UNIVERSITAS INDONESIA
MANAJEMEN PEMERAHAN DAN PENYIMPANAN ASI SEBAGAI INTERVENSI DALAM MENGATASI MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERIAN ASI PADA KELUARGA BAPAK D DI KELURAHAN SUKATANI, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
MARIA L. A. NAIBAHO 0906564132
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2014
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
MANAJEMEN PEMERAHAN DAN PENYIMPANAN ASI SEBAGAI INTERVENSI DALAM MENGATASI MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PEMBERIAN ASI PADA KELUARGA BAPAK D DI KELURAHAN SUKATANI, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
MARIA L. A. NAIBAHO 0906564132
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2014
ii Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
iii Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
iv Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan berkat sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini. Penulisan KIA-N ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar perawat (Ners) pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa dalam penulisan KIA-N ini tidak lepas dari dorongan, bimbingan, bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pembimbing, Wiwin Wiarsih, S.Kp., M.N atas segala pengarahan dan bimbingannya yang telah diberikan selama proses pembuatan KIA-N ini. Saya berterima kasih kepada keluarga dan sahabat yang senantiasa membantu dan mendoakan saya selama ini. Saya juga berterima kasih pada teman-teman peminatan komunitas di Kelurahan Sukatani, khususnya RW 01 Sukatani yang telah memberi dukungan dan membantu dalam menyelesaikan KIA-N ini. Akhir kata, saya berharap Tuhan Yesus Kristus berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KIA-N ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok,
Juli 2014
Penulis
v Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
vi Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Maria L. A. Naibaho, S.Kep : Profesi Ners : Manajemen Pemerahan dan Penyimpanan ASI sebagai Intervensi dalam Mengatasi Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI pada Keluarga Bapak D di Kelurahan Sukatani, Depok
ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Namun masih banyak ibu yang memberikan susu formula pada bayinya meskipun produksi ASI yang dimiliki cukup. Ibu muda memiliki kemampuan memproduksi laktasi yang lebih baik. Sayangnya ibu muda seperti remaja mudah terpengaruh lingkungan karena masa transisi yang sedang dialaminya sehingga tanggung jawab dalam mengasuh anak sering diabaikan. Karya ilmiah ini ditulis untuk melaporkan asuhan keperawatan dengan ketidakefektifan pemberian ASI dan mengidentifikasi pengaruh tindakan keperawatan “pemerahan dan penyimpanan ASI”. Hasil yang diperoleh, ibu F mampu memberikan ASI lebih sering pada bayinya dan mengurangi penggunaan susu formula. Ibu F diharapkan dapat lebih meningkatkan pemberian ASI. Kata kunci: ASI, pemerahan, penyimpanan, remaja
vii Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
ABSTRACT Name Study Program Title
: Maria L. A. Naibaho, S.Kep : Profesi Ners : Pumping and Storing Breastmilk as an Intervention in Ineffective Breastfeeding Diagnosis in Family of Mr. D in Sukatani, Depok
Breast milk is the best nutrition for babies. But there’re still many mothers who formula feed their babies with formula’s production. Young mothers have the ability to produce a better lactation. Unfortunately the young mothers as adolescents easily influenced by the environment because she was in a transition period so that the responsibility of parenting is often overlooked. This paper was written for the reported ineffectiveness of nursing care to identify the effect of breast feeding and nursing actions " pumping and storing breastmilk ". The results is that Mrs F was able to breast-feed her baby more often and reduce the use of infant formula. Keywords: Breast milk, breast feeding, pumping, storing, adolescent
viii Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. HALAMAN SAMPUL ............................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... ABSTRAK .................................................................................................. ABSTRACT ................................................................................................. DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
i ii iii iv v vii viii ix xi xii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 1.3 Tujuan Penulisan .................................................................. 1.3.1 Tujuan Umum ........................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 1.4 Manfaat Penulisan ................................................................ 1.4.1 Keluarga .................................................................... 1.4.2 Pendidikan Keperawatan ........................................... 1.4.3 Pelayanan Keperawatan ............................................. 1.4.4 Penelitian Selanjutnya ...............................................
1 9 10 10 11 11 11 11 11 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori dan Konsep Perkotaan /Urban Nursing ........................ 13 2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ..................................................................... 13 2.1.2 Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI Eksklusif yang Terjadi di Perkotaan …………………………………… 14 2.2 Tahap Tumbuh Kembang Keluarga dengan Bayi ................... 15 2.2.1 Keluarga dengan Bayi ............................................... 15 2.2.2 Bayi sebagai Agregat at Risk ..................................... 16 2.2.3 Peran Perawat Keluarga ............................................ 17 2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Bayi .......................... 19 2.3.1 Pengkajian Keluarga .................................................. 20 2.3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................. 22 2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ......................... 23 2.3.4 Implementasi Keperawatan ....................................... 23 2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................... 26 BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga ........................................ 29 3.2 Diagnosis Keperawatan ......................................................... 32 3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ..................................... 32
ix Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
3.4 3.5
Implementasi Keperawatan ................................................... 33 Evaluasi Keperawatan ........................................................... 34
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan Konsep kasus terkait .............................................................. 38 4.2 Analisis Intervensi Manajemen Pemerahan dan Penyimpanan ASI sebagai Intervesi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian terkait ………………………. 40 4.3 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ......................... 43 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................ 5.2 Saran ...................................................................................... 5.2.1 Keluarga ...................................................................... 5.2.2 Puskesmas/Perawat Komunitas ................................... 5.2.3 Masyarakat ................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
45 47 47 47 47
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel 2.1 Sumber data pengkajian keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003)
xi Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengkajian Keluarga Lampiran 2 Skoring Masalah Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Lampiran 4 Catatan Perkembangan Lampiran 5 Evaluasi Sumatif Lampiran 6 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
xii Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kesehatan perkotaan merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan karena tingkat perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan pada masyarakat di perkotaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain budaya pada penduduk yang heterogen, gaya hidup masyarakat perkotaan, mata pencaharian lebih beragam dengan faktor risiko yang lebih bervariasi, jenis bahan makanan dan minuman yang diolah lebih variatif agar menarik, penggunaan kebutuhan sehari-hari lebih instan (tidak alami) dibandingkan pemenuhan kebutuhan masyarakat pedesaan serta tuntutan kebutuhan media komunikasi lebih dominan. Faktor-faktor tersebutlah yang dapat menyebabkan munculnya masalah kesehatan di perkotaan (Allender & Spradley, 2010).
Beberapa usaha yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengatasi masalah kesehatan perkotaan, baik secara lokal maupun global. Di Indonesia sendiri, Departemen Kesehatan membangun rencana yang disebut dengan Rencana Strategis Departemen Kesehatan, yang diperbaharui setiap empat tahun. Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan tersebut. Sasarannya tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, tujuan pembangunan kesehatan global salah satunya adalah dengan mengurangi angka kematian bayi (AKB). Millenium Development Goal’s (MDG’s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB pada September 2000
untuk
melaksanakan 8
(delapan)
tujuan
pembangunan,
yaitu:
(1)
Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, (2) Mencapai pendidikan dasar untuk semua, (3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, (4) Menurunkan angka kematian bayi, (5) Meningkatkan kesehatan ibu, (6) Memerangi
1 Algriana Naibaho, FIK Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya UI, 2014
Indonesia
2
penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, (7) Kelestarian lingkungan hidup, dan (8) Membangun kemitraan global dalam pembangunan (Kusmiran, 2011).
Upaya yang dilakukan untuk mencapai sasaran keempat dan kelima salah satunya adalah dengan peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI). World Health Organization/United Nations Children’s Fund (WHO/UNICEF), pada tahun 2003 melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak. Oleh karena itu pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak merupakan hal yang penting. Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on Infant and Young Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 (dua) tahun adalah: inisiasi menyusu dini dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir; memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan; mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan; dan meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Sepakat dengan WHO, pemberian ASI secara eksklusif menurut Departemen Kesehatan RI, melalui Keputusan Menteri Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 yaitu pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan, dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI secara eksklusif. Indonesia sebagai salah satu anggota PBB, memiliki dan ikut melaksanakan komitmen tersebut dalam upaya untuk mensejahterakan masyarakat. Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI)
sebagai
bagian dari generasi muda negara kesatuan Republik Indonesia juga ikut serta mendukung komitmen pemerintah tersebut. Program dan kegiatan yang sedang dilaksanakan Mahasiswa FIK UI bertujuan untuk mencapai target MDG’s terutama
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
3
dalam bidang kesehatan melalui praktik profesi Keperawatan Komunitas yang sedang berlangsung di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis Depok saat ini.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta membantu meningkatkan kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan pada bayi agar terhindar dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan sebagainya (WHO,2002) (Depkes, 2002). Air Susu Ibu (ASI) dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Perinasia, 2004). Pencapaian ASI Eksklusif masih kurang, hal ini berdasarkan data hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003, pemberian ASI eksklusif pada bayi berumur 2 bulan hanya 64%. Persentase ini kemudian menurun cukup tajam menjadi 46% pada bayi berumur 2-3 bulan dan 14% pada bayi berumur 4-5 bulan (KBI, 2005).
Penelitian WHO tahun 2006 tentang pemberian ASI eksklusif (<6 bulan) di beberapa negara menunjukkan bahwa prevalensi pemberian ASI eksklusif di negara-negara kurang berkembang sebesar 37%, negara berkembang sebesar 48%, dan angka dunia sebesar 45%. Hal ini menggambarkan bahwa prevalensi pemberian ASI eksklusif masih rendah dan praktek pemberian MP-ASI dini di negara-negara tersebut masih tinggi (Willians & Wilkins, 2006). Sedangkan survei di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Russ Laboratories Mother dan NHANES-III pada tahun 2005 tentang ibu yang memberikan ASI secara eksklusif pada bayi mereka sampai umur 6 bulan menggambarkan bahwa ibu-ibu yang melahirkan di RS dan memberikan ASI pada bayinya adalah sebesar 69,5% dan diamati secara longitudinal, dari 695% responden, yang memberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan adalah sebesar 32,5%. Dari
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
4
angka tersebut berarti 67,5% dari ibu-ibu yang memberikan ASI sudah melakukan praktek pemberian MP-ASI dini (Frances, et al, 2006).
Penelitian Gareth Jones (2009), mengemukakan bahwa menyusui dapat mencegah 13% kematian balita, sedangkan Karen M. Edmond (2006), dalam penelitian di Ghana menyatakan bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI pada hari pertama, dan angka tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi melakukan inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama setelah lahir. Hasil studi WHO melalui Multicentre Growth Reference Study (MGRS) yang diselenggarakan di 6 negara (Brazil, Ghana, India, Norwegia, Oman dan AS) dengan sampel 1737 bayi 0-24 bulan (baduta) diperoleh gambaran bahwa 50,77% di antaranya tetap diberikan ASI eksklusif dan 49,23% baduta sudah diberikan MP-ASI sebelum berusia 6 bulan (Basuni, 2008).
Di Indonesia, Hartono (2007) meneliti tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi bayi usia 0-6 bulan di Makassar, menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 0-6 bulan. Dengan diberikannya ASI eksklusif pada bayi sampai dengan usia 6 bulan maka bayi tersebut akan mendapatkan asupan gizi yang baik sehingga status gizinya akan menjadi baik pula. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan pada perawat di Semarang oleh Harjanti (2007) menunjukkan bahwa hanya 11.4% perawat yang memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, sementara 88,6% perawat sisanya tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun masih banyak ibu menyusui yang melupakan keuntungan menyusui. Selama ini masih banyak ibu yang memberikan susu formula pada bayinya, meskipun produksi ASI yang dimiliki cukup untuk bayi. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, hal ini dapat menjadi ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI. Permasalahan yang utama dalam masyarakat adalah perilaku
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
5
menyusui yang kurang mendukung, faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, gencarnya promosi susu formula, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PASI, kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya dan ibu yang bekerja (Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI).
Keluarga merupakan salah satu faktor penentu status kesehatan bayi. Keluarga memiliki peranan yang penting bagi peningkatan dan pengawasan status kesehatan bayi. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat menungkatkan status kesehatan bayi di rumah. Kontribusi asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya kemandirian keluarga dalam meningkatkan status kesehatan bayi (Hidayati, 2011). Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosis, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada bayi karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai kondisi anak membaik (Widyatuti, 2011). Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bayi secara tepat.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi. Praktik penulis diawali dengan melakukan screening saat pertemuan pertama yang dilakukan bersama ketua RT dan kader di RW 01 Kelurahan Sukatani, dan mulai mengkaji pemberian ASI pada ibu-ibu hamil dan menyusui di dalam keluarga yang akan menjadi keluarga kelolaan. Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Ibu F selama tujuh minggu bertempat di RT 007 RW 01 Kelurahan Sukatani Kecamatan Tapos Kota Depok. Keluarga Ibu F (15 tahun) dan Bapak D (24 tahun) memiliki seorang anak yang masih bayi yaitu An G (27 hari). Keluarga Ibu F merupakan keluarga nuclear family dan memiliki masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada Anak G.
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
6
Ibu F merupakan entry point dalam asuhan keperawatan status partum P1A0, dengan riwayat pernah mencoba melakukan abortus pada saat kehamilan 4 bulan dengan mengkonsumsi minuman bersoda dan buah nanas dalam jumlah yang banyak, namun tidak berhasil. Saat ini Ibu F tampak sehat dan segar, serta mengatakan sudah siap untuk merawat bayinya. Saat ini An G diberikan ASI dan susu formula karena Ibu F merasa bahwa ASInya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. Saat dikaji, jumlah ASI yang keluar cukup banyak namun Ibu F mengatakan anaknya seringkali masih merasa haus setelah diberi ASI, sehingga diberi tambahan susu formula. Ibu F juga mengatakan setiap pagi harus mengerjakan pekerjaan rumah sehingga tidak sempat menyusui bayinya dan memilih untuk menyediakan susu formula. Selain itu, Ibu F mengeluh malu menyusui saat sedang berada di luar rumah sehingga selalu membawa susu formula.
Wanita yang lebih muda mempunyai kemampuan menghasilkan laktasi yang lebih baik dibanding dengan wanita yang lebih tua. Ibu yang masih berusia remaja dapat memenuhi kebutuhan ASI pada anaknya dan bahkan mungkin lebih sukses dalam berperan sebagai orangtua dalam hal pemberian ASI akan tetapi sebagian besar ibu remaja sangat mudah terpengaruh atau goyah oleh lingkungan karena masa transisi yang sedang dialaminya sehingga tanggung jawab dalam mengasuh dan memelihara anak sering diabaikan.
Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanan dan masa dewasa dan pada masa ini terjadi kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat (Wong, et al, 2008). Selama periode tersebut, individu remaja akan mencapai kematangan dalam fisiologis dan seksual, perkembangan lebih akan kemampuan beralasan, serta menetapkan pilihan pendidikan dan harapan yang akan dilakukan dewasa nanti. Berbagai perubahan yang terjadi mendorong individu tersebut akan berdampak pula pada berbagai risiko kesehatan bagi remaja tersebut (Hockenberry, 2007). Sementara aktivitas seksual berhubungan dengan self-esteem remaja itu
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
7
sendiri, yakni terjadinya low self-esteem pada remaja memicu risiko lebih tinggi akan aktivitas seksual pada remaja. Berbagai alasan yang mendasari aktivitas seksual remaja meliputi tidak adanya batasan dalam berkembang, untuk mencapai selfesteem, sebagai bentuk eskperimen, untuk diakui teman, untuk memiliki seseorang yang dapat menceritakan akan sesuatu ataupun cinta, untuk kesenangan, dan untuk menunjukkan bahwa mereka normal (Potts & Mandleco, 2007).
Aktivitas seksual dini pada remaja menunjukkan adanya rendahnya perhatian orang tua, perkembangan pubertas dini, kemiskinan, riwayat sexual abuse, adanya pola dini budaya dan keluarga akan pengalaman seksual, dan rendahnya perfomance sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa individu, keluarga, teman, dan sosial mempengaruhi insiden terjadinya aktivitas seksual dini pada remaja serta insiden kehamilan pada remaja. Adanya peningkatan peran pada individu, keluarga, teman, dan sosial menjadi faktor untuk mencegah terjadinya aktivitas seksual dini. Hal ini meliputi adanya kestabilan lingkungan, supervisi orang tua, serta parent-child connectedness (Hockenberry, 2007).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, tercatat ada 35 dari 1000 remaja yang sudah melahirkan. Bahkan usia rata-rata perkawinan wanita adakah 19 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa perkawinan pada remaja cenderung tinggi, yang kemudian diikuti dengan hamil dan melahirkan anak. Padahal sebagian besar ibu remaja masih tergantung kepada orangtua atau orang lain sehingga pengasuhan dan perawatan anak seringkali diserahkan sepenuhnya pada orangtua atau orang lain. Alasan yang umum diberikan adalah karena mereka masih sekolah, bekerja atau masih ingin bebas dan mencari jati dirinya sebagaimana remaja pada umumnya. Remaja yang sudah menikah dan mempunyai anak akan mengalami masalah atau resiko psikologis jika semua urusan rumah tangga termasuk menyusui dan memelihara anak ditangani sendiri. Hal ini disebabkan karena mereka belum siap mental untuk berperan sebagai ibu dan istri. Kondisi ini sangat berbeda dengan ibu
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
8
yang sudah dewasa dimana tanggung jawab dalam memelihara dan mengasuh anak dilakukan dengan tulus (Hurlock, 2009).
Smith (2009) dalam penelitian yang dilakukan terhadap remaja yang sedang hamil atau tidak hamil pada remaja Afrika-Amerika dan remaja Latin mengatakan bahwa sebagian besar remaja beranggapan bahwa pemberian ASI pada bayi atau anak akan mengganggu kebebasannya karena mereka akan terikat dan tidak bisa pergi kemanamana, bayi akan lengket terus dengan ibunya dan akan memalukan jika ASI keluar atau tumpah di tempat-tempat umum. Hal ini disebabkan karena masa remaja masih berada pada tahap transisi, pertumbuhan dan perkembangan dari kanak-kanak menjadi dewasa, memiliki fisiologis dan psikologis tersendiri yaitu ingin selalu bebas.
Masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada keluarga Bapak D dilakukan melalui tahap asuhan keperawatan dalam pendekatan keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yang berfokus pada pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan intervensi, implementasi, dan evaluasi. Konsep pengkajian yang diimplementasikan dilakukan melalui proses wawancara dan observasi perilaku orang tua untuk mendapatkan data yang berfokus pada masalah keluarga. Ada beberapa diagnosa keperawatan yang ditegakkan dalam keluarga ini, yaitu ketidakefektifan pemberian ASI, kurangnya pengetahuan terkait alat kontrasepsi, ketidakefektifan koping individu, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan kesiapan menjadi orangtua. Setelah melakukan skoring bersama keluarga, diperoleh dua intervensi utama yaitu ketidakefektifan pemberian ASI dan kurangnya pengetahuan terkait alat kontrasepsi. Kedua diagnosa ini telah diselesaikan, namun implementasi yang dijabarkan dalam Karya Ilmiah Akhir ini hanya diagnosa ketidakefektifan pemberian ASI dengan manajemen pemerahan dan penyimpanan ASI.
