UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN PASAR SAHAM DI ASIA DAN AMERIKA SERIKAT SEBELUM, SELAMA, DAN SESUDAH TERJADINYA KRISIS FINANSIAL DI AMERIKA SERIKAT TAHUN 2008–2009
SKRIPSI
ANGGIA EBEN HAEZER TOBING 0806349056
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA DEPOK 2012
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN PASAR SAHAM DI ASIA DAN AMERIKA SERIKAT SEBELUM, SELAMA, DAN SESUDAH TERJADINYA KRISIS FINANSIAL DI AMERIKA SERIKAT TAHUN 2008–2009
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Ilmu Administrasi Niaga
ANGGIA EBEN HAEZER TOBING 0806349056
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRSI NIAGA KEKHUSUSAN KEUANGAN DEPOK 2012
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Anggia Eben Haezer Tobing
NPM
: 0806349056
Tanda Tangan
:
Tanggal
: Juni 2012
ii Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi
: : : : :
Anggia Eben Haezer Tobing 0806349056 Ilmu Administrasi Niaga Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Pasar Saham di Asia dan Amerika Serikat Sebelum, Selama, dan Sesudah Terjadinya Krisis Finansiall di Amerika Serikat Tahun 2008–2009
Telah berhasill dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Reguler pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia. Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
:
Prof. Dr. Chandra Wijaya M.Si., M.M
Penguji Ahli
)
(
)
(
)
(
)
:
Ir. Bernardus Yuliarto Nugroho MSM., PhD
Ketua Sidang
(
:
Fibria Indriati D. L. S.Sos., M.Si
Sekertaris Sidang : Umanto E. Prasetyo, S.Sos, M.Si
Ditetapkan di : FISIP Universitas Indonesia, Depok Tanggal
: 28 Juni 2012
iii Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur terutama kepada Yesus Kristus atas segala kebaikan dan kasih setia-Nya yang senantiasa memberi saya kekuatan, kesehatan, penghiburan, dan perlindungan selama penulisan skripsi ini. Puji Tuhan, skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan pada waktunya. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran serta pihak-pihak yang telah rela menyumbangkan tenaga, waktu, pemikiran, dan perhatiannya yang turut membantu saya dalam mengerjakan skripsi ini. Untuk itu saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Prof. Dr. Chandra Wijaya M.Si., M.M., sebagai pembimbing yang telah banyak sekali membantu, memberi arahan, dukungan, serta kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk pertanyaan-pertanyaannya dan jawaban yang merangsang otak untuk berpikir kritis. You’re the master. 2. Dosen-dosen jurusan Ilmu Administrasi Niaga yang telah memberikan waktu dan ilmunya kepada penulis dalam perkuliahan dari semester awal sampai dengan semester akhir. 3. Mama, Papa, Kak Femmy, Kak Siska, dan Marco yang senantiasa mendukung, menemani, dan mendoakan saya selama ini. Semoga hasil dari skripsi ini bisa memberikan kebahagian dan kebanggaan untuk kalian. I love you all. 4. Delano Christovel, sahabat yang telah mengajarkan pengolahan data statistik kepada penulis. Tidak lupa untuk sahabat-sahabat SMA yang lain, yaitu Ruth Caroline, Nicko Sanjaya, Michael Gunawan, Henry Leonardo, dan Edwin Novianto yang memberikan keceriaan ketika berkumpul untuk mengerjakan skripsi bersama-sama. Uno Dora! 5. Kak Anggita Cinditya yang memberikan bantuan dalam pencarian data-data pendukung dan Kak Benedicta Octaviani yang memberikan nasihat dan jawaban-jawaban terkait penelitian terdahulu. 6. Semua teman-teman jurusan Ilmu Administrasi Niaga, yaitu Amalia Kusbintari, Virra Krisnafitriana, Isnaeni Fitrahadi, Thomas Wahyu,
iv Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
Muhammad Ghulam, Raflesia Henki, Ranynda Niarachma, Dessy Christiani, Della Aresa, Afianka Maunaza, Meirna Utami, Chintya Ayu, dan teman-teman lainnya. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, dan saat-saat yang berkesan dari awal sampai sekarang yang membuat masa perkuliahan selama empat tahun begitu luar biasa menyenangkan dan tidak dapat terlupakan. Semoga persahabatan ini akan selalu terjalin. 7. Nella Nabila dan James Stevenson, sahabat-sahabat yang terus memberikan saya semangat untuk mengerjakan dan mengejar deadline skripsi. Thanks, mates! 8. Dan untuk seluruh pihak yang mohon maaf jika tidak dapat disebutkan satu per satu.
Tuhan memberkati dan membalas berlipat kali ganda kebaikan kalian semua. Saya menyadari skripsi ini belum sempurna, namun saya tetap berusaha memberikan yang terbaik. Harapan saya semoga penelitian ini memberi masukan berharga bagi pembaca dan menarik minat bagi pihak yang ingin mempelajarinya lebih dalam lagi.
Depok, Juni 2012
Anggia Eben Haezer Tobing
v Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Anggia Eben Haezer Tobing
NPM
: 0806349056
Program Studi : Ilmu Administrasi Niaga Departemen
: Ilmu Administrasi
Fakultas
: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis karya
: Skripsi
Demi emi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive exclusive Royalty RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Pasar Saham di Asia dan Amerika Serikat Sebelum, Selama, dan Sesudah Terjadinya Krisis Finansiall di Amerika Serikat Tahun 2008–2009 Beserta eserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. sebenarnya
Dibuat di : Depok Pada tanggal : Juni 2012
Yang menyatakan,
( Anggia Eben Haezer Tobing )
vi Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Anggia Eben Haezer Tobing (0806349056) : Administrasi Niaga : Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Pasar Saham di Asia dan Amerika Serikat Sebelum, Selama, dan Sesudah Terjadinya Krisis Finansial di Amerika Serikat Tahun 2008–2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum, selama, dan sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009. Metode penelitian yang digunakan untuk melihat adanya hubungan saling ketergantungan adalah lewat uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan saling ketergantungan pada sebelum, selama, dan sesudah terjadinya krisis. Sebelum terjadinya krisis, terdapat hubungan saling ketergantungan antara Singapura dan Jepang, Singapura dan Amerika Serikat, Hong Kong dan Amerika Serikat, India dan Amerika Serikat; selama terjadinya krisis, Singapura dan Hong Kong, Cina dan India saling memiliki ketergantungan; dan sesudah terjadinya krisis, terdapat hubungan saling ketergantungan antara Hong Kong dan India, Hong Kong dan Amerika Serikat.
Kata kunci: Hubungan saling ketergantungan, kausalitas Granger.
vii Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Anggia Eben Haezer Tobing (0806349081) : Business Administration : The Interdependence of Asian Stock Markets and the United States Stock Market Before, During, and After the United States Financial Crisis in 2008–2009
This research aims to identify and explain the interdependence of Asian stock markets and the United States stock market before, during, and after the United States financial crisis in 2008–2009. The research methodology that has been used to identify this interdependence is the correlation coefficient test and the Granger causality test. The results of these tests identified and confirmed proven interdependencies before, during, and after the crisis. Before the crisis, interdependencies existed between Singapore and Japan, Singapore and the United States, Hong Kong and the United States, India and the United States; during the crisis, Singapore and Hong Kong, China and India were all interdependent; and after the crisis, interdependencies existed between Hong Kong and India, Hong Kong and the United States.
Key words: Interdependence, Granger causality.
viii Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI............................................................. KATA PENGANTAR..................................................................................... PERSETUJUAN PUBLIKASI........................................................................ ABSTRAK...................................................................................................... ABSTRACT...................................................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................... DAFTAR TABEL........................................................................................... DAFTAR GRAFIK......................................................................................... DAFTAR RUMUS....................................................................................... DAFTAR GAMBAR....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... BAB I
i ii iii iv vi vii viii ix xii xiii xiv xv xvi
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang........................................................................... 1.2 Pokok Permasalahan.................................................................. 1.3 TujuanPenelitian........................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian..................................................................... 1.4 Sistematika Penulisan................................................................
1 7 7 7 8
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Tinjauan Literatur...................................................................... 2.2 Kerangka Teori.......................................................................... 2.2.1 Investasi....................................................................... 2.2.2 Saham........................................................................... 2.2.3 Return dan Risk Saham................................................ 2.2.4 Diversifikasi Internasional........................................... 2.2.5 Globalisasi Pasar Keuangan......................................... 2.2.6 Integrasi Pasar Keuangan............................................. 2.2.7 Teori Contagion Effect.................................................
9 13 13 14 15 18 20 21 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian................................................................ 3.2 Jenis Penelitian........................................................................... 3.3 Populasi dan Sampel.................................................................. 3.4 Model Penelitian........................................................................ 3.4.1 Statistika Deskriptif.......................................................... 3.4.2 Uji Koefisien Korelasi...................................................... 3.4.3 Uji Stasioneritas................................................................ 3.4.4 Uji Lag Optimal................................................................ 3.4.5 Uji Kausalitas Granger......................................................
26 26 27 29 29 30 30 31 31
ix Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
3.5 Variabel Penelitian..................................................................... 3.6 Hipotesis Penelitian................................................................... 3.7 Tahapan Penelitian..................................................................... BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Imbal Hasil Indeks Pasar Saham................................................ 4.2 Statistika Deskriptif................................................................... 4.2.1 Sebelum Krisis.................................................................. 4.2.2 Selama Krisis.................................................................... 4.2.3 Sesudah Krisis................................................................... 4.3 Uji Koefisien Korelasi............................................................... 4.3.1 Sebelum Krisis.................................................................. 4.3.2 Selama Krisis.................................................................... 4.3.3 Sesudah Krisis................................................................... 4.4 Uji Stasioneritas......................................................................... 4.5 Uji Lag Optimal......................................................................... 4.5.1 Sebelum Krisis.................................................................. 4.5.2 Selama Krisis.................................................................... 4.5.3 Sesudah Krisis................................................................... 4.6 Uji Kausalitas Granger............................................................... 4.5.1 Sebelum Krisis.................................................................. 4.5.2 Selama Krisis.................................................................... 4.5.3 Sesudah Krisis................................................................... 4.7 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Pasar Saham di Asia dan Amerika Serikat Sebelum Terjadinya Krisis............. 4.7.1 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Singapura dan Jepang......................................................................... 4.7.2 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Singapura dan Amerika Serikat......................................................... 4.7.3 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Hong Kong dan Amerika Serikat......................................................... 4.7.4 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan India dan Amerika Serikat................................................................ 4.8 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Pasar Saham di Asia dan Amerika Serikat Selama Terjadinya Krisis............... 4.8.1 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Singapura dan Hong Kong................................................................. 4.8.2 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Cina dan India.................................................................................. 4.9 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Pasar Saham di Asia dan Amerika Serikat Sesudah Terjadinya Krisis.............. 4.9.1 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Hong Kong dan India............................................................................ 4.9.2 Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Hong Kong dan Amerika Serikat......................................................... 4.10 Perbandingan Hubungan Saling Ketergantungan Sebelum, Selama, dan Sesudah Terjadinya Krisis.....................................
x Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
33 33 34
36 36 36 36 37 37 38 39 40 42 42 42 43 44 44 44 47 49 52 52 54 56 57 59 59 60 61 62 63 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan.................................................................................. 5.2. Saran............................................................................................ 5.2.1 Investor............................................................................... 5.2.2 Akademis............................................................................
67 67 67 68
DAFTAR REFERENSI..................................................................................... 69 LAMPIRAN....................................................................................................... 73 DAFTAR RIWAYAT HIDUP.......................................................................... 82
xi Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26
Matriks Tinjauan Literatur............................................................ Kapitalisasi Pasar di Asia Tenggara Tahun 2010.......................... Kapitalisasi Pasar di Asia Timur Tahun 2010............................... Kapitalisasi Pasar di Asia Selatan Tahun 2010............................. Pasar Saham dan Indeks................................................................ Statistika Deskriptif Sebelum Krisis............................................. Statistika Deskriptif Selama Krisis................................................ Statistika Deskriptif Sesudah Krisis.............................................. Uji Koefisien Korelasi Sebelum Krisis......................................... Uji Koefisien Korelasi Selama Krisis............................................ Uji Koefisien Korelasi Sesudah Krisis.......................................... Uji Lag Optimal Sebelum Krisis................................................... Uji Lag Optimal Selama Krisis..................................................... Uji Lag Optimal Seduah Krisis..................................................... Uji Kausalitas Granger Sebelum Krisis......................................... Uji Kausalitas Granger Selama Krisis........................................... Uji Kausalitas Granger Sesudah Krisis......................................... Matriks Kerjasama Produk Singapura dan Jepang........................ Matriks Kerjasama Jasa Singapura dan Jepang............................. Matriks Kerjasama Produk Singapura dan Amerika Serikat......... Matriks Kerjasama Jasa Singapura dan Amerika Serikat.............. Matriks Kerjasama Produk Hong Kong dan Amerika Serikat...... Matriks Kerjasama Jasa Hong Kong dan Amerika Serikat........... Matriks Kerjasama Produk India dan Amerika Serikat................. Matriks Kerjasama Jasa India dan Amerika Serikat...................... Matriks Kerjasama Produk Singapura dan Hong Kong................ Matriks Kerjasama Jasa Singapura dan Hong Kong..................... Matriks Kerjasama Produk Cina dan India................................... Matriks Kerjasama Produk Hong Kong dan India........................ Matriks Kerjasama Produk Hong Kong dan Amerika Serikat...... Perbandingan Hubungan Sebelum, Selama, dan Sesudah Krisis..............................................................................................
xii Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
11 28 28 29 33 36 36 37 38 39 40 42 43 44 44 47 49 53 53 55 55 56 56 58 58 60 60 61 62 63 64
DAFTAR GRAFIK
Halaman Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. Grafik 1.4.
Tingkat Pertumbuhan PDB Per Kapita Beberapa Negara di Asia Tahun 1996-2000.............................................................. Pergerakan Indeks Saham Beberapa Negara di Asia Tahun 1997-1999................................................................................. Tingkat Pertumbuhan PDB Per Kapita di Asia, Amerika Serikat, dan Dunia Tahun 2006-2010....................................... Pergerakan Indeks Pasar di Asia dan Amerika Serikat Tahun 2007-2011.................................................................................
xiii Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
1 2 4 4
DAFTAR RUMUS
Halaman Rumus 2.1 Rumus 2.2 Rumus 3.1 Rumus 3.2 Rumus 3.3
Koefisien Korelasi........................................................................ Kovarians...................................................................................... Imbal Hasil Indeks........................................................................ Kausalitas Granger Pada Y........................................................... Kausalitas Granger Pada X...........................................................
xiv Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
16 16 30 32 32
DAFTAR BAGAN
Halaman Bagan 3.1
Tahapan Penelitian...................................................................... 35
xv Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3.
Uji ADF Sebelum Krisis........................................................... 73 Uji ADF Selama Krisis............................................................. 76 Uji ADF Sesudah Krisis............................................................ 79
xvi Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Globalisasi
yang
merebak
dalam
sektor
ekonomi
memberikan
perkembangan yang pesat terhadap aktivitas ekonomi di berbagai negara sehingga semakin tercipta integrasi. Semua komponen dalam perekonomian suatu negara bukan saja akan menentukan arah kemajuan perekonomian negara tersebut, tetapi juga akan memberi pengaruh kepada perekonomian negara lain. Hal ini memungkinkan terjadinya resesi di suatu negara mempengaruhi negara lainnya. Misalnya saja krisis finansial di Asia yang diawali dengan jatuhnya mata uang Baht Thailand pada Juli 1997. Krisis ini menimbulkan penularan dan menyebar dengan cepat yang terlihat sebagai sebuah efek domino. Tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto per kapita negara-negara di Asia menjadi negatif pada tahun 1998 (lih. grafik 1.1), yang diantaranya Hong Kong, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Bahkan Thailand, Indonesia, dan Korea Selatan masuk ke dalam program IMF untuk memperoleh utang dalam jumlah yang besar. Pergerakan indeks saham negara-negara di Asia juga mengalami penurunan pada akhir tahun 1997 dan mencapai titik terendahnya di tahun 1998 (lih. grafik 1.2).
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari World Bank Data, 2012.
Grafik 1.1 Tingkat Pertumbuhan PDB Per Kapita Beberapa Negara di Asia Tahun 1996–2000
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
2
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari Yahoo! Finance, 2012.
Grafik 1.2 Pergerakan Indeks Saham Beberapa Negara di Asia Tahun 1997–1999 Perkembangan sektor ekonomi global saat ini didominasi oleh peranan pasar keuangan. Manurung et al. (2003, p. 2) menyatakan bahwa kehidupan ekonomi suatu negara sangat bergantung pada aktivitas pasar dan lembaga keuangan karena pasar dan lembaga keuangan memberi sumbangan yang relatif tinggi pada pembentukan Produk Domestik Bruto. Salah satu jenis pasar keuangan yaitu pasar saham. Pasar saham dapat menggambarkan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena pada saat kebijakan-kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi suatu negara sedang baik—pada sudut pandang investor, biasanya nilai indeks pasar saham suatu negara akan meningkat, namun hal ini berlaku sebaliknya bila kondisi perekonomian sedang buruk. Indeks di sini merupakan gabungan dari berbagai saham di berbagai macam sektor yang mencerminkan pergerakan dari saham-saham di dalamnya. Liberalisasi pasar seperti mekanisme yang lebih bebas dan terbuka bagi masuk dan keluarnya aliran modal asing membuat pasar saham semakin terintegrasi. Dengan integrasi yang meningkat, pasar saham di dunia menjadi lebih erat berhubungan dan saling tergantung dari waktu ke waktu. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks pasar saham adalah berbagai peristiwa yang terjadi di dunia. Gklezakou dan Mylonakis (2010, p. 314) menyatakan sistem keuangan yang semakin jelas terintegrasi saat ini menyebabkan krisis secara cepat menyebar ke dunia. Hal ini membuat pergerakan dramatis dari suatu pasar saham memiliki dampak yang kuat pada pasar yang berbeda ukuran, struktur, dan geografis. Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
3
Krisis finansial yang baru terjadi pada tahun 2008–2009 dan memberikan dampak kepada perekonomian banyak negara adalah krisis yang terjadi di Amerika Serikat akibat subprime mortgage. Krisis ini bermula ketika The Fed (Bank Sentral Amerika) pada tahun 2001 menurunkan suku bunga untuk menaikkan perekonomian Amerika Serikat akibat jatuhnya saham-saham teknologi pada tahun 2000. Karena suku bunga yang rendah, banyak warga Amerika Serikat yang tertarik untuk membeli properti dengan kredit. Permasalahan muncul ketika banyak lembaga keuangan pemberi kredit mortgage menyalurkan kredit kepada golongan subprime yaitu masyarakat yang sebenarnya secara finansial tidak layak memperoleh kredit, misalnya masyarakat yang tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk mencicil atau memiliki sejarah kredit yang kurang bagus. Dengan demikian bom waktu yang sudah lama terpasang pun meledak. Pada tahun 2007 banyak masyarakat yang default (gagal bayar) karena cicilan yang harus dibayar mulai bergerak naik seiring dengan kenaikan suku bunga oleh The Fed untuk mengendalikan inflasi. Karena ketidakmampuan untuk membayar, banyak properti yang disita dan dilelang. Perubahan kondisi pasar yang tadinya buyer market menjadi seller market mengakibatkan harga properti turun. Hal ini memberikan dampak kepada perusahaan-perusahaan pembiayaan perumahan seperti Freddie Mac yang terpaksa harus mendapat dana bail out oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mencegah kebangkrutan. Selain itu, bank-bank investasi besar juga tidak dapat memikul kerugian besar akibat subprime mortgage, salah satunya yang menderita kebangkrutan adalah lembaga keuangan raksasa yang berumur 158 tahun yaitu Lehman Brothers. Krisis tidak berhenti di situ, guncangan yang terjadi pada negara adikuasa ini menyebar dan memberikan dampak bahkan kepada dunia termasuk negaranegara di Asia. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto per kapita di dunia sejak tahun 2007 mengalami penurunan (lih. grafik 1.3), kemudian jauh semakin menurun di tahun 2008, bahkan negatif di tahun 2009. Pasar saham dilanda kepanikan, Indeks Dow Jones Industrial Average (indeks saham Amerika Serikat) terjun ke nilai terendah setelah Lehman Brothers mengalami kebangkrutan. Hal ini berimbas kepada pasar saham di Asia yang mengalami koreksi yang cukup tajam (lih. grafik 1.4).
