UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JALAN GATOT SUBROTO KM 8,5, GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
TRIANI DIAN ANGGRAINI, S.Farm. 1306344330
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JALAN GATOT SUBROTO KM 8,5, GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar profesi apoteker
TRIANI DIAN ANGGRAINI, S.Farm. 1306344330
ANGKATAN LXXII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
ii
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa laporan praktek kerja profesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Depok,
Juni 2014
Triani Dian Anggraini
iii
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan praktek kerja profesi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua baik yang dikutip atau dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Triani Dian Anggraini
NPM
: 1306344330
Tanda Tangan : Tanggal
:
Juni 2014
iv
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
v
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh : Nama : Triani Dian Anggraini, S.Farm NPM : 1306344330 Program Studi : Apoteker – Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Judul Skripsi : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama Kawasan Industri Manis Jalan Gatot Subroto KM 8,5, Gandasari, Jatiuwung, Tangerang Periode 6 Januari – 28 Februari 2014 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
: Dra. Anni M. Wulandari, Apt
(
)
Pembimbing II
: Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. (
)
Penguji I
:
(
)
Penguji II
:
(
)
Penguji III
:
(
)
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 28 Juni 2014 v
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah maka kami dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama di Kawasan Industri Manis Jl. Manis Raya Km 8,5, Jatiuwung, Tangerang. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Guardian Phamatama dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari 2014 dan merupakan salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar Apoteker. pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada: 1.
Dra. Anni M. Wulandari, Apt., selaku plant manager, yang telah mengizinkan dan memberikan fasilitas kepada mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker
2.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S selaku pembimbing PKPA dari fakultas Farmasi Universitas Indonesia
3.
Dr. Harmita, Apt selaku Pembimbing Akademik atas segala perhatian, motivasi, dan bimbingan akademiknya selama ini.
4.
Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. Selaku Dekan Farmasi Universitas Indonesia
5.
Dr. Hayun, M.Si., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia
6.
Sylvistri Mayasari, S.Farm., Apt., selaku pembimbing tugas umum dan QA Assistant Manager PT. Guardian Pharmatama.
7.
Faizah Septiani, S.Farm., Apt., selaku pembimbing tugas khusus dan TSS Assistant Manager PT. Guardian Pharmatama
8.
Seluruh staf dan karyawan PT. Guardian Pharmatama, Tangerang yang telah memberikan bantuan, pengalaman, bimbingan dan kerjasama selama pelaksanaan PKPA
9.
Teman-teman Program Profesi Apoteker angkatan 78 Universitas Indonesia
10. Seluruh pihak yang telah membantu demi kelancaran pengerjaan laporan ini
vi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
vii
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan praktek kerja ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran agar dapat memperbaiki diri di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
2014
vii
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama NPM Program studi Fakultas Jenis Karya
: Triani Dian Anggraini : 1306344330 : Apoteker : Farmasi : Laporan kerja praktek profesi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama Kawasan Industri Manis Jalan Gatot Subroto KM 8,5 Gandasari, Jatiuwung, Tangerang Periode 6 Januari – 28 Februari 2014 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Pada tanggal
: Depok : 28 Juni 2014
Yang menyatakan
(Triani Dian Anggraini)
viii
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
ix
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: : : :
Triani Dian Anggraini, S.Farm. 1306344330 Profesi Apoteker Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama Kawasan Industri Manis Jalan Gatot Subroto KM 8,5 Gandasari, Jatiuwung, Tangerang Periode 6 Januari – 28 Februari 2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PT. Guardian Pharmatama, Tangerang. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat melihat langsung aktivitas yang berlangsung dalam suatu industri farmasi, memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek yang terkait di industri farmasi terutama dalam hal penerapan CPOB di PT. Guardian Pharmatama dan dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai peran dan tugas apoteker di industri farmasi. Tugas khusus yang diberikan berjudul Protokol Validasi Proses Pengolahan dan Pengemasan Pada Sediaan Tablet Non Salut, Tablet Salut, dan Krim. Tugas khusus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan protokol validasi proses dari tiga bentuk sediaan, memahami pelaksanaan dan proses pembuatan protokol validasi proses di PT. Guardian Pharmatama, dan memahami pihakpihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses.
Kata kunci
: farmasi, industri, protokol, PT. Guardian Pharmatama, validasi proses Tugas umum : xiv + 104 halaman; 21 lampiran Tugas khusus : iii + 28 halaman; 2 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 3 (2006 - 2008) Daftar Acuan Tugas Khusus : 5 (2009 - 2012)
ix
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
x
ABSTRACT
Name NPM Study Program Title
: : : :
Triani Dian Anggraini, S.Farm. 1306344330 Apothecary Profession Report of Pharmacist Profession Internship at Guardian Pharmatama, Kawasan Industri Manis Jl. Gatot Subroto Km 8,5, Gandasari, Jatiuwung, Tangerang in January 6th - February 28th 2014
Pharmacist Internship Program at PT. Guardian Pharmatama, Tangerang. This Pharmacist Internship Program activity is intended to allow the apothecary profession students to directly see the activity that takes place in the pharmaceutical industry, to gain knowledge and insight into all aspects related to the pharmaceutical industry especially in terms of the GMP implementation at PT. Pfizer Indonesia, and to understand the role and duties of pharmacist in the pharmaceutical industry. The special assignment that is given is entitled Process Validation Protocol of Production and Packaging in Tablet , Tablet Coating, and Cream. This special assignment aims to increase the knowledge of students on matters releating to the making of Process Validation in three dosage forms, understanding implementation and making of process validation protocol in PT. Guardian Pharmatama, and understanding the parties involved the implemantation of the process validation. Keywords
: GMP, pharmaceutical industry, process protocol, PT. Guardian Pharmatama General Assignment : xiv + 104 pages; 21 appendices Specific Assignment : iii + 28 pages; 2 appendices Bibliography of General Assignment: 3 (2006 - 2008) Bibliography of Specific Assignment: 5 (2009 - 2012)
x
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
validation,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i LEMBAR JUDUL…………………………………………………………… ii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................... iv LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… v KATA PENGANTAR………………………………………………………. vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................. vii ABSTRAK....................................................................................................... viii ABSTRACT.................................................................................................... ix DAFTAR ISI………………………………………………………………… x DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiv 1. PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1 1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1 1.2 Tujuan………………………………………………………………. 2
2. TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI….……………………… 3 2.1 Industri Farmasi………………………..…………………………… 3 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)….……………………… 6 2.2.1 Manajemen Mutu…………………………………………… 6 2.2.1.1 Pemastian Mutu…………………………………… 7 2.2.1.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik…………………. 7 2.2.1.3 Pengawasan Mutu………………………………… 7 2.2.1.4 Pengkajian Mutu Produk………………………….. 8 2.2.1.5 Manajemen Risiko Mutu………………………….. 8 2.2.2 Personalia…………………………………………………… 8 2.2.3 Bangunan dan Fasilitas……………………………………... 9 2.2.4 Peralatan……………………………………………………. 10 2.2.5 Sanitasi dan Higiene………………………………………… 11 2.2.6 Produksi…………………………………………………….. 12 2.2.7 Pengawasan Mutu…………………………………………… 16 2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit&Persetujuan Pemasok 17 2.2.9 Penanganan Keluhan dan Penarikan Kembali Produk……... 18 2.2.10 Dokumentasi………………………………………………… 18 2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak……………... 19 2.2.12 Kualifikasi dan Validasi…………………………………….. 19 3. TINJAUAN PT. GUARDIAN PHARMATAMA……………………. 3.1 Sejarah Perusahaan………………………………………………… 3.2 Visi dan Misi………………………………………………………. 3.2.1 Visi…………………………………………………………. 3.2.2 Misi…………………………………………………………. xi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
21 21 21 21 21
3.2.3 Kebijakan Mutu…………………………………………….. 22 3.3 Struktur Organisasi………………………………………………… 22 3.3.1 Departemen QA (Quality Assurance)………………………. 23 3.3.1.1 Pelulusan produk jadi……………………………… 23 3.3.1.2 Penanganan penyimpangan batch…………………. 23 3.3.1.3 Penanganan barang kembalian…………………….. 23 3.3.2 Departemen TSS (Technical Support Service)……………… 25 3.3.2.1 Validasi……………………………………………. 26 3.3.2.2 Stabilitas…………………………………………… 27 3.3.3 Departemen Research and Development (R&D)…………… 30 3.3.3.1 Research and Development Formulasi…………….. 30 3.3.3.2 Research and Development Analisa dan Registrasi.. 32 3.3.4 Departemen QC Bahan Awal dan Produk Jadi & IPC……… 36 3.3.4.1 Quality Control Bahan Awal……………………… 36 3.3.4.2 Quality Control Produk Jadi & IPC……………….. 41 3.3.5 Departemen Quality Control Bahan kemas…………………. 43 3.3.6 Departemen Warehouse…………………………………….. 45 3.3.6.1 Prosedur Penerimaan Bahan Baku dan Kemas……. 48 3.3.6.2 Prosedur Keluar Masuk Barang ke Ruang Produksi 48 3.3.6.3 Prosedur Keluar Barang ke Distributor……………. 49 3.3.6.4 Prosedur Penerimaan Barang Kembalian………….. 49 3.3.7 Departemen Produksi………………………………………... 49 3.3.7.1 Proses Produksi Tablet Biasa………………………. 50 3.3.7.2 Proses Produksi Tablet Salut………………………. 50 3.3.7.3 Proses Produksi Kapsul……………………………. 51 3.3.7.4 Proses Produksi Sirup……………………………… 51 3.3.7.5 Proses Produksi Suspensi………………………….. 51 3.3.7.6 Proses Produksi Sediaan Semi Solid………………. 52 3.3.8 Departemen Engineering……………………………………. 57 3.3.8.1 Maintenance……………………………………….. 58 3.3.8.2 Utility………………………………………………. 59 3.3.9 Departemen Information System…………………………….. 69 3.3.10 Departemen PPIC (Product Planning and Inventary Control) 70 3.3.10.1 Product Planning…………………………………... 70 3.3.10.2 Invemtory Control………………………………….. 71 4. PEMBAHASAN…………………………………………………………. 73 4.1 Manajemen Mutu……………………………………………………. 74 4.2 Personalia……………………………………………………………. 75 4.3 Bangunan dan Fasilitas……………………………………………… 76 4.4 Peralatan…………………………………………………………….. 77 4.5 Sanitasi dan Higiene………………………………………………… 77 4.6 Produksi……………………………………………………………... 79 4.7 Pengawasan Mutu…………………………………………………… 80 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu……………………………………….. 82 4.9 Penanganan Keluhan………………………………………………… 82 4.10 Dokumentasi………………………………………………………… 83 xii
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
4.11 Instalasi Pengolahan Air Limbah………………………………….... 84 4.12 Kualifikasi dan Validasi…………………………………………….. 85 5. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….. 86 5.1 Kesimpulan…........................……………………………………... 86 5.2 Saran................................................……………………….……. 86 DAFTAR ACUAN…………………………………………………………... 87 LAMPIRAN………………………………………………………………….. 88
xiii
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran Lampiran
1. Struktur organisasi PT. Guardian Pharmatama……..…….... 2. Struktur organisasi Departemen QA………………….……. 3. Struktur organisasi Departemen Technical Support Service.. 4. Struktur organisasi Departemen R&D Formulasi……..……. 5. Struktur organisasi Departemen QC Bahan Kemas……….... 6. Struktur organisasi Departemen QC Bahan Awal dan IPC… 7. Struktur organisasi Departemen Warehouse…………..…… 8. Struktur organisasi Departemen Engineering……………… 9. Struktur organisasi Departemen R&D Analisa & Registrasi.. 10. Struktur organisasi Departemen Produksi………………….. 11. Struktur organisasi Departemen PPIC……………………… 12 . Tahapan pelulusan produk jadi……………………………... 13. Alur penulusuran kalibrasi alat……………………..………. 14. Alur proses produksi sediaan solid………………………… 15. Alur proses produksi sediaan krim………………………… 16. Alur proses produksi sediaan salep………………………… 17. Label “karantina” PT. Guardian Pharmatama……………… 18. Label “release” PT. Guardian Pharmatam…………………. 19. Label “Reject” PT. Guardian Pharmatama………………… 20. Label “Telah disampling” PT. Guardian Pharmatama……... 21. Label “Hold” PT. Guardian Pharmatama…………………...
xiv
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
90 91 91 92 92 93 93 94 94 95 96 97 98 99 100 101 102 102 103 103 104
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009) Industri farmasi merupakan salah satu industri strategis yang menyangkut kesehatan manusia dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan masyarakat melalui aktivitasnya dalam bidang pembuatan obat.Industri farmasi mempunyai kewajiban moral dan tanggung jawab sosial untuk senantiasa menghasilkan produk obat yang memenuhi standar mutu, khasiat dan keamanan. Oleh karena itu, industri farmasi menjadi salah satu industri yang dikontrol dan diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) baik ditinjau dari segi perizinan, produksi, peredaran, maupun kualitas obat yang diedarkan. Dalam pembuatan obat, industri farmasi harus memenuhi persyaratan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 yang merupakan pedoman pembuatan obat yang baik dan benar pada seluruh aspek rangkaian produksi yang bertujuan untuk memastikan bahwa sifat maupun mutu obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaanya. Pedoman ini juga 1
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
2
dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006). Salah satu tenaga inti dalam industri farmasi yang turut berperan dalam menghasilkan obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat adalah Apoteker. Kedudukan Apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi, pengawasan mutu dan pemastian mutu sehingga seorang Apoteker dituntut untuk mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dalam mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya secara profesional agar dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di industri farmasi. Dalam rangka mencapai
tujuan tersebut,
calon
Apoteker perlu
mendapatkan bekal pengetahuan dan pengalaman yang memadai yang salah satu caranya dapat diperoleh melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu, Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Guardian Pharmatama untuk menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Pada PKPA ini peserta mendapat tugas untuk mengamati dan mempelajari langsung kegiatan yang dilaksanakan di PT. Guardian Pharmatama.Pelaksanaan praktek kerja berlangsung dari tanggal 2 Januari – 28 Februari 2014.Dengan adanya praktek kerja ini diharapkan mahasiswa calon Apoteker dapat mengambil manfaat dan ilmu sebanyak mungkin agar nantinya dapat diaplikasikan dengan baik untuk kepentingan dunia kesehatan.
1.2
Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para
calon Apoteker bertujuan untuk: 1.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek industri farmasi yang berhubungan dengan CPOB serta mengetahui penerapan CPOB di PT. Guardian Pharmatama.
2.
Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab Apoteker dalam industri farmasi khususnya di PT. Guardian Pharmatama. yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
3
BAB 2 TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI
2.1
Industri Farmasi Peraturan
menteri
kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 mengatur mengenai industri farmasi.Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.Sedangkan yang dimaksud dengan obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi. Pembuatan Obat adalah seluruh tahapan kegiatan untuk menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat
untuk
didistribusikan. Berdasarkan pasal 2 Permenkes No. 1799/MENKES/PER/XII/2010, proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi.Industri farmasi mempunyai fungsi untuk membuat obat dan/atau bahan obat, mendidik dan melatih, serta melakukan penelitian dan pengembangan. Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan dan/atau sebagian tahapan. Industri farmasi yang melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk sebagian tahapan harus berdasarkan penelitian dan pengembangan yang menyangkut produk sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Produk hasil penelitian dan pengembangan tersebut dapat digunakan untuk proses tahapan awal pembuatan oleh industri farmasi di Indonesia. Berdasarkan pasal 4 Permenkes No. 1799/MENKES/PER/XII/2010, setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur Universitas Indonesia 3
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
4
Jenderal Bina Farmasi. Persyaratan untuk memperoleh izin industri terdiri atas: berbadan usaha
berupa perseroan terbatas; memiliki rencana investasi dan
kegiatan pembuatan obat; memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia mesingmasing sebagai penanggungjawab pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu; komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak langsung
dalam
pelanggaran
peraturan
perundang-undangan
di
bidang
kefarmasian. Tahap persetujuan prinsip harus dilalui oleh setiap industri farmasi untuk dapat memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi. Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi agar melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan,
instalasi peralatantermasuk produksi
percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu tiga tahun, dan setiap enam bulan sekali perusahaan yang bersangkutan menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya kepada Direktur Jenderal dari Kementerian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat mengajukan permohonan izin industri farmasi.Surat permohonan izin industri farmasi harus ditanda tangani oleh direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian
mutu
dengan
memenuhi
kelengkapan
yang
telah
dipersyaratkan.Permohonan izin industri farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya tembusan permohonan, Kepala Badan akan melakukan audit pemenuhan persyaratan CPOB dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan administratif. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada kepala dinas provinsi dan pemohon. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
5
memenuhi
persyaratan
administratif,
kepala
dinas
kesehatan
provinsi
mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima rekomendasi dari kepala badan dan kepala Dinkes Provinsi, Direktur Jenderal menerbitkan Izin Industri Farmasi. Izin Usaha Industri Farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan perundang-undangan.Industri farmasi yang melakukan perubahan bermakna tehadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan penanggung jawab, atau nama industri harus dilakukan perubahan izin. Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup.Oleh karena itu, industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Industri farmasi wajib menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat yang dihasilkan paling lambat tanggal 15 Januari dan 15 Juli yang disampaikan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan. Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi dilakukan bila Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi (Depkes RI, 1990) : a.
Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin.
b.
Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
6
c.
Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan RI.
d.
Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).
e.
Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
2.2
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) {(BPOM RI, 2006), (BPOM RI, 2009) dan (BPOM RI, 2012)} Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. 2.2.1
Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya. Unsur dasar manajemen mutu adalah: a.
Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
b.
Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
7
Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait.
2.2.1.1 Pemastian Mutu Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu pemastian mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain seperti desain dan pengembangan produk. 2.2.1.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk.CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. 2.2.1.3 Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding, memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan produk jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
8
terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan dicatat.
2.2.1.4 Pengkajian Mutu Produk Pengkajian Mutu Produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya. 2.2.1.5 Manajemen Risiko Mutu Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektf. Manajemen risiko mutu hendaklah memastikan bahwa: a.
Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait pada perlindungan pasien.
b.
Tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
2.2.2
Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar.Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.Tiap personil
hendaklah
memahami
tanggung
jawab
masing-masing
dan
dicatat.Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
9
Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Kepala bagian Produksi seharusnya adalah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan Managerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional.Kepala bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat. Kepala
bagian
Pengawasan
Mutu
hendaklah
seorang
apoteker
terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilanManagerial sehingga memungkinkan
untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan Managerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/pemastian mutu Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan.Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannnya hendaklah dinilai secara berkala.Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
10
area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi. 2.2.3
Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi
dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan hendaklah dapat menghindarkan pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain.Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan bila perlu didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci.Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan/ketelitian fungsi dari peralatan. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan : a.
Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan.
b.
Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses. Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang
tidak berkepentingan masuk.Area produksi, area penyimpanan dan area Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
11
pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut. 2.2.4. Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk. Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai dengan tujuannya.Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kontaminasi produk. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets. 2.2.5
Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat.Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
12
pencemaran produk.Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut.Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau disterilisasi.Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk. Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Tanpa kecuali, prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan. 2.2.6
Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi
hendaklah
dilakukan
dan
diawasi
oleh
personil
yang
kompeten.Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.Akses ke fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang berwenang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi adalah sebagai berikut : a.
Bahan Awal Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
13
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak dipakai. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik. b.
Validasi Proses Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru diadopsi,
hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi syarat mutu. Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan atau bahan yang dapat mempengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi. c.
Pencegahan Pencemaran Silang Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator.Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar.Tindakan pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektifitasnya hendaklah diperiksa secara berkala sesuai prosedur yang ditetapkan. d.
Sistem Penomoran Bets/Lot Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran
bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi. Sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling berkaitan dan menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama tidak dipakai secara berulang. e.
Penimbangan dan Penyerahan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
14
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi
dan
memerlukan
dokumentasi
serta
rekonsiliasi
yang
lengkap.Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi, adalah sangat penting.Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan.Bahan awal, antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi sebelum dikirim ke area produksi. f.
Pengembalian Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah
tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. g.
Operasi Pengolahan – Produk Antara dan Produk Ruahan Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa
sebelum dipakai. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya kecampurbauran atau pencemaran silang. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis.Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan. h.
Bahan dan Produk Kering Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau metode lain yang sesuai. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk melindungi produk terhadap pencemaran serpihan logam atau gelas. i.
Produk Cair, Krim dan Salep Produk cair, krim dan salep mudah terkena kontaminasi terutama terhadap
mikroba atau cemaran lain selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi.Untuk melindungi produk Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
15
terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem tertutup untuk pengolahan dan transfer. j.
Bahan Pengemas Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal. Untuk menghindarkan kecampurbauran, hanya satu jenis bahan pengemas cetak atau bahan tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempat kodifikasi pada saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antar tempat kodifikasi tersebut. k.
Kegiatan Pengemasan Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi.Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur Pengemasan Induk atau perintah pengemasan khusus. l.
Pengawasan Selama Proses Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis
yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyabab variasi karakteristik produk dalam proses. Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian/inspeksi selama proses hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut hendaklah menjadi bagian dari Catatan Bets. m. Bahan dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan dan Dikembalikan Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
16
ulang atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat. n.
Karantina dan Penyerahan Produk Jadi Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum
penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk diserahkan ke gudang, pengawasan yanng ketat hendaklah dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan. Setelah pelulusan suatu bets/lot oleh bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), produk tersebut hendaklah dipindahkan dari area karantina ke gudang produk jadi. o.
Catatan Pengendalian Pengiriman Obat Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan
produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. Penyimpangan terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out (FEFO) hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan manajemen yang bertanggung jawab. p.
Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk Jadi Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk
mencegah
risiko
kecampurbauran
atau
pencemaran
serta
memudahkan
pemeriksaan dan pemeliharaan.Bahan dan produk hendaklah diletakkan tidak langsung di lantai dan dengan jarak yang cukup terhadap sekelilingnya.Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang sesuai.Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan.Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas. 2.2.7 Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
17
keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat
dalam
semua
keputusan
yang
terkait
dengan
mutu
produk.Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. 2.2.8
Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi
dan
pengawasan
mutu
industri farmasi
memenuhi
ketentuan
CPOB.Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan disamping itu pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang.Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan.Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh personil-personil perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat. Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam setahun.Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
18
dalam prosedur inspeksi diri.Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat.Laporan hendaklah mencakup semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi dan bila memungkinkan saran untuk tindakan perbaikan. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu timyang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak. 2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Keluhan atau informasi yang bersumber dari dalam industri antara lain dapat dari bagian produksi, bagian pengawasan mutu, bagian gudang dan bagian pemasaran sementara dari luar industri antara lain dapat berasal dari pasien, dokter, paramedis, klinik, rumah sakit, apotek, distributor dan Otoritas Pengawasan Obat (OPO). Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali produk dari peredaran dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan. 2.2.10 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
19
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan.Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Proses Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu,
misalnya
pembersihan,
pengambilan sampel,
berpakaian,
pengendalian
lingkungan,
pengujian, dan pengeoperasian peralatan.