Perencanaan intervensi dan implementasi dilakukan untuk melakukan strategi dalam mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI yang terjadi pada keluarga.
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
9
Evaluasi dilakukan setelah semua tindakan asuhan keperawatan telah terlaksana. Penulis memberikan asuhan keperawatan berpusat kepada lima fungsi tugas keluarga menurut Maglaya (2009). Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat meningkatkan status nutrisi dan kesehatan anak di rumah. Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Bapak D melalui pendidikan kesehatan dan pemberian informasi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga terkait masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi dan mengajarkan cara melakukan pemerahan dan penyimpanan ASI dengan menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian ASI Eksklusif, manfaat ASI bagi ibu, bayi dan keluarga, serta kelebihan ASI dibanding susu formula. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah ketidakefektifan pemberian ASI, upaya yang dilakukan untuk mencegah masalah ketidakefektifan pemberian ASI, informasi mengenai teknik dan posisi menyusui yang tepat, dan demonstrasi cara menyusui yang benar, cara memilih menu seimbang untuk ibu menyusui, serta teknik pemerahan dan penyimpanan ASI.
Intervensi yang dipilih adalah demonstrasi teknik pemerahan dan penyimpanan ASI. Implementasi mengenai peragaan teknik pemerahan dan penyimpanan ASI dipilih karena sesuai dengan keinginan dan harapan Ibu F untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan Ibu F tetap dapat menjalankan aktivitas di dalam maupun luar rumah tanpa merasa malu atau terburu-buru dalam menyusui. Setelah dilakukan evaluasi di akhir pertemuan, terjadi peningkatan pengetahuan dan motivasi Ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Keluarga Ibu F, tampak mulai mengurangi penggunaan susu formula, dan mulai melakukan pemerahan dan penyimpanan ASI di dalam kulkas selama satu hingga dua hari.
1.2 Perumusan Masalah Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
10
pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja. Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu uapaya pemberian ASI eksklusif. Dari berbagai penelitian menunjukan banyak alasan untuk menghentikan ASI dengan jumlah yang bervariasi: 13% (1982), 18,2% (Satoto 1979), 48% (Suganda 1979), 28% (Surabaya 1992), 47% (Columbia), 6% (New Delhi). Selain itu gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan makanan/minuman secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif.
Upaya peningkatan pemberian ASI selama ini mulai memberikan hasil yang menggembirakan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2005-2006 menunjukkan telah terjadi peningkatan cakupan pemberian ASI secara eksklusif sampai 6 bulan. Jika pada tahun 2005 cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 18,1%, cakupan tersebut meningkat menjadi 21,2% pada tahun 2006. Sedangkan cakupan ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (0–6 bulan) meningkat dari 49,0% pada tahun 2005 menjadi 58,5% pada tahun 2006. Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menetapkan target cakupan pemberian ASI secara eksklusif pada tahun 2014 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%. Oleh karena itu untuk mencapai target pemberian ASI secara eksklusif, upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif perlu dilanjutkan dan terus ditingkatkan.
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Ibu F di RW 01 kelurahan Sukatani, Kota Depok dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi.
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
11
1.3.2 Tujuan Khusus Memberikan gambaran mengenai: a) masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi di RW 01 b) hasil pengkajian keperawatan pada keluarga Ibu F c) diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Ibu F d) perencanaan intervensi keperawatan berupa inovasi unggulan terkait pendemonstrasian teknik pemerahan dan penyimpanan ASI yang tepat pada keluarga Ibu F e) implementasi keperawatan pada keluarga Ibu F f) evaluasi keperawatan pada keluarga Ibu F
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Keluarga Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga mengenai pentingnya pemberian ASI pada bayi dan cara pengefektifan pemberian ASI pada bayi dengan teknik pemerahan dan penyimpanan ASI, serta meningkatkan motivasi keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi yang masih berusia kurang dari enam bulan. 1.4.2 Pendidikan Keperawatan Menambah informasi dan pengembangan keperawatan di bidang pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga mengenai pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan pemberian ASI yang mencukupi pada bayi melalui teknik pemerahan dan penyimpanan ASI. 1.4.3 Pelayanan Keperawatan Mengembangkan keilmuan keperawatan melalui pendidikan dan promosi kesehatan mengenai pentingnya melakukan teknik pemerahan dan penyimpanan ASI dalam upaya meningkatkan motivasi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang cukup pada bayi sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan bayi. Penulisan ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi program perawat kesehatan masyarakat, khususnya pada manajemen ASI di Puskesmas Kecamatan Sukatani
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
12
dalam mengembangkan media promosi kesehatan tentang pemberian ASI pada bayi dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI. 1.4.4 Penelitian Selanjutnya Menjadikan hasil penulisan ini sebagai data dasar dalam mengembangkan penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif melalui pengetahuan tentang manfaat dan kelebihan ASI dari susu formula, sebagai dasar dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pada keluarga dengan ketidakefektifan pemberian ASI.
Universitas Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan 2.1.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Menurut Paul B. Horton dan C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama dan tinggal di suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/kumpulan manusia tersebut. Masyarakat urban merupakan kumpulan manusia yang mendiami daerah perkotaan didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik. Daerah perkotaan adalah suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, seperti jalan raya, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya (BPS, 2010).
Perkotaan merupakan wilayah dengan susunan fungsi sebagai permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Perkotaan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan masyarakat yang beragam (heterogen). Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Perkotaan memiliki karakteristik yaitu besarnya peranan kelompok sekunder, anonimitas merupakan ciri kehidupan masyarakatnya, heterogen, mobilitas sosial tinggi, tergantung pada spesialisasi, hubungan antara orang satu dengan yang lain lebih didasarkan atas kepentingan daripada kedaerahan, lebih banyak tersedia lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan, serta lebih banyak mengubah lingkungan (Indrizal, 2006). 13
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
14
2.1.2 Masalah Ketidakefektifan Pemberian ASI Eksklusif yang Terjadi di Perkotaan Perkotaan, ditinjau dari kondisi lingkungan fisiknya, secara umum diasosiasikan dengan pengangguran, kemiskinan, polusi, kebisingan, ketegangan mental, kriminalitas, kenakalan remaja, seksualitas, dan sebagainya. Masyarakat perkotaan identik dengan mobilitas dan tingkat kesibukan yang tinggi. Kesibukan ini menuntut masyarakat untuk bergaya hidup serba praktis dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti makanan praktis dan cepat saji.
Bukan hanya untuk orang dewasa, gaya hidup serba praktis juga berimbas pada anak. Banyak orangtua lebih memilih untuk memberikan susu formula pada anak bayi dibandingkan ASI, meski sebenarnya pemberian ASI justru lebih praktis dan cepat. Selain itu, di zaman yang serba modern ini masyarakat perkotaan dibanjiri oleh media yang menyebarkan berbagai iklan menarik dengan leluasa, sehingga masyarakat perkotaan mudah terpengaruh oleh media. Misalnya saja iklan susu formula yang begitu melimpah di berbagai stasiun TV yang menyebabkan ibu-ibu tertarik untuk memberikan susu formula pada bayinya, dan melupakan pentingnya ASI bagi bayi.
Belakangan ini produsen susu formula banyak mengembangkan produk mereka dengan menciptakan susu formula berbagai rasa, yang membuat orangtua tertarik untuk memberikan pada anaknya. Meskipun demikian, tak jarang media juga digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan informasi tentang manfaat ASI bagi bayi, ibu, dan keluarga, serta kebaikan ASI dan susu formula. Namun berbagai informasi yang beragam ini justru dapat membuat masyarakat menjadi bingung.
Selain gaya hidup, faktor lain yang mempengaruhi ketidakefektifan pemberian ASI pada masyarakat perkotaan adalah sosial dan budaya. Hampir sama seperti di pedesaan, banyak keluarga yang lebih mempercayai mitos yang turun-temurun dari orangtua dibanding informasi dari petugas kesehatan seperti bidan atau dokter. Penelitian yang dilakukan oleh Setyawati (2013) di Kabupaten Semarang Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
15
menunjukkan bahwa para ibu menyusui cenderung lebih percaya pada orangtua mereka atau saudara dan tetangga mereka karena mereka telah lebih dahulu mempunyai pengalaman menyusui dan terbukti anak mereka dapat memiliki badan gemuk dan terlihat sehat.
Penelitian lain (Kristin, 2013) di Jawa Tengah menyebutkan bahwa saat pertama kali harus menyusui bayi, banyak ibu muda merasa tidak yakin dan takut menyusui bayinya, merasa tidak yakin dan percaya diri dalam menyusui, serta merasa tidak mampu memberikan yang terbaik untuk bayinya, sehingga menjadikan orangtua menjadi role model dalam pemberian ASI pada anaknya. Ibu muda biasanya lebih mengikuti nasihat orangtua yang selalu dianggap benar, meski mitos tersebut berlawanan dengan informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan.
Masyarakat pada daerah perkotaan rata-rata membayar 30% lebih mahal untuk mendapatkan bahan makanan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Selain itu, di zaman yang serba modern ini masyarakat perkotaan dibanjiri oleh media yang menyebarkan berbagai iklan menarik dengan leluasa, sehingga masyarakat perkotaan mudah terpengaruh oleh media. Misalnya saja iklan susu formula yang begitu melimpah di berbagai stasiun TV yang menyebabkan ibu-ibu tertarik untuk memberikan susu formula pada bayinya, dan melupakan pentingnya ASI Eksklusif.
2.2 Tahap Tumbuh Kembang Keluarga Saat Ini 2.2.1 Keluarga dengan Bayi Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu memiliki peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki peran sosial yang berbeda satu sama lain dengan ciri saling berhubungan dan ketergantungan antar individu (Suprajitno, 2003). Berdasarkan pengertian tersebut Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
16
dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dan memiliki peran sosial dari tiap-tiap anggotanya dan saling ketergantungan antar satu sama lain.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) menyatakan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi, yaitu: (1) Fungsi afeksi: merupakan fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. (2) Fungsi sosial dan tempat bersosialisasi: sebagai unit terkecil dari masyarakat, keluarga, merupakan tempat berlatih bagi anak untuk berkehidupan sosial. (3) Fungsi reproduksi: fungsi ini bertujuan untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. (4) Fungsi ekonomi: keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (5) Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan: yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
Keluarga memiliki fungsi dalam melakukan perawatan atau pemeliharaan kesehatan anggota keluarga. Fungsi pemeliharaan keluarga ini dibagi menjadi lima fungsi yang diharapkan dapat dijalankan oleh keluarga (Maglaya et all., 2009). Fungsi tersebut yaitu: (1) Mengenal masalah kesehatan keluarga. (2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. (3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan. (4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. (5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal keluarga.
2.2.2 Bayi sebagai Agregat At Risk Friedman, Bowden, & Jones (2003) mengungkapkan bahwa keluarga dengan bayi termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak baru lahir, yaitu tahap II. Tugas perkembangan keluarga tahapan keluarga dengan anak baru lahir adalah: (1) Memulai keluarga menjadi keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan bayi baru lahir sebagai bagian dari keluarga). (2) Rekonsiliasi Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
17
konflik tugas perkembangan dan kebutuhan yang beragam dari anggota keluarga. (3) Membantu kenyamanan hubungan pernikahan. (4) Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan peran orang tua dan kakek-nenek.
Tahapan perkembangan keluarga merupakan panduan perawat dalam intervemsi dengan keluarga agar keluarga dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota keluarga. Sedangkan tahap perkembangan keluarga yang diadaptasi dari Duval, pada keluarga yang memiliki bayi termasuk pada tahap perkembangan keluarga dengan child bearing (kelahiran anak pertama). Tugas perkembangan keluarga dengan child bearing antara lain mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan mempersiapkan berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir, tugas keluarga adalah memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi (minimal 6 bulan), memberikan kasih sayang, mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masingmasing pasangan, pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan seks, mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.
2.2.3 Peran Perawat Keluarga Ruang
lingkup
peningkatan
praktik
kesehatan
keperawatan (promotif),
masyarakat
pencegahan
meliputi
upaya-upaya
(preventif),
pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Tujuan dari praktik keperawatan masyarakat adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Effendi, 2009).
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut: pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
18
nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat. Kegiatan kedua memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketiga melakukan konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Kegiatan keempat melalui bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi. Kegiatan kelima dengan melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut (Stanhope & Lancaster, 2004).
Kegiatan keenam yaitu penemuan kasus pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketujuh sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan. Kegiatan kedelapan melaksanakan asuhan keperawatan komunitas,
melalui pengenalan
masalah kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Kegiatan kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas. Kegiatan kesepuluh yaitu mengadakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Perawat keluarga memiliki beberapa peran dalam membantu mengatasi masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan bertujuan untuk memberdayakan keluarga dalam pengambilan keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapantahapan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tindakan dalam proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).
Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya-upaya preventif dan promotif yang berupa pendidikan kesehatan mengenai masalah kesehatan Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
19
yang ada dalam keluarga, dalam hal ini terkait ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi. Perawat keluarga berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan dan promosi kesehatan pada keluarga sebagai upaya menyelesaikan masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi. Perawat keluarga dapat memberikan informasi kesehatan yang berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup komunikasi terkait temuan masalah kesehatan dan cara mengatasinya. Tujuan pendidikan adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan perilaku tidak secara langsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Perawat keluarga dapat memberikan bimbingan antisipatif pada keluarga mengenai masalah kesehatan yang bersifat potensial atau fase pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Perawat keluarga dapat berperan sebagai konsultan. Konseling adalah suatu proses untuk membantu keluarga dan anggota keluarganya dalam memperhatikan, menyelesaikan, dan mengatasi masalah dalam keluarga secara benar. Peran perawat sebagai konsultan sering kali memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Perawat keluarga juga dapat berperan sebagai koordinator, perawat memastikan bahwa keluarga dapat melakukan duplikasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Bayi Perawat perlu melibatkan keluarga dalam pelaksanaan intervensi keperawatan keluarga pada bayi dengan ketidakefektifan pemberian ASI. Asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan keluarga dapat menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan kesehatan bayi dengan ketidakefektifan pemberian ASI. Menurut Hitchcock, Schubert dan Thomas (2009), intervensi keperawatan dapat dilakukan untuk mencegah masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi pada level pencegahan primer, dengan cara memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam memenuhi kebutuhan ASI bayi dengan melaksanakan manajeman laktasi.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
20
2.3.1 Pengkajian Keluarga Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan tahap pengkajian. Pengkajian bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (Friedman, Bowden, & Jones, 2003), pengkajian asuhan keperawatan keluarga meliputi 8 komponen pengkajian yaitu (1) data umum : identitas kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan keluarga,
tahap perkembangan keluarga saat
ini,
tahap
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya, (3) lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga, (5) fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga: stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
pemeriksaan
kesehatan
dilakukan
pada
seluruh
anggota
keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada.
Friedman, Bowden, & Jones (2003) menjelaskan bahwa pengkajian merupakan proses pengumpulan informasi dan penilaian secara profesional mengenai arti dari informasi yang telah didapatkan. Pada asuhan keperawatan keluarga, informasi yang perlu dikumpulkan meliputi data umum keluarga, data lingkungan keluarga, data struktur keluarga, data fungsi keluarga, data stress dan koping keluarga, dan data mengenai fungsi perawatan kesehatan, yaitu sebagai berikut. (1) Data Dasar Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
21
Keluarga. Hal yang perlu dikaji dari data dasar atau data umum keluarga adalah nama kepala keluarga, wilayah tempat tinggal, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya (etnis), agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga.
(2) Data Lingkungan Keluarga. Data yang perlu dikaji dari lingkungan keluarga meliputi karakteristik rumah, karakteristik dan lingkungan di sekitar tempat tinggal dan komunitas yang lebih besar, mobilitas geografi keluarga, perkumpulan dan interaksi keluarga dengan masyarakat, serta sistem-sistem pendukung keluarga. (3) Data Struktur Keluarga. Data yang perlu dikaji dari struktur keluarga terdiri dari pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran keluarga, dan nilai dan norma yang dianut oleh keluarga. (4) Data Fungsi Keluarga. Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, sosialisasi dan tempat bersosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan.
(5) Data Stress dan Koping Keluarga. Data yang perlu dikumpulkan untuk mengkaji stress dan koping keluarga meliputi stressor jagka pendek dan jangka panjang, kemampuan keluarga dalam berespon saat menghadapi masalah, strategi koping yang digunakan, dan strategi adaptasi disfungsional. (6) Data Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga. Fungsi perawatan kesehatan keluarga dilihat dari lima tugas kesehatan keluarga yang meliputi kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan, kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan rumah yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, dan kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. (7) Data pemeriksaan fisik untuk masalah ketidakefektifan pemberian ASI eksklusif. Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan untuk mengkaji pengeluaran ASI, bentuk dan kondisi puting susu ibu, posisi saat sedang menyusui bayi, dan kondisi bayi, apakah tampak rewel atau tenang. Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
22
Data Data objektif
Sumber Data - Observasi kondisi rumah keluarga - Observasi pola interaksi keluarga
Data Subjektif
- Pengalaman yang diceritakan oleh salah satu anggota keluarga - Pengkajian observasi kerabat yang diceritakan - Instrumen pengkajian yang diisi oleh keluarga - Wawancara dengan anggota keluarga mengenai peristiwa dari masa lalu yang masih signifikan hingga saat ini
Tabel 2.1 Sumber data pengkajian keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003)
Perawat yang telah melakukan pengumpulan informasi mengenai keluarga kemudian menganalisis dan mengklasifikasikan data-data tersebut untuk kemudian mengartikan maknanya. Masalah potensial yang ditemukan perawat akan digali lebih dalam pada area yang berhubungan dengan masalah tersebut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3.2 Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan dapat diangkat melalui perolehan data-data hasil pengkajian, dirumuskan melalui analisa data. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respon manusia (Potter & Perry, 2005). Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari pengkajian keluarga yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk data tentang ASI adalah ketidakefektifan menyusui, ketidakefektifan pemberian ASI, diskontinuitas pemberian ASI, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan nyeri akut, gangguan pola tidur, koping tidak efektif, dan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Perencanaan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul melalui intervensi keperawatan pada keluarga. Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
23
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Penyusunan perencanaan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan, tujuan yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari dengan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Time-oriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat.
