat an kerja • Kurangnya koordinasi • Sikap yang tak wajar • Reaksi mental yang lambat • Kurang perhatian • Kurang nya stabilitas emosional • Gugup yang berlebihan • Temperamental
KONDISI FISIK PEKERJA • Kelelahan yang ekstrem • Tuli • Rabun • Kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat untuk bekerja • Pincang atau keterbatasan lainnya
Gambar 2.2 Bagan Multiple Causation Theory
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
9
2.1.2.3 Teori Rantai Kecelakaan ( Accident Chain Theory) Teori rantai kecelakaan didefinisikan sebagai rantai peristiwa atau sejumlah tindakan dan efeknya yang berdekatan dan terkait bersama-sama. seperti reaksi berantai di mana satu atau lebih peristiwa dalam rantai menghasilkan kejadian tambahan dalam tahap lanjut dari rantai.. Durasi rantai peristiwa adalah waktu yang dibutuhkan untuk tiba di akhir kejadian.
Gambar 2.3. Teori Rantai Kecelakaan
2.1.2.4 Teori Kesempatan Murni (Pure Chance Theory) Menurut teori ini, setiap orang dalam satu kumpulan pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat dalam kecelakaan. Lebih jauh, teori ini menunjukkan bahwa tidak ada pola tunggal yang dapat dilihat dari suatu kejadian yang akan menuntun pada sebuah kecelakaan. Dalam teori ini, semua kecelakaan dihubungkan dengan teori Heinrich mengenai campur tangan Tuhan dan menyatakan bahwa tidak ada camput tangan lain yang bisa mencegahnya. 2.1.2.5 Teori Kecenderungan Berat Sebelah (Biased Liability Theory) Teori ini didasarkan pada pandangan bahwa sekali seorang pekerja terlibat dalam sebuah kecelakaan, kesempatan pekerja tersebut untuk mengalami kecelakaan lagi di masa mendatang bisa bertambah atau pun berkurang dibandingkan pekerja-pekerja yang lain. Teori ini hanya sedikit menyumbang untuk perkembangan tindakan pencegahan terjadinya kecelakaan.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
10
2.1.2.6 Teori Kecelakaan Bertubi-tubi (Accident Proneness Theory) Teori ini menyatakan bahwa dalam satu himpunan pekerja, ada sekumpulan pekerja yang memiliki kecenderungan untuk terlibat dalam kecelakaan. Para peneliti masih belum membuktikan teori ini secara konklusif, karena belum banyak riset yang dilakukan, dan apa yang ditemukan di lapangan sangat kontradiktif serta tidak konklusif. Oleh karenanya teori ini tidak diterima secara umum. Jika saja teori ini didukung oleh bukti-bukti empirik secara keseluruhan, mungkin saja akan diperhitungkan dalam proporsi yang lebih rendah dari kecelakaan tanpa ada sembarang bukti statistik yang signifikan. 2.1.2.7 Teori Transfer Energi (Energy Transfer Theory) Mereka yang menerima teori ini, mengedepankan bahwa pekerja yang mendapat kecelakaan ataupun perangkat yang mengalami kerusakan karena adanya perubahan energi dimana dari setiap energi tersebut ada sumber, lintasan dan penerima.Teori ini berguna untuk menentukan penyebab-penyebab luka dan mengevaluasi potensi energi penyebab bahaya serta kontrol metodologi. Strategistrategi yang dapat dikembangkan, apakah itu mencegah, membatasi, atau pun memperbaiki dengan mengacu pada transfer energi. Pengendalian transfer energi pada sumber dapat dicapai dengan hal-hal berikut: penghilangan sumber. membuat perubahan untuk mendesain atau spesifikasi elemen dari pekerjaan. pemeliharaan pencegahan. Lintasan dari transfer energi dapat dimodifikasi dengan: menyelubungi lintasan membuat penghalang membuat peredam memposisikan isolator Penerima energi transfer dapat dibantu dengan mengadopsi ukuran-ukuran berikut: pembatasan paparan penggunaan perangkat pengaman personal Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
11
2.1.2.8 Teori Gejala versus Penyebab (Symptoms versus Causes Theory) Teori ini bukanlah teori kebanyakan, umumnya saat menginvestigasi kecelakaan, kita lebih mengarah ke penyebab-penyebab yang jelas dari kecelakaan karena pengabaian dari akar penyebab kecelakaan tersebut. Perilaku yang tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman menjadi gejalagejalanya, penyebab-penyebab yang mendekati dan bukan akar penyebab dari kecelakaan tersebut. .Penyebab kecelakaan kerja adalah sangat kompleks dan harus dipahami secara cukup mendalam untuk memperbaiki cara-cara pencegahan kecelakaan kerja. Fakta ini seharusnya tidak memupuskan kita, sebagaimana kebanyakan disiplin ilmu, matematika, statistik dan lain-lain, melewati masa-masa tentatif yang sama pada satu masa atau pun di masa-masa yang lain. Studi penyebab kecelakaan kerja, menjanjikan kesempatan yang luas bagi mereka yang tertarik dalam mengembangkan teori-teori yang bersangkutan. Saat ini, teori-teori kecelakaan kerja adalah berkembang konseptual secara alamiah, meskipun dengan cara yang sama penggunaannya masih terbatas dalam mencegah dan mengontrol terjadinya kecelakaan kerja. Dengan keragaman teori yang ada, tidak akan sulit untuk dipahami bahwa tidak ada satu teori pun yang dapat dipertimbangkan secara benar dan tepat serta diterima secara universal. Namun begitu, teori-teori tersebut sebelumnya adalah penting tapi masih belum cukup untuk mengembangkan kerangka acuan terhadap pemahaman terjadinya kecelakaan kerja. Pada penelitian ini mengambil dasar Multiple Causation Theory.6-7 Adapun faktor sosiodemografi dan okupasi yang berhubungan dengan kecelakaan kerja antara lain: 2.1 2.1 Jenis Kelamin Pekerja dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yang mengalami kecelakaan kerja dikarenakan pekerjaan perempuan biasanya lebih kurang berbahaya dibanding laki-laki. 2.1.2.2 Faktor Umur Kelompok umur yang lebih muda mempunyai kecepatan reaksi yang lebih tinggi saat menghadapi kecelakaan sehingga mempunyai kecenderungan mendapat kecelakaan kerja lebih rendah dibanding umur yang lebih tua.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
12
2.1.2.2 Pendidikan Semakin tinggi pendidikan pekerja maka pengetahuan, kemampuan berpikir dan analisa semakin tinggi termasuk cara terhindar dari celaka sehingga mempunyai kecenderungan lebih rendah mendapat kecelakaan. 2.1.2.3 Masa Kerja Semakin lama masa kerja pekerja maka semakin banyak pengalaman dan ketrampilan dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya masih pendek sehingga mempunyai kecenderungan mengalami kecelakaan kerja lebih rendah. 2.1.2.4 Perawakan Pekerja dengan perawakan ideal (atletikus) biasanya mengerjakan pekerjaan yang lebih berbahaya daripada yang berperawakan tidak ideal (piknikus dan astenikus) sehingga mempunyai kecenderungan lebih banyak mengalami kecelakaan kerja. 2.1.2.5 Status Pernikahan Pekerja sudah menikah mempunyai kecenderungan lebih banyak mendapat kecelakaan kerja karena pekerja yang sudah menikah mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga lebih besar, gangguan masalah keluarga yang menimbulkan stress, perilaku kesehatan dalam keluarga dan menurunnya kondisi fisik dan mental. 2.1.2.6 Sosioekonomi Pekerja dengan sosioekonomi rendah akan lebih berhati-hati supaya tidak celaka dikarenakan biaya pengobatan yang mahal sehingga lebih rendah mengalami kecenderungan kecelakaan kerja di tempat kerja. 2.1.2.7 Jenis Pekerja Pekerja bukan formal mempunyai kecenderungan mengalami kecelakaan kerja daripada pekerja formal karena biasanya belum ada sistem K3 yang baik untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja beserta pelatihannya. Dalam dunia usaha ada usaha sektor formal yaitu sektor usaha dengan struktur organisasi baik secara resmi terdaftar dalam perekonomian dan dilindungi hukum sedang usaha sektor informal adalah sektor dengan usaha menajemen sederhana, tidak memerlukan ijin usaha, modal rendah, teknologi sederhana, sebagian besar pekerja adalah keluarga. Sektor informal sebagian besar terdiri dari industri mikro, kecil dan
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
13
menengah. Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial yang mempunyai tenaga kerja 5-99 orang serta mempunyai kekayaan bersih paling banyak 200 juta (Deperindag, 2003). Sedangkan berdasar Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah yang disebut dunia usaha adalah usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro yaitu memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar rupiah). Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan kriteria jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah,
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
14
yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. 8-20 2.1.2.8 Riwayat kecelakaan kerja sebelumnya Berdasarkan Accident Proneness Theory menyatakan bahwa dalam satu himpunan pekerja ada sekumpulan pekerja yang memiliki kecenderungan untuk sering terlibat dalam kecelakaan. Sehingga pekerja dengan riwayat kecelakaan sebelumnya cenderung mengalami kecelakaan kerja. 2.1.2.9 Waktu terjadinya kecelakaan Waktu terjadinya kecelakaan cenderung di pagi hari karena pekerja kelelahan atau kondisi masih mengantuk.8-20 2.1.3 Klasifikasi Kecelakaan Kerja Kecelakaan akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan (ILO 1996) yaitu: 2.1.3.1 Klasifikasi menurut jenis kecelakaan : Terjatuh Tertimpa benda Tertumbuk atau terkena benda-benda Terjepit oleh benda Gerakan-gerakan melebihi kemampuan Pengaruh suhu tinggi Terkena arus listrik Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi Jenis kecelakaan lain yang belum masuk tersebut diatas.
2.1.3.2 Klasifikasi menurut penyebab : Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik dan mesin uap Alat angkut dan angkat: alat angkut darat, udara, air, lift, elevator. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
15
Bahan-bahan,zat-zat dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat kimia, dan sebagainya. Lingkungan kerja (diluar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah) Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas. 2.1.3.3 Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan: Patah tulang dislokasi ( keseleo ) Regang otot (sprain/strain) Memar dan luka dalam yang lain (concusio) Amputasi dan enukleasi Luka lain seperti laserasi Luka superficial Gegar dan remuk (contusio) Luka bakar Keracunan-keracunan akut Pengaruh paparan cuaca dan kondisi yang berhubungan. Asfiksia Pengaruh arus listrik Trauma radiasi Cedera multipel dari penyebab yang berbeda-beda Cedera yang tidak bisa diklasifikasikan 2.1.3.4 Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh : Kepala Leher Badan Ekstremitas atas Ekstremitas bawah Lokasi multipel Cedera sistemik Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.21
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
16
1.1.4 Dampak Kecelakaan Kerja Berikut ini merupakan penggolongan dampak dari kecelakaan kerja (Simanjuntak, 1994): Meninggal dunia Dalam hal ini termasuk kecelakaan yang paling fatal yang menyebabkan penderita meninggal dunia walaupun telah mendapatkan pertolongan dan perawatan sebelumnya. Cacat permanen total Merupakan cacat yang mengakibatkan penderita secara permanen tidak mampu lagi sepenuhnya melakukan pekerjaan produktif karena kehilangan atau tidak berfungsinya lagi bagian-bagian tubuh seperti kedua mata, satu mata dan satu tangan atau satu lengan atau satu kaki.Dua bagian tubuh yang tidak terletak pada satu ruas tubuh. Cacat permanen sebagian Cacat yang mengakibatkan satu bagian tubuh hilang atau terpaksa dipotong atau sama sekali tidak berfungsi. Tidak mampu bekerja sementara Kondisi sementara ini dimaksudkan baik ketika dalam masa pengobatan maupun karena harus beristirahat menunggu kesembuhan, sehingga ada hari-hari kerja hilang dalam arti yang bersangkutan tidak melakukan kerja produktif.22
2.2 CEDERA KERJA 2.2.1 Definisi Cedera kerja menurut ILO adalah setiap cedera, penyakit ataupun kematian yang dialami individu pekerja yang disebabkan oleh kecelakaan kerja dimana kecelakaan kerja ini merupakan kejadian tidak terduga dan tidak direncanakan sebelumnya dalam hubungan dengan pekerjaan. 2.2.2 Klasifikasi Cedera Kerja Ada dua penggolongan yaitu cedera fatal dan cedera tidak fatal. Cedera fatal merupakan luka atau kerusakan pada tubuh yang menyebabkan kematian sedang cedera tidak fatal merupakan luka atau kerusakan pada tubuh yang tidak
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
17
menyebabkan kematian tapi menyebabkan kehilangan waktu kerja dan kecacatan sebagian yang permanen. Cedera ini disebabkan oleh beberapa energi seperti energi mekanik (contohnya terkena pisau atau tabrakan kendaraan), radiasi (contohnya buta karena sinar tertentu atau ledakan), termal (contohnya udara atau air yang terlalu dingin atau panas), elektris dan kimia (keracunan seperti alkohol atau obat).
23-26
2.3 GAMBARAN RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO 2.3.1 Gambaran Umum Rumah Sakit RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah RS tipe A milik Departemen Kesehatan RI dengan status layanan Badan Layanan Umum (BLU) dan Rumah Sakit Pendidikan beralamat di Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta Pusat. Berdiri sejak tahun 1896 dan saat ini mempunyai kapasitas 1.220 tempat tidur dan berdiri di atas lahan seluas 117,81 km2. Visi RSCM 2014 adalah menjadi Rumah Sakit Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional terkemuka di Asia Pasifik. Dan Misi RSCM adalah sebagai berikut: 2.3.1.1 Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. 2.3.1.2 Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan. 2.3.1.3 Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel. Pelayanan yang tersedia di RSCM antara lain: Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Pelayanan Jantung Terpadu, Pelayanan Unggulan dan Pelayanan Penunjang.
2.3.2 Instalasi Gawat Darurat Instalasi Gawat Darurat RSCM mempunyai fasilitas pelayanan sebagai berikut: 2.3.2.1 Pelayanan 24 jam terdiri dari tindakan medik kegawatdaruratan, ruang resusitasi, kamar operasi, laboratorium, radiologi dan farmasi. 2.3.2.2 Pelayanan Medis Spesialis dan Subspesialis bekerja sama dengan Departemen Medik di RS meliputi: Bedah, Bedah Syaraf, Syaraf,Ilmu
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
18
Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Anak, Kebidanan dan Kandungan, Anestesi, Mata, THT, Radiologi, Psikiatri, Kulit dan Kelamin. 2.3.2.3 Pusat Krisis Terpadu RSCM dimana memberi pelayanan bagi korban kekerasan terhadap perempuan dan anak. 2.3.2.4 Penunjang Medik yang meliputi laboratorium 24 jam, EKG, Farmasi, Gizi, Radiologi baik radiologi konvensional, USG 4 dimensi, CT-Scan 16 slice dan C-arm. 2.3.2.5 Pelayanan kebidanan dan kandungan meliputi persalinan normal, persalinan dengan tindakan,persalinan dengan operasi Sectio Caesaria, laparoskopi operatif, rawat inap bersalin, tindakan khusus lainnya. 2.3.2.6 Pembiayaan pelayanan di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bisa dengan umum/tunai, ASKES, SKTM, Jamkesmas/Gakin, tak dikenal (seluruhnya ditanggung RS). Adapun alur pelayanan pasien di IGD adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4. Alur Pelayanan Pasien Setiap pasien yang datang ke Ruang Gawat Darurat harus dilakukan triase oleh perawat atau dokter jaga triase. Kriteria prioritas terapi ditentukan di triase saat itu. Hanya pasien yang masuk kriteria urgent, emergent dan resusitasi yang mendapatkan brankar. Pasien non-urgent akan masuk kedalam ruang gawat darurat dan duduk di kursi tunggu. Pasien dengan kriteria false
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
19
emergency akan diarahkan ke klinik false emergency / klinik ambulatory dan diperiksa oleh dokter umum jaga. Triase ini dipilah menjadi dua yaitu triase primer dan triase sekunder. Triase primer untuk menilai secara cepat pasien kriteria true emergency dan triase sekunder untuk penilaian dan pnatalaksanaan awal pasien kriteria kurang urgent. Setelah dari triase primer atau triase sekunder pasien diantar ke IMET (Integrated Multidisciplinary Emergency Team) untuk pelayanan gawat darurat kasus sulit yang membutuhkan penanganan multidisiplin. IMET terdiri dari First Line Physicians (Dokter Jaga Bedah dan PPDS Jaga Bedah 2 orang (Madya), Dokter Jaga Penyakit Dalam dan PPDS Jaga Penyakit Dalam, Dokter Jaga Anestesi dan PPDS Jaga Anestesi, Dokter Jaga Anak dan PPDS Jaga Anak, Dokter Jaga Obsgyn dan PPDS Jaga Obsgyn (di lantai 3); Second Line Physicians (Bedah Orthopedi, Bedah Urologi, Bedah Plastik, Bedah Thoraks, Bedah Syaraf, THT, Mata, Neurologi) dengan respon time maksimal 1 jam dan perawat IMET. Setelah dari IMET akan ditentukan lagi pasien masuk kriteria resusitasi, urgent, emergent atau non-urgent. Setiap pasien yang datang ke RSCM (bukan pasien rawat) dalam kondisi tidak stabil, harus di stabilkan di RGD. Pasien psikiatri yang gaduh gelisah dilayani di ruang periksa psikiatri (yet to be set up) oleh dokter jaga psikiatri. Adapun pasien anak (<16 tahun) yang datang ke RGD harus melalui triase dan pasien kriteria resusitasi dibawa ke ruang resusitasi. Pasien anak kriteria lainnya dibawa ke ruang pelayanan akut anak dan neonatus, dengan tanda berdasarkan kriteria emergent, urgent dan non urgent. Pasien anak false emergency akan diperiksa di luar. Pasien wanita korban kekerasan seksual akan diperiksa dan ditatalaksana oleh Dokter Jaga Obsgyn di IGD lantai 3 dengan didampingi dokter jaga forensik dan melakukan pemeriksaan setelah kondisi pasien stabil. Pasien geriatri dengan resiko jatuh dimasukkan dalam kriteria urgent. Pasien dengan non-emerging infectious disease yang datang ke RGD tetap melalui triase lalu dibawa keruang infeksi melalui pintu rawat anak.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
20
Pasien dengan false emergency dipulangkan sedangkan pasien resusitasi, urgent, emergent dan persalinan bisa pulang paksa, dirujuk, meninggal, diijinkan pulang atau dirawat (bangsal, ICCU, PJT, ICCU).
