UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
MAYA WIDIYANTIANA, S.Farm. 1206329801
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
MAYA WIDIYANTIANA, S.Farm. 1206329801
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama/ NPM : Maya Widiyantiana, S.Farm./ 1206329801 Program Studi : Profesi Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan, Periode 2 September – 25 Oktober 2013 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker - Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia. DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt.
(
)
Pembimbing II: Dr. Retnosari Andrajati, M.S., Ph.D., Apt. (
)
iii
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Maya Widiyantiana, S.Farm
NPM
: 1206329801
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 11 Januari 2014
iv
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan Kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Jalan Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan Periode 2 September – 25 Oktober 2013. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan wawasan kefarmasian mengenai pelayanan farmasi di rumah sakit sebelum melakukan pengabdian sebagai Apoteker dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia, Depok. Pada penyelesain penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mengarahkan, yaitu kepada: 1.
Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas izin dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
2.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt sebagai Pejabat Sementara Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013.
3.
Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker dan dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia serta kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
4.
Dr. Retnosari Andrajati, M.S, Ph.D., Apt selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini.
5.
Dra. Alfina Rianti, M.Pharm., Apt selaku Pembimbing I atas waktu, bantuan, bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan kepada penulis. v
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
6. Seluruh karyawan Rumah Sakit Umum Fatmawati yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang baik selama penulis melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) 7. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 8. Keluarga penulis atas dukungan doa, semangat dan materi yang tak pernah putus. 9. Teman-teman apoteker UI 77, khususnya kelompok PKPA Fatmawati yang telah menjadi tim yang kompak dalam menjalani hari-hari PKPA. Serta teman-teman peserta PKPA dari Universitas Pancasila, ISTN, UNTAG dan UBAYA. 10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini menjadi amal ibadah yang dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh pihak yang membacanya. Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita bimbingan dan balasan kebaikan atas amal ibadah kita. Amin.
Penulis
2014
vi
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Maya Widiyantiana, S.Farm
NPM
: 1206329801
Program Studi : Apoteker Fakultas
: Farmasi
Jenis karya
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP FATMAWATI CILANDAK, JAKARTA SELATAN PERIODE 02 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Depok
Pada Tanggal : 11Januari 2014 Yang menyatakan
(Maya Widiyantiana, S.Farm.)
vii Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: Maya Widiyantiana, S.Farm : 1206329801 : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUP Fatmawati Cilandak Jakarta Selatan Periode 2 September – 25 Oktober 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di RSUP Fatmawati Cilandak Jakarta Selatan. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat melihat langsung aktivitas yang berlangsung dalam suatu rumah sakit, memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek yang terkait di rumah sakit terutama dalam hal pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik di RSUP Fatmawati dan dapat memiliki pemahaman yang mendalam mengenai peran dan tugas apoteker di rumah sakit. Tugas khusus yang diberikan berjudul Daftar Label Sediaan Oral di RSUP Fatmawati. Tugas khusus ini bertujuan untuk memperoleh data jumlah jenis sediaan oral yang terdapat di RSUP Fatmawati berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati Edisi VI tahun 2012.
Kata kunci : RSUP Fatmawati, label sediaan oral Tugas umum : xii + 99 halaman; 16 lampiran Tugas khusus : iii + 108 halaman; 2 tabel Daftar Acuan Tugas Umum : 12 (2003 - 2013) Daftar Acuan Tugas Khusus : 4 (1979 - 2013)
viii Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
ABSTRACT
Name NPM Program Study Title
: Maya Widiyantiana, S.Farm : 1206329801 : Apothecary profession : Pharmacist Internship Program at Fatmawati Hospital Cilandak South Jakarta Period September 2 - October 25 2013
Pharmacists Professional Practice implemented in Fatmawati Hospital Cilandak South Jakarta. PKPA activity is intended that students can see the direct profession pharmacists activity that takes place in a hospital, gain knowledge and insight into everything related aspects in the hospital, especially in the case of pharmaceutical management and clinical pharmacy services in Fatmawati and can have a profound understanding on the role and duties of pharmacists in hospitals. A special task that given called the list of labels in the oral dosage in Fatmawati Hospital. This particular task aimed to obtain data on number of types of oral dosage contained in Fatmawati Hospital based formulary Fatmawati Edition VI in 2012.
Keywords : Fatmawati Hospital, labels in the oral dosage General Assignment : xii + 99 pages; 16 appendices Specific Assignment : iii + 108 pages, 2 tables Bibliography of General Assignment: 12 (2003 - 2013) Bibliography of Specific Assignment: 4 (1979 - 2013)
ix Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................ HALAMAN JUDUL.......................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................ KATA PENGANTAR....................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR................................................................................................................. ABSTRAK .......................................................................................................... ABSTRACT........................................................................................................ DAFTAR ISI....................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................
vii viii ix x xii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1.2 Tujuan ..............................................................................................
1 1 3
BAB 2. TINJAUAN UMUM ............................................................................ 2.1 Definisi Rumah Sakit..................................................................... 2.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit ................................................... 2.3 Klasifikasi Rumah Sakit................................................................ 2.3.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan ............................................ 2.3.2 Berdasarkan Pengelolaan .................................................. 2.4 Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati............................ 2.5 Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati ................................. 2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati ......................................... 2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati ................................................... 2.6 Visi dan Misi .................................................................................. 2.6.1 Motto dan Falsafah ............................................................. 2.6.2 Nilai .................................................................................... 2.6.3 Tujuan...................................................................................
4 4 4 4 4 6 6 8 8 8 8 9 9 10
BAB 3. TINJAUAN KHUSUS........................................................... .............. 3.1 Instalasi Farmasi ............................................................................. 3.1.1 Bagan Organisasi .................................................................. 3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan FRS ......................... 3.1.3 Analisa Kebutuhan Tenaga ................................................... 3.1.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ........................................... 3.1.5 Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alkes 3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati................................................ 3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi ........................... 3.2.2 Visi Instalasi Farmasi ............................................................. 3.2.3 Misi Instalasi Farmasi ............................................................. 3.2.4 Tujuan Instalasi Farmasi ......................................................... 3.2.5 Nilai – nilai Instalasi Farmasi ..................................................
11 11 11 11 12 13 15 16 17 18 18 18 19
x Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
i ii iii iv v
3.2.6 Kegiatan Farmasi Klinik ........................................................... 19 3.2.7 Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi ........................................... 30 3.3 Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati................................... 55 BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................
57
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 5.2 Saran ...............................................................................................
80 80 80
DAFTAR ACUAN............................................................................................. LAMPIRAN.......................................................................................................
82 84
xi Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16
Struktur Organisasi RSUP Fatmawati....................................... 84 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati........ 85 Alur Pengkajian Resep................................................................. 86 Alur Pemantauan Efek Samping Obat......................................... 87 Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat................................. 88 Alur Penyimpanan Resep dan Arsip ........................................ 89 Alur Pemusnahan Resep dan Arsip ........................................... 90 Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi......................................... 91 92 Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima ..... Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik .................................. 93 Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap 94 Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual 95 Prescription.................................................................................. Alur Pelayanan Resep di Depo Askes ...................................... 96 Alur Distribusi Obat secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ......................................................................... 97 Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo Instalasi Bedah Sentral........................................................... 98 Alur Program Pelayanan Informasi Obat................................... 99
xii Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Ditegaskan dalam UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Upaya kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan promotif, kuratif dan rehabilitatif diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam UU. No 44 tahun 2009 tertulis, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Dalam keberlangsungannya sebagai fasilitas pelayanan kesehatan, suatu rumah sakit membutuhkan sediaan farmasi serta alat kesehatan yang bermutu, 1
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
bermanfaat, aman dan terjangkau. Adanya bagian kefarmasian merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh rumah sakit. Yang dimaksud dengan "instalasi farmasi" dalam penjelasan UU. No. 44 Tahun 2009 adalah bagian dari Rumah Sakit yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit. Dalam PP 51 tahun 2009 disebutkan bahwa untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dalam pengadaan, produksi, distribusi atau penyaluran dan pelayanan sediaan farmasi harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan yaitu tenaga kefarmasian yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker di rumah sakit merupakan salah satu sumber daya manusia yang mendukung serta terlibat dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan, maka setiap calon Apoteker harus meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan keahlian di bidang kefarmasian sehingga calon apoteker setidaknya mempunyai bekal untuk memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang profesional. Sesuai dengan Pasal 5 butir c dan d, fungsi rumah sakit adalah melaksanakan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Oleh karena itu pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Jakarta karena RSUP Fatmawati merupakan rumah sakit pemerintah yang dapat memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian diseluruh disiplin ilmu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
3
1.2
Tujuan Tujuan dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini adalah
sebagai berikut : a. Calon Apoteker memahami peran dan tanggung jawab apoteker pada tiap bagian yang melibatkan Apoteker di RSUP Fatmawati diantaranya di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), dan Tim Farmasi dan Terapi (TFT). b. Memberi gambaran pada calon Apoteker tentang hal-hal terkait Farmasi Rumah Sakit sehingga calon Apoteker mempunyai bekal untuk bertindak sesuai dengan kode etik dan ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan rumah sakit. c. Mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah dipelajari secara teoritis berkenaan dengan praktek di rumah sakit oleh calon Apoteker.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1
Definisi Rumah Sakit Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2.2
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit (UU RI No. 44/2009) Rumah
sakit
mempunyai
tugas
memberikan
pelayanan
kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.3
Klasifikasi Rumah Sakit Menurut UU RI No. 44 Tahun 2009, rumah sakit dapat diklasifikasikan
berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya. 2.3.1 Berdasarkan jenis pelayanan Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
4
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
5
2.3.1.1 Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi Rumah Sakit Umum terdiri dari: a. Rumah Sakit Umum Kelas A Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain, dan 13 (tiga belas) subspesialis. b. Rumah Sakit Umum Kelas B Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar. c. Rumah Sakit Umum Kelas C Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik. d. Rumah Sakit Umum Kelas D Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. 2.3.1.2 Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus terdiri atas : a. Rumah Sakit Khusus Kelas A Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
6
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas
dan
kemampuan
paling
sedikit
pelayanan
medik
spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas. c. Rumah Sakit Khusus Kelas C Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal.
2.3.2 Berdasarkan pengelolaan Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat. 2.3.2.1 Rumah Sakit Publik Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit Privat. 2.3.2.2 Rumah sakit privat Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
2.4
Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Pendirian Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati bermula dari
gagasan Ibu Fatmawati Soekarno untuk mendirikan rumah sakit tuberkulose anak yang dikhususkan untuk penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Dengan dana yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan bantuan dari Yayasan Dana Bantuan Kementerian Sosial RI dilaksanakan pembangunan Gedung Rumah Sakit Ibu Soekarno.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
7
Pada tanggal 15 April 1961, status dan fungsi rumah sakit tersebut berubah menjadi rumah sakit umum dan penyelenggaraan serta pembiayaannya diserahkan kepada Departemen Kesehatan RI sehingga tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi Rumah Sakit Ibu Soekarno. Pada tanggal 20 Mei 1967, nama RSU Ibu Soekarno diganti menjadi RSU Fatmawati. Selanjutnya pada tahun 1984 RSU Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan dan tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Umum (RSU) Kelas B Pendidikan. Dalam perkembangan Rumah Sakit Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Bersyarat pada tahun 1992 dan dua tahun berikutnya yakni tahun 1994 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Unit Swadana Tanpa Syarat. Pada tahun 1997 sesuai dengan diberlakukannya UU No.27 Tahun 1997, rumah sakit mengalami perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP (Penerimaan Negara
Bukan Pajak), selanjutnya pada tahun 2000 Rumah Sakit Fatmawati
ditetapkan sebagai RS Perjan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.117 tahun 2000
tentang Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada
tanggal
11
Agustus
2005
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.1243/MENKES/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU). Dalam penilaian Tim Akreditasi Rumah Sakit, tahun 1997 RS Fatmawati memperoleh Status Akreditasi Penuh untuk 5 pelayanan. Pada tahun 2002, RSUP Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat
Lanjut untuk 12
pelayanan. Kemudian pada tahun 2004 RSUP Fatmawati terakreditasi 16 Pelayanan dan pada tahun 2007 memperoleh status Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Pelayanan. RSUP Fatmawati pada tanggal 2 Mei 2008 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebagai Rumah Sakit Umum dengan pelayanan Unggulan Orthopaedi dan Rehabilitasi Medik sesuai dengan SK Menteri Kesehatan No.424/MENKES/SK/V/2008. Pada tahun 2011, RSUP Fatmawati telah menyandang sertifikat Terakreditasi ISO 9001 : 2008 dan OHSAS 18001 : 2007 dan saat ini (Mei 2013) sedang menuju untuk mendapatkan sertifikat JCI (Joint Commission International).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
8
2.5
Tugas Pokok dan Fungsi RSUP Fatmawati
2.5.1 Tugas Pokok RSUP Fatmawati RSUP Fatmawati Jakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu, dan berkesinambungan dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
serta
melaksanakan
upaya
rujukan
dan
menyelenggarakan
pendidikan, pelatihan, dan penelitian.
2.5.2 Fungsi RSUP Fatmawati Fungsi RSUP Fatmawati adalah menyelenggarakan: a. Pelayanan medis b. Pelayanan penunjang medis dan non medis c. Pelayanan dan asuhan keperawatan d. Pengelolaan sumber daya manusia rumah sakit e. Pelayanan rujukan f. Pendidikan dan pelatihan di bidang kesehatan g. Penelitian dan pengembangan h. Administrasi umum dan keuangan 2.6
Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,
paripurna dan terpercaya di Indonesia. Menurut Keputusan Direktur Utama RSUP Fatmawati Nomor: HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan, paripurna, dan terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan: a. Terdepan karena ketersediaan sumber daya yang lengkap; b. Paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan berkesinambungan (continuum of care) serta tuntas; c. Terpercaya karena senantiasa mengikuti kaidah - kaidah IPTEK terkini; d. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat; dan e. Berorientasi kepada para pelanggan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
9
Misi dari RSUP Fatmawati adalah: a. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi dan rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis. b. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. c. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel serta berdaya saing tinggi. d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini. e. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya manusia.
2.6.1
Motto dan Falsafah Motto RSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami” sedangkan
falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah: a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai - nilai luhur kemanusiaan c. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama d. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan e. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan
2.6.2 Nilai Nilai yang diterapkan di RSUP Fatmawati adalah jujur, profesional, komunikatif, dan ikhlas, serta peduli dalam melaksanakan tugas. 2.6.2.1 Jujur Menerapkan transparansi dalam melaksanakan tugas. 2.6.2.2 Profesional Melaksanakan
tugas
sesuai
dengan
kompetensi
(pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan peka budaya). 2.6.2.3 Komunikatif Mampu melaksanakan hubungan interpersonal yang asertif dan responsif.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
10
2.6.2.4 Ikhlas Selalu memegang teguh ketulusan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. 2.6.2.5 Peduli Selalu tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.
2.6.3 Tujuan Tujuan RSUP Fatmawati adalah: a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi kaidah keselamatan pasien (patient safety) b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan tarif yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas
bagi
pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian. d. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada pelayanan pelanggan. e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber daya manusia rumah sakit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS
3.1
Instalasi Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu departemen atau unit
atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar, 2003).
3.1.1
Bagan organisasi Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas,
koordinasi,
kewenangan,
dan
fungsi.
Kerangka
organisasi
minimal
mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan selalu harus dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan. Struktur organisasi RSUP Fatmawati dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.1.2 Peran Lintas Terkait dalam Pelayanan Farmasi Rumah Sakit 3.1.2.1 Panitia Farmasi dan Terapi Panitia Farmasi dan Terapi merupakan badan yang membantu pimpinan rumah sakit dalam menetapkan kebijakan tentang obat dan penggunaan obat di rumah sakit. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medik dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi - spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Panitia Farmasi dan Terapi sekurang - kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu dokter, apoteker dan perawat. Untuk Rumah Sakit yang besar tenaga dokter bisa lebih dari tiga orang yang mewakili semua staf medik fungsional 11
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
12
yang ada. Peran apoteker dalam panitia ini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini. Salah satu fungsi Panitia Farmasi dan Terapi adalah mengembangkan formularium di Rumah Sakit dan merevisinya. Formularium adalah himpunan obat yang diterima/ disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan. 3.1.2.2 Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit adalah organisasi yang terdiri dari staf medik, apoteker yang mewakili farmasi rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya. 3.1.2.3 Panitia lain yang terkait dengan tugas farmasi rumah sakit Apoteker juga berperan dalam tim/ panitia yang menyangkut dengan pengobatan antara lain: a. Panitia mutu pelayanan kesehatan rumah sakit b. Tim perawatan paliatif dan bebas nyeri c. Tim penanggulangan AIDS d. Tim transplantasi e. Tim PKMRS, dan lain - lain. 3.1.3
Analisa kebutuhan tenaga
3.1.3.1 Jenis ketenagaan a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga apoteker, sarjana farmasi, dan asisten apoteker (AMF, SMF) b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga operator komputer atau teknisi yang memahami kefarmasian dan tenaga administrasi c. Pembantu pelaksana 3.1.3.2 Beban kerja Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor - faktor yang berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu: a. Kapasitas tempat tidur dan BOR b. Jumlah resep atau formulir per hari Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
13
c. Volume perbekalan farmasi d. Idealnya 30 tempat tidur = 1 Apoteker (untuk pelayanan kefarmasian rawat inap) 3.1.3.3 Jenis pelayanan a. Pelayanan IGD (Instalasi Gawat Darurat) b. Pelayanan rawat inap intensif c. Pelayanan rawat inap d. Pelayanan rawat jalan e. Penyimpanan dan pendistribusian f. Produksi obat
3.1.4
Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan
dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. 3.1.4.1 Pemilihan Pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standardisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas serta jaminan pada transaksi pembelian. 3.1.4.2 Perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar - dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain metode konsumsi, metode morbiditas atau epidemiologi, dan metode
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
14
kombinasi konsumsi dan morbiditas. Metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. 3.1.4.3 Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui, melalui pembelian, produksi atau pembuatan sediaan farmasi, maupun sumbangan atau droping atau hibah. 3.1.4.4 Produksi Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk, dan mengemas kembali sediaan farmasi steril atau non steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 3.1.4.5 Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi (penitipan barang dari pemilik kepada suatu pihak untuk dijualkan) atau sumbangan. 3.1.4.6 Penyimpanan Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan dan disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. 3.1.4.7 Pendistribusian Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medik. a. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
15
b. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat jalan merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotek rumah sakit. c. Pendistribusian perbekalan farmasi di luar jam kerja Pendistibusian perbekalan farmasi di luar jam kerja merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh: 1) Apotek rumah sakit/ satelit farmasi yang dibuka 24 jam 2) Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi
3.1.5
Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan Merupakan pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam
menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Kegiatan yang dilakukan antara lain: 3.1.5.1 Pengkajian resep Kegiatan
dalam
pelayanan
kefarmasian
yang
dimulai
dari
seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. 3.1.5.2 Dispensing Dispensing merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/ meracik obat, memberikan label/ etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi. 3.1.5.3 Pemantauan dan pelaporan efek samping obat Pemantauan dan pelaporan efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
16
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. 3.1.5.4 Pelayanan Informasi Obat Pelayanan informasi obat merupakan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. 3.1.5.5 Konseling Konseling
merupakan
suatu
proses
yang
sistematik
untuk
mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. 3.1.5.6 Pemantauan kadar obat dalam darah Pemantauan kadar obat dalam darah dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit. 3.1.5.7 Ronde atau visite Ronde atau visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. 3.1.5.8 Pengkajian penggunaan obat Pengkajian pengguanaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. 3.2
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja (satker) satu-
satunya di Rumah Sakit yang menjalankan fungsi pengelolaan perbekalan farmasi dengan sistem satu pintu. Instalasi Farmasi berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Medik dan
Keperawatan RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang kepala dengan sebutan Kepala Instalasi Farmasi dan satu orang Wakil Kepala Instalasi yang membawahi 15 (lima belas) orang Penyelia, yaitu: a. Penyelia Depo IRJ (Lantai 1, 2, dan 3) b. Penyelia Depo Askes Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
17
c. Penyelia Depo IGD dan IRI d. Penyelia Depo IBS e. Penyelia Depo Teratai - IRNA A f. Penyelia Depo Teratai - IRNA B g. Penyelia Depo Griya Husada h. Penyelia Depo Gedung Prof. Soelarto i. Penyelia Gudang Farmasi j. Penyelia Produksi Farmasi k. Penyelia Sistem Informasi l. Penyelia Distribusi dan Penerimaan m. Penyelia Perencanaan Perbekalan Farmasi n. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan o. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi Instalasi Farmasi mempunyai struktur organisasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.
3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi Tugas Pokok Instalasi Farmasi adalah: a. Menjalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati. b. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi dengan kegiatan perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati. c. Menjalankan integrasi dan sinkronisasi terkait dengan pelaksanaan tugas pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati. d. Turut serta
menyelenggarakan
kegiatan
pendidikan
dan
pelatihan
kefarmasian di RSUP Fatmawati. e. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikut serta dalam uji klinik obat. f. Turut serta menyelenggarakan pembinaan etika dan pengembangan profesi kefarmasian.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
18
Fungsi instalasi farmasi adalah: a. Melaksanakan
koordinasi
dan
kerjasama
dalam
pelaksanaan
tugas
pelayanan kefarmasian dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati dengan pihak - pihak terkait. b. Melaksanakan
pengawasan
mutu
pelayanan
kefarmasian
di
RSUP
Fatmawati. c. Turut serta dalam pengembangan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati berdasarkan perkembangan kebutuhan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. d. Menetapkan indikator pencapaian kinerja dan pelaksanaan evaluasi serta tindak lanjut terkait dengan pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati.
3.2.2
Visi Instalasi Farmasi Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,
Terpercaya dalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian di Indonesia.”
3.2.3
Misi Instalasi Farmasi Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien. b. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP Fatmawati. c. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit secara efektif dan efisien. d. Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan farmasi terutama bidang orthopedi dan rehabilitasi medik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
19
3.2.4
Tujuan Instalasi Farmasi Tujuan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
a. Menjamin
pelayanan
farmasi
rumah
sakit
yang
profesional
dan
bertanggung jawab atas semua penggunaan perbekalan farmasi di rumah sakit. b. Mewujudkan kerasionalan pengobatan yang berorientasi kepada pasien. c. Mewujudkan farmasi rumah sakit sebagai pusat informasi obat bagi seluruh masyarakat rumah sakit. d. Meningkatkan peran instalasi farmasi sebagai bagian integral dari tim pelayanan kesehatan untuk mewujudkan manfaat yang maksimal dari pelayanan farmasi. e. Ikut menjamin keamanan dan keselamatan kerja seluruh staf rumah sakit, masyarakat, serta lingkungan. f. Meningkatkan kemampuan tenaga kefarmasian melalui pendidikan dan pelatihan. g. Menjamin pelayanan bermutu melalui pemantauan, analisa dan evaluasi pelayanan. h. Mengadakan penelitian dan peningkatan metode di bidang farmasi.
3.2.5 Nilai - nilai Instalasi Farmasi Nilai - nilai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah: a. Profesional b. Benar dan aman (safety) c. Penuh tanggung jawab d. Jujur e. Ramah dan peduli (care)
3.2.6
Kegiatan Farmasi Klinik
3.2.6.1 Pengkajian Resep Pengkajian resep adalah tata cara dan urutan proses kegiatan analisa dan skrining resep untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
20
administratif, farmasetis dan klinis. Pengkajian peresepan obat dilakukan terhadap resep pasien dengan menggunakan prosedur pengkajian resep. Untuk resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada resep pasien. Untuk resep yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) untuk menemukan solusi permasalahan yang ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Prosedur: a. Penerimaan resep oleh petugas depo farmasi dengan ketentuan: 1) Depo Farmasi Rawat Inap hanya melayani resep pasien rawat inap internal dari RSUP Fatmawati 2) Depo Farmasi IGD dan Rawat Jalan melayani dari poli rawat jalan RSUP Fatmawati b. Pelaksanaan skrining resep oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi untuk menilai kelengkapan: 1) Persyaratan administrasi resep dengan menilai ada atau tidak: a) Nama dokter b) Tanggal penulisan resep c) Tanda tangan / paraf dokter penulis resep d) Nomor rekam medik pasien e) Nama pasien f) Umur pasien g) Jenis kelamin pasien h) Berat badan pasien i) Nama obat j) Jumlah yang diminta dalam resep obat k) Aturan pemakaian obat 2) Persyaratan Farmasetis dengan menilai: a) Bentuk sediaan b) Kekuatan sediaan c) Kompatibilitas / ketercampuran farmasetis d) Stabilitas sediaan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
21
e) Cara penyimpanan obat 3) Persyaratan Klinis dengan menilai: a) Indikasi obat b) Riwayat alergi obat c) Duplikasi pengobatan d) Interaksi obat dengan obat e) Interaksi obat dengan makanan f) Kontra indikasi obat g) Biaya obat c. Pelaksanaan kegiatan komunikasi oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi dengan dokter penulis resep 1) Untuk konfirmasi bila ditemukan a) Ketidaklengkapan pada aspek administratif resep b) Ketidaklengkapan pada aspek farmasetis resep c) Ketidaklengkapan pada aspek klinis resep d) Resep tidak terbaca e) Obat tidak tersedia f) Temuan masalah resep lainnya 2) Klarifikasi dan problem solving a) Klarifikasi dan komunikasi verbal langsung ke dokter penulis resep b) Apabila terjadi hambatan jarak untuk komunikasi langsung, dilakukan dengan komunikasi melalui telepon d. Pelaksanaan pencatatan hasil komunikasi dengan dokter oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi untuk penyempurnaan dan pembenaran resep. e. Pelaksanaan penandaan resep yang telah di skrining oleh Apoteker atau Penyelia Instalasi Farmasi dengan melakukan: 1) Untuk resep yang telah memenuhi persyaratan, akan diberikan “penanda” berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi” pada resep pasien. 2) Penandaan cap stempel HETIP yaitu: a) Harga (billing) Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
22
b) Etiket c) Timbang d) Isi e) Penyerahan dan pemeriksaan 3) Untuk resep yang tidak dapat dipenuhi dan tidak dapat diklarifikasi kebenarannya atau resep tidak setuju dibeli, resep dikembalikan kepada user (pemilik resep)
3.2.6.2 Pengkajian penggunaan obat Menurut Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengkajian penggunaan obat merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat - obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan pengkajian penggunaan obat adalah: a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/ dokter tertentu. b. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan kesehatan/ dokter satu dengan yang lain. c. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik. d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengkajian penggunaan obat antara lain: a. Indikator peresepan b. Indikator pelayanan c. Indikator fasilitas Berdasarkan Standar Prosedur Operasional RSUP Fatmawati, pengkajian penggunaan obat secara prospektif merupakan kegiatan penilaian (assessment) terhadap pengobatan pasien selama pasien menjalani pengobatan. Kegiatan pengkajian penggunaan obat secara retrospektif dilakukan dengan mengumpulkan data dari catatan rekam medik pasien pada periode tertentu. Kegiatan pengkajian penggunaan obat dilakukan dengan menggunakan Standar Prosedur Operasional Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
23
(SPO) pengkajian penggunaan obat. Kegiatan dilakukan oleh apoteker dengan menilai adanya potensial drug related problem (DRP), yaitu: a. Kesesuaian indikasi obat dengan diagnosa b. Ketepatan pemilihan obat c. Dosis terlalu tinggi d. Dosis terlalu rendah e. Efek samping obat f. Interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan uji laboratorium. g. Ketidakpatuhan pasien, misalnya karena obat tidak tersedia, pasien tidak mampu mendapatkan obat yang diinginkan, pasien tidak bisa menelan obat, pasien tidak mengerti instruksi pemberian obat, pasien lebih suka tidak mendapatkan pengobatan atau pasien lupa dalam pengobatan. h. Pasien menerima terapi obat yang tidak diperlukan Apoteker yang dapat melakukan kegiatan review pengobatan adalah apoteker yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Terdaftar sebagai tenaga apoteker di RSUP Fatmawati b. Mempunyai Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) c. Telah selesai mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam orientasi internal Pada pasien rawat inap, pengkajian resep dan penggunaan obat ditujukan untuk evaluasi terhadap resep dan pengobatan pasien. Untuk pengobatan yang telah memenuhi persyaratan, akan
diberikan
“penanda”
berupa
stempel
keterangan “Resep atau Obat telah di review Farmasi” pada Rekam Medik (RM) pasien. Untuk obat yang belum dinyatakan memenuhi syarat, dilakukan komunikasi dengan DPJP untuk menemukan solusi permasalahan yang ditemukan terkait dengan pengobatan pasien. Alur pengkajian resep pada Lampiran 3.
3.2.6.3 Visite Pelayanan kefarmasian saat ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan obat, namun telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien (pharmaceutical care). Hal ini juga berlaku bagi apoteker yang berada dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
24
lingkup rumah sakit. Apoteker rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan kefarmasian kepada setiap individu pasien untuk memastikan bahwa pengobatan yang diberikan kepada setiap pasien adalah pengobatan yang rasional. Salah satu contoh kegiatan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien adalah praktek apoteker ruang rawat (ward pharmacist) dengan visite sebagai salah satu aktivitasnya. Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik. Aktivitas ini dapat dilakukan secara mandiri atau kolaborasi secara aktif dengan tim dokter dan profesi kesehatan lainnya dalam proses penetapan keputusan terkait terapi obat pasien. Praktek visite yang dilakukan oleh apoteker bertujuan untuk: a. Meningkatkan
pemahaman
mengenai
riwayat
pengobatan
pasien,
perkembangan kondisi klinik, dan rencana terapi secara komprehensif b. Memberikan informasi mengenai farmakologi farmakokinetika, bentuk sediaan obat, rejimen dosis, dan aspek lain terkait terapi obat pasien c. Memberikan rekomendasi sebelum keputusan klinik ditetapkan dalam pemilihan terapi, implementasi dan monitoring terapi d. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah terkait penggunaan obat akibat keputusan klinik yang sudah ditetapkan sebelumnya Sebelum memulai praktek visite di ruang rawat, seorang apoteker perlu membekali diri dengan berbagai pengetahuan minimal: patofisiologi, terminologi medik, farmakokinetika,
farmakologi,
farmakoterapi,
farmakoekonomi,
farmakoepidemiologi, interpretasi data laboratorium, dan data penunjang diagnostik lainnya. Di dalam melakukan pelayanan visite maka hal lain yang
harus dipertimbangkan
adalah
jumlah
sumber
daya
manusia
(apoteker). Terkait keterbatasan jumlah apoteker, maka dilakukan pembatasan pasien yang menerima pelayanan visite oleh apoteker. Beberapa kriteria pasien yang dapat menerima pelayanan visite oleh apoteker adalah sebagai berikut: a. Pasien baru (dalam 24 jam pertama); b. Pasien dalam perawatan intensif; Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
25
c. Pasien yang menerima ≥ 5 macam obat; d. Pasien yang mengalami penurunan fungsi organ terutama organ hati dan ginjal; e. Pasien yang hasil pemeriksaan laboratoriumnya mencapai nilai kritis (critical value), misalnya: ketidakseimbangan elektrolit, penurunan kadar albumin; f. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit akan berpotensi menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) yang fatal. Setelah melakukan seleksi terhadap pasien yang akan mendapatkan pelayanan visite maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi penggunaan obat. Informasi tersebut dapat diperoleh dari rekam medik, wawancara dengan pasien atau keluarga. Setelah informasi didapatkan maka selanjutnya dilakukan pengkajian masalah terkait obat. Pengkajian yang dilakukan yaitu pengkajian bagi pasien dengan terapi obat yang memiliki risiko mengalami masalah terkait penggunaan obat baik yang aktual (nyata terjadi) maupun yang potensial (mungkin terjadi). Kegiatan visite dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama dengan tenaga kesehatan lain sesuai dengan situasi dan kondisi. Kegiatan visite mandiri dimulai dengan melakukan perkenalan diri kepada pasien, mendengarkan respon yang disampaikan oleh pasein setelah itu apoteker mengidentifikasi masalah lalu memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah terkait
penggunaan
obat.
Untuk
kegiatan
visite
tim
dimulai
dengan
memperkenalkan diri kepada pasien dan atau tim, mengikuti dengan seksama presentasi kasus yang disampaikan, memberikan rekomendasi berbasis bukti berkaitan dengan masalah terkait penggunaan obat, melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dan melakukan pemantauan efektivitas serta keamanan penggunaan obat. Setelah melakukan praktek visite, maka tahapan yang harus dilakukan adalah melakukan dokumentasi yang bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan kredibilitas, sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan mutu kegiatan serta sebagai materi pendidikan dan penelitian kegiatan. a. Monitoring efek samping obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
26
Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping. Pengertian efek samping menurut WHO adalah tiap respon terhadap obat, pada dosis lazim untuk manusia, yang merugikan atau tidak diharapkan untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Efek samping dapat dicegah dengan menghindari faktor-faktor resiko. Adanya efek samping obat dapat meningkatkan morbiditas sehingga meningkatkan penderitaan, lama perawatan serta kematian. Alur pemantauan efek samping obat dapat dilihat pada Lampiran 4. MESO berguna bagi badan pengawas obat, perusahaan obat dan juga akademisi. Tujuan diadakannya MESO diantaranya adalah : 1) Menemukan efek samping obat sedini mungkin, terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya jarang 2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang baik yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan. 3) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan atau mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat 4) Memberi umpan balik adanya interaksi pada petugas kesehatan 5) Membuat peraturan yang sesuai 6) Memberi peringatan pada masyarakat umum bila dibutuhkan 7) Membuat data esensial yang tersedia sesuai sistem yang dipakai WHO MESO dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : 1) Laporan insidentil Jenis laporan ini biasanya dikemukakan pada pertemuan di rumah sakit atau laporan kasus di majalah. 2) Laporan sukarela Biasa disebut dengan laporan spontan dan dikoordinir oleh pusat 3) Laporan intensif di RS Data yang diperoleh untuk laporan ini berasal dari data yang terkumpul kelompok tim di rumah sakit (dokter, perawat, ahli farmasi, dan lain - lain). Data yang terkumpul selanjutnya dianalisa oleh tim. 4) Laporan wajib Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
27
Adalah peraturan yang mewajibkan setiap petugas kesehatan melaporkan efek samping obat di tempat tugas atau praktek sehari-hari. 5) Laporan lewat catatan medik Data yang dikumpul melalui riwayat penyakit serta pengobatan yang diterima. b. Pelayanan informasi obat Menurut
keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit serta untuk membuat kebijakan – kebijakan yang berhubungan dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat adalah: 1) Rumah sakit dengan kapasitas 200 tempat tidur
: 20 m2
2) Rumah sakit dengan kapasitas 400 – 600 tempat tidur
: 40 m2
3) Rumah sakit dengan kapasitas 1300 tempat tidur
: 70 m2
Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan atau sumber referensi yang memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip dan kartu arsip. Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah : 1) Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif. 2) Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka. 3) Membuat buletin, leaflet serta label obat. 4) Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
28
5) Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. 6) Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya. 7) Mengkoordinasi
penelitian
tentang
obat
dan
kegiatan
pelayanan
kefarmasian. c. Monitoring interaksi obat Program pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati meliputi tata cara melakukan pemantauan serta pencegahan terhadap interaksi antara obat dengan obat maupun antara obat dengan makanan yang digunakan oleh pasien di rawat inap RSUP Fatmawati. Kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan tahapan dari proses penilaian interaksi obat hingga pemberian rekomendasi penanggulangan interaksi obat kepada dokter penanggung jawab pasien. Pada saat mengevaluasi interaksi obat, hal yang perlu dipertimbangkan adalah level signifikan dari interaksi yang sedang atau akan terjadi. Beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan adalah : 1) Penggantian dengan obat yang lebih aman. 2) Pengaturan jadwal penggunaan. 3) Penurunan dosis obat. 4) Pemberian antidot/ pramedikasi sebelum penggunaan obat. Alur kegiatan pemantauan interaksi obat menurut SPO yang ada dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.6.2.4 Konseling obat Konseling obat adalah suatu proses yang sistematis untuk menjelaskan dan memberikan pemahaman bagi pasien tentang pengobatan yang mereka gunakan serta untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan pasien berkaitan dengan penggunaan obat. Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Prosedur konsultasi obat adalah tata cara dalam pemberian pemahaman kepada pasien tentang cara penggunaan obat yang benar dan aman. Seluruh penyerahan obat kepada pasien, baik rawat inap maupun rawat Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
29
jalan harus dilengkapi dengan informasi yang memadai dan dapat menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien tentang obat yang digunakan sehingga dapat menghindari kesalahan dalam penggunaan obat. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan prosedur konsultasi obat atau pelayanan informasi obat (PIO). Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker pada pasien dengan kriteria: a. Pasien dengan rujukan dokter untuk konsultasi obat dengan apoteker. b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi obat dengan apoteker. c. Pasien yang akan pulang. Apoteker mendapatkan informasi pasien yang akan pulang dari perawat ruangan atau petugas depo farmasi rawat inap. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh apoteker di ruang perawatan pasien. Pelaksanaan konsultasi obat pada pasien rawat jalan dilakukan oleh apoteker berdasarkan kriteria pasien tertentu diantaranya: a. Pasien dengan rujukan dokter untuk berkonsultasi dengan apoteker. b. Pasien dengan keinginan sendiri untuk konsultasi dengan apoteker. c. Pasien dengan penggunaan obat khusus seperti: 1) Pasien dengan pengobatan lebih dari 4 macam obat (poli farmasi). 2) Pasien dengan pengobatan kronis. 3) Pasien dengan riwayat alergi. 4) Pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun kombinasi. 5) Pasien dengan pengobatan khusus seperti pengobatan Kemoterapi, pengobatan HIV/ AIDS, pengobatan Tuberkulosis. Pengisian data pasien dan data informasi obat dalam formulir konsultasi dilakukan oleh apoteker secara lengkap dan benar. Pelaksanaan konsultasi obat oleh apoteker dengan tahapan berikut: a. Perkenalan. b. Penilaian pemahaman pasien terhadap obatnya. c. Pemberian penjelasan dan konsultasi obat secara lengkap. Penjelasan obat meliputi indikasi obat, cara kerja obat, dosis penggunaan obat, cara pemakaian obat yang benar, waktu pemakaian obat, efek samping obat yang mungkin
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
30
terjadi, cara pemakaian obat yang benar, interaksi antara obat dan makanan baik yang potensial maupun aktual, dan informasi lain yang mendukung. d. Pengujian pemahaman pasien atas informasi yang telah diberikan. e. Penutup.
