UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN DENGAN KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF DI RUANG REHABILITASI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
YUNIKA ANZIANA AVIARY 0806334590
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2013
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN DENGAN KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF DI RUANG REHABILITASI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir Ners
YUNIKA ANZIANA AVIARY 0806334590
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2013 i
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.
Nama
: Yunika Anziana Aviary
NPM
: 0806334590
Tanda Tangan : Tanggal
: 5 Juli 2013
ii
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh
:
Nama
: Yunika Anziana Aviary, S.Kep
NPM
: 0806334590
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Judul
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Klien Dengan Koping Individu Tidak Efektif di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persayaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Novy Helena CD, SKp., M.Sc
(
Penguji
(
: Dewi Sartika, SKp., M.Kep., Sp.Kep.Jiwa
Ditetapkan di : Depok Tanggal
: 5 Juli 2013
iii
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
)
)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini tepat pada waktunya.Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. My Father, My Mother, Mbak Nani, Mbak Iye’, Pakday, Budhe, Totti, Mas Dhimas Inzaghi, semua keluargaku dimana pun berada karena telah memberikan hal-hal menyenangkan dari kecil sampai saya sebesar ini, terima kasih buat doa dan dukungannya. 2. Ibu Novi Helena CD, Ibu Ice Yulia Wardani, Ibu Widya Lolita, Ibu Dewi Sartika, selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas segala bimbingan, pengarahan, koreksi serta perhatian Ibu yang sangat berati bagi penulis. 3. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah banyak membagi ilmunya dan membantu dari awal. 4. Semua pihak Rumah Sakit Ketergantungan Obat yang telah membantu, berbagi ilmu dan membimbing mahasiswa praktik selama tujuh minggu di ruang Rehabilitasi. Spesial terima kasih buat kakak-kakak perawat beserta kepala ruangan, Bapak Ade, Kak Ida, Kak Yanti, Kak Citra, Kak Titi, Kak Adek, Kak Nur, Kak Dini, Kak Merna, Bu Diah, Kak Dyan, Kak Natasya, Kak Lia, Kak Tinur, Bro Udin, Bro Yusuf, Bro Efran, Bro Lukman, Bro Agung, dan Bro Heri yang telah menerima dengan baik kedatangan mahasiswa dan banyak membantu serta berbagi ilmu setiap hari. 5. Teman-teman praktik peminatan keilmuan jiwa RSKO, Zume, Resti, Erny, Onya, Susi dan terutama teman-teman rehab yang senantiasa bersama-sama kalau dinas Mande, Cimuik, Yuyun, dan Bapak Wahyu, terima kasih buat kerjasamanya,
masalah-masalahnya,
yang
menyenangkan
atau
tidak
menyenangkan, tapi akhirnya kita selesai juga dalam tujuh minggu. Tetap semangat teman buat usaha kerasnya. iv
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
6. Semua teman-teman angkatan reguler 2008 serta teman-etman seperjuangan profesi, akhirnya kita berada di penghujung perjuangan keliling-keliling tempat praktik dengan sukses. Dan sukses terus untuk kalian semua. Special thank to pembentuk tiga sejoli praktik sepanjang profesi, Hesti dan Ayu, tiada hari tanpa bertemu kalian. terima kasih ya. Buat teman-teman yang sekelompok D terimakasih banyak bantuan dan ilmunya selama praktik. Buat Fika terima kasih banget buat jadi teman nonton penghibur stres. 7. Teman-teman seperjuangan profesi di kos’an, yang senantiasa rajin begadang dan malas mengerjakan tugas, Dani, Ayi, Cimuik, Dhilu. Mari tetap pertahankan keramaian kita. Terimakasih juga buat Pipit dan Mazy yang jadi tempat buat bagi-bagi cerita di kala waktu luang. 8. Teman-teman dekat SMA yang selalu akan dekat dimana saja, Santi dan Evik, terima kasih buat tumpangan dan cerita-ceritanya. Buat Ilzam walau tak bersua dirimu akan selalu teringat jika kita kumpul.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah akhir ners ini masih jauh dari kesempurnaan.Maka dari itu penulis mengharapkan beberapa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan karya ilmiah akhir ners ini kedepannya.Semoga karya ilmiah akhir ners ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 5 Juli 2013
Penulis
v
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Yunika Anziana Aviary
NPM
: 0806334590
Program Studi
: Ners
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Klien Dengan Koping Individu Tidak Efektif di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di: DEPOK Pada tanggal: 5 Juli 2013 Yang Menyatakan
(Yunika Anziana Aviary) vi
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Yunika Anziana Aviary
Program Studi
: Ners
Judul
: Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Klien Dengan Koping Individu Tidak Efektif di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta
Program-program penanganan penyalahgunaan NAPZA dibentuk karena fenomena kehidupan perkotaan ini berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat. Koping menjadi salah satu faktor penting, karena koping adaptif akan menurunkan kemungkinan pemakaian kembali bagi penyalahguna. Karya ilmiah ini menganalisis intervensi masalah keperawatan koping individu tidak efektif pada klien penyalahguna NAPZA di ruang rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Hasil intervensi menunjukkan klien mampu memilih koping yang kontruktif baik berfokus pada masalah atau emosi, meliputi jalan-jalan, bermain dengan anak, berbincang dengan teman, olahraga, sholat, afirmasi, mengisi waktu dengan kegiatan, pindah tempat tinggal sementara waktu dan menghindari lingkungan pemakai. Penelitian terkait koping untuk penyalahguna NAPZA perlu dikembangkan berikut keefektifannya, sejalan dengan pengaruhnya terhadap keberhasilan pemulihan penyalahguna NAPZA.
Kata Kunci : NAPZA, Penyalahgunaan Zat, Koping Tidak Efektif, Koping Pada Penyalahguna NAPZA
vii
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Nama
: Yunika Anziana Aviary
Program of Study
: Ners
Judul
: Analysis of Urban Public Health Nursing Clinical Practice in Client With
IneffectiveCoping
In
Rehabilitation
Rumah
Sakit
Ketergantungan Obat Jakarta
Treatment programs for drug abuse created based on the phenomenon of urban life which affects the health status of the community. Coping is one of important factor, because adaptive coping will reduce the possibility of relapse for abusers. This paper analyzes the intervention of coping ineffective to an abuser clients in rehabilitation, Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. Intervention results showed the client is able to choose a constructive coping focuses on the problem or emotion, such as walking down the streets, playing with children, talking with friends, exercise, prayer, affirmation, filling time with activities, moving for a while avoiding the user environment. Research related to coping for drugs abuse need to be developed including its effectiveness, in line with its effect on the success of drug abuse recovery.
Keywords
:
NAPZA, Drugs Abuse, Ineffective Coping, Coping In Drugs Abuser
viii
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................ HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. ABSTRAK ... .............................................................................................. ABSTRACT ............................................................................................... DAFTAR ISI ............................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................ 1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................ 1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................... 1.4.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 1.4.2 Manfaat Aplikatif .................................................................. 1.4.3 Manfaat Metodologi .............................................................
i ii iii iv vi vii viii ix xi xii 1 1 4 5 5 5 5 5 5 6
2. TINJAUAN TEORI ............................................................................. 2.1 Konsep NAPZA .............................................................................. 2.2 Penyalahgunaan NAPZA ................................................................ 2.3 Konsep Koping ................................................................................ 2.4 Koping dan NAPZA ........................................................................ 2.5 Asuhan Keperawatan Koping Individu Tidak Efektif pada NAPZA 2.6 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ................
7 7 11 13 15 19 21
3. KASUS KELOLAAN .......................................................................... 3.1 Pengkajian ...................................................................................... 3.2 Masalah Keperawatan .................................................................... 3.3 Pohon Masalah ............................................................................... 3.4 Diagnosa Keperawatan ...................................................................
26 26 29 30 31
4. PEMBAHASAN ................................................................................... 4.1 Profil Lahan Praktik ....................................................................... 4.2 Analisa Masalah ............................................................................. 4.3 Analisa Intervensi Keperawatan ..................................................... 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dilakukan ............................
32 32 33 37 40
5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 5.1 Kesimpulan .....................................................................................
42 42
ix
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
5.2 Saran ...............................................................................................
43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN
45
x
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar Model Adaptasi Stres Stuart ........................................
xi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
15
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengkajian Lampiran 2 Rencana Asuhan Keperawatan Lampiran 3Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Lampiran 4 Catatan Perkembangan Interaksi
xii
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan NAPZA dan gangguan adiksi merupakan salah satu masalah utama kesehatan dan sosial. Hasil penelitian BNN yang dipublikasikan pada tahun 2009 menyebutkan bahwa jumlah penyalahgunaan narkoba di Indonesia diperkirakan sebanyak 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau sekitar 1,99% dari total seluruh penduduk Indonesia yang beresiko terkena narkoba di tahun 2008 (usia 10-59 tahun). Pendistribusian jumlah penyalahgunaan tersebut meliputi 26% coba pakai, 27% teratur pakai, 40% pecandu bukan suntik dan 7% pecandu suntik. Jenis zat yang paling banyak digunakan dalam riwayat penggunaan seumur hidup berdasar korban penyalahguna yang sedang di tempat terapi dan rehabilitasi di 13 provinsi selain penggunaan kokain yaitu adalah alkohol 76,4%, ganja 59,1%, amfetamin 49,7%, heroin 48,5 % dan ekstasi 42,2% (BNN, 2009).
Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pola penggunaan NAPZA yang menimbulkan hendaya atau penyulit atau komplikasi yang berarti secara klinis dan atau fungsi sosial, seperti kesulitan untuk menunaikan kewajiban utama dalam pekerjaan atau rumah tangga atau sekolah, bila berada dalam kondisi intoksikasi yang dapat membahayakan fisik (Kemenkes RI, 2010). NAPZA sendiri merupakan akronim dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (Kemenkes RI, 2010).Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu masalah, karena dalam penggunaan jumlah berlebih untuk waktu yang cukup lama dan cukup teratur dapat menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan fisik, mental maupun kehidupan sosial, keluarga, masyarakat maupun negara.Oleh karena itu, penggunaan NAPZA yang demikian dilarang oleh undang-undang dan dilakukan penanggulangan yang bersifat terpadu.
Pelayanan terpadu yang diharuskan tersedia dalam program terapi dan rehabilitasi gangguan penggunaan NAPZA meliputi dua belas komponen yaitu medis, nutrisi, spiritual, terapi keluarga, pencegahan kekambuhan, aftercare, konseling, bantuan
1
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
2
hukum, terapi vokasional, latihan keterampilan hidup, pendidikan informasi, dan pemeriksaan tindakan HIV, hepatitis B dan C serta infeksi menular seksual (Kemenkes RI, 2011). Tujuan pelayanan program terapi dan rehabilitasi ini utamanya adalah untuk memberikan pelayanan seoptimal mungkin guna meningkatkan taraf kesehatan, mendukung pemulihan dan mempersiapkan untuk kembali ke masyarakat.
Bermacam-macam modalitas terapi dan pendekatan digunakan sesuai dengan pedoman prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan tidak semua tindakan cocok dilakukan kepada setiap penyalahguna, namun penggunaan yang tepat dapat meningkatkan keefektifan tindakan sehingga mengoptimalkan hasil akhir (Sullivan,1995). Penentuan efektifitas tindakan dan hasil akhir tidak memiliki ketetapan pasti, namun orientasi biasanya berpusat pada pemulihan yang ditandai abstensi penuh (Neagle & D’Avanzo, 2001). Karakteristik pemulihan meliputi abstensi dan perubahan gaya hidup, dengan alternatif penurunan penggunaan zat dan penggunanan substitusi (Sullivan, 1995). Kondisi abstensi didukung
dengan
tindakan
pencegahan
kekambuhan
(relapse)
untuk
mempertahankan periode abstensi dan mendukung pencapaian tujuan terapi.
Kekambuhan adalah penggunaan kembali NAPZA setelah sebuah periode abstinensia dan merupakan pengalaman yang sering terjadi dalam proses pemulihan (Kemenkes, 2010). Kekambuhan dapat terjadi karena adanya faktor predisposisi seperti latar belakang dan kemampuan sosial. Serta faktor presipitasi yang dapat memicu keinginan penggunaan NAPZA seperti tekanan peer, status emosional yang negatif, dan atau periode kemarahan. Untuk itu, strategi pencegahan kekambuhan meliputi lima hal yaitu identifikasi situasi beresiko tinggi, identifikasi koping untuk mengatasi situasi tersebut, indentifikasi tandatanda keinginan penggunaan kembali (craving), modifikasi situasi lingkungan dan mempraktikkan strategi koping di situasi kehidupan nyata (Gilbert, 2010; Sullivan, 1995).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
3
Pemulihan dengan pencapaian abstensi penuh sangatlah sulit.Hal ini dikarenakan seseorang penyalahguna NAPZA dengan adiksi harus belajar menjaga abstensi di kehidupan yang penuh kesempatan untuk menggunakan NAPZA kembali (Sullivan, 1995).Misalnya alkohol dan nikotin yang mudah untuk diperoleh serta permasalahan kehidupan yang mampu menimbulkan stres setiap saat. Oleh sebab itu, proses pemulihan memerlukan pendekatan multidimensi yang mencakup kemampuan koping yang baik, dukungan sosial, dan kontrol lingkungan (Sullivan,1995).
Aspek yang berpengaruh dalam proses pemulihan perlu diperhatikan dalam mengoptimalkan tindakan, salah satunya adalah terkait dengan kemampuan koping. Pada penelitian Kimberly Anne Hunter pada tahun 2005, dijelaskan peningkatan penggunaan strategi koping cognitif-behavioral menurunkan penggunaan zat pada pengguna alkohol selama 6 bulan setelah terapi, pengguna marijuana pada bulan ketiga dan keenam, dan pengguna polisubstanse pada bulan ketiga. Selain itu, penggunaan koping yang adaptif mampu meningkatkan hasil akhir
tindakan,
sedangkan
koping
yang
maladaptif
akan
memberikan
kecenderungan bagi seseorang untuk menggunakan zat kembali (Gilbert, 2010). Jika seseorang berada dalam kondisi beresiko tinggi dan penuh tekanan dengan strategi koping adaptif yang minimal atau peningkatan koping maladaptif akan meningkatkan kemungkinan pemakaian zat kembali.
Penelitian yang dilakukan oleh Fullerton-Hall dan Felicia Lee pada tahun 2009 tentang gaya koping dan level stress yang diterima pada penyalahgunan NAPZA yang telah pulih dari penyalahgunaan NAPZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level stress yang diterima adalah sedang ke bawah, dengan stress lebih terkait karena metode koping seperti menyalahkan diri sendiri, distraksi dan perilaku yang tidak sesuai. Stress tidak muncul atau terkait pada cara koping penerimaan dan koping yang aktif. Koping sendiri merupakan sebuah faktor protektif dari penggunaan NAPZA kembali setelah penyelesaian terapi, terutama juga pada individu dewasa dengan komorbiditas yang telah mengalami level stres kehidupan yang tinggi (Anderson, Ramo & Brown, 2006).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
4
Rumah sakit ketergantungan obat Jakarta Timur tempat penulis praktik merupakan salah satu tempat yang memfasilitasi program pemulihan bagi penyalahguna NAPZA.RSKO sendiri adalah salah satu tempat rujukan untuk penanganan penyalahguna NAPZA dan rumah sakit satu-satunya di Indonesia yang memiliki kekhususan pada NAPZA. Program yang digunakan di RSKO dalam menangani pasien dengan berdasar pada hospital based. Pada pasien yang mengikuti program rehabilitasi di RSKO menunjukkan beberapa masalah keperawatan psikososial. Salah satu masalah psikososial yang banyak muncul adalah koping individu tidak efektif.
Berdasar pada informasi bahwa koping sebagai salah satu aspek yang mampu meningkatkan efektifitas hasil program terapi penyalahgunaan NAPZA dan kesulitan pada pencapaian tujuan program dalam bentuk abstensi karena kemudahan untuk munculnya kekambuhan akan penggunaan NAPZA kembali, serta merupakan masalah yang muncul dan terdapat pada pasien yang berada pada program rehabilitasi rumah sakit ketergantungan obat Jakarta Timur, maka penulis tertarik untuk mempraktikkan dan menganalisis hasil asuhan keperawatan terkait masalah koping yang biasa muncul pada penyalahguna NAPZA.
1.2 Rumusan Masalah Koping individu tidak efektif merupakan salah satu masalah psikososial yang muncul pada pasien yang mengikuti program rehabilitasi NAPZA di RSKO Jakarta Timur. Koping merupakan salah satu aspek yang mampu menurunkan kejadian untuk terjadinya pemakaian NAPZA kembali. Penulis dengan didasarkan pada penjelasan singkat tersebut dan latar belakang diatas maka menentukan rumusan masalah yang diambil yaitu bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan koping individu tidak efektif pada pasien penyalahguna NAPZA yang sedang mengikuti program rehabilitasi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
5
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisis implementasi asuhan keperawatan klien dengan koping individu tidak efektif
1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mahasiswa mampu memberikan gambaran masalah koping individu tidak efektif pada klien dalam program rehabilitasi. 1.3.2.2 Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan psikososial masalah koping individu tidak efektif pada klien penyalahguna NAPZA. 1.3.2.3 Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara asuhan keperawatan yang diberikan dengan teori-teori terkait.
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Teoritis Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan keperawatan jiwa khususnya tentang masalah psikososial yaitu koping individu tidak efektif pada klien penyalahguna NAPZA
1.4.2 Manfaat Aplikatif 1.4.2.1 Praktik Pelayanan Keperawatan Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah psikososial yaitu koping individu tidak efektif.
