UNIVERSITAS INDONESIA
PENGGUNAAN PESAN TEKS BERBASIS WEB SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI EFEKTIF TERHADAP KEPATUHAN TERAPI PENDERITA DENGAN INFEKSI TUBERKULOSIS LATEN
Disusun Sebagai Tugas Mata Ajar Sistem Informasi Manajemen Koordinator MA: Ns. Suki Hananto, S.Kep., M.Kep.
OLEH Suko Pranowo NPM. 1306346323
MAGISTER ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2014
Penggunaan Pesan Teks Berbasis Web Sebagai Sarana Komunikasi Efektif Terhadap Kepatuhan Terapi Penderita Dengan Infeksi Tuberkulosa Laten Suko Pranowo* Abstrak Tuberkulosis (TB) adalah masalah kesehatan global dan penyebab infeksi utama kematian. Kilas balik pada kejadian TB dan kematian terkait penyakit ini merupakan prioritas kesehatan global utama. Terapi yang sudah dibakukan oleh The National Tuberculosis Control Program (PNLT) yaitu melalui penerapan Directly Observed Treatment Short (DOTS), dalam pelaksanaannya masih terasa sulit , terutama di negara dengan sumber daya yang rendah. Tingginya angka mortalitas disebabkan karena banyaknya kegagalan dalam pengobatan TB yang secara langsung terkait dengan kepatuhan dalam pengobatan. Hal tersebut memerlukan penanganan yang tepat dengan menggunakan teknologi yang semakin cepat perkembangannya. Intervensi untuk meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan untuk infeksi TB laten (LTBI) diperlukan untuk meningkatkan tingkat penyelesaian atau ketuntasan dalam pengobatan dan mengoptimalkan upaya tuberkulosis (TBC) untuk kontrol. Tingginya penggunaan ponsel menyediakan kesempatan untuk mengembangkan cara-cara inovatif agar pasien atau penderita terlibat dalam perawatan. Program tersebut yaitu WelTel LTBI, dimana program ini merupakan program memberikan pesan teks mingguan kepada penderita TB untuk dapat berperan serta dalam terapi secara optimal. Layanan mingguan berupa Short Messaging (SMS) atau teks pengingat obat pesan kepada pasien TB. Program tersebut juga mengembangkan scalable, aplikasi pelacakan SMS berbasis web yang dapat digunakan untuk memperoleh dan memperbarui data pasien, mengirimkan obat-obatan dan janji pengingat, menyampaikan informasi kesehatan. Kata Kunci : Infeksi TB Laten, Kepatuhan, Terapi, Pesan Teks.
I.
Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global dan merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Sementara tingkat TB secara perlahan menurun di seluruh dunia, diperkirakan 8,6 juta kasus TB yang terdaftar pada tahun 2012. Menurunkan kejadian penyakit, termasuk TB, adalah target utama dari Tujuan Pembangunan Milenium PBB dan membutuhkan strategi yang inovatif untuk memerangi penyakit. Kejadian TB lebih besar di negara-negara berkembang berpendapatan rendah dan menengah (Albino,S., Tabb, KM., Requena D., et al., 2014) Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan utama, dengan perkiraan insiden mencapai 8,8 juta kasus dan 1,7 juta kematian setiap tahun di seluruh dunia disebsbkan karena TB. Beban TB tertinggi di 22 negara berpenghasilan rendah dan menengah, sebagian besar berada di sub-Sahara Afrika, di mana TB didorong oleh epidemi HIV/AIDS. TB akan lebih mudah menyerang bagi orang yang memiliki tingkat kekebalan tubuhnya menurun seperti pada kasus HIV/AIDS. (Mweete, D., Nglaji, MD., Bekker, LG., Wood, R., et al, 2013) Strategi untuk memberantas penyakit TBC sudah diluncurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Strategi tersebut disebut DOTS (Directly Observed Therapy Strategy). Strategi ini mengharuskan pasien dengan TB untuk membangun kesadarannya, motivasi dirinya dan mematuhi 6 bulan rejimen pengobatan setiap