UNIVERSITAS INDONESIA
STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH (7-12 TAHUN) DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT ASUPAN KALSIUM HARIAN DI YAYASAN KAMPUNGKIDS PEJATEN JAKARTA SELATAN TAHUN 2009
SKRIPSI
SARAH SALIM S ALATAS 0806315162
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM JAKARTA AGUSTUS 2011
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH (7-12 TAHUN) DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT ASUPAN KALSIUM HARIAN DI YAYASAN KAMPUNGKIDS PEJATEN JAKARTA SELATAN TAHUN 2009
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran
SARAH SALIM S. ALATAS 0806315162
FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM JAKARTA AGUSTUS 2011
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Sarah Salim S Alatas
NPM
: 0806315162
Tanda tangan
:
Tanggal
: Agustus 2011
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi
: Sarah Salim S Alatas : 0806315162 : Pendidikan Dokter Umum : Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) dan Hubungannya dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung Kids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc
Penguji
: Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc
Penguji
:
Ditetapkan di Tanggal
, PA
: Jakarta : Agustus 2011
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) dan Hubungannya dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung Kids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009” Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana kedokteran pada Program Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini kepada Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan saya. Selain itu, saya juga mengucapkan terimakasih kepada anak naka di Yayasan Kmapung Kids yang telah banyak membnatu hingga dapat terselesaikannya penelitian ini. Saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga serta teman teman yang telah mendukung saya baik secara moral amupun material. Disadari dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangan, semoga amal baik dari semua pihak yang membantu senantiasa mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga skripsi ini membawa manfaat.
Jakarta, Agustus 2011
Sarah Salim S Alatas
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Sarah Salim S Alatas
NPM
: 0806315162
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum Fakultas
: Kedokteran
Jenis karya
: Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: ” Status Gizi Anak Usia Sekolah (712 tahun) dan Hubungannya dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung Kids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009” beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolah dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : Agustus 2011 Yang menyatakan,
Sarah Salim S Alatas
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Sarah Salim S Alatas : Pendidikan Dokter Umum : Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) dan Hubungannya dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung Kids Pejaten Jakarta Selatan Tahun 2009
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah asupan nutrien, baik makronutrien dan mikronutrien. Dalam penelitian ini, saya ingin mengetahui bagaimana tingkat status gizi dan hubungannya dengan asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids. Penelitian ini menggunakaan desain cross sectional analitik. Data diambil pada 18 Oktober 2009 dengan jumlah repsonden sebesar 73 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampung Kids yang tergolong kurang sebanyak 64 responden (87,67%), normal sebanyak 8 responden (10,96%) dan tergolong lebih 1 orang (1,37%). Berdasarkan tingkat status gizi, sebanyak 35 responden (47,9%) memiliki status BB/U kurang, sebanyak 37 responden (50,7%) memiliki status BB/U baik dan sebanyak 1 responden (1,4%) memiliki status BB/U yang tergolong lebih. Sedangkan berdasarkan indikator TB/U, sebanyak 21 responden (28,8%) memiliki status TB/U kurang dan sebanyak 52 responden (71,2%) memiliki status TB/U baik. Berdasarakan BMI (BB/TB), sebanyak 27 responden (37%) memiliki status BMI kurang dan sebanyak 46 responden (63%) memiliki status BMI yang tergolong baik. Dengan menggunakan uji two-sample Kolmogorov-Smirnov test dan uji Fisher’s Exact Test, didapatkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara status gizi berdasarkan BB/U (p=1,000), TB/U (p=1,000), dan BB/TB (p=1,000) dengan tingkat asupan kalsium harian.
Kata kunci: status gizi, asupan kalsium harian, anak sekolah, BB/U, TB/U, BMI.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
ABSTRACT Name Study Program Title
: Sarah Salim S Alatas : General Medicine : Nutritional Status and the Association with The Calcium Daily Intake Level among School Aged Children at Yayasan Kampung Kids in The Year 2009
The nutritional status is influenced by many factors, such as the balanced intake of macronutrient and micronutrient. In this study, I would like to do research about the nutritional status level and its association with the calcium daily intake level at school aged children at Yayasan Kampung Kids. The design of this study was analytical cross sectional. This study was held on 18th October 2009 and involving about 73 respondent. The result showed that the number of students with low calcium daily intake level were 64 people (87,67%), with normal calcium daily intake level were 8 people (10,96%), and with high calcium daily intake level only 1 people (1,37%). According to the level of nutritional status (weight for age), children in Kampung Kids, there were 35 people (47,9%) categorized underweight, there were 37 people (50,7%) in normal range, and there was 1 people (1,4%) categorized overweight. In addition, according to the height for age status, there were 21 people (28,8%) categorized short stature but most of them ( 71,2%) were in normal range and for weight for height status (BMI), most of them also were in normal range (63%) and the less were categorized into underweight (37%). The data retrieved and then processed by using Two-sample Kolmogorov-Smirnov Test and Fisher’s Exact Test, which gave result that weren’t have significant correlation between nutritional status indicators (weight for age, p= 1,000), height for age (p=1,000), and weight for height (p=1,000) and the calcium daily intake level among school aged children at Yayasan Kampung Kids.
Keywords: nutritional status, calcium daily ntake school aged children, weight for age, height for age, and BMI.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...........................................ii HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................... v ABSTRAK .................................................................................................... vi ABSTRACT ...................................................................................................vii DAFTAR ISI .............................................................................................. viii DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xi 1.PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3 1.3.1. Tujuan Umum ..................................................................................... 3 1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6 2.1. Status Gizi................................................................................................... 6 2.2. Faktor faktor yang mempengaruhi status gizi ............................................ 6 2.3. Penilaian status gizi .................................................................................... 7 2.3.1. Anamnesia tentang asupan makanan ............................................... 8 2.3.2. Pemeriksaan klinis ........................................................................... 9 2.3.3. Pemeriksaan antropometris ............................................................ 10 2.3.4. Analisis antropometris ................................................................... 11 2.4. Kalsium .................................................................................................... 15 2.5. Anak sekolah dasar.....................................................................................18 2.6. Profil Kampung Kids ................................................................................ 19 2.7. Kerangka Konsep...................................................................................... 19 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 20 3.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 20 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 20 3.3. Populasi Penelitian.................................................................................... 20 3.3.1.Populasi Target ................................................................................. 20 3.3.2.Populasi Terjangkau.......................................................................... 20 3.4. Sampel penelitian........................................................................................20 3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi .................................................................... 20 3.5.1.Kriteria Inklusi .................................................................................. 20 3.5.2.Kriteria Eksklusi ............................................................................... 21 3.5.3. Kriteria Drop Out ........................................................................... 21 3.6. Besar Sampel ........................................................................................... 21 3.7. Identifikasi Variabel ................................................................................ 22
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
3.8. Pelaksanaan pengumpulan data ................................................................ 22 3.9. Batasan Operasional ................................................................................. 22 3.10. Analisis Data 3.10.1. Analisis Univariat .......................................................................... 24 3.10.2. Analisis Bivariat............................................................................. 24 3.11. Penyajian data ......................................................................................... 24 3.12. Etika penelitian.........................................................................................24 3.13. Kerangka Alur Penelitian ........................................................................ 25
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 26 4.1. Data Umum ............................................................................................... 26 4.2. Data Khusus .............................................................................................. 26 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 35 5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 35 5.2. Saran ....................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 37
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 4.2.1.