1.4.2.2 Klien Karya ilmiah dapat dijadikan rujukan bagi klien dewasa untuk mengenali masalah psikososial terutama koping individu tifdak efektif sehingga nantinya klien dapat memahami cara penyelesaiannya
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
6
1.4.3 Manfaat Metodologi Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan guna meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan intervensi penanganan koping individu tidak efektif pada klien penyalahguna NAPZA
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep NAPZA NAPZA adalah akronim dari Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (Kemenkes RI, 2010).Kesemua zat tersebut sebenarnya adalah termasuk zat psikoaktif.Namun karena Indonesia memiliki undang-undang tersendiri untuk narkotika dan psikotropika maka istilahnya juga dibuat berdiri sendiri-sendiri.Alkohol juga dijadikan istilah tersendiri karena alkohol merupakan minuman yang mudah dan sering dikonsumsi oleh masyarakat baik di daerah rural maupun urban.Zat adiktif lainnya ditambahkan karena selain narkotik, psikotropika dan alkohol masih terdapat zat-zat lain yang bersifat adiktif.
NAPZA memiliki beberapa jenis, menurut undang-undang NAPZA dibagi menjadi 3 golongan utama yaitu narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Undang-undang RI nomor 22 tahun 1997 tentang narkotika mendefinisikan narkotika sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis mapun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika digolongan menjadi tiga golongan utama yaitu golongan I yang memiliki potensi sangat tinggi menimbulkan ketagihan seperti heroin atau putau, kokain dan ganja.Golongan II yang memiliki potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan seperti morfin dan petidin.Kemudian yang terakhir adalah golongan III yang berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan, contohnya kodein.Narkotika yang sering disalahgunakan seperti opiat (morfin, putau, petidin, candu dan lain-lain), ganja atau cannabis, dan kokain yang biasa dalam bentuk serbuk kokain.
7
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
8
Psikotropika menurut undang –undang RI nomor 5 tahun 1997 merupakan zat atau obat, alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika digolongkan menjadi empat dengan didasarkan pada potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan.Golongan pertama berpotensi amat kuat, kedua berpotensi kuat, ketiga berpotensi sedang, dan keempat berpotensi ringan.Psikotropika yang sering disalahgunakan misalnya psikostimulan contohnya amfetamin, ekstasi, dan shabu.Kemudian sedatif hipnotik yaitu obat penenang dan obat tidur seperti mogadon, BK, dumolid, pil koplo, lexo dan lain sebagainya.Golongan psikotropika halusinogen yang sering disalahgunakan seperti lysergic acid diethylamide dan mushroom.
Alkohol merupakan semua jenis minuman yang mengandung etil-alkohol atau etanol seperti wiski, vodka, bir, arak, tuak dan ciu (Joewana, 2005). Menurut Keppres No.3 tahun 1997 tentang pengawasan dan pengendalian minuman beralkohol, menyebutkan bahwa minuman beralkohol sering menjadi bagian dari gaya hidup atau dari budaya tertentu. Alkohol jika dikonsumsi dengan narkotika atau psikotropika akan memperkuat pengaruh obat atau zat itu dalam tubuh manusia.
Zat adiktif lainnya seperti inhalan dan solven, tembakau dan kafein (Depkes, 2006).Inhalan dan solven mudah menguap dan banyak terdapat di barang keperluan rumah tangga yang akhirnya banyak disalahgunakan seperti lem, tiner, penghapus cat kuku dan bensin. Tembakau dan kafein merupakan zat yang bila dikonsumsi dengan cara berlebih mampu menimbulkan masalah kesehatan. Rokok dan tembakau biasanya merupakan pintu masuk penyalahgunaan NAPZA pada remaja sehingga banyak dilakukan upaya pencegahan penggunaan barang tersebut (Depkes 2006).Kafein yang merupakan zat stimulan dapat menimbulkan ketergantungan jika dikonsumsi melebihi 100mg per hari atau dua cangkir kopi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
9
NAPZA berdasar efeknya terhadap susunan syaraf pusat digolongkan menjadi tiga yaitu depresan, stimulan dan halusinogen (Depkes, 2006). Golongan depresan adalah jenis NAPZA yang
berfungsi mengurangi aktivitas
fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri.Contohnya opioida (morfin, putau, kodein), sedatif-hipnotik, tranquilizer (anti cemas), alkohol dalam dosis rendah dan lain-lain.
Golongan stimulan adalah jenis zat yang merangsang fungsi susunan saraf pusat (Joewana, 2005; Sullivan, 1995). Zat ini meningkatkan fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan untuk bekerja sehingga pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Contohnya adalah kokain, amfetamin (shabu dan ekstasi), dan kafein. Ekstasi dan shabu-shabu adalah golongan stimulan yang sering disalahgunakan di Indonesia (Joewana, 2005). Selain efek positif yang diharapkan, pengguna dapat memperoleh efek negatif dari penyalahgunaan jenis psikotropika ini.
Penggunaan met-amfetamin atau shabu-shabu
berkepanjangan dapat menimbulkan komplikasi medis kardiovaskuler seperti takikardi, aritmia jantung, tekanan darah naik, stroke dan lainnya. Selain itu juga dapat menimbulkan waham, halusinasi, aktivitas motor berulang tanpa ada tujuan, tiba-tiba agresif dan gangguan efek (Neagle & D’Avanzo, 2001). Penggunaan met-amfetamin dalam dosis tinggi berulang kali sering dihubungkan dengan perilaku kekerasan dan psikosis paranoid karena ini merupakan salah satu efek penggunaan (Joewana, 2005).Masalah psikosis sendiri juga paling sering muncul pada pengguna amfetamin (Joewana, 2005).Sedangkan untuk efek negatif MDMA dapat menggangu daya ingat, konsentrasi, belajar, tidur, serta kerja ginjal dan jantung.
Golongan ketiga adalah halusinogen.Sesuai dengan namanya, jenis NAPZA ini mampu membuat efek halusinasi yang mampu merubah perasaan dan pikiran, seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda yang berakibat pada terganggunya perasaan pemakai.Golongan ini biasanya tidak digunakan dalam terapi medis.Contoh halusinogen adalah ganja atau cannabis, LSD,
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
10
berbagai jenis jamur dan kecubung. Ganja sebagai salah satu jenis halusinogen yang sering disalahgunakan memiliki banyak nama seperti cannabis atau mariyuana. Zat yang biasa dikonsumsi dengan cara dihirup asapnya ini memiliki efek menimbulkan halusinasi pengelihatan berupa kilatan sinar, bentuk-bentuk amorf, warna-warni cemerlang, bentuk-bentuk geometris, figur dan wajah orang (Jung, 2010).
Persepsi waktu dan jarak karena pemakaian ganja juga akan terganggu misalnya semenit jadi sepuluh menit, semeter jadi sepuluh meter, hal ini akan mengkhawatirkan jika pengguna sedang berkendara. Meskipun awalnya pemakaiannya dapat membuat ansietas, rasa takut serta gelisah, namun akhirnya mampu memberi efek menenangkan dan euforia.Pemakaian jangka panjang ganja dapat mempengaruhi pikiran, menurunkan kemampuan baca, berbicara dan berhitung, serta menghambat perkembangan kemampuan sosial dan mendorong pengguna menghindari masalah bukannya menyelesaikan masalah (Joewana, 2005).
NAPZA adalah jenis medikasi yang tidak dilegalkan penggunaanya secara sembarangan.Hal ini dikarenakan efek negatif yang mampu timbul dari pemakaiannya.Secara umum, penyalahgunaan segala jenis NAPZA secara berkepanjangan mampu mengubah perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, dan kesadaran pemakainya karena zat psikoaktif ini bekerja pada otak (Joewana, 2005). Kerja obat yang berpengaruh langsung pada kerja sel otak menimbulkan efek perubahan kinerja pada organ lain dimana jika terjadi secara terus menerus mampu menimbulkan perubahan pada sel otak yang nantinya mengganggu kerja organ dan berakhir pada komplikasi medis. Selain itu juga efek lain selain komplikasi medis juga muncul atau memperberat masalah psikosis sepeti waham, halusinasi, dipersonalisasi dan masalah psikosis lainnya (Sullivan, 1995).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
11
2.2 Penyalahgunaan NAPZA Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia berdasar survei yang dilakukan di 16 provinsi dengan mengambil sampel setiap masing-masing provinsi satu daerah urban (kota) dan satu daerah rural (kabupaten). menunjukkan bahwa angka penyalahgunaan NAPZA oleh pelajar dan mahasiswa lebih tinggi di kota daripada di kabupaten. Pada daerah seperti DKI Jakarta, Jawa barat, jawa tengah dan kalimantan tengah angka penyalahgunaan NAPZA cenderung stabil dari tahun 2006, 2009 dan 2011. Namun untuk DKI Jakarta cenderung menunjukkan peningkatan.Hal ini juga didukung data dari BNN yang menunjukkan kesatuan Metro jaya menduduki peringkat pertama sebagai daerah yang paling rawan untuk kasus narkoba.
Penyalahgunaan
obat merupakan
kebebasan, penggunaan secara terus
menerus akan perubahan pemikiran terkait penggunaan zat (biasanya untuk alasan selain kepentingan medikasi yang legal) yang berakibat pada gangguan fisik, mental, emosional, dan sosial pengguna, keluarga pengguna dan komunitas dalam berbagai tingkatan (Carroll, 2000). Penyalahgunaan zat juga dapat diartikan sebagai penggunaan zat yang bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial (Joewana, 2005).
Penyalahgunaan zat seperti NAPZA memiliki karakteristik khusus seperti intoksikasi, toleransi, toleransi silang, ketergantungan, kehilangan kontrol, peningkatan dorongan, nagih (craving), progressive nature, dan penggunaan mekanisme pertahanan (Sullivan,1995). Intoksikasi adalah kondisi yang timbul akibat menggunakan NAPZA sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek atau mood, perilaku atau fungsi dan respon psikofisiologis lainnya. Toleransi adalah kondisi dimana kebutuhan akan dosis NAPZA semakin meningkat untuk dapat memperoleh efek yang sebelumnya diperoleh. Sedangkan toleransi silang terjadi jika seseorang telah toleran dengan salah satu zat psikoaktif, dia juga toleran dengan zat psikoaktif lain yang memiliki fungsi farmakologis sama.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
12
Pada penyalahgunaan zat-zat adiktif tersebut respon selanjutnya yang timbul adalah munculnya ketergantungan yang merupakan suatu kelompok fenomena fisiologis, perilaku, dan kognitif akibat penggunaan suatu NAPZA tertentu yang mendapat prioritas lebih tinggi bagi individu tertentu daripada yang pernah diunggulkan pada masa lalu (Kemenkes, 2010). Ketergantungan biasanya dibagi menjadi ketergantungan psikis dan fisik. Kriteria lain yang muncul seperti rasa nagis dimana klien akan memiliki perasaan yang kuat untuk terus menggunakan. Selain itu muncul reinforcement, dimana pemakai memperlihatkan kondisi atau performa yang lebih setelah menggunakan zat.
Penyalahguna NAPZA seringkali akan kehilangan kontrol dalam mengatur pemakaian NAPZA yang membuatnya kehilangan kontrol juga akan kehidupannya. Hal ini juga dikarenakan faktor proses progesif alami (progessive nature) yang dialami yaitu dimana pemakai akan lebih mementingkan penggunaan zat daripada aspek kehidupannya yang lain. Hal ini berakibat pemakai akan mengurangi aktivitas dan membatasi pada aktivitas dan teman yang mendukung untuk memakai NAPZA. Akhirnya pemakai akan sering menunjukkan mekanisme pertahanan diri seperti penyangkalan, penolakan, rasionalisasi, dan pemikiran yang delusional (Sullivan, 1995).
Penyalahgunaan NAPZA pada akhirnya memberikan efek negatif bagi pemakai tidak hanya fisik namun juga mental, emosional dan sosial pemakai.Efeknya pun tidak hanya bagi pemakai namun juga ke lingkungan kehidupan sekitar pemakai seperti munculnya tindak kriminalitas atau kekerasan. Pada akhirnya masalah yang biasa muncul pada penyalahgunaan NAPZA disebut dengan gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif pada kelompok gangguan jiwa (Joewana, 2005). Untuk mengatasi ini, terdapat terapi yang biasa digunakan yaitu detoksifikasi dan pascadetoksifikasi.
Detoksifikasi berfokus pada terapi untuk melepaskan klien dari kelebihan dosis, intoksikasi
dan
sindrom
putus
zat
(Joewana,
2005).
Sedangkan
pascadetoksifikasi atau biasa disebut dengan rehabilitasi adalah suatu proses
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
13
pemulihan klien gangguan penggunaan NAPZA baik dalam jangka waktu pendek
maupun
mengembalikan
panjang fungsi
yang
individu
bertujuan tersebut
mengubah di
perilaku
masyarakat
untuk
(Kemenkes,
2010) .Pada fase rehabilitasi juga ditujukan kepada penyakit komorbiditas dimana terdapat dua atau lebih penyakit yang secara bersama-sama ada dalam satu individu.Misalnya dual diagnosa yaitu adanya masalah kombinasi adiksi dan masalah psikiatri.
2.3 Konsep Koping Setiap individu tidak akan terlepas dari permasalahan kehidupan yang dapat menimbulkan stres. Stres itu yang nantinya akan membuat seseorang tersebut berusaha untuk mengatasinya. Koping adalah suatu proses dari seseorang yang digunakan untuk memanajemen peristiwa atau menghadapi, merasakan dan menginterpretasi suatu stress, (Craven & Hirnle, 2003). Menurut Lazarus dan Folkman pada bukunya Stress, Appraisal, and Coping menyebutkan bahwa koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu. Jadi koping bisa diartikan sebagai istilah cara yang digunakan seseorang untuk mengatasi permasalahannya terutama yang menimbulkan stres.
Segala upaya yang dilakukan untuk mengatasi stress disebut dengan mekanisme koping (Stuart & Laraia, 2005). Mekanisme koping tersebut terdiri dari tiga tipe yaitu koping berfokus pada masalah, koping berfokus pada emosi dan koping berfokus dengan kognitif (Stuart & Laraia, 2005).Koping berfokus pada masalah menunjukkan pada usaha langsung untuk memperbaiki sebuah keadaan dengan membuat perubahan atau mengambil sebuah tindakan. Misalnya dengan cara negosiasi, konfrontasi, dan mencari pertimbangan. Koping yang berfokus pada emosi dimana seseorang lebih berorientasi untuk mengurangi distres emosi.Contoh koping berfokus pada emosi termasuk penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti penolakaan, supresi, atau proyeksi. Cara religius dan menerima adanya masalah adalah cara lain yang
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
14
sering muncul juga pada koping berfokus pada emosi ini. Sedangkan seseorang dengan koping yang berfokus dengan kognitif akan mengontrol arti masalah tersebut dan menetralisasinya. Misalnya dengan melakukan perbandingan yang positif, penggantian dari suatu hadiah, melakukan ketidaktahuan yang selektif dan devaluasi akan objek yang diinginkan.
Jenis koping yang dapat dilakukan dan muncul pada mekanisme koping berfokus pada masalah seperti menunjukkan keaktifan diri.Seseorang mencoba
menghilangkan
atau
mengelabuhi
penyebab
stres
untuk
meminimalisasi dampak, dan usaha ini menunjukkan adanya usaha langsung.Kemudian seseorang juga mampu melakukan perencanaan yaitu memikirkan bagaimana mengatasi stres dengan membuat strategi tindakan yang perlu diambil.Individu juga mampu menunjukkan kontrol diri dalam memutuskan waktu melakukan tindakan yang tepat.Terakhir, individu yang menggunakan koping berfokus pada masalah mampu mencari dukungan sosial misal mencari nasehat, pertolongan, informasi, dukungan moral, empati dan pengertian.Setiap
individu
dalam
melakukan
koping
tidak
hanya
menggunakan satu strategi tetapi dapat melakukannya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan kondisi individu (Rasmun, 2004).
Mekanisme koping yang digunakan dapat bersifat konstuktif dan dapat bersifat destruktif (Stuart & Laraia, 2005). Koping yang konstruktif jika mengangap munculnya ansietas sebagai pertanda akan adanya gangguan pada suatu sistem dan hal ini menjadi tantangan untuk diselesaikan. Hal ini menunjukkan seseorang mampu memilih dan melakukan cara koping yang dapat mengatasi masalahnya Koping yang sukses digunakan untuk mengatasi masalah ini akan menjadi pedoman bagi individu dalam mengatasi masalah selanjutnya, dan hal ini memungkinkan seseorang untuk melakukan modifikasi akan cara koping itu. Sedangkan bersifat destruktif jika adanya ansietas diacuhkan dan tidak dicari jalan keluarnya.Membuat masalah tetap ada, tidak terselesaikan dan dapat menambah tekanan pada individu tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
15
Mekanisme koping tersebut juga dapat digolongkan menjadi dua yaitu mekanisme adaptif dan maladaptif (Stuart & Laraia, 2005). Penggolongan ini dijelaskan dalam bagan model adaptasi stress Stuart dalam rentang respon koping. Jadi koping yang digunakan apakah akan meruntut pada respon yang adaptif ataukah pada respon yang maladaptif. Mekanisme koping dikatakan adaptif jika mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Koping yang menunjuk pada respon maladaptif jika menghambat fungsi intergrasi, menurunkan otonomi, dan cenderung mengganggu dengan menguasai lingkungan.
