UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGALAMI HIDROSEFALUS DI RUANG IRNA A TERATAI LANTAI III UTARA RSUP FATMAWATI
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
SITI NURHAYATI, S.KEP. 0806457344
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2013
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN ANAK USIA SEKOLAH YANG MENGALAMI HIDROSEFALUS DI RUANG IRNA A TERATAI LANTAI III UTARA RSUP FATMAWATI
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
SITI NURHAYATI, S.KEP. 0806457344
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JULI 2013
ii Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah peneliti nyatakan dengan benar.
Nama
: Siti Nurhayati, S.Kep.
NPM
: 0806334054
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 12 Juli 2013
iii Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Karya ilmiah akhir ners ini diajukan oleh: Nama
:
Siti Nurhayati, S.Kep.
NPM
:
0806457344
Program
:
Profesi Ilmu Keperawatan
Program Studi
:
Ilmu Keperawatan
Judul Karya Ilmiah
:
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Anak Usia Sekolah yang Mengalami Hidrosefalus di Ruang IRNA A Teratai Lantai III Utara RSUP Fatmawati
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan pada Program Studi Profesi, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Penguji
1 : Dessie Wanda, S.Kp., MN
(
)
Penguji
2 : Happy Hayati, S.Kp., M.Kep. Sp.Kep. An.
(
)
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 12 Juli 2013
iv Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada Program Pendidikan Ners Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Depok, 23 Juli 2013 Pembimbing
Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An. 197612212000032001
v Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) yang berjudul “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Anak Usia Sekolah yang Mengalami Hidrosefalus di Ruang IRNA A Teratai LAntai III Utara RSUP Fatmawati”. KIAN ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan KIAN ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan KIAN ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Fajar Tri Waluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep. An. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan masukan berharga dalam penyusunan KIAN ini 2. Ibu Dessie Wanda, S.Kp., M.N. selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan masukan berharga dalam penyusunan KIAN ini 3. Ibu Happy Hayati, S.Kp., M.Kep. Sp.Kep. An. selaku dosen penguji yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan dan masukan berharga dalam penyusunan KIAN ini 4. Ibu Riri Maria, S.Kp., M.A.N.P. selaku koordinator mata ajar karya ilmiah akhir ners program profesi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 5. Ibu Poppy Fitriyani, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing akademik 6. Ns. Faisal, S.Kep selaku pembimbing klinik di R.S.U.P Fatmawati 7. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, Sumini dan Samhari, my beloved mom and dad, yang selalu mendoakan dan memberikan semangat, selalu memberikan dukungan yang tak terbatas, I love you both anything
vi Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
more than
8. Kakak dan Adik tersayang, my 1st brother Ang Maman yang selalu memberikan support tak terbatas untuk adik-adiknya, Ang Didin, Ang Herman, Ang Amir, Ang Aleh, Ang Pat, Ang Hasan, yang memberi warna dengan perhatian, dukungan, canda, bawel, dan hembring-nya lewat telepon dan SMS. Special to my beloved little brother Sulaiman yang menemaniku dimasa-masa sulit dan senantiasa memberikan support yang sangat membantu dan membanggakan teruslah bersinar dek. Keponakankeponakanku tercinta. Luv u all coz Allah SWT 9. Beastudi Etos, Lembaga Pengembangan Insani, Dompet Dhuafa, yang telah memberikan dukungan pengembangan diri, karakter, spiritual,dll. Pendamping Etos, Alumni dan Etoser, yang kehadirannya selalu dirindukan dan senantiasa menghadirkan memori-memori indah tentang makna Perjuangan, Pengorbanan, Kontribusi, dan Inspirasi. Ukhibukifillah 10. Sahabat-sahabat seperjuangan Aniek Nurfitriani, Ratna Kurniasari, Nurul Farhanah, sahabat di Asrama Putri Aceh Pocut Baren Manggar, Desy, Esti, Minhah, sahabat satu bimbingan Iwid, Ria, Kak Cece, Mahasiswa Profesi Ilmu Keperawatan, Syi’ra, sahabat SI Smanda, Ikadkmsmanda, mahasiswa FIK dan UI lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu hanya saja cukup hati kita terpaut satu sama lain. You’are so special in my life. Ukhibukifillah 11. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan KIAN ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga penulisan laporan ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan. Depok, 19 Juli 2013 Penulis
vii Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Siti Nurhayati, S.Kep.
NPM:
: 0806457344
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Anak Usia Sekolah yang Mengalami Hidrosefalus di Ruang IRNA A Teratai Lantai III Utara RSUP Fatmawati” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalih-
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan kata (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 23 Juli 2013 Yang menyatakan
(Siti Nurhayati, S.Kep.)
viii Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
ABSTRAK Nama
: Siti Nurhayati
Program Studi : S1 Program Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Judul
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien Anak Usia Sekolah yang Mengalami Hidrosefalus di Ruang IRNA A Teratai Lantai III Utara RSUP Fatmawati
Hidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel otak. Pembedahan merupakan cara yang efektif dalam mengatasi penyakit ini mulai dari pemasangan sampai dengan pelepasan pirau ventrikuloperitoneal. Nyeri merupakan salah satu masalah keperawatan yang dapat muncul pasca pembedahan. Penulisan karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberi gambaran asuhan keperawatan pada klien anak usia sekolah yang mengalami hidrosefalus dengan salah satu intervensinya adalah terapi bermain permainan elektronik, distractor nyeri. Hasilnya menunjukkan penurunan skala nyeri. Rekomendasi dari karya ilmiah ini adalah menjadikan terapi bermain yang variatif sebagai salah satu Standar Operasional Prosedur (SOP) di pelayanan. Kata Kunci; anak,anak usia sekolah, hidrosefalus, post operasi, vp shunt
ix Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
: Siti Nurhayati
Study Program : Graduate of Program Ners of Nursing Science, Faculty of Nursing Title
: Analysis of Clinical Practice of Urban Health Nursing in A School Age Child with Hydrocephalus at IRNA A Room in 3rd North Floor of Teratai Building RSUP Fatmawati
Hydrocephalus is a symptom which is the result of balance disorder of production and absorption cerebrospinal fluid in brain ventricle system. Surgical is an effective way to solve this case begin with the entering until removal vp shunt. Pain is one of nursing problems of post operation. The objective of this study was to ascertain the effect if electronic game therapy in decreasing pain scale in a school age child with hydrocephalus who had been through an electronic game of pain distraction therapy. Result of this study indicated that there is an effect in decreasing pain scale. This study suggest that a health care institution should considered this therapy to be applied in nursing service. Keyword; children, hydrocephalus, post operation, school age child, vp shunt
x Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv KATA PENGANTAR ............................................................................ vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................ viii ABSTRAK ............................................................................................. ix ABSTRACT ............................................................................................. x DAFTAR ISI .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL …………………………………………………….. .... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 1.3.1 Tujuan Umum ..................................................................... 5 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5 BAB 2.TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................. 7 2.1 Tinjauan Teoritis ......................................................................... 7 2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Tengkorak………………………... 7 2.1.2 Hidrosefalus ...................................................................... 9 2.1.3 Konsep Nyeri .................................................................... 12 2.1.4 Permainan Elektronik ……………………......................... 15 2.1.5 Anak Usia Sekolah …………………………………….. 15 2.1.6 Asuhan Keperawatan pada Pasien Hidrosefalus …..…… 16 BAB 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ........................... 25 3.1 Gambaran kasus .......................................................................... 25 3.2 Analisa Data ................................................................................ 26 3.3 Masalah Keperawatan ………………………………………….. 27 3.4 Gambaran Implementasi ………………...…………………….. 27 3.5 Evaluasi ………………………………………………………… 28 BAB 4. ANALISA SITUASI ................................................................. 4.1. Profil lahan praktik ..................................................................... 4.2. Analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan kasus terkait ......................................................... 4.3. Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait ...............................................................
30 30
BAB 5. PENUTUP ................................................................................ 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 5.2 Saran ...........................................................................................
35 35 36
31 33
xi Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
37
xii Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tingkat Kesadaran dengan Menggunakan GCS ………………
20
Tabel 2.2 Rencana Tindakan Keperawatan ………………………………
22
xiii Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Web of Caution Hydrocephalus
Lampiran 2
Pengkajian An. A
Lampiran 3
Implementasi dan Evaluasi An. A
Lampiran 4
Grafik CDC 2000 age 2-20 years for girl
Lampiran 5
Riwayat Hidup Penulis
xiv Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah secara fisiologis dimulai dengan tanggalnya gigi susu pertama dan diakhiri pada masa pubertas dengan memperoleh gigi permanen terakhir (kecuali gigi geraham terakhir). Anak usai sekolah berada pada rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun. Karakteristik anak usia sekolah yaitu awal masuknya anak ke lingkungan sekolah dan memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain termasuk orang tua dan teman sebaya. Anak usia sekolah juga mempelajari budaya masa kanak-kanak, dan bergabung ke dalam kelompok sebaya, yang merupakan hubungan dekat pertama di luar kelompok keluarga (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz. 2009).
Pertumbuhan dan perkembangan individu di masa anak-anak dapat menentukan kehidupannya di masa dewasa. Apabila pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu misalnya karena penyakit sejak lahir atau karena tidak tercapainya tugas perkembangan pada fase tertentu maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan di fase berikutnya. Hal ini dapat terjadi pada anak yang menderita penyakit sejak lahir misalnya
hidrosefalus.
Hidrosefalus
merupakan
keadaan
yang
disebabkan gangguan keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel otak (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Hidrosefalus berarti “kelebihan air dalam kubah tengkorak’ karena jumlah CSF (Cerebrospinal
fluid) dalam rongga serebrospinal
berlebihan sehingga dapat meningkatkan tekanan yang dapat merusak 1 Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
2
jaringan saraf (Price & Wilson, 2002/2006). Terdapat dua tipe hidrosefalus yaitu hidrosefalus komunikans dan nonkomunikans.
Penyebab hidrosefalus yaitu kelainan congenital, infeksi, neoplasma, dan perdarahan (Muttaqin, 2008). Kelainan kongenital dapat terjadi pada bayi baru lahir maupun pada saat masih janin. Hal ini dipengaruhi kondisi ibu selama periode prenatal. Gaya hidup seperti cara memasak ibu hamil yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadi penurunan asupan nutrisi yang kurang adekuat selama kehamilan. Selain itu, kekurangan asam folat selama kehamilan dapat menyebabkan kelainan kongenital pada janin.
Kebutuhan anak dengan hidrosefalus harus dipenuhi baik itu fisiologis, psikologis, social, maupun spiritual. Kebutuhan dasar manusia mennurut Maslow yaitu fisiologis, rasa aman dan perlindungan, cinta, memiliki, dimiliki, peningkatan harga diri, dan aktualisasi diri. Contoh kebutuhan fisiologis: cairan, nutrisi, pelayanan kesehatan dasar, pakaian, tempat tinggal yang layak dan sanitasi lingkungan yang baik. Kebutuhan psikologis dan social anak berkaitan dengan kasih sayang, keamanan dan kenyamanan. Kebutuhan spiritual pada anak yaitu menanamkan nilainilai kepercayaan/keyakinan, cinta terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki harapan. Tenaga kesehatan perlu memberikan perhatian pada anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit dengan berupaya membantu beradaptasi terhadap perubahan yang harus dihadapi anak.
Apabila tidak ditangani sedini mungkin dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan hasil anamnesa penulis dengan perawat anak dengan hidrosefalus, beberapa anak dengan kelainan congenital hidrosefalus mengalami kematian. Angka kejadian kasus hidrosefalus di RSUP Fatmawati, Jakarta yaitu 4.79% dari total pasien rawat inap selama periode 07 Mei s/d 20 Juni 2013. Tercatat 22 kasus anak yang di ruang
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
3
rawat bedah anak lantai III Utara RSUP Fatmawati yang merupakan rumah sakit rujukan daerah JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Daerah perkotaan (urban) menjadi faktor menarik yang mempengaruhi angka kejadian hidrosefalus.
Tindakan yang menolong anak dengan hidrosefalus yaitu pembedahan dengan prosedur pemintasan yang mengalirkan CSS dari ventrikel ke kompartemen ekstrakranial, biasanya peritoneum (ventrikuloperitoneal [VP] shunt) (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein,
&
Schwartz, 2009). Menurut Potter dan Perry (2006) bahwa asuhan keperawatan perioperatif diberikan sebelum (preoperatif), selama (intraoperatif) dan setelah pembedahan (post operatif). Tindakan pemasangan selang kepala dengan pembedahan dapat dilakukan setelah diagnosis hidrosefalus ditegakkan.
Masalah nyeri dapat terjadi pada pasien post operasi. Melzack dan Wall (1965, dalam Kenner & McGrath, 2004) menyatakan bahwa nyeri merupakan fenomena multidimensi yang tergantung pada persepsi sensorik dan emosional individu. Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali ketika nosiceptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimuli oleh berbagai stimulus. Impuls nyeri diteruskan melalui aferen utama menuju medula spinalis melalui dorsal horn. Di bagian talamus dan korteks serebri, individu dapat mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi, menginterpretasikan dan mulai berespon terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).
Penanganan
nyeri
dikelompokkan
menjadi
dua
kategori
yaitu
farmakologi dan nonfarmakologi, jika memungkinkan keduanya harus digunakan dalam penatalaksanaan nyeri (Hockenberry & Wilson, 2009). Selain itu penatalaksanaan nonfarmakologi bersifat aman, noninvasif,
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
4
tidak mahal, dan merupakan fungsi keperawatan yang mandiri (Hockenberry & Wilson, 2009).
Penelitian tentang penggunaan permainan elektronik sebagai alat distraksi nyeri dilakukan oleh Setyawati (2012) yang menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada sensasi nyeri saat perawatan luka antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p value 0.003). Mahasiswa tertarik untuk mengambil kasus hidrosefalus menjadi topik bahasan karya ilmiah akhir dengan menerapkan distraksi nyeri dengan menggunakan permainan elektronik sebagai alat distraksi nyeri. Di lahan praktik mahasiswa, terdapat kesempatan dalam menerapkan tindakan keperawatan pada anak post operasi. Oleh karena itu, mahasiswa tertarik menerapkan asuhan keperawatan anak usia sekolah post operasi VP Shunt Removal cc Hidrosefalus.
1.2. Perumusan Masalah Asuhan Keperawatan yang tepat pada pasien anak terutama pada anak usia sekolah dapat menghasilkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga selama proses tindakan berjalan dengan baik. Anak Usia sekolah memiliki karakteristik sudah mengalami perkembangan fungsi kognisi sehingga dapat menangkap informasi lebih baik dibandingkan anak usia toddler maupun pra sekolah. Anak usia sekolah sudah mampu mengutarakan keinginan dan memiliki inisiatif untuk melakukan aktivitas yang disukai lebih banyak. Anak-anak yang berada pada rentang usia ini sudah mampu bertindak kooperatif apabila orang lain memerintahkan suatu tindakan kepadanya.
