UNIVERSITAS INDONESIA
KAJIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PROSES RUJUKAN IBU DENGAN KOMPLIKASI OBSTETRI SAAT PERSALINAN DI RSSIB RSUD CIANJUR TAHUN 2012
Skripsi
OLEH HANI SADIAH NPM : 1006819926
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2012
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
:
Nama
Hani Sadiah
NPM
10068r9926
Mahasiswa Program
Kesehatan Masyarakat
Tahun Akademik
2010-2012
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan Skripsi saya yang berjudul
"
" Kajian Pengambilan Kepufusan Dalam
Proses Rujukan
lbu dengan Kasus
Komplikasi Saat Persalinan di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2012"
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan plagiat maka saya menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Depok, 13hili20l2
(
Hani Sadiatr )
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
akan
ffif E:d
liI [f Y,#,
Yi:t
r"t ntl ir,' [ii]
HALAMAN PERNYATAAN ORSIMLITAS
Hr sll,
fri.
[$, r&i E l,:
h
p
Skripsi ini adahh hasil karya sendiri,
ffi
dan semua sumber baik yang dikutrp mauprm dirujtrk
H, Ur
lmil
H I
telah saya nyatakaa dengan benar
# i.l
ti iH
tfr $i
[ir Sll
gi
fl, t:i l$
ffi
Eir
#j
,
,
,
Nama
I{ani Sadiatr
NPM
1006819926
,,,,,,l
i]!..
TadaTangan
,u,'i
t: iii &ti
,-J
:
'
i+
b li;.
rl
ii
rlil,i
t::r:
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
IIALAMAI\ PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama
Hani Sadiah
NPM
10068t9926
Program Studi
Kebidanan Komunitas
Judul Skripsi
Kajian Pengambilan Keputusan Dalam Proses Rujukan Ibu Dengan Komplikasi Obstehi Saat Persalinan di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2012
Telah berhasil dipertahankan dihadapan I)ewan Penguji dan diterirna sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sariana Kesehatan Masyarakat pada Program Studi Kebidanen Komunitas, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pernbimbing
Prof. dr. Hadi Pratomo, MPH. Dr PH
Penguji I
Dr. drg. Ella Nurlaela Hadi, M.Kes
Penguji 2
dr. H. Dedih Rudiana, MKM
Ditetapkan di
Depok
Tanggal
l3 Juli 2012
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Hani Sadiah
Tempat tanggal lahir
: Jakarta, 18 Desember 1978
Alamat
: Kp Lebak Sari 2 No 303 Rt 04/08 Kel. Cicurug Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi Jawa Barat 43359
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan 1. TK Rawa Teratai Cakung Jakarta Timur
: Tahun Lulus 1985
2. SDN 1 Nyangkowek, Cicurug Sukabumi
: Tahun Lulus 1991
3. SMPN 1 Cicurug Sukabumi
: Tahun Lulus 1994
4. SPK Depkes RI Bogor
: Tahun Lulus 1997
5. Program Pendidikan Bidan Depkes RI Bogor
: Tahun Lulus 1998
6. Diploma III Kebidanan, Poltekkes Bandung
: Tahun Lulus 2006
7. Program Sarjana Ekstensi FKM-UI, Depok
: 2010 - 2012
iii Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: Hani Sadiah : 1006819926 : Kebidanan Komunitas : Kajian Pengambilan Keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi Obstetri saat persalinan di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2012
Keterlambatan pengambilan keputusan saat persalinan dengan komplikasi obstetri berdampak kematian ibu dan neonatal. Penelitian memahami pengambilan keputusan rujukan. Informan utama ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan. Studi kasus kualitatif, purposive sampling Hasil penelitian, keputusan diambil secara terpaksa. Ibu menerima rujukan hampir seluruhnya belum memahami masalah, alternatif paraji dan orang pintar. Ibu menolak rujukan belum memahami masalah, alternatif dan penanganan paraji. Persepsi kualitas pelayanan kesehatan sulit dijangkau. Proses rujukan terdapat kendala biaya, kemandirian keluarga kurang, dukungan sosial tidak tepat dan dukungan bidan belum maksimal serta persepsi penanganan komplikasi obstetri cukup baik. Saran : peningkatan kinerja tim, komunikasi efektif, kualitas ANC, amanat persalinan, kemitraan paraji–bidan. Koordinasi pemetaan ibu hamil risiko tinggi, pengembangan pelayanan rujukan. Kata Kunci : Pengambilan Keputusan, proses rujukan, Keluarga, Komplikasi Obstetri
iv Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
ABSTRACT
Name NPM Study Program Title
: Hani Sadiah : 1006819926 : Midwifery Community : Study of Decision Making in referral health services of Obstetric complications cases during delivery the Mother and Baby Friendly Hospital RSUD Cianjur Year 2012
Delay in decision making during delivery with obstetric complication may cause maternal and neonatal death. The purpose of this study to understand decision making about referrals. The main informants were mothers who had obstetric complication during delivery. The study is a qualitative case study with purposive sampling. The result of study showed that decisions were made by force. Almost women who had accepted referrals did not understand the problem, alternatives by traditional birth attendant and traditional Healing. All women who had refused referral have not understood the problem yet, the alternative selecting with traditional births attended (paraji) and management with traditional births attended (paraji). in referal process are found that perception about health service quality was hard to reach, money, lack of family autonomy, incorrect social support and lack of midwife support but also perception about obstetric complication are good enough. Recommendation For Health Office the District Cianjur, Mother and Baby Friendly of Hospital Cianjur are should : Increase team work, make effective communication, ensure antenatal care quality, Do plan of delivery and parthnership traditional birth attendant-midfery, Make Coordination and mapping of high risk pregnant mothers, development of referral health service. Keywords: decision making, referral process, family, obstetric complication
v Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan tepat waktu. Skripsi ini berjudul “ Kajian Pengambilan Keputusan dalam Proses Rujukan Ibu dengan Komplikasi Obstetri saat persalinan di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2012. Penyusunan Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat, peminatan kebidanan komunitas, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak terkait yang telah berpartisipasi dan membantu untuk suksesnya penyusunan Skripsi ini, yaitu kepada : 1. Bapak Prof.dr.Hadi Pratomo,MPH,DrPH. selaku pembimbing akademis yang telah bersedia membimbing dengan sabar dan memberikan arahan selama penyusunan Skripsi berlangsung hingga selesainya Skripsi ini. 2. Ibu Dr. drg. Ella Nurlaela, M.Kes, yang telah memberikan waktu sebagai penguji dan memberikan masukan yang berharga dalam penyusunan Skripsi. 3. Bapak Direktur RSUD Kelas B Cianjur, dr H Dindin B Rahayu, Sp KK, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian Skripsi di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur. 4. Bapak Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Kelas B Cianjur, dr. H Dedih Rudiana, MKM., yang telah memberikan waktu sebagai penguji dan memberikan masukan yang berharga dalam penyusunan Skripsi. 5. Ibu dr. Hekawati, Sp.A. selaku ketua tim RSSIB yang telah memberikan masukan dalam penyusunan Skripsi di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur.
vi Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
6. Bapak Dedi Mukhdiana, SKM selaku Kepala Bidang Pendidikan Pelatihan dan Pengembangan SDM RSUD Kelas B Cianjur yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian Skripsi di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur. 7. Seluruh tim dan staf karyawan RSSIB RSUD Kelas B Cianjur yang tak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu selama penyusunan Skripsi. 8. Suami tersayang, orang tua (mama, bapa, mama nin, abah) dan adikadikku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 9. Teman senasib seperjuangan Cintawati, teman bimbingan akademik beserta seluruh mahasiswa Peminatan Kebidanan Komunitas Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2010 yang merupakan team yang solid dan penuh semangat. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap Skripsi ini. Besar harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Depok, Juli 2012 Penulis
Hani Sadiah
vii Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
HALAMAN PER}I'YATAAI\ PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama
Hani Sadiah
NPM
1006819926
Program Studi
Kebidanan Komunitas
Fakultas
Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya
Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royaltu Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul
:
Kajian Pengambilan Keputusan dalam Proses Rujukan lbu
dengan
Komplikasi Saat Persalinan di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur Tahun 2012 Beserta perangkat yang ada
Noneksklusif
ini
(ika
diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasi tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat
: Depok
Tanggal
: 13 Juli2012
Yang menyatakan
dw Hani Sadiah )
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
saya
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL JUDUL PENELITIAN HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN …………………………………………………. i PERNYATAAN ORSINILITAS …………………………………………. ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP …………………………………………. iii ABSTRAK …………………………………………………………………. iv ABSTRACT …………………………………………………………………. v KATA PENGANTAR …………………………………………………. vi DAFTAR ISI ………………………………………………………………. viii DAFTAR TABEL .............................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ................................................................... xii DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ………………………………… xiii 1.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1.2 Rumusan Masalah ...………………………………………………... 1.3 Pertanyaan Penelitian …………………………………………. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum …………………………………………. 1.4.2 Tujuan Khusus …………………………………………. 1.5 Manfaat Penelitian …………………………………………. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ………………………………….
1 4 5 5 5 6 6
2.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Persalinan dan Komplikasi Obstetri …………………… 7 2.2 Faktor Resiko Kehamilan dan Persalinan ………………………… 11 2.3 Proses Rujukan …………………………………......................... 15 2.4 Pengambilan Keputusan …………………………………………. 18 2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam Proses Rujukan ibu bersalin dengan kasus komplikasi Obstetri …………………………………………. 22 2.6 Penelitian Lain terkait mengenai keputusan rujukan ibu saat persalinan …………………………………………………. 26 2.7 Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan …………………………. 29 2.8 Model Lawrence Green …………………………………………. 34
3.
KERANGKA TEORI, KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH 3.1 Kerangka Teori …………………………………………………. 37 3.2 Kerangka Pikir …………………………………………………. 39 viii Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
3.3
4.
5.
6.
Definisi Istilah
…………………………………………………. 42
METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ………………………………………………….. 4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ………………………………….. 4.3 Sumber Data ………………………………………………….. 4.4 Pengumpulan Data dan Informasi 4.4.1 Teknik Pengumpulan Data ………………………………….. 4.4.2 Instrumen Penelitian ………………………………….. 4.4.3 Uji Instrumen Penelitian ………………………………….. 4.5 Validitas Data ………………………………………………….. 4.6. Pengolahan Data dan Analisa Data ………………………….. HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Wilayah Penelitian 5.1.1 Gambaran Kabupaten Cianjur …………………………. 5.1.2 Gambaran RSSIB RSUD Kelas B Cianjur ………… 5.2 Gambaran Karakteristik Informasi 5.2.1 Gambaran Karakteristik Informan …………………………. 5.2.2 Gambaran Karakteristik Informan Suami atau Keluarga … 5.2.3 Gambaran Karakteristik Informan Pemberi Pelayanan Tradisional ………………………… 5.2.4 Gambaran Karakteristik Informan Kesehatan (Bidan)………………………………………… 5.3 Hasil Penelitian 5.3.1 Keputusan Pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan pada Ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan … 5.3.2 Pengetahuan tentang Risiko tinggi dan komplikasi Obstetri saat Persalinan ………………………………………… 5.3.3 Persepsi terhadap kualitas Pelayanan Kesehatan baik terdekat maupun rujukan ………………………………… 5.3.4 Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan ………………… 5.3.5 Penggunaan Asuransi kesehatan ………………………… 5.3.6 Biaya ………………………………………………… 5.3.7 Peran Suami ………………………………………… 5.3.8 Dukungan Petugas Kesehatan (Bidan) ………………... 5.3.9 Dukungan Sosial (keluarga dan orang terdekat) ………... 5.3.10 Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri .. PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian ………………………………………… 6.2 Keputusan Pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan pada Ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan ………… 6.3 Pengetahuan tentang Risiko tinggi dan komplikasi Obstetri saat Persalinan ………………………………………………… 6.4 Persepsi terhadap kualitas Pelayanan Kesehatan baik terdekat maupun rujukan …………………………………………………
ix Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
46 46 46 51 53 53 54 57
59 65 69 69 70 70
70 77 79 81 83 85 89 90 92 95
96 96 100 102
6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 6.10 6.11
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan ………………………… Penggunaan Asuransi kesehatan ………………………………… Biaya ………………………………………………………… Peran Suami ………………………………………………… Dukungan Petugas Kesehatan (Bidan) ………………………… Dukungan Sosial (keluarga dan orang terdekat) ………………… Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri ………..
104 106 107 109 111 113 116
7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Keputusan Pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan pada Ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan … 117 7.1.2 Pengetahuan tentang risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat persalinan …………………………………………. 117 7.1.3 Persepsi kualitas pelayanan kesehatan baik terdekat maupun rujukan …………………………………………. 118 7.1.4 Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan ………………… 118 7.1.5 Penggunaan Asuransi Kesehatan ………………… 118 7.1.6 Biaya …………………………………………………. 119 7.1.7 Peran Suami …………………………………………. 119 7.1.8 Dukungan Petugas …………………………………. 119 7.1.9 Dukungan Sosial …………………………………………. 119 7.1.10 Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri saat persalinan …………………………………………. 120 7.2 Saran 7.2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur ………………… 120 7.2.2 RSSIB RSUD Cianjur ………………………………… 121 7.2.3 Peneliti Selanjutnya ………………………………………. 122
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1
Matriks Sumber Informasi Penelitian dan Informasi yang dibutuhkan
…………………………………. 51
Tabel 4.2
Matriks Pelaksanaan Validasi Data
…………………………. 54
Tabel 4.3
Triangulasi Sumber dan Metode …………………………………. 56
Tabel 5.1
Jumlah Penduduk 10 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2008
Tabel 5.2
…………. 61
Angka Partisipasi Murni (APM %) dalam Pendidikan Penduduk di Kabupaten Cianjur Tahun 2009 – 2011 ………………………. 62
Tabel 5.3
Distribusi Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin berdasarkan Persiapan Persalinan, penolong persalinan dan Penanganan Risiko Tinggi dan Komplikasi Obstetri di Kabupaten Cianjur Tahun 2011 …………………………………
Tabel 5.4
Distribusi Tenaga Kesehatan Penanganan Komplikasi Obstetri RSSIB RSUD Kabupaten Cainjur Tahun 2011 …………………
Tabel 5.5
64
67
Distribusi Jumlah Rujukan Ibu dengan kasus Komplikasi Obstetri di RSSIB RSUD Kabupaten Cianjur Tahun 2009 – 2011
xi Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
.... 68
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Struktur Sistem kesehatan dan pola rujukan …………………
17
Gambar 2.2
Model Proses Kognitif dalam Pengambilan Keputusan ………
19
Gambar 2.3
Model Pengambilan Keputusan & Pemecahan Masalah ……...
20
Gambar 2.4
Model Anderson
…………………………………………
33
Gambar 2.5
Teori PRECEDE-PROCEED …………………………………
34
Gambar 3.1
Kerangka Teori
Gambar 3.2
Kerangka Pikir ………………………………………………… 41
Gambar 4.1
Skema Penelitian Kajian Pengambilan Keputusan
………………………………………… 38
Proses Rujukan Ibu Dengan Komplikasi Saat Persalinan di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2012 Gambar 4.2
………………… 48
Skema Penelitian Kajian Pengambilan Keputusan Proses Rujukan Ibu Dengan Komplikasi Saat Persalinan di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2012 …………………………. 49
xii Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKI
: Angka Kematian Ibu
AKN
: Angka Kematian Neonatal
Abortus
: Keguguran, lahirnya hasil pembuahan kehamilan pada usia kehamilan < 22 minggu
Afektif
: Sesuatu yang berkenaan dengan emosi, persaan atau mood.
Aksesbilitas
: Keterjangkauan
Akselerasi
: Percepatan
Alternatif
: Salah satu cara yang berbeda dalam menangani masalah
Ante Partum
: Sebelum Persalinan
Autonomi
: Memiliki kemampuan untuk independen tanpa pengaruh dari luar.
ASI
: Air Susu Ibu
Cakupan
: Pencapaian
Cross check
: Cek silang
Cunam ekstraksi
: Metode persalinan dengan menggunakan alat mencongkel
(seperti
sendok
besar)presentasi
kepala bayi Demografi
: Catatan mengenai populasi manusia, yang melibatkan kelompok etnis, populasi suatu daerah geografis spesifik.
DEPKES
: Departemen Kesehatan
DINKES
: Dinas Kesehatan
Disparitas
: Kesenjangan
Donor darah
: Memberikan persedian darah dari seseorang ke orang lain xiii Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Eklampsia
: Bentuk tekanan darah tinggi saat kehamilan dengan ditandai kejang-kejang
Emergensi
: Darurat
Essensial
: Dasar Utama
Finansial
: Nilai Uang
Faeses
: Kotoran Manusia
Gawat darurat
: Keadaan yang darurat
Gender
: Peran sosial yang terbebankan pada laki-laki maupun perempuan
Genetis
: Keturunan
Indikator
: Suatu alat atau bahan yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan yang dapat diperkirakan dan terlihat.
Induksi
: Proses memberikan rangsangan pada suatu aktivitas.
Infeksi/sepsis
: Keadaan yang dapat menyebabkan infeksi.
IPM
: Indeks Pembangunan Manusia
KIA
: Kesehatan Ibu dan Anak
Kehamilan ektopik
: Kehamilan di luar rahim
KEMENKES
: Kementerian Kesehatan
Ketuban pecah dini
: Selaput ketuban yang pecah sebelum waktunya
Kohort ibu
: catatan yang mengikuti perkembangan ibu selama hamil sampai dengan nifas, termasuk bersalin.
Kompeten
: Ahli dalam bidangnya
Konsepsi
: Hasil pembuahan dari sel sperma dan sel telur yang tertanam dalam rahim, sehingga dikenal dengan kehamilan.
Letak sungsang
: Letak bayi di dalam rahim bagian bawah bukan bagian belakang kepala, namun bokong atau kaki
Letak lintang
: Letak bayi dalam rahim melintang, bagian bawah bukan bagian kepala atau bokong atau kaki
Making pregnancy safer
:Membuat Kehamilan Aman
xiv Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Maternal
: Ibu
Medis
: Seni dan pengetahuan mengenal diagnosis, pengobatan, pencegahan penyakit dan mempertahanka kesehatan. atau dengan kata lain menyembuhkan baik dengan pembedahan maupun tidak,
Mekonium
: Merupakan tinja pertama bayi baru lahir yang berwarna hitam.
Morbiditas
: Kesakitan
Neonatal
: Bayi Baru Lahir Dengan Usia Sejak 0 Hari Hingga 28 Hari
Neonatal Dini
: Bayi Baru Lahir Dengan Usia < 7 Hari
Obstetri
: Kebidanan
Promosi Kesehatan
: Bentuk memaparkan informasi kesehatan, untuk perubahan perilaku lebih baik
Pengintergrasian
: Penggabungan
Perinatal
: Masa kehamilan lebih dari 28 minggu sampai dengan bayi lahir usia 0-7 hari
Puskesmas
: Pusat Kesehatan Masyarakat
Pustu
: Pusekmas Pembantu
Polindes
: Pondok Bersalin Desa
Posyandu
: Pos pelayanan terpadu
PONED
: Pelayanan Obstetri Neonatal Essensial Dasar
PONEK
: Pelayanan Obstetri Neonatal Essensial Komprehensi
Post Partum
: Masa setelah Persalinan
Pre Eklampsia
: Bentuk kehamilan yang abnormal, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, bengkak, pusing dan terdapat zat protein pada air kemih (Protein Urine).
Realitas Sosial
: Kenyataan yang ada di lingkungan sosial
Respon Time
: Waktu merespon
xv Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Robekan Rahim
: Sobeknya rahim akibat dilampauinya daya regang otot rahim
RSSIB
: Rumah Sakit Sayang Ibu Dan Bayi
RSUD
: Rumah Sakit Umum Daerah
RT
: Rukun Tetangga
Safe motherhood
: persalinan aman
SOP
: Standar Operasional Prosedur
Survailens
: Metode survey pada suatu kejadian penyakit atau gejala atau perilaku yang menyimpang
SPM
: Standar Pelayanan Minimal
Tradisional
: Sesuai tradisi lokal
Transfusi
: Pemindahan darah dari satu orang ke orang lain
Transportasi
:Suatu alat atau kendaraan yang digunakan untuk membawa orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain
UNICEF
: United Nation Children’s Fund (Badan dari perserikatan bangsa-bangsa yang mengurus anak-anak)
Vakum ekstraksi
: Metode persalinan dengan menggunakan teknik tekanan menyedot pada presentasi kepala bayi yang akan dilahirkan
WHO
: World Health Organization (organisasi kesehatan dunia)
WM
: Wawancara mendalam
xvi Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pemberdayaan perempuan dan keluarga dalam menentukan hak kesehatan
reproduksi dirinya memerlukan perhatian khusus. Hak kesehatan reproduksi tersebut salah satunya adalah memiliki otonomi untuk memutuskan penanganan persalinan dan komplikasi yang dihadapi oleh ibu. Hal ini diartikan pula sebagai kebebasan dalam menentukan keputusan untuk bertindak sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi. Ibu sebagai sosok perempuan mampu membuat keputusan yang rasional dan mendapatkan dukungan dari orang terdekat (Chambers, 1992; Jones, 2000; Pollard, 2003 dalam Billington 2010). Pengambilan keputusan yang efetif berdampak besar terhadap peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak. Pada derajat kesehatan ibu dan anak berdampak pula terhadap indeks pembangunan manusia, khususnya pembangunan kesehatan di Indonesia (Depkes, 2004). Pengambilan keputusan yang tepat dan efektif dalam penanganan persalinan dan komplikasi berdampak terhadap penurunan angka kesakitan dan kematian ibu dan neonatal di Indonesia. Salah satunya ibu menghadapi proses persalinan oleh tenaga kesehatan professional dan terlatih dalam penanganan persalinan dan komplikasi serta pada tempat persalinan yang aman. Ibu dan keluarga menjadi mau, tanggap dan mampu membuat keputusan untuk memanfaatkan petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan (Hasnah, 2003; Depkes, 2006; Roost, 2009). Dampak dari pengambilan keputusan yang tepat adalah mencegah terjadinya keterlambatan. Pada keterlambatan ini diantaranya; terlambat mengenal risiko tinggi dan bahaya pada kehamilan dan persalinan, terlambat pengambilan keputusan untuk mencari pertolongan persalinan dan penanganan komplikasi oleh tenaga kesehatan di pelayanan pra rujukan maupun rujukan (Fibriana, 2010; Path, 2010). Berdasarkan
penelitian
Mardiati
dkk,
2001
di
Sumatera
Barat
keterlambatan pengambilan keputusan ibu dan keluarga dalam penanganan
1
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
2
persalinan dan komplikasi oleh tenaga kesehatan berdampak terhadap AKI sebesar 862,6/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) sebesar 55,3/1000 KH. Hal ini terjadi karena ibu telah melalui proses penanganan persalinan oleh paraji yang dilanjutkan oleh petugas kesehatan. Keterlambatan pengambilan keputusan mencari penanganan ibu saat bersalin terjadi disebabkan oleh proses yang panjang pada keluarga. Ini memberikan gambaran autonomi ibu dalam keadaan tidak berdaya tidak dapat terpenuhi. Dari hasil penelitian Nurhayati, 2007 menyatakan bahwa peran suami mengambil keputusan sangat dominan baik pra persalinan maupun saat persalinan. Hal ini menggambarkan peran gender lebih dominan pada laki-laki sebagai suami dalam proses pengambilan keputusan untuk penanganan kehamilan dan persalinan. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah bila dilihat dari masih tingginya AKI sebesar 228/100.000 KH dan AKN sebesar 15/1000 KH. Ini belum mencapai target Indonesia Sehat 2015, target penurunan AKI sebesar 118/100.000 dan AKN sebesar 15/1000 KH (Kemenkes, 2011). Untuk Kabupaten Cianjur kasus kematian ibu terjadi sebanyak 72 kasus.. Untuk Angka Kematian Neonatal sebesar 7,73/1000 KH (Dinkes-RSSIB Cianjur, 2011). Penyebab kematian ibu di Indonesia yang terbesar adalah perdarahan (28%) dan pre eklampsi/eklampsi sebesar 24% (Kemenkes, 2011). Untuk Provinsi Jawa Barat penyebab AKI sama dengan penyebab kematian di Indonesia. Tahun 2011 Provinsi Jawa Barat masuk dalam urutan 5 besar dan sebagai penyumbang terbesar kematian ibu (www.jabar.go.id). Kabupaten Cianjur penyebab kasus kematian ibu terbesar adalah pre eklampsia/eklampsi (51%) dan perdarahan sebesar 34% (Dinkes-RSSIB Cianjur, 2011). Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia karena masih rendahnya cakupan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan dan cakupan penanganan komplikasi kehamilan-persalinan. Keadaan geografis dan persebaran penduduk menjadi penyebab aksesbilitas terhadap petugas kesehatan dan menimbulkan disparitas yang berbeda antar wilayah (SDKI, 2007). Selain dari masalah medis, masalah kesetaraan gender, nilai budaya, status ekonomi, dan kepedulian laki-laki terhadap ibu hamil dan ibu bersalin masih Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
3
rendah. Pola pandang terhadap kehamilan sebagai peristiwa alamiah, berdampak terhadap perilaku suami dan keluarga dalam penanganan persalinan. Hal ini perlu diubah secara sosialkultural agar ibu mendapat perhatian dan kepedulian dari pihak suami, keluarga, masyarakat dan pemerintah serta swasta (Meneg PP, 2012). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2010, penyebab kematian neonatal dini adalah gangguan pernafasan (35,9%), prematuritas (32,4%), Sepsis (12%). Untuk penyebab kematian neonatal lanjut disebabkan oleh sepsis (20,5%), malformasi (18,1%) dan pneumonia sebesar 15,4%. Kematian neonatal merupakan bagian output dari proses kehamilan dan persalinan ibu (Kemenkes, 2010). Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi dengan memfokuskan 3 pesan kunci making pregnancy safer, antara lain setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap wanita subur memiliki akses pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan komplikasi keguguran (Depkes, 2004). Selain itu mencegah terjadinya 3 keterlambatan, diantaranya adalah keterlambatan mengenal tanda risiko kehamilan, keterlambatan memutuskan mencari pertolongan persalinan dan komplikasi serta keterlambatan mendapatkan penanganan komplikasi di tingkat pelayanan kesehatan termasuk keterlambatan transportasi menuju fasilitas kesehatan (UNICEF, 2004). Upaya yang dilakukan untuk akselerasi penurunan AKI dilakukan melalui 4 strategis yaitu; peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi, kerjasama lintas sektoral dan program serta masyarakat termasuk pihak swasta, pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat, meningkatkan survailans dan monitoring evaluasi KIA (Depkes, 2006). Berkaitan dengan pilar ketiga upaya safe motherhood, cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2010 (84,78%). Provinsi Jawa Barat cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 83,1% (Kemenkes, 2010). Untuk Kabupaten Cianjur cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (81,16%). Masih ada yang persalinan yang ditolong paraji (18,72%). Pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan masih rendah sekitar 35,66% (Dinkes Cianjur, 2011). Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
4
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia 2010 cakupan penanganan komplikasi kebidanan (58,8%), masih dibawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM) 2015 sebesar 80%. Begitupun dengan Provinsi Jawa Barat cakupan penanganan komplikasi kebidanan tahun 2010 (59%) dibawah target SPM 2015. Data laporan tahunan 2011 Kabupaten Cianjur (57%) masih di bawah target SPM 2015. Semua ini berkaitan pula dengan pilar ketiga upaya safe motherhood serta upaya strategi akselerasi Kasus Kematian Ibu dan AKN. Berdasarkan hasil survey awal pada bulan April-Mei Tahun 2012 didapatkan 25 orang ibu yang mengalami komplikasi obstetri dan ditangani di di Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) Cianjur menyatakan terlambat memutuskan mencari pertolongan. Hal ini sebagai salah satu akar penyebab masalah terjadinya kesakitan pada ibu dan bayi. Terlambat dalam memutuskan mencari pertolongan tersebut disebabkan karena adanya keterlambatan mengenal tanda bahaya kehamilan dan persalinan termasuk risiko tinggi. Belum tercapainya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (81,16%) di Kabupaten Cianjur sesuai dengan SPM 2015 (90%). Masih rendahnya penolongan persalinan di fasilitas kesehatan (18,72%) dan cakupan penanganan komplikasi obstetri (57%) dipengaruhi oleh perilaku ibu dan keluarga dalam mengambil keputusan mencari pertolongan penanganan persalinan dengan komplikasi. Faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan ibu dan keluarga, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Kajian pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan di Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB)RSUD Kelas B Cianjur Tahun 2012. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan survey awal sebelumnya, peneliti
merumuskan masalah bahwa ditemukannya keterlambatan pengambilan keputusan oleh ibu dan keluarga dalam mencari pertolongan penanganan komplikasi obsteri sebagai salah satu penyebab akar masalah dari kesakitan pada ibu dan bayi, sebanyak 25 ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan. Dengan keadaan seperti di atas kajian pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan dapat diasumsikan
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
5
berhubungan dengan pencapaian cakupan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan dan penanganan komplikasi obstetri di Kabupaten Cianjur. Dari hal tersebut di atas dapat memberikan dampak dalam penurunan kasus kesakitan dan kematian ibu dan neonatal di Kabupaten Cianjur.
1.3
Pertanyaan penelitian 1) Bagaimana gambaran pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan kasus komplikasi obstetri saat persalinan di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2012? 2) Bagaimana gambaran faktor predisposisi (pengetahuan, persepsi) serta faktor pemungkin (penggunaan asuransi kesehatan, waktu tempuh ke pelayanan kesehatan dan biaya) dan faktor penguat (peran suami, dukungan petugas kesehatan, dukungan sosial), termasuk karakteristik kebutuhan (persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri saat persalinan) mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan kasus komplikasi obstetri saat persalinan di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur Tahun 2012?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Memahami gambaran pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan, pada ibu yang menerima proses rujukan maupun yang menolak proses rujukan di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 .
1.4.2 Tujuan Khusus 1) Memahami gambaran pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur Tahun 2012. 2) Mengidentifikasi faktor predisposisi (pengetahuan, persepsi) yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
6
dengan komplikasi obstetri saat persalinan di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur Tahun 2012. 3) Mengidentifikasi faktor pemungkin (penggunaan asuransi kesehatan, waktu tempuh ke pelayanan kesehatan dan biaya) dan faktor penguat (peran suami, dukungan petugas kesehatan, dukungan sosial), termasuk karakteristik
kebutuhan
(persepsi
membutuhkan
penanganan
komplikasi obstetri) mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan kasus komplikasi obstetri saat persalinan di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur Tahun 2012.
1.5
Manfaat Penelitian 1) Bagi instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur diharapkan menjadi bahan masukan dalam pengembangan program kesehatan ibu dan anak, serta acuan pengembangan promosi kesehatan di wilayah Kabupaten Cianjur. 2) Bagi instansi RSSIB RSUD Cianjur diharapkan sebagai bahan masukan dalam pengembangan program kerja Rumah sakit sayang ibu dan bayi, serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak 3) Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah bahan kajian dan bacaan yang dapat dijadikan sebagai data untuk penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan untuk memahami pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan baik yang menerima proses rujukan maupun yang menolak proses rujukan. Ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif, dilaksanakan pada Bulan Juni 2012 di ruang kebidanan dan perinatologi RSSIB RSUD Cianjur dan kunjungan rumah. Penelitian menggunakan teknik wawancara mendalam dan telaah dokumentasi (kohort ibu dan buku Kesehatan Ibu dan Anak).`
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pelayanan Persalinan dan Komplikasi Obstetri Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang
dapat hidup di dunia luar kemudian dilanjutkan dengan pengeluaran uri dan selaput janin, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan menurut prosesnya terbagi dua yaitu (Sulaiman, 1983; Mochtar, 1998a) : 1) Persalinan normal atau persalinan spontan Proses persalinan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan bayi serta lahirnya bayi dengan tenagan ibu sendiri, letak belakang kepala dan berlangsung kurang dari 24 jam. 2) Persalinan abnormal Proses persalinan melalui jalan lahir ibu (pervaginam) dengan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesaria. 3) Persalinan anjuran Persalinan tidak dengan proses alami memerlukan tindakan induksi atau
akselerasi
persalinan
dengan
pemberian
prostaglandin,
pemecahan ketuban atau pemberian pitocin (oksitosin). Pelayanan persalinan adalah suatu bentuk bantuan untuk membantu ibu melahirkan bayi yang dikandungnya dengan prinsip prosedur aman dan bersih. Selain itu pada pelayanan persalinan memerlukan deteksi dini penyulit atau komplikasi dan proses rujukan yang efektif dan efesien. Persalinan dengan menjamin pemberian ASI dan melakukan kontak dini antara ibu dan bayi serta memberikan asuhan bayi baru lahir (Depkes, 2009). Penanganan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan pelayanan persalinan yang aman dilakukan petugas kesehatan yang kompeten dan professional. Tenaga yang kompeten memberikan penanganan persalinan adalah bidan dan dokter. Kenyataan yang ada di lapangan adalah penanganan persalinan bukan oleh tenaga kesehatan dan dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga non kesehatan ini adalah dukun paraji dan kader yang diminta bantuan untuk membantu proses persalinan ibu. Dengan keadaan tersebut dilakukan upaya
7
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
8
secara bertahap agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan di fasilitas kesehatan (Depkes, 2009). Dengan penempatan bidan di desa dan kebijakan persalinan di tempat atau fasilitas kesehatan merupakan tahap mendekatkan pelayanan kesehatan dan jangkauan persalinan oleh tenaga kesehatan professional terus meningkat. Selain itu peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan keputusan penanganan persalinan yang bersih dan aman (Depkes, 2008). Salah satu yang harus diperhatikan dalam penanganan persalinan adalah melakukan rujukan pada kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan lebih lengkap. Selain itu melakukan deteksi dini awal terhadap risiko tinggi persalinan agar tidak terjadi keterlambatan memutuskan dan penanganan (Depkes, 2009). Tingkat pelayanan kesehatan dasar (primer) hanya diperbolehkan menangani persalinan normal. Untuk kasus persalinan dengan risiko tinggi memerlukan proses rujukan sedini mungkin pada pelayanan kesehatan rujukan baik PONED maupun PONEK (Saifuddin, 2001). Dari seluruh ibu hamil yang ada diperkirakan mengalami komplikasi obstetri sebesar 15-20%. Komplikasi kehamilan dan persalinan tidak dapat diduga sebelumnya. Dengan kondisi seperti ini maka adanya kebijakan bahwa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini bertujuan agar komplikasi kebidanan dapat terdeteksi dan ditangani segera dan tepat. Beberapa komplikasi obstetri yaitu; perdarahan ante partum dan post partum, persalinan macet/lama, infeksi/sepsis, komplikasi abortus, pre eklampsi/eklampsi, kehamilan ektopik dan robekan rahim (Depkes, 2006). Penanganan komplikasi obstetri memerlukan tindakan yang efektif dan efesien dari pelayanan kebidanan yang ada. Pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan emergensi obstetri berada pada tingkat rujukan, baik rujukan tingkat dasar maupun tingkat akhir. Suatu wilayah memberikan pelayanan emergensi obstetri tingkat dasar adalah Puskesmas PONED. Kasus komplikasi obstetri yang tidak dapat ditangani oleh bidan di desa maka dilakukan proses rujukan ke pelayanan PONED. Pada keadaan ini memerlukan ketrampilan petugas melakukan penapisan faktor risiko obstetri. Hal ini bertujuan agar pada kasus yang tidak dapat ditangani di puskesmas PONED langsung dilakukan rujukan Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
9
pada pelayanan tingkat akhir yaitu PONEK. Pada kasus yang memerlukan rujukan sebelumnya dilakukan pertolongan pertama terlebih dahulu dan petugas mengantarkan dan mendampingi ke tempat rujukan yang dituju (Saifuddin, 2001; Depkes, 2009). Keadaan yang menambah risiko kematian pada ibu yang mengalami komplikasi obstetri (Depkes, 2009) : a. Ibu hamil yang terlalu muda, keadaan tubuhnya belum siap menghadapi kehamilan, maka bila terjadi komplikasi akan berisiko besar terjadinya kematian pada ibu dan bayi. b. Ibu hamil yang tidak menginginkan kehamilannya dengan tindakan menggugurkan kehamilannya dengan cara yang tidak aman. c. Ibu hamil pertama kali dan ibu hamil lebih dari 3 kali memiliki risiko terjadinya kematian lebih tinggi apabila terjadi kematian. d. Ibu hamil dengan kekurangan energi kalori menderita anemia atau penyakit kronis menahun. e. Ibu dari keluarga yang tidak mampu, karena keterbatasan memperoleh perawatan yang dibutuhkan.
Hambatan ibu dengan komplikasi obstetri dalam memperoleh pelayanan kegawat daruratan obstetri yang berkaitan dengan 3 keterlambatan yaitu : a. Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengambil keputusan untuk mencari pertolongan, sehingga terlambat atau tidak sampai ke saran pelayanan kesehatan. Pada keterlambatan mencari pertolongan ini disebabkan oleh : Keluarga tidak mengenal tanda-tanda bahaya atau risiko kehamilan dan persalinan serta tidak mengetahui komplikasi obstetri memerlukan pertolongan yang cepat dan tepat. Pengambilan keputusan dalam keluarga didominasi oleh suami atau keluarga yaitu mertua atau orang tua. Mereka yang mendominasi ini tidak mengetahui tanda-tanda bahaya atau risiko kehamilan dan persalinan serta tidak mengetahui komplikasi obstetri berdampak terhadap ibu dan janinnya. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
10
Keterbatasan biaya perawatan dan transportasi, kesulitan sarana transportasi dan ketidak percayaan pada pelayanan kesehatan. Kurang memperhatikan kelangsungan hidup ibu, berdampak terhadap upaya menyelamatkan hidup ibu tidak maksimal. Selain itu rendahnya penghargaan terhadap status wanita dan hak autonomi wanita (peran gender tidak berimbang). Hambatan sosial budaya tidak mau menggunakan pelayanan kesehatan modern atau diperiksa oleh dokter pria.
b. Keterlambatan dalam mencapai sarana pelayanan kegawat daruratan baik tingkat rujukan dasar (PONED) maupun tingkat rujukan akhir (PONEK). Hal ini terjadi karena keterbatasan jarak, biaya, kendaraan ketidaktahuan tempat pelayanan kegawat daruratan obstetri. c. Keterlambatan dalam memperoleh pertolongan di sarana pelayanan. Hal ini terjadi karena keterbatasan tenaga, tempat, alat, obat, darah dan kualitas pelayanan yang belum memadai.
Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada (Depkes, 2008) : 1) Keluarga
berencana
untuk
membantu
para
ibu
dan
suami
merencanakan kehamilan yang diinginkan 2) Asuhan antenatal terfokus untuk memantau perkembangan kehamilan, mengenali faktor risiko, menyiapkan penanganan persalinan dan komplikasi 3) Asuhan pasca keguguran untuk menatalaksanakan gawat darurat keguguran dan komplikasi serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya. 4) Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi. Hal ini terbukti sebagai salah satu upaya efekti mencegah terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi. 5) Penanganan komplikasi sebelum, saat dan sesudah persalinan. Hal ini memerlukan antisipasi penanganan komplikasi di tingkat pelayanan Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
11
tertentu dan keluarga. Pengenalan komplikasi pada keluarga, petugas, ketersediaan sarana merupakan faktor keberhasilan penanganan komplikasi. 2.2
Faktor Risiko Kehamilan dan Persalinan Faktor risiko pada kehamilan merupakan adalah suatu keadaan yang
menambah risiko kehamilan serta menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun janin (Azinar, 2006). Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya komplikasi, diantaranya kesakitan, kecacatan, ketidaknyamanan, ketidakpuasan dan kematian pada ibu dan bayi. Faktor risiko menurut Poedji Roehajati ini digunakan sebagai indikator dalam melakukan deteksi dini atau skrinning awal (Rochajati, 2003). Faktor risiko tersebut terbagi menjadi 3 kelompok yang meliputi : 1) Kelompok faktor risiko I a. Terlalu muda untuk hamil < 16 tahun b. Terlalu tua untuk hamil > 35 tahun dan terlalu lambat hamil I dengan usia perkawinan > 4 tahun c. Terlalu lama hamil lagi > 10 tahun d. Terlalu cepat hamil lagi < 2 tahun e. Terlalu banyak anak > 4 f. Terlalu pendek < 145 cm g. Pernah gagal hamil h. Pernah melahirkan dengan tindakan : i. Pernah operasi section/sesar 2) Kelompok faktor risiko II a. Penyakit ibu hamil dengan : a) Kurang darah/anemia b) Malaria c) TBC Paru d) Payah Jantung e) Kencing manis (Diabetes Melitus) f) Penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
12
b. Bengkak pada muka atau tungkai dan tekanan darah tinggi c. Hamil kembar 2 atau lebih d. Hamil kembar air (hidramnion) e. Bayi mati dalam kandungan f. Kehamilan lebih bulan g. Letak sungsang h. Letak lintang 3) Kelompok faktor risiko III a. Perdarahan dalam kehamilan b. Pre eklampsia berat/eklampsia
Pada faktor risiko tersebut memiliki skor dan dilakukan penjumlahan (terlampir pada lampiran 3a). Jika dari hasil penjumlahan faktor risiko mendapatkan skor 2, maka masuk pada kriteria kelompok risiko ringan. Keputusan yang harus diambil untuk penanganan persalinan adalah dengan bidan dan tidak memerlukan tindakan rujukan. Persalinan dapat dilakukan dengan cara normal, di fasilitas kesehatan dasar seperti di polindes, rumah bersalin atau praktek bidan. Walaupun dengan krteria ringan persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan. Jika dari hasil penjumlahan faktor risiko mendapatkan skor 6-10, maka masuk pada kriteria kelompok resiko tinggi. Keputusan yang harus diambil untuk penanganan persalinan adalah dengan bidan dan dokter yang berada di puskesmas PONED. Persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan rujukan, seperti PONED dan rumah sakit. Jika dari hasil penjumlahan faktor risiko mendapatkan skor > 12, maka masuk pada kriteria kelompok resiko sangat tinggi. Keputusan yang harus diambil untuk penanganan persalinan adalah dengan dokter yang berada di rumah sakit. Rumah sakit ini memberikan pelayanan obstetri neonatal komprehensif 24 jam. Tanda-tanda bahaya kehamilan merupakan salah satu bagian dari faktor risiko kehamilan yang akan berdampak pada saat persalinan. Setiap ibu hamil mengetahui tanda bahaya tersebut dengan diberikan informasi dengan
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
13
menggunakan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) dan poster tanda bahaya kehamilan. Tanda bahaya kehamilan tersebut diantaranya : a) Perdarahan pada hamil muda dan hamil tua b) Bengkak daerah kaki, wajah dan sakit kepala serta kejang c) Demam dan panas tinggi d) Air ketuban keluar sebelum waktunya e) Tidak merasakan pergerakan bayi f) Muntah terus dan tidak mau makan g) Jantung berdebar, batuk lama dan tubuh lemah h) Gatal-gatal di daerah kemaluan dan keputihan yang berbau amis Selain itu petugas kesehatan perlu memberikan informasi dengan teknik penyampaian yang mudah terpahami oleh ibu dan suami serta keluarga. Petugas kesehatan perlu menganjurkan kepada ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan lebih sering dan perencanaan persalinan. Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada ibu hamil, maka akan semakin tinggi risiko kehamilan dan persalinannya (Mochtar, 1998b; Depkes, 2007). Kehamilan dengan faktor risiko tinggi akan menghadapi morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janinnya dalam masa hamil, bersalin dan nifas. kasuskasus resiko tinggi memerlukan penanganan yang efektif karena mencakup kepentingan dua nyawa. Faktor risiko tinggi tersebut merupakan bagian dari komplikasi obstetri. Faktor non medis yang menjadi bagian dari faktor risiko tinggi yang telah dijelaskandi atas antara lain : a. Kemiskinan dan status sosial rendah b. Ketidak tahuan ibu dan keluarga c. Adat istiadan dan tradisi d. Kepercayaan e. Status gizi kurang/buruk pada ibu f. Kebersihan lingkungan g. Kesadaran pemeriksaan kehamilan yang kurang h. Fasilitas dan sarana kesehatan tidak memadai
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
14
Keadaan di atas merupakan bagian faktor non medis yang dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan dan kehamilan ibu termasuk saat persalinan dan kelanjutannya (Mochtar, 1998b). Faktor risiko persalinan perlu melihat juga faktor risiko saat hamil. Tandatanda bahaya persalinan merupakan kelanjutan dari faktor risiko kehamilan seperti di atas. Tanda bahaya pada saat persalinan juga bagian dari komplikasi obstetri. Selain itu juga memperhatikan tanda-tanda bahaya pada saat persalinan, antara lain : a. Perdarahan banyak sebelum atau sesudah melahirkan b. Demam c. Persalinan lama> 12 jam d. Kejang-kejang e. Kesadaran menurun/ pingsan f. Keluar mekonium (faeses pertama bayi yang berwarna hitam) saat lahir g. Keluar tali pusat bayi/prolapsus tali pusat Bila menemukan tanda-tanda bahaya seperti di atas saat persalinan, maka ibu perlu dilakukan proses rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap seperti Puskesmas PONED atau PONEK. Wanita hamil memiliki risiko morbiditas yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Upaya menyelamatkan wanita dalam kehamilan dan persalinannya serta bayi yang akan dilahirkannya. Dalam upaya tersebut, WHO mengembangkan 4 pilar safe motherhood antara lain : 1. Pelayanan keluarga berencana dengan menyediakan informasi dan konseling dalam pencegahan kehamilan dan penundaan kehamilan. Pelayanan
keluarga
berencana
ini
menjadi
program
bagian
komprehensif pelayanan kesehatan reproduksi. 2. Pelayanan ante natal care memberikan informasi pada ibu hamil agar sehat dalam masa kehamilan dan meningkatkan status kesehatan ibu hamil. Selain itu memfasilitasi ibu hamil dan keluarga mempersiapkan kelahiran, mengenal dan deteksi risiko tinggi atau komplikasi obstetri. Petugas mampu mengidentifikasi dan memberikan penanganan risiko Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
15
tinggi/komplikasi obstetri secara dini. Pelayanan ini merupakan pelayanan kebidanan dasar. 3. Pelayanan persalinan bersih dan aman. Proses persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang professional. Selain itu mampu mengenal tanda bahaya atau komplikasi obstetri dan mampu menangani serta melakukan rujukan pada tingkat pelayanan yang lebih mampu. Ini merupakan bagian dari pelayanan kebidanan dasar. 4. Pelayanan obstetri essensial dilakukan pada ibu dengan risiko tinggi atau komplikasi, serta mudah terjangkau. Selain itu melakukan tindakan
dalam
mengatasi
risiko
tinggi
dan
komplikasi
kehamilan/persalinan. Sebagai dasar untuk mencapai keberhasilan 4 upaya tersebut adalah pemberdayaan perempuan, terutama dalam menghadapi kehamilan dan persalinan yang aman.
