UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI – 22 MARET 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Laukha Mahfudloh S.Far 1106124662
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 115 JL. PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI – 22 MARET 2012
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
Laukha Mahfudloh S.Far 1106124662
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan karunia, serta bantuan dan pertolongan yang telah diberikan sehingga penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No.115 yang dimulai pada tanggal 13 Februari hingga 22 Maret dan menyelesaikan penyusunan laporan ini. Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan ini merupakan bagian dari Program Pendidikan Profesi Apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan calon Apoteker mengenai dunia kerjanya. Dengan mengikuti kegiatan PKPA ini, Apoteker diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya saat memasuki dunia kerja. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ahmad Andi Rifai, S.Si., Apt selaku pembimbing dari Apotek Kimia Farma No. 115 yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama PKPA. 2. Dra. Juheini Amin, M.Si., Apt Dosen pembimbing dari Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA UI, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama melaksanakan PKPA dan penyusunan tugas akhir; 3. Seluruh staf pengajar tutorial PKPA di Apotek Kimia Farma. 4. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang atas segala keramahan, pengarahan, bimbingan dan kebaikan yang telah diberikan kepada kami selama pelaksanaan PKPA. 5. Prof. Dr. Yahdiana Harahap selaku Ketua Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. 6. Dr. Harmita, Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. 7. Seluruh staf pengajar program profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 8. Keluarga yang telah memberikan bantuan moril dan materil sehingga pelaksanaan PKPA dan penyelesaian laporan dapat berjalan lancar. iv
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
9. Semua teman-teman Apoteker Universitas Indonesia angkatan 74 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi mayarakat pada umumnya.
Depok,
Juni 2012
Penulis
v
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………….. HALAMAN PENGESAHAN………………………………………… KATA PENGANTAR………………………………………………… DAFTAR ISI………………………………………………………….. DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. DAFTAR TABEL…………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..
i iii iv vi viii ix x
BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………..... 1.1 Latar Belakang…………………………………………................... 1.2 Tujuan………………………………………………………………
1 1 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA…..………………………………... 2.1. Definisi Apotek…………................................................................. 2.2. Landasan Hukum Apotek……………………………..................... 2.3. Tugas dan Fungsi Apotek………………………………………… 2.4. Persyaratan Apotek……………………………………………….. 2.5. Apoteker Pengelola Apotek……………………………………….. 2.6. Tata Cara Perizinan Apotek……………………………………….. 2.7. Pencabutan Surat Izin Apotek……………………………………... 2.8. Pengelolaan Apotek……………………………………………….. 2.9. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek………………………. 2.10.Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia…………………. 2.11. Pelanggaran Apotek ………………………………………..……. 2.12. Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker…………………….……. 2.13. Pelayanan Swamedikasi………………………………………….. 2.14. Obat Wajib Apotek………………………………………………. 2.15. Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek ..................................
4 4 4 5 5 9 11 14 14 16 18 25 27 27 28 29
BAB 3.TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (PERSERO), Tbk …………………................................................................. 3.1. Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk………………………… 3.2. Visi dan Misi………………….………………………………….. 3.3. Kegiatan PT Kimia Farma (Persero) Tbk......................................... 3.4. PT. Kimia Farma Apotek.................................................................. 3.5. Logo PT. Kimia Farma Apotek........................................................ 3.6. Stuktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek..................................
31 31 32 33 34 35 37
BAB 4. TINJAUAN KHUSUS………..…………..………………… 4.1. Bisnis Manajer Wilayah Tangerang……………………………… 4.2. Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang………………………… 4.3. Kegiatan Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang………………
39 39 44 50
BAB 5. PEMBAHASAN……………………………........................
62
vi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………..... 68 5.1. Kesimpulan………………………………………………. 68 5.2. Saran……………………………………………………... 68 DAFTAR PUSTAKA……………………………...............................
vii
70
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 3.1
Penandaan Golongan Obat…………………………. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6)……. Logo PT. Kimia Farma Apotek……………………..
viii
18 19 35
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4
Daftar Obat Wajib Apotek No 1……………………. Daftar Perubahan Obat Wajib Apotek No 1………... Daftar Obat Wajib Apotek No 2…………………….. Daftar Obat Wajib Apotek No 3……………………..
vii ix
71 75 76 77
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10
Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang……………………………………………. Denah Apotek…………………. ………………....... Denah Praktek Dokter……………………………….. Struktur Organisasi Bisnis Manager Apotek Wilayah Tangerang ……………………………........................ Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang………………............................................. Alur Pelayanan Penerimaan Resep………………….. Bon Permintaan Barang Apotek…………………….. Kartu Stok…………………………………………… Surat Pesanan Narkotika…………………………….. Surat Pesanan Psikotropika…………………………..
x viii
78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Sebagai salah satu wujud pembangunan nasional, maka pemerintah
berupaya dalam meningkatkan pembangunan kesehatan misalnya dengan cara peningkatan kualitas tenaga kesehatan, adanya sistem pelayanan yang teroganisir dengan baik dan ditunjang oleh sarana kesehatan yang memadai. Pembangunan kesehatan diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Tujuannya adalah agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga perlu dilakukan suatu upaya kesehatan. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau
masyarakat.
Salah
satu sarana kesehatan untuk
melaksanakan upaya kesehatan adalah apotek. Menurut PerMenKes RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 apotek adalah tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian di Apotek tidak hanya meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan dan pencampuran, tetapi juga termasuk pengendalian mutu dan pengamanan sediaan farmasi, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Menurut undang-undang No. 23 tahun 1992, apotek merupakan salah satu sarana kesehatan dan sebagai mata rantai distribusi terakhir yang menyalurkan obat secara langsung pada masyarakat, sehingga diharapkan berperan aktif dalam penyediaan obat dengan harga terjangkau, mutu terjamin dan sebagai salah satu usaha terdepan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas. Berdasarkan peraturan pemerintah No. 25 tahun 1980, apotek merupakan tempat pengabdian profesi apoteker, maka seorang apoteker di apotek harus 1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
2
memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai mengenai pelayanan kefarmasian, juga mengenai manajemen dan komunikasi sebagai dasar untuk mengelola apotek. Pada pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek, peranan apoteker di apotek menjadi perhatian utama karena apoteker merupakan penanggung jawab dalam praktik pelayanan kefarmasian di apotek. Tugas apoteker di apotek bukanlah sekedar meracik obat, tetapi juga memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi obat kepada pasien dalam bentuk konseling. Seorang apoteker di apotek juga diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan obat yang tepat, aman dan rasional. Pelayanan farmasi saat ini telah bergeser orientasinya yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi (product oriented) menjadi pelayanan yang komprehensif (patient oriented) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut, perlu dilakukan penerapan asuhan kefarmasian yang baik atau GPP (Good Pharmaceutical Practice) di apotek yang telah diatur dalam Permenkes 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.51 Pasal 21 ayat 2 yang boleh melayani pemberian obat berdasarkan resep dokter adalah apoteker. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien adalah tuntutan sebagai seorang apoteker. Selain itu, Apoteker juga harus bertanggung jawab atas semua obat yang digunakan oleh pasien sehingga dapat memastikan semua terapi yang digunakan efektif, efisien, rasional, aman, bermutu dan terjangkau. Dalam mempersiapkan calon apoteker yang memiliki dedikasi tinggi yang mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan dapat mengelola Apotek dengan baik, selain penguasaan teori ilmu kefarmasian dan perapotekan, calon Apoteker juga perlu dibekali dengan pengalaman praktek kerja secara langsung di Apotek. Berdasarkan hal tersebut, Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek, menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma agar calon apoteker dapat memahami secara langsung mengenai peranan Apoteker di apotek, kegiatan rutin, organisasi, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
3
manajemen dan pelayanan kesehatan di apotek dengan rangkaian kegiatan yang meliputi : 1.1.1. Kegiatan Pembekalan materi, dimaksudkan untuk meningkatkan wawasan dan kemampuan calon Apoteker tentang manajemen farmasi apotek sebelum mengikuti kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek. 1.1.2. Kegiatan Lapangan di Apotek Kimia Farma Pelayanan, dalam hal ini praktek atau pelatihan yang pelaksanaannya terdiri atas pengenalan kegiatan apotek pelayanan pada setiap fungsi apotek, mempelajari kegiatan manajerial unit bisnis di setiap wilayah masing – masing, serta turut serta dalam proses pelayanan apotek, terutama dalam penerapan pelayanan kefarmasian terhadap pasien. 1.1.3. Pembuatan laporan PKPA.
1.2.
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang diselenggarakan oleh
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan PT. Kimia Farma Apotek bertujuan: 1.2.1. Memahami fungsi dan peranan Apoteker di apotek. 1.2.2. Memahami penerapan aspek manajemen pengelolaan apotek khususnya Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Apotek Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan
dan pendistribusian
atau
penyaluranan
obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009). Apotek mengutamakan
sebagai
salah
kepentingan
satu
sarana
masyarakat
dan
pelayanan
kesehatan
berkewajiban
perlu
menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku Dinas Kesehatan setempat.
2.2.
Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
diatur dalam: a.
Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang narkotika.
b.
Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang psikotropika.
c.
Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
d.
Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.26 tahun 1965 tentang apotek.
e.
Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1990 tentang masa bakti apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.184/MenKes/Per /II/1995.
f.
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. 4
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
5
g.
Peraturan Menteri Kesehatan No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.
h.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.
i.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MenKes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek.
2.3.
Tugas dan Fungsi Apotek Tugas dan Fungsi apotek berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009 adalah:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian. c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika. d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan
dan pendistribusi
atau
penyaluranan
obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
2.4.
Persyaratan Apotek Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek
(SIA) yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (melalui dinas kesehatan di tingkat daerah masing-masing) kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek disuatu tempat tertentu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993, persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
6
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. 3. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah: 2.4.1. Tempat/ Lokasi Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
922/Menkes/Per/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan
farmasi.
Segi
penyebaran dan pemerataan pelayanan, jumlah penduduk, jumlah dokter, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan yang higienis dan faktor-faktor lainnya juga harus diperhatikan.
2.4.2. Bangunan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 287/Menkes/Sk/V/1981 Selanjutnya
pada
tentang
Peraturan
persyaratan Menteri
luas
Kesehatan
apotek
minimal 50m².
Republik Indonesia No.
922/Menkes/Per/X/1993 luas apotek tidak diatur lagi, namun harus memenuhi persyaratan teknis, sehingga kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi serta kegiatan pemeliharaan perbekalan farmasi dapat terjamin. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004, Bangunan Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
7
kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004, Bangunan Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko kesalahan penyerahan. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya. Apotek harus bebas dari hewan pengerat, serangga. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan, ruang administrasi dan kamar kerja apoteker serta ruang tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek.
2.4.3. Perlengkapan Apotek Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain : a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, alu dan lain-lain. b. Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari es dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Alat administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep dan kwitansi. e. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
8
2.4.4. Tenaga Kerja/ Personalia Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, personalia apotek terdiri dari : a. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA). b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka Apotek. c. Apoteker Pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 (tiga bulan) secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di Apotek lain. d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek.
2.4.5. Perbekalan Farmasi/Komoditi Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993, pasal 6 tentang persyaratan apotek, apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
9
2.5.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta
keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian seorang apoteker di apotek adalah bentuk hakiki dari profesi apoteker, oleh karena itu Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban mencurahkan waktu, pemikiran dan tenaganya untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan apotek yang didasarkan pada kepentingan masyarakat. Hal ini dikarenakan apoteker merupakan motor penggerak kemajuan suatu apotek. Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/ PER/X/1993, Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a.
Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
b.
Telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker.
c.
Memiliki Surat
Izin Kerja/Surat Penugasan dari Departemen Kesehatan
melalui dinas kesehatan daerah masing - masing. d.
Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker.
e.
Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek
yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek. Sebelum melakukan pekerjaan kefarmasian, Apoteker harus memiliki STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) yaitu bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. Registrasi ini merupakan pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktek profesinya. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
10
Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktek profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi dikeluarkan oleh organisasi profesi setelah lulus uji kompetensi. Sertifikat kompetensi profesi ini berlaku selama 5 tahun dan dapat dilakukan uji kompetensi kembali setelah habis masa berlakunya. Bagi Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi dianggap telah lulus uji kompetensi dan dapat memperoleh sertifikat kompetensi profesi dan STRA secara langsung. Tata Cara Memperoleh Surat Tanda Registrasi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/Per/V/2011 adalah a.
Untuk memperoleh STRA, Apoteker mengajukan permohonan kepada KFN
b.
Surat permohonan STRA harus melampirkan fotokopi ijazah Apoteker, fotokopi surat sumpah/janji Apoteker, fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku, surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek, surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, dan pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar.
c.
Permohonan STRA dapat diajukan dengan menggunakan teknologi informatika atau secara online melalui website KFN. Setelah mendapatkan STRA, Apoteker yang akan melakukan pekerjaan
kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan harus mendapatkan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). Untuk memperoleh SIPA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan secara tegas permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/Per/V/2011 permohonan SIPA harus melampirkan a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh Komite Farmasi Nasional (KFN);
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
11
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; dan d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 2 (dua) lembar dan 3 x 4 sebanyak 2 (dua) lembar; Tugas dan Kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a.
Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku.
b.
Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.
c.
Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan penjualan, mengadakan pembelian yang sah dan penggunaan biaya seefisien mungkin.
d.
Melakukan pengembangan usaha apotek. Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk yaitu pengelolaan bisnis
(non
teknis
kefarmasian)
dan
pengelolaan
dibidang
pelayanan/teknis
kefarmasian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan APA antara lain memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia, menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap. Menetapkan harga jual produknya mempromosikan dan mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan serta memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan juga harus dilakukan. Sedangkan wewenang dan tanggung jawab APA diantaranya adalah menentukan arah terhadap seluruh kegiatan, menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan, mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan, serta bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai.
2.6
Tata Cara Perizinan Apotek Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek
(SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
12
apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes). Selanjutnya Kepala Dinkes wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin dan pencabutan izin apotek kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES /PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut : a.
Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1.
b.
Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.
c.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3.
d.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4.
e.
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5.
f.
Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota setempat dalam waktu 12 (dua Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
13
belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6. g.
Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
h.
Apabila Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka pengunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana.
i.
Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perudang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam Surat Pernyataan yang bersangkutan.
j.
Terhadap permohonan izin apotek dan APA atau lokasi yang tidak sesuai dengan pemohon, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dalam jangka
waktu
selambat-lambatnya
dua
belas
hari
kerja
wajib
mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7. Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain, yaitu mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a.
Pengguna sarana yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana.
b.
Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.
c.
Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan Apoteker Pengelola Apotek dan persyaratan apotek atau lokasi apotek yang tidak sesuai dengan permohonan maka Kepala Kantor Wilayah DepKes dalam jangka waktu dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
14
2.7 Pencabutan Surat Izin Apotek Apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan atau, b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian dan atau, c. Apoteker Pengelola Apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-menerus dan atau, d. Terjadi pelanggaran yang berhubungan dengan narkotika dan psikotropika. e. Surat Izin Kerja (SIK) Apoteker Pengelola Apotek tersebut dicabut dan atau f. Pemilik Sarana Apotek terbukti dalam pelanggaran Perundang-undangan di bidang obat dan g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apotek. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2-6 bulan sejak dikeluarkan penetapan pembekuan kegiatan di apotek. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila Apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. APA
atau
Apoteker
Pengganti
wajib
mengamankan
perbekalan
farmasinya. Pengamanan dilakukan dengan cara inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di Apotek. Penyimpanan narkotika, psikotropika dan resep dalam tempat yang tertutup dan terkunci. Selain itu APA juga wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Kantor Wilayah Depkes atau petugas yang diberi wewenang tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas.
2.8.
Pengelolaan Apotek Seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk melaksanakan tugas dan
fungsi pelayanan apotek, disebut pengelolaan apotek. Kegiatan dalam pengelolaan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
15
apotek dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi. 2.8.1 Pelayanan Teknis Kefarmasian Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
922/MenKes/ Per/X/1993, pengelolaan apotek meliputi : a.
Peracikan, pengolahan, pengubahan bentuk, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
b.
Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.
c.
Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi, meliputi: 1) Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya maupun kepada masyarakat. 2) Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat, keamanan, bahaya atau mutu suatu obat dan perbekalan farmasi lainnya. 3) Pelayanan informasi tersebut di atas wajib didasarkan pada kepentingan masyarakat.
2.8.2. Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah: 2.8.2.1 Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
16
2.8.2.2 Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. 2.8.2.3 Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.8.2.4 Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
2.9 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku untuk dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat dan mengetahui tujuan akhir apakah sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, Ditjen Yanfar dan Alkes Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) menyusun standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek disebutkan bahwa pelayanan di apotek meliputi: 2.9.1 Pelayanan Resep 2.9.1.1 Skrining Resep Apoteker
melakukan
skrining
resep
yang
meliputi,
persyaratan
administratif (nama, SIP dan alamat dokter; tanggal penulisan resep; tanda Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
17
tangan/paraf dokter penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama obat, potensi, dosis dan jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas serta informasi lainnya yang diperlukan); kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian); pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, serta kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat, dan lain-lain).
2.9.1.2 Penyiapan Obat Hal-hal yang diperhatikan dalam penyiapan obat adalah peracikan (kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah) dengan suatu prosedur tetap memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar, etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat dikemas dengan rapi dalam
kemasan yang cocok sehingga terjaga
kualitasnya, dan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai dengan pemberian informasi obat kepada pasien dan tenaga kesehatan. Informasi obat pada pasien sekurangkurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. Apoteker juga harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas
hidup pasien atau
yang
bersangkutan terhindar
dari bahaya,
penyalahgunaan atau salah penggunaan sediaan farmasi atau perbekalan farmasi lainnya. Setelah obat diserahkan oleh apoteker kepada pasien, maka apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat dan konseling berkelanjutan terutama untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
2.9.2 Promosi dan Edukasi Dalam kegiatan ini apoteker dapat
berperan dalam penyebaran
leaflet/brosur, poster, penyuluhan dan lain-lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
18
2.9.3 Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk geriatri dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya Untuk kegiatan ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan.
2.10
Penggolongan Obat yang Beredar di Indonesia Obat adalah suatu zat yang digunakan dengan dosis tertentu untuk
diagnosis, pengobatan, peringanan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau hewan. Obat-obat yang beredar di Indonesia, digolongkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan ke dalam 5 (lima) kategori, yakni obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika, dan obat golongan narkotika. Penggolongan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat. Golongan Obat
Logo
Obat Bebas
Obat Bebas Terbatas
Obat Keras
Golongan Narkotika
Gambar 2.1 Penandaan Golongan Obat
2.10.1 Obat OTC Obat-obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat OTC (Over The Counter). Obat OTC terdiri dari :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
19
2.10.1.1 Obat Bebas Obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter disebut obat bebas (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1). Contoh obat bebas adalah parasetamol (Dumin®), vitamin c (Redoxon®), larutan elektrolit nutrisi oral (Bioralit®), dan pencahar laktulosa (Opilax®).
2.10.1.2 Obat Bebas Terbatas Obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan disebut dengan obat bebas terbatas. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam (Gambar 2.1). Contoh obat bebas terbatas adalah ibuprofen (Proris®), bromheksin hidroklorida (Solvax®), dan klorfeniramin maleat (CeTeeM®). Komposisi obat bebas terbatas mengandung bahan yang relatif toksik, sehingga dalam wadah atau kemasannya perlu dicantumkan tanda peringatan (P No.1 – P No.6) dan penyerahannya harus dalam bungkus aslinya. Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (atau
disesuaikan
dengan
kemasannya)
dan
diberi
tulisan
peringatan
penggunaannya dengan huruf berwarna putih (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006). Contoh: Benadryl® tablet mengandung difenhidramin 25 mg, maksimum sehari 250 mg (P No.1); Listerine® (P No.2); Daktarin® (P No.3); supositoria laxan (Dulcolax®) (P No.5), supositoria antihemoroid (P No.6).