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
4
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari World Bank Data, 2012.
Grafik 1.3 Tingkat Pertumbuhan PDB Per Kapita di Asia, Amerika Serikat, dan Dunia Tahun 2006–2010
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari Yahoo! Finance, 2012.
Grafik 1.4 Pergerakan Indeks Pasar di Asia dan Amerika Serikat Tahun 2007–2011 Investor-investor asing menanamkan dananya pada pasar saham dunia sehingga antara pasar-pasar saham di dunia memiliki keterkaitan secara global. Investor melakukan pengelolaan sejumah dana pada saat ini dengan harapan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang atau yang disebut dengan investasi. Di dalam melakukan investasi, para investor selalu dihadapkan pada risiko atau suatu peluang hasil atau tingkat pengembalian sebenarnya yang berbeda dengan yang diharapkan. Terdapat hubungan positif antara risiko dan tingkat keuntungan, di mana semakin tinggi tingkat risiko akan semakin tinggi pula potensi keuntungan. Risiko dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu systematic risk dan unsystematic risk. Systematic risk adalah risiko yang tidak
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
5
dapat dihindari atau tidak dapat didiversifikasi, sedangkan unsystematic risk adalah risiko yang dapat dihindari atau dapat didiversifikasi. Asnawi dan Wijaya (2005, p. 17) menyatakan bahwa portofolio merupakan sekumpulan aset yang dimiliki untuk tujuan ekonomis tertentu, oleh karena itu untuk mengamankan investasi dianjurkan untuk melakukan diversifikasi atau menanamkan kekayaan tidak pada satu jenis aset saja atau istilah populernya adalah: “jangan letakkan telur pada satu keranjang: awas nanti pecah.” Dalam investasi internasional, investor dapat melakukan diversifikasi di berbagai pasar saham dunia sehingga kiranya bisa memberikan harapan keuntungan yang lebih tinggi dan pengurangan risiko dibanding hanya berinvestasi pada pasar saham dalam negeri saja. Teori portofolio modern yang menjadi landasan utama studi integrasi pasar saham internasional menganjurkan investor internasional melakukan diversifikasi portofolio terhadap aset pada berbagai pasar saham baik regional maupun global. Prinsip yang berlaku adalah apabila indeks pasar saham internasional bergerak searah, maka manfaat diversifikasi portofolio internasional akan menurun; namun bila bergerak tidak searah, maka terdapat peluang manfaat diversifikasi portofolio internasional yang potensial. Oleh karena itu, pemahaman cermat hubungan internasional dari pasar saham merupakan kunci yang penting bagi investor internasional dalam keputusan keuangan sebagai bentuk pengelolaan investasi dan risiko. Gklezakou dan Mylonakis (2010) melakukan penelitian terhadap hubungan saling ketergantungan pasar saham di sepuluh negara yaitu Amerika Serikat, Belgia, Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Jepang. Rentang waktu penelitian yaitu 1 Januari 2000 sampai 20 Februari 2009 yang dibagi menjadi 3 periode, yaitu dua periode sebelum krisis global dan satu periode selama krisis global. Hubungan saling ketergantungan dinilai melalui perhitungan korelasi koefisien dan penerapan Granger causality test, untuk mengidentifikasi arah pengaruh. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah pasar
saham
negara-negara
tersebut
semakin
terkorelasi
selama
krisis
berlangsung. Sampai sebelum krisis terjadi, Amerika Serikat memberikan pengaruh kepada seluruh pasar saham lainnya dan tidak dipengaruhi oleh pasar saham apapun. Hal serupa disusul oleh pasar saham Jerman yang memberikan
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
6
pengaruh kepada hampir semua pasar saham dan tidak dipengaruhi oleh pasar saham apapun kecuali pasar saham Amerika Serikat dan pasar saham Jepang dipengaruhi oleh seluruh pasar saham. Meningkatnya korelasi antara pasar saham negara-negara tersebut menunjukkan bahwa pasar saham semakin terhubung selama krisis berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan analisis terhadap hubungan saling ketergantungan pasar saham di wilayah Asia dan pasar saham Amerika Serikat berdasarkan periode sebelum, selama, dan sesudah krisis finansial di Amerika Serikat akibat tahun 2008–2009. Pemilihan negara-negara berdasarkan pada tiga pasar saham utama di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia; lima pasar saham utama di Asia Timur yaitu Hong Kong, Cina, Korea Selatan, Jepang; pasar saham utama di Asia Selatan yaitu India; dan pasar saham Amerika Serikat yang merupakan pasar saham paling berpengaruh di dunia, negara di mana krisis bermula, dan negara penyumbang 21% PDB dunia. Peneliti akan menggunakan data indeks harian dari pasar saham negara-negara tersebut dari 1 Januari 2006 sampai 31 Desember 2011 dengan pembagian tiga periode, yaitu sebelum krisis, selama krisis, dan sesudah krisis. Krisis berarti penurunan PDB suatu negara atau adanya pertumbuhan ekonomi negatif selama dua periode triwulan atau lebih sehingga untuk periode selama krisis, rentang waktu ini diambil berdasarkan pertimbangan bahwa Amerika Serikat mengalami krisis pada tahun 2008 dan 2009 yang terlihat dari pertumbuhan PDB per kapitanya yang negatif (lih. grafik 1.3). Periode sesudah krisis yaitu dimulai pada tahun 2010 karena pertumbuhan PDB per kapita Amerika Serikat sudah kembali positif sampai pada tahun 2011. Karena periode selama dan sesudah krisis masingmasing memiliki rentang waktu dua tahun, maka periode sebelum krisis juga diambil berdasarkan rentang waktu dua tahun yaitu tahun 2006 dan 2007. Dalam pasar lingkup global, setiap investor dapat berinvestasi dimanapun dan akan memilih tempat berinvestasi yang menjanjikan keuntungan. Menganalisis hubungan dan saling ketergantungan antara pasar saham merupakan hal yang menarik untuk diteliti agar investor dapat memperoleh keuntungan dan menghindari risiko yang terjadi yang dapat mengakibatkan kerugian.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
7
1.2
Pokok Permasalahan Berdasarkan pemaparan yang ada di dalam latar belakang, penelitian ini
dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian: 1. Apakah terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009? 2. Apakah terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009? 3. Apakah terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009. 2. Menganalisis hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009. 3. Menganalisis hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak, seperti: 1. Investor. Membantu memberikan pertimbangan sebelum membuat diversifikasi portofolio saham di berbagai negara. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam menentukan strategi diversifikasi saham di negara lain.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
8
2. Penelitian Lanjutan. Memberikan kontribusi yang dapat digunakan sebagai justifikasi penelitian selanjutnya.
1.5
Sistematika Penulisan Dalam penulisan dan penyusunannya, penelitian ini akan menggunakan
kerangka sistematika penulisan sebagai berikut: Bab 1
Pendahuluan Berisikan tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dianalisis, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab 2
Kerangka Teori Berisikan tinjauan pustaka yang memaparkan teori-teori yang mendukung penelitian ini serta hasil-hasil dari penelitian empiris sebelumnya mengenai hubungan saling ketergantungan antara pasar saham.
Bab 3
Metode Penelitian Berisikan penjabaran penggunaan pendekatan penelitian, jenis penelitian, ruang lingkup populasi dan sampel, variabel-variabel yang diteliti, teknik analisis data, dan tahapan penelitian.
Bab 4
Analisis Hasil Penelitian Berisikan analisis terhadap hasil pengolahan data beserta pembahasannya yang merupakan hasil analisis tersebut. Hasil penelitian memberikan jawaban atas permasalahan penelitian dan memberikan penjelasan bagaimana tujuan penelitian dapat tercapai.
Bab 5
Kesimpulan Berisikan penutup di mana peneliti akan menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian. Selain itu peneliti juga memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya maupun objek yang dijadikan penelitian.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
BAB 2 KERANGKA TEORI
2.1
Tinjauan Literatur Literatur yang diangkat di sini adalah literatur yang relevan dengan
penelitian penulis yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan saling ketergantungan di antara pasar saham internasional. Terdapat beberapa penelitian yang memberi perhatian pada hubungan saling ketergantungan dari pasar saham internasional dalam kondisi krisis. Glezakos, Merika, dan Kaligosfiris (2007) menguji hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara pasar saham Yunani dan pasar saham utama lainnya yaitu Amerika Serikat, Belgia, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, dan Jepang dari 18 Desember 2000 sampai 9 Maret 2006. Metode penelitian yang digunakan mencakup pengujian untuk stasioneritas baik dengan menggunakan uji Dickey-Fuller dan uji Phillips-Perron dan penggunaan model VAR (Vector Autoregression) untuk implementasi uji kausalitas Granger dan uji kointegrasi Johansen-Juselious. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan saling ketergantungan jangka pendek dan jangka panjang di antara negara-negara tersebut, sementara pasar saham Amerika Serikat memberikan pengaruh yang dominan, dan terdapat pengaruh kuat dari pasar saham Jerman dan Inggris terhadap pasar saham lainnya. Royfaizal, Lee, dan Azali (2009) menguji hubungan saling ketergantungan pasar saham Asia yaitu Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Indonesia, Cina, Jepang, Korea, dan pasar saham Amerika Serikat sebelum, selama, dan sesudah krisis finansial di Asia. Data yang digunakan adalah data mingguan dari Januari 1990 sampai Februari 2009 yang kemudian dibagi menjadi tiga periode yaitu sebelum krisis (Januari 1990 sampai Juni 1997), selama krisis (Juli 1997 sampai Juni 1998), dan sesudah krisis (Juli 1998 sampai Februari 2009). Penelitian ini menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller dan uji Phillips-Perron untuk menguji data stasioner, juga menggunakan kausalitas Granger yang berdasarkan VECM (Vector Error Correction Model). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan jangka panjang antara pasar saham Asia hanya terjadi untuk periode selama dan
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
10
sesudah krisis. Hasil jangka pendek kausalitas Granger berdasarkan VECM menunjukkan Thailand, Jepang, dan Cina adalah pasar yang paling eksogen sebelum, selama, dan setelah krisis. Gklezakou dan Mylonakis (2010) melakukan penelitian terhadap hubungan saling ketergantungan sepuluh pasar saham yaitu pasar saham Amerika Serikat, Belgia, Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Jepang. Rentang waktu penelitian yaitu 1 Januari 2000 sampai 20 Februari 2009 yang dibagi menjadi 3 periode, yaitu dua periode sebelum krisis global ( 1 Januari 2000 sampai 12 Maret 2003 dan 13 Maret 2003 sampai 19 Juli 2007) dan satu periode selama krisis global (20 Juli 2007 sampai 20 Februari 2009). Metodologi penelitian yang digunakan adalah pair-wise Pearson untuk melihat korelasi, uji tstatistik untuk melihat signifikansi statistik, uji Augmented Dickey-Fuller dan uji Phillips-Perron untuk menguji data stasioner, dan uji kausalitas Granger. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah pasar saham negara-negara tersebut semakin terkorelasi selama krisis berlangsung. Sampai sebelum krisis terjadi, pasar saham Amerika Serikat memberikan pengaruh kepada seluruh pasar saham lainnya dan tidak dipengaruhi oleh pasar saham apapun. Hal serupa disusul oleh pasar saham Jerman yang memberikan pengaruh kepada hampir semua indeks pasar saham dan tidak dipengaruhi oleh indeks pasar saham apapun kecuali pasar saham Amerika Serikat. Dan pasar saham Jepang dipengaruhi oleh seluruh pasar saham. Meningkatnya korelasi antara pasar saham negara-negara tersebut menunjukkan bahwa pasar saham semakin terhubung selama krisis berlangsung. Yuanita (2008) melakukan analisis hubungan saling ketergantungan pasar saham Indonesia dengan beberapa pasar saham dunia yaitu Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, Hong Kong, Jepang, dan Singapura. Penelitian ini menguji hubungan jangka panjang dan jangka pendek selama 1 Januari 2002 sampai 31 Desember 2007. Metodologi yang digunakan adalah uji stasionerits dengan menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller dan uji Phillips-Perron, uji kausalitas Granger, uji kointegrasi, uji VAR (Vector Autoregression) dan VEC (Vector Error Correction), dan uji sensitivitas menggunakan analisa impulse respons dan dekomposisi varians. Dalam penelitian ini beberapa pasar yang terbukti dominan adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman. Hubungan
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
11
jangka panjang dan pendek antarpasar saham dalam penelitian ini juga terbukti. Selain itu, pasar modal Indonesia menunjukkan integrasi dengan pergerakan pasar saham dunia dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam jangka pendek pengaruh Amerika Serikat dan Jepang terlihat pada pasar saham Indonesia. Octaviani (2011) meneliti hubungan saling ketergantungan pasar saham Indonesia dengan lima pasar saham dunia yaitu Amerika Serikat, Inggris, Hongkong, Singapura, dan Australia dengan menggunakan data harian rentang 3 Januari 2006 sampai 31 Desember 2010. Penelitian ini menggunakan metode kausalitas Granger, uji kointegrasi dengan menggunakan uji Johansen Juselious untuk hubungan jangka panjang dan Error Correction Model test untuk hubungan jangka pendek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas satu arah antara pasar saham Indonesia dengan Inggris dan terdapat hubungan kausalitas dua arah dengan pasar saham Amerika Serikat, Hong Kong, dan Singapura. Selain itu, terdapat hubungan jangka panjang di antara pasar saham dan juga terdapat hubungan jangka pendek antara pasar saham Indonesia dengan pasar saham Amerika Serikat, Singapura, dan Hong Kong. Pada tabel 2.1 digambarkan mengenai perbandingan antara penelitianpenelitian yang telah ada sebelumnya.
Tabel 2.1 Matriks Tinjauan Literatur Nama Peneliti
Judul
Metode
Hasil
Michalis Glezakos, Anna Merika, dan Haralambos Kaligosfiris. (2007)
Interdependence of Major World Stock Exchanges: How is the Athens Stock Exchange Affected?
Uji ADF dan PP, VAR untuk implementasi kausalitas Granger, dan uji kointegrasi JohansenJuselious.
Terdapat hubungan saling ketergantungan jangka pendek dan jangka panjang di antara negara-negara tersebut. Pasar saham Amerika Serikat memberikan pengaruh yang dominan. Terdapat pengaruh kuat dari pasar saham Jerman dan Inggris terhadap pasar saham lainnya.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
12
(Lanjutan) Nama Peneliti
Judul
Metode
R. C. Royfaizal, C. Lee, dan M. Azali. (2009)
The Linkages of Uji ADF, uji Asian and the US PP, dan Stock Markets Granger causality berdasarkan VECM.
Triantafyllia Gklezakou dan John Mylonakis. (2010)
Links and Interdependence of Developed Stock Markets Under Global Economic Crisis Conditions
Pair-wise Pearson, tstatistics, uji ADF, uji PP, dan uji kausalitas Granger.
Riza Yuanita (2008)
Analisis Hubungan Interdependensi Pasar Saham Indonesia dengan Beberapa Pasar Saham Dunia (Periode 2002-2007)
Uji ADF dan uji PP, uji kausalitas Granger, uji kointegrasi, uji VAR dan VEC, analisa impulse respons dan dekomposisi varians.
Hasil
Hubungan jangka panjang antara pasar saham Asia hanya terjadi untuk periode selama dan setelah krisis. Thailand, Jepang, dan Cina adalah pasar yang paling eksogen sebelum, selama, dan setelah krisis. Pasar saham negara-negara tersebut semakin terkorelasi selama krisis berlangsung. Pasar saham Amerika Serikat memberikan pengaruh kepada seluruh pasar saham lainnya dan tidak dipengaruhi oleh pasar saham apapun. Jerman memberikan pengaruh kepada hampir semua indeks pasar saham dan tidak dipengaruhi oleh indeks pasar saham apapun kecuali pasar saham Amerika Serikat. Jepang dipengaruhi oleh semua pasar saham. Beberapa pasar yang terbukti dominan adalah Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman. Hubungan jangka panjang dan pendek antarpasar saham dalam penelitian ini juga terbukti. Pasar modal Indonesia menunjukkan integrasi dengan pergerakan pasar saham dunia dalam jangka panjang maupun pendek. Dalam jangka pendek pengaruh Amerika Serikat dan Jepang terlihat pada pasar saham Indonesia.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
13
(Lanjutan) Nama Peneliti Benedicta Octaviani (2011)
Judul
Metode
Hasil
Analisis Interdependensi (Granger Causality) Pasar Saham Indonesia dengan Lima Pasar Saham Di Dunia
Kausalitas Granger, uji Johansen Juselious dan uji Error Correction Model.