2.3
Proses Rujukan Proses rujukan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan, khususnya bidan pada pasien dengan kondisi kegawatdaruratan dan membahayakan jiwa. Rujukan yang dilakukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan dengan saran yang lebih lengkap bertujuan untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi. Saat antenatal care petugas dengan ibu hamil dan keluarga membahas dan membuat rencana rujukan apabila diperlukan. Sistem rujukan yang tertera dalam SK Menteri Kesehatan RI No 32 tahun 1972 adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara hizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampunnya (Azwar, 1996). Sekitar 10-15% ibu bersalin akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi (komplikasi obstetri), sehingga perlu dilakukan rujukan ke fasilitas rujukan. Kondisi penyulit dalam persalinan dan kelahiran bayi sangat sulit diduga, sehingga kesiapan dalam merujuk harus dilakukan secara Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
16
optimal dan tepat waktu. Selain itu petugas harus mengetahui lokasi fasilitas yang mampu melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal agar tidak memakan waktu dan proses rujukan dilakukan dengan singkat dan jelas (Depkes, 2008). Hal yang perlu diketahui oleh petugas yang merujuk adalah :
Tersedianya darah untuk transfusi darah dan donor darah
Tindakan obstetri seperti operasi sesar, persalinan dengan vakum ekstraksi, atau cunam ekstraksi.
Pemberian antibiotika intravena
Resusitasi bayi baru lahir dan perawatan lanjutan.
Ketersediaan pelayanan obstetri purna waktu
Biaya pelayanan dan transportasi serta biaya hidup
Jarak dan waktu tempuh serta transportasi
Pendamping ibu dan bayi baru lahir saat proses rujukan
Orang yang mendampingi keluarga (anak-anak) dirumah ketika ibu dirujuk.
Di bawah ini pola rujukan yang sering dilakukan oleh petugas kesehatan dalam merujuk ibu bersalin yang mengalami risiko tinggi atau komplikasi obstetri. Pola rujukan ini juga menjadi bagian dari struktur sistem kesehatan.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
17
RS Provinsi Ahli Kebidanan Bidan
RS Kabupaten/kota Ahli Kebidanan Dokter Umum Bidan
Puskesmas Dokter Umum Bidan
Masyarakat Bidan
Dukun
Rujukan (Referral) Gambar 2.1 Struktur Sistem kesehatan dan pola rujukan menurut Sherris, 1999; Kowalewski et al,2000, dalam Jhan,2000; Depkes, 2004)
Proses rujukan ini dilakukan bisa dari tingkatan masyarakat yaitu dari dukun bersalin (paraji) ke bidan terdekat yang ada di desa. Selain itu dapat dari keluarga ke bidan terdekat.
Ini semua dari tingkatan masyarakat (Family
comunity). Apabila bidan di desa menilai kasus yang dihadapinya tidak dapat ditangani dan bukan wewenang dari praktek bidan, maka akan dilakukan rujukan ke tingkat pelayanan kesehatan yang mampu menangani kasus komplikasi Obstetri yaitu Puskesmas Pelayanan Obstetri dan Neonatal Essensial Dasar (PONED). Pada pelayanan ini terdapat dokter umum dan bidan yang mampu PONED. Apabila PONED tidak mampu dan menilai bahwa kasus komplikasi obstetri harus ditangani di tingkat rujukan yang lebih lengkap yaitu RS mampu Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
18
Pelayanan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emmergensi Komprhensif (PONEK). Jika RS PONEK tidak mampu karena keterbatasan fasilitas dan tenaga, maka akan dilakukan rujukan ke tingkatan RS pusat dengan peralatan dan tenaga professional yang lebih lengkap.
2.4
Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan didefinisikan sebagai proses memilih tindakan
tertentu dalam memecahkan masalah dengan lingkup perencanaan dan tindakan (Davis,1952 dalam Syamsi 1995). Pengambilan keputusan dasarnya adalah suatu proses yang dijalani oleh individu dengan pemilihan 2 alternatif (Terry,1960 dalam Syamsi 1995). Keputusan adalah nilai panduan yang telah dipilih dalam menentukan tujuan, mengembangkan alternatif, pemilihan alternatif, implementasi keputusan dan penilaian. Keputusan merupakan pilihan-pilihan yang dibuat dari dua alternatif atau lebih. Suatu keputusan melibatkan pilihan di antara dua atau lebih alternatif tindakan, mensyaratkan pilihan di antara beberapa perilaku yang berbeda. Pengambilan
keputusan
adalah
proses
pengintergrasian
yang
mengkombinasi pengetahuan dalam mengevaluasi beberapa alternatif untuk bertindak dan memilih salah satunya. Hasil dari proses pengintergrasian tersebut merupakan pilihan yang disajikan secara kognitif dalam keinginan berperilaku (Setiadi, 2003).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
19
Keterpaparan informasi lingkungan Proses interpretasi
Perhatian Pemahaman
Ingatan/Memori
Pengetahuan, arti, kepercayaan/belief
Proses pengintergrasian
Sikap dan keinginan pengambilan keputusan Perilaku
Gambar 2.2 Model Proses Kognitif dalam Pengambilan Keputusan (Atmosudirdjo, 1982; Setiadi, 2003) Pada pengambilan keputusan terdapat proses pemecahan masalah, adanya suatu tindakan timbal balik yang berkesinambungan dalam menangani suatu masalah. Proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan proses yang saling berkaitan, dalam proses tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan, proses kognitif, afektif serta tindakan. Dalam proses tersebut terdapat lima tahapan (Atmosudirdjo, 1982; Kasim, 1995; Syamsi, 1998, Swasono,1998; Salusu, 2000; Alaszewski et all, 2002, Setiadi 2003; Raynor et all 2005; Ivancevich, 2006).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
20
Pemahaman adanya masalah
Pencarian alternatif pemecahan masalah
Evaluasi alternatif
Penggunaan Pasca Keputusan dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih (Tindakan)
Keputusan
Gambar 2.3 Model Pengambilan Keputusan & Pemecahan Masalah
1) Pemahaman adanya masalah merupakan bentuk yang dipahami oleh seseorang dengan adanya perbedaan baik yang dirasakan maupun nyata antara keadaan yang ideal sebenarnya. 2) Pencarian alternatif pemecahan masalah adalah suatu proses pencarian informasi yang berhubungan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi sebagai bentuk alternatif. Informasi tersebut didapat dari lingkungan
luar
dan
mengaktifkan
pengetahuan
dari
bentuk
ingatan/memori yang dimiliki serta adanya pengembangan pemahaman terhadap suatu masalah dan pemecahannya. 3) Evaluasi alternatif merupakan proses mengevaluasi alternatif yang ada dalam konteks kepercayaan utama. Serta mengevaluasi konsekuensi yang berhubungan alternatif pilihan dan mengkombinasi pengetahuan untuk membuat suatu pilihan keputusan bertindak. 4) Keputusan adalah suatu bentuk tindakan yang dilakukan sebagai suatu pilihan untuk menghadapi masalah. 5) Penggunaan pasca keputusan dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih adalah proses pemakaian alternatif dengan hasil yang akan diharapkan. Suatu tahapan bertindak dari pasca pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan kegiatan evaluasi terhadap berbagai hasil yang diduga dari perilaku yang berbeda-beda (Dowie 199, dalam Alaszewski et al 2002). Seseorang yang akan mengambil keputusan memerlukan Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
21
pengumpulan informasi untuk dapat membantu mencegah ketidakpastian (Alaszewski et al 2002). Keputusan
bersifat
komplek
terdapat
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya antara lain : 1) Fisik berdasarkan dari rasa yang dialami tubuh terhadap rasa sakit, tidak nyaman. Kecenderungan untuk menghindari tingkah laku yang tidak menyenangkan. 2) Emosional didasarkan oleh perasaan dan sikap, bereaksi pada situasi secara subyektif. 3) Rasional berdasarkan pengetahuan. Setelah mendapatkan informasi dan memahami
situasi
dan konsekuensinya
baru
mengambil
keputusan. 4) Praktikal berdasarkan ketrampilan dan kemampuan individual melaksanakannya. Individu akan menilai potensi diri dan kepercayaan diri melalui kemampuan bertindak. 5) Interpersonal berdasarkan pengaruh jaringan sosial yang ada. Pengaruh hubungan antara satu orang ke orang lain mempengaruhi tindakan. 6) Struktur pada lingkup sosial, ekonomi dan politik.
Pengambilan keputusan terbagi menjadi beberapa jenis antara lain (Syamsi, 1995) : 1) Pengambilan keputusan tidak berbuat apa-apa karena ketidak sanggupan. 2) Pengambilan keputusan intuitif yang sifatnya segera dan dirasakan tepat. 3) Pengambilan keputusan yang reaktif pada kondisi tergesa-gesa. 4) Pengambilan keputusan yang dialihkan pada orang lain yang bertanggung jawab 5) Pengambilan keputusan terpaksa karena harus segera dilakukan. 6) Pengambilan
keputusan
secara
hati-hati,
mempertimbangkan
konsekusensi dan pilihan lainnya.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
22
Kemauan seseorang mengambil keputusan dipengaruhi oleh nilai kehidupan yang dimiliki oleh individu. Dari hal tersebut akan terbentuk keputusan yang etis (baik) maupun tidak etis (tidak baik). Seseorang mengambil keputusan tidak etis (tidak baik) dipengaruhi pula oleh tekanan dari orang lain, mengikuti apa yang dilakukan orang lain, tidak bertanggung jawab pada keputusan yang telah diambil dan lebih fokus pada biaya yang akan dikeluarkan dibanding keselamatan dan kesehatan (Ivancevich, 2006). Pengalaman
diperlukan
dalam
mengambil
keputusan
dengan
menggunakan teknik trial and error (Buittenheim, 2006). Pengambil keputusan juga melihat adanya risiko dari alternatif pilihan dan memilih alternatif yang paling sedikit risiko dan biaya. Risiko fisik, ekonomi dan pengeluaran waktu dan energi bagian dari risiko yang akan muncul dalam pengambilan keputusan (Marquis & Huston, 1998).
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Dalam Proses Rujukan Ibu Dengan Komplikasi Obstetri saat Persalinan Pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu bersalin dengan kasus komplikasi obstetri merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang rumit dan melibatkan beberapa keputusan. Selain itu dapat dianalogikan sebagai pengambilan keputusan sebagai konsumen dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan. Dalam pengambilan keputusan ini juga melibatkan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh bidan dengan mencakup pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh bidan. Pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan adalah suatu tindakan yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga 3 yaitu (Notoatmodjo, 2007) : 1) Praktek terpimpin (guided response) adalah kondisi subjek atau seseorang yang melakukan sesuatu namun masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan, masih memerlukan bimbingan. 2) Praktek secara mekanisme (mechanism response) adalah kondisi subjek atau seseorang yang telah melakukan dan mempraktek sesuatu hal secara otomatis tanpa suatu panduan dan bimbingan. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
23
3) Adopsi (adoption) adalah suatu tindakan yang tidak hanya sebagai rutinitas dan mekanisme, namun sudah mampu melakukan modifikasi dan melakukan tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan adalah : 1) Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga dll). Selain itu dipengaruhi pula oleh intensitas perhatian terhadap sautu objek. Indera yang berperan besar dalam pengetahuan yaitu penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga). Ada 6 tingkat pengetahuan yaitu : a. Tahu (know). Ini diartikan sebagai recall (memanggil) ingatan yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension). Bukan hanya sekedar tahu dan menyebutkan namun dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui. c. Aplikasi (aplication). Tingkatan pengetahuan yang sudah didapat diaplikasikan sesuai prinsip yang diketahui pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis). Kemampuan menjabarkan dan memisahkan serta menghubungkan komponen yang terdapat dalam suatu masalah dan objek yang diketahui. e. Sintesis (synthesis). Kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation). Kemampuan untuk melakukan justifikasi dan penilaian terhadap suatu objek tertentu.
2) Sikap Sikap menurut Allport dalam Notoatmodjo, 2007 adalah suatu mental dan syaraf yang berhubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, yang telah dipadukan dengan pengalaman pribadi dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan dinamis terhadap perilaku. Sikap dapat Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
24
dikatakan sebagai suatu kecenderungan dalam memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang disenangi maupun tidak disenangi. Sikap terbentuk dari interaksi sosial yang dialami seseorang, adanya kontak sosial dan memiliki hubungan sebagai anggota kelompok sosial. Dalam hal ini melingkupi lingkungan fisik dan psikologis. Faktor kebudayaan, orang yang berpengaruh, media massa, faktor emosi seseorang dan lembaga atau institusi pendidikan dan agama juga mempengaruhi pembentukan sikap.
Tiga komponen dalam sikap menurut Allport (Notoatmodjo, 2007) adalah : a. Keyakinan/kepercayaan, ide dan konsep terhadap objek. b. Kehidupan emosional, penilaian terhadap objek. c. Kecenderungan bertindak, suatu komponen yang ada sebelum tindakan. Sikap berdasarkan intesitasnya terdiri dari : a. Menerima (receiving) yaitu subjek mau menerima stimulus yang diberikan. b. Menanggapi
(responding)
yaitu
memberikan
jawaban
atau
tanggapan dari suatu pertanyaan atau objek yang dihadapi. c. Menghargai (valuing) yaitu memberikan suatu penghargaan dengan nilai positif terhadap stimulus atau objek dan mempengaruhi orang lain untuk merespon. d. Bertanggung jawab (responsible) yaitu suatu kemampuan untuk mengambil risiko dari suatu tindakan yang diambil.
3) Persepsi Persepsi merupakan proses yang timbul dari adanya sensasi. Sensasi merupakan aktifitas merasakan atau penyebab keadaan emosi yang menggembirakan. Selain itu sebagai tanggapan cepat dari indera penerima terhadap stimuli dasar. Persepsi adalah suatu proses menseleksi stimuli, mengorganisasikan dan menginterpretasikan. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
25
Persepsi merupakan pengalaman yang dihasilkan oleh panca indera (Damayanti, 2007 dalam Notoatmodjo, 2007; Glanz, et all 2008). Dalam mengamati suatu objek, individu memiliki persepsi yang berbeda. Persepsi yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan, termasuk memutuskan merujuk dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya, pengharapan, dan keseriusan dalam menanggapi suatu gejala. Persepsi terhadap kesehatan dipengaruhi pula oleh suasana hati seseorang. Jika suasana hati positif maka akan dipersepsikan sehat. 4) Faktor Sosial dan budaya Faktor sosial dan budaya mempengaruhi keputusan dalam proses rujukan. Faktor tersebut dipengaruhi pula oleh antara lain umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi. Selain itu menurut Elling self concept dan image kelompok merupakan faktor sosial budaya yang mempengaruhi dalam perilaku kesehatan seseorang. Menurut Foster tradisi, sikap fatalisme, nilai, ethnocentrisme dan unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dalam proses sosialisasi menjadi faktor sosial budaya yang lainnya. Selain itu peran suami juga bagian dari faktor sosial budaya. hal ini berkaitan dengan gender, dengan arti adanya perbedaan status dan peran antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya yang berlaku dalam periode waktu tertentu. Gender merujuk pada peran konstruksi sosial, perilaku dan kegiatan yang dianggap tepat pada suatu masyarakat untuk wanita dan pria (WHO, 2012). Perempuan maupun laki-laki memiliki peran ganda di dalam masyarakat. Perempuan kerap mempunyai peran dalam mengatur reproduksi, produksi dan kemasyarakatan. Laki-laki lebih terfokus pada produksi dan politik kemasyarakatan (Meneg PP, 2012). Kesetaraan gender merupakan gejala alam atau tuntutan yang menghendaki kesetaraan yang memerlukan respon dari manusia dalam proses adaptasi. Saat ini tuntutan kesetaraan gender menjadi masalah
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
26
yang disebabkan oleh perubahan kondisi sosial ekonomi, budaya yang berlaku di masyarakat yang memungkinkan peran suami dan istri yang tidak sama. Kesenjangan gender merupakan hasil dari konstruksi sosial dan budaya melalui pembiasan, sosialisasi, budaya dan pewarisan budaya sejak dilahirkan yang dipengaruhi oleh waktu dan tempat (Suryadi dan Idris 2004 dalam Nurhayati 2008). Suami merupakan hal yang penting untuk memperkuat penerimaan perubahan dalam hidup seorang wanita (Liamputtong dan Abboud, 2005). Dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh suami, keluarga, jika tidak mendapatkan ijin dari dari pihak luar, ibu sulit mengambil keputusan. Hasil kajian dari ahli antropologi pilihan penanganan persalinan tidak ditentukan oleh suami istri namun oleh anggota keluarga lainnya dan mempunyai status tinggi dalam keluarga terutama dalam hal finansial (Swasono, 1998).
2.6
Penelitian Lain Terkait mengenai Keputusan Rujukan Ibu Saat Persalinan Hasil penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian kajian pengambilan
keputusan dalam proses rujukan ibu dengan kasus komplikasi obstetri saat persalinan adalah : 1) Qualitatif Study On Maternal Referral In Rural Tanzania : Decision Making And Acceptance Of Referral Advice (Pembe et al, 2008). Penelitian ini dilakukan oleh Andrea B Pembe, tahun 2008 di Tanzania. Penelitian dilakukan dengan teknik focus group discussion. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang membahas tentang persepsi mengenai keseriusan kondisi saat ibu dirujuk, kualitas rujukan ibu dan pencarian akses rujukan untuk ibu, termasuk kualitas di tempat pelayanan kesehatan rujukan yang masih rendah. Adanya kesulitan untuk mencapai akses fasilitas rujukan dan biaya transportasi dan biaya hidup yang harus dikeluarkan. Pengambilan keputusan untuk menerima ibu dirujuk ke fasilitas kesehatan harus melalui beberapa proses, diantara harus menunggu persetujuan suami dan keluarga baik dari istri maupun suami. Hal ini akan memakan waktu dan berdampak terhadap kesehatan ibu. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
27
Peran pengambilan keputusan masih dipegang besar oleh suami dan keluarga. Perempuan memiliki hak autonomi yang rendah. Dengan kondisi seperti ini berdampak terhadap kesakitan dan kematian ibu dan neonatal. Pemberdayaan perempuan dan keluarga serta pengembangan peran suami dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu upaya penanganan keterlambatan dalam pengambilan keputusan. 2)
Sosial Network, Decision Making And Use Of Skilled Birth Attendants To
Prevent Maternal Mortality In Malab, Bangladesh (Edmonds, 2010). Sebuah penelitian untuk desertasi dari Universitas Emory. Penelitian kuantitatif dengan cross sectional dan retrospektif dengan menggunakan 2 fase yaitu analisis social network dan etnography decision making modeling (EDM). Penelitian ini mencoba memprediksi kekuatan perempuan dalam pengambilan keputusan dengan mengidentifikasi kriteria pengambilan keputusan dalam pemilihan penolong persalinan dan penanganan resiko serta komplikasi obstetri. Perempuan masih belum dapat mengambil keputusan, peran pengambilan keputusan masih didominasi oleh suami dan keluaraga. Adanya dampak dari struktur sosial terhadap proses pengambilan keputusan yang berdampak terhadap perilaku pencarian pelayanan kesehatan dalam menghadapi masalah kehamilan dan persalinan. Penelitian ini menggunakan network episode model, merupakan modifikasi dari teori reaksi aksi menurut Ajzein dan teori pencarian pelayanan kesehatan menurut Anderson.
3)
Pengambilan Keputusan Dalam Pertolongan Persalinan Di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (Musadad, 2003). Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini menjelaskan kondisi saat hamil, persalinan dan masa nifas, ibu bersikap dan bertindak terutama dalam pencarian pertolongan persalinan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sendiri maupun orang lain, khususnya orang terdekat. Dalam pengambilan keputusan penetuan pertolongan persalinan dan penanganan masalahnya lebih besar proporsinya dipegang oleh suami dan orang tua dengan lama rumah tangga kurang dari 5 tahun. Masih banyaknya
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
28
memanfaatkan pelayanan tradisional (dukun bersalin) yang dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan ekonomi. Ibu hamil dan ibu bersalin di wilayah timor cukup berdaya dan memiliki pengaruh kepada keluarga. Peran suami cukup baik, namun orang tua dan orang luar masih mempengaruhi dan mendominasi pengambilan keputusan karena suami belum mapan dalam ekonomi dan hanya sebagai simbol. 4)
Pola Pengambilan Keputusan Keluarga Keputusam Keluarga Dan Bidan
Dalam Merujuk Ibu Bersalin Ke Rumah Sakit Pada Kasus Kematian Ibu Di Kabupaten Demak (Astuti, 2008). Sebuah penelitian tesis dari Universitas Diponegoro. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis dan bersifat rektrospektif. Kematian ibu bersalin terjadi disebabkan karena keterlambatan mengambil keputusan setuju merujuk ke rumah sakit. Keluarga terlambat mengenal tanda bahaya dan risiko tinggi ibu bersalin, terlambat mencari bidan. Faktor keterlambatan ini dipengaruhi oleh faktor predisposing (usia risiko tinggi, pengetahuan keluarga dan persepsi ibu mengenai kehamilan adalah normal), faktor enabling (jarak jauh, penghasilan keluarga rendah, bidan belum terdistribusi merata, biaya transportasi mahal, belum adanya fasilitas kesehatan yang belum lengkap)dan faktor penguat(dukungan keluarga, petugas kesehatan).
5)
Barriers To Emergency Obstetric Care Services In Perinatal Deaths In
Rural Gambia : A Qualitative In Depth Interview Study (Jammeh, 2011). Penelitian desertasi dari Universitas Oslo, Norway. Penelitian ini menerapkan model 3 keterlambatan yang menyebabkan kematian pada ibu dan perinatal. Penelitian ini dilakukan pada ibu yang mengalami kasus komplikasi obstetri
dengan
kunjungan
rumah.
Transportasi
berhubungan
dengan
keterlambatan tersebut. Selain itu, terlambat mengenal tanda bahaya dan resiko tinggi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk mencari pertolongan dengan tepat waktu. Keterlambatan penanganan di fasilitas rujukan dalam menangani kasus kegawatdaruratan kebidanan berdampak terhadap kematian perinatal. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
29
6)
Decision Making Related To Pregnancy And Childbirth In Kabarole District, Western Uganda (Merchant, 2011) Sebuah penelitian tesis dari universitas Alberta dengan menggunakan
metode kualitatif dan focus ethnography dalam pengambilan keputusan perempuan selama hamil dan persalinan. Penelitian ini menggunakan teknik focus discussion groups dan dengan kerangka kerja analisis model 3 keterlambatan menurut Thaddeus dan Maine’s, 1994. Beberapa hambatan dalam memperoleh pertolongan persalinan antara lain Dukungan dari pasangan sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan untuk mencari pertolongan persalinan dan penanganan komplikasi obstetri saat bersalin. Selain itu, kualitas pelayanan kesehatan yang masih belum maksimal dalam penanganan pelayanan rujukan ibu bersalin, terutama pada ibu dengan HIV. Pengetahuan ibu dan keluarga mengenai resiko dan tanda bahaya kehamilan dan persalinan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
7)
The Role Of Male Partners In Childbirth Decision Making : A Qualitative Eksploration With First Time Parenting Couples (Joy, 2011). Sebuah penelitian desertasi dari Universitas Florida Selatan dengan
menggunakan metode kualitatif dan ekplorasi prospektif mengenai pengambilan keputusan dalam menghadapi proses persalinan pada anak pertama. Keyakinan suami terhadap pertolongan persalinan merupakan bagian input
untuk
pengambilan keputusan mencari pertolongan persalinan dan cara persalinan. Peran suami terdapat pada pemilihan pelayanan kesehatan dan pembiayaan persalinan. Hak otonomi dalam pemilihan penolong persalinan dan fasilitas akan berdampak terhadap proses persalinan yang akan dijalani dan mengurangi kesakitan pada ibu dan bayi. pemeberian informasi dari petugas sangat berperan dalam pengambilan keputusan saat persalinan.
2.7
Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Seseorang yang menderita suatu penyakit atau gejala dari komplikasi
obstetri dan tidak merasakan sakit (Disease but no illness), maka orang tersebut tidak akan mengambil keputusan untuk bertindak terhadap penyakitnya. Jika Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
30
seseorang sudah merasakan sakit dari penyakit yang dideritanya maka akan muncul suatu proses pengambilan keputusan untuk bertindak. Tindakannya ini sebagai bentuk perilaku dan usaha agar penyakit dan masalahnya dapat diatasi. Gambaran respon jika seseorang mengalami sakit sebagai bentuk dari pengambilan keputusan dalam menghadapi sakit yaitu (Notoatmodjo, 2007) : 1) Tidak bertindak dan melakukan sesuatu terhadap gejalanya. Hal ini terjadi karena gejala dari suatu penyakit yang diderita tidak menggangu kegiatan atau kerja sehari-hari mereka. Mereka berasumsi gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya. Pengobatan terhadap gejala dari penyakitnya belum menjadi prioritasnya. Hal ini membuktikan bahwa kesehatan belum menjadi prioritas didalam hidupnya. 2) Tindakan mengobati sendiri. hal ini berdasarkan pengalaman yang memberikan dampak kesembuhan bagi dirinya. Pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan. 3) Pencarian pengobatan ke fasilitas pengobatan tradisional. Pada lingkungan pedesaan pengobatan tradisional masih menduduki tempat teratas. Tindakan dari seorang dukun atau orang yang dipercaya dapat mengobati lebih diterima oleh masyarakat dibanding dengan tenaga kesehatan. Hal ini merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat setempat. 4) Mencari pengobatan dengan membeli obat ke warung obat, termasuk tukang jamu. Obat yang digunakan tidak menggunakan resep dokter. 5) Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern. Fasilitas kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah merupakan bagian dari pengobatan modern. Mereka sudah memanfaatkan fasilitas puskesmas dan rumah sakit, termasuk bidan yang ada didekat mereka. 6) Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern, pada tenaga ahli atau spesialis. Contohnya adalah melakukan konsultasi dan pemeriksaan pada dokter praktek termasuk dokter spesialis. Individu yang menderita penyakit akan mengambil keputusan untuk mencari pengobatan disebabkan oleh beberapa faktor pendorong (Jong, 1981) yaitu :
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
31
1) Interpersonal krisis yaitu tingkat keparahan suatu penyakit yang dirasakan oleh individu, sehingga perlu mencari pengobatan untuk mengatasinya. 2) Interaksi sosial yaitu gejala penyakitnya menggangu aktivitas sosialnya, sehingga memutuskan untuk mencari pengobatan terhadap penyakitnya. 3) Adanya anjuran dari orang lain untuk mencari pengobatan 4) Adanya persepsi bahwa gejala penyakit tersebut berpengaruh pada aktivitas fisiknya. 5) Gejala penyakit yang tidak berkurang atau mengalami perubahan membaik dalam waktu tertentu, sehingga individu memutuskan untuk mencari pengobatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh seseorang merupakan suatu proses yang komplek dengan melibatkan keputusan individual, sosial dan pengaruh professional kesehatan. Salah satu pertimbangan yang menentukan sikap seseorang memilih sumber pelayanan keseahatn adalah jarak yang ditempuh dari tempat tinggal ke fasilitas kesehatan. Keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan mencerminkan kebutuhan normatif dan kebutuhan yang dirasakan. Keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung pula dari informasi yang disediakan oleh provider dan keinginan individu, dengan tidak lepas dari kemampuan membayar pelayanan kesehatan. Menurut Anderson ada 3 faktor utama yang mempengaruhi tindakan seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yaitu : 1) Karakteristik predisposisi Faktor yang menggambarkan karakteristik individu yang memiliki kecenderungan memanfaatkan pelayanan kesehatan, antara lain : a. Demografi seperti umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, status perkawinan, termasuk riwayat penyakit/sakit. b. Struktr sosial, seperti suku, ras, status sosial, kebudayaan, pendidikan, pekerjaan.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
32
c. Kepercayaan atau keyakinan tentang kesehatan, contohnya adalah pengetahuan dan persepsi terhadap penyakit, penanganannya, termasuk pada petugas kesehatan. 2) Karakteristik pemungkin Kondisi yang membuat seseorang mampu melakukan tindakan pelayanan kesehatan. Pada bagian dari komponen ini adalah sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga dan masyarakat, misalnya tingkat pendapatan keluarga, keikutsertaan asuransi kesehatan, ketersediaan petugas kesehatan. 3) Karakteristik Kebutuhan Suatu upaya seseorang mencari upaya pelayanan kesehatan tersebut. keadaan status kesehatan seseorang dapat menimbulkan kebutuhan yang seseorang dan membuat seseorang mengambil keputusan untuk mencari pertolongan. Gambar 2.3 Model Pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Anderson (1975)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
33
Predisposisi gg
Enabling
Demographic
Familiy
Age, sex, status marital, past illness
Income, health insurance, type of regular sources, acces to regular sources
Social structure
Community
Education, race, occupation, ethnicity, religion, residential
Ration health and facilities to population, princes of health services, region of country, urban rural character
Health Service Use
Need
Perceived Need Symtoms, diagnosis, general store
Evaluated Symptoms, Diagnoses
Health Beliefs Values concerning health and illness Attitude toward health services Knowledge about disease
Gambar 2.4 Model Anderson, Anderson 1974
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
34
2.8
Model Lawrence Green (2000) Sebuah model pendekatan yang digunakan untuk mengenal masalah kesehatan mulai dari kebutuhan pendidikan hingga pengembangan program. Phase 5 Administrative
Phase 4
And policy Diagnosis
And Organizational Diagnosis
Educational
HEALTH PROMOTION
Health Education
Phase 3 Behavioral
Phase 2 Epidemiol ogical Diagnosis
And Environmental Diagnosis
Predisposing factors
Reinforcing factors
Behaviour and lifstyle Health
Policy regulation organization
Phase 6
Implementation
Phase 1 Social Diagnosis
Enabling factors
Environment
Phase 7
Phase 8
Process
Impact
Quality of life
Phase 9
Outcome Evaluation
Gambar 2.5 Teori PRECEDE-PROCEED, Green 2000 dalam Glanz 2008
Pada tahun 1991 Green mengembangkan kerangka PRECEDE-PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational Construct in Educational and Environmental Development). PRECEDE digunakan untuk fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan dari sebuah program. PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan serta implementasi dan evaluasi. Langkah PRECEDE-PROCEED : 1. Fase 1 Diagnosis sosial (social/neeed assesment) Pada fase ini merupakan proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhan dan kualitas hidup. Selain itu aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi. Penilaian dilakukan dengan menggunakan data
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
35
dasar sensu atau statistic serta pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Data ini didapat dengan cara wawancara informan kunci, focus group discusion dan survei. 2. Fase 2 Diagnosis epidemiologi Pada fase 2 dilakukan pencarian faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang ataupun masyarakat. Masalah kesehatan digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada. Fase ini mengidentifikasi kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, suku dan lain-lain). Pengaruh dan akibat dari masalah kesehatan (mortalitas, morbiditas, disability, tanda dan gejala yang ditimbulkan). Selain itu usaha untuk penanggulangannya seperti immunisasi, perawatan, pengobatan, perubahan lingkungan. Informasi semua ini dibutuhkan untuk penetapan prioritas masalah dengan pertimbangan masalah dan akibat yang akan ditimbulkannya serta kemungkinan untuk berubah. 3. Fase 3 Diagnosis perilaku dan lingkungan Fase 3 ini mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi masalah kesehatan serta identifikasi masalah lingkungan (fisik dan lingkungan). Semua ini mempengaruhi status kesehatan dan kualitas hidup seseorang atau masyarakat. Pada fase ini menggunakan indicator perilaku seperti pemanfaatan pelayanan kesehatan, upaya pencegahan, pola konsumsi makanan, kepatuhan, upaya pemeliharaan kesehatan sendiri. dimensi perilaku yang dapat digunakan adalah earliness, quality, persistence, frequency dan range. Indikator lingkungan yang digunakan meliputi keadaan social, ekonomi, fisik, dan pelayanan kesehatan dengan melihat dari keterjangkauan, kemampuan dan pemerataan. Langkah yang harus dilakukan untuk diagnosis perilaku dan lingkungan adalah : a) Memisahkan faktor perilaku dan non perilaku sebagai penyebab munculnya masalah kesehatan.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
36
b) Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah
kesehatan
pengobatan/
dan
perawatan.
perilaku Untuk
yang faktor
berkaitan
dengan
lingkungan
adalah
mengeliminasi faktor non perilaku yang tidak dapat diubah seperti genetis, demografi. c) Mengurutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besar pengaruh pada masalah kesehatan, kemungkinan untuk diubah dan menetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program. Setelah itu menetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai. 4. Fase 4 Diagnosis pendidikan dan organisasi Pada fase ini dilihat dari beberapa faktor yaitu : a) Faktor predisposising (Predisposising factor) Seperti pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, nilai atau norma yang diyakini seseorang. b) Faktor pemungkin (Enabling factor) Faktor lingkungan yang memfasilitasi seseorang untuk berperilaku. c) Faktor penguat (Reinforcing factor) Seperti perilaku orang lain yang berpengaruh (tokoh masyarakat), guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang keputusan atau kebijakan. Semua ini mendorong orang untuk berperilaku. Dengan melalui
fase
ini
dilakukan
penetapan
tujuan
dan
upaya
pengembangan organisasi dan sumber daya.
5. Fase 5 Diagnosa Administratif dan kebijakan Fase ini menganalisis kebijakan, sumber daya dan peraturan yang berlaku untuk mengetahui dampak dari kebijakan tersebut apak memfasilitasi atau menghambat pengembangan program, khususnya program promosi kesehatan. Selain itu, identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasi yang memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan masyarakat, khususnya individu. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1
Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka penelitian mengenai kajian pengambilan
keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan, peneliti meneliti variable-variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Penelitian ini menggunakan kerangka teori Anderson dan teori Green serta proses pengambilan keputusan. Pada teori Anderson, 1975 mengambarkan 3 variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu karakteristik predisposing (demografi, pendidikan, pekerjaan, kepercayaan/ persepsi), karakteristik enabling (sumber daya keluarga, sumber daya komunitas) dan karakteristik need (karakteristik kebutuhan yang dilihat dari persepsi membutuhkan pertolongan). Pada teori Lawrence Green (Glanz, 2008), menjelaskan bahwa perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (demografi, pengetahuan, kepercayaan/persepsi,), faktor pemungkin (ketersediaan petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan, waktu tempuh dan biaya) dan faktor penguat (peran suami dan dukungan sosial). Dalam penelitian ini variabel teori Anderson dan teori Green ada yang sama dan ada yang berbeda, paling terlihat adalah pada teori Green yang tidak ditemukan adanya karakteristik kebutuhan. Pada penelitian ini juga mengkaji proses pengambilan keputusan yang berakhir pada suatu tindakan atau perilaku yang merupakan bagian keputusan. Perilaku tersebut adalah ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan atau tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan (Alaszewski et all,2002; Setiadi 2003; Edmonds,2010 ). Penelitian ini menggunakan teori Anderson dan teori Green serta proses pengambilan keputusan agar variabel-variabel yang ada menjadi lengkap. Selain itu untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka teori di bawah ini :
37
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Univesitas Indonesia
38
Teori Anderson
Teori Green PPK
A.Karakteristik
Faktor Predisposisi -Pengetahuan -Kepercayaan -Nilai -Sikap -Demografi (umur,jenis kelamin)
PPK
Predisposisi -Demografi (Umur,Jenis kelamin) -Struktur Sosial (Pendidikan,Pekerjaan) -Kepercayaan
Faktor Enabling -Sumberdaya kesehatan (fasilitas,tenaga kesehatan) -Akses pelayanan Kesehatan (jarak,biaya, Waktu,transportasi) -Kebijakan pemerintah dalam kesehatan -Ketrampilan
B.Karakteristik Pemanfaatan Pelayanan
Enabling -Sumber daya
Kesehatan Rujukan
keluarga -Sumber komunitas
C.Karakteristik Kebutuhan Faktor Reinforcing -Dukungan keluarga -Dukungan teman Sebaya -Dukungan pemerintah -Dukungan petugas Kesehatan -Dukungan akses/media informasi
MORBIDITAS IBU & NEONATAL
= PPK
Proses pengambilan keputusan (terdiri dari pemahaman adanya masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, mengevaluasi alternatif, mengambil keputusan, dan tindakan pasca keputusan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan)
Gambar 3.1 Kerangka Teori (Anderson, 1975; Setiadi, 2003; Karen 2008: Alaszewski; 2006; Sri,2008; Edmonds;2010).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
39
3.2
Kerangka Pikir Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta studi pustaka
dari penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian kajian pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan kasus komplikasi obstetri saat persalinan akan ditelaah dengan menggunakan teori Anderson dan teori Green. Pada Pengambilan keputusan dalam proses rujukan merupakan proses pengambilan keputusan yang berakhir pada suatu tindakan atau perilaku yang merupakan bagian keputusan. Perilaku tersebut adalah ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan atau tidak memanfaatkan
pelayanan
kesehatan
rujukan.
Bentuk
perilaku
dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi yaitu mengatasi dan mengobati komplikasi obstetri yang diderita oleh ibu saat persalinan. Pengambilan keputusan dalam proses rujukan ibu dengan kasus komplikasi
obstetri
saat
persalinan
merupakan
proses
pengintegrasian
pengetahuan dalam mengevaluasi dua atau lebih alternatif dan memilih salah satunya. Proses ini melalui tahap pemahaman adanya masalah, pencarian alternatif pemecahan masalah, evaluasi alternatif dan keputusan serta tindakan pasca keputusan. Hasil keputusan tersebut adalah suatu bentuk perilaku dengan memanfaatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan rujukan (ibu menerima proses rujukan saat persalinan) atau tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan rujukan (ibu tidak menerima proses rujukan saat persalinan) serta adanya tindakan memanfaatkan tenaga tradisional seperti dukun bersalin dan orang pintar (paraji). Keputusan
dalam
proses
rujukan
merupakan
tindakan
untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan yang melibatkan beberapa faktor yang saling mempengaruhi sehingga akan mendukung atau menghambat. Menurut Anderson, faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dalam proses rujukan adalah karakteristik predisposing, karakteristik pemungkin dan karakteristik kebutuhan. Karakteristik predisposing adalah usia, paritas, riwayat persalinan sebelumnya, pendidikan, pengetahuan tentang risiko atau tanda bahaya kehamilan dan persalinan sebagai bagian dari komplikasi obstetri, persepsi terhadap kualitas Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
40
pelayanan kesehatan baik tingkat primer maupun tingkat rujukan (Bidan terdekat, Puskesmas PONED dan RS). Karakteristik pemungkin yaitu penggunaan asuransi kesehatan, waktu, biaya, dukungan petugas kesehatan dan dukungan sosial. Karakteristik kebutuhan yaitu persepsi membutuhkan pertolongan untuk menangani gejala dari komplikasi obstetri saat persalinan. Menurut teori Lawrence Green, menjelaskan bahwa perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (pengetahuan, persepsi), faktor pemungkin (waktu tempuh ke pelayanan kesehatan penggunaan asuransi kesehatan dan biaya) dan faktor penguat (peran suami, dukungan petugas dan dukungan sosial). Pada penelitian ini variabelvariabel Anderson dan teori Green ada yang sama dan ada yang berbeda, paling terlihat adalah pada teori Green yang tidak ditemukan adanya karakteristik kebutuhan. Hal tersebut ada pada gambar 3.2 Kerangka Pikir.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
41
Faktor Predisposisi (predisposing) - Pengetahuan tentang faktor risiko dan komplikasi obstetri saat persalinan - Persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan rujukan Faktor Enabling : - Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan - Penggunaan asuransi kesehatan - Biaya
PPK
Ibu menerima Proses rujukan saat persalinan
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Faktor penguat : - Peran suami - Dukungan petugas - Dukungan sosial
Ibu menolak proses rujukan saat persalinan
Karakteristik Kebutuhan - Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri Gambar 3.2 Kerangka Pikir Keterangan :
PPK
Morbiditas ibu & neonatal
= Proses Pengambilan Keputusan (terdiri dari pemahaman adanya masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, mengevaluasi alternatif, mengambil keputusan, dan tindakan pasca keputusan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan)
= diteliti
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
42
3.3
Definisi Istilah 1) Pemanfaatan Pelayanan kesehatan rujukan adalah perilaku ibu yang telah menerima proses rujukan dengan mencari pertolongan ke tenaga kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan terdekat dan rujukan saat persalinan. a. Menerima proses rujukan merupakan hasil akhir dari proses pengambilan keputusan yang melibatkan beberapa tahapan yaitu pemahaman adanya masalah, pencarian alternatif, evaluasi alternatif dan memutuskan untuk menerima proses rujukan serta tindakan pasca pengambilan keputusan menerima proses rujukan hingga memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat dan rujukan. c. Proses Rujukan adalah suatu kegiatan pengalihan tanggung jawab yang disebabkan oleh ketidak mampuan atau tidak masuk dalam wewenang seseorang professional kesehatan (bidan) maupun tempat fasilitas kesehatan pada tenaga professional kesehatan dan fasilitas kesehatan yang berwenang dan memiliki kemampuan untuk menangani kasus komplikasi obstetri yang diderita ibu. d. Morbiditas ibu dan Neonatal adalah suatu keadaan kesakitan pada ibu dan bayi yang ditimbulkan dari risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat persalinan maupun kelanjutan dari saat hamil. 2) Pengetahuan tentang risiko tinggi dan komplikasi obstetri adalah pernyataan ibu mengenai informasi yang pernah diketahui oleh ibu mengenai risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat persalinan dan penanganannya serta perencanaan rujukan. Hal ini termasuk juga jenis dari risiko dan komplikasi obstetri persalinan termasuk tanda bahaya saat kehamilan dan persalinan, ibu mengetahui risiko dan komplikasi obstetric berpengaruh terhadap ibu dan bayi dari risiko dan komplikasi, sumber informasi, frekuensi informasi yang diterima. b. Komplikasi obstetri adalah suatu keadaan kesehatan berisiko tinggi, tidak sehat atau tidak normal saat persalinan maupun kelanjutan dari saat hamil yang mempengaruhi kesehatan ibu dan
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
43
bayi. Hal ini termasuk juga adanya tanda-tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Tanda Bahaya kehamilan, antara lain : a) Perdarahan pada hamil muda dan hamil tua b) Bengkak daerah kaki, wajah dan sakit kepala serta kejang c) Demam dan panas tinggi d) Air ketuban keluar sebelum waktunya e) Tidak merasakan pergerakan bayi f)
Muntah terus dan tidak mau makan
g) Jantung berdebar, batuk lama dan tubuh lemah
Tanda bahaya persalinan, antara lain : a) Perdarahan banyak sebelum atau sesudah melahirkan b) Demam c) Persalinan lama> 12 jam d) Kejang-kejang e) Kesadaran menurun/ pingsan f)
Keluar mekonium (faeses pertama bayi yang berwarna hitam) saat lahir
g) Keluar tali pusat bayi/prolapsus tali pusat h) Uri yang tertinggal Selain itu terdapat faktor risiko tinggi yang ditemui saat kehamilan yang berkelanjutan dalam proses persalinan antara lain: a) Riwayat persalinan dengan tindakan seperti vakum ekstraksi, forcep ekstraksi, induksi b) Kelainan letak yaitu letak sungsang, letak lintang 3) Persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan (terdekat dan rujukan) adalah pernyataan ibu sebagai pandangan terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang terdekat dan rujukan, antara lain, pelayanan yang diberikan, kepuasan, kenyamanan, kemudahan, sikap petugas, proses pemberian informasi mengenai pilihan penanganan dan
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
44
pernyataan
setuju/tidak
setuju
secara
tertulis,
respon
time
(waktu respon). 4) Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan adalah pernyataan dari ibu mengenai waktu yang diperlukan dalam mencari pertolongan penanganan komplikasi obstetri pada pelayanan kesehatan baik medis maupun tradisional dengan menggunakan kendaraan (motor dan mobil). Hal ini termasuk juga waktu tempuh pelayanan kesehatan rujukan dasar maupun rumah sakit. 5) Penggunaan asuransi kesehatan adalah pernyataan ibu mengenai penggunaan asuransi yang menjamin pembiayaan penanganan ibu pada pelayanan kesehatan rujukan, termasuk jenis dari asuransi, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja dan prosesnya. 6) Biaya adalah pernyataan ibu mengenai biaya yang dikeluarkan selama proses rujukan dan perawatan saat persalinan di rumah sakit hingga ibu pulang kembali ke rumah, mencakup keperluan transportasi mencapai pelayanan kesehatan baik non rujukan maupun rujukan termasuk pelayanan kesehatan tradisional. Selain itu biaya makan dan pembelian obat di tempat pelayanan rujukan serta kendala pembiayaan tersebut dan tambahan bantuan biaya. 7) Peran Suami adalah suatu pernyataan ibu mengenai bentuk peran yang dilakukan oleh suami dalam mengambil keputusan proses rujukan pada ibu dengan kasus komplikasi obstetri saat persalinan, termasuk kepedulian suami, tindakan suami, hak autonomi ibu terpenuhi, dominasi peran, kemandirian suami, ketergantungan dengan keluarga, lama prosesnya, perlu peran orang lain). 8) Dukungan petugas kesehatan adalah pernyataan ibu mengenai bentuk dukungan tenaga kesehatan dalam proses rujukan yang meliputi pemberian saran dan anjuran, tindakan, pendampingan proses rujukan. 9) Dukungan sosial adalah suatu pernyataan ibu mengenai bentuk dukungan dari keluarga dan orang terdekat, termasuk paraji dan bidan dalam pengambilan keputusan merujuk pada ibu dengan kasus Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
45
komplikasi obstetri saat persalinan. Hal ini termasuk pendampingan, pemberian biaya, pencarian alternatif pengobatan, keikutsertaan melakukan aktifitas domestik, pemberian saran atau anjuran. 10) Persepsi membutuhkan pertolongan dalam menangani gejala komplikasi obstetri adalah pernyataan ibu mengenai pandangan pencarian pertolongan untuk menangani gejala komplikasi obstetri saat persalinan yang pernah ibu alami berdasarkan penilaian ibu dan diagnose petugas kesehatan, termasuk prioritas dan kebutuhan serta kecenderungan pencarian pertolongan untuk penanganan komplikasi obstetric (penanganan medis dan tradisional).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya kondisi yang dihadapi, realitas sosial, persepsi, perilaku dan tindakan. Selain itu, memahami masalah yang dihadapi dalam proses rujukan pada ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan. Penelitian juga mengeksplorasikan tahapan pengambilan keputusan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa serta dalam konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005; Bungin, 2010). Pendekatan kualitatif memungkinkan untuk mendapatkan hal yang tersirat pada perilaku memanfaatkan pelayanan pertolongan persalinan, khususnya pelayanan kesehatan rujukan (Kresno, 1999).