Misalnya
saat
dilakukan
pemasangan
infus,
perawat
cukup
memerintahkan anak untuk tenang, berbaring, dan perintah sederhana lainnya maka anak usia sekolah akan langsung memahami perintah
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
5
tersebut. Anak usia sekolah dengan post operasi VP-shunt removal cc Hidrosefalus dapat mengalami masalah nyeri saat dilakukan perawatan luka post operasi maupun tindakan invasive. Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan metode distraksi nyeri. Salah satu alat distraksi nyeri yang sesuai untuk anak usia sekolah adalah dengan permainan elektronik seperti PSP 2. Oleh karena itu, perawat penting mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien anak usia sekolah yang mengalami hidrosefalus khususnya yang terkait dengan penatalaksanaan nyeri.
1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan umum Karya Ilmiah Akhir ini disusun dengan tujuan menggambarkan asuhan keperawatan anak usia sekolah dengan yang mengalami Hidrosefalus.
1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi hasil pengkajian pada anak usia sekolah yang mengalami Hidrosefalus. 2. Mengidentifikasi masalah keperawatan anak usia sekolah yang mengalami Hidrosefalus. 3. Mengidentifikasi intervensi keperawatan dalam penanganan anak usia sekolah yang mengalami Hidrosefalus. 4. Mengidentifikasi
keefektifan
penggunaan
permainan
elektronik sebagai alat distraksi pada anak usia sekolah yang mengalami Hidrosefalus.
1.4. Manfaat Penulisan 1.4.1. Masyarakat Karya ilmiah ini bermanfaat sebagai salah satu gambaran bentuk pelayanan
keperawatan
dalam
menangani
masalah
terkait
hidrosefalus. Selain itu, masyarakat dapat mengetahui gambaran
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
6
anak yang menderita hidrosefalus sehingga dapat melakukan pemeriksaan yang tepat seperti pemeriksaan radiologi maupun CT scan. Masyarakat juga diharapkan mampu mendeteksi secara dini tentang kelainan hidrosefalus dengan cara
mengenal dan
memahami penyakit tersebut sehingga anak dapat dirujuk ke pelayanan kesehatan secara cepat.
1.4.2. Pendidikan Karya ilmiah ini dapat menjadi tambahan informasi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien anak usia sekolah yang mengalami Hidrosefalus.
1.4.3. Praktik keperawatan Diharapkan karya ilmiah ini dapat menjadi landasan untuk menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan hidrosefalus. Selain itu, karya ilmiah ini memberikan gambaran pelayanan keperawatan selama mahasiswa praktik di lahan praktik sehingga dapat menjadi informasi tambahan bagi mahasiwa.
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan teori dan konsep yang berhubungan dengan anatomi dan fisiologi tengkorak, hidrosefalus anak usia sekolah,. 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Tengkorak Struktur anatomi tulang tengkorak tersusun atas tulang kranial dan tulang wajah. Sherwood (1996/2001) menyebutkan susunan tulang kranial sebagai berikut: 1. Tulang Frontal Tulang ini berada di sisi anterior berbatasan dengan tulang parietal melalui sutura koronialis. Sinus (rongga) frontalis yang terdapat pada tulang frontal terhubung dengan rongga hidung.
2. Tulang Temporal Tulang ini terdiri dari dua tulang temporal di setiap sisi lateral tengkorak. Tulang temporal dan tulang parietal dibatasi oleh sutura skuamosa. Prosesus zigomatikum merupakan persambungan antara tulang temporal dan tulang zigomatikum. Disamping itu, terdapat prosesus mastoid (suatu penonjolan di belakang saluran telinga) dan meatus akustikus eksternus (liang telinga).
3. Tulang Parietal Terdapat dua tulang parietal yang dipisahkan melalui sutura sagitalis.
4. Tulang Oksipital Tulang ini terletak di sisi belakang tengkorak. Terdapat sutura lambdoid yang memisahkan tulang oksipital dan tulang parietal. Di dasar tulang ini terdapat foramen magnum, foramen yang menghubungkan otak dan medulla spinalis. Penonjolan yang menghubungkan oksipital dengan tulang atlas (CI) disebut condyles yang terdapat di sisi foramen magnum. 7 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
8
5. Tulang Sphenoid Tulang sphenoid membentang dari sisi fronto-parieto-temporal yang satu ke sisi yang lain. Tulang sphenoid terbagi menjadi greater wing dan lesser wing. Greater wing lebih lateral daripada lesser wing. Kanalis optikus dibentuk oleh tulang lesser wing. Selain itu, terdapat sella turcica dan sinus sphenoid. Sella turcica berfungsi melindungi kelenjar hipofisis. Sedangkan sinus sphenois merupakan suatu sinus yang membuka ke rongga hidung.
6. Tulang Ethmoid Tulang ethmoid berada di belakang tulang nasal dan lakrimal. Terdapat crista galli (proyeksi superior untuk perlekatan meninges), cribriform plate (dasar crista galli dengan foramen olfaktori yang melewatkan nervus olfaktori), perpendicular plate (bagian dari nasal septum) dan konka. Adapun sinus ethmoid membuka ke rongga hidung.
Ruangan cairan serebrospinal (CSS) mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrionik terdiri atas sistem ventrikel, sistem magna pada dasar otak, dan ruang subarachnoid yang meliputi seluruh susunan saraf. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis kembali ke dalam peredaran darah melaluui kapiler di dalam pia meter dan rakhnoid yang meliputi susunan saraf pusat (SSP). Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang subarachnoid melalui foramen Magendie di median dan foramen Luscha di sebelah lateral ventrikel IV (Muttaqin, 2008).
Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen Monro ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam subarachnoid melalui sistem magna. Penutupan sistem basalis menyebabkan gangguan kecepatan reabsorpsi CSS oleh sistem kapiler. CSS diproduksi dan direabsorpsi terus-menerus di dalam SSP (Muttaqin, 2008).
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
9
Volume total CSS di seluruh rongga serebrospinal sekitar 125 ml. CSS normal diproduksi ±0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, dengan demikian CSS diperbarui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSS ternyata berkurang menjadi ±0,30ml/menit. Tekanan CSS merupakan fungsi kecepatan dari pembentukan cairan dan resistensi reabsorpsi oleh vili arakhnoidalis. Tekanan CSS berkisar antara 130 mmH2O (13 mmHg) pada saat lumbal pungsi dan pada posisi tidur telentang (Muttaqin, 2008).
2.1.2 Hidrosefalus Hidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam sistem ventrikel otak (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2001/2009). Hidrosefalus berarti “kelebihan air dalam kubah tengkorak’ karena jumlah CSF (Cerebrospinal fluid) dalam rongga serebrospinal berlebihan sehingga dapat meningkatkan tekanan yang dapat merusak jaringan saraf (Price & Wilson, 2002/2006). Terdapat dua tipe hidrosefalus yaitu hidrosefalus komunikans dan nonkomunikans.
Price & Wilson (2002/2006) menjelaskan Hidrosefalus nonkomunikans merupakan masalah bedah saraf tersering pada pediatrik, dan awitan biasanya terjadi segera setelah lahir. Penyebabnya adalah penyempitan akuaduktus Sylvii kongenital; oleh karena cairan dibentuk oleh pleksus koroideus dari kedua ventrikel lateral dan ventrikel ketiga, maka volume ketiga ventrikel tersebut sangat membesar (Price & Wilson, 2002/2006). Sebagian besar anak yang menderita meningomielokel pada akhirnya mengalami hidrosefalus, terutama setelah operasi meningomielokel (Price & Wilson, 2002/2006).
Hidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan keseimbangan antara produksi dan absorpsi Cairan Serebrospinal (CSS) dalam sistem ventrikel otak. Jika produksi CSS lebih besar daripada absorpsi, CSS akan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
10
terakumulasi dalam sistem ventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan menghasilkan dilatasi pasif ventrikel. Hidrosefalus dapat terjadi karena penyumbatan aliran CSS (Ropper & Robert, 2005).
Menurut Muttaqin (2008), ruangan CSS mulai terbentuk pada minggu kelima masa embrionik terdiri atas sistem ventrikel, sistem magna pada dasar otak, dan ruang subarachnoid yang meliputi seluruh susunan saraf . CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus koroidalis kembali ke dalam peredaran darah melaluui kapiler di dalam pia meter dan rakhnoid yang meliputi susunan saraf pusat. Hubungan antara sistem ventrikel dan ruang subarachnoid melalui foramen Magendie di median dan foramen Luscha di sebelah lateral ventrikel IV.
Muttaqin (2008) menjelaskan Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen Monro ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam subarachnoid melalui sistem magna. Penutupan sistem basalis menyebabkan gangguan kecepatan reabsorpsi CSS oleh sistem kapiler.
CSS diproduksi dan direabsorpsi terus-menerus di dalam SSP. Volume total CSS di seluruh rongga serebrospinal sekitar 125 ml. CSS normal diproduksi ±0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, dengan demikian CSS diperbarui setiap 8 jam. Pada anak dengan hidrosefalus, produksi CSS ternyata berkurang menjadi ±0,30ml/menit. Tekanan CSS merupakan fungsi kecepatan dari pembentukan cairan dan resistensi reabsorpsi oleh vili arakhnoidalis. Tekanan CSS berkisar antara 130 mmH2O (13 mmHg) pada saat lumbal pungsi dan pada posisi tidur telentang (Muttaqin, 2008).
Menurut Muttaqin (2008), penyebab hidrosefalus meliputi kelainan bawaan, neoplasma, dan infeksi. Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut:
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
11
1. Kelainan Bawaan Penyebab hidrosefalus karena kelainan bawaan yaitu sebagai berikut: 1). Stenosis aquaduktus sylvii Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Aquaduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulanbulan pertama setelah lahir.
2). Spina bifida dan kranium bifida Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medulla spinalis dan medulla oblongata dan serebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total.
3). Sindrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital foramen Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa pascaerior.
4). Kista arakhnoid Dapat terjadi congenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma. 5). Anomali pembuluh darah
2. Infeksi Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningens sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
12
mekanik eksudat purulen di aquaduktus sylvii atau sistem basalis. Hidrosefalus banyak terjadi pada klien pascameningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis (Muttaqin, 2008).
Secara patologis terlihat pelebaran jaringan pia meter dan arakhnoid sekitar sistem basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sistem kiasmatika dan interpendunkularis. Sedangkan pada meningitis purulenta lokasisasinya lebih tersebar (Muttaqin, 2008).
3. Neoplasma. Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak diangkat (tidak mungkin operasi), maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSSS melalui saluran buatan atau pirau (Muttaqin, 2008).
2.1.2.2 Manifestasi klinis Gejala klinis bayi atau anak dengan hidrosefalus yaitu ukuran lingkaran kepala yang melebihi ukuran normal atau ubun-ubun besar yang tetap membuka di saat seharusnya menutup. Selain itu, sering juga tampak pembuluh darah disekitar kepala yang melebar, dan matanya berbentuk seperti matahari terbit. Biasanya terdengar seperti mengetuk kendi retak apabila kepalanya diketuk-ketuk. Pemeriksaan dengan CT scan bahkan MRI dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan secara cermat. 2.1.2.3 Web Of Causation Hidrosefalus (terlampir)
2.1.3 Konsep Nyeri
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
13
Menurut Wilkinson & Ahern (2009/2012), nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International Association for the Study of Pain); awitan yang tibatiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam bulan. Nyeri merupakan fenomena multidimensi yang tergantung pada persepsi sensorik dan emosional individu (Melzack dan Wall. 1965, dalam Kenner & McGrath, 2004) bahwa Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali ketika nosiceptor yang terletak pada bagian perifer tubuh distimuli oleh berbagai stimulus. Impuls nyeri diteruskan melalui aferen utama menuju medula spinalis melalui dorsal horn. Hal ini didukung oleh Merestein dan Gardner (2002) yang menyatakan bahwa neurotransmiter dan reseptornya memperkuat signal di dorsal horn sebelum mengirim sinyal tersebut ke otak. Di bagian thalamus dan korteks serebri dapat mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi, menginterpretasikan dan mulai berespon terhadap nyeri (Prasetyo, 2010)
2.1.3.1 Manajemen Nyeri Nyeri yang terus-menerus dalam jangka panjang akan berpotensial memiliki konsekuensi terhadap fisiologis, psikososial, dan perilaku (Goldschneider, 1998 dalam Hockenberry & Wilson, 2001/2009). Oleh sebab itu, manajemen nyeri harus menjadi prioritas bagi perawat klinik.
Ada dua macam manajemen nyeri yaitu farmakologi dan nonfarmakologi: 1. Manajemen Farmakologi Ada beberapa analgesik yang digunakan dalam manajemen farmakologi. Nonopioid mencakup asetaminofen (tylenol. Paracetamol) dan obat nonsteroid antiinflamatory (NSAIDs), sesuai untuk nyeri ringan sampai sedang. Opiod diperlukan untuk nyeri sedang sampai berat. Kombinasi dari aksi kedua analgesik ini pada sistem nyeri berada di dua tingkat: aksi
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
14
utama nonopioid pada sistem perifer dan aksi utama opioid pada sistem saraf pusat. Pendekatan ini meningkatkan efek analgesik tanpa meningkatkan efek samping.
2. Manajemen Nonfarmakologi Nyeri sering dihubungkan dengan ketakutan, kecemasan, dan stres. Sejumlah teknik nonfarmakologi, seperti distraksi, relaksasi, imajinasi terpimpin, dan stimulasi kulit, memberikan strategi koping yang membantu menurunkan persepsi nyeri, membuat nyeri lebih ditoleransi, menurunkan kecemasan, dan meningkatkan efektivitas analgesik atau menurunkan dosis yang dibutuhkan. Meskipun masih kurang penelitian mengenai efektivitas beberapa intervensi ini, namun strategi ini aman, noninvasif, tidak mahal, dan merupakan tindakan keperawatan mandiri (Hockenberry & Wilson, 2009).
Muttaqin (2008) menjelaskan penilaian rasa nyeri dengan pengkajian nyeri PQRST yaitu: Provoking incident (insidens pemicu): peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri, rasa nyeri yang berkurang apabila beristirahat, rasa nyeri yang bertambah berat bila beraktivitas (agravation), aktivitas yang menyebabkan nyeri bertambah (saat batuk, bersin, berdiri, dan berjalan). Pada umumnya nyeri akan bertambah berat apabila ada gerakan setempat dan berkurang apabila istirahat.
Quality of Pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien (apakah seperti terbakar, berdenyut, tajam, atau menusuk).