Terdapat hubungan kausalitas satu arah antara pasar saham Indonesia dengan Inggris dan terdapat hubungan kausalitas dua arah dengan pasar saham Amerika Serikat, Hong Kong, dan Singapura. Terdapat hubungan jangka panjang di antara pasar saham dan juga terdapat hubungan jangka pendek antara pasar saham Indonesia dengan pasar saham Amerika Serikat, Singapura, dan Hong Kong.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2012.
2.2
Kerangka Teori
2.2.1
Investasi Menurut Reilly dan Brown (2006, p. 6), investasi ditujukan untuk
memperoleh keuntungan di masa depan dari komitmen penyimpanan uang saat ini sampai dengan periode tertentu di masa depan. Keuntungan yang diperoleh dari investasi pada dasarnya merupakan kompensasi atas: 1. Waktu, yaitu periode lama uang disimpan sebagai investasi. Berdasarkan Keown (2005, p. 14), time value of money merupakan salah satu dari beberapa prinsip yang mendasari teori manajemen keuangan. Prinsip ini menyatakan bahwa uang sekarang lebih berharga dari uang di masa depan, sehingga harus terdapat kompensasi yang diberikan kepada investor karena telah menunda penggunaan uang saat ini. Proporsi pendapatan seseorang, pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu konsumsi dan investasi. Ketika investor menggunakan uangnya untuk investasi, dapat dikatakan bahwa investor tersebut menunda konsumsinya.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
14
2. Ekspektasi inflasi. Real return sebagai return aktual yang didapatkan seorang investor, merupakan nominal return setelah dikoreksi efek inflasi. Dan inflasi merupakan fungsi dari ekspektasi inflasi. 3. Ketidakpastian dari pembayaran di masa depan. Ketidakpastian dapat diartikan sebagai resiko. Kesediaan investor untuk menanggung risiko ketidakpastian pembayaran di masa depan, akan terefleksikan ke dalam tingkat return yang diterima investor. Jenis investasi dapat dibedakan menjadi menurut jenis aset. Menurut Bodie, Kane, Marcus (2006, p. 4), terdapat dua jenis aset yaitu aset riil dan aset keuangan. Kekayaan materi yang ditentukan oleh kapasitas produktif ekonomi yaitu barang dan jasa yang dapat dihasilkan. Kapasitas produktif ini merupakan fungsi dari aset riil perekonomian yaitu tanah, bangunan, pengetahuan, dan mesin yang digunakan untuk memproduksi barang serta para pekerja yang keahliannya diperlukan untuk memanfaatkan sumber daya tersebut. Kebalikan dari aset riil adalah aset finansial seperti saham dan obligasi. Aset ini, secara terpisah, tidak mencerminkan kekayaan yang dimiliki. Aset keuangan memiliki kontribusi secara tidak langsung terhadap kapasitas produktif suatu perekonomian, karena aset ini memisahkan kepemilikan dan manajemen dalam suatu perusahaan dan memfasilitasi pemindahan dana untuk perusahaan dengan peluang investasi yang menarik. Aset keuangan memiliki kontribusi terhadap kekayaan individu dan perusahaan yang memilikinya.
2.2.2
Saham Menurut Dahlan Siamat (2005, p. 507), saham adalah surat bukti atau
tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas. Saham merupakan instrument investasi yang paling dominan diperdagangkan. Saham biasanya diterbitkan dengan cara atas nama atau atas unjuk. Untuk menarik minat investor yang potensial, suatu perusahaan selain mengeluarkan saham biasa juga mengeluarkan saham preferen yang mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Berikut perbedaan saham biasa dan saham preferen:
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
15
1. Saham biasa, merupakan jenis saham yang paling sering digunakan perusahaan untuk menghimpun dana dari masyarakat, selain itu juga saham ini merupakan jenis saham yang paling sering diperdagangkan di pasar saham. Ada beberapa karakteristik umum dari saham jenis ini: a. Memiliki hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan apabila perusahaan mengalami likuidasi. b. Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan lain yang ditetapkan pada rapat umum pemegang saham (RUPS). c. Memperoleh dividen apabila perusahaan memperoleh laba. d. Hak memesan terlebih dahulu sebelum saham tersebut ditawarkan kepada masyarakat. 2. Saham preferen, merupakan jenis saham dengan hak-hak khusus, memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Pembayaran dividen dalam jumlah yang tetap. b. Hak klaim atas aktiva perusahaan didahulukan dari pemegang saham biasa apabila perusahaan dilikuidasi. c. Dapat dikonversikan menjadi saham biasa. d. Tidak memiliki hak suara dalam pemilihan direksi.
2.2.3
Return dan Risk Saham Salah satu tujuan investor melakukan perdagangan saham adalah untuk
mendapatkan return dari saham yang terbagi kedalam dua jenis, yaitu capital gain dan dividen. Capital gain (/loss) adalah keuntungan (/kerugian) yang didapatkan dari terjadinya kenaikan (/penurunan) harga saham di pasar, sedangkan dividen adalah bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham apabila perusahaan mendapatkan laba dan pembagiannya telah disetujui oleh RUPS. Dalam mendapatkan return tersebut, investor juga menghadapi masalah risiko yang merupakan ukuran ketidakpastian akan mendapatkan hasil di masa depan. Biasanya risiko saham individual diukur menggunakan standar deviasi, sedangkan apabila sudah berbentuk portfolio saham, maka digunakan varians
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
16
sebagai ukurannya. Risiko yang terdapat dalam portofolio terbagi menjadi dua jenis menurut Keown (2005, p. 193), yaitu: 1. Firm specific risk atau company-unique risk atau unsystematic risk. Unsystematic risk adalah risiko yang ada di dalam perusahaan yang menerbitkan jenis investasi tersebut. Unsystematic risk merupakan diversifiable risk, artinya risiko ini dapat dihilangkan dengan diversifikasi. 2. Market related risk atau systematic risk. Systematic risk adalah risiko yang berlaku terhadap semua emiten yang ada di bursa misalnya akibat dari perubahan ekonomi makro, tingkat suku bunga, dsb. Sytematic risk merupakan nondiversifiable risk, yaitu risiko yang tidak dapat dieliminir dengan diversifikasi. Hubungan antaraset di dalam sebuah portfolio digambarkan dengan koefisien korelasi, yang menggambarkan seberapa besar pengaruh antaraset di dalam portfolio tersebut. Rumusnya digambarkan seperti dibawah ini (Reilly dan Brown, 2006, p. 209): (2.1)
ܸܱܥ ݎ, = ߪߪ
ܸܱܥ : Kovarians antaraset. ߪ ߪ
: Standar deviasi aset i. : Standar deviasi aset j.
Kovarians sendiri dihitung dengan rumus: (2.2)
∑(݅− ଓ)̅ (݆− ଔ)̅ ܸܱܥ = ݊
݅dan ݆: Aset-aset di dalam portofolio. ଓ̅
: Rata-rata aset i.
݊
: Jumlah keseluruhan aset.
ଔ̅
: Rata-rata aset j.
Koefisien korelasi memiliki rentang nilai dari -1 hingga +1, nilai -1 berarti
aset-aset yang terdapat didalam portofolio tersebut akan bergerak secara berlawanan, apabila yang satu naik, maka yang lain akan turun, begitu juga dengan risiko yang dimilikinya. Dan apabila koefisien korelasinya bernilai +1,
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
17
maka apabila aset yang satu naik, yang lain juga akan ikut naik, begitu juga kalau turun. Investor akan lebih menyukai portofolio yang koefisien korelasinya bernilai negatif (-) karena dengan begitu risikonya juga akan mengecil. Untuk meminimalisir risiko, kita bisa membentuk suatu portofolio yang terdiri dari beberapa jenis saham, cara ini diperkenalkan pertama kali oleh Harry Markowitz, sehingga dinamakan Markowitz Portfolio Theory. Sebuah portofolio yang mengandung unsur seluruh aset berisiko disebut portofolio pasar, aset di sini bukan hanya terdiri dari saham saja, tetapi seluruh aset berisiko, seperti obligasi, opsi, real estat, uang logam, prangko, karya seni, dll. Karena mengandung berbagai macam jenis aset, portofolio ini dikatakan telah terdiversifikasi secara penuh, artinya risiko satu aset akan tertutupi oleh variabilitas aset-aset yang lain. Risiko yang terkandung dalam portofolio tersebut sekarang hanya tinggal systematic risk, yaitu risiko yang muncul karena adanya variabilitas dalam makroekonomi yang tersisa atau ketika kondisi pasar yang dapat berubah-ubah seiring perubahan kondisi ekonomi, contohnya peningkatan jumlah money supply, naik-turunnya tingkat bunga, dan faktor-faktor lain. Semakin banyak aset yang terkandung didalam suatu portofolio, maka risiko unsystematic akan semakin terdiversifikasi/kecil, sehingga pada akhirnya yang tertinggal hanya systematic risk. Untuk melakukan diversifikasi tersebut investor dapat memilih dua alternatif, yaitu berdiversifikasi menggunakan sahamsaham dalam negeri saja maupun berdiversifikasi menggunakan saham-saham yang berada di pasar saham luar negeri juga. Diversifikasi dalam negeri akan membawa unsystematic risk ke titik terendah/hilang sama sekali, sementara apabila kita berdiversifikasi sampai ke tahap internasional, maka systematic risk dapat dikurangi. Hal ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan karakteristik masing-masing negara, seperti kebijakan moneter, kondisi politik, ekonomi dan lain sebagainya yang korelasinya sangat kecil. Sehingga systematic risk yang dihadapi oleh investor yang melakukan diversifikasi internasional adalah world systematic risk (Reilly dan Brown, 2006, p. 236).
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
18
2.2.4
Diversifikasi Internasional Diversifikasi merupakan salah satu cara yang digunakan investor dalam
mengurangi risiko. Dalam membentuk portfolionya, investor berharap untuk mendapatkan risiko minimal dengan tingkat return yang terbesar. Globalisasi, eratnya hubungan perdagangan, dan majunya teknologi merupakan beberapa faktor utama yang memungkinkan investor dalam melakukan diversifikasi internasional. Artinya, investor tidak hanya mengkombinasi aset dari dalam negeri, melainkan juga aset dari negara lain. International diversification memiliki aspek tertentu dalam penyebaran risiko. Return antarnegara memiliki korelasi yang lebih kecil dibandingkan dengan korelasi aset dalam satu negara. Hal ini dapat terjadi karena terdapat perbedaan yang cukup signifikan antarnegara dalam faktor ekonomi, politik, dan sebagainya. Rendahnya korelasi secara internasional tersebut, akan dapat membuat investor mengurangi risiko portfolio internasional yang dimilikinya. Walaupun tingkat korelasi internasional relatif rendah terhadap tingkat korelasi dalam negeri, tidak demikian halnya untuk negara yang terletak dalam satu wilayah regional. Sebagai contoh, krisis ekonomi di Asia Tenggara pada tahun 1998, dimulai oleh krisis mata uang Thailand, yaitu Baht. Negara-negara Asia Tenggara lain terkena imbas yang cukup signifikan. Eun dan Resnick (2005) berdasarkan penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa pasar keuangan cenderung bergerak ke satu arah yang bersamaan dalam situasi yang fluktuatif atau tidak stabil. Madura (2006, p. 64) menjabarkan beberapa motif yang mendasari investor dalam melakukan investasi secara internasional, yaitu: 1. Kondisi ekonomi. Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia seperti Cina, India, tentunya sangat menarik bagi investor luar negeri. Kebijakan perekonomian atau kondisi ekonomi secara regional maupun global, dapat mempengaruhi keputusan seorang investor dalam berinvestasi.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
19
2. Ekspektasi nilai tukar. Seorang
investor
cenderung
akan
membeli
sekuritas
yang
denominasinya dalam mata uang suatu negara yang diharapkan akan terapresiasi relatif terhadap mata uang negara asal investor tersebut. 3. Diversifikasi internasional. Perbedaan kondisi ekonomi di berbagai negara, akan mengurangi risiko keseluruhan
dari
portfolio
yang terdiversifikasi
secara
internasional. Selain itu, akses yang dimiliki investor ke berbagai pasar modal di berbagai negara, memungkinkan investor menyebar risikonya ke lebih banyak jenis industri, dibandingkan dengan jenis industri di negara asalnya. Berdasarkan Madura (2006), beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat investasi portfolio secara internasional merupakan: 1. Tingkat pajak. Investor akan lebih memilih berinvestasi di negara yang tarif pajak akan bunga dan dividennya relatif rendah. Hal ini tentu saja dilakukan untuk meningkatkan pendapatan setelah pajak yang akan diperoleh investor. 2. Tingkat suku bunga. Dengan ekspektasi nilai tukar yang tetap, investor akan berinvestasi di negara yang dapat memberikan keuntungan, dalam hal ini berupa tingkat suku bunga, yang lebih tinggi. 3. Nilai tukar. Tingkat keuntungan investor pada saat berinvestasi di luar negeri pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal, yaitu: e. Perubahan nilai sekuritas atau aset yang dimiliki. f. Perubahan tingkat nilai mata uang denominasi aset yang dimiliki. Apabila mata uang negara asal investor melemah, investor akan memilih berinvestasi di luar negaranya, untuk mengambil keuntungan dari perbedaan nilai tukar tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
20
2.2.5
Globalisasi Pasar Keuangan Globalisasi berarti perpaduan (integrasi) dari pasar keuangan di seluruh
dunia ke dalam suatu pasar keuangan internasional. Dengan adanya globalisasi pasar keuangan, maka investor tidak hanya melakukan transaksi di dalam lingkup pasar domestik yang terbatas, melainkan dapat melakukan transaksi di luar pasar domestik. Fabozzi (1995, p. 15) menyatakan ada beberapa faktor yang mendorong terciptanya integrasi pasar keuangan, antara lain: 1. Deregulasi atau liberalisasi pasar dan aktivitas peserta pasar pada pusat keuangan utama dunia. 2. Kemajuan teknologi yang memungkinkan pengawasan pasar dunia, pelaksanaan pesanan, dan analisis peluang keuangan. 3. Peningkatan institusionalisasi pasar keuangan. Ketiga faktor ini saling berkaitan. Pemerintah telah mengambil langkahlangkah kebijakan dalam meliberalisasi atau mengatur berbagai aspek pasar keuangan. Kemajuan teknologi telah meningkatkan integrasi dan efisiensi pasar keuangan global. Kemajuan di dalam sistem telekomunikasi menghubungkan para peserta pasar di seluruh dunia yang memungkinkan pelaksanaan pesanan hanya dalam beberapa detik. Kemajuan sistem yang ada memungkinkan transmisi informasi harga dan berbagai informasi penting dalam waktu yang real time. Selain itu, pergeseran peranan dua jenis investor, investor ritel dan institusional dalam pasar keuangan merupakan faktor ketiga yang menyebabkan globalisasi pasar keuangan. Pasar keuangan dunia semakin didominasi oleh lembaga-lembaga besar. Meningkatnya globalisasi pasar dunia memungkinkan investor tidak hanya melakukan investasi pasar keuangan di negara-negara maju, tetapi juga di dalam pasar negara-negara berkembang yang biasa disebut dengan pasar berkembang (emerging market). Pasar keuangan didefinisikan sebagai pasar tempat aset-aset keuangan diperdagangkan. Pasar keuangan dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis. Fabozzi, Modigliani, dan Ferri (1999, p. 7) mengklasifikasikan pasar keuangan menjadi beberapa bagian, diantaranya: 1. Berdasarkan sifat dari klaim, yaitu: pasar uang dan pasar modal. 2. Berdasarkan penerbitan klaim, yaitu: pasar primer dan pasar sekunder.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
21
3. Berdasarkan waktu pengiriman, yaitu: pasar kas (spot) dan pasar derivatif. 4. Berdasarkan struktur organisasional: pasar lelang (auction market), pasar paralel (over the counter market), dan pasar perantara (intermediated market). Mengacu pada pembagian atau klasifikasi pasar keuangan sebelumnya, dapat diketahui bahwa pasar modal merupakan bagian dari pasar keuangan. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang, saham, instrument derivatif, maupun instrument lainnya (Tjiptono dan Fakruddin, 2006, p. 1). Pasar modal memiliki peran yang sangat besar di dalam suatu perekonomian negara manapun, karena pasar modal menjalankan dua fungsi yakni fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. 1. Fungsi ekonomi. Pasar menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer atau pihak yang menerbitkan saham). Dengan adanya pasar modal, pihak yang memiliki kelebihan dana tersebut dapat menginvestasikan dananya dengan harapan memperoleh keuntungan (return), sedangkan bagi pihak yang membutuhkan dana dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi. 2. Fungsi keuangan Pasar modal dapat memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh return bagi pemilik dana sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
2.2.6
Integrasi Pasar Keuangan Kempf dan Korn (1996, p. 5) melihat integrasi pasar keuangan jika
investor mempertimbangkan instrument yang diperdagangkan di dalam pasarpasar tersebut sebagai substitusi dan konsekuensinya adalah harga bergerak secara bersamaan, di mana hal tersebut dapat dilihat dari korelasi dari return di setiap pasar. Bracker, Scott, dan Kotch (1992, p. 2) mendefinisikan integrasi pasar
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
22
sebagai tingkat pergerakan bersama dua pasar, di mana tingkat pergerakan bersama yang lebih tinggi merefleksikan level integrasi yang lebih tinggi. Pasar yang semakin terintegrasi atau saling berkaitan memberikan keuntungan potensial bagi para investor antara lain memberikan kesempatan hedging (lindung nilai) bagi investor, para investor dapat mengeksploitasi informasi pasar secara simultan, dan integrasi pasar juga menurunkan biaya operasi investor. Integrasi pasar merupakan hasil dari aktivitas perdagangan semua partisipan pasar. Tingkat integrasi pasar yang lebih tinggi mencirikan harga di kedua pasar bersamaan dan risiko yang lebih rendah (Kempf dan Korn, 1996, p. 2). Worthington, Katsuura, dan Higgs (2004, p. 30) menyatakan jika terdapat korelasi return yang rendah, maka diversifikasi antarpasar mengizinkan investor untuk mereduksi risiko portofolio ketika expected return konstan. Integrasi pasar keuangan, khususnya pasar saham berbeda dari waktu ke waktu. Tingkat integrasi antara pasar yang berbeda juga tidak sama dari tahun ke tahun. Bracker, Scott, dan Koch (1999, p. 2) menyatakan integrasi pasar modal bergantung
kepada
variabel-variabel
ekonomi,
faktor-faktor
yang
mengkarakteristikkan dan mempengaruhi tingkat integrasi ekonomi di antara dua negara. Term mengenai integrasi pasar modal internasional mewakili area yang luas di dalam penelitian keuangan yang membawa aspek-aspek yang berbeda dalam keterkaitan beberapa pasar modal. Jika dua pasar memperlihatkan pergerakan bersama yang lebih besar dalam waktu yang sama atau lebih kuat hubungannya baik lead maupun lag waktu, diinterpretasikan bahwa hal tersebut mewakili integrasi yang lebih besar di antara kedua pasar saham/pasar modal. Selain itu, negara-negara yang areanya dekat secara geografis cenderung memperlihatkan pergerakan sama (co-movement) yang lebih besar atau lebih tinggi daripada negara-negara yang terpisah jauh. Nath dan Samanta (2003, p. 3) juga
menyatakan
bahwa
integrasi
pasar
berubah
sepanjang
waktu,
mengindikasikan kemungkinan perbedaan kesimpulan integrasi pasar untuk periode tertentu. Di dalam pasar keuangan yang terintegrasi, investor domestik dapat membeli aset-aset luar negeri, begitu juga dengan investor luar negeri dapat membeli aset-aset domestik. Waktu perubahan peraturan sering digunakan sebagai
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
23
proksi untuk saat integrasi pasar modal, sebagai contoh era liberalisasi, akan tetapi itu bukanlah pendorong utama perubahan terjadinya integrasi pasar di dunia. Bekaert, Harvey, dan Lumsdaine (2001, p. 1) mempertimbangkan bahwa emerging market telah membuka diri terhadap arus modal internasional dalam dekade akhir-akhir ini sebagai percobaan yang alamiah. Integrasi emerging market ke dalam pasar keuangan internasional digeneralisir sebagai berikut: secara signifikan bertambah besar dan pasar modal lebih likuid, volatilitas return saham lebih tinggi dan lebih berkorelasi dengan return pasar dunia, biaya modal lebih rendah, memperbaiki ranking kredit (utang), apresiasi tingkat valuta asing yang real, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kajian teori lain mengenai hubungan suatu bursa negara lain terhadap negara tertentu dibuat oleh salah satu peneliti yakni Janakiramanan dan Lamba (1998). Mereka mengajukan beberapa argumen tentang pasar saham yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu: 1. Dominant economic power. Sejak perang dunia kedua, pengaruh Amerika Serikat dalam perekonomian dunia terus meningkat, setelah sebelumnya didominasi oleh Inggris. Amerika Serikat merupakan perekonomian yang paling berpengaruh sampai saat ini. Krisis subprime mortgage yang dimulai dari Amerika Serikat pada pertengahan 2007, terus menyeret banyak perekonomian negara lain ke dalam resesi. 2. Common investor groups. Pasar modal yang memiliki lokasi geografis yang relatif dekat dan memiliki
karakteristik
investor
yang
sama,
cenderung
untuk
mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, pasar modal yang lebih dominan dalam perekonomian, akan memiliki pengaruh yang lebih besar. 3. Multiple stock listing. Jika saham suatu negara terdaftar di negara lain, shock pada negara lain akan menjalar ke negara tersebut melalui sekuritas. Semakin banyak jumlah saham atau sekuritas yang terdaftar pada bursa saham
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
24
asing, semakin besar kemungkinan efek dari shock akan terasa pada negara asal. 4. Indirect influences. Investor akan bereaksi terhadap shock yang terjadi langsung maupun tidak langsung dari pasar modal lain. Melalui integrasi perekonomian antarnegara di dunia, dan dengan adanya berbagai perjanjian perdagangan bebas antar negara-negara di dunia serta globalisasi, dan berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan interdependensi dan integrasi pasar modal di dunia.