Interpretasi Indikator Status Gizi Berdasarkan Persentil .......... ....................12 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan BMI........................................................13 Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan...............................................17 Sebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Ukuran Antropometri dan Indikator Status Gizi (BB/U, TB/U, dab BB/TB) ............................ ..............27 Tabel 4.2.2. Sebaran Responden berdasarkan Indikator Status Gizi....................................28 Tabel 4.2.3. Sebaran Responden berdasarkan Tingkat Asupan Kalsium Harian .............29 Tabel 4.2.4. Hubungan Indikator Status Gizi (BB/U) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium Harian Responden ............................................................................. .............30 Tabel 4.2.5. Hubungan Indikator Status Gizi (TB/U) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium Harian Responden ........................................................................................ ..30 Tabel 4.2.6. Hubungan Indikator Status Gizi (BMI) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium Harian Responden .......................................................................................... 31
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kurva BMI ........................................................................................ 14
DAFTAR SINGKATAN BB TB BMI BB/U TB/U BB/TB
: Berat Badan : Tinggi Badan : Body Mass Index : Berat Badan terhadap Umur : Tinggi Badan Terhadap Umur : Berat Badan Terhadap Tinggi Badan
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional Anak Usia Sekolah (6-14 tahun) Kurus (laki-laki) adalah 13,3%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Kurus (Perempuan) adalah 10,9%. Selain masalah anak kurus, terdapat juga masalah anak gemuk, yaitu Anak Usia Sekolah Gemuk (Laki-laki) adalah 9,5%, sedangkan prevalensi nasional Anak Usia Sekolah Gemuk (Perempuan) adalah 6,4%.1 Masalah gizi kurang pada anak usia sekolah ini dapat merupakan akibat dari tingginya angka bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan kurang gizi pada masa balita serta tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan. Di lain pihak, masalah gizi lebih pada anak usia sekolah merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara asupan energi yang melebihi energi yang digunakan. Hal ini berkaitan dengan diet tinggi lemak dan tinggi kalori serta pola hidup kurang gerak (sedentary lifestylles.2 Status gizi dipengaruhi asupan gizi makronutrien dan
mikronutrien yang
seimbang. Tiga faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk secara langsung, yaitu anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit infeksi. Akibat gizi kurang adalah dapat terjadinya gangguan pada proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, gangguan struktur dan fungsi otak, serta gangguan perilaku.3 Kalsium yang merupakan mikronutrien memegang peranan penting dalam mengatur fungsi sel seperti transmisi saraf, kontraksi otot, dan menjaga permeabilitas membran sel. Selain itu kalsium juga mengatur kerja hormon dan faktor pertumbuhan serta berperan dalam pembentukan tulang dan gigi.4 Dengan demikian kekurangan asupan kalsium dapat mengakibatkan gangguan dari tingkat sel. Kekurangan asupan ini apabila terjadi selama masa pertumbuhan, maka dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan.5 Akan tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk, terdapat hubungan negatif antara asupan kalsium dengan berat badan pada semua kelompok usia yang diuji. Penelitian itu menyatakan bahwa peningkatan asupan kalsium sampai 1000mg/hari berhubungan dengan penurunan berat badan sebesar 8 kg.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Untuk menanggulangi masalah gizi buruk ini, tanggung jawab pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Kesehatan adalah merencanakan dan menyediakan anggaran bagi keluarga miskin melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat, membuat standar pelayanan, buku pedoman serta melakukan pembinaan dan supervisi program ke provinsi, kabupaten dan kota. Dalam kaitannya dengan gizi buruk, Depkes pada tahun 2005 telah mencanangkan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk 2005 – 2009.6 pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu melalui penambahan anggaran penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk.7 Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa masih terdapat banyak masalah terkait dengan malnutrisi dan faktor asupan gizi dianggap berpengaruh terhadap keadaan ini. Sebagai peneliti, saya ingin mengetahui bagaimana status gizi anak usia sekolah dan asupan zat gizi anak usia sekolah karena anak usia sekolah (712 tahun) berada pada masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif, oleh karena itu dibutuhkan dukungan nutrisi yang optimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat gizi khusunya kalsium terhadap status gizi pada anak usia sekolah (7-12 tahun), mengingat kalsium berperan penting dalam pertumbuhan. Penelitian ini akan dilakukan pada anak anak yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids karena anak anak yang terdaftar di yayasan ini merupakan anak usia sekolah yang kurang mampu secara ekonomi. Anak anak yang terdaftar di yayasan ini mendapat beasiswa untuk sekolah dan makan siang gratis setiap harinya. Melihat keadaan ini, anak anak ini diperkirakan akan rentan terhadap kekurangan kalsium. I.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini ditetapkan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana status gizi anak usia sekolah di Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta Selatan tahun 2009? 2. Bagaimana asupan kalsium pada anak usia sekolah di Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta Selatan tahun 2009? 3. Apakah terdapat hubungan antara asupan kalsium dengan status gizi anak pada usia sekolah di Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta Selatan tahun 2009?
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus
I.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak usia sekolah di Yayasan KampungKids dan hubungannya dengan asupan kalsium dari makanan dan faktor-faktor yang berhubungan sebagai salah satu upaya untuk melakukan perbaikan masalah gizi. I.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk : 1.Mengetahui sebaran karakteristik anak usia sekolah berdasarkan usia dan jenis kelamin di Yayasan Kampungkids. 2.Mengetahui sebaran status gizi anak usia sekolah di Yayasan Kampungkids. 3.Mengetahui asupan kalsium pada anak usia sekolah diYayasan Kampungkids. 4.Mengetahui hubungan antara asupan kalsium dengan status gizi pada anak usia sekolah di Yayasan Kampungkids. I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti dalam hal ini mahasiswa, bagi perguruan tinggi dalam hal ini Universitas Indonesia, dan bagi masyarakat dalam hal ini anak usia usia sekolah. 1.4.1 Manfaat Bagi Subjek Penelitian 1.
Menambah pengetahuan anak mengenai status gizi mereka
2.
Menambah kesadaran anak akan masalah gizi
3.
Menambah pengetahuan anak tentang asupan gizi yang baik
1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat dan Instansi terkait 1.
Dihasilkannya data mengenai asupan zat gizi dari makanan terhadap status gizi pada anak usia sekolah dalam memahami masalah gizi pada anak usia sekolah.
2.
Dapat memberi masukan dalam bidang pelayanan kesehatan untuk menambah kelengkapan perencanaan penatalaksanaan secara komprehensif bagi anak usia sekolah sehingga bermanfaat dalam perbaikan status gizi.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
3.
Dapat digunakan sebagai masukkan positif bagi pihak yayasan Kampungkids dalam evaluasi status gizi
1.4.3 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi 1.
Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2.
Mewujudkan Universitas Indonesia sebagai universitas riset.
3. Sarana dalam menjalin kerjasama antara staf pengajar, mahasiswa, pimpinan fakultas, dan universitas. 1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti 1.
Sebagai sarana pelatihan dan pembelajaran melakukan suatu
penelitian
dalam bidang kesehatan. 2.
Menerapkan
ilmu
gizi
untuk
mengidentifikasi
masalah
kesehatan
masyarakat. 3.
Meningkatkan
kemampuan
berpikir
analitis
dan
sistematis
mengidentifikasi masalah kesehatan di masyarakat. 4.
Melatih kerjasama dalam tim peneliti.
5.
Memberikan data yang valid bagi peneliti lain yang akan penelitian sejenis.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
melakukan
dalam
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Gizi merupakan suatu istilah yang merujuk kepada suatu proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pembuangan yang dipergunakan untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan fungsi organ tubuh dan produksi8 Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat zat gizi.3 status gizi dapat pula diartikan sebagai tanda fisik yang diakibatkan oleh karena adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran gizi melalui variabel variabel tertentu yaitu indikator status gizi.8 definisi lain menyebutkan bahwa status gizi adalah suatu keadaan fisik seseorang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran ukuran gizi tertentu.9 Status gizi optimal adalah suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan antara asupan dengan kebutuhan zat gizi yang digunakan untuk aktivitas sehari hari.10 Status gizi lebih terjadi apabila asupan zat gizi diperoleh dalam jumlah berlebih, sedangkan status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan zat-zat gizi. Status gizi seseorang dipengaruhi oleh konsumsi makan yang bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasukan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan.11
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. 1. Penyebab langsung, yaitu : a. Asupan makanan b. Penyakit infeksi yang mungkin diderita 2. Penyebab tidak langsung, yaitu : a. Ketahanan pangan keluarga, adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dengan baik secara kuntitas maupun kualitas. b.