Region, radiation, relief: lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat oleh klien (apakah rasa sakit bisa reda, menjalar, atau menyebar). Tekanan pada saraf atau akar saraf akan memberikan gejala nyeri yang disebut radiating pain misalnya pada skiatika di mana nyeri menjalar
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
15
mulai dari bokong sampai anggota gerak bawah sesuai dengan distribusi saraf. Nyeri lain yang disebut nyeri kiriman (referred pain) adalah nyeri pada suatu tempat yang sebenarnya akibat kelainan dari tempat lain misalnya nyeri lutut akibat kelainan pada sendi panggul.
Severity (scale) of Pain; sebesar apa rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri/gradasi dank lien menerangkan sejauh mana rasa sakit memengaruhi kemampuan fungsinya.
Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
2.1.4 Permainan Elektronik Permainan elektronik selalu diidentikkan pada permainan anak-anak (Setyawati, 2012). Permainan elektronik dapat digunakan sebagai alat distraksi untuk mengurangi ketidaknyamanan dalam prosedur medis dan pengobatan. Terapi bermain yang variatif dapat mengurangi skala nyeri sehingga meminimalisir ketidaknyamanan pada anak. Terapi bermain permainan elektronik sesuai untuk anak usia sekolah karena kemampuan kognisi anak sudah berkembang. Banyak penelitian tentang hubungan permainan elektronik dengan kesehatan.
2.1.5 Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah memiliki karakteristik yang unik. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia sekolah memiliki kemampuan berpikir secara konkrit sehingga lebih mudah menyerap informasi. Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz (2001/2009) mendefinisikan Anak usia sekolah sebagai anak yang berada pada rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai mendekati 12 tahun. Anak usia sekolah berada pada masa awal masuknya anak ke lingkungan sekolah dan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
16
memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain.
Karakteristik anak usia sekolah diantaranya yaitu bergabung dengan teman sebaya, mempelajari budaya masa kanak-kanak, dan bergabung ke dalam kelompok sebaya, yang merupakan hubungan dekat pertama di luar kelompok keluarga. Karakteristik fisiologis anak usia sekolah yaitu dimulai dengan tanggalnya gigi susu pertama dan diakhiri pada masa pubertas dengan memperoleh gigi permanen terakhir (kecuali gigi geraham terakhir). Anak usia sekolah akan memasuki dunia baru bersama teman-teman sebaya. Anak-anak akan banyak belajar seperti mengeksplorasi alam, bermain bersama teman sebaya, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap hal-hal baru di sekitar mereka.
2.1.6 Asuhan Keperawatan pada Pasien Hidrosefalus Pada pasien post operasi dilakukan perawatan dengan prinsip Atraumatic care. Atraumatic care adalah suatu bentuk asuhan keperawatan pada anak yang meminimalkan atau meniadakan kejadian trauma/ stress baik secara fisik maupun psikis (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2001/2009). Perawatan atraumatic care merupakan perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga. Peran serta keluarga dalam asuhan keperawatan penting sehingga Family Centered Care diaplikasikan selama pemberian asuhan keperawatan (Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz, 2009). Family Centered Care juga diterapkan dengan keluarga memfasilitasi alat distraksi nyeri berupa permainan elektronik.
Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan meliputi pengkajian, diagnose, rencana intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan pada pasien post operasi.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
17
Pengkajian yang dilakukan perawat meliputi: 1. Tingkat Kesadaran Tingkat kesadaran yaitu dengan mengkaji orientasi pasien terhadap waktu, tempat, dan orang di sekitar pasien. Selain itu, perawat mengkaji reaksi klien terhadap
stimulus
verbal
dan
kemampuan
untuk
menggerakkan ekstremitas.
2. Tanda-tanda Vital Tanda-tanda vital yaitu periksa tekanan darah, nadi, kadar saturasi oksigen setiap 15 menit sampai kondisi pasien stabil. Selain itu, kaji suara paru dan tanda-tanda masalah sirkulasi umum seperti hipotensi pascaoperatif,
hemoragi, atau syok. Penyebab umum hipotensi
pascaoperatif yaitu hipovolemia akibat kehilangan cairan selama pembedahan. Hemoragi terjadi akibat ligasi pembuluh darah yang tidak sempurna atau terdapat jahitan yang putus. Sedangkan hemoragi masif dapat mengakibatkan syok pascaoperatif.
3. Warna dan Suhu Tubuh Warna dan suhu tubuh: khususnya pada bibir dan dasar kuku sebagai indikator perfusi jaringan kulit pucat, sianotik, dingin lembab.
4. Kenyamanan Kaji nyeri bersama pemeriksaan tanda-tanda vitalpasien dan sesuai kebutuhan.
5. Keseimbangan Cairan Kaji jenis dan jumlah cairan intravena, kecepatan aliran, dan area infus. Pantau asupan dan haluaran cairan pasien. Selain mengawasi terjadinya syok, kaji tanda-tanda kelebihan beban sirkulasi dan pantau elektrolit serum pasien. Anestesi dan pembedahan memengaruhi hormon
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
18
(aldosteron dan ADH) pengatur keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal ini menyebabkan pasien berisiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit serta penurunan haluaran urin,
6. Drain dan Selang Tentukan warna, konsistensi, dan jumlah drainase dari semua selang dan drain. Semua selang yang dipasang harus paten dan selang serta peralatan pengisap harus berfungsi dengan baik. Selain itu, kantung drainase harus digantung dengan benar.
Pengkajian terfokus dapat diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dari data-data penunjang seperti hasil pemeriksaan laboratorium. Saat anamnesis, perawat dapat menanyakan mengenai gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian Hidrosefalus biasanya didapatkan pembesaran ukuran kepala.
Pengkajian penyakit dahulu yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang. Penyebab penyumbatan aliran CSS ialah kelainan bawaan (kongenital). Selain itu, penyebab lain penyumbatan aliran CSS yaitu infeksi dan neoplasma (Muttaqin, 2008). Pengkajian pemakaian obat-obatan yang sering digunakan klien, pengkajian kemana klien sudah meminta pertolongan dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
Perawat juga menanyakan melalui pengkajian psiko-sosio-spiritual yang meliputi
beberapa
penilaian
yang
memungkinkan
perawat
untuk
memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping untuk menilai respons emosi klien terhadap kondisi klien dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
19
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh). Pengkajian mengenai mekanisme koping yang secara sadar biasa digunakan klien selama masa stress meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat ini yang telah diketahui dan perubahan perilaku akibat stress.
Klien harus menjalani rawat inap sehingga apakah keadaan ini memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien. 1. B1 (Breathing) Tidak ada penyakit lain yang menyertai pemeriksaan. Inspeksi didapatkan klien tidak batuk, tidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu napas, dan frekuensi pernapasan dalam batas normal. Palpasi taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Perkusi didapatkan resonan pada seluruh lapangan paru. Auskultasi tidak terdengan bunyi napas tambahan. 2. B2 (Blood)
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
20
Tidak ada penyakit lain yang menyertai. Pemeriksaan nadi dengan frekuensi dan irama yang normal. TD dalam batas normal dan tidak terdengan bunyi jantung tambahan. 3. B3 (Brain) Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. 1). Tingkat Kesadaran Kesadaran klien compos mentis. Pemeriksaan dengan menggunakan GCS.
Tabel 2.1 Tingkat Kesadaran dengan Menggunakan GCS Respons motorik yang terbaik
Respons Verbal yang terbaik
Membuka Mata
Menurut
6
Orientasi
5
Spontan
4
Terlokalisir
5
Bingung
4
Terhadap panggilan
3
Menghindar
4
Kata tidak dimengerti
3
Terhadap nyeri
2
Fleksi abnormal
3
Hanya suara
2
Ekstensi
2
Tidak ada
1
Tidak dapat
1
Tidak ada
1
Sumber: J. M. Black et al, Luckman and Sorensen’s Medical Nursing: A Nursing Process Approach. 4th ed, Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1995 dalam Muttaqin (2008)
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
21
2). Fungsi Serebri Status mental: klien tampak berpenampilan rapih dan tingkah laku terarah. Mampu berbicara dengan baik, ekspresi wajah ceria dan aktivitas motorik klien optimal seperti mampu menggerakkan seluruh badan termasuk tangan dan kaki. Tidak mengalami perubahan status mental. 3). Pemeriksaan saraf kranial Saraf I. tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan dalam kondisi normal. Saraf III, IV, dan VI. tidak terjadi penurunan gerakan kelopak mata, tidak ada kelainan. Saraf V. tidak ada kelainan. Seluruh otot wajah berfungsi baik. Saraf VII. Pengecapan tidak ada kelainan. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. Saraf IX dan X. tidak ada kelainan otot orofaring, tidak mengalami kesukaran berbicara, mampu mengunyah, dan menelan. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Kemampuan mobilisasi leher baik. Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan berfungsi baik.
4). Sistem motorik Kekuatan otot normal, control keseimbangan dan koordinasi tidak ada kelainan.
5). Pemeriksaan Refleks Pemeriksaan reflex dalam, pengetukan tendon, ligamentum atau periosteum derajat reflex pada respons normal.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
22
6). Gerakan involunter Tidak ditemukan adanya tremor, kejang, dan distonia.
7). Sistem sensorik Kemampuan penilaian sensorik raba, nyeri, dan suhu tidak ada kelainan. 4. B4 (Blader) Pemeriksaan pada sistem perkemihan tidak ditemukan adanya kesulitan Buang Air Kecil (BAK). Sistem perkemihan tidak ada kelainan.
5. B5 (Bowel) Mual sampai muntah dihubungkan dengan peningkatan asam lambung. Pemenuhan nutrisi klien hidrosefalus menurun karena anoreksia.
6. B6 (Bone) Tidak terjadi penurunan kekuatan otot dan penurunan tingkat kesadaran. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien dilakukan secara mandiri.
Menurut Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein, & Schwartz (2001/2009), rencana asuhan keperawatan yang diberikan pada anak dengan nyeri antara lain sebagai berikut; Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan Anak di Rumah Sakit Diagnosa Keperawatan Nyeri Batasan karakteristik Subjektif Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan [nyeri] dengan isyarat Batasan karakteristik lain (nonNANDA International) Mengomunikasikan descriptor nyeri (misalnya, rasa tidak nyaman, mual,
Tujuan dan Kriteria Hasil Tujuan: Pasien mangalami nyeri lebih sedikit dengan menggunakan strategi yang tepat Kriteria Hasil: Anak menunjukkan
Intervensi Keperawatan
Rasional
Lakukan strategi nonfarmakologik yaitu distraksi nyeri dengan terapi bermain permainan elektronik PSP
Membantu anak menatalaksana nyeri karena teknik-teknik seperti relaksasi, pernapasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri lebih dapat
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
23
berkeringat malam hari, kram otot, gatal kulit, mati rasa, dan kesemutan pada ekstremitas) Menyeringai Rentang perhatian terbatas Pucat Menarik diri
tingkat nyeri yang dapat diterima Anak mempelajari dan mengimpleme ntasikan Objektif strategi Posisi untuk menghindari nyeri koping yang Perubahan tonus otot efektif Respons autonomic (misalnya, Orang tua diaphoresis, perubahan tekanan darah, mempelajari pernapasan, atau nadi; dilatasi pupil) keterampilan Perubahan selera makan koping yang Perilaku distraksi 9misalnya mondarefektif dalam mandir, mencari orang dan/atau membantu aktivitas lain, aktivitas berulang) anak Perilaku ekspresif (misalnya, gelisah, melakukan merintih, menangis, kewaspadaan koping berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang) Wajah topeng [nyeri] Perilaku menjaga atau sikap melindungi Focus menyempit 9misalnya, gangguan persepsi waktu, gangguan proses piker, interaksi dengan orang lain atau lingkungan menurun) Bukti nyeri yang dapat diamati Berfokus pada diri sendiri Gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau menentu, dan menyeringai)
Gunakan strategi yang dikenal anak atau jelaskan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi Pilih orang yang tepat, biasanya orang tua Ajari anak untuk menggunakan strategi nonfarmakologik tertentu sebelum terjadi nyeri atau sebelum nyeri menjadi parah Bantu atau minta orang tua membantu anak menggunakan strategi selama terjadi nyeri
ditoleransi Memfasilitasi pembelajaran anak dan penggunaan strategi Orang tua mengetahui yang terbaik tentang anaknya Membantu anak dengan strategi tersebut Pendekatanpendekatan tersebut tampaknya paling efektif untuk nyeri ringan Bimbingan mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
Tabel 2.3 Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa: Resiko Kekurangan Volume Cairan, Resiko Infeksi, dan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh No. 2.
Diagnosa Keperawatan Risiko kekurangan volume cairan
Kriteria Evaluasi Setelah 3x 24 jam kekurangan volume cairan tubuh tidak terjadi dengan criteria hasil: TTV stabil, tidak ada tanda dehidrasi, balans cairan seimbang, kulit tidak kering, mukosa
Intervensi
Rasional
-Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi turgor kulit, membrane mukosa -observasi nadi perifer dan pengisian kapiler -kaji karakteristik BAB, muntah
Pada pasien post operasi penting dilakukan pemantauan TTV secara rutin setiap 1 jam setelah TTV stabil Pendokumentasian balans cairan penting untuk mengetahui keseimbangan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
24
3.
Risiko terjadi infeksi
4.
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
lembab, turgor kulit baik, nadi perifer teraba, pengisian kapiler baik, akral hangat, tidak ada muntah, tidak pucat, tidak ada perdarahan, elektrolit, BJ urine, dan Hb normal.