4.2
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di RSSIB RSUD Kelas B Cianjur karena sebagai
pusat rujukan akhir di wilayah Kabupaten Cianjur. Tempatnya yaitu ruang unit rawat inap kebidanan dan perinatalogi. Selain itu, dilakukan pula kunjungan rumah pada ibu yang pernah mengalami komplikasi obstetri saat persalinan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2012. 4.3
Sumber Data Sumber data dari penelitian diambil dengan teknik purposive sampling.
Sumber data dengan melihat catatan medik dan register ibu dengan kasus komplikasi saat persalinan yang tersering sebagai penyebab kesakitan dan kematian ibu di RSSIB RSUD Cianjur pada periode waktu antara 1 April - 18 Juni Tahun 2012. Selain itu, melihat catatan medik dan register dari data kasus kesakitan perinatal yang ditolong oleh non petugas kesehatan yang ada di RSSIB RSUD Cianjur pada periode waktu antar 1 April - 18 Juni Tahun 2012. Pada
46
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
47
kasus kesakitan neonatal dini diidentifikasi lanjut status ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan dan menolak dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. identifikasi lanjut dengan menggunakan kuisioner yang terdapat pada lampiran 8. Tahapan di atas telah dilalui, peneliti menentukan kriteria informan utama sebagai berikut : 1. Ibu sebagai informan dalam keadaan dapat diwawancara (sadar) dan bersedia menjadi informan. 2. Ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan sebagai informan merupakan penduduk Kabupaten Cianjur. 3. Kasus komplikasi obstetri berdampak kesakitan pada ibu dan bayi, sehingga sumber data dipilih pada ibu dan bayi yang dilahirkan dalam keadaan tidak sehat. 4. Ibu yang menerima proses rujukan (memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan) merupakan ibu yang ditangani di RSSIB RSUD Cianjur. Pada ibu yang menolak proses rujukan (tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan) merupakan ibu yang tidak ditangani di RSSIB RSUD Cianjur (ditangani oleh paraji) berdampak kesakitan pada bayi yang dilahirkan, sehingga memerlukan perawatan di RSSIB RSUD Cianjur. 5. Meninjau waktu tempuh dari tempat tinggal ibu ke pelayanan kesehatan rujukan, yaitu waktu tempuh < 1 jam dan > 1 jam. 6. Ibu memiliki identitas alamat yang jelas dan lengkap serta dapat dihubungi
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
48
Menerima Proses Rujukan
Kasus Eklampsia April = 11 Mei = 6 n = 20 Kasus Juni = 3
Waktu < 1jam n=6
Waktu > 1 Jam n = 14
Waktu < 1 Jam n= 32
Waktu > 1 Jam n=40
Waktu < 1Jam n=1
Waktu >1 Jam n=1
Waktu < 1Jam n=1
Waktu >1 Jam n=1
=
Kasus Letak Lintang April = 6 Mei = 6 n = 17 Kasus Juni = 5
Kasus Letak Sungsang April = 32 Mei = 29 n = 72 Kasus Juni = 11
Waktu < 1 Jam n=8
Waktu >1 Jam n=1
Waktu > 1 Jam n=9
Waktu >1 Jam n=1
= Informan Penelitian
Gambar 4.1 Skema Penelitian Kajian Pengambilan Keputusan Proses Rujukan Ibu Dengan Komplikasi Saat Persalinan di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2012
46 Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
49
Tidak Menerima Proses Rujukan Kasus Kesakitan Neonatal Dini < 7 hari yang ditolong persalinannya oleh paraji April = 15 Mei = 18 n = 43 Kasus Juni = 10 Identifikasi dengan kuisioner (cukup bulan, ketuban pecah dini, perdarahan, persalinan > 12 jam, kelainan letak) Riwayat persalinan dengan Komplikasi obstetri n = 28 kasus
Waktu < 1 Jam n= 10
Waktu > 1 Jam n=18
Waktu < 1 Jam n=1
Waktu >1 Jam n=1
= informan penelitian
Gambar 4.2 Skema Penelitian Kajian Pengambilan Keputusan Proses Rujukan Ibu Dengan Komplikasi Saat Persalinan di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2012 Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Berdasarkan kriteria tersebut maka terdapat 2 kelompok Informan yaitu : 1) Kelompok informan utama sebanyak 7 orang, antara lain : a. Ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan dengan kasus Eklampsia dan menerima proses rujukan berdasarkan waktu tempuh dari tempat tinggal ibu ke pelayanan rujukan berjumlah 2 orang. Dengan waktu tempuh lebih 1 jam dari tempat tinggal ibu ke pelayanan kesehatan rujukan adalah 1 orang. Dengan waktu tempuh kurang 1 jam dari tempat tinggal ibu ke pelayanan kesehatan rujukan adalah 1 orang b. Ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan dengan kasus kelainan letak bayi dan menerima proses rujukan berdasarkan waktu tempuh dari tempat tinggal ibu ke pelayanan kesehatan rujukan berjumlah 3 orang. Pada kasus kelainan letak lintang, terdapat data informan yang tidak berdomisili lagi (pindah) dari wilayah Kabupaten Cianjur, sehingga hanya diambil pada informan yang waktu tempuhnya lebih dari 1 jam yaitu 1 orang. Dengan waktu tempuh lebih 1 jam dari tempat tinggal ibu ke pelayanan kesehatan rujukan adalah 2 orang. Dengan waktu tempuh kurang 1 jam dari tempat tinggal ibu ke pelayanan kesehatan rujukan adalah 1 orang. c. Ibu yang mengalami komplikasi obstetri persalinan dengan kasus ketuban pecah dini dan menolak proses rujukan yang berdampak kesakitan pada bayi sehingga bayi dilakukan proses rujukan ke rumah sakit yang berjumlah 2 orang. Dengan waktu tempuh lebih 1 jam dari tempat tinggal ibu ke pelayanan kesehatan rujukan adalah 1 orang. Dengan waktu tempuh kurang 1 jam dari tempat tinggal ibu ke pelayanan kesehatan rujukan adalah 2 orang. Selain kepada ibu, untuk klarifikasi dan pengumpulan informasi yang mendukung sumber data didapatkan juga dari petugas kesehatan (bidan) yang mendampingi rujukan sebanyak 4 orang dan memberi rekomendasi pada ibu yang menolak rujukan sebanyak 2 orang. Sumber data lainnya didapatkan juga dari pemberi pelayanan tradisional yaitu paraji sebanyak 2 orang pada ibu yang
46
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
51
menerima rujukan dan paraji sebanyak 1 orang pada ibu yang menolak rujukan. selain itu orang pintar (ustadz) sebanyak 2 orang yang pernah menangani ibu yang menerima proses rujukan. Sumber data diperoleh juga dari suami dan keluarga yang mendampingi rujukan ibu ke rumah sakit sebanyak 5 orang dan 2 orang suami dan keluarga yang menolak rujukan ke rumah sakit.
4.4
Pengumpulan Data dan Informasi
4.4.1 Teknik pengumpulan data Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interview) pada informan, suami dan keluarga, paraji dan orang pintar, bidan yang mendampingi rujukan. Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri. Wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara, alat bantu tulis dan alat rekam serta lembar pencatatan lapangan. Wawancara mendalam pada informan dilakukan di RSSIB RSUD Cianjur dan mengunjungi tempat tinggal ibu dan bidan serta paraji dan orang pintar. Upaya mengkonfirmasi dan mengurangi bias, setiap informan diminta nomor telepon yang dapat dihubungi kembali. Sebelum melakukan pengumpulan data dan informasi dilakukan terlebih dahulu meminta kesediaan informan dalam bentuk pernyataan persetujuan untuk bersedia secara sukarela dan berpartisipasi dalam penelitian (Informed Consent). Formulir persetujuan dapat dilihat pada lampiran 3 Data sekunder berkaitan dengan informan utama yaitu ibu yang menerima rujukan maupun yang menolak rujukan, seperti kohort ibu yang ada di bidan dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), termasuk medical record informan utama di RSSIB RSUD Cianjur. Dokumen tersebut dilakukan penelaahan untuk menambah informasi dan konfirmasi. Langkah awal pengumpulan data dengan wawancara mendalam pada ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan. Pengumpulan data dilakukan juga pada suami dan keluarga mengenai proses rujukan ibu dan tindakan yang telah dilakukan untuk ibu. Pengumpulan data dilakukan pula pada paraji dan orang pintar mengenai pandangan, tindakan dan saran yang telah diberikan. Pengumpulan data pada bidan serta penelaahan dokumen yang ada di bidan desa, yaitu kohort ibu, deteksi dini risiko dan komplikasi, serta buku KIA. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
52
Tabel 4.1 Matriks Sumber Informasi Penelitian dan Informasi yang dibutuhkan No.
1.
2.
3.
4.
Informasi Yang Dibutuhkan
Keputusan pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan
Sumber Informasi Suami/Anggota Petugas Keluarga Kesehatan
Metode Pemberi pelayanan Tradisional -
7 informan
7 informan
-
7 informan
-
-
-
WM
Persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan rujukan
7 informan
-
-
-
WM
Faktor Pemungkin (Enabling) : Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan
7 informan
7 informan
6 informan
-
WM
Penggunaan asuransi kesehatan
7 informan
7 informan
6 informan
-
WM
Biaya
7 informan
7 informan
-
-
WM
7 informan 7 informan
7 informan
-
-
WM
-
6 informan
-
WM
7 informan
-
5 informan
WM
-
-
-
WM
Faktor Predisposing: Pengetahuan tentang resiko/komplikasi obstetri
Faktor Penguat (Reinforcing): Peran suami Dukungan kesehatan
petugas
Dukungan Sosial (keluarga dan orang terdekat) 5.
Ibu Bersalin
7 informan
Karakteristik 7 Kebutuhan (Need) informan Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri. Keterangan : WM : Wawancara mendalam
WM
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
53
4.4.2 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah panduan wawancara mendalam bagi ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keputusan dalam proses rujukan (terdiri dari beberapa tahapan; memahami adanya masalah, mencari alternatif, evaluasi alternatif, keputusan dan tindakan pasca keputusan), faktor ibu (pengetahuan dan persepsi), faktor pemungkin (waktu tempuh, biaya dan penggunaan asuransi), faktor penguat (peran suami, dukungan sosial dan dukungan petugas). Panduan wawancara mendalam bagi ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan terdapat pada lampiran 4. Pada instrumen penelitian didapatkan juga panduan wawancara mendalam bagi suami dan keluarga, bidan yang mendampingi proses rujukan, serta paraji dan orang pintar yang dihubungi oleh suami dan keluarga. Panduan wawancara mendalam bagi suami dan keluarga terdapat pada lampiran 5, bertujuan untuk mengetahui peran dan dukungan yang telah dilakukan saat proses rujukan. Selain itu untuk mengetahui gambaran pengambilan keputusan proses rujukan pada keluarga dan kendala yang ada saat proses tersebut serta klarifikasi jawaban dari ibu. Panduan wawancara mendalam bagi bidan bertujuan untuk mengetahui peran dan dukungan yang telah diberikan sebelum dan saat proses rujukan dan kendala yang ada saat proses tersebut serta klarifikasi jawaban dari ibu. panduan wawancara tersebut terdapat pada lampiran 6. Pedoman wawancara mendalam bagi paraji dan orang pintar bertujuan untuk mengetahui peran dan dukungan yang telah dilakukan saat proses rujukan dan mengklarifikasi jawaban dari ibu. Pedoman tersebut terdapat pada lampiran 7.
4.4.3 Uji Instrumen Penelitian Untuk terjaminnya keakuratan instrumen dan dapat dimengertinya instrumen oleh informan, maka terlebih dahulu dilakukan uji instrumen. Pedoman wawancara mendalam pada informan dilakukan uji instrumen pada 2 informan dan 2 orang suami serta keluarga informan. Selain itu 2 informan bidan dan paraji. Uji instrumen ini dilakukan di RSSIB RSUD Cianjur Jawa Barat, pada informan yang berbeda, bukan termasuk informan penelitian ini dengan kondisi dan kriteria Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
54
yang sama. Dari uji instrumen tersebut didapatkan perbaikan terhadap instrument. Perubahan yang dilakukan adalah 1) Pada instrumen untuk ibu, bidan, paraji, dan suami serta keluarga sebelumnya semua sama tidak dibedakan dirubah menjadi bentuk pertanyaan yang sesuai dengan perannya. 2) Pertanyaan sebelumnya lebih cenderung semi terbuka, informan hanya menjawab tidak atau ya, diubah menjadi pertanyaan terbuka. 3) Pertanyaan sebelumnya hanya menanyakan bentuk waktu, ditambahkan dengan pandangan terhadap hambatan dalam menempuh pelayanan kesehatan.4) Selain itu juga dilakukan perubahan bahasa yang lebih operasional dan dimengerti oleh informan terutama pada ibu, suami, paraji dan orang pintar.
4.5
Validitas data Untuk menjaga validitas data pada penelitian ini, maka perlu dilakukan uji
validitas dengan melakukan triangulasi sumber dan metode antara lain : 1) Triangulasi Sumber, dilakukan dengan cara : Melakukan cross check data dengan fakta dari sumber lainnya. Dalam penelitian ini dilakukan cross check antara jawaban informan ibu dan jawaban informan keluarga serta jawaban informan bidan dan paraji serta orang pintar. Selanjutnya membandingkan dan melakukan kontras data (kesinkronisasi). Triangulasi sumber ini terdapat pada tabel 4.2 matriks pelaksanaan validasi data. 2) Triangulasi metode, dilakukan dengan cara : a. Wawancara mendalam pada informan ibu, suami dan keluarga, paraji atau orang pintar dan bidan sebagai pendamping proses rujukan dan memberi rekomendasi rujukan. b. Telaah dokumentasi yang dimiliki oleh bidan yaitu Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak, kohort ibu mengenai deteksi dini, termasuk buku KIA, catatan rujukan. Untuk triangulasi sumber dan metode pada penelitian ini terdapat pada tabel 4.3 triangulasi sumber dan metode.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
55
Tabel 4.2 Matriks Pelaksanaan Validasi Data Informan /sumber Ibu
Paraji/ orang pintar
Informasi yang digali Informasi dan saran apa yang telah diterima dari bidan, frekuensi pemberian informasi Informasi dan saran yang telah diterima dari paraji dan orang pintar, frekuensi pemberian informasi Peran dan tindakan yang telah diterima oleh suami dan keluarga sebelum dan saat proses rujukan Peran dan tindakan yang dilakukan bidan sebelum dan saat proses rujukan Peran dan tindakan yang dilakukan paraji dan orang pintar sebelum dan saat proses rujukan Waktu yang ditempuh dalam proses rujukan, termasuk transportasi yang digunakan saat rujukan ke rumah sakit Hambatan saat proses rujukan Pandangan ibu terhadap proses rujukan Keputusan akhir Informasi dan saran yang telah diberikan oleh paraji dan orang pintar, frekuensi pemberian informasi Peran dan tindakan paraji dan orang pintar sebelum dan saat proses rujukan Keputusan Akhir untuk Ibu yang diambil oleh ibu, suami dan keluarga
Metode dan jumlah informan WM dengan 5 orang yang menerima proses rujukan dan 2 orang yang menolak proses rujukan
WM dengan 1 orang paraji dan 2 orang pintar yang kontak dengan ibu yang menerima proses rujukan dan 2 orang paraji yang kontak pada ibu yang menolak proses rujukan
Instrumen Pedoman wawancara mendalam (lampiran 4)
Pedoman wawancara mendalam (lampiran7)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
56
Informan /sumber Suami/ keluarga
Bidan
Telaah Dokumen tasi
Informasi yang digali Apa saja yang diketahui suami/keluarga mengenai informasi dan saran yang telah diterima dari bidan, frekuensi pemberian informasi serta responnya. Informasi dan saran yang telah diterima dari paraji dan orang pintar, frekuensi pemberian informasi Peran dan tindakan yang telah telah ibu/bapak lakukan pada ibu sebelum dan saat proses rujukan Peran dan tindakan bidan sebelum dan saat proses rujukan Peran dan tindakan paraji dan orang pintar sebelum dan saat proses rujukan Waktu yang dikeluarkan dalam proses rujukan, termasuk transportasi yang digunakan saat rujukan ke rumah sakit Hambatan saat proses rujukan Pandangan suami/keluarga terhadap proses rujukan untuk ibu Keputusan Akhir untuk ibu Peran dan tindakan bidan sebelum dan saat proses rujukan Waktu yang dikeluarkan dalam proses rujukan, termasuk transportasi yang digunakan saat rujukan ke rumah sakit Hambatan saat proses rujukan Keputusan akhir untuk Ibu yang diambil oleh ibu, suami dan keluarga Telaah dokumentasi bidan yang memberikan rekomendasi rujukan seperti kohort ibu, catatan rujukan dan buku KIA.
Metode dan jumlah informan WM dengan 5 orang suami dan keluarga yang menerima proses rujukan dan 2 orang suami dan keluarga yang menolak proses rujukan
WM dengan 5 bidan yang kontak pada ibu yang menerima proses rujukan dan 2 bidan yang kontak pada ibu yang menolak proses rujukan
Instrumen Pedoman wawancara mendalam (lampiran 5)
Pedoman wawancara mendalam (lampiran 8)
Telaah dokumentasi
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
57
Tabel 4.3 Triangulasi Sumber dan Metode No
1. 2. 3. 4. 4.6
Triangulasi Metode Triangulasi Metode Ibu Suami dan Keluarga Paraji dan orang pintar Bidan
WM
X X X X
Telaah Dokumen
X
Pengolahan data dan analisa data Langkah-langkah pengolahan data dan analisa data untuk penelitian ini adalah : 1) Deskripsi informan Membuat tabulasi data informan yang ada pada penelitian ini dengan tujuan menjelaskan karakteristik informan (representatif informan) 2) Expanded field notes (transcript) Catatan merefleksikan hasil wawancara mendalam dengan informan penelitian ini, mengembangkan menjadi catatan teratur dan lengkap. 2) Mengatur data Mengatur data sesuai dengan topik diskusi atau tema, menghilangkan data yang tidak relevan. 3) Kategori data Melakukan koding data, pada penelitian ini ibu sebagai informan dengan kode IB (untuk ibu yang menerima proses rujukan dengan kode IB.M, untuk ibu yang menolak proses rujukan dengan kode IB.T), suami dan keluarga (untuk suami dan keluarga ibu yang menerima proses rujukan dengan kode IB.M, untuk suami dan keluarga ibu yang menolak proses rujukan dengan kode IB.T) dan keluarga dengan kode KB/SB, paraji dan orang pintar dengan kode PB/OP, bidan dengan kode BB 4) Meringkas data Melakukan daftar data dengan kategori yang sama, dapat dalam bentuk matriks, untuk memberikan gambaran hubungan antar variabel.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
58
5) Mengidentifikasi variabel dan hubungan antar variabel Melakukan pencarian fakta dan verifikasi hasil penelitian dengan melihat data yang independen dan mendukung adanya hubungan sebab akibat. 6) Menarik kesimpulan Melakukan identifikasi benang merah dari matriks hasil wawancara, sintesis secara keseluruhan yang akan menghasilkan suatu wawasan. Pada penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisa isi (content analysis). Dengan melihat keterkaitan antara jawaban dari informan yang ada pada matriks hasil pengumpulan data dan melihat persamaan dan perbedaan data, menginterpretasikan data serta menarik kesimpulan dari keseluruhannya.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1
Gambaran Wilayah Penelitian
5.1.1 Gambaran Kabupaten Cianjur 1) Geografis Kabupaten Cianjur terletak di tengah Provinsi Jawa Barat dengan jarak sekitar 65 KM dari Ibu kota Provinsi Jawa Barat (Bandung) dan 120 Km dari Ibu Kota Negara (Jakarta). Kabupaten Cianjur terletak di antara 6º21’-7º25’ Lintang Selatan dan 106º42’-107º2 Bujur Timur. Keadaan alam daerah Kabupaten Cianjur terletak di kaki gunung Gede dengan ketinggian sekitar 7-2.962 meter di atas permukaan laut. Secara geografis wilayah ini terbagi dalam 3 bagian yaitu :
Cianjur bagian Utara merupakan dataran tinggi terletak di kaki Gunung Gede dengan ketinggian 2.962 meter. Daerah ini sebagian besar dataran tinggi pegunungan dan sebagian dataran areal perkebunan dan pesawahan.
Cianjur bagian Tengah merupakan daerah berbukit-bukit kecil dengan struktur tanah labil dan sering terjadi longsor,. Daerah ini rawan gempa bumi, terdapat pula perkebunan dan pesawahan
Cianjur bagian Selatan merupakan dataran rendah, namun terdapat banyak bukit-bukit kecil yang diselingi pegunungan melebar sampai ke daerah pantai Samudera Indonesia. Keadaan tanah yang labil dan sering terjadi longsor serta rawan gempa bumi. Pada daerah ini terdapat pula perkebunan dan pesawahan yang tidak luas.
Kabupaten Cianjur luasnya mencapai 350.148 Ha. Luas tanah sawah 65,483 Ha dan luas lahan darat 284.665 Ha. Cianjur berbatasan dengan :
Sebelah Utara
: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta
Sebelah Barat
: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi
59 Universita Indonesia Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
60
Sebelah Timur
: berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut
Sebelah Selatan
: berbatasan dengan Samudera Indonesia
Kabupaten Cianjur terdiri 3 wilayah dan 32 kecamatan, antara lain : 1. Wilayah Utara Wilayah Utara terdiri dari kecamatan Cibeber, Bojong Picung, Haurwangi, Ciranjang, Karang Tengah, Cianjur, Warung Kondang, Gekbrong, Cugenang, Pacet, Cipanas, Mande, Cikalongkulon, Sukaluyu, Sukaresmi, 2. Wilayah Selatan Wilayah Selatan terdiri dari kecamatan Agrabinta, Leles, Sindang Barang, Cidaun, Naringgul, Cibinong, Cikadu 3. Wilayah Tengah Wilayah Tengah terdiri dari kecamatan Tenggeung, Pasir Kuda, Pagelaran, Kadupandak, Cijati, Takokak, Sukanagara, Campaka, Campakamulya Kabupaten Cianjur terdiri dari 342 desa dan 6 kelurahan di wilayah kota Cianjur. Kabupaten Cianjur terdiri pula dari 2622 RW dan 10155 RT. Gambar 1. Wilayah Kabupaten Cianjur terdapat pada lampiran 3a. 2) Demografis a. Jumlah Penduduk Kabupaten Cianjur memiliki jumlah penduduk adalah 2.227.350 orang yang terdiri dari laki-laki (51.62%) dan perempuan (48.39%). Komposisi penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki. Berdasarkan sex ratio penduduk Kabupaten Cianjur sebesar 107, jumlah penduduk laki-laki (6%) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Berdasarkan jumlah kepala keluarga di Kabupaten Cianjur adalah 633.767 KK. b. Penyebaran penduduk Penyebaran penduduk Kabupaten Cianjur bertumpu di Cianjur wilayah Utara (60,68%) dan wilayah Tengah dan Selatan (39,32%). Ini menggambarkan bahwa daerah Tengah dan Selatan,daerah yang
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
61
sulit dijangkau secara geografis dan faktor daya tarik wilayah, termasuk sarana tempat tinggal yang memandai. c. Kepadatan Penduduk Dengan luas wilayah Kabupaten Cianjur sekitar 3.501.48 Km2 yang ditempati 2.227.350 orang, rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Cianjur sebanyak 636,17 Km2. Kepadatan di wilayah utara lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Tengah dan Selatan. Ini memberikan
gambaran
bahwa
daerah
Tengah
dan
Selatan
penduduknya masih jarang dan terpencar. d. Laju pertumbuhan penduduk Tahun 2000 – 2010 Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Cianjur pertahun selama sepuluh tahun terakhir (1,09%). Semakin tinggi laju pertumbuhan penduduk, maka jumlah penduduk akan semakin banyak di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan penduduk berhubungan dengan angka kelahiran total (Total Fertility Rate 40,325%). Angka laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Cianjur melebihi batas toleransi yang harus ditekan (1 %). 3) Ekonomi a. Jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin.
Tabel 5.1 Jumlah Penduduk 10 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2008. Lapangan Usaha/Utama 1. Pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan 2. Industri pengolahan 3. Perdagangan, rumah makan hotel 4. Jasa kemasyarakatan 5. Lainnya (Penggalian, listrik, gas dan air, bangunan, angkutan, pergudangan, komunikasi, keuangan, asuransi. Persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan). TOTAL
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 269.127 138.679
Jumlah 407.806
30.029 116.977 50.101
116.113 84.156 22.521
55.142 201.133 72.622
109.027
1.812
110.839
584.261
263.281
847.542
Sumber : Susenas 2008
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
62
Penduduk Kabupaten Cianjur memiliki pekerjaan dalam lapangan usaha pertanian, kehutanan. Perburuan dan perikanan. Ini berhubungan erat dengan kondisi geografis dari Kabupaten Cianjur. Lapangan pekerjaan utama adalah sektor pertanian (52 %). Sektor perdagangan banyak menyerap tenaga kerja (23 %). Berdasarkan data dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Cianjur rasio penduduk yang bekerja (95 %), sudah melebihi target (91%).
b. Pendapatan Penduduk Perkapita Berdasarkan data BPS Kabupaten Cianjur pendapatan penduduk tahun 2011 sebesar Rp 616.980 Ribu. Ini terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010. Untuk Provinsi Jawa Barat (Rp 635.100) pencapaiannya (97,15%).
4) Pendidikan Tabel 5.2 Angka Partisipasi Murni (APM %) dalam Pendidikan Penduduk di Kabupaten Cianjur Tahun 2009 – 2011 Tahun 2009 2010 2011
APM (%) SD/Sederajat SLTP/Sederajat 87,94 83,56 90,0 84,58 95,91 85,60
SLTA/Sederajat 33,72 38,28 39,00
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur yang telah diolah kembali
Partisipasi penduduk penduduk Kabupaten Cianjur dalam pendidikan formal yang ditempuh adalah tingkat SD (95,91%). Pada Tahun 2011 pencapaian rata-rata lama sekolah adalah 6,97 tahun dan angka melek huruf adalah (97,70%). Penduduk daerah Kabupaten Cianjur sebagian besar melek huruf. Angka rata-rata lama sekolah berhubungan erat dengan pendidikan yang telah ditempuh yaitu SD (rata-rata 6 tahun lamanya), hanya sampai kelas 7 (SMP kelas 1) dan belum mencapai target dari wajib belajar 9 tahun.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
63
5) Derajat Kesehatan Kabupaten Cianjur a. Usia Harapan Hidup Usia harapan hidup penduduk Kabupaten Cianjur Tahun 2011 adalah 66,71 tahun. Indeks Pembangunan Manusia untuk Kabupaten Cianjur Tahun 2011 adalah 69,64, sebelumnya Tahun 2010 adalah 69,14. Ini memberikan arti telah terjadi peningkatan IPM sebesar 0,50. b. Mortalitas a) Kematian Ibu Kasus kematian ibu di Kabupaten Cianjur sebanyak 72 kasus pada Tahun 2011. c. Morbiditas a) Anemia Ibu Hamil Berdasarkan data KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur kejadian kasus anemia yang ditemukan pada ibu hamil Tahun 2011 adalah sebesar 3231 kasus (6,12% dari jumlah sasaran ibu hamil di Kabupaten Cianjur). b) Hipertensi Kehamilan Berdasarkan data KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur kejadian kasus hipertensi yang ditemukan pada ibu hamil Tahun 2011 adalah sebesar 76 kasus (0,14% dari jumlah sasaran ibu hamil di Kabupaten Cianjur). c) Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan yang ada di Kabupaten Cianjur, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil dan bersalin pada Tahun 2011. Jumlah ibu hamil dan ibu bersalin yang mengalami komplikasi obstetri adalah sebanyak 20% dari jumlah keseluruhan ibu hamil dan bersalin yang ada di Kabupaten Cainjur, yaitu Ibu hamil sebanyak 10.550 orang dan ibu bersalin sebanyak 10.067 orang. Pelayanan kesehatan di bawah ini termasuk melayani ibu hamil dan bersalin dengan komplikasi obstetri, terdapat pada tabel 5.3
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
64
Tabel 5.3 Distribusi Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil dan Bersalin berdasarkan Persiapan Persalinan, penolong persalinan dan Penanganan Risiko Tinggi dan Komplikasi Obstetri di Kabupaten Cianjur Tahun 2011. No 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7. 8.
9.
10 11. 12. 13.
Kegiatan
Jumlah (Orang) Amanat Persalinan 29.834 Tabungan Ibu Bersalin 2495 (Tabulin) Persalinan Oleh Tenaga 40.853 Kesehatan Persalinan yang 9421 ditolong oleh Dukun (Baik terlatih maupun tidak terlatih) Persalinan di fasilitas 12949 kesehatan Persalinan di non 32.213 fasilitas kesehatan Deteksi risiko tinggi 4477 oleh Masyarakat Deteksi risiko tinggi Ibu 6074 hamil oleh tenaga kesehatan Deteksi risiko tinggi ibu 3500 bersalin oleh tenaga kesehatan Penanganan komplikasi 4908 ibu hamil Penanganan komplikasi 1655 ibu bersalin Penanganan Komplikasi 1989 ibu hamil yang dirujuk Penanganan Komplikasi 2819 ibu bersalinyang dirujuk
Prosentase (%) 56,54 4,73 81,36 18,71
35,66 63,99 42,43 57,58
34,76
46,52 16,43 18,85 28
Sumber : Laporan KIA Dinkes Kab. Cianjur Tahun 2011 yang telah diolah kembali
Pelayanan kesehatan yang telah diberikan untuk persiapan persalinan adalah berupa amanat persalinan (56,54%) dan tabungan bersalin (4,73%). Penanganan komplikasi ibu bersalin (16,43 %), dengan yang dirujuk (28%).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
65
5.1.2 Gambaran RSSIB RSUD Kelas B Cianjur 1) Profil RSSIB a. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Kabupaten Cianjur memiliki lahan + 37.335m2 dengan luas bangunan untuk kantor dan pelayanan 12.993 m2. Pada tahun 2010 RSUD Cianjur telah terakreditasi
penuh
dengan
16
pelayanan
(No
YM.
01-
10/III/1399/2010 (2 September 2010 sampai dengan 2 September 2015), salah satu dari 16 pelayanan tersebut adalah pelayanan perinatal risiko tinggi. Pada tahun 2010 RSUD Kabupaten Cianjur mendapat prestasi juara 1 tingkat nasional dalam kegiatan program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Kabupaten Cianjur memilik kebijakan dan standar opersional yang mendukung pelaksanaan kegiatan program RSSIB . b. Lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Cianjur terletak di Jln. Rumah Sakit No 1 Desa Bojong Herang Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Jaraknya kurang lebih 120 Km dari arah Jakarta menuju Bandung. Dengan kantor pemerintahan daerah Kabupaten rumah sakit berjarak + 2 Km, kondisi jalan cukup baik, waktu tempuh 10 menit dengan kendaran roda dua atau roda empat. Alamat emai :
[email protected]. Alamat website www.rsud.cianjurkab.go.id. Nomor telepon : 0263 261026. Nomor Fax 0263 284 277. 2)
Visi, Misi, Tujuan dan Motto Serta Value Pada kegiatan Program RSSIB di RSUD Kabupaten Cianjur terdapat surat kebijakan dari Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Cianjur mengenai visi, misi dan tujuan dari RSSIB. Kebijakan tersebut adalah Keputusan Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Cianjur No. 445/956/Kep/RSU/2007.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
66
a. Visi RSSIB Terwujudnya pelayanan RSSIB yang prima untuk mendukung penurunan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Cianjur. b. Misi RSSIB 1. Mengembangkan sarana dan prasarana RSSIB 2. Meningkatkan professional sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan informal dengan kebutuhan pelayanan RSSIB 3. Meningkatkan
kualitas
pelayanan
RSSIB
dalam
rangka
menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Cianjur. 4. Mengembangkan manajemen opersional RSSIB. c. Tujuan RSSIB Menyelenggarakan persalinan yang aman bagi ibu hamil dengan trauma yang minimal agar ibu dan bayinya terhindar dari morbiditas dan mortalitas sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dalam mewujudkan daya manusia yang berkualitas. d. Motto RSSIB Motto Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi merupakan bagian dari motto RSUD Kabupaten Cianjur yaitu : kesembuhan dan kepuasan anda merupakan keinginan dan kebahagiaan kami. e. Value RSSIB Nilai-nilai dasar (Value) RSSIB merupakan bagian dari nilai-nilai RSUD Kabupaten Cianjur yaitu : a) Belajar tanpa henti (Continous Learning) b) Kesadaran berorganisasi (Organization Committen) c) Bekerja secara professional (Professionalisme) d) Berpikir inovatif (Creative Thinking) e) Berpandangan jauh (Visioner) f) Kerjasama tim (Team Work) g) Bekerja secara aman (Safety) h) Bekerja sebagai ibadah (Spiritualisme)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
67
3) Struktur Organisasi RSSIB Pada kegiatan Program RSSIB di RSUD Kabupaten Cianjur terdapat surat kebijakan dari Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Cianjur mengenai struktur organisasi dari RSSIB. Kebijakan tersebut adalah Keputusan Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Cianjur no 445/Kep.091-RS/2007. Selain itu ada ketetapan standar operasional prosedur kerja dan wewenang dari masing-masing individu yang terlibat dalam struktur organisasi RSSIB. Pada struktur organisasi RSSIB ini mencakup tim pelayanan perinatal risiko tinggi, terdiri dari unit rawat inap kebidanan dan perinatal termasuk unit gawat darurat kebidanan dan perinatal. Tenaga yang ada untuk pelayanan penanganan komplikasi obstetri terdiri dari :
Tabel 5.4 Distribusi Tenaga Kesehatan Penanganan Komplikasi Obstetri RSSIB RSUD Kabupaten Cainjur Tahun 2011 Tenaga kesehatan
Jumlah
1. Dokter Spesesialis Kebidanan
5 Orang
2. DIII Kebidanan
15 orang
3. DIII Keperawatan
10 orang
Sumber : Kepegawaian RSUD Cianjur, 2011
4) Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi Pelayanan perinatal risiko tinggi merupakan pelayanan yang menangani kasus perinatal risiko tinggi. Pada pelayanan ini penanganan komplikasi obstetri merupakan bagian dari pelayanan perinatal risiko tinggi. a. Kasus kematian ibu Kasus kematian ibu yang terjadi di RSSIB RSUD Cianjur (47 kasus)
berkontribusi
terhadap
kejadian
kasus
kematian
di
Kabupaten Cianjur tahun 2011 sebesar (65,27%) (72 kasus kematian ibu).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
68
b. Kasus Kematian Neonatal Kasus kejadian kematian neonatal yang berstatus penduduk Kabupaten Cianjur tahun 2011 di RSSIB RSUD Cianjur adalah 355 orang. c. Kasus Rujukan Berdasarkan data yang didapatkan dari RSSIB RSUD Cianjur kasus rujukan komplikasi obstetri yang tertinggi tahun 2011 adalah berasal dari bidan (43,05%) dan Puskesmas (42,84%). Tabel 5.5 Distribusi Jumlah Rujukan Ibu dengan kasus Komplikasi Obstetri di RSSIB RSUD Kabupaten Cianjur Tahun 2009 - 2011 Rujukan
Tahun 2009
2010
2011
Dokter
748
396
664
Bidan
1308
1405
2025
Poliklinik
287
197
0
Puskesmas
1781
1140
4704
Total
4124
3138
4704
sumber : Laporan tahunan RSSIB RSUD Cianjur yang telah diolah kembali
Pencapaian kasus rujukan komplikasi obstetri dari tingkat dasar (48%), belum sesuai target masih dibawah target SPM 2015 (80%). d. Penanganan Komplikasi Obstetri Penanganan penyakit terbesar yang terjadi di pelayanan kebidanan merupakan bagian dari penanganan komplikasi obstetri. Total keseluruhan komplikasi obstetri yang ada di pelayanan kebidanan RSSIB RSUD Cianjur adalah 4101 kasus. Cakupan penanganan komplikasi obstetri (40,71%) di RSSIB RSUD Cianjur Tahun 2011 dari jumlah total ibu resiko tinggi Kabupaten Cianjur.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
69
5.2
Gambaran Karakteristik Sumber Informasi Sumber informasi pada penelitian ini didapatkan dengan cara wawancara
mendalam. Informan utama yang diteliti berjumlah 7 orang, terdiri dari 5 ibu menerima proses rujukan (IB.M1,IB.M2,IB.M3,IB.M4,IB.M5) dan 2 ibu menolak proses rujukan (IB.T6,IB.T7). Informan lainnya 7 orang suami atau keluarga yang mendampingi proses rujukan dan 6 orang petugas kesehatan yang merujuk serta 5 orang pemberi pelayanan tradisional (paraji dan orang pintar). Wawancara dilakukan pada bulan Juni Tahun 2012 di Kabupaten Cianjur Jawa Barat. 5.2.1 Gambaran Karakteristik Informan Ibu yang menjadi informan utama pada penelitian ini adalah ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan yang menerima proses rujukan ke pelayanan kesehatan, telah memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan sebanyak 5 orang. Selain itu ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan yang menolak proses rujukan, tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan sebanyak 2 orang. Pada ibu yang menjadi informan rata-rata berusia antara 20 - 28 tahun. Usia ibu adalah usia reproduktif yang tidak berisiko (tidak terlalu tua atau terlalu muda). Ada 1 Ibu yang berusia risiko (terlalu tua) dengan usia 49 tahun. Ibu dengan usia berisiko tinggi, tidak merencanakan kehamilannya. Ada 1 Ibu dari usia yang tidak beresiko tidak menginginkan kehamilannya. Ibu dengan pendidikan terakhir tertinggi adalah SMA hanya 1 orang. Ibu rata-rata berpendidikan SD. Ibu merupakan ibu rumah tangga, Hanya 1 orang yang pasca TKW (Tenaga Kerja Wanita di Timur Tengah). Selain itu, usia tertua adalah 49 tahun dengan jumlah anak terbanyak 4 orang. Ada satu Ibu yang tidak berstatus nikah. Ada satu Ibu dari yang menerima rujukan pernah mengalami riwayat persalinan dengan tindakan diinfus di rumah sakit. karakteristik informan utama terlampir pada tabel 1 di lampiran 9a. 5.2.2 Gambaran Karakteristik Suami dan Keluarga Karakteristik suami dan keluarga yang mendampingi ibu saat di rumah sakit berusia tertua adalah 53 tahun. Rata-rata usia suami dan keluarga adalah 22-45 tahun, merupakan usia produktif untuk bekerja. Selain itu, suami atau keluarga berpendidikan tertinggi adalah SMA. Rata-rata pendidikan suami atau kelurga adalah SD. Pendapatan tertinggi suami atau keluarga yaitu sebesar
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
70
Rp 1500.000/bulan dengan pekerjaan supir. Rata-rata pendapatan suami atau keluarga adalah sekitar Rp 600.000 - Rp 1000.000/bulan. Rata-rata pekerjaan suami atau keluarga adalah buruh tani dan kuli bangunan. Karakteristik informan suami dan keluarga terlampir pada tabel 2 di lampiran 9a. 5.2.3 Gambaran Karakteristik Informana Pemberi pelayanan tradisional (Paraji & Orang Pintar) Karakteristik pemberi pelayanan tradisional (Paraji dan orang pintar) yang dihubungi oleh Ibu, suami dan keluarga sebagian besar usia merupakan usia lanjut, 50-58 tahun. Pemberi pelayanan tradisional sebagian berusia tertua adalah 63 tahun. Pemberi pelayanan tradisional sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebagai paraji dan sebagian lagi berjenis kelamin laki-laki sebagai orang pintar (ustadz yang dipercaya dapat memberikan doa kesembuhan). Pemberi pelayanan tradisional sebagian besar tidak sekolah. Pekerjaan dari pemberi pelayanan sebagian sebagai tani. Karakteristik informan pemberi pelayanan tradisional terlampir pada tabel 3 di lampiran 9a. 5.2.4 Gambaran Karakteristik Petugas Kesehatan Karakteristik petugas kesehatan atau bidan yang dihubungi oleh Ibu dan suami serta keluarga seluruhnya berpendidikan D III Kebidanan. Dengan usia tertua adalah 47 tahun dan usia termuda adalah 29 tahun. Bidan sebagian besar berusia antara 35 tahun. Masa kerja terlama adalah 25 tahun dan masa kerja terpendek adalah 2 tahun. Rata-rata masa kerja bidan yang menangani Ibuadalah 10-12 tahun. Karakteristik informan petugas kesehatan terlampir pada tabel 4 di lampiran 9a. 5.3
Hasil Penelitian
5.3.1 Keputusan Pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan pada Ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan Ibu yang menerima proses rujukan menyatakan bahwa keputusan yang dibuat untuk menerima pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan pada saat persalinan dengan komplikasi obstetri adalah menerima rujukan ke rumah sakit dan mendapatkan pelayanan kesehatan rujukan baik di tingkat dasar maupun rumah sakit seperti tindakan di infus, tindakan operasi sesar, ditolong oleh bidan
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
71
dan dokter rumah sakit serta mendapatkan perawatan nifas dan perawatan intensif (ICU). Sebagaimana ungkapan berikut : “ bersalin dengan tindakan infus ditolong bidan dan dokter ” “ tindakan operasi sesar” “ di operasi dan masuk ICU “ Pernyataan diatas dibenarkan oleh suami dan keluarga yang ikut mendampingi proses rujukan ke rumah sakit. Suami dan keluarga yang mendampingi mengungkapkan bahwa tindakan yang diterima oleh ibu di pelayanan kesehatan rujukan adalah proses bersalin dengan tindakan diberi infus, tindakan operasi sesar, perawatan ICU. Untuk tenaga yang menolong proses bersalin adalah bidan dan dokter rumah sakit. Sebagaimana berikut ini ungkapan suami dan keluarga yang ikut mendampingi proses rujukan: Petugas kesehatan yaitu bidan yang memberi rekomendasi rujukan pada ibu, yang menerima proses rujukan menyatakan seluruhnya mendampingi ibu ke RS dan belum mengetahui perkembangan selama di rumah sakit. “ya kemarin saya dampingi ke RS, saya belum tahu perkembangan selanjutnya” Ibu yang menolak proses rujukan ke pelayanan kesehatan rujukan menyatakan bahwa keputusan yang diambil adalah untuk tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan baik tingkat dasar maupun RS. Ibu menggunakan pelayanan tradisional, paraji untuk mengatasi masalah komplikasi obstetri saat persalinan dan menangani proses persalinannya. Pernyataan yang sama diperoleh pula dari suami dan keluarga pada ibu yang menolak proses rujukan. “ persalinan dengan paraji di rumah , tidak ke RS atau Puskesmas” Pernyataan yang hampir sama seperti di atas didapatkan pula dari pemberi pelayanan tradisional yaitu paraji yang menolong persalinan pada ibu yang menolak proses rujukan rumah sakit atau Puskesmas. “ teu sawios da normal ieu, janten tiasa ngababarkeun di bumi, teu keudah ka Puskesmas atanapi ka rumah sakit” (tidak apa-apa ini normal, jadi bisa melahirkan di rumah, tidak perlu ke puskesmas atau ke rumah sakit)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
72
Bidan yang pernah kontak dan memberikan rekomendasi rujukan pada ibu yang menolak proses rujukan menyatakan sudah tidak melakukan kontak kembali setelah ibu dan keluarganya menolak proses rujukan. “saya sudah tidak kontak lagi, jadi tidak tahu, terakhir menganjurkan tuk ke puskemas dan RS, tidak kasih jawaban pasti”. Pada keputusan Ibudiatas telah melalui beberapa tahap yaitu : 1) Memahami adanya masalah Pada ibu yang menerima proses rujukan hanya satu ibu yang mengetahui dan memahami adanya masalah sejak kehamilan 6 bulan. Sebagian besar lagi ibu mengetahui dan memahami adanya masalah setelah adanya tanda-tanda persalinan, belum tahu sebelumnya. “ sudah tahu saat hamil 6 bulan, kalau posisi bayi ini bukan kepala di bawahnya “ “saat persalinan baru tahu harus dibawa ke RS, pas persalinan usia hamil 7 bulan lebih” Bidan yang memberikan rekomendasi rujukan ke rumah sakit pada Ibuyang menerima rujukan menyatakan bahwa sebelumnya sudah mengetahui adanya masalah pada ibu untuk ditindak lanjuti di rumah sakit. Selain itu, bidan sudah mengetahui masalah pada ibu sejak usia kehamilan 6 bulan. Bidan yang ragu dan menghindari kesan menakuti pada ibu, maka memberikan informasi tidak secara jelas dan lengkap. Pada bidan yang baru mengetahui saat persalinan, menyatakan sebelumnya hasil pemeriksaan dalam keadaan normal. “ sudah sempat anjurkan USG, karena ragu dengan posisinya, waktu itu usia kehamilannya masih 7 bulan, tapi ibu menolak untuk diUSG karena belum ada biaya tuk USG nya. ya tahu masalah pas mau bersalin” “ ya waktu hamil 26 minggu, ibu mengalami tensi 180/110, pas cek urin hasilnya positif 3, langsung saya bawa ke RS. waktu itu cuma ada adiknya, karena takut ada apa-apa, saya bawa langsung aja ke RS. pas dipanggil lagi ibu sudah kejang, saya tidak tahu ibu sudah pulang dari RS, saya kira bersalin disana ternyata ibu pulang paksa”
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
73
“ waktu periksa hamil, yakin tidak ada apa-apa, pas dipanggil dan diperiksa teraba tangan” “waktu hamil 27 minggu, tensi 150/90, saya cek urin ternyata negative protein urinnya, saya tidak kasih tahu maksud dari pemeriksaan itu, karena takut kesan menakuti ibu dan keluarga. pas dipanggil ke rumah ibu sudah kejang” “sudah tahu pas hamil 6 bulan, sudah da anjuran ke RS” Ibu yang menolak proses rujukan seluruhnya adalah yang menyatakan tidak mengetahui dan memahami sebelumnya masalah pada persalinan. Ibu menyatakan mengetahui saat persalinan dengan usia kehamilan tujuh bulan lebih. “ saat persalinan usia hamil 7 bulan lebih “
2) Mencari Alternatif Ibu yang menerima proses rujukan sebagian besar, memilih alternatif untuk penanganan persalinannya oleh paraji dan orang pintar. “ Paraji, tidak ada perencanaan persalinan di RS, tapi sebelumnya minta doa dan air doa dulu ke paraji atau orang pintar” Ada dua ibu yang menerima proses rujukan telah merencanakan persalinan di rumah sakit dan di Puskesmas pembantu. Selain itu, dari dua ibu tersebut hanya satu orang yang tidak berencana persalinan di rumah sakit. Ibu yang berencana persalinan di rumah sakit telah melakukan alternatif dengan latihan posisi sujud dan ruku secara rutin agar posisi bayi menjadi normal. Pernyataan yang sama seperti di bawah ini didapatkan pula pada suami dan kelurga yang menerima rujukan, berencana bersalin dengan bidan dan di pustu, serta meminta air doa ke paraji atau orang pintar. “ Perencanaan persalinan di RS, sebelumnya latihan sujud dan ruku, tu juga sekalian minta air doa” “ Persalinan di Pustu, tidak ada perencanaan persalinan di RS, sebelumnya ke orang pintar minta doa dan air doa”
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
74
Selain itu, didapatkan pula pernyataan suami dan keluarga pada ibu yang menerima proses rujukan, berencana persalinan oleh paraji. “ hamil alamiah jadi lahir dengan paraji aja, sudah berencana bersalin dengan paraji, karena dekat” Bidan menyatakan ibu yang menerima proses rujukan sudah berencana bersalin dengan bidan dan rumah sakit. Ada pula bidan yang menyatakankan
belum
membuat
perencanaan
persalinan
dan
menyatakan ibu sulit diberitahu mengenai perencanaan persalinan oleh bidan serta memilih bersalin dengan paraji. “ sudah berencana bersalin di RS, dan menganjurkan melakukan posisi sujud dan ruku” “ rencana mau bersalin di pustu atau tempat bidan, memang belum ada rencana ke RS” “ ibu itu memang belum ada rencana bersalin dengan bidan, lebih memilih paraji, saya sudah melakukan pendekatan dengan memberitahu sebelumnya bahwa persalinan harus ditolong bidan terdekat, cuma ya jawabannya dari ibu, gimana nanti saja, kalo mau lahir bisa alamiah. ibu itu agak susah dibilangin” Pada ibu yang menerima proses rujukan dengan memilih bersalin oleh paraji, sudah melakukan kontak sebelumnya untuk bersalin ole paraji. “ hamil alamiah, jadi tidak usah repot ada persiapan. ibu itu sudah bilang mau bersalin dengan ma haji” (PB3).
Pada ibu yang menolak proses rujukan, seluruhnya memilih alternatif dengan penanganan persalinannya oleh paraji. Pada suami dan keluarga yang menolak proses rujukan, menyatakan pada hal sama yaitu memilih alternatif dengan persalinan di paraji. “ mau bersalin saja dengan paraji” Paraji yang telah dihubungi oleh ibu yang menolak proses rujukan, sudah melakukan kontak sebelumnya untuk bersalin oleh paraji.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
75
“ ibu eta teh sa teu acan na tos nyarios hoyong di tungkulan engkin ngalahirkeunna ku ma” (ibu itu sebelumnya sudah membicarakan ingin bersalin dengan paraji). 3) Evaluasi Alternatif Pada ibu yang menerima proses persalinan, tiga Ibumemilih akhir alternatifnya adalah penanganan masalah saat persalinan oleh bidan dan menerima perencanaan persalinan di rumah sakit dan memilih tempat di puskesmas pembantu.
“ Perencanaan persalinan di RS “ “ Memilih Persalinan di Pustu “ “ memilih ditangani oleh bidan, di tempat bidan praktek ” Ibu yang menerima proses rujukan, pemilihan akhir alternatifnya adalah penanganan masalah saat persalinan oleh paraji ada dua informan, karena alasannya lebih nyaman.
tos milih paraji, janten raos sareung reugreug hateu (memilih ditangani oleh paraji, lebih nyaman dan tenang hati). Pada ibu yang menolak proses rujukan, pemilihan akhir alternatifnya adalah dengan penanganan masalah saat persalinan oleh paraji.
“ atos milih ku paraji, kanggo engkin babarkeun” (memilih ditangani oleh paraji) 4) Keputusan Ibu yang menerima proses rujukan sebagian besar, mengambil keputusan menerima proses rujukan ke rumah sakit dengan alasan tidak bisa ditangani oleh bidan terdekat, tidak ada kemajuan setelah ditangani paraji. Hal yang sama dinyatakan pula oleh suami dan keluarga bahwa bidan menganjurkan dibawa ke rumah sakit karena ketidaksanggupan bidan menangani masalah komplikasi pada ibu. “ya terima rujukan ke RS, pas bidan memberi saran itu karena bidan tidak sanggup “
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
76
“karena tidak ada kemajuan ditangani ma paraji, hubungi bidan dan bidan tidak sanggup, kemudian memberi saran bawa ke RS” Hal di atas dibenarkan juga oleh bidan yang memberikan rekomendasi rujukan, karena ketidaksanggupan dan bukan kewenangan bidan untuk menangani kasus komplikasi obstetri yang dialami oleh ibu yang menerima proses rujukan “ ya kasus itu saya tidak sanggup nangani di sini, tu bukan kewenangan saya tuk nangani, ini harus dibawa ke rumah sakit” Pada ibu yang menolak untuk melakukan proses rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan, baik tingkat dasar maupun rumah sakit. Selain itu tidak ada kontak kembali saat persalinannya, dengan tenaga kesehatan. “ya menolak ke ditangani ke Puskesmas dan RS, jadi manggil ma paraji” 5) Tindakan Ibu yang menerima proses rujukan ke rumah sakit dan mendapatkan pelayanan kesehatan rujukan baik di tingkat dasar maupun rumah sakit, seperti tindakan di infus, tindakan operasi sesar, ditolong oleh bidan dan dokter rumah sakit serta mendapatkan perawatan nifas dan perawatan intensif (ICU). “ bersalin dengan tindakan infus ditolong bidan RS dan dokter RS” “bersalin dengan operasi” “ bersalin dengan operasi dan masuk ICU “ Ibu yang menolak proses rujukan menyatakan bahwa keputusan yang telah dilakukan untuk tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit. Ibu menggunakan pelayanan tradisional. Ibu menghubungi paraji untuk persalinannya dan mengatasi masalahnya saat persalinan. “ persalinan ke paraji di rumah saja…..tidak ke puskesmas atau RS “
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
77
5.3.2 Pengetahuan tentang Risiko Tinggi dan Komplikasi Obstetri saat Persalinan Ada dua ibu yang menerima proses rujukan menyatakan secara lengkap mengenai risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat persalinan, termasuk tanda bahaya kehamilan dan persalinan sebagai suatu keadaan yang membahayakan kesehatan ibu dan bayi, ditandai dengan perdarahan, tekanan darah tinggi, oedema pada wajah, kaki dan tangan, pusing, air ketuban pecah sebelum waktunya, lemes, letak bayi bukan kepala. “perdarahan,bengkak-bengkak, tensi tinggi, pusing….lemes, air ketuban keluar, letak bayinya bukan kepala, bahaya tuk kesehatan saya dan bayi saya” Pada ibu pada penelitian ini, ibu yang menerima proses rujukan maupun ibu yang tidak menerima proses rujukan sebagian besar menyatakan belum mengetahui dan salah satunya adalah lupa mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan yang merupakan bagian dari komplikasi obstetri dan risiko tinggi. Selain itu, seluruh ibu yang menerima proses rujukan maupun ibu yang tidak dapat menyatakan pengaruhnya komplikasi obstetri tersebut berbahaya terhadap ibu dan bayi. “Belum pernah tahu, bahaya untuk kesehatan saya dan bayi” “Lupa lagi waktu itu masih hamil empat bulan, kalo gitu bahaya tuk ibu dan bayi” Informasi mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan, termasuk komplikasi obstetri yang didapatkan oleh Ibuyang menerima proses rujukan melalui membaca buku kesehatan ibu dan anak. Bidan sebagai petugas kesehatan pernah memberikan informasi tersebut dengan frekuensi yang tidak sering dan memberitahu ketika bidan menemukan salah satu tanda bahaya pada informan. Ada dua ibu yang menerima rujukan menyatakan belum pernah mendapatkan informasi mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan. “Selama Periksa hamil saya belum pernah dikasih tahu. belum dapat buku KIA” “belum pernah denger dari bu bidan, buku juga jarang dibaca” (IB.M5)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
78
“Dapat dari buku, bidan pernah ngasih tahunya kalo periksa hamil tapi jarang” Ibu yang menolak proses rujukan menyatakan belum pernah mendapatkan informasi tersebut dari bidan yang dikunjunginya saat periksa hamil dan kurangnya minat baca terhadap buku kesehatan ibu dan anak tersebut. Buku kesehatan ibu dan anak yang hilang pada Ibuyang menolak proses rujukan. “ Jarang, dibaca bukunya, bidan belum pernah kasih tahu kalo periksa “ “ Bukunya hilang, belum pernah dikasih tahu” (IB.T7) Apabila dihubungkan dengan status pemeriksaan hamil yang dilakukan informan, termasuk frekuensi pemeriksaan hamil dan pemberian informasi. Pada empat orang Ibuyang menerima rujukan melakukan pemeriksaan hamil sebanyak 7-8 kali dengan rutin setiap bulan. Ada satu orang yang tidak melakukan pemeriksaan hamil secara rutin dengan frekuensi pemeriksaan hamil hanya 3 kali. Untuk tempat pemeriksaan, tiga orang Ibumemeriksakan kehamilannya di tempat bidan praktek dan dua orang ibu di posyandu dan puskesmas pembantu. Hal yang sama dinyatakan pula oleh bidan yang memberikan rekomendasi rujukan pada ibu. “ Periksa hamil 3 kali, tidak rutin, di praktek bidan ” “ sudah 8 kali periksa, setiap bulan rutin di puskesmas atau di rumah bidan “ “ periksa hamil sudah 7 kali bilangnya normal, periksa rutin di pustu atau posyandu “ Pada ibu yang menolak proses rujukan seluruhnya mengatakan tidak memeriksakan hamil secara rutin, hanya 2-3 kali. tempat pemeriksaan hamil di tempat praktek bidan. Hal yang sama dinyatakan pula oleh bidan yang memberikan rekomendasi rujukan pada ibu. “ baru periksa hamil dua kali, tidak rutin di prakteknya” Ibu yang menerima proses rujukan maupun ibu yang menolak proses rujukan sebagian besar menyatakan jika mengetahui lebih awal maka akan ada persiapan dan perencanaan untuk menghadapi persalinannya. Selain itu, ada ibu
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
79
yang menerima proses persalinan menyatakan bahwa kehamilan dan persalinan adalah alamiah dan biasa saja, tanpa persiapan pun bisa terjadi dengan normal. “kalo tahu pasti ada persiapan” “ dengar awal pasti ada persiapan, tapi kalo da hambatan biaya cuma bisa pasrah” “kalo kemarin pas saya kejang tidak ditangani cepat, tidak ada umur, jadi harus disiapin lebih awal” “hamil dan persalinan itu biasa saja, alamiah, kalo ada apa-apa karena pernah salah tau stress. takut juga sepertinya tidak usah terlalu tahu seadanya aja” Ada satu ibu yang menerima proses rujukan menyatakan sudah ada perencanaan dan persiapan untuk menghadapi persalinannya dengan masalah komplikasi obstetri. “ Bidan ingetin rencana persalinan, karena posisi bayi bukan kepala, lahir di RS, jadi sudah ada perencanaan dan persiapan untuk persalinan di RS “ 5.3.3 Persepsi terhadap kualitas Pelayanan Kesehatan baik terdekat maupun rujukan Ibu yang menerima proses rujukan menyatakan pandangannya mengenai kualitas pelayanan kesehatan yang ada di dekat adalah pelayanan yang mudah untuk dihubungi ketika diperlukan, memberikan fasilitas nomor telepon agar mudah dihubungi, pelayanan yang diberikan cukup memuaskan dengan sikap yang baik dan ramah. Ada satu orang ibu yang mengatakan sulit dan jauh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terdekat. “ Saya punya nomor telepon bidan biar mudah hubunginya, baik, ramah, cukup memuaskan” “ baik orangnya, susah karena jauh dari rumah saya, jadi harus ke pustu” Ibu yang tidak menerima rujukan hampir seluruhnya menyatakan susah dihubungi karena jauh dan bidan yang ganti-ganti. Ibu yang menolak proses rujukan ada satu orang yang menyatakan sikap pelayanan bidan tidak ramah, selalu sibuk ada menolong persalinan dan tidak sering ada di tempat.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
80
“ Ramah, baik, susah dihubungi karena jauh, bidannya ganti-ganti” “ Susah, tidak begitu ramah, jarang ada di tempat, selalu bilang sibuk ada yang lahirin” Ibu yang menerima proses rujukan maupun yang menolak proses rujukan menyatakan petugas kurang memberikan informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan dan tidak memberikan waktu untuk diskusi dengan keluarga. Pada ibu yang menerima proses rujukan ada satu ibu menyatakan adanya pemberian informasi mengenai pemilihan persalinan dan perencanaan persalinan. Semua ibu baik yang menerima proses rujukan dan menolak proses rujukan tidak mendapatkan anjuran untuk menandatangani surat persetujuan saat proses rujukan di pelayanan kesehatan terdekat. “ kurang kasih informasi, terburu-buru” “ kurang kasih informasi, suami tidak diajak ngobrol dulu “ “ saya tidak disuruh nanda tangan pernyataani waktu mau dibawa ke RS“ Ibu yang menerima proses rujukan ada tiga orang yang menyatakan lama penanganan terhadap dirinya saat harus dilakukan proses rujukan karena waktu tempuh untuk mencapai pelayanan kesehatan terdekat yang lama sekitar 15-25 menit. “lama nangani saya karena diperjalanan ke sini sekitar 15 Menit” “lama nangani saya karena dijalan 25 menit” Ibu yang menerima proses rujukan seluruhnya langsung ditangani di rumah sakit, karena bukan kasus yang dapat ditangani di Puskesmas dan lebih dekat dengan rumah sakit. “Saya langsung ke RS karena ini bukan kasus di puskesmas” “Saya langsung ke RS, lebih dekat dengan RS” Semua ibu yang menerima proses rujukan menyatakan penanganan di unit gawat darurat cepat dan cukup memuaskan. Untuk di unit rawat inap kebidanan kurang pemberian informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan. Untuk tindakan yang akan dilakukan pada Ibu dilakukan penandatangan persetujuan
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
81
tindakan. Ibu yang mengeluh ruangan rawat inap yang penuh dengan pasien, tidak nyaman, membuat suasana panas, serta adanya persepsi bahwa semua fasilitas memang untuk kelas ekonomi. “ Di UGD cepet nanganinya, baik, cukup memuaskan, penuh pasiennya, kurang nyaman, biasa kelas ekonomi, saya nanda tangan tuk tindakan, kurang kasih informasi detail, saya belum mengerti dan bingung”. “ karena penuh saya pulang paksa, akhirnya saya kejang 3 hari saat sudah di rumah “ Waktu tunggu untuk penanganan di ruangan bersalin, paling tercepat adalah tiga jam dan waktu terlama adalah sekitar 12-13 jam. Dengan waktu tunggu terlama, ada persepsi yang salah pada ibu karena tidak dijelaskan proses persalinan dan persiapan yang akan dijalani oleh informan. “ Kita nunggu sampai ibu operasi 3 jam” “ 12 jam bayi saya baru lahir” “ 13 jam saya nunggu baru di operasi, kalo cepet mungkin bayi yang ada diperut saya bisa tertolong, walaupun saya sebenanrnya tidak menginginkan bayi ini “ Untuk ibu yang menolak proses rujukan saat persalinan, berdampak kesakitan pada bayi usia < 7 hari hingga harus dirawat menyatakan penanganan di unit gawat darurat cepat, cukup memuaskan, namun untuk di unit rawat inap perinatal masih kurangnya pemberian informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan. Untuk tindakan yang akan dilakukan pada bayi dilakukan penandatangan persetujuan tindakan. “ Baik, cepet nanganinya, kurang kasih informasi waktu anak saya di bawa ke RS, diminta tanda tangan persetujuan tuk perawatan bayi. penuh terus, tapi terpenting bayi saya nyaman kelihatannya” 5.3.4 Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Ibu yang menerima rujukan maupun ibu yang menolak proses rujukan hampir seluruhnya menyatakan waktu yang diperlukan untuk mencari pertolongan ke tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan terdekat adalah waktu yang tidak lama antara 5-15 menit. Untuk mencapai tempat tersebut menggunakan kendaraan motor dan salah satunya cukup hanya jalan kaki karena dekat sekitar 5 menit.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
82
Pernyataan di bawah ini didapat pula pada pernyataan dari bidan yang memberikan rekomendasi proses rujukan. “Kalau ke bidan yang dekat 5 menit pakai motor” “Kalau ke bidan yang dekat 5 menit jalan kaki” “ Kalau ke bidan yang dekat 10 menit pakai motor” “ Kalau ke bidan 15 menit pakai motor” Ada dua ibu yang menerima proses rujukan dan ibu yang menolak proses rujukan melalui waktu yang lama sekitar 25-35 menit untuk mencari pertolongan ke tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan terdekat. Pernyataan di bawah sama seperti pernyataan dari bidan yang memberikan rekomendasi proses rujukan. “ kalau ke bidan 25 menit pakai motor” “ Kalau ke bidan 35 menit pakai motor” Ibu yang menerima proses rujukan maupun yang menolak proses rujukan sebagian besar menyatakan waktu yang diperlukan untuk menuju ke tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan rujukan dasar adalah waktu yang tidak lama < 20 menit. Hal ini menggunakan kendaraan motor atau mobil. Pernyataan di bawah sama seperti pernyataan dari bidan yang memberikan rekomendasi proses rujukan. “ Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” “ Sekitar 20 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” Ibu yang menerima proses rujukan maupun yang menolak proses rujukan sebagian lagi menyatakan waktu yang diperlukan untuk menuju ke tenaga kesehatan dan fasiltas kesehatan rujukan dasar adalah waktu yang lama yaitu > 20 menit. Hal ini menggunakan kendaraan motor atau mobil. Pernyataan di bawah sama seperti pernyataan dari bidan yang memberikan rekomendasi proses rujukan. “ Sekitar 30 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor “ “Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai motor atau mobil”
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
83
Ibu yang menerima proses rujukan sebanyak tiga orang dan ibu menolak proses rujukan sebanyak satu orang menyatakan waktu yang diperlukan untuk menuju ke tenaga kesehatan dan fasiltas kesehatan rujukan rumah sakit adalah waktu yang lama > 60 menit, dengan menggunakan kendaraan mobil. Pada ibu yang menerima proses rujukan mengungkapkan kendala yang ditemukan saat menempuh pelayanan kesehatan adalah jauh dengan kondisi jalan kurang baik serta sulit dijangkau oleh mobil, harus menggunakan tandu dari rumah jalan rayanya. Pernyataan di bawah ini diungkapkan pula oleh bidan yang memberikan rekomendasi proses rujukan. Demikan pula oleh suami dan keluarga yang mendampingi proses rujukan mapun yang menolak proses rujukan. “Sekitar 1 jam lebih pakai mobil, “ Susah dilalui mobil, pakai tandu untuk ke jalan rayanya” “ Sekitar 2,5 jam pakai mobil ke RS “ “Sekitar 5 jam pakai mobil ke RS, jauh, jalannya kurang baik, untung ada mobil tetangga biasanya susah mobil” Ibu yang menerima proses rujukan sebanyak dua orang maupun ibu yang menolak proses rujukan sebanyak satu orang menyatakan waktu yang diperlukan untuk menuju ke tenaga kesehatan dan fasiltas kesehatan rujukan rumah sakit adalah waktu yang tidak lama < 60 menit dengan menggunakan kendaraan mobil. Pada ibu yang menerima proses rujukan maupun ibu yang menolak proses rujukan mengemukakan kendala yang ditemukan adalah kendaraan mobil yang bersedia membawa ibu. Pernyataan di bawah ini diungkapkan pula oleh bidan yang memberikan rekomendasi proses rujukan. Demikan pula oleh suami dan keluarga yang mendampingi proses rujukan mapun yang menolak proses rujukan. “ Sekitar 20 menit pakai mobil ke RS” “Sekitar 40-45 menit pakai mobil ke RS, jalannya kurang baik dan jarang ada mobil” 5.3.5 Penggunaan Asuransi kesehatan Ibu yang menerima proses rujukan maupun yang menolak proses rujukan menyatakan cara pembayaran yang digunakan untuk pembiayaan penanganan
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
84
komplikasi obstetri adalah memanfaatkan Jampersal. Ibu mengungkapkan baru menggunakan Jampersal saat ini untuk perawatan ibu dan bayi. Demikian pula dengan suami dan keluarga atau orang terdekat, menyatakan pembiayaan penanganan di rumah sakit menggunakan Jampersal. Pernyataan dari bidan yang mengantarkan proses rujukan pada ibu yang menerima rujukan maupun yang menolak proses rujukan menyatakan menggunakan Jampersal, baru digunakan untuk pembiayaan proses rujukan dan rumah sakit. Petugas kesehatan memberitahu pada saat proses rujukan dilakukan. Selain itu, ada petugas yang memberitahu sebelum persalinan yang diberikan saat periksa hamil pada ibu yang menerima proses rujukan. Ibu yang menerima proses rujukan hampir seluruhnya menyatakan baru diberitahu saat proses rujukan dilakukan mengenai penggunaan Jampersal oleh bidan untuk pembiayaan perawatan di rumah sakit. demikain pula pernyataan yang sama didapatkan pula dari suami dan keluarga atau orang terdekat ibu. “Jampersal, baru kali ini saya menggunakannya, untuk saya dan bayi” “ diberitahu waktu rujukan di rumah saat periksa hamil dan RS” Ibu yang menolak proses rujukan sebanyak satu orang menyatakan mendapatkan informasi Jampersal ini dari teman dan tokoh masyarakat yaitu ketua RT. Ibu tersebut menggunakan Jampersal saat bayi yang dilahirkannya memerlukan perawatan di RSSIB RSUD Cianjur. Begitu pula dengan pernyataan dari suami dan keluarga atau orang terdekat, diberitahu oleh tokoh masyarakat yaitu ketua RT. “dikasih tahu pa RT, Bidan tidak pernah kasih tahu” Proses untuk penggunaan Jampersal hampir seluruh ibu baik ibu yang menerima proses rujukan maupun ibu yang menolak proses rujukan menyatakan mudah dan sudah ada persyaratan yang telah ditentukan. pernyataan suami dan keluarga didapatkan sama dengan pernyataan Ibu di bawah ini. “mudah, persyaratan diurus oleh suami, bapak, saudara suami”
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
85
Ada dari ibu yang menerima rujukan maupun ibu yang menolak rujukan menyatakan merasa rumit dikarenakan oleh ketidak sesuaian syarat-syarat Jampersal yang telah ditentukan. “ berbelit ya karena nama beda dengan di kartu KK Pernyataan dari bidan menyatakan proses penggunaan Jampersal adalah mudah, hanya KTP, KK dan keterangan rujukan. Bidan telah memberitahu syaratsyarat dari penggunaan Jampersal pada ibu dan keluarga yang menerima proses rujukan. “ Mudah, hanya KTP, KK dan keterangan rujukan, sesuai syarat yang ada”
5.3.6 Biaya Biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan terdekat, seluruh dari ibuyang menerima proses rujukan maupun yang tidak menerima proses rujukan menyatakan tidak ada pengeluaran biaya karena menggunakan kendaraan yang ada dan milik pribadi atau orang terdekat seperti keluarga, tetangga, teman. Selain itu, dapat ditempuh dengan tanpa menggunakan motor, dengan jalan kaki. Pernyataan ini dinyatakan pula oleh keluarga, suami dan orang terdekat. “Tidak ada biaya, pakai motor sendiri” “Tidak ada, pakai motor tetangga” “Tidak ada karena ada motor milik saudara” “Tidak ada karena bisa jalan kaki” Biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit, ada dua ibu yang menerima proses rujukan menyatakan harus mengeluarkan biaya untuk transportasi sebesar < Rp 100.000. Selain itu, ada dua ibu yang menerima proses rujukan tidak sama sekali mengeluarkan biaya untuk transportasi saat rujukan karena menggunakan ambulan desa yang tersedia. Pernyataan ini dinyatakan pula oleh keluarga, suami dan orang terdekat.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
86
“Sewa angkot saja Rp 20.000-Rp 30.000” “Tidak ada dari rumah pake tandu, pas di jalan besar dekat jalan rumah langsung ke rs pake ambulance desa” Biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit, ibu yang menerima proses rujukan menyatakan harus mengeluarkan biaya untuk transportasi sebesar > Rp 100.000. Pernyataan di bawah ini dinyatakan pula oleh suami, keluarga dan orang terdekat. “Hanya untuk isi bensin saja Rp 200.000, mobil punya tetangga jadi lebih murah”. Untuk ibu yang menolak proses rujukan menyatakan biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi saat membawa bayinya ke rumah sakit, diantaranya ada yang mengeluarkan biaya sekitar Rp 50.000 dan Rp 100,000.
“ untuk transportasi ke puskesmas sebesar Rp 100.000, untuk ke RS gratis pakai ambulan puskesmas karena ditanggung Jampersal” “ Sewa mobil Rp 50.000 untuk ke RS karena langsung ke RS” Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani oleh bidan terdekat, seluruh ibu baik yang menerima proses rujukan maupun yang tidak menerima proses rujukan menyatakan tidak ada biaya yang harus dikeluarkan. Pernyataan dibawah ini dinyatakan pula oleh suami, keluarga dan orang terdekat. “Tidak ada” Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani di pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit, ada dua ibu yang menerima proses rujukan menyatakan mengeluarkan biaya sekitar Rp 150.000 - Rp 250.000 untuk pembiayaan obat dan alat yang diperlukan untuk ibu dan bayi di rumah sakit. Selain itu, ada tiga ibu yang menerima proses rujukan menyatakan mengeluarkan biaya sekitar Rp
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
87
1000.000 - Rp 2000.000. Pernyataan ini dinyatakan pula oleh suami, keluarga dan orang terdekat “Kurang lebih Rp 250.000 tuk obat yang tidak ada dalam paket RS” “Kurang lebih Rp 150.000 tuk beli obat di RS” “Hampir Rp 1000.000 terutama untuk perawatan lanjut bayi di RS, untuk beli darah ja Rp 250.000 tuk bayi di RS” “Hampir Rp 1.500.000 tuk bayi dan beli alat dan obat tuk saya dan bayi di RS” “Hampir Rp 2.000.000 tuk saya karena masuk ICU dan bayi di RS, beli darah ja Rp 750.000 dan bayi tuk obat, perlengkap an, dan kain kanguru di RS” Pada ibu yang menolak proses rujukan berdampak kesakitan pada bayi hingga harus menjalani perawatan, harus mengeluarkan biaya untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan bayi saat ditangani di pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit. Biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 500.000, untuk pembiayaan obat dan alat yang diperlukan untuk bayi di rumah sakit. Pernyataan ini dinyatakan juga oleh suami, keluarga dan orang terdekat ibu. “ Hampir Rp 500.000 untuk obat-obat dan alat keperluan perawatan bayi di RS” Biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya hidup selama di rumah sakit sebanyak tiga orang ibu yang menerima rujukan menyatakan membawa perbekalan dari rumah karena letak yang tidak terlalu jauh, hanya mengeluarkan untuk biaya transporatsi atau menggunakan kendaraan motor baik milik sendiri , saudara, maupun tetangga. Pernyataan ini dinyatakan pula oleh suami, keluarga, orang terdekat informan “Tidak ada, kebetulan deket jadi bawa dari rumah, paling tuk transportasi keluarga ke rs, tidak besar sekitar Rp 4000 pulang pergi” “ Kita bekal dari rumah tuk makan, kalo transportasi lumayan, tapi sering diantar pakai motor sendiri atau motor saudara atau pinjam motor tetangga “
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
88
Ada satu ibu yang menerima proses rujukan harus mengeluarkan biaya untuk makan dan keperluan lainnya sekitar Rp 200.000. “Beli trus, lumayan, kurang lebih Rp 200.000”. Pada ibu yang menolak proses rujukan seluruhnya menyatakan harus mengeluarkan biaya untuk makan sehari-hari selama di rumah sakit sekitar Rp 200.000 – Rp 300.000 “Beli trus, lumayan, kurang lebih Rp 200.000-Rp 300.000” Informasi mengenai biaya untuk makan sehari-hari dan biaya hidup lainnya pada penelitian ini tidak dilakukan perbandingan dengan lama hari rawat, Dengan kondisi seperti di atas proporsi pengeluaran ibu dan suami serta keluarga selama perawatan yang berbanding dengan jumlah hari rawat dirawat tidak dapat diketahu dengan jelas. Pembiayaan yang telah dikeluarkan ibu yang menerima proses rujukan maupun yang menolak proses rujukan menyatakan beberapa kendala yang ditemukan dalam pembiayaan tersebut, apabila dibanding dengan penghasilan. Ibu yang menerima proses rujukan maupun yang tidak menerima proses rujukan hampir seluruhnya menyatakan mendapatkan kendala, seperti uang yang digunakan untuk pembiayaan rumah sakit harus diganti. Status bantuan tersebut sebagai hutang atau pinjaman yang didapat dari keluarga maupun teman. Selain itu, pembayaran pinjaman yang tidak berbanding dengan penghasilan sehari-hari. Kendala ditemukan pula karena suami yang tidak dapat bekerja dan tidak dapat menghasilkan uang karena harus mendampingi ibu di rumah sakit. Pernyataan yang sama dengan pernyataan di bawah ini dari suami, keluarga, dan orang terdekat menyatakan kendala yang ditemui saat penanganan ibu di rumah sakit. “ penghasilan suami sehari hanya Rp 15000 s/d Rp 20000. jadi tuk itu biaya hutang ke saudara suami masih bingung ” uang yang digunakan dapat pinjaman teman, akan diganti setelah sembuh” “ suami tidak bisa kerja, tidak ada penghasilan, uang yang dipake pinjaman, harus diganti “
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
89
Seluruh ibu yang menerima proses rujukan maupun yang menolak proses rujukan menyatakan tidak mendapatkan bantuan tambahan dari instansi pemerintah atau non pemerintah dalam menjalani perawatan di rumah sakit. “Tidak ada” 5.3.7 Peran Suami Ibu yang menerima proses rujukan sebanyak tiga orang menyatakan belum pernah diantar saat pemeriksaan hamil, mengetahui bahwa kehamilannya normal. Ada satu Ibu yang menerima rujukan tanpa status menikah sehingga peran suami digantikan oleh suami teman dekatnya. Peran suami di dalam keluarga ibu yang menerima proses rujukan adalah sebagian besar suami memberikan perhatian pada ibu, mengikuti anjuran dari bidan dalam proses persalinan dan proses rujukan, mencari dana tambahan. Ada satu ibu yang menerima proses rujukan menyatakan suaminya pernah mengantar ibu periksa hamil, suami mengetahui keadaan kehamilannya dan perencanaan proses melahirkan harus di rumah sakit jika tidak ada perubahan posisi bayinya. Pernyataan suami, keluarga dan orang terdekat sama dengan pernyataan ibu seperti di bawah ini. “ suami pernah antar periksa ke bidan, suami saya sudah tahu sejak kehamilan 6 bulan, saya tidak bisa lahir di bidan atau di rumah sakit, suami beri saran tuk lakukan posisi sujud dan ruku, suami beri motivasi ke saya tuk tetap tenang. suami mempersiapkan dana tuk persalinan di RS, biarpun ada Jampersal, dia sangat peduli, terpenuhi hak saya sebagai istri” “Suami tahunya kehamilan saya normal tidak ada masalah. suami belum pernah antar saya periksa hamil. suami cukup peduli karena tidak ada rencana lahir di RS, suami dukung saja tapi karena ada keterbatasan biaya, suami tergantung dengan kakak suami “ “ Ayah bayi kerja di Saudi, sulit dihubungi, saya kecelakaan, belum menikah, rencananya anak ni akan dikasih, saya merasa tidak diperhatikan Ayah bayi kerja di Saudi, sulit dihubungi, saya kecelakaan, belum menikah, rencananya anak ni akan dikasih, saya merasa tidak diperhatikan”
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
90
Pada ibu yang menolak proses rujukan saat persalinan semuanya menyatakan suami tidak pernah antar periksa ke bidan, diantar oleh orang tua dan mertua, suami tidak mendukung dengan kendala biaya yang akan dikeluarkan. “ Suami belum pernah antar periksa hamil ke bidan karena kerja di Jakarta, yang antar orang tua, semuanya memasrahkan ke keluarga, kalo dibawa ke RS, keberatan dari biaya, suami belum bisa memutuskan sendiri” Ibu yang menerima rujukan maupun yang tidak menerima proses rujukan hampir seluruhnya menyatakan bahwa dalam proses pengambilan keputusan suami masih ketergantungan dengan keluarga istri maupun suami, terutama dari segi biaya. Faktor pekerjaan yang memaksakan juga suami menitipkan ibu pada keluarga ibu dan suami. Pernyataan suami, keluarga dan orang terdekat didapatkan sama dengan pernyataan ibu seperti di bawah ini. “Suami masih tergantung dengan keluarga saya, karena tinggal dengan keluarga saya, suami bekerja di Cileungsi, pulang setiap 1 minggu sekali” “Selalu mengutamakan pendapat ibunya, tergantung bantuan biaya dari orang tuanya “ 5.3.8 Dukungan Petugas Kesehatan (Bidan) Ibu yang menerima proses rujukan, terdapat satu orang menyatakan bentuk dukungan yang diberikan oleh bidan antara lain ; memberikan saran untuk melakukan posisi sujud atau ruku, memberikan saran untuk perencanaan persalinan yang dilakukan di rumah sakit, memberi saran persalinan harus dilakukan di rumah sakit dan melakukan pendampingan rujukan. Selain itu, memberikan informasi mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan termasuk faktor risiko dan komplikasi obstetri saat persalinan. “ Memberikan saran tuk melakukan posisi sujud atau ruku, saran lahir di RS sejak kehamilan 6 bulan, mendamping ke RS “ “Sebelumnya saran tuk USG, tapi tidak kasih tahu sebabnya, saat persalinan baru beri saran lahir di RS, mendampingi ke RS “ “Bidan beri pengetahuan tanda bahaya, karena salah satunya ada di saya, belum ada persiapan, mendadak, bidan damping ke RS”
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
91
Pada empat ibu yang menerima proses rujukan menyatakan belum mendapatkan informasi mengenai kondisi kehamilan dan persalinannya dalam keadaan tidak normal, sehingga tidak ada persiapan dan baru menerima saran ketika persalinan terjadi. Dari semua pernyataan ibu yang menerima proses rujukan, bidan melakukan pendampingan proses persalinan. “ Sebelumnya tidak kasih tahu harus lahir di RS, (kehamilan saya normal), beri saran lahir di RS segera ketika persalinan teraba tangan dan posisi bayinya tidak normal. mendampingi ke RS, Saya diinfus waktu ke RS” “ Sebelumnya kasih saran tuk USG, tapi tidak kasih tahu sebabnya, saat persalinan baru diberi saran lahir di rumah sakit karena letaknya bukan kepala tapi bokong. bidan mendampingi ke rumah sakit “ “ Tidak diberi saran, masih normal, kejadian mendadak kejang, bidan baru kasih saran ke rumah sakit, bidan dampingi ke rumah sakit “ Pada ibu yang menolak persalinan menyatakan telah diberikan saran untuk melakukan proses rujukan, namun ibu menolak proses rujukan ke fasilitas rujukan tersebut. Ibu tersebut belum pernah menerima informasi tanda bahaya kehamilan dan persalinan sebelumnya. “ Sudah diberi saran apa-apa, pas saya periksa terakhir harus lahir di puskesmas dan RS, tapi saya tolak, karena takut ditolong oleh bidan” “ Belum pernah dikasih tahu, diberi saran ketika ada keluhan saya ke bidan, tapi orang tua suami menolak, dan pilih ditolong oleh paraji “ Bidan menyatakan dukungan yang diberikan pada ibu dengan komplikasi saat persalinan adalah memberikan saran untuk bersalin oleh bidan, memberikan alternatif tindakan saat hamil dengan posisi sujud dan ruku, memberikan saran dan perencanaan persalinan di fasilitas rujukan rumah sakit. Selain itu, ditemukan pernyataan bidan yang ragu saat pemeriksaan menentukan identifikasi tanda bahaya dari ibu yang memiliki tekanan darah tinggi, karena pemeriksaan urin negatif. Bidan yang kontak dengan ibu yang menerima proses rujukan seluruhnya mendampingi proses rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan rumah sakit. Pernyataan bidan yang ditolak oleh ibu dan keluarga, tidak melakukan kontak kembali sehingga tidak mengetahui perkembangan selanjutnya.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
92
“Sudah beri saran bersalin dengan bidan, saat persalinan, teraba tangan langsung beri saran bawa ke RS, Segera, dampingi ke RS” “Beri saran sejak usia kehamilan 6 bulan, perencanaan persalinan di RS, Lakukan sujud, ruku, dampingi ke RS” “Beri saran USG, karena ragu letaknya, beri saran kembali segera tuk persalinan di RS dampingi proses rujukan ke RS” “Beri saran tuk segera ke RS, belum ketemu dengan suaminya, datang dengan kejang, segera lakukan rujukan RS, dampingi ke RS” “Ragu, karena tensi tinggi, tapi protein urine negatif, belum kasih saran, takut kesan menakuti, beri saran segera tuk dirujuk ke RS, Dampingi ibu ke RS” “Sudah kasih saran tuk persalinan di puskesmas atau bidan, karena belum waktunya lahir, menolak, tidak kontak kembali, ibu dan keluarga sulit orangnya, dampingi rujukan bayi yang dilahirkan oleh paraji” Hasil telaah dokumen buku KIA yang dimilik oleh ibu, lembar amanat persalinan belum terisi, masih dalam keadaan kosong. Pada lembar kohort ibu, terutama deteksi risiko tinggi dan penanganan komplikasi sebagian besar ibu yang mengalami komplikasi tersebut tidak tertulis secara lengkap. Hanya tiga ibu yang tertulis lengkap didalam kohort ibu. ibu yang tertulis adalah ibu yang menerima proses rujukan.
5.3.9 Dukungan Sosial (keluarga dan orang terdekat) Ibu yang menerima proses rujukan maupun yang tidak menerima proses rujukan menyatakan bentuk dukungan keluarga dan teman dekat yang diberikan saat persalinan adalah memberikan bantuan pinjaman, memberikan bantuan biaya, menggantikan posisi suami atau ayah bayi informan, memberikan dukungan doa dari orang tua. Selain itu, memberikan alternatif penanganan yaitu mencari pengobatan ke paraji, orang pintar. Pernyataan ibu dibenarkan pula oleh keluarga dan orang terdekat ibu yang menerima proses rujukan. “Suami teman saya memberi saran tuk bersalin di ma paraji (ma haji), yang anterin ke tempat ema, memberi pinjaman biaya di RS, teman saya bantu aktifitas sehari-hari”
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
93
“ Nemani di RS, bantuan biaya obat, cari ma paraji tuk lahiran, cari air doa dan orang pintar, cari bantuan bidan karena tidak ada perubahan” “ Keluarga saya terutama bapak yang menggantikan suami saya ketika tidak ada, dukungan doa dari bapak, dampingi ke RS, bantuin dana dari bapak, mencari air doa tuk kelancaran persalinan “ “ Kasih bantuan biaya, cari ma paraji saat persalinan, cari bantuan bidan pas bayi biru dan tidak menyusu kuat” Ada satu ibu yang menerima rujukan, menyatakan bahwa suami dan keluarga mengetahui keadaan ibu dan menerima saran yang telah diberikan termasuk mengikuti rencana persalinan di rumah sakit. “ saya sudah pernah bilang mengenai informasi dan saran yang telah diberi bidan, ya gimana lagi diikuti saja, kalo itu yang terbaik dijalani saja kata suami saya” (IB.M2). Ibu yang menerima rujukan maupun yang tidak menerima rujukan hampir seluruhnya menyatakan keluarga tidak mengetahui keadaan ibu selama hamil dan tidak ada saran sebelumnya, menerima saran setelah adanya tanda bahaya dan komplikasi saat persalinan. “ Tidak pernah bilang apa-apa, saat bidan memberi saran ke rs, karena keadaan saya tidak bisa ditangani ya nurut saja suami temen nurut saja.” “ Saya belum pernah bilang suami, bidan juga belum pernah saranin apaapa. Waktu harus dibawa, suami dan keluarga kaget, keinginan lahir di pustu, tapi kalo begini ya terpaksa nurut saja kata suami” “ Belum pernah ngomong ya tentang kehamilan, begitu juga bidan, Suami kaget juga, pas ibu sudah dibawa ke RS, ya kalo begini terpaksa nurut baiknya aja” Seluruh ibu yang menerima proses rujukan menyatakan lebih nyaman ditangani oleh paraji, karena ditunggu dengan sabar, sudah pengalaman, lebih tahu, diberikan pijatan, dan memberikan doa, serta membetulkan posisi bayi agar kembali normal. ma paraji bisa pijat, nyangsurkeun (membenarkan posisi), jiwa saya tenang, baik, ma kasih bantuan doa, biar lancar. Selain itu cari orang yang mau asuh bayi saya ini, karena saya rencana mau kasih bayi ini. paraji beri ketenangan, cuma air doa yang dipakai ke paraji dan orang pintar atau ustadzh
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
94
Saya biasa panggil ma haji setelah lahir tuk rawat bayinya, banyak pengalaman, kasih doa Pada ibu yang menolak proses rujukan ada yang menyatakan nyaman dengan paraji dan ada yang menyatakan nyaman ke bidan, karena pilihan dari orang tua suami menyebabkan ibu tidak bisa mengikuti pilihannya. “ Saya nyaman lahir oleh paraji, lebih nyaman, enakan ditungguin “ “Saya nyaman ke bidan, karena orang tua suami lebih memilih paraji saya tidak bisa merubah” Pada pernyataan pemberi pelayanan tradisional (paraji dan orang pintar) lebih mengutamakan pemberian doa dan air yang telah didoakan. Mereka melakukan teknik penyemburan pada tubuh dan penggunaan kunyit besar (panglay). Pandangan pemberi pelayanan tradisional mengenai kejadian yang dialami oleh ibu merupakan hal mistik dan hanya ditangani oleh spiritual saja. Dengan sikap ketidakmampuan menangani kembali, membuat pemberi pelayanan tradisional menghubungi petugas kesehatan. “ ku ma teh disebor ku cai doa, nya bari jampean oge, ditingali lami geuning ieu saparto teu normal sieun kumaha onam ma miwarang manggil bidan ka keluargana. eta oge ngiring ka RS na (Ma usap, disembur air doa biar mudah, kasih air doa, diberi doa (jampe), karena tidak sanggup takut ada apa-apa beri saran ke keluarga ibu tuk panggil bu bidan, damping ke RS)” “ ma’ mah nurutkeun kahoyong ibu, sa teu acanna kajadian tos nitipkeun sieun pupus ku margi amanahna teu ka wujudkeun, nya mun di kampong mah ieu the aya karuhun nu ngalongok, janten teu keudah ka RS, nya ma teh nganggo panglay sareng cai jampe, wios regreg da aya pa ustadz” (Ma turutin keinginan ibu, karena takut meninggal, kalo dikampung karena ada karuhun jenguk, tidak usah bawa ke RS, pakai panglay, sembur air doa, tenang da ustadz)” “ ari ieu mah tiasa normal, teu keudah ka RS, bayi alit mah tiasa hirup, teu sawios teu ka RS oge. da ditingalian teh normal, bayi na beurum, diminyakan wae ari ibak mah, sareng nganggo cai panas dina botol. nya rewash oge ma ningal ieu bayi geundeuk, alimeun eneun langsung ma miwarang kaluarga na manggil bu bidan sieu kumaha onam deui abeh dicandak ka puskesmas“ (Kalau bisa normal tidak usah ke RS bayi kecil bisa hidup tidak harus ke RS, diminyakin ja kalo mandi, pake botol, seperti bayi normal ja, pas bayi biru susah netek, baru bawa ke puskesmas, harus diobatin)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
95
“Dikasih air doa, diusap ke wajah dan bagian tubuh lainnya, jempolnya ditekan dengan panglay, ditunggu ja, tidak usah bawa ke RS, ini mah penyakit batin” 5.3.10 Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri Ibu yang menerima proses rujukan sebanyak tiga orang menyatakan memerlukan penanganan komplikasi saat persalinan oleh bidan. Ada satu ibu yang menolak proses rujukan lebih cenderung pencarian pertolongan penanganan komplikasinya ke bidan, namun dalam kondisi tidak dapat mengutamakan pilihannya. “ Lebih utama ke RS atau bidan, lebih tahu yang terbaik untuk menangani masalah persalinan“ “ Lebih ke bidan, tapi kondisinya saya lemah jadi nurut yang diucap orang tua suami” Pada ibu yang menerima proses rujukan sebanyak dua orang maupun ibu yang tidak menerima proses rujukan sebanyak satu orang menyatakan masih mengutamakan penanganan oleh paraji. Apabila tidak ada perkembangan yang baik pada kasus yang ditangani oleh paraji, maka baru menghubungi petugas kesehatan. “Lebih dulu ke ma paraji, lebih dekat, mudah, kalo ma paraji tidak bisa baru panggil bidan yang punya obat dan alat” Hambatan yang ditemui pada ibu untuk menerima maupun yang menolak proses rujukan adalah sebagian besar karena kekhawatiran biaya diluar Jampersal serta keadaan jalan yang akan ditempuh, termasuk transportasi. “ ya biaya yang jadi hambatan, khawatir biaya besar diluar jampersal, seperti untuk biaya obat, biaya hidup, termasuk juga biaya ongkos ke sana kemari. ditambah kondisi jalan yang tidak baik, kasihan bawa ibunya juga”
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif, bertujuan untuk
mengeksplorasi informasi lebih dalam mengenai kajian pengambilan keputusan dalam proses rujukan pada ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan. 1.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam dan tidak dilakukan observasi, sehingga informasi yang diperoleh hanya berdasarkan pengakuan informan.