Gambar 2.1 Model Adaptasi Stress Stuart Sumber: Stuart & Laraia, 2005
2.4 Koping dan NAPZA Mekanisme koping adalah suatu upaya yang diarahkan untuk manajemen stres, yang berorientasi pada tugas dan pertahanan ego (Potter & Perry, 2005).Koping
merupakan
salah
satu
alasan
awal
pemakaian
NAPZA.Penggunaan zat psikoaktif di lingkungan daerah perkotaan biasanya
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
16
dikaitkan dengan alasan ingin memuaskan rasa ingin tahu, menjalin solidaritas, dan mengatasi stres serta rasa tidak bahagia (Joewana, 2005).Selain itu koping juga menjadi alasan penggunaan heroin, dimana dikonsumsi untuk mengatasi perasaan yang tidak enak seperti ketegangan, kecemasan, dan kesedihan. Fungsi
ganja
untuk
memperoleh
kenikmatan,
benzodiazepin
untuk
menurunkan ketegangan, dan beberapa zat lain untuk menginduksi tidur, dijadikan jalan keluar untuk mengatasi masalah yang sedang dialami pemakai.
Inti dari penggunaan NAPZA adalah untuk mengubah pengalaman kewaspadaan dan kesadaran (Carroll, 2000).Pemakai biasanya ingin merasakan nyaman, santai, jauh dari stres, tidak ada beban, dapat diterima, tidak merasa kesepian, mengatasi masalah emosional dan nyeri fisik, dan mengeksplorasi sesuatu yang belum diketahui. Banyak cara untuk mengubah tingkat kesadaran seseorang, namun NAPZA memiliki cara yng lebih mudah dan cepat dalam mencapai tujuan. NAPZA juga digunakan untuk meningkatkan kesadaran karena tuntutan lingkungan yang keras, sehingga dengan NAPZA dapat mengimbangi tuntutan itu misal meningkatkan performa kerja dengan menggunakan golongan stimulan. Selain itu, seseorang juga ingin menghindar dari tekanan lingkungan, sehingga menurunkan kesadarannya akan lingkungan dengan menggunakan golongan depresan, sehingga merasa rasa sakit berkurang, merasa nyaman dan untuk tidak merasakan apapun.
Penggunaan NAPZA selain sebagai alasan menjadi koping di awal penggunaan, dapat menjadi konsekuensi sikap yang dapat diperoleh karena penyalahgunaan dalam jangka panjang dan akhirnya menjadi stressor tersendiri (Carroll, 2000; Sullivan, 1995). Umumnya pada penyalahguna NAPZA yang lama akan memiliki metode koping yang tidak jelas, hal ini nantinya menjadikan NAPZA sebagai predominan koping yang akan digunakan jika suatu stressor muncul terutama situasi yang membuat cemas atau sakit. Selain itu, pada penyalahgunaan NAPZA akan terbentuk suatu hubungan dimana zat menjadi penentu identitas, kognisi, dan perilaku. Hal ini
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
17
juga yang menjadikan zat sebagai strategi koping utama. Jika hubungan yang telah terbentuk itu diganggu maka akan muncul karakteristik mekanisme pertahanan pada pemakai, dimana cara yang digunakan adalah dengan menyangkal, merasionalisasi pembenaran tindakan, dan berpikir delusional.
Mekanisme pertahanan tersebut merupakan strategi koping yang biasa yang disebut dengan mekanisme pertahanan ego yang digunakan penyalahguna NAPZA untuk mengatasi stress emosionalnya. Hal ini juga dijelaskan pada model adaptasi stress Stuart terkait masalah penyalahgunaan NAPZA dimana mekanisme koping yang digunakan seperti penolakan, proyeksi, rasionalisasi dan minimalisasi (Stuart & Laraia, 2005). Penolakan muncul dengan pernyataan ketidaksetujuan terhadap realita dengan mengingkari realita tersebut.Misal dengan pernyataan “aku minum setiap hari namun tidak mengganggu pekerjaanku” (Sullivan 1995; Stuart & Laraia, 2005).Pengguna meminimalisasi jumlah penggunaan atau konsekuensi penggunaan, misal dengan pernyataan “aku hanya minum dua botol sehari”.Kemudian klien mampu merasionalisasi dengan memberikan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima. Dan terakhir dengan proyeksi dimana karakteristik negatif yang dimiliki digambarkan kepada orang lain misal dengan pernyataan “jika saja istriku tidak memberi beban setiap saat”.
NAPZA selain sebagai penyelesai masalah bagi penggunannya juga dapat menjadi masalah tersendiri baginya. Pada seseorang yang menggunakan cara koping berfokus pada masalah akan menganggap bahwa penyalahgunaan NAPZA ini adalah masalah baginya sehingga akan mencari solusi untuk menyelesaikannya. Mekanisme koping seperti ini yang dapat dianggap sebagai koping konstruktif pada pemakai NAPZA.Koping yang destruktif pada pemakai ditunjukkan sebaliknya dimana penyalahgunaan NAPZA yang merupakan suatu masalah dianggap bukan masalah baginya.Hal ini menunjukkan bahwa koping tidak selalu konstruktif bagi penyalahguna sehingga respon koping yang adaptif belum tentu dapat dicapai.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
18
Peran koping pada NAPZA sangat penting karena menjadi salah satu faktor penentu kekambuhan pemakai setelah mengikuti program rehabilitas.Jika stressor muncul dan klien tidak memiliki mekanisme koping yang adaptif, biasanya penggunaan NAPZA adalah jalan penyelesaian yang dipakai (Joewana, 2005). Pada penelitian Kimberly Anne Hunter pada tahun 2005, dijelaskan peningkatan penggunaan strategi koping cognitif-behavioral menurunkan penggunaan zat pada pengguna alkohol selama 6 bulan setelah terapi, pengguna marijuana pada bulan ketiga dan keenam, dan pengguna polisubstans pada bulan ketiga. Selain itu, penggunaan koping yang adaptif mampu meningkatkan hasil akhir tindakan, sedangkan koping yang maladaptif akan memberikan kecenderungan bagi seseorang untuk menggunakan zat kembali (Gilbert, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Fullerton-Hall dan Felicia Lee pada tahun 2009 tentang gaya koping dan level stress yang diterima pada penyalahgunan NAPZA yang telah pulih dari penyalahgunaan NAPZA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level stress yang diterima adalah sedang ke bawah, dengan stress lebih terkait karena metode koping seperti menyalahkan diri sendiri, distraksi dan perilaku yang tidak sesuai. Stress tidak muncul atau terkait pada cara koping penerimaan dan koping yang aktif. Koping sendiri merupakan sebuah faktor protektif dari penggunaan NAPZA kembali setelah penyelesaian terapi, terutama juga pada individu dewasa dengan komorbiditas yang telah mengalami level stres kehidupan yang tinggi (Anderson, Ramo & Brown, 2006). Koping dan penggunaan NAPZA dapat menjadi dua aspek yang saling berkaitan satu sama lain. Pada masalah keperwatan jiwa psikososial yaitu koping individu tidak efektif ditunjukkan dengan salah satu tandanya adalah dengan pemakaian alkohol dan obat-obatan terlarang jika stres atau masalah muncul dan individu merasa tertekan dengan kondisi tersebut (Ackley & Ladwig, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
19
2.5 Asuhan Keperawatan Koping Individu Tidak Efektif pada NAPZA 2.5.1 Definisi Ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap stresor, pilihan yang tidak adekuat terhadap respons untuk bertindak, dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia (Ackley & Ladwig, 2011).
2.5.2 Batasan Karakteristik Manipulasi verbal, gangguan komunikasi, menarik diri, perilaku destruktif, penggunaan alkohol dan obat terlarang, bekerja berlebihan, reaksi lambat atau berlebih, menyatakan kesulitan dengan stres kehidupan, menyatakan ketidakmampuan mengatasi masalah, menyatakan tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan, menyatakan ansietas, menggunkan bentuk koping yang menghambat perilaku adaptif, gangguan tidur (Ackley & Ladwig, 2011).
2.5.3 Tujuan dan Kriteria Evaluasi 2.5.3.1 Menunjukkan koping yang efektif, yang ditunjukkan dengan : a. Mengidentifikasi pola koping yang efektif b. Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan c. Menggunakan perilaku positif untuk menurunkan stres d. Mengidentifikasi berbagai strategi koping e. Menggunakan strategi koping yang paling efektif f. Melaporkan penurunan perasaan dan perilaku negatif 2.5.3.2 Menunjukkan
pengendalian
diri
terhadap
impuls
dengan
mempertahankan pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten, ditunjukkan dengan (Tim Napza RSMM Bogor): a. Mampu mengontrol keinginan menggunakan zat secara mandiri b. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat c. Klien mematuhi program pengobatan 2.5.4
Intervensi Individu (Ackley & Ladwig, 2011; Keliat, Panjaitan & Helena, 2006; Tim NAPZA RSMM Bogor, 2008)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
20
2.5.4.1 Identifikasi penyebab penggunaan zat, tanda/gejala suges dan putus zat, frekuensi, perasaan saat suges (Sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat guna mengatasi sugesti) 2.5.4.2 Mendiskusikan
dampak
penggunaan
napza
bagi
kesehatan
(Mengetahui tingkat pengetahuan klien dan memberi informasi terkait dampak penggunaan napza) 2.5.4.3 Mendiskusikan dan melatih cara mengontrol keinginan menggunakan zat, yaitu : menghindar, mengalihkan, dan menolak (Menentukan strategi yang paling tepat untuk mengontrol keinginan menggunakan substansi napza terutama ketika berada di lingkungan yang beresiko untuk menggunakan kembali) 2.5.4.4 Mendiskusikan dan melatih cara meningkatkan motivasi, dengan membuat tujuan ketika dirinya sudah lepas dari napza dan afirmasi (Meningkatkan motivasi dan mencari koping yang efektif untuk klien) 2.5.4.5 Mendiskusikan masalah yang dihadapi pasien, misal dengan keluarga, teman,
lingkungan,
dll.
Mendiskusikan
dan
melatih
cara
menyelesaikan masalah tersebut. (Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan klien dalam mengenal dan mengatasi masalah) 2.5.4.6 Menggali koping yang lebih efektif yang akan diterapkan ketika menghadapi masalah (Mengidentifikasi koping yang lebih efektif dari yang sudah pernah klien lakukan dalam mengatasi masalah) 2.5.4.7 Mendiskusikan cara hidup sehat (Meningkatkan informasi klien terkait cara melakukan pola hidup sehat) 2.5.4.8 Latih melakukan kegiatan sehari-hari dan membuat jadwal aktivitas (Melatih klien untuk mengorganisir aktivitas kehidupan sehariharinya) 2.5.4.9 Mendiskusikan tentang obat substitusi
dan melatih minum obat
dengan benar (Melatih pengetahuan klien terkait obat subtitusi dan meningkatkan kesadaran pribadi akan kebutuhan obat dalam proses penyembuhan) 2.5.4.10 Evaluasi kegiatan latihan mengontrol keinginan menggunakan zat, cara menyelesaikan masalah, kegiatan sehari-hari, minum obat, dan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
21
beri pujian (Mengevaluasi peningkatan kemampuan klien dalam menerapkan hal-hal yang sudah didiskusikan untuk mengatasi masalahnya dan memberikan reinforcement positif untuk klien)
2.5.5
Strategi Pertemuan (Tim NAPZA RSMM Bogor, 2008)
2.5.5.1 Strategi Pertemuan Ke-1 Klien a.
Membina hubungan saling percaya
b.
Mendiskusikan dampak NAPZA
c.
Mendiskusikan cara meningkatkan motivasi
d.
Mendiskusikan cara mengontrol keinginan
e.
Latihan cara meningkatkan motivasi
f.
Latihan cara mengontrol keinginan
g.
Membuat jadwal aktivitas
2.5.5.2 Strategi Pertemuan Ke-2 Klien a.
Mendiskusikan cara menyelesaikan masalah
b.
Mendiskusikan cara hidup sehat
c.
Latihan cara menyelesaikan masalah
d.
Latihan cara hidup sehat
e.
Mendiskusikan tentang obat
2.6 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Keperawatan kesehatan masyarakat merupakan bentuk dari keperawatan komunitas dimana fokus asuhan keperawatan yang diberikan tidak hanya meliputi lingkup asuhan keperawatan individu namun juga melibatkan lingkungan dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang saling terkait (Stanhope & Lancaster, 2004).Dalam keperawatan kesehatan masyarakat, target sasaran asuhan keperawatan meliputi individu, keluarga, dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh.Individu merupakan bagian dari anggota keluarga yang memungkinkan memiliki masalah kesehatan. Apabila individu mengalami ketidakmampuan untuk dapat merawat dirinya sendiri maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain baik secara fisik, mental, dan sosial.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
22
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi) (Allender & Spradley, 2001). Tujuan umum pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, dan memandirikan klien dalam upaya kesehatannya. Dalam pelaksanaannya, keperawatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan dari keperawatan komunitas maupun dari tenaga kesehatan nonkeperawatan yang terlibat secara aktif dalam bentuk kerjasama tim.
Keperawatan
kesehatan
komunitas
juga
mencakup
masyarakat
perkotaan.Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Mubarak & Chayantin, 2009).Pengertian masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang tinggal di wilayah yang memiliki kegiatan utama bukan pertanian dan biasanya bertujuan untuk memperbaiki hidup mereka. Pengertian ini memperlihatkan kompleksitas dari peran sebuah kota yang akhirnya membuat banyak individu menjadikan dirinya menjadi anggota dari masyarakat urban. Kegiatan perpindahan penduduk dari desa ke sebuah kota merupakan bentuk urbanisasi. Gejala urbanisasi di sebuah kota dapat dilihat dari jumlah penduduk yang terus berubah dengan bertambah dan terjadi perubahan pada tatanan masyarakat.
Urbanisasi menjadi fenomena yang mengglobal. Urbanisasi tidak hanya terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, perpindahan warga dari desa ke kota sudah biasa terjadi di negara-negara maju sekalipun. Di Indonesia, berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) urbanisasi akan mencapai 68 persen pada 2025 (Depkominfo, 2011). Proyeksi itu mengacu kepada perbedaan laju
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
23
pertumbuhan penduduk daerah perkotaan dan daerah perdesaan (urban rural growth difference atau URGD).Dalam data itu terlihat, provinsi di Pulau Jawa dan Bali, tingkat urbanisasinya lebih tinggi dari Indonesia secara total. Bahkan, tingkat urbanisasi di empat provinsi di Jawa pada 2025 sudah di atas delapan puluh persen, yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Banten.
Urbanisasi memang merupakan isu yang multisektor dan kompleks.Perubahan yang dibuat oleh urbanisasi terhadap kehidupan masyarakat perkotaan akhirnya mampu memberikan pengaruh pada status kesehatan secara signifikan, sejalan dengan bertambah pesatnya laju peningkatan urbanisasi.Resiko paparan masalah kesehatan yang diterima masyarakat pun dapat berbeda tergantung dari banyaknya faktor resiko yang diperoleh. Hal ini akan menempatkan kelompok masyarakat tersebut dalam kondisi beresiko (at risk) atau rentan (vulnerable). Umumnya setiap populasi merupakan kelompok beresiko karena semua memiliki faktor resiko yang suatu saat mungkin mempengaruhi kesehatan populasi tersebut, namun dalam populasi tersebut terdapat sub populasi yang memiliki kemungkinan lebih mudah atau lebih rentan (vulnerable) terhadap masalah kesehatan karena terdapat faktor lain yang membedakannya dengan populasi yang hanya beresiko (McEwen & Nies, 2007).
Faktor predisposisi yang menempatkan seseorang dalam kondisi yang rentan meliputi status sosial yang rendah, terlalu atau terlalu muda, masa transisi perubahan, munculnya penyakit kronis, kondisi lingkungan rumah yang tidak stabil, penganiayaan dan krisis (Clark, 1999).Potensial hasil yang dapat muncul dapat bersifat positif dan negatif. Jika negatif maka akan muncul status kesehatan yang rendah, stress kronik, dan ketidakberdayaan. Jika positif maka akan meningkatkan status kesehatan, meningkatkan mekanisme koping, penguatan dan peningkatan kemampuan menghadapi masalah.
Faktor yang mempengaruhi komunitas masyarakat kota dalam kondisi beresiko atau rentan dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal (Sebastian, 2004). Faktor internal bersumber dari genetik dan pola hidup, sedangkan faktor
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
24
eksternal berupa lingkungan fisik, psikologis dan lingkungan sosial tempat tinggal serta bekerja.Lingkungan fisik meliputi objek fisik dan kodisi fisik yang mengelilingi kehidupan manusia, contohnya polusi, limbah, ergonomi, radiasi. Lingkungan sosial masyarakat urban yang menjadi penyebab masalah kesehatan meliputi homeless, anak jalanan, masyarakat miskin kota dan jumlah pekerja yang meningkat. Lingkungan sosial berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin individu atau masyarakat maka akses untuk mendapatkan derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit. Contohnya manusia membutuhkan makanan dengan gizi seimbang untuk menjaga kelangsungan hidup.
Lingkungan psikologis masalah kesehatan masyarakat perkotaan nampak pada fenomena kehidupan seperti stress, depresi, pemakaian NAPZA dan resiko bunuh diri. Remaja merupakan salah satu kelompok agregat dalam masyarakat yang memiliki masalah utama NAPZA selain memiliki masalah kehamilan, penyakit menular seksual, kekerasan, pembunuhan remaja terkait senjata dan penyalahgunaan zat, bunuh diri, kekurangan nutrisi, dan masalah hubungan remaja orang tua (Allender & Spradley, 2001; Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999; McEwen & Nies, 2007). Masalah penyalahgunaan NAPZA remaja di masyarakat perkotaan terkait dengan kondisi pencapaian rendah di sekolah, teman perokok, dan adanya harga diri rendah. Hal ini sehubungan dengan masa perkembangan remaja yaitu identitas versus kebingungan peran sesuai teori psikososial Erikson ( Potter& Perry, 2005).
