UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT JL. GUDANG UTARA NO. 25-26, BANDUNG PERIODE 1 - 30 APRIL 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
OLEH : TITIK NURDAYANI, S.Farm. 1206313791
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT JL. GUDANG UTARA NO. 25-26, BANDUNG PERIODE 1 - 30 APRIL 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
OLEH : TITIK NURDAYANI, S.Farm. 1206313791
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
ii Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
H
ALAMAN PENGESAHAN
iii Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad). Tugas Khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia untuk mencapai gelar profesi Apoteker. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di Industri Farmasi. Adapun pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Lafi Ditkesad ini berlangsung mulai dari tanggal 1 – 30 April 2013. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan, kepada : 1. Kolonel Ckm Drs. Hidayatul Rachman, Apt., M.Si, selaku Kepala Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat. 2. Letnan Kolonel Ckm Tantri Murdoyo, S.Si., Apt., selaku Perwira Ahli Manajemen Mutu Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat, selaku Koordinator Praktek Kerja Mahasiswa di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat. 3. Letnan Kolonel Ckm (K) Dra. Nur Laila, Apt., M.Si., selaku Kepala Bagian Administrasi dan Logistik Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat dan sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat. 4. Prof. Dr. Yahdiana Harahap Apt.,M.S. Selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia. 5. Dr. Harmita, Apt. Selaku Kepala Program Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.
iv Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
6. Dra. Maryati K., M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia. 7. Seluruh Staf dan karyawan Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat serta semua pihak yang telah membantu selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lafi Ditkesad. 8. Seluruh Staf dan karyawan Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia. 9. Rekan-rekan PKPA selama di Lafi Ditkesad dari UMP, UMS, UNAND, UNPAD, UNJANI, USB, UAD, STFB, dan Poltekkes TNI AU atas cerita indahnya selama kurang lebih satu bulan. 10. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materiil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Namun demikian harapan penulis semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengabdian penulis di masa mendatang dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi para pembaca.
Bandung, April 2013
Penulis
v Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Titik Nurdayani, S.Farm.
NPM
: 1206313791
Program Studi : Profesi Apoteker Fakultas
: Farmasi
Jenis karya
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Laporan Praktek Kerja Profesi di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung Periode 1 – 30 April 2013”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : Juni 2013 Yang menyatakan
(Titik Nurdayani)
vi Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
DAFTAR ISI
Halaman COVER ..........................................................................................................
i
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
x
I.
PENDAHULUAN ................................................................................
1
1.1. Latar Belakang ...............................................................................
1
1.2. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ..........................................
3
TINJAUAN UMUM..............................................................................
4
2.1. Industri Farmasi............................................................................. ..
4
2.1.1. Pengertian Industri Farmasi ....................................................
4
2.1.2. Persyaratan Usaha Industri Farmasi .......................................
4
2.1.3. Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi ................................
5
2.2. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ......................................
5
2.2.1. Manajemen Mutu ...................................................................
6
2.2.2. Personalia ...............................................................................
7
2.2.3. Bangunan dan Fasilitas ..........................................................
8
2.2.4. Peralatan .................................................................................
8
2.2.5. Sanitasi dan Higiene ...............................................................
9
2.2.6. Produksi ..................................................................................
9
2.2.7. Pengawasan Mutu ..................................................................
10
2.2.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu ................................................
11
II.
2.2.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian ..............................................
12
2.2.10. Dokumentasi ........................................................................
13
2.2.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ................. ...
13
2.2.12. Kualifikasi dan Validasi ...................................................... .
13
vii Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
III. TINJAUAN KHUSUS LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT....................
15
3.1. Perkembangan Lafi Ditkesad ..........................................................
15
3.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Lafi Ditkesad......................... ......
16
3.2.1. Tugas (melaksanakan Fungsi Utama) ................................
17
3.2.2. Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Militer) ..... ............
17
3.2.3. Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan) ...........
17
3.3. Struktur Organisasi dan Ketenagaan ............................................
17
3.3.1. Struktur Organisasi ............................................................
17
3.3.2. Kualifikasi Tenaga Kerja di Lafi Ditkesad ........................
18
3.3.3. Tugas dan Tanggung Jawab Personil ................................
19
3.4. Sertifikasi CPOB ..........................................................................
23
3.4.1. Sediaan Betalaktam ............................................................
23
3.4.2. Sediaan Non Betalaktam ....................................................
23
3.5. Kegiatan Lafi Ditkesad ................................................................
23
3.5.1. Perencanaan dan Pengadaan Barang ..................................
24
3.5.2. Kegiatan Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu)...........
25
3.5.3. Kegiatan
Instalasi
Penelitian
dan
Pengembangan
(Installitbang) .....................................................................
27
3.5.4. Kegiatan Instalasi Produksi (Instalprod) ...........................
27
3.5.5. Kegiatan Instalasi Penyimpanan (Instalsimpan) ...............
36
3.5.6. Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Instalhar dan Sisjang) ......................................................
38
3.5.7. Dokumentasi .......................................................................
44
IV. PEMBAHASAN ...................................................................................
45
4.1. Manajemen Mutu.............................................................................
46
4.2. Personalia ........................................................................................
46
4.3. Bangunan dan Fasilitas ....................................................................
47
4.4. Peralatan ..........................................................................................
50
4.5. Sanitasi dan Higiene ........................................................................
51
4.6. Produksi ...........................................................................................
51
4.7. Pengawasan Mutu ............................................................................
52
viii Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
4.8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu ..........................................................
53
4.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian....................................................…
54
4.10. Dokumentasi .................................................................................
55
4.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ........................ ....
55
4.12. Kualifikasi dan Validasi ........................................................... ....
56
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
59
5.1. Kesimpulan ...................................................................................
59
5.2. Saran .............................................................................................
59
DAFTAR ACUAN ........................................................................................
60
V.
ix Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi Ditkesad.......................................................
61
Lampiran 2. Struktur Organisasi Lafi Ditkesad ...............................................
62
Lampiran 3. Sistem Pengawasan Mutu Lafi Ditkesad .....................................
63
Lampiran 4. Blanko Catatan Pengujian Bahan Baku.......................................
64
Lampiran 5. Blanko Hasil Pengujian Laboratorium ........................................
65
Lampiran 6. Blanko Catatan Pengujian Tablet/Kapsul....................................
66
Lampiran 7. Blanko Catatan Pengujian Larutan/Sirup/Injeksi/Salep/Krim.....
67
Lampiran 8. Label Karantina, Diluluskan, dan Ditolak ...................................
68
Lampiran 9. Alur Proses Produksi Sediaan Tablet ..........................................
69
Lampiran 10. Alur Proses Produksi Sediaan Kapsul .......................................
70
Lampiran 11. Alur Proses Produksi Sediaan Sirup ..........................................
71
Lampiran 12. Alur Proses Produksi Sirup Kering ...........................................
72
Lampiran 13. Alur Sistem Pengolahan Air ......................................................
73
Lampiran 14. Denah Instalasi Pengolahan Air Limbah ...................................
74
Lampiran 15. Instalasi AHU Lafi Ditkesad .....................................................
75
Lampiran 16. Alur Proses Penerimaan dan Pengeluaran Barang di Instalasi Penyimpanan .............................................................................
76
Lampiran 17. Sertifikat CPOB .........................................................................
77
Lampiran 18. Produk Lafi Ditkesad.................................................................
78
Lampiran 19. Daftar Produk Obat Lafi Ditkesad .............................................
79
\
x Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kualifikasi Personel Lafi Ditkesad ....................................................
xi Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
18
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) merupakan salah
satu bagian dari elemen militer bangsa. Aspek kesehatan di lingkungan militer dapat mempengaruhi kinerja pertahanan serta perlawanan terhadap berbagai bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri. Dalam menjalankan tugasnya sebagai benteng pertahanan negara maka aspek kesehatan dari para anggota militer TNI AD juga harus senantiasa diperhatikan. Dalam rangka menjamin tersedianya sarana kesehatan yang baik bagi prajurit TNI AD, Pemerintah kemudian membentuk suatu lembaga yang disebut sebagai Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Ditkesad) yang mana salah satu bagiannya adalah Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad). Adapun fungsi Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) adalah memproduksi obat-obatan yang bermutu, aman dan berkhasiat yang dibutuhkan oleh seluruh prajurit, PNS TNI AD, dan keluarganya di seluruh indonesia. Industri farmasi di Indonesia harus mampu menciptakan produk yang bermutu, aman dan berkhasiat agar dapat bersaing serta dapat diterima oleh masyarakat luas. Langkah utama untuk menjamin mutu dari produk obat yang dihasilkan adalah dengan menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik). Mutu dari produk obat yang dihasilkan tidak dapat hanya mengandalkan hasil pengujian akhir saja tetapi yang terpenting adalah bahwa mutu harus dibangun ke dalam produk (built in quality). Lafi Ditkesad sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia, merupakan industri yang secara berkesinambungan memerlukan inovasi, organisasi dan sistem distribusi yang baik, serta pengaturan produk yang ketat. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), setiap industri farmasi harus berusaha menjamin mutu obat yang
1 Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
2
dihasilkan dalam seluruh aspek dan serangkaian kegiatan produksi sehingga memenuhi syarat mutu yang ditentukan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan antara lain pengadaan bahan baku, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang digunakan serta personalia yang terlibat dalam proses pembuatan obat tersebut. Pelaksanaan pedoman CPOB di industri farmasi membutuhkan peranan Apoteker, sehingga seorang Apoteker dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Tuntutan tersebut dapat diperoleh salah satunya melalui praktek kerja di industri farmasi yang telah melaksanakan produksi sesuai dengan pedoman CPOB. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di industri farmasi merupakan salah satu sarana bagi mahasiswa calon Apoteker untuk mendapatkan pengalaman kerja dan pemahaman yang lebih dalam tentang tugas dan fungsi Apoteker di industri farmasi. Mahasiswa calon Apoteker tentunya telah dibekali pengetahuan tentang teori yang ada di industri farmasi, namun itu saja tidak cukup. Mahasiswa calon Apoteker harus mengetahui juga bagaimana praktek yang ada di lapangan sebenarnya, sehingga ketika menjadi Apoteker bisa menerapkan ilmu dan pengalaman yang dimiliki di dalam industri farmasi. Pembekalan berupa praktek kerja di industri farmasi secara langsung sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran mengenai fungsi dan tanggung jawab Apoteker di industri farmasi, yang mana hal ini berkaitan dengan penerapan CPOB. Untuk mendukung kondisi di atas, Universitas Indonesia mengadakan kerjasama dengan Lafi Ditkesad dalam bentuk Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). PKPA ini berlangsung pada tanggal 1 - 30 April 2013. Diharapkan melalui kegiatan ini dapat dipelajari kondisi-kondisi khusus yang tidak ditemui dalam teori atau ilmu yang telah didapatkan di perguruan tinggi.
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
3
1.2
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bertujuan agar :
1.
Mahasiswa profesi Apoteker dapat melihat secara langsung aktivitas yang berlangsung dalam suatu industri farmasi.
2.
Mahasiswa profesi Apoteker dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang segala aspek yang terkait di industri farmasi terutama dalam hal penerapan CPOB di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad).
3.
Mahasiswa profesi Apoteker dapat memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas serta pemahaman yang mendalam mengenai peran dan tugas Apoteker di industri farmasi.
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1
Industri Farmasi
2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan, sedangkan industri bahan baku adalah industri yang memproduksi bahan baku dimana bahan baku tersebut adalah semua bahan baik bahan berkhasiat ataupun bahan tambahan yang digunakan dalam proses pengolahan obat.
2.1.2 Persyaratan Usaha Industri Farmasi Industri farmasi untuk melaksanakan proses industrinya harus memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.1799/Menkes/Per/XII/2010,
Usaha
Industri
Farmasi
wajib
memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Badan usaha berupa perseroan terbatas b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak d. Memiliki secara tepat paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanghung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu: dan e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasiaan. Dikecualikan dari persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Izin Usaha Industri Farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawas Obat dan
4 Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
5
Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut berproduksi, sedangkan untuk industri farmasi Penanaman Modal Asing (PMA) masa berlakunya sesuai dengan ketentuan dalam UU No. I tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan peraturan pelaksanaannya. Setiap pendirian Industri Farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup, yaitu memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB.
2.1.3 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi Izin usaha industri farmasi dapat dicabut dalam hal: a. Melakukan pemindahtanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan usaha tanpa memiliki izin. b. Tidak menyampaikan laporan mengenai perkembangan industri selama tiga kali berturut-turut atau menyampaikan informasi yang tidak benar. c. Melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu. d. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku. e. Tidak memiliki ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
2.2
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur
atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat jadi, yang diproduksi dengan menerapkan
"Good
Manufacturing Practices" dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan produksi, sehingga obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
CPOB
mencakup
seluruh
aspek
produksi
dan
pengendalian mutu. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
6
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat essensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan. Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut (built in quality). Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi, pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat. CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya, bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai. Saat ini industri obat diwajibkan untuk melaksanakan produksi sesuai aturan CPOB edisi 2006. Ruang lingkup CPOB edisi 2006 meliputi: manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi. Berikut ini dijelaskan mengenai masing-masing aspek yang diatur dalam CPOB edisi 2006.
2.2.1
Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
7
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen mutu adalah: a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu. CPOB adalah bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk.
2.2.2
Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar, oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek penerapan CPOB, tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas. Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) atau kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
8
2.2.3
Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,
konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak
bangunan
hendaklah
sedemikian
rupa
untuk
menghindari
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat. Bangunan serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan perlu didesinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi hendaklah disimpan. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan.
2.2.4
Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan hendaklah didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
9
Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus misalnya pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi yang tidak tepat. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Pembersihan peralatan dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
2.2.5
Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan, peralatan. Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.
2.2.6
Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap produk akhir melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi personalia sampai dengan pengemasan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
10
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Prosedur kerja standar hendaklah tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas.
2.2.7
Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan
Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Tiap pemegang izin pembuatan harus mempunyai bagian pengawasan mutu. Bagian ini harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan pengawasan mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan. Pengawasan Mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
11
sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan. Personil Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan.
2.2.8
Inspeksi Diri dan Audit Mutu Tujuan Inspeksi Diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
poduksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program Inspeksi Diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila menggunakan auditor luar yang independen. Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara rutin dan disamping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan.
Prosedur
dan
Catatan
Inspeksi
Diri
hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Pada aspek–aspek Inspeksi Diri hendaklah dibuat daftar periksa Inspeksi Diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar periksa Inspeksi Diri ini hendaklah mengandung pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang meliputi personalia, bangunan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan peralatan, penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan, pengolahan dan pengawasan selama proses, pengawasan mutu, dokumentasi, sanitasi dan higiene, program validasi dan revalidasi, kalibrasi alat atau sistem pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan, pengawasan label dan hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan. Inspeksi Diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai kebutuhan pabrik, namun Inspeksi Diri yang dilaksanakan secara menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi Inspeksi Diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap Inspeksi Diri. Penyelenggaraan Audit Mutu berguna sebagai pelengkap Inspeksi Diri. Audit Mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
12
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit Mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit Mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
2.2.9
Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek
samping yang merugikan atau masalah efek terapetik. Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai dan dibuatkan laporan. Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan mutu atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke pabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluwarsa, masalah keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang bersangkutan. Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur pemusnahan bahan atau pemusnahan produk harus disiapkan dan mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
13
2.2.10 Dokumentasi Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari Pemastian Mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil penerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, Prosedur, Metode dan instruksi, Laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen sangat penting.
2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Kontrak tertulis harus dibuat meliputi pembuatan dan atau analisis obat yang dikontrakkan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan untuk pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak termasuk perubahan dalam pengaturan teknis atau pengaturan lain hendaklah sesuai dengan izin edar untuk produk yang bersangkutan. Kontrak hendaklah mengizinkan pemberi kontrak untuk mengaudit sarana dari penerima kontrak. Pelulusan akhir dalam analisis berdasarkan kontrak harus diberikan oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) pemberi kontrak.
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
14
dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas. RIV hendaklah mencakup sekurang-kurangnya data sebagai berikut: kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format dokumen: format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan. Protokol Validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Laporan harus dibuat mengacu pada Protokol Kualifikasi dan/atau Protokol Validasi dan memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai. Kualifikasi terdiri dari: a) Kualifikasi Desain b) Kualifikasi Instalasi c) Kualifikasi Operasional d) Kualifikasi Kinerja e) Kualifikasi Fasilitas, Peralatan dan Sistem Terpasang yang telah Operasional Validasi terdiri dari: a) Validasi Proses b) Validasi Pembersihan c) Validasi Ulang d) Validasi Metode Analisis
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
BAB III TINJAUAN KHUSUS LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT
3.1
Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu pemerintah Belanda mendirikan sebuah lembaga yang dinamakan Militaire Scheikundig Laboratorium (MSL). Lembaga ini berfungsi sebagai tempat pemeriksaan obat-obat kebutuhan tentara Belanda. Setelah zaman kemerdekaan, lembaga ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan mengalami beberapa kali penggantian nama dan perubahan fungsi hingga pada tahun 1985 dilakukan reorganisasi dari Lafi Ditkesad dan Dopusbekkes yang difungsikan menjadi Lafi Ditkesad hingga tahun 2005. Mulai 1 April 2005 sampai sekarang dipisah lagi menjadi Lafi Ditkesad dan Gudang Pusat II (Gupus II) Ditkesad. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat No.Kep/11/2004 Tanggal 30 Januari 2004 tentang Organisasi dan Tugas Lembaga Farmasi Angkatan Darat, Lafi Ditkesad telah mengalami perkembangan dan perubahan
mengenai
struktur
organisasi
yang
bertujuan
untuk
lebih
mengotimalkan kinerja personil dalam rangka menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Struktur organisasi ini telah diterapkan sejak bulan April 2006. Departemen Kesehatan pada tahun 1992 melakukan audit dan menyatakan bahwa Lafi Ditkesad belum memenuhi persyaratan CPOB. Pada tahun 1997 Departemen Pertahanan memberikan bantuan dana untuk mendirikan bangunan atau pabrik baru yang dilaksanakan dalam tiga tahap pembangunan yaitu tahap I pembangunan Betalaktam, Wastu dan Utility, tahap II pembangunan Non Betalaktam dan gedung pengelola, tahap III pembangunan Sefalosporin. Pada tahun 2000 dikeluarkan 4 sertifikat CPOB Betalaktam (tablet biasa antibiotika penisilin dan turunannya, tablet salut antibiotika penisilin dan turunannya, kapsul keras antibiotika penisilin dan turunannya dan suspensi kering oral antibiotika
15 Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
16
penisilin dan turunannya). Tanggal 18 Juni 2001 diberikan sertifikat CPOB Betalaktam (serbuk steril injeksi antibiotika penisilin dan turunannya). Tanggal 20 Mei 2006 dikeluarkan 5 sertifikat CPOB Non Betalaktam (tablet biasa non antibiotika, tablet salut non antibiotika, kapsul keras non antibiotika, serbuk oral non antibiotika dan cairan obat luar non antibiotika). Kegiatan produksi Lafi Ditkesad pada mulanya bertempat di Jl. Gudang Utara No. 25 Bandung. Namun seiring dengan tuntutan penerapan CPOB di setiap industri farmasi yang dikeluarkan oleh Dirjen POM Depkes RI, maka dilakukan pembangunan gedung baru di Jl. Gudang Utara No 26 Bandung yang disesuaikan dengan persyaratan CPOB dan perkembangan industri farmasi. Surat keputusan Dirjen POM Depkes RI No 02/01/2/4/96/665 tanggal 28 Februari 1996 menyatakan persetujuan terhadap Rencana Induk Pembangunan (RIP) dalam rangka sertifikasi CPOB Lafi Ditkesad, sehingga pembangunan gedung baru dapat dilaksanakan. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab untuk menyediakan obat-obatan bagi TNI-Angkatan Darat, Lafi Ditkesad memiliki visi menjadi satu-atunya lembaga produksi yang mampu memenuhi kebutuhan obat bermutu bagi TNI. Seperti halnya dengan lembaga pemerintahan lain, Lafi Ditkesad juga mempunyai misi, yaitu : 1. Mampu memenuhi kebutuhan obat Dukkes dan Yankes TNI AD 2. Pusat Litbang dan Informasi obat TNI AD 3. Mampu menjadi mitra industri farmasi lain dalam memenuhi kebutuhan nasional.
3.2
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Lafi Ditkesad Lafi Ditkesad adalah badan pelaksana yang berkedudukan langsung di
bawah Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Dirkesad). Lafi Ditkesad mempunyai tugas
pokok
membantu
Dirkesad
menyelenggarakan
pembinaan
dan
menyelenggarakan produksi, penelitian serta pengembangan obat dalam rangka mendukung tugas pokok Ditkesad. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Lafi Ditkesad menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut :
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
17
3.2.1
Tugas (melaksanakan Fungsi Utama)
a. Fungsi penelitian dan pengembangan, meliputi segala usaha, pekerjaan, kegiatan dibidang penelitian dan pengembangan produk, sistem metode, dan personil dalam rangka penyelenggaraan produksi obat. b. Fungsi produksi, meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang produksi obat. c. Fungsi pengawasan mutu, meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan pemeriksaan fisik, kimia, mikrobiologi, terhadap bahan baku, bahan pendukung produksi, pengawasan selama proses produk antara produk ruah dan produk jadi. d. Fungsi pemeliharaan, meliputi segala usaha, pekerjaan, kegiatan dibidang pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, pengawasan mutu, dan sistem penunjang. e. Fungsi penyimpanan, meliputi segala usaha, pekerjaaan, dan kegiatan di bidang penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku, bahan pendukung produksi, peralatan dan obat jadi.
3.2.2
Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Militer) Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang intelijen, operasi,
personil, logistik, teritorial, perencanaan dan pengawasan serta pemeriksaan dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Ditkesad.