Gambar 2.2 Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas (P1-P6) Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
20
2.10.2 Obat Ethical Obat yang hanya dapat diperoleh dengan mempergunakan resep dokter disebut ethical seperti obat keras termasuk obat golongan psikotropika dan obat golongan narkotika. 2.10.2.1 Obat Keras Obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter disebut dengan obat keras. Kemasan obat keras ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat huruf K yang menyentuh tepi lingkaran yang berwarna hitam dengan latar warna merah. Obat-obat yang masuk ke dalam golongan ini antara lain obat jantung, antihipertensi, antihipotensi, obat diabetes, hormon, antibiotika, beberapa obat tukak lambung dan semua obat injeksi.
2.10.2.2 Obat Golongan Psikotropika Pengertian psikotropika menurut UU No. 5 tahun 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No. 5 tahun 1997 adalah segala yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Tujuan dari pengaturan psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Psikotropika dibedakan ke dalam 4 golongan, yakni: a. Psikotropika golongan I, yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya brolamfetamina, lisergida (LSD), meskalin dan psilosibin. b. Psikotropika golongan II, yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang kuat dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya amfetamin, metamfetamin dan metilfenidat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
21
c. Psikotropika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
dalam
mengakibatkan
ketergantungan,
misalnya
amobarbital,
siklobarbital, dan pentazosina. d. Psikotropika golongan
IV, yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan, misalnya derivat diazepam, alprazolam, dan fenobarbital. Secara garis besar, kegiatan pengelolaan psikotropika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan (UU No.5, 1997): a. Pemesanan psikotropika Obat-obat golongan psikotropika dipesan apotek dari Pedagang Besar Farmasi (PBF), dengan menggunakan surat pesanan (SP) psikotropika 3 (tiga) rangkap dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek yang dilengkapi nomor SIK dari apoteker dan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat digunakan untuk beberapa jenis psikotropika. b. Penyimpanan psikotropika Obat-obatan golongan psikotropika ini cenderung disalahgunakan sehingga disarankan agar menyimpan obat-obatan tersebut dalam suatu rak atau lemari khusus. c. Penyerahan Psikotropika Penyerahan obat-obatan golongan psikotropik oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan kepada pengguna/ pasien. d. Pelaporan psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat setiap satu tahun sekali, dengan tembusan Balai Besar POM DKI Jakarta dan arsip.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
22
e. Pemusnahan Psikotropika Pada pemusnahan psikotropika, apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Menurut pasal 53 UU No. 5 tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika yang berkaitan dengan tindak pindana dilakukan oleh suatu tim yang terdiri dari pejabat yang mewakili Departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku, dan ditambah pejabat dari instansi terkait dengan tempat terungkapnya tindak pidana tersebut, dalam waktu tujuh hari setelah mendapat kekuatan hukum tetap. Untuk psikotopika khusus golongan I, wajib dilaksanakan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah dilakukan penyitaan. Pemusnahan psikotropika yang disebabkan karena kadaluarsa serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan dilakukan oleh apoteker yang bertanggung jawab atas peredaran psikotropika dengan disaksikan oleh pejabat Departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan, dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah mendapatkan kepastian.
2.10.2.3 Obat Golongan Narkotika Pengertian narkotika menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Kemasan obat narkotika ditandai dengan lingkaran yang di dalamnya terdapat palang berwarna merah (Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, 2006).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
23
Narkotika dibedakan ke dalam 3 golongan yaitu: a. Narkotika golongan I,
yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya opium, kokain, dan ganja. b. Narkotika golongan II, yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi untuk mengakibatkan ketergantungan, misalnya morfin dan petidin. c. Narkotika golongan III, yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan untuk menimbulkan ketergantungan, misalnya kodein. UU No. 35 tahun 2009 telah mengatur tata cara ekspor-impor, produk, penanaman, peredaran, penyediaan, penyimpanan dan penggunaan narkotika, untuk mencegah dan menanggulangi bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh efek samping penggunaan dan penyalahgunaan, memulihkan kembali penderita kecanduan narkotika, serta untuk memberantas peredaran gelap narkotika. Secara garis besar pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelaporan, pelayanan dan pemusnahan. a. Pemesanan Narkotika Kegiatan ini dilakukan ke PBF Kimia Farma dengan menggunakan surat pesanan narkotika empat rangkap yang ditandatangani oleh APA (tiap lembar untuk Dinas Kesehatan kabupaten/kota, BPOM, PBF Kimia Farma dan arsip apotek), dilengkapi nomor SIK dan stempel apotek. Satu lembar surat pesanan hanya digunakan untuk memesan satu jenis narkotika. b. Penyimpanan Narkotika Di dalam Permenkes No. 28/Menkes/Per/1987 pasal 5 dan 6 dijelaskan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk menyimpan narkotika, yang memenuhi
persyaratan
sebagai
berikut
(PERMENKES
No.
28/Menkes/Per/I/1978, 1998): harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat; harus mempunyai kunci ganda yang berlainan; lemari dibagi Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
24
dua sekat, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua digunakan untuk penyimpanan narkotika lainnya yang digunakan sehari-hari; lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40 x 80 x 100 cm dan harus dibuat pada tembok atau lantai; lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan; anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa; lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh umum. c. Pelayanan Resep yang mengandung Narkotika Menurut UU No. 35 tahun 2009, disebutkan bahwa narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep dokter. Selain itu, berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan bahwa apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika. Selain kepada pasien, penyerahan obat golongan narkotika dapat dilakukan apotek kepada rumah sakit, puskesmas, apotek lain, balai pengobatan, dan dokter. d. Pelaporan Narkotika Undang-undang No. 22 tahun 1997 pasal 11 ayat 2, menyatakan bahwa importir, eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran narkotika yang ada dalam penguasaannya. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIK, SIA, nama jelas Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
25
dan stempel apotek. Laporan tersebut terdiri dari laporan penggunaan bahan baku narkotika, laporan penggunaan sediaan jadi narkotika, dan laporan khusus pengunaan morfin, petidin, dan derivatnya. Laporan penggunaan narkotika ini harus dilaporkan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya yang ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan Balai Besar POM, PBF PT Kimia Farma dan berkas untuk disimpan sebagai arsip. e. Pemusnahan Narkotika Sesuai dengan Permenkes RI No.28/Menkes/Per/I/1978 pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, Apoteker Pengelola Apotek dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan. Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Pemusnahan
narkotika
harus
disaksikan
oleh:petugas
Direktorat
Pengawasan Obat dan Makanan untuk importir, pabrik farmasi dan unit pergudangan pusat; petugas Kantor Wilayah Departemen Kesehatan untuk pedagang besar farmasi penyalur narkotika, lembaga dan unit pergudangan propinsi, petugas Dinas Kesehatan Daerah Tingkat II untuk apotek, rumah sakit, puskesmas dan dokter. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada kepala kantor Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Balai/Balai Besar POM, dan sebagai arsip.
2.11. Pelanggaran Apotek Kategori pelanggaran apotek didasarkan atas berat dan ringannya pelanggaran tersebut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
26
Kegiatan yang termasuk pelanggaran berat apotek meliputi melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi, terlibat dalam penyaluran atau penyimpangan obat palsu atau gelap, pindah alamat apotek tanpa izin, menjual narkotika tanpa resep dokter, kerjasama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak berhak dalam jumlah besar, serta tidak menunjuk apoteker pendamping atau apoteker pengganti pada waktu APA keluar daerah Kegiatan yang termasuk pelanggaran ringan apotek meliputi tidak menunjuk Apoteker Pendamping pada waktu APA tidak bisa hadir pada jam buka apotek, menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak, melayani resep yang tidak jelas dokternya, menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum dimusnahkan, salinan resep yang tidak ditandatangani oleh apoteker, melayani salinan resep narkotika dari apotek lain, lemari narkotika tidak memenuhi syarat, resep narkotika tidak dipisahkan, buku narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa, tidak mempunyai atau mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui dengan jelas asal usul obat tersebut Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat dikenakan sanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administrative yang diberikan menurut keputusan Permenkes No.922/MENKES/ PER/X/1993 adalah : a. Peringatan secara tertulis kepada APA secara tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing – masing dua bulan. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama – lamanya enam bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan izin apotek. Keputusan pencabutan SIA disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Menteri Kesehatan RI di Jakarta. c. Pembekuan izin apotek tersebut dapat dicairkan kembali apabila apotek tersebut dapat membuktikan bahwa seluruh persyaratan yang ditentukan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI dan Permenkes tersebut telah dipenuhi. Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila terdapat pelanggaran terhadap Undang – undang Obat Keras (St.1937 No.541), Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
27
Undang – undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, dan Undang – undang Narkotika No.22 Tahun 1997.
2.12
Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang pengalihan tanggung jawab apoteker : a. Pada setiap pengalihan tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA kepada apoteker pengganti, wajib dilakukan serah terima resep, narkotika, obat dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Pada kegiatan serah terima tersebut wajib dibuat berita acara serah terima sesuai dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap empat
yang
ditandatangani oleh kedua belah pihak. b. Apabila Apoteker Pengelola Apotek (APA) meninggal dunia, dalam jangka dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada kepala wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya. c. Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat apoteker pendamping, maka pelaporan oleh ahli waris tersebut wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. d. Pada penyerahan resep, narkotika, psikotropika dan obat keras serta kunci tersebut, dibuat berita acara serah terima dengan kepala kantor wilayah atau petugas yang diberi wewenang olehnya, selaku pihak yang menerima.
2.13
Pelayanan Swamedikasi Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah
swamedikasi. Tindakan pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
28
Walaupun pengobatan sendiri dilakukan oleh dan untuk diri sendiri, swamedikasi harus dilakukan secara rasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya. Swamedikasi dilakukan dengan menggunakan obat tanpa resep yaitu golongan obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek. Pemerintah juga turut berperan serta dalam meningkatkan upaya pengobatan sendiri dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/Menkes/SK/VII/ 1990 tentang Obat Wajib Apotek.
2.14 Obat Wajib Apotek Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek. Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua diatas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaan tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. d. Penggunaan diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. e. Obat
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Dalam melayani pasien yang memerlukan OWA, apoteker di apotek diwajibkan untuk : a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat tiap pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan c. Memberikan informasi, meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
29
Obat wajib apotek didasarkan pada tiga surat Keputusan Menteri Kesehatan yaitu: a. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No. 1 yang terdiri dari 7 kelas terapi yaitu, oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut dan tenggorokan, obat saluran napas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, antiparasit, dan obat topical. Daftar obat wajib apotek No. 1 disertai batasan jumlah obat dapat dilihat pada Tabel 2.1. Perubahan golongan OWA No.1 berdasarkan PerMenKes No.925 Tahun 1993 memuat beberapa obat yang semula OWA berubah menjadi obat bebas terbatas atau obat bebas, selain itu juga ada keterangan pembatasannya (Tabel 2.2). b. Keputusan Menkes RI No. 924/Menkes/PER/IX/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 yang terdiri dari 34 jenis obat generik sebagai tambahan lampiran Keputusan Menkes RI No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek No 1. Daftar obat wajib apotek No. 2 tersebut antara lain terdiri dari albendazol, basitrasin, karbinoksamin, klindamisin, deksametason, dan dekspantenol. Daftar obat wajib apotek No. 2 disertai batasan jumlah obat dapat dilihat pada Tabel 2.3. c. Keputusan Menkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 3 yang terdiri dari 6 kelas terapi yaitu, saluran pencernaan dan metabolisme, obat kulit, antiinfeksi umum, sistem muskuloskeletal, sistem saluran pernafasan, dan organ-organ sensorik. Daftar obat wajib apotek No. 3 disertai batasan jumlah obat dapat dilihat pada Tabel 2.4.
2.15. Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan, pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat. Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, saat dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada efek samping.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
30
Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciriciri sebagai berikut: 2.15.1. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektf. 2.15.2. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan. 2.15.3. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan 2.15.4. Ilmiah, yang artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya. 2.15.5. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencangkup informasi produk seperti
ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga
harus mencangkup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien. Oleh sebab itu peranan terhadap keberadaan apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat tersebut kepada pasien, dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 3 TINJAUAN UMUM PT. KIMIA FARMA (PERSERO), Tbk.
3.1
Sejarah PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Kimia Farma termasuk perintis di bidang industri farmasi di Indonesia.
Menurut sejarah perkembangan industri farmasi di Indonesia, perusahaan kimia farma berasal dari nasionalisasi perusahaan farmasi Belanda oleh Penguasa Perang Pusat berdasarkan Undang-Undang No.74/1957 yang baru dilaksanakan pada tahun 1958. Setelah nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda dapat terlaksana, Penguasa Perang Pusat menyerahkan perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda kepada departemen-departemen sesuai dengan bidang usahanya masing-masing.
Berdasarkan
SK
penguasa
Perang
Pusat
No.
Kpts/Peperpu/0348/1958 dan SK Menkes No.58041/Kab/1958 dibentuk Bapphar (Badan Pusat Penguasa Perusahaan “Farmasi Belanda”). Berdasarkan Undang-undang No. 19/Prp/tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (PN) dan PP No.69 tahun 1961, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengganti Bapphar menjadi Badan Pimpinan Umum (BPU) Farmasi Negara dan membentuk beberapa PN Farmasi, yaitu PN Farmasi dan alat kesehatan Radja Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nurani Farma (Jakarta), PN Farmasi dan alat kesehatan Nakula Farma (Jakarta), PN Bio Farma, PN Farmasi dan alat kesehatan Bhineka Kina Farma (Bandung) dan PNF Sari Husada (Yogyakarta), dan PN Farmasi dan alat kesehatan Kasa Husada (Surabaya). Namun pada tahun 1967 sesuai dengan Instruksi Presiden No. 17 yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 1969, bahwa PNF Nurani Farma, PNF Bio Farma, PNF Radja Farma, PN Sari Husada, PN Bhineka Kina Farma dan PNF Nakula Farma dilebur menjadi PN Farmasi dan Alat Kesehatan Bhineka Kimia Farma.
31
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
32
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1971 tanggal 16 Agustus 1971, ditetapkan pengalihan bentuk PN Farmasi Kimia Farma menjadi PT (Persero) Kimia Farma. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma diprivatisasi. Sejak tanggal 4 Juli 2000, PT. Kimia Farma resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai perusahaan publik dengan nama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang dengan cepat, maka pada tanggal 4 januari 2002 Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mendirikan 2 (dua) anak perusahaannya yaitu PT Kimia Farma Apotek yang bergerak dibidang ritel farmasi dan PT Kimia Farma Trading dan Distribution.
3.2 Visi dan Misi 3.2.1 Visi Visi dari PT. Kimia Farma (Persero) Tbk menjadi perusahaan farmasi utama di Indonesia dan berdaya saing di pasar global. 3.2.2 Misi a. Menyediakan, mengadakan dan menyalurkan sediaan farmasi, alat kesehatan dan jasa kesehatan lainnya yang berkualitas dan bernilai tambah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. b. Mengembangkan bisnis farmasi dan jasa kesehatan lain untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan, tanpa meninggalkan prinsip-prinsip Good Cooperate Governance. c. Mengembangkan sumber daya
manusia perusahaan untuk meningkatkan
kompetensi dan komitmen guna pengembangan perusahaan serta dapat berperan aktif dalam pengembangan industri farmasi nasional
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
33
3.3
Kegiatan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Terdapat dua kegiatan utama, yaitu :
3.3.1 Bidang Produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., sampai saat ini didukung unit produksi farmasi yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia, yaitu : Jakarta, Bandung, Semarang, Watudakon-Jawa Timur dan Tanjung Moraw-Medan, serta divisi Riset dan Teknologi di Bandung. Produk-produk yang merupakan andalan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. antara lain : a. Produk ”ethical’’ yang penjualannya melalui Apotek dan Rumah Sakit b. Produk ‘’Over The Counter’’ (OTC) yang dijual secara bebas di toko obat, supermarket dan lain-lain c. Produk generik berlogo yang pada saat ini sedang digalakkan penggunaannya oleh pemerintah d. Produk bahan baku, misalnya minyak jarak, kalium klorida, sulfat ferosus, kalium iodat, kina dan derivatnya serta bahan baku antibiotik rifampisin e. Produk kontrasepsi keluarga berencana : alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) f. Produk obat tradisional, yaitu Batungin elixir, Enkasari cair, Fitolab g. Produk obat-obat narkotika dan psikotropika
3.3.2 Bidang Distribusi Dalam menjalankan usahanya PT Kimia Farma (Persero) Tbk. menyusun konsep pemasaran terpadu untuk meningkatkan penjualan, terutama produk Kimia Farma sendiri ditengah-tengah persaingan usaha (kompetitor) farmasi yang semakin tajam. Jaringan pemasaran ini menjangkau seluruh pelosok tanah air yang diarahkan untuk mendekatkan, memeratakan dan meningkatkan mutu pelayanan masyarakat sehingga dapat memperoleh kemudahan memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
34
PT Kimia Farma (Persero) Tbk. mempunyai 2 anak perusahaan : 3.3.2.1 PT Kimia Farma Trading and Distribution Mempunyai 34 unit Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia 3.3.2.2 PT Kimia Farma Apotek Pada tahun 2008 PT Kimia Farma Apotek mempunyai sekitar 340 apotek yang terkoordinasi dalam 34 Bisnis Manager, sehingga sangat memungkinkan terwujudnya penyebaran dan pemerataan obat-obatan baik untuk sektor swasta maupun pemerintah. Upaya peningkatan pelayanan di apotek dilakukan dengan cara : a. Menciptakan suasana aman dan nyaman b. Personil yang terampil dan ramah tamah c. Harga yang bersaing d. Kecepatan pelayanan dan kelengkapan resep PT Kimia Farma Apotek dalam melakukan kegiatannya selain melayani resep dokter juga melengkapinya dengan : a. Swalayan farmasi atau ‘’Hand Verkoop’’ (HV) yang berisi obat-obat bebas dan bahan-bahan kebutuhan sehari-hari b. Tempat praktek dokter dan laboratorium klinik adalah upaya mendekatkan pelayanan kepada pasien c. Pelayanan kacamata (optik) yang didukung peralatan modern untuk pembuatan kacamata Secara umum, Kimia Farma juga memenuhi kebutuhan obat-obatan dan persediaan farmasi lainnya dalam rangka menunjang program pemerintah, seperti program obat Inpres dan program peningkatan gizi masyarakat.
3.4
PT. Kimia Farma Apotek Dahulu PT. Kimia Farma Apotek terkoordinasi dalam Unit Apotek Daerah
(UAD) sejak bulan Juli tahun 2004 dibuat dalam orientasi bisnis manajer dan apotek pelayanan sebagai hasil restrukturisasi organisasi yang dilakukan. Manajemen
PT.
Kimia
Farma
Apotek
melakukan
perubahan
struktur
(restrukturisasi) organisasi dan sistem pengelolaan SDM dengan pendekatan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
35
efisiensi, produktifitas, kompetensi dan komitmen dalam rangka mengantisipasi perubahan yang ada. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual obat , tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health center, yang didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik, optik, praktek dokter, dan gerai untuk
obat-obatan
tradisional
Indonesia
seperti
herbal
medicine.
Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi kepada pelayanan konsumen, dimana setiap apotek Kimia Farma haruslah mampu memberikan servis yang baik, penyediaan obat yang baik dan lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman. Pada saat ini, unit Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan, merupakan garda terdepan dari PT. Kimia Farma Apotek dalam melayani kebutuhan obat kepada masyarakat. Unit BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah tertentu, dengan tugas menangani administrasi permintaan barang dari apotek pelayanan yang berada di bawahnya, administrasi
pembelian/pemesanan
barang,
administrasi
piutang
dagang,
administrasi hutang dagang dan administrasi perpajakan. Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan setinggi-tingginya.
3.5
Logo PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek sama dengan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk,
yaitu matahari dengan jenis huruf italic.
Gambar 3.1. Logo PT. Kimia Farma Apotek Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
36
3.5.1 Pengertian Maksud dari simbol matahari tersebut adalah: 3.5.2 Paradigma baru Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang lebih baik. 3.5.3 Optimis Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya. 3.5.4 Komitmen Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan. 3.5.5 Sumber energi Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan masyarakat. 3.5.6 Semangat yang abadi Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu semangat yang abadi. 3.5.7 Jenis huruf Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. 3.5.8 Sifat huruf 3.5.8.1 Kokoh Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia. 3.5.8.2 Dinamis Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimisme
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
37
3.5.8.3 Bersahabat Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan Kimia Farma dalam melayani konsumennya dalam Konsep Apotek Jaringan. Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998 yang artinya sudah kurang lebih 7 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk menjadikan beberapa Apotek bergabung ke dalam grup yang pada akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat. 3.6
Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek PT. Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang
membawahi Direktur Operasional serta Direktur Pengembangan yang masingmasing membawahi fungsi departemen. Direktur Operasional membawahi Manager Operasional, Manager Layanan dan Logistik, serta Manager Bisnis, sedangkan Direktur Pengembangan membawahi Manager Pengembangan Pasar. Selain itu, terdapat juga Manager SDM dan Umum, Manager Keuangan dan Akuntasi serta Manager Informasi dan Teknologi yang langsung berada di bawah Direktur Utama. Terdapat dua jenis apotek Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. Business Manager membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya. Dengan adanya konsep BM diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam satu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam pengambilan keputusan-keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah, apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan sehingga mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan, merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi, serta meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
38
sumber barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar range margin atau HPP rendah. Saat ini terdapat 34 Bisnis Unit di seluruh Indonesia, dibagi dalam tiga strata berdasarkan besar kecilnya omzet, yaitu: a. Strata A, meliputi Jaya I, Jaya II, rumah sakit Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Denpasar. b. Strata B meliputi Balik Papan, Samarinda, Banjarmasin, Bogor, Tanggerang, Manado, dan lain-lain. c. Strata C, meliputi Kendari, Lampung, Jaya Pura, dan lain-lain. Untuk unit bisnis DKI Jakarta terdapat lima bisnis manajer yaitu : a. BM Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Bisinis Manager) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b. BM Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, Matraman. c. BM Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor. d. BM Tangerang membawahi wilayah Provinsi Banten dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang. e. BM Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Manager Bisnis secara struktur organisasi langsung membawahi para manager apotek pelayanan. Selain itu, Manager Bisnis juga membawahi supervisor akuntasi dan keuangan serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masingmasing.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 4 TINJAUAN KHUSUS
4.1.
Bisnis Manajer Wilayah Tangerang Bisnis Manajer wilayah Tangerang membawahi 10 apotek pelayanan di
wilayah Tangerang termasuk Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang. Bisnis Manajer bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi atau ketatausahaan dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang membawahi supervisor pelayanan dan supervisor administrasi dan keuangan. Tugas dan fungsi dari masing-masing bagian yang ada dalam Bisnis manager adalah sebagai berikut. 4.1.1. Bisnis Manajer 4.1.1.1. Memimpin bisnis apotek di daerahnya yang menjadi tanggung jawabnya untuk mencapai kinerja (hasil usaha) secara efektif dan efisien, sesuai dengan sasaran dan kebijakan yang digariskan Direksi PT Kimia Farma Apotek. 4.1.1.2. Mengkoordinir,
merencanakan,
membina,
serta
mengendalikan
pengelolaan apotek pelayanan dalam groupnya, untuk mencapai kinerja masing-masing apotek, secara efektif dan efisien. 4.1.1.3. Melaksanakan pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan dan pengembangan usaha.
4.1.2. Bagian Pengadaan/ Pembelian Dipimpin oleh supervisor pengadaan yang bertanggung jawab langsung pada Bisnis Manajer. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya.
39
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
40
4.1.2.1. Tugas dan fungsi bagian pembelian a. Mendata kebutuhan barang berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
yang
dibuat
oleh
masing-masing
apotek
pelayanan
dan
mengelompokkan berdasarkan distributornya. b. Merencanakan dan membuat Surat Pesanan barang ke distributor yang bersangkutan sesuai dengan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan. c. Memilih distributor yang telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan, serta memperhatikan mutu barang, pelayanan tepat waktu, harga bersaing dan pembayaran lunak. d. Menentukan dan melakukan negosiasi harga beli barang dan masa pembayaran dengan distributor. e. Memeriksa kembali harga dan diskon yang telah disepakati dengan distributor. f. Mengkonfirmasikan kembali ke distributor apabila barang yang dipesan belum datang. 4.1.2.2. Tanggung jawab bagian pembelian a. Menentukan keputusan pembelian terhadap permintaan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan, dengan memperhatikan anggaran, harga barang dan jenis barang yang diminta (fast moving/slow moving). b. Bertanggung jawab terhadap perolehan harga beli. c. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang
4.1.3. Bagian Keuangan Petugas kasir besar pada bagian keuangan bertanggung jawab kepada Bisnis Manager. 4.1.3.1. Tugas kasir besar a. Menyiapkan uang kecil untuk diserahkan ke kasir kecil. b. Menerima setoran penjualan tunai berdasarkan bukti setoran kasir dari apotek pelayanan. c. Menerima hasil penagihan piutang dagang berupa uang tunai, cek atau giro dari bagian penagihan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
41
d. Mengeluarkan uang untuk keperluan rutin dengan sepengetahuan/ perintah unit BM seperti uang transpor, gaji pegawai, pembayaran hutang dagang yang telah jatuh tempo, dan lain-lain. e. Membuat laporan mingguan saldo kas/bank 4.1.3.2. Tanggung jawab kasir besar a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang sah dan disetujui oleh APA b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang (surat berharga) c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.
4.1.4. Bagian Administrasi/ Ketatausahaan Fungsi bagian administrasi/ ketatausahaan adalah sebagai pelaksana pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku di apotek. Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor administrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Supervisor administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada dibawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang, administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi umum. 4.1.4.1. Administrasi hutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi pembelian barang di apotek, yaitu: a. Mencatat seluruh faktur pembelian di kartu hutang masing-masing distributor sebagai hutang dagang. b. Menerima kontrabon dari distributor (faktur asli, pajak dan surat pesanan) dan membuat tanda terima faktur untuk distributor seminggu sebelum jatuh tempo pembayaran. c. Mencocokkan salinan faktur dengan yang asli dan menyimpannya sampai jatuh tempo. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
42
d. Menyerahkan struk hutang dagang ke bagian keuangan untuk dibuatkan bukti pengeluaran kas. e. Melengkapi berkas-berkas seperti faktur asli, salinan faktur, SP barang dan bukti pengeluaran kas untuk diserahkan ke kasir besar. f. Membuat laporan hutang dagang g. Membuat laporan saldo mutasi hutang dagang. 4.1.4.2. Administrasi piutang dagang Bagian ini melaksanakan semua kegiatan administrasi penjualan kredit di apotek, kegiatannya meliputi: a. Mengumpulkan faktur-faktur resep kredit setiap hari disertai faktur penjualan, copy resep dan kuitansi dan mengelompokkannya berdasarkan masing-masing debitur. b. Membuat rekap tagihan perbulan untuk masing-masing debitur. c. Membuat kwitansi penagihan perbulan untuk masing-masing debitur (dibuat 5 rangkap yaitu 1 untuk bagian administrsi Inkaso, 1 lembar untuk bagian administrasi piutang dagang dan 3 lembar untuk ditagihkan kepada debitur). d. Mencocokkan resep/faktur penjualan kredit dengan data yang ada di komputer. e. Mencatat piutang dagang dalam kartu piutang dagang. f. Membuat laporan piutang dagang setiap bulan 4.1.4.3. Administrasi Pajak Bagian administrasi pajak bertugas untuk mengurus seluruh administrasi pajak yang ada di Bisnis Manajer wilayah Bogor a.
Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai).
b.
Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 21.
c.
Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 22.
d.
Membuat laporan pajak setiap bulan untuk PPH pasal 23.
4.1.4.4. Administrasi Inkaso Kegiatan bagian administrasi inkaso meliputi: a.
Bertanggung jawab menyimpan dan menerbitkan alat-alat tagih (dibuat oleh bagian administrasi piutang dagang) yang terdiri dari rekap tagihan, kuitansi penagihan dan bukti fotokopi resep kredit. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
43
b.
Setiap bulan, menerbitkan tagihan ke masing-masing debitur, kemudian dibuat tanda terima kwitansi dari debitur.
c.
Tanda terima kuitansi kemudian disimpan di map tunggu sampai jatuh tempo pelunasan piutang tiba.
d.
Setelah jatuh tempo, tanda terima kuitansi ditagihkan ke debitur oleh bagian penagihan untuk dilunasi oleh debitur, hasil pelunasan diserahkan ke bagian kasir besar.
e.
Setelah dilunasi, bagian administrasi inkaso akan menerbitkan nota inkaso sebagi bukti pelunasan piutang.
f.
Setiap bulan dilakukan stok kuitansi untuk melihat apakah terdapat debitur yang belum melunasi piutangnya.
4.1.4.5. Administrasi Kas Bank Bagian ini bertugas untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran melalui kas atau bank. Kegiatannya adalah membuat laporan saldo kas/bank berdasarkan dokumen penjualan tunai dan penerimaan piutang, pembayaran hutang dan dokumen biaya variabel dan biaya tetap. 4.1.4.6. Administrasi Umum a.
Umum Bertugas menyiapkan bahan-bahan rapat, melakukan kegiatan surat menyurat, serta bertanggung jawab terhadap seluruh barang inventaris perusahaan
b.
SDM/Kepegawaian: Bertugas membuat daftar gaji pegawai, IP (Iuran Pensiun), ISP (Iuran Sosial Pensiun), Iuran Jamsostek, mengajukan kenaikan pangkat dan membuat surat usulan kenaikan pangkat bagi pegawai, serta untuk IT (teknologi informasi) bertanggung jawab atas kelancaran sistem yang digunakan di Bisnis Manajer wilayah Bogor baik software maupun hardware.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
44
4.2.
Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang
4.2.1. Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No.115 terletak di Jalan Pamulang Permai Raya Blok D2 No.1A Pamulang, Tangerang Selatan. Lokasi apotek cukup strategis karena berada di pinggir jalan dua arah yang ramai dan terletak dalam lingkungan pertokoan yang berdekatan dengan pemukiman penduduk, pasar swalayan, rumah bersalin, laboratorium klinik, universitas dan mudah terjangkau oleh masyarakat. Apotek Kimia Farma No.115 ini juga mempunyai tempat praktek dokter spesialis anak, dokter gigi dan dokter umum. Lokasi apotek Kimia Farma No.115 Pamulang dapat dilihat pad lampiran 1.
4.2.2. Tata Ruang Apotek Apotek Kimia Farma No.115 Tangerang mempunyai penataan ruangan yang diatur sedemikian rupa untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pelanggan dan karyawan apotek. Apotek Kimia Farma mempunyai bangunan yang terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan untuk kegiatan operasional apotek, sedangkan lantai 2 digunakan untuk praktek dokter. Tata ruang apotek dapat dilihat pada lampiran 2 dan lampiran 3. Adapun pembagian ruangan yang terdapat di apotek antara lain: a. Ruang Tunggu Ruang ini dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC) dan televisi sehingga memberikan perasaan nyaman bagi pasien yang menunggu. b. Tempat Penyerahan Resep dan Pengambilan Obat. Tempat ini berupa counter yang membatasi ruang dalam apotek dengan pasien atau pelanggan yang tingginya sebatas dada. c. Swalayan Farmasi Swalayan farmasi berada di depan tempat penyerahan obat dan pengambilan obat. Berada di sebelah kiri dan tengah dari pintu masuk apotek serta mudah terlihat dari ruang tunggu pasien. Penjualan obat bebas menggunakan konsep swalayan dimana barang-barang yang dijual di swalayan farmasi antara lain obat-obat bebas, produk-produk susu, minyak angin, bedak tabur, dan lainlain. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
45
d. Tempat peracikan Ruangan ini merupakan tempat dilakukannya peracikan obat-obat yang berdasarkan resep dokter. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperti timbangan, blender, lumpang, bahan baku, dan alat-alat untuk meracik. Pada bagian dalam terdapat meja segi empat yang posisinya terbuka dari depan. Meja ini digunakan untuk membaca resep, mengambilkan obat, menuliskan etiket, menulis kwitansi, dan pemeriksaan obat beserta etiket oleh Asisten Apoteker yang bertugas. Di bagian dalam juga terdapat meja peracikan dan rak-rak obat resep (obat ethical), rak obat askes, dan lemari narkotika dan psikotropika yang berada di atas dan terkunci. Meja peracikan digunakan untuk penggerusan dan pencampuran obat-obat pulvis, kapsul racikan, salep, krim dan sirup. Di sini terdapat alat-alat yang dibutuhkan dalam proses penggerusan antara lain lumpang dan alu, gelas ukur, alat pulverasi, mesin press bungkus pulvis, dan lain-lain. Di dinding sebelah atas meja ini terdapat rak berisi bahan-bahan yang sering digunakan dalam peracikan obat. Di ruangan ini terdapat juga sebuah lemari es untuk menyimpan sediaansediaan yang membutuhkan suhu penyimpanan antara 2–8C, antara lain suposioria, tablet vaginal, ovula, dan sebagainya. Rak-rak obat disusun secara alfabetis dan dipisahkan sesuai dengan bentuk sediaan. Di ruangan ini juga terdapat rak khusus obat generik. e. Ruang bagian administrasi Ruangan ini dilengkapi dengan komputer yang digunakan untuk membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) serta menginput barang-barang yang dikirim oleh distributor. f. Ruang praktek dokter Terdapat ruang praktek dokter yang berada di lantai dua. Ruang praktek dokter terdiri dari ruang praktek dokter spesialis gigi, anak, serta dokter umum. Selain ruangan-ruangan tersebut, Apotek Kimia Farma No.115 juga dilengkapi oleh fasilitas umum seperti kamar mandi, mushola serta tempat parkir kendaraan bermotor.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
46
4.2.3. Struktur Organisasi Struktur organisasi pada semua Apotek Kimia Farma pada prinsipnya adalah sama yaitu berpedoman pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh Direksi PT. Kimia Farma (Persero) Pusat. Namun, masing-masing apotek dapat menyesuaikan dengan kondisi dan sarana yang tersedia. Pemberian tugas, wewenang, dan tanggungjawab yang jelas, serta struktur organisasi yang baik diperlukan agar kegiatan apotek dapat berjalan dengan lancar sehingga memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban. Struktur organisasi apotek Kimia farma No.115 Pamulang dapat dilihat pada lampiran 5. Apotek Kimia Farma No.115 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang sekaligus merangkap sebagai Manager Apotek Pelayanan (MAP) yang bertanggungjawab langsung kepada Bisnis Manager Tangerang. Tenaga kerja di Apotek Kimia Farma No.115 berjumlah 8 orang yang terdiri dari 1 orang APA, 3 orang asisten apoteker, 2 orang kasir ( non asisten apoteker) dan 2 orang juru resep. Dalam melaksanakan pelayanan apotek, jam kerja apotek dibagi dua shift yaitu shift pagi (pukul 08.00- 15.00 WIB), shift siang (pukul 15.00-23.00 WIB). Adapun tugas dan tanggungjawab dari ketenagaan yang ada di Apotek Kimia Farma No. 115 adalah sebagai berikut: 4.2.3.1. Apoteker Pengelola Apotek (APA) APA mempunyai tugas sebagai berikut: a. Mengkoordinasikan pelaksanaan fungsi profesi kefarmasian di apotek dengan memberikan bimbingan bagi seluruh sumber daya sesuai dengan profesinya, untuk memastikan bahwa Apoteker Pengelola Apotek dapat bekerja mengelola apotek sesuai dengan profesinya sebagai Apoteker. b. Mengelola dan mengawasi kegiatan operasional layanan farmasi di apotek yang menjadi tanggungjawab dalam hal pelayanan, untuk memastikan pencapaian kinerja apotek dalam hal pelayanan (tidak ada kesalahan obat dan keluhan pelanggan). c. Memberikan pengarahan dan mengidentifikasi potensi seluruh Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kegiatan operasional Apotek Pelayanan di bawah tanggungjawabnya, untuk memastikan seluruh karyawan dapat bekerja secara
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
47
optimal sesuai dengan potensi dan tugasnya masing-masing sehingga target apotek pelayanan tercapai. d. Melakukan dan mengawasi pelaksanaan pemberian Layanan Swamedik sesuai dengan profesinya, untuk mempertahankan citra baik perusahaan dan loyalitas pelanggan. e. Memberikan pelatihan kepada seluruh SDM sesuai dengan kebutuhan di apotek, untuk mendukung terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik. f. Melakukan validasi penjualan dan stok opname untuk memastikan sistem informasi berjalan dengan baik. 4.2.3.2. Asisten Apoteker Bertugas: a. Mengkoordinasikan kegiatan pelayanan di apotek untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai dengan standar dan prosedur. b. Mengelola pembagian tugas dan menyusun jadwal tugas karyawan serta mengatur cuti karyawan untuk memastikan pengalokasian karyawan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan c. Mengkoordinasikan pembagian tanggung jawab lemari obat serta melakukan verifikasi permintaan barang dari penanggungjawab lemari obat untuk memastikan tingkat persediaan barang yang optimal d. Melakukan kegiatan rekapitulasi penggunaan narkotika dan psikotropik dari tiap loket sebelum dilaporkan ke Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan dan Suku Dinas Kesehatan, untuk memastikan tingkat penggunaan yang sesuai dengan kebutuhan, standar, dan prosedur yang berlaku. e. Mengkoordinasikan kegiatan pemasukan data penerimaan barang serta stok opname, yaitu mencocokkan barang yang ada dengan catatan pada kartu dan komputer, untuk memastikan kesesuaian data barang dalam sistem dan barang secara aktual. f. Mengkoordinasikan kegiatan pemasukan resep kredit untuk mendukung kelancaran proses penagihan lebih lanjut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
48
g. Melakukan pembatalan transaksi obat dari pelanggan, untuk memastikan pemberian layanan yang sesuai dan memenuhi standar dan prosedur yang berlaku. h. Mengelola persiapan Bon Penerimaan Barang Apotek (BPBA) dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu dan ketentuan serta prosedur yang berlaku. i.
Memberikan pelayanan kepada pasien, mulai dari penerimaan resep sebelum diberikan kepada kasir, perhitungan harga resep apabila diperlukan, pengambilan obat dari bagian persiapan, dan penyerahan obat kepada pasien disertai
pencatatan
informasi
penting,
untuk
memastikan
pelayanan
terintegrasi dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. j.
Melakukan konfirmasi kepada dokter penulis resep bila ditemukan kejanggalan pada resep dan melakukan koreksi dengan persetujuan dokter penulis resep, untuk mencegah terjadinya kesalahan dengan penulisan resep
k. Melakukan proses peracikan (menakar, menggerus, dan mengemas obat) untuk memastikan bahwa jumlah obat dan dosis obat yang telah tertulis di dalam resep tepat. l.