hari. Meskipun strategi ini telah mencapai tingkat keberhasilan lebih dari 85% pada pasien TB, tetapi belum efektif untuk mencapai target WHO dan TBC masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan sulit untuk diberantas. (Albino,S., Tabb, KM., Requena D., et al., 2014). Kepatuhan pengobatan DOTS sangat penting, dan konsekuensi dari kegagalan pengobatan menjadi perhatian besar. Strategi ini mencakup mengobati TB menggunakan rejimen berbasis rifampisin standar dengan durasi enam bulan untuk kasus-kasus TB baru dan delapan bulan untuk kasus ulang. Pasien yang tidak menyelesaikan pengobatan lebih memiliki kemungkinan untuk kambuh atau mati, dan juga rentan terhadap pengembangan TB-multi-drug-resistance (MDR TB), yang kemudian dapat ditularkan kepada kasus baru. (Albino,S., Tabb, KM., Requena D., et al., 2014; Mweete, D., Nglaji, MD., Bekker, LG., Wood, R., et al, 2013)
Mengingat pentingnya keberhasilan pengobatan, perlu untuk mendukung strategi DOTS dengan penambahan komponen yang inovatif untuk meningkatkan efektivitas program dalam mengobati penyakit menular khususnya TB. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti mengirim pengingat melalui layanan pesan singkat (SMS), dapat membawa inovasi potensial untuk mengatasi hambatan untuk kepatuhan pengobatan. (Albino,S., Tabb, KM., Requena D., et al., 2014) Telah ada ekspansi berkelanjutan dari teknologi mobile di seluruh dunia termasuk negara-negara berkembang (misalnya, 95% dari penduduk dunia diharapkan memiliki telepon seluler pada tahun 2014), sehingga penggunaan telepon untuk pengobatan kesehatan (mHealth) memiliki potensi untuk menjangkau lebih banyak orang daripada bentuk-bentuk tradisional pengendalian penyakit. Penggunaan pesan SMS untuk mendukung kesehatan telah diuji di beberapa negara-negara berpenghasilan rendah dan menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kepatuhan pengobatan untuk pasien dengan asma, diabetes, HIV, dan TB. (Albino,S., Tabb, KM., Requena D., et al., 2014; Mweete, D., Nglaji, MD., Bekker, LG., Wood, R., et al, 2013). Program tersebut yaitu WelTel LTBI, dimana program ini merupakan program memberikan pesan teks mingguan kepada penderita TB untuk dapat berperan serta dalam terapi secara optimal. Layanan mingguan berupa Short Messaging (SMS) atau teks pengingat pesan obat kepada pasien TB. Program tersebut juga mengembangkan scalable, aplikasi pelacakan SMS berbasis web yang dapat digunakan untuk memperoleh dan memperbarui data pasien, mengirimkan obat-obatan dan janji pengingat, menyampaikan informasi kesehatan. (Van der Kop, ML., Memetovic, J., Petel, A., et al. 2014; Ducut, E., Liu, F., Quion, N., et al., 2013) Efektivitas pengingat SMS untuk meningkatkan hasil kepatuhan pengobatan TB memang masih terdapat bukti tidak konsisten, dan keterbatasan ini disebabkan kurangnya kontrol yang tepat. Namun demikian, tinjauan sistematis baru-baru ini menemukan bahwa sementara ponsel dapat memberikan pesan kesehatan kepada pasien secara langsung. Hal ini sangatlah menguntungkan dari sisi jangkauan wilayah, jumlah penderita yang banyak dan efisien dalam waktu (Albino,S., Tabb, KM., Requena D., et al., 2014; Ducut, E., Liu, F., Quion, N., et al., 2009; Bediang, G., Stoll, B., Abena, JL., et al., 2014)
Melihat fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengenalkan sistem teknologi inovatif ini untuk dapat dikembangkan di tempat pelayanan kesehatan terutama rumah sakit atau puskesmas di Indonesia. Harapannya nanti sistem teknologi ini dapat diterapkan untuk menurunkan kegagalan terapi TB Laten yang prevalensinya masih tinggi. II.