3.2.3
Tugas (melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan) Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang latihan, kesatuan dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Ditkesad.
3.3
Struktur Organisasi dan Ketenagaan
3.3.1
Struktur Organisasi Struktur organisasi Lafi Ditkesad berdasarkan Peraturan Kasad No. Perkasad/219/XII/2007, tanggal 10 Desember 2007 dapat dilihat pada Lampiran1.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
18
Organisasi Lafi Ditkesad disusun sebagai berikut: a. Eselon Pimpinan, terdiri dari: 1) Kepala Lafi Ditkesad (Kalafi Ditkesad). 2) Wakil Kepala Lafi Ditkesad (Wakalafi Ditkesad). b. Eselon Pembantu Pimpinan, terdiri dari: 1) Perwira Ahli Lembaga Farmasi (Paahli Lafi Ditkesad). 2) Bagian Administrasi dan Logistik (Bagminlog). c. Eselon Pelayanan Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Situud). d. Eselon Pelaksana, terdiri dari: 1) Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Installitbang). 2) Instalasi Produksi (Instalprod). 3) Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu). 4) Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Instalhar dan Sisjang). 5) Instalasi Penyimpanan (Instalsimpan).
3.3.2
Kualifikasi Tenaga Kerja di Lafi Ditkesad Berdasarkan statusnya, personil Lafi Ditkesad terdiri atas personil militer dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan keahliannya personil tersebut terdiri dari Magister Farmasi, Apoteker, Sarjana Kimia, Sarjana Muda Kimia, Sarjana Muda Analis Farmasi, Asisten Apoteker, Analis, Perawat Umum, SMU dan tenaga lainnya yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kualifikasi Pendidikan Militer dan PNS LAFI DITKESAD per Bulan Januari 2013 Kualifikasi Pendidikan
No
Militer
PNS
Jumlah
1
S2 Farmasi
4
1
5
2
S2 Managemen
1
0
1
3
Apoteker
6
3
9
4
S1 Kimia
5
S1 Farmasi
3
2
5
6
Sarjana Lain-lain Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
19
7
SM. Kimia
1
1
2
8
D.3 Analis Medis/Kesehatan/Komp
2
2
4
9
Asisten Apoteker
4
5
9
10
Analis
1
2
3
11
Perawat Umum/Bidan
2
0
2
12
STM alkes/ SMF
0
0
0
13
SLTA (SMA, SMEA, STM, MAN)
26
70
97
14
SLTP (SMP, ST, SMEP)
1
16
17
15
SD
0
3
3
51
105
156
Jumlah
3.3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Personil Tanggung jawab personil di lingkungan Lafi Ditkesad telah ditentukan sesuai surat Peraturan Kasad No. Perkasad/219/XII/2007 tanggal 10 Desember 2007 adalah sebagai berikut: a.
Eselon Pimpinan i. Kepala Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Kalafi Ditkesad) Kalafi Ditkesad dijabat oleh Perwira Menengah (Pamen) TNI AD, berpangkat Kolonel Ckm yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Kesehatan TNI Angkatan Darat. ii. Wakil Kepala Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Wakalafi Ditkesad) Wakalafi Ditkesad dijabat oleh seorang Pamen TNI AD, berpangkat Letnan Kolonel Ckm, merupakan wakil dan pembantu utama Kalafi, yang bertanggung jawab kepada Kalafi Ditkesad.
b.
Eselon Pembantu Pimpinan
i. Perwira Ahli (Paahli) Paahli Lafi dijabat oleh 3 (tiga) orang Pamen TNI AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm, terdiri dari Perwira Ahli Madya Manajemen Industri (Paahli Madya Jemen In), Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi (Paahli Madya Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
20
Tekfi), dan Perwira Ahli Madya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Paahli Madya AMDAL). Paahli merupakan pembantu Kalafi yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang keahlian Manajemen Mutu, Teknologi Farmasi dan Analisa. Paahli Lafi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.
ii. Bagian Administrasi Logistik (Bagminlog) Kabagminlog dijabat oleh Pamen TNI AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm, dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh 2 (dua) Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh Pamen TNI AD berpangkat Mayor Ckm, yang terdiri dari: 1. Kepala Seksi
Perencanaan
Program
dan
Anggaran
disingkat
Kasirenprogar. 2. Kepala Seksi Pengendalian Materiil, disingkat Kasidalmat.
Kabagminlog dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehari-hari bertanggung jawab kepada Kalafi dan dalam melaksanakan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.
c.
Eselon Pelayanan yakni Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Situud) Kasituud dijabat oleh Pamen TNI AD berpangkat Mayor Ckm, yang
dibantu oleh tiga Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh Perwira Pertama (Pama) TNI AD berpangkat Kapten Ckm dan satu PNS Gol III serta satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama TNI AD berpangkat Letnan Ckm, yang terdiri dari: i.
Kepala Urusan Administrasi Personil dan Logistik (Kaurminperslog)
ii.
Kepala Urusan Tata Usaha (Kaurtu)
iii.
Kepala Urusan Dalam (Kaurdal)
iv.
Perwira Urusan Pengamanan (Paurpam)
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
21
Situud dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.
d.
Eselon pelaksana Eselon pelaksana dijabat oleh lima Kepala Instalasi (Kainstal), yaitu :
i.
Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Kainstallitbang) Kainstallitbang dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan
Kolonel Ckm, dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kalafi. Kainstallitbang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Seksi (Kasi) yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor Ckm, yang terdiri dari Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Produksi (Kasilitbangprod) dan Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Sistem Metoda dan Personel (Kasilitbangsistodapers). Kainstallitbang dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.
ii.
Kepala Instalasi Produksi (Kainstalprod) Kainstalprod dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan
Kolonel Ckm yang dibantu oleh empat kepala seksi yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor Ckm, dan satu PNS Golongan, terdiri dari Kepala Seksi Sediaan Non Betalaktam (Kasidia Non Betalaktam), Kepala Seksi Sediaan Sefalosporin (Kasidia Sefalosporin), Kepala Seksi Sediaan Betalaktam (Kasidia Betalaktam) dan Kepala Seksi Kemas (Kasi Kemas).
Kainstalprod
bertanggungjawab
dalam
kepada
melaksanakan
Kalafi,
dalam
tugas
dan
pelaksanaan
tuga
kewajibannya ssehari-hari
dikoordinasikan oleh Wakalafi.
iii.
Kepala Instalasi Pengawasan Mutu (Kainstalwastu) Kainstalwistu dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Letnan
Kolonel Ckm dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi. Kainstalwastu dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
22
Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat Mayor Ckm, terdiri dari Kepala Seksi Pengujian Kimia, Fisika, dan Mikrobiologi (Kasiuji Kifis dan Mikro) dan Kepala Seksi Inspeksi (Kasiinspek). Kainstalwastu dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.
iv.
Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Kainstalhar dan Sisjang) Kainstalhar dan Sisjang dijabat oleh Pamen Angkatan Darat berpangkat
Mayor Ckm. Kainstalhar dan Sisjang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi. Kainstalhar dan sisjang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten Ckm, terdiri dari Kepala Urusan Pemeliharaan (Kaurhar) dan Kepala Urusan Sistem Penunjang (Kaursisjang). Kainstalhar dan Sisjang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggungjawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas seharihari dikoordinasikan oleh Wakalafi dan bertugas antara lain: menyiapkan Sisjang untuk mendukung kegiatan produksi dan membuat laporan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan kepada Kalafi.
v.
Kepala Instalasi Penyimpanan (Kainstalsimpan) Kainstalsimpan dijabat oleh pamen angkatan darat berpangkat Mayor
Ckm, dalam melaksanakan tugas dan kewajiban bertanggung jawab kepada Kalafi. Kainstalsimpan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu Kepala Urusan yang dijabat oleh Pama Angkatan Darat berpangkat Kapten Ckm dan satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama Angkatan Darat berpangkat Letnan Ckm,
terdiri
dari
Kepala
Urusan
Penyimpanan
Materiil
Produksi
(Kaursimpanmatprod) dan Perwira Urusan Penyimpanan Obat Jadi (Paursimpan Obat Jadi). Kainstalsimpan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
23
vi.
Kepala Instalasi Pemastian Mutu (Kapastitu) Dalam hal memenuhi persaratan CPOB dan peraturan perundang-
undangan, Kalafi membentuk Pemastian Mutu yang melaksanakan tugas-tugas bagian pemastian mutu di Lafi Ditkesad, sambil menunggu struktur organisasi resmi tentang pemastian mutu yang sudah diajukan ke suprasistem, dalam hal ini Kepala Staf Angkatan Darat.
3.4
Sertifikasi CPOB Lafi Ditkesad telah mendapatkan sertifikat CPOB meliputi lima buah
sertifikat sediaan Beta Laktam dan empat buah sertifikat sediaan Non Beta Laktam.
3.4.1
Sediaan Beta Laktam a
Tablet antibiotika Penisilin dan turunanannya.
b
Tablet salut antibiotika Penisilin dan turunannya.
c
Kapsul keras antibiotika Penisilin dan turunannya.
d
Suspensi kering oral antibiotika Penisilin dan turunannya.
e
Serbuk steril injeksi antibiotika Penisilin dan turunannya.
3.4 2 Sediaan Non Beta Laktam
3.5
a
Tablet Biasa dan SalutNon Antibiotika.
b
Kapsul Keras Non Antibiotika.
c
Serbuk Oral Non Antibiotika.
d
Cairan Obat Luar Non Antibiotika.
Kegiatan Lafi Ditkesad Kegiatan Lafi Ditkesad dalam melaksanakan tugas dan fungsi produksi
obat-obatan meliputi perencanaan dan pengadaan barang, pengawasan mutu, penelitian dan pengembangan, proses produksi, pemeliharaan dan sistem penunjang, penyimpanan barang, dan kegiatan administrasi (dokumentasi).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
24
3.5.1
Perencanaan Pengadaan Barang Perencanaan pengadaan barang untuk produksi obat Lafi Ditkesad
dilakukan oleh Ketua bagian administrasi logistik (Kabagminlog) dan stafnya yang dibuat
berdasarkan data dari Sub Direktorat Pembinaan Pelayanan
Kesehatan (Subditbinyankes), disusun berdasarkan masukan pola penyakit dari daerah dan laporan dari masing-masing Kesehatan Daerah Militer (Kesdam), Satuan Kesehatan (Satkes) dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Rencana pengadaan obat kemudian dibuat dengan melakukan penyesuaian antara daftar kebutuhan obat dengan anggaran yang tersedia dan selanjutnya dianalisa dan dievaluasi oleh Subditbinyankes dan Subditbinmatkes yang dilakukan setahun sebelum pelaksanaan. Bagminlog membuat rencana kebutuhan produksi obat Lafi Ditkesad yang terdiri dari rencana kebutuhan bahan aktif, bahan pembantu dan bahan pengemas dan kebutuhan reagensia untuk kebutuhan Instalwastu. Perencanaan tersebut disusun berdasarkan formula standar dan spesifikasi obat yang telah ditentukan oleh Lafi Ditkesad, disamping itu Bagminlog juga menyusun rencana dan anggaran untuk pemeliharaan sarana operasional yang digunakan di tiap instalasi yang ada di Lafi Ditkesad. Anggaran tersebut kemudian dilaporkan kepada Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Dirkesad) beserta spesifikasi bahan yang dibutuhkan. Pengadaan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pelelangan yang dilaksanakan oleh panitia pengadaan di Ditkesad. Pemasok yang terpilih adalah pemasok yang menawarkan harga terendah. Pengadaan barang yang dilakukan oleh Ditkesad kemudian dikirim ke Gudang Pusat II disertai dengan surat Perintah Penerimaan Material (PPnM), selanjutnya tim komisi penerimaan barang yang dibentuk oleh Dirkesad memeriksa keadaan barang secara administrasi dan fisiknya sedangkan untuk pemeriksaan mutu dilaksanakan oleh Instalwastu. Barang yang telah lulus uji mutu akan dibuatkan Laporan Hasil Pengujian (LHP) dan Berita Acara (BA) Penerimaan Material, lalu barang disimpan di Gudang Pusat II, untuk barang yang tidak memenuhi spesifikasi akan ditolak dan dikembalikan kepada pemasok. Bagminlog selanjutnya akan menyusun konsep surat Perintah Pengeluaran Materil (PPM), yang ditandatangani oleh Dirkesad,
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
25
untuk memindahkan barang tersebut dari Gudang Pusat II ke Instalsimpan Lafi Ditkesad. Apabila barang tersebut akan digunakan oleh Instalprod atau instalasi lainnya, maka Kalafi (dalam hal ini dilaksanakan oleh Bagminlog) akan menyusun Nota Pengeluaran Materil (NPM), jumlah barang yang dikeluarkan adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh Instalasi tersebut. Selain menyusun konsep PPM dan NPM, Bagminlog juga menyusun konsep perintah penerimaan materil (PPnM) apabila produk jadi, yang sebelumnya disimpan di Instalsimpan, akan dipindahkan ke Gudang Pusat II. Selain dari tugas pokok yang telah disampaikan sebelumnya, Bagminlog juga bertugas untuk menyusun laporan hasil produksi, menyusun program kerja, menyusun laporan evaluasi tahunan, menyusun laporan jika ada inspeksi, serta memberikan saran kepada Kalafi sesuai dengan bidang tugasnya. Penyimpanan barang dilaksanakan oleh Instalasi Penyimpanan Lafi Ditkesad. Barang-barang yang diterima di Instalsimpan, disimpan berdasarkan jenis dan sifat barang, sedangkan pengeluarannya sesuai jadwal produksi, dengan menerapkan pula sistem First In First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO) dan First Unstable First Out (FUFO).
3.5.2
Kegiatan Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu) Pengawasan Mutu merupakan bagian integral dari suatu produksi obat.
Instalwastu bertanggung jawab terhadap setiap hal yang menyangkut kualitas bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk ruah, dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas setelah didistribusikan (dengan standar waktu kadaluarsa). Instalwastu juga bertanggung jawab terhadap kualitas lingkungan kerja seperti pengawasan bangunan, ruangan dan peralatan serta fasilitas penunjang lainnya seperti pemeriksaan kualitas udara, pengendalian mutu air dan pemeriksaan limbah. Pelaksanaan kegiatan di Instalwastu ditunjang oleh fasilitas instrumen seperti spektrofotometer UV-Vis dengan sistem terkomputerisasi, Laminar Air Flow,Read Biotic (pembaca hambatan bakteri), Climatic Chamber, Dissolution Tester serta berbagai fasilitas penunjang lainnya.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
26
Kegiatan Instalwastu tersebut dilaksanakan sejak bahan baku diterima Lafi Ditkesad sampai obat jadi didistribusikan. Beberapa kegiatan Instalwastu diantaranya: a. Menyiapkan metoda pemeriksaan, pengujian dan validasi metoda analisa yang sesuai dengan acuan standar resmi seperti Farmakope Indonesia. b. Menyiapkan prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan dan pengujian,
dimana
setiap
sampel
yang
diambil
dicatat
dan
didokumentasikan. c. Menyiapkan dan menyimpan baku pembanding kerja untuk pengujian. d. Menyimpan contoh pertinggal produk jadi dan Catatan Pengujian atau pemeriksaan. e. Meluluskan (label hijau) atau menolak (label merah) bahan yang akan digunakan dalam produksi meliputi bahan baku obat, bahan baku pembantu dan bahan pengemas (embalage). Hasilnya dicatat pada Catatan Pengujian. f.
Melaksanakan In Process Control (IPC) selama proses produksi dan memberikan keputusan atas diluluskan atau tidaknya hasil suatu tahap produksi sampai hasil produk akhirnya.
g. Melaksanakan pengujian terhadap hasil jadi suatu sediaan yang diperoleh. Dicatat pada Catatan Pengujian sediaan jadi. h. Melaksanakan uji stabilitas untuk menetapkan kondisi penyimpanan dan masa edar suatu produk. i.
Membantu pelaksanaan validasi proses produksi.
j.
Memantau
stabilitas
produk-produk
yang
telah
dikeluarkan
atau
didistribusikan sampai beberapa waktu setelah batas kadaluarsa terutama untuk sediaan antibiotika. k. Hasil pengujian laboratorium yang dilaksanakan diringkas, dicatat dan didokumentasikan dalam lembaran yang disebut Laporan Hasil Pengujian (dapat dilihat pada lampiran 4, 5 dan 6).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
27
3.5.3
Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Installitbang) Dalam menjalankan tugasnya Installitbang melakukan penelitian terhadap
produk baru dan pengembangan produk lama untuk memperoleh kualitas yang lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana penelitian dan pengembangan produk Lafi Ditkesad yang meliputi: a.
Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan pengemas (embalage).
b.
Mencari dan meneliti formula yang dapat dikembangkan sebagai produk Lafi Ditkesad.
c.
Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat terjadi perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya.
d.
Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat kembalian.
e.
Penelitian dan Pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka, pengadaan bahan, penelitian skala lab dan penelitian skala produksi kemudian dilanjutkan dengan validasi proses produksi dan pengawasan mutu dengan kerja sama antara Instalasi Produksi dan Instalasi Pengawasan Mutu.
f.
Melakukan pengkajian, penelitian dan pengembangan peralatan produksi, alat bantu, prosedur pengawasan mutu bahan baku, bahan penolong dan lain-lain.
3.5.4
Kegiatan Instalasi Produksi (Instalprod) Produksi obat-obatan dilaksanakan oleh Instalprod yang meliputi
perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengendalian. Produk yang saat ini dihasilkan oleh Lafi Ditkesad berupa produk Beta Laktam dan produk Non Beta Laktam. Obat-obat yang diproduksi oleh Lafi Ditkesad belum diregistrasi karena hanya digunakan untuk lingkungan TNI AD, namun demikian proses produksinya tetap dilaksanakan sesuai dengan Pedoman CPOB yang dikeluarkan oleh Badan POM sehingga mutu obat yang dihasilkan tetap terjamin. Rencana produksi dibuat berdasarkan pada banyaknya jenis obat yang diminta, jenis peralatan yang dimiliki (kapasitas dan spesifikasi mesin), jumlah
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
28
sumber daya manusia, jam kerja serta waktu produksi yang tersedia serta sistem pendukung dan ketersediaan bahan baku obat. Seluruh proses produksi yang dilaksanakan, dicatat dan didokumentasikan dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets (Batch Record) yang disusun oleh Kepala Instal litbang, diperiksa oleh Kepala Instalasi Produksi dan Kepala Instalasi Pengawasan Mutu, disetujui oleh Kepala Pemastian Mutu, diterima oleh Kepala Instalasi Simpan dan diketahui Kepala Lembaga Farmasi Ditkesad, kemudian didistribusikan dan didokumentasikan. Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku yang akan digunakan dan dikeluarkan dari Instal simpan berdasarkan Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets untuk setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan dari Instal simpan selanjutnya memasuki tahap pengolahan pada masing-masing seksi produksi, yaitu seksi sediaan non Beta Laktam, seksi sediaan Beta Laktam, seksi Sefalosporin dan seksi kemas. Setelah dihasilkan obat jadi yang telah siap didistribusikan, obat jadi kemudian diserahkan kembali ke Instalasi Penyimpanan. Instalasi Penyimpanan kemudian akan mengeluarkan obat jadi yang telah diluluskan oleh kepala Pemastian Mutu ke Gupus II untuk didistribusikan ke seluruh Kesdam di Indonesia. Berikut ini adalah uraian mengenai proses produksi pada masing-masing seksi yang ada di Instalasi Produksi: a.
Seksi Sediaan Non Beta Laktam Kasi Sediaan Non Beta Laktam adalah seorang Apoteker. Seksi ini
melakukan kegiatan produksi tablet, kapsul, sirup kering Non Beta Laktam, sirup basah, sediaan salep, dan sediaan cairan obat luar.
i.
Sediaan Tablet Ruang produksi tablet terdiri dari ruang mucilago, ruang pencampuran,
ruang granulasi, ruang pengeringan dengan oven, ruang pengeringan dengan FBD (Fluid Bed Dryer), ruang Supermixer, ruang pengayakan, ruang cetak yang terdiri dari empat ruang cetak dengan satu mesin cetak di masing-masing ruangan, ruang penyalutan, ruang stripping, ruang IPC (In Process Control), ruang karantina produk antara dan produk ruah, ruang penyimpanan peralatan dan ruang cuci alat.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
29
Ruangan-ruangan ini dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai, AHU, ventilator dengan penghisap debu, dan lapisan epoksi pada dinding dan lantai. Peralatan yang digunakan untuk sediaan padat pada proses pembuatan tablet diantaranya adalah timbangan elektrik, mesin pembuat mucilago dengan energi panas dari uap (Double Jacket), mesin pencampur, alat pengering berupa oven dan FBD (Fluid Bed Dryer), granulator, mesin cetak tablet yang terdiri dari dua tipe mesin cetak yaitu tipe “B” tooling dan tipe”D” tooling, mesin salut film, dan mesin strip tablet. Metode pembuatan tablet yang biasa digunakan adalah metode cetak langsung dan metode granulasi basah. Tablet yang diproduksi adalah tablet biasa, tablet kunyah, dan tablet salut film. Ukuran diameter tablet yang diproduksi 6,5; 7,5; 10; 12; 13 dan 15 mm. Alur Proses Produksi Sediaan Tablet dapat di lihat pada Lampiran 4.Proses pembuatan tablet di Lafi Ditkesad sebagian besar menggunakan metode granulasi basah dimulai dengan urutan sebagai berikut: 1)
Proses penimbangan bahan baku Proses penimbangan terhadap bahan baku dan bahan tambahan lainnya dilakukan di ruang timbang Instalasi Penyimpanan.
2)
Proses pembuatan bahan pengikat (mucilago) Proses pembuatan mucilago harus diperhatikan bahwa bahan mucilago telah dicampur homogen sebelum penambahan aqua demineralisata panas, kemudian dilakukan pengadukan sampai terbentuk massa bening. Pembuatan mucilago ini dilakukan di dalam tangki pemanas double jacket.
