UNIVERSITAS INDONESIA
PENYUSUNAN JADWAL AKTIVITAS DENGAN MASALAH KESEHATAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI LEBIH DARI KEBUTUHAN PADA ANAK R DI WILAYAH KELURAHAN SUKATANI, KECAMATAN TAPOS, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR – NERS
DEWI RETNO SURYANI 1106129644
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN DEPOK JULI 2014
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENYUSUNAN JADWAL AKTIVITAS DENGAN MASALAH KESEHATAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI LEBIH DARI KEBUTUHAN PADA ANAK R DI WILAYAH KELURAHAN SUKATANI, KECAMATAN TAPOS, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR – NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
DEWI RETNO SURYANI 1106129644
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI POFESI KEPERAWATAN DEPOK JULI 2014
i
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN Karya ilmiah akhir – Ners diajukan oleh: Nama
: Dewi Retno Suryani
NPM
: 1106129644
Program Studi
: Profesi Ners
Judul Karya Ilmiah Akhir : Penyusunan Jadwal Aktivitas Dengan Masalah Kesehatan Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih Dari Kebutuhan Pada Anak R Di Wilayah Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota Depok
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Profesi Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Agus Setiawan, SKp., MN, DN
(………………...)
Penguji
(…………...….…)
: Ns. Aisyiah, S.Kep., M.Kep
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 14 Juli 2014
iii Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini yang berjudul “Penyusunan Jadwal Aktivitas Dengan Masalah Kesehatan Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih Dari Kebutuhan Pada Anak R Di Wilayah Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota Depok“. Penulisan karya ilmiah akhir Ners ini merupakan salah satu syarat dalam rangka untuk memperoleh gelar Ners di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulisan karya ilmiah akhir Ners ini terdapat pihak-pihak yang berperan aktif dalam memberikan arahan dan bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir Ners ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Juniati Sahar, S.Kp., M.App., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Bapak Agus Setiawan, SKp., MN, DN selaku pembimbing dalam penyusunan karya ilmiah akhir Ners ini yang telah memberikan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membantu penulis 3. Ibu Poppy Fitriyani, SKp., M.Kep., Sp.Kom, selaku koordinator mata ajar PKKMP peminatan komunitas 4. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An selaku koordinator mata ajar karya ilmiah akhir Ners 5. Orang tua tercinta yang selama ini selalu mendoakan dan memberi nasehat kehidupan, kakak-kakak, dan adik tercinta yang selalu menjadi penyemangat dan memberikan dukungannya 6. Suamiku tercinta Lettu Czi. Lilik Mugiharto, S.Si yang selalu mendoakan, memberi semangat dan dukungan secara moral maupun material 7. Anakku tersayang yang menjadi penyemangat dan selalu memberi keceriaan setiap harinya 8. Teman-teman PKKMP peminatan komunitas khususnya wilayah RT 03 yaitu Agnes, Shinta, Debby, Rizky dan Rio terima kasih atas segala kerjasamanya
v Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
9. Rekan-rekan seperjuangan Ekstensi angkatan 2011 terima kasih telah memberikan banyak kenagan terindah dan pengalaman yang berharga 10. Keluarga besar ICU Anak RSCM atas kesempatan yang diberikan dan dukungannya 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari karya ilmiah akhir Ners ini masih banyak kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan pihak-pihak yang telah memberikan doa dan bantuannya. Semoga karya ilmiah akhir Ners ini membawa manfaat bagi institusi, pelayanan keperawatan, keluarga dan masyarakat. Depok,
Juli 2014
Penulis
vi Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama NPM Judul KIA-Ners
: Dewi Retno Suryani : 1106129644 : Penyusunan Jadwal Aktivitas Dengan Masalah Kesehatan Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih Dari Kebutuhan Pada Anak R di Wilayah Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota Depok
Kota merupakan tempat tinggal berbagai himpunan masyarakat yang multikultural dan bersifat dinamis. Kota yang berkembang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi serta dihadapkan juga pada permasalahan yang sangat kompleks, salah satunya masalah di perkotaan yaitu masalah nutrisi. Nutrisi tidak hanya dialami balita tetapi anak usia sekolah (6-12 tahun) pun mengalami. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu memberi gambaran asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan pada anak usia sekolah. Intervensi yang dilakukan pada keluarga tersebut yaitu dengan penyusunan jadwal aktivitas. Evaluasi yang dicapai, anak menjadi akif berolah raga dan mengikuti jadwal aktivitas yang telah disusun. Saran bagi keluarga untuk meningkatkan aktivitas bagi kesehatan yaitu diharapkan bekerjasama dengan anggota tim kesehatan dan memotivasi anak untuk aktif beraktivitas.
Kata kunci: Obesitas, anak usia sekolah, jadwal aktivitas
vii
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
ABSTRACT Name NPM KIA-Ners title
: Dewi Retno Suryani : 1106129644 : Arrangement of Activity Schedule With Health Problems Nutritional Imbalance More Than the Body needs of Child A at Sukatani Sub District, Tapos District, Depok City
City is a place where people live in multicultural and dynamic society. A developing city has high population density and also embedded with complex problems, one of which is nutritional problems. Nutrition is not only experienced by toddlers but also school aged children (6-12 years). The purpose of this paper was give an overview of nursing care to families with health problems of imbalance of nutrients over the needs of school-aged children. Intervention used in the family was the arrangement of activity schedules. The evaluation showed that the child became actively engange in physical excercise and follow the schedule of activities that have been arranged. It is suggested that families to increase activity for health is expected to collaborate with health team members and motivate children to do physical activities.
Keywords: Obesity, school aged children, the activity schedule
Universitas Indonesia viii Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ..........................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................iv KATA PENGANTAR ..................................................................................................v ABSTRAK ....................................................................................................................vii ABSTRACT ..................................................................................................................viii DAFTAR ISI .................................................................................................................ix BAB 1
: PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................1 1.2. Perumusan Masalah ..............................................................................................5 1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................................5 1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................................5 1.5. Metode Penulisan ..................................................................................................6 1.6. Sistematika Penulisan ...........................................................................................6 BAB 2
: TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Masyarakat Perkotaan ..............................................................................8 2.2. Konsep Dasar Keluarga ........................................................................................10 2.2.1. Pengertian .............................................................................................................10 2.2.2. Tipe-tipe Keluarga ...............................................................................................10 2.2.3. Fungsi Keluarga ...................................................................................................11 2.2.4. Perkembangan Keluarga ......................................................................................12 2.2.5. Peran Keluarga dalam Keperawatan ...................................................................14 2.2.6. Asuhan Keperawatan Keluarga ...........................................................................15 2.3. Konsep Keluarga dengan Anak Usia Sekolah .......................................................17 2.4. Nutrisi pada Anak Usia Sekolah ..........................................................................18 2.5. Obesitas pada Aak Usia Sekolah ..........................................................................21 BAB 3
: TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Keluarga .............................................................................................24 3.2. Diagnosa Keperawatan .........................................................................................28
ix Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
3.3. Rencana Keperawatan ............................................................................................28 3.4. Implementasi…………………………………………………… ..........................29 3.5.
Evaluasi ...............................................................................................................30
BAB 4
:
ANALISA SITUASI
4.1.
Profil Lahan Praktek ............................................................................................32
4.2.
Analisa Situasi Maalah Kesehatan Anak Usia Sekolah ......................................33
4.3.
Analisa Penyelesaian Masalah obesitas ...............................................................34
BAB 5
: PENUTUP
5.1.
Kesimpulan ..........................................................................................................37
5.2.
Saran ……...........................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
x Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Pengkajian Keluarga Kelolaan
Lampiran 2
Analisa Data
Lampiran 3
Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
Lampiran 4
Rencana Asuhan Keperawatan
Lampiran 5
Catatan Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 6
Evaluasi Keluarga
Lampiran 7
Contoh Jadwal Aktivitas
Lampiran 8
Daftar Riwayat Hidup
xi Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang penulisan, perumusan masalah,tujuan penulisan, manfaat penulisan, metodologi, dan sistematika penulisan atas asuhan keperawatan pada keluarga binaan.
1.1. Latar Belakang
Kota sebagai daya tarik bagi daerah sekitarnya. Secara geografi, kota dapat diartikan sebagai suatu system jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata social-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialis dibandingkan dengan daerah belakangnya. Banyak kota telah berkembang, baik segi fisik, segi ekonomi maupun sosial budaya. Seperti halnya kota kecamatan, kota kabupaten, kota provinsi, dan ibu kota negara memiliki peran ganda terhadap berkembangnya kegiatan masyarakat. Pada suatu wilayah tertentu kota-kota tersebut dijadikan pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan sosial budaya, pusat politik dan pusat pemerintahan (Bintarto, 1983).
Kota digolongkan berdasarkan jumlah penduduk ke dalam beberapa kelas misalnya penduduk yang berjumlah antara 20.000-50.000 disebut kota kecil (town), jumlah penduduk 50.000-100.000 disebut kota (city), penduduk yang berjumlah lebih dari 100.000 disebut metropolitan (metropolis) (Hartono, 2007).
Pada perkembangan kota dan kemajuan teknologi menghadapi berbagai permasalahan seperti masalah pencemaran lingkungan hidup, bertambahnya pabrik, masalah perumahan, masalah sampah, masalah dibidang kelalulintasan, masalah kekurangan gedung sekolah, masalah terdesaknya daerah persawahan diperbatasan luar kota dan masalah administratif pemerintahan (Bintarto, 1983).
1
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
2 Permasalahan kota dari segi kesehatan yaitu salah satunya pada anak usia sekolah seperti terjadinya kecelakaan dan cedera (Potter & Perry, 2009). Sedangkan menurut Riskesdas (2013) salah satunya masalah kesehatan yang sering terjadi khususnya pada anak usia sekolah yaitu masalah gizi yang tidak hanya dialami balita, masalah kesehatan gigi dan mulut, penyakit menular, prilaku konsumsi makanan beresiko, kurang makan sayuran dan buah, anak mulai merokok, perilaku cuci tangan yang buruk dan sebagainya.
Dalam Millenium Development Goals (MDGs) tedapat 8 tujuan pembangunan yang ingin dicapai yaitu 1) mengurangi kemiskinan dan kelaparan, 2) menuntaskan pendidikan dasar, 3), mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, 4) menurunkan angka kematian anak 5) meningkatkan kesehatan ibu 6) mengendalikan penyebaran HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya 7), melestarikan lingkungan dan 8) membangun kemitraan global untuk pembangunan. Pencapaian MDGs bidang kesehatan yaitu terutama nomor 4, 5, dan 6. Status gizi anak merupakan salah satu target dalam tujuan bidang kesehatan (Kemenkes, 2013).
Status gizi yang dialami pada anak yaitu masalah gizi ganda,seperti masalah gizi kurang berakibat tidak optimalnya pertumbuhan fisik dan kecerdasan dan masalah gizi lebih atau obesitas jika tidak ditangani dapat berakibat munculnya penyakit degeneratif seperti hipertensi, jantung, diabetes, dan stroke (Devi, 2010). Menurut Wong (2009) Pada anak yang mengalami obesitas akan menjadi orang dewasa dengan obesitas dan akan mengalami beberapa masalah kesehatan meliputi hipertensi, hiperlipidemia, penyakit jantung, masalah ortopedik, apnea saat tidur, dan kanker kolon.
CDC (2013) menyatakan anak yang obesitas meningkat dengan cepat di Amerika serikat, sejak tahun 1980 presentasi anak dengan obesitas usia 6-11 tahun telah dua kali lipat dan presentasi remaja dengan obesitas usia 12-19 tahun pun kini menjadi tiga kali lipat. Sedangkan data Riskesdas 2010, prevalensi status gizi pada anak usia sekolah (612 tahun) dengan kegemukan atau obesitas (9,2%), kondisi tersebut meningkat terjadi pada anak laki-laki (10,7%) dan anak perempuan (7,7%). Penelitian lain yang dilakukan Mahdiah, Hadi dan Susetyowati (2004) pada anak perkotaan kejadian obesitas lebih
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
3 tinggi yaitu sebanyak 7,9% daripada anak yang tinggal di perdesaan sebanyak 2%. Selain itu menurut Masruri, Nugraha, dan Widjarko (2011) pada 318 anak usia sekolah di Semarang, menyatakan prevalensi anak dengan obesitas yaitu 23,23%, dengan rincian anak perempuan 9,43% laki-laki 13,8%. Pada anak-anak obesitas akan menjadi orang dewasa dengan obesitas dan akan berdampak mengalami beberapa masalah kesehatan meliputi hipertensi, hiperlipidemia, penyakit jantung, masalah ortopedik, apnea saat tidur, kanker kolon (Wong, 2009). Menurut Donnely, et al. (1996) menyatakan obesitas merupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit jantung dan diabetes.
Menurut Mufidah (2006) menyatakan pola konsumsi yang saat ini merebak di kalangan masyarakat perkotaan yang menginginkan segala sesuatu lebih praktis dan cepat yaitu dengan memilih makanan siap saji (fastfood) yang kandungan gizinya tidak seimbang. Sedangkan menurut Notoatmodjo (1996), bila tubuh mengkonsumsi gizi yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, berakibat terjadi kesalahan gizi (malnutrition). Malnutrisi mencakup kelebihan gizi atau nutrisi yang disebut gizi lebih (overnutrition), dan gizi kurang (undernutrition). Sehingga perlunya Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang dapat dijadikan pedoman dasar tentang gizi seimbang terhadap perilaku konsumsi makanan dimasyarakat.
Berdasarkan data Riskesdas 2010, masyarakat mengkonsumsi karbohidrat terhadap konsumsi energi sekitar 61%, setara yang dianjurkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), konsumsi terhadap protein sebesar 13,3% dan konsumsi lemak sebesar 25,6%. PUGS menganjurkan agar 60-75% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat (terutama karbohidrat kompleks), 10-15% dari protein, dan 10-25% dari lemak. Berdasarkan persentase tersebut seperti konsumsi lemak seharusnya tidak melebihi yang disarankan PUGS. Menurut penelitian Maki et al. (2010), mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti gandum dan makanan rendah energi dan lemak sangat dalam efektif penurunan berat badan.
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
4 Data yang diperoleh dari survey mahasiswa profesi keperawatan di wilayah binaan RW 03 Kelurahan Sukatani yaitu terdapat 193 anak dengan usia sekolah, 18 anak usia sekolah diantaranya dijadikan kasus kelolaan. Hasil dari pendataan didapatkan anak yang kurus (22%), normal (50%), gemuk (11%) dan obesitas (17%). Berdasarkan data tersebut salah satu keluarga mengalami gizi lebih atau obesitas yaitu pada keluarga Bapak H
Berdasarkan uraian tersebut, masyarakat pada umumnya kurang memperhatikan dan kurang menyadari masalah gizi yang dihadapi sehingga tidak segera ditangani untuk mencegah komplikasi. Adanya masalah gizi lebih atau obesitas pada salah satu anggota keluarga tersebut dapat berdampak pada tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan. Sehingga penulis ingin memberikan asuhan keperawatan keluarga secara optimal. Dengan memberikan pelayanan kesehatan pada keluarga, perawat dapat berperan sebagai pendidik, penasehat dan pemberi asuhan keperawatan pada individu, keluarga maupun masyarakat dengan keluarga yang memiliki anak usia sekolah yang bergizi lebih atau obesitas.
Pada keluarga Bapak H yaitu anak R berusia 9 tahun, mengalami obesitas dengan tinggi badan 143 cm, berat badan 57 kg, LLA 29 cm, IMT 27,9 pengukuran antropometri berada pada SD +3 (status gizi obesitas). Anak R sering jajan baik di sekolah ataupun di rumah, Anak R senang ngemil dan keluarga memasak sendiri makanannya serta terkadang membuat cemilan sendiri sepeti membuat pudding. Saat anak berada di rumah orangtuanya selalu menuruti anaknya untuk jajan seperti bakso, mie yam, cilok atau somay dan makanan ringan seperti wafer, coklat permen, es krim. Dalam keluarga Bapak H anggota keluarga tidak mempunyai kebiasaan tidur siang. Selama ini tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur.
Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rekreasi. Keluarga memanfaatkan waktu luangnya dengan menonton TV dan anak R bermain play station. Ibu A mengatakan anaknya jika berakivitas berat nafasnya sering terengah-engah untuk itu ibu A sering mengantar anaknya berangkat sekolah menggunakan motor. Dalam keluarga Bapak H tidak
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
5 memiliki waktu khusus untuk berolah raga, namun kadang-kadang bila libur sekolah mengajak Anak R berenang atau makan di luar.
Implementasi yang sudah dilakukan selama 6 minggu yaitu memberi pendidikan kesehatan terkait obesitas dan gizi seimbang serta bersama keluarga menyusun menu seimbang dan jadwal akivitas anak R. Evaluasi yang diharapkan keluarga dapat menyusun menu seimbang dan jadwal aktivitas yang sudah diajarkan, melakukan memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah gizi lebih, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah gizi lebih.
