UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT JALAN PERCETAKAN NEGARA NOMOR 82 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 - 18 JULI 2014
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
FADILATUL JANNAH, S.Farm. 1306502384
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT JALAN PERCETAKAN NEGARA NOMOR 82 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 - 18 JULI 2014
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
FADILATUL JANNAH, S.Farm. 1306502384
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015 ii
iii
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
iv
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
v
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat Jalan Percetakan Negara Nomor 82 periode 1-18 Juli 2014. Pelaksanaan PKPA di instansi pemerintahan menjadi sangat penting bagi mahasiswa Profesi Apoteker agar dapat mempelajari dan memahami berbagai peran apoteker di instansi pemerintahan. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan hingga penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dra. Anik Sulfiyah, Apt., selaku pembimbing I dan Kepala Seksi Farmasi Makanan dan Minuman, atas bimbingan yang diberikan selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan laporan ini. 2. Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku pembimbing II PKPA yang telah membimbing
dan
memberikan
inspirasi
kepada
penulis
dalam
penyusunan laporan PKPA dan selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 3. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 4. Dr. Netry Listriani, MKM., selaku Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat atas izin yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di instansi ini. 5. Seluruh staf Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Jakarta Pusat yang telah membantu selama pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat.
vi
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
6. Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI atas ilmu yang telah diberikan selama ini dan seluruh staf tata usaha Fakultas Farmasi UI. 7. Orang tua, kakak dan adik atas do’a dan dukungan moril maupun materil kepada penulis. 8. Teman-teman seperjuangan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat atas kerjasama selama pelaksanaan PKPA. 9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penulisan laporan PKPA ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan PKPA ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan laporan PKPA ini. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama mengikuti PKPA dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
2014
vii
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
viii
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
ABSTRAK
Nama
: Fadilatul Jannah, S.Farm
NPM
: 1306502384
Program Studi
: Profesi Apoteker
Judul
: Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat Jalan Percetakan Negara Nomor 82 Jakarta Pusat Periode 1 – 18 Juli 2014
Praktik Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan mampu menerapkan mengenai tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat. Praktik kerja ini juga bertujuan untuk mengetahui mengenai tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan serta pengendalian tenaga kesehatan, khususnya tenaga kefarmasian serta sarana Farmasi, makanan dan minuman. Tugas khusus yang diberikan berjudul Penggunaan Obat Rasional serta Sistem Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Kecamatan Gambir Jakarta Pusat. Tujuan penyusunan tugas khusus ini adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat rasional dan mengetahui metode atau sistem perencanaan obat di Puskesmas Kecamatan Gambir Jakarta Pusat.
Kata Kunci
: Suku Dinas, Pemerintah, Puskesmas, Gambir, Obat, Obat Rasional.
Tugas Umum
: xiii + 73 halaman; 13 lampiran
Tugas Khusus
: iv + 45 halaman; 5 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 19 (1978 - 2012) Daftar Acuan Tugas Khusus : 17 (1992 - 2011)
ix
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
ABSTRACT
Name
: Fadilatul Jannah, S.Farm.
NPM
: 1306502384
Department
: Profesi Apoteker
Title
: Pharmacist Internship Report at Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Central Jakarta Jalan Percetakan Negara Number 82 Central Jakarta Periods of July 1st – 18th 2014
Pharmacist internship at Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Central-Jakarta aims to know, understand, and be able to apply the basic task and the function of Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Central-Jakarta. This Internship also has an objective, make a future pharmacist understand about licensing procedures, guidences and supervisions of health professionals, especially The Pharmacist. The internship given a special assignment titled Rational Medication with Planning and Procurment drugs System in Gambir Local Government Clinic. The purpose of this particular assignment are to know rational medication profile and drugs procurement system in Gambir Government Clinic.
Keywords
: Suku Dinas; Government Clinic; Gambir; Drugs, Rational Medication.
General Assignmen
: xiii + 73 pages; 13 appendices
Special Assignment
: iv + 45 pages; 5 appendices
Bibliography of General Assignment : 19 (1978 - 2012) Bibliography of Special Assignment : 17 (1992 - 2011)
x
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .........................viii ABSTRAK ........................................................................................................ ix ABSTRACT ...................................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Tujuan ........................................................................................... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM ........................................................................... 4 2.1 Suku Dinas Kesehatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat ............................................................................................. 4 2.2 Visi dan Misi ................................................................................. 5 2.3 Struktur Organisasi ........................................................................ 6 2.3.1 Kepala Suku Dinas ............................................................... 6 2.3.2 Subbagian Tata Usaha........................................................... 7 2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat ................................................. 8 2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan ................................................... 9 2.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan .............................................. 10 2.3.6 Seksi Pengendalian Masalah ................................................. 11 2.4 Kegiatan Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian (Binwasdal) ................................................................................... 13 2.5 Kegiatan Pemantauan Dan Pengendalian Harga Obat dan Persediaan Cadangan Obat Esensial... ............................................ 14 2.6 Pelaksanaan Program Dinas Kesehatan .......................................... 16 2.7 Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan obat ................................. 17 2.7.1 Fungsi Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi ......................................................................... 17 2.7.2 Manajemen Persediaan Obat ................................................. 17 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN ...... 19 3.1 Kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan ........................................ 19 3.1.1 Kegiatan yang Berhubungan dengan Tenaga Kesehatan ....... 19 3.1.2 Kegiatan yang Berhubungan dengan Farmasi, Makanan, dan Minuman ....................................................................... 20 3.1.3 Kegiatan yang Berhubungan dengan Standardisasi Mutu Kesehatan ............................................................................. 20 xi
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
3.2 Perizinan Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian ..................... 20 3.2.1 Apoteker .............................................................................. 20 3.2.2 Tenaga Teknis Kefarmasian ................................................. 21 3.3 Perizinan Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman ........................ 22 3.3.1 Apotek ................................................................................. 22 3.3.1.1 Perizinan Apotek ...................................................... 23 3.3.1.2 Depo Farmasi ........................................................... 25 3.3.1.3 Apotek Rakyat .......................................................... 26 3.3.2 Pedagang Eceran Obat .......................................................... 28 3.3.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) ............................... 29 3.3.4 Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) ................................ 31 3.3.5 Perubahan Perizinan ............................................................. 32 3.3.6 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) ............................ 33 3.3.7 Perubahan Perizinan ............................................................. 35 BAB 4. PEMBAHASAN .................................................................................. 37 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 48 5.1 Kesimpulan ................................................................................... 48 5.2 Saran ............................................................................................. 49 DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 50
xii
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13.
Struktur organisasi suku dinas kesehatan ................................ Formulir permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) ................................... Formulir permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) .......................................................... Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) ........................................ Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) .......................................... Formulir permohonan Surat Izin Apotek(SIA)........................ Formulir pemeriksaan apotek ................................................. Surat Izin Apotek (SIA) ......................................................... Permohonan surat izin apotek ................................................. Permohonan surat izin depo farmasi ....................................... Formulir permohonan surat izin apotek rakyat ........................ Formulir permohonan surat izin pedagang eceran obat ........... Formulir permohonan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (P-IRT) ............................................................
xiii
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
52 53 54 55 56 57 58 61 63 65 67 69 70
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak dan kewajiban setiap warga negara di dalam suatu negara telah dijamin dalam undang-undang. Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap warga negara berhak atas pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Untuk memenuhi hal tersebut, pemerintah pusat berkewajiban melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana dan tenaga pelayanan kesehatan (Presiden Republik Indonesia, 2009). Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia sehat 2015 yang ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandai adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya kesehatan. Dengan demikian diperlukan adanya pembangunan berbagai sarana pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang baik. Hakikat dari pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan kesehatan oleh seluruh masyarakat untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diupayakan dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Hal ini perlu didukung oleh sarana pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang baik, penyediaan obat dan alat kesehatan yang mencukupi, bermutu baik dan terjangkau serta menyelenggarakan berbagai kegiatan dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan. Oleh karena itu, pemerintah hendaknya melakukan pengawasan dimulai dari pelayanan perizinan, pembinaan, serta pengendalian dari sarana pelayanan kesehatan tersebut.
1
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
2
Dengan adanya perubahan pada sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi
menjadi otonomi daerah,
perizinan sarana kesehatan telah
didelegasikan proses perizinannya dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta ke Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya. Suku Dinas Pelayanan Kotamadya melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap sarana pelayanan kesehatan yang diimplementasikan dalam bentuk pemberian layanan perencanaan, perizinan, pengendalian dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan yang berada di DKI Jakarta terdapat pada 5 Kotamadya yaitu Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat. Apoteker sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan perlu dibekali pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang tata cara perizinan serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari pelayanan kesehatan tersebut termasuk sarana dan tenaga kesehatannya. Menyadari pentingnya hal tersebut, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia mewajibkan mahasiswa Program Profesi Apoteker untuk melakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Pelayanan Kesehatan Kotamadya Jakarta Pusat Seksi Pelayanan Farmasi, Makanan dan Minuman. Pelaksanaan PKPA ini berlangsung dari tanggal 1–18 Juli 2014. Dengan demikian diharapkan mahasiswa calon apoteker dapat mengetahui dan memahami tugas dan fungsi suku dinas kesehatan serta mampu menerapkan ilmu yang telah didapat setelah pelaksanaan PKPA.
1.2 Tujuan Melalui pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat diharapkan mahasiswa calon apoteker : a. Memahami peranan, tugas dan tanggungjawab Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat. b. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi seksi sumber daya kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
3
c. Memperoleh wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis melakukan pekerjaan di sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman. d. Memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan kefarmasian di
Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1 Suku Dinas Kesehatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan unit kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Berdasarkan Peraturan Gubernur No.150 Tahun 2009 Pasal 33 ayat 2, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai memiliki tugas pokok “Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat” dengan melaksanakan fungsi yaitu : 1. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. 2. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Suku Dinas. 3. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian. 4. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB). 5. Pengendalian pencegahan dan pemberantasan penyakit menular/tidak menular. 6. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian. 7. Pelaksanaan surveilans kesehatan. 8. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan. 9. Pengendalian pencapaian standardisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. 10. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas. 4
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
5
11. Pemberian,
pengawasan,
pengendalian
dan
evaluasi
perizinan/rekomendasi/ sertifikasi di bidang kesehatan. 12. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup kota administrasi. 13. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. 14. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup kota administrasi. 15. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. 16. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang. 17. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan. 18. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas. 19. Penyiapan bahan laporan Dinas Kesehatan dan kota administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas. 20. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan untuk teknis dan administrasi disampaikan oleh Kepala Suku Dinas kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan untuk operasional disampaikan oleh Kepala Suku Dinas kepada Walikota.
2.2 Visi dan Misi Visi dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat yaitu “Dengan Pelayanan Prima Menuju Jakarta Pusat Sehat”. Adapun misi dari Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat yaitu : 1. Mengembangkan sistem informasi dan profesionalisme sumber daya manusia. 2. Menerapkan sistem pelayanan prima. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
6
3. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. 4. Melaksanakan
pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian
secara
professional. 5. Mengembangkan program-program kesehatan dan menggalang kemitraan dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
2.3 Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 150 Tahun 2009 Pasal 34, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi terdiri dari: a. Kepala Suku Dinas b. Subbagian Tata Usaha c. Seksi Kesehatan Masyarakat d. Seksi Pelayanan Kesehatan e. Seksi Sumber Daya Kesehatan f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan g. Subkelompok Jabatan Fungsional Subbagian dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan. Skema struktur organisasi suku dinas kesehatan dapat dilihat pada lampiran 1. 2.3.1 Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 mempunyai tugas sebagai berikut : a. Memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas sebagaimana dimaskud dalam Pasal 33. b. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional. c. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
7
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
2.3.2 Subbagian Tata Usaha Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Mengoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. d. Melaksanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas. g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, dan pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. i.
Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/pertemuan Suku Dinas.
j.
Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas.
k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas kesehatan. l.
Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha.
m. Mengoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) Suku Dinas. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
8
n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.
2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat bertugas mengolah semua data atas pelaksanaan program yang sebelumnya dikumpulkan dan dilaporkan oleh masing-masing seksi (Gubernur DKI Jakarta, 2009). Tugas pokok dan fungsi seksi Kesehatan Masyarakat berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 adalah sebagai berikut : 1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, anak prasekolah, anak usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan. 4. Mengoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. 5. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi. 6. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. 7. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi. 8. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. 9. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPSM). 10. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
9
11. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat. 12. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan masyarakat.
2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas (Gubernur DKI Jakarta, 2009). Tugas pokok dan fungsi Seksi Pelayanan Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 diantaranya adalah : 1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. 4. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. 5. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan. 6. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. 7. Memberikan rekomendasi/perizinan sarana pelayanan kesehatan. 8. Memberikan tanda daftar ke pengobat tradisional. 9. Melaksanakan siaga 24 jam/pusat pengendali dukungan kesehatan (Pusdaldukkes). 10. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. 11. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
10
12. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan kesehatan.
2.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan Sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas (Gubernur DKI Jakarta, 2009). Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: 1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. 4. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. 5. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. 6. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. 7. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. 8. Melaksanakan survei kepuasaan pelanggan kesehatan. 9. Melaksanakan kegiatan bimbingan,
konsultasi dan pendampingan
penerapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. 10. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. 11. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan. 12. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
11
13. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. 14. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. 15. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. 16. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan. 17. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan.
2.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas (Gubernur DKI Jakarta, 2009). Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan sesuai dengan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 mempunyai tugas : 1. Menyusun bahan RKA dan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan DPA Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/KLB (Kejadian Luar Biasa), dan kesehatan lingkungan. 4. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji. 5. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular serta kesehatan jiwa masyarakat. 6. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
12
7. Melaksanakan
kegiatan
koordinasi,
kerja
sama,
dan
kemitraan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD), unit kerja perangkat daerah (UKPD) dan/ atau instansi pemerintahan/ swasta/ masyarakat. 8. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi. 9. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup kota administrasi. 10. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial KLB dan dugaan wabah serta keracunan makanan. 11. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/ KLB dan surveilans. 12. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian. 13. Melaksanakan
kegiatan
monitoring
dan
pemetaan
kegiatan
penanggulangan wabah/KLB dan surveilans. 14. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, peyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian
rekomendasi
Analisis
Mengenai
Dampak
Lingkungan
(AMDAL), dan upaya pengelolaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan. 15. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. 16. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja. 17. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
13
18. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan.
2.4 Kegiatan Pembinaan, Pengendalian, dan Pengawasan (Binwasdal) Kegiatan Binwasdal meliputi kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Pembinaan (Counseling) adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menyiapkan dan mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan agar mempunyai kompetensi sesuai dengan yang diperlukan. Pengawasan (Supervision/Inspection) yaitu pemantauan dan atau evaluasi kesesuaian antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengendalian (Controlling) adalah kegiatan untuk mengendalikan organisasi yang di audit atau dinilai
apakah
memenuhi
persyaratan/peraturan
yang
telah
ditentukan.
Penanggung jawab kegiatan binwasdal adalah Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat dan Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan (Undang-Undang RI No. 36, 2009). Pada kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat terdiri dari tahap persiapan pelaksanaan dan pelaksanaan. Contoh dari tahap persiapan pelaksanaan seperti pembuatan kerangka acuan kegiatan pembinaan (antara lain mencakup bentuk, materi, peserta, narasumber, waktu, sumber dana, formulir yang diperlukan), dan membuat perencanaan pembinaan berupa jadwal (tahunan, triwulan atau bulanan). Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat seperti penyampaian pembinaan yang dapat berupa sosialisasi, forum komunikasi, dan seminar. Membuat surat pemberitahuan kepada tenaga dan sarana farmasi tentang masa berlaku izin telah habis (Departemen Kesehatan RI, 2002). Pada kegiatan pengawasan dilakukan tahap persiapan pelaksanaan seperti tim Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat menyiapkan checklist pengawasan dan peralatan/perlengkapan yang diperlukan sesuai dengan jenis tenaga dan sarana farmasi. Tahap pelaksanaan pengawasan, tim melakukan pengawasan di sarana pelayanan kesehatan dengan cara mengisi checklist yang tersedia, membuat Berita Acara Pengawasan dan Pengendalian berdasarkan hasil temuan. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
14
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat melakukan pengendalian dengan menerapkan jenis-jenis sanksi yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan terkait dengan pelayanan kesehatan yaitu teguran tertulis (sebanyak 3 kali), penutupan sementara terhadap pelayanan kesehatan, dan terakhir dilakukan pencabutan Surat Izin dan Surat Keputusan (SK) penyelenggaraan sarana pelayanan kesehatan, merekomendasikan untuk melarang melakukan pekerjaan sebagai Tenaga Praktik Kesehatan, serta meneruskan adanya tindak pidana bidang kesehatan kepada pihak yang berwenang.