-ukur BB -kolaborasi obat anti piretik, anti emetic -kolaborasi pemeriksaan laboratorium -kolaborasi pemberian oksigen, infuse, transfuse
cairan yang masuk dan cairan yang keluar dari tubuh
Setelah dilakukan tindakan 3x24jam infeksi tidak terjadi. Pasien menampilkan tanda bebas infeksi: Tanda vital normal, leukosit normal, sedimen urine normal, hasil kultur negative, tanda infeksi local tidak ada, bunyi nafas bersih, tidak ada meriang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam pasien tidak mengalami kekurangan nutrisi BB ideal, serum albumin normal, tricep skinfold normal, mukosa lembab, konjungtiva normal
-Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien -monitor tanda-tanda vital, -monitor dan catat tanda/gejala infeksi, -gunakan teknik aseptic untuk semua prosedur invasive dan ganti balutan -observasi daerah IV line dang anti IV line setelah 3x 24jam -anjurkan makanan bergizi -jaga kebersihan lingkungan sekitar -penkes resiko infeksi
Cuci tangan dapat mencegah penyebaran infeksi Pemeriksaan nilai leukosit juga menjadi tanda terjadinya infeksi Teknik aseptic berguna untuk mencegah terjadinya infeksi atau mengurangi perluasan infeksi Ganti balutan dan menjaga kebersihan sebagai upaya preventif agar tidak terjadi infeksi atau infeksi tidak meluas Asupan kalori yang masuk ke tubuh digunakan untuk menghasilkan energy Pemantauan BB ideal Merencanakan tindakan yang tepat untuk mengatasi penyebab kurang nutrisi
-monitor dan catat jumlah kalori yang masuk -timbang BB tiap 2 hari -kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi -berikan makanan sesuai kondisi pasien - berikan secara bertahap makanan hangat -jelaskan pada pasien alasan menghabiskan makanan dan dampaknya -motivasi pasien untuk menghabiskan makanan, kolaborasi anti emetic, kolaborasi pemeriksaan laboratorium
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Bab ini menguraikan tentang gambaran kasus, analisa data, masalah keperawatan yang muncul, gambaran implementasi, dan evaluasi kasus kelolaan mengenai asuhan keperawatan pasien anak usia sekolah dengan post operasi vp-shunt removal cc hidrosefalus. 3.1 Gambaran Kasus An. A (6 tahun), laki-laki, masuk ke ruang rawat Lantai III Utara pada tanggal 29 Mei 2013 dengan diagnosis post operasi VP Shunt Removal cc Hidrosefalus. Keadaan umum klien post operasi hari ke-1 masih lemah, kesadaran komposmentis, klien hanya terbaring di tempat tidur, tanda-tanda vital: S=35.70 celcius, N= 80x/menit, RR= 20x/menit, nyeri pada luka bekas operasi, nyeri tidak menjalar pada bagian kepala dan perut, nyeri terjadi kadang-kadang dan saat dilakukan ganti balutan, turgor kulit elastis, tidak ada edema, wajah pucat, konjungtiva agak anemis, mata tidak cekung, mukosa bibir lembab, berat badan 16 kg, Tinggi badan 116 cm. Pengkajian riwayat kehamilan dan kelahiran tidak diketahui secara pasti tentang terjadi infeksi, pola nutrisi seperti konsumsi asam folat yang bermanfaat untuk pembentukan tulang janin, dan asupan nutrisi selama hamil lain seperti makanan yang mengandung antioksidan serta gaya hidup terkait olah raga pada Ibu selama kehamilan. Selama kehamilan dan kelahiran tidak diketahui
terjadi
trauma
sehingga
menyebabkan
anak
mengalami
hidrosefalus. Riwayat masa lampau An. A mengalami operasi pemasangan vp shunt tahun 2008 dan operasi hernia tanggal 18 Maret 2013. An. A tidak memiliki alergi makanan ataupun obat-obatan. Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan. Pasien hanya mendapat imunisasi BCG. Berdasarkan riwayat keluarga, An. A adalah anak pertama pasangan Tn. W dan Ny. Y. pasein diasuh oleh orang tua dan nenek. Anak tampak 25
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
26
berhubungan baik dengan keluarganya dan dengan teman sebaya. Pembawaan secara umum anak aktif dan cenderung tidak mau diam. Pola makan anak 3 kali sehari dengan selera makan kurang. Makanan yang disukai yaitu ayam goreng dan lele. Sedangkan makanan yang tidak disukai anak yaitu sayur bayam. Selama dirawat, An. A cenderung lebih suka makanan dari luar daripada makanan rumah sakit. Saat ini, An. A meperoleh diit nasi tim. Pola tidur An. A 2 kali sehari pada malam dan siang hari. Saat malam, An. A tidur selama 9 jam. Sedangkan pada siang hari, An. A tidur selama 4 jam. An. A mandi 2 kali sehari dan gosok gigi 3 kali sehari. Aktivitas bermain An. A dengan orang tua, nenek, atau dengan teman sebaya. Pola eliminasi An. A yaitu BAB sebanyak 3 kali sehari konsistensi mencret dan BAK sebanyak 4 kali sehari. 3.2 Analisa Data Berdasarkan pemeriksaan fisik pada An. A ditemukan kesadaran compos mentis, klien tampak lemah, dan teraba hangat. Status nutrisi An. A dengan berat badan 16 Kg dan panjang badan 116 cm. Berdasarkan penghitungan persentil berat badan menurut tinggi badan, An. A tergolong mengalami gizi kurang. Berat badan normal seharusnya 21 kg. Persentase BB An. A dengan BB normal yaitu (16/21) x 100%= 76,19%. Persentase 70-80% menunjukkan anak dengan gizi kurang. Grafik BB/TB (terlampir).Klien tampak pucat, kulit dan mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, capillari refill time (CRT) < 2”, terukur suhu tubuh 35,70C. Tidak tampak adanya distensi abdomen dengan bising usus 30 kali/menit. Klien tampak kehausan. Diagnosa medis An. A adalah post operasi vp shunt removal hari pertama dengan riwayat dehidrasi akut dehidrasi ringan-sedang.
Hasil pemeriksaan laboratorium hematologi klien menunjukkan nilai Hb, Ht, Leukosit, Thrombosit, dan Eritrosit, yaitu 11 g/dl, 33%, 14,1 ribu/ul, 310 ribu/ul, dan 4,4 juta/ul. Kemudian, hasil pemeriksaan laboratorium elektolit
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
27
klien menunjukkan hasil kadar natrum, kalium, dan klorida sebagai berikut 142 mmol/L, 4,11 mmol/L, dan 96 mmol/L.
3.3 Masalah Keperawatan Masalah keperawatan yang muncul pada An. A, meliputi nyeri, resiko kekurangan volume cairan, resiko infeksi, dan ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Masalah keperawatan tersebut dapat terjadi sehingga diperlukan penanganan yang serius untuk meminimalisir terjadinya masalah maupun menurunkan tingkat keparahan masalah. Hal ini dapat diatasi dengan implementasi dan evaluasi yang tepat dan efektif.
3.4 Gambaran Implementasi Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk masalah keperawatan nyeri bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri. Implementasi meliputi tindakan menjelaskan penyebab nyeri, mengatur posisi yang nyaman bagi pasien (posisi tidur 150), mengajarkan pasien teknik distraksi nyeri dengan menggunakan permainan elektronik Play Station Portable (PSP). Selama perawatan, perawat menerapkan prinsip atraumatic care dan family centered care pada saat menerapkan aplikasi permainan elektronik sebagai alat distraksi nyeri.
Implementasi yang dilakukan untuk masalah keperawatan risiko kekurangan cairan dan elektrolit, meliputi tiga tindakan utama. Tindakan keperawatan yang dilakukan, yaitu memonitor intake dan output, mengukur tanda-tanda vital, dan mengobservasi tanda-tanda dehidrasi. Tindakan-tindakan tersebut bertujuan mempertahankan status cairan dan elektrolit klien dalam batas normal, bebas dari kejang, dan bebas dari komplikasi kerusakan neurologis.
Implementasi yang dilakukan untuk masalah resiko infeksi meliputi ganti balutan luka post operasi, pemberian pendidikan kesehatan melalui edukasi terdiri dari pemberian informasi mengenai teknik mencuci tangan dengan enam langkah, serta cara pengolahan dan pemberian makanan yang baik.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
28
Tujuan dilakukan tindakan ini adalah meningkatkan pengetahuan Ibu tentang proses penyakit sehingga diharapkan Ibu melakukan tindakan pencegahan agar luka post operasi tidak terjadi infeksi.
Implementasi
yang
dilakukan
untuk
masalah
keperawatan
risiko
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh juga meliputi tiga tindakan utama. Tindakan tersebut, meliputi anjuran kepada pasien untuk terus mengkonsumsi makanan sesuai diit
yang adekuat, observasi mual,
muntah, dan penurunan nafsu makan serta dan timbang BB dua hari sekali. Tindakan keperawatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan berat badan anak menjadi berat badan yang ideal.
3.5 Evaluasi Evaluasi dari tindakan keperawatan distraksi nyeri dengan permainan elektronik PSP sudah efektif dalam mengatasi nyeri. An. A tampak antusias bermain PSP dan nyeri berkurang ditandai dengan menurunnya nilai skala yang diberikan pasien pada visual analog scale.
Evaluasi dari tindakan keperawatan risiko kekurangan cairan dan elektrolit selama tiga hari, yaitu balans cairan normal, suhu tubuh anak menjadi suhu temperatur dalam rentang normal (36,50C s/d 37,50C), klien tampak mengeluarkan keringat, anak masih tampak kehausan di hari pertama tapi di hari berikutnya anak lebih tenang, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, tidak ada muntah, frekuensi BAB menurun dari 3 kali/hari dengan konsistensi mencret menjadi 1 kali/hari.
Evaluasi dari tindakan yang diberikan, yaitu ganti balutan dilakukan setiap 2 hari sekali, Ibu tampak melakukan teknik mencuci tangan dengan enam langkah, dan keluarga mampu menjaga kebersihan area di sekitar pasien.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
29
Evaluasi dari tindakan yang telah diberikan, yaitu berat badan anak menjadi 16 kg, nafsu makan baik, pola makan teratur 3 kali sehari, anak tidak mualmuntah.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISA SITUASI
Bab ini secara khusus akan menyajikan dan menjelaskan hasil pengamatan mahasiswa mengenai asuhan keperawatan anak dengan post operasi VP Shunt Removal cc Hidrosefalus. Pengamatan yang dilakukan mahasiswa dalam periode masa praktik mata ajar peminatan KKMP (Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan), dan manajemen keperawatan tanggal 07 Mei 2013 s.d 22 Juni 2013. 4.1 Profil Lahan Praktik Ruang bedah IRNA A Lantai III Utara merupakan salah satu ruang rawat yang ada di RSUP Fatmawati dengan kekhususan bedah anak. Lantai 3 Utara merupakan ruang bedah anak kelas 1, 2, dan 3 untuk pasien laki-laki dan perempuan. Ruangan tersebut memiliki 12 kamar, 1 ruangan untuk luka bakar yaitu kamar 305; 1 ruangan untuk isolasi yaitu kamar 312; 4 ruangan untuk kelas 1 yaitu 306,307,309, 311; 2 ruangan untuk kelas 2 yaitu 308 dan 310; 4 ruangan untuk kelas 3 yaitu kamar 301, 302, 303, 304.
Ruang bedah anak IRNA A Lantai III Utara memiliki beberapa fasilitas dalam pelayanan keperawatan untuk para pasien, seperti tabung oksigen besar, tensimeter raksa, termometer, 2 buah
trolley obat, 1 buah trolley ganti
balutan, perlengkapan universal precaution (handscoon) yang belum cukup memadai, alat tenun, suction, Nebulizer, syringe Pump dan lain-lain. terdapat 1 kamar mandi dan 1 wastafel, dan 1 tempat sampah di masing-masing ruangan pasien.
Tingkat ketergantungan pasien ruangan ini rata-rata partial care, dan sisanya pasien total care maupun minimal care. Penyakit-penyakit yang dirawat di ruangan ini cenderung berkaitan dengan penyakit bedah.
Hidrosefalus merupakan penyakit dengan angka kejadian paling banyak di ruangan anak lantai III selatan R.S.U.P Fatmawati. Dalam periode 07 Mei s/d 30 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
31
20 Juni 2013, pasien yang mengalami hidrosefalus sebanyak 4.79% dari total 459 pasien yang dirawat di ruangan ini.
Pasien-pasien pasca pembedahan termasuk post operasi vp shunt removal cc hidrosefalus rentan terjadi masalah yang berkaitan dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemantauan status hemodinamika, tingkat kesadaran, tanda dehidrasi yang dilihat melalui pemantauan masukan dan keluaran anak penting dilakukan. Pemantauan dilakukan untuk mengantisipasi dan memberikan intervensi yang tepat segera jika ada tanda-tanda bahaya akibat kekurangan cairan pada anak.
Masalah pasca pembedahan yang sering terjadi selain gangguan cairan dan elektrolit yaitu infeksi. Caranya adalah dengan melaksanakan teknik mencuci tangan dan penyediaan tempat pembuangan sampah infeksius. Teknik cuci tangan dengan enam langkah merupakan program rumah sakit yang sudah disosialisasikan oleh perawat kepada anggota keluarga klien. Namun, penyediaan tempat sampah infeksius di ruang rawat pasien belum tersedia. Hal tersebut dapat memunculkan risiko peyebaran infeksi pada luka post operasi meluas sehingga memperpanjang lama rawat inap pasien.
4.2 Analisa Masalah Keperawatan dengan Konsep terkait KKMP dan Kasus Terkait Pada praktik di rumah sakit, mahasiswa mengelola satu pasien kelolaan utama yaitu An. A dengan diagnosa medis post operasi vp shunt removal cc hidrosefalus. Salah satu intervensi yang dilakukan yaitu terapi bermain variatif yang bertujuan untuk mengatasi ketidaknyamanan. Selain kebutuhan fisiologis, rasa nyaman merupakan salah satu kebutuhan setiap individu menurut diagram kebutuhan Maslow (Potter & Perry, 2006)
An. A mengalami masalah keperawatan nyeri. Berdasarkan pengkajian nyeri PQRST diperoleh hasil: nyeri pada balutan luka post operasi di kepala, kualitas nyeri sedang, nyeri dengan intensitas kadang-kadang, skala nyeri
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
32
menggunakan visual analog scale berkurang, dan waktu terjadinya pada sore hari. An. A tergolong anak yang aktif dan cenderung tidak mau diam. Sehingga memungkinkan terjadinya nyeri saat bergerak terutama pada luka operasi di perut dan kepala. Aktivitas yang berlebih pada anak dengan hidrosefalus dapat menyebabkan nilai Tekanan Darah cenderung naik dan dapat mengakibatkan tekanan intrakranial.
Pada anak perkotaan, mereka cenderung mudah bergaul dengan anak lainnya. Hal ini tampak pada An. A yang cepat sekali beradaptasi dengan pasien lain di ruang perawatan. An. A cepat menganali teman bermain yang seusia dengannya di ruangan. Tak jarang An. A bermain bersama teman sebaya.
An. A juga berisiko tinggi mengalami kekurangan voume cairan. Selama praktik, mahasiswa menemukan An. A memiliki riwayat dehidrasi sedang. Dan selama dirawat mengalami keluhan mual, muntah, dan mencret (BAB 3x sehari). Masalah keperawatan ini terjadi karena proses pasca pembedahan yakni pada hari kedua sampai kelima rentan mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Selain itu, An. A dalam memperoleh asupan nutrisi menolak makanan dari rumah sakit dan lebih suka makanan dari luar Rumah Sakit. Hal ini pula dapat memicu masalah terjadinya keluhan mencret karena makanan berasal dari lingkungan perkotaan yang tidak terjamin kebersihannya. Kasus terkait yaitu riwayat An. A yang mengalami hidrosefalus tidak diketahui secara pasti penyebabnya.