3.6.2.5 Edukasi farmasi Program edukasi farmasi adalah rangkaian proses pendidikan dan penyampaian informasi tentang obat kepada pasien, keluarga pasien dan masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang benar mengenai obat, terwujudnya kepatuhan terkait dengan penggunaan obat secara benar. Prosedur program edukasi farmasi dilakukan dengan pembuatan jadwal apoteker untuk kegiatan edukasi berdasarkan topik bahasan tentang obat pada tiap bulan oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi. Pelaksanaan sosialisasi kepada petugas yang telah ditentukan namanya dalam jadwal oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi tentang waktu pelaksanaan dan tema edukasi yang telah dibuat melalui telepon atau copy lembar jadwal. Pelaksanaan pengumpulan materi edukasi oleh penyelia administrasi dan SDM Instalasi Farmasi dalam bentuk power point atau makalah atau lainnya dalam softcopy atau hardcopy dari apoteker pembicara minimal dua hari sebelum pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan edukasi oleh apoteker ditentukan dengan metode: 1. Penyampaian materi presentasi terbuka dan diskusi (tanya jawab) antara pembicara dan peserta selama waktu yang telah disepakati (minimal selama 60 menit). 2. Seluruh peserta yang hadir mengisi daftar hadir yang akan digunakan sebagai materi evaluasi pelaksanaan kegiatan.
3.2.7
Ruang Lingkup Kegiatan Farmasi
3.2.7.1 Tata Usaha Farmasi Kegiatan yang dilakukan di Tata Usaha Farmasi adalah seluruh kegiatan administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. Terdapat 2 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
31
penyelia Tata Usaha Farmasi, yaitu Penyelia Pencatatan dan Pelaporan serta Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM Farmasi. Penyelia Pencatatan dan Pelaporan bertanggung jawab dalam pencatatan seluruh surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan dan penyimpanan arsip. Penyelia Tata Usaha dan SDM Farmasi bertanggung jawab dalam administrasi seluruh pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati, dari absensi atau kehadiran sampai cuti dan lembur pegawai. Penyelia Tata Usaha dan SDM juga bertanggung jawab dalam pengurusan klaim untuk seluruh pasien dengan jaminan sosial. Pengiriman surat keluar Instalasi Farmasi dalam lingkup rumah sakit ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi, sedangkan pengiriman surat keluar untuk lingkungan eksternal rumah sakit melalui Sub Bagian Tata Usaha Rumah Sakit. Pembuatan laporan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati yang dilakukan oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut: a. Pengambilan dan perekapan data untuk penyusunan laporan 1) Pengambilan data dari gudang farmasi berupa catatan permintaan barang floor stock atau pemakaian perbekalan farmasi dari semua satuan kerja berdasarkan formulir permintaan barang setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan keuangan dan catatan permintaan obat atau alkes depo farmasi ke gudang farmasi untuk pembuatan laporan pengeluaran perbekalan farmasi per depo farmasi. 2) Pengambilan data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat - obat narkotika dan psikotropika di gudang farmasi dan seluruh depo farmasi oleh Kepala Perbekalan Instalasi Farmasi setiap akhir bulan untuk narkotika dan setiap akhir tahun untuk psikotropika untuk pembuatan laporan masing-masing penggunaannya. 3) Pengambilan data jumlah penulisan resep obat dengan nama generik dan non generik dari catatan pemantauan penulisan resep obat generik di depo - depo farmasi setiap akhir bulan untuk pembuatan laporan pemantauan penulisan resep obat generik. 4) Pengambilan data catatan tagihan obat pasien per depo farmasi untuk pembuatan laporan tagihan obat pasien per depo farmasi. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
32
5) Pengambilan data dari catatan lembar resep dan jumlah resep depo farmasi dari pasien rawat jalan (poliklinik) dan pasien rawat inap (ruangan) di depo - depo farmasi untuk pembuatan laporan kegiatan instalasi farmasi. 6) Pengambilan data kwitansi dan faktur pembelian perbekalan farmasi dari catatan pemakaian kas kecil instalasi farmasi untuk pembuatan laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi. b. Penyusunan laporan bulanan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati oleh Penyelia Pencatatan dan Pelaporan. 1) Penyusunan laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi tiap depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik, laporan tagihan obat pasien tiap depo farmasi, laporan kegiatan instalasi farmasi, dan laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi setiap bulan. 2) Pembuatan laporan pemakaian obat narkotika setiap bulan dan laporan pemakaian obat psikotropika setiap akhir tahun oleh Kepala Instalasi Farmasi. Pengiriman laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika dilakukan ke Bagian Umum RSUP Fatmawati untuk dibuatkan surat pengantar yang ditandatangani oleh Direktur Medik dan Keperawatan, lalu dikirim ke Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Pengiriman laporan keuangan, laporan pengeluaran perbekalan farmasi per depo farmasi, laporan pemantauan penulisan obat generik dan non generik, laporan tagihan obat pasien per depo farmasi, dan laporan kegiatan instalasi farmasi ditujukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan Kepala Instalasi Rekam Medik dan Informasi Kesehatan. Pemisahan arsip yang akan disimpan oleh Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati didasarkan atas: a) Arsip surat masuk, surat keluar, SK Direktur RSUP Fatmawati dan SK Kemenkes. Alur ini dapat dilihat pada lampiran 6 yaitu alur penyimpanan arsip. b) Arsip Kepegawaian yang terdiri dari map masing-masing pegawai Instalasi Farmasi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
33
c) Arsip laporan – laporan d) Arsip resep rawat jalan dan rawat inap. Alur penyimpanan resep dapat dilihat pada lampiran 6. e) Arsip catatan kehadiran pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. f) Arsip catatan lembur pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati. g) Arsip catatan rekapitulasi rencana pengadaan bulanan. h) Arsip rekapitulasi rencana pengadaan bulanan. Untuk pemusnahan arsip di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilakukan pada awal tahun untuk arsip laporan dan resep yang berumur lebih dari 3 tahun serta arsip surat masuk dan keluar yang berumur lebih dari 5 tahun. Alur pemusnahan resep dan arsip dapat dilihat pada lampiran 7.
3.2.7.2 Gudang Kegiatan yang dilakukan di Gudang Farmasi merupakan proses kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi. Dalam menjalankan kegiatannya, terdapat empat penyelia di gudang farmasi yaitu: penyelia gudang farmasi, penyelia perencanaan perbekalan farmasi, penyelia distribusi dan penerimaan dan penyelia sistem informasi farmasi. Kegiatan yang dilakukan di gudang farmasi RSUP Fatmawati antara lain: a. Perencanaan Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit. Tujuan dari perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Dirjen Binfar Alkes, 2008). Perencanaan dilakukan setiap bulan yaitu pada tanggal 10-20 tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi bulan berikutnya. Perencanaan dilakukan dengan menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan usulan masing-masing depo farmasi. Dalam metode konsumsi, data yang digunakan adalah analisa penjualan masing-masing depo dan penggunaan obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
34
dan alkes floor stock masing-masing ruangan selama 3 bulan terakhir; terutama 1 bulan sebelumnya, melihat data stok obat yang ada dan anggaran yang tersedia. Perencanaan yang dibuat oleh penyelia gudang farmasi diantaranya adalah perencanaan obat, alkes habis pakai, gas medik, reagen, bahan baku, dan kebutuhan untuk instalasi radiologi seperti film rontgen. Dasar perencanaan merujuk pada daftar obat dalam formularium, DPHO (Daftar Plafon Harga Obat) , DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional), obat bebas dan generik. Perencanaan yang telah dibuat akan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi b. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui. Tujuan pengadaan adalah mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga dan waktu berlebihan (Dirjen Binfar Alkes, 2008). Perencanaan yang telah ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi kemudian dikirimkan persetujuan
ke Direksi RSUP Fatmawati untuk mendapatkan
pengadaan. Pertama, perencanaan dikirimkan ke Direktur Medik
dan Keperawatan yang selanjutnya dikirimkan ke Direktur Keuangan. Direktur Keuangan mengirimkan ke Bagian Anggaran dan dikirim kembali ke Direktur Keuangan. Direktur Keuangan selanjutnya mengirimkan ke Direktur Utama sebagai Kuasa Pengguna Anggaran. Setelah mendapat persetujuan pengadaan, data perencanaan disampaikan ke PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). PPK akan mengirimkan ke Sekretariat PPK untuk dibuatkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS). HPS dikirimkan kembali ke PPK dan dikirim ke Direktur Keuangan, yang selanjutnya dikirim ke Bagian Anggaran untuk disetujui
dan dikirim
kembali ke Direktur Keuangan. Oleh Direktur Keuangan, HPS akan dikirimkan ke PPK. Bila perencanaan di bawah 200 juta, maka diberikan kepada Pejabat Pengadaan Medik untuk dilakukan pemilihan harga. Bila perencanaan di atas 200 juta, maka harus ke ULP untuk dilakukan lelang secara LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik). Sekretariat PPK akan membuatkan Surat Pesanan (SP) untuk perencanaan di bawah 50 juta, atau membuatkan Surat Perintah Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
35
Kerja (SPK) untuk perencanaan antara 50 juta sampai 200 juta, dan mengirimkan ke distributor terkait. Alur pengadaan perbekalan farmasi dapat dilihat pada Lampiran 8. Obat-obat cito dapat diadakan
dengan cara pembelian langsung, syarat
pembelian langsung obat-obat cito adalah kurang dari 20 juta. Pengadaannya dilakukan dengan membuat disposisi untuk meminta persetujuan Direktur Medik dan Keperawatan untuk menggunakan kas kecil Pejabat Pengadaan Medik, sedangkan bila di luar jam kerja menggunakan kas kecil Duty Manager. Pengadaan obat juga dilakukan untuk obat gratis atau hibah dari pemerintah, yaitu obat HIV, obat TBC dan Metadon. Pengadaan obat-obat ini dilakukan oleh masing-masing penanggung jawab obat pemerintah, berdasarkan laporan pemakaian obat yang disusun setiap bulannya. c. Penerimaan Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai aturan kefarmasian. Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak baik spesifikasi mutu, jumlah maupun waktu kedatangan (Dirjen Binfar Alkes, 2008). Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh Tim Penerima Barang berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang dibuat oleh ULP (Unit Layanan Penyedia), tender, konsinyasi atau sumbangan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada pada lampiran 9 yaitu alur penerimaan perbekalan farmasi oleh tim penerima. Prosedur penerimaan perbekalan farmasi ialah sebagai berikut: 1) Perbekalan farmasi yang berasal dari distributor atau rekanan atau rumah sakit atau apotik atau donatur diterima oleh Tim Penerima Barang Medik, selanjutnya diserahkan ke gudang farmasi untuk disimpan. Penerimaan perbekalan farmasi di luar jam kerja dilakukan oleh Tim Penerima Barang Medik untuk obat atau alkes yang termasuk dalam pengadaan rutin. Untuk obat-obat cito yang datang di luar jam kerja, maka diserahkan ke Depo IGD untuk selanjutnya diserahterimakan ke Tim Penerima Barang Medik. 2) Serah terima perbekalan farmasi yang diterima dari Tim Penerima Barang Medik dengan Petugas Gudang Farmasi disesuaikan dengan: Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
36
a) Faktur perbekalan farmasi; b) Kesesuaian nama perbekalan farmasi dengan Surat Pesanan atau SPK; c) Kondisi perbekalan farmasi; d) Jumlah perbekalan farmasi; e) Tanggal kadaluwarsa minimal 2 tahun, kecuali untuk perbekalan farmasi tertentu (vaksin atau reagensia) dapat kurang dari 2 tahun dengan persetujuan user; f) Certificate of analysis untuk bahan baku obat; Certificate of origin untuk alat kesehatan sedangkan Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya. 3) Pelaksanaan verifikasi administrasi penerimaan barang oleh Penyelia Gudang Farmasi berdasarkan Bukti Penyerahan Barang dari Tim Penerima Barang Medik yang disesuaikan dengan faktur barang datang. 4) Pembuatan Bukti Penerimaan Barang oleh Penyelia Gudang Farmasi yang akan diserahkan ke Bagian Akuntansi. 5) Pembuatan Berita Acara Penerimaan Barang oleh Tim Penerima Barang Medik, Penyelia Gudang Farmasi, dan Kepala Instalasi Farmasi. 6) Penyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi. d. Penyimpanan Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Dirjen Binfar Alkes, 2008). Prosedur penyimpanan perbekalan farmasi yang dilakukan di RSUP Fatmawati adalah: 1) Pelaksanaan penyimpanan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi dengan memperhatikan faktor - faktor sebagai berikut: a) Jenis perbekalan farmasi harus disimpan pada tempat yang terpisah sesuai dengan pengelompokannya, yaitu dikelompokan berdasarkan bentuk
sediaan
serta
jenisnya
dan
disusun
secara
alfabetis.
P enyimpanan perbekalan farmasi di Gudang Farmasi RSUP Fatmawati dibedakan menjadi empat ruang besar yakni : Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
37
i. Ruang penyimpanan alat kesehatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kegunaan (fungsi) dan ukurannya. ii. Ruang penyimpanan cairan atau elektrolit (infus). Cairan disimpan di ruang yang terpisah dengan sediaan injeksi dan alat kesehatan. Disusun di dalam dus dan diletakkan di atas pallet. iii. Ruang penyimpanan sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid sediaan tablet, obat injeksi dan semisolid disusun berdasarkan suhu kestabilan, bentuk sediaan dan alfabetis. iv. Ruang penyimpanan gas medik. Gas medik disimpan di gedung terpisah,
terletak
di belakang
gedung teratai.
Penyimpanannya
disusun berdasarkan jenis gas medik dan ukurannya. b) Penyusunan perbekalan farmasi i. Penyusunan perbekalan farmasi dengan metode FIFO (First In First Out) berdasarkan waktu kedatangan perbekalan farmasi atau FEFO (First Expired First Out) berdasarkan waktu kadaluwarsa. Metode FIFO dan FEFO akan meletakkan perbekalan farmasi di muka atau di depan perbekalan farmasi yang datang kemudian atau kadaluwarsa lebih lama. ii. Perbekalan farmasi yang mencantumkan tanggal kadaluwarsa, maka penyimpanan memperhatikan sistem FEFO. Perbekalan farmasi yang tidak mencantumkan
tanggal kadaluwarsa, maka
penyimpanan
memperhatikan sistem FIFO. iii. Penyimpanan obat memperhatikan LASA (Look Alike Sound Alike) untuk patient safety. Perbekalan farmasi yang bentuknya mirip dan nama atau pengucapannya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya dan pada rak atau tempat obat diberikan stiker LASA. iv. Penempatan perbekalan farmasi yang mudah pecah di rak yang kondisinya masih layak pakai, disusun dengan rapi sehingga tidak
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
38
ada kemungkinan jatuh karena tersenggol dan diberikan tanda peringatan “Awas Hati - Hati Perbekalan Farmasi Mudah Pecah” v. Penempatan perbekalan farmasi mudah pecah atau perbekalan farmasi masih dalam kemasan besar tidak boleh pada posisi rak yang tinggi untuk mencegah resiko jatuh dan menimpa petugas. vi. Penempatan perbekalan farmasi dalam kemasan besar yang berat diletakkan di lantai menggunakan alas pallet plastik atau kayu untuk menghindari kelembaban. c) Suhu selama penyimpanan i. Penyimpanan pada suhu kamar (25oC) untuk obat - obat, cairan infus, alat kesehatan, pembalut, dan gas medik. ii. Penyimpanan suhu dingin (dalam lemari pendingin) pada suhu 2- 8 oC untuk obat – obat tertentu, produk biologis, dan reagensia yang membutuhkan suhu dingin untuk mempertahankan stabilitasnya sesuai dengan persyaratan penyimpanan pada etiket. Setiap hari ada petugas yang mencatat suhu lemari pendingin pada “kartu monitor suhu”. iii. Sediaan vaksin membutuhkan “pharmaceutical refrigerator” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan matinya aliran listrik menggunakan alarm yang akan berbunyi jika aliran listrik mati. d) Kelembaban Kelembaban dipantau menggunakan alat termohigrometer atau pemantau kelembaban udara di ruang penyimpanan perbekalan farmasi antara 65 % 98 %. e) Cahaya matahari Penyimpanan obat tidak boleh terkena cahaya matahari langsung. f) Sirkulasi udara Tempat penyimpanan perbekalan farmasi harus mempunyai ventilasi yang cukup untuk pertukaran udara di ruangan penyimpanan. g) Resiko kebakaran
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
39
Bahan berbahaya mudah terbakar atau mudah meledak harus disimpan pada Gudang Tahan Api yang dilengkapi dengan APAR (Alat Pemadam Api Ringan). h) Kebersihan tempat dan sarana penyimpanan dari debu atau kotoran lainnya. i) Pengaturan tata ruang gudang farmasi dengan memperhatikan kemudahan bergerak dan mobilisasi perbekalan farmasi. j) Pengawasan dan monitoring tempat dan fasilitas penyimpanan untuk menjamin mutu perbekalan farmasi yang ada. k) Obat narkotika dan psikotropika yang sudah diterima dari Tim Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati, dicatat pada kartu stok sesuai jenis, jumlah, expire date, dan nama distributor khusus obat narkotika, yaitu PT. Kimia Farma. Prosedur Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika: i. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika yang sudah dicatat/ dokumentasi dengan ketentuan: i). Menggunakan lemari sesuai ketentuan, yaitu lemari double lock (kunci ganda) pada dua pintu dengan susunan berlapis. ii). Kondisi kunci kedua pintu dapat berfungsi dengan baik dan dalam kondisi terkunci guna pembatasan akses pengambilan obat. iii). Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya. iv). Dilengkapi dengan kartu stok. ii. Pengaturan penyimpanan obat narkotika dan psikotropika berpedoman kepada beberapa ketentuan dan persyaratan sebagai berikut: i). Menurut bentuk sediaan dan jenisnya. ii). Menurut suhu dan kestabilan sediaan: Obat disimpan dalam lemari dingin, yaitu suhu 2 - 8oC Obat disimpan dalam suhu kamar, yaitu 15 - 25oC iii). Menurut sifatnya mudah terbakar iv). Menurut ketahanan terhadap cahaya iii.
Penyusunan penyimpanan berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) atau berdasarkan sistem FEFO (First Expired First Out). Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
40
iv.
Penyusunan urutan pada lemari penyimpanan dilakukan secara alfabetis, yaitu berdasarkan urutan abjad, dimulai dari huruf “A” dan seterusnya.
v.
Pencatatan obat narkotika dan psikotropika, yaitu jumlah keluar, jumlah stok awal, jumlah stok akhir, dan petugas yang mengambil.
vi.
Monitoring selama proses penyimpanan dengan melakukan pengecekan fasilitas penyimpanan dan pengecekan kondisi fisik sediaan dan jumlah stok narkotika dan psikotropika setiap hari.
l) Prosedur Identifikasi, Penandaan, dan Penyimpanan Obat High Alert: i.
Penerimaan obat high alert oleh Gudang Farmasi dari distributor melalui Tim Penerima Barang Medik RSUP Fatmawati.
ii.
Pemeriksaan kebenaran obat high alert yang diterima dengan memeriksa nama, jumlah, tanggal kadaluwarsa, dan kondisi fisik obat high alert, serta kondisi penyimpanan khusus obat high alert bila dipersyaratkan.
iii.
Pemberian penanda khusus (sticker) obat
high alert golongan
elektrolit konsentrasi tinggi yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan pada kardus terluar obat high alert. iv.
Pencatatan stok obat high alert yang diterima oleh Gudang Farmasi dilakukan dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) dan kartu stok gudang farmasi sebagai penambahan jumlah.
v.
Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan obat yang bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat lainnya.
vi.
Penempatan obat high alert pada lemari penyimpanan dengan metode FIFO dan FEFO berdasarkan urutan alfabetis dengan cara: i). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu dingin, yaitu antara 2 – 8OC, maka disimpan pada lemari pharmaceutical refrigerator dengan suhu terkendali. ii). Untuk obat high alert yang dipersyaratkan disimpan pada suhu ruangan, yaitu 25OC, maka disimpan dalam lemari yang telah diberikan penanda khusus. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
41
iii). Untuk obat high alert yang memenuhi kriteria LASA (Look Alike Sound Alike), maka obat tersebut diletakkan secara terpisah dengan memberikan selingan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya. e. Pendistribusian Proses pendistribusian yang terdapat pada gudang farmasi adalah distribusi perbekalan dari gudang ke depo farmasi dan ke ruang- ruang rawat (floor stock). Distribusi perbekalan farmasi ke depo-depo secara sistem komputerisasi yang dilakukan setiap hari. Pada pagi hari staf gudang farmasi akan mengecek permintaan dari masing-masing depo, kemudian akan dinilai secara keseluruhan pembagian stok ke depo – depo farmasi agar manajemen persediaan di gudang farmasi tetap baik. Setelah perbekalan farmasi disiapkan oleh petugas gudang farmasi, maka akan dilakukan serah terima dengan petugas depo. Saat serah terima dilakukan pengecekan volume dan tanggal kadaluwarsa perbekalan farmasi. Petugas menandatangani bila telah dilakukan pengecekan dan telah sesuai, kemudian dilakukan proses pemasukkan data (input) ke sistem kemudian dicetak untuk mendapatkan
print out. Setelah itu, petugas gudang farmasi
mengecek pengeluaran sesuai atau tidak. Stok gudang farmasi akan berpindah ke depo farmasi bila telah diverifikasi. Proses distribusi obat dan alkes floor stock dilakukan setiap bulan sesuai jadwal pengambilan barang masing-masing ruang satuan medik. Permintaan perbekalan farmasi dilakukan secara manual atau dengan mengisi formulir permintaan dan penerimaan barang, untuk kemudian diambil oleh petugas ruangan.
f. Pelaporan Pelaporan perbekalan farmasi di gudang farmasi, antara lain: 1) Rekapitulasi penerimaan barang 2) Rekapitulasi pengeluaran barang 3) Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran gas medis 4) Laporan stok opname Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
42
5) Laporan persediaan floor stock 6) Laporan narkotik (setiap bulan) dan psikotropik (setiap tahun) 7) Laporan barang sumbangan
3.2.7.3 Produksi a. Produksi Non Steril Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah pembuatan sediaan farmasi, pengenceran sediaan, dan pengemasan kembali. Bentuk sediaan yang diproduksi mencakup bentuk sediaan padat, sediaan cair, dan sediaan semipadat. Semua bentuk sediaan dibuat berdasarkan master formula RSUP Fatmawati. Di ruang produksi RSUP Fatmawati saat ini terdapat 43 master formula sebagai panduan pelaksanaan produksi farmasi. Tujuan dilakukannya produksi di RSUP Fatmawati antara lain adalah untuk penghematan anggaran, terdapat sediaan dengan formula khusus dan sediaan obat dibutuhkan segar seperti rekonstitusi obat suntik dan obat kanker. Bahan baku yang digunakan di produksi non steril diperoleh dari gudang farmasi. Perencanaan dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan bulanan sebelumnya kemudian perencanaan ini dikirimkan ke gudang farmasi untuk dilanjutkan dengan proses pengadaan. Produksi non steril mendistribusikan produknya ke gudang farmasi. Penyimpanan di produksi non steril terbagi menjadi 2, yaitu penyimpanan bahan baku (disusun berdasarkan kegunaannya) dan penyimpanan produk (berdasarkan alfabetis). Pelaporan yang dilakukan oleh produksi non steril adalah laporan jumlah perbekalan farmasi, laporan produk yang rusak, dan laporan produk yang kadaluwarsa.
b. Produksi steril Produksi steril merupakan bagian dari Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati, kegiatan yang melakukan rekonstitusi obat kemoterapi. Untuk sediaan steril, preparasi dilakukan di ruang produksi steril dengan menggunakan SPO (Standar Prosedur Operasional) Aseptic dispensing preparation. Salah satu kebijakan yang berkaitan dengan produksi steril yaitu seluruh pencampuran atau rekonstitusi obat Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
43
kemoterapi dilakukan dengan menggunakan SPO handling cytotoxic. Kegiatan pencampuran obat kemoterapi ini hanya dilakukan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati di ruang steril/semi steril dengan menggunakan BSC. BSC atau Biological Safety Cabinet merupakan sebuah alat kerja untuk pencampuran obat kemoterapi yang mempunyai sistem sirkulasi udara melalui HEPA filter sedemikian rupa sehingga dapat melindungi petugas, lingkungan serta menjaga terhindarnya produk steril dari paparan kontaminan. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang telah melakukan pelatihan internal. APD (Alat Pelindung Diri) wajib digunakan dengan tujuan tercapainya perlindungan petugas dari paparan obat dan bahan berbahaya saat kegiatan pelarutan obat dilakukan, terjaganya mutu dan sterilitas produksi injeksi. Untuk menjaga mutu sterilitas alat BSC dan LAF (Laminar Air Flow) maka perlu dilakukan desinfeksi BSC dan LAF agar menghilangkan kontaminan infeksius organik. Prosedur ini rutin dilakukan baik sebelum dan sesudah BSC dan LAF digunakan. Desinfeksi ini menggunakan alkohol 95%. Sedangkan dekontaminasi BSC dan LAF dilakukan rutin setiap 2 minggu sekali. Tujuan dekontaminasi ini adalah untuk membersihkan BSC atau LAF tempat dilakukannya pelarutan atau peracikan obat injeksi guna menghilangkan segala bentuk kontaminasi pada BSC atau LAF baik organik (mikroba) maupun organik (partikel sisa obat) pada BSC atau LAF. Petugas produksi steril diharuskan memeriksakan kondisi fisiologisnya secara klinik di Instalasi Patologi klinik dan Poli pegawai untuk menilai tingkat kesehatan fisik dan mental petugas secara keseluruhan. Ini dilakukan agar kondisi kesehatan operator terkontrol dan terjamin dalam keadaan normal tanpa adanya kelainan akibat paparan obat kanker maupun pengaruh stress lainnya. Serta agar tercapainya peningkatan motivasi operator/ petugas rekonstitusi bekerja secara hati - hati dan disiplin. Untuk alur masuk ke ruang produksi aseptic dispensing dan pelayanan obat sitostatika dapat dilihat pada Lampiran 10 dan lampiran 11. Pembuangan limbah kemoterapi merupakan kegiatan membuang limbah atau sisa barang tidak terpakai seperti vial, ampul, syringe setelah dilakukan proses pelarutan atau pencampuran Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
44
obat kemoterapi. Pengelolaan limbah ini meliputi persiapan kontainer sampah hingga sampah kemoterapi di kirim ke Bagian Instalasi Sanitas dan Pertamanan (ISP) untuk dimusnahkan dengan incenerator.
3.2.7.4 Depo Rawat Jalan Gedung Instalasi Rawat Jalan terdiri dari 3 lantai. Lantai 1 terdapat poliklinik bedah, poliklinik OK minor, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik ortopedi, poliklinik pegawai, poliklinik medik umum dan poliklinik jantung. Lantai 2 terdapat poliklinik penyakit dalam, poliklinik bedah saraf, poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik edukasi, poliklinik diabetes melitus, poliklinik gizi dan poliklinik rehabilitasi medik. Lantai 3 terdapat poliklinik paru, poliklinik Pusat Pelayanan Kanker Terpadu (PPKT), poliklinik anestesi anak, poliklinik akupuntur, poliklinik kulit dan kelamin, poliklinik mata dan poliklinik THT (Telinga Hidung Tenggorokan). Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual dapat dilihat dalam lampiran 12. Depo farmasi terdapat di setiap lantai gedung Instalasi Rawat Jalan. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1 Apoteker, 2 Tenaga Teknis Kefarmasian, dan 1 Juru Racik. SDM di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 terdiri atas 1 Apoteker, 3 Tenaga Teknis Kefarmasian, 1 Juru Racik dan 1 bagian Administrasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 hanya terdiri dari 1 Apoteker dan 2 Tenaga Teknis Kefarmasian. Setiap pagi masing - masing lantai depo farmasi melakukan permintaan ke gudang farmasi. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 melayani pasien tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 melayani pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, Jamkesda Tangerang, dan pasien TBC. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok, dan Jamkesda Tangerang Selatan serta pasien KJS yaitu: resep asli, SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 IRJ lantai 1, fotocopy
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
45
bukti pendaftaran, dan surat rujukan asli puskesmas yang ditujukan untuk RSUP Fatmawati. Depo Instalasi Rawat Jalan menerapkan sistem distribusi obat rawat jalan secara individual prescription. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual
prescription
merupakan tata cara dan urutan proses kegiatan
menyiapkan obat pasien rawat jalan berdasarkan resep pasien. Jumlah obat diberikan seluruhnya sesuai yang tertera dalam resep yang telah melalui kajian peresepan oleh Apoteker. Tujuan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription adalah agar: a. Tercapainya jaminan kebenaran dan keamanan dalam proses dispensing obat pada pasien rawat jalan. b. Tercapainya
peningkatan
efisiensi,
efektivitas,
dan
keamanan
dalam
penggunaan obat. Prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription Lampiran 12 : a. Penerimaan resep dari dokter / perawat ruangan oleh petugas farmasi. b. Pelaksanaan skrining resep untuk menilai kesesuaian penulisan resep. c. Pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada skrining resep. d. Pemeriksaan berkas kelengkapan resep untuk pasien jaminan / asuransi: pasien Jamkesmas, pasien Jamkesda, atau pasien KJS. e. Pembuatan billing transaksi untuk resep yang telah memenuhi persyaratan dari skrining dan kajian peresepan obat. f. Pembayaran resep berdasarkan billing resep untuk pasien tunai. Pembayaran dilakukan di kasir RSUP Fatmawati. g. Pelaksanaan permohonan izin prinsip: 1) Resep pasien Jamkesmas dengan verifikasi oleh penjamin Jamkesmas, atau 2) Resep pasien KJS dengan verifikasi oleh penjamin KJS, atau 3) Verifikasi izin prinsip Direktur RSUP Fatmawati untuk perbekalan farmasi yang tidak terjamin dalam paket pembiayaan atau menjadi beban RSUP Fatmawati. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
46
h. Pembuatan etiket obat dengan pemilihan etiket: 1) Etiket warna putih untuk penggunaan melalui enteral (oral / sublingual / dan lain - lain). 2) Etiket warna biru untuk penggunaan melalui parenteral dan topikal. Pembuatan etiket obat dengan mencantumkan nomor rekam medik, nama pasien, nama obat, dosis obat, waktu dan frekuensi pemberian, rute pemberian, dan tanggal kadaluwarsa. i. Pelaksanaan pembuatan copy resep untuk obat yang tidak jadi dibeli pasien atau obat yang tidak terlayani oleh depo farmasi. j. Pengecekan obat tentang kebenaran obat yang sudah disiapkan dengan klarifikasi 7 benar, yaitu benar obat, benar dosis, benar waktu dan frekuensi pemberian, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi, dan benar dokumentasi. k. Pelaksanaan penyerahan obat
yang sudah disiapkan kepada pasien.
Pemanggilan nama pasien rawat jalan melalui pengeras suara untuk menuju loket pengambilan obat. Pelaksanaan penyerahan obat kepada pasien rawat jalan dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian dengan kriteria: 1) Apoteker yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) 2) Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) yang telah mendapatkan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) 3) Terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUP Fatmawati 4) Selesai mengikuti masa orientasi l. Pelaksanaan konseling obat apabila pasien membutuhkan penjelasan lebih lanjut. m. Pendokumentasian resep dan bukti print out dalam file sesuai dengan status pembiayaan pasien.