2.5 Kegiatan Pemantauan Dan Pengendalian Harga Obat dan Persediaan Cadangan Obat Esensial Hal utama yang menjamin tersedianya obat esensial bagi masyarakat adalah terjaminnya pembiayaan yang memadai secara berkelanjutan. Penyediaan biaya yang memadai dari pemerintah sangat menentukan ketersediaan dan keterjangkauan obat esensial oleh masyarakat. Keterjangkauan atau akses obat di upayakan dari dua arah, yaitu dari arah permintaan pasar dan dari arah pemasok. Dari arah permintaan diupayakan melalui penerapan Konsep Obat Esensial dan Penggunaan Obat Generik. Penerapan Konsep Obat Esensial dan Penggunaan Obat Generik dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain promosi penggunaan obat generik di setiap tingkat pelayanan kesehatan, pengaturan, dan pengelolaan obat di sektor publik. Penerapan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dapat meningkatkan keterjangkauan obat, terutama obat esensial bagi masyarakat. Oleh karena itu penerapan JKN harus terus diupayakan semaksimal mungkin. Untuk mendapatkan harga yang lebih terjangkau di sektor publik, di lakukan melalui pengadaan dalam jumlah besar atau pengadaan bersama. Dari segi pasokan ditempuh berbagai upaya, antara lain dengan penyusunan kebijakan mengenai harga obat, terutama obat esensial dan pengembangan sistem informasi harga serta menghindarkan adanya monopoli. Oleh karena akses terhadap obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia, maka obat esensial selayaknya dibebaskan dari pajak dan bea masuk. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
15
Langkah Kebijakan yang dilakukan adalah (Menteri Kesehatan RI, 2006) : a. Peningkatan penerapan Konsep Obat Esensial dan Program Obat Generik: 1) Pemasyarakatan Konsep Obat Esensial dalam pelayanan kesehatan baik sektor publik maupun swasta. 2) Penerapan DOEN di seluruh sarana pelayanan kesehatan. 3) Pengintegrasian DOEN kedalam kurikulum pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. 4) Pemasyarakatan obat generik secara konsisten dan berkelanjutan. 5) Pengendalian harga obat generik dengan memanfaatkan informasi harga obat internasional. 6) Pemberian insentif kepada sarana dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obat esensial. b. Pelaksanaan evaluasi harga secara periodik dalam rangka mengambil langkah kebijakan mengenai harga obat esensial dengan : 1) Membandingkan harga dengan harga di negara lain. 2) Membandingkan harga di perkotaan maupun pedesaan, dan di sarana pelayanan kesehatan sektor publik dan swasta. 3) Menilai dampak kebijakan yang telah dilaksanakan mengenai harga obat. 4) Pemanfaatan
pendekatan
farmako-ekonomik
di
unit
pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan efisiensi. c. Melaksanakan lisensi wajib obat-obat yang sangat diperlukan sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. d. Pengembangan sistem informasi harga obat. e. Pengembangan sistem pengadaan obat sektor publik yang efektif dan efisien. f. Penghapusan pajak dan bea masuk untuk obat esensial. g. Pengaturan harga obat esensial untuk menjamin keterjangkauan harga obat. Obat esensial adalah obat terpilih yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan, mencakup upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi yang diupayakan tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
16
tingkatnya. Agar sistem pelayanan kesehatan berfungsi dengan baik, obat esensial harus selalu tersedia dalam jenis dan jumlah yang memadai, bentuk sediaan yang tepat, mutu terjamin, informasi yang memadai, dan dengan harga yang terjangkau (Menteri Kesehatan RI, 2006). Proses dalam pemilihan obat esensial merupakan hal yang sangat krusial. Daftar obat esensial yang ditentukan sepihak tidak akan mencerminkan kebutuhan nyata dan tidak diterima oleh tenaga kesehatan. Oleh karena itu proses pemilihan harus memperhatikan adanya konsultasi, transparansi, kriteria pemilihan yang jelas, pemilihan yang terkait dengan pedoman klinis berbasis bukti ilmiah terbaik, daftar dan pedoman klinis yang berbeda untuk setiap tingkat pelayanan yang diperbaharui secara berkala. Langkah Kebijakan yang dilakukan adalah (Menteri Kesehatan RI, 2006) : a. Pemilihan obat esensial harus terkait dengan pedoman terapi atau standar pengobatan yang didasarkan pada bukti ilmiah terbaik. b. Pelaksanaan seleksi obat esensial dilakukan melalui penelaahan ilmiah yang mendalam dan pengambilan keputusan yang transparan dengan melibatkan apoteker, farmakolog, klinisi dan ahli kesehatan masyarakat dari berbagai strata sarana pelayanan kesehatan dan lembaga pendidikan tenaga kesehatan. c. Pelaksanaan revisi DOEN dilakukan secara periodik paling tidak setiap 34 tahun dengan melalui proses pengambilan keputusan yang sama. d. Penyebarluasan DOEN kepada sarana pelayanan kesehatan sampai daerah terpencil, lembaga pendidikan tenaga kesehatan, baik dalam bentuk media cetak maupun elektronik.
2.6 Pelaksanaan Program Dinas Kesehatan Suku dinas kesehatan kota administrasi, merupakan unit kerja dinas kesehatan pada kota administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas tersebut, sudinkes melakukan fungsi seperti pelayanan perizinan, binwasdal terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan, perencanaan pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat yang meliputi pencegahan dan penanggulangan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
17
penyakit menular dan tidak menular, penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, kesehatan jiwa masyarakat, serta gizi dan pembinaan peran serta masyarakat di kota administrasi yang bersangkutan. Fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi juga melaksanakana program kesehatan dari Dinas Kesehatan diantarannya yaitu, program TBC (tuberkulosis), demam berdarah, filariasis, dan lain-lain yang ditetapkan oleh Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan serta untuk program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan gizi yang ditetapkan oleh Seksi Kesehatan Masyarakat.
2.7 Pengelolaan Perbekalan dan Persediaan Obat 2.7.1 Fungsi Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk obat buffer dan obat program. Obat yang diterima di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berasal dari hasil pengadaan sendiri dan pemberian dari kementerian kesehatan. Obat-obat yang disimpan ini digunakan untuk stok buffer bagi puskesmas, bakti sosial, atau untuk kegiatan/program tertentu seperti program Tuberculosis (TBC), program kesehatan ibu anak (KIA), gizi dan lain-lain; dicatat dalam surat bukti barang keluar. Syarat gudang obat yang harus dipenuhi yaitu, memiliki palet sehingga obat tidak bersentuhan langsung dengan lantai, memiliki ventilasi yang cukup, memiliki termometer untuk mengontrol suhu gudang, memiliki air conditioner (AC) untuk menjaga kelembaban dan suhu gudang, memiliki pintu yang berteralis dan terkunci dengan baik.
2.7.2 Manajemen Persediaan Obat Perencanaan obat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi dilakukan oleh seksi sumber daya kesehatan. Rincian kebutuhan obat diberikan ke tim pengadaan yang berada di bawah subbagian tata usaha untuk selanjutnya diadakan. Tim pengadaan obat akan melakukan pengadaan obat-obat yang direncanakan. Saat obat diantar oleh produsen/distributor obat, maka obat diterima oleh tim penerima barang lalu diperiksa oleh tim pemeriksa barang dan akan diserahterimakan kepada koordinator gudang farmasi kabupaten/kota. Kemudian Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
18
obat disimpan di dalam gudang dengan menggunakan sistem ( First Expired First Out) FEFO dan ( First In First Out) FIFO. Proses distribusi obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi berlangsung secara sistem 1 pintu, yang berarti obat masuk dan keluar melalui 1 pintu yang dalam hal ini adalah koordinator gudang farmasi kabupaten/kota.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN
3.1 Kegiatan Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tiga kegiatan, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan tenaga kesehatan, kegiatan yang berhubungan dengan farmasi, makanan, dan minuman, serta kegiatan yang berhubungan dengan standardisasi mutu kesehatan. Adapun sasaran mutu dari seksi sumber daya kesehatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk proses perizinan paling lama 12 hari kerja. 3.1.1 Kegiatan yang Berhubungan dengan Tenaga Kesehatan Kegiatan terkait tenaga kesehatan pada Seksi Sumber Daya Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 mencakup sebagai berikut : a. Pemberian perizinan praktik tenaga kesehatan (dokter spesialis, dokter gigi spesialis, dokter umum, dokter gigi, perawat, perawat gigi, analis kesehatan, apoteker, tenaga teknis kefarmasian, perawat, bidan, optisien, ahli tenaga elektro medik, ahli penata rontgen, ahli tenaga elektro medik, sarjana psikologi, rekam medik, fisioterapi, dan akupuntur). b. Pembinaan pengawasan dan pengendalian (binwasdal) tenaga kesehatan. c. Pengolahan data profil tenaga kesehatan.
3.1.2 Kegiatan yang Berhubungan dengan Farmasi, Makanan, dan Minuman Kegiatan terkait farmasi, makanan, dan minuman pada Seksi Sumber Daya Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 adalah sebagai berikut : a. Pemberian perizinan sarana farmasi, makanan, dan minuman seperti apotek, pedagang eceran obat, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), dan toko pengecer alat kesehatan. b. Binwasdal sarana farmasi, makanan, dan minuman. c. Pemantauan Penggunaan Obat Rasional (POR). d. Pengelolaan perbekalan dan persediaan obat (gudang obat). 19
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
20
3.1.3 Kegiatan yang Berhubungan dengan Standardisasi Mutu Kesehatan Kegiatan terkait standardisasi mutu kesehatan pada Seksi Sumber Daya Kesehatan mencakup sebagai berikut Gubernur DKI Jakarta, 2009) : a. Pembuatan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. b. Pelaksanaan survei kepuasan pelanggan. c. Pelaksanaan audit internal dan eksternal sistem manajemen mutu. d. Pendampingan penerapan sistem manajemen mutu di puskesmas. e. Pengembangan mutu melalui forum komunikasi dan fasilitator. f. Pelaksanaan kegiatan Gugus Kendali Mutu (GKM). g. Penerapan 5R (Rapi, Ringkas, Resik, Rawat, Rajin).
3.2 Perizinan Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian 3.2.1 Apoteker Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009). Setiap apoteker yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat apoteker bekerja. Surat izin bagi apoteker terbagi menjadi 2 macam, yaitu SIPA (Surat Izin Praktik Apoteker) bagi apoteker penanggung jawab dan apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian (apotek, puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, klinik dan praktik bersama dokter) dan SIKA (Surat Izin Kerja Apoteker) bagi apoteker yang melakukan
pekerjaan
kefarmasian
di
fasilitas
produksi
atau
fasilitas
distribusi/penyaluran (industri farmasi, PBF (Pedagang Besar Farmasi) atau PBBBF (Pedagang Besar Bahan Baku Farmasi). Permohonan SIPA atau SIKA harus mengisi formulir permohonan SIPA atau SIKA (Lampiran 2) dengan melampirkan (Menteri Kesehatan RI, 2011) : a. Foto kopi STRA yang dilegalisir oleh KFN yang masih berlaku. b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasiaan atau dari pimpinan produksi atau distribusi/penyalur. c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi sesuai tempat praktik. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
21
d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar untuk satu tempat praktik dan 3 x 4 cm sebanyak 1 (satu) lembar. e. Foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku. f. Surat izin dari pimpinan instansi/sarana pelayanan kesehatan dimana apoteker dimaksud bekerja (khusus bagi apoteker yang berpraktik atau bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah atau sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah. g. Melampirkan SIPA/SIKA yang lama bila ingin memperpanjang SIPA. h. Melampirkan fotokopi izin sarana untuk berpraktik/bekerja di sarana (kecuali RS dan sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah).
3.2.2 Tenaga Teknis Kefarmasian Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analis farmasi, dan tenaga menengah farmasi atau asisten apoteker (Presiden Republik Indonesia, 2009). Setiap tenaga teknis kefarmasian yang ingin melaksanakan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga teknis kefarmasian bekerja. Surat izin bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian adalah SIKTTK. Permohonan SIKTTK harus mengisi formulir (Lampiran 3) dengan melampirkan (Menteri Kesehatan RI, 2011): a. Foto kopi STRTTK yang dilegalisasi. b. Surat pernyataan apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasiaan. d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm (2 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar). e. Foto kopi KTP.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
22
Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat harus menerbitkan SIPA/SIKA (Lampiran 4 dan 5) atau SIKTTK paling lama 15 hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.
3.3 Perizinan Sarana Farmasi, Makanan dan Minuman 3.3.1 Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden Republik Indonesia, 2009b). Surat izin apotek (SIA) adalah surat izin yang diberikan oleh menteri kesehatan kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Untuk mendapatkan SIA, Apoteker Pengelola Apotek (APA) mengajukan surat permohonan SIA (Lampiran 6) kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi, Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan beserta staf turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan setempat (Presiden Republik Indonesia, 2009b). Peninjauan ke lokasi bertujuan untuk menilai apakah di lokasi tersebut layak didirikan atau diadakan pelayanan kesehatan apotek tersebut. Pemeriksaan tersebut dapat dilihat pada formulir pemeriksaan apotek yang meliputi bangunan (sarana apotek dan papan nama), perlengkapan (alat pembuatan, pengelolaan dan peracikan, perlengkapan dan alat perbekalan farmasi, wadah pengemas dan pembungkus, alat administrasi, buku standar, kumpulan peraturan perundangan yang berhubungan dengan apotek), dan tenaga kerja. Kemudian dilaporkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan (BAP) dan formulir pemeriksaan apotek (Lampiran 7). Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat akan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
23
mengeluarkan SIA (Lampiran 8) yang berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan masih memenuhi persyaratan. SIA dapat dicabut apabila terjadi pelanggaran dari peraturan perundangundangan yang berlaku, misalnya SIPA dicabut atau apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ada. Jika apotek melakukan pelanggaran, maka pertama-tama akan diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masingmasing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selamalamanya enam bulan. Akan tetapi pembekuan izin dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Menteri Kesehatan RI, 2002b). 3.3.1.1 Perizinan Apotek Persyaratan yang harus dilengkapi dalam mengajukan SIA (Lampiran 9) adalah sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI, 2002b) : a.
Surat permohonan Apoteker Pengelola Apotek ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp. 6.000,-.
b.
Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Kementerian Kehakiman dan Hukum HAM RI, bila berbentuk CV pengesahan dari pengadilan.
c.
Fotokopi KTP DKI dari Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek.
d.
Fotokopi ijazah dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).
e.
Status gedung, bila milik sendiri lampirkan fotokopi perjanjian fotokopi sertifikat, bila sewa lampirkan fotokopi Perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku. Kontak minimal 2 (dua) tahun.
f.
Fotokopi undang-undang gangguan dan bagi sarana yang berada di perkantoran/pasar swalayan/hotel melampirkan fotokopi undang-undang ganguan gedung. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
24
g.
Fotokopi IMB dan bagi sarana berada di pusat pasar/hotel dan sarana umum lain, lampirkan surat keterangan dari pengelolah.
h.
Surat izin dari atasan bagi APA yang PNS/TNI/POLRI, dan surat keterangan masa bakti bagai APA yang PNS/TNI/POLRI.
i.
Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan setempat.
j.
Surat pernyataan dari APA yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6.000,-.
k.
Gambar peta lokasi tempat usaha.
l.
Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/ obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat di atas materai Rp 6.000,-.
m. Surat pernyataan dari APA tidak bekerja pada perusahaan farmasi lain di atas materai Rp 6.000,-. n.
Surat pernyataan dari APA tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep dokter di atas materai Rp 6.000,-.
o.
Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana.
p.
Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.
q.
Kelengkapan tenaga teknis kefarmasian, meliputi: fotokopi SIKTTK, fotokopi KTP, dan Surat Pernyataan bersedia bekerja di atas materai Rp 6.000,-.
r.
Rencana jadwal buka apotek.
s.
Daftar peralatan apotek
t.
Daftar buku pustaka, minimal: peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan farmakope Indonesia edisi terbaru.
u.
Formulir laporan pamakaian narkoba dan psikotropika.
v.
Pasfoto berwarna : 3 lembar (3x 4 cm) Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek.
w. Salinan akte perjanjian kerjasama antara APA dan PSA atau SK Pengangkatan bagi perusahaan BUMN (Kimia Farma). x.
Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya.
y.
Daftar perlengkapan administrasi. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
25
3.3.1.2 Depo Farmasi Persyaratan perizinan depo farmasi meliputi (Lampiran10) : a.
Surat Permohonan Apoteker Pengelola Apotek ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta pusaat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp. 6.000,-.
b.
Fotokopi izin klinik/praktik dokter yang masih berlaku.
c.
Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM RI bila dalam bentuk PT dan pengesahan dari pengadilan bila dalam bentuk CV.
d.
Fotokopi KTP DKI dari Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek.
e.
Fotokopi Ijazah dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).
f.
Surat pengangkatan apoteker sebagai Karyawan/ Penanggung Jawab Depo/Farmasi
g.
Surat izin kerja AA/D3 farmasi dan KTP, ijazah.
h.
Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik/dokter (bukan resep dari umum), kecuali atas nama pasien klinik/dokter.
i.
Daftar peralatan peracikan obat.
j.
Proposal untuk mendirikan depo farmasi.
k.
Status gedung atau sertifikat gedung sewa minimal 2 tahun.
l.
Peta lokasi seatap/sepekarangan dengan klinik.
m. Denah ruangan beserta fungsi dan ukurannya. n.
Data pemilik Depo Farmasi, meliputi: fotokopi KTP klinik/dokter yang masih berlaku, fotokopi NPWP, dan pas foto berwarna ukuran 4x6 cm (1 lembar).
o.
Fotokopi UUG klinik.
p.
Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana.
q.
Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.
r.
Rencana jadwal buka depo farmasi.
s.
Daftar buku pustaka minimal peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan Farmakope Indonesia edisi terbaru.
t.