Penyebab stres terutama yang dialami kaum muda adalah padatnya aktivitas kerja karena tuntutan produktivitas yang tinggi, kurang istirahat, kurang olahraga, lupa makan karena berbagai kesibukan, dan polusi udara. Keadaan stres akan memicu munculnya berbagai masalah lainnya yakni gangguan tidur, gangguan perasaan, sakit kepala, bahkan gangguan hubungan dengan keluarga dan teman. Dalam jangka panjang hal ini akan berdampak pada berbagai penyakit seperti maag, penyakit jantung, depresi dan berbagai penyakit lainnya. Tanpa disadari seringkali stres pekerjaan lama-kelamaan menumpuk secara
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
25
kumulatif yang dapat menyebabkan stress kronik yang sulit diatasi. Penelitian oleh Yang Tingzhong tahun 2012 tetang tingkat stress dan karakteristik masyarakat urban menunjukkan bahwa seseorang dengan pendidikan rendah dan pendapatan kurang akan lebih tinggi tingkat stresnya daripada individu dengan pendapatan dan pendidikan tinggi.
Kondisi urban yang mampu menimbulkan stress tidak hanya dari faktor pekerjaan. Elemen-elemen seperti kegaduhan, keramaian, kepadatan, kemacetan, kurangnya privasi, kurang tersedianya lapangan kerja jika dibandingkan dengan jumlah sumber daya yang membutuhkan, berkurangnya keindahan alam, dan kebosanan dapat meningkatkan resiko dan menjadi faktor munculnya stres (Allender & Spradley, 2001).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
BAB 3 KASUS KELOLAAN
3.1 Pengkajian Tn.D usia 39 tahun merupakan residen ruang rehabilitasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta Timur. Saat ini, klien diikutsertakan pada spesial program karena memiliki kondisi psikotik seperti riwayat halusinasi dan perilaku kekerasan serta adanya paranoid saat masuk.Klien masuk dirawat di RSKO pada tanggal 11 Februari 2013 di ruang MPE, sebulan kemudian dipindah ke spesial program ruang rehabilitasi. Kondisi klien saat pertama masuk adalah dalam keadaan intoksikasi setelah pemakaian shabu-shabu. Klien datang dengan diantar BNP kota Riau, setelah tertangkap saat melakukan pesta shabu. Klien datang dengan keluhan utama mengamuk tibatiba, cemas meningkat, paranoid, susah tidur, dan bicara agak pelo.
Klien memiliki riwayat pemakaian sejak SMA, sekitar usia 18 tahun memakai ganja dengan cara isap untuk pertama kali. Alasan pertama kali memakai ingin coba-coba karena melihat teman-teman yang lain memakai. Riwayat penggunaan lainnya adalah amfetamin termasuk diantaranya methampetamin dan MDMA.Kemudian klien juga memakai ekstasi secara oral pada tanuh 1998, dilanjutkan pemakaian sedatif hipnotik tahun 1999.Klien mulai memakai shabu pada tahun 2012 sekitar ¼ gr setiap hari.Tembakau dan alkohol dikonsumsi setiap hari sejak awal pemakaian pertama kali.Tempat pemakaian yang sering digunakan adalah pondok di kebun kelapa sawit klien atau di tempat-tempat hiburan malam.
Klien merupakan seorang bandar narkoba di tempat tinggalnya dan memiliki tingkat yang cukup tinggi dan memiliki hubungan yang luas untuk mendapatkan atau menyebarkan barang.Klien menjadi bandar sekitar tiga bulan setelah pemakaian zat untuk pertama kali.Alasan menjadi bandar adalah klien tidak memiliki uang untuk memperoleh barang, sehingga dengan menjadi bandar klien bisa mendapat barang dengan mudah sekaligus
26
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
27
memperoleh penghasilan dari pekerjaan ini. Klien juga memiliki beberapa pekerjaan dalam usaha perdagangan hingga mencapai kota-kota di jawa, kalimantan dan sumatera. Namun rata-rata usaha ini untuk menutupi pekerjaan utamanya yaitu distribusi barang NAPZA. Kebiasaan untuk selalu bepergian ke kota lain yang lebih modern seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Batam, dan kota –kota besar lainnya selain untuk alasan usahanya sebagai bandar, memang merupakan hobi klien. Klien dari remaja suka untuk jalan-jalan keluar kota tempat tinggalnya ke kota yang lebih besar. Kota-kota besar tersebutlah yang mengenalkan klien lebih banyak jenis NAPZA dan lingkungan yang mendukung untuk tetap memakai.
Klien sebelumnya pernah dirawat pada tahun 2006 di RSJ Tanpan Pekanbaru selama satu setengah bulan, kemudian dilanjutkan dengan rawat jalan.Obat yang dikonsumsi selama rawat jalan adalah haloperidol, triheksipenidil, chlorpromazine, dan alprazolam. Karena berulang memakai, klien diberi kesempatan untuk melakukan umroh, dan mampu berhenti selama tiga bulan bersih dari pemakaian zat. Setelah tiga bulan tersebut, klien mulai memakai lagi jenis shabu-shabu pada tahun 2012, yang akhirnya tertangkap pada saat pesta shabu dan sekarang dirawat di RSKO Jakarta.
Klien merupakan pengguna dan pengedar NAPZA sejak SMA, namun selama ini dirinya tidak pernah memakai jarum suntik. Status klien sebagai seorang pengedar sering membuatnya bermasalah dengan kriminalitas, baik itu pertengkaran dengan teman atau orang lain atau dengan aparat negara. Tindakan kekerasan beberapa kali pernah dilakukan, seperti terakhir klien sampai membawa parang saat akan ditangkap oleh BNP-Riau. Kemudian tindakan kriminalitas lain biasanya adalah penyuapan yang dilakukan kepada beberapa pihak untuk memperlancar pekerjaan dan membebaskannya dari tuntutan hukum.
Selain sebagai pemakai, klien juga memiliki riwayat perilaku seksual yang bebas.Klien sudah pernah menikah, namun isteri telah meninggal tahun 2004,
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
28
saat anaknya berusia 2 tahun.Klien melakukan perilaku seksual secara bebas sangat sering, menurut klien hal ini dikarenakan efek pemakaian beberapa jenis NAPZA.Perilaku ini sudah tidak terhitung karena klien sendiri juga hampir setiap hari pergi bersenang-senang di tempat hiburan malam.
Saat ini klien dirawat dengan diagnosa F15 dan drug induced psyicotic. Klien mengatakan bosan dengan kegiatan di ruang rehabilitasi.Klien ingin cepat pulang dan bertemu anak satu-satunya yang sudah berusia 10 tahun. Klien mengatakan dirinya memiliki keinginan untuk berhenti, terutama saat usia sudah menginjak 40 tahun. Namun, hal ini menurut klien sulit dilakukan karena sugesti itu pasti ada selama hidup dan sulit untuk dihindari. Menurut klien yang didasarkan pada psikolognya, sugesti pasti akan muncul, dan aneh bagi seorang pemakai jika tidak pernah memakai lagi.
Hal lain yang membuat klien sulit untuk berhenti adalah lingkungannya yang memiliki ikatan kuat satu sama lain. Klien adalah seorang pengedar yang memiliki jaringan pemasok dan penerima barang.Jika ada situasi dimana klien sudah ingin berusaha unttuk berhenti, ada beberapa pihak yang pasti selalu menghubungi baik untuk meminta tolong untuk dijualkan barangnya atau pihak-pihak yang meminta untuk dicarikan barang.Selain itu, dengan menjadi bandar banyak yang dapat diperoleh oleh klien.Seperti, semua kebutuhan hidup baik itu rokok, minum-minuman, keamanan, penghormatan dari orang sekitar, dan masih banyak lagi.Semua itu dapat diperoleh dengan sangat mudah.
Klien juga sulit menghindar jika melihat barang-barang atau teman sedang memakai. Situasi ini biasanya akan membuat klien ikut kembali memakai. Pemakaian NAPZA sendiri bagi klien merupakan salah satu cara penyelesaian masalah yang efektif, selain biasanya jika ada masalah klien akan cenderung untuk menghindar tidak memikirkan permasalahan tersebut. Meskipun demikian klien tetap memiliki keinginan untuk berhenti karena tubuhnya sudah banyak yang bermasalah seperti adanya tremor dan dada yang dulu
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
29
pernah sulit untuk bernapas.Selain itu, yang menjadi motivasi utama klien adalah karena putra satu-satunya.Klien ingin menjadi ayah yang baik buat anaknya.
Permasalahan yang dipikirkan klien saat ini adalah usaha kedepan yang masih bingung mau melakukan apa untuk hidupnya. Meskipun klien sudah memiliki beberapa rencana namun ada keraguan akan keberhasilan usaha yang dilakukan. Hal ini dikarenakan selama ini, jika klien berusaha mencari nafkah di jalan yang benar seringkali akan gagal dan bangkrut namun jika di jalan yang kurang benar akan berhasil dan menghasilkan. Namun, memang hasilnya pun cepat hilang, karena akan langsung digunakan untuk kepentingan bersenang-senangnya.
3.2 Masalah Keperawatan 3.2.1 Koping individu tidak efektif Data Objektif: Klien memakai NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabu-shabu
Data Subjektif: a. Klien mengatakan tidak berjanji untuk tidak memakai NAPZA lagi karena sugesti akan tetap ada b. Klien mengatakan pernah mencoba berhenti namun akhirnya kembali memakai lagi c. Jika ada masalah, memakai NAPZA dan tempat hiburan malam adalah alternatif cara mengatasinya d. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan klien adalah dengan menghindar dan tidak memikirkannya e. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena sulit menghindar dari lingkungannya dan jika melihat barangnya maka akan ikut memakai lagi
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
30
3.2.2 Ketidakberdayaan Data Objektif: Klien terkadang kurang berpartisipasi dalam mengambil keputusan, lebih menyerahkan kepada orang lain
Data Subjektif: a. Klien mengatakan akan berusaha untuk berhenti namun tidak yakin akan keberhasilannya b. Klien merasa kurang puas dengan peran yang sudah dilakukannya sebagai ayah dari putra satu-satunya c. Klien mengatakan bingung akan melakukan usaha apa untuk memperoleh penghasilan karena jika berusaha di jalan yang benar seringkali gagal atau bangkrut, namun jika di jalan yang kurang benar seringkali pasti berhasil.
3.2.3 Resiko perilaku kekerasan Data Objektif: a. Klien memiliki riwayat keluhan masuk dengan marah-marah b. Klien terlihat tidak kooperatif, cemas dan berkata dengan pemaksaan saat beberapa obat yang memiliki fungsi menenangkan tidak ada
Data Subjektif: a. Klien mengatakan saat dirinya ditangkap oleh BNP-Riau mengancam petugas dengan menggunakan parang untuk membebaskan teman-temanya dan hanya menangkap dirinya saja b. Klien
mengatakan
lingkungannya
sering
memiliki
masalah
yang
diselesaikan dengan berbagai macam bentuk kekerasan
3.3 Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan
Ketidakberdayaan
Koping individu tidak efektif Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
31
3.4 Diagnosa Keperawatan 3.4.1 Koping individu tidak efektif 3.4.2 Ketidakberdayaan 3.4.3 Resiko perilaku kekerasan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISA SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktik Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta atau RSKO merupakan rumah sakit yang khusus berpusat pada pemberian pelayanan kepada seseorang yang mengalami gangguan penggunaan NAPZA.Rumah sakit ini merupakan rumah sakit kementerian kesehatan satu-satunya yang memiliki kekhususan pada NAPZA.Pelayanan
dibuat
sekomprehensif
mungkin
untuk
mendukung
optimalisasi pelayanan terkait NAPZA. Salah satu pelayanan yang ada adalah ruang rehabilitasi diberi nama Halmahera house.
Ruang rehabilitasi merupakan program lanjutan dari perawatan di ruang MPE atau detoksifikasi.Ruang MPE memberikan hasil dimana klien dapat terbebas dari pengaruh zat psikoaktif yang dikonsumsi. Pada ruang rehab terapi dilanjutkan dengan beberapa menggunakan beberapa model terapi untuk meningkatkan proses penyembuhan dan klien tidak kembali lagi memakai zat. Program rehabilitasi di RSKO memiliki program jangka pendek dan jangka panjang, dimana lama program berkisar pada 3 bulan hingga 1 tahun.
Program yang terdapat di ruang rehabilitasi meliputi spesial program dan program reguler.Spesial program diberikan khusus untuk klien-klien dengan dual diagnosa, bisa karena adanya gangguan penggunaan NAPZA ditambah gangguan psikotik atau karena adanya masalah kesehatan fisik yang tidak memungkinkan klien mengikuti program reguler.Program reguler sendiri terdiri dari 3 tingkatan utama yaitu tahapan primary, dilanjutkan tahapan Re-Entry, dan terakhir program aftercare.Masing-masing tahapan program tersebut masih terdapat tahapan tingkatan yang harus dilalui oleh klien.Tahapan ini memiliki tujuan tersendiri berkaitan dengan tanggung jawab dan hak yang dijalankan.
Ruang rehabilitasi mengadopsi salah satu model terapi modalitas yaitu Therapeutic
community
yang
menggunakan
pendekatan
32
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
perubahan
Universitas Indonesia
33
perilaku.Program ini mengedepankan pemenuhan kebutuhan lingkungan klien yang mendukung dan dukungan bermakna lainnya yang mampu mempertahankan kondisi bebas NAPZA atau abstitensia.Bentuk program TC pun sangat terstruktur. Pada program
aftercare ditujukan untuk alumni program TC yang biasanya
selama primary dan re-entry lebih banyak berada di lingkup ruang rehab, klien dijauhkan dari lingkungan pergaulan dan keluarganya. Saat aftercare klien mulai kembali ke lingkungan kehidupannya dulu, namun dengan adanya program ini memberi kesempatan klien untuk tetap memiliki lingkungan yang mendukung abstitensia.
4.2 Analisa Masalah Tn. D adalah seorang penyalahguna NAPZA yang sedang mengikuti program rehabilitasi di rumah sakit ketergantungan obat.Klien mulai menggunakan NAPZA sejak SMA dengan alasan pemakaian pertama kali adalah ingin cobacoba.Sejak pertama kali memakai hingga terakhir pemakaian shabu-shabu, klien telah mencoba berbagai jenis NAPZA.Klien berkeinginan untuk mencoba-coba karena melihat teman-temanya memakai juga dan rasa nyaman yang diperoleh membuat klien ingin memakai kembali.Klien mengetahui bahwa perilakunya mengkonsumsi NAPZA merupakan suatu tindakan yang ilegal yang tidak diperbolehkan.
Masalah pemakaian NAPZA tersebut merupakan contoh dari salah satu fenomena permasalahan yang muncul di masyarakat perkotaan.Utamanya merupakan masalah yang berada di area lingkungan psikologis selain masalah stres, depresi, kekerasan dan resiko bunuh diri (Allender & Spradley, 2001; Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999; McEwen & Nies, 2007).Penyalahgunaan NAPZA merupakan kebebasan, penggunaan secara terus menerus akan perubahan pemikiran terkait penggunaan zat (biasanya untuk alasan selain kepentingan medikasi yang legal) yang berakibat pada gangguan fisik, mental, emosional, dan sosial pengguna, keluarga pengguna dan komunitas dalam berbagai tingkatan (Carroll, 2000). Hal ini dapat melandasi bahwa penyalahgunaan NAPZA dapat menjadi sumber permasalahan di masyarakat.Alasannya adalah penyalahgunaan NAPZA mampu
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
34
menurunkan
status
kesehatan
seorang
individu.Seperti
diketahui
efek
penyalahgunaan segala jenis NAPZA secara berkepanjangan mampu mengubah perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, dan kesadaran pemakainya karena zat psikoaktif ini bekerja pada otak (Joewana, 2005).
Kerja obat yang pengaruh langsung pada kerja sel otak menimbulkan perubahan kinerja pada organ lain dan jika terjadi secara terus menerus mampu menimbulkan perubahan pada sel otak yang nantinya mengganggu kerja organ dan berakhir pada komplikasi medis. Misal pada pemakaian metamfetamin menimbulkan masalah komplikasi
medis kardiovaskuler seperti takikardi, aritmia jantung,
tekanan darah naik, stroke dan lainnya. Masalah lain yang timbul selain komplikasi medis adalah munculnya atau memperberat masalah psikosis sepeti waham, halusinasi, dipersonalisasi dan masalah psikosis lainnya (Sullivan, 1995). Masalah psikosis yang biasa muncul terutama pada pemakaian berkepanjangan amfetamin (Joewana, 2005).Selain itu, pemakaian jenis tertentu NAPZA mampu menimbulkan masalah perkotaan lainnya yaitu kekerasan.Contohnya adalah metamfetamin atau shabu seperti yang digunakan oleh klien, dimana memiliki efek membuat egresifitas tiba-tiba dan tindakan kekerasan (Jung, 2010).
Masalah yang timbul pada penyalahgunaan NAPZA adalah paduan berupa komplikasi medis dan psikosis pada diri pribadi pemakai. Masalah pribadi ini akhirnya akan mempengaruhi sistem disekelilingnya mulai dari keluarga sampai ke komunitasi di tingkat atasnya. Akhirnya status kesehatan masyarakat secara umum pun akan ikut menurun. Ditambah lagi untuk kota besar, dimana tempat yang paling rentan untuk terjadi kasus narkotika sesuai dengan penelitian yang diterbitkan BNN tahun 2007 adalah wilayah kesatuan kepolisian metrojaya selain wilayah Sumatera utara, Jawa barat, dan Jawa timur. Angka peningkatan penyalahguna NAPZA terbanyak juga berada di kota besar seperti Jakarta, Jawa barat, dan Jawa tengah (BNN, 2009).