Tipe hidrosefalus pada An. A adalah hidrosefalus nonkomunikans yang disebabkan malformasi pada saat perkembangan janin. Walaupun biasanya telah terlihat pada awal usia bayi, defek tersebut dapat muncul setiap saat mulai dari periode prenatal sampai akhir masa kanak-kanak atau awal usia dewasa. Penyebab lainnya antara lain neoplasma, infeksi, dan trauma. Penyebab hidrosefalus yaitu kelainan congenital, infeksi, neoplasma, dan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
33
perdarahan (Muttaqin, 2008). Kelainan kongenital dapat terjadi pada bayi baru lahir maupun pada saat masih janin. Hal ini dipengaruhi kondisi ibu selama periode prenatal. Gaya hidup seperti cara memasak ibu hamil yang kurang tepat dapat menyebabkan terjadi penurunan asupan nutrisi yang kurang adekuat selama kehamilan. Selain itu, kekurangan asam folat selama kehamilan dapat menyebabkan kelainan kongenital pada janin.
4.3 Analisa Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Salah satu intervensi yang dilakukan selama praktik di Ruang IRNA A Teratai Lantai III Utara RSUP Fatmawati, khusunya untuk mengatasi nyeri yaitu dengan distraksi permainan elektronik. Keluarga menyediakan permainan elektronik berupa games dari PSP. An. A di usia 6 tahun sudah mampu memainkan games elektronik. Selama sebelum di rawat di Rumah Sakit, An. A pun sudah terbiasa menggunakan PSP.
Saat dilakukan intervensi, Perawat menyediakan posisi yang nyaman yaitu posisi tidur 150 atau duduk disesuaikan dengan kemampuan An.A. PSP diberikan saat An. A berada dalam posisi siap. Kemudian, An. A dipersilahkan bermain games elektronik selama 1 jam saat nyeri terjadi. Setelah itu, perawat mengobservasi tingkah laku An. A. hal ini dilakukan untuk menentukan apakah anak sudah berhasil dialihkan perhatian dari perhatian anak terhadap nyeri menjadi perhatian anak memainkan PSP.
Cara terapi bermain permainan elektronik ini dilakukan saat tindakan dalam mengatasi nyeri post operasi seperti perawatan luka. Anak terdistraksi oleh permainan elektronik PSP ini dan penatalaksanaan nyeri saat perawatan luka operasi di kepala berjalan efektif. Perawat juga menerapkan prinsip keperawatan anak atraumatic care Hockenberry-Eaton,
Wilson,
dan family centered care (Wong,
Winkelstein,
&
Schwartz,
2001/2009).
Atraumatic care diterapkan melalui cara distraksi dengan alat distraksi berupa permainan elektronik. Sedangkan Family Centered Care dilakukan dengan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
34
menyertakan keluarga dalam tindakan memfasilitasi anak dengan alat distraksi tersebut dan mendampingi anak selama prosedur invasif dan perawatan luka.
Anak selama menjalani perawatan di ruang rawat memanfaatkan permainan elektronik tersebut. saat hari pertama post operasi anak dianjurkan menggunakan alat distraksi saat terjadi nyeri. Sedangkan pada hari-hari berikutnya anak tampak sudah terbiasa menggunakan alat permainan elektronik dan skala nyeri berkurang dari skala 3 menjadi skala 1. Anak juga tampak bermain dengan pasien lain bahkan tanggal 8 juni anak sudah dibolehkan pulang. Perawat memberikan edukasi kesehatan terkait nyeri dan tanda-tanda peningkatan Tekanan Intra Kranial pada saat dilakukan dischard planning.
Penelitian tentang penggunaan permainan elektronik sebagai alat distraksi nyeri dilakukan oleh Setyawati (2012) dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh penggunaan permainan elektronik terhadap nyeri saat prosedur perawatan luka pada pasien bedah ORIF di RSUD Purbalingga. Rentang usia responden 18-36 tahunKesimpulan dari penelitiannya yaitu ada perbedaan yang signifikan pada sensasi nyeri saat perawatan luka antara kelompok control dan kelompok intervensi dengan p value 0.003 artinya penggunaan teknik distraksi dengan permainan elektronik pada saat perawatan luka berpengaruh terhadap penurunan nyeri.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
BAB 5 PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan dari pengamatan dan aplikasi tindakan keperawatan yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan penulisan. Bab ini juga memaparkan saran atau rekomendasi untuk memperbaiki karya ilmiah akhir selanjutnya.
5.1 Kesimpulan Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien An. A dengan post operasi vp shunt removal ec hidrosefalus didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Faktor risiko hidrosefalus dapat diidentifikasi dari asupan nutrisi selama periode prenatal. Kekurangan asam folat dapat menjadi faktor risiko kelainan congenital pada janin. Riwayat penyakit selama kehamilan, gaya hidup yang kurang olah raga serta pola makan rendah serat dan sumber antioksidan yang juga merupakan bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan. 2. Tindakan pembedahan kraniotomi pada An. A bertujuan untuk melepas pirau yang menghubungkan ventrikel otak dan rongga peritoneum (ventrikuloperitoneal shunt). 3. Masalah keperawatan yang muncul pada An. A adalah nyeri akut, ketidakseimbangan
nutrisi:
kurang
dari
kebutuhan
tubuh,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit: kekurangan volume cairan, dan resiko terjadi infeksi. 4. Penatalaksanaan nyeri pada An. A dilakukan dengan menerapkan terapi distraksi dengan permainan elektronik yaitu Play Station Portable (PSP). 5. Distraksi nyeri dengan permainan elektronik PSP sudah efektif dalam mengatasi nyeri pada klien anak usia sekolah post operasi vp shunt removal ec hidrosefalus.
35
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
36
5.2 Saran 1. Pelayanan Mengacu pada hasil yang positif, yaitu distraksi nyeri dengan permainan elektronik sudah efektif dalam mengatasi nyeri pada klien anak usia sekolah post operasi vp shunt removal ec hidrosefalus maka diharapkan dapat diterapkan pada pelayanan di Rumah Sakit.
2. Pendidikan Bedasarkan hasil penelitian yang menunjukkan keefektifan penerapan terapi bermain permainan elektronik sebagai alat distraksi nyeri, diharapkan hasil ini dapat menjadi pertimbangan untuk institusi pendidikan dalam memberikan informasi saat perkuliahan mengenai penatalaksanaan nyeri pada anak usia sekolah khusunya pada pasien post operasi.
3. Penelitian Aplikasi penatalaksanaan nyeri dengan terapi bermain permainan elektronik sebagai alat distraksi nyeri ini baru diberikan kepada satu pasien selama mahasiswa praktik di rumah sakit. Keterbatasan jumlah responden dan waktu mahasiswa ini kurang memberikan hasil yang signifikan bagi penelitian. Oleh karena itu, diharapkan penerapan aplikasi penatalaksanaan nyeri dengan permainan elektronik sebagai alat distraksi nyeri ini dapat diberikan dengan jumlah responden yang lebih banyak.
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Hockenberry, M.J., & Wilson D. (2009). Nursing care of infants and children. (8th ed.). St.Louis: Mosby Elsevier. Kenner, C., & Mc.Grath, J.M. (2004). Developmental care of newborns & infants: A guide for health professionals. St.Louise: Mosby Inc. Merestein, G.B., & Gardner, S.L. (2002). Handbook of neonatal intensive care. Missouri: Mosby Inc. Muttaqin, A. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika. Potter P.A. & Perry A.G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. Edisi 4. (Penj. Renata K., Dian E., Evie N., Alfrina H., & Sari K.) Jakarta: EGC. Prasetyo, S. (2010). Konsep dan proses keperawatan nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Price, S.A. & Wilson, L.M. (2002/2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. (alih bahasa, Brahm U. Pendit … [et.al.]). Jakarta: EGC. Ropper, A.H., & Robert, H.B. (2005). Adams and Victor’s principles of neurology. Eight Edition. USA. Santrock, J.W. (2001). Child development (9th Ed.). New York: McGraw Hill. Setyawati, M.B. (2012). Pengaruh penggunaan permainan elektronik terhadap nyeri saat prosedur perawatan luka pada pasien bedah ORIF di RSUD Purbalingga. FIK UI Depok. Tidak dipublikasikan. Sherwood, L. (1996). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. (Penerjemah, Brahm, U & Pendil, 2001). Edisi 2. Cetakan I. Jakarta: EGC. Wilkinson, J.M., & Ahern, N.R. (2009/2012). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. Ed. 9. (alih bahasa, Esty W.). Jakarta: EGC. Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2001/2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Edisi 6. (alih bahasa, Andry Hartono, Sari Kurnianingsih, Setiawan). Jakarta: EGC. 37
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
Spina Bifida (terbukanya sal. Saraf mulai di kepala hingga tulang belakang)
Syndrome DandyWalker (sal. CSF buntu, karena obstruksi dari perluasan ventrikel IV)
Medula spinalis, medula oblongata, serebelum, letaknya lebih rendah, menutupi foramen magnum Diagnosa: Penurunan perfusi serebral b.d peningkatan TIK pada hidrocefalus Kriteria hasil: Anak akan mempertahankan fungsi otak dan tidak menunjukkan tanda-tanda peningkatan TIK Intervensi: Naikkan posisi kepala 30˚ Ukur lingkar kepala 1-2 x/hr Kaji fungsi neurologis setiap 2-4 jam Kaji TTV setiap 2-4 jam Kaji fungsi saraf cranial 2-4 jam Untuk bayi, kaji fontanel setiap 4 jam untuk melihat adanya tonjolan. Lakukan pengkajian pada saat bayi tidak dalam keadaan menangis.
WEB OF CAUTION HIDROSEFALUS Stenosis aquaduktus syvii (sex linked)
Aneurism a arteri (anomaly pembuluh darah)
Obstruksi sal. CSF
Trauma (perinatal/ tidak)
Neoplasma
Infeksi bakteri
Massa di otak
Perdarahan
Eksudat purulen ↑
Terbentuk oklusi/hematom
↑ gradient tekanan cairan intraventrikel & otak Ventrikel otak membesar
Mendesak jaringan sekitar (obstruksi sal. CSF)
Menghambat vilivili arachnoid
Reabsorbsi CSF ↓
Ventrikel IV, III, & aquaductus sylvii tersumbat
Hidrosefalus
Ibu hamil makan daging mentah/tidak cuci tangan
Trauma saat lahir/trauma pada anakanak
Penumpukan CSF
Membent uk fibrosis, karena penumpu kan eksudat purulen & koagulasi darah di ruang subarachn oid
Infeksi terinfeksi Menular ke anak melalui plasenta Obstruksi pada vili-vili arachnoid
↑ TIK Perfusi jaringan ↓ Penurunan perfusi serebral
Diagnosa: Resiko cidera b.d peningkatan TIK yang disebabkan penekanan pada sistem saraf. Kriteria hasil: Tidak terjadi cedera pada saat TIK meningkat Intervensi: monitor TTV dan neurologis kaji ukuran pupil dan reaksi kesadaran serta respon secara keseluruhan laporakan ke dokter tentang adanya perubahan RR ireguler atau bradikardi monitor jantung, paru-paru dan oksigen dengan mask dan ambubag harus tersedia dideket anak monitoring adanya aktivitas seizure
Kesadaran ↓
Risiko cedera
Hip oksi a
Kehilangan autoregulasi serebral
Letargi
Batang otak tertekan
Muntah
Sumber: Price, S.A. & Wilson, L.M. (2002/2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. (alih bahasa, Brahm U. Pendit … [et.al.]). Jakarta: EGC Analisis
Refleksi pupil ↓
Suhu tubuh ↑ TTV kacau
Nyeri kepala hebat
Gangguan rasa nyaman: nyeri
Penurunan fungsi neurologis
Subkortikal tertekan
Resiko kekurangan cairan & elektrolit Resiko perubahan nutrisi
Menekan system saraf
Menekan subkortikal & batang otak
Fungsi sensorik motorik ↓
Gangguan mobilitas fisik
Risiko cedera
Gangguan cairan & elektrolit
Diagnosa: Resiko kekurangan cairan dan elektrolit b.d intake yang kurang disertai muntah Kriteria hasil: Anak tidak menunjukkan tanda dehidrasi seperti BB yang stabil, turgor kulit baik, cairan elektrolit stabil Intervensi: tanda-tanda kekurangan praktik Kaji ..., Siti Nurhayati, FIK UI, cairan Monitor intake dan output cairan Berikan terapi cairan intravena
Diagnosa: Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan akibat mual dan muntah karena TIK Kriteria hasil: Bayi/anak tidak muntah Intervensi: memberikan makanan dalam jumlah kecil tapi sering monitor 2013 cairan dan elektrolit berikan makanan yang disukai anak
Diagnosa Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d peningkatan tekanan intracranial Kriteria hasil: Rasa nyeri anak berkurang Intervensi: Jelaskan penyebab nyeri Atur posisi pasien Ajarkan pasien teknik relaksasi Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesic Persiapan operasi Diagnosa Gangguan Mobilisasi Fisik b.d penururnan fungsi sensorik motorik. Kriteria hasil: Tidak terjadinya dekubitus Intervensi : Ubah Posisi anak secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi . Pertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional seperti bokong, kaki, tangan. Bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak Berikan perawatan kulit dengan cermat, berikan pelembab, ganti pakaian yang basah dan pertahankan linen klien tetap bersih dan bebas dari kerutan. Diagnosa Gangguan Mobilisasi Fisik b.d penururnan fungsi sensorik motorik Kriteria hasil: Tidak terjadinya dekubitus Intervensi : Ubah Posisi anak secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi . Pertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional seperti bokong, kaki, tangan. Bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak Berikan perawatan kulit dengan cermat, berikan pelembab, ganti pakaian yang basah dan pertahankan linen klien tetap bersih dan bebas dari kerutan.
Diagnosa Resiko kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan keluaran cairan yang berlebihan Kriteria hasil: Anak tidak menunjukkan gejala dehidrasi Intervensi: kaji tanda-tanda kekurangan cairan monitor intake dan output berikan terapi cairan secara intravena atur jadwal pemberian cairan dan tetesan infus monitor TTV
Lampiran 2
FORMAT PENGKAJIAN ANAK
Nama Mahasiswa
: Siti Nurhayati
Tempat Praktek
: Gd. Teratai Lt. 3 Utara RSUP Fatmawati
Tanggal Praktek
: Mei-Juni 2013
I. IDENTITAS DATA Nama
: An. A
Tempat/ Tgl Lahir
: Jakarta, 04 Mei 2007
Usia
: 6 thn 0 bln
Nama Ayah/Ibu
: Ibu W
Pekerjaan Ayah
: tidak bekerja
Pekerjaan Ibu
: IRT
Alamat
: Jl. Raya Serpong BSD KM 12 Vila Serpong Tangerang Selatan Banten
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Jawa
Pendidikan Ayah
: tidak tamat SD
Pendidikan Ibu
: SD
II. KELUHAN UTAMA Nyeri saat dilakukan perawatan luka post operasi pada bagian kepala dan perut maupun saat dilakukan tindakan invasive. Nafsu makan berkurang, BB menurun dari 18,5 kg menjadi 15 kg.