Form laporan narkotika dan psikotropika. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
26
3.3.1.3 Apotek Rakyat Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284 Tahun 2007 yang dimaksud apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasiaan dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan. Dalam hal ini, perbekalan kesehatan yang dimaksud adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan
upaya
kesehatan.
Pelayanan
kesehatan
yang
dilaksanakan adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pelayanan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Apotek rakyat didirikan dengan tujuan meningkatkan dan memperluas akses masyarakat untuk memperoleh obat serta untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian. Oleh karena itu perlu dibuka kesempatan pengembangan pedagang eceran obat menjadi apotek rakyat. Setiap orang atau badan usaha dapat mendirikan apotek rakyat. Pedagang eceran obat dapat merubah statusnya menjadi apotek rakyat bila merupakan satu atau gabungan paling banyak 4 pedagang eceran obat. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar. Pendirian sebuah apotek termasuk apotek rakyat membutuhkan surat izin, dalam hal ini apoteker penanggungjawab apotek rakyat berhak memperoleh surat izin apotek rakyat. Adapun pengaturan apotek rakyat ini bertujuan untuk dapat dijadikan pedoman bagi pedagang eceran obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat, pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat, untuk melindungi masyarakat dan agar masyarakat memperoleh pelayanan kefarmasiaan yang baik dan benar (Menteri Kesehatan RI, 2007). Persyaratan perizinan apotek rakyat mengisi formulir permohonan (Lampiran 11) dengan melampirkan dokumen meliputi (Menteri Kesehatan RI, 2007) : a.
Surat permohonan Apoteker Pengelola Apotek ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp. 6.000,-. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
27
b.
Akte
pendirian
perusahaan
bila
berbentuk
Badan
Hukum
disahkan/terdaftar pada DepKeh dan HAM RI dalam bentuk perseroan terbatas (PT) dan pengesahan dari pengadilan bila dalam bentuk CV. c.
Fotokopi KTP DKI dari Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek.
d.
Fotokopi Ijazah dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA).
e.
Status gedung, fotokopi sertifikat bila milik sendiri, fotokopi perjanjian sewa minimal 2 tahun bila sewa dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku.
f.
Asli dan salinan/fotokopi surat izin atasan untuk mengelola apotek bila pegawai negeri, Anggota ABRI, dan pegawai Instansi Pemerintahan lainnya.
g.
Surat Pernyataan permohonan yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku diatas materai Rp. 6.000,-
h.
Peta lokasi dan denah ruangan.
i.
Surat pernyataan dari Pemilik Sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan dibidang farmasi/obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan obat diatas materai Rp.6.000,-.
j.
Surat pernyataan Apoteker Penglola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek tidak
menyediakan
narkotika,
psikotropika,
meracik
obat
dan
menyerahkan obat dalam jumlah besar. k.
Surat Pernyataan Apoteker Pengelola Apotek bahwa yang bersangkutan tidak bekrja pada bidang farmasi lain dan tidak menjadi Apotek Pengelola Apotek di Apotek lain, diatas materai Rp. 6.000,-.
l.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja.
m. Daftar ketenagaan berdasakan pendidikan. n.
Surat Izin Kerja AA/D3 Farmasi dan KTP.
o.
Rencana jadwal buka apotek.
p.
Pasfoto berwarna Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek ukuran 3x4 cm, masing-masing 3 lembar.
q.
NPWP. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
28
r.
Perjanjian Kerjasama Apoteker dengan pemilik sarana apotek yang disahkan oleh notaris.
s.
Undang-Undang Gangguan.
3.3.2 Pedagang Eceran Obat Pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum di Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (Daftar W) serta untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sesuai yang tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas (Daftar W) dalam bungkusan pabrik yang membuatnya secara eceran. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta, atau perorangan (Menteri Kesehatan RI, 2002a). Penanggung jawab teknis farmasi pada pedagang eceran obat adalah seorang tenaga teknis kefarmasian. Izin pedagang eceran obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan izin pedagang eceran obat kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat. Surat izin untuk pedagang eceran obat hanya berlaku selama 2 tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan (Menteri Kesehatan RI, 2002a). Persyaratan perizinan pedagang eceran obat harus mengisi formulir pemeriksaan Toko Obat (Lampiran 12) dengan melampirkan persyaratan meliputi (Menteri Kesehatan RI, 2002a) : a. Fotokopi KTP dari pemilik pedagang eceran obat. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Kementerian Kehakiman dan Hukum HAM RI, bila berbentuk CV pengesahan dari pengadilan. c. Gambar peta lokasi tempat usaha d. Denah ruangan toko. e. Fotokopi ijazah tenaga teknis kefarmasian. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
29
f. Fotokopi
SIKTTK
yang
masih
berlaku/melampirkan
formulir
dan
persayaratan SIKTTK. g. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai tenaga teknis kefarmasian penanggung jawab teknis pedagang eceran obat diatas materai Rp 6.000,-. h. Fotokopi tanda bukti kepemilikan tempat/bila sewa lampirkan surat perjanjian sewa menyewa. i. Fotokopi surat izin usaha perdagangan (SIUP). j. Fotokopi NPWP pemilik/badan hukum. k. Surat pernyataan dari pemilik pedagang eceran obat tidak akan menjual obat daftar G dan tidak melayani resep dokter diatas materai Rp 6.000,-. l. Surat pernyataan dari pemilik pedagang eceran obat tetap patuh dan tidak pernah melanggar peraturan UU yang berlaku dibidang obat/farmasi diatas materai Rp 6.000,-. m. Pas foto berwarna pemilik ukuran 4x6 cm (2 lembar). n. Pas foto berwarna tenaga teknis kefarmasian 4x6 cm (2 lembar). Setelah persyaratan perizinan pedagang eceran obat lengkap, dilakukan pemeriksaan/peninjauan lapangan yang dilaporkan dalam suatu berita acara pemeriksaan. Pedagang eceran obat harus mengikuti ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku dalam menjalankan usahanya. Jika pedagang eceran obat melakukan pelanggaran maka akan dikenakan sanksi administratif berupa surat peringatan, penghentian sementara pedagang eceran obat, dan pencabutan surat izin ataupun sanksi pidana berupa pengajuan ke pengadilan.
3.3.3 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) Usaha mikro obat tradisional adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar, dan rajangan (Menteri Kesehatan RI, 2012). Persyaratan unruk memperoleh persetujuan prinsip UMOT meliputi: a. Surat permohonan. b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
30
c. Susunan direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan. d. Fotokopi
KTP/identitas
pemohon
dan/atau
direksi/pengurus
dan
komisaris/badan pengawas. e. Pernyataan
pemohon
dan/atau
direksi/pengurus
dan
komisaris/badan
pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi. f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan g. Surat tanda daftar perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan. h. Fotokopi SIUP dalam hal permohonan bukan perseorangan. i. Fotokopi NPWP. j. Fotokopi surat keterangan domisili. Permohonan izin UMOT diajukan kepada kepala suku dinas kesehatan kota administrasi. Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima permohonan izin UMOT, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan. Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis. Hasil pemeriksaan disampaikan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Selambat-lambatnya 7 hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM setempat. Apabila dalam 30 hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh kepala suku dinas kesehatan kota administrasi tidak dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Administrasi (Menteri Kesehatan RI, 2012). Bentuk usaha lain di bidang obat tradisional adalah usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong. Usaha jamu racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Sedangkan, usaha jamu gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
31
bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Berbeda dari UMOT, pendirian usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan tidak wajib memiliki izin dari menteri kesehatan. Namun, suku dinas kesehatan kota administrasi melakukan pembinaan terhadap usaha jamu racikan dan usaha jamu gendong ini.
3.3.4 Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT) Berdasarkan Permenkes No. 006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. UKOT hanya dapat diselenggarakan oleh badan usaha yang memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Untuk memperoleh izin diperlukan tahap persetujuan prinsip yang diajukan kepada Kepala Kantor Wilayah. Tata Cara Permohonan Izin UKOT berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 006 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional : a. Surat permohonan; b. Fotokopi akta pendirian badan usaha yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; c. Susunan direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas; d. Fotokopi KTP/identitas direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas; e. Pernyataan direksi/pengurus dan komisaris/badan pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi; f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan; g. Surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL); h. Surat tanda daftar perusahaan; i.
Fotokopi surat izin usaha perdagangan;
j.
Fotokopi NPWP;
k. Persetujuan lokasi dari pemerintah daerah kabupaten/kota; Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
32
l.
Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari tenaga teknis kefarmasian sebagai penanggung jawab;
m. Fotokopi
surat
pengangkatan
penanggung
jawab
dari
pimpinan
perusahaan; n. Fotokopi surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian; o. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan; p. Diagram/alur proses produksi masing-masing bentuk sediaan obat tradisional yang akan dibuat; dan q. Daftar jumlah tenaga kerja dan tempat penugasannya. Izin usaha kecil obat tradisional dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan berdasarkan rekomendasi dari Balai POM setempat dan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Kepala Balai POM setempat wajib melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan/pemenuhan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) dan Kepala Suku Dinas Kesehatan Administrasi wajib melakukan verifikasi kelengkapan administratif selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak menerima tembusan permohonan untuk izin UKOT. Kepala Balai POM setempat wajib menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi wajib menyampaikan hasil pemeriksaan kepada kepala dinas kesehatan provinsi selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah pemeriksaan. Setelah menerima laporan dari Kepala Suku Dinas Kesehatan dan Kepala Balai POM, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UKOT selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 hari kerja (Menteri Kesehatan RI, 2012).
3.3.5 Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) Industri rumah tangga pangan (IRTP) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan usahanya, IRTP harus mempunyai Sertifikat Produksi Pangan untuk Perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Persyaratan yang harus dilengkapi dalam mengajukan sertifikat kelayakan pangan industri rumah tangga adalah mengisi formulir permohonan sertifikat Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
33
produksi pangan industri rumah tangga (Lampiran 13) dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: a. Fotokopi KTP pemilik sarana. b. Fotokopi KTP penanggung jawab. c. Data perusahaan pangan industri rumah tangga. d. Data produk makanan yang akan diproduksi. e. Peta lokasi tempat usaha. f. Denah ruangan beserta ukuran. g. Rancangan etiket/label. h. Pas foto berwarna pemilik sarana ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar. i. Pas foto berwarna penanggungjawab ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar. j. Foto kopi surat tanda daftar indusri kecil dari Sudin perindustrian dan energi bagi perusahaan yang memiliki modal peralatan lebih dari Rp. 5.000.000,k. Surat keterangan asal produk bila repacking. l. Foto kopi tanda bukti kepemilikan tempat/surat sewa bila sewa minimal 2 tahun. m. Sertifikat keamanan pangan (mengikuti penyuluhan keamanan pangan). Setelah persyaratan perizinan lengkap Seksi Sumber Daya Kesehatan melakukan peninjauan lapangan untuk pemeriksaan terhadap kelengkapan produksi pangan industri rumah tangga dan dilaporkan dalam bentuk berita acara.
3.3.6 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) Berdasarkan Permenkes No. 1191/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan, Cabang Penyalur Alat Kesehatan, yang selanjutnya disebut Cabang PAK adalah unit usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. Cabang PAK harus mampu menjamin produk yang disalurkan tetap aman, bermutu dan bermanfaat
sampai ke tangan
pasien/pengguna dan mampu melakukan pelayanan purna jual untuk produk yang memerlukannya. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
34
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan PKRT bahwa cabang penyalur alat kesehatan wajib memiliki Izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Tata cara perizinan cabang penyalur alat kesehatan (Menteri Kesehatan RI, 2010) : a. Pemohon mengajukan surat permohonan pengajuan Sub/Cabang PAK kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi meminta kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota untuk melakukan pemeriksaan setempat. c. Kepala Dinas Kabupaten/Kota berdasarkan hasil pemeriksaan setempat memberikan rekomendasi dengan melampirkan BAP. d. Berdasarkan rekomendasi tersebut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengeluarkan atau menolak permohonan izin sub/cab penyalur yang diajukan. Persyaratan administrasi untuk mengajukan permohonan rekomendasi yaitu : a. Surat Permohonan dari Direktur di tujukan kepada Menkes RI Cq. Kepala Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta beserta lampirannya 1 rangkap diatas materai Rp.6000,- . b. Akte Pendirian Perusahaan beserta perubahan dalam bentuk PT yang disahkan Menkes. c. Peta lokasi kantor dan gudang. d. Denah kantor dan gudang beserta ukurannya (sesuai skala). e. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) dari Perusahaan. f. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Perusahaan. g. Surat Domisili Perusahaan dari Lurah/Camat setempat. h. Surat Izin Tempat Usaha berdasarkan UUG (Undang-Undang Gangguan) Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
35
i.
Fotokopi ijasah dan sertifikat keahlian Penanggung Jawab Teknis sesuai dgn alat kesehatan yang diedarkan.
j.
Surat Perjanjian Kerjasama antara Pimpinan perusahaan dengan Penanggung Jawab Teknis.
k. Fotokopi Ijazah teknisi. l.
Daftar serta brosur/katalog alat kesehatan yang disalurkan.
m. Daftar peralatan bengkel/workshop khusus untuk alkes elektromedik. n. Surat pernyataan garansi purna jual dari perusahaan. o. Status gedung (melampirkan Sertifikat/Akte Jual Beli dan IPB/IMB tidak untuk rumah tinggal) jika sewa melampirkan surat sewa minimal 2 tahun, beserta KTP Pemilik. p. Daftar pustaka (Farmakope edisi terakhir, Peraturan perundangundangan, dll). q. Perlengkapan Administrasi (Kartu stok, Faktur , SP, dll).