3.2.7.5 Depo Askes Depo Askes adalah depo farmasi yang khusus melayani semua pasien rawat jalan peserta Askes. Sumber daya manusia yang terdapat di depo Askes terdiri dari 1 orang apoteker sebagai penyelia, 6 orang asisten apoteker, 2 orang Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
47
juru resep, dan 3 orang petugas administrasi. Pengadaan obat dilakukan setiap hari langsung dari Gudang Farmasi dengan menggunakan formulir permintaan barang melalui komputer secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Penyimpanan barang disusun berdasarkan obat DPHO Askes dan non DPHO Askes, bentuk sediaan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri dan terkunci (double lock) (RSUP Fatmawati, 2012b). Obat obat fast moving diletakkan terpisah di meja. Penyimpanan barang menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Persyaratan - persyaratan yang harus dipenuhi oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan pengobatan pasien Askes di Depo Farmasi Askes adalah (PT. Askes, 2004) : a. Resep Asli b. Surat rujukan asli dari Puskesmas dengan 2 lembar fotokopi surat rujukan c. Fotokopi kartu Askes d. Surat Jaminan Pasien (SJP) yang didapat dari gedung Askes Dalam melayani pasien, Depo Askes mengacu pada pedoman – pedoman yang disesuaikan dengan status pasien. Pedoman yang digunakan di depo askes adalah Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes merupakan acuan obat bagi pasien peserta Askes. Dalam DPHO terdapat dua daftar obat yang dapat diberikan kepada pasien Askes yaitu, obat peresepan umum dan obat khusus untuk penyakit kanker. Dalam DPHO juga terdapat daftar obat dengan batasan jumlah peresepan maksimal yang dapat diberikan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2009). Alur pelayanan pasien di depo Askes dimulai dari masuknya resep ke bagian penerimaan resep (bagian sortir). Pada bagian ini petugas depo Askes akan memeriksa kelengkapan berkas yang menjadi persyaratan yang harus dibawa oleh pasien. Apabila persyaratan yang diperlukan sudah lengkap, selanjutnya dilakukan skrining resep. Setelah itu, pasien akan mendapatkan nomor pengambilan obat yang sama dengan nomor yang ada pada resep. Kemudian resep distempel dan datanya dimasukkan ke komputer. Setelah data dimasukkan ke komputer, selanjutnya resep diberikan kepada petugas untuk dibuatkan etiketnya. Setelah itu Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
48
resep diberikan kepada petugas penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat racikan. Obat yang telah siap dikemas dan diserahkan ke pasien disertai pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat. Alur pelayanan resep depo Askes dapat dilihat pada lampiran 13. Laporan - laporan yang dibuat oleh depo Askes, yaitu (RSUP Fatmawati, 2012c): a. Laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika. b. Laporan penulisan obat generik dan non generik. c. Laporan penulisan obat yang masuk DPHO Askes dan non DPHO Askes. d. Laporan analisa penjualan. e. Laporan barang rusak dan kadaluwarsa yang dibuat setiap 3 bulan. f. Laporan jumlah lembar resep dan jumlah resep. Depo Askes memiliki pasien terbanyak dengan jumlah 200 – 300 resep per hari. Obat yang paling sering diresepkan adalah obat untuk penyakit jantung dan penyakit dalam. Pembayaran pasien Askes dapat diklaim ke PT Askes (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2009)
3.2.7.6 Depo Rawat Inap (Teratai A dan B) Depo farmasi rawat inap (Depo Teratai) berada tepat di tengah lantai pertama gedung teratai. Gedung ini terdiri dari enam lantai dan memiliki kapasitas 516 tempat tidur. Dengan rincian tiap lantai sebagai berikut : a. Lantai pertama yaitu ruangan kebidanan (emergency kebidanan, contohnya pada kondisi pre eklampsia berat), high care unit di selatan Teratai, ruang Thalasemia dan ruang kemoterapi. b. Lantai kedua yaitu ruangan perawatan khusus kebidanan dan high care unit di selatan Teratai. c. Lantai ketiga yaitu ruangan khusus pasien anak – anak (< 18 tahun) dan yang belum menikah, ruang isolasi serta high care unit di selatan Teratai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
49
d. Lantai keempat yaitu ruangan pasien pasca bedah dan high care unit di utara Teratai. e. Lantai kelima yaitu ruangan pasien penyakit dalam (internis) dan high care unit di selatan Teratai. f. Lantai keenam yaitu ruangan untuk pasien penyakit saraf dan high care unit di selatan Teratai. Penanggung jawab depo farmasi rawat inap terdiri dari dua penyelia. Penyelia pertama bertanggung jawab terhadap IRNA A yang terdiri dari lantai 1, 2 dan 3, sedangkan penyelia kedua bertanggung jawab pada IRNA B yang terdiri dari lantai 4, 5 dan 6. Jumlah SDM di depo teratai adalah sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang, petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan 17 orang merupakan tenaga teknis kefarmasian. Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari Instalasi Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian kebutuhan yang diinput ke komputer yang online dengan sistem di gudang farmasi. Perbekalan farmasi di depo rawat inap, disimpan terpisah berdasarkan bentuk sediaan, obat generik, dan non generik yang disusun berdasarkan alfabetis dan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Obat LASA (Look Alike Sound Alike) penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat LASA dan diberikan stiker LASA. Terdapat pharmaceutical refrigerator untuk penyimpanan obat - obat yang membutuhkan suhu dingin untuk kestabilannya. Obat – obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari dengan double lock dan setiap obat - obat tersebut diambil maka dilakukan pencatatan di buku penggunaan. Sistem distribusi yang diterapkan di depo farmasi rawat inap beragam, diantaranya adalah sistem distribusi dosis unit atau dikenal dengan UDD (unit dose dispensing). Dalam sistem UDD petugas menyiapkan sejumlah obat dengan dosis sekali pakai dan disiapkan untuk keperluan pasien selama 24 jam per hari selama pasien menjalani rawat inap. Alur sistem distribusi dosis unit tertera Lampiran 14. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
50
Sistem selanjutnya yaitu sistem floor stock dan sistem resep individual berupa resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita. Sistem resep individual ini diterapkan di lantai dua dan lantai tiga untuk pasien anak - anak yang masih mendapatkan puyer. Depo Rawat Inap terdapat beberapa paket untuk penanganan pasien. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan depo - depo farmasi lain, di antaranya adalah: a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian. b. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan. c. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap bulan. d. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan. e. Laporan barang rusak dan kadaluwarsa yang dibuat setiap 3 bulan.
3.2.7.7 Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI) Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan dari Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam. Didukung oleh tenaga profesional dan tenaga ahli yang berpengalaman lebih dari 40 orang yang bertugas secara shift dan akan memberikan pelayanan secara maksimal mengatasi kegawatdaruratan medik. IGD memiliki pelayanan pendukung seperti laboratorium Instalasi Gawat Darurat 24 jam, radiologi (USG, CT Scanning), kamar operasi, bank darah, apotik, dan ambulance 24 jam (RSUP Fatmawati, 2009). IGD terdiri dari beberapa ruangan: a. Ruang resusitasi (ruang merah) Di ruang ini terdapat delapan tempat tidur, lemari emergency, dan paket resusitasi. Lemari emergency sangat penting keberadaannya dalam ruang ini dikarenakan pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan kondisi yang cukup parah, sehingga jika pasien mengalami kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera, perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD untuk mengambil obat maupun alat kesehatan sehingga dapat menghemat waktu dalam menolong pasien. Lemari emergency di cek setiap hari pada pagi hari dan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
51
dilengkapi jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh RSUP Fatmawati. b. Ruang P2 (Ruang kuning) Ruang ini dibagi menjadi ruang bedah dan ruang non bedah dimana di ruang ini terdapat paket, namun tidak disediakan lemari emergency. c. Ruang Triase Pasien yang masuk ruangan ini dalam kondisi yang tidak terlalu parah sehingga tidak mendapat tindakan dan tidak ada paket di ruang ini. d. Ruang Intermediate Ward Ruang ini digunakan pada pasien yang menunggu untuk dipindahkan ke ruang rawat inap atau ruang lainnya. Depo IGD dan IRI memiliki 1 orang apoteker penyelia, 1 orang administrasi, dan 14 orang asisten apoteker. Depo IGD dan IRI buka 24 jam dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap serta pasien rawat jalan. Pasien rawat inap terdiri dari pasien yang masuk ruang Intensive Care Unit (ICU), Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan pasien yang masuk ruang IGD seperti ruang resusitasi, ruang P2, ruang triase, maupun poli IGD. Paket-paket yang ada di depo IGD antara lain : a. Paket Alat Kesehatan (Alkes) ICU b. Paket Alat Kesehatan (Alkes) NICU / PICU c. Paket Infus Dewasa d. Paket Resusitasi Anak e. Paket Resusitasi Dewasa Depo farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang farmasi setiap hari secara online (RSUP Fatmawati, 2012a). Obat obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
52
Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat kesehatan tersebut. Jenis sediaan obat yang sering digunakan di Depo IGD dan IRI adalah sediaan injeksi. Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo Farmasi IGD adalah (RSUP Fatmawati, 2012c): a. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian. b. Laporan pemakaian obat – obat narkotika yang dibuat setiap bulan. c. Laporan pemakaian obat – obat psikotropika yang dibuat setiap bulan. d. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap bulan. e. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan. f. Laporan barang rusak dan kadalwuarsa yang dibuat setiap 3 bulan. g. Laporan jumlah resep dan lembar resep setiap bulan.
3.2.7.8 Depo Instalasi Bedah Sentral Lantai 1 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Cito sebanyak 2 kamar. Pasien yang masuk ke OK Cito merupakan pasien yang tidak direncanakan jadwal operasinya atau yang sifatnya cito. Pada OK Cito terdapat Paket obat dan alkes OK Cito dan lemari emergensi. Lemari emergensi terdiri dari lemari emergensi bedah dan lemari emergensi anestesi. Lemari emergensi bedah berisi antibiotik, sedangkan lemari emergensi anestesi berisi obat anestesi dan alat kesehatan. Saat pasien masuk ke OK Cito, maka penata anestesi mengambil Paket obat dan alkes OK Cito yang telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila obat dan alat kesehatan dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di lemari emergensi dan mencatatnya di Lembar Pemakaian. Setelah selesai operasi, Lembar Pemakaian dimasukkan ke dalam Paket obat dan alkes OK Cito yang telah terpakai oleh pasien. Lemari emergensi akan dicek jumlah pemakaian dan pemakai, serta diisi kembali oleh petugas depo farmasi. Lantai 2 Instalasi Bedah Sentral terdapat OK Elektif sebanyak 8 kamar dan 1 Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral. Pasien yang masuk ke OK Elektif Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
53
telah memiliki jadwal operasi. Sehari sebelum operasi, depo farmasi menerima jadwal operasi pasien dan permintaan anestesi umum atau spinal. Depo farmasi kemudian menyiapkan paket anestesi dan memberi label nama pasien pada paket tersebut, sehingga pada hari operasi penata anestesi cukup meminta paket berdasarkan nama pasien. Penata bedah akan mencatat permintaan di buku pada hari operasi, kemudian paket bedah akan disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila terdapat kekurangan obat dan alat kesehatan saat operasi sedang berlangsung, maka penata bedah atau penata anestesi dapat meminta secara langsung ke depo farmasi dengan menyebutkan nama pasien dan kamar operasi. Petugas depo farmasi akan mencatat permintaan obat dan alat kesehatan. Bila pasien telah selesai dioperasi, maka paket akan dikembalikan ke depo farmasi dan petugas depo farmasi akan merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat kesehatan ke administrasi perincian. Perincian selanjutnya akan dikirimkan ke depo farmasi tempat pasien dirawat. Depo Instalasi Bedah Sentral juga menyiapkan Paket Bedah Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai. Sebelum operasi, pasien tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu. Pasien tunai dengan Paket Bedah Prima dapat menjalankan operasi di OK Elektif atau OK Cito. Alur pelayanan obat dan alat kesehatan di depo instalasi bedah sentral dapat dilihat Lampiran 15. Obat - obatan disusun berdasarkan abjad dan dipisahkan menurut jenis sediaan. Untuk obat - obat yang tidak stabil pada suhu ruang maka penyimpanannya di lemari pendingin. Obat - obat jenis narkotika dan psikotropika ditempatkan di lemari khusus tersendiri dengan double lock pada dua pintu dengan susunan berlapis. Lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya (RSUP Fatmawati, 2012b). Alat kesehatan ditempatkan di rak tersendiri dan diberi nama pada tempat atau box alat kesehatan tersebut. SDM yang ada di Depo Instalasi Bedah Sentral berjumlah 1 Penyelia dan 2 Asisten Apoteker. Paket anestesi spinal terdiri dari Spinocan (spinal and diagnostic puncture) 27G x 3”, bupivacain HCl 5 mg / ml, ondansetron 4 mg / 2 ml, klonidin HCl 150 μg / ml, dan ketolorac 3%. Paket anestesi umum terdiri dari Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
54
propofol 10 mg / ml, atracurium besilat, fentanyl, ondansetron 4 mg / 2ml, dan ketolorac 3%.
3.2.7.9 Pelayanan Informasi Obat (PIO) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, kegiatan pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Kegiatan pelayanan informasi obat bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit serta untuk membuat kebijakan - kebijakan yang berhubungan dengan obat (terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi) untuk menunjang terapi obat yang rasional. Luas ruangan yang dibutuhkan untuk pelayanan informasi obat adalah: a. 200 tempat tidur
: 20 m2
b. 400 - 600 tempat tidur : 40 m2 c. 1300 tempat tidur
: 70 m2
Peralatan yang terdapat di ruang informasi obat meliputi kepustakaan yang memadai, meja, kursi, rak buku, komputer, telepon, lemari arsip, kartu arsip. Kegiatan yang dilakukan pada pelayanan informasi obat adalah: a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif. b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka. c. Membuat buletin, leaflet, label obat. d. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit. e. Bersama dengan PKRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
55
f. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya. g. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian. b. Alur program pelayanan informasi obat dapat dilihat pada Lampiran 16.
3.3
Tim Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati Tim Farmasi dan Terapi (TFT) adalah suatu unit kerja yang dibentuk
untuk membantu Direktur Rumah Sakit dalam hal membuat kebijakan tentang penggunaan obat dan pengelolaan obat di Rumah Sakit. Tujuan dibentuknya TFT adalah : a. Menjamin tersedianya obat dan alat kesehatan (alkes) habis pakai yang bermutu untuk kebutuhan pasien di RSUP Fatmawati. b. Tersusunnya standar obat yang berlaku di RSUP Fatmawati. c. Terwujudnya pelaksanaan kebijakan penggunaan obat dan pengelolaan yang baik bagi pengguna maupun penyedia obat di RSUP Fatmawati. d. Terselenggaranya penggunaan obat yang rasional dan aman di RSUP Fatmawati. e. Terlaksananya pengawasan, pengendalian, dan evaluasi penggunaan
dan
pengelolaan obat dan alkes di RSUP Fatmawati. Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di bawah koordinasi dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati. Struktur organisasi TFT terdiri dari: a. Ketua
: Dokter
b. Sekretaris : Apoteker c. Anggota
: Dokter, Apoteker, dan Perawat
Tugas pokok dari TFT adalah: a. Melaksanakan uji coba dan memberikan rekomendasi dalam pemilihan penggunaan obat dan alkes habis pakai. b. Menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes habis pakai di Rumah Sakit dan apabila perlu dapat diadakan perubahan secara berkala. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
56
c. Menyusun Antibiotic Guideline bersama-sama dengan Komite Pengendalian Penyakit Infeksi. d. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi penulisan resep dan penggunaan obat generik serta alkes habis pakai bersama-sama Instalasi Farmasi. e. Melaksanakan edukasi pada staf farmasi, profesi lainnya tentang obat dan perbekalan kesehatan lainnya . Formularium Obat RSUP Fatmawati adalah daftar dari seluruh item obat yang ada di RSUP Fatmawati dalam periode waktu tertentu, yaitu maksimal 3 tahun. Daftar obat di Formularium Obat disusun berdasarkan kelas terapi dan berisi nama generik produk (1 item), nama merek original dari pabrik tertentu (1 item),
nama
merek
dagang dari pabrik tertentu (2 item), serta keterangan
mengenai bentuk sediaan, kekuatan produk dalam kemasan, dan nama pabrik pembuat. Formularium Obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun 1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Pembuatan revisi formularium RSUP Fatmawati tidak dilakukan setiap tahun, dikarenakan kendala biaya untuk mencetak formularium baru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan
penunjang,
salah
satunya
RSUP
Fatmawati.
Dalam
upaya
memberikan pelayanan kesehatan, RS tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien. Untuk menunjang hal tersebut maka dibentuk suatu badan organisasi yaitu IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit). IFRS dipimpin oleh seorang
Kepala
IFRS
yaitu
Apoteker
dan
bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan – peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi. Salah satu tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) RSUP Fatmawati adalah menyusun Formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alkes habis pakai di Rumah Sakit. Salah satu cara untuk mengetahui berjalan atau tidaknya TFT rumah sakit adalah dengan melihat formularium yang disusunnya. Pada tiap 6 bulan atau maksimal 1 tahun dilakukan evaluasi atau review untuk penyempurnaan Formularium. Di RSUP Fatmawati, formularium obat tidak dapat direvisi tiap setahun sekali karena masalah biaya untuk mencetak Formularium terbaru dan kesulitan untuk mengumpulkan anggota TFT. Revisi formularium obat yang dilakukan oleh TFT RSUP Fatmawati adalah setiap 3 tahun sekali. Formularium obat RSUP Fatmawati dibuat pertama kali pada tahun 1990, kemudian dilakukan revisi dan pembaruan terus menerus yang terjadi pada tahun 1995, 2003, 2007, 2010, dan terakhir pada tahun 2012. Dengan adanya kesinambungan proses revisi, dapat dikatakan bahwa TFT RSUP Fatmawati sudah berjalan dengan baik. Salah satu tugas pokok farmasi klinik RSUP Fatmawati ialah meningkatkan mutu pelayanan Instalasi Farmasi dengan melaksanakan farmasi klinik. Berikut ini merupakan pembahasan dari pelaksanaan kegiatan farmasi klinik.
57
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
58
a. Pengkajian Resep Pengkajian resep merupakan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat pasien. Selain itu, pengkajian resep juga dilakukan agar tercapainya rasionalisasi penggunaan obat. Kegiatan dalam pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetis, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian resep tidak sepenuhnya dilakukan. Hal ini terlihat dari masih adanya resep yang tidak lengkap. Misalnya pada resep untuk pasien bayi atau anak, berat badan dan umur pasien sering kali tidak tertera pada lembar resep, padahal hal tersebut diperlukan terutama untuk menghitung dosis maksimal pada pasien bayi atau anak. Sering kali hanya nama pasien yang tertera pada lembar resep. Pada lembar instruksi pemberian obat pada pasien rawat inap, terkadang tidak semua lembar ada penanda berupa stempel keterangan “Resep telah di review Farmasi”. Pengkajian resep yang tidak sepenuhnya dilakukan disebabkan oleh banyaknya resep atau pasien yang harus dilayani oleh petugas farmasi di RSUP Fatmawati. Selain itu, untuk melakukan pengkajian resep secara keseluruhan cukup membutuhkan waktu sementara pelayanan obat pasien harus dilakukan secara cepat karena banyaknya pasien yang harus dilayani terutama untuk pasien rawat jalan. b. Pengkajian Penggunaan Obat Pengkajian penggunaan obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui gambaran pengobatan yang diberikan kepada pasien. Pengkajian penggunaan obat juga dilakukan untuk menilai ada tidaknya drug related problem selama pasien menjalani pengobatan. Di RSUP Fatmawati, pengkajian penggunaan obat dilakukan terhadap pasien rawat jalan dengan melihat instruksi pemberian obat yang terdapat pada rekam medik pasien. Data yang diperoleh dari rekam medik pasien dipindahkan ke dalam lembar Formulir Terapi Pasien untuk selanjutnya dinilai ada tidaknya masalah - masalah yang terkait dengan pengobatan pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
59
c. Visite Visite pasien oleh apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi yang lebih baik. Apoteker melakukan praktik di ruang rawat sesuai dengan kompetensi dan kemampuan farmasi klinik yang dikuasai. Visite pasien yang dilakukan di RSUP Fatmawati diaplikasikan kepada pasien yang berada dalam perawatan intensif dan memiliki resiko mengalami terjadinya kesalahan obat (medication errors). Beberapa tempat dilakukannya praktik apoteker ruang rawat di RSUP Fatmawati contohnya pada ruang perawatan pasien Intensive Care Unit (ICU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), High Care Unit (HCU), dan ruang perawatan pasien pra operasi dan post operasi. Kegiatan visite yang dilakukan apoteker di RSUP Fatmawati dilakukan secara kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Tipe visite ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah dapat memperoleh informasi terkini dan komprehensif, dapat dijadikan sebagai fasilitas pembelajaran, serta dapat langsung dikomunikasikan masalah terkait penggunaan obat dan mengimplementasikan rekomendasi yang dibuat. Namun, kegiatan visite ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya adalah jadwal visite harus disesuaikan dengan jadwal tim dan waktu pelaksanaan terbatas sehingga diskusi dan penyampaian informasinya kurang lengkap. Visite yang dilakukan di RSUP Fatmawati sebagian besar terjadwalkan dan umumnya dilakukan setiap seminggu sekali contohnya pada ruang perawatan Rehabilitasi Medik dan High Care lantai 6 Selatan Teratai. Sedangkan untuk pasien Intensive Care Unit (ICU) umumnya dilakukan 3-4 kali dalam seminggu, hal ini disebabkan kondisi pasien pada ruang perawatan tersebut merupakan pasien yang menderita penyakit komplikasi sehingga memungkinkan pasien menerima bermacam - macam jenis obat. Hal ini memungkinkan terjadinya masalah terkait obat yang dapat mempengaruhi outcome pasien sehingga diperlukan visite yang lebih sering untuk memastikan terapi obat yang diterima oleh pasien. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
60
Dalam kegiatan visite, sebelum apoteker memberikan rekomendasi maka apoteker berdiskusi dengan anggota tim secara aktif untuk saling mengklarifikasi, mengkonfirmasi, dan melengkapi informasi penggunaan obat. Pada saat visite secara tim rekomendasi lebih ditujukan kepada dokter yang merawat pasien. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa pertanyaan atau rekomendasi yang diminta oleh tim visite kepada apoteker diantaranya adalah pemilihan terapi obat, misalnya dalam pemilihan jenis dan regimen, obat pengganti yang dapat diberikan kepada pasien, efek samping obat, interaksi obat, segi cost effectiveness, dan lain lain. Setelah rekomendasi yang diberikan oleh apoteker disetujui, selanjutnya apoteker melakukan pemantauan pelaksanaan rekomendasi dari sisi efektifitas dan keamanan. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa rekomendasi yang diterima aman bagi pasien. Tahap akhir dari visite adalah melakukan dokumentasi praktik visite yang dikelola dengan baik dan terjaga kerahasiaannya. Dengan adanya pendokumentasian
yang baik dapat dijadikan sebagai jaminan
terlaksananya kegiatan visite, serta sebagai bahan evaluasi untuk peningkatan mutu pelayanan. d. Monitoring Efek Samping Obat Prosedur program monitoring efek samping obat (MESO) adalah tata cara menganalisa kejadian efek samping obat yang terjadi pada pasien. Proses ini merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan semua tenaga kesehatan baik dokter, perawat, apoteker dan semua tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit termasuk pasien dan keluarga pasien. Di RSUP Fatmawati kegiatan monitoring penggunaan obat dilakukan untuk mengetahui efek terapi dari proses pengobatan serta kemungkinan terjadinya efek terapi dari proses pengobatan serta kemungkinan terjadinya efek samping obat. Setiap temuan efek samping obat dilakukan pengkajian oleh tenaga kesehatan. Seluruh kronologis kejadian efek samping obat dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya harus terdokumentasi dalam catatan rekam medik pasien dan dibuatkan laporan untuk disampaikan pada Komite Mutu dan Manajemen Risiko (KMMR) dalam waktu maksimal 48 jam.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
61
Prosedur pemantauan efek samping obat meliputi : 1) Pelaksanaan kegiatan pemantauan oleh tenaga kesehatan terhadap timbulnya efek samping obat. 2) Pelaksanaan penerimaan laporan kejadian efek samping obat tenaga kesehatan, keluarga pasien atau petugas lainnya. 3) Pelaksanaan kegiatan penyusunan laporan temuan kejadian efek samping obat dalam formulir pelaporan. 4) Pelaksanaan kegiatan komunikasi atau interview oleh tim kerja (tim monitoring efek samping obat) yang terdiri dari DPJP, perawat ruangan, apoteker ruangan. 5) Pelaksanaan kegiatan analisa oleh tim monitoring efek samping obat terhadap hasil interview maupun laporan efek samping obat dari semua sumber. 6) Pelaksanaan kegiatan diskusi setara komprehensif sebagai media problem solving oleh tim monitoring efek samping obat atas hasil analisa yang telah dilakukan. 7) Pencatatan di rekam medik pasien oleh DPJP atau tim monitoring efek samping obat tentang kejadian efek samping obat pasien. Pencatatan terkait bentuk kejadian efek samping obat, tindakan pengatasan efek samping obat yang terjadi dan tindakan pencegahan efek samping obat yang akan datang. 8) Pembuatan formulasi rekomendasi oleh tim monitoring efek samping obat. Pilihan rekomendasi antara lain menghentikan pengobatan, mengganti obat dengan yang lebih aman, mengatur jadwal penggunaan, menurunkan dosis obat, memberikan antidot atau premedikasi sebelum penggunaan obat, dan membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi formulir laporan insiden (internal). 9) Pelaksanaan implementasi rencana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi efek samping obat. 10) Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi tingkat keberhasilan intervensi yang dilakukan. 11) Pelaksanaan diskusi lanjutan oleh tim monitoring efek samping obat jika diperlukan guna mencapai hasil intervensi yang telah diberikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
62
12) Pendokumentasian rekomendasi penanganan efek samping obat pada formulir laporan MESO Nasional. Penyampaian
laporan
efek
samping
obat
yang
terjadi
segera
ditindaklanjuti oleh tim monitoring efek samping obat menjadi laporan ke Tim Farmasi dan Terapi (TFT) dan Komite Mutu dan Manajemen Resiko (KMMR) dalam waktu 48 jam; bila kejadian efek samping obat masuk dalam kategori Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dan Sentinel. e. Pelayanan Informasi Obat RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call. Berbagai bentuk kegiatan pelayanan informasi obat seperti yang ada pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi telah dilakukan di RSUP Fatmawati. Pertanyaan - pertanyaan yang diajukan meliputi pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek samping,
dosis,
interaksi,
kompatibilitas,
ketersediaan,
kontraindikasi,
farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan, indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi atau efek samping obat yang pernah dialami pasien. Literatur yang digunakan di pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati adalah literatur tersier. Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan dokumentasi yang bertujuan untuk: 1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap. 2) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa. 3) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya. 4) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi. 5) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan. 6) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan informasi obat. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
63
Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012, sempat terjadi penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam). Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up to date), apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah pertanyaan yang masih sedikit. f. Monitoring Interaksi Obat Kegiatan pemantauan interaksi obat di RSUP Fatmawati telah dilakukan seiring dengan dilakukannya pemantauan terapi obat untuk menemukan masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat. Menurut Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ada, kegiatan pemantauan interaksi obat dilakukan dengan menggunakan software interaksi obat, namun pada pelaksanaannya kegiatan analisis masih menggunakan literatur pustaka sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menemukan interaksi obat yang berpotensi terjadi. Kegiatan pemantauan interaksi obat juga tidak dilakukan rutin karena kesibukan apoteker di pelayanan kefarmasian lainnya sehingga seringkali kegiatan pemantauan interaksi obat yang dilakukan tidak sampai pada pemberian rekomendasi penanggulangan. g. Konsultasi Obat Konsultasi obat diawali dengan memperkenalkan diri kepada pasien. Kemudian, apoteker mulai menanyakan masalah yang dihadapi pasien terkait penggunaan obatnya. Apoteker mulai menjelaskan obat-obat yang diterima pasien dengan memberitahukan nama obat dan indikasi obat. Dalam menjelaskan atau memecahkan
masalah
pasien,
apoteker
menggunakan
alat
tulis
untuk
memudahkan pasien dalam memahami penjelasan dari apoteker, misalnya masalah waktu dan frekuensi penggunaan obat pada pasien yang mendapat polifarmasi. Pasien yang mendapat polifarmasi sering mengalami kesulitan dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
64
hal waktu penggunaan obat. Pasien sering menanyakan apakah semua obat yang diberikan harus diminum bersamaan atau harus diberi jarak waktu. Pasien juga menanyakan obat mana yang harus diminum sebelum dan sesudah makan. Setelah pasien mendapat penjelasan tentang obatnya, apoteker akan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan yang dipaparkan tadi untuk menguji pemahaman pasien. Jika pasien masih kurang jelas dengan penjelasan yang diberikan, apoteker akan mengulangi penjelasan tersebut dan meminta pasien untuk mengulangi penjelasan dari apoteker tersebut. Setelah pasien memahami yang dijelaskan apoteker, apoteker akan menanyakan masalah lainnya yang dialami pasien yang dapat dibantu penanganannya oleh apoteker. Dalam melakukan konsultasi obat, apoteker kurang menggali informasi dari pasien seperti obat, vitamin, atau jamu apa saja yang pernah atau sedang dikonsumsi pasien. Apoteker juga tidak menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi. Apoteker hanya memberikan informasi tentang obat yang ditanyakan oleh pasien, informasi lain seperti aturan pakai obat, efek samping yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya, interaksi yang mungkin terjadi antara obat dengan obat lain termasuk vitamin dan jamu atau interaksi antara obat dengan makanan. h. Edukasi Farmasi Program edukasi farmasi dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah orang dalam ruangan tertentu guna mendengarkan penjelasan dari apoteker mengenai tema tertentu misalnya tema tentang penggunaan dan penyimpanan obat yang benar. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih satu jam, dimulai dengan presentasi dari apoteker kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta diperkenankan bertanya mengenai obat berupa cara pakai, penyimpanan obat, dan masalah-masalah terkait obat lainnya. Untuk melakukan kegiatan program edukasi farmasi di rumah sakit diperlukan fasilitas penunjang seperti infocus, layar, laptop, microphone, dan lain-lain. Pada saat kegiatan, dilakukan pembagian questioner mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan tersebut. Hasil questioner tersebut berguna untuk perbaikan dan koreksi terhadap kegiatan edukasi selanjutnya. Peserta program edukasi banyak yang tidak mengisi questioner dikarenakan tidak membawa alat tulis. Saat dilaksanakan program Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
65
edukasi di Depo Askes, perhatian peserta edukasi terbagi antara mendengarkan pemaparan presenter dengan mendengarkan panggilan petugas depo farmasi yang akan memberikan obat. Dalam melaksanakan kegiatannya, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dibagi menjadi beberapa sub bagian, antara lain: 1) TU Farmasi dan SDM Farmasi serta Pencatatan dan Pelaporan Seluruh kegiatan administrasi dan pelaporan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati dilakukan di Tata Usaha Farmasi. Tujuan kegiatan administrasi dan pelaporan dalam pelayanan kefarmasian adalah: a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi b) Tersedianya informasi yang akurat c) Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan d) Tersedianya data yang lengkap untuk perencanaan. Selain itu, kegiatan administrasi dan pelaporan merupakan dasar dari akreditasi yang dilakukan di rumah sakit. RSUP Fatmawati sebagai RS pemerintah wajib melaporkan seluruh kegiatan yang dilakukan, pengawasan dari pemerintah dilakukan dengan melakukan audit-audit baik secara internal maupun eksternal. Jika proses administrasi dan pelaporan yang dilakukan baik, akan mempermudah audit. Salah satu laporan yang dilakukan adalah laporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika. Laporan penggunaan obat narkotika dilakukan setiap bulan dan laporan penggunaan obat psikotropika dilakukan setiap tahun, namun tetap dilakukan perekapan penggunaan obat psikotropika setiap bulannya. 2) Gudang Farmasi Gudang Farmasi melakukan kegiatan pengelolaan perbekalan kesehatan di RSUP Fatmawati dari perencanaan sampai pembuatan laporan. Perencanaan dibuat berdasarkan analisa penjualan masing-masing depo dan pemakaian obat serta alkes floor stock tiap ruang, selain itu perencanaan juga dibuat berdasarkan data epidemiologi di RSUP Fatmawati. Data epidemiologi bisa didapat dari laporan 10 besar penyakit di RSUP Fatmawati yang selalu diberikan IRMIK ke TU Farmasi setiap bulan. Dalam perencanaan pengadaan perbekalan farmasi, usulan-usulan dari depo-depo farmasi juga bisa menjadi rujukan perencanaan, Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
66
untuk mengetahui obat apa saja yang belum terlayani atau untuk mengetahui obat yang banyak diresepkan oleh dokter. Pemilihan perbekalan farmasinya berdasarkan DOEN, DPHO Askes, dan Formularium RSUP Fatmawati. Tahap perencanaan merupakan tahap yang krusial, perencanaan harus dibuat sebaik mungkin untuk menjamin ketersediaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati. Pengadaan yang dilakukan oleh RSUP Fatmawati dengan cara pembelian telah sesuai dengan ketentuan dalam Perpres No. 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah karena sebagai rumah sakit pemerintah aset yang ada di RSUP Fatmawati merupakan aset pemerintah. Kegiatan produksi di RSUP Fatmawati juga merupakan salah satu kegiatan pengadaan. Selain dengan pembelian dan produksi, pengadaan juga dilakukan untuk obat-obat program pemerintah yang gratis. Syarat pengadaan obat-obat ini adalah pengajuan permohonan kepada Dinas Kesehatan dan pembuatan laporan penggunaan obat program tersebut secara periodik. Obat program ini juga hanya dapat dipergunakan bagi pasien tertentu yang sesuai dengan kriteria. Setelah barang datang, dilakukan proses penerimaan barang oleh tim penerima. Ruang tim penerima sudah strategis karena terletak di bagian depan gudang farmasi sehingga pengecekan barang bisa langsung dilakukan. Jika semua syarat yang harus dicek sudah lengkap dan sesuai dengan faktur, tim penerima menyerahkan barang ke gudang farmasi untuk disimpan. Penyerahan barang dilakukan dengan membuat Berita Acara Penerimaan barang sebagai bukti bahwa barang yang diterima terjamin kesesuaiannya. Penyimpanan seluruh perbekalan farmasi
dilakukan
di
gudang
famasi
secara
terpisah
sesuai
dengan
pengelompokannya. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun masih ada atau sebagian ditempatkan bersama dengan ruang penyimpanan obat. Seluruh label untuk obat karsinogen, bahan berbahaya dan beracun telah ditempelkan sesuai dengan tempatnya. Begitu pula dengan lembar MSDS untuk bahan B3, tidak seluruhnya ditempel di dinding, tetapi ada juga berupa buku yang diletakkan di dekat bahan B3 tersebut. Penyimpanan gas medis dilakukan di tempat yang terpisah dari gudang induk, gas medis yang terdapat di RSUP Fatmawati antara lain O2 kecil (1 m3) dan O2 besar (6 m3), N2O 25 kg dan CO2 25 kg disimpan berdasarkan ukuran dan pada tabung terdapat tanda B3 mudah meledak. Tempat Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
67
dan sarana penyimpanan perbekalan farmasi secara keseluruhan terlihat bersih. Petugas melaksanakan pencatatan pemasukan, pengeluaran, dan stok perbekalan farmasi ke dalam kartu persediaan dan dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIRS). 3) Produksi Farmasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati memiliki ruang produksi farmasi untuk sediaan farmasi non steril dan steril. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan merupakan produksi untuk keperluan rumah sakit itu sendiri, sesuai dengan Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Kegiatan produksi bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pengadaan obat tertentu (mendapatkan obat dengan harga yang lebih murah sehingga pasien tidak membayar terlalu mahal untuk suatu obat dan lebih menjamin kualitas obat yang dihasilkan). Selain itu, produksi juga memudahkan penerimaan obat oleh pasien atau tenaga kesehatan lainnya karena sudah dikemas kembali menjadi sediaan yang telah sesuai dengan kebutuhan dan menghasilkan produk yang tidak dijual di pasaran seperti pembuatan kapsul NaCl dan kapsul Natrium Bikarbonat. Pada mulanya terdapat 73 formula standar yang terdapat di ruang produksi RSUP Fatmawati, namun hanya 43 item yang masih diproduksi sampai saat ini. Artinya, hanya 58,9 % item obat yang masih diproduksi. Setiap kali petugas akan melakukan produksi, petugas harus mengisi formulir master formula baik untuk pembuatan atau pengenceran atau pengemasan kembali pada setiap tahapan kegiatan produksi. Formulir master formula berfungsi sebagai dokumentasi dari kegiatan produksi yang dilakukan dan juga merupakan bukti bahwa produksi yang dilaksanakan sesuai dengan CPOB. Setelah produk dihasilkan, produk dikemas dan diberi etiket serta tanggal kadaluwarsa. Penyimpanan produk jadi masih dilakukan di ruang produksi sendiri karena keterbatasan sumber daya, sementara obat-obat hasil produksi merupakan persediaan gudang. Petugas depo farmasi
yang membutuhkan produk dari
produksi non steril datang ke gudang farmasi untuk mendapatkan formulir bon obat lalu datang ke produksi farmasi non steril untuk mendapatkan produknya Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
68
kemudian melaporkannya ke gudang farmasi dengan membawa formulir bon obat. Pendistribusian obat seperti ini memiliki kekurangan karena dapat menyebabkan timbulnya kesalahan pencatatan stok produk. Peran apoteker sangat penting dalam mempersiapkan rekonstitusi obat kanker, diantaranya memastikan dosis yang sesuai dengan luas permukaan tubuh pasien. Walaupun dalam prakteknya rekonstitusi dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian, akan tetapi di RSUP Fatmawati diberlakukan kebijakan agar semua tenaga teknis kefarmasian bisa melakukan rekonstitusi termasuk apoteker. Ini dilakukan karena paparan obat kanker secara terus menerus akan membahayakan petugas, serta perlu tenaga kesehatan yang paham akan ketelitian dosis, melakukan teknis aseptis dan melakukan semua prosedur secara hati-hati. Sebagai apoteker yang bertugas di produksi steril ini, harus mampu menghitung dosis yang tepat dari suatu zat anti kanker, serta dikaji apakah obat tersebut sesuai dengan diagnosis pasien. apoteker juga harus dapat menentukan macam pelarut serta mengetahui dari literatur tentang kestabilan zat aktif obat kanker. Bagi pasien kanker, pelaksanaan kegiatan penitipan obat sitostatika dilakukan minimal 3 hari sebelum obat digunakan untuk perawatan. Pada saat obat diperlukan untuk perawatan, maka dilakukan permintaan pencampuran obat sitostatika dari ruang kemoterapi pasien ke produksi farmasi steril. Obat sitostatika harus disiapkan selalu baru karena pada umumnya, obat sitostatika memiliki waktu kadaluwarsa selama 24 jam sehingga obat yang telah disiapkan harus segera digunakan. Setelah obat selesai disiapkan, petugas produksi farmasi akan membawa obat tersebut ke ruang kemoterapi pasien. Beberapa waktu terakhir ini, pasien dengan diagnosa kanker payudara dan serviks merupakan pasien yang paling banyak ditemui. Petugas biasanya merekonstitusi 12 hingga 15 resep.