Catatan
menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir. 2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan
produk
atau
pekerjaan
dengan
mutu
yang
tidak
memuaskan.Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masingmasing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yanng menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). 2.2.12 Kualifikasi dan Validasi CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri farmasi.CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasikan validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
20
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan.Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).Protokol
validasi
hendaklah
penerimaan.Setelah kualifikasi
merinci
selesai
langkah
kritis
dan
kriteria
dilaksanakan, hendaklah diberikan
persetujuan tertulis untuk dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi selanjutnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
21
BAB 3 TINJAUAN PT. GUARDIAN PHARMATAMA
3. 1
Sejarah Perusahaan PT.Guardian Pharmatama terdiri dari kantor pusat yang terletak
diKompleks Green Ville Maisonette Blok FA 18-19, Jakarta 11510 dan pabriknyayang terletak di Kawasan Industri Manis Jl. Gatot Subroto Km 8,5, Gandasari,Jaituwung, Tangerang, Banten. PT. Guadian Pharmatama merupakan industrifarmasi yang didirikan pada September 1992 menggantikan Industri FarmasiHasto Husodo.Sejak itu, PT Guardian Pharmatama memiliki Motto “Quality isour
concern”.PT Guardian Pharmatama berkomitmen
dalam
menghasilkanproduk yang berkualitas tinggi tanpa memberikan kerugian terhadap perusahaanmaupun konsumen.
3. 2
Visi dan Misi
3.3.1
Visi
“ To be dominant in health care industry by providing significantsatisfication to our customers and stakeholders through professional management” “ Menjadi industri farmasi yang mendominasi di bidang kesehatan dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen dan seluruh pemilik modal melalui manajemen yang profesional.” 3.3.2
Misi
To provide a better health for life through: a. Products niche and continous improvement b. Delivering quality products c. Establishing strategic alliances Untuk menyediakan kesehatan yang lebih baik bagi kehidupan melalui: a. Menghasilkan produk yang khas dan terus melakukan peningkatan. b. Mengirim produk yang berkualitas. c. Mengembangkan hubungan kerjasama yang strategis. 21
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
22
3.3.3
Kebijakan Mutu Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi, pucuk
pimpinandan seluruh karyawan PT.Guardian Pharmatama berkomitmen untuk : a.
Menghasilkan produk yang berkualitas, aman, dan berkhasiat dengan pemenuhan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik terkini.
b.
Mengirim produk tepat waktu kepada seluruh pelanggan.
c.
Menjaga
kepercayaan
publik
dengan
menjaga
kontinuitas
terhadap
pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik terkini dan Peraturan Pemerintah yang berlaku. d.
Terus menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu untuk menetapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008
e.
Menilai keberhasilan kinerja sistem manajemen mutu, maka ditetapkan sasaran mutu PT. Guardian Pharmatama secara menyeluruh yang dijabarkan melalui sasaran mutu setiap unit kerja.
f.
Penetapan dan evaluasi sasaran mutu dilakukan pada rapat manajemen setiap bulan.
g.
Sistem manajemen mutu PT. Guardian Pharmatama selalu ditinjau dan bila perlu diperbaiki atau disempurnakan pada setiap rapat tinjauan manajemen yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun.
h.
Manajemen Representatif bertanggung jawab dalam mensosialisasikan kebijakan mutu kepada seluruh PT. Guardian Pharmatama.
3.3
Stuktur Organisasi PT.
Guardian
Pharmatama
dalam
melaksanakan
kegiatannya
menggunakan struktur organisasi sedemikian rupa sehingga terlihat jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personilnya.Struktur organisasi PT. Guardian Pharmatama pada tahun ini ada perubahan dari tahun sebelumnya dimana ada penambahan dua departemen, yaitu TSS (Technical Support Services) dan pemecahan R&D Formulasi.Departemen R&D Formulasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu R&D Formulasi solid dan R&D Formulasi Liquid, Semisolid, dan Toll Manufacturing. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
23
PT. Guardian Pharmatama memiliki struktur organisasi yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu : bagian QA (Quality Assurance), TSS (Technical Support Services), QC (Quality Control), R & D (Research and Development) Formulasi, R & D (Research and Development) Analisa dan Registrasi, PPIC (Production Planning Inventory Control), produksi, gudang (Warehouse), Engineering, dan IS (Information System). Struktur organisasinya dapat dlihat pada lampiran 1.dimana didalamnya mencakup level manager sampai pada level asisten manager dan supervisor. Berikut ini akan dijelaskan mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing Departemen. 3.3.1
Departemen QA (Quality Assurance) Departemen QA (Quality Assurance) PT. Guardian Pharmatama dipimpin
oleh seorang QA Manager. QA Manager membawahi Assistant QA Manager dan membawahi langsung Spv. Pharmacovigilance, Spv. Document Controller, dan Spv. Trend evaluator. Assistant QA Manager membawahi Inspektor QA, Spv. Regulatory QA, dan Spv. Sistem Manajemen Mutu. Tugas QA (Quality Assurance) pada PT. Guardian Pharmatama diantaranya adalah : 3.3.1.1 Pelulusan produk jadi Departemen QA bertanggung jawab dalam proses pereleasan produk sebelum didistribusikan. Sebelum bets diluluskan untuk direlease dibutuhkan pengawasan terhadap kelengkapan dokumen dan investigasi terhadap seluruh hasil formulasi dan analisa dari sediaan tersebut yang tercantum dalam batch file. Setelah mendapat persetujuan release daridepartemen QA pada nota PDN (Product Delivery Note), maka produk jadi pun bisa didistribusikan. 3.3.1.2 Penanganan penyimpangan batch Seluruh penyimpangan yang terjadi di semua departemen akan dilaporkan ke Departemen QA. Penyimpangan tersebut akan dianalisis resiko yang disebabkan oleh penyimpangan tersebut kemudian diputuskan tindakan koreksi terbaik untuk mencegah terjadinya resiko tadi. 3.3.1.3 Penanganan barang kembalian, penarikan produk, dan keluhan produk a.
Penanganan keluhan produk Biasanya keluhan terhadap produk berasal dari dokter, apotek maupun
pasien.Keluhan tersebut bisa terhadap kualitas produk, efek yang merugikan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
24
ataupun efek terapeutik dari produk tersebut. Keluhan produk tersebut diterima oleh marketing yang kemudian disampaikan kepada departemen QA, kemudian Departemen R&D Analisa-Registrasi dan QC akan menganalisis produk yang dikeluhkan tersebut. Setelah itu, QA akan memberikan surat jawaban ke Marketing yang berisi alasan dan tindak lanjut terhadap keluhan tersebut. b.
Penanganan produk kembalian Produk dapat dikembalikan dan digantikan atau di-CN atau dengan batch
baru, akan tetapi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: i.
Produk dengan ED ± 1 bulan, misal produk tersebut ED-nya bulan Agustus maka produk tersebut dapat diganti jika dilaporkannya antara bulan Juli sampai September.
ii. Kemasan produk masih tersegel terutama untuk sediaan liquid/semi solid iii. Untuk kondisi khusus, seperti terjadi bencana, produk yang mengalami kecacatan fisik, seperti pecah atau bocor, label tidak ada, tidak ada penandaan tanggal kadaluarsa, penanganannya dapat berupa repack atau penggantian barang. c.
Penarikan kembali obat Penarikan kembali obat bisa dilakukan oleh Badan POM dan pabrik itu
sendiri.Penarikan yang dilakukan oleh Badan POM disebabkan dari hasil pemeriksaan yang Badan POM lakukan. Contohnya adalah jika obat tersebut mempunyai dampak yang membahayakan bagi kesehatan ataupun jika berdasarkan uji stabilitas on going pada waktu tertentu akan terjadi perubahan pada sediaan yang dapat membahayakan bagi pasien yang mengkonsumsi obat tersebut dan bisa juga karena produk tersebut sudah sampai pada masa expired date-nya maka berdasarkan inisiatif industri sendiri akan ditarik dari peredaran. QA akan segera memberitahukan pada marketing untuk menarik produk tersebut. Produk yang ditarik kembali dari peredaran akan dimusnahkan dan dibuat berita acaranya. d.
Pengkajian produk tahunan (PPT) Produk tahunan yang akan dikaji hanya untuk produk yang minimal
diproduksi 3 batch dalam tahun tersebut. Pengkajian tersebut meliputi: bahan baku, bahan kemas, sistem HVAC, pengawasan mutu, produksi, pemantauan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
25
lingkungan, pengendalian perubahan, stabilitas, evaluasi keluhan produk dan barang kembalian serta rekomendasi tindak lanjut. Produk yang dikaji akan dimasukkan dalam laporan pengkajian produk tahunan. e.
Penanganan Batchfile Batch file merupakan suatu dokumen yang berisi seluruh rekaman proses
pembuatan suatu batch produk. Batch filedibuat oleh departemen Research and Development (R&D) Formulasi yang kemudian diisi oleh departemen Produksi, QC Bahan Awal dan QC Bahan Kemas. Batch file akan disimpan sampai dengan bulan expired date tiap produk yang ditambah 2 tahun dari bulan expired datenya. Batch fileyang telah melewati masa simpannya akan dimusnahkan dan dibuat berita acaranya. f. Document Controller Bertugas untuk mengatur distribusi Protap dan KTP (Kontrol Tehadap Perubahan) dari tiap-tiap departemen. Distribusi protap dilakukan dengan cara manual dan komputerisasi. Protap yang akan didistribusikan pada setiap departemen diberikan cap controlled copyyang artinya tidak boleh diperbanyak sembarangan. Protap berlaku selama 3 tahun kecuali ada perubahan. DepartemenQA akan mendata protap yang masa berlakunya akan habis setiap bulan, kemudian DepartemenQA akan mengirimkan reminder ke departemen terkait. Semua perubahan harus ada KTPnya seperti perubahan desain bahan kemas yang dapat mempengaruhi registrasi yang berubah. 3.3.2
Departemen TSS (Technical Support Services) Departemen TSS (Technical Support Services) merupakan departemen
pecahan dari departemen QA (Quality Assurance). TSS dipimpin oleh Manager TSS yang membawahi dua assisten manager yaitu Asisten Validasi dan Stabilitas Manager sertaAsisten GMP compliance. Tanggung jawab dan wewenang dari setiap assistan manager berbeda-beda. Asisten Manager Validasi dan Stabilitasmembawahi Supervisor Validasi Proses dan Supervisor Validasi Pembersihan & Stabilitas, masing-masing Supervisor membawahi dua orang analis. Supervisor Validasi Proses membawahi analis validasi proses. Tugas Asisten Manager Validasi dan Stabilitas diantaranya: Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
26
3.3.2.1 Validasi TSS hanya menangani validasi proses dan validasi pembersihan, sedangkan validasi metoda analisis dilakukan oleh bagian R&D An-Reg. a.
Validasi Proses Validasi proses adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa
proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan dapat terlaksana secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara dan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pelaksanaan validasi proses dibutuhkan suatu protokol validasi proses agar validasi yang dilakukan dapat terjamin. Protokol validasi proses merupakan dokumen yang menguraikan metode kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka validasi suatu sistem atau proses, termasuk metode pengujian dan kriteria penerimaan atas hasil validasi dengan kata lain protokol merupakan dokumen kunci bagaimana validasi proses akan dilaksanakan. PT. Guardian Pharmatama secara konsisten melakukan validasi ulang setiap 5 tahun sekali, namun jika terjadi perubahan seperti perubahan cara kerja dan mesin yang digunakan pada proses pengolahan obat, perubahan produsen bahan aktif dan bahan tambahan yang digunakan, perubahan besar batchsize ≥ 10 kali dari batch sebelumnya, perubahan terhadap parameter/spesifikasi obat serta perubahan komposisi formula maka produk tersebut harus segera dilakukan revalidasi, sesuai pedoman yang termuat dalam protokol revalidasi proses. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memberikan khasiat dan mutu yang konsisten. Validasi proses yang dilakukan mulai dari proses pengolahan sampai proses pengemasan. Validasi proses pengolahan merupakan tindakan pembuktian bahwa
dengan
prosedur
pengolahan
yang
digunakan
akan
senantiasa
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Pendekatan validasi yang digunakan adalah validasi konkuren dan retrospektif. b.
Validasi Pembersihan Validasi pembersihan dilakukan bertujuan untuk menunjukkan bahwa
pembersihan yang dilakukan sudah sesuai dengan spesifikasi atau tervalidasi. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
27
Validasi ini dilakukan setelah proses produksi selesai dilaksanakan. Setiap alat memiliki product marker karena tidak semua produk diuji. Parameter yang digunakan untuk memilih product marker diantaranya adalah produk yang paling sulit dibersihkan, produk yang paling toksik, kelarutan dalam air atau alkohol, zat aktif dengan dosis kecil, produk yang paling sering diproduksi. Residu yang dianalisa yaitu residu zat aktif dan adanya mikrobiologi (bakteri dan jamur).Penentuan residu zat aktif dapat dilakukan secara fisik (visual) dan kimia (HPLC).Selain penentuan residu zat aktif juga dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Sampel yang biasanya digunakan adalah: i.
Air bilasan: bilasan terakhir dengan menggunakan purified water. Air bilasan tersebut diambil untuk di cek residu dengan HPLC dan Total Organic Carbon (TOC)
ii.
Usapan (swab): pada beberapa bagian alat yang sulit untuk dibersihkan diusap dengan kapas pada area 5x5 cm. Hasil yang didapatkan kemudian dikonversikan dengan keadaan (luas mesin) yang sebenarnya. Pendekatan validasi yang digunakan untuk validasi pembersihan adalah validasi konkuren.Validasi minimal dilakukan terhadap 3 batch. Jika hasil validasi tidak memenuhi syarat, validasi dapat diulang kembali. Jika hasil ulangan tersebut juga tidak memenuhi syarat maka dapat diusulkan perubahan pada proses pembersihan. Kriteria penerimaan proses pembersihan untuk mikroba yaitu < 100 koloni/swab dan untuk jamur < 10 koloni/swab. Jika prosedur pembersihan berubah, maka akan dilakukan revalidasi pembersihan.
3.3.2.2 Stabilitas Uji stabilitas untuk produk baru dilakukan oleh R&D analisa (2batch pertama) sampai dengan 24 bulan, selanjutnya dilakukan oleh TSS. Uji stabilitas yang dilakukan oleh TSS meliputi stabilitas produk rework dan produk telah dipasarkan (existing) serta produk existing dengan perubahan. Uji stabilitas dari produk existing masing-masing produk diambil 1 batch pertahunnya. Interval analisanya yaitu 12 bulan, 24 bulan, 36 bulan, 48 bulan sampai ED+1 tahun dengan maksimal analisis 5 tahun namun jika produk memiliki ED 5 tahun berarti analisa hanya sampai 5 tahun. Khusus untuk produk rework, interval analisa diperketat menjadi tiap 6 bulan karena produk tersebut diluluskan untuk release Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
28 dengan pengecualian. Kondisi untuk uji stabilitas dilakukan disuhu 300C ± 20C, kelembaban 75% ± 5% dalam climatic chamber. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran produk yang sudah ada di pasaran, memastikan produk yang ada di pasaran masih memenuhi syarat sampai dengan waktu expired date dan dapat juga untuk memperpanjang expired date untuk produk selanjutnya. TSS juga melakukan uji stabilitas post market di mana sampel diambil langsung dari apotek oleh pihak marketing. Uji stabilitas ini dilakukan untuk beberapa produk yang mengalami masalah di stabilitas on going.. Assistant Manager GMP Compliance membawahi Supervisor GMP Compliance yang membawahi inspektor GMP Compliance.Assistant Manager GMP Compliance memiliki 5 tugas utama: 1.
Kalibrasi dan kualifikasi Kalibrasi
adalah
serangkaian
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
membandingkan antara hasil pengukuran yang ada dengan standar.Standar yang digunakan juga harus tertelusur dan memiliki alur penelusuran kalibrasi alat yang berada pada lampiran.Kalibrasi dilakukan bagi alat yang memiliki parameter ukur.Tujuan dari dilakukannya kalibrasi adalah untuk menjaga kinerja dari alat tersebut.Biasanya kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan, tapi untuk alat-alat tertentu bisa lebih sering karena sering digunakan, ataupun bisa lebih jarang dikalibrasi.Kalibrasi dapat dibagi 2, yaitu kalibrasi internal (kalibrasi yang dilakukan oleh pihak dalam pabrik yang telah mendapatkan pelatihan kalibrasi) menggunakan kalibrator yang telah terkalibrasi dan tertelusur, serta kalibrasi eksternal (dilakukan oleh laboratorium yang telah terakreditasi, contohnya; HPLC, Spektrofotometer, timbangan, jangka sorong, dll). Proses kalibrasi termasuk dalam dokumen kualifikasi operasional yang merupakan persyaratan CPOB. Dalam laporan kalibrasi, harus dicantumkan standar apa yang digunakan terakhir kali dan kapan terakhir dikalibrasi sehingga dapat tertelusur. TSS melakukan kualifikasi dalam hal perencanaan, penjadwalan, persetujuan protokol dan laporan kualifikasi serta rekualifikasi.Sedangkan pelaksanaannya
diserahkan
kepada
masing-masing
departemen
yang
bersangkutan. Tahapan kualifikasi yang dilakukan adalah : a.
Kualifikasi design Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
29
Kualifikasi yang dilakukan sebelum pembelian alat b.
Kualifikasi instalasi Kualifikasi yang dilakukan ketika alat baru datang dan akan dilakukan pemasangan
c.
Kualifikasi operasional Kualifikasi yang dilakukan untuk melihat apakah alat tersebut dapat berjalan dengan sesuai.
Pada kualifikasi operasional, biasanya dilakukan dalam
kondisi ekstrim seperti contoh ketika alat yang tiba-tiba dimatikan, apakah masih dapat berjalan dengan baik atau tidak d.
Kualifikasi kinerja Kualifikasi ini dilakukan dengan melihat hasil dari alat tersebut apakah hasilnya sesuai dengan ekspektasi
Selain terhadap peralatan, kualifikasi juga dilakukan terhadap sarana penunjang lainnya, yaitu: a. Sistem tata udara (HVAC) Kualifikasi kinerja HVAC meliputi parameter suhu, kelembaban relatif, pertukaran udara. Perbedaan tekanan antara ruang produksi dan ruang penyangga serta jumlah partikel di udara. Untuk memantau efektifitas kinerja, juga dilakukan pemeriksaan berkala, yaitu: i. Pemeriksaan suhu dan RH yang dilakukan setiap hari ii. Pemeriksaan perbedaan tekanan udara dan pertukaran udara dilakukan setiap bulan iii. Pemeriksaan bahan cemaran dilakukan setiap enam bulan. b. Sistem pengolahan air c. Sistem udara bertekanan (compressed air)
2. Mengadakan pelatihan bagi karyawan Bertugas untuk membuat jadwal pelatihan bagi karyawan setiap akhir tahun.Tiap bulan dilaksanakan realisasi pelatihan bekerjasama dengan HRD. Departemen yang ingin melakukan pelatihan bagi karyawannya dapat menulis pada surat yang diedarkan oleh TSS setiap akhir tahun. Pelatihan untuk karyawan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
30
dapat dilakukan sendiri oleh bagian pihak internal pabrikdan bisa trainner dari luar yang di datangkan ke pabrik. 3. Pengendalian perubahan Pengendalian perubahan terutama berhubungan dengan mutu produk baik langsung maupun tidak langsung. Departemen yang ingin melakukan perubahan mengisi form KTP (Kontrol Terhadap Perubahan) yang berisi perubahan yang dilakukan, alasan perubahan beserta dampak perubahan. Kemudian diedarkan ke semua departemen yang terkait untuk minta persetujuan perubahan. Siapapun yang mengusulkan perubahan akan membuat KTP kemudian nanti akan dievaluasi. Jika disetujui maka perubahan dapat dilakukan dan apabila sudah disetujui maka acuan yang digunakan selanjutnya untuk proses kegiatan mengikuti hasil perubahan tersebut. 4.
Sertifikasi Sertifikasi disini merupakan jalur untuk mendapatkan sertifikat CPOB dan
izin industri. Tahapan dari sertifikasi adalah : a.
Izin prinsip yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatansejalan dengan RIP (Rancangan Induk Pembangunan) yang disetujui oleh BPOM. Jika sudah disetujui maka baru diperbolehkan membangun
b.
Pembangunan selama tiga bulan harus dilaporkan
c.
Setelah jadi, siapkan sarana penunjang. Contoh: HVAC, air, udara bertekanan, boiller, dan sarana yang dipersyaratkan oleh BPOM
d.
Mengajukan untuk sertifikat CPOB
3.3.3
Departemen Research and Development (R&D)
3.3.3.1 Research and Development Formulasi Research and Development Formulasi dikepalai oleh seorang Manager R&D formulasi dan membawahi seorang Manager formulation, asisten Manager produk baru solid dan produk BABE, empat orang supervisor formulasi untuk produk baru dan dua orang supervisor formulasi untuk produk existing, serta seorang asisten Manager packaging development. R&D formulasi memiliki tanggung jawab dalam memastikan produk memenuhi spesifikasi dari parameter yang digunakan yaitu efficacy (manfaat), quality (kualitas), safety (keamanan), dan consumen satisfaction (kepuasan pelanggan).Tanggung jawab lainnya adalah Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
31
menerapkan CPOB yang berlaku saat ini. Di PT. Guardian Pharmatama terdapat tiga bagian formulasi yaitu: a.
Bagian Formulasi Produk Baru Formulasi produk baru merupakan suatu trial atau pengembangan obat
baru yang diterima berdasarkan forecast marketing mengacu pada kebutuhan masyarakat pada saat itu yang belum pernah diedarkan oleh PT. Guardian Pharmatama. Produk baru akan dibuat berdasarkan dari instruksi atau usulan produk baru yang belum diedarkan oleh PT Guardian Pharmatama dari marketing PT Guardian Pharmatama kepada plant Manager, selanjutnya ke R&D Manager Formulasi dan R&D bagian analisa dan registrasi.Departemen R&D Formulasi akan mencari formula yang tepat dengan cara studi literatur, studi produk innovator yang memiliki bahan aktif yang sama kemudian menyusun estimasi formula baha baku & bahan kemas kemudian akan dikirimkan kepada finance untuk dilihat estimasi harga produksi produknya Setelah perkiraan formula dan kemasan yang akan dipakai disetujui, pengembangan produk baru dapat dilakukan. Kemudian R&D analisa dan registrasi akan melakukan pemeriksaan bahan aktif yang akan dipakai, apabila sudah direlease akan dipakai untuk formulasi. Selanjutnya R&D formulasi akan melakukan trial skala laboratorium dan formula yang diperoleh dari hasil studi literatur. Sampel trial skala laboratorium yang telah memenuhi persyaratan titik dilanjutkan ke bagian analisa untuk diperiksa secara kimia, seperti kadar dan disolusinya. Formula hasil trial skala laboratorium yang telah memenuhi persyaratan fisik dan kmia, dilanjutkan untuk trial skala pilot dengan jumlah sampel trial lebih banyak, yaitu 1/10 dari batch-size produksi. Jumlah batch trial pilot adalah minimal 2 batch. Pada setiap tahap skala pilot produk harus dianalisis terlebih dahulu oleh R&D analisa. Bulk pada skala pilot dengan jumlah ukurannya adalah 10% dari batch size produksi dan dilakukan dua kali atau secara duplo. Setelah skala pilot memenuhi spesifikasi fisik dan kimia sampel akan dikirimkan ke marketing untuk persetujuan bentuk, warna dan kemasan. Kemudian dilanjutkan dengan uji stabilitas oleh bagian R&D analisa dan registrasi, selanjutnya mulai membuat registrasi. Setelah mendapat nomor registrasi, dilakukan proses produksi. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
32
b.