3.3.7 Perubahan Perizinan Perubahan baik fisik maupun non fisik dari sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman dapat terjadi setiap saat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi dari sarana kesehatan tersebut. Perubahan dapat terjadi karena berakhirnya masa sewa bangunan, berakhirnya kerjasama antara pemilik dengan penanggung jawab teknis dan lain-lain. Agar pelayanan ataupun produksi tidak terganggu maka perlu dibuat aturan perubahan perizinan. Setiap perubahan fisik maupun non fisik harus mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan. Untuk permohonan perizinan perubahan fisik maka proses perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman tersebut harus dilakukan pemeriksaan atau ditinjau ke lokasi oleh petugas yang berwenang, sedangkan perubahan non fisik tidak perlu dilakukan pemeriksaan atau ditinjau ulang ke lokasi akan tetapi cukup melengkapi persyaratan administrasinya saja. Secara umum perubahan fisik terjadi karena : a. Perubahan alamat atau pindah alamat sarana kesehatan farmasi,makanan, dan minuman. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
36
b. Perubahan letak lokasi atau denah ruangan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman. c. Penambahan jenis atau bentuk produksi sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman. d. Perpanjangan izin sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman (pedagang eceran obat). Secara umum perubahan non fisik terjadi karena : a. Perubahan alamat tanpa pindah lokasi sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman. b. Perubahan atau pergantian kepemilikan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman. c. Perubahan atau pergantian tenaga ahli sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman. d. Perubahan atau pergantian nama sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman., e. Perubahan surat izin sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman hilang.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
BAB IV PEMBAHASAN
Suku Dinas Kesehatan di Kota Administrasi merupakan unit kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan juga merupakan pelaksana Walikota di bidang kesehatan yang dipimpin oleh oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan yang berada di bawah Departemen Kesehatan yang merupakan unsur pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Departemen Kesehatan mempunyai tugas dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintah di bidang kesehatan. Perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom menyebabkan sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat dilimpahkan ke daerah termasuk masalah pelayanan kesehatan. Undang-Undang No. 34 tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Negara Republik Indonesia Jakarta dalam pasal 4 disebutkan bahwa otonomi Provinsi DKI Jakarta diletakkan pada lingkup Provinsi, namun pada pasal 9 ayat 4 disebutkan bahwa Pemerintah DKI Jakarta melimpahkan kewenangan yang luas kepada kotamadya dan kabupaten administrasi dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat termasuk pelayanan perizinan. Oleh karena itu, dibentuk Suku Dinas Kesehatan berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 3 tahun 2001 tentang bentuk susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah dan sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan dijelaskan dalam SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi terdiri dari Kepala Suku Dinas, Subbagian Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Keshatan,
37
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
38
Seksi Sumber Daya Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Subkelompok Jabatan Fungsional. Salah satu tugas dari Suku Dinas Kesehatan adalah memberikan rekomendasi atau perizinan praktik tenaga kesehatan. Izin kerja yang menjadi wewenang Suku Dinas Kesehatan berdasarkan otonomi daerah yaitu Surat Izin Praktik Tenaga Medis (SIPTM) seperti, Surat Izin Praktik Dokter Umum, Surat Izin Praktik Dokter Gigi, Surat Izin Praktik Bidan, Surat Izin Praktik Perawat dan Surat Izin Praktik Refraksi Optisian. Selain itu, Suku Dinas Kesehatan juga bertugas untuk melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman seperti, pemberian Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, Apoteker, Surat/Sertifikat Penanggung Jawab Pangan Industri Rumah Tangga, serta sertifikat perizinan Pangan Industri Rumah Tangga. Suku Dinas Kesehatan memberikan perizinan sarana kesehatan seperti Apotek (Apotek profesi, rakyat, kerja sama, depo farmasi), Toko Obat, Pangan Industri Rumah Tangga, Usaha Mikro Obat Tradisional dan Toko Pengecer Alat Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan juga memberikan rekomendasi terhadap Cabang Penyalur Alat Kesehatan dan Usaha Kecil Obat Tradisional dalam memperoleh perizinan dari Dinas Kesehatan. Seluruh Suku Dinas Kesehatan di wilayah Kotamadya DKI Jakarta telah mendapatkan sertifikat International Standar Organization (ISO) 9001, sebagai bukti telah memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Adanya ISO 9001 tentang manajemen mutu di seluruh Suku Dinas Kesehatan menjadikan pelaksanaan perizinan sarana kesehatan dilakukan dengan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) yang bertempat di Kantor Walikota. PTSP mempunyai kebijakan yang sama dan seluruh berkas perizinan diserahkan dan diterima di tempat yang sama. Pemohon mengajukan permohonan izin beserta berkas permohonan di PTSP bagian Kesehatan. Berkas permohonan yang sudah lengkap persyaratan administrasinya kemudian masuk ke Suku Dinas Kesehatan melalui Subbag Tata Usaha. Setelah didisposisikan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, kemudian berkas diserahkan ke seksi yang berwenang. Pemberian izin sarana kesehatan akan ditindaklanjuti setelah pemohon melengkapi semua persyaratan administrasi. Selanjutnya seksi yang bersangkutan akan melakukan peninjauan ke lokasi disertai dengan surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
39
Suku Dinas Kesehatan. Peninjauan lokasi dilakukan dengan memeriksa sarana, prasarana dan personil sarana kesehatan. Jika sarana kesehatan memenuhi syarat, maka setelah peninjauan ke lokasi, seksi yang bersangkutan akan menerbitkan surat izin yang dimohon. Setelah itu akan disetujui dan disahkan oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan. Namun ,jika sarana kesehatan masih belum memenuhi persyaratan, maka sarana kesehatan tersebut diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan dalam jangka waktu satu minggu sampai satu bulan. Lamanya proses perizinan sarana kesehatan di Suku Dinas Kesehatan adalah 12 (dua belas) hari kerja, terhitung sejak berkas permohonan masuk Suku Dinas Kesehatan. Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat lebih ditekankan pada Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman (Sie. Farmakmin). Jenis izin sarana kesehatan farmasi, makanan minuman yang telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya adalah Apotek (Apotek Praktik Profesi (APP), Apotek Kerjasama, Apotek Rakyat, dan Depo Farmasi/Obat), Toko Obat, Toko pengecer Alat Kesehatan, Usaha Mikro Obat Tradisional, Sertifikasi Kelayakan Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), serta perizinan untuk Apoteker (SIPA/SIKA) dan Asisten Apoteker (SIK-AA). Seksi Farmakmin selain memberikan perizinan juga memberikan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) kepada sarana kesehatan tersebut. Kegiatan penyuluhan keamanan pangan dan produksi pangan yang baik oleh seksi Farmakmin pada perizinan P-IRT dilakukan setelah pengajuan permohonan. Setelah seluruh persyaratan terpenuhi maka surat izin akan dikeluarkan dalam bentuk sertifikat yang berisikan nomor registrasi dengan kode produksi P-IRT. Surat izin (SP-PIRT) yang dikeluarkan oleh Suku Dinas Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan dan juga untuk melindungi produsen dari kerugian yang besar akibat kesalahan produksi. Permohonan
SP-PIRT
harus
memiliki
penanggung
jawab
yang
bersertifikat PKP (Penyuluhan Keamanan Pangan). Sertifikat ini diperoleh setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 2 hari. Sertifikat PKP bertujuan agar proses produksi dan juga keamanan pangan terjamin. Pada penyuluhan ini Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
40
diberikan berbagai materi yang nantinya akan mendukung proses produksi seperti materi mengenai keamanan pangan, Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), Bahan Tambahan Pangan, Mikrobiologi Pangan, Issue Keamanan Pangan, Kebijakan Keamanan Pangan, Perundangundangan Pangan, Pedoman Perizinan PIRT, dan Pedoman Pemeriksaan Sarana PIRT. Salah satu PIRT yang dikunjungi saat PKPA untuk dilakukan pembinaan adalah PIRT X Fruit Cocktail di daerah Cempaka Putih. Berdasarkan hasil kunjungan, PIRT ini mendapatkan banyak saran perbaikan terhadap sarana PIRT terutama kebersihan sarana seperti kebersihan lantai dapur, saluran air pembuangan yang mampet sehingga menimbulkan bau yang menyengat, ruang penyimpanan alat yang kurang bersih serta gudang yang tidak disertai dengan palet. Sehingga perlu dilakukan pembinaan lebih lanjut terhadap PIRT tersebut. Penyuluhan juga dilakukan terhadap apotek dan toko obat baik yang telah memiliki izin maupun yang belum berizin. Penyuluhan terhadap toko obat berisi tentang obat apa saja yang boleh dijual di toko obat, dan juga yang bertanggung jawab terhadap toko obat tersebut. Penanggung jawab toko obat adalah minimal seorang asisten apoteker sedangkan penanggung jawab untuk apotek adalah seorang apoteker. Toko obat hanya boleh menjual obat bebas dan bebas terbatas, sedangkan apotek diperbolehkan menjual obat bebas, bebas terbatas, obat keras, narkotika dan psikotropika. Penyuluhan ini juga memberitahukan tentang sanksi toko obat yang menjual obat diluar yang diperbolehkan dan juga tentang toko obat yang tidak memiliki izin. Pada kenyataannya toko obat masih menjual obat diluar yang diperbolehkan seperti obat keras. Untuk mengurangi penjualan obat keras oleh toko obat maka pada penyuluhan ini pun diberitahukan tentang pembentukan apotek rakyat. Apotek ini merupakan gabungan dari toko obat yang letaknya berdampingan. Apotek rakyat ini dipimpin oleh seorang apoteker. Dalam kegiatannya apotek rakyat ini tidak boleh melakukan peracikan dan menjual obat golongan narkotik dan OKT dengan atau tanpa resep dokter. Apotek yang dikunjungi untuk pembinaan adalah Apotek X Johar Baru. Pembinaan dilakukan berdasarkan laporan dari BPOM tentang temuan-temuan kekurangan Apotek seperti tidak sesuainya jumlah stok obat narkotika (Codipront Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
41
kapsul) pada kartu stok, fisik dan software. Pemeriksaan sampling ulang stok narkotika terhadap tiga Obat yaitu Codipront kapsul, Codipront Expectorant dan Codipront Syrup telah sesuai antara fisik, kartu stok, dan software. Namun, pada pemeriksaan sarana, Apotek tidak memiliki termometer ruangan dan termometer di dalam kulkas juga tidak ada. Sehingga perlu dilakukan pembinaan berlanjut pada Apotek tersebut untuk memperbaiki sarana yang kurang. Apotek X termasuk apotek kerjasama, yaitu antara PSA, Apoteker, dan klinik maupun dokter yang praktik di apotek tersebut. Sementara apotek rakyat, apotek profesi, dan depo farmasi tidak dikunjungi pada saat PKPA, namun kegiatan pembinaan yang dilakukan untuk apotek-apotek tersebut pada dasarnya adalah sama. Apotek Rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Pedagang eceran obat dapat berubah statusnya menjadi apotek rakyat bila merupakan gabungan paling banyak 4 pedagang eceran obat. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar. Apotek dengan nama yang sesuai dengan nama Apoteker pengelolanya disebut dengan istilah Apotek Profesi. Dalam sebuah Apotek Profesi seorang apoteker bekerja secara professional dimana pelayanan dilakukan sepenuhnya oleh apoteker, jika apoteker tidak berada di apotek, maka kegiatan pelayanan kefarmasian tidak dapat dilakukan. Sementara depo farmasi adalah cabang didekat unit perawatan/pelayanan sebagai tempat desentralisasi pendistribusian perbekalan farmasi. Pada desentralisasi ini, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ke ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan farmasi.
Instalasi
farmasi
dalam
hal
ini bertanggung
jawab
terhadap keamanan dan efektivitas perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi. Pembinaan Apotek di Rumah sakit juga dilakukan oleh sie. Farmakmin Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat. Rumah Sakit yang dikunjungi saat PKPA adalah Rumah Sakit X di daerah Menteng. Hasil pemeriksaan terhadap sarana Apotek di RS X menunjukkan banyak kekurangan yang perlu dilakukan pembinaan dan pembenahan diantaranya, masih tercampurnya alat kesehatan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
42
dengan obat, lemari narkotika yang tidak memenuhi syarat, adanya alat makan dan minuman dalam ruangan peracikan serta gudang yang tidak memenuhi syarat. Tata cara penyimpanan narkotika telah diatur dalam PERMENKES RI No.28/MENKES/PER/I/1978 pasal 5 menyatakan yang bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk penyimpanan narkotika berupa lemari tersendiri dengan persyaratan yang telah ditentukan, namun lemari yang terdapat di RS tersebut belum memenuhi persyaratan yakni lemari tidak dibagi menjadi dua dan tidak berkunci ganda. Selain lemari narkotika yang tidak memenuhi syarat tersebut, terdapat obat keras dan psikotropika yang disimpan bercampur dengan narkotika
dalam
lemari,
padahal
berdasarkan
PERMENKES
RI
No.
28/MENKES/PER/I/1978 tentang tata cara penyimpanan narkotika pasal 6 disebutkan bahwa lemari khusus narkotika tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. Gudang penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan juga tidak memenuhi syarat diantaranya, tidak ada palet, tidak ada ventilasi, bercampur dengan ATK dan barang-barang lainnya seperti sepatu, tas dan lain-lain. Kekurangan-kekurangan tersebut disebabkan karena terbatasnya luas gedung sehingga penataannya masih belum tertata dengan baik. Oleh karena itu Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat melakukan pembinaan untuk perbaikan sarana Apotek dan Gudang Obat di Rumah Sakit tersebut. Stok fisik narkotik dan psikotropik dengan stok di komputer dan kartu stok harus sama karena penggunaan kedua obat ini harus dilaporkan setiap bulannya melalui SIPNAP. SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) merupakan sistem pelaporan penggunaan narkotik dan psikotropik secara online yang dilakukan setiap bulan. Software SIPNAP merupakan pengembangan dari software SIPNAP sebelumnya yang telah disusun dan digunakan sejak tahun 2008. Apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui software SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di import (paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian narkotika dan psikotropika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan), pasword dan username didapatkan setelah melakukan registrasi pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat untuk apotek wilayah Jakarta Pusat. Software Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
43
SIPNAP
dapat
diakses
melalui
komputer,
dengan
mengakses
situs
www.sipnap.binfar.depkes.go.id. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat selain memberikan perizinan terhadap sarana kesehatan juga memberikan rekomendasi terhadap Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) sehingga Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat juga melakukan pemeriksaan pada sarana CPAK sebelum mengeluarkan surat rekomendasi untuk perizinan di Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Pemeriksaan salah satunya dilakukan pada CPAK X di Daerah Cempaka Putih. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa CPAK tersebut telah memenuhi persyaratan gudang alat kesehatan diantarannya terdapat AC, termometer, palet, kartu stok, dan pest control (rentokill) yang telah berizin. Tugas lain dari seksi sumber daya kesehatan (SDK) adalah mengelola perbekalan dan persediaan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan. Tugas penyediaan obat di gudang obat ini dijalankan bersama-sama dengan subbagian Tata Usaha sehingga manajemen persediaan obat dapat berjalan dengan lancar. Penyimpanan obat di gudang obat Suku Dinas Kesehatan ditujukan sebagai stok penjaga apabila puskesmas tiba-tiba membutuhkan obat tertentu atau ketika terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB). Obat-obat untuk keperluan program tertentu, seperti program TBC (tuberkulosis), demam berdarah, filariasis, dan lain-lain yang ditetapkan oleh Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan serta untuk program KIA dan gizi yang ditetapkan oleh Seksi Kesehatan Masyarakat, juga disimpan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan. Pada gudang obat Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat, obat-obat yang diterima digudang obat tersebut dapat berasal dari hasil anggaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ataupun hasil pengadaan sendiri. Saat proses penerimaan obat, maka perlu dilakukan pemeriksaan antara kesesuaian jenis dan jumlah obat yang diterima dengan hasil kesepakatan pengadaan atau pemberian yang telah dilakukan sebelumnya. Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu mengenai bentuk fisik obat seperti kualitas dan tanggal kakadaluarsa dari obat tersebut. Jika obat-obat yang diterima tersebut telah sesuai dengan spesifikasi ataupun perjanjian yang telah disepakati sebelumnya, maka obat-obat tersebut dapat langsung disimpan di gudang obat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
44
yang berlokasi di Tanah Abang. Proses penyimpanan dilakukan dengan sistem FEFO dan FIFO untuk mencegah obat-obat yang terlanjur habis masa kadaluarsa karena tidak sempat didistribusikan. Sistem labelling juga digunakan untuk mempermudah pemantauan obat yang disimpan. Adapun sasaran mutu untuk pengelolaan persediaan obat adalah obat kadaluwarsa yang didistribusikan sebanyak 0%. Puskesmas yang terdapat di wilayah kota Jakarta Pusat dapat melakukan permintaan obat ke gudang obat Suku Dinas Jakarta Pusat. Permintaan obat dari puskesmas ini dapat dilakukan saat puskesmas mengalami kekurangan stok obat, keperluan obat untuk program tertentu ataupun saat terjadi musibah banjir dan musibah lain serta keadaan lainnya. Untuk melakukan permintaan obat, maka puskesmas perlu mengajukan surat permintaan obat kepada kepala suku dinas kesehatan. Kemudian permintaan ini akan diproses hingga ke seksi SDK dan akan dikeluarkan surat berita acara keluar barang (SBBK). Dengan adanya SBBK ini, akan dikeluarkan obat-obat dari gudang suku dinas kesehatan sesuai dengan permintaan yang tertera di SBBK. Pada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat, proses pengelolaan persediaan obat berlangsung secara sistem satu pintu. Maksudnya disini adalah proses penerimaan (masuknya) dan proses pengeluaran (distribusi) obat ke/dari gudang obat harus melalui satu pintu yaitu koordinator gudang obat farmasi Kabupaten/Kota. Dengan adanya sistem satu pintu ini maka proses pengelolaan persediaan obat akan lebih terkendali sehingga penumpukan obat dan kakadaluarsa obat digudang dapat dicegah. Dengan begitu, sasaran mutu obat kakadaluarsa digudang juga dapat dicapai dengan pengelolaan yang terkendali seperti ini. Proses penerimaan obat di Sudin Jakarta Pusat dilakukan oleh petugas penerimaan barang. Sebelum obat diterima maka petugas wajib memeriksa kondisi fisik barang meliputi jumlah, kemasan, nomor bets, pabrik yang memproduksi serta tanggal kakadaluarsa dari obat tersebut. Pemeriksaan disesuaikan dengan surat pengiriman barang (Delivery Order/DO). Apabila barang yang diterima sudah sesuai dengan dokumen pengiriman barang maka petugas penerima barang menandatangani surat penerimaan barang, selanjutnya barang tersebut dicatat di kartu stok barang. Pencatatan yang dilakukan meliputi Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
45
tanggal penerimaan, nama barang, nama pabrik, nomor bets, jumlah barang dan tanggal kadaluarsa obat. Tetapi jika barang yang diterima ternyata tidak sesuai dengan dokumen penerimaan barang, maka petugas penerima barang berhak menolak barang tersebut. Setelah melalui proses penerimaan dan dicatat dikartu stok, selanjutnya obat-obat ini disimpan di gudang obat. Sistem penyimpanan obat di gudang obat Sudin Jakarta Pusat menggunakan gabungan antara metode FIFO dan metode FEFO. Metode FIFO yaitu obat-obatan yang baru masuk diletakkan di belakang obat yang terdahulu, sedangkan metode FEFO dengan cara menempatkan obatobatan yang mempunyai expired date (ED) lebih lama diletakkan di belakang obat-obatan yang mempunyai ED lebih pendek. Proses penyimpanannya memprioritaskan metode FEFO, baru kemudian dilakukan metode FIFO. Barang yang ED-nya paling dekat diletakkan di depan walaupun barang tersebut datangnya belakangan. Sistem penyimpanan dikelompokkan berdasarkan jenis dan macam sediaan serta suhu penyimpanan dari obat. Obat disimpan pada suhu 15-25°C yang diatur oleh alat pendingin ruangan (AC) dan suhunya dipantau setiap hari. Untuk obat-obat tertentu yang memerlukan kondisi penyimpanan di suhu dingin (2-15°C) disimpan di lemari pendingin. Distribusi obat adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan peneriamaan obat-obatan yang bermutu dari gudang obat secara merata dan teratur dan dapat diperoleh pada saat dibutuhkan. Tujuannya adalah terjaminnya mutu dan keabsahan obat serta ketepatan, kerasionalan dan efisiensi penggunaan obat. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian adalah ketepatan, kecepatan, keamanan, dan sarana fasilitas. Pada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, obat-obat yang dikelola dapat didistribusikan ke puskesmas kecamatan yang ada diwilayah Jakarta Pusat, beberapa rumah sakit yang telah bekerja sama dan unit-unit lain yang ada dalam ruang lingkup kerja Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat. Porsi pembagian obat ke puskesmas kecamatan disesuaikan dengan persentase kunjungan pasien puskesmas tersebut sedangkan untuk obat kompensasi BBM dan keluarga miskin (gakin) porsi pembagian disesuaikan dengan persentase jumlah pasien gakin di wilayah kerja puskesmas tersebut. Pembagian obat disesuaikan dengan kebutuhan masing masing-masing Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
46
puskesmas/unit, maka tahap selanjutnya adalah pembuatan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK). Petugas yang telah ditunjuk ini harus mengatur jadwal pengambilan obat dan menyiapkan obat selambat-lambatnya satu hari sebelum jadwal pengambilan obat. Pada hari yang telah ditentukan, petugas dari puskesmas kecamatan/ unit mengambil obat yang telah disediakan di Sudin dan menandatangi surat bukti barang keluar (SBBK). Sebelum SBBK ditanda angani, maka petugas wajib memeriksa kesesuaian antara barang yang diserahkan dengan surat SBBK. Penandatanganan SBBK ini dilakukan oleh petugas yang menyerahkan dan petugas penerima barang dengan persetujuan kepala seksi SDK. Di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat juga terdapat proses penitipan obat dan alat kesehatan (Alkes). Obat dan alkes yang akan dititipkan ke gudang Sudin harus melalui proses penerimaan barang sesuai dengan prosedur penerimaan. Lembar berita acara proses serah terima barang yang dititipkan ini kemudian didokumentasikan secara jelas dan barang titipan disimpan di gudang dengan penandaan yang jelas dan ditempat terpisah. Pemusnahan obat dan alat kesehatan yang rusak dan habis masa kadaluarsanya dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Obat-obat dan alkes yang telah rusak dan habis masa kadaluarsa dikumpulkan pada satu tempat dan ketika jumlahnya sudah sampai pada jumlah tertentu maka akan dilakukan pemusnahan secara bersamaan. Proses pemusnahan obat dan alat kesehatan yang rusak dan habis masa kadaluarsa ini dimulai dari persiapan berita acara. Berita acara pemusnahan ditandatangani oleh yang memusnahkan (pengelola gudang obat) dan dua orang saksi serta mengetahui Kepala Suku Dinas Kesehatan. Selain itu, juga perlu dilakukan pendataan obat dan alkes yang akan dimusnahkan. Sebelum dimusnahkan maka obat dan alkes yang rusak dan habis masa kadaluarsa ini dipastikan jumlahnya dan disesuaikan dengan lampiran berita acara pemusnahan. Obat dan alkes yang rusak dan habis masa kadaluarsa ini dimusnahkan dengan cara yang sesuai. Tablet/kapsul dimusnahkan dengan cara dihancurkan/ditumbuk kemudian dilarutkan ke dalam air. Larutan (sirup, suspensi, emulsi, dll) dimusnahkan dengan cara dituang ke dalam wadah, sedangkan untuk alkes dimusnahkan dengan cara tertentu yang telah ditetapkan. Selanjutnya, limbah dari pemusnahan obat ini dikumpulkan dan disalurkan ke tempat Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
47
pengolahan limbah untuk diproses lebih lanjut sehingga tidak mencemari lingkungan.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan di institusi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat, terutama di Seksi Sumber Daya Kesehatan sehingga seorang Apoteker harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan mengaplikasikan mengenai cara perizinan serta pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dari pelayanan kesehatan tersebut termasuk sarana dan tenaga kesehatannya. 2. Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas pokok dan fungsi dalam memberikan
pelayanan
perizinan,
pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian (binwasdal) sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di wilayah Jakarta Pusat. 3. Seksi Farmasi Makanan dan Minuman berperan dalam kegiatan pelayanan perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal) untuk sarana apotek, toko obat, Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Toko Pengecer Alat Kesehatan, dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Selain memberikan perizinan juga memberikan rekomendasi pada cabang/sub penyalur alat kesehatan (C/SPAK), dan Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT). 4. Tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman telah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun masih ada masyarakat
yang belum sepenuhnya
memahami persyaratan
administrasi dalam perizinan maupun persyaratan teknis di lapangan sehingga bagian Farmakmin khususnya Apoteker harus dapat memberikan pembinaan dan pengawasan agar permasalahan dilapangan dapat terselesaikan.