Pola pengasuhan anak, meliputi sikap ibu atau pengasuh lain dalam hal
berhubungan dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
c.
Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan; semakin mudah akses dan
keterjangkauan anak dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan ketersediaan air bersih, semakin kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi.9 2.3 Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan suatu proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Komponen penilaian status gizi meliputi : 1. Asupan pangan 2. Pemeriksaan biokimiawi 3. Pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan 4. Pemeriksaan antropometris 5. Data psikososial12 2.3.1 Ananmnesis tentang asupan makanan Fase ini merupakan suatu tahapan penilaian status gizi yang paling sulit karena biasanya subjek tidak mampu mengingat dengan pasti jenis makanan yang telah dimakan. Selain itu prinsip gengsi dan belum adanya perhitungan komposisi makanan yang akurat menjadikan fase ini sulit. Komponen anamnesis asupan pangan mencakup : 1. Ingatan pangan 24 jam Mengingat kembali dan mencatat jumlah, serta jenis makanan dan minuman yang telah dikonsumsi dalam 24 jam. Metode ini merupakan metode yang mudah dan yang paling banyak digunakan. Proses mengingat ini biasanya dipandu oleh pewawancara terlatih. 2. Kuesioner frekuensi pangan (Food Frequency Questionnaire/FFQ) Tujuan mengisi FFQ adalah melengkapi data yang tidak dapat diperoleh melalui ingatan 24 jam. Data yang didapat dari metode ini merupakan data frekuensi, yakni berapa kali sehari, seminggu, atau sebulan orang menyantap makanan tertentu. 3. Riwayat pangan
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Dengan cara ini, data yang diperoleh akan lebih lengkap. Keterangan yang dapat dijaring adalah keadaan ekonomi, kegiatan fisik, latar belakang etnis dan budaya, pola makan dan kehidupan rumah tangga, nafsu makan, kesehatan gigi dan mulut, alergi makanan, makanan yang tidak disenangi, keadaan saluran pencernaan penyakit kronis, obat yang digunakan, perubahan berat badan, serta masalah pangan dan gizi. Cara ini sebenarnya menerapkan ketiga komponen anamnesis asupan makanan, yaitu ingatan pangan 24 jam, FFQ, dan catatan pangan.
4. Catatan pangan ( Food Records) Dengan cara ini, subjek diminta mencatat semua makan dan minuman yang telah dikonsumsi selama paling sedikit 3 hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa dan 1 hari libur. Catatan harus rinci, bagaimana cara makanan dipersiapkan dan dimasak, jumlah bahan mentahnya dan resep pembuatannya. 5. Pengamatan Pengamatan langsung terhadap apa yang dimakan leh pasien memang merupakan cara paling tepat, meskipun dibutuhkan waktu yang lebih lam dan biaya lebih tinggi. 6. Konsumsi pangan keluarga. Cara ini dilakukan dengan kunjungan keluarga secara berkala untuk mencatat jumlah dan jenis bahan makan yang dibeli dan mencatat lamanya bahan makanan tersebut habis. Bahan makanan yang sudah tidak ada dianggap telah dimakan. Cara ini snagta lazim digunakan dalam suatu survey, tidak cocok untuk tingkat individu. Data yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan nilai yang tercantum dalam “daftar komposisi bahan pangan” dan “daftar komposisi makanan siap santap”.12 2.3.2 Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan fisik secara menyeluruh termasuk riwayat kesehatan. Bagian tubuh yang harus lebih diperhatikan adalah kulit, gigi, gusi, bibir, lidah, mata dan (khusus laki- laki) alat kelamin. Rambut, kulit dan mulut sangat rentan sebab usia sel epitel dan mukosa tidak lama. Riwayat kesehatan yang perlu ditanyakan adalah kemampuan mengunyah dan menelan.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Perlu ditanyakan keadaan nafsu makan, makanan yang digemari dan dihindari, serta masalah saluran pencernaan.12 2.3.3 Pemeriksaan antropometris Tujuan
yang
hendak
dicapai
dari
pemeriksaan
ini
adalah
didapatkannya besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3 bentuk, yaitu : penapisan status gizi, survey status gizi, dan pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada orang per orang untuk keperluan khusus, survey ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat, sedangkan pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu. Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, ounggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan kedepan. Alat ukur yang digunakan sebaiknya mencapai 150 cm dan mampu mengukur sampai 0,1 cm. Antara usia 2-12 tahun, tinggi badan bisa ditentukan dengan menggunakan rumus13 : Tinggi badan = Usia (tahun) x6 +77 Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan. Alat penimbang yang digunakan haruslah kuat, tidak mahal, mudah dijinjing, dan akurat hingga 100 gr. Jika memungkinkan, penimbangan dilakukan dalam keadaan tidak berpakaian atau berpakaian seminimal mungkin. Formula perkiraan berat badan untuk anak usia 6-12 tahun adalah sebagai berikut13 : Berat badan = [usia(tahun) x 7 -5] : 2
Keunggulan pengukuran antropometris dibanding pengukuran lainnya adalah : 1. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup besar 2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli 3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah setempat
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
4. Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan 5. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau 6. Umumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah ada ambang batas yang jelas 7. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya 8. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi.14
2.3.4 Analisis Antropometri Pada prinsipnya, cara pemaparan indikator antropometris meliputi tiga cara, yaitu presentase, persentil dan z-skor, atau simpangan baku terhadap nilai median acuan. Dengan presentase, ukuran antropometrsis pada usia tertentu dibagi dengan berat baku acuan. Pemaparan dengan persentil mengacu pada posisi nilai suatu ukuran secara keseluruhan (100%) dari pengukuran populasi acuan yang disusun berdasarkan ranking.