Perencanaan intervensi keperawatan komunitas pada populasi bayi dengan ketidakefektifan pemberian ASI dapat dilakukan dengan tiga tingkat pencegahan masalah yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Fitriyani, 2009). Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), pencegahan primer adalah suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah munculnya penyakit. Pencegahan sekunder dapat berupa deteksi dini keadaan kesehatan masyarakat dan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi masalah. Pencegahan tersier adalah upaya untuk mengembalikan kemampuan individu agar dapat berfungsi secara optimal.
2.3.4 Implementasi Keperawatan Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah dibuat. Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan keluarga terdiri dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Implementasi yang dapat dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan memberikan edukasi pada orang tua tentang ASI Eksklusif, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam pengefektifan kembali ASI Eksklusif. Pemberian edukasi pada keluarga terkait ASI Eksklusif meliputi kandungan dan manfaat ASI, cara perawatan payudara, posisi menyusui Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
24
dan teknik perlekatan payudara, nutrisi untuk ibu menyusui, serta teknik pemerahan dan penyimpanan ASI.
Pemberian edukasi kepada orang tua merupakan hal yang penting yang dapat dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan orangtua khususnya ibu mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia di bawah 6 bulan. Pengetahuan orang tua khususnya ibu merupakan satu hal yang penting guna meningkatkan status kesehatan bayi. Peningkatkan pengetahuan ibu mengenai manajemen laktasi merupakan salah satu cara edukasi yang dapat dilakukan.
Manajemen laktasi adalah suatu tatalaksana yang mengatur agar keseluruhan proses menyusui bisa berjalan dengan sukses, mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI, yang dimulai pada masa antenatal, perinatal dan postnatal (Dwi Sunar Prasetyono, 2009). Ruang lingkup manajemen laktasi periode postnatal pada ibu bekerja meliputi ASI Eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI, memberikan ASI Peras, menyimpan ASI peras, memberikan ASI peras dan pemenuhan gizi selama periode menyusui.
Keluarga merupakan salah satu faktor penentu status kesehatan bayi. Keluarga memiliki peranan yang penting bagi peningkatan dan pengawasan status kesehatan bayi. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat menungkatkan status kesehatan bayi di rumah. Kontribusi asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya kemandirian keluarga dalam meningkatkan status kesehatan bayi (Hidayati, 2011). Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosis, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada bayi karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2011).
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
25
Manajemen laktasi dengan melakukan pemerahan dan penyimpanan ASI merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengefektifkan pemberian ASI pada ibu yang tidak dapat menyusui bayi setiap saat. Selain itu, dukungan keluarga terutama suami juga sangat diperlukan untuk memotivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi. Pemberian ASI hasil perahan dapat dilakukan oleh anggota keluarga lain seperti suami, sehingga suami juga dapat ikut ambil bagian dalam pemberian ASI pada bayi.
Cara memerah ASI menurut Saleha (2009), adalah sebagai berikut. a) Perah areola (bagian gelap sekitar puting) dengan ibu jari, telunjuk, dan jari tengah. b) Selanjutnya tekan areola dengan ritme persis seperti ritme bayi yang menghisap. c) Arahkan aliran ASI ke gelas bersih. d) Tuliskan tanggal pemerahan pada kantong plastik gula dengan spidol permanen. e) Masukkan ASI ke dalam kantong plastik, ikat, dan simpan dalam freezer.
Ada beberapa wadah yang dapat digunakan untuk menyimpan ASI. Ini termasuk wadah plastik yang dirancang khusus, botol plastik atau botol kaca. Pada saat akan membekukan ASI, perlu disisakan ruang pada bagian atas wadah penyimpanan. Karena ASI sama seperti cairan yang lain, akan mengembang bila didinginkan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyimpanan ASI yaitu yang pertama bila ASI disimpan di dalam wadah plastik, sebaiknya menggunakan wadah yang memang sudah dirancang khusus untuk keperluan penyimpanan ASI. Sebelum penyimpanan, bagian atas dari plastik dapat dilipat beberapa kali sebelum ditutup dengan pita penutup. Kemudian wadah plastik berisi ASI dapat ditempatkan dalam wadah plastik yang lebih besar agar tidak bocor. Wadah ASI dari medela dirancang dengan tali yang saling membelit sehingga memudahkan penutupan dan tidak perlu dirangkap.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai penandaan tanggal penyimpanan dan jumlah/volume ASI yang disimpan, yang ditempelkan pada wadah. Idealnya ASI dibekukan sekitar 50 ml sampai 100 ml per wadah, sebab jumlah ASI yang lebih sedikit akan mencair lebih cepat, sehingga resiko Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
26
terbuangnya ASI akan lebih sedikit. ASI yang telah diperah dapat disimpan untuk beberapa saat. Cara penyimpanan ASI menurut Saleha (2009), yaitu: jika disimpan di udara bebas/terbuka dengan suhu ruangan dapat bertahan selama enam hingga delapan jam. Dan jika disimpan di dalam lemari pendingin dengan suhu 4º C dapat bertahan selama 24 jam. Sedangkan jika disimpan di lemari es/beku dengan suhu -18º C dapat bertahan selama tiga hingga enam bulan.
Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu meskipun pembekuan ASI dapat dilakukan selama tiga hingga enam bulan, namun sebaiknya penggunaan ASI beku berdasarkan pada “yang pertama masuk adalah yang pertama keluar” dari tempat penyimpanan. Pencairan kembali ASI yang telah dibekukan dapat dilakukan dengan cara menempatkan ASI beku di bawah aliran air hangat atau tempatkan di dalam wadah yang berisi air hangat. Sebaiknya tidak menggunakan air panas/direbus atau menggunakan microwave, karena akan merusak komponenkomponen kekebalan dari ASI.
2.3.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan. Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat meningkatkan status kesehatan bayi.
Depkes RI (2006) mengemukakan kemandirian keluarga yang beorientasi pada lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7 kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
27
(f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif.
Keluarga berada di tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7. Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, seperti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosa, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga mempunyai peranan dalam memenuhi kebutuhan ASI pada bayi karena peran keluarga, terutama ayah dan ibu sangat penting untuk memotivasi pemenuhan kebutuhan ASI pada bayi. Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan bayi secara tepat.
Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) adalah 1) kemampuan mengenal masalah: definisi, penyebab, dan tanda-tanda masalah, 2) kemampuan mengambil keputusan : menurut keluarga apa akibat masalah, dan apakah menurut keluarga sangat penting melakukan penanggulangan masalah, 3) kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan : apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah, apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan, hambatan apa dalam penanggulangan masalah di rumah, 4) kemampuan memodifikasi lingkungan: bagaimana keluarga mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan masalah apa yang keluarga ketahui alasan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan, 5) kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan: apa saja yang diperoleh di Polindes/Pustu/Puskesmas/Rumah Sakit, adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga terkait masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi meliputi, 1) mengenal masalah: apa yang keluarga ketahui tentang ASI Eksklusif, kandungan ASI, manfaat ASI, kelebihan ASI dibandingkan susu Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
28
formula, serta pengaruh ASI terhadap tumbuh kembang bayi, 2) mengambil keputusan: menurut keluarga apa akibat masalah ketidakefektifan pemberian ASI bila tidak diatasi, apakah menurut keluarga sangat penting penanggulangannya, 3) kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, apa yang dapat dilakukan untuk mengefektifkan ASI Eksklusif, cara melakukan perawatan payudara, pemberian posisi menyusui yang tepat, dan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu selama masa menyusui, apakah keluarga mengetahui
alternatif perawatan anggota keluarga dengan ketidakefektifan
pemberian ASI, serta hambatan apa yang dihadapi dalam mengatasi masalah ketidakefektifan ASI di rumah, 4) kemampuan memodifikasi lingkungan: bagaimana keluarga mengatur lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan menyusui, apa yang keluarga ketahui tentang alasan pentingnya menjaga kesehatan dan kenyaman lingkungan bagi ibu dan bayi selama proses menyusui, 5) kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan, apa saja yang diperoleh dari Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit/Praktik Bidan, dan adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan tersebut.
Asuhan keperawatan keluarga berfokus pada tugas kesehatan keluarga tersebut yang dimasukkan sebagai rencana asuhan keperawatan keluarga. Perawat komunitas berperan dalam meningkatkan status kesehatan melalui asuhan keperawatan keluarga, khususnya masalah ketidakefektifan ASI Eksklusif. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat kebutuhan nutrisi bayi dapat terpenuhi dan tahap tumbuh kembang bayi sesuai usia dapat tercapai.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak D (24 tahun) dan Ibu F (14 tahun) dengan tahap perkembangan keluarga dengan bayi. Keluarga Bapak D memiliki seorang anak bayi yaitu An. G (27 hari). Keluarga Bapak D merupakan tipe keluarga extended family dimana di dalam satu rumah terdapat Bapak D, Ibu F, An. G, dan Nenek M (nenek dari Ibu F). Bapak D merupakan penduduk baru di RT 007 RW 01 Sukatani dan tinggal bersama di sana sejak menikah. Sebelumnya Bapak D tinggal bersama orang tua di daerah Cisalak, sementara Ibu F tinggal di daerah tersebut sejak kecil. Orangtua Ibu F tinggal di RT yang sama dan berjarak sekitar 100 meter, namun sejak kecil Ibu F memang tinggal dan diasuh oleh neneknya.
Keluarga Bapak D menganut agama Islam. Bapak D berasal dari suku Jawa sementara Ibu F berasal dari suku Sunda. Bapak D lahir dan besar di Depok, begitu juga dengan Ibu F. Di Depok, Bapak D tinggal bersama orangtua, berbeda dengan Ibu F yang tinggal bersama nenek sejak kecil. Ibu F bersekolah hingga tingkat SMP namun tidak sampai lulus karena hamil sehingga berhenti sekolah.
Hasil pengkajian didapatkan bahwa pertemuan pertama antara Bapak D dan Ibu F adalah di rumah Ibu F yang kebetulan membuka warung nasi uduk setiap pagi di depan rumah. Sementara saat itu Bapak D bekerja sebagai karyawan di pabrik yang terletak di dekat rumah Ibu F sehingga mereka sering bertemu karena Bapak D kerap membeli sarapan di warung keluarga Ibu F. Keduanya kemudian menjadi dekat dan memutuskan untuk berpacaran. Dua bulan setelah berpacaran, Ibu F hamil, namun belum mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan mencapai lima bulan. Setelah mengetahui kehamilan, Ibu F sempat depresi dan berusaha melakukan abortus dengan memakan buah nanas dan minuman bersoda dalam jumlah banyak karena merasa belum siap dan karena Bapak D tidak mau 29
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
30
bertanggung jawab. Namun akhirnya Bapak D mau bertanggung jawab dan menikahi Ibu F pada Januari 2014. Hingga Anak G lahir pada April 2014.
Bapak D bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan ibu F sudah tidak sekolah ataupun bekerja lagi sejak Anak G lahir, dan sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ibu F berniat untuk melanjutkan sekolah jika usia anak sudah mencapai satu tahun. Penghasilan keluarga Bapak D tidak menentu, namun di atas Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu F mengatakan keuangan keluarga terkadang masih dibantu oleh orang tua suami dan orang tua Ibu F sendiri.
An. G lahir normal dengan BB lahir 3700 gr, PB 40 cm, dan usia kehamilan 38 minggu. Anak G lahir di bidan, dan sesaat setelah An. G lahir, langsung diberikan ASI oleh Ibu F. Selanjutnya pemberian ASI dilanjutkan hingga kini, namun diberi juga tambahan susu formula. Ibu F mengatakan An. G sangat lahap minum dan merasa ASInya masih kurang untuk memenuhi kebutuhan bayi. Ibu F yang masih berusia remaja merasa tidak percaya diri terhadap produksi ASInya. Saat dilakukan pemeriksaan fisik terhadap payudara, kedua payudara tampak penuh dan terdapat pengeluaran ASI saat payudara ditekan.
Ibu F mengatakan belum mengetahui tentang ASI Eksklusif dan kelebihan ASI dibandingkan susu formula. Selama ini, neneknya memang menganjurkan untuk memberikan ASI saja tanpa susu formula, namun Ibu F mengatakan bayinya sering masih merasa haus dan belum bisa tidur meski ASI telah diberikan. Selain itu, Ibu F mengatakan ada rasa malas jika harus menyusui bayi pada malam hari saat hendak tidur sehingga lebih memilih memberi susu formula untuk bayi di malam hari yang dapat diberikan oleh suami. Pada saat bepergian ke luar pun, Ibu F lebih memilih membawa susu formula karena merasa malu jika menyusui bayi saat sedang bersama orang ramai, terutama saat sedang bersama teman. Ibu F mengaku akan melanjutkan sekolahnya saat anak sudah berusia setahun hingga sekalian ingin membiasakan anaknya untuk meminum susu formula.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
31
Pada pertemuan di minggu pertama Ibu F mengatakan ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Dan menganggap selama ini pemberian ASI dan susu formula secara bersamaan akan lebih bermanfaat bagi bayi. Ibu F sudah menyadari bahwa pemberian susu formula memang lebih sulit dan merepotkannya daripada memberi ASI langsung pada bayi. Hasil pengkajian menunjukkan teknik dan posisi menyusui Ibu sudah baik, namun masih kurang tepat. Kedua buah payudara menghasilkan ASI saat diberi rangsangan tekan dan tidak ditemukan adanya keluhan nyeri atau lecet. Ibu pernah melakukan pemerahan ASI secara manual saat pertama kali ASI keluar, namun ASI tidak disimpan karena langsung diberikan pada bayi.
Saat ditanya mengenai ASI eksklusif, keluarga Bapak D belum dapat menjelaskan pengertian, manfaat, kandungan ASI, serta teknik dan posisi menyusui yang benar. Keluarga Ibu F juga belum menyadari pentingnya ASI Eksklusif untuk bayi yang berusia kurang dari enam bulan. Setelah mendapat penjelasan terkait ASI Eksklusif, serta memperagakan teknik pemerahan dan penyimpanan ASI sehingga kebutuhan ASI anak sehari-hari tetap terpenuhi dan aktivitas Ibu F tidak terganggu,
keluarga
Bapak
D
memutuskan
untuk
mengatasi
masalah
ketidakefektifan pemberian ASI pada keluarga Bapak D, khususnya Ibu F.
Saat ini bayi G masih diberi ASI dan diberi tambahan susu formula karena Ibu F mengatakan bayi G masih sering lapar dan menangis jika diberi ASI saja. Pada saat dikaji, ASI yang keluar dari kedua payudara Ibu F cukup banyak. Ibu F juga mengatakan ASI jarang diberi karena biasanya pada pagi hari Ibu F sibuk mengerjakan pekerjaan rumah sehingga tidak ada waktu untuk menyusui bayi. Ibu F
mengatakan ASI diberikan yang diselingi pemberian susu formula karena
merasa ASInya masih kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. ASI jarang diberi karena biasanya pada pagi hari Ibu F sibuk mengerjakan pekerjaan rumah sehingga tidak ada waktu untuk menyusui bayi.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
32
3.2 Diagnosis Keperawatan Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan ketidakefektifan Pemberian ASI pada Ibu F, dan kurang pengetahuan keluarga terkait alat kontrasepsi khususnya pada Ibu F. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut, didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Bapak D ialah diagnosis ketidakefektifan Pemberian ASI pada Ibu F.
Definisi ketidakefektifan Pemberian ASI adalah ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi, atau anak dalam proses pemberian ASI (NANDA, 2012). Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini diantara terdapat satu diantara tanda NANDA berikut, yaitu untuk subjektifnya yaitu: (a) persepsi suplai ASI yang tidak adekuat, (b) ketidakpuasan proses menyusui; dan untuk objektifnya, beberapa diantaranya yaitu (a) ketidakadekuatan suplai ASI, (b) ketidakmampuan bayi untuk menempel pada payudara ibu dengan benar (c) pengosongan masingmasing payudara setiap kali menyusui yang tidak sempurna (d) kesempatan untuk mengisap pada payudara yang tidak mencukupi.
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan yang akan dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2 minggu, Ibu F dapat meningkatkan pemberian ASI. (1) Tujuan khusus 1 setelah dilakukan intervensi 1 x 30 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu mengenal cara mengatasi masalah ketidakefektifan
pemberian
ASI
dengan;
menyebutkan
pengertian
ketidakefektifan pemberian ASI dan menyebutkan penyebab menyusui tidak efektif. (2) Tujuan khusus 2 keluarga mampu megambil keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI, menyebutkan akibat lanjut dari Ketidakefektifan pemberian ASI, dan memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah Ketidakefektifan pemberian ASI. (3) Tujuan khusus 3 setelah dilakukan kunjungan selama 4x45 menit Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
33
keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan ketidakefektifan pemberian ASI dengan mampu menyebutkan l cara menyusui yang efektif (baik dan benar), mendemonstrasikan
cara
menyusui
yang
efektif
(baik
dan
benar),
mendemonstrasikan cara merawat payudara, serta menu makanan sehat bernutrisi untuk ibu menyusui. (4) Tujuan khusus 4 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu memodifikasi suasana dan lingkungan yang nyaman bagi ibu dan bayi ketika menyusui. (5) Tujuan khusus 5 keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengefektifkan pemberian ASI pada bayi dan konsultasi mengenai masalah kesehatan yang sedang dihadapi ibu dan bayi dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal, menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.
3.4 Implementasi Keperawatan Asuhan keperawatan keluarga dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi. Keluarga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi, baik itu peran ibu maupun dukungan ayah. Keluarga seharusnya dapat menyadari pentingnya pemberian ASI pada bayi dan pengaruh ASI terhadap tumbuh kembang bayi.
Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah ketidakefektifan pemberian ASI, keluarga diberikan informasi mengenai cara merawat payudara, cara memilih makanan untuk meningkatkan ASI, cara melakukan posisi menyusui yang benar, serta cara pemerahan dan penyimpanan ASI.
Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai pengertian ASI Eksklusif, manfaat ASI, pentingnya ASI bagi bayi, serta pengaruh kekurangan ASI pada bayi jika tidak diberikan. Membantu keluarga untuk Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
34
mengidentifikasi anggota keluarga dengan ketidakefektifan pemberian ASI. Memotivasi keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami ketidakefektifan pemberian ASI. Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI, yaitu dengan perawatan payudara, mengajarkan posisi menyusui yang efektif, memberi edukasi tentang nutrisi ibu menyusui, serta teknik pemerahan dan penyimpanan ASI. Memotivasi keluarga untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayi dan menyediakan waktu bayi ibu untuk menyusui bayi. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga, yaitu dengan memberikan lingkungan yang nyaman bagi ibu dan bayi untuk menyusui. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan.
