UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN PRINSP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA(ARM’S LENGTH PRINCIPLE) DALAM TRANSAKSI ANTARA WAJIB PAJAK DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SEBAGAI BENTUK KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
LAPORAN MAGANG
NUTRI HANDAYANI 0606084710
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2012
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN PRINSP KEWAJARAN DAN KELAZIMAN USAHA(ARM’S LENGTH PRINCIPLE) DALAM TRANSAKSI ANTARA WAJIB PAJAK DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SEBAGAI BENTUK KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
LAPORAN MAGANG Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
NUTRI HANDAYANI 0606084710
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 201
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
ii
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
iii
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim. Dengan segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan magang ini dengan baik. Penulisan laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan magang ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan magang ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah Yang Kuasa. Hanya karena berkat, anugerah, dan kehendak-Nya laporan magang ini dapat selesai tepat pada waktunya. 2. Ibu Sylvia Veronica selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi UI 3. Ibu Dahlia Sari selaku pembimbing laporan magang yang telah mencurahkan waktu, memberikan bantuan, bimbingan, doa, semangat, dan motivasi selama proses penyelesaikan laporan magang ini. 4. Ibu Nurul Husnah dan Pak Eko Warsito selaku penguji. Terima kasih atas masukan-masukan yang sangat membangun. 5. Staf pengajar FEUI yang telah memberikan pengajaran dan ilmu yang sangat berguna bagi saya. 6. Kedua orang tua tercinta, mama sama ayah makasiiii banget buat doa yang tiada henti, dukungan, dan motivasi dan adiku tersayang Caesar Ramandha. “You are my everthing” 7. Pihak MUC atas kesempatan magang yang telah diberikan. Untuk Mba Sutiah alias nene terima kasih atas bimbingannya selama magang, yang sudah mengajarkan saya dengan sangat sabar serta memberikan saya kepercayaan untuk 8. melaksanakan pekerjaan. Selain itu, ucapan terima kasih juga saya sampaikan untuk Pak Wahyu, Mega Vionita, Mba Kiki, dan semua pihak di MUC. iv Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
9. Buat teman SMP ku, nisa nisol yang udah minjemin aku laptop selama magang. Terima kasih teman, laptopmu sangat membantu. 10. Seluruh sahabat yang selalu memberikan semangat dan doa. Motivasi beserta doa dari kalian sungguh tak terkira. Love you, all! 11. Buat Wawan, makasiiiiiii ya udah nyemangatin aku. Love u…..
v
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
vi
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Nutri Handayani Program Studi : Strata 1 Judul : Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (Arm‟s Length Principle) dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa sebagai Bentuk Kepatuhan terhadap Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Transfer pricing merupakan isu yang sangat relevan dengan suatu kegiatan usaha ataupun perpajakan. Mayoritas perusahaan multinasional memandang bahwa transfer pricing merupakan isu yang paling penting dalam perpajakan internasional. Transfer pricing merupakan bagian dari suatu kegiatan usaha dan perpajakan yang bertujuan untuk memastikan apakah harga yang diterapkan dalam transaksi antarperusahaan yang mempunyai hubungan istimewa telah didasarkan pada arm‟s length principle. Mekanisme arm‟s length principle ini, membuat ketatnya pengawasan Direktorak Jenderal Pajak terhadap transaksi antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak mewajibkan Wajib Pajak untuk mendokumentasikan arm‟s length principle tersebut. Laporan magang ini membahas proses penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm‟s length principle) dalam transaksi antara Wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai bentuk kepatuhan terhadap Direktur Jenderal Pajak.
Kata Kunci: transfer pricing, arms‟ length principle, Direktur Jenderal Pajak, dokumentasi, kepatuhan
vii
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Nutri Handayani : Bachelor : Application of Arm’s Length Principle in a transaction between Taxpayers with Related Parties as Compliance to Director General of Tax Rules.
Transfer Pricing is an issue that is relevant to a business activity or taxation. The majority of multinational companies view that transfer pricing is the most important issues in international taxation . Transfer pricing is part of business activity and tax that aims to ascertain whether the prices applied in transactions between firms that have a special relationship has been based on arm’s length principle. The mechanism of this arm’s length principle, make the tight supervision of theDirector General of Taxes on transactions between taxpayer with related parties who have a special relationship. Therefore, the Director General of Taxes requires that taxpayer to document the arm’s length priciple. Internship report discusses the process of applying the principles of fairness and predominance of business (arm’s length principle) in a transaction between the taxpayer with parties who have special relationship as a form of compliance with Director General of Tax rules.
Key Words: transfer pricing, arms’ length principle, Director General of Taxes, documentation, compliance.
viii
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… ...... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………… .. ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vi ABSTRAK ................................................................................................................ vii ABSTRACT .............................................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL.................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiii BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Tema .............................................................................. 1 1.2 Latar Belakang Magang .......................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 3 1.4 Tempat dan Waktu Magang .................................................................... 3 1.5 Pelaksanaan Kegiatan Magang................................................................ 3 1.6 Ruang Lingkup Permasalahan ................................................................. 4 1.7 Sistematika Penulisan.............................................................................. 5 BAB 2 LANDASAN TEORI..................................................................................... 7 2.1 Pengertian Umum Transfer Pricing ........................................................ 7 2.2 Konsep dan Definisi Transfer Pricing .................................................... 8 2.3 OECD Transfer Pricing Guidelines ........................................................ 9 2.4 Prinsip dan Metode Harga Pasar Wajar .................................................. 11 2.5 Metode Transfer Pricing ......................................................................... 13 2.5.1 Metode ComparableUncontrolled Price ......................................... 13 2.5.2 Metode Resale Price ...................................................................... 15 2.5.3 Metode Cost Plus ........................................................................... 16 2.5.4 Metode Profit Split......................................................................... 19 2.5.5 Metode Transaksional Net Margin ................................................. 20 2.6 Perbandingan (Comparability) ................................................................ 22 2.7 Dokumentasi Transfer Pricing ................................................................ 23 2.8 Sanksi dalam Transfer Pricing................................................................ 25 2.9 Penyelesaian Sengketa Transfer Pricing................................................. 26
ix
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN ........................................................................... 28 3.1 Profil Kantor Konsultan ............................................................................ 28 3.2 Profil Perusahaan Klien ........................................................................... 32 3.2.1 Gambaran Umum PT A.................................................................. 32 3.2.2 Proses Produksi PT A..................................................................... 33 3.2.3 Tipe Produk ................................................................................... 35 3.2.4 Struktur Organisasi PT A ............................................................... 35 3.2.5 Ringkasan Keuangan...................................................................... 35 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................. 36 4.1 Ketentuan Perpajakan Indonesia Tentang Transfer Pricing ................... 36 4.1.1 Undang-Undang PPh Pasal 18 Nomor 7 Tahun 1983 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.. 36 4.1.2 Pedoman Transfer Pricing Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 43/PJ/2010 ................................................ 37 4.2 Pihak Afiliasi dan Transaksi Yang Diuji ................................................ 44 4.2.1 Struktur Grup Perusahaan .............................................................. 44 4.2.2 Transaksi dengan Pihak Afiliasi ..................................................... 45 4.3 Pengujian Transaksi ................................................................................ 45 4.3.1 Transaksi Pembelian ...................................................................... 45 4.3.1.1 Pembelian Kapas ............................................................... 46 4.3.1.2 Pembelian Poliester ........................................................... 50 4.3.2 Transaksi Penjualan ....................................................................... 52 4.3.2.1 Penjualan Kain “Grey” ....................................................... 52 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 55 5.1 Kesimpulan............................................................................................... 55 5.2 Saran ........................................................................................................ 56 5.2.1 Saran untuk Klien .......................................................................... 56 5.2.2 Saran untuk Kantor Konsultan........................................................ 56 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 57
x
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kondisi Sebelum Penerapan Prinsip Kewajaran dalam Motode CUP .. 14 Gambar 2.2 Kondisi Setelah Penerapan Prinsip Kewajaran dalam Metode CUP .... 15 Gambar 2.3 Kondisi Sebelum Penerapan Prinsip Kewajaran dalam Metode CP ..... 18 Gambar 2.4 Kondisi Setelah Penerapan Prinsip Kewajaran dalam Metode CP ....... 19 Gambar 3.1 Proses Pemintalan.................................................................................. 34 Gambar 3.2 Proses Penenunan .................................................................................. 34 Gambar 4.1 Hubungan Kepemilikan PT A dengan Pihak Afiliasi ................................ 44
Gambar 4.2 Skema Pembelian PT A ......................................................................... 46
xi
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Komposisi Pemegang Saham PT A .................................................... 33 Tabel 3.2 Daftar Produk PT A ............................................................................ 35 Tabel 3.3 Ringkasan Keuangan Tahun 2008-2010 (dalam USD) ....................... 35 Tabel 4.1 Pihak Afiliasi PT A ............................................................................. 44 Tabel 4.2 Transaksi dengan Pihak Afiliasi.......................................................... 45 Table 4.3 Analisis Kesebandingan Transaksi Pembelian Kapas ......................... 46 Tabel 4.4 Pembelian Kapas A dari B International Inc (Afiliasi) ....................... 47 Tabel 4.5 Pembelian Kapas A dari M Co.,Ltd (Non-Afiliasi) ............................ 47 Tabel 4.6 Perhitungan Interkuartil Pembelian Kapas A dari M co.,Ltd (NonAfilaisi)................................................................................................................ 48 Tabel 4.7 Analisis CUP Transaksi Pembelian Kapas A ..................................... 49 Tabel 4.8 Analisis Kesebandingan Transaksi Pembelian Poliester..................... 50 Tabel 4.9 Analisis CUP Transaksi Pembelian Poliester ..................................... 52 Tabel 4.10 Analisis Kesebandingan Transaksi Penjualan Kain “Grey” .................. 53
xii
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Struktur Organisasi PT A ............................................................... 58 Lampiran 2: Transaksi Pembelian Kapas B ........................................................ 59 Lampiran 3: Tabel Perhitungan rentang Wajar Penjualan Kain “Grey” Tipe CV 186W ............................................................................................................. 62 Lampiran 4: Kontrak Pembelian Kapas A dari B International Inc .................... 70 Lampiran 5: Kontrak Pembelian Kapas A dari M Co.,Ltd ................................... 71
Lampiran 6: Peraturan Direktur Jenderal Pajak No PER 43/PJ/2010 ................. 72
xii
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tema Globalisasi ekonomi telah membawa dampak semakin meningkatnya transaksi internasional. Perusahaan tidak lagi membatasi operasinya hanya di negara sendiri, tetapi merambah ke mancanegara dan menjadi perusahaan multinasional dan transnasional. Perusahaan-perusahaan ini beroperasi melalui anak perusahaan dan cabang-cabangnya di banyak negara. Akibatnya, timbul harga transfer yang disebut transfer pricing karena adanya transaksi antarmereka. Dalam era perekonomian yang telah mendunia ini, transfer pricing telah menjadi isu penting baik bagi Wajib pajak maupun otoritas pajak. Penerimaan pajak atas penghasilan dari perusahaan multinasional ini merupakan bagian penerimaan pajak yang sangat signifikan dari total penerimaan pajak di negaranegara tempat peruasahaan multinasional tersebut beroperasi. Bagi perusahaan multinasional, isu transfer pricing merupakan isu yang sangat penting. Skema yang biasa dilakukan oleh perusahaan multinasional dalam praktik transfer pricing adalah dengan cara mengalihkan laba mereka dari negara yang tarif pajaknya tinggi ke negara yang tarif pajaknya rendah. Untuk mencegah pengalihan atas laba kena pajak tersebut maka otoritas pajak di berbagai negara membuat aturan transfer pricing. Direktorat Jenderal Pajak berkepentingan untuk memastikan bahwa Wajib Pajak tidak menggunakan transaksi afiliasi dan penetapan harga atas transaksi tersebut (transfer Direktorat
Jenderal
Pajak
pricing) sebagai sarana penghindaran pajak. akan
terus
mengembangkan
program
untuk
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak pada saat melakukan transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, sehingga: 1. transfer pricing yang dilakukan oleh Wajib Pajak sesuai dengan prinsip kewajaran (arm‟s length principle);
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
2
2. metodologi transfer pricing yang digunakan oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku dan praktik usaha yang lazim yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa; dan 3. Wajib Pajak yang bersangkutan dan perusahaan afiliasinya telah membayar pajak sesuai dengan proporsi fungsinya dalam transaksi; serta 4. mendokumentasikan penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, dalam penentuan harga transaksi afiliasinya.
1.2 Latar Belakang Magang Era globalisasi menjadikan tingkat kompetisi dunia kerja meningkat. Hal ini menuntut universitas sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjawab tantangan ini melalui penyusunan kurikulum. Kurikulum yang disusun sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa harus berkembang mengikuti perkembangan di dunia kerja yang berhubungan langsung dengan bidangnya agar tercapai keseimbangan antara kebutuhan dunia kerja serta penerapan yang dilakukan di masa pembelajaran sebagai mahasiswa. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE UI) mencoba menjawab tantangan ini dengan memberikan alternatif tugas akhir untuk kelulusan mahasiswa S1 reguler berupa program magang. Program ini diharapkan dapat memberikan pengalaman kepada mahasiswa atas aplikasi teori yang telah diberikan saat mereka kuliah. Selain itu para mahasiswa juga akan memperoleh pengetahuan non-teknis (softskill) yang tidak mereka dapatkan hanya dengan duduk di bangku kuliah atau hanya dengan membuat karya tulis, seperti bagaimana berinteraksi dengan sesama pekerja, berinteraksi dengan atasan, dan bagaimana mengembangkan kemampuan dalam hal memecahkan masalah dengan segala keterbatasan waktu, biaya, dan hambatan-hambatan lainnya. Sehingga diharapkan program ini dapat memberikan keseimbangan bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang telah mereka peroleh selama masa kuliah dan juga memberikan ilmu tambahan bagi mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
3
1.3 Tujuan Penulisan Magang Laporang magang berisi pengalaman penulis selama menjalani program magang yang disertai dengan landasan teori berdasarkan ilmu yang telah dipelajari penulis di bangku kuliah. Adapun tujuan dari penulisan laporan magang antara lain: 1. Sebagai salah satu syarat kelulusan dalam program magang. 2. Sebagai salah satu komponen penilaian prestasi magang. 3. Sebagai salah satu kontribusi kepada kampus dan perusahaan tempat magang. 4. Sebagai referensi bagi mahasiswa yang tertarik dengan tema penulisan laporan ini dan juga sebagai bahan acuan bagi mahasiswa yang ingin membuat karya tulis yang berhubungan dengan tema laporan ini.