2.
Pada saat wawancara mendalam, bias dapat terjadi. Peneliti sudah berusaha menggali pengalaman untuk mendapatkan data dan informasi yang benar. Untuk mengurangi bias peneliti melakukan cross check dan telaah dokumentasi pula. Selain itu, kemampuan peneliti dalam
melakukan teknik wawancara mendalam terhadap
informan yang belum maksimal. 3.
Penelitian ini memerlukan orang yang menguasai bahasa daerah Kabupaten Cianjur yaitu bahasa sunda, sehingga jika peneliti lain ingin melakukan penelitian ini juga memerlukan penguasaan bahasa daerah. Apabila peneliti memilki keterbatasan dalam bahasa, disarankan memerlukan orang yang menguasai bahasa lokal setempat.
6.2
Keputusan Pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan pada Ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan. Seseorang
yang
akan
melakukan
pengambilan
keputusan
perlu
mengumpulkan dan menggunakan informasi yang memadai agar menunjang proses pemilihan dan menghindari ketidakpastian. Keputusan merupakan pilihanpilihan yang dibuat dari dua alternatif atau lebih. Suatu keputusan melibatkan pilihan di antara dua atau lebih alternatif tindakan, mensyaratkan pilihan di antara beberapa perilaku yang berbeda. (Alaszewski,2002). Buttenheim,2006 menyatakan bahwa pengambilan keputusan dapat dipelajari melalui pengalaman hidup. Dalam hal ini tidak semua orang belajar 96
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
97
untuk mengambil keputusan yang tepat dengan menggunakan metode trial and error. Kajian pengambilan keputusan dalam proses merujuk pada ibu saat persalinan merupakan proses pemecahan masalah. Pada proses ini merupakan suatu tindakan timbal balik yang berkesinambungan antara faktor lingkungan, proses kognitif dan afektif serta tindakan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu yang menerima proses rujukan adalah memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit, seperti tindakan infus, tindakan operasi sesar, ditolong oleh bidan dan dokter rumah sakit serta mendapatkan perawatan nifas dan perawatan intensif (ICU). Berdasarkan tahap dari proses pengambilan keputusan pada penelitian ini didapat bahwa sebagian besar informan memahami adanya masalah dan memerlukan proses rujukan saat adanya tanda-tanda persalinan, belum tahu sebelumnya. Tahap pemahaman adanya masalah merupakan suatu keadaan yang dirasakan berbeda antara kondisi yang ideal dengan yang sebenarnya. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Astuti, 2008, bidan menganjurkan rujukan setelah mengetahui bahwa bidan tidak dapat menangani kasus komplikasi obstetri persalinan yang dialami oleh ibu. Sebelumnya bidan tidak melakukan penapisan atau deteksi tanda bahaya persalinan. Pencarian alternatif dan evaluasi alternatif merupakan tahapan akibat dari proses kognitif, sehingga pada penelitian ini didapat hanya satu orang ibu yang memilih alternatif yang baik, mendukung kesehatan ibu dan bayi yang akan dilahirkan. Keputusan yang dibuat dan diaplikasi merupakan bentuk akhir dari proses intergrasi kognitif, afektif dan tindakan serta faktor lingkungan. Dari tujuh ibu sebagai informan hanya tiga orang yang sebelumnya memutuskan akan ditangani oleh bidan sebagai tenaga yang kompeten dalam menangani persalinan dan masalahnya termasuk komplikasinya. Pada tahap akhir keputusan, tindakan yang dilakukan oleh tujuh orang ibu informan, lima orang ibu menerima proses rujukan, dimana tiga orang sebelumnya telah ditangani terlebih dahulu oleh paraji dan orang pintar. Setelah tidak ada perkembangan dengan ditangani oleh paraji Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
98
dan orang pintar, baru memutuskan untuk ditangani oleh bidan. Hanya dua orang yang langsung ditangani oleh bidan dalam menangani masalah komplikasi dengan proses rujukan ke pelayanan kesehatan rujukan. Pada ibu yang menolak proses rujukan semuanya memilih keputusannya ditangani oleh paraji. Tahap pencarian alternatif pemecahan merupakan proses mencari informasi yang relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan masalah atau mengaktifkan pengetahuan dari ingatan. Hal ini berhubungan tahap sebelumnya. Pada hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar pencarian alternatif pada pelayanan tradisional yaitu paraji dan orang pintar. Karena belum adanya pemahaman mengenai kondisi yang sebenarnya pada kehamilan, maka membuat alternatif yang tidak mendukung dengan proses persalinannya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti 2008 bahwa pencarian alternatif pada pelayanan tradisional yaitu paraji yang memberikan kenyamanan pada psikologis ibu dan keluarga. Tahap evaluasi alternatif adalah proses untuk mengevaluasi alternatif yang ada dalam konteks kepercayaan utama tentang konsekuensi yang relevan dan mengkombinasikan pengetahuan tersebut dalam membuat keputusan. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan pencarian alternatif. Tahap pengambilan keputusan adalah suatu bentuk pilihan untuk menghadapi masalah yang akan diaplikasikan dalam bentuk tindakan setelah pengambilan keputusan. Pada penelitian ini sebagian besar mengambil keputusan dalam keadaan tergesa-gesa. Kecenderungan pengambilan keputusan secara reaktif dan terpaksa harus segera dilakukan, tanpa kondisi ibu memahami sebenarnya dari masalah yang dihadapi (Syamsi, 1995). Pada penelitian ini terdapat pula ibu yang telah mengambil keputusan sesuai dengan pemahaman adanya masalah. Bila dikaitkan dengan jenis pengambilan keputusan, hal ini sama dengan jenis pengambilan keputusan yang dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan konsekuensi pilihannya. Selain itu pada keadaan ini kecenderungan ibu membuat keputusan berdasarkan rasionalisasi dan pemahaman yang telah dimilikinya (Syamsi,1995).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
99
Hasil penelitian ini ditemukan pula ibu yang menolak proses rujukan dan tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan saat persalinan. Ibu lebih memilih memanfaatkan pelayanan tradisional untuk menangani masalahnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Goodburn et al 1995 dan Utomo et al 1992 menyatakan bahwa masih banyak wanita di negara berkembang khususnya di pedesaan lebih memilih memanfaatkan pelayanan tradisonal dibandingkan dengan fasilitas pelayanan kesehatan modern (Meiswita Iskandar dalam Musadad 2003). Ibu yang menolak proses rujukan bila ditelaah dengan jenis keputusan yang dibuat adalah berdasarkan keputusan intuisi, keputusan hanya berdasarkan emosional dan membuat keputusan yang tidak baik (Syamsi,1995). Keputusan yang berdampak kesakitan pada bayi yang dilahirkan. Pada ibu tersebut, bayi yang dilahirkannya menjalani proses rujukan dan menjalani perawatan bayi di fasilitas rujukan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian kualitatif mengenai penerimaan saran proses rujukan ibu di daerah Tanzania, masih rendahnya penerimaan proses rujukan yang disebabkan oleh rendahnya pemahaman terhadap masalah komplikasi obstetri yang dialaminya. Dengan adanya peran petugas kesehatan yang mendampingi rujukan, ibu dapat merubah keputusannya tersebut (Pembe et al, 2008). Pemanfaatan layanan kesehatan yang minim oleh ibu dan bayi terkait pula oleh kemiskinan, pendidikan, faktor geografis, serta pembangunan sosial lainnya. Ibu miskin sering kali mengalami kesulitan dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Faktor lain dari sisi konsumen yang mendorong tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi adalah terbatasnya pemahaman dan pengetahuan ibu dan suami termasuk keluarga mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta ketidak mampuan membayar biaya transportasi dan biaya hidup di fasilitas kesehatan (Hidayat, 2010). Menurut Notoatmodjo (2007) keputusan menerima proses rujukan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan merupakan bentuk tindakan terpimpin. Hal ini memberikan arti bahwa keputusan dan perilaku yang dibuat masih tergantung pada tuntunan atau bimbingan dari bidan yang memberikan Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
100
saran. Untuk itu keputusan dan tindakan tersebut melibatkan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh bidan. Tindakan ini merupakan bagian dari praktek atau bentuk perilaku terpimpin (guided response).
6.3
Pengetahuan tentang Risiko tinggi dan komplikasi Obstetri saat
Persalinan Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki. Selain itu dipengaruhi pula oleh intensitas perhatian terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan yang baik akan mendasari perilaku seseorang secara terus menerus. Berdasarkan hasil penelitian kualitatif bahwa pengetahuan mengenai risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat persalinan mempengaruhi terjadinya keterlambatan dalam mengambil keputusan mencari pertolongan, terutama penanganan
kesehatan.
Keterlambatan
pengambilan
keputusan
mencari
pertolongan merupakan bagian pertama dari tiga keterlambatan penyebab terjadinya kesakitan dan kematian pada perinatal (Jammeh, et al ,2011). Hasil penelitian di atas serupa didapat pada hasil penelitian ini yaitu Sebagian besar dari informan pada penelitian ini menyatakan belum mengetahui dan salah satunya adalah lupa mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan yang merupakan bagian dari komplikasi obstetri dan risiko tinggi. Selain itu menyatakan pengaruhnya komplikasi obstetri tersebut berbahaya terhadap ibu dan bayi. dengan keadaan tersebut maka berpengaruh pula terhadap persiapan dan perencanaan yang harus dilakukan pada ibu dengan komplikasi obstetri. Hal serupa juga menyatakan bahwa pengetahuan ibu terhadap risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat persalinan mempengaruhi ibu dalam pencarian pertolongan untuk menangani masalahnya tersebut. Ibu yang kurang pengetahuan dan pemahamannya mengenai faktor risiko dan komplikasi berpengaruh terhadap pencarian pertolongan tenagan kesehatan dan dukungan yang didapat terhadap keputusannya (Pembe et al, 2008) Hasil penelitian ini sesuai pula dengan pemahaman mengenai faktor risiko dan komplikasi yang kurang menyebabkan ibu dan keluarga lebih dahulu mencari Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
101
pelayanan tradisional. Hal ini sebagai penyebab terjadinya keterlambatan dalam mencari pertolongan tenaga kesehatan yang berdampak kesakitan pada ibu dan bayi (Matsuyama & Moji, 2008 dalam Merchant, 2011). Pada hasil penelitian ini informasi yang didapat mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan termasuk komplikasi obstetri melalui membaca buku kesehatan ibu dan anak (KIA) yang telah diberikan sejak awal ibu melakukan pemeriksaan hamil. Secara realita yang didapat bidan sebagai petugas belum memberikan informasi tersebut secara sering. Selain itu didapatkan pernyataan ibu dengan kejadian yang pernah dialami termasuk ke dalam komplikasi obstetri terhadap dampak bagi kesehatan sendiri dan bayinya. Dari hasil penelitian ini jika dihubungkan dengan status pemeriksaan hamil yang dilakukan informan, termasuk frekuensi pemeriksaan hamil dan pemberian informasi. Pada informan yang menerima rujukan sebagian besar melakukan pemeriksaan hamil sebanyak 7-8 kali dengan rutin setiap bulan. Hanya ada satu orang yang tidak melakukan pemeriksaan hamil secara rutin dan frekuensi hanya 3 kali. Selain itu memeriksakan kehamilannya sebagian besar (tiga orang) di tempat bidan praktek dan dua orang lagi di posyandu dan puskesmas pembantu. Dengan status frekuensi
yang sesuai
dengan ketetapan
standar
pemeriksaan hamil minimal yaitu satu kali setiap bulan untuk trimester pertama (usia kehamilan 0 minggu – 16 minggu), satu kali setiap bulan untuk trimester ke dua (usia kehamilan 17 minggu-27 minggu) dan dua kali setiap bulan untuk trimester ke tiga (usia kehamilan 28 minggu – 36 minggu) dan setiap minggu untuk usia kehamilan lebih dari 36 minggu hingga 40 minggu (Depkes, 2006). Bila dibandingkan dengan status pemeriksaan yang didapat pada ibu yang menerima proses rujukan sudah sesuai dengan standar minimal pemeriksaan hamil tersebut. Dalam hal ini kemungkinan adalah dari segi pemberian informasi petugas kesehatan yang belum maksimal terhadap ibu. Untuk ibu yang menolak proses rujukan, status pemeriksaan hamil masih dibawah standar, sehingga mengakibatkan pengetahuan ibu terhadap tanda bahaya persalinan termasuk komplikasi obstetri kurang baik. Dari tingkat pengetahuan ini berdampak besar Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
102
terhadap kemampuan dalam membuat keputusan untuk penanganan masalahnya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan. Berdasarkan teori pembentukan pengetahuan didapat berasal dari keterpaparan informasi dengan cara membaca objek yang berisi informasi tersebut. Keterpaparan dengan buku KIA tersebut dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan termasuk faktor risiko dan komplikasi obstetri. Selain itu membaca memerlukan minat untuk melakukan kegiatan tersebut. Dengan pengalaman pribadi mengalami riwayat komplikasi obstetri saat persalinan dapat menganalisis kejadian tersebut terhadap kesehatan dirinya dan bayi (Notoatmodjo,2007). Pada penelitian ini juga didapatkan pernyataan bahwa hamil dan persalinan itu proses yang biasa saja, alamiah dan tidak perlu mengetahui terlalu detail mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan termasuk risiko tinggi dan komplikasi obstetri. Hal ini juga dipengaruhi oleh keterpaparan informasi sehingga membentuk karakteristik tersebut. Selain itu proses penyampaian yang dapat diterima oleh ibu, kemungkinan dapat memperkecil gangguan psikologis ibu saat menerima maupun setelah menerima informasi tersebut (Notoatmodjo, 2007).
6.4
Persepsi terhadap kualitas Pelayanan Kesehatan baik terdekat maupun rujukan Persepsi adalah suatu proses menseleksi stimuli, mengorganisasikan dan
menginterpretasikan. Persepsi merupakan pengalaman yang dihasilkan oleh panca indera. Dalam mengamati suatu objek, individu memiliki persepsi yang berbeda. Persepsi yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan, termasuk memutuskan merujuk dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya, pengharapan, dan keseriusan dalam menanggapi suatu gejala. Persepsi terhadap kesehatan dipengaruhi pula oleh suasana hati seseorang. Jika suasana hati positif maka akan dipersepsikan sehat (Damayanti, 2007 dalam Notoatmodjo, 2007; Karenz, et all 2008).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
103
Adanya hubungan antara persepsi ibu terhadap kualitas pelayanan kesehatan baik terdekat maupun rujukan akan mempengaruhi ibu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan kesehatan yang mudah dihubungi, terjangkau secara jarak dan waktu akan membuka peluang lebih besar memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan. Selain itu mudah ditemuinya petugas merupakan faktor penunjang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Edmonds, 2010). Hal tersebut di atas ditemui juga pada hasil penelitian ini yaitu sebagian besar ibu mudah menghubungi tenaga kesehatan, sikap yang ramah dan pelayanan yang cukup memuaskan. Namun untuk keterjangkauan jarak dan waktu ada beberapa ibu yang menyatakan sulit karena jauh. Persepsi ibu terhadap kualitas pelayanan kesehatan rujukan mempengaruhi penerimaan ibu terhadap proses rujukan ke pelayanan kesehatan. Adanya persepsi bahwa kualitas yang diterima sesuai dengan tingkat ekonomi dari pemakainya. respon time untuk penanganan cukup cepat, namun segi fasilitas rujukan yang belum memadai dengan jumlah pasien yang dilayani (Pembe et al, 2008). Penanganan oleh dokter yang tidak memuaskan, pemberian informasi mengenai pemilihan tindakan yang kurang, serta waktu tunggu penanganan dan keterbatasan tempat merupakan bagian hambatan yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Merchant tahun 2011 di District Kabarole, Western Uganda. Hal ini ini ditemukan pula pada hasil penelitian Afsana 2004, dalam Parkhurst, 2007. Hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini adalah masih kurangnya pemberian informasi dan tergesa-gesa tanpa memperhatikan penerimaan informasi pada ibu. Selain itu ditemukannya pernyataan tidak ada waktu yang cukup untuk diskusi dengan keluarga, sehingga keluarga tidak mengerti sepenuhnya. Hal ini serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Merchant tahun 2011. Berdasarkan hasil penelitian dari Lestari tahun 2010, menyatakan bahwa sebagian besar tidak pernah mengalami penolakan untuk ditangani di instansi rumah sakit pemerintah dengan menggunakan jaminan kesehatan untuk orang miskin. Selama di ruang rawat inap didapatkan kondisi yang tidak dapat istirahat Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
104
maksimal, disebabkan karena ruangan yang tidak nyaman, berisik, udara yang panas, kotor dan bau. Hampir sebagian pasien yang pernah dirawat inap dengan jaminan kesehatan miskin mendapatkan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya. Selain itu hampir seluruhnya menyatakan tidak pernah mendapatkan perlakukan yang tidak menyenangkan saat dirawat inap dengan menggunakan jaminan kesehatan untuk orang miskin. Hal serupa ditemukan pula pada hasil penelitian ini yaitu semua informan yang menerima proses rujukan menyatakan penanganan di unit gawat darurat cepat dan cukup memuaskan, namun untuk di unit rawat inap kebidanan masih kurangnya pemberian informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan. Untuk tindakan yang akan dilakukan pada informan dilakukan penandatangan persetujuan tindakan. Selain itu adanya keluhan ruangan rawat inap yang penuh dengan pasien, tidak nyaman, membuat suasana panas, serta adanya persepsi bahwa semua fasilitas memang untuk kelas ekonomi. Persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan berdampak terhadap penerimaan rujukan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini didapatkan suatu kondisi yang terpaksa harus diterima oleh ibu dalam menjalani perawatan di rumah sakit. Adanya penolakan pada proses perawatan yang telah dijalani sebelumnya dapat berdampak kesakitan pada ibu, yaitu ditemukannya ibu pulang paksa kemudian terjadi kejang di rumah setelah pasca inap di rumah sakit.
6.5
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Selain itu jarak, ketersediaan dan efesiensi sarana transportasi serta biaya.
Jarak menjadi faktor penghambat bagi pasien dalam mencapai rumah sakit terdekat terutama pada daerah pedesaan. Pengaruh jarak akan terasa apabila kurangnya transportasi dan kondisi jalan yang kurang baik, sehingga akan mempengaruhi pasien dalam mengambil keputusan (WHO, 1999 dalam Fibriana 2010). Hasil dari penelitian ini menyatakan sebagian besar informan menyatakan waktu yang diperlukan untuk menuju ke tenaga kesehatan dan fasiltas kesehatan
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
105
rujukan rumah sakit adalah waktu yang lama > 60 menit. Hal ini menggunakan kendaraan mobil. Hal tersebut di atas juga serupa ditemui pada penelitian yang dilakukan oleh Jammeh tahun 2011. Waktu tempuh untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan yang lama mempengaruhi pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan. Hambatan dalam menempuh pelayanan kesehatan rujukan, yaitu jarak dan waktu tempuh dalam mencapai fasilitas kesehatan, dimana ibu tinggal 5 Km dari fasilitas kesehatan. Selain itu kendaraan dan biaya untuk menempuh tempat tersebut juga bagian dari hambatan untuk mencari pertolongan pada tenaga kesehatan (Merchant, 2011). Masih sulitnya ditemukannya kendaraan mobil yang berkenan membawa ibu ke pelayanan rujukan merupakan suatu hambatan. Untuk menggunakan kendaraan mobil perlu menunggu waktu hingga tersedianya kendaraan tersebut. Seringnya penggunaan kuda dan keledai dalam mengangkut ibu ke pelayanan kesehatan rujukan (Jammeh et al, 2011). Pada penelitian ini ditemukan tempat tinggal ibu yang sulit dijangkau oleh kendaraan roda empat, hanya bisa menggunakan kendaraan roda dua. Saat proses rujukan terjadi ibu dibawa dengan menggunakan tandu yang digotong bersama warga setempat hingga jalan yang mudah masuk kendaraan mobil. Hasil penelitian lain mengungkapkan bahwa waktu tempuh dalam mencapai pelayanan kesehatan rujukan bayi dengan asfiksia sekitar 10-60 menit. Dalam hal waktu tidak menemui kendala, namun mengenai kendaraan yang akan digunakan. Dalam hal ini memerlukan kegiatan dari ambulance desa, namun belum berjalan yang telah disosialisasikan saat pelaksanaan program gerakan sayang ibu (Hadi, 2008). Pada penelitian ini ditemukan sebagian kecil ibu yang memanfaatkan ambulance desa. di tempat tersebut sistem rujukan berbasis masyarakat dan menjadi bagian dari gerakan sayang ibu berjalan baik. Selain itu desa tersebut merupakan bagian dari desa siaga. Kendala kendaraan ditemui oleh sebagian besar ibu saat proses rujukan ke rumah sakit dilakukan pada penelitian ini. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
106
6.6
Penggunaan Asuransi kesehatan Pada tahun 2005 Departemen Kesehatan meluncurkan program jaminan
pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin, bagian program reformasi dari Jaringan Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK). Tahun 2011 diluncurkan pula jaminan persalinan bagi ibu yang tidak memiliki jaminan pembiayaan kesehatan, khususnya dari keluarga miskin. Jampersal menjamin pembiayaan sejak masa hamil hingga bayi berusia < 1 bulan. Program ini juga bagian dari program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin, bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi dari segi keterjangkauan biaya kesehatan (Depkes, 2006; Kemenkes, 2011). Berdasarkan penelitian Lestari tahun 2009, ditemukan bahwa tidak sedikit pasien yang memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit menggunakan surat keterangan tidak mampu dan kartu jaminan kesehatan untuk orang miskin yaitu Jamkesmas. Hal yang sama ditemukan pada penelitian ini bahwa ibu yang menjadi informan memanfaatkan Jampersal dalam pembiayaan rumah sakit, digunakan selama perawatan di rumah sakit untuk ibu dan bayi. Dengan adanya Jampersal memberikan peluang besar untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di tingkat rujukan. Pada hasil penelitian yang didapat serupa dengan keadaan warga di Amerika yang masuk menjadi peserta asuransi kesehatan akan lebih memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dibandingkan dengan bukan peserta asuransi kesehatan (Klein, 1965; Hubbel 1989 dalam Tangkin 2001). Untuk
penggunaan
Jampersal
telah
ditentukan
syarat-syarat
penggunaannya yang harus diikuti oleh pengguna Jampersal, sesuai dengan pedoman pelaksanan Jampersal. Salah satu syaratnya adalah penggunaan kartu identitas ibu yaitu kartu tanda penduduk, kartu keluarga dan verifikasi dari pelayanan Jampersal serta surat rujukan dari pelayanan kesehatan rujukan dasar (Kemenkes, 2011). Pada hasil penelitian ini untuk proses penggunaan Jampersal pada ibu yang menerima proses rujukan hampir seluruhnya menyatakan mudah. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
107
Ada dua orang ibu yang menyatakan sulit dikarenakan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
6.7
Biaya Selain itu jarak, ketersediaan dan efesiensi sarana transportasi serta biaya.
Jarak menjadi faktor penghambat bagi pasien dalam mencapai rumah sakit terdekat terutama pada daerah pedesaan. Pengaruh jarak akan terasa apabila kurangnya transportasi dan kondisi jalan yang kurang baik, sehingga akan mempengaruhi pasien dalam mengambil keputusan (WHO, 1999 dalam Fibriana 2010). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa untuk mencapai pelayanan kesehatan terdekat seluruhnya menyatakan tidak mengeluarkan biaya untuk transportasi. Hal ini terjadi karena adanya bantuan peminjaman kendaraan untuk memanggil bidan terdekat. Selain itu letak yang dekat dengan tempat tinggal ibu, bisa ditempuh dengan jalan kaki. Pembiayaan transportasi serta biaya hidup di tempat pelayanan kesehatan rujukan menjadi bagian hambatan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan. Keluarga yang mendampingi rujukan rata-rata mengeluarkan sekitar 3,8 dolar untuk kepentingan transportasi ke pelayanan kesehatan terdekat yang dilakukan dengan tawar menawar. Sedangkan untuk pelayanan rujukan rumah sakit keluarga banyak mengungkapkan keluhan tidak cukup yang menyebabkan mereka pinjam pada orang lain atau meminta bantuan (Jammeh, 2011). Hal serupa ditemukan pada penelitian ini, ada beberapa ibu yang menyatakan harus mengeluarkan biaya yang cukup tinggi yaitu lebih dari Rp 100.000 untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan. Hal yang sama juga dinyatakan pada hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Pembe dkk, 2008, mengatakan bahwa pembiayaan transportasi menuju fasilitas rujukan juga menjadi sebagai hambatan, dimana biaya yang terlalu mahal dan menunggu ketersediaan mobil angkutan. Selain itu biaya hidup selama tinggal di rumah sakit untuk penunggu menjadi hambatan dalam penerimaan proses rujukan. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
108
Pada penelitian ini ditemukan serupa mengenai biaya hidup yang menjadi kendala dalam menjalani proses rujukan dan perawatan di rumah sakit. Sebagian dari ibu yang menjalani perawatan di rumah sakit harus mengeluarkan biaya hidup sebesar Rp 200.000 sampai dengan Rp 300.000. Pembiayaan untuk pembelian obat yang tersedia merupakan hal yang menjadi pertimbangan ibu saat menerima proses rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan. Dalam hal ini berakibat suami dan keluarga memilih pelayanan tradisional yaitu dukun bersalin untuk menangani masalah yang dihadapi oleh ibu (Merchant, 2011). Pada hasil penelitian ini ibu yang menolak proses rujukan, pengeluaran biaya untuk obat, biaya hidup dan biaya diluar Jampersal menjadi pertimbangannya. Sebagian kecil pasien mendapatkan resep yang tidak ada dalam paket jaminan kesehatan untuk keluarga miskin (Lestari, 2010). Begitupun dengan hasil dari penelitian ini terdapat pernyataan mendapatkan resep yang tidak ada dalam paket jaminan kesehatan untuk orang miskin. Penelitian ini mendapatkan sebagian besar ibu menyatakan telah mengeluarkan biaya untuk pembelian obat diluar paket sekitar < Rp 1000.000. Beberapa kendala yang ditemui selain di atas adalah peran suami sebagai pencari nafkah terganggu. Hal ini akan berdampak besar terhadap penghasilan dan beban yang harus dipenuhinya yaitu pembayaran pinjaman selama perawatan di rumah sakit. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa seluruh ibu yang menerima proses rujukan ke pelayanan rujukan itu tidak mendapatkan bantuan tambahan baik dari pihak pemerintah maupun non pemerintah. Dengan adanya hambatan kekhawatiran terhadap biaya yang akan dikeluarkan
diluar
tanggungan
Jampersal,
dapat
dipersiapkan
dengan
menggerakkan tabungan ibu bersalin (Tabulin) maupun Dasolin (Dana sosial ibu bersalin). Ini merupakan bagian dari kegiatan desa siaga. Dari program kegiatan desa siaga dapat memberdayakan sumber daya masyarakat untuk mempersiapkan kegawatdaruratan yang terjadi pada ibu hamil dan bersalin. Hal ini merupakan
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
109
salah langkah untuk menurunkan kematian ibu dan bayi dengan meningkatkan peran serta aktif masyarakat lokal (Kemenkes, 2008).
6.8
Peran Suami Peran suami merupakan bagian dari faktor sosial budaya. Hal ini berkaitan
dengan gender, dengan arti adanya perbedaan status dan peran antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya yang berlaku dalam periode waktu tertentu. Gender merujuk pada peran konstruksi sosial, perilaku dan kegiatan yang dianggap tepat pada suatu masyarakat untuk wanita dan pria (WHO, 2012). Suami merupakan hal yang penting untuk memperkuat penerimaan perubahan dalam hidup seorang wanita (Liamputtong dan Abboud, 2005). Hal serupa ditemukan pula pada penelitian ini bahwa suami memberikan perannya sebagai kepala keluarga yang menjamin kehidupan istrinya. Selain itu memberikan dukungan dalam bentuk perilaku yang menunjang keberhasilan ibu dalam perawatan di rumah sakit. Perempuan kerap mempunyai peran dalam mengatur reproduksi, produksi dan kemasyarakatan. Laki-laki lebih terfokus pada produksi dan politik kemasyarakatan (Meneg PP, 2012). Hal tersebut juga ditemukan pada penelitian ini mengenai peran suami yang lebih berfokus pada pencarian nafkah. Ini terjadi karena faKtor pekerjaan suami yang jauh dari tempat tinggal ibu. Hasil temuan kualitatif di Nepal yang dilakukan oleh Chapagain (2006) dalam Juliastuti, 2006 menyatakan keputusan yang dibuat bersama-sama, tidak membuat perempuan mampu mendapatkan hak reproduksi dan hak membuat keputusan. Hal ini terjadi karena adanya ketidak seimbangan peran dalam hubungan suami istri. Di daerah pedesaan istri lebih dominan dalam mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena peran orang tua mengikuti besarnya peran istri. Ini berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi keluarga, dimana suami istri di pedesaan tinggal bersama orang tua istri, sehingga pihak istri lebih banyak mengambil keputusan. Dengan kondisi demikian ibu meminta pertimbangan atau bahkan menyerahkan Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
110
pengambilan keputusannya kepada orang tua yang dianggap memiliki pengalaman dan kemampuan secara ekonomi. Berdasarkan sumber pendapatan utama dari orang tua atau mertua, maka akan mendominasi pengambilan keputusan dalam keluarga adalah orang tua atau mertua. Suami yang belum memiliki pekerjaan yang tetap atau mandiri, pengambilan keputusan akan didominasi oleh orang tua atau mertua. suami hanya sebagai simbol saja dalam keluarga. Hasil penelitian tersebut ditemukan juga pada penelitian ini, dimana suami lebih cenderung memasrahkan keputusannya kepada keluarga istri. Ini terjadi karena masih tinggal bersama dengan keluarga istri dan ketergantungan financial dalam memenuhi kebutuhan biaya selama perawatan di rumah sakit. Adanya peran orang lain yaitu keluarga terdekat serta teman yang dianggap dapat mengerti permasalahan yang sedang diahadapi oleh ibu saat di pelayanan kesehatan rujukan. Selain itu ditemukannya perencanaan yang belum maksimal berdampak terhadap peran suami dalam menghadapi semuanya. Masih sedikitnya peran suami dalam menghadapi ibu dengan komplikasi karena tidak adanya perencanaan penanganan persalinan secara maksimal. Selain itu suami belum memahami secara maksimal mengenai komplikasi obstetri yang dihadapi oleh ibu. Semua ini akan mempengaruhi ibu dalam pengambilan keputusan memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan (Joy,2011). Demikian juga hasil penelitian dari Merchant tahun 2011, bahwa pemahaman yang kurang mengenai komplikasi obstetri berpeluang pencarian pertolongan pada pelayanan tradisional yaitu dukun bersalin. Penelitian tersebut di atas serupa ditemui pada hasil penelitian ini dimana suami mencari pertolongan tradisional yaitu dukun bersalin dan orang pintar. Hal ini terjadi karena pemahaman yang kurang terhadap masalah yang dihadapi oleh ibu serta persiapan yang dilakukan belum maksimal. Peran suami yang berbentuk diskusi bersama dengan istri selama kehamilan berdampak besar terhadap perencanaan selama persalinan. Selain itu berdampak terhadap pengambilan keputusan dalam memilih penanganan saat persalinan. Pada penelitian ini suami tidak mengetahui kehamilan ibu yang sebenarnya, hanya mengetahui bahwa kehamilannya normal. Selain itu peran Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
111
suami dalam mendampingi pemeriksaan hamil juga masih kurang, sehingga berakibat pengetahuan mengenai status kehamilan ibu kurang. Pada penelitian ini adalah kurangnya penyampain keluhan ibu selama hamil karena tidak ingin menambah beban suami sebagai kepala keluarga. Peran suami dalam menghadapi kegawatdaruratan sangat dibutuhkan peran aktifnya. Pada kegiatan program siaga terdapat amanat persalinan, bertujuan untuk perencanaan penanganan persalinan dan komplikasi yang kemungkinan terjadi. Setiap persalinan telah dipersiapkan baik dari segi psikologis, maupun material. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan kasus komplikasi obstetri saat persalinan. Amanat persalinan merupakan bagian dari program desa siaga. Selain itu bagian dari program Perencanaan Penanganan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Dalam isi amanat persalinan intinya adalah menyambut proses persalinan agar aman dan selamat. Pada catatan kesehatan ibu hamil yang terdapat pada buku KIA adalah terdapat perencanaan penolong persalinan. Selain itu terdapat perencanaan pendanaan, penggunaan ambulance desa, perencanaan donor darah dan perencanaan penggunaan kontrasepsi setelah pasca persalinan. Lembar catatan amanat persalinan ini tertera tanda tangan yang harus diisi oleh suami atau orang tua ibu, bidan atau doketr yang bertanggung jawab menangani ibu dan ibu yang sedang hamil dan mengikuti amanat persalinan ini.
6.9
Dukungan Petugas Kesehatan (Bidan) Reeder, Martin dan Koniak-Griffin, 1997 menyatakan bahwa petugas
kesehatan turut membantu klien dalam membuat keputusan dengan melihat prioritas kebutuhan klien berdasarkan pemikiran yang kritis dan memberikan klien informasi atau sumber-sumber yang membantu dalam pengambilan keputusan. Hasil penelitian ini adalah bidan memberikan saran alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh ibu, membuat perencanaan persalinan serta memberikan informasi mengenai tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Namun ini semua tidak dilakukan pada ibu baik yang menerima proses rujukan maupun yang tidak menerima proses rujukan. Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
112
Berdasarkan hasil penelitian tersebut serupa dengan hasli penelitian Merchant tahun 2011 mengenai pemberian informasi mengenai faktor risiko dan komplikasi dapat membantu ibu mengambil keputusan saat persalinan dengan komplikasi. Diskusi bersama petugas kesehatan dengan ibu dan suami serta keluarga dapat membantu ibu membuat keputusan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan saat persalinan. Hal ini berpeluang besar agar ibu dan keluarga dapat memutuskan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan saat persalinan (Merchant, 2011). Untuk mendukung semua itu petugas kesehatan mendampingi proses rujukan ke pelayanan kesehatan rujukan. Pada hasil penelitian ini ditemukan dukungan petugas dalam memberikan saran untuk penerimaan rujukan namun oleh ibu dan keluarga saran bidan telah ditolak. hal ini serupa yang telah diungkapkan oleh Reeder et al, 1997 mengenai dukungan petugas dalam membantu ibu mengambil keputusan berdasarkan prioritas kebutuhan ibu. Pada penelitian ini masih terdapat ibu yang ditolong oleh paraji. Keadaan ibu yang menolak proses rujukan ke pelayanan kesehatan ini sebelumnya pernah kontak dengan tenaga kesehatan dan telah diberikan saran untuk penanganannya tidak di rumah, namun harus di fasilitas rujukan. Ibu tersebut menolak saran tersebut dan memilih penolong untuk menangani masalahnya dengan paraji. Telah diketahui bahwa pelayanan persalinan adalah suatu bentuk bantuan untuk membantu ibu melahirkan bayi yang dikandungnya dengan prinsip prosedur aman dan bersih. Selain itu pada pelayanan persalinan memerlukan deteksi dini penyulit atau komplikasi dan proses rujukan yang efektif dan efesien. Persalinan dengan menjamin pemberian ASI dan melakukan kontak dini antara ibu dan bayi serta memberikan asuhan bayi baru lahir (Depkes, 2009). Penanganan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan pelayanan persalinan yang aman dilakukan petugas kesehatan yang kompeten dan professional. Tenaga yang kompeten memberikan penanganan persalinan adalah bidan dan dokter. Kenyataan yang ada di lapangan adalah penanganan persalinan bukan oleh tenaga kesehatan dan dilakukan diluar fasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga non Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
113
kesehatan ini adalah dukun paraji dan kader yang diminta bantuan untuk membantu proses persalinan ibu. keadaan seperti ini ditemui pada hasil penelitian ini, berdampak kesakitan pada bayi yang dilahirkan hingga memerlukan perawatan intensif untuk bayinya. Dengan keadaan tersebut dilakukan upaya secara bertahap agar persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan di fasilitas kesehatan (Depkes, 2009). Dengan penempatan bidan di desa dan kebijakan persalinan di tempat atau fasilitas kesehatan merupakan tahap mendekatkan pelayanan kesehatan dan jangkauan persalinan oleh tenaga kesehatan professional terus meningkat. Selain itu peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan keputusan penanganan persalinan yang bersih dan aman (Depkes, 2008). Salah satu yang harus diperhatikan dalam penanganan persalinan adalah melakukan rujukan pada kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan lebih lengkap. Selain itu melakukan deteksi dini awal terhadap risiko tinggi persalinan agar tidak terjadi keterlambatan memutuskan dan penanganan (Depkes, 2009). Tingkat pelayanan kesehatan dasar (primer) hanya diperbolehkan menangani persalinan normal. Untuk kasus persalinan dengan risiko tinggi memerlukan proses rujukan sedini mungkin pada pelayanan kesehatan rujukan baik PONED maupun PONEK (Saifuddin, 2001). 6.10
Dukungan Sosial (keluarga dan orang terdekat) Telah diketahui bahwa struktur masyarakat Indonesia bersifat paternalistik,
berdampak terhadap peranan keluarga dekat, suami dan orang tua dari ibu akan menentukan keputusan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan kondisi ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan, tidak berdaya untuk menentukan keputusannya sendiri dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan rujukan saat persalinan. Hal ini berdampak fatal jika ibu dalam kondisi emergensi, sehingga akan terjadi keterlambatan dalam mendapatkan pertolongan (Depkes, 2006). Dalam hal ini serupa ditemui pada hasil penelitian ini yaitu keinginan ibu untuk ditangani masalahnya oleh petugas kesehatan, namun karena mertua tidak mendukung akhirnya menerima pasrah keadaan. Ibu tersebut menolak proses Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
114
rujukan sesuai dengan keinginan dari mertua. Dari penolakan rujukan tersebut berdampak kesakitan yang fatal terhadap bayi yang dilahirkannya. Berdasarkan hasil penelitian kualitatif mengenai hambatan pemanfaatan pelayanan obstetri pada kasus kematian perinatal adalah kepercayaan keluarga untuk mencari pelayanan tradisional lebih besar dibandingkan dengan pencarian pelayanan kesehatan. Dalam hal ini keluarga menggunakan obat herbal dan memanfaatkan dukun bersalin dalam penanganan masalah yang dihadapi oleh ibu. Selain itu pengetahuan keluarga yang kurang mengenai tanda bahaya persalinan dan komplikasi juga mempengaruhi pencarian pertolongan oleh tenaga kesehatan (Jammeh et al 2011). Hasil penelitian mengenai pelayanan rujukan asfiksia bayi baru lahir tahun 2005, menyatakan bahwa keputusan untuk merujuk bayi ke rumah sakit tidak berada di tangan kedua orang tuanya saja, tetapi diputuskan bersama dengan keluarga, sepert orang tua, paman, bibi, adik atau kakak. Keputusan memakan waktu yang lama (Hadi,2008). Hal tersebut serupa ditemui pada penelitian ini dimana keputusan lebih cenderung dilakukan oleh pihak keluarga istri dan memakan waktu yang lama. Hasil kajian dari ahli antropologi pilihan penanganan persalinan tidak ditentukan oleh suami istri namun oleh anggota keluarga lainnya dan mempunyai status tinggi dalam keluarga terutama dalam hal finansial (Swasono, 1998). Penanggung biaya akan ikut menentukan tempat mendapatkan pelayanan kesehatan (Taurany, 1979 dalam Tangkin 2001). Berdasarkan hasil penelitian Ernawati tahun 1995 dalam Tangkin 2001 penanggung biaya berhubungan dengan pemilihan tempat pelayanan kesehatan di rumah sakit. Penelitian yang sama didapatkan bahwa pelayanan oleh dukun bersalin lebih lengkap, lama dan tidak kenal waktu. mulai dari saat hamil, persalinan sampai dengan perawatan bayi, termasuk pengurutan sampai 40 hari setelah melahirkan. dukun bersalin melayani kapan saja bila diperlukan. selain itu biayanya lebih murah. Hasil penelitian ini didapat bahwa sebagian besar ibu menyatakan lebih nyaman ditangani oleh paraji, karena ditunggu dengan sabar, sudah pengalaman, Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
115
lebih tahu, diberikan pijatan, dan memberikan doa, serta membetulkan posisi bayi agar kembali normal. Pada penelitian ini pemberi pelayanan tradisional lebih mengutamakan pemberian doa dan air yang telah didoakan. Mereka melakukan teknik penyemburan pada tubuh dan penggunaan panglay. Selain itu masih adanya pandangan bahwa kejadian yang dialami oleh ibu merupakan hal mistik dan hanya ditangani oleh spiritual saja. Adanya sikap ketidakmampuan membuat pemberi pelayanan tradisional menghubungi petugas kesehatan. Dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang menolong persalinan. kemampuan yang diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada anaknya atau dari keluarga terdekatnya lainnya. Dukun bayi dianggap sebagai orang yang dekat dalam kehidupan ibu, terutama pada fase kehamilan, persalinan dan nifas. Di masyarakat, khususnya ibu dan keluarga yang beranggapan bahwa penanganan oleh dukun bayi dapat memberikan ketenangan saat menghadapi persalinan karena memiliki keahlian mendoakan (jampe-jampe). peranan dukun bayi dalam proses pengambilan keputusan rujukan sangat memberikan pengaruh. dukun bayi yang tidak mendukung proses rujukan ke pelayanan kesehatan akan berdampak terhadap terlambatnya pengambilan keputusan yang diambil oleh keluarga. Orang pintar merupakan orang yang diyakini dapat memberikan kesembuhan dari derita penyakitnya. orang tersebut mmeiliki kemampuan memberikan doa melalui air atau bahan yang sering ditemui di desa, seperti kunyit besar (panglay). Begitu pula dengan orang pintar yang diyakini oleh masyarakat, khususnya keluarga berdampak terhadap pengambilan keputusan keluarga dan masyarakat dalam proses rujukan ke pelayanan kesehatan (Anggorodi, 2009). Dukungan sosial dari orang tua, anggota keluarga lainnya seperti kakak, adik, serta orang terdekat seperti teman dekat, suami teman dekat dan paraji maupun orang pintar. Orang-orang tersebut menjadi pemberi dukungan pada seseorang untuk berperilaku, terutama dalam perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan untuk menangani masalah komplikasi obstetri yang dialaminya saat persalinan (Green 2000, dalam Glanz 2008).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
116
6.11
Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri Peranan orang tua dan suami cukup aktif dalam mencari pertolongan
ketika anak atau isterinya berada dalam kondisi gawat darurat. namun mereka seringkali diberi petunjuk yang salah. mereka biasanya memanggil dukun bayi atau pengobatan tradisional, bukan memanggil tenaga kesehatan yang terlatih (Meiswita, 1996 dalam Musadad 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pembe tahun 2006, menyatakan bahwa ibu tidak menanggapinya dengan serius ketika harus dilakukan rujukan untuk menangani komplikasinya. Penelitian di atas tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu sebagian besar ibu menyatakan memerlukan penanganan persalinan oleh bidan, termasuk penanganan komplikasi obstetri. Hasil ini menggambarkan bahwa tidak secara keseluruhan ibu tidak menanggapi serius dalam penanganan masalahnya yang harus dirujuk. Semua ini dipengaruhi pula oleh dukungan yang didapat oleh ibu, tingkat pengetahuan maupun persepsi ibu terhadap penanganan untuk masalahnya. Pada ibu yang lebih mengutamakan paraji, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pembe yaitu tidak serius menanggapi proses rujukan untuk penanganan masalah yang dihadapinya. Ibu yang menolak proses rujukan, terdapat ibu yang memiliki pandangan lebih cenderung pada penanganan bidan. Dengan kondisi yang tidak berdaya, tidak dapat mengutamakan pilihannya tersebut. keadaan ini didapat juga pada hasil penelitian kualitatif di Nepal yang dilakukan oleh Chapagain (2006) dalam Juliastuti (2006). Pada penelitian tersebut menyatakan keadaan yang membuat perempuan tidak mampu mendapatkan hak reproduksi dan hak membuat keputusan. Hal ini terjadi karena adanya ketidak seimbangan peran dalam hubungan suami istri serta peran didalam keluarga. Keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan mencerminkan kebutuhan
normatif
dan
kebutuhan
yang
dirasakan.
Keputusan
untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung pula dari informasi yang disediakan oleh provider dan keinginan individu, dengan tidak lepas dari kemampuan membayar pelayanan kesehatan (Anderson, 1974).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
7.1.1 Keputusan Pemanfaatan pelayanan kesehatan rujukan pada Ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan Telah diuraikan dalam bab hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa keputusan dalam proses rujukan ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan sebagian besar ibu yang menerima proses rujukan saat persalinan belum memahami adanya masalah sebelum terjadinya komplikasi dan keputusan yang telah diambil serta diaplikasikan bersifat tergesa-gesa (keadaan darurat). Kecenderungan pengambilan keputusan secara reaktif dan terpaksa dilakukan tanpa kondisi ibu dan keluarga memahami keadaan yang sebenarnya serta tidak adanya upaya untuk pencegahan agar komplikasi dan masalah saat persalinan tidak terjadi.
7.1.2 Pengetahuan tentang risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat persalinan Tingkat pengetahuan Ibu yang menerima proses rujukan yang masih kurang menyebabkan ibu tidak mengetahuinya lebih awal adanya masalah terhadap persalinannya. Begitu pula ibu yang tidak menerima proses rujukan masih kurang karena belum terpapar secara maksimal terhadap informasi mengenai risiko tinggi dan komplikasi obstetri, termasuk tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Selain itu status pemeriksaan kehamilan yang masih minimal yaitu 2-3 kali dan tidak rutin pada ibu yang menolak proses rujukan. Dari semua itu juga dipengaruhi oleh faktor minat baca ibu pada objek mengenai risiko tinggi dan komplikasi saat persalinan yang terdapat pada buku KIA. Untuk menghadapi masalah komplikasi obstetri saat persalinan, hanya ada satu ibu yang menerima proses rujukan menyatakan telah membuat perencanaan dan persiapan untuk persalinan dan penanganannya di fasilitas rujukan.