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 2
Riwayat kehamilan dan kelahiran: 1. Prenatal : tidak ada keluhan 2. Intranatal
: tidak ada keluhan
3. Postnatal
: keluhan anak Hidrosephalus
III. RIWAYAT MASA LAMPAU 1. penyakit waktu kecil selang
: hidrosephalus sejak usia 4 bulan, masih menggunakan
2. pernah dirawat di RS tahun 2013
: operasi Vp-Shunt tahun 2008 dan operasi Hernia 18/3
3. Obat-obatan yang digunakan
: tidak ada
4. Tindakan (operasi)
: VP-Shunt removal (dextra)
5. Alergi
: tidak ada
6. Kecelakaan
: tidak pernah
7. Imunisasi
: hanya BCG
IV. RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM) Tn. W sehat
Ny. Y sehat An. A Post VP-Shunt Removal
V. RIWAYAT SOSIAL 1. Yang mengasuh
: orang tua, nenek
2. hubungan dengan anggota keluarga: anak berhubungan baik dengan anggota keluarga 3. Hubungan dengan teman sebaya
: anak bermain dengan teman sebaya
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 2
4. Pembawaan secara umum
: anak aktif dan cenderung tidak mau diam
5. Lingkungan rumah
: bersih, rapih
VI. KEBUTUHAN DASAR 1. makanan yang disukai/ tidak disukai Selera
: kurang, anak menyukai ayam goring, lele, tidak menyukai sayur bayam
Alat makan yang dipakai: piring dan sendok makan Pola makan/jam
: 3x/hari
2. Pola tidur Kebiasaan sebelum tidur: tidak ada, tidur malam 9 jam/hari Tidur siang
: 4 jam/hari
3. Mandi
: 2x/ hari, gosok gigi 3x/hari
4. Aktivitas bermain
: bermain dengan orang tua dan teman sebaya
5. Eliminasi
: BAB 3x/hari mencret, BAK 4x/hari
VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI 1. Diagnosa Medis
: post op VP shunt removal (dextra) hari pertama
2. Tindakan Operasi : removal VP shunt 3. Status nutrisi
: diit nasi tim
4. Status cairan
: KAEN 3B 1500cc/24jam
5. Obat-obatan
: Cefotaxime 2x500mg, Metronidazole 3x100mg, Farmadol 3x100mg
6. Aktivitas
: tempat tidur dan bermain dengan orang tua
7. Tindakan Keperawatan: observasi warna dan konsistensi feces, penyebab nyeri rectal, auskultasi bising usus, anjurkan masukan cairan 1000 cc/hari sesuai indikasi, ajarkan pentingnya keseimbangan nutrisi
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 2
8. Hasil Laboratorium (terlampir) 9. Hasil Pemeriksaan penunjang (terlampir) 10. Data tambahan: operasi VP shunt tahun 2008, masuk ke ruang perawatan Lt. 3 utara tanggal 29 Mei 2013 dengan diagnose medis post op revise VP shunt 11 hari yang lalu
VIII. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum
: baik, kes= CM, GCS=15 (E4M6V5)
TB/BB (Persentil): TB=116 cm, BB=16 kg Lingkar Kepala :52,5 cm, klien adalah pasien post op VP shunt removal (dextra), normocephal, UUb tertutup Mata
: normal, sclera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat, bersih
Hidung
: normal, tidak ada hambatan jalan nafas, bersih, tidak ada sekret
Mulut : normal, tidak sumbing, bersih, gigi normal dan bersih, gusi tidak berdarah, terdapat karies gigi, mukosa mulut lembab Telinga
: normal, tidak ada pembesaran, tidak ada sekret
Tengkuk
: normal, tonic neck ada
Dada
: simetris, pengembangan dada normal, Lingkar Dada=48 cm
Jantung
: bunyi jantung S1, S2 normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Paru-paru
: suara vesikuler normal, tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi
Perut
: supel, datar, Bising Usus Normal, Hepar dan Lien tidak teraba
Punggung
: normal, tidak ada lordosis, tidak ada skeliosis, tidak ada kifosis
Genitalia
: normal, bersih
Ekstrimitas
: normal, kuku bersih
Kulit : turgor kulit cukup, akral hangat, CRT<3”, tidak edem,warna kulit merah muda, kelembaban baik
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 2
Status hidrasi pasien tampak kehausan, CM, UUB sudah menutup, mata tidak cekung, air mata ada, turgor cukup, BAK normal. Tanda-tanda vital : S=35.70 celcius, N= 80x/menit, RR= 20x/menit,
IX. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN 1. Kemandirian dan bergaul: anak belum mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar, anak mampu bergaul dengan teman sebaya 2. Motorik halus: anak mampu menulis 3. Kognitif dan bahasa: anak tidak ada hambatan kognitif, mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia 4. Motorik kasar: anak aktif menggerakkan anggota tubuh
X. INFORMASI LAIN An. A dengan post op VP shunt removal (kanan) 29 Mei 2013 RM= 1039340. XI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN An. A usia 6 th dirawat di IRNA A Teratai Lt. III Utara RSUP Fatmawati dengan keluhan nyeri saat dilakukan tindakan perawatan luka pada bagian kepala dan perut maupun saat dilakukan tindakan invasive. An. A tampak meringis saat dilakukan perawatan luka post operasi. An. A memiliki PSP 2 yang biasa digunakan untuk bermain selama di rawat di ruang rawat anak. Operasi VP shunt removal (kanan)dilakukan tanggal 29 Mei 2013. Diagnose masuk ruang perawatan Lt. 3 utara yaitu post op VP-shunt removal (kanan) hari pertama, anak terpasang infuse KAEN 3B 500cc 3x IV/24jam. Tampak balutan luka post operasi pada bagian kepala dan perut. Ganti balutan dilakukan setiap dua hari sekali.
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 2
XII. ANALISA DATA a. Data Objektif: Status hidrasi pasien tampak kehausan, CM, UUB sudah menutup, mata tidak cekung, air mata ada, turgor kulit cukup, BAK normal. Tanda-tanda vital: S=35.70C, N=80 x/menit, RR= 20x/menit. -Anak terpasang IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam -Post operasi VP shunt removal (dextra) -Hb 11/Ht 33/ Leukosit 14.1/ Trombosit 310/ Eritrosit4.4 GDS=98, elektrolit: Na 142/K 4.11/Cl 96 Data Subjektif: Orang tua mengatakan anak BAB 3x/hari mencret, BAK 4x/hari Masalah Keperawatan: Risiko kekurangan volume cairan. b. Data Objektif: Tanda-tanda vital: S=35.70C, N=80 x/menit, RR= 20x/menit. -Anak terpasang IVFD KAEn 3B 1500cc/24jam -Post operasi VP shunt removal (dextra) -Leukosit=14.1 -Trombosit=310 -Eritrosit=4.4 Data Subjektif: Orang tua mengatakan ada balutan luka di kepala Masalah Keperawatan: Risiko terjadi infeksi. c. Tanda-tanda vital : S=35.70 celcius, N= 80x/menit, RR= 20x/menit, BB=16 kg, TB=116 -Anak terpasang IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam -Post operasi VP shunt removal (dextra) -Hb 11/Ht 33/ Leukosit 14.1/ Trombosit 310/ Eritrosit4.4
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 2
Data Subjektif: Orang tua mengatakan anak BAB 3x/hari mencret, BAK 4x/hari Masalah keperawatan: ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh d. Data Objektif: Tanda-tanda vital : S=35.70 celcius, N= 80x/menit, RR= 20x/menit, -Anak terpasang IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam -Post operasi VP shunt removal (dextra) -Hb 11/Ht 33/ Leukosit 14.1/ Trombosit 310/ Eritrosit4.4 Data Subjektif: Orang tua mengatakan terdapat balutan luka pada kepala dan perut, ganti balutan setiap sehari sekali. Masalah keperawatan: Nyeri XIII. PRIORITAS MASALAH Masalah Keperawatan: 1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 2. Risiko terjadi Infeksi 3. Risiko kekurangan volume cairan 4. Nyeri
Diagnosa Keperawatan: 1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh 2. Risiko terjadi Infeksi 3. Risiko kekurangan volume cairan 4. Nyeri
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiografi (27/5/2013) Hasil/Intrepetasi: Radiografi schedel Ap/Lateral VP shunt dengan insersi pada OS frontal kanan dan ujung distal pada proyeksi distal ujungventrikel lateralis kiri VP shunt dengan ujung distal pada region hemiabdomen kiri. Pemeriksaan BNO.
CT scan (27/5/2013) Hasil/Intrepetasi: Hidrosefalus non komunikans dibandingkan CT scan tanggal 1 April: hidrosefalus tampak bertambah VP shunt dengan ujung pada kornu anterior ventrikel lateralis kiri. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Tabel. Pemeriksaan Laboratorium JENIS PEMERIKSAAN Tgl 29/5/2013 Hematologi
HASIL Hb=11 g/dl Ht=33 % Leukosit=14.1 ribu/mm3 Trombosit=310 ribu/mm3 Eritrosit=4.4 juta/uL pH= 7.482 mmHg pCO2=17.8 mmHg pO2=179.9 mmHg HCO3=13 mmol/L O2 sat=99.4 % BE=-7.4 Na+=142 mmol/L K+=4.11 mmol/L Cl-=96 mmol/L
Nilai Normal
INTREPETASI
12-16 g/dl 35-47 % 5-10 ribu/mm3 150-440 ribu/mm3 3.6-5.8 juta/uL 7.34-7.44 mmHg 35-45 mmHg 85-95 mmHg 22-26 mmol/L 96-97 % -2.5-2.5 135-145 mmol/L 3.5-5.5 mmol/L 98-109 mmol/L
rendah rendah tinggi normal normal tinggi rendah tinggi rendah tinggi rendah normal normal rendah
Pemeriksaan laboratorium terakhir dilakukan pada tanggal 29 Mei 2013 dengan nilai Hemoglobin masih di bawah nilai normal. Nilai leukosit yang tinggi menunjukkan tanda-tanda terjadinya infeksi. Sedangkan nilai Hematokrit (Ht) dan Cl- rendah menunjukkan tanda resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Implementasi dan Evaluasi pada An. A dengan post op VP shunt removal ec Hidrosefalus Tabel 3.1 Asuhan Keperawatan pada An. A dengan post op VP shunt removal ec Hidrosefalus Tanggal : 29 Mei 2013 Nama Klien/Usia: An. A/ 6 thn Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Medis: post op VP shunt removal ec Hidrosefalus Ruangan : Lt. 3 Utara Tujuan dan Implementasi Evaluasi (SOAP) Kriteria Hasil Keperawatan
Nyeri
Tujuan: Selama 3x24jam pasien Batasan karakteristik mangalami nyeri Subjektif lebih sedikit Mengungkapkan secara verbal dengan atau melaporkan [nyeri] dengan menggunakan isyarat strategi yang tepat Batasan karakteristik lain (nonKriteria Hasil: NANDA International) Anak Mengomunikasikan descriptor menunjukkan nyeri (rasa tidak nyaman, tingkat nyeri berkeringat malam hari) yang dapat Pucat diterima Anak Objektif mempelajari Posisi untuk menghindari nyeri dan Perubahan tonus otot mengimpleme Respons autonomic (diaphoresis, ntasikan perubahan tekanan darah, strategi pernapasan, atau nadi; dilatasi koping yang pupil) efektif Perubahan selera makan Orang tua Perilaku ekspresif (gelisah, peka mempelajari terhadap rangsang, dan menghela keterampilan napas panjang) koping yang Focus menyempit (interaksi efektif dalam dengan orang lain atau membantu lingkungan menurun) anak Bukti nyeri yang dapat diamati melakukan koping
Diagnosa Keperawatan Risiko kekurangan volume cairan
Lakukan strategi nonfarmakologik yaitu distraksi nyeri dengan terapi bermain permainan elektronik PSP dan mengukur TTV Gunakan strategi yang dikenal anak atau jelaskan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya yaitu distraksi nyeri Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi Pilih orang yang tepat, biasanya orang tua Ajari anak untuk menggunakan strategi nonfarmakologik tertentu sebelum terjadi nyeri atau sebelum nyeri menjadi parah Bantu atau minta orang tua membantu anak menggunakan strategi selama terjadi nyeri
S: t.a.k. O: PQRST: nyeri pada balutan luka post operasi di kepala, kualitas nyeri sedang, nyeri dengan intensitas kadang-kadang, skala nyeri menggunakan visual analog scale berkurang dari skala 7 pada pukul 14.30 menjadi 3 pada pukul 15.30, dan waktu terjadinya sore hari. Tanda-tanda vital: N=92x/menit R=36x/menit S=37.10C A: masalah nyeri teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi, pantau nyeri
Tgl/Jam
Kriteria Evaluasi
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
29 Mei 2013 Pukul 15.30
TTV stabil tidak ada tanda dehidrasi balans cairan seimbang kulit tidak
-Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi turgor kulit, membrane
S:t.a.k O:k/u baik, CM,
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
DS: N=92x/menit, R=36x/menit, S=37.10C, nyeri skala=3, IVFD KAEN 1B+KCl 10meq
Lampiran 3
Risiko terjadi infeksi
Ketidakseimban gan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
20.00
20.00
kering mukosa lembab turgor kulit baik nadi perifer teraba pengisian kapiler baik akral hangat tidak ada muntah tidak pucat tidak ada perdarahan elektrolit, BJ urine, dan Hb normal.
mukosa -observasi nadi perifer dan pengisian kapiler -kaji karakteristik BAB, muntah -ukur BB -kolaborasi obat anti piretik, anti emetic -kolaborasi pemeriksaan laboratorium -kolaborasi pemberian oksigen, infuse, transfuse.