1.4 Tempat dan Waktu Magang Pelaksanaan program magang dilakukan di Kantor Konsultan Pajak PT ABC sebagai junior consultant of transfer pricing. Program magang ini dilaksanakan selama tiga bulan, yakni sejak 28 September 2011 sampai dengan 28 Desember 2011.
1.5 Pelaksanaan Kegiatan Magang Dalam pelaksanaan program magang ini, penulis ditempatkan di bagian konsultan transfer pricing. Selama tiga bulan program magang, tugas yang dikerjakan oleh penulis yaitu sebagai berikut: 1. meminta dokumen atau data yangg terkait dengan transfer pricing dokumen yaitu lampiran khusus 3B,3B-1 SPT Tahunan PPh Badan tahun 2010 (pernyataan transaksi hubungan istimewa), dan dokumen lain yang dibuat oleh WP yang medukung bahwa transaksi yang dilakukan dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha; 2. melakukan penelitian atas status hubungan istimewa dan transaksinya dengan pihak afiliasi; 3. setelah memperoleh keyakinan atau dapat membuktikan adanya hubungan istimewa, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan: Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
4
a. meneliti kesimpulan WP mengenai karakter transaksi serta membuat kesimpulan mengenai transaksi afiliasi dan transaksi independen yang menjadi pembanding; b. meneliti harga yang akan diperbandingkan; c. meneliti metode transfer pricing yang dipilih dan diterapkan oleh WP atau memilih metode transfer pricing untuk diterapkan; 4. mendokumentasikan hasil yang sudah di review oleh manajer transfer pricing.
1.6 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis mengambil topik mengenai proses penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm‟s length principle) dalam transaksi antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Dalam menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha yang terkait dengan transaksi yang memiliki hubungan istimewa, Direktorat Jenderal Pajak mengeluarkan PER 43/PJ/2010, dalam Pasal 3 ayat (2) Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding; 2. menentukan metode Penentuan Harga Transfer yang tepat; 3. menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha berdasarkan hasil Analisis Kesebandingan dan metode Penentuan Harga Transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai Hubungan Istimewa; dan 4. mendokumentasikan setiap langkah dan menentukan Harga Wajar atau Laba Wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Di Indonesia, dalam rangka menangkal skema transfer pricing, saat ini Ditjen Pajak telah memiliki unit khusus dalam jajaran Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan, yaitu Sub Direktorat Pemeriksaan Transaksi Khusus Seksi Transfer Pricing. Hal ini yang melatar belakangi penulis untuk mengangkat tema penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai topik dalam Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
5
laporan magang. Dalam laporan ini, penulis akan membahas penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa serta hubunganya dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk perusahaan di Indonesia.
1.7 Sistematika Penulisan Penyusunan laporan magang ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut: Bab 1 – Pendahuluan Bab ini menjelaskan latar belakang tema, latar belakang program magang, tujuan penulisan laporan magang, tempat, waktu, dan gambaran pelaksanaan kegiatan magang, ruang lingkup permasalahan, dan sistematika penulisan laporan magang. Bab 2 – Landasan Teori Bab ini akan menjabarkan pengertian umum transfer pricing, konsep dan definisi transfer pricing, OECD Transfer Pricing Guidelines, prinsip dan metode harga pasar wajar, metode transfer pricing, perbandingan (comparability), dokumentasi transfer pricing, sanksi dalam transfer pricing, dan penyelesaian sengketa transfer pricing. Bab 3 – Profil Perusahaan Bab ini akan memberikan gambaran umum tentang tempat magang secara umum dan yang kedua menjelaskan gambaran umum klien secara umum. Bab 4 – Pembahasan Bab ini akan membahas peraturan perpajakan Indonesia yang terkait dengan transfer pricing, dan transaksi penjualan dan pembelian yang dilakukan oleh PT A. Setelah itu dijelaskan mengenai bagaimana menentukan Arm‟s Length price untuk transaksi pembelian dan penjualan. Bab 5 – Kesimpulan dan Saran Berisi ringkasan dari analisa terhadap perusahaan dan aktivitas magang. Saran berisi usulan / permasalahan yang menjadi fokus perhatian pada klien dan kantor konsultan. Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
6
Lampiran bagian terakhir dari laporan magang ini akan menyajikan beberapa data yang mendukung pembahasan laporan ini.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
7
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Umum Transfer Pricing Awalnya transfer pricing dikenal di dalam akuntansi manajemen yang diartikan sebagai kebijakan harga yang diterapkan atas penyerahan barang atau jasa antara divisi / departemen di dalam suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja (performance) dari masing-masing divisi / departemen tersebut. Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan teknologi informasi, implementasi transfer pricing telah meluas yaitu antara perusahaan-perusahaan dalam satu grup atau yang lebih dikenal dengan intercompany transfer pricing dengan tujuannya adalah memaksimalkan laba dan sekaligus meminimalkan beban pajak (tax expense). Motivasi pajak atas praktik transfer pricing tersebut dilaksanakan dengan sedapat mungkin memindahkan penghasilan dari negara dengan beban pajak tinggi ke negara dengan beban pajak terendah atau minimal di negara yang mengenakan tarif pajak rendah (tax haven). Beberapa perusahaan yang berada dalam satu grup pada umumnya bekerja berdasarkan suatu rencana strategis, taktis dan operasional yang telah dikaji dan dipertimbangkan secara seksama. Kebijakan harga atau imbalan yang diputuskan tentunya telah dipertimbangkan berdasarkan suatu penalaran yang rasional dan akan mengutungkan grup perusahaan secara keseluruhan. Kebijakan harga transfer pada umunya diarahkan pada maksimal efisiensi grup secara totalitas dan oleh karena itu menguntungkan bisnis (investasi) global mereka. Hal tersebut dilakukan karena pajak secara ekonomis merupakan beban usaha yang mengurangi laba setelah pajak dan sekaligus daya beli perusahaan secara keseluruhan. Kebijakan transfer pricing akan mengarah pada pertimbangan minimalisasi total beban pajak global perusahaan. Pendekatan minimalisasi pajak adalah jumlah global yang merupakan gabungan antara pengurangan basis pajak di beberapa negara dengan sedikit melibatkan pajak.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
8
2.2 Konsep dan Definisi Transfer pricing Transfer pricing merupakan bagian dari suatu kegiatan usaha dan perpajakan yang bertujuan untuk memastikan apakah harga yang diterapkan dalam transaksi antara perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa telah didasarkan atas prinsip harga pasar wajar (arm‟s length principle). Selain itu, transfer pricing dapat juga diterapkan dan konteks: i. transaksi antara suatu unit organisasi dengan unit organisasi lainnya dalam satu perusahaan; ii. antara kantor pusat dengan kantor cabangnya (BUT); atau iii. antara kantor cabang dengan kantor cabang lainnya yang masih dalam satu perusahaan yang sama. Praktik transfer pricing umumnya terjadi dalam transaksi hubungan istimewa (related party transactions). Pada pelaku bisnisnya adalah mereka yang memiliki hubungan istimewa dan mempunyai hubungan yang sifatnya berupa induk (parent company) dan perusahaan anak (subsidiary company) ataupun sesama perusahaan afiliasi (associate enterprise) yang dimiliki atau dikendalikan oleh orang (badan dan / atau orang pribadi) yang sama. Dengan demikian, bila terjadi transaksi dalam hubungan istimewa maka harga yang disepakati cenderung harga yang tidak wajar. Indikasi adanya hubungan istimewa antara wajib pajak dapat diketahui melalui: 1. hubungan kepemilikan (hubungan tersebut dapat diketahui dengan adanya kepemilikan saham baik langsung maupun tidak langsung antara pihak-pihak yang berhubungan paling rendah sebesar 25%; 2. hubungan penguasaan, dimana pengendalian adalah kepemilikan langsung melalui anak perusahaan dengan lebih dari setengah hak suara dari suatu perusahaan atau suatu kepentingan substansial dalam hak suara dan kekuasaan untuk mengarahkan kebijakan keuangan dan operasi manajemen perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian (biasanya hubungan tersebut diindikasikan dengan penguasaan manajemen atau pengusaaan teknologi);
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
9
3. hubungan keluarga, hubungan antara wajib pajak dianggap ada apabila antara wajib pajak tersebut terdapat hubungan keluarga, baik keluarga sedarah maupun semenda; dan 4. hubungan antara utang dan modal. Pasal 9 Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) model mengatur tentang hubungan istimewa dalam konteks transfer pricing. Terkait dengan definisi hubungan istimewa tersebut. Dalam hukum di Indonesia melaui Undang-Undang no. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan disebutkan dalam pasal 18 ayat 4 bahwa hubungan istimewa dianggap ada apabila: 1. wajib pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada wajib pajak lain; hubungan antara wajib pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua wajib pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua wajib pajak atau lebih yang disebut terakhir; 2. wajib pajak menguasai wajib pajak lainnya atau dua atau lebih wajib pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau 3. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
2.3 OECD Tranfer Pricing Guidelines Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) merupakan organisasi kerjasama ekonomi antara negara-negara maju yang dibentuk pada tahun 1960. OECD Guidelines ini memberikan panduan kepada otoritas pajak maupun kepada perusahaan multinasional dalam menangani permasalahan transfer pricing. Dengan demikian, OECD Guidelines ini dibuat dengan maksud untuk membantu: otoritas pajak (tidak hanya terhadap negara-negara anggota saja, tetapi juga negara-negara yang bukan anggota OECD); maupun
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
10
perusahaan
multinasional,
dalam
memberikan
bantuan
tentang
cara
penyelesaian perselisihan transfer pricing yang saling menguntungkan antara masing-masing otoritas pajak, adan antara otoritas pajak dengan perusahaan multinasional. Dengan kata lain, tujuan dari pengaturan OECD Guidelines adalah dalam rangka untuk membagi penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan multinasional secara fair (true taxable income) kepada negara-negara dimana perusahaan multinasional tersebut beroperasi. Untuk menghindari agar perusahaan multinasional tidak mengalihkan penghasilan kena pajaknya melalui mekanisme transfer pricing dengan cara-cara yang tidak wajar, maka sangat penting bagi suatu negara untuk mempunyai otoritas atau kewenangan untuk dapat melakukan koreksi (primary adjustment) atas harga yang ditetapkan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut apabila harga transaksi tersebut tidak menggambarkan penghasilan kena pajak yang sebenarnya di negara tersebut. Dalam konteks Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B/tax treaty), wewenang untuk melakukan koreksi transfer pricing diatur dalam pasal 9 (dengan persyaratan tertentu). Beberapa ketentuan utama dalam pedoman OECD Guidelines antara lain adalah: 1. menerapkan arm‟s length principle dengan mengutamakan metode tradisional; 2. penerapan komparabilitas yang menekankan fungsi, risiko yang disandang dan aset yang dimanfaatkan; 3. pengenalan metode lain (profit based income) yang disebut transactional net margin (TNMM); dan 4. memahami pentingnya dokumentasi atas transfer pricing dan peranan pinalti dalam peningkatan kepatuhan. OECD Guidelines juga memberikan beberapa pendekatan administratif deteksi dan solusi harga transfer seperti: 1. praktik kepatuhan transfer pricing dengan pemeriksaan pajak, beban pembuktian, dan sanksi atau penalti; Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
11
2. prosedur kesepakatan bersama untuk mencari solusi harga transfer dengan perundngan berdasarkan atas kesepakatan bersama; 3. pemerisaan bersama antarnegara (simultaneous tax examination); 4. Advance Pricing Agrrement (APA) antara wajib pajak dengan administratif pajak dan antarnegara; 5. arbitrase dengan mengetengahkan arbiter sengketa transfer pricing sebagai hakim memberikan solusi putusan sengketa.