Bagian Formulasi Produk existing Formulasi produk existing adalah tahapan formulasi terhadap produk yang
sudah mempunyai NIE (Nomor izin edar) yang artinya sudah diedarkan dan memiliki perubahan seperti pembesaran batch, perubahan bahan baku, perubahan mesin, serta memperbaiki kualitas produk seperti perbaikan disolusi. Usulan pengembangan terhadap produk existing dapat muncul dari Departemen Produksi jika ada mesin yang diganti, QA, QC, marketing maupun purchasing. Pada bagian ini akan dilakukan tahapan studi literatur tapi tidak dari awal dan kemudian dilakukan trial laboratorium, kemudian ke tahap pilot produksi lalu dilakukan stabilitas dan jika hasilnya memenuhi syarat akan dilanjutkan pada registrasi untuk diajukan registrasi variasi. c.
Bagian Packaging Development Bagian ini bertugas untuk mengkoordinasikan sirkulasi desain kemasan yang
diterima dari marketing.Desain kemasannya bisa untuk produk baru, produk existing yang mengalami perubahan jenis bahan kemas ataupun produk yang mengalami perpindahan mesin seperti perubahan sealing roll pada mesin stripping, memeriksa desain bahan pengemas yang akan dibuat meliputi desain untuk produk baru dan desain untuk produk existing yang mengalami perubahan bahan pengemas dari marketing. Pemeriksaan meliputi ukuran bahan pengemas, jenis material bahan kemas, redaksi, tata letak, nomor registrasi, nomor kode dan spesifikasi bahan pengemas dengan mengacu pada protap-protap yang ada.Desain kemasan yang telah disetujui oleh departemen terkait yaitu produksi, QC bahan kemas, registrasi, QA, plant manager dan marketing, kemudian diteruskan ke purchasing untuk pemesanan material bahan kemas. Bagian Packaging Development juga bertanggung jawab untuk menyiapkan FKB (formula pengemasan) dan PAD (Packaging Direction) yang akan digunakan untuk keperluan produksi. FKB, PAD harus disetujui oleh Departemen Produksi, QA, QC Bahan Kemas dan plant manager. 3.3.3.2 Research and Development Analisa dan Registrasi 1.
Sub Departemen Research and Development Registrasi Registrasi atau pendaftaran obat dilakukan untuk memperoleh nomor izin
edar.Izin edar tersebut berlaku selama jangka waktu 5 tahun.Bila masa izin edar Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
33
tersebut habis maka industri farmasi harus mendaftarkan ulang izin edar dari produk tersebut. Berdasarkan peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011, registrasi obat terdiri atas: i. Registrasi baru i. Kategori 1 : untuk obat baru, produk biologi, termasuk produk biologi sejenis ii. Kategori2 : obat copy iii. Kategori3 : sediaan lain yang belum mengandung obat ii. Registrasi variasi i. Kategori4 : variasi mayor ii. Kategori5 : variasi minor yang memerlukan persetujuan iii. Kategori6 : variasi minor dengan notifikasi iii. Registrasi ulang Kategori7 : registrasi ulang Obat yang mendapat izin edar harus memenuhi kriteria berikut: a.
Khasiatnya pasti dan keamanannya memadai dibuktikan melalui uji non klinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
b.
Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai cara pembuatan obat yang baik (CPOB), spesifikasi dan metode analisis terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih.
c.
Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap, objektif dan tidak menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman.
d.
Sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
e.
Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan dibandingkan dengan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia. Dan untuk kontrasepsi atau obat lain yang digunakan dalam program nasional dapat dipersyaratkan uji klinik di Indonesia. Registrasi obat produksi dalam negeri dilakukan oleh pendaftar yang harus
memenuhi persyaratan yaitu memiliki izin industri farmasi dan memiliki sertifikat Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
34
CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi. Proses registrasi dimulai dengan pendaftar mengajukan permohonan pra registrasi secara online (untuk obat copy) atau secara tertulis kepada BPOM dengan tujuan untuk menentukan jalur registrasi. Kepala Badan POM memberikan Hasil Pra Registrasi (HPR).HPR berlaku selama satu tahun sejak tanggal dikeluarkan. Setelah itu, kemudian baru dilakukan proses registrasi dengan menyusun dan melengkapi dokumen registrasi. BPOM akan memberikan suatu surat yaitu approvable letter. Approvable letter adalah surat yang berisikan informasi NIE (nomor izin edar) yang akan dicantumkan pada kemasan produk. Kemudian pihak industri farmasi menyiapkan diri untuk produksi, dengan kemasan sudah mencantumkan NIE.Jika industri farmasi sudah siap untuk produksi, maka dilakukan konfirmasi terhadap BPOM untuk dilakukan audit in situ. BPOM akan memeriksa langsung kesesuaian dalam proses produksi obat tersebut dengan dokumen yang sudah dikumpulkan, dari awal yaitu formulasi, raw data, hingga log book diperiksa. Jika ada penyimpangan,
maka
BPOM
akanmeminta
surat
klarifikasi
terhadap
penyimpangan tersebut. Jika semua proses sudah selesai, BPOM akan mengeluarkan surat dari hasil inspeksinya. Jika dibutuhkan penambahan data maka BPOM akan memberikan surat permintaan tambahan. Dokumen registrasi terdiri dari: a.
Bagian I : Dokumen administratif, informasi produk dan penandaan
b.
Bagian II : Dokumen mutu
c.
Bagian III : Dokumen non klinik (untuk obat baru)
d.
Bagian IV : Dokumen klinik (untuk obat baru) Jika dokumen registrasi memenuhi syarat pendaftaran obat maka BPOM
akan memberikan nomor izin edar. Tahap registrasi dapat selesai dalam jangka waktu 1-2 tahun. Izin edar terdiri dari 15 digit yaitu: a. 1 Digit I : Obat dagang (D) atau generik (G) b. 1 Digit II : Bebas (B), bebas terbatas (T), keras (K), narkotika (N), psikotropika (P) c. 1 Digit III : Lokal (L), ekspor (E), atau impor (I) d. 2 digit IV dan V : periode tahun pendaftaran Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
35
e. 3 digit VI, VII, VIII : nomor urut pabrik yang disetujui masing-masing pabrik (antara 100-1000) f. 3 digit IX, X, XI : nomor urut obat yang disetujui masing-masing pabrik g. 2 digit XII dan XIII : Macam bentuk sediaan yang ada. h. 1 digit XIV : urutan kekuatan dosis (contoh A untuk kekuatan sediaan obat yang pertama disetujui dan B untuk kekuatan sediaan yang kedua disetujui) i. 1 digit XV : urutan kemasan yang didaftarkan (contoh 1 untuk kemasan utama dan 2 untuk kemasan beda kemasan pertama). 2.
Sub Departemen Research and Development Analisa Manager R&D analisa membawahi lima orang supervisor, yaitu supervisor
trial produk jadi, supervisor trial bahan baku, supervisor validasi bahan baku, supervisor stabilitas dan supervisor validasi produk jadi. Supervisor tersebut masing-masing membawahi analis. Sub departemen R&D analisa menerima free sampel dari Departemen purchasing, kemudian dilakukan analisa terhadap sampel bahan baku tersebut. Kemudian setelah melakukan analisa, R&D analisa membuatkan ratingmanufacturer tersebut berdasarkan analisa bahan baku. Rating tersebut dibuat berdasarkan kualitas dari bahan baku itu sendiri serta hasil pembandingan hasil analisa dengan sertifikat analisis (CoA). Rating tersebut akan masuk ke departemen terkait yang kemudian akan ditentukan bahan baku yang dipilih. Jika sudah ditentukan bahan bakunya akan dilakukan trial oleh R&D formulasi nanti sediaan yang sudah dibuat oleh R&D formulasi akan masuk ke R&D analisis dan registrasi. Pengembangan metode analisa menjadi tugas dari supervisor produk jadi.Pengembangan dilakukan dengan mengacu kepada literatur resmi seperti USP, BP, JP, Jurnal, literatur lainnya, dan dari COA bahan tersebut. Setelah trial dan errorterhadap metode analisa dilakukan, metode tersebut disimpan dulu sampai mencapai trial pilot pada tahap produksi karena nanti sampelnya akan masuk kembali ke R&D analisis dan registrasi. Kemudian metode tersebut akan divalidasi meliputi persyaratan validasi pada CPOB dengan batch formula skala pilot. Metode analisa yang telah divalidasi akan disusun dengan nomor protap R&D dan didistribusikan ke laboratorium QC. Pada batch pertama skala produksi, R&D analisa akan melakukan transfer metode analisa ke laboratorium QC. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
36
Transfer metode meliputi pelatihan teknis ke Departemen QC mengenai tahapan analisa dan verifikasi metode antara laboratorium R&D dan laboratorium QC. Pada trial skala pilot dan 3 batch pertama produksi, sampel produk jadi diambil untuk uji stabilitas dipercepat pada suhu 40°C ± 1°C dan RH 75% ± 5% selama 6 bulan. Sedangkan uji stabilitas real time pada suhu 30°C ± 1°C dan RH 75% ± 5% minimal 2 (dua) tahun. Data yang diperoleh lewat uji stabilitas tersebut digunakan sebagai data dalam menentukan expire date (ED). 3.3.4
Departemen Quality ControlBahan Awal dan Produk Jadi & IPC Departemen QC merupakan suatu departemen yang melakukan kontrol
atau pengawasan terhadap mutu suatu produk.Departemen QC terbagi menjadi dua bagian, yakni QC bahan awal dan IPC serta QC bahan kemas.Struktur organisasi departemen QC terlampir. 3.3.4.1 Quality Control Bahan Awal Departemen ini terdiri dari bagian bahan awal dan IPC.Untuk QC bahan awal memeriksa dari bahan awal berupa zat aktif, zat tambahan, air, dan limbah. Untuk bahan baku zat aktif dan zat tambahan yang baru datang akan diterima dan diperiksa oleh pihak gudang (warehouse). Pihak gudang akan memeriksa kelengkapan dokumen, antara lain berupa surat jalan, Purchasing Order (PO), sertifikat analisis bahan (CoA) dari bahan awal tersebut serta tampilan fisik atau kemasan luar, kesesuaian label dengan bahan, kesesuaian dengan expired date dan kondisi bahan awal. Bila kelengkapan dokumen telah tersedia dan pemeriksaan secara fisik telah memenuhi syarat, maka gudang akan membuat BPB (Bukti Penerimaan Barang). BPB yang terdiri dari 4 rangkap ini, setelah dikembalikan oleh QC akan didistribusikan ke berbagai Departemen lainnya seperti QC, Warehouse, finance dan lain-lain. Departemen QC akan melakukan analisa sementara Departemen Warehouse akan menentukan nomor kontrol untuk setiap bahan awal. Pada nomor kontrol terdapat kode RA (Raw Active) untuk zat aktif dan
RT
(Raw
Tambahan)
untuk
eksipien.Nomor
kontrol
itu
sendiri
merupakanurutan bahan yang datang pada bulan tersebut. Setelah bahan awal dianalisa dan mendapatkan status dari departemen QC, maka rangkap ketiga dari BPB akan diberikan kepada departemen QC sedangkan 3 rangkap lainnya dikembalikan ke Warehouse. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
37
Pihak QC akan melakukan pemeriksaan kesesuaian antara BPB dengan label bahan awal, kesesuaian antara CoA dengan label bahan awal dan kesesuaian antara CoA yang datang dengan CoA pada kedatangan sebelumnya. Data-data tersebut kemudian didokumentasikan pada form checklist kedatangan barang. Jika disetujui, maka QC bahan awal mengeluarkan form pengambilan sampel. Bila dokumen yang telah lengkap tersebut diterima dan disetujui, maka pihak QC akan melakukan analisa mutu terhadap bahan tersebut. Jika terdapat temuan, maka pihak QC bahan awal membuat surat keluhan yang akan diberikan kepada departemen purchasing yang nantinya akan diteruskan ke pihak supplier. Pihak supplier memiliki kewajiban untuk memberikan tanggapan atau jawaban terhadap surat tersebut dan berdasarkan jawaban tersebut dapat diterima atau tidak oleh pihak QC. Follow up kepada pihak supplier dilakukan setiap awal minggu. Penyimpangan didokumentasikan sebagai resume untuk masing-masing supplier nantinya. Sampel yang diambil oleh pihak QC bahan awal digunakan untuk analisis kimia dan analisis mikro (pada bahan awal tertentu). Jumlah sampling ditentukan berdasarkan: a. Pola n Pola ini digunakan untuk bahan baku existing atau hanya jika bahan yang akan diambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok yang disetujui. Sampel dapat diambil dari bagian manapun dari wadah namun umumnya pada bagian atas, dimana rumus pola n sebagai berikut. N = 1 + √n dimana N adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil; n adalah jumlah wadah yang diterima. Apabila n ≤4 maka sampel diambil tiap wadah. b. Pola p, digunakan jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui dan tujuan utama adalah pengujian identitas. Rumusnya yaitu: P = 0,4 √n dimana P adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan pembulatan keatas; n adalah jumlah wadah yang diterima.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
38
c. Pola r, digunakan untuk bahan yang diperkirakan tidak homogen dan/atau diterima dari pemasok yang belum dikualifikasi. Pola r dapat digunakan untuk produk herbal yang digunakan sebagai bahan awal. Rumusnya yaitu: R = 1,5 √n dimana R adalah jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan pembulatan ke atas; n adalah jumlah wadah yang diterima/dambil sampel. Analisa kimia yang dilakukan terdiri dari analisa secara manual seperti titrasi dan analisis dengan menggunakan instrument analisis seperti HPLC atau spektrofotomeri.Pengujian ulang (retest) dilakukan pada sampel dengan mengacu kepada surat/ keterangan dari pemasok bahan awal yang bersangkutan. Untuk bahan awal yang dibutuhkan oleh produk yang diproduksi diluar (produk makloon) analisa dilakukan oleh kedua pihak.Sampel yang dianalisa oleh QC PT. Guardian Pharmatama disampling oleh perusahaan yang bersangkutan. Bahan awal dibakukan menggunakan baku pembanding dimana baku pembanding tersebut telah dibakukan dengan baku pembanding primer. Dua data hasil analis tersebut kemudian dibandingkan, dengan simpangan deviasi < 1%. Analisa terhadap bahan awal dilakukan sesuai dengan protap yang telah tersedia, kemudian hasil dari analisa tersebut dilaporkan dalam HPBA (Hasil Pemeriksaan Bahan Awal).Waktu pemeriksaan maksimum dari bahan awal adalah 7 hari.Jika tidak ada permasalahan dan semuanya memenuhi spesifikasi maka bahan awal dapat diberi status release. Sedangkan jika terdapat masalah atau sampel tidak memenuhi spesifikasi maka bahan awal akan diberi statusreject. QC bahan awal juga bertanggung jawab terhadap penanganan penyimpangan bahan awal. QC bahan awal juga bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan dan menyetujui analisa limbah cair. Limbah cair yang terdapat di pabrik PT. Guardian Pharmatama terdiri dari 2 macam, yaitu: a. Limbah laboratorium Limbah ini terdiri dari limbah sisa analisa kimia baik pelarut, fase gerak, maupun
limbah
sisa
analisis
obat
jadi
serta
limbah
sisa
destruksi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
39
mikrobiologi.Limbah ini dimusnahkan di pihak ketiga dengan beberapa klasifikasi keamanan. b. Limbah domestik dan produksi Limbah ini adalah limbah dari ruang produksi wastafel dan toilet.Limbah ini diolah dalam waste water treatment oleh Departemen Engineering. Limbah ini dianalisis 1 minggu sekali di 3 titik yaitu titik inlet (awal),titik bak anaerob dan titik outlet (akhir), serta setiap 1 bulan sekali pada minggu pertama dilakukan analisi keluar. Titik inlet dan titik bak anaerob diperiksa setiap hari senin sementara titik outlet diperiksa setiap hari kamis. Pemerikasaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan pemerian, suhu, pH, BOD (Biochemical OxygenDemand), COD (Chemical Oxygen demand), DO (Dissolved Oxygen). Hasil pemeriksaan harus memenuhi spesifikasi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup yang berlaku.. Selain melakukan analisa terhadap bahan awal dan limbah, bagian QC bahan awal juga bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan dan memberikan persetujuan terhadap kualitas purified water yang digunakan untuk produksi. Departemen QC dalam melakukan analisa dibantu oleh departemen Engineering sebagai departemen yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pengolahan purified water untuk produksi tersebut.Adapun parameter yang harus dianalisa oleh departemen QC terhadap purified water tersebut adalah : i. Setelah Raw Water Tank, berupa pemerian, kesadahan, total koloni dan E. coli. ii. Setelah Raw Water Tank dengan penambahan klorin, berupa pemerian, klorin ≤ 0,5 mg/L, total klorin dan E. coli. iii. Setelah Multimedia filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli. iv. Setelah carbon Filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan total mikroba dan E. coli. v. Setelah Softener, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbondioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
40
vi. Setelah ReverseOsmosis, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbondioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli. vii. Setelah Ultra Filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli. viii. Setelah Ultra Violet, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC (Total Organic Carbon), logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli. ix. Setelah Purified Water tank, berupa pemerian, pH, konduktifitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC (Total Organic Carbon), logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli. x. Ruang Emulsifier, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli. xi. Ruang Mix Liquid, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli. xii. Ruang cuci botol, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli. Ruang cuci, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
QC IPC bertanggung jawab dalam pengendalian kualitas produk dari produk antara (ketika proses produksi masih berjalan) hingga produk ruahan. Pada kegiatan ini yang melakukan sampling pada saat proses produksi adalah operator dari departemen produksi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir intensitas orang keluar
masuk
dari
ruang
produksi
yang
dapat
menyebabkan
cross
contamination.Setelah sampel diambil, analis QC bahan awal menyerahkan kepada pihak analis QC yang akan membawanya ke QC untuk dianalisa lebih lanjut. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
41
Metode analisa yang digunakan oleh pihak QC merupakan hasil transfer metoda yang dilakukan oleh R&D Analisa dengan departemen QC. R&D Analisa merancang protap analisa yang kemudian ditetapkan menjadi protap QC setelah dilakukan transfer metode dan validasi. Sampel yang diterima didokumentasikan pada buku ekspedisi. Analis IPC melakukan analisis parameter fisik seperti kekerasan, ketebalan, diameter, kerapuhan dan dimensi tablet pada awal, tengah dan akhir proses produksi. Sedangkan untuk analisis secara kimia dilakukan oleh analis QC di laboratorium seperti penentuan kadar, disolusi, keseragaman kandungan tablet, serta keseragaman bobot tablet. Analisa dan pengujian ini dilakukan terhadap produk antara dan produk ruahan. Produk antara akan dilanjutkan proses pembuatannya bila telah release oleh departemen QC berdasarkan hasil uji yang didapatkan (telah memenuhi spesifikasi). Parameter yang dianalisa oleh IPC terdapat pada form HPOJ (Hasil Pemeriksaan Obat Jadi) termasuk spesifikasi dan hasilnya. Pada saat proses sampling terdiri dari 3 titik sampling yaitu atas, tengah dan bawah. Namun terkadang titik sampling bisa mencapai 5 titik bahkan 10 titik hal ini disesuaikan dengan produk yang diperiksa. Untuk tablet dengan bobot dibawah 250 mg maka diambil sepuluh titik, bobot 250 mg – 500 mg diambil lima titik, dan bobot diatas 500 mg diambil tiga titik. Analisa dilakukan maksimum dalam 6 hari.Apabila terjadi perubahan metode analisa, maka metode analisa tersebut harus divalidasi kembali oleh departemen R&D. Produk jadi sisa dari analisa harus dimusnahkan ke pihak luar atau pihak ketiga yang berwenang. Bila terjadi penyimpangan pada proses produksi maka seluruh departemen akan mengevaluasi setiap hal yang berkaitan dengan produk tersebut seperti produksi meninjau dari sisi operator, mesin dan prosesnya, atau QC bahan awal meninjau sumber bahan awal yang digunakan untuk produksi batch tersebut. Kemudian berdasarkan evaluasi tersebut departemen QA akan memutuskan tindakan koreksi yang tepat untuk penyimpangan yang terjadi. 3.3.4.2 Quality ControlProduk Jadi dan IPC Quality Control IPC berjalan dibawah tanggung jawab seorang asisten manager.Bagian ini terdiri dari 3 subbagian, yaitu QC pengolahan, QC analisa,dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
42
QC mikrobiologi.Masing-masing bagian tersebut dikepalai oleh supervisor yang membawahi analis. QC IPC bertanggung jawab dalam pengendalian kualitas produk dari produk awal (ketika proses produksi masih berjalan) hingga produk ruahan. Pada kegiatan ini yang melakukan sampling pada saat proses produksi adalah operator dari departemen produksi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir intensitas orang keluar masuk dari ruang produksi yang dapat menyebabkan cross contamination. Setelah produk dinyatakan release oleh IPC, sampel diambil oleh operator Lab untuk selanjutnyadiserahkan kepada pihak analis QC IPC yang akan membawanya ke QC untuk dianalisa lebih lanjut. Analis IPC melakukan analisis parameter fisik seperti kekerasan, ketebalan, diameter, kerapuhan, keseragaman bobot tablet dan dimensi tablet pada awal, tengah dan akhir proses produksi untuk solid, dan untuk semi solid dilakukan pemeriksaan dari pemerian, pH, viskositas, kehalusan, dan homogenitas. Analisis secara kimia dilakukan oleh analis QC di laboratorium seperti penentuan kadar, disolusi dan keseragaman kandungan tablet.Analisa dan pengujian ini dilakukan terhadap produk antara dan produk ruahan.Metode Metode analisa yang digunakan oleh pihak QC mengacu kepada protap yang telah ditetapkan oleh R&D Analisa yang kemudian berubah menjadi protap QC setelah dilakukan transfer metode. Sampel yang diterima didokumentasikan pada buku ekspedisi.Produk antara akan dilanjutkan proses pembuatannya bila telah release oleh departemen QC berdasarkan hasil uji yang didapatkan (telah memenuhi spesifikasi). Parameter yang dianalisa oleh IPC terdapat pada form HPOJ (Hasil Pemeriksaan Obat Jadi) termasuk spesifikasi dan hasilnya. Pada saat proses sampling terdiri dari 3 titik sampling yaitu atas, tengah dan bawah. Namun terkadang titik sampling bisa mencapai 5 titik bahkan 10 titik hal ini disesuaikan dengan produk yang diperiksa. Untuk tablet dengan bobot dibawah 250 mg maka diambil sepuluh titik, bobot 250 mg – 500 mg diambil lima titik, dan bobot diatas 500 mg diambil tiga titik. Analisa dilakukan maksimum dalam 6 hari dan apabila terjadi perubahan metode analisa, maka metode analisa tersebut harus divalidasi kembali oleh departemen R&D. Produk jadi sisa dari analisa harus dimusnahkan ke pihak luar atau pihak ketiga. Bila terjadi penyimpangan pada proses produksi maka seluruh departemen Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
43
akan mengevaluasi setiap hal yang berkaitan dengan produk tersebut sepertiproduksi meninjau dari sisi operator, mesin dan prosesnya, atau QC bahan awal meninjau sumber bahan awal yang digunakan untuk produksi batch tersebut.Kemudian
berdasarkan
evaluasi
tersebut
departemen
QA
akan
memutuskan tindakan koreksi yang tepat untuk penyimpangan yang terjadi. 3.3.5
Departemen Quality Control Bahan Kemas Pada awalnya QC bahan kemas berada di bawah departemen Quality
Control, bersama dengan QC bahan awal, IPC dan produk jadi.Namun pada tahun 2012, QC bahan kemas dipisah dari departemen lainnya membentuk departemen QC Bahan Kemas.Struktur organisasi Departemen QC Bahan Kemas terlampir. Tugas Departemen QC Bahan Kemas, antara lain : a. Incoming control packaging material Pengambilan pada kedatangan sampel bahan kemas selain menggunakan tabel dari AQL (Acceptable Quality Level) yang diadaptasi dari ANSI (American National Standarization Inspection) juga digunakan pola N. Pada AQL terdapat special inspection dan general inspection. Cara pengambilan jumlah box sampel adalah dengan pola N yaitu √n + 1. Sampel yang telah di sampling diberikan label “Telah Disampling”. Bahan kemas yang telah memenuhi spesifikasi diberi label “Release” dan yang tidak memenuhi spesifikasi diberikan label “Reject”. Hasil analisa dari bahan kemas dicatat didalam HPBK atau Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas. b. IPC pengemasan primer dan sekunder IPC dilakukan setiap tiga jam sekali selama proses pegemasan primer (blistering, dan stripping) sedangkan pada proses filling, liquid san semisolid dilakukan pada saat awal, tengah, dan akhir dari proses filling. IPC pengemasan sekunder (coding, dan packing) dilakukan setiap tiga jam sekali dan diperiksa kelengkapannya dalam setiap kemasan produk jadi. c. Verifikasi visual larutan injeksi Dilakukan oleh personel yang terlatih.Dilakukan dalam ruangan gelap, dilakukan pengamatan di bawah lampu visual dengan kekuatan minimal 10000 lux dengan menggunakan latar hitam untuk melihat partikel asing berwarna putih dan menggunakan latar putih untuk melihat partikel asing berwarna hitam. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
44
d. Penyimpanan retained sample Diambil sebanyak kebutuhan tiga kali pemeriksaan lengkap.Disimpan pada suhu yang sesuai dengan yang tertera pada etiket, terdapat dua suhu penyimpanan yakni suhu 15-250C dan suhu 25-300C.Penyimpanan produk jadi dilakukan
dalam
kemasan
utuh
(kemasan
primer
dan
kemasan
sekunder).Penyimpanan dilakukan selama dalam rentang daluarsa ditambah satu tahun (ED + 1). e. Audit pemasok bahan kemas Dilakukan pemeriksaan terhadap kriteria penerimaan, jika suplier memenuhi kriteria penerimaan dapat dimasukkan dalam daftar suplier tetap. Untuk suplier baru pihak purchasing akan menilai kesesuaian harga terlebih dahulu sebelum melakukan pemesanan bahan kemas. Audit terhadap suplier bahan kemas dilakukan oleh QC. Bahan Kemas bekerja sama dengam QA dan purchasing packaging. Audit terhadap suplier bahan kemas dilakukan setiap tiga tahun.Hal-hal yang diperiksa meliputi fasilitas, mesin, bangunan, dan pengawasan mutu dari pemasok tersebut. Bahan kemas terdiri atas dua macam, yakni printed dan non printed. Bahan kemas non printed contohnya botol volume 60 ml, vial, dan ampul. Bahan kemas printed merupakan bahan kemas yang memberikan penandaan dan ciri khas tertentu kepada suatu produk hasil produksi suatu pabrik (artwork). Spesifikasi dari bahan kemas tersebut telah ditentukan oleh R&D formulasi. Kemudian untuk desain bahan kemas printed akan dibuat oleh artwork designer yang berada di bawah departemen bussines and development. Desain tersebut disosialisasikan kepada semua bagian dan dilakukan konsultasi antara R&D formulasi dengan marketing untuk merampungkan desain kemasan menjadi Final Artwork (FA). FA akan diteruskan ke bagian purchasing untuk dicarikan suplier pembuat kemudian suplier tersebut akan mengirimkan proofprint sebagai contoh. Proofprint merupakan berkas yang dibuat oleh suplier untuk memastikan bahwa suplier mampu memproduksi bahan kemas sesuai dengan kualitas yang diminta oleh PT. Guardian Pharmatama.Selain dikirimkan kepada Departemen purchasing FA juga dikirimkan ke Departemen QA dan QC bahan kemas yang selanjutnya Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
45
digunakan sebagai dasar dalam pembuatan Spesifikasi Bahan Kemas (SPBK) dan Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas (HPBK).Kemudian HPBK dan proofprint menjadi acuan dalam penerimaan bahan kemas.Kesesuaian antara HPBK dan proofprint merupakan indikator penerimaan (masuk dalam spesifikasi).Apabila bahan kemas yang didapat dari pemasok tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, pihak PT. Guardian Pharmatama maka dinyatakan adanya penyimpangan. Penyimpangan itu sendiri terbagi 3 yaitu: 1. Minor, penyimpangan yang dapat diabaikan. 2. Mayor, penyimpangan yang masih bisa diterima tapi cukup mengganggu dan PT. Guardian Pharmatama melayangkan surat keluhan kepada suplier. 3. Kritikal, penyimpangan tidak dapat ditoleransi dan bahan kemas tersebut di tolak. 3.3.6 Departemen Warehouse Struktur organisasi dari gudang pabrik PT. Guardian Pharmatama dikepalai oleh seorang Manager yang membawahi seorang asisten manager dan tiga orang supervisor yaitu Supervisor Bahan Awal, Supervisor Bahan Kemas dan Supervisor Produk Jadi. Adapun tanggung jawab di gudang diantaranya: a. Menangani penerimaan bahan baku dan bahan kemas yang datang dari pemasok, dan produk jadi dari bagian produksi. b. Menjaga kondisi dan mengontrol stok barang sesuai dengan sistem FEFO(First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). c. Menyimpan dan menyediakan barang yang dibutuhkan untuk produksi. d. Menangani pengeluaran barang untuk kebutuhan produksi, penerimaan sisabarang dari produksi. e. Mendistribusikan produk jadi ke distributor sesuai dengan Delivery Order. Sebelum barang masuk ke gudang bahan baku atau gudang bahan kemas, sebelumnya disimpan di ruang karantina untuk di sampling oleh QC. Setelah hasil analisa keluar, maka akan ditentukan barang tersebut akan di reject atau di release (masuk ke gudang masing-masing). Gudang dapat dibagi menjadi 3 bagian besar: 1. Gudang Bahan Baku Terdapat 3 kondisi penyimpanan bahan baku: Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
46 a. Suhu 2-80C, biasanya untuk tempat penyimpanan flavour seperti minyak ikan. b. Suhu 15-250C, misalnya untuk penyimpanan soft capsule, cangkang kapsul, vitamin E dan vitamin C. c. Suhu < 300C, misalnya untuk penyimpanan gliserin, sorbitol, sukrosa dll. Gudang bahan baku terbagi atas beberapa bagian: a.