Dengan melihat latar belakang tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk menyusun makalah ilmiah yang berjudul: “Penyusunan Jadwal Aktivitas Dengan Masalah Kesehatan Ketidakseimbangan Nutrisi Lebih Dari Kebutuhan Pada Anak R Di Wilayah Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota Depok.” 1.2. Perumusan Masalah Masalah yang dibahas yaitu mencakup masalah nutrisi yang terjadi pada anak usia sekolah (6-12 tahun). Hal tersebut didasarkan atas data yang diperoleh mahasiswa profesi keperawatan di wilayah RW 03 Kelurahan Sukatani pada 18 keluarga binaan dengan anak usia sekolah, data yang didapatkan yaitu anak yang kurus (22%), normal (50%), gemuk (11%) dan obesitas (17%). Khususnya pada keluarga Bapak H terdapat anak usia sekolah dengan masalah keidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan. Sehingga penulis tertarik untuk membahas masalah ketidakseimbangan nurisi yang terjadi pada anak R.
1.3. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini, sebagai berikut: 1.3.1. Tujuan Umum Memberikan gambaran mengenai proses asuhan keperawatan pada keluarga Bapak H dengan masalah kesehatan gizi lebih pada anak R. 1.3.2. Tujuan khusus Memberikan gambaran tentang: Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
6 1.3.2.1. Masalah kesehatan gizi lebih pada anak R. 1.3.2.2. Diagnosa keperawatan keluarga pada anak R. 1.3.2.3. Intervensi keperawatan keluarga pada anak R. 1.3.2.4. Implementasi keperawatan keluarga pada anak R 1.3.2.5. Evaluasi keperawatan keluarga pada anak R 1.3.2.6. Analisis asuhan keperawatan yang diberikan pada anak R 1.4. Manfaat Penulisan Manfaat dari hasil karya ilmiah ini yang diharapkan, sebagai berikut: 1.4.1. Bagi Pendidikan Keperawatan Karya ilmiah ini diharapkan memberikan informasi bagi para peserta didik keperawatan
mengenai
masalah
kesehatan
pada
keluarga
dengan
ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan dengan agregat anak usia sekolah yang akan terjun ke lahan praktik di wilayah masyarakat perkotaan 1.4.2. Bagi Pelayanan Keperawatan Karya ilmiah ini diharapkan dijadikan sebagai informasi mengembangkan pelayanan kepereawatn kepada masyarakat secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan proses keperawatan sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam program memperbaiki status gizi pada anak usia sekolah dan diharapkan dapat membantu keluarga untuk memahami pentingnya menyediakan makanan dengan gizi yang seimbang dan bervariasi atas makanan yang diberikan serta rutin melakukan aktivitas fisik agar anak tidak mengalami gizi kurang atau gizi lebih. 1.4.3. Bagi Praktik Selanjutnya Penulisan
hasil
karya
ilmiah
ini
dapat
dijadikan
data
dasar
untuk
mengembangkan praktik keperawatan terkait proses keperawatan keluarga dengan agregat anak usia sekolah
1.5. Metode Penulisan Metode penulisan dalam karya ilmiah ini yaitu dengan menggunakan metode deskriptif yang mana memaparkan hasil dari pengumpulan data, menganalisa data dengan menarik kesimpulan secara narasi tentang asuhan keperawatan keluarga mulai dari pengkajian, Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
7 diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Penerapan asuhan keperawatan berdasarkan hasil prakek KKMP pada keluarga Bapak H dengan masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan pada anak R yang dilaksanakan sejak tanggal 5 Mei 2014 sampai dengan 20 Juni 2014 di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota Depok.
1.6. Sistematika Penulisan Penulisan makalah ilmiah secara sistematis yang terdiri dari lima bab, yang tersusun sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan: Latar belakang, Perumusan Masalah, Tujuan penulisan, Ruang lingkup, Metode penulisan, Sistematika penulisan
BAB II
: Tinjauan Pustaka: Konsep Dasar Keluarga, Asuhan Keperawatan Keluarga, Konsep Dasar Obesitas
BAB III
: Tinjauan Kasus
BAB IV
: Pembahasan: berisi pembahasan kasus berdasarkan proses keperawatan
BAB V
: Penutup: Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Universitas Indonesia Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan landasan teori, konsep asuhan keperawatan keluarga terkait masalah kesehatan pada anak usia sekolah. Dalam upaya mengaplikasikan asuhan keperawatan pada keluarga binaan agar mempermudah mendapatkan perbandingan antara konsep dengan kenyataan yang ada di lapangan.
2.1. Konsep Masyarakat Perkotaan Masyarakat merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia atau sekumpulan sekelompok sosial (social group) yang hidup bersama dan saling berhubungan yang bersifat kompleks. Masyarakat majemuk atau masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri atas beberapa suku bangsa, agama, ras, politik, ekonomi, yang dipersatukan dan diatur oleh sistem sosial yang berlaku dimasyarakat. Masyarakat dengan kebudayaan yang kompleks bersifat jamak (plural) dan beragam (heterogen) (Waluya, 2007).
Menurut Bintarto (1983), secara geografi kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialis dibandingkan dengan daerah belakangnya. Banyak kota telah berkembang, baik segi fisik, segi ekonomi maupun sosial budaya. Seperti halnya kota kecamatan, kota kabupaten, kota provinsi, dan ibu kota negara memiliki peran ganda terhadap berkembangnya kegiatan masyarakat. Pada suatu wilayah tertentu kota-kota tersebut dijadikan pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan sosial budaya, pusat politik dan pusat pemerintahan.
Kota digolongkan berdasarkan jumlah penduduk ke dalam beberapa kelas misalnya penduduk yang berjumlah antara 20.000-50.000 disebut kota kecil (town), jumlah penduduk 50.000100.000 disebut kota (city), penduduk yang berjumlah lebih dari 100.000 disebut metropolitan (metropolis) (Hartono, 2007). Menurut Gist dan Halbert (1956 dalam Bintarto 1983), disebut
8
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
9
kota jika mempunyai penduduk sama atau lebih dari 30.000 orang, sedangkan di Belanda dikatakan kota dengan angka penduduknya 20.000 orang
Gaya hidup masyarakat perkotaan cenderung konsumeris yaitu perilaku yang mengarah pada tindakan konsumtif, hal tersebut didukung dengan adanya promosi oleh media massa seperti televisi yang menampilkan berbagai iklan menarik dan dipengaruhi oleh lingkungan yang semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan modern. Namun bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dapat memicu tindakan kriminal dan kehancuran rumah tangga (Alfitri, 2007).
Beberapa aspek dari ciri masyarakat perkotaan, yaitu (Waluya, 2007): 1) Masyarakat perkotaan bertempat tinggal di tempat-tempat yang strategis untuk dua kebutuhan penting yaitu perekonomian dan pemerintahan, tempat yang demikian memberi jaminan terhadap kelancaran transportasi, komunikasi, dan informasi. Bagian-bagian kota metropolitan seperti kawasan pusat kota metropolitan, kawasan pusat pertumbuhan kota metropolitan, maupun kawasan perkantoran. 2) Struktur hidup perkotaan mencakup keanekaragaman penduduk, ras, etnis, dan kebudayaan. 3) Kota sebagai kumpulan sekelompok sekunder seperti: asosiasi pendidikan, partai poliik, pemerintahan, dan perekonomian. 4) Pergaulan hidup penduduk kota bersifat individualism, setiap orang tidak bergantung kepada orang lain. Akibatnya antar individu tidak saling mengenal. 5) Terdapat permukiman yang terbagi dalam beberapa lokasi atau blok sesuai dengan jenis pekerjaan orang yang menempatinya, seperti: daerah pertokoan, daerah kemiliteran, daerah kumuh (slum). 6) Kesenjangan sosial dalam kehidupan masyarakat tampak jelas tercermin dalam sarana dan prasarana kehidupan penduduk. 7) Pola berfikir bersifat rasional 8) Memiliki jiwa urbanisme, sikap dan prilaku masyarakat kota selalu berubah mengkuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
10
2.2. Konsep Dasar Keluarga 2.2.1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan sekumpulan individu terhubung melalui ikatan pernikahan, hubungan darah, atau anggota keluarga yang diadopsi yang saling berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain, biasanya hidup bersama dalam satu rumah atau hidup secara terpisah atau menumpang (Friedman, 2010). Menurut Friedman (1998)
dalam Suprajitno (2003),
keluarga merupakan gabungan dari dua atau lebih individu yang mempunyai keterikatan secara emosional maupun hukum, memiliki peran yang spesifik dan tinggal dalam satu rumah.
Keluarga merupakan penyaring atau transmiter yang berfungsi sebagai pintu gerbang antara individu dan masyarakat dalam kehidupan di dalamnya diterapkannya aturan norma dan budaya, peran dan tanggung jawab. Keluarga juga bertindak sebagai struktur komunikasi yang yang dapat memenuhi kebutuhan bagi pengembangan prilaku individu, dan ide (Murray, 2003)
2.2.2. Tipe-Tipe Keluarga Tipe-tipe keluarga menurut terdiri dari (Friedman, 2010): 1. Tipe Keluarga Tradisional a. Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri dan anak yang hidup dalam satu rumah. b. Keluarga dyad (Dyad Family) yaitu keluarga yang terdiri atas suami dan istri tanpa anak c. Keluarga besar (Extended Family) yaitu keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah. d. Keluarga dengan orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga dengan orang tua tunggal adalah bentuk keluarga yang didalamnya hanya satu kepala rumah tangga, ayah atau ibu. Hal tersebut disebabkan karena orang tua bercerai atau berpisah, ditinggal pergi, serta mengangkat anak. e. Keluarga dewasa yang tinggal sendiri (Single Adult) yaitu keluarga yang terdiri dari hanya satu orang dewasa yang tinggal dalam satu rumah. f. Keluarga usila (Middle-aged or Elderly couple) yaitu keluarga dengan pasangan usia lanjut yang tinggal dalam satu rumah. 2. Tipe Keluarga Non-Tradisional
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
11
a. Commune Family yaitu rumah tangga dengan lebih dari satu keluarga namun biasanya terdapat satu orang sebagai kepala keluarga b. Unmarried Parent yaitu keluarga yang biasanya terdiri dari ibu dan anak yang mana orang tua tidak mempunyai ikatan pernikahan. c. Unmarried Couple yaitu keluarga dengan pasangan yang tidak menikah namun tinggal bersama anak angkat d. Cohabiting Couple yaitu keluarga dengan pasangan yang tidak menikah namun tinggal bersama e. Homosexual Unions yaitu keluarga dengan individu yang mempunyai jenis kelamin yang sama dan hidup atau tinggal bersama
2.2.3. Fungsi Keluarga Keluarga merupakan sumber pertama dalam perkembangan emosi anak. Fungsi dasar keluarga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, yaitu afektif, sosialisasi, reproduktif, ekonomi dan pelayanan kesehatan (Friedman, 1996 & Hunt, 2005) a. Fungsi afektif yaitu kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikologis kasih sayang dan pengertian dari anggota keluarga. b. Fungsi sosialisasi adalah memberi bimbingan bagi pengembangan prilaku sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain. c. Fungsi reproduksi yaitu fungsi untuk melanjutkan generasi keluarga dan masyarakat. d. Fungsi ekonomi meliputi pengalokasian sumber untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. e. Fungsi pemeliharaan kesehatan yaitu untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga dan kebutuhan sehari-hari seperti nutrisi, pakaian, kesehatan fisik (rekreasi, olahraga dan tidur). Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan. Berikut ini adalah 5 tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan: 1. Mengenal masalah kesehatan dalam keluarga Mengetahui pengetahuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga, yaitu pengertian, etiologi (penyebab), patofisiologi serta tanda dan gejala masalah kesehatan. 2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
12
Mengetahui terhadap upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dan pengetahuan keluarga mengenai komplikasi dari masalah kesehatan apabila tidak segera ditangani dan apa yang harus keluarga lakukan untuk mencegahnya komplikasi. 3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. Perawatan yang dilakukan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga. Jika anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi, perawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah. 4. Memodifikasi lingkungan kaluarga untuk menjamin kesehatan keluarga Keluarga mampu mengenali lingkungan rumah yang menunjang pada kesehatan yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan keluarga. 5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan di lingkungan dan melakukan pemeriksaan kesehatan maupun pengobatan pada keluarga dengan masalah kesehatan.
2.2.4. Perkembangan Keluarga Setiap keluarga mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan dalam siklus kehidupan. Keluarga yang sukses yang mampu melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan keluarga. Namun tidak semua keluarga dapat melalui tahapan dalam siklus kehidupan dengan berhasil, misal; individu yang tidak pernah menikah, pasangan yang tidak mempunyai anak atau pada pasangan homoseksual. Berikut adalah tahap perkembangan menurut Friedman (2010), yaitu : a. Tahap I (Keluarga Pemula) yaitu tahap pernikahan atau pasangan menikah. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah membangun perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua). b. Tahap II (Keluarga
yang sedang mangasuh anak) yaitu tahapan yang dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap (mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga), rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga, mempertahankan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
13
hubungan perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua, kakek dan nenek. c. Tahap III (Keluarga dengan anak usia prasekolah) yaitu tahapan dimulai ketika anak pertama berusia berumur 2 hingga 6 tahun. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi dan keamanan, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan di luar keluarga (keluarga besar dan komunitas). d. Tahap IV (Keluarga dengan anak usia sekolah) yaitu tahapan ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan berakhir pada usia 13 tahun. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. e. Tahap V (Keluarga dengan anak remaja) yaitu tahapan ketika anak pertama melewati umur 13 hingga 20 tahun. Tugas perkembangan tahap ini adalah mengembangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak. f. Tahap VI (Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda) yaitu tahap permulaan ini anak pertama meninggalkan rumah orang tua (usia 21 sampai 30 tahun). Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah memperluas siklus keluarga dengan mamasukan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan suami maupun istri. g. Tahap VII (Orang tua usia pertengahan) yaitu tahap ini dimulai saat orangtua memasuki usia 45-55 tahun, mengalami pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tugas perkembangan tahap ini adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubugan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua lanjut usia dan anak-anak, memperkokoh hubungan perkawinan.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
14
h. TahapVIII (Keluarga dalam masa pensiun dan lanusia) yaitu tahap terakhir ≥ 60 tahun, salah satu atau kedua pasangan pasangan memasuki masa pensiun atau meninggal. Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan.
2.2.5. Peran Perawat dalam Keperawatan Keluarga Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut (Suprajitno, 2004 & Friedman, 2010) : a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan Perawat memberikan pelayanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Pemberian asukan keperawatan dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks. b. Peran sebagai advocate Perawat membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi dan berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien. c. Peran sebagai edukator Peran ini dilakukan dengan membantu klien meningkatkan kesehatannya melalui pemberian pengetahuan kesehatan terkait dengan keperawatan dan tindakan medik yang diberikan, sehingga terjadi perubahan prilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. d. Peran sebagai koordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasikan pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah sesuai kebutuhan klien. e. Sebagai kolaborator Perawat bersama-sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga berupaya mengindentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan rencana maupun bentuk pelayanan selanjutnya. f. Peran sebagai konsultan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
15
Peran disini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. g. Peran sebagai pembaharu Perawat mengadakan Inovasi dalam cara berpifir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan keluarga agar menjadi sehat. h. Peran sebagai pengelola Perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga dan keputusan perawat dalam melaksanakan tugas. i. Peran sebagai penemu kasus Peran perawat sebagai penemu kasus dalam keluarga j. Peran sebagai manager kasus Dalam peran ini perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi atara keluarga dengan sistem pelayanan kesehatan. Sebagai manajer kasus harus mampu memberdayakan keluarga dan sumber-sumber dalam keluarga. k. Peran sebagai peneliti Perawat berperan dalam mengindentifikasi permasalahan dalam praktek dan mencoba mencari solusi dari masalah.
2.2.6.
Asuhan Keperawatan Keluarga
Asuhan keperawatan adalah kegiatan profesional perawat yang dinamis, membutuhkan kreativitas dan berlaku rentang kehidupan dan keadaan (Carpenito, 1998). Adapun tahap dalam malakukan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2010; Suprajitno, 2004). 1. Pengkajian. Pengkajian merupakan proses awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga berupa pengumpulan data, pengelompokan data, perumusan masalah. Sumber data pengkajian berasal dari wawancara, penemuan objektif (observasi) dan informasi oral (penyuluhan). (Friedman, 1998, 2010). Pada tahap pengkajian dengan membina hubungan baik perawatklien. Model pengkajian keluaraga terdiri dari enam kategori antara lain mengidentifikasi
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
16
data sosiokultural, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, permasalahan keluarga serta koping keluarga. Pengkajian tahap lanjutan dengan mengumpulkan data mengenai ketidakmampuan dan ketidaksanggupan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan terkait dengan 5 tugas keluarga 2. Diagnosa Rumusan diagnosa keperawatan, yaitu: (1) Aktual; Respon individu saat ini terhadap kondisi kesehatan yang terjadi. (2) Resiko; Respon manusia yang dapat timbul pada seseorang yang rentan ditunjang oleh factor resiko yang memberi kantribusi pada peningkatan kerantanan. (3) Potensial; Respon manusia terhadap tingkat kesehatan individu yang mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan yang lebih tinggi. Setelah ditetapkan diagnosa keperawatan kemudian menetapkan prioritas masalah dengan menentukan skor pada tiap masalah yang ada, menentukan melalui: Sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah, dan menonjolnya masalah dalam keluarga. 3. Perencanaan Keperawatan Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat menyusun rencana asuhan keperwatan keluarga. Rencana tindakan keperawatan keluarga meliputi 5 tugas keluarga. Intervensi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan klien berdasarkan pada intervensi yang telah ditetapkan yang memiliki tujuan, kriteria hasil, dan waktu pencapaian. 4. Implementasi Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga berdasarkan rencana asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dalam hal ini keluarga sebagai unit asuhan keperawatan, klasifikasi intervensi diarahkan pada klien dan keluarga yaitu diharapkan terdapat perubahan dalam hal kognitif, afektif atau prilaku. 5. Evaluasi Keperawatan Keluarga Setiap tindakan keperawatan dilakukan evaluasi, evaluasi hasil menggunakan segera dicatat dan dikomunikasikan untuk mengambil tindakan selanjutnya, evaluasi melibatkan klien, keluarga dan tim kesehatan. Evaluasi dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan menilai hasil implementasi secara bertahap dan evaluasi sumatif bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap perencanaan diagnosa keperawatan, apakah intervensi dilanjutkan atau dihentikan (Suprajitno, 2004).