Memberikan pelayanan untuk penjualan obat bebas, untuk memastikan proses penjualan bebas dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku.
m. Mengecek barang yang datang, untuk mengetahui kesesuaian barang yang datang sesuai dengan barang yang dipesan melalui BPBA. n. Memberikan informasi mengenai barang-barang yang akan dibeli ke bagian pembelian, untuk mendukung proses pemesanan dan pembelian barang. 4.2.3.3. Kasir (Non Asisten Apoteker) Bertugas: a. Memeriksa kesiapan mesin point of sale, roll struk, tinta, uang receh dan mesin kartu kredit setiap mulai kerja regu, untuk memastikan bahwa peralatan yang akan digunakan dalam kondisi siap pakai. b. Melakukan komunikasi awal dengan pasien untuk memberikan informasi mengenai resep dokter (nama dan jenis obat, jumlah, dan harga) dan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
49
ketersediaan obat, untuk menjamin pemberian layanan yang maksimal kepada pelanggan. c. Menginformasikan harga resep yang telah disetujui dengan memasukkan data tersebut ke komputer dan menginformasikan jumlah uang yang harus dibayarkan oleh pasien. d. Mencetak dan memberikan struk harga sebagai tanda bukti pembayaran dan pengambilan obat serta menginformasikan waktu penyiapan obat, untuk menjamin ketepatan proses pembayaran, pengambilan, dan penyiapan obat. e. Menerima pembayaran dari pasien serta menghitung dan memeriksa keaslian uang yang diterima dengan alat detektor, untuk menjamin ketepatan penerimaan pembayaran. f. Memberikan resep yang sudah dibayar pasien ke Pelaksana Layanan Farmasi, untuk dilakukan proses selanjutnya. g. Menerima pengembalian obat dari pasien yang batal menggunakan obat (karena meninggal, pulang dari Rumah Sakit, dan lainnya) berdasarkan keterangan dari dokter dan telah disetujui Supervisor Layanan Farmasi, dalam rangka memberikan keringanan biaya obat kepada keluarga pasien sebagai bagian pelayanan dari Apotek Kimia Farma h. Menyusun laporan penjualan setiap akan ganti regu sebelum disetorkan ke pemegang kas untuk memastikan administrasi. i.
Menyediakan uang kembalian dalam jumlah yang cukup atau diperlukan untuk memastikan kelancaran penjualan apotek.
j.
Memberikan pelayanan kepada pelanggan dalam hal pemberian informasi dan saran mengenai obat dan letak obat di swalayan, untuk mendukung pemberian layanan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
k. Melaksanakan kegiatan penataan dan pengelompokan barang/obat sesuai dengan jenis dan tata letak yang telah ditentukan, untuk memudahkan pelanggan dalam mencari barang yang dibutuhkannya. l.
Melakukan pengecekan persediaan barang yang ada di swalayan dan pembukuan persediaan barang yang ada berdasarkan abjad barang ke komputer dan buku stok opname, untuk mengetahui tingkat ketersediaan barang/obat Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
50
m. Mengajukan permohonan pemesanan barang yang kosong, untuk mendukung ketersediaan barang/obat di swalayan. n. Melakukan rekapitulasi penjualan yang terjadi dalam sehari (per regu), untuk mendukung penyediaan informasi mengenai kinerja penjualan pada hari yang bersangkutan. 4.2.3.4. Pembantu Pelaksana Layanan Farmasi (Juru Resep) Bertugas: a. Mempersiapkan keperluan fisik apotek (sarana dan prasarana), melakukan kegiatan kebersihan setiap hari, untuk memastikan kesiapan operasional apotek. b. Melaksanakan pengambilan resep di setiap instansi terkait/pelanggan yang ditujukan kepada apotek berdasarkan instruksi dari Supervisor/Pelaksana Layanan Farmasi dan pendistribusian obat-obatan dari apotek kepada instansi terkait/pelanggan, untuk memastikan pemenuhan kebutuhan obat-obatan dari instansi terkait/pelanggan. c. Membantu Pelaksana Layanan Farmasi dalam melakukan peracikan dan penyiapan obat-obatan untuk memastikan realisasi terhadap resep yang diterima apotek dan pemenuhan kebutuhan obat-obatan racikan sendiri di apotek. d. Melaksanakan pengambilan obat-obatan yang dibutuhkan apotek di gudang unit bisnis apotek atau apotek lain untuk memastikan pemenuhan kebutuhan obat-obatan di apotek. e. Mengantarkan dokumen-dokumen dan kelengkapannya ke kantor Unit Bisnis Apotek atas instruksi Supervisor/Pelaksana
Layanan Farmasi,
untuk
memastikan kelengkapan informasi dan data di apotek.
4.3.
Kegiatan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang Kegiatan di apotek terbagi dalam dua bidang yaitu kegiatan di bidang
teknis farmasi dan non teknis farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
51
4.3.1. Kegiatan Teknis Kefarmasian Apotek melaksanakan kegiatan teknis kefarmasian meliputi pengadaan, penyimpanan, peracikan, penjualan obat dan pembekalan farmasi lainnya serta pengelolaan narkotika dan psikotropik. 4.3.1.1. Pengadaan/Pembelian Barang a. Pola Pengadaan 1 Pola pengadaan barang ini disebut Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) besar. Contoh Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) dapat dilihat pada lampiran 7. Petugas menyusun jenis dan jumlah barang yang akan dibeli berdasarkan buku defecta kemudian dibuat dalam bentuk Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). Setelah BPBA diterima oleh BM Tangerang, apabila barang yang diminta tidak tersedia maka BM Tangerang akan membuat Surat Pesanan (SP) yang dikirim ke PBF yang akan mengirim barang yang di pesan ke masingmasing apotek sesuai Surat Pesanan. BPBA besar dilakukan dua kali dalam satu bulan, yaitu pada minggu pertama dan minggu ketiga. Terdapat juga BPBA Cito, yaitu pengadaan barang untuk kebutuhan mendesak atau untuk pasien yang tidak ada obatnya. BPBA Cito ini dilakukan dua kali dalam satu minggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis untuk. BPBA Cito ini dibatasi untuk maksimal 20 item. Pemesanan barang ke distributor dilakukan oleh bagian pembelian BM dengan memperhatikan terlebih dahulu mengenai harga yang ditawarkan, besarnya potongan, sistem pembayaran yang ringan dengan jangka waktu yang lama serta pelayanan yang baik, cepat, dan tepat waktu. Prosedur pembelian barang dilakukan sebagai berikut: 1) Petugas pembelian barang mengumpulkan data barang yang harus dibeli BM berdasarkan informasi dari buku defekta dari gudang dan BPBA 1) Petugas pembelian akan melakukan perundingan terlebih dahulu mengenai harga, besarnya potongan, cara dan jangka waktu pembayaran 2) Bagian pembelian membuat Surat Pesanan (SP, contoh dapat dilihat pada lampiran 3) yang telah ditandatangani oleh BM dan dibuat tiga rangkap. Lembar pertama (putih) diserahkan ke distributor sebagai tanda bukti pemesanan barang. Lembar kedua (merah) diserahkan pada petugas untuk mencocokkan bila barang pesanan datang, setelah selesai disimpan sebagai Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
52
arsip seksi pembelian untuk mengontrol barang yang dipesan. Lembar ketiga diserahkan kepada apotek BM bagian tata usaha untuk dibukukan ke hutang dagang. 3) Bagian pesanan yang datang harus disertai dengan faktur atau dari distributor yang bersangkutan. 4) Penerima barang bertanggungjawab mencocokkan barang yang diterima dengan faktur dan salinan surat pesanan memeriksa kesesuaian barang yang diterima dengan jumlah dan spesifikasi yang dipesan, keadaan fisik, dan tanggal kadaluarsa 5) Bila barang memenuhi syarat penerimaan barang menandatangani, memberi tanggal penerimaan, nomor urut penerimaan barang pada kolom yang tersedia dan stempel apotek pada faktu asli dan fotokopi faktur (salinan faktur) 6) Apotek pelayanan memasukkan data pembelian ke komputer sesuai dengan salinan faktur dari PBF (dua rangkap). Rangkap pertama faktur disimpan sebagai arsip dan rangkap kedua diserahkan ke BM untuk keperluan administrasi hutang dagang. Faktur asli dikembalikan pada distributor 7) Bila barang dibayar tunai, setelah faktur asli diserahkan ke distributor maka distributor langsung menagih ke kasir 8) Petugas pembelian mencocokkan faktur mengenai kesesuaian harga yang telah disepakati dengan barang yang dipesan, bila sesuai maka dicatat dalam buku pembelian 9) Barang yang telah diterima kemudian dicatat oleh petugas penerima barang dalam kartu stok barang b. Pola Pengadaan 2 Pola ini dilakukan jika pola pengadaan 1 (pembelian ke BM Tangerang) tidak terdapat barang sesuai yang dipesan, maka pengadaan dilakukan dengan meminta ke Apotek Kimia Farma lainnya dalam bentuk BPBA dan akan dibuat dokumen dropping oleh Kimia Farma yang kita lakukan permintaan. c. Produk Konsinyasi Produk yang tidak dibeli oleh apotek, melainkan dititipkan oleh produsen. Barang konsinyasi ini biasanya berupa produk yang baru beredar di pasaran atau produk yang baru berada dalam listing. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
53
Catatan: Untuk penerimaan narkotika dan psikotropika, ketika distributor/PBF mengirimkan barang, maka apotek yang bersangkutan harus menyerahkan SP narkotika dan atau psikotropika asli kepada distributor/ PBF tersebut. 4.3.1.2. Penyimpanan Barang a. Penyimpanan barang di ruang racikan. Penyimpanan obat disusun secara alfabetis dan bentuk sediaan obat (padat, semisolid, cairan, dan obat tetes mata) dan tempat khusus lemari pendingin untuk menyimpan obat yang harus disimpan pada suhu rendah seperti supositoria dan injeksi. Selain itu penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, narkotika, psikotropika, dan obat inhealth (ASKES). Obat generik disimpan pada bagian depan ruang peracikan. Obat golongan narkotika dan psikotropik disimpan di lemari tertutup, terpisah dan selalu dalam keadaan terkunci. Sedangkan obat asuransi kesehatan (askes) berada terpisah dengan obat lain agar memudahkan dalam mempersiapkan obat dan terpisah dengan obat non inhealth (ASKES). Sediaan oral dalam bentuk larutan diletakkan pada rak tersendiri. Obat tetes, sediaan semisolid dan sediaan injeksi juga diletakkan di tempat yang terpisah. Obat-obat fast moving disimpan tersendiri agar memudahkan dan mempercepat penyiapan obat. Untuk produk-produk dengan kondisi penyimpanan pada suhu rendah disimpan pada lemari es. Obat-obat dalam bentuk bahan baku diletakkan di rak tersendiri dekat alat timbang. Setiap pengeluaran dan pemasukan barang dicatat dalam kartu stok. Kartu stok tersebut diletakkan di dalam kotak masing-masing barang. Produk-produk seperti alat kesehatan, vitamin, obat bebas, obat bebas terbatas, produk bayi, kosmetik, dan produk rumah tangga disusun pada rak etalase agar mudah dilihat dan tampak menarik oleh konsumen. Sedangkan dokumen disimpan sebagai arsip apotek dalam jangka waktu tiga tahun. Untuk resep penyimpanan disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep untuk mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan baik untuk kepentingan pasien maupun pemeriksaan. Resep asuransi kesehatan dipisahkan dari resep lainnya. Begitu juga dengan resep yang mengandung obat narkotika dan psikotropik. Setiap tiga tahun resep dapat dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuat berita acara pemusnahan resep. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
54
b. Pengelolaan narkotika Untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan narkotika perlu pengelolaan yang diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang meliputi pemesanan, penerimaan, penyimpanan dan pelayanan resep narkotika. Untuk pemesanan narkotika APA membuat pemesanan melalui SP narkotika (model N.9 rangkap 4). Satu rangkap SP narkotika hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotika. Pemesanan dilakukan ke Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma tertentu selaku distributor tunggal, yang telah ditentukan oleh Menteri Kesehatan. Berdasarkan surat pemesanan tersebut, PBF mengirimkan narkotika beserta faktur ke apotek. SP yang berwarna putih , kuning, dan biru (SP asli dan dua lembar salinan SP) diserahkan ke PBF yang bersangkutan, dan satu lembar sebagai arsip apotek. Penerimaan narkotika yang berasal dari PBF wajib dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) atau dengan sepengetahuan APA. Faktur tersebut kan ditandatangani oleh APA setelah dilakukan sesuai dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang dipesan. Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang disimpan dalam lemari khusus yang tidak terkunci dengan baik dan lemari khusus yang digunakan terbuat dari bahan dasar kayu. Lemari khusus tersebut mempunyai kunci yang dipegang oleh asisten apoteker yang telah diberi kuasa. Lemari khusus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak digunakan untuk menyimpan sediaan lain selain narkotika. Untuk pelayanan resep narkotika, apotek Kimia Farma No.115 Pamulang hanya menyerahkan obat golongan narkotika berdasarkan resep asli narkotika dari dokter atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek dilarang menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama atau salinan resep. Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang dibuat setiap bulan yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
55
narkotika. Laporan narkotika memuat nama apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, penggunaan, jumlah pengeluaran, dan stok akhir. Laporan ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama dan Nomor SIK, serta stempel apotek. Laporan dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya ke dinas kesehatan kabupaten/ kota dengan tembusan dinas kesehatan provinsi, balai besar POM, PBF PT Kimia Farma dan arsip. c. Pengelolaan psikotropika Pengelolaan psikotropika di Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan resep, dan pelaporan psikotropika. Pemesanan psikotropika dilakukan oleh apotek Kimia Farma No.115 Pamulang melalui BPBA yang dikirim ke BM. Pemesanan obat psikotropik dilakukan dengan menggunakan SP Psikotropik yang ditandatangani oleh BM. Satu SP boleh digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropik. SP dibuat dua rangkap yang masing-masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan sebagai arsip di apotek. Untuk penyimpanan psikotropika, obat golongan psikotropika juga disimpan di lemari khusus yang terpisah dari sediaan lain seperti penyimpanan narkotika. Tata cara pelaporan menggunakan psikotropika sama dengan tata cara pelaporan narkotika, namun pelaporannya dilakukan setiap tiga bulan sekali. d. Stok Opname Kegiatan stok opname dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah barang yang tersedia sama dengan jumlah barang yang tercatat. Stok opname ini dilakukan oleh Asisten Apoteker dibantu oleh petugas apotek yang lain, dimana seluruh kegiatannya di bawah tanggung jawab APA. Tujuan dari stok opname ini adalah untuk menghitung jumlah fisik barang yang ada di stok untuk dicocokkan dengan data transaksi pada komputer. Hal ini berguna untuk mendeteksi secara dini adanya kebocoran atau kehilangan barang dagangan atau obat-obatan. Selain itu stok opname juga bertujuan untuk mendata barang-barang yang kadaluarsa atau mendekati waktu kadaluarsa dan Mendeteksi barang-barang slow moving dan fast moving serta mencari upaya yang sebaiknya dilakukan. Untuk barang-barang
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
56
yang kadaluarsa dipisahkan dengan barang lain kemudian dibuat laporannya tersendiri. Stok opname dilakukan setiap 3 bulan sekali pada akhir bulan. Tujuan dari stok opname adalah melakukan perbekalan farmasi yang ada di apotek kemudian meneliti kembali hasil stok opname, dibuat data untuk dilaporkan ke MAP. Data stok opname dibuat dan dilaporkan ke MAP. Pelaporan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada MAP mengenai kondisi dan nilai barang stok opname tersebut. Kemudian MAP sebagai pimpinan apotek akan melakukan validasi data. Data yang telah divalidasi selanjutnya dikirimkan ke BM Tangerang dengan cara transfer melalui komputer. e. Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma No.115 Pamulang meliputi pelayanan dengan resep dokter baik tunai maupun kredit, penjualan obat wajib apotek, dan penjualan obat bebas. Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang buka mulai dari jam 08.00 pagi sampai 23.00 dengan 2 shift yaitu shift pertama mulai pukul 08.00-15.00 WIB, shift kedua mulai pukul 15.00-23.00 WIB. Pelayanan kefarmasian dapat berupa penjualan dengan resep dokter, Penjualan Bebas HV (Hand Verkoop), serta Penjualan Obat Wajib Apotek (OWA). Penjualan melalui resep dokter dapat dibagi menjadi dua yaitu resep tunai dan resep kredit. Resep tunai merupakan permintaan obat tertulis dari dokter untuk pasien yang dibayar secara tunai oleh pasien yang bersangkutan. Prosedur pelayanan resep tunai adalah sebagai berikut: a. Penerimaan resep tunai oleh asisten apoteker di bagian penerimaan resep kemudian melihat ada atau tidaknya obat dalam persediaan serta memeriksa kelengkapan resep dan menginformasikan kepada pasien kemudian memberi harga. b. Kasir memasukkan data pasien lama meliputi nama, alamat, dan nomor resep tersebut pada kasir kecil. Kemudian pasien diberi nomor urut tunggu untuk mengambil obat (sesuai dengan nomor urut resep). Selanjutnya resep tersebut diserahkan kepada asisten apoteker di ruangan peracikan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
57
c. Asisten apoteker mengerjakan resep tersebut dibantu oleh juru resep. Setelah obat disiapkan dan diberi etiket serta dikemas dalam kantong plastik, obat juga diperiksa kebenaran obat, jumlah dan etiket oleh asisten apoteker. d. Apabila pasien memerlukan kuitansi, maka kuitansi dibuat oleh asisten apoteker dan ditulis salinan resep di belakang kuitansi. Salinan resep dibuat bila resep tersebut perlu diulang (iter), ditebus sebagian atau persediaan obat yang ada masih belum diberikan sebagian karena kekurangan stok barang. e. Setelah diperiksa kebenaran resep tersebut, obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep disertai dengan informasi tentang cara pemakaian dan informasi lain yang diperlukan. f. Setiap petugas yang melakukan tahapan pengerjaan resep memberi paraf pada lembaran kontrol pengerjaan resep. g. Lembaran resep asli disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun menurut nomor urutan dan tanggal resep. Resep kredit merupakan permintaan obat yang ditulis oleh dokter instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi atau perusahaan yang bersangkutan dan telah mempunyai perjanjian dengan apotek dimana pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang telah disetujui sesuai dengan kesepakatan bersama. Untuk pengambilan obat yang tidak masuk ke dalam DPHO (Daftar Plafon dan Harga Obat) maka pasien harus membeli obat tersebut. Apabila dalam resep tersebut terdapat racikan maka resep tersebut diserahkan kepada petugas bagian peracikan. Setelah obat telah disediakan maka diberi etiket, jika perlu diberikan salinan resep untuk si pasien. Setelah semua selesai dan sesuai maka obat diserahkan kepada pasien Pada dasarnya prosedur pelayanan resep kredit dan tunai tidak berbeda, kecuali pada pemberian harga dan pembayarannya. Pasien tidak membayar secara langsung tapi cukup menunjukkan kartu identitas kepegawaian kepada petugas apotek dan memenuhi administrasinya. Penjualan resep tunai maupun kredit harus dicatat pada laporan harian apotek oleh petugas tata usaha apotek. Untuk resep-resep kredit yang telah dihargai kemudian diberikan kepada petugas tata usaha untuk dijumlahkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