Bahan baku psikotropika dan prekursor Bahan baku ini disimpan pada suhu 25-300C. Penyimpanannya didalam
tempat khusus yang terkunci.Setiap penggunaannya dicatat dan dilaporkan ke Badan POM setiap bulannya oleh departemen produksi. b.
Bahan baku beta laktam Bahan baku beta laktam disimpan di ruangan yang terpisah dari bahan
baku lainnya, yaitu di tempat makloon dari produk tersebut. c.
Bahan additional Bahan baku ini disimpan pada suhu 15-250C, kecuali untuk bahan baku
yang di COAnya mensyaratkan untuk disimpan pada suhu 2-80C. d.
Bahan baku yang mudah terbakar Bahan baku yang mudah terbakar seperti alkohol disimpan terpisah dari
gudang bahan baku lainnya dan Badan POM mensyaratkan gudang ini terletak di ruangan terbuka. 2. Gudang bahan kemas Gudang bahan kemas dibagi menjadi dua yaitu gudang bahan kemas primer dan gudang bahan kemas sekunder.Penyimpanan barang dilakukan terpisah dari masing-masing batchnya, serta menggunakan sistem FIFO.Pada masing-masing rak ditempelkan nama-nama bahan yang ada pada rak tersebut.Bahan kemas primer merupakan bahan kemas yang berkontak langsung dengan produk seperti PLCN, PVC, alufoil, botol, ampul, dll biasanya disimpan pada suhu 15-250C, sedangkan bahan kemas sekunder bahan pengemas sekunder seperti box dan shipper yang disimpan pada suhu 25-300C. Untuk leaflet dan label disimpan di dalam ruangan khusus yang terdapat pada gudang bahan kemas sekunder. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
47
3. Gudang produk jadi (finishing goods) Sebelum produk jadi di release oleh QA, produk jadi tersebut disimpan di ruang karantina produksi, setelah dinyatakan release maka akan dipindahkan ke gudang produk jadi. Untuk produk jadi tersebut ada 5 ruangan, yaitu: a. R. Psikotropika Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi yang mengandung obat psikotropika.Ruangan ini terkunci dan dikondisikan pada suhu 25- 300C. b. R. Produk Jadi Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi pada suhu <300C.Sebagian besar produk jadi disimpan disini. c. R. Cool Room Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C. Produk jadi yang biasanya disimpan disini berupa injeksi, krim, salep, soft capsule,dll. d. R. Beta laktam Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C, dan dikhususkan untuk menyimpan produk beta laktam dan derivatnya. e. R. Cephalosporin Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C, dan dikhususkan untuk produk cephalosporin dan derivatnya. f. R. Prekursor Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C, dan dikhususkan untuk produk prekursor. Produk jadi yang telah dipasarkan dapat dikembalikan maupun ditarik kembali untuk kemudian di evaluasi tindak lanjutnnya. Untuk itu disediakan 2 ruangan, yaitu: a. R. Return Goods Ruangan
ini
digunakan
untuk
menyimpan
produk-produk
yang
dikembalikan oleh distributor yang dikondisikan pada suhu 15-250C.Pengaturan suhu dan kelembaban pada setiap ruangan di gudang dilakukan setiap hari secara rutin pada jam 8 pagi dan jam 3 sore.Kelembaban ruangan diatur < 75%.Pembersihan rak-rak di gudang dilakukan secara rutin setiap dua hari Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
48
sekali.Perawatan di gudang dari pest dilakukan, berkerjasama dengan PT. Etos yang menangani pest control terhadap tikus, rayap, nyamuk dan serangga lainnya. b. R. Rejected Goods Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk-produk kembalian yang telah berstatus reject (ditolak). Kemudian produk tersebut dipisahkan dari kemas primernya. Setelah dikumpulkan, kemasan dihancurkan dan produk-produk tersebut ditimbang dan dipindahkan ke gudang penampungan sementara dan menunggu proses pemusnahan dari pihak ketiga. 3.3.6.1 Prosedur Penerimaan Bahan Baku dan Bahan Kemas Bagian PPIC mengirimkan permintaan pembelian (PP) ke bagian Purchasing. Kemudian bagian pembelian akan mengirimkan Purchasing Order (PO) ke supplier, sedangkan copy dari PO akan dikirimkan ke bagian gudang. Pada saat pengiriman barang dari pemasok, surat jalan yang dibawa oleh supplier diperiksa kesesuaiannya oleh pihak gudang dengan PO yang berisi jenis, jumlah dan tanggal kebutuhan barang dan suplai yang disetujui. Jika sesuai, maka barang yang diterima akan disimpan di gudang karantina dan diberi label karantina yang berwarna kuning dan dibuatkan Bukti Penerimaan Barang (BPB) yang mencamtumkan nama barang, nomor kontrol, nomor kode, jumlah barang dan nama pemasok. BPB terdiri dari 4 rangkap, yang asli diberikan kepada bagian Accounting untuk proses pembayarannya. BPB juga diserahkan ke bagian QC, setelah QC menerima BPB dari gudang, maka QC akan melakukan sampling dan menganalisa sampel. Setelah itu baru didapatkan hasil apakah barang yang masuk tersebut akan direlease (berwarna hijau) yang kemudian disimpan di gudang bahan baku atau bahan kemas atau direject (berwarna merah) yang kemudian disimpan di ruang tertentu sebelum diberitahukan dan dikembalikan kepada pemasok untuk mendapat gantinya. 3.3.6.2 Prosedur Keluar Masuk Barang ke Ruang Produksi Bagian PPIC akan mengeluarkan FPB (formula Pengolahan Batch) untuk meminta bahan baku dan FKB (Formula Pengemasan Batch) untuk meminta bahan kemas sebelum memproduksi suatu batch. Setelah itu bagian gudang akan melakukan penimbangan sesuai dengan FPB tadi. Hasil penimbangan tadi kemudian akan di crosscheck (pemeriksaan silang) dengan bagian produksi untuk Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
49
memastikan hasil penimbangan pada saat serah terima barang. Jika bagian produksi kekurangan bahan dan ingin meminta bahan baku diluar FPB, maka produksi akan mengeluarkan surat permintaan berupa SIV (Store Issue Voucher) yang disetujui oleh Manager produksi dan diterima oleh manager gudang serta didokumentasikan oleh bagian akuntansi. Seandainya setelah produksi ternyata terdapat kelebihan bahan, maka bagian produksi akan mengeluarkan surat pengembalian SRV (Store ReturnVoucher) yang disetujui oleh Manager produksi dan diterima oleh manager gudang serta didokumentasikan oleh bagian akuntansi. Permintaan bahan dari bagian lain seperti R&D dan QC harus menyertakan nota Bon Permintaan Barang (PB) dan Bon pengembalian (BP) jika ada sisa. 3.3.6.3 Prosedur keluar Barang ke Distributor Jika pihak distributor membutuhkan kiriman produk, maka distributor akan membuat Purchasing Order (PO) dan marketing akan membuat Delivery Instruction Note (DIN) yang berisi nomor kode, nama produk, satuan dan tujuan pengiriman. DIN yang telah disetujui oleh departemen accounting ini kemudian dikirim ke Departemen Warehouse. Berdasarkan DIN tersebut, gudang akan mengeluarkan Delivery Order (DO) untuk diberikan kepada distributor beserta barang yang dipesan. 3.3.6.4 Prosedur Penerimaan Barang Kembalian Prosedur penerimaan barang kembalian diawali dengan Departemen QA akan menentukan disposisi barang yang harus disetujui oleh pihak management. Jika barang akan di repack, maka bagian produksi akan mengeluarkan SIV. Setelah produk selesai direpack maka bagian produksi akan mengeluarkan SRV untuk disimpan kembali di gudang produk jadi. 3.3.7
Departemen Produksi Departemen produksi dikepalai oleh seorang Manager Produksi Solid yang
membawahi Asisten Manager produksi solid yang secara langsung membawahi supervisor stripping & blistering, leader dan peutgas sanitasi juga membawahi. Asisten manajer produksi liquid dan semisolida membawahi supervisor packing liquid dan semisolida, supervisor packing solid, administrator toll manufacturing dan administrator produksi. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
50
Departemen ini bertanggung jawab terhadap proses pengolahan obat sejak bahan baku mulai ditimbang oleh departemen gudang hingga pengemasan produk ruhan yang kemudian akan disimpan ke gudang finished good. Proses pengolahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan jadwal produksi bulanan yang telah disusun oleh departemen PPIC. Jika jadwal tersebut telah disetujui oleh departemen produksi, maka jadwal itu akan dipecah menjadi jadwal produksi perminggu.Alur proses produksi diawali dengan proses penimbangan oleh departemen gudang hingga proses pengemasan. 3.3.7.1 Proses Produksi Tablet Biasa Metoda pembuatan tablet yang digunakan di PT. Guardian Pharmatama ada dua metoda yaitu metoda langsung dan granulasi basah. Proses pembuatan tablet dengan metoda granulasi basah diawali dari penimbangan terhadap bahan baku kemudian dilakukan mixing dengan menggunakan mixer. Sebelum itu, bahan harus diayak terlebih dahulu dengan mesh tertentu.Pencampuran pada mesin Mixer dilakukan dengan penambahan bahan pengikat yang sebelumnya telah dilarutkan. Kemudian massa yang dihasilkan dikeringkan. Massa granul yang telah kering kemudian diayak dengan ukuran mesh tertentu menggunakan Hammer Granulator. Selanjutnya dilakukan lubrikasi dalam double cone mixer dengan penambahan bahan pelincir. Setelah semua selesai, dilakukan proses pencetakan tablet. Sementara itu, untuk proses kempa langsungmembutuhkan waktu yang lebih singkat, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga, alat dan ruang produksi. Pada proses kempa langsung, bahan baku yang sudah ditimbang dilakukan mixing dengan menggunakan mixer. Seteleh dilakukan mixer, massa langsung dicetak sehingga menjadi tablet. Proses kempa langsung diawali dengan penimbangan bahan baku yang dilakukan oleh petugas gudang. Kemudian dilanjutkan dengan proses mixing dengan menggunakan v-mixer, lalu hasil mixing tersebut dicetak dengan menggunakan mesin pencetak tablet JCMCO atau CADMACH. 3.3.7.2 Proses Produksi Tablet Salut Penyalutan yang digunakan di PT. Guardian Pharmatama adalah penyalutan film. Tablet inti yang akan disalut harus telah lulus uji dari departemen QC. Pemeriksaan yang dilakukan pada tablet inti seain sesuai dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
51
persyaratan umum untuk tablet, juga perlu diperhatikan hal-hal lainnya, yaitu permukaannnya halus, berbentuk cembung, bebas debu dan kerapuhannya serendah mungkin. Proses penyalutan dilakukan dalam ruang coating menggunakan mesin “Narong Rama Cota”. 3.3.7.3 Proses Produksi Kapsul Setelah bahan baku ditimbang, bahan baku kemudian dicampur, kemudian diperiksa kadar air dan kadar zat aktif oleh departemen QC. Bila telah dinyatakan lulus uji, maka dilakukan proses pengisian dengan mesin filling kapsul (Chin Yi tipe ACF-52) atau mesin filling semi otomatis Chuan Yung. Kapsul yang telah diisi kemudian dimasukkan ke dalam mesin polishing kapsul untuk membersihkan kapsul dari debu yang menempel dan agar kapsul menjadi mengkilap. 3.3.7.4 Proses Produksi Sirup Proses produksi sirup diawali dengan pencucian botol dengan purified water yang selanjutnya dibilas dengan alkohol 70%. Bahan-bahan yang telah lulus uji oleh departemen QC kemudian ditimbang dan dilarutkan dengan menggunakan purified water (PW). Setelah itu baru dilakukan pencampuran semua bahan dalam tangki pencampuran dan dilakukan penambahan PW hingga volume yang dikehendaki.Pencampuran dan pengadukan dilakukan hingga homogen.Sirup yang telah jadi, kemudian disaring dan selanjutnya dikarantina sambil menunggu hasil pemeriksaan dari bagian QC. Pemeriksaan pada sirup meliputi kadar zat aktif, pH, viskositas, berat jenis dan cemaran mikroba. Jika telah dinyatakan lulus uji kemudian dilakukan pengisian sirup ke dalam botol. Pengisian dilakukan menggunakan mesin LF Avanty atau CVC dan dilanjutkan dengan penutupan botol dengan capperrmachine.Hasil pengisian ini kemudian diperiksa lagi oleh departemen QC, yang meliputi pemeriksaan keseragaman volume dan kekerasan segel atau kebocoran. 3.3.7.5 Proses Produksi Suspensi Proses pembuatan suspensi hampir sama dengan pembuatan sediaan sirup, hanya saja pada suspensi menggunakan suspending agent agar dapat menghasilkan suspensi. Pada mulanya, bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan suspensi ditimbang terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sirup dalam Homogenizer hingga dihasilkan larutan sirup yang Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
52
homogen dan jernih.Sementara itu juga dibuat larutan suspensi dengan mendispersikan bahan aktif dan suspending agent dalam PW, dan dilanjutkan dengan
penghalusan
larutan
suspensi
dengan
menggunakan
Thorax
Homogenizer.Sirup simpex dan larutan suspensi kemudian dicampur dalam Vacuum Emulsifier mixer. Suspensi yang telah jadi kemudian diperiksa berat jenisnya, pH, kadar zat aktif dan viskositas, serta cemaran mikrobanya. Jika telah dinyatakan lulus uji, suspensi akan diisikan ke dalam botol, kemudian diperiksa lagi oleh QC yang meliputi pemeriksaan keseragaman volume, kekerasan segel dankebocoran. 3.3.7.6 Proses Produksi Sediaan Semi Solid Tahapan dalam proses pembuatan salep atau krim diawali dengan penimbangan bahan baku salep atau krim. Kemudian dilanjutkan dengan proses pelelehan dan pencampuran. Proses pencampuran diawali dengan pelelehan dan pencampuran fase air dan fase minyak sehingga menjadi basis krim. Setelah basis salep atau krim jadi, baru dilakukan pencampuran bahan aktif dalam basis tersebut. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin vacuum emulsifier mixer. Fungsi dari vakum disini adalah untuk mengurangi timbulnya buih atau busa saat proses berjalan. Salep atau krim yang telah jadi kemudian dimasukkan ke dalam tube alumunium menggunakan mesin Kentex. Mesin ini juga melakukan pelipatan pada ujung tube dan penomoran batch dengan emboss pada lipatan tersebut. Selama proses produksi setengah padat, dilakukan pengawasan selama proses (IPC) yang meliputi homogenitas pada saat pelehan dan pencampuran, pemeriksaan kadar zat aktif dan pemeriksaan keseragaman bobot pada saat pengisian tube. Proses produksi dilakukan di ruang kelas E. Kondisi ruang kelas E ada PT. Guardian Pharmatama adalah sebagai berikut: a. Bangunannya kokoh, permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan langit-langit) licin, menggunakan cat epoxy, mudah dibersihkan dan tidak membentuk sudut. b. Bebas dari retakan dan sambungan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
53
c. Memiliki ventilasi dengan sistem pengendali udara HVAC (Heating Ventilation Air Conditioning) yang mendukung persyaratan untuk ruang kelasE. Setiap personil yang bekerja di dalam atau hendak masuk ke dalam ruang kelas E harus memiliki persyaratan: a. Menggunakan pakaian pelindung, penutup kepala, sarung tangan, masker dan sepatu khusus untuk ruang kelas E. b. Tidak menggunakan arloji, perhiasan atau aksesori dan kosmetika yang berlebihan. c. Dalam kondisi sehat, dapat melaksanakan tugas dengan baik yang didukung dengan data medical check up secara periodik. d. Mencuci
tangan
dengan
sabun
antiseptik
dan
mengeringkannya
sebelummemasuki ruang kelas E. Ruangan yang terdapat pada ruangan kelas E: a. Ruang timbang Ruang ini digunakan untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses produksi. Letak ruang timbang berdekatan dengan gudang bahan baku. Tiap bahan yang akan masuk ke ruang timbang harus melewati ruang antara. Di dalam ruang timbang tersebut terdapat alat timbang, baik untuk kapasitas besar maupun kecil. Selain itu terdapat juga dust collector untuk menyedot debu yang ada pada ruangan tersebut. b. Ruang Staging Ruang ini digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang telah ditimbang dan menunggu untuk diolah pada proses produksi. c. Ruang Solid Compound Ruangan ini digunakan untuk proses pencampuran bahan-bahan yang telah ditimbang. Ruangan ini digunakan pada proses pencampuran untuk pembuatan sediaan solid yang menggunakan metode granulasi basah. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin Diosna mixer. d. Ruang drying Pada ruangan ini terjadi proses pengeringan granul menggunakan Fluid Bed Dryer (FBD). Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
54
e. Ruang granulator Ruangan ini digunakan untuk proses granulasi banas ataupun kering menggunakan mesin hammer granulator. f. Ruang mix dry Ruangan tersebut terdapat alat double cone mixer dan V-mixer untuk mencampur granulat dengan bahan lubrikan atau bahan pelincir. Doublecone mixer lebih sering digunakan untuk mixing terakhir pada proses granulasi basah, sedangkan V-mixer lebih sering digunakan untuk mixing pada proses cetak lansung dan pada pembuatan kapsul. g. Ruang cetak tablet Granul yang telah mendapat status release dari QC selanjutnya akan dicetak menjadi tablet atau kaplet. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin JMCO atau CADMACH. h. Ruang coating Ruang coating merupakan tempat penyalutan tablet. Jika tablet memerlukanpenyalutan film, maka tablet akan disalut menggunakan mesin penyalutNarong Rama Cota. i. Ruang filling kapsul Ruangan ini digunakan untuk melakukan pengisian granul ke dalam cangkang kapsul.Pengisisan dilakukan dengan menggunakan mesin Chin Yi tipe ACF-52 atau mesin filling semi otomatis Chuan Yung. j. Ruang Stripping Ruangan ini digunakan untuk mengemas tablet, kaplet, kapsul dalam bentukstrip dengan menggunakan mesin ACCEDE, Kung Long atau Chuan Yung. k. Ruang Blistering Ruangan ini digunakan untuk mengemas kaplet dalam bentuk blister menggunakan mesin Lenze atau Ulhmann. l. Ruang Liquid Compound Ruangan ini digunakan untuk pencampuran semua bahan yang digunakan untuk pembuatan sediaan cair. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin Thorax Homogenizer. m. Ruang filling liquid Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
55
Ruangan ini digunakan untuk melakukan proses pengisian sediaan cair ke dalam botol sekaligus menutup botol dengan cap. Pengisian sediaan cair dalm botol dilakukan dengann menggunakan alat LF Avanty atau CVC, sedangkan untuk penutupan botol (capping) dilakukan dengan cappermachine. n. Ruang compound setengah padat Ruang ini digunakan untuk membuat sediaan setengah padat. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin Vacuum Emulsifiermixer. o. Ruang filling tube Ruang ini digunakan untuk memasukkan sediaan setengah padat ke dalam tube alumunium.Filling dilakukan dengan menggunakan mesin Kentex. p. Ruang clean bottle Pada ruang ini terdapat oven double door yang menghubungkan ruang kelas E dan kelas F. Botol-botol yang akan digunakan dicuci dengan PW dan kemudian dibilas dengan alkohol 70%. Pencucian botol ini dilakukan di ruang kelas F. Botol yang telah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam oven double door dari ruangan kelas F. Botol kemudian disterilisasi pada suhu 120°C selama 3 jam, setelah botol kering kemudian diambil dan disimpan diruang kelas E. q. Ruang WIP Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk antara dan produk ruahan yang menunggu untuk proses selanjutnya. r. Ruang IPC (In Process Control) Ruangan ini digunakan untuk mengawasi dan mengontrol kualitas produk selama proses produksi. Dalam ruangan ini terdapat alat timbangan, disintegration test, hardness tester sekaligus alat pengukur dimensi tablet dan friability tester. s. Ruang washing Ruangan ini digunakan untuk mencuci alat yang telah digunakan untuk proses produksi. t. Ruang equipment Ruangan ini digunakan untuk menyimpan alat atau spare part dari mesin. u. Ruang R&D Ruangan ini digunakan oleh bagian R&D untuk melakukan trial dalam pilot project.Dalam ruangan ini terdapat alat super-mixer mini, FBD mini, thorax Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
56