Kajian Literatur A. Konsep WelTel WelTel merupakan suatu bentuk intervensi yang akan diberikan kepada penderita TBC Laten, untuk memberikan dan menerima data yang penting yang berkaitan dengan penderita, obat, informasi kesehatan dll. Intervensi Weltel melibatkan pesan teks mingguan untuk berkomunikasi tentang bagaimana pasien harus bertindak dan memberi mereka kesempatan untuk mengidentifikasi setiap masalah atau kekhawatiran yang mungkin mereka miliki (Gambar 1).
Gambar 2.1 Komunikasi Mingguan antara Penderita dengan Petugas Kesehatan Gambaran intervensinya adalah sebagai berikut. Pada hari Senin siang, pesan teks otomatis dari komputer pusat di klinik akan dikirim ke penderita LTBI dengan bertanya ''Apakah Anda OK?". Penderita akan diminta untuk menunjukkan (jawaban) dalam waktu 48 jam (yaitu, hari Rabu pada minggu yang sama). Petugas kesehatan akan menerima pesan balik bahwa mereka baik (misalnya, ya) atau bahwa mereka memiliki masalah untuk membahas (misalnya, tidak ada). Seorang perawat klinik TB akan meninjau pesan teks yang masuk pada komputer pusat dan
memanggil semua peserta yang teridentifikasi masalahnya. Mereka yang tidak merespon dalam waktu 48 jam akan menerima pesan teks kedua yang menyatakan 'Belum pernah mendengar dari Anda. Bagaimana kabarmu?". Jika peserta tidak merespon dalam waktu 48 jam (yaitu, berdasarkan Jum’at), perawat TB akan memanggil mereka untuk menanyakan status mereka. Penderita yang menjawab bahwa mereka OK hanya akan mengirim pesan teks lain minggu berikutnya. Penderita akan diberitahu bahwa suplemen layanan pesan teks, tetapi tidak menggantikan, layanan kesehatan yang ada dan bahwa semua keadaan darurat harus ditangani. (Van der Kop, ML., Memetovic, J., Petel, A., et al. 2014) Program ini dilengkapi dengan menggunakan MySQL dan PHP, dibuat scalable, user-friendly, SMS berbasis Web aplikasi yang dapat memonitor asupan obat dari pasien yang menjalani pengobatan anti-Tb Laten. (Ducut, E., Liu, F., Quion, N., et al., 2013). Rancangan program ini meliputi database penderita yang amsuk dalam jangkauan wilayah Rumah Sakit atau Puskesmas yang bertanggung jawab. Data tersebut meliputi : ID penderita, kategori/jenis obat, kategori penderita, jumlah obat yang tersedia, pengontrolan jumlah obat, waktu minum, informasi yang dibutuhkan, informasi yang tersedia, informasi keadaan penderita terbaru, pendidikan kesehatan, dan motivasi pengingat. Rancangan adalah sebagai berikut di bawah ini (gambar 2.2).