58
berdasarkan masing-masing instansi bersangkutan agar selanjutnya dapat dilakukan penagihan pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati. Penjualan Bebas HV (Hand Verkoop), apotek Kimia Farma No.115 Pamulang melayani penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik, dan alat kesehatan (kecuali alat suntik), dan kebutuhan rumah tangga. Prosedur penjualan bebas adalah petugas akan memperlihatkan barang yang dikehendaki konsumen dan menginformasikan harga barang yang sudah terdaftar dalam komputer. Konsumen kemudian membayar barang yang dikehendaki dan dibayar langsung di kasir. Struk bukti pembayaran kemudian dicetak dua rangkap dimana satu rangkap diberikan kepada konsumen sebagai bukti harga dan pembayaran dan sisanya disimpan oleh petugas apotek sebagai arsip. Pelayanan kefarmasian di apotek Kimia Farma no. 115 Pamulang yang lain adalah Penjualan Obat Wajib Apotek (OWA). Penjualan obat wajib apotek merupakan penjualan atau penyerahan obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh Apoteker Pengelola Apotek. Daftar OWA yang sudah dikeluarkan terdiri dari tiga daftar. Apoteker harus mengisi formulir pengobatan diri sendiri yang biasa disebut Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS) berdasarkan keterangan dari pasien serta ditandatangani oleh Apoteker dan pasien. Pada saat penyerahan disertai dengan informasi mengenai cara pakai, aturan pakai dan efek samping obat. f. Peracikan Setiap resep yang masuk ke bagian peracikan dikerjakan sesuai dengan nomor urut kecuali resep yang diberi tanda cito maka resep tersebut dikerjakan terlebih dahulu. Untuk obat-obat paten dapat diambil langsung pada rak obat, sedangkan obat racikan disiapkan pada satu wadah untuk selanjutnya diracik sesuai dengan resep. Setiap pengambilan obat harus dicatat pada kartu stok barang yang tersedia pada masing-masing tempat penyimpanan obat. Bagian peracikan juga menyediakan obat racikan standar (anmaak), yaitu obat-obat yang dibuat sendiri oleh apotek sesuai dengan resep standar dari buku resmi maupun obat atau bahan obat yang dikemas ulang dalam takaran yang lebih
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
59
kecil. Pembuatan anmaak dilakukan oleh juru resep yang diawasi oleh asisten apoteker. Alur pelayanan penerimaan resep dapat dilihat pada lampiran . 4.3.1 Kegiatan Teknis Non Kefarmasian Apotek melakukan kegiatan teknis non kefarmasian yang meliputi kegiatan administrasi apotek yang dilakukan oleh bagian tata usaha dan kasir besar dengan tujuan untuk menunjang kelancaran tugas teknis kefarmasian dan berfungsi sebagai alat kontrol. Kegiatan administrasi dilakukan oleh seksi tata usaha yang bertugas mencatat serta membukukan seluruh kegiatan administrasi di apotek. Seksi tata usaha juga harus memberikan data keuangan secara terperinci. Data ini diperlukan untuk pengambilan keputusan baik yang bersifat mendadak maupun menyusun rencana jangka panjang. Pelaksanaan kegiatan adminsitrasi di apotek dapat diuraikan sebagai berikut: 4.3.2.1 Administrasi pembelian Kegiatan administrasi pembelian berhubungan dengan administrasi hutang dagang. Salinan faktur yang barangnya telah diterima dan telah sesuai dengan jenis barang, jumlah, harga dan diskon serta telah dibuat data pembeliannya dapat diarsipkan. Setelah diterima faktur aslinya yang disertai dengan faktur pajak dan SP dicocokkan dengan salinan faktur tersebut dan disimpan dalam map tunggu sesuai dengan tanggal jatuh tempo. Selanjutnya diserahkan kepada pimpinan untuk diminta persetujuan pembayaran. Setelah disetujui kemudian dibuatkan voucher pengeluaran bank atau kas untuk keperluan pembayaran dan diserahkan kepada kasir besar. Hutang dagang yang telah dibayarkan kemudian dibukukan. Laporan hutang dagang dibuat setiap satu bulan. Petugas pembelian memesan dan membeli semua perbekalan farmasi yang dibutuhkan oleh apotek secara cermat dan sesuai dengan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) sehingga kebutuhan perbekalan farmasi di apotek dapat dipenuhi. 4.3.2.2 Administrasi Penjualan Kegiatan administrasi penjualan berhubungan dengan administrasi kas dan piutang dagang. Penjualan tunai dapat dicatat dalam buku kas dan LIPH, resep, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
60
bon penjualan bebas, kuitansi sebagai dokumen yang sah. Penjualan kredit (resep kredit) dapat dibukukan dalam buku piutang dagang dengan faktur sebagai dokumennya, kemudian dibuat rekapitulasi jumlah kredit dan kuitansi penagihan per debitur. Berkas penagihan (resep, faktur, kuitansi) ditandatangani oleh pimpinan apotek kemudian diserahkan kepada bagian administrasi inkaso untuk keperluan penagihan. Piutang yang telah dibayar dapat dibukukan berdasarkan nota inkaso. Laporan piutang dagang dibuat setiap satu bulan. Kegiatan transaksi penjualan baik tunai maupun kredit di apotek pelayanan dikirim dalam bentuk laporan secara periodik ke apotek bisnis manajer. Penjualan secara kredit menyebabkan terjadinya piutang dagang, dimana jangka waktu pembayaran tergantung pada perjanjian dengan instansi yang terkait. Setiap petugas administrasi mendapatkan laporan penjualan kredit dari seksi peracikan dengan melampirkan resep kredit. Kemudian berdasarkan data-data dibuat laporan penjualan. 4.3.2.3 Akuntansi Keuangan Pembuatan
laporan
akuntansi
keuangan
dilakukan
oleh
bagian
administrasi/tata usaha. Bahan baku pengelolaan akuntansi adalah dokumen yang sah pada setiap kegiatan di apotek. Masing-masing bagian melaporkan ke bagian administrasi dengan menyerahkan dokumen-dokumen yang sah. Masing-masing administrasi melaporkan ke koordinator teknis administrasi/tata usaha untuk dibuatkan laporan akuntansi keuangan. Laporan akuntansi keuangan antara lain berupa laporan laba rugi, neraca, aliran kas dan rasio keuangan. Proses
pembuatan
laporan
akuntansi
keuangan
adalah
dengan
mengumpulkan seluruh dokumen transaksi uang dan barang yang sah di apotek, mencatat seluruh data transaksi ke buku jurnal, kemudian memindahkan dari buku jurnal ke buku besar dan pencocokan catatan di buku besar terhadap informasi terakhir. Selanjutnya menyusun laporan akuntansi keuangan berdasarkan data yang ada di buku besar, menutup buku besar dan membuat laporannya, mengirimkan laporan ke direksi, dan yang terakhir adalah mengarsipkan semua laporan yang ada. Kegiatan keuangan di Kimia Farma No.115 Pamulang ditangani oleh seorang kasir yang betanggung jawab langsung setiap hari, termasuk penerimaan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
61
dan pengeluaran uang. Laporan keuangan di Apotek Kimia Farma 115 adalah Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). LIPH berisi rincian penerimaan uang di apotek yang berasal dari penjualan obat dan perbekalan kesehatan lainnya, baik melalui resep maupun non resep, yang selanjutnya dilaporkan ke unit Business Manager Tangerang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 5 PEMBAHASAN
Apotek Kimia Farma No.115 berada dibawah koordinasi Bisnis Manager (BM) wilayah Tangerang yang ditempatkan pada Kimia Farma 78 Tangerang. BM berfungsi untuk membuat perencanaan, mengadakan dan menyimpan barang untuk outlet-outlet yang berada dibawahnya, sehingga outlet yang berada dibawah koordinasi BM tersebut hanya fokus melaksanakan fungsi pelayanan. Hal ini akan mempermudah pekerjaan outlet karena tidak perlu mengurusi stok dan administrasi, dan selain itu pengambilan yang terpusat ini akan memberikan keuntungan lebih dari potongan harga yang diperoleh dari pemasok karena pengambilan dalam jumlah besar. Sistem pendistribusian barang dari BM ke outlet dilakukan dengan cara mengirimkan barang ke outlet secara langsung (dropping) berdasarkan data stok kosong. BM memperoleh data dari sistem komputer yang telah terintegrasi dengan BM yang disebut dengan sistem distribusi terpusat (Distribution Centre)
ataupun berdasarkan permintaan
langsung menggunakan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) untuk barang yang dibutuhkan segera. Sistem Distribution Centre (DC) ini juga memberikan keuntungan bilamana terjadi kekosongan barang, yaitu dapat dicarikan terlebih dahulu di apotek Kimia Farma lain dibawah koordinasi BM yang sama. Tujuannya adalah agar penolakan resep pasien akan dapat diminimalkan, namun pengendalian yang kurang baik pada sistem ini juga dapat menimbulkan permasalahan pada koordinasi stok yang berakibat sering terjadi kekosongan stok di BM. Kekurangan lain dari sistem ini adalah kekosongan stok yang tejadi di outlet tidak bisa terbaca bila stok di BM juga kosong, sehingga dapat terjadi kekosongan stok dalam periode waktu yang lama karena harus menunggu pengadaan di BM terlebih dahulu. Apotek Kimia Farma No.115 ini berlokasi di Jalan Pamulang Permai Raya Blok D2 No.1A Pamulang, Tangerang Selatan. Lokasinya cukup strategis karena
terletak di tepi jalan raya dan mudah dijangkau oleh masyarakat dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi dan berada pada pertokoan dan pemukiman penduduk sehingga cukup dikenal masyarakat sekitar. Selain itu letaknya dekat 62
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
63
dengan laboratorium klinik dan Rumah Sakit Bersalin. Salah satu kelebihan tersendiri bagi apotek dan sebagai faktor penunjang keberhasilan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang adalah mempunyai tempat praktek dokter spesialis anak, dokter gigi dan dokter umum. Praktek dokternya dibuka setiap hari sehingga dengan demikian jumlah resep yang masuk akan meningkat karena pasien akan langsung menebuskan resepnya setelah selesai berobat dari dokter. Apotek Kimia Farma 115 Pamulang memiliki satu orang apoteker yang sekaligus merangkap sebagai Manager Apotek Pelayanan (MAP) yang bertanggungjawab langsung kepada Bisnis Manager Tangerang. Tenaga kerja di Apotek Kimia Farma No.115 berjumlah 8 orang yang terdiri dari 1 orang APA, 3 orang asisten apoteker, 2 orang kasir ( non asisten apoteker) dan 2 orang juru resep. Dalam melaksanakan pelayanan apotek, jam kerja apotek dibagi dua shift yaitu shift pagi (pukul 08.00- 15.00 WIB), shift siang (pukul 15.00-23.00 WIB). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dimana dalam menjalankan praktek kefarmasian apoteker dapat dibantu apoteker pendamping dan/ atau tenaga teknis kefarmasian. Akan tetapi untuk menunjang Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) untuk pasien serta swamedikasi perlu ditambah Apoteker Pendamping untuk menggantikan tugas Apoteker Pengelola Apotek (APA) selama tidak ada ditempat. Tata ruang, Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang dinilai sudah cukup baik untuk dapat menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan karena sudah sesuai dengan KepMenKes RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002. Hal ini dapat terlihat dari adanya penataan ruang yang terpisah antara ruang tunggu pasien, penerimaan resep dan penyerahan obat, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan
yang dilengkapi dengan bak cuci, ruang administrasi, swalayan
farmasi, mushola, praktek dokter dan toilet. Ruangan yang ada di Apotek dilengkapi dengan pendingin udara dan penerangan yang baik sehingga memberikan kenyamanan baik bagi petugas Apotek maupun pasien. Desain bangunan depan yang dibuat transparan dengan kaca yang besar menambah kenyamanan pasien karena bagian dalam apotek terlihat dari luar. Apotek di cat dengan warna putih sehingga menimbulkan kesan bersih dari Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
64
apotek. Ruang apotek dibuat tertutup dengan pendingin udara sehingga ruang dalam apotek lebih sejuk dan terdapat televisi yang menghadap ke kursi tunggu. Di bagian dalam juga terdapat kamar mandi untuk para pekerja dan dilantai 2 tempat praktek dokter terdapat kamar mandi dan mushola yang juga dapat digunakan bagi pelanggan apotek. Sebagai sebuah bisnis pelayanan, maka pelanggan merupakan salah satu faktor penting yang harus dijaga oleh apotek, karena itu kenyamanan pelanggan juga harus diperhatikan. Dalam meningkatkan pelayanannya, desain apotek kimia farma dibagi menjadi dua bagian yaitu obat over trade counter (OTC) dan swalayan di bagian depan dan obat resep dibagian dalam. Pada bagian obat OTC dan swalayan pasien dapat memilih dan mengambil sendiri obat yang diperlukan, hal ini akan mempermudah pekerja apotek dan meningkatkan kenyamanan pasien karena pasien dapat dengan leluasa melihat dan menentukan obatnya sendiri. Obat OTC disusun berdasarkan kelompok-kelompok obat agar pasien lebih mudah dalam pencariannya, yaitu berdasarkan bentuk sediaan, kegunaan dan urutan alfabetis. Selain itu juga tersedia ruang tunggu yang cukup nyaman bagi pasien yang hendak berobat ke dokter atau menunggu penyiapan resep di apotek, hal ini akan meningkatkan nilai kenyamanan pasien dalam menebus obat di apotek Kimia Farma No.115. Obat resep dibagian dalam dikelompokkan berdasarkan obat generik, paten, golongan psikotropika dan golongan narkotik dan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan (obat suntik, sediaan cair, obat tetes oral, hidung,
telinga,
dipengaruhi
suhu
dan dan
inhaler),
serta
obat-obat
yang
mata,
stabilitasnya
udara (supositoria, ovula, insulin dan sebagainya).
Semua kelompok obat tersebut disusun secara alfabetis untuk mempermudah pencarian obat sehingga meningkatkan kecepatan pelayanan. Penyimpanan narkotik dan psikotropik berada di dalam lemari khusus dan tertutup tetapi tidak terkunci dengan baik. Untuk memudahkan dalam pengontrolan obat, masingmasing obat memiliki kartu stok pada kotak penyimpanannnya. Setiap ada obat yang masuk (berasal dari pembelian maupun dari apotek lain) dan keluar (karena penjualan maupun droping ke apotek lain) harus dicatat di kartu stok masing-masing dan di-entry ke komputer. Hal ini penting dilakukan untuk Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
65
mempermudah dalam pengontrolan stok obat dan kesesuaian antara jumlah fisik obat dengan jumlah obat pada kartu stok. Dalam hal ini petugas terkadang mengalami kendala yaitu pada jam-jam sibuk, setelah mengambil obat, petugas tidak mencatat pada kartu stok sehingga jumlah barang yang ada seringkali tidak sesuai dengan kartu stok. Hal ini dapat menghambat dan memperlama kegiatan stock opname yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Stock opname juga berfungsi untuk mengecek barang secara fisik apakah sesuai dengan jumlah yang ada di komputer atau tidak. Pada saat pengerjaan resep, sebaiknya dibuat semacam kartu HKRS (harga, kemas, racik, dan serahkan) yang harus diisi oleh masing-masing petugas yang melakukan pengambilan obat maupun yang melakukan peracikan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat dan memudahkan penelusuran kembali bila sewaktu-waktu terjadi kekeliruan atau masalah yang berkaitan dengan obat dalam resep atau adanya komplain dari pasien. Untuk Apotek Kimia Farma No. 115 sendiri penggunaan kartu HKRS belum dijalankan. Setiap pasien yang membeli atau menebus obat di apotek selain obat bebas tanpa membawa resep, maka petugas apotek akan mencatat nama dan alamat pasien di komputer sehingga bisa ditelusuri riwayat pengobatan pasien. Data tersebut sekaligus menjadi medical record pasien yang terkomputerisasi serta bisa digunakan untuk kepentingan tertentu bagi APA seperti konseling, diskusi dengan dokter, penelitian dan lain-lain. Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) untuk pasien serta swamedikasi diberikan oleh apoteker. Apotek Kimia Farma No. 115 belum mempunyai
tempat
khusus
untuk
melakukan
konseling
antara
apoteker dengan pasien. Hal ini menyebabkan Pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) ini belum terlaksana dengan baik. Selain itu karena Apoteker Apotek Kimia Farma No 115 tidak selalu ada ditempat dan tidak ada Apoteker Pendamping, sehingga perlu penambahan tenaga keja sebagai Apoteker Pendamping.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
66
Dalam melayani resep kredit, Apotek KF 115 Pamulang bekerjasama dengan beberapa instansi
yang terkait. Sistem pelayanan resep dapat
dilakukan di seluruh Apotek Kimia Farma atau hanya di Apotek-apotek Kimia Farma tertentu saja, tergantung dari kesepakatan antara instansi dengan Kimia Farma. Selain melayani resep kredit instansi, Apotek Kimia Farma atau juga melayani resep Inhealth (ASKES). Resep Inhealth (ASKES) memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya antara lain obat telah distandarisasi sehingga menghemat modal kerja Apotek, kemungkinan obat tidak laku kecil dan dapat membeli obat dalam jumlah besar untuk memperoleh discount. Kerugiannya yaitu pembayaran dilakukan secara kredit sehingga perlu menambah modal kerja.
Banyaknya
pelayanan
resep
kredit
sebenarnya
menunjukkan bahwa suatu Apotek cukup bagus dalam pengembangan usaha tetapi bila resep kredit yang diterima oleh Apotek semakin banyak, maka semakin besar pula modal Apotek yang tertahan dalam bentuk piutang. Berdasarkan pengamatan secara visual selama PPKPA, Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang jarang melakukan penolakan resep karena sebagian besar pelanggan Apotek Kimia Farma No. 115 adalah pelanggan dari inhealth, PLN, Telkom dan lain-lain yang bekerjasama dengan Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang dalam pengobatan karyawannnya sehingga tidak tersedianya obat di Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang sangat jarang terjadi. Apabila ada obat dalam resep yang tidak tersedia, ada upaya untuk memenuhi permintaan konsumen dengan menawarkan obat lain sebagai pengganti obat yang tidak ada dengan komposisi yang sama. Selain itu juga dilakukan pencatatan terhadap resep yang ditolak guna mempersiapkan persediaan obat agar mengurangi penolakan resep di masa mendatang. Jika ada obat yang persediaannya habis, maka dilakukan pengecekkan stok obat di gudang dan jika obat tersedia maka obat dapat langsung diberikan kepada pasien. Tetapi jika tidak ada maka pasien ditawarkan untuk menunggu obat atau obat diantarkan ke rumah pasien tanpa harus menunggu, selain itu obat yang kurang pun akan dijanjikan untuk disediakan obatnya sehari setelah pembelian. Dalam setiap pergantian shift, petugas apotek yang bertanggung jawab harus melaporkan seluruh hasil penjualan apotek dalam bentuk bukti setoran Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
67
kasir apotek untuk selanjutnya divalidasi. Validasi dilakukan terhadap semua transaksi, baik tunai maupun kredit. Validasi adalah proses pengecekan data transaksi dari hasil entry, lalu bukti setoran kas untuk transaksi tunai dicocokkan dengan kas yang ada.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek. Jakarta Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta.
No.
Departemen Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Peraturan Pemerintah RI No. 25 Tahun 1980 Tentang Apotek (Pasal 1 dan 2). (1980). Jakarta. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. (2000). Profil Perusahaan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., Jakarta.