Awal mula pemakaian NAPZA oleh klien saat remaja bersama dengan temantemannya.Hal ini menunjukkan realita bahwa permasalahan penyalahgunaan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
35
NAPZA memang merupakan masalah yang muncul pada agregat remaja urban. Faktor rentan akan terkena masalah kesehatan pada remaja yang muncul pada klien saat memakai pertama kali karena klien dalam masa transisi perubahan dimana klien berada pada fase pencarian identitas atau dalam teori psikososial Erikson remaja berada pada fase identitas versus kerancuan peran (Potter & Perry, 2005). Adanya faktor predisposisi dimana remaja dalam masa transisi perubahan menempatkan dirinya pada kondisi rentan.Faktor predisposisi yang menempatkan seseorang dalam kondisi yang rentan meliputi status sosial yang rendah, terlalu tua atau terlalu muda, masa transisi perubahan, munculnya penyakit kronis, kondisi lingkungan rumah yang tidak stabil, penganiayaan dan krisis (Clark, 1999).
Alasan penggunaan NAPZA di lingkungan daerah perkotaan biasanya dikaitkan dengan alasan ingin memuaskan rasa ingin tahu, menjalin solidaritas, dan mengatasi stres serta rasa tidak bahagia (Carroll, 2000; Joewana, 2005).Awal pemakaian
klien
hanya
ingin
coba-coba
karena
teman
yang
juga
mencoba.Selanjutnya, klien tetap mengkonsumsi NAPZA dalam jangka waktu lama dikarenakan efek rasa yang membuat klien merasa lebih nyaman Terutama saat menghadapi masalah dan timbul stres, pemakaian NAPZA dapat membantu dirinya menyelesaikan masalahnya. Adanya stress merupakan salah satu masalah yang biasa timbul diperkotaan dan dapat menjadi kronik jika seseorang yang dalam kondisi rentan tidak mampu menyelesaikan masalahnya (Clark,1999). Penelitian Yang Tingzhong tahun 2012 tetang tingkat stress dan karakteristik masyarakat urban menunjukkan bahwa seseorang dengan pendidikan rendah dan pendapatan kurang akan lebih tinggi tingkat stressnya daripada individu dengan pendapatan dan pendidikan tinggi. Masalah ekonomi menurut klien adalah salah satu yang merupakan sumber stres bagi dirinya.
Pemakaian NAPZA yang dilakukan klien termasuk dalam penyalahgunaan NAPZA dimana penggunaan zat yang bersifat patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial (Joewana, 2005). Penyalahgunaan pemakaian ini
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
36
merupakan salah satu metode untuk mencapai keinginan seseorang akan rasa nyaman, santai, jauh dari stres, tidak ada beban, dapat diterima, tidak merasa kesepian, mengatasi masalah emosional dan nyeri fisik, dan mengeksplorasi sesuatu yang belum diketahui (Carroll, 2000). Hal ini terdapat pada kondisi klien dimana menggunakan berbagai macam jenis NAPZA karena adanya rasa ingin tahu. Selain itu, klien juga menggunakan NAPZA karena mampu menjadi cara dalam
menyelesaikan
masalahnya
dan
klien
sadar
bahwa
dirinya
menyalahgunakan NAPZA.
Penyalahgunaan NAPZA memiliki kaitan dengan konsep koping. Klien menggunakan NAPZA sebagai salah satu cara dalam menyelesaikan masalahnya. Selain itu, klien juga lebih memilih untuk menghindar atau mengalihkan jika ada masalah yang dipikirkan. Penggunaan tempat hiburan atau bertemu dengan teman untuk bersenang-senang merupakan cara lain yang ditempuh klien jika rasa stres muncul. Jika bertemu dengan teman-temannya ini pun klien akan berakhir dengan konsumsi alkohol atau jenis psikotropika lainnya. Hasil pengkajian juga menunjukkan jika klien tidak yakin untuk bisa benar-benar berhenti memakai karena menurutnya sulit dilakukan. Klien sulit menghindar untuk tidak memakai karena sugesti dan jika melihat barangnya langsung pasti akan ikut memakai.
Penggunaan koping yang dilakukan klien jika terdapat masalah cenderung bersifat destruktif, tidak menyelesaikan masalah dan akhirnya menunjuk pada rentang respon koping yang maldaptif. Koping yang destruktif akan mengarah pada respon yang maladaptif, pada NAPZA respon yang paling maladaptif adalah ketergantungan akan penggunaan NAPZA (Stuart & Laraia, 2005). Hal ini muncul pada kondisi klien dimana klien sudah mengalami ketergantungan dan sulit untuk lepas dari pemakaian kembali.Kondisi penggunaan koping yang tidak efektif dan adanya beberapa kondisi yang merujuk pada tanda-tanda masalah koping tidak efektif, maka salah satu masalah keperawatan yang muncul pada klien adalah koping individu tidak efektif.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
37
4.3 Analisa Intervensi Kasus Interaksi dengan klien dilakukan sebanyak duabelas kali pertemuan.Intervensi terkait masalah koping individu tidak efektif terlaksana dengan lebih baik dan intensif dimulai pada pertemuan keempat.Intervensi masalah koping individu tidak efektif merujuk pada beberapa rujukan terkait metode intervensi yang terdapat pada buku diagnosis keperawatan.Rencana keperawatan disusun dengan mempertimbangkan semua asuhan terkait koping individu tidak efektif dari beberapa sumber kemudian disesuaikan dengan kondisi klien yang akhirnya disusun rencana asuhan keeprawatan yang mampu diaplikasikan untuk klien.Intervensi dilakukan dengan mendiskusikan tujuan hidup, koping yang pernah dilakukan, usaha yang direncanakan klien untuk mencapai tujuannya, masalah yang menjadi penghalang pencapaian dan diskusi terkait koping dapat digunakan dalam menyelesaikan setiap masalah tersebut. Semua cara didaftar kemudian sedikit demi sedikit dilatih setiap hari. Tujuan utamanya adalah klien mampu memiliki dan melakukan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalahnya dan akhirnya mampu berada pada kondisi abstitensia.
Pada pertemuan ke empat klien tetap memiliki keinginan untuk berhenti meskipun tidak yakin akan keberhasilannya. Untuk itu demi memperkuat keyakinannya ditentukan dahulu di awal intervensi tujuan hidup yang ingin klien capai.Klien memiliki tujuan yang ingin dicapai adalah ingin menjadi ayah yang baik dan bertanggung jawab untuk putranya.Tujuan hidup ini kemudian dijadikan kalimat afirmasi. Lalu dilanjutkan dengan membahas usaha yang pernah dilakukan dahulu untuk mencapai tujuan hidupnya, efektifitasnya, dan menurut klien apa yang paling efektif dari semua usaha yang pernah dilakukan. Klien mengatakan usaha dulu yang paling efektif adalah dengan umroh yang mampu membuatnya bersih selama tiga bulan. Selanjutnya, diskusi dilanjutkan dengan rencana ke depan klien terkait usaha untuk mencapai tujuan hidupnya tersebut. Klien menyebutkan rencana kedepan yang telah dibuatnya.
Intervensi dilanjutkan dengan membahas tetang perencanaan usahanya untuk pencapaian tujuan hidupnya terkait kendala atau hal-hal yang klien kurang yakini
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
38
dapat berhasil.Kemudian pembahasan mengenai sistem pendukung klien dari pihak keluarga maupun teman.Klien mengatakan bahwa orang yang paling dirinya percaya dan tetap mendukungnya dalam kondisi apapun adalah adiknya dan ibunya.Pada
interaksi
dilakukan
juga
identifikasi
masalah
yang
dapat
mengahmbat untuk mencapai tujuan hidup klien.Salah satu kondisi yang ditetapkan untuk pencapaian tujuan ini adalah kondisi dimana klien tidak memakai NAPZA.Klien menetapkan tiga masalah utama yaitu kondisi stres, sugesti dan lingkungan.
Intervensi kemudian ditujukan untuk menentukan koping yang dapat digunakan untuk mengatasi ketiga masalah utama klien. Alternatif cara yang disepakati digunakan klien meliputi jika stres atau masalah muncul maka klien akan berdiskusi dengan teman tentang masalahnya, bermain dengan anak, jalan-jalan, olahraga, sholat. Cara koping yang paling efektif menurut klien jika akan digunakan adalah bermain dengan anak, hal ini berdasarkan pengalamannya. Strategi koping kedua yang dianggap cukup efektif adalah dengan sholat, menurut klien terkadang jika sholat dirinya merasa lebih tenang.
Masalah kedua yang dibahas adalah sugesti.Strategi koping yang digunakan adalah dengan menggunakan afirmasi untuk memfokuskan pikiran dan niat klien serta mengalihkan rasa sugestinya.Cara kedua yang dipilih klien untuk menangatasi sugesti dengan mengisi waktu setiap hari dengan kegiatan sehingga tidak ada waktu luang dimana rasa sugesti dapat mucul karena pikiran sedang kosong. Masalah ketiga yaitu lingkungan diatasi dengan klien menghindari lingkungan teman-temannya yang sama-sama menggunakan NAPZA serta sesuai rencana yang telah disusun akan pindah tempat tinggal untuk sementara waktu..
Mekanisme koping telah dipilih oleh klien untuk mengatasi masalahnya.Koping yang dipilih klien mayoritas merupakan koping yang berfokus pada emosi.Koping yang mencerminkan ini adalah bermain dengan anak, jalan-jalan, olahraga, sholat.Koping berfokus pada emosi ini memiliki tujuan untuk mengurangi distres emosi (Stuart & Laraia, 2005). Seperti hal nya koping yang dipilih tersebut
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
39
merupakan usaha klien untuk mengalihkan perasaan dan pikiran yang sedang stres dengan mencari kebahagiaan yang lain.
Mekanisme koping berpusat pada masalah adalah menunjukkan usaha langsung untuk memperbaiki sebuah keadaan dengan membuat perubahan atau mengambil suatu tindakan (Stuart & Laraia, 2005). Strategi koping pilihan klien yang merujuk pada jenis seperti ini adalah mencari teman untuk berdiskusi terkait kondisi stres, tindakan afirmasi, mengisi waktu setiap hari dengan kegiatan untuk meminimalisir waktu kosong, dan rencana untuk menghindari teman-teman yang masih memakai NAPZA serta rencana untuk tinggal di kota yang berbeda sementara waktu untuk menghindari lingkungannya dahulu. Semua ini adalah tindakan nyata dan secara langsung mengatasi masalahnya.
Keseluruhan koping yang digunakan klien lebih menunjukkan koping yang konstruktif.Koping konstruktif yang paling utama ditunjukkan oleh klien adalah kemampuan untuk memilih koping yang berfokus pada masalah.Pemilihan ini menunjukkan bahwa klien menganggap bahwa pemakaian NAPZA adalah masalah yang perlu diatasi olehnya.Penggunaan koping ini merupakan mekanisme koping yang konstruktif pada konsep koping khusus penyalahgunaan NAPZA (Stuart & Laraia, 2005).Semua strategi koping selain yang berfokus pada masalah pun juga merujuk pada koping yang konstruktif karena mengarah kepada rentang respon adaptif dimana mendukung adanya pertumbuhan, pembelajaran dan pencapaian tujuan.
Koping yang konstruktif dan mengarah pada respon yang adaptif ini diharapkan membantu individu mengatasi stres secara efektif dan meminimalisasi distres yang berkaitan dengan stressor.Hal ini berkaitan dengan tujuan menurunkan resiko penggunaan NAPZA kembali. Sesuai penelitian Gilbert tahun 2010, penggunaan koping yang adaptif mampu meningkatkan hasil akhir tindakan, sedangkan koping yang maladaptif akan memberikan kecenderungan bagi seseorang untuk menggunakan zat kembali. Pendapat ini juga didukung penelitian oleh Anderson, Ramo dan Brown tahun 2006 bahwa koping adalah faktor
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
40
protektif dari penggunaan NAPZA kembali setelah penyelesaian terapi, terutama juga pada individu dewasa dengan komorbiditas yang telah mengalami level stres kehidupan yang tinggi.
Namun keefektifan pelaksanaan strategi belum dapat ditunjukkan karena belum semua startegi terlaksana.Latihan penggunaan strategi koping hanya beberapa saja disesuaikan dengan kondisi sekarang di ruang perawatan rehabilitasi. Meskipun efektifitas strategi koping memang belum teruji, tetap diharapkan strategi koping ini dapat menurunkan level stres klien, sesuai dengan penelitian Fullerton-Hall dan Felicia Lee pada tahun 2009 dimana dengan mekanisme koping distraksi, level stress yang diterima klien masih dalam tingkat tinggi. Mekanisme koping yang menurunkan stres sesuai penelitian ini adalah cara koping penerimaan dan koping yang aktif. Dalam hal ini klien telah mampu mengidentifikasi koping yang aktif.
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dilakukan Alternatif pemecahan masalah diperlukan untuk mengatasi masalah atau kendala yang muncul dalam melakukan intervensi keperawatan. Peran utama tetap dilakukan oleh perawat, namun koordinasi dengan perawat lain untuk memaksimalkan interaksi juga diperlukan. Dengan upaya ini diharapkan intervensi menghasilkan hasil akhir yang lebih optimal.
Masalah yang muncul dalam melakukan intervensi adalah perlunya pendekatan atau membina hubungan saling percaya yang cukup lama.Sehingga data yang mendukung pelaksanan intervensi dan jalannya intervensi cukup lama.Oleh karena itu, perawat
melakukan komunikasi
lebih untuk meningkatkan
kepercayaan klien setiap saat, dengan tidak hanya melakukan komunikasi hanya saat jam interaksi yang ditentukan saja.
Kendala yang kedua adalah klien yang mudah lupa dengan hasil diskusi di pertemuan sebelumnya. Pembicaraan umum atau inti biasanya klien masih ingat namun detailnya klien akan lupa. Oleh karena itu, dalam sekali pertemuan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
41
biasanya tidak akan membahas lebih dari 2 topik besar yang penting dan perlu ditekankan misalnya tentang memilih hanya maksimal dua strategi koping dalam satu kali pertemuan dan diulang kembali jika masih belum jelas pada pertemuan selanjutnya.
Alternatif
lain
yang
dilakukan
untuk
memaksimalkan
intervensi
dan
mempermudah klien untuk memahami topik yang dibahas selama intervensi adalah dengan membuat bagan alur masalah, strategi koping, rencana kedepan, usaha dulu yang pernah dilakukan, sistem pendukung klien dan tujuan hidup klien yang akan dicapai. Semua point ini dibentuk dalam bagan yang saling berhubungan dan membentuk alur sehingga lebih terlihat sepeti peta kehidupannya.Dengan melihat bagan ini setiap interaksi klien lebih mudah mengerti alur diskusi dan mampu memberi umpan balik.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pola penggunaan NAPZA yang menimbulkan hendaya atau penyulit atau komplikasi yang berarti secara klinis dan atau fungsi sosial, seperti kesulitan untuk menunaikan kewajiban utama dalam pekerjaan atau rumah tangga atau sekolah, bila berada dalam kondisi intoksikasi yang dapat membahayakan fisik (Kemenkes RI, 2010). Masalah penyalalahgunaan NAPZA dan gangguan adiksi merupakan salah satu masalah utama kesehatan dan
sosial. Hasil penelitian BNN yang
dipublikasikan pada tahun 2009 menyebutkan bahwa jumlah penyalahgunaan narkoba di indonesia diperkirakan sebanyak 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau sekitar 1,99% dari total seluruh penduduk Indonesia yang beresiko terkena narkoba di tahun 2008 (usia 10-59 tahun).
Pencapaian tahap abstitensia sebagai salah satu tujuan utama program pemulihan
klien
penyalahguna
NAPZA
sangatlah
sulit
untuk
dicapai.Seringkali periode pemakaian lagi muncul meskipun setelah penyelesaian program terapi.Banyak faktor yang diperlukan dalam program terapi dan banyak faktor pula yang mampu menyebabkan kejadian pemakaian kembali. Oleh sebab itu, proses pemulihan memerlukan pendekatan multidimensi yang mencakup kemampuan koping yang baik, dukungan sosial, dan kontrol lingkungan (Sullivan,1995).
Koping adalah suatu upaya yang diarahkan untuk management stres, yang berorientasi pada tugas dan pertahanan ego (Potter dan Perry, 2005).Koping merupakan salah satu alasan awal pemakaian NAPZA.Penggunaan zat psikoaktif di lingkungan daerah perkotaan biasanya dikaitkan dengan alasan ingin memuaskan rasa ingin tahu, menjalin solidaritas, dan mengatasi stres serta rasa tidak bahagia (Joewana, 2005). Pada proses pemulihan, koping juga menjadi faktor penentu untuk terjadinya kejadian pemakaian kembali.
42
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
43
Koping sebagai faktor yang memiliki peran tersendiri dari awal proses penggunaan NAPZA hingga menjadi salah satu faktor yang memiliki peran juga dalam terjadinya proses pemakaian kembali perlu diberikan perhatian. Oleh karena itu, di bidang keperawatan juga memiliki perhatian pada masalah koping individu tidak efektif.Asuhan keperawatan koping individu tidak efektif dapat diaplikasikan pada klien penyalahguna NAPZA.Implementasi asuhan ini mampu meningkatkan kemampuan kognitif klien untuk mengenali masalah dan mengidentifikasi strategi koping yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.Hal ini berguna untuk meningkatkan kemampuan koping klien dan diharapkan dapat menurunkan kejadian pemakaian NAPZA kembali.
Hasil intervensi keperawatan masalah koping individu pada Tn.D di ruang rawat Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat menunjukkan bahwa klien mampu mengidentifikasi berbagai macam startegi koping yang efektif dan
menggunakan
beberapa
strategi
koping
yang
sudah
diidentifkasi.Mekanisme koping yang digunakan adalah koping yang berfokus pada masalah dan emosi.Kesemua strategi koping yang dipilih merupakan mekanisme koping yang adaptif.
5.2 Saran 5.2.1 Bidang Keperawatan Jiwa 5.2.1.1 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa yang holistik bagi klien penyalahguna NAPZA dalam program terapi yang mengalami masalah koping individu tidak efektif. 5.2.1.2
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi petunjuk dasar untuk menyusun
promosi
kesehatan
dan
proteksi
kesehatan
bagi
masyarakat agar angka penyalahguna NAPZA di Indonesia semakin menurun.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
44
5.2.2 Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Ketergantunag Obat Jakarta 5.2.2.1 Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi klien penyalahguna NAPZA tidak hanya secara fisiknya saja namun dalam masalah psikososialnya terutama masalah koping individu tidak efektif.
5.2.3 Penelitian 5.2.3.1 Karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan ide untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan keperawatan koping individu tidak efektif pada klien penyalahguna NAPZA. 5.2.3.2 Karya ilmiah ini dapat dilanjutkan kembali untuk mengetahui efektifitas jenis koping
yang digunakan pada klien penyalahguna
NAPZA.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ackley. B. J & Ladwig. G. B. (2011). Nursing diagnosis handbook an evidencebased guide to planning care. 9th ed. St.Louis: Mosby Elsevier Allender, J. A & Spradley, B. W. (2001). Community health nursing: concepts and practice. Philadelphia : Lippincott Anderson. K. G., Ramo, D. E., & Brown, S. A. (2006). Life stress, coping and commorbid youth: an examination of the stress vulnerability model for substance relapse. Journal of Psychoactive Drugs 38. 3 (Sep 2006): 25562. Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba (NAPZA). (2008). Tim NAPZA RSMM Bogor Buku Pedoman Layanan Terapi dan Rehabilitasi Komprehensif pada Gangguan Penggunaan NAPZA Berbasi Rumah Sakit.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 420/MENKES/SK/III/2010. Kemenkes RI 2010 Buku Standar Pelayanan Terapi dan Rehabilitasi Gangguan Penggunaan NAPZA.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 421/MENKES/SK/III/2010. Kemenkes RI 2011 Carrol, C. R. (2000). Drug in modern society. 5thed. USA: The McGrow-Hill Companies.Inc Clark, J. M. ( 1999). Nursing in the Community: Dimension of Health Nursing. 3rdEdition..Stamford: Appleton & Lange Craven, R. F & Hirnle, C. J. (2003).Fundamental of nursing human health and function. 4thed. USA: Lippincott Williams & Wilkins. Fullerton, H & Felicia, L. (2009).Coping styles and levels of perceived stress in persons recovering from substance abuse.UMI Dissertations Publishing, 2009. 1472317 Gilbert, T. C. (2010). Coping, spirituality, motivation to change, and the working alliance: The associations with substance abuse treatment outcomes.UMI Dissertations Publishing, 2010. 3420960. Hitchcock, J. E. Schubert, P. E. & Thomas, S. A. (2004) Community Health Nursing: Caring in Action. Albany: Delmar Publisher
45
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
46
Hunter, K. A. (2006). The relationship between cognitif-behavioral coping skill and substance-abuse relapse in adolescents. UMI Dissertations Publishing, 2006. 3200712. Joewana, S. (2005). Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif. Jakarta: EGC Katalog Pedoman Penyuluhan Masalah Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya. Bagi petugas Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006 Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Helena, N.(2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed- 2. Jakarta: EGC Lazarus, S. R & Folkman, S. (1985). Stress Appraisal and Coping. New York: Publising Company. Mubarak, W & Chayatin, N. (2009),.Ilmu keperawatan komunitas: pengantar dan teori. Jakarta : Salemba Medika Neagle, M. A & D’Avanzo, C. E. (2001). Addiction and substance abuse, strategies for advance practice nursing. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Nies, M. A. & McEwen, M. (2007).Community public health nursing: promoting the health of the population. 4th ed. St.Louis: Mosby Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia 2008. Hasil Penelitian BNN Jurnal 2009. Diunduh pada 6 Juni 2013 dari http://www.bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.php?nama= Peringkat Daerah Kerawanan Tahun 2007. BNN 2007. Diunduh pada 6 Juni 2013 dari http://www.bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.php Potter, P. A & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC Rasmun.(2004). Stres, koping, dan adaptasi.Ed-1. Jakarta: Sagung Seto Sullivan, E. J. (1995). Nursing care of client with substances abuse. St.Louis: Mosby Year Book Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar/ Mahasiswa di Indonesia Tahun 2011.BNN 2011. Diunduh pada 6 Juni 2013 dari http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/puslitdatin Stanhope, G. W. & Lancaster, J. (2004).Community & public health nursing. St.Louis: The Mosby Year Book
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
47
Stuart, G. W & Laraia, M. T. ( 2005).Principles and practice of psychiatric nursing. 8th-ed. St Louis: Elsevier Mosby. Undang-undang RI nomor 22 tahun 1997 Tentang Narkotika Undang-undang RI nomor 05 tahun 1997 Tentang Psikotropika Urbanisasi Menjadi Masalah Kesehatan Paling Utama Dunia.Depkominfo 2011. Diunduh dari pada 12 April 2011 dari http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/ke Yang, T., Rockett.I., Lv. Q., & Cottrell, R. R. (2012). Stress Status and related characteristics among urban resident: A six province capital cities study in china. International Journal of Environmental Research and Public Health 10.4 (Apr 2013): 1250-67
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Pengkajian
NO. REKAM MEDIK 0
3
4
2
6
0
PENGKAJIAN KEPERAWATAN (NAPZA)
A. IDENTITAS PRIBADI 1.
Nama lengkap
: Tn D
2.
Nama panggilan
: Tn D
3.
Nama penanggung jawab
:-
4.
Pekerjaan penanggung jawab
:-
5.
Hubungan penanggung jawab dengan pasien
: keluarga
6.
Tempat, tanggal lahir
: Bengkalis, 22 Mei 1974
7.
Jenis kelamin
: Laki-laki
8.
Kewarganegaraan
: WNI
9.
Alamat lengkap
: Jl.HR Subrantas
Kel.Langgini Pekanbaru 10. Pendidikan terakhir
: SMA
11. Agama
: Islam
12. Status pernikahan
: Menikah, namun isteri meninggal tahun 2004
13. Frekuensi menikah
: 1 kali
14. Usia saat pertama kali menikah
: 28 tahun
15. Sumber keuangan
: Klien dulu bekerja menjadi wiraswasta dengan memiliki bisnis sendiri serta menjadi bandar
16. Status tempat tinggal saat ini
: Bersama orang tua
17. Pekerjaan sebelum masuk RS
: sebagai bandar
18. Anggota keluarga yang juga memakai NAPZA : tidak ada 19. Jenis zat yang pernah dipakai keluarga
: ekstasi, shabu, ganja,
alkohol
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
20. Daftar anggota keluarga
:
(ayah kandung, ibu kandung, saudara kandung, istri/suami, anak)
No.
Nama
Hubungan
Usia
Status Kesehatan
1
-
Ayah
-
-
2
-
Ibu
-
-
3
Tn.-
Kakak
40tahun
-
4
Tn.D
Klien
39tahun
-
5
Tn.
Adik
32 tahun
-
6
Nn.
Adik
-
-
7
An.D
Anak Klien
10tahun
-
Klien dekat dengan ibu dan adiknya yang anak ke-3. Saudaranya ini yang paling pengertian dan selalu mendukunh klien dan orang yang paling dipercaya klien selain ibunya. Hal ini dikarenakan klien yang dulu membantunya dalam segala urusan terutama keuangan. Anak klien merupakan motivasi utama bagi klien untuk berhenti dan orang yang paling berharga untuk klien. Kesemua saudara klien berkerja menjadi PNS kecuali yang terakhir klien mengatakan terakhir kali masih kuliah, namun sepertinya sudah bekerja juga.
B. ALASAN MASUK RSKO 1.
Cara datang ke RS
:
Klien datang diantar oleh BNP kota Riau dalam kondisi intoksikasi karena tertangkap sedang melakukan pesta shabu di pondok yang berada di kebun klien. Keluhan utama saat datang adalah mengamuk tiba-tiba, cemas meningkat, paranoid, susah tidur, agak pelo 2.
Motivasi mengikuti perawatan
:
Terpaksa, terutama unutk masuk rehab karena dipaksa oleh saudara klien, klien lebih memilih untuk ikut pemulihan di pesantren
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
3.
Pengobatan sebelumnya (lokasi, tahun)
: pernah berobat di RSJ
Tapan Pekanbaru tahun 2006, rawat satu setengah bulan lalu rawat jalan dengan haloperidol, THP,CPZ, dan alprazolam 4.
Tahun pertama kali menggunakan NAPZA
: saat SMA + 18 tahun
5.
Zat yang pertama kali digunakan
: ganja dengan cara isap
6.
Alasan penggunaan NAPZA
: Penggunaan awal untuk coba-coba karena melihat teman lain memakai kemudian untuk senang-senang juga.
7.
Jumlah uang yang dihabiskan untuk membeli NAPZA dalam 1 bulan terakhir: klien tidak membeli karena dirinya seorang bandar, bahkan jika tidak punya uang dia bisa meminta barang dulu sebelum mendapatkan hasil dari penjualan NAPZA
8. No
Perkembangan penggunaan Napza Jenis Zat
:
Tahun
Waktu
Cara
Frekuensi
Pemakaian
Pemakaian
Pemakaian
Pemakaian dan
Pertama
Terakhir
Jumlah Zat
1.
Ganja
1992
-
hisap
2.
Amfetamin
1998
-
hisap
(methamfetamin
Rutin setiap hari + 3 tap
dan MDMA) Ekstasi
1998
-
oral
3.
Sedatif hipnotik
1999
-
oral
1tab/hari
4.
Alkohol
Sejak SMA
Sampai terakhir
hisap
Rutin setiap hari ¼
ditangkap 5.
Sabu-sabu
2012
Sampai terkhir tertangkap
9.
gr
Lokasi penggunaan NAPZA (yang paling sering): Tempat hiburan malam, di pondoknya
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
C. POLA HIDUP 1.
Mandi
: 2 kali / hari
2.
Tidur siang
: Ya, jam 13.00-14.30
3.
Jam tidur malam
: 22.00
4.
Jam terbangun di pagi hari
: 04.30
5.
Aktivitas harian sebelum masuk RSKO : bermain dengan anak, bertemnu dan main dengan teman-temannya
6.
Aktivitas harian selama di RSKO
: menikuti jadwal aktivitas ruang rehabilitasi terutama untuk spesial program
7.
Makan
: 3 kali / hari
8.
Makanan selingan
: 2 kali/ hari
9.
BAB (buang air besar)
: 1 kali / max 2 hari
10. BAK (buang air kecil)
: sering
D. KONDISI KESEHATAN 1.
Penyakit yang pernah diderita sebelumnya : masalah di paru, dada terasa sesak seperti tidak bisa bernapas, waktu kecil pernah sakit namun tidak tahu penyakit apa
2.
Riwayat dirawat di rumah sakit
3.
Anda sedang menggunakan obat yang diresepkan secara teratur : ya, terakhir
: seingta klien sekali atu dua kali
haloperidol, alprazolam, CPZ, THP 4.
Status HIV: Tidak tahu
5.
Status HCV:Tidak tahu
6.
Status TBC: Tidak tahu
7.
Jika sakit, sering berkonsultasi pada dokter
8.
Pernah menjadi pendonor darah selamamenggunakan NAPZA? Tidak
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
E. KONDISI PSIKIS 1.
Apakah anda pernah mengalami masalah serius dalam berhubungan dengan : dulu dengan keluarga isteri terkait masalah anak, namun sudah baik sekarang ini. Masalah dengan keluarga ada untuk beberapa orang yang tidak suka dengan klien.
2.
Perasaan saat ini : Bosan, cemas ingin bertemu dnegan anak karena sejak di rawat belum pernah bertemu ditambah terakhir kali telfon anak menangis ketika menyudahi pembicaraan
3.
Pernah terpikir untuk bunuh diri : -
F. PENGGUNAAN CARA SUNTIK YANG BERESIKO 1.
Pernah menggunakan NAPZA dengan cara suntik: tidak. Karena klien tahu resikonya
2.
Pernah bertukar jarum suntik: tidak
3.
Jenis zat yang pernah disuntik
4.
Frekuensi menyuntik dalam 1 hari : -
5.
Alasan menyuntik: -
:-
G. RIWAYAT PERILAKU TERKAIT HUKUM 1.
Riwayat perilaku atas kasus di bawah ini: Saat tertangkap klien sempat menggunakan kekerasan hingga mengacungkan parang agar temannya dapt dibebaskan dan hany dirinya yang ditangkap. Klien juga sering mendekati dan memberi imbalan untuk beberapa petugas atau aparat hukum untuk memperlancar bisnis NAPZA serta membantunya untuk tidak ditahan di penjara. Pekerjaan menjadi bandar dilakukan 3 bulan sejak pertama kali memakai NAPZA karena alasan tidak ada uang untuk membeli. Klien juga sering terlibat perkelahian dengan teman terutama sesama pemakai yang tidak suka dengan dirinya
2.
Pernah menghadiri atau mendengarkan persidangan
3.
Pernah dipenjara
: Tidak pernah
: tidak
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
H. PERILAKU SEKSUAL 1.
Apakah Anda pernah melakukan hubungan seksual
: ya
2.
Jika pernah, dengan siapa
: Isteri, PSK, teman
pemakai 3.
Pernah menderita penyakit infeksi menular seksual
:Tidak tahu
4.
Pernah menggunakan kondom saat berhubungan seks : -
I.
PENGETAHUAN TENTANG VIRUS YANG DITULARKAN MELALUI DARAH
1.
Menurut Anda, apakah bertukar jarum suntik dapat menularkan penyakit : Ya
2.
Apakah yang Anda ketahui tentang HIV/AIDS
:
Pengertian, penyebab, cara penularan 3.
Sumber informasi tentang HIV/AIDS : buku dan brosur
4.
Apakah yang Anda ketahui tentang Hepatitis C : pengertian
5.
Sumber informasi tentang Hepatitis C : teman
J.
PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
1.
Pemeriksaan status mental Terorientasi
2.
Penampilan keseluruhan Rapi dan bersih
3.
Gangguan pola pikir Tidak ada
4.
Mood/alam perasaan : sesuai
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
5.
Riwayat keluarga : tertutup namun terkadang juga terbuka
6.
Mekanisme pertahanan ego Klien mudah untuk mengalihakn pembicaraan di awal pertemuan, namun semakin lama lebih terbuka dan menerima pembicaraan apa saja asal dirinya berkenan. Klien menyadari penuh tentang masalah nya meskipun terkadang masih muncul penyangkalan dan proyeksi. Rasionalisasi adalah mekanisme ego yang paling nampak.
7.
Koping Jika ada amslaah klien lebih sering untuk menghindarinya dan mencari hiburan dengan memakai NAPZA atau pergi ke tempat hiburan dengan teman-temannya. Klien mengalami masalah untuk berhenti memakai karena dengan melihat barang dirinya pasti akan ikut memakai. Klien juga memiliki lingkungan dimana sangat erat berhubungan dengan NAPZA dimana dirinya mudah untuk mendapat pasokan barang dan banyak orang yang meminta brang ke dirinya sehingga untuk keluar dari lingkungan ini sulit. Untuk berhenti dari menjadi bandar juga sulit karena jika klien memulai usaha di jalan yang benar biasanya kan mudah bangkrut namun jika dijalan yang salah mudah mendapat hasil meski haslnya tidak bertahan lama.
K. Fungsi Kognitif 1. Konsentrasi
: Baik
2. Daya Ingat
: Baik
3. Pikiran Obsesif
: Tidak
4. Halusinasi
: Tidak
5. Waham
: Tidak
L. Konsep Diri 1. Gambaran Diri Klien merasa bersyukur dengan apa yang ada sekaran, menurutnya bisabiasa saja Cuma sekarang setelah memakai NAPZA dalam jangka waktu lama kondisi badannya ada yang tidak baik seperti tremor
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
2. Identitas Klien merupakan anak kedua dari empat bersaudara dan ayah dari seorang putra. Klien mengatakan dirinya adalah seorang pemakai sekaligus sebagai bandar juga. Klien merasa biasa dengan identitasnya namun dirinya ingin merubah identitasnya sebgai bandar dan pemakai 3. Peran Klien merupakan ayah bagi putra semata wayangnya. Klien sangat dekat dengan putranya tersebut. Namun klien menyesal belum menjadi ayah dan mampu menjalankan perannya dengan baik.Oleh karena itu, hal yang paling ingin klien perbaiki adalah perannya sebagai ayah yang baik untuk putranya. 4. Ideal Diri Seperti hal nya seseorang yang berada pada usianya, klien ingin memiliki seorang isteri sehinggalebih melengkapi hidupnya. Selain untuk menjadi pemakai yang sudah berhenti, bukan bandar lagi dan seorang ayah yang baik. 5. Harga Diri Klien merasa harga dirinya ada jika dikormati oleh orang lain. Dan hal ini didapat dengan mudah saat menjadi seorang bandar dimana semua orang dengan mudah menghormati dan mau melakukan banyak hal untk dirinya. Dan pemakaian NAPZA meningkapkan kepercayaan dirinya. Namun hal ini menurut klien memang salah, dan berusaha mengubah dirinya namun dengan harapan orang masih menghargainya.
