UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS KNOWLEDGE SHARING SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN AKUTANSI BARANG MILIK NEGARA: STUDI KASUS DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI
KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi
ANGGA KUSUMA 1206194253
FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JULI 2014
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Akhir ini adalah hasil karya akhir saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Angga Kusuma
NPM
: 1206194253
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Akhir ini diajukan oleh : Nama NPM Program Studi Judul Karya Akhir
: Angga Kusuma. : 1206194253. : Magister Teknologi Informasi. : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Knowledge Sharing Serta Dampaknya Terhadap Pengguna Sistem Informasi Manajemen Akutansi Barang Milik Negara: Studi Kasus Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Ir. Dana Indra Sensuse, M.LIS
Pembimbing II : dr. Iik Wilarso, M.T.I.
Penguji
: Dr.Achmad Nizar Hidayanto
Penguji
: Putu Wuri Handayani, M.Sc.
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal :
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Akhir ini. Penulisan karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer - Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dana Indra Sensuse, Ph.D. dan Iik Wilarso, MTI. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan karya akhir ini;
2.
Pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan;
3.
Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; dan
4.
Sahabat dan teman – teman angkatan 2012 (GCIO) yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan karya akhir ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga karya akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Jakarta, 10 Juli 2014 Penulis
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Angga Kusuma.
NPM
: 1206194253.
Program Studi : Magister Teknologi Informasi. Fakultas
: Ilmu Komputer
Jenis Karya
: Skripsi/Tesis/Karya Akhir/Disertasi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Knowledge Sharing Serta Dampaknya Terhadap Pengguna Sistem Informasi Manajemen Akutansi Barang Milik Negara: Studi Kasus Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekskutif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database). Merawat, dan mempublikasikan karya akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Jakarta.
Pada tanggal : 10 Juli 2014
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Angga Kusuma : Magister Teknologi Informasi : Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Knowledge Sharing Serta Dampaknya Terhadap Pengguna Sistem Informasi Manajemen Akutansi Barang Milik Negara: Studi Kasus Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kegiatan berbagi pengetahuan sangat penting dalam menunjang kegiatan suatu organisasi, baik organisasi swasta maupun organisasi pemerintah. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) sebagai salah satu institusi pemerintah yang membidangi pendidikan, sangat membutuhkan kegiatan berbagi pengetahuan dalam setiap aktivitas pegawainya. Sejak tahun 2010 DIKTI telah membangun forum elektronik bagi pengguna sistem manajemen akutansi barang milik negara yang membantu pegawai DIKTI dalam melakukan komunikasi dan berbagi pengetahuan. Bagian Umum Setditjen Dikti merupakan unit yang mengelola forum tersebut. Forum elektronik tersebut beranggotakan petugas operator atau pengguna SIMAK BMN diseluruh perguruan tinggi negeri dan Kopertis yang jumlahnya berkisar 115 petugas. Akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir, fakta menunjukan bahwa jumlah peserta yang terlibat aktif dalam forum elektronik kurang lebih 3% dalam setiap topik bahasan. Berdasarkan fakta tersebut didapatkan bahwa jumlah peserta untuk setiap topik masih sedikit, sehingga dapat disimpulkan kegiatan berbagi pengetahuan pada forum elektronik belum berjalan dengan baik. Dalam penelitian ini terdapat delapan faktor yang diduga mempengaruhi kegiatan berbagi pengetahuan antar petugas operator atau pengguna SIMAK BMN. Faktor tersebut diambil dari beberapa aspek yaitu aspek individual, organisasi, dan teknologi. Penelitian ini juga meneliti hubungan kegiatan berbagi pengetahuan terhadap proses pembelajaran, adapatasi, dan kepuasan kerja pegawai. Untuk mengukur hubungan tersebut digunakan analisis teknik statistik Structural Equation Model Partial Least Squares (SEM PLS). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor pleasure of knowledge sharing, support by executives, dan system quality mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan knowledge sharing. Hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa kegiatan knowledge sharing tersebut mempunyai pengaruh terhadap employee adaptability, employee learning, dan employee job satisfaction. Kata Kunci: Berbagi Pengetahuan, Manajemen Pengetahuan, Structural Equation Model Partial Least Squares (SEM PLS). xi + 91 halaman; 18 gambar; 16 tabel; 5 lampiran;
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
ABSTRACT
Name : Angga Kusuma Study Program : Magister of Information Technology Title : Analysis of Factors That Affect Knowledge Sharing Activities and Its Impact on Users of Sistem Informasi Manajemen Akutansi Barang Milik Negara: Case Study Directorate General of Higher Education. Knowledge Sharing Activities are very important in supporting the activities of an organization, either private organizations or government organizations. As one of government institution which specialized in education sector, Directorate General of Higher Education (DGHE) requires knowledge sharing activities on every aspect of its employee’s activities. In order to help users of Sistem Informasi Manajemen Akutansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) to communicate and share knowledge to each other, DGHE has established electronic forum discussion since 2010. General Affair of DGHE is part of the unit that manages the forum. Participants of the forum mostly consist of SIMAK BMN’s users from Perguruan Tinggi Negeri (PTN) and Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) in which has approximately 115 officers throughout Indonesia. However, in recent years, the facts showed that for each topic in electronic forum, number of participants which actively involved are approximately 3% per topic. According to the facts that number of paticipants for each topic in electronic forum are still few, we can conclude that knowledge sharing activities in electronic forum aren’t going well. In this research, there are eight factors which are estimated as the factors which has influence on knowledge sharing activities among SIMAK BMN’s users. They are taken from several apects, such as individual, organizational, and technology aspects. This research also focuses on relation of knowledge sharing activities which are related to employee learning, employee adaptability, and employee job satisfaction. In order to measure that relation, this research uses technical statistic analysis called Structural Equation Modelling Partial Least Square (SEM PLS). Results of this research showed that pleasure of knowledge sharing, support by executives, and system quality factors are the ones which have the most influence on knowledge sharing activities. The results also showed that knowledge sharing activities have impact on employee adaptability, employee learning, and employee job satisfaction. Keywords: Knowledge sharing, Knowledge management, Structural Equation Model Partial Least Square (SEM-PLS).
xi + 91 pages; 18 figures; 16 tables; 5 appendix;
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... v ABSTRAK ............................................................................................................ vi DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 1.3 Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 6 1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................ 7 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8 2.1. Knowledge ................................................................................................... 8 2.2. Management ................................................................................................ 8 2.3. Knowledge Management ............................................................................. 9 2.4. Knowledge Management Technology ....................................................... 10 2.5. Knowledge Sharing ................................................................................... 12 2.6 Dampak Knowledge Sharing ..................................................................... 13 2.7 Penelitian Sebelumnya .............................................................................. 14 2.8 Structural Equation Model (SEM) ............................................................ 20 2.8.1 Variabel Laten ............................................................................. 23 2.8.2 Variabel Manifes ......................................................................... 24 2.9 Partial Least Squares (PLS)....................................................................... 25 2.9.1 Notasi yang digunakan dalam PLS ............................................. 26 2.9.2 Model Pengukuran (Outer Model) .............................................. 28 2.9.3 Model Struktural (Inner Model) ................................................. 29 2.10 Kedudukan Skala Likert sebagai skala interval atau skala ordinal ........... 30 2.11 Kerangka Teori .......................................................................................... 31 2.12 Variabel Operasional ................................................................................. 36 2.13 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 39 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 40 3.1 Metode Penelitian ...................................................................................... 40 3.2 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 40 3.3 Tahapan Penelitian .................................................................................... 40 3.3.1 Identifikasi Masalah .................................................................... 42 3.3.2 Studi Literatur ............................................................................. 42 3.3.3 Perumusan Hipotesis ................................................................... 42 3.3.4 Pengumpulan Data ...................................................................... 43 3.3.5 Analisis Data ............................................................................... 43
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
3.3.6 Teknik Pengujian Data ................................................................ 44 3.3.7 Penarikan Kesimpulan ................................................................ 44 3.4 Jadwal Penelitian ....................................................................................... 45 BAB 4 PROFIL ORGANISASI ......................................................................... 46 1.1 Sejarah dan Dasar Hukum Dikti................................................................ 46 1.2 Tugas dan Fungsi ...................................................................................... 46 1.3 Struktur Organisasi .................................................................................... 47 1.4 Visi dan Misi ............................................................................................. 49 1.5 Unit Akutansi Instansi ............................................................................... 50 1.5.1 Struktur organisasi sistem akutansi instansi................................ 50 1.5.2 Jenis Transaksi Akutansi BMN................................................... 51 1.5.3 Prosedur Akutansi ....................................................................... 53 1.6 SIMAK BMN ............................................................................................ 57 1.7 Mailing List SIMAK BMN DIKTI ........................................................... 58 BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 60 5.1 Analisis Data ............................................................................................. 60 5.2 Deskripsi sampel ....................................................................................... 60 5.3 Tansformasi Data ...................................................................................... 61 5.4 Metode SEM – PLS.................................................................................. 62 5.5 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model) ........................................... 63 5.6 Pengujian Model Struktuktural (Inner Model) .......................................... 72 5.7 Hasil Penelitian ......................................................................................... 75 5.8 Hasil Kuesioner Pertanyaan Terbuka ........................................................ 82 5.9 Implikasi Penelitian ................................................................................... 82 5.9.1 Implikasi Terhadap Organisasi ................................................... 82 5.9.2 Implikasi Terhadap Sistem Informasi ......................................... 85 5.9.3 Implikasi Terhadap Penelitian lanjutan....................................... 87 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 88 6.1 Kesimpulan................................................................................................ 88 6.2 Saran .......................................................................................................... 90 DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 91 LAMPIRAN 1 ...................................................................................................... 94 LAMPIRAN 2 .................................................................................................... 105 LAMPIRAN 3 .................................................................................................... 114 LAMPIRAN 4 .................................................................................................... 125 LAMPIRAN 5 .................................................................................................... 128 LAMPIRAN 6 .................................................................................................... 132
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Hasil Temuan BPK Tahun Anggaran 2010......................................... 2 Gambar 2.1 Knowledge Spiral .............................................................................. 12 Gambar 2.2 Model Kesuksesan DeLone dan McLean (2003) .............................. 15 Gambar 2.3 Model Penelitian Al-Busaidi et al., (2010) ....................................... 15 Gambar 2.4 Model Penelitian Lee et al., (2010) ................................................... 16 Gambar 2.5 Model Penelitian Almahamid et al., (2010) ...................................... 17 Gambar 2.6 Diagram Penelitian Tobing (2012) .................................................... 18 Gambar 2.7 Variabel Laten Dengan Indikator ..................................................... 23 Gambar 2.8 Hubungan Variabel Eksogen Dengan Variabel Endogen ................. 24 Gambar 2.9 Hubungan Antar Variabel Dan Indikator Dalam Model PLS ........... 26 Gambar 2.10 Model Penelitian ............................................................................. 31 Gambar 3.1 Tahapan penelitian ............................................................................ 41 Gambar 4.1 Struktur Organisasi ............................................................................ 48 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Akutansi .................................................... 51 Gambar 4.3 Archieve Mailman Mailing List ........................................................ 59 Gambar 5.1 Diagram Jalur Model Knowledge Sharing ........................................ 64 Gambar 5.2 Pengukuran Model Knowledge Sharing ........................................... 69 Gambar 5.3 Model Akhir Knowledge Sharing Activities..................................... 81
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Aktivitas Forum Diskusi Elektronik............................................... 5 Tabel 2.1 Penelitian – Penelitian Sebelumnya ...................................................... 19 Tabel 2.2 Korelasi Variabel dengan Indikatornya ................................................ 36 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian................................................................................... 45 Tabel 5.1 Populasi Group Milist BMN DIKTI ..................................................... 61 Tabel 5.5 Hasil Transformasi Data TRUST1........................................................ 62 Tabel 5.6 Hasil Uji Validitas Konvergen .............................................................. 67 Tabel 5.7 Akar AVE ............................................................................................. 70 Tabel 5.8 Nilai Korelasi Antar Variabel Laten ..................................................... 71 Tabel 5.9 Composite Reliability ........................................................................... 72 Tabel 5.10 Koefisien Determinasi......................................................................... 73 Tabel 5.11 Koefisien Jalur .................................................................................... 74 Tabel 5.12 Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 76
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah dan rumusan masalah. Berdasarkan permasalahan yang ada dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan.
1.1 Latar Belakang Masalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) merupakan salah satu unit utama yang ada didalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tugas dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang pendidikan tinggi. DIKTI sebagai salah satu unit utama, berkewajiban mewujudkan salah satu tujuan strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yaitu “ Tersedianya sistem tata kelola yang handal dalam menjamin terselenggaranya layanan prima pendidikan nasional “. Tujuan tersebut dapat dicapai oleh Dikti dengan melakukan startegi penguatan sistem perencanaan, penganggaran, pengelolaan keuangan dan barang milik negara (BMN), pengelolaan SDM dan organisasi serta pengawasan internal dilingkungan Dikti dan Kemdikbud (Sumber: Renstra Kemdikbud 2010-2014). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dalam mencapai tujuan strategis khususnya terkait dengan penguatan pengelolaan keuangan dan BMN juga berpedoman pada peraturan Menpan no 20 tahun 2010 tentang road map reformasi birokrasi 20102014, dimana salah satu poin hasil yang dituju adalah penguatan pengawasan yang indikatornya adalah meningkatnya opini BPK dan meningkatnya efektivitas pengelolaan keuangan negara. Selama dua periode tahun 2011 dan tahun 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pernah mendapatkan opini dari BPK yaitu disclaimer of opinion. Laporan keuangan instansi yang disajikan tidak dapat dijelaskan ketidak wajarannya. Opini tersebut merupakan penilaian terendah menurut UU no 15 tahun 2004 bagi pengelola keuangan negara. Temuan dari kementerian ini sebagian besar disumbang dari temuan dilingkungan DIKTI, baik secara laporan kodisi keuangan maupun laporan kondisi BMN.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Laporan barang milik negara yang ada di Kementerian ini cukup memberikan sumbangan opini BPK yang signifikan, terlihat dari beberapa temuan yang peneliti coba untuk klasifikasikan menurut sumber LHP- BPK RI atas Kemdikbud tahun 2010,2011,dan 2012 adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Hasil Temuan BPK Tahun Anggaran 2010
Pada gambar 1.1 terlihat bahwa ditahun anggaran 2010 BPK telah mengangkat beberapa kategori temuan terkait penatausahaan Barang Milik Negara yang didapat sebagian besar informasinya melalui sistem informasi manajemen akutansi barang milik negara (SIMAK – BMN). Temuan BPK tahun 2011 dan 2012 cenderung
berulang dan sama kategorinya dengan temuan tahun 2010
tersebut. Peran operator atau pengguna SIMAK BMN disini sangat strategis dalam mengawal kegiatan pemeriksaan oleh auditor karena aplikasi ini merupakan muara seluruh riwayat informasi terkait barang yang dikelola. Operator SIMAK BMN disini adalah pegawai yang diberikan kewenangan untuk terlibat secara aktif dalam melakukan penatausahaan BMN mulai dari pengadaan, distribusi, penghapusan, hingga pelaporan. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil obervasi peneliti, petugas BMN terkadang kurang mendapatkan perhatian dari organisasi, kebanyakan pekerjaan maupun unit kerja mereka dipandang remeh oleh organisasi. Hal ini diduga akan menyebabkan kepuasan kerja menurun karena
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
kepuasan akan dapat meningkat melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan sehingga karyawan akan merasa bahwa dirinya merupakan bagian yang terpenting dari organisasi tersebut (Ghiselli & David, 1995). Organisasi juga kurang menyediakan anggaran untuk mengikuti seminar atau pelatihan khususnya bagi petugas BMN sehingga kemampuan pembelajaran pegawai menjadi berkurang. Dikti dalam hal ini hanya mengadakan kegiatan rutin semesteran untuk melakukan rekonsiliasi data satker saja , sementara untuk kegiatan pelatihan bagi petugas BMN sangat kurang sekali menurut pengamatan peneliti. Munculnya perguruan tinggi negeri baru dengan petugas atau operator SIMAK BMN baru membuat petugasnya perlu untuk mempercepat penyesuaian diri mereka dengan cara terus belajar dalam hal pengelolaan barang milik negara. Fenomena seperti itu mengindikasikan potensi akan terjadi temuan serupa seperti tahun – tahun sebelumnya. Untuk itu diharapkan melalui salah satu proses knowledge management ini yaitu knowledge sharing dapat membawa perubahan menuju budaya kerja yang lebih efektif bagi satuan – satuan kerja dilingkungan Dikti, terutama apabila mereka mau saling berbagi informasi dan pengetahuan terkait penanganan permasalahan seputar BMN. Knowledge sharing merupakan bagian terpenting dari seluruh proses yang ada dalam manajemen pengetahuan (Akram & Bokhari, 2011). Penatausahaan Barang Milik Negara dicatat dan dilaporkan dalam rentan waktu dua kali dalam setahun atau dua semester. Tidak seperti laporan keuangan nilai historisnya hanya berlaku satu tahun anggaran saja sementara laporan BMN ini selama barang yang dikelola masih ada dan belum dilakukan penghapusan maka keberadaan BMN tersebut masih dianggap valid. Dengan demikian semakin bertambahnya jumlah barang yang dikelola, maka akan beragam juga permasalahan yang menyertai setiap transaksi penatausahaan barang milik negara yang dikelola tersebut. Mulai dari mengklasifikasikan, kodefikasi, mutasi, hingga penghapusan merupakan kegiatan penatausahaan barang milik negara yang rutin dilakukan. Dalam melakukan penatausahaan tersebut, hampir seluruh satuan kerja sering mengalami berbagai kendala, baik kendala teknis maupun non teknis. Kendala teknis yang banyak dijumpai oleh petugas BMN berdasarkan hasil wawancara dan juga hasil observasi dilapangan:
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
•
Dalam hal pengklasifikasian jenis transaksi masih banyak yang belum seragam seperti penggolongan barang persediaan dengan barang aset tetap.
•
Merubah jumlah kuantitas barang maupun harga barang yang sudah terlanjur diinput ataupun sudah melalui tahapan rekonsiliasi KPKNL.
•
Memindahkan atau menghapuskan barang yang sudah tidak digunakan lagi, yang mana sebelum melakukan hal tersebut ada langkah pengesahan terlebih dahulu oleh pejabat yang berwenang.
•
Penilaian ulang oleh apraisial untuk mendapatkan nilai barang baru karena musnahnya dokumen sumber dan masih banyak masalah teknis lainnya.
Sementara kendala non teknis diantaranya adalah : •
Pergantian petugas operator SIMAK BMN tanpa diberikan masa pengenalan mekanisme serta cara pengelolaan BMN yang baik kepada petugas yang baru.
•
Kurang paham petugas SIMAK BMN saat implementasi terhadap peraturan atau kebijakan baru yang terkait dengan pengelolaan BMN.
•
Kurangnya bentuk perhatian pimpinan terhadap kegiatan pengelolaan BMN tersebut dan masih banyak kendala non teknis lainnya.
Dari beberapa kendala terkait penatausahaan barang milik negara tersebut Dikti mencoba untuk memfasilitasi dengan membuat semacam forum komunikasi elektronik yaitu
[email protected] , dengan harapan terjadi pertukaran informasi maupun pengetahuan dalam penanganan permasalahan penatausahaan BMN diantara satuan kerja (satker) dilingkungan Ditjen Dikti. Berdasarkan rekapitulasi jumlah topik dan rata - rata jumlah peserta yang ikut berdiskusi setiap topik adalah sebagaimana tabel dibawah ini :
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 1.1 Data Aktivitas Forum Diskusi Elektronik Tahun
Jumlah Topik
Jumlah rata – rata partisipasi/ topik
2011
6
5
2012
20
5
2013
27
6
Sumber : Archives milist.dikti.go.id/simakbmn
Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah topik dari tahun ketahun semakin bertambah namun rata – rata peserta diskusi yang terlibat masih sedikit, mengingat jumlah seluruh peserta yang terdaftar dalam milist tersebut adalah 115 account atau per orang. Peserta yang terlibat dalam setiap topik bervariasi ada yang sering aktif berdiskusi adapula yang sama sekali belum pernah terlibat untuk bertukar pengetahuan. Topik yang tersaji juga bermacam – macam ada yang bersifat knowledgeable ataupun sekedar announcement, namun lebih banyak bersifat pengumuman dan bahkan terdapat beberapa topik yang sama sekali tidak mendapatkan respon atau tanggapan dari peserta milist tersebut.
1.2 Rumusan Masalah Beberapa permasalahan yang bersumber dari hasil wawancara dan observasi mengindikasikan serta menjadi potensi penyebab pertukaran pengetahuan diantara petugas penatausahaan BMN belum berjalan dengan baik walaupun sudah difasilitasi melalui media forum elektronik, antara lain: •
Tentang temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI) yang materi temuannya terus berulang disetiap tahunnya.
•
Petugas operator SIMAK BMN enggan menceritakan kegagalannya karena takut akan timbul citra negatif bagi organisasi ataupun diri sendiri.
•
Petugas operator SIMAK BMN hanya berkomunikasi kepada kelompok atau individu yang mereka kenal saja atau lokasi instansinya berada diwilayah yang sama..
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
•
Pergantian petugas operator SIMAK BMN yang disebabkan masa pensiun mutasi pegawai, ataupun pengadaan pegawai baru dilakukan tanpa melatih atau memperkenalkan terlebih dahulu mekanisme kerja penatusahanan Barang Milik Negara kepada petugas baru tersebut.
•
Petugas operator atau pengguna SIMAK BMN jarang sekali menggunakan forum diskusi elektronik seperti mailing list SIMAK BMN Dikti untuk berbagi pengetahuan dengan petugas satker lainnya. Mereka masih suka menggunakan media lainnya seperti telepon, facebook, ataupun bertatap muka secara langsung.
•
Petugas operator SIMAK BMN dalam menggunakan forum elektronik tersebut diduga hanya sebagai penikmat informasi atau pengetahuan yang ada karena tidak memiliki pengetahuan untuk dibagikan maupun sulit mengungkapkan ke forum kalaupun mereka memilikinya.
•
Belum meratanya dukungan ataupun pemahaman pimpinan terhadap pentingnya peranan petugas penatausahaan BMN, sehingga diduga kepuasan kerja petugas operator atau pengguna SIMAK BMN dapat menjadi rendah.
•
Belum penah ada sosialisasi terkait knowledge management maupun pentingnya berbagi pengetahuan untuk tujuan organisasi.
•
Bermunculannya perguruan tinggi negeri (PTN) baru didaerah kategori 3T (terluar, tertinggal, terdepan) diwilayah indonesia yang menjadi tantangan Dikti untuk mempercepat proses adaptasi dan pembelajaran petugas operator atau pengguna SIMAK BMN yang ada di PTN baru tersebut.
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan identifikasi permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.“Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kegiatan berbagi pengetahuan diantara petugas operator atau pengguna SIMAK BMN dilingkungan DIKTI?”. 2.”Adakah pengaruh atau dampak kegiatan knowledge sharing terhadap kemampuan adaptasi pegawai, pembelajaran pegawai, dan kepuasan kerja pegawai?”.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
1.4 Ruang Lingkup Ruang lingkup permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: •
Penelitian dilakukan di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada anggota mailing list SIMAK BMN Dikti.
•
Penelitian ini hanya mencari faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan berbagi pengetahuan serta dampaknya terhadap keuntungan individu pegawai .
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi atau memotivasi kegiatan knowledge sharing para petugas penatusahaan Barang Milik Negara dilingkungan DIKTI dan mengetahui ada tidaknya pengaruh terhadap proses pembelajaran, kemampuan adaptasi dan kepuasan kerja petugas. Pada akhirnya memberikan rekomendasi untuk peningkatannya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: a. Organisasi Memperkecil jumlah temuan BPK khususnya terkait dengan laporan Barang Milik Negara yang dikelola satuan kerja dilingkungan Ditjen Dikti, dengan berbagi pengetahuan diharapkan proses pembelajaran, adaptasi pegawai serta kepuasan kerja meningkat. b. Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia akademik dan dapat melengkapi penelitian sejenis mengenai kegiatan berbagi pengetahuan.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjabarkan tentang teori-teori yang dijadikan dasar dalam menjawab pertanyaan penelitian. Diantaranya adalah knowledge, knowledge management, knowledge management system, dan knowledge sharing, dan metode statistik yang sesuai dengan penelitian ini. Selain teori-teori tersebut, dikaji pula penelitianpenelitian sebelumnya yang terkait dengan knowledge sharing.
2.1. Knowledge Knowledge atau pengetahuan adalah Suatu keyakinan seseorang dalam mengartikan dan mengelola sekumpulan informasi dengan mengkombinasikan informasi tersebut dengan informasi lainnya, menerjemahkan, dan kemudian mengambil suatu tindakan (Desouza & Paquette, 2011). Pengetahuan seseorang terkait dengan pengalamannya. Seseorang mengetahui sesuatu karena pernah mengalaminya. Dalam konteks pendidikan dikatakan bahwa pengalaman adalah guru yang terbaik. Segala peristiwa dimasa lalu yang dialami secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan sikap dan tindakan selanjutnya. Pengalaman yang baik dan menguntungkan akan cenderung diingat dan timbul rasa ingin mengulanginya, sedangkan pengalaman yang buruk akan dijadikan dasar untuk menghindarinya dikemudian hari. Pengalaman seseorang bisa ditularkan kepada orang lain dan orang lain yang menerimanya menjadi bertambah pengetahuannya secara langsung.
2.2. Management Kebanyakan orang mengenal istilah manajemen sebagai pengelolaan urusan. Dengan konsep seperti itu, maka apapun bisa diurus, bisa dikelola, dan bisa diatur dan dimanfaatkan untuk keperluan tertentu. Yusup (2012) menjelaskan definisi dan beberapa konsep tentang manajemen. Manajemen (management) adalah seni mengelola sumber daya yang tersedia, misalnya orang, barang, uang, pikiran, ide, data, informasi, infrastruktur, dan sumber daya lain yang ada didalam
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
kekuasaannya untuk dimanfaatkan secara maksimal guna mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Henri fayol (1841-1925), dalam Yusup (2012), p.11, mengusulkan lima unsur pokok dalam kegiatan organisasi dan manajerial,
yaitu
forecasting
dan
planning,
organizing,
commanding,
coordinating, dan controlling. Dari konsep dasar manajemen ini, lahirlah beberapa konsep lainnya. Pada tahun 1960, George R. Terry membuat suatu teori bahwa manajemen adalah suatu proses yang khas, yang terdiri dari planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Terdapat pula konsep dari Luther M. Gulick, yaitu manajemen terdiri dari kegiatan planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting. Konsep yang lain adalah POSDC (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Controlling) dari Koontz dan O.Donnel.
2.3. Knowledge Management Dari kedua definisi di atas, maka manajemen pengetahuan (knowledge management) dapat diartikan secara awam dan cukup sederhana, yaitu dengan menggabungkan kata manajemen dan pengetahuan, sehingga penekanannya menjadi sesuatu yang dikelola, diurus, diatur, direncanakan, dipantau, dikoordinasikan,
dikendalikan,
dan
dilaporkan.
Sesuatu
tersebut
adalah
pengetahuan. Menurut Seubert, Balaji, dan Makhija (2001) dalam Hsu (2006), manajemen pengetahuan
(knowledge
memperkenalkan
suatu
management) pendekatan
adalah
terintegrasi
suatu dalam
disiplin
yang
mengidentifikasi,
menangkap, mengevaluasi, memberikan, dan berbagi informasi untuk kepentingan perusahaan/lembaga/organisasi. Manajemen pengetahuan ini erat kaitannya dengan modal intelektual, didefinisikan sebagai bahan intelektual yang meliputi pengetahuan, informasi, kekayaan intelektual, dan pengalaman, yang diatur untuk digunakan dalam menciptakan kekayaan dan kinerja perusahaan atau organisasi. Sumber daya perusahaan bukan hanya modal intelektual, tapi meliputi modal finansial, modal fisik, modal manusia, dan modal organisasi. Mengatur atau “memanage” pengetahuan yang bersumber dari modal manusia, maka perwujudannya dapat berbentuk seperti mengelola sumber daya manusia secara tepat,
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
meningkatkan atau mengembangkan potensinya, dan menempatkan para pekerja sesuai dengan bidang minatnya. Dengan demikian, organisasi akan memiliki kemampuan berkompetisi dengan organisasi lain dalam dunia yang serba kompetitif seperti sekarang ini. Organisasi yang mampu berkompetisi dengan baik adalah organisasi yang mampu mengelola pengetahuan para pekerjanya secara tepat (Hsu,2006). Manajemen pengetahuan digunakan untuk memperbaiki komunikasi diantara manajemen
puncak
dan
pekerja
untuk
mempertahankan
proses
kerja,
menanamkan budaya berbagi pengetahuan, dan mengimplementasikan sistem penghargaan berbasis kinerja. Organisasi atau dalam hal ini para manajer dan pimpinan suatu organisasi menganggap bahwa buruh atau para pekerja, termasuk pimpinan disemua lini unit kerja adalah aset atau modal yang harus dipelihara dan dioptimalisasikan untuk kepentingan perbaikan organisasinya. Jika organisasi tersebut mengimplementasikan manajemen pengetahuan, maka modal tersebut bukan saja berupa tenaga fisik dari para buruh atau pekerja semata namun lebih kepada modal intelektualnya (kemampuan intelektual), seperti kecerdasan, kerajinan, emosi, kejujuran, orisinalitas gagasan, dan kreativitas dalam menggali hal-hal baru demi kemajuan organisasi.