70
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
TABEL
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
Tabel 2.1 Obat Wajib Apotek No.1 NO. 1
KELAS TERAPI Oral Kontrasepsi
NAMA OBAT Tunggal Linastrenol
Kombinasi Etinodiol diasetat-mestranol Norgestrel-etinil estradiol Linestrenoiletinil estradiol Etinodiol diasetatetinil estradiol Levonorgestrel- etinil estradiol Norethindronemestranol Desogestreletinil estradiol
Kontrasepsi
JUMLAH TIAP JENIS OBAT PERPASIEN 1 siklus
Kontrasepsi
1 siklus
INDIKASI
CATATAN • Untuk siklus pertama harus dengan resep dokter • Akseptor dianjurkan control ke dokter tiap 6 bulan • Akseptor dianjurkan control ke dokter tiap 6 bulan • Untuk akseptor “lingkaran biru” wajib menunjukkan kartu
71
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
Tabel 2.1 Lanjutan 1 Obat Wajib Apotek No.1 NO. 2
KELAS TERAPI Obat Saluran Cerna
N A A. Antasid + Sedativ / Spasmodik - Al.oksida, Mg.trisilikat + Papaverin HCI, Klordiazep-oksida - Mg.trisilikat, Al.oksida + Papaverin HCI + Klordiasepoksida + diazepam + sodium bicarbonate - Mg.trisilikat, Al.hidroksida + Papaverin HCI, diazepam - Mg-Al.silikat + beladona + kloediasepoksid + diazepam
INDIKASI
JUMLAH TIAP JENIS OBAT PERPASIEN
CATATAN
- Al.oksida, Mg.oksida + hiosiamin HBr, atropine SO4, hiosin HBr - Mg.trisilikat, Al.hidroksida + Papaverin HCI - Mg.trisilikat + Al.hidroksida + Papaverin HCI, klordiasepoksida +
72
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
Tabel 2.1 Lanjutan 2 Obat Wajib Apotek No.1
NO. KELAS TERAPI
NAMA OBAT B. Anti Spasmodik Papaverin/Hiosin butilbromide/Atropin SO4/ekstrak beladon
INDIKASI
Kejang saluran cerna
C. Spasmodik - Analgesik - Metamizole, Penpivennium Kejang saluran cerna yang disertai nyeri bromide - Hyoscine N-butilbromide, hebat dipyrone - Methampyrone, beladona, papaverin HCI - Methampyrone hyoscine butilbromide ,diazepam - Pramiverin, metamizole - Tiemonium methyl sulphate, sodium noramidoprometha ne sulphonate - Pafinium bromide, sulpyon D. Anti Mual - Metoklopramid HCI E. Laksan - Bisakodil Supp
JUMLAH TIAP JENIS OBAT PER-PASIEN
CATATAN
Maksimal 20 tablet
Maksimal 20 tablet
Mual, muntah
Maksimal 20 tablet
Konstipasi
Maksimal 3 supp
73
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
Tabel 2.1 Lanjutan 3 Obat Wajib Apotek No.1
NO
KELAS TERAPI NAMA OBAT Obat Mulut dan Tenggorokan
Obat Saluran napas
INDIKASI
JUMLAH TIAP JENIS OBAT PERPASIEN Maksimal 1 botol
A. Hexetidine
Sariawan, radang tenggorokan
B. Triamicinolone acetonide
Sariawan berat
Maksimal 1 tube
A. Obat Asma 1. Aminoilin Supp 2. Ketotien
Asma Asma
Maksimal 3 supp Maksimal 10 tablet Sirup 1 botol Maksimal 20 tablet Sirup 1 botol Inhaler 1 tabung Maksimal 20 tablet Sirup 1 botol Inhaler 1 tabung
CATATAN
• Pemberian obat-obat asma hanya atas
74
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
Tabel 2.2 Daftar Perubahan Obat Wajib Apotek No 1 NAMA GENERIK OBAT Aminophylline
GOLONGAN SEMULA Obat keras dalam substansi/Obat
GOLONGAN BARU Obat bebas Terbatas
Benzoxonium
Wajib Apotik (suppositoria) Obat keras
Obat bebas Terbatas
Benzocain
Obat keras
Bromhexin
Obat keras/ Obat Wajib Apotik
Cetrimide
Obat keras
Chlorhexidin
Obat keras
Obat bebas Terbatas
Obat bebas Terbatas Obat bebas Terbatas
Obat keras
Obat bebas Terbatas
Dexbrompheniramine maleat
Obat keras
Obat bebas Terbatas
Diphenhyramine
Obat keras Terbatas dengan Batasan
Obat bebas Terbatas
Docusate Sodium
Obat keras
Obat bebas
Hexetidine
Obat keras/Obat Wajib Apotik
Obat Bebas Terbatas
Obat Keras
Obat Bebas Terbatas
Obat Keras
Obat Bebas Terbatas
Mebendazol
Obat Keras/Obat Wajib Apotik
Obat Bebas Terbatas
Oxymetalozine
Obat Keras
Obat Bebas Terbatas
Theophylline
Obat Keras dalam substansi
Obat Bebas Terbatas
Tolnaftate
Obat Keras/Obat Wajib Apotik
Obat Bebas
Lidocain
Triprolidine
Obat Keras
Sebagai obat luar untuk mulut dan tenggorokan (Kadar < 0.05%). Anestetik mulut dan tenggorokan
Obat bebas Terbatas
Choline Theophyllinate
Ibuprofen
PEMBATASAN
Sebagai obat luar untuk antiseptik kulit (kadar < 0.12%)
Sebagai obat luar untuk mulut dan tenggorokan (Kadar < 0.1%). Tablet 200 mg, kemasan tidak lebih dari 10 tablet Anestetik mulut dan tenggorokan Semua materi untuk promosi harus mengemukakan resiko bahaya obat. Obat semprot hidung (Kadar<0.05%)
Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal (Kadar < 1%)
Obat Bebas
75
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
76
Tabel 2.3 Daftar Obat Wajib Apotek No 2 No.
NAMA GENERIK OBAT
JUMLAH MAKSIMAL TIAP JENIS OBAT PER PASIEN Tab 200 mg, 6 Tab Tab 400 mg, 3 Tab 1 tube
1.
Albendazol
2.
Bacitracin
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Benolirate Bismuth subcitrate Carbinoxamin Clindamicin Dexametason Dexpanthenol Diclofenac Diponium Fenoterol Flumetason Hydrocortison butyrat Ibuprofen
15.
Isoconazol
16.
Ketokonazole
17. 18. 19. 20. 21. 22.
Levamizole Methylprednisolon Niclosamide Noretisteron Omeprazole Oxiconazole
Kadar < 2%: • Krim 1 tube • Scalp sol. 1 botol Tab 50 mg, 3 tab 1 tube Tab 500 mg, 4 tab 1 siklus 7 tablet Kadar < 2%, 1 tube
23. 24. 25. 26. 27.
Pipazetate Piratiasin Kloroteofilin Pirenzepine Piroxicam Polymixin B Sulfate
Sirup 1 botol 10 tablet 20 tablet 1 tube 1 tube
28. 29. 30.
Prednisolon Scopolamin Silver Sulfadiazin
1 tube 10 tablet 1 tube
31. 32. 33.
Sucralfate Sulfasalazine Tioconazole
20 tablet 20 tablet 1 tube
34.
Urea
1 tube
10 tablet 10 tablet 10 tablet 1 tube 1 tube 1 tube 1 tube 10 tablet 1 tabung 1 tube 1 tube Tab 400 mg, 10 tab Tab 400 mg, 10 tab 1 tube
PEMBATASAN
Sebagai obat luar untuk infeksi pada kulit
Sebagai obat luar untuk obat acne. Sebagai obat luar untuk obat acne. Sebagai obat luar untuk obat acne. Sebagai obat luar untuk obat acne. Inhalasi Sebagai obat luar untuk inflamasi. Sebagai obat luar untuk inflamasi.
Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi
Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal
Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk inflamasi Sebagai obat luar bakteri pada kulit
untuk
infeksi
Sebagai obat luar untuk infeksi jamur lokal Sebagai obat luar untuk hiperkeratosis.
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
77
Tabel 2.4 Daftar Obat Wajib Apotek No 3
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
78
Lampiran 1. Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
79
Lampiran 2. Denah apotek
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
80
Lampiran 3. Denah Praktek Dokter
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
81
Lampiran 4.Struktur Organisasi Bisnis Manager Apotek Wilayah Tangerang
Manager Bisnis Apotek
Pengadaan
Administrasi dan Keuangan
Kasir Besar
Ka Pelayanan Farmasi Manager Apotek Pelayanan Manager Apotek Pelayanan Manager Apotek Pelayanan
Layanan Farmasi
Swalayan Farmasi
Layanan Farmasi
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
82
Lampiran 5. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 115 Pamulang
MAP
Asisten Apoteker
Kasir
Juru Resep
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
83
Lampiran 6. Alur Pelayanan Penerimaan Resep
Penerimaan Resep
Resep Kredit
Resep Tunai
Pemeriksaan kelengkapan administrasi
Pemeriksaan kelengkapan administrasi Pemberian harga
Pemberian harga Pasien membayar di kasir dan diberi nomor resep
Pemberian nomor urut
Bagian Peracikan
Obat Jadi
Obat Racikan
Pemberian etiket
Pemeriksaan kesesuaian obat
Penyerahkan obat
Obat diterima oleh pasien
Resep disimpan petugas
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
84
Lampiran 7. Bon Permintaan Barang Apotek
PT. Kimia Farma Apotek APOTEK KF 115 BON PERMINTAAN BARANG APOTEK Ke Apotek : BM. WILAYAH PAMULANG NOMOR BPBA : TANGGAL:
No.
Nama Obat
Ktgr
Stock
Avg.
Jumlah
Kemasan
Jual
Pembuat
Jml
Hrg
Jml
Beri
Satuan
Permintaan
Penerima
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
Askes
Pimpinan
85
Lampiran 8. Kartu Stok
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
86
Lampiran 9. Surat Pesanan Narkotika
Rayon : Np SP :
Model No Lembar ke 1/2/3/4 SURAT PESANAN NARKOTIKA
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Jabatan : Alamat rumah : Mengajukan pesanan Narkotika kepada : Nama distributor : Alamat & No. Tilpon : Sebagai berikut : ……………………… Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan Apotek_ ……………………………………………….. Lembaga
…………………………tahun 20.. Pemesan (.…………………………………..) No. SIK
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
87
Lampiran 10. Surat Pesanan Psikotropika
SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Alamat : Jabatan : Mengajukan permohonan kepada : Nama Perusahaan : Alamat : Jenis Psikotropika Sebagai Berikut : No Nama obat psikotropika Kemasan Jumlah 1 2 3 dst Untuk keperluan Pedagang Besar Farmasi/Apotek/Rumah Sakit/Sarana Penyimpanan Perbekalan Farmasi Pemerintah/Lembaga Penelitian & Pendidikan Nama : Alamat : Stempel & Tanda tangan Penanggung Jawab (………………………….)
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO.115 JL PAMULANG PERMAI RAYA D2/1A PERIODE 13 FEBRUARI – 22 MARET 2012
STUDI KELAYAKAN APOTEK DI KELURAHAN CIREUNDEU KECAMATAN CIPUTAT TIMUR
Laukha Mahfudloh, S.Far 1106124662
ANGKATAN LXXIV
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER-DEPARTEMEN FARMASI DEPOK JUNI 2012
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………….. DAFTAR ISI…………………………………………………………..
i ii
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………….....
1
1.1 Latar Belakang…………………………………………................... 1.2 Tujuan……………………………………………………................
1 3
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA ............................…………………...
4
2.1 Pengertian ……………………………………................................. 2.2 Proses Pembuatan studi Kelayakan…............................................... 2.3 Aspek- Penilaian Studi Kelayakan…………………………………
4 4 9
BAB 3.METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS DATA… 17 3.1 Waktu dan Tempat………………………........................................ 3.2 Pengumpulan Data dan Informasi…………………………………. 3.3 Pengolahan Data…………………………………………………… 3.4 Analisa Data………………………………………………………... 3.5 Pengambilan Keputusan……………………………………………
17 17 17 17 17
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN………..……………………..
18 18
4.1 Hasil………………………………………………………………... 4.2 Pembahasan………………………………………………………...
27
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………..... 31 5.1. Kesimpulan………………………………………………………... 5.2. Saran…………………………………………………….................
31 31
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 32
ii
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Salah satu realisasi pembangunan dibidang farmasi oleh pemerintah dan swasta adalah dengan menyediakan sarana pelayanan kesehatan, antara lain adalah berupa apotek. Untuk mengetahui layak atau tidaknya apotek itu didirikan perlu dilakukan studi kelayakan apotek, karena pada era globalisasi, memungkinkan customer untuk bebas memilih apotek mana yang mampu memberikan pelayanan yang memuaskan, profesional dengan harga bersaing. Dengan demikian strategi dan kinerja apotek pun harus berorientasi pada keinginan customer tersebut. Apotek merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya (barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan). Sebagai perantara, apotek dapat mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari supplier kepada konsumen, sehingga memiliki beberapa fungsi kegiatan antara lain : pembelian, gudang, pelayanan dan penjualan, keuangan, dan pembukuan. Agar apotek dapat dikelola dengan baik, maka seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus menguasai ilmu kefarmasian dan ilmu lainnya seperti ilmu pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi (accounting). Apotek bukanlah suatu badan usaha yang semata-mata hanya mengejar keuntungan, namun apotek mempunyai fungsi sosial yang menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya. Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes RI) No. 1332/MENKES/SK/X/2002, tentang revisi atas PP No. 922/MENKES/PER/X/1993, apotek adalah tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucap sumpah jabatan, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud sesuai dengan Ketentuan Umum Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk,
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
2
pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat; pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya dan pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang terdiri atas obat, bahan obat, obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli Indonesia (simplisia), alat kesehatan dan kosmetika. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan berkewajiban memberikan informasi mengenai perbekalan farmasi bagi pasien, tenaga kesehatan yang lain dan masyarakat pada umumnya. Petugas apotek juga harus mampu
memberikan
pelayanan
swamedikasi.
Hal
ini
didorong
oleh
kecenderungan masyarakat yang lebih memilih swamedikasi untuk penjagaan dan peningkatan kesehatan. Seorang apoteker di apotek memiliki kewenangan dan tanggung jawab penuh terhadap perbekalan farmasi, selain itu juga harus dapat menjalankan fungsi sebagai seorang manager yang baik melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian semua kegiatan di apotek. Seorang apoteker yang professional selain memiliki ilmu pengetahuan dan ketrampilan, juga harus ditunjang dengan pola pikir dan perilaku yang sesuai dengan kode etik profesi serta undang-undang yang berlaku. Selain untuk sarana pelayanan kesehatan, apotek juga merupakan salah satu sarana pengabdian apoteker yang telah disumpah. Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek antara lain: a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. b. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika. d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Mengingat pentingnya peranan apotek dalam upaya pelayanan kesehatan dan pendistribusian obat secara langsung kepada masyarakat, maka diharapkan seorang apoteker (APA) dalam menjalankan tugasnya di apotek dituntut
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
3
profesionalismenya yang meliputi pengetahuan dan ketrampilan kefarmasian yang memadai, pemahaman manajerial yang cukup, kemampuan berkomunikasi yang baik dan sikap kemauan untuk membangun sesama, sehingga dapat mengelola apotek sebagai sarana pelayanan kesehatan yang baik. Mengingat hal-hal tersebut di atas, apoteker memerlukan bekal pendidikan, pengetahuan dan pengalaman praktis dalam hal pengelolaan apotek agar dapat melaksanakan tugasnya secara professional. Obat yang diberikan kepada masyarakat berada dalam kondisi yang memenuhi syarat sehingga harapan untuk mencapai pengobatan optimal dapat tercapai.
1.2 Tujuan Tujuan tugas khusus praktek kerja profesi apoteker mengenai studi kelayakan, yaitu : a. Memahami cara-cara melakukan studi kelayakan apotek. b. Memahami aspek-aspek yang berhubungan dengan studi kelayakan apotek. c. Memperkirakan apakah pendirian apotek layak atau tidak layak untuk dilaksanakan
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Studi kelayakan (feasibility study) adalah suatu metode penjajagan gagasan (idea) suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan. Hal tersebut juga dilakukan dalam pendirian apotek. Tingkat keberhasilan suatu proyek dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :Kemampuan sumber daya internal ( kecakapan manajemen, kualitas pelayanan, produk yang dijual, kualitas karyawan) dan Lingkungan external yang tidak dapat dipastikan (pertumbuhan pasar, pesaing pemasok, perubahan peraturan) (M.Umar, 2011). Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap studi kelayakan diantaranya ( M.Umar, 2011) : a
Pengusaha Studi kelayakan diperlukan oleh pengusaha untuk dapat mengetahui
apakah gagasan usahanya layak dilaksanakan atau tidak karena dengan adanya studi kelayakan membantu pengusaha untuk mengambil peluang atau dapat menghindari risiko kerugian. b
Kreditor Studi kelayakan diperlukan oleh kreditor untuk dapat mengkaji apakah
proyek tersebut pantas diberikan kredit atau tidak. Faktor-faktor lain yang juga dijadikan pertimbangan seperti besarnya nilai jaminan, bonafiditas pengusahanya, tingkat hubungan kedua belah pihak. c
Investor Studi kelayakan diperlukan oleh investor untuk dapat menganalisis apakah
menanamkan modal pada proyek tersebut dapat memberikan keuntungan atau tidak
2.2 Proses Pembuatan Studi Kelayakan Tata cara dalam membuat studi kelayakan pendirian sebuah apotek harus memperhatikan seluruh aspek yang menjadi penelitian dan penilaiannya seperti 4
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
5
aspek rnanajemen, pasar, teknis dan aspek keuangan juga terdapat pada studi kelayakan pendirian sebuah apotek. Tahapan dalam membuat sebuah studi kelayakan pendirian apotek terdiri dari lima tahapan yaitu tahap (M.Umar, 2011) :
2.2.1 Tahap Pertama : Penemuan Suatu Gagasan Gagasan adalah sebuah pemikiran seseorang dalam suatu organisasi yang mempunyai keinginan untuk melakukan sesuatu. Gagasan yang baik untuk didiskusikan dan dianalaisis sebelum dilaksanakan adalah gagasan yang memenuhi kriteria diantaranya adalah sesuai dengan visi, dapat menguntungkan, sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki, tidak berentangan dengan peraturan yang berlaku dan aman untuk jangka panjang. Gagasan biasanya dapat timbul melalui serangkaian kegiatan berikut: a
Melalui media cetak. Bacaan-bacaan yang banyak memberikan kontribusi adalah bacaan yang berkaitan langsung dengan bidang usaha diminati. Dengan cara ini akan dapat diketahui sudah sejauh mana perkembangan bidang usaha tersebut saat ini, apa saja yang sudah dilakukan, teknologi yang sudah digunakan sampai saat ini, sehingga dapat diketahui apakah masih ada peluang. Jika peluang itu ada kirakira bagaimana cara untuk merealisasikan peluang tersebut. Jika ide/gagasan itu sudah terbentuk maka biasanya akan terus menerus mendorong pelaku untuk menggali sebanyak mungkin informasi yang berhubungan dengan ide/gagasan tersebut.
b
Melalui survei. Pelaku dapat merancang suatu survei secara umum dalam salah satu bidang usaha. Misal pelaku melakukan survei ke salah satu apotek, mengamati apa yang dikerjakan oleh apotek tersebut, kegiatan apa yang belum dapat dilakukan oleh apotek tersebut dengan baik.
c
Melalui pengalaman kerja. Ide atau gagasan muncul setelah pelaku mengalami sendiri kegiatan apa saja yang harus dilakukan. Jika suatu usaha akan menghasilkan produk atau jasa, dalam kontek ini pelaku terbiasa dengan kegiatan kerja sacara menyeluruh, sehingga kecil apapun pekerjaan yang berhubungan dengan proses penciptaan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
6
produk atau jasa sudah dikuasai
dengan baik. Istilah populernya proses
transfer teknologi kepada pelaku sudah berjalan dengan sempurna sehingga akan dapat menganalisis apakah masih ada peluang dan apakah mudah dan mungkin baginya untuk memulai usaha seperti yang sedang dilakukan sekarang. Ide atau gagasan yang muncul akan terealisasi jika didukung oleh rasa keyakinan pelaku atas dasar pengalaman yang sudah dimiliki saat ini.