Beberapa temuan yang diperoleh dari
kegiatan orientasi produksi steril adalah tidak dilakukan pemantauan atau monitoring lingkungan seperti jumlah mikroba dan pemantauan jumlah partikel di BSC misalnya dengan metode settle plate (cawan papar) atau menggunakan alat particle counter dikarenakan keterbatasan waktu serta SDM untuk melakukannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
69
4) Depo Instalasi Rawat Jalan Depo Instalasi Rawat Jalan telah melakukan prosedur penyiapan obat rawat jalan secara individual prescription dengan baik. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1 khusus melayani pasien tunai, jaminan kantor, dan pasien HIV. Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 2 khusus melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS). Sedangkan depo Instalasi Rawat Jalan lantai 3 khusus melayani pasien Jamkesmas, Jamkesda Depok dan Tangerang Selatan, serta pasien TBC. Obatobatan HIV dan TBC merupakan obat-obatan program pemerintah yang pengeluarannya dipantau oleh tim HIV dan tim TBC untuk kemudian dilaporkan setiap bulannya ke Departemen Kesehatan RI. Berdasarkan pengamatan penyimpanan obat-obat LASA di Depo Instalasi Rawat Jalan lantai 1, 2 dan 3 masih ada beberapa obat yang belum ditempel label LASA serta pada penyusunannya tidak diselingi dengan minimal 2 obat non kategori LASA di antaranya, hal ini disebabkan karena keterbatasan luas ruangan dan kendala kesulitan untuk mencari obat karena penyusunan obat secara alfabetis akan terganggu oleh banyaknya obat-obatan yang termasuk LASA. Pada depo farmasi IRJ lantai 1, 2 dan 3 juga ditemukan beberapa obat keras yang terpajang di etalase depan umumnya berupa sediaan sirup dan topikal, seharusnya obat keras ini disimpan di dalam depo. Selain itu, pada depo farmasi IRJ lantai 1, 2, dan 3 persyaratan lemari narkotika telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu terdiri dari dua pintu dengan kunci terpisah, namun dalam hal ini penyimpanan narkotika dan psikotropika berada di dalam satu lemari narkotika, hal ini dikarenakan jumlah sediaan narkotika yang sedikit sehingga pada pelaksanaannya di dalam salah satu lemari terdapat pintu lagi di dalamnya dengan kunci terpisah dari dua kunci pintu yang ada di depan. Pembayaran di IRJ lantai 1 berdasarkan harga obat dengan persyaratan hanya berupa resep asli, sedangkan pembayaran pada IRJ lantai 2 dan 3 berdasarkan jaminan INA-CBGs (Indonesia Case Based Groups). Besarnya jaminan INACBGs per hari yaitu sebesar Rp 350.000 – Rp 400.000,- untuk keseluruhan pelayanan kesehatan dengan pembatasan farmasi sebesar Rp 150.000,-. Jika jumlah obat yang harus diberikan kepada pasien lebih dari Rp 150.000,- maka pasien akan diberi copy resep yang dapat dilayani dikemudian hari beserta Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
70
persyaratan SJP asli yaitu kertas warna merah muda dari loket 9 yang terdapat pada IRJ lantai 1, fotokopi pendaftaran dan rujukan asli dari puskesmas yang ditujukan untuk RSUP Fatmawati. 5) Depo Askes Pasien Askes merupakan pasien yang paling banyak di RSUP Fatmawati. Mulai tanggal 1 April 2013, pasien Askes yang semula dilayani di lantai 2 dan 3 gedung Instalasi Rawat Jalan, sekarang dilayani di Depo Askes. Depo farmasi instalasi rawat jalan lantai 2 melayani pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS), sedangkan depo farmasi instalasi rawat jalan lantai 3 melayani pasien Jamkesmas dan Jamkesda (seperti Jamkesda Tangerang, Jamkesda Bogor, Jamkesda Depok, dan lain-lain). Acuan yang dapat digunakan dalam melayani pasien Askes adalah DPHO Askes. Acuan tersebut digunakan untuk mengetahui obat-obat apa saja yang dapat diberikan kepada pasien Askes beserta batasan jumlah maksimal yang dapat diberikan. Alur pelayanan resep dimulai dari pasien membawa resep beserta berkasberkas yang diperlukan sebagai persyaratan dan diberikan kepada petugas. Petugas akan melakukan pengecekan kelengkapan berkas dan pengecekan obatobat dalam resep (apakah obat-obat tersebut sesuai dengan pedoman dan dapat diserahkan kepada pasien). Kemudian, resep diinput untuk pemotongan stok obat, lalu dilakukan pembuatan etiket, penyiapan obat, dan penyerahan. Masing-masing tahap dikerjakan oleh orang yang berbeda. Pada masing-masing tahap akan dilakukan pemberian stempel HETIP (Harga Etiket Timbang Isi Penyerahan). Pemberian stempel tersebut dimaksudkan agar dapat dilakukan pengecekan kembali apabila terjadi kesalahan. Sebelum pembuatan etiket, petugas terlebih dahulu memeriksa kartu rujukan dan menuliskan keterangan tanggal dan obat-obat yang diberikan pada kartu rujukan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat dilakukan pengecekan apabila pasien sebelumnya telah mendapatkan obat yang sama atau pasien sebelumnya telah menebus obat tersebut dengan jumlah maksimal. Pada bagian ini, petugas akan membuatkan salinan resep untuk obat-obat yang tidak terdapat di Depo Askes sehingga pasien dapat menebusnya di apotek lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
71
Setelah etiket dibuat, selanjutnya petugas akan melakukan penyiapan obat, baik obat jadi maupun obat racikan. Penyiapan obat jadi dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam etiket sesuai dengan jumlah yang tertera di etiket. Untuk mempermudah penyiapan, obat-obat fast moving diletakkan di meja tersendiri sehingga petugas akan lebih cepat dalam mengambil obat yang dibutuhkan. Untuk obat yang tidak dikemas dalam kemasan blister, obat dimasukkan ke dalam etiket dengan menggunakan peralatan seadanya karena tidak tersedia alat hitung tablet. Hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi obat apalagi jika obat dimasukkan ke dalam etiket menggunakan tangan. Setelah obat disiapkan, obat dibawa oleh petugas ke bagian penyerahan. Alur penyerahan obat meliputi verifikasi nomor pasien, verifikasi identitas pasien, pemberian informasi singkat mengenai penggunaan obat, kemudian petugas meminta nomor telepon pasien yang dapat dihubungi, dan meminta tanda tangan pasien. Pemberian informasi obat dilakukan secara singkat. Informasi yang diberikan kepada pasien hanyalah informasi mengenai indikasi dan aturan pakai obat. Hal tersebut dikarenakan banyaknya jumlah pasien yang dilayani sehingga waktu pemberian informasi obat menjadi sangat singkat. Jumlah resep yang dilayani Depo Askes lebih kurang 200-300 resep per hari. Dengan jumlah tersebut, terkadang tidak semua pasien dapat terlayani. Terkadang masih terdapat pasien yang belum dilayani, meskipun jam pelayanan telah selesai. Hal ini dikarenakan kurangnya SDM yang terdapat di Depo Askes. Selain itu, seringkali pekerjaan yang berbeda dilakukan oleh orang yang sama, misalnya selain melakukan penyerahan obat, petugas tersebut juga melakukan penyiapan obat. Obat yang sering diresepkan di Depo Askes adalah obat - obat jantung. Selain itu, terdapat obat spesifik yang dilayani di Depo Askes yaitu obat-obat kemoterapi. Namun, untuk obat-obat kemoterapi, yang dilayani di Depo Askes hanya berkas-berkasnya saja, sedangkan obatnya dititipkan di ruang produksi steril di Instalasi Farmasi. Hal ini dikarenakan hanya gudang farmasi dan produksi farmasi steril yang boleh menyimpan obat - obat kemoterapi. Obat akan diberikan kepada pasien setelah direkonstitusi dan diantarkan ke ruang kemoterapi pada saat kemoterapi akan dilakukan. Selain melayani obat DPHO Askes, Depo Askes juga Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
72
melayani obat non DPHO Askes, tetapi untuk obat-obat tersebut pasien dikenakan biaya. Untuk obat non DPHO Askes, pembayaran dilakukan setelah penyerahan obat. Sedangkan untuk pasien peserta Askes yang mendapatkan obat-obat DPHO Askes, pembayaran dilakukan dengan cara melakukan klaim ke PT. ASKES. Setelah selesai pelayanan, dilakukan input data kembali menggunakan program yang terhubung dengan PT. ASKES. Klaim Askes dilakukan oleh Instalasi Penagihan Pasien (IPP). Oleh karena itu, di Depo Askes disediakan komputer yang digunakan untuk klaim Askes. Pembayaran untuk pasien peserta Jamkesda menggunakan sistem INA CBG’s yaitu pembayaran berdasarkan paketpaket yang telah ditentukan. Apabila tagihan pasien melebihi biaya paket yang diberikan, selebihnya akan menjadi beban rumah sakit. Sedangkan bila tagihan pasien kurang dari paketnya, kelebihan tersebut akan menjadi keuntungan rumah sakit yang dapat digunakan untuk menutupi tagihan pasien yang menjadi beban rumah sakit. Dengan demikian, terjadi subsidi silang antara pasien yang tagihannya melebihi paket dengan pasien yang tagihannya kurang dari paket. Penyimpanan barang di Depo Askes dilakukan berdasarkan jenis sediaannya, suhu penyimpanan, dan disusun secara alfabetis. Obat narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus (double lock). Pelaporan yang dibuat oleh Depo Askes antara lain laporan analisa penjualan antara lain obat generik dan non generik, narkotika dan psikotropika, jumlah resep dan jumlah R/. Penghitungan jumlah resep dan jumlah R/ dilakukan untuk mengetahui jumlah pasien yang dilayani dan mengetahui beban kerja pegawai di Depo Askes. 6) Depo Teratai A dan B Depo farmasi rawat inap merupakan depo yang menyediakan perbekalan farmasi (obat dan alkes) bagi pasien rawat inap gedung teratai. Depo ini memiliki SDM sebanyak 29 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 3 orang, petugas perincian (billing) sebanyak 6 orang, juru resep sebanyak 3 orang dan 17 orang merupakan tenaga teknis kefarmasian. Kegiatan - kegiatan yang dilakukan di depo farmasi rawat inap diantaranya pengadaan obat, penyiapan obat, distribusi hingga dokumentasi. Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari Instalasi Farmasi. IFRS bertanggung jawab terhadap obat yang beredar dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
73
penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan. Tanggung jawab ini termasuk pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu, sistem pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan pasien harus sesuai untuk efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan juga mencegah kesalahan atau kekeliruan agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat yang baik yaitu benar obat, benar waktu dan frekuensi, benar dosis, benar rute pemberian, benar pasien, benar informasi dan benar dokumentasi. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan setiap rumah sakit bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata ruang rumah sakit. Di antara sistem
distribusi
yang
digunakan
di
depo
farmasi
rawat
inap,
sistem dosis unit merupakan sistem distribusi yang paling menguntungkan diantara sistem distribusi lainnya. Sistem ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah pasien menerima pelayanan 24 jam sehari dan pasien hanya membayar obat yang dikonsumsinya saja, semua dosis yang diperlukan pada ruang perawat telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Hal ini membuat perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung pasien, sistem ini juga menghemat ruangan perawat dengan meniadakan persediaan obat- obatan dan kemasan dosis unit dapat mengurangi kesempatan terjadinya kesalahan obat, juga membantu penelusuran kembali kemasan apabila terjadi penarikan obat. Namun, sistem ini juga memiliki beberapa keterbatasan diantaranya adalah sistem ini mengharuskan obat harus sudah siap dikonsumsi sebelum jam makan pasien sehingga perlu teknik kerja yang cepat dan tepat, serta kebutuhan tenaga farmasi lebih banyak. Namun pada kenyataannya, peran apoteker belum optimal, karena proses mulai dari penerimaan resep hingga penyerahan obat ke ruang pasien lebih banyak dilakukan oleh asisten apoteker sehingga evaluasi kerasionalan penggunaan obat pasien masih belum dapat dilakukan secara maksimal. Tiap pasien memiliki map yang berisi formulir instruksi obat, kardeks, lembar resep dan formulir pemberian obat insidentil. Formulir pemberian obat insidentil adalah formulir untuk mencatat obat atau alat kesehatan yang diambil dari lemari Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
74
emergency yang digunakan oleh pasien. Dalam formulir ini tercantum nama, alamat, umur pasien, tanggal lahir, nomor rekam medis, diagnosa, nama dan jumlah obat yang digunakan per hari dan tanda tangan petugas administrasi farmasi. Pengadaan barang di depo rawat inap berasal dari gudang farmasi, permintaan barang dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir permintaan barang. Setiap
harinya
depo
rawat
inap
akan
membuat
perincian kebutuhan yang diinput ke komputer secara online dengan sistem di gudang farmasi dan selanjutnya permintaan perbekalan farmasi akan disiapkan oleh petugas gudang farmasi. Setelah perbekalan farmasi yang diminta disiapkan, petugas gudang farmasi akan mengkonfirmasi petugas depo farmasi melalui telepon untuk pengambilan barang dan selanjutnya dilakukan serah terima barang antara petugas gudang farmasi dan petugas depo farmasi. Pada saat penerimaan barang, petugas depo farmasi harus mengecek barang yang diminta untuk memastikan kesesuaian jenis atau bentuk sediaan, jumlah, tanggal expired date, kondisi fisik barang dan kekuatan sediaan. Setelah dilakukan verifikasi, secara otomatis maka stok barang yang diminta oleh depo farmasi rawat inap telah menjadi stok di depo rawat inap di dalam sistem. Dengan adanya sistem ini, maka memungkinkan stok obat di depo farmasi dan di sistem sama besarnya (real stock). Namun, hal ini terkadang masih belum berjalan dengan baik, stok di depo farmasi terkadang berbeda dengan stok yang ada di sistem. Salah satu faktor yang mempengaruhi
adalah
kurangnya
SDM
untuk
memantau stok yang ada. Terkadang obat-obat yang sudah digunakan lupa untuk diinput ke sistem. Penyimpanan perbekalan farmasi yang tersedia di depo farmasi ini cukup lengkap dan disusun dengan teratur. Obat dipisahkan antara generik dan non generik, bentuk sediaan dan disusun berdasarkan alfabetis agar memudahkan pengambilan sehingga mempercepat pelayanan. Obat-obat yang memerlukan penyimpanan suhu dingin ditempatkan pada pharmaceutical refrigerator. Obatobat mahal dan mudah pecah disimpan di dalam lemari kaca dan terkunci. Hal ini bertujuan agar mencegah hilang atau pecahnya obat. Sediaan nutrisi juga
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
75
disimpan rapi dan terlindung dari cahaya dengan tujuan untuk menjaga kestabilan sediaan tersebut. Depo Farmasi
Teratai
memiliki
beberapa unit
lemari
emergency
yang berisi obat dan alat kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di ruang HCU (High Care Unit) lantai 4 Utara, 5 Selatan dan 6 Selatan. Obat dan alkes yang terdapat dalam lemari emergency dapat langsung digunakan tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Setiap petugas mengambil obat dan alkes dari lemari emergency harus mencatat di lembar insidentil per pasien guna dimasukkan ke dalam tagihan pasien. Isi dari lemari emergency memiliki standar baku. Jumlah obat yang disediakan cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam satu malam. Setiap harinya petugas depo farmasi memiliki tugas untuk mengecek persediaan obat dan alkes dalam lemari emergency, mencatat pasien yang menggunakan dan mengisi kembali jika terdapat kekurangan sesuai dengan standar baku. Selain lemari emergency, depo farmasi juga menyiapkan kit emergency yang disimpan di ruang perawat, yang bertanggung jawab terhadap kit emergency tersebut adalah kepala ruangan (perawat) pada masing-masing ruangan. Kit emergency dilengkapi gembok sekali pakai dengan nomor seri yang ditulis oleh petugas depo farmasi. Depo farmasi rawat inap juga menyediakan paket-paket kebidanan yang digunakan di lantai satu gedung teratai (emergency kebidanan). Paket-paket ini disediakan agar mempercepat pelayanan obat dan alkes sampai kepada pasien tanpa harus menunggu penyediaan dari depo farmasi. Paket-paket ini berisi obat dan alkes yang dibutuhkan untuk pasien yang membutuhkan tindakan penanganan yang cepat karena berhubungan dengan nyawa. Terdapat delapan jenis paket yang tersedia antara lain Paket Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), Paket Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket Partus Sectio, Paket Abortus Curetage, Paket Haemorogic Post Partum (HPP), Paket PreEklampsia Berat (PEB) dan Paket Partus Normal. Sistem distribusi yang digunakan cukup beragam diantaranya resep individual, floor stock dan dosis unit. Sistem distribusi resep individual adalah sistem order atau resep yang ditulis dokter untuk tiap pasien melalui perawat ke Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
76
ruang pasien tersebut. Dalam sistem ini, resep orisinil oleh perawat dikirim ke depo farmasi, kemudian resep diproses sesuai kaidah dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada pasien. Sistem ini diterapkan di lantai tiga untuk pasien anak-anak yang masih mendapatkan puyer dan lantai 2 kebidanan. Selanjutnya, sistem distribusi floor stock merupakan suatu sistem dengan cara kelompok obat tertentu disimpan di ruang perawatan untuk digunakan oleh seluruh pasien, biaya penggunaan obat-obat ini dihitung sebagai biaya perawatan. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah obat penggunaan umum yang terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah ditetapkan oleh TFT dan IFRS yang tersedia di ruang perawat, seperti kapas, alkohol, masker. Apoteker bertanggung jawab dan bekerja sama dengan
bidang
keperawatan
untuk menyediakan obat dan meningkatkan
pelayanan. Sistem distribusi terakhir adalah sistem distribusi dosis unit, yaitu sistem distribusi obat yang diresepkan oleh dokter untuk penderita selama 24 jam atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Untuk penyediaan dosis unit, satu petugas depo farmasi bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien yang dirawat pada bagian utara dan selatan Teratai di tiap lantai yang menerapkan sistem ini. Proses penyiapan dosis unit oleh petugas dimulai dari pagi hari, dimulai dari pemilahan obat, penyiapan obat ke dalam kemasan dosis unit, pengecekan kembali hingga peletakkan di dalam trolley dosis unit sesuai dengan nama pasien. Selanjutnya, sore hari pukul 15.00 petugas depo farmasi yang bertanggung jawab mengantarkan obat dengan menggunakan trolley dosis unit ke ruangan perawat untuk selanjutnya dilakukan serah terima dan dilakukan pengecekan kembali. Hal ini sangat efektif untuk memastikan bahwa obat yang diterima oleh pasien adalah obat yang sesuai dengan yang diresepkan dan tidak ada duplikasi obat. Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan depo-depo farmasi lainnya, diantaranya adalah laporan analisa penjualan dan laporan tagihan pasien, laporan pemakaian obat-obat narkotika dan psikotropika, laporan penulisan resep obat generik dan non generik, laporan medication error dan stok opname setiap 3 bulan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
77
7) Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Instalasi Rawat Intensif (IRI) Pasien-pasien yang masuk Instalasi Gawat Darurat dipilih atau dipisahkan sesuai kondisi dan tingkat keparahan pasien. Pasien yang butuh penanganan segera atau dalam kondisi parah akan masuk ruangan resusitasi untuk mendapatkan tindakan medis sesuai yang dibutuhkan pasien. Pasien yang membutuhkan tindakan bedah akan di bawa ke ruang P2 atau ruang kuning. Pasien yang masuk ruang triase tidak mendapat tindakan apapun dan hanya diperiksa tanda-tanda vital dari pasien tersebut. Pasien yang masuk ruang Intermediate Ward (IW) merupakan pasien rawat inap yang mengantri kamar di gedung rawat inap. Pendistribusian obat untuk pasien-pasien rawat inap dilakukan dengan sistem unit dose, sedangkan pasien rawat jalan pendistribusiannya dilakukan dengan sistem individual prescription. Di instalasi gawat darurat terdapat lemari emergency yang selalu diperiksa setiap pergantian shift sebanyak tiga kali sehari, sedangkan di ruang rawat inap seperti ruang ICU, NICU, PICU lemari emergency hanya diperiksa satu kali sehari. Lemari emergency diperiksa jumlahnya dan siapa yang menggunakan obat tersebut pada lembar insidentil. Jika terjadi ketidaksesuaian antara jumlah obat yang tersisa di lemari emergency dengan yang terdapat pada lembar insidentil maka petugas depo farmasi akan mencatatnya dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada perawat. Alur permintaan obat dan alat kesehatan di depo IGD dimulai dengan pasien masuk IGD, kemudian pasien ditempatkan di ruang sesuai kondisi pasien. Pasien yang masuk ruang P2 akan mendapat paket yang berisi obat maupun alat kesehatan ke depo farmasi IGD. Pasien yang masuk ruang resusitasi akan mendapatkan paket yang telah ada di ruang resusitasi tersebut melalui perawat. Perawat akan mencatat nama pasien yang menggunakan paket tersebut. Barang dalam paket yang tidak digunakan oleh pasien akan dikembalikan ke depo farmasi IGD dan dibuat rincian penagihan untuk obat dan alat yang telah dipakai oleh pasien. 8) Depo Instalasi Bedah Sentral Lemari emergensi hanya terdapat di OK Cito karena operasi bersifat segera dan depo farmasi berada di lantai 2. Permintaan obat dan alat kesehatan antara penata anestesi dan penata bedah dibedakan untuk mempermudah pendistribusian Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
78
keperluan setiap penata. Pada saat perincian biaya, permintaan obat dan alat kesehatan penata anestesi dan bedah akan digabungkan. Obat di Depo Instalasi Bedah Sentral disimpan pada lemari yang terpisah dari alat kesehatan, namun obat tidak disusun sesuai abjad. Menurut ketentuan yang berlaku, obat seharusnya disusun sesuai abjad untuk mempermudah pengambilan saat diperlukan. Obat tidak disusun sesuai abjad karena fasilitas lemari penyimpanan yang sempit. Obat yang memerlukan suhu dingin disimpan di pharmaceutical refrigerator yang dilengkapi dengan monitor suhu. 9) PIO RSUP Fatmawati telah melakukan pelayanan informasi obat yang dilakukan oleh apoteker selama 24 jam atau on call dengan nomor 1382. Berbagai bentuk kegiatan pelayanan informasi obat seperti yang ada pada Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi telah dilakukan di
RSUP
Fatmawati.
Pertanyaan - pertanyaan
yang diajukan meliputi
pertanyaan yang berkaitan dengan identifikasi, stabilitas, harga, efek samping, dosis, interaksi, kompatibilitas, ketersediaan, kontraindikasi, farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas, cara pemakaian, cara penyimpanan, indikasi, dan keracunan dari suatu obat, serta pertanyaan lain-lain. Pertanyaan terbanyak adalah mengenai dosis obat. Untuk dapat menjawab setiap pertanyaan dengan tepat, maka dilakukan usaha penggalian informasi penanya mengenai identitas pasien, riwayat penyakit pasien, riwayat pengobatan pasien, dan riwayat alergi atau efek samping obat yang pernah dialami pasien. Literatur yang digunakan di pelayanan informasi obat RSUP Fatmawati adalah literatur tersier, paling banyak menggunakan DIH (Drug Information Handbook). Pada kegiatan pelayanan informasi obat di RSUP Fatmawati juga dilakukan dokumentasi yang bertujuan untuk: a) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap. b) Sebagai sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa. c) Sebagai catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya. d) Sebagai media pelatihan tenaga farmasi. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
79
e) Sebagai basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan pelayanan. f) Sebagai bahan audit dalam melaksanakan quality assurance dari pelayanan informasi obat. Evaluasi yang dilakukan terkait dengan pelayanan informasi obat mencakup penilaian atau pengukuran keberhasilan pelayanan informasi obat dengan cara membandingkan tingkat keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat serta pemberian masukan kepada pimpinan dalam membuat kebijakan di waktu mendatang. Selama tahun 2012 sempat terjadi penurunan tajam pada jumlah pertanyaan di pelayanan informasi obat. Sekalipun demikian, setiap pertanyaan tersebut berhasil dijawab oleh apoteker. Kecepatan menjawab pertanyaan juga telah diusahakan untuk segera dijawab (< 1 jam). Berdasarkan hasil perhitungan pada bulan September 2013, sebanyak 69,23 % pertanyaan dapat dijawab dalam waktu < 1 jam. Masalah yang masih dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi obat adalah keterbatasan jumlah literatur, literatur yang tidak terkini (tidak up to date), tidak ada jaringan internet untuk mengupdate informasi maupun literatur, apoteker yang tidak selalu di ruang pelayanan informasi obat, dan jumlah pertanyaan yang masih sedikit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh setelah melakukan praktek kerja profesi Apoteker di RSUP Fatmawati adalah: a. Peran dan tanggung jawab apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Fatmawati adalah melakukan kegiatan pengelolaan
perbekalan
farmasi dan pelayanan farmasi klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi m erupakan su at u si kl us, dimulai dari proses perencanaan, pengadaan, penyimpanan hingga pendistribusian dengan menggunakan sistem satu pintu. b. Peran dan fungsi Apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di RSUP Fatmawati yang bersifat profesional antara lain melakukan visite pasien, monitoring atau review penggunaan obat, monitoring efek samping obat, pemberian dan edukasi bagi staf farmasi. c. Kegiatan PKPA di RSUP Fatmawati memberikan wadah bagi calon apoteker untuk dapat mengaplikasikan ilmu kefarmasian yang telah diperoleh sebelumnya. 5.2 Saran Kegiatan kefarmasian yang dilakukan di RSUP Fatmawati sudah berjalan baik, namun untuk mempertahankan kinerja serta meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian maka penulis menyarankan beberapa upaya berikut : a. Untuk meringankan dan memperjelas pembagian kegiatan di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati, sebaiknya Wakil Kepala Instalasi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: Waka IFRS Pelayanan, Waka IFRS Perbekalan dan Waka IFRS Farmasi Klinik. b. Untuk mempermudah proses pelaporan pemakaian Narkotik dan Psikotropik, maka IFRS dapat melakukan secara online sebagaimana yang telah diterapkan pada fasilitas pelayanan lain.
80
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
81
c. Pelaporan psikotropik hendaknya dilakukan setiap satu bulan sekali bersamaan dengan pelaporan narkotik, hal ini dilakukan untuk menjamin data yang dilaporkan tersebut. d. Sebaiknya penyimpanan produk hasil produksi disimpan di gudang Farmasi, untuk mempermudah akses distribusi dan memaksimalkan ruang produksi hanya untuk kegiatan produksi saja. e. Untuk rekonstisusi obat yang memerlukan kondisi steril, setelah pengamatan kami menyarankan agar perlu dilakukan monitoring lingkungan pada saat dilakukan rekonstitusi. f.
Untuk menunjang kegiatan farmasi klinik, maka perlu diaktifkan kembali kegiatan konseling (tanpa harus diminta oleh pasien, apoteker harus berperan aktif dalam menentukan pasien yang membutuhkan konseling).
g. Untuk depo rawat jalan, beri Label LASA pada obat-obat LASA yang belum dilengkapi penanda untuk meminimalisir kesalahan dalam pengambilan obat, simpan obat keras di depo bagian dalam atau bagian yang tidak terjangkau dengan konsumen, dan sediakan lemari psikotropik terpisah. h. Untuk depo IBS, sebaiknya ditempatkan seorang apoteker sebagai penyelia depo IBS. i. Hasil dari tugas yang diberikan kepada para peserta PKPA di RSUP Fatmawati sangat baik dijadikan acuan atau evaluasi dari kegiatan pelayanan kefarmasian
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
DAFTAR ACUAN
Daris, Azwar. (2012). Pengantar Hukum dan Etika Farmasi. Tangerang : Duwo Okta. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Kesehatan RI. (2006) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. (2009). Pedoman Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta PT. Askes (Persero) dan Anggota Keluarganya di Puskesmas, Balai Kesehatan Masyarakat, dan Rumah Sakit Daerah. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara RI. PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia. (2004). Pedoman Bagi Peserta Askes Sosial. Jakarta : PT. (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia. RSUP
Fatmawati. (2012a). Keputusan Direktur Utama No. HK. 03.05/II.1/1686/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur Operasional Hak Akses Sistem Informasi Farmasi. Jakarta : RSUP Fatmawati.
RSUP
Fatmawati. (2012b). Keputusan Direktur Utama No. HK. 03.05/II.1/779/2012 tentang Penyimpanan Narkotika Dan Psikotropika. Jakarta: RSUP Fatmawati.
RSUP
Fatmawati. (2012c). Keputusan Direktur Utama No. HK. 03.05/II.1/1612/2012 (025/FAR) tentang Standar Prosedur Operasional Tata Cara Persuratan, Pelaporan, Pengarsipan di Instalasi Farmasi. Jakarta : RSUP Fatmawati. 82
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
83
RSUP
Fatmawati. (2013) Diunduh dari http://www.fatmawatihospital.com/konten/details/profil#sejarahsingkat. Pada : 28 Oktober 2013 Pukul 22.00 WIB.
Siregar, Charles J.P. (2003). Farmasi Rumah Sakit, Teori dan Terapan. Jakarta : EGC
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Lampiran 1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
84
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
85
Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
86
Lampiran 3. Alur Pengkajian Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
87
Lampiran 4. Alur Pemantauan Efek Samping Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
88
Lampiran 5. Alur Kegiatan Pemantauan Interaksi Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
89
Lampiran 6. Alur Penyimpanan Resep dan Arsip (surat masuk, surat keluar, SK, Laporan-laporan dan arsip Kepegawaian)
Resep
Arsip
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
90
Lampiran 7. Alur Pemusnahan Resep dan Arsip
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Lampiran 8. Alur Pengadaan Perbekalan Farmasi
91
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
92 8 Lampiran 9. Alur Penerimaan Perbekalan Farmasi oleh Tim Penerima
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
93 Lampiran 10. Alur Masuk ke Ruang Produksi Aseptik
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
94
Lampiran 11. Alur Pelayanan Obat Sitostatika Rawat Jalan dan Rawat Inap
Rawat Jalan
Rawat Inap
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Lampiran 12. Prosedur Penyiapan Obat Rawat Jalan Secara Individual Prescription
95
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
96
Lampiran 13. Alur Pelayanan Resep di Depo Askes
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
97
Lampiran 14. Alur Distribusi Obat Secara Dosis Unit di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
98
Lampiran 15. Alur Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan di Depo Instalasi Bedah Sentral OK Cito
OK Elektif
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
99
Lampiran 16. Alur Program Pelayanan Informasi Obat
User (pasien/lainnya) Menyampaikan pertanyaan secara lisan/tertulis
Apoteker 1. Menerima pertanyaan 2. Penilaian penanya dan pertanyaan sesungguhnya
Tidak
1. 2. 3. 4.
Ya
Apoteker Pencatatan pertanyaan pada formulir pelayanan informasi obat. Penelusuran jawaban atas pertanyaan dalam literatur. Penyusunan jawaban dalam formulir pelayanan informasi obat. Penyampaian jawaban kepada user.
User 1. Menerima jawaban pertanyaan 2. Memberi respon atas informasi yang telah diberikan Tidak Ya Selesai
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP FATMAWATI CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
DAFTAR LABEL SEDIAAN ORAL DI RSUP FATMAWATI
MAYA WIDIYANTIANA, S.Farm. 1206329801
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR LABEL SEDIAAN ORAL DI RSUP FATMAWATI
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP FATMAWATI CILANDAK JAKARTA SELATAN PERIODE 2 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
MAYA WIDIYANTIANA, S.Farm. 1206329801
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................................ DAFTAR GAMBAR...........................................................................................
i ii iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Tujuan ............................................................................................
1 1 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1 Bentuk Sediaan Oral ...................................................................... 2.1.1 Tablet................................................................................... . 2.1.2 Kapsul dan Kaplet................................................................ 2.1.3 Sirup dan Suspensi............................................................... 2.1.4 Petunjuk Pemakaian Obat Oral............................................ 2.2 Informasi Dalam Penyerahan Obat ............................................... 2.3 Peran Apoteker Dalam Penyerahan Obat.......................................
3 3 3 4 4 4 6 9
BAB 3 METODE PENGKAJIAN.................................................................. 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan....................................................... 3.2 Metode Pengumpulan Data..............................................................
11 11 11
BAB 4 HASIL ...................................................................................................
12
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 5.1 Kesimpulan...................................................................................... 5.2 Saran ...............................................................................................
107 107 107
DAFTAR ACUAN.............................................................................................
108
ii
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6
Minum obat dengan segelas air.................................................. 4 Minum obat saat makan............................................................. 5 Minum obat sebelum makan...................................................... 5 Minum obat setelah makan.................... .................................... 5 Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh dipecah atau dikunyah........................................... 5 Minum obat sampai habis....................... ................................... 6
iii
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Informasi obat dan pengobatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari proses terapi rasional. Pengobatan yang rasional adalah suatu keadaan pasien yang menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, dengan dosis, cara pemberian dan durasi yang tepat sehingga meningkatkan kepatuhan pasien terhadap proses pengobatan (BPOM RI, 2008). Proses penyerahan obat seringkali diabaikan dan dianggap kurang penting. Hal ini sangat merugikan karena proses penyerahan obat yang tidak tepat dan tidak terkontrol dapat menimbulkan dampak buruk bagi sistem pemberian pelayanan kesehatan. Semua proses yang telah dilakukan hingga penentuan obat untuk pasien akan menjadi tidak berguna bila proses penyerahan obat tidak dapat menjamin ketepatan pemberian obat yang benar kepada pasien yang benar dalam dosis dan jumlah yang efektif, dengan instruksi yang jelas dan penyimpanan obat dalam kemasan yang menjamin kestabilan obat (BPOM RI, 2008). Pemakaian obat oral adalah cara yang paling lazim karena praktis, mudah dan aman. Minum obat yang terbaik adalah minum dengan segelas air. Cara pemakaian obat yang tepat yaitu obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan obat, pada saat yang tepat, dan dalam jangka waktu terapi sesuai anjuran (Depkes RI, 2006). Proses penyerahan obat kepada pasien disertai dengan informasi tambahan mengenai peringatan atau hal-hal yang sebaiknya diperhatikan saat menggunakan obat misalnya melalui pelabelan tertentu yang memberikan informasi obat. Informasi tambahan pada label yang diberikan bertujuan untuk melengkapi instruksi yang diberikan oleh dokter, misalnya “Kocok dahulu”, “Obat ini dikunyah dahulu sebelum ditelan”, “Obat ini harus diminum sampai habis” dan lain-lain (BPOM RI, 2008). Peningkatan
pelayanan
kesehatan
di
rumah
sakit
dalam
upaya
meningkatkan penggunaan obat yang rasional, salah satunya dengan memberikan informasi tambahan pada label dengan tepat dan jelas guna meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien dalam proses terapi. Hal ini dapat dilakukan 1
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
dengan membuat daftar label obat sebagai panduan memberi label pada kemasan obat di lingkungan RSUP Fatmawati.
1.2
Tujuan Tujuan pelaksanaan tugas khusus ini adalah untuk:
1.2.1
Memperoleh data jumlah jenis sediaan oral yang terdapat di RSUP Fatmawati berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati Edisi VI tahun 2012.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bentuk Sediaan Oral
2.1.1
Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa
bahan pengisi (FI IV, 1995). Jenis-jenis tablet, antara lain (Ansel, 2005): a. Tablet kompresi Tablet kompresi yaitu tablet yang dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya ke dalam bahan obatnya diberi tambahan sejumlah bahan pembantu antara lain pengisi, pengikat, penghancur, pelincir dan bahan tambahan lain seperti zat warna dan zat pemberi rasa. b. Tablet salut gula Tablet salut gula yaitu tablet kompresi yang diberi lapisan gula baik berwarna maupun tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. c. Tablet salut selaput Tablet salut selaput yaitu tablet disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet. d. Tablet salut enterik Tablet salut enterik yaitu tablet yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di lambung tapi di usus. e. Tablet sublingual atau bukal Tablet sublingual yaitu tablet yang disisipkan di pipi atau di bawah lidah biasanya berbentuk datar, tablet oral yang direncanakan larut dalam kantung pipi atau di bawah lidah untuk diabsorpsi melalui mukosa oral. f. Tablet kunyah Tablet kunyah yaitu tablet yang segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut. g. Tablet effervescent 3
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
Tablet effervescent yaitu tablet kompresi yang mengandung bahan yang mampu melepaskan gas dan berbuih ketika bercampur dengan air. Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
2.1.2 Kapsul dan Kaplet Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995). Kaplet (kapsul tablet) adalah bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan gula dan biasanya diberi zat warna yang menarik.