48
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
49
5.2 Saran 1. Perlunya penambahan sumber daya manusia serta pengadaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan efektivitas kerja. 2. Kegiatan binwasdal yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman harus lebih intensif untuk meminimalisasi pelanggaran yang ada. 3. Kegiatan pembinaan perlu dioptimalkan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.23.04.12.2207 tentang Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2002). Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2001). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta: Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002a). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1331/Menkes/SK X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167/KAB/B.VIII/1972 Tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2002b). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1332 / Menkes / SK / X / 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/ Menkes / PER / X / 1993. tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan PKRT. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Kebijakan Obat Nasional. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 50
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
51
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/Menkes/Per/III/2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1191/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1999a). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1999b). Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Negara Republik Indonesia Jakarta. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2000). Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Pembinaan Pengawasan dan Pengendalian Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Sub Dinas Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
52
Lampiran 1. Struktur organisasi suku dinas kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
53
Lampiran 2. Formulir permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) Hal : Permohonan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) Surat Izin Kerja (SIK)* Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat Di Jakarta Dengan Hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap : .......................................................................................................................... Nomor STRA : ............................................................................................................................ Tempat/ Tanggal Lahir : .............................................................................................................. Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan (*) Pendidikan Terakhir : ................................................................................................................. Tempat Praktik/ Kerja :.............................................................................................................. Rt/Rw ..................................... Kelurahan .......................................... Kecamatan .......................................................................................... Telp .................................................................................... Alamat Praktik Lain ** : 1 ........................................................................................................ : 2 ........................................................................................................ Alamat Rumah : ............................................... No .................................................................. Rt/RW...................................... Kelurahan ..................................................... Kecamatan ...................................................................................................... Telp ................................................................................................................ No Sertifikat Kompetensi : ........................................................................................................ Tgl Sertifikat Kompetensi : ....................................................................................................... Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatakan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) / Surat Izin Kerja(SIK) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktikdan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan, sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan : a. Foto kopi STRA yang dilegalisir oleh KFN yang masih berlaku. b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitaspelayanan kefarmasiaan atau dari pimpinan produksi atau distribusi/penyalur. c. Surat rekomendasi dari Organisasi profesi (IAI = Ikatan Apoteker Indonesia). d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm ( 2 lembar) untuk satu tempat praktik dan 3 x 4 cm (1 lembar). e. Surat izin dari pimpinan instansi / sarana pelayanan kesehatan dimana Apoteker dimaksud bekerja(khusus bagi Apoteker yang berpraktik/ bekerja di sarana pelayanan kesehatan pemerintah atau saranapelayanan kesehatan yang ditunjuk pemerintah). f. Foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku. g. Melampirkan SIPA yang lama bila ingin memperpanjang SIPA. h. Melampirkan fotokopi izin sarana untuk berpraktik / bekerja di sarana (kecuali RS dan sarana pelayanankesehatan yang ditunjuk pemerintah). Demikian atas perhatiaan Bapak/ Ibu, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, ……………… Pemohon Materai 6000 ……………………. Tembusan : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (**) diisi sesuai permohonan (SIPA/SIK) *** untuk SIPA sebagai Apoteker pendamping
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
54
Lampiran 3. Formulir permohonan Surat Kefarmasian (SIKTTK)
Izin Kerja
Tenaga Teknis
Hal : Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat Di Jakarta Dengan Hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama Lengkap : ................................................................................................................ Nomor STRTTK : ................................................................................................................ Tempat/ Tanggal Lahir : ................................................................................................................ Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan (*) Lulusan : SMF /D3 Farmasi / Sarjana Farmasi Tahun Lulus : ................................................................................................................ Alamat Rumah : ..................................................... No .................................................... Rt/RW ........................................... Kelurahan ........................................ Kecamatan ................................................................................................ Nama Sarana Ke 1 : ................................................................................................................ Alamat Sarana Kesehatan : ................................................................................................................ Nama Sarana Ke 2 : ................................................................................................................ Alamat Sarana Kesehatan : ................................................................................................................ Nama Sarana Ke 3 : ................................................................................................................ Alamat Sarana Kesehatan : ................................................................................................................ Dengan ini mengajukan permohonan untuk mendapatakan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan(SIKTTK) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasiaan, sebagai bahan pertimbangan bersama ini kami lampirkan : a. Foto kopi STRTTK yang dilegalisir. b. Surat pernyataan Apoteker atau Pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasiaan. c. Surat rekomendasi dari Organisasi yang menghimpun tenaga teknis kefarmasiaan. d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm (3 lembar) dan 3 x 4 cm (2 lembar). e. Foto kopi KTP. Demikian atas perhatiaan Bapak/ Ibu, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, …………………..
Pemohon Materai 6000 …………………………. (*) coret yang tidak perlu (**) diisi salah satu yang sesuai *** tidak berlaku bagi TTK yang bekerja di Pedagang eceran obat
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
55
Lampiran 4.
Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
Nomor TU:
/1.779.3
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER (SIPA) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenagaKefarmasian, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat memberikan Izin Praktik Apoteker kepada: XXXX XXXXXXXXXXXXXXX Tempat/Tanggal Lahir : Alamat : No.STRA : STRA berlaku sampai dengan : Untuk berpraktik sebagai: Apoteker Nama dan Alamat Praktik : Nomor Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA): 19861210/SIPA_31.01/2013/1002 ................................................................................ Masa berlaku s.d: Dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sertaketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan tercantum dalam surat izin.
Foto 4x6 cm
Dikeluarkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2013 KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT
Dr. Netry Listriani, MKM Tembusan: 1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2. Ketua Komite Farmasi Nasional 3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 4. Organisasi Profesi
NIP: 196111961987012001
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
56
Lampiran 5.
Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)
Nomor TU:
/1.779.3
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KESEHATAN SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT SURAT IZIN KERJA APOTEKER (SIKA) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja tenaga Kefarmasian, yang bertanda tangan dibawah ini, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat memberikan Izin Kerja Apoteker kepada: XXXX XXXXXXXXXXXXXXX Tempat/Tanggal Lahir : Alamat : No.STRA : STRA berlaku sampai dengan : Untuk berpraktik sebagai : Apoteker Nama dan Alamat Praktik : Nomor Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA): 19861210/SIKA_31.01/2013/1002 ................................................................................ Masa berlaku s.d: Dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan pekerjaan/praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian harus selalu mengikuti paradigma pelayanan kefarmasian dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Surat Izin ini batal demi hukum apabila bertentangan dengan angka 1 diatas dan pekerjaan kefarmasian dilakukan tidak sesuai dengan tercantum dalam surat izin.
Foto 4x6 cm
Dikeluarkan di : Jakarta Pada tanggal : Oktober 2013 KEPALA SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT
Dr. Netry Listriani, MKM
NIP: 196111961987012001 1. Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2. Ketua Komite Farmasi Nasional 3. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 4. Organisasi Profesi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
57
Lampiran 6.
Formulir permohonan Surat Izin Apotek (SIA) CM-05/SK-FM/04-09
Nomor :……………………… Lampiran :……………………… Hal : Permohonan Surat Izin Apotek Yth.
Jakarta, …………………….
Kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di JAKARTA
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apotek dengan data-data sebagai berikut : 1. Permohon : Nama Apoteker :………………………………………… Nomor SIK / SP :………………………………………… Nomor Kartu Tanda Penduduk :………………………………………… Alamat dan nomor telpon :………………………………………… Pekerjaan sekarang :………………………………………… Nomor Pokok Wajib Pajak :………………………………………… 2. Apotek : Nama Apotek :………………………………………… Alamat :……………………………................... Nomor telepon :………………………………………… Kecamatan :………………………………………… Kelurahan :………………………………………… Provinsi : DKI Jakarta 3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri / milik orang lain Nama pemilik sarana :………………………………………… Akte Perjanjian Kerjasama No. :………………………………………… Yang dibuat dihadapan notaries:………………………………………… Di : Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak, kami sampaikan terimakasih. Permohon Materai Rp. 6000,-
Lampiran 7. Formulir pemeriksaan apotek Universitas Indonesia
( ………………….. ) Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI,Apoteker 2015
Pengelola Apotek
58
Lampiran 7. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
59
Lampiran 7. (Lanjutan) Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
60
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
61
Lampiran 8.
Surat Izin Apotek (SIA)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
62
Lampiran 8. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
63
Lampiran 9. Permohonan surat izin apotek CM-05/SK-FM/04-09
Nomor :……………………… Lampiran :……………………… Hal : Permohonan Surat Izin Apotek Yth.
Jakarta, …………………….
Kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di JAKARTA
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apotek dengan data-data sebagai berikut : 1. Permohon : Nama Apoteker : Nomor SIK / SP : Nomor Kartu Tanda Penduduk : Alamat dan nomor telpon : Pekerjaan sekarang : Nomor Pokok Wajib Pajak : 2. Apotek : Nama Apotek : Alamat : Nomor telepon : Kecamatan : Kelurahan : Provinsi : DKI Jakarta 3. Dengan menggunakan sarana : milik sendiri / milik orang lain Nama pemilik sarana : Akte Perjanjian Kerjasama No. : Yang dibuat dihadapan notaries : Di : Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak, kami sampaikan terimakasih. Permohon Materai Rp. 6000,-
Universitas Indonesia
( ………………….. ) Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015 Apoteker
Pengelola Apotek
64
Lampiran 9. (Lanjutan) CM-30/SK-FM/04-09
Cek List Perizinan Apotek yang bekerjasana dengan pihak lain LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 1332 /MENKES/PER/X/2002 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTEK YANG BEKERJA SAMA DENGAN PIHAK LAIN No.
Persyaratan yang harus dilengkapi
1
Surat Permohonan Apoteker Pengelola Apotek ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap 1 (satu) rangkap diatas materai Rp. 6000,Akte pendirian perusahaan bila berbentuk Badah Hukum disahkan / terdaftar pada MenKeh HAM Fc. KTP DKI dari Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Fc. Ijazah dan Surat Izin Kerja (SIK) / Surat penugasan (SP) Fc. Status gedung milik sendiri lampiran sertifikat bila sewa foto copy Perjajian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 (dua) tahun Fc.Undang – Undang Gangguan Fc.IMB Surat Izin atasan untuk mengelola apotek bila pegawai negri, Anggota ABRI, dan Pegewai Instansi Pemerintah lainnya. Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan setempat Surat Pernyataan permohonan yang menyatakan akan tunda serta petuh kepada peraturan yang berlaku diatas materai Rp. 6000,Peta Lokasi dan Denah Ruangan Surat pernyataan dari Pemilik sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran Peraturan dibidang Faramasi / Obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan Obat diatas materai Rp. 6000,Surat Pernyataan Apoteker Penggelola Apotek bahwa ybs tidak bekerja pada bidang farmasi lain dan tidak manjadi Apotek Pengelola Apotek di Apotek lain, diatas materai Rp. 6000,Surat Pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika,OKT tanpa R/ diatas materai Rp.6000,Struktur Organisasi dan Tata Kerja Daftar Ketenagaan bardasarkan pendidikan Surat Izin AA / D3 Farmasi,Ijazah dan KTP Rencana Jadwal Buka Apotek Daftar peralatan peracikan obat Buku wajib peraturan Per-UU di bidang farmasi Form Laporan narkotika dan Psikotropika Phaspoto berwarna : 3 lembar ( 3 x 4 ) Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek Perjanjian Kerjasama Apoteker pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek ( Notaris )
2 3 4 5
6 7 8 9 10
11 12
13
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Izin Prinsip -
Izin Teetap berlaku selama tidak ada perubahan +
-
+
-
+ + +
-
+ + +
-
+ +
-
+ +
-
+
-
+
-
+ + + +
-
+ + +
-
+
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
65
Lampiran 10.
Permohonan surat izin depo farmasi CM-12/SK-FM/04-09
Nomor Lampiran Hal
:……………………… Jakarta, ……………………. :……………………… : Permohonan Surat Izin Depo Farmasi Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di JAKARTA
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Depo Farmasi data-data sebagai berikut : 1.
2.
Permohon Nama Apoteker Nomor SIK / SP Nomor Kartu Tanda Penduduk Alamat dan nomor telpon Pekerjaan sekarang Nomor Pokok Wajib Pajak Depo Farmasi Nama Depo Farmasi Alamat Depo Farmasi Nomor Izin Klinik yang berlaku : Almat Klinik Kecamatan Kelurahan Provinsi
: : : : : : : : : : Jl.………………………………….. Kel……Kec……………... : : : : DKI Jakarta
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak, kami sampaikan terimakasih. Permohon Materai Rp. 6000,-
( ………………….. ) Universitas Indonesia
Apoteker Pengelola Apotek
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
66
Lampiran 10. (Lanjutan) CM-31/SK-FM/04-09
Cek List Perizinan Depo Farmasi
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTEK IZIN DEPO OBAT / FARMASI ( Pengganti SIMO )
No.