2.2.7
Teori Contagion Effect Yang dan Lim (2004, p. 127) menyatakan bahwa tidak ada definisi tunggal
bagi contagion. World Bank sendiri memiliki tiga definisi mengenai contagion, yang terbagi menjadi definisi luas, lebih restriktif, dan sangat restriktif. Definisi contagion menurut World Bank dalam pengertian yang luas adalah transmisi shock antarnegara atau efek spillover umum antarnegara. Contagion sendiri tidak harus memiliki kaitan dengan krisis, walaupun studi mengenai contagion cenderung menekankan pada periode-periode krisis. Sedangkan pengertian kedua yang lebih restriktif lagi adalah transmisi shock ke negara-negara lain atau, lebih umumnya, korelasi signifikan antarnegara yang ada di luar hubungan fundamental antarnegara dan di luar shock umum. Pengertian yang ketiga atau yang sangat restriktif adalah fenomena yang terjadi ketika korelasi antarnegara meningkat saat periode krisis secara relatif terhadap korelasi saat periode tranquil. Dornbusch, Park, dan Calessens (2000) di dalam tulisan Yang (2004, p. 128) menyatakan contagion dapat diartikan sebagai peningkatan signifikan dari keterkaitan antarpasar setelah shock bagi suatu negara atau sekelompok negara. Masson (1998, p. 5) menyatakan terdapat tiga sumber utama bahwa turbulensi pasar keuangan dapat menyebar dari satu negara ke negara lainnya, yaitu: monsoonal effects, spillovers, dan efek contagion murni. Monsoonal effects cenderung
terjadi
ketika
mempengaruhi
negara-negara
yang
memiliki
fundamental ekonomi yang serupa. Jenis yang kedua keterkaitan pasar keuangan
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
25
meningkat karena adanya spillovers effects yang dikarenakan oleh keterkaitan perdagangan atau saling ketergantungan secara finansial. Dua sumber pertama tersebut dapat dikategorikan sebagai pendorong fundamental. Sedangkan sumber utama yang ketiga yakni efek contagion murni mengacu pada kasus di mana krisis di satu negara atau pasar tidak dapat dijelaskan oleh fundamental ekonomi, melainkan krisis di satu negara dapat membuat kreditur dan investor untuk keluar dari satu negara di mana investor dan kreditur hanya memiliki pemahaman yang sedikit karena adanya informasi yang asimetris. Yang (2002, p. 128) menjelaskan empat strategi utama yang biasa digunakan oleh para peneliti untuk mengidentifikasi contagion diantaranya: 1. Korelasi antarharga aset. 2. Probabilitas kondisional atau krisis mata uang. 3. Transmisi perubahan volatilitas. 4. Pergerakan bersama-sama antara arus modal dan tingkat pengembalian (capital flows and rates of return). Calvo dan Reinhart (1996) dalam Yang (2002, p. 128) menyatakan perkiraan koefisien korelasi antar-return saham adalah metode paling umum yang digunakan di dalam memperkirakan efek contagion. Contagion juga dapat dipelajari dengan menguji tingkat kenaikan pergerakan secara bersama-sama pada saat periode krisis, lalu dibandingkan dengan periode tranquil, dengan adanya kebebasan normal dalam ekonomi.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, yaitu menggunakan cara berpikir deduktif yang menunjukkan bahwa pemikiran di dalam penelitian didasarkan pada pola yang umum atau universal kemudian mengarah pada pola yang lebih sempit atau spesifik (Prasetyo dan Jannah, 2005). Penelitian ini menganalisis hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum, selama, dan sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009.
3.2
Jenis Penelitian Penelitian ini berdasarkan tujuan penelitiannya merupakan penelitian
eksplanatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola hubungan yang terjadi antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksplanatif karena mencoba melihat dan menjelaskan hubungan saling ketergantungan yang terjadi antara pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum, selama, dan sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009. Penelitian ini berdasarkan manfaat penelitiannya merupakan penelitian terapan. Penelitian ini bersifat lebih pragmatis serta berorientasi pada perubahanperubahan. Penelitian terapan mencoba untuk menyelesaikan masalah tertentu secara spesifik. Penelitian ini ditujukan secara langsung untuk memecahkan masalah. Oleh sebab itu, penelitian ini menghasilkan rekomendasi-rekomendasi bagi masalah tertentu, dan bukan semata-mata mengembangkan teori. Penelitian ini berdasarkan dimensi waktunya merupakan penelitian time series. Peneliti mengumpulkan tipe informasi yang sama mengenai perubahan gejala dari sekumpulan obyek dalam waktu yang berbeda. Time Series sangat efektif apabila digunakan untuk melihat perubahan yang terjadi, karena dilakukan dalam satu periode waktu yang panjang. Itu sebabnya peneliti memperoleh informasi yang kaya. Penelitian ini dilakukan untuk rentang waktu 6 tahun yaitu
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
27
dari 1 Januari 2006 sampai 31 Desember 2011 dengan pembagian tiga periode masing-masing dua tahun, antara lain: 1. Sebelum krisis yaitu tahun 2006–2007. 2. Selama krisis yaitu tahun 2008–2009 karena di dua tahun ini pertumbuhan GDP per kapita Amerika Serikat negatif (lih. grafik 1.3) 3. Sesudah krisis yaitu tahun 2010–2011. Penelitian ini berdasarkan teknik pengumpulan datanya merupakan penelitian kuantitatif, yaitu pengumpulan data-data yang berbentuk angka-angka. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa nilai penutupan harian atau closing price selama lima hari kerja dari indeks beberapa negara. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari sumber website Yahoo! Finance (finance.yahoo.com). Data yang diambil menggunakan metode carry over last price untuk mengisi tanggal-tanggal yang kosong selama lima hari perdagangan tersebut.
3.3
Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pasar saham yang ada di dunia. Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Oleh karena itu, sampel harus dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive judgment sampling. Purposive judgement sampling termasuk ke dalam non-probability sampling di mana sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, bukan secara acak atau random. Sampel yang diambil untuk variabel penelitian ini yaitu pasar saham Amerika Serikat karena negara ini memiliki kapitalisasi pasar terbesar di dunia, negara di mana krisis bermula, dan negara penyumbang 21% PDB dunia. Peneliti mengambil sampel dari wilayah Amerika Serikat yakni dengan menggunakan indeks Dow Jones Industrial Average (DJI) sebagai perwakilan dari indeks di Amerika Serikat karena merupakan indeks paling utama dan memiliki value terbesar di Amerika Serikat. Untuk wilayah Asia, kriteria sampel yang diambil yaitu:
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
28
1. Negara-negara dengan kapitalisasi pasar terbesar dari masing-masing wilayah Asia. Kapitalisasi pasar terbesar di suatu wilayah dapat dikatakan sebagai pasar saham terkuat. 2. Dari negara tersebut, indeks pasar saham yang diambil yaitu indeks yang paling utama atau indeks yang memiliki value terbesar.
Tabel 3.1 Kapitalisasi Pasar di Asia Tenggara Tahun 2010 Negara
Kapitalisasi Pasar (Dalam $ US)
Malaysia Singapura Indonesia Thailand Filipina Vietnam
410,534,133,290.09 370,090,941,024.94 360,388,099,886.43 277,731,739,449.49 157,320,500,566.08 20,385,102,198.90
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari World Bank Data, 2012.
Berdasarkan tabel di atas, sampel penelitian yang digunakan untuk mewakili regional Asia Tenggara antara lain: 1. Malaysia dengan indeks yang digunakan yaitu Kuala Lumpur Composite Index (KLSE). 2. Singapura dengan indeks yang digunakan yaitu Straits Times Index (STI). 3. Indonesia dengan indeks yang digunakan adalah, dan Jakarta Stock Exchange Composite (JKSE).
Tabel 3.2 Kapitalisasi Pasar di Asia Timur Tahun 2010 Negara
Kapitalisasi Pasar (Dalam $ US)
Cina Jepang Hong Kong Korea Selatan Mongolia
4,762,836,764,951.36 4,099,591,000,000.00 2,711,333,603,753.84 1,089,216,501,207.15 1,093,000,000.00
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari World Bank Data, 2012.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
29
Berdasarkan tabel di atas, sampel penelitian yang digunakan untuk mewakili regional Asia Timur adalah: 1. Cina dengan indeks yang digunakan yaitu China Securities Index 300 (CSI). 2. Jepang dengan indeks yang digunakan yaitu Nikkei 225 (N225). 3. Hong Kong dengan indeks yang digunakan yaitu Hang Seng Index (HSI). 4. Korea Selatan dengan indeks yang digunakan yaitu KOSPI Composite Index (KS11).
Tabel 3.3 Kapitalisasi Pasar di Asia Selatan Tahun 2010 Negara
Kapitalisasi Pasar (Dalam $ US)
India Bangladesh Pakistan Sri Lanka Nepal
1,615,860,000,000.00 46,999,902,476.06 38,168,586,545.83 19,923,854,891.80 4,843,000,000.00
Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari World Bank Data, 2012.
Berdasarkan tabel di atas, sampel penelitian yang digunakan untuk mewakili regional Asia Selatan adalah pasar saham India dengan indeks yang digunakan yaitu Bombay Stock Exchange Sensex (BSESN). Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini adalah sembilan pasar saham dengan delapan pasar saham di Asia (Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, Cina, Korea Selatan, Jepang, dan India) dan pasar saham Amerika Serikat.
3.4.
Model Penelitian
3.4.1
Statistika Deskriptif Tahap awal penelitian ini adalah dengan menghitung imbal hasil (return)
dari indeks suatu pasar saham (lih. persamaan 3.1) yang kemudian dalam statistika deskriptif akan dilihat nilai rata-ratanya (mean) dan volatilitas yang dilihat dari standar deviasinya.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
30
݈ܾܽ ݉ܫℎܽ= ݏ݈݇݁݀݊݅݅ݏ 3.4.2
(3.1)
ݏ݇݁݀݊ܫ௧ − ݏ݇݁݀݊ܫ௧ିଵ × 100 ݏ݇݁݀݊ܫ௧ିଵ
Uji Koefisien Korelasi Pengujian hubungan saling ketergantungan pada awalnya dilakukan
dengan melihat tingkat koefisien korelasi yang dimiliki oleh kesepuluh pasar saham yang diteliti dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara -1 sampai dengan +1. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak: 1. Jika korelasi sama dengan nol (0), maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut. 2. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. 3. Jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Signifikansi
statistik
dari
koefisien
ini
kemudian
diuji
dengan
menggunakan t-statistik yang dibandingkan dengan nilai kritis distribusi-t pada tabel t. Hipotesis yang berlaku adalah: H0: Tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y. H1: Ada hubungan antara variabel X dan variabel Y Jika t-statistik lebih besar dari nilai kritis distribusi-t, maka H0 ditolak.
3.4.3
Uji Stationeritas Sekumpulan data dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan varian dari
data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang waktu, atau sebagian ahli menyatakan rata-rata dan variannya konstan (Nachrowi dan Usman, 2006, p. 340). Stasioneritas digunakan sebagai suatu media dalam suatu analisa time series di mana data mentahnya sering ditransformasikan untuk menjadi stasioner. Uji stasioneritas diperlukan karena variabel makroekonomi
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
31
pada umumnya tidak stasioner (Gujarati, 2002). Bila data yang digunakan untuk mengestimasi suatu model tidak stasioner, maka model yang diestimasi akan menjadi kurang baik dan akurat. Uji formal dalam mengetahui stasioneritas suatu series adalah uji unit root. Pada penelitian ini, masing-masing indeks pasar saham akan dilakukan uji unit root yaitu dengan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Untuk menjadikan data tidak stasioner menjadi stasioner biasanya data cukup didiferensiasi. Pada tingkat diferensi pertama, biasanya data sudah menjadi stasioner. Kalau ternyata belum, kemungkinan besar pada diferensiasi kedua sudah stasioner, demikian seterusnya (Winarno, 2009, p. 10.5). Pendekatan alternatif adalah dengan menggunakan Akaike Information Criterion (AIK) pada uji ADF. Unit root kemudian digunakan sebagai indikator dalam menerima H0 atau menolak H0. H0: Data tidak bersifat stasioner. H1: Data bersifat stasioner. Uji ADF yang dipakai dalam pengujian, adalah angka negatif. Semakin negatif dari angka ADF, maka H0 semakin kuat ditolak. Dan apabila nilai probabilitas statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%, maka H0 ditolak.
3.4.4
Uji Lag Optimal Penentuan panjang lag akan digunakan pada uji kausalitas Granger.
Menurut Enders (2004), penentuan panjang lag merupakan hal yang penting. Lag yang terlalu panjang akan mengurangi derajat bebas (degrees of freedom), sedangkan jika terlalu pendek, maka model akan tidak spesifik. Dalam penelitian ini, alternatif yang digunakan dalam menentukan lag optimal adalah panjang lag yang ditunjuk oleh Schwarz Information Criterion (SC) dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ).
3.4.5
Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas Granger dilakukan untuk melihat hubungan sebab akibat
antarvariabel yang hendak diuji. Jika terdapat hubungan antarvariabel, maka tidak dapat menggunakan hubungan regresi sederhana karena hasilnya akan bias.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
32
Nachrowi (2006, p. 262) menyatakan bahwa uji ini pada intinya dapat mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai hubungan dua arah, atau hanya satu arah saja. Pada uji Granger yang dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang sehingga data yang digunakan adalah data time series. Seperti disebutkan oleh Gujarati (2003) dalam bukunya, uji kausalitas Granger muncul karena ada pemikiran bahwa waktu tidak mungkin berjalan mundur sehingga apabila kejadian X terjadi sebelum kejadian Y, maka kejadian X mungkin menyebabkan kejadian Y, namun kejadian Y tidak mungkin menyebabkan kejadian X. Atau dengan kata lain, kejadian di masa lampau dapat menyebabkan kejadian saat ini, namun kejadian masa depan tidak. Kausalitas Granger mengasumsikan bahwa informasi yang terkait kepada peramalan kedua variabel terkandung di dalam data time series dari kedua variabel tersebut. Hal ini dijelaskan dalam rumus dibawah:
ୀଵ
ୀଵ
(3.2)
ܻ௧ = ߙܻ௧ି + ߚܺ௧ି + ݑ௧
(3.3)
ܺ௧ = ߛܻ௧ି + ߜܺ௧ି + ݁௧ ୀଵ
ୀଵ
Apabila ߚ = 0, maka ܺ௧ tidak menyebabkan ܻ௧.