2.4 Prinsip dan Metode Harga Pasar Wajar Ketika sebuah perusahaan melakukan transaksi penjualan dengan pihak lain yang tidak terikat, hal-hal yang menjadi acuan dalam penetapan harga transaksi biasanya ditentukan oleh kekuatan pasar. Namun, hal tersebut akan menjadi berbeda apabila transaksi yang dimaksud terjadi pada perusahaan yag mempunyai hubungan istimewa. Prinsip harga pasar wajar (arms‟ length principle) merupakan suatu kriteria untuk menentukan nilai transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Menurut prinsip harga pasar wajar ini, transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubunga istimewa seharusnya mengacu kepada harga pasar wajar, yaitu ditentukan berdasarkan harga yang terjadi seandainya transaksi tersebut dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa. Secara teoritis, prinsip harga pasar wajar didasarkan atas: 1. dalam transaksi yang sama (same transaction); 2. dalam kondisi yang sama (same circumstances) yang dilakukan oleh pihakpihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, akan tetapi, transaksi dan kondisi yang sama seperti tersebut dalam praktiknya jarang atau tidak pernah terjadi. Oleh karena itu dalam implikasinya, penentuan harga pasar wajar didasarkan atas: 1. transaksi yang dapat diperbandingkan (comparable transaction); dan 2. dalam kondisi yang dapat diperbandingkan (comparable circumstances) ketika tidak tedapat transaksi yang benar-benar sama. Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
12
Ada beberapa metode yang bisa dipergunakan untuk menentukan harga pasar wajar. Adapun tujuan dari metode-metode tersebut adalah untuk memastikan apakah harga yang ditetapkan dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah dilakukan secara kosisten sesuai dengan prinsip harga pasar wajar. Secara umum, ada tiga metode penentuan harga pasar wajar: 1. metode tradisional, yang terdiri atas: a. Comparable uncontrolled price (CUP) b. Cost plus (CP) c. Resale price (RP) 2. Metode transaksional, yang terdiri atas: a. Profit split b. Transactional net margin (TNM) 3. Metode lainnya, yang terdiri atas: a. Formulary apportionment b. Global profit split OECD Guidelines tidak memperkenankan metode lainnya sebagai metode penentuan harga dalam transaksi transfer pricing, karena metode ini tidak mencerminkan prinsip harga pasar wajar. Menurut OECD Guidelines, metode tradisional lebih dipilih untuk diterapkan dibandingkan dengan metode lain. Akan tetapi, dalam metode tradisional tersebut sangat sulit untuk mendapatkan harga pasar pembanding. OECD Guidelines menyatakan bahwa: 1. Tidak ada satu metode yang tepat untuk dipergunakan dalam setiap situasi yang ada. 2. Wajib pajak tidak dipersyaratkan untuk menentukan harga pasar wajar melalui pendekatan berbagai metode yang ada. Hal ini berbeda dengan ketentuan transfer pricing yang dikembangkan oleh Amerika Serikat, dimana Wajib Pajak diharuskan menentukan harga pasar wajar melalui berbagai metode yang ada. Setelah itu, Wajib Pajak diminta untuk memilih salah satu metode yang dipakai sebagai penentuan harga pasar yang paling baik (best method rule). Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
13
3. Metode tradisional lebih diutamakan daripada metode transaksional. 2.5 Metode Transfer Pricing 2.5.1 Metode Comparable Uncontrolled Price (CUP) “The CUP method compares the price charged for property or services transferred in a controlled transaction to the price charged for property or services transferred in a comparable uncontrolled transaction in comparable circumstances. If there is any difference between two prices, this may indicate that the conditions of the commercial and financial relations of the associated enterprises are not arm's length, and that the price in the uncontrolled transaction may need to be substituted for the price in the controlled transaction.” (Paragraph 2.13 OECD TP Guidelines July 2010) Metode CUP membandingkan harga yang dibebankan terhadap barang atau jasa yang dialihkan dalam controlled transaction dengan harga yang dibebankan atas barang atau jasa yang dialihkan dalam uncontrolled transaction dalam kondisi yang dapat disebandingkan. Metode ini digunakan ketika terdapat penjualan atau pembelian barang yang sama atau serupa ke atau dari pihak afiliasi dengan pihak luar. Metode ini melibatkan pengidentifikasian transaksi yang sama atau serupa yang terjadi pada pihak-pihak yang menggunakan prisip kewajaran dan penggunaan harga yang ada dalam transaksi tersebut sebagai suatu tolak ukur (benchmark). Apabila terdapat transaksi yang sama namun tidak identik, harga harus disesuaikan agar dapat mencerminkan perbedaan yang ada dalam transaksi. Berbagai faktor yang dipertimbangkan yang dapat mempengaruhi transaksi yang berbeda yaitu letak geografis pasar, rantai distribusi, diskon dan rabat, kualitas produk, biaya transportasi dan asuransi. Di dalam teorinya, metode CUP ini dapat diterapkan pada berbagai transaksi pihak afiliasi antar negara termasuk royalti, suku bunga, jasa intragroup, harga untuk barang berwujud, dan lain sebagainya – mulai dari sudut pandang operator maupun pembeli. Namun, penggunaan metode CUP dalam praktiknya biasanya terbatas, kecuali terkait dengan transaksi komoditas tertentu atau ketika adanya transaksi internal dengan pihak luar yang dapat disebandingkan. Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
14
Mengingat metode CUP merupakan perbandingan harga secara langsung, tingginya tingkat kesebandingan antara controlled transaction dan uncontrolled transaction yang diuji (dalam hal jasa yang disediakan, produk/merek, transaksi, pasar, dan lain sebagainya) diperlukan untuk menerapkan metode ini. Uncontrolled transaction umumnya dianggap sebagai pembanding untuk controlled transaction dalam metode CUP jika tidak ada perbedaan yang bersifat material yang dapat mempengaruhi harga, atau jika terdapat perbedaan yang bersifat material, penyesuaian yang handal (reliable) dapat dibuat untuk menghilangkan efek material atas perbedaan tersebut. Sifat dan tingkat penyesuaian tersebut relatif mempengaruhi keandalan analisis metode CUP. Metode CUP dapat diterapkan dengan mengacu pada transaksi antara perusahaan Grup dan pihak luar (CUP internal), atau dengan mengacu pada transaksi antara dua pihak ketiga (CUP eksternal). Contoh penentuan harga transaksi penjualan dengan menggunakan metode CUP yaitu PT A memiliki 25% saham PT B (terdapat hubungan istimewa). PT A menjual barang ke PT B dengan harga jual Rp 160/unit dan menjual barang yang sama ke PT X (tidak ada hubungan istimewa) dengan harga jual Rp 200/unit. Gambar 2.1 Kondisi Sebelum Penerapan Prinsip Kewajaran dalam Metode CUP PT A
Rp 160/unit
PT B (Pihak Afiliasi)
Rp 200/unit PT X (Independen)
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
15
Setelah dilakukan analisa kesebandingan, diketahui bahwa tidak ada beda kondisi dari kedua transaksi yang diperbandingkan sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi kedua transaksi sebanding. Karena terdapat internal comparable, maka dalam menentukan arm‟s length principle, metode yang digunakan adalah metode comparable uncontrolled price (CUP), dengan menggunakan harga jual dari PT A ke PT X (transaksi independen) sebesar Rp 200/unit, sebagai pembanding (internal comparable). Gambar 2.2 Kondisi Setelah Penerapan Prinsip Kewajaran Dalam Metode CUP Rp 200/unit PT A
PT B (Pihak Afiliasi)
PT X (Independen) Rp 200/unit
2.5.2 Metode Resale Price (RP) "The resale price method begins with the price at which a product that has been purchased from an associated enterprise is resold to an independent enterprise. This price (the resale price) is then reduced by an appropriate gross margin on this price (the “resale price margin”) representing the amount out of which the reseller would seek to cover its selling and other operating expenses and, in the light of the functions performed (taking into account assets used and risks assumed), make an appropriate profit. What is left after subtracting the gross margin can be regarded, after adjustment for other costs associated with the purchase of the product (e.g. customs duties), as an arm's length price for the original transfer of property between the associated enterprises. This method is probably most useful where it is applied to marketing operations.” (Paragraph 2.21 OECD
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
16
Transfer Pricing Guidelines for MNE/Multinational Enterprises and Tax Administrations July 2010) Metode resale price dimulai ketika harga dari suatu barang yang telah dibeli dari perusahaan afiliasi dijual kembali kepada perusahaan independen. Harga ini (harga penjualan kembali) kemudian dikurangi gross margin (margin harga jual kembali) mewakili jumlah yang diinginkan penjual untuk menutupi seluruh biaya penjualan dan operasional lainnya dan, untuk meringankan fungsi yang dijalankan (dengan memasukkan asset yang digunakan dan risiko yang diasumsikan ke dalam pertimbangan), menghasilkan keuntungan yang sesuai. Nilai yang tertinggal setelah mengurangi gross margin dapat dianggap, setelah penyesuaian untuk biaya lain-lain yang berhubungan dengan pembelian barang (seperti kewajiban terhadap bea cukai), sebagai harga wajar dalam mentransfer barang antara perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan istimewa. Metode resale price umumnya dianggap sebagai metode yang paling tepat untuk penilaian harga transfer produk ke operasi pemasaran dan/atau distribusi yang tidak menambahkan nilai produk secara substansial dengan mengubah fisik produk, atau tidak berkontribusi atas harta tak berwujud yang bernilai sebelum dijual kembali; oleh karena itu, metode ini berlaku dari sudut pandang pembeli. Metode ini digunakan oleh sebagian besar wajib pajak yang bergerak dalam bisnis penjualan kembali (resale). Penerapannya juga bergantung pada kesamaan fungsi yang dijalankan dan risiko yang ditanggung. Metode RP mungkin saja sulit untuk diterapkan ketika perusahaan melakukan fungsi yang berbeda, misalnya: sebelum dijual kembali, produk diolah lebih lanjut atau digabungkan ke dalam produk yang lebih rumit sehingga identitasnya berubah.
2.5.3 Metode Cost Plus (CP) "The cost plus method begins with the costs incurred by the supplier of property (or services) in a controlled transaction for property transferred or services provided to a related purchaser. An appropriate cost plus mark up is then added to this cost, to make an appropriate profit in light of the functions performed and market conditions. What is arrived at after adding Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
17
the cost plus mark up to the above costs may be regarded as an arm's length price of the original controlled transaction.... (or+) This method probably is most useful where semi finished goods are sold between associated enterprises, where associated enterprises have concluded joint facility agreements or long-term buy-and-supply arrangements, or where the controlled transaction is the provision of services." (Paragraph 2.39 OECD Transfer Pricing Guidelines July 2010) Metode cost plus dimulai dengan adanya biaya yang dikenakan oleh pemasok barang (atau jasa) dalam transaksi terkendali untuk transfer barang atau jasa yang disediakan kepada pembeli yang memiliki hubungan istimewa. Biaya ditambah degan mark up yang sesuai kemudian ditambahkan ke dalam biaya tersebut, untuk memperoleh profit yang sesuai dengan fungsi yang dijalankan serta kondisi pasar. Hasil yang diperoleh dari penambahan biaya ditambah mark up ke dalam biaya di atas dapat dikatakan sebagai harga wajar dari transaksi terkendali asli. Secara
umum
metode
CP
paling
berguna
ketika
terdapat
pengalihan/penjualan barang setengah jadi antar pihak afiliasi, dimana pihakpihak tersebut telah menyetujui perjanjian pemakaian fasilitas bersama, ketika pihak-pihak tersebut memiliki pengaturan beli dan tawar jangka panjang, atau ketika transaksi terkendali melibatkan pembagian jasa. Metode ini normalnya diaplikasikan dari sudut pandang penyedia jasa. Harga pasar normal berdasarkan metode ini dihitung dengan menerapkan mark up normal terhadap biaya barang. Sama seperti metode CUP dan RP, metode CP mensyaratkan derajat kesebandingan yang tinggi antara controlled transaction dan controlled transaction yang sedang dipertimbangkan. Namun, metode CP mensyaratkan kesebandingan “fungsional” yang lebih tinggi (dibandingkan kesebandingan produknya) sesuai dengan metode RP. Contoh penentuan harga transaksi penjualan dengan menggunakan metode CP yaitu : PT A memiliki 25% saham PT B; PT A menjual produk kepada PT B tanpa adanya merek atau label; Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
18
PT A menjual barang ke PT B dengan harga jual Rp 160/unit; Tidak terdapat internal atau external comparable pada tingkat harga karena barang yang dijual ke PT B memiliki spesifikasi khusus yaitu semi finished good. Harga pokok produksi (HPP) Rp 150/unit; Laba kotor pembanding (comparable mark up) dari pihak eksternal atas penjualan barang yang sama adalah 40% dari harga pokok.
Gambar 2.3 Kondisi Sebelum Penerapan Prinsip Kewajaran Dalam Metode CP Transaksi yang Diteliti PT A
PT B (Afiliasi)
Rp 160/unit
Transaksi Pembanding PT E
PT F (Non-afiliasi) Comparable mark up 40%
Maka perhitungan harga jual yang wajar yaitu : Harga Pokok Produksi
= 150
Comparable mark up (150 x 40%)
= 60
Harga jual wajar
= 210
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
19
Gambar 2.4 Kondisi Setelah Penerapan Prinsip Kewajaran Dalam Metode CP Transaksi yang Diteliti PT A
Harga jual wajar Rp 210
PT B (Afiliasi)
Transaksi Pembanding PT E
PT F (Non-afiliasi)
Comparable mark up 40%
2.5.4 Metode Profit Split (PS) “The transactional profit split method seeks to eliminate the effect on profits of special conditions made or imposed in a controlled transaction (or in controlled transactions…) by determining the division of profits that independent enterprises would have expected to realize from engaging in the transaction or transactions. The transactional profit split method first identifies the profit to be split for the associated enterprises from the controlled transactions in which the associated enterprises are engaged (the „combined profits‟). References to „profits‟ should be taken as applying equally to losses.” (paragraph 2.108 OECD Transfer Pricing Guidelines July 2010) “The main strength of the transactional profit split method is that it can offer a solution for highly integrated solution for highly integrated operations for which a one-sided method would not be appropriate….” (paragraph 2.109 OECD Transfer Pricing Guidelines July 2010). “… A transactional profit split method may also be found to be the most appropriate method in cases where both parties to a transaction make unique and valuable contributions (e.g. contribute unique intangibles) to the transaction, because in such a case independent parties might wish to share Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
20
the profits of the transaction in proportion to their respective contributions and a two-sided method might be more appropriate in these circumstances than a one-sided method….” (paragraph 2.109 OECD Transfer Pricing Guidelines July 2010) Oleh karena itu, metode PS mengidentifikasi jumlah keuntungan yang berasal dari pihak yang berafiliasi dalam controlled transactions (atau dari gabungan grup dari controlled transactions) dan kemudian profit tersebut dibagi antara pihak-pihak tersebut sesuai dengan nilai ekonomi relatif yang dikontribusikan oleh masing-masing pihak dalam transaksi tersebut. Nilai ekonomi
yang
dikontribusikan
dapat
ditentukan
berdasarkan
tingkat
pengembalian yang diinginkan oleh pihak independen dalam melakukan fungsi yang sebanding, dalam mengontribusikan aset dan keterampilan sebanding, dan dalam mengasumsikan risiko yang sebanding. Namun, saat metode PS diterapkan, transaksi yang terjadi seringkali bersifat unik, dan kemungkinan tidak terdapatnya benchmark eksternal yang tersedia untuk menguji keandalan dari penilaian kontribusi relative kemungkinan tidak ditemukan. Penilaian kontribusi relatif dapat menjadi lebih subjektif berdasarkan fakta dan keadaan pada masing-masing kasus. Metode ini paling sesuai diaplikasikan ketika Wajib Pajak dan pihak yang memiliki hubungan istimewanya melakukan pengembangan aktiva tidak berwujud yang berkontribusi terhadap total keuntungan dari suatu transaksi atau ketika terdapat transaksi yang tidak dapat dipisahkan analisisnya karena tingginya tingkat integrasi satu sama lain.