3.5 Evaluasi Keperawatan Intervensi keperawatan terkait intervensi unggulan yang telah dilakukan, kemudian dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi dapat tercapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga.
Evaluasi SOAP didapatkan data Ibu F mengatakan ASI Eksklusif adalah makanan yang diberikan pada bayi hingga berusia 6 bulan hanya ASI saja tanpa makanan lainnya. Ibu F mengatakan bayi yang berusia di atas 6 bulan hingga 2 tahun dapat diberi ASI dan makanan pendamping ASI seperti bubur, nasi tim, biskuit, sayur dan buah. Ibu F mengatakan ASI lebih banyak manfaatnya daripada susu formula. Ibu F mengatakan manfaat ASI ada banyak, selain bagi bayi, ASI juga bermanfaat bagi ibu untuk membantu mengembalikan tubuh ke bentuk sebelum hamil.
Ibu mengatakan ASI kelebihan ASI lainnya adalah ASI lebih hemat dan tidak merepotkan. Ibu juga sudah mempu melakukan perawatan payudara sendiri dengan memijat payudara dan membersihkannya sebelum dan setelah menyusui Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
35
bayi. Teknik dan posisi menyusui juga telah dapat dilakukan dengan tepat oleh Ibu F. Anak G tampak menyusui dengan lahap dan tertidur setelah kenyang minum ASI. Ibu merasa puas dengan produksi ASI yang dihasilkan dan ingin produksi ASI tetap banyak. Ibu F mulai mengkonsumsi makanan yang dianjurkan pada ibu menyusui, dan mulai menambah porsi makan. Pada saat latihan memerah susu, Ibu sudah dapat melakukan dengan baik dan meyimpannya di kulkas untuk kemudian diberikan pada esok paginya.
Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu F telah dapat teratasi ditunjukkan dengan peningkatan pemberian ASI pada pagi dan malam hari, meskipun saat ini masih menggunakan susu formula namun intensitasnya sudah berkurang. Posisi menyusui juga sudah benar dan Ibu sudah mampu melakukan teknik pemerahan susu dengan efektif secara mandiri.
Perawat memotivasi Ibu F untuk terus memberikan ASI pada An G dan ibu tetap memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai anjuran. Perawat juga memberikan penghargaan positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh keluarga. Selain itu, perawat juga memotivasi Ibu F untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan: posyandu untuk memantau perkembangan bayi hingga usia 5 tahun nanti.
Evaluasi sumatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait lima tugas kesehatan keluarga pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Keluarga Bapak D dapat menyebutkan kembali definisi dari ASI Eksklusi. Keluarga dapat menyebutkan 6 dari 12 kandungan ASI. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 4 manfaat ASI bagi bayi. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat ASI tidak dipenuhi. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara memperbanyak
produksi
ASI/perawatan
sederhana.
Keluarga
mampu
mendemonstrasikan kembali posisi yang tepat saat menyusi dan perlekatan yang
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
36
tepat. Keluarga mampu mampu memilihkan menu dan menentukan nutrisi sesuai degan kebutuhan Ibu menyusui.
Keluarga juga mampu mendemonstrasikan cara perawatan payudara dan pijat sederhana. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara memerah ASI dan manajemen penyimpanan ASI. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan untuk mendukung pemberian ASI. Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan ASI. Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan/pengobatan jika terjadi masalah pada saat pemberian ASI, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 fasilitas pelayanan kes. yang dapat digunakan dalam penanganan masalah ketidakefektifan pemberian ASI, yaitu: puskesmas, posyandu, rumah sakit, praktik perawat, dokter praktek dan praktek bidan. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan masalah ketidakefektifan pemberian ASI
Sebelum dilakukan intervensi, keluarga Bapak D belum menerapkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi G dan posisi perlekatan saat menyusui masih kurang tepat. Pemerahan susu dan penyimpanan ASI juga belum pernah dilakukan. Mahasiswa melakukan intervensi manajemen laktasi mulai dari perawatan payudara hingga penerahan dan penyimpanan ASI, dan pada saat kunjungan terlihat Ibu F tidak menggunakan susu formula lagi dan
mulai melakukan
perawatan payudara.
Kunjungan berikutnya Ibu F mengatakan telah melakukan pemerahan ASI dan menyimpannya di dalam freezer. Ibu F menghangatkannya terlebih dahulu sebelum memberikan pada bayi. ASI dihangatkan dengan merendam botol berisi ASI ke dalam semangkok air panas, hingga ASI di dalam botol teraba hangat atau panas. Saat dilakukan evaluasi, Ibu F dapat menjelaskan kembali mengenai teknik Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
37
perawatan payudara dengan pijat dan posisi perlekatan saat menyusui. Keluarga Bapak D terlihat mengurangi penggunaan susu formula. Ibu F juga mulai meningkatkan porsi makan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Secara kognitif Ibu F dapat memahami setiap penjelasan dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk menyebutkan kembali penjelasan tersebut dengan cukup baik.
Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Menurut Maglaya (2009) lima tugas kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah ketidakefektifan pemberian ASI,
mengambil
keputusan
ketidakefektifan pemberian ASI,
untuk
merawat
anggota
keluarga
dengan
merawat anggota keluarga yang mengalami
ketidakefektifan pemberian ASI, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan fasilitas pelayanan untuk perawatan ketidakefektifan pemberian ASI.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6x45 menit, tingkat kemandirian keluarga Bapak D berada pada tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait KKMP Kelurahan Sukatani, khususnya RW 01 merupakan daerah kawasan perkotaan (urban). Hal ini dibuktikan oleh pendapat Bintarto (2000) bahwa kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Masalah ketidakefektifan pemberian ASI merupakan masalah kesehatan yang paling menonjol pada ibu menyusui di RW 01 kelurahan Sukatani. Untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI ini perawat melakukan pendekatan menggunakan model konsep Betty Neuman. Sesuai dengan konsep Betty Neuman, RW 01 ini merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Kumpulan individu/ keluarga di RW 01 merupakan “core“ dari asuhan keperawatan komunitas yang diberikan oleh perawat.
Konsep antara at risk dan vulnerability terkadang sulit untuk dipahami secara keseluruhan oleh perawat karena banyaknya faktor yang mempengaruhi keduanya (Fitzpatrick, Villaruel, & Porter, 2004 ). Konsep at risk disini merupakan kondisi kesehatan ibu menyusui di RW 01 yang merupakan hasil dari interaksi dengan berbagai macam faktor, seperti faktor genetik, gaya hidup, serta kondisi lingkungan fisik dan lingkungan sosial dimana individu tersebut tinggal atau bekerja. Risk factor merupakan karakteristik ibu menyusui di RW 01 seperti usia ibu, usia kehamilan dan genetik.
38
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
39
Population at factor merupakan kumpulan dari orang-orang yang memiliki beberapa kemungkinan yang telah jelas teridentifikasi atau telah ditentukan meskipun sedikit atau kecil terhadap munculnya suatu peristiwa, misalnya ibu menyusui yang mengalami ketidakefektifan pemberian ASI di RW 01. Vulnerable population group disini merupakan sekelompok ibu menyusui dari RW 01 yang memiliki masalah kesehatan seperti difable, memiliki riwayat penyakit kronis, berasal dari keluarga miskin, dan keluarga yang jauh dari akses pelayanan kesehatan. Potts dan Mandleco (2007) mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan pada anak.
Masalah ketidakefektifan pemberian ASI di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Apabila tidak ditangani dapat mejadi permasalahan kesehatan yang sangat komplek. Masalah ASI akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang akan datang. Keterlambatan dalam pemberian pelayanan kesehatan yang tepat terhadap bayi akan menurunkan potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan masyarakat ekonomi nasional. Hal ini menegaskan bahwa masalah ketidakefektifan pemberian ASI tidak hanya menjadi masalah bagi wilayah di pelosok-pelosok Indonesia, namun dapat juga menjadi ancaman masalah kesehatan masyarakat perkotaan.
Keluarga merupakan salah satu faktor penentu status kesehatan bayi. Keluarga memiliki peranan yang penting bagi peningkatan dan pengawasan status kesehatan bayi. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat menungkatkan status kesehatan bayi di rumah. Kontribusi asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya kemandirian keluarga dalam meningkatkan status kesehatan bayi (Hidayati, 2011). Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosis, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada bayi karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai kondisi anak membaik Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
40
(Widyatuti, 2011). Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan nutrisi bayi secara tepat.
Perawat komunitas memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada populasi ibu menyusui di masyarakat perkotaan. Asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah ketidakefektifan pemberian ASI dengan ibu menyusui sebagai entry point bertujuan untuk mengefektifkan pemberian ASI pada bayi dan meningkatkan kesehatan bayi. Keluarga memiliki peranan yang sangat besar terhadap status kesehatan bayi.
4.2 Analisis Intervensi Manajemen Pemerahan dan Penyimpanan ASI sebagai Intervensi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun masih banyak ibu menyusui yang melupakan keuntungan menyusui. Selama ini masih banyak ibu yang memberikan susu formula pada bayinya, meskipun produksi ASI yang dimiliki cukup untuk bayi. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, hal ini dapat menjadi ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI. Permasalahan yang utama dalam masyarakat adalah perilaku menyusui yang kurang mendukung, faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, gencarnya promosi susu formula, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PASI, kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya dan ibu yang bekerja (Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI).
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi karena merupakan makanan alamiah yang sempurna, mudah dicerna oleh bayi dan mengandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta membantu meningkatkan kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya karena langsung diberikan pada bayi agar terhindar dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan sebagainya (Depkes, 2002). Air Susu Ibu Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
41
(ASI) dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal (Perinasia, 2004).
Wanita yang lebih muda mempunyai kemampuan menghasilkan laktasi yang lebih baik dibanding dengan wanita yang lebih tua. Ibu yang masih berusia remaja dapat memenuhi kebutuhan ASI pada anaknya dan bahkan mungkin lebih sukses dalam berperan sebagai orangtua dalam hal pemberian ASI akan tetapi sebagian besar ibu remaja sangat mudah terpengaruh atau goyah oleh lingkungan karena masa transisi yang sedang dialaminya sehingga tanggung jawab dalam mengasuh dan memelihara anak sering diabaikan.
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada ibu remaja yang masih muda dan sering memiliki berbagai aktivitas di luar rumah, salah satunya adalah dengan mengajarkan teknik pemerahan dan penyimpanan ASI pada ibu. Teknik pemerahan dan penyimpanan ASI merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga terhadap cara memberikan ASI, terutama ibu terkait teknik memerah ASI dan menyimpannya untuk diberikan pada saat ibu tidak dapat menyusui bayi secara langsung. Mahasiswa melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan berdasarkan observasi beberapa kali kunjungan di minggu akhir, ibu sudah mampu mempraktikkan pemerahan ASI secara mandiri, serta menyimpan dan memberikan pada anak saat sedang tidak dapat menyusui. Ibu F yang pada awalnya lebih sering memberikan susu formula (3-5 kali sehari) pada bayi, saat ini sudah mengurangi penggunaan susu formula (2-3 kali sehari), dan memberikan lebih banyak ASI.
Intervensi terkait teknik pemerahan dan penyimpanan ASI ini bertujuan agar kebutuhan nutrisi anak tetap tercukupi dan anak dapat memperoleh nutrisi yang tepat sesuai usia, dan ibu tetap dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari tanpa merasa terganggu dengan kegiatan menyusui bayi. Penelititan yang dilakukan Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
42
oleh Scudder (2005) mengenai evaluasi nutrisi dan pertumbuhan anak mengidentifikasikan bahwa faktor nutrisi pada anak dipengaruhi oleh asupan makanan yang tepat sesuai usia, dalam hal ini ASI untuk bayi. Penelititan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ammaniti (2004) mengenai interaksi antara malnutrisi pada anak dengan gangguan perilaku disfungsional ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Intervensi terkait manajemen pemerahan dan penyimpanan ASI juga dapat menjadi faktor pendukung keluarga dalam melakukan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi, karena keluarga dapat turut berperan dalam memotivasi ibu untuk memerah ASI, maupun berperan langsung dalam pemberian ASI perahan pada bayi. Menurut Kishore (2008), menu ideal untuk anak balita adalah yang seimbang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan anak, khusus pada bayi semua kandungan gizi tersebut terdapat di dalam ASI, dan bahkan memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap dibanding susu formula.
Manajemen pemerahan dan penyimpanan ASI dimaksudkan agar keluarga Bapak D dapat meningkatkan pemberian ASI pada bayi G. Hal ini merupakan salah satu cara perawatan ibu yang mengalami ketidakefektifan pemberian ASI pada anak. Pemilihan intevensi ini dikarenakan pada saat pengkajian, dan pada saat kunjungan, keluarga Bapak D nampak memberikan susu formula pada bayi G. Kebiasaan memberikan susu formula ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat ASI dan rendahnya kesadaran dan motivasi keluarga, terutama ibu dalam memberikan ASI pada bayinya. variasi dalam makanan. Manajemen pemerahan dan penyimpanan ASI ini dapat meningkatkan informasi pada keluarga tentang manfaat dan kelebihan ASI dari susu formula, serta bagaimana cara meningkatkan pemberian ASI di sela-sela aktivitas ibu dalam melaksanakan pekerjaan rumah sehari-hari.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
43
Rendahnya pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yakni faktor internal yang meliputi rendahnya pengetahuan serta sikap ibu tentang kesehatan secara umum dan ASI Eksklusif secara khususnya dan faktor eksternal yang meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan terhadap pemberian ASI Eksklusif, gencarnya promosi susu formula, adanya faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (Sulistriani, 2004).
Kajian Maryunani (2012) menyatakan lebih dari 3000 penelitian menunjukan pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu yang paling optimal untuk pemberian ASI eksklusif. Menurut Khasanah (2011), pemberian ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan memberi berbagai manfaat bagi bayi, antara lain: menurunkan resiko gizi berlebih, meningkatkan kesehatan di masa kanak-kanak, meningkatkan kekebalan tubuh, menekan resiko alergi, bercak kulit, diare, infeksi saluran pernafasan, tidak membuat berat badan bayi turun. Hal ini disebabkan karena ASI merupakan zat gizi yang sangat ideal. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 6 bulan dengan tatalaksana menyusui yang benar. Peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi sangat diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan mengenai manajemen pemerahan dan penyimpanan ASI.
4.3 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan Upaya mengatasi permasalahan ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi secara multidisiplin dan komprehensif dimana dibutuhkan kerja sama yang baik antar setiap komponen dalam masyarakat. UNICEF (2009) mengungkapkan penyebab masalah tidak
efektifnya
pemberian
ASI
adalah
multisektor.
Masalah
ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi terjadi dapat disebabkan banyak faktor yang saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri meliputi pengetahuan keluarga, kesehatan ibu, motivasi ibu, dan praktik perawatan.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
44
Intervensi dalam pembinaan keluarga yang seharusnya dilakukan secara berkelanjutan oleh petugas kesehatan dari puskesmas untuk mengatasi masalah tidak efektifnya pemberian ASI yang terdapat di masyarakat. Intervensi dapat diberikan melalui pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan terkait pengefektifan kembali pemberian ASI. Peran perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan setiap program terutama terkait pemberian ASI pada bayi diperlukan agar hasilnya dapat dilihat secara nyata.
Pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dibutuhkan pengawasan dan bimbingan yang berkelanjutan dari petugas kesehatan, maupun kader RT dan RW setempat agar pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader setempat terkait pengefektifan kembali pemberian ASI pada bayi dan pengaktifan kegiatan posyandu lima langkah. Kader dapat memberikan penyuluhan terkait ASI dalam fungsi posyandu di langkah kelima.
Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilakukan dalam membina keluarga, mahasiswa harus membuat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada keluarga. Rencana ini dibuat agar tindakan yang telah dilakukan sebelumnya bersama mahasiswa dapat terus dilakukan dan berkesinambungan. Mahasiswa melaporkan kepada kader tentang evaluasi kemandirian keluarga, dan meminta kader untuk melanjutkan pemantauan terkait masalah ASI yang dapat dilakukan dalam kegiatan posyandu setiap bulan. Keluarga perlu dimotivasi secara berkelanjutan agar dapat mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan yang telah tercapai. Mahasiswa perlu melakukan advokasi dan menekankan pentingnya mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin dan berkala, terutama posyandu untuk memantau tumbuh kembang bayi sampai menginjak usia dua tahun.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Air susu ibu (ASI) mengandung zat gizi yang sesuai denan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan, kekebalan dan mencegah berbagai penyakit serta untuk kecerdasan bayi, aman dan terjamin kebersihannya kerena langsung diberikan kepada bayi agar terhindar dari gangguan pencernaan seperti diare, muntah dan sebagainya (WHO, 2002) (Depkes, 2002). Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. Pemberian ASI Eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (William & Wilkins, 2006). Pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi >6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan umur bayi < 6 bulan.
Gibney dalam Buku Gizi Kesehatan Masyarakat (Hartono Andry & Widyastuti Palupi, 2009) mengatakan bahwa banyak kepercayaan dan sikap yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi mereka dalam periode enam bulan pertama. Alasan umum yang sering diungkapkan antara lain rasa takut bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup atau kualitasnya buruk. Alasan lainnya yaitu karena kebiasaan yang keliru bahwa bayi memerlukan cairan tambahan. bayi akan mendapat ASI yang lebih rendah dan frekuensi menyusu yang lebih singkat karena adanya tambahan cairan lain. Selain itu, pemasaran susu formula pengganti ASI yang banyak menimbulkan anggapan bahwa formula pengganti ASI lebih unggul daripada ASI sehingga ibu lebih tertarik dengan iklan susu formula dan memberikan susu formula secara dini.
45
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
46
Masalah ketidakefektifan pemberian ASI yang terjadi pada keluarga Bapak D khususnya pada Anak G juga dikarenakan kurangnya pemahaman keluarga tentang manfaat ASI dan adanya rasa takut bahwa ASI yang dihasilkan tidak cukup. Ibu mengatakan lebih sering memberikan susu formula pada anak dibanding ASI, yaitu pada pagi hari saat ibu sibuk melakukan pekerjaan rumah, pada siang hari saat sedang ada teman/saudara yang berkunjung ke rumah, dan saat malam hari ketika anak menangis tengah malam dan ibu sudah terlalu mengantuk untuk menyusui. Selain itu, saat sedang berada di luar rumah, ibu juga lebih memilih memberikan susu formula pada anak daripada menyusui. Saat ini anggota keluarga yang lain belum ada yang mengingatkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada anaknya.
