UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI PADA MASALAH KESEHATAN TUBERKULOSIS PARU DI RW 01 KELURAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
DIANTIKA PRAMESWARA 0806333783
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI PADA MASALAH KESEHATAN TUBERKULOSIS PARU DI RW 01 KELURAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS, DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
DIANTIKA PRAMESWARA, S.Kep 0806333783
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013 i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Akhir Ilmiah-Ners ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Diantika Prameswara, S.Kep
NPM
: 0806333783
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 10 Juli 2013
ii
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmatNya serta Karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan, profesi sampai penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia;
2.
Ibu Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp..Kom selaku koordinator PKKMP Program Profesi Ners 2013, yang telah banyak menginspirasi saya untuk menjadi seorang perawat komunitas yang berdedikasi tinggi, tegas, dan bijaksana.
3.
Ibu Poppy fitriani, S.Kp., M.Kep., Sp..Kom selaku koordinator peminatan komunitas yang telah banyak membimbing saya dan teman-teman komunitas untuk menjalankan praktik profesi stase terakhir ini dengan segala kemudahan, Ibu telah banyak mengajarkan saya mengenal perawat komunitas yang sesungguhnya, juga support Ibu kepada kami yang membuat stase terakhir ini menjadi stase terindah selama praktik profesi, maaf bila selama ini banyak keluhan, penawaran, dan lain hal.
4.
Bapak Sukihananto,S.Kp., M.Kep selaku dosen pembimbing saya yang telah
menyediakan
waktu,
tenaga,
pikiran
dan
kesabaran
untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan karya ilmiah ini. Bapak telah mengajarkan banyak hal terutama dalam melakukan manajemen baik untuk diri sendiri, kelompok, maupun antarprofesi. 5.
Ibu Diah Ratnawati, M.Kep selaku dewan penguji yang telah banyak memberi masukan untuk perbaikan KIA ini.
6.
Semua pengajar terutama pengajar keilmuan keperawatan komunitas, Ibu Tri, Ibu Ima yang telah memberikan ilmu dan pelajaran selama ini, curahan iv
hati serta masukan-masukan yang bermanfaat untuk saya pribadi terhadap keilmuan ini kedepannya; 7.
Papa dan mama, walaupun jarak memisahkan kita tapi dukungan serta doa selalu kalian sertai untuk menyelesaikan praktik profesi ini. I will make you proud, Insya Allah
8.
Teman-teman kelompok TB Andi Amalia Wildani, Raden Isma Desiana, Sri Rahayu, Setya Murda Mustofa, Rohana Meirisa yang telah membuat stase terakhir ini bermakna, saling mengenal pribadi satu sama lain. Semoga akhir profesi bukanlah akhir dari pertemanan kita ini. Yeaaaaaah we are rock, I’m glad to met you.
9.
Bapak Jajang, selaku pembimbing di lapangan yang telah banyak menginspirasi untuk menjadi perawat komunitas yang sesungguhnya, telah mengenalkan pada dunia perkomunitasan se-Indonesia. Saran serta masukan yang membuat saya akan tetap berada pada jalur ini kedepannya.
10. Teman-teman kelompok profesi G yang telah bersama selama setahun baik susah maupun senang, i love know you all guys. Special thank’s to Agnes Natalia S. yang hampir menjadi saksi perjalanan profesi saya. 11. Teman-teman peminatan komunitas yang hebat-hebat. Saya belajar banyak dari kebersamaan kita selama 2 bulan ini. 12. Teman-teman kosan (Mbak Dika, Nike, Wiyar, Dila, Mirda, Fajar, Imar) yang selalu support dalam segala hal. You have made the second home for me. 13. For all my besties 16’s (Ananda, Asih, Arum, Ollyvia, Nike, Wilda, Ika, Coke, Reni, Alfa, Anggi, Memey, Mirda, Dinar dan Risa) yang walaupun kita sama-sama sibuk, tapi selalu membuat “quality time for us” untuk saling support; 14. Sahabat saya Iki, Elfa, Deasy, Niyang, Diztro, Irma, Ela yang selalu memberi dukungan serta motivasi kepada saya untuk menyelesaikan profesi ini, maaf bila selama ini tidak bisa menepati janji ketemuan; 15. Teman-teman seperjuangan FIK UI 2008 yang telah memberikan semangat dan bantuan kepada saya hingga penyelesaian ini. Akhirnya kita bisa selesai profesi guys. v
16. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan KIA ini.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya ilmiah akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 10 Juli 2013
Penulis
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Diantika Prameswara, S.Kep
NPM
: 0806333783
Program Studi
: Profesi Ners
Fakultas
: Fakultas Ilmu Keperawatan
Jenis karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri pada Masalah Kesehatan Tuberkulosis Paru di RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2013 Yang menyatakan
( Diantika Prameswara, S.Kep ) vii
ABSTRAK
Nama : Diantika Prameswara, S.Kep Program Studi : Profesi Ners Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri pada Masalah Kesehatan Tuberkulosis Paru di RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah penderita TB cukup banyak, salah satunya adalah kota Depok. Di Kelurahan Cisalak Pasar ditemukan keluarga dengan dewasa yang menderita penyakit ini dua kali. Saat ini keluarga sedang menjalankan pengobatan anti-tuberkulosis. Selama ini, keluarga tidak melakukan tindakan peningkatan aktivitas untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut, padahal keluarga merupakan bagian terdekat yang memiliki peranan penting. Diagnosa keperawatan pada keluarga ini adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri. Asuhan keperawatan yang dilakukan menitikberatkan pada kelima tugas utama kesehatan keluarga. Perawatan yang dilakukan pada keluarga yaitu untuk mengatasi tanda dan gejala tersebut. Senam pernapasan telah mampu mengurangi sesak dan meningkatkan fungsi paru. Perawatan tersebut diharapkan dikenalkan oleh pemberi pelayanan kesehatan, masyarakat dan bagian ilmu keperawatan agar dapat membantu keluarga dalam melakukan perawatan mandiri.
Kata kunci: asuhan keperawatan keluarga, tuberkulosis, senam pernapasan
viii
ABSTRACT
Name Study Progame Judul
: Diantika Prameswara, S.Kep : Ners Profession : Family Nursing Care with Ineffectiveness of Self-Healthy Management on Pulmonary Tuberculosis Problem in RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok
Tuberculosis is an infection desease caused by Mycobacterium Tuberculosis that infected one-third of human in the world. West Java included an area that the number of people affected by this disease quite a lot, one of those area in West Java is Depok. In Kelurahan Cisalak Pasar, found a fimily with adult who infected by tuberculosis about twice. This time, that family is having treatment antituberculosis. During the time, That family had never took increasing activity to solve the problem. Even though, Family is the nearest part of life that had important role. The diagnose of this family’s problem was ineffectiveness of selfhealthy management. Nursing care focused on five main roles of family health care. The traetment was to solve the symptom that may occurs. Resporatory excercise could decrease shorthness breathing and increase lungs function. Those treatments were expected to be introduced by health care provider, community, and part of nursing science to help family in performing self-care. Key words: family nursing care, tuberculosis, respiratory exercise
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... ii HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iii KATA PENGANTAR ...................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR.................................... vii
ABSTRAK .....................................................................................................viii DAFTAR ISI .................................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6 1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 7 1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................... 7 1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 7 1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 7 1.4.1 Pelayanan .......................................... ....................................... 7 1.4.2 Pendidikan................................................................................. 7 1.4.3 Riset .......................................................................................... 8 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9 2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan .................. 9 2.1.1 Kelompok Risiko ...................................................................... 9 2.1.2 Kelompok Rentan .................................................................... 10 2.1.3 Konsep Keperawatan Keluarga................................................ 11 2.2 Konsep Dewasa................................................................................. 11 2.3 Penyakit Tuberkulosis....................................................................... 13 2.3.1 Definisi .................................................................................... 13 2.3.2 Penyebab ................................................................................. 13 2.3.3 Manifestasi Klinis .................................................................... 13 2.3.4 Penularan dan Faktor Risiko ................................................... 13 2.3.4.1 Umur ............................................................................ 14 2.3.4.2 Jenis kelamin................................................................ 14 2.3.4.3 Status gizi..................................................................... 14 2.3.4.4 Lingkungan .................................................................. 15 2.3.4.5 Keteraturan berobat...................................................... 15 2.3.4.6 Pengawas menelan obat (PMO)................................... 15 2.3.4.7 Sosial ekonomi............................................................. 15 2.3.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 16 2.3.5.1 Pemeriksaan radiologi.................................................. 16 2.3.5.2 Pemeriksaan laboratorium............................................ 16 2.3.6 Prognosis.................................................................................. 17 2.3.7 Penatalaksanaan Medis ............................................................ 17 x
2.3.8 Penyebab Penyakit TB Berulang ............................................. 18 2.4 Konsep Tuberkulosis pada Dewasa .................................................. 18 2.5 Intervensi untuk Pasien Tuberkulosis .............................................. 19 2.5.1 Senam Pernapasan.................................................................... 19 2.5.1.1 Tahapan senam pernapasan.......................................... 21 2.5.1.2 Pengaruh senam pernapasan ........................................ 22 2.5.2 Batuk Efektif ............................................................................ 23 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ..................................... 25 3.1 Pengkajian ........................................................................................ 25 3.2 Rencana Asuhan Keperawatan ......................................................... 27 3.2.1 Diagnosa Keperawatan ............................................................ 27 3.2.2 Perencanaan (Intervensi).......................................................... 27 3.2.2.1 Tujuan umum ............................................................... 27 3.2.2.2 Tujuan khusus 1 ........................................................... 28 3.2.2.3 Tujuan khusus 2 .......................................................... 28 3.2.2.4 Tujuan khusus 3 .......................................................... 28 3.2.2.5 Tujuan khusus 4 .......................................................... 28 3.2.2.6 Tujuan khusus 5 .......................................................... 29 3.2.3 Implementasi............................................................................ 29 3.2.3.1 Mengenal masalah ....................................................... 29 3.2.3.2 Memutuskan merawat .................................................. 29 3.2.3.3 Merawat anggota keluarga ........................................... 29 3.2.3.4 Memodifikasi lingkungan ............................................ 30 3.2.3.5 Menggunakan fasilitas kesehatan................................. 30 3.2.4 Evaluasi.................................................................................... 30 3.2.4.1 Evaluasi subjektif ........................................................ 30 3.2.4.2 Evaluasi objektif ......................................................... 32 3.2.4.3 Analisa masalah .......................................................... 32 3.2.4.4 Planning ...................................................................... 33 3.2.4.5 Tingkat kemandirian keluarga ..................................... 33 ANALISIS SITUASI ............................................................................ 34 4.1 Profil Lahan Praktik ......................................................................... 34 4.2 Analisis Masalah dengan Konsep dan teori Terkait KKMP ............. 35 4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP ............................... 35 4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep TB Paru pada Dewasa........ 36 4,3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait .............. 38 4.4 Alternatif Pemecahan ....................................................................... 40 PENUTUP.............................................................................................. 41 5.1 Simpulan ........................................................................................... 41 5.2 Saran ................................................................................................. 42 5.2.1 Bagi Pelayanan ........................................................................ 42 5.2.2 Bagi Pendidikan ...................................................................... 43 5.2.3 Bagi Riset ................................................................................ 43 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 44 xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 – Pengkajian Keluarga Lampiran 2 – Analisa Data Lampiran 3 – Skoring Masalah Lampiran 4 – Daftar Masalah dan Diagnosa Keperawatan Lampiran 5 – NCP Lampiran 6 – Catatan Perkembangan Lampiran 7 – Evaluasi Sumatif Lampiran 8 – Tingkat Kemandirian Keluarga Lampiran 9 – Media Lampiran 10 – Daftar Riwayat Hidup
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu tempat awal mula industri dan penduduk yang cepat berkembang sehingga permasalahan-permasalahan sering dialami oleh suatu kota, seperti pemukiman padat, pencemaran sanitasi, dan kriminalitas. Semua permasalahan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang ada menular melalui berbagai komponen lingkungan, seperti air, udara, tanah, dan sebagainya. Masalah kesehatan yang paling cepat dan mudah menular pada karakteristik kota adalah melalui udara. Gangguan pernapasan merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling sering dialami oleh penduduk kota, misalnya tuberkulosis. Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) (Depkes, 2011) yang lebih sering menginfeksi paru maupun dapat menginfeksi susunan saraf pusat, sistem limfatik, sirkulatorik,
genitourinari,
tulang,
dan
persendian
(Setiawan,2010).
Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi sekitar sepertiga penduduk dunia (Depkes, 2011). Tahun 2011 diperkirakan 8,7 juta kasus TB baru dan 1,4 juta orang meninggal karena TB. Perkiraan terbanyak dari kasus yang terjadi di Asia (59%) dan Afrika (26%), proporsi terkecil terjadi di Negara Bagian Mediterania Timur (7,7%), Negara Bagian Eropa (4,3%), dan Negara Bagian Amerika (3%). Lima negara dengan jumlah insiden kasus TB terbesar pada tahun 2011 adalah India (2-2,5 juta kasus), China (0,9-1,1 juta kasus), Afrika Selatan (0,4-0,6 juta kasus), Indonesia (0,4-0,5 juta kasus), dan Pakistan (0,3-0,5 juta kasus) (WHO, 2012). Indonesia berada di urutan keempat dengan kasus TB terbanyak (Kemenkes, 2013). Ada sekitar 450.000 kasus TB di Indonesia pada tahun 2012 (WHO, 2012). Ratarata kasus TB paru yang terdeteksi per Juni 2012 adalah DKI Jakarta (42,95%), Banten (40,7%), dan disusul oleh Jawa Barat (37,41%) (Kemenkes, 2011). 1
Universitas Indonesia
2 Berdasarkan hasil RISKESDAS tahun 2010, estimasi jumlah orang dengan TB di provinsi Jawa Barat sekitar 90.905 orang (Riono & Farid, 2011). Berdasarkan data PPTI (Perkumpulan Penanggulangan Tuberkulosis Indonesia) tahun 2012 di kota Depok terdapat 1.980 orang yang diduga menderita TB, 656 orang diantaranya dinyatakan positif setelah diperiksa BTA. Sedangkan penderita TB di kelurahan Cisalak Pasar, berdasarkan hasil pengkajian di Puskesmas Cimanggis, selama tahun 2012 sampai Mei 2013 terdapat tiga puluh dua orang berobat TB, jumlah tersebut sudah lebih dari target nasional, dimana target untuk kelurahan Cisalak Pasar dalam menemukan kasus TB baru adalah sebanyak dua puluh kasus. Dari tiga puluh dua orang pasien yang terdapat di kelurahan Cisalak Pasar, sepuluh orang diantaranya terdapat di RW 01. Program nasional pengendalian TB di Indonesia mulai menerapkan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) pada tahun 1995 dan dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Strategi DOTS dilaksanakan secara nasional di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan terutama Puskesmas yang diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar mulai tahun 2000 (Depkes, 2011). Namun, ternyata proses pengobatan dengan strategi DOTS membutuhkan waktu yang relatif lama (6-7 bulan). Hal ini menyebabkan penderita TB sulit sembuh karena penderita TB berhenti berobat setelah sedikit merasa sehat meskipun proses pengobatan sesuai dengan program DOTS sebenarnya belum selesai. Kejadiankejadian tersebut menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan (Mustofa, 2012). Upaya Pemerintah Indonesia dalam pengendalian TB melibatkan peran serta berbagai pihak termasuk masyarakat. Gerdunas TB (Gerakan Terpadu Nasional Pengendalian TB) adalah salah satu upaya pengendalian TB secara menyeluruh. Pelaksanaan Gerdunas TB ini langsung dibawah koordinasi Menkokesra dan Menkes sebagai penanggung jawab teknis. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, sub direktorat TB menjadi pelaksana teknis. Tim pengarah dan tim teknis yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan propinsi dibentuk di tingkat propinsi. Sedangkan ditingkat kabupaten/kota Universitas Indonesia
3 terdapat beberapa elemen fasilitas pelayanan kesehatan yang merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Setiap kabupaten/kota memiliki sejumlah fasilitas pelayanan kesehatan utama yaitu Puskemas, yang terdiri dari Puskesmas Rujukan Mikroskopis (PRM), Puskesmas Satelit (PS), dan Puskesmas Pelaksana Mandiri (PPM). Selain Puskesmas, terdapat pula fasilitas pelayaan rumah sakit, rutan/lapas, dan beberapa balai pengobatan yang telah menerapkan strategi DOTS (Depkes, 2011). Masalah resistensi obat pada pengobatan TB khususnya MDR (Multidrug Resistant) dan XDR (Extensively Drug Resistant) menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di sejumlah negara dan merupakan hambatan terhadap efektivitas program penanggulangan. Insidens resistensi obat meningkat sejak diperkenalkannya pengobatan TB yang pertama kali pada tahun 1943. TB-MDR muncul seiringan dengan mulai digunakannya Rifampisin secara luas sejak tahun 1970-an. Laporan global ke-3 tentang survailans resistensi OAT (obat antituberkulosis) menunjukkan beberapa daerah di dunia menghadapi endemi dan epidemi TB-MDR, dan di beberapa wilayah terdapat angka resistensi yang sangat tinggi (Mustofa, 2012). Resistensi obat berhubungan dengan riwayat pengobatan sebelumnya. Pada pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya, kemungkinan terjadi resistensi sebesar 4 kali lipat sedangkan terjadinya TB-MDR sebesar 10 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan pasien yang belum pernah diobati. Prevalensi kekebalan obat secara keseluruhan berhubungan dengan banyaknya pasien yang diobati sebelumnya di negara tersebut. Pasien TB-MDR sering tidak bergejala sebelumnya sehingga dapat menularkan penyakitnya sebelum ia menjadi sakit. Oleh karena itu prevalensi TB-MDR dapat 3 kali lebih besar dari insidensinya sebenarnya yaitu mendekati atau melampaui 1 juta (Mustofa, 2012). Kelurahan Cisalak Pasar merupakan wilayah dengan pemukiman padat yang berada di kawasan perkotaan antara Jakarta dan Bogor. Sebagian besar warga Cisalak Pasar tinggal di rumah petak yang tidak berjarak antara satu rumah Universitas Indonesia
4 dengan rumah lainnya. Tingkat perekonomian sebagian besar warga di wilayah Cisalak Pasar berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah. Hal inilah yang menyebabkan penyebaran penyakit TB yang cukup cepat diantara warganya. Gambaran pemukiman yang padat tersebutpun sangat jelas terlihat di wilayah RW 01. Berdasarkan hasil winshield survey, tampak terlihat lingkungan rumah warga di wilayah RW 01 yang gelap, jendela dan pintu tertutup rapat bahkan di pagi hari. Terdapat pula saluran air yang menggenang di beberapa tempat, seperti di wilayah RT 02. Hasil skrining yang dilakukan mahasiswa dan para kader mengenai penyebaran TB, didapatkan 21 orang warga RW 01 yang merupakan penderita TB paru yang sedang berobat, putus obat, dan resiko tinggi menderita TB paru (pernah menderita TB dan telah sembuh berobat). Pengawas Menelan Obat (PMO) mempunyai tugas untuk mengingatkan penderita agar melaksanakan periksa ulang dahak, mengawasi pasien agar agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatannya, memberikan dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur, serta memberikan penyuluhan kepada anggota keluarga dengan TB bila ada tanda dan gejala TB pada anggota keluarga yang lain untuk membawa ke unit pelayanan kesehatan. Orang yang dapat menjadi PMO adalah petugas kesehatan, keluarga pasien, kader, pasien yang sudah sembuh, tokoh masyarakat, serta guru sekolah atau petugas unit kesehatan sekolah yang sudah dilatih strategi PMO (Setyanto dkk, 2008 dalam Prassana, 2013). Berdasarkan penelitian oleh Prassana (2013), ada hubungan yang signifikan antara peran PMO terhadap kepatuhan minum obat pasien TB. Gejala-gejala penyakit TB paru seperti batuk terus menerus, sesak, dan rasa lemas banyak dijumpai saat dilakukan skrining. Warga yang memiliki gejala tersebut mengaku jadi lebih jarang beraktivitas. Oleh karena itu, diperlukan latihan otot pernapasan pada warga yang mengalami gejala tersebut. Latihan otot pernapasan dapat meningkatkan fungsi paru dan toleransi terhadap aktivitas (Sahat, 2008). Pasien dengan TB harus patuh dalam pengobatannya, selain itu mereka harus Universitas Indonesia
5 dapat mengontrol gaya hidupnya. Manfaat yang diperoleh oleh pasien TB yang patuh berobat dan mengontrol gaya hidupnya antara lain berat badan meningkat, penyebaran kuman TB dapat terkontrol, dan aktivitas tidak terbatas. Olahraga pada pasien TB paru sangat diperlukan. Olahraga yang baik untuk meningkatkan fungsi paru antara lain renang dan senam pernapasan (Sahat, 2008). Senam pernapasan merupakan sebuah olahraga tradisional yang memberikan pelayanan, pendidikan, dan pelatihan dengan pola olah napas, olah gerak, dan olah batin serta pemanfaatan energi kehidupan untuk kesembuhan (Nugroho, 2007). Senam pernapasan baik dilakukan saat perut dalam keadaan kosong, di pagi atau sore hari. Keberhasilan senam pernapasan bukan ditentukan oleh banyaknya gerakan yang dilakukan melainkan lamanya gerakan tersebut dilakukan (Solihin, 2013). Peran perawat komunitas dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seoptimal mungkin melalui praktik keperawatan komunitas, seperti promotif dan preventif. Orientasi praktik perawat komunitas tidak hanya kepada masalah sakit tetapi juga masalah sehat, dimana perawat komunitas mengajarkan kepada masyarakat bagaimana mengatasi sakit supaya tidak terjadi keparahan dan menjadi sehat serta bagi yang sehat bagaimana menjaga kesehatannya dan meningkatkan kesehatannya. Perawat komunitas juga dapat menjadikan masyarakat dari yang tidak tahu menjadi tahu, atau yang tidak mau dan mampu menjadi mau dan mampu (Jaji, 2012). Salah satu tindakan promotif dan preventif yang dapat dilakukan pada keluarga dengan TB paru di RW 01 adalah dengan melatih anggota keluarga dengan TB paru dalam mengontrol pola napasnya dengan cara melatih otot-otot pernapasan untuk membantu menguatkan otot-otot yang digunakan dalam bernapas (Sahat, 2008). Intervensi senam pernapasan ini dilakukan kepada keluarga dengan anggota keluarga dewasa penderita TB berulang yang sedang mengalami pengobatan OAT selama 6 bulan.
Universitas Indonesia
6 Penelitian mengenai senam pernapasan pada pasien TB paru belum banyak ditemukan, namun ada beberapa seperti penelitian dilakukan oleh Baweanti (2010), senam pernapasan merupakan salah satu pilihan rehabilitasi paru yang dapat diaplikasikan sebagai metode alternatif untuk meningkatkan fungsi paru pada pasien TB. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yamada et all (1996) pada pasien dengan PPOK di Showa University Fujigoka Hospital, senam pernapasan yang mungkin berguna pada rehabilitasi paru. Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis tertarik untuk mengaplikasikannya kepada keluarga dengan TB paru dewasa di RT 01 RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok yang mengalami TB berulang karena putus obat. Keluarga tersebut saat ini sedang menjalankan pengobatan OAT kembali selama 6 bulan. Intervensi ini diberikan dari tanggal 20 Mei 2013 sampai tanggal 22 Juni 2013. 1.2 Rumusan Masalah Dewasa ini penyakit TB paru semakin meningkat dan Indonesia telah menjadi peringkat keempat di dunia. Kota Depok yang merupakan wilayah perkotaan terdapat 1.980 orang yang diduga menderita TB. Sedangkan di kelurahan Cisalak Pasar terdapat 32 orang yang sedang berobat TB. Berdasarkan hasil skrining di wilayah RW 01, ditemukan kurang lebih 21 orang warga yang sedang berobat TB paru, putus obat, maupun yang resiko tinggi TB (sudah selesai berobat). Aktivitas seperti olahraga jarang dilakukan oleh warga tersebut. Senam pernapasan adalah salah satu intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan TB paru, baik yang berulang maupun tidak. Senam pernapasan dapat meningkatkan fungsi paru pada pasien dengan TB paru. Oleh karena itu, penulis perlu mengetahui bagaimana penatalaksanan senam pernapasan pada keluarga dengan pasien TB paru berulang dewasa sehingga hasil implementasi tersebut bisa dijadikan salah satu alternatif tindakan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien TB paru.
Universitas Indonesia
7 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bpk. M dengan masalah TB paru di RT 01 RW 01 kelurahan Cisalak Pasar kecamatan Cimanggis Kota Depok. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Menggambarkan konsep penyakit tuberkulosis pada masyarakat perkotaan 1.3.2.2 Mengidentifikasi pengkajian keperawatan keluarga dengan TB paru 1.3.2.3 Menggambarkan rencana asuhan keperawatan keluarga dengan TB paru 1.3.2.4 Menggambarkan implementasi senam pernapasan pada keluarga dengan TB paru 1.3.2.5 Mengidentifikasi evaluasi implementasi senam pernapasan pada keluarga dengan TB paru 1.3.2.6 Menggambarkan profil lahan praktik keperawatan komunitas 1.3.2.7 Menganalisis masalah keperawatan dengan konsep terkait 1.3.2.8 Mengidentifikasi analisis senam pernapasan dengan penelitian terkait 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Pelayanan Karya ilmiah akhir ini dapat digunakan sebagai bahan masukkan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB paru baik dalam tahap promotif maupun tahap rehabilitiatif serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menjadikan senam pernapasan sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk pasien TB paru 1.4.2 Pendidikan Karya ilmiah akhir ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya senam pernapasan dan dapat lebih memotivasi pasien TB paru untuk melakukan senam pernapasan secara rutin
Universitas Indonesia
8 1.4.3 Riset Karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data untuk dilakukannya penelitian selanjutnya mengenai efektifitas senam pernapasan pada peningkatan fungsi paru pasien TB paru
Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Urban atau kota adalah wilayah dengan jumlah penduduk lebih dari 2500 penduduk dan terdapat lebih dari 99 orang per mil persegi (Stanhope dan Lancaster, 1996). Menurut Max Weber, kota adalah tempat dimana sebagian besar penduduknya telah mampu memenuhi kebutuhannya lewat pasar setempat dan ciri-ciri kota adalah terdapatnya pasar. Kota sekarang sudah menjadi pemukiman padat penduduk. Hal ini dikarenakan terjadinya urbanisasi (masyarakat desa pindah ke kota). Urbanisasi ini dipengaruhi oleh adanya fasilitas memadai mudah dijangkau yang menjadi daya tarik seperti sekolah dan pusat perbelanjaan. Hal ini menyebabkan kota semakin padat, lahan kota kurang sehingga sering ditemukan orang-orang yang tidak memiliki perumahan, dan tanpa keterampilan yang memadai mereka juga tidak memiliki pekerjaan. Oleh karena itu, tidak heran jika kita banyak menemukan gelandangan di kota-kota besar. Kepadatan penduduk di kota yang sangat padat, kompleksitas kota yang beragam dan perbedaan ras selalu muncul di daerah urban (Srinivasan, O’Fallon, & Dearry, 2003). Jumlah penduduk yang meningkat ini dapat menimbulkan berbagai faktor risiko masalah kesehatan seperti peningkatan polusi, peningkatan jumlah pemukiman, dan peningkatan jumlah limbah atau sampah. Masalah kesehatan yang terjadi pada daerah kota dapat menyebar dengan cepat karena dipengaruhi oleh kesehatan lingkungan yang kurang diperhatikan dan juga jarak pemukiman yang berdekatan. Kondisi lingkungan kota memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan masyarakat kota. Oleh karena itu, terdapat dua kelompok besar dalam suatu konsep perkotaan, yaitu kelompok risiko dan kelompok rentan. 2.1.1 Kelompok Risiko Risiko adalah hasil dari interaksi dengan berbagai macam faktor mengenai kondisi kesehatan seseorang. Faktor tersebut meliputi umur, jenis kelamin, gaya hidup, 9
Universitas Indonesia
10
genetik, lingkungan fisik dan sosial dimana seseorang tinggal. Risk factor merupakan faktor paparan yang spesifik yang secara terus menerus bersinggungan terhadap individu dari luar, seperti asap rokok, stres yang berlebihan, dan zat kimia yang ada di lingkungan. Populations at risk adalah populasi yang melakukan aktifitas-aktivitas tertentu atau memiliki ciri-ciri tertentu yang meningkatkan potensi populasi tersebut untuk mengalami penyakit, cedera, atau masalah kesehatan lainnya (Clemen-Stone, McGuire dan Eigsti ,2002). 2.1.2 Kelompok Rentan Kelompok populasi rentan adalah sekelompok dari populasi yang memiliki masalah kesehatan yang lebih kompleks dari populasi yang lain. Anggota kelompok rentan sering memiliki risiko yang lebih kompleks hasil akumulasi dari beberapa faktor risiko (Nichols et al. 1986) yang membuat mereka lebih sensitive terhadap efek yang merugikan dari faktor individu yang lain. Kelompok rentan adalah kelompok yang dapat menyebarkan penyakit di antara satu orang ke orang lainnya. Lingkungan yang rentan adalah lingkungan yang orang-orangnya memiliki kombinasi dari faktor risiko dan kumpulan orang-orang yang memiliki sosial ekonomi rendah. Ketidakberdayaan seorang individu, karena ketersediaan sumber daya dapat menyebabkan terjadinya risiko relatif. Status kesehatan dan risiko relatif dapat saling berhubungan. Status kesehatan ini juga dapat disebabkan oleh korban yang disalahkan. Ketersediaan sumber daya, status kesehatan, dan risiko relatif dapat menyebabkan pencabutan hak memilih dan status yang dirugikan. Konsep rentan merupakan konsep dimana seorang individu sudah terserang penyakit, jadi individu tersebut bukan lagi berisiko, tetapi sudah terjadi. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan (KKMP) merupakan salah bentuk dari keperawatan komunitas dimana fokus asuhan keperawatan yang diberikan tidak hanya meliputi lingkup asuhan keperawatan individu namun juga melibatkan lingkungan dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang saling terkait. Universitas Indonesia
11
Target asuhan KKMP meliputi individu, keluarga, dan masyarakat. Individu merupakan bagian dari anggota keluarga yang memungkinkan memiliki masalah kesehatan. Apabila individu mengalami ketidakmampuan untuk dapat merawat dirinya sendiri maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain baik secara fisik, mental, dan sosial. 2.1.3 Konsep Keperawatan Keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan, ikatan emosional dan yang mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998). Menurut Friedman (1998), keluarga terdiri dari dua tipe, tipe tradisional dan non-tradisional. Salah satu bentuk keluarga dari tipe keluarga tradisional adalah keluarga usila (midle-aged familly) yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri (Friedman, 1998). Tugas perkembangan keluarga pada tipe ini adalah mempertahankan suasana yang menyenangkan, bertanggung jawab pada semua
tugas
rumah
tangga,
membina
keakraban
dengan
pasangan,
mempertahankan kontak dengan anak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial (Friedman, 1998). Dalam suatu keluarga diperlukan pola dan proses komunikasi yang jujur, terbuka, melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik serta adanya hierarki kekuatan (Friedman, 1998). Setiap keluarga diharapkan dapat menjalankan fungsinya untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini meliputi lima tugas perawatan kesehatan keluarga, seperti mengenal masalah, pengambilan keputusan, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. 2.2 Konsep Dewasa Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan setelah masa remaja. Masa ini disebut juga periode yan penuh tantangan, penghargaan, dan Universitas Indonesia
12
krisis. Tantangannya meliputi tantangan kerja dan membentuk keluarga. Penghargaan yang diterima dapat berupa kesuksesan karir dan kehidupan pribadi. Sedangkan krisis yang dapat dihadapi seperti merawat orangtua yang telah lanjut usia atau kehilangan pekerjaan. Masa dewasa juga dapat diartikan sebagai suatu periode dalam kehidupan individu yang ditandai dengan pencapaian kematangan tubuh secara optimal dan kesiapan untuk bereproduksi. Gaya hidup merupakan pencetus risiko penyakit atau kecacatan pada masa dewasa. Selain gaya hidup, komunitas dan riwayat keluarga juga merupakan faktor risiko. Masa dewasa merupakan masa perubahan fisiologis dan masa menghadapi realitas kesehatan tertentu. Persepsi tentang kesehatan dan perilaku sehat merupakan faktor penting dalam mempertahankan kesehatan. Hal ini yang menjadi penyebab stres pada dewasa. Beberapa penyakit juga dapat menjadi pengaruhi peran dan tanggung jawab dipikul klien. Program kesehatan komunitas pada kelompok dewasa diadakan untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, dan mendeteksi pada tahap awal. Perawat komunitas dapat berperan untuk aktif pada perencanaan skrinning dan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan perubahan pada perilaku dan gaya hidup. Perubahan ke praktik kesehatan yang lebih positif selama masa dewasa dapat menimbulkan lebih sedikit atau hilangnya masalah kesehatan dengan komplikasi pada saat usia lanjut. Sebagai orang dewasa, tentunya akan terpajan akan banyak stresor. Intervensi spesifik untuk mengurangi stres dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, frekuensi situasi yang menimbulkan stres diminimalkan. Kedua adalah persiapan psikofisiologis untuk meningkatkan resistensi stres seperti peningkatan harga diri, meningkatkan
asertivitas,
mengarahkan
kembali
tujuan
alternatif
dan
menyesuaikan kembali dengan pencapaian kognitif. Kategori yang terakhir, respons fisiologis terhadap stres harus dihindari.
Universitas Indonesia
13
2.3 Penyakit Tuberkulosis 2.3.1 Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Price, 2006). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke dalam paru. Kuman dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas (bronchus) atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. TB dapat terjadi pada semua kelompok umur baik di paru maupun di luar paru (Depkes, 1999 dalam Hateyaningsih, 2009). 2.3.2 Penyebab Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2-0,4 x 1-4 µ. Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 370C, tidak tumbuh pada suhu 250C atau lebih dari 400C (Hateyaningsih, 2009). 2.3.3 Manifestasi klinis Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam hari, nyeri dada, dan batuk menetap. Batuk pada awalnya batuk non-produktif, tetapi berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan dorman (Smeltzer, 2005). 2.3.4 Penularan dan Faktor Risiko Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, ketawa, melepaskan droplet besar (lebih dari 100µ) dan kecil (1-5µ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dna terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk tertular TB anatara lain yang kontak dengan seorang penderita TB aktif, imunosupresif (lansia, pasien kanker, seseorang yang Universitas Indonesia
14
terinfeksi HIV), pengguna obat-obat IV dan alkoholik, individu yang tinggal di daerah perumahan substandard kumuh (pemukiman padat), dan petugas kesehatan (Smeltzer, 2005). Faktor-faktor risiko TB antara lain: 2.3.4.1 Umur Sebagian besar penderita TB paru di negara berkembang berumur di bawah 50 tahun, sedangkan di negara maju prevalensi TB sangat rendah pada kelompok umur di bawah 50 tahun tetapi masih tinggi pada kelompok yang lebih tua (Hateyaningsih, 2009). 2.3.4.2 Jenis kelamin TB menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif. Wanita dalam usia reproduksi lebih rentan terhadap TB dan lebih mungkin terjangkit TB dibanding pria pada kelompok umur yang sama (Depkes, 2004 dalam Hateyaningsih, 2009). WHO menunjukkan lebih dari 900 juta wanita di seluruh dunia tertular oleh kuman TB dan satu juta diantaranya meninggal setiap tahun. TB membunuh sedikitnya dua kali lebih banyak perempuan daripada kematian akibat akibat kehamilan atau persalinan (Siswono, 2009 dalam Hateyaningsih, 2009). 2.3.4.3 Status gizi Status nutrisi merupakan salah satu faktor yang menentukan fungsi seluruh sistem tubuh termasuk sistem imun. Sistem kekebalan dibutuhkan manusia untuk memperoteksi tubuh terutama terutama mencegah terjadinya infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan lainnya. Pada manusia terdapat dua bagian sistem imun, yaitu yang di bawa sejak lahir dan imun yang terjadi setelah di picu oleh pajanan penyakit (Kartasapoetra, 2000 dalam Hateyaningsih, 2009). Kuman Tb mudah masuk ke dalam tubuh yang daya tahan tubuhnya sedang rendah. Namun tidak semua yang terinfeksi TB menderita TB bila daya tahan tubuhnya kuat. Kuman TB hanya akan terus tidur di dalam tubuh (dorman) dan tidak berkembang menjadi penyakit (Hateyaningsih, 2009).
Universitas Indonesia
15
2.3.4.4 Lingkungan Keadaan berbagai lingkungan dapat mempengaruhi penyebaran TB, salah satunya adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang memiliki sumber air yang buruk, pembuangan kotoran yang dekat dengan sumber air, ventilasi yang kurang, dan kepadatan penghuni (Sukarni, 1999 dalam Hateyaningsih, 2009). Faktor risiko lingkungan yang dapat meningkatkan probabilitas kontak dengan udara yang terinfeksi adalah peningkatan durasi dan intimasi antara kontak dengan kasus dan penurunan jumlah sinar ultraviolet (Lendrayani, 2006 dalam Hateyaningsih, 2009). 2.3.4.5 Keteraturan berobat Keteraturan minum obat prinsipnya adalah sebuah perilaku peran sakit dengan segala tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan melalui usaha keteraturan seseorang berobat atau memenuhi aturan yang di buat oleh dokternya untuk mempercepat kesembuhannya (Darmawan, 2002 dalam Hateyaningsih, 2009). 2.3.4.6 Pengawas menelan obat (PMO) PMO adalah seseorang yang ditunjuk berdasarkan kesepakatan antara petugas kesehatan dengan penderita TB. Petugas puskesmas maupun kader yang dapat meluangkan waktunya untuk memantau kelangsungan pengobatan penderita dan mampu berkomunikasi dengan pihak Puskesmas dapat menjadi PMO (Depkes, 1999 dalam Hateyaningsih 2009). Namun PMO terbaik adalah keluarga terdekat penderita TB. 2.3.4.7 Sosial ekonomi TB memiliki dampak sosial budaya yang cukup mempengaruhi dari segi sosial. Penderita TB kerap diasingkan oleh masyarakat sekitarnya karena masih beredar stigma bahwa TB adalah penyakit keturunan atau kutukan. Penderita TB pun mengalami diskriminasi dalam berbagai bidang, seperti diberhentikan dari tempat kerja (Hateyaningsih, 2009). Universitas Indonesia
16
TB berkontribusi dalam pemiskinan masyarakat, dipandang dari segi ekonomi. TB masih banyak dialami oleh kelompok dewasa muda pada usia produktif sehingga terjadi kerugian ekonomis akibat berkurangnya produktivitas. Kerugian ekonomis terlihat ketika penderita TB harus mengeluarkan biaya untuk diagnosis, pengobatan, dan transportasi untuk menuju pelayanan kesehatan (Hateyaningsih, 2009). WHO menyatakan bahwa angka kematian akibat TB berada di negara berkembang yang relatif miskin. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk miskin sekitar 40-55 juta orang (Agustine, 2006 dalam Hateyaningsih, 2009). Tingkat pendapatan akan berpengaruh besar terhadap perilaku daalm menjaga kesehatan per individu dan keluarga. Pendapatan mempengaruhi pendidikan dan pengetahuan seseorang, asupan makanan, bahkan lingkungan tempat tinggal (Woro, 2005 dalam Hateyaningsih, 2009). 2.3.5 Pemeriksaan Penunjang Diagnosa TB ditegakkan saat ditemuakan tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa seseorang itu TB atau tidak. Namun penegakkan diagnosa tetap didukung oleh pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan radiologi dan laboratorium. 2.3.5.1 Pemeriksaan radiologi Hal yang sangat berpengaruh pada pemeriksaan radiologi adalah kualitas gambar yang dihasilkan. Kualitas gambar yang semakin baik akan dapat mempermudah proses identifikasi penyakit TB dan diagnosa pun akan semakin baik (Tiarisneini, 2008 dalam Hateyaningsih, 2009). 2.3.5.2 Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk melakukan identifikasi terhadap kuman Mycobacterium tuberculosis dalam dahak penderita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa dahak penderita yang datang sendiri untuk memeriksakan keluhannya (batuk berdahak terus menerus atau pernah batuk Universitas Indonesia
17
darah). Pemeriksaan dahak dilakukan untuk mendiagnosis TB dengan tiga spesimen dahak. Ketiga spesimen tersebut dikumpulkan dalam dua hari. Dahak yang dikumpulkan adaalh dahak sewaktu, pagi, sewaktu. Dahak sewaktu pertama diambil saat tersangka TB datang di hari pertama ke pelayanan kesehatan. Penderita diberikan pot dahak kembali sebelum pulang untuk menampung dahak pagi setelah bangun tidur. Hari kedua di pelayanan kesehatan sambil membawa pot dahak pagi, tersangka TB diberikan kembali pot dahak untuk mengumpulkan dahak yang ketiga, inilah dahak sewaktu yang kedua. Jadi, pemeriksaan dahak untuk tersangka TB adalah SPS (sewaktu, pagi, sewaktu) (Depkes, 2004 dalam Hateyaningsih, 2009). 2.3.6 Prognosis Pasien TB yang tidak diobati setelah 5 tahun, diantaranya adalah 50% meninggal, 25% sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, dan 25% menjadi kasus kronis yang tetap menular (Depkes, 2005 dalam Ayunah, 2008). Hal tersebut dapat dicegah dengan cara menutup mulut saat batuk dna bersin, mengobati pasien TB hingga sembuh, imunisasi BCG pada bayi, membuang dahak pada tempat yang benar, dan menjaga ventilasi udara (Kemenkes, 2011). 2.3.7 Penatalaksanaan Medis Tuberkulosis
paru
diobati
terutama
dengan
agens
kemoterapi
(agen
antituberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi utama yang digunakan: isoniazid (INH), rifampisin (RIF), streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan pyrazinamid (PZA). Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF, dan PZA selama 4 bulan dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan (total pengobatan 6 bulan). Pil anti-tuberkulosis baru three-in-one yang terdiri atas INH, RIF, dan PZA telah dikembangkan. Hal ini memmberikan dampak yang cukup besar dalam peningkatan kepatuhan terhadap regimen pengobatan.
Universitas Indonesia
18
2.3.8 Penyebab Penyakit TB Berulang Penyakit TB hingga kini masih menjadi momok di dunia, termasuk di Indonesia. Walaupun bakteri penyebab TB sudah ditemukan sejak tahun 1882 oleh Robert Koch, namun penularannya yang cepat dan kedisiplinan pengobatan yang tidak terjaga terus menjadi kendala penyembuhan TB. Dikutip dari narasumber, dukungan keluarga sangat diperlukan ketika rasa bosan untuk meminum obat TB mendera. Menurut dr. Hardja, pencegahan paling utama agar tidak tertular TB adalah daya tahan tubuh yang sehat dan kuat. Bila sudah ditemukan positif kuman TB, seseorang itu harus segera berobat dengan minum OAT secara teratur 6-9 bulan secara terus menerus dan tidak boleh terputus sehingga kuman TB mati. Namun, perilaku tidak disiplin dalam mengonsumsi OAT merupakan kegagalan pengobatan TB. Umumnya setelah 1-2 kali pengobatan pasien TB sudah merasa sembuh karena tanda dan gejala TB sudah tidak dirasa lagi. Penularan juga sudah tidak ada. Namun, kuman di tubuh sebenarnya belum mati. Kuman TB hanya tidur sejenak. Ketika pengobatan dihentikan pada periode sebelum 6-9 bulan, suatu saat kuman tersebut akan bangun dari tidurnya dan pasien pun terserang TB lagi. Saat berobat untuk pengobatan yang kedua kali, obatnya tidak sama saat pengobatan pertama. Hal ini dikarenakan kuman TB sudah resisten dengan obatobatan pada pengobatan pertama. Masa pengobatan kedua akan berlangsung lebih lama dari pengobatan pertama untuk mengefektifkan kerja obat. Menurut dr. Hardja, ketika seorang pasien yang mengalami TB berulang kembali bosan dengan proses pengobatannya dan merasa sembuh, akibatnya pasien tersebut akan mengalami komplikasi yang dapat berujung kematian. 2.4 Konsep Tuberkulosis pada Dewasa Tuberkulosis pada dewasa memiliki tanda dan gejala seperti manifestasi klinis di atas. Tidak ada ciri khusus TB pada dewasa. Dewasa seperti halnya yang telah dijelaskan pada konsep dewasa adalah kehidupan dimana faktor risiko dapat Universitas Indonesia
19
terpajan dari mana saja. Salah satu faktor risiko tersebut adalah faktor lingkungan dan pekerjaan. Faktor risiko lingkungan dan pekerjaan yang umum yaitu pemajanan terhadap partikel udara. Hal ini dapat menyebabkan penyakit paru dan kanker. Penyakit paru termasuk silikosis berasal dari inhalasi bedak atau debu silikon dan emfisema karena inhalasi asap. Faktor risiko ini yang menyebabkan cepatnya penularan TB pada dewasa. Selain faktor lingkungan dan pekerjaan, kebiasaan gaya hidup juga merupakan faktor risiko pada dewasa. Kebiasaan gaya hidup seperti merokok, stres, kurang olahraga dan higiene personal yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit di masa depan. Merokok adalah faktor risiko penyakit paru. Inhalasi polutan rokok meningkatkan risiko kanker paru, emfisema, bronkitis kronis, dan tuberkulosis. Salah satu faktor risiko penularan TB yang cepat adalah pada seseorang yang terpajan asap rokok, baik itu perokok aktif maupun pasif. Diagnosa tuberkulosis pada dewasa ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, rontgen dada, usap basil tahan asam BTA, kuktur sputum, dan tes kulit tuberkulin. Namun, tes kulit tuberkulin ini lebih sering digunakan untuk menegakkan diagnosa TB pada anak. Rontgen dada biasanya akan menunjukkan lesi pada lobus atas. Kultur sputum dilakukan dengan metode SPS (sewaktu, pagi, sewaktu). 2.5 Intervensi untuk Pasien Tuberkulosis Terdapat beberapa intervensi yang dapat diberikan pada pasien dengan TB oleh seorang perawat komunitas yang dapat diaplikasikan di rumah, diantaranya. 2.5.1 Senam Pernapasan Senam pernapasan adalah ilmu yang mengutamakan olah napas, relaksasi, dan fokus perhatian yang secara khusus mengubah atau membalik sistem pernapasan biasa menjadi sistem pernapasan perut yang dilakukan dengan halus dan lembut Universitas Indonesia
20
penuh perasaan, untuk mengolah sumber-sumber energi dari alam, diserap bersamaan waktu bernapas agar terbentuk suatu pusat pemasok energi yang kuat yang berguna untuk mengolah makanan dan minuman dalam metabolisme tubuh dan lebih besar untuk aktivitas, serta sebagai penangkal dan penyembuh sekiranya ada organ dalam tubuh yang sakit (Wardoyo, 2003 dalam Nugroho,2007). Senam pernapasan mengutamakan olah napas yang secara khusus mengubah atau membalik
sistem
pernapasan
biasa
menjadi
sistem
pernapasan
perut.
(Nugroho,2007). Bernapas untuk tujuan kesehatan dilakukan secara sadar dan teratur. Senam pernapasan mencoba mengembangkan satu sistem olahraga pernapasan tenaga dalam melalui napas, gerak dan kosentrasi sehingga menghasilkan olahraga sekaligus olah mental dan olah sosial yang diharapkan akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia seutuhnya (Nugroho, 2007). Menurut Ahmad (2013) dengan olahraga pernapasan proses pernapasan yang biasa diubah menjadi lebih aktif sehingga otot-otot pernapasan tambahan ikut bekerja. Oleh karena itu olahraga pernapasan sangat baik untuk pasien dengan penyakit paru. Beberapa keuntungan dari olahraga pernapasan antara lain a. Volume tidal meningkat. Saat bernapas pasif, volume tidal sekitar 400-500 ml. Latihan pernapasan dapat membuat kemampuan otot pernapasan untuk menghirup udara menjadi meningkat 2 sampai 3 kali. b. Fungsi saluran cerna menjadi lebih baik. Latihan pernapasan membuat perut bagian dalam seperti dipijat sehingga peristaltik usus menjadi lebih baik. c. Meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan semangat. Gerakan dalam olahraga pernapasan memberikan efek menenangkan. Hal ini membuat tubuh mendapat kesempatan untuk mengganti sel-sel yang rusak dan mempercepat proses pemulihan gangguan tubuh dan penyakit. d. Meningkatkan kemampuan berkonsentrasi (Ahmad,2013).
Universitas Indonesia
21
2.5.1.1 Tahapan senam pernapasan Sebelum melakukan senam pernapasan, awali dengan niat dan membaca doa. Senam pernapasan baik dilakukan dalam keadaan perut kosong. Waktu yang baik untuk melakukan senam pernapasan adalah di pagi hari (07.00 WIB sampai 08.00 WIB) dan sore hari (16.00 WIB sampai 17.00 WIB). Prinsip senam pernapasan sama seperti latihan napas dalam, menghirup napas melalui hidung dan menghembuskan perlahan melalui mulut (Solihin, 2013). Senam pernapasan didesain mudah untuk dipelajari dan dilakukan di rumah pada kegiatan sehari-hari (Mineguchi et all, 2002). Adapun Langkah-langkah senam pernapasan a.
Gerakan 1
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan, kepala ditengadahkan ke atas sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan kedua tangan sembari menghembuskan napas perlahan melalui mulut. b.
Gerakan 2
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan keatas, rentangkan ke kanan dan ke kiri sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan tangan dengan posisi saling berhadapan sembari menghembuskan napas perlahan melalui mulut. c.
Gerakan 3
Berdiri tegak dengan kedua kaki diregangkan. Angkat kedua tangan ke atas, kembangkan ke kiri dan ke kanan, tarik napas melalui hidung. Putar kaki ke arah kiri dan tangan kanan turunkan hingga menyentuh jari kaki sambil mengeluarkan napas melalui mulut. d.
Gerakan 4
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan ke atas lalu kembangkan ke kiri dan ke kanan sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan tangan sambil hembuskan napas perlahan melalui mulut. e.
Gerakan 5
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Putarkan badan ke arah kiri dengan kaki kiri di depan. Angkat tangan kanan sejajar bahu perlahan (kaki ditekuk sedikit demi sedikit) sambil menghirup napas melalui hidung. Turunkan tangan sambil Universitas Indonesia
22
hembuskan napas perlahan melalui mulut. Putar badan ke arah sebaliknya dan lakukan hal yang sama. f.
Gerakan 6
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan sebatas dada sambil menarik napas melalui hidung. Dorong kedua tangan ke arah kiri dan kanan dengan dorongan penuh sambil menghembuskan napas melalui mulut. g.
Gerakan 7
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan tangan dengan gerakan melingkar sambil menghembuskan napas melalui mulut. h.
Gerakan 8
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Tarik napas melalui hidung sambil mengangkat kaki kiri dan kedua tangan sejajar perut. Hembuskan napas perlahan melalui mulut sambil memutar badan ke arah kiri, kaki dan tangan diturunkan perlahan. i.
Gerakan 9
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan ke arah dada sambil menarik napas melalui hidung. Langkahkan kaki kiri ke depan sambil dorong kedua tangan ke depan dengan kekuatan penuh. Turunkan tangan dan hembuskan napas melalui mulut. Ulangi gerakan pada kaki kanan. j.
Gerakan 10
Berdiri tegak dengan kaki diregangkan. Angkat kedua tangan sampai sebatas leher, kepala ditengadahkan ke atas sambil menarik napas melalui hidung. Turunkan tangan, hembuskan napas perlahan melalui mulut (Solihin, 2013). 2.5.1.2 Pengaruh senam pernapasan terhadap kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pernapasan perlu dilakukan latihan otot pernapasan. Latihan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan pasien. Tujuan dari senam pernapasan ini adalah untuk meningkatkan lifestyle, meningkatkan kapasitas paru, dan mengurangi gejala seperti sesak (Sahat, 2008). Universitas Indonesia
23
Senam pernapasan juga didesain untuk memperluas otot intercostal inspirasi lainnya selama proses inspirasi atau otot intercostal ekspirasi selama proses ekspirasi. Latihan ini juga merupakan usaha untuk mengurangi kekakuan dinding dada (Mineguchi et all, 2002). Otot-otot pernapasan menyebabkan ventilasi paru, dengan mengempiskan dan mengembangkan paru secara berganti-ganti menyebabkan peningkatan dan penurunan tekanan alveolus. Seseorang yang melakukan latihan otot-otot pernapasan, fungsi ventilasi parunya akan lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak melakukan latihan (Sahat, 2008). Hal ini disebabkan dengan peningkatan otot-otot pernapasan maka pengembangan paru akan meningkat. Sejalan dengan penelitian Baweanti (2010) pada pasien TB di RS Karang Tembok Surabaya bahwa pasien yang diberikan intervensi senam pernapasan mengalami peningkatan maksimal aliran ekspirasi. Penelitian tersebut di analisa dengan menggunakan analisa independent t-test dan paired t-test dengan tingkat signifikan ±1. 2.5.2 Batuk Efektif Batuk berfungsi untuk mengeluarkan sekret dan partikel-partikel pada faring dan saluran napas. Batuk biasanya merupakan suatu reflek sehingga bersifat involunter, namun dapat juga bersifat volunter. Batuk involunter merupakan gerakan reflek yang dicetuskan karena adanya rangsangan pada reseptor sensorik mulai dari faring hingga alveoli (Pranowo, 2009). Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana saja dalam saluran pernapasan. Stimulus yang menghasilkan batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau dari suatu iritan yang dibawa oleh udara, seperti asap, kabut, debu atau gas. Batuk adalah proteksi utama pasien terhadap akumulasi sekresi dalam bronki dan bronkiolus (Pranowo, 2009).
Universitas Indonesia
24
Batuk efektif merupakan tindakan yang dilakukan untuk membersihkan sekresi dari saluran pernapasan. Penderita TB paru tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret dengan batuk efektif. Tujuan dari batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi, dan mencegah efek samping dari retensi sekresi, seperti pneumonia, atelektasis, dan demam (Yana, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pranowo (), perbandingan volume sekret pasien TB dari yang sebelumnya tidak melakukan batu efektif dengan pasien TB yan sudah melakukan batuk efektif terjadi peningkatan sputum setelah melakukan batuk efektif. Pasien TB sebelum mendapatkan pelatihan batuk efektif, tidak bisa mengeluarkan sputum yang maksimal, sebagian besar yang dikeluarkan adalah ludah. Hal ini dapat memberikan resiko penularan yang lebih besar karena pasien dengan BTA positif memiliki resiko menularkannya pada orang lain. Batuk efektif memberikan kontribusi yang positif terhadap pengeluaran volume sputum (Pranowo, 2009).
Universitas Indonesia
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan menggunakan pendekatan sistemik untuk bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Proses keperawatan dimulai dari pengkajian keluarga
dan
individu
sebagai
anggota
keluarga,
perumusan
diagnosa
keperawatan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan asuhan keperawatan, dan evaluasi. 3.1 Pengkajian Keluarga Bapak M yang bertempat tinggal di RT 01/01 kel. Cisalak Pasar kec. Cimanggis Kota Depok terdiri dari 5 anggota keluarga, dimana Bapak M (56 tahun) sebagai kepala keluarga memiliki satu orang istri yaitu Ibu S (50 tahun) dan tiga orang anak, yaitu anak W (30 tahun), anak P (27 tahun), dan anak E (24 tahun). Keluarga Bapak M merupakan keluarga usila dimana semua anak-anak Bapak M sudah menikah dan tinggal terpisah dengan Bapak M dan ibu S. Bapak M sudah tidak memiliki orangtua, ia memiliki satu kakak kandung dan satu adik kandung. Kakak kandung Bapak M pernah memiliki riwayat penyakit tuberkulosis paru. Ibu S juga sudah tidak memiliki orangtua, ia memiliki 3 orang kakak kandung dan satu orang adik. Adik ibu S merupakan seorang retardasi mental. Bapak M dan ibu S merupakan penduduk asli Cisalak Pasar, suku Betawi dan beragama Islam. Keluarga Bapak M masih mempercayai hal-hal mistik seperti berobat ke orang pintar. Penghasilan keluarga Bapak M perharinya sekitar Rp 30.000,00 sampai Rp 50.000,00. Bapak M sehari-hari membantu istrinya berjualan nasi uduk. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari diperoleh dari hasil jualan istrinya tersebut. Keluarga mengatakan jarang pergi ke suatu tempat untuk berlibur atau sekedar jalan-jalan. Riwayat keluarga Bapak M yakni, keluarga mengatakan Bapak M pernah menderita flek paru pada pertengahan tahun 2012 dan telah menjalakan 25
Universitas Indonesia
26
pengobatan OAT selama 3 bulan. Keluarga mengatakan Bapak M memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatannya karena ia sudah merasa lebih enak badannya dan keluhan saat didiagnosa flek paru sudah tidak ia rasakan lagi. Keluarga mengatakan Bapak M pernah merokok kurang lebih selama 20 tahun. Bapak M memutuskan untuk berhenti merokok sejak didiagnosa flek paru di tahun 2012. Awal tahun 2013, keluarga mengatakan Bapak M mengalami batuk lebih dari 3 minggu, keluar darah saat batuk, batuk sampai sesak terutama di malam hari. Keluarga mengatakan Bapak M juga mengalami penurunan berat badan sebesar 5 kg. Bapak M mengatakan ia berobat ke klinik dokter, dilakukan pemeriksaan BTA yang hasilnya negatif. Namun saat dilakukan foto rontgen thorax, kesan TB paru duplex aktif. Saat ini Bapak M sedang menjalankan pengobatan OAT kembali yang akan berakhir awal bulan Juli 2013. Keluarga mengatakan Bapak M ingin benar-benar sembuh dari plek paru yang sekarang dna akan benar-benar berobat sampai tuntas. Saat dilakukan auskultasi pada Bapak M terdengar ronchi pada kedua lapang paru, tampak sesak dengan RR 20x/menit, tidak tampak batuk dan mengatakan tidak batuk lagi. Keluarga mengatakan saudara kandung Bapak M pernah dirawat di RS Pasar Rebo karena TB selama seminggu. Keluarga mengatakan saat itu yang menemaninya adalah Bapak M. Jarak antara rumah Bapak M dengan tetangganya sangat dekat, hampir tidak ada jarak. Ventilasi udara hanya didapat dari pintu depan rumah. Pencahayaan didapat dari lampu yang dihidupkan saat ada tamu dan malam hari. Keluarga mengatakan jendela rumah sudah dipaku mati sehingga tidak bisa dibuka. Rumah anak-anak Bapak M tidak terlalu jauh dari rumahnya. Keluarga Bapak M terkadang mendapat bantuan dari saudara ibu S. Pola komunikasi keluarga Bapak M terbuka, dimana saat akan memutuskan sesuatu keluarga besar pun diajak bermusyawarah. Namun, dalam keluarga Bapak M sendiri pengambilan keputusan adalah ibu S karena ibu S adalah tulang punggung ekonomi keluarga Bapak M. nilai dan norma budaya Betawi sangat kental dalam keluarga Bapak M.
Universitas Indonesia
27
Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit plek paru yang dialami Bapak M. Keluarga mengaku sudah membawa Bapak M ke klinik dokter dan akan mengobati Bapak M sampai sembuh. Keluarga mengatakan Bapak M sudah mengalami peningkatan berat badan sejak memulai pengobatan kembali. Nafsu makan Bapak M meningkat dan Bapak M makan 3-4 kali sehari. Keluarga mengatakan ingin mengetahui cara meningkatkan nutrisi Bapak M. 3.2 Rencana Asuhan Keperawatan 3.2.1 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Dari data yang ditemukan saat pengkajian, dapat disimpulkan masalah yang dapat ditegakkan yakni ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga Bapak M, khususnya Bapak M. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri adalah pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kebiasaan terapeutik hidup sehari-hari untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan spesifik (NANDA, 2009). Adapun data yang mendukung antara lain: Bapak M pernah menjalankan pengobatan OAT selama 3 bulan pada tahun 2012, keluarga mengatakan Bapak M jarang melakukan aktivitas olahraga, Bapak M mengatakan ingin benar-benar sembuh dari flek paru dan akan berobat sampai tuntas, dan Bapak M saat ini sedang menjalankan pengobatan OAT. 3.2.2 Perencanaan (Intervensi) Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Adapun tujuan dan kriteria hasil perencanaan pada keluarga Bapak M. 3.2.2.1 Tujuan umum Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 6 kali kunjungan, manajemen kesehatan diri pada Bapak M kembali efektif dan adekuat. Kunjungan keluarga dilakukan sebanyak 6 x 50 menit. Universitas Indonesia
28
3.2.2.2 Tujuan khusus 1 Keluarga mampu mengenal masalah tuberkulosis dengan a. Menyebutkan definisi tuberkulosis b. Menyebutkan penyebab TB paru c. Menyebutkan penyebaran TB paru d. Menyebutkan 3 dari 6 tanda-tanda awal gejala TB paru e. Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita TB paru 3.2.2.3 Tujuan khusus 2 Keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru a. Menyebutkan 2 dari 3 akibat TB paru jika tidak diobati b. Menyebutkan 2 dari 4 akibat TB jika putus obat c. Memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah TB patu dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru 3.2.2.4 Tujuan khusus 3 Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru dengan a. Menyebutkan 4 dari 6 cara pencegahan TB paru b. Menyebutkan 2 dari 4 cara merawat anggota keluarga dengan TB c. Me-redemonstrasikan 3 gerakan senam pernapasan d. Menyusun jadwal melakukan senam pernapasan 3.2.2.5 Tujuan khusus 4 Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru, dengan menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan untuk penderita TB paru
Universitas Indonesia
29
3.2.2.6 Tujuan khusus 5 Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengobati TB paru a. Menyebutkan 2 manfaat tersedianya fasilitas kesehatan b. Menyebutkan 2 dari 3 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal c. Mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin 3.2.3 Implementasi Tahap ini adalah tahap inisiatif dari perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan implementasi rencana keperawatan diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan serta hasil yang diharapkan sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Adapun implementasi yang dilakukan pada keluarga Bapak M. 3.2.3.1 Mengenal masalah a. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai pengertian TB paru, penyebab TB paru, penyebaran TB paru, tanda dan gejala TB paru b. Membantu keluarga mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah TB paru 3.2.3.2 Memutuskan merawat a. Memberikan informasi mengenai akibat TB paru jika tidak diobati dan putus obat b. Memotivasi dan membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami TB paru 3.2.3.3 Merawat anggota keluarga a. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara mencegah masalah TB paru b. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara merawat anggota keluarga dengan TB paru c. Mengajarkan keluarga senam pernapasan dengan 3 gerakan pertama yang diulang dalam 3 kali kunjungan keluarga serta mengajarkan 7 gerakan selanjutnya dalam 2 kunjungan berikutnya Universitas Indonesia
30
d. Menyusun jadwal melakukan senam pernapasan 3.2.3.4 Memodifikasi lingkungan Mendiskusikan bersama keluarga bagaimana memodifikasi lingkungan rumah untuk meningkatkan pencegahan TB paru dalam keluarga 3.2.3.5 Menggunakan fasilitas kesehatan a. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat dari fasilitas kesehatan b. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal c. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan 3.2.4 Evaluasi Asuhan keperawatan keluarga dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan, terdiri dari pengkajian selama 2 kali pertemuan dan implementasi diagnosa ketidakefektifan manajemen kesehatan diri sebanyak 6 kali pertemuan. Evaluasi yang ingin penulis gambarkan dalam tulisan ini terdiri rangkuman evaluasi dari semua implementasi yang telah penulis lakukan kepada keluarga bapak M. 3.2.4.1 Evaluasi subjektif Keluarga mengatakan pengertian TB paru adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman yaitu kuman mycobacterium tuberculosis yang paling banyak menyerang di daerah paru-paru. Keluarga mengatakan penyebab TB paru adalah mycobacterium tuberculosis. Keluarga mengatakan penyebaran TB adalah melalui percikan dahak atau bersin yang terhirup oleh orang lain. Keluarga mengatakan tanda-tanda TB paru antara lain batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3 minggu, nafsu makan dan berat badan menurun, mudah lelah, serta nyeri dada dan sesak napas. Keluarga mengatakan bapak M turun 5 kg saat batuk lebih dari 3 minggu, mengeluarkan dahak, meriang dan sesak terutama di malam hari seperti tanda-tanda TB paru.
Universitas Indonesia
31
Keluarga mengatakan akibat dari TB jika tidak diobati adalah tidak dapat sembuh dan dapat menularkan pada orang lain. Keluarga mengatakan bila putus obat makan penyakit lebih susah sembuh dan waktu pengobatan menjadi lebih lama. Keluarga mengatakan akan merawat bapak M dengan masalah TB paru dengan mau mendengarkan informasi dari mahasiswa. Keluarga mengatakan cara mencegah masalah TB paru, yaitu menutup hidung dan mulut saat batuk dan bersin atau menggunakan masker, makan makanan bergizi, tidak meludah atau membuang dahak sembarangan, dan buka jendela setiap pagi agar sinar matahari masuk dengan bebas. Keluarga mengatakan cara perawatan anggota keluarga dengan TB paru, yaitu pengobatan TB paru sampai tuntas minimal 6 bulan dan melakukan senam pernapasan. Keluarga mengatakan akan selalu mengingatkan bapak M untuk melakukan senam pernapasan setiap pagi hari. Bapak M mengatakan setelah melakukan senam pernapasan badan terasa lebih enak, napas seperti lebih panjang, dan sesak berkurang. Bapak M mengatakan lebih sering mengulang 3 gerakan pertama senam pernapasan karena lebih mudah dan dapat lebih lama waktunya dibanding melakukan gerakan selanjutnya. Keluarga menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita TB paru, yaitu menjemur kasur seminggu sekali, mengurangi gantungan baju, membuka pintu setiap pagi agar udara bisa bersirkulasi dengan baik, dan tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota keluarga yang lain serta memisahkan alat makan tersendiri untuk anggota keluarga dengan TB paru. Keluarga mengatakan manfaat tersedianya fasilitas kesehatan agar mendapatkan perawatan secara langsung, memperoleh informasi tentang cara perawatan di rumah, dan mendapatkan terapi pengobatan. Keluarga mengatakan fasilitas kesehatan yang berada di sekitar tempat tinggal, yaitu puskesmas, rumah sakit Tugu Ibu, dan klinik dokter. Keluarga mengatakan akan selalu membawa bapak M untuk kontrol dan mengambil obat di klinik dokter.
Universitas Indonesia
32
3.2.4.2 Evaluasi objektif Keluarga mampu menyebutkan definisi TB paru, menyebutkan penyebab TB paru, menyebutkan cara penyebaran TB paru, menyebutkan 3 dari 6 tanda gejala TB paru. Keluarga mampu mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah TB paru. Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat TB paru jika tidak diobati dan 2 dari 4 akibat jika putus OAT. Keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru. Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 cara mencegah TB paru dan 3 cara merawat anggota keluarga dengan TB paru. Keluarga mampu me-redemonstrasikan 3 gerakan pertama senam pernapasan tanpa bimbingan dari mahasiswa yang meningkat terus setiap kunjungan lama waktunya, 4 gerakan selanjutnya dengan melihat poster, dan 3 gerakan terakhir dengan bimbingan dari mahasiswa. Keluarga mampu menyusun waktu melakukan senam pernapasan. Keluarga mampu menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita TB paru. Keluarga mampu menyebutkan manfaat tersedianya fasilitas kesehatan dan menyebutkan 3 fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal. Saat pemeriksaan fisik tanggal 10 Juni 2013, Bapak M tidak tampak sesak dan lemas, RR 18 x/menit, terdengar ronchi +/+ lemah di kedua basal paru. Tampak keluarga menempelkan poster senam pernapasan dirumahnya. Bapak M melakukan senam pernapasan gerakan pertama selama 4 menit masingmasing gerakan, diawali dengan kunjungan kedua 2 menit, kunjungan ketiga tiga menit, dan kunjungan ke empat dan seterusnya selama 4 menit. 3.2.4.3 Analisa masalah Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga, maka perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat dari TUK 1 sampai TUK 5 telah tercapai. Masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M telah teratasi ditandai dengan keluarga mampu menjawab pertanyaan yang diberikan mahasiswa saat melakukan evaluasi sumatif terkait lima tugas kesehatan keluarga. Masalah TB paru Bapak M belum teratasi karena
Universitas Indonesia
33
saat dilakukan terminasi, Bapak M masih dalam pengobatan yang kurang lebih 2 minggu lagi ia masih harus jalani. 3.2.4.4 Planning Perawat memotivasi keluarga untuk terus mendukung pengobatan OAT Bapak M sampai selesai dan melakukan senam pernapasan setiap pagi hari. Perawat dan keluarga berencana untuk mendiskusikan masalah kesiapan meningkatkan nutrisi keluarga Bapak M. kesiapan meningkatkan nutrisi pada Bapak M bertujuan untuk meningkatkan status nutrisi dan daya tahan tubuh. 3.2.4.5 Tingkat kemandirian keluarga Tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, seperti mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang sakit, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 6x50 menit, tingkat kemandirian keluarga Bapak M berada pada tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik Depok adalah suatu kota di provinsi Jawa Barat, yang terletak di selatan kota Jakarta dan merupakan perbatasan antara Jakarta-Bogor. Jumlah penduduk kota Depok adalah 1.783.113 orang (Dinkes, 2011). Depok merupakan kota yang turut menyumbang angka kasus TB paru di provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2012 di kota Depok terdapat 1.980 orang yang diduga menderita TB (PPTI, 2012). Puskesmas Cimanggis sebagai puskesmas percontohan di kota Depok, membawahi 2 kelurahan yaitu kelurahan Cisalak Pasar dan Kelurahan Curug. Puskesmas Cimanggis memiliki beberapa poli pelayanan, yang telah berdiri lama dan berjalan dengan baik adalah poli TB. Poli TB berada di bawah pengawasan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Poli TB melayani pemeriksaan serta pengobatan pasien TB paru, baik kasus baru, putus obat, TB anak, maupun pasien TB rujukan. Jumlah pasien suspect TB yang berobat ke Puskesmas Cimanggis selama tahun 2012 sebanyak 587 pasien. Jumlah penderita TB dari kelurahan Cisalak Pasar yang berobat di Puskesmas Cimanggis selama tahun 2012 sampai bulan Mei 2013 terdapat 32 orang. Puskesmas Cimanggis, khususnya Program TB, selama ini hanya melakukan pengobatan secara langsung pada pasien TB yang berobat ke puskesmas. Apabila diantara pasien TB yang berobat tidak datang mengambil obat dengan tepat waktu, Pemegang Program TB akan menghubungi pasien tersebut. Perkesmas di Puskesmas Cimanggis pun akan berkunjung pada keluarga dengan TB yang berisiko, seperti TB dengan HIV/AIDS. Namun, puskesmas belum pernah mengadakan lagi penyuluhan terkait TB di masyarakat wilayah binaannya, terakhir tahun 2007. Kelurahan Cisalak Pasar terdiri dari 8 RW. Jumlah penduduknya antara lain 17.873 jiwa, dimana penduduk berusia dewasa di kelurahan ini sebesar 3.343 34
Universitas Indonesia
35
jiwa. Penduduk terbanyak bertempat tinggal di RW 01. Warga dengan TB yang berobat ke puskesmas dari RW 01 terdapat 10 orang. Hasil pelacakan kasus TB paru baru atau suspect TB paru pada tanggal 16 Mei 2013 sampai tanggal 25 Mei 2013 ditemukan 20 warga RW 01 yang suspect TB paru. Hasil pemeriksaan BTA yang dilakukan karena kerjasama lintas sektor antara Puskesmas Cimanggis dengan kader RW 01, ditemukan 1 orang dengan hasil BTA 2+. Salah satu keluarga yang memiliki masalah TB paru yang sedang menjalankan pengobatan 6 bulan ialah keluarga Bapak M, khususnya Bapak M (56 tahun). 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Teori Terkait 4.2.1 Analisis Masalah Terkait Konsep KKMP Puskesmas Cimanggis merupakan puskesmas yang berada di tengah kepadatan penduduk kota Depok yang membawahi kelurahan Cisalak Pasar dan Curug. Puskesmas ini telah menjalankan tugas puskesmas pada wilayah perkotaan seperti skrining kasus-kasus kesehatan terbaru karena letak kedua kelurahan tersebut yang berada di antara kota Jakarta dan Bogor, visite keluarga pasien dengan penyakit menular serius (HIV) untuk mengurangi risiko penyebaran, dan menghubungi pasien TB yang tidak datang mengambil obat tepat waktu serta mendatanginya jika pasien tersebut tidak kunjung datang ke puskesmas. Fokus asuhan keperawatan masyarakat perkotaan adalah individu, keluarga, dan komunitas. Hal ini belum diterapkan secara holistik oleh puskesmas Cimanggis. Namun, puskesmas cukup baik dalam memberdayakan kader kesehatan di kelurahan Cisalak Pasar, seperti memberikan pelatihan-pelatihan atau penyegaran kader. Kerjasama antara kader dan puskesmas inilah yang dapat mencapai fokus asuhan keperawatan masyarakat perkotaan di kelurahan Cisalak Pasar. Kerjasama terbaru yang sudah berlaku di kecamatan Cimanggis adalah pemberian reward kepada kader yang berhasil membawa pasien suspect TB dengan pemeriksaan BTA +. Kelurahan Cisalak Pasar telah menjadi salah satu tempat tujuan para imigran dimana penduduk kelurahan Cisalak Pasar beraneka ragam suku, tetapi mayoritas Universitas Indonesia
36
suku adalah suku Betawi. Lingkungan pemukiman di kelurahan Cisalak Pasar sangat padat dimana setiap rumah hampir sudah tidak terdapat halaman, samping kiri kanan sudah rumah lagi. Ventilasi rumah mayoritas hanya dari pintu depan rumah saja karena tidak dapatnya membangun jendela di samping kiri dan kanan bangunan rumah. Pemukiman padat juga meningkatkan tindakan kriminalitas, oleh karenanya mayoritas rumah penduduk jendela depannya telah dipaku sehingga tidak bisa dibuka dengan bebas dan pertukaran udara dalam rumah pun berkurang. Kepadatan inilah yang menyebabkan penyebaran penyakit, terutama yang melalui udara sangat cepat dan mudah menyebar. Kuman yang penyebarannya melalui udara dapat dengan mudah berpindah dari satu orang ke orang lainnya. Perkembangan kuman tersebut pun dapat didukung oleh keadaan lingkungan rumah seperti kondisi di atas, lembab karena kurangnya sirkulasi udara. Lingkungan Kelurahan Cisalak Pasar juga dikelilingi oleh pabrik-pabrik, jalan besar, dan terdapat pasar yang merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk Cisalak Pasar. Keadaan lingkungan yang demikian ini merupakan faktor risiko sehingga penduduk Cisalak Pasar termasuk ke dalam populasi berisiko. Faktor pendidikan juga sangat mempengaruhi bagaimana penduduk di wilayah tersebut berisiko tertular penyakit atau tidak. Berdasarkan hasil survey di wilayah RW 01 kelurahan Cisalak Pasar mengenai pengetahuan warga tentang penyakit TB paru, sebagian warga RW 01 memiliki pengetahuan yang rendah. Begitu pula yang terjadi pada keluarga Bapak M di RT 01 RW 01 kelurahan Cisalak Pasar. 4.2.2 Analisis Masalah Terkait Konsep TB Paru Pada Dewasa Masalah tuberkulosis yang ditemukan oleh penulis di keluarga ialah masalah TB paru pada Bapak M (56 tahun). Bapak M pernah mengalami TB paru dan putus obat kemudian berulang, tetapi sekarang sedang dalam pengobatan 6 bulan. Bapak M mengeluhkan mengalami semua tanda dan gejala dari TB paru. Penyebab TB paru berulang salah satunya adalah tidak tuntas berobat atau putus obat. Bapak M mengatakan ia putus obat karena merasa dirinya sudah sehat dan ia Universitas Indonesia
37
mengaku sudah bosan meminum obat. Keluarga tidak mengetahui jika Bapak M harus berobat sampai tuntas (6 bulan) saat itu. Keluarga mendukung hal tersebut karena mengetahui kondisi Bapak M cukup membaik saat itu. Menurut Setyanto dkk (2008, dalam Prassana, 2013) hal ini terjadi karena nilai sosial dan budaya serta pengertian yang kurang mengenai TB dari pasien serta keluarganya tidak menunjang keteraturan pasien untuk menelan obat. Hal ini sejalan dengan pernyataan seorang narasumber di Warta Kota (23 Desember 2012), dukungan keluarga sangat diperlukan saat seorang penderita TB merasa bosan untuk meminum obat. Pengetahuan yang kurang mengenai TB paru menyebabkan risiko penularan yang tinggi. Pengetahuan mengenai lama pengobatan yang harus dijalani penderita TB paru mengakibatkan tingginya angka kegagalan terapi OAT (Eriyanti, 2004). Keluarga Bapak M mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit flek paru yang dialami Bapak M. Keluarga tidak mengetahui jika pengobatan benar-benar harus dituntaskan. Dalam hal ini, keluarga belum mengenal masalah TB paru sehingga tidak terlalu disiplin pada Bapak M. Faktor gaya hidup juga dapat menyebabkan putus obat dan TB berulang, salah satunya adalah stres. Bapak M sudah tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap. Kesehariannya ia membantu istrinya berjualan yang merupakan penghasilan utama keluarga. Keluarga yang tidak percaya dengan berobat di puskesmas karena takut tidak cocok obatnya memutuskan untuk membawa Bapak M ke klinik dokter. Setiap kali menebus obat Bapak M mengatakan harus mengeluarkan uang Rp 100.000,00. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab Bapak M berhenti berobat. Seperti halnya yang telah diungkapkan oleh Hateyaningsih (2009), kerugian ekonomis terlihat ketika penderita TB paru harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan dan lain-lain. Pemerintah sudah menerapkan pengobatan gratis untuk pasien TB di seluruh Indonesia. Hal yang menyebabkan tidak maunya pasien TB berobat secara gratis Universitas Indonesia
38
ke puskesmas adalah dewasa ini TB paru masih menjadi diskriminasi karena masih beredarnya stigma bahwa TB adalah penyakit keturunan, kutukan, bahkan tidak dapat disembuhkan. Bapak M tampak tidak mau mengakui bahwa dirinya mengalami TB paru walaupun semua tanda dan gejala tersebut pernah dialami olehnya. Bapak M mengatakan dirinya terkena flek paru. Peran perawat sebagai edukator sangat diperlukan dalam hal ini. Keluarga perlu mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai TB paru. 4.3 Analisis Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Olahraga pernapasan dapat meningkatkan frekuensi pernapasan per menitnya. Hal ini dikarenakan otot-otot pernapasan tambahan ikut bekerja. Oleh karena itu, olahraga pernapasan sangat baik untuk penderita TB (Ahmad, 2013). Keluarga belum termotivasi untuk melakukan perawtan untuk mengatasi masalah TB paru pada Bapak M. Untuk itu, perawat komunitas berperan untuk membantu keluarga mencegah dan mengurangi risiko terjadinya TB paru dengan mengajarkan senam pernapasan. Senam pernapasan merupakan latihan napas dalam yang dimodifikasi dengan beberapa gerakan senam. Indikator keberhasilan senam pernapasan adalah lamanya gerakan (Solihin, 2013) bukan banyaknya gerakan seperti senam pada umumnya. Sama halnya dengan latihan napas dalam, senam pernapasan dapat mencegah atelektasis. Penderita TB paru berisiko megalami obstruksi bronkus akibat adanya sekret yang tertahan dan juga adanya pernapasan dangkal akibat nyeri yang keduanya dapat menimbulkan terjadinya atelektasis. Hal ini dapat dicegah dengan latihan napas dalam dan batuk efektif (Price, 2006). Latihan napas dalam yang efektif dapat membuka pori-pori khon dan meningkatkan ventilasi kolateral ke dalam alveolus yang megalami penyumbatan, menngkatkan relaksasi otot, meningkatkan mekanisme batuk agar efektif, dan memperbaiki kekuatan otot-otot pernapasan (Smeltzer, 2005). Latihan pernapasan dapat dilakukan dalam berbagai posisi, hal inilah yang memunculkan senam Universitas Indonesia
39
pernapasan. Latihan ini merupakan upaya untuk mencegah penularan TB paru pada penderita TB. Senam pernapasan dapat mengurangi sesak yang dialami Bapak M dan menjadi salah satu aktivitas fisik ringan yang dapat dilakukan di waktu luang. Senam pernapasan juga dapat menurunkan tingkat stres pada usia dewasa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arifin (2011) yang dilakukan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan menggunakan skala stres, terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan antara sebelum melakukan senam pernapasan dan setelah melakukan senam pernapasan, yaitu tingkat stres setelah melakukan senam pernapasan menjadi lebih rendah. Bapak M yang sudah tidak produktif sebagai tulang punggung keluarga yang sekarang posisinya digantikan oleh istrinya tentu mengalami stres, ditambah dengan diagnosa dokter yang menyatakan bahwa ia mengalami flek paru atau TB paru. Senam pernapasan ini diharapkan dapat mengurangi stres yang dialami oleh Bapak M. Penelitian yang dilakukan oleh Baweanti (2010), pasien TB yang diberikan intervensi senam pernapasan mengalami peningkatan maksimal aliran ekspirasi. Seseorang yang melakukan latihan otot-otot pernapasan, fungsi ventilasi parunya akan lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak melakukan latihan (Sahat, 2008). Oleh karena itu, penulis mengajarkan keluarga Bapak M senam pernapasan secara pertahap, mengingat efektifitas dari senam pernapasan adalah lamanya gerakan bukan banyak gerakan. Bapak M menunjukkan peningkatan lamanya melakukan senam pernapasan pada setiap kunjungan, diawali dengan melakukan senam pernapasan selama dua menit hingga pada kunjungan terakhir Bapak M dapat melakukan selama empat menit. Hal ini menunjukkan pengembangan paru Bapak M semakin optimal. Pengajaran senam pernapasan secara bertahap lebih efektif karena pasien dapat lebih mendalami gerakan sehingga setiap gerakan dapat dilakukan dengan waktunya yang maksimal.
Universitas Indonesia
40
4.4 Alternatif Pemecahan Intervensi yang dapat diberikan pada pasien TB selain senam pernapasan adalah batuk efektif. Batuk efektif dapat meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi seperti atelektasis. Pasien TB tidak harus mengeluarkan banyak tenaga untuk mengeluarkan sekret dengan batuk efektif (Pranowo, 2009). Intervensi ini tidak diberikan pada keluarga Bapak M karena penulis merasa senam pernapasan lebih efektif untuk meningkatkan ekspansi paru dibanding batuk efektif yang lebih efisien dalam pengeluaran dahak. Dari intervensi-intervensi yang dapat dilakukan pada pasien TB diatas, dapat disimpulkan senam pernapasan lebih efektif untuk mengurangi sesak dan meningkatkan ekspansi paru. Senam pernapasan dilakukan secara bertahap. Setelah diajarkan senam pernapasan secara bertahap pada Bapak M, keluhan sesak yang semula dirasakan Bapak M berkurang dan RR 18 x/menit. Tindak lanjut yang dapat dilakukan ialah terus memotivasi keluarga untuk selalu mengingatkan Bapak M melakukan senam pernapasan setiap hari. Rencana tindak lanjut agar Bapak M tidak mengalami TB kembali adalah dengan meningkatkan status nutrisi dan aktivitas (senam pernapasan). Gerakan senam yang dilakukan di pagi hari secara tidak langsung ikut membantu kuman TB untuk tidak semakin berkembang. Hal ini didukung oleh adanya peningkatan daya tahan tubuh, yaitu dengan meningkatkan nutrisi. Keluarga dimotivasi agar selalu memberikan makanan yang terdiri atas sayur, buah, lauk pauk serta susu.
Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di masyarakat perkotaan. Kejadian kasus TB selalu meningkat setiap tahunnya di dunia, bahkan di kota Depok. Kasus TB di kota Depok tahun 2012 terdapat 1.980 orang yang diduga menderita TB. Kasus TB di wilayah Cisalak Pasar sendiri terdapat 20 kasus. Peningkatan kasus TB ini dikarenakan oleh semakin padatnya pemukiman di wilayah Cisalak Pasar. Hal ini jelas perlu diperhatikan khususnya oleh kesehatan salah satunya perawat. Perawat komunitas mempunyai peranan penting dalam mangatasi masalah TB di daerah perkotaan. Peran perawat komunitas pada tulisan ini tergambar pada asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh penulis pada keluarga Bapak M, khususnya Bapak M. Bapak M mengalami tanda dan gejala TB pada awal tahun 2013. Bapak M merupakan penderita TB berulang dimana pada tahun 2012 ia pernah mengidap TB dan putus obat. Hal yang menjadi penyebab putusnya pengobatan TB pada Bapak M adalah ketidaktahuan keluarga mengenai masalah TB dan cara mencegah penularannya. Masalah yang muncul pada keluarga Bapak M adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri. Perawat komunitas memiliki tanggung jawab untuk melakukan implementasi guna mengatasi masalah TB pada anggota keluarga. Salah satu intervensi yang dilakukan penulis ialah mencegah penularan TB pada penderita TB dengan senam pernapasan. Implementasi dilakukan selama 6x50 menit. Hasil evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan masalah pada keluarga Bapak M teratasi. Wilayah RW 01 merupakan wilayah yang padat penduduknya. Ventilasi setiap rumah di wilayah ini berkurang karena letak rumah yang sangat berdekatan dan jendela yang telah dipaku agar tidak terjadi tindak kriminalitas. Wilayah ini juga dikelilingi oleh pabrik, jalan besar, dan pasar. 41
Universitas Indonesia
42
Masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga Bapak M merupakan masalah yang aktual pada penderita TB. Hal ini disebabkan keluarga Bapak M merupakan keluarga yang memiliki riwayat pernah mengalami TB paru (berulang). Pengulangan ini dapat terjadi bila didukung oleh daya tahan tubuh yang kurang adekuat ataupun fakttor risiko stres yang dialami oleh kebanyakn agregat dewasa. Upaya mencegah penularan TB pada penderita TB dengan senam pernapasan sangatlah penting untuk mengatasi masalah TB paru. Berdasarkan hasil pengkajian sebelum pemberian intervensi dengan setelah pemberian intervensi, keluhan sesak yang dirasakan oleh Bapak M berkurang dan RR menjadi dalam batas normal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Baweanti (2010) dimana terjadi peningkatan maksimal aliran ekspirasi pada pasien TB yang diberikan intervensi senam pernapasan. Oleh karena itu, senam pernapasan lebih efektif untuk mengurangi sesak dan dapat meningkatkan ekspansi paru dibanding dengan intervensi lainnya. 5.2 Saran Penulisan ini diharapkan mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada keluarga Bapak M dengan masalah TB paru. Beberapa keterbatasan dalam penulisan ini semoga dapat disempurnakan dan dilengkapi di kemudian hari. Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut. 5.2.1 Pelayanan Penulisan ini diharapkan dapat menjadi dasar pemikiran bagi pihak puskesmas untuk menciptakan lingkungan yang baik yang dapat mengurangi angka kejadian TB paru. Pihak puskesmas diharapkan dapat melatih kader kesehatan untuk melakukan senam pernapasan sehingga kader dapat mengadakan senam pernapasan bersama.
Universitas Indonesia
43
Penulis mengharapkan penulisan ini dapat digunakan sebagai masukan untuk tenaga kesehatan khususnya perawat dalam rangka meningkatkan upaya menurunkan angka kejadian TB paru di perkotaan serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perkotaan. 5.2.2 Pendidikan Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pendidikan untuk lebih banyak mencoba menerapkan langsung praktik intervensi-intervensi yang dapat diberikan pada pasien-pasien TB disamping pemberian teori di kelas. Penulis juga berharap, pendidikan keperawatan dapat memberikan materi mengenai perkesmas dan mengaplikasikannya langsung di lapangan dengan pembekalan-pembekalan ilmu mengenai intervensi-intervensi sederhana yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat untuk menurunkan angka-angka risiko terjadinya masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan. 5.2.3 Riset Diharapkan pengembangan ilmu keperawatan dapat menciptakan inovasi yang dapat menurunkan angka kejadian TB maupun TB berulang. Inovasi tersebut dapat diterapkan dalam pendidikan keperawatan. Inovasi yang diharapkan ialah inovasi yang mudah dan murah, seperti deteksi penyakit TB paru melalui SMS Gateway. Perpaduan intervensi seperti senam pernapasan dan manajemen diet dapat dijadikan salah satu inovasi yang dapat dilakukan untuk riset selanjutnya pada pasien TB.
Universitas Indonesia
Daftar Pustaka
Ayunah, Y. (2008). Hubungan antara faktor-faktor kualitas lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru BTA positif di Kecamatan Cilandak Kota Administratif Jakarta Selatan tahun 2008. Universitas Indonesia, Depok. Baweanti, E. S. (2010). Pengaruh senam peregangan otot pernafasan (respiratory muscle stretching gymnastic/RMSG) terhadap peningkatan aliran ekspirasi maksimum pada pasien tuberkulosis di RS Karang Tembok Surabaya. Universitas Airlangga, Surabaya. Clemen-Stone, S., Eigsti, D. G., and McGuire, S. L. (2002). Comprehensive family and community health nursing. Michigan: McGraw-Hill. Friedman, M. M. (1998). Keperawatan keluarga: teori dan praktik. Jakarta: EGC. Hateyaningsih, E. (2009). Pengaruh makanan tambahan terhadap konversi dahak pada penderita tuberkulosis di Puskesmas Jagakarsa, Jakarta Selatan tahun 2008-2009. Universitas Indonesia, Depok. Hideko Minoguchi, et all. (2002). Cross-over comparison between respiratory muscle stretch gymnastics and inspiratory muscle training. Internal Medicine, 41(10), 805-812 Jaji. (2012). Peran keperawatan komunitas dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat menuju MDGs 2015. Universitas Sriwijaya, Palembang. Mustofa, S. M. (2012). Tingkat kepedulian masyarakat terhadap penderita tuberkulosis di Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun tahun 2012. Universitas Indonesia, Depok. Nichols, D. J., et all. (1986). The hell creek formation and the cretaceous-tertiary boundary in the Northern Great Plains. Geological Society of America. Nugroho, S. (2007). Senam pernapasan menurut sudut pandang ilmu faal olahraga. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Potter, P.A. Perry, A.G. (2005). Fundamental nursing : Concepts, process, and practice. Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book. Pranowo, C. W. (2009). Efektifitas batuk efektif dalam pengeluaran sputum untuk penemuan BTA pada pasien TB paru di ruang rawat inap Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. 44
Universitas Indonesia
45 Prassana, R. (2013). Hubungan peran pengawas menelan obat (PMO) terhadap kepatuhan minum obat TB paru. Jurnal penelitian kesehatan. Price, Sylvia A.,Wilson & Lorraine M. (2006). Patofisiologi. Volume 1. Jakarta: EGC. Sahat, C. S. (2008). Pengaruh senam asma terhadap peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru pasien asma di Perkumpulan Senam Asma RSU Tangerang. Universitas Indonesia, Depok. Setiawan, B. (2010). Efikasi suplemen mikronutrien sebagai terapi adjuvan pada penderita tuberkulosis aktif. Univesitas Wijaya Kusuma, Surabaya. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC. Solihin, J. R. (2013, Mei). Mengenal gangguan pernapasan dan perawatannya pada pasien TB. Dipresentasikan pada Penyuluhan Kesehatan Tuberkulosis, Depok. Srinivasan, S., O’Fallon, L. R., Dearry, A. (2003). Built environment and health. American Journal of Public Health, 93(9) Surya, A., dkk. (2011). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes. WHO. (2012). Global tuberkulosis report. France: WHO. Yamada et all. (1996). Clinical effects of four weeks of respiratory muscle stretch gymnastics in patients with chronic obstructive pulmonary disease. Journal of Health, 34(6), 646-52
Universitas Indonesia
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783 DATA PENGKAJIAN LENGKAP 1. Data Umum 1. Nama KK: Bapak M 2. Alamat dan Telepon: RT/RW 01/01, Kel. Cisalak Pasar, Kec. Cimanggis 3. Komposisi keluarga: No
Nama
Hubungan
.
TTL/Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Tidak
Tidak tamat
bekerja
SD
Pedagang
Tidak
nasi uduk
sekolah
dengan KK Bapak M KK (Suami)
1.
Ibu S
2.
Istri
56 tahun 50 tahun
Genogram
B
56
50
Bapak M (TB)
30 Anak W
27 Anak P
ibu S
24 Anak E
Keterangan: :
Perempuan
:
Laki-laki
Faculty of Nursing Universitas Indonesia
1
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783
:
Entry point
:
Meninggal
:
Keturunan
:
Tinggal dalam 1 rumah
4. Tipe Keluarga Keluarga Bapak M merupakan keluarga usila yang terdiri dari Bapak M (56 tahun) dan Ibu S (50 tahun), serta anak W (30 tahun), anak P (27 tahun), dan anak E (24 tahun) dimana semua anak-anak Bapak M sudah menikah dan tinggal terpisah dengan Bapak M dan ibu S. 5. Budaya Keluarga Bapak M dan Ibu S merupakan suku Betawi. Keluarga Bapak M masih mempercayai hal-hal mistik seperti berobat ke orang pintar. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga menggunakan bahasa Indonesia. 6. Agama Agama yang dianut oleh seluruh anggota keluarga Bapak M adalah Islam. Dalam kehidupan sehari-hari, Ibu S merupakan umat Islam yang taat melaksanakan ibadah sholat 5 waktu. Walau terkadang waktu untuk sholat telat beberapa menit dikarenakan sibuk berjualan. Saat ditanya ketaatan Bapak M dalam melaksanakan sholat 5 waktu, Ibu S mengatakan bahwa Bapak M taat sholat. Saat ditanyakan apakah keluarga sering sholat bersama, Ibu S mengatakan jarang sekali karena kesibukan Ibu S berjualan. Bapak M dan Ibu S kadang-kadang mengikuti kegiatan pengajian yang dilakukan di RT 01/RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar yang diadakan setiap satu minggu sekali.
Faculty of Nursing Universitas Indonesia
2
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783
7. Kelas sosial & status ekonomi Keluarga Bapak M merupakan keluarga dengan status ekonomi menengah ke bawah dengan penghasilan keluarga kurang lebih Rp. 1.000.000,00/bulan. Bapak M sehari-hari membantu istrinya berjualan nasi uduk. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari diperoleh dari hasil jualan istrinya tersebut. Saat ditanyakan apakah kebutuhankebutuhan sehari-hari sudah terpenuhi, Ibu S mengatakan bahwa dengan penghasilan yang diperoleh kadang-kadang sulit untuk membiayai rumah tangganya, tetapi Ibu S selalu berusaha mangada-adakan. Sedangkan untuk makan, Ibu S merasa bahwa ia masih dapat mencukupi kebutuhan makanan keluarganya. Alat-alat elektronik yang dimiliki oleh keluarga Bapak M adalah TV, kulkas, , dan setrika. Sedangkan untuk kendaraan, keluarga Bapak M tidak memiliki kendaraan. Keluarga Bapak M makan 3 kali sehari. 8. Aktivitas rekreasi keluarga Aktivitas rekreasi keluarga yang paling sering dilakukan adalah menonton TV. Keluarga Bapak M jarang jalan-jalan atau rekreasi. Ibu S mengatakan jarang ke mall atau tempat rekreasi karena mall ataupun tempat rekreasi letaknya jauh dari rumah dan keluarga Bapak M tidak memiliki kendaraan. Namun kadang-kadang keluarga Bapak M pergi berekreasi. Waktu untuk rekreasi keluarga biasanya dilakukan saat hari-hari besar saja. II. Riwayat dan Tugas Perkembangan Keluarga a. Tugas perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga Bapak M adalah keluarga dengan dewasa. Tugas perkembangan keluarga dengan dewasa pada keluarga Bapak M semua sudah terpenuhi. b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tidak ada Faculty of Nursing Universitas Indonesia
3
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783
c. Riwayat keluarga inti Bapak M dan Ibu S telah menikah kurang lebih selama 40 tahun. Sejak awal pernikahan Bapak M dan Ibu S memtuskan untuk hidup mandiri (terpisah dari orangtua). Riwayat keluarga Bapak M yakni, keluarga mengatakan Bapak M pernah menderita flek paru pada pertengahan tahun 2012 dan telah menjalakan pengobatan OAT selama 3 bulan. Keluarga mengatakan Bapak M memutuskan untuk tidak melanjutkan pengobatannya karena ia sudah merasa lebih enak badannya dan keluhan saat didiagnosa flek paru sudah tidak ia rasakan lagi. Keluarga mengatakan Bapak M pernah merokok kurang lebih selama 20 tahun. Bapak M memutuskan untuk berhenti merokok sejak didiagnosa flek paru di tahun 2012. Awal tahun 2013, keluarga mengatakan Bapak M mengalami batuk lebih dari 3 minggu, keluar darah saat batuk, batuk sampai sesak terutama di malam hari. Keluarga mengatakan Bapak M juga mengalami penurunan berat badan sebesar 5 kg. Bapak M mengatakan ia berobat ke klinik dokter, dilakukan pemeriksaan BTA yang hasilnya negatif. Namun saat dilakukan foto rontgen thorax, kesan TB paru duplex aktif. d. Riwayat keluarga sebelumnya Orangtua dari Bapak M dan Ibu S tidak memiliki keluhan kesehatan. Saat ditanya keadaan kesehatan keluarga besar, Ibu S mengatakan bahwa orang tua dari Bapak M meninggal tanpa tahu penyebab penyakitnya. Saat orang tua Bapak M meninggal, Bapak M masih kecil dan tidak mengerti apa-apa. Sedangkan menurut Ibu S, orang tua Ibu S meninggal karena sudah tua. Keluarga mengatakan saudara kandung Bapak M pernah dirawat di RS Pasar Rebo karena TB selama seminggu. Keluarga mengatakan saat itu yang menemaninya adalah Bapak M.
Faculty of Nursing Universitas Indonesia
4
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783
III. Lingkungan a. Karakteristik rumah Rumah yang ditinggali keluarga Bapak M adalah rumah tetap yang saling berhimpitan satu sama lain. Rumah tersebut berukuran 8 meter x 3 meter. Desain panjang ke belakang sehingga desain interior rumah terbagi menjadi 3 ruangan, yang paling depan adalah ruang tamu, ruang kedua adalah kamar tidur dan ruang menonton TV keluarga Bapak M, dan ruang ketiga adalah dapur dan kamar mandi, dan di bagian luar rumah ada tempat mencuci piring dan mencuci pakaian. Pada bagian depan rumah terdapat jendela dan pintu dan di bagian belakang rumah terdapat pintu. Lantai rumah terbuat dari keramik berwarna putih dan terdapat jendela berukuran 1,2 meter x 1,1 meter di samping pintu masuk. Warna dinding rumah adalah putih. Kondisi perabotan rumah tertata dengan rapi, dan hanya memiliki satu jendela, yaitu jendela di dekat ruang tamu. Ibu S mengatakan jendela sudah dipaku mati sehingga tidak pernah dibuka. Pintu rumah selalu tertutup jika Bapak M dan Ibu S berjualan di warung. Kondisi ruang tamu kosong dan tidak terdapat kursi atau barang apapun. Ruangan kedua terdapat 1 buah kasur yang besar, 1 buah televisi, dan 1 buah lemari. Ruangan ketiga terbagi menjadi dua bagian yaitu dapur dan kamar mandi (toilet) yang terdiri dari bak mandi dan WC. Sumber air untuk minum dan mandi dan keperluan lainnya menggunakan air sumur. Air tersebut bening, bersih, dan tidak berbau. Jarak WC dan septic tank sekitar 20 m dengan sumber air. Saluran pembuangan air adalah selokan yang mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong sampah di depan rumah. Sampah tersebut di ambil petugas kebersihan sekali seminggu. Keluarga Bapak M menggunakan gas elpiji untuk memasak. Toilet tampak bersih dengan penataan sabun, odol, dan sikat gigi rapi. Pencahayaan di toilet cukup namun untuk penerangan di malam hari dibutuhkan lampu. Ruang terakhir dibatasi oleh pintu keluar menuju bagian luar di belakang rumah. Rumah Bapak M tidak memiliki teras. Di depan rumah adalah jalan setapak. Faculty of Nursing Universitas Indonesia
5
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783
DENAH rumah Bapak M : Tampak belakang
kamar
Kamar Mandi
PINTU
8 meter Pintu
Dapur Ruang Kamar
Ruang nonton
Ruang Tamu Jendela Kaca PINTU
3 meter Tampak Depan b. Karakteristik tetangga dan komunitas Karakteristik tetangga keluarga Bapak M sebagian besar adalah saudara keluarga Bapak M dan Ibu S. Jarak antar rumah di daerah tempat tinggal keluarga Bapak M saling berdekatan satu sama lain. Jalan menuju rumah keluarga Bapak M masih berbatu-batu dan belum diaspal. Di sekitar rumah Bapak M banyak terdapat empang atau kolam ikan. Letak rumah keluarga Bapak M tidak berada di dekat jalan utama sehingga harus memasuki gang setapak yang masih bisa dilalui oleh motor. Rumah keluarga Bapak M tidak memiliki pekarangan rumah, namun setiap rumah di
Faculty of Nursing Universitas Indonesia
6
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783 sekitar tempat tinggal keluarga Bapak M memiliki pekarangan/halaman yang luas dan kosong, digunakan sebagai tempat jemuran dan tempat bermain. Rata-rata kondisi ekonomi tetangga keluarga Bapak M adalah menengah ke bawah dengan karakteristik suami yang bekerja dan istri sebagai Ibu Sumah Tangga (IRT). Adapun tetangga yang kondisi ekonominya menengah keatas hanya beberapa keluarga saja. Mata pencaharian tetangga keluarga Bapak M bervariasi. Tetapi ada juga beberapa keluarga yang mata pencahariannya tidak menetap bahkan ada yang pengangguran. c. Mobilitas geografis keluarga Saat ini, keluarga Bapak M tinggal dalam rumah tetap. Ditempati sudah lebih kurang 30 tahun di RT 01/RW 01, Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Depok. Sebelumnya keluarga Bapak M tinggal di Mekarsari, mengikuti saudara Bapak M. Keluarga Bapak M menggunakan motor atau jasa transportasi umum (angkot) jika berpergian jauh dari rumah seperti ke pasar atau tempat lainnya. Namun motor yang digunakan Bapak M adalah motor pinjaman dari menantu Bapak M. Jika salah satu anggota keluarga sakit, keluarga Bapak M akan pergi ke Dokter Klinik di Mekarsari. d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Anggota
keluarga
Bapak
M
kadang-kadang
mengikuti
kegiatan
kemasyarakatan di daerah setempat RT 01 seperti arisan bapak-bapak. Ibu S mengatakan bahwa waktu berinteraksi dengan tetangganya seringnya pada pagi dan sore hari di depan rumah. Ibu S sendiri terlibat dalam kegiatan arisan di masyarakat RT 01 dan pengajian. Ibu S mengatakan bahwa ia cukup dekat dengan tetanggatetangganya dan sudah mengenal hampir semua tetangga di sekitar rumahnya. e. Jaringan/social support keluarga Keluarga Bapak M merupakan keluarga yang mandiri, hal itu disampaikan oleh Ibu S. Segala kebutuhan keluarga Bapak M semaksimal mungkin diusahakan Faculty of Nursing Universitas Indonesia
7
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783 sendiri tanpa meminta bantuan dari keluarga lain. Akan tetapi, jika ada kebutuhan yang benar-benar mendadak, Ibu S biasanya meminta bantuan biaya dari kakakkakaknya. IV. Struktur keluarga a. Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi keluarga Bapak M termasuk komunikasi secara terbuka. Pada saat terjadi konflik atau masalah dalam keluarga baik antara orangtua dengan anak, atau anak dengan anak bahkan suami istri, masalah diselesaikan secara musyawarah antara suami dan istri, anak, dan orangtua. Masalah apapun yang terjadi dirumah selalu dikomunikasikan Ibu S dengan Bapak M. b. Struktur kekuatan keluarga Pembuat keputusan dalam keluarga Bapak M adalah Ibu S. Akan tetapi keputusan yang diambil adalah hasil diskusi antara Bapak M dan Ibu S misalnya ada anggota keluarga yang sakit maka hal itu akan disampaikan oleh Ibu S kepada Bapak M untuk dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Bidan maupun pengobatan tradisional.
c. Struktur peran Bapak M : Ayah dan suami. Ia berperan sebagai kepala keluarga. Bapak M juga membantu Ibu S mengurus rumah tangga. Peran ini diterima oleh setiap anggota keluarga dengan baik. Dalam hal perawatan dan mengasuh anak, Bapak M dan Ibu S menerapkan prinsip kerjasama. Ibu S : Ibu dan istri. Ia berperan sebagai Ibu Sumah tangga dan pencari nafkah dalam keluarga. Pekerjaan sehari-harinya yaitu berjualan dan memasak.
Faculty of Nursing Universitas Indonesia
8
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783 d. Nilai dan norma Nilai-nilai yang dianut oleh keluarga Bapak M diadopsi dari pola asuh orangtua Bapak M dan Ibu S. Keyakinan agama yang dianut adalah Islam dimana keluarga menjalankan ibadah sholat lima waktu dan puasa dibulan Ramadhan. Keluarga mulai menanamkan pendidikan agama semenjak kecil untuk anaknya. Nilai keluarga terkait pola pengasuhan anak masih sering mengikuti petuah dari orang tua. Ibu S mengatakan anak-anaknya diajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua dan patuh terhadap nasehat. V. Fungsi keluarga a. Fungsi afektif keluarga (kedekatan, penghargaan, ikatan dan pengenalan) Ibu S mengatakan bahwa setiap anggota keluarga di dalam rumah sudah dekat dan saling menyayangi. Bapak M dan Ibu S saling mengenali karakter dan kebiasaan setiap anggota keluarga. b. Fungsi sosialisasi Sosialisasi antar anggota keluarga terlaksana dengan baik dan hubungan antar anggota keluarga dengan tetangga juga baik. c. Fungsi perawatan kesehatan Keluarga Bapak M merupakan keluarga yang cukup memperhatikan masalah kesehatan. Saat ini Bapak M sedang menjalankan pengobatan OAT kembali yang akan berakhir awal bulan Juli 2013. Keluarga mengatakan Bapak M ingin benar-benar sembuh dari plek paru yang sekarang dna akan benar-benar berobat sampai tuntas. Saat dilakukan auskultasi pada Bapak M terdengar ronchi pada kedua lapang paru, tampak sesak dengan RR 20x/menit, tidak tampak batuk dan mengatakan tidak batuk lagi. Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit plek paru yang dialami Bapak M. Keluarga mengaku sudah membawa Bapak M ke klinik dokter dan akan mengobati Bapak M sampai sembuh. keluarga mengatakan Bapak M sudah Faculty of Nursing Universitas Indonesia
9
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783 mengalami peningkatan berat badan sejak memulai pengobatan kembali. Nafsu makan Bapak M meningkat dan Bapak M makan 3-4 kali sehari. Keluarga mengatakan ingin mengetahui cara meningkatkan nutrisi Bapak M d. Fungsi reproduksi Bapak M dan Ibu S memiliki tiga orang anak dalam keluarganya. VI. Stres dan koping keluarga a. Stressor jangka pendek Keadaan Bapak M yang sedang menderita TB paru. b. Stressor jangka panjang Ibu S mengatakan bahwa hal yang menjadi stressor jangka panjang adalah kondisi ekonomi keluarga. c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Keluarga Bapak M khususnya Ibu S sudah seoptimal mungkin untuk merawat Bapak M yang sakit TB paru. Adapun usaha yang dilakukan adalah pengaturan pola makan, membiayai pengobatan dan mendukung Bapak M untuk terus bersosialisasi di masyarakat. d. Strategi koping fungsional Keluarga memiliki koping yang baik dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga, termasuk dalam masalah kesehatan anggota keluarga. Keluarga berusaha seoptimal mungkin dengan segala sumber yang ada dalam keluarga digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan keluarga. e. Strategi adaptasi disfungsional Tidak ada adaptasi disfungsional yang terdapat dikeluarga Bapak M. Semua yang terjadi merupakan hasil dari pengalaman yang bersifat rasional. Faculty of Nursing Universitas Indonesia
10
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783
VII. Harapan Keluarga Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke rumah Bapak M adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga mereka khususnya menangani masalah TB paru pada Bapak M. Keluarga dan mahasiswa bersama-sama dapat melakukan perawatan sederhana bagi anggota keluarga yang sakit. VIII. Pemeriksaan Fisik Bapak M No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
13.
Pemeriksaan Hasil Tanda Vital: TD: 110/70 mmHg; Nadi: 84 x/mnt RR: 20 x/mnt Suhu: 36,5 0 C TB 160 cm IMT = 23,44 (Normal) BB 60 kg Kepala Rambut terdistribusi secara merata, kulit kepala bersih, benjolan (-), lesi (-), sakit kepala (-) Mata Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Telinga Simetris, nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan (-), serumen (-), berdengung (-) Hidung Mukosa lembab, pengeluaran cairan atau lendir (),pembengkakan (-) Mulut & gigi Mukosa lembab, mulut dan gigi bersih, karies gigi (-), kesulitan menelan (-) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB Dada/thorak Dada simetris, ronchi +/+, wheezing -/-, BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-), sesak (+) Abdomen Datar, lemas, BU (+), nyeri tekan (-), nyeri ulu hati (-) Ekstremitas Edema (-), refleks patela ++/++, rentang gerak sempurna, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555 Kulit Warna sawo matang, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit elastis, lembab
Faculty of Nursing Universitas Indonesia
11
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783
Ibu S No. Pemeriksaan 1.
Tanda Vital:
Hasil TD: 140/80 mmHg;
Nadi: 88 x/mnt
RR: 16 x/mnt
Suhu: 36,7 0 C
2.
TB
146 cm
IMT = 23,45 (Normal)
3.
BB
55 kg
4.
Kepala
Rambut terdistribusi secara merata, kulit kepala bersih, benjolan (-), lesi (-), sakit kepala (-)
5.
Mata
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
6.
Telinga
Simetris, nyeri (-), pembengkakan (-), pengeluaran cairan (-), serumen (-), berdengung (-)
7.
Hidung
Mukosa lembab, tidak ada pengeluaran cairan atau lendir, tidak ada pembengkakan
8.
Mulut & gigi
Mukosa lembab, mulut dan gigi bersih, karies gigi (-), kesulitan menelan (-)
9.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan KGB
10.
Dada/thorak
Dada simetris, ronchi -/-, wheezing -/-, BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-), sesak (-)
11.
Abdomen
Datar, lemas, BU (+), nyeri tekan (-), nyeri ulu hati (-)
12.
Ekstremitas
Edema (-), refleks patela ++/++, rentang gerak sempurna, kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555
13.
Kulit
Warna putih, lesi (-), integritas kulit utuh, turgor kulit elastis, lembab
Faculty of Nursing Universitas Indonesia
12
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783
ANALISA DATA No. Data 1. Data Subjektif Pernah menjalankan pengobatan OAT selama 3 bulan pada tahun 2012
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M
Keluarga mengatakan bpk. M jarang melakukan aktivitas olahraga Bpk. M mengatakan ingin benar-benar sembuh dari flek paru dan akan berobat sampai tuntas Data Objektif RR 20x/menit Tampak sesak Tampak lemas Pengobatan saat ini: pyrazinamide 500mg 1x1 tab/hari, rifampisin 450mg 1x1 tab/hari, INH 300mg 1x1½ tab/hari 2.
Data Subjektif Keluarga mengatakan Bapak M sudah mengalami peningkatan berat badan sejak memulai pengobatan kembali. Nafsu makan Bapak M meningkat dan Bapak M makan 3-4 kali sehari. Keluarga mengatakan ingin mengetahui cara meningkatkan nutrisi Bapak M.
Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Bapak M
Data Objektif BB Bapak M: 60 Kg TB: 160 cm Bapak M tidak terlihat kurus Berdasarkan penghitungan IMT, Bapak M tergolong normal Faculty of Nursing Universitas Indonesia
13
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783 SCORING/PEMBENARAN 1. Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M Kriteria Skor Sifat masalah : ancaman kesejahteraan/ 3 aktual Kemungkinan masalah dapat 1 diubah : sebagian Potensial masalah untuk 3 dicegah : tinggi Menonjolnya masalah : masalah berat 2 harus segera ditangani TOTAL
Bobot Nilai 1
3/3 x 1= 1
2
½ x 2= 1
1
3/3 x 1= 1
1
2/2 x 1= 1
Pembenaran Saat kunjungan Bapak M tampak terlihat sesak, RR 20 x/menit, tampak sesak dan lemas Keluarga mengatakan Bapak M pernah menderita flek paru dan putus obat. Ada motivasi dari keluarga untuk mencari tahu. Di sekitar rumah keluarga pun terdapat fasilitas pelayanan kesehatan (Posyandu,praktek dokter dan & Puskesmas). Masalah yang terjadi tidak sampai membuat aktivitas Bapak M terganggu. Keluarga mengatakan bahwa masalah pada Bapak M merupakan masalah yang serius sehingga harus segera diatasi karena dapat menimbulkan berbagai penyakit lain.
4(24/6)
2. Diagnosa keperawatan : Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Bapak M Kriteria Sifat masalah : potensial Kemungkinan masalah dapat diubah : mudah Potensial masalah untuk dicegah : Rendah Menonjolnya masalah : tidak perlu segera
Skor 1 2 1 1
Bobot Nilai Pembenaran 1/3 x 1= Ibu S ingin mengetahui cara meningkatkan 1 nutrisi Bapak M 1/3 Keluarga mengatakan Bapak M sudah 2 2/2 x 2= 1 mengalami peningkatan BB sejak memulai pengobatan kembali Ibu S hanya ingin mengetahui apakah 1/3 x 1= nutisi Bapak M sudah ssuai atau tidak 1 1/3 1
Ibu S mengatakan tidak perlu segera 1/2 x 1= ½ ditangani karena makan Bapak M 3-4 kali sehari
Faculty of Nursing Universitas Indonesia
14
LAPORAN LENGKAP KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783 ditangani TOTAL
17/6
Penghitungan skor: 1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M : 24/6 2. Kesiapan meningkatkan nutiri pada Bapak M: 17/6 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M : 24/6 2. Kesiapan meningkatkan nutiri pada Bapak M: 17/6
Faculty of Nursing Universitas Indonesia
15
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA No
1
Dx Keperawatan Ketidakefektif an manajemen kesehatan diri pada bpk. M
Tujuan Jangka Jangka Pendek Panjang Setelah Setelah dilakukan dilakukan pertemuan sebanyak kali pertemuan 3x50 menit, keluarga: sebanyak 3 kali 1. Mampu mengenal kunjungan, masalah TBC, dengan: manajemen kesehatan diri Menyebutkan arti pada bpk. M pengertian TBC kembali efektif dan adekuat
Kriteria Evaluasi Kriteria
Respon verbal
Rencana Intervensi
Standar
Keluarga mampu menyebutkan pengertian TBC adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman yaitu kuman mycobacterium tuberculosis yang paling banyak menyerang di daerah paru-paru
1.1.1. Dengan menggunakan lembar balik jelaskan pada keluarga tentang arti TBC, yaitu: salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman yang paling banyak menyerang di daerah paru-paru 1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.1.3. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 1.1.4. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 1.1.5. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 1.1.6. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
Menyebutkan penyebab TBC.
Respon verbal
Keluarga mampu 5.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang menyebutkan diketahui keluarga mengenai penyebab penyebab TBC adalah timbulnya masalah TBCpada bpk. M kuman 5.2.2 Berikan pujian kepada keluarga mycobacterium tentang pemahaman keluarga yang tuberculosis benar. 5.2.3 Berikan informasi kepada keluarga tentang penyebab TBC dengan menggunakan lembar balik, yaitu kuman mycobacterium tuberculosis 5.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 5.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 5.2.6 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Menyebutkan penyebaran penyakit TBC
Respon verbal
Keluarga mampu 1.3.1 diskusikan bersama keluarga menyebutkan bagaiamana penyebaran TBC penyebaran TBC yaitu 1.3.2 berikan informasi penyebaran TBC melalui percikan dengan menggunakan lembar balik dahak/bersin yang yaitu lewat percikan dahak/bersin terhirup oleh orang 1.3.3 Berikan kesempatan kepada keluarga lain untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 1.3.4 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 1.3.5 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Menyebutkan tandatanda awal gejala TBC.
Respon verbal
Minimal 3 dari 6 tanda-tanda TBC : - Batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3 minggu - Demam/meriang lebih dari sebulan - Nafsu dan BB menurun - Mudah lelah - Nyeri dada dan Sesak nafas - Batuk berdahak disertai darah
Mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita TBC
Respon afektif
Keluarga mengatakan 1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah bpk. M menderita anggota keluarga yang mempunyai penyakit TBC. tanda dan gejala TBC 1.5.2 Bantu keluarga jika kesulitan mengidentifikasi 1.5.3 Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar .
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda dan gejala TBC 1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda yang benar 1.4.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda gejala TBC dengan menggunakan media lembar balik 1.4.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 1.4.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 1.4.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 1.4.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan TBC, dengan: Menyebutkan akibat TBC jika tidak diobati
Respon verbal
Keluarga mampu 2.1.1 menyebutkan minimal 2 dari 3 akibat TBC jika tidak diobati: 2.1.2 - kematian - tidak dapat sembuh 2.1.3 - menular pada orang lain 2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.1.7
Menyebutkan akibat TBC jika putus obat antituberculosis
Respon verbal.
Keluarga mampu 2.2.1 menyebutkan minimal 2 dari 4 akbiat putus obat antituberculosis: - penyakit lebih 2.2.2 sukar sembuh - kuman tumbuh
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat TBC jika tidak diobati Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman akibat yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat TBC jika tidak diobati dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat TBC jika putus pengobatan OAT Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman akibat putus OAT yang benar
-
dan berkembang 2.2.3 lebih banyak butuh biaya lebih besar waktu pengobatan 2.2.4 menjadi lebih lama 2.2.5 2.2.6 2.2.7
Menjelaskan cara mencegah TBC
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 cara mencegah TBC: - menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin atau menggunakan masker - tidak meludah atau membuang dahak disembarang tempat - makan-makanan yang bergizi - imunisasi BCG pada bayi - buka jendela agar sinar matahasri masuk - jemur kasur paling
Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat putus obat TBC dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
2.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai cara mencegah penyakit TBC 2.3.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman cara mencegah penyakit TBC 2.3.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mencegah penyakit TBC dengan menggunakan media lembar balik 2.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 2.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 2.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 2.3.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Mengambil keputusan Respon untuk mengatasi afektif masalah kesehatan TBC yang dialami anggota keluarga
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan TBC, dengan: Menjelaskan cara merawat anggota keluarga dengan penyakit TBC
Respon verbal
sedikit seminggu 2.4.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan sekali menyadari akan adanya masalah Keluarga mengatakan sesuai dengan materi yang telah akan mengatasi diberikan penyakit TBC pada 2.4.2 Bantu keluarga untuk memutuskan bpk. M merawat anggota keluarga yang sakit TBC 2.4.3 Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil
. 3.1.1 Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan saat bpk. M sakit Keluarga mengatakan TBC dan bagaimana hasilnya 3 dari cara perawatan 3.1.2 Diskusikan cara perawatan TBC anggota keluarga dengan menggunakan lembar balik dengan penyakit TBC 3.1.3 Berikan kesempatan kepada keluarga - pengobatan TBC untuk bertanya tentang materi yang tuntas minimal 6 disampaikan bulan 3.1.4 Berikan penjelasan ulang terhadap - melakukan batuk materi yang belum dimengerti efektif untuk 3.1.5 Motivasi keluarga untuk mengulang mengeluarkan materi yang telah dijelaskan dahak 3.1.6 Berikan reinforcement positif atas - istirahat cukup (6usaha keluarga 8 jam sehari) - senam pernapasan
Mendemontrasikan cara Respon sederhana mengatasi psikomot TBC or dan respon verbal
3.2.1 Demonstrasikan cara merawat TBC Keluarga dapat yaitu dengan menggunakan masker mendemonstrasikan 3 untuk dipakai sehari-hari, ajarkan cara sederhana keluarga untuk melakukan latihan menangani TBC yaitu: senam pernapasan, menjelaskan jenis - memakai masker pengobatan, fungsi obat masinguntuk penderita masing dan menjelaskan efek samping yang terinfeksi serta cara pemberian obat kepada TBC keluarga yang menderita penyakit - senam pernapasan TBC; menjelaskan pentingnya istirahat - melakukan yang cukup, waktu minimal istirahat 6pengobatan TBC 8 jam, apa saja yang bisa dilakukan tuntas sebelum tidur - istirahat cukup 6-8 3.2.2 Minta keluarga menjelaskan kembali. jam per hari 3.2.3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat dan juga cara keluarga mendemonstrasikan.
4. Mampu memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita TBC, dengan mampu: Menyebutkan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita TBC
Respon afektif
Keluarga dapat menyebutkan memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita TBC, yaitu modifikasi perilaku dengan: - Menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin - Membuka jendela dan pintu agar sinar matahari dapat masuk - Menjemur kasur tiap minggu - Membuang dahak pada tempat yang telah ditentukan - Tidak bergantiganti alat makan dengan anggota keluarga
4.1.1 Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita TBC 4.1.2 Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan untuk penderita TBC dengan menggunakan lembar balik 4.1.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk penderita TBC 4.1.4 Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. 4.1.5 Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 4.1.6 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
5. Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, dengan: Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan
Respon verbal
Manfaat fasilitas 5.1.1 Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan kesehatan bagi terkait keluhan yang ada. penderita TBC: 5.1.2 Evaluasi kembali hasil penjelasan yang - Mendapatkan diberikan perawatan secara 5.1.3. Beri reinforcement positif bila langsung. jawaban sesuai dengan standar - Memperoleh informasi tentang cara perawatan dirumah. - Mendapatkan terapi pengobatan.
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan.
Respon verbal
Fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga .
Memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Respon afektif
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit TBC
5.3.1 Memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan 5.3.2 Beri reinforcement positif setelah keluarga pergi ke pelayanan kesehatan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BAPAK P No
Diagnosa
1.
Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Bapak M
Tujuan
Umum Khusus Setelah dilakukan 1. Setelah 1 x 45 menit pertemuan pertemuan, keluarga sebanyak 6 kali mampu mengenal kunjungan, masalah gizi kurang, keluarga mampu dengan mampu: meningkatkan 1.1 Menyebutkan nutrisi keluarga definisi gizi terutama Bapak M.
Kriteria Evaluasi Kriteria Standar
Respon verbal
Keluarga menyebutkan gizi yaitu zat-zat yang ada di dalam makanan yang diperlukan tubuh untuk kelangsungan kehidupan.
Intervensi
1.1.2 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian gizi 1.1.3 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai pengertian gizi yang benar 1.1.4 Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian gizi dengan menggunakan media leaflet dan lembar balik 1.1.5 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 1.1.6 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti
1.1.7 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 1.1.8 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 1.2 Menyebutkan definisi gizi kurang
Respon verbal
Keluarga menyebutkan gizi kurang adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak mendapatkan zatzat tubuh tertentu dari makanan.
1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian kurang gizi 1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai pengertian gizi kurang yang benar 1.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian gizi kurang dengan menggunakan media leaflet dan lembar balik 1.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 1.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 1.2.6 Motivasi keluarga
untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 1.2.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 1.3 Menyebutkan tanda dan gejala masalah gizi kurang
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala gizi kurang, yaitu: 1. BB kurang dari 20% dari BB ideal 2. Badan kurus 3. Rambut merah (pirang), tipis dan mudah dicabut 4. Lemah dan pucat 5. Kulit kering dan kusam 6. Kaki, tangan, dan sekitar mata bengkak
1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda dan gejala gizi kurang 1.3.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda dan gejala gizi kurang 1.3.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 1.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 1.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 1.3.6 Motivasi keluarga
untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 1.3.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 1.4 Menyebutkan penyebab timbulnya masalah gizi kurang.
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab gizi kurang, yaitu: 1. Makanan yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan tubuh 2. Makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang 3. Makan tidak teratur 4. Adanya penyakit tertentu
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab gizi kurang 1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai penyebab gizi kurang yang benar 1.4.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab timbulnya gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 1.4.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 1.4.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 1.4.6 Motivasi keluarga
untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 1.4.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 1.5 Mengidentifikasi anggota keluarga yang membutuhkan peningkatan nutrisi.
Respon verbal
2. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang perlu meningkatkan nutrisi, dengan mampu: 2.1 Menyebutkan Respon verbal akibat gizi kurang
Keluarga mengatakan Bapak M perlu meningkatkan nutrisinya
1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala tubuh kekurangan gizi 1.5.2 Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar
Anggota keluarga 2.1.1 Diskusikan bersama mampu menyebutkan 2 keluarga apa yang dari 4 akibat gizi kurang, diketahui keluarga yaitu: mengenai akibat gizi
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan 2. Mudah terserang penyakit 3. Menurunkan daya pikir/ kecerdasan 4. Tonus otot buruk
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5 2.1.6
2.1.7
2.2 Pengambilan keputusan untuk mengatasi anggo ta keluarga yang perlu
Respon afektif
Keluarga memutuskan untuk merawat Bapak M yang perlu meningkatkan nutrisi.
kurang Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai akibat gizi kurang Berikan informasi kepada keluarga mengenai gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah gizi kurang sesuai dengan materi
meningkatkan nutrisi
3. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, dengan mampu: 3.1 Menyebutkan Triguna makanan
yang telah diberikan 2.2.2 Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang 2.2.3 Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil keluarga
Respon verbal
Keluarga menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 2 contohnya: 1. Zat tenaga, sebagai sumber tenaga untuk beraktivitas dan sumber makanan pokok (karbohidrat), seperti: nasi, roti, gula, singkong, ubi, dll 2. Zat pembangun, sebagai pupuk untuk proses berpikir, terdapat dalam lauk
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai Triguna makanan 3.1.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai Triguna makanan yang benar 3.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai Triguna makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet
3.2 Menyebutkan cara meningkatkan nutrisi
pauk (protein dan lemak), seperti: ikan, telur, tempe, daging, susu, dll 3. Zat pengatur, sebagai pengatur lalu lintas (polisi) makanan, terdapat dalam buah dan sayur (vitamin dan mineral), seperti: wortel, jeruk, nanas, bayam, kangkung, dll
3.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 3.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 3.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 3.1.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Respon verbal Anggota keluarga dan psikomotor mampu menyebutkan 3 dari 5 cara meningkatkan nutrisi, yaitu: 1. Makan makanan yang seimbang (Triguna makanan), menyusun menu makanan dengan gizi seimbang 2. Makanan sesuai dengan kebutuhan/ porsi makan anak 3. Cara mengolah makanan yang benar 4. Pengaturan jadwal makan yang teratur
3.2.1 Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan untuk meningkatkan nutrisi Bapak M 3.2.2 Diskusikan cara meningkatkan nutrisi Bapak M 3.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara meningkatkan nutrisi Bapak M dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.2.4 Motivasi keluarga untuk menjelaskan
5. Cemilan/makanan selingan sehat untuk anak
3.3 Menyebutkan cara memilih makanan
3.4 Menyebutkan cara mengolah makanan
Respon psikomotor
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara memilih makanan, yaitu: 1. Harganya terjangkau 2. Nilai gizinya baik atau seimbang 3. Masih segar, tidak layu, tidak berbau busuk 4. Memasak dengan tampilan yang menarik 5. Makan bersama anak
Respon verbal dan psikomotor Anggota keluarga mampu menyebutkan 3
kembali materi yang telah disampaikan 3.2.5 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga 3.3.1 Dorong keluarga untuk menceritakan bagaimana memilih bahan makanan 3.3.2 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara memilih bahan makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.3.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan 3.3.4 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai keluarga 3.4.1 Dorong keluarga untuk menceritakan cara mengolah makanan 3.4.2 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengolah makanan
dari 4 cara mengolah dengan menggunakan makanan, yaitu: media lembar balik dan 1. Sayuran dan buah leaflet dicuci di air yang 3.4.3 Motivasi keluarga mengalir terlebih untuk menjelaskan dahulu baru dipotongkembali materi yang potong telah disampaikan 2. Sayuran dimasak 3.4.4 Berikan reinforcement jangan terlalu lama terhadap kemampuan 3. Alat-alat masak dan yang dicapai oleh makan dicuci bersih keluarga 4. Cuci tangan sebelum masak dan makan 3.5 Mendemonstrasik Respon an cara mengolah psikomotor makanan
Mahasiswa dan keluarga mengolah makanan yang sederhana, yaitu memasak sayur bayam. Caranya sebagai berikut: Sayuran dicuci di air mengalir kemudian dipotong-potong dan dimasukkan saat air mendidih. Sebelumnya masukkan terlebih dahulu bawang merah, bawang putih, cabai, garam secukupnya, dan diangkat saat sayuran
3.5.1 Demonstrasikan cara mengolah makanan kepada keluarga 3.5.2 Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan m engolah makanan bersama mahasiswa 3.5.3 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang diberikan 3.5.4 Motivasi keluarga mendemonstrasikan secara mandiri 3.5.5 Berikan reinforcement
tidak menjadi layu. 4. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, dengan mampu: 4.1 Menyebutkan cara penyajian makanan
Respon verbal dan afektif
positif atas usaha keluarga
Anggota keluarga 4.1.1 Diskusikan bersama mampu menyebutkan 3 keluarga bagaimana dari 4 cara menyajikan cara menyajikan makanan, yaitu: makanan 1. Jenis makanan 4.1.2 Berikan pujian kepada bervariasi setiap keluarga tentang harinya pemahaman keluarga 2. Mengkombinasikan yang benar jenis makanan hewani 4.1.3 Berikan informasi dan nabati kepada keluarga 3. Perhatikan jadwal mengenai cara menu makanan menyajikan makanan 4. Jumlah makanan dengan menggunakan sesuai dengan media lembar balik dan kebutuhan. leaflet 4.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 4.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti
4.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 4.1.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 4.2 Menyebutkan cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan
Respon verbal dan afektif
Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, yaitu: 1. Jangan dipaksa, tapi ikuti keinginan anak misalnya, sambil bermain atau temani anak saat makan 2. Beri makan sesuai selera anak dan tidak membosankan 3. Jangan memberi makanan yang manis sebelum makan 4. Sajikan makanan dalam bentuk menarik 5. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
4.2.1 Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan 4.2.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar 4.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 4.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 4.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti
4.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 4.2.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 4.3 Memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi dewasa.
Respon verbal dan afektif.
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi Bapak M, yaitu: 1. Makan bersama anggota keluarga yang lain 2. Makan sambil bercerita 3. Jenis makanan bervariasi dan menarik.
3.3.1 Diskusikan bersama keluarga tentang modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi Bapak M 3.3.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar 3.3.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi Bapak M dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang dibahas 3.3.5 Motivasi keluarga untuk mengulang
5. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi dewasa, dengan mampu: Respon verbal 5.1 Menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat disekitar lingkungan tempat tinggal terkait dengan peningkatan status gizi dewasa 5.2 Menjelaskan manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan sesuai jadwal
Respon verbal
materi yang telah dibahas 3.3.6 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: 1. Posyandu 2. Puskesmas 3. Rumah Sakit 4. Klinik Dokter
5.1.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal 5.1.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi 5.1.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan, yaitu: 1. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan 2. Mendapatkan
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan 5.2.2 Berikan pujian kepada
penyuluhan atau pendidikan kesehatan
5.3 Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
Respon afektif
Keluarga rutin mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan Bapak M
keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai manfaat tersebut 5.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 5.3.1 Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan 5.3.2 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Catatan Perkembangan Diagnosa 1: ketidakefektifan manajemen kesehatan diri Bapak M No. Tanggal 1
20-5-13
Diagnosa Ketidakefektifan
Implementasi Mendiskusikan bersama
Evaluasi Subjektif:
manajemen
keluarga pengertian TB,
kesehatan diri
penyebab TB, penyebaran
salah satu penyakit menular yang disebabkan
penyakit TB, tanda dan gejala
oleh kuman yaitu kuman mycobacterium
TB, akibat TB jika tidak
tuberculosis yang paling banyak menyerang di
diobati dan putus pengobatan,
daerah paru-paru. Keluarga mengatakan
Membantu keluarga
Keluarga menyebutkan pengertian TB adalah
penyebab TB paru adalah mycobacterium
mengidentifikasi anggota
tuberculosis. Keluarga mengatakan penyebaran
keluarga yang menderita TB
TB adalah melalui percikan dahak atau bersin
Membantu keluarga
yang terhirup oleh orang lain. Keluarga
memutuskan untuk merawat
mengatakan tanda-tanda TB paru antara lain
anggota keluarga yang sakit
batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih
TB
dari 3 minggu, nafsu makan dan berat badan
Mendiskusikan bersama
menurun, mudah lelah, serta nyeri dada dan sesak napas. Keluarga mengatakan akibat dari
TTD
keluarga cara mencegah TB
TB jika tidak diobati adalah tidak dapat sembuh
Mendemonstrasikan latihan
dan dapat menularkan pada orang lain. Keluarga
senam pernapasan 3 gerakan
mengatakan bila putus obat makan penyakit lebih susah sembuh dan waktu pengobatan menjadi lebih lama. Keluarga mengatakan bapak M turun 5 kg saat batuk lebih dari 3 minggu, mengeluarkan dahak, meriang dan sesak terutama di malam hari seperti tanda-tanda TB paru. Keluarga mengatakan akan merawat bapak M dengan masalah TB paru dengan mau mendengarkan informasi dari mahasiswa. Keluarga mengatakan cara mencegah masalah TB paru, yaitu menutup hidung dan mulut saat batuk dan bersin atau menggunakan masker, makan makanan bergizi, tidak meludah atau membuang dahak sembarangan, dan buka jendela setiap pagi agar sinar matahari masuk
dengan bebas. Keluarga mengatakan akan berlatih senam pernapasan yang telah diajarkan. Bapak M mengatakan merasa lebih lega dan relaks setelah melakukan senam pernapasan. Bapak M mengatkan akan sering berlatih senam pernapasan. Objektif: Keluarga mampu menyebutkan definisi TB paru, penyebab TB paru, cara penyebaran TB paru, 3 tanda dan gejala TB paru, 2 akibat TB paru jika tidak diobati dan putus obat OAT Keluarga mampu mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah TB paru Keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah TB paru.
Keluarga mampu menyebutkan 4 cara mencegah TB paru Keluarga mampu me-redemonstrasikan 3 gerakan senam pernapasan yang didemonstrasikan mahasiswa Bapak M melakukan senam pernapasan setiap gerakan selama 3 menit Bapak M tampak relaks dan tenang RR 18 x/menit Bapak M tidak tampak sesak Analisa: TUK 1 dan 2 tercapai Planning: Mengevaluasi TUK 1, 2, dan 3 gerakan senam pernapasan yang telah diajarkan Mendemonstrasikan 4 gerakan senam pernapasan selanjutnya Mendiskusikan TUK 3: cara lain merawat pasien
TB Memotivasi Bapak M untuk terus berlatih 3 gerakan senam pernapasan lebih dari 3 menit masing-masing gerakan setiap satu kali sehari 2.
23-5-13
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
Mengevaluasi TUK 1, 2, dan 3 gerakan senam pernapasan Mendiskusikan bersama keluarga mengenai cara
Subjektif: Keluarga menyebutkan TUK 1 dan 2 yang dievaluasi oleh mahasiswa Keluarga mengatakan cara perawatan anggota
merawat anggota keluarga
keluarga dengan TB paru, yaitu pengobatan TB
dengan TB paru
paru sampai tuntas minimal 6 bulan.
Mendemonstrasikan 4
Keluarga mengatakan Bapak M kemarin telah
gerakan senam pernapasan
mencoba berlatih senam pernapasan namun
selanjutnya
hanya sebentar Bapak M mengatakan lebih suka 3 gerakan yang pertama diajarkan karena lebih mudah dan bisa lebih lama Objektif: Keluarga mampu menjelaskan kembali saat
dievaluasi oleh mahasiswa Keluarga mampu menyebutkan 3 cara merawat anggota keluarga dengan TB paru Bapak M mampu me-redemonstrasikan 4 gerakan senam pernapasan yang diajarkan mahasiswa Bapak M mampu melakukan 3 gerakan senam pernapasan pertama tanpa dipandu oleh mahasiswa masing-masing selama 3 menit RR 17 x/menit Analisa: TUK 3 tercapai Planning: Mengevaluasi 4 gerakan senam pernapasan yang telah diajarkan Mendiskusikan TUK 4 Mendemonstrasikan 3 gerakan senam pernapasan terakhir
3.
27-5-13
Ketidakefektifan
Mengevaluasi 4 gerakan
manajemen
senam pernapasan yang
kesehatan diri
minggu lalu telah diajarkan Mendiskusikan bersama keluarga bagaimana memodifikasi lingkungan rumah untuk meningkatkan pencegahan TB paru dalam keluarga Mendemonstrasikan 3
Subjektif: Keluarga mengatakan Bapak M jarang mempraktekkan 4 gerakan baru yang diajarkan Bapak M mengatakan lebih mudah 3 gerakan pertama Bapak M mengatakan senang telah mempelajari semua gerakan senam pernapasan Keluarga menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita TB paru, yaitu menjemur kasur seminggu sekali,
gerakan terakhir senam
mengurangi gantungan baju, membuka pintu
pernapasan
setiap pagi agar udara bisa bersirkulasi dengan baik, dan tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota keluarga yang lain serta memisahkan alat makan tersendiri untuk anggota keluarga dengan TB paru Objektif: Keluarga mampu menyebutkan cara
memodifikasi lingkungan untuk penderita TB paru Bapak M dapat melakukan 4 gerakan yang sebelumnya dengan melihat poster, masingmasing gerakan 4 menit namun tidak sekali ambil napas Bapak M tampak melakukan tanpa memperhatikan berapa lama waktu untuk menahan napasnya (terfokus akan gerakan baru) Bapak M dapat melakukan 3 gerakan terakhir dengan bimbingan dari mahasiswa, masingmasing gerakan 2 menit RR 18 x/menit Analisa: TUK 4 tercapai Planning: Mengevaluasi seluruh gerakan senam pernapasan yang telah diajarkan
Mendiskusikan TUK 5 4.
30-5-13
Ketidakefektifan
Mengevaluasi seluruh
Subjektif:
manajemen
gerakan senam pernapasan
kesehatan diri
yang telah diajarkan
fasilitas kesehatan agar mendapatkan perawatan
Mendiskusikan bersama
secara langsung, memperoleh informasi tentang
Keluarga mengatakan manfaat tersedianya
keluarga mengenai manfaat
cara perawatan di rumah, dan mendapatkan
dari fasilitas kesehatan yang
terapi pengobatan. Keluarga mengatakan
ada di sekitar tempat tinggal
fasilitas kesehatan yang berada di sekitar tempat
Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan
tinggal, yaitu puskesmas, rumah sakit Tugu Ibu, dan klinik dokter. Keluarga mengatakan akan selalu membawa bapak M untuk kontrol dan mengambil obat di klinik dokter. Keluarga mengatakan Bapak M hanya sering berlatih 3 gerakan pertama senam pernapasan Bapak M mengatakan belum hafal ke sepuluh gerakannya Bapak M mengatakan sudah bisa agak lama
melakukan 3 gerakan senam pernapasan pertama, 4 gerakan selanjutnya masih melihat poster yang diberikan mahasiswa dan 3 gerakan terakhir belum dicoba sendiri lagi Obkejtif: Keluarga mampu menyebutkan manfaat tersedianya fasilitas kesehatan dan 3 fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal. Bapak M dapat melakukan 3 gerakan pertama (masing-masing gerakan 4 menit), 4 gerakan selanjutnya sambil melihat poster, dan 3 gerakan terakhir tidak melakukan Analisa: TUK 5 tercapai Planning: Evaluasi sumatif diagnosa ketidakefektifan manajemen kesehatan diri keluarga Bapak M Memotivasi keluarga untuk terus mendukung
Bapak M melakukan senam pernapasan 5.
10-6-13
Ketidakefektifan
Mengevaluasi sumatif
Subjektif:
manajemen
diagnosa ketidakefektifan
Keluarga menyebutkan TUK 1 sampai TUK 5
kesehatan diri
manajemen kesehatan diri
yang telah didiskusikan bersama mahasiswa
keluarga Bapak M Menyusun jadwal melakukan senam pernapasan
Keluarga mengatakan akan memotivasi Bapak M untuk melakukan senam pernapasan setiap pagi hari Objektif: Keluarga mampu menjelaskan dan memperagakan intervensi yang telah didiskusikan dan didemonstrasikan bersama mahasiswa RR Bapak M 18 x/menit Bapak M tidak tampak sesak dan lemas Ronchi +/+ lemah, terdengar di kedua basal paru Tampak keluarga menempelkan poster senam pernapasan dirumahnya Analisa:
Masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri tercapai Planning: Mendiskusikan masalah kesiapan meningkatkan nutrisi keluarga Bapak M Diagnosa 2: Kesiapan meningkatkan nutrisi Bapak M No. Tanggal 1
13-6-13
Diagnosa Kesiapan meningkatkan nutrisi
Implementasi Mendiskusikan mengenai pengertian gizi Mendiskusikan mengenai pentingnya meningkatkan gizi Mendiskusikan tanda dan gejala bila mengalami gizi kurang Mengidentifikasi anggota keluarga yang membutuhkan
Evaluasi Subjektif: Keluarga mangatakan pengertian gizi, pentingnya meningkatkan gizi, tanda dan gejala gizi kurang Keluarga mengatakan Bapak M perlu meningkatkan nutrisi Keluarga mengatakan akibat bila tidak meningkatkan nutrisi Keluarga mengatakan akan meningkatkan nutrisi Bapak M agar daya tahan tubuh semakin
TTD
peningkatan nutrisi Mendiskusikan akibat bila nutrisi tidak ditingkatkan Membantu keluarga
meningkat Objektif: Keluarga mampu mengenal masalah gizi dan memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang
memutuskan untuk
memerlukan peningkatan nutrisi
meningkatkan nutrisi Bapak
Analisa:
M
TUK 1-2 tercapai Planning: TUK 3
2
17-6-13
Kesiapan meningkatkan nutrisi
Menjelaskan pengertian triguna makanan Menjelaskan cara meningkatkan nutrisi Menjelaskan cara memilih makanan Menjelaskan cara mengolah makanan Mendemonstrasikan cara
Subjektif: Keluarga mengatakan pengertian triguna makanan, cara meningkatkan nutrisi, cara memilih makanan, cara mengolah makanan Objektif: Keluarga mampu mere-demonstrasikan cara mengolah makanan Analisa: TUK 3 tercapai Planning:
3
20-6-13
Terminasi
mengolah makanan
Terminasi
Melakukan terminasi
Subjektif:
Melakukan evaluasi sumatif
Keluarga mengatakan senang telah diberi pengetahuan serta cara perawatan sederhana untuk meningkatkan kesehatan keluarga Bapak M Objektif: Keluarga mampu menjawab evaluasi sumatif yang ditanyakan mahasiswa Analisa: Tingkat kemandirian keluarga dari tingkat satu menjadi tingkat tiga Planning: Memotivasi keluarga untuk terus meningkatkan kesehatan keluarga
LAPORAN AKHIR KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783 FORMAT EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KELOLAAN UTAMA Diagnosa 1 : ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bapak M NO 1.
2. 3. 4.
5. 6. 7.
8. 9.
10. 11.
RESPON KELUARGA Keluarga pengertian TB adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman yaitu kuman mycobacterium tuberculosis yang paling banyak menyerang di daerah paruparu. Keluarga mengatakan penyebab TB paru adalah mycobacterium tuberculosis Keluarga mengatakan penyebaran TB adalah melalui percikan dahak atau bersin yang terhirup oleh orang lain Keluarga mengatakan tanda-tanda TB paru antara lain batuk yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari 3 minggu, nafsu makan dan berat badan menurun, mudah lelah, serta nyeri dada dan sesak napas Keluarga mengatakan akibat dari TB jika tidak diobati adalah tidak dapat sembuh dan dapat menularkan pada orang lain Keluarga mengatakan bila putus obat makan penyakit lebih susah sembuh dan waktu pengobatan menjadi lebih lama Keluarga mengatakan bapak M turun 5 kg saat batuk lebih dari 3 minggu, mengeluarkan dahak, meriang dan sesak terutama di malam hari seperti tanda-tanda TB paru Keluarga mengatakan akan merawat bapak M dengan masalah TB paru dengan mau mendengarkan informasi dari mahasiswa Keluarga mengatakan cara mencegah masalah TB paru, yaitu menutup hidung dan mulut saat batuk dan bersin atau menggunakan masker, makan makanan bergizi, tidak meludah atau membuang dahak sembarangan, dan buka jendela setiap pagi agar sinar matahari masuk dengan bebas Keluarga mengatakan cara perawatan anggota keluarga dengan TB paru, yaitu pengobatan TB paru sampai tuntas minimal 6 bulan Keluarga menyebutkan cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk penderita TB paru, yaitu menjemur kasur seminggu sekali, mengurangi gantungan baju, membuka pintu setiap pagi agar udara bisa bersirkulasi dengan baik,
Fakulty of Nursing Universitas Indonesia
HASIL Ya Tidak √ √ √
√ √ √ √
√
√
√ √
LAPORAN AKHIR KELUARGA BINAAN UTAMA KEPERAWATAN KELUARGA Diantika Prameswara 0806333783
12.
dan tidak berganti-ganti alat makan dengan anggota keluarga yang lain serta memisahkan alat makan tersendiri untuk anggota keluarga dengan TB paru Keluarga mengatakan manfaat tersedianya fasilitas kesehatan agar mendapatkan perawatan secara langsung, memperoleh informasi tentang cara perawatan di rumah, dan mendapatkan terapi pengobatan. Keluarga mengatakan fasilitas kesehatan yang berada di sekitar tempat tinggal, yaitu puskesmas, rumah sakit Tugu Ibu, dan klinik dokter
√
Diagnosa 2 : Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Bapak M No 1. 2. 3. 4.
RESPON KELUARGA Keluarga mangatakan pengertian gizi, pentingnya meningkatkan gizi, tanda dan gejala gizi kurang Keluarga mengatakan akibat bila tidak meningkatkan nutrisi Keluarga mengatakan pengertian triguna makanan, cara meningkatkan nutrisi, cara memilih makanan, cara mengolah makanan Keluarga mampu mere-demonstrasikan cara mengolah makanan
Fakulty of Nursing Universitas Indonesia
Ya √ √ √ √
HASIL Tidak
Tingkat Kemandirian Keluarga Bapak M NO 1
KRITERIA Keluarga menerima
YA
TIDAK
√
PEMBENARAN Keluarga menerima kehadiran
petugas kesehatan
mahasiswa dengan baik dan dapat menajalin hubungan denga baik
2
Keluarga menerima
√
Pelayanan kesehatan yang diberikan
pelayanan kesehatan
mahasiswa sesuaikan dengan rencana
sesuai rencana 3
Keluarga menyatakan
√
Pada saat pengkajian dan
masalah kesehatan secara
menderngarkan keluhan, keluarga dapat
benar
mengungkapkan apa yang dirasa oleh keluarga saat itu.
4
Keluarga memanfaatkan
√
Keluarga sudah mengetahui manfaat
fasilitas kesehatan sesuai
untuk memanfaatkan pelayanan
anjuran
kesehatan, keluarga mau memanfaatkan pelayanan yang ada
5
Keluarga melaksanakan
√
Keluarga melakukan berbagai perawatan
perawatan sederhana
sederhana: makanan bergizi, penyuluhan
sesuai anjuran
mengenai TB dan gizi, senam pernapasan
6
Keluarga melaksanakan
√
Keluarga melakukan pencegahan secara
tindakan pencegahan
aktif
secara aktif 7
Keluarga melaksanakan tindakan promotif secara
√
Keluarga tidak melakukan usaha yang besifat promotif untuk mencegah TB
aktif Kesimpulan: Keluarga Bapak M berada pada tahap kemandirian tingkat III