homogenizer mini, mesin cetak tablet mini dan alat uji tap density.Pengontrolan ruang kelas E dilakukan dengan sedemikian rupa agarsenantiasa memenuhi persyaratan untuk ruang kelas E. Pengendalian hama atau pest control dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga. Pengendaliandilakukan terhadap serangga , nyamuk dan tikus. Pengendalian dilakukan dengancara foggingsetiap1 bulan sekali, sedangkan pengendalian terhadap partikel danmikrobiologi udara dilakukan dengan pemasangan HEPA (High EfficacyParticulate Air) filter dengan efisiensi 99,95% pada sitem AHU (Air Handling Unit) dan melakukan desinfeksi udara (air borne desinfectan). Desinfeksiterhadap udara dalam ruang proses produksi dilakukan 2 bulan sekali. Desinfektanyang digunakan merupakan derivat formaldehid.Ruangan produksi disemprot menggunakan cairan desinfektan (aplikasinya selama ± 5 menit tergantung volume ruangan dan kecepatan penyemprotan), kemudian udara yang ada di ruang produksi ditarik keluar menggunakan blower. Sisa residu di udara dapat diantisipasi dengan mengosongkan ruangan selama 3 jam (tidak ada aktifitas dan tidak ada personil). Alur Proses Pengemasan Pengemasan merupakan proses pengolahan produk ruahan menjadi produk jadi sebelum dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan. Kemasan suatu produk berfungsi untuk memberikan identitas yang berupa nama produk, isi dan kekuatan, nomor batch, nama pabrik pembuat, nomor registrasi, tanggal kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemasan juga dapt melindungi produk dari hal-hal yang dapat mengakibatkan berkurangnya khasiat obat, melindungi dari kerusakan fisik dan kontaminasi. Proses pengemasan dilakukan di ruang kelas E dan F. Pengemasan primer dilakukan ada ruang kelas E sedangkan pengemasan sekunder dan tersier dilakukan di ruang kelas F. PT. Guardian Pharmatama melakukan pengkodean yang meliputi HET, waktu kadaluarsa dan nomor batch dilakukan dengan 2 cara, yaitu emboss (cetak timbul langsung pada kemasan primer) dan ink jet. Pencetakan dengan sistem emboss dilakukan di ruang kelas E, sedangkan sistem ink jet dilakukan di ruang kelas F pada stiker label untuk kemasan botol, pada bagian luar kemasan yang telah melewati proses stripping, blistering, danfillingtube alumunium. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
57
Ruang kelas F di PT. Guardian Pharmatama terdiri dari 2 ruang, yaitu ruang secondary packaging preparation dan ruang packaging.Ruang secondary packaging preparation digunakan untuk melakukan coding pada stiker label/etiket, dos, strip, blister dan tube.Coding yang dilakukan pada ruang ini menggunakan sistem ink jet.Ruang packaging digunakan untuk penempelan etiket pada botol atau labeling, pengemasan sekunder, pengemasan tersier serta penimbangan hasil pengemasan.In Process Control (IPC) pada proses pengemasan dilakukan oleh QC. Pemeriksaan pada saat pengemasan sekunder meliputi uji kebocoran kemasan dan estetika. Pada penyelesaian proses pengemasan produk, dilakukan pemeriksaan akhir oleh QC. Pemeriksaan meliputi kelengkapan kemasan, adanya etiket, leaflet, sendok takar, nomor batch, waktu kadaluarsa, jenis dan nama produk serta segel pada box (kemasan sekunder) dan shipper (kemasan tersier). Setelah produk diperiksa, produk dikemas dalam shipper.Shipper yang telah disegel kemudian ditimbang dan disimpan dalam ruang karantina produk jadi sebelum akhirnya dikirim dan disimpan dalam gudang finishing goods setelah ditetapkan release oleh QA. 3.3.8
Departemen Engineering Departemen Engineering dipimpin oleh seorang Manager Engineering
yang bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager.SupervisorEngineering dan
membawahi
dua
bagian,
yaitu
maintenancemanager
dan
utility
manager.Maintenance manager membawahi supervisor mintenance, planner, dan production.Utility manager membwahi supervisor utility dan HVAC (lampiran 10). Managermengontrol tugas yang dikerjakan oleh staf dibawahnya agar sesuai dengan syarat dan peraturan yang berlaku. Supervisor bertugas menangani masalah administrasi (membuat laporan bulanan, jadwal preventif, logbook), dokumentasi, penanganan masalah mendesak yang berhubungan dengan QC dan proses produksi, serta persiapan audit internal (tiap 6 bulan sekali). Staf bertugas menangani permasalahan yang berkaitan dengan subdivisi mereka.Akan tetapi, staf antar divisi saling berintegrasi dalam menangani masalah peralatan yang ada dalam divisi mereka. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
58
3.3.8.1 Maintenance Maintenance merupakan suatu fungsi di dalam perusahaan manufacture yang sama pentingnya dengan produksi. Konsep dasar yang dimiliki oleh maintenance adalah pemeliharaan, yaitu aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan peralatan/ mesin agar selalu dalam kondisi seperti awal.Maintenance manager bertanggung jawab pada supervisor maintenance, planner, dan production.Bagian planner bertanggung jawab mengatur jadwal perawatan maupun pemeliharaan.Bagian production merupakan jembatan antara departemen produksi dengan engineering.Bagain tersebut berkaitan langsung dengan
protokol
terutama
alat
baru,
training
mesin,
dan
analisistroublesetting.Bagain maintenance bertanggung jawab pada perawatan mesin untuk menghilangkan corrective dan melakukan preventif. Maintenance dilakukan bertujuan sebagai berikut. a. Peralatan atau mesin dapat beroperasi memenuhi kebutuhan sesuai dengan perencanaan produksi (troubleshooting) b. Menjaga kualitas peralatan atau mesin c. Memperpanjang umur peralatan atau mesin akibat usia pakai (preventive) d. Menjaga modal investasi perusahaan e. Mengurangi line stop atau downtime pada proses produksi. Konsep pemeliharaan yang diterapkan pada PT. Guardian Pharmatama adalah TPM (TotalProductive Maintenance).TPM merupakan yang diikuti oleh seluruh karyawan yang terlibat dalam suatu perusahaan untuk menghilangkan breakdown, mengurangi downtime, serta memaksimalkan utilisasi, produksi, dan kualitas produksi yang dihasilkan.Faktor yang menyebabkan TPM perlu dilakukan adalah sebagai berikut. a. Makin ketatnya persaingan antara dunia usaha b. Tuntutan konsumen akan kualitas semakin tinggi c. Makin menguatnya tuntutan waktu pengiriman yang singkat dan kebutuhan konsumen yang bervariasi Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
59
d. Lingkungan kerja yang manusiawi, memperpendek jam kerja, dan mengarah ke industri negara berkembang. Preventivemaintenance salah satunyadengan melakukan pencucian sistem HVAC setelah fogging. Sanitasi total dilakukan untuk pembasmian sisa hasil fogging. Selanjutnya departemen QC melakukan pengecekan mikroba.Sanitasi tidak dilakukan terhadap mesin produksi karena merupakan tugas dari bagian produksi. Selain dengan melakukan fogging, tindakan preventive yang dilakukan juga meliputi monitoring unit sirkulasi dan unit motor fresh air, pelumasan, monitoring pendingin baling-baling yang ada di sistem HVAC, memeriksa tekanan liquid, serta instalasi listrik. 3.3.8.2 Utility Bagian Utility bertugas menangani mesin-mesin pendukung (seperti Genset, dust collector, compressor) dan juga bertanggung jawab terhadap pengolahan limbah pabrik yang bekerja sama dengan departemen QC, kelancaran sarana penunjang, perawatan bangunan pabrik termasuk HVAC (operator). Lingkup kegiatan di bagian Engineeringmeliputi : a.
Pengontrolan mesin dan sistem HVAC di area produksi HVAC system di PT Guardian Pharmatama terbagi menjadi 2 zona, yaitu
zona A, dengan ruang lingkup proses produksi sediaan tablet, kaplet, dan kapsul, dan zona B, dengan ruang lingkup proses produksi sediaan solid dan semi solid. Penggunaan 2 zona ini dimaksudkan untuk memperketat pencegahan kontaminasi. HVAC system dilengkapi dengan 3 filter khusus, yaitu washable filter (efisiensi penyaringan 80-85%), medium filter (efisiensi penyaringan 95%), dan High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter (efisiensi penyaringan 99,997%). Pada tiap unit HVAC, terdapat unit sirkulasi dan fresh air. Pengontrolan mesin-mesin dilakukan dengan cara menginspeksi jalannya pengontrolan dengan acuan sesuai dengan ketetapan CPOBseperti : i.
perbedaan tekanan antara ruang bagian dalam tempat produksi dengan bagian luar ruangan koridor antara 5-20 Pascal,
ii.
pertukaran udaranya 5-20 kali tiap jam untuk ruangan produksi,
iii.
suhu ruangan antara 20-27ºC,
iv.
Relatif humidity maksimal 70%. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
60
b.
Kalibrasi mesin Alat-alat yang dikalibrasi antara lain thermometer, termograf, pressure
grid, vacuum grid, timer pengukuran rpm. Semua alat dikalibrasi menggunakan kalibrator yang telah tersedia. c. Sistem Pengendalian Udara Sistem pengendalian udara dilakukan dengan menggunakan unit AC sentral yang dialirkan ke ruang-ruang yang memerlukan sirkulasi udara (seperti ruang produksi) melalui saluran pipa (ducting) mencegah terjadinya kondensasi (lapisan air yang menempel di saluran pipa AC sentral).Saluran (ducting) tersebut didistribusikan ke ruangan-ruangan melewati atap ruangan (ductingsupply). Perbedaan tekanan udara antara ruang produksi dengan koridor diukur antar 10-15 Pa dengan suhu 20-27o C dan kelembapan (RH) maksimal 70%.Pertukaran udara dalam ruangan sebanyak 5-20 kali per jam.Sistem udara di ruang produksi menganut sistem koridor bersih, yaitu sistem dengan tekanan koridor lebih tinggi daripada tekanan di ruangan.Udara dari sistem HVAC masuk dari atas koridor dan keluar dari bawah.Hal ini dimaksudkan agar seluruh partikel dapat tersaring.Pengawasan jumlah partikel dilakukan oleh bagian produksi dan TSS. d. Purified Water System Merupakan suatu sistem pengolahan air yang digunakan untuk proses produksi. Pada proses pengolahan air ini, air yang digunakan adalah air yang terdapat pada sumur penampungan air. Kemudian air tersebut diproses dengan menggunakan sistem pemurnian air atau yang dikenal dengan Purified Water System. Adapun proses yang dilalui dalam pengolahan air tersebut adalah: 1) Pretreatment Proses ini digunakan untuk menyisihkan mineral-mineral yang terlarut yang terjadi didalam R/O (Reverse Osmosis) dapat lebih optimum dan membrane R/O tidak cepat rusak. Proses yang dilalui dalam fase pretreatment adalah: i. Klorinasi Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
61
Air sumur dipompakan masuk ke raw meter storage tank yang terlebih dahulu telah diinjeksi dengan Na Hipoklorida. Na Hipoklorida ini dalam raw water storage tankakan melepaskan klorin. Klorin akan
memutuskan ikatan
organik, mengoksidasi besi dan oksidan lainnya dan sekaligus sebagai desinfektan untuk membunuh bakteri yang ada. ii. Multimedia filter Berisi anthracite dan silica gravel sebagai media pendukung. Fungsi dari filter ini adalah mengurangi kotoran dan partikel-partikel yang terdapat dalam air. Proses penyaringan ini akan berjalan secara terus-menerus. Bila terjadi perbedaan tekanan pada multimedia filter, hal ini menandakan adanya penumpukan kotoran/partikel di atas media filter. Maka pada saat ini perlu dilakuka pencucian terhadap filter. Proses pencucian filter terdiri dari dua tahap yaitu backwash (cuci balik) dan rinsing (pembilasan). iii. Activated carbon filter Fungsi dari filter ini adalah menyerap bau, warna organik dan sisa klorin yang ada pada air saat melalui media filter. Prinsip penyerapan klorin pada air ini dengan cara absorbsi. Media utama Activated Carbon Filter adalah karbon aktif dan silica gravel sebagai media pendukung. Mekanisme kerja dari filter ini adalah air akan mengalir dari bagian atas filter, melewati media filter dan pori filter, keluar dari bagian bawah filter, sehingga menyebabkan partikel-partikel dalam air akan tertahan pada filter bagian atas. Hingga nantinya air yang keluar melalui filtertersebut akan jernih dan pada saat yang sama media carbon active menyerap sisa klorin yang masih terdapat pada air. Namun, adanya kotoran yang tertahan pada pori tersebut akan menyebabkan naiknya tekanan masuk dan menghambat penyerapan klorin, sehingga proses penyaringan dan pengabsorbsian tidak berlangsung dengan tidak baik. Pada saat ini lah perlu dilakukan pencucian terbalik atau backwash terhadap filter.Aliran yang seharusnya berjalan dari atas kebawah diubah menjadi dari bawah ke atas. Sehingga partikel yang melekat pada filter dapat dilepaskan dan pada saat yang sama klorin yang terkandung didalam air dapat membunuh bakteri yang mulai tumbuh pada bagian bawah filter. Kemudian filter dibilas dengan tujuan untuk membuang sisa kotoran dan sisa klorin yang terdapat Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
62
didalam tabung filter. Proses ini dilakukan secara berkala untuk menghindari kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme pada media filter.
iv. Water softener Pada water softener proses yang terjadi adalah pertukaran ion. Kandungan hardness (kesadahan) yang terdapat dalam air sumur (Ca hardness dan Mg hardness) ini akan diikat oleh resin kation. Sedangkan resin kation akan melepaskan Na+ ke dalam air. Proses pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ dengan Na+akan berlangsung terus menerus selama proses sehingga muatan Na+ akan berlangsung terus menerus selama proses, sehingga muatan Na+ dalam resin habis. Pada saat inilah softener memerlukan proses pengaktifan kembali (regenerasi). Pada waktu regenerasi, ion kalsium dan magnesium yang terikat di dalam resin akan dilepas dan ditukar kembali dengan ion Na+ dan NaCl sebagai regeneran, sehingga resin aktif kembali dan siap untuk mengikat ion kalsium dan magnesium. 2) Reverse osmosis Setelah proses pretreatment dilakukan, air telah diolah sudah memenuhi standar sebagai air baku untuk sistem R/O. i. Antiscalant Dosing System Pendosisan anti scalant dilakukan untuk membantu menjaga agar membran tidak mudah rusak oleh adanya oksidator yang masuk kedalam membran dan mengurangi kecenderungan terjadinya pengendapan pada permukaan membran. ii. Cartridgefilter Berfungsi untuk menyaring sisa partikel yang berukuran diatas 5 mikron yang masih terdapat di dalam air sehingga tidak mengakibatkan penyumbatan pada membran R/O. iii. Reverse osmosis membrane Sistem penyaringan air dengan menggunakan membran semipermeabel dengan tekanan tinggi
(sesuai spesifikasi). Membran semipermeabel ini
mempunyai pori yang sangat kecil (sekitar 0,0001 mikron) sehingga dapat memisahkan zat-zat yang terlarut, logam berat, organik, pirogen, koloidal dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
63
bakteri. Pencemaran ini akan terkonsentrasi dan harus disalurkan sebagai konsetrat atau reject. Proses ini akan menghasilkan air dengan kandungan mineral yang rendah. Concentrate outlet harus disambungkan ke saluran pembuangan atau ditampung dalam tangki penampung untuk digunakan bagi keperluan lain yang tidak memerlukan kualitas air yang tinggi. Saluran konsetrat ini tidak boleh tertutup rapat sehingga air dapat megalir dengan lancer tanpa adanya penghambat aliran. iv. Reverse osmosis circulation system Sistem sirkulasi digunakan untuk mencegah tumbuhnya biofilm di dalam membran R/O karena tidak terjadinya aliran air pada saat reverse osmosis tidak bekerja. Tangki penampungan dan pompa sirkulasi yang berfungsi untuk menampung air R/O terlebih dahulu dan kemudian digunakan untuk keperluan sirkulasi dan juga digunakan pada saat chemical cleaning untuk pembersihan mebran R/O. v. Reverse osmosis storage Tangki penampungan air produksi reverse osmosis sebelum dilakukan proses mixed bed polisher dan ultrafiltration untuk menghasilkan purified water sesuai standar USP. Tangki R/O ini juga berfungsi untuk sirkulasi pada mixed bedfilter untuk mencegah terjadinya biofilm, mempertahankan konduktivitas air sehingga siap untuk pengisian ke purified water storage tank apabila diperlukan. 3) Polisher i. Mixed Bed Exchanger Mixed bed exchanger merupakan ion removal polisher untuk mendapatkan kualitas akhir air murni yang tinggi dengan daya hantar listrik dibawah 1,3microsimens/cm2. Kolom mixed bed exchanger ini berisi resin kation dan anion yang tercampur secara merata untuk mendapatkan kualitas air yang tinggi. Resin kimia yang terjadi pada kolom ini dengan cara menukar ion-ion yang terkandung dalam air, ion positif diikat oleh resin kation sedangkan resin kation akan melepaskan ion hydrogen dan ion negatif diikat oleh resin anion sedangkan resin anion melepaskan ion hidroksida. Jika ion hydrogen dan ion hidroksida yang terdapat pada resin telah habis tertukar dengan ion-ion positif dan negatif yang terkandung dalam air yang Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
64
dialirkan ke dalam kolom mixed bed exchanger. Perlu dilakukan regenerasi untuk mendapatkan hasil kualitas yang baik lagi. Proses regenerasi terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: a)
Backwash Dilakukan untuk membuang kotoran sekaligus terjadi proses pemisahan
resin kation dan anion. Resin kation akan berada pada bagian bawah dan resin anion akan berada pada bagian atas karena adanya perbedaan berat jenis. Saat pemisahan ini akan terbentuk rongga antara resin menjadi lebih besar sehingga proses regenerasi dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap ini, air mengalir dari bawah ke atas lalu keluar menuju saluran buangan umum. b)
Settle Pada tahap ini tidak ada aliran dalam kolom, sehingga resin kation akan
turun keagian bawah dan resin anion akan berada pada bagian atas. c)
Regenerasi resin anion Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari atas ke bawah
(concurrent) melewati resi anion dan keluar melalui kolektor tengah menuju bak penampungan limbah. d)
Pembilasan resin anion Proses ini berlangsung dengan aliran air dari atas ke bawah dan keluar dari
kolektor tengah menuju tangki penampung limbah tanpa adaya regeneran masuk. e)
Regenerasi resin kation Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari bawah ke atas
(counter current) melewati resin kation lalu keluar dari kolektor tengah menuju bak penampungan lumbah untuk dinetralkan tanpa adanya regeneran yang masuk. f)
Fast rinse Proses pembilasan ini berlangsung dengan aliran air dari atas dan dari
bawah bersamaan melewati resin anion dan kation lalu keluar melalui kolektor tengah menuju tangki penampungan limbah tanpa adanya regeneran yang masuk. g)
Drain down Tahap ini merupakan persiapan pencampuran resin kation dan resin anion
dengan membuang sebagian air yang ada pada tabung mixed bed hingga diatas permukaan resin agar dapat melakukan proses pencampuran dengan baik. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
65
h)
Pencampuran Tahap ini merupakan tahap pencampuran kembali resin kation dan resin
anion yang telah diregenerasi dengan menggunakan udara yang bebas dari minyak dengan kapasitas aliran dan tekanan tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pada proses ini udara bertekanan dialirkan dari bagian bawah resin agar resin kation dapat tercampur dengan anion secara merata. i)
Pembilasan akhir Pada tahap ini air mengalir dari bagian atas ke bagian bawah lapisan resin
yang telah tercampur lalu keluar dari bagian bawah. i. Cartridgefilter Filter yang digunakan untuk menjaga agar tidak ada partikel resin yang lolos pada saat mixed bedfilter bekerja (dapat juga disebut resin trap). Bagian ini harus diganti secara berkala untuk memperoleh hasil yang maksimal. ii. Ultra filter Merupakan filter akhir sebelum air masuk kedalam ultraviolet sterilizer. Ukuran porinya sangat kecil 1,1-0,01 micron yang digunakan untuk memastikan bahwa partikel kotoran yang terkontaminasi dalam tangki penampungan tersaring dengan baik dan ultraviolet sterilizer dapat bekerja maksimal. iii. Ultra violet sterilizer Sinar ultra violet telah dikenal dapat membunuh mikroorganisme.Sinar UV dapat mebunuh kelompok mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, alga dan protozoa. Ketika mikroorganisme dihadapkan ke sinar ultra violet, asam nuklida dari mikroorganisme menyerap energi dan akan merusak DNA dari mikroorganisme dan menghambat reproduksi dari mikroorganisme tersebut. Intensitas penyinaran dari sistem ini adalah 30.000 microwatt detik/cm2 dimana standar pemakaian sinar UV untuk air minum 16.000 microwatt detik/cm2. Selain intensitas penyinaran yang besar, sistem ini juga perlu didukung filter untuk menyaring suspended solid yang kemungkinan dapat digunakan sebagai tempat berlindung bagi mikroorganisme saat dipaparkan dengan UV. Setelah dilewatkan dalam UV sterilizer ini, air diharapakn benar-benar telah memenuhi persyaratan secara fisik, kimia dan biologi untuk digunakan sebagai air baku sesuai standar USP. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
66
e.