Gambar 2.2 TB-SMS Architecture Data pasien disimpan dalam server klinik supaya aman. Antarmuka menampilkan daftar pasien dan daftar disesuaikan dari pesan dalam bahasa Indonesia. Modem SMS di National Library of Medicine (NLM) mengirimkan pesan teks ke ponsel pasien (Gambar 2). Log untuk pesan masuk dan keluar yang digunakan untuk
memantau penerimaan pasien dan pengakuan pesan. Hanya pesan teks akan ditangani oleh server NLM. Tidak ada informasi pasien yang lain. Sedangkan database yang lain masuk dalam server klinik (Ducut, E., Liu, F., Quion, N., et al., 2013)
Gambar 2.3 Contoh pesan text keluar dalam bahasa Spanyol B. Keuntungan WelTel Keuntungan pengunaan WelTel meliputi : 1. Biaya kunjungan bisa dikurangi Petugas kesehatan akan dimudahkan dalam memberikan atau menerima pesan terkait status kesehatan penderita atau dalam hal mengontrol kepatuhan minum obat. Mereka tidak perlu mengunjungi satu per satu penderita yang tentunya akan menyita banyak waktu, biaya dan energi. 2. Data penderita tersimpan secara rapi, ringkas dan aman Database yang meliputi ID penderita, kategori/jenis obat, kategori penderita, jumlah obat yang tersedia, pengontrolan jumlah obat, waktu minum, informasi yang dibutuhkan, informasi yang tersedia, informasi keadaan penderita terbaru, pendidikan kesehatan, dan motivasi pengingat akan tersimpan dengan aman. Data tersebut dapat digunakan dalam hal pengembangan program pengobatan; pendataan jumlah kasus lama, baru dan kematian; pemesanan jumlah obat sehingga setiap seminggu sebelum obat habis penderita sudah memiliki stok atau dikirim. Data yang tersimpan dalam komputer akan lebih rapi, ringkas dan aman, karena tidak memerlukan banyak tempat dan kemungkinan resiko rusak karena termakan usia. Data yang lengkap akan memudahkan untuk sebagai data dasar dalam penelitian, sehingga dapat segera dilakukan pengembangan terhadap program yang ada dan lebih baik.
3. Informasi kesehatan dan keadaan kesehatan penderita bisa langsung disampaikan dan terpantau Informasi status kesehatan penderita bisa langsung diperoleh dengan adanya pengingat mingguan, sehingga penderita yang memerlukan kunjungan akan segera dapat dilakukan. 4. Motivasi bisa diberikan setiap saat Motivasi untuk meningkatkan kepatuhan kepada penderita dalam menminum obat bisa dilakukan secara berkesinambungan, terutama jika penderita mulai mengalami keputusasaan dalam terapi. 5. Kepatuhan klien untuk meminum obat terpantau Dengan layanan sms yang masuk, petugas kesehatan akan lebih mudah memantau terhadap kepatuhan penderita dalam meminum obat setiap harinya. C. Kelemahan WelTel Kelemahan pengunaan WelTel berbasis web, meliputi : 1. Biayanya cukup mahal untuk perangkat lunak dan keras dari program Perangkat lunak dan keras dalam program ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Karena dalam hal ini diperlukan software (program), hardware (komputer, server, jaringan internet, dll). 2. Ada tambahan biaya untuk tenaga IT yang melakukan pelatihan dan maintenance semua perangkat. Petugas kesehatan yang akan mengoperasikan setiap harinya memerlukan pelatihan khusus. Dalam menjaga server supaya program tetap eksis diperlukan tenaga IT yang handal. 3. Cuaca dapat mempengaruhi sinyal untuk berkomunikasi, karena di Indonesia banyak daerah dengan pegunungannya Wilayah dengan kondisi geografis seperti Indonesia yang banyak pegunungan, memiliki keterbatasan dalam akses. Tingginya curah hujan juga akan mempengaruhi kelancaran akses. D. Solusi Untuk menghilangkan penghambat atau kelemahan di atas, dapat dilakukan langkah pencegahan yang meliputi :
1. Efektif dan efisien dalam program Program diusulkan dengan pertimbangan yang sudah matang sehingga dalam pengadaan peralatan bisa dilakukan dan sejalan dengan program yang sudah berjalan. 2. Merekrut tenaga IT Tenaga IT yang dipakai dapat sebagai tenaga panggilan yang terikat dengan kontrak, sehingga dipanggil dan diminta untuk melakukan maintenance dalam waktu yang tidak rutin. Sehingga biaya yang dikeluarkan tidak besar. 3. Meningkatkan bandwidth internet Melakukan kerjasama promosi antara pemerintah dengan pemberi jasa layanan internet, sehingga mendapatkan kemudahan dan keringanan dalam pembiayaan. III. Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan Penggunaan pesan SMS untuk mendukung kesehatan telah diuji di beberapa negara-negara berpenghasilan rendah dan menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam kepatuhan pengobatan untuk pasien dengan asma, diabetes, HIV, dan TB. Program yang disebut WelTel LTBI, merupakan program memberikan pesan teks mingguan kepada penderita TB untuk dapat berperan serta dalam terapi secara optimal. Layanan mingguan berupa Short Messaging (SMS) atau teks pengingat obat pesan kepada pasien TB. Program tersebut juga mengembangkan scalable, aplikasi pelacakan SMS berbasis web yang dapat digunakan untuk memperoleh dan memperbarui data pasien, mengirimkan obat-obatan dan janji pengingat, menyampaikan informasi kesehatan. B. Rekomendasi Tingginya angka kegagalan
dalam
terapi
penderita
LTBI menyebabkan
menigkatnya mortalitas bagi penderita. Hal tersebut menunjukkan kegagalan dari program pemerintah dalam memberantas penyakit TB di Indonesia. Perawat membutuhkan sistem yang lebih terpadu agar hubungan dengan penderita semakin dekat sehingga apa yang dibutuhkan penderita akan lebih terpantau. Perlunya menggunakan teknologi informasi yang canggih akan memudahkan perawat dalam memantau terapi penderita TB, supaya kepatuhan dalam terapi meningkat. WelTel
merupakan inovasi yang dibutuhkan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.. C. Implikasi Bagi Perkembangan Keperawatan Perawat sebagai caregiver yang professional membantu penderita mencapai kesembuhan penyakitnya, tanpa menularkan kepada yang lainnya. Melalui sistem ini pendokumentasian baik dan lengkap akan membantu mendeteksi penyebaran LTBI. Perawat dapat memantau kondisi dan kebutuhan penderita dengan mudah. Melalui WelTel perawat akan lebih cepat memberikan informasi terkait masalah kesehatan klien, dan dapat memberikan asuhan keperawatan jarak jauh yang berhubungan dengan kepatuhan penderita untuk melanjutkan terapinya. Akses yang cepat, dapat selalu berkomunikasi jarak jauh dengan penderita, menambah pengetahuan perawat dalam pengembangan teknologi informasi, meningkatkan practice dengan panduan kerja yang sistematis dan jelas, serta meningkatkan angka kepatuhan terapi penderita LTBI. IV.
Daftar Pustaka
Albino, S., Tabb, KM., Requena, D., et al. 2014. Perceptions and Acceptability of Short Message Services Technology to Improve Treatment Adherence amongst Tuberculosis Patients in Peru. www.plosone.org. Diunduh tanggal 20 Oktober 2014. Barclay, E., 2009. Text Messages Could Hasten Tuberculosis Drug Compliance. www.thelancet.com. Vol 373 January 3, 2009. Diunduh tanggal 20 Oktober 2014. Bediang, G., Stoll, B., Abena, JL., et al. 2014. Study protocol : SMS reminders to improve the tuberculosis cure rate in developing countries (TB-SMS Cameroon). http://www.trialsjournal.com/content/15/1/35 . diunduh tanggal 20 Oktober 2014. Ducut, E., Liu, F., Quion, N., et al. 2009. TB-SMS: A Short Messaging Service (SMS) Medication Reminder Application for DOTS. http://www.who.int/tb/publications/2007/factsheet_2007.pdf. Diunduh tanggal 20 Oktober 2014. Mweete, D., Nglaji, MD., Bekker, LG., Wood, R., et al. 2013. Mobile phone text messaging for promoting adherence to anti-tuberculosis treatment: a systematic review protocol. http://www.systematicreviewsjournal.com/content/2/1/6. Diunduh tanggal 20 Oktober 2014. Van der Kop, ML., Memetovic, J., Petel, A., et al. (2014). The Effect of Weekly Text-message Communication on treatment Completion Among Patients With Latent Tuberculosis Infection. http://dx.doi.org/10.1136/bmjopen-2013-004362 . Diakses tanggal 5 Oktober 2014.