Persyaratan yang harus dilengkapi
1
Surat Permohonan Apoteker Pengelola Apotek ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap 1 (satu) rangkap diatas materai Rp. 6000,Surat Fc. Izin Klinikyang masi berlaku Fc. KTP DKI dari Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Fc. Ijazah dan Surat Izin Kerja (SIK) / Surat penugasan (SP)
2 3 4
5
6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Fc. Status gedung milik sendiri lampiran sertifikat bila sewa foto copy Perjajian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 (dua) tahun Peta Lokasi dan Denah Ruasngan seatap / sepekarang dengan Klinik Daftar peralatan peracikan, Obat, Etiket Surat Perangkat Apoteker sebagaiKaryawan / Penanggung jawab Depo Obat / Farmasi Surat Perangkatan Apoteker hanya malayani R / dari Klinik Perusahaannya ( bukan R / dari umum 0 kecuali atas nama Pasien Perusahaan Fc. NPWP Perusahaan UUG Proposal untuk mendirikan Depo Obat / Farmasi Struktur Organisasi dan Tata Kerja / Tata laksana Daftar Keterangan berdasarkan pendidikan Surat Izin kerja AA / D3 farmasi dan KTP, Ijazah Rencana Jadwal Buka Apotek Buku wajib peraturan Per-UU dibidang Farmasi Form. Laporan Narkotika, Psikotropika
Izin Prinsip -
Izin Teetap berlaku selama tidak ada perubahan +
-
+ +
-
-
Lampiran Surat Selesai Masa Bhakti Apoteker bagi non Pegawai Negri +
-
+
-
+ +
-
+
-
+ + + + + + + + +
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
67
Lampiran 11. Formulir permohonan surat izin apotek rakyat CM-24/SK-FM/04-09
:……………………… Jakarta, ……………………. :……………………… : Permohonan Surat Izin Apotek Rakyat. Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di JAKARTA
Nomor Lampiran Hal
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Apotek dengan data-data sebagai berikut : 1.
2.
3.
Permohon Nama Apoteker Nomor SIK / SP Nomor Kartu Tanda Penduduk Alamat dan nomor telpon Pekerjaan sekarang Nomor Pokok Wajib Pajak Apotek Nama Apotek Alamat Nomor telepon Kecamatan Kelurahan Provinsi Dengan menggunakan sarana Nama pemilik sarana Akte Perjanjian Kerjasama No. Yang dibuat dihadapan notaries Di
: : : : : : : : : : : : : : DKI Jakarta : milik sendiri / milik orang lain : : : :
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak, kami sampaikan terimakasih.
Permohon Materai Rp. 6000,-
Universitas Indonesia
( ………………….. ) Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Apoteker Pengelola Apotek
68
Lampiran 11. (Lanjutan) Cek List Perizinan Apotek Rakyat
CM-29/SK-FM/04-09
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 284/MENKES/PER/III/2007 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTEK RAKYAT
No.
Persyaratan yang harus dilengkapi
1
Surat Permohonan Apoteker Pengelola Apotek ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap 1 (satu) rangkap diatas materai Rp. 6000,Akte pendirian perusahaan bila berbentuk Badah Hukum disahkan / terdaftar pada MenKeh HAM Fc. KTP DKI dari Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Fc. Ijazah dan Surat Izin Kerja (SIK) / Surat penugasan (SP) Fc. Status gedung milik sendiri lampiran sertifikat bila sewa foto copy Perjajian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 (dua) tahun Asli dan salinan / fotokopi Surat Izin atasan untuk mengelola apotek bila pegawai negri, Anggota ABRI, dan Pegewai Instansi Pemerintah lainnya. Surat Pernyataan permohonan yang menyatakan akan tunda serta petuh kepada peraturan yang berlaku diatas materai Rp. 6000,Peta Lokasi dan Denah Ruangan Surat pernyataan dari Pemilik sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran Peraturan dibidang Faramasi / Obat dan tidak ikut campur dalam hal pengelolaan Obat diatas materai Rp. 6000,Surat pernyataan Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik Sarana Apotek tidak menyediakan Narkotika,Psikotropika meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar Surat Pernyataan Apoteker Penggelola Apotek bahwa ybs tidak bekerja pada bidang farmasi lain dan tidak manjadi Apotek Pengelola Apotek di Apotek lain, diatas materai Rp. 6000,Struktur Organisasi dan Tata Kerja Daftar Ketenagaan bardasarkan pendidikan Surat Izin Kerja AA / D3 Farmasi dan KTP Rencana Jadwal Buka Apotek Pasfoto barwarna : 3 lembar ( 3 X 4 ) Apoteker Pengelola Apotek dan Pemilik NPWP Perjanjian Kerjasama Apoteker dengan pemilik Sarana Apotek yang disahkan oleh notaries Undang – Undang Gangguan
2 3 4 5
6
7
8 9
10
11
12 13 14 15 16 17 18 19
-
Izin Teetap berlaku selama tidak ada perubahan +
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+ +
-
+
-
+ + + + +
-
+ +
Izin Prinsip
-
+ Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
69
Lampiran 12. Formulir permohonan surat izin pedagang eceran obat CM-14/SK-FM/04-09
:……………………… Jakarta, ……………………. :……………………… : Permohonan Izin Pendirian Pedagang Eceran Obat Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Pusat di JAKARTA
Nomor Lampiran Hal
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Pendirian Pedagang Eceran Obat dengan data-data sebagai berikut : 1. Data Permohon a.Nama Alamat Kelurahan Kecamatan Nomor Telp 2. Data Toko Obat a. Nama b.Alamat Kelurahan Kecamatan Nomor Telp 3. Data Penanggung Jawab Teknis a. Nama b. Alamat c. Nomor SIK
: : : : :
: : : : : : : :
Bersama permohonan ini kami lampirkan persyaratan terlampir. Demikian permohonan kami, atas perhatian dan persetujuan Bapak, kami sampaikan terimakasih.
Permohon Materai Rp. 6000,-
Universitas Indonesia
( ………………….. )
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
70
Lampiran 13. Formulir permohonan sertifikat produksi pangan industri rumah tangga (P-IRT) CM-01/SK-FM/04-09
Nomor Lampiran Hal
: Jakarta,………………………… : : Permohonan Perizinan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga ( SP PIRT ) Kepada Yth. Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Wilayah Jakarta Pusat Di JAKARTA Dengan Hormat, Yang Bertanda tangan dibawah ini kami , Nama Pemohon Jabatan Alamat Kelurahan / Kecamatan Bertindak untuk dan atas nama perusahaan : Nama Perusahaan Alamat Perusahaan : Nomor Telepon / Fax :
Mengajukan permohonan untuk memproduksi Makanan sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 TAHUN 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Bersama ini disertai lampiran sebagai berikut Demikian permohonan kami atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami, Materai Rp.6000,-
(
)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
71
Lampiran 13. (Lanjutan)
1
DATA PRODUKSI SERTIFIKAT PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA (SPP-IRT) Nama jenis pangan (sesuai nama jenis pangan IRT) : ................................................................................... ..... ...... :
................................................................................... ..... ......
2
Nama dagang (jika ada)
3
Jenis kemasan
4
Label
:
5
Berat bersih/isi bersih (g/mg/kg atau l/ml/kl)
:
Komposisi
:
No a b c d e
Bahan Tambahan Pangan
:
No a b c
Proses Produksi
:
: No a
Jenis Kemasan Gelas (Glass) Bukan untuk pangan yang disterilisasi b Plastik Bukan untuk pangan yang disterilisasi atau pasteurisasi c Karton / Kertas d Kaleng Bukan untuk pangan yang disterilisasi e Aluminium Foil f Lain-lain , Misalnya daun Terlampir
Ket
................................................................................... ..... ......
6
7
Jenis Bahan Baku
BTP Pengawet Pewarna Tambahan Lain
%
Jenis & Kode
8 ................................................................................... ..... .......... ................................................................................... ..... ......... ................................................................................... ..... ......... ................................................................................... ..... ......... ................................................................................... Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
72 Lampiran 13. (Lanjutan) ..... ......... 9
Informasi tentang masa simpan (kedaluwarsa)
:
................................................................................... ..... ......
10
Informasi tentang kode produksi
:
................................................................................... ..... ......
:
11
Nama, alamat, kode pos dan nomor telepon IRTP
12
Nama pemilik
:
................................................................................... ..... ......
13
Nama penanggungjawab
:
................................................................................... ..... ......
14
Data Karyawan
................................................................................... ..... ...... ................................................................................... ..... ...... ................................................................................... ..... ......
a.
Jumlah Karyawan
:
…………………….. orang
b.
Pendidikan Kaeryawan
:
Tidak sekolah……………..orang SD ………………………….orang SLTA……………………….orang
c.
Pemeriksaan Kesehatan
:
- Dilakukan berkala…………kali setahun (……………. ) - Dilakukan jika sakit ( ………………. …… ) - Belum dilakukan ( ……………………. )
15
Lokasi Produksi
:
- Daerah Industri …………… ya / tidak - Derah Pemukiman ……….. . ya / tidak - Daerah Pertanian ……….. … ya / tidak
16
Ruang Produksi a. Lantai
:
Tanah ( ) Kayu ( ) Semen ( ) Ubin ( ) Bambu ( ) Papan ( ) Tembok ( ) Tembok dengan Porcelin ( ) Eternit ( ) Papan ( ) Kayu Lapis ( ) Bambu ( ) Beton ( ) Bahan Lain ( ) Jumlah……………. Jarak dengan ruang pengolahan…………….meter PAM ( ) Sumur Terbuka ( ) Sumur Pompa ( ) Sumber Lain……………………. Ada / Tidak ada , Terbuka / Tertutup Lancar / Tidak Lancar
b.
Dinding
:
c.
Langit-Langit
:
d.
Kamar Mandi / WC
:
e.
Sumber Air
:
f.
Saluran Pembuanngan Air Limbah
:
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
73
Lampiran 13. (Lanjutan)
Pemilik/Penanggungjawab ttd
(..............................................) *) Coret yang tidak perlu
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
UNIVERSITAS INDONESIA PENGGUNAAN OBAT RASIONAL SERTA SISTEM PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN GAMBIR JAKARTA PUSAT
TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
FADILATUL JANNAH, S.Farm. 1306502384
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
UNIVERSITAS INDONESIA PENGGUNAAN OBAT RASIONAL SERTA SISTEM PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN GAMBIR JAKARTA PUSAT
TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
FADILATUL JANNAH, S.Farm. 1306502384
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015
ii
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. . HALAMAN JUDUL .................................................................................... . DAFTAR ISI ................................................................................................ . DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. .
i ii iii iv
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... . 1 1.1. Latar Belakang ......................................................................... . 1 1.2. Tujuan Penulisan ...................................................................... . 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. . 2.1 Puskesmas ................................................................................. . 2.1.1 Definisi Puskesmas .......................................................... . 2.1.2 Fungsi Puskesmas ............................................................ . 2.1.2.1 Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan ........................................................... . 2.1.2.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat ......................... . 2.1.2.3 Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama ........... . 2.2 Penggunaan Obat Rasioanal (POR) ......................................... . 2.3 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .................................. . 2.4 Diare ....................................................................................... . 2.5 Myalgia ................................................................................... . 2.6 Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas ...................... . 2.6.1 Perencanaan Obat ............................................................ . 2.6.2 Tahap Pengadaan ............................................................. .
3 3 3 3
BAB 3. DESKRIPSI KEGIATAN .............................................................. . 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus.......................... . 3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................ . 3.3 Cara Kerja ................................................................................. .
20 20 20 20
3 4 4 5 8 9 13 13 14 16
BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................. . 22 4.1 Penggunaan Obat Rasional (POR) ............................................. . 22 4.2 Perencanaan dan Pengadaan Obat .............................................. . 24 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... . 28 5.1 Kesimpulan .............................................................................. . 28 5.2 Saran ......................................................................................... . 28 DAFTAR ACUAN ...................................................................................... . 29
iii
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Monitoring Indikator Peresepan ISPA Non Penumonia Puskesmas Kecamatan Gambir Jakarta Pusat Bulan Juni Tahun 2014 ................................................. Lampiran 2. Formulir Monitoring Indikator Peresepan Myalgia Puskesmas Kecamatan Gambir Jakarta Pusat Bulan Juni Tahun 2014 ...... Lampiran 3. Formulir Monitoring Indikator Peresepan Diare Non Spesifik Puskesmas Kecamatan Gambir Jakarta Pusat Bulan Juni Tahun 2014........................................................... Lampiran 4. Presentase Penggunaan Obat .................................................. Lampiran 5. Grafik penggunaan 30 Obat Terbanyak Tahun 2013 ................
iv
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
31 35
39 44 45
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut yaitu membentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan yang mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat yang tinggal di suatu wilayah kerja tertentu. Puskesmas sebagai salah satu organisasi fungsional pusat pengembangan masyarakat yang memberikan pelayanan promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Fungsi utama Puskesmas adalah memenuhi pelayanan kesehatan masyarakat. Obat merupakan salah satu komponen tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan, dengan demikian obat memiliki fungsi sosial dan seharusnya fungsi tersebut lebih diutamakan dibandingkan dengan obat yang hanya sebagai komoditas perdagangan. Pemenuhan fungsi sosial obat harus mampu menjamin kondisi-kondisi berikut secara berkelanjutan: a. Keamanan, khasiat dan mutu obat (melindungi masyarakat dari penggunaan obat yang salah dan penyalahgunaan obat); b. Terlaksanannya penggunaan obat secara rasional; c. Ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan (tepat biaya).
1
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
2
Berdasarkan ketiga hal tersebut perlu dilakukan adanya pemantauan penggunaan obat secara rasional dan ketersediaan obat terutama pada sistem pengadaan obat. Penggunaan obat rasional (POR) menurut WHO (2010) merupakan kondisi dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis pasien, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individual, untuk jangka waktu penggunaan yang tepat, dan dalam biaya terapi yang terjangkau oleh pasien maupun komunitas. Berdasarkan definisi tersebut maka untuk mendapatkan terapi yang tepat bagi pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien maka sangat diperlukan adanya pemantauan terhadap penggunaan obat secara rasional. Dengan pengobatan yang rasional pasien akan menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dengan dosis yang tepat, untuk jangka waktu pengobatan yang sesuai, dengan kemudahan mendapatkan dengan biaya yang terjangkau. Namun, ketidakrasionalan penggunaan obat sering terjadi, seperti penggunaan antimikroba serta antibiotik dan penggunaan injeksi yang tidak tepat. Sehingga penulis melakukan penelusuran data dan profil penggunaan obat secara rasional terutama penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan diare non spesifik serta penggunaan injeksi pada myalgia di Puskesmas kecamatan Gambir. Selain itu, penulis juga membahas mengenai sistem pengadaan obat di Puskesma kecamatan Gambir.
1.2 Tujuan a. Mengetahui profil penggunaan obat secara rasional di Puskesmas Kecamatan Gambir. b. Mengetahui metode atau sistem perencanaan obat di Puskesmas Kecamatan Gambir.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas 2.1.1 Definisi Puskesmas Definisi puskesmas berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakn
pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas sebagai pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD) berperan sebagai penyelenggara sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Standar wilayah kerja puskesmas secara nasional adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Setiap puskesmas secara operasional bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Menteri Kesehatan, 2004). 2.1.2 Fungsi Puskesmas 2.1.2.1 Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan Fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan diupayakan dengan menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya serta mendukung pembangunan kesehatan. Selain itu, puskesmas juga aktif untuk memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggara setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Upaya yang dilakukan oleh puskesmas khusus untuk pembangunan kesehatan adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan
dan
pencegahan
penyakit
tanpa
mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (Menteri Kesehatan, 2004).
3
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
4
2.1.2.2 Pusat Pemberdayaan Masyarakat Fungsi puskesmas sebagai pusat pemberdayaan masyarakat diupayakan dengan meningkatkan kesadaran pemuka masyarakat termasuk dunia usaha untuk melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi social budaya masyarakat setempat (Menteri Kesehatan, 2004).
2.1.2.3 Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama Puskesmas bertangung jawab untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
128/Menkes/SK/II/2004 pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi: a. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap (Menteri Kesehatan, 2004). b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat public (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
5
berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Menteri Kesehatan, 2004).
2.2 Penggunaan Obat Rasioanal (POR) Definisi penggunaan obat rasional (POR) menurut WHO (2010) adalah kondisi dimana pasien menerima pengobata yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya dengan dosis yang sesuai dalam jangka waktu yang tepat dan terjangkau. Berdasarkan definisi tersebut maka indikator atau kriteria kerasionalan peresepan adalah sebagai berikut : a. Tepat Diagnosis Obat diberikan sesuai dengan diagnosis atau kondisi klinis pasien. Apabila diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan salah. Sehingga dapat mempengaruhi outcome atau hasil pengobatan pada pasien. b. Tepat Pemilihan Obat Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit yang diderita oleh pasien. c. Tepat Indikasi Obat yang diberikan harus memiliki indikasi yang tepat untuk penyakit yang diderita oleh pasien. d. Tepat Dosis Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Apabila salah satu dari empat hal tersebut tidak dipenuhi menyebabkan efek terapi tidak tercapai. e. Tepat Jumlah Jumlah obat yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup. f. Tepat cara pemberian Cara pemberian obat yang tepat adalah Obat Antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan. Demikian pula antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
6
akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorpsi sehingga menurunkan efektifitasnya. g. Tepat interval waktu pemberian Cara Pemberian obat hendaknya dibuat sederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat per hari (misalnya 4 kali sehari) semakin rendah tingkat ketaatan minum obat. Obat yang harus diminum 3 x sehari harus diartikan bahwa obat tersebut harus diminum dengan interval setiap 8 jam. h. Tepat lama pemberian Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing – masing. Untuk Tuberkulosis lama pemberian paling singkat adalah 6 bulan, sedangkan untuk kusta paling singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 – 14 hari. i. Tepat Penilaian Kondisi Pasien Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia atau bayi. j. Waspada Terhadap Efek Samping Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain sebagainya. Sehingga dalam pengobatan perlu memperhatikan efek samping yang mungkin terjadi, hal ini perlu diinformasikan pada pasien sehingga jika muncul efek samping yang tidak diinginkan dapat ditangani dengan segera. k. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau. Untuk mencapai criteria ini obat harus dibeli melalui jalur yang resmi, sehingga menghindari penggunaan obat palsu, obat rusak ataupun obat yang tidak memenuhi syarat. l. Tepat tindak lanjut (Follow up) Apabila pengobatan sendiri atau swamedikasi telah dilakukan, bila sakit berlanjut segera konsultasikan ke dokter. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
7
m. Tepat Penyerahan Obat (Dispensing) Penggunaan obat rasional melibatkan penyerahan obat dan pasien sendiri sebagai konsumen. Resep yang dibawa oleh pasien ke tempat penyerahan obat di Puskesmas atau apotek akan dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat. n. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :
Jenis sediaan obat yang beragam
Jumlah obat terlalu banyak
Frekuensi pemberian obat perhari terlalu sering
Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenaii cara menggunakan obat
Timbulnya efek samping.