2.5.5 Metode Transactional Net Margin (TNM) "The transactional net margin method examines the net profit margin relative to an appropriate base (e.g. costs, sales, assets) that a taxpayer realizes from a controlled transaction (or transactions that are appropriate to aggregate)..." (Paragraph 2.58 OECD TP Guidelines July 2010) Metode Transactional Net Margin memeriksa margin keuntungan bersih relatif terhadap dasar yang sesuai (seperti biaya, penjualan, aktiva) yang diakui Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
21
Wajib Pajak dari transaksi terkendali (atau dari transaksi yang sesuai untuk disatukan).” Metode TNM dapat secara langsung maupun tidak langsung diterapkan untuk mengkaji perjanjian-perjanjian dari pihak yang berhubungan istimewa antar negara (termasuk royalti, suku bunga, jasa intragroup, produk berwujud, dan lain sebagainya). Metode TNM juga fleksibel dalam penerapannya, baik yang berbasis transaksi grup atau berbasis entitas secara keseluruhan. Seperti yang telah dijelaskan diatas, TNM membandingkan margin dari keuntungan bersih dari transaksi terkendali dengan margin dari keuntungan bersih yang berasal dari transaksi yang tidak terkontrol baik dengan perbandingan internal maupun eksternal. Margin keuntungan bersih dihitung dengan indikator tingkat keuntungan yang sesuai, seperti return on sales, berry ratio, dan lain-lain. Margin bersih umumnya mempertimbangkan untuk lebih toleran terhadap beberapa perbedaan fungsional antara transaksi terkendali dan transaksi tidak terkendali dibandingkan dengan margin kotor. Jadi, tingkat kesebandingan yang disyaratkan antara transaksi terkendali dan tidak terkendali yang sedang dipertimbangkan dengan TNMM lebih rendah disbanding dengan metode-metode berbasis transaksi. Namun, dasar kesebandingan “fungsional” bersifat penting – seperti, kesamaan dalam fungsi yang dijalankan, asset yang digunakan dan risiko yang diasumsikan pada transaksi terkendali dan tidak terkendali yang sedang dipertimbangkan. Analisis keuntungan bersih juga dapat memastikan jika terdapat usaha yang lebih luas, perbedaan fungsional dan ekonomi dipertimbangkan dalam anlisis (kekurangan dengan menggunakan metode berbasis transaksi). Ide dibalik metode ini adalah karena adanya perusahaan yang memiliki kemiripan transaksi akan cenderung menghasilkan pengembalian yang serupa dari suatu periode waktu. Metode ini lebih baik dibandingkan CUP karena keuntungan bersih kurang dipengaruhi oleh perbedaan transaksional dibandingkan bila menggunakan harga. TNMM menguji karakter kewajaran dari harga transfer pada transaksi terkendali dengan membandingkan keuntungan operasi yang diperoleh dengan pihak tidak terkendali yang memiliki perjanjian atas aktivitas bisnis dari pembayar pajak yang memiliki hubungan istimewa dimana data yang andal mengenai transaksi terkendali yang sedang ditinjau tersedia, dan dengan Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
22
demikian, kesebandingan dengan menggunakan TNMM tergantung pada kesamaan kapital yang diinvestasikan dan risiko yang diasumsikan oleh pihak yang terkendali maupun yang tidak untuk aktivitas-aktivitas tersebut. Dengan TNMM, perbandingan perlu memiliki kesamaan secara luas dan diversitas produk yang signifikan serta beberapa diversitas fungsional antara pihak terkendali dan tidak terkendali yang dapat diterima. The OECD Guidelines merekomendasikan bahwa TNMM sebaiknya diaplikasikan pada basis transaksi yang mungkin untuk membuat perkiraan yang tepat atas nilai wajar pasar.
2.6 Perbandingan (Comparability) Dalam penentuan harga pasar wajar atas transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa didasarkan atas transaksi dan kondisi yang dapat diperbandingkan. Dalam melakukan perbandingan, OECD Guidelines memberikan panduan sebagai berikut : 1. Karakteristik dari barang dan jasa. 2. Analisis fungsional atas kegiatan usaha yang dilakukan, risiko yang ditanggung, dan aktiva yang dipergunakan dalam kegiatan usaha. 3. Syarat-syarat yang tercantum dalam kontrak (seperti cara pembayaran dan jangka waktu pembayaran, volume penjualan atau pembelian, dan jaminan yang diberikan). 4. Lingkungan ekonomi (seperti geografi, kompetisis bisnis, permintaan dan penawaran, regulasi pemerintah, dan produk pengganti). 5. Strategi bisnis yang dijalankan perusahaan (seperti pengembangan produk baru dan penetrasi pasar). Comparability analysis adalah unsur terpenting pendokumentasian halhal yang berkaitan dengan transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
Meningkatnya
permintaan
negara-negara
terhadap
pendokumentasian transfer pricing menimbulkan beban administratif yang besar bagi Wajib Pajak.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
23
Pemakaian internal comparables lebih diutamakan daripada external comparable (penggunaan data komersial). Akan tetapi, OECD mengingatkan bahwa meskipun hal tersebut bukan merupakan harga mati karena harus dilihat lagi kasus per kasus dan harus dikembalikan kepada tujuan semula dari dilakukannya perbandingan, yaitu untuk menemukan pembanding terbaik yang tersedia dan dapat dipercaya. OECD menyatakan bahwa karena product comparability adalah syarat utama untuk mengaplikasikan metode CUP, maka internal comparables akan menghasilkan harga pasar wajar yang lebih baik dibandingkan dengan external comparables.
2.7 Dokumentasi Transfer Pricing Dengan semakin meningkatnya jumlah dan jenis transaksi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional tentu akan semakin menyulitkan otoritas pajak suatu negara untuk memastikan apakah harga yang diterapkan dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa telah mencerminkan harga pasar wajar atau belum.Oleh karena itu, otoritas pajak di banyak negara mewajibkan Wajib Pajak untuk mendokumentasikan setiap informasi yang terkait dengan transfer pricing agar otoritas pajak dapat melakukan pemeriksaan secara lebih mendalam terhadap transaksi transfer pricing. Terkait dengan persyratan dokumentasi, perusahaan multinasional harus dapat memenuhi semua persyaratan tersebut. Apabila persyaratan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka perusahaan tersebut dapat dikenakan sanksi. Apapun metode transfer pricing yang dipilih, Wajib Pajak harus dapat memberikan penjelasan mengapa metode transfer pricing tersebut yang dipilih. Selain itu, untuk mendukung metode transfer pricing yang telah dipilih tersebut, Wajib Pajak juga diharuskan untuk dapat memperlihatkan dokumen-dokumen yang mendukung transaksi transfer pricing. Secara umum, dokumentasi harus disiapkan berdasarkan itikad baik untuk memberikan keyakinan bahwa penentuan harga transfer telah sesuai dengan prinsip harga pasar wajar. Perusahaanperusahaan yang melakukan transfer pricing harus melampirkan dokumen pendukung atas transaksi transfer pricing di dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT). Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
24
OECD Guidelines menyarankan Wajib Pajak yang melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa agar menyediakan datadata sebagai berikut: 1. Daftar nama perusahaan yang terlibat dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 2. Penjelasan atas transaksi tersebut, beserta syarat dan kondisinya. 3. Analisis fungsi yang dijalankan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (functions performed), harta-harta yang digunakan (assets used), serta asumsi tingkat risiko yang ditanggung (risk assumed). 4. Penjelasan atas informasi yang diperoleh dari pihak independen yang melakukan transaksi atau kegiatan usaha yang sejenis. 5. Penjelasan atas kondisi ekonomi dan aktiva yang digunakan saat melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 6. Penjelasan atas aliran tagihan dan barang antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 7. Pembeicaraan/diskusi tentang perubahan syarat atau kondisi perdagangan. 8. Penjelasan tentang kegiatan usaha. 9. Penjelasan tentang struktur organisasi dan kepemilikan dari grup perusahaan multinasional. 10. Data pembukuan, termasuk nilai penjualan dan hasil kegiatan usaha untuk beberapa tahun terakhir antara Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 11. Data pembukuan yang menunjukkan transaksi Wajib Pajak dengan foreign associated enterprises, seperti nilai penjualan dari persediaan barang dagang, harta, jasa yang diberikan, serta bunga dari pinjaman. 12. Penjelasan mengenai kebijakan harga, strategi kegiatan usaha, dan kondisi khusu lainnya. 13. Penjelasan mengenai gambaran umum kegiatan komersial dan industry perusahaan. 14. Penjelasan mengenai proses tawar-menawar harga atau perubahan harga dalam transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
25
OECD Guidelines menyarankan agar Wajib Pajak berusaha sebaik mungkin menyiapkan dokumentasi transfer pricing untuk keperluan pajak. Otoritas pajak harus mempunyai hak untuk mendapatkan ketentuan dokumentasi tersebut untuk menguji ketaatan terhadap prinsip harga wajar. Akan tetapi, otoritas pajak harus menyadari bahwa ketentuan mengenai dokumentasi ini harus memperhatikan cost of compliance yang ditanggung oleh Wajib Pajak untuk mempersiapkan dokumentasi tersebut. Kemudian, Wajib Pajak juga harus menyadari bahwa tujuan diadakannya ketentuan mengenai dokumetasi ini adalah untuk memfasilitasi pemeriksaan dan memberi solusi terhadap isu-isu transfer pricing yang timbul.
2.8 Sanksi dalam Transfer Pricing Secara umum, sanksi atas transfer pricing dibagi menjadi dua yaitu sanksi administrasi. Sanksi administrasi biasanya dikenakan dalam bentuk uang. Sedangkan sanksi pidana ditujukan atas pelanggaran transfer pricing yang sangat serius. Menurut EU Transfer Pricing, sanksi atas transfer pricing dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Sanksi atas dokumentasi transfer pricing, yaitu sanksi yang dikenakan atas kerelambatan pemberian dokumen transfer pricing atau tidak dipenuhinya persyaratan dokumentasi yang wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak. Bentuk dari sanksi atas dokumentasi transfer pricing bisa berbentuk sanksi administasi maupun pidana. 2. Sanksi atas koreksi (adjustment) transfer pricing. Bentuk dari sanksi atas koreksi harga transfer pricing bisa berbentuk sanksi administrasi maupun pidana. Mengenai sanksi atas koreksi harga transfer pricing, OECD Guidelines menekankan pentingnya kemungkinan untuk menghapus atau mengurangi sanksi tersebut dalam proses Mutual Agreement Procedure yang dilakukan oleh Negara yang bersengketa, koreksi atas transfer pricing tersebut dibatalkan atau dikurangi. OECD Guidelines mengusulkan beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam merancang sanksi atas transfer pricing, yaitu sebagai berikut : Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
26
1. Tidak sepatutnya untuk mengenakan sanksi yang cukup besar semata-mata karena menyajikan jumlah pajak terutang yang lebih kecil dari yang seharusnya apabila kejadian tersebut terjadi karena kesalahan yang tidak disengaja (good faith effort). 2. Tidak adil untuk mengenakan sanksi yang cukup besar kepada Wajib Pajak
yang telah berusaha semkasimal mungkin dan berusaha menunjukan niat baik (effort in good faith) untuk menerapkan prinsip harga pasar wajar terhadap transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. 3. Tidak sepantasnya untuk mengenakan sanksi kepada Wajib Pajak atas tidak
dipertimbangkannya suatu data, di mana Wajib Pajak tersebut tidak mempunyai akses atau tidak dapat melaksanakan metode transfer pricing karena Wajib Pajak tersebut tidak bisa memperoleh data tersebut. Selain itu, hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan sanksi atas transfer pricing adalah adanya itikad baik, transparansi, kerjasama, kondisi Wajib Pajak, dan frekuensi pelanggaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
2.9 Penyelesaian Sengketa Transfer Pricing Transfer pricing yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dapat menimbulkan perselisihan tidak hanya antara Wajib Pajak dengan otoritas pajak, tetapi juga menimbulkan konfrontasi antara otoritas pajak dari suatu negara dengan otoritas pajak negara lainnya berkenaan dengan masalah pembagian atas laba yang diperoleh oleh perusahaan multinasional tersebut. Apabila dua atau lebih pihak otoritas pajak mengambil posisi yang berbeda dalam menentukan harga pasar wajar atas transaksi perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa tersebut maka pemajakan berganda dapat terjadi karena masing-masing negara akan mengenakan pajak atas transaksi yang sama tersebut. Untuk menyelesaikan perselisihan tersebut, terdapat beberapa instrumen yang dapat dilakukan yaitu :
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
27
1. Correspending adjustment melalui Mutual Agreement Procedures (MAP) MAP merupakan sarana bagi dua otoritas pajak yang mengadakan tax treaty untuk menyelesaikan kasus pengenaan pajak yang tidak sesuai dengan maksud dan tujuan tax treaty. Dengan demikian, apabila Wajib Pajak diperlakukan secara tidak sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya tax treaty maka Wajib Pajak tersebut dapat meminta kepada otoritas pajak dimana dia terdaftar sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri (negeri domisili) agar otoritas pajak tersebut melakukan perundingan atas masalah yang dihadapi oleh Wajib Pajak dengan otoritas pajak dimana Wajib Pajak tersebut dikenakan pajak terhadap penghasilan yang diterimanya (negara sumber). Dalam proses MAP ini, walaupun inisiatif untuk memulai dilakukannya MAP berasal dari Wajib Pajak, akan tetapi proses MAP berlangsung, Wajib Pajak tidak dilibatkan secara langsung. 2. Advance Pricing Agreement (APA) OECD Guidelines, mendefinisikan APA sebagai suatu skema yang telah disusun sebelumnya terhadap suatu transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan bedasarkan criteria yng tepat (seperti metode, perbandingan dan penyesuaian serta asumsi-asumsi terhadap kondisikondisi yang akan dating) untuk menentukan harga transfer antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut untuk periode waktu tertentu. 3. Arbitrase
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
28
BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Profil Kantor Konsultan Didirikan pada tahun 1999, PT ABC telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia dan membangun sebuah tim lebih dari 150 profesional di Jakarta, Surabaya, dan Balikpapan. PT ABC saat ini didukung oleh tim yang berkualitas, mewakili sinergi unik dari profesional dari berbagai bidang keahlian yang memungkinkan kita untuk melakukan berbagai layanan. Secara singkat, tim kami didukung dengan profesional sebagai berikut: 1. Tax Services a. Tax Planning Perencanaan pajak adalah serangkaian rencana untuk meningkatkan efisiensi manajemen pajak dengan mengidentifikasi alternatif terbaik untuk penghematan pajak sejalan dengan perencanaan bisnis perusahaan dan kebijakan. Layanan ini juga termasuk pengaturan skema transaksi alternatif dan metode akuntansi. Tujuannya adalah untuk meminimalkan beban pajak dan memaksimalkan pertumbuhan perusahaan. b. Tax Review Tax review adalah layanan untuk mengkaji kepatuhan pajak perusahaan, mengidentifikasi potensi eksposur perusahaan pajak dan memberikan rekomendasi bagaimana untuk meminimalkan eksposur pajak. Layanan review kami akan mencakup semua kegiatan perusahaan, dampak pada kewajiban pajak perusahaan. Ini termasuk evaluasi data dan kelayakan informasi yang disajikan pada Pengembalian Pajak serta isu-isu yang mungkin dan eksposur yang mungkin perusahaan miliki. Layanan ini juga mencakup review dari kepatuhan pajak untuk pra-IPO likuidasi, merger, dan lain-lain. c. Tax Audit Assistance
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
29
Tax audit assitance adalah layanan untuk membantu dan mewakili perusahaan dalam hal audit pajak yang dilakukan oleh otoritas pajak. Hal ini untuk mencegah perusahaan
menerima pemberitahuan pajak yang
tidak tepat dalam penilaian dengan jumlah pajak yang terhutang dan / atau denda yang berat, karena kesalahan dalam mengajukan pengembalian pajak dan / atau kegagalan dalam menunjukkan proses akuntansi yang tepat dan lengkap dan dokumen pendukung. d. Tax Advisory Ini adalah konsultasi yang sedang berlangsung dan layanan konsultasi tentang masalah perpajakan yang dihadapi oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Layanan ini dapat dilakukan melalui mail, faksimili, pertemuan email, teleconference, atau langsung dengan tim konsultan kami, untuk memberikan solusi yang terbaik bagi perusahaan dalam menghadapi masalah pajak. e. Tax Return Preparation Layanan ini meliputi kegiatan penyusunan dan pengajuan Pengembalian Pajak Tahunan (SPT Tahunan) dan / atau Pengembalian Pajak periodik (SPT Masa) sesuai dengan Peraturan Perpajakan. f. Tax Dispute Resolution Membantu perusahaan dalam penyelesaian sengketa pajak, seperti keberatan terhadap pemberitahuan penilaian pajak, banding terhadap keputusan keberatan pajak, dan aplikasi peninjauan pajak peradilan ke Mahkamah Agung. Tujuannya adalah untuk memastikan sengketa pajak yang harus diselesaikan. g. Tax Administration Membantu perusahaan dalam menangani administrasi pajak secara efektif dan efisien. Layanan ini mencakup, antara lain, pendaftaran dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak ID (NPWP) dan / atau PPN yang terdaftar Jumlah Orang (NPPKP), aplikasi untuk pemindahbukuan kepada Otoritas Pajak, aplikasi untuk pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang, aplikasi untuk sentralisasi administrasi PPN, dan aplikasi untuk izin pajak. Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
30
h. Standard Operational and Procedure Designing Meninjau manajemen pajak perusahaan lebih lanjut, mengembangkan atau meningkatkan prosedur operasi standar. SOP yang dirancang diharapkan dapat memberikan bimbingan bagi perusahaan untuk melaksanakan semua kegiatan yang terkait dengan pajak untuk mematuhi peraturan pajak. i. International Taxation Hal ini untuk membantu perusahaan dalam berurusan dengan transaksi bisnis global yang melibatkan lintas batas peraturan pajak. Kami akan menganalisa masalah pajak internasional yang kompleks dalam rangka untuk meminimalkan beban pajak dan untuk memenuhi persyaratan kepatuhan pajak di Indonesia serta dalam yurisdiksi lainnya bekerjasama dengan perusahaan afiliasi global. Layanan ini meliputi tetapi tidak terbatas pada: Transfer Pricing Dokumentasi, Perencanaan Pajak CrossBorder Transaksi Review Transfer Pricing, Audit Transfer Pricing, dan Transfer Pricing Resolusi Sengketa. 2. Custom Services a. Strategic Custom Planning Perencanaan Bea Cukai adalah seperangkat rencana untuk perusahaan yang terlibat dalam kegiatan ekspor dan impor. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat kepatuhan, memaksimalkan efisiensi operasional, mengurangi biaya, meminimalkan risiko dan ketidakpastian serta kelancaran arus barang lintas-perbatasan dengan orientasi akhir tentang percepatan pertumbuhan perusahaan dalam periode jangka panjang. b. Customs System Solution Ini adalah layanan untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem perusahaan dan prosedur untuk kegiatan Bea Cukai terkait dalam rangka untuk memenuhi persyaratan pelaporan peraturan Bea dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Otoritas Bea Cukai, terutama jika perusahaan memiliki fasilitas berbagai kebiasaan seperti Kawasan Berikat, Gudang Berikat, Kite, dan lain-lain. c. Classification of Goods Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
31
Ini adalah layanan untuk meninjau kebenaran klasifikasi produk sebelum izin ekspor dan impor. Klasifikasi Barang menentukan tingkat tarif tugas atau pabean untuk barang impor. Kegagalan untuk menyatakan nilai pabean yang tepat dan tarif, dalam proses pembersihan, dapat menyebabkan penerbitan Catatan Revisi oleh petugas Bea Cukai yang dapat mengakibatkan hukuman. d. Customs Valuation Analysis Dengan layanan ini kita akan menganalisis transaksi impor Anda untuk menentukan nilai pabean yang tepat dari produk yang diimpor, dengan mempertimbangkan semua penyesuaian terkait dengan harga faktur sebelum deklarasi. Kegagalan untuk menyatakan nilai pabean yang tepat, dalam proses pembersihan, dapat menyebabkan penerbitan Catatan Revisi oleh petugas Bea Cukai yang dapat mengakibatkan hukuman mahal. e. Customs Audit Assistance Ini adalah layanan untuk membantu perusahaan selama proses audit Bea Cukai yang dilakukan oleh Auditor Bea Cukai, terutama jika perusahaan menerima fasilitas seperti: Kawasan Berikat, Gudang Berikat atau layanglayang. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan paparan audit yang tak terduga / tidak tepat disebabkan oleh salah urus selama proses audit. f. Customs Compliance Review Ini adalah layanan dari perusahaan menilai tingkat kepatuhan Anda dengan meninjau dan menganalisa segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan Bea dan mengambil tindakan korektif sebelum-sebelum menjadi kebiasaan temuan audit. Hal ini dimaksudkan untuk meninjau pengendalian internal perusahaan Anda sistem, sistem pembukuan dan administrasi barang yang diimpor dengan fasilitas yang memiliki dampak pada kepatuhan Cukai dengan melakukan berbagai pengujian substantif, mengidentifikasi kesalahan dan kesalahan yang mungkin menjadi eksposur, memberikan rekomendasi untuk perbaikan sistem pengendalian internal, serta mempersiapkan tindakan korektif. Hal ini dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan informasi dan kebiasaan memastikan kepatuhan adat. Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
32
g. Customs Dispute Resolution Layanan ini untuk membantu perusahaan dalam proses penyelesaian sengketa Bea Cukai seperti keberatan terhadap Catatan Revisi yang diterbitkan oleh Pejabat Bea Cukai terkait dengan tarif dan / atau nilai pabean yang menyatakan, banding atas keputusan keberatan atau melawan Audit Pabean Bea Cukai yang ditemukan ke Pengadilan Pajak atau Kasus lainnya Pabean khusus. h. License Instruments Arrangement Ini adalah layanan untuk membantu perusahaan dalam proses memperoleh lisensi berbagai bidang kepabeanan dan perdagangan yang dikeluarkan baik oleh Bea Cukai atau lembaga lainnya.Ada berbagai lisensi diperlukan sebelum perusahaan menjalankan kegiatan usaha mereka dengan beberapa fasilitas. Lisensi tersebut Berikat Fasilitas Zone, Gudang Berikat Fasilitas, layang-layang, Fasilitas BKPM atau lisensi khusus lainnya. i. Customs Advisory Ini adalah konsultasi yang sedang berlangsung dan layanan konsultasi tentang hal-hal kebiasaan yang dihadapi oleh perusahaan untuk jangka waktu tertentu. Ini adalah untuk membantu perusahaan dalam memberikan solusi yang terbaik untuk masalah atau untuk memperbarui aturan Bea terbaru dan regulasi. 4. Other Services
3.2 Profil Perusahaan Klien 3.2.1 Gambaran Umum PT A PT A didirikan pada tahun 1973, PT A memproduksi berbagai jenis kain tenun yang dibuat oleh kombinasi dari poliester dan kapas. Di Indonesia, PT A memegang peran penting dalam industri tekstil. Sekitar 80% dari produksi diekspor ke berbagai negara di seluruh dunia, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
33
PT A
juga menjadi pemasok kain “Grey” ke B Grup keseluruhan
termasuk Malaysia dan Thailand, produksi pabrik mencapai sekitar £ 2.963.000 dari 8.700.000 meter benang “Yarn” dan kain “Grey” per bulan. Struktur kepemilikan PT A ditunjukkan dalam tabel di bawah dengan persentase kepemilikan saham. Tabel 3.1 Komposisi Pemegang Saham PT A Nama Pemegang Saham
Tipe Saham
B Industries, Inc.
Common Share Common Share
PT K
Jumlah Saham
Persentasi Kepemilikan
880
Jumlah Nominal (USD) 8,800,000
380
3,800,000
30.2%
69.8%
Sumber : Audit Report PT A
3.2.2 Proses Produksi PT A PT A mempunyai 2 proses produksi utama yaitu : 1. Proses pemintalan Poliester dan kapas pertama kali diproses dalam ruang pemintalan. Dalam ruang pemintalan, poliester dan kapas ini kemudian dialokasikan dalam proporsi tertentu, tergantung pada jenis produk. Proses pemintalan menghasilkan produk tekstil intermediate, yang kemudian akan digunakan sebagai bahan dasar untuk produksi. Proses pemintalan menggunakan jenis mesin blowing, carding, drawing, combing, drawing, roving, ring spinning, dan mesin winding. Setelah mengalami beberapa jenis proses produksi dalam ruang pemintalan, akhirnya poliester dan kapas menjadi berbagai macam benang dan benang monofilamen. Benang dan benang monofilamen kemudian dipindahkan ke ruang tenun untuk diproses lebih lanjut.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
34
Gambar 3.1 Proses Pemintalan
Sumber : Transfer Pricing Document PT A
2. Proses penenunan Proses tenun menggunakan beberapa jenis mesin, mulai dari warper, sizer, draw-in, dan air jet loom mesin untuk mendapatkan benang dan benang monofilamen. Produk akhir dalam bagian tenun adalah jenis kain tenun yang bernama "Grey". Selain itu, produk kain “Grey” akan diinspeksi sebelum dikirimkan ke pelanggan. Gambar 3.2 Proses Penenunan
Sumber : Transfer Pricing Document PT A
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
35
3.2.3 Tipe Produk Terdapat 10 produk yang diproduksi oleh PT A yaitu sebagai berikut : Tabel 3.2 Daftar Produk PT A Kode CV 186C CV 186W CV 208C CV 208W TC 186S TC 186W TC 195W TC 208S TC 208W TF 195W
Penjualan Dalam negeri Dalam negeri dan luar negeri Dalam negeri Dalam negeri dan luar negeri Dalam negeri dan luar negeri Dalam negeri dan luar negeri Dalam negeri Dalam negeri dan luar negeri Dalam negeri dan luar negeri Luar negeri
Pihak Afiliasi Afiliasi dan non-afiliasi Afiliasi Afiliasi dan non-afiliasi Afiliasi dan non-afiliasi Afiliasi dan non-afiliasi Afiliasi Afiliasi dan non-afiliasi Afiliasi dan non-afiliasi Non-afiliasi
Sumber : Dokumen PT A
3.2.4 Struktur Organisasi PT A Struktur organisasi PT A dilampirkan dalam Lampiran 1.
3.2.5 Ringkasan Keuangan Kondisi keuangan PT A 2008-2010 disajikan dalam laporan laba rugi sebagai berikut : Tabel 3.3 Ringkasan Keuangan Tahun 2008-2010 (dalam USD)
Penjualan
2010 60,763,399.03
2009 2008 48,683,650.00 58,107,885.85
COGS
52,487,334.37
42,246,623.11
8,276,064.66
Laba Kotor
47,467,313.70
6,437,026.89 10,640,572.15
14%
13%
18%
Beban Operasi
4,128,044.86
3,434,961.50
3,687,252.47
Laba Operasi
4,148,019.80
3,002,065.39
6,953,319.68
7%
6%
12%
Margin Kotor
Margin Operasi Sumber : Transfer Pricing Document PT A
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
36
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Ketentuan Perpajakan Indonesia Tentang Transfer Pricing 4.1.1 Undang-undang PPh Pasal 18 Nomor 7 Tahun 1983 Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal
18
(3)
menjelaskan
bahwa
untuk
mencegah
terjadinya
penghindaran pajak yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya. Dalam hal demikian, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau biaya sesuai dengan keadaan seandainya di antara para Wajib Pajak tersebut tidak terdapat hubungan istimewa. Dalam menentukan kembali jumlah penghasilan dan/atau biaya tersebut digunakan
metode
perbandingan
harga
antara
pihak
yang independen
(comparable uncontrolled price method), metode harga penjualan kembali (resale price method), metode biaya-plus (cost-plus method), atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method) dan metode laba bersih transaksional (transactional net margin method). Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan menyatakan penyertaan modal tersebut sebagai utang maka Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan utang tersebut sebagai modal perusahaan. Penentuan tersebut dapat dilakukan, misalnya melalui indikasi mengenai perbandingan antara modal dan utang yang lazim terjadi di antara para pihak yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa atau berdasar data atau indikasi lainnya. Dengan demikian, bunga yang dibayarkan sehubungan dengan utang yang dianggap sebagai penyertaan modal itu tidak diperbolehkan untuk dikurangkan, sedangkan bagi pemegang saham yang menerima atau memperoleh bunga tersebut dianggap sebagai dividen yang dikenai pajak.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
37
Pasal 18 (4) Undang-Undang PPh menyebutkan bahwa hubungan istimewa dianggap ada apabila: 1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir; 2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau 3. terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurusan/atau ke samping satu derajat. Hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah ayah, ibu, dan anak, sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah saudara. Yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan ke samping satu derajat adalah ipar.