Indeks
Tabel 2.1. Interpretasi Indikator Status Gizi Body Mass Index (BMI) dan TB/U berdasarkan Persentil Nilai Cut Off (Persentil) Status Gizi
Antropometri BMI terhadap Umur
≥ persentil 95
Overweight
BMI terhadap Umur
≥ persentil 85 dan
Risiko overweight
BMI terhadap Umur
Underweight
TB/U
Pendek
Sumber: WHO-NCHS, Antropometric Interpretation
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Body Mass Index (BMI) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa dan dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam ukuran meter)
BMI = BB/TB2
Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Body Mass Index (BMI)16 Status gizi
BMI
KKP I
<16
KKP II
16,0-16,9
KKP III
17,0-18,4
Normal
≥18,5-<25
Obesitas I
25-29,9
Obesitas II
30-40
Obesitas III
>40
KKP : Kurang Kalori Protein
Selain menggunakan rumus, BMI juga dapat dihitung dengan kurva :
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Gambar 2.1. Kurva BMI Sumber: WHO, BMI for Age Graphic
2.4 Kalsium Kalsium merupakan mineral terbanyak yang dikandung tubuh, yaitu sekitar 1,5-2 % dari berat badan orang dewasa. dari jumlah itu, 99% terkandung di jaringan
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
keras, seperti tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit. Selebihnya kalsium tersebar luas diseluruh tubuh. Kalsium memegang peranan penting dalam mengatur fungi sel seperti untuk transmisi saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah dan menjaga permeabilitas membran sel. Selain itu, kalsium juga mengatur kerja hormon hormon dan faktor pertumbuhan. Dalam keadaan normal, sebanyak 40-50% kalsium yang dikonsumsi diabsorbsi tubuh. Kemampuan absorbsi ini tinggi saat masa pertumbuhan dan akan menurun seiring pertambahan usia, juga lebih tinggi pada laki laki dibanding perempuan. Absorbsi kalsium terutama terjadi di bagian atas usus halus, yaitu duodenum. Banyak faktor yang mempengaruhi absorbsi kalsium. Kalsium hanya dapat diabsorbsi bila terdapat dalam bentuk larut air dan tidak mengendap karena unsur makanan lain. Kalsium yang tidak diabsorbsi akan dikeluarkan melalui feses. Jumlah kalsium yang dikeluarkan melalui urin mencerminkan jumlah kalsium yang diabsorbsi. Semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam tubuh, semakin efisien absorbsi kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi pada pertumbuhan, kehamilan, menyusui, defisiensi kalsium dan tingkat aktivitas fisik yang meningkatkan densitas tulang. Jumlah kalsium yang dikonsumsi mempengaruhi absorbsi kalsium. Penyerapan akan meningkat bila kalsium yang dikonsumsi menurun. Vitamin D dalam bentuk aktif 1,25(OH)D3 merangsang absorbsi kalsium dengan cara merangsang produski protein pengikat kalsium, yaitu calbindin13. Absorbsi kalsium paling baik terjadi saat suasana asam. Aktivitas fisik berpengaruh baik pada absorbsi kalsium. Lemak meningkatkan waktu transit makanan melalui saluran cerna, dengan demikian memberikan waktu yang lebih banyak untuk absorbsi kalsium. Selain itu absorbsi kalsium lebih baik bila dikonsumsi bersama makanan. Di lain pihak, faktor-faktor yang menghambat absorbsi kalsium antara lain kurangnya vitamin D. Asam oksalat yang terdapat dalam bayam dan kakao akan membentuk garam kalsium oksalat yang tidak larut sehingga akan maenghambat absorbsi. Serat menurunkan absorbsi karena serat menurunkan waktu transit makanan dalam saluran cerna. Selain itu, stres mental dan fisik cenderung menurunkan absorbsi dan meningkatkan ekskresi kalsium. Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh antara lain dalam pembentukan tulang dan gigi. Kalsium memberi kekuatan dan bentuk pada tulang dan gigi. Kalsium dalam tulang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian integral tulang dan sebagai tempat penyimpanan kalsium. Pada gigi, kalsium merupakan mineral
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
pembentuk dentin dan email yang merupakan lapisan tengah dan luar dari gigi. Selain itu, kalsium juga mengatur pembekuan darah. Bila terjadi luka, ion kalsium di dalam darah akan merangsang pembebasan tromboplastin yang mengkatalisis perubahan protrombin menjadi trombin yang kemudian akan membantu perubahan fibrinogen menjadi fibrin yang merupakan gumpalan darah. Kalsium juga mengatur metabolisme glikogen di hati dengan bantuan vasopresin.13 Kalsium juga merupakan katalisator reaksi reaksi biologis seperti absorbsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pankreas, ekskresi insulin oleh pankreas dan pembentukan dan pemecahan asetilkolin. Selain itu, kalsium juga berperan dalam interaksi protein dalam otot, yaitu aktin dan miosin.8 Kalsium dalam serum berada dalam tiga bentuk yaitu bentuk ion bebas (50%), bentuk anion-kompleks terikat dengan fosfat, bikarbonat, atau sitrat (5%) dan bentuk terikat dengan protein terutama dengan albumin dan globuin (45%). Jumlah kalsium dalam serum dijaga agar berada dalam konsentrasi 9-10,4 mg/dl. Yang mengaturnya adalah hormon paratiroid dan kalsitonin serta vitamin D. Hormon paratiroid serta vitamin D meningkatkan kalsium darah dengan :
Vitamin D merangsang absorbsi kalsium oleh saluran cerna
Vitamin D dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari tulang kedalam darah
Vitamin D dan hormon paratiroid menunjang reabsorbsi kalsium dalam ginjal. Sedangkan pengaruh kalsitonin adalah merangsan pengendapan kalsium pada
tulang. Bila kasium darah lebih tinggi dari normal, akan terjadi kekakuan otot, sebaliknya bila lebih rendah dari normal, akan terjadi kejang otot. Angka kecukupan kalsium yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.4. Angka Kecukupan Kalsium yang Dianjurkan Golongan Umur
AKK (mg)
Golongan Umur
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
AKK (mg)
0-6 bulan 7-11 bulan 1-3 tahun 4-6 tahun 7-9 tahun
200 400 500 500 600
Pria : 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun ≥65 tahun
1000 1000 1000 800 800 1000 1000
Wanita : 10-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun 50-64 tahun ≥65 tahun
1000 1000 1000 800 800 1000 1000
Hamil
+ 150
Menyusui : 0-6 bulan 7-12 bulan
+ 150 +15
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu seperti keju, ikan yang dimakan langsung dengan tulang, kacang-kacangan dan hasil kacang, sayuran hijau dan susu nonfat. Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua orang dewasa terutama sesudah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnya sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini yang disebut dengan osteoporosis. Kekurangan kalsium dapat pula menyebabkan riketsia yang terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi kalsium terhadap fosfor. Riketsia akibat kekurangan kalsium ini banyak terjadi pada anak setelah berhenti menyusu ASI ataupun susu formula atau diet kurang kalsium kira kira <200mg/day.11 Mineralisasi matriks tulang terganggu sehingga kandungan kalsium dalam tulang menurun. Kadar kalsium darah yang rendah dapat menyebabkan tetani atau kejang karena ia dapat menyebabkan kepekaan serabut saraf dan pusat saraf terhadap rangsangan meningkat. Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal.3 2.5 Anak Sekolah Dasar Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat dibanding balita, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada anak putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Karakteristik anak sekolah meliputi: 1. Pertumbuhan tidak secepat bayi. 2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal). 3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai. 4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat. 5. Pertumbuhan lambat. 6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.19
2.6 Profil Kampung Kids Yayasan Kampung Kids adalah sebuah organisasi yang didirikan pada November 1999. Tujuan dari yayasan ini adalah untuk menyediakan nutrisi dasar, pelayanan kesehatan, dan pendidikan untuk anak anak yang mebutuhkan di komunitas lokal daerah Pejaten. Berdasarkan survey yang telah dilakukan oleh Yayasan Kampung Kids, Kampung Pejaten Barat terdiri dari kira kira 74 keluarga dengan pendapatan bulanan yang rendah yaitu kurang dari Rp 150.000 perbulan. Total penduduk di daerah ini 313 oran, dimana 166 nya berusia dibawah 16 tahun.20
2.7 Kerangka Konsep
Asupan kalsium
Keterangan: Tidak diteliti Diteliti
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini bersifat analitik deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui status gizi anak usia sekolah di Yayasan KampungKids dan hubungannya dengan asupan kalsium dari makanan dan faktor-faktor yang berhubungan sebanyak satu kali pada satu waktu tanpa melakukan intervensi.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta Selatan dan pengambilan data dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2009.
3.3 Populasi Penelitian 3.3.1 Populasi Target Populasi target pada penelitian ini adalah anak usia sekolah usia 7-12 tahun di Indonesia. 3.3.2 Populasi Terjangkau Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah anak sekolah usia 7-12 tahun yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids.
3.4 Sampel Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah anak sekolah usia 7-12 tahun di Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta Selatan yang memenuhi kriteria penelitian
3.5 Kriteria Inklusi, Eksklusi, dan Drop-Out Dalam penelitian ini, terdapat beberapa kriteria inklusi, eksklusi dan drop out. 3.5.1 Kriteria Inklusi Dalam penelitian ini, kriteria inklusi nya adalah sebagai berikut: 1. Anak sekolah usia 7-12 tahun laki-laki dan perempuan yang terdaftar di bawah binaan Yayasan KampungKids Pejaten Jakarta Selatan dan 2. Berada di Yayasan KampungKids pada saat pengambilan data. 3.5.2 Kriteria Eksklusi
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Dalam penelitian ini, kriteria eksklusinya yaitu anak sekolah usia 7-12 tahun yang tidak bersedia mengisi kuesioner 3.5.3 Kriteria Drop Out Dalam penelitian ini, subjek dianggap drop out apabila : 1. Subjek tidak mengisi kuesioner secara lengkap, 2. tidak kompeten untuk mengisi kuesioner.