117 Universitas Indonesia Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
118
7.1.3 Persepsi kualitas pelayanan kesehatan baik terdekat maupun rujukan Persepsi ibu terhadap pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau karena jarak dan waktu tempuh untuk mencapainya membuat pencarian penanganan komplikasi menjadi terhambat. Keseluruhan ibu yang menerima proses rujukan langsung ditangani di rumah sakit, karena bukan kasus yang dapat ditangani di Puskesmas dan lebih dekat dengan rumah sakit. Semua ibu yang menerima proses rujukan menyatakan penanganan di unit gawat darurat cepat, dan cukup memuaskan, namun untuk di unit rawat inap kebidanan masih kurangnya pemberian informasi mengenai tindakan yang akan dilakukan.Untuk tindakan yang akan dilakukan pada informan dilakukan penandatangan persetujuan tindakan. Selain itu adanya keluhan ruangan rawat inap yang penuh dengan pasien, tidak nyaman, membuat suasana panas, serta adanya persepsi bahwa semua fasilitas memang untuk kelas ekonomi. dengan keadaan seperti ini, ada satu informan yang melakukan pulang paksa, hingga akhirnya terjadi kejang di rumahnya. Waktu tunggu untuk penanganan di ruangan bersalin, paling tercepat adalah 3 jam dan waktu terlama adalah sekitar 12-13 jam.
7.1.4 Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Waktu tempuh pada dua orang ibu menjadi kendala dalam proses rujukan. Selain itu kendala yang ditemukan berkaitan dengan waktu adalah kesulitan kendaraan yang digunakan untuk proses rujukan, jarak yang cukup jauh dan kondisi jalan yang tidak baik.
7..1.5 Penggunaan Asuransi Kesehatan Seluruh ibu yang menerima proses rujukan menggunakan Jampersal untuk pembiayaan perawatan ibu dan bayi di rumah sakit serta baru menggunakannya. proses untuk penggunaannya mudah, jika sesuai dengan ketentuan yang telah ada. Untuk ibu yang menolak proses rujukan, menggunakan Jampersal untu perawatan bayinya di rumah sakit. Ada satu ibu dari yang menolak proses rujukan tidak diberitahu proses penggunaan Jampersal oleh bidan.
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
119
7.1.6 Biaya Biaya transportasi dan penggunaan obat serta biaya hidup di pelayanan rujukan merupakan kendala dan kekahawatiran ibu dan keluarga dalam menjalani proses rujukan. Ini dirasakan oleh semua ibu baik yang menerima rujukan maupun yang menolak rujukan.
7.1.7 Peran Suami Peran suami pada saat kehamilan belum terlihat secara maksimal, baru terlihat ketika ibu sudah mengalami masalah komplikasi obstetri saat persalinan. Ketergantungan suami dalam mengambil keputusan terhadap keluarga baik orang tua maupun anggota keluarga lainnya yang dianggap mampu dapat berperan dalam menangani masalah financial.
7.1.8 Dukungan Petugas Dukungan petugas belum maksimal terhadap pencegahan dan penanganan komplikasi obstetri pada ibu yang menerima proses rujukan maupun menolak proses rujukan. Keterlambatan dalam mengenal tanda bahaya persalinan dan komplikasi obstetri saat persalinan. Ini disebabkan karena adanya kurang pemaparan informasi risiko kehamilan dan persalinan termasuk komplikasi obstetri saat persalinan secara dini, sehingga belum ada persiapan yang terencana dengan baik sesuai amanat persalinan (menuju persalinan yang aman dan selamat). Peran dari ambulance desa terhadap sistem rujukan yang berbasis masyarakt belum maksimal.
7.1.9 Dukungan Sosial Pemberian dukungan dari keluarga dan orang terdekat yang belum mengetahui mengenai risiko dan komplikasi obstetri yang dialami oleh ibu saat persalinan, dapat berakibat fatal dalam mencari penanganannya yang salah. Dengan keadaan seperti ini menyebabkan keterlambatan dalam mencari penanganan yang tepat dan cepat. Kebiasaan dan kepercayaan yang ada di wilayah lokal Kabupaten Cianjur dalam menangani masalah komplikasi saat persalinan dapat berakibat fatal
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
120
terhadap kesehatan ibu dan bayi. Ini mengakibatkan pencarian penanganan komplikasi obstetri saat persalinan yang tidak tepat.
7.1.10 Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi saat persalinan Ibu yang menerima proses rujukan sebagian besar memiliki pandangan membutuhkan penanganan oleh bidan. Ada satu orang ibu yang menolak proses rujukan, berkeinginan ditangani oleh bidan, namun tidak berdaya untuk memilih keputusannya itu. Kecenderunga memilih paraji dalam menangani masalahnya karena adanya kedekatan secara psikologis dan jarak tempuh lebih dekat.
7.2
Saran
7.2.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur
Kualitas pemeriksaan kehamilan (Ante Natal Care) yang dilakukan petugas kesehatan perlu ditingkatkan terutama dalam pemberian informasi mengenai risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat persalinan termasuk tanda bahaya kehamilan dan persalinan.
Peningkatan deteksi dini risiko tinggi kehamilan dan persalinan oleh petugas kesehatan sehingga pencegahan dan penanganan komplikasi obstetri dapat ditangani dengan segera.
Peningkatan program amanat persalinan, sehingga bidan, ibu dan keluarga dapat mempersiapkan secara dini saat persalinan. Semua ini termasuk pada peningkatan peran Tabulin dan ambulance desa serta donor darah. Selain itu, pengembangan sistem rujukan yang berbasis masyarakat, dengan pemberdayaan sumber daya lokal yang ada untuk penyediaan Ambulance Desa.
Meningkatkan kemampuan komunikasi persuasif petugas kesehatan, termasuk konseling yang merupakan bagian dari teknik komunikasi efektif.
Kemampuan
komunikasi
ini
bertujuan
agar
dalam
penyampaian informasi mudah dipahami dan terciptanya suasana yang saling menghargai antara petugas kesehatan dengan ibu dan keluarga. Kemampuan komunikasi persuasif mempengaruhi ibu dan masyarakat
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
121
dalam berperilaku sehat yang menetap terutama dalam penanganan persalinan dengan komplikasi.
Peningkatan program kemitraan dukun paraji dan orang yang dipercaya dapat mengobati, dengan melakukan pendekatan yang persuasif sehingga terjadi peningkatan pengetahuan mereka dalam masalah komplikasi obstetri dan pendampingan.
Pemetaan ibu hamil risiko tinggi di wilayah Kabupaten Cianjur, dan adanya koordinasi data serta pemetaan ibu hamil risiko tinggi pada pihak Puskesmas, Dinas Kesehatan, RSSIB RSUD Cianjur dan Pemerintah Daerah.
Peningkatan sistem rujukan yang efektif dalam proses rujukan kegawatdaruratan obstetri (komplikasi obstetri) dengan koordinasi yang tepat pada tingkat rujukan dasar maupun rujukan pusat di tingkat Kabupaten Cianjur
7.2.2 RSSIB RSUD Cianjur
Peningkatan kinerja kerja tim penanganan komplikasi obstetri, sesuai dengan SOP dan kebijakan RSSIB RSUD Cianjur yang mendukung penurunan kematian ibu dan bayi.
Peningkatan sistem survailens yang efektif pada kasus kesakitan dan kematian ibu dan neonatal. Peningkatan sistem rujukan yang efektif dalam proses rujukan kegawatdaruratan obstetri (komplikasi obstetri) dengan koordinasi yang tepat pada tingkat rujukan dasar maupun rujukan pusat di tingkat Kabupaten Cianjur serta rujukan pusat Provinsi Jawa Barat, termasuk peningkatan ketrampilan petugas dalam proses rujukan.
Peningkatan kemampuan teknik komunikasi efektif petugas kesehatan dengan pendekatan komunikasi persuasif, termasuk konseling agar dalam penyampaian informasi mudah dipahami dan terciptanya suasana yang saling menghargai antara petugas kesehatan dengan ibu dan keluarga. Kemampuan mempengaruhi ibu dan keluarga secara
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
122
menetap agar terbentuk perilaku sehat yang menetap terutama dalam pencarian penanganan persalinan dengan komplikasi.
Pengembangan fasilitas baik sarana dan pra sarana yang ada di RSSIB RSUD Cianjur sebagai pusat rujukan satu-satunya yang ada di Kabupaten Cianjur
7.2.3 Peneliti Selanjutnya -
Dalam penelitian ini dikaji pengambilan keputusan dalam proses rujukan, dengan melihat beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan tersebut. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan hanya mengambil satu atau dua dari faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Dari satu atau dua faktor ini lebih dikembangkan lagi desain pertanyaan untuk lebih fokus, tidak terlalu luas, agar data dan informasi lebih konsisten. Selain itu menambah jumlah informan yang menolak proses rujukan, dimana jumlahnya berbanding dengan jumlah informan yang menerima proses rujukan. Dalam hal ini dapat menjadi perbandingan yang seimbang dalam jumlah yang sama.
-
Untuk penelitian lain yang berminat meneliti lebih lanjut pengambilan keputusan dalam proses rujukan, memerlukan peneliti yang menguasai bahasa lokal atau bahasa daerah. jika peneliti memiliki keterbatasan dalam bahasa memerlukan pendamipingan orang yang menguasai bahasa lokal dan daerah setempat serta pendekatan dengan masyarakat setempat
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Alaszewski, A. Alaszewski, H.,Ayer,S.,Manthorpe,J. (Eds) 2000. Managing Risk In Community Practice. London: Harcourt Publisher Limited. Anderson,1975.Equity in Health Service Empirical Analysis in social policy. Brigmass Ballinger Publishing. Co. Anggorodi, Rina, 2009. Dukun bayi dalam persalinan oleh masyarakat Indonesia. Depok. Makara Kesehatan Vol. 13 No 1. Juni 2009, 9-14 Astuti, Sri Puji, 2008. Pola pengambilan keputusan keluarga dan bidan dalam merujuk ibu bersalin ke rumah sakit pada kasus kematian ibu di Kabupaten Demak. Tesis. Program Pasca sarjana ilmu kesehatan masyarakat, Universitas Diponegoro. Semarang. http://eprints.undip.ac.id/18304/1/Sri_Puji_Astuti.pdf. diunduh tanggal 21 Mei 2012 Jam 14:15 WIB Atmosudirdjo, Prajudi, 1982, Beberapa pandangan umum tentang pengambilan keputusan (decision making). Jakarta. Ghalia Indonesia. Azinar, Lila Dewata, 2006. Dengan Kesehatan Perempuan Menuju Indonesia Sehat. Article. Anima Indonesian Psychological Journal 2006 Vol 21.No 2, 120-135. Billington,Mary.,Mandy Stevenson, 2010. Kegawatan dalam persalinan, buku saku bidan.hal 25-26. Jakarta. EGC.
kehamilan-
Bungin, Burhan., 2010. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta. Kencana. Buttenheim, A. 2006, Microfinance Program An Contraceptive Use: Evidence From Indonesia, On Line Working Paper Series. Los Angeles: California Center For Population Resech. Depkes, 2004. Pedoman pelayanan kebidanan dasar berbasis hak asasi manusia (HAM) dan Keadilan Gender. hal 2-3. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, 2006. Pedoman Sistem Rujukan Maternal Neonatal Di Tingkat Kabupaten/Kota. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, 2006. Materi ajar Penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Keluarga Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Depkes, 2006. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Peemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Askeskin) Tahun 2007. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, 2007. Buku acuan Asuhan Persalinan Normal Asuhan Essensial Persalinan Edisi Revisi. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, 2007. Survey Dasar Kesehatan Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal, Asuhan Essensial, Pencegahan, dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir, Buku Acuan. Hal 1. Jakarta. JNPKR-Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, 2008. Panduan Pelaksanaan Strategi Making Pregnancy Safer dan Child Survival. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes, 2009. Buku Pengawasan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Kesehatan Keluarga Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Depkes,-----. Rencana Strategis Nasional making Pregnancy Safer 2001-2010. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinkes, 2011. Laporan tahunan 2011. Cianjur. Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur. Edmonds, Joyce Katherine, 2010. Sosial Network, Decision Making And Use Of Skilled Birth Attendants To Prevent Maternal Mortality In Matlab, Bangladesh. Desertasi University of Emory. http://search.proquest.com/docview/757717523/137D25F33D740BCC C51/1?accountid=17242 Diunduh tanggal 4 Juni 2012 Jam 10 WIB. Fibriana, Arulita Ika,, Mahalul Azam, 2010. Three delay model sebagai salah satu determinan kematian ibu di Kabupaten Cilacap. Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. http://www journal.unnes.ac.id/index.php/kesmas. Glanz, Karen., Barbara K. Rimer, K. Viswanath., 2008. Health Behavior and Health Education Theory,Research and practice 4th Edition. Hal 45-61. San Fransisco. Jossey-Bass. Hadi, Ella Nurlaela. 2008. Studi Kualitatif Pelayanan Rujukan Asfiksia Bayi Baru Lahir di Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Depok. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.3 No.3 Desember 2008. 133-138.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Hartanto, Huriawati., Dewi Asih Mahanani., dkk, 2009. Kamus Mosby Kedokteran, Keperawatan,& Kesehatan (Mosby’s Pocket Dictionary of Medicine, Nursing, & Allied Health). Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hasnah., Atik Triaratnawati, 2003. Penelusuran kasus-kasus kegawatdaruratan obstetric yang berakibat kematian maternal, studi kasus di RSUD Purworejo, Jawa Tengah. Jakarta. Makara Kesehatan, Vol 7 No 2 Desember 2003. Hidayat, Budi, 2010. Mengenal Rancang Bangun Program Keluarga Harapan Kesehatan. Depok. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.4 No 6 Juni 2010 Ivancevich, Jhon., M.,Konopaske, R., Matteson, M, 2006. Perilaku dan manajemen organisasi. Jakarta. Erlangga. Jammesh, Abdou., Johanne Sunby., Siri Vangen, 2011. Barriers To Emergency Obstetric Care Services In Perinatal Deaths In Rural Gambia : A Qualitative In Depth Interview Study. ISRN Obstetrics and Gynecology. Vol. 2011. Juliastuti, Dyah, 2006. Pengambilan Keputusan Kontrasepsi pada Ibu Grande Multipara: Studi Grounded Theory. Depok. Tessis Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Jhan, Albrecht and Vincent De Brouwere, 2000. Referral in pregnancy and childbirth: concepts and strategies. Germany. http://jsieurope.org/safem/collect/safem/pdf/s2940e/s2940e.pdf, diunduh tanggal 6 Juni 2012 jam 11:00 WIB Joy, Sharron Bernecki De, 2011. The Role Of Male Partners In Childbirth Decision Making : A Qualitative Eksploration With First Time Parenting Couples. Desertasi university of south florida. http://search.proquest.com/docview/913516242/137D268441E14B1B6 90/1?accountid=17242. diunduh tanggal 6 Juni 2012 jam 10:00 WIB Kasim, Azhar, 1995. Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kemenkes, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kemenkes, 2010. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kemenkes, 2011. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jaminan Persalinan. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan RI, 2008. Pemberdayaan Perempuan Dalam Peningkatan Pemberian ASI, hal 13, 18 & 39. Diperbanyak oleh Kemkes RI, 2010. Jakarta. Kresno, 2005. Aspek Sosial Budaya Kesehatan Neonatal. FKMUI,Departemen Kesehatan RI,MNH. Liampputong & Abound, l 2005. When Pregnancy Fails: Coping Strategies, Support Network And Experiences With Health Care Of Ethnic Women An Their Partners. Journal Of Reproduktif And Infant Psychology.23(1), 3-18. Lestari, Tri Rini Puji, 2009. Implementasi Program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin di Nusa Tenggara Timur. Depok. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol 3 No 6 Juni 2009. Lestari, Tri Rini Puji, 2010. Pelayanan Rumah Sakit bagi masyarakat miskin (Studi kasus di enam wilayah Indonesia). Depok. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 5 No 1 Agustus 2010. 9-15 Mardiati, dkk, 2001. Studi Kematian Ibu dan Bayi Kesehatan Masyarakat tahun 2001di Sumatera Barat, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.5 No. 6 Juni 2011. Depok. Universitas Indonesia. Marquis, B.L., Huston C.J, 1996 Management Decision Making For Nurse:124 Cases Studies. Philadelphia:Lippincott. Menneg PP, 2012. http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_content &view=article&id=90:peran-gender&catid=37:glossarygender&Itemid=101, diunduh tanggal 31 Mei 2012 Jam 13:00 WIB. Merchant, Neelam,2011. Decision Making Related To Pregnancy And Childbirth In Kabarole District, Western Uganda. Tesis. Canada. Alberta of University. http://search.proquest.com/docview/857234976/137D263CB417C3D3E A1/1?accountid=17242. Diunduh pada tanggal 6 Juni 2012. Moleong, Lexy J, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung Rosda. Murdianingsih, 2001. Hubungan Antara Faktor Ibu, Fasilitas Pelayanan dan Dukungan Orang Lain dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Kecamatan Gandus Kota Pelembang Tahun 2000. Depok. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Musadad, Anwar, Rachmalina, Ekowati Rahajeng, 2003. Pengambilan keputusan dalam pertolongan persalinan di Provinsi Nusa Tenggara Timur 1998. Jurnal ekologi kesehatan vol 2 no 1 april 2003; 200-208.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/Anwar2_1.pdfht tp://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%202/Anwar2_1.pdf. diunduh tanggal 21 Mei 2012 Jam 14:00 WIB. Mochtar Rustam, 1998a. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Patologis. Hal 99,101. Jakarta EGC. Mochtar Rustam, 1998b. Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif dan Social. Hal 201,217-219. Jakarta EGC. Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Hal 198, 211-215. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo.2007. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Hal 47,5056, 98-118. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi. Hal 169-172,193. Jakarta. Rineka Cipta. Nurhayati, 2008. Peran Gender dalam pengambilan keputusan pelayanan kebidanan pada persalinan multigravida di Rumah Bersalin Sari Simpang Limun Medan Januari-Februari 2008. Medan. Karya Tulis Ilmiah.Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumetera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23854/5/Chapter%20I. pdf. Diunduh tanggal 21 Mei 2012 jam 15:00 WIB. PATHS, 2010. Increasing access to safe motherhood services. Hal 6. Nigeria. DFID. www.pathsnig.org. diunduh tanggal 22 Mei 2012 jam 17:00WIB. Parkhurst, Justin O., Syed Azizur Rahman, 2007. Non Professional Health Parctitioners and referral to facilities: London. Lesson from maternal care in Bangladesh. Oxforf University Press. Pembe Andrea B, David P Urassa, Elisabeth Darj, et all, 2008. Qualitatif Study On Maternal Referral In Rural Tanzania : Decision Making And Acceptance Of Referral Advice. African journal of reproductive health. Vol 12 No 2 Agustus 2008. Podo, Hadi., Joseph J.Sullivan, 2005. Kamus Ungkapan Indonesia-Inggris, Edisi Revisi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Raynor D Maureen., Jayne E Marshall., Amanda Sullivan., 2005. Decision Making In Midfery Practice. Hal 9-10, 24, 53-55. London. Elsevier. Reeder,.J.S Martin,L.L., & Koniak Griffin, D, 1997. Maternity Nursing: Family, Newborn, and women’s Health care. 18 th ed. Philadelphia: Lippincott RSSIB RSUD Cianjur, 2011. Laporan tahunan Kebidanan dan Perinatologi 2011. Cianjur
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Rochjati, Poedji, 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil Pengenalan Faktor Resiko, Deteksi Dini Ibu Hamil Resiko Tinggi. Surabaya. -------Roost, Mattias., Cecilia Jonsson., Jerker Liljestrand., et all 2009. Sosial differentiation and embodied dispositions: a quality study of maternal care seeking behavior for near miss morbidity in Bolivia. Reproductive Health. http://www.reproductive-health-journal.com/content/6/1/13. diunduh tanggal 21 Mei 2012 Jam 13:10 WIB Saifuddin, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Salusu, J, 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik, Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non profit. Jakarta. Grasindo. Setiadi, 2003. Perilaku Konsumen ; Konsep dan Implikasi Untuk Strategi Dan Penelitian Pemasaran. Bogor. Kencana. .Soemanta, Deyby., 2011, Dinamika Pengambilan Keputusan Ibu Bersalin Yang Tidak Menggunakan Jamkesmas Dalam Pertolongan Persalinan di Kota Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2011. Skripsi. Depok. Program Kebidanan Komunitas. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Sulaiman,1985.Obstetri Fisiologi. Hal 99. Bandung.------Swasono, Meutia F, 1998 Beberapa Aspek Sosial Budaya Kehamilan, Kelahiran serta Perawatan Ibu dan Bayi. Depok Universitas Indonesia. Swasono, dkk, 1998, Kehamilan, Kelahiran dan Perawatan Pasca Kelahiran Bagi Ibu dan Bayi di Bandaneira, Kabupaten Maluku Tengah. Dalam Kehamilan, Persalinan, Perawatan Ibu dan Bayi. Depok. Universitas Indonesia. Syamsi, Ibnu., 1995. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Hal 3-5. Jakarta. Bumi Aksara. Tangkin, Yakob. 2001. Analisis terhadap hal-hal yang berperan dalam pemanfaatan pelayanan rujukan primer oleh ibu hamil risiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Putussibau Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 1999. Depok.Tesis. Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Indonesia. UNICEF, 2004. Surviving Childbirth and Pregnancy in South Asia. Working Paper. Nepal. The United Nations Children’s Find Regional Office for South Asia WHO, 2012 http://www.who.int/gender/whatisgender/en/index.html .diunduh pada tanggal 31 Mei 2012 jam 12:00 WIB.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
,
UI{IVERSITAS INDONESIA F'AKULTAS KE SEHATAN MASYARAKAT
..,tx,it
',.'ig.':i ..,.:.:arili,-r+,.
,
-:,1 Ft,
"'
,,j*1t',
KAMPUS BARU UNIVERSITAS INDoNESTA DEP0K 16424, TELP. (021 7864975, FAX. (021) 7863472 )
.,,::;.r.jr
No Lamp. Hal
:
s225 1Ha.FL,|PPM.0O.00/2012 : --: Ijin penelitian dan menggunakan data
t4
Juni
20t2
Kepada Yth.
Direktur RSUD. Kabupaten Cianjur
Jawa Barat
Sehubungan dengan penulisan skripsi mahasiswa Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia mohon diberikan ijin kepada mahasiswa kami: Nama
HaniSadiah
NPM
1006819926
Thn. Angkatan
20L0l20LL
Peminatan
Bidan Komunitas
Untuk melakukan penelitian dan menggunakan data, yang kemudlan, data tersebut akan dianalisis kembali dalam penulisan skripsi dengan judul, Kajian Pengambitan f"prru*n Dalam Proses Rtgulcan Ibu Berslin Dengan Komplikasi Obstetridi RSSIB RSUD. Cianjur Kabupaten CianjurJawa Barat 2012': Selanjtrtnya Unit Akademik terkait atau mahasiswa yang bersangkutan akan menghubungi Institusi BapaVlbu. Namun, jika ada informasi yang dibutuhkan dapat menghubungi sekretariat Unit Pendidikan dinomor telp. (021) 7270803. Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami haturkan terima kasih.
6ie*
sa* e
u; Qs
Tembusan:
-
Pembimbing skripsi ArciP
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
1997021002
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Gambar 1. Wilayah Kabupaten Cianjur
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 3a
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 3b Surat Pernyataan Persetujuan (Informed Consent)
Assalammualaikum wr.wb/selamat pagi/siang/sore ibu, Nama Saya ___________ Saya berkunjung ke tempat ini untuk bertemu dengan ibu. Saya mengucapkan terima kasih atas penerimaan dan waktu yang telah ibu berikan kepada kami.
Tujuan saya datang ke tempat ini untuk memperoleh penjelasan informasi secara suka rela, karena kami sedang belajar dari pengalaman yang ibu miliki dalam pengambilan keputusan proses rujukan ke rumah sakit saat persalinan. Kami tidak akan menilai jawaban dari ibu karena jawaban dari ibu tidak ada yang benar atau salah karena kami sedang menjalani proses belajar. Ibu memberikan jawaban kepada saya, tidak akan mengurangi hak ibu sebagai pasien RSUD dan warga Kabupaten Cianjur serta tidak ada pihak yang dirugikan. Saya mohon ibu mengatakan apa adanya yang ibu ketahui dan rasakan. Informasi yang ibu berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan digunakan untuk kepentingan penelitian yang sedang saya lakukan. Jika anda telah menjadi informan dan terjadi hal yang memberatkan, maka diperbolehkan mengundurkan diri dari penelitian ini.
Kami mohon ijin menggunakan perekam suara agar semua percakapan kita dapat dicatat dengan baik dan benar. Jika ibu bersedia untuk berpartisipasi saya mohon untuk menanda tangani persetujuan ini dengan menyertakan nama.
Cianjur, ………..2012
Tanda tangan saksi
(___________________)
Tanda tangan Informan
(_________________________)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 4 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK INFORMAN IBU YANG PERNAH MENGALAMI KOMPLIKASI SAAT PERSALINAN Nama Fasilitator
:________________________________________
Tanggal
:________________________________________
Penggunaan Tape Recorder : Ya
Tidak : Mengapa ?______________
_________________________________________________________________ Perkenalan : Assalammualaikum wr.wb/selamat pagi/siang/sore ibu, Nama Saya ___________ Saya berkunjung ke tempat ini untuk bertemu dengan ibu. Saya mengucapkan terima kasih atas penerimaan dan waktu yang telah ibu berikan kepada kami. Penjelasan tujuan wawancara : Tujuan saya datang ke tempat ini untuk memperoleh penjelasan informasi secara suka rela, karena kami sedang belajar dari pengalaman yang ibu miliki dalam pengambilan keputusan proses rujukan ke rumah sakit saat persalinan. Kami tidak akan menilai jawaban dari ibu karena jawaban dari ibu tidak ada yang benar atau salah karena kami sedang menjalani proses belajar. Ibu memberikan jawaban kepada saya, tidak akan mengurangi hak ibu sebagai pasien RSUD dan warga Kabupaten Cianjur serta tidak ada pihak yang dirugikan. Saya mohon ibu mengatakan apa adanya yang ibu ketahui dan rasakan. Informasi yang ibu berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan digunakan untuk kepentingan penelitian yang sedang saya lakukan. Jika anda telah menjadi informan dan terjadi hal yang memberatkan, maka diperbolehkan mengundurkan diri dari penelitian ini. Prosedur : Kami mohon ijin menggunakan perekam suara agar semua percakapan kita dapat dicatat dengan baik dan benar. Jika ibu bersedia saya mohon untuk menanda tangani persetujuan ini. Tanda tangan saksi
(___________________)
Tanda tangan Informan
(_________________________)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
DATA DEMOGRAFI INFORMAN
No Informan (Kode Informan):…………………………………………………….. Nama Informan
:……………………………………………………...
Umur
:……………………………………………………...
Pekerjaan
:……………………………………………………...
Status Nikah
: …………………………………………………….
Alamat
:……………………………………………………...
Suku
:……………………………………………………...
Agama
:……………………………………………………...
Pendidikan terakhir
:……………………………………………………...
Nama suami
:……………………………………………………...
Umur suami
:……………………………………………………...
Pekerjaan suami
:……………………………………………………...
Pendidikan terakhir suami
:……………………………………………………...
Pendapatan Keluarga
:……………………………………………………..
Jumlah anak/Paritas
:……………………………………………………...
Anak
Tanggal Lahir/Umur
Jenis Kelamin
Tempat/Penolong Persalinan
Jenis Persalinan
Masalah Kehamilan/Persalinan
I II III IV V VI VII
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Pengetahuan tentang risiko/komplikasi obstetri 1. Apa saja yang ibu ketahui tentang risiko/tanda bahaya saat hamil dan persalinan serta komplikasi obstetri ? (Probing
sejak kapan, apa saja, pengaruh pada ibu dan bayi)
2. Dari siapa saja ibu mengetahui tentang risiko/tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta komplikasi obstetri? (Probing
berapa kali, status periksa hamil, dari mana, dimana)
3. Apa yang ibu ketahui dalam menghadapi risiko/tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta komplikasi obstetri? (Probing
perencanaan, persiapan rujukan)
Persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan rujukan 1. Bagaimana menurut ibu kualitas pelayanan kesehatan yang ada di dekat ibu? (Probing
kemudahan, kepuasan, kenyaman, pelayanan yang diberikan,
sikap petugas, proses pemberian informasi pilihan tindakan (informed choise) dan pemberian informasi persetujuan tertulis (informed consent), respon time) 2. Bagaimana menurut ibu kualitas pelayanan kesehatan rujukan dasar yang ibu kunjungi?(jika ibu berkunjung ke Puskesmas PONED) (Probing
kemudahan, sikap petugas, kepuasan, kenyamanan, pelayanan
yang diberikan, proses pemberian informasi pilihan tindakan (informed choise) dan pemberian informasi persetujuan tertulis (informed consent), respon time ) 3. Bagaimana menurut ibu kualitas pelayanan kesehatan rujukan RS yang ibu kunjungi? (Probing
kemudahan, sikap petugas,
kelengkapan, kepuasan,
kenyamanan, pelayanan yang diberikan, proses pemberian informasi pilihan tindakan (informed choise) dan pemberian informasi persetujuan tertulis (informed consent), respon time )
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan 1.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mencari pertolongan penanganan komplikasi obstetri yang dialami oleh ibu baik penanganan medis maupun tradisional?
2.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan dasar?
3.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit? (Transportasi yang digunakan)
Penggunaan asuransi kesehatan 1. Bagaimana cara pembayaran yang digunakan untuk pembiayaan penanganan anda? (Probing
jenisnya, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja, dari
mana) 2. Bagaimana pandangan ibu terhadap penggunaan asuransi kesehatan? (Probing
kemudahan, proses)
Biaya 1.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan terdekat di tempat tinggal anda?
2.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit?
3.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani oleh bidan terdekat?
4.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani di pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit
5.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya hidup selama di rumah sakit?
6.
Apa saja kendala yang ditemukan dalam pembiayaan tersebut, apabila dibanding dengan penghasilan?
7.
Apakah mendapat bantuan tambahan dari instansi pemerintah atau instansi non pemerintah? (Probing
berapa, prosesnya) Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Peran Suami
1. Bagaimana peran suami di keluarga anda dalam proses pengambilan keputusan di setiap penanganan masalah, khususnya saat adanya komplikasi obstetri persalinan? (Probing
kepedulian suami, pemberian saran dan informasi, tindakan
suami, apa saja yang diketahui suami mengenai informasi dan saran yang telah diterima dari bidan yang terkait dengan keadaan ibu serta responnya dan pandangannya, dominasi peran, terpenuhikah hak ibu) 2. Bagaimana proses pengambilan keputusan di keluarga anda? (Probing
kemandirian, ketergantungan dengan keluarga suami/istri, berapa
lama, adakah peran orang lain) Dukungan Petugas Kesehatan (Bidan) 1.
Apa saja yang telah dilakukan tenaga kesehatan saat anda menghadapi masalah komplikasi obstetri, termasuk sebelum persalinan? (Probing
pemberian saran dan anjuran termasuk informasi dan frekuensi
pemberian informasi, tindakan, pendampingan rujukan)
Dukungan sosial (suami dan keluarga) 1.
Bagaimana bentuk dukungan keluarga dan orang terdekat yang diberikan pada ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan, termasuk sebelum persalinan? (Probing
pemberian saran/anjuran, apa saja yang diketahui keluarga
mengenai informasi dan saran yang telah diterima dari bidan yang terkait dengan keadaan ibu serta responnya dan pandangannya, pendampingan, membantu aktifitas domestik, pemberian biaya, pencarian alternatif pengobatan) 2.
Bagaimana menurut anda mengenai bentuk dukungan dari pemberi pelayanan tradisional (paraji dan orang pintar)? (Probing
tindakan, saran dan anjuran, frekuensi pemberian informasi,
sikap).
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri 1.
Bagaimana pandangan ibu dalam mencari pertolongan untuk mengatasi komplikasi obstetri saat persalinan yang pernah ibu alami? (Probing
seberapa penting mencari pertolongan tersebut, apakah menjadi
kebutuhan, penanganan medis, penanganan non medis/tradisional) 2.
Bagaimana pandangan ibu terhadap proses rujukan yang berkaitan dengan ibu? (Hambatan saat proses rujukan)
Keputusan dalam proses rujukan 1. Bagaimana dengan keputusan akhir ibu dalam menghadapi komplikasi obstetri yang ibu alami? (Probing
alasannya )
Tahapan proses pengambilan keputusan 1. Bagaimana pemahaman adanya masalah? (Probing
sejak kapan, respon ibu)
2. Bagaimana pencarian alternatif? (Probing
penanganan medis, penanganan non medis/tradisional,
dirujuk/menolak rujukan) 3. Bagaimana evaluasi alternatif? (Probing
respon ibu, pilhan akhir, alasan memilih dirujuk atau tidak
dirujuk) 4. Bagaimana keputusan untuk bertindak merujuk? (Probing
setuju/tidak setuju, perlu waktu berapa lama, respon ibu)
5. Bagaimana tindakan yang dilakukan setelah pengambilan keputusan bertindak merujuk? (Probing
tindakan ibu, tindakan petugas kesehatan dan keluarga
penanganan non medis/tradisional)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KELUARGA DAN ATAU SUAMI
Nama Fasilitator
:________________________________________
Tanggal
:________________________________________
Penggunaan Tape Recorder : Ya
Tidak : Mengapa ?______________
_________________________________________________________________ Perkenalan : Assalammualaikum wr.wb/selamat pagi/siang/sore ibu, Nama Saya ___________ Saya berkunjung ke tempat ini untuk bertemu dengan ibu. Saya mengucapkan terima kasih atas penerimaan dan waktu yang telah ibu berikan kepada kami. Penjelasan tujuan wawancara : Tujuan saya datang ke tempat ini untuk memperoleh penjelasan informasi secara suka rela, karena kami sedang belajar dari pengalaman yang ibu miliki dalam pengambilan keputusan proses rujukan ke rumah sakit saat persalinan. Kami tidak akan menilai jawaban dari ibu/bapak karena jawaban dari ibu/bapak tidak ada yang benar atau salah karena kami sedang menjalani proses belajar. Ibu/bapak memberikan jawaban kepada saya, tidak akan mengurangi hak ibu sebagai pasien RSUD dan atau warga Kabupaten Cianjur serta tidak ada pihak yang dirugikan. Saya mohon ibu/bapak mengatakan apa adanya yang diketahui dan dirasakan. Informasi yang ibu/bapak berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan digunakan untuk kepentingan penelitian yang sedang saya lakukan. Jika anda telah menjadi informan dan terjadi hal yang memberatkan, maka diperbolehkan mengundurkan diri dari penelitian ini. Prosedur : Kami mohon ijin menggunakan perekam suara agar semua percakapan kita dapat dicatat dengan baik dan benar. Jika ibu bersedia saya mohon untuk menanda tangani persetujuan ini. Tanda tangan saksi
(___________________)
Tanda tangan Informan
(_________________________) Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan 1.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mencari pertolongan penanganan komplikasi obstetri yang dialami oleh ibu?
2.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan dasar?
3.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit? (Transportasi dan hambatannya)
Penggunaan asuransi kesehatan 1.
Apa saja yang anda ketahui mengeanai cara pembayaran yang digunakan dalam penanganan komplikasi obstetri pada ibu saat persalinan? (Probing
2.
jenisnya, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja)
Bagaimana pandangan anda terhadap penggunaan asuransi kesehatan? (Probing
pelayanan yang didapat, sikap petugas, kemudahan, proses)
Biaya 1. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan terdekat di tempat tinggal anda? 2. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit? 3. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani oleh bidan terdekat? 4. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani di pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit 5. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya hidup selama di rumah sakit? 6. Apakah ada kendala dalam pembiayaan tersebut, jika dibandingkan dengan penghasilan? 7. Apakah mendapat bantuan dari instansi pemerintah atau instansi non pemerintah? (Probing
berapa, prosesnya)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Peran Suami
1.
Bagaimana peran anda sebagai suami di keluarga anda dalam proses pengambilan keputusan di setiap penanganan masalah, khususnya saat persalinan dengan komplikasi obstetri yang pernah dialami oleh ibu ? (Jika suami tidak ada maka pertanyaannya adalah bagaimana menurut ibu/bapak peran dari suami ibu tersebut) (Probing
kepedulian (suami), tindakan sebelum dan saat proses rujukan,
masih tergantung dengan keluarga suami/istri, berapa lama, peran orang lain, dominasi peran, terpenuhikah hak ibu) 2.
Apa saja yang telah diketahui mengenai keadaan ibu selama hamil dan persalinan?
3.
Apa saja yang diketahui suami/keluarga mengenai informasi dan saran yang telah diterima dari bidan, frekuensi pemberian informasi serta responnya dan pandangannya?
4.
Hambatan apa saja yang ada saat proses rujukan?
Dukungan sosial (keluarga dan orang terdekat) 1.
Bagaimana menurut anda mengenai bentuk dukungan (keluarga dan orang terdekat) yang telah diberikan untuk ibu tersebut? (Probing
pemberian saran/anjuran, pendampingan, membantu aktifitas
domestik, pemberian biaya, pencarian alternatif pengobatan). 2.
Apa saja yang diketahui oleh suami/keluarga mengenai informasi yang telah diberikan oleh paraji dan orang pintar? (Probing
kontak sebelum dan sesudah)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 6 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN KUNCI (BIDAN)
Nama Fasilitator
:________________________________________
Tanggal
:________________________________________
Penggunaan Tape Recorder : Ya
Tidak : Mengapa ?______________
_________________________________________________________________ Perkenalan : Assalammualaikum wr.wb/selamat pagi/siang/sore ibu, Nama Saya ___________ Saya berkunjung ke tempat ini untuk bertemu dengan ibu. Saya mengucapkan terima kasih atas penerimaan dan waktu yang telah ibu berikan kepada kami. Penjelasan tujuan wawancara : Tujuan saya datang ke tempat ini untuk memperoleh penjelasan informasi secara suka rela, karena kami sedang belajar dari pengalaman yang ibu miliki dalam pengambilan keputusan proses rujukan ke rumah sakit saat persalinan. Kami tidak akan menilai jawaban dari ibu karena jawaban dari ibu tidak ada yang benar atau salah karena kami sedang menjalani proses belajar. Ibu memberikan jawaban kepada saya, tidak akan mengurangi hak ibu sebagai pasien RSUD dan warga Kabupaten Cianjur serta tidak ada pihak yang dirugikan. Saya mohon ibu mengatakan apa adanya yang ibu ketahui dan rasakan. Informasi yang ibu berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan digunakan untuk kepentingan penelitian yang sedang saya lakukan. Jika anda telah menjadi informan dan terjadi hal yang memberatkan, maka diperbolehkan mengundurkan diri dari penelitian ini. Prosedur : Kami mohon ijin menggunakan perekam suara agar semua percakapan kita dapat dicatat dengan baik dan benar. Jika ibu bersedia saya mohon untuk menanda tangani persetujuan ini. Tanda tangan saksi
(___________________)
Tanda tangan Informan
(_________________________)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan 1.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mencari pertolongan penanganan komplikasi obstetri yang dialami oleh ibu ke tempat anda?
2.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan dasar?
3.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit? (transportasi, hambatan saat proses rujukan)
Penggunaan asuransi kesehatan 1.
Apa saja anda ketahui mengenai cara pembayaran yang digunakan dalam penanganan ibu?
(Probing 2.
jenisnya, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja)
Bagaimana pandangan bidan terhadap penggunaan asuransi kesehatan? (Probing
kemudahan, proses)
Dukungan petugas kesehatan 1.
Bagaimana bentuk dukungan anda sebagai bidan terhadap ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan? (Probing
pemberian saran/anjuran, frekuensi pemberian informasi, respon
ibu dan keluarga saat pemberian informasi dan saat proses rujukan, tindakan, pendampingan rujukan)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 7 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM INFORMAN(PEMBERI PELAYANAN TRADISIONAL/PARAJI/ORANG PINTAR) Nama Fasilitator
:________________________________________
Tanggal
:________________________________________
Penggunaan Tape Recorder : Ya
Tidak : Mengapa ?______________
_________________________________________________________________ Perkenalan : Assalammualaikum wr.wb/selamat pagi/siang/sore ibu, Nama Saya ___________ Saya berkunjung ke tempat ini untuk bertemu dengan ibu. Saya mengucapkan terima kasih atas penerimaan dan waktu yang telah ibu berikan kepada kami. Penjelasan tujuan wawancara : Tujuan saya datang ke tempat ini untuk memperoleh penjelasan informasi secara suka rela, karena kami sedang belajar dari pengalaman yang ibu miliki dalam pengambilan keputusan proses rujukan ke rumah sakit saat persalinan. Kami tidak akan menilai jawaban dari ibu karena jawaban dari ibu tidak ada yang benar atau salah karena kami sedang menjalani proses belajar. Ibu memberikan jawaban kepada saya, tidak akan mengurangi hak ibu sebagai pasien RSUD dan warga Kabupaten Cianjur serta tidak ada pihak yang dirugikan. Saya mohon ibu mengatakan apa adanya yang ibu ketahui dan rasakan. Informasi yang ibu berikan akan saya jaga kerahasiaannya dan digunakan untuk kepentingan penelitian yang sedang saya lakukan. Jika anda telah menjadi informan dan terjadi hal yang memberatkan, maka diperbolehkan mengundurkan diri dari penelitian ini. Prosedur : Kami mohon ijin menggunakan perekam suara agar semua percakapan kita dapat dicatat dengan baik dan benar. Jika ibu bersedia saya mohon untuk menanda tangani persetujuan ini. Tanda tangan saksi
(___________________)
Tanda tangan Informan
(_________________________) Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Dukungan sosial (orang terdekat) 1.
Apa yang ada ketahui mengenai kondisi ibu ketika anda dipanggil oleh salah satu keluarga(suami) untuk menangani ibu ? (Probing
2.
sebelum persalinan pernah kontak, berapa kali)
Apa saja yang telah anda lakukan terhadap ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan? (Probing
pemberian saran/anjuran termasuk informasi, tindakan)
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 8 KUISIONER UNTUK MENGIDENTIFIKASI INFORMAN YANG MENOLAK RUJUKAN SAAT PERSALINAN 1. Berapa usia kehamilan anda saat persalinan sekarang ini? 2. Adakah tanda ketuban pecah dini, perdarahan, persalinan > 12 jam, persalinan dengan kelainan letak?
Universitas Indonesia
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 9a
1.
Karakteristik Informan Utama Tabel 1. Distribusi Karakteristik Informan Utama
Kode
Informan
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Jumlah anak
IB.M1
Ny. M
28 tahun
SD
TKW
Agrabint a
2
IB.M2
Ny. F
21 tahun
SD
IRT
Limbang an Sari
2
IB.M3
Ny. E
21 tahun
SD
IRT
Pacet
IB.M4
Ny. K
49 tahun
SD
IRT
IB.M5
Ny. T
SD
IRT
IB.T6
Ny. H
32 tahun 22 tahun
SD
IRT
IB.T7
Ny. D
20 tahun
SMA
IRT
IB.M = Ibu yang menerima proses rujukan
Kasus Kompli kasi Obstetri Kelainan letak (letak lintang, tangan menum bung) Kelainan letak (Letak sung sang)
Riwayat Hamil & Persalinan lalu Anak terakhir 5 tahun/ persalin an di rumah/ paraji/ tidak ada masalah Anak terakhir 3thn, 6bulan/ persalin an dirumah/ paraji/ tidak ada masalah
2
Kelainan letak (Letak Sung sang)
Pacet
3
Eklamp sia (Kejang)
Karang Tengah Pagelara n
2
Bojong Picung
1
Eklamp sia (Kejang) Menolak dirujuk (Ketuban Pecah Dini) Menolak dirujuk (Ketuban Pecah Dini)
Anak terakhir 2 tahun/ persalina di rumah/ paraji/ tidak ada masalah Anak terakhir 19 tahun/ persalin an di rumah/ paraji/ tidak ada masalah RS/ bidan/ induksi -
1
IB.T = Ibu yang tolak proses rujukan
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
-
2. Karakteristik Suami/Keluarga Informan Utama Tabel 2. Distribusi Karakteristik Informan Suami atau Keluarga Kode Informan Umur KB.M1 Tn. B 53 tahun SB.M2 Tn. A 21 tahun SB.M3 Tn. MS 25 tahun SB.M4 Tn. U 45 tahun SB.M5 Tn. B 34 tahun SB.T6
Tn. S
SB.T7
Tn. F
Pendidikan Pekerjaan Tidak Buruh sekolah Tani SMP Supir
25 tahun 22 tahun
SD SD SD
SD SMA
Dagang asongan Buruh tani Kuli bangunan & ojeg Kuli Bangunan Buruh Pabrik Lepas
Alamat Agrabinta Limbangan Sari Pacet Pacet Karang Tengah Pagelaran Bojong Picung
Pendapatan Rp 1000.000/bulan Rp 1500.000/bulan Rp 600.000/bulan Rp 600.000/bulan Rp 750.000/bulan Rp 800.000/bulan Rp 100.000/bulan
KB.M = Keluarga Ibu yang menerima proses rujukan SB.M = Suami Ibu yang menerima proses rujukan SB.T = Suami Ibu yang menolak proses rujukan
3.
Karakteristik Pemberi Pelayanan Tradisional (Paraji dan Orang Pintar) Tabel 3 Distribusi Karakteristik Informan Pemberi Pelayanan Tradisional Kode PB1 PB2 PB3 OP4 OP5
Informan Umur Ny. H 58 tahun Ny. M 63 tahun Ny. R 63 tahun Tn. O 50 tahun Tn. P 50 tahun
Pendidikan Pekerjaan Alamat Tidak Tani Pacet sekolah Tidak Tani Pagelaran sekolah Tidak Tani Agrabinta sekolah SD Guru Ngaji Karang Tengah SD Guru Ngaji Pacet
Sumber : Hasil Survei bulan Juni 2012 di RSUD Cianjur dan Wilayah Kabupaten Cianjur. PB = Paraji Ibu OP = Orang pintar atau ustadz yang dapat mengobati
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
4.
Karakteristik Informan Petugas Kesehatan (Bidan) Tabel 4 Distribusi Karakteristik Informan Petugas Kesehatan (Bidan) Kode
Informan
Umur
BB1
Bd.E
BB2
Bd. Y
BB3
Bd. D
BB4
Bd. N
BB5
Bd. Y
BB 6
Bd. N
47 tahun 35 tahun 47 tahun 35 tahun 29 tahun 35 tahun
Pendidikan Pekerjaan Masa Kerja D III Bidan di 25 tahun Kebidanan Desa DIII Bidan di 12 tahun Kebidanan desa D III Bidan di 25 tahun Kebidanan desa D III Bidan di 12 tahun Kebidanan desa D III Bidan di 2 tahun Kebidanan desa DIII Bidan di 10 tahun Kebidanan desa
Sumber : Hasil Survei bulan Juni 2012 di RSUD Cianjur dan Wilayah Kabupaten Cianjur BB = Bidan
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 4 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM IBU YANG MENGALAMI KOMPLIKASI SAAT PERSALINAN
NO A.