4.1.2 Pedoman Transfer Pricing berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 Direktur Jenderal Pajak telah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-43/PJ/2010 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa. PER-43/PJ/2010 antara lain mengatur bahwa Wajib Pajak yang melakukan transaksi dengan pihak afiliasi harus menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm‟s length principle). Transaksi afiliasi dapat berupa: a. penjualan, pengalihan, pembelian atau perolehan barang berwujud maupun barang tidak berwujud; b. sewa, royalti , atau imbalan lain yang timbul akibat penyediaan atau pemanfaatan harta berwujud maupun harta tidak berwujud; Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
38
c. penghasilan
atau
pengeluaran
sehubungan
dengan
penyerahan
atau
pemanfaatan jasa; d. alokasi biaya; dan e. penyerahan atau perolehan aset dalam bentuk instrumen keuangan, dan pendapatan atau beban atas pengiriman atau perolehan aset dalam bentuk instrumen keuangan tersebut. Prinsip kewajaran dalam Pasal 1 ayat (6) PER-43/PJ/2010 dinyatakan sebagai berikut: “Prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm‟s length principle) merupakan prinsip yang mengatur bahwa apabila kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sama atau sebanding dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding, maka harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa harus sama dengan atau berada dalam rentang harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yang menjadi pembanding”. Prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. melakukan analisis kesebandingan dan menentukan pembanding; b. menentukan metode Penentuan Harga Transfer yang tepat; c. menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha berdasarkan hasil analisis kesebandingan dan metode penentuan harga transfer yang tepat ke dalam transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa; dan d. medokumentasikan setiap langkah dalam menentukan harga wajar atau labar wajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Transaksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa yang mempunyai nilai penghasilan atau pengeluaran tidak melampaui Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) tidak Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
39
diwajibkan memenuhi kewajiban untuk menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. Analisis kesebandingan adalah analisis yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau Direktorat Jenderal Pajak pada kondisi transaksi antara Wajib Pajak dan pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk diperbadingkan dengan kondisi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, dan melakukan identifikasi atas perbedaan kondisi dalam kedua jenis transaksi. Dalam melakukan analisis kesebandingan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. transaksi yang dilakukan antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa dianggap sebanding dengan transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam hal: 1. tidak terdapat perbedaan kondisi yang material atau signifikan yang dapat mempengaruhi harga atau laba dari transaksi yang diperbadingkan; atau 2. terdapat perbedaan kondisi namun dapat dilakukan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh yang material atau signifikan dari perbedaan kondisi tersebut terhadap harga atau laba. b. dalam hal tersedia data harga wajar atau laba wajar dalam transaksi sebanding yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa (data pembanding internal) dan data harga wajar atau laba wajar dalam transaksi sebanding yang dilakukan oleh Wajib Pajak lain dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa (data pembanding eksternal) dengan tingkat kesebandingan yang sama, maka Wajib Pajak wajib menggunakan data pembanding internal untuk penentuan harga wajar atau laba wajar. Dalam melakukan analisis kesebandingan, faktor-faktor berikut dapat mempengaruhi tingkat kesebandingan, antara lain: 1. karateristik barang/harta berwujud dan barang/harta tidak berwujud yang diperjualbelikan, termasuk jasa; 2. fungsi masing-masing pihak yang melakukan transaksi; Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
40
3. ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian; 4. kondisi ekonomi; 5. strategi usaha. Dalam menilai dan menganalisis karakteristik barang/harta berwujud dan barang/harta yang tidak berwujud, harus dilakukan analisis terhadap jenis barang atau jasa yang diperjualbelikan, dialihkan, atau diserahkan, baik oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa maupun oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, hal yang harus dipertimbangkan antara lain : 1. ciri-ciri fisik barang; 2. kualitas barang; 3. daya tahan barang; 4. tingkat ketersediaan barang; 5. jumlah penawaran barang. Dalam melakukan penilaian dan analisis fungsi (functional analysis), harus dilakukan analisis dengan mengidentifikasi dan membandingkan kegiatan ekonomi yang signifikan dan tanggung jawab utama yang diambil atau akan diambil oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihakpihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Kegiatan ekonomi dianggap signifikan dalam hal kegiatan tersebut berpengaruh secara material pada harga yang ditetapkan dan/atau laba yang diperoleh dari transaksi yang dilakukan. Dalam melakukan penilaian dan analisis fungsi, harus dipertimbangkan antara lain: 1. struktur organisasi; 2. fungsi-fungsi utama yang dijalankan oleh suatu perusahaan seperti desain, pengolahan, praktikan, penelitian, pengembangan, pelayanan, pembelian, distribusi, pemasaran, promosi, transportasi, keuangan, dan manajemen; 3. jenis aktiva yang digunakan atau akan digunakan seperti tanah, bangunan dan peralatan, harta tidak berwujud, serta sifat dari aktiva tersebut seperti umur, harga pasar, dan lokasi;
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
41
4. risiko yang mungkin timbul dan harus ditanggung oleh masing-masing pihak yang melakukan transaksi seperti risiko pasar, risiko kerugian investasi, dan risiko keuangan. Dalam melakukan penilaian dan analisis atas ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian harus dilakukan analisis terhadap tingkat tanggung jawab, risiko, dan keuntungan yang dibagi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa untuk dibandingan dengan ketentuan-ketentuan dalam kontrak/perjanjian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa, yang meliputi ketentuan tertulis dan tidak tertulis. Dalam melakukan penilaian dan analisa keadaan ekonomi, harus diidentifikasi kondisi ekonomi yang relevan, seperti keadaan geografis, luas pasar, tingkat persaingan, tingkat permintaan dan penawaran, serta tingkat ketersdiaan barang atau jasa pengganti pada transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan transaksi yang dilakukan oleh pihakpihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Penilaian dan analisis atas strategi usaha, harus dilakukan antara lain dengan mengidentifikasi inovasi dan pengembangan produk baru, tingkat diversifikasi barang/jasa, tingkat penetrasi pasar, dan kebijakan-kebijakan usaha lainnya, yang terjadi pada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. PER-43/PJ/2010 telah menetapkan metode untuk menentukan harga wajar untuk transaksi afiliasi, yang dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok: 1. Metode Comparable Uncontrolled Price (metode CUP); 2. Metode Resale Price (metode RP) atau metode Cost Plus (metode CP); 3. Metode Profit Split (metode PS) atau metode Transactional Net Margin (metode TNM) Penentuan metode transfer pricing harus dilakukan berdasarkan hirarki di atas, dimulai dari aplikasi CUP. Bila tidak dapat dilakukan, metode RP atau metode CP dapat diterapkan. Metode pilihan terakhir yang dapat diterapkan adalah metode PS atau metode TNM. Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
42
Kondisi yang tepat dalam menerapkan comparable uncontrolled method (CUPM) : 1. barang atau jasa yang ditransaksikan memiliki karakteristik yang identik dalam kondisi yang sebanding; atau 2. kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa identik atau memiliki tingkat kesebandingan yang tinggi atau dapat dilakukan penyesuaian yang akurat untuk menghilangkan pengaruh dari perbedaan kondisi yang timbul. Kondisi yang tepat dalam menerapkan resale price method (RPM) adalah: 1. Tingkat kesebandingan yang tinggi terjadi antara transaksi antara pihak afiliasi dan pihak non afiliasi, terutama berdasarkan hasil analisis fungsi, tanpa memperhatikan perbedaan pada barang atau jasa yang dijual/diserahterimakan; dan 2. Reseller tidak memberikan nilai tambah yang signifikan kepada barang atau jasa yang diperjualbelikan. Kondisi yang menerapkan cost plus method (CPM) adalah : 1. barang setengah jadi dijual kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa; 2. terdapat kontrak/perjanjian penggunaan fasilitas bersama (joint facility agreement) atau kontrak jual beli jangka panjang (long term buy and supply agreement) antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa; atau 3. Jenis transaksi adalah penyediaan jasa. Kondisi yang tepat dalam menerapkan profit split method (PSM)adalah : 1. transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sangat terkait satu sama lain sehingga tidak dimungkinkan untuk dilakukan kajian secara terpisah; atau
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
43
2. terdapat barang tidak berwujud yang unik antara pihak-pihak yang bertransaksi
yang
menyebabkan
kesulitan
dalam
menentukan
data
pembanding yang tepat. Dalam kondisi-kondisi untuk penerapan metode CUP, resale price, cost plus, atau profl split tersebut di atas tidak terpenuhi, maka metode laba bersih transaksional (transactional net margin method) dapat diterapkan. Tidak ada satu pun metode yang paling cocok untuk setiap situasi dan pengaplikasian suatu metode tertentu t idak perlu dibantah. Namun demikian, untuk kasus-kasus yang sulit dimana tidak ada satu pun metode yang pasti, maka pendekatan yang fleksibel memperbolehkan pembuktian berbagai metode tersebut untuk digunakan secara bersama, agar mencapai kesimpulan yang sesuai dengan prinsip kewajaran yang memuaskan dari cara pandang praktis dengan mempertimbangkan faktafakta dan kondisi-kondisi dari kasus, ketersediaan bukti campuran, dan keandalan relative dari berbagai metode yang dipertimbangkan. Harga wajar atau laba wajar adalah harga atau laba yang terjadi dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa dalam kondisi yang sebanding, atau harga atau laba yang ditentukan sebagai harga atau laba yang memenuhi prinsip kewajaran dan kelaziman usaha. Harga wajar atau laba wajar berdasarkan metode-metode penentuan harga transfer dapat ditentukan dalam bentuk harga atau laba tunggal (single price) atau dalam bentuk rentang harga wajar atau laba wajar (arm‟s length range). Rentang harga wajar atau laba wajar merupakan rentangan antara kuartil pertama dan ketiga yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. transaksi atau data pembanding yang digunakan dapat diandalkan; b. didukung dengan bukti-bukti dan penjelasan yang memadai bahwa penetapan harga atau laba tunggal tidak dapat dilakukan. Rentang harga wajar atau laba wajar (arm‟s length range) adalah rentang harga atau laba dalam transaksi yang dilakukan antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yang merupakan hasil pengujian beberapa data pembanding dengan menggunakan metode penentuan harga transfer yang sama.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
44
4.2 Pihak Afiliasi dan Transaksi Yang Diuji 4.2.1 Struktur Grup Perusahaan Gambar 4.1 Hubungan Kepemilikan PT A dan Pihak Afiliasi
B Industries, Inc 100%
60%
L Sdn Bhd
100%
B Textile Co.,Ltd
49%
B International,Inc
C Public Co.,Ltd
30% 92,37%
100%
PT B Industries Indonesia
PT Indonesia B Synthetic
70%
69,84%
PT B Trading Indonesia
7,63%
PT K
30,16%
PT A
Sumber : Transfer Pricing Document PT A Tabel 4.1 Pihak Afiliasi PT A Entitas B International, Inc
B Textile Co., Ltd. C Public Co., Ltd.
L Sdn Bhd
Bisnis Utama Mengekspor produk B Grup, impor dan penjualan langsung bahan baku, bahan dan produk untuk B Grup. Kapas dan pemintalan poliester/kapas, penenunan dan pencelupan Pemintalan, penenunan dan pencelupan kapas dan poliester/tekstil kapas; penenunan dan pencelupan benang poliester filamen; proses kedua dari material industry. Pemintalan, penenunan, pencelupan dan pencetakan poliester/kapas dan gingham Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
45
Entitas PT Indonesia B Synthetics
Bisnis Utama Industri benang filamen nilon, serat stapel poliester, dan benang filamen poliester Perusahaan Manajemen PT B Industries Indonesia Aktivitas Perdagangan PT B Trading Indonesia Sumber : Transfer Pricing Document PT A
4.2.2 Transaksi dengan Pihak Afiliasi Dalam menjalakan bisnisnya, PT A melakukan beberapa transaksi dengan pihak afiliasi yaitu sebagai berikut: Tabel 4.2 Transaksi dengan Pihak Afiliasi No Tipe Transaksi 1 Pembelian 1. Barang mentah Poliester Kapas 2
Pihak Afiliasi
Nilai (USD)
PT Indonesia B Synthetic B International, Inc. .
14,181,257 3,274,569
Penjualan Barang Jadi 1. Penjualan kain “Grey”
L Sdn Bhd C Public Co B International Singapore Pte, Ltd. B Textile Co., Ltd. PT K Sumber: Transfer Pricing Document PT A
4.3
10,258,269 166,925 54,185 5,963,428 4,540,702
Pengujian Transaksi
4.3.1 Transaksi Pembelian Transaksi pembelian dilakukan dengan B International untuk kapas dan PT Indonesia B Synthetic untuk poliester.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
46
Gambar 4.2 Skema Pembelian PT A Perusahaan Non-Afiliasi
B International,Inc . I
kapas
kapas
poliester PT Indonesia B Synthetic
PT A
Sumber : Transfer Pricing Document PT A
4.3.1.1 Pembelian Kapas Pada tahun 2010, transaksi pembelian kapas dibuat dari kedua pihak afiliasi dan non-afiliasi. Proporsi pembelian dari B International Inc, pihak terafiliasi, adalah sekitar 33% dari total pembelian kapas, meliputi kapas A dan B. Pembelian kapas dari pihak afiliasi pada Biaya dan Freight ("CFR / C & F") Dasar dengan istilah T pembayaran / Remitansi T pada tanggal jatuh tempo 180 hari setelah tanggal B / L. Selama tahun 2010, PT A juga melakukan transaksi pembelian kapas dengan pihak non-afiliasi, M Co., Ltd. Dalam menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dilakukan langkah-langkah berikut : Mengindentifikasi data pembanding yang tersedia Data pembanding yang tersedia adalah data pembanding internal yaitu harga kapas yang dibeli dari pihak non-afiliasi, M Co.,Ltd Melakukan analisis kesebandingan Tabel 4.3 Analisis Kesebandingan Transaksi Pembelian Kapas No
Analisis
1
Karakteristik
B International Inc
M Co., Ltd
Kapas A SLM 1-1/8
barang 2
Fungsi
Sebagai agen distributor sehingga memiliki aset, fungsi,
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
47
No
Analisis
B International Inc
M Co., Ltd
dan risiko yang hampir sama. 3
Kontrak
Kuantitas, dan terms dan destination hampir sama
4
Keadaan
Pembelian dilakukan ke Jepang sehingga dapat
ekonomi
dikatakan, pembelian dilakukan pada keadaan geografis yang sama.