Pengolahan Limbah Sistem pengolahan air limbah di PT. Guardian Pharmatama dilakukan
terhadap pengolahan limbah cair yang berasal dari produksi (pencucian alat produksi) dan limbah domestik.Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Guardian Pharmatama didesain pada kapasitas 15 m3 /hari.Ada beberapa parameter pemeriksaan air limbah di PT Guardian Pharmatama. 1) BOD5 (Biological Oxygent Demand) BOD5 adalah senyawa-senyawa pencemar yang dapat diurai secara ilmiah oleh mikroorganisme pengurai. 2) COD (Chemical Oxygent Demand) COD meliputi semua pencemar yang mengonsumsi oksigen dan dapat dioksidasi seperti garam-garam mineral serta sebagian besar senyawa organik. 3) TSS (Total Suspended Solid) 4) Total Nitrogen Nitrogen merupakan zat yang berguna bagi tumbuhan.Akan tetapi nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan jumlah mikroorganisme di dalam sistem. 5) Fenol Total Fenol merupakan zat beracun yang dihasilkan dari pemecahan zat-zat karboksil. 6) pH pH normal yang dapat diterima di lingkungan adalah 6-7. Proses yang terdapat dalam pengolahan limbah adalah proses fisika dan kimia sebagai berikut. 1) Proses penyaringan (screening) Air limbah yang berasal dari limbah pencucian alat-alat produksi masuk ke penyaringan I, sedangkan air limbah domestik masuk ke penyaringan II.Penyaringan ini berfungsi untuk memisahkan air limbah dengan benda padat terapung seperti daun, plastik, tutup botol, dan lainnya.Dengan tersaringnya benda-benda padat yang mengapung ini dapat menjaga keawetan peralatan seperti pompa, mixer dan lain-lain. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
67
Fasilitas Desain, yaitu berupa bak saringan terdiri atas 2 bak yang dilengkapi dengan saringan stainless steel. Ukuran bak 1,5 m, 1,4 m, dan 2 m (panjang x lebar x kedalaman). Masing-masing bak disekat. 2) Proses Equalisasi Proses equalisasi yaitu proses penyeragaman karakteristik parameter air limbah seperti COD, BOD, TSS, pH dan parameter lainnya. Biasanya air limbah yang masuk ke bak equalisasi ini fluktuatif kandungan parameternya dari setiap pencucian. Pencucian pertama kali akan lebih tinggi dibanding pencucian kedua (pembilasan). Air limbah ini berasal dari bak screening atau bak penyaringan sebagai alat penyalur dengan menggunakan pompa penyalur. 3) Proses Kimia (Koagulasi, Flokulasi dan Netralisasi) Air yang berasal dari bak equalisai pertama (penampungan hasil cucian alat produksi) masuk ke bak pengolahan kimia. Pada proses ini disertai penambahan kapur hingga pH mencapai 9-11 kemudian ditambahkan PAC (Poly Alumunium Chloride) dengan kecepatan 100-140 rpm atau reducer kontrol berada di angka nol. Setelah 5-10 menit baru ditambahkan dengan bahan kimia polimer (flokulen) dengan kekentalan seperti minyak, Kecepatan pengaduk pada proses flokulasi ini yaitu 40-70 rpm, kebutuhan PAC 400-600 ml/m3 sedangkan flokulan 300-700 mL/m3, dan pH pada proses ini dijaga pada angka 7-8. 4) Bak netralisasi Air limbah yang sudah diolah dengan proses kimia akan terbentuk agregatagregat yang lebih besar, sehingga apabila diendapkan akan lebih mudah mengendap. Proses pengendapan ini juga terjadi pada koagulasi, flokulasi yang didiamkan kira-kira 15-30 menit. Lumpurnya dialirkan ke drying bed, sedangkan air yang beningnya dialirkan ke bak sedimentasi, di bak sedimentasi inilah terjadi pengendapan yang lebih sempurna. Sistem pengalirannya dengan cara gravitasi yaitu dengan cara membuka valve di drying bed pertama atau kedua. Setelah lumpurnya dialirkan ke drying bed seluruhnya kemudian katup ditutup dan dibuka valve ke bak sedimentasi untuk mengalirkan air limbah yang beningnya. Untuk mengatur supaya pH mencapai netral 7 (tujuh),maka dilakukan penambahan kapur. Pada dasarnya air limbah yang didapat pHnya sudah mendekati 7. Namun karena terjadi proses koagulasi (terjadi penurunan pH Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
68
bersifat asam), sehingga pH bisa turun drastis. Oleh sebab itu terlebih dahulu pH dinaikkan menjadi 9-11 (dengan kapur), kemudian dengan penambahan PAC pH akan kembali normal 7-8. Penanmbahan kapur ini juga akan mempermudah proses sedimentasi (pengendapan). 5) Proses Aerasi Air limbah yang berasal dari equalisasi dua (limbah domestik), langsung mengalir ke bak aerasi I, kemudian masuk ke bak aerasi II. Pada tahap ini terjadi penambahan oksigen ke dalam air dengan menggunakan blower.Bak ini dilengkapi dengan difuser sehingga oksigen yang dimasukkan ke dalam limbah dapat merata. Pada proses ini juga dimanfaatkan bakteri / lumpur aktif untuk mengurai bahan organik limbah, sehingga dapat menurunkan BOD5 dan COD hingga mencapai 90%. 6) Proses Clarifier (Pengendapan Biologi) Air limbah yang sudah melalui proses aerasi kemudian lumpur aktifnya diendapkan di clarifier. Dari clarifier ini lumpur aktif ini ada yang di recycledan ada juga yang akan dibuang melalui drying bed. Secondary clarifier berfungsi untuk menjaga tersedianya konsentrasi lumpur aktif dalam jumlah yang cukup pada bak aerasi, sehingga derajat pengolahan yang diperlukan dapat dipenuhi dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. 7) Proses filtrasi Proses filtrasi ini berfungsi untuk menyaring endapan yang terbawa dan menurunkan kadar besi dan mangan serta menghilangkan bau. 8) Drying Bed Drying Bed adalah bak pengering lumpur, bak ini menyaring lumpur yang berasal dari proses kimia. Pada bak ini dilengkapi media batu kali, batu koral, pasir, ijuk, dan karung goni.Bak ini diatapi oleh atap transparan sehingga cahaya matahari dapat menembus lumpur.Air saringannya dialirkan ke bak sedimentasi kimia. 9) Bak Stabilisasi Bak stabilisasi merupakan bak indikator dari hasil pengolahan air limbah. Indikator yang digunakan merupakan ikan mas dan lele. Jika hasil pengolahan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
69
limbah baik, maka ikan akan tetap hidup. Jika hasil pengolahan buruk, maka ikan akan mati. 10) Flow Meter Agar hasil pengolahan limbah lebih sempurna maka instalasi pengolahan air limbah ini dilengkapi dengan flow meter berukuran 2 inchi sehingga air limbah yang diolah setiap harinya dapat terukur.Penambahan zat-zat kimia ke dalam limbah dilakukan secara manual. Limbah baik hasil pengolahan yang berbentuk padat, akan dikirimkan ke PT Wastek untuk mengalami pengolahan lebih lanjut. Sedangkan limbah cair dibuang ke lingkungan setelah memenuhi parameter yang digunakan. 3.3.9
Departemen Information System Information System merupakan sistem pendukung proses transaksi yang
terjadi di industri farmasi. Departemen ini bertanggung jawab terhadap semua sistem komputer yang ada di PT. Guardian Pharmatama untuk menjaga integritas jaringan dan database, sehingga semua data dari setiap departemen dapat diproses dengan baik agar dapat memberikan informasi yang diperlukan. Departemen IS ini dikepalai oleh seorang Manager IS yang membawahi assistant managertechnical support dan assistant managerprogrammer. Masingmasing asisten membawahi supervisor dan staff (lampiran 11). Tugas dan tanggung jawab dari departemen IS antara lain; a.
Maintanance yaitu merawat atau menjaga hardware dan software komputer yang digunakan di pabrik.
b.
Development yaitu mengembangkan sistem komputer yang telah ada di pabrik.
c.
Troubleshooting yaitu memperbaiki kesalahan yang terjadi di pabrik baik hardware maupun software. Serta membantu user menyelesaikan masalah yang ada di komputer.
d.
Backup data yaitu membuat copy dari databse terakhir, sehingga jika terjadi kerusakan pada database yang digunakan, backup data dapat digunakan.
e.
Mengatur jaringan lokal agar setiap komputer yang masuk dalam jaringan dapat terhubung dengan baik antara yang satu dengan yang lain. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
70
PT. Guardian Pharmatama memiliki suatu aplikasi program khusus yang membantu jalannya beberapa transaksi di pabrik yaitu GIS Application dan GIS report. 3.3.10 Departemen PPIC Departemen PPIC di PT. Guardian Pharmatamadikepalaiseorangmanager yang
membawahidua
orang
assistant
manager
PPIC,
yaitu
PPIC
I
untuksediaansoliddanliquidjuga PPIC II untuksediaansemisoliddanmakloon (toll manufacturing),
dimanamasing-masingmembawahisatu
orang
supervisor
inventory control. 3.3.10.1 Production Planning Marketing mengeluarkan forecast berdasarkan pada data penjualan selama 3 bulan terakhir. Dengan mempertimbangkan lewat stok finished goods yang ada di gudang dan produk WIP (work in process) yang masih belum masuk gudang dan lead time dari produk tersebut, maka produk yang perlu diproduksi dapat dikalkulasi dan ditentukan. Lead time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengolah suatu produk yaitu sejak bahan awal keluar dari gudang untuk ditimbang hingga produk jadi masuk gudang. Lead time untuk suatu produk berbeda-beda. Rencana produksi dibuat pertama kali lewat estimasi rencana produksi 6 bulanan, kemudian akan dibuat lebih spesifik lagi yaitu rencana produksi bulanan dan kemudian rencana produksi per minggu sesuai dengan lead time dari masingmasing produk. Rencana produksi bulanan memiliki ketepatan sekitar 80-90% untuk dijalankan pada proses produksi. Rencana produksi bulanan ini dikeluarkan satu minggu sebelum bulan berjalan. Rencana produksi per minggu tersebut akan dibuat semakin spesifik lagi oleh departemen produksi yaitu rencana produksi harian oleh scheduler dengan mempertimbangkan lead time produk, satuan batch size, dan tanggal butuh masuk gudang. Rencana packing bulanan merupakan sebagai penandaan akhir yang digunakan sebagai panduan barang memasuki gudang dan diberikan setiap awal bulan. Rencana produksi mingguan memiliki tingkat ketepatan 99% untuk dijalankan sebagai proses produksi. Rencana produksi mingguan ini disesuaikan dengan kedatangan material yang biasanya dikeluarkan setiap hari kamis. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
71
Untuk batch file formula pengolahan batch, formula pengemasan batch, manufacturing direction, dan packaging direction dibuat oleh departemen R&D formulasi dan salinannya diberikan ke PPIC. Copy MFD dan PAD diberikan kepada bagian produksi 1 hari sebelum penimbangan dan FPB dan FKB dibuat 3 salinan yaitu untuk bagian accounting, gudang dan melekat pada batch file.Batchfile ini dikeluarkan sesuai dengan schedule harian yang ditentukan oleh bagian produksi (scheduler). Departemen PPIC bertanggung jawab dalam mengendalikan tenggat waktu proses produksi dengan tanggal butuh. Tanggal butuh merupakan waktu deadline ketika produk jadi harus masuk ke gudang.Informasi tersebut diberikan oleh departemen PPIC ke departemen produksi berupa rencana packing bulanan. Rencana produksi bulanan akan direkap selama 1 tahun ke dalam GIS (Guardian Information System). 3.3.10.2 Inventory Control Pengendalian stok bahan yang ada di gudang dilakukan oleh supervisor inventory control.Setiap produk yang diproduksi PT. Guardian Pharmatama telah memiliki bill of material tersendiri.Bill of material adalah dokumen yang mengandung informasi bahan-bahan baku dan bahan kemas yang dibutuhkan untuk proses produksi utnuk setiap produk. Berdasarkan bill of material tersebut dibuat suatu laporan yang mengandung informasi tentang jenis bahan yang akan dibeli (laporan requirement), jumlah dari bahan tersebut dan waktu disaat bahan tersebut dibutuhkan. Laporan requirement material tersebut kemudian diberikan ke departemen purchasing. Laporan tersebut akan ditinjau oleh purchasing dan akan dibuat ratingnya berdasarkan kualitas dan harga dari bahan. Hasil tinjauan tersebut akan diberikan kembali ke departemen PPIC dan berdasarkan hasil rating maka PPIC akan membuat permohonan pembelian (PP) dan purchasing akan membuat Purchasing Order (PO) ke pemasok. Laporan material requirement dibuat berdasarkan pertimbangan : a.
Jumlah bahan yang ada di gudang.
b.
Outstanding PP atau bahan yang telah dipesan tapi belum sampai. Supervisor IC juga bertanggung jawab atas review outstanding PP yitu jika
sales dari produk turun, maka outstanding PP dapat diundur atau dibatalkan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
72
Kemudian supervisor IC juga bertugas untuk memonitor outstanding PP yaitu memastikan jadwal kedatangan bahan baku sama dengan waktu kedatangan yang sesungguhnya. Materi atau bahan baku yang dibutuhkan per produk mengacu pada FPB (Formula Pengolahan Batch) dan FKB (Formula Pengemasan Batch) yang telah dibuat oleh departemen R&D (Research and Development). Sedangkan jadwal produksi mempertimbangkan MFD (Manufacturing Direction) dan PAD (Packaging Direction).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
73
BAB 4 PEMBAHASAN
PT. Guardian Pharmatama sebagai
industri
farmasi
yang telah
mendapatkan izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegitan pembuatan bahan obat atau obat. Pengendalian secara menyeluruh pada pembuatan obat merupakan hal yang sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima produk obat yang bermutu tinggi. Produk jadi harus lulus dari serangkaian pengujian, juga mutu dapat dipertanggungjawabkan hingga dikonsumsi oleh konsumen. Mutu obat tersebut bergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, dan personil yang terlibat. Oleh sebab itu, industri farmasi membutuhkan pedoman sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan. Pedoman ini mencakup seluruh kegiatan penerimaan bahan, produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan mutu, pelulusan, penyimpanan, dan distribusi obat serta pengawasan terkait. Selama pelaksanaan, proses, hingga terbentuknya bahan obat maupun produk obat, PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan aspek yang telah diatur dalam pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Adapun aspek CPOB yang telah diterapkan oleh PT. Guardian Pharmatama meliputi aspek menejemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi, dan validasi. PT. Guardian Phamatama memproduksi obat-obat ethical dan Over the Counter (OTC). PT. Guardian Pharmatama memproduksi obat dalam bentuk sediaan solid, semisolid, maupun liquid. Untuk produk steril, antibiotik dan sirup kering, PT. Guardian Pharmatama melakukan kerjasama dan/atau makloon dengan perusahaan farmasi lainnya. Produk yang diproduksi oleh PT. Guardian Pharmatama diklasifikasikan bedasarkan efektivitas farmakologinya antara lain 73
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
74
golongan obat anti alergi, anti piretik dan analgetik, antibiotik, obat kulit, obat saluran pencernaan, obat serebrovaskular, suplemen, vitamin, dan lain-lain. Kualitas obat yang diproduksi oleh suatu perusahaan farmasi dapat terjamin dan ditingkatkan kualitasnya melalui penerapan CPOB. Hal tersebut telah dibuktikan dan diterapkan oleh PT. Guardian Pharmatama yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan ini.
4.1
Manajemen Mutu PT. Guardian Pharmatama merupakan industri farmasi yang harus
membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi), dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya. Dalam hal tersebut, manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan melalui suatu “Kebijakan Mutu” yang memerlukan partisipasi dan komitmen di semua departemen dalam perusahaan, juga pemasok dan distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten diperlukan sistem manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar sesuai dengan CPOB. Unsur dasar manajemen mutu adalah infrastruktur atau sistem mutu yang mencakup organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, juga tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Produk obat yang dihasilkan harus selalu memenuhi persyaratan yang merupakan tanggung jawab pemastian mutu yang didukung oleh pengawasan mutu dan departemen lain yang terkait. PT. Guardian Pharmatama didukung dengan tersedianya personil berkompeten, bangunan, sarana, serta peralatan yang memadai dalam menjalankan sistem pemastian mutu. PT. Guardian Pharmatama merupakan perusahaan yang mengutamakan mutu dan menerapkan pemastian mutu secara konsisten. Selain berpedoman kepada CPOB, PT. Guardian Pharmatama juga mengadopsi standar dari ISO 9001:2008 dalam manajemen mutunya. Sejak Januari 2012, bagian pemastian mutu dan pengawasan mutu PT. Guardian Pharmatama dipisah, sebelumnya kedua bagian ini digabung dalam departemen pemastian mutu. Per Januari 2014, departemen pemastian mutu Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
75
terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pemastian mutu dan technical support service (TSS). Hal tersebut dilakukan agar kualitas produk yang dihasilkan lebih maksimal dengan tanggung jawab lebih detail dan terspesifikasi per departemen.
4.2
Personalia Sumber daya manusia merupakan hal penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu dan pembuatan obat sesuai dengan persyaratan CPOB. PT. Guardian Pharmatama berusaha menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai. PT. Guardian Pharmatama memiliki personalia yang tersebar pada kantor Head Office dan pabrik. Karyawan tesebut berasal dari berbagai tingkat pendidikan, ketrampilan, dan kemampuan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Pembagian bidang karyawan didasarkan pada lokasi tempat dibutuhkannya bidang tersebut. Sebagai contoh adalah bagaian pemastian mutu, pengawasan mutu, juga produksi, bagian tersebut terdapat di pabrik PT. Guardian Pharmatama Tangerang agar lebih mudah untuk memastikan poduk yang dihasilkan memang sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan. Berdasarkan CPOB, sebuah industri farmasi sekurang-kurangnya memiliki tiga orang apoteker, yaitu sebagai manajer produksi, manajer pemastian mutu, dan manajer pengawasan mutu. Syarat tersebut telah dipenuhi oleh PT. Guardian Pharmatama, bahkan pada beberapa departemen memiliki lebih dari satu orang apoteker agar lebih dapat menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan. Di pabrik PT. Guardian Pharmatama terdiri dari sebelas departemen, yaitu Quality Assurance, Quality Control Bahan Awal & IPC, Quality Control Bahan Kemas, Technical Support Service (TSS), Research and Development Analisa dan Registrasi, Research and Development Formulasi, Production Planning and Inventory Control (PPIC), Production, Warehouse, Information System, dan Enginering. PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan pelatihan mengenai CPOB untuk karyawan di setiap bagian. Tugas spesifik dan kewenangan setiap personil pada posisi penanggung jawab telah tercantumkan dalam uraian tugas tertulis, sehingga karyawan mempunyai job description yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kecakapan setiap karyawan selalu dimonitor oleh Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
76
masing-masing manajer pada tiap departemen terkait sehingga kesalahan yang dilakukan oleh karyawan dapat ditelusuri dan segera diatasi dengan CAPA (Corrective Action Preventive Action).
4.3
Bangunan dan Fasilitas Bangunan PT. Guardian Pharmatama memiliki desain, konstruksi, seta
letak yang memadai agar memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan, dan pemeliharaan. Tata letak dan desain dibuat sedemikian lupa sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan maupun pencemaran silang. Letak bangunan dibuat sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Bangunan ruang produksi dibuat per unit berhubungan yang dipisahkan dengan sekat dari kaca bening dan tertutup, sehingga menghindari kontaminasi silang. Lantai, dinding, dan langit-langit di seluruh ruangan bagian dalam produksi dilapisi epoksi dibuat dengan permukaan yang rata, halus, dan kedap air, tidak terdapat celah atau sambungan, langit-langit kokoh, sisi sudut setiap ruangan melengkung (coving) sehingga debu tidak mudah menempel dan mudah dibesihkan. Tindakan pencegahan terhadap kontaminan juga dilakukan dengan membedakan antara jalur barang dengan personil. Area produksi pada PT. Guardian Pharmatama terpisah dengan area penyimpanan, area pengawasan mutu, dan area pemastian mutu. PT. Guardian Pharmatama hanya memiliki dua area produksi, yaitu area kelas E (Grey area) dan area kelas F (Black area) sehingga PT. Guardian Pharmatama hanya dapat memproduksi sediaan non steril, baik solid, semisolid, maupun likuid. Sedangkan, sediaan steril dan antibiotika ß-laktam diproduksi dengan cara bekerja sama dengan perusahaan lain (Toll Manufacturing). Area penyimpanan harus mempunyai kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk. Kondisi penyimpanan disesuaikan dengan kebutuhan dan kestabilan produk, baik suhu maupun kelembaban. Area pengawasan mutu, yaitu area pengujian sampel dan mikrobiologi terpisah antar area. Hal tersebut diperlukan untuk melindungi instrumen terhadap gangguan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
77
listrik, getaran, kelembaban, atau gangguan lain yang mempengaruhi hasil pengujian produk. Area pemastian mutu bergabung dengan area registrasi dan PPIC karena semua dokumen dikumpulkan pada ruangan tersebut.