VARIABEL
IB1
IB2
IB3
IB4
IB5
IB6
IB7
“Bengkak, darah tinggi, pusing, bidan waktu hamil 6 bulan, bahaya tuk saya dan bayi” “baca buku, waktu hamil 6 bulan”
“Belum tahu”
“Belum tahu, Bahaya juga tuk bayi dan diri kita”
“Belum tahu Bahaya tuk dede bayi”
“belum pernah denger dari bu bidan, buku jarang dibaca”
“Jarang, dibaca bukunya, bidan belum pernah kasih tahu”
“Bukunya hilang, belum pernah di kasih tahu”
“Kalo saya tidak ditangani
“Harus tahu jadi da persiapan
“kalo tahu pasti ada persaiapan”
“Dengar awal pasti ada persiapan
Pengetahuan tentang Risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat Persalinan
1.
Apa saja yang ibu ketahui tentang risiko/tanda bahaya saat hamil dan persalinan serta komplikasi obstetri ? (Probing sejak kapan, apa saja, pengaruh pada ibu dan bayi)
“Belum pernah tahu, bahaya untuk kesehatan saya dan bayi”.
“Perdarahan,ben gkak-bengkak, tensi tinggi, pusing….lemes, air ketuban keluar, letak bayinya bukan kepala, tuk kesehatan saya dan bayi saya”.
“Lupa lagi, waktu masih hamil 4 bulan”.
2.
Dari siapa saja ibu mengetahui tentang risiko/tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta komplikasi obstetri? (Probing berapa kali, dari mana) Apa yang ibu ketahui dalam menghadapi risiko/tanda bahaya kehamilan dan persalinan
“Periksa hamil saya belum pernah dikasih tahu”.
“Dapat dari buku, pernah bidan ngomong tapi jarang”.
“Pernah baca buku, bidan pernah kasih tahu 1 kali”
“hamil dan persalinan itu biasa saja, alamiah,kalo ada
“Bidan inget rencana persalinan,
“Hamil dan persalinan alamiah,
3.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
serta komplikasi obstetri? apa-apa karena (Probin perencanaan, pernah salah tau persiapan) stress. kalo tahu sebelumnya da rencana, takut juga sepertinya tidak usah terlalu tahu
B.
Persepsi terhadap kualitas Pelayanan Kesehatan baik terdekat maupun rujukan
1.
Bagaimana menurut ibu kualitas pelayanan kesehatan yang ada di dekat ibu? (Probing kemudahan, kepuasan, kenyaman, pelayanan yang diberikan, sikap petugas, proses pemberian informasi pilihan dan informasi persetujuan (pernyataan
“Bidannya kasih nomor telepon biar mudah hubunginya, baik, cukup memuaskan, kurang kasih informasi, saya tidak disuruh nanda tangan pernyataan, cepet
posisi bayi bukan kepala, lahir di RS”
Kalo tahu pasti da rencana, tidak kaget keluarga tahu lebih awal dan perlu persiapan awal tuk tanganinya, tidak bisa di pustu”.
cepat, tidak ada umur, jadi harus disiapin”.
untuk ngelahirin, sebelumnya saya belum tahu”.
“ Saya punya nomor telepon bidan biar mudah hubunginya, baik, cukup memuaskan, suka kasih tuk pemilihan persalinan informasi, saya
“ Mudah, deket, rumah, baik, biasanya yang jaga Pustu gantian, cukup enak, kurang kasih informasi, terburu-buru,
“ susah, jauh, baik, ramah, di pustu ada yang jaga, cukup raoseun, kurang masihan informasi, suami tidak diajak
“ susah, jauh, ramah, kurang beri informasi, tidak ada tanda tangan tuk persetujuan”
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
kalo da hambatan biaya Pasrah”.
“ Ramah, baik, susah dihubungi karena jauh, bidannya ganti-ganti”
“ Susah, tidak begitu ramah, jarang ada di tempat, selalu bilang sibuk ada yang lahirin, kurang kasih informasi”
2.
3.
setuju/tidak setuju secara tertulis), respon time).
nangani saya”
tidak disuruh nanda tangan pernyataan, cepet nangani saya”
Bagaimana menurut ibu kualitas pelayanan kesehatan rujukan dasar yang ibu kunjungi?(jika ibu berkunjung ke Puskesmas PONED) (Probing kemudahan, kepuasan, kenyaman, pelayanan yang diberikan, sikap petugas, proses pemberian informasi pilihan dan informasi persetujuan (pernyataan setuju/tidak setuju secara tertulis), respon time). Bagaimana menurut ibu kualitas pelayanan kesehatan rujukan RS yang ibu kunjungi? (Probing kemudahan, kepuasan, kenyaman, pelayanan yang diberikan, sikap petugas, proses pemberian informasi pilihan dan informasi
“Saya langsung ke RS karena ini bukan kasus di puskesmas”.
“Saya langsung ke RS, lebih dekat dengan RS”.
“baik, cukup memuaskan, kurang kasih informasi, saya disuruh nanda tangan pernyataan tuk milih tindakan penuh, gerah, 13 jam saya nunggu baru di operasi”
“ Di UGD cepet nanganinya, di ruang bersalin 12 jam, baik, cukup memuaskan, penuh pasiennya, kurang nyaman, biasa kelas
tidak ada yang saya tanda tangan tuk persetujuan tindakan “Saya langsung ke RS karena ini bukan kasus di puskesmas”.
ngobrol dulu, tidak ada tanda tangan,
“Saya langsung ke RS karena ini bukan kasus di puskesmas”.
“Saya langsung ke RS karena ini bukan kasus di puskesmas”.
“ Saya menolak dibawa ke puskesmas, sekarang anak saya yang dibawa ke sini, baik, saya baru ke puskesmas itu, cepat ditangani, bayi saya setelah diinfus dibawa ke RS”.
“Saya menolak dibawa ke RS, hingga akhirnya bayi saya yang dibawa ke RS, tanpa diantar oleh bidan”.
“Baik, cepet, cukup memuaskan, saya disuruh nandatangan tuk tindakan persalinan nya, saya bingung karena
“ Baik, cepet, cukup memuaskan, kasih informasi detail, saya mengerti, saya diminta persetujuan, pasien
“ Baik, cepet, cukup memuaskan, kurang kasih informasi, penuh pasiennya, gerah, saya tidak ingat saya kejang
“ Baik, cepet nanganinya, kurang kasih informasi waktu anak saya di bawa ke RS, diminta tanda tangan persetujuan tuk perawatan
“ Baik, cepet, kurang kasih informasi, diminta tanda tangan persetujuan tuk perawatan bayi saya, penuh terus.”
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
persetujuan (pernyataan setuju/tidak setuju secara tertulis), respon time).
C. 1.
2.
3.
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mencari pertolongan terdekat baik penanganan medis maupun tradisional? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan dasar? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan
ekonomi, saya nanda tangan tuk tindakan, sebelumnya hanya informasi cara persalinannya harus diinfus”
kurang penjelasan, penuh terus pasiennya, panas, tidak nyaman”
penuh, kurang nyaman, saya pulang paksa, dipasang alat terasa sakit, hingga akhirnya saya pulang kejang di rumah”.
“ Kalau ke bidan yang dekat 10 menit pakai motor, kalau ke paraji 15 menit pakai motor”
“ Kalau ke bidan yang dekat 5 menit pakai motor”
“Kalau ke bidan yang dekat 5 menit pakai motor”
“ Kalau ke bidan 10 menit pakai motor, kalau ke paraji 15 menit”
“ Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor”
“Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor”
“ Kalau ke bidan 5 menit pakai motor, kalau ke orang pinta sekitar 15 menit” “ Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor”
“ Kalau ke bidan 35 menit pakai motor, kalau ke paraji 10 menit”
“Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai motor atau mobil”
“ Kalau ke bidan 15 menit pakai motor, kalau ke paraji 5 menit dengan jalan kaki”. “ Sekitar 30 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor “.
“ Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor “.
“ Sekitar 20 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor”
“Sekitar 5 jam pakai mobil ke RS”
“Sekitar 40 menit pakai mobil ke RS”
“Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor
“ Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor
“ Sekitar 20 menit pakai mobil ke RS “
“ Sekitar 2,5 jam pakai mobil ke RS “
“ Sekitar 45 menit ke RS pakai mobil atau motor “.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
bayi “. penuh terus, tapi terpenting bayi saya nyaman kelihatannya
D.
rumah sakit? Penggunaan Asuransi kesehatan
ke RS”
ke RS “
1.
Bagaimana cara pembayaran yang digunakan untuk pembiayaan penanganan anda? (Probing jenisnya, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja, dari mana).
“ Jampersal, baru sekarang, untuk perawatan saya di RS, tau dari suami teman saya dan bidan, diberi tahu saat harus ke RS “.
“Jampersal, baru saat ini, perawatan saya dan bayinya, tau dari bu bidan sejak hamil 7 bulan saat periksa hamil”
“Jampersal, baru ini juga, tuk saya dan bayi, diberi tahu bu bidan saat harus ke RS. dikira hanya untuk di Pustu”
“Jampersal, baru tahu pas saya di bawa ke RS yang pertama”
2.
Bagaimana pandangan ibu terhadap penggunaan asuransi kesehatan? (Probing kemudahan, proses).
“ berbelit yak arena nama saya beda dengan di kartu KK, persyaratan diurus oleh suami teman saya, saya tidak tahu apa”.
“Mudah, persyaratan diurus oleh suami dan bapak, saya tidak tahu”
“Mudah, persyaratan diurus oleh suami saya”
“Mudah, persyaratan diurus saudara suami”
E. 1.
Biaya Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan
“Tidak ada karena ada motor milik suami teman”
“Tidak ada karena ada motor milik saudara”
“Tidak ada karena bisa jalan kaki”
“Tidak ada, pakai motor tetangga”
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
“Jampersal, baru tahu pas dibawa ke RS, dari saudara. bidan kasih tahu kalo lahir di tempat bidan bisa pake jampersal. kalo dirumah tidak bisa” “Mudah, persyaratan diurus suami”
“Jampersal tuk perawatan bayi saya, di kasih tahu bidan pas bawa bayi saya ke Puskesmas dan RS”
“Jampersal tuk si bayi, baru kali ini, dikasih tahu pa RT, Bidan tidak pernah kasih tahu”.
“Mudah , persyaratan diurus saudara saya”
“Agak rumit, harus bolak balik, persyaratan diurus saudara suami”
“Tidak ada, pakai motor sendiri”
“Tidak ada, pakai motor tetangga”
“Tidak ada pakai motor milik pribadi”
2.
3.
4.
5.
6.
terdekat di tempat tinggal anda? Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit?
“Hanya untuk isi bensin saja Rp 200.000, mobil punya tetangga jadi lebih murah”
“Sewa angkot saja Rp 20.000”
“Tidak ada pake, ambulance desa”
“Sewa angkot Rp 30.000 “
“Tidak ada”
“Tidak ada dari rumah pake tandu, pas di pustu ke rs pake ambulance desa” “Tidak ada”
“Tidak ada”
“Kurang lebih Rp 250.000 tuk obat yang tidak ada dalam paket”
“Tuk transportasi ke puskesmas sebesar Rp 100.000, untuk ke RS Gratis”
“Sewa mobil Rp 50.000 untuk ke RS”
“Tidak ada”
‘Tidak ada”
“Tidak ada”
“Kurang lebih Rp 150.000 tuk beli obat”
“Hampir Rp 1000.000 terutama untuk perawatan lanjut bayi”
“Hampir Rp 1.500.000 tuk bayi dan beli alat dan obat tuk saya”
“Hampir Rp 2.000.000 tuk saya karena masuk ICU dan bayi”
“Hampir Rp 500.000 tuk beli obat dan alat keperluan perawatan bayi”
“Hampir Rp 500.000 tuk beli obat dan alat keperluan perawatan bayi”
“Beli trus, lumayan mahal kurang lebih Rp 300.00” “Ada, suami tidak bisa bekerja, tidak
“Beli trus, lumayan, kurang lebih Rp 200.000”
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani oleh bidan terdekat? Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani di pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit? Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya hidup selama di rumah sakit?
“Tidak ada”
“Kurang lebih Rp 200.000:
“Kebetulan deket jadi bawa dari rumah”
“Kita bekal dari rumah”
“Kita bekal dari rumah”
“Kita bekal dari rumah”
Apa saja kendala yang ditemukan dalam pembiayaan tersebut,
“Ada, uang yang digunakan dapat pinjaman teman,
“Ada, suami tidak dapat bekerja, tidak
“Ada, penghasilan suami sehari
“Ada, suami tidak bisa kerja, tidak
“Ada, suami tidak bisa kerja, tidak
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
“Ada, suami penghasilan masih kurang,
apabila dibanding dengan penghasilan?
akan diganti setelah sembuh”
dapat penghasilan”
7.
Apakah mendapat bantuan tambahan dari instansi pemerintah atau instansi non pemerintah? (Probing berapa, prosesnya).
“Tidak ada”
“Tidak ada”
F. 1.
Peran Suami Bagaimana peran suami di keluarga anda khususnya saat adanya komplikasi obstetri persalinan,? (Probing kepedulian suami, tindakan suami, dominasi peran, terpenuhikah hak autonomi ibu)
“Ayah bayi saya kerja di Saudi, sulit dihubungi, saya kecelakaan, belum menikah, rencananya anak ni akan dikasih, saya merasa tidak diperhatikan”
“Suami mempersiapkan dana tuk persalinan di RS, biarpun dijamin jampersal. sangat peduli, terpenuhi hak saya sebagai istri
2.
Bagaimana proses pengambilan keputusan
“Saya tergantung dengan suami
“Suami masih tergantung
hanya Rp 15000 s/d Rp 20000. jadi tuk itu hutang ke saudara suami” “Tidak ada”
ada penghasilan, uang yang dipake pinjaman, harus diganti” “Tidak ada”
ada penghasilan dan pinjaman yang harus dibayar”
dapat penghasilan dan ada pinjaman yang harus dibayar”
harus bayar pinjaman”.
“Tidak ada”
“Tidak ada”
“Tidak ada”
“Suami cukup peduli, karena tidak rencana, jadi ketika harus ke RS, suami dukung, tapi da keterbatasan biaya, jadi tergantung dengan kakak suami” “Belum bisa, karena
“Suami perhatian nurut dengan ucapan bidan, cari dana,masak, kerasa kasih sayang suami ke istri”
“Suami cukup peduli, karena mendadak kejadiannya, suami cari orang pintar, masih ada bantuan dari orang tua saya, karena keterbatasan biaya”
“Suami cenderung memasrahkan ke keluarga istri, karena belum mampu menanggung sendiri”
“Suami cenderung tergantung kepada keputusan orang tuannya, saya merasa terkekang, belum bisa memutuskan sendiri”
“Suami sudah bisa
“Suami belum bisa,
“Masih tergantung
“Selalu mengutamakan
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
di keluarga anda? (Probing kemandirian ketergantungan dengan keluarga suami/istri, adakah peran orang lain).
G. 1.
Dukungan Petugas Kesehatan (Bidan) Apa saja yang telah dilakukan tenaga kesehatan saat anda menghadapi masalah komplikasi obstetri? (Probing pemberian saran dan anjuran termasuk informasi, tindakan, pendampingan rujukan).
teman saya dan teman saya, bapak saya yang ikut urus saya ini”
dengan keluarga saya, karena saya tinggal dengan keluarga saya, suami bekerja di Cileungsi, pulang setiap 1 minggu sekali”.
penghasilan masih kurang, masih tergantung dengan orang tua dan saudaranya”
nentuin yang terbaik, perlu peran saudara tuk membantu tambahan biaya, suami sudah tidak memiliki keluarga, terbiasa mendiri”
masih tergantung orang tua saya”
keluarga istri”
pendapat ibunya, tergantung bantuan biaya dari orang tuanya”
“ Sebelumnya tidak kasih tahu harus lahir di RS, (kehamilan saya normal), beri saran lahir di RS segera ketika persalinan dengan letak lintang dan tangan menumbung, mendampingi ke RS, Saya diinfus “
“ Memberikan saran tuk melakukan posisi sujud atau ruku, saran lahir di RS sejak kehamilan 6 bulan, mendamping ke RS”
“Sebelumnya saran tuk USG, tapi tidak kasih tahu sebabnya, saat persalinan baru beri saran lahir di RS, mendamp ingi ke RS”
“Beri pengetahuan tanda bahaya, belum ada persiapan, mendadak, bidan damping ke RS”
“ Tidak beri saran, masih keadaan normal, kejadian mendadapk, bidan baru beri saran ke RS, bidan damping ke RS”
“ Sudah diberi saran pas saya periksa terakhir harus lahir di puskesmas, tapi saya tolak, karena takut ditolong oleh bidan”
“ Belum pernah dikasih tahu, diberi saran ketika ada keluhan saya ke bidan, tapi orang tua suami menolak, dan pilih ditolong oleh paraji “
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
H.
1.
2.
Dukungan Sosial (keluarga dan teman dekat) Bagaimana bentuk dukungan keluarga dan orang terdekat yang diberikan pada ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan? (Probing pemberian saran/anjuran, dukungan spirit, pendampingan, membantu aktifitas domestik, pemberian biaya, pencarian alternatif pengobatan).
“Suami teman saya memberi saran tuk bersalin di ma paraji (ma haji), yang anterin ke tempat ema, memberi pinjaman biaya di RS, teman saya bantu aktifitas sehari-hari saya. Ma kasih bantuan doa, biar lancar “
“ Keluarga saya terutama bapak yang menggantikan suami saya ketika tidak ada, dukungan doa dari bapak Bapak damping ke RS, bantuan dana juga dapat dari bapak “
Bagaimana menurut anda mengenai bentuk dukungan dari pemberi pelayanan tradisional? (Probing tindakan, saran atau anjuran, sikap)
“ Ma paraji bisa pijat, nyangsurkeun (membenarkan posisi), jiwa saya tenang, baik “
“ lebih nyaman, tapi persalinan sekarang harus oleh bidan, jadi ketemu ma paraji pas hamil 7 bulan untuk disangsurkeun (dibenarkan posisinya)”
“ Keluarga suami terutama kakaknya dan orang tua, memberi bantuan pinjaman biaya, membantu aktifitas saya di rumah, dan mencari air doa tuk kelancaran persalinan saya” “ Beri ketenangan, Cuma air doa yang dipakai ke paraji dan orang pintar atau ustadzh”.
“ Nemani di RS, bantuan biaya obat, cari ma paraji tuk lahiran, cari air doa dan orang pintar“
“ Nemeni di RS, bantuan biaya, cari bantuan bidan karena tidak ada perubahan”
“ Kasih bantuan biaya, cari ma paraji saat persalinan, cari bantuan bidan pas bayi biru dan tidak menyusu kuat”
“Baik, kasih bantuan biaya, nemenin, cari bantuan paraji pas mo lahir”
“ Sudah tua lebih tau, banyak pengalaman, kasih doa”
“ Saya biasa panggil ma haji setelah lahir tuk rawat bayinya, banyak pengalaman, kasih doa “.
“Saya nyaman lahir oleh paraji, lebih nyaman, enakan ditungguin”
“Saya nyaman ke bidan, karena orang tua suami lebih memilih paraji saya tidak bisa merubah”
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
I.
1.
Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri Bagaimana pandangan ibu dalam mencari pertolongan untuk mengatasi komplikasi obstetri saat persalinan yang pernah ibu alami? (Probing seberapa penting mencari pertolongan tersebut, apakah menjadi kebutuhan, penanganan medis, penanganan non medis/tradisional).
“ Karena terakhir periksa tidak ada perkembangan, akhirnya ke paraji, karena ma dah banyak pengalaman di Arab. Terjadi kelainan ma tidak sanggup baru panggil bu bidan “
“ Lebih utama ke RS atau bidan, lebih tahu“
“Lebih tahu bidan, sekarang beda, karena saran harus di RS, terima yang terbaik “
“Lebih dulu ke ma paraji, lebih dekat, mudah. Beri ketenangan, kalo ma paraji tidak bisa baru panggil bidan yang punya obat dan alat”
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
“Lebih dulu ke bidan dan RS karena lebih tahu”
“ Lebih dulu ke paraji, lebih tahu dan lebih pengalaman”
“Lebih ke bidan, tapi kondisinya saya lemah jadi nurut yang diucap orang tua suami”
Lampiran 5 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA IBU YANG MENGALAMI KOMPLIKASI OBSTETRI SAAT PERSALINAN NO
1.
TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN Memahami masalah
2.
IB1
IB2
IB3
Saat persalinan
Saat hamil 6 bulan
Saat persalinan
Mencari alternatif
Paraji, tidak ada perencanaan persalinan di RS
Perencanaan persalinan di RS
3.
Evaluasi alternatif
Paraji, memilih ditangani oleh paraji
Perencanaan persalinan di RS
Persalinan di Pustu, tidak ada perencanaan persalinan di RS Memilih Persalinan di Pustu
4.
Keputusan
Menerima Rujukan ke RS
5.
Tindakan Pasca Pengambilan keputusan
Paraji, tidak ada kemajuan hubungi bidan Rujuk ke RS, mendapatkan pelayanan rujukan (tindakan operasi)
Mendapatkan pelayanan kesehatan Rujukan (persalinan dengan tindakan)
IB4
IB5
Saat hamil 7 bulan dan saat persalinan Paraji, memilih persalinan oleh paraji
Saat hamil 7 bulan lebih dan saat persalinan Bidan dan orang pintar
Saat hamil 7 bulan lebih dan saat persalinan Paraji
Saat hamil 7 bulan lebih dan saat persalinan Paraji
Bidan , memilih ditangani oleh bidan Menerima rujukan ke RS Mendapatkan pelayanan kesehatan rujukan (tindakan operasi & perawatan ICU)
Paraji, memilih ditangani oleh paraji Menolak rujukan ke RS
Paraji, memilih ditangani oleh paraji Menolak rujukan ke RS
Tidak medapatkan pelayanan kesehatan rujukan
Tidak medapatkan pelayanan kesehatan rujukan
Paraji. memilih ditangani oleh paraji Menerima Menerima rujukan ke rujukan ke RS RS Mendapatkan Mendapatkan pelayanan pelayanan kesehatan kesehatan rujukan rujukan (persalinan (persalinan dengan operasi) tindakan)
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
IB6
IB7
Lampiran 6 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA SUAMI ATAU KELUARGA IBU YANG MENGALAMI KOMPLIKASI OBSTETRI SAAT PERSALINAN
NO A. 1.
VARIABEL
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mencari pertolongan terdekat baik penanganan medis maupun tradisional?
KB1
SB2
SB3
SB4
SB5
SB6
SB7
“ Kalau ke bidan yang dekat 10 menit pakai motor, kalau ke paraji 15 menit pakai motor”
“ Kalau ke bidan yang dekat 5 menit pakai motor”
“Kalau ke bidan yang dekat 5 menit pakai motor”
“ Kalau ke bidan 5 menit pakai motor, kalau ke orang pinta sekitar 15 menit” “ Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” “ Sekitar 20 menit pakai mobil ke RS “
“ Kalau ke bidan 35 menit pakai motor, kalau ke paraji 10 menit”
“ Kalau ke bidan 10 menit pakai motor, kalau ke paraji 15 menit”
“Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” “Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor ke RS”
“ Kalau ke bidan 15 menit pakai motor, kalau ke paraji 5 menit dengan jalan kaki”. “ Sekitar 30 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor “. “ Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor ke RS “
“ Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor “. “ Sekitar 2,5 jam pakai mobil ke RS “
“ Sekitar 20 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” “ Sekitar 45 menit ke RS pakai mobil atau motor “.
“Jampersal, baru ini juga, tuk istri saya dan bayi, diberi tahu
“Jampersal, baru tahu pas istri saya di bawa ke RS yang
“Jampersal, baru tahu pas dibawa ke RS, dari saudara.
“Jampersal tuk perawatan bayi saya, di kasih tahu bidan pas bawa bayi
“Jampersal tuk si bayi, baru kali ini, dikasih tahu pa RT, Bidan
2.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan dasar?
“Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai motor atau mobil”
3.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit?
“Sekitar 5 jam pakai mobil ke RS”
“ Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” “Sekitar 40 menit pakai mobil ke RS”
B. 1.
Penggunaan Asuransi kesehatan “ Jampersal, baru sekarang, untuk perawatan anak saya di RS, tau dari suami teman
“Jampersal, baru saat ini, perawatan istri saya dan bayinya, tahu
Apa saja yang anda ketahui mengenai cara pembayaran yang digunakan dalam penanganan ibu? (Probing jenisnya, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja,
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
dari mana).
anak saya dan bidan, diberi tahu saat harus ke RS “.
2.
Bagaimana pandangan anda terhadap “ berbelit yak penggunaan asuransi kesehatan? arena nama anak (Probing kemudahan, proses). saya beda dengan di kartu KK, persyaratan diurus oleh suami teman anak saya, saya tidak tahu apa”.
C. 1.
Biaya Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan terdekat di tempat tinggal anda?
2.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit?
“Hanya untuk isi bensin saja Rp 200.000, mobil punya tetangga jadi lebih murah”
3.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan
“Tidak ada”
“Tidak ada karena ada motor milik teman”
dari bu bidan sejak hamil 7 bulan saat periksa hamil”
bu bidan saat harus ke RS. dikira hanya untuk di Pustu”
pertama”
bidan kasih tahu kalo lahir di tempat bidan bisa pake jampersal. kalo dirumah tidak bisa” “Mudah, persyaratan diurus saya”
saya ke Puskesmas dan RS”
tidak pernah kasih tahu”.
“Mudah, persyaratan diurus oleh saya dan mertua”
“Mudah, persyaratan diurus oleh saya dan mertua”
“Mudah, persyaratan diurus kakak saya”
“Mudah , persyaratan diurus paman saya”
“Agak rumit, harus bolak balik, persyaratan diurus kakak saya saya”
“Tidak ada karena ada motor milik saudara” “Sewa angkot saja Rp 20.000”
“Tidak ada karena bisa jalan kaki”
“Tidak ada, pakai motor tetangga”
“Tidak ada, pakai motor sendiri”
“Tidak ada, pakai motor tetangga”
“Tidak ada pakai motor milik pribadi”
“Tidak ada pake, ambulance desa”
“Tidak ada dari rumah pake tandu, pas di pustu ke rs pake ambulance desa” “Tidak ada”
“Sewa angkot Rp 30.000 “
“Tuk transportasi ke puskesmas sebesar Rp 100.000, untuk ke RS Gratis”
“Sewa mobil Rp 50.000 untuk ke RS”
“Tidak ada”
“Tidak ada”
‘Tidak ada”
“Tidak ada”
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
“Tidak ada”
4.
keperluan ibu saat ditangani oleh bidan terdekat? Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani di pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit?
“Kurang lebih Rp 250.000 tuk obat yang tidak ada dalam paket”
“Kurang lebih Rp 150.000 tuk beli obat”
“Hampir Rp 1000.000 terutama untuk perawatan lanjut bayi” “Kita bekal dari rumah”
“Hampir Rp 1.500.000 tuk bayi dan beli alat dan obat tuk istri saya” “Kita bekal dari rumah”
“Hampir Rp 2.000.000 tuk saya karena masuk ICU dan bayi” “Kita bekal dari rumah”
“Ada, saya tidak bisa kerja, tidak ada penghasilan dan pinjaman yang harus dibayar”
“Hampir Rp 500.000 tuk beli obat dan alat keperluan perawatan bayi” “Beli trus, lumayan mahal kurang lebih Rp 300.00” “Ada,saya tidak bisa bekerja, tidak dapat penghasilan dan ada pinjaman yang harus dibayar”
“Tidak ada”
“Tidak ada”
“Tidak ada”
“saya sangat peduli, karena
“Saya cenderung memasrahkan
“Saya cenderung tergantung
5.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya hidup selama di rumah sakit?
“Kurang lebih Rp 200.000:
“Kebetulan deket jadi bawa dari rumah”
6.
Apa saja kendala yang ditemukan dalam pembiayaan tersebut, apabila dibanding dengan penghasilan?
“Ada, uang yang digunakan dapat pinjaman teman, akan diganti setelah sembuh”
“Ada, saya tidak dapat bekerja, tidak dapat penghasilan”
“Ada, penghasilan saya sehari hanya Rp 15000 s/d Rp 20000. jadi tuk itu hutang ke kakak saya”
7.
Apakah mendapat bantuan tambahan dari instansi pemerintah atau instansi non pemerintah? (Probing berapa, prosesnya). Peran Suami Bagaimana peran anda sebagai suami di keluarga anda, saat persalinan dengan komplikasi obstetri yang pernah dialami
“Tidak ada”
“Tidak ada”
“Tidak ada”
“Ada,saya tidak bisa kerja, tidak ada penghasilan, uang yang dipake pinjaman, harus diganti” “Tidak ada”
“Ayah bayi anak saya kerja di Saudi, sulit
“saya mempersiapkan dana tuk
“saya sangat peduli, karena tidak
“saya nurut dengan ucapan
D. 1.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
“Hampir Rp 500.000 tuk beli obat dan alat keperluan perawatan bayi” “Beli trus, lumayan, kurang lebih Rp 200.000” “Ada, saya penghasilan masih kurang, harus bayar pinjaman”.
oleh ibu ? (Jika suami tidak ada maka pertanyaannya adalah bagaimana menurut ibu/bapak peran dari suami ibu tersebut) (Probing kepedulian (suami), tindakan masih tergantung dengan keluarga suami/istri, berapa lama, peran orang lain, dominasi peran, terpenuhikah hak autonomi ibu).
E. 1.
Dukungan Sosial (keluarga dan teman dekat) Bagaimana bentuk dukungan keluarga dan orang terdekat yang diberikan pada ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan? (Probing pemberian saran/anjuran, pendampingan, membantu aktifitas domestik, pemberian biaya, pencarian
dihubungi, anak saya kecelakaan, belum menikah, rencananya anak ni akan dikasih, saya khawatir dengan nasib anak saya”
“Suami teman anak saya memberi saran tuk bersalin di ma paraji (ma haji), yang anterin ke tempat ema,
persalinan di RS, biarpun dijamin jampersal. sangat peduli, saya ingin penuhi hak istri saya.
rencana, jadi ketika harus ke RS, saya dukung, tapi da keterbatasan biaya, jadi tergantung dengan kakak saya”
bidan, cari dana,masak, saya sayang dengan istri saya ingin beri yang terbaik”
“Saya masih tergantung dengan keluarga istri saya, karena istri saya tinggal dengan keluarga saya, suami bekerja di Cileungsi, pulang setiap 1 minggu sekali”.
“Belum bisa, karena penghasilan masih kurang, masih tergantung dengan orang tua dan kakak saya”
“perlu peran saudara tuk membantu tambahan biaya, saya sudah tidak memiliki keluarga, terbiasa mendiri”
“ Keluarga istri saya terutama bapak yang menggantikan saya ketika tidak ada, dukungan doa dari bapak
“ Keluarga sayaterutama kakak dan orang tua, memberi bantuan pinjaman
“ Nemani di RS, bantuan biaya obat, cari ma paraji tuk lahiran, cari air doa dan
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
mendadak kejadiannya, saya cari orang pintar, masih ada bantuan dari orang tua saya, karena keterbatasan biaya”
ke keluarga istri, karena belum mampu menanggung sendiri”
kepada keputusan orang tua”
“ Nemeni di RS, bantuan biaya, cari bantuan bidan karena tidak ada perubahan”
“ Kasih bantuan biaya, cari ma paraji saat persalinan, cari bantuan bidan pas bayi
“Baik, kasih bantuan biaya, nemenin, cari bantuan paraji pas mo lahir”
alternatif pengobatan).
memberi pinjaman biaya di RS”
Bapak damping ke RS, bantuan dana juga dapat dari bapak “
biaya, membantu aktifitas di rumah, dan mencari air doa tuk kelancaran persalinan istri saya”
orang pintar“
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
biru dan tidak menyusu kuat”
Lampiran 7 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA PETUGAS KESEHATAN (BIDAN)
NO A. 1.
VARIABEL
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mencari pertolongan ke tempat anda?
BB1
BB2
BB4
BB5
BB6
“ Kalau ke bidan yang dekat 10 menit pakai motor”
“dekat 5 menit pakai motor”
“dekat 5 menit jalan kaki”
“20 menit pakai motor, ”.
“5 menit pakai motor”
“35 menit”
“ Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” “Sekitar 40 menit pakai mobil ke RS”
“Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” “Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor ke RS”
“ Sekitar 30 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor “. “ Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor ke RS “
“ Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” “ Sekitar 20 menit pakai mobil ke RS “
“ Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor “. “ Sekitar 2,5 jam pakai mobil ke RS “
Jampersal, baru, tuk rujukan ke RS
Jampersal, baru tuk rujukan ke RS
Jampersal, baru tuk rujukan dari rumah sampai RS
Jampersal, baru
Mudah,
Mudah
mudah
2.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan dasar?
“Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai motor atau mobil”
3.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit?
“Sekitar 5 jam pakai mobil ke RS”
B.
Penggunaan Asuransi kesehatan
1.
Apa saja anda ketahui mengenai Gunakan jampersal, cara pembayaran yang digunakan baru, tuk saat rujukan di dalam penanganan ibu? rumah sampai RS (Probing jenisnya, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja, dari mana). Bagaimana pandangan anda Memudahkan, asal terhadap penggunaan asuransi sesuai nama ibu, di
2.
BB3
Jampersal, baru, Jampersal, waktu rujukan baru di rumah dan RS
Mudah, sesuai syarat yang ada
Mudah, hanya KTP,
Mudah
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
“10 menit pakai motor, kalau ke paraji 15 menit” “ Sekitar 20 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor” “ Sekitar 45 menit ke RS pakai mobil atau motor “.
kesehatan? (Probing kemudahan, proses). C. 1.
Dukungan petugas kesehatan Bagaimana bentuk dukungan sebagai petugas terhadap ibu dengan komplikasi 18bstetric saat persalinan? (Probing pemberian
saran/anjuran, tindakan, pendampingan rujukan)
KTP, KK
Sudah beri saran bersalin dengan bidan, saat persalinan, teraba tangan langsung beri saran bawa ke RS, Segera, damping ke RS
KK dan keterangan dari desa Beri saran sejak usia kehamilan 6 bulan, perencanaan persalinan di RS, Lakukan sujud, ruku, damping ke RS
Beri saran USG, karena ragu letaknya, beri saran kembali segera tuk persalinan di RS
Beri saran tuk segera ke RS, belum ketemu dengan suaminya, datang dengan kejang, segera lakukan rujukan RS, damping ke RS
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Ragu, karena tensi tinggi, tapi protein urine negative, belum kasih saran, takut kesan menakuti, beri saran segera tuk dirujuk ke RS, Dampingi ibu ke RS
Sudah kasih saran tuk persalinan di puskesmas tau bidan, menolak, tidak kontak kembali, ibu sulit orangnya, damping rujukan bayi yang dilahirkan oleh paraji
Sudah kasih saran, menolak, kontak tuk rujukan lanjutan terhadap bayinya, menolak, tidak kontak lagi.
Lampiran 8 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA PEMBERI PELAYANAN TRADISIONAL
NO A. 1.
VARIABEL
PB1
PB2
PB3
OP4
OP5
Dukungan sosial Apa saja yang telah anda lakukan terhadap ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan? (Probing pemberian saran/anjuran termasuk informasi, tindakan)
Ma usap, disembur air biar mudah, kasih air doa, diberi doa (jampe), karena tidak sanggup beri saran ke keluarga ibu tuk panggil bu bidan, damping ke RS
Ma turutin keinginan ibu, karena takut meninggal, ini kalo dikampung karena ada karuhun yang jenguk, tidak usah bawa ke RS, pakai panglay, sembur air doa, tenang da ustadz ni
Kalau bisa normal tidak usah ke RS bayi kecil bisa hidup tanpa harus ke RS, diminyakin ja kalo mandi, pake botol, seperti bayi normal ja, kalo biru (geundeuk) susah netek, baru bawa ke puskesmas, harus diobatin
Dikasih air doa, diusap wajah dan bagian perutnya, tidak usah dibawa ke RS ni hanya ketumpangan
Dikasih air doa, diusap ke wajah dan bagian tubuh lannya, jempolnya ditekan dengan panglay, ditunggu ja, tidak usah bawa ke RS, ni penyakit batin.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 9 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM IBU YANG MENGALAMI KOMPLIKASI SAAT PERSALINAN
NO
KEPUTUSAN VARIABEL
MENERIMA PROSES RUJUKAN IB1
A.
Pengetahuan tentang Risiko tinggi dan komplikasi obstetri saat Persalinan
1.
Apa saja yang ibu Belum pernah ketahui tentang tahu risiko/tanda bahaya saat hamil dan persalinan serta komplikasi obstetri ? (Probing apa saja, pengaruh pada ibu dan bayi)
2.
Dari siapa saja ibu mengetahui tentang risiko/tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta komplikasi obstetri? (Probing berapa kali, dari mana, dimana)
bahaya untuk kesehatan saya dan bayi. Selama Periksa hamil saya belum pernah dikasih tahu. belum dapat buku KIA.
MENOLAK PROSES RUJUKAN IB6 IB7
IB2
IB3
IB4
IB5
Perdarahan,beng kak-bengkak, tensi tinggi, pusing, lemes, air ketuban keluar, letak bayinya bukan kepala
Lupa lagi, waktu masih hamil 4 bulan.
Bengkak, darah tinggi, pusing, bidan waktu hamil 6 bulan
Belum tahu, belum pernah dengar
Belum tahu,
Belum tahu
Bahaya tuk kesehatan saya dan bayi saya. Dapat dari buku, pernah bidan ngomong tapi jarang kalo periksa hamil.
Kalo gitu bahaya tuk bayi dan kita Pernah baca buku, seingat saya bidan pernah kasih tahu 1 kali, jadi lupa
bahaya tuk saya dan bayi. Dapat baca buku, kasih tahu pas waktu hamil 7 bulan, ada bengkakbengkak di
Bahaya tuk kita dan bayi belum pernah denger dari bu bidan, buku juga jarang dibaca
Bahaya juga tuk bayi dan diri kita Jarang, dibaca bukunya, bidan belum pernah kasih tahu kalo periksa
Bahaya tuk dede bayi
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Bukunya hilang, belum pernah di kasih tahu,
berapa kali periksa hamil, Periksa hamil 3 dimana kali, tidak rutin
3.
Apa yang ibu ketahui dalam menghadapi risiko/tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta komplikasi obstetri? (Probin perencanaan, persiapan)
hamil dan persalinan itu biasa saja, alamiah
kalo ada apa-apa karena pernah salah tau stress. kalo tahu sebelumnya da rencana, takut juga sepertinya tidak usah terlalu tahu
Dah 8 kali periksa. Setiap bulan rutin
Bidan ingetin rencana persalinan, karena posisi bayi bukan kepala, lahir di RS
Periksa hamil sudah 7 kali, bilangmya normal, rutin, di pustu
saya
Hamil dan persalinan alamiah,
Kalo saya tidak ditangani cepat, tidak ada umur, jadi harus disiapin.
Kalo tahu pasti da rencana, tidak kaget keluarga tahu lebih awal dan perlu persiapan awal tuk tanganinya, tidak bisa di pustu.
Periksa hamil sudah 7 kali, setiap bulan rutin, di posyandu
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
periksa hamil baru 7 kali setiap bulan, periksa di posyandu dan prakteknya Harus tahu jadi da persiapan untuk ngelahirin, sebelumnya saya belum tahu.
hamil, baru periksa 2 kali, tidak rutin Di prakteknya
periksa 3 kali, tidak rutin Di prakteknya
kalo tahu Dengar awal pasti ada pasti ada persiapan persiapan persalinannya kalo da hambatan biaya Pasrah.
B.
Persepsi terhadap kualitas Pelayanan Kesehatan baik terdekat maupun rujukan
1.
Bagaimana menurut ibu kualitas pelayanan kesehatan yang ada di dekat ibu? (Probing kemudahan, kepuasan, kenyaman, pelayanan yang diberikan, sikap petugas, proses pemberian informasi pilihan dan informasi persetujuan (pernyataan setuju/tidak setuju secara tertulis), respon time).
Bidannya kasih nomor telepon biar mudah hubunginya,
Saya punya nomor telepon bidan biar mudah hubunginya
Mudah, deket, ramah, baik,
Baik orangnya, susah, jauh,
Baik cukup memuaskan
baik, cukup memuaskan,
biasanya yang jaga Pustu gantian, cukup enak,
baik ramah, di pustu ada yang jaga, cukup baik,
kurang kasih informasi
suka kasih informasi tuk pemilihan persalinan
kurang kasih informasi, terburu-buru,
kurang masihan informasi, suami tidak diajak ngobrol dulu,
saya tidak disuruh nanda tangan pernyataan waktu mo dirujuk
saya tidak disuruh nanda tangan pernyataani waktu mau dibawa ke RS
tidak ada yang saya tanda tangan tuk persetujuan pergi ke RS
tidak ada tanda tangan
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
mudah, dekat, ramah,
Ramah, baik, susah dihubungi karena jauh, bidannya ganti-ganti
Susah, tidak begitu ramah, jarang ada di tempat, selalu bilang sibuk ada yang lahirin
tidak ada tanda tangan tuk persetujuan karena menolak ke rs atau puskesmas
tidak ada tanda tangan tuk persetujuan karena menolak ke rs atau puskesmas
kurang beri informasi,
tidak ada tanda tangan tuk persetujuan
2.
3.
Bagaimana menurut ibu kualitas pelayanan kesehatan rujukan dasar yang ibu kunjungi?(jika ibu berkunjung ke Puskesmas PONED) (Probing kemudahan, kepuasan, kenyaman, pelayanan yang diberikan, sikap petugas, proses pemberian informasi pilihan dan informasi persetujuan (pernyataan setuju/tidak setuju secara tertulis), respon time). Bagaimana menurut ibu kualitas pelayanan kesehatan rujukan RS yang ibu kunjungi? Kemudahan, kepuasan, pelayanan yang diberikan, sikap petugas
lama nangani saya karena diperjalanan ke sini sekitar (15 Menit) Saya langsung ke RS karena ini bukan kasus di puskesmas.
cepet nangani saya
cepet nangani saya
lama nangani saya karena dijalan (25 menit)
cepet nangani saya
Lama ya. karena jauh (30 menit)
Lama (20 menit)
Saya langsung ke RS, lebih dekat dengan RS.
Saya langsung ke RS karena ini bukan kasus di puskesmas.
Saya langsung ke RS karena ini bukan kasus di puskesmas.
Saya langsung ke RS karena ini bukan kasus di puskesmas.
Saya menolak dibawa ke puskesmas, sekarang anak saya yang dibawa ke sini, baik, saya baru ke puskesmas itu, cepat ditangani, bayi saya setelah diinfus dibawa ke RS.
Saya menolak dibawa ke RS, hingga akhirnya bayi saya yang dibawa ke RS, tanpa diantar oleh bidan.
baik, cukup memuaskan,
Di UGD cepet nanganinya, di ruang bersalin 12 jam, baik, cukup memuaskan, penuh pasiennya, kurang nyaman, biasa kelas
Baik, cepet, cukup memuaskan,
Baik, cepet, cukup memuaskan,
Baik, cepet, cukup memuaskan,
Baik, cepet nanganinya,
Baik, cepet,
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
ekonomi proses pemberian informasi pilihan dan informasi persetujuan (pernyataan setuju/tidak setuju secara tertulis),
kurang kasih informasi saya disuruh nanda tangan pernyataan tuk milih tindakan
kenyamanan
pasien penuh, ruangannya gerah,
respon time
13 jam saya nunggu baru di operasi
saya nanda tangan tuk tindakan, sebelumnya hanya informasi cara persalinannya harus diinfus
3 jam bayi lahir
saya disuruh nandatangan tuk tindakan persalinan nya, saya bingung karena kurang penjelasan,
kurang kasih informasi detail, saya belum mengerti, saya diminta persetujuan,
kurang kasih informasi,
penuh terus pasiennya, panas, tidak nyaman
pasien penuh, kurang nyaman, saya pulang paksa, dipasang alat terasa sakit, hingga akhirnya saya pulang kejang di rumah. Kita nunggu sampai ibu operasi 3 jam
penuh pasiennya, gerah, saya tidak ingat saya kejang
12 jam bayi saya baru lahir
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Kita nunggu sampai ibu operasi 3 jam
kurang kasih informasi waktu anak saya di bawa ke RS, diminta tanda tangan persetujuan tuk perawatan bayi. penuh terus, tapi terpenting bayi saya nyaman kelihatannya
kurang kasih informasi diminta tanda tangan persetujuan tuk perawatan bayi saya,
penuh terus
C. 1.
2.
3.
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mencari pertolongan terdekat baik penanganan medis
Kalau ke bidan yang dekat lamanya sekitar 15 menit pakai motor
Kalau ke bidan yang dekat lamanya sekitar 5 menit pakai motor
Kalau ke bidan yang dekat di pustu lamanya sekitar 5 menit terhalang 6 rumah bisa jalan kaki Langsung ke pustu
Kalau ke bidan 25 menit pakai motor
Kalau ke bidan 5 menit pakai motor,
Kalau ke bidan 35 menit pakai motor
Kalau ke bidan 10 menit pakai motor
maupun tradisional?
kalau ke paraji 15 menit pakai motor”
Saya tidak ke paraji
kalau ke paraji 5 menit dengan jalan kaki”.
kalau ke paraji 10 menit pakai motor
kalau ke paraji 15 menit pakai motor
Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor
Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor
Sekitar 30 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor
kalau ke orang pintar sekitar 15 menit pakai motor Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan dasar? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit? (Probing hambatan)
Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai motor atau mobil
Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor
Sekitar 20 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor
Sekitar 5 jam pakai mobil ke RS
Sekitar 40 menit pakai mobil ke RS
Sekitar 1 jam lebih pakai mobil ke RS
Sekitar 1 jam lebih pakai mobil ke RS
Sekitar 20 menit pakai mobil ke RS
Sekitar 2,5 jam Sekitar 45 pakai mobil ke menit ke RS RS pakai mobil
Jauh, jalanannya kurang baik,
Tidak jauh, tapi jalannya
Tidak terlalu jauh, tidak
Tidak bisa dilalui mobil,
Tidak ada
Jauh, jalannya kurang baik,
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Ada, susah mobil yang
untung ada mobil lumayan kurang tetangga, biasanya baik, jarang ada susah mobil mobil
ada
pakai tandu dulu untuk ke jalan rayanya
susah mobil
angkutnya
D.