500cc/24 jam
Tanda vital normal, leukosit normal, sedimen urine normal, hasil kultur negative, tanda infeksi local tidak ada, bunyi nafas bersih, tidak ada meriang
-Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien -monitor tanda-tanda vital, -monitor dan catat tanda/gejala infeksi, -gunakan teknik aseptic untuk semua prosedur invasif dan ganti balutan
S: t.a.k O: k/u baik, Cm, suhu afebris, terpasang IVFD KAEN 1B+KCl 10meq 500cc/24 jam
BB ideal Serum albumin normal Tricep skinfold normal Mukosa lembab Konjungtiva normal
-monitor dan catat jumlah kalori yang masuk -kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi -berikan makanan sesuai kondisi pasien -berikan secara bertahap makanan hangat -jelaskan kepada pasien alasan menghabiskan makanan dan dampaknya -motivasi pasien untuk menghabiskan makanan, kolaborasi anti emetic, kolaborasi pemeriksaan laboratorium
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
oral=60cc, parenteral=200cc DP: parenteral=168cc, urine=400cc BA=+28cc A:masalah Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian P:Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi
Terdapat balutan luka post op kraniotomi, tidak rembes Terapi farmakologis ceftriaxone 600mg 2x diberikan A: masalah risiko terjadi infeksi teratasi sebagian P: pantau TTV S: t.a.k. O: k/u baik, CM, TTV: suhu afebris (37.10C), N=92x/menit R=36x/menit BB= 16 kg TB= 116 IVFD KAEN 1B+KCl 10meq 500cc/24 jam A: masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: pantau mual muntah pasca operasi
Lampiran 3
Diagnosa Keperawatan Nyeri
Tgl/Jam
Risiko kekurangan volume cairan
22.00
30 Mei 2013 Pukul 21.00
Kriteria Evaluasi Anak menunjukkan tingkat nyeri yang dapat diterima TTV menunjukkan nilai normal dan visual analog scale menunjukkan nyeri berkurang Anak mempelajari dan mengimpleme ntasikan strategi koping yang efektif Orang tua mempelajari keterampilan koping yang efektif dalam membantu anak melakukan koping TTV stabil tidak ada tanda dehidrasi balans cairan seimbang kulit tidak kering mukosa lembab turgor kulit baik nadi perifer teraba pengisian kapiler baik akral hangat, tidak ada muntah tidak pucat tidak ada perdarahan elektrolit, BJ urine, dan Hb
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
Lakukan strategi nonfarmakologik yaitu distraksi nyeri dengan terapi bermain permainan elektronik PSP dan mengukur TTV Gunakan strategi yang dikenal anak atau jelaskan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya yaitu distraksi nyeri Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi Pilih orang yang tepat, biasanya orang tua Bantu atau minta orang tua membantu anak menggunakan strategi selama terjadi nyeri
S: t.a.k. O: PQRST: nyeri pada balutan luka post operasi di kepala, kualitas nyeri sedang, nyeri dengan intensitas kadang-kadang, skala nyeri menggunakan visual analog scale berkurang dari skala 6 pada pukul 21.00 menjadi 3 pada pukul 22.00, dan waktu terjadinya malam hari. Tanda-tanda vital: N=100x/menit R=28x/menit S=36.50C A: masalah nyeri teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi, pantau nyeri
-Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi turgor kulit, membrane mukosa -observasi nadi perifer dan pengisian kapiler -kaji karakteristik BAB, muntah -ukur BB -kolaborasi obat anti piretik, anti emetic -kolaborasi pemeriksaan laboratorium -kolaborasi pemberian oksigen, infuse, transfuse.
S=t.a.k O=k/u baik, CM, DM: N=100x/menit, R=28x/menit, S=36.50C
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
IVFD KAEN 3B 1500cc/24 jam oral=300cc, parenteral=200 DP: oral=300cc, parenteral=185cc DS: oral=200cc, parenteral=200cc, total intake=1300cc BAB=1x, urine=400+400+500, IWL=360cc, total output=1660cc
Lampiran 3
normal.
BA=-360 A=masalah Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian P=Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infus Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi
Risiko terjadi infeksi
22.15
Ketidakseimbang an nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
07.00
Diagnosa Keperawatan Nyeri
Tanda vital normal leukosit normal sedimen urine normal hasil kultur negative tanda infeksi local tidak ada bunyi nafas bersih tidak ada meriang BB ideal Serum albumin normal Tricep skinfold normal Mukosa lembab Konjungtiva normal
-Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien -monitor tanda-tanda vital, -monitor dan catat tanda/gejala infeksi, -gunakan teknik aseptic untuk semua prosedur invasif
S:t.a.k O:k/u baik, Cm suhu afebris, terpasang IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam Terdapat balutan luka post op kraniotomi, tidak rembes A: masalah risiko terjadi infeksi teratasi sebagian P: pantau TTV
-monitor dan catat jumlah kalori yang masuk -kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi -berikan makanan sesuai kondisi pasien -berikan secara bertahap makanan hangat -jelaskan kepada pasien alasan menghabiskan makanan dan dampaknya -motivasi pasien untuk menghabiskan makanan, kolaborasi anti emetic, kolaborasi pemeriksaan laboratorium
S: tidak ada keluhan (mual, muntah) O: k/u baik, CM, TTV: suhu afebris (36.50C), N=100x/menit R=28x/menit BB= 16 kg TB= 116 Sudah boleh makan dan minum IVFD KAEN 3B/8 jam A: masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: pantau mual muntah
Tgl/Jam
Kriteria Evaluasi
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
1 Juni 2013 Pukul 09.00
Anak menunjukkan tingkat nyeri yang dapat diterima TTV menunjukkan nilai normal
Lakukan strategi nonfarmakologik yaitu distraksi nyeri dengan terapi bermain permainan elektronik PSP dan mengukur TTV
S: t.a.k. O: PQRST: nyeri pada balutan luka post operasi di kepala, kualitas nyeri sedang, nyeri dengan intensitas kadang-kadang, skala nyeri menggunakan visual analog
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Risiko kekurangan volume cairan
10.00
Risiko terjadi infeksi
11.00
dan visual analog scale menunjukkan nyeri berkurang Anak mempelajari dan mengimpleme ntasikan strategi koping yang efektif Orang tua mempelajari keterampilan koping yang efektif dalam membantu anak melakukan koping TTV stabil tidak ada tanda dehidrasi balans cairan seimbang kulit tidak kering mukosa lembab turgor kulit baik nadi perifer teraba pengisian kapiler baik akral hangat, tidak ada muntah tidak pucat tidak ada perdarahan elektrolit, BJ urine, dan Hb normal. Tanda vital normal leukosit normal sedimen urine normal hasil kultur negative
Gunakan strategi yang dikenal anak atau jelaskan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya yaitu distraksi nyeri Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi Pilih orang yang tepat, biasanya orang tua Bantu atau minta orang tua membantu anak menggunakan strategi selama terjadi nyeri
scale berkurang dari skala 5 pada pukul 09.00 menjadi 2 pada pukul 10.00, dan waktu terjadinya pagi hari. Tanda-tanda vital: N=100x/menit R=27x/menit S=370C A: masalah nyeri teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi, pantau nyeri
-Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi turgor kulit, membrane mukosa -observasi nadi perifer dan pengisian kapiler -kaji karakteristik BAB, muntah -ukur BB -kolaborasi obat anti piretik, anti emetic -kolaborasi pemeriksaan laboratorium -kolaborasi pemberian oksigen, infuse, transfuse.
S=t.a.k O=k/u baik, CM, suhu afebris, DP: N=100x/menit, R=27x/menit, S=370C
-Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien -monitor tanda-tanda vital, -monitor dan catat tanda/gejala infeksi, -gunakan teknik aseptic
S=t.a.k O=k/u baik, Cm suhu afebris, terpasang IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam Terdapat balutan luka post op kraniotomi, tidak rembes A= masalah risiko terjadi infeksi teratasi sebagian
IVFD KAEN 3B 1500cc/24 jam oral=400, urine=200 A=masalah Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian P=Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lampiran 3
Ketidakseimbang an nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
13.00
tanda infeksi local tidak ada bunyi nafas bersih tidak ada meriang BB ideal Serum albumin normal Tricep skinfold normal Mukosa lembab Konjungtiva normal
untuk semua prosedur invasive
P= pantau TTV
-monitor dan catat jumlah kalori yang masuk -kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi -berikan makanan sesuai kondisi pasien -berikan secara bertahap makanan hangat -jelaskan kepada pasien alasan menghabiskan makanan dan dampaknya -motivasi pasien untuk menghabiskan makanan, kolaborasi anti emetic, kolaborasi pemeriksaan laboratorium
S: tidak ada keluhan (mual, muntah) O: k/u baik, CM, TTV: suhu afebris (370C), N=100x/menit R=27x/menit BB= 16 kg TB= 116 IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam Diet diberikan sesuai kondisi Oral= 400cc Urin=200cc A: masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: pantau mual muntah
Diagnosa Keperawatan Nyeri
Tgl/Jam
Kriteria Evaluasi
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
3 Juni 2013 Pukul 14.40
Anak menunjukkan tingkat nyeri yang dapat diterima TTV menunjukkan nilai normal dan visual analog scale menunjukkan nyeri berkurang Anak mempelajari dan mengimplementasik an strategi koping yang efektif Orang tua mempelajari keterampilan koping yang efektif dalam membantu anak melakukan koping
S: t.a.k. O: PQRST: nyeri pada balutan luka post operasi di kepala, kualitas nyeri sedang, nyeri dengan intensitas kadang-kadang, skala nyeri menggunakan visual analog scale berkurang dari skala 5 pada pukul 14.40 menjadi 2 pada pukul 15.40, dan waktu terjadinya sore hari. Tanda-tanda vital: N=100x/menit R=23x/menit S=36.80C A: masalah nyeri teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi, pantau nyeri
Risiko kekurangan volume cairan
15.00
TTV stabil tidak ada tanda dehidrasi
Lakukan strategi nonfarmakologik yaitu distraksi nyeri dengan terapi bermain permainan elektronik PSP dan mengukur TTV Gunakan strategi yang dikenal anak atau jelaskan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya yaitu distraksi nyeri Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi Pilih orang yang tepat, biasanya orang tua Bantu atau minta orang tua membantu anak menggunakan strategi selama terjadi nyeri -Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
S=t.a.k O=k/u baik, CM, suhu
Lampiran 3
balans cairan seimbang kulit tidak kering mukosa lembab turgor kulit baik nadi perifer teraba pengisian kapiler baik akral hangat, tidak ada muntah tidak pucat tidak ada perdarahan elektrolit, BJ urine, dan Hb normal. Tanda vital normal leukosit normal sedimen urine normal hasil kultur negative tanda infeksi local tidak ada bunyi nafas bersih tidak ada meriang BB ideal Serum albumin normal Tricep skinfold normal Mukosa lembab Konjungtiva normal
-observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi turgor kulit, membrane mukosa -observasi nadi perifer dan pengisian kapiler -kaji karakteristik BAB, muntah -ukur BB -kolaborasi obat anti piretik, anti emetic -kolaborasi pemeriksaan laboratorium -kolaborasi pemberian oksigen, infuse, transfuse. -Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien -monitor tanda-tanda vital, -monitor dan catat tanda/gejala infeksi, -gunakan teknik aseptic untuk semua prosedur invasive
afebris, DS: N=100x/menit, R=23x/menit, S=36.80C IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam, A=masalah Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian P=Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi
Risiko terjadi infeksi
15.30
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
18.00
Diagnosa Keperawatan Nyeri
Tgl/Jam
Kriteria Evaluasi
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
4 Juni 2013 Pukul
Anak menunjukkan tingkat nyeri yang dapat diterima TTV
Lakukan strategi nonfarmakologik yaitu distraksi nyeri dengan
S: t.a.k. O: PQRST: nyeri pada balutan luka post operasi di
-monitor dan catat jumlah kalori yang masuk -kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi -berikan makanan sesuai kondisi pasien -berikan secara bertahap makanan hangat -jelaskan kepada pasien alasan menghabiskan makanan dan dampaknya -motivasi pasien untuk menghabiskan makanan, kolaborasi anti emetic, kolaborasi pemeriksaan laboratorium
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
S=t.a.k O=k/u baik, Cm suhu afebris, terpasang IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam Terdapat balutan luka post op kraniotomi, tidak rembes Therapy farmakologis diberikan A= masalah risiko terjadi infeksi teratasi sebagian P= pantau TTV S: tidak ada keluhan (mual, muntah) O: k/u baik, CM, TTV: suhu afebris (36.80C), N=100x/menit R=23x/menit BB= 16 kg TB= 116 Diet diberikan sesuai kondisi A: masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: pantau mual muntah
Lampiran 3
Risiko kekurangan volume cairan
Risiko terjadi infeksi
15.00
menunjukkan nilai normal dan visual analog scale menunjukkan nyeri berkurang Anak mempelajari dan mengimplementasik an strategi koping yang efektif Orang tua mempelajari keterampilan koping yang efektif dalam membantu anak melakukan koping
16.00
TTV stabil tidak ada tanda dehidrasi balans cairan seimbang kulit tidak kering mukosa lembab turgor kulit baik nadi perifer teraba pengisian kapiler baik akral hangat, tidak ada muntah tidak pucat tidak ada perdarahan elektrolit, BJ urine, dan Hb normal. Tanda vital normal leukosit normal sedimen urine normal hasil kultur negative tanda infeksi local tidak ada bunyi nafas bersih tidak ada meriang
17.00
terapi bermain permainan elektronik PSP dan mengukur TTV Gunakan strategi yang dikenal anak atau jelaskan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya yaitu distraksi nyeri Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi Pilih orang yang tepat, biasanya orang tua Bantu atau minta orang tua membantu anak menggunakan strategi selama terjadi nyeri -Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi turgor kulit, membrane mukosa -observasi nadi perifer dan pengisian kapiler -kaji karakteristik BAB, muntah -ukur BB -kolaborasi obat anti piretik, anti emetic -kolaborasi pemeriksaan laboratorium -kolaborasi pemberian oksigen, infuse, transfuse.
kepala, kualitas nyeri sedang, nyeri dengan intensitas kadang-kadang, skala nyeri menggunakan visual analog scale berkurang dari skala 5 pada pukul 15.00 menjadi 2 pada pukul 16.00, dan waktu terjadinya sore hari. Tanda-tanda vital: N=94x/menit R=23x/menit S=36.50C A: masalah nyeri teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi, pantau nyeri
-Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien -monitor tanda-tanda vital, -monitor dan catat tanda/gejala infeksi, -gunakan teknik aseptic untuk semua prosedur invasive
S=t.a.k O=k/u baik, Cm suhu afebris, terpasang IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam Terdapat balutan luka post op kraniotomi, tidak rembes Therapy farmakologis diberikan A= masalah risiko terjadi infeksi teratasi sebagian P= pantau TTV
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
S=t.a.k O=k/u baik, CM, suhu afebris (36.50C), DS: N=94x/menit., R=23x/menit, IVFD KAEN 3B 1500cc/24 jam A=masalah Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian P=Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi
Lampiran 3
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
18.00
BB ideal serum albumin normal tricep skinfold normal mukosa lembab konjungtiva normal
-monitor dan catat jumlah kalori yang masuk -kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi -berikan makanan sesuai kondisi pasien - berikan secara bertahap makanan hangat -jelaskan pada pasien alasan menghabiskan makanan dan dampaknya -motivasi pasien untuk menghabiskan makanan, kolaborasi anti emetic, kolaborasi pemeriksaan lab.