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
17
2.3. Konsep Keluarga dengan Anak Usia Sekolah Anak merupakan bagian dari anggota keluarga, terkadang anak dianggap sebagai potret atau gambaran orang tuanya saat masih kecil. Tetapi anak merupakan individu tersendiri yang terus tumbuh dan berkembang (Suprajitno, 2004). Menurut UU No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak menyatakan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai 21 tahun dan belum pernah menikah, tetapi menurut Hurlock yang dikutip oleh Suprajitno (2004) menyatakan anak bukan lagi yang berumur 21 tahun melainkan berumur 18 tahun yang selanjutnya masuk ke masa dewasa dini. Anak masih digolongkan menjadi tiga yaitu usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-12 tahun disebut usia sekolah, dan usia 13-18 tahun disebut usia remaja.
Periode keluarga dengan anak usia sekolah yaitu saat anak memasuki sekolah dasar pada usia 6 tahun sampai anak berusia 12 tahun (Potter & Perry, 2009). Pada tahap ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan baik dari segi fisik, psikososial, kognitif, dan moral yang selanjutnya dapat beradaptasi menjadi individu yang matang, produktif dan dapat diterima sebagai anggota masyarakat (Potter & Perry, 2005). ▪ Perkembangan fisik anak usia sekolah. Laju pertumbuhan fisik bagi setiap anak berbeda-beda, bahkan pada anak tertentu mungkin mengalami keterlambatan atau tidak mengikuti pola secara tepat baik dari segi tinggi badan atau berat badan. Rata-rata tinggi badan anak meningkat 5 cm pertahun dan berat badannnya dua kali lipat selama tahun pertengahan masa kanak-kanak. Di sekolah anak akan lebih banyak memberi peluang untuk membandingkan dirinya dengan anak-anak lain seusianya. Pengukuran tinggi badan pada anak laki-laki akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat daripada anak perempuan saat tahun pertama sekolah. Namun anak perempuan akan lebih dulu mengalami masa puberitas, pada masa ini mulai melampaui anak laki-laki dalam tinggi badan dan berat badan (Potter & Perry, 2005). ▪ Perkembangan Psikososial. Tugas perkembangan anak usia sekolah adalah industri versus inferioritas, selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan keterampilan yang sama seperti orang dewasa. Apabila mengalami keberhasilan yang positif, anak usia sekolah ini merasa adanya perasaan berharga. Sebaliknya anak yang mengalami kegagalan dapat mengakibatkan perasaan tidak berharga dan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya (Potter & Perry, 2005).
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
18
▪ Perkembangan kognitif. Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir secara logis dengan materi yang kongkret berupa objek, manusia, dan peristiwa yang dapat mereka lihat dan sentuh serta tidak secara abstraksi. Menurut piaget, tahap perkembangan ketiga yaitu tahap kognitif dikenal sebagai operasional konkret (Potter & Perry, 2005). ▪ Perkembangan moral. Pada anak usia sekolah memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan, anak dapat menginterpretasikan secara ketat dan patuh terhadap aturan. Seiring perkembangan usia, anak cenderung lebih fleksibel dan menevaluasi aturan untuk diterapkan pada situasi yang ada (Potter & Perry, 2005).
2.4. Nutrisi pada Anak Usia Sekolah Zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang dikenal ada empat yaitu, karohidrat, lauk-pauk, vitamin, dan mineral. Kemudian susunan hidangan tersebut dikenal sebagai empat sehat ditambah susu menjadi 5 sempurna. Susuanan hidangan tersebut diutamakan kelompok rawan gizi seperti bayi, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui. Namun sejalan perkembangannya, pada tahun 1992 4 sehat 5 sempurna berubah menjadi gizi seimbang yang tersusun dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yang didalamnya terdapat 13 pesan dasar (Achadi, 2012).
13 pesan gizi dalam PUGS adalah makanlah aneka ragam, makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan, batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, gunakan garam beryodium, makanlah makanan sumber zat besi, berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan, biasakan sarapan pagi, minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya, lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur, hindari minum minuman beralkohol, makanlah makanan yang aman bagi kesehatan dan bacalah label pada makanan yang dikemas (Depkes, 1994).
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) merupakan pedoman dasar tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan dimasyarakat. PUGS menganjurkan agar 60-75% kebutuhan energy diperoleh dari karbohidrat (terutama karbohidrat kompleks), 10-
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
19
15% dari protein, dan 10-25% dari lemak. Berdasarkan data RISKESDAS 2010, masyarakat mengkonsumsi karbohidrat terhadap konsumsi energy sekitar 61%, setara yang dianjurkan PUGS, konsumsi terhadap protein sebesar 13,3% dan konsumsi lemak sebesar 25,6%. Bahan makanan dikelompokkan berdasarkan tiga fungsi utama zat gizi, yaitu (Almatsier, 2004): 1) Sumber energi atau tenaga, yaitu padi-padian atu sereal seperti beras, jagung, dan gandum, sagu, umbi-umbian seperti ubi, singkong, dan talas, serta hasil olahan seperti tepung-tepungan, mie, roti, macaroni, havermout, dan bihun. 2) Sumber protein, yaitu sumber protein hewani, seperti daging, ayam, telur, susu, dan keju, serta sumber protein nabati seperti kacang-kacangan berupa kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tolo, serta hasil olahannya seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom 3) Sumber zat pengatur berupa sayuran dan buah. Sayuran diutamakan yang berwarna hijau dan kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel dan tomat, serta sayur kacang-kacangan seperti kacang panjang, buncis, dan kecipir. Buah-buahan diuatamakan yang berwarna kuning jingga, kaya serat dan yang bersa asam, seperti papaya, mangga, nenas, nangka masak, jambu biji, apel, sirsak, dan jeruk.
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu cukup lama. Keadaan gizi dapat bermanifestasi kurang atau lebih. Konsumsi zat gizi berlebih atau kurang dapat menyebabkan penyakit. Untuk mencapai kesehatan yang optimal perlu disusun Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan bagi penduduk di suatu wilayah untuk mencegah defisiensi zat gizi. Kebutuhan zat gizi tergantung pada beberapa faktor, seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim, keadaan fisiologis dan aktivitas fisik. Sedangkan kebutuhan energi seseorang ditentukan beberapa komponen diantaranya kebutuhan metabolisme, aktivitas, tambahan energi karena kegiatan fisik, tambahan energi untuk pencernaan, dan fakultatif thermogenesis (karena perubahan sushu, stres, konsumsi makanan dan sebagainya). Khusunya pada bayi dan anak memerlukan energi untuk pertumbuhan, bermain, makan dan aktivitas lain (Achadi, 2012 & Hidayat, 2005).
Konsumsi gizi makanan dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan, sering disebut sebagai status gizi. Bila status gizi optimum, kondisi tubuh dapat terbebas dari penyakit dan daya tahan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
20
tubuh meningkat. Bila tubuh mengkonsumsi gizi yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, berakibat terjadi kesalahan gizi (malnutrition). Malnutrisi mencakup kelebihan gizi atau nutrisi yang disebut gizi lebih (overnutrition), dan gizi kurang (undernutrition) (Notoatmodjo, 1996).
Nutrisi atau gizi yang adekuat berkaitan erat dengan kesehatan. Nutrisi berpengaruh penting terhadap pertumbuhan, selama masa bayi dan kanak-kanak, kebutuhan terhadap kalori relatif besar, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan tinggi dan berat badan. Ketika laju pertumbuhan melambat diserta dengan penurunan metabolisme, akibatnya terjadi penurunan kebutuhan kalori dan protein (Wong, 2009). Sedangkan menurut Georgieff (2007) menyatakan faktor nutrisi dapat mempengaruhi perkembangan otak khususnya selama masa bayi dan kehamilan. Asupan gizi yang seimbang sangat dibutuhkan tubuh agar perkembangan otak menjadi optimal dan mencegah terjadinya kelainan neurologi. Zat-zat yang diperlukan diantaranya zat protein, energi, lemak, besi, seng, yodium, selenium, vitamin A, kaolin dan asam folat.
Pada anak usia sekolah harus mengikuti program pendidikan untuk merencanakan, memilih, serta mempersiapkan makanan dan cemilan yang sehat. Makanan tersebut harus memenuhi pedoman nutrisi piramid makanan, di mana dilakukan pembatasan masukan lemak total, lemak jenuh, dan meningkatkan masukan karbohidrat kompleks, buah-buahan dan sayuran (Potter dan Perry, 2009). Sedangkan menurut Mufidah (2006) menyatakan pola konsumsi yang saat ini merebak di kalangan masyarakat perkotaan yang menginginkan segala sesuatu lebih praktis dan cepat yaitu dengan memilih makanan siap saji (fastfood) yang kandungan gizinya tidak seimbang.
Penilaian status gizi anak ditentukan berdasarkan berat badan dan tinggi badan yang dikonversikan dalam bentuk nilai terstandar (Z-Score) dalam bentuk antropometri (Kemenkes, 2010). Sedangkan pengukuran pertumbuhan fisik pada anak adalah elemen kunci dalam evaluasi status kesehatan, parameter pertumbuhan fisik meliputu berat badan, tinggi badan, ketebalan lipatan kulit, lingkar lengan, dan lingkar kepala (Wong, 2009).
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
21
2.5. Obesitas pada Anak Usia Sekolah Anak sekolah merupakan salah satu kelompok yang rentan gizi, karena berhubungan dengan proses siklus pertumbuhan dan perkembangan yang memerlukan gizi dalam jumlah besar. Obesitas merupakan penyakit terjadinya ketidak seimbang antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi ini disimpan menjadi lemak. Seseorang dikatakan menderita obesitas bila berat badannya pada laki-laki melebihi 15% dan pada wanita 20% dari berat badan ideal menurut umurnya (Notoatmodjo, 1996).
Obesitas merupakan meningkatnya berat badan yang diakibatkan oleh penumpukan lemak yang berlebih atau suatu keadaan yang sangat gemuk. Menurut Dietz (1986), angka kejadian 25-30% terjadi pada anak-anak pubertas dan 18-25% terjadi pada remaja muda (Depkes, 1995). Sedangkan menurut Keller dan Stevens (1996 dalam
Wong, 2009), Obesitas didefinisikan
sebagai suatu penambahan berat badan akibat akumulasi berlebih lemak tubuh terhadap massa tubuh. obesitas pada masa kanak-kanak memiliki beberapa efek masalah kesehatan jangka panjang terhadap kesehatan psikologis dan fisik. Obesitas terjadi karena anak mengkonsumsi makanan dengan tinggi kalori dan gizi rendah. Sehingga orang tua perlu menyediakan cemilan yang bergizi menjamin masukan nutrisi yang baik (Potter & Perry, 2009).
Budiyati (2011) melakukan penelitian pada 80 anak mengenai faktor penyebab terjadinya angka obesitas pada anak yaitu berhubungan erat dengan IMT ayah dan ibu, pola makan, kurang aktifitas fisik, tingkat sosio ekonomi keluarga serta faktor yang utama terjadinya obesitas yaitu kurangnya aktivits fisik. Sedangkan penelitian yang dilakukan Masruri, Nugraha, dan Widjarko (2011) pada 318 anak usia sekolah di Semarang, menyatakan faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas yaitu kondisi IMT ayah, lama pemberian asi, kebiasaan olah raga, kebiasaan main game, konsumsi fast food, konsumsi soft drink, kebiasaan tidur siang, makanan di luar rumah, dan kebiasaan makan manis. Pada penelitiannya didapatkan prevalensi anak dengan obesitas yaitu 23,23%, dengan rincian anak perempuan 9,43% laki-laki 13,8%. Menurut penelitian yang dilakukan Mahdiah, Hadi dan Susetyowati (2004) pada 4747 anak di perkotaan dan 4602 anak di daerah perdesaan yang hasilnya terdapat hubungan yang signifikan terhadap
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
22
kejadian obesitas dengan kebiasaan megkonsumsi fast food, pada anak perkotaan kejadian obesitas lebih tinggi yaitu sebanyak 7,9% daripada anak yang tinggal di perdesaan sebanyak 2%.
Obesitas pada anak dapat berakibat mengalami masalah kesehatan. Pada anak-anak obesitas akan menjadi orang dewasa dengan obesitas dan akan mengalami beberapa masalah kesehatan meliputi hipertensi, hiperlipidemia, penyakit jantung, masalah ortopedik, apnea saat tidur, kanker kolon (Wong, 2009). Sedangkan menurut Potter dan Perry (2009), obesitas dapat mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner, perlemakan hati, komplikasi pada paru-paru, masalah muskuloskletal, disiplidemia, dan potensi masalah psikologi. Selain itu anak yang menderita obesitas mempunyai kecenderungan menjadi cepat gerah, capai dan membuat keliruan dalam bekerja karena organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat (Notoatmodjo, 1996). Menurut Donnely, et al. (1996) menyatakan obesitas merupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit jantung dan diabetes sehingga perlunya memberikan pendidikan gizi, meningkatkan aktivitas fisik dan makan makanan yang sehat dan bergizi.
CDC (2013) menyatakan dampak obesitas meningkat dengan cepat di Amerika serikat, sejak tahun 1980 presentasi anak dengan obesitas usia 6-11 tahun telah dua kali lipat dan presentasi remaja dengan obesitas usia 12-19 tahun pun kini menjadi tiga kali lipat. Anak dengan obesitas akan berdampak serius untuk kesehatannya jangka panjang, hampir setengah kasus diabetes pada anak adalah diabetes tipe 2. Dalam studinya 61% anak yang mengalami obesitas memiliki faktor resiko terjadinya penyakit jantung, anak yang obesitas pun akan mengalami masalah sosial dan psikologis seperti rendahnya harga diri dan merasa didiskriminasikan. Anak yang mengalami obesitas memiliki kesempatan 70 % kelebihan berat badan dan saat dewasa akan mengalami resiko penyakit seperti penyakit jantung, diabestes, stroke dan beberapa jenis kanker. Kebiasaan makan yang baik dan aktivitas fisik secara teratur sangat penting untuk menjaga berat badan yang sehat.
Menurut Waters, et al. (2014) meneliti 27.946 anak yang berusia 6-12 tahun untuk mencegah obesitas pada anak yang dinilai dari perubahan Body Mass Index (BMI) yaitu dengan aktivitas fisik dan pola diet yang hasilnya menunjukan secara keseluruhan program tersebut efektif
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
23
menurunkan kadar lemak pada anak. Tetapi perlu juga dukungan program dari sekolah, seperti strategi pada kurikulum sekolah yang meliputi promosi kesehatan dengan menganjurkan makan makanan yang sehat dan aktivitas fisik minimal setiap minggu, serta dukungan dari orangtua dirumah untuk mendorong anaknya untuk lebih aktif dan makan makanan yang bergizi.
Penetapan status gizi anak yang mengalami gizi lebih (gemuk) atau obesitas yaitu dengan kriteria pengukuran indeks massa tubuh (IMT) ≥ persentil 95, pengukuran berat badan > 120% berat badan standar, pengukuran berat badan per tinggi badan (BB/TB > persentil 95 atau Z-Score > 2, dan pengukuran lemak pada subkutan (Kemenkes RI, 2010 & Wong, 2009). Sedangkan Whithlock (2005) dalam penelitiannya pada 2612 orang mengatakan prevalensi kelebihan berat badan pada semua anak dan remaja telah meningkat selama 25 tahun terakhir. Pada remaja dengan kelebihan berat badan beresiko menjadi obesitas pada saat dewasa, kejadian ini tertinggi pada laki-laki daripada wanita. Berdasarkan untuk usia dan jenis kelamin, pengukuran dengan cara mengukur BMI (berat dalam kilogram [kg] dibagi dengan tinggi dalam meter kuadrat) lebih efektif daripada pengukuran dengan cara lain dalam mengukur kelebihan berat badan dan kriteria BMI dikatakan overweight (di atas persentil ke-95). Menurut Withlock (2005) untuk penanganan dalam penurunan berat badan merekomendasikan perubahan gaya hidup yaitu penurunan berat badan terjadi perubahan sekitar 10-20% dari berat badan awal.