Dalam uji kausalitas Granger, yang perlu diperhatikan adalah memasukkan
panjang lag optimal yang telah didapat pada tahap sebelumnya, setelah itu dilihat nilai probabilitasnya. Hipotesis yang berlaku adalah: H0: X tidak menyebabkan Y. H1: X menyebabkan Y. Nilai probabilitas akan dilihat untuk menilai apakah hipotesis yang berlaku signifikan terhadap tingkat keyakinan yang ditentukan. Semakin tinggi tingkat keyakinan yang digunakan akan semakin menyaring hasil uji kausalitas Granger menjadi lebih akurat. Dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 95%, apabila nilai probabilitas lebih kecil dari 5%, maka H0 ditolak.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
33
3.5
Variabel Penelitian Variabel yang akan diuji mencakup indeks pasar saham beberapa negara di
Asia yaitu Jakarta Stock Exchange Composite (JKSE), Straits Times Index (STI), Kuala Lumpur Composite Index (KLSE), Hang Seng Index (HSI), China Securities Index 300 (CSI), KOSPI Composite Index (KS11), Nikkei 225 (N225), Bombay Stock Exchange Sensex (BSESN), dan indeks pasar saham Amerika Serikat yaitu Dow Jones Industrial Average (DJI).
Tabel 3.4 Pasar Saham dan Indeks Negara
Indeks Pasar Saham
Indonesia Singapura Malaysia Hong Kong Cina Korea Selatan Jepang India Amerika Serikat
Jakarta Stock Exchange Composite (JKSE) Straits Times Index (STI) Kuala Lumpur Composite Index (KLSE) Hang Seng Index (HSI) China Securities Index 300 (CSI) KOSPI Composite Index (KS11) Nikkei 225 (N225) Bombay Stock Exchange Sensex (BSESN) Dow Jones Industrial Average (DJI)
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2012.
3.6
Hipotesis Penelitian Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gklezakou
dan Mylonakis (2010) bahwa terdapat hubungan saling ketergantungan yang kuat antarpasar saham dikarenakan pada periode tersebut terjadi krisis ekonomi global, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah: Hipotesis Pertama H0:
Tidak terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009.
H1:
Terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
34
Hipotesis Kedua H0:
Tidak terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009.
H1:
Terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009.
Hipotesis Ketiga H0:
Tidak terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009.
H1:
Terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009.
3.7
Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini akan digunakan metodologi yang sama dengan
penelitian Gklezakou dan Mylonakis (2009). Data-data dalam penelitian dan semua metode pengujian akan diolah dan dianalisis dengan menggunaka software Microsoft Office Excel dan Eviews.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
35
Bagan 3.1 Tahapan Penelitian Pengumpulan data harian indeks pasar saham tiap negara yang diperoleh melalui Yahoo! Finance (finance.yahoo.com). Pemisahan periode sebelum krisis, selama krisis, dan sesudah krisis.
Periode sebelum krisis (2006–2007).
Periode selama krisis (2008–2009).
Periode sesudah krisis (2010–2011).
Statistika deskriptif.
Statistika deskriptif.
Statistika deskriptif.
Uji koefisien korelasi dengan signifikansi tstatistik.*
Uji koefisien korelasi dengan signifikansi tstatistik.*
Uji koefisien korelasi dengan signifikansi tstatistik.*
Uji stasioneritas menggunakan ADF.**
Uji stasioneritas menggunakan ADF.**
Uji stasioneritas menggunakan ADF.**
Penentuan lag optimal.
Penentuan lag optimal.
Penentuan lag optimal.
Uji kausalitas Granger.
Uji kausalitas Granger.
Uji kausalitas Granger.
Perbandingan hasil periode sebelum, selama, dan sesudah krisis. Pengambilan kesimpulan. Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2012.
*) Bila H0 diterima atau tidak ada korelasi antarkedua negara, maka penelitian terhadap kedua negara tersebut tidak dilanjutkan **) Bila H0 diterima atau data tidak stasioner, maka harus dilakukan differencing. Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1
Imbal Hasil Indeks Pasar Saham Untuk memodelkan hubungan, maka terlebih dahulu digunakan imbal
hasil indeks pasar saham masing-masing negara dengan menggunakan fungsi rumus seperti yang telah dijelaskan pada bagian metodologi penelitian.
4.2
Statistika Deskriptif
4.2.1
Sebelum Krisis Tabel 4.1 Statistika Deskriptif Sebelum Krisis JKSE
STI
KLSE
HSI
CSI
KS11
N225
BSESN
DJI
Mean
0.174405 0.081925 0.094212 0.128589 0.354985 0.069288 -0.002912 0.159843 0.043884
Maximum
6.965169 6.122253 4.350636 5.927759 5.594845 5.689623 3.668823 6.894273 2.554397
Minimum
-6.435370 -3.956349 -4.635608 -5.008543 -10.60400 -6.926162 -5.417287 -6.763733 -3.293314
Std. Dev.
1.363386 1.113350 0.805016 1.298768 1.870885 1.271033 1.175236 1.552096 0.767571
Observations 521
521
521
521
521
521
521
521
521
Sumber: Hasil Olahan EViews, 2012.
Pada periode sebelum terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat, dari tabel di atas terlihat bahwa Cina memiliki rata-rata imbal hasil yang paling tinggi dibanding pasar saham lainnya, sedangkan Jepang memiliki rata-rata imbal hasil yang paling rendah bahkan negatif. Pergerakan pasar saham yang paling volatile adalah Cina dan yang memiliki volatilitas terendah adalah Amerika Serikat.
4.2.2
Selama Krisis Tabel 4.2 Statistika Deskriptif Selama Krisis JKSE
Mean
STI
KLSE
HSI
CSI
KS11
N225
BSESN
DJI
0.004662 -0.017079 -0.015027 -0.011289 -0.043980 -0.002667 -0.044035 0.001933 -0.026680
Maximum
7.921483 7.821326 13.64607 14.34707 9.341821 11.94567 14.15030 17.33933 11.08033
Minimum
-10.37525 -8.803629 -12.16099 -12.70005 -9.474082 -10.57054 -11.40637 -10.95644 -7.873277
Std. Dev.
1.995447 1.900332 1.357822 2.641311 2.551523 2.009769 2.329472 2.483057 1.970036
Observations
523
523
523
523
523
523
523
523
523
Sumber: Hasil Olahan EViews, 2012.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
37
Pada periode selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat, dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh pasar saham tanpa terkecuali mengalami penurunan rata-rata imbal hasil. Indonesia memiliki rata-rata imbal hasil yang paling tinggi disusul oleh India. Singapura, Malaysia, Hong Kong, Cina, Korea Selatan, serta Amerika Serikat memiliki rata-rata imbal hasil yang negatif pada periode ini dan Jepang masih memiliki nilai yang negatif dan terendah. Pergerakan pasar saham paling volatile adalah Hong Kong dan yang memiliki volatilitas terendah adalah Malaysia.
4.2.3
Sesudah Krisis Tabel 4.3 Statistika Deskriptif Sesudah Krisis JKSE
STI
KLSE
HSI
CSI
KS11
N225
BSESN
DJI
Mean
0.087808 -0.012529 0.049570 -0.023541 -0.071077 0.024366 -0.033119 -0.016884 0.037143
Maximum
7.265365 3.344330 21.97000 5.673813 3.780713 5.022055 5.677647 3.580706 4.240790
Minimum
-8.880349 -3.699103 -17.50759 -5.660506 -6.214868 -6.218491 -10.55393 -4.125367 -5.546366
Std. Dev.
1.333514 0.987627 1.698979 1.361684 1.398291 1.318821 1.357595 1.148464 1.160514
Observations
521
521
521
521
521
521
521
521
521
Sumber: Hasil Olahan EViews, 2012.
Pada periode sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat, dari tabel di atas terlihat bahwa mayoritas pasar saham sudah mengalami kenaikan rata-rata imbal hasil kecuali Hong Kong, Cina, dan India yang pada periode ini mengalami penurunan rata-rata imbal hasil. Indonesia masih memegang rata-rata imbal hasil tertinggi, sedangkan Cina yang memiliki rata-rata imbal hasil tertinggi pada periode sebelum krisis kini memiliki rata-rata imbal hasil terendah. Begitu juga dengan Malaysia yang berbanding terbalik dengan periode selama terjadinya krisis, kini Malaysia merupakan pasar saham yang pergerakannya paling volatile, sedangkan yang memiliki volatilitas terendah adalah Singapura.
4.3
Uji Koefisien Korelasi Seperti yang dikatakan oleh Kempf dan Korn (1996) untuk melihat
integrasi pasar keuangan dapat dilihat dari korelasi imbal hasil setiap pasar. Bracker, Scott, dan Kotch (1992) mengatakan bahwa integrasi pasar dapat dilihat
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
38
sebagai tingkat pergerakan bersama dua pasar, di mana tingkat pergerakan bersama yang lebih tinggi merefleksikan level integrasi yang lebih tinggi.
4.3.1
Sebelum Krisis Tabel 4.4 Uji Koefisien Korelasi Sebelum Krisis
Correlation (t-Statistic) JKSE
STI
KLSE
JKSE
STI
KLSE
HSI
CSI
KS11
0.707634 (22.81561)
0.577991 0.688102 (16.13582) (21.60382)
DJI
1.000000 -----
0.666202 0.747836 0.590875 (20.35092) (25.66248) (16.68526)
CSI
0.132410 0.212763 0.208889 0.273709 (3.043309) (4.960644) (4.866174) (6.483088)
1.000000 ----1.000000 -----
KS11
0.576778 0.639256 0.521251 0.677935 0.183304 (16.08507) (18.93804) (13.91476) (21.00936) (4.247937)
N225
0.483224 0.609982 0.469417 0.603783 0.192490 0.679491 (12.57411) (17.53668) (12.11137) (17.25541) (4.468800) (21.09882)
DJI
BSESN
1.000000 -----
HSI
BSESN
N225
1.000000 -----
1.000000 ----1.000000 -----
0.546540 0.538770 0.412069 0.516969 0.089943 0.482297 0.436368 (14.86810) (14.56938) (10.30296) (13.75855) (2.057374) (12.54266) (11.04856)
1.000000 -----
0.076599 0.146524 0.050891 0.093653 0.064866 0.107873 0.083418 0.140585 1.000000 (1.750199) (3.374459) (1.160872) (2.142983) (1.480876) (2.471930) (1.907035) (3.234877) -----
Sumber: Hasil Olahan EViews, 2012.
Dari tabel di atas dapat terlihat nilai korelasi dari masing-masing pasar saham pada sebelum terjadinya krisis dan nilai signifikansi t-statistik yang berada dalam tanda kurung. Nilai t-statistik ini akan dibandingkan dengan nilai kritis distribusi-t. Perhitungan nilai kritis distribusi-t adalah sebagai berikut: “=TINV(α,n-2)” “=TINV(0.05,521-2)” “1.964545246” Sehingga apabila nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis distribusi-t, maka H0 bahwa tidak ada hubungan antara pasar saham X dan Y ditolak. Dengan
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
39
demikian bila dilihat dari hasil uji korelasi di atas terlihat bahwa hampir seluruh pasar saham memiliki hubungan dengan pasar saham lainnya, kecuali: 1. Indonesia dan Amerika Serikat. 2. Malaysia dan Amerika Serikat. 3. Cina dan Amerika Serikat. 4. Jepang dan Amerika Serikat. Tidak adanya korelasi antara beberapa negara Asia dan Amerika Serikat membuktikan teori Bracker, Scott, dan Koch (1999) yang menyatakan bahwa negara-negara yang areanya dekat secara geografis cenderung memperlihatkan pergerakan sama (co-movement) yang lebih besar atau lebih tinggi daripada negara-negara yang terpisah jauh.
4.3.2
Selama Krisis Tabel 4.5 Uji Koefisien Korelasi Selama Krisis
Correlation t-Statistic JKSE
STI
KLSE
JKSE
STI
KLSE
HSI
CSI
KS11
0.560950 (15.46646)
0.439960 0.405754 (11.18271) (10.13315)
DJI
1.000000 -----
0.581309 0.741752 0.381757 (16.30687) (25.24442) (9.427812)
CSI
0.289523 0.315130 0.256289 0.482945 (6.904189) (7.579134) (6.052047) (12.58883)
1.000000 ----1.000000 -----
KS11
0.516989 0.635824 0.393752 0.685868 0.346266 (13.78576) (18.80320) (9.777405) (21.51256) (8.424868)
N225
0.496191 0.554114 0.383239 0.656437 0.282648 0.706569 (13.04493) (15.19375) (9.470687) (19.86190) (6.725802) (22.79077)
DJI
BSESN
1.000000 -----
HSI
BSESN
N225
1.000000 -----
1.000000 ----1.000000 -----
0.479747 0.611251 0.314699 0.595783 0.280246 0.447428 0.369957 (12.48044) (17.62878) (7.567644) (16.93217) (6.663762) (11.41955) (9.089327)
1.000000 -----
0.146402 0.295871 0.091174 0.294971 0.054337 0.247248 0.118191 0.348998 1.000000 (3.378077) (7.069910) (2.089778) (7.046347) (1.242110) (5.824376) (2.716792) (8.500521) -----
Sumber: Hasil Olahan EViews, 2012.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
40
Dari tabel di atas dapat terlihat nilai korelasi dari masing-masing pasar saham pada selama terjadinya krisis dan nilai signifikansi t-statistik yang berada dalam tanda kurung. Nilai t-statistik ini akan dibandingkan dengan nilai kritis distribusi-t. Perhitungan nilai kritis distribusi-t adalah sebagai berikut: “=TINV(α,n-2)” “=TINV(0.05,523-2)” “1.96452762” Sehingga apabila nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis distribusi-t, maka H0 bahwa tidak ada hubungan antara pasar saham X dan Y ditolak. Dengan demikian bila dilihat dari hasil uji korelasi di atas terlihat bahwa hampir seluruh pasar saham memiliki hubungan dengan pasar saham lainnya kecuali Cina dan Amerika Serikat. Tidak adanya korelasi antara Cina dan Amerika Serikat membuktikan teori Bracker, Scott, dan Koch (1999) yang menyatakan bahwa negara-negara yang areanya dekat secara geografis cenderung memperlihatkan pergerakan sama (comovement) yang lebih besar atau lebih tinggi daripada negara-negara yang terpisah jauh. Berbeda dengan periode sebelumnya, kini Indonesia, Malaysia dan Jepang memiliki korelasi dengan Amerika Serkat. Bracker, Scott, dan Koch (1999) menyatakan bahwa integrasi pasar keuangan, khususnya pasar saham berbeda dari waktu ke waktu. Tingkat integrasi antara pasar yang berbeda juga tidak sama dari tahun ke tahun.
4.3.3
Sesudah Krisis Tabel 4.6 Uji Koefisien Korelasi Sesudah Krisis
Correlation t-Statistic JKSE
STI
KLSE
HSI
JKSE
STI
KLSE
HSI
CSI
KS11
N225
BSESN
DJI
1.000000 ----0.646764 (19.31888)
1.000000 -----
0.186018 0.210964 (4.313065) (4.916754)
1.000000 -----
0.653034 0.754176 0.223741 (19.64423) (26.16423) (5.229754)
1.000000 -----
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
41
(Lanjutan) Correlation t-Statistic CSI
HSI
CSI
0.316792 0.393889 0.156488 0.505592 (7.608923) (9.762645) (3.609517) (13.35019)
JKSE
STI
KLSE
1.000000 -----
KS11
KS11
0.539331 0.623870 0.221232 0.677857 0.373363 (14.59079) (18.18581) (5.168080) (21.00485) (9.168849)
N225
0.466256 0.546121 0.237737 0.571750 0.328427 0.609227 (12.00705) (14.85185) (5.575885) (15.87631) (7.921503) (17.50219)
BSESN
DJI
N225
BSESN
DJI
1.000000 ----1.000000 -----
0.453937 0.574553 0.102169 0.525628 0.272663 0.426808 0.314199 (11.60605) (15.99234) (2.339813) (14.07595) (6.456322) (10.75186) (7.539772)
1.000000 -----
0.180428 0.321601 0.003017 0.193700 0.123713 0.246740 0.158730 0.270106 1.000000 (4.179030) (7.737634) (0.068737) (4.497974) (2.840202) (5.800471) (3.662553) (6.390998) -----
Sumber: Hasil Olahan EViews, 2012.
Dari tabel di atas dapat terlihat nilai korelasi dari masing-masing pasar saham pada sesudah terjadinya krisis dan nilai signifikansi t-statistik yang berada dalam tanda kurung. Nilai t-statistik ini akan dibandingkan dengan nilai kritis distribusi-t. Perhitungan nilai kritis distribusi-t adalah sebagai berikut: “=TINV(α,n-2)” “=TINV(0.05,521-2)” “1.964545246” Sehingga apabila nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis distribusi-t, maka H0 bahwa tidak ada hubungan antara pasar saham X dan Y ditolak. Dengan demikian bila dilihat dari hasil uji korelasi di atas terlihat bahwa hampir seluruh pasar saham memiliki hubungan dengan pasar saham lainnya kecuali Malaysia dan Amerika Serikat. Tidak adanya korelasi antara Malaysia dan Amerika Serikat membuktikan teori Bracker, Scott, dan Koch (1999) yang menyatakan bahwa negara-negara yang areanya dekat secara geografis cenderung memperlihatkan pergerakan sama (co-movement) yang lebih besar atau lebih tinggi daripada negara-negara yang terpisah jauh, selain itu juga membuktikan bahwa integrasi pasar keuangan, khususnya pasar saham berbeda dari waktu ke waktu. Tingkat integrasi antara pasar yang berbeda juga tidak sama dari tahun ke tahun.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
42
4.4
Uji Stasioneritas Pada
tahap
ini,
peneliti
menggunakan
uji
stasioneritas
dengan
menggunakan metode Augmented Dickey Fuller (ADF). Tabel hasil uji ADF terdapat pada bagian lampiran, mengindikasikan bahwa semua data sudah stasioner pada tingkat semua level, di mana nilai probabilitas statistik lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%, maka H0 bahwa data tidak bersifat stasioner ditolak. Dengan demikian, data imbal hasil indeks pasar saham baik data sebelum krisis, selama krisis, maupun sesudah krisis tidak mengandung unit root atau data sudah stasioner sehingga tidak perlu melakukan differencing pada tingkat satu atau tingkat dua.
4.5
Uji Lag Optimal Untuk menentukan lag yang optimal dalam melakukan pengujian
kausalitas Granger, terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian lag yang optimal. Pengujian ini menggunakan metodologi yang sama seperti yang digunakan oleh Gklezakou dan Mylonakis (2010), di mana alternatif yang digunakan dalam menentukan lag optimal adalah panjang lag yang ditunjuk oleh Schwarz Information Criterion (SC) atau Hannan-Quinn Information Criterion (HQ).
4.5.1
Sebelum Krisis Tabel 4.7 Uji Lag Optimal Sebelum Krisis
Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-6301.276 -6084.935 -6020.889 -5950.002 -5894.433 -5831.596 -5792.320 -5737.214 -5679.177
NA 424.2486 123.3475 134.0355 103.1217 114.4058* 70.13088 96.46110 99.55812
0.390852 0.230610* 0.246432 0.256514 0.283614 0.305061 0.360061 0.400032 0.440014
24.60147 24.07382* 24.13992 24.17935 24.27849 24.34930 24.51197 24.61292 24.70244
24.67586* 24.81773 25.55334 26.26229 27.03095 27.77128 28.60346 29.37393 30.13297
24.63063 24.36541* 24.69393 24.99579 25.35737 25.69060 26.11570 26.47908 26.83103
* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion
Sumber: Hasil Olahan EViews, 2012.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
43
Dari uji lag di atas, panjang lag yang ditunjuk oleh SC adalah 0 sedangkan panjang lag yang ditunjuk oleh HQ adalah 1. Dengan demikian, berdasarkan dua pertimbangan ini karena lag 0 tidak bisa diterapkan pada kausalitas Granger, maka lag yang dipakai dalam melakukan pengujian kausalitas Granger antarpasar saham sebelum terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat adalah 1.
4.5.2
Selama Krisis Tabel 4.8 Uji Lag Optimal Selama Krisis
Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-8956.219 -8696.479 -8587.916 -8506.064 -8458.020 -8410.948 -8366.564 -8314.108 -8261.045
NA 509.3924 209.1149 154.8037* 89.18442 85.73503 79.28912 91.87280 91.08329
10673.18 5331.555 4791.584 4778.930* 5438.305 6217.021 7188.976 8066.076 9041.578
34.81638 34.12225 34.01521 34.01190* 34.13988 34.27164 34.41384 34.52469 34.63319
34.89055 34.86395* 35.42444 36.08866 36.88417 37.68346 38.49318 39.27157 40.04759
34.84545 34.41292* 34.56749 34.82578 35.21537 35.60874 36.01254 36.38500 36.75510
* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion
Sumber: Hasil Olahan EViews, 2012.
Dari uji lag di atas, panjang lag yang ditunjuk oleh SC adalah 1 dan panjang lag yang ditunjuk oleh HQ adalah 1. Dengan demikian, lag yang dipakai dalam melakukan pengujian kausalitas Granger antarpasar saham selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat adalah 1.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
44
4.5.3
Sesudah Krisis Tabel 4.9 Uji Lag Optimal Sesudah Krisis
Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0 1 2 3 4 5 6 7 8
-6804.297 -6550.413 -6472.515 -6407.114 -6348.499 -6304.713 -6268.732 -6207.089 -6163.810
NA 497.8696 150.0255 123.6620 108.7748 79.72053 64.24690 107.9052* 74.24025
2.777820 1.415807* 1.433408 1.524312 1.665450 1.929509 2.306835 2.498417 2.910895
26.56256 25.88855* 25.90064 25.96146 26.04873 26.19381 26.36932 26.44479 26.59185
26.63695 26.63246* 27.31407 28.04440 28.80119 29.61579 30.46082 31.20580 32.02238
26.59172 26.18014* 26.45466 26.77790 27.12760 27.53511 27.97306 28.31095 28.72044
* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion
Sumber: Hasil Olahan EViews, 2012.
Dari uji lag di atas, panjang lag yang ditunjuk oleh SC adalah 1 dan panjang lag yang ditunjuk oleh HQ adalah 1. Dengan demikian, lag yang dipakai dalam melakukan pengujian kausalitas Granger antarpasar saham selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat adalah 1.
4.6
Uji Kausalitas Granger
4.6.1
Sebelum Krisis Tabel 4.10 Uji Kausalitas Granger Sebelum Krisis
Lags: 1 Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
STI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause STI
520
0.55377 3.25829
0.4571 0.0716
KLSE does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause KLSE
520
0.76629 4.40944
0.3818 0.0362
HSI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause HSI
520
2.04512 5.78596
0.1533 0.0165
CSI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause CSI
520
0.46027 8.83252
0.4978 0.0031
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
45
(Lanjutan) Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
KS11 does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause KS11
520
2.00548 10.4933
0.1573 0.0013
N225 does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause N225
520
1.33141 18.8451
0.2491 2.E-05
BSESN does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause BSESN
520
4.15911 0.10066
0.0419 0.7512
DJI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause DJI
520
145.917 8.58185
9.E-30 0.0035
KLSE does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause KLSE
520
1.52927 5.54330
0.2168 0.0189
HSI does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause HSI
520
0.46219 7.19214
0.4969 0.0076
CSI does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause CSI
520
0.08002 2.44369
0.7774 0.1186
KS11 does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause KS11
520
2.39969 9.50872
0.1220 0.0022
N225 does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause N225
520
5.94772 28.2178
0.0151 2.E-07
BSESN does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause BSESN
520
3.48477 1.62087
0.0625 0.2035
DJI does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause DJI
520
192.535 12.3477
2.E-37 0.0005
HSI does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause HSI
520
1.80299 1.35185
0.1799 0.2455
CSI does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause CSI
520
0.20332 1.90953
0.6522 0.1676
KS11 does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause KS11
520
0.45717 3.81892
0.4992 0.0512
N225 does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause N225
520
0.35657 13.7885
0.5507 0.0002
BSESN does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause BSESN
520
4.75456 0.06114
0.0297 0.8048
DJI does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause DJI
520
153.879 3.16202
4.E-31 0.0760
CSI does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause CSI
520
1.45972 4.01228
0.2275 0.0457
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
46
(Lanjutan) Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
KS11 does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause KS11
520
0.01385 1.88213
0.9064 0.1707
N225 does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause N225
520
3.68728 13.3635
0.0554 0.0003
BSESN does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause BSESN
520
5.23280 1.47495
0.0226 0.2251
DJI does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause DJI
520
217.847 7.98983
2.E-41 0.0049
KS11 does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause KS11
520
3.40928 0.08644
0.0654 0.7689
N225 does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause N225
520
3.30128 0.00809
0.0698 0.9284
BSESN does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause BSESN
520
1.44107 0.25828
0.2305 0.6115
DJI does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause DJI
520
11.8723 0.09503
0.0006 0.7580
N225 does not Granger Cause KS11 KS11 does not Granger Cause N225
520
5.68529 3.02139
0.0175 0.0828
BSESN does not Granger Cause KS11 KS11 does not Granger Cause BSESN
520
4.68965 0.00770
0.0308 0.9301
DJI does not Granger Cause KS11 KS11 does not Granger Cause DJI
520
138.140 2.39421
2.E-28 0.1224
BSESN does not Granger Cause N225 N225 does not Granger Cause BSESN
520
16.0983 0.22821
7.E-05 0.6331
DJI does not Granger Cause N225 N225 does not Granger Cause DJI
520
140.781 2.81883
7.E-29 0.0938
DJI does not Granger Cause BSESN BSESN does not Granger Cause DJI
520
78.1144 4.62296
2.E-17 0.0320
Sumber:Olahan EViews, 2012.
Dari hasil uji kausalitas Granger di atas, dengan menggunakan significant level sebesar 95%, apabila nilai probability lebih kecil dari 5%, maka H0 bahwa X tidak menyebabkan Y ditolak.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
47
Dengan demikian pasar saham yang memiliki hubungan dua arah atau saling ketergantungan sebelum terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat akibat subprime mortgage antara lain: 1. Indonesia dan Amerika Serikat. 2. Singapura dan Jepang. 3. Singapura dan Amerika Serikat. 4. Hong Kong dan Amerika Serikat. 5. India dan Amerika Serikat.
4.6.2
Selama Krisis Tabel 4.11 Uji Kausalitas Granger Selama Krisis
Lags: 1 Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
STI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause STI
522
2.91709 0.05322
0.0882 0.8176
KLSE does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause KLSE
522
0.40167 41.5406
0.5265 3.E-10
HSI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause HSI
522
0.29892 5.50828
0.5848 0.0193
CSI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause CSI
522
0.04944 2.92175
0.8241 0.0880
KS11 does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause KS11
522
0.17322 9.55326
0.6774 0.0021
N225 does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause N225
522
0.55416 11.9306
0.4570 0.0006
BSESN does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause BSESN
522
14.5116 1.23978
0.0002 0.2660
DJI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause DJI
522
47.0352 0.84437
2.E-11 0.3586
KLSE does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause KLSE
522
0.73757 18.2567
0.3908 2.E-05
HSI does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause HSI
522
7.80629 20.8680
0.0054 6.E-06
CSI does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause CSI
522
5.88883 0.30069
0.0156 0.5837
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
48
(Lanjutan) Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
KS11 does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause KS11
522
0.22912 10.9824
0.6324 0.0010
N225 does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause N225
522
0.76043 31.0079
0.3836 4.E-08
BSESN does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause BSESN
522
3.31648 1.75509
0.0692 0.1858
DJI does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause DJI
522
55.2445 0.43458
4.E-13 0.5100
HSI does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause HSI
522
20.3059 0.39769
8.E-06 0.5286
CSI does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause CSI
522
1.81407 0.94130
0.1786 0.3324
KS11 does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause KS11
522
13.3463 0.05086
0.0003 0.8217
N225 does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause N225
522
4.29280 2.29748
0.0388 0.1302
BSESN does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause BSESN
522
36.9597 1.27833
2.E-09 0.2587
DJI does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause DJI
522
48.3386 1.41064
1.E-11 0.2355
CSI does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause CSI
522
9.50011 0.01840
0.0022 0.8922
KS11 does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause KS11
522
5.07116 0.06634
0.0247 0.7968
N225 does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause N225
522
0.16911 13.7658
0.6811 0.0002
BSESN does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause BSESN
522
26.1300 0.07500
4.E-07 0.7843
DJI does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause DJI
522
89.9178 1.21503
9.E-20 0.2708
KS11 does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause KS11
522
0.01060 4.06987
0.9180 0.0442
N225 does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause N225
522
1.49403 1.66949
0.2221 0.1969
BSESN does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause BSESN
522
7.29438 5.82315
0.0071 0.0162
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
49
(Lanjutan) Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
DJI does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause DJI
522
10.1415 1.03589
0.0015 0.3093
N225 does not Granger Cause KS11 KS11 does not Granger Cause N225
522
1.39331 6.32327
0.2384 0.0122
BSESN does not Granger Cause KS11 KS11 does not Granger Cause BSESN
522
20.9740 2.62431
6.E-06 0.1058
DJI does not Granger Cause KS11 KS11 does not Granger Cause DJI
522
63.6437 0.19502
1.E-14 0.6590
BSESN does not Granger Cause N225 N225 does not Granger Cause BSESN
522
46.9004 0.09644
2.E-11 0.7563
DJI does not Granger Cause N225 N225 does not Granger Cause DJI
522
300.897 2.55676
2.E-53 0.1104
DJI does not Granger Cause BSESN BSESN does not Granger Cause DJI
522
20.7591 0.00260
6.E-06 0.9594
Sumber: Olahan Eviews, 2012.
Dari hasil uji kausalitas Granger di atas, dengan menggunakan significant level sebesar 95%, apabila nilai probability lebih kecil dari 5%, maka H0 bahwa X tidak menyebabkan Y ditolak. Dengan demikian pasar saham yang memiliki hubungan dua arah atau saling ketergantungan selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat akibat subprime mortgage antara lain: 1. Singapura dan Hong Kong. 2. Cina dan India.
4.6.3
Sesudah Krisis Tabel 4.12 Uji Kausalitas Granger Sesudah Krisis
Lags: 1 Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
STI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause STI
520
1.93400 0.01453
0.1649 0.9041
KLSE does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause KLSE
520
0.80956 17.7975
0.3687 3.E-05
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
50
(Lanjutan) Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
HSI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause HSI
520
0.00403 0.28478
0.9494 0.5938
CSI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause CSI
520
3.09579 0.80831
0.0791 0.3690
KS11 does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause KS11
520
0.07137 2.65424
0.7895 0.1039
N225 does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause N225
520
0.81345 2.27297
0.3675 0.1323
BSESN does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause BSESN
520
3.87377 0.12362
0.0496 0.7253
DJI does not Granger Cause JKSE JKSE does not Granger Cause DJI
520
98.1547 0.38953
3.E-21 0.5328
KLSE does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause KLSE
520
2.07446 14.2253
0.1504 0.0002
HSI does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause HSI
520
1.71636 13.7383
0.1907 0.0002
CSI does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause CSI
520
3.23807 2.45395
0.0725 0.1178
KS11 does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause KS11
520
0.05836 14.3579
0.8092 0.0002
N225 does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause N225
520
0.39126 15.7321
0.5319 8.E-05
BSESN does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause BSESN
520
1.79291 0.69530
0.1812 0.4048
DJI does not Granger Cause STI STI does not Granger Cause DJI
520
108.402 0.10503
4.E-23 0.7460
HSI does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause HSI
520
6.12100 0.22041
0.0137 0.6389
CSI does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause CSI
520
0.15004 0.32711
0.6987 0.5676
KS11 does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause KS11
520
19.3448 2.86926
1.E-05 0.0909
N225 does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause N225
520
13.8792 3.30518
0.0002 0.0696
BSESN does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause BSESN
520
14.9784 0.64000
0.0001 0.4241
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
51
(Lanjutan) Null Hypothesis:
Obs
F-Statistic
Prob.
DJI does not Granger Cause KLSE KLSE does not Granger Cause DJI
520
15.2526 0.10164
0.0001 0.7500
CSI does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause CSI
520
3.43736 2.17871
0.0643 0.1405
KS11 does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause KS11
520
0.40984 6.94061
0.5223 0.0087
N225 does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause N225
520
1.14816 3.06195
0.2844 0.0807
BSESN does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause BSESN
520
9.66459 3.95696
0.0020 0.0472
DJI does not Granger Cause HSI HSI does not Granger Cause DJI
520
195.751 4.10678
6.E-38 0.0432
KS11 does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause KS11
520
0.25457 0.38625
0.6141 0.5346
N225 does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause N225
520
0.14220 1.55382
0.7063 0.2131
BSESN does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause BSESN
520
2.44264 1.07023
0.1187 0.3014
DJI does not Granger Cause CSI CSI does not Granger Cause DJI
520
22.7309 0.39515
2.E-06 0.5299
N225 does not Granger Cause KS11 KS11 does not Granger Cause N225
520
0.00612 1.07047
0.9377 0.3013
BSESN does not Granger Cause KS11 KS11 does not Granger Cause BSESN
520
20.0085 0.10667
9.E-06 0.7441
DJI does not Granger Cause KS11 KS11 does not Granger Cause DJI
520
141.026 0.32643
6.E-29 0.5680
BSESN does not Granger Cause N225 N225 does not Granger Cause BSESN
520
9.41708 0.35705
0.0023 0.5504
DJI does not Granger Cause N225 N225 does not Granger Cause DJI
520
195.320 0.05577
7.E-38 0.8134
DJI does not Granger Cause BSESN BSESN does not Granger Cause DJI
520
34.3815 0.20987
8.E-09 0.6471
Sumber: Olahan EViews, 2012.
Dari hasil uji kausalitas Granger di atas, dengan menggunakan significant level sebesar 95%, apabila nilai probability lebih kecil dari 5%, maka H0 bahwa X
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
52
tidak menyebabkan Y ditolak. Dengan demikian pasar saham yang memiliki hubungan dua arah atau saling ketergantungan sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat akibat subprime mortgage antara lain: 1. Hong Kong dan India. 2. Hong Kong dan Amerika Serikat.
4.7
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Pasar Saham di Asia dan Amerika Serikat Sebelum Terjadinya Krisis Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger, maka
hubungan saling ketergantungan pasar saham pada tahun 2006-2007 dimiliki oleh pasar saham: 1. Singapura dan Jepang. 2. Singapura dan Amerika Serikat. 3. Hong Kong dan Amerika Serikat. 4. India dan Amerika Serikat. Meskipun di uji kausalitas Granger pasar saham Indonesia dan Amerika Serikat saling mempengaruhi, namun pada uji koefisien korelasi tidak ditemukan hubungan antarkedua negara tersebut sehingga tidak memiliki hubungan saling ketergantungan. Hal ini demikian karena dalam menentukan hubungan saling ketergantungan harus melewati tahap uji korelasi dan uji kausalitas Granger (Gklezakou dan Mylonakis, 2010, p. 324). Dengan
demikian
H0
bahwa
tidak
terdapat
hubungan
saling
ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009 ditolak.
4.7.1
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Singapura dan Jepang Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger yang
diwakili oleh indeks STI dan N225, maka diperoleh kesimpulan bahwa pasar saham Singapura dan Jepang memiliki hubungan saling ketergantungan. Jika dikaitkan dengan teori integrasi, maka Singapura dan Jepang saling terintegrasi. Hasil pada periode ini membuktikan teori Janakiraman dan Lamba (1998) yaitu common investor group, “when two countries share geographical proximity
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
53
and have similar groups of investors in their market, these markets are more than likely to influence each other. More dominant market is likely to exert greater influence on relatively smaller market.” Pasar saham yang memiliki lokasi geografis yang relatif dekat dan memiliki karakteristik investor yang sama cenderung mempengaruhi satu sama lain. Hubungan perekonomian dan perdagangan antara Singapura dan Jepang dapat terlihat dari kerjasama ekspor impor pada tabel di bawah ini. Total nilai ekspor dan impor tersebut dalam Dolar Amerika Serikat.
Tabel 4.13 Matriks Kerjasama Produk Singapura dan Jepang Negara
Ekspor
Impor
2006
2007
2006
2007
Singapura
$ 14,857,375
$14,387,841
$ 19,932,136
$ 21,547,450
Jepang
$ 19,339,944
$ 21,839,356
$ 7,477,483
$ 7,052,664
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Tabel 4.14 Matriks Kerjasama Jasa Singapura dan Jepang Negara
Ekspor 2006
Impor 2007
2006
2007
Singapura
$ 5,538,100
$ 6,576,434
$ 4,076,795
$ 3,755,466
Jepang
$ 8,626,901
$ 9,971,636
$ 6,712,010
$ 8,091,445
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Dari total nilai ekspor produk yang dilakukan oleh Singapura, Jepang adalah negara tujuan ekspor terbesar kelima pada tahun 2007. Jenis produk yang diekspor ke Jepang mayoritas dalam bentuk peralatan dan perlengkapan elektronik. Pada tahun 2006 dan 2007, dari total nilai produk yang diimpor oleh Singapura, Jepang adalah negara terbesar keempat darimana produk diimpor berasal. Jenis produk yang diimpor dari Jepang juga mayoritas dalam bentuk peralatan dan perlengkapan elektronik. Dari total nilai ekspor jasa yang dilakukan oleh Singapura pada tahun 2006 dan 2007, Jepang adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua. Juga pada
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
54
tahun 2006 dan 2007, dari total nilai jasa yang diimpor oleh Singapura, Jepang adalah negara terbesar ketiga darimana jasa diimpor berasal. Bagi Singapura, kerjasama dengan Jepang dalam bentuk ekspor impor jasa memberikan nilai trade balance tertinggi ketiga pada tahun 2006 yaitu senilai $ 1,461,305 dan tertinggi pertama pada tahun 2007 yaitu senilai $ 2,820,968. Di sisi lain, dari total nilai ekspor jasa yang dilakukan oleh Jepang pada tahun 2006 dan 2007, Singapura adalah negara tujuan ekspor terbesar ketiga. Juga pada tahun 2006 dan 2007, dari total nilai jasa yang diimpor oleh Jepang, Singapura adalah negara terbesar keempat darimana jasa diimpor berasal. Bagi Jepang, kerjasama dengan Singapura dalam bentuk ekspor impor jasa memberikan nilai trade balance tertinggi kedua pada tahun 2006 dan 2007 yaitu masingmasing senilai $ 1,914,891 dan 1,880,191.
4.7.2
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Singapura dan Amerika Serikat Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger yang
diwakili oleh indeks STI dan DJI, maka diperoleh kesimpulan bahwa pasar saham Singapura dan Amerika Serikat memiliki hubungan saling ketergantungan. Jika dikaitkan dengan teori integrasi, maka Singapura dan Amerika Serikat saling terintegrasi. Hasil pada periode ini membuktikan teori Janakiraman dan Lamba (1998) yang menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan negara dominant power. “In the post World War II periode, the status of the most influential economy went to the US.” Sejak Perang Dunia II, pengaruh Amerika Serikat dalam perekonomian dunia terus meningkat. Hubungan perekonomian dan perdagangan antara Singapura dan Amerika Serikat dapat terlihat dari kerjasama ekspor impor pada tabel di bawah ini. Total nilai ekspor dan impor tersebut dalam Dolar Amerika Serikat.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
55
Tabel 4.15 Matriks Kerjasama Produk Singapura dan Amerika Serikat Negara
Ekspor
Impor
2006
2007
2006
2007
Singapura
$ 27,635,189
$ 26,675,303
$ 30,279,003
$ 32,704,237
Amerika Serikat
$ 24,682,843
$ 26,284,362
$ 18,068,466
$ 18,692,293
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Tabel 4.16 Matriks Kerjasama Jasa Singapura dan Amerika Serikat Negara
Ekspor 2006
Impor 2007
2006
2007
Singapura
$ 8,246,309
$ 9,374,487
$ 11,162,270
$13,440,728
Amerika Serikat
$ 6,690,000
$ 8,287,000
$ 3,315,000
$ 3,323,000
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Dari total nilai ekspor produk yang dilakukan oleh Singapura, Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua pada tahun 2006 dan terbesar keempat pada tahun 2007. Jenis produk yang diekspor ke Amerika Serikat mayoritas dalam bentuk peralatan dan perlengkapan elektronik. Pada tahun 2006 dan 2007, dari total nilai produk yang diimpor oleh Singapura, Amerika Serikat adalah negara terbesar kedua darimana produk diimpor berasal. Jenis produk yang diimpor dari Amerika Serikat mayoritas dalam bentuk mesin-mesin, reaktor nuklir, dan boilers. Bagi Amerika Serikat, kerjasama dengan Singapura dalam bentuk ekspor impor produk memberikan nilai trade balance tertinggi kelima pada tahun 2006 yaitu senilai $ 6,614,377. Dari total nilai ekspor jasa yang dilakukan oleh Singapura pada tahun 2006 dan 2007, Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar pertama. Juga pada tahun 2006 dan 2007, dari total nilai jasa yang diimpor oleh Singapura, Amerika Serikat adalah negara terbesar pertama darimana jasa diimpor berasal.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
56
4.7.3
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Hong Kong dan Amerika Serikat Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger yang
diwakili oleh indeks HSI dan DJI, maka diperoleh kesimpulan bahwa pasar saham Hong Kong dan Amerika Serikat memiliki hubungan saling ketergantungan. Jika dikaitkan dengan teori integrasi, maka Hong Kong dan Amerika Serikat saling terintegrasi. Hasil pada periode ini membuktikan teori Janakiraman dan Lamba (1998) bahwa Amerika Serikat merupakan negara dominant power, “In the post World War II periode, the status of the most influential economy went to the US.” Sejak Perang Dunia II, pengaruh Amerika Serikat dalam perekonomian dunia terus meningkat. Hubungan perekonomian dan perdagangan antara Hong Kong dan Amerika Serikat dapat terlihat dari kerjasama ekspor impor pada tabel di bawah ini. Total nilai ekspor dan impor tersebut dalam Dolar Amerika Serikat.
Tabel 4.17 Matriks Kerjasama Produk Hong Kong dan Amerika Serikat Negara
Ekspor
Impor
2006
2007
2006
2007
Hong Kong
$ 47,875,353
$ 47,318,696
$ 16,079,054
$ 17,983,174
Amerika Serikat
$ 17,774,301
$ 20,118,419
$ 8,281,929
$ 7,320,064
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Tabel 4.18 Matriks Kerjasama Jasa Hong Kong dan Amerika Serikat Negara
Ekspor
Impor
2006
2007
2006
2007
Hong Kong
$ 15,323,000
$ 17,837,000
$ 5,489,000
$ 6,836,000
Amerika Serikat
$ 4,646,000
$ 5,523,000
$ 6,451,000
$ 7,131,000
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Dari total nilai ekspor produk yang dilakukan oleh Hong Kong, Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua pada tahun 2006 dan 2007.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
57
Jenis produk yang diekspor ke Amerika Serikat mayoritas dalam bentuk peralatan dan perlengkapan elektronik. Pada tahun 2006 dan 2007, dari total nilai produk yang diimpor oleh Hong Kong, Amerika Serikat adalah negara terbesar kelima darimana produk diimpor berasal. Jenis produk yang diimpor dari Amerika Serikat juga mayoritas dalam bentuk peralatan dan perlengkapan elektronik. Bagi Hong Kong, kerjasama dengan Amerika Serikat dalam bentuk ekspor impor produk memberikan nilai trade balance tertinggi pertama pada tahun 2006 dan 2007 yaitu masing-masing senilai $ 31,796,299 dan $ 29,335,522. Di sisi lain, bagi Amerika Serikat, kerjasama dengan Hong Kong dalam bentuk ekspor impor produk memberikan nilai trade balance tertinggi ketiga pada tahun 2006 yaitu senilai $ 6,614,377 dan tertinggi kedua pada tahun 2007 yaitu senilai $ 7,592,069. Dari total nilai ekspor jasa yang dilakukan oleh Hong Kong pada tahun 2006 dan 2007, Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua. Juga pada tahun 2006 dan 2007, dari total nilai jasa yang diimpor oleh Hong Kong, Amerika Serikat adalah negara terbesar kedua darimana jasa diimpor berasal. Bagi Hong Kong, kerjasama dengan Amerika Serikat dalam bentuk ekspor impor jasa memberikan nilai trade balance tertinggi pertama pada tahun 2006 dan 2007 yaitu masing-masing senilai $ 9,834,000 dan $ 11,601,000.
4.7.4
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan India dan Amerika Serikat Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger yang
diwakili oleh indeks BSESN dan DJI, maka diperoleh kesimpulan bahwa pasar saham India dan Amerika Serikat memiliki hubungan saling ketergantungan. Jika dikaitkan dengan teori integrasi, maka India dan Amerika Serikat saling terintegrasi. Hasil pada periode ini membuktikan teori Janakiraman dan Lamba (1998) yang menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan negara dominant power. “In the post World War II periode, the status of the most influential economy went to the US.” Sejak Perang Dunia II, pengaruh Amerika Serikat dalam perekonomian dunia terus meningkat.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
58
Hubungan perekonomian dan perdagangan antara India dan Amerika Serikat dapat terlihat dari kerjasama ekspor impor pada tabel di bawah ini. Total nilai ekspor dan impor tersebut dalam Dolar Amerika Serikat.
Tabel 4.19 Matriks Kerjasama Produk India dan Amerika Serikat Negara
Ekspor
Impor
2006
2007
2006
2007
India
$ 18,705,452
$ 20,133,334
$ 11,321,478
$ 14,206,366
Amerika Serikat
$ 10,091,104
$ 17,592,455
$ 22,992,713
$ 25,113,349
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Tabel 4.20 Matriks Kerjasama Jasa India dan Amerika Serikat Negara
Ekspor 2006
Amerika Serikat
$ 6,574,000
Impor 2007
$ 8,842,000
2006 $ 7,455,000
2007 $ 9,870,000
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Dari total nilai ekspor produk yang dilakukan oleh India, Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar pertama pada tahun 2006 dan 2007. Jenis produk yang diekspor ke Amerika Serikat mayoritas dalam bentuk mutiara, batu mulia, dan logam. Pada tahun 2006 dan 2007, dari total nilai produk yang diimpor oleh India, Amerika Serikat adalah negara terbesar kedua pada tahun 2006 dan ketiga pada tahun 2007 darimana produk diimpor berasal. Jenis produk yang diimpor dari Amerika Serikat pada tahun 2006 mayoritas dalam bentuk pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, dan bagian-bagiannya, sedangkan pada tahun 2007 mayoritas dalam bentuk mesin-mesin, reaktor nuklir, dan boilers. Bagi India, kerjasama dengan Amerika Serikat dalam bentuk ekspor impor produk memberikan nilai trade balance tertinggi pertama pada tahun 2006 dan 2007 yaitu masing-masing senilai $ 7,383,974 dan $ 5,926,968.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
59
4.8
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Pasar Saham di Asia dan Amerika Serikat Selama Terjadinya Krisis Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger, maka
hubungan saling ketergantungan pasar saham pada tahun 2008–2009 dimiliki oleh pasar saham: 1. Singapura dan Hong Kong. 2. Cina dan India. Dengan
demikian
H0
bahwa
tidak
terdapat
hubungan
saling
ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009 ditolak.
4.8.1
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Singapura dan Hong Kong Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger yang
diwakili oleh indeks STI dan HSI, maka diperoleh kesimpulan bahwa pasar saham Singapura dan Hong Kong memiliki hubungan saling ketergantungan. Jika dikaitkan dengan teori integrasi, maka Singapura dan Hong Kong saling terintegrasi. Hasil pada periode ini membuktikan teori Janakiraman dan Lamba (1998) yaitu common investor group, “when two countries share geographical proximity and have similar groups of investors in their market, these markets are more than likely to influence each other. More dominant market is likely to exert greater influence on relatively smaller market.” Pasar saham yang memiliki lokasi geografis yang relatif dekat dan memiliki karakteristik investor yang sama cenderung mempengaruhi satu sama lain. Hubungan perekonomian dan perdagangan antara Singapura dan Hong Kong dapat terlihat dari kerjasama ekspor impor pada tabel di bawah ini. Total nilai ekspor dan impor tersebut dalam Dolar Amerika Serikat.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
60
Tabel 4.21 Matriks Kerjasama Produk Singapura dan Hong Kong Negara
Ekspor
Impor
2008
2009
2008
2009
Singapura
$ 35,129,925
$ 31,234,427
$ 3,481,156
$ 2,686,463
Hong Kong
$ 6,502,297
$ 5,592,843
$ 25,167,817
$ 22,716,508
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Tabel 4.22 Matriks Kerjasama Jasa Singapura dan Hong Kong Negara
Ekspor 2008
Impor 2009
2008
2009
Singapura
$ 4,062,268
$ 4,117,807
$ 2,544,597
$ 2,417,359
Hong Kong
$ 2,567,000
$ 2,470,000
$ 2,726,000
$ 2,551,000
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Dari total nilai ekspor produk yang dilakukan oleh Singapura, Hong Kong adalah negara tujuan ekspor terbesar ketiga pada tahun 2008 dan terbesar pertama pada tahun 2009. Jenis produk yang diekspor ke Hong Kong mayoritas dalam bentuk peralatan dan perlengkapan elektronik. Di sisi lain, dari total nilai produk yang diimpor oleh Hong Kong, Singapura adalah negara terbesar ketiga pada tahun 2008 dan terbesar keempat pada tahun 2009 darimana produk diimpor berasal. Bagi Singapura, kerjasama dengan Hong Kong dalam bentuk ekspor impor produk memberikan nilai trade balance tertinggi pertama pada tahun 2008 dan 2009 yaitu masing-masing senilai $ 31,648,769 dan $ 28,547,964.
4.8.2
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Cina dan India Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger yang
diwakili oleh indeks CSI dan BSESN, maka diperoleh kesimpulan bahwa pasar saham Cina dan India memiliki hubungan saling ketergantungan. Jika dikaitkan dengan teori integrasi, maka Cina dan India saling terintegrasi. Hasil pada periode ini membuktikan teori Janakiraman dan Lamba (1998) yaitu common investor group, “when two countries share geographical proximity and have similar groups of investors in their market, these markets are more than
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
61
likely to influence each other. More dominant market is likely to exert greater influence on relatively smaller market.” Pasar saham yang memiliki lokasi geografis yang relatif dekat dan memiliki karakteristik investor yang sama cenderung mempengaruhi satu sama lain. Hubungan perekonomian dan perdagangan antara Cina dan India dapat terlihat dari kerjasama ekspor impor pada tabel di bawah ini. Total nilai ekspor dan impor tersebut dalam Dolar Amerika Serikat.
Tabel 4.23 Matriks Kerjasama Produk Cina dan India Negara
Ekspor
Impor
2008
2009
2008
2009
Cina
$ 31,585,381
$ 29,666,560
$ 20,258,886
$ 13,714,289
India
$ 10,093,927
$ 10,370,052
$ 31,568,024
$ 30,613,371
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Dari total nilai ekspor produk yang dilakukan oleh India pada tahun 2008 dan 2009. Cina adalah negara tujuan ekspor terbesar ketiga. Jenis produk yang diekspor ke Cina mayoritas dalam bentuk bijih besi, ampas bijih, dan abu. Juga pada tahun 2008 dan 2009, dari total nilai produk yang diimpor oleh India, Cina adalah negara terbesar pertama darimana produk diimpor berasal. Jenis produk yang diimpor dari Cina mayoritas dalam bentuk peralatan dan perlengkapan elektronik.
4.9
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Pasar Saham di Asia dan Amerika Serikat Sesudah Terjadinya Krisis Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger, maka
hubungan saling ketergantungan pasar saham pada tahun 2008–2009 dimiliki oleh pasar saham: 1. Hong Kong dan India. 2. Hong Kong dan Amerika Serikat.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
62
Dengan
demikian
H0
bahwa
tidak
terdapat
hubungan
saling
ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009 ditolak.
4.9.1
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Hong Kong dan India Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger yang
diwakili oleh indeks HSI dan BSESN, maka diperoleh kesimpulan bahwa pasar saham Hong Kong dan India memiliki hubungan saling ketergantungan. Jika dikaitkan dengan teori integrasi, maka Hong Kong dan India saling terintegrasi. Hasil pada periode ini membuktikan teori Janakiraman dan Lamba (1998) yaitu common investor group, “when two countries share geographical proximity and have similar groups of investors in their market, these markets are more than likely to influence each other. More dominant market is likely to exert greater influence on relatively smaller market.” Pasar saham yang memiliki lokasi geografis yang relatif dekat dan memiliki karakteristik investor yang sama cenderung mempengaruhi satu sama lain. Hubungan perekonomian dan perdagangan antara Hong Kong dan India dapat terlihat dari kerjasama ekspor impor pada tabel di bawah ini. Total nilai ekspor dan impor tersebut dalam Dolar Amerika Serikat.
Tabel 4.24 Matriks Kerjasama Produk Hong Kong dan India Negara
Ekspor 2010
Impor 2011
2010
2011
Hong Kong
$ 9,923,839
$ 12,330,584
$ 9,249,658
$ 11,175,217
India
$ 9,508,276
-
$ 7,772,479
-
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Dari total nilai ekspor yang dilakukan oleh Hong Kong, India adalah negara tujuan ekspor terbesar kelima pada tahun 2010 dan keempat pada tahun 2011. Jenis produk yang diekspor ke India mayoritas dalam bentuk mutiara, batu mulia, dan logam.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
63
Di sisi lain, dari total nilai ekspor yang dilakukan oleh India pada tahun 2010, Hong Kong adalah negara tujuan ekspor terbesar keempat. Jenis produk yang diekspor ke Hong Kong juga mayoritas dalam bentuk mutiara, batu mulia, dan logam.
4.9.2
Analisis Hubungan Saling Ketergantungan Hong Kong dan Amerika Serikat Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dan uji kausalitas Granger yang
diwakili oleh indeks HSI dan DJI, maka diperoleh kesimpulan bahwa pasar saham Hong Kong dan Amerika Serikat memiliki hubungan saling ketergantungan. Jika dikaitkan dengan teori integrasi, maka Hong Kong dan Amerika Serikat saling terintegrasi. Hasil pada periode ini membuktikan teori Janakiraman dan Lamba (1998) yang menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan negara dominant power. “In the post World War II periode, the status of the most influential economy went to the US.” Sejak Perang Dunia II, pengaruh Amerika Serikat dalam perekonomian dunia terus meningkat. Hubungan perekonomian dan perdagangan antara Hong Kong dan Amerika Serikat dapat terlihat dari kerjasama ekspor impor pada tabel di bawah ini. Total nilai ekspor dan impor tersebut dalam Dolar Amerika Serikat.
Tabel 4.25 Matriks Kerjasama Produk Hong Kong dan Amerika Serikat Negara
Ekspor
Impor
2010
2011
2010
2011
Hong Kong
$ 42,816,343
$ 42,652,954
$ 23,355,714
$ 31,662,749
Amerika Serikat
$ 26,565,429
$ 36,489,191
$ 4,439,366
$ 4,412,291
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, dari International Trade Center, 2012.