S: tidak ada keluhan (mual, muntah) O: k/u baik, CM, TTV: suhu afebris (36.50C), N=94x/menit R=23x/menit BB= 16 kg TB= 116 Diet diberikan sesuai kondisi IVFD KAEN 3B 1500cc/24 jam Oral= 400cc Urin=200cc A: masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: pantau mual muntah
Diagnosa Keperawatan Nyeri
Tgl/Jam
Kriteria Evaluasi
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
5 Juni 2013 pukul 15.00
Anak menunjukkan tingkat nyeri yang dapat diterima TTV menunjukkan nilai normal dan visual analog scale menunjukkan nyeri berkurang Anak mempelajari dan mengimplementasik an strategi koping yang efektif Orang tua mempelajari keterampilan koping yang efektif dalam membantu anak melakukan koping
S: t.a.k. O: PQRST: nyeri pada balutan luka post operasi di kepala, kualitas nyeri sedang, nyeri dengan intensitas kadang-kadang, skala nyeri menggunakan visual analog scale berkurang dari skala 4 pada pukul 15.00 menjadi 2 pada pukul 16.00, dan waktu terjadinya sore hari. Tanda-tanda vital: N=92x/menit R=23x/menit S=37.50C A: masalah nyeri teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi, pantau nyeri
Risiko kekurangan volume cairan
16.00
TTV stabil tidak ada tanda dehidrasi balans cairan seimbang kulit tidak kering mukosa lembab turgor kulit baik
Lakukan strategi nonfarmakologik yaitu distraksi nyeri dengan terapi bermain permainan elektronik PSP dan mengukur TTV Gunakan strategi yang dikenal anak atau jelaskan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya yaitu distraksi nyeri Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi Pilih orang yang tepat, biasanya orang tua Bantu atau minta orang tua membantu anak menggunakan strategi selama terjadi nyeri -Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi turgor kulit, membrane mukosa
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
S=t.a.k O=k/u baik, CM, suhu afebris (37.50C), DS: N=92x/menit, R=23x/menit, TD=90/80, oral=700+500+500=1700,
Lampiran 3
Risiko terjadi infeksi
17.00
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
18.00
nadi perifer teraba pengisian kapiler baik akral hangat, tidak ada muntah tidak pucat tidak ada perdarahan elektrolit, BJ urine, dan Hb normal.
-observasi nadi perifer dan pengisian kapiler -kaji karakteristik BAB, muntah -ukur BB -kolaborasi obat anti piretik, anti emetic -kolaborasi pemeriksaan laboratorium -kolaborasi pemberian oksigen, infuse, transfuse.
urin=500+500+500=1500, iwl=150, total output=1650. BA=+50
Tanda vital normal leukosit normal sedimen urine normal hasil kultur negative tanda infeksi local tidak ada bunyi nafas bersih tidak ada meriang BB ideal serum albumin normal tricep skinfold normal mukosa lembab konjungtiva normal
-Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien -monitor tanda-tanda vital, -monitor dan catat tanda/gejala infeksi, -gunakan teknik aseptic untuk semua prosedur invasive
S=t.a.k O=k/u baik, Cm suhu afebris, terpasang IVFD KAEN 3B 1500cc/24jam Terdapat balutan luka post op kraniotomi, tidak rembes Therapy farmakologis diberikan A= masalah risiko terjadi infeksi teratasi sebagian P= pantau TTV
-monitor dan catat jumlah kalori yang masuk -kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi -berikan makanan sesuai kondisi pasien - berikan secara bertahap makanan hangat -jelaskan pada pasien alasan menghabiskan makanan dan dampaknya -motivasi pasien untuk menghabiskan makanan, kolaborasi anti emetic, kolaborasi pemeriksaan lab.
S: t.a.k. O: k/u baik, CM, TTV: suhu afebris (37.50C), N=92x/menit, R=23x/menit
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
A=masalah Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian P=Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infus Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi
TD= 90/80 mmHg Therapy farmakologis Paracetamol 2 cth, Vometa 3x 1 cth, Zink 1x 1tab, L-Bio 3x3x1 sach, Latopril syr 1 cth 2x PO, Cefixime 1 cth 2x PO diberikan. A: masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: penkes tentang peningkatan BB dengan memotivasi anak makan secara teratur sedikit-sedikit tapi sering, makanan yang hangat, dan memperhatikan tanda-tanda ancaman peningkatan TIK seperti mual muntah, dan penurunan kesadaran
Lampiran 3
Diagnosa Keperawatan Nyeri
Tgl/Jam
Kriteria Evaluasi
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
6 Juni 2013 Pukul 21.00
Anak menunjukkan tingkat nyeri yang dapat diterima TTV menunjukkan nilai normal dan visual analog scale menunjukkan nyeri berkurang Anak mempelajari dan mengimplementasik an strategi koping yang efektif Orang tua mempelajari keterampilan koping yang efektif dalam membantu anak melakukan koping
S: t.a.k. O: PQRST: nyeri pada balutan luka post operasi di kepala, kualitas nyeri sedang, nyeri terjadi dengan intensitas jarang dan tidak menyebar, skala nyeri menggunakan visual analog scale berkurang dari skala3 pada pukul 21.00 menjadi 1 pada pukul 22.00, dan waktu terjadinya malam hari. Tanda-tanda vital: N=92x/menit R=23x/menit S=36.20C A: masalah nyeri teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi: pantau nyeri
Risiko kekurangan volume cairan
22.00
TTV stabil tidak ada tanda dehidrasi balans cairan seimbang kulit tidak kering mukosa lembab turgor kulit baik nadi perifer teraba pengisian kapiler baik akral hangat, tidak ada muntah tidak pucat tidak ada perdarahan elektrolit, BJ urine, dan Hb normal.
Lakukan strategi nonfarmakologik yaitu distraksi nyeri dengan terapi bermain permainan elektronik PSP dan mengukur TTV Gunakan strategi yang dikenal anak atau jelaskan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya yaitu distraksi nyeri Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi Pilih orang yang tepat, biasanya orang tua Bantu atau minta orang tua membantu anak menggunakan strategi selama terjadi nyeri -Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi turgor kulit, membrane mukosa -observasi nadi perifer dan pengisian kapiler -kaji karakteristik BAB, muntah -ukur BB -kolaborasi obat anti piretik, anti emetic -kolaborasi pemeriksaan laboratorium -kolaborasi pemberian oksigen, infuse, transfuse.
Tanda vital normal leukosit normal sedimen urine normal
-Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien -monitor tanda-tanda vital,
S:t.a.k O:k/u baik, CM suhu afebris, Terdapat balutan luka post op kraniotomi, tidak rembes
Risiko terjadi infeksi
02.00
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
S: t.a.k O: k/u baik, CM, suhu afebris, N=92x/menit R=23x/menit S=36.20C, Oral=400+500+500=1400cc Urine=350cc, iwl=150cc A=masalah Risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian P=Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi
Lampiran 3
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Diagnosa Keperawatan Nyeri
hasil kultur negative tanda infeksi local tidak ada bunyi nafas bersih tidak ada meriang BB ideal serum albumin normal tricep skinfold normal mukosa lembab konjungtiva normal
-monitor dan catat tanda/gejala infeksi, -gunakan teknik aseptic untuk semua prosedur invasive
Therapy farmakologis diberikan Tidak ada tanda-tanda infeksi A: masalah risiko terjadi infeksi teratasi sebagian P:pantau TTV
-monitor dan catat jumlah kalori yang masuk -kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi -berikan makanan sesuai kondisi pasien - berikan secara bertahap makanan hangat -jelaskan pada pasien alasan menghabiskan makanan dan dampaknya -motivasi pasien untuk menghabiskan makanan, kolaborasi anti emetic, kolaborasi pemeriksaan lab.
S: t.a.k. O: k/u baik, CM, TTV: suhu afebris, N=92x/menit, R=23x/menit, S=36.20C,
Tgl/Jam
Kriteria Evaluasi
Implementasi
Evaluasi (SOAP)
8 juni 2013 Pukul 13.00
Anak menunjukkan tingkat nyeri yang dapat diterima TTV menunjukkan nilai normal dan visual analog scale menunjukkan nyeri berkurang Anak mempelajari dan mengimplementasik an strategi koping yang efektif Orang tua mempelajari keterampilan koping yang efektif dalam membantu
Lakukan strategi nonfarmakologik yaitu distraksi nyeri dengan terapi bermain permainan elektronik PSP dan mengukur TTV Gunakan strategi yang dikenal anak atau jelaskan beberapa strategi dan biarkan anak memilih salah satunya yaitu distraksi nyeri Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi Pilih orang yang
S: t.a.k. O: PQRST: nyeri pada balutan luka post operasi di kepala, kualitas nyeri sedang, nyeri terjadi dengan intensitas jarang dan tidak menyebar, skala nyeri menggunakan visual analog scale berkurang dari skala 3 pada pukul 13.00 menjadi 0 pada pukul 14.00, dan waktu terjadinya siang hari. Tanda-tanda vital: N=92x/menit R=23x/menit S=36.70C A: masalah nyeri teratasi P: lanjutkan intervensi
07.00
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Therapy farmakologis Paracetamol 2 cth, Vometa 3x 1 cth, Zink 1x 1tab, L-Bio 3x3x1 sach, Latopril syr 1 cth 2x PO, Cefixime 1 cth 2x PO. A: masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: penkes tentang peningkatan BB dengan memotivasi anak makan secara teratur sedikit-sedikit tapi sering, makanan yang hangat, dan memperhatikan tanda-tanda ancaman peningkatan TIK seperti mual muntah, dan penurunan kesadaran
Lampiran 3
anak melakukan koping
Risiko kekurangan volume cairan
Risiko terjadi infeksi
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
14.00
14.15
14.30
TTV stabil tidak ada tanda dehidrasi balans cairan seimbang kulit tidak kering mukosa lembab turgor kulit baik nadi perifer teraba pengisian kapiler baik akral hangat, tidak ada muntah tidak pucat tidak ada perdarahan elektrolit, BJ urine, dan Hb normal.
tepat, biasanya orang tua Bantu atau minta orang tua membantu anak menggunakan strategi selama terjadi nyeri Discharge planning -Observasi TTV, tingkat kesadaran, ukur dan catat i/o -observasi tetesan infuse Anjurkan minum -observasi tanda dehidrasi turgor kulit, membrane mukosa -observasi nadi perifer dan pengisian kapiler -kaji karakteristik BAB, muntah -ukur BB -kolaborasi obat anti piretik, anti emetic -kolaborasi pemeriksaan laboratorium -kolaborasi pemberian oksigen, infuse, transfuse.
Tanda vital normal leukosit normal sedimen urine normal hasil kultur negative tanda infeksi local tidak ada bunyi nafas bersih tidak ada meriang
-Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien -monitor tanda-tanda vital, -monitor dan catat tanda/gejala infeksi, -gunakan teknik aseptic untuk semua prosedur invasive
BB ideal serum albumin normal tricep skinfold normal mukosa lembab konjungtiva normal
-monitor dan catat jumlah kalori yang masuk -timbang BB tiap 2 hari -kaji keluhan dan masalah penyebab kurang nutrisi -berikan makanan sesuai
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
discharge planning: penkes agar anak menerapkan cara mengurangi nyeri dengan bermain game online saat di rumah
S:t.a.k O:k/u baik, CM, suhu afebris, DP: N=92x/menit, R=23x/menit, S=36.70C oral=400cc urine=200cc Lingkar Kepala=52.5cm, discharge planning A:risiko kekurangan volume cairan teratasi sebagian P: tanda-tanda ancaman peningkatan TIK seperti mual muntah, dan penurunan kesadaran agar segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat S:t.a.k O:k/u baik, Cm suhu afebris, N=92x/menit, R=23x/menit, S=36.70C Tidak ada tanda-tanda infeksi Terdapat luka post operasi sudah kering Therapy farmakologis Paracetamol 2 cth, Vometa 3x 1 cth, Zink 1x 1tab, L-Bio 3x3x1 sach, Latopril syr 1 cth 2x PO, Cefixime 1 cth 2x PO.diberikan Terlihat distensi abdomen A: masalah risiko terjadi infeksi teratasi sebagian P: penkes persiapan pulang S: t.a.k. O: k/u baik, CM, TTV: suhu afebris, N=92x/menit, R=23x/menit, S=36.70C, oral=400cc, urine=200cc
Lampiran 3
kondisi pasien - berikan secara bertahap makanan hangat -jelaskan pada pasien alasan menghabiskan makanan dan dampaknya -motivasi pasien untuk menghabiskan makanan, kolaborasi anti emetic, kolaborasi pemeriksaan lab.
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013
Lingkar Kepala=52.5cm, discharge planning Therapy farmakologis Paracetamol 2 cth, Vometa 3x 1 cth, Zink 1x 1tab, L-Bio 3x3x1 sach, Latopril syr 1 cth 2x PO, Cefixime 1 cth 2x PO. A: masalah risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian P: penkes persiapan pulang agar orang tua melakukan control secara rutin, dan penkes tentang peningkatan BB dengan memotivasi anak makan secara teratur sedikitsedikit tapi sering, makanan yang hangat, dan memperhatikan tanda-tanda ancaman peningkatan TIK seperti mual muntah, dan penurunan kesadaran agar segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
2 to 20 years: Girls Stature-for-age and Weight-for-age percentiles Mother’s Stature Date
Father’s Stature Age
Weight
Stature
BMI*
NAME RECORD #
12 13 14 15 16 17 18 19 20 cm AGE (YEARS) 190 185 180 95 90
in 62 60 58 56 S T A T U R E
54 52 50 48 46 44 42 40 38
75
cm
3
4
5
6
7
8
9
10 11
50
160
25
155
10 5
150
175 170 165 160 155 150
lb
S T A T U R E
62 60
125
95 210 90 200
120
85
95
115 110
90
80 75 70
105 100
75
95
80
30
64
130
32
40
66
100 220
85
50
68
135
34
60
70
105 230
90
70
72
140
50 25 10 5
30
W E I G H T
74
145
36
80
in 76
45 100 40 90 30
25
25
20
20
15
15
10 kg
10 kg
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 FIK UI, 2013
160
50 110
30
2
170
55 120
35
Published May 30, 2000 (modified 11/21/00). SOURCE: Developed by the National Center for Health Statistics in collaboration with the National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion (2000). Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, http://www.cdc.gov/growthcharts
180
150 W 65 140 E I 60 130 G
35
AGE (YEARS)
190
80 70 60 50 40 30
lb
H T
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Siti Nurhayati
Tempat, Tanggal Lahir
: Cirebon, 23 Maret 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat Asal
: Jl. H. Abbas No. 29 RT 002/01 Cirebon 45154
Email
:
[email protected] [email protected] , atau
[email protected]
Riwayat Pendidikan
:
Tahun 2008- 2012
: Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
Tahun 2005-2008
: SMAN 2 Cirebon
Tahun 2002-2005
: SMPN 1 Weru Cirebon
Tahun 1996-2002
: SDN 2 Trusmi Wetan Cirebon
Organisasi 2009
: Salam Palestine Center Salam UI X2
2010
: Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Indonesia
2011
: Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Siti Nurhayati, FIK UI, 2013