2.4. Knowledge Management Technology Knowledge management technology (KM Technology) menurut
Fernandez &
Sabherwal (2010) adalah suatu teknologi informasi yang dapat digunakan untuk memfasilitasi manajemen pengetahuan. KM Technology pada dasarnya adalah sama atau tidak berbeda dengan teknologi informasi, hanya saja lebih fokus terhadap manajemen pengetahuan dibandingkan dengan pemrosesan informasi. KM Technology merupakan komponen kunci dari KM System (KMS), karena penggabungan dari mekanisme atau cara memperoleh pengetahuan dengan teknologi maka lahirlah yang dinamakan KMS. Menurut Fernandez & Sabherwal (2010), yang termasuk dalam KM Technology ini adalah seperti videoconferencing, electronic diccusion groups, best practice and lesson learned. Beberapa peneliti dari praktisi manajemen pengetahuan menyatakan bahwa keberhasilan dari manajemen pengetahuan terletak pada infrastruktur teknologi
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
informasinya seperti repositori pengetahuan yaitu database digunakan untuk menyimpan dan menyajikan pengetahuan (King et al, 2002 dalam Keyes, 2008). Dari sekian banyak pengetahuan yang akan disusun secara terstruktur dalam suatu organisasi tentu tidak lepas dari pengidentifikasian beberapa entitas yang melekat dalam setiap knowledge yang akan disimpan atau di-capture. Entitas tersebut meliputi siapa pemilik pengetahuan, kapan pengetahuan itu di-publish, dimana pengetahuan diperoleh, kepada siapa saja pengetahuan akan dibagikan atau siapa saja yang diijinkan untuk mengakses pengetahuan tersebut, dan masih banyak entitas lainnya yang merepresentasikan kepentingan setiap organisasi. Penting sekali dibutuhkan perangkat atau media yang dapat mendokumentasikan setiap entitas tersebut dalam waktu yang cepat disertai jumlahnya yang besar. Begitu juga pada tahapan sharing knowledge, diharapkan siapa saja dapat mengkonsumsi knowledge tersebut tanpa ada halangan kapasitas, tempat, dan waktu. Pengetahuan tersebut diharapkan dapat segera terimplementasi dan dapat segera diketahui kesesuaiannya bagi suatu organisasi atau individu yang membutuhkan melalui kecepatan transfer teknologi informasi. Teknologi informasi yang sangat berkembang sampai saat ini, sudah dapat menjawab kebutuhan suatu teknologi untuk manajemen pengetahuan dalam pembentukan knowledge management system. Fungi utama knowledge management system adalah untuk memfasilitasi knowledge sharing dan menyimpan explicit knowledge yang sudah dalam format digital ke dalam knowledge repository perusahaan atau organisasi. Knowledge repository ini dapat diakses melalui intranet atau internet. Sementara untuk transfer tacit knowledge adalah lebih efektif dilakukan melalui interaksi personal. Namun bisa juga dilakukan secara online dengan cara mengkonversi tacit knowledge menjadi explicit knowledge dalam bentuk data digital terlebih dahulu. Selanjutnya dapat dibagikan melalui media dan jaringan yang tersedia. KMS mempunyai
persyaratan
teknis
minimal
yang
harus
dipenuhi
dalam
pengembangannya. Persyaratan teknis ini dapat dibentuk melalui berbagai proses seperti pemilihan aplikasi, pemilihan sistem operasi, sistem jaringan, serta interfacing KMS dengan aplikasi-aplikasi yang sudah ada, seperti email dan
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
corporate data warehouse. Kemudian dilanjutkan dengan penentuan berbagai kemungkinan mekanisme akses dan kapasitas memori, serta pemilihan server.
2.5. Knowledge Sharing Knowledge sharing merupakan salah satu proses dari knowledge management (KM) dan merupakan inti dari keberhasilan KM. Tanpa sharing, maka proses learning yang merupakan proses akuisisi knowledge akan terhambat. Tanpa sharing, maka skala utilisasi knowledge juga akan sangat terbatas, karena knowledge
hanya
dimanfaatkan
oleh
orang
atau
unit
secara
terbatas
(Tobing,2007). Melalui knowledge sharing dapat meningkatkan value dari knowledge yang dimiliki perusahaan. Seseorang yang melakukan knowledge sharing tidak akan kehilangan knowledge yang dimilikinya, tetapi justru melipat gandakan nilai dari knowledge tersebut karena dapat dimiliki dan dimanfaatkan oleh banyak orang. Knowledge sharing merupakan salah satu KM process, baik tidaknya suatu proses KM dipengaruhi oleh variabel KM enabler yaitu organisasi, orang yang ada didalam organisasi, dan teknologi (Lee & Choi, 2003). Pengetahuan yang dibagi dapat
menjadi
knowledge
baru
sesudah
mengalami
proses
sosialisasi,
eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi (SECI). Knowledge baru tersebut akan mengalami multiplikasi nilai jika mengalami proses SECI secara berkelanjutan. Proses multiplikasi nilai knowledge disebut sebagai proses knowledge spiral seperti yang ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Knowledge Spiral Sumber: Nonaka et al., (2004)
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Gambar 2.1 merupakan model interaksi perubahan dan cara tacit knowledge menjadi explicit knowledge ataupun sebaliknya yang dicetuskan oleh Nonaka. Fernandez & Sabherwal (2010) menjelaskan bahwa proses knowledge sharing dilakukan dengan cara sosialisasi, yaitu melakukan pertukaran tacit knowledge seseorang atau kelompok dengan tacit knowledge seseorang atau kelompok lainnya. Budaya knowledge sharing merupakan budaya yang perlu ditumbuhkan dalam sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin menerapkan KM dengan efektif karena sharing merupakan fondasi bagi proses pembelajaran (learning). Melalui sharing akan tercipta kesempatan yang lebih luas untuk belajar (learning). Tanpa learning, tidak akan ada inovasi. Tanpa inovasi, perusahaan atau organisasi tidak akan berkembang atau bahkan tidak dapat bertahan. Untuk suksesnya pembentukan budaya sharing sebagai inti dari KM, organisasi harus memenuhi beberapa persyaratan organisasional atau kultural sebagai berikut (Tobing, 2007): •
Peranan Kepemimpinan berupa kemampuan merumuskan visi, keterlibatan langsung, pemberian dukungan, dan advokasi.
•
Budaya perusahaan yang memberikan iklim kepercayaan dan keterbukaan.
•
Adanya kemauan dari pimpinan organisasi untuk mempromosikan knowledge sharing dan kolaborasi.
•
Perusahaan menghargai knowledge, pembelajaran, dan inovasi.
•
Perusahaan memiliki struktur organisasi yang adaptif.
•
Adanya kemampuan organisasi dalam mengeksekusi proses transformasi dengan mulus dan efektif.
2.6 Dampak Knowledge Sharing Melalui aktivitas berbagi pengetahuan yang merupakan bagian proses dari manajemen pengetahuan ini maka individu yang melakukannya akan memperoleh keuntungan individual. Bagi mereka seorang pegawai maka kemampuan belajar (learning) akan meningkat dengan berbagai cara seperti Externalization, internalization, socialization, dan Community of practice (CoP) (Fernandez & Sabherwal, 2010).
Ketika pegawai tersebut sudah mulai melakukan berbagi
pengetahuan secara aktif dan melakukan pembelajaran secara berkelanjutan, maka
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
ketika mendapatkan pengetahuan tentang perubahan kondisi kerja maka pegawai tersebut sudah lebih siap dibandingkan pegawai yang tidak ikut aktif dalam proses manajemen pengetahuan. Pegawai tersebut tidak hanya siap dengan perubahan kondisi kerja akibat adanya ide baru namun juga sepertinya mampu untuk menerima perubahan tersebut. Manajemen pengetahuan sepertinya dapat menimbulkan kecepatan kemampuan adaptasi diantara pegawai. Perubahan kondisi kerja maupun organisasi yang begitu cepat dapat diimbangi oleh pegawai yang mengimplementasikan proses manajemen pengetahuan, sehingga dapat mengurangi jumlah pegawai yang keluar akibat tidak dapat mengikuti perkembangan bisnis organisasinya. Dua keutungan individu diatas menjadi modal untuk mendapatkan kepuasan kerja pegawai. Pegawai dapat mengantisipasi permasalahan yang akan timbul lebih dulu dikarenakan adanya kemampuan belajar terhadap pengalaman kesalahan masa lalu dan tahu cara penanganan masalah itu dengan benar. Dengan bertambahnya pengetahuan akan meningkatkan kinerja pelayanan terhadap masyarakat bagi pegawai pemerintahan. Penelitian saat ini menemukan bahwa dalam suatu organisasi jika memiliki pegawai yang melakukan berbagi pengetahuan denga oegawai lain, maka orang yang keluar dari perusahaan akan berkurang dan meningkatkan revenue dan profit (Bontis, 2003 dalam Fernandez & Sabherwal, 2010).
2.7 Penelitian Sebelumnya Berikut merupakan beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi knowledge sharing dalam sebuah organisasi. diantaranya adalah: a. DeLone dan McLane (2003) DeLone dan McLane (2003) melakukan updating model penelitian sebelumnya dan menghasilkan model penelitian baru dengan menambahkan satu variabel laten dari penelitian sebelumnya yaitu Service Quality. Jadi varibel
System
Quality,
Service
Quality,
dan
Information
Quality
mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna dan penggunaan sistem informasi, serta berpengaruh pada keuntungan bersih (manfaat) yang diperoleh.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Information Quality Intention to use
Use Net benefits
System Quality User Satisfaction Service Quality
Gambar 2.2 Model Kesuksesan DeLone dan McLean (2003)
Pada model terbaru gambar 2.2 terdapat tambahan dimensi kualitas pelayanan (Service Quality) sebagai tambahan dari dimensi kualitas yang sudah ada sebelumnya, yaitu kualitas sistem (System Quality) dan kualitas informasi (Information Quality).
b. Al-Busaidi et al., (2010) Al-Busaidi., et al (2010) melakukan penelitian dengan judul “Sharing Knowledge to Knowledge Management System:Examining the motivator and the benefit in an Omani Organization”. Penelitian bertujuan untuk meneliti faktor apa yang berdampak terhadap perilaku berbagi pengetahuan. Berikut adalah model penelitiannya:
Gambar 2.3 Model Penelitian Al-Busaidi et al., (2010)
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Model penelitian Al-Busaidi., et al (2010) melibatkan 5 (lima) variabel yang diduga mempengaruhi knowledge sharing dan selanjutnya mempengaruhi individual benefits. Variabel tersebut adalah system quality, service quality, management support, rewards policy, dan peers trustworthiness. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rewards policy, management support, dan system quality mempengaruhi knowledge sharing secara signifikan pada penggunaan KMS. Pengaruh dua variabel lainnya yaitu peers trustworthiness dan service quality tidak signifikan.
c. Lee et al., (2010) Lee., et al (2010) melakukan penelitian dengan judul “ Study on Factors Influencing Knowledge Sharing Activity for the Innovation Activity of Team ” Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor mana yang lebih berpengaruh positif terhadap knowledge sharing untuk pengembangan inovasi dari sebuah tim. Berikut dibawah ini model penelitiannya:
Gambar 2.4 Model Penelitian Lee et al., (2010)
Gambar 2.4 terlihat lima variabel diduga mempengaruhi knowledge sharing activities dan knowledge sharing activities diduga pula mempunyai pengaruh
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
terhadap proses inovasi dari sebuah tim. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa keempat variabel mempunyai pengaruh positif terhadap knowledge sharing kecuali self efficacy. Sementara knowledge sharing berpengaruh positif terhadap kegiatan berinovasi.
d.
Almahamid et al., (2010) Pada penelitian kali ini Soud Almahamid dan kawan – kawan mencoba menganalisis hubungan knowledge sharing dengan komitmen pembelajaran, adaptasi, serta kepuasan kerja pegawai disalah satu perusahaan manufaktur di wilayah Jordan.
Gambar 2.5 Model Penelitian Almahamid et al., (2010)
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa praktek knowledge sharing di perusahaan tersebut berpengaruh positif terhadap komitmen pembelajaran pegawai, adaptasi pegawai dan kepuasan kerja pegawai. Namun dalam penelitian tersebut mempunyai limitasi seperti lama perusahan tersebut melakukan praktek knowledge sharing, kemudian tidak adanya perbedaan evaluasi dengan menggunakan demographic variabel seperti umur, edukasi, dan jenis kelamin.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
e.
Tobing (2012) Pada penelitian ini Tobing (2012) melakukan penelitian pada suatu organisasi tentang hubungan trust dan knowledge self efficacy terhadap knowledge sharing serta dampak knowledge sharing terhadap kinerja.
Affected base trust
Cognitive base trust
Kinerja
Knowledge sharing
Knowledge self efficacy
Gambar 2.6 Diagram Penelitian Tobing (2012)
Berdasarkan pada gambar 2.6 itu terdapat empat hipotesis yang diuji, dengan hasil affected base trust dan knowledge self efficacy berpengaruh positif terhadap
knowledge sharing,
sedangkan
cognitive base trust
tidak
berpengaruh. Knowledge sharing berpengaruh positif terhadap kinerja.
Berikut diberikan perbandingan antara penelitian-penelitian sebelumnya di atas dengan penelitian yang akan dilakukan terkait knowledge sharing di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dengan lingkup bagian penatausahaan BMN:
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 2.1 Penelitian – Penelitian Sebelumnya Penelitian
Compare
Contrast
Critisize
Summarize
DeLone and McLean (2003)
Penelitian ini digunakan untuk menguji faktor apa yang telah menyebabkan seseorang mau menggunaan suatu sistem informasi. Kesuksesan suatu sistem informasi dipengaruhi oleh kualitas informasi (knowledge), kualitas sistem , dan kualitas layanannya.
Model kesuksean sistem informasi bisa diterapkan kepada organisasi yang sifatnya profit maupun non profit organization.
Model kesuksesan sistem informasi ini tidak dapat digunakan langsung untuk mengetahui motivasi seseorang mau melakukan berbagi pengetahuan, namun perlu dimodifikasi terlebih dahulu.
Penggunaan sistem informasi dalam berbagi pengetahuan sangat penting, oleh karena itu variabel kualitas sistem informasi dan kualitas layanan akan dijadikan variabel yang mempengaruhi seseorang mau menggunakan sistem informasi.
Al-Busaidi et al., (2010)
Penelitian ini menguji lima faktor yang mempengaruhi seseorang mau berbagi pengetahuan, kelima faktor tersebut yaitu system quality, sevice quality, mangement support, Peers trustworthiness, rewards policy.
Penelitian ini dilakukan disuatu perusahaan minyak swasta dinegara Oman. Penentuan variabel yaitu memadukan dari sisi budaya organisasi dan Teknikal sistem dari suatu KMS.
Penelitian ini sudah baik dengan menambahkan dampak berbagi pengetahuan untuk keuntungan individu, namun belum menguji variabel kepribadian seseorang sebagai sipemilik Knowledge.
Seluruh variabel pada penelitian ini akan coba digunakan semua, namun pada varibel Individual benefit akan lebih diperinci.
Lee et al., (2010)
Penelitian ini menguji lima variabel yang mempengaruhi aktivitas berbagi pengetahuan, kelima varibel itu yaitu Pleasure of knowledge sharing, selfefficacy, Support by executives, rewards of organization, dan use of system.
Penelitian Lee et al., (2010) dilakukan pada organisasi perusahaan telekomunikas i di negara Korea. Penentuan varibel dari sisi Personal, organisasi, dan teknikal.
Penelitian ini sudah lengkap dengan mengangkat tiga elemen yaitu Personal, Organisasi, dan Teknikal, akan tetapi belum menguji dampak bagi organisasi dari aktivitas berbagi pengetahuan.
Variabel pada penelitian ini akan digunakan semua, kecuali innovation activities yang nantinya akan digantikan invidual benefit dari penelitian Al- Busaidi et al., (2010) dengan lebih diperinci.
Sebelumnya
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 2.1 Penelitian – Penelitian Sebelumnya (Lanjutan) Penelitian Sebelumnya Almahamid et al., (2010)
Tobing (2012)
Compare
Contrast
Critisize
Summarize
Penelitian ini menguji pengaruh knowledge sharing terhadap employee learning, employees’ job satisfaction, employee adaptability.
Penelitian dilakukan di suatu perusahaan manufakturing Jordania.
Penelitian ini baik untuk menguji dampak dari melakukan knowledge sharing, namun tidak menguji motivasi dari knowledge sharing
Seluruh dampak knowledge sharing akan digunakan untuk merinci variabel individual benefit dari peneliti al Busaidi et al., (2010)
Penelitian ini menguji pengaruh trust dan self efficacy terhadap knowledge sharing , serta dampak knowledge sharing terhadap kinerja
Penelitiaan ini dilakukan terhadap suatu perusahaan swasta di indonesia
Penelitian ini baik untuk menguji pengaruh dari dimensi personality namun belum mengukur dari sisi dimensi organisasi dan dimensi teknologi.
Dimensi personality akan digunakan dalam penelitian kali ini, namun dampak terhadap kinerja akan diganti oleh variabel selain kinerja
2.8 Structural Equation Model (SEM) Structural Equation Model (SEM) merupakan teknik analisis statistik multivariat yang merupakan kombinasi dari teknik analisis faktor dan analisis regresi. SEM bertujuan bukan untuk menggolongkan maupun memeriksa data, tapi untuk menguji hubungan – hubungan antar variabel yang ada pada suatu model atau teori (Tan, 2002 dalam wijanto, 2008). Sebelum dikembangkan program aplikasi komputer sebagai alat analisis SEM, Penggunaan SEM masih terbatas karena kompleksitas perhitungan matematis yang dimilikinya (Hair,2006). Pada awal tahun 1970-an, mulai dikembangkan program aplikasi untuk analisis yang bisa digunakan untuk analisis SEM. Saat ini, sudah banyak program aplikasi yang bisa digunakan untuk analisis SEM, seperti AMOS, LISREL, EQS. Teori dan Model dalam ilmu sosial perilaku umumnya diformulasikan menggunakan konsep – konsep teoritis atau konstruk – konstruk (constructs) yang tidak dapat diukur atau diamati secara langsung. Meskipun demikian masih dapat ditemukan beberapa indikator atau gejala yang dapat digunakan untuk
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
mempelajari konsep –konsep teoritis tersebut. Menurut Joreskog dan Sorborn (1989) dalam wijanto (2008) mengatakan bahwa permasalahan dalam ilmu sosial dan perilaku adalah masalah pengukuran dan masalah hubungan kausal antar variabel. Usaha mengatasi masalah ini banyak dilakukan oleh para skolar. Dimulai dari perkembangan analisis faktor, permasalahan estimasi, penemuan konsep estimasi maximum likelihood (ML), confirmatory factor analysis (CFA) serta Lisrel menjadi penting dalam perkembangan SEM. Persamaan struktural dihasilkan melalui kombinasi model Joreskog (1973) dengan Keesling (1973) dan wiley (1973), sehingga menghasilkan suatu persamaan struktural yang mengandung 2 bagian, yakni model variabel laten dan model pengukuran (Wijanto,2008). Model pengukuran ini yang kemudian disebut juga dengan Lisrel (Lineral structural relationship). Setelah ini banyak muncul model persamaan yang kemudian disebut dengan SEM. Peranan SEM diantaranya sebagai sistem persamaan simultan, analisis kausal linier, analisis lintasan, analysis of covariance structure dan model persamaan struktural. Kedua bagian SEM yakni model variabel laten dan model pengukuran keduanya memiliki karakteristik berbeda dengan regresi biasa. Regresi biasa umumnya memiliki spesifikasi hubungan kausal antara variabel – variabel teramati, sedangkan pada variabel laten SEM, hubungan kausal diantara variabel – variabel tidak teramati (unobserved variabels) atau variabel laten. Menurut Gujarati (1995) dalam Wijanto (2008) penggunaan variabel laten pada regresi berganda menimbulkan kesalahan pengukuran yang berpengaruh pada estimasi parameter dari sudut biased-unbiased dan besar atau kecilnya covariance. Masalah kesalahan pengukuran ini diperbaiki oleh SEM, dengan demikian SEM juga memberikan informasi tentang kesalahan – kesalahan pengukuran dan juga muatan faktor dari variabel laten terhadap indikator. Kline dan Klammer (2001) lebih mendorong penggunaan SEM dibandingkan regresi berganda karena 5 alasan sebagai berikut :
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
•
SEM memeriksa hubungan diantara variabel – variabel sebagai sebuah unit, tidak seperti pada regresi berganda yang pendekatannya sedikit demi sedikit (peacemeal).
•
Asumsi pengukuran yang handal dan sempurna pada regresi berganda tidak dapat dipertahankan, dan pengukuran dengan kesalahan dapat ditangani dengan mudah oleh SEM.
•
Modification index yang dihasilkan oleh SEM menyediakan lebih banyak isyarat tentang arah penelitian dan pemodelan yang perlu ditindak lanjuti dibandingkan pada regresi.Interaksi juga dapat ditangani dalam SEM
•
Kemampuan SEM dalam menangani non recursive path. Pendapat Kline dan Klamer (2001) ini sejalan dengan pendapat Gefen et al. (2000) yang menunjukkan
beberapa
kelebihan
SEM
dibandingkan
regresi
(Wijanto,2008). Menurut Bollen dan Long (1993), prosedur SEM secara umum akan mengandung tahap – tahap sebagai berikut (Wijanto,2008): •
Spesifikasi model (model spesification), tahapan ini berkaitan dengan pembentukan model awal persamaan struktural sebelum dilakukan estimasi. Model awal ini diformulasikan berdasarkan suatu teori atau penelitian sebelumnya.
•
Identifikasi (identification), tahapan ini berkaitan dengan pengkajian tentang kemungkinan diperolehnya nilai yang unik untuk setiap parameter yang ada didalam model dan kemungkinan persamaan simultan tidak ada solusinya.
•
Estimasi (estimation), tahapan ini berkaitan dengan estimasi model untuk menghasilkan nilai – nilai parameter dengan menggunakan salah satu metode estimasi yang tersedia. Pemilihan metode estimasi yang digunakan seringkali ditentukan berdasarkan karakteristik dari varibel- variabel yang dianalisis.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
•
Uji Kecocokan (testing fit), tahapan ini berkaitan dengan pengujian kecocokan antara model dengan data . Beberapa kriteria ukuran kecocokan atau Goodness of fit (GOF) dapat digunakan untuk melaksanakan langkah ini. Beberapa tahapan uji kecocokan meliputi uji kecocokan keselurahan model, model pengukuran, model struktural (Hair et al,1998).
•
Respesifikasi (respesification), tahapan ini berkaitan dengan respesifikasi model berdasarkan atas hasil uji kecocokan tahap sebelumnya.
2.8.1
Variabel Laten
Isi sebuah model SEM biasanya terdiri dari beberapa variabel laten dan variabel manifes. Variabel laten disebut pula dengan istilah unobserved variable, konstruk, atau konstruk laten. Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung kecuali diukur dengan satu atau lebih variabel manifes (Santoso, 2012). Menurut Mustofa dan Wijaya (2012) variabel – variabel laten mencakup variabel – variabel bebas, perantara, dan tergantung. Cara untuk mengetahui suatu variabel termasuk variabel laten adalah dengan menguji, apakah variabel tersebut dapat langsung diukur atau tidak. Jika variabel tersebut tidak dapat diukur secara langsung maka variabel tersebut dikategorikan sebagai variabel laten. Untuk mengetahui bentuk variabel laten dapat dilihat sebagai berikut:
Observed variable
Observed variable
Observed variable
Unobserved variable
Gambar 2.7 Variabel Laten Dengan Indikator
Berdasarkan gambar 2.7 terlihat bahwa variabel laten atau unobserved variabel diukur oleh tiga indikator atau observed variable. Dalam AMOS, unobserved
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
variable digambarkan dengan simbol berbentuk elips (
). Variabel laten dapat
berfungsi sebagai variabel eksogen atau variabel endogen. Variabel eksogen adalah variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Pada model SEM, variabel eksogen ditujukkan dengan adanya anak panah yang berasal dari variabel tersebut menuju ke variabel endogen. Gambaran detilnya dapat dilihat pada diagram gambar 2.8.
T1
T2
T3 L1
L2
L3
Trust (T) Loyalty (L) Satisfati on (S)
S1
S2
S3
Gambar 2.8 Hubungan Variabel Eksogen Dengan Variabel Endogen
Berdasarkan gambar 2.8 terlihat bahwa variabel eksogen adalah variabel TRUST (T) dan SATISFACTION (S). Terlihat anak panak keluar dari kedua variabel eksogen tersebut menuju ke variabel endogen yaitu variabel LOYALTY. Maksud dari hubungan tersebut adalah keduanya, kepercayaan dan kepuasan konsumen diduga mempengaruhi loyalitas konsumen. 2.8.2
Variabel Manifes
Dalam Amos , observed variable digambarkan dengan simbol kotak (
) seperti
yang terlihat pada gambar 2.7. Pada gambar 2.8 Observed variable ditunjukkan dengan bentuk kotak dengan label T1- T3, L1- L3, dan S1-S3. Observed variable disebut pula dengan istilah variabel manifes atau variabel referensi, measured variable atau indikator. Observed variable digunakan untuk menjelaskan atau mengukur sebuah variabel laten.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Banyak pendapat menyarankan sebuah variabel laten sebaiknya dijelaskan paling sedikit tiga variabel manifes, jika hanya digunakan satu pengukuran, kesalahan (error) tidak dapat dibuat oleh model. Model – model yang menggunakan hanya dua indikator pervariabel laten akan sulit diidentifikasi
(underidentifies) dan
estimasi estimasi kesalahan akan tidak reliabel (Mustofa dan Wijaya,2012). 2.9 Partial Least Squares (PLS) Analisis Partial Least Squares (PLS) adalah teknik statistika multivariat yang melakukan pembandingan antara variabel dependen berganda dan variabel independen berganda. PLS adalah salah satu metode statistika SEM berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran sampel penelitian kecil, adanya data yang hilang (missing value), data berdistribusi tidak normal dan multikolinearitas (Field, 2000 dalam Hartono, 2011). PLS adalah pilihan alternatif apabila data yang ada tidak mampu dianalisis menggunakan SEM berbasis kovarian (Mustafa dan Wijaya,2012). PLS pertama kali dikembangkan oleh Herman world sekitar akhir 1960an untuk mengolah data di bidang econometrics sebagai alternatif SEM. PLS adalah analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural. Model pengukuran digunakan uji validitas dan realibilitas, sedangkan model struktural digunakan uji kausalitas. Pada gambar 2.9 merupakan contoh bentuk model yang digunakan oleh Mindra Jaya dan Sumertajaya (2008) untuk menggambarkan hubungan persamaan model struktural, yaitu persamaan hubungan variabel eksogen dengan variabel endogen. Persaman pada model pengukuran merupakan persamaan hubungan indikator reflektif maupun formatif atau bisa juga disebut dengan variabel manifest terhadap setiap variabel latennya.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
2.9.1
Notasi yang digunakan dalam PLS
Gambar 2.9 Hubungan Antar Variabel Dan Indikator Dalam Model PLS Sumber: Mindra Jaya & Sumertajaya (2008)
Gambar 2.9 merupakan salah satu bentuk model yang menggunakan PLS untuk perhitungan statistiknya. Perhitungan tersebut dibangun dari asumsi – asumsi logis dan ilmiah dari peneliti untuk kemudian menjadi notasi atau rumusan yang bisa digeneralisasikan sehingga dapat dijadikan acuan penelitian berikutnya. Rumusan atau persamaan dalam model PLS tersebut dapat dijelaskan melalui notasi – notasi yang tersusun sebagai berikut: ξ = Ksi, variabel laten eksogen juga merupakan variabel independen. η = Eta, variabel laten endogen juga merupakan variabel dependen λx = Lamnda (kecil), loading faktor variabel latent eksogen (variabel independen) λy = Lamnda (kecil), loading faktor variabel latent endogen (variabel dependen) β
= Beta (kecil), koefisien pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen
γ = Gamma (kecil), koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen ς = Zeta (kecil), galat model δ = Delta (kecil), untuk galat pengukuran pada indikator variabel independen ε = Epsilon (kecil), untuk galat pengukuran pada indikator variabel dependen Model indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
x = Λxξ + δ y = Λyη + ε Notasi x dan notasi y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks loading yang menggambarkan seperti koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan δ dan ε dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau galat. Model indikator formatif persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: ξ= ΠξX + δ i
η= ΠηY + ε i
Notasi ξ,η , X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Dengan Πξ dan Πη adalah seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap indikator, sedangkan δ dan ε adalah residual dari regresi. Pada model PLS Gambar 2.9 terdapat persamaan model pengukuran (outer model) sebagai berikut: Untuk variabel latent eksogen atau independent variable 1 (reflektif) x =λ ξ +δ 1
x1 1
x =λ ξ +δ 2
x2 1
x =λ ξ +δ 3
x3 1
1 2 3
Untuk variabel latent eksogen atau independent variable 2 (formatif) ξ = λ X +λ 2
x4
4
x5
X +λ X +δ 5
x6
6
4
Untuk variabel latent endogen atau dependent variable 1 (reflektif) y = λy η + ε 1
1 1
y = λy η + ε 2
2 1
1 2
Untuk variabel latent endogen atau dependent variabel 2 (reflektif) y =λ η +ε 3
y3 2
y =λ η +ε 4
y4 2
3 4
Model struktural atau inner model dinyatakan dalam sistem persamaan sebagai berikut:
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
η =γ ξ +γ ξ +ς 1
1 1
2 2
1
η =β η +γ ξ +γ ξ +ς 2
2.9.2
1 1
3 1
4 2
2
Model Pengukuran (Outer Model)
Evaluasi model PLS dilakukan dengan mengevaluasi outer model dan inner model. Outer model merupakan model pengukuran untuk menilai validitas konstruk dan realibilitas instrumen. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrumen penelitian, mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper et al., 2006, dalam Hartono, 2011). Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat juga digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab item pertanyaan dalam kuesioner atau instrumen penelitian. Uji reliabilitas dalam PLS dapat menggunakan dua metoda yaitu Cronbach’s alpha dan Composite reliability. Cronbach’s alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk sedangkan Composite reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk (Chin, 1995, dalam Hartono, 2011). Composite reliability dianggap lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk (Salisbury et al., 2008 dalam Hartono, 2011). Nilai yang disepakati Composite reliability harus lebih besar dari 0.7 meskipun nilai 0.6 masih dapat diterima (Hair et al., 2008 dalam Hartono, 2011). Uji validitas konstruk terdiri dari validitas konvergen dan validitas diskriminan. Validitas konvergen berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur – pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Validitas konvergen terjadi jika skor yang diperoleh dari dua instrumen yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama mempunyai korelasi tinggi (Hartono, 2011). Validitas konvergen tercapai ketika indikator – indikator pada suatu konstruk saling berkorelasi tinggi dan memiliki skor loading yang cukup.Validitas ditunjukkan tidak hanya pada skor loading tetapi juga oleh konvergensi seluruh indikator pengukur disuatu konstruk. Rule of thumb yang digunakan untuk validitas konvergen adalah outer loading > 0.7, communality > 0.5, dan avarage variance extracted (AVE) > 0.5 (Chin,1995, dalam Hartono 2011).