Penggunaan Asuransi kesehatan
1.
Bagaimana cara Jampersal pembayaran yang digunakan untuk pembiayaan penanganan anda? baru sekarang (Probing jenisnya, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja, dari mana). untuk perawatan saya di RS tahu dari suami teman saya dan bidan diberi tahu saat harus ke RS .
Jampersal
Jampersal
Jampersal
Jampersal
Jampersal
Jampersal
baru saat ini,
baru ini, tuk saya dan bayi,
baru tahu pas saya di bawa ke RS yang pertama
perawatan saya dan bayinya, tahu dari bu bidan sejak hamil 7 bulan saat periksa hamil
diberi tahu bu bidan saat harus ke RS. dikira hanya untuk di Pustu
tuk perawatan bayi saya, di kasih tahu bidan pas bawa bayi saya ke Puskesmas dan RS
baru kali ini tuk si bayi, dikasih tahu pa RT, Bidan tidak pernah kasih tahu.
Bagaimana pandangan ibu terhadap penggunaan asuransi kesehatan? (Probing kemudahan, proses).
Mudah, persyaratan diurus oleh suami dan bapak, saya tidak tahu apaapa
Mudah, persyaratan diurus oleh suami saya
baru tahu pas dibawa ke RS, dari saudara. bidan kasih tahu kalo lahir di tempat bidan bisa pake jampersal. kalo dirumah tidak bisa Mudah, persyaratan diurus suami
Mudah , persyaratan diurus saudara saya
Agak rumit, harus bolak balik, karena belum ada Kartu Keluarga, persyaratan
2.
berbelit ya karena nama saya beda dengan di kartu KK, persyaratan diurus oleh suami teman saya, saya tidak tahu apa-
Mudah, persyaratan diurus saudara suami
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
apa. E. 1.
2.
3.
4.
Biaya Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan terdekat di tempat tinggal anda? Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit?
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani oleh bidan terdekat? Berapa biaya yang dikeluarkan untuk
diurus saudara suami
Tidak ada biaya yang dikeluarkan karena ada motor milik suami teman Hanya untuk isi bensin saja Rp 200.000
Tidak ada biaya yang dikeluarkan karena ada motor milik saudara Sewa angkot saja Rp 20.000
mobil punya tetangga jadi lebih murah
Tidak ada
Tidak ada
Kurang lebih Rp 250.000 tuk
Kurang lebih Rp 150.000 tuk
Tidak ada biaya yang dikeluarkan karena bisa jalan kaki
Tidak ada biaya
Tidak ada biaya
Tidak ada biaya
pakai motor tetangga
pakai motor sendiri
pakai motor tetangga
Tidak ada
Tidak ada
Sewa angkot Rp 30.000
Tuk transportasi ke puskesmas sebesar Rp 100.000
pake, ambulance desa
dari rumah pake tandu, pas di pustu ke rs pake ambulance desa
Tidak ada
Hampir Rp 1000.000
Tidak ada
Hampir Rp 1.500.000
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Tidak ada pakai motor milik pribadi
Sewa mobil Rp 50.000 untuk ke RS karena langsung ke RS
untuk ke RS Gratis pakai ambulance puskesmas karena ditanggung jampersal Tidak ada
Hampir Rp 2.000.000
Tidak ada
Hampir Rp 500.000
Tidak ada
Hampir Rp 500.000 tuk
pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani di pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit?
obat yang tidak ada dalam paket RS
beli obat di RS
terutama untuk perawatan lanjut bayi,darah ja Rp 250.000 tuk bayi di RS
tuk bayi dan beli alat dan obat tuk saya dan bayi di RS
5.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya hidup selama di rumah sakit?
Kurang lebih Rp 200.000 tuk makan, beli lainlainnya
Tidak ada, kebetulan deket jadi bawa dari rumah, paling tuk transportasi keluarga ke rs, tidak besar
Kita bekal dari rumah tuk makan, kalo transportasi lumayan, tapi sering diantar motor saudara
Kita bekal dari rumah kalo makan, tuk transportasi ke rs suka pinjam motor dari tetangga
6.
Apa saja kendala yang ditemukan dalam pembiayaan tersebut, apabila dibanding dengan penghasilan?
uang yang digunakan dapat pinjaman teman, diganti setelah sembuh
suami saya selama di RS tidak dapat bekerja, tidak dapat penghasilan
penghasilan suami sehari hanya Rp 15000 s/d Rp 20000. Jadi tuk bayar hutang
suami tidak bisa kerja, tidak ada penghasilan, uang yang dipake pinjaman,
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
tuk saya karena masuk ICU, beli darah ja Rp 750.000 dan bayi tuk obat, perlengkap an, dan kain kanguru di RS Kita bekal dari rumah kalo makan, tuk transporatasi ke rs pakai motor sendiri
suami tidak bisa kerja, tidak ada penghasilan dan pinjaman yang harus dibayar
tuk beli obat dan alat keperluan perawatan bayi di RS
beli obat dan alat keperluan perawatan bayi di RS
Beli trus, lumayan mahal kurang lebih Rp 300.00, keluarga belum pulang ke rumah, lumayan ongkos transportasi nya sekitar Rp 50.000 suami tidak bisa bekerja, tidak dapat penghasilan dan ada pinjaman yang harus dibayar
Beli trus, lumayan, kurang lebih Rp 200.000, untuk transportasi kita pakai motor
Ada, suami penghasilan masih kurang, harus bayar pinjaman
7.
Apakah mendapat bantuan tambahan dari instansi pemerintah atau instansi non pemerintah? (Probing berapa, prosesnya).
F. 1.
Peran Suami Bagaimana peran suami di keluarga anda khususnya saat adanya komplikasi obstetri persalinan,? (Probing kepedulian suami, tindakan suami, dominasi peran, terpenuhikah hak autonomi ibu)
Tidak ada
Tidak ada
Ayah bayi kerja di Saudi, sulit dihubungi, saya kecelakaan, belum menikah, rencananya anak ni akan dikasih, saya merasa tidak diperhatikan
Suami pernah antar periksa ke bidan
Suami saya sudah tahu sejak kehamilan 6 bulan, saya tidak
ke saudara suami masih bingung Tidak ada
harus diganti
Tidak ada
Tidak ada
Suami tahunya kehamilan saya normal tidak ada masalah. suami belum pernah antar saya periksa hamil
Waktu pertama kali saya masuk RS suami belum tahu, karena tahunya saya hamil normal saya. suami tidak pernah antar periksa hamil karena periksa di posyandu dekat rumah
Suami belum pernah antar saya ke bidan, dia tahu kalo hamil saya baik-baik saja.
Suami cukup peduli, karena tidak rencana
Suami perhatian nurut dengan ucapan bidan
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Ketika saya kejang Suami cari orang pintar, Masih ada bantuan dari orang tua saya, karena keterbatasan biaya
Tidak ada
Suami belum pernah antar periksa ke bidan karena suami kerja di Jakarta, yang antar ibu Suami cenderung memasrahkan ke keluarga istri, karena belum mampu menanggung sendiri
Tidak ada
Suami belum pernah antar periksa ke bidan, yang antar mertua
Suami cenderung tergantung kepada keputusan orang tuanya, saya merasa terkekang, belum bisa memutuskan sendiri
bisa lahir di bidan tapi dirumah sakit suami beri saran tuk lakukan posisi sujud dan ruku. suami beri motivasi ke saya tuk tetap tenang.
2.
Bagaimana proses pengambilan keputusan di keluarga anda? (Probing kemandirian ketergantungan dengan keluarga suami/istri, adakah peran orang lain).
Saya tergantung dengan suami teman saya dan teman saya, bapak saya ikut urus saya ini
Suami mempersiapkan dana tuk persalinan di RS, biarpun dijamin jampersal. sangat peduli, terpenuhi hak saya sebagai istri Suami masih tergantung dengan keluarga saya, karena saya tinggal dengan keluarga saya, suami bekerja di
jadi ketika harus ke RS, suami dukung saja
tapi karena ada keterbatasan biaya, jadi tergantung dengan kakak suami
kalo saya harus dibawa ke rs ketika saya kejang suami cari dana,tuk biaya rumah sakit sebelum persalinan suka masak tuk anakanak, nyiapin makan kerasa kasih sayang suami ke istri
Belum bisa, karena penghasilan masih kurang, masih tergantung dengan orang
Suami sudah bisa nentuin yang terbaik, perlu peran saudara tuk membantu tambahan biaya, suami
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Suami belum bisa, masih tergantung orang tua saya
Masih tergantung keluarga istri
Selalu mengutamakan pendapat ibunya, tergantung bantuan biaya dari orang tuanya
G. 1.
Dukungan Petugas Kesehatan (Bidan) Apa saja yang telah dilakukan tenaga kesehatan saat anda menghadapi masalah komplikasi obstetri? (Probing pemberian saran dan anjuran termasuk informasi, tindakan, pendampingan rujukan).
Sebelumnya tidak kasih tahu harus lahir di RS, (kehamilan saya normal) beri saran lahir di RS segera ketika persalinan dengan letak lintang dan tangan menumbung
Cileungsi, pulang setiap 1 minggu sekali.
tua dan saudaranya
sudah tidak memiliki keluarga, terbiasa mendiri
Memberikan saran tuk melakukan posisi sujud atau ruku, saran lahir di RS sejak kehamilan 6 bulan
Sebelumnya saran tuk USG, tapi tidak kasih tahu sebabnya, saat persalinan baru beri saran lahir di RS
Beri pengetahuan tanda bahaya
Tidak beri saran, masih keadaan normal
salah satunya ada di saya
kejadian mendadak (kejang), bidan baru beri saran ke RS
mendamping ke RS
mendampingi ke RS, Saya diinfus
H.
1.
Dukungan Sosial (keluarga dan teman dekat) Bagaimana bentuk dukungan keluarga dan orang terdekat yang
Suami teman saya memberi saran tuk bersalin di ma
mendam pingi ke RS
Keluarga saya terutama bapak yang
Keluarga suami terutama
belum ada persiapan, mendadak bidan damping ke RS
bidan damping ke RS
Nemani di RS, bantuan biaya obat,
Nemeni di RS, bantuan biaya,
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
“ Sudah diberi saran pas saya periksa terakhir harus lahir di puskesmas, tapi saya tolak, karena takut ditolong oleh bidan
“ Belum pernah dikasih tahu
Kasih bantuan biaya, cari ma paraji saat
Baik, kasih bantuan biaya, nemenin,
diberi saran ketika ada keluhan saya ke bidan untuk lahir dir s karena bayinya yang lahir kecil, tapi orang tua suami menolak, dan pilih ditolong oleh paraji
diberikan pada ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan? (Probing pemberian saran/anjuran, dukungan spirit, pendampingan, membantu aktifitas domestik, pemberian biaya, pencarian alternatif pengobatan).
paraji (ma haji), yang anterin ke tempat ema, memberi pinjaman biaya di RS,
teman saya bantu aktifitas seharihari saya.
apa saja yang diketahui keluarga mengenai informasi dan saran yang telah diterima dari bidan yang terkait dengan keadaan ibu serta responnya dan pandangannya,
Tidak pernah bilang apa-apa, saat bidan memberi saran ke rs, karena keadaan saya tidak bisa ditangani ya nurut saja suami temen nurut saja.
menggantikan suami saya ketika tidak ada, dukungan doa dari bapak Bapak damping ke RS, bantuan dana juga dapat dari bapak.
saya sudah pernah bilang mengenai informasi dan saran yang telah diberi bidan, ya gimana lagi didukung saja, kalo tu yang terbaik kalo kata suami saya.
kakaknya dan orang tua cari ma paraji tuk memberi lahiran, bantuan pinjaman cari air doa biaya, dan orang membantu pintar aktifitas saya di rumah, dan mencari air doa tuk kelancaran persalinan saya. saya belum pernah bilang suami, bidan juga belum pernah saranin apaapa. waktu harus dibawa, kaget, keinginan lahir di pustu, tapi kalo begini
Belum pernah ngomong ya tentang kehamilan nya begitu juga bidan Suami kaget juga, pas ibu sudah dibawa, ya kalo begini terpaksa nurut baik aja.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
persalinan, cari bantuan bidan karena tidak ada perubahan
Suami denger informasinya baik-baik saja kehamilan nya waktu di posyandu, kok sekarang jadi kejang, kaget, bidan kasih saran harus bawa ke rs ya
cari bantuan bidan pas bayi biru dan tidak menyusu kuat
cari bantuan paraji pas mo lahir
Belum denger, pas harus dibawa ke puskesmas, tidak bisa karena biaya tidak cukup waktu itu tidak tahu Jampersal, trus belum tahu nanti biaya lainnya
Belum tahu, Kalo lahir bisa dimana saja, waktu bidan kasih saran lahir di puskesmas atau rs, ditolak Karena biayanya.
Jadi biar lahir
Cukup lahir diparaji saja, sudah kenal deket dan
ya terpaksa nurut saja kata suami 2.
Bagaimana menurut anda mengenai bentuk dukungan dari pemberi pelayanan tradisional? (Probing tindakan, saran atau anjuran, sikap)
I.
Persepsi membutuhkan penanganan komplikasi obstetri Bagaimana pandangan ibu dalam mencari pertolongan untuk mengatasi komplikasi obstetri saat persalinan yang pernah ibu alami? (Probing seberapa penting mencari pertolongan tersebut, apakah menjadi
1.
keluarga nurut saja
Ma paraji bisa pijat, nyangsurkeun (membenarkan posisi), jiwa saya tenang, baik, Ma kasih bantuan doa, biar lancar. Selain itu cari orang yang mau asuh bayi saya ini, karena saya rencana mau kasih bayi ini.
lebih nyaman dengan paraji, tapi persalinan sekarang harus oleh bidan, jadi ketemu ma paraji pas hamil 7 bulan untuk disangsurkeun (dibenarkan posisinya)
Beri ketenangan, Cuma air doa yang dipakai ke paraji dan orang pintar atau ustadzh
Sudah tua lebih tau, banyak pengalaman, kasih doa
Saya biasa panggil ma haji setelah lahir tuk rawat bayinya, banyak pengalaman, kasih doa.
Karena terakhir periksa tidak ada perkembangan, akhirnya ke paraji, karena ma dah banyak pengalaman di Arab.
Lebih utama ke RS atau bidan, lebih tahu
Lebih tahu bidan, sekarang beda, karena saran harus di RS, terima yang terbaik
Lebih dulu ke ma paraji, lebih dekat, mudah. Beri ketenangan,
Lebih dulu ke bidan dan RS karena lebih tahu
kalo ma paraji tidak bisa baru
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
di rumah saja, ada paraji lebih pengalaman Saya nyaman lahir oleh paraji, lebih nyaman, enakan ditungguin
pengalaman.
Lebih dulu ke paraji, lebih tahu dan lebih pengalaman
Lebih ke bidan, tapi kondisinya saya lemah jadi nurut yang diucap orang tua suami
Saya nyaman ke bidan, karena orang tua suami lebih memilih paraji saya tidak bisa merubah
kebutuhan, penanganan medis, penanganan non medis/tradisional).
2.
Terjadi kelainan ma tidak sanggup baru panggil bu bidan Bagaimana pandangan ibu Terpaksa kalo terhadap proses rujukan harus dibawa, yang berkaitan dengan saya nurut saja ibu? (Hambatan saat proses rujukan) Biaya jadi hambatan, repot dijalannya
Kalo yang terbaik dirujuk, saya turut kata bidan, Takut ada biaya tambahan diluar jampersal
Terpaksa kalo harus dibawa ke rs, sebelumnya nolak karena repot dijalan, Selain itu biaya yang jadi hambatan, khawatir biaya besar diluar jampersal
panggil bidan yang punya obat dan alat Terpaksa turut saja, sebelumnya pengen lahir di rumah, tapi karena saya kejang, jadi saya pasrah dengan keluarga Biaya yang jadi hambatan, khawatir harus beli ini itu diluar jampersal
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Kalo saya mendadak jadi saya pasrah dengan keluarga, karena kemarin saya kejang Sebelumnya mau lahir dengan bidan Biaya yang jadi hambatan, karena dengar tetangga harus ada yang dibeli diluar jampersal
Tidak mau dibawa ke puskesmas atau RS, takut dan lebih nyaman dengan paraji. Selain itu biaya yang dikeluarkan katanya besar, uang dari mana, suami juga tidak bisa memutuskan karena biaya tersebut
Kalo yang terbaik harus lahir di RS saya turut saja, namun karena mertua dan suami tidak ijinkan saya tidak bisa nolak Biaya yang jadi hambatan karena mertua dan suami mengkhawatir kan hal itu
Lampiran 10 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA IBU YANG MENGALAMI KOMPLIKASI OBSTETRI SAAT PERSALINAN NO
Keputusan
Menerima Proses Rujukan IB2 IB3
IB1
Menolak Proses Rujukan IB6 IB7
IB4
IB5
saat persalinan usia hamil 7 bulan lebih Paraji,
saat persalinan usia hamil 7 bulan lebih Sebelum ke bidan minta doa dan air doa dulu ke orang pintar
saat persalinan usia hamil 7 bulan lebih
Bidan , memilih ditangani oleh bidan
Paraji, memilih ditangani oleh paraji
Paraji, memilih ditangani oleh paraji
terima rujukan ke
tolak rujukan ke Puskesmas
tolak rujukan ke RS
Tahap Pengambilan Keputusan
1.
Memahami masalah
Saat persalinan baru tahu
Saat hamil 6 bulan
Saat persalinan
2.
Mencari alternatif
Paraji, tidak ada perencanaan persalinan di RS
Perencanaan persalinan di RS, sebelumnya latihan sujud dan ruku serta minta air doa
Persalinan di Pustu, tidak ada perencanaan persalinan di RS, sebelumnya ke orang pintar minta doa dan air doa Memilih Persalinan di Pustu
3.
Evaluasi alternatif
Paraji, memilih ditangani oleh paraji, lebih nyaman
Perencanaan persalinan di RS
4.
Keputusan
Paraji, tidak ada kemajuan
terima Rujukan ke RS
terima rujukan ke
memilih persalinan oleh paraji
Paraji. memilih ditangani oleh paraji, nyaman terima rujukan ke
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Paraji
Saat persalinan usia hamil 7 bulan lebih Paraji
5.
Tindakan Pasca Pengambilan keputusan
hubungi bidan, terima rujukan ke RS tindakan operasi sesar
bersalin dengan tindakan infus ditolong bidan RS
RS
RS
RS
dan RS
bersalin diinfus ditolong dokter RS
bersalin dengan operasi
di operasi & masuk ICU
Persalinan dengan paraji tidak ke RS atau puskesmas
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
di rumah dengan paraji
Lampiran 11 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA SUAMI ATAU KELUARGA IBU YANG MENGALAMI KOMPLIKASI OBSTETRI SAAT PERSALINAN
NO
KEPUTUSAN VARIABEL
A. 1.
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mencari pertolongan terdekat baik penanganan medis maupun tradisional?
MENERIMA PROSES RUJUKAN
MENOLAK PROSES RUJUKAN SB6 SB7
KB1
SB2
SB3
SB4
SB5
Kalau ke bidan yang dekat 15 menit pakai motor, kalau ke paraji 15 menit pakai motor
Kalau ke bidan yang dekat 5 menit pakai motor
Kalau ke bidan yang dekat 5 menit pakai motor
Kalau ke bidan 5 menit pakai motor, kalau ke orang pinta sekitar 15 menit Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor Sekitar 20 menit pakai mobil ke RS
Kalau ke bidan 35 menit pakai motor, kalau ke paraji 10 menit
Kalau ke bidan 10 menit pakai motor, kalau ke paraji 15 menit
Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor ke RS
Kalau ke bidan 25 menit pakai motor, kalau ke paraji 5 menit dengan jalan kaki Sekitar 30 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor ke RS
Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor Sekitar 2,5 jam pakai mobil ke RS
Sekitar 20 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor Sekitar 45 menit ke RS pakai mobil atau motor
Susah dari rumah ke jalan raya, pakai tandu
Tidak ada
Jauh, jalannya kurang baik, mobilnya susah
susah mobil yang angkutnya
2.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan dasar?
Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai motor atau mobil
Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor
3.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit?
Sekitar 5 jam pakai mobil ke RS
Sekitar 40 menit pakai mobil ke RS
Susah mobilnya, tu juga punya tetangga, jauh dan jalannya tidak
Tidak jauh, Tidak, pakai susah kendaraan ambulance mobil angkotnya desa
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
baik
Kalo dari jalan raya ke RS pakai ambulance desa
B. 1.
Penggunaan Asuransi kesehatan Jampersal, baru sekarang, untuk perawatan anak saya di RS, tau dari suami teman anak saya dan bidan, diberi tahu saat harus ke RS .
Jampersal, baru saat ini, perawatan istri saya dan bayinya, tahu dari bu bidan sejak hamil 7 bulan saat periksa hamil
Jampersal, baru ini juga, tuk istri saya dan bayi, diberi tahu bu bidan saat harus ke RS. dikira hanya untuk di Pustu
Jampersal, baru tahu pas istri saya di bawa ke RS yang pertama”
2.
Bagaimana pandangan anda terhadap berbelit ya penggunaan asuransi kesehatan? karena nama anak (Probing kemudahan, proses). saya beda dengan di kartu KK, persyaratan diurus oleh suami teman anak saya, saya tidak tahu apa
Mudah, persyaratan diurus oleh saya dan mertua
Mudah, persyaratan diurus oleh saya dan mertua
Mudah, persyaratan diurus kakak saya
C. 1.
Biaya Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan kesehatan
Tidak ada karena ada
Tidak ada karena bisa
Tidak ada, pakai motor
Apa saja yang anda ketahui mengenai cara pembayaran yang digunakan dalam penanganan ibu? (Probing jenisnya, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja, dari mana).
Tidak ada karena ada motor milik
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Jampersal, baru tahu pas dibawa ke RS, dari saudara. bidan kasih tahu kalo lahir di tempat bidan bisa pake jampersal. kalo dirumah tidak bisa Mudah, persyaratan diurus saya
Jampersal tuk perawatan bayi saya, di kasih tahu bidan pas bawa bayi saya ke Puskesmas dan RS
“Jampersal tuk si bayi, baru kali ini, dikasih tahu pa RT, Bidan tidak pernah kasih tahu
Mudah , persyaratan diurus paman saya
Agak rumit, harus bolak balik, persyaratan diurus kakak saya saya
Tidak ada, pakai motor
Tidak ada, pakai motor
Tidak ada pakai motor
terdekat di tempat tinggal anda?
teman
2.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tempat pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit?
Hanya untuk isi bensin saja Rp 200.000, mobil punya tetangga jadi lebih murah
3.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani oleh bidan terdekat? Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat dan alat kesehatan keperluan ibu saat ditangani di pelayanan rujukan baik tingkat dasar maupun rumah sakit?
Tidak ada
4.
Kurang lebih Rp 250.000 tuk obat yang tidak ada dalam paket
motor milik saudara Sewa angkot saja Rp 20.000
Tidak ada
Kurang lebih Rp 150.000 tuk beli obat
jalan kaki
tetangga
sendiri
tetangga
milik pribadi
Tidak ada pake, ambulance desa
Tidak ada dari rumah pake tandu, pas di pustu ke rs pake ambulance desa Tidak ada
Sewa angkot Rp 30.000
Tuk transportasi ke puskesmas sebesar Rp 100.000, untuk ke RS Gratis
Sewa mobil Rp 50.000 untuk ke RS
Hampir Rp 1.500.000 tuk bayi dan beli alat dan obat tuk istri saya
Hampir Rp 2.000.000 tuk saya karena masuk istri masuk ICU dan perawatan bayi, termasuk beli darah perkantongn ya Rp 250.000 tu beli 3 (Rp 750.000) beli baju kanguru
Tidak ada
Hampir Rp 1000.000 terutama untuk perawatan lanjut bayi, termasuk beli darah Rp 250.000 perkantong
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Tidak ada
Tidak ada
Hampir Rp 500.000 tuk beli obat dan alat keperluan perawatan bayi
Tidak ada
Hampir Rp 500.000 tuk beli obat dan alat keperluan perawatan bayi
5.
Berapa biaya yang dikeluarkan untuk biaya hidup selama di rumah sakit?
Kurang lebih Rp 200.000
Kebetulan deket jadi bawa dari rumah
Kita bekal dari rumah
Kita bekal dari rumah
Kita bekal dari rumah
6.
Apa saja kendala yang ditemukan dalam pembiayaan tersebut, apabila dibanding dengan penghasilan?
uang yang digunakan dapat pinjaman teman, akan diganti setelah sembuh
saya tidak dapat bekerja, tidak dapat penghasilan
Apakah mendapat bantuan tambahan dari instansi pemerintah atau instansi non pemerintah? (Probing berapa, prosesnya). Peran Suami Bagaimana peran anda sebagai suami di keluarga anda, saat persalinan dengan komplikasi obstetri yang pernah dialami oleh ibu ? (Jika suami tidak ada maka pertanyaannya adalah bagaimana menurut ibu/bapak peran dari suami ibu tersebut) (Probing kepedulian (suami), tindakan masih tergantung dengan keluarga suami/istri, berapa lama, peran orang lain, dominasi peran, terpenuhikah hak autonomi ibu).
Tidak ada
Tidak ada
saya tidak bisa kerja, tidak ada penghasilan, uang yang dipake pinjaman, harus diganti Tidak ada
saya tidak bisa kerja, tidak ada penghasilan dan pinjaman yang harus dibayar
7.
penghasilan saya sehari hanya Rp 15000 s/d Rp 20000. jadi tuk itu hutang ke kakak saya Tidak ada
Ayah bayi anak saya kerja di Saudi, sulit dihubungi, anak saya kecelakaan, belum menikah, rencananya anak ni akan dikasih, saya khawatir dengan nasib anak saya
saya beri saran tuk lakukan posisi sujud dan ruku. saya beri motivasi ke istri saya tuk tetap tenang. saya mempersiapkan dana tuk persalinan di RS, biarpun
saya sangat peduli, karena tidak rencana, jadi ketika harus ke RS, saya dukung, tapi da keterbatasan biaya, jadi tergantung dengan kakak saya
saya nurut dengan ucapan bidan, cari dana,masak, saya sayang dengan istri saya ingin beri yang terbaik
saya sangat peduli, karena mendadak kejadiannya, saya cari orang pintar, masih ada bantuan dari orang tua saya, karena keterbatasan biaya
D. 1.
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Tidak ada
Beli trus, lumayan mahal kurang lebih Rp 300.000 saya tidak bisa bekerja, tidak dapat penghasilan dan ada pinjaman yang harus dibayar Tidak ada
Saya cenderung memasrahkan ke keluarga istri, karena belum mampu menanggung sendiri, tuk ke RS keberatan dari biaya
Beli trus, lumayan, kurang lebih Rp 200.000 saya penghasilan masih kurang, harus bayar pinjaman
Tidak ada
Saya cenderung tergantung kepada keputusan orang tua, tuk ke RS keberatan dari biaya
dijamin jampersal. sangat peduli, saya ingin penuhi hak istri saya.
2.
3.
Apa saja yang telah anda ketahui mengenai keadaan ibu selama hamil dan persalinan?
Apa saja yang diketahui oleh anda
Tidak pernah bilang apa-apa, saat bidan memberi saran ke rs, karena keadaan anak saya tidak bisa ditangani ya nurut saja
Tidak tahu
Belum bisa, karena penghasilan masih kurang, masih Saya masih tergantung tergantung dengan orang dengan keluarga tua dan istri saya, karena kakak saya istri saya tinggal dengan keluarga saya, suami bekerja di Cileungsi, pulang setiap 1 minggu sekali saya sudah tahu Saya tahunya sejak kehamilan kehamilan 6 bulan, istri istri saya saya tidak bisa normal tidak lahir di bidan ada masalah. tapi dirumah saya belum sakit pernah antar istri saya periksa hamil
Harus lahir dirumahsakit,
Saat lahir saja, harus
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
perlu peran saudara tuk membantu tambahan biaya, saya sudah tidak memiliki keluarga, terbiasa mendiri
tahunya istri saya hamil norma. suami tidak pernah antar periksa hamil karena periksa di posyandu dekat rumah Saat kejang, saya panik,
Tahunya normal aja,
Tahunya normal ja
Tahunya normal
saya tidak pernah antar periksa ke bidan
Saya belum pernah antar perika hamil, karena saya kerja di Jakarta, pulang setiap 1 bulan
Saya belum pernah antar periksa hamil
Saat kejang saya kira
Saat harus dibawa ke rs
Saat harus dibawa ke rs
sebagai suami/keluarga mengenai informasi dan saran yang telah diterima dari bidan, frekuensi pemberian informasi serta responnya dan pandangannya?
4.
E. 1.
seingat saya setiap bulan sejak kehamilan 6 bulan
dibawa ke RS, ya terpaksa nurutin kata bidan, pengennya di rs
Hambatan apa saja yang ada saat proses rujukan?
Jauh, susah dijalannya, jelek
Susah mobil yang bawanya
Tidak ada, pakai ambulance desa
Dukungan Sosial (keluarga dan teman dekat) Bagaimana bentuk dukungan keluarga dan orang terdekat yang diberikan pada ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan?
Suami teman anak saya memberi saran tuk bersalin di ma paraji (ma
Keluarga istri saya terutama bapak yang menggantikan
Keluarga sayaterutama kakak dan orang tua,
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
saya panggil paraji dan orang pintar, karena tidak ada perubahan, saya panggil bidan , dan beri saran harus dibawa, tadinya tidak mau tapi ya saya ikutin sarannya tuk dibawa ke RS Dari rumah ke jalan rayanya pakai tandu, dari jalan raya ke RS pakai ambulance
sakit lain, saya panggil orang pintar
saya tidak bisa memutuskan, saya serahkan kembali ke Saat bidan keluarga istri, datang dan saya nurut apa beri saran tuk yang dibilang dibawa ke oleh keluarga RS yang istri terpaksa saya nurutin
saya tidak memutuskan, saya serahkan kepada ibu saya, dan ibu menyarankan untuk tidak usah dibawa ke RS
Tidak ada
Susah mobilnya, jauh, jalannya jelak, kasihan yang sakit
Susah mobilnya
Nemani di RS, bantuan biaya obat, cari ma
Nemeni di RS, bantuan biaya, cari bantuan
Kasih bantuan biaya, cari ma paraji saat persalinan,
Baik, kasih bantuan biaya, nemenin, cari bantuan paraji
2.
(Probing pemberian saran/anjuran, pendampingan, membantu aktifitas domestik, pemberian biaya, pencarian alternatif pengobatan).
haji), yang anterin ke tempat ema, memberi pinjaman biaya di RS
saya ketika tidak ada, dukungan doa dari bapak Bapak damping ke RS, bantuan dana juga dapat dari bapak
Apa saja yang diketahui oleh suami/keluarga mengenai informasi yang telah diberikan oleh paraji dan orang pintar?
Saya tidak tahu, kalo anak saya ke paraji sebelumnya. Kata suami temannya sudah 4 kali periksa katanya.
7 bulan untuk disangsurkeun (dibenarkan posisinya)
(Probing sesudah)
kontak sebelum dan
memberi bantuan pinjaman biaya, membantu aktifitas di rumah, dan mencari air doa tuk kelancaran persalinan istri saya Belum pernah
saya tahu pas saya dibawa ke rs, kalo anak saya ada di paraji
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
paraji tuk lahiran, cari air doa dan orang pintar
bidan karena tidak ada perubahan
cari bantuan bidan pas bayi biru dan tidak menyusu kuat
pas mo lahir
Setiap bulan rutin dekat rumah
Belum pernah
Setiap bulan rutin dekat paraji
Setiap bulan dipegang paraji karena dekat
Lampiran 12 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA PETUGAS KESEHATAN (BIDAN)
NO A. 1.
2.
3.
VARIABEL
Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam mencari pertolongan ke tempat anda? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan dasar? Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pelayanan kesehatan rujukan rumah sakit? (transportasi, hambatan saat proses rujukan)
BB1
BB2
BB3
BB4
BB5
BB6
Kalau ke saya dekat 15 menit pakai motor
dekat 5 menit pakai motor
dekat 5 menit 25 menit jalan kaki pakai motor
5 menit pakai 35 menit pakai motor motor
10 menit pakai motor
Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai motor atau mobil
Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor
Sekitar 5 jam pakai mobil ke RS
Sekitar 40 menit pakai mobil ke RS
Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor ke RS
Sekitar 30 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor Sekitar 1 jam lebih pakai mobil atau motor ke RS
Sekitar 15 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor Sekitar 20 menit pakai mobil ke RS
Sekitar 40 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor . Sekitar 2,5 jam pakai mobil ke RS
Sekitar 20 menit ke puskesmas pakai mobil atau motor Sekitar 45 menit ke RS pakai mobil atau motor
Susah mobil jauh, untung da mobil tetangganya
Tidak jauh, susah kendaraan yang bawa ibunya
Tidak, pakai ambulance desa
Kalo dari rumah ke jalan raya menuju pustu harus pakai tandu untuk bawa ibu, dari jalan raya mudah ke pustu dan RS pakai
Tidak ada
Jauh, susah cari kendaraan, harus susul ambulance ke puskesmas, jalannya tidak bagus
Susah kendaraan yang bawanya
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
ambulance desa B.
Penggunaan Asuransi kesehatan
1.
Apa saja anda ketahui mengenai cara pembayaran yang digunakan dalam penanganan ibu? (Probing jenisnya, sejak kapan digunakan, untuk pelayanan apa saja, dari mana). Bagaimana pandangan anda terhadap penggunaan asuransi kesehatan? (Probing kemudahan, proses).
2.
C. 1.
Dukungan petugas kesehatan Bagaimana bentuk dukungan sebagai petugas terhadap ibu dengan komplikasi obstetri saat persalinan? (Probing pemberian
saran/anjuran, tindakan, pendampingan rujukan)
Gunakan jampersal, baru, tuk saat rujukan di rumah sampai RS
Jampersal, baru, waktu rujukan di rumah saat periksa hamil dan RS
Jampersal, baru
Memudahkan, asal sesuai nama ibu, di KTP, KK
Mudah, sesuai syarat yang ada
Mudah, hanya KTP, KK dan keterangan rujukan
Mudah
Sudah beri saran bersalin dengan bidan, periksa ke saya jarang, baru 3 kali,
Beri saran sejak usia kehamilan 6 bulan, Periksa hamil 8 kali, perencanaan persalinan di RS, Lakukan sujud, ruku, damping ke RS
Beri saran USG, karena ragu letaknya, Periksa hamil 7 kali beri saran kembali segera tuk persalinan di RS
Beri saran tuk segera ke RS, Periksa hamil di posyandu 7 kali
saat persalinan, teraba tangan langsung beri saran bawa ke RS, Segera, damping ke RS
Jampersal, baru, tuk rujukan ke RS
belum ketemu dengan suaminya, datang dengan
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Jampersal, baru tuk rujukan ke RS
Jampersal, baru tuk rujukan dari rumah sampai RS
Jampersal, baru
Mudah,
Mudah
mudah
Ragu, karena tensi tinggi, tapi protein urine negatif, belum kasih saran,
Periksa hamil 2 kali.
Periksa hamil 3 kali
takut kesan menakuti, periksa hamil 7 kali
Sudah kasih saran tuk persalinan di puskesmas tau bidan, karena belum waktunya, ibu menolak,
beri saran segera tuk
tidak kontak kembali, ibu
Sudah kasih saran, menolak, karena belum waktunya, kontak tuk rujukan lanjutan terhadap bayinya, menolak, tidak
kejang, segera lakukan rujukan RS, damping ke RS
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
dirujuk ke RS, Dampingi ibu ke RS
sulit orangnya, damping rujukan bayi yang dilahirkan oleh paraji
kontak lagi.
Lampiran 13 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA PEMBERI PELAYANAN TRADISIONAL
NO A. 1.
VARIABEL
Dukungan sosial Apa yang ada ketahui mengenai kondisi ibu ketika anda dipanggil oleh salah satu keluarga(suami) untuk menangani ibu ? (Probing sebelum persalinan pernah kontak, berapa kali)
PB1
PB2
PB3
OP4
OP5
Tidak ada apa-apa, normal sebelum lahir
Tidak ada apa-apa
Tidak apa
Tidak ada apa-apa
Tidak ada apa-apa
Setiap bulan karena dekat rumahnya, rutin
Setiap bulan rutin dekat rumah
Ketemu 4 kali, pertama mo digugurkan kehamilanny a, kedua kali periksa sambil rencana anaknya mo dikasih Ketiga periksa sambil mastikan bayinya mau dikasih Keempat pas mo lahir
Baru
Baru
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
2.
Apa saja yang telah anda lakukan terhadap ibu yang mengalami komplikasi obstetri saat persalinan? (Probing pemberian saran/anjuran termasuk informasi, tindakan)
Ma usap, disembur air biar mudah, kasih air doa, diberi doa (jampe), karena tidak sanggup beri saran ke keluarga ibu tuk panggil bu bidan, damping ke RS
Ma turutin keinginan ibu, karena takut meninggal, kalo dikampung karena ada karuhun jenguk, tidak usah bawa ke RS, pakai panglay, sembur air doa, tenang da ustadz
Kalau bisa normal tidak usah ke RS bayi kecil bisa hidup tanpa harus ke RS, diminyakin ja kalo mandi, pake botol, seperti bayi normal ja, kalo biru (geundeuk) susah netek, baru bawa ke puskesmas, harus diobatin
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Dikasih air doa, diusap wajah dan bagian perutnya, tidak usah dibawa ke RS ni hanya ketumpangan
Dikasih air doa, diusap ke wajah dan bagian tubuh lannya, jempolnya ditekan dengan panglay, ditunggu ja, tidak usah bawa ke RS, ni penyakit batin.
Lampiran 14 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA SUAMI ATAU KELUARGA IBU YANG MENGALAMI KOMPLIKASI OBSTETRI SAAT PERSALINAN (TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN) NO
Keputusan KB.M1
1.
Tahap Pengambilan Keputusan Memahami masalah
4.
Menerima Proses Rujukan SB.M2 SB.M3
Tahu saat mau bersalin
Sudah tahu sejak hamil 6 bulan
Tahu saat persalinan
Mencari alternatif
Hamil alamih jadi dengan paraji, tidak ada perencanaan persalinan di Bidan atau RS
Sudah berencana bersalin di RS, sebelumnya ibu melakukan latihan sujud dan ruku serta minta air doa
5.
Evaluasi alternatif
Bersalin dengan paraji, tenang
Perencanaan persalinan di RS
6.
Keputusan
Bersalin dengan paraji, karena tidak ada kemajuan hubungi bidan, terima rujukan ke RS
terima Rujukan ke RS
Rencana mau bersalin di Pustu, tidak ada perencanaan persalinan di RS, sebelumnya ke orang pintar minta doa dan air doa Memilih Persalinan di Pustu terima rujukan ke RS, karena tidak sanggup menangani ini
7.
Tindakan Pasca Pengambilan keputusan
Bersalin dengan tindakan operasi sesar
bersalin dengan tindakan infus ditolong bidan RS
Ibu bersalin diinfus ditolong dokter RS
SB.M4
SB.M5
Menolak Proses Rujukan SB.T6 SB.T7
Tahu saat mau bersalin yang usianya 7 bulan Pilih yang dekat dengan Paraji, istri sudah berencana bersalin dengan paraji
Tahu mau bersalin
Tahu setelah ada tanda-tanda mau bersalin
Ke bidan sudah bilang,
Paraji aja yang dekat
Mau bersalin dengan paraji
memilih ditangani oleh paraji, nyaman terima rujukan ke RS
memilih ditangani oleh bidan terima rujukan ke RS
memilih ditangani oleh paraji tolak rujukan ke Puskesmas dan RS
memilih ditangani oleh paraji tolak rujukan ke RS
bersalin dengan operasi
di operasi & masuk ICU
Persalinan dengan paraji, tidak ke RS /puskesmas
di rumah dengan paraji
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Tahu saat mau bersalin
Lampiran 15 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA BIDAN (TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN)
NO
Keputusan BB1
1.
Tahap Pengambilan Keputusan Memahami masalah
2.
Mencari alternatif
Menerima Proses Rujukan BB2 BB.3
Waktu periksa normal , tahu saat bersalin
Sudah tahu sejak hamil 6 bulan
Waktu hamil 7 bulan, ragu dengan posisinya, sempat anjurkan USG, tapi ibu tidak mau. Tahu saat bersalin
tidak ada
Sudah berencana bersalin di RS,
Rencana mau bersalin di
Menolak Proses Rujukan BB5 BB6
BB.3
BB4
Waktu hamil 26 minggu menganjurkan ibu untuk dirawat, ya memang mendadak, tidak sempat diskusi dengan suaminya, karena takut kejang, saya antar ke RS. Setelah beberapa hari suami ibu panggil saya, terkaget, saya kira masih di RS. ternyata pulang paksa. Tahu saat dipanggil sudah kejang dan mau bersalin. Sebelumnya mau ke Paraji,
Waktu hamil 27 minggu tekanan darah ibu tinggi, itu juga diperiksa Protein Urin, hasil negatif. Saya tidak kasih tahu maksud pemeriksaan itu, karena takut ada kesan menakutnakuti. Tahu saat dipanggil sudah kejang,dan mau bersalin
Tahu waktu dipanggil ibu periksa mengeluh keluaran air, tapi hanya rembes saja, sudah dianjurkan ke RS atau Puskesmas, tetapi ibu menolak.
sudah bilang ibu akan
Belum ada
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Tahu waktu dipanggil ibu periksa, keluaran air , sudah dianjurkan ke RS tapi keluarganya yang tidak mau.
Belum ada
sebelumnya ibu melakukan latihan sujud dan ruku serta minta air doa 3.
Evaluasi alternatif
Tidak ada
Perencanaan persalinan di RS
4.
Keputusan
Bersalin dengan paraji, karena tidak ada kemajuan baru hubungi bidan, terima rujukan ke RS
terima Rujukan ke RS
Pustu, tidak ada perencanaan persalinan di RS Memilih Persalinan di Pustu terima rujukan ke RS
5.
Tindakan Pasca Pengambilan keputusan
Damping ke RS
Dampingi Ke RS
Dampingi ke RS
sudah dilakukan pendekatan untuk bersalin di pustu memilih ditangani oleh paraji terima rujukan ke RS
bersalin di bidan
memilih ditangani oleh bidan terima rujukan ke RS
memilih ditangani oleh paraji tolak rujukan ke Puskesmas dan RS
memilih ditangani oleh paraji tolak rujukan ke RS
Dampingi ke RS
Dampingi Ke RS
Tidak Kontak lagi
Tidak kontak lagi
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lampiran 16 MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA PARAJI DAN ORANG PINTAR (TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN)
NO
Keputusan
Menerima Proses Rujukan
PB3
PB1
OP4
Tahu pas keraba tangan bayi, bukan kepala bayi
Tidak apa-apa itu hanya penyakit karena ada karuhun (orang tua dulu)
Tidak apa-apa itu hanya penyakit karena ada karuhun (arwah orang tua dulu)
Hamil alamiah ja jadi persalinan juga tidak usah apa-apa, sudah bilang mau bersalin dengan ma Mau bersalin dengan ma paraji
Sudah bilang akan bersalin dengan ma paraji
Karena ada karuhun ya diobatinya dengan doa dan air doa Tidak ada
1.
Tahap Pengambilan Keputusan Memahami masalah
2.
Mencari alternatif
3.
Evaluasi alternatif
4.
Keputusan
Bersalin dengan paraji, karena tidak ada kemajuan hubungi bidan, terima rujukan ke RS
5.
Tindakan Pasca Pengambilan keputusan
Dibawa ke RS dan ikut mendampingi
Mau bersalin dengan ma paraji, dekat terima rujukan ke RS saran dari ibu bidan
Dibawa ke RS, tidak ikut ke RS
Menolak Proses Rujukan OP5 Tidak apa-apa, itu hanya penyakit baru
Tidak ada
PB2 Kemarin normal, baik-baik aja ibu dan bayinya
Sudah bilang kemarin mau lahir dengan ma paraji
Tidak ada
terima rujukan ke RS, terima saran dari ibu bidan
Terima saran tuk lahir di RS
Bersalin di rumah saja dengan paraji karena masih normal dan biasa
Dibawa ke RS pas kejang, ikut ke RS takut ada apa-apa
Dibawa ke RS, ikut ke RS takut ada apaapa
Bersalin ditolong oleh paraji
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
No
Matriks Analisis Pengambilan Keputusan dalam Proses Rujukan Ibu dengan Komplikasi Saat Persalinan Keputusan Menerima Proses Rujukan Waktu Tempuh > 1 Jam Waktu Tempuh < 1 Jam
Menolak Proses Rujukan Waktu Waktu Tempuh Tempuh > 1 Jam < 1 Jam IB6 IB7
Variabel IB1 1.
2.
Pengetahuan tentang risiko tinggi dan komplikasi obstetri(Tanda bahaya kehamilan dan persalinan) Jenis dan Pengaruh Status ANC (Frekuensi dan pemberian Informasi serta minat baca buku KIA).
Penanganan + (Perencanaan dan Alamiah persiapan). Persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan
IB3
IB4
IB2
IB5
7 kali periksa hamil, rutin
+ 7 kali periksa hamil, rutin
+ 8 kali periksa hamil, rutin
7 kali periksa hamil, rutin
Pemberian informasi 1 kali
Pemberian informasi belum pernah
Pemberian informasi jarang
Pemberian informasi belum pernah
Minat Baca Buku KIA kurang
Minat Baca Buku KIA kurang
Minat Baca Buku KIA cukup baik
Minat kurang
+ alamiah
+
+
+
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
baca
+
+
3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
(terdekat dan rujukan) Pelayanan kesehatan Lama, jauh terdekat 15 menit Pelayanan kesehatan Rujukan dasar Pelayanan kesehatan rujukan RS Waktu tempuh ke pelayanan kesehatan Penggunaan Asuransi Kesehatan Biaya Peran Suami Dukungan Petugas Kesehatan (Bidan) Dukungan Sosial (Keluarga & Orang terdekat) Persepsi Membutuhkan Penanganan Komplikasi Obstetri Saat Persalinan
+
+
+
Kajian pengambilan..., Hani Sadiah, FKM UI, 2012
Lama jauh 25 Lama menit menit
35 +