Mengatasi masalah tidak efektifnya pemberian ASI yang terjadi pada keluarga Bapak D memerlukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk mengatasi masalah ASI tersebut. Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengenali pentingnya ASI dan manfaat ASI bagi bayi, bagi ibu, dan bagi keluarga, kemudian mengajarkan Ibu F untuk menggunakan teknik pemerahan dan penyimpanan ASI di sela-sela waktu luang ibu agar pada saat ibu sedang tidak bisa menyusui, asupan ASI pada bayi tetap terpenuhi. Intervensi dilakukan melibatkan keluarga yaitu suami dan nenek dari Ibu F yang tinggal serumah, dan diharapkan keluarga dapat termotivasi untuk mengefektifkan kembali pemberian ASI pada Anak G. Hasil yang didapatkan yaitu Ibu F mampu memerah ASI sendiri dan menyimpan ASI untuk digunakan ketika ibu sedang tidak bisa menyusui, serta sudah meningkatkan pemberian ASI dan mengurangi pemberian susu formula pada Anak G, namun yang menjadi kendala yaitu Ibu F masih belum rutin melakukannya secara rutin karena sering lupa dan belum terbiasa.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
47
5.2 Saran 5.2.1 Keluarga Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya meningkatkan pemberian ASI melalui aktif bertanya atau berkonsultasi pada petugas kesehatan, memanfaatkan sarana media cetak dan elektronik sebagai media informasi. Keluarga diharapkan dapat memberikan ASI lebih banyak dan mengurangi penggunaam susu formula melalui teknik pemerahan dan penyimpanan ASI yang telah diajarkan. Keluarga sebaiknya berkunjung ke posyandu setiap bulan untuk pemantauan tumbuh kembang anak melalui berat badan dan tinggi badan dan menanyakan kepada petugas kesehatan mengenai hal-hal yang belum diketahui terkait tumbuh kembang dan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada bayi.
5.2.2 Puskesmas/Perawat Komunitas Perawat perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait ASI dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI agar disesuaikan dengan karakteristik keluarga. Media penyuluhan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan keluarga sehingga efektifitas penyampain informasi dapat berjalan
optimal.
Perawat
kesehatan
masyarakat
dari
puskesmas
perlu
mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan bayi yang berisiko tinggi memiliki masalah ketidakefektifan pemberian ASI melalui asuhan keperawatan keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan dalam penemuan kasus masalah ketidakefektifan pemberian ASI.
5.2.3 Masyarakat/Kader Peran masyarakat, terutama kader harus ditingkatkan dalam pemberian penyuluhan kesehatan, khususnya terkait ketidakefetifan pemberian ASI dalam kegiatan posyandu yang diberikan pada ibu hamil dan menyusui. Kader harus menerapkan posyandu dengan lima langkah yang sesuai sehingga dapat memberikan informasi kesehatan, terutama mengenai pentingnya ASI bagi bayi pada ibu hamil dan menyusui. Kader diharapkan dapat melaporkan penemuan terkait masalah
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
48
ketidakefektifan pemberian ASI yang ada di masyarakat, baik kepada bidan desa maupun tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dari Puskesmas Cimanggis. Adanya pencatatan tentang masalah bayi dengan ketidakefektifan pemberian ASI tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindak lanjut agar masalah ketidakefektifan pemberian ASI dapat segera diatasi.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
49 Daftar Pustaka
Allender, J. A & Spredley, B. W. (2005). Community health nursing: promoting and protecting the public’s health. 6th. Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2007). Riset kesehatan dasar 2007. Balitbangkes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Balitbangkes. BKKBN. (2012). Laporan Situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012. Jakarta Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan Perencanaan dan Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2010). Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta. http://www.yanmedik.depkes.go.id. Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange. Hidayati, R. (2009). Asuhan Keperawatan pada masyarakat perkotaan. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock. Elizabeth B. (2009). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed). Philippine : Argonauta Corporation. NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Edisi Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Smith, Paige Hall, et al. (2009). Early breastfeeding experiences of adolescent mother: A qualitative prospective study. International Breastfeeding Journal, 7, 13 . doi: 10.1186/1746-4358-7-13. Stanhope, Lancaster. (2004). Community Health Nursing. (4th Ed), St Louis Missouri; Mosby Co. Sulistyowati. (2003). Masalah ekonomi di masayarakat perkotaan. Jakarta: Salemba Medika.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
50 United Nations Declaration (UND). (2000). Millenium Development Goals: a Compact among Nations to End Human Poverty in 2015. 1 Juli 2014. http://mdgs.un.org. Widyatuti. (2011). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. (Edisi 6). Volume 1 & 2. Alih bahas Sutarna, A., Juniarti, N., & Kuncara. Jakarta: EGC.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
51
PENGKAJIAN KELUARGA Tanggal Pengkajian: 12-15 Mei 2014
A. Data Umum 1. Nama Keluarga (KK) : Bapak D (24 tahun) : RT 07 RW 01 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos, Depok
2. Alamat
3. Komposisi Keluarga : Suami tinggal bersama istri, nenek dari istri, dan memiliki seorang anak yang masih bayi (saat dikaji masih berumur 27 hari) No 1.
Nama Bapak D
Gender Laki-laki
Hub. dgn KK KK
Usia 24 tahun
Pendidikan SMA
2.
Ibu F
Perempuan
Istri
15 tahun
SMP
3.
Bayi G
Laki-laki
Anak
27 hari
belum sekolah
4.
Ibu M
Perempuan
Anak
65 tahun
SD
4. Genogram: Tn. R
Tn. P
Ny. M
Tn. D
Ny. T
Ny. F By. G
Keterangan: = Laki-laki = Perempuan 5. Tipe Keluarga Extended family (keluarga besar) karena Bapak D tinggal bersama istri, anak, dan nenek dari Ibu F. 6. Suku Bapak D berasal dari Jawa Tengah dan bersuku Jawa, sedangkan istrinya berasal dari Jakarta dan bersuku Sunda. Bapak D dan Ibu F baru saja menikah pada bulan Januari lalu dan tinggal di tempat nenek M. Sebelumnya Bapak D tinggal bersama orangtua di Depok juga yaitu daerah Cisalak Pasar yang didominasi masyarakat bersuku Betawi. Semenjak
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
52 menikah, Bapak D dan Ibu F tinggal di daerah Sukatani yaitu di rumah nenek M dan lingkungan sekitar masih didominasi orang-orang yang bersuku betawi sehingga gaya hidup dan adat-istiadat sejak dulu tidak berubah. Sejak kecil, baik Bapak D maupun Ibu F dididik dalam keluarga yang terbuka dan memberi kebebasan dan tidak terlalu banyak aturan. Sehingga setelah menikah pun, Bapak D dan Ibu F merupakan orang yang bebas dan tidak memiliki banyak aturan. Meski demikian, Bapak D dan Ibu F tetap saling menghormati hak dan kewajiban satu sama lain.
7. Agama Keluarga Bapak D beragama Islam. Bapak D setiap minggu selalu mengikuti kegiatan sholat jumat berjamaah yang diadakan di masjid dekat rumahnya. Namun untuk kegiatan pengajian di lingkungan rumah yang sekarang maupun yang dulu tidak pernah diikuti.
8. Status Sosial Ekonomi Keluarga Saat ini Bapak D bekerja sebagai karyawan pabrik. Sementara Ibu F sehari-hari mengurus anak yang masih bayi dan membantu membereskan rumah. Penghasilan bulanan yang didapat dari bekerja sebagai karyawan pabrik seringkali masih kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga istri masih sering meminta uang dari orangtua yang tinggal di dekat tempat tinggal mereka. Selain itu, istri juga terkadang membantu nenek berjualan nasi uduk pagi-pagi di depan rumah. Penghasilan ini juga kadang dipakai untuk membeli makanan sehari-hari. 9. Aktivitas rekreasi keluarga Waktu luang keluarga Bapak D diisi dengan menonton televisi. Ibu F sangat menyukai program infotainment dan sinetron, sementara Bapak D lebih senang menonton siaran bola. Selain itu, biasanya keluarga Bapak D mengisi liburan dengan berkunjung ke rumah orang tua Bapak D yang terletak di daerah Cisalak Pasar. Dan jika sedang ada rejeki, keluarga Bapak D berkunjung ke pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian baru.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
53 B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga: 1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga yang diadaptasi dari Duval, pada keluarga kelolaan saat ini adalah tahap perkembangan keluarga dengan child bearing (kelahiran anak pertama).
Tugas
perkembangan
keluarga
dengan
child
bearing
antara
lain
mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan mempersiapkan berbagai kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir, tugas keluarga adalah memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi (minimal 6 bulan), memberikan kasih sayang, mulai mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan, pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan seks, mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan. Saat ini bayi G masih diberi ASI dan diberi tambahan susu formula karena Ibu F mengatakan bayi G masih sering lapar dan menangis jika diberi ASI saja. Pada saat dikaji, ASI yang keluar dari kedua payudara Ibu F cukup banyak. Ibu F juga mengatakan ASI jarang diberi karena biasanya pada pagi hari Ibu F sibuk mengerjakan pekerjaan rumah sehingga tidak ada waktu untuk menyusui bayi. Selain itu, pada malam hari Ibu malas menyusui karena tidak mengetahui posisi menyusui yang tepat dalam posisi tidur. Keluarga Bapak D mengatakan sangat menyayangi bayinya meski awalnya kelahiran bayi ini tidak diharapkan. Keluarga besar Bapak D dan Ibu F sudah mengetahui kelahiran anak pertama mereka dan sudah pernah berkunjung. Selain itu teman kerja Bapak D dan teman sekolah Ibu F juga sering berkunjung ke rumah.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Ibu F mengatakan ASI diberi bersamaan dengan susu formula karena merasa ASInya masih kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya. ASI jarang diberi karena biasanya pada pagi hari Ibu F sibuk mengerjakan pekerjaan rumah sehingga tidak ada waktu untuk menyusui bayi. Begitu juga pada malam hari Ibu malas menyusui karena rasa mengantuk di malam hari sehingga memberikan susu formula. Sedangkan pada siang hari saat ibu sedang berada di luar rumah atau ada saudara dan teman yang berkunjung ke
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
54 rumah, ibu merasa malu untuk menyusui, sehingga lebih memilih memberikan susu formula pada Anak G.
3. Riwayat keluarga inti Bapak D beketja di daerah Suka Tani yang dekat dengan rumah nenek Ibu F. Pada saat jam istirahat Bapak D sering beristirahat di warung nasi uduk nenek Ibu F. Pada saat itulah Bapak D dan Ibu F sering bertemu dan akhirnya menjadi akrab sehingga memutuskan untuk berpacaran (Juli 2013). Sebulan setelah berpacaran ternyata Ibu F hamil, dan Bapak D tiba-tiba menghilang dan tidak ada kabar namun Ibu F belum menyadari bahwa dirinya hamil. Pada Desember 2013 Ibu F mulai merasakan keluhankeluhan seperti mual, pusing, dan lemas. Ibu F juga menyadari bahwa ia sudah 5 bulan belum menstruasi. Ibu F berusaha menghubungi Bapak D namun Bapak D tidak bisa dihubungi sehingga ibu F sempat berusaha untuk menggugurkan kandungannya dengan cara meminum minuman bersoda dan memakan buah nanas dalam jumlah yang banyak. Selain itu Ibu F berhenti sekolah dan menceritakan pada sahabatnya di sekolah.s Sahabatnya itu kemudian mencari tahu keberadaan Bapak D. Bapak D akhirnya mendatangi keluarga Ibu F dan mau bertanggungjawab. Pada Januari 2014 mereka pun menikah, dan tinggal di rumah nenek Ibu F. 4. Riwayat keluarga sebelumnya Kedua orangtua Bapak D tidak menderita penyakit atau tidak memiliki masalah kesehatan yang spesifik. Begitu juga dengan kedua mertuanya tidak memiliki riwayat penyakit dan masalah kesehatan tertentu.
C. Lingkungan: 1. Karakteristik Rumah Tempat tinggal keluarga Bapak D terdiri atas sebuah bangunan milik sendiri yang memiliki luas sekitar 5 x 10 m2 dan terdiri atas ruang tamu sekaligus ruang TV, dua buah kamar tidur, satu buah dapur, dan satu buah kamar mandi. Secara umum, rumah Bapak D tertata rapi dan bersih, pencahayaan juga masih cukup.Pada siang hari pencahayaan ruang tamu dan ruang tengah dibantu oleh cahaya matahari dari jendela depan sedangkan
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
55 pencahayaan di dapur dibantu oleh cahaya matahari dari pintu dapur yang selalu dibiarkan terbuka pada siang hari. Ventilasi udara cukup memadai karena adanya jendela. Kamar mandi memiliki satu buah jamban jongkok dan satu buah bak ukuran sedang. Lantai kamar mandi tidak licin dan pencahayaan di kamar mandi juga cukup. Di dalam kamar mandi tersedia air bersih yang mengalir dari kran. Keluarga mengatakan biasanya air yang digunakan untuk minum, memasak, mandi, dan mencuci diambil dari kran tersebut.
E
G
F C G
D
C
A
I I
I
H
B
Keterangan: A = ruang tamu yang pada malam hari dijadikan ruang tidur B = ruang tengah C = kamar tidur D = dapur E = kamar mandi untuk mandi dan buang air F = kamar mandi untuk mencuci G = meja H = televisi I = lemari
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Bapak D dan keluarga tinggal di rumah nenek dari Ibu F. Bapak D masih baru tinggal di sana, Bapak D menjadi tidak akrab bergaul dengan lingkungan sekitar sedangkan Ibu F karena sudah lama tinggal di sana, Ia memiliki banyak teman sesama ibu menyusui di sekitar rumah. Para tetangga dan masyarakat di sekitar rumah Bpak D
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
56 mengenal Bapak D sebagai orang yang pendiam dan jarang bergaul, sementara Ibu F dikenal sebagai wanita periang. Masyarakat lain yang tinggal disitu mempunyai hubungan yang baik dengan Bapak D dan Ibu F.
3. Mobilitas Geografis Keluarga Setelaj menikah, Bapak D dan Ibu F tinggal di rumah nenek dari Ibu F untuk sementara waktu. Keluarga Bapak D berencana ingin pindah ke rumah orang tua dari Bapak D dalam waktu dekat ini, yaitu di daerah Cisalak Pasar, Depok. Lokasi keberadaan tempat tinggal Bapak D sekarang cukup stategis karena dekat dengan jalan raya sehingga mempermudah akses keluarga saat ingin bepergian. Untuk mencapai jalan raya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 100 m.Keluarga Bapak D memiliki sebuah sepeda motor yang biasanya dipakai oleh Bapak D untuk bekerja.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Perkumpulan anggota keluarga sehari-hari biasanya dilakukan pada malam hari setelah masing-masing anggota keluarga sudah kembali ke rumah setelah seharian bekerja. Sementara untuk berkumpul dengan anggota keluarga lainnya yang tidak tinggal serumah, biasanya dilakukan saat libur panjang atau libur sekolah. Bapak D jarang mengikuti kegiatan yang diadakan di lingkungan sekitar rumah dan lebih sering menghabiskan waktu di tempat kerja dan rumah. Sementara Ibu F dulu sering berinteraksi dengan tean sebayanya di sekitar rumah, namun sekarang sudah lebih jarang ke luar rumah dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus anaknya yang masih bayi.
5. Sistem Pendukung Keluarga Di sekitar rumah setiap bulan rtuin diadakan posyandu namun Ibu F mengatakan Ia belum pernah mengunjungi posyandu sejak hamil hingga sekarang. Ibu F biasanya berkunjung ke bidan jika ada masalah kesehatan. Pada saat melahirkan hingga pemberian imunisasi pada bayi, Ibu F selalu mengunjungi bidan. Pembiayaan ditanggung oleh keluarganya sendiri.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
57 D. Struktur Keluarga: 1. Pola komunikasi keluarga Bahasa yang sering digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa Indonesia. Sehari-hari yang sering bercengkerama dengan Bapak D dalam keluarga adalah Ibu F, sedangkan nenek M hanya berbicara seperlunya dengan Bapak D. Sementara Ibu F dan nenek M cukup sering berkomunikasi. Pola komunikasi di keluarga dilakukan secara demokratis, namun saat dihadapkan pada beberapa pilihan hidup, tetap yang mengambil keputusan biasanya adalah Bapak D sebagai kepala keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga Di keluarganya Bapak D memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan istri dan anaknya. Bapak D berusaha menjadi role model ayah dan suami yang baik. Ibu F selalu menghormati Bapak D dan yang sering mengambil keputusan dalam keluarga adalah Bapak D.
3. Struktur Peran Sebagai seorang suami dan ayah, Bapak D memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan istri dan anaknya secara lahir dan batin. Namun Bapak D tidak dapat memberikan penghasilan yang tetap untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga ibu F masih sering meminta uang pada orangtuanya untuk membantu memenuhi kebutuhan mereka. 4. Nilai dan Norma Budaya Budaya yang paling berpengaruh di keluarga adalah budaya Betawi karena di sekitar rumah banyak ditinggali oleh warga bersuku Betawi. Di lingkunga sekitar rumah terdapat nilai dan norma budaya yang turun temurun dan sulit diubah, seperti pemberian makanan tambahan pada bayi baru lahir misalnya pisang, teh, madu dan lain sebbagainya. Tetangga Ibu F sendiri menganjurkan untuk memberikan pisang dan madu pada bayinya, namun Ibu F masih ragu untuk memberikannya. Selain itu, tetangga Ibu F juga menganjurkan Ibu F untuk memberikan susu formula sebagai tamabhan asi pada bayi sehingga Ibu F sering memberikan susu formula pada bayinya selain ASI.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
58 E. Fungsi Keluarga 1. Fungsi Afektif Masing-masing anggota keluarga memahami kebutuhannya dan kebutuhan bersama. Satu sama lain saling menghormati dan mengasihi. Istri dan anak cukup memperhatikan kebutuhan Bapak D dan berusaha membantu Bapak D memenuhi kebutuhan hidup keluarga. 2. Fungsi Sosialisasi Keluarga Bapak D sangat jarang mengikuti kegiatan bersama yang diadakan di lingkungan tempat tinggal dan lebih senang di rumah atau bersosialisasi dengan teman kantor. Berbeda dengan Ibu F yang sering bersosialisasi dengan tetangga sekitar, terutama ibu-ibu yang sedang hamil atau sedang menyusui sepertinya. Ibu F mengaku masih cukup dekat dengan tetangga sekitarnya dan tetap menjaga hubungan baik dengan mereka. 3. Fungsi Perawatan Keluarga Bapak D sebagai kepala keluarga yang masih baru mengatakan masih harus banyak belajar mengenai cara memimpin keluarga yang baik. Saat ini di keluarga Bapak D tetap menjadi pengambil keputusan dalam setiap pendapat yang berbeda di keluarga. Namun untuk perawatan keluarga, biasanya Bapak D lebih menyerahkan pada Ibu F. Saat Bapak D atau bayi mereka sedang sakit, biasanya Ibu F yang melakukan perawatan, dan Ibu F yang paling bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan keluarga. Jika ada anggota keluarga yang sakit biasanya diberi obat warung. Selanjutnya jika belum sembuh dibawa berobat ke klinik atau puskesmas.