M. Pemeriksaan Fisik 1. Tanda-tanda vital TD: 120/80mmHg Nadi: 83x/menit Pernapasan: 21 x/menit Suhu: 2. Pemeriksaan Fisik : tidak ada keluhan fisik 3. Diagnosis Medis: F15 dan drug induced psycotic
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
4. Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan: 5. Terapi : a. Farmakoterapi: Copralex 10mg (1x1)
Lorazepam 2mg (2x1)
THP 2mg (2x1)
abilify 10mg (1x1)
Luften 25mg (1x1) b. Nonfarmakoterapi: 6. Rencana Kegiatan Konseling dengan penanggung jawab dari konselor dan dokter penanggung jawab, kegiatan sesuai dengan aktivitas spesial program ruang rehabilitasi
N. Analisa Data Data
Masalah Keperawatan
Data Objektif:
Koping Individu Tidak
Klien memakai NAPZA sejak tahun 1992 Efektif hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabu-shabu
Data Subjektif: f. Klien mengatakantidak berjanji untuk tidak memakai NAPZA lagi karena sugesti akan tetap ada
g. Klien
mengatakan
berhenti
namun
pernah
mencoba
akhirnya
kembali
memakai lagi h. Jika ada masalah, memakai NAPZA dan tempat hiburan malam adalah alternative cara mengatasinya i. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan
klien
adal;ah
dengan
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
menghindar dan tidak memikirkanyya j. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena
sulit
menghindar
lingkungannyadan
jika
dari melihat
barangnya maka akan ikut memakai lagi
Data Objektif: Klien
terkadang
dalam
Ketidakberdayaan kurang
mengambil
berpartisipasi
keputusan,
lebih
menyerahkan kepada orang lain
Data Subjektif: d. Klien mengatakan akan berusaha untuk berhenti
namun
tidak
yakin
akan
keberhasilannya e. Klien merasa kurang puas dengan peran yang sudah dilakukannya sebagai ayah dari putra satu-satunya f. Klien
mengatakn
bingung
akan
melakukan usaha apa untuk memperoleh penghasilan karena jika berusaha di jalan yang benar seringkali gagal atau bangkrut, namun jika di jalan yang kurang benar seringkali pasti berhasil. Data Objektif:
Resiko Perilaku Kekerasan
c. Klien memilikio riwayat keluhan masuk dengan marah-marah d. Klien terlihat tidak kooperatif, cemas dan berkata dengan pemaksaan saat beberapa obat yang memiliki fungsi menenangkan tidak ada Data Subjektif:
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 1: Lanjutan
c. Klien mengatakan saat dirinya ditangkap oleh BNP-Riau mengancam
petugas
dengan menggunakan parang untuk membebaskan teman-temanya dan hany mengakap dirinya saja d. Klien
mengatakan
sering
memiliki
diselesaikan dengan
leingkungannya masalah
yang
berbagai macam
bentuk kekerasan
O. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan
Ketidakberdayaan
Koping individu tidak efektif
P. Diagnosa Keperawatan Q. Koping individu tidak efektif R. Ketidakberdayaan S. Resiko perilaku kekerasan
Jakarta, Mei-Juni 2013
Yunika Anziana Aviary
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 2: Rencana Asuhan Keperawatan RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN NAPZA/JIWA KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF Nama : Usia : No.RM : Diagnosa Keperawatan Koping individu tidak efektif
Tujuan
Kriteria Evaluasi
Tujuan Umum: Klien mampu menerapkan koping yang efektif dalam menyelesaikan masalah penyalahgunaan napza
Setelah 14 x 30 mnit pertemuan klien mampu: 1. Mengidentifikasi pola koping yang efektif 2. Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobata 3. Menggunakan perilaku positif untuk menurunkan stres 4. Mengidentifikasi berbagai strategi koping 5. Menggunakan strategi koping yang paling efektif 6. Melaporkan penurunan perasaan dan perilaku negatife 7. Mampu mengontrol keinginan menggunakan zat secara mandiri 8. Klien dapat menerapkan cara hidup yang sehat 9. Klien mematuhi program pengobatan
Tujuan khusus: 1. Menunjukkan koping yang efektif 2. Menunjukkan pengendalian diri terhadap impuls dengan mempertahankan pengendalian diri tanpa pengawasan secara konsisten
Intervensi
Rasional
Membina hubungan saling percaya menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
Hubungan saling percaya yang baik merupakan dasar yang kuat bagi klien dalam mengekspresikan perasaannya
Identifikasi penyebab penggunaan zat, tanda/gejala suges dan putus zat, frekuensi, perasaan saat suges
Sebagai dasar untuk menentukan tindakan yang tepat guna mengatasi sugesti
Mendiskusikan dampak penggunaan napza bagi kesehatan
Mengetahui tingkat pengetahuan klien dan memberi informasi terkait dampak penggunaan napza
Mendiskusikan dan melatih cara mengontrol keinginan menggunakan zat, yaitu : menghindar, mengalihkan, dan menolak
Menentukan strategi yang paling tepat untuk mengontrol keinginan menggunakan substansi napza terutama ketika berada di lingkungan yang beresiko untuk menggunakan kembali
Mendiskusikan dan melatih cara meningkatkan motivasi, dengan membuat tujuan ketika dirinya sudah lepas dari napza, melatih pasien melakukan afirmasi (penguatan) setiap hari
Meningkatkan motivasi, dan meningkatkan penguatan klien tentang hal yang mampu memperkuat diri dalam usaha menghentikan pemakaian zat kembali
Mendiskusikan masalah yang dihadapi pasien, misal dengan keluarga, teman, lingkungan, dll.
Mengidentifikasi sejauh mana kemampuan klien dalam mengenal dan mengatasi masalah
Mendiskusikan dan melatih
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 2: Lanjutan caramenyelesaikan masalah tersebut. Menggali koping yang lebih efektif yang akan diterapkan ketika menghadapi masalah
Mengidentifikasi koping yang lebih efektif dari yang sudah pernah klien lakukan dalam mengatasi masalah
Mendiskusikan cara hidup sehat
Meningkatkan informasi klien terkait cara melakukan pola hidup sehat
Latih melakukan kegiatan sehari-hari dan membuat jadwal aktivitas
Melatih klien untuk mengorganisir aktivitas kehidupan sehari-harinya
Mendiskusikan tentang obat dan melatih minum obat dengan benar
Melatih pengetahuan klien terkait obat dan meningkatkan kesadaran pribadi akan kebutuhan obat dalam proses penyembuhan
Mendiskusikan pilihan program selanjutnya (rumatan, abstinen, dsb)
Meningkatkan keaktifan dan motivasi klien dalam usaha mengikuti program yang sesuai dengan pilihannya untuk mendukung usaha menghentikan pemakaian zat kembali
Evaluasi kegiatan latihan mengontrol keinginan menggunakan zat, cara menyelesaikan masalah, kegiatan seharihari, minum obat, dan beri pujian.
Mengevaluasi peningkatan kemampuan klien dalam menerapkan hal-hal yang sudah didiskusikan untuk mengatasi masalahnya dan memberikan reinforcement positif untuk klien
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan
Catatan Perkembangan Implementasi Asuhan Keperawatan
Nama Klien
: Tn.D (39th)
Nama Mahasiswa
: Yunika Anziana Aviary
Tanggal /
Diagnosa
Jam
Keperawatan
11 Mei 2013, 10.30 WIB
Belum dapat ditegakkan
Ruang Rawat
: Rehabilitasi
Implementasi
Evaluasi
1. Membina hubungan saling percaya 2. Melakukan pengkajian terkait kondisi bio-psiko-sosialspiritual dan riwayat penggunaan NAPZA 3. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang muncul pada klien
S: Klien mengatakan bersedia untuk mengobrol dengan perawat dalam jangka waktu kurang lebih tujuh minggu. Kabar klien baik dan tidak memiliki keluhan. Alasan masuk ke rehabilitasi dikarenakan memakai shabu-shabu dan datang diantar oleh BNP-Riau. Klien mengatakan ada keinginan untuk berhenti karena putra satu-satu nya yang sudah berumur 10 tahun. Isteri klien telah meninggal saat putranya kecil. Dan setelah keluar dari rehabilitasi klien ingin mengelola lahan sawit yang dipunyanya. Selain menjadi pemakai, klien juga merupakan seorang bandar. Klien juga memiliki usaha lain yaitu sebagai pedagang yang membawa barang dari kotakota di jawa seperti bandung, jakarta, jogja ke riau. Pendapatan yang diterima klien besar setiap harinya dengan menajadi seorang bandar namun uang yang diperoleh lebih cepat untuk hilang kembali karena jika memiliki uang klien akan langsung menggunaknnya untuk clubbing atau kegiatan senang-senang lain dengan teman-temannya. Uang bersih yang diterima dari pekerjaan ini mencapai + 600rb sekali transaksi.
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Paraf
Lampiran 3: Lanjutan
Alasan menjadi bandar karena klien dapat dengan mudah mendapati napza dan uang yang diperoleh banyak. Riwayat pemakaian napza terakhir kali adalah shabu sekitar1/4 sampai 1 gr sehari. Lingkungan klien yang bisa diiukuti adalah lingkungan yang penuh kekerasan bahkan bisa terjadi suatu perkelahian fisik sebagai penyelesaian masalah. Klien memiliki keinginan untuk berubah dan pernah mencoba untuk berhenti dengan berobat di rumah sakit jiwa di tempat tinggalnya. Lalu klien juga pernah umroh dan akhirnya berhenti memakai selam 3 bulan namun akhirnya memakai lagi yaitu ganja yang terakhir kali ini. Keinginan untuk berhenti ini sulit untuk diwujudkan karena menurut klien rasa sugesti tidak akan hilang seumur hidup. Lalu psikolog klien juga pernah mengatakan bahwa sugesti tidak akan pernah hilang dan wajar jika memakai lagi ditambah jika seorang pecandu tidak memakai lagi itu suatu hal yang aneh. O : Klien berbicara kurang jelas dengan pelan-pelan supaya tidak terdengar oleh orang lain. Klien menolak untuk berbicara terlalu dalam tentang masalah dirinya. Namun klien aktif ngobrol dan sering mengalihkan pembicaraan A: Masalah belum tergali dengan data spesifikyang mendukung, namun yang berpotensi untuk muncul adalah koping individu tidak efektif.
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
P: Perawat; melakukan pengkajian lebih dalam meningkatkan BHSP dengan interaksi sering namun sebentar diluar jam interaksi mengobrol yang lebih lama Klien; berjanji berinteraksi selanjutanya dengan perawat 16 Mei 2013, 10.30 WIB
Koping individu tidak efektif
SP1 koping individu tidak efektif: 1. Mendiskusikan tentang permasalahan dalam hidup klien dan cara mengatasi masalah tersebut 2. Mendiskusikan alasan klien memakai napza, situasi yang membuat klien berkeinginan untuk memakai dan cara yang pernah klien tempuh untuk berhenti 3. Mendiskusikan orang-orang yang paling klien percaya dan dapat memberi dukungan untuk klien
S: Klien mengatakan pernah berhenti saat setelah umroh selama 3 bulan dan itu merupakan usaha yang paling berhasil yang dilakukan klien. Hal ini dikarenakan saat melihat barang secara langsung, sulit untuk tidak memakainya. Selain itu, situasi untuk untuk tidak memakai sangat sulit diperoleh karena klien seorang bandar dan orang lain sering menghubunginya jika ingin menjual atau membutuhkan napza. Masalah yang muncul biasanya lebih pada perseteruan dengan orang-orang lainyang tidak suka dengannya, biasanya menyelesaikan dengan kekerasan. Amsalhmasalah lin juga banyak tidak bisa disebut satu-satu Klien mengatakan ingin berhenti saat usia sudah 40tahun karena tidak tega dnegan anaknya, diriny ingin menjadi ayah yang baik dan memikirkan masa depan anaknya. Klien mengtakan punya rencana berhenti namun bingung dan juga belum yakin apa yang akan dilakukan setelah keluar nanti, karena jika usaha di jalan yang benar biasanya pasti bangkrut tapi kalau usaha dijalan yang salah biasanya akan lancar. Namun selama ini support sistem yang terasa sangat klien andalkan dan memang mampu untuk diandalkan
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
adalah keluarga terutama sekali ibu dan adik dibawahnya pas. O: klien kooperatif dan memberi umpan balik aktif selama bercerita, klien masih mengalihkan pembicaraan untuk hal-hal yang tidak ingin dibicarakan, klien berbicara dengan pelan supaya orang lain tidak ikut mrndengar A: Masalah yang teridentifikasi koping individu tidak efektif P: perawat meningkatkan BHSP dan melengkapi pengakajian untuk menetapkan masalah, melaksanakan intervensi SP 1 koping individu tidak efektif Klien melaksanakan interkasi selanjutnya lagi dengan perawat 24 Mei 2013 16.00
Pengkajian
Mendiskusikan keadaan klien yang aktual Mendiskusikan masa lalu klien yang ingin klien ceritakan
S: Klien menceritakan awal masuk yang tertangkap oleh BNP Riau saat pesta sabu dengan temannya. Klien menceritakan adanya pemakaian kekerasan dan tindakan penyuapan ke beberapa pihak sebelum akhirnya ditangkap Klien mengatakan dirinya tidak suka dengan rehab dan memilih untuk ke pesantren saja karena menurutnya rehab tidak akan mengubah apa-apa dan dirinyadi rehab karena paksaan keluarga tertentu. Klien menceritakan dirinya menjadi bandar setelah beberapa hari memakai dan itu menyenangkan karena
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
banyak hal yang didapat selain barang misal penghormatan dan pemenuhan kebutuhan lain.Dan klien melakukan usaha di luar bandar hanya untuk menutupi usaha aslinya tersebut. Pikirannya memang menjurus ke pemakaian dan bersenang-senang. Karena hal itu yang mengisi waktunya dan menjasi jalan penyelesaian masalah. Klien juga tidak mau memikirkan masalah karena menambah pusing saja. Meski demikian klien juga merasa malu saat diberitakan sudah bersih dan dijadikan role model bagi pemakai lain padahal dirinya masih memakai. Klien tidak mau situasi seperti ini lagi. Klien menceritakan manfaat dan efek yang didapat dari penggunaan obat terutama terkait masalah dalam kegiatan seks bebas. O: Klien kooperatif, kontak mata positif, klien memberi umpan balin aktif selama bercerita. Klien mengawali cerita tanpa perawat perlu menanyakan banyak pertanyaan A: tiga masalah utama yang muncul koping individu tidak efektif, ketidak berdayaan dan resiko perilaku kekerasan P: Perawat melakukan SP 1 koping individu tidak efektif Klien melakukan interkasi dengan perawat kembali
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
29 Mei 2013 16.00
Koping individu tidak efektif
SP 1 Koping individu tidak efektif: Mendiskusikan tujuan hidup yang klien ingin capai Mendiskusikan pengetahuan klien terkait napza dan dampaknya Mendiskusikan usaha klien yang dulu pernah dilakukan, efektifitasnya, dan rencana kedepan Memberi reinforcement positif atas usaha klien
S: Klien mengatakan tahu tentang napza dan dampaknya sudah dari dulu. Namun yang menjadi alasan dirinya ingin berhenti selain anak adalah kondisinya yang semakin memburuk sebagai efek penggunaan jangka panjang napza.contohnya sesah dada dan tremor. Klien menetapkan tujuan hidupnya adalah ingin menjadi ayah yang baik dan bertanggung jawab untuk putranya. Usaha yang dlu eprnah dilakukan seperti berobat dan menghindari lingkungan tetapi gagal. Kemudian umroh yang paling efektif sehingga bisa berhenti 3 bulan tanpa bantuan apa-apa. Rencana kedepan klien akan lebih serius mengelolan kebun kelapa sawitnya dan mencari penghasilan dengan membuka usaha lagi yang lebih baik. Selain itu klien berencana pindah kota untuk sementara waktu guna menghindari lingkungan temna-teman pemakai napza. Dukungan semua ini akan diperoleh dari adikny ayang paling utama. O: Klien kooperatif, kontak mata (+), klien ebrcerita dnegan aktif dan mengungkapkan keyakinan dan ketidak yakinannya akan rencananya A: Masalah koping individu belum tertasi, pelaksanaan SP 1 KITE terlaksana sebagian
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
P: Perawatn melanjutkan SP 1 KITE dengan mengidentifikasi masalah dan mendiskusikan koping penyeleesaian Klien tetap memotivasi diri dan memperkuta keyakinan untuk tidak memakai kembali dengan didasarkan pencapaian tujuan hidupnya 1 Juni 2013 16.00
Koping individu tidak efektif
SP 1 Koping individu tidak efektif: Mendiskusikan amsalah yang muncul dan menghambat klien untuk berhenti dari pemakaian napza Mendiskusikan strategi koping untuk masalah tersebut Mendiskusikan cara yang palin efektif
S: Masalah utama yang klien alami adalah sugesti, lingkungan dan kondisi stress. Maslah stress yang pertama dibahas diselesaiakan dengan cara koping jalan-jalan ke luar kota, mengobrol dengan teman bukan pemakai, dan bermain dengan anak. Namun untuk cara yang pertama dan kedua agak sulit terlaksana karena dukungan finansial yang sangat diperlukan. Cara yang paling efektif menurut klien adalah bermain dengan anak,cara ini apsti selalu efektif. Untuk di runag rehabilitasi, cara yang dapat dilakukan adalah berbincang dengan konselor jika klien memiliki masalah Dulu klien biasanya menyelesaikan maslah ini dnegan mencari hiburan dnegan teman seperti ke tempat hiburan malam dan pemakaian napza. O: Klien kooperatif dan kontak mata(+). Klien mengurangi bahan dan keaktifan pembicaraan jika ada klien yang lain yang mendekat. A: Masalah koping individu tidak efektif teratasi sebagian dengan terlaksananya sebagian SP1 Koping individu tidak efektif
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