3.6 Besar Sampel Untuk mengetahui besarnya sampel yang akan digunakan pada penelitian ini maka dapat digunakan rumus :
Keterangan : N
= besar sampel yang diperlukan.
Zα
= deviat baku tingkat kemaknaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan nilai α = 0,05 sehingga didapat nilai Zα = 1,96.
P
= proporsi subyek yang memiliki status gizi kurang bernilai 13 % yang diperoleh dari Riskesdas 2007
Q
= 1-P = 1-0,13 = 0,87
L
= tingkat ketetapan yang dikehendaki peneliti. Pada penelitian ini digunakan nilai L = 0,1.
Dengan memasukan nilai nilai yang telah diketahui kedalam rumus maka didapatkan : N = Z α2 P Q L2 = 1,962 . 0,13 . 0,87 0,12 = 43,45 responden Untuk mengantisipasi adanya drop out, maka ditambahkan 10% menjadi 43,45 + (10% x 43,45) = 47,8. Dibulatkan menjadi 48 responden. Maka besar sampel yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 48 orang dengan menggunakan metode total population sampling dalam pemilihan sampel.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
3.7 Identifikasi variabel Dalam penelitian ini ditetapkan variabel dependen dan variabel independen. 1. Variabel dependen: status gizi anak usia sekolah 2. Variabel independen: tingkat asupan kalsium harian
3.8 Pelaksanaan pengumpulan data Pelaksanaan pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Melakukan pengambilan dan pencatatan data di Yayasan KampungKids Jakarta Selatan dengan menggunakan instrumen kuesioner, wawancara, dan pengukuran antropometrik. 2. Melakukan penyuntingan dan coding data untuk menghasilkan data yang siap diinput ke dalam perangkat lunak 3. Memasukan data kedalam perangkat lunak nutrisurvey untuk mendapatkan data yang dapat diinput kedalam SPSS 15.0. 4. Melakukan pemasukan data menggunakan perangkat lunak SPSS 15.0. 5. Melakukan cleaning. Proses cleaning dilakukan terhadap subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan/atau memenuhi kriteria eksklusi dan drop out.
3.9 Batasan operasional 1. Anak usia sekolah adalah anak-anak yang berusia 7-12 tahun. 2. Asupan kalsium harian adalah banyaknya kalsium yang dikonsumsi dalam satu hari yang dinyatakan dalam miligram. Pengukuran
dilakukan
dengan
menanyakan
seberapa
sering
subjek
mengkonsumsi suatu jenis makanan dalam harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan melalui instrumen kuesioner. Data hasil kueosioner ini akan dimasukan ke dalam perangkat lunak NutriSurvey yang kemudian akan didapatkan data dalam satuan miligram. Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi orang Indonesia, untuk anak usia 7-9 tahun dibutuhkan asupan kalsium sebesar 600 mg perhari, sedangkan untuk anak usia 10-12 tahun dibutuhkan asupan kalsium 1000 mg perhari. Maka apabila asupan kalsium harian subjek usia 7-9 tahun berada dalam rentang 480720 mg perhari, maka asupan kalsium subjek tersebut dikategorikan sebagai “normal”. Sedangkan pada anak usia 10-12 tahun, apabila asupan kalsium hariannya berada dalam rentang 800-1200 mg perhari, maka asupan kalsium subjek tersebut
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
dikategorikan “normal”. apabila berada di bawah rentang tersebut dapat dikategorikan “kurang” dan apabila berada di atas rentang, maka dapat dikategorikan “lebih”. 3. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dapat diukur berdasarkan berat badan terhadap umur, tinggi badan terhadap umur serta indeks masa tubuh. Hasil dari pengukuran dinyatakan dalam satuan persentil.
Berdasarkan berat badan terhadap umur, status gizi di bawah persentil 5 disebut sebagai “berat badan kurang”, di antara persentil 5 dan 95 sebagai “berat badan normal” dan di atas persentil 95 sebagai “berat badan lebih”.
Berdasarkan tinggi badan terhadap umur, seseorang dikatakan “tinggi badan kurang” apabila status gizi di bawah persentil 5, “tinggi badan normal” apabila status gizi berada di antara persentil 5 dan 95, dan dikatakan “tinggi badan normal” apabila status gizi di atas persentil 95 sebagai “tinggi badan lebih”.
Berdasarkan indeks massa tubuh, seseorang dikatakan “underweight” apabila persentil di bawah 5, “normal” bila di antara persentil 5 dan 95 dan sebagai “overweight” bila di atas persentil 95.
4. Usia adalah selisih antara tanggal pengambilan data dan tanggal lahir anak. Tanggal lahir anak didapatkan dengan metode wawancara langsung dan menggunakan instrumen kuesioner yang harus diisi. Pengukuran usia dilakukan dengan mengurangkan tanggal pengambilan data dengan tanggal lahir anak yang dinyatakan dalam satuan tahun. 5. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin responden. Jenis kelamin diketahui dengan metode wawancara dan menggunakan kuesioner yang dinyatakan sebagai berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
3.10 Analisis data 3.10.1 Analisis Univariant Analisis univariant dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel dependen dan independen. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada data numerik (data kuantitatif). Jika didapatkan p>0,05 maka dinyatakan data tersebut terdistribusi normal sehingga dijelaskan dalam mean, jika p<0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi dengan normal sehingga dijelaskan dalam median (min-max).
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
3.10.2 Analisis Bivariant Analisis bivariant ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam penelitian ini awalnya dilakukan analisis data menggunakan Chi square. Akan tetapi apabila didapat expected count lebih dari 20%, maka digunakan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan Fisher’s test pada data kategorik (data kualitatif). Jika didapatkan p<0,05, maka terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dependen dengan variabel independen. Jika didapatkan hasil p>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut.
3.11 Penyajian data Data disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.
3.12 Etika penelitian 1. Penelitian ini sudah mendapat izin etik dari pembimbing modul riset, dan 2. Responden akan diberikan penjelasan singkat mengenai penelitian yang akan dilakukan, setelah itu responden dimintai persetujuannya untuk dilakukan pengambilan data. Hasil dari pengambilan data akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian. Responden berhak menolak untuk mengikuti penelitian ini.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
3.13 Kerangka Alur Penelitian Penyusunan proposal
Pencarian sampel Memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi
Ya
Wawancara (kuisioner)
Tidak
Tidak diikutsertakan dalam penelitian
Pemeriks aan fisik
Pengukuran Antropometri
Validas i Data Pengolahan Data Analisi s Data Penyusunan laporan
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Umum Yayasan Kampung Kids merupakan suatu organisasi sosial yang didirikan oleh orang Indonesia dan asing dengan tujuan meyediakan nutrisi dasar, pelayanan kesehatan dan pendidikan untuk anak-anak yang membutuhkan di daerah sekitarnya. Yayasan ini secara resmi dibentuk pada bulan November 1999. Yayasan Kampung Kids terletak di jalan Pejaten Barat IV Jakarta Selatan, Indonesia. Berdasarkan survey yang dilakukan di daerah ini, terdapat 74 keluarga dengan pendapatan bulanan yang rendah, kira-kira kurang dari Rp 150.000 per bulan. Total sensus menunjukkan bahwa terdapat 313 jiwa didaerah ini, dimana 166 jiwa berusia dibawah 16 tahun. Karena pendapatan yang kurang dan kurangnya pendidikan, banyak dari anakanak di daerah ini yang tidak mendapat makanan dasar harian yang cukup dan seimbang. Daging dianggap terlalu mahal. Susu tidak tersedia untuk anak di bawah lima tahun dan juga ibu hamil dan menyusui dikarenakan harga yang mahal. Karena nutrisi yang cukup hanya tersedia minimal dan kurangnya kebersihan, banyak anak yang mengalami gangguan pertumbuhan yang berakibat pada gangguan dalam belajar.20 4.2 Data Khusus Penelitian ini dilakukan pada 80 responden, akan tetapi hanya 73 responden yang dapat dianalisis. Penelitian ini dilakukan pada anak usia sekolah dasar 7-12 tahun yang hadir saat penelitian dilakukan yaitu tanggal 18 Oktober 2009.