2.1.3
Sirup dan Suspensi Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.
Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa (C12H22O11), tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0% (FI III, 1979). Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitasnya, sebagai stabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan disebut sebagai emulgator (Joenoes, 1990).
2.1.4
Petunjuk Pemakaian Obat Oral Pemakaian obat oral adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis,
mudah dan aman. Minum obat yang terbaik adalah minum obat dengan segelas air (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Gambar 2.1 Minum obat dengan segelas air (Departemen Kesehatan RI, 2006) Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
5
Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau saat perut kosong)
Gambar 2.2 Minum obat saat makan (Departemen Kesehatan RI, 2006)
Gambar 2.3 Minum obat sebelum makan (Departemen Kesehatan RI, 2006)
Gambar 2.4 Minum obat setelah makan (Departemen Kesehatan RI, 2006)
Gambar 2.5 Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh dipecah atau dikunyah (Departemen Kesehatan RI, 2006)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
6
Gambar 2.6 Minum obat sampai habis (Departemen Kesehatan RI, 2006) a. Sediaan obat bentuk cair, gunakan sendok obat atau alat lain sesuai ukuran ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga. b. Penderita yang sulit menelan sediaan obat, anjurkan kepada dokter untuk meminta pilihan bentuk sediaan lain.
Petunjuk pemakaian obat oral untuk bayi/ anak balita : a. Sediaan cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar dalam kemasan obatnya. b. Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian obat yang terasa tidak enak/ pahit.
2.2
Informasi Dalam Penyerahan Obat Proses penyerahan obat kepada pasien, ada 8 langkah penting yang
sebaiknya dilakukan untuk menjamin terlaksananya penyerahan obat yang benar kepada pasien dari petugas penyerah obat. Setiap langkah membawa tanggung jawab dan atau pertimbangan yang penting untuk dilakukan. Hal ini diasumsikan bahwa pemberi resep telah melakukan diagnosis yang benar serta memilih obat yang benar dan regimen yang tepat, serta pasien mempunyai akses terhadap apotek (BPOM RI, 2008). Langkah tersebut adalah sebagai berikut (BPOM RI, 2008) : 1. Petugas penyerah obat menerima resep yang benar dari pasien atau pemberi resep (secara tertulis atau lisan ) dan melakukan pengkajian resep terhadap antara lain : a) Originalitas (keaslian) resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
7
b) Jika diperlukan komunikasi dengan pemberi resep untuk resep yang meragukan dan tidak jelas 2. Petugas penyerah obat membaca resep dengan benar dan memeriksa ketepatan instruksi yang tertulis pada resep, terhadap : a) Nama obat b) Dosis, cara dan lama pemberian c) Ketersediaan obat Petugas penyerah obat kemudian mencari obat di tempat penyimpanan. 3. Obat yang diresepkan tersedia dalam kondisi layak pakai (tidak kadaluarsa atau rusak). Petugas penyerah obat sebaiknya : a) Menjamin obat disimpan pada tempat yang benar b) Memeriksa tanggal kadaluarsa dan melakukan proses FIFO (First In first Out ) c) Melakukan
proses
periksa
dan
pemeriksaan
ulang
(jika
memungkinkan) terhadap ketepatan nama, kekuatan dan bentuk sediaan obat yang diberikan 4. Petugas penyerah obat sebaiknya memiliki pengetahuan obat dan cara penggunaan obat yang tepat dan dapat pula melakukan hal berikut : a) Penyiapan obat dengan tepat b) Pengecekan kembali terhadap jenis obat dan dosis 5. Petugas penyerah obat sebaiknya mengkomunikasikan kepada pasien cara yang tepat untuk menggunakan obat melalui informasi mengenai : a) Etiket obat yang mencantumkan informasi mengenai nama pasien, nama obat, petunjuk penggunaan obat, tanggal pemberian obat, identitas pemberi resep, dan identitas petugas penyerah obat b) Instruksi berupa simbol, untuk pasien yang buta huruf c) Pemberi label/etiket informasi tambahan untuk obat 6. Pasien mengerti terhadap instruksi dari petugas penyerah obat. Petugas penyerah obat sebaiknya : a) Mengulang secara lisan, instruksi yang tertulis pada etiket, jika memungkinkan dalam bahasa yang jelas dan lugas, yang dimengerti oleh pasien Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
8
b) Meminta pasien untuk mengulang instruksi yang diberikan c) Menekankan kebutuhan terhadap adanya kepatuhan d) Menginformasikan peringatan dan perhatian terkait penggunaan obat e) Memberikan perhatian khusus terhadap kondisi tertentu seperti wanita hamil, pasien yang memiliki gangguan penglihatan dan pendengaran, buta huruf, anak dan pasien lanjut usia dan pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis obat. 7. Yakinkan
pasien
untuk
mematuhi
instruksi
dari
terapi.
Untuk
meningkatkan kepatuhan, pemberian obat sebaiknya disertai dengan pemberian informasi yang memadai. Komunikasikan dengan pasien atau keluarganya seringkali menemui hambatan, sehingga pasien gagal untuk mengikuti petunjuk pengobatan. Berikut ini beberapa kemungkinan penyebab yang telah teridentifikasi : a. Ada kesengajaan antar pemberi dan menerima informasi, baik dalam penggunaan bahasa, cara penuturan, ataupun cara pendekatan b. Waktu untuk memberikan informasi terbatas c. Pemberi informasi tidak berhasil menarik perhatian atau keterbukaan pasien/ keluarganya d. Informasi yang diberikan tidak diartikan secara benar, atau tidak dimengerti e. Petunjuk yang diberikan tidak dipahami f. Petunjuk yang diberikan tidak disepakati g. Petunjuk yang diberikan tidak dapat dilaksanakan h. Petunjuk diberikan secara tidak lengkap i. Hal-hal yang sebaiknya dikerjakan terlupa j. Pasien tidak suka diajak berdiskusi k. Pasien/ keluarga merasa sudah mengetahui l. Keyakinan pasien/ keluarganya sulit diubah Tidak tersampaikannya informasi secara baik, mutlak menjadi tanggung jawab
apoteker
atau
petugas
penyerah
obat
lainnya,
walaupun
hambatannya mungkin ada di pihak penerima. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
9
8. Petugas penyerah obat melakukan pendokumentasian terhadap langkah yang dilakukan, yaitu : a) Memasukkan detail informasi pada profil pengobatan pasien b) Memasukkan data resep c) Melengkapi data inventori
2.3
Peran Apoteker Dalam Penyerahan Obat Apoteker mempunyai fungsi yang penting dalam sistem pelayanan
kesehatan, baik dalam hal pengadaan, distribusi, peresepan, maupun monitoring penggunaan obat (BPOM RI, 2008). Peran lain dari apoteker adalah melakukan (BPOM RI, 2008): a. Komunikasi dengan dokter : dalam melakukan konfirmasi resep atau menjawab pertanyaan b. Mematuhi standar terapi, terutama yang berlaku secara lokal : apoteker di rumah sakit dapat diberi tanggung jawab untuk memastikan kepatuhan resep terhadap standar terapi. Terutama untuk regimen yang sifatnya kompleks seperti terapi kanker. c. Penelitian terhadap pola peresepan dan penggunaan obat : Apoteker memiliki posisi yang strategis dalam melakukan monitor dan evaluasi terhadap peresepan dan penggunaan obat terutama di rumah sakit lokasi dia bekerja. d. Edukasi pasien : apoteker, pada umumnya, dipercaya oleh pasien dan dapat memberikan saran yang dihargai oleh pasien secara individual atau edukasi kepada kelompok pasien dengan penyakit tertentu. Informasi mengenai petunjuk penggunaan berbagai bentuk sediaan perlu diketahui oleh semua tenaga kesehatan (petugas penyerah obat, perawat, dokter, apoteker) agar dapat menjelaskan dengan tepat kepada pasien mengenai cara penggunaan setiap bentuk sediaan obat (BPOM RI, 2008). Proses penyerahan obat kepada pasien, selalu disertai dengan informasi tambahan mengenai peringatan atau hal-hal yang sebaiknya diperhatikan saat menggunakan obat. Apoteker sebaiknya bisa memastikan bahwa pasien memahami cara meminum atau menggunakan obat serta efek samping yang mungkin ditimbulkan seperti kemampuan memusatkan perhatian atau konsentrasi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
10
saat mengemudi atau bekerja, beberapa makanan atau obat yang dihindari, dan juga perlu dijelaskan apa saja yang sebaiknya dilakukan jika terdapat dosis terlupa. Beberapa sediaan obat ada kebutuhan khusus untuk dilakukan konseling, seperti waktu minum obat atau cara pemberian obat yang khusus atau interaksi yang dapat terjadi dengan makanan atau obat lain (BPOM RI, 2008). Informasi tambahan label yang diberikan oleh apoteker bertujuan untuk melengkapi instruksi yang diberikan oleh dokter, seperti “Kocok dahulu”, “Obat Luar”, “Simpan di tempat kering dan terlindung dari cahaya”. Selain itu, ada pula informasi tambahan seperti “Buang sisa obat.... hari setelah pembukaan” dan “Jangan gunakan setelah ....” untuk antibiotik yang telah mengalami pencampuran, pengenceran dan sediaan topikal, dan untuk tetes mata (BPOM RI, 2008).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
BAB 3 METODE PENGKAJIAN
3.1
Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelusuran literatur tersier mengenai label sediaan oral di RSUP
Fatmawati dilakukan pada tanggal 22 September – 25 Oktober 2013 bertempat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP Fatmawati.
3.2
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penulisan laporan label sediaan oral di
RSUP Fatmawati adalah dengan penelusuran atau studi literatur berupa Formularium RSUP Fatmawati edisi VI tahun 2012, Drug Information Handbook (DIH), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Medication Teaching Manual (MTM) dan USP DI.
11
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL Hasil berupa tabel label sediaan oral berdasarkan formularium RSUP Fatmawati edisi VI tahun 2012. No 1
2
Nama Obat
Komposisi Obat
Abbotic XL Tab salut selaput
Klaritomisin 500 mg
Abilify Tab
Abixa Tab
Memantine 10 mg
4
Acpulsif Tab
Cisaprid 5 mg
Label MTM
USP DI
3
3, 4, 27
3, 4, 15, 27
3, 12
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5,12
5, 17
ACT : Artesunat 250 mg + amodiakuin 200 mg Risedronate Na 35 mg
-
-
-
-
13, 15, 27
13, 20, 27
12, 13, 15, 27
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
13,15
Keterangan Klaritomisin tidak boleh digunakan bersama astemizole, cisapride, pimozide atau terfenadin (USP DI) Diberikan dengan atau tanpa makanan dan beberapa produk yang mengandung fenilalanin (DIH) Diberikan tanpa makanan (DIH) Diminum 15 menit sebelum makan dan sebelum tidur. Buah anggur dapat meningkatkan efek obat ini (USP DI)
Jangan minum obat ini dengan air mineral, kopi, jus jeruk (MTM). Jangan berbaring dalam 30 menit setelah minum obat ini (USP DI). Anak : tidak
12
Universitas Indonesia
6
ACT : Artesunat + amodiakuin Actonel Tab
IONI
Aripiprazol 10 mg, 15 mg
3
5
DIH
No
8
Actos, Pionic Tab
Adalat oros Tab
Komposisi Obat
Pioglitazon 15 mg, 30 mg
Nifedipin GITS 20 mg, 30 mg
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
-
-
12, 17
17
27
3, 27
2/11, 12, 17,
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan direkomendasikan. Berdiri atau duduk tegak selama paling sedikit 30 menit dan jangan berbaring sampai setelah makan pagi. Jangan menelan tablet pada waktu akan tidur atau sebelum bangun dari posisi berbaring (IONI). Pasien harus tetap dalam posisi berdiri setelah 30 menit pemberian (mengurangi iritasi esofageal). Pastikan asupan vitamin D dan kalsium cukup, hindari pemberian suplemen oral kalsium, antasida, suplemen magnesium/laksatif dan preparat besi setelah 30 menit pemberian risedronate (DIH) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (USP DI) Hindari minum jus jeruk atau makan buah anggur
13
Universitas Indonesia
7
Nama Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
sebelum 1 sampai 2 jam setelah minum obat ini (MTM). Hindari jus buah anggur. Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH)
27
9
Adona Tab
10 11
Aerius Tab Agulan Tab
12 13
15
Albendazol Tab
Alco Drop 10 ml dan 15 ml
-
-
-
-
-
-
-
-
3
-
-
3
Alfa-lifoic acid 600 mg Albendazol 400 mg/10 ml
-
-
-
-
3, 15
4
-
3
Albendazol 200 mg, 400 mg
3, 15
4
-
3, 27
27
5, 17
5, 17
-
Pseudoefedrin HCl 7,5 mg Per 0,8 ml 15 ml
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Penggunaan obat bersama makanan atau sesaat setelah makan untuk mencegah nyeri lambung. Jangan menggunakan antasid selama 2 jam penggunaan trikopidin, hindari aspirin bersama triklopidin (MTM) Harus diberikan dengan makanan tinggi lemak (DIH) Harus diberikan dengan makanan tinggi lemak (DIH) Kafein yang terkandung pada kopi, teh, dan minuman soda meningkatkan kegelisahan
14
Universitas Indonesia
14
Alanox Kaps Albendazol Susp
Carbazochrome Na sulfonate 10 mg Desloratadin 5 mg Tiklopidin HCl 250 mg
Keterangan
No
16
Nama Obat
Alco Plus DMP Sirup
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Pseudoefedrin HCl 30 mg, Bromfeniramin maleat 2 mg, Dekstrometorfan HBr 10 mg Per 5 ml 5, 17
5, 17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
-
dan menyebabkan insomnia. Jika menggunakan amfetamin atau obat asma atau tekanan darah tinggi, jangan menggunakan pseudoefedrin tanpa petunjuk dokter. Jangandigunakan jika menggunakan MAO inhibitor (MTM). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH). Jangan gunakan >7 hari (USP DI) Kafein yang terkandung pada kopi, teh, dan minuman soda meningkatkan kegelisahan dan menyebabkan insomnia. Jika menggunakan amfetamin atau obat asma atau tekanan darah tinggi, jangan menggunakan pseudoefedrin tanpa petunjuk dokter. Jangan digunakan jika
15
Universitas Indonesia
-
Keterangan
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan menggunakan MAO inhibitor (MTM)
17
Alkeran Tab Allopurinol,Isoric Tab
Fursutiam HCl 25 mg/ml, Glukose 2000 mg/ml Melfalan 2 mg Allopurinol 100 mg, 300 mg
Alprazolam ER Tab (Xanax)
Alprazolam 0,5 mg, 1 mg
Alprazolam 0,25 mg, 0,5 mg, 1 mg
24
Alprazolam, Feprax, Frixitas, Zypraz Tab, Xanax ER Tab Ambroxol, Bronchopront, Mucopect Sirup 100 ml dan Mucopect Drop 20 ml Ambroxol, Mucopect Tab Amdixal Tab
25
Amilorida Tab
18 19
20
21
22
-
-
-
-
2/11
-
22
15
3, 15
3, 12, 15
3, 5, 15, 17
12, 27
5, 17
5, 12, 17
12, 27
5, 17
5, 12, 17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5, 12
12
-
-
12
3
Jangan terlalu banyak minum jus buah atau suplemen vitamin C (MTM) Merokok dapat menurunkan efektifitas 5, 12, 17 obat ini (MTM). Diberikan pagi hari (DIH) Merokok dapat 5, 12, 17, menurunkan efektifitas 27 obat ini (MTM). Diberikan pagi hari (DIH) 3, 5, 15, 17
Ambroxol HCl 15 mg/5 ml
Ambroxol HCl 30 mg Amlodipin maleat 5 mg, 10 mg Amilorida 2,5 mg, 5 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Batasi konsumsi makanan
16
Universitas Indonesia
23
Alinamin F Tab
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan kaya potasium (seperti pisang, jus jeruk, kismis dan susu skim). Alkohol meningkatkan efek obat ini (MTM)
26
27
29
Aminofilin Tab
α-Ketoisoleucine 67 mg, α-ketoleucine 101 mg, αKetophenylalanine 68 mg, αHydroxymethionine 59 mg, α-ketovaline 86 mg, L-Tryptophan 23 mg, LThreonine 53 mg, LHistidine 38 mg, LTyrosine 30 mg, LLysine acetate 105 mg, Ca 50 mg Aminofilin 200 mg
Amitriptilin HCl Tab salut film
Amitriptilin HCl 25 mg
Alerten Q 25
Coenzyme Q10 25 mg
-
-
-
-
-
27
2/11, 12, 27
2/11, 15, 27
-
5, 17, 27
5, 12, 17
3, 5, 12, 15, 17, 21
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Diminum dengan 1 gelas air. Obat demam, alergi atau asma meningkatkan efek samping aminofilin. Kopi, teh dan rokok dapat mempengaruhi efek aminofilin (MTM) Amitriptilin tidak diberikan untuk anak < 12 tahun (DIH) 17
Universitas Indonesia
28
Aminefron kaplet salut film
No
Nama Obat
35
Kapsul lunak Amlodipin, Amlogrix, Divask, Norvask, Tensivask, Theravask tab 5 mg dan 10 mg Amoksisillin, Lapimox amoxan, kalmoxilin Tablet dan Kaplet 500 mg Amoksisillin trihidrat paed drop (Amoxan) Amoksisillin trihidrat Sir forte (Amoxan) Amoksisillin, Amoxan, Kalmoxilin Sir kering 60 ml Ampicillin Tab
36
Anafranil Tab
30
31
32
33
34
38
Analsik Kaps salut enterik Andriol kaps lunak
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Amlodipin besilat Tab 5 mg dan 10 mg
Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) -
Amoksisillin trihidrat 500 mg
-
5, 12
12
3
4
4, 15
2/11, 4, 15
Amoksisillin trihidrat 250 mg/5 ml 15 ml
3
4
1,4, 15
2/11, 4, 15, 16
Amoksisillin trihidrat 250 mg/5 ml 60 ml
3
4
1,4, 15
2/11, 4, 15, 16
3
4
1,4, 15
2/11, 4, 15, 16
2/11
4, 2
2/11
-
5, 17
3, 5, 12, 17
-
5, 17
5, 17
3, 27
3, 27
-
Amoksisillin trihidrat 125 mg/5 ml
Ampicillin 500 mg Klomipramin HCl 25 mg
Metampiron 500 mg, diazepam 2 mg Testosteron undekanoat
Keterangan
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Gunakan obat ini bersama makanan. Diminum dengan 1 gelas air Gunakan pipet (IONI)
2/11, 4, 15 3, 5, 12, 15, 17, 21 5, 12, 17, 27 -
18
Universitas Indonesia
37
Komposisi Obat
No
39
Nama Obat Angeliq Tab
Komposisi Obat 40 mg Estradiol 1 mg, Drospirenone 2 mg
40
Angioten Tab
Losartan K 50 mg
41
Antasida DOEN II Susp
Antasida DOEN II kombinasi : alumunium hidroksida 200 mg/5 ml, magnesium hidroksida 200 mg/5 ml
42
44
Antimalaria DOEN (Pirimetamin+Sulfa doksin) Apialys Drop
Antasida DOEN I kombinasi : aluminium hidroksida 200 mg, magnesium hidroksida 200 mg
Antimalaria DOEN : Pirimetamin 25 mg, Sulfadoksin 500 mg Vit.A 2000 IU, Vit.B1 1 mg, Vit.B2 1,2 mg, Vit.B6 1 mg, Vit.B12 2 mcg, Vit.C 30 mg, Vit.D
IONI
Label MTM
USP DI
-
-
-
-
-
-
-
5, 17
-
-
1
2/11, 15
-
14
14
2/11, 14, 15
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan Pastikan asupan vitamin D cukup untuk mencegah osteoporosis (DIH) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Diminum di antara makan dan sebelum tidur (DIH). Diminum 1 jam dan 3 jam setelah makan. Jangan gunakan antasida > 1-2 minggu tanpa petunjuk dokter. Diminum di antara makan dan sebelum tidur (maksimum 16 tab/hari)(DIH). Diminum dengan 1 gelas air. Jangan menggunakan obat lain secara bersamaan dengan antasida (MTM)
19
Universitas Indonesia
43
Antasida DOEN I Tab kunyah
DIH
No
45
46 47 48 49
51
Apialys Sirup
Apresoline Tab Arcalion 200 Tab salut gula Arcoxia Tab
Komposisi Obat 400 iu, Nicotinamide 10 mg, Lysine HCl 25 mg, d-Pantotenol 5 mg Per 0,6 ml Vit.A 5000 iu, Vit.B1 3 mg, Vit.B2 2 mg, Vit.B6 6 mg, Vit.B12 5 mcg, Vit.C 50 mg, Vit.D 400 iu, Nicotinamide 20 mg, Lysine HCl 250 mg, dPantotenol 5 mg, IGlutamic acid 25 mg Per 5 ml Hidralazin HCl Sulbutiamine 200 mg
Etoricaxib 60 mg,90 mg,120 mg Ardium Tab 500 mg Micronized purified flavonoidic fraction (500 mg flavonoids expressed as hesperidin, diosmin ) Artesdiaquine artesunat 50 mg, (Artesunat, amodiakuin 200 mg amodiakuin 200) Asetosal, Aspilet Asam asetil salisilat Tab (Asetosal) 80 mg
Label MTM
DIH
IONI
-
-
-
-
3
-
3, 12
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18, 27
3, 15, 17, 27
3, 15
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
Keterangan
Dewasa : jangan 3, 12, 15, menggunakan obat ini 22 lebih dari 10 hari (5 hari
20
Universitas Indonesia
50
Nama Obat
No
52
Asetosal, Aptor, Ascardia, Thrombo aspilet Tab salut enterik
Asam askorbat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
Asam asetil salisila 100 mg, 80 mg
Asam askorbat 50 mg
3, 15, 27
18, 27
3, 15, 17, 27
-
-
15
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
Keterangan
untuk anak) tanpa resep dokter dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM). Jangan berbaring dalam 15-30 menit setelah meminum obat ini (USP DI). Dikontraindikasikan untuk anak < 12 tahun (kecuali untuk juvenil arthritis) (IONI) Diminum dengan 1 gelas air atau susu. Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari (5 hari untuk anak) tanpa resep dokter dan jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 3, 12, 15, jam(MTM). 22 Jangan berbaring dalam 15-30 menit setelah meminum obat ini (USP DI). Dikontraindikasikan untuk anak < 12 tahun (kecuali untuk juvenil arthritis) (IONI) -
Jangan digunakan dalam
21
Universitas Indonesia
53
Nama Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
(Vitamin C) Tab
54 55
56
57
58
59
Asam askorbat 50 mg Asam folat 1 mg, 400 mcg, 5 mg
-
15
-
-
-
12
-
-
3
3, 5, 17
-
Asam traneksamat 250 mg dan 500 mg
-
-
-
-
Asam traneksamat 500 mg
-
-
-
-
Asam mafenamat 250 mg dan 500 mg
Asetazolamid 250 mg
-
5
3
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
3, 5
jangka panjang dan jangan melebihi dosis yang dianjurkan tanpa konsultasi dokter (MTM) Penggunaannya dihisap (IONI)
Obat ini menurunkan kewaspadaan dan keseimbangan, jangan mengendarai mobil atau menjalankan mesin (MTM). Kapsul lepas lambat tidak direkomendasikan untuk pengobatan epilepsi
22
Universitas Indonesia
Asam askorbat Tab hisap (Vitacimin) Asam folat, Anemolat, Folavit, Folic acid Tab Asam mafenamat,mefinal, Lapistan Tab 250 mg dan 500 mg Asam traneksamat, Kalnex Tab dan Kaps Asam traneksamat, Plsaminex Tab salut film Asetazolamid, Diamox, Glaucon Tab
Keterangan
No
60
61
62 63 64 65
66
Nama Obat Asiklovir, Zovirax Tab
Aspar Tab
Aspar K Tab Asthin Force Kaps Atenolol, Betablok Tab Ativan, Merlopam Tab
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Asiklovir 200 mg, 400 mg
K L-Aspartate 100 mg, Mg L-Aspartate 100 mg, Bisbentamine 10 mg, Vit.B6 5 mg K L-Aspartate 300 mg Natural astaxanthin 4 mg Atenolol 50 mg, 100 mg
-
4
3, 12
15
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
5, 12
5, 12, 27
5
5, 17
5, 12, 17
5, 12, 27
-
-
-
-
-
-
-
5
-
-
12, 15
15
Lorazepam 0,5 mg, 1 mg
Atorvastatin Ca 10 mg, 20 mg, 40 mg
67
Atropin Sulfat Tab
Atropin Sulfat 0,5 mg
68
Avelox Tab salut
Moksifloksasin (HCl)
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan (IONI) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (IONI). Dapat diberikan dengan makanan atau saat perut kosong (USP DI)
Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Merokok dapat menurunkan efektivitasnya (DIH) Dapat diberikan dengan makanan jika diinginkan. Konsentrasi atorvastatin dapat meningkat ketika diberikan bersama jus anggur, hindari penggunaan bersamaan dalam jumlah besar (DIH& USP DI) 23
Universitas Indonesia
Atorvastatin Ca, Atofar, Atorsan, Lipitor, Stator Tab salut film
Komposisi Obat
Dapat diberikan tanpa
No
69 70 71
72
74
Komposisi Obat
film
400 mg
Avodart Kapsul lunak Azatioprin Tab Azitromycin Sirup (Aztrin)
Dutasteride 0,5 mg
Azitromycin, Aztrin, Binozyt, Zithromax Tab
Azitromycin 250 mg, 500 mg
Bactesyn (Ampicillin + sulbactam) Kaplet BD-Gard Kaps
Ampicillin 1 g + sulbactam 0,5 g
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan makanan. Diberikan 4 jam sebelum atau 8 jam sesudah vitamin, antasida, atau produk lain yang mengandung magnesium, aluminium, besi atau zink (DIH). Jangan gunakan bersamaan dengan antasida yang mengandung aluminium atau magnesium atau sukralfat (USP DI)
Azatioprin 50 mg Azitromycin 200 mg
Lactoferin 100 mg,
-
-
-
-
3
-
3
3, 12
2/11
4, 18
1, 2/11, 4
2/11, 4
2/11
2, 4, 18
2/11, 4, 15
12
2/11
2, 4
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Antasida diminum 2 jam setelah meminum Azitromycin (MTM) Antasida diminum 2 jam setelah meminum Azitromycin (MTM). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (USP DI)
24
Universitas Indonesia
73
Nama Obat
No
75
76
77
Nama Obat
Becom-C Kap salut film
Benozym Tab
Bestalin Sirup
Bestalin Tab
79
Betahistin mesilat, Merislon, Mertigo, Versilon 6, Betaserc Tab Bioneuron
80
81
Biosanbe, Sangobion Kaps
Colostrum bovine 100 mg, Echinacea angustifolia 50 mg, Vit C 50 mg, Zn picolinate 10 mg Vit.B1 50 mg, Vit.B2 25 mg, Vit.B6 10 mg, Vit.B12 5 mcg, Vit.C 500 mg, Nicotinamide 100 mg, Ca pantothenate 20 mg Pankreatin 150 mg, Bromelain 50 mg, Oxbile 30 mg Hidroksizin HCl 10 mg/5 ml 100 ml Hidroksizin HCl 25 mg Betahistin mesilat 6 mg, 8 mg dan 24 mg
Vit.B1 disulfit 100 mg, Vit.B6 200 mg, Vit.B12 200 mcg Fe gluconat 250 mg, Mn sulfat 200 mcg, Copper
Label MTM
DIH
IONI
-
-
-
-
-
3
-
-
-
5, 17
1, 5, 15, 17
5, 15, 17
-
5, 17
5, 15, 17
5, 15, 17
-
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
Keterangan
Jangan berikan untuk anak < 12 tahun (MTM) Jangan berikan untuk anak < 12 tahun (MTM)
25
Universitas Indonesia
78
Komposisi Obat
No
82
83
84
86 87
88
Bisakodil , Dulcolax Tab salut enterik
Bisoprolol, Concor, maintate 2,5 Tab salut film Bisoprolol hemifumarat Tab (maintate 5) Bisolvon Sirup Bisolvon Tab Bisolvon Extra Sirup100 mg Bio-ATP Tab salut film
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
sulfat 200 mcg, Vit.C 50 mg, asam folat 1mg, Vit.B12 dengan Instrinsic Factor 7,5 mcg, sorbitol 25 mg Bisakodil 5 mg
Keterangan
-
18, 27
15, 26, 27
15
Bisoprolol fumarat 2,5 mg dan 5 mg
-
12
5, 12, 17, 27
5, 12, 27
Jangan menggunakan obat ini 1 jam setelah minum susu atau antasida. Jangan memberikan bisakodil pada anak < 10 tahun tanpa petunjuk dokter. Jangan melanjutkan obat ini jika terjadi konstipasi (MTM) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH)
Bisoprolol hemifumarat 5 mg
-
12
5, 12, 17, 27
5, 12, 27
Dapat diberikan tanpa makanan (DIH)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Bromheksin HCl 2 mg/ml 50 ml Bromheksin HCl 8 mg Bromheksin HCl 4 mg, Guaifenesin 100 mg Per 5 ml ATP 20 mg, Vit.B1 100 mg, Vit.B6 200 mg,
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
26
Universitas Indonesia
85
Nama Obat
No
89
90 91
Nama Obat
BioCurvitKaplet
Bioprexum Tab salut film Biostrum Sirup
Komposisi Obat
IONI
-
-
-
-
-
2/13
-
2, 5, 17
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
Keterangan
27
Universitas Indonesia
Vit.B12 200 mcg, Vit.E 30 mg Colostrum bovine 250 mg, Fructoligosaccharide 1,5 g, Zn 3 mg Curcuma longa rhizoma extr (curcuminoid complex 95% / Bio-curcumin / BCM-95) 150 mg, Silymarin phytosome 35 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, Liquiritiae radix 135 mg, Choline bitatrate 150 mg, Vit.B6 2 mg Perindopril arginin 5 mg, 10 mg Colostrum bovine 300 mg, DHA 200 mg, Cod liver oil 10 mg, Lysine HCl 200 mg, Vit.A 2.000 Iu, Vit.D 200 IU, Vit.B1 0,6 mg, Vit.B2 0,15 mg, Vit.B6 0,6 mg, Vit.B12 1,5 mcg, Nicotinamide 5 mg, Dexpanthenol 2,5 mg, Zn picolinate 5 mg
Label MTM
DIH
No
Nama Obat
92
Blopress tab
93
Bon-one Tab
94
Bonviva Tab
Komposisi Obat Kandesartan sileksetil 8 mg Alfacalcidol 0,25 mcg, 0,5 mcg Ibandronic acid sodium
IONI
-
-
12
-
-
-
-
-
2, 15, 27
Bronsolvan Tab
-
USP DI
-
-
2/11, 12, 15, 27
2/11, 14
Teofilin 150 mg
2/11, 15, 27
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan Dapat diberikan tanpa makanan (DIH)
Wanita dan pria > 50 tahun harus mengkonsumsi 1200-1500 mg/hari kalsium dan 8001000 unit/ hari vit.D. Air mineral tinggi kalsium harus dihindari. Pasien Harus menghindari baring selama 60 menit untuk meminimalisir kemungkinan efek samping terhadap gastrointestinal. Jangan makan atau minum lainnya (kecuali air) selama 60 menit pemberian ibandronate (DIH) Kopi, teh, minuman soda dan merokok dapat mempengaruhi efek teofilin. Jangan menggunakan obat demam, alergi atau asma tanpa petunjuk dokter,
28
Universitas Indonesia
95
Label MTM
DIH
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan meningkatkan efek samping teofilin (MTM)
96 97
98 99
100
102
103
Terbutalin sulfat 2,5 mg Hiosiana butilbromida 10 mg, parasetamol 500 mg Calnic Sirup Kalsium preparat Calsium sandoz Tab Kalsium laktat
CAL-95 Kaplet salut film
Captopril Tab
Carbloxal Tab
Cardiomin Tab
Coral Ca 500 mg, Natural soy isoflavone 20 mg, Vit.D3 200 IU, Vit.K1 25 mcg, Mg 100 mg, Zn 5 mg, Boron 1 mg Kaptopril 12,5 mg, 25 mg, 50 mg
-
27
-
-
-
5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15, 17
-
-
-
-
2/11
-
2/11, 12
2/11, 12, 17
3, 27
-
12
3, 5, 12
-
-
-
-
Carvedilol 6,25 mg
Vit.B6 25 mg, Vit.B12
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Diberikan 1-1 ½ jam setelah makan . Jangan menggunakan suplemen kalsium selama 1-2 jam mengkonsumsi makanan berserat tinggi (seperti roti, sereal) (USP DI)
Jangan digunakan pada wanita hamil/menyusui (MTM) Harus diberikan bersama makanan untuk meminimalisir resiko hipotensi ortostatik (DIH) 29
Universitas Indonesia
101
Bricasma Tab Buscopan plus Tab
No
Nama Obat
104
Cardura Tab
105
Cataflam Tab
106
107
108
109
111
25 mcg, Folic acid 500 mcg, Natural Vit.E 400 IU Doxasozin Mesylate 1 mg, 2 mg Kalium diklofenak 25 mg, 50 mg
Ca Hydrogen Phosphate 500 mg, Cholecalciferol 133 iu Cefadroksil, Lapicef Sefadroksil monohidrat Sirup 60 ml 125 mg/5 ml dan 250 mg/5 ml Cefadroksil, Sefadroksil monohidrat Lapicef, Qidrox 250 Kaps Cefadroksil Sefadroksil monohidrat monohidrat Kaplet 500 mg salut film Cefergot, Ericaf Ergotamin tartrat 1 mg, Tab kafein 100 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
27
27
5, 17
5, 17
3, 15, 27
-
3, 5, 17, 22, 27
3, 5, 15, 17, 21
-
-
-
-
-
4
-
4
-
4
Keterangan
Diminum saat makan pagi (DIH) Jangan berbaring 15-30 menit setelah menggunakan obat (USP DI)
Cavit D3 Tab
Cefixime Sir kering
Sefiksim trihidrat 100
1, 3, 4, 12, 15, 16 3, 4, 12, 15, 27 3, 4, 12, 15, 27
3, 4,16
3, 4
3, 4
-
26
26
17
1, 3
4
1, 3, 5
17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Minum 1 atau 2 tablet setiap 30 menit sampai sakit kepala hilang. Berbaring dan istirahat setelah menggunakan obat ini(MTM) Dapat diberikan saat perut
30
Universitas Indonesia
110
Komposisi Obat
No
112
113 114 115 116
Komposisi Obat
(Cefila, Cefixime, Cefspan) 30 ml
mg/5 ml
Cefixime, Cefila, Cefspan, Sporetik Kap dan Tab salut film Cellcept Tab
Sefiksim trihidrat 100 mg dan 200 mg
Ceradolan Tab Cerazette Tab Cetirizin, Ozen, Tiriz Drop 12 ml dan 20 ml
Cetirizin, Ozen, Ryvel Sirup 60 ml
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan kosong. Jika mengganggu GI, dapat diberikan bersama makanan (USP DI)