F. Stres dan Koping Keluarga 1. Stressor Jangka Pendek Masalah yang kerap menimbulkan stresor jangka pendek di keluarga adalah ketika timbul pertengkaran suami istri karena rasa cemburu. Ibu F mengatakan bahwa Bapak mudah cemburu jika Ibu F bertemu dengan mantan pacar Ibu F secara tidak sengaja, atau berbicara saat kebetulan mantan Ibu F mampir ke warung nasi nenek M untuk membeli sarapan. Sehingga kadang Bapak D kesal dan melarang Ibu F untuk berkomunikasi
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
59 dengan mantan pacarnya tersebut. Ibu F mengatakan selalu menuruti permintaan suaminya meski terkadang hal menimbulkan stresor tersendiri bagi Ibu F.
2. Stressor Jangka Panjang Tidak ada masalah spesifik yang menimbulkan stresor jangka panjang di keluarga. Hal yang dianggap sering menambah beban pikiran oleh Ibu F adalah karena saat ini masih tinggal di rumah nenek M (nenek dari Ibu F). Dan dalam waktu dekat keluarga mereka akan pindah ke rumah orangtua Bapak D, sehingga menimbulkan kekuatiran bagi Ibu F jika menghadapi masalah saat tinggal bersama dengan mertua. 3. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Situasi atau Stressor Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi ataupun stressor sudah cukup baik. Setiap kali situasi yang menyebabkan stresor muncul, seperti pertengkaran suami-istri, keluarga Bapak D selalu berusaha menghadapi dengan sikap tenang dan tidak menggunakan emosi. Bapak D saat marah biasanya lebih banyak diam, sehingga Ibu D biasa membujuk Bapak D untuk berbaikan. Demikian juga sebaliknya saat Ibu F yang marah dan diam, Bapak D yang mengajak berbaikan. Biasanya pertengkaran yang terjadi hanya berlangsung sehari atau dua hari, dan tidak pernah sampai berlarut-larut. Bapak D dan Ibu F masing-masing mau mengalah jika memang menyadari itu adalah kesalahannya, dan tidak pernah bertengkar hingga mengadu pada orangtua ataupun nenek yang tinggal serumah dengan mereka.
4. Strategi Koping yang Digunakan Koping yang digunakan Ibu F untuk mengatasi stressor yang muncul adalah bercerita pada teman dekatnya, dan lebih banyak bermain bersama anaknya yang masih bayi (Anak G). Demikian juga koping yang digunakan Bapak D saat menghadapi stresor adalah bermain dengan anak (Anak G).
5. Strategi Adaptasi Disfungsional Saat menghadapi stresor misalnya sedang ada masalah di rumah dengan istri, Bapak D tidur lebih awal dan bangun lebih siang untuk menghindari percakapan dengan istrinya,
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
60 yaitu Ibu F. Meski pertengkaran mereka biasanya hanya berlangsung sebentar dan tidak berlarut-larut. Sedangkan Ibu F biasanya lebih banyak mengurus anak dan kurang memperhatikan kebutuhan suami saat sedang bertengkar sehingga biasanya Bapak D menyiapkan kebutuhan sendiri saat akan berangkat bekerja.
5. Harapan keluarga Keluarga Bapak D mengatakan semoga dengan adanya mahasiswa yang merawatnya selama seminggu ke depan, dapat bermanfaat untuk mempertahankan kesehatan keluarga Bapak D seperti saat ini.
6. Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan fisik pada keluarga Bapak D Jenis
Bapak D
Ibu F
An G
Ibu M
pemeriksaan Suhu
36,5 oC
36 oC
37,2 o C
36 o C
Nadi
86 x/menit
84 x/menit
110 x/menit
84 x/menit
RR
20 x/menit
18 x/menit
45 x/menit
16 x/menit
TD
120/80 mmHg
110/80 mmHg
-
130/80 mmHg
BB
70 kg
55 kg
4,6 kg
64 kg
TB
168 cm
163 cm
53 cm
156 cm
Kepala
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
penyebaran rambut
penyebaran rambut
penyebaran rambut
penyebaran rambut
merata, rambut
merata, rambut lurus
merata, rambut
tida merata, terdapat
lurus hitam
hitam, panjang.
masih sedikit
uban
konjungtiva tidak
konjungtiva tidak
konjungtiva tidak
konjungtiva tidak
anemis, pupil bulat
anemis, pupil bulat
anemis, pupil bulat
anemis, pupil bulat
isokor
isokor
isokor
isokor
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
bersih
bersih
bersih
bersih
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada sekret
tidak ada sekret
tidak ada sekret
tidak ada sekret
gigi masih utuh dan
gigi masih utuh dan
belum tumbuh gigi
gigi masih utuh dan
Mata
Telinga
Hidung
Mulut dan gigi
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
61
Leher
Dada/thorax
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
lengkap
lengkap
lengkap
tidak ada
tidak ada pembesaran tidak ada
tidak ada pembesaran
pembesaran
kelenjar getah bening
kelenjar getah bening
pembesaran
kelenjar getah
kelenjar getah
bening
bening
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
pembesaran, ronkhi
pembesaran, ronkhi
pembesaran, ronkhi
pembesaran, ronkhi
(-), wheezhing (-)
(-) dan wheezhing (-)
(-) dan wheezhing
(-) dan wheezhing (-)
S1 & S2 normal
S1 & S2 normal
(-) S1 & S2 normal
S1 & S2 normal
tidak ada keluhan
tidak ada keluhan
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
BU (+)
BU (+)
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
deformitas (-)
deformitas (-)
deformitas (-)
deformitas (-)
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
turgor kulit normal
turgor kulit normal
turgor kulit normal
turgor kulit normal
ANALISA DATA No. 1.
Data DS: Ibu F mengatakan An G sejak lahir diberikan ASI dan susu formula sebagai tambahan Ibu F mengatakan An G sering menangis lagi jika hanya diberi ASI saja Ibu F mengatakan pada pagi hari An G sering menangis karena lapar padahal Ibu F harus mengerjakan pekerjaan rumah setiap pagi, sehingga Ibu F memberikan susu formula di dalam botol Ibu F mengatakan pada malam hari saat hendak tidur, anak G juga sering merengek karena lapar dan Ibu F memberikan susu formula Ibu F mengatakan tidak tahu cara memberi ASI dalam posisi berbaring sehingga lebih memilih memberi susu formula di malam hari saat hendak tidur Ibu F mengatakan An G masih diberi ASI saat Ibu F sedang tidak sibuk mengerjakan pekerjaan rumah Ibu F mengatakan saat sedang berada di luar rumah Ibu F malu untuk menyusui bayinya sehingga menggunakan susu formula yang disimpan di dalam botol.
Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan Pemberian ASI pada Ibu F
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
62 Ibu F mengatakan saat di rumah sedang ada teman atau keluarga yang berkunjung, ibu juga merasa malas dan agak malu untuk menyusui bayinya DO: Ibu F tidak mampu menyebutkan pengertian ASI Eksklusif secara tepat Ibu F tidak mampu menyebutkan manfaat ASI Ibu F tidak mampu menyebutkan kelebihan ASI dibandingkan susu formula 2.
DS: Ibu F mengatakan belum menggunakan alat KB Ibu F mengatakan hingga saat ini belum tahu akan menggunakan KB apa Ibu F mengatakan sering mendengar tentang KB suntik dari tetangga sekitar dan diajak untuk menggunakan KB suntik oleh tetangganya Ibu F mengatakan belum mengetahui tentang kelebihan dan kelemahan KB suntik Ibu F mengatakan semua alat KB sama saja. Ibu F mengatakan tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing alat KB.
Kurang pengetahuan keluarga terkait alat kontrasepsi khususnya pada Ibu F
DO: Ibu F mampu menyebutkan 3 dari 8 jenis alat KB yaitu KB pil, KB suntik, dan KB spiral. Ibu F tidak mampu menyebutkan kelebihan dan kekurangan masing-masing alat KB yang telah disebutkan
SKORING MASALAH 1. Ketidakefektifan pemberian ASI pada keluarga Bapak D khususnya Ibu F Kriteria
Skor
Sifat masalah: aktual
3
Angka tertinggi 3
Kemungkinan masalah untuk
2
2
Bobot
Perhitungan
1
3/3 x 1 = 1
2
2/2 x 2 = 2
Pembenaran Masalah sedang terjadi pada Ibu F ditandai dengan pemberian susu formula yang lebih sering daripada pemberian ASI Ibu F mengatakan malas memberi ASI karena
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
63 diubah: mudah
Potensi masalah untuk dicegah: tinggi
3
3
1
3/3 x 1 = 1
Menonjolnya masalah : segera ditangani Total
2
2
1
2/2 x 1 = 1
membuatnya cepat lapar dan harus sering makan, padahal BB Ibu F masih tinggi. Masalah sedang terjadi dan telah berlangsung sekitar 3 minggu. Namun usia An G yang masih bayi, dapat diubah tergantung dari pola asuh orang tua, terutama Ibu F Keluarga mengatakan bahwa masalah pada Ibu F harus segera ditangani.
5
2. Kurang pengetahuan keluarga terkait alat kontrasepsi pada keluarga Bapak D khususnya pada Ibu F Kriteria
Skor
Sifat masalah: Aktual
3
Angka tertinggi 3
Bobot
Perhitungan
Kemungkinan masalah untuk diubah: mudah
1
2
2
2/2 x 2 = 2
Potensi masalah untuk dicegah: cukup Menonjolnya masalah : segera ditangani Total
3
3
1
3/3 x 1 = 1
1
2
1
1/2 x 1 = 1/2
1
3/3 x 1 = 1
Pembenaran Ibu F mengatakan ingin memasang KB namun belum tahu hendak memakai KB apa. Ibu F mengatakan sudah pernah mendengar dari tetangga tentang KB suntik dan merasa sedikit tertarik untuk mencobanya Masalah masih baru terjadi pertama kali Keluarga mengatakan bahwa hal ini tidak terlalu masalah karena saat ini belum akan memasang KB
4 1/2
PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakefektifan pemberian ASI pada keluarga Bapak D khususnya Ibu F 2. Kurang pengetahuan keluarga terkait alat kontrasepsi pada keluarga Bapak D khususnya pada Ibu F Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
64 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KELOLAAN Maria L.A. Naibaho, 0906564132 No. 1.
Diagnosis Keperawatan Ketidakefektifan pemberian ASI pada keluarga Bapak D khususnya Ibu F
Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2 minggu, Ibu F dapat meningkatkan pemberian ASI
Khusus Setelah dilakukan intervensi 1 x 30 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu : 1. Mengenal cara mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI 1.1. Menyebutkan pengertian ketidakefektifan pemberian ASI
1.2. Menyebutkan penyebab menyusui tidak efektif
Evaluasi Kriteria
Intervensi Standar
Verbal
Keluarga dapat menyebutkan pengertian Asi ekslusif dan meningkatkan proses menyusui dengan bahasanya sendiri atau dengan bantuan leaflet. Ketidakefektifan pemberian ASI adalah keadaan dimana ibu, bayi atau anak siap untuk melakukan pemberian ASI
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang pengetahuan tentang ketidakefektifan pemberian ASI 2. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga 3. Diskusikan pengertian cara menyusui (Posisi dan perlekatan yang tepat) 4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya 5. Minta keluarga untuk menyebutkan kembali 6. Jawab pertanyaan keluarga
Verbal
Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 7 penyebab menyusui tidak efektif dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan lembar balik - Puting susu datar/terbenam. - Putting lecet dan nyeri. - Payudara bengkak.
1. Kaji pengetahuan tentang penyebab menyusui tidaak efektif 2. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga 3. Diskusikan penyebab menyusui tidak efektif 4. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali 5. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
65 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 30 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu : 2. Mengambil keputusan yang tepat untuk merawat anggota keluarga dengan masalah ketidakefektifan pemberian ASI 2.1. Menyebutkan akibat lanjut dari Ketidakefektifan pemberian ASI
2.2. Memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah Ketidakefektifan pemberian ASI Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3 x 45 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu : 3. Merawat keluarga
Saluran ASI tersumbat. Radang payudara. Payudara abses. Produksi ASI kurang
Verbal
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 akibat lanjut dari ketidakefektifan pemberian ASIdengan bahasa sendiri atau dengan bantuan lembar balik - Bayi merasa tidak puas saat menyusui. - Bayi gelisah dan rewel. - Bayi beresiko kekurangan nutrisi. - Bayi mudah terserang penyakit
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang akibat lanjut dari Ketidakefektifan pemberian ASI 2. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga. 3. Diskusikan akibat lanjut dari ketidakefektifan pemberian ASI dengan keluarga 4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. 5. Jawab pertanyaan keluarga
Verbal
Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan meningkatkan pemberian ASI
1. Beri kesempatan kepada keluarga untuk mengambil keputusan 2. Bimbing keluarga untuk mengambil keputusan 3. Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga.
Keluarga dapat menyebutkan
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang cara
Verbal
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
66 dengan Ketidakefektifan pemberian ASI 3.1. Menyebutkan cara menyusui yang efektif (baik dan benar).
Psikomotor
6 dari 10 cara menyusui yang baik dan benar dengan bahasa sendiri atau dengan bantuan lembar balik. - Cuci tangan sebelum menyusui - Bersihkan puting susu dengan air hangat - Dilakukan dengan posisi duduk, bayi di pangku, kepala bayi diletakkan pada siku ibu dan tangan menopang bokong bayi. - Tubuh bayi berhadapan dengan perut Ibu, dan menempel pada perut ibu. - Sentuhkan puttingsusu pada bibir/pipi bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka lebar. - Ketika mulut bayi terbuka lebar masukkan putting susu dan areola mamae ke dalam mulut bayi. - Posisi menyusui yang benar bila Ibu tidak merasa nyeri pada puting - Menyusui dengan kedua payudara secara bergantian - Setelah disusui punggung bayi ditepuk-tepuk, sampai bayi bersendawa. - ASI diberikan sesering mungkin tanpa jadwal, lamanya 20-30 menit dengan jarak 2-3 jam.
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
menyusui yang efektif. 2. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga. 3. Diskusikan cara menyusui yang efektif dengan keluarga. 4. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. 5. Jawab pertanyaan keluarga. 6. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali. 7. Beri reinforcement positif atas keberhasilan keluarga.
Universitas Indonesia
67
3.2. Mendemonstrasik an cara menyusui yang efektif (baik dan benar)
Psikomotor
Keluarga memdemonstrasikan cara menyusui yang efektif dengan bantuan minimal : - Mencuci tangan sebelum menyusui - Bersihkan puting susu dengan air hangat - Dilakukan dengan posisi duduk, bayi di pangku, kepala bayi diletakkan pada siku ibu dan tangan Ibu Menopang bokong bayi. - Tubuh bayi dekat/kontak danmenghadap ibu, perut Ibu Menempel pada bagian ibu. - Sentuhkan puttingsusu pada bibir/pipi bayi untuk merangsang agar mulut bayi terbuka lebar. - Ketika mulut bayi terbuka lebar masukkan putting susu dan areola mamae ke dalam mulut bayi. - Posisi menyusui yang benar bila Ibu Fidak merasa nyeri pada puting susu. - Menyusui dengan kedua payudara secara bergantian - Setelah disusui punggung bayi ditepuk-tepuk, sampai bayi bersendawa.
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7.
Diskusikan cara menyusui yang efektif dengan keluarga Mendemonstrasikan menyusui yang efektif Beri kesempatan keluarga untuk bertanya Jawab pertanyaan keluarga Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara menyusui yang efektif. Beri reinforcement positif atas kemauan keluarga mendemonstrasikan Evaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan
Universitas Indonesia
68
3.3. Mendemonstrasik an cara merawat payudara
Mendemonstrasikan cara merawat payudara dengan bantuan maksimal. Cara melakukan perawatan payudara adalah : - Tuangkan minyak secukupnya - Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara - Urutlah payudara dari tengah atas kearah luar kiri dan kanan bersamaan - Teruskan pengurutan ke arah bawah. - Lalu urut ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan kedua payudara perlahanlahan. - Sokong payudara dengan satu tangan sedang tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah putting lakuka sebanyak 30 kali, bergantian kiri dan kanan. - Lakukan kembali seperti diatas tetapi mengurut payudara dengan bukubuku jari tangan. - Payudara kiri dan kanan dirangsang dengan air hangat kemudian air
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
1.
2. 3. 4.
5. 6.
Diskusikan cara merawat payudara dengan keluarga mendemonstrasikan cara merawat payudara. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya jawab Jawab pertanyaan keluarga Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara merawat payudara Beri reinforcement positif atas kemauan keluarga mendemonstrasikan Evaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan
Universitas Indonesia
69
Verbal dan psikomotor
3.4. Menyusun menu makanan sehat bernutrisi untuk Ibu Menyusui
dingin bergantian dilakukan sedikitnya 5 kali. Cara merawat payudara yang bengkak : - Mengompres payudara yang bengkak dengan air hangat untuk mengurangi rasa sakit - Tetap menyusui dari payudara kiri dan kanan secara bergantian - Mengeluarkan ASI pada payudara yang bengkak dengan cara menekan payudara berulangkali. Mendiskusikan dengan keluarga terkait pentingnya nutrisi bagi kesehatan ibu dan bayi, serta pentingnya pemenuhan kebutuhan kalori harian melalui menu makanan yang sehat. Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat nutrisi bagi Ibu menyusui: - Mempertahankan tubuh dari infeksi dan membantu proses penyembuhan luka jahitan - Mempertahankan kondisi sehat bagi ibu - Meningkatkan jumlah dan kualitas ASI sehingga bayi tumbuh sehat Keluarga mampu
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
1. Diskusikan dengan keluarga nutrisi seimbang untuk Ibu Menyusui 2. Diskusikan menu makanan dengan nutrisi seimbang sesuai dengan kemampuan dan kondisi keluarga 3. Motivasi keluarga untuk menerapkan menu yang telah disepakati 4. Evaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan ke rumah keluarga. 5. Beri kesempatan keluarga mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan. 6. Jawab pertanyaan keluarga dan beri reinforcement positif.