Dari total nilai ekspor yang dilakukan oleh Hong Kong pada tahun 2010 dan 2011, Amerika Serikat adalah negara tujuan ekspor terbesar kedua. Jenis produk yang diekspor ke Amerika Serikat mayoritas dalam bentuk peralatan dan perlengkapan elektronik. Dari total nilai produk yang diimpor oleh Hong Kong,
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
64
Amerika Serikat adalah negara terbesar kelima pada tahun 2010 dan negara terbesar keempat pada tahun 2011 darimana produk diimpor berasal. Jenis produk yang diimpor dari Amerika Serikat juga mayoritas dalam bentuk peralatan dan perlengkapan elektronik. Bagi Hong Kong, kerjasama dengan Amerika Serikat dalam bentuk ekspor impor produk memberikan nilai trade balance tertinggi pertama pada tahun 2010 yaitu senilai $ 19,460,629 dan tertinggi kedua pada tahun 2011 yaitu senilai $ 10,990,205. Di sisi lain, bagi Amerika Serikat, kerjasama dengan Hong Kong dalam bentuk ekspor impor produk memberikan nilai trade balance tertinggi pertama pada tahun 2010 dan 2011 yaitu masingmasing senilai $ 22,126,063 dan $ 32,076,900.
4.10
Perbandingan Hubungan Saling Ketergantungan Sebelum, Selama, dan Sesudah Terjadinya Krisis
Tabel 4.26 Perbandingan Hubungan Sebelum, Selama, dan Sesudah Krisis Sebelum Krisis
Selama Krisis
Sesudah Krisis
2006–2007
2008–2009
2010–2011
Mempengaruhi Indonesia
Malaysia Hong Kong
Dipengaruhi India Amerika Serikat
Mempengaruhi
Dipengaruhi
Mempengaruhi
Dipengaruhi
Malaysia
India Amerika Serikat
Malaysia Jepang
India Amerika Serikat
Malaysia
Hong Kong
Malaysia
Amerika Serikat
Hong Kong
Cina Amerika Serikat
Hong Kong
Hong Kong
Cina
Korea Selatan
Korea Selatan
Jepang
Jepang Amerika Serikat Singapura
Malaysia Hong Kong
Jepang Amerika Serikat
Korea Selatan
Korea Selatan
Jepang
Jepang
Korea Selatan Jepang
Amerika Serikat Malaysia
Jepang
Indonesia
-
Indonesia
-
Indonesia
Singapura
Singapura
Singapura
India Amerika Serikat
Hong Kong Korea Selatan
Hong Kong Korea Selatan
Jepang
Jepang
India Amerika Serikat
India Amerika Serikat
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
65
(Lanjutan) Sebelum Krisis
Selama Krisis
Sesudah Krisis
2006–2007
2008–2009
2010–2011
Mempengaruhi Hong Kong
Dipengaruhi
Mempengaruhi
Dipengaruhi
Mempengaruhi
Dipengaruhi
Cina
Indonesia
Singapura
Indonesia
Malaysia
Singapura
Jepang
Singapura
Malaysia
Singapura
Korea Selatan
Amerika Serikat
India Amerika Serikat
Jepang
Cina Korea Selatan
India Amerika Serikat
India Amerika Serikat
India Amerika Serikat Cina
-
Indonesia
Singapura
Hong Kong Amerika Serikat
Hong Kong
India Amerika Serikat
-
Amerika Serikat
Malaysia
Singapura
Korea Selatan India
Korea Selatan
-
Indonesia
Malaysia
Indonesia
Singapura
Hong Kong
Singapura
Hong Kong
Jepang
Jepang
Cina
India Amerika Serikat
India Amerika Serikat Jepang
India Amerika Serikat
Singapura
Indonesia
Malaysia
Korea Selatan
Singapura
Singapura
Malaysia
Hong Kong Korea Selatan Amerika Serikat
Hong Kong
India
Indonesia
India Amerika Serikat Amerika Serikat
Indonesia
Indonesia
Cina Amerika Serikat
Malaysia
Indonesia Singapura Amerika Serikat
Indonesia
Malaysia
Malaysia
Malaysia
Hong Kong
Hong Kong
Hong Kong
Korea Selatan
Cina
Korea Selatan
Jepang
Korea Selatan
Hong Kong Amerika Serikat
Amerika Serikat Amerika Serikat
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Singapura
Singapura
Singapura
-
Indonesia Singapura
Malaysia
Hong Kong
Malaysia
Malaysia
Hong Kong
India
Hong Kong
Hong Kong
Cina
Cina
Cina
Korea Selatan
Korea Selatan
Korea Selatan
Jepang
Jepang
Jepang
India
India
India
Hong Kong
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2012.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
66
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa terdapat hubungan saling ketergantungan baik sebelum, selama, dan sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009, namun hubungan saling ketergantungan pada pasar saham di Asia dan Amerika Serikat lebih kuat ketika sebelum terjadinya krisis dibandingkan pada selama dan sesudah terjadinya krisis. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Gklezakou dan Mylonakis (2010) di mana terjadi peningkatan hubungan saling ketergantungan pada saat terjadinya krisis. Pada selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008– 2009, terlihat bahwa Amerika Serikat tidak memiliki hubungan saling ketergantungan pada negara manapun. Hal ini memperlihatkan perbedaan yang nyata karena pada sebelum terjadinya krisis, Amerika Serikat memiliki hubungan saling ketergantungan pada tiga negara yaitu Singapura, Hong Kong, India, dan pada saat sesudah terjadinya krisis, Amerika Serikat memiliki hubungan saling ketergantungan dengan Hong Kong kembali. Bila tanpa melihat hubungan dengan Amerika Serikat, hubungan saling ketergantungan di wilayah Asia lebih kuat pada selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat. Hal ini terlihat karena adanya hubungan saling ketergantungan antara Singapura dan Hong, Cina dan India, sedangkan pada sebelum terjadinya krisis hanya terdapat satu hubungan saling ketergantungan yaitu antara Singapura dan Jepang, dan pada sesudah terjadinya krisis juga hanya terdapat satu hubungan saling ketergantungan yaitu antara Hong Kong dan India.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisa pada bab sebelumnya, maka
diperoleh kesimpulan untuk menjawab pokok permasalahan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sebelum terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009, yaitu antara Singapura dan Jepang, Singapura dan Amerika Serikat, Hong Kong dan Amerika Serikat, India dan Amerika Serikat. 2. Terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat selama terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009, yaitu antara Singapura dan Hong Kong, Cina dan India. 3. Terdapat hubungan saling ketergantungan pasar saham di Asia dan Amerika Serikat sesudah terjadinya krisis finansial di Amerika Serikat tahun 2008–2009, yaitu antara Hong Kong dan India, Hong Kong dan Amerika Serikat.
5.2
Saran Berikut ini adalah saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti yang
sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk investor dan peneliti lanjutan.
5.2.1
Investor Dengan melihat hasil pada penelitian ini, para investor dapat semakin
yakin akan pentingnya analisis lebih lanjut sebelum melakukan diversifikasi internasional. Konsep hubungan saling ketergantungan diterapkan dalam industri pasar modal internasional karena dengan memanfaatkan studi ini para investor dapat melakukan analisis saham lewat top down approach yang dimulai dengan pemahaman pada kondisi makro. Dengan mengetahui tingkat hubungan saling
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
68
ketergantungan dari masing-masing pasar saham di setiap negara, maka akan membantu para investor untuk menganalisis indeks pasar saham dari suatu pasar saham negara tertentu dan bagaimana pengaruhnya terhadap naik dan turunnya harga saham di negara lain. Karena adanya integrasi pasar, investor dapat meminimalisir risiko portofolionya dengan menghindari pergerakan yang searah atau memperhatikan pergerakan harga yang secara bersamaan dan mengantisipasi jika penurunan atau kenaikan juga akan terjadi pada pasar yang terbukti terdapat hubungan yang sangat kuat. Misalnya ketika indeks pasar saham Hong Kong (HSI) mengalami koreksi yang dalam, maka investor dapat melihat bahwa indeks pasar saham India (BSESN) dan Amerika Serikat (DJI) juga kemungkinan besar akan mengalami koreksi. Karena sesuai dengan teori, adanya integrasi mampu memperluas kemungkinan untuk melakukan diversifikasi portofolio bagi risiko yang bersifat unsystematic.
5.2.2
Peneliti Lanjutan Dengan menggunakan penelitian ini, peneliti-peneliti selanjutnya dapat
meneruskan penelitian dengan memperpanjang periode penelitian misalnya membandingkan krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2008–2009 dengan masa-masa krisis tahun 1997 di mana terjadi krisis finansial di wilayah Asia terutama Asia Tenggara. Selain itu dapat pula memasukkan indeks-indeks lain yang tidak diteliti pada penelitian ini atau memperbanyak jumlah sampel negara dan juga dapat mengembangkan dari apa yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
DAFTAR REFERENSI
Buku: Asnawi, Said Kelana, & Chandra Wijaya. (2005). Riset Keuangan: PengujianPengujian Empiris. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Bodie, Zvi., Alex Kane, & Alan J. Marcus. (2006). Investasi (6th ed.). (Zuliani Dalimunthe, penerjemah). Jakarta: Salemba Empat. Darmadji, Tjiptono, & Hendy Fakhruddin. (2006). Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Eun, Cheol S., & Bruce G. Resnick. (2005). International Financial Management (3rd ed.). Singapore: McGraw-Hill Fabozzi, J Frank. (1995). Manajemen Investasi, Jakarta: Salemba Empat. Fabozzi, J. Frank, Franco Modigliani, & Michael G. Ferri. (1999). Pasar dan Lembaga Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Gujarati, Damodar. (2002). Basic Econometrics (4th ed.). Singapore: McGrawHill. Keown, Arthur J., et al. (2005) Financial Management: Principles and Application (10th ed.). New Jersey: Prentice Hall. Madura, Jeff. (1998). International Corporate Finance (9th ed.). Ohio: ThomsonSouthwestern. Manurung, Jonni, et al. (2003). Pasar Keuangan dan Lembaga Keuangan Bank dan Bukan Bank. Jakarta: PT Adler Manurung Press. Nachrowi, Djalal Nachrowi, & Hardius Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
70
Prasetyo, Bambang, & Lina Miftaful Jannah. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa. Reilly, Frank K., & Keith C. Brown (2006). Investment Analysis and Portfolio Management (8th ed.). USA: Thomson South-Western. Saunders, Anthony, Cornett, M.M. (2001). Financial Market and Institutions: A Modern Perspective. Singapore: McGraw Hill. Siamat, Dahlan. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan Perbankan (5th ed.). Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews (2nd ed.). Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Jurnal: Bekaert, Geert, Campbell R. Harvey, & Robin L. Lumsdaine. (2001). The Dynamics of Emerging Market Equity Flows. Bracker, Kevin, Dianne Scott, & Paul D. Koch. (1999). Economic Determinants of Evoluation in International Stock Market Integration. Journal of Empirical Finance, Vol. 28. Gklezakou, Triantafyllia, John Mylonakis. (2010). Links and Interdependence of Developed Stock Markets Under Global Economic Crisis Conditions. Journal of Financial Service Marketing, Vol. 14, 4, 314-227. Gklezakou, Triantafyllia, John Mylonakis. (2009). Interdependence of the Developing Stock Markets, Before and During the Economic Crisis: The Case of South Europe. Journal of Money, Investment and Banking, Issue 11, 70-78. Glezakos, Michalis, Anna Merika, & Haralambos Kaligosfiris. (2007). Interdependence of Major World Stock Exchanges: How is the Athens
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
71
Stock Exchange Affected?. International Research Journal of Finance and Economics, Issue 7, 24-39. Janakiramanan, Sundaram., & Asjeet S. Lamba. (1998). An Empirical Examination of Linkages Between Pacific-Basin Stock Markets. Journal of International Financial Markets, Institutions and Money, 8, 155–173. Kempf, Alexander & Olaf Korn. (1996). Trading system and Market Integration. Masson, Paul. (1998). Contagion: Monsoonal Effects, Spillovers, and Jumps Between Multiple Equilibria. Working Paper of the International Monetary Fund. Nath, C. Golaka, & G. P. Samanta. (2003). Integration between Forex and Capital Market in
India: An
Empirical Exploration. Journal Financial
Management and Analysis, Vol. 15. Royfaizal, R. C., C. Lee, & M. Azali. (2009). The Linkages of Asian and the US Stock Markets. The IUP Journal of Financial Economics, Vol VII, No. 2, 74-90. Royfaizal, R. C., C. Lee, & M. Azali. (2009). ASEAN-5 + 3 and US Stock Markets Interdependence Before, During and After Asian Financial Crisis. International Journal of Economics and Finance Vol. 1, No. 2, 45-54. Samarakoon, Lalith P. (2011). Stock market interdependence, contagion, and the U.S. financial crisis: the case of emerging and frontier markets. Worthington, Andrew, Masaki Katsuura, & Helen Higgs. (2004). Price Linkages in Asian Equity Market: Evidence Bordering the Asian Economic, Currency and Financial Crises. Asia-Pacific Financial Markets 10 (1). Yang, Tracy, & Jamus Jerome Lim. (2004). Crisis, Contagion, and East Asian Stock Markets. Review of Pacific Basin Financial Markets and Policies. Vol 7, No. 1.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
72
Skripsi: Octaviani, Benedicta. (2011). Analisis Interdependensi (Granger Causality) Pasar Saham Indonesia dengan Lima Pasar Saham Di Dunia. S1. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Yuanita, Reza. (2007). Analisis Hubungan Interdependensi Pasar Saham Indonesia dengan Beberapa Pasar Saham Dunia (Periode 2002-2007). S1. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Website: www.databank.worldbank.org www.finance.yahoo.com www.trademap.org
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
LAMPIRAN
1. Uji ADF Sebelum Krisis JKSE (Indonesia) Null Hypothesis: JKSE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values:
1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-21.50291 -3.442698 -2.866879 -2.569674
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-10.30084 -3.442820 -2.866933 -2.569703
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-8.767082 -3.442845 -2.866943 -2.569709
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
STI (Singapura) Null Hypothesis: STI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 5 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values:
1% level 5% level 10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
KLSE (Malaysia) Null Hypothesis: KLSE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 6 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values:
1% level 5% level 10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
74
HSI (Hong Kong) Null Hypothesis: HSI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 6 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values:
1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-9.912882 -3.442845 -2.866943 -2.569709
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-6.111729 -3.442945 -2.866988 -2.569733
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-12.19956 -3.442746 -2.866900 -2.569686
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
CSI (Cina) Null Hypothesis: CSI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 10 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values:
1% level 5% level 10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
KS11 (Korea Selatan) Null Hypothesis: KS11 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values:
1% level 5% level 10% level
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
75
N225 (Jepang) Null Hypothesis: N225 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values:
1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-23.44578 -3.442698 -2.866879 -2.569674
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-8.617704 -3.442869 -2.866954 -2.569715
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
BSESN (India) Null Hypothesis: BSESN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 7 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
DJI (Amerika Serikat) Null Hypothesis: DJI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 6 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values:
1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-10.61477 -3.442845 -2.866943 -2.569709
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
76
2. Uji ADF Selama Krisis JKSE (Indonesia) Null Hypothesis: JKSE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-13.82534 -3.442673 -2.866868 -2.569669
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-4.442627 -3.443046 -2.867032 -2.569757
0.0003
t-Statistic
Prob.*
-25.75621 -3.442649 -2.866857 -2.569663
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
STI (Singapura) Null Hypothesis: STI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 16 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
KLSE (Malaysia) Null Hypothesis: KLSE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
77
HSI (Hong Kong) Null Hypothesis: HSI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-12.74776 -3.442722 -2.866889 -2.569680
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-22.63326 -3.442649 -2.866857 -2.569663
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-22.66434 -3.442649 -2.866857 -2.569663
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
CSI (Cina) Null Hypothesis: CSI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
KS11 (Korea Selatan) Null Hypothesis: KS11 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
78
N225 (Jepang) Null Hypothesis: N225 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-15.43890 -3.442698 -2.866879 -2.569674
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-21.74828 -3.442649 -2.866857 -2.569663
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-19.83944 -3.442673 -2.866868 -2.569669
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
BSESN (India) Null Hypothesis: BSESN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
DJI (Amerika Serikat) Null Hypothesis: DJI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
79
3. Uji ADF Sesudah Krisis JKSE (Indonesia) Null Hypothesis: JKSE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-13.91644 -3.442771 -2.866911 -2.569692
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-21.87600 -3.442698 -2.866879 -2.569674
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-4.830503 -3.443149 -2.867078 -2.569781
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
STI (Singapura) Null Hypothesis: STI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
KLSE (Malaysia) Null Hypothesis: KLSE has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 18 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
80
HSI (Hong Kong) Null Hypothesis: HSI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-22.41156 -3.442698 -2.866879 -2.569674
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-23.20450 -3.442698 -2.866879 -2.569674
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-17.08573 -3.442722 -2.866889 -2.569680
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
CSI (Cina) Null Hypothesis: CSI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
KS11 (Korea Selatan) Null Hypothesis: KS11 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
81
N225 (Jepang) Null Hypothesis: N225 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 4 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-11.77711 -3.442795 -2.866922 -2.569697
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-21.58451 -3.442698 -2.866879 -2.569674
0.0000
t-Statistic
Prob.*
-14.30029 -3.442746 -2.866900 -2.569686
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
BSESN (India) Null Hypothesis: BSESN has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
DJI (Amerika Serikat) Null Hypothesis: DJI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on AIC, MAXLAG=18)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012
82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Anggia Eben Haezer Tobing.
Tempat, Tanggal lahir
: Bekasi, 31 Agustus 1990.
Alamat
: Pondok Pekayon Indah Jl. Pakis VI Blok BB 20 No. 6, Bekasi Selatan, 17148.
Nomor Telepon
: +62817712989.
Email
:
[email protected].
Nama Ayah
: Abraham Tobing.
Nama Ibu
: Susi Cancella Roulia.
Riwayat Pendidikan Formal SD
: SD Maria Fransiska.
SMP
: SMP Pax Ecclesia.
SMA
: SMA Marsudirini.
S1
: Ilmu Administrasi Niaga, Konsentrasi Keuangan, FISIP, Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Analisis hubungan..., Anggia Eben Haezer Tobing, FISIP UI, 2012