Mikopenolat mofetil 250 mg, 500 mg Sefotiam 200 mg Desogestrel 75 mcg Setirizin 10 mg/ml
3
4
3, 5
17
3
-
-
-
-
-
-
-
5
5, 17
5, 17
3, 5, 17
5
5, 17
5, 17
3, 5, 17
Setirizin 5 mg/5 ml
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Penggunaan pada anak < 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus (IONI). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH& MTM)) Penggunaan pada anak < 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus (IONI). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH)
31
Universitas Indonesia
117
Nama Obat
No 118
119
120
121
Cetirizine, Ozen Tab
Cholespar Tab
Ciflon Kaplet salut film Cipralex Tab salut film
Ciprofloksasin, Baquinor, Interflox Kaplet forte salut film
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Setirizin 10 mg
5
5, 17
5, 17
3, 5, 17
-
-
12, 17
12
-
-
-
-
Pravastatin Na 10 mg
Citrus bioflavonoids 500 mg, Diosmin 450 mg, Hesperidin 50 mg Esitalopram oksalat 10 mg
-
-
-
-
15, 20, 27
4, 5, 17, 20, 27
5, 12, 15
4, 5, 15
Siprofloksasin HCl 500 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan Penggunaan pada anak < 2 tahun tidak dianjurkan kecuali atas petunjuk dokter dan tidak boleh digunakan pada neonatus (IONI). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Diberikan sebelum tidur (MTM&USP DI). Dapatdiberikan tanpa makanan (DIH)
Esitalopram tidak dianjurkan untuk anak < 12 tahun. Diberikan satu kali sehari (pagi atau malam) dengan atau tanpa makanan (DIH) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Jangan menggunakan antasida yang mengandung aluminium atau magnesium atau sukralfat bersama dengan obat ini
32
Universitas Indonesia
122
Nama Obat
No
123
Ciprofloxacin Tab
Citaz, Pletaal, Stazol Tab
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Siprofloksasin HCl 500 mg 3, 15, 20, 27
4, 5, 17, 20, 27
5, 12, 15
4, 5, 15
11/13
-
-
12
Silostazol 50 mg, 100 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan (USP DI). Hindari konsumsi berlebihan kopi, teh atau minuman mengandung kafein lainnya. Jangan gunakan antasida 4 jam setelah menggunakan obat ini (MTM). Tablet ER diberikan 2 jam sebelum atau 6 jam setelah penggunaan antasida atau produk yang mengandung kalsium, besi atau zink (termasuk susu) (DIH) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Hindari konsumsi berlebihan kopi, teh atau minuman mengandung kafein lainnya. Jangan gunakan antasida 4 jam setelah menggunakan obat ini (MTM) Merokokdapat menurunkanefek obat ini. Jangan gunakan silostazol dengan jus anggur (USP DI)
33
Universitas Indonesia
124
Nama Obat
No 125 126
127
128
129
131
Citicolin (RGCholin) Kap Citicolin, Brainact, Neulin PS, Neurolin Tablet dan Sachet Claneksi, Augmentin Sirup kering 60 ml
Climen 28 Tab
Clindamisin, Clinmas, Dalacin C, Prolic, Daclin 300 Clobazam, Frisium Tab Clonidin HCl Tab
Komposisi Obat Sitikolin 1 g
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
5, 27
-
-
-
5, 27
-
Sitikolin 500 mg
Amoksisillin + asam klavulanat 125 mg/5 ml dan 250 mg/5 ml
16 tab putih : Estradiol valerat 2 mg 12 tab pink : Estradiol valerat 2 mg, Siproteron asetat 1 mg Klindamisin 150 mg, 300 mg Clobazam 10 mg
1, 3
-
1, 3, 4, 16
-
-
-
3, 15
4, 15
15
5, 12
4, 5, 17
-
5, 12
5, 12
5, 12, 17
Klonidin HCl 0,15 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan Digunakan bersama makanan atau susu (MTM) Digunakan bersama makanan atau susu (MTM)
Tidak boleh lebih dari 14 hari (IONI). Dapat diberikan saat perut 2/11, 4, kosong. Pemberian dengan 16 makanan dapat mengurangi diare, mual dan muntah (USP DI) Pastikan asupan kalsium dan vitamin D cukup ketika digunakan untuk mencegah osteoporosis (DIH) Bila terjadi diare, maka 3, 4, 15 pengobatan harus segera dihentikan (IONI) Dapat diberikan dengan 5, 12, 17 atau tanpa makanan (DIH) Obat harus diminum sebelum tidur dengan jarak waktu minum obat yang 5, 12, 15, sama pada pemberian obat 17 yang kedua (MTM). Dapat diberikan dengan atau
34
Universitas Indonesia
130
Nama Obat
No
132
133 134
135 136
138
139
Komposisi Obat
Clopidogrel, Clotix, CPG, Plavix, Clopisan Tab salut film Clozaril Tab
Klopidogrel 75 mg
Coamoxiclav, Claneksi, Clavamox, Augmentin Tab 250 mg dan Kaplet 500 mg
Amoksisillin + asam klavulanat
Klozapin 25 mg
Cobazim 1000 Kaps Co-enzyme B12 1 mg Comtan Tab salut Entakapon 200 mg film
Comtusi Kaps
Comtusi Sirup
Codein Tab
Oksomemazin 1,65 mg, Gliseril guaiakolat 33,3 mg Oksomemazin 1,65 mg, Gliseril guaiakolat 33,3 mg Tiap 5 ml 60 ml Kodein 10 mg
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
-
-
12
-
-
5, 17
5, 12, 17
-
3
1, 2/11
3, 4
2/11, 4
-
-
-
-
12
19, 23
-
5, 12, 23
-
-
-
-
-
-
-
-
3, 27
-
5, 17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
5, 12, 17
Keterangan tanpa makanan (DIH) Dapat diberikan tanpa makanan (IONI)
Dapat diberikan tanpa makanan (IONI) Tidak boleh melebihi dari 14 hari (IONI). Dapat diberikan saat perut kosong. Pemberian dengan makanan dapat mengurangi diare, mual dan muntah (USP DI) Dapat diberikan tanpa makanan. Dapat dikombinasikan dengan formulasi SR levodopa/karbidopa (DIH)
Sebaiknya dihindari pada anak < 1 tahun (IONI)
35
Universitas Indonesia
137
Nama Obat
No 140
141
142
Nama Obat Coditam Tab
Codipront Sirup
Codipront Cum Expectorant Sirup
143
Codipront Tab
144
Codipront Cum Expectorant Kaps
146
Coenzyme Q10 kapsul lunak 30 mg (Ubi-Q) Cotrimoksazol
Kodein 30 mg, parasetamol 500 mg Kodein anhidrat 11,11 mg, Feniltoloksamin 3,67 mg 60 ml Kodein anhidrat 11,11 mg, Feniltoloksamin 3,67 mg, Guaifenesin 55,55 mg, Ekstrak Thyme 55,55 mg Per 5 ml 60 ml
Kodein anhidrat 30 mg, Feniltoloksamin 10 mg Kodein anhidrat 30 mg, Feniltoloksamin 10 mg, Guaifenesin 100 mg
Label MTM
DIH
IONI
3, 27
5, 17, 25, 30
5, 17
-
-
5, 17
USP DI
Keterangan
Jangan gunakan dalam 5, 12, 15, jangka waktu panjang 17 (MTM) 5, 17
-
-
5, 17
5, 17
-
-
5, 17
5, 17
-
-
5, 17
5, 17
-
-
-
-
15
4
3, 15,
4, 5, 15,
Penggunaan antitusif yang mengandung kodein atau opioid analgesik sejenis tidak direkomendasikan pada anak-anak dan sebaiknya dihindari seluruhnya pada anak < 1 tahun (IONI)
Penggunaan antitusif yang mengandung kodein atau opioid analgesik sejenis tidak direkomendasikan pada anak-anak dan sebaiknya dihindari seluruhnya pada anak < 1 tahun (IONI)
Coenzyme Q10 30 mg
sulfametoksazol 400 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Dapat diberikan tanpa
36
Universitas Indonesia
145
Komposisi Obat
No
147
148
149 150
Komposisi Obat
DOEN I (dewasa) Tab 480 mg (Sanprima) Cotrimoksazol DOEN II (pediatrik) Tab 120 mg
trimetoprim 80 mg
Cotrimoksazol ( sulfametoksazol + trimetoprim) Sirup
Sulfametoksazol 200 mg, Trimetoprim 40 mg
sulfametoksazol 100 mg trimetoprim 20 mg
Curcuma Tab Serbuk akar curcuma Curvit CL Emulsion Vit.A 850 IU, Vit.B1 3 mg,Vit.B2 2 mg, Vit.B6 5 mg, Vit.B12 5 mcg, Dexpanthenol 3 mg, Vit.D 100 IU, Ca diphosphate 500 mg, Arachodonic acid (AA) 15 mg, DHA 10 mg, Fructo-ologosaccharide (FOS) 500 mg, Cod liver 7,5 mg Per 15 ml Cyclophosphamide Siklofosfamid 50 mg Tab salut gula
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
21
21
15
4
3, 15, 21
4, 5, 15, 21
15
4
1, 3, 15, 21
4, 5, 15, 21
-
-
-
-
-
-
-
-
3, 27
15
15, 17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
3, 12, 15
Keterangan makanan (DIH). Tidak boleh diberikan untuk bayi < 2 bulan (USP DI) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH). Tidak boleh diberikan untuk bayi < 2 bulan (USP DI) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH). Tidak boleh diberikan untuk bayi < 2 bulan (USP DI)
Minum obat bersama makanan atau susu (MTM). Jangan berikan sebelum tidur untuk meminimalisir resiko
37
Universitas Indonesia
151
Nama Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan iritasi kandung kemih (DIH)
152
Estradiol valerat 2 mg, Norgestrol 0,5 mg Progesteron 400 mg Duloksetin HCl 60 mg
156
Dapson Tab
Dapson 100 mg
157
Deferasirox, Exjade, Deferasirox Tab
Deferasirox 250 mg, 500 mg
Deflamat-75 CR Kap salut enterik
Natrium diklofenak 25 mg dan 50 mg
Deflamat-100 CR Kap salut enterik
Natrium diklofenak 25 mg dan 75 mg
Dekstrometorfan Sirup 60 ml
Dekstrometorfan HBr 10 mg/5 ml 60 ml
153 154 155
158 Universitas Indonesia
159
160
-
-
-
-
-
-
-
-
27
5, 17
-
-
3
-
3, 12
3
3
12
-
4
-
-
-
-
3, 15, 27
-
3, 5, 17, 27
3, 5, 15, 17, 21
3, 15, 27
-
3, 5, 17, 27
3, 5, 15, 17, 21
-
-
3, 5, 15, 17
-
Misoprostol 200 mcg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Jangan gunakan misoprostol bersama antasida yang mengandung Mg (MTM). Hindari antasida yang mengandung magnesuim (DIH) Jangan berikan bersama antasida, alkalin (DIH) Hindari penggunaan bersama vitamin C pada pasien gagal jantung (DIH) Jangan berbaring 15-30 menit setelah menggunakan obat (USP DI) Jangan berbaring 15-30 menit setelah menggunakan obat (USP DI) 38
Cyclo-progynova Tab Cygest Tab Cymbalta Kap salut enterik Cytotec, Gastrul, Invitec Tab 200 mcg
No 161 162
163
164
165 166 167
168
Dekstrometorfan Tab Depakene Sirup
Depakote ER Tab
Komposisi Obat Dekstrometorfan 15 mg
USP DI
27
5, 12
Valproat acid 250 mg, 500 mg
3, 27
27
3, 5, 12, 17,
3, 27
27
3, 5, 12, 17, 27
-
-
-
-
27
27
-
5, 15, 27
-
14
2/11, 14, 15
11, 14, 15
Deperifron, Feriprox Tab Detrusitol Tab salut film Dexanta Tab kunyah
Deperifron Tolterodin L-tartrat 2 mg Aluminium hidroksida 200 mg + magnesium hidroksida 150 mg Deksametason 0,5 mg
Deksametason 500 mcg, deksklorfeniramin maleat 2 mg
Jangan diminum bersama minuman berkarbonat (MTM) Anak-anak < 2 tahun tidak 5, 12, 17 boleh menggunakan obat ini (MTM) Anak-anak < 2 tahun tidak 5, 12, 17, boleh menggunakan obat 27 ini (MTM) 5, 12, 17
3
3
3, 12
3, 12, 17
3
3
3, 12
3, 5, 12, 17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
-
3, 27
Valproat acid 250 mg
Dextamine Sirup
-
Label MTM 3, 5, 15, 17
IONI
Valproat acid 250 mg/5 ml 120 ml
Depakote ER Tab salut enterik
Dexametason, Kalmethason Tab
DIH
Gunakan obat ini bersama makanan atau susu (MTM). Jika perlu dapat diberi tambahan vitamin C, vitamin D, folat, kalsium, piridoksin, fosfor (DIH) Gunakan obat ini bersama makanan atau susu (MTM) 39
Universitas Indonesia
169
Nama Obat
No 170
171
172
173
174
Komposisi Obat
Deksametason 500 mcg,deksklorfeniramin maleat 2 mg tab Diabetasol Serbuk Per 100 g : Protein 15 g, fat 11,5 g, total carbohydrate 64,5 g, lactose 4 g, dietary fiber 3,33 g, vit, mineral Diane 35 Tab Siproteron asetat 2 mg (Kombinasi:Siproter etinil estradiol 35 mcg on asetat,etinil estradiol) Diazepam, Valium, Diazepam 2 mg, 5 mg Valdimex, Valisanbe Tab
Label MTM
DIH
IONI
3
3
3, 12
3, 5, 12, 17
-
-
-
-
Dextamine Tab
Dietilkarbamazin Tab Digoksin Tab
Dietilkarbamazin sitrat 50 mg, 100 mg Digoksin 0,25 mg
-
3
-
USP DI
-
-
5, 17
5, 12, 17, 27
5, 12, 17
-
-
-
-
-
5, 12, 17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
12
Keterangan
Merokok dapat menurunkan efektifitas obat ini (MTM) Jangan gunakan diazepam sebagai ansietas lebih dari 4 bulan tanpa petunjuk dokter. Merokok dapat menurunkan efektifitas obat ini (MTM)
Jika menggunakan cholestryramin atau colestipol, gunakan 2 jam setelah digoksin untuk mencegah interfensi (MTM). Pemberian digoksin harus berjarak paling sedikit 2 jam sebelum atau sesudah
40
Universitas Indonesia
175
Nama Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan pemberian kolestriramin, kolestipol, kaolin/pektin atau karbo adsorben (IONI). Atur makanan mengandung kalium untuk menurunkan resiko hipokalemia (hipokalemia dapat meningkatkan toksisitas digoksin (DIH)
Dihydergot Tab
177
Dikloksasilin Tab
178
Diloksanid furoat
179
Diltiazem, Farmabes, Herbesser CD Tab dan Kaps Dimenhidrinat Tab Diphten, Profertil Tab
180 181
182
Disopiramid Kaps
183 184
Dogmatil Kaps Doksisiklin Sirup
Dihidroergotamin mesilat 2,5 mg Dikloksasilin 250 mg Diloksanid furoat 500 mg Diltiazem HCl 30 mg, 100 mg, 200 mg
Dimenhidrinat 50 mg Klomifen sitrat 50 mg
Disopiramid fosfat 100 mg Sulpride 50 mg Doksisiklin 62,5 mg/5 ml
-
-
-
17
-
-
2/11, 15
2/11, 4, 15
-
-
-
-
15, 27
27
12, 27
12, 27
-
-
-
3, 5, 17
-
-
-
27
-
-
3, 21
4, 15, 19, 21
-
5
5, 12, 15, 17 1, 2/11, 4, 15, 21
5, 12, 15, 27 -
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
4, 15
Bayi baru lahir tidak direkomendasikan (DIH)
Diberikan sebelum makan dan sebelum tidur (DIH)
Diberikan satu kali sehari untuk memaksimalkan efektifitas (DIH)
Doksisiklin tidak boleh diberikan untuk anak < 8 tahun, ibu hamil atau
41
Universitas Indonesia
176
No
185
186
188 189 190
Doksisiklin, Interdoksin Tab
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Doksisiklin 100 mg, 500 mg
Dolo-neurobion Tab Parasetamol 500 mg, salut film Vit.B6 100 mg, Vit.B1 50 mg, Vit B12 100 mvg Domperidon Drop Domperidon 5 mg/ml 10 (Vometa) ml Domperidon Flash Domperidon 10 mg Tab (Vometa FT) Domperidon Sirup Domperidon 1 mg/ml 60 (Vometa) ml Domperidon Tab Domperidon 10 mg
3, 15, 21
4, 15, 19, 21
2/11, 4, 15, 21
4, 15
-
25
-
5, 17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan menyusui. Doksisiklin digunakan 2 jam sebelum atau 3 jam setelah preparat besi, dan diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah antasida, suplemen kalsium dan laksatif (MTM) Doksisiklin tidak boleh diberikan untuk anak < 8 tahun, ibu hamil atau menyusui. Doksisiklin digunakan 2 jam sebelum atau 3 jam setelah preparat besi, dan diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah antasida, suplemen kalsium dan laksatif (MTM)
42
Universitas Indonesia
187
Nama Obat
No 191
192
193 194
195 196 197
Domperidon Tab salut film (Vomerin) D-α-Tokoferol, Dalfarol, Santa-E, Enico Kaps lunak Dopamet Tab salut film Dulcolactol Sirup
Duphaston Tab Duvadilan Tab Duviral ( Zidovudin + Lamivudin)
Efavirenz Tab
Komposisi Obat
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5, 12
5, 15
Keterangan
Domperidon 10 mg
D-α-Tokoferol 100 IU, 200 IU dan 400 IU Metildopa 250 mg Laktulosa 10 g/15 ml 60 ml
Didrogesteron 10 mg Isoksupirin 20 mg Zidovudin 300 mg + Lamivudin 150 mg
Efavirenz 200 mg
-
-
-
15
-
-
-
-
-
-
12, 15
4
-
2
-
4, 5, 12,
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Dikontraindikasikan untuk pasien yang membatasi galaktosa, dapat dicampur dengan jus buah, susu, air atau minuman berkarbonat aroma jeruk (DIH)
Karena obat ini merupakan produk kombinasi dosis campuran, hindari penggunaan pada pasien yang memerlukan pengurangan dosis seperti anak < 30 kg, pasien dengan gangguan fungsi ginjal, gangguan hati (DIH). Dapat diberikan bersama makanan atau saat perut kosong (USP DI) Dapat diberikan dengan
43
Universitas Indonesia
198
Nama Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI 17
199 200 201 202 203 204 205
206
209
Enervon-C Tab
Efavirenz 600 mg Efedrin 25 mg Kalium diklofenak 25 mg, 50 mg Ekstrak beladona 10 mg Eperison HCl 50 mg Eperison HCl 50 mg
atau tanpa makanan (USP DI)
4, 5, 12, 17 3, 5, 15, 17, 21
-
2
-
3, 15, 27
-
-
-
3, 17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Erdostein 300 mg
Kalsium Linestrenol 5 mg D-Ribose 5000 mg, LCarnitine fumarat 500 mg, Coenzyme Q 10 50 mg, Mg 200 mg Vit.B1 50 mg, Vit.B2 25 mg, Vit.B6 10 mg, Vit.B12 5 mcg,Vit.C 500 mg, Niacinamide 50 mg, Ca Pantothenate 20 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
44
Universitas Indonesia
207 208
Efavirenz Tab salut film ( Efavirenz) Efedrin Tab Eflagen,Nacoflar Tab salut enterik Ekstrak beladona Tab Eperison, Epsonal, Myonep Tab Eperison, Forres Tab salut film Erdostein, Mucotein Edotin, Recustein, Vectrine Kaps dan Tab Elkana Tab salut film Endometril Tab Enercore Sachet
Keterangan
No 210
211
212 213
Entrasol Serbuk
Enzyplex Tab
Ergotamin tartrat Tab Eritromisin, Kalthrocin Kaps
Eritromisin, Erysanbe, Kalthrocin Tab
Komposisi Obat Per 100 g : Protein 12 g, fat 10,3 g, KH 72,2 g, vit, mineral serbuk Amilase 10.000 IU, Protease 9.000 IU, Lipase 240 IU, Deoxycholic acid 30 mg, Dimethyl polysiloxane 25 mg, Vi.B1 10 mg, Vit.B2 5 mg, Vit.B6 5 mg, Vit.B12 5 mcg, Niacinamide 10 mg, Ca pantotenat 5 mg Ergotamin tartrat 1 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
26
15
5, 17
3, 27
4, 18, 27
2/11, 4, 15, 27
2/11, 4, 15
3, 27
4, 18, 27
2/11, 4, 15, 27
2/11, 4, 15
Eritromisin stearat 250 mg
Eritromisin stearat 500 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Anak tidak dianjurkan (IONI) Jangan digunakan bersama jus buah atau minuman berkarbonat (MTM). Jangan diberikan dengan susu atau minuman bersifat asam (DIH). Jika terjadi gangguan GI dapat diberikan bersama makanan (USP DI) Jangan digunakan bersama jus buah atau minuman berkarbonat (MTM). Jangan diberikan dengan susu atau minuman
45
Universitas Indonesia
214
Nama Obat
No
215
216
217
220
Eritromisin Sirup 60 ml
Eritromisin (Erysanbe) Tab
Esilgan Tab
Esthero Tab Etambutol, Tibitol, Santibi Tab
Euthyrox, Thyrax Tab
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Eritromisin stearat 200 mg/5 ml 60 ml 3
4, 18, 27
1, 2/11, 4, 16
2/11, 4, 15, 16
3, 27
4, 18, 27
2/11, 4, 15, 27
2/11, 4, 15
-
-
5, 12, 17
5, 12, 17
-
-
-
-
Eritromisin stearat 200 mg
Estazolam 1 mg
Estrogen 0,625 mg Etambutol 250 mg, 500 mg
Levotiroksin 0,1 mg
3
12
12
3, 4, 5
13, 15, 27
-
12
12
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan bersifat asam (DIH) Jangan digunakan bersama jus buah atau minuman berkarbonat (MTM). Jangan diberikan dengan susu atau minuman bersifat asam (DIH) Jangan digunakan bersama jus buah atau minuman berkarbonat (MTM). Jangan diberikan dengan susu atau minuman bersifat asam (DIH) Biasa diberikan 15-30 menit sebelum tidur. Gunakan obat ini bersama makanan, susu atau antasid jika terjadi nyeri lambung (MTM). Digunakan sebelum tidur(DIH) Biasa diberikan pagi hari. Jangan menggunakan antasida yang mengandung aluminium pada 2 jam pemberian etambutol (MTM) Jika menggunakan cholestryramin, gunakan 1
46
Universitas Indonesia
218 219
Nama Obat
No
Nama Obat
221
Exelon Kaps
222 223
Exluton Tab Eyevit Tab
224
225
Feldene Flash Tab
Femara Tab film selaput
Rivastigmin hidrogen tartrat 3 mg Linestrenol 0,5 mg Bilberry dry extract 80 mg, Retinol 1600 IU, BCarotene 5 mg, Vit.E 40 mg, Lutein 250 mcg, Zeaxanthin 60 mcg, Selenium 15 mcg, Zn 5 mg Famotidin 20 mg, 40 mg
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
3, 27
3, 27
-
3, 5, 12
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3, 12
3, 4, 17
-
3
5, 17
3, 5, 15, 17, 21, 22
5
-
-
-
Piroxicam 20 mg
Letrozol 2,5 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan jam setelah atau 4 jam sebelum menggunakan levotiroksin (MTM) Diberikan pagi dan malam hari (USP DI)
Merokok menghambat penyembuhan ulkus (MTM& USP DI). Dapat diberikan tanpa makanan, dapat diberikan bersama antasida (DIH) Jangan menggunakan aspirin selama penggunaan piroksikam tanpa petunjuk langsung dari dokter (MTM). Jangan berbaring sekitar 15-30 menit setelah menggunakan obat ini (USP DI) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan.
47
Universitas Indonesia
226
Famotidin Tab
Komposisi Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan Suplemen kalsium dan vitamin D direkomendasikan (DIH)
227
228
229 230
231
Fenitoin, Dilantin, Ikaphen Tab
Fenobarbital (Luminal) Tab Fenoksimetil penisilin, Ospen Sirup kering Fenoksimetil penisilin, Ospen Tab Fexofed Kaps ER
14 tab putih : Estradiol 2 mg. 14 tab abu-abu : Estradiol 2 mg, Didogesteron 10 mg Fenitoin Na 100 mg
Fenobarbital Na 30 mg, 50 mg, 100 mg Fenoksimetil penisilin 250 mg/5 ml 60 ml Fenoksimetil penisilin 250 mg, 500 mg, 625 mg
-
-
-
-
-
12, 15
3, 5, 12,15, 17, 27
3, 5, 12, 17, 27
-
5, 12, 17
5, 12, 17
5, 12, 27
-
2, 4
-
-
-
2, 4
-
-
Pseudoefedrin HCl, Fexofenadine HCl 27
5, 17
5, 17, 27
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
2/11, 27
Berhenti secara tiba-tiba dapat mengakibatkan terjadinya kejang. Biasa digunakan sebelum tidur (MTM). Dapat diberi tambahan suplemen vitamin D (DIH) Tingkatkan asupan vitamin D (DIH)
Jangan berikan tablet SR atau kapsul untuk anak < 12 tahun (MTM). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan, diberikan dengan air tidak dengan jus buah (DIH)
48
Universitas Indonesia
232
Femoston Tab
No 233
Nama Obat FeritrinTab
234
Ferriz Drop
235
Ferriz Sirup
236
Ferrous sulphate Drop
Ferrous sulphate Sirup
Ferrihidroksi polimaltosa konplek, FA, beta karoten, Vit.B1, Vit.B2, Vit.B6, Vit.B12, Vit.C, Vit.D, Ca laktat, Ca panthotenat, Coper sufat, Nikotinamid, KI Fe elemental 15 mg/15 ml Fe elemental 15 mg/5 ml 100 ml Besi (II) sulfat 7H2O
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15
2/11, 15
2/11, 15
-
15
2/11, 15
2/11, 15
Besi (II) sulfat 7H2O 150 mg/5 ml
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Diberikan di antara makan. Jangan menggunakan antasida bersamaan dengan besi sulfat. Diberikan langsung ke dalam mulut atau dicampur dengan air atau jus buah (bukan susu)(MTM). Jangan gunakan suplemen besi dan antasida atau kalsium dalam waktu bersamaan, beri jeda 1-2 jam (USP DI) Diberikan di antara makan. Jangan menggunakan antasida bersamaan dengan besi sulfat (MTM). Jangan gunakan
49
Universitas Indonesia
237
Komposisi Obat
No
238
239
240 241
243 244
Ferrous sulphate Tab salut film
FG Troches Tab hisap Fitomenadion/Vit.K Tab Fleet Phosphosoda 45 ml Fleet enema, Fosen 133 ml Flexor Kaplet Fludexin Tab
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Besi (II) sulfat 7H2O 300 mg
Fradiomycin sulfate 2,5 mg, Gramicidin-S HCl 1 mg Fitomenadion 10 mg Monobasic Na Phosphat 2,4 g, dibasic Na Phosphat 0,9 g 45 ml Monobasic Na Phosphat 19 g, dibasic Na Phosphat 7 g Gliclazide 80 mg Parasetamol 500 mg, klorfeniramin maleat 2 mg, fenilefrin HCl 7,5 mg, dekstrometorfan
-
15
2/11, 15, 27
2/11, 15
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
27
-
17, 21
-
25
3, 5, 17
5, 17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan suplemen besi dan antasida atau kalsium dalam waktu bersamaan, beri jeda 1-2 jam (USP DI) Diberikan di antara makan. Jangan menggunakan antasida bersamaan dengan besi sulfat (MTM). Jangan gunakan suplemen besi dan antasida atau kalsium dalam waktu bersamaan, beri jeda 1-2 jam (USP DI)
Dihisap atau dikunyah (IONI)
50
Universitas Indonesia
242
Nama Obat
No
245
246 247 248
249 250
253
Fludexin Sirup
Fluimicil Kaps Fluimucil Sirup kering Flukonazol, Diflucan, Flucoral Tab Flunarizin, Sibelium, Frego tab Fluoksetin HCl Kaps (Kalxetin, Atiprestin, Prozac)
Fluor Tab Forneuro Kaps lunak
Fosamax plus
Komposisi Obat HBr 15 mg Parasetamol 120 mg, klorfeniramin maleat 0,5 mg, fenilefrin HCl 1,75 mg, dekstrometorfan HBr 3,5 mg N-Asetilsistein 200 mg N-Asetilsistein 150 mg/50 ml 75 ml Flukonazol 50 mg, 150 mg
Flunarizin 5 mg, 10 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
25
3, 5, 17
5, 17
-
-
-
-
-
-
-
-
5
4
3, 12
3, 4, 17
-
-
-
5, 12
Fluoksetin HCl 10 mg, 20 mg
Fluor 0,5 mg Vit.B1 100 mg, Vit.B6 50 mg, Vit.B12 100 mcg, Natural Vit.E 200 Iu, Folic acid 400 mcg Alendronat Na 70 mg, cholecalciferol 70 mcg
-
12
5, 12, 15, 17
3, 5, 17
-
-
-
-
-
-
-
-
13, 15
13
12
13, 15
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Obat ini mempengaruhi kontrasepsi oral (MTM). Dapat diberikan tanpa makanan (DIH)
Biasa diberikan pagi hari atau pagi dan malam jika digunakan 2 kali sehari (MTM). Anak tidak dianjurkan (IONI). Dapat diberikan tanpa makanan (DIH)
Sekurang-kurangnya setengah jam setelah
51
Universitas Indonesia
251 252
Nama Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
(2800 IU)
254
255
Frimania Tab
Furosemid, Lasix Tab
minum alendronat sebelum minum suplemen kasium, antasida (IONI). Pasien harus menerima suplemen vitamin D dan kalsium. Diberikan pagi hari. Pasien diminta untuk tetap tegak (jangan berbaring) selama 30 menit setelah pemberian untuk mengurangi iritasi esofagus (DIH& USP DI)
Fat, protein, carbohydrate cairan (coklat/vanila) 500 ml Litium karbonat 200 mg
-
-
-
3, 15, 27
5, 12
3, 5, 12, 15, 17
3, 5, 15, 27
-
-
12, 21
3, 5, 17, 21
-
Furosemid 40 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Lakukan pengurangan dosis atau hentikan bila perlu jika terjadi diare, muntah. Anak tidak dianjurkan (IONI) Gunakan pagi hari (MTM& USP DI). Diberikan saat perut kosong. Dapat pula diberikan bersama makanan atau susu jika terjadi gangguan GI, meskipun dapat menurunkan
52
Universitas Indonesia
256
Fresubin Larutan 500 ml
Keterangan
No
257
258 259
260
Nama Obat
Gabapentin, Gabexal, Nepatic, Neurontin Tab
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Gabapentin 300 mg
Vildagliptin 50 mg Gemfibrozil 300 mg
Geriavita Kaplet salut film
β-Carotene 6 mg, Vit.E 30 mg, Vit.C 500 mg, Folic acid 0,4 mg, Vit.B1 15 mg, Vit.B2 15 mg, Nicotinamide 100 mg, Vit.B6 20 mg, Vit.B12 10 mcg, Biotin 45 mcg, Ca 20 mg, Fe 20 mg, Selenium 25 mcg, Zn 20 mg
5, 12, 18
5, 12, 17
5, 12, 17
-
-
-
-
13
2/13
12, 13, 17
12
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
efektifitasnya. Karena menyebabkan banyak kehilangan kalium maka dapat diberi suplemen atau makanan mengandung kalium (DIH) Diberikan dengan atau tanpa makanan (USP DI). Antasida mempengaruhi absorpsi gabapentin, gunakan 2 jam setelah antasida (MTM). Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Hindari merokok (MTM). Diberikan 30 menit sebelum sarapan dan makan malam (USP DI)
53
Universitas Indonesia
Galvus Tab Gemfibrozil, Hypofil Kaps
5, 12
Keterangan
No
Nama Obat
Komposisi Obat
261
Glibenklamida Tab
262
Glibenklamida 2,5 mg, 5 mg Glikuidon 30 mg
Gliquidone, Glurenorm Tab Glimepirid, Amaryl, Glimepirid 1 mg, 2 mg, Gluvas Tab 3 mg, 4 mg Glipizid Tab Glipizid 5 mg
263 264 265 266 267 268
269
272
Glucobay Tab
Glucodex Tab Glukosamine, mangan Kaps (Fitbon) Glukosamin Kaps
Gliserin 100 ml Gliseril guaiakolat 25 mg/5 ml 60 ml Gliseril guaiakolat 100 mg Per 52 g : Protein 11 g, carbohydrate 29 g, fiber 2,8 g, fat 8 g 400 g Acarbose 50 mg, 100 mg
IONI
USP DI
-
-
-
17, 21
-
-
-
-
-
-
12
17, 21
13
-
-
-
13, 12, 17, 21 -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan
Diberikan saat sarapan (DIH)
17, 21 -
3
27
-
3, 17
Gliclazide 80 mg Glukosamin HCl 500 mg, Manganese 1 mg
-
27
-
17, 21
-
-
-
-
Glukosamin 250 mg, 500
-
-
-
-
Tidak dianjurkan untuk anak dan remaja < 18 tahun. Tablet dikunyah bersama satu suapan pertama makanan atau ditelan utuh dengan sedikit air segera sebelum makan (IONI)
54
Universitas Indonesia
270 271
Gliserin Gliseril guaiakolat Sirup 60 ml Gliseril guaiakolat Tab Glucerna SR Serbuk
Label MTM
DIH
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
No
273
Nama Obat Griseofulvin, micronized Tab
Komposisi Obat
DIH
275 276 277
Haloperidol, Serenace, Haldol, Lodomer Tab Harnal D Dispersible Tab Harnal OCAS Tab Hemobion Kaps
Hepa-Merz Garnul
279
Hidroklortiazid Tab
Haloperidol 0,5 mg, 1 mg, 1,5 mg, 2 mg, 5 mg Tamsulosin HCl 0,2 mg Tamsulosin HCl 0,4 mg Fe fumarat 360 mg, Folic acid 1,5 mg, Vit.B12 15 mvg, Vit.C 75 mg, Ca Carbonate 200 mg, Cholecalciferol 400 iu L-ornitin L-Aspartat (LOLA) 3 g Hidroklortiazid 25 mg
-
3, 4, 5, 17
17, 21
3, 4, 5, 17, 21
5, 17
5, 12, 17, 21
3, 4, 5, 12, 15, 17, 21
5, 17
5
13, 27 13, 27
27
5, 17
5, 27
-
-
-
-
-
-
-
-
3
-
3, 5, 12, 17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
USP DI
21
Diberikan setelah makan (MTM). Baik digunakan dengan makanan berlemak karena dapat meningkatkan absorpsi obat (DIH)
Diberikan 30 menit setelah makan (USP DI & MTM)
Diminum pagi hari. Jika menggunakan cholestyramin, gunakan 1 jam setelah menggunakan hidroklortiazid (MTM). Pemberian dosis ganda tidak boleh lebih dari jam 6 sore (DIH)
55
Universitas Indonesia
278
Label MTM
mg Griseofulvin 250 mg, 500 mg -
274
IONI
No 280 281
282 283 284
285
Nama Obat Hidrokortison Tab Hiviral Tab
Komposisi Obat Hidrokortison 10 mg Lamivudin (3CT) 150 mg
Homoklorsiklizin HCl (Homoclomin) Hyperchol Kaps
Homoklorsiklizin HCl 10 mg Fenofibrat 300 mg
Hytrin, Hytroz Tab 1 mg, 2 mg
Terazosin HCl 1 mg, 2 mg
Ibuprofen Kaplet 200,400 mg
DIH 3
IONI -
Label MTM 3,12,17
USP DI 3
-
-
4
-
-
-
-
-
3
12
3
-
5
5, 12
5, 17
3
3, 15, 27
3, 5, 17, 22
3, 5, 15, 17, 21
Ibuprofen 200 mg, 400 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Dapat diberikan tanpa makanan. Penyesuaian dosis pada pasien gagal ginjal (DIH)
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Diberikan sebelum tidur. Diberikan bersama makanan (MTM). Jika terazosin dihentikan selama beberapa hari, pengobatan diulangi dengan regimen dosis awal (IONI). Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Ibuprofen mempengaruhi kewaspadaan dan koordinasi, jangan mengemudi atau menjalankan mesin. Jangan berikan ibuprofen untuk anak di bawah 12 tahun tanpa resep dokter (MTM). Jangan digunakan lebih dari 10 hari untuk pengobatan demam tanpa
56
Universitas Indonesia
-
Keterangan
No
286
287
289
Ibuprofen Sirup (Proris)
Ibuprofen Sirup forte(Proris)
I-Flex Kapsul 0,75 g Imunos Kaplet
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Ibuprofen 100mg/5ml 60 ml
3
3
1, 3, 5, 17, 22
3, 5, 15, 17, 21
3
3
1, 3, 5, 17, 22
3, 5, 15, 17, 21
-
-
-
-
-
-
-
-
Ibuprofen 200 mg/5 ml
Rose hip powd Echinaceae (EFLA 894) 500 mg, Zn pikolinat 10
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan rekomendasi dokter (DIH). Ibuprofen mempengaruhi kewaspadaan dan koordinasi, jangan mengemudi atau menjalankan mesin. Jangan berikan ibuprofen untuk anak di bawah 12 tahun tanpa resep dokter (MTM). Jangan digunakan lebih dari 10 hari untuk pengobatan demam tanpa rekomendasi dokter (DIH). Ibuprofen mempengaruhi kewaspadaan dan koordinasi, jangan mengemudi atau menjalankan mesin. Jangan berikan ibuprofen untuk anak di bawah 12 tahun tanpa resep dokter (MTM). Jangan digunakan lebih dari 10 hari untuk pengobatan demam tanpa rekomendasi dokter (DIH).