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Validitas diskriminan menunjukkan bahwa indikator – indikator pengukur di suatu konstruk akan saling berkorelasi tinggi dikonstruknya dan berkorelasi rendah bahkan tidak berkorelasi dengan indikator – indikator di konstruk yang lain. Validitas tercapai tidak hanya ketika skor loading memenuhi kriteria tetapi juga diskriminasi korelasi indikator – indikator disuatu konstruk dengan indikator – indikator konstruk yang lain. Uji validitas diskriminan dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruknya. Metoda lain yang digunakan untuk menilai validitas diskriminan adalah dengan membandingkan akar AVE untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Model mempunyai validitas diskriminan yang cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi antara kontruk dengan kontruk lainnya dalam model (Chin, Gopal, &Salinsbury, 1997, dalam Hartono, 2011). 2.9.3
Model Struktural (Inner Model)
Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R2 untuk menguji kelayakan sebuah model (Goodness of fit model) layak atau tidak untuk dijadikan model penelitian. Parameter yang digunakan adalah Q Square Predictive 2
2
2
2
2
2
2
Relevance (Q = 1 – ( 1 – R ) ( 1 – R ) ... ( 1- R )). Notasi R , R ... R 1
2
p
1
2
p
adalah R – Square variabel endogen (dependent) dalam model persamaan. 2
2
Besaran Q memiliki nilai dengan rentang 0 < Q < 1, dimana semakin mendekati 1 berarti model semakin baik (Mindra Jaya dan Sumertajaya,2008). Nilai R2 bisa digunakan untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan (Hartono,2011). Nilai koefisien jalur atau t-values tiap jalur digunakan untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model struktural. Nilai koefisien jalur atau inner model menunjukkan tingkat signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien jalur atau inner model yang ditunjukkan oleh nilai T-Statistic, harus diatas 1.96 untuk hipotesis dua ekor (twotailed) dan diatas 1.64 untuk hipotesis satu ekor (one - tailed) untuk pengujian hipotesis pada tingkat kepercayaan 95%, alpha 5% (Hair et al., 2008 dalam Hartono, 2011).
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
2.10 Kedudukan Skala Likert sebagai skala interval atau skala ordinal Skala liket bisa dikategorikan sebagai skala ordinal adalah skala yang sudah memiliki tingkatan namun jarak antar tingkatan belum pasti (suliyanto,2011). Pada Skala likert terdapat tingkatan jawaban mulai dari sangat setuju (ss), setuju (s), netral atau ragu (n), tidak setuju (ts), sangat tidak setuju (sts). Pada skala likert terdapat tingkatan yaitu sangat setuju pasti lebih tinggi dari setuju, setuju lebih tinggi daripada netral, netral lebih tinggi tingkatannya daripada tidak setuju dan seterusnya. Jarak antara sangat setuju ke setuju , setuju ke netral dan seterusnya tidak sama, dengan demikian skala likert adalah skala ordinal. Sesuai dengan ciriciri dari data ordinal , bahwa data ordinal belum bisa dikenai operasi matematis baik pengurangan , penjumlahan, pembagian, maupun perkalian, tetapi banyak peneliti (faham skala likert adalah skala interval) pada saat scoring dari skala likert menjumlahkan skor ditiap – tiap item padahal jelas data ordinal tidak bisa dijumlahkan. Berbeda dengan pandangan skala likert termasuk kategori interval. Dahulu studi pada bidang psikologi sering menggunakan skala thortone dan gutmanscale yang sifatnya interval, tetapi biaya yang akan dikeluarkan cukup mahal lalu likert membuat skala yang disebut summated scale yaitu orang ditanya favotable atau unfavotable terhadap obyek psikologis denag. Pilihan jawabannya sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak setuju. Skala likert jumlah pilihannya kalu diperhatikan selalu ganjil
dimana ada nilai tengah yang disebut netral atau
undecided. Likert melakukan penelitian yang mengubah skala likert ini menjadi skala thortoen dan guttman lalu ditanyakan pada responden yang sama ternyata nilai korelasi antara penggunaan skala likert dengan gutman maupun thortone adalah 0.92, oleh sebab itu skala likert dapat dianggap interval (Ghozali,2010 dalam Suliyanto,2011). Dunia penelitian khususnya terkait penelitian kuantitatif dengan menganggap skala likert adalah skala ordinal adalah benar sehingga memerlukan metode untuk transformasi mengubah dari skala ordinal ke skala interval, metode itu adalah metode successive interval atau disingkat dengan MSI (Al Rasyid,1994 dalam Suliyanto,2011). Mengangap skala likert sebagai skala interval juga benar , karena menurut penelitiannya Suliyanto, 2011 terdapat kesimpulan bahwa terdapat
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
korelasi yang kuat antara data yang belum ditransformasi dengan data yang telah ditransformasi dengan menggunakan MSI menggunakan korelasi rank spearman maupun korelasi product moment. Kesimpulan lain adalah tidak terdapat perbedaan kesimpulan analisis jalur antara data yang belum ditransformasi dengan data yang sudah ditransformasi dengan menggunakan MSI.
2.11 Kerangka Teori Kerangka teori (theoritical framework) ditentukan berdasarkan hasil kombinasi model penelitian yang telah dibuat oleh peneliti-peneliti sebelumnya dan ditambah dengan teori-teori dari buku teks yang dianggap dapat memperkuat dasar pemikiran peneliti tentang faktor-faktor yang
memiliki kontribusi terhadap
terjadinya kegiatan knowledge sharing.
Personal Factor
Pleasure of Knowledge sharing Self-Efficacy Trust Individual Benefit
Organizational Factor
Employee Learning
Support by executives
Knowledge sharing activities
Rewards of organization
Job Satisfaction Employee Adaptability
Technologycal Factor
System Quality Use of System Service Quality
Gambar 2.10 Model Penelitian
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Dari gambar 2.10 tentang theoritical framework, dapat dijelaskan untuk masingmasing variabelnya adalah sebagai berikut: •
Pleasure of Knowledge Sharing Wasko and Faraj (2005) menyatakan bahwa anggota dari sebuah organisasi atau komunitas dalam mendapatkan kekayaan intelectual, mereka suka terlibat dan senang dalam menyelesaikan suatu permasalahan sehingga akan mendapatkan pengalaman yang akhirnya mereka senang menceritakan atau membagikan pengetahuan itu kepada anggota yang lainnya. Perasaan senang saat mereka membagi pengetahuannya akan menghilangkan dugaan bahwa saat ini petugas operator SIMAK BMN sulit untuk membagikan pengetahuannya dikarenakan pengetahuan tersebut masih bersifat private, mungkin pengetahuan yang dimiliki merupakan sumber dari identitas unik dan reputasi yang telah mereka raih selama ini dalam organisasi (Desouza & Paquette, 2011).
•
Self- Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) dalam Tobing (2012) adalah persepsi seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan tugas. Menurut Endres dkk (2007) adalah penilaian individu terhadap kemampuan yang dimilikinya dan memberikan pengertian tentang bagaimana seseorang membuat keputusan untuk berbagi pengetahuan. Mereka percaya bahwa individu dengan knowledge self efficacy yang lebih tinggi lebih bersedia berbagi pengetahuan
dan
pengalaman masa lalu mereka daripada individu dengan knowledge self efficacy rendah. Individu dengan knowledge self efficacy tinggi memberikan penilaian positif pada kemampuan dan prestasi mereka yang akan memotivasi mereka untuk membagi pengetahuan yang dimiliki. Saat ini petugas operator SIMAK BMN diduga tidak mempunyai sumber pengetahuan untuk dibagikan. Menurut Blackler (1995) dalam Desouza & Paquette (2011), meskipun pengetahuan bisa saja dimiliki dan dikuasai seseorang, namun orang itu kesulitan untuk mengungkapkan dengan kata – kata apalagi untuk berbagi dengan yang lain.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
•
Trust Menurut Tobing (2007), trust merupakan fondasi dari berbagai proses didalam KM. Tanpa trust tidak ada komunikasi yang efektif. Pihak penerima tidak mempercayai knowledge yang diberikan oleh rekannya, sedangkan orang yang membagikan knowledge juga tidak yakin bahwa knowledge yang diberikannya itu akan digunakan penerimanya dengan semestinya dan tidak akan disalah gunakan. Menurut McAlister (1995) dalam Tobing (2012), salah satu bentuk interpersonal trust adalah affect base trust yaitu ikatan berdasarkan empati, perasaan, dan kedekatan emosional atau kepercayaan yang bersumber dari hati. Petugas operator SIMAK BMN diduga hanya beriteraksi dengan orang yang dikenal dan memiliki kedekatan secara emosional saja untuk berbagi pengetahuan.
•
Support by Executives Menurut Lin and Lee (2004), dalam Lee, Kim, & Han, (2010), pandangan positif pimpinan dalam berusaha keras memperkenalkan kegiatan berbagi pengetahuan diantara pegawai merupakan faktor yang sangat diperlukan untuk menumbuhkan budaya knowledge sharing. Memberikan fasilitas yang diperlukan pegawainya untuk mendukung kegiatan berbagi pengetahuan merupakan bentuk kebijakan yang mendukung para pegawai. Petugas operator SIMAK BMN diduga belum mendapatkan bentuk perhatian dari pimpinan terkait kegiatan berbagi pengetahuan.
•
Rewards of Organization Beberapa dimensi dari knowledge culture telah dinyatakan dalam beberapa teori dan beberapa penelitian sebelumnya dimana dimensi sosial yang paling terkenal adalah support dari manajemen, penghargaan, dan kepercayaan. Menurut Tobing (2007), penghargaan (rewards) merupakan stimulan untuk menumbuhkan gairah sharing. Penghargaan dapat berupa reward yang eksplisit, seperti penghargaan langsung yang bersifat financial maupun non-financial. Rewards juga dapat bersifat implisit yang
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
menjadi pendorong bahkan menjadi prasarat untuk sharing. Dikti merupakan intitusi pemerintah yang bisnis prosesnya berbasis serapan anggaran, sehingga memuculkan budaya pekerja yang mau melakukan setiap jenis kegiatan atau pekerjaan kalau ada imbalan berupa uang. •
System Quality Untuk kebutuhan knowledge sharing dan codification, sangat penting untuk memiliki sebuah struktur KMS yang cepat serta mudah dalam mengkodifikasi suatu pengetahuan. Hal ini akan meningkatkan kontribusi seseorang dalam berbagi pengetahuan.System quality adalah kondisi dimana sistem mudah untuk digunakan, sistem memiliki kecepatan akses, dan sistem mudah diintegrasikan sehingga berhubungan dengan keinginan seseorang untuk berbagi pengetahuan apabila sistemnya berkualitas (AlBusaidi, 2010). Petugas operator atau pengguna SIMAK BMN diduga kurang merasakan kualitas sistem forum diskusi elektronik (milist BMN Dikti) sehingga mereka enggan menggunakan untuk berbagi pengetahuan.
•
Use of System Kim Min-Jeong (2007) dalam Lee, Kim, & Han, (2010) menekankan bahwa teknologi informasi seperti EIP (Enterprise Information Portal) mempunyai dampak terhadap aktivitas berbagi pengetahuan. Pemanfaatan teknologi sebagai sebuah tools untuk mendukung kegiatan berbagi pengetahuan dirasakan perlu karena terkadang walaupun berada dalam satu buah organisasi terkadang terdapat bagian dari struktur organisasi tersebut
yang terpisah secara letak
geografisnya, maka dengan
teknologilah dapat mempersatukannya. Petugas operator SIMAK BMN diduga lebih suka menggunakan media elektronik lain untuk kegiatan berbagi pengetahuan seperti facebook ataupun telepon.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
•
Service Quality Keterlibatan service quality berasal dari kualitas dukungan staf IT suatu organisasi kepada end user yang telah menggunakan sistem tersebut. Ada lima indikator yang dapat diukur dari service quality, antara lain realibility, responsiveness, assurance, empathy, dan training. Untuk mengukur keefektifan dari suatu sistem informasi yang baik tidak bisa mengabaikan kualitas layanan (Delone & McLean, 2003). Reliable, Reponsive, understandable, dan kertersediaan staf IT pendukung adalah penting untuk memotivasi pengguna KMS. Petugas operator SIMAK BMN kemungkinan tidak didukung fasilitas infrastruktur teknologi informasi yang memadai ditempat mereka bekerja untuk mendukung kegiatan berbagi pengetahuan.
•
Employee Learning Knowledge management dapat membantu pegawai suatu organisasi untuk menggali lebih banyak pengetahuan yang terjadi didalam organisasi tersebut, bisa melalui buku panduan, sop, seminar , work shop dan juga melalui suatu forum komunikasi seperti rapat, teleconfernce yang memfasilitasi komunikasi walaupun terjadi perbedaan wilayah, maupun melalui suatu grup elektronis. Sehingga diharapkan dapat terjadi saling tukar pengetahuan yaitu pengalaman yang berharga yang terjadi sebelumnya dan bisa digunakan kembali kapanpun dibutuhkan (Bencerra Fernandez, 2010). Melalui kegiatan berbagi pengetahuan diharapkan petugas operator SIMAK BMN tidak mendapatkan permasalahan dan kesalahan yang sama dalam melakukan penatausahaan BMN, karena telah melakukan proses pembelajaran secara berkelanjutan.
•
Job Satisfaction Kepuasan kerja akan tumbuh dengan sendirinya dari seorang pegawai apabila mereka terlibat aktif dalam berbagi pengetahuan. Selain ilmu yang terus bertambah , kemampuan menyelesaikan masalah yang sama lebih cepat terdeteksi, kemampuan beradaptasi yang tinggi sehingga mudah
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
bersosialisasi dengan semua rekan kerja dan akhirnya mereka akan mersakan lingkungan kerja yang nyaman, (Bencerra Fernandez, 2010). Kemungkina diduga masih rendahnya kepuasan kerja diakibatkan oleh resiko pekerjaan yang tinggi namun rendahnya tingkat dukungan dari pimpinan ataupun organisasi. •
Employee Adaptability Ketika suatu pegawai sudah melakukan pembelajaran dari pegawai lainnya dan terjadi perubahan struktur organisasi diharapkan pegawai yang baru mudah beradaptasi terhadap pekerjaan barunya. Sehingga organisasi tidak bergantung hanya pada satu atau dua pegawai tertentu (Bencerra Fernandez, 2010). Banyaknya bermunculan perguruan tinggi negeri baru, sehingga bersamaan dengan itu banyak pula pegawai baru sebagi operator SIMAK BMN yang butuh penyesuaian ketrampilan kerja dibidang penatausahaan BMN. Banyak pula pergantian pegawai akibat dari masa usia pensiun yang belum sempat mentransfer pengetahuannya, sehingga diduga kemampuan adaptasi pegawai masih rendah.
2.12 Variabel Operasional Berdasarkan variabel penelitian yang telah diidentifikasi sebelumnya, maka dikembangkan dengan menentukan bentuk korelasi antar variabel dan indikatornya. Tabel 2.2 Korelasi Variabel dengan Indikatornya Variabel
Indikator
Pleasure of
PSURE1
Kesenangan mengeksplorasi pengetahuan
Knowledge Sharing
PSURE2
Kesenangan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk membantu seseorang Kesenangan dalam membagikan pengetahuan kepada seseorang
(PSURE) Lee et al., (2010)
PSURE3
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 2.2 Korelasi Varibel dengan Indikatornya (Lanjutan) Self Efficacy (SELF)
SELF1
Kemampuan menyediakan pengetahuan
Lee et al., (2010)
SELF2
Pengakuan sebagai seseorang yang ahli untuk menyediakan pengetahuan bermanfaat Keyakinan bisa menyediakan pengetahuan yang bermanfaat dibandingkan orang lain Percaya tidak akan kehilangan waktu dengan sia- sia saat berbagi pengetahuan Percaya pada keahlian, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki rekan kerja Kepercayaan pengetahuan yang dibagikan akan dimanfaatkan oleh organisasi
SELF3 TRUST1
Trust (TRUST) Tobing (2007) Davenport and Prusak (1998)
TRUST2 TRUST3
Al – Buzaidi et al., (2010)
Support by
EXECT1
Pimpinan percaya bahwa akan ada manfaat bagi rekan kerja ketika mereka membagi pengetahuannya.
EXECT2
Pimpinan berkenan jika sesama rekan kerja membagi pengetahuannya diantara rekan kerja yang lain. Pimpinan menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk berbagi pengetahuan Pimpinan tertarik terhadap informasi yang tersedia didalam berbagi pengetahuan Berbagi pengetahuan dengan rekan kerja akan meningkatkan pendapatan Berbagi pengetahuan dengan rekan kerja akan meningkatkan karir Berbagi pengetahuan dengan rekan kerja tidak mengancam karir atau hilangnya pekerjaan
Executives (EXECT) Lee et al., (2010)
EXECT3 EXECT4 RWARD1
Rewards of Organisation
RWARD2
(RWARD) AL- Busaidi et al (2010) Azni et al., (2010)
RWARD3
Lee et al., (2010)
System Quality
SYQUAL1 Kemudahan dalam penggunaan sistem
(SYQUAL)
SYQUAL2 Kecepatan sistem dalam memberikan respon SYQUAL3 Sistem mudah diintegrasikan dengan berbagai platform teknologi SYQUAL4 Kelengkapan informasi yang disajikan oleh sistem
DeLone & McLean (2003) AL- Busaidi et al., (2010)
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 2.2 Korelasi Varibel dengan Indikatornya (Lanjutan) USYS1
Use of System (USYS) DeLone & McLean
USYS2
(2003) Lee et al., (2010)
USYS3
SERQUL1
Service Quality (SERQUL)
SERQUL2
DeLone & McLean
SERQUL3
(2003)
Penggunaan knowledge sharing system untuk mengakses pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan Rekan kerja menggunakan knowledge sharing system untuk membagi pengetahuan diantara sesama rekan kerja. Penggunaan kowledge sharing system untuk berkomunikasi antara sesama rekan kerja Kapasitas administrator dalam menyediakan infrastruktur yang memadai Kemampuan administrator dalam menjamin penggunaan sistem Adanya training dalam penggunaan sistem
AL- Busaidi et al., (2010)
Job Satisfaction
Membagikan pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan, ketika ada rekan kerja yang bertanya Rekan kerja memberikan pengetahuan KS2 yang berhubungan dengan perkerjaan ketika ditanya Sesama rekan kerja saling berbagi KS3 keberhasilan kerja ELEARN1 Meluangkan waktu untuk mengikuti pelatihan,seminar,atau sosialisasi. ELEARN2 Kepercayaan bahwa belajar itu akan memberikan keuntungan ELEARN3 Keinginan untuk mempelajari ilmu yang lebih spesifik untuk mempercepat capaian target pekerjaan JOBSAT1 Kepuasan dengan rekan kerja
(JOBSAT)
JOBSAT2
Kepuasan dengan performa kerja
Almahamid et al., (2010)
JOBSAT3
Kepuasan adanya kesempatan belajar yang diberikan organisasi persoalan Kepuasan dengan tempat lingkungan bekerja Perilaku terbuka kepada setiap pegawai lain Mau menerima pengetahuan baru apa saja
Knowledge Sharing Activities (KS) AL- Busaidi et al., (2010) Lee et al., (2010)
Employee Learning (ELEARN) Almahamid et al., (2010)
KS1
JOBSAT4 EDAPT1
Employee Adaptability
EDAPT2
(EDAPT)
EDAPT3
Almahamid et al., (2010)
EDAPT4
Selalu mempunyai metode atau gagasan baru dalam menyelesaikan persoalan Mudah beradaptasi ketika situasi pekerjaan sedang berubah
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Indikator – indicator pada tabel 2.2 disebut juga variabel teramati, yaitu variabel yang dapat diukur dan dapat diamati secara empiris untuk menjelaskan efek dari variabel latennya (konstruk). Hal ini dikarenakan variabel laten (konstruk) tidak dapat diamati secara langsung.
2.13 Hipotesis Penelitian Berdasarkan model penelitian pada Gambar 2.10, diketahui bahwa terdapat sebelas H1
hipotesis
pada
penelitian
ini.
Hipotesis
tersebut
adalah:
: Pleasure of Knowledge Sharing (PSURE) berpengaruh terhadap Knowledge Sharing Activities (KS).
H2
:
Self Efficacy (SELF) berpengaruh terhadap Knowledge Sharing Activities (KS).
H3
: Trust (TRUST) berpengaruh terhadap Knowledge Sharing Activities (KS).
H4
: Support by Executives (EXECT) berpengaruh terhadap Knowledge Sharing Activities (KS).
H5
: Rewards of Organization (RWARD) berpengaruh terhadap Knowledge Sharing Activities (KS).
H6
: System Quality (SYQUAL) berpengaruh terhadap Knowledge Sharing Activities (KS).
H7
: Use of System (USYS) berpengaruh terhadap Knowledge Sharing Activities (KS).
H8
: Service Quality (SERQUL) berpengaruh terhadap Knowledge Sharing Activities (KS).
H9
: Knowledge Sharing Activities (KS) berpengaruh terhadap Employee Learning (ELEARN).
H10
: Knowledge Sharing Activities (KS) berpengaruh terhadap Job Satisfaction (JOBSAT).
H11
: Knowledge Sharing Activities (KS) berpengaruh terhadap Employee Adaptability (EDAPT).
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan metodologi yang digunakan dalam membahas masalah penelitian, metode-metode, serta input dan output setiap tahapan yang dilalui. Tahapan-tahapan metodologi dimulai dari solusi permasalahan yang dihadapi sampai dengan kesimpulan dan saran. 3.1
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang berfokus pada
pengumpulan data numerik dan digeneralisasi dalam sebuah kelompok. Metode penelitian kuantitatif yang digunakan adalah survey research. Hal ini dikarenakan penelitian ini digunakan untuk menjawab atau memecahkan masalah yang telah diajukan atau diamati. Hasil akhir dari penelitian ini berupa langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan knowledge sharing dan rekomendasi. 3.2
Metode Pengumpulan Data
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah: a. Observasi dan wawancara lapangan untuk mendapatkan kondisi awal permasalahan dengan mencatat kondisi lokasi penelitian. b. Studi literatur untuk mendapatkan teori dan metode yang sesuai dengan penelitian ini. c. Melakukan survei untuk mengumpulkan data terkait aktivitas knowledge sharing petugas operator atau pengguna SIMAK BMN DIKTI. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner. 3.3
Tahapan Penelitian
Alur metodologi yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Gambar 3.1 Tahapan penelitian
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
3.3.1 Identifikasi Masalah Pada tahapan ini, penelitian diawali dengan identifikasi masalah dengan input berasal dari hasil Interview, observasi awal, ekspektasi, dan keadaan faktual yang melatar
belakangi
proses
perumusan
permasalahan.
Proses
perumusan
permasalahan ini akan menghasilkan output berupa pertanyaan penelitian (Research Question). 3.3.2 Studi Literatur Studi literatur adalah tahapan yang dilakukan untuk mencari teori-teori atau metode-metode melalui buku teks, jurnal, dan sumber-sumber lainnya, sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam memecahkan masalah yang telah diidentifikasi. Beberapa teori dan konsep yang dibahas adalah: a. Teori-teori
terkait
knowledge
management,
knowledge
management
technology, knowledge sharing; dan dampak dari knowledge sharing. b. Penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi knowledge sharing; dan c. Teori-teori statistik yang akan digunakan. Hasil dari studi literatur ini adalah kerangka teori (theoritical framework) yang mencakup variabel-variabel yang diduga berpotensi mempengaruhi aktivitas knowledge sharing diantara petugas operator atau pengguna SIMAK BMN DIKTI. Penjelasan terkait variabel – variabel yang digunakan sebagai model penelitian telah dijelaskan pada bab 2 sub bab 2.12 (variabel operasional). 3.3.3
Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka teori (theoritical framework) yang terbentuk kemudian timbul pendugaan hipotesis awal yang perlu diuji dan dibuktikan secara statistik adanya korelasi atau tidak dari konstruk yang terbentuk tersebut. Keseluruhannya terdapat sebelas hipotesis yang masing – masing hipotesis telah dijabarkan pada bab 2 sub bab 2.13 (hipotesis penelitian).
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
3.3.4
Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner sebagai alat pengumpulan data untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti. Kuesioner ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang mewakili indikator untuk setiap faktor dalam model penelitian. Pendekatan skala yang digunakan adalah skala likert dari 1-5 yang menyatakan tingkat persetujuan responden, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu, setuju, sangat setuju. Penelitian ini dilakukan di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jumlah petugas operator atau pengguna SIMAK BMN yang terdaftar dalam group milist BMN Dikti adalah 115 orang. Penentuan jumlah sampel berdasarkan tabel Krejcie dan Morgan dan ukuran sampel ideal untuk populasi 115 orang adalah 86 sampel. Berdasarkan jumlah sampel yang sudah ditentukan tersebut kemudian dilakukan pengundian dengan cara yaitu melipat beberapa kertas yang sudah dituliskan nama target sampelnya. Lipatan kertas tersebut dikocok dalam satu wadah kemudian dilakukan pengambilan satu persatu hingga jumlah sampel terpenuhi. Kertas yang sudah diambil setelah dicatat dimasukan kembali kedalam wadahnya semula untuk mendapatkan peluang yang sama. Teknik semacam ini disebut simple random sampling. Setelah nama target sampel sejumlah 86 terpenuhi
kemudian
didistribusikan
kepada
target
sampelnya
untuk
mengumpulkan data berupa skala sikap yang dibutuhkan untuk tahapan analisis data.
3.3.5
Analisis Data
Pada tahapan ini, kuesioner yang telah diisi oleh responden (target sampel) digunakan untuk pengolahan dan analisis data. Tahapan pengolahan data yang digunakan untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas knowledge sharing diantara petugas operator atau pengguna SIMAK BMN DIKTI dimulai dengan preprocessing data. Preprocessing data, dilakukan untuk menseleksi data – data yang tidak perlu di ikut sertakan dalam perhitungan statistik sebagai akibat adanya data yang dianggap rusak ataupun data yang tidak lengkap.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tahapan selanjutnya yaitu peningkatan skala dari ordinal menjadi skala interval. Data yang diperoleh dari jawaban responden pada setiap item pertanyaan merupakan variabel terukur yang merefleksikan variabel yang diukurnya (konstruk). Data tersebut menggunakan skala Likert 1 – 5, karena skala likert masih dianggap kategori data ordinal maka perlu ditransformasikan kedalam data berskala interval menggunakan metode suksesif interval (MSI) dengan tools yang terdapat pada microsoft excel 2007 yang disebut dengan STAT97.XLA (sarwono,2010). 3.3.6
Teknik Pengujian Data
Penelitian saat ini menggunakan teknik analisis Struktural Equation Modelling dengan Part Least Square (SEM – PLS) dengan bantuan software Smart PLS 2.0. Setelah melakukan preprocessing data dan peningkatan skala, maka masuklah pada tahapan selanjutnya melakukan analisis SEM-PLS dimulai dari menggambar model yang mau diukur kemudian melakukan uji validitas konvergen dan diskriminan untuk mengetahui seberapa kuat alat ukur yang digunakan untuk mengukur konstruk. Tahap selanjutnya melakukan uji reliabilitas yang digunakan untuk mengetahui ketepatan atau keakurasian dari alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu konstruk. Uji validitas dan realibilitas jika sudah dilakukan selanjutnya melakukan uji kelayakan model dan uji hipotesis. Tentunya semuanya memiliki ukuran atau nilai standard yang harus diiikuti dan sudah disepakati bersama oleh peneliti – peneliti sebelumnya. Penjelasan lebih lanjut tentang standard ukuran yang digunakan telah dijelaskan di bab 2 sub bab 2.9.2 dan sub bab 2.9.3.
3.3.7
Penarikan Kesimpulan
Tahapan terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil analisis data. Kesimpulan ini nantinya dapat memberikan rekomendasi dan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan knowledge sharing antara petugas penatausahaan BMN DIKTI.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
3.4
Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dengan gambaran sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian No
Kegiatan
1.