Maki et al. (2010) meneliti sebanyak 204 orang yang mengalami obesitas, mengatakan program diet yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti gandum dan makanan rendah energi dan lemak sangat dalam efektif penurunan berat badan. Sedangkan menurut Rusha et al. (2013) mengatakan program penurunan badan dengan aktivitas atau latihan fisik lebih efektif dalam menurunkan berat badan baik yang overweight ataupun yang obesitas, selain itu memiliki keuntungan dalam kebugaran fisik, dapat mengurangi resiko terkena obesitas dan diabetes tipe 2. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian Anderson et al. (2009) mengenai status berat badan yang dihubungkan dengan mengontrol pola makan dan aktivitas fisik selama 6-12 bulan yang hasilnya berat badan dan presentasi lemak berhasil turun secara signifikan.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
24
BAB 3 LAPORAN KASUS
Bab ini menguraikan laporan kasus mengenai asuhan keperawatan pada anak R dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan dalam konteks keperawatan keluarga di wilayah Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota Depok.
3.1. Pengkajian Keluarga Keluarga Bapak H merupakan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan satu orang anak yang tinggal dalam satu rumah. Bapak H berusia 38 tahun, Ibu A berusia 33 tahun dan anak R berusia 9 tahun. Masalah kesehatan yang ditemukan pada keluarga Bapak H yaitu masalah nutrisi pada anak R. Perkembangan keluarga Bapak H berada pada tahap keluarga dengan anak usia sekolah. Tahapan ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan berakhir pada usia 13 tahun.
Pengkajian dilakukan melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik didapatkan data berat badan anak R melebihi berat badan anak seusianya. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan Anak R sering jajan baik di sekolah ataupun di rumah, dan senang ngemil yang manis-manis, seperti es, wafer, coklat, permen dan lain-lain. Anak R diberi uang saku sekolah hanya Rp 2000 tetapi jika di rumah ibu A selalu menuruti anaknya untuk jajan seperti bakso, mie yam, cilok atau somay dan makanan ringan seperti wafer coklat. Dikarenakan Anak R senang jajan sehingga Ibu A mengatakan sering membuat makanan cemilan sendiri seperti membuat puding. Saat berkunjung terdapat cemilan yang manis yaitu coklat wafer di meja. Kebiasaan makan dalam keluarga dengan makan bersama pada malam hari, setiap kali makan makanannya selalu habis dan untuk 24 hour food recall yaitu Ibu A menyatakan anaknya sarapan dengan nugget dan minum susu segelas. Saat di sekolah Anak R menyatakan membeli roti coklat. Setelah pulang sekolah Anak R meminta dibuatkan mie instan rebus dicampur dengan telur dan sosis serta jajan wafer coklat. Pada malam hari Anak R meminta dibelikan nasi dan pecel lele serta tahu.
Pengkajian berdasarkan hasil observasi atau pengamatan, letak rumah keluarga bapak H sangat stategis dekat dengan jalan raya, warung dan pertokoan. Di sebelah kanan dan kiri rumah
24 Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
25
keluarga Bapak H terdapat warung yang menjual es atau makanan ringan, dan penjual gerobak seperti mie ayam, bakso, cilok, somai, dan lain-lain yang setiap saat melewati depan rumah keluarga Bapak H. Menurut Ibu A pun di kantin atau di depan sekolah banyak yang menjual jajanan, sehingga menyebabkan Anak R tertarik untuk jajan.
Menurut Ibu A pengadaan makanan sehari-hari dalam keluarga dilakukan dengan memasak sendiri. Pengelolaan air minum dalam keluarga dengan cara dimasak, kebiasaan keluarga dalam mengelola makanan adalah dipotong baru dicuci. Menurut ibu A, Anak R makan teratur dirumah, makan 3-4x sehari dengan komposisi jenis makanannya adalah nasi, lauk-pauk, tidak menyukai sayuran dan jarang memakan buah-buahan. Dalam keluarga Bapak H tidak ada pantangan terhadap makanan.
Pola aktivitas keluarga Bapak H anggota keluarga tidak mempunyai kebiasaan tidur siang. Selama ini tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur. Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rekreasi. Keluarga memanfaatkan waktu luangnya dengan menonton TV dan anak R bermain play station. Ibu A mengatakan anaknya jika berakivitas berat nafasnya sering terengah-engah untuk itu ibu A sering mengantar anaknya berangkat sekolah menggunakan motor. Dalam keluarga Bapak H tidak memiliki waktu khusus untuk berolah raga, namun kadang-kadang bila libur sekolah mengajak Anak R berenang atau makan di luar. Saat dilakukan pengkajian terkait 24 hour activity recall yaitu Anak R menyatakan seharian hanya menonton televisi setelah pulang sekolah.
Pola interaksi seluruh keluarga Bapak H dilakukan pada malam hari biasanya interaksi terjadi saat makan bersama dan menonton TV. Dalam berkomunikasi, yang paling dominan berbicara adalah Ibu A dengan menggunakan bahasa Indonesia. Komunikasi dalam keluarga saling terbuka satu sama lain. Dalam keluarga Bapak H pengambil keputusan dilakukan dengan musyawarah, biasanya yang mengambil keputusan adalah Bapak H namun dengan persetujuan Ibu A. Saat keluarga mengalami masalah kesehatan, keluarga merasa tidak membutuhkan orang lain tetapi meminta bantuan dokter praktek, bidan. Anggota keluarga yang paling dipercaya untuk membantu masalah kesehatan di keluarga adalah Ibu A.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
26
Bapak H berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas sebagai pencari nafkah. Ibu A adalah seorang ibu rumah tangga, Ibu A pernah bekerja dikantor namun sudah mengundurkan diri atas perintah Bapak H pada bulan Januari 2014, agar lebih konsentrasi mengurus keluarga. Sedangkan Anak R sebagai pelajar SD kelas 2. Dalam keluarga Bapak H apabila salah satu anggota keluarga berhasil maka keluarga merasa bangga dan menghargai atas hasil yang telah dicapai. Sedangkan respon keluarga terhadap kehilangan, keluarga akan merasa sedih dan berusaha ikhlas.
Dalam keluarga Bapak H terdapat anggota keluarga yang mengikuti pengajian atau arisan. Hubungan keluarga Bapak H dengan masyarakat cukup baik dan harmonis. Keluarga Bapak H tidak pernah mengalami konflik dimasyarakat. keluarga menggunakan sumber-sumber yang ada di lingkungan untuk memecahkan masalah kesehatan seperti mendatangai puskesmas, dokter atau bidan praktek untuk berobat bila terdapat anggota keluarga yang sakit. Menurut keluarga kesehatan dan pendidikan anggota keluarga sangat penting karena dengan pendidikan yang baik maka akan mudah untuk mendapat pekerjaan.
Penghasilan keluarga didapat dari hasil kerja Bapak H dengan pendapatan sekitar Rp.3.500.000 perbulan yang digunakan setiap bulannya untuk kebutuhan harian, kebutuhan bulanan, kebutuhan makan. Menurut Ibu A penghasilan keluarganya sudah mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dalam keluarga Bapak H mempunyai tabungan, yang mengelola keuangan dalam keluarga adalah Ibu A.
Pemeliharaan kebersihan diri dalam anggota keluarga yaitu mandi dua kali perhari dengan menggunakan sabun, untuk menggosok gigi anak R dengan menggunakan pasta gigi telah dilakukan 2x/hari waktunya saat mandi pagi dan sore, anak R tidak pernah menyikat gigi sebelum tidur serta tidak pernah berkumur-kumur setelah makan. Ibu A mengatakan pada gigi taring atas gigi sudah tanggal dan belum tumbuh, anaknya pernah mengalami sakit gigi, giginya tampak berlubang berwarna kehitaman pada gigi geraham karena senang makan yang manis seperti es krim, wafer, dan coklat. Cuci rambut satu sampai dua kali perminggu dengan menggunakan shampo.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
27
Stress yang dihadapi keluarga Bapak H adalah apabila terdapat anggota keluarga yang sakit. Penanggulangan masalah kesehatan dalam keluarga diatasi secara bersama-sama. Jika terdapat anggota keluarga yang mengalami masalah, keluarga berusaha mencari jalan keluar dengan membicarakannya dengan anggota keluarga yang lain. Pada Anak R yang mengalami obesitas atau berat badan lebih dari normal dan gigi caries atau gigi berlubang. Cara penanggulangannya dengan mengatur pola makan dan tidak jajan sembarangan. Anggota keluarga yang sakit biasanya keluarga membawa ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas, dokter praktek dan bidan praktek. Keluaga Bapak H tinggal di rumah dengan status milik pribadi, luas bagunan 100 m2. Atap rumah menggunakan genteng. Ventilasi rumah dengan luas < 10% luas lantai dengan pencahayaan baik yaitu cahaya dapat masuk ke rumah pada siang hari. Penerangan di rumah menggunakan listrik. Lantai rumah dikeramik. Kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan rapih dan tidak kotor. Bagian-bagian rumah terdapat halaman, ruang tamu, ruang tidur, ruang makan yang bergabung dengan dapur dan terdapat kamar mandi. Keluarga mempunyai pembuangan sampah terbuka. Sumber air keluarga Bapak H dengan sumur bor yang digunakan untuk keperluan sehari-hari. Keluarga mempunyai wc sendiri dengan jenis leher angsa dan saluran pembuangan air limbah dengan kondisi mengalir melalui selokan dan berakhir ke kali. Terdapat perkumpulan kgiatan masyarakat di lingkungan rumah Bapak H seperti karang taruna, arisan Rw, pengajian Rw/ kelurahan, PKK. Sedangkan fasilitas kesehatan di lingkungan rumah terdapat puskesmas, balai pengobatan mandiri, bidan/ dokter praktek. Fasilitas kesehatan tersebut dapat terjangkau keluarga dengan berjalan kaki atau naik kendaraan.
Pengkajian penjajakan tahap II dengan melakukan pemerikasaan status kesehatan fisik anak R yaitu tinggi badan 143 cm, berat badan 57 kg, LLA 29 cm, IMT 27,9 pengukuran antropometri berada pada SD +3 (status gizi obesitas). Pemeriksaan tanda vital didapatkan denyut nadi 82x/mnit, frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36oC. Hasil pemeriksaan fisik yaitu sistem penglihatan normal dengan posisi mata simetris, sklera anikterik, kelopak mata normal, konjungtiva tidak anemis. Sistem pernafasan dengan jalan nafas bersih, suara nafas vesikuler, pernafasan tidak sesak, mukosa bibir lembab dan terdapat gigi pecah dan berlubang pada geraham. Bunyi jantung normal, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
28
getah bening, tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada udem pada tungkai. Anak R memiliki keluhan jika beraktivitas berat nafas terengah-engah. Masalah kesehatan lain pada anak R yaitu terdapat gigi yang berlubang berwarna kehitaman pada gigi geraham kanan dan kiri, pada gigi taring depan gigi yang sudah tanggal belum tumbuh.
Saat pengkajian dilakukan, keluarga menyadari akibat anaknya mengalami kelebihan berat badan karena anaknya jarang melakukan aktivitas fisik. Saat keluarga ditanya mengenai gizi lebih, keluarga dapat menjawab mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala tapi keluarga tidak mengetahui akibat atau komplikasi, dan perawatan anak dengan gizi lebih atau obesitas. Keluarga mengatakan belum melakukan perawatan pada anaknya yang mengalami obesitas dan menyatakan ingin mengetahui informasi tentang obesitas dan sepakat membuat jadwal aktivitas agar anaknya menjadi aktif bergerak.
3.2. Diagnosa keperawatan Rumusan dalam penetuan diagnosa keperawatan utama berdasarkan pengkajian yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fidik. Data yang didapat dalam pengkajian selanjutnya penetapan prioritas masalah kesehatan yang ditemukan pada keluarga Bapak H dengan cara skoring. Diagnosa pertama yaitu ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan pada anak R dengan jumlah skoring 4. Diagnosa kedua yaitu kerusakan gigi dengan jumlah skoring 3 1/6.
3.3. Rencana Keperawatan Rencana keperawatan ditetapkan berdasarkan diagnosa keperawatan meliputi 5 fungsi tugas keluarga. Rencana keperawatan yang ditetapkan memiliki tujuan, kriteria hasil dan waktu pencapaian. Diagnosa keperawatan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan, dengan tujuan umum yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 5 minggu keluarga diharapkan dapat mengenal masalah gizi lebih, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah gizi lebih, merawat anggota keluarga untuk mengatasi masalah gizi lebih, memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah gizi lebih, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah gizi lebih.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
29
Rencana tindakan keperawatan keluarga dalam mengenal masalah gizi lebih, adapun tujuan khusus yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 1 x 45 menit keluarga mampu menjelaskan pengertian gizi lebih atau obesitas, menyebutkan 5 dari 8 penyebab obesitas, menyebutkan 5 dari 7 tanda dan gejala obesitas dan mengidentifikasi masalah obesitas pada anggota keluarga. Keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi masalah gizi lebih atau obesitas pada anggota keluarga, adapun tujuan khusus yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 1 x 45 menit keluarga mampu menjelaskan akibat atau koplikasi yang terjadi bila obesitas tidak diatasi dengan segera dan mencegah obesitas menjadi bertambah berat. Keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gizi lebih atau obesitas pada anggota keluarga, adapun tujuan khusus yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 1 x 45 menit keluarga mampu menjelaskan cara perawatan pencegahan, dan mendemonstrasikan cara perawatan. Keluarga dalam memodifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya gizi lebih atau obesitas pada anggota keluarga, adapun tujuan khusus yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 1 x 45 menit keluarga mampu menyebutkan cara memodifikasi lingkungan dan rencana tindakan keperawatan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gizi lebih atau obesitas pada anggota keluarga, adapun tujuan khusus yaitu setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam 2 x 45 menit keluarga mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang tersedia, menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3.4. Implementasi Metode implementasi keperawatan yaitu dengan pendidikan kesehatan. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman pada keluarga terhadap suatu masalah kesehatan sehingga diharapkan terjadi perubahan secara kognitif, afektif maupun psikomotor pada semua anggota keluarga. Metode pendidikan kesehatan ini diberikan pertama kali sebelum intervensi yang lain dan dinilai efektif karena di samping keluarga dapat menerima masukan materi, keluarga dapat bertanya bila terdapat hal yang belum dimengerti, sehingga proses komunikasi yang berlangsung menjadi dua arah.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
30
Achadi, (2012) menyatakan zat gizi adalah bahan dasar yang menyusun bahan makanan. Zat gizi yang dikenal ada empat yaitu, karbohidrat, lauk-pauk, vitamin, dan mineral. Menurut Notoatmodjo (1996), bila tubuh mengkonsumsi gizi yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, berakibat terjadi kesalahan gizi. Hal tersebut yang mendasari dilakukannya implementasi keperawatan yaitu dengan mendiskusikan masalah kesehatan kepada keluarga yaitu menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat dari gizi lebih atau obesitas serta menjelaskan cara perawatan untuk mencegah obesitas pada anggota keluarga. Keluarga mendemonstrasikan dalam pengelompokan atau memilih bahan makanan berdasarkan sumbernya yaitu sumber energi, zat pembangun dan zat pengatur dengan menggunakan food model. Selanjutnya melakukan penyusunan menu seimbang pada anak R. Implementasi yang menjadi unggulan untuk dilakukan intervensi yaitu menyusun jadwal aktivitas fisik. Kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan kesepakatan anggota keluarga secara teratur setiap minggunya yaitu Bapak H mengajak anggota keluarganya untuk berolah raga di hari minggu pagi. Anak R sendiri yang biasanya sehari-hari bermain playstation atau menonton televisi, menyepakati jadwal yang dibuat setiap hari untuk melakukan kegiatan atau aktivitas minimal 30 menit, seperti bermain sepeda bersama temantemannya, bermain badminton, main sepak bola, berlari keliling lapangan dan berenang.
3.5. Evaluasi Evaluasi formatif bertujuan menilai hasil implementasi secara bertahap dan evaluasi sumatif bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap perencanaan diagnosa keperawatan, apakah intervensi dilanjutkan atau dihentikan (Suprajitno, 2004). Setelah dilakukan kunjungan selama 5 minggu, keluarga mampu mencapai TUK 1 sampai dengan TUK 5. Pada kunjungan minggu kelima, keluarga sudah mampu mengenal masalah gizi lebih atau obesitas, melalui pengambilan keputusan yang tepat masalah gizi lebih dapat dicegah agar tidak menjadi berat, keluarga mendemonstrasikancara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah gizi lebih dengan penyusunan menu seimbang dan jadwal aktivitas, sehingga diharapkan menyusun menu seimbang dan jadwal aktivitas yang sudah diajarkan dapat langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, melakukan memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah gizi lebih, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah gizi lebih.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
31
Hasil akhir didapatkan tingkat kemandirian keluarga yaitu berada pada tingkat 3 yaitu keluarga dapat menerima petugas perawatan kesehatan, keluarga menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga mengungkapkan masalah kesehatan yang dialami secara benar, keluarga akan memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran, dan keluarga mulai melakukan tindakan pencegahan secara aktif.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
32 BAB 4 ANALISA SITUASI
Pada bab ini membahas analisa kasus asuhan keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi pada bab III dengan teori yang terdapat dalam bab II.
4.1. Profil Lahan Praktik Kota sebagai daya tarik bagi daerah sekitarnya. Kota kecamatan, kota kabupaten, kota provinsi, dan ibu kota negara memiliki peran ganda terhadap kegiatan masyarakat. Pada suatu wilayah tertentu kota-kota tersebut dijadikan pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan sosial budaya, pusat politik dan pusat pemerintahan (Bintarto, 1983). Kota Depok merupakan kota administrasi dan pusat pemerintahan yang berbatasan langsung dengan Ibukota Jakarta, dengan luas wilayah ± 200,29 km2. Kondisi georgrafisnya dialiri sungai-sungai besar seperti sungai Ciliwung dan Cisadane serta 13 sub satuan wilayah aliran sungai. Data jumlah penduduk tahun 2005 mencapai 1.374.522 jiwa, terdiri dari laki-laki 696.329 jiwa (50,66%) dan perempuan 678.193 jiwa (49,34%) (BPS Kota Depok, 2013). Sedangakan data jumlah penduduk menurut BPS Kota Depok (2013) sebanyak 1.898.567 jiwa, terdiri dari laki-laki 961.876 jiwa dan perempuan 936.691 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tergolong padat dikarenakan Kota Depok sebagai penyangga Ibukota, sehingga terjadi peningkatan migrasi yang tinggi pada penduduk ke Kota Depok. Didukung pula dengan daya tarik Kota Depok yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk yaitu semakin maraknya hunian dengan kawasan perumahan, kawasan pendidikan, perdagangan jasa, dan pariwisata (BPS Kota Depok, 2012)
Kota Depok merupakan kota madya yang berdasarkan Peraturan Daerah No.8 Tahun 2007 terdapat 11 Kecamatan dan 23 kelurahan. Kecamatan Tapos merupakan merupakan salah satu Kecamatan yang dijadikan daerah binaan keperawatan komunitas. Cakupan wilayah Kerja Kecamatan Tapos, Kota Depok terdiri atas Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun. Sedangkan kelurahan Sukatani sendiri memiliki 26 rukun warga (RW) dengan luas sekitar 509.6 km2 dengan jumlah penduduk 57.941 jiwa. RW
32
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
33 03 merupakan cakupan dari wilayah kerja kelurahan Sukatani yang memilki tujuh rukun tetangga (RT). Data yang didapatkan dari hasil survey terdapat 193 anak dengan usia sekolah, data yang didapatkan yaitu anak yang kurus 22%, normal 50%, gemuk 11% dan obesitas 17%.
4.2. Analisa Situasi Masalah Kesehatan Obesitas pada Anak Usia Sekolah Pengkajian yang dilakukan pada salah satu keluarga di RW 03 yaitu keluarga Bapak H. pada pengkajian tahap lanjutan, didapatkan dua masalah kesehatan yang timbul, ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan pada anak R menjadi prioritas masalah utama pada keluarga Bapak H. Data yang diperoleh saat pengkajian, keluarga Bapak H berjumlah 3 orang terdiri dari Bapak H sebagai kepala keluarga, Ibu A sebagai istri, dan anak R sebagai anak. Menurut Friedman (1998) tentang perkembangan keluarga, keluarga Bapak H berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.
Pada pengkajian tahap lanjutan, hasil yang didapatkan bahwa anak R mengalami obesitas dan masalah tersebut bersifat aktual. Data yang menunjang penegakan masalah keperawatan pada anak R yaitu berdasarkan data antopometri yaitu berat badan (57 kg) dan tinggi badan (143 cm), IMT 27,9 dengan status gizi berada pada SD +3 (gizi lebih atau obesitas). Penulis merujuk pada teori obesitas di mana salah satu tanda dan gejala yang teridentifikasi pada anak R memiliki kesamaan sesuai teori yaitu berat badan dan lingkar lengan atas lebih dari normal, banyak makan dan mengemil, dan bentuk muka, paha serta perut membuncit atau besar. Menurut ibu A, anak R tergolong anak yang cerdas dan selalu berprestasi. Sesuai dengan pernyataan Georgieff (2007) menyatakan faktor nutrisi dapat mempengaruhi perkembangan otak karena supan gizi yang seimbang sangat dibutuhkan tubuh agar perkembangan otak menjadi optimal dan mencegah terjadinya kelainan neurologi. Obesitas terjadi karena anak mengkonsumsi makanan dengan tinggi kalori dan gizi rendah. Menurut Potter dan Perry (2009) orang tua sebaiknya perlu menyediakan cemilan yang bergizi menjamin masukan nutrisi yang baik.
Gizi lebih yang dialami anak R disebabkan karena kebiasaannya dalam mengkonsumsi makanan manis dan mengandung tinggi energi seperti jajanan bakso, mie ayam, coklat, es krim, permen. Saat di rumah pun disediakan cemilan yang berupa puding atau mie instan. Dalam hal makanan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
34 harian anak R biasa makan 3-4 x/hari dan aktivitas dengan menonton televisi, main play station, dan jarang olah raga tapi terkadang bermain sepeda dengan teman sebaya. Waters, et al. (2014) meneliti 27.946 anak yang berusia 6-12 tahun untuk mencegah obesitas pada anak yang dinilai dari perubahan Body Mass Index (BMI) yaitu dengan aktivitas fisik dan pola diet yang hasilnya menunjukan secara keseluruhan program tersebut efektif menurunkan kadar lemak pada anak. Pada anak R yang terjadi yaitu lebih banyak melakukan kegiatan pasif daripada kegiatan aktif di luar rumah, yang menyebabkan terjadinya penimbunan lemak, ditambah orang tuanya menyediakan cemilan yang manis dan membiarkan anaknya untuk jajan makanan yang tidak bergizi.
Salah satu akibat yang telah dialami anak R yaitu mengatakan merasa terengah-engah saat berjalan atau beraktivitas. Menurut Potter dan Perry (2009), obesitas dapat mengakibatkan peningkatan risiko terjadinya hipertensi, diabetes, penyakit jantung koroner, perlemakan hati, komplikasi pada paru-paru, masalah muskuloskletal, disiplidemia, dan potensi masalah psikologi. Sedangkan menurut Notoatmodjo, (1996) anak yang menderita obesitas mempunyai kecenderungan menjadi cepat gerah, capai dan membuat keliruan dalam bekerja karena organorgan tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat. Menurut CDC (2013) dalam studinya 61% anak yang mengalami obesitas memiliki faktor resiko terjadinya penyakit jantung, anak yang obesitas pun akan mengalami masalah sosial dan psikologis seperti rendahnya harga diri dan merasa didiskriminasikan. Anak yang mengalami obesitas memiliki kesempatan 70 % kelebihan berat badan dan saat dewasa akan mengalami resiko penyakit seperti penyakit jantung, diabestes, stroke dan beberapa jenis kanker.
4.3. Analisa Penyelesaian Masalah Obesitas Menurut Withlock (2005) untuk penanganan dalam penurunan berat badan merekomendasikan perubahan gaya hidup yaitu penurunan berat badan. Didukung penelitian Anderson et al. (2009) untuk menurunkan berat badan dengan mengontrol pola makan dan aktivitas fisik. Pada anak R dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari tidak menyukai makan sayur dan jarang mengkonsumsi buah, sedangkan menurut Maki et al. (2010) program diet yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti gandum dan makanan rendah energi dan lemak sangat dalam efektif penurunan berat badan.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
35
Penelitian lain menurut Rusha et al. (2013) mengatakan program penurunan badan dengan aktivitas atau latihan fisik lebih efektif dalam menurunkan berat badan baik yang overweight ataupun yang obesitas, selain itu memiliki keuntungan dalam kebugaran fisik, dapat mengurangi resiko terkena obesitas dan diabetes tipe 2.
Obesitas yang terjadi pada anak R perlunya peran serta dari semua pihak untuk bersama-sama mengatasi sehingga tidak berlanjut menjadi komplikasi yang dapat merugikan anak R dan keluarga. Menurut Donnely, et al. (1996) menyatakan obesitas merupakan faktor resiko untuk terjadinya penyakit jantung dan diabetes. Sedangkan menurut Notoatmodjo (1996) anak yang menderita obesitas mempunyai kecenderungan menjadi cepat gerah, capai dan membuat keliruan dalam bekerja karena organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat.
Intervensi yang telah dilakukan pada anak R, mengenai pengetahuan terkait gizi seimbang dan telah dievaluasi baik TUK 1 sampai dengan TUK 5 hasilnya sudah tercapai. Evaluasi yang dilakukan setelah melakukan intervensi yaitu dengan mengajukan pertanyaan kepada keluarga baik secara verbal dan psikomotor. Hasil akhir dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga Bapak H selama 6 minggu yaitu keluarga memperlihatkan adanya peningkatan pengetahuan. Sedangkan evaluasi dilakukan dengan penimbangan berat badan anak R, didapatkan hasil terjadi penurunan berat badan sebanyak 0,5 kilogram yaitu 57 kg menjadi 56,5 kg. Keluarga Bapak H menyatakan berupaya untuk memotivasi anak R untuk rutin melakukan kegiatan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap minggu seperti bermain sepeda bersama temantemannya, bermain badminton, main sepak bola, berlari keliling lapangan dan berenang.
Rencana tindak lanjut bagi keluarga atas masalah keperawatan yang dialami anak R yaitu keluarga berperan aktif melaksanakan jadwal aktivitas yang telah disepakati dan menyusun menu dengan gizi seimbang dalam setiap sepiring porsi makan anak R serta terkait kebiasaan ngemil anak R, keluarga lebih kreatif dalam mengolah makanan atau cemilan sehat seperti yang sudah diajarkan membuat nugget sayur. Menurut CDC (2013) kebiasaan makan yang baik dan aktivitas fisik secara teratur sangat penting untuk menjaga berat badan yang ideal. Sedangkan menurut Waters, et al. (2014) untuk mencegah obesitas pada anak dengan aktivitas fisik dan pola diet
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
36 serta perlu dukungan program dari sekolah, seperti pada kurikulum sekolah yang melaksanakan promosi kesehatan berupa menganjurkan makan makanan yang sehat dan aktivitas fisik minimal setiap minggu, serta dukungan dari orangtua dirumah untuk mendorong anaknya untuk lebih aktif dan makan makanan yang bergizi.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
37 BAB 5 PENUTUP
Bab ini menyimpulkan uraian bab-bab sebelumnya dan penulis akan memberikan saran terkait pemberian asuhan keperawatan keluarga yang penulis lakukan pada keluarga Bapak H di wilayah Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota depok.
5.1. Kesimpulan Kehidupan masyarakat perkotaan secara geografis ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, diikuti dengan perubahan dalam gaya hidup yaitu lebih memilih mengkonsumsi makanan siap saji (fastfood) yang kandungan gizinya tidak seimbang yang dapat meyebabkan obesitas. Kejadian obesitas ini terjadi pada anak usia sekolah selain faktor gaya hidup, kebiasaan olah raga yang buruk atau aktifitas fisik yang kurang menjadi penyebab meningkatnya kelebihan berat badan.
Praktek profesi keperawatan mahasiswa di wilayah RW 03 Kelurahan Sukatani bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana, implementasi, dan evaluasi serta mengacu 5 tugas kesehatan keluarga. Survey yang dilakukan di wilayah RW 03 Kelurahan Sukatani didapatkan 193 anak dengan usia sekolah, 18 anak diantaranya dijadikan keluarga kelolaan. Hasil pengkajian status gizi anak usia sekolah tersebut didapatkan data yaitu anak yang normal 50%, kurus 22%, gemuk 11% dan obesitas 17%. Sedangkan pengkajian pada keluarga Bapak H sebagai keluarga binaan didapatkan dua masalah kesehatan yang timbul. Sesuai dengan prioritas masalah, maka masalah ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan pada anak R merupakan prioritas utama untuk diatasi.
Untuk mengatasi masalah kesehatan pada anak R dilakukan tindakan keperawatan untuk meningkatkan pemahaman keluarga tentang masalah kesehatan yang keluarga hadapi yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan dan menginformasikan cara pencegahan dalam mengatasi masalah kesehatan melalui tindakan keperawatan dan memotivasi keluarga untuk untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan.
37 Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
38
Hasil akhir dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada keluarga Bapak H selama 6 minggu yaitu keluarga memperlihatkan adanya peningkatan pengetahuan. Sedangkan evaluasi dilakukan dengan penimbangan berat badan anak R, didapatkan hasil terjadi penurunan berat badan sebanyak 0,5 kilogram yaitu 57 kg menjadi 56,5 kg. Keluarga Bapak H menyatakan telah berupaya untuk mengawasi anak R untuk rutin melakukan kegiatan aktivitas fisik setiap minggu dan memenuhi gizi seimbang pada anak R.
5.2. Saran Setelah asuhan keperawatan dilakukan pada keluarga Bapak H di wilayah Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota depok. Maka penulis ingin menyampaikan saran pada pihak-pihak yang terkait antara lain:
5.2.1.
Untuk keluarga
Pada keluarga Bapak H diharapkan meningkatkan aktivitas bagi kesehatan yaitu diharapkan bekerjasama dengan kader atau anggota tim kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat apabila terdapat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Selain itu keluarga pun dapat manfaat yaitu memperoleh informasi mengenai kesehatan terkait gizi seimbang sehingga dapat meningkatkan mutu kesehatan pada keluarga Bapak H. Keluarga juga diharapakan rutin datang ke posyandu untuk melakukan penimbangan berat badan dan tinggi badan untuk memantau status gizi pada anak. Pemenuhan nutrisi setiap harinya di keluarga pun perlu diperhatikan yaitu dengan menyediakan makanan dengan menu yang seimbang pada anak dan mengawasi konsumsi jajanan anak di luar rumah serta memotivasi anak untuk aktif melakukan aktivitas fisik atau olah raga bersama-sama.
5.2.2. Untuk Kader atau Masyarakat Pemantauan atau skrining gizi pada anak usia sekolah perlu dilakukan rutin setiap bulannya dan diharapkan dapat melaporkan segera apabila terdapat temuan dalam permasalahan kesehatan terkait gizi langsung pada petugas kesehatan terdekat yang ada di daerah tempat tinggal seperti bidan desa, dokter praktik atau puskesmas. Pemberian informasi kesehatan atau penyuluhan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
39 terkait masalah gizi khususnya pada anak usia sekolah di posyandu atau posbindu perlu ditingkatkan, sehingga diharapkan terjadinya peningkatan status gizi yang optimal.
5.2.3. Untuk Petugas Kesehatan Kesadaran masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu semakin meningkat dan tuntutan masyarakatakan terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas pun makin tinggi, sehingga perlunya kinerja yang juga berkualitas dari pemberi jasa pelayanan kesehatan. Untuk petugas kesehatan diharapkan dapat menindaklanjuti permasalahan kesehatan yang ada pada keluarga dan membina keluarga yang mempunyai masalah kesehatan sehingga pada akhirnya keluarga dapat meningkatkan kesehatan secara optimal. Selain itu petugas kesehatan atau perawat juga perlu meningkatkan kreativitas dalam menyediakan media promosi yang edukatif dan persuasif pada anak usia sekolah dengan obesitas yang mudah dipahami yang pendekatannya tidak hanya pada anak tetapi juga guru dan orang tua.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Achadi, E., L. (2012). Gizi dan kesehatan masyarakat. Jakarta: Rajagrafindo persada Alfitri. ( 2007). Budaya konsumerisme masyarakat perkotaan. Majalah empirika, XI (1). Almatsier, S. (2004). Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Anderson, L.M., Quinn, T.A., Ramirez, G., Kahwati, L.C., Johnson, B.J., Buchanan, L.R., Archer, W.A., Chattopadhyay, S., Kalra, G.P., & Katz, D.L. (2009). The Effectiveness of Worksite Nutrition and Physical Activity Interventions for Controlling Employee Overweight and Obesity. American Journal of Preventive Medicine,37 (4), 340-357. Bintarto. (1983). Interaksi desa-kota dan permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Budiyanti. (2011). Analisis faktor penyebab obesitas pada anak usia sekolah di SD Islam AlAzhar 14 Kota Semarang (Tesis). Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. BPS Kota Depok. (2013). Kecamatan tapos dalam angka tahun 2013. www.depokkota.bps.go.id BPS
Kota
Depok
(2012).
Kota
Depok
dalam
angka
tahun
2012.
bappeda.depok.go.id/admin/peraturan/dda%202012.pdf Carpenito, L., J. (1998). Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC Depkes. (1995). Asuhan keperawatan kesehatan jiwa anak dan remaja. Jakarta: Direktorat kesehatan jiwa Depkes RI. (1994). Pedoman umum gizi seimbang. www.gizi.net. Donnelly, J.E., Jacobsen, D.J., Whatley, J.E., Hill, J.O., Swift, L.L., Cherrington. A., et al. (1996). Nutrition and Physical Activity Program to Attenuate Obesity and Promote Physical and Metabolic Fitness in Elementary School Children. Obesity a Research Journal, 4 (3), 229-243. Friedman, M.M. (1998). Family Nursing: Research, Theory and Practice. New Jersey: Prentice Hall. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, teori dan praktik. Edisi ke lima. Jakarta: EGC. Georgieff, M.K. (2007). Nutrition and the developing brain: nutrients priorities and measurement. The American Journal of Clinical Nutrition: 85 (suppl): 614s-20s. Hunt, R. (2005). Introduction on community, based nursing. Philadelpia: Lippincott Williams and wilkins.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Hidayat, A., A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak I. Jakarta: Salemba Medika. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes). (2010). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010. Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes). (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta: Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan. Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental keperawatan; konsep, proses dan praktik, edisi 4. Alih bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC. Potter, P.A., & Perry, A.G. (2009). Fundamental keperawatan, edisi 7. Penerjemah: Adrina Frederika. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. (1996). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Suprajitno. (2003). Asuhan keperawatan keluarga: aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC. Mahdih, Hadi, M., & Susetyowati. (2004). Prevalensi obesitas dan hubungan konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada remaja SLTP Kota dan desa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 1 (2). Maki, K.C., Beiseigel, J.M., Jonnalagadda, S.S., Gugger, C.K., Reeves M.S., Farmer, M.V., Kaden, V.N., & Rains, T.M. (2010). Whole-grain ready-to-eat oat cereal, as part of a dietary program for weight loss, reduces low-density lipoprotein cholesterol in adults with overweight and obesity more than a dietary program including low-fiber control foods. Journal American Diet Association, 110 (2), 205-214. Masruri, M.I, Nugraha, P., & Widjanarko, B. (2011). Faktor yang mendukung kejadian obesitas pada anak di Kota Semarang. Fakultas Kesehatan masyarakat, universitas Diponegoro. Mufidah, N.L. (2006). Pola konsumsi masyarakat perkotaan: studi deskriptif pemanfaatan foodcourt oleh keluarga. Biokultur, I (2), 157-178. Murray, M., A. (2003). Community health and wellness a socioelocological approach. Philadelphia: Mosby. Rusha, E., Lennana, S., Obolonkina, V., Vandala, A.C., Hamlina, M., Simmonsa, D., & Grahama, D. (2013). Project Energize: whole-region primary school nutrition and physical activity programme; evaluation of body size and fitness 5 years after the randomised controlled trial. British Journal of Nutrition, 111 (2), 363-371. Waluya, B. (2007). Sosiologi: menyelami fenomena sosial di masyarakat. Bandung: PT. Setia Purna Inves.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Waters, E., Sanigorski, A.de.S., Burford, B. J., Brown, T., Campbell, K.J., Gao, Y., et al. (2014). Interventions for preventing obesity in children. Sao Paulo Medical Journal, 132, 2. Whitlock, E.P., Williams, S.B., Gold, R., Smith, P., & Shipman, S. (2005). Screening and interventions for childhood overweight. Rockville(MD): Agency for Healthcare and Quality. Wong, D., L., Hockenberry M., Wilson, D., Winkelstein, M., L., & Schwartz, P. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik, edisi 6. Alih bahasa: Agus Sutarna, Neti Juniarti, & Kuncara. Jakarta: EGC.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 1
PENGKAJIAN KELUARGA KELOLAAN A. Pengkajian 1. Struktur dan Sifat Keluarga a. Identitias Kepala keluarga Nama kepala keluarga adalah Bapak H, jenis kelamin laki-laki, berusia 38 tahun beragama Islam, pendidikan SLTA, pekerjaan Karyawan. Alamat: Jln. Dongkal RT 06/ RW 03 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Kota Depok. b. Susunan Keluarga No Nama 1. Bapak H 2. 3.
Ibu A Anak R c. Genogram
Umur 38
Sex L
Hubungan Dgn KK Kepala Keluarga
Pend. SLTA
Pekerjaan Karyawan
33 9
P L
Istri Anak
S1 SD
IRT Pelajar
Bpk.H Ibu A 38 th 33 th
Anak R 9 th
Keterangan : : Laki-laki : Perempuan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
: Meninggal : Hubungan pernikahan : Klien : Tinggal serumah
d. Tipe Keluarga Tipe keluarga Bapak H adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang tinggal dalam satu rumah.
2. Struktur Keluarga a. Struktur komunikasi Pola interaksi seluruh keluarga Bapak H dilakukan pada malam hari biasanya interaksi terjadi saat makan bersama dan menonton TV. Dalam berkomunikasi, yang paling dominan berbicara adalah Ibu A dengan menggunakan bahasa Indonesia. Komunikasi dalam keluarga saling terbuka satu sama lain. b. Struktur kekuatan Dalam keluarga Bapak H pengambil keputusan dilakukan dengan musyawarah, biasanya yang mengambil keputusan adalah Bapak H namun dengan persetujuan Ibu A. Saat keluarga mengalami masalah kesehatan, keluarga merasa tidak membutuhkan orang lain tetapi meminta bantuan dokter praktek, bidan. Anggota keluarga yang paling dipercaya untuk membantu masalah kesehatan di keluarga adalah Ibu A. c.
Struktur Peran Bapak H berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas sebagai pencari nafkah. Ibu A adalah seorang ibu rumah tangga, Ibu A pernah bekerja dikantor namun sudah mengundurkan diri atas perintah Bapak H pada bulan Januari 2014, agar lebih konsentrasi mengurus keluarga. Sedangkan Anak R sebagai pelajar SD kelas 2.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
d. Struktur nilai dan norma Bapak H bersuku Jambi sedangkan Ibu A bersuku Jawa. Budaya yang dominan dalam keluarga adalah budaya Jawa. Dalam keluarga tidak ada nilai-nilai tertentu dan nilai agama yang tertentangan dengan kesehatan karena menurut keluarga kesehatan merupakan hal yang penting.
3. Fungsi keluarga a. Fungsi afektif Dalam keluarga Bapak H apabila salah satu anggota keluarga berhasil maka keluarga merasa bangga dan menghargai atas hasil yang telah dicapai. Sedangkan respon keluarga terhadap kehilangan, keluarga akan merasa sedih dan berusaha ikhlas. b. Fungsi sosial Dalam keluarga Bapak H terdapat anggota keluarga yang mengikuti pengajian atau arisan. Hubungan keluarga Bapak H dengan masyarakat cukup baik dan harmonis. Keluarga Bapak H tidak pernah mengalami konflik dimasyarakat. keluarga menggunakan sumbersumber yang ada di lingkungan untuk memecahkan masalah kesehatan seperti mendatangai puskesmas, dokter atau bidan praktek untuk berobat bila terdapat anggota keluarga yang sakit. Menurut keluarga pendidikan anggota keluarga adalah penting karena dengan pendidikan yang baik maka akan mudah untuk mendapat pekerjaan. c. Fungsi reproduksi Anak dalam keluarga Bapak H berjumlah satu. Ibu A tidak mengikuti program KB sejak anak pertama lahir, karena berecana menambah anak kembali. d. Fungsi ekonomi Penghasilan keluarga didapat dari hasil kerja Bapak H dengan pendapatan sekitar Rp.3.500.000 perbulan yang di gunakan setiap bulannya untuk kebutuhan harian, kebutuhan bulanan, kebutuhan makan. Menurut Ibu A penghasilan keluarganya sudah mencukupi
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dalam keluarga Bapak H mempunyai tabungan, yang mengelola keuangan dalam keluarga adalah Ibu A. e. Fungsi Pemeliharaan kesehatan Menurut Ibu A pengadaan makanan sehari-hari dalam keluarga dilakukan dengan memasak sendiri. Komposisi jenis makanannya adalah nasi, lauk-pauk, sayuran dan kadang-kadang memakan buah. Cara penyajian makanan yaitu dihidangkan di meja makan dan ditutup dengan tudung saji. Dalam keluarga Bapak H tidak ada pantangan terhadap makanan. Pengelolaan air minum dalam keluarga dengan cara dimasak, kebiasaan keluarga dalam mengelola makanan adalah dipotong baru dicuci. Kebiasaan makan dalam keluarga dengan makan bersama pada malam hari. untuk 24 hour food recall yaitu Ibu A menyatakan anaknya sarapan dengan nugget dan minum susu segelas. Saat di sekolah Anak R menyatakan membeli roti coklat. Setelah pulang sekolah Anak R meminta dibuatkan mie instan rebus dicampur dengan telur dan sosis serta jajan wafer coklat. Pada malam hari Anak R meminta dibelikan nasi dan pecel lele serta tahu.
Dalam keluarga Bapak H anggota keluarga tidak mempunyai kebiasaan tidur siang. Selama ini tidak ada anggota keluarga yang sulit tidur. Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rekreasi. Keluarga memanfaatkan waktu luangnya dengan menonton TV dan bermain playstation. Dalam keluarga Bapak H tidak memiliki waktu khusus untuk berolah raga, namun kadang-kadang bila libur sekolah mengajak Anak R berenang atau makan di luar.
Pemeliharaan kebersihan diri dalam anggota keluarga yaitu mandi dua kali perhari dengan menggunakan sabun, sikat gigi dua kali perhari dengan menggunakan pasta gigi, cuci rambut satu sampai dua kali perminggu dengan menggunakan shampo.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Jika terdapat anggota keluarga yang sakit biasanya keluarga membawa ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas, dokter praktek dan bidan praktek.
4. Stressor dan Koping Stress yang dihadapi keluarga Bapak H adalah apabila terdapat anggota keluarga yang sakit. Penanggulangan masalah kesehatan dalam keluarga diatasi secara bersama-sama. Jika terdapat anggota keluarga yang mengalami masalah, keluarga berusaha mencari jalan keluar dengan membicarakannya dengan anggota keluarga yang lain. 5. Derajat Kesehatan a. Kejadian kesakitan Anak R mengalami obesitas atau berat badan lebih dari normal dan gigi caries atau gigi berlubang. Cara penanggulangannya dengan mengatur pola makan dan tidak jajan sembarangan. b. Kejadian kecacatan Tidak ada anggota keluarga yang menderita cacat fisik. c. Kejadian kematian satu tahun terakhir Pada satu tahun terakhir tidak terdapat anggota keluarga yang meninggal. 6. Faktor lingkungan a. Perumahan Jenis rumah permanent dengan luas bagunan 100 M2. Status rumah milik pribadi dengan atap rumah menggunakan genteng. Ventilasi rumah dengan luas < 10% luas lantai dengan pencahayaan baik yaitu cahaya dapat masuk ke rumah pada siang hari. Penerangan di rumah menggunakan listrik. Lantai rumah dikeramik. Kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan rapih dan tidak kotor. Bagian-bagian rumah terdapat halaman, ruang tamu, ruang tidur, ruang makan yang bergabung dengan dapur dan terdapat kamar mandi.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
b. Denah Rumah E D G C G
B
Keterangan: A: Halaman depan B: Ruang tamu C: Ruang makan D: Kamar mandi E: Dapur G: Kamar tidur
A
c. Pengelolaan Sampah Keluarga mempunyai pembuangan sampah terbuka. Biasanya sampahsampah rumah tangga tersebut diambil petugas pengangkut sampah. d. Sumber Air Keluarga mempunyai sumber air sendiri yaitu sanyo. Untuk keperluan air minum diamnil dari sumber air yang digunakan. Keadaan air tidak berwarna, tidak berasa, tidak terdapat endapan, tidak berbau. e. Jamban Keluarga Keluarga mempunyai wc sendiri dengan jenis leher angsa dan pembuangan tinja dengan sumber air yaitu < 10 meter. f. Pembuangan Air Limbah Keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah dengan kondisi mengalir melalui selokan dan berakhir ke kali. g. Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan Terdapat perkumpulan kgiatan masyarakat di lingkungan rumah Bapak H seperti karang taruna, arisan Rw, pengajian Rw/ kelurahan, PKK. Sedangkan fasilitas kesehatan di lingkungan rumah terdapat puskesmas, balai pengobatan mandiri, bidan/ dokter praktek. Fasilitas kesehatan tersebut dapat terjangkau keluarga dengan berjalan kaki atau naik kendaraan. Pengkajian berdasarkan hasil observasi atau pengamatan, letak rumah keluarga bapak H sangat stategis dekat dengan jalan raya, warung dan pertokoan. Di sebelah kanan dan kiri rumah keluarga Bapak H terdapat warung yang menjual es atau makanan ringan, dan penjual gerobak
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
seperti mie ayam, bakso, cilok, somai, dan lain-lain yang setiap saat melewati depan rumah keluarga Bapak H. Menurut Ibu A pun di kantin atau di depan sekolah banyak yang menjual jajanan, sehingga menyebabkan Anak R tertarik untuk jajan. 7. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Perkembangan keluarga berada pada tahap IV yaitu keluarga dengan anak usia sekolah. Tahapan ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan berakhir pada usia 13 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga. 2. Tugas Keluarga Yang Belum Terpenuhi/ Terlaksana Pada Tahap Perkembangan Tersebut Tugas yang belum terpenuhi adalah membantu anak meningkatkan prestasi di sekolah. Dalam hal ini Bapak H dan Ibu A menginginkan anaknya sukses dan berprestasi agar mudah mendapatkan tempat kuliah yang favorit.
8. Pemerikasaan Status Kesehatan Fisik Keluarga 1. Bapak H berusia 38 tahun, jenis kelamin laki-laki, Pekerjaan karyawan. Tinggi Badan 170 cm. Berat Badan 72 Kg. Pemeriksaan tanda vital yaitu tekanan darah 130/90 mmHg, denyut Nadi 80x/menit, frekuensi pernafasan
20x/menit, suhu Tubuh 36,5oC.
Kesadaran compos mentis. Bapak H memiliki riwayat asma sejak kecil namun menjelang dewasa tidak pernah kambuh sampai dengan sekarang dan menganggapnya bukanlah masalah yang serius. Hasil pemeriksaan fisik yaitu sistem penglihatan normal dengan posisi mata simetris, sklera anikterik, kelopak mata normal, konjungtiva tidak anemis. Sistem pernafasan dengan jalan nafas bersih, suara nafas vesikuler, pernafasan tidak sesak, mukosa bibir lembab. Bunyi
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
jantung normal, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri tekan.
2. Ibu A, berusia 33 tahun, jenis kelamin perempuan, Pekerjaan ibu rumah tangga. Tinggi Badan 150 cm. Berat Badan 62 Kg. Pemeriksaan tanda vital dengan tekanan darah 110/70 mmHg, denyut Nadi
82x/menit, frekuensi pernafasan
22x/menit, suhu tubuh
36,6oC. Kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan fisik yaitu sistem penglihatan normal dengan posisi mata simetris, sklera anikterik, kelopak mata normal, dan konjungtiva tidak anemis. Sistem pernafasan dengan jalan nafas bersih, suara nafas vesikuler, pernafasan tidak sesak, dan mukosa bibir lembab. Bunyi jantung normal, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri tekan. 3. Anak R, berusia 9 tahun, jenis kelamin laki-laki, Pekerjaan pelajar. Tinggi Badan 143 cm. Berat Badan 57 Kg. Pemeriksaan tanda vital : Denyut Nadi 82x/mnit. Frekuensi pernafasan
20x/menit. Suhu
Tubuh 36oC. Kesadaran Compos mentis. Anak R memiliki keluhan jika beraktivitas berat nafas terengah-engah. Hasil pemeriksaan fisik yaitu sistem penglihatan normal dengan posisi mata simetris, sklera anikterik, kelopak mata normal, konjungtiva tidak anemis. Sistem pernafasan dengan jalan nafas bersih, suara nafas vesikuler, pernafasan tidak sesak, mukosa bibir lembab dan terdapat gigi pecah dan berlubang pada geraham. Bunyi jantung normal, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri tekan.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 2
ANALISA DATA NO
DATA
MASALAH KEPERAWATAN
1.
Data subjektif: Ibu A mengatakan pengadaan makanan sehari-
Ketidakseimbangan
hari dalam keluarga dilakukan dengan memasak sendiri. Ibu A mengatakan Anak R makan teratur dirumah, makan 3-4x sehari dengan komposisi jenis makanannya adalah nasi, lauk-pauk, tidak menyukai sayuran dan kadang-kadang buah dan susu. Ibu
A
mengatakan
setiap
kali
makan
makanannya selalu habis, Anak R megatakan senang jajan dan senang ngemil yang manis-manis, seperti es, wafer, coklat, permen dll, sehingga Ibu A mengatakan sering membuat makanan cemilan sendiri seperti membuat pudding Ibu A mengatakan Anak R sering jajan baik di sekolah ataupun di rumah Ibu A mengatakan anak R diberi uang saku sekolah hanya Rp 2000 tetapi jika di rumah ibu A selalu menuruti anaknya untuk jajan seperti bakso, mie yam, cilok atau somay dan makanan ringan seperti wafer coklat. Ibu A mengatakan Kebiasaan makan dalam keluarga dengan makan bersama pada malam
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
nutrisi lebih dari kebutuhan
hari. Keluarga memanfaatkan waktu luangnya dengan menonton TV dan bermain play station Ibu A mengatakan keluarganya tidak memiliki waktu khusus untuk berolah raga, namun kadang-kadang bila libur sekolah mengajak Anak R berenang atau makan di luar. Ibu A mengatakan anaknya jika berakivitas berat nafasnya sering terengah-engah Ibu A mengatakan mengantar anaknya berangkat sekolah menggunakan motor.
Data objekif: Saat berkunjung terdapat cemilan yang manis yaitu coklat wafer di meja. Pemeriksaan fisik: tinggi badan 143 cm, berat badan 57 kg, LLA 29 cm, IMT 27,9 pengukuran antropometri berada pada SD +3 (status gizi obesitas). Pemeriksaan tanda vital didapatkan denyut nadi 82x/mnit, frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36oC.
2.
Data subjektif: Anak R mengatakan untuk menggosok gigi dengan menggunakan pasta gigi dilakukan 2x/hari waktunya saat mandi pagi dan sore Anak R mengatakan tidak pernah menyikat gigi sebelum tidur Ibu A mengatakan anak R tidak pernah berkumur-kumur setelah makan.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Kerusakan gigi
Ibu A mengatakan pada gigi taring atas gigi sudah tanggal dan belum tumbuh, Ibu A mengatakan anaknya pernah mengalami sakit gigi, Anak R mengatakan senang makan yang manis seperti es krim, wafer, coklat
Data objektif: Gigi anak R tampak berlubang berwarna kehitaman pada gigi geraham kanan dan kiri Saat berkunjung terdapat cemilan yang manis yaitu coklat wafer di meja.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 3
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA 1. Masalah Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan pada anak R No 1
Kriteria Sifat
Masalah:
Perhitungan
Skor
Justifikasi
3/3 x 1
1
Masalah yang dirasa yaitu berat badan
Aktual
lebih dari normal atau obesitas. Jika tidak ditangani akan menimbulkan perkembangan penyakit lebih lanjut.
2
Kemungkinan masalah
½x2
1
untuk
Memberikan penyuluhan kesehatan tentang
dirubah: Sebagian
cara
pembatasan
atau
pantangan makan untuk penderita obesitas dan perlunya diet dengan gizi seimbang untuk penanganan serta melakukan aktivitas fisik, dan konsul ahli gizi pada pelayanan kesehatan untuk mengatasi penyakitnya.
3
Potensi
3/3 x 1
1
Anak R mengalami kelebihan gizi atau
pencegahan
obesitas. Keluhan yang seringkali
masalah: Tinggi
dirasa
nafas
terengah-engah
saat
aktivitas namun dengan aktivitas fisik (olahraga)
teratur
dan
diet
gizi
seimbang yang tepat maka komplikasi obesitas dapat dapat dicegah 4
Menonjolnya
2/2 x 1
1
masalah: Masalah
Selama ini keluarga menyadari adanya masalah maka perlu ditangani segera.
dirasakan dengan ada upaya Total Skor
4
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
2. Masalah keperawatan: Kerusakan gigi pada anak R No
Kriteria
1.
Sifat masalah -
Perhitungan
Actual
Skor
Justifikasi Masalah bersifat aktual karena telah
3/ 3 x 1
1
terjadi kerusakan pada gigi anak R berupa gigi caries atau gigi berlubang pada geraham anak R.
2.
Kemungkinan
Gigi yang berlubang tidak dapat
masalah
disembuhkan tetapi dapat dilakukan
untuk
dirubah
dengan menghindari menyikat gigi
- Sebagian
½
x2
1
teratur atau berkumur setelah makan dan konsumsi makanan yang manis serta
pengobatan
pada
fasilitas
kesehatan yang terjangkau ke dokter gigi. 3.
Potensial
Anak R memiliki gigi berlubang yang
pencegahan
karena memiliki kebiasaan makan
masalah
yang manis-manis seperti permen, es
- Cukup
2/ 3 x 1
2/ 3
krim atau coklat dan masalah dapat dicegah dengan menghindari makanan dan minuman yang memicu terjadinya gigi berlubang.
4.
Menonjol
Anak R merasakan saat ini giginya
masalah
berlubang karena kebiasaan makan
- Ada
masalah
tetapi
tidak
1/ 2 x 1
1/2
perlu ditangani
yang
manis-manis,
masalah tidak perlu ditangani segera karena
Anak
R
mengalami sakit gigi. 5.
Total skor
menurutnya
3 1/6
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
saat
ini
tidak
LAMPIRAN 4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA No 1.
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimb angan nutrisi lebih dari kebutuhan pada anak R
Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 5 minggu kebutuhan nutrisi adekuat di keluarga Bpk H Khususnya pada anak R.
Tujuan Tujuan khusus Setelah pertemuan 2 x 45 menit, keluarga mampu : 1.Mengenal masalah obesitas dengan : a. Menjelaskan pengertian obesitas
b. Menyebutkan penyebab obesitas
Kriteria
Evaluasi Standar
Intervensi
Respon Verbal
Obesitas adalah keadaan 1.1.1 Diskusikan dengan keluarga adanya kelebihan berat tentang pengertian obesitas. badan dengan 1.1.2 Anjurkan keluarga untuk terdapatnya penimbunan mengungkapkan kembali lemak yang berlebihan pengertian obesitas. daripada yang diperlukan 1.1.3 Beri reinforcement positif atas untuk fungsi tubuh. jawaban yang diberikan keluarga.
Respon Verbal
5 dari 8 Penyebab obesitas adalah 1. Faktor genetik/keturunan 2. Kerusakan pada salah satu bagian otak 3. Pola makan berlebih 4. Penggunaan kalori ya ng kurang/ kurang olahraga 5. Pengaruh emosional 6. Hormonal 7. Gaya Hidup
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
1.2.1 Diskusikan dengan keluarga penyebab obesitas. 1.2.2 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali penyebab obesitas. 1.2.3 Jelaskan kembali penyebab obesitas dengan bahasa yang lebih sederhana jika keluarga belum mencapai standar yang ditentukan. 1.2.4 Beri reinforcement positif atas jawaban yang diberikan keluarga.
8. Faktor lingkungan c. Menyebutkan Respon tanda dan gejala Verbal obesitas
d. Mengidentifikasi
Respon
5 dari 7 Tanda dan gejala obesitas: 1. Gangguan pernafasan/sesak 2. Banyak makan dan mengemil 3. Lingkar lengan atas lebih dari normal 4. Paha tampak besar, pada bagian atas, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing. 5. Kelainan raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu berbentuk ganda. 6. Dada dan payudara membesar, mirip dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria 7. Perut membuncit dan kadang – kadang terdapat strie putih/ ungu.
1.3.1 Diskusikan dengan keluarga tentang tanda & gejala obesitas. 1.3.2 Motivasi keluarga untuk mengulang kembali tanda dan gejala obesitas. 1.3.3 Bersama-sama keluarga identifikasi tanda & gejala obesitas yang dialami anggota keluarga. 1.3.4 Yakinkan keluarga tentang tanda-tanda obesitas dengan membandingkannya sesuai standar normal. 1.3.5 Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga.
Keluarga
1.4.1. Diskusikan dengan keluarga
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
masalah obesitas pada anggota keluarga
verbal
2. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi obesitas pada anggota keluarga : Respon a. Menjelaskan akibat/ komplikasi verbal yang terjadi bila obesitas tidak diatasi dengan segera
b. Mengambil
Respon
mengidentifikasi ada/ tidak ada tanda – tanda obesitas pada anggota keluarganya sesuai dengan standar yang telah dijelaskan sebelumnya
persepsinya terhadap obesitas 1.4.2. Bantu keluarga mengidentifikasi tanda – tanda obesitas pada anggota keluarga sesuai standard yang telah dijelaskan sebelumnya 1.4.3. Beri reinforcement positif atas persepsi yang benar terhadap obesitas
6 dari 10 komplikasi/ akibat lanjut jika obesitas tidak segera ditangani : hipertensi, diabetes, dislipidemia, penyakit jantung koroner dan stroke, osteoartritis, asma, saluran napas menyempit, kanker, penyakit, perlemakan hati, penyakit kandung empadu
2.1.1 Beri penjelasan kepada keluarga tentang akibat lanjut dari obesitas 2.1.2 Beri kesempatan keluarga bertanya. 2.1.3 Motivasi keluarga mengungkapkan kembali akibat jika obesitas tidak ditangani segera. 2.1.4 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
Keluarga
2.2.1 Tanyakan keinginan keluarga
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
keputusan mencegah obesitas menjadi bertambah berat
verbal
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami obesitas dengan : a. Menjelaskan Respon cara perawatan verbal untuk mencegah anggota keluarga dengan obesitas
mengungkapkan untuk merawat anggota keinginan untuk merawat keluarga dengan obesitas. anggota keluarga dengan 2.2.2 Beri kesempatan pada obesitas. keluarga untuk mengambil keputusan mengatasi obesitas pada anggota keluarga yang sakit 2.2.3 Motivasi keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan obesitas. 2.2.4 Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga
6 dari 9 cara perawatan untuk pencegahan terhadap penderita obesitas : 1. Mempertahankan badan ideal 2. Memberikan makan dengan susunan menu seimbang 3. Melakukan kegiatan jasmani atau aktifitas fisik secara teratur 4. Membatasi makanan yang berlemak dan tinggi kalori
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
3.1.1 Diskusikan pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi obesitas pada anggota keluarga yang sudah dilakukan. 3.1.2 Jelaskan keluarga cara – cara merawat anggota keluarga dengan masalah obesitas dengan lembar balik 3.1.3 Motivasi keluarga untuk mengulang kembali penjelasan mahasiswa 3.1.4 Beri reinforcement positif atas usaha dan keputusan yang telah diambil oleh keluarga
5. Meningkatkan konsumsi buahbuahan dan sayuran 6. Pengaturan makan/ porsi makan anak 7. Kurangi stress 8. Perubahan perilaku/ gaya hidup 9. Konsultasi ke ahli gizi b. Mendemonstrasikan Respon cara perawatan psikomotor anggota keluarga dengan obesitas.
Respon psikomotor
Cara perawatan anggota 3.2.1 Diskusi pengalaman keluarga dalam mengatasi obesitas. keluarga dengan obesitas: 3.2.2 Diskusikan dengan keluarga penyusunan menu seimbang. tentang cara perawatan anggota keluarga dengan obesitas. 3.2.3 Kenali kepada keluarga bahan makanan penukar yang mampu dijangkau keluarga. 3.2.4 Ajarkan keluarga cara menyusun menu yang memenuhi kecukupan nilai gizi sesuai tingkat perkembangan. 3.2.5 Modifikasi jumlah kalori jika sudah mengalami perbaikan atau jika kondisi tidak berubah. Cara perawatan anggota 3.3.1 Demonstrasikan cara keluarga dengan obesitas: perawatan anggota keluarga
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
mengolah makanan/ cemilan sehat
dengan obesitas yaitu mengolah makan/ cemilan sehat 3.3.2 Monitor berat badan dan antropometri lainnya setiap seminggu sekali 3.3.3 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali apa yang telah diajarkan. 3.3.4 Beri reinforcement positif atas upaya keluarga.
Respon psikomotor
Cara perawatan anggota 3.4.1 Latih keluarga gerakan keluarga dengan obesitas: jasmani untuk mengurangi latihan jasmani obesitas. 3.4.2 Tingkatkan kemandirian keluarga. 3.4.3 Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.
Respon afektif
Kunjungan tak direncanakan, keluarga melakukan jadwal kegiatan dan menjalankan mengkonsumsi menu makanan yang sudah disepakati sebelumnya
4. Keluarga mampu memodifikasi
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
3.5.1 Evaluasi usaha keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan obesitas. 3.5.2 Observasi tindakan yang telah dilakukan keluarga 3.5.3 Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.
lingkungan untuk mencegah terjadinya obesitas a. Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk merawat obesitas.
b. Melakukan modifikasi lingkungan dalam merawat anggota keluarga dengan obesitas.
Respon verbal
4 dari 7 cara memodifikasi lingkungan untuk merawat obesitas. 1. Tidak menyediakan cemilan di rumah. 2. Tidak menyediakan gula di meja makan 3. Tidak makan saat melakukan aktivitas seperti membaca atau menonton TV 4. Minum 240cc air sebelum makan 5. Makan pelan-pelan dan kunyah dengan saksama. 6. Konsistensi dari semua anggota keluarga. 7. Disiplin dalam pola makan.
4.1.1 Diskusikan dengan keluarga macam – macam modifikasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah obesitas 4.1.2 Tanyakan kepada keluarga cara yang akan dipilih dalam memodifikasi lingkungan 4.1.3 Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya. 4.1.4 Motivasi keluarga untuk mengulang kembali modifikasi yang dapat dilakukan untik mengatasi obesitas 4.1.5 Beri pujian atas usaha dan jawaban yang diberikan keluarga.
Respon verbal
Melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi obesitas.
4.2.1 Evaluasi kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan guna mengatasi obesitas pada anggota keluarga. 4.2.2 Beri reinforcement positf atas perilaku yang positif yang telah dilakukan keluarga.
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Respon Afektif
5. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi obesitas. a. Menyebutkan Respon fasilitas verbal kesehatan yang tersedia.
Respon b. Menyebutkan manfaat fasilitas Verbal kesehatan.
Pada kunjungan tak 4.3.1.Lakukan kunjungan tak terencana, keluarga dapat terencana untuk melihat upaya melakukan tindakan keluarga mengatasi masalah modifikasi lingkungan obesitas dan perilaku secara baik 4.3.2.Observasi tindakan yang telah dilakukan keluarga dan benar 4.3.3.Berikan pujian atas usaha keluarga
Fasilitas kesehatan yang 5.1.1 Diskusikan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat digunakan keluarga dapat digunakan keluarga untuk mengatasi obesitas dalam mengatasi obesitas pada anggota keluarga pada anggota keluarga. 1. Puskesmas 2. Rumah Sakit 5.1.2 Bantu keluarga memilih 3. Dokter praktik fasilitas kesehatan yang akan 4. Pos Gizi digunakan. 5.1.3 Beri pujian atas pilihan keluarga. Manfaat fasilitas 5.2.1 Kaji pengetahuan keluarga kesehatan: tentang manfaat fasilitas 1. Memberi informasi kesehatan. tentang cara perawatan 5.2.2 Diskusikan dengan keluarga anggota keluarga manfaat dan fasilitas dengan obesitas. pelayanan kesehatan. 2. Memberi pemeriksaan 5.2.3 Tanyakan kembali pada
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
khusus dan pengobatan keluarga manfaat fasilitas pada anggota keluarga kesehatan. dengan obesitas yang 5.2.4 Beri pujian atas jawaban yang dialami anggota diberikan keluarga. keluarga.
c. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Respon verbal
Respon psikomotor
Kunjungan keluarga ke 5.3.1 Motivasi keluarga untuk fasilitas kesehatan untuk memanfaatkan fasilitas kes. membawa anggota 5.3.2 Evaluasi penggunaan fasilitas keluarga periksa atau kesehatan oleh keluarga. berobesitas 5.3.3 Beri reinforcement positif jika keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan 5.4.1 Motivasi keluarga untuk membawa anggota keluarga Keluarga mau membawa dalam masalah obesitas ke anggota keluarga dengan fasilitas pelayanan kesehatan masalah obesitas ke 5.4.2 Evaluasi kunjungan keluarga fasilitas pelayanan ke fasilitas pelayanan kesehatan kesehatan untuk membawa anggota keluarga dengan masalah obesitas 5.4.3 Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan keluarga
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 5
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Diagnosa
Tanggal
Ketidakseimabangan 12 Mei
Implementasi
Evaluasi S:
TUK 1.1 1.1.1 Mendiskusikan dengan
Keluarga
nutrisi lebih dari
2014
mengatakan
kebutuhan pada
Pukul11.00-
keluarga tentang
obesitas adalah kelebihan
anak R
1145
pengertian obesitas.
berat badan Keluarga
1.1.2 Menganjurkan keluarga
mengatakan
penyebab obesitas adalah
untuk mengungkapkan
pola
kembali pengertian
kurang
obesitas.
pengaruh emosional dan
makan
berlebih, olahraga,
gaya hidup 1.1.3 Memberi reinforcement
Keluarga
mengatakan
positif atas jawaban yang
tanda dan gejala obesitas
diberikan keluarga.
yaitu
sesak,
makan
dan
mengemil,
paha tampak besar, pada
TUK 1.2 1.2.1 Mendiskusikan dengan keluarga
banyak
penyebab
obesitas.
bagian atas, tangan relatif kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing, perut membuncit
1.2.2 Menganjurkan keluarga
Keluarga
mengatakan
untuk menyebutkan
penyebab
kembali penyebab obesitas.
mengalami gizi lebih atau
anak
obesitas 1.2.3 Menjelaskan kembali
adalah
kebasaanya
yang
suka
disekolah
dan
penyebab obesitas dengan
jajan
bahasa yang lebih
dirumah,
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
R
makan
yang
sederhana jika keluarga
manis-manis, jarang olah
belum mencapai standar
raga, tidak suka sayur
yang ditentukan.