P: Perawat melanjutkan identifikasi koping untuk masalah klien (SP1 KITE) Klien memasukkan jalan-jalan, mengobrol dengan teman dan bermain dengan anak sebagai strategi koping untuk menyelesaikan masalah stres dan berbincang dengan koselor jika ada masalah 3 Juni 2013 10.30
Koping individu tidak efektif
SP 1 Koping individu tidak efektif: Mendiskusikan strategi koping yang lain untuk masalah kondisi stress Mendiskusikan reinforcment positif atas usaha klien
S: Klein mengatakan jika kondisi stress dapat melakukan cara menyelesasikannya dengan jalan-jalan, mengobrol dengan teman atau bermain dnegan anak. Tidak akan menggunakan napza lagi sebagai penyelesaiannya. Klien akan melakukan olahraga sebagai cara tembahan untuk menyelesaikan masalahnya. Yang dilakukan di rehab yaitu joging setiap pagi dan jika keluar nanti akan renang setiap minggu, renang adalah olahraga kesukaan klien. Klien mengatakan akan menggunakan cara-cara tersebut sebelum sampai pada pemakaian napza O: Klien kooperatif namun kurang aktif memberi umpan balik selama interaksi karena kondisi lingkungan yang ramai dan tidak kondusif A: Masalah koping individu tidak efektif teratasi sebagian dengan terlaksananya sebagian SP1 Koping individu tidak efektif P: Perawat melanjutkan identifikasi koping untuk masalah klien (SP1 KITE) Klien memasukkan olahraga sebagai tambahan
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
strategi koping untuk menyelesaikan masalah stres dan melakukan joging setiap pagi selam di rehab 8 Juni 2013 10.00
Nyeri akut
Menganjurkan untuk melakukan kompres hangat Menganjurkan untuk mengurangi eprgerakan daerah nyeri Kolaborasi pemberian salep voltadex
S: Nyeri masih terasa walau pada pergelangan kaki, namun masih bisa untuk jalan O: Klien berjalan dengan terpincang dan nampak meringis untuk menggerakkan pergelangaanya, nampak pergelangan kakai kiri membengkak, tidak ada kemerahan atau panas A: Nyeri akut P: Menganjurkan klien untuk mengistirahatkan kaki dan melakukan kompres Perawat kolaborasi dengan perawat ruangan untuk menindaklanjuti kondsi klien
11 Juni 2013 16.00
Koping individu tidak efektif
SP 1 Koping individu tidak efektif: Mendiskusikan pelaksanaan koping sebelumny Mendiskusikan strategi koping yang lain untuk masalah kondisi stress Mendiskusikan reinforcment positif atas usaha klien
S: Klien mengatakan belum berbicang dengan konselor karena memang belum ada masalah yang perlu dibicarakan, olahraga tidak dapat dilakukan karena kaki klien sedang sakit Klien akan melakukan sholat sebagai tambahan cara mengatasi masalah. Dan dirinya percaya cara ini lebih efektif O: Klien kooperatif dan aktif berbincang, kontak mata(+) A: Masalah koping individu tidak efektif teratasi sebagian dengan terlaksananya sebagian SP1 Koping individu tidak efektif P: Perawat melanjutkan identifikasi koping untuk
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
masalah sugesti klien (SP1 KITE) Klien memasukkan sholat sebagai tambahan strategi koping untuk menyelesaikan masalah stres yaitu wajib dzuhur, ashar dan isya’ 12 Juni 2013 10.30
Koping individu tidak efektif
SP 1 Koping individu tidak efektif: Mendiskusikan pelaksanaan koping sebelumny Mendiskusikan strategi koping untuk masalah sugesti Mendiskusikan tanda gejala, perasaan, frekuensi dan situasi kondisi sugesti muncul Melatih cara afirmasi dan memasukkan ke jadwal latihan klien Mendiskusikan reinforcment positif atas usaha klien
S: Klien mengatakan belum berbicang dengan konselor karena memang belum ada masalah yang perlu dibicarakan, olahraga tidak dapat dilakukan karena kaki klien sedang sakit Klien melakukan sholat 3 waktu sesuai dengan jadwal latihan. Klien mengatakan akan berusaha melatih semua cara yang telah disepakati Sugesti muncul saat tidak ada kegiatan dan biasanya langsung terpikir pada pemakaian napza, selama di rehab pun sampai bermimpi. Biasanya klien akan tidur-tiduran saja bila sugesti muncul. Klien mengatakan akan melakukan dan melatih afirmasi berupa kalimat tujuan hidupnya sesuai jadwal latihan yaitu sehabis sholat O: Klien kooperatif, mudah lupa dnegan apa yang sudah disepakati jika tidak diingatkan, dan klien juga mudah lupa dengan kalimat afirmasi namun mampu mengucapkannya dengan benar dan diulang A: Masalah koping individu tidak efektif teratasi sebagian dengan terlaksananya sebagian SP1 Koping individu tidak efektif P: Perawat melanjutkan indentifikasi koping untuk
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
masalah sugeti Klien menambahkan latihan afirmasi sehabis sholat dan jika sugesti muncul sebagai koping menyelesaikan masalah sugesti 18 Juni 2013 15.30
Koping individu tidak efektif
SP 1 Koping individu tidak efektif: Mendiskusikan pelaksanaan koping sebelumnya Mendiskusikan strategi koping untuk masalah sugesti Mendiskusikan reinforcment positif atas usaha klien
S: Klien mengtakan telah emlakukan jadwal latiahn yang telah disusun. Untuk cara kedua mengatasi masalah sugestinya, klien akan mengisi waktu hariannya dengan kegiatan agar tidak ada waktu luang sehingga sugesti muncul. O: Klien kooperatif dan menyampaikan saran akan peneylesaian masalahnya A: Masalah koping individu tidak efektif teratasi sebagian dengan terlaksananya sebagian SP1 Koping individu tidak efektif P: Perawat melanjutkan indentifikasi koping untuk masalah lingkungan Klien akan aktif mengikuti kegiatan di rehabilitasi dan berusaha mengisi waktu luangnya
20 Juni 2013 16.30
Koping individu tidak efektif
SP 1 Koping individu tidak efektif: Mendiskusikan pelaksanaan koping sebelumnya Mendiskusikan strategi koping untuk masalah lingkungan Mendiskusikan reinforcment positif atas usaha klien
S: Klien mengatakn etlah melakukan jadwal latihannya terkait menagtasi maslah stres dan sugesti. Untuk maslaah lingkungan, cara yang akan klien lakukan sesuai dengan rencananya yaitu tinggal di tempat lain sementara waktu untuk menghindari lingkungan teman pemakainya. Selanjutnya klien setuju untuk tidak berhubungan lagi dengan teman-teman pemakainya O: Klien kooperatif dan aktif selama interaksi berlangsung
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 3: Lanjutan
A: Masalah koping individu tidak efektif teratasi sebagian dengan terlaksananya sebagian SP1 Koping individu tidak efektif P: Perawat mendiskusikan pelaksanaan latihan, tindak lanjut hal-hal yang etlah disepakati dan melakukan terminasi akhir Klien akan aktif melaksanakan jadwal latihan 21 Juni 2013 15.30
Koping individu tidak efektif
Terminasi akhir Mendiskusikan pelaksanaan jadwal latihan dan tindak lanjutnya
S: Klien mengatakan telah melakukan jadwal latihannya dan akan berusaha terus untuk melatihnya. Klien akan berusaha untuk terhindar dari pemakaian napza kembali O: Klien kooperatif A: Masalah koping individu tidak efektif teratasi sebagian dengan terlaksananya SP1 Koping individu tidak efektif P: Perawat menginformasikan kondisi klien kepada perawat ruangan Klien tetap melatiha cara-cara penyelesaian masalah dan berusaha untuk terhindar dari pemakaian napza kembali
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 4: Catatan Perkembangan Interaksi
Perkembangan Interaksi
Nama Mahasiswa
: Yunika Anziana Aviary
NPM
: 0806334590
Interaksi dengan klien TN D dilakukan selama 12 kali dan lebih mengutamakan penyelesaikan terkait maslah koping individu tidak efektif.Berikut perkembangan yang terjadi selama interaksi terjadwal dari awal hingga terminasi dengan klien.
Interaksi
Data
Perkembangan intervensi koping
Interkasi -1 11 Mei 2013
DS: Klien mengatakan tidak berjanji untuk tidak memakai NAPZA lagi karena sugesti akan tetap ada, jika tidak memakai lagi adalah suatu hal yang aneh bagi pemakai
-
DO: Klien memakai berbagai macam jenis NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu Koping: Selama interkasi klien berbicara dengan pelan dengan alasan orang lain agar tidak mendengar, klien mengalihkan pembicaraan jika berbicara lebih mendalam tentang kehidupannya Interkasi – 2 16 Mei 2013
DS: a. Klien mengatakan tidak berjanji untuk tidak memakai NAPZA lagi karena sugesti akan tetap ada, jika tidak memakai lagi adalah suatu hal yang aneh bagi pemakai b. Klien mengatakan pernah mencoba berhenti namun akhirnya kembali memakai lagi c. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena sulit menghindar dari lingkungannya dan jika melihat barangnya maka akan ikut memakai lagi DO: Klien memakai berbagai macam jenis NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 4: Lanjutan
masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu Koping adaptif: Selama interkasi klien berbicara dengan pelan dengan alasan orang lain agar tidak mendengar, Klien aktif memberi umpan balik selama pembicaraan, klien mengatakan jangan membahas masalah terlalu dalam masalah kehidupannya Interkasi – 3 24 Mei 2013
DS: a. Klien mengatakan tidak berjanji untuk tidak memakai NAPZA lagi karena sugesti akan tetap ada, jika tidak memakai lagi adalah suatu hal yang aneh bagi pemakai b. Klien mengatakan pernah mencoba berhenti namun akhirnya kembali memakai lagi c. Jika ada masalah, memakai NAPZA dan tempat hiburan malam adalah alternatife cara mengatasinya d. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan klien adalah dengan menghindar dan tidak memikirkanyya e. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena sulit menghindar dari lingkungannya dan jika melihat barangnya maka akan ikut memakai lagi DO: Klien memakai berbagai macam jenis NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu
_ (Interaksi 1 -3 lebih berfokus untuk membina BHSP selain menjalankan intervensi untuk koping individu tidak efektif)
Koping: pemakaian NAPZA, hiburan malam, menghindar, tidak memikirkannya Klien mulai aktif memberi umpan balik, terbuka dengan pendapat dan kondisinya, Klien muali terbuka menceritakan kehidupannnya terkait NAPZA dan bandar namun tidak untuk masalah perilaku seks bebas dan dianggap tidak pantas didengar oleh perawat yang menurutnya belum pantas untuk mendengarnya, padahal hal ini salah satu masalah perilaku yang sering dilakukan klien dana salah satu alasan pemakaian
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 4: Lanjutan
NAPZA dan kopingnya. Interaksi -4 29 Mei 2013
DS: a. Klien mengatakan tidak berjanji untuk tidak memakai NAPZA lagi karena sugesti akan tetap ada, jika tidak memakai lagi adalah suatu hal yang aneh bagi pemakai b. Klien mengatakan pernah mencoba berhenti namun akhirnya kembali memakai lagi c. Jika ada masalah, memakai NAPZA dan tempat hiburan malam adalah alternatife cara mengatasinya d. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan klien adalah dengan menghindar dan tidak memikirkanyya e. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena sulit menghindar dari lingkungannya dan jika melihat barangnya maka akan ikut memakai lagi DO: Klien memakai berbagai macam jenis NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu
Membuat tujuan hidup klien Mendiskusikan usaha klien yang pernah dilakukan untuk mencapai tujuan hidup, terutama untuk berhenti dari NAPZA, dan keefektifannya Mendiskusikan rencana yang telah klien susun setelah keluar dari rehabilitasi Mendiskusikan support sistem yang diharapkan dapat membantu kesembuhan klien
Koping: pemakaian NAPZA, hiburan malam, menghindar, tidak memikirkannya Klien aktif dalam interaksi, mengatakan pembicaraan berbeda dengan yang dilakukan petugas yang lain. Klien mengurangi keaktifan jika terdapat pihak ketiga dan mengtakan lebih suka bicara tanpa ada pihak ketiga yang dapat mencuri dengar. Interaksi -5 1 Juli 2013
DS: a. Klien mengatakan tidak berjanji untuk tidak memakai NAPZA lagi karena sugesti akan tetap ada, jika tidak memakai lagi adalah suatu hal yang aneh bagi pemakai b. Klien mengatakan pernah mencoba berhenti namun akhirnya kembali memakai lagi c. Jika ada masalah, memakai NAPZA dan tempat hiburan malam adalah alternatife cara mengatasinya d. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan klien adalah dengan menghindar dan tidak memikirkanyya
Mendiskusikan masalah yang menghambat klien mencapai tujuan hidup masalah utama yaitu sugesti, lingkungan dan kondisi stress Koping yang disepakati untuk menyelesaikan masalah stres adalah jalan-jalan, emngobrol dengan teman bukan pemakai dan main dengan anak
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 4: Lanjutan
e. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena sulit menghindar dari lingkungannya dan jika melihat barangnya maka akan ikut memakai lagi DO: Klien memakai berbagai macam jenis NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu
Koping ini untuk mengganti koping destruktifnya yaitu memakai NAPZA dan mencari tempat hiburan malam Hal yang dimasukkan jadwal adalah konsultasi dengan konselor yang dipercaya jika ada masalah
Koping: menghindar, tidak memikirkannya Klien aktif berdiskusi dan mengatakan siap kapan saja untuk dilakukan interaksi Interaksi -6 3 Juli 2013
DS: a. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan klien adalah dengan menghindar dan tidak memikirkanyya b. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena sulit menghindar dari lingkungannya dan jika melihat barangnya maka akan ikut memakai lagi DO: Klien memakai berbagai macam jenis NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu Koping: menghindar, tidak memikirkannya
Interaksi-7
11 Juni 2013
Lari-lari dimasukkan ke jadwal setiap npagi selama di rehabilitasi Klien mengtakan akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak kembali memakai NAPZA meski meski tahu bahwa sugesti tetap ada hal ini karena ingin mencapai tujuan hidupnya yaitu menajdi ayah yang baik buat putranya
Masalah nyeri
Kompres dan kolaborasi pemberian medikasi
DS a. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan klien adalah dengan menghindar dan tidak memikirkanyya b. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena sulit menghindar dari lingkungannya dan jika melihat barangnya maka akan ikut memakai lagi DO: Klien memakai berbagai macam jenis
Koping yang ditambahkan untuk mengatasi stress adalah sholat
8 juni 2013 Interaksi-8
Koping lanjutan yang disepakati mengatasi masalah stress adalah melakukan olahraga ketika ada masalah yaitu lari-lari dan renang
Jadwal sehari harus sholat dzuhur, magrib dan isya’
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 4: Lanjutan
NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu Koping: menghindar, tidak memikirkannya
Interaksi- 9 12 Juni 2013
DS a. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan klien adalah dengan menghindar dan tidak memikirkanyya b. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena sulit menghindar dari lingkungannya dan jika melihat barangnya maka akan ikut memakai lagi DO: Klien memakai berbagai macam jenis NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu
Masalah sugesti diselesaikan dengan cara afirmasi Penucapan kalimat tujuan setiap kali sugesti muncul untuk mendistraksi dan menguatkan keinginan untuk berhenti dan setiap sehabis sholat Kalimat afirmasi “Saya inging menjadi ayah yang baik dan bertanggung jawab”
Koping: menghindar, tidak memikirkannya
Interaksi- 10 18 Juni 2013
DS a. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan klien adalah dengan menghindar dan tidak memikirkanyya b. Klien mengatakan sulit untuk berhenti karena sulit menghindar dari lingkungannya dan jika melihat barangnya maka akan ikut memakai lagi DO: Klien memakai berbagai macam jenis NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu
Koping untuk mengatasi masalah sugesti yang kedua adalah dengan mengisi waktu setiap hari dengan kegiatan harian koping ini saran dari klien karena menurutnnya sugesti muncul jika waktu luang dan sedang tidak ada kerjaan atau pikiran kosong.
Koping: menghindar, tidak memikirkannya
Interaksi -11 20 Juni 2013
DS a. Cara mengatasi masalah lain yang digunakan klien adalah dengan menghindar dan tidak memikirkanyya DO: Klien memakai berbagai macam jenis NAPZA sejak tahun 1992 hingga terakhir masuk ke rehabilitasi karena memakai shabushabu
Koping untuk masalah Lingkungan adalah sesuai rencana klien untuk pindah tempat tinggal sementara waktu untuk menghindari teman-temannya Koping selanjutnya adalh tidak berhubungan lagi
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013
Lampiran 4: Lanjutan
Koping: menghindar, tidak memikirkannya
dengan teman-teman pemakai maupun terkait urusan jula beli barang NAPZA Untuk cara menghindar dan tidka mau memikirkannya menurut klien itu akan biasa klien lakukan dan cukup efektif mengatasi masalah
Interaksi -12 21 Juni 2013
Terminasi
Mendiskusikan kembali semua hal yang telah disepakati dari pertemuan di awal dan segala strategi koping untuk mengatsi masalah klien
Analisis praktik ..., Yunika Anziana, FIK UI, 2013