2.3.3 Data Pasien IGD RSUPN Cipto Mangunkusumo 2.3.3.1 Rekapitulasi Kunjungan Pasien IGD tahun 2011
Gambar 2.5. Rekapitulasi Kunjungan Pasien IGD tahun 2011
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
21
2.3.3.2 Data kasus kematian di IGD rata-rata per bulan tahun 2011
Gambar 2.6. Data kasus kematian di IGD rata-rata per bulan tahun 2011
2.3.3.3 Data 10 kasus terbanyak di IGD rata-rata per bulan tahun 2011
Gambar 2.7. Data 10 kasus terbanyak rata-rata per bulan tahun 2011
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
22
2.3.3.4 Data Angka kasus Medis di IGD per bulan (Akut, Kecelakaan Lalu Lintas dan Kecelakaan Lain) tahun 2011.
Gambar 2.8. Data Angka Kasus Medis di IGD per bulan tahun 2011
2.3.3.5 Data kasus kecelakaan di IGD RSCM bulan Juli-September 2012. Adapun data kasus kecelakaan kerja beserta jenisnya yang diambil dari rekam di IGD RSCM tersaji pada tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Data kasus kecelakaan di IGD RSCM bulan Juli-September 2012 No.
Jenis kecelakaan
Juli
Agustus
September
Total
1.
Kecelakaan lalu lintas
88
79
42
209
2.
Kecelakaan kereta api
1
3
3
7
3.
Kecelakaan kerja
22
9
7
38
4.
Kecelakaan lain-lain
13
18
10
41
Total
124
109
62
295
Dari tabel di atas terlihat kecelakaan yang jumlahnya terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas.27-29
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
23
2.4
DATA KASUS KLAIM KECELAKAAN KERJA ASURANSI BPJS KETENAGAKERJAAN
Data kasus klaim kecelakaan kerja asuransi BPJS Ketenagakerjaan berdasar jenis kelamin tahun 2009- 2013 tersaji pada tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2 Data kasus klaim kecelakaan kerja berdasar jenis kelamin tahun 20092013 No
Jenis Kelamin
2009
2010
2011
2012
2013
1
Laki-laki
21.145
25.452
25.088
24.212
24.995
2
Perempuan
75.158
73.249
74.403
78.852
78.290
Total
95.314
98.711
99.491
103.074
103.285
Adapun data kasus kecelakaan kerja asuransi BPJS Ketenagakerjaan berdasar tempat kejadian tahun 2009- 2013 tersaji pada tabel 2.3 berikut ini. Tabel 2.3 Data kasus klaim kecelakaan kerja berdasar tempat kejadian tahun 2009-2013 No
Tempat Kejadian
2009
2010
2011
2012
2013
1
Di Jalan Raya
17.447
18.472
18.229
19.913
20.812
2
Di Luar Perusahaan
10.190
10.160
10.879
11.528
10.597
3
Di dalam perusahaan
68.677
70.079
70.383
71.633
71.876
Total
95.314
98.711
99.491
103.074
103.285
Adapun data dampak kecelakaan kerja asuransi BPJS Ketenagakerjaan berdasar tempat kejadian tahun 2009- 2013 tersaji pada tabel 2.4 berikut ini.4 Tabel 2.4 Data jenis klaim kecelakaan kerja tahun 2009-2013 No
Jenis Klaim
2009
2010
2011
2012
2013
CAGR
1
Cacat Fungsi
4.380
4.061
4.130
3.915
3.985
2.34
2
Cacat Sebagian
2.713
2.550
2.722
2.685
2.693
0,18
3
Cacat Total Tetap
42
36
34
37
44
1,17
4
Meninggal Dunia
2.144
2.191
2.218
2.419
2.438
3,26
5
Kasus Sembuh
87.035
89.873
90.387
94.018
94.125
1,98
Total
96.314
98.711
99.491
103.074
103.285
1,76
*) CAGR (Compound Annual Growth Rate)
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
24
2.5
PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI TEMPAT KERJA Dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan
prosesproduksi, industrialisasi menuntut suatu sistem keselamatan kesehatan kerja yang memadai untuk menjamin produktifitas yang tinggi. Sejalan dengan hal tersebut diatas akan bermunculan lingkungan kerja baru berupa instalasi-instalasi modern
dan
canggih
yang
memproses
bahan-bahan
berbahaya
yang
konsekuensinya akan menimbulkan risiko dan mengancam kesehatan pekerja, kerusakan peralatan dan pencemaran lingkungan. Dan di era globalisasi ini dimana tuntutan akan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) semakin menonjol karena kesadaran masyarakat terhadap aspek K3 serta hak-hak azasinya. Oleh karena
itu
perusahaan
semakin
dituntut
untuk
mengoperasikan
unit
operasinyasecara aman dan tidak menganggu dan merusak lingkungan. 30 Pengendalian terhadap kondisi dan tindakan tidak aman dimana terdapat praktek dibawah standar (unsafe act) dan kondisi dibawah standar (unsafe condition) perlu dilakukan karena pada prinsipnya kecelakaan bisa dicegah. Terdapat 14 prinsip pencegahan kecelakaan kerja yaitu: 2.5.1 Mengenal, mengevaluasi dan menggendalikan sumber bahaya. 2.5.2 Rekayasa dan rancang bangun tempat kerja. 2.5.3 Manajemen kinerja K3. 2.5.4 Manajemen dan ketaatan pada peraturan. 2.5.5 Kesehatan kerja. 2.5.6 Manajemen informasi. 2.5.7 Partisipasi pekerja. 2.5.8 Motivasi, perilaku dan sikap. 2.5.9 Komunikasi organisasi. 2.5.10 Manajemen dan pengendalian pajanan dari luar tempat kerja. 2.5.11 Manajemen lingkungan. 2.5.12 Manajemen SDM. 2.5.13 Penilaian, audit dan evaluasi. Selain itu terdapat 3 Peraturan Emas Keselamatan ( Safety Golden Rules) dalam mencegah kecelakaan yaitu:
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
25
2.5.1 Mengutamakan berpikir dahulu sebelum bertindak meliputi merencanakan sebelum memutuskan suatu tindakan dan berpikir matang sebelum bertindak. 2.5.2 Menghentikan segera setiap pekerjaan tidak aman. 2.5.3 Melaporkan segera setiap kejadian near miss maupun insiden. Adapun strategi pengendalian kecelakaan meliputi: 2.5.1 Eliminasi: sumber bahaya dihilangkan sama sekali sehingga tidak ada lagi potensi bahaya. 2.5.2 Substitusi: sumber bahaya diganti dengan bahan atau sistem atau alat lain yang sifat bahayanya lebih rendah, adapun sumber bahaya masih ada tetapi intensitasnya berkurang. 2.5.3 Pengendalian teknik: 2.5.3.1 Enclosure: sumber bahaya diberi penutup sehingga sumber bahaya masih ada tetapi intensitasnya berkurang atau hilang sama sekali. 2.5.3.2 Isolation:sumber bahaya diisolir sehingga meskipun sumber bahaya masih ada tetapi intensitasnya berkurang atau hilang sama sekali. 2.5.3.3 Mengubah bentuk pajanan menjadi yang kurang berbahaya. 2.5.3.4 Menggunakan local exhaust ventilation. 2.5.3.5 Menggunakan dilution ventilation. 2.5.4 Pengendalian
administrasi:
melalui
pendidikan,
pelatihan,
SOP,
pemeliharaan, housekeeping, pengawasan, jadwal kerja, pengaturan jarak pajanan dengan pekerja dan pengaturan waktu pajanan terhadap kerja. 2.5.5 Alat Pelindung Diri: sumber bahaya masih ada dan tidak bisa dikendalikan, pekerja diberi alat pengaman sehingga intensitas bahaya yang diterima berkurang atau hilang sama sekali. 6,31
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
26
2.6 KERANGKA TEORI FAKTOR OKUPASI 1.WAKTU TERJADINYA KECELAKAAN 2.RIWAYAT KECELAKAAN KERJA SEBELUMNYA
KECELAKAAN KERJA DI TEMPAT KERJA
CEDERA KERJA Klasifikasi fatal & tidak fatal
DAMPAK: -Meninggal -Cacat permanen total -Cacat permanen sebagian -Tidak mampu bekerja sementara
PENYEBAB LANGSUNG:
PENYEBAB PENYUMBANG:
1.Tindakan tidak aman: -Ketidakpatuhaan memakai APD -Bekerja dengan cara yang berbahaya -Gerakan-gerakan yang berbahaya
1.KinerjaManajemenKeselamatan -Petunjuk yang tak cukup -Aturan yang tidak tegas -Keselamatan tidak direncanakan sebagai bagian dari pekerjaan - Kurangnya interaksi pekerja dengan perangkatkeselamatan -Tanda-tanda bahaya tidak diperbaiki -Perangkat keselamatan tak tersedia -Sistem shift kerja yang buruk -Beban kerja berlebihan
2. Kondisi tidak aman: -Perangkat keselamatan yang tak efektif -Tidak ada perangkat keselamatan meskipun dibutuhkan - Perangkat, peralatan atau mesin yang rusak - Seragam atau pakaian kerja yang tidak sesuai -Pencahayaan dan ventilasi yang tidak benar
2.Mental Pekerja -Kurangnya kesadaran akan keselamatan kerja - Kurangnya koordinasi - Sikap yang tak wajar - Reaksi mental yang lambat - Kurang perhatian - Kurangnya stabilitas emosional -Gugup yang berlebihan - Temperamental 3.Kondisi Fisik Pekerja -Tuli - Penglihatan buruk - Kelelahan yang ekstrem - Pincang atau keterbatasan lainnya -Kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat untuk bekerja
Gambar 2.9 Kerangka Teori
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
27
2.7 KERANGKA KONSEP
FAKTOR SOSIODEMOGRAFI
FAKTOR OKUPASI 1.RIWAYAT KECELAKAAN KERJA SEBELUMNYA 2.WAKTU TERJADINYA KECELAKAAN
FAKTOR PERILAKU PEKERJA TIDAK AMAN KECELAKAAN KERJA DI TEMPAT KERJA FAKTOR LINGKUNGAN KERJA TIDAK AMAN
CEDERA FATAL
CEDERA TIDAK FATAL
KONDISI FISIK PEKERJA TIDAK AMAN FAKTOR KINERJA MANAJEMEN KESELAMATANTIDAK AMAN
Gambar 2.10 Kerangka Konsep
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross-sectional berupa wawancara (data primer) dan melihat status rekam medis pasien (data sekunder).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di IGD RSCM dari tanggal 23 April 2013 sampai 16 Desember 2013 dilanjutkan dengan pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan sampai dengan Desember 2014.
3.3 Populasi Populasi target adalah pasien kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit. Populasi terjangkau adalah pasien kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di IGD RSCM dari tanggal 23 April 2013 sampai 16 Desember 2013.
3.4 Sampel Perhitungan besar sampel sebagai berikut: Besar sampel didapatkan menggunakan rumus sebagai berikut :
(3.4.1)
dimana : n
= Besar sampel kasus kecelakaan kerja di tempat kerja minimal
P
= Proporsi kasus cedera fatal pada kasus kecelakaan kerja data BPJS Ketenagakerjaan tahun 2013 (P= 2438 =0,024) 103285
α
= Batas kemaknaan yang diambil 5%
Zα
= Batas kepercayaan pada kurva normal dimana dengan α=5% 28
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
29
didapatkan nilai 1,96 L
= Presisi penelitian untuk penelitian ini dipakai 2,65 % (0,0265)
Q
= 1 – P = 1-0,034= 0,976
Kemudian nilai-nilai di atas disubstitusikan kedalam persamaan (3.4.1) menjadi: n = (1.96)2 x 0,024 x 0,976 = 128 (0,0265)2 Sehingga besar sampel kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di IGD RSCM minimal 128.
3.4.2 Kriteria Sampel
3.4.2.1 Kriteria Penerimaan 3.4.2.1.1 Responden adalah pasien kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di IGD RSCM yang menyetujui informed consent penelitian untuk menjadi subyek penelitian. 3.4.2.1.2 Identitas responden lengkap untuk alamat dan nomor telepon dalam status rekam medis.
3.4.2.2 Kriteria Penolakan Responden yang mengalami amnesia, tidak sadar, cedera sekitar mulut sehingga sulit komunikasi, meninggal, cacatan bisu dan tuli dimana mereka tidak mempunyai keluarga atau saksi kejadian kecelakaan yang bisa dihubungi dan diwawancarai.
3.4.2.3 Kriteria Drop Out Responden yang tidak lengkap datanya dalam formulir A,B dan kuisioner faktor risiko.
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
30
3.4.3 Cara Pengambilan Sampel Sampel diambil secara convenient sampling pasien-pasien kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di IGD RSCM dari 23 April 2013 sampai 16 Desember 2013 yang bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani surat persetujuan secara tertulis lalu diwawancara sesuai formulir A, formulir B dan kuisioner faktor risiko jika kondisi pasien sudah ditangani kegawatannya dan kondisinya stabil untuk diwawancarai. Untuk responden yang mengalami amnesia, tidak sadar, cedera sekitar mulut sehingga sulit komunikasi, meninggal, bisu dan tuli maka yang diwawancara adalah keluarga atau saksi kecelakaan yang menyetujui informed consent penelitian. Jika wawancara belum memungkinkan dilakukan di IGD maka dilakukan di ruang perawatan
3.5 Variabel
3.5.1.Variabel Terikat Kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di IGD RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. 3.5.2 Variabel Bebas 3.5.2.1
Jenis kelamin
3.5.2.2
Umur
3.5.2.3
Pendidikan
3.5.2.4
Masa Kerja
3.5.2.5
Perawakan
3.5.2.6
Status pernikahan
3.5.2.7
Sosioekonomi
3.5.2.8
Waktu Terjadinya Kecelakaan
3.5.2.9
Riwayat Kecelakaan Sebelumnya
3.5.2.10 Jenis Pekerja 3.5.2.11 Perilaku kerja 3.5.2.12 Kondisi fisik pekerja 3.5.2.13 Lingkungan kerja 3.5.2.14 Kinerja manajemen keselamatan
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
31
3.6 Cara Kerja 3.6.1 Persiapan 3.6.1.1 Penelusuran kepustakaan. 3.6.1.2 Membuat formulir A untuk menulis identitas lengkap dan seleksi pasien kecelakaan kerja di tempat kerja. 3.6.1.3 Membuat formulir B untuk klasifikasi kecelakaan kerja di tempat kerja berdasarkan jenis kecelakaan, penyebab, sifat luka, lokasi luka di tubuh, waktu terjadinya kecelakaan, riwayat kecelakaan sebelumnya, jenis pekerja, kefatalan cedera kecelakaan kerja. 3.6.1.4 Membuat kuisioner untuk wawancara responden maupun keluarga atau saksi kecelakaan kerja pada responden yang amnesia, tidak sadar, cedera sekitar mulut sehingga sulit komunikasi, meninggal, cacatan bisu dan tuli mengenai faktor resiko penyebab kecelakaan kerja di tempat kerja. 3.6.1.5 Permohonan ijin penelitian dan permintaan data status rekam medis pasien. 3.6.1.6 Membentuk tim penelitian dan melatih tata cara pengumpulan data penelitian. 3.6.1.7 Menyampaikan surat ijin penelitian kepada beberapa kepala instalasi atau bagian terkait penelitian. 3.6.1.8 Mensosialisasikan gambaran umum penelitian dan seluruh petugas IGD, instalasi terkait dan bagian rekam medis.