Universitas Indonesia
70 menyebutkan 3 hal yang harus diperhatikan terkait nutrisi bagi Ibu Menyusui: - Makanan dengan jumlah dan nutrisi seimbang - Makan dalam porsi kecil namun sering - Pilih makanan yang sesuai selera dan daya beli - Cukup cairan (8 gelas/ 1500-2000 ml) - Cegah lambung kosong - Hindari pantangan makanan kecuali atas petunjuk dokter Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 jenis makanan ya ng dianjurkan untuk Ibu Menyusui: - Energy yang dianjurkan ditambah 500 kkal untuk enam bulan pertama dan ditambahkan 550 kkal untuk enam bulan berikutnya - Protein berjumlah 10-15% dari totoal kebutuhan energy - Lemak berjumah 20-25% dari total kebutuhan energy per hari - Karbohidrat berjumlah 50-60% dari total energy per hari - Vitamin dan mineral yang sesuai Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
71 Keluarga mampu menyusun menu sehat bernutrisi bagi ibu hamil sesuai dengan kondisi dan selera untuk menu makan satu hari Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 15 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu : 4. Memodifikasi suasana dan lingkungan yang nyaman bagi ibu dan bayi ketika menyusui.
Respon verbal dan afektif
Pada kunjungan yang tidak direncanakan, keluarga telah melakukan 2 dari 3 cara memodifikasi lingkungan. Cara memodifikasi lingkungan bagi ibu dan bayi adalah : - Berikan suasana yang nyaman. - Berikan lingkungan yang bersih dan menyenangkan. - Berikan penerangan yang cukup.
1. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan bagi ibu dan bayi ketika menyusui. 2. Memotivasi keluarga untuk menerapkan cara memodifikasi lingkungan bagi ibu dan bayi ketika menyusui. 3. Evaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan ke rumah keluarga. 4. Beri kesempatan keluarga mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan. 5. Jawab pertanyaan keluarga dan beri reinforcement positif.
verbal
Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan : - Rumah
1. Sebutkan pada keluarga beberapa fasilitas kesehatan yang dapat digunakan 2. Diskusikan dengan keluarga berbagai
Setelah dilakukan intervensi selama 1 x 15 menit pertemuan diharapkan keluarga mampu : 5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan : a. Pelayanan kesehatan yang dapat
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
72 dimanfaatkan
-
Sakit/Puskesmas Perawat keluarga Praktek dokter/bidan Fasilitas yan kes yang dapat dikunjungi pada jam kerja selain praktek dokter/bidan pada sore hari - Fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau akan mengurangi biaya dan kemudahan dalam transportasi - Biaya yang diperlukan sesuai pelayanan kesehatan yang digunakan. Verbal
b. Memberikan dukungan pada keluarga untuk menggunakan pelayanan kesehatan
c.
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Dukungan keluarga untuk menggunakan pelayanan kesehatan dapat mendorong keluarga untuk mengatasi ketidakefektifan menyusui. Afektif Pada kunjungan yang tidak direncanakan keluarga mampu menunjukkan kartu berobat atau obat -obatan yang diresepkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
sarana pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dapat digunakan 3. Jelaskan akan pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan tersebut 4. Dorong keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
1. Dukung keluarga untuk memutuskan tindakan 2. Evaluasi adanya keefektifan menyusui setelah menggunakan pelayanan kesehatan 3. Beri reinforcement positif.
1. Jelaskan kepada keluarga manfaat pelayanan kesehatan 2. Dorong keluarga untuk mengungkapkan persepsi 3. Beri reinforcement positif.
Universitas Indonesia
73 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No
2
Diagnosa Keperawatan Kurang pengetahuan keluarga terkait alat kontrasepsi pada keluarga Bapak D khususnya pada Ibu F
Tujuan Jangka Panjang Jangka Pendek Setelah dilakukan pertemuan selama 4x45 menit, keluargaIbu Fdapat mengenal dan memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan
Setelah dilakukan pertemuan 1 dan 2 sebanyak 2x 45 menit, keluarga: 1. Mampu mengenal alat kontrasepsi 1.1 Menyebutkan definisi kontrasepsi
1.2 Menyebutkan jenis-jenis kontrasepsi
Kriteria
Kriteria Evaluasi Standar
Rencana Keperawatan
Respon Verbal
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan maksimal pada anak.
1. Bina hubungan saling percaya dengan keluargaIbu F 2. Buat kontra kpertemuan dengan keluarga 3. Gali pengetahuan Ibu F tentang alat kontrasepsi 4. Berikan informasi tentang definisi kontrasepsi pada Ibu F
Respon Verbal
Keluarga dapat menyebutkan 2dari 3 jenis kontrasepsi: - Hormonal: suntik 1 bulan, suntik 3 bulan, pil KB, susuk/implant - Mekanik: kondom,
1. Gali pengetahuan Ibu F terkait jenis-jenis kontrasepsi 2. Berikan informasi tentang jenisjenis alat kontrasepsi 3. Diskusi dengan Ibu F, apakah Ibu F sudah menggunakan alat kontrasepsi
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
74 diafragma, IUD - Mantap: tubektomi, vasektomi 1.3 Menyebutkan Respon kelebihan Verbal dan kekurangan dari masingmasing alat kontrasepsi
Keluarga mampu menyebutkan kembali masing-masing 2 kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi: 3. Suntik KB Keuntungan : - Sangat efektif - Kemungkinan salah atau lupa memakainya tidak ada - Dapatdiberikanpada ibu menyusui karena tidak mengurangi jumlah produksi ASI Kekurangan: - Gangguan haid - Pusing, mual, muntah, rambut rontok, jerawatan, BB naik, menurunnya gairah seksual, kulit menghitam 2. Pil KB Keuntungan: - Sangatefektif - Dapat dihentikan
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
1. Gali pengetahuan keluarga terkait kelebihan dan kekurangan dari masing-masing alat kontrasepsi 2. Berikan informasi pada Ibu F tentang kelebihan dan kekurangan dari alat kontrasepsi 3. Berikan reinforcment positif pada Ibu F dan keluarga
Universitas Indonesia
75
-
dengan tingkat kesuburan tinggi Tidak mengganggu senggama Kekurangan:
-
Mengurangi produksi ASI - Mual, muntah, pembesaran payudara, perasaan lelah - TD naik, Kulit muka menghitam, jerawatan, keputihan, gangguan haid 3. Susuk/implant Kelebihan : - Efektif dan mengembalikan kesuburan secara sempurna - Tidak merepotkan - Perlindungan 5 tahun - Ideal bagi ibu Fang tidak mau punya anak lagi dan belum siap untuk steril 4. Spiral/ IUD Kelebihan: - Daya kesuburan tinggi Kekurangan: - Perdarahan dari kemaluan
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
76 2. Mampu mengambil keputusan dalam merawa t anggota keluarga yang akan menggunakan alat kontrasepsi 2.1 Menyebutkan akibat bila ibu tidak menggunaka n alat kontrasepsi
2.2 Mengambil keputusan untuk merawat anggota
Mulas/nyeri Keputihan Keluhan suami merasa tidak nyaman Terlambat haid Luka rahim Infeksi Keluarnya spiral
Respon Verbal
Keluarga mengatakan akibat bila tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah tidak dapat mengatur kelahiran dan kemungkinan untuk mendapatkan kelahiran yang tidak terduga semakin besar.
1. Gali pengetahuan keluarga dalam menyebutkan akibat bila tidak menggunakan alat kontrasepsi 2. Berikan reinforcement positif pada Ibu F dan keluarga
Respon Afektif
Keluarga mengatakan ingin membantu Ibu F untuk menentukan alat kontrasepsi yang cocok untuk Ibu F
1. Gali pengetahuan keluarga dalam mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang akan menggunakan alat kontrasepsi 2. Berikan reinforcement positif pada
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
77 keluarga khususnya Ibu F yang sedang hamil 3. Mampu merawat anggota keluarga yang akan menggunakan alat kontrasepsi 3.1 Menyebutkan salah satu alat kontrasepsi yang ingin digunakan oleh Ibu
Ibu F dan keluarga
Respon Verbal
Keluarga mampu menyebutkan salah satu alat kontrasepsi yang ingin dicoba oleh Ibu, yaitu KB sistem kalender .
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Gali pengetahuan keluarga Ibu F terkait KB kalender Berikan infomasi pada Ibu F tentang hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan KB sistem kalender Motivasi keluarga untuk memperhatikan tanggal menstruasi Ibu setiap bulan dan mencatat di dalam kalender setiap bulannya Ajarkan ibu dan keluarga untuk menggunakan KB sistem kalender dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan Motivasi ibu dan keluarga untuk mencatat jadwal masa subur dan masa tidak subur ibu dalam kalender Motivasi ibu dan keluarga untuk tidak melakukan hubungan suami-
Universitas Indonesia
78 istri selama masa subur Berikan reinforcement positif ii. 3.2 Menghitung jadwal KB sistem kalender untuk Ibu menggunaka n perhitungan sesuai masa subur Ibu sendiri
ResponPsiko motor
Keluarga mampu menghitung jadwal KB sistem kalender untuk Ibu menggunakan perhitungan sesuai masa subur Ibu sendiri
Motivasi ibu untuk mengklasifikasikan jadwal haid setiap bulannya apakah teratur atau tidur teratur. Jika jadwal haid teratur, ajarkan perhitungan menggunakan rumus untuk jadwal haid teratur. Jika jadwal haid tidak teratur, ajarkan perhitungan menggunakan rumus untuk jadwal haid yang tidak teratur. Ajarkan cara menggunakan rumus dan catat masa subur dan masa tidak subur berdasarkan hasil perhitungan Motivasi ibu dan keluarga untuk mencatat jadwal masa subur dan masa tidak subur ibu dalam kalender Motivasi ibu dan keluarga untuk tidak melakukan hubungan suamiistri selama masa subur Berikan reinforcement positif
Setelah dilakukan pertemuan 4 dan 5 selama 2 x 45 menit, keluarga:
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
79 4. Mampu memodifikasi lingkungan 4.1 Menyusun jadual harian makan pagi, siang, dan malam
Respon Verbal
5.Mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan 5.1 Menyebutkan Respon tempat Verbal pelayanan kesehatan untuk dirujuk
5.2 Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Respon Verbal
1. Gali pengetahuan Ibu F tentang cara menggunakan KB sistem kalender Keluargadapat 2. Berikan informasi pada Ibu F menyebutkan 2 dari 4 tentang cara yang dapatdilakukan fasilitas kesehatan yang untuk menggunakan KB sistem dapat dikunjungi keluarga kalender - Posyandu 3. Motivasi keluarga untuk menyusun - Puskesmas mempraktikkan KB sistem - Rumah Sakit kalender yang telah diajarkan - Klinik Dokter 4. Berikan reinforcement ositif
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan - Mendapatkan pemeriksaan - Mendapatkan perawatan - Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Gali pengetahuan keluarga terkait tempat pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi Berikan informasi terkait tempat pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga 1. Diskusikan dengan keluarga terkait manfaat fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar tempat tinggal 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali manfaat dari fasilitas pelayanan kesehatan 3. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Universitas Indonesia
80
CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN Nama KK : Bapak D Nama Klien : Ibu F DIAGNOSA WAKTU Ketidakefekti Jumat, 16 fan Mei 2014 pemberian Pukul ASI pada 10:00 – keluarga 10:30 Bapak D WIB khususnya Ibu F
IMPLEMENTASI Membina hubungan saling percaya Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan dan tujuan praktik Melakukan pengkajian keluarga Mendiskusikan dengan keluarga tentang pertumbuhan dan perkembangan An G Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An G Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
EVALUASI S: Bapak D dan Ibu F menyetujui kontrak kunjungan selama masa praktik mahasiswa di RW 07 Bapak D dan Ibu F menyetujui kunjungan saat ini selama 30 menit Ibu F mengatakan An G lahir normal dengan lama kehamilan 38 minggu dan BB lahir 3800 gr Ibu F mengatakan saat ini An G diberi ASI setiap hari, dan diberi susu formula sebagai tambahan Ibu F mengatakan malas menyusui di malam hari karena harus duduk, sehingga pada malam hari memberi susu formula pada anaknya Ibu F mengatakan saat sedang berada di luar rumah, merasa malu untuk menyusui bayinya sehingga menggunakan susu formula saat sedang di luar rumah Ibu F mengatakan tidak pernah melakukan perawatan payudara sebelum dan setelah
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
81 menyusui Ibu F juga mengatakan malas menyusui karena setelah menyusui biasanya lebih cepat lapar, sehingga harus makan lebih banyak. Ibu F mengeluh berat badan belum turun sejak setalah melahirkan. BB saat ini: 45 kg. BB saat hamil: 52 kg. BB sebelum hamil: 38 kg. O: Keluarga Bapak D terlihat menerima kedatangan mahasiswa dengan baik Bapak D dan Ibu F berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan mahasiswa dengan mengajukan pertanyaan pada mahasiswa Keluarga Bapak D nampak antusias dalam membicarakan masalah yang ada pada An G A: Ketidakefektifan pemberian ASI pada Anak G
P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan TUK 1 dan 2
Ketidakefekti fan pemberian ASI pada keluarga Bapak D
Kamis, 5 Juni 2014 Pukul 09:0009:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak
TUK 1: Mengkaji pengetahuan keluarga tentang
S: Ibu F mengatakan Anak G masih diberi ASI Ibu mengatakan Anak G diberi susu formula sebagai tambahan Ibu F mengatakan saat anak sakit akan diberi
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
82 khususnya Ibu F
ketidakefektifan pemberian ASI ASI lebih sering Memberi reinforcement positif atas jawaban Ibu F mengatakan sudah mengerti tentang keluarga kandungan dan pentingnya ASI Mendiskusikan pengertian cara menyusui (Posisi Ibu F mengatakan sudah mengerti tentang dan perlekatan yang tepat) manfaat ASI bagi bayi dan bagi ibu sendiri Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya Ibu F mengatakan sudah mengerti tentang Meminta keluarga untuk menyebutkan kembali kelebihan ASI dari susu formula Menjawab pertanyaan keluarga O: Mengkaji pengetahuan tentang penyebab Ibu F dapat menyebutkan kembali pengertian menyusui tidaak efektif Memberi reinforcement positif atas jawaban dari ASI keluarga Ibu F dapat menyebut kembali 4 dari 8 Mendiskusikan penyebab menyusui tidak efektif kandungan ASI Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali Ibu F dapat menyebut kembali 3 dari 5 manfaat Memberi reinforcement positif atas usaha ASI bagi bayi keluarga Ibu F dapat menyebut kembali 3 dari 5 manfaat ASI bagi ibu TUK 2: Mengkaji pengetahuan keluarga tentang akibat Ibu F dapat menyebut kembali 2 dari 4 manfaat lanjut dari ketidakefektifan pemberian ASI ASI bagi keluarga Memberi reinforcement positif atas jawaban Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga. keluarga dengan ketidakefektifan pemberian Mendiskusikan akibat lanjut dari ASI Ketidakefektifanpemberian ASIdengan keluarga A: Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya. - TUK 1 dan 2 tercapai Menjawab pertanyaan keluarga P: Memberi kesempatan kepada keluarga untuk - Melakukan pengkajian mengambil keputusan - Melanjutkan TUK 3 Membimbing keluarga untuk mengambil keputusan Memberi reinforcement positif atas keputusan
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
83 keluarga.
Ketidakefekti fan pemberian ASI pada keluarga Bapak D khususnya Ibu F
Selasa, 10 Juni 2014 Pukul 10:0010:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak
TUK 3 : Mengkaji pengetahuan keluarga tentang cara menyusui yang efektif. Memberi reinforcement positif atas jawaban keluarga. Mendiskusikan cara menyusui yang efektif dengan keluarga. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya. Menjawab pertanyaan keluarga. Memotivasi keluarga untuk mengulang kembali. Memberi reinforcement positif atas keberhasilan keluarga. Mendiskusikan cara menyusui yang efektif dengan keluarga Mendemonstrasikan menyusui yang efektif Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya Menjawab pertanyaan keluarga Memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara menyusui yang efektif. Memberi reinforcement positif atas kemauan keluarga mendemonstrasikan Mengevaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan
S: Ibu F mengatakan cara menyusui yang dilakukan selama ini adalah dengan duduk, dan tidak tahu bahwa menyusui bisa dilakukan sambil berbaring Ibu F mengatakan selama ini menganggap cara menyusui yang benar adalah dengan cara duduk saja, tanpa memperhatikan posisi tubuh bayi dan posisi mulut bayi Ibu F mengatakan tidak tahu tentang posisi perlekatan mulut bayi yang efektif pada puting susu ibu Ibu F mengatakan akan menyusui anak dengan cara yang lebih efektif Ibu F mengatakan akan mempraktikkan cara menyusui yang benar sesuai dengan yang telah dipelajari Ibu F mengatakan akan memperhatikan posisi perlekatan mulut bayi di puting susu ibu O: Ibu F dapat menyebutkan kembali posisi perlekatan mulut bayi pada puting susu ibu yaitu hingga mencapai bagian areola. Ibu F dapat menyebutkan hal yang perlu diperhatikan saat menyusui yaitu tubuh bayi harus menyentuh perut ibu Ibu F mampu meredemonstrasikan cara
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
84 menyusui yang efektif sesuai dengan yang telah diajarkan A: - TUK 3 untuk cara menyusui yang efektif tercapai P: - Melanjutkan pengkajian - Melanjutkan TUK 3: perawatan payudara
Ketidakefekti fan pemberian ASI pada keluarga Bapak D khususnya Ibu F
Jumat, 13 Juni 2014 Pukul 10:0010:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak
TUK 3: Mendiskusikan cara merawat payudara dengan keluarga mendemonstrasikan cara merawat payudara. Melakukan demonstrasi perawatan payudara dengan melakukan massase payudara dan pijat oksitosin Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya Menjawab pertanyaan keluarga Memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara merawat payudara Memberi reinforcement positif atas kemauan keluarga mendemonstrasikan Mengevaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan
S Ibu F mengatakan biasanya hanya membersihkan payudara pada saat mandi dengan cara dibersihkan dengan sabun. Ibu F mengatakan sebelum dan setelah menyusui tidak pernah membersihkan payudara Ibu F mengatakan selama ini putingnya belum pernah lecet atau terluka Ibu F mengatakan akan membasahi kedua puting susu dengan ASI sebelum dan setelah menyusui Ibu F mengatakan melakukan massase payudara setipa hari saat sedang mandi O: Ibu F dapat menyebutkan 5 dari 8 langkah melakukan perawatan payudara Ibu F mampu meredemonstrasikan cara melakukan perawatan payudara sesuai dengan yang telah diajarkan A:
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
85 - TUK 3 untuk perawatan payudara tercapai P: - Melanjutkan TUK 3 : teknik pemerahan dan penyimpanan ASI
Ketidakefekti fan pemberian ASI pada keluarga Bapak D khususnya Ibu F
Selasa, 17 Juni 2014 Pukul 10:0010:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak
S: Ibu F mengatakan sudah pernah memompa ASI namun tidak menyimpannya Ibu F mengatakan sudah mengerti tentang cara memerah ASI Ibu F mengatakan sudah mengerti tentang cara penyimpanan ASI Ibu F mengatakan sudah mengerti tentang cara mencairkan kembali ASI yang telah dibekukan Ibu F mengatakan akan mencoba mempraktikkan teknik yang telah diajarkan
TUK 3: Mendiskusikan dengan keluarga tentang manajemen pemerahan dan penyimpanan ASI Mendiskusikan cara pemerahan ASI secara manual dan menggunakan alat pompa ASI Mendiskusikan cara penyimpanan ASI dengan memakai wadah yang plastik atau botol kaca dan menyimpan di lemari di dalam freezer Mendiskusikan dengan keluarga waktu yang O: tepat untuk memompa ASI Ibu F dapat menyebutkan kembali alat yang Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dibutuhkan untuk memerah ASI dalam pemerahan ASI Ibu F dapat menyebutkan kembali 3 dari 6 hal Menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan dalam penyimpanan ASI dan pencairan ASI ASI kembali setelah dibekukan Ibu F mampu meredemonstrasikan cara Memotivasi keluarga untuk menerapkan teknik memerah ASI menggunakan tangan dan yang telah dipelajari menggunakan pompa ASI Mengevaluasi pada kunjungan yang tidak Ibu F mampu meredemonstrasikan cara direncanakan ke rumah keluarga. menyimpan ASI menggunakan plastik Memberi kesempatan keluarga mengekspresikan Ibu F mampu meredemonstrasikan cara perasaannya dan mengajukan pertanyaan. mencairkan kembali ASI menggunakan panci Menjawab pertanyaan keluarga dan memberi berisi air hangat
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
86 reinforcement positif.