2.2.2 Tahap Kedua : Penelitian Setelah gagasan didiskusikan dan dianalisis dapat memberikan gambaran perspektif yang baik bagi perusahaan di masa yang akan dating, maka gagasan tersebut disetujui untuk ditindaklanjuti dengan penelitian di lapangan. Dalam melakukan penelitian di lapangan, data-data yang dibutuhkan antara lain yaitu data : a. Ilmiah yaitu melalui analisis data-data bisnis mengenai kondisi lingkungan external yang ada di sekitar lokasi yang ditetapkan seperti : nilai strategis sebuah lokasi, data kelas konsumen, peraturan yang berlaku di daerah tersebut dan tingkat persaingan yang ada saat ini b. Non ilmiah : melalui institusi atau feeling yang diperoleh setelah melihat lokasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya.
2.2.3 Tahap Ketiga : Evaluasi Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian di lapangan, dapat dilakukan dengan cara yaitu : 2.2.3.1 Memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh, yang terdiri dari : a
Data lingkungan
di sekitar lokasi (external factor) : dari hasil analisis
terhadap data external yang ada saat ini dapat diketahui perspektif yang baik atau tidak bagi apotek di masa mendatang, seperti tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran), tingkat keuntungan yang akan diperoleh, kondisi keamanan, peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) di tempat lokasi yang ditetapkan dan kondisi keamanan disekitar lokasi yang ditetapkan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
7
b
Data kemampuan sumber daya yang dimiliki (internal factor) : apakah sumber daya yang ada saat ini mempunyai kemampuan untuk merealisasi gagasan pada lokasi yang ditetapkan, seperti : kemampuan keuangan, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan produk dan kemampuan pengelolaan (manajemen).
2.2.3.2 Membuat usulan proyek, yang meliputi : a
Pendahuluan mengenai :
1) Latar belakang, yaitu gambaran mengenai sesuatu yang menyebabkan munculnya suatu gagasan/ ide. 2) Tujuan yaitu gambaran mengenai sesuatu yang akan dicapai dari rencana pelaksanaan suatu gagasan tersebut. Sebagai ontoh: bahwa dengan menambah jumlah apotek pada suatu wilayah tertentu, maka akan terbentuk suatu jaringan apotek yang dapat melayani konsumen lebih dekat dan lebih banyak dengan tujuan untuk memperoleh peningkatan penjualan dan laba, memperoleh posisi tawar yang lebih baik terhadap supplier (pemasok). b
Analisis teknis antara lain meliputi : Peta lokasi dan lingkungan di sekitarnya, yaitu gambaran mengenai: pemetaan lokasi-lokasi yang menjadi target pendirian apotek baru, situasi lingkungan yang ada di sekitar lokasi yang menjadi target seperti situasi fasilitas transportasi, jenis konsumen, jumlah praktek dokter, apotek pesaing. Selain itu, disain interior dan exterior mengenai warna dan bentuk gedung serta billboard,
harus
dapat
memberikan
identitas
tersendiri yang
dapat
membedakannya dengan apotek pesaing dan harus dapat menarik perhatian konsumen serta jenis produk yang dijual oleh apotek, apakah dominan produk ethical atau produk over the counter. c
Analisis pasar antara lain meliputi :
1) Jenis pasar dan strategi persaingan yaitu gambaran mengenai : pasar monopoli, pasar oligopoli atau pasar persaingan bebas. 2) Potensi pasar yang meliputi jenis konsumen dan daya tarik laba 3) Target pasar (konsumen sasaran) yang meliputi jenis konsumen mana yang menjadi sasaran dan yang bukan menjadi sasaran.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
8
d
Analisis manajemen antara lain meliputi : bentuk badan usaha, struktur organisasi, jenis pekerjaan, jumlah kebutuhan tenaga kerja dan program kerja.
e
Analisis keuangan antara lain meliputi:
1) Jumlah biaya investasi dan modal kerja mengenai : jumlah biaya investasi yang dibutuhkan dan digunakan, lama waktu pengembalian (payback period), dan besar tingkat pengembalian internal yang aman (internal rate of return) per tahunnya. 2) Aliran kas terdiri dari 3 yaitu aliran kas masuk, aliran kas keluar dan aliran kas masuk bersih. 3) Sumber pendanaan yang meliputi : dari mana sumber biaya investasi diperoleh, besar tingkat efisiensinya dibandingkan dengan sumber laindan jenis pinjamannya (jangka pendek atau jangka panjang).
2.2.4 Tahap keempat: Rencana Pelaksanaan Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu (time schedule) untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas: a
Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja
b Mengurus izin c
Membangun, merehabilitasi gedung
d Merekrut karyawan e
Menyiapkan barang dagangan, sarana pendukung
f
Memulai operasional
2.2.5 Tahap kelima: Pelaksanaan Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan, dibuatkan suatu format yang berisi mengenai: a
Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
b
Mencatat setiap penyimpangan yang terjadi
c
Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
9
2.3 Aspek Penilaian Studi Kelayakan Aspek-aspek yang perlu dilakukan bila akan membuat suatu usaha apotek, antara lain ( M.Umar, 2011) : 2.3.1 Penilaian Aspek Manajemen Dalam hal ini yang perlu dilakukan antara lain meliputi rencana : 2.3.2.1 Strategi Manajemen Strategi manajemen yaitu suatu strategi yang akan digunakan untuk mengubah kondisi yang ada saat ini (current condition) menjadi kondisi di saat yang akan datang selama dalam suatu periode waktu tertentu. Strategi manajemen tersebut antara lain : a
Visi : cita-cita, yang akan dicapai oleh pendiri atau pemiliknya.
b
Misi : beban tugas utamanya.
c
Strategi : siasat untuk mencapai tujuan.
d
Program kerja : cara-cara untuk memperoleh sasaran.
e
Standar
prosedur operasional (SPO) : tata
cara
(langkah-langkah)
melaksanakan suatu kegiatan, yang berlaku sebagai peraturan. 2.3.2.2 Bentuk dan Tata Letak Bangunan Beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: a
Bentuk bangunan, dapat menggambarkan
1) Identity company image, untuk membentuk opini konsumen. 2) Nuansanya (physical evident) baik interior ataupun exterior, sesuai dengan target konsumen yang akan dilayani. 3) Kemudahan untuk dikembangkan. b
Sistem tata letak (lay out) dapat member kemudahan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian mutasi barang dan kemudahan bagi konsumen untuk memperolehnya (untuk barang OTC/bebas).
c
Estetika, rapih,teratur dan tersusun dengan baik.
d
Kesesuaian dengan peraturan yang berlaku dan sifat barang, karena dalam pengelolaan sediaan farmasi di apotek telah diatur oleh undangundang dan adanya sifat obat yang mudah terpengaruh oleh berbagai macam keadaan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
10
2.3.2.3 Jenis Produk Yang Akan Dijual Dalam melakukan penilaian terhadap analisis produk yang akan dijual, perlu diperhatikan beberapa hal yaitu : a
Target konsumen, bila target konsumennya yang menengah-atas, maka barang yang dijual juga barang menengah-atas.
b
Jumlah dan jenis (lini, item) produk kebutuhan konsumen, umumnya konsumennya yang menengah-atas meminta perhatian yang khusus dari penjual. Oleh sebab itu lini dan jumlah itemnya harus terpenuhi, sehingga kelengkapannya terjaga.
2.3.2 Penilaian Aspek Pasar Dalam menilai aspek pasar terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: 2.3.2.1 Bentuk Pasar a
Persaingan murni terdapat pada pasar yang banyak produsen/penjual dan banyak pembeli untuk barang/jasa yang bersifat homogen.
b
Persaingan tidak sempurna terdapat pada pasar yang berada diantara persaingan murni dan monopoli.
c
Monopoli terdapat pada pasar yang hanya ada satu penjual (tidak ada pesaing) dan bertindak sebagai penentu harga (price maker).
d
Duopoli terdapat pada pasar yang hanya ada dua penjual yang bersama-sama menyelenggarakan seluruh produksi atau bersama-sama menguasai seluruh pasaran barang/jasa tertentu.
e
Oligopoli terdapat pada pasar yang hanya ada sedikit produsen/penjual untuk barang yang sama atau hampir sama dan harga ditentukan oleh kualitas produk, servis dan promosi.
f
Persaingan
monopolistik
terdapat
pada
pasar
yang
agak
banyak
produsen/penjual dan harga ditentukan oleh promosi. 2.3.2.2 Potensi pasar Sejumlah pembeli di suatu wilayah yang memiliki uang dan keinginan untuk membelanjakannya, menunjukkan potensi pasar. Cara mengukur potensi Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
11
pasar (Q) adalah dengan mengalikan jumlah pembeli (n) dengan harga rata-rata barang (P). Q=nxP 2.3.2.3 Target pasar Jenis konsumen tertentu yang akan dilayani atau yang akan menjadi sasaran pemasaran disebut target pasar, yang dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu: a
Pasar individu (untuk keperluan perorangan), targetnya adalah masyarakat.
b
Pasar korporasi (untuk keperluan karyawan di suatu instansi), pembelian secara kredit, jumlah pembelian besar.
c
Pasar reseller adalah pasar yang membeli barang atau jasa untuk dijual kembali.
2.3.3 Penilaian Aspek Teknis Hal yang menjadi pertimbangan pada penilaian aspek teknis yaitu: 2.3.3.1 Lokasi dan lingkungan sekitar Arti strategis suatu lokasi adalah berkaitan dengan beberapa hal yang menjadi pertimbangan yang meliputi: a
Jarak lokasi dengan supplier, relatif dekat dan mudah dicapai
b
Jarak lokasi dengan domisili konsumen, relatif dekat dan mudah dicapai dengan berbagai macam jenis transportasi
c
Luas dan lahan bangunan, mudah untu mengembangkan usaha
d
Nyaman dan aman, daerahnya tidak jorok, tidak macet dan sempit dan tingkat kriminalnya rendah (bukan daerah premanisme)
e
Prospek pertumbuhan pasarnya relatif cepat dan besar, jumlah konsumen dan daya beli (income perkapita) nya relatif tinggi
2.3.3.2 Struktur Organisasi Pembentukkan struktur organisasi dimaksudkan untuk memberi gambaran mengenai:
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
12
a. Jumlah jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan b. Fungsi, tugas dan wewnang-tanggung jawab setiap pekerjaan c. Persyaratan jabatan pada setiap jenis pekerjaan d. Hirarki dalam pengambilan keputusan Dalam struktur organisasi, besar kecilnya bagan dan jumlah pegawai yang dibutuhkan tergantung pada: a
Jenis dan volume pekerjaan, bila jumlah dan volume pekerjaan banyak maka struktur diperbesar, sebaliknya bila volume pekerjaan sedikit, struktur dirampingkan, agar lebih efisien.
b
Penempatan setiap pegawai sesuai dengan persyaratan jabatannya yang telah ditetapkan.
2.3.4 Penilaian Aspek Keuangan Pertimbangan dalam menilai aspek keuangan dapat meliputi penilaian terhadap: 2.3.4.1 Penilaian Sumber Pendanaan (Financing) a
Kegunaannya Dana untuk kebutuhan membeli aktiva tetap, seperti tanah, bangunan,
peralatan interior (komputer, meja dan rak obat, kursi pasien) dan eksterior (billboard); dana untuk kebutuhan modal kerja (untuk aktiva lancar yaitu kas, rekening di Bank, membeli barang dagangan). b
Sumber Dana Dalam memilih sumber dana yang perlu diperhatikan adalah biaya yang
paling rendah (efisien) dengan tenggang pengembalian yang lebih lama dibandingkan payback periode proyeknya. Beberapa sumber dana yang dapat digunakan yaitu modal pemilik perusahaan (modal disetor), bank (kreditor), investor, dari hasil penerbitan saham atau obligasi, lembaga non-Bank atau leasing (dana pensiun). 2.3.4.2 Penilaian Analisis Keuangan Dalam melakukan penilaian aspek keuangan terhadap kelayakan suatu proyek dapat dilakukan dengan beberapa metode analisis antara lain meliputi: Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
13
a
Metode Analisis Payback Periode (PP) Pengukuran periode yang diperlukan dalam menutup kembali biaya
investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (laba bersih) yang akan diterima. Rumus: Payback period =
jumlah nilai investasi ×1 tahun jumlah kas yang masuk per tahun
Indikatornya adalah : 1) Bila PP yang diperoleh waktunya lebih kecil dari maksimum PP yang ditetapkan, maka proyek tersebut layak dilaksanakan 2) Bila PP yang diperoleh waktunyalebih besar lama dari maksimum yang ditetapkan, maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan 3) Bila PP yang diperoleh waktunya sama dengan maksimum yang ditetapkan, maka proyek tersebut dikatakan boleh dilaksanakan dan juga boleh tidak. Kelemahan dari analisis ini adalah bahwa nilai jumlah kas yang akan diterima (masuk), nilainya tidak sesuai dengan nilai sekarang (NPV – net present value) sehingga nilainya tidak sama dengan nilai uang investasi yang dikeluarkan pada saat ini.
b
Metode Analisis Return On Investment (ROI) Pengukuran besaran tingkat return (%) yang akan diperoleh selama
periode investasi dengan cara membandingkan jumlah nilai laba bersih per tahun dengan nilai investasi. Rumus:
ROI = Nilai laba bersih Nilai investasi
x 100%
Indikatornya adalah : 1) Bila ROI yang diperoleh lebih besar dari bunga pinjaman, maka proyek dikatakan layak dilaksanakan 2) Bila ROI yang diperoleh lebih kecil dari bunga pinjaman, maka proyek dikatakan tidak layak dilaksanakan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
14
3) Bila ROI yang diperoleh sama dengan bunga pinjaman, maka proyek boleh dilaksanakan dan boleh tidak. Kelemahan dari analisis ini adalah bahwa nilai jumlah laba yang akan diterima, nilainya tidak sesuai dengan nilai sekarang (di NPV kan) sehingga nilainya tidak sama dengan nilai uang investasi yang dikeluarkan pada saat sekarang.
c
Metode Analisis NPV (arus kas yang akan diterima) Analisis untuk mengetahui nilai arus kas yang akan diterima selama
periode investasi (NPV2) apakah lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan nilai investasi yang dikeluarkan pada saat sekarang (NPV1). Rumus:
Δ = NPV2 – NPV1
Indikatornya adalah : 1) Bila menggunakan diskon faktor yang sama dengan bunga pinjaman hasil Δ nya positif, maka proyek tersebut layak dilaksanakan 2) Bila menggunakan diskon faktor yang sama dengan bunga pinjaman hasil Δ nya negatif, maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan 3) Bila menggunakan diskon faktor yang sama dengan bunga pinjaman hasil Δ nya = 0, maka proyek tersebut boleh dilaksanakan boleh juga tidak d
Metode Analisis Internal Rate of Return (IRR) Pengukuran besaran diskon faktor (tingkat suku bunga), yang diperoleh
dengan cara persentase aliran kas yang akan diterima selama periode investasi sesuai dengan nilai sekarang. Nilai IRR harus lebih besar dari tingkat suku bunga pasar (market rate), karena investasi mempunyai banyak risiko antara lain yaitu risiko investasi gedung, resiko investasi peralatan, dll. Metode untuk mencari IRR dari arus kas yang akan diterima selama periode investasi yaitu dengan metode Trial dan Error. Langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Menghitung nilai sekarang (NPV2) arus kas yang akan diterima selama periode investasi dengan diskon faktor (df1) yang sama dengan suku bunga pinjaman, lalu NPV2 nya dikurangi dengan NPV1 (nilai investasi yang dikeluarkan sekarang) Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
15
2) Bila dengan diskon faktor (df) yang = suku bunga pinjaman hasil dihentikan dan proyek dinyatakan tidak layak. Karena dengan (df1) yang = suku bunga pinjaman saja Δ 1 nya sudah negative 3) Bila dengan diskon faktor (df1) yang = suku pinjaman hasilnya Δ 1 nya positif, maka NPV2 nya dihitung kembali dengan diskon faktor yang lebih besar (df2) sampai memperoleh nilai Δ 2 (NPV2 – NPV1) yang paling mendekati 0 (+) atau (-) (+)
(–) Δ2=0
2) Trial dan Error yang ke n kali dengan menggunakan dfn yang > dari suku bunga Bank, sampai memperoleh Δ2 nya yang paling mendekati 0
Δ2
Interval IRR
1) Trial dan Error yang pertama kali dengan menggunakan df1 yang = suku bunga Bank, akan memperoleh Δ 1 > 0
4) Bila dengan menggunakan diskon factor yang > dari suku bunga yang ke n kali telah memperoleh hasil Δ2 nya yang paling mendekati 0, maka itulah diskon factor (df2) yang paling maksimal. Karena bila angka diskon factor diperbesar lagi maka Δ2 nya akan negatif 5) Kemudian mencari IRR nya
IRR = (df1) +
e
(Δ 1) x (df2-df1) (df2 – df1df1) (Δ 1 + Δ 2)
Analisis Break Event Point (BEP) Suatu titik yang menggambarkan bahwa keadaan kinerja apotek
berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Posisi keadaan kinerja apotek yang seperti ini disebut sebagai posisi titik pulang pokok atau titik impas. Rumus:
TR = TC
atau
TR - TC = 0 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
16
1) TR (total revenue) Total pendapatan atau revenue (TR - total revenue) adalah jumlah penjualan yang diperoleh dari hasil kali harga (P - price) dengan jumlah unit barang (Q - quantity) pada suatu periode tertentu Rumus:
TR = P x Q
2) TC (total cost) Yang dimaksud dengan Total biaya (TC) adalah biaya yang terdiri dari: a) Biaya variable (VC - variable cost) adalah suatu jenis biaya yang secara proporsional berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah penjualan atau produksi. Bila jumlah penjualan naik, maka biaya ini juga akan naik atau sebaliknya. Contoh biaya variabel biaya pembelian barang dagangan, bahan baku b) Biaya tetap (FC -fix cost) adalah jenis biaya yang secara total akan tetap, walaupun terjadi perubahan pada volume penjualan atau jumlah produksi. Contoh biaya tetap: biaya gaji pegawai, biaya tak langsung (listrik, telepon, air), biaya bunga pinjaman. Rumus:
TC = VC + FC
c) Keuntungan (Profit) adalah sisa pendapatan dari total penjualan bersih (TR) setelah dikurangi dengan total biaya (TC). Rumus Profit = TR – TC Analisis Break Even Point adalah suatu alat analisis yag digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel pendapatan (revenue), biaya (cost), dan keuntungan (profit) yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu. Fungsi analisis BEP antara lain adalah untuk merencanakan jumlah: 1) Penjualan, pada tingkat penjualan berapa, labanya dapat menutup biaya variable dan biaya tetap yang dikeluarkan apotek? 2) Laba rugi, berapa jumlah keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh apotek, ketika jumlah penjualan dan jumlah biaya tercapai pada tingkat tertentu. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
3.1 Waktu dan Tempat Tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) tentang studi kelayakan dilaksanakan di Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur mulai tanggal 14 Maret hingga 22 Maret 2012.
3.2 Pengumpulan Data dan Informasi Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin, baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dan informasi diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya yaitu Kelurahan sekitar mengenai data-data penduduk Cireundeu dan survei apotek, Rumah Sakit, Klinik dan Praktek Dokter daerah Cireundeu
3.3 Pengolahan Data Setelah data dan informasi terkumpul maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data. Dimana hal ini, hendaknya diperiksa ulang untuk memastikan kebenaran data dan informasi yang diperoleh
3.4 Analisa Data Dalam rangka menentukan kriteria kelayakan dari keseluruhan aspek kelayakan apotek, analisa data ditentukan dari kriteria-kriteria yang memenuhi syarat. Hal ini dapat dianalisa dari kunjungan pasien/hari, jumlah R/ yang diterima, harga rata-rata lembar resep.