3.6.2 Cara Pengumpulan Data 3.6.2.1 Pengumpulan data yang pertama adalah pengisian formulir A oleh peneliti atau asisten peneliti. Jika data pada formulir A tidak lengkap maka peneliti melengkapinya dengan melihat di status rekam medis responden atau menelepon responden. 3.6.2.2 Pengumpulan data kedua adalah pengisian formulir B oleh peneliti atau asisten peneliti dengan mewawancara responden atau keluarga atau saksi kecelakaan responden yang amnesia, tidak sadar, cedera sekitar mulut sehingga sulit komunikasi, meninggal, cacatan bisu dan tuli jika mereka
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
32
menyetujui informed consent dan melihat status rekam medis responden. Jika data tidak lengkap dan responden sudah dipulangkan maka peneliti atau asisten peneliti mewawancara responden maupun keluarga atau saksi yang mengantar responden ke IGD RSCM melalui telepon. 3.6.2.3 Pengumpulan data keempat adalah pengisian kuisioner faktor risiko kefatalan cedera oleh peneliti dan asisten peneliti dengan mewawancara responden atau keluarga atau saksi kecelakaan responden yang amnesia, tidak sadar, cedera sekitar mulut sehingga sulit komunikasi, meninggal, cacatan bisu dan tuli jika mereka menyetujui informed consent dan melihat status rekam medis responden. Jika data tidak lengkap dan responden sudah dipulangkan maka peneliti atau asisten peneliti akan mewawancara responden maupun keluarga atau saksi yang mengantar responden ke IGD RSCM melalui telepon.
3.6.2.1 Data Status Rekam Medis Yang diambil dari data status rekam medis antara lain : 3.6.2.1.1 Data identitas pasien seperti umur, pendidikan, alamat dan nomor telepon pasien atau keluarga dan teman yang bisa dihubungi. 3.6.2.1.2 Data anamnesa untuk mengklasifikasikan sebagai kecelakaan kerja di tempat kerja, klasifikasi jenis kecelakaan, klasifikasi menurut penyebab, waktu terjadinya kecelakaan, riwayat kecelakaan sebelumnya dan jenis pekerja. 3.6.2.1.3 Data pemeriksaan fisik seperti sifat luka dan lokasi luka. 3.6.2.1.4 Data diagnosa untuk klasifikasi berdasar sifat luka dan lokasi luka serta prognosis.
3.6.2.2 Wawancara Dengan Bantuan Formulir dan Kuesioner Formulir seleksi A, formulir B untuk klasifikasi kecelakaan kerja di tempat kerja, waktu terjadinya kecelakaan, riwayat kecelakaan sebelumnya, jenis pekerja dan kefatalan cedera sertakuisioner untuk wawancara mengenai faktor-faktor risiko yang
menyebabkan kecelakaan kerja di tempat
kerja
meliputi faktor
sosiodemografi, faktor okupasi, perilaku kerja, lingkungan kerja, manajemen
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
33
keselamatan di tempat kerja, kondisi fisik pekerja dan kecelakaan kerja di tempat kerja.
3.7 Pengolahan Data Data-data yang sudah didapat kemudian diolah sebagai berikut: 3.7.1 Editing Yaitu meneliti kembali setiap data yang didapat dalam lembar pengumpul data, data yang didapat harus sudah diisi dengan lengkap. 3.7.2 Membuat file data Yaitu mempersiapkan file data di program SPSS sebagai tempat data yang didapat dari isian formulir dan kuisioner. 3.7.3 Entry Data Yaitu memasukkan data-data yang didapat kedalam file data. 3.7.4 Clearing Data Yaitu proses membersihkan data setelah semua data dimasukkan dalam file data. 3.7.5 Analisa Data Yaitu proses menganalisis data dengan program SPSS 21. 3.7.6 Hasil Analisis Data Disajikan dalam bentuk tabel frekuensi distribusi, statistik deskriptif dan analitik.
3.8 Analisa Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi statistik SPSS 21 dengan melakukan beberapa analisis, yaitu :
3.8.1 Analisis Univariat Jumlah atau frekuensi variabel kasus kecelakaan kerja di tempat kerja, jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, sifat luka atau kelainan, letak kelainan atau luka di tubuh, bidang pekerjaan, jenis pekerjaan, cedera fatal, cedera tidak fatal, jenis kelamin, umur, pendidikan, perawakan, status pernikahan,
sosioekonomi,
waktu
terjadinya
kecelakaan,
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
riwayat
34
kecelakaan sebelumnya, jenis pekerja, perilaku kerja, kondisi fisik pekerja, lingkungan kerja, manajemen keselamatan di tempat kerja dengan persentase tiap kategori variabel-variabel tersebut disajikan dalam bentuk tabel.
3.8.2 Analisis Bivariat Untuk melihat hubungan antara 2 variabel yaitu masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat yaitu hubungan antara kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja dengan jenis kelamin, umur, pendidikan, masa kerja, perawakan, status pernikahan, sosioekonomi, waktu terjadinya kecelakaan, riwayat kecelakaan sebelumnya, jenis pekerja, perilaku kerja, kondisi fisik pekerja, lingkungan kerja, manajemen keselamatan di tempat kerja. Pada analisa bivariat ini untuk skala numerik variabel bebas umur dan masa kerja diubah terlebih dahulu menjadi skala nominal. Adapun variabel bebas pendidikan dan sosioekonomi menjadi skala ordinal Sehingga untuk hubungan masing-masing variabel bebas dan variabel terikat akan dilakukan perbandingan uji proporsi dengan analisis uji statistik ChiSquare, apabila tidak memenuhi syarat maka menggunakan uji Fisher’s Exact Test. Pengukuran kekuatan hubungan dilakukan dengan perhitungan Odds Ratio dan 95 % Confidence Interval.
3.8.3 Analisis Multivariat Untuk mengetahui besarnya peran setiap variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik karena variabel terikatnya adalah variabel kategori dikotom yaitu cedera fatal dan tidak fatal. Variabel yang memiliki nilai p < 0,25 pada analisis bivariat dimasukkan ke analisis multivariat sehingga didapatkan faktor risiko paling dominan yang berhubungan dengan kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
35
3.9 Penyajian Data Hasil dari pengolahan data tersebut ditampilkan dan disajikan berupa narasi dan tabel dimana pada setiap tampilan dijabarkan dan dijelaskan sehingga informasi yang diberikan dapat dimengerti.32
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
36
3.10 Batasan Operasional No
Variabel
Batasan Operasional
Alat Ukur
1.
Kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja
1.1 Cedera fatal merupakan luka atau kerusakan pada tubuh dengan prognosa dubia ad malam atau yang menyebabkan kematian pada kasus kecelakaan kerja di tempat kerja. 1.2 Cedera tidak fatal merupakan luka atau kerusakan pada tubuh yang tidak menyebabkan kematian tapi menyebabkan kehilangan waktu kerja dan kecacatan sebagian yang permanen pada kasus kecelakaan kerja di tempat kerja. 21-26
Rekam medis dan formulir seleksi
0:Cedera tidak fatal 1:Cedera fatal
Nominal
2.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir.33
0: Laki-laki 1: Perempuan
Nominal
3.
Umur
Lamanya kehidupan seseorang dihitung dari lahir sampai tanggal penelitian.
0: < 30 tahun 1: ≥ 30 tahun Cut off point: median
Nominal
4.
Pendidikan
Jenjang sekolah tertinggi yang dicapai pekerja. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenjang pendidikan dibagi menjadi: 4.1 Pendidikan dasar (SD dan SMP) dimana merupakan pendidikan rendah 4.2 Pendidikan menengah (SMA) dimana merupakan pendidikan sedang 4.3 Pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, Doktor, Spesialis) 34
Rekam medis dan formulir seleksi Rekam medis dan formulir seleksi Rekam medis dan formulir seleksi
0:Pendidikan tinggi 1:Pendidikan sedang 2:Pendidikan rendah
Ordinal
5.
Masa Kerja
Lamanya kerja di bagian tempat tenaga kerja bekerja saat itu sampai terjadinya kecelakaan dihitung dalam tahun.
Rekam medis dan formulir seleksi
0: > 1 tahun 1: ≤ 1 tahun Cut off point: median
Nominal
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Hasil Ukur
Skala Ukur
37
No
Variabel
Batasan Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
6.
Perawakan
Menurut Kretschmer bentuk tubuh atau perawakan dibagi menjadi astenikus, piknikus dan atletikus. 6.1.Astenikus adalah bentuk tubuh yang kurus, tinggi, dada rata atau cekung. 6.2.Atletikus adalah bentuk tubuh seperti olahragawan. 6.3.Piknikus adalah bentuk tubuh cenderung bulat dan penuh penimbunan jaringan lemak subkutan. 6.4.Perawakan ideal jika atletikus. 6.5.Perawakan tidak ideal meliputi astenikus dan piknikus35
Rekam medis dan formulir seleksi
0:Perawakan ideal 1:Perawakan tidak ideal
Nominal
7.
Status pernikahan
Status pernikahan meliputi belum menikah atau sudah menikah, duda atau janda termasuk sudah pernah menikah.
0:Belum menikah 1:Sudah menikah
Nominal
8.
Sosioekonomi
0:Sosioekonomi menengah-tinggi 1:Sosioekonomi rendah
Nominal
9
Waktu kecelakaan kerja
Rekam medis dan kuisioner
0:Pagi 1:Siang 2:Malam
Nominal
10
Riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya
Penghasilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upah atau gaji yang diperoleh pekerja setiap bulan ditambah kenaikan 2% untuk setiap kenaikan masa kerja dan ditambah pula dengan insentif yang diberikan perusahaan. Upah sesuai dengan UMR DKI Jakarta tahun 2012 Rp. 1.529.150,00 8.1.Sosioekonomi menengah-tinggi: penghasilan diatas UMR. 8.2.Sosioekonomi rendah: penghasilan dibawah UMR.36 Waktu kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja terjadi. 9.1 Pagi: antara pukul 06.00-12.00 WIB 9.2 Siang: antara pukul 12.01-18.00 WIB 9.3 Malam: antara pukul 18.01-05.59 WIB Riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja yang pernah dialami responden sebelum kecelakaan kerja di tempat kerja saat ini
Rekam medis dan formulir seleksi Kuisioner
Kuisioner
0:Tidak 1:Ya
Nominal
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
38
No
Variabel
Batasan Operasional
11
Jenis pekerja
Jenis pekerja digolongkan menjadi pekerja formal dan pekerja bukan formal. Pekerja formal adalah pekerja pada sektor usaha dengan struktur organisasi baik, secara resmi terdaftar dalam perekonomian dan dilindungi hukum sedang pekerja bukan formal adalah pekerja pada sektor usaha dengan manajemen sederhana, tidak memerlukan ijin usaha, modal rendah, teknologi sederhana, sebagian besar pekerja adalah keluarga.19-
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
0:Pekerja formal 1:Pekerja bukan formal
Nominal
20,37
12
Perilaku di tempat kerja
Merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan berdasar Multiple Causation Theory. 12.1 Perilaku aman mencakup semua perbuatan: mengikuti SOP, mengoperasikan alat dengan wewenang, tidak terburu-buru menyelesaikan pekerjaan, tidak menggunakan peralatan yang rusak, menggunakan APD, tidak becanda dalam melakukan pekerjaan, bekerja di tempat yang dilengkapi pengaman. 12.2 Perilaku tidak aman adalah perilaku yang berkontribusi menyebabkan kecelakaan mencakup minimal salah satu perbuatan seperti berikut: tidak mengikuti SOP, mengoperasikan alat tanpa wewenang, terburu-buru menyelesaikan pekerjaan, menggunakan peralatan yang rusak, tidak menggunakan APD, becanda dalam melakukan pekerjaan, bekerja di tempat yang tidak dilengkapi pengaman. 7
Check list
0:Perilaku aman di tempat kerja 1:Perilaku tidak aman di tempat kerja
Nominal
13.
Kondisi Fisik Pekerja
Ada tidaknya kecacatan baik bawaan maupun didapat seperti tuli dan bisu atau kondisi keterbatasan fisik lainnya merupakan salah satu faktor penyumbang terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja. 13.1 Kondisi fisik pekerja aman: tidak ada kecacatan baik bawaan maupun didapat seperti tuli dan bisu dan kondisi keterbatasan fisik lainnya. 13.2 Kondisi fisik pekerja tidak aman: ada kecacatan baik bawaan maupun didapat seperti tuli dan bisu dan kondisi keterbatasan fisik lainnya. 7
Formulir/ Check list
0:Kondisi fisik pekerja aman 1:Kondisi fisik pekerja tidak aman
Nominal
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
39
No
Variabel
Batasan Operasional
14
Kondisi lingkungan tempat kerja
Merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan berdasar Multiple Causation Theory. 14.1 Lingkungan tempat kerja aman mencakup semua hal sebagai berikut: disediakan Alat Pelindung Diri dan peralatan yang dibutuhkan; peralatan, perangkat atau mesin tidak rusak, lantai tempat kerja tidak licin, tempat kerja tidak bising, ada supervisor/pengawas. 14.2 Lingkungan kerja tidak aman mencakup minimal salah satu kondisi di lingkungan kerja seperti berikut: tidak disediakan Alat Pelindung Diri dan peralatan meskipun dibutuhkan; peralatan, perangkat atau mesin yang rusak, lantai tempat kerja licin, tempat kerja bising, tidak ada supervisor/pengawas.7
Check list
0:Kondisi lingkungan tempat kerja aman 1:Kondisi lingkungan tempat kerja tidak aman
Nominal
15.
Kinerja manajemen keselamatan di tempat kerja
Merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya kecelakaan berdasar Multiple Causation Theory. 15.1 Kinerja manajemen keselamatan di tempat kerja yang aman mencakup semua hal sebagai berikut: ada petunjuk kerja, sanksi pelanggaran SOP, tanda-tanda bahaya, alat keselamatan kerja, shift kerja yang baik, ada pelatihan K3 pada pekerja, ada safety meeting dan safety talk. 15.2 Kinerja manajemen keselamatan di tempat kerja yang tidak aman mencakup minimal salah satu hal sebagai berikut: petunjuk kerja tidak ada, sanksi pelanggaran SOP tidak ada, tanda-tanda bahaya tidak ada, alat keselamatan kerja tidak ada, shift kerja yang buruk, tidak ada pelatihan K3 pada pekerja, tidak ada safety meeting dan safety talk.7
Formulir/ Check list
0:Kinerja manajemen keselamatan aman 1:Kinerja manajemen keselamatan tidak aman
Nominal
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
40
No
Variabel
Batasan Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
16
Jenis kecelakaan
Berdasar klasifikasi ILO jenis kecelakaan digolongkan menjadi: 16.1.Terjatuh: 16.1.1 Jatuh dari ketinggian (pohon, bangunan, perancah, tangga, mesin, kendaraan) dan ke kedalaman (sumur, selokan, penggalian, lubang di tanah). 16.1.2 Jatuh pada tingkat yang sama. 16.2. Tertimpa: 16.2.1 Tertimpa longsoran atau dalam gua (tertimpa tanah, batu, salju) 16.2.2 Tertimpa runtuhan (bangunan, dinding, perancah, tangga, tumpukan barang) 16.2.3 Tertimpa benda yang jatuh saat dibawa. 16.2.4 Tertimpa benda yang jatuh namun tidak diklasifikasikan di tempat lain. 16.3.Tertumbuk atau terkena benda: 16.3.1 Tertumbuk benda tak bergerak 16.3.2 Tertumbuk benda bergerak 16.3.3 Terkena benda bergerak (termasuk kepingan atau partikel yang berterbangan kecuali benda yang terjatuh) 16.3.4 Menginjak benda 16.4 Terjepit oleh benda: 16.4.1 Terjepit dalam suatu benda 16.4.2 Terjepit antara benda bergerak dan tidak bergerak 16.4.3 Terjepit antara benda-benda bergerak (kecuali benda yang berterbangan atau terjatuh) 16.5 Gerakan-gerakan melebihikemampuan: 16.5.1 Gerakan melampaui kemampuan saat mengangkat benda 16.5.2 Gerakan melampaui kemampuan saat menarik atau mendorong benda 16.5.3 Gerakan melampaui kemampuan saat memegang atau melempar benda 16.5.4 Gerakan yang membutuhkan kekuatan besar
Rekam medis dan formulir/ check list
1:Terjatuh 2:Tertimpa 3:Tertumbuk atau terkena benda 4:Terjepit oleh benda 5:Gerakan-gerakan melebihi kemampuan 6:Pengaruh suhu tinggi 7:Terkena arus listrik 8:Kontak bahanbahan berbahaya atau radiasi 9:Lain-lain
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Skala Ukur Nominal
41
No
Variabel
Batasan Operasional 16. 6. Pengaruh suhu tinggi: 16.6.1 Paparan atau kontak dengan suhu panas atmosfer atau lingkungan 16.6.2 Paparan atau kontak dengan suhu dingin atmosfer atau lingkungan 16.6.3 Kontak dengan permukaan atau benda panas 16.6.4 Kontak dengan permukaan atau benda yang sangat dingin 16.7 Terkena aruslistrik 16.8.Kontakbahan-bahan berbahaya atau radiasi: 16.8.1 Menghirup, menelan atau mengabsorbsi zat berbahaya. 16.8.2 Terkena paparan radiasi pengion 16.8.3 Terkena paparan radiasi selain radiasi pengion 16.9 Lain-lain: tidak ada dalam klasifikasi diatas atau tidak dapat diklasifikasi karena kekurangan data.21
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
42
No 17
Variabel Penyebab kecelakaan
Batasan Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Berdasar klasifikasi ILO penyebab kecelakaan digolongkan menjadi: 17.1 Mesin: 17.1.1 Mesin penggerak: mesin uap, mesin pembakaran dan yang lainnya. 17.1.2 Mesin transmisi: sabuk transmisi (kabel, katrol, roda bergigi, rantai) dan yang lainnya. 17.1.3 Mesin pengerjaan logam: mesin press, mesin bubut, mesin penggilingan, roda abrasif, mesin putar, mesin tempa, mesin potong dan yang lainnya. 17.1.4 Mesin pengerjaan kayu: gergaji sirkular, gergaji lainnya, mesin cetak kayu, mesin pengasah dan yang lainnya. 17.1.5 Mesin pertanian: mesin pemanen, mesin pengirik dan yang lainnya. 17.1.6 Mesin pertambangan: under-cutter dan yang lainnya 17.1.7 Mesin lainnya: 17.1.7.1 Mesin untuk menggali 17.1.7.2 Mesin pintal, mesin tenun dan lainnya 17.1.7.3 Mesin pembuat makanan dan minuman 17.1.7.4 Mesin pembuat kertas mesin cetak 17.1.7.5 dan lainnya 17.2. Sarana transportasi dan pengangkutan: 17.2.1 Mesin dan alat pengangkat: alat derek, lift, elevator, alat pengerek, katrol dan lainnya 17.2.2 Sarana transportasi : kereta api inter-urban, transportasi rel di tambang, terowongan, tempat penggalian, dermaga dan lainnya 17.2.3 Sarana transportasi lainnya selain kereta : traktor, truk, kendaraan bermotor, kendaraan yang ditarik binatang, kendaraan ditarik manual dengan tangan dan lainnya. 17.2.4 Sarana transportasi udara. 17.2.5 Sarana transportasi air: 17.2.5.1 Sarana transportasi air bermotor
Rekam medis dan formulir seleksi
1:Mesin 2:Sarana transportasi dan alat pengangkutan 3:Peralatan lain 4:Bahan dan zat radiasi 5:Lingkungan kerja 6:Agen penyebab lain
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Skala Ukur Nominal
43
No
Variabel
Batasan Operasional 17.2.5.2 Sarana transportasi air tidak bermotor 17.2.6 Alat transportasi lainnya: cable-cars, alat pembawa barang dan yang lainnya 17.3.Peralatan lain: 17.3.1 Alat bertekanan: boiler, kontainer bertekanan, pipa bertekanan, silinder gas, caisson, peralatan menyelam dan yang lainnya. 17.3.2 Tungku ledakan, tungku pengilangan, oven, kiln dan yang lainnya. 17.3.3 Alat pendingin 17.3.4 Instalasi pendingin: mesin putar, konduktor, trafo, peralatan pengendali dan yang lainnya. 17.3.5 Peralatan tangan elektris. 17.3.6 Peralatan tangan bukan elektris. 17.3.7 Tangga. 17.3.8 Perancah. 17.3.9 Peralatan lainnya yang belum digolongkan di atas 17.4 Bahan dan zat radiasi: 17.4.1 Bahan peledak 17.4.2 Debu, gas, cairan yang bukan termasuk peledak 17.4.2.1 Debu 17.4.2.2 Gas, vapours, fumes 17.4.2.3 Cairan lain yang tidak masuk klasifikasi 17.4.2.4 Bahan kimia lain yang tidak masuk klasifikasi 17.4.2.5 Bahan lainnya 17.4.3 Fragmen yang berterbangan 17.4.4 Radiasi: radiasi terionisasi dan lainnya 17.4.5 Bahan lain yang tidak terklasifikasi tersebut diatas. 17.5 Lingkungan kerja 17.5.1 Luar ruangan: outdoor 17.5.1.1 Cuaca
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
44
No
Variabel
Batasan Operasional 17.5.1.3 Yang lainnya 17.5.2 Indoor: 17.5.2.1 Lantai 17.5.2.2 Tempat tertutup 17.5.2.3 Tangga 17.5.2.4 Lantai dan dinding yang terbuka 17.5.2.5 Faktor lingkungan (penerangan, ventilasi, suhu, bising) 17.5.2.6 Yang lainnya 17.5.3 Dibawah tanah: 17.5.3.1 Atap jalan atau terowongan tambang 17.5.3.2 Lantai jalan atau terowongan bawah tanah 17.5.3.3 Lorong tambang 17.5.3.4 Kebakaran 17.5.3.5 Air 17.5.3.6 Yang lainnya 17.5.4 Agen penyebab lain yang tidak masuk dalam klasifikasi di atas 17.5.4 1 Hewan 17.5.4.2 Hewan hidup 17.5.4.3 Produk hewan 17.5.5 Agen lain yang tidak masuk dalam klasifikasi. 21
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
45
No
Variabel
Batasan Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
18
Sifat luka atau kelainan
Berdasar klasifikasi ILO penyebab kecelakaan digolongkan menjadi: 18.1 Fraktur : termasuk fraktur sederhana, fraktur majemuk (fraktur dengan cedera jaringan lunak), fraktur dengan cedera sendi, fraktur dengan cedera internal atau cedera syaraf. 18.2 Dislokasi: termasuk dislokasi dan displacement (fraktur dengan dengan dislokasi tidak termasuk) 18.3 Sprain/strain : regang otot tidak termasuk luka, ruptur, robekan, laserasi otot, tendon, ligamen, sendi, hernia karena beban berlebih. 18.4 Concusio dan cedera internal tidak termasuk fraktur, semua jenis contusio, perdarahan, laserasi dan ruptur. 18.5 Amputasi dan enukleasi: termasuk avulsi mata. 18.6 Luka lain termasuk laserasi, luka terbuka, terpotong, contusio dengan luka, luka kulit kepala, kehilangan kuku atau telinga, luka dengan cedera syaraf, tidak termasuk trauma amputasi, enukleasi, avulsi mata, fraktur majemuk, luka bakar terbuka dan luka superfisial 18.7 Luka superfisial: abrasi, ekskoriasi,scratches, blisters, gigitan binatang tidak beracun, luka superfisial termasuk benda asing masuk mata. 18.8 Contusio dan crushing: termasuk haemarthrosis, hematoma dan bruises, contusio, crushing karena luka superfisial, tidak termasuk contusio dan crushing dengan fraktur terbuka. 18.9 Luka bakar: luka terkena permukaan panas, kebakaran, air mendidih, gesekan, radiasi (infra merah), bahan kimia, luka bakar dengan luka terbuka, tidak termasuk luka bakar karena menelan bahan korosif, luka bakar karena sinar matahari, efek terkena kilat, luka bakar elektrik, luka bakar karena efek radiasi lainnya. 18.10 Keracunan akut termasuk efek akut injeksi, menelan, mengabsorbsi, menghirup bahan toksik, korosif/kaustik, gigitan binatang berbisa, asfiksi karena CO atau gas lainnya, tidak termasuk luka bakar kimia eksternal.
Rekam medis dan formulir seleksi
1:Fraktur 2:Dislokasi 3:Sprain/strain 4:Concusio/memar/ perdarahan internal lain 5:Amputasi dan enukleasi 6:Luka lain 7:Luka superfisial 8:Contusio dan Crushing: 9:Luka bakar 10:Keracunan akut 11:Pengaruh cuaca/ suhu 12:Asfiksia 13:Arus listrik 14:Trauma radiasi. 15:Cedera multipel 16:Cedera lainnya
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Skala Ukur Nominal
46
No
Variabel
Batasan Operasional 18.11 Pengaruh cuaca/ suhu termasuk frostbite, efek panas/insulasi (seperti heatstroke dan sunstroke), barotrauma (efek ketinggian, dekompresi), efek kilat, trauma suara (kehilangan pendengaran total atau parsial bukan karena sisa dari cedera lain) 18.12 Asfiksia termasuk tenggelam, asfiksia atau sufokasi karena kompresi, konstriksi atau strangulasi, asfiksia karena tekanan atau kekurangan oksigen diatmosfer, asfiksia karena benda asing saluran nafas tidak termasuk asfiksia karena CO atau gas toksik lainnya. 18.13 Efek arus listrik: tersetrum, syok elektrik, luka bakar karena listrik, tidak termasuk luka bakar karena permukaan panas alat listrik dan efek dari kilat. 18.14 Trauma radiasi termasuk sinar X-Ray, bahan radioaktif, SUV, radiasi pengion, tidak termasuk luka bakar karena radiasi dan sunstrokes. 18.15 Cedera multipel dengan penyebab lain, kelompok ini untuk kasus dengan cedera multiple dan tidak ada yang paling dominan berat 18.16 Cedera lain yang tidak bisa diklasifikasi pada kelompok tersebut diatas misalnya karena infeksi.21
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
47
No
Variabel
Batasan Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
19
Letak kelainan atau luka di tubuh
Berdasar klasifikasi ILO penyebab kecelakaan digolongkan menjadi: 19.1 Kepala: meliputi cranium (tulang tengkorak, otak, kulit kepala), mata (orbita dan nervus optikus), telinga, mulut (bibir, gigi, lidah), hidung, muka dan lokasi yang tidak masuk klasifikasi lainnya, kepala dengan lokasi multipel, kepala dengan lokasi tidak spesifik 19.2 Leher termasuk tenggorok dan vertebra servikal 19.3 Badan : punggung (columna spinalis dan otot penyangganya, corda spinalis), dada (tulang rusuk, sternum dan organ didalamnya), abdomen (termasuk organ didalamnya), pelvis, badan dengan multipel lokasi, badan dengan lokasi tidak spesifik 19.4 Ekstremitas atas: bahu (termasuk clavikula dan shoulder blade), lengan atas, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, tangan, jari-jari tangan, ekstremitas atas dengan lokasi multipel, ekstremitas atas dengan lokasi tidak spesifik 19.5 Ekstremitas bawah: pinggul, paha, lutut, betis, pergelangan kaki, telapak kaki, jari-jari kaki, ekstremitas bawah dengan lokasi multipel, ekstremitas bawah dengan lokasi tidak spesifik 19.6 Lokasi multipel: 19.6.1 Kepala dan badan, kepala dengan satu atau lebih ekstremitas 19.6.2 Badan dan satu atau lebih ekstremitas 19.6.3 Satu ekstremitas atas dan bawah atau lebih dari dua ekstremitas 19.6.4 Multipel lokasi lainnya 19.7 Cedera umum: sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem syaraf, cedera umum lainnya, cedera umum tidak spesifik. 19.8 Cedera lainnya yang tidak termasuk dalam klasifikasi di atas.21
Rekam medis dan formulir seleksi
1:Kepala 2:Leher 3:Badan 4:Ekstremitas atas 5:Ekstremitas bawah 6:Lokasi multipel 7:Cedera umum 8:Cedera lainnya
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Skala Ukur Nominal
48
No 20
Variabel Bidang pekerjaan
Batasan Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
Pembagian bidang pekerjaan pada pekerja yang mengalami kecelakaan kerja seperti: 20.1 Pertambangan 20.2 Pertanian/kehutanan/perikanan 20.3 Konstruksi dan pemeliharaan gedung 20.4 Transportasi, telekomunikasi, cargo 20.5 Perdagangan, bisnis, jasa 20.6 Manufaktur 20.7 Keuangan/asuransi/pajak 20.8 Pemerintahan/ administrasi publik 20.9 Kesehatan dan sosial 20.10 Listrik/gas/air 20.11 Pendidikan 20.12 Hotel/restoran/hiburan 20.13 Rumah tangga 20.14 Bidang lain yang tidak masuk dalam klasifikasi di atas. 21
Rekam medis dan formulir seleksi
1:Pertambangan 2:Pertanian/kehutanan/perikanan 3:Konstruksi dan pemeliharaan gedung 4:Transportasi, telekomunikasi, cargo 5:Perdagangan,bisnis, jasa 6:Manufaktur 7:Keuangan/asuransi/ pajak 8:Pemerintahan/admi nistrasi publik 9:Kesehatan dan sosial 10:Listrik/gas/air 11:Pendidikan 12.Hotel/restoran/ hiburan 13.Rumah tangga 14:Bidang lain yang tidak masuk dalam klasifikasi di atas
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Skala Ukur Nominal
49
No
Variabel
Batasan Operasional
Alat Ukur
Hasil Ukur
21
Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja seperti: 21.1 Supervisor, manajer, kepala, direktur 21.2 Tenaga profesional (dokter, perawat, bidan, pengacara, engineer, akuntan, koki) 21.3 Teknisi (teknisi listrik, teknisi mesin, teknisi AC) dan asisten tenaga profesional (office boy, kurir, collector, pengantar catering). 21.4 Staf administrasi. 21.5 Pedagang,sales marketing, model 21.6 Petani dan nelayan 21.7 Tukang las, penjahit, pembordir, pembuat pola, tukang tenda, pengrajin 21.8 Operator mesin atau alat, asisten operator mesin atau alat, pengemudi dan asisten pengemudi. 21.9 Petugas cleaning service, pekerja bangunan, kuli, dishwasher, asisten rumah tangga (kelompok pekerja kasar) 21.10 Satpam, polisi, angkatan bersenjata 21.11 Jenis pekerjaan lainnya yang tidak masuk klasifikasi di atas.21
Rekam medis dan formulir seleksi
1:Supervisor, manajer, kepala, direktur 2:Tenaga profesional (dokter, perawat, bidan, pengacara, engineer, akuntan, koki) 3:Teknisi (teknisi listrik, teknisi mesin, teknisi AC) dan asisten tenaga profesional (office boy, kurir, collector, pengantar catering). 4:Staf administrasi. 5:Pedagang, sales marketing, model 6:Petani dan nelayan 7:Tukang las, penjahit, pembordir, pembuat pola, tukang tenda, pengrajin 8:Operator mesin atau alat, asisten operator mesin atau alat, pengemudi dan asisten pengemudi. 9:Petugas cleaning service, pekerja bangunan, kuli, dishwasher, asisten rumah tangga (kelompok ekerja kasar) 10:Satpam, polisi, angkatan bersenjata 11:Jenis pekerjaan lainnya yang tidak masuk klasifikasi di atas.
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
Skala Ukur Nominal
50
3.11 ALUR PENELITIAN
Ijin Penelitian
Membentuk tim penelitian dan melatih maksud, tujuan dan cara kerja penelitian
Kriteria penerimaan dan penolakan
Informed consent pasien
Skrining pasien IGD
Data primer: Wawancara
Data sekunder: status rekam medis
Editing
Data entry
Verifikasi
Analisis
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
51
3.12 Etika Penelitian 1.
Ethical Clearance yang sudah disetujui bagian Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2.
Kepada semua calon responden dijelaskan tentang hal-hal mengenai penelitian yang mencakup tujuan, manfaat dan prosedur penelitian.
3.
Kepada responden yang setuju (bersedia ikut dalam penelitian) diminta mengisi dan menandatangani informed consent.
4.
Dalam penelitian ini kerahasiaan dijamin, tidak dikenakan biaya dan responden dapat menarik diri dari penelitian bila telah atau merasa dirugikan.
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 PELAKSANAAN PENELITIAN Pengambilan data primer dan data sekunder untuk kegiatan penelitian ini dilakukan secara bersamaan dari tanggal 23 April 2013 sampai dengan 16 Desember 2013 di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Data primer langsung diambil dari wawancara responden atau keluarga atau saksi yang mengantar responden atau menghubungi kembali melalui telepon jika ada data yang masih belum lengkap. Adapun data sekunder diambil dari status rekam medis responden untuk mengkonfirmasi data yang kurang lengkap dari hasil wawancara dan untuk mencatat diagnosa responden. Pelaksanaan pengumpulan data seperti pengisian kuisioner dan wawancara responden dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh Perawat Triage IGD serta Perawat IGD lantai 2, adapun informasi adanya kecelakaan kerja di tempat kerja berkoordinasi dengan Dokter Triage IGD, Dokter Jaga Bagian Mata IGD, petugas rekam medis IGD dan Dokter Koordinator Pelayanan Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Wawancara dilakukan baik dengan autoanamnesa maupun alloanamnesa. Dari 131 responden yang mengalami kecelakaan kerja di tempat kerja yang dilakukan autoanamnesa sebanyak 110 responden (84 %), alloanamnesa sebanyak 21 responden (16 %) terdiri dari alloanamnesa rekan kerja atau atasan sebanyak 19 responden (14,5 %) dan alloanamnesa keluarga yang mendampingi sebanyak 2 responden (1,5 %).
4.2 HASIL PENELITIAN 4.2.1 DISTRIBUSI KEFATALAN CEDERA Pada penelitian ini didapatkan 131 kasus kecelakaan kerja di tempat kerja dengan distribusi kefatalan cedera disajikan pada tabel 4.1 berikut ini.
52
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
53
Tabel 4.1. Distribusi Kefatalan Cedera Variabel
n
%
Fatal
10
7,6
Tidak fatal
121
92,4
Kefatalan cedera
Dari tabel diatas didapatkan cedera fatal sebanyak 7,6 % dari keseluruhan kecelakaan kerja di tempat kerja.
4.2.2 GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.2.2.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Sosiodemografi Gambaran karakteristik responden berdasarkan sosiodemografi disajikan dalam tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Sosiodemografi Variabel
n
%
118
90,1
13
9,9
55 76
42 58
12 45 74
9,2 34,4 56,5
54 77
41,2 58,8
102 29
77,9 22,1
43 88
32,8 67,2
87 44
66,4 33,6
69 62
52,7 47,3
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur <30 tahun ≥ 30 tahun Pendidikan Tinggi Sedang Rendah Masa Kerja >1 tahun ≤ 1 tahun Perawakan Ideal Tidak ideal Pernikahan Belum menikah Sudah menikah Sosioekonomi Menengah-Tinggi Rendah Jenis Pekerja Formal Bukan Formal
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
54
Pada tabel diatas terlihat bahwa responden yang mengalami kasus kecelakaan di tempat kerja lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan, lebih banyak pada responden umur ≥ 30 tahun daripada umur < 30 tahun, lebih banyak pada responden dengan pendidikan rendah daripada pendidikan sedang dan tinggi, lebih banyak pada responden dengan masa kerja ≤ 1 tahun daripada masa kerja > 1 tahun, lebih banyak pada responden dengan perawakan ideal daripada perawakan tidak ideal, lebih banyak pada responden sudah menikah daripada responden belum menikah, lebih banyak pada responden dengan penghasilan menengah sampai tinggi dibandingkan penghasilan rendah, lebih banyak pada responden pekerja formal daripada bukan formal.
4.2.2.2 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Risiko Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja Gambaran karakteristik responden berdasarkan faktor risiko kecelakaan kerja di tempat kerja disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Risiko Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja Variabel Perilaku di tempat kerja Aman Tidak Aman Kondisi fisik pekerja Aman Lingkungan tempat kerja Aman Tidak Aman Kinerja manajemen di tempat kerja Aman Tidak Aman
n
%
21 110
16 84
131
100
34 97
26 74
19 112
14,5 85,5
Dari tabel di atas didapatkan yang mengalami kecelakaan kerja di tempat kerja lebih banyak yang berperilaku di tempat kerja tidak aman, lingkungan tempat
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
55
kerja tidak aman dan kinerja manajemen di tempat kerja tidak aman daripada yang aman namun untuk variabel kondisi fisik pekerja didapatkan aman semua.
4.2.2.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Perilaku Tidak Aman di Tempat Kerja Gambaran karakteristik responden berdasarkan faktor perilaku tidak aman di tempat kerja disajikan pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Perilaku Tidak Aman di Tempat Kerja Perilaku Tidak Aman di Tempat Kerja 1.Tidak mengikuti Standar Operasional Prosedur 2.Mengoperasikan alat tanpa wewenang 3.Terburu-buru menyelesaikan pekerjaan 4.Menggunakan peralatan yang rusak 5.Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri 6.Becanda dalam melakukan pekerjaan 7.Bekerja di tempat yang tidak dilengkapi pengaman
n 25 7 30 22 80 2 57
% 19,1 5,3 22,9 16,8 61,1 1,5 43,5
Dari tabel di atas didapatkan faktor risiko perilaku tidak aman ditempat kerja yang paling banyak ditemukan adalah tidak menggunakan Alat Pelindung Diri.
4.2.2.4 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Kondisi Fisik Pekerja Tidak Aman Pada penelitian ini tidak dijumpai responden dengan kondisi fisik tidak aman yang mempunyai kecacatan baik bawaan maupun didapat seperti tuli dan bisu.
4.2.2.5 Gambaran
Karakteristik
Responden
Berdasarkan
Faktor
Lingkungan Tidak Aman Di Tempat Kerja Gambaran karakteristik responden berdasarkan faktor lingkungan tidak aman di tempat kerja disajikan pada tabel 4.5 berikut ini.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
56
Tabel 4.5 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Lingkungan Tidak Aman di Tempat Kerja Lingkungan Tidak Aman di Tempat Kerja
n
%
1.Tidak selalu disediakan Alat Pelindung Diri
55
42
2.Peralatan, perangkat atau mesin yang rusak
23
17,6
3.Lantai tempat kerja licin
7
5,3
4.Tempat kerja bising
52
39,7
5.Tidak ada supervisor/pengawas
22
16,8
Dari tabel di atas didapatkan faktor risiko lingkungan tidak aman di tempat kerja yang paling banyak ditemukan adalah tidak selalu disediakan Alat Pelindung Diri di tempat kerja.
4.2.2.6 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Kinerja Manajemen Keselamatan di Tempat Kerja Tidak Aman Gambaran karakteristik responden berdasarkan faktor kinerja manajemen keselamatan di tempat kerja disajikan pada tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6 Gambaran Karakteristik Responden berdasarkan Faktor Kinerja Manajemen Keselamatan di Tempat Kerja Tidak Aman Kinerja manajemen keselamatan di tempat kerja
n
%
1.Tidak tersedia petunjuk kerja
64
48,9
2.Tidak ada sanksi pelanggaran SOP
83
63,4
3.Tidak ada tanda-tanda bahaya
82
62,6
4.Tidak ada alat keselamatan kerja
77
58,8
5.Shift kerja yang buruk
18
13,7
6.Tidak ada pelatihan K3 pada pekerja
93
71
7.Tidak ada pengarahan keselamatan kerja sebelum bekerja
72
55
yang tidak aman
Dari tabel di atas didapatkan faktor risiko kinerja manajemen keselamatan di tempat kerja yang tidak aman paling banyak ditemukan adalah tidak ada pelatihan K3 pada pekerja. Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
57
4.2.2.7 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Okupasi Gambaran karakteristik responden berdasarkan berdasarkan faktor okupasi disajikan pada tabel 4.7 di bawah ini. Tabel 4.7 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Okupasi Variabel Riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya Tidak Ya Waktu kecelakaan kerja di tempat kerja Pagi Siang Malam
n
%
118 13
90,1 9,9
61 47 23
46,6 35,9 17,6
Dari tabel di atas didapatkan riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya didapatkan lebih banyak responden yang tidak mempunyai riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya dan waktu kecelakaan kerja di tempat kerja lebih banyak dialami responden pada pagi hari daripada siang dan malam hari.
4.2.2.8 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kecelakaan Dari penelitian ini didapatkan gambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kecelakaan yang tersaji dalam tabel 4.8 berikut ini Tabel 4.8 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kecelakaan Jenis Kecelakaan
n
%
Terjatuh
14
10,7
Tertimpa
7
5,3
Tertumbuk atau terkena benda
65
49,6
Terjepit oleh benda
18
13,7
Pengaruh suhu ekstrim (panas/dingin)
13
9,9
Terkena arus listrik
3
2,3
Kontak bahan-bahan berbahaya
6
4,6
Lain-lain
5
3,8
Pada tabel diatas terlihat jenis kecelakaan paling banyak adalah tertumbuk atau terkena benda.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
58
4.2.2.9
Gambaran
Karakteristik
Responden
Berdasarkan
Penyebab
karakteristik
responden
Kecelakaan Dari
penelitian
ini
didapatkan
gambaran
berdasarkan penyebab kecelakaan seperti tersaji dalam tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Penyebab Kecelakaan Mesin
n 30
% 22,9
Sarana transportasi dan pengangkutan
7
5,3
Peralatan Lain
39
29,8
Bahan-bahan berbahaya dan zat radiasi
11
8,4
Lingkungan kerja
17
13
Lain-lain
27
20,6
Penyebab Kecelakaan
Dari tabel di atas didapatkan penyebab kecelakaan terbanyak adalah mesin.
4.2.2.10 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Sifat Luka Dari
penelitian
ini
didapatkan
gambaran
karakteristik
responden
berdasarkan sifat luka seperti tersaji dalam tabel 4.10 berikut ini. Tabel 4.10 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Sifat Luka Fraktur
Sifat luka
n 18
% 13,7
Sprain/Strain
1
0,8
Concusio
6
4,6
Amputasi/Enukleasi
7
5,3
Luka lain (luka laserasi, luka potong, luka kulit kepala, luka dengan cedera syaraf ) Luka superfisial (abrasi, ekskoriasi, luka superfisial karena benda asing mata) Contusio
46
35,1
21
16
1
0,8
Luka bakar
15
11,5
Keracunan akut
4
3,1
Arus listrik
1
0,8
Cedera multipel
2
1,5
Cedera lainnya
9
6,9
Dari tabel di atas didapatkan sifat luka terbanyak adalah luka superfisial seperti abrasi, ekskoriasi dan luka superfisial karena benda asing masuk mata. Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
59
4.2.2.11 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Luka Dari
penelitian
ini
didapatkan
gambaran
karakteristik
responden
berdasarkan lokasi luka seperti tersaji dalam tabel 4.11 berikut ini. Tabel 4.11 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Luka Lokasi luka Kepala Badan Ekstremitas atas Ekstremitas bawah Lokasi multipel Cedera sistemik
n 45 6 53 5 18 4
% 34,4 4,6 40,5 3,8 13,7 3,1
Pada tabel di atas terlihat lokasi luka terbanyak adalah ekstremitas atas.
4.2.2.12 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan Dari
penelitian
ini
didapatkan
gambaran
karakteristik
responden
berdasarkan bidang pekerjaan responden yang tersaji dalam tabel 4.12 berikut ini. Tabel 4.12 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan Bidang pekerjaan Pertambangan Pertanian,kehutanan dan perikanan Konstruksi dan pemeliharaan gedung Transportasi, Cargo, Telekomunikasi, IT Perdagangan, Bisnis, Jasa Manufaktur Pemerintahan dan layanan publik Kesehatan dan sosial Listrik, gas dan air Perhotelan,restoran dan hiburan
n 1 3
% 0,8 2,3
46
35,1
4
3,1
41 16 2 14 1 3
31,3 12,2 1,5 10,7 0,8 2,3
Dari tabel diatas terlihat bidang pekerjaan responden yang paling banyak adalah bidang konstruksi dan pemeliharaan gedung.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
60
4.2.2.13 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Dari
penelitian
ini
didapatkan
gambaran
karakteristik
responden
berdasarkan jenis pekerjaan responden seperti tersaji dalam tabel 4.13 berikut ini. Tabel 4.13 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan Supervisor,manajer,kepala,direktur Tenaga profesi (dokter,perawat,bidan,pengacara, engineer,koki) Teknisi (listrik,AC,mesin) dan asisten tenaga profesi (office boy,kurir,collector) Staf administrasi Pedagang, sales, pelayan Petani dan nelayan Tukang las,penjahit, pembordir, Pembuat pola,pengrajin,tukang tenda Operator mesin atau alat dan asisten operator mesin atau alat, bagian produksi Petugas cleaning service, pekerja bangunan,kuli,tukang cuci piring,asisten rumah tangga (kelompok pekerja kasar) Satpam,polisi,angkatan bersenjata Lainnya
n 6 8
% 4,6 6,1
11
8,4
4 15 2 5
3,1 11,5 1,5 3,8
21
16
55
42
2 2
1,5 1,5
Dari tabel diatas terlihat jenis pekerjaan responden yang paling banyak kelompok pekerja kasar yaitu petugas cleaning service, pekerja bangunan, kuli, tukang cuci piring, asisten rumah tangga.
4.2.3 HUBUNGAN KEFATALAN CEDERA DENGAN FAKTOR RISIKO 4.2.3.1 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Sosiodemografi Hasil analisis bivariat antara kefatalan cedera dengan karakteristik sosiodemografi disajikan pada tabel 4.14 berikut ini.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
61
Tabel 4.14 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Sosiodemografi Variabel
Fatal
Tidak Fatal
OR
CI 95%
n
%
n
%
Perempuan
0
0
13
100
NA
Laki-laki
10
8,5
108
91,5
1
Referensi
≥ 30 tahun
9
11,8
67
88,2
7,254
0,891-59,049
<30 tahun
1
1,8
54
98,2
1
Referensi
Rendah
10
13,5
64
86,5
NA
Sedang
0
0
45
100
NA
Tinggi
0
0
12
100
1
Referensi
Masa kerja ≤ 1 tahun
5
6,5
72
93,5
0,681
0,187-2,476
>1 tahun
5
9,3
49
90,7
1
Referensi
Tidak Ideal
1
3,4
28
96,6
0,369
0,045-3,040
Ideal
9
8,8
93
91,2
1
Referensi
Sudah menikah
9
10,2
79
89,8
4,785
0,586-39,058
Belum menikah
1
2,3
42
97,7
1
Referensi
Rendah
2
4,5
42
95,5
0,470
0,096-2,315
MenengahTinggi
8
9,2
79
90,8
1
Referensi
Bukan Formal
9
14,5
53
85,5
11,547
1,418-94,010
Formal
1
1,5
68
98,6
1
Referensi
p
Jenis Kelamin
Umur (tahun) 0,064
Pendidikan
0,559
Perawakan 0,354
Pernikahan 0,144
Sosioekonomi 0,354
Jenis pekerja 0,022
Dari tabel di atas terlihat pada variabel jenis kelamin didapatkan responden yang mengalami cedera fatal semuanya berjenis kelamin laki-laki. Karena tidak
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
62
ada cedera fatal pada responden berjenis kelamin perempuan maka tidak bisa dilakukan analisis bivariat. Pada variabel umur didapatkan responden umur ≥ 30 tahun lebih banyak yang mengalami cedera fatal dibandingkan dengan responden dengan umur < 30 tahun. Dari hasil Fisher’s Exact Test didapatkan hasil tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara umur dengan kefatalan cedera (p=0,064; OR=7,254, CI 95 % 0,891-59,049). Pada variabel pendidikan didapatkan responden yang mengalami cedera fatal semuanya berpendidikan rendah. Karena responden dengan pendidikan tinggi dan menengah tidak ada yang mengalami cedera fatal sehingga tidak bisa dilakukan analisis bivariat. Pada variabel masa kerja didapatkan responden yang mengalami cedera fatal dengan masa kerja >1 tahun lebih banyak daripada responden masa kerja ≤ 1 tahun. Dari hasil Fisher’s Exact Test didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara masa kerja dengan kefatalan cedera (p=0,559; OR=0,681; CI 95%=0,187-2,476). Pada variabel perawakan didapatkan responden yang mengalami cedera fatal lebih banyak yang berperawakan ideal daripada tidak ideal. Dari hasil Fisher’s Exact Test didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara perawakan dengan kefatalan cedera (p=0,354;OR=0,369;CI 95% 0,0453,040). Pada variabel pernikahan didapatkan responden yang mengalami cedera fatal lebih banyak responden yang sudah menikah daripada yang belum menikah. Dari hasil Fisher’s Exact Test didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara status pernikahan dengan kefatalan cedera (p=0,144; OR: 4,785; CI 95%=0,586-39,058) Pada variabel sosioekonomi didapatkan responden yang mengalami cedera fatal lebih banyak responden dengan sosioekonomi menengah-tinggi daripada sosioekonomi rendah. Dari hasil Fisher’s Exact Test didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara sosioekonomi dengan kefatalan cedera (p=0,354; OR=0,470; CI 95% 0,096-2,315).
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
63
Pada variabel jenis pekerja didapatkan responden yang mengalami cedera fatal lebih banyak pekerja bukan formal daripada pekerja formal. Dari hasil Fisher’s Exact Test didapatkan ada hubungan bermakna secara statistik antara dengan kefatalan cedera dengan pekerja bukan formal (p=0,022;OR=11,547;CI 95%= 1,418-94,010).
4.2.3.2 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Resiko Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja Dari hasil analisis bivariat didapatkan hasil ada tidaknya hubungan kefatalan dengan faktor resiko kecelakaan kerja di tempat kerja seperti tersaji dalam tabel 4.15 berikut ini. Tabel 4.15 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Resiko Kecelakaan Kerja di Tempat Kerja Variabel
Fatal
Tidak Fatal
OR
CI 95%
p
0,223
n
%
n
%
Tidak aman
7
6,4
103
93,6
0,408
0,096-1,725
Aman
3
14,3
18
85,7
1
Referensi
Tidak Aman
10
10,3
87
89,7
NA
Aman
0
0
34
100
1
Tidak Aman
10
8,9
102
91,1
NA
Aman
0
0
19
100
1
Perilaku di tempat kerja
Lingkungan tempat kerja Referensi
Kinerja manajemen di tempat kerja referensi
Pada variabel perilaku di tempat kerja didapatkan responden yang mengalami cedera fatal lebih banyak pada responden dengan perilaku aman daripada responden dengan perilaku tidak aman. Dari hasil Fisher’s Exact Test
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
64
didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara perilaku di tempat kerja dengan kefatalan cedera (p=0,223; OR: 0,408; CI 95%=0,096-1,725). Pada variabel lingkungan tempat kerja didapatkan responden yang mengalami cedera fatal semuanya dengan lingkungan kerja tidak aman. Dikarenakan ada responden dengan lingkungan kerja aman tidak ada yang mengalami cedera fatal maka tidak bisa dilakukan analisis bivariat. Pada variabel kinerja manajemen di tempat kerja didapatkan responden yang mengalami cedera fatal semuanya dengan kinerja manajemen di tempat kerja tidak aman. Dikarenakan ada responden dengan manajemen di tempat kerja aman tidak ada yang mengalami cedera fatal maka tidak bisa dilakukan analisis bivariat. Pada variabel kondisi fisik pekerja didapatkan responden yang mengalami cedera fatal semuanya mempunyai kondisi fisik aman sebanyak 10 orang (7,6 %) dan responden yang mengalami cedera tidak aman juga semuanya mempunyai kondisi fisik aman sebanyak 121 orang (92,4 %). Dikarenakan tidak didapatkan kondisi fisik pekerja tidak aman maka tidak bisa dilakukan analisis bivariat.
4.2.3.3 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Okupasi Hasil analisis bivariat antara kefatalan cedera dengan faktor okupasi disajikan pada tabel 4.16 berikut ini. Tabel 4.16 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Okupasi Variabel
Fatal
Tidak Fatal
OR
CI 95 %
p
0,993
n
%
n
%
Ya
1
7,7
12
92,3
1,009
0,118-8,667
Tidak
9
7,6
109
92,4
1
Referensi
Malam
3
13
20
87
2,138
0,440-10,390
0,346
Siang
3
6,4
44
93,6
0,972
0,207-4,567
0,971
Pagi
4
6,6
57
93,4
1
Referensi
Riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya
Waktu kecelakaan kerja di tempat kerja
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
65
Pada variabel riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya didapatkan responden yang mengalami cedera fatal lebih banyak yang tidak mempunyai riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya. Dari hasil Fisher’s Exact Test
didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya dengan kefatalan cedera (p=0,993;OR=1,009;CI
95% 0,118-8,667). Pada variabel waktu kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan responden yang mengalami cedera fatal lebih banyak terjadi pada malam hari daripada pagi dan siang hari.. Dari hasil Fisher’s Exact Test didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara waktu kecelakaan kerja di tempat kerja dengan kefatalan cedera (p=0,346;OR=2,138;CI 95% 0,440-10,390).
4.2.3.4 Faktor yang berhubungan dengan Kefatalan Cedera Faktor yang berhubungan kefatalan cedera pada kecelakaan kerja di tempat kerja tersajikan pada tabel 4.17 berikut ini. Tabel 4.17 Tabel Faktor yang berhubungan dengan Kefatalan Cedera Variabel Usia ≥ 30 tahun Sudah menikah Perilaku tidak aman Pekerja bukan formal Konstanta
β 1,735 0,382 -1,066 2,500 -5,0421
p 0,311 0,819 0,178 0,027
OR 5,669 1,466 0,345 12,180
CI 95% 0,199-162,258 0,055-39,050 0,0732-1,622 1,337-110,942
Dari tabel diatas terlihat pekerja bukan formal mempunyai risiko 12 kali lipat mengalami cedera fatal dibandingkan pekerja formal (p=0,027; OR=12,180; CI 95%=1,337-105,942).
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 KETERBATASAN PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan kuisioner untuk mewawancarai responden atau wakil responden mengenai faktor-faktor risiko kefatalan cedera kecelakaan kerja di tempat kerja namun tidak melakukan peninjauan lokasi kecelakaan karena keterbatasan peneliti melakukan hal tersebut. Dalam hal ini peneliti mewawancarai baik pengantar atau penunggu responden saat dirawat yang menjadi saksi kecelakaan atau menelpon kembali responden saat sudah tidak dirawat untuk menghindari recall bias dan kualitas data diupayakan dengan wawancara autoanamnesa dan alloanamnesa rekan kerja atau atasan. Adapun pada penelitian ini autoanamnesa sebanyak 84 % dari total responden dan alloanamnesa 16 % dari total responden yang terdiri dari alloanamnesa rekan kerja/atasan 14,5 % dan alloanamnesa keluarga sebanyak 1,5 %. Adapun pengambilan sampel menggunakan convenient sampling karena keterbatasan peneliti dan tim perawat triage IGD yang membantu penelitian ini sehingga tidak bisa berurutan pengambilan sampel selama 24 jam. Dalam hal ini peneliti setiap pagi atau sore peneliti mengecek pasien kecelakaan kerja di tempat kerja baik yang masih di IGD RSCM maupun yang sudah dirawat di bangsal juga berkoordinasi dengan dokter triage IGD, dokter jaga bagian mata IGD, petugas rekam medis IGD dan dokter koordinator pelayanan Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta untuk menginformasikan jika ada pasien kecelakaan kerja di tempat kerja sehingga untuk menghindari sampling bias. Pada penelitian ini tidak menyertakan analisis faktor penanganan praRumah Sakit serta pelayanan administrasi dan medis selama di Rumah Sakit yang mempengaruhi kefatalan cedera dikarenakan penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan faktor di tempat kerja yang mempengaruhi kefatalan kerja kasus kecelakaan kerja di tempat kerja.
66
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
67
5.2 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
5.2.1 DISTRIBUSI KEFATALAN CEDERA Pada penelitian ini didapatkan kasus kecelakaan kerja di tempat kerja sebanyak 131 kasus dengan persentase cedera fatal sebesar 7,6 %. Persentase ini lebih besar dibandingkan data total pengklaiman Jaminan Kecelakaan Kerja BPJS Ketenagakerjaan 2013 sebesar 2,4 % yang meninggal. Hal ini disebabkan karena tidak semua responden mengikuti program Jaminan Kecelakaan Kerja dan dalam penelitian ini selain responden yang meninggal juga dengan prognosa dubia et malam.4
5.2.2 HUBUNGAN KEFATALAN CEDERA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI
5.2.2.1 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Jenis Kelamin Pada penelitian ini tidak bisa dilakukan analisis bivariat hubungan antara kefatalan cedera dengan jenis kelamin karena keterbatasan tidak ada responden perempuan yang mengalami cedera fatal. Sedangkan dari penelitian kecelakaan kerja di Spanyol oleh Vincent dkk (2011) didapatkan laki-laki beresiko 11 kali mengalami cedera fatal dibandingkan perempuan (p=<0,01; aOR=10,92; 95% CI=4,80-24,48). Meskipun tidak bisa dilakukan analisis bivariat, gambaran karakteristik cedera fatal didapatkan semuanya laki-laki (8,5%). Hasil ini sama dengan penelitian Ramin Mehrdad dkk (2008) yang mendapatkan cedera fatal juga semuanya pada pekerja laki-laki sebanyak 83 orang. Hasil penelitian Yen-Hui Lin (2004) di Taiwan cedera fatal lebih banyak pada laki-laki (93,1%). Hal ini dikarenakan pekerjaan perempuan biasanya lebih kurang berbahaya dibanding laki-laki. Perbedaan jenis kelamin tidak hanya berhubungan dengan perbedaan bahaya potensial di tempat kerja tapi juga mekanisme cedera. Pada penelitian ini juga didapatkan kecelakaan kerja di tempat kerja lebih banyak dialami responden laki-laki (90,1%). Hasil ini sama dengan penelitian penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja non fatal di departemen emergensi di
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
68
USA oleh Jackson LL (2001) didapatkan lebih banyak laki-laki (70%), penelitian Woro Riyadina (2007) juga mendapatkan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja di kawasan industri Pulo Gadung Indonesia lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (36,81%) dan data klaim JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja) BPJS Ketenagakerjaan 2013 menyebutkan kecelakaan kerja lebih banyak pada pekerja laki-laki (75,8%). Demikian pula dengan hasil penelitian epidemiologi kecelakaan kerja berdasarkan data dasar jaminan sosial di Iran oleh Ramin Mehrdad dkk (2008) menemukan lebih banyak juga laki-laki (98,2%) 4,9-12,38
5.2.2.2 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Umur Pada penelitian ini dari analisis bivariat didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara kefatalan cedera dengan umur. Adapun dari hasil penelitian kecelakaan kerja di Spanyol oleh Vincent dkk (2011) didapatkan usia lebih tua meningkatkan resiko cedera fatal. Adapun dari gambaran deskriptif didapatkan cedera fatal lebih banyak dialami responden dengan umur ≥ 30 tahun (11,8 %), hasil ini sama dengan hasil literature review dari Simo S (2004) yang menyimpulkan pekerja berumur lebih tua lebih banyak yang mengalami cedera fatal daripada pekerja yang berumur lebih muda. Adapun hasil penelitian Ramin Mehrdad dkk menemukan sebagian besar cedera fatal dialami responden dengan umur lebih tua yaitu > 55 tahun (1,13 %). Hal ini disebabkan daya tahan terhadap trauma, daya pemulihan, kecepatan respon, kapasitas fisik dan mental pekerja usia tua sudah menurun daripada pekerja usia muda. Pada penelitian ini juga didapatkan gambaran kecelakaan kerja di tempat kerja lebih banyak dialami responden dengan umur ≥ 30 tahun (58 %), hasil tersebut sama dengan penelitian Woro Riyadina (2007) yang menemukan responden kecelakaan kerja berusia > 40 tahun. Namun berbeda dengan penelitian Ramin Mehrdad dkk di Iran (2008) dimana didapatkan responden yang mengalami kecelakaan kerja lebih banyak yang berumur ≤ 34 tahun (67,4 %). Hal ini bisa disebabkan karena perbedaan metodologi penelitian termasuk perbedaan cut off point umur.4,9-13
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
69
5.2.2.3 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Pendidikan Pada penelitian ini tidak bisa dilakukan analisis bivariat hubungan antara kefatalan cedera dengan pendidikan karena keterbatasan tidak ada responden dengan pendidikan sedang dan tinggi yang mengalami cedera fatal. Adapun gambaran deskriptif cedera fatal pada penelitian ini semuanya pada responden dengan pendidikan rendah (13,5%). Hal ini disebabkan karena kemampuan analisis dan pengetahuan pada pekerja dengan pendidikan rendah kurang dibanding pekerja dengan pendidikan tinggi. Pada penelitian ini kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan juga lebih banyak dialami responden dengan pendidikan rendah (56,5%) Hasil ini sama dengan penelitian Woro Riyadina (2007) yang mendapatkan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja lebih banyak pada responden dengan pendidikan rendah (19,43 %). Hal ini berbeda dengan Smith TD (2012) mendapatkan kecelakaan kerja di Amerika tahun 2002 terbanyak responden pendidikan setingkat SMA (55 %). Hal ini disebabkan di Amerika jenjang minimal pendidikan penduduknya lebih tinggi daripada di Indonesia.9,14
5.2.2.4 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Masa Kerja Hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara kefatalan cedera dengan masa kerja. Hasil tersebut sama dengan penelitian kecelakaan kerja di Spanyol oleh Vincent (2011). Adapun gambaran deskriptif cedera fatal lebih banyak pada responden dengan masa kerja > 1 tahun (9,3 %). Hasil ini berbeda dengan penelitian YenHui Lin (2004) di Taiwan cedera fatal lebih banyak pada responden dengan masa kerja < 1 tahun (31,8 %), penelitian Hyoung-June Im (2009) di Korea juga mendapatkan cedera fatal pada pekerja konstruksi dan non konstruksi lebih banyak dengan masa kerja < 1 tahun (60, 1 %). Adapun penelitian Vincent dkk (2011) di Spanyol mendapatkan yang mengalami cedera fatal lebih banyak dengan masa kerja < 1 tahun (53 %). Sedangkan kasus kecelakaan kerja di tempat kerja lebih banyak dialami responden dengan masa kerja ≤ 1 tahun (58,8 %). Hasil ini sesuai dengan Smith TD (2012) mendapatkan kecelakaan kerja di Amerika tahun 2002 terbanyak juga
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
70
dialami responden dengan masa kerja ≤ 1 tahun (38,6 %). Hal ini disebabkan masih kurangnya pengalaman dan keterampilan pada pekerja dengan masa kerja pendek dibanding pekerja yang masa kerjanya sudah lama.10,12,14,18
5.2.2.5 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Perawakan Hasil analisis bivariat pada penelitian ini tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara kefatalan cedera. dengan perawakan. Adapun dari gambaran deskriptif didapatkan cedera fatal lebih banyak pada responden dengan perawakan ideal (8,8%). Demikian juga kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan lebih banyak dialami responden dengan perawakan ideal (77,9%). Hal ini disebabkan responden demgan perawakan ideal (atletikus) biasanya mengerjakan pekerjaan yg lebih berbahaya daripada yang berperawakan tidak ideal (piknikus dan astenikus).
5.2.2.6 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Status Pernikahan Hasil analisis bivariat pada penelitian ini tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara status pernikahan dengan kefatalan cedera. Meski demikian gambaran deskriptif cedera fatal lebih banyak dialami pada responden yang sudah menikah (10,2 %). Hal ini disebabkan pekerja yang sudah menikah mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga lebih besar, gangguan masalah keluarga yang menimbulkan stress, perilaku kesehatan dalam keluarga dan menurunnya kondisi fisik dan mental. Sedangkan gambaran deskriptif kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan lebih banyak dialami responden yang sudah menikah (67,2 %). Hasil tersebut sama dengan penelitian Woro Riyadina (2007) yang mendapatkan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja lebih banyak pada responden sudah menikah (78,3%). Juga sama dengan Ramin Mehrdad dkk di Iran (2008) menemukan responden yang sudah menikah lebih banyak mengalami kecelakaan kerja di tempat kerja (75,3 %). Demikian juga hasil penelitian Smith TD (2012) mendapatkan kecelakaan kerja di Amerika tahun 2002 lebih banyak yang sudah menikah (69,8 %).9,11,14
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
71
5.2.2.7 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Sosioekonomi Hasil analisis bivariat pada penelitian ini tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara sosioekonomi dengan kefatalan cedera. Namun demikian dari gambaran deskriptif didapatkan cedera fatal lebih banyak juga pada responden dengan sosioekonomi menengah-tinggi (9,2%). Demikian juga kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan lebih banyak dialami responden dengan sosioekonomi menengah-tinggi (66,4%). Hal ini sama dengan hasil penelitian Smith TD (2012) mendapatkan kecelakaan kerja di Amerika tahun 2002 lebih banyak pada responden dengan penghasilan > $15,000 (78,8 %). Hal ini disebabkan pekerja dengan sosioekonomi rendah akan lebih berhati-hati supaya tidak celaka dikarenakan biaya pengobatan yang mahal. 14
5.2.2.8 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Karakteristik Jenis Pekerja Hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan ada hubungan bermakna secara statistik antara dengan kefatalan cedera dengan pekerja bukan formal (p=0,022;OR=11,547;CI 95%= 1,418-94,010). Hasil ini sama dengan penelitian Vincent dkk (2011) di Spanyol dimana ada hubungan antara industri dengan jumlah pekerja ≤ 50 orang dengan cedera fatal (p < 0,01). Adapun gambaran deskriptif cedera fatal lebih banyak dialami pekerja sektor bukan formal (14,3 %). Hasil ini sama dengan penelitian Hyoung-June Im (2009) di Korea juga mendapatkan cedera fatal pada pekerja konstruksi lebih banyak pada tempat kerja jumlah pekerja < 49 orang (50,9 %) dan non konstruksi (62,6 %). Hal ini disebabkan karena sektor bukan formal biasanya belum mempunyai sistem K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang baik untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja beserta pelatihannya termasuk sistem dan pengetahuan penanganan paska kecelakaan untuk mencegah fatalitas cedera. Sedangkan kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan lebih banyak dialami responden pekerja formal (51,9 %).10,18,20
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
72
5.2.3 HUBUNGAN KEFATALAN CEDERA DENGAN FAKTOR RISIKO KECELAKAAN KERJA
5.2.3.1 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Risiko Perilaku di Tempat Kerja Tidak Aman Hasil analisis bivariat pada penelitian ini tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara kefatalan cedera dengan perilaku di tempat kerja tidak aman. Adapun dari gambaran deskriptif didapatkan cedera fatal lebih banyak dialami pada responden dengan perilaku aman di tempat kerja (14,3 %). Hal ini bisa disebabkan cedera menjadi fatal karena keterlambatan penanganan saat kecelakaan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini tidak menyertakan analisis penanganan pra-Rumah Sakit dan pelayanan administrasi serta penanganan medis selama di Rumah Sakit dimana bisa berpengaruh pada kefatalan cedera. Hasil ini sama dg penelitian Mahmood Bakhtiari dkk (2012) di Iran didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara kecelakaan kerja dengan tindakan ceroboh (OR=1,08; 95% CI=0,98-2,15). Sedangkan kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan lebih banyak dialami responden dengan perilaku tidak aman di tempat kerja (84 %) dan perilaku tidak aman ditempat kerja yang paling banyak ditemukan adalah tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (61,1 %). Hasil ini sama dengan penelitian Haslam dkk (2005) menyebutkan faktor pekerja dan tim kerja paling banyak berkontribusi menyebabkan kecelakaan pada bidang konstruksi (70%).39-40
5.2.3.2 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Risiko Kondisi Fisik Pekerja Tidak Aman Pada penelitian ini tidak bisa dilakukan analisis bivariat karena semua yang mengalami cedera fatal mempunyai kondisi fisik aman. Adapun kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan semua responden mempunyai kondisi fisik aman juga. Hasil ini berbeda dengan literatur yang menyebutkan kondisi fisik pekerja tidak aman merupakan faktor risiko penyumbang terjadinya kecelakaan kerja dikarenakan keterbatasan penelitian ini dimana semua responden tidak ada yang mempunyai cacat bawaan sebelumnya
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
73
seperti bisu dan tuli. maupun pincang dan tidak bisa mengukur kondisi fisik lain seperti kelelahan yang ekstrim. 7
5.2.3.3 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Risiko Lingkungan Tempat Kerja Tidak Aman Hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara kefatalan cedera dengan lingkungan tempat kerja tidak aman. Hasil ini sama dengan hasil penelitian Gimeno D dkk (2005) pada pekerja Rumah Sakit di Costa Rica mendapatkan tidak adanya Alat Pelindung Diri tidak bermakna secara statistik menyebabkan cedera. Adapun hasil penelitian Mahmood Bakhtiari dkk (2012) di Iran didapatkan antara lain kerusakan peralatan mempunyai risiko menyebabkan kecelakaan kerja 3 kali dibanding peralatan yang tidak rusak (OR=3,25; 95% CI=1,43-6,67); penerangan yang tidak baik mempunyai risiko menyebabkan kecelakaan kerja 4 kali dibanding penerangan baik (OR=4,27; 95% CI=1,74-6,35) dan peralatan yang gelap mempunyai risiko menyebabkan kecelakaan kerja 2 kali dibanding yg terang (OR=2,5; 95% CI=1,15-5,34). Adapun gambaran deskriptif didapatkan cedera fatal lebih banyak dialami pada responden dengan dengan lingkungan tempat kerja tidak aman (10,3 %). Dan kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan lebih banyak dialami responden dengan lingkungan tempat kerja tidak aman (74 %) dan lingkungan tidak aman di tempat kerja yang paling banyak ditemukan adalah tidak selalu disediakan Alat Pelindung Diri di tempat kerja (42 %). Hasil ini sama dengan penelitian Haslam dkk (2005) menyebutkan tempat kerja tidak aman berkontribusi menyebabkan kecelakaan pada bidang konstruksi (49%).39-41
5.2.3.4 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Faktor Risiko Kinerja Manajemen di Tempat Kerja Tidak Aman Hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara kefatalan cedera dengan kinerja manajemen tidak aman. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Gimeno D dkk (2005) pada pekerja RS di Costa Rica mendapatkan tidak adanya pelatihan keselamatan kerja
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
74
beresiko 1 kali mengalami cedera (p < 0,05; RRa= 1,41; 95% CI 95%=1,11-1,78) dan budaya selamat rendah akan beresiko satu setengah kali mengalami cedera pada pekerja rumah sakit (p=<00,5; RRa=1,51; 95% CI=1,06-2,15), Adapun gambaran deskriptif didapatkan cedera fatal banyak dialami pada responden kinerja manajemen di tempat kerja tidak aman (8,9 %). Dan kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan lebih banyak dialami responden dengan kinerja manajemen di tempat kerja tidak aman (85,5 %). Hasil ini sama dengan penelitian Haslam dkk (2005) menyebutkan pengaruh organisasi kerja berkontribusi menyebabkan kecelakaan pada bidang konstruksi (94%). Adapun kinerja dengan tidak aman paling banyak ditemukan adalah tidak ada pelatihan K3 pada pekerja (71 %).40-41
5.2.4 HUBUNGAN
KEFATALAN
CEDERA
DENGAN
FAKTOR
OKUPASI
5.2.4.1 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Riwayat Kecelakaan Kerja Sebelumnya Hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara kefatalan cedera dengan riwayat kecelakaan kerja sebelumnya. Namun dari gambaran deskriptif didapatkan cedera fatal lebih banyak pada responden yang mempunyai riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya (7,7 %). Hal ini sesuai Accident Proneness Theory menyatakan bahwa dalam satu himpunan pekerja ada sekumpulan pekerja yang memiliki kecenderungan untuk sering terlibat dalam kecelakaan. Adapun kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan lebih banyak dialami responden yang tidak mempunyai riwayat kecelakaan kerja di tempat kerja sebelumnya (90,1 %). 7
5.2.4.2 Hubungan Kefatalan Cedera dengan Waktu Kecelakaan Kerja Hasil analisis bivariat pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara kefatalan cedera dengan waktu kecelakaan kerja.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
75
Namun gambaran deskriptif cedera fatal paling banyak pagi (6,6 %) dan kecelakaan kerja di tempat kerja didapatkan lebih banyak dialami responden dengan waktu kecelakaan juga pagi (46,6 %) demikian pula. Hasil ini sama dengan penelitian penelitian Vincent dkk (2009) di Spanyol mendapatkan yang mengalami cedera fatal lebih banyak di pagi hari (62 %). Hal ini dapat disebabkan karena faktor kelelahan sehingga mempengaruhi konsentrasi saat bekerja. 10
5.2.5 Faktor yang Berhubungan dengan Kefatalan Cedera Kecelakaan Kerja Dari analisis bivariat memang secara statistik yang bermakna hanya variabel pekerja sektor informal yang mempunyai hubungan dengan kefatalan cedera namun setelah dilakukan analisis multivariat terhadap empat variabel lain yang mempunyai nilai p < 0,25 yakni variabel umur ≥ 30 tahun, sudah menikah, perilaku tidak aman dan pekerja bukan formal maka didapatkan faktor yang mempengaruhi kefatalan cedera kecelakaan kerja di tempat kerja adalah pekerja bukan formal dimana mempunyai resiko 12 kali lipat mengalami cedera fatal daripada pekerja sektor formal (p=0,027; OR=12,180; 95% CI =1,337-105,942). Hal ini dikarenakan pada usaha bukan formal manajemen masih sederhana dan biasanya belum mempunyai sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang baik untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja beserta pelatihannya termasuk sistem dan pengetahuan penanganan paska kecelakaan untuk mencegah fatalitas cedera.19
5.2.6 GAMBARAN KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN KLASIFIKASI ILO
5.2.6.1 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kecelakaan Jenis kecelakaan kerja di tempat kerja terbanyak pada penelitian ini adalah tertumbuk atau terkena benda (49,6 %). Hasil ini sama dengan penelitian penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja non fatal di departemen emergensi di USA oleh Jackson LL (2001) dimana mendapatkan jenis kecelakaan kerja terbanyak juga tertumbuk atau terkena benda (54 %).38
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
76
5.2.6.2
Gambaran
Karakteristik
Responden
Berdasarkan
Penyebab
Kecelakaan Penyebab kecelakaan terbanyak adalah mesin (22,9 %). Hal ini berbeda dengan penelitian penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja non fatal di departemen emergensi di USA oleh Jackson LL (2001) dimana mendapatkan penyebab sekunder terbanyak peralatan dan perlengkapan seperti tangga, peralatan tangan dengan baterai, pistol paku, obor las (20%).38
5.2.6.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Sifat Luka Sifat luka terbanyak adalah luka superfisial termasuk abrasi, ekskoriasi, luka superfisial karena benda asing masuk mata (16 %). Hal ini berbeda dengan penelitian penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja non fatal di departemen emergensi di USA oleh Jackson LL (2001) dimana mendapatkan sifat luka terbanyak laserasi (20 %).38
5.2.6.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Luka Lokasi luka terbanyak adalah ekstremitas atas (40,5 %). Hal ini sama dengan penelitian penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja non fatal di departemen emergensi di USA oleh Jackson LL (2001) dimana mendapatkan lokasi luka terbanyak di tangan dan jari. 38
5.2.6.4 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Bidang Pekerjaan Bidang pekerjaan terbanyak responden bidang konstruksi dan pemeliharaan gedung (35,1 %). Hasil ini berbeda dengan penelitian kecelakaan kerja pada remaja yang dirawat di departemen emergensi di USA oleh Layne LA (1994) dimana yang terbanyak adalah bidang perdagangan (53,7 %). Hal ini disebabkan bedanya populasi terjangkau pada penelitian Layne LA dibatasi responden usia 14-17 tahun.38
5.2.6.5 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan terbanyak adalah kelompok pekerja kasar seperti petugas cleaning service, pekerja bangunan, kuli, tukang cuci piring, asisten rumah tangga
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
77
(42 %). Hasil ini berbeda dengan penelitian Smith TD (2012) mendapatkan kecelakaan kerja di Amerika tahun 2002 terbanyak adalah profesi spesialis (17,12 %).38
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini didapatkan: 6.1.1 Distribusi responden berdasarkan klasifikasi kecelakaan kerja ILO didapatkan jenis kecelakaan terbanyak adalah tertumbuk atau terkena benda, penyebab kecelakaan terbanyak adalah mesin, sifat luka terbanyak adalah luka superfisial, lokasi luka terbanyak adalah ekstremitas atas, bidang pekerjaan terbanyak adalah bidang konstruksi dan pemeliharaan gedung dan jenis pekerjaan terbanyak adalah kelompok pekerja kasar. 6.1.2 Frekuensi cedera fatal sebesar 7,6 % dari 131 kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di IGD RSCM. 6.1.3 Faktor yang berhubungan dengan kefatalan cedera kecelakaan kerja di tempat kerja adalah pekerja sektor bukan formal dimana mempunyai resiko 12 kali mengalami cedera fatal daripada pekerja sektor formal
6.2 SARAN PENELITIAN Berdasarkan analisa data yang didapatkan dari penelitian ini disampaikan saran sebagai berikut: 6.2.1 Saran untuk Pemerintah 6.2.1.1 Perlunya penggiatan penyelenggaraan Pos Upaya Kesehatan Kerja di bawah binaan Puskesmas setempat sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat di kelompok pekerja bukan formal utamanya sebagai upaya preventif dan promotif untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan termasuk kecelakaan kerja. 6.2.1.2 Perlunya meningkatkan pelayanan kesehatan kerja pada Puskesmas terutama Puskesmas kawasan atau sentra industri khususnya dalam identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan kerja dan sistem rujukan korban kecelakaan kerja. 43
78
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
79
6.2.2 Saran untuk RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo 6.2.2.1 Perlunya kebijakan berkerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam layanan Jaminan Kecelakaan Kerja sebagai salah satu upaya pencegahan kefatalan cedera terutama untuk pekerja bukan formal dimana RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo sebagai RS pusat rujukan nasional. 6.2.2.2 Perlunya Kebijakan dan Standard Prosedur Operasional baku untuk definisi dan klasifikasi kecelakaan kerja serta kefatalan cedera.
6.2.3 Saran untuk Pendidikan Perlunya penelitian lanjutan di bidang kedokteran kerja mengenai faktor lain yang mempengaruhi kefatalan cedera kecelakaan kerja seperti penanganan pra-Rumah Sakit dan selama perawatan di Rumah Sakit juga penelitian mengenai kecacatan yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja untuk penilaian kelaikan kerja dan program kembali bekerja.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
80
DAFTAR REFERENSI
1. Halamainen P et all. Global Trend According to Estimated Number of Occupational Accidents and Fatal Work-Related Diseases at Region and Country Level. Journal of Safety Research 40. 2009:125-139 2. ILO. World Statistic. 2011. 3. Kemenakertrans. Kecelakaan Kerja di Indonesia 2011. 4. Ariyandini W. Paradigma Baru Program JKK BPJS Ketenagakerjaan. 2014 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. 6. Roestam A. Bahan Kuliah Kecelakaan Kerja. 2012. 7. Stellman JM et al. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. 4th ed.Vol II. ILO Geneva. 1998. p. 56.6-56.32 8. Hadipoetro S. Kesehatan dan Pencegahan Kecelakaan Kerja. Bahan Kuliah Pasca Sarjana Hiperkes Medis. Jakarta. 2001 9. Riyadina W. Kecelakaan Kerja dan Cedera yang dialami oleh Pekerja Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung. Jakarta. 2007 10. Villanueva V, Gracia AM. Individual and Occupational Factors Related to Fatal Occupational Injuries: A case-control study. Journal Accident Analysis and Prevention 43 (2011);123-127. 11. Mehrdad R, Seifmanesh S, Chavoshi F, Aminian O, Izadi N. Epidemiology of Occupational Accidents in Iran Based on Social Security Organization Database. Iran Red Cres Med J.2014 January; 16 (1): e10359. 12. Yen HL, Chih-Young C, Jin-Lan L. Gender and age distribution of occupational fatalities in Taiwan. Journal Accident Analysis and Prevention 40 (2008);1604-1610. 13. Salminen S. Have young workers more injuries than older ones? An international literature review. Journal of Safety Research 35 (2004) 513-521. 14. Smith TD, Dejoy DM. Occupational Injury in America: An analysis of risk factors using data from the General Social Survey (GSS). Journal of Safety Research 43 (2012):67-74.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
81
15. Allen et al. Consequences associated with work-to-family conflict: A review and agenda for future research. Journal of Occupational Health Psychology. 2000. 5(2): 278–308. 16. Frone, M. R. Work-family conflict and employee psychiatric disorders: The national comorbidity survey. The Journal of Applied Psychology. 2000. 85(6): 888–896. 17. Hammer et al. Work-family conflict and workrelated withdrawal behaviors. Journal of Business and Psychology. 2003. 17(3):419–436. 18. Hyoung-June I,Young-Jun K,Soo-Geun K,Yong-Kyu K,Young-Su J,Hwa-Pyung L. The Characteristics of fatal occupational injuries in Korea’s construction industry, 1997-2004. Safety Science 47(2009).1159-1162. 19. Depkes RI. Pedoman Pelayanan kesehatan Kerja pada Puskesmas Kawasan/Sentra Industri. 2008. 1: 5-6 20. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. 2: 25-26. 21. ILO. Recording and Notification of Occupational Accidents and Diseases. Geneva.1996. page: 2-71. 22. Simanjuntak.Manajemen Keselamatan Kerja.Jakarta. HIPSMI.1994. 23. BLS. National Census of Fatal Occupational Injuries. 2010. 24. The Health of Washington State. Non fatal Occupational Injury.2007. 25. Xia XL et al. Fatal Occupational Injuries in A New Development Area in The People’s Republic Of China. J. Occup EnvironMed, 2000 ;42:917-922 26. Perry M.J et al. Emergency Department Survaillance of Occupational Injuries in Shanghai’s Putuo District,People’s Republic of China. 2005. 27. RSCM Hospitals. Diunduh http://www.rscm.co.id/
1
November
2012.
Tersedia
di
28. Ramlan A. Pengenalan Instalasi Gawat Darurat.2012. 29. Data Rekapitulasi Pasien Kecelakaan Kerja IGD RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.2012. 30. Hadipoetro S. Bahan Kuliah Pendekatan Pencegahan Kecelakaan Kerja. 2005. 31. Isnaini. Bahan Kuliah Kecelakaan Kerja. 2012.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
82
32. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Sagung Seto.Jakarta. 2011. 33. Hungu. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta. 2007. 34. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 35. Odgen CK. Constitution-types in Delinquency. 2007. 36. Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Upah Minimum Provinsi. 2012 37. Bappenas RI. Peran Sektor Informal Sebagai Katub Pengaman Masalah Ketenagakerjaan dalam Kajian Evaluasi Pembangunan Sektoral. 2009. 38. Jackson LL. Non-Fatal Occupational Injuries and Ilnesses Treated in Hospital Emergency Departments in The United States. Journal injury Prevention. 2001. 7 (Suppl I): 121-126. 39. Bakhtiyari M, Delpisheh A, Riahi SM, Latifi A, Zayeri F, Salehi M et all. Epidemiology of occupational accidents among Iranian insured workers. Journal Safety Science 50 (2012):1480-1484. 40. Haslam RA, Hide SA, Gibb AGF, Gyi DE, Pavitt T, Atkinson S, Duff AR. Contributing Factors in Construction Accidents. Applied Ergonomics 36 (2005): 401-415. 41. Gimeno D, Felknor, Burau KD, Delclos GL. Organizational and occupational risk factors associated with work related injuries among public hospital employees in Costa Rica. Occup Environ Med 2005; 62: 337-343. 42. Layne LA, Castillo DN, Stout N, Cutlip P. Adolescent Occupational Injuries Requiring Hospital Emergency Department Treatment: A Nationally Representative Sample. American Journal of Public Health. April 1994. Vol 84 No 4. 43. Kemkes RI. Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Kerja (UKK) untuk Kader Pos UKK. 2013.
Universitas Indonesia Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
83
Lampiran 1: Surat Keterangan Lolos Kaji - Etik (Ethical Clearance)
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
84
Lampiran 2: Surat Persetujuan Ijin Penelitian
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
85
Lampiran 3 : Permohonan Ijin Melakukan Penelitian
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
86
Lampiran 4: Lembar Penjelasan Penelitian Lembar Penjelasan Penelitian “Faktor yang berhubungan dengan kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta” Responden atau pendamping responden yang saya hormati, Saya dr.Agustina Puspitasari dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Okupasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia akan melakukan penelitian tentang “Faktor yang berhubungan dengan kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta” Dalam penelitian ini akan diajukan beberapa pertanyaan yang menggunakan formulir dan kuesioner untuk dijawab dengan sejujurnya berkaitan dengan kecelakaan kerja di tempat kerja. Melalui penelitian ini diharapkan diketahui faktor yang berhubungan dengan kefatalan cedera pada kecelakaan kerja di tempat kerja sehingga bisa dilakukan upaya pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Apabila anda bersedia ikut dalam penelitian maka anda akan diwawancarai mengenai bidang pekerjaan, jenis pekerjaan, jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, sifat luka, lokasi luka dan faktor risiko kecelakaan kerja. Adapun wawancara ini dilakukan pada saat kondisi anda sudah tertangani kegawatdaruratannya dan dalam keadaan stabil sehingga meminimalkan risiko serta ketidaknyamanan anda. Apabila responden tidak sadar, hilang ingatan, bisu dan tuli maka pendamping responden yang mewakili adalah saudara maupun saksi kecelakaan kerja. Wawancara ini diperkirakan memerlukan waktu anda sekitar 30 menit. Anda bebas menolak ikut dalam penelitian ini dan bila memutuskan untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa menyebabkan berubahnya kualitas pelayanan dari dokter anda. Semua data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan anda. Dalam penelitian ini anda tidak dikenakan biaya apapun. Dan bila anda ingin menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan penelitian ini dapat menghubungi dr. Agustina Puspitasari dengan alamat : Tempat pendidikan
:
Tempat tinggal
:
Program Pendidikan Dokter Spesialis Okupasi FKUI Jl. Pegangsaan Timur no. 16 Jakarta Pusat Telp. 021-3153550 Perumahan Pesona Griya Indah Blok D. Nomor & Sindangrasa RT 1 RW 12 Bogor. HP. 081318212412/081286219994
Anda juga dapat menyampaikan informasi terkait penelitian ini kepada Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dengan alamat : Jalan Salemba Raya No. 6 Jakarta Pusat 10430. Telp. 021-3157008. Email:
[email protected]
Atas kesediaan anda secara sukarela untuk mengikuti seluruh prosedur penelitian, sebelumnya saya ucapkan banyak terima kasih.
Hormat saya,
dr. Agustina Puspitasari Peneliti
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
87
Lampiran 5 : Surat Persetujuan SURAT PERSETUJUAN ( Informed Consent ) Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ............................................................................................................................... Umur : ...... tahun Alamat : ............................................................................................................................... ............................................................................................................................................... ................................................................................................................................................ No telp/email/pin BB:............................................................................................................ menyatakan telah mendapatkan penjelasan mengenai kegiatan penelitian yang berjudul” “Faktor yang berhubungan dengan kefatalan cedera kasus kecelakaan kerja di tempat kerja yang ditangani di Instalasi Gawat Darurat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta”. Setelah penjelasan tersebut, saya diberikan kebebasan menyatakan persetujuan atau penolakan untuk menjadi responden/ wakil responden* atas: Nama : ............................................................................................................................... Umur : ...... tahun Alamat : ............................................................................................................................... ............................................................................................................................................... No telp/email/pin BB:........................................................................................................... Sehubungan dengan hal itu, saya menyatakan : 1.
Bersedia menjadi responden/wakil responden* dan sanggup untuk menjawab pertanyaan kuesioner dengan jujur sesuai dengan kondisi/pengetahuan yang saya alami/miliki.
2.
Bersedia untuk dikonfirmasi ulang jika terdapat kekeliruan dalam pengisian data.
Jakarta,.................................2013
Peneliti
Responden/Wakil Responden
(dr.Agustina Puspitasari)
(.........................................) Saksi
(.........................................)
Keterangan:*lingkari jawaban yang sesuai
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
88
Lampiran 6: Formulir A FORMULIR A SELEKSI PASIEN IGD RSCM
Formulir ini mohon diisi dengan tulisan tangan dan melingkari jawaban pertanyaan dengan tanda (*)
1. Identitas Responden Nama
2. Alasan/penyakit datang ke IGD*:
: ...................................................................
a.
Kecelakaan
Nomor Rekam Medis:.................................................
b.
Bukan Kecelakaan
Jenis Kelamin: L / P *
3.Jika mengalami kecelakaan* :
Tempat tanggal lahir/Usia:
a.
Kecelakaan Kerja :
................................../............(tahun)
1)
Kecelakaan di tempat kerja
Alamat lengkap :
2)
Kecelakaan dalam perjalanan menuju dan
................................................................................................ ................................................................................................
dari tempat kerja yang biasa dilalui (lalu lintas) b.
Bukan Kecelakaan Kerja
...............................................................................................
4.Diagnosa IGD : .........................................................................................................
................................................................................................
...................................................................................................................................... .......................................................................................................................................
Nomor telpon/HP/email/pin BB:
.....................................................................................................................................
...............................................................................................
5. Status perawatan *:
...............................................................................................
a.
Rawat Jalan, kontrol di:...........................................................................
Pekerjaan: ................................................................................
b.
Rawat Inap, sebutkan di........................
c.
Dirujuk ke.............................................
d.
Lain-lain................................................
Mengetahui, Dokter IGD RSCM
Nama: ................................. No HP/PIN BB:...................
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
89
Lampiran 7: Formulir B FORMULIR B KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA ILO 1996 DAN KEFATALAN CEDERA
Formulir ini mohon diisi dengan tulisan tangan dan melingkari jawaban pertanyaan dengan tanda (*)
1.IDENTITAS RESPONDEN
II. BIDANG PEKERJAAN*:
Nama : ....................................................................................
A .Pertambangan
Nomor Rekam Medis:..............................................................
B. Pertanian/kehutanan/perikanan
Jenis Kelamin: L / P *
C .Konstruksi
TTL/Usia:......................................................../...........(tahun)
D. Transportasi dan layanan publik
Alamat: .................................................................................
E .Perdagangan
................................................................................................
F. Manufaktur
...............................................................................................
G .Keuangan/asuransi/real estate
Nomor Telepon/HP/email: ....................................................
H. Pemerintahan
................................................................................................
I. Lain-lain, sebutkan.................................................................
Nama Perusahaan/Instansi tempat bekerja:............................ .................................................................................................
III.JENIS PEKERJAAN*:
Alamat Perusahaan/Instansi tempat/bekerja:...................
A. Sopir
.......................................................................................
B. Pekerja bangunan
....................................................................................... Nomor
telp/HP/email
Perusahaan/Instansi
C. Pekerja selain pekerja bangunan tempat
D. Pedagang
kerja:................................................................................
E. Sales/penjual kasir
........................................................................................
F. Ahli listrik
Nama atasan langsung:......................................................
G. Polisi
Nomor Telpon/HP/email atasan langsung:........................
H. Perawat
....................................................................................................
I. Dokter
Nama keluarga/saksi/wali:........................................................
J. Petani
Alamat keluarga/saksi/wali:......................................................
K. Koki
.........................................................................................
L. Tukang kayu
........................................................................................
M. Kuli
Nomor Telepon/HP/email keluarga/saksi/wali:.................
N. Lain-lain,sebutkan .....................................................................
.................................................................................................... .................................................................................................... .
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
90
(Lanjutan)
4.Penggolongan kecelakaan yang dialami pasien berdasarkan lokasi
IV.KLASIFIKASI KECELAKAAN KERJA ILO 1996
luka atau kelainan*: 1.Penggolongan kecelakaan yang dialami pasien berdasar jenis
a.
Kepala
kecelakaan*:
b.
Leher
a.
Terjatuh (dari ketinggian atau kedalaman)
c.
Badan
b.
Tertimpa benda,sebutkan......................................................
d.
Anggota atas
c.
Tertumbuk atau terkena benda-benda,sebutkan....................
e.
Anggota bawah
d.
Terjepit oleh benda,sebutkan................................................
f.
Banyak tempat
e.
Gerakan-gerakan melebihi kemampuan saat mengangkat
g.
Cedera sistemik
atau mendorong benda,sebutkan...........................................
h.
Letak
lain yang tidak
f.
Pengaruh suhu ekstrim ( panas / dingin )*
g.
Terkena arus listrik
5.Diagnosa lengkap : ..........
h.
Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi,sebutkan..........
6.Prognosa :
i.
Lain-lain: ..............
2.Penggolongan kecelakaan yang dialami pasien berdasar penyebab kecelakaan*:
a.
dubia et bonam
b.
dubia et malam
Mesin,sebutkan.......................................................................
a.
Ya
b.
Alat angkut dan angkat (alat angkut darat, udara, air,lift),
b.
Tidak
d.
sebutkan ...............................................................................
9. Cedera yang dialami merupakan cedera fatal yang menyebabkan
Peralatan lain (misalnya dapur pembakar dan pemanas,
kematian dalam 24 jam/prognosa dubia ad malam.*
instalasi pendingin, alat-alat listrik), sebutkan .....................
a.
Ya
Bahan-bahan,zat-zat
b.
Tidak
dan
radiasi
(misalnya
bahan
peledak,gas,zat-zat kimia), sebutkan ..................................... e.
f.
dalam klasifikasi
8. Kecelakaan yang dialami pasien terjadi di tempat kerja.*
a.
c.
termasuk
tersebut:................
10..Apa pernah mengalami kecelakaan di tempat kerja sebelumnya*
Lingkungan kerja ( diluar bangunan, di dalam bangunan dan
a.
Ya
di bawah tanah ), sebutkan .............................................
b.
Tidak
Lain-lain: ...............................................................................
11.Waktu terjadinya kecelakaan: pk............WIB
3.Penggolongan kecelakaan yang dialami pasien berdasar sifat luka atau kelainan*: a.
Fraktur (patah tulang)
b.
Dislokasi(keseleo)
c.
Sprain/strain (regang otot)
d.
Concusio/Memar dan perdarahan internal lain
e.
Amputasi dan enukleasi
f.
Lacerasi
g.
Luka
superficial
(abrasi,insect
bites,benda
asing
mata),sebutkan.......... h.
Luka bakar
i.
Keracunan-keracunan akut
j.
Pengaruh
suhu
(frostbites,
heatsrokes,
Pewawancara
barotrauma),sebutkan.......... k.
Trauma radiasi
l.
Asfiksia
Nama:..............................
m.
Cedera multipel dengan penyebab berbeda
No. HP/pin BB:................
n.
Lain-lain: ...................................................
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
91
Lampiran 8 : Kuisioner Faktor Risiko
KUISIONER FAKTOR-FAKTOR RISIKO KECELAKAAN KERJA
Checklist dan kuisioner ini silahkan diisi dengan tulisan tangan dan melingkari jawaban pertanyaan dengan tanda (*)
I. SOSIODEMOGRAFI 1.
Umur :.....................tahun
2.
Pendidikan terakhir*: A. SD B. SMP C. SMA D. Akademi E. Sarjana
3.
Masa kerja: .............tahun........bulan
4.
Status gizi *: A. Asthenikus (kurus) B. Atletikus C. Piknikus (gemuk)
5.
Status pernikahan* : A. Belum menikah B. Sudah menikah C. Duda/janda
6.
Sosioekonomi : Penghasilan:............................/bulan
(Lanjutan)
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
92
II.KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA A.Tindakan tidak aman di tempat kerja 1.Tidak mengikuti Standard Operasional Prosedur ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 2.Mengoperasikan alat tanpa wewenang ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 3.Terburu-buru menyelesaikan pekerjaan ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 4.Menggunakan peralatan yang rusak ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 5.Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 6.Becanda dalam melakukan pekerjaan ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 7. Bekerja di tempat yang tidak dilengkapi pengaman ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) B.Kondisi tidak aman di tempat kerja 1.Selalu disediakan Alat Pelindung Diri ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 2.Peralatan, perangkat atau mesin yang rusak ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 3.Lantai tempat kerja licin ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 4.Tempat kerja bising ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 5.Tidak ada supervisor/pengawas ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) C.Kinerja manajemen keselamatan di tempat kerja 1.Tersedia petunjuk kerja (Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 2.Ada sanksi pelanggaran SOP ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 3.Ada tanda-tanda bahaya ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 4.Ada alat keselamatan kerja ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 5.Shift kerja yang buruk ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 6.Ada pelatihan K3 pada pekerja ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) 7.Ada pengarahan keselamatan kerja sebelum bekerja ( Ya / Tidak / Tidak sesuai ) D.Kondisi Fisik pekerja 1.Ada kecacatan baik bawaan maupun didapat sepeti tuli dan bisu ( Ya / Tidak ) 2.Ada keterbatasan lain, jika ada sebutkan ................................
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015
93
Faktor yang..., Agustina Puspitasari, FK UI, 2015