Keluarga
mengatakan
tanda dan gejala anak R memiliki berat badan di
1.2.4 Memberi reinforcement positif atas jawaban yang
atas
diberikan keluarga.
seusianya
normal
anak
dan
perut
membuncit TUK 1.3
Keluarga
1.3.1 Mendiskusikan dengan
mengatakan
akan merawat anggota
keluarga tentang tanda &
keluarga yang mengalami
gejala obesitas.
obesitas atau gizi lebih Keluarga
mengatakan
akibat lanjut jika obesitas
1.3.2 Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali tanda
tidak
ditangani
dan gejala obesitas.
hipertensi,
yaitu
diabetes,
penyakit jantung, sesak 1.3.3 Mengidentifikasi bersama-
nafas perlemakan hati, dan stroke
sama keluarga tanda & gejala obesitas yang dialami anggota keluarga.
O: Keluarga
1.3.4 Meyakinkan keluarga tentang tanda-tanda obesitas dengan
mampu
menyebutkan pengertian obesitas Keluarga
mampu
membandingkannya sesuai
menyebutkan
standar normal.
penyebab obesitas Keluarga
1.3.5 Memberi reinforcement positif atas kemampuan keluarga.
5 dari 8
mampu
menyebutkan tanda dan gejala obesitas Keluarga
mampu
menyebutkan 6 dari 10
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
TUK 1.4
komplikasi/ akibat lanjut
1.4.1. Mendiskusikan dengan
jika obesitas tidak segera ditangani
keluarga persepsinya terhadap obesitas
Keluarga
nampak
mengungkapkan keinginan untuk merawat
1.4.2. Membantu keluarga mengidentifikasi tanda –
anggota keluarga dengan
tanda obesitas pada
obesitas.
anggota keluarga sesuai
Keluarga
standard yang telah dijelaskan sebelumnya
kooperatif dalam diskusi Keluarga menjawab
benar terhadap obesitas
mampu pertanyaan
yang telah diajukan
1.4.3. Memberi reinforcement positif atas persepsi yang
nampak
A: TUK 1, TUK 2, sebagan TUK 3 tercapai
TUK 2.1 2.1.1 Memberi
penjelasan
P:
kepada keluarga tentang akibat lanjut dari obesitas
Membuat kontrak waktu pertemuan selanjutnya
2.1.2 Memberi
kesempatan
keluarga bertanya.
Mengevaluasi
pertemuan sebelumnya Melanjutkan
2.1.3 Memotivasi keluarga
akibat jika obesitas tidak ditangani segera.
2.1.4 Memberi reinforcement
2014
positif atas jawaban
Pukul11.00-
keluarga.
TUK
TUK 4, dan TUK 5
mengungkapkan kembali
16 Mei
hasil
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
3,
1145 TUK 2.2 2.2.1 Menanyakan keinginan keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan obesitas.
2.2.2 Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengambil keputusan mengatasi obesitas pada anggota keluarga yang sakit
2.2.3 Memotivasi keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan obesitas.
2.2.4 Memberi reinforcement positif atas keputusan keluarga
20 Mei 2014
TUK 3.1 3.1.1 Mendiskusikan pendapat
S: Keluarga
mengatakan
Pukul11.00-
keluarga bagaimana cara
cara
perawatan
untuk
1145
mengatasi obesitas pada
pencegahan
terhadap
anggota keluarga yang
penderita
obesitas
sudah dilakukan.
mempertahankan
badan
ideal, memberikan makan 3.1.2 Menjelaskan keluarga cara
dengan
susunan
menu
– cara merawat anggota
seimbang, meningkatkan
keluarga dengan masalah
konsumsi
obesitas dengan lembar
dan sayuran, melakukan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
buah-buahan
balik
3.1.3 Memotivasi keluarga untuk
kegiatan
jasmani
aktifitas
fisik
mengulang kembali
makanan yang berlemak
penjelasan mahasiswa
dan tinggi kalori
3.1.4 Memberi reinforcement
mengatakan
penyebab gizi lebih atau
positif atas usaha dan
obesitas
keputusan yang telah
ngemil, banyak makan,
diambil oleh keluarga
kurang olah raga, stres
adalah
Keluarga
23 Mei
sering
mengatakan
cara perawatan anggota
TUK 3.2
Pukul11.00- 3.2.1 Mendiskusi 1145
secara
teratur, dan membatasi
Keluarga
2014
atau
pengalaman
keluarga dengan obesitas
keluarga dalam mengatasi
yaitu penyusunan menu
obesitas.
seimbang Keluarga
3.2.2 Mendiskusikan dengan
mengatakan
jika makan tidak dengan
keluarga tentang cara
menu
perawatan anggota
kelebihan dapat berakibat
keluarga dengan obesitas.
kelebihan berat badan
seimbang
Keluarga 3.2.3 Mengenali kepada keluarga
atau
mengatakan
makanan yang seimbang
bahan makanan penukar
terdiri dari zat yaitu zat
yang mampu dijangkau
tenaga, zat pembangun,
keluarga.
dan zat pengatur Keluarga
3.2.4 Mengajarkan keluarga cara
mengatakan
contoh zat tenaga berupa
menyusun menu yang
nasi,
memenuhi kecukupan nilai
roti,, dan ubi
gizi sesuai tingkat perkembangan.
jagung,
kentang,
Keluarga mengatakan zat pembangun
berupa
protein
seperti
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
nabati
3.2.5 Memodifikasi jumlah
tahu, tempe, dan protein
kalori jika sudah
hewani seperti daging,
mengalami perbaikan atau
telur
jika kondisi tidak berubah.
Keluarga mengatakan zat pengatur
yang
mengandung vitamin dan air, sayur, dan buah Keluarga akan
mengatakan
membuat
menu
yang seimbang setiap kali 26 Mei
TUK 3.3
2014
3.3.1 Mendemonstrasikan cara
Pukul11.00-
perawatan anggota
1145
keluarga dengan obesitas
anak R makan O: Keluarga
mampu
yaitu mengolah makan/
menyebutkan
cemilan sehat
seimbang Keluarga
3.3.2 Memonitor berat badan dan antropometri lainnya setiap seminggu sekali
gizi
menyebutkan
kembali
penyebab
obesitas Keluarga
mampu
menyebutkan 3.3.3 Memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan
akibat gizi lebih Kelarga
kembali apa yang telah
menyusun
diajarkan.
seimbang Keluarga
3.3.4 Memberi reinforcement positif atas upaya keluarga.
kembali
memutuskan merawat
mampu menu
mampu untuk anggota
keluarga ang mengalami TUK 3.4 3.4.1 Melatih keluarga gerakan jasmani untuk mengurangi
gizi lebih atau obesitas Keluarga menjawab
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
mampu pertanyaan
obesitas.
yang diajukan Keluarga
kooperatif dalam diskusi
3.4.2 Meningkatkan kemandirian keluarga.
nampak
A: reinforcement
TUK 1 dan TUK 2
positif atas usaha keluarga.
tercapai, TUK 3 tercapai
3.4.3 Memberi
sebagian 3.5.1 Mengevaluasi
usaha
P:
keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
Membuat kontrak waktu pertemuan selanjutnya
obesitas.
Mengevaluasi 3.5.2 Mengobservasi yang
telah
tindakan
pertemuan sebelumnya
dilakukan
Melanjutkan TUK 4, dan TUK 5
keluarga
3.5.3 Memberi
hasil
reinforcement
positif atas usaha keluarga. S: 4Juni 2014
TUK 4.1
Pukul11.00- 4.1.1 Mendiskusikan dengan 1145
Keluarga
mengatakan
keluarga macam – macam
mencegah obesitas yaitu
modifikasi yang dapat
dengan
dilakukan untuk mengatasi
makan dengan susunan
masalah obesitas
menu
memberikan
seimbang,
meningkatkan konsumsi 4.1.2 Menanyakan kepada
buah-buahan
dan
keluarga cara yang akan
sayuran,
melakukan
dipilih dalam memodifikasi
kegiatan
jasmani
lingkungan
aktifitas
fisik
atau secara
teratur, mempertahankan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
4.1.3 memberi kesempatan
badan
ideal,
dan
kepada keluarga untuk
membatasi makanan yang
bertanya.
berlemak
dan
tinggi
kalori 4.1.4 Memotivasi keluarga untuk
Keluarga
mengatakan
mengulang kembali
cara perawatan anggota
modifikasi yang dapat
keluarga dengan obesitas
dilakukan untik mengatasi
dengan
obesitas
makanan
mengolah baik
yaitu
makanan
bervariasi,
makanan
mengandung
dan jawaban yang
zat
dan
jumlah
diberikan keluarga.
makanan
yang
sesuai
4.1.5 Memberi pujian atas usaha
gizi,
dengan kebutuhan Keluarga
TUK 4.2 4.2.1 Mengevaluasi kemampuan
mengatakan
cara perawatan anggota
keluarga memodifikasi
keluarga dengan obesitas
lingkungan guna mengatasi
yaitu dengan
obesitas pada anggota
jasmani Keluarga
keluarga.
latihan
menyusun
jadwal aktivitas bersama 4.2.2 Memberi
reinforcement
positf atas perilaku yang positif
yang
telah
dilakukan keluarga.
anak Keluarga
mengatakan
akan melakukan
jadwal
kegiatan
dan
TUK 4.3
menjalankan
4.3.1.Melakukan kunjungan tak
mengkonsumsi
menu
terencana untuk melihat
makanan
sudah
upaya keluarga mengatasi
disepakati sebelumnya
masalah obesitas
yang
Keluarga
mengatakan
akan
melakukan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
rajin
4.3.2.Mengobservasi tindakan
olah
raga
dan
yang telah dilakukan
memotivasi
anaknya
keluarga
untuk aktif bergerak keluarga
4.3.3.Memberikan pujian atas usaha keluarga
mengatakan
cara
memodifikasi
lingkungan
untuk
merawat obesitas yaitu tidak
TUK 5.1 5.1.1 Mendiskusikan jenis-jenis
menyediakan
cemilan di rumah, tidak
pelayanan kesehatan yang
menyediakan
dapat digunakan keluarga
meja makan, tidak makan
dalam mengatasi obesitas
saat melakukan aktivitas
pada anggota keluarga.
seperti
gula
membaca
menonton
TV, air
memilih fasilitas kesehatan
makan,
dan
yang akan digunakan.
dalam pola makan.
5.1.3 Memberi pujian atas pilihan keluarga.
atau
minum
240cc
5.1.2 Membantu keluarga
di
sebelum disiplin
Keluarga
mengatakan
akan
melakukan
modifikasi
lingkungan
untuk mengatasi obesitas. Keluarga
TUK 5.2
mengatakan
fasilitas kesehatan yang 5.2.1 Mengkaji
pengetahuan
dapat digunakan keluarga
keluarga tentang manfaat
untuk mengatasi obesitas
fasilitas kesehatan.
pada anggota keluarga yaitu puskesmas, rumah
5.2.2 Mendiskusikan keluarga fasilitas kesehatan.
dengan
manfaat
dan
pelayanan
sakit, dokter praktik, dan pos gizi Keluarga manfaat kesehatan
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
mengatakan fasilitas mendapat
5.2.3 Menanyakan kembali pada
informasi tentang cara
keluarga manfaat fasilitas
perawatan
kesehatan.
keluarga dengan obesitas dan
5.2.4 Memberi jawaban
pujian
atas
anggota
pengobatan
pada
anggota keluarga dengan
yang diberikan
obesitas
keluarga.
yang
dialami
anggota keluarga. Keluarga
mengatakan
TUK 5.3
akan membawa anggota
5.3.1 Memotivasi keluarga untuk
keluarga
memanfaatkan fasilitas kes. 5.3.2 Mengevaluasi penggunaan fasilitas kesehatan oleh keluarga.
difasilitas kesehatan O: Keluarga
positif jika keluarga telah
mampu
menyebutkan kembali 4 dari
5.3.3 Memberi reinforcement
periksa
7
pencegahan
Keluarga
mampu
obesitas
memanfaatkan fasilitas
menyajikan
makanan
kesehatan
dengan menu seimbang Keluarga
TUK 5.4
mampu
membuat jadwal aktivitas Keluarga
5.4.1 Memotivasi keluarga untuk
mampu
mengatakan
fasilitas
membawa anggota
kesehatan
keluarga dalam masalah
dilingkungan
obesitas ke fasilitas pelayanan kesehatan
keluarga menyebut
yang
ada
mampu cara
memodifikasi lingkungan 5.4.2 Mengevaluasi kunjungan keluarga ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
untuk merawat obesitas Keluarga manfaat
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
menyebutkan fasilitas
membawa anggota
kesehatan
keluarga dengan masalah obesitas
5.4.3 Memberi pujian atas usaha yang telah dilakukan keluarga
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 6
EVALUASI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Bapak H Alamat
: Rt 05 Rw 03
Kelurahan
sukatani,
Kecamatan Tapos
Kesimpulan: Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi, dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan penulis dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pebinaan dan kunjungan pada keluarga secara rutin, penulis banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga, dan menemukan dua masalah kesehatan yaitu gizi lebih dan kerusakan gigi. Saat pengkajian awal keluarga memiliki tingkat kemandirian I. setelah dilakukan implementasi dan evaluasi dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam keluarga memiliki tingkat kemandirian III, yaitu dengan alasan: Kriteria
Ya
Keluarga
Pembenaran Selama praktek dan melakukan kunjungan
menerima petugas perawatan
Tidak
rumah, keluarga sangat kooperatif, keluarga selalu terbuka, dan pertemuan sesuai
kesehatan
dengan kesepakatan yang telah disepakati
masyarakat
bersama.
Kontrak
yang
disepakati
terkadang tidak sesuai rencana karena terbentur dengan adanya kendala cuaca atau keluarga memiliki kegiatan lain di luar
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
rumah. Selama dikunjungi keluarga sangat antusias dan mendengarkan dengan baik informasi yang diberikan serta keluarga menerima dengan baik atas masukan terkait masalah kesehatan keluarga. Keluarga
Selama proses pengkajian keluarga sangat
mengungkapkan masalah kesehatan
kooperatif dengan menjawab pertanyaan
dengan benar terkait riwayat kesehatan
yang
dialami
keluarga dan keluhan yang dirasakan, yang
secara
selanjutnya
benar
diklarifikasi
pemeriksaan terbuka
fisik.
mau
dengan
Keluarga
dengan
membicarakan
masalah
kesehatan yang dialami selama ini. Keluarga
Hasil
menerima
.
pelayanan
pengkajian
mahasiswa
yang
kepada
dilakukan
anggota
keluarga
kemudian dianalisis untuk menentukan
kesehatan
yang
diberikan
sesuai
keperawatan yang telah ditentukan disusun
rencana
secara prioritas bersama keluarga dan
dengan
masalah
keperawaan
keperawatan.
Masalah
direncanakan intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan. Keluarga menerima setiap intervensi yang dilakukan, salah satu intervensi yang dilakukan yaitu dengan pembuatan
jadwal
meningkatkan
kegiatan
aktivitas
untuk
anak
dan
melakukan pemilihan menu seimbang pada anak. Keluarga
Keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran
yang
mengalami
masalah
kesehatan langsung dibawa ke fasilitas kesehatan
yang
ada
diwilayah
yang
terdekat dengan rumah seperti puskesmas atau klinik dokter praktek
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
Keluarga
Keluarga
melakukan
mampu
melakukan
pencegahan terhadap masalah kesehatan
tindakan
sudah
yang
dialami,
yaitu
dengan
mempertahankan berat badan yang ideal,
pencegahan
tidak
mengkonsumsi
makanan
yang
mengandung lemak tinggi, lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, melakukan olahraga secara teratur, dan pengaturan porsi makan anak. Keluarga
Keluarga telah mencoba untuk melakukan
melakukan
promosi kesehatan tetapi belum maksimal
promos kesehatan secara aktif
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 7
CONTOH JADWAL AKTIVITAS
Waktu
Jenis Kegiatan
Senin
(15.00-16.00)
Bersepeda
Selasa
(15.00-16.00)
Main bola kaki
Rabu
(16.00-16.30)
Lari berkeliling lapangan
Kamis
(16.00-17.00)
Bermain badminton
Jumat
(16.30-17.00)
Bersepeda
Sabtu
(15.00-15.30)
Berenang
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014
LAMPIRAN 8 DAFTAR RIWAYAT HDUP
Nama
: Dewi Retno Suryani
Tempat, tanggal lahir
: Depok, 11 Oktober 1985
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Perawat
Alamat rumah
: Jl. Turi 3 No.4 Rt 04/ 06 Beji Timur, Depok
Email
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Negeri 2 Beji Timur
Tahun 1992 – 1998
2. SLTP Negeri 2 Depok
Tahun 1998 – 2001
3. SMU Negeri 109 Jakarta
Tahun 2001 – 2004
4. Polekkes Depkes Jakarta 3,
Tahun 2004 – 2007
(Keperawatan Kimia 17) 5. S1 Keperawatan – UI
Tahun 2011 – 2013
6. Profesi Keperawatan – UI
Tahun 2013 – 2014
RIWAYAT BEKERJA 1. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Tahun 2007 – Sekarang
Penyusunan jadwal ..., Dewi Retno Suryani, FIK UI, 2014