57
Universitas Indonesia
288
Nama Obat
No
290
291
Nama Obat
Imboost Tab salut film
Imboost force Kaplet
292
Imboost Sirup
293
Imboost force Sirup
294 295
297
Imunos Sirup
Inpepsa Cairan 100 ml, Neciblok 100 ml, Ulsafat 200 ml
mg,Selenium 15 mcg, Asam askorbat 50 mg Echinacea purpurea 250 mg, Black elderberry extr 400 mg, Zn pikolinat 10 mg Echinacea purpurea 250 mg, Black elderberry extr 400 mg, Zn pikolinat 10 mg Echinacea 250 mg, Zn pikolinat 5 mg Per 5 ml Echinacea 250 mg, Blackelderberry extr 400 mg, Zn pikolinat 5 mg Imidapril HCl 5 mg, 10 mg Imipramin HCl 25 mg
Echinacea (EFLA 894) 500 mg, Zn pikolinat 15 mg, Selenium 15 mcg Per 5 ml Sukralfat 500 mg/ml
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5, 17
5, 12, 15, 17, 21
3, 5, 12, 15, 17, 21
-
-
-
-
18
2/11, 15
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
2, 4
Keterangan
Berikan sebelum tidur jika menyebabkan ngantuk, berikan pagi hari jika menyebabkan insomnia (MTM)
Jika menggunakan antasida, ciprofloksasin, fenitoin, atau tetrasiklin,
58
Universitas Indonesia
296
Imidapril, Tanapress Tab Imipramin Tab salut gula
Komposisi Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Suspensi 100 ml
298
Interhistin Tab
299 300
Iodium Kaps lunak Irbesartan, Aprovel, Irvebal Tab Isoprinosine Sirup 60 ml Isoprinosine Tab Isoniazid (INH) Tab
301 302 303
jangan berikan dalam 30 menit pemberian sukralfat (MTM) Mebhidrolin Napadisilat 50 mg Iodium 200 mg Irbesartan 150 mg, 300 mg Methisoprinol 250 mg/15 ml Methisoprinol 500 mg Isoniazid 100 mg, 300 mg
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2/11
INH CIBA Tab
305
Isosorbid 5-
Isoniazid 300 mg, Vit.B6 10 mg Isosorbid 5-mononitrat
2/11 15, 27
2/13, 12
2/11, 12
2/13, 12 27
2/11, 12 2/11, 5,
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
3, 4, 17
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH)
Tingkatkan asupan asam folat, niasin, magnesium. Hindari makanan yang mengandung histamin (DIH). Jika mengganggu GI,dapat di berikan bersama makanan. Jika menggunakan antasida, berikan setelah 1 jam pemberian isoniazid (MTM). Sangat penting untuk memberikan piridoksin setiap hari selama menggunakan obat ini (USP DI)
3, 4, 17 2/11, 12,
Jangan berikan dalam
59
Universitas Indonesia
304
Keterangan
No
306
307
Nama Obat
Komposisi Obat
mononitrat, Cardismo, Imdur Tab
20 mg, 60 mg
Isosorbid dinitrat, Farsorbid Tab sublingual
Isosorbid dinitrat 5 mg, 10 mg
Itrakonazol, Itrakonazol 100 mg Sporanox, Spyrocon Kaps
308 309
Ixor Tab Januvia Tab
Roxithromycin 150 mg Sitagliptin 100 mg
310
Justin Tab
Lovastatin 20 mg
312
Kaflam Tab salut gula Kalium klorida Tab siap larut
Kalium diklofenak 25 mg, 50 mg Kalium klorida 300 mg
IONI
Label MTM
USP DI
12, 17
15, 17
-
-
5, 9, 12, 17
2/11, 12, 15, 17
3
3, 4, 18, 27
3
3, 4, 17
-
-
-
-
27
-
-
-
27
-
12
3, 12
3, 15, 27
-
5, 17, 22, 27
3, 5, 15, 17, 21
3, 15
-
-
3, 15, 27
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan waktu berdekatan. Diberikan satu kali sehari pada pagi hari (DIH). Jangan berikan sildenafil bersama obat ini (USP DI) Jangan berikan dalam waktu berdekatan. Obat jangan dikunyah (DIH). Jangan berikan sildenafil bersama obat ini (USP DI) Hindari pemakaian pada riwayat gangguan fungsi hati (IONI). Jangan diberikan bersama antasida (DIH) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Diberikan saat makan malam (MTM, USP DI& DIH). Hindari mengkonsumsi jus anggur dalam jumlah besar, meningkatkan toksisitas (DIH)
60
Universitas Indonesia
311
DIH
No 313
Nama Obat
314
Kalium klorida Tab sustained-release (KSR) Kalitake Sachet
315
Kalsium laktat Tab
316
Kaolin 550 mg + pektin 20 mg (Kombinasi : Kaolin 550 mg + pektin 20 mg Karbamazepin, Tegretol Sirup
317
Komposisi Obat Kalium klorida 600 mg
Calcium polysterene sulfonate 5 g Kalsium laktat 500 mg
IONI
USP DI
3, 15, 27
-
-
3, 15, 27
-
-
-
-
-
-
-
15, 17
-
-
-
-
Keterangan
Diberikan 1-1 ½ jam setelah makan
Kaolin 550 mg + pektin 20 mg
Karbamazepin 100 mg/5 ml 120 ml
Karbamazepin Tab
Karbamazepin 200 mg
319
Karbamazepin (Tegretol) Tab kunyah Karbon aktif
Karbamazepin 100 mg, 200 mg Karbon aktif
3, 15
5, 12
3, 15, 27
5, 12, 27
3, 15
3, 5, 12, 14
-
-
1, 3, 5, 12, 17, 21
3, 5, 12, 17, 21 3, 5, 12, 17, 21 -
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
3, 5, 12, 21
Direkomendasikan untuk tidak menggunakan cairan obat lainnya. Ketika suspensi dikombinasikan dengan larutan klorpromazin atau tioridazin, terbentuk endapan yang akan menurunkan efeknya (DIH)
3, 5, 12, 21 3, 5, 12, 21 -
61
Universitas Indonesia
318
320
Label MTM
DIH
No
Nama Obat
321
(Bekarbon) Ketesse Tab
322
Ketokonazol Tab
323
324
326
Deksketoprofen trometamol 25 mg Ketokonazol 200 mg
Ketoprofen, kaltrofen Tab
Ketoprofen 50 mg, 200 mg
Ketoprofen, Kaltrofen, Pronalges, Profenid Tab salut enterik 50 mg dan 100 mg Ketricin Tab
Ketoprofen 50 mg dan 100 mg
Kiddi Pharmaton Sirup
L-lysine HCl 20 mg, Ca 8,67 mg, Phosphorus 13,33 mg, Vit.B1 0,2 mg, Vit.B2 0,24 mg, Vit.B6 0,4 mg, Vit.D3 1 mcg, Vit.E 1 mg, Nicotinamide 1,33 mg,
Triamsinolon 4 mg
DIH
IONI
-
2/13
Label MTM -
USP DI -
3
3, 4, 18
3, 12, 17
3, 4, 17
3
3
3, 5, 17, 22
3, 5, 15, 17, 22
3, 27
3, 27
3, 5, 17, 22
3, 5, 15, 17, 22
-
3
3, 12, 17
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Penggunaan antasida diberi selang waktu 2 jam (DIH). Gunakan ketokonazol 2 jam setelah menggunakan antasida, beladon, simetidin, glikopyrolet, isopropamid, propantelin, atau ranitidin Jangan berbaring 15-30 menit setelah menggunakan obat ini (USP DI)
Diminum pagi hari (MTM)
62
Universitas Indonesia
325
Komposisi Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
327
Klorambusil Tab
d-Phantotenol 0,67 mg Per ml Klorambusil 2 mg
328
Kloramfenikol Tab
Kloramfenikol 250 mg
329
330
332
Kloramfenikol 125 mg/5 ml
Klorfeniramin maleat (CTM) Tab
Klorfeniramin maleat 4 mg
Klorokuin Tab
Klorokuin fosfat
IONI
USP DI
-
-
22
12
-
-
-
2/11, 4, 15
-
-
-
2/11, 4, 15
-
-
3, 5, 15, 17, 27
5
3
18
-
3, 4, 5
3
18
-
3, 4, 5
Klorokuin fosfat 150 mg, 250 mg
Klorokuin fosfat 50
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Diberikan saat perut kosong (DIH) Perlu peningkatan asupan riboflavin, piridoksin dan vitamin B12 (DIH) Perlu peningkatan asupan riboflavin, piridoksin dan vitamin B12 (DIH) Jangan gunakan obat ini jika menggunakan MAO inhibitor (isokarboxazid, phenelzine, tranylcypromine). Jangan berikan kapsul atau tablet SR untuk anak < 12 tahun dan tablet kunyah atau sirup untuk anak < 6 tahun (MTM) Hindari penggunaan bersamaan dengan obat yang bersifat hepatotoksik (IONI). Dapat dicampur dengan sirup coklat atau dimasukkan de dalam kapsul gelatin untuk menutupi rasa pahit (DIH)
63
Universitas Indonesia
331
Kloramfenikol Sirup 60 ml
Label MTM
DIH
No
333
334 335
336
337
Nama Obat
Komposisi Obat
Sirup ( Klorokuin) Klorpromazin, Cepezet, Largactil Tablet dan Tablet salut film
mg/5 ml Klorpromazin 25 mg, 100 mg
Kolkatriol Kaps lunak Kolkisin, Recolfar Tab
Kalsitriol 0,25 mcg
Kuinin bisulfat (Kina) Tab
Kuinin bisulfat 200 mg
Lactulac Sirup
Laktafit Tab
339
Lamictal Tab
IONI
Label MTM
USP DI
-
5, 17, 21
5, 12, 15, 17, 21, 27
3, 5, 12, 15, 17, 27
3
-
-
-
Kolkisin 0,5 mg 15
-
-
12, 17
3, 27
-
3, 27
3, 4, 5
-
-
15
-
-
-
12
3, 5, 12, 15, 21
Laktulosa 3,335 g/5 ml 60 ml
Plasenta ext, Vit.B12, Ca fofat ibasic Lamotrigine 100 mg
-
27
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
5, 12, 17
Keterangan Untuk larutan oral/ injeksi hindari kontak langsung dengan kulit karena dapat menimbulkan terjadinya dermatitis (DIH).
Dapat diberikan tanpa makanan. Diperlukan vitamin B12, hindari jus anggur (DIH) Hindari penggunaan antasida yang mengandung aluminium atau magnesium karena masalah absorpsi obat Dikontraindikasikan untuk pasien yang membatasi galaktosa, dapat dicampur dengan jus buah, susu, air atau minuman berkarbonat aroma jeruk (DIH)
Lamotrigin dapat menimbulkan ruam kulit yang berat, terutama pada anak-anak, dosis yang
64
Universitas Indonesia
338
DIH
No
340
341
342
Lansoprazol, Lancid, Lapraz, Lasgan, Prazotec Kaps Lapifed Drop
Lapifed Sirup
Laxadine Emulsi
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Lansoprazol 30 mg -
18, 27
12, 27
2/11, 4, 27
Pseudoefedrin, triprolidin
-
5, 15, 17
3, 5, 15, 17
3, 5, 15, 17
-
5, 15, 17
3, 5, 15, 17
5, 17
-
-
-
-
Pseudoefedrin, triprolidin
Fenolftalein 55 mg,
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan direkomendasikan sebaiknya dipatuhi (IONI). Dapat diberikan tanpa makanan (DIH). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (USP DI) Harus diberikan sebelum makan, paling baik sebelum sarapan (DIH) Jangan diminum melebihi dosis yang tertera pada label dalam 24 jam. Jangan berikan obat ini untuk anak < 12 tahun tanpa petunjuk dokter(MTM). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Jangan diminum melebihi dosis yang tertera pada label dalam 24 jam. Jangan berikan obat ini untuk anak < 12 tahun tanpa petunjuk dokter (MTM). ). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH)
65
Universitas Indonesia
343
Nama Obat
No
Nama Obat
344
L-Bio Sachet
345
Lentrin Tab, Reotal SR 400 Kaps SR Lessichol-300 Kaps lunak
346
347
348
Levazide, Madopar HBS Kaps
parafin cair 1200 mg, gliserin 378 mg, jeli 9,4 mg Per 5 mg emulsi Lactobacillus, Bifidobacterium Pentoksifillin 400 mg Lechitin Murni (PPC 95 %) 300 mg, Vit.B1 6 mg, Vit.B2 6 mg, Vit.B12 6 mcg, Vit.E 10 mg, Nicotinamide 30 mg Antiparkinson DOEN kombinasi : Benzerazid HCl 25 mg Levodopa 100 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
3, 27
3, 27
3, 5, 12, 27
-
-
-
-
-
-
12, 23, 27
3
3, 5, 12, 27
15, 21
4, 5, 19, 27
5, 12, 15, 21
4, 5, 15
Levofloksasin 500 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Jangan menggunakan obat yang mengandung vit.B6 atau makanan yang mengandung vit.B6 (ikan, hati) karena vit.B6 menghilangkan efek levodopa (MTM) Dapat diberikan tanpa makanan. Diberikan 2 jam sebelum atau 2 jam sesudah pemberian multivitamin, antasida atau produk yang mengandung magnesium, aluminium, besi, atau zink (DIH). Dapat diberikan dengan makanan atau saat perut
66
Universitas Indonesia
Levofloxacin Cravit, Cravox, Levocin Tab salut film
Komposisi Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan kosong (USP DI)
349
Lincomisin, Lincocin, Lincimisin, Lincophar Kaps Lincomisin (Biolincom) Sirup Loratadin, Claritin Tab
Linkomisin HCl 250 mg, 500 mg
352
Lioresal Tab
Baklofen 10 mg
353
Lipanthyl Supra 160 Fenofibrat 160 mg Tab salut film Livial Tab Tibolon 2,5 mg Lizor Kaps Sefprozil 500 mg
350 351
354 355
357
358
Lodopin Tab salut gula Lopinavir + Ritonavir (kombinasi) Tab
Zotepin 25 mg dan 50 mg Lopinavir 200 mg + Ritonavir 50 mg
Lopresor Tab salut film
Metoprolol tartrat 100 mg
-
-
-
-
-
-
-
-
5
12
5, 12, 17
2/11, 5, 15, 17, 21 5, 12, 17
3, 27
3
3, 12
3
-
-
-
-
5, 17 5, 12, 17
3
-
3, 4, 5, 15
4
-
5, 17
-
-
27
3
-
12, 27
12, 27
3, 5, 12, 27
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Dapat diberikan tanpa makanan (DIH)
Diberikan saat perut kosong. Jika mengganggu GI, dapat diberikan bersama makanan (USP DI)
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. 3, 12 Tablet tidak direkomendasikan untuk pasien < 15 kg(DIH) 5, 12, 17, Dapat diberikan tanpa 27 makanan (DIH)
67
Universitas Indonesia
356
Linkomisin HCl 250 mg/5 ml Loratadine 10 mg
-
No 359
360
361 362 363
364
Nama Obat
Komposisi Obat
Lorazepam Tab salut film (Merlopam)
Lorazepam 0,5 mg
Ludiomil Tab salut film
Maprotilin HCl 10 mg, 25 mg, 50 mg
Lutenyl Kaplet Lynoral Tab Magalat Suspensi 100 ml
Nomegestrol asetat 5 mg Etinil estradiol 50 mcg Magaldrat 540 mg, simetikon 20 mg Per 5 ml
Magnesium sulfat serbuk 30 g
365
Maltofer
366
Matovit Sirup
Fe III Hydroksid polymaltose 5 mg Bilberry dry extr 40 mg, Retinol 800 IU. BCarotene 2,5 mg, Vit.E 20 mg Β-Carotene 5 mg, Bilberry dry extr 80 mg, Retinol 1600 IU, Vit.E 40 mg
367
Matovit Tab
IONI
-
5, 17
-
-
-
-
Label MTM 5, 12, 17 5, 12, 15, 17, 21 -
USP DI 5, 12, 17
Jangan digunakan > 4 bulan. Merokok dapat menurunkan efektifitas obat ini(MTM)
5, 12, 15, 17 -
-
-
1, 3
4
-
2, 10
-
10, 15
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Di antara makan dan sebelum tidur (DIH). Berikan 1 jam dan 3 jam setelah makan dan sebelum tidur (USP DI) Biji-bijian, kacang polong, dan sayuran berdaun hijau adalah sumber magnesium (DIH)
68
Universitas Indonesia
Magnesium sulfat ,Garam inggris Serbuk
DIH
No 368
369
370 371 372 373
375
Komposisi Obat
Matovit AX Kaplet
Natural astaxanthin 2 mg, Bilberry dry extr 80 mg, Lutein 3 mg, Zeaxanthin 0,25 mg, Zn 2,5 mg, Selenium 10 mcg Natural astaxanthin 2 mg, Lutein 3 mg, Zeaxanthin 0,25 mg, Zn 2,5 mg, Selenium 10 mcg Multivitamin Mebendazol 100 mg/5 ml Mebendazol 100 mg, 500 mg Mekobalamin 250 mcg, 500 mcg
Matoflam Kaplet
Max C Mebendazol Sirup 30 ml Mebendazol Tab Mecobalamin, Kalmeco, Lapibal, Methycobal Kaps 250 dan 500 Mecola Kaplet salut film Medroksi progesteron asetat Tab
α-Lipoic acid 300 mg, Cyanocobalamin 100 mcg Medroksi progesteron asetat 5 mg, 10 mg
Label MTM
DIH
IONI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3, 15
-
-
-
3
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
5
Keterangan
Hindari asap rokok karena dapat meningkatkan resiko stroke, tekanan darah tinggi, serangan jantung (MTM)
69
Universitas Indonesia
374
Nama Obat
No 376
377
378 379 380 381 382
383
386
Meiact Tab
Meloxicam, Mexpharm, MoviCox, Movix Tab Memoran Kaps Meptin Sirup Meptin Tab Merkaptopurin Tab (6MP) Merron 25 Tab salut film, Stugeron Tab 25 mg Mestinon Tab salut gula Metampiron Tab Metenamin mandelat Tab salut enterik (Hexamin)
Metformin HCl Kaps (Glunor)
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Sefditoren pivoxil 200 mg
Meloksikam 7,5 mg dan 15 mg Fosfatidilserin 100 mg Prokaterol HCl 5 mcg/ml Prokaterol HCl 25 mcg, 50 mcg Merkaptopurin 50 mg
3
-
-
4, 17
3
3
-
17, 22
-
-
-
-
-
-
-
-
2/11
-
15, 17, 22
15, 17
-
5, 17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan Diberikan saat perut kosong. Jika mengganggu GI, dapat diberikan bersama makanan (USP DI) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (MTM)
Sinarizine 25 mg
Piridostigmin Br 60 mg Metampiron 500 mg Metenamin mandelat 500 mg
Metformin HC 500 mg
-
4
3, 15, 27
3, 4, 27
3
3
3, 12, 17
17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Jangan menggunakan antasida selama menggunakan obat ini (MTM). Hindari terlalu banyak buah (khususnya buah dan jus jeruk), susu (USP DI) 70
Universitas Indonesia
384 385
Nama Obat
No 387
388
389
390
391 392 393
Komposisi Obat
Metformin HCl slow-release Kaplet (Glumin XR) Metformin, Gludepatic, Glumin, Glunor XR Tab Metilprednisolon, Hexilon Tab 16 mg, Medixon, Medrol, Somerol
Metformin HC 500 mg
Methergin Tab salut gula
Metil ergometrin hidrogen maleat 0,125 mg Metoklopramid 10 mg
Metoklopramid HCl Tab Metoklopramid Sirup Metoklopramid Tetes 10 ml
Metotrexate Tab
Metformin HCl 500 mg, 850 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
3, 15, 27
3, 27
3, 12, 17, 27
17
3
3
3, 12, 17
17
Metilprednisolon 16 mg, 4 mg
Metoklopramid 5 mg/5 ml 50 ml Metoklopramid 0,1 mg/tts
3
3
3, 12, 17
3, 12, 17
-
-
-
-
13
-
13
-
13
-
Metotrexate 2,5 mg (garam Na) -
5, 13, 17 5, 13, 17
5, 13, 17 5, 13, 17
5, 13, 17
5, 13, 17
15, 17, 21, 22
12, 17, 21, 22
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan Diberikan satu kali sehari bersamaan makan malam (DIH)
Diminum pagi hari (MTM). Penambahan makanan kaya vitamin B6, vitamin C, vitamin D, folat, kalsium, fosfor, dan protein (DIH)
Terapi > 12 minggu harus dihindari (DIH) Terapi > 12 minggu harus dihindari (DIH) Hitung dosis secara akurat, lebih baik menggunakan pipet (IONI). Terapi > 12 minggu harus dihindari (DIH) Jangan menggunakan vaksin (seperti campak, flu) tanpa konsultasi dengan dokter (MTM)
71
Universitas Indonesia
394
Nama Obat
No 395
396
397 398
399
400
Komposisi Obat
Metronidazol Susp (Flagyl) 60 ml
Metronidazol 125 mg/5 ml
Metronidazol (Flagyl) Tab dan Tab forte Micardis Tab
Metronidazol 250 mg dan 500 mg
Microgynon (Kombinasi : Levonorgestrel,etini l estradiol) Microlax Enema
Microlax Tab
Microlut Tab Morfin, MST Continu Tab
Telmisartan 40 mg, 80 mg Levonorgestrel 150 mcg etinil estradiol 30 mcg + 7 tab plasebo Na lauril sulfoasetat 45 mg, Na sitrat 450 mg, asam sorbat 5 mg, PEG 400 625 mg, sorbitol 4465 mg 5 ml Na lauril sulfoasetat 45 mg, Na sitrat 450 mg, asam sorbat 5 mg, PEG 400 625 mg, sorbitol 4465 mg Levonorgestrel 30 mcg Morfin sulfat 10 mg, 15 mg
Label MTM
DIH
IONI
-
3, 4, 15, 17, 27
3, 15, 17, 21, 23
3, 4, 5, 15, 17
2/11
3, 4, 15, 17, 27
3, 15, 17, 21, 23
3, 4, 5, 15, 17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
27
5, 17, 27
5, 17, 27
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
Keterangan Diberikan saat perut kosong. Jika terjadi gangguan GI, berikan bersama makanan (DIH)
Dapat diberikan tanpa makanan (DIH)
Jangan gunakan analgesik, transquilizer, antidepresan, 5, 12, 15, sedatif selama 17 menggunakan morfin tanpa petunjuk dokter
72
Universitas Indonesia
401 402
Nama Obat
No
403
404 405
Nama Obat MST Continus Tab
Komposisi Obat
406
Rebamipide 100 mg Erdostein 175 mg/5 ml 60 ml Busulfan 2 mg
407
Nalgestan Tab
Fenilpropanolamin HCl 15 mg, Klorfeniramin maleat 2 mg
409
411 412 413
Label MTM
Natrium bikarbonat 500 mg Natrium diklofenak 25 mg, 50 mg
Natrium iopodat 500 mg
Neomisin 500 mg Protein (casein 8.76 g, Arginine 2.5 g,
USP DI
(MTM) Jangan gunakan analgesik, transquilizer, antidepresan, 5, 12, 15, sedatif selama 17 menggunakan morfin tanpa petunjuk dokter (MTM) -
27
5, 17, 27
5, 17, 27
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22
12, 15
-
-
3, 5, 15, 17, 25, 27
-
-
-
-
-
3, 15, 27
-
5, 17, 22, 27
3, 5, 15, 17, 21
-
-
-
-
-
-
-
4
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Kulit menjadi lebih gelap (MTM) Jangan berikan tablet SR atau kapsul untuk anak < 12 tahun dan sirup atau tablet kunyah untuk anak < 6 tahun (MTM) Harus diberikan 1-3 jam setelah makan (DIH)
73
Universitas Indonesia
410
Natrium bikarbonat Kaps Natrium diklofenak Tab , Voltaren 25 dan 50 Tab salut enterik Natrium iopodat Kaps Nephrisol Serbuk Neomisin Kaps Neo-Mune Serbuk
IONI
Morfin sulfat 10 mg, 15 mg, 30 mg
Mucosta Tab Mucotein, Vectrine Sirup kering Myleran Tab
408
DIH
No
Neuralgin Tab
Komposisi Obat Glutamine 1.25 g) 12.5 g, Carbohydrate (dextrin 22.51 g, Fructose 2.5 g) 25.01 g, Polydextrose 1.92 g, Fat (corn oil 1.67 g, MCT 3.01 g, Fish oil 1.11 g) 5.79 g, Vit A 660.48 iu, β-Carotene 580.32 iu, Vit D 60 iu, Vit E 12 iu, Vit B1 0.6 mg, Vit B2 0.4 mg, Vit B6 0.6 mg, Vit B12 1.6 mcg, Vit C 66.72 mg, Pantothenic acid 1.2 mg, Niacin 4 mg, Folic acid 80.16 mcg, Biotin 60 mcg, Choline 60 mcg, Vit K 12 mcg, Taurine 20.02 mg, L-Carnitine 20.02 mg, Ca 120 mg, Phosphorus 120 mg, Iodine 20.02 mcg, Fe 2.4 mg, Mg 54.72 mg, Copper 0.3 mg, Zn 3 mg, Manganese 0.4 mg, Cl 177.6 mg, K 211.2 mg, Na 160.8 mg. per 48 g Parasetamol 350 mg, ibuprofen 200 mg,
DIH
IONI
Label MTM
-
3, 25, 30
3, 5, 17, 22
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
17
Keterangan
Dewasa : jangan menggunakan obat ini
74
Universitas Indonesia
414
Nama Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
caffein 50 mg
415
416
417
418
Neurodex Tab
Neurosanbe Tab film coated Neviral Tab
New Diatab Tab
Vit.B1 100 mg, Vit.B6 100 mg, Vit.B12 5000 mcg Vit.B1 100 mg, Vit.B6 200 mg, Vit.B12 250 mcg Vit.B1 100 mg, Vit.B6 200 mg, Vit.B12 250 mcg Nevirapin 200 mg
Activated attapulgite 600 mg
lebih dari 10 hari (5 hari untuk anak) tanpa resep dokter dan jangan berikan obat ini untuk anak lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM). -
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4, 12
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Pasien disarankan untuk menghentikan pengobatan dan meminta pengobatan medis dengan segera bila gejala hepatitis, reaksi kulit yang parah, atau reaksi hipersensitifitas memburuk (IONI). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan,dapat diberikan bersama antasida (USP DI &DIH) 75
Universitas Indonesia
419
Neurosanbe 5000 Tab
Keterangan
No 420 421 422
423 424 425 426
427 428
430
Komposisi Obat
Nexium Tab salut film Nicergolin Tab (Serolin) Nifedipin Farmalat Tab
Esomeperazol 20 mg
Nikotinamid Tab Nimotop Tab salut film Nistatin Tab salut Nistatin, Mycostatin, Candistatin Drop 12 ml Nitrofurantoin Kaps
Nikotinamid 100 mg Nimodipin 30 mg
Nitrokaf retard, Nitrokaf retard forte Kaps susteined release Nipe Sirup
Nitrogliserin 2,5 mg, 5 mg
Nipe Paed drop
Nicergolin 10 mg
IONI
2
-
2
2, 4, 27
-
-
-
-
-
3, 27
2/11, 12, 17, 27
12, 27
-
-
3, 27
-
-
-
-
12
4
27
4
1
4
1
4
3
4, 23
3, 15, 23, 27
3, 4, 23, 27
15, 27
-
5, 12, 17, 27
2/11, 5, 12, 15, 17, 27
-
-
-
-
-
-
-
-
Nifedipin 10 mg
Nistatin 500.000 UI Nistatin 100.000 IU/ml
Nitrofurantoin 50 mg
Isotipendil 2 mg, 289Asetaminofen 120 mg, Fenilefrin HCl 5 mg Per 5 ml Isotipendil HCl 1 mg, Asetaminofen 120 mg, Fenilefrin HCl 5 mg Per
Label MTM
DIH
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
Keterangan Paling baik diberikan sebelum sarapan (DIH)
Hindari jus anggur (MTM). Secara umum dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH)
Jangan gunakan sildenafil bersama obat ini (USP DI)
76
Universitas Indonesia
429
Nama Obat
No
431 432
433
434
435
436 437
Komposisi Obat
ml Nonflamin Kaps Tinoridin HCl 50 mg Noperten, Tensiphar Lisinopril dihidrat 5 mg, Tab 10 mg
Normafit Tab
Noza Kaplet
Nutriflam Tab
Obat batuk Hitam Cairan (OBH) Obat batuk Hitam Cairan konsentrat (OBH) Ofloxacin Tab
Bilberry 80 mg, Lutein 55,5 mg, Zeaxanthin 4,51 mg, Astaxantin 65,15 mg Tripolidin HCl 2,5 mg, Pseudoefedrin HCl 30 mg, Parasetamol 500 mg Serratiopeptidase 5 mg, pancreatin 25 mg, Lecithin 100 mg
DIH
IONI
-
-
Label MTM -
USP DI -
-
-
3, 5, 12
2, 5, 17
-
-
-
-
25
5, 17, 25, 30
3, 5, 15, 17, 25, 27
3, 5, 15, 17
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ofloksasin 200 mg, 400 mg -
4, 5, 19, 21
2/11, 5, 12, 15, 21
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
4, 5, 15
Perhatikan efek hipotensi setelah 1-3 jam pemberian dosis pertama atau dosis ditingkatkan (DIH)
Jangan berikan untuk anak < 12 tahun (MTM).
Jangan gunakan antasida, suplemen mineral atau vitamin dengan zink atau besi 2 jam setelah menggunakan obat ini (MTM & DIH). Dapat diberikan dengan makanan atau saat perut kosong
77
Universitas Indonesia
438
Nama Obat
No
439
440
442
Olandoz, Zyprexa Tab
Omeprazole, OMZ, Pumpitor, Stomacer Kaps 20 mg
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Olanzapin 10 mg -
5, 17
5, 12, 17
5, 17
27
27
27
4, 27
-
-
-
-
-
-
-
-
Omeprazol 20 mg
Ondansentron Ondansentron 4 mg dan Kaplet 4 mg dan 8 8 mg mg , Ceteron Kaplet salut film 4 mg, Cedantron 8 mg , Vometron Tab Optimax Kaplet Lutein 3 mg, Lycopene 2 mg, Vit.E 25 mg, Vit.C 100 mg, Zn 10 mg, B-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan (USP DI) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan,atau saat perut kosong (USP DI) Diminum sebelum makan. Jangan merokok selama menggunakan obat ini karena merokok menurunkan efektifitasnya (MTM). Saran : telan seluruh kapsul, larutkan tablet dalam air atau campur isi kapsul dengan sari buah atau yoghurt (IONI). Harus diberikan saat perut kosong, paling baik sebelum sarapan (DIH) Diberikan tanpa makanan (MTM &DIH)
78
Universitas Indonesia
441
Nama Obat
No
443
444
445
Optimax Plus Sirup
Oralit, Pharolite Serbuk
Orezync serbuk
Oscal, Rocaltrol Kaps
Komposisi Obat Carotene 6000 IU, Bilberry extr 80 mg Lutein 1 mg, Lycopene 0,5 mg, Zeaxanthin 350 mcg, Vit.E 12,5 mg, Vit.C 50 mg, Zn 2,5 mg, B-Carotene 10% 2,5 mg, Bilberry dry extr 40 mg Per 5 ml Natrium klorida 0,52 g + kalium klorida 0,30 g + glukosa anhidrat 2,70 g + trinatrium sitrat dihidrat 0,58 g Zink sulfat 10 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2/11
-
-
-
-
Kalsitriol 0,25 mcg, 0,5 mcg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Jika mengganggu GI dapat diberikan bersama makanan. Jangan berikan suplemen zink dan suplemen tembaga, besi atau fosfat dalam waktu bersamaan (USP DI) Dapat diberikan tanpa makanan, pemberian bersama makanan untuk mengurangi masalah GI. Berikan asupan kalsium yang cukup selama terapi (DIH). Jangan gunakan antasida yang mengandung
79
Universitas Indonesia
446
Nama Obat
No
447
Nama Obat
Osteocal Tab kunyah
448
Ossoral Tab
449
Oste forte Kaplet
Osteocare Tab
451
Osteo-C Kaps
452
Osteokom Kaplet salut film
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Kalsium karbonat 1250 mg
Oseinhidroksiapatite comp 200 mg Glukosamin HCl 500 mg, kondroitin sulfat 400 mg, Mn 0,5 mg, Mg 10 mg, Zn 5 mg, Vit.C 50 mg Ca 300 mg, Mg 150 mg, Zn 5 mg, Vit D3 2,5 mcg Glukosamin, Condroitin, capsium, camphor, metil salisilat Glukosamin HCl 500 mg, kondroitin sulfat 400 mg, metilsulfonil metan 200 mg, Vit.C 50 mg,
-
-
14, 15
14, 15
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan magnesium selama menggunakan obat ini (USP DI) Jangan gunakan kalsium karbonat sebagai antasida > dari 2 minggu tanpa pengawasan dokter. Jika digunakan sebagai suplemen makanan, diminum bersama makanan (MTM). Diberikan 1-1 ½ jam sesudah makan (USP DI)
80
Universitas Indonesia
450
Komposisi Obat
No
453 454
455
456 457
458
Ovestin Tab Oxyvit Kaplet
Pantoprazol Tab
Komposisi Obat Selenium 15 mcg, Zn 5 mg, Mn 50 mcg, Mg gliserofosfat 10 mg Estriol 1 mg β-Carotene 10.000 IU, Vit.C 500 mg, Vit.E 100 IU Pantoprazol 40 mg
Papaverine Tab 40 mg Parasetamol, Sanmol,Tempra Drop 15 ml
Papaverine 40 mg
Parasetamol, Dumin, Sanmol Sirup 60 ml
Parasetamol 120 mg/5ml
Parasetamol Sirup forte(Tempra)
Parasetamol 100 mg/ml mg, Zn 5 mg, Vit.C 50 mg
Parasetamol 250 mg/5 ml
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
27
-
-
-
-
-
-
27
27
12, 27
4, 27
-
-
5
-
1
25, 30
1, 17
17
1
25, 30
1, 17
17
1
25, 30
1, 17
17
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan, paling baik sebelum sarapan (DIH& USP DI)
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari (5 hari untuk anak) tanpa resep Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari (5 hari untuk anak) tanpa resep dokter dan jangan berikan obat ini untuk anak lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari (5 hari untuk anak) tanpa resep
81
Universitas Indonesia
459
Nama Obat
No
460
Nama Obat
Parasetamol, Dumin, Sanmol, Sumagesic Tab
461
Parlodel Tab
462
Pedialyt Lar steril
463
465
466
Piptal Pediatric Drop Piracetam , Fepiram, Neurotam Tab dan Kaps Piracetam Sirup
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Parasetamol 500 mg dan 600 mg
Bromokriptin mesilat 2,5 mg Per L : Na 22,5 meq, K 10 meq, Cl 17,5 meq, Citrat 15 meq, Dextrose 25 g 500 ml Dipiridamol 25 mg
Pipenzolat Br 4 mg, Fenobarbital Na 6 mg, etanol 0,2 ml Piracetam 800 mg, 1200 mg Piracetam 10 % 100 ml
-
25, 30
17
17
-
3
3, 5, 12, 17
3, 5, 15, 17
-
-
-
-
2, 15
2/13
2, 15, 27
2/11, 15, 22
-
-
5, 12, 17
-
-
5
-
-
-
5
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan dokter dan jangan berikan obat ini untuk anak lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM). Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari (5 hari untuk anak) tanpa resep dokter dan untuk anak jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM).