Sumber : Data diolah oleh penulis Berdasarkan analisis kesebandingan tidak ada perbedaan kondisi yang material antara transaksi dengan pihak afiliasi dan transaksi dengan pihak non-afiliasi. Oleh karena itu, transaksi PT A dengan pihak non-afiliasi, M Co.,Ltd digunakan sebagai data pembanding untuk menguji kewajaran harga transaksi dengan pihak afiliasi. Metode yang diaplikasikan Metode CUP dengan menggunakan data pembanding internal dapat diterapkan untuk menguji kewajaran harga transaksi pembelian kapas dari pihak non-afiliasi, M Co.,Ltd karena tidak terdapat perbedaan kondisi yang material antara transaksi dengan pihak afiliasi dan transaksi pihak nonafiliasi. Perhitungan rentang wajar Tabel 4.4 Pembelian Kapas A dari B International Inc (Afiliasi) No Jenis Kapas 1 Kapas A 2 Kapas A Sumber : Dokumen PT A
Kuantitas 346,110.51 231,112.91
Harga $ 0.8775 $ 0.8775
Jumlah $ 303,711.97 $ 202,801.58
Tabel 4.5 Pembelian Kapas A dari M Co.,Ltd (Non-Afiliasi) No 1 2 3 4 5
Jenis Kapas Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A
Kuantitas 579,550.92 556,633.48 578,677.32 226,687.88 56,582.89
Harga $ 0.9125 $ 0.9225 $ 0.9505 $ 0.9750 $ 0.9690
Jumlah $ 528,840.21 $ 513,494.39 $ 550,032.79 $ 221,020.68 $ 54,828.82
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
48
No Jenis Kapas 6 Kapas A 7 Kapas A 8 Kapas A 9 Kapas A 10 Kapas A 11 Kapas A Sumber : Dokumen PT A
Kuantitas 460,955.67 681,546.93 342,666.11 400,658.94 289,618.63 401,570.51
Harga $ 0.9675 $ 0.9525 $ 0.9750 $ 0.9525 $ 0.9525 $ 0.9690
Jumlah $ 445,974.61 $ 649,173.45 $ 334,099.46 $ 381,627.64 $ 275,861.75 $ 389,121.82
Tabel 4.6 Perhitungan Interkuartil Pembelian Kapas A dari M Co., Ltd (Pihak Non-Afiliasi) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Kapas Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A Kapas A
Kuantitas 579,550.92 556,633.48 578,677.32 226,687.88 56,582.89 460,955.67 681,546.93 342,666.11 400,658.94 289,618.63 401,570.51 Minimum Kuartil 1 (Q1) Median Kuartil 3 (Q3) Maksimum Sumber : Transfer Pricing Document PT A
Harga $ 0.9125 $ 0.9225 $ 0.9505 $ 0.9750 $ 0.9690 $ 0.9675 $ 0.9525 $ 0.9750 $ 0.9525 $ 0.9525 $ 0.9690 $ 0.9125 $ 0.9515 $ 0.9525 $ 0.9690 $ 0.9750
Jumlah $ 528,840.21 $ 513,494.39 $ 550,032.79 $ 221,020.68 $ 54,828.82 $ 445,974.61 $ 649,173.45 $ 334,099.46 $ 381,627.64 $ 275,861.75 $ 389,121.82
Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan di atas, maka perhitungan rentang kewajaran untuk transaksi pembelian kapas A menggunakan harga per unit, karena kuantitas pembelian kapas A dari pihak afiliasi (B International Inc), dengan kuantitas pembelian kapas dari pihak non-afiliasi (M Co.,Ltd) tidak jauh berbeda. Berikut perhitungan rentang kewajaran untuk transaksi pembelian kapas A.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
49
Tabel 4.7 Analisis CUP Transaksi Pembelian Kapas A Pihak Afiliasi
Harga/ unit
Internal Comparable
B International Inc
0.8775
Min 0.913
B International Inc
0.8775
0.913
Keterangan
Q1 0.952
Med 0.953
Q3 0.969
Max 0.9750
Di bawah Q1
0.952
0.953
0.969
0.9750
Di bawah Q1
Sumber : Transfer Pricing Document PT A Perhitungan rentang kewajaran untuk transaksi pembelian kapas A, berada di bawah Q1 atau di bawah rentang harga wajar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan membeli barang dengan harga yang lebih rendah dari seharusnya (berada pada rentang harga antara Q1 sampai dengan Q3). Namun, hal tersebut tidak menjadi perhatian bagi pemeriksa pajak karena jika dilakukan koreksi negatif akan menimbulkan efek pajak yang lebih kecil, dimana laba bersih kena pajak yang diterima menjadi lebih kecil. Akan tetapi, jika terdapat koreksi PPN, efek pajak yang timbul hanya 10%. Efek tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan efek pajak yang muncul jika ada koreksi PPh Badan dimana tarifnya adalah 25%. Contoh : Terdapat koreksi pajak sebesar Rp 1.000 PPN Koreksi positif sebesar Rp 1.000 Tarif PPN 10% Pajak yang harus dibayar Rp 1.000 x 10% = Rp 100 Sehingga pajak kurang bayar yaitu sebesar Rp 100 Karena terdapat koreksi positif PPN maka timbul koreksi negatif PPh Badan. PPh Badan Koreksi negatif sebesar Rp 1.000 Tarif pajak PPh Badan 25% Pajak yang harus dibayar Rp 1.000 x 25% = Rp 250 Sehingga lebih bayar pajak sebesar Rp 250
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
50
Dari contoh perhitungan tersebut maka wajib pajak ada lebih bayar pajak sebesar Rp 150.
Untuk perhitungan rentang kewajaran kapas B akan dilampirkan pada lampiran 2.
4.3.1.2 Pembelian Poliester Selama 2010, semua serat poliester dibeli dari PT Indonesia B Synthetic. Jenis poliester yang dibeli adalah serat stapel poliester dengan spesifikasi 1.3dx38mmR berdasarkan pesanan bulanan. Dalam menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dilakukan langkah-langkah berikut : Mengindentifikasi data pembanding yang tersedia Data pembanding yang tersedia adalah data pembanding eksternal yaitu harga poliester yang dibeli dari pihak afiliasi, PT Indonesia B Synthetic. Analisis kesebandingan dan penentuan pembanding Analisis kesebandingan dibuat berdasarkan kondisi pihak wajib pajak lain (PT Indonesia B Synthetic) yang merupakan pihak afiliasi PT A dengan pihak non-afiliasi PT Indonesia B Synthetic, hal tersebut dikarenakan PT A tidak melakukan pembelian poliester dari pihak lain selain PT Indonesia B Synthetic (pihak afiliasi). Tabel 4.8 Analisis Kesebandingan Pembelian Poliester No
Analisis
PT Indoensia B
Pihak Non-Afiliasi
Synthetic 1
Karakteristik
Poliester dengan spesifikasi 1.3dx38mmR
barang 2
Fungsi
Fungsi yang dilakukan, aset yang digunakan, dan risiko yang dihadapi oleh PT Indonesia B Synthetic untuk transaksi dengan pihak afiliasi dan non-afiliasi tidak berbeda secara material.
3
Kontrak
Term dan destination hampir sama, namun terdapat perbedaan kuantitas
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
51
No
Analisis
PT Indoensia B
Pihak Non-Afiliasi
Synthetic 4
Keadaan
Pembelian dilakukan ke Jepang sehingga dapat
ekonomi
dikatakan, penjualan dilakukan pada keadaan geografis yang sama.
Sumber : Data diolah penulis Berdasarkan analisis kesebandingan tidak ada perbedaan kondisi yang material antara transaksi dengan pihak afiliasi (PT Indonesia B Synthetic) dan transaksi dengan pihak non-afiliasi kecuali perbedaan pada kuantitas. Harga dari setiap transaksi penjualan poliester PT Indonesia B Synthetic dengan pihak non-afiliasi selama satu tahun dapat dijadikan data pembanding eksternal oleh PT A karena data pembanding internal tidak tersedia. Metode yang diaplikasikan Metode CUP dengan menggunakan data pembanding eksternal dapat diterapkan untuk menguji kewajaran harga transaksi pembelian poliester dari pihak afiliasi (PT Indonesia B Synthetic) karena tidak terdapat perbedaan kondisi yang material antara transaksi pihak afiliasi (PT Indonesia B Synthetic) dengan transaksi pihak non-afiliasi. Perhitungan rentang wajar Perhitungan rentang wajar untuk pembelian poliester di dapat dari perhitungan PT Indonesia B Synthetic dengan pihak non-afiliasi. Perhitungan rentang wajar yang dilakukan oleh PT Indonesia B Synthetic dapat dipercaya oleh pajak karena sistem self assessment, pemerintah memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk menghitung dan melaporkan sendiri pajaknya. Wajib Pajak dan pemerintah dengan fungsinya masing-masing mempunyai media berupa pembukuan. Berdasarkan UU KUP No 28 tahun 2009 pasal 1 ayat 29, pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi keadaan harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang diakhiri dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
52
setiap tahun pajak berakhir. Pembukuan yang dilakukan oleh Wajib Pajak harus diselenggerakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenanrnya. Tabel dibawah ini menunjukkan analisis CUP menggunakan harga dari setiap transaksi yang dibebankan oleh PT Indonesia B Synthetic untuk pelanggan non-afiliasinya selama satu tahun. Tabel 4.9 Analisis CUP Transaksi Pembelian Poliester Tipe
Perusahaan
Weighted Average 1.444
Min 1.370
T403PT A 1.3038A1 Sumber : Transfer Pricing Document PT A
Internal Comparable Q1 Med Q3 1.444 1.498 1.566
Ket Max 2.089
Berada pada batas Q1
Berbeda dengan transaksi pembelian kapas, perhitungan retang kewajaran untuk transaksi pembelian poliester menggunakan harga weighted average karena kuantitas pembelian poliester dari pihak afiliasi (PT Indonesia B Synthetic) dengan kuantitas pembelian poliester dari pihak non-afiliasi jauh berbeda. Harga weighted average ini digunakan untuk mengeliminasi/ menghilangkan perbedaan kondisi yang terjadi karena perbedaan kuantitas.
4.3.2
Transaksi Penjualan
4.3.2.1 Penjualan Kain “Grey” Penjualan kain “Grey” dibuat untuk pasar domestik dan pasar luar negeri. Namun, hampir semua produk dijual ke pasar luar negeri. Untuk pasar luar negeri, PT A menjual produk grey untuk perusahaan grup dan juga kepada pihak independen. Perusahaan-perusahaan grup tersebut antara lain L Sdn Bhd, C Public Co., Ltd, B Textile Co., Ltd dan B Inc. Di pasar lokal, PT A menjual produk hanya untuk pemegang saham, PT K. Dalam menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dilakukan langkah-langkah berikut :
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
53
Mengindentifikasi data pembanding yang tersedia Data pembanding yang tersedia adalah data pembanding internal yaitu harga kain “Grey” yang dibeli dari pihak non-afiliasi. Analisis kesebandingan dan penentuan kesebandingan Tabel 4.10 Analisis Kesebandingan Transaksi Penjualan Kain “Grey” No 1
Analisis
Pihak Afiliasi
Pihak Non-Afiliasi Kain “Grey”
Karakteristik barang
2
3
Fungsi
Kontrak
Tidak melakukan fungsi
Melakukan fungsi
marketing
marketing
Kuantitas, term dan destination hampir sama. Hanya free on board yang berbeda untuk melakukan penjualan dengan pihak afiliasi dan non-afiliasi (dalam hal biaya)
4
Keadaan
Penjualan dilakukan ke benua Asia sehingga dapat
ekonomi
dikatakan, penjualan dilakukan pada keadaan yang geografis yang sama.
Sumber : Data diolah penulis Berdasarkan analisis kesebandingan terdapat perbedaan kondisi yang material antara transaksi dengan pihak afiliasi dan transaksi dengan pihak non-afilias sehingga, perlu dilakukan penyesuaian untuk menghilangkan pengaruh yang material dari perbedaan kondisi tersebut. Sehingga, transaksi PT A dengan pihak non-afiliasi, digunakan sebagai data pembanding untuk menguji kewajaran harga transaksi dengan pihak afiliasi. Metode yang diaplikasikan Metode CUP dengan menggunakan data pembanding internal dapat diterapkan untuk menguji kewajaran harga transaksi penjualan kain “Grey” dari pihak non-afiliasi walaupun terdapat perbedaan kondisi yang bersifat material, penyesuaian dapat dilakukan untuk menghilangkan efek material atas perbedaan tersebut. Hanya untuk penjualan kain “Grey” untuk pihak
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
54
afiliasi, PT K, metode CUP tidak bisa diterapkan karena tidak adanya transaksi pembanding yaitu transaksi yang dilakukan dengan pihak nonafiliasi dalam pasar lokal. Perhitungan rentang wajar Perhitungan rentang wajar penjualan kain “Grey” akan dilampirkan pada lampiran 3. Berdasarkan perhitungan yang sudah dilakukan pada lampiran 3, maka perhitungan rentang kewajaran untuk transaksi penjualan kain “Grey” menggunakan harga per unit karena kuantitas penjualan kain “Grey” dari pihak afiliasi dengan kuantitas penjualan kain “Grey” dari pihak non-afiliasi tidak jauh berbeda.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
55
BAB 5 KSEIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Transfer price pada dasarnya adalah harga yang diletakan untuk memberikan nilai pada suatu produk yang dipertukarkan antara perusahaan yang masih dalam satu kelompok usaha. Dengan manipulasi transfer pricing, perusahaan multinasional dapat mengatur agar penghasilan kelompok usahanya sebanyak mungkin diterima oleh anak perusahaan yang lokasinya di negara yang tarif pajaknya rendah. Dengan dilakukannya transfer pricing oleh perusahaanperusahaan multinasional melalui negara-negara yang mengenakan tarif pajak rendah, maka dasar pengenaan utang pajak yang tertuang dalam dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) yang dilaporkan oleh perusahaan multinasional akan menjadi lebih kecil dari transaksi sebenarnya yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Oleh karena itu, harga yang dikenakan haruslah merupakan harga yang sama yang diterapkan apabila Wajib Pajak melakukan penjualan terhadap pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa yaitu sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Direjen Pajak Nomor PER 43/PJ/2010 tentang Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa. PT. A merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil. Setelah melakukan identifikasi, penulis menyimpulkan bahwa penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm‟s length principle) dalam transaksi antara Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa secara umum sudah sesuai dengan PER 43/PJ/2010 yaitu berada pada kuartil pertama dan kuartil ketiga, walaupun masih ada transaksi yang berada di bawah perhitungan interkuartil.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
56
5.2
Saran
5.2.1 Saran untuk Kantor Konsultan PT ABC sebaiknya mengadakan pelatihan singkat mengenai konseptual dan teknikal terhadap peserta magang. Pelatihan ini akan berguna bagi peserta magang dan PT ABC sendiri. Karena peserta magang akan bertindak sebagai junior consultant of transfer pricing yang oleh klien dianggap telah mempunyai kemampuan yang sama dengan consultant yang sebenarnya. Hal tersebut juga dapat memastikan bahwa peserta magang telah melakukan menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arms‟ length principle) yang sesuai
5.2.2 Saran untuk Klien . Seharusnya data yang diberikan kepada PT ABC sebagai konsultan lebih detail sehingga ketika dilakukan perhitungan dan terdapat data yang tidak wajar, PT ABC dapat langsung mengetahui ketidakwajaran tersebut berasal darimana, tanpa harus menunggu konfirmasi dari klien, karena konfirmasi yang dilakukan memerlukan waktu yang cukup lama.