Indikator penggunaan obat rasional (POR) secara nasional berdasarkan program kinerja POR Nasional oleh Binfar yaitu berdasarkan rata-rata jumlah obat per pasien, persentase penggunaan antibiotik pada infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) non pneumonia, presentase penggunaan antibiotik pada diare non spesifik dan persentase penggunaan injeksi pada myalgia. Dasar pemilihan ketiga diagnosis tersebut sebagai indikator penilaian kinerja POR di Puskesmas adalah sebagai berikut : a. Termasuk 10 penyakit terbanyak b. Diagnosis dapat ditegakkan oleh petugas tanpa melakukan pemeriksaan penunjang c. Pedoman terapi untuk ketiga diagnosis jelas d. Tidak memerlukan antibiotic/injeksi e. Selama ini ketiganya dianggap potensial untuk diterapi secara tidak rasional. Batas toleransi dari indikator peresepan penggunaan obat rasional untuk penggunaan antibiotic pada ISPA non pneuomonia adalah 20%, penggunaan antibiotic pada diare non spesifik adalah 8%, penggunaan injeksi pada myalgia adalah 1% dan batas toleransi rerata jumlah item obat per resep adalah 2,6 item. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
8
Indikator POR berdasarkan WHO lainnya tetap diukur, namun tidak menjadi indikator POR nasional.
2.3 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dibedakan menjadi dua, yaitu ISPA atas dan bawah. Infeksi saluran pernafasan akut atas adalah infeksi yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis, dan sinusitis. Sedangkan infeksi saluran pernafasan akut bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran pernafasan akut atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk penggolongan ini adalah bronchitis akut, bronchitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia aspirasi (Nelson, 2002). Penyakit infeksi akut ini menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas muai hidung (saluran atas) hingga alveoli, rongga telinga tengah dan pleura. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni : a. Infeksi Infeksi disebabkan karena masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. b. Saluran Pernafasan Saluran pernafasan merupakan organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ aksesorinya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. c. Infeksi Akut Infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari ditentukan untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dibagi dalam dua golongan, yaitu ISPA non pneumonia dan ISPA pneumonia. Pengertian pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) yang pada umumnya disebabkan oleh invasi bakteri dan ditandai oleh gejala klinik seperti batuk, disertai nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah. Maka Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
9
ISPA pneumonia merupakan ISPA yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri sedangkan ISPA non pneumonia merupakan ISPA yang tidak disebabkan oleh infeksi bakteri, yang biasanya dikenal oleh masyarakat dengan istilah batu dan pilek (common cold). ISPA dapat disebabkan oleh banyak hal, menurut Nelson (2002) virus penyebab ISPA meliputi virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, koronavirus, koksakavirus A dan B, Streptokokus dan lainlain. Selain itu ISPA juga dapat disebabkan oleh perilaku individu yang kurang sehat, seperti sanitasi fisik rumah dan kurangnya ketersediaan air bersih (Depkes RI, 2005). Penularan ISPA dapat melalui melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda yang telah dicemari virus dan bakteri penyebab ISPA (hand to hand transmission) dan dapat juga ditularkan melalui udara tercemar (air borne disease) pada penderita ISPA yang kebetulan mengandung bibit penyakit melalui sekresi berupa saliva atau sputum. Menurut Standar Pengobatan Dasar di Puskesmas untuk penyakit ISPA Non Pneumonia hanya diperlukan pengobatan simtomatis untuk menghilangkan gejala yang mengganggu, Parasetamol 500 mg 3 x sehari untuk menghilangkan nyeri dan demam, untuk anak dengan dosis parasetamol adalah 10mg/kgBB/kali 3-4 kali sehari serta penggunaan antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder (Depkes RI, 2007).
2.4 Diare Diare berasal dari kata yunani yaitu kata “diarroia” yang artinya mengalir terus (Hartanto, 2006). Menurut Suharyono (2008) diare merupakan kondisi buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair. Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih perhari. (Ramaiah, 2007). Definisi lain menyebutkan diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2005).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
10
Inayah (2006) mengklasifikasi diare berdasarkan pada ada atau tidaknya infeksi menjadi 2 golongan : a. Diare infeksi spesifik : tifus abdomen dan paratifus, desentri basil, eterokiliatis stafilokok. b. Diare infeksi non spesifik : diare dietetic Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infestasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan (Depkes RI, 2011). Menurut Suharyono (2008), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare dapat di golongkan menjadi dua golongan yaitu : a. Diare sekresi (secretory diarrhea) disebabkan oleh: 1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti Escherichia coli Produksi enterotoksin oleh E.coli ditemukan sekitar tahun 1970 dari strain yang ada hubunganya dengan penyakit diare. Penelitian selanjutnya menerangkan strain-strain enterotoksigenik dari E.coli sebagai satu hal yang bersifat patogen pada penyakit diare manusia. Salmonella Beberapa sepesies adalah ganas terhadap manusia, diantaranya S.typhi, S.paratyphi, S.hirshfeldi, S.oranienburg, S.weltevreden, S.havana, S.javiana. bakteri masuk tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar tangan, tinja penderita atau pembawa kuman. Untuk menyebabkan diare pada orang sehat diperlukan inokulum yang besar. Shigella Terdapat empat kelompok spesies yang terdiri dari S.dysenteriae, S.flexneri, S.boydii dan S.sonnei; yang sering dijumpai di daerah tropis. Shigella adalah sangat ganas bagi manusia dan terkenal dapat menyebabkan desentri basil yang sifatnya sangat akut. Sepuluh sampai dua ratus shigella yang virulen cukup dapat mengakibatkan diare.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
11 Vibrio cholera Angka kejadian tinggi di Negara yang sedang berkembang karena belum baiknya higene, sanitasi seerta penyediaan air minum. Pada waktu wabah, terutama anak yang sudah besar dan orang dewasa diserang karena mobilitasnya yang lebih besar. Jarang menyerang anak dibawah 2 tahun. Vibrio campylobacter Kuman di temukan dalam inja selama penyakit berlangsung dan menghilang pada saat penyembuhan (Suharyono, 2008). 2) Difensiensi imunologi Dinding usus mempunyai mekanisme pertahanan yang baik. Bila terjadi difisiensi „S.IgA‟ dapat terjadi bakteri tumbuh lama. Demikian pula defisiensi CMI „cell mediated immunity’ dapat menyebabkan tubuh tidak mampu infeksi dan infestasi parasit dalam usus. Hal ini mengakibatkan bakteri, virus, parasit, dan jamur yang masuk dalam usus akan berkembang dengan baik sehingga bakteri tumbuh dan akibat lebih lanjut diare kronik dan malabsorsi makanan. b. Diare osmotik (Osmotic diarrhea) disebabkan oleh: 1) Malabsorsi makanan : Malabsorsi karbohidrat, lemak dan protein. 2) Kurang kalori protein. 3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir. Sedangkan menurut Inayah (2006), penyebab diare dapat dibagi beberapa faktor yaitu: a. Faktor infeksi 1) Infeksi enteral Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi firus (Enteovirus, Poliomyelitis, Virua Echo Coxsackie, Adeno Virus, Rota Virus, Astrovirus). Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongxloides), protozoa (Etamoeba histolitica, Giardia lamblia, Trichomonas homunis), jamur (Canida albicous).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
12
2) Infeksi parenteral Adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA),
tonsillitis/tonsilofaringits,
bronkopenemonia,
ensefalitis.
Keadaan ini terutama terjadi pada bayi dan anak berumur dibawah dua tahun. b. Faktor malabsorsi Penyebab diare yang disebabkan karena malabsorsi makanan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu, malabsorsi karbohidrat, lemak, dan protein. Malabsorsi karbohidrat mengakibatkan beban osmotic (diare berair) lalu bakteri dalam kolon membentuk gas (abdomen kembung, tinja berbuih, flatus). Malabsorsi lemak menyebabkan lemak dalam usus keluar berlebihan dalam tinja. Sedangkan malabsorsi protein diakibatkan adanya gangguan pada pankreas dan mukosa usus halus. c. Faktor makanan Makanan terlalu pedas dan makanan terlalu asam. d. Faktor psikologis Biasanya terjadi karena Stress, cemas, ketakutan dan gugup (Suharyono, 2008). Dasar pengobatan untuk penyakit Diare Non Spesifik adalah dengan penanganan dehidrasi dan memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Sehingga tidak diperlukan terapi dengan menggunakan antibiotic. Penanganan terhadap dehidrasi meliputi pemberian cairan rehidrasi pengganti, dan meneruskan pemberian makanan selama anak masih mengalami diare. WHO (2006) merekomendasikan penanganan terhadap dehidrasi dengan menggunakan oral rehydrating solution (ORS), yang diberikan sesuai dengan derajat dehidrasi dan penggunaan suplementasi seng. Suplementasi seng (sulfat, glukonat dan asetat) dalam bentuk tablet atau sirup telah direkomendasikan karena mempengaruhi sistem imunitas dan fungsi atau struktur saluran cerna, memperbaiki proses penyembuhan epitel saluran cerna selama diare. Rekomendasi The LAP National Task for Use Zinc in Diarrhea (2003) menyebutkan terpai dehidrasi dengan ORS dan suplementasi seng menurunkan volume feses dan menurunkan durasi diare. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
13
Suplementasi seng diberikan 10 mg pada anak usia kurang dari 6 bulan, 20 mg pada usia di atas usia 6 bulan selama 10-14 hari. Dietetik yang diberikan pada diare sesuai dengan penanganan diare. Jika didapatkan intoleransi terhadap laktosa dapat dietetik susu rendah atau bebas laktosa.
2.5 Myalgia Myalgia atau yang biasa dikenal dengan sebutan nyeri otot, atau spasme otot ataupun keram otot merupakan gejala dari banyak penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah / berlebihan yang mengakibatkan otot-otot yang digunakan tersebut mengalami kekurangan oksigen, sehingga terjadi suatu proses oksidasi anaerob yang akan menghasilkan asam laktat. Asam laktat inilah yang dapat menimbulkan rasa pegal atau nyeri. Myalgia yang terjadi tanpa riwayat trauma mungkin disebabkan oleh infeksi virus. Myalgia yang berlangsung dalam waktu yang lama menunjukkan myopati metabolik, defisiensi nutrisi atau sindrom fatigue kronik.
2.6 Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Adanya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan belum diikuti dengan pembentukan peraturan perundang-undangan pelaksana namun dalam ketentuan peralihan disebutkan bahwa peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UndangUndang ini. Menteri Kesehatan telah menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan, dan untuk mengatur penunjukan atau penugasan tersebut Pemerintah telah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007. Dari kedua peraturan tersebut maka dapat dijelaskan tahapan kegiatan pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan dalam tahap perencanaan dan tahap pengadaan. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
14
2.6.1 Perencanaan Obat Perencanaan dilakukan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. Dalam merencanakan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data yang disampaikan Puskesmas kemudian oleh instalasi farmasi kabupaten/kota diolah menjadi rencana kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Tahap-tahap yang dilalui dalam proses perencanaan obat adalah : a. Tahap pemilihan obat, dimana pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), dengan harga berpedoman pada penetapan Menteri. b. Tahap kompilasi pemakaian obat, untuk memperoleh informasi : 1) Pemakaian tiap jenis obat pada masing-masing unit pelayanan kesehatan/puskesmas pertahun. 2) Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun seluruh unit pelayanan kesehatan/puskesmas. 3) Pemakaian
rata-rata
untuk
setiap
jenis
obat
untuk
tingkat
Kabupaten/Kota secara periodik. c. Tahap perhitungan kebutuhan obat, dilakukan dengan : 1)
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan dan pengolahan data5, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan obat6 dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.
2) Metode Morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah: Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur penyakit. Menyiapkan data populasi penduduk. Menyediakan data masing-masing penyakit/ tahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
15 Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit/ tahun untuk seluruh populasi pada kelompok umur yang ada. Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat menggunakan pedoman pengobatan yang ada. Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang akan datang. d. Tahap proyeksi kebutuhan obat, dengan kegiatan-kegiatan : 1) Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan datang, dengan mengalikan waktu tunggu dengan estimasi pemakaian rata-rata/bulan ditambah stok pengaman. 2) Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode tahun yang akan datang. 3) Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan obat dengan melakukan analisis ABC-VEN, menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan dengan anggaran yang tersedia. 4) Pengalokasian kebutuhan obat berdasarkan sumber anggaran dengan melakukan kegiatan : menetapkan kebutuhan anggaran untuk masingmasing obat berdasarkan sumber anggaran; menghitung persentase anggaran masing-masing obat terhadap total anggaran dan semua sumber. 5) Mengisi
lembar
kerja
perencanaan
pengadaan
obat,
dengan
menggunakan formulir lembar kerja perencanaan pengadaan obat. e. Tahap penyesuaian rencana pengadaan obat Dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai jumlah rencana pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk rencana pengadaan obat tahun yang akan datang. Beberapa teknik manajemen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan kebutuhan obat adalah dengan cara: 1) Analisa
ABC
dilakukan
dengan
mengelompokkan
item
obat
berdasarkan kebutuhan dananya yaitu :
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
16 Kelompok A : kelompok obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah dana obat keseluruhan. Kelompok B : kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 20%. Kelompok C : kelompok jenis obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah dana obat keseluruhan. 2) Analisa VEN dilakukan dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan, yaitu : Kelompok V : kelompok obat yang vital antara lain : obat penyelamat, obat untuk pelayanaan kesehatan pokok, obat untuk mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar. Kelompok E : kelompok obat yang bekerja kausal yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit. Kelompok N : kelompok obat penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.
2.6.2 Tahap Pengadaan Berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2007 tentang Pengendalian dan Pengawasan Atas Pengadaan dan Penyaluran Bahan Obat, Obat Spesifik dan Alat Kesehatan yang Berfungsi Sebagai Obat, Menteri Kesehatan melakukan pengendalian dan pengawasan dengan : a.
Menunjuk BUMN, BUMD dan/atau Badan Usaha Milik Swasta; atau
b.