3)
Proses pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam Bahan berkhasiat dicampurkan dengan fase dalam, diaduk sampai homogen selama 15 menit. Pada proses pencampuran yang harus diperhatikan adalah waktu pencampuran, putaran mesin dan kapasitas mesin pencampur agar dihasilkan massa yang homogen.
4)
Proses granulasi basah Pada proses granulasi ditambahkan sejumlah bahan pengikat (mucilago) ke dalam hasil campuran zat berkhasiat dengan fase dalam dan diaduk hingga homogen sampai terbentuk massa yang dapat dikepal.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
30
5)
Proses pengeringan Massa yang diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu dan waktu tertentu sampai terbentuk massa setengah kering (tergantung jenis tablet yang dibuat).
6)
Proses pengayakan Massa setengah kering diayak dengan ayakan mesh tertentu tergantung dari jenis dan ukuran tablet.
7)
Proses pengeringan Massa yang telah diayak dikeringkan kembali di oven pada suhu dan waktu tertentu sampai mencapai kadar air sekitar 2-5 % (tergantung jenis tablet yang dibuat).
8)
Proses pengayakan Massa yang telah kering, diayak kembali dengan ayakan ukuran mesh tertentu sampai menjadi granul.
9)
Pengawasan mutu (IPC) Granul yang telah dikeringkan dilakukan uji mutu meliputi pemeriksaan susut pengeringan air granul.
10)
Proses pembuatan massa cetak Granul yang telah lulus dalam uji mutu (IPC) dibuat massa cetak yaitu dengan penambahan pelincir dan penghancur luar kemudian diaduk hingga homogen.
11)
Pengawasan mutu (IPC) Massa cetak yang akan dicetak, sebelumnya dilakukan uji mutu meliputi pemeriksaan homogenitas terhadap kadar zat aktif dan susut pengeringan.
12)
Proses pencetakan tablet Massa cetak yang telah lulus uji mutu dilakukan pencetakan tablet dengan mesin yang sesuai dengan ukuran diameter dan berat tablet yang diinginkan. Selama pencetakan harus diperhatikan kekerasan dan keregasan tablet, kemudian hasil pencetakan dialirkan ke dalam alat deduster untuk menghilangkan debu/fines yang masih ada pada permukaan tablet.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
31
13)
Pengawasan mutu (IPC) Selama pencetakan dilakukan IPC di ruang produksi meliputi keragaman bobot dan kekerasan, sedangkan uji mutu oleh Wastu meliputi uji waktu hancur, keregasan, diameter dan tebal tablet, kekerasan, keseragaman bobot, kadar bahan aktif, dan uji disolusi untuk tablet tertentu.
14)
Proses penyalutan Tablet yang telah dicetak, ada yang disalut dan ada yang langsung distrip. Tablet yang disalut maka pada proses penyalutan harus diperhatikan suhu, frekuensi penyemprotan, kecepatan putar panci penyalut dan sudut penyemprotan.
15)
Pengawasan mutu Pemeriksaan yang dilakukan terhadap tablet salut adalah waktu hancur, tebal tablet dan bobot tablet.
16)
Proses penyetripan Tablet salut ataupun tablet biasa yang telah lulus uji mutu, distrip dengan menggunakan bahan pengemas Polycellonium sebagai pengemas primer. Untuk bahan pengemas Polycellonium, suhu mesin diatur antara ± 80°100°C. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyetripan yaitu sebelum digunakan, roller stripping machine harus dipanaskan dulu. Suhu mesin tidak boleh terlalu rendah karena akan menyebabkan kemasan tidak dapat melekat satu sama lain dan juga tidak boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan perlekatan yang buruk atau pelelehan pada stripnya.
17)
Pengawasan mutu (IPC) Uji mutu yang dilakukan pada hasil stripping berupa pemeriksaan uji kebocoran strip. Tablet yang telah distrip akan dikirim ke seksi kemas untuk dikemas, lalu obat jadi dikirim ke Instalsimpan. Pembuatan tablet dengan metoda cetak langsung dimulai dari proses penimbangan bahan baku, selanjutnya mengikuti proses pencampuran massa cetak sampai dengan proses penyetripan dan pengemasan tanpa melalui proses granulasi.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
32
ii.
Sediaan Kapsul Ruang produksi kapsul terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian
dan polishing, serta ruang stripping. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan kapsul diantaranya adalah mesin pencampur, mesin pengisi kapsul, mesin polishing dan mesin strip. Alur Proses Produksi Sediaan Kapsul dapat dilihat pada Lampiran 5. Proses produksi kapsul terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1)
Penimbangan bahan baku Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif, bahan pengisi, bahan pelincir dilakukan di ruang timbang Instalsimpan.
2)
Pencampuran/granulasi Semua bahan yang telah ditimbang, dilakukan proses pencampuran hingga homogen. Bahan yang diisikan ke dalam kapsul ada yang harus digranulasi terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat alirnya, sedangkan untuk bahan yang tidak digranulasi langsung diisikan pada cangkang kapsul.
3)
Pengawasan mutu (IPC) Massa kapsul sebelum diisikan ke dalam cangkang kapsul, hasil pencampurannya dilakukan IPC (In Process Control) oleh Instalwastu untuk diperiksa homogenitas dan kadar zat aktifnya.
4)
Pengisian kapsul Massa kapsul yang telah diluluskan oleh Instalwastu diisikan ke dalam cangkang kapsul. Selama pengisian, dilakukan pengawasan mutu (IPC) untuk diperiksa keseragaman bobot, dan waktu hancur, kadar zat aktif.
5)
Polishing Kapsul sebelum dilakukan stripping mengalami polishing terlebih dahulu untuk menghilangkan debu-debu yang menempel pada bagian luar cangkang kapsul.
6)
Penyetripan Kapsul yang telah dipolishing siap distrip dengan cara yang sama seperti pada proses stripping tablet.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
33
7)
Pengawasan mutu (IPC) Hasil penyetripan dilakukan uji mutu yaitu tes kebocoran strip. Kapsul yang telah lulus uji mutu siap dikemas dan obat jadi dikirim ke Instal simpan.
iii.
Sediaan Sirup Ruang produksi sirup terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian,
ruang pencucian alat. Peralatan yang digunakan antara lain mixer, colloid mill, panci double jacket, drum stainless, mesin pengisi sirup, penutup botol dan pemasangan etiket yang merupakan satu rangkaian (In Line Process). Alur Proses Produksi Sediaan Sirup dapat dilihat pada Lampiran 6. Proses pembuatan sirup diawali dengan: 1)
Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang timbang Instal simpan.
2)
Pembuatan larutan gula pekat (Syrupus Simplex) Pembuatan larutan gula pekat dilakukan pada panci double jacket. Pemanasan menggunakan gliserin yang dipanaskan oleh pemanas listrik.
3)
Pencampuran Zat aktif dan zat tambahan lain (zat pewarna dan pengawet) masingmasing dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sampai larut sempurna, kemudian dicampur dengan larutan gula pekat. Essence ditambahkan di akhir pencampuran dan dalam keadaan dingin dan volume ditambahkan sampai tanda batas yang telah ditentukan.
4)
Pengawasan mutu (IPC) Pada hasil pencampuran dilakukan uji mutu terhadap homogenitas larutan, kadar zat aktif, pH larutan dan berat jenis.
5)
Pengisian, penutupan dan labelling Setelah lulus uji mutu maka dapat dilakukan pengisian, penutupan dan pemberian etiket atau label, dilakukan dengan mesin ban berjalan yang bekerja secara semi otomatis. Proses ini dilakukan kontrol setiap 15 menit terhadap keseragaman volume, hasil penutupan dan pemasangan label.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
34
6)
Pengawasan mutu Produk yang telah dikemas dilakukan pengambilan sampel untuk dilakukan pemeriksaan mutu meliputi keseragaman isi/volume, kadar zat aktif, pH larutan dan bobot jenis. Produk yang telah lulus uji mutu dapat dilakukan pengemasan, kemudian obat jadi diserahkan ke Instal simpan.
b. Seksi sediaan Beta Laktam Seksi sediaan Beta Laktam bertugas untuk memproduksi produk Beta Laktam. Proses produksi betalaktam dilakukan pada gedung yang terpisah dengan produksi Non Beta Laktam untuk menghindari terjadinya pencemaran silang. Gedung produksi Beta Laktam telah dilengkapi dengan sistem tata udara (Air Handling System), air washer, air shower, dan ruang penyangga (air lock). Lantai, dinding, dan langit-langit dilapisi oleh bahan epoksi untuk memudahkan pembersihan. Seksi sediaan Beta Laktam khusus bertugas untuk memproduksi sediaan Beta Laktam. Setiap personil yang masuk ke ruangan Beta Laktam diharuskan menggunakan pakaian khusus lengkap dengan aksesorisnya yang berupa masker untuk
wajah, alas kaki dan sarung tangan. Sebelum memasuki ruangan,
diharuskan melewati air shower yang dimaksudkan untuk menghilangkan partikel-partikel
pengotor
yang
melekat
pada
pakaian.
Setelah
selesai
melaksanakan kegiatan produksi, setiap personil diharuskan untuk membersihkan diri dengan cara mandi. Produk yang dihasilkan saat ini oleh Seksi Beta laktam Lafi Ditkesad yaitu Sirop kering Ampisillin 60 ml, Sirop kering Amoksisillin 60 ml, Kaplet Amoksisillin 500 mg, Kaplet Ampisillin 500 mg, Kapsul Amoksisilin 250 mg, dan Kapsul Ampisilin 250 mg.
c. Seksi Sefalosporin Seksi Sefalosporin sampai saat ini belum berproduksi. Tetapi fasilitas dan prasarananya sudah siap dan sekarang sedang dalam persiapan untuk pengajuan sertifikat. Ruang untuk produksi sediaan serbuk steril injeksi terdiri dari:
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
35
1)
Ruang kelas A (ruang di dalam cubical untuk pengisian serbuk) yang dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF) dan HEPA filter, serta terdapat juga ruang antara berupa airlock in dan air lock out.
2)
Ruang kelas B (ruang di bawah LAF untuk menempatkan material sebelum dimasukkan ke dalam cubical) yang merupakan latar belakang kelas A.
3)
Ruang kelas C (ruang antara locker).
4)
Ruangkelas D (ruang pencucian alat dan ruang visual). Sistem tata udara (Air Handling System / AHS) untuk ruang kelas A dan B
adalah dengan sistem tertutup (closed system). Untuk ruang B, C dan D hampir sama dengan kelas A, namun ada penambahan udara segar (fresh air) sebanyak 10-20% untuk udara yang masuk ke kelas-kelas tersebut. Pertimbangannya adalah karena pada ruangan kelas B, C, dan D terdapat personil yang bekerja dan membutuhkan udara segar. Secara umum udara kotor di ruangan disedot lewat grill outlet, kemudian disaring dengan beberapa filter seperti pre-filter, médium filter, dan untuk kelas A dan B biasanya ditambahkan HEPA filter. Begitupun dengan udara segar (freshair) dari luar mengalami proses yang sama. Sebelum masuk kedalam ruangan, udara segar yang telah disaring, dan udara yang berasal dari grill outlet yang juga telah disaring, bercampur, dan melewati filter lagi sebelum akhirnya masuk ke ruangan melewati grill inlet.
d. Seksi Kemas Kasi kemas adalah seorang Apoteker yang bertanggung jawab kepada Kainstalprod. Pengemasan dilakukan pada produk ruah tablet, kapsul, sirup, dan salep. Pengemasan tablet dilakukan setelah proses stripping. Tablet yang sudah distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam zak plastik dan diberi identitas berupa brosur kemudian di-seal, setiap zak plastik berisi 25 strip, tiaptiap strip berisi 10 tablet. Hasil seal dimasukkan ke dalam dus di mana setiap dus isinya berbeda sesuai dengan ukuran diameter tablet. Untuk tablet dengan diameter 6,5-7,5 mm, setiap dus berisi 50 zak plastik. Untuk tablet dengan diameter 10-13 mm, setiap dus berisi 30 zak plastik. Untuk tablet dengan diameter 15 mm, kaplet dan kapsul, setiap dus berisi 20 zak plastik.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
36
Pengemasan kapsul dilakukan setelah proses stripping. Kapsul yang sudah distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam zak plastik dan diberi identitas berupa brosur lalu di-seal. Hasil seal kemudian dimasukkan ke dalam dus di mana tiap dus berisi 20 zak plastik, setiap zak plastik berisi 25 strip, dan setiap strip berisi 10 kapsul. Untuk sirup dimasukkan ke dalam dus. Tiap dus berisi 25 botol untuk volume 100 ml dan dus isi 36 botol untuk volume 60 ml yang dilengkapi dengan sendok, brosur serta slep pak. Pemeriksaan QC dilakukan terhadap hasil pengemasan oleh Instalwastu, setelah diperiksa maka hasil pengemasan akan diberi label ”diluluskan” pada kemasan sekundernya. Seksi kemas akan membuat laporan administrasi yang terdiri dari laporan bulanan hasil kemas untuk dilaporkan ke Kepala Lembaga Farmasi dan bukti penyerahan obat jadi untuk Kepala Instalasi Penyimpanan.
3.5.5
Kegiatan Instalasi Penyimpanan (Instalsimpan) Instal simpan bertugas untuk menerima, menyimpan dan mengeluarkan
barang/material atas perintah Kalafi serta menyelenggarakan dan melaksanakan kegiatan pengamanan dan pemeliharaan materiil berupa bahan baku, bahan pendukung, peralatan untuk proses produksi dan obat jadi. Barang dari rekanan tidak langsung diterima oleh Instal simpan tetapi diterima oleh Gupus II sesuai aturan penerimaan barang, diperiksa secara administrasi, fisika dan kimia. Barang tersebut dapat dikeluarkan kepada Lafi Ditkesad (Instalsimpan) setelah adanya Perintah Pengeluaran Materil. Barangbarang yang tersimpan di gudang Instal simpan disusun berdasarkan jenis dan sifat barang, barang yang kecil disimpan di atas rak sedang barang dengan ukuran besar disimpan di atas pallet. Untuk pengeluaran barang disesuaikan dengan jadwal produksi dan jumlahnya disesuaikan dengan Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets namun tetap menerapkan sistem First In First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO), dan First Unstable First Out (FUFO). Material produksi tersebut oleh Instalprod diolah dan dikemas menjadi produk jadi. Kemudian seksi kemas menyerahkan produk jadi tersebut kepada Instal simpan, yang selanjutnya diserahkan kepada Gupus II.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
37
Penyelenggaraan
administrasi
yang
menyertai
penerimaan
dan
pengeluaran barang dari dan ke Instalsimpan Lafi Ditkesad terdiri dari: a. Perintah Pengeluaran Material (PPM) b. Perintah Penerimaan Material (PPnM) c. Berita Acara Penyerahan Barang (BAPB) d. Bukti Penyerahan (BP) e. Blanko Kartu Gudang f. Surat Kirim barang (SKB) g. Kartu Gantung h. Kartu Kendali i. Bukti Harian Penerimaan Barang j. Buku Besar Penerimaan dan Pengeluaran Barang Instal simpan mempunyai tiga gudang yang terpisah untuk material Non Beta Laktam, Beta Laktam dan sefalosporin. Material Non Beta Laktam disimpan di Instal simpan yang memiliki ruang-ruang dengan dua kelas yang berbeda tingkat kebersihannya yaitu kelas E dan G. Kelas E terdiri dari ruang timbang, ruang stagging yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan baku yang sudah ditimbang, dan ruang sampling. Kelas G terdiri dari ruang administrasi, gudang bahan baku, gudang bahan pendukung, gudang bahan kemas, gudang cairan, gudang sejuk untuk menyimpan bahan baku obat dan bahan pendukung yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus dan gudang obat jadi. Instal simpan tidak memiliki gudang karantina bahan baku obat dan gudang karantina obat jadi, akan tetapi proses karantina bahan baku maupun obat jadi tetap dilaksanakan. Karantina bahan baku dilakukan oleh Gupus II sedangkan karantina obat jadi dilakukan oleh Instalwastu dan obat jadi yang dikarantina disimpan di seksi kemas. Material untuk produksi Beta Laktam dan Sefalosporin disimpan tersendiri masing-masing di gedung produksi Betalaktam dan Sefalosporin. Daerah instalasi penyimpanan dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas E (ruang timbang dan ruang stagging) dan kelas G(ruang sejuk, ruang bahan baku zat aktif, ruang bahan pendukung dan ruang obat jadi).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
38
Peralatan yang digunakan di Instalsimpan yaitu: a. Timbangan dengan kapasitas 1 kg, 10 kg dan 30 kg. b. Timbangan digital ber-printer dengan kapasitas maksimal 60 kg. c. Alat pengusir serangga. d. Alat pengusir tikus. e. Alat pemadam kebakaran. f. Alat pengambilan sampel.
Kegiatan yang dilakukan oleh Instal simpan meliputi: a.
Menerima bahan baku, bahan pengemas, reagensia, dan bahan lain serta peralatan produksi dari Gudang Pusat II.
b.
Menyerahkan bahan baku, bahan pengemas, reagensia, dan bahan lain serta peralatan kepada bagian dan instalasi yang membutuhkan.
c.
Menerima obat jadi dari Instalasi Produksi.
d.
Menyerahkan obat jadi ke Gudang Pusat II
3.5.6 Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Instalhar dan Sisjang) Instalasi pemeliharaan dan sistem penunjang merupakan pelaksana fungsi pemeliharaan dan perbaikan terhadap peralatan produksi dan laboratorium, sehingga siap digunakan. Kegiatan lainnya yaitu penatalaksanaan limbah industri, menyiapkan utilitas guna mendukung kegiatan produksi, dan merencanakan kebutuhan suku cadang untuk mendukung kegiatan pemeliharaan dan perbaikan. Seluruh kegiatan pemeliharaan dan perbaikan akan dilaporkan kepada Kalafi. a.
Fasilitas Pendukung atau Penunjang (Utility) Fasilitas pendukung/utility yang ada di Lafi Ditkesad antara lain terdiri
dari pengolahan air baku farmasi, instalasi listrik, uap/boiler, vacuum/dust, gas, Air Handling System (AHS) dan udara bertekanan. Sumber air bersih didapat dari pasokan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi pengolahan air. Air baku farmasi adalah air yang telah memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan baku air untuk produksi steril maupun nonsteril. Penanggung jawab pengolahan fasilitas utility Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
39
ini adalah Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang. Fasilitas utility terdiri dari: i.
Instalasi Listrik Sumber listrik Lafi Ditkesad berasal dari PLN dengan daya sebesar 1000
KVA. Pada saat ini belum digunakan generator karena masih dalam pengajuan untuk pembelian. Pasokan listrik dari PLN dialokasikan pada gardu utama, kemudian dari gardu utama, Lafi Ditkesad membuat gardu induk utama yang kemudian dibuat panel utama yang dibagi menjadi 4 panel untuk memenuhi kebutuhan listrik masing-masing bagian, diantaranya: 1) Panel utama kebutuhan laboratorium 2) Panel utama kebutuhan produksi 3) Panel utama kebutuhan pompa 4) Panel kebutuhan kebutuhan betalaktam dan non betalaktam ii.
Instalasi Air Sumber air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
kemudian
diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi pengolahan air.
Pemilihan PDAM sebagai sumber air oleh Lafi Ditkesad adalah karena banyaknya kandungan logam pada air tanah dan kurang jernihnya air tanah. Air yang berasal dari PDAM terlebih dahulu ditampung pada tangki yang tertanam di dalam tanah (ground tank) berukuran 6x3x18 meter3 yang dibuat sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada CPOB, kemudian dialirkan melalui pipa ke dalam suatu alat filtrasi. Air yang diolah menjadi air demineralisata mengalami beberapa tahap penyaringan: 1) Saringan Pasir (sand filter) Saringan pasir berfungsi untuk mengendapkan dan menyaring kotorankotoran pada air seperti kaporit, cemaran besar, baik organik maupun anorganik yang terbawa air selama pengolahan air di PDAM. 2) Saringan Karbon (carbon filter) Saringan karbon berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna, kontaminan organik dan unsur chlor yang ditambahkan pada pengolahan air di PDAM.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
40
3) Resin Kation Resin kation berfungsi untuk menghilangkan ion-ion positif dan ditukar dengan ion hidrogen. 4) Resin Anion Resin anion berfungsi untuk menghilangkan ion-ion negatif dan ditukar dengan ion hidroksida, sehingga menghasilkan air demineralisata dengan kandungan Total Dissolved Solid (TDS) kurang dari 10 ppm, pH 5 – 7 dan konduktivitas 1,3 µsimon/cm. Setelah mengalami beberapa tahap pemurnian, air demineralisata ditampung dalam tangki penampung dan dialirkan ke ruangan-ruangan produksi untuk digunakan sesuai kebutuhan.
iii.
Instalasi Uap Panas (Boiller/ Steam) Air baku untuk menghasilkan uap panas adalah aqua demineralisata yang
ditekan melalui pompa air masuk ke filter kemudian ditampung di dalam tangki stainless steel untuk mensuplai steam. Air dipanaskan melalui boiler hingga menjadi uap. Alat ini bekerja secara semi otomatik dengan alat-alat pengaman yang lengkap. Udara panas yang dihasilkan dialirkan melalui pipa ke ruang-ruang produksi yang membutuhkannya. Pada saat ini Lafi Ditkesad mempunyai 2 alat pembentuk uap panas, yaitu : 1) Mesin ketel uap pipa air Mesin ini bekerja dengan menghasilkan uap panas melalui pipa dengan sistem menggunakan plat pemanas. 2) Mesin ketel uap pipa api Mesin ini bekerja dengan menghasilkan uap panas melalui pipa dengan sistem pembakaran tungku pemanas. iv.
Instalasi Udara Bertekanan Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor yang
bekerja secara otomatis dengan alat pressure switch. Kompresor juga dilengkapi dengan air dryer, main line filter, mist separator dan micro mist separator. Kompresor ini digunakan hanya pada titik peralatan yang memerlukan udara bertekanan, contoh mesin stripping yang digunakan untuk menggerakkan pisau pemotong strip.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
41
b.
Penanganan Limbah Limbah industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Ditkesad berasal dari proses produksi dan proses pengujian, yang terbagi atas limbah padat dan limbah cair. Produksi obat Non Beta Laktam, pengolahan limbah padat dilakukan dengan menggunakan dust collector yaitu limbah (debu) disedot dari ruang produksi dengan vakum kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung dan dibakar. Khusus untuk limbah dari proses penyalutan tablet, terlebih dahulu diolah dengan air washer, sedangkan limbah cair produksi Non Beta Laktam langsung dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah. Pengolahan limbah produksi Beta Laktam, terlebih dahulu diolah melalui air washer, dimana limbah padat (debu-debu) disedot oleh vakum dari ruangan yang berdebu seperti ruangan strip, isi kapsul, cetak, coating, campur dan ruang isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air bertekanan 4 bar sehingga debu akan jatuh di bak penampungan. Air dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi dengan dozing pump dan pH meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin Beta Laktam dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9, kemudian dinetralkan dengan penambahan HCl, sedangkan limbah cair produksi obat Non Beta Laktam tidak melalui air washer, kemudian limbah hasil produksi betalaktam disalurkan ke IPAL untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Pengolahan limbah pada IPAL menggunakan prinsip fisika, kimia dan mikrobiologi. Cara fisika dilakukan dengan cara mengendapkan kotoran pada bak pengendap. Cara kimia dilakukan dengan menambahkan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) pada bak koagulan dan flokulan polimer anionik pada bak flokulasi.
Cara
mikrobiologi
dilakukan
pada bak
aerasi
dengan
cara
mengembangbiakkan bakteri aerobik di dalamnya agar dapat menghancurkan zatzat organik. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk urea atau NPK sebagai nutrisi untuk bakteri. Tahapan pengolahan air limbah di IPAL meliputi beberapa tahap proses sebagai berikut:
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
42
i.
Bak Penampungan Awal Air limbah yang masuk dari produksi Beta Laktam (dari bak destruksi) maupun Non Beta Laktam dan laboratorium akan ditampung dan pengotornya diendapkan dalam bak ini. Kemudian dialirkan ke bak pengendapan (sedimentasi pertama).
ii.
Bak Sedimentasi Pertama Disini terjadi proses pengendapan kembali dengan prinsip pengendapan, di dalam bak ini terdapat sekat-sekat yang menghambat laju aliran air sehingga reaksi pengendapan berlangsung lama. Air limbah dari bak ini mengalir ke bak Equalisasi.
iii.
Bak Equalisasi Di sini terjadi proses fisik, material padat pada bak ini dihancurkan dengan menggunakan communitor, pasir terbawa diendapkan. Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang tidak merata, yaitu pada jam kerja dan di luar jam kerja. Bak ini juga dilengkapi dengan pengaduk untuk mengaduk bahan-bahan organik agar tidak mengendap.
iv.
Bak Aerasi (Aeration Tank) Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa secara simultan. Pada bak Aerasi terdapat bakteri aerobik yang berguna untuk menghancurkan zat-zat organik. Bak ini dilengkapi dengan aerator untuk membantu agar oksigen di dalam udara yang dihasilkan oleh blower di transfer ke dalam air limbah, sehingga mikroorganisme mampu melanjutkan sintesis dan dekomposisi bahan pencemar menjadi gas yang tidak mencemari. Pengadukan juga dilakukan di dalam bak aerasi ini untuk menjamin seluruh material yang ada di dalam limbah cair dalam kondisi tersuspensi.
v.
Bak Sedimentasi Kedua (Clarifier Tank) Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak sedimentasi kedua, dalam bak ini air mengalami penjernihan. Bak ini memiliki dinding pemisah bergerigi untuk menahan pengotor dan dasar yang berbentuk
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
43
kerucut untuk mengendapkan sedimen, sehingga air yang mengalir ke bak koagulasi hanya cairannya saja. vi.
Bak Koagulasi Cairan dari bak sedimentasi kedua masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam bak ini ditambahkan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dengan menggunakan dozing pump yang disertai dengan pengaduk. Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu 50 kg PAC dalam 50 L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai bak penampung koagulan yang mempunyai fungsi untuk mengikat protein berantai panjang yang mungkin terbawa dalam air limbah.
vii.
Bak Flokulasi Cairan dari bak koagulasi dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi untuk mengendapkan endapan yang masih terbawa, di dalam bak ini ditambahkan polimer anionik sebagai flokulan dengan konsentrasi 25 g polianionik dalam 50 L air. Cairan yang sudah jernih dari bak flokulasi mengalir ke bak kontrol melalui bidang miring, sedangkan cairan yang masih mengandung endapan dialirkan ke bak sedimentasi ketiga.
viii.
Bak Sedimentasi Ketiga (Bak Pengendapan Akhir) Cairan yang masih mengandung endapan dari bak flokulasi dialirkan ke dalam bak sedimentasi ketiga yang berbentuk kerucut di bagian bawah bak, pada bak ini diberi karung dan sabut yang berfungsi sebagai penyaring untuk menampung endapan, sedangkan cairan yang lebih jernih masuk ke dalam bak penampung cairan.
ix.
Bak Penampung Cairan dari bak ini yang kemungkinan masih mengandung limbah dialirkan ke bak ekualisasi untuk dilakukan pengolahan kembali sampai limbah tersebut benar-benar bersih dari senyawa kimia yang berbahaya.
x.
Bak Bidang Miring Bak bidang miring berbentuk miring ke satu arah untuk menahan endapan dan partikel-partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi, melalui bak bidang miring ini, air yang telah bersih dari bak flokulasi mengalir ke bak kontrol.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
44
xi.
Bak Kontrol (Bak Pembuangan Akhir) Cairan yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan mas sebagai kontrol biologi untuk diperiksa kadar COD dan BOD, jumlah zat padat total yang terlarut (TDS) dan pH. Hasilnya yang memenuhi syarat air dapat dibuang ke saluran pembuangan umum.
Denah IPAL dapat dilihat pada lampiran 14.
3.5.7
Dokumentasi Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dari
sebuah organisasi perusahaan. Dokumentasi di Lafi Ditkesad meliputi: a. Dokumentasi seluruh pedoman yang berkenaan dengan aktifitas Lafi Ditkesad dengan pelaksanaan fungsinya sebagai lembaga produksi obat yang dituangkan dalam Prosedur Tetap (Protap) yang meliputi bidang personalia, administrasi dan logistik, operasional peralatan dan instalasi umum, sanitasi dan higiene, prosedur operasional dan perawatan alat, prosedur pembersihan alat atau ruangan, kalibrasi dan validasi, spesifikasi bahan, prosedur pengolahan dan pengujian, metode dan instruksi serta protap-protap lain yang diperlukan. b. Dokumen seluruh proses pembuatan obat yang dituangkan dalam dokumen produksi meliputi spesifikasi, prosedur, metoda dan instruksi, catatan dan laporan selama proses produksi berlangsung dari mulai penimbangan sampai pengemasan yang menggambarkan riwayat lengkap dari batch obat yang diproduksi. c. Dokumentasi untuk setiap pengambilan sampel dan bahan uji, baik bahan baku, bahan setengah jadi, produk ruah maupun obat jadi serta hasil pengujiannya. d. Dokumentasi juga dilakukan untuk segala aktifitas yang berkenaan dengan perbaikan,
pemantauan
dan
pengendalian,
misalnya
lingkungan,
perlengkapan, peralatan dan personalia. Seluruh dokumen di atas dikelola dan disimpan oleh bagian-bagian yang bersangkutan dengan aktifitas yang dilaksanakan, tetapi Master Formula dan Batch Record yang sudah diisi, disimpan di bagian Pemastian Mutu.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
BAB IV PEMBAHASAN
Lembaga Farmasi Direktorat Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan salah satu Direktorat TNI AD yang bergerak dibidang kesehatan dengan tugas pokok pelayanan kesehatan pada prajurit, PNS TNI AD dan keluarganya. Sebagai industri farmasi, Lafi Ditkesad dituntut untuk menghasilkan obat jadi yang bermutu tinggi, aman, dan berkhasiat. Lafi Ditkesad mempunyai tugas membantu Diskesad dalam memproduksi obat-obatan, administrasi logistik, penyimpanan dan pendistribusian material kesehatan, pemeriksaan laboratorium terhadap bahan-bahan farmasi dan obat jadi. Lafi Ditkesad juga melakukan penelitian dan pengembangan serta tugas-tugas lain yang ditentukan oleh Dirkesad dalam upaya melaksanakan penyelenggaraan dan fungsi produksi obat-obatan yang sangat diperlukan oleh keluarga besar TNI AD. Obat-obatan yang diproduksi Lafi Ditkesad tidak dipasarkan dan hanya digunakan untuk kebutuhan kesehatan intern prajutit TNI Angkatan Darat, PNS, beserta keluarganya. Untuk menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan, Lafi Ditkesad selalu mengacu pada CPOB dalam proses produksinya, meskipun untuk produksi obat Non Betalaktam belum seluruhnya memiliki fasilitas bangunan yang memenuhi persyaratan CPOB. Usaha-usaha dalam pemenuhan persyaratan CPOB terus dikembangkan, terbukti dengan telah diperolehnya 4 buah sertifikat CPOB untuk sediaan Non Betalaktam dan 5 buah sertifikat CPOB untuk sediaan antibiotika betalaktam. Pedoman CPOB meliputi 12 aspek, yaitu: manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap obat dan penarikan kembali obat jadi serta obat kembalian, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, dokumentasi serta validasi dan kualifikasi. Pelaksanaan CPOB di Lafi Ditkesad tercakup dalam pembahasan berikut:
45
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
46
4.1 Manajemen Mutu Dalam CPOB mensyaratkan industri farmasi perlu adanya manajemen mutu agar obat yang diproduksi sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen Mutu terdiri dari Pemastian Mutu dan bagian Pengawasan Mutu. Kedua bagian itu memiliki tugas yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menjamin mutu produk. Tugas bagian Pemastian Mutu dalam sistem Manajemen Mutu yaitu dalam memastikan bahwa produk telah diproses dengan benar, pelulusan obat jadi dengan cara mengeluarkan sertifikat analisis (Certificate of Analysis), menyetujui spesifikasi obat baru, dan evaluasi produk jadi Bagian Pemastian Mutu di Lafi Ditkesad mulai Januari 2013 sudah melaksanakan tugas dan wewenangnya sehingga Manajemen Mutu di Lafi Ditkesad sesuai dengan yang dipersyaratkan CPOB.
4.2
Personalia Lafi Ditkesad telah memiliki struktur organisasi dengan tugas dan
tanggung jawab yang jelas dan terbagi antara instalasi dan bagianya, sehingga setiap personil yang bekerja mengetahui tugas, wewenang, dan tangung jawabnya masing-masing. Posisi Kepala Instalasi Produksi, Kepala Instalasi Pengawasan Mutu dan Kepala Pemastian mutu telah dijabat oleh Apoteker dengan orang yang berbeda,serta masing-masing memiliki tanggung jawab dan wewenang sendiri sesuai aturan CPOB sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang tindih tugas dan tanggung jawab serta dapat saling melakukan proses pengawasan dan perbaikan. Secara umum pelatihan CPOB bagi personil Lafi Ditkesad telah dilaksanakan sesuai dengan teori dasar sebuah pelatihan maupun pedoman CPOB yang ditetapkan pemerintah dan prosedur tetap yang dibuat oleh Lafi Ditkesad sendiri. Pelatihan CPOB bagi personil Lafi Ditkesad merupakan salah satu wujud komitmen Lafi Ditkesad dalam melaksanakan fungsinya untuk memproduksi obat yang terjamin mutu dan khasiatnya. Misalnya, untuk para personil yang terlibat dalam proses produksi, setiap 6 bulan atau setahun sekali dilakukan pelatihan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
47
untuk meningkatkan kinerja sehingga mutu produk akan senantiasa terjamin. Selain itu untuk personil yang ada di Laboratorium dan seluruh pihak, minimal setiap 1 bulan sekali dilakukan pelatihan. Tujuan pelatihan telah dirancang dan ditetapkan sebelum pelatihan dilaksanakan. Materi pelatihan telah dibuat secara berjenjang yang dituangkan secara rinci dan tertulis dalam bentuk prosedur tetap serta disetujui oleh Kepala Instalasi Pengawasan Mutu dan Kepala Instalasi Produksi. Materi tersebut juga disampaikan secara bertahap dalam jangka waktu yang ditetapkan dan disusun secara terjadwal serta disampaikan dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis materi. Pelatihan yang diadakan juga telah diusahakan dari atasan yang bersangkutan, para praktisi dan profesional di bidang industri farmasi. Selain pelatihan resmi yang dilakukan, untuk meningkatkan semangat kerja para karyawan, Lafi Ditkesad juga melakukan pendekatan persuasif sehingga tercipta suasana kerja yang baik.
4.3
Bangunan dan Fasilitas Pemilihan lokasi bangunan Lafi Ditkesad telah memenuhi persyaratan
CPOB dimana transportasinya mudah, memiliki fasilitas air, listrik dan telepon, ketersediaan tenaga kerja yang cukup, bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan. Namun demikian, lokasi bangunan Lafi Ditkesad yang berada dekat dengan pemukiman masyarakat tidak sesuai dengan yang disyaratkan dalam CPOB, hal ini terjadi karena situasi dan kondisi Lafi Ditkesad yang memanfaatkan bangunan yang sudah ada. a. Instalasi Produksi Pembagian ruang produksi Non Betalaktam terdapat pemisahan ruang tablet, sirup, dan kapsul. Bangunan produksi betalaktam terpisah dengan bangunan Non Betalaktam. Pemisahan ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya kontaminasi silang dan kesalahan karena tercampurnya bahan obat. Tata ruang untuk proses produksi telah memperhatikan urutan proses. Sebagai contoh untuk proses pembuatan tablet, terdapat ruang penimbangan, pencampuran, granulasi, pengeringan, pengayakan, pencampuran akhir, pencetakan, penyalutan, stripping, dan kemas. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
48
Gedung yang digunakan untuk produksi obat Non Betalaktam telah memiliki klasifikasi kelas ruang yaitu kelas E, F dan G. Termasuk dalam ruang kelas E yaitu ruang sampling, ruang timbang, dan ruang stagging, yang ditujukan untuk mencegah terjadinya kontaminan yang terbawa oleh personil. Kemudian termasuk dalam ruang kelas F adalah ruang pengemasan sekunder dan kelas G yaitu gudang bahan baku, gudang bahan kemas dan gudang sejuk. Lantai, dinding dan langit-langit licin dilapisi dengan epoksi, bebas dari keretakan dan sambungan terbuka serta mudah dibersihkan. Sudut-sudut antara dinding, lantai, dan langit-langit berupa lengkungan (hospital shape). Pada gedung ini telah disiapkan daerah-daerah tertentu untuk kegiatan penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan penyerahan, pengolahan, penyimpanan produk ruahan, pengemasan, pengiriman barang dan pencucian peralatan. Gudang yang ada pada gedung ini baik gudang bahan baku maupun bahan jadi telah memiliki penerangan yang cukup. Limbah padat dari produksi non betalaktam dikumpulkan dengan dustcollector dan ditampung pada tempat tertentu. Pengolahan limbah dari produksi obat beta laktam termasuk pengolahan limbah cair telah mengalami proses destruksi terlebih dahulu yaitu pemecahan cincin betalaktam dengan larutan NaOH 0,1 N yang kemudian mengalami pengolahan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebelum dibuang ke pembuangan akhir (saluran umum). Gedung produksi Sefalosporin untuk proses produksi serbuk injeksi steril sudah di rancang namun belum di produksi, telah dilengkapi dengan sarana ruang penyangga udara yang menghubungkan ruang ganti pakaian dengan ruang pengisian. Untuk mengendalikan udara, di ruang produksi dilengkapi dengan sarana pengatur suhu dan kelembaban. Penyaringan udara dilakukan melalui filter udara yang dilengkapi dengan pre-filter, medium filter dan HEPA filter. HEPA filter mampu menyaring partikel berukuran 0,5 mm dengan tingkat kemampuan 99,95%.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
49
b. Instalasi Penyimpanan Ruang penyimpanan di Lafi Ditkesad menjadi satu bangunan dengan ruang produksi Non Betalaktam. Ruang karantina bahan baku obat hanya terdapat di Gupus II, sedangkan Lafi belum memiliki gudang karantina. Hal ini ditujukan untuk mengefisiensikan waktu dan karena Gupus II menggunakan Instalwastu Lafi Ditkesad untuk pemeriksaan bahan baku obat, sehingga saat menerima bahan baku obat dari Gupus II Lafi tidak perlu lagi melaksanakan pemeriksaan bahan baku obatnya. Seharusnya Gupus II juga mempunyai Instalwastu tersendiri untuk memeriksakan bahan baku obat dari rekanan/pihak luar, begitu juga dengan Lafi Ditkesad yang harus mempunyai gudang karantina tersendiri sebagai tempat transit bahan baku obat yang diterima dari Gupus II selama menunggu hasil pemeriksaan Instalwastu Lafi Ditkesad. Bangunan Instalasi Penyimpanan telah dirawat dan dijaga kebersihannya, sehingga dapat melindungi bahan-bahan yang disimpan dari kerusakan, dan juga sudah terdapat ruang sejuk (suhu 8-15ºC) untuk menyimpan bahan baku obat yang tidak tahan terhadap suhu lingkungan yang panas. Khusus untuk bangunan bahan baku dan obat jadi sediaan beta laktam, penyimpanannya dipisahkan dari bahan baku dan obat jadi lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kontaminasi silang. Sistem administrasi di gudang masih dilaksanakan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan kartu kendali dan kartu barang untuk mengontrol pengeluaran dan pemasukan barang. Kekurangan cara manual ini antara lain informasi data ke bagian lain berjalan lambat sehingga dapat terjadi kesalahan dalam penulisan jumlah meteril yang ada. c. Instalasi Pengawasan Mutu Bangunan laboratorium Instalasi Pengawasan Mutu telah memenuhi persyaratan CPOB, karena pembagian ruangan yang sudah jelas untuk setiap bagian di laboratorium, yaitu laboratorium uji kimia, laboratorium uji fisika, laboratorium mikrobiologi, ruang instrumen, ruang timbang, ruang kantor, ruang penyimpanan contoh pertinggal dan ruang penyimpanan reagen.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
50
4.4
Peralatan Lafi Ditkesad memiliki rancang bangun dan konstruksi peralatan yang
tepat dengan ukuran yang memadai dan ditempatkan pada tempat yang sesuai akan menghasilkan suatu mutu obat yang baik karena memudahkan dalam pembersihan dan perawatannya. Mesin-mesin produksi dan peralatan penunjang dalam proses produksi non beta laktam, produksi beta laktam, produksi Sefalosporin serta pengawasan mutu sebagian besar telah memenuhi persyaratan CPOB. Perawatan dan kalibrasi dilakukan secara berkala untuk menjamin proses kerja dari peralatan tersebut. Bahan peralatan yang digunakan tidak menimbulkan reaksi, adisi ataupun absorpsi yang dapat mempengaruhi mutu obat. Bahan yang biasa digunakan terbuat dari stainless steel. Pada setiap kegiatan yang berhubungan dengan peralatan dilengkapi dengan prosedur tetap (protap) yaitu protap pengoperasian alat untuk mencegah kesalahan pengoperasian mesin, protap pemeliharaan alat untuk menjaga agaralat dapat bekerja baik maupun protap pembersihan alat untuk mencegah kontaminasi dari bahan yang digunakan sebelumnya maupun dari bakteri yang tidak diinginkan. Setiap pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian alat dicatat dalam buku catatan harian (log book). Saluran air, uap dan udara bertekanan atau saluran lainnya telah dipasang untuk memudahkan akses setiap tahapan proses dan setiap pipa telah diberi penandaan berupa warna menunjukkan fungsi dari tiap pipa tersebut. Adapun jenis peralatan yang digunakan untuk menunjang kegiatan di Instalwastu antara lain particle counter (Lasair II), spektrofotometer UV-Vis yang terkomputerisasi (Shimadzu UV-1601PC), alat uji disolusi otomatis terkomputerisasi SR8 Plus (Hanson Research), alat uji waktu hancur (Erweka), alat uji keregasan tablet (Erweka), alat uji kekerasan, ketebalan serta diameter tablet (Erweka), timbangan digital beserta printer-nya, alat uji kebocoran kemasan, alat soxlet, readbiotic, inkubator jamur dan inkubator bakteri, otoklaf, oven (Memmert), ruang uji, lemari es, lampu UV, lemari asam, climatic chamber, alat pH meter, TDS dan konduktivitas, shaker, penangas, pengayak, melting point tester, alat uji kadar abu (Furnace 1500), alat uji kadar air, alat keselamatan, serta peralatan gelas untuk keperluan pengujian di Instalwastu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
51
4.5
Sanitasi dan Hygiene a. Higiene Perorangan Umumnya karyawan telah mengetahui akan kebersihan diri, bangunan, dan peralatan, namun harus selalu mendapatkan pembinaan dan upaya lain yang dapat memotivasi para karyawan untuk berdisiplin dan mempunyai kesadaran sendiri dalam menerapkan prinsip-prinsip sanitasi dan higiene untuk kebersihan produk obat, peralatan, dan lingkungan kerja, serta kesehatan
karyawan
itu
sendiri.
Dalam
setiap
produksi,
karyawan
menggunakan pakaian khusus untuk produksi yang dilengkapi dengan masker, penutup kepala, alas kaki, dan sarung tangan. Untuk pakaian yang dipakai di ruang Non Betalaktam dan Betalaktam karyawan telah menggunakan pakaian khusus lengkap di ruang produksi sehingga memenuhi persyaratan CPOB. b. Sanitasi Bangunan dan Fasilitas Gedung produksi Betalaktam dan Non Betalaktam telah memiliki sanitasi yang baik dan selalu dibersihkan secara berkala sesuai dengan prosedur tetap pembersihan yang telah ditetapkan. Sarana untuk penyimpanan pakaian personil dan milik pribadinya masih menggunakan suatu lemari terbuka untuk menyimpan pakaiannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan tempat untuk penyimpanan dibandingkan dengan jumlah karyawan yang ada. Tetapi lebih baik jika dibuatkan suatu tempat khusus seperti locker untuk penyimpanan pakaian dan barang-barang milik pribadi mereka. Selain lebih efisien, penggunaan locker juga lebih aman karena locker bersifat tertutup dan ruangan dapat tertata lebih baik, sehingga terjadinya kontaminasi silang dapat diminimalkan. Penanganan limbah produksi di Lafi Ditkesad telah memenuhi persyaratan CPOB. Pengolahan limbah dilakukan melalui proses fisika, kimia, dan mikrobiologi.
4.6
Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang meliputi pengolahan bahan baku
menjadi produk ruahan dan pengemasan produk ruahan menjadi produk jadi. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap produk akhir, melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses produksi sejak Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
52
pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi, personalia, bangunan, peralatan, kebersihan dan hygiene sampai dengan pengemasan. Pada setiap produksi dilakukan proses IPC untuk memantau mutu obat pada setiap proses produksi oleh personil produksi. Bahan awal yang digunakan dalam proses produksi dicatat dalam buku tertentu yang meliputi pencatatan semua pemasukan dan pengeluaran, keterangan persediaan, nomor bets, tanggal kadaluarsa, serta keterangan pemasoknya. Setiap produk telah memiliki Batch Record (catatan bets) tersendiri, sehingga produk obat yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Setiap personil yang terlibat dalam proses produksi telah menyadari akan pentingnya mengikuti petunjuk yang ada dalam Batch Record. Kedisiplinan setiap personil di bagian produksi dalam mencatat semua kejadian selama proses produksi dalam kolom yang tersedia di Batch Record, merupakan suatu konsekuensi dari tugas dan tanggung jawabnya. Sebaiknya setiap proses yang telah tercantum dalam Batch Record dilaksanakan, meskipun kegiatan tersebut telah berulang kali dilakukan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kesalahan dalam proses produksi.
4.7
Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu merupakan bagian yang essensial dari CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan Mutu di Lafi Ditkesad merupakan bagian yang independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab seorang Apoteker. Pengawasan Mutu di Lafi Ditkesad telah dilengkapi dengan sarana yang memadai berupa laboratorium pengujian kimia, fisika, maupun mikrobiologi. Kegiatan Pengawasan Mutu yang dilakukan di Lafi Ditkesad meliputi : a. Sampling Pengambilan sampling bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi yang dilakukan secara random dimana hal ini bertujuan untuk memeriksa kualitas mutu yang dihasilkan dari bets sehingga memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
53
b. Testing (Pengujian) Pengujian yang dilakukan, antara lain terhadap bahan awal dilakukan uji penetapan kadar uji fisik (sesuai dengan monografi masing-masing bahan awal), untuk produk ruahan dilakukan uji penetapan kadar dan uji fisik, contohnya untuk sediaan tablet yang terdiri dari keragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, diameter dan ketebalan. Untuk uji penetapan kadar dibutuhkan instrumen analisis yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi seperti HPLC. Di Lafi Ditkesad, uji penetapan kadar dilakukan dengan metode titrasi dan spektrofotometri UV-Vis karena belum mempunyai HPLC. Untuk pengujian terhadap obat jadi, misalnya untuk sediaan tablet, kaplet dan kapsul dilakukan uji kebocoran strip. c. Spesifikasi Instalasi Pengawasan Mutu sudah membuat spesifikasi untuk bahan awal, produk ruahan dan obat jadi. d. Inspeksi Inspeksi terdiri dari pra inspeksi (terhadap bahan baku obat, bahan pengemas), IPC (terhadap produk antara, produk ruahan) dan inspeksi akhir (final inspection) terhadap produk jadi (finishing goods). Selain mengawasi dan mengontrol produk dalam setiap tahapan produksi, Pengawasan Mutu juga mengontrol kelengkapan dokumen dalam setiap bets produksi. Dokumen disini meliputi dokumen bets (batch record). Pengawasan yang dilakukan di Instalasi Pengawasan Mutu meliputi semua fungsi analisis termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi, program uji stabilitas dan penetapan tanggal kadaluarsa, validasi, dokumentasi dari suatu bets, penyimpanan contoh pertinggal, penyusunan dan penyimpanan spesifikasi yang berlaku bagi tiap bahan dan produk termasuk metode pengujiannya.
4.8
Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi Diri dilakukan untuk menilai apakah seluruh aspek produksi dan
pengawasan mutu memenuhi persyaratan CPOB atau tidak. Inspeksi diri dilakukan terhadap personil, bangunan dan fasilitas, penyimpanan bahan baku dan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
54
obat jadi, peralatan, produksi, pengawasan mutu dan pemeliharaan gedung yang dilakukan teratur minimal setahun sekali dimana tindakan perbaikannya harus dilaksanakan. Tim inspeksi diri merupakan personil yang ditunjuk langsung oleh Kalafi yang berjumlah 3 orang atau lebih. Tim inspeksi independen atau tidak berkaitan dengan instalasi yang diinspeksi. Misalnya Instalwastu tidak boleh diperiksa oleh personil wastu sendiri tetapi diperiksa oleh personil bagian instalasi lain, contohnya diperiksa oleh personil produksi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil penilaian yang objektif. Audit mutu biasanya dilakukan oleh BPOM dan juga dilakukan oleh pihak luar yang melakukan Toll di Lafi Ditkesad.
4.9
Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk, dan Produk Kembalian Penarikan Produk dan Produk Kembalian tidak langsung dilakukan oleh
Lafi, tetapi dilakukan oleh Ditkesad. Keluhan terhadap produk obat Lafi Ditkesad pertama kali disampaikan ke Ditkesad, kemudian Ditkesad menyampaikan informasi kepada Kalafi untuk memeriksa obat yang bermasalah tersebut. Kalafi memerintahkan Instalwastu untuk melakukan pengujian terhadap sampel pertinggal dan sampel yang bermasalah tersebut. Jika laporan hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel pertinggal menunjukkan kerusakan yang sama, maka Instalwastu akan melaporkan ke Kalafi bahwa produk tersebut sudah tidak layak untuk digunakan dan dimohon untuk ditarik dari peredaran sesuai dengan nomor bets yang diproduksi dan bagian Installitbang akan berusaha mengatasi masalah tersebut. Tetapi bila hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel pertinggal masih bermutu, maka Instalwastu menguji sampel dengan bets yang sama dari wilayah lain. Jika hasil pengujian obat di wilayah tersebut menghasilkan hasil yang baik maka Instalwastu melaporkan bahwa obat yang dikeluhkan tersebut rusak karena perjalanan atau kondisi penyimpanan yang salah. Tanggapan terhadap keluhan tersebut dapat berupa saran-saran mengenai penanganan obat yang mengalami kerusakan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
55
4.10
Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dari sebuah
organisasi perusahaan dan merupakan bagian yang sangat esensial dari pemastian mutu. Sistem dokumentasi di Lafi Ditkesad sudah cukup baik dilihat dari Dokumen Produksi Induk yaitu Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi pengolahan dan Instruksi Pengemasan), dokumen batch record, protap untuk produksi, operasional, perawatan gedung, perawatan alat dan penunjang lainnya, spesifikasi bahan dan produk, metode dan prosedur analisa, penyimpanan dan sebagainya. Namun masih perlu dilakukan penanganan dokumen secara teratur dan sistematis dan secara komputerisasi sehingga dapat dijaga kerapian, keaslian, kerahasiaan, keamanan, serta kemudahan dalam penelusurannya, karena sistem dokumentasi akan sangat menunjang dalam manajemen sistem informasi dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Dalam penulisan dokumen tidak boleh di tipe-x, jika terjadi kesalahan dicoret sekali kemudian di paraf dan di ganti yang benar.
4.11
Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Berdasarkan CPOB, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus
dibuat dengan benar, disetujui, dan dikendalikan untuk menghindari kesalahan yang dapat menyebabkan mutu produk tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dengan penerima kontrak harus dibuat secara jelas untuk menentukan tanggungjawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggungjawab penuh Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu toll out dan toll in. Toll out adalah kerjasama antara Lafi Ditkesad dengan industri farmasi lain, tetapi manufacturing dilakukan di industri farmasi lain, sedangkan toll in adalah kebalikannya, yaitu manufacturing produk industri farmasi lain yang dilakukan di Lafi Ditkesad. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak yang dilakukan di Lafi Ditkesad hanya berupa kerjasama toll in dari industri farmasi lain, karena sarana dan prasarana di Lafi Ditkesad sudah Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
56
memenuhi persyaratan CPOB, sehingga tidak perlu melakukan manufacturing di industri farmasi lain. Sebelum pelaksanaan toll in, pihak pemberi kontrak terlebih dahulu melakukan audit terhadap Lafi Ditkesad untuk melihat fasilitas yang dimiliki berkaitan dengan produk yang akan di-toll in-kan.
4.12
Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi di Lafi Ditkesad telah dilakukan dengan baik.
Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan sistem, perlengkapan, atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Validasi dilakukan terhadap seluruh prosedur produksi terutama pada tahap-tahap kritis. Validasi dilaksanakan menurut prosedur dan hasilnya didokumentasikan. Validasi yang dilakukan meliputi validasi proses, metoda analisis dan pembersihan. a. Validasi Proses Untuk validasi proses di Lafi Ditkesad mencakup validasi proses baru ketika menggunakan alat atau formula standar baru dalam memproduksi suatu obat. Contohnya pada proses pencampuran tablet, sebelumnya telah dilakukan validasi terlebih dahulu untuk menentukan kecepatan putaran alat pencampur untuk menghasilkan massa yang homogen. Contoh lainnya yaitu dalam proses pengeringan pada granulasi basah, sebelumnya telah divalidasi berapa lama waktu pengeringannya untuk mendapatkan granul dengan kadar air yang diinginkan. Begitu pula dengan proses-proses lainnya yang perlu dilakukan validasi untuk menjamin keseragaman mutu obat jadi. Validasi dilakukan bila terjadi perubahan proses seperti penyesuaian alat atau formula saat melakukan kerja dengan formula standar yang berbeda atau formula standar yang sama tetapi menggunakan bahan baku yang berbeda serta validasi ulang yang bertujuan untuk melihat kinerja alat yang digunakan agar senantiasa sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
57
b. Validasi Metode Analisis Validasi metode analisis dilakukan pada setiap metode yang ada atau yang digunakan di Lafi Ditkesad. Ada empat jenis metode yaitu uji identifikasi, uji kuantitatif kandungan impuritas, uji batas impuritas dan uji kuantitatif zat aktif dalam obat jadi. Selain keempat uji diatas metode analisis lain seperti uji disolusi obat atau penentuan ukuran partikel untuk bahan baku aktif juga dilakukan validasi. Validasi ulang juga dilakukan pada metode analisis jika terjadi perubahan sintesis bahan aktif, komposisi produk jadi dan perubahan metode analisis. c. Validasi Pembersihan Pada proses pembersihan di Lafi Ditkesad dilakukan setelah proses produksi selesai. Validasi pembersihan dilaksanakan hanya untuk permukaan alat yang bersentuhan langsung dengan produk. Hal yang dikerjakan adalah melihat efektifitas pembersihan, penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan cemaran mikroba. Sampling bahan obat yang digunakan untuk validasi pembersihan adalah dengan spesifikasi yaitu bahan yang memiliki potensi cemaran yang besar dan bahan yang sukar larut dalam air. Kegiatan kualifikasi di Lafi Ditkesad meliputi empat hal yaitu: a. Kualifiaksi Desain Kualifikasi Desain merupakan unsur pertama dalam melakukan validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru. Prosesnya mengkaji desain (design review) yang didokumentasi untuk meyakinkan bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap perencanaan. Salah satu kualifikasi desain yang di lakukan Lafi Ditkesad adalah kualifikasi desain untuk HVAC. b. Kualifikasi Instalasi Kualifikasi Instalasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang dimodifikasi. Kualifikasi instalasi dilakukan dengan menyesuaikan alat dan sarana penunjang lainnya dengan manual book dari masing-masing alat tersebut. Bagian yang berperan dalam kualifikasi instalasi di Lafi Ditkesad adalah bagian Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
58
c. Kualifikasi Operasional Kegiatan Kualifikasi Operasional di Lafi Ditkesad mencakup kalibrasi, prosedur pengoperasian dan pembersihan, pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif. Setelah kualifikasi operasional selesai dilakukan selanjutnya dibuat suatu persetujuan tertulis yang menyatakan bahwa alat tersebut dapat bekerja sesuai dengan spesifikasinya.
d. Kualifikasi Kinerja Setelah
Kualifikasi
Instalasi
dan
Kualifikasi
Operasional
selesai
dilaksanakan, dikaji dan disetujui selanjutnya dilakukan kualifikasi kinerja untuk melihat kerja alat yang bersangkutan apakah memberikan hasil kerja sesuai dengan kapasitas hasil produksi maksimal dan minimal alat yang tertera di manual book.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan 1. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) sudah mulai menerapkan aspek-aspek yang dipersyaratkan oleh CPOB diseluruh proses produksinya. Hal tersebut dapat dilihat dari upaya pembangunan bangunan baru, memperbarui dan melengkapi peralatan, validasi metode dan prosedur pengawasan mutu serta dilengkapi dengan dokumentasi yang baik dan benar. 2. Peran Apoteker dalam industri farmasi tidak hanya dalam produksi dan pengawasan mutu, tetapi juga bisa di bagian pengadaan, pemeliharaan, penyimpanan, serta riset dan pengembangan. 3. Dokumen di Lafi Ditkesad masih dilakukan secara manual. 4. Instalasi pengawasan mutu belum mempunyai HPLC
5.2
Saran 1.
Perlu menjalankan sistem komputerisasi secara menyeluruh, sehingga pemantauan, pencarian data, dan penelusuran informasi menjadi lebih mudah.
2.
Perlunya pembinaan dan pelatihan tenaga kerja mengenai pentingnya sanitasi dan higiene yang dilakukan secara berkesinambungan.
3.
Perlu diadakan HPLC untuk menunjang kerja dari Instalwastu Lafi Ditkesad.
59
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
60
DAFTAR ACUAN Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1988). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.43/SK/Menkes/II/1988 tentang Pedoman CPOB. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Izin Usaha Industri Farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan
Makanan. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2001). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kepala Staf TNI AD. (2007). Peraturan Kasad Nomor Perkasad/219/XII/2007 tentang Organisasi dan Tugas Lembaga Farmasi Ditkesad (Orgas Lafi Ditkesad). Bandung.
60 Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
61
LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BERDASARKAN KEPUTUSAN KEPALA STAF ANGKATAN DARAT NOMOR KEP / 28 / IX / 2006
DITKESAD
POKPIMP
SUBDIT BINCAB
IT
SUBDIT BINDUKKES
SUBDIT BINYANKES
INFOLAHTA
SESDITKESAD
RSPAD
LAFI
LABIOMED
SUBDIT BINMATKES
LAKESMIL
LAKESGILUT
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
LAPALKES
GUPUS I
GUPUS II
62
LAMPIRAN 2 STRUKTUR ORGANISASI LAFI DITKESAD, BERDASARKAN PERATURAN KASAD NO : Perkasad 219 / XII / 2007
KALAFI WAKALAFI
Eselon Pimpinan
PAAHLI
KABAGMINLOG Eselon Pembantu Pimpinan
KASITUUD Eselon Pelayanan Eselon Pelaksana
KAINST ALPROD
KAINSTAL WASTU
KAINSTALHAR DAN SISJANG
Keterangan : KALAFI WAKALAFI PA AHLI KABAG MINLOG KASI TUUD KAINSTALPROD KAINSTALWASTU KAINTALHAR DAN SISJANG KAINSTAL LITBANG KAINSTALSIMPAN
KAINSTAL LITBANG
KAINSTAL SIMPAN
: Kepala Lembaga Farmasi : Wakil kepala Lembaga Farmasi : Perwira Ahli : Kepala Bagian Administrasi dan Logistik : Kepala Seksi Tata Usaha Urusan Dalam : Kepala Instalasi Produksi : Kepala Instalasi Pengawasan Mutu : Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang : Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan : Kepala Instalasi Penyimpanan
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
63
LAMPIRAN 3 SISTEM PENGAWASAN MUTU LAFI DITKESAD
Pembelian/Rekanan Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Pemeriksaan Kualitas oleh Instalwastu
Gudang Pusat II (Gudang Karantina)
Pemeriksaan Jumlah dan Spesifikasi
Gudang Pusat II (Gudang Bahan Baku Obat)
Prosedur Penyimpanan yang Baik
Instal Simpan
Pemeriksaan Produk ½ jadi oleh Instalwastu
Penimbangan Simpan
Pengecekan Peralatan, Ruangan dan Jenis Jumlah Bahan Baku, IPC
Pemeriksaan Batch Record
Pemeriksaan Produk Ruahan oleh Instalwastu
Proses Produksi
Produk Ruahan
Pemeriksaan Produk Obat Jadi oleh Instalwastu
Pengecekan Prosedur Kerja
Pengecekan Alat, Ruang, Produk Ruahan, Label, Wadah
Pengepakan Pemeriksaan Batch
Instal Simpan (Gudang Karantina) Uji Stabilitas oleh Instalwastu
Gudang Pusat II Distribusi
Pengepakan
Cek Ulang
Pengguna/User
Gudang Daerah
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
64
LAMPIRAN 4 BLANKO CATATAN PENGUJIAN BAHAN BAKU
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
65
LAMPIRAN 5 BLANKO HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT INSTALASI PENGAWASAN MUTU LAPORAN HASIL PENGUJIAN NOMOR :
/
/20
1. NAMA CONTOH 2. 3. 4. 5. 6.
NAMA PABRIK : NAMA PENYALUR : JUMLAH : KEMASAN : TGL DALUAWARSA :
7.
RUMUS KIMIA :
8.
DITERIMA TANGGAL :
9.
MULAI DIUJI TANGGAL :
10.
SELESAI DIUJI TANGGAL :
11. PERMINTAAN DARI 12. MAKSUD PENGUJIAN : Panitia Penerimaan Matkes/Matum No..... Quality Control Tanggal ....-....-20...., TA 20.... Contoh :..No.. 13. HASIL PENGUJIAN a. Pemerian b. Identifikasi c. Kemurnian d. Kelarutan e. Keasaman/Kebasaan f. Suhu Lebur : (Syarat : ) g. Rotasi Jenis : (Syarat : ) h. Indeks Bias : (Syarat : ) i. Bobot Jenis : (Syarat : ) j. Susut Pengeringan : % (Syarat : ) k. Kadar Abu : % (Syarat : ) l. Kadar : % (Syarat : ) 14. PEMERIKSAAN LAIN : 15. PUSTAKA : Farmakope Indonesia Ed. IV Th. 1995/Prosedur Tetap 16. CATATAN : 17. KESIMPULAN : 18. PEMERIKSA : BANDUNG,
20
KA. INS. WASTU
(
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
)
66
LAMPIRAN 6 BLANKO CATATAN PENGUJIAN TABLET / KAPSUL
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
67
LAMPIRAN 7 BLANKO CATATAN PENGUJIAN LARUTAN / SIRUP / INJEKSI / SALEP / KRIM
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
68
LAMPIRAN 8 LABEL KARANTINA, DILULUSKAN, DAN DITOLAK
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
69
LAMPIRAN 9 ALUR PROSES PRODUKSI SEDIAAN TABLET
IPC:
IPC: Homogenitas, Kadar zataktif
IPC: Kekerasan, kerapuhan, dan keseragaman bobot
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
70
LAMPIRAN 10 ALUR PROSES PRODUKSI SEDIAAN KAPSUL
Penimbangan
Zat Aktif, Zat Pelincir Mixer Pencampuran Homogen IPC Homogenitas massa kapsul Penetapan kadar bahan aktif
Karantina Wastu/IPC Pengisian Kapsul
Polishing
IPC Karantina
Keseragaman bobot kapsul Wastu/IPC
IPC Jumlah setiap strip Kebocoran strip
Pengemasan
Karantina
Pengemasan
QC Pemeriksaan kelengkapan obat jadi (pemberian label, stempel, nomor batch, exipired date, brosur)
Karantina
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Gudang Obat Jadi
Lolos Uji
71
LAMPIRAN 11 ALUR PROSES PRODUKSI SEDIAAN SIRUP
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
72
LAMPIRAN 12 ALUR PROSES PRODUKSI SIRUP KERING
Penimbangan
Botol
Pencampuran
Pencucian
Pengeringan Pencampuran
Wastu/IPC Pengisian/Penutupan /Labeling Wastu/IPC Pengemasan Sekunder Wastu/IPC Obat Jadi
Wastu/IPC
Instalsimpan
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Botol Bersih
73
LAMPIRAN 13 ALUR SISTEM PENGOLAHAN AIR
Bak III
Bak II
SAND FILTER
CARBON FILTER
PENUKAR KATION DAN ANION Bak I Purified Water GROUND TANK
FILTER 0,3 µm Raw Material (PDAM)
FILTER 0,2 µm
High Purified Water DESTILASI
Water For Injection STERILISASI
Steril Water For Injection
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
74
LAMPIRAN 14 DENAH INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH
SALURAN PEMBUANGAN UMUM
BAK KONTROL
Pump
BAK BIDANG MIRING
BAK PENAMPUNGAN Dosing Pump Pengaduk
BAK FLOKULASI
Dosing Pump
PIPA SALURAN CAIRAN DARI BAK PENAMPUNGAN KE BAK EKUALISASI
BAK SEDIMENTASI 3 Karung Penyaring Endapan
Pengaduk
AIR LIMBAH BETALAKTAM
BAK KOAGULASI
BAK SEDIMENTASI 2 (CLARIFIER)
Difuser
BAK SEDIMENTASI AWAL
BAK AERASI Pengaduk
Aerator
BAK EKUALISASI Pump
AIR LIMBAH NON BETALAKTAM
Pengaduk
AIR LIMBAH NON BETALAKTAM TABLET COATING
SALURAN AIR LIMBAH DARI SEDIMENTASI AWAL
Air Washer
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Destruksi
75
LAMPIRAN 15 INSTALASI AHU LAFI DITKESAD
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
76
LAMPIRAN 16 ALUR PROSES PENERIMAAN DAN PENGELUARAN BARANG DI INSTALASI PENYIMPANAN
DITKESADA
Surat Perintah
Surat Perintah
PPM GUPUS II
Instal Simpan LAFI
Ka LAFI Produksi
Proses Penerimaan Barang
SKB BP
-
Tim komisi
Card deck BA
Program Produksi
Batch record
Proses Pengeluaran Barang
BA
- Dasar = NPM - Penimbangan - Pemotongan kartu barang - Pembuatan BP intern LAFI (setelah selesai timbang 1 item obat)
PPn
Proses Produksi
Tim komisi
Wastu HPL
Karantina Obat Jadi
BP dari produksi
Keterangan : PPM distribus
-
SKB BP
Gudang Obat Jadi
PPM : Perintah Pengeluaran Materil PPnM : Perintah Penerimaan Materil
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
77
LAMPIRAN 17 SERTIFIKAT CARA PEMBUATAN OBAT
Sertifikat CPOB sediaan β-laktam
Sertifikat CPOB sediaan non β-laktam
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
78
LAMPIRAN 18 PRODUK LAFI DITKESAD
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
79
LAMPIRAN 19 DAFTAR PRODUK OBAT LAFI DITKESAD
Nama Produk
Isi
Bentuk Sediaan
Amox
Amoksisilin
Kaplet, Kapsul, Sirup Kering
Ampi
Ampisilin
Kaplet, Kapsul, Sirup Kering
Buscofiad
Antalgin, Hiosin n butil bromida
Tablet
Clofenad
Natrium Diklofenak
Tablet salut enterik
Dexad
Deksametason
Tablet
Dextro 15
Dekstrometorfan HBr
Tablet
Fimol
Parasetamol
Tablet, Sirup
Floxad
Ciprofloxacin
Kaplet, Kapsul, Sirup Kering
Ifenad
Ibuprofen
Tablet
Imodiad
Loperamid HCl
Tablet
Lafidril
Difenhidramin,Dekstrometofan
Sirup
Fenilefrin, Ammonium Klorida Lafigencin Lafihistin Lafimycetine Lafimycort Lafinazole Lafiodine Lafitens Metron Neodiare Neolafimag Neostopflu Neuralgad Neurobiad Ponstad Sangobiad Solvonad Sultrim Thiamfi Yudhavit
Natrium Sitrat, Alkohol Gentamisin Sulfat Mebhidrolin Napadisilat Kloramfenikol Kloramfenikol, Hidrokortison Ac Mikonazol Nitrat Povidon Iodin 10% Kaptopril Metronidazol Anttapulgite Sanalmin, Simetikon Parasetamol, ctm, fenilpropanolamin Antalgin, klordiazepoksid, Thiamin mononitrat Piridoksin HCl, Sianokobalamin, kofein Vitamin B1, Vitamin B6, Vitamin B12 Asam Mefenamat Fe gluconas, Mn Sulfat, Cu Sulfat Asam folat, Sianokobalamin, Vitamin C Bromhexine HCl Trimetoprim, Sulfametoksazol Tiamfenikol basa Ekstrak ginseng, Vit A, Vit B1, Vit B2 Vit B6, Nikotinamida, Asam askorbat Kalsium pentotenat, Tembaga sulfat Fe gluconas, Mg Sulfat, Mn Sulfat, Zinc Sulfat
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Salep Tablet Salep Salep Salep Larutan Antiseptik Tablet Tablet Tablet Tablet kunyah Tablet Tablet Tablet Kaplet, Kapsul Kapsul Tablet Tablet, Sirup Kapsul Kaplet
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT JL. GUDANG UTARA NO 25-26, BANDUNG PERIODE 1 – 30 APRIL 2013
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
TITIK NURDAYANI, S.Farm. 1206313791
APOTEKER LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul ..............................................................................................
i
Daftar Isi ........................................................................................................
ii
Daftar Gambar ..............................................................................................
iii
Daftar Lampiran ...........................................................................................
iv
Bab I. Pendahuluan ......................................................................................
1
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1
1.2. Tujuan ..........................................................................................
2
Bab II. Tinjauan Pustaka .............................................................................
3
2.1. Tablet ...........................................................................................
3
2.2. Parasetamol ..................................................................................
4
2.3. Validasi ........................................................................................
5
2.3.1. Tahapan Validasi ...............................................................
5
2.3.2. Kualifikasi .........................................................................
5
2.4. Validasi Proses .............................................................................
7
2.4.1. Jenis-jenis Validasi Proses ................................................
8
2.4.2. Protokol Validasi ...............................................................
9
Bab III. Metode Penelitian ...........................................................................
10
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................
10
3.2. Metode Penelitian ........................................................................
10
3.2.1. Kepala Protokol .................................................................
10
3.2.2. Ruang Lingkup ..................................................................
10
3.2.3. Tanggung Jawab ................................................................
10
3.2.4. Isi Protokol .........................................................................
11
Bab IV. Pembahasan ....................................................................................
13
Bab V. Kesimpulan dan Saran ....................................................................
17
5.1. Kesimpulan ..................................................................................
17
5.2. Saran ............................................................................................
17
Daftar Acuan .................................................................................................
18
Lampiran ......................................................................................................
19
ii Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Struktur Molekul Parasetamol ...................................................
iii Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran: Protokol Validasi Retrospektif Pembuatan Tablet Parasetamol 500 mg ..........................................................................................
iv Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
19
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penerapan CPOB pada industri farmasi yang menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu, bertujuan untuk menjamin bahwa produk obat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan. Selain itu penerapan CPOB tersebut dimaksudkan untuk memperluas akses pasar impor, karena CPOB termasuk dalam salah satu persyaratan internasional. Untuk mendapatkan hasil produksi yang bermutu, unsur validasi tidak dapat dipisahkan dari penerapan CPOB karena validasi merupakan salah satu bagian yang penting agar obat yang dihasilkan atau produksi dari batch ke batch terjamin kualitasnya dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Usaha industri farmasi yang telah melaksanakan validasi dengan baik, dapat menjamin mutu hasil produksinya, karena penerapan suatu proses yang sudah dipahami disertai pengawasan yang memadai, dapat meyakinkan konsumen akan mutu suatu produk yang dihasilkan. Hal ini sekaligus menghemat biaya produksi karena hasil validasi akan meningkatkan efektifitas produksi sehingga pengeluaran biaya yang tidak perlu akibat kegagalan yang terjadi dapat dihindarkan. Protokol validasi adalah suatu rencana tertulis mulai dari bagaimana validasi akan dilaksanakan termasuk parameter pengujian, karakteristik produk, peralatan dan batas pengambilan keputusan terhadap hasil uji yang dapat diterima. Tujuan dibuatnya protokol validasi adalah memberikan kemudahan pengguna, koordinator, manajer dan auditor dengan petunjuk yang jelas dalam memvalidasi peralatan dan proses di pabrik. Protokol validasi yang baik memberikan kemudahan bagi personil yang belum terlatih untuk bekerja dan memahahami seluruh sistem, tujuan penggunaanya, bagaimana fungsinya, bagaimana sistem tersebut diuji, apa saja urutan pengujianya, dan hasil dari seluruh pengujian tersebut. Mengingat pentingnya kegunaan validasi tersebut maka Lafi Ditkesad memberikan tugas khusus kepada para calon Apoteker yang melakukan PKPA
1
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
2
industri di Lafi Ditkesad untuk melakukan pengamatan validasi terhadap proses pembuatan tablet Parasetamol yang akan dicoba untuk dibahas dalam tugas ini.
1.2. Tujuan Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pembuatan protokol validasi retrospektif proses pembuatan tablet parasetamol.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tablet Tablet merupakan bentuk sediaan farmasetika yang banyak dijumpai. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Kelebihan bentuk sediaan tablet (Lachman, Liebermann, & Kanig, 1994): 1. Tablet merupakan bentuk sediaan kompak yang memiliki ketepatan ukuran terbaik dan keseragaman kandungan yang paling tinggi di antara bentuk sediaan oral lainnya. 2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang memiliki biaya pembuatan relatif murah, mudah dikemas dan dikirim. 3. Tablet merupakan bentuk sediaan yang tahan terhadap masuknya bahan asing ke dalam tablet. 4. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan relatif murah, tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan cetakan yang bermonogram atau berhiasan timbul. 5. Tablet relatif mudah ditelan dan memiliki kemungkinan terkecil untuk tertinggal di tenggorokan. 6. Tablet dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di lambung atau usus, dan produk lepas lambat. 7. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besar-besaran.
3
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
4
2.2. Parasetamol
Gambar 2.1. Struktur molekul Parasetamol
BM
: 151,2
Nama/sinonim
: Asetaminofen, Parasetamol, Asetofenum.
Nama kimia
: 4-hidroksi
asetanilid,
p-hidroksi
asetanilid,
p-
asetamidofenol, p-asetaminofenol, p-asetilaminofenol, Nasetil-p-amonofenol. Nomor CAS
: 103-90-2
Pemerian
: Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan
: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol ( 95% ) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Titik leleh
: 169o C sampai 172o C.
Indikasi
: Analgetikum ; Antipiretikum.
Posologi
: Untuk dewasa 500 mg – 1 g tiap 4 – 6 jam dalam satu kali pemberian, maksimum 4 g perhari. Anak umur 6 – 12 tahun 150 – 300 mg dalam sekali pemberian dengan maksimum 1,2 g perhari. Untuk anak 1 – 6 tahun
60 – 120 mg dalam sekali pemberian,
maksimum 6 kali sehari. Untuk anak dibawah 3 tahun 10 mg/kg berat badan (dosis dikurangi sampai 5 mg/kg berat badan jika menderita jaundice).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
5
2.3.
Validasi Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
tiap proses, bahan/bahan baku, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan senantiasa sesuai yang diinginkan. Tujuan validasi yaitu: a. Mengidentifikasi parameter proses yang kritis. b. Menetapkan batas toleransi yang dapat diterima (acceptable criteria) dari masing-masing parameter yang kritis. c. Memberikan cara atau metode pengawasan terhadap parameter yang kritis.
2.3.1. Tahapan Validasi Tahapan validasi yaitu: a. Rencana induk validasi; mencakup progam validasi. b. Protokol validasi : berdasarkan standar validasi. c. Kalibrasi dan kualifikasi 1. Kalibrasi instrument 2. Kualifikasi peralatan, sistem penunjang, lingkungan dan personalia yang meliputi kelayakan instalasi (IQ), kelayakan operasional (OQ), kelayakan kinerja (PQ). d. Validasi proses (validasi produk) e. Laporan dan kesimpulan validasi
2.3.2. Kualifikasi Validasi alat akan melalui tahapan validasi yang meliputi kalibrasi dan kualifikasi. Kualifikasi alat meliputi empat bagian, yaitu; a. Kualifikasi Rancangan (Design Qualification) Proses melengkapi dan mendokumentasikan kajian rancangan (design review) untuk meyakinkan bahwa seluruh aspek mutu telah dipertimbangkan dan dikaji pada tahap perancangan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
6
b. Kualifikasi Instalasi (Instalation Qualification) Proses pemeriksaan instalasi untuk memastikan bahwa seluruh komponen memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan telah dipasang secara tepat, kemudian bagaimana informasi tersebut dicatat. Tahap-tahap yang dilakukan adalah: 1) Memastikan bahwa sistem atau peralatan telah dipasang sesuai rencana desain dan spesifikasi. 2) Melakukan kalibrasi peralatan dan instrumen. 3) Beberapa sistem tertentu harus dibuktikan dapat beroperasi sesuai dengan desain dan spesifikasi. Kualifikasi instalasi dilakukan terhadap alat baru atau alat yang akan di rakit ulang, misalnya karena pemindahan lokasi alat.
c. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification) Proses pengujian untuk memastikan bahwa masing-masing komponen/sistem dan/atau kombinasi dari sistem tersebut berfungsi sesuai rancangan dan memenuhi kriteria kinerja yang ditetapkan pada rentang operasional dan bagaimana cara pengujianya. Tahap-tahap yang dilakukan: 1) Memastikan bahwa sistem dan peralatan bekerja sesuai dengan desain dan spesifikasi. 2) Diulangi sebanyak tiga kali secara berurutan
d. Kualifikasi Kinerja (Perfomance Qualification) Memastikan bahwa sistem atau peralatan yang digunakan sesuai dengan yang diharapkan dan ditentukan. Pada umumnya pelaksanaan dilakukan dengan placebo. Khususnya untuk produk yang tidak dapat dikorbankan atau dilakukan berulang-ulang, kondisi ini harus harus dilaksanakan seperti validasi produk. Diulang sebanyak tiga kali secara berurutan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
7
2.4. Validasi Proses Validasi proses adalah penetapan melalui bukti yang objektif bahwa suatu proses telah berjalan spesifik, terencana dan secara tetap (konsistensi) telah menghasilkan suatu produk yang memenuhi spesifikasi dan karakteristik yang dikehendaki dan sesuai dengan ditetapkan sebelumnya. Tujuan dari validasi proses adalah untuk memberikan kepercayaan yang tinggi, bahwa proses akan menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu yang diterapkan. Untuk melakukan validasi proses harus ada protokol, berupa dokumen yang merinci bagaimana validasi proses akan dilaksanakan. Protokol ini berisi paparan pokok tentang alur proses, parameter kritis, pengambilan dan analisis sampel serta kriteria penerimaan suatu proses menuju pada kesimpulan. Tapi yang harus diperhatikan dalam protokol adalah harus sesuai dengan dokumen registrasi dalam formulasi, proses, spesifikasi, dan metode analisis. Untuk pelaksanaanya harus mengikuti tahapan protokol atau instruksi yang berlaku. Setiap penyimpangan serta pengamanan selama pelaksanaan selalu didokumentasikan serta di evaluasi dampaknya. Parameter spesifikasi dapat untuk mengkatagorikan karakteristik proses yang sedang dievaluasi dalam rangka validasi proses. Spesifikasi dibuat berdasarkan hasil uji dan kriteria penerimaan dari parameter proses terkait dalam produksi rutin. Untuk validasi proses, pengambilan sampel untuk mengetahui homogenitas pencampuran, sampel diambil dari bagian atas, tengah, dan bawah campuran. Sedangkan untuk keseragaman kadar dari proses pencetakan tablet, awal, tengah, dan akhir (Start, Middle, and End). Dalam pengambilan sampel, lokasi pengambilan juga berperan penting, hal ini bertujuan untuk mendapatkan contoh yang representatif dan contoh di lokasi yang berpotensi menimbulkan masalah. Berat dan jumlah sampel juga menentukan karena: a. Berat dan jumlah sampel diatur berdasarkan metodologi pengujian untuk pengujian secara fisik, seperti dalam AQL (Acceptable Quality Level). b. Berat dan jumlah sampel juga harus dibatasi dan ditetapkan khusus bagi setiap parameter spesifikasi untuk pengujian secara kimia, misalnya 1-3 kali bobot dose final untuk pemeriksaan keseragaman kadar campuran sebelum pengisian kapsul atau pencetakan tablet. Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
8
c. Berat dan jumlah sampel harus didasarkan pada presentasi zat aktif untuk situasi-situasi lain. Dengan catatan besar sampel yang berlebih akan menyembunyikan masalah keseragaman apabila zat aktif didalamnya berkurang. Setelah selesai melakukan validasi proses hasilnya harus didokumentasikan dalam bentuk laporan, yang memuat aktifitas, temuan, analisis, data dan evaluasi penyimpangan terhadap protokol atau kriteria penerimaan serta kesimpulan.
2.4.1. Jenis-jenis Validasi Proses Tergantung dari status suatu sistem atau produk ada empat pendekatan validasi yang dapat dipilih yaitu: a. Validasi Prospektif Menyajikan bukti terdokumentasi bahwa suatu proses, prosedur, sistem, peralatan atau mekanisme yang dipakai dalam pembuatan obat bekerja sesuai yang dimaksud berdasarkan suatu protokol validasi yang dirancang sesuai dengan perolehan data pertama (untuk produk baru yang belum beredar).
b. Validasi Konkuren Validasi yang dilaksanakan berdasarkan data otentik yang diperoleh dan dikumpulkan melalui proses yang sedang berlaku (untuk produk yang sedang beredar).
c. Validasi Retrospektif Validasi proses pembuatan produk yang telah dipasarkan berdasarkan data otentik yang diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sudah (lama) berlaku dan dinilai melalui prinsip statistik (untuk produk yang sudah lama beredar).
d. Validasi Ulang Suatu pengulangan dari validasi proses sebelumnya untuk memperoleh kepastian bahwa perubahan dalam proses / lingkungan proses (disengaja atau
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
9
tidak) tidak mengakibatkan dampak yang merugikan terhadap karakteristik proses dan mutu produk.
2.4.2. Protokol Validasi Sebelum melakukan proses validasi, terlebih dahulu menyusun protokol validasi yaitu suatu rencana tertulis yang menyatakan bagaimana validasi akan dilakukan yang mencakup parameter pengujian, karakteristik produk, peralatan produksi serta keputusan mengenai apa yang merupakan hasil yang dapat diterima. Protokol validasi minimal harus mengandung beberapa unsur berikut yaitu:. a. Tujuan b. Penjelasan tentang subyek yang divalidasi c. Metode analisis d. Kalibrasi dari instrumen yang digunakan saat validasi. e. Kriteria penerimaan f. Lampiran
atau
referensi
dokumen
seperti
spesifikasi,
laporan
pengembangan dan penelitian yang dilampirkan dalam protokol. g. Pengesahan protokol.
Selain itu, protokol juga harus mengandung : a. Alasan terhadap pendekatan validasi yang digunakan. b. Rencana sampling, termasuk alasannya. c. Identifikasi dan alasan untuk kondisi-kondisi pengujian. d. Identifikasi dan alasan untuk parameter-parameter kritis. e. Perhitungan jika diperlukan untuk evaluasi hasil.
Laporan hasil validasi harus mengandung : a. Pembahasan dan pernyataan terhadap kejadian dan ketidaksesuaian. b. Ringkasan dan kesimpulan termasuk pembahasan terhadap setiap perubahan. c. Pengesahan hasil
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Tempat Penelitian Data diperoleh dari studi lieteratur di Lembaga Farmasi Direktorat
Kesehatan Angkatan Darat pada periode 1 April – 30 April 2013.
3.2.
Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan dengan langkah-langkah penyusunan
protokol sebagai berikut: 3.2.1. Kepala Protokol Berisi lambang Lafi AD, judul protokol, nomor protokol, tanggal berlaku, nama produk, kode produk, bentuk sediaan, kekuatan sediaan, besar bets, nomor bets, lokasi pembuatan, dokumen produksi induk dan tanggal pembuatan.
3.2.2. Ruang lingkup Protokol ini merupakan panduan untuk melakukan validasi retrospektif pembuatan tablet Parasetamol di Lembaga Farmasi Ditkesad, meliputi pengawasan parameter kritis pembuatan, pengambilan sampel yang tepat dan pengujian selama pengolahan.
3.2.3. Tanggung jawab a. Bagian Produksi Bertanggung jawab untuk : 1) Menyusun protokol dan laporan validasi 2) Memastikan bahwa: a)
Peralatan terkait sudah terkualifikasi, tersimpan dengan benar dan siap digunakan
b)
Protap yang digunakan untuk memproduksi bets validasi, pengawasan selama proses dan pengambilan sampel sudah sesuai yang tercantum dalam protocol ini
10
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
11
c)
Proses pembuatan dilaksanakan sesuai prosedur pengolahan induk yang berlaku.
b. Pemastian Mutu Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk: 1)
Mengkaji dan menyetujui Protokol dan Laporan Validasi
2)
Menangani kendala dan penyimpangan dalam validasi
3)
Mengkaji dan memberikan persetujuan serta pelulusan atas bets validasi.
c. Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu bertanggung jawab untuk: 1) Melaksanakan pengujian fisika dan kimia yang diperlukan untuk meluluskan produk 2) Melakukan pengujian tambahan yang diminta dalam protokol (jika diperlukan) 3) Menangani Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS).
3.2.4. Isi Protokol a. Komposisi/formula Berisi komposisi per tablet baik bahan aktif maupun bahan tambahan. b. Spesifikasi bahan awal Daftar bahan awal yang digunakan pada proses pembuatan. c. Perlengkapan dan peralatan yang digunakan Peralatan dan perlengkapan yang digunakan pada proses pembuatan harus sudah dikualifikasi dan dikalibrasi sebelum produksi dimulai. d. Sistem penunjang Sistem penunjang yang digunakan pada proses pembuatan harus sudah dikualifikasi sebelum produksi dimulai. e. Pola Pengambilan Sampel Pola pengambilan sampel dari bahan baku sampai produk jadi. f. Pengolahan Merupakan alur proses pembuatan tablet dalam satu bets. g. Proses pembuatan dan parameter kritis Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
12
Setiap parameter kritis dari tahapan proses pembuatan dilakukan pengujian baik terhadap bahan aktif maupun bahan tambahan. h. Kriteria Penerimaan Validasi dianggap lulus dan dapat diterima apabila hasil pengujian yang diperoleh memenuhi batasan spesifikasi serta seluruh parameter pengujian yang tercantum dalam lampiran telah dilaksanakan. i. Pengendalian Perubahan Apabila hasil pengujian yang diperoleh ada yang tidak memenuhi kriteria penerimaan (pelulusan) maka tindak lanjut harus diusulkan dan disetujui oleh petugas yang menandatangani protokol validasi. j. Pengkajian Kembali Tahunan dan Validasi Ulang Protokol ini mencakup perencanaan untuk melaksanakan pengkajian tahunan dari seluruh data serta dokumen yang ada. k. Laporan validasi Berisi kesimpulan dari validasi retrospektif yang telah dilakukan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
BAB IV PEMBAHASAN
Mutu suatu produk jadi merupakan faktor penting dalam industri farmasi. Obat yang bermutu adalah obat yang dapat memenuhi kepuasan pemakai. Mutu sediaan obat akan benar-benar terjamin jika dilakukan suatu proses validasi. Proses validasi merupakan salah satu penerapan CPOB guna mencapai hasil yang sama antara bets ke bets. Alasan lain penerapan proses validasi yaitu memenuhi Peraturan Pemerintah (dalam hubungannya dengan penerapan CPOB), menjamin mutu obat dan menghemat biaya produksi. Sebelum melaksanakan proses validasi perlu dibuat terlebih dahulu protokol validasi, agar proses validasi yang di lakukan sesuai dengan alur dan ketentuan yang ditetapkan berdasarkan CPOB. Lembaga
Farmasi
Ditkesad
merupakan
lembaga
farmasi
yang
menghasilkan sediaan obat untuk memenuhi kebutuhan bagi prajurit PNS TNI AD dan keluarganya. Obat yang dihasilkan tersebut haruslah bermutu. Salah satu produk yang dihasilkan oleh Lafi Ditkesad adalah Fimol (Parasetamol). Untuk menjamin mutu sediaan tersebut haruslah dilakukan validasi terhadap proses produksinya. Ketentuan CPOB dalam protokol validasi proses pembuatan tablet antara lain dalah bahan baku, proses, prosedur pembuatan, sistem penunjang, serta peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan akan memberikan hasil yang konstan. Sebelum melaksanakan proses validasi perlu dibuat terlebih dahulu protokol validasi, yang merupakan rencana tertulis bagaimana validasi dapat dilaksanakan, termasuk parameter pengujian karakteristik produk, peralatan dan batas pengambilan keputusan terhadap hasil uji yang dapat diterima. Sehingga dengan adanya protokol validasi proses, validasi yang dilakukan sesuai dengan alur dan ketentuan yang ditetapkan berdasarkan CPOB. Protokol validasi proses pembuatan tablet Parasetamol, merupakan protokol validasi retrospektif, karena validasi yang dilakukan berrdasarkan data pembuatan, pengujian dan pengawasan bets yang dikumpulkan dengan menggunakan 3 bets berturut-turut. Bahan aktif tablet Parasetamol 500 mg adalah 13
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
14
Acetaminhopen pulvis yang berkhasiat sebagai analgesik, bahan pembantu yang ditambahkan sudah sesuai dengan sifat fisikokimia dari bahan aktifnya. Metode yang dipakai untuk pembuatan tablet Parasetamol 500 mg adalah metode granulasi basah. Alur pembuatan mulai dari penimbangan bahan, pencampuran, pembasahan, granulasi basah, pengeringan dan pengayakan, pencampuran dengan fase luar, pencetakan serta pengemasan. Selain bahan baku, mesin dan peralatan, termasuk metode pengolahan bahan baku menjadi produk jadi juga divalidasi. Proses validasi ini diawali dengan validasi bahan baku baik bahan aktif maupun eksipien. Validasi bahan baku sangat penting karena jika bahan baku berubah spesifikasinya dari yang telah ditetapkan, maka dapat mengakibatkan perubahan prosedur, cara pembuatan dan terutama terjadi variasi dalam mutu produk akhir. Variasi dalam baan baku adalah penyebab utama variasi dan penyimpangan dari spesifikasi yang telah ditetapkan. Bahan baku harus memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku dan persyaratan atau spesifikasi lain yang telah ditetapkan. Didalam protokol validasi proses ini dijelaskan tahap-tahap proses produksi secara sistematik mulai dari penimbangan bahan, pencampuran, granulasi, pengeringan, pengayakan, lubrikasi, pencetakan, dan stripping. Pada masing-masing proses sangat perlu ditentukan parameter kritis dan pengujian yang harus diperhatikan dan dilakukan dimana hal tersebut dapat mempengaruhi mutu produk akhir. Pada tahap penimbangan bahan, pengaruh kepekaan, bobot maksimum, bobot minimum dan kebersihan timbangan akan berpengaruh terhadap hasil penimbangan. Pencampuran bahan obat dan pengisi menggunakan mesin pencampur harus memperhatikan parameter kritis yaitu waktu pengadukan, kecepatan pengadukan dan volume massa granul. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan dispersi bahan obat yang homogen di dalam pengisi. Proses granulasi bertujuan untuk membentuk granul yang mempunyai ikatan yang kuat antar partikelnya untuk memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas. Dalam proses granulasi perlu diperhatikan parameter ktitis berupa kecepatn pengaduk, waktu dan massa akan mempengaruhi kualitas granul yang dihasilkan. Setelah proses granulasi tahap selanjutnya adalah proses Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
15
pengeringan massa granul, parameter yang berpengaruh dalam proses ini adalah suhu oven dan waktu pengeringan, setelah massa granul menjadi setengah kering dilakukan proses pengayakan. Proses ini bertujuan untuk membentuk granulgranul dengan ukuran mesh sesuai dengan bobot granul yang akan dibuat. Parameter kritis yang berpengaruh terhadap proses ini adalah ukuran mesh, kekeringan ,massa granul, kecepatan dan volume massa granul. Setelah granul terbentuk, maka dilakukan pengujian untuk menjamin bahwa granul tersebut sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Tahap berikutnya adalah lubrikasi atau pembuatan massa cetak, dimana perlu diperhatikan tipe dan jumlah lubrikan yang dibutuhkan untuk mendapatkan efek lubrikasi yang memadai. Lubrikasi berfungsi untuk mencegah adhesi bahanbahan tablet terhadap permukaan punch-die, mengurangi gesekan antar granul sehingga lebih mudah mengalir, mempermudah pengeluaran tablet dari ruang cetak dan membuat permukaan tablet licin dan mengkilap. Untuk menjamin hasil yang didapat, maka dialkukan pengujian tehadap massa cetak tablet meliputi keseragaman kadar, ukuran partikel, densitas curah dan densitas ketuk. Proses selanjutnya yaitu pencetakan tablet. Pada proses ini harus memperhatikan kecepatan pencetakan, kompresibilitas dan punch-die. Beberapa pengujian yang harus dilakukan terhadap tablet yang dihasilkan adalah keseragaman bobot tablet, kerenyahan, kecepatan disolusi, uji coba parasetamol dan kapasitas penetralan asam. Setelah proses pencetakan tablet, dilakukan stripping pada proses ini parameter yang berpengaruh adalah jenis pengemas yang digunakan dan suhu penyetripan, lalu dilakukan juga uji kebocoran. Kualifikasi ruangan produksi dan kualifikasi alat perlu dilakukan dalam rangkaian validasi proses. Karena perubahan yang terjadi pada ruangan produksi seperti suhu, bilangan pertikel dan bilangan mikroba akan berpengaruh terhadap mutu obat yang dihasilkan. Begitu juga dengan kualifikasi alat terdapat perubahan peralatan yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang ada akan sangat berpengaruh besar terhadap variasi mutu obat. Selama proses penyusunan protokol validasi ini masih ada beberapa data yang kurang, hal ini disebabkan belum ada data yang terdokumentasi yang diperlukan untuk membuat suatu protokol validasi proses. Data yang kurang Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
16
tersebut misalnya data kualifikasi sistem penunjang, kualifikasi ruangan serta alat yang digunakan dalam proses pembuatan tablet Parasetamol. Masalah tersebut merupakan keterbatasan dalam penyusunan protokol ini, sehingga protokol ini masih perlu penyempurnaan lebih lanjut. Walaupun demikian, proses produksi tablet Parasetamol di Lafi Ditkesad sudah mempunyai dokumen tetap (batch record), sehingga proses yang dikerjakan selalu mengacu pada protap yang telah disusun dan tidak menyimpang dari standar obat yang telah ditentukan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Untuk meningkatkan mutu produknya, Lafi Ditkesad terus berusaha untuk memenuhi ketentuan yang tertera dalam pedoman CPOB. Protokol validasi retrospektif pembuatan tablet Parasetamol telah disusun dengan baik sesuai dengan pedoman CPOB. Penyusunan protokol ini diharapkan akan menjamin mutu dari produk yang diedarkan saat ini di Lafi Ditkesad.
5.2. Saran 1. Agar Lafi Ditkesad dapat memenuhi semua ketentuan CPOB dengan baik, maka sebaiknya validasi retrospektif pembuatan tablet Parasetamol ini benarbenar diterapkan sesuai dengan Protokol yang telah disusun. 2. Agar validasi dapat terlaksana sesuai dengan persyaratan CPOB, maka diharapkan tersedianya administrasi dokumentasi yang lengkap seperti kode dan spesifikasi serta pengujian masing-masing bahan baku yang digunakan. 3. Agar Lafi Ditkesad dapat memenuhi semua ketentuan CPOB dengan baik, maka sebaiknya Lafi Ditkesad meningkatkan kegiatan pelatihan CPOB kepada setiap personil sebagai usaha dalam menerapkan aspek-aspek CPOB dalam proses produksi.
17
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Universitas Indonesia
18
DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2001). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik edisi 2006. Jakarta. Ansel. H. C. (1994). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta. 246. Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Lieberman, H. A., L. Lachman, and J.B. Scwartz (Eds.). (1973). Pharmaceutical Dosage Form : Tablets, Vol. III, 2nd ad. New York : Marcel Dekker Inc. 199-287. Reynold, J.E.F (editor). (1982). Martindale The Extra Pharmacopoeia, Edisi 28. London: The Pharmaceutical Press. P.23, 686, 1261, 1311.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
19
Halaman 1
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL 500 mg
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
No. Protokol
:
Tanggal Berlaku
: Maret 2009
Nama Produk
: Tablet Parasetamol
Kode Produk
: 14-2020
Bentuk Sediaan
: Tablet
Kekuatan Sediaan
: 500 mg/tablet
Besar Bets
:
No. Bets
: R-090
Lokasi Pembuatan
: Gedung produksi non betalaktam
Dokumen Produksi induk
:
Tanggal Pembuatan
: 9 Juni 2009
Halaman
: 1 dari 15
Latar Belakang Sebelum memulai rutinitas produksi, proses pembuatan tablet Parasetamol harus divalidasi terlebih dahulu sesuai dengan standar internal maupun CPOB. Hal ini juga untuk mendokumentasikan bukti-bukti bahwa proses pembuatan selalu menghasilkan produk yang diinginkan, sesuai dengan spesifikasi dan kelengkapan kualitas. Tujuan Untuk memvalidasi proses pembuatan produk : Tablet Parasetamol 500 mg. Ruang Lingkup Protokol ini merupakan panduan untuk melakukan validasi retrospektif pembuatan tablet Parasetamol di Lembaga Farmasi Ditkesad, meliputi pengawasan parameter kritis pembuatan, pengambilan sampel yang tepat dan pengujian selama pengolahan.
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
20
Halaman 2
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
Tanggung Jawab 1. Bagian Produksi Bertanggung jawab untuk : a. Menyusun protokol dan laporan validasi b. Memastikan bahwa: 1) Peralatan terkait sudah terkualifikasi, tersimpan dengan benar dan siap digunakan 2) Protap yang digunakan untuk memproduksi bets validasi, pengawasan selama proses dan pengambilan sampel sudah sesuai yang tercantum dalam protokol ini 3) Proses pembuatan dilaksanakan sesuai prosedur pengolahan induk yang berlaku. 2. Pemastian Mutu Pemastian Mutu bertanggung jawab untuk: a. Mengkaji dan menyetujui Protokol dan Laporan Validasi b. Menangani kendala dan penyimpangan dalam validasi c. Mengkaji dan memberikan persetujuan serta pelulusan atas bets validasi. 3. Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu bertanggung jawab untuk: a. Melaksanakan pengujian fisika dan kimia yang diperlukan untuk meluluskan produk b. Melakukan pengujian tambahan yang diminta dalam protokol (jika diperlukan) c. Menangani Hasil Uji di Luar Spesifikasi (HULS).
Disiapkan oleh : Tim Pelaksana Validasi Jabatan Nama Pengawas Produksi Pengawasan Mutu Pengawas Laboratorium
Tanda Tangan
Diperiksa dan Disetujui oleh : Tim Pengkaji Validasi Jabatan Nama Tanda Tangan Apoteker Penanggung Jawab Produksi Kepala Instalasi Produksi Pemastian Mutu
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Tanggal
Tanggal
21
Halaman 3
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
Daftar Isi Halaman Halaman Depan ..............................................................................................
1-2
Daftar Isi ........................................................................................................
3
1. Komposisi / Formula .................................................................................
4
2. Spesifikasi Bahan Awal ............................................................................
5
3. Perlengkapan dan Peralatan .......................................................................
6
4. Sistem Penunjang ......................................................................................
7
5. Pola Pengambilan Sampel .........................................................................
8
6. Pengolahan ................................................................................................
9-10
7. Proses Pembuatan dan Parameter Kritis .................................................... 11-12 8. Kriteria Penerimaan ...................................................................................
12
9. Pengendalian Perubahan ............................................................................
12
10. Pengkajian Kembali Tahunan dan Validasi Ulang ...................................
12
11. Laporan Validasi .......................................................................................
13
12. Laporan Penyimpangan Validasi Proses ...................................................
14
13. Daftar Lampiran ........................................................................................
15
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
22
Halaman 4
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
1. Komposisi / Formula Langkah
Proses
Komponen
Per Tablet (mg)
Bets (kg)
Paracetamol powder
500,000
100,00
Amylum Maydis (Pengisi)
52,800
10,56
Povidone K-25 (Plasdone)
25,000
5,000
Aethanolum 95%
0,200
40,00
Methylis Parabenum
0,400
80,00
Prophylis Parabenum
0,150
0,030
0,300
0,060
Sodium Starch Glycolate (Primojel)
13,000
2,60
Amylum Maydis (Penghancur)
14,000
2,80
Talcum
19,500
3,90
Magnesii Stearas
4,850
0,97
Zat warna FD & C Ponceau 4R (CL 16235)
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
23
Halaman 5
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
2. Spesifikasi Bahan Awal KOMPONEN
KODE
PEMASOK /
SPESIFIKASI / NO.
MATERIAL
PEMBUAT
METODE ANALISIS
Paracetamol powder Amylum Maydis (Pengisi) Povidone K-25 (Plasdone) Aethanolum 95% Methylis Parabenum Prophylis Parabenum Zat warna FD & C Ponceau 4R (CL 16235) Sodium Starch Glycolate (Primojel) Amylum Maydis (Penghancur) Talcum Magnesii Stearas
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
24
Halaman 6
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
3. Perlengkapan dan Peralatan a. Timbangan Digital Avery. L 105 Daya beban : 60 Kg Kepekaan : 0,01 Kg b. Timbangan gram (halus) Sartorius 2462 Daya beban : 200 g Kepekaan : 0,1 mg c. Timbangan Digital Avery – Berkel Type H 306 Daya beban : 600 Kg Kepekaan : 0,1 Kg d. Panci Stainless Steel e. Pengadukan Stainless f. Panci Double Jacket untuk Mucilago g. Mixer Planetary merek Sang Yuh h. Oscilating Granulator i. Oven j. Mesin Cetak Cadmach model CMB-4 k. Mesin Strip Hi-Pack
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
25
Halaman 7
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
4. Sistem Penunjang PERALATAN
NO. DOKUMEN RUJUKAN KI
HVAC
KO KK KI
Compressed Air System
KO KK KI
Purified Water System
Dari 15
KO KK
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
TANGGAL
26
Halaman 8
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
5. Pola Pengambilan Sampel
Atas 1
4
2
5
3
6
1/8 tinggi dari permukaan atas sampel
Tengah 1/2 tinggi dari permukaan atas sampel Bawah 2/3 tinggi dari permukaan atas sampel
Tampak samping
Keterangan : A
E
B
F
C
G
2 & 5 = tengah
D
H
3 & 6 = bawah
1 & 4 = atas
Tampak atas
No
No. Bets
A – H = titik sampling
Contoh diambil oleh
1 2 3
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Tanggal
27
Halaman 9 Dari 15
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
6. Pengolahan Lakukan pengolahan berikut sesuai Prosedur Pengolahan untuk tablet Parasetamol 500 mg dan kondisi yang relevan: 1. Karakteristik bahan baku, (lihat lampiran 1) Karakteristik Bahan Baku Tablet Parasetamol 500 mg 2. Karakteristik bahan baku, (lihat lampiran 2) Karakteristik Bahan Berkhasiat Tablet Parasetamol 500 mg 3. Kualifikasi Ruang Produksi, (lihat Lampiran 3) Kualifikasi Ruangan Produksi 4. Bagan alur proses, (lihat lampiran 4) Bagan alur proses pembuatan Tablet Parasetamol 500 mg 5. Tahap I : Penimbangan Timbang bahan berkhasiat dan bahan baku produksi tablet Parasetamol sesuai dengan formulasi tiap bets. Catat hasil penimbangan di lampiran 5. 6. Tahap II : Pengadukan Setelah tahap I selesai, yakni pengadukan zat warna Ponceau 4R dan Amylum Maydis kedalam kantong plastik, kemudian kantong plastiknya digoyang-goyang sampai zat warnanya terdispersi sempurna. Sisa amylum maydis dimasukkan kedalam mixer (Shang Yuh), tambahkan Acetaminophen Pulv, jalankan mixer ± 5 menit, petugas mengambil contoh sebanyak ± 10g sesuai rencana pengambilan contoh. (lihat Pola Pengambilan Contoh). 7. Lakukan pengujian laboratorium atas tiap contoh untuk kadar bahan Parasetamol. Catat hasil pengujian di Lampiran 2. 8. Siapkan Larutan Granulasi. Catat proses pengolahan di Lampiran 5. 9. Tahap III : Pengolahan Granulasi Basah. Catat proses pengolahan di Lampiran 5. Saring Granulasi Basah
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
28
Halaman 10
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
10. Tahap IV : Pengeringan granul di dalam alat pengering oven Catat proses pengolahan di lampiran 5. 11. Tahap V : Penyaringan Granul Catat proses pengolahan di Lampiran 5. 12. Tahap VI : Pengadukan granul kering dengan fase luar (Primojel, Amylum Maydis, Talcum) dan lubrikasi dengan Magnesium Stearat, menggunakan mixer merek Shang Yuh. Catat proses pengolahan di Lampiran 5. 13. Tahap VII : Pencetakan Tablet a. Cetak tablet dengan menggunakan mesin cetak sesuai spesifikasi yang ditetapkan dalam Prosedur Pengolahan Induk. b. Tampung tablet di dalam wadah yang cocok yang telah ditara dan diberi label. Catat pada label kecepatan mesin dan kekerasan tablet sesuai setelan. c. Catat data yang diperlukan di Lampiran 5. Tahap Produksi : Pencetakan Tablet. 14. Tahap VIII : Stripping a. Lakukan stripping tablet sesuai instruksi yang ditetapkan dalam Prosedur Pengolahan Induk b. Catat data yang diperlukan di Lampiran 5. Tahap Produksi : Stripping. 15. Tahap IX : Pengemasan sekunder a. Lakukan pengemasan strip sesuai instruksi yang ditetapkan dalam Prosedur Pengolahan Induk b. Catat data yang diperlukan di Lampiran 5. Tahap Produksi : Pengemasan sekunder.
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
29
Halaman 11
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
7. Proses Pembuatan dan Parameter Kritis Untuk pengujian apa saja yang dilakukan pada parameter kritis proses pembuatan tablet Parasetamol dapat dilihat pada lampiran 5. Parameter kritis
Senyawa
Parameter pengujian Cemaran mikroba
Paracetamol Amylum maydis Povidone k-25 Etanol 95% Dsb Paracetamol Amylum maydis Povidone k-25 Etanol 95% Dsb
Penimbangan
I
Timbangan
Kebersihan
Pencampuran
II
Mixer
Pencampuran 1. Waktu campuran Kecepatan pengaduk/ penyetelan Kecepatan pengaduk potong / penyetelan 2. Volume masa granul
Keseragaman kadar dalam pencampuran
1. campuran serbuk dari langkah II 2. air murni
Granulasi basah
III
Pengaduk berkecapatan tinggi (Super Mixer)
1. pemerian 2. perolehan hasil pengolahan
Granul basah dari langkah III
Pengeringan
IV
Alat pengeringan
Granulasi Waktu pengadukan kecepatan pengaduk / penyetelan kecepatan pengaduk potong / penyetelan Penyaringan / penghalus Ukuran penyaring Waktu, suhu aliran udara masuk / keluar
Granul kering dari langkah IV
Pengayakan granul
V
Alat pengayak, mesh
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
ukuran penyaringan, penyetelan, kecepatan
bilangan kuman, perolehan hasil pengolahan, susut pengeringan produk degradasi, ukuran partikel, bulk density, tap density, perolehan hasil pengolahan
30
Halaman 12
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
Granul saringan dalam langkah V Magnesium stearat
Lubrikasi, pencampuran akhir
VI
Alat pencampur
Waktu, kecepatan pengadukan, volume massa granul
keseragaman kadar dalam granul, ukuran partikel, bulk density, tap density, perolehan hasil pengolahan
Granul tablet dari langkah VI
Pencetakan
VII
Mesin pencetak tablet
kecepatan pencetakan tablet, gaya tekanan pencetakan
Pemerian, dimensi tablet, keseragaman bobot tablet, keseragaman bobot tablet, keseragaman kadar tablet, kekerasan, keregasan, kecepatan disolusi, produk degradasi, perolehan hasil pencetakan
8. Kriteria Penerimaan Validasi dianggap lulus dan dapat diterima apabila hasil pengujian yang diperoleh memenuhi batasan spesifikasi serta seluruh parameter pengujian yang tercantum dalam lampiran telah dilaksanakan. 9. Pengendalian Perubahan Apabila hasil pengujian yang diperoleh ada yang tidak memenuhi kriteria penerimaan (pelulusan) maka tindak lanjut harus diusulkan dan disetujui oleh petugas yang menandatangani protokol validasi. 10. Pengkajian Kembali Tahunan dan Validasi Ulang Protokol ini mencakup perencanaan untuk melaksanakan pengkajian tahunan dari seluruh data serta dokumen yang ada.