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
57
DAFTAR PUSTAKA
Darussalam dan Danny Septriadi. 2008. Konsep dan Aplikasi; Cross Border Transfer Pricing untuk Tujuan Perpajakan. Jakarta : Penerbit Danny Darussalam Tax Center. Hamonangan Sianipar, Edward. 2009. Modul Diklat Transfer Pricing. Jakarta: Departemen Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak. OECD Transfer Pricing Guidelines for Multinational Enterprises and Tax Administration, Juli 2010. Pembukuan Akibat Self Assesment, 2011 http://lamanbaca.blogspot.com/2011/05/pembukuan-akibat-sistem pemungutan.html. 30 Januari 2011 Peraturan Direktur Pajak PER No 43/PJ/2010 Tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa Ritonga, Rolando. 2009. Pengaruh Transfer Pricing Terhadap Penerimaan Negara (Studi Kasus Asian Agri dan Dampaknya bagi Penerimaan Pajak Indonesia). Jakarta : Universitas Indonesia. Undang-Undang No 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Perubahan UndangUndang No 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Tentang Pajak Penghasilan. Transfer Pricing Document PT A Tahun 2010
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
58
Lampiran 1: Struktur Organisasi PT A
Figure 3-4 Organization Structure of PT A Top Management (Director)
Division Director
Department Senior Manager
Manager
Ass Manager
Section Chief
Ass Chief
Foreman
Finance and Accounting Dept FMN
F & A SENIOR MANAGER
PRESIDENT DIRECTOR
ASS CHIEF
F & A SENIOR MANAGER
DIRECTOR SALES CUSTOM
Sales Custom Dept
ASS CHIEF
PO Committee PO MANAGER CHEF
DRIVER ASS FMN
GENERAL MANAGER
PERSONAL GEN. AFFAIRS CHIEF
Self Control Cleaning & Green
SECURITY WAREHOUSE CHIEF
SELF C ASS CHF
MANAGER Spinning A Factory DIRECTOR MILL MANAGER
PRODUCTION CHIEF
MANAGER
PRODUCTION CHIEF
Spinning Dept PRODUCTION SENIOR MANAGER
Spinning B Factory
SERVICE FMN ASS FMN
SERVICE CHIEF
Spinning B-1
PROD. ASS. CHIEF
MAINT. BACK ASS CHIEF SERVICE FMN ASS FMN
SB-1 SERVICE CHIEF
MANAGER
Spinning B-2
PROD FMN ASS FMN
SB-1 SERVICE CHIEF
MAINT. FMN ASS FMN
SB-1 SERVICE CHIEF
SERVICE FMN ASS FMN
SB-1 SERVICE CHIEF
PROD FMN ASS FMN
SB-1 SERVICE CHIEF
MAINT. FMN ASS FMN
SB-1 SERVICE CHIEF
Weaving Dept MANAGER
PROD FMN ASS FMN
PRODUCTION CHEF
INSP. FMN ASS FMN
INSPECTION & TRAINING CHIEF
MAINT. FMN ASS FMN
MAINTENANCE CHIEF
Utility Dept
PO CHIEF
MANAGER
PROD FMN ASS FMN MAINT. FMN ASS FMN
MAINT. ASS CHIEF
MAINT. FMN ASS FMN
OPERATION ASS CHIEF SAFETY UTILITY ASS CHIEF
Safety Commttee CHIEF
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
59
Lampiran 2: Transaksi Pembelian Kapas B Pembelian Kapas B dari B International Inc (Afiliasi) No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Kapas Kapas B Kapas B Kapas B Kapas B Kapas B Kapas B Kapas B
Kuantitas 650,823.25 435,158.18 433,470.78 175,961.45 563,679.91 304,244.98 85,733.32
Harga $ $ $ $ $ $ $
0.8150 0.8025 0.7830 0.8965 0.9050 0.8965 0.8965
Jumlah $ 530,420.95 $ 349,214.44 $ 339,407.62 $ 157,749.44 $ 510,130.32 $ 272,755.62 $ 76,859.92
Sumber : Dokumen PT A
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
60
Pembelian Kapas B dari M Co.,Ltd (Non-Afiliasi) No
Jenis Kapas
1
Kapas B
Kuantitas 432,600.44
Harga $ 0.9325
Jumlah $ 403,399.91
2
Kapas B
218,525.70
$ 0.9375
$
204,867.84
3
Kapas B
43,011.31
$ 0.9850
$
42,366.14
4
Kapas B
43,545.67
$ 0.9850
$
42,892.48
5
Kapas B
440,481.65
$ 0.9850
$
433,874.43
6
Kapas B
43,659.93
$ 0.9850
$
43,005.03
Sumber : Dokumen PT A
Perhitungan Interkuartil Pembelian Kapas B dari M Co.,Ltd (Non-Afiliasi) No
Jenis Kapas
Kuantitas
Harga
Jumlah
1
Kapas B
432,600.44
$ 0.9325
$
403,399.91
2
Kapas B
218,525.70
$ 0.9375
$
204,867.84
3
Kapas B
43,011.31
$ 0.9850
$
42,366.14
4
Kapas B
43,545.67
$ 0.9850
$
42,892.48
5
Kapas B
440,481.65
$ 0.9850
$
433,874.43
6
Kapas B
43,659.93
$ 0.9850
$
43,005.03
Minimum
$ 0.9325
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
61
No
Jenis Kapas
Kuantitas
Harga
Kuartil 1 (Q1)
$ 0.9494
Median
$ 0.9850
Kaurtil 3 (Q3)
$ 0.9850
Maksimum
$ 0.9850
Jumlah
Sumber : Transfer Pricing Document PT A
Pihak Afiliasi
Analisis CUP Transaksi Pembelian Kapas A Harga/unit Internal Comparable
Keterangan
B International Inc
0.8150
Min 0.9325
Q1 0.9494
Med 0.9850
Q3 0.9850
Max 0.9850
Di bawah Q1
B International Inc
0.8025
0.9325
0.9494
0.9850
0.9850
0.9850
Di bawah Q1
B International Inc
0.7830
0.9325
0.9494
0.9850
0.9850
0.9850
Di bawah Q1
B International Inc
0.8965
0.9325
0.9494
0.9850
0.9850
0.9850
Di bawah Q1
B International Inc
0.9050
0.9325
0.9494
0.9850
0.9850
0.9850
Di bawah Q1
B International Inc
0.8965
0.9325
0.9494
0.9850
0.9850
0.9850
Di bawah Q1
B International Inc
0.8965
0.9325
0.9494
0.9850
0.9850
0.9850
Di bawah Q1
Sumber : Transfer Pricing Document PT
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
62
Lampiran 3: Tabel Perhitungan Rentang Wajar Penjualan Kain “Grey” Tipe CV 186W
Tipe CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W
Kuantitas 29.558 29.549 9.841 29.560 19.722 12.070 54.194 34.311 14.787 19.661 19.700 9.856 24.586 49.353 58.020 34.495 24.667 14.815 3.441
Penjualan Kain “Grey” dari Pihak Afiliasi Penyesuaian Harga/unit Freight 0,6810 0,007 0,6810 0,007 0,6619 0,007 0,6365 0,007 0,6365 0,006 0,6315 0,008 0,6619 0,008 0,7760 0,006 0,6365 0,014 0,6619 0,007 0,6619 0,007 0,6569 0,020 0,6810 0,007 0,6315 0,004 0,6065 0,008 0,6365 0,007 0,6365 0,006 0,6365 0,006 0,6760 0,007
Harga Penyesuaian 0,6738 0,6738 0,6544 0,6297 0,6304 0,6234 0,6541 0,7702 0,6230 0,6546 0,6546 0,6366 0,6737 0,6274 0,5983 0,6294 0,6308 0,6304 0,6686
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
63
Tipe CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W
Kuantitas 16.605 4.923 8.239 24.688 35.580 9.822 14.776 9.866 21.894
Harga/unit 0,6760 0,6810 0,6760 0,6810 0,6760 0,6619 0,6619 0,6619 0,6569
Penyesuaian Freight 0,007 0,007 0,007 0,007 0,007 0,008 0,007 0,021 0,009
Harga Penyesuaian 0,6693 0,6744 0,6694 0,6744 0,6694 0,6538 0,6551 0,6405 0,6478
Sumber : Dokumen PT A
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
64
Penjualan Kain “Grey” dari Pihak Non-Afiliasi Penyesuaian Harga Penyesuaian Tipe CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W
Kuantitas 79.552 80.355 39.323 80.845 79.798 65.550 15.185 80.523 79.488 80.653 79.381 6.370 80.507 79.886 79.664 80.915 80.768 60.705 78.184 79.941
Harga/unit 0,7041 0,7041 0,7041 0,7200 0,6675 0,7200 0,7200 0,7200 0,7100 0,6400 0,6600 0,4900 0,7315 0,7315 0,7315 0,6949 0,7041 0,5700 0,7000 0,7000
Freight 0,0283 0,0280 0,0286 0,0210 0,0282 0,0153 0,0560 0,0211 0,0088 0,0124 0,0205 0,0120 0,0267 0,0269 0,0270 0,0278 0,0279 0,0051 0,0205 0,0222
Komisi 0,0264 0,0264 0,0264 0,0108 0,0250 0,0108 0,0108 0,0108 0,0107 0,0096 0,0099 0,0046 0,0274 0,0274 0,0274 0,0261 0,0519 0,0053 0,0105 0,0105
0,6494 0,6497 0,6491 0,6882 0,6143 0,6939 0,6532 0,6881 0,6905 0,6180 0,6296 0,4734 0,6774 0,6772 0,6771 0,6411 0,6243 0,5595 0,6690 0,6673
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
65
Penyesuaian Harga Penyesuaian Tipe CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W
Kuantitas 80.191 79.170 79.311 80.697 80.161 80.499 30.570 50.484 79.639 79.596 80.236 7.982 79.969 70.661 80.623 79.371 80.624 79.393 79.855 4.828 79.562
Harga/unit 0,7315 0,6400 0,7000 0,7000 0,7300 0,7300 0,7200 0,7200 0,7000 0,7300 0,6450 0,4900 0,7100 0,7300 0,5700 0,6800 0,6800 0,7100 0,6800 0,4900 0,6290
Freight 0,0268 0,0148 0,0145 0,0143 0,0143 0,0143 0,0262 0,0193 0,0144 0,0144 0,0090 0,0099 0,0089 0,0170 0,0074 0,0089 0,0088 0,0089 0,0089 0,0049 0,0101
Komisi 0,0274 0,0096 0,0105 0,0105 0,0109 0,0109 0,0108 0,0108 0,0105 0,0110 0,0097 0,0046 0,0107 0,0110 0,0053 0,0102 0,0102 0,0107 0,0102 0,0046 0,0094
0,6773 0,6156 0,6750 0,6752 0,7047 0,7048 0,6830 0,6899 0,6751 0,7046 0,6263 0,4755 0,6905 0,7021 0,5572 0,6609 0,6610 0,6904 0,6609 0,4805 0,6095
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
66
Penyesuaian Harga Penyesuaian Tipe CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W CV 186W
Kuantitas 80.313 79.814 79.627 40.713 4.797 79.841 79.698 3.198 11.436 80.095 79.541 3.185 6.390 15.005 6.365 80.161 80.044 16.012 80.609 4.771 34.207
Harga/unit 0,6800 0,6450 0,6450 0,6100 0,4300 0,6675 0,6290 0,4600 0,5700 0,6600 0,6450 0,4600 0,4600 0,5700 0,4600 0,7000 0,6800 0,4600 0,7000 0,4600 0,5700
Freight 0,0088 0,0100 0,0100 0,0147 0,0110 0,0307 0,0091 0,0059 0,0131 0,0101 0,0091 0,0148 0,0202 0,0175 0,0164 0,0137 0,0073 0,0202 0,0106 0,0095
Komisi 0,0102 0,0097 0,0097 0,0091 0,0040 0,0250 0,0157 0,0043 0,0053 0,0099 0,0097 0,0043 0,0043 0,0053 0,0043 0,0105 0,0102 0,0043 0,0105 0,0043 0,0053
0,6610 0,6253 0,6253 0,5861 0,4149 0,6118 0,6042 0,4498 0,5515 0,6400 0,6262 0,4409 0,4355 0,5472 0,4393 0,6758 0,6698 0,4483 0,6693 0,4451 0,5552
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
67
Penyesuaian Harga Penyesuaian Tipe CV 186W
Kuantitas 23.247
Harga/unit 0,5700
Freight 0,0086
Komisi 0,0053 Minimum Q1 Median Q3 Maximum
0,5561 0,4149 0,5728 0,6491 0,6764 0,7048
Sumber : Transfer Pricing Document PT A
Analisis CUP untuk Penjualan Kain “Grey” Tipe CV 186W Penyesuaian
Arm’s Length Price
Harga Penyesuaian
Tipe
Harga/unit
Freight
Min
Q1
Med
Q3
Max
Hasil
CV 186W
0,6810
0,0072
0,6738
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6810
0,0072
0,6738
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6619
0,0075
0,6544
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6365
0,0068
0,6297
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6365
0,0061
0,6304
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
68
Penyesuaian
Arm’s Length Price
Harga Penyesuaian
Tipe
Harga/unit
Freight
Min
Q1
Med
Q3
Max
Hasil
CV 186W
0,6315
0,0081
0,6234
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6619
0,0078
0,6541
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,7760
0,0058
0,7702
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6365
0,0135
0,6230
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6619
0,0073
0,6546
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6619
0,0073
0,6546
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6569
0,0203
0,6366
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6810
0,0073
0,6737
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6315
0,0041
0,6274
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6365
0,0071
0,6294
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6365
0,0057
0,6308
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6365
0,0061
0,6304
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6760
0,0074
0,6686
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6760
0,0067
0,6693
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6810
0,0066
0,6744
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6760
0,0066
0,6694
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
69
Penyesuaian
Arm’s Length Price
Harga Penyesuaian
Tipe
Harga/unit
Freight
Min
Q1
Med
Q3
Max
Hasil
CV 186W
0,6810
0,0066
0,6744
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6760
0,0066
0,6694
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6619
0,0081
0,6538
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6619
0,0068
0,6551
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6619
0,0214
0,6405
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
CV 186W
0,6569
0,0091
0,6478
0,4149
0,5728
0,6491
0,6764
0,7048
Berada di atas Q1
Sumber : Transfer Pricing Document PT
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
71
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
72
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
73
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
74
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
76
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
77
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
78
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
79
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
80
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
81
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
82
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
83
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012
85
Universitas Indonesia
Penerapan prinsip..., Nutri Handayani, FE UI, 2012