Menugaskan BUMN yang bergerak di bidang farmasi Penunjukan atau penugasan ini dilakukan berdasarkan Keputusan Presiden
Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007. Dalam ketentuan ini dikenal adanya metoda pemilihan penyedia Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
17
barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yaitu : metoda pelelangan umum; metoda pelelangan terbatas; metoda pemilihan langsung; dan metoda penunjukan langsung. Dan pekerjaan pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka menjamin ketersediaan obat merupakan salah satu jenis kegiatan pengadaan barang/jasa khusus sehingga memenuhi kriteria untuk dilaksanakan dengan menggunakan metoda penunjukan langsung. Selain pengaturan menurut Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan obat dan perbekalan kesehatan sebagaimana disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar yaitu : a. Kriteria obat dan perbekalan kesehatan meliputi kriteria umum dan persyaratan umum. Kriteria umumnya yaitu obat termasuk dalam daftar obat pelayanan kesehatan dasar (PKD), obat program kesehatan, obat generik yang tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang masih berlaku, telah memiliki izin edar atau Nomor Registrasi dari Depkes/Badan POM, batas kadaluwarsa pada saat diterima oleh panitia penerimaan minimal 24 (dua puluh empat) bulan kecuali untuk vaksin dan preparat biologis yang memiliki ketentuan kadaluwarsa tersendiri, memiliki Sertifikat Analisa dan uji mutu yang sesuai dengan Nomor Batch masingmasing produk, serta diproduksi oleh Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB untuk masing-masing jenis sediaan yang dibutuhkan. Sementara untuk mutu harus sesuai dengan persyaratan mutu yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi terakhir dan persyaratan lain sesuai peraturan yang berlaku serta adanya pemeriksaan mutu (Quality Control) oleh industri farmasi selaku penanggung jawab mutu obat hasil produksinya. b. Persyaratan pemasok , yaitu : 1) Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang masih berlaku. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
18
2) Harus memiliki dukungan dari Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) bagi masing-masing jenis sediaan obat yang dibutuhkan. 3) Harus memiliki reputasi yang baik dalam bidang pengadaan obat. 4) Pemilik dan atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggung jawab Pedagang Besar Farmasi tidak sedang dalam proses pengadilan atau tindakan yang berkaitan dengan profesi kefarmasian. 5) Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai dengan masa kontrak. c. Penilaian dokumen data teknis meliputi : kebenaran dan keabsahan Surat Ijin Edar (Nomor Registrasi) tiap produk yang ditawarkan, terdapat fotokopi sertifikat CPOB untuk masing-masing jenis sediaan yang dilegalisir oleh pejabat yang berwenang dari Industri Farmasi, terdapat Surat Dukungan dari Industri Farmasi untuk obat yang diproduksi dalam negeri yang ditandatangani oleh pejabat berwenang dari Industri Farmasi (asli), terdapat Surat Dukungan dari sole agent untuk obat yang tidak diproduksi di dalam negeri yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang dari sole agent (asli), terdapat Surat Pernyataan bersedia menyediakan obat dengan masa kadaluarsa minimal 24 (dua puluh empat) bulan sejak diterima oleh panitia penerimaan, serta Surat Keterangan (referensi) pekerjaan dari Instansi Pemerintah/swasta untuk pengadaan obat. d. Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat dan perbekalan kesehatan ditetapkan berdasarkan hasil analisa dari data sisa stok dengan memperhatikan tingkat kecukupan obat dan perbekalan kesehatan, jumlah obat yang akan diterima sampai dengan akhir tahun anggaran, kapasitas sarana penyimpanan, dan waktu tunggu. e. Pemantauan status pesanan dilakukan berdasarkan system VEN dengan memperhatikan nama obat, satuan kemasan, jumlah obat diadakan, obat yang sudah dan belum diterima. f. Penerimaan dan pemeriksaan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh panitia penerima yang salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
19
Pemeriksaan ini dilakukan secara organoleptik, dan khusus untuk pemeriksaan label dan kemasan perlu dilakukan pencatatan terhadap tanggal kadaluarsa, nomor registrasi dan nomor batch terhadap obat yang diterima.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
BAB 3 DESKRIPSI KEGIATAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus Tugas khusus ini dilaksanakan selama praktik kerja profesi apoteker di puskesmas kecamatan Gambir, Jakarta Pusat pada tanggal 15 dan 16 Juli 2014.
3.2 Metode Pengumpulan Data Data yang terdapat pada tugas khusus ini diambil berdasarkan studi literatur di puskesmas kecamatan Gambir, Jakarta Pusat dan berdasarkan hasil diskusi dengan Apoteker di Puskesmas.
3.3 Cara Kerja a. Pengumpulan resep Puskesmas selama 1 bulan b. Sampel pasien diambil dari resep per register harian, 1 pasien per hari untuk setiap diagnosis (ISPA non pneumonia, diare non spesifik dan myalgia), minimal 25 pasien dari tiap diagnosis per bulan. c. Apabila pada hari tersebut tidak ada pasien dengan diagnosis tersebut diisi dengan pasien hari berikutnya. d. Bila pasien dengan diagnosis tersebut lebih dari 1, diambil pasien dengan urutan pertama. e. Data diambil jika : ISPA non Pneumonia, pada resep ditulis ISPA, pilek (common cold), batuk-pilek, otitis media, sinusitis atau kode ICD X J00, J01, J04, J05, J06, J10, dan J11.
20
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
21 Diare non spesifik, pada resep ditulis gastroenteritis,diare, mencret atau kode ICD X A09 dan K52. Myalgia, pada resep ditulis nyeri otot, pegal-pegal, sakit pinggang atau kode ICD X M79.I f. Obat racikan ditulis rincian obatnya. g. Jenis obat termasuk obat luar, obat minum dan injeksi. Injeksi tidak termasuk imunisasi. h. Hitung presentase penggunaan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan diare non spesifik serta penggunaan injeksi pada myalgia dan rerata jumlah item obat per resep.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Penggunaan Obat Rasional (POR) Penggunaan obat rasional yang didefinisikan oleh WHO (1985) adalah menggunakan obat secara aman dan efektif, di mana obat harus tersedia dengan harga yang wajar dan dengan penyimpanan yang baik. Obat haruslah sesuai dengan penyakit oleh karena itu diagnosis yang ditegakkan harus tepat, patofisiologi penyakit, keterkaitan farmakologi obat dengan patifisiologi penyakit, dosis yang diberikan dan waktu pemberian yang tepat, serta evaluasi terhadap efektifitas dan toksisitas obat tersebut, ada tidaknya kontra indikasi serta biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien yang disesuaikan dengan kemampuan pasien tersebut. Sejak tahun 1985, WHO berupaya meningkatkan penggunaan obat rasional salah satunya adalah pengembangan indikator penggunaan obat melalui indikator peresepan bahwa rerata jumlah obat dalam tiap resep untuk diagnosa penyakit tunggal adalah 1,6-1,8 item obat (WHO, 1993). Penggunaan obat rasional dalam pelayanan kesehatan di Indonesia masih merupakan masalah. Penggunaan polifarmasi dimana seorang pasien rata-rata mendapatkan 3,5 obat, lebih dari 50% menerima 4 atau lebih obat untuk setiap lembar resepnya, penggunaan antibiotik yang berlebihan (43%), waktu konsultasi yang singkat dengan rata rata berkisar hanya 3 menit saja serta miskinnya compliance pasien merupakan pola umum yang terjadi pada penggunaan obat tidak rasional di Indonesia (Depkes, 2005). Berdasarkan hasil laporan monitoring indikator peresepan di Puskesmas Kecamatan Gambir pada bulan Juli tahun 2015 untuk jumlah item obat per resep rata-rata untuk ISPA non pneumonia 4,06; diare non spesifik 3,5; dan myalgia 3,56. Sedangkan prosentase peresepan antibiotik pada ISPA non pneumonia dan diare non spesifik sebesar 16,60% dan 22,00% serta prosentase penggunaan injeksi pada pasien myalgia sebesar 0%. Jika dibandingkan dengan indikator kinerja POR nasional prosentase batas toleransi untuk peresepan antibiotik 22
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
23
pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik melebihi batas toleransi yaitu sebesar 20% dan 8%. Selain itu, jumlah item obat per resep pada ketiga diagnosis juga melebihi batas toleransi yang ditetapkan pada indikator kinerja POR nasional yaitu sebesar 2,6 item. Berdasarkan data di atas, terlihat bahwa masalah penggunaan obat yang tidak rasional masih cukup menonjol di pusat pelayanan kesehatan primer, penggunaan obat yang tidak rasional seperti penggunaan antibiotika pada ISPA non pneumonia, diare non spesifik dan penggunaan injeksi pada pasien myalgia merupakan masalah yang serius dalam pelayanan kesehatan, karena dampaknya yang sangat luas. Penggunaan obat yang tidak rasional ini akan dapat berakibat berkurangnya manfaat obat, dan bahkan hilang manfaat obat tersebut, bahkan lebih jauh kemungkinan beresiko munculnya efek samping dan meningkatnya biaya kesehatan. Disamping berakibat pada pemborosan biaya, ketidakrasionalan penggunaan obat juga meningkatkan risiko terjadinya efek samping, dampak lainnya berupa ketergantungan pasien terhadap pemberian antibiotik (akibat persepsi yang keliru), yang selanjutnya secara luas akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi bakteri akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat pada populasi (Depkes, 2006). Masalah utama penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan sering dikarenakan mengikuti kebiasaan yang telah lama dilakukan, mengikuti kecenderungan terbaru yang sepenuhnya belum terbukti secara ilmiah, tidak berdasar pada prinsip bermanfaat bagi pasien, aman, bukti ilmiah, dan pedoman terapi yang ada (Utarini et al., 1999 dalam Siswati, 2009). Inrud (2000) dalam Siswati (2009) dalam
mengkategorikan faktor-faktor yang menyebabkan
kecenderungan penggunaan obat yang tidak rasional adalah sebagai berikut : a. Dari sisi pasien, meliputi adanya informasi yang salah tentang obat, kepercayaan tertentu yang tidak benar, harapan dan permintaan pasien terhadap obat tertentu. b. Dari sisi pemberi obat, meliputi kurangnya pengetahuan dan pelatihan, model peresepan yang tidak tepat, kurang informasi yang objektif tentang
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
24
obat, mengeneralkan pengalaman pribadi yang tidak terbukti secara ilmiah, kepercayaan yang salah tentang kemajuan obat. c. Dari sisi tempat kerja,banyak pasien, tekanan pada penulis resep, dan kurangnya pemeriksaan laboratorium. d. Dari sisi sistem pendistribusian obat, meliputi distribusi obat yang mendekati kadaluarsa. e. Dari sisi peraturan, meliputi kurangnya peraturan pendukung dan penulis resep yang tidak terdidik. f. Dari sisi industri obat, meliputi aktivitas promosi serta harapan atau tuntutan yang salah dari pimpinan. Implementasi penggunaan obat secara rasional dapat terlaksana dengan baik jika regulasi yang telah ada dapat diterapkan dengan baik oleh pihak-pihak terkait dalam pengobatan.
4.2 Perencanaan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Perencanaan dilakukan untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar. Dalam merencanakan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data yang disampaikan Puskesmas kemudian oleh instalasi farmasi kabupaten/kota diolah menjadi rencana kebutuhan obat dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Pada Puskesmas kecamatan Gambir dalam perencanaan dan pengadaan obat menggunakan metode konsumsi yaitu metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana. Grafik konsumsi 30 macam obat terbanyak dapat dilihat pada Lampiran 5. Waktu dan jumlah perencanaan dilakukan dengan sangat teliti untuk menghindari terjadinya out of stock
dan over stock. Waktu perencanaannya
adalah satu tahun sebelum tahun yang akan dilakukan perencanaan. Perencanaan obat disahkan oleh kepala puskesmas untuk diteruskan ke BAPPEDA DKI Jakarta Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
25
(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). Jumlah dari tiap obat yang direncanakan dihitung sebagai kebutuhan. Kebutuhan adalah persediaan ideal selama satu tahun dengan perhitungan pemakaian rata-rata per bulan tahun sebelumnya dikali 18 bulan (12 bulan kebutuhan, 3 bulan cadangan/buffer stok, dan 3 bulan lead time pengadaan). Berdasarkan laporan perencanaan obat puskesmas kecamatan Gambir, perencanaan obat tersebut didominasi oleh obat generik dibandingkan obat non generik. Proporsi yang besar untuk obat generik didasarkan pada keputusan menteri kesehatan NOMOR HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang kewajiban penggunaan obat generik di sarana pelayanan kesehatan. Alasannya adalah obat generik yang telah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh dunia bagi pelayanan kesehatan publik, mempunyai mutu dan efikasi yang memenuhi standar pengobatan, serta digunakan untuk meningkatkan cakupan dan keseimbangan pelayanan kesehatan publik. Obat generik juga digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi dana obat di sarana pelayanan kesehatan publik. Prosedur perencanaan obat di puskesmas kecamatan Gambir dimulai dari pengumpulan data konsumsi rata-rata dan pola penyakit kemudian dianalisis dan dievaluasi. Dari data tersebut dihitung perkiraan kebutuhan obat lalu disesuaikan alokasi dananya. Daftar perencanaan obat yang disusun oleh puskesmas kecamatan Gambir selanjutnya diserahkan kepada BAPPEDA maka akan lanjut menuju tahap e-budgeting atau e-catalogue untuk selanjutnya mendapatkan persetujuan dari DPRD DKI Jakarta. Jika tidak, maka perlu dilakukan pernyesuaian sesuai dengan alokasi anggaran yang disetujui oleh BAPPEDA terlebih dahulu. Setelah proses prencanaan sudah matang, selanjutnya masuk ke dalam tahap pengadaan. Pada proses pengadaan pemerintah Indonesia melakukan pengendalian dan pengawasan dengan cara menunjuk BUMN, BUMD dan/atau Badan Usaha Milik Swasta; atau Menugaskan BUMN yang bergerak di bidang farmasi. Pada prosesnya pengadaan terdapat metoda pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yaitu : metoda pelelangan umum; metoda Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
26
pelelangan terbatas; metoda pemilihan langsung; dan metoda penunjukan langsung. Dan pekerjaan pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka menjamin ketersediaan obat merupakan salah satu jenis kegiatan pengadaan barang/jasa khusus sehingga memenuhi kriteria untuk dilaksanakan dengan menggunakan metoda penunjukan langsung. Pengadaan obat pada puskesmas dibiayai melalui berbagai sumber anggaran, antara lain APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) pada program kesehatan, program pelayanan keluarga miskin, APBD I, dana alokasi umum (DAU) APBD II dan sumber-sumber lain. Gambaran umum mengenai kegiatan lelang yang dilakukan oleh Puskesmas Gambir adalah sebagai berikut: a. Dilakukan pengumuman lelang melalui internet atau SPSE (Sistem Pengadaan Secara Eelektronik) serta papan pengumuman. b. Rekanan yang berminat untuk mengikuti lelang tersebut mengunduh dokumen persyaratan sebagai syarat pengajuan untuk ikut lelang dan melengkapi segala persyaratan yang ditetapkan. c. Rekanan kemudian mengirimkan berkas-berkas yang dipersyaratkan melalui SPSE. d. Panitia mengunduh berkas penawaran dari rekanan yang masuk di SPSE untuk kemudian dilakuakn penilaian dalam menentukan pemenang lelang. Penilaian yang dimaksud meliputi evaluasi administrasi, teknis dan harga. e. Pemenang lelang membuat perjanjuan untuk melaksanakan kerjasama dengan panitia lelang. f. Pemenang lelang melakukan tanggung jawabnya untuk melakukan pengadaan dan pengumuman obat ke gudang untuk Puskesmas sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Setelah tahap pengadaan obat tersebut selesai, obat-obat tersebut selanjutnya dikirim ke gudang induk Puskesmas Kecamatan. Petugas gudang wajib melakukan pengecekkan terhadap obat yang diserahterimakan meliputi kemasan, jenis obat, jenis sediaan obat dan jumlah obat yang dipesan. Tujuannya adalah untuk pemastian bahwa obat yang diterima adalah benar sesuai kontrak Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
27
kerjasama. Jika tidak, pihak Puskesmas dapat mengajukan klaim untuk meminta ganti rugi.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan a. Penggunaan obat secara rasional di Puskesmas Gambir Jakarta Pusat masih belum memenuhi batas toleransi indikator peresepan program POR nasional untuk diare non spesifik dan rerata jumlah item obat per resep. b. Perencanaan obat di Puskesmas Gambir didasarkan pada jumlah konsumsi obat terbanyak.
5.2 Saran a. Perlu adanya diskusi dan pertemuan rutin antar tenaga kesehatan untuk membahas mengenai penggunaan obat yang rasional. b. Perlu tenaga kesehatan puskesmas untuk senantiasa membaca Pedoman Pengobatan dan mendiskusikannya secara berkala pada pertemuanpertemuan dan mengkonsultasikan kepada pimpinan puskesmas. c. Perlu adannya penerapan dan pengawasan regulasi yang terkait secara ketat dan berkala oleh pihak yang berwenang khususnya Dinas Kesehatan.
28
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan. Jakarta: Author. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Modul Pelatihan Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Author. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas. Jakarta: Author. Hartanto, F. (2006). Media Sehat: Mengawal Kehidupan Si Buah Hati. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. Inayah L. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Kelien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Author. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta: Author. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nelson. (2002) Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit Edisi Dua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Presiden Republik Indonesia. (1992). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2003). Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta : Presiden Republik Indonesia.
29
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
Universitas Indonesia
30
Ramaiah, S. (2007). Diare. Jakarta : Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer. Siswati, Sri. (2009). Analisis Penggunaan Antibiotika yang tidak Rasional pada Balita Penderita Bukan Pneumonia di Kota Padang. Sainstek Vol. XII (1). Suharyono. (2008). Diare Akut : Klinik dan Laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta. Word Health Organization. (1993). How to Investigate Drug Use in Health Facilities. Geneva: Word Health Organization. Word Health Organization. (2010). Medicines Use in Primary Care in Developing and Transitional Countries : Fact Book Summarizing Results from Studies Reported between 1990 and 2006. Geneva: Word Health Organization.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
31
Lampiran 1. Formulir monitoring indikator peresepan ISPA non penumonia puskesmas kecamatan Gambir Jakarta Pusat bulan Juni tahun 2014
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
32
Lampiran 1. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
33
Lampiran 1. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
34
Lampiran 1. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
35
Lampiran 2. Formulir monitoring indikator peresepan myalgia puskesmas kecamatan Gambir Jakarta Pusat bulan Juni tahun 2014
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
36
Lampiran 2. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
37
Lampiran 2. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
38
Lampiran 2. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
39
Lampiran 3. Formulir monitoring indikator peresepan diare non spesifik puskesmas kecamatan gambir jakarta pusat bulan juni tahun 2014
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
40
Lampiran 3. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
41
Lampiran 3. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
42
Lampiran 3. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
43
Lampiran 3. (Lanjutan)
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
44
Lampiran 4. Presentase penggunaan obat
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015
45
Lampiran 5. Grafik pemakaian obat terbanyak tahun 2013
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Fadilatul Jannah, FF UI, 2015