A: - TUK 3 untuk teknik pemerahan dan penyimpanan ASI tercapai P: - Melanjutkan TUK 4
Ketidakefekti fan pemberian ASI pada keluarga Bapak D khususnya Ibu F
Kamis, 19 Juni 2014 Pukul 10:0010:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak
TUK 4: Menjelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan bagi ibu dan bayi ketika menyusui. Memotivasi keluarga untuk menerapkan cara memodifikasi lingkungan bagi ibu dan bayi ketika menyusui. Mengevaluasi pada kunjungan yang tidak direncanakan ke rumah keluarga. Memberi kesempatan keluarga mengekspresikan perasaannya dan mengajukan pertanyaan. Menjawab pertanyaan keluarga dan beri reinforcement positif. TUK 5 : Menyebutkan pada keluarga beberapa fasilitas kesehatan yang dapat digunakan Mendiskusikan dengan keluarga berbagai sarana pelayanan kesehatan yang tersedia dapat dapat digunakan Menjelaskan akan pentingnya fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
S: Ibu F mengatakan An G menyukai lingkungan yang tenang untuk menyusu. Ibu F mengatakan lebih nyaman menyusui saat kondisi rumah sedang tenang dan tidak berisik. Keluarga mengatakan Ibu F membutuhkan lingkungan yang tenang untuk menyusui O: Ibu Fdan keluarga bersikap kooperatif dan aktif dalam kegiatan diskusi Ibu F aktif bertanya apabila belum paham dengan apa yang dijelaskan mahasiswa A: Masalah risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi teratasi TUK 4 dan 5 tercapai
P: Melatih kesiapan menyusui setiap hari dengan melakukan perawatan payudara, melakukan posisi menyusui yang efektif, dan mengajarkan teknik pemerahan dan penyimpanan ASI
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
87 Mendorong keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan Mendukung keluarga untuk memutuskan tindakan Mengevaluasi adanya keefektifan menyusui setelah menggunakan pelayanan kesehatan Memberi reinforcement positif. Menjelaskan kepada keluarga manfaat pelayanan kesehatan Mendorong keluarga untuk mengungkapkan persepsi Memberi reinforcement positif. Kurang pengetahuan keluarga terkait alat kontrasepsi pada keluarga Bapak D khususnya pada Ibu F
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak TUK 1: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga Ibu F Menggali pengetahuan Ibu F tentang alat kontrasepsi Memberikan informasi tentang definisi kontrasepsi pada Ibu F Menggali pengetahuan Ibu F terkait jenis-jenis kontrasepsi Memberikan informasi tentang jenis-jenis alat kontrasepsi Mendiskusi dengan Ibu F, apakah Ibu F sudah menggunakan alat kontrasepsi Menggali pengetahuan keluarga terkait kelebihan dan
S: Ibu F mengatakan sudah mengerti tentang pengertian dan manfaat alat kontrasepsi Ibu F mengatakan belum menggunakan alat kontrasepsi Ibu F mengatakan takut untuk menggunakan alat kontrasepsi mekanik seperti IUD, dan implan karena mendengar cerita dari teman dan tetangga sekitar Ibu mengatakan sudah mengerti tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing alat kontrasepsi Ibu F mengatakan akan mencoba berdiskusi dengan suami tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan O:
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
88 kekurangan dari masing-masing alat kontrasepsi Memberikan informasi pada Ibu F tentang kelebihan dan kekurangan dari alat kontrasepsi Memberikan reinforcement positif pada Ibu F dan keluarga
Ibu F dapat menyebutkan kembali pengertian dari alat kontrasepsi Ibu F dapat menyebut kembali 2 dari 3 kelebihan suntik KB Ibu F dapat menyebut kembali 1 dari 2 kekurangan suntik KB Ibu F dapat menyebut kembali 2 dari 3 kelebihan pil KB Ibu F dapat menyebut kembali 1 dari 3 kekurangan pil KB Ibu F dapat menyebut kembali 2 dari 4 kelebihan KB implan/susuk Ibu F dapat menyebut kembali 4 dari 8 kekurangan KB spiral/IUD Keluarga mampu menyebutkan akibat bila tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah tidak dapat mengatur kelahiran dan kemungkinan untuk mendapatkan kelahiran yang tidak terduga semakin besar.
TUK 2: Menggali pengetahuan keluarga dalam menyebutkan akibat bila tidak menggunakan alat kontrasepsi Memberikan reinforcement positif pada Ibu F dan keluarga Menggali pengetahuan keluarga dalam mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang akan menggunakan alat kontrasepsi Memberikan reinforcement positif pada Ibu F dan keluarga
A: - TUK 1 dan 2 tercapai P: - Melakukan pengkajian - Melanjutkan TUK 3
Kurang pengetahuan keluarga
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan
Membuat kontrak
S: Ibu F mengatakan sudah mengerti tentang penggunaan KB sistem kalender
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
89 terkait alat kontrasepsi pada keluarga Bapak D khususnya pada Ibu F
TUK 3: Menggali pengetahuan keluarga Ibu F terkait KB kalender Memberikan infomasi pada Ibu F tentang hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan KB sistem kalender Memotivasi keluarga untuk memperhatikan tanggal menstruasi Ibu setiap bulan dan mencatat di dalam kalender setiap bulannya Mengajarkan ibu dan keluarga untuk menggunakan KB sistem kalender dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan Memotivasi ibu dan keluarga untuk mencatat jadwal masa subur dan masa tidak subur ibu dalam kalender Memotivasi ibu dan keluarga untuk tidak melakukan hubungan suami-istri selama masa subur Memberikan reinforcement positif Menghitung masa subur dan masa tidak subur ibu dengan menggunakan rumus Mencatat dan menandai masa subur dan masa tidak subur berdasarkan hasil perhitungan di kalender khusus KB untuk ibu F Memotivasi ibu dan keluarga untuk mencatat jadwal masa subur dan masa tidak subur ibu setiap bulan di dalam kalender Memotivasi ibu dan keluarga untuk tidak melakukan hubungan suami-istri selama masa subur
Ibu F mengatakan akan mencoba menggunakan sistem kalender O: Ibu F mampu menyebutkan salah satu alat kontrasepsi yang ingin dicoba oleh Ibu, yaitu KB sistem kalender Ibu F mampu menghitung masa subur dan masa tidak subur ibu Ibu F dan keluarga mampu menghitung jadwal KB sistem kalender untuk Ibu menggunakan perhitungan sesuai masa subur Ibu dengan benar A: - TUK 3 tercapai P: - Melanjutkan pengkajian - Melanjutkan TUK 4 dan 5
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
90 Memberi reinforcement positif Kurang pengetahuan keluarga terkait alat kontrasepsi pada keluarga Bapak D khususnya pada Ibu F
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak
TUK 4: Menggali pengetahuan Ibu F tentang cara menggunakan KB sistem kalender Memberikan informasi pada Ibu F tentang cara yang dapat dilakukan untuk menggunakan KB sistem kalender Memotivasi keluarga untuk menyusun mempraktikkan KB sistem kalender yang telah diajarkan Memberikan reinforcement positif TUK 5: Menggali pengetahuan keluarga terkait tempat pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi Memberikan informasi terkait tempat pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga Mendiskusikan dengan keluarga terkait manfaat fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar tempat tinggal Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali manfaat dari fasilitas pelayanan kesehatan
S: Ibu F mengatakan akan mengunjungi bidan bulan depan untuk konsultasi alat kontrasepsi apa yang digunakan Ibu F nanti. O: Ibu F dan keluarga bersikap kooperatif dan aktif dalam kegiatan diskusi Ibu F aktif bertanya apabila belum paham dengan apa yang dijelaskan mahasiswa A: Masalah kurang pengetahuan keluarga mengenai alat kontrasepsi pada Ibu F teratasi TUK 4 dan 5 tercapai
P: Diskusi antara suami dan istri tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan oleh Ibu F
Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
91 FORMAT EVALUASI SUMATIF ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa 1: Ketidakefektifan Pemberian ASI pada keluarga Bapak D khususnya pada Ibu F
No
RESPON KELUARGA
1
Keluarga mampu menyebutkan pengertian ASI Ekslusif adalah Air susu ibu yang diberikan bayi tanpa makanan tambahan dan pendamping lain selama 0-6 bulan
2
Keluarga dapat menyebutkan 8 dari 12 Kandungan ASI : 1. Antibodi 2. Anti allergi 3. Hormon 4. Anti virus 5. Anti parasit 6. Faktor pertumbuhan 7. Enzim 8. Vitamin dan mineral 9. Lemak 10. Dha 11. Karbohidrat 12. Protein
3
Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 Manfaat ASI bagi Bayi: 1. Membantu pertumbuhan dan perkembangan 2. Imunitas bayi/kekebalan tubuh 3. Merangsang kecerdasan 4. Meningkatkan jalinan kasih 2 dari 3 Manfaat ASI bagi Ibu: 1. Kesehatan Ibu 2. Keluarga Berencana 3. Kebahagiaan
4
Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat ASI tidak dipenuhi
HASIL Ya Tidak
Modifikasi intervensi
1. Daya tahan tubuh menurun. 2. Tumbuh kembang terhambat 3. BB tidak bertambah
5
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara memperbanyak produksi
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
92
6
ASI/perawatan sederhana: 1. Posisi yang tepat dan perlekatan 2. Nutrisi yang cukup untuk Ibu 3. Perawatan payudara dan pijat sederhana 4. Menenjemen memerah ASI dan cara penyimpanan 5. Motivasi untuk meningkatkan kebutuhan ASI Keluarga mampu mendemontrasikan posisi yang tepat saat menyusi dan perlekatan yang tepat
7
Keluarga mampu memilihkan menu dan menentukan nutrisi sesuai degan kebutuhan Ibu menyusui
8
Keluarga mampu mendemonstrasikan cara perawatan payudara dan pijat sederhana
9
Keluarga mampu mendemonstrasikan cara memerah ASI dan manajemen penyimpanan ASI
10
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan untuk mendukung pemberian ASI 1. Rumah dan lingkungan bersih tenang tanpa stressor. 2. Pembuatan jadwal menu makanan harian. 3. Menetapkan jadwal pemijatan payudara sederhana setiap harinya
11
Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan ASI
12
Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan/pengobatan jika terjadi masalah pada saat pemberian ASI, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemberian ASI
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
93 13
14
Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 fasilitas pelayanan kes. yang dapat digunakan dalam penanganan masalah ketidakefektifan pemberian ASI, yaitu: puskesmas, posyandu, RS, Praktek perawat, dokter praktek dan praktek bidan. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan masalah ketidakefektifan pemberian ASI
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
94 Diagnosa 2: Kurang pengetahuan keluarga terkait alat kontrasepsi pada keluarga Bapak D khususnya pada Ibu F No
RESPON KELUARGA
1
Keluarga mampu menyebutkan pengertian Kontrasepsi yaitu suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan maksimal pada anak.
2
Keluarga mampu menyebutkan 2dari3 jenis kontrasepsi:
HASIL Ya Tidak
Modifikasi intervensi
- Hormonal: suntik 1 bulan, suntik 3 bulan, pil KB, susuk/implant - Mekanik: kondom, diafragma, IUD - Mantap: tubektomi, vasektomi
3
Keluarga mampu menyebutkan kembali masing-masing 2 kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi: 5. Suntik KB Keuntungan : - Sangat efektif - Kemungkinan salah atau lupa memakainya tidak ada - Dapatdiberikanpada ibu menyusui karena tidak mengurangi jumlah produksi ASI Kekurangan: - Gangguan haid - Pusing, mual, muntah, rambut rontok, jerawatan, BB naik, menurunnya gairah seksual, kulit menghitam 5. Pil KB Keuntungan: - Sangatefektif - Dapat dihentikan dengan tingkat kesuburan tinggi - Tidak mengganggu senggama Kekurangan: -
Mengurangi produksi ASI Mual, muntah, pembesaran payudara, perasaan lelah - TD naik, Kulit muka menghitam, jerawatan, keputihan, gangguan haid 6. Susuk/implant Kelebihan :
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
95 -
Efektif dan mengembalikan kesuburan secara sempurna - Tidak merepotkan - Perlindungan 5 tahun - Ideal bagi ibu Fang tidak mau punya anak lagi dan belum siap untuk steril 7. Spiral/ IUD Kelebihan: - Daya kesuburan tinggi Kekurangan: - Perdarahan dari kemaluan - Mulas/nyeri - Keputihan - Keluhan suami merasa tidak nyaman - Terlambat haid - Luka rahim - Infeksi - Keluarnya spiral
4
Keluarga mampu menyebutkan akibat bila tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah tidak dapat mengatur kelahiran dan kemungkinan untuk mendapatkan kelahiran yang tidak terduga semakin besar.
5
Keluarga mampu menyebutkan salah satu alat kontrasepsi yang ingin dicoba oleh Ibu, yaitu KB sistem kalender
6
Keluarga mampu menghitung jadwal KB sistem kalender untuk Ibu menggunakan perhitungan sesuai masa subur Ibu dengan benar
7
Keluargadapat menyebutkan 2 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga - Posyandu - Puskesmas - Rumah Sakit - Klinik Dokter
8
Keluarga dapat menyebutkan 2 dari 3 manfaat kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan - Mendapatkan pemeriksaan - Mendapatkan perawatan - Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA
Nama keluarga
: Bapak D
Alamat
: RT 07 RW 01 Kelurahan Sukatani, Kecamatan Tapos.
KESIMPULAN: Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin
di
keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan dua masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III” dengan alasan:
Kriteria Keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
Keluarga mengungkapk an masalah kesehatan yang dialami secara benar
Ya √
√
Tidak
Pembenaran Selama pelaksanaan 10 kali pertemuan keluarga, anggota keluarga selalu menerima kedatangan mahasiswa dengan ramah, terlibat dalam menentukan kontrak waktu dan tempat interaksi. Anggota keluarga Bapak D, terutama Ibu F selalu menghentikan sementara kegiatan rumah tangga saat mahasiswa datang, mengikuti proses interaksi hingga selesai. Ibu F juga memiliki rasa ingin tahu dan perhatian lebih terhadap masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Keluarga Bapak D juga terlihat antusias setiap kedatangan kunjungan mahasiswa, dan ikut mendengarkan proses interaksi. Bapak D turut ikut berpartisipasi juga apabila sedang tidak ada pekerjaan, namun biasanya hanya sebentar karena harus bekerja dan melakukan aktivitas lainnya. Keluarga juga menerima masukan dari mahasiswa dengan menerapkan cara perawatan keluarga dengan masalah kesehatan dan melaporkan hasilnya pada mahasiswa. Selama diwawancara oleh mahasiswa tentang riwayat kesehatan dan keluhan saat ini, anggota keluarga menjawab pertanyaan dengan benar. Keluhan kesehatan yang diungkapkan keluarga telah diklarifikasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. Menurut keluarga,
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Keluarga menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
√
Keluarga melakukan tindakan pencegahan
√
keberadaan mahasiswa bermanfaat untuk memperoleh informasi tentang manajemen kesehatan keluarga dan membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan yang ada. Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa kepada keluarga selama 10 kali kunjungan, terdapat 2 masalah keperawatan yang ada, yaitu ketidakefektifan pemberian ASI pada Ibu F, dan kurang pengetahuan keluarga mengenai alat kontrasepsi pada Ibu F. Selama intervensi keluarga diberikan oleh mahasiswa terhadap 2 masalah utama, keluarga menerima setiap jenis intervensi yang dilakukan. Setiap diskusi, Ibu F tampak antusias untuk mendengarkan, bertanya, dan melaporkan hasil tindakan mandiri yang telah dilakukan oleh keluarga, misalnya saat Ibu F melakukan pemberian ASI pada bayi dengan posisi yang telah diajarkan, melakukan perawatan payudara, dan melakukan cara pemerahan ASI untuk disimpan di dalam botol. Dari dua diagnosa keperawatan yang ditemukan, keduanya telah berhasil diselesaikan. Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan yang dialami, diantaranya: Melakukan teknik pijat payudara secara teratur setiap hari Melakukan teknik pemerahan ASI dan penyimpanan ASI saat bayi sudah kenyang sementara pengeluaran ASI masih banyak Memberikan ASI dengan posisi yang tepat sesuai dengan yang telah diajarkan setiap kali menyusui baik dengan posisi duduk maupuna posisi berbaring Mengkonsumsi makanan bergizi dan beragam dengan porsi yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu menyusui setiap hari Mengurangi pemberian susu formula dan memperbanyak pemberian ASI
Keluarga melakukan promosi kesehatan secara aktif
√
Keluarga belum mampu melakukan promosi kesehatan secara aktif, karena : Kurang percaya diri dalam berbicara dengan orang lain karena merasa masih sangat muda dan kurang pengalaman.
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Manajemen pemerahan ..., Maria Lidya Algriana Naibaho, FIK UI, 2014