3.5 Pengambilan Keputusan Setelah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil dari analisa data, maka selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan terhadap hasil tersebut. Keputusan yang diambil harus memenuhi aturan-aturan dan kriteriakriteria yang telah ditetapkan berdasarkan ukuran-ukuran yang telah ditentukan. Jika tidak layak maka sebaiknya dibatalkan dengan menyebutkan alasannya.
17
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1. Profil Kelurahan Cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur 4.1.2.1 Demografi a. Luas Wilayah
: 320 Ha/ Km2
b. Batas Wilayah 1) Utara
: Kelurahan Lebak Bulus (DKI Jakarta)
2) Barat
: Kelurahan Pisangan
3) Selatan
: Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Rempoa
4) Timur
: Kelurahan Lebak Bulus (DKI Jakarta)
c. Jumlah Penduduk : 23.428
4.1.2.2 Tingkat Pendidikan a. Tidak/Belum Bersekolah
: 1165
b. Belum Tamat Sd/Sederajat
: 150
c. Tamat Sd/Sederajat
: 2331
d. SMP/Sederajat
: 3496
e. SMA/Sederajat
: 3993
f. Diploma III/Akademik
: 3492
g. Strata I
: 266
h. Strata II
: 466
i. Strata III
: 233
4.1.2.3 Mata Pencaharian a. Belum/Tidak Bekerja
: 1620
b. IRT
: 4680
18
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
19
c. Pelajar/Mahasiswa
: 3200
d. Pensiunan
: 375
e. PNS
: 1705
f. TNI
: 98
g. POLRI
: 87
h. Pedagang
: 2501
i. Petani
: 80
j. Karyawan BUMN/BUMD/Swasta
: 4787
k. Buruh
: 1200
l. Guru
: 247
m. Dosen
: 87
n. Dokter
: 14
o. Perawat
: 28
p. Bidan
:6
q. Lainnya
: 2513
4.1.2.4 Fasilitas Kesehatan a. Rumah Sakit
: Rumah Sakit Ibu dan Anak Lestari
b. Klinik
:
1) Klinik Dharma Bhakti Medika 2) Klinik Umum Harapan Mulia 3) Klinik Perawatan Kulit dan Wajah U-Derma c. Dokter Umum
: dr. Med.Agus Wb Santoso
d. Dokter gigi 1) Drg Theresia Dessy MM 2) Drg Johny Nirwanto 3) Drg. Hj Iza Heriyanto e. Bidan
: Bidan Eli
f. Apotek
:
1) Apotek Generik Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
20
2) Apotek K24 3) Apotek Millenium 4) Apotek Cera Farma 5) Apotek Kevin Farma 6) Apotek Rajawali 7) Apotek Century 8) Apotek Roxy
4.1.2. Analisa Perolehan Omset 4.1.2.1 Perolehan Omset Apotek Tabel.1 Omset Apotek No
Apotek
Rata-rata lembar R/ per hari 10
Harga rata-rata per lembar R/ 40.000
Jumlah perolehan omzet per hari 400.000
1.
Generik
2.
K24
25
70.000
1.750.000
3.
Millenium
25
60.000
1.500.000
4.
Cera Farma
20
60.000
1.200.000
5.
Kevin Farma
10
40.000
400.000
6.
Rajawali
30
85.000
2.550.000
7.
Century
15
100.000
1.500.000
8.
Roxy
25
90.000
2.250.000
4.1.2.2 Perolehan Omset Praktek Dokter Tabel 2. Omset Praktek Dokter
No 1.
Dokter dr. Med.Agus
Rata-rata pasien per hari 8
Rata-rata lembar R/ per hari
Harga ratarata per lembar R/
8
60.000
Jumlah perolehan omzet per hari 480.000
5
70.000
450.000
Wb Santoso 2.
Drg Theresia
10
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
21
Dessy MM 3.
Drg Johny
10
5
80.000
400.000
10
5
60.000
300.000
Nirwanto 4.
Drg. Hj Iza Heriyanto
4.1.2.3 Perolehan Omset Klinik Tabel 3. Perolehan Omset Klinik
No
Klinik
1.
Klinik Dharma
Rata-rata lembar R/ per hari
Harga ratarata per lembar R/
20
40.000
Jumlah perolehan omzet per hari 800.000
100
80
40.000
3.200.000
7
5
150.000
750.000
Rata-rata pasien per hari 35
Bhakti Medika 2.
Klinik Umum Harapan Mulia
3.
Klinik Perawatan Kulit dan Wajah UDerma
4.1.2.4 Perolehan Omset Rumah Sakit Tabel 4 Perolehan Omset Rumah Sakit
No 1.
Rumah Sakit Lestari
Rata-rata pasien per hari 50
Rata-rata lembar R/ per hari
Harga ratarata per lembar R/
40
100.000
Jumlah perolehan omzet per hari 4.000.000
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
22
4.1.3
Proyeksi Anggaran Biaya
4.1.3.1 Sarana Penunjang a
Rak kaca
: Rp.20.000.000,- (@ Rp. 5.000.000)
b Meja kerja
: Rp. 1.000.000,-
c
: Rp. 1.000.000,-
Meja racik
d Lemari narkotik
: Rp. 500.000,-
e
Kursi-kursi
: Rp. 500.000,-
f
Komputer 2 unit
: Rp. 6.000.000,-
g
Mesin kasir
: Rp. 1.000.000,-
h Peralatan administrasi
: Rp.
300.000,-
i
Telepon
: Rp.
300.000,-
j
Peralatan meracik
: Rp. 2.500.000,-
k Kulkas
: Rp. 2.000.000,-
l
: Rp.
Dispenser
200.000,-
m Pedingin Ruangan
: Rp. 6.000.000,- (@ Rp.2.000.000,)
n Papan nama apotek
: Rp.
o
: Rp. 1.000.000,-
Buku wajib farmasi
p Alat-alat kebersihan Total
: Rp.
200.000,-
50.000,-
: Rp.42.550.000,-
4.1.3.2 Modal Operasional (biaya penjualan & representasi) = Rp. 50.000.000,Total Modal = Sarana Penunjang + Modal Operasional = Rp. 42.550.000,- + Rp. 50.000.000,=Rp.92.550.000,-
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
23
Tenaga Personalia dan Biaya Pengelolaan a
Tenaga Personalia
1) Apoteker
:1
Upah/ bulan
: Rp. 2.500.000,-
Upah / tahun
: Rp. 30.000.000,-
Tunjangan hari raya: Rp. 2.500.000,Total
Rp. 32.500.000,-
2) Asisten apoteker junior : 2 Upah/bulan
: Rp. 1.300.000,-
Upah asisten/tahun
: Rp. 15.600.000,-
Tunjangan hari raya
: Rp. 1.300.000,-
Total
Rp. 16.900.000,- x 2 = Rp. 33.800.000,-
3) Asisten apoteker senior : 1 Upah/bulan
: Rp. 1.500.000,-
Upah asisten/tahun
: Rp. 18.000.000,-
Tunjangan hari raya
: Rp. 1.500.000,-
Total
Rp. 19.500.000,-
4) Non AA
:1
Upah/ bulan
: Rp 800.000.-
Upah/ tahun
: Rp 9.600.000.-
Tunjangan Hari Raya : Rp Total
800.000.-
: Rp 11.200.000.-
Biaya personalia/tahun : Rp. 97.000.000,b
Biaya Pengelolaan/tahun
Biaya Pemeliharaan (listrik, air dan telepon) : Rp 18.000.000,Sewa gedung
: Rp 50.000.000,-
Biaya Operasional Kendaraan
: Rp 5.000.000,-
Biaya Penyusutan
: Rp 1.500.000,Total
Rp74.500.000,Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
24
Total Biaya Tetap = Rp. 97.000.000,- + Rp.74.500.000,= Rp. 171.500.000,4.1.4
Proyeksi Pendapatan
Adapun rencana pendapatan dari pembangunan apotek ini yang dapat dilihat dari perhitungan rara-rata lembar resep yang didapat dari apotek-apotek pesaing : (pendapatan pada tahun pertama) 4.1.4.1 Resep Resep Tunai Jumlah resep per hari Apotek Rp 65.000 x 20 = Rp 1.300.000 Maka jumlah resep Apotek KF dalam setahun Rp 1.300.000 x 365 = Rp 474.500.000
4.1.4.2 Resep UPDS Jumlah UPDS per hari Apotek KF Rp 20.000 x 30 = Rp 600.000 Maka jumlah resep UPDS Apotek KF dalam setahun Rp 600.000 x 365 = Rp 219.000.000
Jadi Jumlah Resep Tunai Apotek dalam setahun Rp 474.500.000 + 219.000.000 = Rp 693.500.000
4.1.4.3 Obat OTC Jumlah pembelian obat bebas Apotek KF per hari Rp 15.000 x 30 = Rp 450.000 Maka jumlah pembelian obat bebas Apotek dalam setahun Rp 450.000 x 365 = Rp 164.250.000
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
25
TOTAL PENJUALAN Total penjualan resep = Rp. 693.500.000 Total penjualan OTC = Rp. 164.250.000
+
Total penjualan/tahun = Rp. 857.750.000
4.1.4.4 Perkiraan Laba Rugi Tahun Pertama Omset penjualan resep
: Rp. 693.500.000,- (80%)
Omset penjualan OTC
: Rp. 164.250.000,- (20%)
TOTAL PENJUALAN
: Rp. 857.750.000,-
Keuntungan yang diinginkan: Dari penjualan resep = 30% Dari penjualan OTC = 20%
Penjualan resep
: 100%+30% = 130% (1,3)
Penjualan OTC
: 100%+30% = 120% (1,2)
Penjualan Resep
: 80% x 1,3 = 1,04
Penjualan OTC
: 20% x 1,2 = 0,24+
Faktor harga jual
= 1,28
Laba Brutu : 0,28/1,28 x 100% = 21,88% Laba Netto : (21,88%x omset penjualan) – (biaya gaji dan pengelolaan) : (21,88%x Rp. 857.750.000,-) – Rp. 174.100.000,: Rp. 13.575.700,-
4.1.5
Proyeksi Biaya Dalam proyek pembangunan Apotek di Kelurahan Cireundeu proyeksi biaya
diklasifikasikan sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
26
a. Biaya Pokok Penjualan Biaya yang secara langsung dikeluarkan untuk membangun apotek tersebut secara keseluruhan seperti : biaya konstruksi, biaya infrastruktur, biaya perizinan, dan lainnya. b. Biaya Usaha Terdiri dari biaya administrasi dan umum, baiaya telepon, biaya operasional dan perlengkapan kantor, biaya pemasaran dan lainnya. c. Biaya Lainnya seperti biaya asuransi, biaya bunga atas modal dan lainnya.
4.1.6
Analisa Kelayakan Apotek Dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan apotek ditinjau dari berbagai alat
uji investasi seperti IRR, NPV, Payback periode. 4.1.6.1 Payback Period (PP) Analisa payback period adalah untuk mengetahui berapa lama suatu investasi yang dilakukan akan kembali dengan cara mengurangkan investasi dengan rangkaian proceed (Selisih antara cash in dan cash out) kecuali pengeluaran untuk investasi dan cicilan pokok hutang bank yang akan diterima. PP
=
=
× 1 tahun
.
.
.
.
.
.
× 1 tahun = 6,79 tahun
Payback periode (PP) selama 6,79 tahun, di atas 5 tahun
4.1.6.2 Return of Investment (ROI) % untuk 1 tahun ROI =
× 1 tahun
Rp.13.575.000
= Rp.92.550.000 × 100% = 14,72% Return of Investment (ROI) sebesar 14,72 % dibawah suku bunga bank yang biasanya sebesar 15%.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
27
4.1.6.3 Break Even Point (BEP) BEP =
BEP =
1 × Biaya tetap [1 − (Biaya variabel⁄Pendapatan)]
1 × Rp. 174.100.000 = Rp. 784.000.000 [1 − (1⁄1,28)]
Jadi, Break Even Point terjadi pada saat : Penjualan resep mencapai Rp. 627.200.000,- /tahun atau 9649 resep/tahun atau 26 resep/hari Penjualan OTC mencapai Rp. 156.800.000,- /tahun atau Rp. 435.555,-/hari
4.2 Pembahasan Apotek merupakan tempat atau sarana pelayanan terhadap konsumen yang berkaitan
dalam
bidang
farmasi
meliputi
pengadaan,
penyimpanan
dan
pendistribusian atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, serta pembuatan hingga pengendalian mutu sediaan farmasi. Ada 2 jenis kegiatan yang dilakukan seorang apoteker di dalam apotek, yaitu kegiatan praktek profesi yang berhubungan langsung dengan pasien dan kegiatan dalam hal manajemen. Kegiatan praktek profesi apoteker dapat dilakukan dalam bentuk memberikan informasi obat, menjelaskan penggunaan obat, memonitor penggunaan obat pasien dan kondisinya setelah penggunaan obat (patient oriented). Kegiatan dalam hal manajemen adalah pengelolaan apotek yaitu merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengawasi semua kegiatan apotek. Untuk dapat mengelola apotek, seorang apoteker tidak cukup dengan berbekal ilmu teknis kefarmasian saja, karena mengelola sebuah apotek sama dengan mengelola sebuah perusahaan, sehingga dibutuhkan kemampuan manajemen yang meliputi pengelolaan administrasi, persediaan, sarana, keuangan dan pengelolaan sumber daya manusia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
28
Gagasan untuk membuat sebuah apotek baru, memerlukan analisis studi kelayakan apotek dengan tujuan untuk mengetahui layak atau tidak layak sebuah apotek itu didirikan. Proses dalam membuat studi kelayakan ini pertama-tama adalah penemuan suatu gagasan, kemudian dilakukan pengumpulan data baik kualitatif maupun kuantitatif yang berasaal dari kelurahan dan kemudian melakukan survei ke lapangan. Dalam analisis studi kelayakan harus memeperhatikan berbagai aspek meliputi aspek manajemen, pasar, teknis dan keuangan. Aspek manajemen memerlukan strategi manajemen yang akan digunakan untuk mengubah kondisi saat ini menjadi kondisi yang akan datang dalam suatu periode waktu tertentu dengan membuat program kerja dan standar prosedur operasional agar tepat sasaran. Selain itu juga perlu diperhatikan dalam bentuk dan tata letak bangunan sehingga memberi kemudahan untuk dikembangkan dan dapat menarik konsumen dengan desain yang menarik, rapi, teratur dan tersusun rapi. Aspek pasar untuk bisnis apotek di Kelurahan Cireundeu merupakan bentuk pasar dengan persaingan sempurna dimana jumlah penjual dan konsumen tidak terbatas. Di Kelurahan Cireundeu terdapat 8 apotek pesaing dengan jarak yang tidak terlalu jauh satu sama lain sehingga untuk potensi pasarnya mungkin hanya akan menarik sedikit pelanggan/konsumen. Sehingga jika ingin membangun apotek baru di daerah sekitar kelurahan Cireundeu diperlukan sebuah konsep yang berbeda dari apotek-apotek pesaing yang ada sekarang. Aspek teknis ini harus memperhatikan lokasi dan lingungan sekitar. Lokasi pendirian apotek baru di Kelurahan Cireundeu dinilai strategis karena jarak lokasi dikelilingi dengan beberapa perumahan, swalayan dan pertokoan sehingga jarak domisili konsumen relatif dekat dan mudah dicapai dengan berbagai macam jenis transportasi. Ditinjau dari aspek pasar sekitar lokasi, relatif kecil dengan daya beli konsumen yang cukup rendah. Hal yang perlu dilakukan adalah analisis SWOT yaitu a
Strength (Kekuatan) seperti letak apotek yang strategis (berdekatan dengan permukiman
penduduk), memberikan pelayanan produk dan pelayanan
kefarmasian yang berbasis pada pharmaceutical care meliputi pelayanan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
29
informasi obat dan konseling, berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer satisfaction), ketersediaan fasilitas yang memudahkan akses pelayanan kesehatan (seperti: Praktek dokter, laboratorium, delivery order), jalur angkot yang cukup banyak melewati lokasi tersebut, tersedianya obat dengan harga terjangkau, pelayanan yang ramah, suasana apotek yang nyaman dan aman. b
Weakness (Kelemahan) seperti praktek dokter, klinik dan Rumah Sakit yang melakukan dispensing obat sendiri sehingga perolehan resep di apotek yang sedikit.
c
Opportunity (Peluang) seperti jumlah penduduk yang banyak (lebih dari 10 ribu penduduk), lokasi berdekatan dengan perumahan penduduk, mengutamakan kepuasan pelanggan, sehingga jumlah omset akan meningkat.
d
Threat (Ancaman) meliputi keberadaan kompetitor seperti apotek lain, toko obat, warung, minimarket serta supermarket yang juga menjual obat, persaingan harga yang terlalu ketat. Aspek terakhir yang penting dalam studi kelayakan adalah aspek keuangan.
Aspek ini sangat penting untuk dapat mengetahui proyeksi laba-rugi, payback periode, Return on investment dan juga BEP yang dapat dihitung dari data yang diperoleh dari hasil survei lingkungan di sekitar daerah Kelurahan Cireundeu. Dari hasil analisis keuangan diperoleh laba netto Rp. 13.575.700,- dalam satu tahun. Untuk perhitungan Payback periode diperoleh selama 6,79 tahun yang berarti periode waktu yang dibutuhkan untuk dapat menutup kembali biaya investasi (initial cash investment) adalah selama 6,79 tahun. Biasanya Payback Periode yang ditetapkan adalah 5 tahun. Sedangkan untuk Return of Investment (ROI) adalah sebesar 14,72 % dibawah suku bunga bank yang biasanya sebesar 15%. Jadi dapat disimpulkan bahwa proyek apotek tidak layak didirikan karena dari hasil perhitungan Payback Periode yang diperoleh waktunya lebih lama dari Payback Periode yang ditetapkan dan ROI yang diperoleh lebih kecil dari bunga pinjaman yang biasanya adalah 15%. Dengan demikian keadaan kinerja apotek berada dalam posisi yang tidak memperoleh keuntungan ataupun mengalami kerugian, Break Even Point (BEP) yang harus diperoleh dalam satu tahun adalah Rp. 795.885.714,- dengan perolehan omset 80 % Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
30
dari resep mencapai Rp. 627.200.000,- /tahun atau
9649 resep/tahun
atau 26
resep/hari dan penjualan 20% mencapai Rp. 156.800.000,- /tahun atau Rp. 435.555,/hari. Hal ini menyatakan bahwa pendirian apotek di kelurahan Cireundeu tidak layak untuk didirikan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan a. Proses pembuatan studi kelayakan adalah meliputi penemuan suatu gagasan, penelitian, evaluasi (pengolahan dan analisa data) dan yang terakhir adalah pengambilan keputusan b. Aspek yang berpengaruh dalam studi kelayakan ada 4 aspek yaitu aspek manajemen, aspek pasar, aspek teknis dan aspek keuangan. c. Berdasarkan data yang telah terkumpul dapat disimpulkan bahwa apotek ini tidak layak di laksanakan.
5.2 Saran a. Seorang Apoteker harus memiliki kemampuan dalam kegiatan praktek profesi yang berhubungan langsung dengan pasien dan kegiatan dalam hal manajemen apotek untuk dapat mengelola apotek ditinjau dari fungsi ekonomi dan sosial. b. Petugas Apotek harus berorientasi pada kepuasan pelanggan (costumer satisfaction) yang berbasis pharmaceutical care yang meliputi informasi obat, konseling dan juga homecare agar pemahaman mengenai obat meningkat, sehingga mengurangi terjadinya medication error.
31
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1322/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992. Jakarta. Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. Jakarta : Wira Putra Kencana.
32 Laporan praktek..., Lukha Mahfudloh, FMIPA UI, 2012
Universitas Indonesia