Tabel 4.2.1. Sebaran Karakteristik Responden Berdasarkan Ukuran Antropometri, Usia dan Jenis Kelamin.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
No.
Variabel
Sebaran
1.
Berat Badan (BB)
27,07 ± 6,57
2.
Tinggi Badan (TB)
132,09 ± 8,72
3.
Usia
4.
Jenis Kelamin, n(%)
10,25(7,14-12,42)
Laki laki
42 (57,5)
Perempuan
31(42,5)
Pada penelitian ini didapatkan bahwa jumlah total responden sebesar 73 responden, dengan 42 responden berjenis kelamin laki-laki (57,5%) dan sisanya sebanyak 31 responden berjenis kelamin perempuan (42,5%). Usia responden berkisar 10 tahun, dengan usia tertua 12 tahun dan usia termuda 7 tahun. Berdasarkan AKG 2004 berat badan normal untuk anak usia 10 tahun adalah antara 35-37 kg. Dari penelitian ini didapat rata-rata berat badan responden adalah 27 kg. Hal ini menggambarkan bahwa berat badan responden berada di bawah berat badan normal anak seusianya. Apabila dilihat dari tinggi badan, rata rata tinggi badan responden adalah 132 cm. Berdasarkan AKG 2004, tinggi badan ideal untuk anak usia 10 tahun antara 138-145 cm. Hal ini menggambarkan bahwa tinggi badan responden berada di bawah rentang tinggi badan normal untuk anak seusianya. Hal ini sesuai dengan gambaran bahwa sekitar 36,1% anak usia sekolah di Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah. Hal ini merupakan indikator kurang gizi kronis. Prevalensi anak pendek ini semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya umur dan ditemukan pada laki laki dan perempuan. Prevalensi anak pendek di Indonesia hanya mengalami perubahan yang sedikit yaitu dari 39,8% pada tahun 1994 menjadi 36,1% pada tahun 1999.21 Gambaran berat badan dan tinggi badan responden yang berada di bawah nilai rentang normal menggambarkan terdapatnya masalah kesehatan baik akut yaitu yang digambarkan dengan berat badan yang kurang dan masalah kesehatan kronik yang digambarkan dengan tinggi badan yang kurang. Berat badan dan tinggi badan yang berada di bawah rentang nilai normal juga menggambarkan terjadinya gangguan pertumbuhan. Pertumbuhan seseorang dipengaruhi baik oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi genetik, keadaan saat lahir dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal meliputi gizi, baik makronutrien dan mikronutrien, obat-obatan, lingkugan dan penyakit.22 Analisis selanjutnya dilakukan terhadap status gizi berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan IMT.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Tabel 4.2.2. Sebaran Responden berdasarkan Status Gizi Variabel Persentil BB/U, median (min-max.)
Sebaran 5,79(0-95,17)
Status gizi berdasarkan BB/U, n (%) BB kurang
35 (47,9)
BB normal, p5-p95
37 (50,7)
BB lebih, p>95
1(1,4)
Persentil TB/U, median (min-max.) Status gizi berdasarkan TB/U, n (%) TB kurang,
12,08(0,04-90,72)
TB normal, p5-95
21 (28,8)
Persentil BMI, median (min-max.)
52 (71,2)
Status gizi berdasarkan BMI, n (%)
14,25(0,01-94,14)
Kurus,
27 (37)
Normal, p5-95
46 (63)
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden jika ditinjau dari indikator status gizi yaitu BB terhadap umur (BB/U) didapatkan rentang 0 sampai 95,17 yaitu artinya status gizinya terletak dari rentang berat badan kurang sampai berat badan lebih. Apabila dilihat dari indikator status gizi tinggi badan terhadap umur (TB/U) didapatkan rentang 0,04 sampai 90,72 yang artinya status gizinya terletak dari tinggi badan kurang hingga tinggi badan lebih. Selain itu, apabila dilihat dari indikator status gizi lain, yaitu BMI (BB/TB2) didapatkan rentang 0,01 hingga 94,14 yang artinya responden ada yang memiliki status BMI overweight dan ada yang underweight. Dari tabel 4.2.2 diketahui bahwa berdasarkan indikator berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan BMI, didapatkan lebih dari setengah dari total sampel memiliki status gizi normal. Walaupun sebagian besar responden memiliki status gizi normal, jumlah responden dengan status gizi kurang cukup banyak, yaitu 47,9% BB/U, 28,8% TB/U, dan 37% BMI. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharyanto pada anak sekolah di daerah Blora dimana terdapat sebanyak 38,6% anak sekolah yang mempunyai status gizi kurang.23 Gambaran yang dapat terlihat dari anak yang kurang gizi adalah kurang bergairah, tertinggal dalam belajar, kurang gesit dalam bergaul, kurang tanggap atas lingkungan dan rendah dalam indeks prestasi.24 Hal hal yang
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
mempengaruhi status gizi seseorang dibedakan menjadi 2, yaitu langsung dan tidak langsung. Faktor langsung meliputi penyakit infeksi, dan asupan makanan. Sedangkan faktor tidak langsung meliputi pengetahuan gizi, besar keluarga, pola asuh anak, kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan. Penyakit infeksi mempengaruhi status gizi dengan mempengaruhi nafsu makan sehingga mengurangi konsumsi makanan. Efek infeksi lainnya adalah muntah dan diare sehingga dapat mengakibatkan kehialngan zat gizi18, 25 Analisis berikutnya akan menjelaskan tentang asupan kalsium harian responden
Tabel 4.2.3. Sebaran Responden berdasarkan Tingkat Asupan Kalsium Harian Variabel
Jumlah
Persentase
Tingkat Asupan Kurang
64
87,67%
Normal
8
10,96%
Lebih
1
1,37%
Kebutuhan kalsium pada anak laki laki dan perempuan usia 7-9 tahun berdasarkan AKG 2004 yaitu 600mg/hari dan untuk anak laki laki dan perempuan usia 10-12 tahun yaitu 1000mg/hari. Dari penelitian ini didapatkan bahwa hampir sebagian besar anak laki laki dan permpuan usia 7-12 tahun yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids memiliki asupan kalsium yang kurang. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aryani dkk pada anak anak sekolah dasar di Bandung, dimana asupan kalsium harian anak berada dibawah nilai RDA (Recommended Dietary Allowance).26 Dari penelitian ini, didapatkan rerata asupan kalsium harian responden 397 mg/hari. Kalsium merupakan salah satu mineral yang merupakan mikronutrien. Mikronutrien merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Walaupun begitu, mikronutrien mempunyai peranan penting. Terdapat suatu sistem yang sangat terintegrasi yang mengontrol aliran mikronutrien dalam pencegahan penyakit dan ini menunjukkan betapa pentingnya mikronutrien dalam tubuh.27 Unsur mikronutrien, yang salah satunya adalah kalsium, memiliki rentang asupan yang dibutuhkan dan masih dapat diterima oleh tubuh. Apabila asupan berada dibawah nilai rentang ini, seperi yang kita dapatkan pada penelitian ini dimana sebanyak 87,67% dari total sampel memiliki asupan kalsium harian yang kurang, maka dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit penyakit kronik.28 Nilai asupan harian makanan akan menimbulkan
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
risiko yang lebih tinggi pada anak-anak dibanding pada dewasa. Malnutrisi mikronutrien telah lama terjadi di Indonesia, akan tetapi hal ini tidak terdeteksi secara fisik melainkan akan mempengaruhi kesehatan masyarakat nantinya.26 Akibat kurangnya asupan kalsium adalah berkurangnya densitas tulang dan gangguan hormon. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Black dkk29 didapatkan bahwa anak yang kurang mengkonsumsi susu yang merupakan sumber utama kalsium akan rawan memiliki tulang yang rapuh. Didapatkan 16 dari 50 anak yang menghindari konsumsi susu memiliki tulang yang rapuh. Menurut Kalkwarf dkk30 dan Black dkk, terdapat hubungan antara konsumsi susu yang merupakan sumber utama kalsium pada anak dan remaja dengan meningktanya massa dan densitas tulang pada saat dewasa. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Christiany dkk31, didapatkan bahwa sampel yang memiliki asupan kalsium kurang memiliki peluang mengalami sindrom premenstruasi 2,2 kali lebih besar dibandingkan dengan sampel yang memiliki asupan kalsium cukup. Selanjutnya akan dilakukan analisis untuk mencari hubungan antara asupan kalsium harian dengan indikator status gizi BB/U. hasil analisis selengkapnya dapat dilihat selengkapnya pada table 4.2.4.