4.4
Peralatan Peralatan di PT. Guardian Pharmatama telah didesain dan dikonstruksikan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Peralatan mempunyai ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mutu obat terjamin seragam dari batch ke batch. Peralatan telah dikualifikasi, baik kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, kualifikasi kinerja, serta dikalibrasi. Kalibrasi peralatan dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal atau terprogram untuk menjamin keseragaman produk yang dihasilkan. Pembersihan dan perawatan peralatan untuk mencegah kontaminasi silang dan penumpukan debu atau kotoran turut menentukan mutu produk yang dihasilkan. Peralatan yang digunakan PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi persyaratan CPOB, yaitu terbuat dari stainless steel, kaca, atau bahan inert untuk mencegah terjadinya reaksi kimia. Peralatan produksi ditempatkan dalam ruang produksi yang sesuai dan dalam satu ruangan hanya digunakan untuk pengolahan satu macam produksi pada satu waktu, sehingga resiko tercampur antara komponen obat ataupun terjadi komunikasi silang dapat dihindarkan. Setiap peralatan mempunyai prosedur tetap pengoperasian, pembersihan, dan kalibrasi sebagai pedoman untuk menghasilkan produk obat yang terjamin dari batch ke batch.
4.5
Sanitasi dan Higiene Obat digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh, sehingga obat tersebut
harus bebas dari segala pencemaran. Sumber pencemaran dapat dibagi dua, yaitu partikulat asing dan mikroba. Untuk menjaga higienitas tersebut, maka setiap orang yang memasuki daerah produksi dan laboratorium harus menaati peraturan sanitasi, termasuk tamu, teknisi, untuk perbaikan dan perawatan, staf manajemen, pemerintah dan inspektur mutu, tenaga lepas, dan personalia instruktur. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
78
PT. Guardian Pharmatama telah memberikan pelatihan untuk sanitasi dan higiene dari karyawan. Sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan atau ruangan, dan peralatan. Pada personalia, higiene diterapkan pada semua karyawan yang bekerja dalam pabrik, mulai dari adanya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah diterima bekerja sebagai karyawan pabrik secara berkala (karyawan yang memiliki tugas yang berhubungan dengan visual atau penglihatan dilakukan tes buta warna, karyawan yang memiliki penyakit infeksi pernafasan, penyakit kulit atau luka tidak boleh menangani bahan baku, bahan pengemas, dan proses pembuatan obat sampai penyakit atau luka sembuh). Setiap karyawan di bagain produksi pada saat memasuki ruang produksi harus mencuci tangan dengan desinfektan dan menggunakan pakaian khusus yang bersih dilengkapi dengan penutup rambut dan sepatu khusus. Untuk tamu disediakan pakaian khusus, kain penutup rambut, dan sepatu khusus. Karyawan yang akan melakukan proses pengolahan produk harus menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung antara tangan dengan bahan baku maupun produk yang dihasilkan. Bagi setiap karyawan baru dilakukan pemeriksaan kesehatan, sedangkan bagi karyawan lama pemeriksaan kesehatan dilakukan satu tahun sekali. Sanitasi untuk bangunan atau ruangan, misalnya pada ruangan produksi dilakukan setiap kali proses produksi berlangsung yang meliputi kebersihan ruang dan peralatan setiap kali selesai digunakan. Setiap akan memulai proses produksi maka peralatan dan ruangan harus dilengkapi dengan label bersih dari departemen QC. Sanitasi ruangan produksi dilakukan setiap hari sesuai dengan prosedur tetap sanitasi. Guna menjamin kebersihan ruangan produksi disediakan ruang penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara grey area dan black area. Alur barang yang akan masuk runag produksi harus melalui ruang penyangga yang terpisah dengan ruang penyangga personil. Sistem pest control juga dilakukan dalam rangka pemeliharaan bangunan untuk menghindari adanya binatang kecil, tikus, lalat, semut, cicak, atau binatang lainnya dalam bangunan pabrik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
79
4.6
Produksi Departemen produksi di PT. Guardian Pharmatama melaksanakan
produksi sesuai dengan jadwal produksi yang dibuat oleh PPIC berdasarkan forecast bagian marketing dan stok produk jadi yang tersedia. Produk obat yang dihasilkan oleh PT. Guardian Pharmatama antara lain seperti sediaan tablet, tablet salut selaput, kaplet, kapsul, krim, sirup, suspensi, balsem, dan shampo; serta sediaan injeksi, produk yang mengandung ß-laktam dan sefalosporin dikerjakan di tempat toller. Pelaksanaan produksi di PT. Guardian Pharmatama ini mengikuti prosedur yang tecantum dalam manufacturing direction dan packaging direction yang memuat semua catatan yang berhubungan dengan produksi seperti penimbangan, prosedur pengolahan sampai dengan pengemasan. Proses produksi dilakukan dalam ruang dan kondisi yang telah sesuai dengan persyaratan CPOB, juga sistem serta peralatan yang senantiasa divalidasi. Saat produksi skala pabrik pertama kali untuk satu produk, depatemen R&D, QC, dan produksi bekerja sama untuk menentukan parameter-parameter untuk mengoptimalkan pembuatan produk tersebut. Proses produksi dilaksanakan oleh operator produksi yang telah mengalami training terlebih dahulu dan diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan, hingga distribusi dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan dilakukan dokumentasi dengan pencatatan. Pada saat proses, dilakukan pemeriksaan hasil produk yang dikenal dengan in process control (IPC) untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat. Prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian, atau pemeriksaan yang dilakukan selama proses pada setiap bets produk, PT. Guardian Pharmatam melaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Pemastian Mutu. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja operator dari poses produksi yang memungkinkan menjadi penyebab variasi karakteristik produk dalam proses. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
80
4.7
Penjaminan Mutu atau Quality Assurance ( QA ) Sistem penjaminan mutu yang diterapkan PT. Guardian Pharmatama sudah
mencakup seluruh aspek yang diisyaratkan dalam CPOB untuk mengawasi dan memastikan tiap produk yang dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. Wewenang departemen QA antara lain meluluskan obat jadi untuk didistribusikan ke pasaran bila produk tersebut telah sesuai dengan spesifikasinya atau menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya. Sebelum produk diluluskan untuk didistribusikan maka QA akan melakukan evaluasi terhadap batch file meliputi penimbangan bahan baku, proses pengolahan, proses pengemasan dan hasil pengujian QC. Bila hasil evaluasi memenuhi syarat maka produk dapat diluluskan untuk selanjutnya didistribusikan. Tugas dan tanggung jawab QA lainnya yaitu melakukan Cleaning validation (validasi pembersihan), yaitu suatu kegiatan pembuktian yang terdokumentasi dnegan tujuan untuk memastikan bahwa jumlah kontaminan atau residu zat aktif, mikrobiologi dan sisa deterjen telah memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Validasi proses dilakukan terhadap parameter-parameter uji yang dilakukan selama proses berlangsung hingga menghasilkan produk jadi. Sebelum melaksanakan validasi proses, perlu dipastikan bahwa seluruh vasilitas, peralatan dan sistem penunjang berada dalam pengawasan dan terkualifikasi, kemudian validasi dilaksanakan selama produksi rutin dan validasi proses terhadap produk yang sudah beredar di pasaran. Validasi ulang diperlukan apabila teradapat perubahan yang bersifat kritis (penggantian alat atau mesin, reformulasi, dll). Stabilitas on going dilakukan untuk membuktikan apakah obat tetap stabil sampai masa expired date habis. Stabilitas ini dilakukan sebagai monitoring untuk produk existing maupun produk pengolahan ulang (rework) yang berada di pasaran. Sampel disimpan dalam climatic chamber suhu 30 ± 2°C, RH 75 ± 5%. Pengujian dilakukan setiap satu tahun untuk produk existing (diambil satu batch per tahun) sampai dengan ED ditambah satu tahun dan 6 bulan sekali untuk rework.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
81
4.8
Pengawasan Mutu atau Quality Qontrol ( QC ) Bagian pengawasan mutu di PT. Guardian Pharmatama terdiri dari bagian
pengawasan mutu bahan awal dan IPC. Bagian pengawasan mutu bahan awal telah melaksanakan tugasnya dengan baik dengan melakukan pengujian terhadap bahan awal sesuai dengan spesifikasi bahan awal, produk antara, produk ruangan dan produk jadi. Obat yang diproduksi olah PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi beberapa kriteria yang dipersyaratkan dalam CPOB 2012 yaitu: 1. Mengandung bahan aktif sesuai yang dipersyaratkan 2. Bebas dari zat asing 3. Ketersediaan hayati (Bioavaibilitas) 4. Bekerja atau mempunyai efek sesuai yang diinginkan. Bagian pengawasan mutu memiliki wewenang antara lain untuk meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan yang sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya termasuk bila tidak dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan. Bagian pengawasan mutu juga berwenang dalam melakukan pengambilan contoh atau sampel barang yang akan diuji serta dalam hal proses pengujiannya. Personil yang bertugas dalam pengambilan sampel telah memperoleh pelatihan awal dan berkelanjutan secara teratur tentang cara pengambilan sampel yang benar. Saat proses produksi berlangsung, dilakukan In Process Control (IPC) pada setiap tahapan proses produksi. Bagian pengawasan mutu PT.Guardian Pharmatama telah sesuai dengan CPOB 2012 dimana telah memiliki otoritas tunggal untuk meluluskan atau menolak bahan awal dan produk jadi tersebut. Selain itu, karena tidak merupakan bagian dari departemen produksi, maka dapat dipastikan bahwa departemen pengawasan mutu ini telah berdiri sendiri atau independen. PT. Guardian Pharmatama menggunakan metode analisis yang dianjurkan dalam FI, USP, GP, BP, JP, dan EP serta disesuaikan dengan fasilitas analisa yang ada dalam laboratorium dalam hal pengendalian mutu baku, bahan pengemas, dan produk yang dihasilkan. Metode analisis tersebut sebelumnya telah divalidasi atau diverifikasi oleh bagian analitical research and development. Setiap perubahan atau modifikasi pada metode tersebut harus divalidasi kembali. Alat-alat analisa Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
82
dikalibrasi secara berkala sesuai dengan prosedur yang telah baku. Hal yang diharapkan dari pelaksanaan tersebut adalah bahwa setiap metode setiap metode dan analisa memberikan hasil yang sensitif, teliti, dan akurat sehingga dapat memberikan data yang sesungguhnya. Maka mutu bahan baku, bahan kemas, dan produk yang dihasilkan selalu dapat dikontrol sesuai spesifikasi yang ditentukan. Secara aspek bangunan, laboratorium pengawasan mutu PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) 2012. Ruangan laboratorium untuk pengujian dibuat terpisah dari ruangan produksi dan telah dilengkapi dengan perlengkapan yang memadai untuk menunjang pemeriksaan secara fisika, kimia, dan mikrobiologi terhadap produk yang diuji. Secara aspek personel, tiap karyawan berkewajiban untuk memakai pakaian pelindung, yaitu jas laboratorium dan alat pengaman seperti masker dan sarung tangan yang sesuai dengan keperluan tugasnya.
4.9
Inspeksi diri dan Audit Mutu Inspeksi diri dau audit mutu merupakan aspek yang penting untuk
dilakukan oleh setiap industri termasuk industri farmasi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu suatu perusahaan farmasi telah memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) 2012 atau belum. Inspeksi diri dan audit mutu dapat mencegah maupun memperbaiki kekeliruan serta ketidak disiplinan proses produksi sedini mungkin. PT. Guardian Pharmatama telah melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu sesuai dengan ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) 2012 secara rutin. Program kegiatan inspeksi diri PT. Guardian Pharmatama dirancang dan dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang terkait baik proses produksi, maupun fasilitas dan infrastrukturnya. Inspeksi diri mencakup aspek manusia, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) serta mencakup sistem manajemennya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
83
4.10
Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk, dan produk kembalian Untuk penanganan keluhan produk biasanya keluhan terhadap produk
berasal dari dokter, apotek, maupun pasien. Keluhan tersebut bisa terhadap kualitas produk, efek yang merugikan, maupun efek terapeutik dari produk tersebut. Keluhan produk tersebut diterima oleh marketing kemudian disampaikan kepada departemen QA, kemudian dengan bantuan R&D akan menganalisa produk yang dikeluhkan. Setelah itu, QA akan memberikan surat jawaban ke marketing yang berisi alasan dan tindak lanjut terhadap keluhan tersebut. Secara garis besar, pelaksanaan penanganan keluhan adalah berupa: pendataan (asal keluhan); investigasi, sampel dan sampel pertinggal; investigasi batch lain; dan kemungkinan pemalsuan. Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi syarat kualitas atau atas dasar penimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat jadi yang bersangkutan. PT. Guardian Pharmatama membagi produk kembalian menjadi dua jenis, yaitu obat kadaluarsa dan obat yang cacat atau rusak. Produk kembalian diterima PT. Guardian Pharmatama melalui melalui distributor-distributornya. Pabrik akan menerima melalui gudang obat jadi. Obat yang diterima akan diperiksa kelengkapannya,
kemudian
bagian
pengawasan
mutu
akan
melakukan
pemeriksaan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Barang yang diterima diperiksa jumlahnya, nomor batch, dan dibandingkan dengan retained sample (contoh pertinggal). Jika obat tersebut sudah kadaluarsa maka akan dimusnahkan, sedangkan jika dikembalikan ke PT. Guardian Pharmatama tiga bulan sebelum tanggal kaadaluarsanya, maka produk akan diganti dengan produk yang baru. Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dapat dimanfaatkan atau dikembalikan sebagai stock. Jika yang rusak hanya kemasannya saja, maka akan dilakukan proses pengemasan ulang. Prosedur pemusnahan harus dapat mencegah Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
84
terjadinya pencemaran lingkungan dan kemungkinan dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
4.11
Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen untuk
perencanaan, pelaksanaan atau penerapan, penyelidikan atau penerapan dan evaluasi.dalam seluruh aktivitas pembuatan produk (obat). Dokumentasi menunjukkan bahwa apakah seluruh prosedur, metode, spesifikasi, instruksi, perencanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat telah dilaksanakan dengan baik yang digambarkan dengan suatu riwayat lengkap dan terperinci dari setiap batch sehingga memungkinkan untuk penyelidikan serta penelusuran terhadap batch yang bersangkutan maupun untuk memonitor dan mengendalikan bangunan, fasilitas, peralatan dan personil. Setiap proses yang dilakukan di PT. Guardian Pharmatama memiliki prosedur yang tetap (standart operating prosedure) yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar oleh setiap karyawan. Seluruh tahap dalam rangkaian produksi baik manufacturing document maupun laboratorium document dikumpulkan dalam batch file yang disimpan oleh departemen QA. Batch file merupakan dokumen yang berisikan semua hal yang berhubungan dengan proses produksi dan hasil laboratorium dan semua pihak yang melaksanakan proses tersebut dan hal-hal yang menyimpang. Seluruh kegiatan kalibrasi alat dan validasi yang dilakukan selalu didokumentasikan. Penanganan semua dokumen tersebut dilakukan oleh departemen QA.
4.12
Instalasi Pengolahan Air Limbah Proses pengolahan limbah yang dilakukan di PT. Guardian Pharmatama
hanya untuk limbah domestik (yang berasal dari dapur, kantor, toilet) dan limbah produksi (yang berasal dari pencucian alat), sedangkan untuk limbah padat misalnya sisa granul dari proses produksi, barang kembalian dari distributor dimusnahkan oleh pihak ketiga. Pada proses pengolahan limbah laboratorium, limbah reagen atau pelarut dikumpulkan lalu disimpan di dalam gudang Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
85
penyimpanan limbah dan kemudian dibuat permintaan ke purchasing untuk dipanggilkan pihak ketiga untuk memusnahkannya. PT. Guardian Pharmatama telah melakukan pengolahan limbah, namun masih memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain pada proses filtrasi yang tidak menggunakan karbon aktif, sehingga akibatnya limbah outlet hasil pengolahan masih berbau dan sedikit berwarna. Kelemahan lainnya, yaitu pada bak indikator tidak menggunakan indikator yang dipersyaratkan (ikan mas). Indikator ikan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa limbah yang telah diolah telah layak untuk dibuang karena telah dianggap aman. Ikan mas yang dapat hidup di dalam limbah menandakan adanya oksigen yang cukup sehingga dapat dikatakan satara dengan air. Namun, dari hasil pemeriksaan QC, kadar Chemical Oxygen Demand (COD), Biologycal Oxygen Demand (BOD), Total Dissolved Solid (TDS), dan parameter lain masih memenuhi persyaratan.
4.13
Kualifikasi dan Validasi PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan CPOB dalam setiap
kegiatannya, salah satunya adalah melaksanakan validasi. Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian yang sesuai dengan prinsip-prinsip CPOB bahwa prosedur, proses, peralatan, bahan-bahan, aktivitas, atau sistem telah berfungsi sesuai yang dipersyaratkan. Validasi ini digunakan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Selain itu, validasi juga bertujuan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang konsisten. Oleh karena itu, diperlukan serangkaian kegiatan untuk melakukan validasi terhadap prosedur tersebut sehingga proses produksi dapat menghasilkan produk yang berkualitas secara terus menerus dan reproducible. Setiap enam bulan bagain tim validasi menyusun rencana validasi induk (RIV). Rencana induk validasi ini mencakup informasi tentang vasilitas, peralatan atau proses yang akan divalidasi, format dokumen berupa format protokol, laporan validasi dan jadwal perencanaan pelaksanaan validasi, acuan dokumen yang digunakan dan struktur organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi tersebut. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
86
Selain melakukan validasi proses, PT. Guardian Pharmatama juga melakukan validasi pembersihan dan validasi metode analisa. Validasi metode analisa dilakukan oleh bagian R&D analisa. Selain validasi, PT. Guardian Pharmatama juga melakukan kualifikasi alat. Kualifikasi alat di PT. Guardian Pharmatama dilakuakn oleh masing-masing departemen. Kualifikasi yang dilakuakn diantaranya adalah kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi tersebut memastikan bahwa alat yang dipasang dapat dioperasikan dengan baik serta telah mencapai kinerja yang diinginkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
87
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan aspek-aspek CPOB dalam rangka menghasilkan produk yang berkualitas, meliputi aspek manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan validasi. Semua proses dan prosedur telah dilaksanakan berdasarkan konsep Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Aspekaspek CPOB telah diimplementasikan serta terdokumentasi dengan baik dan teratur. 2. Profesi Apoteker memiliki peranan yang penting dalam suatu industri farmasi yaitu menduduki posisi kunci sebagai tenaga profesional farmasi khususnya dalam bidang produksi, pengawasan mutu serta pemastian mutu. Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas produk obat yang dihasilkan.
5.2 1.
Saran Meningkatkan produksi obat baik secara kualitas maupun kuantitas dengan mengikuti perkembangan teknologi farmasi yang semakin berkembang.
2.
Umtuk mempertahankan sekaligus meningkatkan mutu produk, aspek CPOB dilaksanakan dengan standar kualifikasi lebih tinggi dan/atau ketat.
3.
Membuat sarana produksi steril sehingga tidak perlu lagi melakukan toll manufacturing ke perusahaan lain sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan lebih menjaga dan mengontrol kualitas obat tesebut.
4.
Peningkatan disiplin personil khususnya dibagian produksi dalam rangka menjaga kesehatan dan keselamatan dalam bekerja serta menjaga kualitas obat yang dihasilkan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM RI. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta: BPOM RI. Daris, A. (2008). Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Kefarmasian. Jakarta: ISFI.
87
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
88
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
89
Daftar Lampiran
Lampiran Lampiran Gambar
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Nomor 1-23
90
Lampiran 1. Struktur organisasi PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
91
Lampiran 2. Struktur organisasi Departemen Quality Assurance
Lampiran 3. Struktur organisasi Departemen Technical Support Services
Technical Support Services Manager
Assistant Validasi & Stabilitas Manager
Assistant GMP compilance
Spv. Validasi proses
Spv. Validasi pembersihan dan stabilitas
Spv. GMP compilance
Spv. GMP compilaance II
Analis validasi proses
Analis validasi pembersihan dan stabilitas
Inspektor GMP compilance 1
Inspektor GMP compliance 2
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
92
Lampiran 4. Struktur Organisasi Departemen R&D Formulasi
Lampiran 5. Struktur organisasi Departemen QC Bahan Kemas
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
93
Lampiran 6. Struktur organisasi Departemen QC Bahan Awal dan IPC Plant Manager Manager QC Bahan Awal dan IPC Ass. Man Produk Jadi
Ass. Man QC Bahan Awal
SPV Protap
Spv QC Bahan Awal
Spv Pengolaha n
Spv QC Analisa
Spv QC Mikrobiologi
Analis
Analis
Analis
Analis
Lampiran 7. Struktur organisasi Departemen Warehouse
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Leader protap
94
Lampiran 8.
Struktur organisasi Departemen Engineering
Lampiran 9. Struktur organisasi Departemen R&D Analisa & Registrasi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
95
Lampiran 10. Struktur Organisasi Departemen Produksi PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
96
Lampiran 11. Struktur organisasi Departemen PPIC Plant Manager
PPIC Manager
Ass. Manager PPIC II
Ass. Manager PPIC I
Spv. Inventory Control I
Spv. Inventory Control II Administrasi PPIC
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
97
Lampiran 12. Tahapan pelulusan produk jadi
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
98
Lampiran 13. Alur penelusuran kalibrasi alat
Standar Internasional
Standar nasional
Standar primer (dimiliki oleh laboratorium kalibrasi yang terakreditasi oleh KAN)
Standar kerja yang disimpan oleh bagian kalibrasi di Industri Contoh: termometer standar, stopwatch standar
Alat di Industri
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
99
Lampiran 14. Alur proses produksi sediaan solid Penimbangan
Pencampuran
Granulasi basah
Penambahan
Granulasi kering
KempaLangsung
Slugging
pengikat (mixing awal) Penghancuran Massa granul Pengayakan Pengeringan Penambahanfase luar (lubrikasi)
Granulating /Pengayakan
Penambahan fase luar (mixing akhir)
Pencetakan tablet Coating Pengemasan primer
Coding
Pengemasan sekunder
Penemasan
Pengemasan tersier tersier
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
100
Lampiran 8. Alur Proses Produksi Sediaan Krim Lampiran 15. Alur proses produksi sediaan krim Penimbangan Fase air
Fase minyak
Pencampuran bahan yang larut dalam air
Peleburan dan pencampuran fase minyak
Pembuatan basis cream
Pendinginan
Pencampuran bahan aktif
Pengisian dalam tube (tube filling) dan embossing tube
Pengemasan sekunder
Pengemasan tersier
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
101
Lampiran 16. Alur proses produksi sediaan salep
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
102 Lampiran 17. Label “karantina” PT. Guardian Pharmatama
Lampiran 18. Label “Release” PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
103 Lampiran 19. Label “Reject” PT. Guardian Pharmatama
Lampiran 20. Label “Telah disampling” PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
104 Lampiran 21. Label “Hold” PT. Guardian Pharmatama
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
105
Lampiran 22. Alur sistem pengolahan air (purified water system)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
106
Lampiran 23. Alur sistem pengolahan limbah
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA TANGERANG PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014
PROTOKOL VALIDASI PROSES PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN PADA SEDIAAN TABLET NON SALUT, TABLET SALUT, DAN KRIM
TRIANI DIAN ANGGRAINI, S. Farm. 1306344330
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK FEBRUARI 2014
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1 1.2. Tujuan ......................................................................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4 2.1. Technical Support Services (TSS) ............................................................................... 4 2.2. Kualifikasi .................................................................................................................... 4 2.3. Validasi Proses ............................................................................................................ 5 2.4. Protokol Validasi ......................................................................................................... 7 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 9 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................................. 9 3.2. Metode Pengumpulan Data .......................................................................................... 9 BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................................... 10 BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN ............................................................................... 15 5.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 15 5.2. Saran ............................................................................................................................ 15 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 16 LAMPIRAN ....................................................................................................................... 17
ii
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Protokol Validasi (Proses Pengolahan) .......................................................... 18 Lampiran 2. Protokol Validasi (Proses Pengemasan .......................................................... 23
iii
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Obat menurut BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012
merupakan bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Menurut pengertian tersebut, obat tidak hanya dibutuhkan sebagai penyembuh saja tetapi juga sebagai peningkat kesehatan hingga memperbaiki penampilan dan merawat tubuh. Perkembangan obat yang bervariasi dan selalu mengikuti tren menjadi daya tarik bagi industri farmasi untuk mengembangkan produk-produknya. Industri Farmasi sendiri menurut BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Mentri Kesehatan dan memiliki sertifikat CPOB untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Dalam produksinya, industri farmasi harus menjamin bahwa obat yang diproduksi aman, bermutu, dan berkhasiat. Untuk mencapai tujuan aman (safety), bermutu (quality), dan berkhasiat (efficacy) maka dibutuhkan pedoman yang dapat menjadi persyaratan dari setiap industri farmasi yaitu CPOB. CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB adalah bagian dari pemastian mutu dan mencakup produksi dan pengawasan mutu. Industri Farmasi dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat dan/ atau bahan obat wajib menerapkan pedoman CPOB yang terdiri dari 12 aspek. 12 aspek yang terdapat didalam CPOB yaitu manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan validasi menurut peraturan BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 mengenai penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik.
1
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Salah satu hal yang penting dalam penerapan CPOB adalah pengendalian mutu produk yaitu salah satunya dengan kualifikasi dan validasi. Kualifikasi adalah suatu pembuktian bahwa perlengkapan/mesin yang digunakan dalam suatu proses akan selalu memberikan hasil yang memenuhi kriteria yang diinginkan secara konsisten. Sedangkan, validasi merupakan suatu tahap untuk mendapatkan bukti terdokumentasi yang menjamin bahwa suatu proses spesifik akan menghasilkan produk dengan spesifikasi yang ditetapkan secara konsisten. Suatu sistem harus dikualifikasi agar berfungsi dalam proses yang tervalidasi, sedangkan suatu proses harus divalidasi. Pada PT. Guardian Pharmatama, salah satu validasi yang dilakukan adalah validasi proses pengolahan dan proses pengemasan primer yang ditujukan untuk mendapatkan mutu obat yang memenuhi standar dan konsisten. Validasi proses adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan dapat terlaksana secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara atau BAO (Bahan Aktif Obat) yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pelaksanaan validasi proses dibutuhkan suatu protokol validasi proses agar validasi yang dilakukan dapat terjamin. Protokol validasi proses merupakan dokumen yang menguraikan metode kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka validasi suatu sistem atau proses, termasuk metode pengujian dan kriteria penerimaan atas hasil validasi dengan kata lain protokol merupakan dokumen kunci bagaimana validasi proses akan dilaksanakan. PT. Guardian Pharmatama secara konsisten melakukan validasi ulang setiap 5 tahun sekali, namun jika terjadi perubahan seperti perubahan cara kerja dan mesin yang digunakan pada proses pengolahan obat, perubahan produsen bahan aktif dan bahan tambahan yang digunakan, perubahan besar batchsize ≥ 10 kali dari bets sebelumnya serta perubahan komposisi formula maka produk tersebut harus segera dilakukan revalidasi, sesuai pedoman yang termuat dalam protokol revalidasi proses. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memberikan khasiat dan mutu yang konsisten. Setiap bentuk sediaan, memiliki protokol validasi proses yang berbedabeda. Dalam tugas khusus ini akan dijabarkan mengenai perbandingan protokol Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
3
validasi proses sediaan solid (tablet dan tablet selaput), dan sediaan semisolid (krim). Pembuatan protokol validasi proses mengacu pada master bets (Dokumen proses produksi yang terdiri dari Formula Pengolahan Bets,Manufacturing Direction/Proses Pengolahan Induk, Formula Pengemasan Bets dan Packaging Direction/Proses Pengemasan Induk).
1.2.
Tujuan
1.2.1. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan protokol validasi proses dari tiga bentuk sediaan yang berbeda. 1.2.2. Memahami pelaksanaan dan proses pembuatan protokol validasi proses di PT. Guardian Pharmatama. 1.2.3. Memahami pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Technical Support Services Departemen Technical Support Services (TSS) merupakan departemen
pecahan dari Departemen QA (Quality Assurance). TSS dipimpin oleh manager TSS yang membawahi dua asisten manager yaitu assisten manager validasi dan stabilitas serta asisten manager GMP compliance. Tanggung jawab dan wewenang dari setiap asisten manager berbeda-beda. Assistant Manager Validation and Stability membawahi Supervisor Validasi Proses dan Supervisor Validasi Pembersihan & Stabilitas, masingmasing Supervisor membawahi dua orang analis. Tugas Assistant Manager Validation and Stability diantaranya: 1. Validasi a. Validasi Proses b. Validasi Pembersihan 2. Stabilitas
Assistant Manager GMP Compliance membawahi Supervisor GMP Compliance yang membawahi inspektor GMP Compliance dan bagian Document Controller. Assistant Manager GMP Compliance memiliki 4 tugas utama: 1. Kalibrasi dan kualifikasi 2. Document Controller 3. Mengadakan pelatihan bagi karyawan 4. Pengendalian perubahan 5. Sertifikasi
2.2.
Kualifikasi Sebelum dilakukan validasi proses, kualifikasi yang tepat terhadap
peralatan kritis dan sistem penunjang harus dilaksanakan. Kualifikasi biasanya dilaksanakan dengan melakukan beberapa kualifikasi, yaitu Kualifikasi Desain (KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi Kinerja (KK). 4
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
5
Kualifikasi Desain (KD) merupakan dokumen yang memverifikasi bahwa dari fasilitas, sistem dan peralatan yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan, yang telah memenuhi ketentuan CPOB. Kualifikasi Instalasi (KI) adalah dokumentasi yang memverifikasi bahwa seluruh aspek kunci dari instalasi peralatan atau sistem telah sesuai dengan tujuan desainnya dan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh industri pembuat. Yang termasuk kedalam KI adalah instalasi peralataan, pipa dan sarana penunjang serta instrumentasi yang sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain; pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan kalibrasi serta verifikasi bahan konstruksi.
Kualifikasi
Operasional
(KO)
adalah
dokumentasi
yang
memverifikasikan bahwa fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang dan difungsikan, dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang, berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. Untuk melakukan KO, sebelumnya telah dilaksanakan KI, telah dikaji dan disetujui. KO mencakup pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem dan peralatan; pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk (worst case). Kualifikasi Kinerja (KK) adalah verifikasi terdokumentasi, dengan peralatan dan sistem penunjang yang terhubung secara bersama, dapat bekerja secara efektif dan reprodusibel berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. KK dilaksanakan setelah dilakukan KI dan KO, yang telah dikaji dan disetujui. KK mencakup pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan.
2.3.
Validasi Proses Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
6
Didalam buku Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2012, Validasi proses (VP) adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan dapat terlaksana secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara atau bahan aktif obat (BAO) yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat tiga pendekatan validasi, yaitu validasi prospektif, validasi retrospektif dan validasi konkuren. Validasi prospektif adalah pendekatan yang diutamakan, tetapi ada pengecualian jika pendekatan lain dapat digunakan. Validasi prospektif dilaksanakan pada proses pembuatan BAO sebelum distribusi komersial dari produk akhir obat yang dibuat dari BAO tersebut. Validasi konkuren adalah validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk dijual. Validasi retrospektif adalah validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets. Pendekatan validasi retrospektif dapat digunakan untuk atribut mutu dan parameter proses kritis telah diidentifikasi; kriteria penerimaan dan pengawasan selama proses telah ditetapkan dengan tepat; tidak ada kegagalan proses/ produk bermakna yang bukan disebabkan olek kesalahan operator atau kegagalan peralatan yang tidak berhubungan dengan kesesuaian peralatan dan profil impuritis BAO telah ditetapkan. Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif merupakan representasi untuk semua bets yang diproduksi selama periode pengkajian, termasuk bets yang tidak memenuhi spesifikasi dan jumlahnya cukup untuk menunjukkan konsistensi proses. Sampel pertinggal dapat diuji untuk memperoleh data untuk memvalidasi proses secara retrospektif. Validasi konkuren adalah validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk dijual. Validasi konkuren dapat diterapkan jika data dari replikasi produksi yang sudah dibuat tidak tersedia karena jumlah bets BAO yang telah diproduksi terbatas, bets BAO yang jarang diproduksi atau bets BAO yang diproduksi dengan proses tervalidasi yang telah dimodifikasi. Sebelum melakukan validasi, terlebih dahulu melakukan perencanaan kegiatan validasi dengan terperinci serta mendokumentasikan rencana kegiatan Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
7
validasi ke dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen sementara. RIV merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas, yaitu mencakup kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format dokumen, format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan. Laporan validasi mengacu kepada protokol validasi yang merangkum hasil yang diperoleh, memberikan evaluasi terhadap penyimpangan yang ditemukan dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk memberikan rekomendasi perubahan untuk memperbaiki kekurangan.
2.4.
Protokol Validasi Salah satu kebijakan mutu yang dikeluarkan oleh QA dalam sebuah
industri farmasi adalah protokol validasi yang merupakan rencana tertulis yang menguraikan bagaimana validasi akan dilaksanakan yang meliputi parameter pengujian, karakterisitik produk, peralatan produksi dan ketentuan nilai-nilai hasil pengujian yang dapat diterima. Protokol validasi proses merupakan suatu panduan untuk melakukan validasi proses pengolahan sediaan farmasi, meliputi pengawasan parameter kritis pada proses pembuatan, pengambilan sampel yang tepat, kriteria penerimaan sampel, pengujian selama pengolahan serta rincian kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol validasi ini selanjutnya dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi merinci langkah proses kritis dan kriteria penerimaan serta tipe validasi yang akan dilaksanakan (misal retrospektif, prospektif, konkruen) dan jumlah proses produksi. Isi dari protokol validasi proses antara lain adalah pendahuluan; tujuan; lembar persetujuan; daftar isi; ruang lingkup; tanggung jawab tim validasi; komposisi formula, besar bets, dan spesifikasi; informasi dan referensi pemeriksaan bahan awal; peralatan dan ruangan serta Protap peralatan yang digunakan; alur proses produksi; parameter kritis; pola pengambilan sampel; analisa data dan kriteria penerimaan. Dalam suatu protokol validasi proses, lembar persetujuan harus ditandatangani dari personil dan departemen yang menyiapkan (tim pelaksana) Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
8
dan yang melakukan kaji-ulang serta persetujuan (manajemen). Selain itu, protokol validasi proses juga harus dilengkapi dengan nomor dokumen, nama produk dan nomor identitas/referensi. Setelah lembar persetujuan, dalam protokol validasi terdapat ruang lingkup yang harus spesifik untuk produk, terdiri dari ukuran bets, proses, serta tipe validasi. Informasi bahan awal dalam protokol validasi juga dicantumkan dari ukuran partikel, densitas, informasi supplier dan manufacture serta informasi karakteristik kritis lainnya. Peralatan, ruangan, dan protap yang digunakan juga dicantumkan dengan dilengkapi nomor protap, judul dan tanggal berlaku. Pada parameter kritis dalam validasi proses, harus dicantumkan tahapan dan, alat yang digunakan, setting mesin secara teoritis, setting mesin secara operasional, dan parameter kritis seperti pemerian dan homogenitas. Setelah itu dicantumkan pola pengambilan sampel dan dicantumkan tahapnya, jumlah, analisa, posisi pengambilan, dan keterangannya seperti metodenya analisa kadar zat aktifnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1.
Waktu dan Tempat Pengkajian Penulisan literatur tentang perbandingan protokol validasi proses pada
sediaan tablet non salut, tablet salut, krim pada tanggal 06 Januari – 28 Februari 2014, bertempat di bagian Technical Support Services, PT. Guardian Pharmatama.
3.2.
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penulisan perbandingan protokol validasi
proses pada sediaan tablet salut, non salut, krim yakni melalui penulusuran/ studi literatur dari PT. Guardian Pharmatana dan literatur lainnya.
9
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN
Validasi merupakan salah satu aspek dari CPOB yang harus ada dalam suatu industri farmasi. Validasi dilakukan berdasarkan protokol yang telah disusun sebelumnya. Pada protokol validasi proses tercantum semua personel yang terlibat beserta tanggung jawabnya masing-masing untuk memastikan bahwa prosedur dijalankan sesuai dengan protokol dan seluruh data terdokumentasi dengan baik. Protokol validasi proses disusun oleh Departemen Tech. Support Services. Dalam pelaksanaan validasi proses melibatkan beberapa departemen, antara lain Departemen Engineering, Warehouse, Departemen Pengawasan Mutu dan Departemen Pemastian Mutu. Pembuatan protokol validasi proses disahkan oleh Manager Produksi, Manager QA, Manager R&D dan Plant Manager. PT. Guardian Pharmatama melakukan validasi proses untuk setiap produk baru dan produk existing. Validasi proses dilakukan secara continue dengan revalidasi setiap 5 tahun sekali. Produk baru yang akan diproduksi dibuat master bets oleh departemen R&D yang berisi formula pengolahan dan pengemasan bets serta proses pengolahan induknya. Dari master bets tersebut akan dibuat protokol validasi proses oleh Departemen Tech. Support Services yang berisi tahapan proses produksi, mesin dan ruangan proses produksi yang digunakan serta berisi spesifikasi-spesifikasi produk antara dan produk ruahan yang ditentukan sesuai persyaratan. Pembuatan protokol selain mengacu pada master bets juga akan mengacu pada lembar SPOJ (Spesifikasi Pemeriksaan Obat Jadi) yang dibuat oleh Departemen R&D Formulasi yang berisi spesifikasi pemerian fisik produk antara dan produk ruahan serta spesifikasi yang tidak tercantum dalam master bets , seperti spesifikasi kadar, disolusi serta keseragaman kandungan (untuk sediaan dengan zat aktif ≤ 50 mg atau kurang dari 50% dari bobot satuan sediaan). Protokol tersebut akan dipakai untuk melakukan validasi proses dan tidak boleh diubah selama kegiatan validasi proses berlangsung. Validasi proses yang dilakukan mulai dari proses pengolahan sampai proses pengemasan. Validasi proses pengolahan merupakan tindakan pembuktian bahwa dengan prosedur pengolahan yang digunakan akan senantiasa menghasilkan obat 10
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
11
yang memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Pendekatan validasi yang digunakan adalah validasi konkuren. Validasi ulang dilakukan jika terjadi perubahan seperti perubahan cara kerja dan mesin yang digunakan pada proses pengolahan obat, perubahan produsen bahan aktif dan bahan tambahan yang digunakan, perubahan besar batchsize ≥ 10 kali dari bets sebelumnya serta perubahan komposisi formula maka produk tersebut harus segera dilakukan revalidasi, sesuai pedoman yang termuat dalam protokol revalidasi proses.. Jika tidak terjadi perubahan yang signifikan maka validasi ulang akan dilakukan setiap 5 tahun. Selama kegiatan validasi proses berlangsung, setiap tahapan proses produksi, mesin yang digunakan dan spesifikasi yang tercantum dalam protokol akan disesuaikan dengan yang sebenarnya terjadi selama proses produksi dan dilakukan pencatatan jika ditemukan ketidaksesuaian maupun penyimpangan yang terjadi selama pengamatan berlangsung. Validasi proses akan dilakukan pada 3 bets berturut-turut. Hasil dari pengamatan validasi akan dimasukkan dalam laporan validasi proses oleh Departemen
Tech.
Support
Services.
Validasi
proses
bertujuan
untuk
membuktikan bahwa proses pengolahan sampai dengan pengemasan primer produk obat yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil konsisten. Pada protokol validasi proses tercantum tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab, deskripsi produk dan proses, komposisi formula, jadwal validasi, kriteria penerimaan, kegagalan pengujian, validasi ulang dan laporan validasi. Protokol validasi memiliki isi yang berbeda-beda pada setiap bentuk sediannya. Perbedaannya berada pada beberapa bagian dan urutannya seperti parameter kritis dalam proses pembuatan pada setiap sediaan. Pada proses pembuatan tablet non salut, tablet salut, dan krim parameter kritis hampir sama, yaitu meliputi tahap pencampuran pada saat pencampuran awal (kecepatan pengadukan dan waktu pengadukan), serta tahap pencampuran dan pemerian dari sediaan. Pada proses pembuatan tablet salut, selain parameter kritis yang telah disebutkan diatas, juga terdapat parameter kritis lain seperti pemerian larutan penyalut, viskositas larutan penyalut, pemerian penyalut, temperatur yang Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
12
digunakan untuk coating, suhu aliran udara masuk, suhu aliran udara keluar, tekanan kompresor, kecepatan putar “coating pan”, lubang pipa semprot (nozzle), jarak sprayer dengan tablet, kecepatan pompa. Pengambilan sampel untuk ketiga bentuk sediaan berbeda. Pada tablet non salut, protokol untuk pengambilan sampel dilakukan di setiap tahap proses pembuatan mulai dari tahap pencampuran , pencetakan, proses blistering/stripping dan codding. Pada tahap pencampuran dilakukan pengambilan sampel setelah lubrikasi yaitu dengan menguji distribusi partikel untuk mengetahui homogenitas granul, uji bulk/tapped density untuk mengetahui kemampuan dalam pengempaan, dan uji kadar zat aktif. Pada proses blistering/stripping dilakukan pengambilan sampel untuk mengetahui adanya kebocoran strip/blister dan kerusakan pada strip/blister, sedangkan untuk codding untuk mengetahui kesesuaian nomer bets , ED, dan HET yang tercetak. Hal ini dilakukan karena pada setiap tahapan proses yang mengasilkan produk antara dan produk ruahan harus memenuhi spesifikasi pemerian & parameter fisik (warna, bentuk tablet, diameter, ketebalan, waktu hancur, kekerasan, keregasan), kadar, disolusi zat aktif yang telah ditetapkan dalam spesifikasi produk obat jadi. Untuk tablet salut, protokol untuk pengambilan sampel sama dengan non salut tetapi terdapat penambahan dalam pengambilan sampel ketika tahap pembuatan larutan penyalut untuk menentukan viskositas larutan penyalut dan ketika penyalutan tablet. Pada saat validasi proses pengemasan, tablet salut dan non salut akan dilakukan proses pengambilan sampel sesuai ANSI (American National Standard Institute) yang telah dijadikan pedoman dalam CPOB yang ditentukan dari tingkat inspeksi berdasarkan jumlah dari blister/strip yang akan digunakan. Jika blister yang digunakan terdapat 5.000 blister, tingkat inspeksinya adalah tingkat II dengan kode L, dengan unit sampel yang harus diambil ada 200 blister. Pengambilan sampel untuk
sediaan krim hanya dilakukan saat
pencampuran akhir dan proses pengisian. Saat pengisian krim ke dalam tube, jumlah sampel yang diambil mengacu pada jumlah tube yang direncanakan untuk dibuat dalam satu bets , kemudian akan ditentukan tingkat inspeksi berdasarkan jumlah tube tersebut dan akan diketahui jumlah unit sampel yang akan diambil sama dengan pengambilan sampel pada proses pengemasan bilstering/stripping. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
13
Misalnya rencana jumlah tube yang akan dibuat sebanyak 3.921 tube. Berdasarkan CPOB, tingkat inspeksi untuk jumlah tersebut adalah tingkat II dengan kode L, maka dapat dilihat dengan kode L total jumlah unit sampel yang harus diambil adalah 200 tube selama proses pengisian. Kriteria penerimaan proses pembuatan pada protokol validasi proses ketiga sediaan berbeda berdasarkan pada rencana pengambilan sampel. Sediaan tablet non salut dan krim, kriteria penerimaan ditentukan mulai dari proses pencampuran setiap bahan. Pada tablet kriteria penerimaan di mulai dari yaitu tahap pencampuran, tahap lubrikasi dan tahap pencetakan tablet non salut, sedangkan untuk krim mulai dari tahap pembuatan fase minyak, pembuatan fase air, pembuatan basis krim, pembuatan suspensi bahan aktif sampai tahap pencampuran akhir dan homogenisasi. Kriteria penerimaan untuk validasi proses pengemasan primer untuk ketiga sediaan berbeda berdasarkan jumlah unit sampel yang diambil dalam satu bets dan mengacu pada ketentuan CPOB. Protokol validasi untuk proses pengemasan untuk ketiga sediaan berbeda. Pada sediaan tablet non salut dan salut, protokol pengemasan tercantum proses stripping dengan spesifikasi mesin, suhu dan lama proses penyetripan, bahan, jumlah dan ukuran stripping yang digunakan dan proses codding dengan spesifikasi mesin, dan lama proses codding, sedangkan untuk pengemasan krim, protokol proses pengemasannya hanya tercantum proses pengisian yang meliputi spesifikasi mesin, bahan pengemas, lama proses pengisian dan berat krim per tube. Proses pengisian krim dilakukan setelah tube di emboss sehingga pada validasi proses pengemasan krim, spesifikasi yang divalidasi hanya pada proses pengisian. Pada protokol validasi proses pengemasan, pola untuk pengambilan sampel untuk validasi pada proses pengisian dari ketiga bentuk sediaan tersebut juga berbeda. Pada sediaan tablet yang dikemas dengan strip, pola yang dilakukan adalah dengan mengambil sampel pada bagian luar, tengah dan dalam stripping tergantung dari panjang strip yang dipakai. Pola pengambilan sampel untuk krim diambil dari setiap holder pada mesin pengisian yang dilakukan pada setiap menit yang ditentukan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
14
Validasi proses tablet non salut, salut, dan krim akan dilakukan revalidasi kembali apabila terjadi perubahan yang berkaitan dengan perubahan supplier/ manufacture bahan baku, perubahan proses, perubahan mesin yang digunakan serta perubahan bahan kemas. Berdasarkan hal diatas, PT Guardian Pharmatama telah melakukan salah satu persyaratan CPOB yaitu melakukan validasi proses dengan menggunakan protokol sebagai acuan dalam melakukan validasi proses yang sudah ditanda tangani dan disetujui oleh pihak-pihak yang terlibat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.1.1 PT. Guardian Pharmatama telah melakukan validasi proses pengolahan dan proses pengemasan primer sesuai dengan persyaratan dalam CPOB. 5.1.2 PT. Guardian Pharmatama melakukan validasi proses pengolahan dan proses pengemasan primer dilakukan untuk produk baru dan produk existing. 5.1.3 Pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses produk tablet salut , tablet non salut, krim dan adalah Departemen Produksi, Departemen R&D, Warehouse,
Departemen
QC,
Departemen
QA
dan
Departemen
Engineering.
5.2
Saran Sebaiknya peserta PKPA juga membuat protokol validasi proses
pengolahan dan pengemasan untuk produk yang pengolahannya dilakukan di luar pabrik atau produk maklon.
15
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2009. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2012. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tahun 2010 tentang industri farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
16
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
18
Lampiran 1. Protokol Validasi (Proses Pengolahan)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
19
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
20
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
21
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
22
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
23
Lampiran 2. Protokol Validasi (Proses pengemasan primer)
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
24
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
25
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
26
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
27
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014
28
Laporan praktek…, Triani Dian Anggraini, F Far UI, 2014