Identifikasi Masalah
2.
Studi Literatur
3.
Perumusan Hipotesis
4.
Pengumpulan Data
5.
Analisis Data
6.
Penarikan Kesimpulan
Bulan (2014) 2
3
4
5
Tabel 3.1 menggambarkan jadwal kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan penelitian diawali dengan melakukan identifikasi masalah. Setelah dapat merumuskan masalah yang terjadi terkait aktivitas knowledge sharing di lingkungan DIKTI, kemudian dilakukan studi literatur dan perumusan hipotesis. Selanjutnya dilaksanakan pengumpulan data melalui kuesioner. Kuesioner yang terkumpul diolah dan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Disela – sela setiap kegiatan penelitian tersebut terdapat adanya diskusi dengan dosen pembimbing yang ditunjuk maupun dengan narasumber berkaitan dengan penelitian ini.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
BAB 4 PROFIL ORGANISASI Bab ini menjabarkan secara singkat profil Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yang meliputi sejarah, kewenangan, struktur organisasi Dikti, serta visi dan misi Dikti. 1.1 Sejarah dan Dasar Hukum Dikti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) mulai dibentuk pada tahun 1975. Lembaga yang berada dibawah Departemen Pendidikan Nasional pada saat itu memiliki tugas pokok menangani dan membina perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri ataupun swasta, serta kemahasiswaan pada bidang akademik, penelitian,
dan
pengabdian
pada
masyarakat
(sumber
:
www.anneahira.com/dikti.htm). Sesuai perkembangan dibuat beberapa direktorat didalamnya ditambah satu sekretariat yang mendukung proses bisnis Dikti pada saat itu. Tiga direktorat itu adalah Direktorat Pembinaan Sarana Akademik, Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, dan Direktorat Kemahasiswaan. Dengan berpedoman pada keputusan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0140/U/1975 Tanggal 12 juli 1975, ditetapkan
tugas
pokok
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
untuk
melaksanakan sebagian dari tugas pokok Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada bidang pendidikan tinggi. 1.2 Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Permendikbud No.01 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang pendidikan tinggi. Sementara menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang sama dijelaskan pula fungsi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi antara lain: 1. Perumusan kebijakan dibidang pendidikan tinggi; 2. Pelaksanaan kebijakan dibidang pendidikan tinggi;
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendidikan tinggi; 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pendidikan tinggi; dan 5. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi;
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga mempunyai fungsi sebagai unit akutansi dari suatu unit organisasi Kementerian yang bersifat fungsional yang melaksanakan fungsi akutansi dan pelaporan keuangan yang terdiri dari Unit Akutansi Keuangan dan Unit Akutansi Barang sesuai dengan Permendiknas No 26 tahun 2011 tentang Unit Akutansi Dan Pelaporan Keuangan dilingkungan Kemdikbud. Sebagai fungsi akutansi tersebut Dikti berkewajiban menyampaikan laporan keuangannya sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. 1.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan lembaga ini dibawah koordinasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Direktur Jenderal (Dirjen) Dikti bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam melakukan pengawasan proses bisnis kerja dilingkungan Dikti seorang Dirjen dibantu oleh empat orang Direktur yang mempunyai tanggung jawab pada bidang kerja yang berbeda dan ditambah satu orang sebagai Sekretaris Ditjen Dikti. Empat bidang kerja itu adalah Direktorat
Kelembagaan
dan
Kerjasama,
Direktorat
Pembelajaran
dan
Kemahasiswaan, Direktorat pendidik dan tenaga kependidikan, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Sesuai denga tugas Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi mempunyai perananan dalam melakukan pembinaan keseluruh perguruan tinggi di Indonesia khususnya lagi bagi perguruan tinggi negeri (PTN) dan koordinator perguruan tinggi swasta (KOPERTIS), karena memang PTN dan Kopertis ini memiliki garis struktur organisasi dibawah Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi walupun tidak secara langsung. Secara keseluruhan, struktur satuan kerja di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat dilihat pada gambar 4.1.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Staf ahli Menteri
-Bidang Hukum
Wakil Mendikbud Bidang Pendidikan
-Bidang sosial & ekonomi Pend. -Bidang Organisasi & manajemen -Bidang Budaya & Psikologi Pend.
Wakil Mendikbud Bidang Kebudayaan
Irjen
Ditjen Pend. Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
Ditjen Pend. Dasar
Sekjen
Ditjen Pend. Menengah
Ditjen Pend. Tinggi
Ditjen Kebudayaa
Sekretariat
98 PTN
12 Kopertis
sumber: http://kemdikbud.go.id
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada gambar 4.1 menunjukkan tingkatan atau hirarki dari masing masing unit utama yang menggambarkan hubungan koordinasi ataupun garis komando yang harus dipatuhi oleh setiap unit utama yang ada didalam struktur tersebut. Satuan kerja Dikti terdiri dari 5 satuan kerja instansi pusat, 98 perguruan tinggi negeri yang termasuk didalamnya 14 satuan kerja kategori perguruan tinggi negeri baru ditambah 12 koordinator perguruan tinggi swasta (Kopertis).
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
1.4 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi memiliki visi yaitu “Sistem pendidikan tinggi yang sehat dan bermutu, menghasilkan insan beriman, bertaqwa, cerdas dan terampil”. Direktorat Jenderal pendidikan tinggi, dalam rangka mewujudkan visi sebagaimana disebutkan diatas, mengemban misi: a. Menetapkan, memantau, dan mengendalikan sistem pendidikan tinggi secara nasional; b. Menyelaraskan sistem pendidikan tinggidengan dunia kerja, perubahan sosial, dan perkembangan global; c. Memfasilitasi, menguatkan, dan memberdayakanperguruan tinggi yang bermutu, efisien, transparan dan akuntabel; d. Menjaga terlayaninya kepentingan masyarakat dan mendorong peran serta masyarakat dalam meningkatkan kualitas dan ketersediaan layanan pendidikan tinggi. Untuk mencapai misi – misi tersebut dibutuhkan sasaran atau tujuan yang bersifat strategis sehingga arah program yang dibuat akan menjadi jelas ketika sasarannya sudah teridentifikasi. Berikut dibawah ini sasaran atau tujuan strategis yang harus dicapai oleh Direktorat Jenderal PendidikanTinggi antara lain: a. Terbangunnya sistem Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien b. Ketersediaan pendidikan tinggi Indonesia yang bermutu dan relevandengan kebutuhan pembangunan nasional sehingga berkontribusi secara nyata kepada peningkatan daya saing bangsa; c. Keterjangkauan, kesetaraan, dan keterjaminan akses untuk memperoleh pendidikan tinggi; d. Perguruan tinggi yang otonom dan akuntabel sejalan dengan UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; e. Interaksi perguruan tinggi dengan masyarakat yang mencerminkan hubungan timbal balik yang selaras dan saling menguntungkan.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
1.5 Unit Akutansi Instansi Unit akutansi adalah unit organisasi Kementerian atau unit organisasi daerah dibawah Gubernur, Bupati/Walikota yang bersifat fungsional yang melaksanakan fungsi akutansi dan pelaporan Keuangan yang terdiri dari Unit Akutansi Keuangan dan Unit Akutansi Barang. Unit Akutansi Pengguna Anggaran/Barang yang selanjutnya disingkat UAPA/B adalah unit akutansi pada tingkat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam hal ini pengelolaannya dilakukan oleh Sekretariat Jenderal (Sekjen). Unit Akutansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Eselon 1 yang selanjutnya disingkat UAPPA/B-E1 adalah unit akutansi pada tingkat Eselon 1 dalam hal ini dikelola Dikti. Unit Akutansi Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah yang selanjutnya disingkat UAPPA/B-W adalah unit akutansi yang berada pada tingkat provinsi yang ditetapkan oleh Menteri sebagai koordinator wilayah provinsi. Unit Akutansi Kuasa Pengguna Anggaran/ Barang yang selanjutnya disingkat UAKPA/B adalah unit akutansi yang berada pada tingkat satuan kerja. Unit Akutansi Instansi dilingkungan Kementerian terdiri atas Unit Akutansi Keuangan dan Unit Akutansi Barang Milik Negara. Unit Akutansi Keuangan dilingkungan Kementerian terdiri atas UAPA- Kementerian, UAPPA-Eselon 1, UAPPA-Wilayah, dan UAKPA-Satuan Kerja. Sementara untuk Unit Akutansi Barang Milik Negara terdiri atas UAPB-Kementerian, UAPPB-Eselon 1, UAPPB-Wilayah, UAKPB-satuan Kerja. 1.5.1 Struktur organisasi sistem akutansi instansi Susunan struktur organisasi sistem akutansi instansi beserta alur proses kerjanya dapat dilihat pada gambar 4.2.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
BAGAN ARUS SIMAK-BMN DJKN
Ditjen PBN
UAPB
UAPA
UAPPB-E1
UAPPA-E1
UAPPB-W
Kanwil DJKN
Kanwil Diten PBN
UAPPA-W
UAKPB
KPKNL
KPPN
UAKPA
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Unit Akutansi Garis putus – putus pada gambar 4.2 itu menunjukkan bahwa terdapat kegiatan rekonsiliasi diantara kedua entitas akutansi. Rekonsiliasi adalah kegiatan pencocokan data transaksi keuangan maupun barang yang diproses dengan beberapa sistem/ sub sistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama (sumber: http://www.kppn-jktsatu.web.id/?pilih=hal&id=20). Untuk garis hitam yang tidak putus menunjukkan proses penyampaian laporan keuangan maupun barang dari jenjang paling rendah hingga ke jenjang yang paling tinggi. 1.5.2 Jenis Transaksi Akutansi BMN Berbagai jenis transaksi terkait penatausahaan barang milik negara cenderung lebih banyak dilakukan oleh unit kerja setingkat satuan kerja yaitu seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) dilingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jenis transaksi akutansi barang milik negara terdiri dari perolehan BMN, perubahan BMN, dan penghapusan BMN. Perolehan BMN merupakan Transaksi penambahan BMN yang tahun tanggal perolehannya sama dengan tahun anggaran berjalan yaitu meliputi:
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
•
Pembelian, merupakan transaksi perolehan bmn dari hasil pembelian.
•
Transfer masuk, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil transfer masuk dari UAKPB yang lain.
•
Hibah, merupakan transaksi perolehan BMN penerimaan dari pihak ketiga.
•
Rampasan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil rampasan berdasarkan putusan pengadilan
•
Penyelesaian Pembangunan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil penyelesaian pembangunan berupa bangunan / gedung dan BMN lainnya yang telah diserahterimakan dengan Berita Acara Serah Terima.
•
Pembatalan penghapusan, merupakan pencatatan BMN dari hasil pembatalan penghapusan yang sebelumnya telah dihapuskan / dikeluarkan dari pembukuan.
•
Reklasifikasi Masuk, merupakan transaksi BMN yang sebelumnya telah dicatat dengan klasifikasi BMN yang lain. Transaksi ini biasanya digunakan karena adanya perubahan peruntukan BMN atau untuk mengoreksi kesalahan kodifikasi pada pembukuan BMN sebelumnya.
•
Pelaksanaan dari perjanjian/ Kontrak, merupakan transaksi perolehan barang dari pelaksanaan kerja sama pemanfaatan, bangun guna serah/ bangun serah guna, tukar menukar, dan perjanjian kontrak lainnya.
Perubahan BMN Transaksi perubahan BMN meliputi: •
Pengurangan Kuantitas / Nilai, merupakan transaksi pengurangan kuantitas/ nilai BMN yang menggunakan satuan luas atau satuan lain yang pengurangannya tidak menyebabkan keseluruhan BMN hilang.
•
Pengembangan,
merupakan
transaksi
pengembangan
BMN
yang
dikapitalisir yang mengakibatkan pemindahbukuan dari pembukuan ekstrakomptabel ke pembukuan Intrakomptabel atau perubahan nilai/ satuan BMN dalam pembukuan intrakomptabel. •
Perubahan Kondisi, merupakan pencatatan perubahan kondisi BMN.
•
Koreksi Perubahan Nilai/ Kuantitas, merupakan koreksi pencatatan atas nilai BMN yang telah dicatat dan telah dilaporkan sebelumnya.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
•
Perubahan/ Pengembangan BMN dari penyerahan aset tetap hasil renovasi, merupakan transaksi perubahan BMN suatu UAKPB karena adanya penyerahan aset tetap hasil renovasi dari satker/ pihak lain yang telah mengembangkan BMN UAKPB tersebut.
•
Penghentian BMN dari penggunaan aktif, merupakan transaksi yang menyebabkan perubahan klasifikasi BMN dalam neraca umumnya dari aset tetap menjadi aset lainnya.
Penghapusan BMN, transaksi penhapusan BMN meliputi: •
Penghapusan, merupakan transaksi untuk menghapus BMN dari pembukuan berdasarkan suatu surat keputusan penghapusan oleh instansi yang berwenang.
•
Transfer Keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN ke UAKPB lain.
•
Hibah, merupakan transaksi penyerahan BMN kepada pihak ketiga.
•
Reklasifikasi Keluar, merupakan transaksi BMN kedalam klasifikasi BMN yang lain. Transaksi ini berkaitan dengan trasaksi rekalasifikasi masuk.
•
Koreksi Pencatatan, merupakan transaksi untuk mengoreksi/ mengurangi jumlah barang pada catatan BMN karena kelebihan catat pada pelaporan BMN sebelumnya.
1.5.3 Prosedur Akutansi Prosedur akutansi pada tingkat UAKPB atau pada tingkat satuan kerja yakni meliputi Perguruan Tinggi Negeri ataupun Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) adalah: Masukan: •
Untuk transaksi saldo awal, dokumen sumber yang diperlukan meliputi catatan dan atau laporan BMN periode sebelumnya dan apabila diperlukan dapat dilakukan inventarisasi.
•
Untuk transaksi perolehan/pengembangan/penghapusan, dokumen sumber yang diperlukan meliputi Berita Acara Serah Terima BMN, Bukti Kepemilikan BMN, SPM/ SP2D, Faktur pembelian, Kuitansi, Surat keputusan Penghapusan, dan dokumen lainnya yang sah.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Proses: 1. Periode bulanan dan semesteran •
Membukukan data transaksi BMN kedalam aplikasi SIMAK BMN
•
Membuat dan memutakhirkan KIB, DIR/DBR, dan DIL/DBL
•
Membuat Laporan Barang pada akhir semester
•
Meminta pengesahan Penanggung Jawab UAKPB atas laporan barang.
•
Menyampaikan data transaksi BMN ke unit akutansi keuangan (UAKPA), ke UAPPB –Wilayah, dan UAPPB – E1.
2. Periode akhir akutansi/ Tahunan •
Meninstrusikan kepada setiap penanggungjawab ruangan untuk melakukan pengecekan ulang kondisi BMN yang berada diruangan masing – masing.
•
Mencatat perubahan kondisi barang yang telah disahkan oleh penangung jawab ruangan kedalam Simak BMN.
•
Membuat laporan kondisi barang
•
Meminta pengesahan Penanggung jawab UAKPB atas LKB
•
Membuat Laporan Barang Tahunan kemudian meminta persetujuan penangung jawab UAKPB atas laporan Barang.
•
Menyampaikan laporan BMN tahunan dan LKB ke UAKPA, UAPPBWilayah, dan UAPPB-E1
Keluaran: Keluaran laporan yang dihasilkan dari SIMAK BMN tingkat UAKPB antara lain meliputi: Daftra barang intrakomptabel,Ekstrakomptabel, Barang bersejarah, Laporan persediaan, Laporan KDP, Kartu inventaris/ Identitas Barang (KIB)Tanah, KIB Bangunan Gedung, KIB Alat angkutan bermotor, KIB Alat persenjataan, Daftar Inventaris/ Barang lainnya (DIL/DBL), Daftar barang inventaris/ Barang lainnya DIR/DBR, Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan (LBKPS/T), Laporan Kondisi Barang (LKB).
Prosedur akutansi BMN tingkat UAPPB-W atau setingkat kantor wilayah/ unit kerja sebagai koordinator wilayah yang ditunjuk oleh Menteri meliputi:
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Masukan: Input UAPPB-W adalah laporan dan / arsip data komputer dari UAKPB Proses: 1. Proses Semesteran •
Menerima ADK, Laporan BMN dan catatan Ringkas BMN dari UAKPB.
•
Menggabungkan ADK/Laporan Barang yang diterima dari UAKPB.
•
Membuat laporan Barang Pembantu Pengguna Barang wilayah semesteran dan catatan ringkas BMN
•
Meminta pengesahan penanggung jawab UAPPB-W atas laporan barang
•
Melakukan rekonsiliasi internal laporan BMN dengan laporan keuangan bersama UAPPA-Wdan melakukan koreksi apabila ditemkan kesalahan.
•
Menyampaikan laporan BMN dan CRBMN ke UAPPB-E1
2. Proses periode akhir akutansi/ Tahunan •
Membuat dan meminta pengesahan Penanggung jawab UAPPB-W atas LKB.
•
Membuat laporan BMN Tahunan dan Catatan Ringkas BMN
•
Melakukan Rekonsiliasi internal laporan BMN dengan Laporan Keuangan bersama UAPPA-W dan melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan.
•
Menyampaikan laporan BMN dan LKB ke UAPPB-E1
Keluaran: Keluaran / laporan yang dihasilkan dari sistem informasi manajemen dan akutansi BMN
tingkat
UAPPB-Wilayah
adalah
daftar
barang
intrakomptabel,
ekstrakomptabel, barang bersejarah, laporan barang pembantu pengguna barang wilayah semesteran dan tahunan, catatan ringkas BMN, dan LKB.
Prosedur akutansi BMN pada tingkat UAPPB-E1 atau dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi selaku lembaga setingkat eleson satu meliputi:
Masukan: Input UAPPB- E1 berupa laporan dan/ arsip data komputer dari UAPPB-W dan UAKPB yang melekat di eselon1.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Proses: 1. Proses Semesteran •
Menerima arsip data komputer (ADK), laporan BMN dan catatan ringkas BMN dari UAPPB-W, UAKPB Pusat dilingkungan UAPPB-E1.
•
Menggabungkan ADK/ Laporan BMN yang diterima dari UAPPB-W, UAKPB Pusat dilingkungan UAPPB-E1.
•
Membuat laporan BMN semesteran dan catatan ringkas BMN dan meminta pengesahan penanggung jawab UAPPB-E1 atas laporan BMN semesteran
•
Melakukan rekonsiliasi internal laporan BMN dengan laporan keuangan bersama UAPPA-E1 dan melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan,
•
Menyampaikan laporan BMN ke UAPB dan Ditjen Kekayaan Negara (DJKN).
2. Proses periode akhir akutansi/ Tahunan •
Menyusun Daftar barang intrakomptabel. Daftar barang ekstrkomptabel, buku barang bersejarah, laporan BMN, dan LKB
•
Menyusun Catatan ringkas BMN
•
Meminta pengesahan penangung jawab UAPPB-E1 atas laporan BMN dan LKB
•
Melakukan rekonsiliasi internal laporan BMN dengan laporan keuangan bersama UAPPA- E1 dan melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan.
•
Menyampaikan laporan BMN dan LKB ke UAPB.
Keluaran: Dokumen/ laporan yang dihasilkan dari sistem informasi manajemen dan akuntansi BMN tingkat UAPPB-E1 meliputi daftar barang intrakomptabel, ekstrakomptabel, barang bersejarah, laporan barang pembantu pengguna barang eselon 1 semesteran dan tahunan, catatan ringkas BMN, dan LKB.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
1.6 SIMAK BMN Berdasarkan Modul SIMAK – BMN yang dibuat oleh Tim Modul PPAKP – Kemenkeu (2011), BMN (Barang Milik Negara) meliputi unsur – unsur aset lancar, aset tetap, aset lainnya dan aset bersejarah. Aset lancar adalah aset yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau, dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan. Aset lainnya adalah aset yang tidak bisa dikelompokkan ke aset lancar maupun aset tetap. Aset bersejarah merupakan aset yang mempunyai ketetapan hukum sebagai aset besejarah. Undang – undang no 1 tahun 2004 menyatakan bahwa dalam pengelolaan keuangan di Kementerian Negara / Lembaga dikenal adanya Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang yang melaksanakan Sistem Informasi Manajemen Akutansi Barang Milik Negara (SIMAK –BMN) sebagai bentuk pengamanan administratif. SIMAK-BMN merupakan sistem terpadu yang merupakan gabungan prosedur manual dan komputerisasi dalam rangka menghasilkan data transaksi untuk mendukung penyusunan neraca. SIMAK – BMN juga menghasilkan Daftar barang, Laporan Barang, dan berbagai kartu kontrol yang berguna untuk menunjang fungsi pengelolaan BMN. Tujuan penggunaan SIMAK – BMN memungkinkan penyederhanaan dalam proses manual dan mengurangi tingkat kesalahan manusia dalam pelaksanaannya. Petugas operator SIMAK – BMN menurut PMK nomor 233/PMK.05/2011, mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut: •
Memelihara dokumen sumber dan dokumen akuntansi BMN;
•
Melaksanakan inventarisasi dan menyusun LHI (Laporan Hasil Inventarisasi);
•
Membukukan BMN ke dalam DBKP berdasarkan dokumen sumber;
•
Memberi tanda registrasi pada BMN;
•
Membuat DIR, KIB, dan DIL;
•
Menyusun jurnal transaksi BMN pada setiap akhir bulan;
•
Melaksanakan rekonsiliasi internal antara Laporan BMN dengan Laporan Keuangan yang disusun oleh petugas akuntansi keuangan serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
•
Menyusun LBKPS setiap akhir semester dan LBKPT beserta LKB setiap akhir tahun anggaran;
•
Melaksanakan rekonsiliasi Laporan BMN dengan KPKNL setiap semester serta melakukan koreksi apabila ditemukan kesalahan;
•
Menyimpan arsip data BMN dan melakukan proses tutup buku setiap akhir tahun anggaran.
Petugas operator SIMAK – BMN dalam melaksanakan tugas penatausahaan BMN dibantu dengan aplikasi SIMAK – BMN sehingga keberadaan BMN mempunyai data histori atau entitas mulai dari asal perolehan, nilai perolehan hingga letak ataupun keberadaan barang tersebut tersimpan semuanya dalam sistem database yang terintegrasi dengan aplikasi SIMAK – BMN. 1.7 Mailing List SIMAK BMN DIKTI Mailing list ini dibangun pada tahun 2011 awal, dimana tujuan pembuatan mailing list ini agar memudahkan seluruh satuan kerja Dikti diseluruh wilayah indonesia yang menangani BMN dapat melakukan diskusi, pengumuman, dan bertukar informasi ataupun pengetahuan dengan mudah. Mailing list SIMAK BMN ini dibangun dengan melakukan pengintegrasian Zimbra Mail Server dengan Mailman Mailing List. Berbeda dengan mailgroup, mailing list bisa dibatasi ukuran ukuran file menggunakan lampiran. Terdapat juga pengaturan apakah mailinglist bersifat open atau tidak. Feature digest mode, dimana anggota hanya mendapatkan summary dari semua email pada periode tertentu. Pipermail adalah archiving dari semua email yang pernah dikirimkan ke mailing list yang bisa dilihat oleh public, tergantung apakah isi diskusi dalam suatu mailing list tersebut bersifat terbuka atau tertutup.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Gambar 4.3 Archieve Mailman Mailing List
Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa anggota mailing list ini dapat melihat kumpulan pesan atau diskusi setiap topik pada bulan November 2013 dan siapa saja yang terlibat dalam diskusi tersebut, begitu juga anggota mailing list bisa melihat isi diskusi pada bulan atau tahun sebelumnya. Kebanyakan sampai dengan tahun 2013, topik yang didiskusikan lebih banyak kepada permintaan suatu dokumen elektronik , undangan kegiatan, sosialisasi peraturan dan kebijakan. Ada beberapa topik porsinya kecil terkait dengan berbagi pengetahuan seputar permasalahan penatausahaan SIMAK BMN. Pada dasarnya media ini seperti forum diskusi elektronik yang dapat mempertemukan seluruh satker Dikti dalam waktu yang tak terbatas. Bentuk komunikasinya disini adalah asynchronous, jadi bisa terlibat diskusi tidak harus saat itu juga namun disesuaikan waktu yng tersedia bagi masing – masing satuan kerja Dikti. Persyaratan utama memang ketersediaan jaringan internet dimasing – masing daerah harus ada untuk penggunaannya
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi tentang analisis data dengan mengacu pada prosedur SEM jenis PLS yang telah dijelaskan pada tahapan sebelumnya. 5.1 Analisis Data Data primer diperoleh dari jawaban yang diberikan oleh responden atas setiap pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk kuesioner. Dalam melakukan analisis data ini maka beberapa tahapan akan dilakukan terlebih dahulu diantaranya melakukan analisis deskriptif, melakukan transformasi data dari skala ordinal ke skala interval, melakukan pengujian model, dan melakukan pengujian hipotesis. Untuk analisis deskriptif menjelaskan tentang demografi atau karakteristik dari para responden, penjelasannya ada pada lampiran 6. Analisis Teknik statistik yang digunakan adalah PLS ( partial least squares ), yaitu analisis persamaan
struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan dapat
melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural (Hartono, 2011). Model pengukuran digunakan uji validitas dan reabilitas, sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi) (Hartono, 2011). Beberapa program yang dapat membantu mempercepat perhitungan teknik statistik SEM jenis PLS ini terdapat beberapa program atau piranti lunak yang tersedia namun untuk penelitian kali ini digunakan Smart PLS 2.0. 5.2 Deskripsi sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan anggota dari group milist BMN Dikti yaitu para pengguna Sistem Manajemen Akutansi Barang Milik Negara dilingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Anggota group milist BMN tersebut terdiri dari satuan kerja pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang meliputi sejumlah Universitas dan Politeknik ditambah dengan satuan kerja pada Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS). Lebih rincinya pada tabel 5.1 gambaran populasi dari sampel yang akan diambil dalam penelitian ini.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 5.1 Populasi Group Milist BMN DIKTI No
Kelompok
Jumlah (Populasi)
1
Universitas/ Institut/ Sekolah Tinggi Negeri
60
2
Politeknik Negeri
38
3
Kopertis
12
4
Satuan Kerja Pusat
5
5
Total
115
Dalam penelitian ini diperoleh sampel sebanyak 77 responden atau sebesar 67 % dari total jumlah 86 Kuesioner yang disebar kepada target sampel yang sudah ditentukan. Jumlah sampel yang diperoleh tersebut tidak sesuai dengan target yang diharapkan dikarenakan 6 responden belum dapat mengembalikan kuesioner dan 3 lainnya didapati data yang mengandung error. Pada kenyataannya ukuran sampel sebanyak 77 tersebut masih sesuai dengan proporsi jumlah populasinya jika berdasarkan ukuran dari Nomogram Harry King (Sugiyono, 2002), sehingga dapat untuk dilakukan analisis lebih lanjut. 5.3 Tansformasi Data Teknik statistik yang digunakan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi aktivitas knowledge sharing bagi pengguna aplikasi SIMAK BMN dilingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi adalah Structural Equation Modeling (SEM) jenis PLS. Menurut Sarwono (2010), sebaiknya menggunakan data interval dalam analisa SEM, sebab penggunaan data ordinal atau nominal akan mengecilkan nilai koefisien matriks korelasi yang digunakan dalam SEM sehingga model yang dibuat peneliti dapat salah karena tidak memenuhi persyaratan sebagaimana yang diharuskan dalam model fit. Penggunaan SEMPLS pun demikian menurut Sumertajaya & Mindra Jaya (2008), transformasi data dari skala ordinal ke skala interval dilakukan untuk peningkatan skala pengukuran sebelum dilakukan algoritma dalam SEM-PLS. Data yang diperoleh dari kuesioner (pada
bagian 1) merupakan skala ordinal dari 1 – 5. Proses
transformasi data ini dilakukan dengan menggunakan metode suksesive interval
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
atau MSI (Methode of Successive Interval). Transformasi data ini dilakukan terhadap nilai untuk setiap indikator (variabel manifes) atau setiap item pertanyaan. Dengan menggunakan bantuan program MSI yaitu STAT97.XLA yang kemudian ditambahkan (addin) pada aplikasi microsoft excel sehingga didapatkan hasil seperti pada tabel 5.5.
Tabel 5.5 Hasil Transformasi Data TRUST1 Col TRUST1
Category
Freq
Prop
Cum
Density
Z
Scale
2.000
1.000
0.013
0.013
0.033
-2.227
2.000
3.000
3.000
0.026
0.039
0.084
-1.763
2.616
4.000
30.000
0.390
0.429
0.393
-0.180
3.784
5.000
44.000
0.571
1.000
0.000
5.262
Tabel 5.5 menjelaskan hasil dari langkah – langkah transformasi data ordinal menjadi data interval dengan menggunakan metode suksesif interval (MSI) untuk variabel manifes TRUST1. Jawaban responden terhadap pertanyaan TRUST1 terdiri dari skala atau kategori 2,3,4, dan 5. Masing – masing dihitung frekuensi (Freq) atau banyaknya yang menjawab pada kategori tersebut. Selanjutnya dihitung proporsi masing – masing kategori (Prop), proporsi kumulatif (Cum), nilai densitas, nilai z, dan seterusnya sampai skala intervalnya (Scale). Jadi nilai transformasi akan menjadi sebagai berikut: 1. skala (ordinal) 2 ditransformasikan menjadi skala (interval) 2 2. skala (ordinal) 3 ditransformasikan menjadi skala (interval) 2.616 3. skala (ordinal) 4 ditansformasikan menjadi skala (interval) 3.784 4. skala (ordinal) 5 ditransformasikan menjadi skala (interval) 5.262 Metode suksesif interval untuk variabel manifes atau item pertanyaan lainnya diberikan pada lampiran 5. 5.4 Metode SEM – PLS Penelitian ini dalam melakukakan anilisis terhadap data yang diperoleh dari kuesioner digunakan metode SEM - PLS (Part Least Square). PLS adalah salah satu metode statistika SEM berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
sampel penelitian yang keci, adanya data yang hilang (missing values) dan multikolinearitas (Hartono, 2011). Pada penelitian kali ini disebabkan ukuran sampel yang didapatkan sebesar 77 set data setelah dilakukan proses verifikasi data, sehingga dikategorikan ukuran sampel tersebut tergolong kecil. Tujuan penelitian ini pun sifatnya exploratori, artinya model yang akan diuji terbentuk berdasarkan teori yang masih lemah, sehingga diputuskan teknik statistik yang digunakan adalah SEM – PLS (Hartono,2011). Evaluasi terhadap model yang dibangun dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu Smart PLS 2.0. Evaluasi tersebut terdiri dari mengevaluasi outer model dan mengevaluasi inner model. 5.5 Pengujian Model Pengukuran (Outer Model) Sebelum melakukan pengujian model struktural
terlebih dahulu dilakukan
purifikasi dalam model pengukuran. Model pengukuran sendiri digunakan untuk menguji validitas konstruk dan realibilitas instrumen. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kemampuan instrumen penelitian mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper et al.,2006, dalam Hartono, 2011). Sedangkan uji realibilitas digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab item pertanyaan dalam kuesioner. Menurut Mindra jaya dan Sumetrajaya (2012), jika diketahui λ adalah nilai loading factor masing – masing variabel manifes, sedangkan δ dan ε adalah kesalahan (galat) pengukuran pada variabel manifes untuk variabel laten eksogen dan endogen, maka berdasarkan diagram jalur pada gambar 5.1, persamaan model pengukuran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Gambar 5.1 Diagram Jalur Model Knowledge Sharing
a. Untuk variabel laten PSURE (Pleasure of knowledge sharing) PSURE1 = λPSURE1PSURE + δPSURE1 PSURE2 = λPSURE2PSURE + δPSURE2 PSURE3 = λPSURE3PSURE + δPSURE3 b. Untuk variabel laten SELF (Self Efficacy) SELF1 = λSELF1SELF + δSELF1 SELF2 = λSELF2SELF + δSELF2 SELF3 = λSELF3SELF + δSELF3 c. Untuk variabel laten TRUST (Trust) TRUST1 = λTRUST1TRUST + δTRUST1 TRUST2 = λTRUST2TRUST + δTRUST2 TRUST3 = λTRUST3TRUST + δTRUST3 d. Untuk variabel laten EXECT (Support by executives) EXECT1 = λEXECT1EXECT + δEXECT1
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
EXECT2 = λEXECT2EXECT + δEXECT2 EXECT3 = λEXECT3EXECT + δEXECT3 EXECT4 = λEXECT4EXECT + δEXECT4 e. Untuk variabel laten RWARD (Rewards by Organization) RWARD1 = λRWARD1RWARD + δRWARD1 RWARD2 = λRWARD2RWARD + δRWARD2 RWARD3 = λRWARD3RWARD + δRWARD3 d. Untuk variabel laten SYQUAL (System of Quality) SYQUAL1 = λSYQUAL1SYQUAL + δSYQUAL1 SYQUAL2 = λSYQUAL2SYQUAL + δSYQUAL2 SYQUAL3 = λSYQUAL3SYQUAL + δSYQUAL3 SYQUAL4 = λSYQUAL4SYQUAL + δSYQUAL4 e. Untuk variabel laten USYS (Use of System) USYS1 = λUSYS1USYS + δUSYS1 USYS2 = λUSYS2USYS + δUSYS2 USYS3 = λUSYS3USYS + δUSYS3 USYS4 = λUSYS4USYS + δUSYS4 f. Untuk variabel laten SERQUL (Service Quality) SERQUL1 = λSERQUL1SERQUL + δSERQUL1 SERQUL2 = λSERQUL2SERQUL + δSERQUL2 SERQUL3 = λSERQUL3SERQUL + δSERQUL3 g. Untuk variabel laten KS (Knowledge Sharing Activities) KS1 = λKS1KS + εKS1 KS2 = λKS2KS + εKS2 KS3 = λKS3KS + εKS3
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
h. Untuk variabel laten ELEARN (Employee Learning) ELEARN1 = λELEARN1ELEARN + εELEARN1 ELEARN2 = λELEARN2ELEARN + εELEARN2 ELEARN3 = λELEARN3ELEARN + εELEARN3 i. Untuk variabel laten JOBSAT (Job Satisfaction) JOBSAT1 = λJOBSAT1JOBSAT + εJOBSAT1 JOBSAT1 = λJOBSAT1JOBSAT + εJOBSAT1 JOBSAT1 = λJOBSAT1JOBSAT + εJOBSAT1 j. Untuk variabel laten EDAPT (Employee Adaptability) EDAPT1 = λEDAPT1EDAPT + εEDAPT1 EDAPT2 = λEDAPT2EDAPT + εEDAPT2 EDAPT3 = λEDAPT3EDAPT + εEDAPT3
5.5.1
Uji Validitas
Uji validitas kontruk akan menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukuran sesuai dengan teori – teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk (Hartono,2008,dalam Hartono,2011, p.70). Uji validitas konstruk ini terdiri dari uji validitas konvergen dan uji validitas diskriminan. Hubungan yang kuat antara setiap indikator pertanyaan dengan konstruknya serta hubungan yang lemah dengan variabel atau kontruknya yang lainnya harus dapat ditunjukkan untuk mengetahui seberapa tepat item pertanyaan tersebut
dapat
mendukung
model
penelitiannya.
Harapannya
dengan
menggunakan alat pengukuran yang tepat keakurasian hubungan yang terbentuk antara variabel – variabel eksogen dan endogen akan semakin meningkat signifikasinya. Berikut dibawah ini hasil uji validitas konvergen dan diskriminan menggunakan teknik statistik SEM – PLS dengan program statistik SmartPLS 2.0 terhadap data responden sejumlah 77 set data.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 5.6 Hasil Uji Validitas Konvergen
VARIABEL
INDICATOR
AVE
COMMUNALITY
0.896274
EDAPT1 Employee Adaptation
EDAPT2
0.680118
0.680118
0.852595 0.934242
ELEARN1 0.895842
0.895842
ELEARN2
0.830719
EXECT1 EXECT2
0.687746
0.687746
JOBSAT1 JOBSAT2
0.62674
0.62674
JOBSAT3
KS2
0.745105
0.745105
0.8453
0.8453
PSURE2
RWARD1 Rewards of Organization
0.589727
0.589726
RWARD2
0.566148 Self Efficacy
SELF2 SELF3
0.566146
Valid Valid Valid Valid Valid
0.88492
Valid
0.926064
0.94968
Valid Valid Valid Valid
Valid Valid Valid
0.030440
Not Valid
0.546021
Valid
0.903972
SELF1
Valid
Valid
0.938784
RWARD3
Valid
Valid
0.957742
PSURE3
Valid
0.67811
0.846604
PSURE1 Pleasure of Knowledge Sharing
Valid
0.802601
0.862213
KS3
Valid
Valid
0.796434
KS1
KETERANGAN
0.757403
0.787322
JOBSAT4
Knowledge Sharing Activities
0.859763 0.864892
EXECT3 EXECT4
Job Satisfaction
0.972715 0.931956
ELEARN3
Support by Executives
0.894558 0.62451
EDAPT3 EDAPT4
Employee Learning
LOADING FACTOR
0.659467 0.668118
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Valid Valid Valid Valid
Tabel 5.6 Hasil Uji Validitas Konvergen (Lanjutan) 0.858488
SERQUL1 Service Quality
0.679067
0.679066
SERQUL2
0.726737
SERQUL3
0.917293
SYQUAL1 System Quality
SYQUAL2
0.76551
0.76551
SYQUAL3 SYQUAL4 TRUST1 0.630451
Trust
0.630451
TRUST2
0.741289 USYS3
0.741289
Valid Valid Valid Valid
0.869846
Valid
0.824109
Valid
0.770613
Valid
0.679756
Valid
0.870426
USYS1 USYS2
0.885904
0.914023
TRUST3
Use of System
0.878665
Valid
0.857591 0.854847
Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui suatu indikator atau variabel manifest teruji valid jika terpenuhi nilai AVE (Avarage Variance Extracted) > 0.5, nilai Communality > 0.5, dan nilai loading factor-nya > 0.7 (Chin,1995, dalam Hartono, 2011). Untuk indikator EDAPT3, JOBSAT2, RWARD2, SELF2 – 3, dan TRUST2, memiliki nilai loading factor diantara 0.5 – 0.7. Indikator yang memiliki nilai loading factor tersebut masih diperkenankan dan dianjurkan untuk tidak dihilangkan dari konstruknya dengan persyaratan nilai AVE dan Communality dari indikator tersebut masing - masing masih lebih besar dari 0.5 (Hartono, 2011). Pada kolom keterangan dalam tabel 5.6, predikat valid dalam uji validitas konvergen disini berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur – pengukur dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi dimana dua atau lebih instrumen yang berbeda, mengukur sebuah konstruk yang sama mempunyai korelasi tinggi . Apabila satu indikator tidak berkorelasi tinggi dengan indikator lainnya dalam mengukur konstruk yang sama, maka indikator tersebut dapat dihilangkan (Hartono,2011).
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Berikut gambar 5.2 bentuk gambar model setelah menghilangkan indikator RWARD1 karena indikator tersebut dinyatakan tidak valid atau tidak berkorelasi tinggi dengan indikator lainnya ketika mengukur konstruk RWARD.
Gambar 5.2 Pengukuran Model Knowledge Sharing
Langkah berikutnya melakukan uji validitas diskriminan yaitu berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur – pengukur konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkorelasi tinggi. Cara mengukurnya dengan membandingkan akar AVE (average variance extracted) untuk setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Model mempunyai validitas diskriminan dianggap cukup, jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi konstruk itu sendiri dengan konstruk yang lainnya dalam sebuah model (Chin, Gopal, & Salinsbury, 1997 dalam Hartono,2011 ). Berikut dibawah ini hasil uji validitas diskriminan.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 5.7 Akar AVE VARIABEL EDAPT
AVE 0.614217
ROOT AVE 0.783719976
ELEARN
0.861202
0.928009698
EXECT
0.61439
0.783830339
JOBSAT
0.615685
0.784655976
KS
0.722768
0.850157632
PSURE
0.79908
0.893912747
RWARD
0.571284
0.755833315
SELF
0.56604
0.752356299
SERQUL
0.580658
0.762009186
SYQUAL
0.715295
0.845751145
TRUST
0.663516
0.814564915
USSYS
0.649504
0.80591811
Berdasarkan tabel 5.7 pada kolom akar AVE atau (root AVE) nilainya diperoleh dari mengkuadratkan nilai AVE – nya sendiri, sehingga diperoleh hasil serta memeprlihatkan nilai semua akar AVE - nya diatas 0.7. Langkah selanjutnya, dari nilai – nilai akar AVE pada tabel 5.7 diatas maka dibandingkan dengan nilai korelasi antar variabel latennya yang dapat dilihat pada tabel 5.8. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada nilai korelasi antar variabel laten yang melebihi nilai
akar AVE dari setiap variabelnya. Dari hasil tersebut dapat dikatakan
indikator atau variabel manifest dari seluruh konstruk yang ada dapat dikatkan valid. Hal tersebut dapat juga dilakukan dengan cara yang berbeda yaitu dengan melihat nilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan kontruknya. Opsi cara yang kedua ini sama dengan cara yang pertama yaitu suatu pengukur dikatakan valid apabila nilai korelasi pengukur paling tinggi hanya terhadap konstruknya bukan terhadap konstruk atau variabel yang lainnya. Hasil nilai korelasi antar variabel laten yang diperoleh dari perhitungan statistik menggunakan program SmartPLS 2.0 yaitu tertera pada tabel 5.8.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 5.8 Nilai Korelasi Antar Variabel Laten KS KS EDAP T ELEA RN EXE CT JOBS AT PSUR E RWA RD SELF SERQ UL SYQ UAL TRUS T USYS
EDA PT
ELEA RN
EXE CT
JOBS AT
PSU RE
RWA RD
SEL F
SERQ UL
SYQ UAL
TRU ST
US YS
1 0.715 066 0.539 849 0.460 885 0.650 607 0.568 659 0.318 552 0.368 419 0.391 907 0.454 408 0.497 853 0.310 41
1 0.613 538 0.281 177 0.563 228 0.566 267 0.418 173 0.347 936 0.226 052 0.541 683 0.538 989 0.196 888
1 0.2256 25 0.3840 84 0.4855 85 0.1624 87 0.2495 28 0.1291 54 0.3659 33 0.5673 44 0.2290 8
1 0.615 13 0.255 047 0.267 252 0.476 29 0.574 523 0.300 04 0.431 871 0.583 686
1 0.450 712 0.323 1 0.495 934 0.514 937 0.577 165 0.556 545 0.475 616
1 0.307 203 0.312 688 0.179 245 0.244 932 0.563 601 0.213 826
1 0.205 696 0.235 771 0.423 661 0.410 55 0.039 605
1 0.288 466 0.198 157 0.311 274 0.305 188
1 0.399 585 0.268 802 0.482 246
1 0.4574 69 0.3808 64
1 0.416 606
1
Berdasarkan tabel 5.7 dan tabel 5.8 menunjukkan bahwa hasil dari uji validitas diskriminan menunjukan indikator yang merepresentasikan setiap konstruknya tidak memiliki korelasi tinggi antara indikator pada konstruk yang berbeda, hal ini dikarenakan nilai akar AVE setiap konstruk lebih besar dari nilai korelasi antara konstruk itu sendiri dengan konstruk lainnya.
5.5.2
Uji Realibilitas
Realibilitas menunjukkan tingkat konsistensi dan stabilitas alat ukur atau instrumen penelitian dalam mengukur suatu konsep atau konstruk (Hartono,2011). Uji realibilitas dapat menggunakan dua metode yaitu Cronbach’s alpha dan Composite reliability. Cronbach alpha mengukur batas bawah nilai realibilitas suatu konstruk sedangkan Composite relaibility mengukur nilai sesungguhnya reabilitas suatu konstruk (Chin,1995 dalam Hartono, 2011). Namun, Composite reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk ( Salisbury, Chin, Gopal, & Newsted,2002). Nilai Composite reliability harus lebih besar dari 0.7 meskipun nilai 0.6 masih dapat diterima (Hair et al., 2008 dalam Hartono, 2011). Berikut ini nilai composite reliability pada pengukuran model saat ini:
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel 5.9 Composite Reliability Composite Reliability KS
0.897294
EDAPT
0.893007
ELEARN
0.962676
EXECT
0.897818
JOBSAT
0.869423
PSURE
0.942339
RWARD
0.728762
SELF
0.792792
SERQUL
0.863113
SYQUAL
0.92877
TRUST
0.834505
USYS
0.895783
Berdasarkan tabel 5.9 terlihat bahwa seluruh variabel atau konstruk memiliki nilai composite reliability > 0.7. Hal ini menunjukkan alat ukur yang digunakan konsisten dan stabil dalam mengukur suatu konstruk. 5.6 Pengujian Model Struktuktural (Inner Model) Pengujian model struktural dapat dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu uji kelayakan model dan uji signifikansi jalur. Model struktural menggambarkan hubungan antar variabel laten. Manurut Mindra jaya dan Sumetrajaya (2012), apabila diketahui γ adalah koefisien pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen, β adalah koefisien pengaruh variabel endogen terhadap variabel endogen, dan ς adalah kesalahan pengukuran model, maka berdasarkan diagram jalur pada gambar 5.5, persamaan inner model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk variabel laten endogen KS (Knowledge Sharing Activities) KS = γPSUREPSURE + γSELFSELF + γTRUSTTRUST + γEXECTEXECT + γRWARDRWARD + γSYQUALSYQUAL + γUSYSUSYS + γSERQULSERQUL + ςKS
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
b. Untuk variabel laten endogen ELEARN (Employee Learning) ELEARN = βKSKS + ςELEARN c. Untuk variabel laten endogen JOBSAT (Job Satisfaction) JOBSAT = βKSKS + ςJOBSAT d. Untuk variabel laten endogen EDAPT (Employee Adaptability) EDAPT = βKSKS + ςEDAPT
5.6.1
Uji Kelayakan Model
Berdasarkan model struktural dapat diketahui bahwa model penelitian memiliki 4 variabel terikat, yaitu variabel knowledge sharing activities yang dilambangkan dengan KS, Employee Adpatability dilambangkan dengan EDAPT, Employee Learning dilambangkan dengan ELEARN, dan Job Satisfaction dilambangkan JOBSAT. Masing – masing variabel terikat memiliki koefisien determinasi (R²) yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 5.10 Koefisien Determinasi
R Square KS
0.507303
EDAPT
0.51132
ELEARN
0.291437
JOBSAT
0.423289
Berdasarkan tabel 5.10 diatas, variabel PSURE, RWARD, SELF, SERQUL, SYQUAL, TRUST, dan USYS ternyata mampu menjelaskan variabel KS sebesar 50.7 %. Sedangkan variabel KS sendiri mampu menjelaskan variabel ELEARN sebesar 29.1 %, variabel KS menjelaskan variabel EDAPT sebesar 51.1 %, dan variabel KS menjelaskan variabel JOBSAT 42.6%. Selanjutnya, berdasarkan nilai koefisien determinasi varibel terikat tersebut, maka nilai Q-Square Predictive Relevance dapat dihitung dengan menggunakan rumusan sebagai berikut: Q² = 1 – (1 – R12)(1 – R22)...(1 – Rp2)
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Dimana : R12, R22, ... Rp2, adalah R-Square variabel endogen dalam model. Interpretasi Q2 sama dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur. Dengan demikian, nilai Q2 yang diperoleh adalah 0.901. Nilai Q2 yang berada diatas 0 menandakan model tersebut memiliki kemampuan prediksi yang kuat. 5.6.2
Uji Signifikansi Jalur (Uji Hipotesis)
Uji hipotesis ini dapat dilakukan dengan menentukan nilai koefisien path yang merepresentasikan tingkat signifikansi dalam pengujian suatu hipotesis. Nilai koefisien path yang ditunjukkan oleh nilai T – Statistic , harus diatas nilai T – Table yaitu t =1.96 untuk hipotesis
dua ekor (two-tailed) untuk pengujian
hipotesis pada tingkat keyakinan 95% (signifikansi alpha 5 %) (Hair et al, 2008). Berikut dibawah ini hasil Path Coofficient menggunakan program SmartPLS 2.0.
Tabel 5.11 Koefisien Jalur
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
Standard Error (STERR)
T Statistics (|O/STERR|)
KS -> EDAPT
0.715066
0.720649
0.030239
0.030239
23.646814
KS -> ELEARN
0.539849
0.537999
0.036732
0.036732
14.697001
KS -> JOBSAT
0.650607
0.647899
0.053051
0.053051
EXECT -> KS
0.230539
0.232364
0.103312
0.103312
2.231470
PSURE -> KS
0.405324
0.396700
0.059505
0.059505
6.811594
RWARD -> KS
-0.037200
-0.014621
0.068549
0.068549
0.542671
SELF -> KS
0.071125
0.080378
0.052429
0.052429
1.356601
SERQUL -> KS
0.106970
0.105539
0.082811
0.082811
1.291733
SYQUAL -> KS
0.257536
0.248336
0.061182
0.061182
4.209309
TRUST -> KS
0.060554
0.056409
0.062579
0.062579
0.967649
USYS -> KS
-0.105954
-0.103404
0.073052
0.073052
1.450392
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
12.263826
Tabel 5.11 menghasilkan suatu nilai untuk mengukur keterdukungan hipotesis. Menurut
Hartono
(2008a)
dalam
Hartono
(2011),
ukuran
signifikansi
keterdukungan hipotesis dapat digunakan perbandingan antara nilai T – table dengan nilai T – Statistics. Jika t hitung > 1.96 maka hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh variabel laten independen terhadap variabel laten dependen secara signifikan. Pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa semua jalur antar konstruk dalam model penelitian ini ada yang memiliki hubungan positif dan ada juga yang negatif namun dengan besaran yang bervariasi. Diketahui pula terdapat hubungan antar konstruk yang dianggap signifikan karena nilai T – Statistics lebih dari nilai T – Table. Hubungan antar konstruk dengan pengaruh paling rendah terjadi pada hubungan antara konstruk Rewards of Organization terhadap Knowledge Sharing Activities yaitu sebesar -0.03. Demikian pula nilai T- Statistics dari hubungan tersebut jauh dibawah tingkat keyakinan 95% yaitu sebesar 0.54. Sedangkan hubungan antar konstruk dengan pengaruh paling tinggi terjadi pada hubungan antara Knowledge Sharing Activities terhadap Employee Adaptability yaitu sebesar 0.71 dengan tingkat signfikansi yang sangat tinggi jauh diatas nilai T – Table dengan tingkat keyakinan 95 % yaitu sebesar 23.6. 5.7 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang telah dicapai berdasarkan perhitungan dan penilaian statistik dapat digambarkan berdasarkan perbandingan T – Table dengan T – Statistic , apabila nilai T – Statistics
lebih besar daripada T – Table maka hipotesis
terdukung, namun begitu juga sebaliknya apabila hasil perbandingan nilai T – Statistics lebih kecil daripada T – Table maka hipotesis ditolak (T – Statistics > 1.96).
Pada tabel 5.12 terlihat bahwa terdapat 6 (enam) hipotesis hubungan
variabel yang diterima yaitu hipotesis 1 pengaruh variabel Pleasure of Knowledge Sharing terhadap Knowledge Sharing Activities, hipotesis 4 pengaruh variabel Support by Executives terhadap knowledge sharing activities, hipotesis 6 pengaruh System Quality terhadap Knowledge Sharing Activities, hipotesis 9 pengaruh Knowledge Sharing Activities terhadap Employee Learning, hipotesis 10 pengaruh Knowledge Sharing Activities terhadap Employee Job Satisfaction,
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
dan hipotesis 11 pengaruh Knowledge Sharing Activities terhadap Employee Adaptability. Berikut ini dibawah tabel 5.12 hasil uji hipotesis.
Tabel 5.12 Hasil Uji Hipotesis
KS -> ELEARN
Original Sample (O) 0.539849
KS -> JOBSAT
0.650607
12.263826
H10
Diterima
KS -> EDAPT
0.715066
23.646814
H11
Diterima
PSURE -> KS
0.405324
6.811594
H1
Diterima
SELF -> KS
0.071125
1.356601
H2
Ditolak
TRUST -> KS
0.060554
0.967649
H3
Ditolak
EXECT -> KS
0.230539
2.231470
H4
Diterima
RWARD -> KS
-0.037200
0.542671
H5
Ditolak
SYQUAL -> KS
0.257536
4.209309
H6
Diterima
USYS -> KS
-0.105954
1.450392
H7
Ditolak
SERQUL -> KS
0.106970
1.291733
H8
Ditolak
T Statistics (|O/STERR|)
HIPOTESIS
KEPUTUSAN
14.697001
H9
Diterima
Berdasarkan tabel 5.12 dapat dijelaskan hasil pengujian masing – masing hipotesis sebagai berikut:
H1: Pleasure of Knowledge Sharing (PSURE) berpengaruh secara signifikan terhadap Knowledge Sharing Activities (KS). Diketahui bahwa nilai t hitung PSURE → KS adalah 6.81 > 1.96 maka tingkat keberpengaruhan variabel PSURE terhadap variabel KS tersebut dianggap signifikan, sehingga dapat disimpulkan pengaruh sifat senang
berbagi
pengetahuan (pleasure of knowledge sharing) seseorang berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities) diantara petugas operator atau pengguna aplikasi SIMAK- BMN dengan tingkat kepercayaan 95%. Besarnya koefisien jalur adalah 0.405. Hal ini berarti terdapat pengaruh positif sifat senang berbagi pengetahuan seseorang terhadap kegiatan berbagi pengetahuan sebesar 0.405, semakin senang seseorang dalam berbagi pengetahuan, maka kegiatan berbagi pengetahuan diantara petugas BMN Dikti semakin berlangsung.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
H2: Self Efficacy (SELF) berpengaruh secara signifikan terhadap Knowledge Sharing Activities (KS). Diketahui bahwa nilai t hitung SELF → KS adalah 1.37 < 1.96 maka
tingkat
keberpengaruhan variabel SELF terhadap variabel KS tersebut dianggap tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan pengaruh kemampuan diri (self efficacy) seseorang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap aktivitas berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities) diantara pengguna aplikasi SIMAKBMN. Demikian pula besarnya nilai estimasi hubungan variabel SELF terhadap KS yaitu 0.071, yang berarti terdapat pengaruh positif walaupun tidak signifikan.
H3: Trust (TRUST) berpengaruh secara signifikan terhadap Knowledge Sharing Activities (KS). Diketahui berdasarkan tabel tersebut nilai t hitung TRUST→ KS
adalah 0.96 <
1.96 maka tingkat keberpengaruhan variabel TRUST terhadap variabel KS tersebut dianggap tidak signifikan, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh kepercayaan (trust) seseorang ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities) diantara sesama pengguna apliaksi SIMAK BMN. Demikian pula besarnya nilai estimasi hubungan variabel TRUST terhadap varibel KS yaitu 0.06, yang berarti terdapat pengaruh positif walaupun pengaruhnya tidak signifikan.
H4: Support by Executives (EXECT) berpengaruh secara signifikan terhadap Knowledge Sharing Activities (KS). Diketahui nilai t hitung EXECT → KS adalah 2.23 > 1.96 maka tingkat keberpengaruhan variabel EXECT terhadap variabel KS tersebut dianggap signifikan, sehingga dapat disimpulkan dukungan pimpinan (support by executives) sebuah organisasi berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities) diantara pengguna aplikasi SIMAK BMN dengan tingkat kepercayaan 95 %. Besarnya nilai estimasi hubungan variabel EXECT terhadap variabel KS dapat dilihat dari nilai koefisien
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
jalurnya yaitu 0.23, yang berarti terdapat pengaruh positif faktor dukungan pimpinan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan sebesar 0.23. Hal ini menunjukkan semakin besar dukungan pimpinan semakin meningkat pula intensitas kegiatan berbagi pengetahuan diantara sesama petugas SIMAK BMN Dikti.
H5: Rewards of Organization (RWARD) berpengaruh secara signifikan terhadap Knowledge Sharing Activities (KS). Diketahui nilai t hitung RWARD → KS adalah 0.54 < 1.96 maka tingkat keberpengaruhan variabel RWARD terhadap variabel KS tersebut dianggap tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan penghargaan dari organisasi (rewards of organization) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities) diantara sesama pengguna aplikasi SIMAK BMN. Demikian pula besarnya estimasi hubungan antara variabel RWARD terhadap variabel KS yaitu -0.037, yang berarti terdapat pengaruh negatif diantara kedua variabel tersebut walaupun pengaruhnya tidak signifikan. Pengaruh negatif yang dimaksud, ketika semakin besar penghargaan yang diberikan organisasi maka menjadi berkurang intensitas kegiatan berbagi pengetahuannya. Hal tersebut bisa saja terjadi dikarenakan seseorang ketika membagi pengetahuannya, orientasinya bukan lagi menyelesaikan permasalahan yang ada akan tetapi
menjadi lebih
ingin dihargai pribadinya, ingin cepat
mendapat promosi jabatan, ataupun ingin cepat memperoleh kekayaan, sehingga cenderung kualitas pengetahuannya menjadi berkurang atau bahkan sudah tidak ada yang membutuhkan pengetahuannya tersebut saat itu. Timbul kesan terjadi kompetisi yang tidak sehat, seseorang cenderung lebih baik meninggalkan kegiatan berbagi pengetahuan tersebut meskipun dijanjikan oleh organisasi perhargaan dengan nilai yang besar.
H6 : System Quality (SYQUAL) berpengaruh secara signifikan terhadap Knowledge Sharing Activities (KS). Diketahui nilai t hitung SYQUAL → KS adalah 4.21 > 1.96 maka tingkat keberpengaruhan variabel SYQUAL terhadap variabel KS tersebut dianggap
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
signifikan, sehingga dapat disimpulkan kualitas sistem (system quality) berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities) diantara sesama pengguna aplikasi SIMAK BMN dengan tingkat kepercayaan 95%. Besarnya nilai estimasi hubungan variabel SYQUAL terhadap variabel KS dapat dilihat dari nilai koefisien jalur yaitu 0.25, yang berarti terdapat pengaruh positif faktor kualitas sistem terhadap kegiatan berbagi pengetahuan sebesar 0.25. Hal ini menunjukan semakin baik sistem atau semakin berkualitas suatu sistem maka semakin bertambah intensitas kegiatan berbagi pengetahuan diantara sesama pengguna aplikasi SIMAK BMN.
H7 :
Use of System (USYS) berpengaruh secara signifikan terhadap
Knowledge Sharing Activities (KS). Diketahui nilai t hitung USYS → KS adalah 1.45 < 1.96 maka tingkat keberpengaruhan variabel USYS terhadap variabel KS dianggap tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan penggunaan sistem (use of system) dari group milist BMN Dikti tidak berpengaruh signifikan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities) diantara sesama pengguna aplikasi SIMAK BMN. Demikian pula besarnya estimasi hubungan variabel USYS terhadap variabel KS yaitu -0.10, yang berarti terdapat pengaruh yang negatif diantara kedua variabel tersebut walaupun pengaruhnya tidak signifikan. Pengaruh negatif yang dimaksud adalah ketika semakin kurang seseorang menggunakan sistem informasi group milist BMN Dikti maka semakin besar intensitas kegiatan berbagi pengetahuan tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena kemungkinan seseorang tersebut lebih suka berbagi pengetahuan melalui tatap muka atau menggunakan sistem informasi yang lebih baik kualitasnya dari pada sistem informasi group milist BMN Dikti saat ini.
H8 : Service Quality (SERQUL) berpengaruh secara signifikan terhadap Knowledge Sharing Activities (KS). Diketahui nilai t hitung SERQUL → KS adalah 1.29 < 1.96 maka tingkat keberpengaruhan variabel SERQUL terhadap variabel KS dianggap tidak signifikan, sehingga dapat disimpulkan kualitas layanan (service quality) untuk
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
mendukung keberlangsungan group milist BMN Dikti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan diantara sesama pengguna aplikasi SIMAK BMN. Besaran estimasi hubungan variabel SERQUL terhadap variabel KS yaitu 0.11, yang berarti terdapat pengaruh positif kualitas layanan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan walaupun tidak signifikan.
H9 : Knowledge Sharing Activities (KS) berpengaruh secara signifikan terhadap Employee Learning (ELEARN). Diketahui nilai t hitung KS → ELEARN adalah 14.69 > 1.96 maka tingkat keberpengaruhan variabel KS terhadap variabel ELEARN dianggap signifikan, sehingga dapat disimpulkan kegiatan berbagi pengetahuan (knowedge sharing activities) berpengaruh secara signifikan terhadap pembelajaran pegawai (employee learning) dengan tingkat kepercayaan 95%. Besarnya nilai estimasi hubungan variabel KS terhadap variabel ELEARN dilihat dari nilai koefisien jalur yaitu 0.54, yang berarti terdapat pengaruh positif kegiatan berbagi pengetahuan terhadap pembelajaran pegawai sebesar 0.54. Hal ini menunjukkan semakin bertambah intensitas berbagi pengetahuannya maka semakin bertambah pula wawasan atau pengetahuan yang dapat dipelajari oleh pegawai.
H10 : Knowledge Sharing Activities (KS) berpengaruh secara signifikan terhadap Job Satisfaction (JOBSAT). Diketahui nilai t hitung KS → JOBSAT adalah 12.26 > 1.96 maka tingkat keberpengaruhan variabel KS terhadap variabel JOBSAT dapat dianggap signifikan, sehingga dapat disimpulkan kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing acivities) berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja (job satisfaction) para pengguna aplikasi SIMAK BMN dengan tingkat kepercayaan 95%. Besarnya nilai estimasi hubungan variabel KS terhadap variabel ELEARN dilihat dari nilai koefisien jalur yaitu 0.65, yang berarti terdapat pengaruh positif kegiatan berbagi pengetahuan terhadap kepuasan kerja sebesar 0.65. Hal ini menunjukkan semakin bertambah intensitas kegiatan berbagi pengetahuan maka semakin besar kepuasan kerja yang diperoleh seorang pegawai.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
H11 : Knowledge Sharing Activities (KS) berpengaruh secara signifikan terhadap Employee Adaptability (EDAPT). Diketahui nilai t hitung KS → EDAPT adalah 23.6 > 1.96
maka tingkat
keberpengaruhan variabel KS terhadap variabel EDAPT dapat dianggap signifikan, sehingga disimpulkan kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities) berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan adaptasi pegawai (employee adaptability) dengan tingkat kepercayaan 95%. Besarnya nilai estimasi hubungan variabel KS terhadap variabel EDAPT dilihat dari nilai koefisien jalur yaitu 0.71, yang berarti terdapat pengaruh positif kegiatan berbagi pengetahuan terhadap kemampuan adaptasi pegawai sebesar 0.71. Hal ini menunjukkan semakin bertambah intensitas kegiatan berbagi pengetahuan diantara sesama pengguna aplikasi SIMAK BMN maka semakin besar pula kemampuan adaptasi pegawai tersebut.
Sehingga dari hasil perhitungan statistik dan uji hipotesis tersebut dapat digambarkan dalam bentuk akhir model penelitian yang sesuai dengan kondisi organisasi saat ini, berikut model akhir penelitian gambar 5.7.
Pleasure of Knowledge Sharing System Quality
Employee Learning Knowledge Sharing Activities
Support by Executives
Job Satisfaction
Employee Adaptability
Gambar 5.3 Model Akhir Knowledge Sharing Activities
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
5.8 Hasil Kuesioner Pertanyaan Terbuka Selain
faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya aktivitas berbagi
pengetahuan diantara petugas penatusahaan BMN khususnya para pengguna aplikasi SIMAK – BMN, diungkap pula komunitas atau kelompok – kelompok kecil yang mereka anggap cocok untuk diajak bertukar pikiran atau berbagi informasi diantara sesama pengguna aplikasi SIMAK BMN dilingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kelompok – kelompok kecil ini tergolongkan sendiri berdasarkan lokasi atau letak geografis dimana satuan kerja – satuan kerja tersebut berada. Misalkan wilayah Jawa Timur, satuan kerja diwilayah tersebut lebih sering berkomunikasi, sharing knowledge dan berkomunikasi dengan sesama satuan kerja dalam satu wilayah tersebut dibandingkan dengan di luar wilayah tersebut. Kemudian untuk penanganan permasalahan BMN dilingkungan masing – masing satuan kerja secara umum banyak yang menyebutkan belum sepenuhnya efektif dikarenakan beberapa faktor diantaranya tingkat kesulitan yang membutuhkan pengetahuan khusus, terlalu panjangnya rantai birokrasi yang harus dilalui sehingga kesulitan dalam berkoordinasi, kebijakan pimpinan yang belum sepenuhnya dapat menjadikan solusi permasalahan, aturan atau prosedur yang belum menjabarkan secara detail perlakuan terhadap penatausahaan BMN, dan yang terakhir masih kurangnya SDM yang menangani penatausahaan BMN. 5.9 Implikasi Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai dampak terhadap organisasi dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, kemudian dampak terhadap system yang mendukung kegiatan berbagi pengetahuan, dan terakhir dampak terhadap penelitian lanjutan. 5.9.1
Implikasi Terhadap Organisasi
Hasil penelitian yang terkait dengan organisasi disini ada dua yaitu hipotesis pertama ( H1) dan hipotesis keempat ( H4 ). Hipotesis pertama (H1), yaitu perasaan senang ketika membagi pengetahuan (pleasure of knowledge sharing) berpengaruh positif terhadap kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities). Menurut teori motivasi prestasi dari Mc. Clelland dalam Sunyoto
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
(2013), seorang pekerja dalam meraih prestasi kerjanya membutuhkan afiliasi. Salah satu cirinya adalah mereka cenderung berusaha membina hubungan sosial yang menyenangkan dan rasa saling membantu dengan orang lain. Perasaan senang pegawai akan timbul jika lingkungan kerjanya juga menyenangkan, dan yang menciptakan kondisi lingkungan kerja tersebut adalah anggota organisasi itu sendiri. Bentuk konkritnya adalah sebagai berikut :
•
Setiap petugas BMN harus saling menghargai pendapat sesama rekan kerjanya serta saling membantu dan memberi masukan yang konstruktif untuk
menyelesaikan
permasalahan
penatausahaan
BMN
sehingga
mengecilkan temuan BPK serta menjaga tidak berulang temuannya disetiap tahun. •
Setiap petugas BMN supaya selalu membangun komunikasi interpersonal dengan pimpinan maupun sesama petugas BMN meskipun kontennya berupa informasi atau pengetahuan negatif maupun positif melalui forum diskusi elektronik yang sudah disediakan maupun disetiap kesempatan.
•
Setiap petugas BMN wajib menjaga situasi kerja yang kondusif, memiliki sikap yang positif sehingga tercipta lingkungan kerja yang menyenangkan.
Dengan mengelola perasaan senang berbagi pengetahuan (pleasure of knowledge sharing) tersebut maka budaya saling berbagi pengetahuan akan muncul dan akhirnya memori organisasi akan terwujud, kapanpun dan siapapun yang memiliki kendala dalam pekerjaan akan mudah mendapatkan solusi dengan cepat. Terciptanya budaya berbagi pengetahuan akan berdampak terhadap kemampuan pegawai untuk beradaptasi semakin cepat, terjadinya proses pembelajaran oleh pegawai secara berkelanjutan, dan pada akhirnya pegawai memperoleh memperoleh kepuasan kerja.
Hipotesis keempat (H4), yaitu dukungan para pimpinan (support by executives) mulai pejabat eselon 4 hingga eselon 1 yang ada di Dikti maupun di satuan kerja yang ada didaerah, berpengaruh positif terhadap kegiatan berbagi pengetahuan diantara para petugas operator atau pengguna aplikasi SIMAK BMN. Petugas
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
pengguna aplikasi ini membutuhkan dukungan dari pimpinannya terlebih saat ini bagian penatausahaan BMN ini termasuk kategori sub bisnis dalam organisasi yang dianggap oleh kebanyakan para pimpinan hanya sekedar pekerjaan administratif biasa saja, namun faktanya ketika terjadi pemeriksaan keuangan oleh BPK justru petugas ini mempunyai peranan besar untuk menyajikan kewajaran laporan keuangan instansi, sehingga diperoleh opini WTP. Tugas pimpinanlah yang mengarahkan hingga tujuan organisasi tersebut dapat tercapai. Bentuk dukungan pimpinan yang dapat diterapkan kaitannya dengan kegiatan berbagi pengetahuan adalah sebagai berikut:
•
Pimpinan memberikan fasilitas baik waktu, tempat, prosedur ataupun media untuk berbagi pengetahuan diantara petugas BMN dengan melakukan pertemuan secara internal maupun eksternal.
•
Pimpinan mengalokasikan anggaran untuk pengembangan pengetahuan petugas operator SIMAK BMN.
•
Pimpinan aktif mengkampanyekan bahwa bagian BMN adalah termasuk bagian terpenting juga dari organisasi dan berhak memperoleh prioritas yang sama seperti bagian lainnya.
•
Pimpinan mendorong seluruh anggota organisasi termasuk bagian BMN untuk menciptakan budaya kerja saling terbuka, komunikatif, profesional, dan menjunjung kepentingan organisasi daripada pribadi.
•
Pimpinan mau ikut terlibat aktif serta memberikan arahan dan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh petugas BMN.
•
Pimpinan harus selalu melakukan evaluasi mengenai target – target yang belum tercapai, merencanakannya, memonitor, dan selalu berkoordinasi bersama dengan bawahannya maupun pihak terkait lainnya.
Secara tidak langsung dukungan pimpinan terhadap kegiatan berbagi pengetahuan dilingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi akan berdampak kepada kemampuan adaptasi pegawai, proses pembelajaran pegawai dan kepuasan kerja pegawai tersebut. Semakin baik dukungan pimpinan, maka kegiatan berbagi pengetahuan akan terus berkembang dan akhirnya organisasi tersebut akan
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
terbentuk menjadi sebuah organisasi pembelajar yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Dimanapun posisi pegawainya diletakkan akan dengan mudah pegawai tersebut beradaptasi. Berkurangnya pegawai tidak akan menjadi kendala dari segi kualitas karena organisasi tersebut memiliki memori pengetahuan yang dikelola dengan baik. 5.9.2
Implikasi Terhadap Sistem Informasi
Hasil penelitian yang terkait dengan pengembangan sistem informasi yaitu hasil hipotesis keenam (H6). Kualitas sistem ( system quality) berpengaruh positif terhadap kegiatan berbagi pengetahuan (knowledge sharing activities). Selama ini media elektronik yang telah disediakan oleh Dikti untuk kegiatan berbagi pengetahuan adalah mailing list SIMAK BMN Dikti. Namun pada kenyataan penggunaan dari fasilitas ini dirasa kurang optimal apabila dilihat dari data partisipasinya. Penyediaan fasilitas ini dengan tujuan agar seluruh satuan kerja yang tersebar di seluruh wilayah indonesia dapat berpartisipasi dalam kegiatan berbagi pengetahuan tentunya yang berhubungan dengan penatausahaan BMN, sehingga Dikti selaku pembina dapat mengetahui kapasitas penatausahaan BMN oleh masing - masing satuan kerja dan akhirnya Dikti dapat memperkirakan seberapa valid dan akuntabel laporan keuangan pemerintah pusat yang terbentuk. Kurangnya partisipasi dalam penggunaan sistem informasi mailing list SIMAK BMN Dikti ini berhubungan dengan kualitas sistem informasi yang terdapat pada miling list tersebut. Langkah konkrit Dikti untuk membuat sistem informasi tersebut menjadi semakin baik adalah sebagai berikut:
•
Dikti harus lebih fokus dalam membetuk memori organisasi dengan mengembangkan knowledge management system (KMS). Dibandingkan dengan mailing list SIMAK BMN Dikti, KMS memiliki kelebihan
dalam
segi pengelolaan pengetahuan. Menurut Fernandez dan Sabherwal (2010), KMS merupakan teknologi yang mendukung 4 dari proses manajemen pengetahuan yaitu discovery, capturing, sharing, dan application. •
Dikti dalam mengembangkan sistem informasi harus juga memperhatikan beberapa aspek seperti kemudahan akses, respon sistem yang cepat , mudah
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
diintegrasikan dan mudah cara memeliharanya serta faktor keamanan ikut dipertimbangkan. •
Keterlibatan satuan kerja didaerah dalam mengembangkan sistem informasi KMS sangat diperlukan. Untuk itu Dikti harus menjaring masukan – masukan untuk perbaikan sistem informasi kedepannya.
•
Menyediakan operator bagi sistem informasi KMS tersebut sebagai gatekeepers.
Sistem informasi pada era sekarang ini sangat membantu sekali dalam pelaksanaan tugas rutin pemerintahan. Jarak, waktu, dan tempat sudah bukan menjadi kendala untuk tetap saling berkomunikasi. Sebaik apapun sistem namun informasi yang masuk ke dalam sistem kualitasnya buruk maka output yang dihasilkannya akan menjadi tidak berkualitas (prinsip garbage in garbage out). Dalam hal tersebut diharapkan Dikti menyediakan petugas khusus sebagai verifikator untuk memfilter informasi atau pengetahuan mana bermanfaat atau yang tidak dibutuhkan organisasi. Menurut Tushman (1977) dalam Desouza dan Paquette (2011) terdapat seseorang yang bertugas memfasilitasi aliran pengetahuan melewati batasan – batasan yang telah ditentukan organisasi. Orang bertugas memfasilitasi aliran pengetahuan itu disebut sebaggai gatekeepers. Secara tidak langsung kualitas sistem ini berpengaruh positif juga terhadap kemampuan adaptasi, proses pebelajaran, dan kepuasan kerja pegawai melalui kegiatan berbagi pengetahuan. Semakin berkualitas sistem yang digunakan untuk kegiatan berbagi pengetahuan, maka semakin banyak pegawai yang
mau
berpartisipasi didalamnya, dan pada akhirnya pegawai akan mulai teredukasi dengan memperoleh pengetahuan dari sistem tersebut.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
5.9.3
Implikasi Terhadap Penelitian lanjutan
Bagi penelitian selanjutnya, model kegiatan berbagi pengetahuan ini perlu dikembangkan lagi dengan menambahkan kontruk atau variabel – variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi meningkatnya intensitas kegiatan berbagi pengetahuan. banyak teori yang bisa digunakan yaitu seperti teori perilaku, teori motivasi, teori organisasi, teori sistem informasi dan lain sebagainya, sehingga kekayaan informasi untuk membentuk kontruk lebih luas lagi. Selain hal tersebut, hal lain yang terkait dengan teknis kebutuhan analisis data perlu juga diperhatikan jumlah atau besarnya responden. Semakin besar responden yang diperoleh maka semakin besar tingkat keakurasian hasil penelitian yang dapat digeneralisasikan kepada seluruh anggota populasi.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran terkait dengan penelitian ini dan ditunjukan untuk organisasi dimana penelitian ini dilaksanakan sekaligus memberikan arahan yang harus diambil organisasi untuk memperbaiki kinerja penatusahaan BMN dan akhirnya memberikan solusi atas permasalahan terhadap penyajian laporan keuangan pemerintah instansi pusat sebagai muaranya. 6.1
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap hasil kuesioner dari 77 responden sebagai jumlah sampel, maka diambil kesimpulan yaitu : 1. faktor – faktor yang mempengaruhi knowledge sharing aktivities adalah : a.
Pleasure of knowledge sharing Pleasure of knowledge sharing merupakan salah satu faktor personal yang terbukti paling berpengaruh dalam penelitian kali ini dibandingkan faktor personal lainnya terhadap kegiatan berbagi pengetahuan. Semakin senang seseorang terhadap situasi berkomunikasi terhadap individu atau kelompok tertentu maka semakin terbuka untuk melakukan kegiatan berbagi pengetahuan terhadap permasalahan yang dihadapi serta mencari solusi dari pengalaman dalam kelompok mereka. Kelompok ini adalah para pengguna aplikasi SIMAK BMN yang ada dilingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang tentunya memiliki solusi yang berbeda dalam setiap penanganan permasalahan penatausahaan BMN.
b.
Support by Executives Support by Executives merupakan salah satu faktor organisasional yang terbukti paling berpengaruh dalam penelitian kali ini dibandingkan faktor organisasional lainnya. Semakin baik dukungan dan fasilitas yang diberikan
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
pimpinan terhadap petugas operator atau pengguna SIMAK BMN, maka semakin besar peluang petugas BMN itu untuk mau berbagi pengetahuan dengan sesama rekan kerjanya.
c.
System Quality System Quality merupakan salah satu faktor teknologi yang dianggap paling berpengaruh dalam penelitian kali ini dibandingkan faktor teknologi lainnya terhadap kegiatan berbagi pengetahuan. Semakin baik kualitas sistem atau teknologi yang dibangun maka kegiatan berbagi pengetahuan ini akan lebih mudah untuk dilakukan misalkan tanpa harus bertatap muka langsung, tanpa menggunakan pulsa telepon, dan sistem tersebut memiliki repositori dan manajemen database yang handal. Dengan demikian pengalaman kesuksesan dan kegagalan dalam menatausahakan Barang milik Negara ini dapat tersimpan dan mudah diakses untuk dilakukan analisa lebih lanjut oleh seseorang yang membutuhkan suatu pengetahuan tertentu.
2. Pengaruh knowledge sharing terhadap kemampuan adaptasi pegawai, pembelajaran pegawai, dan kepuasan kerja pegawai:
a.
Employee Learning Employee Learning merupakan salah satu faktor dampak yang ditimbulkan ketika para petugas pengguna aplikasi SIMAK BMN mau melakukan kegiatan berbagi pengetahuan. Pengetahuan tacit maupun explicit yang diperoleh dari individu atau anggota kelompok yang lain akan menambah kemampuan mereka dalam mengambil setiap keputusan lebih cepat, akurat, dan meminimalisasi terjadinya kesalahan yang sama.
b.
Employee Adaptability Employee Adaptability merupakan salah satu dampak atau sebagai faktor juga yang tingkat keterdukungannya positif, apabila suatu individu atau kelompok mau melakukan kegiatan berbagi pengetahuan. Artinya dengan melakukan kegiatan berbagi pengetahuan akan menambah kepercayaan diri seseorang terhadap situasi kerja yang terkadang mengalami perubahan tanpa bisa
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
diprediksi. Dimanapun mereka ditempatkan dalam bekerja selama aktif dalam melakukan kegiatan berbagi pengetahuan kendala apapun dalam bekerja akan mudah teratasi karena apapun jenis pekerjaan itu setiap orang dalam organisasi tersebut akan dengan mudah menyesuaikan diri. Manfaat tersebut dapat diambil khususnya oleh peguruan tinggi negeri yang baru berdiri.
c.
Job Satisfaction Job satisfaction merupakan salah satu dampak atau sebagai faktor yang keterdukungannya postif dari kegiatan berbagi pengetahuan. Seseorang akan merasakan kepuasan kerja ketika pekerjaan yang mereka hadapi mudah dilakukan, beban pekerjaan mengecil, tingkat stres berkurang sehingga apresiasi dari organisasi menjadi tinggi. Hal ini bisa terjadi apabila para pengguna aplikasi SIMAK BMN ini mau saling berbagi pengetahuan yang mereka miliki baik pengetahuan itu pengetahuan yang sifatnya tacit maupun pengetahuan yang sifatnya explicit.
6.2
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan kepada pihak terkait dari penelitian kali ini yaitu organisasi supaya dapat mengimplementasikan knowledge management, salah satunya menciptakan budaya berbagi pengetahuan. Kegiatan berbagi pengetahuan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh sistem atau teknologi yang baik, dukungan pimpinan yang berkelanjutan, dan meningkatnya perasaan senang seorang pegawai untuk membagi pengetahuan yang dimilikinya. Saran bagi akademisi untuk penelitian selanjutnya terkait faktor – faktor yang mempengaruhi kegiatan berbagi pengetahuan serta dampaknya bagi pegawai adalah perlunya pengembangan model atas konstruk – konstruk yang terbentuk, berdasarkan pengamatan dilapangan yang lebih aktual didukung dengan teori dan penelitian – penelitian sebelumnya, sehingga variabel yang berpengaruh akan diperoleh lebih banyak lagi. Meningkatkan jumlah responden juga dibutuhkan untuk meningkatkan keakurasian perhitungan secara statistik.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
DAFTAR REFERENSI
Akram, F., & Bokhari, R. (2011). The Role of Knowledge Sharing on Individual Performance, Considering the factor of Motivation The Conceptual Framework. International Journal of Multidiciplinary Sciences and Engineering, Vol2, No 9 . Al-Busaidi, K. A., Olfman, L., Ryan, T., & Leroy, G. (2010). Sharing Knowledge to A Knowledge Management System: Examining The Motivator And The Benefit In An Omani Organization. Journal of Organization Knowledge Management IBIMA Publishing Vol. 2010. Almahamid, S., McAdams, A. C., & Kalaldeh, T. (2010). The Relationships Among Organiztional Knowledge Sharing Practices, Employees' Learning Commitments, Employees' Adaptability, and Employees' Job Satisfaction: An Empirical Investigation of the Listed Manufacturing Companies in Jordan. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and Management vol 5 . Anwar, H. (2012, 09). Dipetik june 3, 2014, dari http://statistikian.blogspot.com/2012/09/transformasi-data-ordinal-menjadi.html Azni, A., Bakar, A. A., Shah, N., & Hanifah, A. H. (2010). Factors Influencing Knowledge Sharing in Higher Learning. 978-1-4244-6716-7/10 /IEEE . Cheng, M. Y., Yin Ho, J. S., & Lau, P. M. (t.thn.). Knowledge Sharing in Academic Institutions: a Study of Multimedia University Malaysia. Electronic Journal of Knowledge Management Volume 7 Issue 3 , 313-314. Davenport, T. H., & Prusak, L. (1998). Working Knowledge. Boston: Harvard Business School Press. Delone, W. H., & McLean, E. R. (2003). The Delone and McLean Model of Information Systems Success: A Ten-Year Update. Journal of Management Information System/ Spring, Vol. 19, No. 4. , 9-30. Desouza, K. C., & Paquette, S. (2011). Knowledge Management An Introduction. New York: Neal-Schuman Publisher,Inc. Endres, S. P., Chowdhury, S., & Alam, I. (2007). Tacit Knowledge Sharing, SelfEfficacy Theory, and Application to the Open Source Community. Journal of Knowledge Management . Fernandez, I. B., & Sabherwal, R. (2010). Knowledge Management Systems and Processes. New York: M.E. Sharpe, Inc. . Ghiselli, & David, L. B. (1995). Managing Conflict Among Groups. London: Prentice Hall International,Inc.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Haenlein, M., & Kaplan, A. M. (2004). A Beginner's Guide to Partial Least Squares Analysis. UNDERSTANDING STATISTICS (hal. 283-297). Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Hartono, J. (2011). Konsep Dan Aplikasi Structural Equation Modeling Berbasis Varian Dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN . Hsiu-Yueh (Sonya), H. (2006). Knowledge Management And Intellectual Capital. . Disertation Submitted in Partial Fullfillment of The Requirement for The Doctoral of Phylosophy Departement of Management in The Graduate school Southern Illinois University Carbondale . Hsu, H. (2006). Knowledge Management And Intelectual Capital. Phylosophy Department of Management in the Graduate School Sourthern Illinois University Carbondale. Keyes, J. (2008). Identifying the Barriers to Knowledge Sharing in Knowledge Intensive Organizations. new art technologies, inc. , 31-34. Lee, J., Kim, J., & Han, Y. (2010). A Study on Factors Influencing KnowledgeSharing Activity for the Innovation Activity of Team. IEEE, 978-1-4244-69321/10 , 270 - 274. Lee, H., & Choi, B. (2003). Knowledge management Processes, and Organzational Performance: An Integrative View and Empirical Examination. Journal of Management tnformtUion System. / Summer 2003.vol. 20. No 1 , 179228. Menteri. (2010 - 2014). Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Nonaka, I. (2007). The Knowledge-Creating Company. Havard Business Review , 162-170. Paquette, S., & Desouza, K. (2011). Knowledge Management An Introduction. New York: Neal-Schuman Publisher, Inc. Santoso, S. (2012). Analisis SEM Menggunakan AMOS . Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sarwono, J. (2010, 07 05). TEORI SEM (Structural Equation Model). Dipetik Juni 3, 2014, dari http://www.jonathansarwono.info/sem/sem.htm Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi Dengan Metode R&D (Cetakan ke -20). Bandung: Alfabeta. Suliyanto. (2011). Perbedaan Pandangan Skala Likert Sebagai Skala Ordinal Atau Skala Interval. Prosiding Seminar Nasional Statistika Universitas Diponegoro .
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Sumertajaya, M. I., & Mindra Jaya, I. G. (2008). Pemodelan Persamaan Struktural Dengan Partial Least Square. Seminar nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2008, (hal. 1-118). Sunyoto, D. (2013). Teori, Kuesioner, Dan Proses Analisis Data. Yogyakarta: Center for Academic Publishing Service (CAPS). Tobing, P. L. (2007). Knowledge Management, Konsep, Arsitektur, dan Implementasi. Jakarta: Graha Ilmu. Tobing, R. F. (2012). Hubungan trust dan Knowledge Self Efficacy Terhadap Knowledge Sharing Serta Dampak Knowledge Sharing Terhadap Kinerja. Universitas Indonesia , 1-51. Wasko, M. M., & Faraj, S. (2005). Why Should I Share? Examining Social Capital And Knowledge Contribution in Electronic Networks of Practice. MIS Quartelly vol 29 No1 , 35-57. Wijanto, S. H. (2008). Structural Equation Modelling dengan Lisrel 8.8 Konsep dan Turorial. Jakarta: Graha Ilmu. Yusuf, P. M. (2012). Prespektif Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi, Pendidikan dan Perpustakaan. Jakarta: Rajawali Pers. Yusup, P. C. (2012). Prespektif Manajemen Pengetahuan Informasi, Komunikasi,Pendidikan, dan Perpustakaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori - Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Naskah Wawancara Nara sumber
: Bapak Rafid.
Jabatan
: Petugas BMN dan verifikator SIMAK BMN
Lokasi
: Politeknik Negeri Jakarta
Waktu
: 21 Maret 2014, Pukul 14.00
Subjek Penanya : Narasumber:
Uraian Berapa lama kerja di sebagai pengelola bmn ? dari 2006 saya sudah berkecimpung
Penanya
Bagaimana rasanya dan tantangan selama mengelola BMN?
Narasumber :
Pekerjaan ini mudah dikerjakan asalkan rajin mencatat, terus...kurang koordinasi antara pengadaan dengan pengelola simak bmn. Sekedar mengadakan saja tidak memikirkan implikasi kepencatatan aset, dampaknya
pencatatannya
jadi
ngawur,
misalkan
belanja
pemeliharaan dalamnya barang baru, karena pake dana sendiri belanjanya asal saja tidak disesuaikan dengan neraca SIMAK BMN seperti kolam renang, wall clambing, akibatnya susah dipelihara ,karena barangnya diluar pencatatan aset. Penanya:
Apakah sudah ada solusi?
Narasumber :
Belum cuman sudah dilaporkan ke pimpinan agar bagian pengadaan melibatkan bagian aset
Penanya :
Apakah hal tersebut juga terjadi di politeknik lain
Narasumber :
Kalu politeknik lain ada yang sudah bagus antara unit pengadaan dengan pengelolaan bmn sudah terkoordinasi dengan baik , seperti polimedia kreatif.
Penanya :
Terkait dengan kodefikasi barang apakah ada masalah
Narasumber :
Kode barang simak tidak update diaplikasi jadinya kita mendekati nama yang sama, seperti laser masuk kekode persenjataan, hampir tiap tahun dan sering terjadi masalah salah kode dalam melakukan input barang ke aplikasi simak bmn.
Penanya :
Bagaimana dengan pemanfaatan bmn ?
Narasumber :
Pemanfaatan selama ini jarang melibatkan orang bmn lebih kepada
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Subjek
Uraian orang - orang pudir 2 (pembantu direktur dua). Seperti hibah itu langsung kepada dosen – dosen tanpa melalui lembaga.
Penanya :
Bagaimana
cara
menyelesaikan
tidak
koordinasinya
bagian
pengadaan dengan bagian bmn ? Narasumber :
Membuat SOP yang mencantumkan kodefikasi dalam melakukan pengadaan, ada semacam intenal cek form dibagian pengadaan untuk memastikan ada tidak barang dineraca simak, ada tidak barang persediaan masuk keaset, ada tidak barang yang harus dikapitalisasi.
Penanya :
Tentang persediaan apakah ada permasalahan ?
Narasumber :
Terkait kartu stok barang yang jarang update sehingga menimbulkan ketidaksesuaian dengan neraca simak.
Penanya :
Perlu ga pak untuk membuat catatan histori kegiatan pengelolaan bmn untuk mecegah permasalahan sama timbul kembali dan dibagikan ke yang lain?
Narasumber :
Tidak perlu kalu untuk konsumsi luar karena akan terkuak bobroknya didalam, kalu untuk konsumsi didalam saja sangat perlu untuk evaluasi.
Penanya :
Bagaimana dukungan pimpinan terhadap pengelolaan BMN
Narasumber :
Selama ini pimpinan jarang mengetahui detail pekerjaan disini, proses kerja dan hubungan dengan penerimaan atau perolehan suatu aset, karena pimpinan disini berasal dari orang akademik jadi jarang perhatian kebagian aset. Jarangnya rotasi hingga masa pekerjaan seperti pengadaan hingga 20 tahun dibagian yang sama.
Penanya:
Untuk SDM sudah cukup ato tidak untuk pengelolaan Aset
Narasumber:
Belum cukup masih kurang, tidak ada pembagian tugas yang merata tentang pengelolaan bmn. Tidak ada komunikasi antara pudir 2 dengan pengelola aset terkait kerjasama aset. Tidak ada SOP yang kredible secara format sehingga membuat pekerja baru tidak bisa beradaptasi dengan pekerjaannya langsung.
Penanya:
Bapak sering diskusi dengan petugas simak yang lain
Narasumber:
Kalu ngobrol dengan temen2 lain kendalanya sama paling sekitar NUP,DBR, DIR ruangan dengan simak selalu ga sama, karena orang simak tidak terlibat dalam penerimaan barang. Akhirnya operator
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Subjek
Uraian simak selalu recek posisi barang. Harusnya posisi barang sudah masuk dalam kontrak. UI penataannya sudah bagus menggunakan system tambahan berupa simak BMN online sehingga persatker pembantu.input barang direct langsung keserver pusat dan satker pembantu langsung bisa menempel label sendiri dan dapat update posisi barang masing masing persatker pembantu. Media kreatif sudah membuat aplikasi persediaan online.
Penanya:
Kenapa tidak dicoba nerapkan seperti yang diUI ?
Narasumber:
Karena pengadaan disini masih terpusat, kalau di UI sudah perfakultas diberi kewenangan untuk mengadakan sendiri. Sehingga fakultas bisa input langsung input kesimak.
Penanya:
Apakah PNJ punya terobasan sendiri untuk mengatasi permasalahan sekitar penatausahaan BMN
Narasumber:
Kalu pnj sekarng pakai sistem QR code yang ditempel sebagai stiker dibarang – barang yang ada diruangan, agar mudah mendeteksi siapa supliernya tahun berapa pengadaannya, peletakan barang tersebut jelas. Sehingga jika dipindah – pindah tahu histori lokasinya.
Penanya:
Apakah bapak pernah menggunakan milist bmn dikti untuk berbagi informasi atau pengetahuan dengan satker lain?
Narasumber:
Saya gak pernah pake facebook untuk kegiatan kantor , kurang menarik dari segi tampilan sistem milist bmn dikti, jadi mendingan saya pake telpon kalau ga whats up.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Naskah Wawancara Narasumber
: Bapak Andi.
Jabatan
: Petugas BMN dan Verifikator SIMAK BMN
Lokasi
: Universitas Negeri Jakara
Waktu
: 20 Maret 2014, Pukul 14.00
Subjek
Uraian
Penanya :
Berapa lama kerja dalam pengelolaan BMN ,?
Narasumber :
8 tahun berpengalaman di subbag perlengkapan
Penanya :
Masalah terkait pengelolaan BMN yang ada di UNJ sudah dapat terselesaikan semua atau belum?
Narasumber :
Selama 2 periode kepemimpinan terkait permasalahan dengan pemanfaatan aset lebih banyak dikerjakan oleh orang di PUREK 2 dan
bagian
pengelolaan
BMN
jarang
sekali
dilibatkan.
Permasalahan akan tahu setelah ada pemeriksa, pencatatan diawal saja mengalami kendala terkait dengan dokumen sumber, spm dan sp2d, sekarang sudah sedikit mengalami kendala tersebut. Penanya :
Bagaimana dengan terkait kodefikasi barang?
Narasumber :
Sering terjadi salah tafsir terkait kodefikasi , kalu masalah kapitalisasi jarang terjadi terkait pengelompokkan jenis gedung yang ada di UNJ. Masalah kodefikasi terus berulang, asumsi karena memang tidak mendapat dukungan dana untuk pelatihan sehingga masalah terjadi secara berulang
Penanya :
Bagaimana dengan masalah persediaan?
Narasumber :
Tidak ada masalah terkait dengan persediaan maupun BA stok opname.
Penanya :
Bagaimana dalam kegiatan hibah apakah sudah dilakukan pencatatan di simak bmn?
Narasumber :
Belum dapet informasi mengenai tatacara pencatatan hibah kedalam aplikasi, terkait dengan hibah buku kpknl tidak mempunyai pedoman untuk mentaksir nilai buku.
Penanya :
Media yang digunakan untuk bertukar pikiran dengan teman sesama pengelola BMN ?
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Subjek
Uraian
Narasumber :
Telp, facebook yang lebih sering digunakan untuk bertukar pikiran daripada milist bmn, karena saya lebih suka aktif di facebook
Penanya :
Sering ga sih melakukan diskusi dengan teman -teman dilingkungan satker Dikti?
Narasumber :
Saya sering berdiskusi dengan teman 2 dilingkungan jakarta kebanyakan , tapi pernah saya mendapatkan petunjuk dalam pekerjaan saya karena diskusi dengan satker solo ( lintas jakarta), dan penting sekali untuk saya untuk berbagi pengetahuan dengan sesama satker selama saya bisa pasti saya akan berbagi pengetahuan saya dengan yang lain.
Penanya :
Bagaimana kepedulian pimpinan dengan permasalahan yang ada di UNJ ?
Narasumber :
Masalah minta anggaran untuk pelatihan agak sulit, namun untuk kegiatan rutin regional sangat disupport karena ada triger dari organisasi induk. Saat ada pelatihan PPAKP kami tidak pernah dilibatkan hanya orang orang PUREK 2 saja yang lebih banyak terlibat. Gaya kepemimpinan juga masih one direction sehingga lebih sering kita melaksanakan perintah ketimbang , mengusulkan suatu ide kemudian dilaksanakan.
Penanya :
Bagaimana dengan tenaga kerja untuk pengelolaan BMN cukup atau kurang?
Narasumber :
Masih kekurangan SDM, saya delapan tahun disini terus tidak pernah dipindah kebagian lain, kalu ada rotasi saya pertama kali yang mau mengajukan.
Penanya :
Apabila ada orang baru apakah dia langsung bisa bekerja dengan cepat?.
Narasumber :
Saya rasa masih agak lama dan perlu bimbingan walaupun sudah ada sop karena diteori berbeda dengan kondisi lapangan, apalagi dulu malah saya dibiarkan sendiri, belajar sendiri oleh senior – senior saya , karena walaupun baca SOP kenyataannya saya tidak bisa menyesuaikan dengan kondisi dilapangan karena saking generalnya isi SOP itu.
Penanya :
Media yang digunakan lebih banyak apa untuk berbagi informasi
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Subjek
Uraian atau pengetahuan?
Narasumber :
Facebook karena kebiasaan dan lebih banyak berinteraksi disana dengan teman, karena kalu milist kurang biasa ajah dan tampilannya kurang bagus barangkali. Paling dimilist BMN hanya baca saja kalu ada info penting.
Penanya :
Bagaimana rasanya kerja sebagai pengelola BMN?
Narasumber :
Dinamikanya masih perlu dukungan pimpinan, sistem juga sudah cukup, dari sisi kerjaannya juga gak begitu memusingkan walaupun ada masalah. Mindsitenya subbag perlengkapan dulunya memang pekerjaan
dapur atau bagian belakang setelah dibikin aplikasi
imagenya jadi berubah. Penanya :
Bagaimana alur distribusi barang?
Narasumber :
Naskah berita acara serah terima kita buat untuk keluar masuk barang, informasi awalnya dari pphp , tidak terputusnya komunikasi dari perencanaan, pengadaan sampai kesini.
Penanya :
Bagaimana dengan masalah rotasi pegawai , disini sering atau jarang?
Narasumber :
Disini jarang terjadi rotasi, karena orang melihatnya susahnya pekerjaan, deket dengan pemeriksaan saat diperiksa. Orang lebih banyak nyaman dengan pekerjaan lamanya
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Naskah Wawancara Narasumber
: Bapak Boy
Jabatan
: Petugas BMN dan Verifikator BMN
Lokasi
: Kopertis Wilayah III, sub Bagian tata usaha, bagian umum
Waktu
: 18 Maret 2014, Pukul 14.00
Subjek
Uraian
Penanya :
Sudah berapa lama berkecimpung di bidang pengelolaan barang
Narasumber :
Sudah dari tahun 2007 saya berkecimpung dalam urusan pengelolaan bmn , total sekitar 7 tahun.
Penanya :
Permasalahan yang sering timbul dikopertis III ini seperti apa
Narasumber :
Masalah tanah ada yang belum bersertifikat, masalah pemanfaatan tidak ada aset yang dikerjasamaan, masalah salah tempat atau kodefikasi, akhir – akhir ini ada pendampingan irjen atau sekjen, belanja 52 disarankan berupa aset harus dimasukan kebelanja modal 53 .
Penanya :
Sistem ppengelolaan persediaan disini gimana pak?
Narasumber :
Ketika ambil barang operator langsung mencatat siapa untuk apa barang tersebut dibuku , selain untuk mencocokan ke aplikasi juga untuk mendapat informasi lebih.
Penanya :
Bagaimana dengan tenaga pengelolaan BMN dikopertis III
Narasumber :
Kita disini kekurangan tenaga semua operator simak cuman satu orang , demikian juga untuk orang persediaan Cuma ada satu orang tidak ada spare untuk menghindari resiko jika ada yang tidak masuk kantor. Hal ini disebabkan banyak yang pensiun namun pengadaan tenaga baru jarang dilakukan.
Penanya :
Apakah pak boy suka bertukar pikiran dengan satuan kerja diwilayah jakarta aja ato dengan wilayah lain diluar jakarta.
Narasumber :
Kita lebih sering melakukan diskusi antara stuan kerja diwilayah jakarta saja.
Penanya :
Media milist bmn apakah sering digunakan untuk bertukar pikiran dengan sesama teman.
Narasumber :
Saya lebih sering menggunakan facebook karena lebih mudah
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Subjek
Uraian pengoperasiannya dan lebih familiar sekalian untuk mengecek statatus keleuarga
Penanya :
Bagaimana peran pimpinan di kopertis 3 ini ?
Narasumber :
Perhatiannya cukup besar walaupun tidak diistimewakan, bentuk perhatiaannya
berupa
penyelenggaraan
workshop
berdasarkan
undangan acara pelatihan dari tempat lain. Penanya :
Bagaimana kondisi kerja dalam pengelolaan bmn ini
Narasumber :
Ada sih perbedaan namun sedikit , dan jarang orang tertarik untuk bekerja di bmn ini karena terkesan susah dan orang jarang mau dirotasi ketempat ini, dan jadi sumber pertanyaan pemeriksa.
Penanya :
Bagaimana dengan penghargaan dari organisai
Narasumber :
Ada penghargaan dari organisasi berupa insentif perbulan untuk operator bmn yang membuat kita semangat untuk bekerja walaupun sedikit.
Penanya :
Bagaimana kalu ada tenaga kerja baru apa langsung bisa bekerja mengelola bmn atau tidak
Narasumber :
Perlu dilakukan bimbingan terlebih dahulu karena disini belum ada sop yang dapat langsung membimbing orang baru tersebut
Penanya :
Pernah ga dimintai solusi oleh satker lain terkait pengelolan BMN
Narasumber :
Ada namun lebih banyak dari regiomal jakarta, karena dari regional lain jarang komunikasi dan memang belum begitu kenal.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Naskah Wawancara Narasumber
: Bapak Agus
Jabatan
: Petugas BMN dan Verifikator BMN
Lokasi
: Politeknik Media Kreatif, Sub Bagian Perlengkapan, Bagian Umum
Waktu
: 25 Maret 2014, Pukul 14.00
Subjek
Uraian
Penanya :
Sudah berapa lama menggeluti di bidang pengelolaan barang milik negara?
Narasumber :
Sudah dari 2009 .
Penanya :
Kendala apa yang selama ini pak agus pernah alami dalam melakukan penatausahaan BMN?
Narasumber :
Masalahnya dari awal berdirinya polimedia ini sebelumnya pusat grafika mendapat tanah dari UI namun belum diserahkan secara penuh oleh UI., banyak catatan barang yang actual barangnya sudah hilang entah kemana namun catatannya masih ada sampai sekarang. Adanya catatan ganda tentang tanah. Adanya pengadaan tanah namun hasil dari salah catat, setelah diruntut terdapat adanya salah klasifikasi barang. yaitu tanah untuk bangunan mesin pompa. Banyak barang yang tidak dapat dideteksi karena sering perpindah – pindah lokasi tanpa ijin.
Penanya :
Apa sudah dilakukan penyelesaiannya pak?
Narasumber :
Untuk tanah, sudah dilakukan pendekatan dengan pihak Dikti , Irjen, dan Sekjen, dan sudah keluar surat dari menteri untuk memisahkan aset tanah yang ditujukan ke UI namun dari pihak UI belum mau menyerahkan ke Polimedia, sepertinya harus ada banyak langkah
Penanya :
Bagaimana dengan tenaga pengelolaan BMN dikopertis III
Narasumber :
Disini saya semua yang kelola dari inventarisasi, distribusi, pencatatan. Higga pelaporan kepusat.
Penanya :
Hanya satu orang saja pak agus yang mengkelola ?
Narasumber :
Iya saya semua karena ada satu orang lagi tapi udah berumur 50 tahunan, namun pekerjaan dia lebih banyak saya yang kerjain.
Penanya :
Bagaimana dengan terkait dengan pengelolaan barang habis pakai atau
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Subjek
Uraian persediaan
masih
terjadi
ketidakcocokan
antara
berita
acara
stokopname dengan pencatatan di SIMAK BMN. Narasumber :
sudah tidak ada lagi karena pertama lingkup pekerjaan disini lebih kecil ketimbang universitas , yang kedua sudah ada aplikasi tambahan (gudang online) yang dapat memonitor setiap keluar masuknya barang dari gudang setiap hari bahkan setiap menit dapat direkam.
Penanya :
Pernahkah pak agus berbagi dengan teman – teman yang lain tentang solusi ini terkait masalah ketidak cocokan berita acara stockopname dengan catatan SIMAK BMN yang hampir terjadi di beberapa satker yang lain.
Narasumber :
Kalu saya cuman sharingnya dengan temen temen jakarta saja seperti UI, PNJ, UNJ,Kopertis III, kalau diluar itu saya jarang sekali. Seperti UI dan PNJ dalam melakukan pelabelan barang debantu juga dengan sistem Barcode dan QR code, sehingga mudah mendeteksi indentitas serta posisi barang. Kita juga akan mengarah kesana. Karena waktu pengembaangan gudang online pimpinan sangat mendukung , sekarang karena ganti pimpinan sepertinya perhatian ke BMN agak berkurang dibanding sebelumnya.
Penanya :
Terus langkah apa yang dilakukan untuk melakukan peningkatan pengamanan BMN
Narasumber :
BMN setiap keluar dari lingkungan kampus harus meminta surat ijinnya ke bagian umum dan sekuriti digerbang juga harus mengecek.
Penanya :
Bagaimana masalah dengan bagian pengadaan dengan distribusi barang apakah sudah terorganisasi dengan baik
Narasumber :
Masih belum, banyak barang yang harusnya belanja 52 tetapi dikategorikan dengan kode belanja 53 sehingga untuk input ke simak BMN menjadi susah. Dan pihak bagian pengadaan tidak mau mengerti akan hal tersebut.
Penanya :
Bagaimana dengan pemanfaatan BMN oleh pihak ketiga sudah ada bentuk kerjasamanya tertulis?
Narasumber :
Banyak bank yang buka disini namun belum ada bentuk kerjasamanya tertulis namun informal ke pejabatnya kemungkinan iya. Dan juga keberadaan kantin, dan lahan parkir yang belum ada bentuk
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Subjek
Uraian kerjasamanya yang jelas.
Penanya :
Untuk sosialisasi, seminar atau sarasehan tentang pengelolaan BMnN sudah kerjasama dengan pihak mana saja
Narasumber :
Selama ini belum pernah pak, karena keterbatasan dana. Dan kemungkinan belum terlalu penting menurut pimpinan.
Penanya :
Apakah terdapat BMN yang belum dimanfaatkan disini?
Narasumber :
Adanya mesin cetak yang tidak sesuai standard pendidikan, misalkan bahan praktek yang digunakan mahasiswa terlalu mahal sehingga dapat membebani oprasional kampus.
Penanya :
Pernah tidak pak Agus dengan melakukan sharing dapat emmberikan solusi bagi polimedia menyelesaikan masalah BMN.
Narasumber :
Pernah, PSP (penetapan status penggunaan) dan Wasdal (pengawasan dan pengendalian), itu sebagai persyaratan digunakan untuk melakukan penghapusan setelah melakukan sharing sama temen dari kopertis III. 25 juta kebawah hanya izin kementerian Dikbud, 25 juta keatas Kementerian Keuangan.
Penanya :
Bagaimana yang selama ini jalur komunikasi yang pak Agus lakukan?
Narasumber :
Saya selama ini suka juga berdiskusi dengan satker lain khususnya wilayah jakarta kalau mengalami kendala.
Penanya :
Kenapa pak Agus tidak menggunakan Milist BMN untuk media berkomunikasi
Narasumber :
Pertama saya lokasinya deket dengan kantor pusat kementerian , kemudian saya sekalian main ketempat temen- temen, dan menurut saya , lebih suka langsung praktek untuk mengatasi permasalahan kalau di milistkan agak menggunakan kata – kata jadi terkadang saya bingung untuk mencerna.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
KUESIONER PENELITIAN Yth. Petugas operator SIMAK- BMN di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, kuesioner ini merupakan suatu teknik pengumpulan data dari suatu objek penelitian. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk penelitian untuk karya akhir jenjang magister yaitu mengenai analisa faktor yang mempengaruhi kegiatan knowledge sharing (berbagi pengetahuan) terhadap adaptasi, pembelajaran, serta kepuasan kerja dari seorang pegawai. Anda diminta untuk mencentang (√ ) pada kolom yang tersedia dari salah satu 5 ( lima) skala pilihan dibawah ini dimana : STS = Sangat tidak setuju TS = Tidak Setuju R
= Ragu - ragu
S
= Setuju
SS = Sangat Setuju Kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini dengan sejujurnya dan jawaban akan kami jaga kerahasiaannya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu dari Bapak/ Ibu kami mengucapkan banyak terima kasih. DATA PERSONAL Fungsi / Jabatan
:
Jenis Kelamin
:
Usia
≤ 20 – 30 thn
(
)
(Pilih salah satu)
31 – 40 thn
(
)
41 – 50 thn
(
)
51 thn ≤
(
)
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Pendidikan
(Pilih salah satu)
Masa Kerja
(Pilih salah satu)
≤ SMU – D2
(
)
D3
(
)
S1
(
)
S2 ≤
(
)
< 5 thn
(
)
5 – 10 thn
(
)
11 – 20 thn
(
)
21 thn ≤
(
)
BAGIAN I TRUST adalah keadaan physikologi seseorang untuk mempercayai suatu kondisi atau keadaan sehingga seseorang mau membagi pengetahuannya. No
Pernyataan Kuesioner
1.
Saya percaya dengan berbagi pengetahuan dengan rekan kerja sesama petugas operator SIMAK- BMN di lingkungan Dikti, waktu yang digunakan tidak terpakai sia- sia.
2.
Saya percaya rekan kerja sesama petugas operator SIMAK-BMN di lingkungan Dikti mempunyai keahlian , ketrampilan, dan pengetahuan dalam bidang penatausahaan BMN.
3.
Saya percaya pengetahuan yang saya bagikan akan berguna bagi rekan kerja sesama petugas operator SIMAK- BMN maupun berguna bagi tempat dimana saya bekerja.
STS TS
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
R
S
SS
BAGIAN II REWARDS OF ORGANIZATION adalah Penghargaan yang diberikan oleh organisasi apabila seseorang mau membagikan pengetahuannya. No
Pernyataan Kuesioner
4.
Membagikan pengetahuan saya tentang penatausahaan BMN kepada rekan kerja sesama petugas operator SIMAK-BMNdi lingkungan Dikti, akan menambah penghasilan saya .
5.
Membagikan pengetahuan saya tentang penatausahaan BMN kepada rekan kerja sesama petugas operator SIMAK-BMN di lingkungan Dikti, akan meningkatkan karir saya.
6.
Saya tidak akan terancam kehilangan pekerjaan, ketika saya membagikan pengetahuan saya kepada rekan kerja sesama petugas operator SIMAK-BMN dilingkungan Dikti.
STS TS
R
S
SS
BAGIAN III SYSTEM QUALITY adalah Kemampuan suatu sistem informasi untuk membantu atau memudahkan penggunanya dalam menyebar luaskan pengetahuan seseorang. No
Pernyataan Kuesioner
7.
Saya mudah menggunakan sistem informasi yaitu group milist BMN Dikti yang sudah ada saat ini.
8.
Sistem informasi group milist BMN Dikti, memberikan respon yang cepat ketika saya membagi pengetahuan kepada rekan kerja yang lain.
9.
Sistem informasi group milist BMN Dikti mudah diakses dari handphone, laptop,
STS TS
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
R
S
SS
maupun Komputer Desktop. 10.
Sistem informasi group milist BMN Dikti, menyediakan informasi atau pengetahuan yang saya butuhkan.
BAGIAN IV SERVICE QUALITY adalah Kemampuan dalam menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang layanan suatu sistem informasi seperti milist BMN Dikti. No
Pernyataan Kuesioner
11.
Tempat kerja saya menyediakan infrastruktur seperti jaringan internet, komputer, ruang diskusi yang dapat mendukung aktivitas berbagi pengetahuan.
12.
Tempat kerja saya menyediakan tenaga IT untuk mendukung keberlangsungan penggunaan sistem informasi group milist BMN Dikti serta penanganan apabila terjadi gangguan.
13.
Tempat kerja saya dapat menyediakan pelatihan dalam menggunakan sistem informasi group milist BMN Dikti jika diperlukan.
STS TS
R
S
SS
BAGIAN V USE OF SYSTEM adalah Suatu tindakan seseorang untuk menggunakan suatu sistem informasi untuk berbagi pengetahuan. No
Pernyataan Kuesioner
14.
Saya menggunakan sistem informasi group milist BMN Dikti untuk mengakses pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan saya.
STS TS
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
R
S
SS
15.
Rekan kerja saya sesama petugas operator SIMAK-BMN dilingkungan Dikti menggunakan group milist BMN Dikti untuk saling berbagi pengetahuan.
16.
Saya menggunakan group milist BMN Dikti untuk berkomunikasi dengan sesama petugas operator SIMAK-BMN lainnya.
BAGIAN VI SUPPORT BY EXECUTIVES adalah dukungan yang diberikan oleh pimpinan didalam kegiatan berbagi pengetahuan. No
Pernyataan Kuesioner
17.
Pimpinan saya percaya bahwa berbagi pengetahuan ada manfaatnya bagi sesama petugas operator SIMAK BMN dilingkungan Dikti.
18.
Pimpinan saya berkenan apabila saya berbagi pengetahuan dengan sesama petugas operator SIMAK-BMN dilingkungan Dikti.
19.
Pimpinan saya mampu menyediakan fasilitas, termasuk prosedur yang diperlukan saya dalam berbagi pengetahuan.
20.
Pimpinan saya tertarik terhadap informasi yang tersedia dalam kegiatan berbagi pengetahuan antar petugas operator SIMAKBMN dilingkungan Dikti.
STS TS
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
R
S
SS
BAGIAN VII SELF- EFFICACY adalah Kemampuan dalam menyediakan pengetahuan yang nantinya akan dibagikan pengetahuan tersebut kepada orang lain. No
Pernyataan Kuesioner
21.
Saya memiliki pengetahuan yang dibutuhkan oleh rekan kerja sesama petugas operator SIMAK -BMN di lingkungan Dikti.
22.
Saya termasuk orang yang spesialis dalam menyediakan pengetahuan yang sangat berguna bagi rekan kerja sesama petugas operator SIMAK –BMN di lingkungan Dikti.
23.
Saya dapat menyediakan informasi serta pengetahuan yang lebih bermanfaat dibandingkan rekan kerja saya sesama petugas operator SIMAK-BMN dilingkungan Dikti.
STS TS
R
S
SS
BAGIAN VIII PLEASURE OF KNOWLEDGE SHARING adalah Perasaan senang dari seseorang ketika melakukan aktivitas membagi pengetahuan. No
Pernyataan Kuesioner
24.
Saya senang dapat menjelajahi pengetahuan diantara rekan kerja sesama petugas operator SIMAK- BMN dilingkungan Dikti.
25.
Saya senang ketika dapat membantu rekan kerja dengan pengetahuan yang saya miliki.
26.
Saya senang ketika saya berbagi pengetahuan dengan rekan kerja sesama petugas operator SIMAK- BMN dilingkungn Dikti.
STS TS
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
R
S
SS
BAGIAN IX KNOWLEDGE SHARING ACTIVITIES adalah Tindakan seseorang untuk mau berbagi pengetahuan kepada seseorang atau kelompok untuk tujuan tertentu. No
Pernyataan Kuesioner
27.
Saya membagikan pengetahuan yang saya miliki ketika rekan kerja bertanya tentang suatu pengetahuan yang berhubungan dengan penatausahaan BMN.
28.
Rekan kerja saya sesama petugas operator SIMAK-BMN dilingkungan Dikti memberikan informasi yang mereka miliki, ketika saya bertanya tentang pengetahuan yang berhubungan dengan penatausahaan BMN.
29.
Rekan kerja saya sesama petugas operator SIMAK-BMN membagi keberhasilan kerjanya kepada saya, ketika saya bertanya tentang pengetahuan yang menyebabkan keberhasilan tersebut terjadi.
STS TS
R
S
SS
BAGIAN X EMPLOYEE LEARNING adalah Kemampuan pembelajaran seorang pegawai terhadap suatu pengetahuan baru atau pengetahuan yang pernah terjadi pada seseorang. No
Pernyataan Kuesioner
30.
Saya bersedia meluangkan waktu mengikuti semacam pelatihan, seminar, ataupun sosialisasi terkait dengan penatausahaan Barang Milik Negara (BMN).
31.
Dengan saya diberi kesempatan belajar tentang penatausahaan BMN, saya percaya akan memberikan keuntungan bagi saya dalam saya bekerja.
STS TS
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
R
S
SS
32.
Menurut saya penting apabila belajar secara terus menerus dan akan baik bagi tempat dimana saya bekerja, maupun buat diri sendiri.
BAGIAN XI EMPLOYEE ADAPTABILITY adalah Kemampuan adaptasi seorang pegawai terhadap kondisi atau situasi kerja beserta lingkungan kerjanya yang mengalami perubahan. No
Pernyataan Kuesioner
STS TS
33.
Saya orangnya terbuka terhadap setiap rekan kerja yang membutuhkan pengetahuan dari saya.
34.
Saya orangnya mau menerima pengetahuan baru apapun itu.
35.
Saya mempunyai metode atau gagasan baru dalam menyelesaikan permasalahan khususnya permasalahan terkait penatausahaan BMN.
36.
Saya dapat beradaptasi ketika pekerjaan saya sedang berubah.
R
S
SS
situasi
BAGIAN XII JOB SATISFACTION adalah Kepuasan seseorang terhadap pekerjaan yang digelutinya sehingga menimbulkan rasa nyaman dalam bekerja. No
Pernyataan Kuesioner
37.
Saya puas bekerja bersama dengan rekan – rekan saya sesama petugas operator SIMAK BMN dilingkungan Dikti.
38.
Saya merasa puas dengan kinerja saya selama ini dalam hal penatausahaan BMN.
STS TS
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
R
S
SS
39.
Saya puas telah difasilitasi oleh tempat saya bekerja untuk terus belajar mengembangkan kemampuan dalam penatausahaan BMN.
40.
Saya puas dengan tempat lingkungan dimana saya bekerja saat ini
Pertanyaan terbuka:
1. Menurut anda diantara sejumlah perguruan tinggi negeri dan kopertis yang ada, manakah satuan kerja yang sering membantu anda menyelesaikan permasalahan terkait penatausahaan BMN ditempat kerja anda?
2. Sudah efektifkah penanganan permasalahan penatausahaan BMN ditempat kerja anda?, apa alasan anda?.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Data Kuesioner IDRSPDN
GENDR
AGE
EDU
EXP
TRUST1
TRUST2
TRUST3
RWARD1
RWARD2
RWARD3
SYQUAL1
SYQUAL2
SYQUAL3
SYQUAL4
SERQUL1
SERQUL2
SERQUL3
1
L
31-40
D3
<5
5
5
5
3
4
5
5
5
4
4
4
5
4
2
L
31-40
D3
<5
5
5
5
2
4
5
5
5
5
5
5
5
5
3
L
≤20-30
D3
<5
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
L
31-40
S1
11-20
4
4
4
2
4
5
4
4
4
4
4
4
3
5
P
≤20-30
D3
<5
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
6
L
31-40
D3
5-10
5
4
5
2
4
5
4
4
4
4
4
4
4
7
L
31-40
smu-D2
5-10
5
4
5
1
3
5
5
5
5
5
4
2
2
8
L
41-50
S1
21≤
5
4
5
3
4
5
5
5
5
4
4
4
4
9
L
41-50
S1
11-20
5
3
5
2
4
5
4
4
3
3
4
3
2
10
L
31-40
S1
<5
4
4
5
4
4
5
5
4
5
4
5
5
4
11
L
31-40
S1
<5
5
5
5
1
2
4
4
4
4
4
5
2
2
12
L
51<
S2<
21≤
5
5
5
2
4
5
5
5
5
5
5
5
4
13
L
31-40
S1
11-20
5
5
5
2
4
4
4
4
4
4
5
4
4
14
L
31-40
smu-D2
5-10
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
15
L
31-40
D3
5-10
5
4
5
2
4
5
4
4
4
4
5
4
2
16
L
31-40
S2<
5-10
5
5
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
5
17
L
51<
D3
21≤
5
5
5
3
4
5
5
5
4
4
5
4
4
18
L
31-40
smu-D2
5-10
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
19
L
31-40
D3
<5
4
5
5
4
4
5
4
4
4
4
4
2
2
20
L
31-40
S1
5-10
4
5
4
3
4
4
5
5
5
5
5
4
4
21
L
41-50
D3
11-20
5
4
5
3
3
4
5
4
5
4
4
4
4
22
L
≤20-30
S1
<5
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
5
4
3
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
23
L
≤20-30
S1
5-10
5
5
5
4
5
5
5
5
5
4
4
4
3
24
L
41-50
<smu-D2
21≤
5
5
5
3
3
5
5
5
5
4
5
5
4
25
L
31-40
<smu-D2
5-10
5
4
5
3
3
4
5
4
5
4
5
5
4
26
P
41-50
S1
11-20
5
5
5
2
2
5
4
4
4
4
5
2
2
27
L
31-40
S1
5-10
5
4
5
2
3
5
5
5
5
5
4
2
3
28
L
31-40
S1
<5
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
29
P
31-40
S2<
5-10
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
3
3
3
30
P
≤20-30
S1
5-10
5
3
5
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
31
L
≤20-30
D3
5-10
4
4
4
2
2
4
4
4
2
2
4
3
2
32
L
31-40
S2<
11-20
5
5
5
2
5
5
5
5
5
5
5
5
4
33
L
51<
S1
21≤
4
4
4
3
3
5
4
4
4
4
4
4
3
34
L
31-40
<smu-D2
11-20
5
3
4
3
3
4
4
4
3
4
4
3
4
35
L
≤20-30
S1
<5
2
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
4
36
L
31-40
<smu-D2
5-10
4
4
5
3
4
5
4
4
4
4
4
4
4
37
L
31-40
S2<
5-10
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
38
L
31-40
S1
<5
5
4
5
2
3
5
5
5
5
5
4
4
4
39
L
31-40
<smu-D2
5-10
5
4
5
1
3
5
5
5
5
5
4
2
2
40
L
31-40
<smu-D2
5-10
5
5
5
3
3
5
5
5
5
5
5
5
5
41
L
41-50
S1
11-20
5
4
5
3
4
5
4
4
4
5
5
5
5
42
L
41-50
S1
21≤
5
4
4
3
3
4
4
4
4
4
2
2
3
43
L
31-40
S1
5-10
5
5
5
5
5
5
4
4
3
4
4
3
3
44
L
31-40
S1
11-20
5
4
4
2
3
5
5
5
5
4
4
4
4
45
P
41-50
S1
11-20
4
4
4
1
1
5
3
3
4
4
4
4
3
46
P
31-40
S1
11-20
5
4
5
2
3
5
5
5
5
5
4
4
2
47
P
≤20-30
S1
5-10
5
3
4
2
4
5
4
4
5
4
4
4
4
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
48
P
≤20-30
D3
<5
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
4
3
49
L
≤20-30
S2<
5-10
4
5
5
5
5
5
4
4
4
4
5
4
4
50
P
≤20-30
S1
<5
4
4
4
2
3
4
4
4
4
4
4
3
4
51
L
41-50
S1
11-20
4
4
4
2
2
5
4
4
4
4
3
2
1
52
P
31-40
S1
5-10
4
3
3
2
3
4
4
3
4
3
4
3
3
53
L
41-50
S1
21≤
5
4
5
2
4
5
5
5
4
4
4
4
4
54
L
≤20-30
S1
5-10
5
5
5
3
3
4
4
4
5
4
4
4
4
55
L
≤20-30
S1
5-10
4
4
4
1
4
5
4
5
4
4
4
4
3
56
L
≤20-30
S1
<5
4
4
4
1
2
4
4
4
4
4
4
4
4
57
L
31-40
S1
<5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
58
L
51<
<smu-D2
21≤
5
4
5
4
5
4
4
4
4
4
5
5
4
59
L
31-40
<smu-D2
5-10
3
4
4
2
3
3
4
4
4
4
4
4
3
60
L
51<
S1
21≤
4
4
4
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4
61
L
51<
S1
21≤
5
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
62
P
31-40
S2<
11-20
5
5
5
5
5
5
4
4
5
4
4
4
4
63
L
31-40
S1
11-20
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
64
L
31-40
S1
5-10
4
3
4
2
3
4
4
3
4
4
4
4
4
65
P
31-40
S1
<5
5
4
5
3
4
4
4
4
4
4
5
4
3
66
L
41-50
<smu-D2
21≤
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
2
2
3
67
L
31-40
D3
5-10
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
68
L
31-40
D3
11-20
5
4
5
2
3
4
4
4
4
3
4
4
4
69
L
31-40
S1
5-10
5
4
5
3
4
4
4
4
4
4
2
2
2
70
L
31-40
S1
11-20
5
5
5
4
4
4
5
5
5
5
4
4
4
71
L
31-40
S1
11-20
4
4
5
4
5
5
5
5
5
5
5
5
5
72
L
≤20-30
D3
<5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
73
L
31-40
S1
11-20
5
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
74
L
31-40
D3
5-10
4
4
5
3
5
5
4
4
4
4
4
5
4
75
L
≤20-30
S1
5-10
3
4
4
3
5
5
5
5
5
5
5
3
3
76
L
31-40
D3
<5
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
77
L
≤20-30
S1
<5
5
4
4
4
5
4
5
5
5
5
5
4
4
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
IDRSPDN
USYS1
USYS2
USYS3
EXECT1
EXECT2
EXECT3
EXECT4
SELF1
SELF2
SELF3
PSURE1
PSURE2
PSURE3
KS1
KS2
KS3
1
5
5
5
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
5
5
5
5
5
3
3
5
5
5
5
5
5
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
4
6
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
7
4
3
4
4
4
3
3
4
3
3
4
5
5
5
4
4
8
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
9
4
3
4
4
4
3
3
4
3
3
5
5
5
5
4
4
10
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
11
4
4
4
5
5
5
5
5
3
4
5
5
5
5
5
5
12
5
5
5
5
5
5
5
4
2
2
4
4
5
5
5
5
13
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
14
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
15
4
4
3
5
4
4
4
4
3
3
5
5
5
5
5
5
16
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
17
4
5
4
5
5
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
18
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
19
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
20
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
21
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
5
5
5
4
4
4
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
22
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
23
3
4
4
4
4
3
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
24
5
5
5
5
5
5
5
4
3
3
5
5
5
5
4
4
25
4
5
4
4
3
3
3
4
3
3
5
5
5
5
5
5
26
4
4
4
4
4
4
4
2
2
2
4
4
4
4
4
4
27
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
4
5
5
5
5
4
28
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
4
4
4
4
4
4
29
4
4
4
4
4
2
3
4
4
2
4
4
4
4
4
4
30
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
31
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
32
4
5
5
5
5
5
5
4
4
4
5
5
5
5
5
5
33
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
34
4
3
4
4
4
3
3
4
2
2
5
5
5
4
4
4
35
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
36
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
37
4
4
4
4
4
4
4
4
2
2
4
4
4
4
4
4
38
4
4
4
4
4
3
3
4
3
3
4
5
5
5
5
4
39
4
3
4
4
4
3
3
4
3
3
4
5
5
5
4
4
40
5
5
5
5
5
5
3
5
5
3
5
5
5
5
5
5
41
4
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
42
3
3
4
3
3
2
2
4
2
2
3
4
4
4
4
4
43
3
4
3
4
5
3
4
4
4
4
4
5
5
4
4
3
44
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
45
4
4
3
4
4
3
3
4
4
2
4
4
4
4
4
4
46
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
5
5
5
4
4
47
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
48
4
4
3
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
49
4
4
4
5
4
4
3
5
5
3
4
5
5
5
4
4
50
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
51
3
4
4
4
4
3
3
4
2
1
4
4
4
4
3
2
52
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
4
4
4
4
3
3
53
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
5
5
5
54
5
5
5
4
4
4
4
4
3
3
5
5
5
5
4
4
55
5
4
4
5
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
56
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
57
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
58
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
59
4
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
60
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
61
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
2
4
4
4
4
4
62
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
5
5
5
4
4
63
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
5
4
4
4
4
64
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
65
4
4
4
5
4
3
3
4
4
4
5
5
5
4
4
4
66
4
4
4
4
4
3
3
4
4
2
5
5
5
4
4
4
67
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
68
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
69
4
4
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
70
5
5
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
71
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
72
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
73
4
5
4
4
4
4
5
4
2
2
4
4
4
4
4
4
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
74
3
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
75
3
4
4
4
3
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
76
5
4
4
5
5
4
4
5
5
5
4
4
4
4
4
5
77
4
4
5
5
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
IDRSPDN
ELEARN1
ELEARN2
ELEARN3
EDAPT1
EDAPT2
EDAPT3
EDAPT4
JOBSAT1
JOBSAT2
JOBSAT3
JOBSAT4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
5
5
5
5
5
5
5
5
3
5
5
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
6
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
7
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
8
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
9
4
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
10
5
5
5
5
4
3
4
4
4
4
5
11
5
5
5
5
5
4
4
5
4
5
5
12
5
5
5
5
5
2
5
5
5
5
5
13
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
14
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
15
5
5
5
5
5
3
4
4
4
4
4
16
4
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
17
5
5
5
4
4
4
4
4
4
5
4
18
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
19
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
20
5
5
5
5
5
5
5
4
4
5
4
21
5
5
5
4
5
4
4
5
4
4
4
22
5
5
5
4
4
4
4
4
4
3
4
23
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
24
5
5
5
5
5
4
5
5
5
5
4
25
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
26
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
27
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
3
28
4
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
29
4
4
5
4
4
4
4
4
4
3
3
30
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
31
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
32
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
5
33
4
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
34
4
5
5
4
5
3
4
4
4
4
3
35
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
36
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
37
5
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
38
5
5
5
5
5
5
5
5
4
2
2
39
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
40
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
41
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
42
4
5
5
4
5
3
4
4
4
2
2
43
4
4
4
5
4
4
3
4
4
3
4
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
44
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
45
5
5
5
4
4
4
4
4
3
4
3
46
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
4
47
5
5
5
5
4
4
4
4
3
3
3
48
5
5
5
4
4
3
4
4
3
4
3
49
5
5
5
5
5
5
5
5
4
4
4
50
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
51
4
4
4
4
4
4
4
3
3
2
3
52
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
53
5
5
5
5
5
5
5
5
4
5
5
54
5
5
5
5
5
5
5
4
3
3
3
55
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
56
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
57
4
4
4
5
5
4
4
5
3
4
4
58
4
5
5
4
4
4
4
5
4
4
5
59
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
4
60
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
4
61
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
4
62
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
63
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
64
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
65
5
5
4
4
4
5
4
4
4
5
5
66
5
5
5
4
4
4
4
4
4
3
4
67
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
68
5
5
5
4
4
4
4
4
3
3
4
69
5
5
5
5
5
4
4
4
4
4
4
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
70
5
5
5
4
4
4
4
5
5
5
5
71
4
4
4
5
4
4
4
4
4
4
4
72
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
73
5
5
5
4
4
4
4
4
4
4
4
74
4
4
4
5
4
5
5
4
4
5
5
75
4
4
4
4
4
4
5
4
5
4
4
76
4
4
5
4
4
4
4
5
4
4
4
77
5
5
4
4
4
5
4
4
4
4
5
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Hasil Observasi
Tanggal
Lokasi
Observasi
2 – 5 Maret 2014
Kantor DIKTI Lantai 8, Gedung D komplek Kemdikbud
Mengamati dan merasakan langsung adanya indikasi kurang terbukanya komunikasi antara bawahan dan pimpinan, antara senior dengan junior, seakan informasi yang dimiliki terlalu sensitif untuk diketahui orang lain dan menganggap informasi tersebut sebagai kekuatan bersaing baginya, sehingga timbul kesan adanya kompetisi internal antar pegawai yang tidak sehat. Akibatnya koordinasi terlihat lemah dan tumpang tindih pekerjaan. Misalkan salah seorang staf senior diutus rapat namun sekembalinya, kesimpulan rapatnya jarang sekali diceritakan ke sesama staf ,hanya konsumsi pimpinan.
2011-2014
Kantor DIKTI Lantai 8, Gedung D komplek Kemdikbud
Mengamati respon didalam forum elektronik (milist.dikti.go.id/simakbmn), terlihat hanya beberapa orang yang sering merespon ataupun posting terkait pengelolaan BMN , dan kebanyakan orangnya sama, yang itu – itu saja. Seperti bapak Arik dari institut seni surakarta yang sering terlihat aktif diforum.
18 – 20 Mei 2014
Hotel Aston Bandung
Mengamati saat kegiatan updating aplikasi SIMAK BMN, hampir seluruh satker undangan datang. Mereka bercengkrama dan bertukar informasi, melakukan komunikasi antar satker satu dengan yang lain, namun nampaknya mereka kebanyakan hanya melakukan komunikasi dengan satker yang sewilayah saja misalkan daerah Jakarta sekelompok, daerah jawa timur sekelompok, daerah sumatera utara sekelompok, begitu seterusnya walaupun ada satu dua orang yang bisa membaur dengan semua kelompok, hal ini juga terjadi dipertemuan sebelumnya.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Maret 2012
Politeknik negeri nusa utara
Mengamati fasilitas infrastruktur TI seperti komputer, hampir semua petugas BMN dari seluruh satker memiliki, namun terkait jaringan internet ini yang masih ditemui dibeberapa daerah sering mengalami masalah , salah satu penyebab adanya pemadam bergilir pasokan listrik , seperti yang terjadi di pulau kecil diutara sulawesi terdapat politeknik negeri nusa utara. Politeknik tersebut juga belum memiliki petugas IT sendiri begitu juga dibeberapa satuan kerja yang lain menurut informasi yang diterima peneliti.
7 April 2014
Kantor DIKTI Lantai 8, Gedung D komplek Kemdikbud
Mengamati pertemuan rapat pimpinan kepala bagian umum dengan seluruh kepala subbagian dan staf ,terlihat beberapa orang saja yang aktif menyampaikan pendapat, dilakukan pencatatan hasil rapat , namun hasil rapat tidak terdokumentasi dan tersimpan dengan baik, sehingga saat ditanya pimpinan terkadang sulit menyajikan. Dibeberapa rapat sebelumnya juga demikian.
2013-2014
Kantor DIKTI Lantai 8, Gedung D komplek Kemdikbud
Mengamati saat pelaksanaan anggaran, sering terjadi pemangkasan pos anggaran hampir setiap tahun untuk lebih prioritaskan bagian lain, akhirnya melakukan evaluasi ulang rencana kegiatan, para pimpinan terkesan memandang bagian BMN ini menjadi prioritas terakhir dibanding bagian lainnya, ironinya bagian BMN menjadi pintu pertama masuk pemeriksaan oleh BPK RI.
2013-2014
Kantor DIKTI Lantai 8, Gedung D komplek Kemdikbud
Mengamati sistem rewards dan punishment belum berjalan secara profesional, adil, dan merata, lebih kepada individu – individu yang memiliki kedekatan khusus dengan pimpinan, maka karir lebih cepat, apabila salah kerja mendapat pembelaan, selebihnya kalau sejalan dengan pimpinan dipakai tenaganya kalau tidak dibiarkan saja.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
2012-2013
Kantor DIKTI Lantai 8, Gedung D komplek Kemdikbud
Mengamati beberapa perguruan tinggi negeri baru seperti politeknik negeri madiun dan politeknik negeri banyuwangi belum bisa menyajikan nilai barang milik negara yang mereka kelola pada tahun laporan 2012, karena mereka belum tahu cara melakukan registrasi hibah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) di Kementerian Keuangan, sehinga menjadi temua BPK RI.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Col Category TRUST1 2.000 3.000 4.000 5.000 TRUST2 3.000 4.000 5.000 TRUST3 3.000 4.000 5.000 RWARD1 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 RWARD2 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 RWARD3 3.000 4.000 5.000 SYQUAL1 3.000 4.000 5.000 SYQUAL2 3.000 4.000 5.000 SYQUAL3 2.000 3.000 4.000 5.000 SYQUAL4 2.000 3.000 4.000 5.000
Freq 1.000 2.000 30.000 44.000 6.000 49.000 22.000 1.000 34.000 42.000 7.000 32.000 21.000 14.000 3.000 1.000 9.000 23.000 33.000 11.000 2.000 39.000 36.000 1.000 51.000 25.000 3.000 51.000 23.000 1.000 3.000 48.000 25.000 1.000 3.000 57.000 16.000
Prop 0.013 0.026 0.390 0.571 0.078 0.636 0.286 0.013 0.442 0.545 0.091 0.416 0.273 0.182 0.039 0.013 0.117 0.299 0.429 0.143 0.026 0.506 0.468 0.013 0.662 0.325 0.039 0.662 0.299 0.013 0.039 0.623 0.325 0.013 0.039 0.740 0.208
Cum 0.013 0.039 0.429 1.000 0.078 0.714 1.000 0.013 0.455 1.000 0.091 0.506 0.779 0.961 1.000 0.013 0.130 0.429 0.857 1.000 0.026 0.532 1.000 0.013 0.675 1.000 0.039 0.701 1.000 0.013 0.052 0.675 1.000 0.013 0.052 0.792 1.000
Density 0.033 0.084 0.393 0.000 0.146 0.340 0.000 0.033 0.396 0.000 0.164 0.399 0.297 0.084 0.000 0.033 0.211 0.393 0.226 0.000 0.060 0.398 0.000 0.033 0.360 0.000 0.084 0.347 0.000 0.033 0.106 0.360 0.000 0.033 0.106 0.286 0.000
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Z -2.227 -1.763 -0.180 -1.419 0.566 -2.227 -0.114 -1.335 0.016 0.770 1.763 -2.227 -1.127 -0.180 1.068 -1.944 0.081 -2.227 0.455 -1.763 0.528 -2.227 -1.626 0.455 -2.227 -1.626 0.814
Scale 2.000 2.616 3.784 5.262 3.000 4.565 6.060 3.000 4.754 6.302 1.000 2.234 3.174 3.968 4.965 1.000 2.053 2.969 3.965 5.155 3.000 4.657 6.174 3.000 5.083 6.683 3.000 4.768 6.327 2.000 2.705 4.169 5.683 2.000 2.705 4.332 5.954
SERQUL1
SERQUL2
SERQUL3
USYS1
USYS2
USYS3
EXECT1
EXECT2
EXECT3
EXECT4
2.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000
3.000 2.000 50.000 22.000 10.000 8.000 46.000 13.000 1.000 10.000 17.000 44.000 5.000 7.000 58.000 12.000 7.000 56.000 14.000 7.000 59.000 11.000 3.000 57.000 17.000 4.000 61.000 12.000 2.000 20.000 46.000 9.000 2.000 20.000 46.000 9.000
0.039 0.026 0.649 0.286 0.130 0.104 0.597 0.169 0.013 0.130 0.221 0.571 0.065 0.091 0.753 0.156 0.091 0.727 0.182 0.091 0.766 0.143 0.039 0.740 0.221 0.052 0.792 0.156 0.026 0.260 0.597 0.117 0.026 0.260 0.597 0.117
0.039 0.065 0.714 1.000 0.130 0.234 0.831 1.000 0.013 0.143 0.364 0.935 1.000 0.091 0.844 1.000 0.091 0.818 1.000 0.091 0.857 1.000 0.039 0.779 1.000 0.052 0.844 1.000 0.026 0.286 0.883 1.000 0.026 0.286 0.883 1.000
0.084 0.127 0.340 0.000 0.211 0.306 0.252 0.000 0.033 0.226 0.375 0.127 0.000 0.164 0.239 0.000 0.164 0.264 0.000 0.164 0.226 0.000 0.084 0.297 0.000 0.106 0.239 0.000 0.060 0.340 0.196 0.000 0.060 0.340 0.196 0.000
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
-1.763 -1.515 0.566 -1.127 -0.726 0.959 -2.227 -1.068 -0.349 1.515 -1.335 1.012 -1.335 0.908 -1.335 1.068 -1.763 0.770 -1.626 1.012 -1.944 -0.566 1.191 -1.944 -0.566 1.191
2.000 2.535 3.837 5.355 2.000 2.713 3.719 5.120 1.000 2.095 2.897 4.011 5.526 3.000 4.699 6.334 3.000 4.662 6.252 3.000 4.719 6.379 3.000 4.878 6.509 3.000 4.879 6.581 2.000 3.247 4.564 6.003 2.000 3.247 4.564 6.003
SELF1
SELF2
SELF3
PSURE1
PSURE2 PSURE3 KS1
KS2
KS3
ELEARN1
2.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000 4.000 5.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000
1.000 7.000 62.000 7.000 8.000 32.000 33.000 4.000 1.000 11.000 34.000 29.000 2.000 1.000 2.000 54.000 20.000 46.000 31.000 47.000 30.000 1.000 53.000 23.000 2.000 61.000 14.000 1.000 3.000 61.000 12.000 1.000 33.000 43.000
0.013 0.091 0.805 0.091 0.104 0.416 0.429 0.052 0.013 0.143 0.442 0.377 0.026 0.013 0.026 0.701 0.260 0.597 0.403 0.610 0.390 0.013 0.688 0.299 0.026 0.792 0.182 0.013 0.039 0.792 0.156 0.013 0.429 0.558
0.013 0.104 0.909 1.000 0.104 0.519 0.948 1.000 0.013 0.156 0.597 0.974 1.000 0.013 0.039 0.740 1.000 0.597 1.000 0.610 1.000 0.013 0.701 1.000 0.026 0.818 1.000 0.013 0.052 0.844 1.000 0.013 0.442 1.000
0.033 0.180 0.164 0.000 0.180 0.398 0.106 0.000 0.033 0.239 0.387 0.060 0.000 0.033 0.084 0.324 0.000 0.387 0.000 0.384 0.000 0.033 0.347 0.000 0.060 0.264 0.000 0.033 0.106 0.239 0.000 0.033 0.395 0.000
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
-2.227 -1.260 1.335 -1.260 0.049 1.626 -2.227 -1.012 0.247 1.944 -2.227 -1.763 0.644 0.247 0.280 -2.227 0.528 -1.944 0.908 -2.227 -1.626 1.012 -2.227 -0.147
2.000 2.958 4.596 6.375 2.000 3.212 4.418 5.784 1.000 2.135 3.241 4.443 5.899 2.000 2.616 4.233 5.824 4.000 5.609 4.000 5.613 3.000 5.120 6.737 3.000 5.066 6.776 2.000 2.705 4.408 6.110 3.000 4.733 6.282
ELEARN2
ELEARN3
EDAPT1
EDAPT2
EDAPT3
EDAPT4
JOBSAT1
JOBSAT2
JOBSAT3
JOBSAT4
3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000 2.000 3.000 4.000 5.000
1.000 28.000 48.000 1.000 29.000 47.000 1.000 45.000 31.000 1.000 47.000 29.000 2.000 9.000 48.000 18.000 1.000 3.000 53.000 20.000 2.000 53.000 22.000 14.000 55.000 8.000 3.000 9.000 44.000 21.000 2.000 11.000 48.000 16.000
0.013 0.364 0.623 0.013 0.377 0.610 0.013 0.584 0.403 0.013 0.610 0.377 0.026 0.117 0.623 0.234 0.013 0.039 0.688 0.260 0.026 0.688 0.286 0.182 0.714 0.104 0.039 0.117 0.571 0.273 0.026 0.143 0.623 0.208
0.013 0.377 1.000 0.013 0.390 1.000 0.013 0.597 1.000 0.013 0.623 1.000 0.026 0.143 0.766 1.000 0.013 0.052 0.740 1.000 0.026 0.714 1.000 0.182 0.896 1.000 0.039 0.156 0.727 1.000 0.026 0.169 0.792 1.000
0.033 0.380 0.000 0.033 0.384 0.000 0.033 0.387 0.000 0.033 0.380 0.000 0.060 0.226 0.306 0.000 0.033 0.106 0.324 0.000 0.060 0.340 0.000 0.264 0.180 0.000 0.084 0.239 0.332 0.000 0.060 0.252 0.286 0.000
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
-2.227 -0.314 -2.227 -0.280 -2.227 0.247 -2.227 0.314 -1.944 -1.068 0.726 8.161 -2.227 -1.626 0.644 -1.944 0.566 -0.908 1.260 -1.763 -1.012 0.605 -1.944 -0.959 0.814
3.000 4.623 6.184 3.000 4.646 6.204 3.000 4.970 6.537 3.000 5.008 6.584 2.000 2.909 4.194 5.634 2.000 2.705 4.259 5.824 3.000 4.917 6.513 3.000 4.569 6.189 2.000 2.841 4.002 5.383 2.000 2.982 4.268 5.702
Dari 77 responden tersebut beberapa terdapat responden berjenis kelamin lakilaki dan perempuan dengan besar sebarannya adalah sebagai berikut dibawah ini:
Tabel Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Responden
Jumlah
Proporsi (%)
Laki- laki
65
84.41
Perempuan
12
14.42
Berdasarkan data statistik BKN (Badan Kepegawaian Negara), kelompok umur pegawai negeri sipil sampai dengan tahun 2013 akhir, didominasi paling tinggi kelompok usia 41-50 tahun kemudian kelompok usia 51 – 55, kemudian urutan ketiga adalah kelompok usia 31- 40, dan urutan keempat adalah 20 – 30. Dari keempat kelompok umur tersebut maka digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai potensi paling besar terhadap aktivitas penatausahaan BMN didalam populasi ini. Berikut tabel dibawah yang menggambarkan sebaran kelompok tersebut dalam 77 responden yang menjadi sampel.
Tabel Sebaran Responden Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah Responden
Proporsi (%)
20-30
17
22.1
31-40
43
55.8
41-50
11
14.3
51≤
6
7.7
Terlihat dari tabel diatas bahwa populasi dalam group milist BMN ini terlihat kelompok umur 20 – 30 tahun dan 31 – 40 tahun, paling banyak terlibat dalam penata usahaan BMN, sehingga diharapkan dengan kelompok usia yang tergolong muda ini pegawai yang bersangkutan masih memiliki keinginan untuk belajar dan mengembangkan kemampuannya dalam hal penatausahaan BMN serta mudah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dilingkungan tempat dia bekerja. Selain pengelompokan responden berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur dibutuhkan juga pengelompokan berdasarkan jenjang pendidikan, berikut tabel tentang sebaran kelompok berdasarkan jenjang pendidikan yang dimiliki terhadap 77 orang responden yang terlibat dalam berbagi pengetahuan di mailing list.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014
Tabel Sebaran Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Jenjang pendidikan
Jumlah Responden
Proporsi (%)
SMU-D2
12
15.38
D3
16
24.03
S1
42
52.88
S2≤
7
7.69
Dari informasi yang ada pada tabel diatas diketahui bahwa populasi pengguna milist BMN Dikti ini didominasi hampir 50 % lebih oleh kelompok yang memiliki jenjang pendidikan terakhirnya adalah S1 (Sarjana). Hal ini dapat menstimulus kemudahan pengunaan teknologi seperti internet, email, forum elektronik, karena sebagian besar populasi mengetahui cara penggunaannya dan manfaatnya. Kemudian dari populasi ini dapat dikelompokkan lagi berdasarkan masa kerja yang dimiliki oleh responden. Berikut ini dibawah ini tabel yang menunjukan informasi sebaran responden berdasarkan masa kerja sebagai penatausaha BMN.
Tabel Sebaran Responden Berdasarkan Masa Kerja Masa Kerja (Tahun)
Jumlah Responden
Proporsi (%)
<5
19
24.7
5 – 10
29
37.7
11 – 20
18
23.4
21 ≤
11
14.3
Dari tabel diatas terlihat informasi bahwa masa kerja para petugas penatausahaan BMN ini didominasi oleh masa kerja berkisar antara 5 sampai 10 tahun dengan kelompok masa kerja yang kurang dari lima tahun. Hal ini menunjukkan telah terjadi regenerasi pegawai yang menangani penatausahaan BMN, dilingkungan Dikti. Masa kerja tersebut masih membutuhkan pembelajaran yang terus menerus untuk mencapai keahlian spesial dibidang BMN. Diposisi terkhir ada kelompok masa kerja 21 tahun keatas yang bisa dikategorikan para senior dibidang penatusahaan BMN yang tidak lama lagi akan segera pensiun namun pengetahuan yang meraka miliki sangat dibutuhkan bagi para juniornya.
Analisis faktor …, Angga Kusuma, Fasilkom UI, 2014