Tabel 4.2.4. Hubungan Indikator Status Gizi (BB/U) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium Harian Responden Variabel
Status Gizi BB/U
Total
P
Uji
1,000
Two-
Tingkat Asupan Kurang 30
Baik
Lebih
33
1
64
Sample
Kurang 4
4
0
8
KolmogorovSmirnov Test
Cukup* 1
0
0
1
35
37
1
73
Lebih* Total
* dijadikan 1 kelompok Pada tabel 4.2.4 diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi berat badan terhadap umur (BB/U) terhadap tingkat asupan kalsium harian
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
responden. Pada hasil uji two-sample Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan didapatkan hasil P 1,000 (P>0,05). Hasil penelitian ini dimana tidak ditemukannya hubungan yang bemakna antara status gizi dengan tingkat asupan kalsium harian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Davies dkk32. Penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara asupan kalsium dengan berat badan pada semua kelompok usia yang diuji. Penelitian itu menyatakan bahwa peningkatan asupan kalsium sampai 1000 mg/hari berhubungan dengan penurunan berat badan sebesar 8 kg. Analisis selanjutnya adalah dengan mencari hubungan antara asupan kalsium harian dengan status gizi berdasarkan indikator lain, yaitu tinggi badan terhadap umur (TB/U).
Tabel 4.2.5. Hubungan Indikator Status Gizi (TB/U) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium Harian Responden Variabel
Status Gizi TB/U
Total
P
Uji
Tingkat Asupan Kurang 19
Baik 45
64
1,000 Fisher’s
Kurang 1
7
8
Exact Test
Cukup* 1
0
1
21
52
73
Baik* Total
* dijadikan 1 kelompok Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi tinggi badan terhadap umur (TB/U) responden dengan tingkat asupan kalsium harian responden. Berdasarkan hasil uji Fisher, nilai p yang didapat adalah 1,000 (p> 0,05). Berdasarkan tabel 4.2.3 dan tabel 4.2.5, diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 64 responden atau sebesar 87,67% dari total jumlah responden memiliki asupan kalsium harian yang kurang dengan lebih dari separuh total responden (71,2%) memiliki status gizi berdasarkan indikator TB/U normal, yaitu antara persentil 5-95. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jennings dkk33 yang menyatakan bahwa asupan
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
kalsium harian rendah pada anak perempuan dibanding anak laki laki dengan 48% laki laki dan 38% perempuan memiliki status gizi pada persentil lebih dari 91. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap hubungan antara asupan kalsium harian dengan status gizi berdasarakan indikator indeks massa tubuh (BMI).
Tabel 4.2.6. Hubungan Indikator Status Gizi (BMI) Terhadap Tingkat Asupan Kalsium Harian Responden Variabel
Status Gizi BMI
Total
P
Uji
Tingkat Asupan Kurang
Baik
24
40
64
1,000
Fisher’s Exact
Kurang 3
5
8
0
1
1
27
46
73
Test
Cukup*
Baik* Total * dijadikan 1 kelompok Tabel 4.2.6 diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi BMI dengan asupan harian kalsium responden. Hal ini ditunjukkan dengan didapatnya nilai p 1,000( p>0,05) dengan menggunakan uji Fisher. Hasil analisis dimana tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi BMI dengan asupan harian kalsium responden ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Lorenzen dkk34 yang menyatakan bahwa perbedaan asupan kalsium 600mg/hari berhubungan dengan berat badan sebesar 4,9 kg. Hal ini merupakan efek kalsium yang dapat mengurangi absorbsi lemak dan juga berperan dalam pengaturan metabolisme lemak seperti pada lipolisis, oksidasi lemak dan lipogenesis. Banyak faktor baik langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi status gizi seseorang. Faktor yang berhubungan langsung yaitu makanan dan penyakit. Baik asupan makanan dan penyakit sama kuatnya dalam mempengaruhi status gizi anak. Sedangkan faktor tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai baik jumlah maupun mutu kemiskinan kadang menjadikan hambatan dalam penyediaan pangan bagi keluarga, pola pengasuhan anak kurang memadai yang meliputi
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
waktu, perhatian dan dukungan untuk tumbuh dengan baik, pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai yang meliputi penyediaan air bersih dan akses sarana pelayanan kesehatan.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dijabarkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebanyak 57,5% dari total anak usia sekolah yang terdaftar di yayasan Kampung Kids berjenis kelamin laki laki dan 42,5% berjenis kelamin perempuan dengan usia berkisar 10 tahun. 2. Sebagian besar anak usia sekolah yaitu usia 7-12 tahun yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids Pejaten memiliki status gizi yang normal berdasarkan indikator BB/U, TB/U dan BMI. 3. Sebagian besar anak usia usia sekolah yaitu usia 7-12 tahun yang terdaftar di Yayasan Kampung Kids Pejaten memiliki asupan kalsium harian kurang. 4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tingkat asupan kalsium harian pada anak usia sekolah di Yayasan Kampungkids Pejaten. 5.2 Saran 1. Melihat asupan kalsium yang kurang sedangkan kalsium memiliki peran yang sangat penting terutama pada masa pertumbuhan, sebaiknya perlu dilakukan perbaikan dalam hal asupan kalsium harian anak dengan peningkatan konsumsi susu. 2. Disarankan agar dilakukan program penyuluhan secara berkelanjutan tentang pentingnya asupan makanan yang seimbang termasuk asupan kalsium. 3. Walaupun sebagian besar anak memiliki status gizi yang baik, namun ditemukan anak dengan status gizi kurang, maka sebaiknya perlu dilakukan perbaikan status gizi dengan perbaikan kualitas makan pagi dan malam dan mengurangi kebiasaan jajan. 4. Dalam meningkatkan gizi, perlu dilakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas seperti pemberian nutrisi yang baik dan benar,
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
deteksi dini pencegahan penyakit menular, penyakit kronik, gangguan pertumbuhan, gangguan perilaku dan gangguan belajar serta imunisasi.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
DAFTAR PUSTAKA 1. Sari PN. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual pada Anak Usia Sekolah Dasar Ditinjau dari Status Sosial-ekonomi Orang Tua dan Tingkat Pendidikan
Ibu.
2010
[cited
2011
May
6];
Available
from:
http://www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/174700501201108461.pdf 2. Hadi H. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. 2005 [cited 2012 March 11]; Available from: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/08/Beban-ganda-masalah gizi.pdf 3. Muliadi. Peranan gizi yang berkualitas dalam mencegah malnutrisi pada anak sekolah dasar. Jurnal Samudra Ilmu. 2007; 356-8. 4. Safitri A, Astikawati R. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga; 2007. p 50-2. 5. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson textbook of pediatrics. 17th Ed. Philadelpia: Elsevier; 2007. 6. Departemen Kesehatan. Penulisan Data Gizi Buruk Harus Akurat dan Tidak Dipolitisir. 2008 [cited 2010 Oct 10]. Available from : http://www.depkes.go.id. 7. Taslim NA. Kontroversi seputar gizi buruk: Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan?.
[cited
2010
Oct
10].
Available
from
:
http://www.gizi.net/makalah/Kontroversi-giziburuk-column.pdf. 8. Linder. Nutritional biochemistry and metabolism : Nutrition and Metabolism of the Trace Elements. New York : Elseint ; 2006. p.160 9. Jelliffe DB, Jelliffe EFP. Community Nutritional Assessment. New York: Oxford University Press. 1999; p 213-4. 10. Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2000; p 6673, 82-93 11. Coitinho D. Understanding Human Rights Appoches to Food and Nutritional Security in Brazil. SCN NEWS No.18. 2000. 11. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2000; p: 3-9. 12. Arisman MB. Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteraan EGC; 2010. p. 205-32. 13. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Harpers Illustrated Biochemistry. 26 th Ed. New York : Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2003. p. 473, 487.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
14. Jeliffe, Jellife. The Assessment of The Nutritional Status of The Community. WHO, 1996. 15. Dwyer, Johanna T. Dietary Assessment. In : Maurice et al. Modern Nutrition in Health and Disease. 8th Ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 2005. p 578. 16. Atmarita, Jalal, Faisal. Perhitungan, penggunaan, dan interpretasi Berbagai Indeks Antropometri dalam Penilaian Status Gizi dengan Baku Rujukan WHO/NCHS. Majalah Gizi Indonesia. 1991; 16: 53-63. 17. Susilowati. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. [cited 2010 May 28]; Available from : www.eurekaindonesia.org/wp-content/uploads/antropometrigizi.pdf. 18. Mahan LK, Stump SE. Krause’s food,nutrition and diet therapy. 11th Ed. Philadelphia: Saunder Elsevier; 2004. 19. Moehji S. Ilmu Gizi 2: Penanggulangan Gizi Buruk . Jakarta: Papas Sinar Siranti; 2003. p 46. 20. KampungKids Admin. About KampungKids. Jakarta: KampungKids Foundation. 2007
[cited
13
October
2009];
available
from:
http://www.KampungKids.org/info.php?info=about 21. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta : Depkes RI; 2004. 22. Susilowati. Pengukuran Status Gizi dengan Antropometri Gizi. Cimahi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Ahmad Yani; 2008. 23. Suharyanto. Kaitan Sosial Ekonomi Keluarga dan Konsumsi Energi Protein dengan status Gizi Anak Sekolah di Desa Sumber Agung , Banjarejo, Kabupaten Blora. [skripsi]; 2001. 24. Suyatno. Gizi Daur Hidup : Gizi Anak Sekolah. Semarang
: Unversitas
Diponegoro; 2005.
25. Hosegood V, Campbell OM. Body mass index, height, weight, arm circumference, and mortality in rural Bangladeshi women: a 19-y longitudinal study. Am J Clin Nutr 2003;77:341–7. 26. Aryani WD, Oginawati K, Santoso M. Penentuan Total Asupan Harian Unsur Gizi Mikro Dalam Makanan Anak-Anak Seklah Dasar di Bandung dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. [tesis]. Bandung : Institut Teknologi Bandung; 2005.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
27. Shenkin, Alan. The Key Role of Micronutrients. Clinical Nutrition. 2006; 25: 1-13. 28. Santoso, Muhayatun. Pengembangan Teknik Deteksi Unsur Mineral Esensial pada Gangguan Kesehatan yang Berkaitan dengan Intake Makanan dan Pengaruh Lingkungan. Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri-BATAN Bandung 2008 [cited 2010 Oct 20]. Available from : http://nhc.batan.go.id/muhayatun2.php. 29. Black RE, Williams SM, Jones IE, Goulding A. Children Who Avoid Drinking Cow Milk Have Low Dietary Calcium Intakes and Poor Bone Health. Am J Clin Nutr. 2002; 76: 675-80. 30. Kalkwarf HJ, Khoury JC, Lanphear BP. Milk Intake during Childhood and Adolescence, Adult Bone Density, and Osteoporotic Fractures in US Woman. Am Jelin Nutr. 2003; 77: 257-65. 31. Christiany I, Hakimi M, Sudargo T. Status Gizi, Asupan Zat Gizi Mikro (kalsium, magnesium) Hubungannya dengan Sindroma Premenstruasi pada Remaja Putri SMU Sejahtera di Surabaya. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2009; 6: 29-34. 32. Davies KM, Heaney RP, Recker RR, et al. Calcium Intake and Body Weight. J Clin Endocrinol Metab. 2000; 85:4635-8. 33. Jennings A, Costarelli V, Davies GJ, Dettmar PW. Habitual Diatery Calcium Intake and Body Weight in 7-10 Year Old Children. Nutrition and Food Science. 36:337-42. 34. Lorenzen JK, Molgaard C, Michaelsen KF, Astrup A. Calcium Supplementation for 1 Year Does Not Reduce Body Weight or Fat Mass in Young Girls. Am J Clin Nutr. 2006; 83:18-23.
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Lampiran 1. Kuesioner Bahan Makanan
Ukuran Rumah Tangga Standar Jumlah
Berapa Sering Mengonsumsinya Hari
Minggu
Bulan
Tahun
Tak Pernah
Nasi Mi Roti Lainnya
Bahan Makanan
Ukuran Rumah Tangga Standar Jumlah
Berapa Sering Mengonsumsinya Hari
Minggu
Bulan
Tahun
Tak Pernah
Telur Ikan Ayam Daging Tempe Tahu Kacang Susu Bahan Makanan
Ukuran Rumah Tangga Standar Jumlah
Berapa Sering Mengonsumsinya Hari
Minggu
Bulan
Tahun
Tak Pernah
Bayam Kangkung Wortel Tomat
Bahan Makanan
Ukuran Rumah Tangga Standar Jumlah
Berapa Sering Mengonsumsinya Hari
Minggu
Bulan
Tahun
Pisang
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Tak Pernah
Pepaya Jeruk Apel Anggur Nangka Nenas
Bahan Makanan
Ukuran Rumah Tangga Standar Jumlah
Berapa Sering Mengonsumsinya Hari
Minggu Bulan
Tahun
Tak Pernah
Bakso Nugget Gorengan Somay
Bahan Makanan
Ukuran Rumah Tangga Standar Jumlah
Berapa Sering Mengonsumsinya Hari
Minggu
Bulan
Tahun
Es krim Biskuit Kue Donat Coklat Permen
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Tak Pernah
Lampiran 2. Informed consent Surat pernyataan
Melalui surat pernyataan ini saya: Nama
:
Jenis kelamin
:
Tempat tanggal lahir : Alamat
:
Nama orangtua
:
Nomor telepon
:
menyampaikan bahwa saya sudah memperoleh dan memahami penjelasan yang diberikan sebelum dilakukan penelitian “Status gizi anak usia sekolah dan hubungannya dengan asupan zat gizi dari makanan” di Yayasan Kampung Kids, Pejaten, Jakarta Selatan”. Saya mengerti manfaat yang akan saya peroleh jika ikut serta dalam penelitian ini, serta memahami bahwa tidak ada resiko apapun jika saya berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya memiliki hak penuh dalam menentukan apakah akan ikut berpartisipasi dalam penelitian ini atau tidak. Dan pada penelitian ini, saya, tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun, memutuskan untuk ikut berpartisipasi di dalam penelitian ini. Pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan seperlunya. Terima kasih.
Jakarta,….-….-20... Mengetahui,
………………….
……………….. …………………
Peserta penelitian
Saksi penelitian
Status gizi..., Sarah Salim S Alatas, FK UI, 2011
Peneliti