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
31
Halaman 13
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
11. Laporan Validasi Poduk No. Bets Bentuk Sediaan Ukuran Bets
: Parasetamol : R-090 : Tablet :…
Rangkuman
:
Evaluasi dan kesimpulan Rekomendasi Tanggal Revalidasi
: : :
Lampiran : 1. Lembar Kerja masing-masing langkah proses pengelolaan 2. Lembar Kerja Pengambilan Sampel 3. Hasil Perhitungan/Analisa masing-masing parameter pengujian
Disusun oleh :
Diperiksa Oleh :
Disetujui Oleh :
Kepala Produksi
Ketua Tim Validasi
Kepala Bagian Pemastian Mutu
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
32
Halaman 14
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
12. Laporan Penyimpangan Validasi Proses PENYIMPANGAN Tim Validasi/ Tanggal
JUSTIFIKASI UNTUK MENERIMA* / TIDAK MENERIMA *PENYIMPANGAN (*) Coret yang tidak berlaku Tim validasi / Tanggal
REKOMEDASI TINDAKAN KOREKTIF Tim Validasi/ Tanggal DAMPAK TERHADAP PROSES Sebelum tindakan korektif ……………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… Sesudah Tindakan Korektif ……………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………… Tim validasi / Tanggal
DIKAJI DAN DISETUJUI OLEH MANAJER PEMASTIAN MUTU Manajer Pemastian Mutu / Tanggal
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
33
Halaman 15
LEMBAGA FARMASI DITKESAD
Dari 15
PROTOKOL VALIDASI RETROSPEKTIF PEMBUATAN TABLET PARASETAMOL
13. Daftar Lampiran Lampiran 1. Karakteristik bahan baku Tablet Parasetamol 500 mg Lampiran 2. Karakteristik bahan berkhasiat Tablet Parasetamol 500 mg Lampiran 3. Kualifikasi ruangan produksi Lampiran 4. Bagan alur proses pembuatan Tablet Parasetamol Lampiran 5. Proses pembuatan dan parameter kritis.
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
34
Lampiran 1 Karakteristik Bahan Baku Tablet Parasetamol 500 mg No. Bets
: …………………………….
Tanggal Pembuatan
: …………………………….
Besar bets
: …………………………….
Amylum Maydis, Povidone K-25, Methylis Parabenum, Prophylis Parabenum, Zat warna FD & C Ponceau 4R (CL 16235), Sodium Starch Glycolate (Primojel), Talcum, Magnesii Stearas
Sesuai Hasil yang No
Pengujian
Diperoleh Saat Pengembangan Produk YA
1.
Luas permukaan
2.
Distribusi derajat
Oleh
Tanggal
……..
……..
……..
……...
……..
….....
TIDAK
partikel 3.
Pengujian
Analisis mikroskopik (Mikroskopik Stereoskopik dengan pembesaran minimum 100 x)
Diperiksa oleh
Dikaji oleh
…………………
…………………..
Supervisor Pengawasan Mutu
Kepala Pengawasan Mutu
Tanggal : …………..
Tanggal : …………….
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
35
Lampiran 2 Karakteristik Bahan Berkhasiat Tablet Parasetamol 500 mg No. Bets
: ……………………………
Tanggal pembuatan
: …………………………….
Besar bets
: ……………………………
Bahan berkhasiat: Tablet Parasetamol 500 mg
Sesuai Hasil yang No
Pengujian
Diperoleh Saat Pengembangan Produk YA
1.
Oleh
Tanggal
……..
……..
……..
……...
TIDAK
Densitas curah, densitas ketuk
2.
Pengujian
Distribusi ukuran partikel
3.
Luas permukaan
……...
………
4.
Analisis mikroskopik
……..
…......
(Mikroskopik Stereoskopik dengan pembesaran minimum 100 x)
Diperiksa oleh
Dikaji oleh
…………………
…………………..
Supervisor Pengawasan Mutu
Kepala Pengawasan Mutu
Tanggal : …………..
Tanggal : …………….
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Lampiran 3 Kualifikasi Ruangan Tablet Parasetamol 500 mg No. Bets
:
Tanggal Pembuatan
: Kondisi Ruangan Selama Validasi
Ruangan
Kelembaban Nisbi 40 – 60 %
Suhu Bilangan Mikroba Viabel 20 – 25o C maks. 500 UPK*/m3
Bilangan partikel 0,5 – 5,0 µm maks 3.500.000/m3 >5,0 µm maks. 20.000/m3
Diperiksa Oleh
Tanggal
Penimbangan Pengadukan Granulasi basah Pengeringan Pencetakkan Pengemasan
Keterangan: *UPK = Unit Pembentuk Koloni Dikaji oleh :
Kepala Pengawasan Mutu Tanggal : …….. 36
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
37
Lampiran 4 Bagan Alur Proses Pembuatan Tablet Parasetamol
Tahap I: Penimbangan BBO
Ponceau 4R (16255) (Pewarna) Amylum Maydis (Pengisi)
Pencampuran I
Tahap II: Pengadukan
Pencampuran II
Tahap III: Granulasi Basah
Parasetamol
Fase Dalam
Metil Paraben (Pengawet) Propil Paraben (Pengawet) Etanol 95% (Pembasah) Tahap IV: Pengeringan
Kolidon K-25
Tahap V: Pengayakan
Kelas E
Primojel
Fase Luar
Amylum Maydis (Penghancur)
Pencampuran III
Talcum (Pelicin)
Tahap VI: Pencampuran fase luar & Lubrikasi
Tahap VII: Pencetakan
Mg. Stearat (Pelicin) Tahap VIII: Stripping
Kelas F
Tahap IX: Pengemasan
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Lampiran 5 Parameter Kritis dan Jenis Pemeriksaan Produk : Tablet Parasetamol 500 mg
Tahap Produksi: Penimbangan
I Dokumen Produksi Induk No. …
Tanggal …
Halaman 1 Dari 9
Mesin : Sartorius Tipe : BP 310 P Kapasitas … kg Beban Mesin : … Kg = …% Penempatan : … Ruangan : … Avery Tipe : L150 Kapasitas … kg Beban Mesin : … Kg = …% Penempatan : … Ruangan : … Avery Berkel Tipe : L130/H306 Kapasitas … kg Beban Mesin : … Kg = …% Penempatan : … Ruangan : … Bahan Baku : bahan berkhasiat Parasetamol, Amylum Maydis, Povidone K-25, Methylis Parabenum, Prophylis Parabenum, Zat warna FD & C Ponceau 4R (CL 16235), Sodium Starch Glycolate (Primojel), Talcum, Magnesii Stearas No Dokumen Ya Tidak Diperiksa Oleh, Keterangan Tanggal 1. Catatan Pelatihan Karyawan ada ………..,……… ……………….. 2. Dokumen Kualifikasi (KI, KO) ………..,……… ……………….. 3. Dokumen Validasi Metode Analisis ………..,……… ……………….. 4. Protap-Protap terkait, antara lain : ………..,……… ……………….. 4.1 Pengoperasian Mesin ………..,……… ……………….. 4.2 Lokasi Pengambilan Sampel ………..,……… ……………….. 4.3 Pengujian ………..,……… ……………….. Parameter Kritis No. Bets : Bobot maksimum Bobot minimum Kepekaan
Batas yang didapat dari pengalaman Evaluasi : Disusun oleh : Tanggal :
Dikaji Oleh : Tanggal :
Keterangan
38
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Produk : Tablet Parasetamol 500 mg
Tahap Produksi: Pengadukan
II Dokumen Produksi Induk No. …
Tanggal …
Halaman 2 Dari 9
Mesin : Pengaduk Berkecepatan Tinggi... Tipe : … Kapasitas … kg Beban Mesin : … Kg = …% Penempatan : … Ruangan : …
No 1. 2. 3. 4. 4.1 4.2 4.3
Bahan Baku : bahan berkhaisat Parasetamol, Amylum maydis, Ponceau 4R Dokumen Ya Tidak Diperiksa Oleh, Keterangan Tanggal Catatan Pelatihan Karyawan ada ………..,……… ……………….. Dokumen Kualifikasi (KI, KO*) ………..,……… ……………….. Dokumen Validasi Metode Analisis ………..,……… ……………….. Protap-Protap terkait, antara lain : ………..,……… ……………….. Pengoperasian Mesin ………..,……… ……………….. Lokasi Pengambilan Sampel ………..,……… ……………….. Pengujian ………..,……… ……………….. Parameter Kritis Titik Pengujian dan Kriteria Penerimaan No. Bets : Waktu pengadukan Kecepatan Kecepatan Pengaduk Kadar Simpangan Baku Relatif tanpa pengaduk pengadukan Pemotong, pemotong Setelan 1/ 87 PTM* Setelan…PTM* …. (<6%) (5, +1, +1 menit) …. mg/g
Batas yang didapat dari pengalaman Evaluasi : Disusun oleh : Tanggal :
*PTM = Putaran Tiap Menit
Dikaji Oleh : Tanggal :
* KI = Kualifikasi Instalasi
Keterangan
*KO = Kualifikasi Operasional
39
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Tahap Produksi; Granulasi / Penghalusan
III
Produk : Parasetamol 500mg Dokumentasi Produksi Induk No. ….
Halaman 3 dari 9
Tanggal …….. Lokasi :…
Mesin-mesin : Pembuatan Larutan Ganulasi : Wadah Pengaduk Granul : Pengaduk berkecepatan tinggi Penyaringan dan Penghalusan : Pengayak/Penghalus (Oscillating granulator) No
1. 2. 3. 4. 4.1 4.2 4.3
Tipe … Tipe … Tipe …
No. Ruangan : ………
Beban Mesin :… kg = ….% Beban Mesin :… kg = …. %
Bahan : Adukan Serbuk dari Tahap Produksi II, Povidone K-25, Methylis Parabenum, Prophylis Parabenum, dan etanol 95% Dokumen YA TIDAK Diperiksa Keterangan Oleh, Tanggal Dokumen Pelatihan Karyawan ada Dokumen Kualifikasi (KI, KO*) ada Dokumen Validasi Metode Analisis ada Protap-Protap terkait, antara lain : Pengoperasian Mesin Pembuatan dan aplikasi Larutan Granulasi Proses Granulasi Parameter Kritis
No. Bets
Spesifikasi
Larutan granulasi
Pengaduk berkecepatan tinggi
Visko sitas
Suhu
Kuantitas
Waktu disolusi
Waktu granulasi
Kecepatan/ Setelan
….
30OC
…ml
..menit
…menit
…PTM
Batas Yang didapat dari pengalaman Evaluasi : Disusun oleh : Tanggal :
*PTM = Putaran Tiap Menit
Setelan pengaduk pemotong …..PTM
Penyaring/ penghalus
Ukuran pengayakan …mesh
Dikaji Oleh : Tanggal :
Titik Pengujian Validasi Kriteria Penerimaan Konsumsi Hasil Pemerian energi perolehan pengaduk pengolahan berkecepatan tinggi
…KW
…=…%
……
Keterangan
*KI = Kualifikasi Instalasi
*KO= Kualiafikasi Operasional 40
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
Produk : Tablet Parasetamol Tahap Produksi : Pengeringan
Dokumen Produksi Induk No. …… Mesin : Oven No 1 2 3 4 4.1 4.2 4.3 4.4
Halaman 4 Dari 9
IV Tanggal
Tipe : … Kapasitas :…kg
Beban Mesin : … kg = …. % Penempatan : … No.Ruangan : …. Bahan Baku: Granulasi basah dari Tahap Produksi III Dokumen Ya Tidak Diperiksa Oleh, Tanggal ……………., ……. Dokumentasi Pelatihan Karyawan ada Dokumentasi Kualifikasi (KI, KO*) ada ……………., ……. Dokumentasi Metode Validasi Analisis ada ……………., ……. Protap tersedia untuk : ……………., ……. Pengoperasian Mesin ……………., ……. Pengujian ……………., ……. Lokasi pengambilan contoh Pengujian Parameter Kritis
No. Bets
Waktu Pengeringan
45 menit
Suhu aliran udara masuk 40˚C
Kecepatan aliran udara
Suhu aliran udara keluar
Waktu vibrasi penyaring
Frekuensi vibrasi penyaring
Suhu produk
45˚C
…detik
… menit
…˚C
Keterangan …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… ……………………
Parameter Pengujian dan Kriteria Penerimaan Bilangan Kelembaban Hasil kuman nisbi perolehan pengolahan 100CFU/g
…%
…%
… m3/jam
Batas yang didapat dari pengalaman Evaluasi : Disusun oleh : Tanggal :
*PTM = Putaran Tiap Menit
Dikaji Oleh : Tanggal :
*KI = Kualifikasi Instalasi
Keterangan
*KO = Kualifikasi Operasional
41
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
V
Produk : Tablet Parasetamol
Tahap Produksi : Pengayakan Dokumen Produksi Induk No. …… Tanggal Kapasitas : ….. kg Beban Mesin : ….. kg = …. % Penempatan : …….. No. Ruangan : …. Bahan : Granulasi kering dari Tahap Produksi IV Dokumen Ya Tidak Diperiksa Oleh, Tanggal Dokumentasi Pelatihan Karyawan ada ……………., ……. Dokumentasi Kualifikasi (KI, KO*) ada ……………., ……. Dokumentasi Metode Validasi analisis ada ……………., ……. Protap-Protap Terkait, antara lain : ……………., ……. Pengoperasian Mesin ……………., ……. Proses penyaringan ……………., ……. Lokasi pengambilan contoh Pengujian
Mesin : …… No 1 2 3 4 4.1 4.2 4.3 4.4
No. Bets
Halaman 5 Dari 9
Tipe : …….
Parameter Kritis Ukuran Setelan ayakan
Kecepatan
Susut pengeringan
Kelembapan Nisbi
… 1mm
… kg/jam
…%
…%
Batas yang didapat dari pengalaman Evaluasi : Disusun oleh : Tanggal :
*KI = Kualifikasi Instalasi
…
Keterangan …………………… …………………… …………………… …………………… …………………… ……………………
Parameter Pengujian dan Kriteria Penerimaan Produk Ukuran Densitas Densitas Hasil degradasi partikel curah ketuk perolehan pengolahan …% µm …%
Dikaji Oleh : Tanggal :
Keterangan
*KO = Kualifikasi Operasional
42
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
VI
Produk : Tablet Parasetamol
Halaman 6 Dari 9
Tahap Produksi : Lubrikasi
Dokumen Produksi Induk No. …… Tanggal Kapasitas : ….. kg Beban Mesin : ….. kg = …. % Penempatan : …….. No. Ruangan : …. Bahan : Granulasi kering dari Tahap Produksi V, Magnesium Stearate, Talcum Dokumen Ya Tidak Diperiksa Oleh, Keterangan Tanggal Dokumentasi Pelatihan Karyawan ada ……………., ……. …………………… Dokumentasi Kualifikasi (KI, KO*) ada ……………., ……. …………………… Dokumentasi Metode Validasi analisis ada ……………., ……. …………………… Protap-Protap Terkait, antara lain : ……………., ……. …………………… Pengoperasian Mesin ……………., ……. …………………… Proses penyaringan ……………., ……. …………………… Lokasi pengambilan contoh Pengujian
Mesin : …… No 1 2 3 4 4.1 4.2 4.3 4.4
No. Bets
Tipe : …….
Parameter Kritis Waktu proses pengadukan ….Detik, menit
Batas yang didapat dari pengalaman Evaluasi : Disusun oleh : Tanggal :
*PTM = Putaran Tiap Menit
Setelan kecepatan
Kadar
…PTM*
…..mg/g
Parameter Pengujian dan Kriteria Penerimaan Simpangan baku Ukuran Densitas Densitas partikel curah ketuk dari kadar
…..%
…..µm
Dikaji Oleh : Tanggal :
*KI = Kualifikasi Instalasi
Hasil perolehan pengolahan …%
Keterangan
*KO = Kualifikasi Operasional
43
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
VII
Produk : Tablet Parasetamol
Tahap Produksi : Pencetakan tablet Mesin : …… Tipe : ……. No 1 2 3 4 4.1 4.2 4.3 4.4 No. Bets
Dokumen Produksi Induk No. …… Tanggal Kapasitas : ….. kg Beban Mesin : ….. kg = …. % Penempatan : …….. No. Ruangan : …. Bahan : Granul dari Tahap Produksi VI Dokumen Ya Tidak Diperiksa Oleh, Keterangan Tanggal Dokumentasi Pelatihan Karyawan ada ……………., ……. …………………… Dokumentasi Kualifikasi (KI, KO*) ada ……………., ……. …………………… Dokumentasi Metode Validasi analisis ada ……………., ……. …………………… Protap-Protap Terkait, antara lain : ……………., ……. …………………… Pengoperasian Mesin ……………., ……. …………………… Proses penyaringan ……………., ……. …………………… Lokasi pengambilan contoh Pengujian
Parameter Kritis Kecepatan Gaya kompresi tekanan kompresi
…tab/jam
…..kN
Batas yang didapat dari pengalaman Evaluasi : Disusun oleh : Tanggal :
*KI = Kualifikasi Instalasi
Keseragaman kadar
Simpangan baku relatif dari kadar
Simpangan baku relatif dari bobot tablet
...mg/unit
…..%
…..%
Parameter Pengujian dan Kriteria Penerimaan Kekera- Kerenya KecepaWaktu Produk Hasil san han tan hancur degraperolehan tablet tablet disolusi tablet dasi pencetakan …..N
….%
Dikaji Oleh : Tanggal :
…%
…menit
Halaman 7 Dari 9
Dimensi tablet
Peme rian tablet
….%
Keterangan
*KO = Kualifikasi Operasional
44
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
VIII
Produk : Tablet Parasetamol
Tahap Produksi : Stripping Dokumen Produksi Induk No. …… Tanggal Kapasitas : ….. kg Beban Mesin : ….. kg = …. % Penempatan : …….. No. Ruangan : …. Bahan : Pollycello print tablet Parasetamol 500 mg dan Pollycello polos Dokumen Ya Tidak Diperiksa Oleh, Tanggal Dokumentasi Pelatihan Karyawan ada ……………., ……. Dokumentasi Kualifikasi (KI, KO*) ada Dokumentasi Metode Validasi analisis ada ……………., ……. Protap-Protap Terkait, antara lain : Pengoperasian Mesin ……………., ……. Proses penyaringan Lokasi pengambilan contoh ……………., ……. Pengujian ……………., …….
Mesin : …… No 1 2 3 4 4.1 4.2 4.3 4.4
Halaman 8 Dari 9
Tipe : …….
……………., …….
Parameter Kritis No. Bets
Suhu mold
Parameter Pengujian dan Kriteria Penerimaan Waktu stripping Hasil perolehan pengolahan
Keterangan ……………… …… ……………… …… ……………… …… ……………… …… ……………… …… ……………… ……
Kualitas produk jadi
….% …..oC
Batas yang didapat dari pengalaman Evaluasi : Disusun oleh : Tanggal :
*KI = Kualifikasi Instalasi
…..menit/jam
Dikaji Oleh : Tanggal :
Keterangan
*KO = Kualifikasi Operasional
45
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013
IX
Produk : Tablet Parasetamol
Halaman 9 Dari 9
Tahap Produksi : Pengemasan
Dokumen Produksi Induk No. …… Tanggal Beban Mesin : ….. kg = …. % Penempatan : …….. No. Ruangan : …. Bahan : Stip tablet parasetamol Dokumen Ya Tidak Diperiksa Oleh, Tanggal Keterangan Dokumentasi Pelatihan Karyawan ada ……………., ……. ……………… Dokumentasi Kualifikasi (KI, KO*) ada …… Dokumentasi Metode Validasi analisis ada ……………., ……. ……………… Protap-Protap Terkait, antara lain : …… Pengoperasian Mesin ……………., ……. ……………… Proses penyaringan …… Lokasi pengambilan contoh ……………., ……. ……………… Pengujian …… ……………., ……. ……………… …… ……………., ……. ……………… ……
Mesin : …… No 1 2 3 4 4.1 4.2 4.3 4.4
Tipe : …….
Kapasitas : ….. kg
Parameter Kritis No. Bets
Batas yang didapat dari pengalaman Evaluasi : Disusun oleh : Tanggal :
*KI = Kualifikasi Instalasi
Expired Date
Brosur
Dikaji Oleh : Tanggal :
Label
Stenpel
Keterangan
*KO = Kualifikasi Operasional
46
Laporan praktek..., Titik Nurdayani, FF UI, 2013