Jika mengiritasi saluran cerna dapat diberikan bersama makanan (USP DI)
82
Universitas Indonesia
464
Persantin Tab
Komposisi Obat
No
467 468 469 470
Nama Obat (Latropil, Nootropil) Pirantel Susp Pirantel Tab Piridoksin HCl (Vitamin B6) Tab Piroxicam Tab
471
Pradaxa Kaps
472
Prazikuantel Tab
473
Prednisolon Tab
474
476 477
Primakuin fosfat (Primaquin) Primolut N Tab Probenesid Tab
Pirantel 125 mg/5 ml 30 ml Pirantel 125 mg, 250 mg Piridoksin HCl 10 mg, 25 mg Piroxicam tab 10 mg dan 20 mg Dabigastran etexillate 75 mg, 110 mg Prazikuantel 300 mg, 600 mg Prednisolon 5 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
27
-
-
3
5, 17
3,5, 15, 17, 22
15, 27
-
-
-
27
-
-
-
3, 27
3
-
3, 12
3
-
3, 12, 17
3, 12
3
-
-
3, 4
-
-
-
3, 15
3, 15, 22
3, 5, 12, 15, 17, 22
Prednison 5 mg
Primakuin fosfat 15 mg Noretisteron 5 mg Probenesid 500 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
3, 15, 17, 22
Keterangan
Jangan berbaring dalam 15 sampai 30 menit setelah minum obat ini (USP DI) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Pemberian tablet selama makan bersama air (DIH) Tingkatkan asupan piridoksin, vitamin C, vitamin D, folat kalsium, dan fosfor (DIH) Tingkatkan asupan piridoksin, vitamin C, vitamin D, folat kalsium, dan fosfor. Kurangi asupan natrium (DIH)
83
Universitas Indonesia
475
Prednison Tab
Komposisi Obat
No
Nama Obat
478
Progynova Tab
479
Prohifer 10 Tab
480
Prolacta with DHA for Baby Kaps lunak Prokarbazin HCl Kaps
481
482
484
Estradiol valerat 1 mg, 2 mg Metil fenidat HCl 10 mg Natural fish oil proving DHA 75 mg, EPA 7 mg, Arachidonic acid 100 mg Prokarbazin HCl 50 mg
Propanolol, Farmadral Tab
Tuna oil 358 mg, Omega-3 fatty acids 129 mg, DHA 97 mg, EPA 25 mg, Vit.A 690 IU, Vit.D3 69 Iu, Vit.B12 1 mcg, Folic acid 150 mcg, Vit.B6 300 mcg, Ca 200 mg, Mg 75 mg, Fe 15 mg Propanolol HCl 10 mg, 40 mg
Propitiourasil Tab
Propitiourasil 100 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
-
27
5, 12, 17, 27
3, 5, 12
-
-
-
-
17
17
15, 17, 22
5, 12, 17
-
-
-
-
12
12
5, 12, 15, 17
5, 12, 17
-
-
12
12
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Diberikan sebelum sarapan dan makan siang
Hindari makanan/minuman yang mengandung tiramin, seperti saus kedelai, keju, ikan (DIH)& USP DI
Diberikan sebelum makan dan sebelum tidur ( MTM). Harus diberikan saat perut kosong (DIH) Berikan pada waktu yang sama setiap hari, selalu dengan makanan atau antara makan (DIH)
84
Universitas Indonesia
483
Promavit Kaps lunak
Komposisi Obat
No 485
486
487
488
489
491 492
493
Prostide Tab
Komposisi Obat
Label MTM
USP DI
-
-
-
-
-
-
-
5
-
-
-
-
2/11
2/13, 12
2/11, 27
3, 4, 17
-
12
-
4
27
-
-
-
Ranitidin 150 mg, 300 mg
27
-
2/13, 15
3, 4, 17
Galantamin HBr 16 mg
-
-
-
-
Medroksiprogesteron asetat 100 mg, 500 mg
Provital Tab
Ginseng ext 50 mg, Vit.A 3250 IU, Vit.B1 10,7 mg, Vit.B2 5,5 mg, nicotinamide 27,5 mg, Vit B6 5,67 mg, Vit.B12 15 mcg dll Isoniazid 100 mg, Vit. B6 10 mg 110 ml, 225 ml Tiap 5 ml Pirazinamid 500 mg
Pyrazinamide, Sanazet Tab Ramixal, Cardace, Ramipril 1,25 mg, 2,5 Hyperil, Triatec Tab mg, 5 mg, 10 mg Ranicare Sirup Ranitidin Ranitidin, Rantin Tab 150 mg dan 300 mg Reminyl prolonged-
IONI
Finasterid 5 mg
Provera Tab 100 mg, Veraplex Tab 500 mg
Pyravit Sirup
DIH
2/11, 5, 12, 17 2/13, 15
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan Dapat diberikan tanpa makanan (DIH). Tablet dapat dikunyah untuk memudahkan menelan (USP DI) Jangan merokok karena asap rokok meningkatkan resiko stroke, tekanan darah tinggi, serangan jantung (MTM)
Hindari makanan yang mengandung tiramin dan histamin (DIH)
5, 17 3, 4, 17
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Diberikan saat sarapan
85
Universitas Indonesia
490
Nama Obat
No
Nama Obat
494
release Kaps Reminyl Tab
495
Renalyt Lar 200 ml
496 497
498
499
500
502 503
Galantamin HBr 8 mg Na 15 meq, K 4 meq, glucose 4 g, Cl 13 meq, citrate 2 meq 200 ml Leukovorin Ca Teofilin 300 mg
DIH
IONI
Retinol (Vitamin A) Kaps lunak Retinol (Vitamin A) Tab Retinol (Vitamin A) Tab salut gula Retivit Tab salut film
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
2/11, 15, 27
3
2/11, 12, 15, 27
2/11, 15, 27
2/11
3
2/11, 12, 15, 27
2/11, 15
2/11
3
2/11, 12, 15, 27
2/11, 1, 27
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Teofilin 100 mg
Vitamin A 200.000 IU Vitamin A 6000 IU Vitamin A 50.000 IU β-Carotene 0,6 mg, Vit.C 200 mg, Vit.E 60 mg, Zn 10 mg, Copper 1,5 mg, Selenium 55 mcg, Lutein
USP DI
-
Retaphyl SR Serbuk Teofilin 1000 mg
Retaphyl Tab
Label MTM
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan pagi (DIH) Diberikan saat sarapan dan makan malam (DIH)
Minuman dan makanan yang mengandung kafein dapat mempengaruhi efek Teofilin (MTM). Minuman dan makanan yang mengandung kafein dapat mempengaruhi efek Teofilin (MTM). Minuman dan makanan yang mengandung kafein dapat mempengaruhi efek Teofilin (MTM).
86
Universitas Indonesia
501
Rescuvolin Retaphyl SR Kaplet
Komposisi Obat
No
Nama Obat
504
Reviral Sirup
505
Reviral Tab
506 507
Rhinathiol Sirup Rhinofed Sirup 60 ml
508
509 510
511
513
Rhinos Neo Drop 10 ml Rhinos SR Kaps SR, Clarinase Tab Rhodium Tab salut film Rifampisin Kaps
Rifampisin + isoniazid + etambutol Kaps
2 mg Zidovudin 50 mg/5 ml 10 ml Zidovudin 100 mg, 250 mg Karbosistein Pseudoefedrin 15 mg, terfenadin 20 mg Per 5 ml Pseudoefedrin 30 mg, terfenadin 40 mg
pseudoefedrin HCl 7,5 mg/0,8 ml Loratadin 5 mg, pseudoefedrin sulfat 120 mg Diosmin 450 mg, Hesperidin 50 mg Rifampisin 300 mg
Komb : rifampisin 150 mg, isoniazid 150 mg, etambutol 400 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
12, 15
4
-
-
12, 15
4
-
-
-
-
-
5, 17
17, 25
3, 5, 17
27
5, 17
17, 25, 27
3, 5, 17
-
5, 17
17, 25
-
-
5, 17
17, 25
3, 5, 17
-
-
-
-
2/11
2/13, 12, 23
2/11, 5, 12, 17
2/11, 4, 15, 17, 23
2/11
2/13, 12, 23
2/11, 5, 12, 17
3, 4, 17, 23
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Jangan berikan tablet SR atau kapsul untuk anak < 12 tahun (MTM). Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Jangan berikan tablet SR atau kapsul untuk anak < 12 tahun (MTM)
Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen tidak bekerja dengan baik jika diberikan bersama rifampisin (USP DI) Sangat penting memberikan piridoksin selama terapi. Kontrasepsi
87
Universitas Indonesia
512
Rhinofed Tab
Komposisi Obat
No
514
515
Rifampisin + isoniazid + pirazinamid Tab kunyah
Rifampisin + isoniazid Tab kunyah
Rifampisin + isoniazid+ pirazinamid + etambutol Tab 150
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Komb : rifampisin 75 mg, isoniazid 50 mg, pirazinamid 150 mg) 2/11
2/13, 12, 23
2/11, 5, 12, 17
3, 17, 23
2/11
2/13, 12, 23
2/11, 5, 12, 17
3, 4, 17, 23
2/11
2/13, 12, 23
2/11, 5, 12, 17
3, 4, 17, 23
Kombinasi : Rifampisin 75 mg, isoniazid 50 mg
Kombinasi : rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan oral yang mengandung estrogen tidak bekerja dengan baik jika diberikan dengan kombinasi rifampisin dan isoniazid (USP DI) Jangan gunakan antasida selama 1 jam pemberian kombinasi rifampisin, isoniazid dan pirazinamid. Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen tidak bekerja dengan baik jika diberikan dengan kombinasi rifampisin dan isoniazid (USP DI) Sangat penting memberikan piridoksin selama terapi. Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen tidak bekerja dengan baik jika diberikan dengan kombinasi rifampisin dan isoniazid (USP DI) Jangan gunakan antasida selama 1 jam pemberian kombinasi rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan
88
Universitas Indonesia
516
Nama Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
mg, 275 mg, 250 mg, 450 mg, 500 mg
517
518
519
521
Risperidone, Neriphros, Risperdal Tab 1 mg dan 2 mg, Persidal, Zofredal Tab salut film Salakinase Kaps lunak Salbutamol Lasal
Rifampisin 300 mg, 450 mg, 600 mg
2/13, 12, 23
2/11, 5, 12, 17
-
5, 12, 17
5, 12, 17
-
5, 17
5, 12, 17, 21
-
-
-
-
-
-
-
-
Risperidon 1 mg dan 2 mg
Bacillus subtilis natto extr 20 mg, Prunus mume extr 10 mg Salbutamol sulfat 2 mg/5
etambutol. Sangat penting memberikan piridoksin selama terapi. Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen tidak bekerja dengan baik jika diberikan dengan kombinasi rifampisin dan isoniazid (USP DI) Kontrasepsi oral yang 2/11, 4, mengandung estrogen 15, 17, tidak bekerja dengan baik 23 jika diberikan bersama rifampisin (USP DI) Jangan merokok selama menggunakan 5, 12, 17 klonazepam, merokok dapat menurunkan efektifitasnya (MTM) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan 5, 12, 17, (MTM). Dapat diberikan 21 tanpa makanan (DIH)
2/11
Klonazepam 2 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
89
Universitas Indonesia
520
Rifampisin (Rifampicin, Rifamtibi) kaplet salut film, Kaps 300 mg, Tab 450 mg Riklona 2 Tab salut selaput
USP DI
No
522 523
524
525 526
528
sirup Salbutamol, Lasal Tab Salofalk Tab
San-B-Plex Baby Drop
Sandimmun Kaps lunak Santibi plus Tab
Sefaleksin (Cephalexin) Kaps
Sefuroksim
Komposisi Obat ml Salbutamol sulfat 2 mg, 4 mg Mesalazine 250 mg
Vit.A 5000 IU, Vit.D 400 iu, Vit.B1 1 mg, Vit.B2 1,2 mg, Vit.B6 1 mg, Nicotinamide 10 mg, Pantotenic acid 5 mg, Vit.C 50 mg Siklosporin 100 mg
DIH
IONI
-
27
Label MTM -
USP DI -
27
-
-
4, 15, 27
-
-
-
-
-
-
12
12
-
2/13, 12
2/11, 5, 12,17
3, 4, 5, 17
-
4
2/11, 15
4
3
3, 4, 27
3, 4,
4
Etambutol HCl 250 mg, vit.B6 6 mg, INH 100 mg
Sefaleksin 250 mg, 500 mg
Sefuroksim 500 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH). Dapat diberikan sebelum makan dan tidur (USP DI)
Hindari jus anggur (DIH& USP DI) Jangan gunakan antasida selama 1 jam pemberian kombinasi rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol. Sangat penting memberikan piridoksin selama terapi (USP DI) Dapat diberikan saat perut kosong. Jika mengiritasi saluran cerna, dapat diberikan dengan makanan (USP DI) Dapat diberikan saat perut
90
Universitas Indonesia
527
Nama Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
(Anbacim, Sharox) Tab salut selaput
529
530
531
Seloxy Kaps salut film
Serlof Kaplet , Zoloft Tab salut film
Sertralin HCl Tab salut film (Zoloft)
USP DI
kosong. Jika mengiritasi saluran cerna, dapat diberikan dengan makanan (USP DI)
15, 27 α-Lipoic acid 100 mg, Vit.C 500 mg, Zn picolinate 50 mg, Se 50 mcg, β-Carotene 5.000 IU β-Carotene 10.000 IU, Vit.C 250 mg, Vit.E 200 IU, Zn-sulfat 20 mg, Se 30 mcg Sertralin HCl 50 mg
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
5, 12, 17
5, 12, 17
-
12
5, 12, 17
5, 12, 17
Sertralin HCl 50 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Diberikan pagi atau malam hari dengan atau tanpa makanan (MTM). Anakanak dan remaja < 18 tahun tidak direkomendasikan (IONI). Jangan berikan sertralin dengan atau selama 14 hari penggunaan MAO inhibitor (furazolidone, prokarbazin, phenelzine) (USP DI) Diberikan pagi atau malam hari dengan atau tanpa makanan (MTM). Anakanak dan remaja < 18
91
Universitas Indonesia
532
Seloxy AA Kaps
Label MTM
No
533
534
535
536
Seroquel Tab
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Quetiapin 100 mg, 200 mg, 300 mg
-
-
-
5, 17
Seroquel XR ER Tab
Quetiapin fumarat 300 mg, 400 mg
27
-
-
5, 17
Sianokobalamin (Vit.B12) Tab (Vitamin B.12) Sifrol Tab
Vitamin B.12 10 mcg, 50 mcg dan 100 mcg
-
-
-
-
Simarc-2 Tab
Pramipeksol diHCl 0,125 mg; 0,25 mg; 0,375 mg; 0,750 mg
-
-
-
5, 12
-
-
12, 17
12, 17
Warfarin Na 2 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan tahun tidak direkomendasikan (IONI). Jangan berikan sertralin dengan atau selama 14 hari penggunaan MAO inhibitor (furazolidone, prokarbazin, phenelzine) (USP DI) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH& USP DI) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH& USP DI)
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Dapatdiberikan dengan makanan untuk mengurangi gangguan GI (DIH) Jangan mengganti produk warfarin dengan nama dagang yang berbeda karena memiliki efek yang berbeda (MTM). Dapat diberikan dengan atau
92
Universitas Indonesia
537
Nama Obat
No
538
540
Simvastatin Kaplet salut film
Sinupret Drop
Sinupret Tab
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Simvastatin 10 mg
Gentiane radix 7,69 %, Primulaekum kalikibus flores 23,08 %, Rumicis herba 23,08 %, Verbenae herba 23,08 % Gentiane radix 7,69 %,
-
-
12, 17, 21
12
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan tanpa makanan. Makanan tinggi vitamin K (seperti daging sapi, teh hijau, sayuran berdaun hijau) menghambat efek antikoagulan (DIH) Diberikan sebelum tidur. Hindari makanan tinggi lemak seperti daging, telur cake, coklat, kelapa, keju dan makanan berminyak(MTM). Diberikan malam hari. Bila terjadi gangguan otot yang parah, maka statin harus dihentikan (IONI). Dapat diberikan tanpa makanan. Pemberian malam hari untuk memaksimalkan efek obat (DIH). Jangan minum obat ini bersama dengan jus anggur (USP DI)
93
Universitas Indonesia
539
Nama Obat
No
541
Nama Obat
Sistenol Kaplet
542
Sohobion Tab
543
Somadril Coumpound Tab
544 545
Stalevo (Levodopa, karbidopa, entakopa) Tab salut film
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Primulaekum kalikibus flores 23,08 %, Rumicis herba 23,08 %, Verbenae herba 23,08 % Parasetamol 500 mg, Nasetilsistein 200 mg
Vitamin B1 100 mg, B6 100 mg, B12 5000 mcg Paracetamol, Carisopodrol, caffein Spiramycin 500 mg Spironolakton 25 mg, 100 mg
Levodopa 100 mg, karbidopa 25 mg, entakopa 200 mg
-
25, 30
17
17
-
-
-
-
-
5, 12, 17, 25, 30 -
17
17
-
-
3
3
3, 5, 12, 17
3
-
23, 27
3, 5, 17, 27
3, 5, 12, 23, 27
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Dewasa : jangan menggunakan obat ini lebih dari 10 hari (5 hari untuk anak) tanpa resep dokter dan untuk anak jangan berikan obat ini lebih dari 5 dosis selama 24 jam (MTM).
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH)
Aspirin menurunkan efek spironolakton (MTM). Asupan kalium (seperti pisang, kacang) yang berlebihan harus dihindari (DIH). Diberikan pagi hari (USP DI)
94
Universitas Indonesia
546
Spiramycin Tab Spironolakton, Aldactone, Letonal, Spironolacton Tab
Komposisi Obat
No 547
Nama Obat
Komposisi Obat
548
Stavudin, Staviral Tab Stimuno Kaps
549
Stimuno Extr Sirup
550 551
Stugeron Tab Subutex
552
Sulcolon Kaplet salut enterik
Sulfasalazin 500 mg
Sulfitis Kaplet salut enterik
Sulfasalazin 500 mg
Sulfasalazin Tab
Sulfasalazin 500 mg
553
554
555
557
558
Sulfasalazin Tab
Phylalanthi herba extr 50 mg Phylalanthi herba extr 25 mg/5 ml 1 L Sinarizine 25 mg Buprenorfin HCl
IONI
-
-
-
4, 12
-
-
-
-
-
-
-
-
-
5, 17
-
9
5, 9, 17
-
3, 27
15, 18, 23
3, 27
18, 23
3, 27
23
15
4, 15
-
3, 27
23
3, 15, 21, 23, 27
-
-
22
-
-
-
3, 15, 21, 23, 27 3, 15, 21, 23, 27 3, 15, 21, 23, 27
Sulfadiazin 500 mg
Sulfasalazin 500 mg
Tamoksifen sitrat (tamoxifen) Tab salut selaput
Tamoksifen sitrat 20 mg
Tebokan, Tebokan
Ginko biloba extr (EGB
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
Keterangan Dapat diberikan tanpa makanan (DIH)
5, 12, 15, 17 3, 4, 5, Dikontraindikasikan anak 15, 21, < 2 tahun (IONI& USP 27 DI) 3, 4, 5, 15, 21, 27 3, 4, 5, 15, 21, 27 Tidak boleh diberikan 4, 5, 15, untuk anak < dari 2 tahun 21 (USP DI) 3, 4, 5, 15, 21, 27 Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. 12 Hindari buah anggur dan jus anggur (DIH) -
95
Universitas Indonesia
556
Sulfadiazin Tab
Stavudin 30 mg, 40 mg
Label MTM
DIH
No
Nama Obat SP Tab
559 560
561
Telfast plus Tab salut lepas Tetrasiklin HCl (Tetracyclin) Kaps
TGF Tab
Thyrozol Tab Tiamfenikol
564
Tiamfenikol, Thiamycin Sirup 60 ml
761) 40 mg, standadized at 9,6 mg ginko flavone glycosides Feksofenadin HCl, pseudoefedrin HCl Tetrasiklin HCl 250 mg, 500 mg
Lutein 3 mg, Zeaxanthin 0,25 mg, Astaxantin 3 mg Thiamazol 5 mg Tiamfenikol 250 mg, 500 mg Tiamfenikol 125 mg/5 ml
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
-
5, 17
25, 27
5, 15, 17
2/11
2, 4, 20
2/11, 4, 15, 20, 21
2/11, 4, 15, 20, 21
-
-
-
-
-
-
-
12
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Tidak untuk anak < 6 tahun (IONI). Tetrasilkin tidak boleh diberikan untuk anak <8 tahun (USP DI), ibu hamil dan menyusui. Tertrasilkin diberikan 2 jam sebelum atau 3 jam setelah pemberian preparat besi, dan diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah antasida, laksatif dan suplemen kalsium (MTM). Diberikan 1-2 jam atau 4 jam setelah pemberian antasida (DIH)
96
Universitas Indonesia
562 563
Komposisi Obat
No 565
566 567
568
569
571
Tiamfenikol, Thiamycin Sirup forte 60 ml Tiamin HCl (Vitamin B1) Tab Tiaryt Tab
Topamax Tab
Torasic Tab salut selaput
Komposisi Obat Tiamfenikol 250 mg/5 ml Vitamin B1 50 mg, 100 mg Amiodaron HCl 200 mg
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
-
-
3, 12
-
-
21
3, 12, 17, 21
21
27
5, 12, 15
5, 12, 17, 27
5, 15, 27
3
3, 25
3, 5, 17, 22
3, 15
-
5, 17
5, 17
5, 12, 17
-
-
-
-
Topiramat 25 mg, 50 mg
Ketorolak trometamin 10 mg
Tramadol, Tradosik, Tramadol HCl 50 mg Tramal Kaps Transpulmin Sirup Pipazetat 10 mg, Isotipendil HCl 2 mg,
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Berikan secara konsisten, bersama atau tanpa makanan. Berikan bersama makanan jika digunakan dosis tinggi atau untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI (DIH) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH). Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen tidak bekerja dengan baik /jika digunakan bersama topiramat (USP DI) Diberikan tidak > 5 hari (MTM). Jangan berbaring 15-30 menit setelah menggunakan obat ini. Jangan gunakan > dari 5 hari (USP DI) Pemberian tanpa makanan (DIH) 97
Universitas Indonesia
570
Nama Obat
No
572
Nama Obat
Triaminic Pilek Sirup
573
Tribestan Tab
574
Trifluoperazin HCl, Stelazine Tab Triheksifenidil HCl, Artane, Hexymer Tab
575
Trilac Tab
DIH
IONI
Liquorice extr 50 mg, Gliseril guaiakolat 25 mg Per 5 ml Pseudoefedrin 15 mg, Terfenadin 20 mg Per 5 ml
Tribulus terrestris L 250 mg Trifluoperazin HCl 5 mg
Label MTM
USP DI
-
5, 17
17, 25, 27
3, 5, 15, 17
-
-
-
-
-
5, 17
5, 12, 17, 21
3, 5, 12, 15, 17
Triheksifenidil HCl 2 mg -
12
3, 5, 15, 17, 27
3, 5, 12, 17
-
3
3, 12, 17
3, 12
-
3, 12
-
5, 12, 17
3
-
2/11, 15
21
Triamsinolon asetonid 4 mg
577
Trileptal Kaps
Oksarbazepin 300 mg
578
Trimetoprim Tab
Trimetoprim 200 mg
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan
Kombinasi yang mengandung terfenadin tidak boleh diberikan dengan klaritomisin, eritromisin, itrakonazol, ketokonazol atau mibefradil (USP DI)
Jika menggunakan antasida, gunakan 1 jam setelah menggunakan triheksifenidil (MTM). Paling baik diberikan bersama makanan (DIH) Diberikan pagi hari setelah sarapan. Jika menderita diabetes, triamsinolon meningkatkan kadar gula darah (MTM) Dapat diberikan tanpa makanan (DIH) Jangan berikan untuk anak < 12 tahun. Dapat
98
Universitas Indonesia
576
Komposisi Obat
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
USP DI
Keterangan diberikan saat perut kosong, jika mengiritasi saluran cerna dapat diberikan dengan makanan (USP DI)
579
580
Tripanzym Kaplet salut gula enterik
582
Tizacom, Sirdalud Tab Trizedon MR Tab salut film Ultracet Tab
583
Urdafalk Kaps
584 585
Urecholin Tab Urinter, Urotractin Kaps Urixin Tab salut film Urogetix Kaplet
581
586
588 589
Valsartan, Valsartan NI Tab Valvir Tab salut film
Trimetazidin diHCl 35 mg Tramadol 37,5, parasetamol 325 mg Ursodeoxycholic acid 250 mg Betanekol klorida Asam pipemidat 400 mg Asam pipemidat 400 mg Fenazopiridin HCl 100 mg Valsartan 160 mg dan 80 mg Valasiklovir HCl 500 mg
-
-
-
-
3
5, 17
5, 17
5, 12
-
-
-
-
27
-
5, 17
5, 12, 17
-
3
-
-
2/11
-
2/11
2/11
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
3, 23
-
-
12
3, 5
-
4
12
4
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan. Jika terjadi gangguan GI, berikan bersama makanan
99
Universitas Indonesia
587
Pancreatin 170 mg, Activated dimethyl polysiloxane 80 mg Tizanidin HCl 2 mg
No
Nama Obat
Komposisi Obat
DIH
IONI
Label MTM
Keterangan
USP DI (DIH)
590 591 592
593
594
Verapamil Tab salut film Vesicare Tab salut film Vialyn Sirup
Viostin Com DS Kaplet Vistrum Sirup
Verapamil HCl 40 mg
27
27
5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
12 Dapat diberikan tanpa makanan (DIH)
100
Universitas Indonesia
Solifenasin suksinat 5 mg Vit.A 4.000 IU, Vit.B1 HCl 2,5 mg, Vit.B2 phosphate 2,5 mg, DPanthenol 5 mg, Nicotinamide 15 mg, Vit.B6 HCl 0,75 mg, Vit.C 60 mg, Vit.D 200 IU, Vit.B12 5 mcg, Ca gluconate 300 mg, Zn sulfate 3 mg, Lysine HCl 200 mg Per 5 ml Glukosamin HCl 500 mg, kondroitin sulfat 400 mg, MN 0,5 mg Colostrum bovine 250 mg, Fructoligosaccharide 1,5 g, Zn 3 mg Curcuma longa rhizoma extr (curcuminoid complex 95% / Bio-curcumin / BCM-95) 150 mg, Silymarin phytosome 35 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, Liquiritiae
3, 27
3, 12, 27
No
595
596
597
598
Vitacur Sirup
Vitamin B kompleks Tab
Vitanorm Tab
Vostem Kaps
Xarelto Tab Xeloda Tab salut film
Komposisi Obat radix 135 mg, Choline bitatrate 150 mg, Vit.B6 2 mg Curcuminoid, β-Caroten, Vit.B1, Vit.B2, Vit.B6, Vit.B12, Vit.D, Dexpanthenol, Ca Pidolate, fructo oligosakarida Vit.B1 2 mg, Vit.B2 2 mg, Vit.B6 2 mg, Calcium pantotenat 10 mg, Nicotinamid 20 mg Vaccunium myrtillus fructus axtract 80 mg, Calendula officinalis flos extract 36 10 mg, Helenium autumnale flos extract 12,09 mg Glukosamin HCl, kondroitin sulfat, Vit.C, mineral Rivaroxaban 10 mg Kapesitabin 500 mg
601
Xenocy Tab
Atomoxetine 10 mg
602
Yasmin Tab
Drospirenon 3 mg, etinil
Label MTM
DIH
IONI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15, 27
-
-
-
-
-
3
-
12
-
-
-
-
-
-
-
-
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
USP DI
Keterangan
Diberikan dengan air 30 menit setelah makan (DIH& USP DI) Dapat diberikan dengan atau tanpa makanan (DIH)
101
Universitas Indonesia
599 600
Nama Obat
No
Nama Obat
603
Yaz Tab
604
Zegavit Tab
605
606
Zinkid Sirup
estradiol 0,03 mg Drospirenon 3 mg, etinil estradiol 0,02 mg Vit.E 30 IU, Vit.C 750 mg, Vit.B1 15 mg, Vit.B2 15 mg, Niacinamide 100 mg, Vit.B6 25 mg, Vit.B12 12 mcg, Folic acid 0,4 mg, Ca 20 mg, Pantothenic acid 20 mg, Zn 20 mg Zink sulfat 10 mg/5 ml
Label MTM
DIH
IONI
USP DI
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
2/11
-
-
-
2/11
Zink sulfat 20 mg
Keterangan
Jika mengganggu GI dapat diberikan bersama makanan. Jangan berikan suplemen zink dan suplemen tembaga, besi, atau fosfor dalam waktu bersamaan (USP DI) Jika mengganggu GI dapat diberikan bersama makanan. Jangan berikan suplemen zink dan suplemen tembaga, besi, atau fosfor dalam waktu bersamaan (USP DI) 102
Universitas Indonesia
Zinkid, Diazink Tab
Komposisi Obat
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Keterangan Nomor Label Sediaan Berdasarkan Label RSUP Fatmawati dan IONI No
LABEL
PERINGATAN
1
KOCOK DAHULU
KOCOK DAHULU 1
2 OBAT INI DIMINUM SATU JAM SEBELUM MAKAN
2
OBAT INI DIMINUM SATU JAM SEBELUM MAKAN
OBAT INI DIMINUM SEGERA SESUDAH MAKAN
3
OBAT INI DIMINUM SEGERA SESUDAH MAKAN
3
4 OBAT INI HARUS DIMINUM SAMPAI HABIS SESUAI DENGAN PETUNJUK 4
5 OBAT INI MENYEBABKAN MENGANTUK, JANGAN MENGENDARAI MOBIL ATAU MENJALANKAN MESIN 5
OBAT INI HARUS DIMINUM SAMPAI HABIS SESUAI DENGAN PETUNJUK OBAT INI MENYEBABKAN MENGANTUK, JANGAN MENGENDARAI MOBIL ATAU MENJALANKAN MESIN
6 HANYA DIPERGUNAKAN MELALUI ANUS ATAU DUBUR 6 6
HANYA DIPERGUNAKAN MELALUI ANUS ATAU DUBUR
7 HANYA DIPERGUNAKAN MELALUI VAGINA 7 6
HANYA DIPERGUNAKAN MELALUI VAGINA
8 OBAT LUAR JANGAN DIMINUM 8 6
9 OBAT INI DIPERGUNAKAN (DILETAKKAN) DI BAWAH LIDAH & DIHISAP SAMPAI HABIS
9
OBAT LUAR JANGAN DIMINUM OBAT INI DIPERGUNAKAN (DILETAKKAN) DI BAWAH LIDAH & DIHISAP SAMPAI HABIS
9 6
103
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
104 NO
LABEL
PERINGATAN
10 OBAT INI HARUS DILARUTKAN DAHULU DALAM SEGELAS AIR PUTIH DAN DIMINUM
10 SEGELAS AIR PUTIH
OBAT INI HARUS DILARUTKAN DAHULU DALAM SEGELAS AIR PUTIH DAN DIMINUM
11 OBAT INI DIMINUM 2 JAM SESUDAH MAKAN 11
OBAT INI DIMINUM 2 JAM SESUDAH MAKAN
12 JANGAN BERHENTI MINUM OBAT INI SECARA TIBA-TIBA, KECUALI ATAS PETUNJUK DOKTER
12
JANGAN BERHENTI MINUM OBAT INI SECARA TIBA-TIBA, KECUALI ATAS PETUNJUK DOKTER
13 OBAT INI DIMINUM SETENGAH JAM SEBELUM MAKAN 13
OBAT INI DIMINUM SETENGAH JAM SEBELUM MAKAN
OBAT INI DIKUNYAH DAHULU SEBELUM DITELAN 14
OBAT INI DIKUNYAH DAHULU SEBELUM DITELAN
14
15 HARUS BANYAK MINUM AIR PUTIH 15
HARUS BANYAK MINUM AIR PUTIH
16 SIMPAN DALAM LEMARI ES 16
SIMPAN DALAM LEMARI ES
17 HINDARI MINUMAN BERALKOHOL 17
HINDARI MINUMAN BERALKOHOL
18 JANGAN DIGUNAKAN BERSAMAAN DENGAN OBAT BERLABEL 27 18
JANGAN DIGUNAKAN BERSAMAAN DENGAN OBAT BERLABEL 27 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
105 NO
LABEL
PERINGATAN
JANGAN MINUM OBAT YANG MENGANDUNG BESI ATAU ZINK BERSAMAAN DENGAN OBAT INI 19
JANGAN MINUM OBAT YANG MENGANDUNG BESI ATAU ZINK BERSAMAAN DENGAN OBAT INI
19
OBAT INI
20 JANGAN MINUM SUSU, OBAT YANG TIDAK DAPAT DICERNA ATAU OBAT YANG MENGANDUNG BESI ATAU ZINK BERSAMAAN DENGAN OBAT INI 20
21 HINDARI KULIT DARI PAPARAN CAHAYA MATAHARI ATAU CAHAYA LAMPU SECARA LANGSUNG 21
22 JANGAN MENGGUNAKAN OBAT YANG MENGANDUNG ASETOSAL BERSAMAAN 22 DENGAN PENGGUNAAN OBAT INI
JANGAN MINUM SUSU, OBAT YANG TIDAK DAPAT DICERNA ATAU OBAT YANG MENGANDUNG BESI ATAU ZINK BERSAMAAN DENGAN OBAT INI HINDARI KULIT DARI PAPARAN CAHAYA MATAHARI ATAU CAHAYA LAMPU SECARA LANGSUNG JANGAN MENGGUNAKAN OBAT YANG MENGANDUNG ASETOSAL BERSAMAAN DENGAN PENGGUNAAN OBAT INI
23 OBAT INI DAPAT MENYEBABKAN URIN BERWARNA 23
OBAT INI DAPAT MENYEBABKAN URIN BERWARNA
24 BAHAN MUDAH TERBAKAR : JAUHKAN DARI API 24
BAHAN MUDAH TERBAKAR : JAUHKAN DARI API
25 JANGAN DIGUNAKAN LEBIH DARI….. DALAM 24 JAM 25
JANGAN DIGUNAKAN LEBIH DARI….. DALAM 24 JAM
24 JAM 26 JANGAN DIGUNAKAN LEBIH DARI….. DALAM 24 JAM ATAU ….. DALAM SATU MINGGU 26
JANGAN DIGUNAKAN LEBIH DARI….. DALAM 24 JAM ATAU ….. DALAM SATU MINGGU Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
106
NO
LABEL
PERINGATAN
27 OBAT SELURUHNYA DITELAN, TIDAK DIKUNYAH
27
OBAT SELURUHNYA DITELAN, TIDAK DIKUNYAH
28 DISEBARKAN / DIOLESKAN TIPIS-TIPIS 28
DISEBARKAN / DIOLESKAN TIPIS-TIPIS
29 JANGAN MENGGUNAKAN LEBIH DARI 2 DOSIS SETIAP KALI PENGGUNAAN. JANGAN MENGGUNAKAN LEBIH DARI 8 DOSIS DALAM WAKTU 24 JAM 29
JANGAN MENGGUNAKAN LEBIH DARI 2 DOSIS SETIAP KALI PENGGUNAAN. JANGAN MENGGUNAKAN LEBIH DARI 8 DOSIS DALAM WAKTU 24 JAM
JANGAN DIGUNAKAN BERSAMAAN DENGAN SEDIAAN YANG MENGANDUNG PARASETAMOL 30
JANGAN DIGUNAKAN BERSAMAAN DENGAN SEDIAAN YANG MENGANDUNG PARASETAMOL
MENGANDUNG OBAT YANG MIRIP ASETOSAL
MENGANDUNG OBAT YANG MIRIP ASETOSAL
30
31 31
Sumber : Label 1-16 (Label RSUP Fatmawati) dan Label 17-31 (BPOM RI, 2008)
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
5.1.1 Jumlah total sediaan oral yang diberi label adalah 606 jenis obat yaitu sebanyak 10 jenis bentuk serbuk, 98 jenis bentuk sirup atau larutan dan 498 jenis bentuk tablet atau kaplet.
5.2
Saran
5.2.1 Daftar label sediaan oral dipublikasikan kepada seluruh tenaga kesehatan agar dapat diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan kepada pasien guna tercapainya pengobatan yang rasional. 5.2.2 Untuk meningkatkan hasil terapi sebaiknya dilakukan konseling oleh apoteker kepada pasien mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan obat.
107
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN American Pharmacists Association (AphA). (2013-2014). Drug Information Handbook. A Comprehensive Resource for all Clinicians and Healthcare Profesionals, 22th Edition. North America : Lexicomp. American Society of Hospital Pharmacist (ASHP). (1994). Medication Teaching Manual : The Guide To Patient Drug Information, 6th Edition. United States; American Society of Hospital Pharmacist. American Society of Hospital Pharmacist (ASHP). (2004). Medication Teaching Manual : The Guide To Patient Drug Information, 8th Edition. United States; American Society of Hospital Pharmacist. Ansel, Howard C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV. Jakarta : UI Press. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2008). Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta : Sagung Seto. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik RSUP Fatmawati. (2012). Formularium Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, Edisi VI. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta : Bakti Husada. Departemen Kesehatan RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI. Joenoes, N., Z. (1990). Ars Prescribendi Resep Yang Rasional. Surabaya : Airlangga University. United States Pharmacopeia (USP). (2003). Advice For The Patient Drug Information In Lay Language Volume II, 23rd ed. United Sates : Thomson Micromedex.
108
Laporan praktek…., Maya Widiyantiana, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia