UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG REHABILITASI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
WAHYU KRISTIANTO, S.Kep 1006823596
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS 2012/2013 DEPOK JULI 2013
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUANG REHABILITASI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT
KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N) Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan
WAHYU KRISTIANTO, S.Kep 1006823596
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS 2012/2013 DEPOK JULI 2013
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: WAHYU KRISTIANTO, S.Kep
NPM
: 1006823596
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 05 Juli 2013
ii
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini diajukan oleh : Nama : Wahyu Kristianto, S.Kep NPM : 1006823596 Program Studi : Profesi Ners Judul Karya Ilmiah : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Klien dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners dalam Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
: Novy Helena CD., MSc
Penguji
: Dewi Sartika, SKp., M.Kep., Sp.Kep. Jiwa (
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 05 Juli 2013
iii
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
(
)
)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners dengan judul ”Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Klien dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergnatungan Obat“. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis mendapat bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Ibu Novy Helena C.D.,S.Kp. M.Sc selaku pembimbing profesi peminatan jiwa
2.
Ibu Dewi Sartika, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep. Jiwa selaku pembimbing lahan RSKO Cibubur
3.
Bapak/Ibu perawat Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur, Jakarta Timur
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya sehingga dapat menambah pengetahuan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala bantuan, perhatian, dukungan dan kerjasamanya.
Depok,
Juli 2013
Penulis
iv Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Wahyu Kristianto, S.Kep
NPM
: 1006823596
Progran Studi
: Ilmu Keperawatan
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N)
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Klien dengan Risiko Perilaku Kekerasan di Ruang Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
mengalihmedia/formatkan,
Indonesia
mengelola
dalam
berhak bentuk
menyimpan, pangkalan
data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Depok
Pada tanggal : 05 Juli 2013 Yang menyatakan
(Wahyu Kristianto, S.Kep)
v Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Wahyu Kristianto, S.Kep
Program Studi
: Profesi Ners
Judul
:
Analisis
Praktik
Klinik
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat Perkotaan pada Klien dengan Risiko Perilaku Kekerasan
di
Ruang
Rehabilitasi
Rumah
Sakit
Ketergantungan Obat Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan dan merupakan gangguan jiwa berat yang reaksi psikotik mempengaruhi berbagai fungsi dari individu, termasuk pola pikir, komunikasi serta menginterpretasikan realitas, menunjukkan emosi dan perilaku yang tidak dapat diterima secara rasional. Pada residen skizofrenia yang menggunakan zat terlarang sangat berpotensi menimbulkan perilaku kekerasan yang dapat berakibat pada diri sendiri dan orang lain. Hasil intervensi selama 3 minggu dengan 6 kali pertemuan menggunakan teknik relaksasi napas dalam dapat menurunkan keinginan untuk melakukan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia paranoid dengan penyalahgunaan NAPZA. Asuhan keperawatan pada residen risiko perilaku kekerasan di RSKO Jakarta perlu ditingkatkan sesuai standar guna mencegah terjadinya perilaku kekerasan. Kata kunci : Risiko perilaku kekerasan, penyalahgunaan NAPZA, Skizofrenia
vi Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
ABSTRACT Name
: Wahyu Kristianto
Program of study
: Nursing Profession
Title
: Analysis of Clinical Nursing Practice in Urban Public Health Clients with Risk Behavior in Space Violence Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Schizofrenia is psychiatric disorder most commonly found and is a severe mental disorder that affect a variety of function pshycotic reactions of individuals, mindset functions, communications and interpreting reality, shows emotions and unacceptable behavior and rational. The resident schizofrenia who use illicit subtances are potentially foster violent behavior that can result in self and others. Result of the intervention for 3 weeks with 6 sessions using deep breathing relaxation techniques can reduce the desire to determine violent behavior in patients with paranoid schizofrenia with psychotropic drug abuse alcohol and other addictive subtances. residents of nursing care on the risk of violent behavior in Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta should be increased according to standart in order to prevent the occurance of violent behavior.
Key word : Schizofrenia, Drug Abuse, Risk of Violent Behavior
vii Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................iii KATA PENGANTAR .................................................................................. iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. v ABSTRAK ..................................................................................................... vi ABSTRACT ..................................................................................................vii DAFTAR ISI .................................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix 1.PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 4 1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 4 2.TINJAUAN TEORI ................................................................................... 5 2.1 Risiko Perilaku Kekerasan ..................................................................... 5 2.2 Konsep NAPZA ..................................................................................... 7 2.3 Skizofrenia ............................................................................................ 11 2.4 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ................................... 12 3.LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ........................................... 14 3.1 Pengkajian ............................................................................................. 14 3.2 Masalah Keperawatan ........................................................................... 15 3.3 Pohon Masalah ...................................................................................... 17 4. ANALISIS SITUASI ................................................................................ 18 4.1 Profil Lahan Praktik............................................................................. 18 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP ..................... 20 4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep Penelitian .................. 21 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ............................................................ 24
5. PENUTUP ................................................................................................. 27 5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 27 5.2 Saran ................................................................................................... 27 DAFTAR REFERENSI ............................................................................... 28
viii Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pengkajian dan Analisa Data pada Klien Tn.A Lampiran 2. Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.A dengan Risiko Perilaku Kekerasan Lampiran 3. Catatan Perkembangan pada Klien Tn.
ix Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA merupakan ancaman tidak kelihatan yang cepat atau lambat akan menghancurkan sebuah generasi bangsa. Untuk mengatasi peredaran dan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
memerlukan upaya
penanggulangan secara komprehensif tidak hanya pemerintah saja tetapi dengan melibatkan peran serta masyarakat secara umum serta dilaksanakan secara berkesinambungan
dan
konsisten.
Berdasarkan
laporan
WHO
(2004)
penyalahgunaan obat-obat terlarang mengakibatkan 85.000 kematian diseluruh dunia yang terdiri dari 70.000 (82,35%) laki-laki dan 15.000 (17,65%) perempuan.
Proporsi tertinggi terdapat di mediterania Timur (35,47%) dan
disusul di Asia tenggara (27,10%). laporan World Drug Report pada 2012 bahwa 300 juta pecandu narkotika di seluruh dunia adalah usia produktif antara 15 tahun hingga 64 tahun serta 200 juta orang meninggal setiap hari di seluruh dunia akibat kecanduan.
Penyalahgunaan narkotika dan psikotropika berkembang seiring dengan perkembangan era globalisasi. Modernisasi di Indonesia diharapkan memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat tetapi mau tidak mau juga menimbulkan pengaruh negatif yaitu permasalahan dalam kehidupan sosial. Apabila dilihat dari kacamata sejarah NAPZA di Indonesia dimulai zaman penjajah sampai sekarang sedangkan untuk jenis zat yang disalahgunakan mengalami perubahan dimulai tahun 1970-1980 berupa opioida, tahun 1980-1990 benzodiazepin serta ganja tahun 1990-2000 heroin serta ekstase, dan tahun 2000 hingga sekarang berupa metamfetamin atau shabu, ekstase, dan heroin (Utami, 2008). Letak Indonesia yang strategis serta geografis dengan ribuan kepulauan merupakan surga bagi peredaran Napza hal ini bisa dilihat pemakai sudah tersebar di berbagai wilayah Indonesia, usia dan profesi bervariasi. Survei di Indonesia tahun 2005 menunjukkan 0,8% penduduk usia 10-60 tahun menggunakan narkoba dalam setahun terakhir (BNN & PPKUI, 2005). Hasil penelitian Badan Narkotika Nasional bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
2
pada tahun 2011 menyebutkan bahwa angka prevalensi penyalahguna narkoba nasional diseluruh Indonesia mencapai 2,2% dari jumlah total penduduk Indonesia, dan pada tahun 2015 diproyeksikan mengalami kenaikan hingga 2,8% atau 5,1–5,6 juta orang. Napza mempunyai dampak buruk yang sangat kompleks bagi pemakai seperti ekonomi, sosial, kultural, keamanan, hukum dan kesehatan. Para pengguna Napza biasanya mengalami gangguan mental atau schizophrenia, masalah perilaku sebagai akibat terggangunya sistem pada sel-sel susunan syaraf pusat pada otak yang mengakibatkan terganggunya fungsi kognitif atau alam pikiran dan afektif atau alam perasaan serta emosi. Menurut Noorkasiani, dkk (2007). Dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan Napza tidak hanya pada individu, tetapi keluarga, kehidupan sosial dan negara. Perubahan kepribadian secara drastis, pemurung, pemarah bahkan berani melawan siapa saja. Dengan mempertimbangkan dampak buruk penggunaan NAPZA bagi kesehatan secara kuantitatif maupun kwalitatif maka disusun surat keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Nomer
567/MENKES/SK/2006
tentang
Pedoman
Pelaksanaan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainya.
Pecandu NAPZA merupakan korban sehingga berhak untuk mendapatkan rehabilitasi, hak tersebut diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan nasional yang terkait napza diantaranya undang-undang nomer 5 tahun 1997 tentang Psikotropika, undang-undang nomer 22 tahun 1997 tentang Narkotika dan KEPMENKES 996/MENKES/SK/VIII/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sarana Pelayanan Rehabilitasi Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Dalam sambutan hari narkotika sedunia tahun 2013 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta semua pihak untuk mengubah cara pandang terhadap para penyalahguna narkotika dan obat-obatan terlarang bukan sebagai pelaku tindakan kriminal, melainkan sebagai korban yang harus mendapatkan rehabilitasi agar dapat pulih. Kepala Negara mengatakan solusi bagi para korban adalah menjalani rehabilitasi dan bukan masuk ke lembaga pemasyarakatan. Konsepnya bukan dihukum, tapi diselamatkan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
3
Skizofrenia merupakan diagnosa medis dari gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan dan merupakan gangguan jiwa berat. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang memepengaruhi berbagai fungsi dari individu, termasuk pola pikir, komunikasi serta menginterpretasikan realitas, menunjukkan emosi dan perilaku yang dapat diterima secara rasional (Stuart & Laraia,2005). Dari survey yang dilakukan oleh The National Institute of Mental Nursing Health Epidemiologic Catchment Area terhadap 10.000 orang yang pernah melakukan perilaku kekerasan di temukan 37,7% berhubungan dengan penyalahgunan zat, 24,6% alkoholik, 12,7%
skizofrenia, 11,7 gangguan depresi berat, 11 %
gangguan bipolar dan 2,1% tanpa gangguan (Kaplan & Saddock, 1995 dalam keliat, 2003).
Rumah Sakit RSKO Cibubur merupakan Rumah Sakit pemerintah pertama dan satu-satunya yang bergerak dalam bidang penanganan gangguan NAPZA. Seperti layaknya Rumah Sakit pada umumnya RSKO juga melayani rawat jalan maupun rawat inap, khusus untuk instalasi rawat inap di RSKO terdapat program diantaranya detokfikasi serta rehabilitasi atau dikenal dengan Halmahera House. Pendekatan program rehabilitasi merupakan gabungan medis therapeutic community (TC), pendidikan kesehatan, rekresional dan intervensi psikososial (RSKO,2008).
1.2. Rumusan Masalah Skizofrenia merupakan diagnosa medis dari gangguan jiwa yang paling banyak ditemukan dan merupakan gangguan jiwa berat. Dari survey yang dilakukan oleh The National Institute of Mental Nursing Health Epidemiologic Catchment Area terhadap 10.000 orang yang pernah melakukan perilaku kekerasan di temukan 37,7% berhubungan dengan penyalahgunan zat. Dengan memperhatikan latar belakang sehingga dapat dirumuskan pertanyaan penelitian: Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien resiko perilaku kekerasan di RSKO Jakarta.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
4
1.3. Tujuan Penulisan 1.3.1. Tujuan umum Mahasiswa mampu menganalisa asuhan keperawatan dengan resiko perilaku kekerasan di Ruangan Rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.
1.3.2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari pembuatan karya ilmiah ini adalah: 1.3.2.1.Mahasiswa mampu memberikan gambaran strategi pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan resiko perilaku kekerasan 1.3.2.2.Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara strategi pelaksanaan tarik napas dalam yang diberikan dengan teori-teori terkait.
1.4. Manfaat Penulisan 1.4.1. Manfaat Teoritis Karya ilmiah ini sebagai bahan pengembangan pengetahuan dalam keilmuan keperawatan jiwa khususnya tentang masalah psikotik yaitu Resiko Perilaku Kekerasan
1.4.2. Manfaat Aplikatif 1.4.2.1. Praktik Pelayanan Keperawatan Karya ilmiah ini dapat menjadi data masukan dan sebagai sumber informasi bagi perawat dalam menganalisa strategi pelaksanaan tarik napas dalam pada klien
masalah psikotik yaitu Resiko Perilaku
Kekerasan.
1.4.2.2. Manfaat Metodologi Karya ilmiah ini dapat menjadi sarana peneliti untuk mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang keperawatan jiwa terutama pada masalah psikotik serta mengaplikasikan materi yang didapatkan saat di bangku perkuliahan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas tinjauan pustaka yang berguna untuk mengetahui analisa strategi pelaksanaan tarik napas dalam pada klien napza dengan resiko perilaku kekerasan meliputi resiko perilaku kekerasan, konsep napza, schizophrenia, dan keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan terkait napza.
2.1. Resiko perilaku kekerasan Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi oleh individu. Respon tersebut yang tidak dapat disikapi dengan baik dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan kepada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Resiko perilaku kekerasan adalah merupakan salah satu respon yang diekspresikan dengan agresif
memperlihatkan permusuhan,
keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman tapi masih bisa dikontrol (CHMN, 2006). Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam 2 bentuk yaitu perilaku kekerasan yang sedang terjadi atau perilaku kekerasan terdahulu atau riwayat perilaku kekerasan (Keliat dan Akemat, 2006).
Tanda dan gejala meliputi muka merah, pandangan tajam, mengatupkan rahang, mengepalkan tangan, suara tinggi, mengancam, merusak barang dan tidak memiliki kemampuan mengendalikan perilaku. Perilaku kekerasan juga berhubungan dengan lesi pada korteks prefrontal sindrom lobus frontal dan stimulasi amigdala serta sistem limbik. Disamping itu juga terjadi peningkatan hormon adrogen dan norepinefrin cairan serebrospinal dan penurunan serotonin dalam cairan serebrospinal. Perilaku kekerasan sangat sukar diprediksi tetapi ada kelompok yang memiliki resiko tinggi melakukan perilaku kekerasan yaitu pria berusia 15-25 tahun, orang kota, budaya kekerasan dan peminum alkohol (Hibbert, Godwin & Dear, 2009). Perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kehilangan, peristiwa besar, ketegangan peran dan perubahan fisiologik.
5 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
6
Kemarahan apabila tidak ditangani dengan benar dan secara tepat dapat menyebabkan masalah fisik yaitu perilaku kekerasan. Perilaku marah dapat mengakibatkan perilaku permusuhan yang diperlihatkan individu yang merasa terancam atau tidak berdaya dengan cara mengintimidasi orang atau menyakiti orang lain secara emosional dan menimbulkan agresi fisik. Perilaku permusuhan dan agresif dapat terjadi tiba-tiba tanpa peringatan. Akan tetapi seringkali ada tahap atau fase yang dapat diidentifikasi pada insiden agresif yaitu fase pemicu, fase eskalasi, fase krisis, fase pemulihan dan fase pascakrisis. Beberapa individu mencoba melepaskan perasaan marah dengan melakukan aktivitas agresif tetapi aman seperti memukul kantong tinju atau berteriak yang disebut katarsis.
Terapi klien agresif sering kali ditujukan pada penanganan diagnosis psikiatri dasar atau komorbid seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Litium efektif untuk mengobati klien agresif dengan gangguan bipolar, tingkah laku pada anak dan retardasi mental. Karbamazepin dan valproad digunakan untuk mengatasi agresi yang terkait dengan dimensia, psikosis dan ganguan kepribadian. Agens anti psikotik seperti klozapin, resperidon dan olanzapin efektif untuk mengobati klien agresi dengan dimensia, cedera otak dan retardasi mental serta gangguan kepribadian (Videbeck, 2008). Menurut Keliat dan Akemat (2006) untuk mengatasi masalah kejiwaan riwayat perilaku kekerasan diperlukan tindakan keperawatan yang mempunyai tujuan yaitu pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, tanda perilaku kekerasan, menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dialkukan, menyebutkan cara mencegah atau mengontrol dan yang terakhir pasien dapat menceah dan mengontrol perilaku kekerasan. Dari tujuan keperawatan tadi dilakukan tindakan keperawatan meliputi membina hubungan saling percaya, mendiskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu, mendiskusikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah, mendiskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan, melatih mengontrol perilaku kekerasan secara fisik , secara verbal,
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
7
spiritual, minum obat secara teratur serta mengikut sertakan dalam terapi aktivitas kelompok (CHMN, 2006).
Strategi pelaksanaan meliputi SP 1 membina bubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat serta mengajarkan cara mengontrol secara fisik yaitu tarik napas dalam. SP 2 melakukan evaluasi latihan napas dalam, melatih cara fisik ke 2 pukul kasur dan bantal serta memasukkan jadwal dalam kegiatan harian. SP 3 melakukan evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik yang sudah diajarkan, melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal dan menyusun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal dalam kegiatan harian. SP 4 mendikusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dan sosial, latihan sholat atau berdoa dan membuat jadwal latihan sholat atau berdoa. SP 5 melakukan evaluasi kegiatan harian pasien untuk mencegah marah yang sudah dilatih, melatih minum obat secara teratur serta menyusun jadwal minum obat secara teratur.
2.2. Konsep NAPZA Narkoba merupakan akronim dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainya (Kepmenkes, 2010). Narkoba adalah obat, bahan atau zat bukan makanan yang jika diminum, diisap, dihirup, ditelan atau disuntikkan berpengaruh pada kerja otak dan seringkali menimbulkan ketergantungan (Martono & Joewono, 2008). NAPZA apabila masuk ke dalam tubuh manusia, berakibat mempengaruhi tubuh terutamanya pada susunan saraf pusat sehingga menyebabkan perubahan aktivitas mental, emotional dan perilaku pada pengguna dan menyebabkan ketergantungan pada zat tersebut (Depkes, 2003). Cara kerja narkoba pada otak atau susunan syaraf pusat yaitu sistem limbus, hipotalamus yang merupakan pusat kenikmatan. Narkoba mengubah susunan biokimiawi molekul sel otak yang disebut neurotransmitter. Perubahan susunan biokimiwi sel otak menyebabkan rasa nyaman atau nikmat yang bersifat sementara dan selesai pemakaian zat timbul rasa gelisah, cemas, perasaan tertekan dan sebagainya sehinga timbul keinginan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
8
untuk memakai lagi. Untuk pengaruh narkoba tergantung dari zat yang dipakai, suasana hati dan situasi dimana narkoba digunakan.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotik adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan kedalam tiga golongan yaitu narkotika golongan I yang mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta penelitian resmi oleh pemerintah Contoh heroin/putauw, kokain dan ganja. Narkotika golongan II yang mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan dan digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan contoh morfin dan petidin. Narkotika golongan III yang mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan serta berkhasiat untuk pengobatan dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan contoh kodein.
Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam tiga golongan antara lain psikotropika golongan I yang mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan serta dilarang keras diedarkan diluar ketentuan hukum
Contoh ekstasi dan shabu. Psikotropika golongan II yang
menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan
dan secara
selektif untuk tujuan ilmu pengetahuan Contoh amfetamin dan metilfenidat. Psikotropika golongan III yang mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan dan digunakan dalam terapi serta tujuan ilmu pengetahuan contoh pentobarbital dan flunitrazepam. Psikotropika golongan IV yang mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan dan digunakan dalam terapi atau untuk tujuan ilmu pengetahuan contoh diazepam, pil BK dan pil Koplo.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
9
Disamping itu terdapat zat adiktif lainya adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan psikotropika yang berpengaruh terhadap kerja otak, meliputi Alkohol yang sebagian negara eropa dan Indonesia alkohol merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan. Komposisi alkohol mengandung etanol etil yang sangat berpengaruh menekan susunan syaraf pusat. Penyalahgunan alkohol sering melakukan campuran dengan narkotika maupun psikotropika untuk mendapatkan pengaruh yang high. Terdapat 3 golongan minuman berakohol yaitu golongan A dengan kadar etanol 1-5% contoh bir, golongan B dengan kadar etanol 5-20% contoh berbagai jenis minuman anggur dan golongan C dengan kadar etanol 20-45 % contoh whiskey, vodca, dan manson house
Inhalansia merupakan gas atau zat pelarut yang mudah menguap yang merupakan senyawa organik serta penggunan dengan cara dihirup dan terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor serta pelumas mesin, inhalasi yang sering digunakan antara lain Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin dan aerosol. Tembakau digunakan sangat luas di masyarakat dunia tidak terkecuali Indonesia. Rokok mengandung 4.000 zat dan yang paling berbahaya adalah nikotin, tar dan karbon monoksida (CO). Untuk nikotin sendiri merupakan bahan penyebab ketergantungan dan terutama pada remaja sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA.
2.2.1. Jenis zat dan terapi 2.2.1.1 Alkohol Alkohol merupakan depresan pada sistem syaraf pusat yang secara cepat diabsorbsi ke dalam aliran darah. Efeknya adalah relaksasi dan kehilangan inhibisi. Pada intoksifikasi ditandai dengan bicara kacau, sempoyongan, kurang koordinasi, gangguan perhatian dan konsentrasi serta memori dan penialian. Keadaan overdosis menyebabkan muntah, tidak sadar, dan depresi pernapasan. Khusus untuk terapi overdosis dilakukan kumbah lambung dan bantuan fungsi pernapasan dan kardiovaskuler. Gejala putus obat biasanya dimulai 4-12 jam
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
10
setelah berhenti atau mengurangi alkohol secara nyata mengakibatkan tremor, berkeringat, peningkatan tekanan darah, insomnia, ansietas serta mual atau muntah. Putus alkohol memuncak pada hari kedua dan berakhir hari kelima. Putus alkohol dapat mengancam jiwa sehinga perlu ditangani dibawah medis. Putus alkohol biasanya dilakukan dengan pemberian diazepam, librium yang berguna untuk menekan gejala putus alkohol (Videbeck, 2008).
2.2.1.2. Sedatif, hipnotik, dan ansiolitik Pada dosis yang diresepkan obat ini menyebabkan rasa kantuk dan mengurangi ansietas. Gejala intoksikasi mencakup bicara kacau, kurang koordinasi, sempoyongan, mood yang labil, gangguan perhatian bahkan stupor. Penanganan apabila pemakaian dalam dosis yang berlebihan melakukan kumbah lambung serta melakukan dukungan fungsi pernapasan dan kardiovaskuler. Awitan gejala putus obat tergantung paruh waktu obat. Sindrom putus obat ditandai dengan tremor, peningkatan TD, ansietas, insomnia, mual serta agitasi psikomotor. Detoksifikasi dilakukan dengan cara mengatur jumlah obat yang telah digunakan klien dengan cara menggurangi atau disebut tapering (Videbeck, 2008).
2.2.1.3. Stimulan (Amfetamin, kokain dan lain-lain) Stimulan merupakan obat yang menstimulus kerja sistem saraf pusat. Intosikasi dari stimulan meliputu euforia, hiperaktivitas, waspada yang berlebihan, banyak bicara, ansietas, halusinasi, marah, berkelahi sampai gangguan perilaku. Ovrdosis dapat menyebabkan kejang dan koma. Terapi yang digunakan klorpromazin suatu antipsikotik mengendalikan halusinasi, tekanan darah dan mual. Putus stimulan terjadi beberapa jam sampai hari dan tidak mengancam jiwa. Gejala nyata putus obat disebut crashing meliputi depresi dan mempunyai gaasan bunuh diri (Videbeck, 2008).
2.2.1.4 Kanabis (Mariyuana) Kanabis bereaksi kurang dari satu menit setelah inhalasi kemudian efek puncaknya terjadi dalam 20-30 menit dan berlangsung 2 sampai 3 jam. Pengguna kanabis melaporkan perasaan gembira, euforia dan peningkatan nafsu makan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
11
Gejal intoksikasi meliputi gangguan koordinasi motorik, tertawa tidak pada tempatnya, distorsi waktu dan persepsi. Gejala putus zat tidak terjadi masalah yang signifikan (Lehne,1998; Videbeck, 2008).
2.2.1.5. Opioid Intosifikasi terjadi perasaan euforia , apatis, letargi, lesu, gangguan penilaian, retardasi, dilatsi pupil, bicara kacau dan gangguan memori. Overdosis bisa mengakibatkan kematian, depresi pernapasan serta koma. Pemberian nalokson antagonis opiod merupakan pilahan karena dapat mengobati semua tanda-tanda yang timbul. Gejala putus zat berupa ansietas, gelisah, nyeri punggung dan tungkai (Jaffe, 2000; Videbeck, 2008). Terapi yang digunakan metadon yang dosisnya diturunkan selama periode 2 minggu.
2.3.Schizofrenia schizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Schizofrenia atau F20 adalah suatu gangguan yang secara umum dicirikan oleh distorsi fundamental dan khas pada proses berpikir, persepsi dan afek yang tidak sesuai atau tumpul (Leksikon, 2008). Gambaran klinis didahului gejala dan tanda pramorbid (sebelum sakit) kemudian diikuti fase penyakit berupa gejala prodromal, fase aktif dan fase residual. Untuk gejala pramorbid berupa kepribadian paranoid dengan ciri pencuriga, tertutup, banyak diam, pasif, eksentrik, menarik diri dan tidak ada teman. Gejala prodromal berlangsung beberapa minggu sampai tahun sebelum didiagnosis psikotik atau skizofrenia gejala meliputi kehilangan minat sekolah maupun bekerja, menarik diri dari kehidupan sosial, kebersihan diri, tingkah laku aneh, afek tumpul, ide aneh dan persepsi yang tak lazim (Nurhidayat dan Darmabrata, 2003).
Penderita ini juga mengalami gangguan ketidakseimbangan pada cairan kimia otak yaitu dopamine dan serotonin. Dopamine merupakan cairan kimia yang bertanggung jawab terhadap emosi dan motivasi, sedangkan serotonin bertindak sebagai pembawa berita dan stimulator gerakan otot dan syaraf. Pada pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI), positif emission tomography (PET)
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
12
ditemukan abnormalitas dalam simetrisitas, kepadatan jaringan, atrofi sebagian sereberal dan pelebaran ventrikel serebral lateral. Dari skaning menunjukkan penurunan aliran darah dan penurunan metabolisme glukosa di lobus frontal. Studi mikroskopis jaringan otak terjadi ketidaknormalan dalam orientasi dan migrasi neuron.Untuk penyebab schizophrenia, antara lain faktor genetik, faktor biokemia, faktor psikologis dan sosial.
Skizofrenia paranoid atau F20.0 merupakan gangguan yang didominasi oleh waham paranoid (Paranoid delusion) yang relatif stabil, biasanya disertai halusinasi dengar dan gangguan persepsi lainya. Kondisi akan menjadi buruk apabila terjadi penyalahgunaan NAPZA atau hidup dalam keluarga yang tidak harmonis. Gambaran klinis mempunyai kepercayaan palsu, delusi, curiga terhadap orang lain, mempunyai identitas lain daripada dirinya, mempunayi kuasa dan bertindak ganas kepada orang lain.
2.4.Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Perkotaan tidak dapat dipungkiri merupakan wilayah yang banyak dituju oleh masyarakat dikarenakan terdapat faktor pendorong maupun faktor penariknya dimana keduanya merupakan daya tarik masyarakat pedesaan untuk melakukan urbanisasi ke kota. Urbanisasi juga memiliki dua sisi yaitu dapat membawa marjinalisasi, kekerasan, namun pada saat yang sama memberikan kesempatan untuk berkembang dan maju. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebutkan bahwa lebih dari 50% penduduk dunia tinggal di perkotaan, dan urbanisasi merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling utama di dunia. Wilayah perkotaan menebar janji kekayaan dan jalan hidup baru menarik kebanyakan orang muda, namun terkadang mereka hanya menemukan kekecewaan dalam karir mereka, kemiskinan dan stress (Jureidini & Drummond, 2006).
Ketrampilan yang minim akan menimbulkan pendapatan yang rendah serta penganguran sehingga melanggengkan kemiskinan di perkotaan. Kemiskinan di penduduk perkotaan merupakan sumber utama masalah yang berkembang diperkotaan seperti kelaparan, masalah kesehatan karena kondisi yang padat,
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
13
kekerasan dan kejahatan, homelessness dan rumah yang tidak layak. Berbagai masalah kesehatan yang timbul di wilayah perkotaan bisa berawal dari masalah urbanisasi yang semakin sering dilakukan oleh penduduk yang akan menimbulkan adanya kepadatan penduduk di perkotaan. Upaya kesehatan perkotaan di akhir abad 1990 telah memulai fokus pada lingkungan dan layanan masyarakat. Urbanisasi terjadi dan dicirikan penduduk perkotaan tinggal di daerah pinggiran kota sehingga sangat bergantung pada angkutan massal dan perawatan kesehatan, hal tersebut sangat mempengaruhi tugas dan fungsi dari perawat (Lopez & Welker, 2007).
Urbanisasi di dunia merupakan proses yang berkelanjutan yang memiliki dampak besar pada kondisi hidup masyarakat dan status kesehatan (Kirmanto, 2012). Forum Urban Dunia ke-6 di Italia tahun 2012 telah membahas tentang masalah sosial, ekonomi dan lingkungan, termasuk kualitas hidup, persamaan dan kemakmuran, pembukaan lapangan kerja dan energi serta transportasi. Fitur yang paling menonjol dari urbanisasi adalah perbedaan dalam gaya hidup, perubahan dalam kebiasaan makan, aktivitas fisik, pola kerja, merokok, dan konsumsi alkohol, tetapi juga perubahan dalam perilaku seksual, transisi pola penyakit dan kematian. Narkoba dan zat adiktif merupakan salah satu faktor eksogen yang berjalan seiring perubahan sosial budaya yang tidak direncanakan di dalam perkembangan kota
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Pada bab ini penulis akan menguraikan pengkajian, masalah keperawatan serta pohon masalah terjadinya resiko perilaku kekerasan pada pasien napza di ruang rehabilitasi Rumah Sakit Ketergantungan Obat Cibubur. 3.1. Pengkajian Klien Tn. A (32 tahun) masuk ke RSKO tanggal 2 November 2012 dengan diagnosis medik schizophrenia paranoid. Klien mengatakan masuk RSKO diantar oleh keluarga karena mengamuk di rumah dan 2 minggu sebelum masuk rumah sakit klien masih memakai ganja 1 paket. Klien mengatakan tinggal di daerah munjul, Cipayung Jakarta Timur. Klien lulusan STM jurusaan mesin otomotif dan sempat bekerja di pabrik pembuatan suku cadang tapi tidak betah. Sehari–hari bekerja dirumah menunggu rental playstation milik keluarga. Klien mengatakan anak terakhir dari 3 bersaudara dan semua kakak klien sudah berkeluarga. Klien tinggal bersama orang tua, kakak pertama dan keponakan. Klien mengatakan hubungan dengan keluarga kurang harmonis semenjak memakai Narkoba, tetapi menurut klien keluarga mendukung untuk sembuh dari pemakaian narkoba.
Klien memiliki riwayat pemakaian alkohol mulai kelas 1 SMP tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, Nipam tahun 2001, pil BK, putau dan ganja tahun 2005 sampai masuk RSKO. Klien mempunyai profesi sebagai bandar narkoba dan menurut klien dengan menjadi bandar disamping bisa makai barang setiap hari juga dapat menghasilkan uang. Sejak menggunakan narkoba klien sudah 2 kali masuk penjara karena perilaku kekerasan yang dilakukan diluar. Klien mengatakan menggunakan narkoba karena pergaulan dengan teman-teman dan ingin diterima dalam komunitas. Sejak menggunakan narkoba klien sering bergadang bersama komunitas sampai pagi, melakukan hubungan suami istri tanpa menggunakan pengaman, membuat tato yang ada di tangan agar lebih jantan serta sering membuat onar di lingkungan. Klien mengatakan sejak pemakaian narkoba gigi depan mengalami kerontokan, kalau berbicara agak sulit dan kadang tangan tremor.
Klien juga menderita penyakit
14 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
15
Hepatitis C, gatal-gatal di kulit dan HIV sehingga mendapatkan obat ARV yang harus diminum seumur hidup. Klien mengatakan sejak 1 tahun terakhir mendengar suara – suara yang kurang jelas., Suara tersebut seperti suara angin dan kadang–kadang seperti orang bercakap cakap serta waktu suara datang menjelang magrib. Klien mengatakan suara tersebut sangat menganggu sehingga mengakibatkan emosi. Klien mengatakan kalau emosi sudah datang menurut klien daripada memukul teman yang dilakukan menonton TV atau tiduran dikamar.
Klien mengatakan sudah dua kali masuk rehabilitasi di RSKO Jakarta. Klien sudah lelah terus menerus diperbudak narkoba dan memiliki motivasi ingin berhenti menggunakan narkoba tetapi kadang pesimis karena lingkungan atau teman-teman masih sering menawarkan.
Klien memiliki keinginan untuk berkeluarga karena
menurut klien umur sudah 32 tahun dan keluarga menyarankan untuk segera menikah agar berubah. Klien mengatakan setelah keluar akan kembali bekerja membantu orang tua menjaga rentalplaystation dan memperbaiki hubungan dengan keluarga. Dari obsevasi selama 7 minggu mulai tanggal 7 Mei – 22 Juni 2013 di RSKO Jakarta. klien aktif mengikuti kegiatan di rehabilitasi mulai dari diskusi pagi, membersihkan kamar, membersihkan ruangan, bermain bilyar dan mengobrol sesama klien. Selama 3 bulan di special program rehabilitasi klien sudan mendapatkan kepercayaan sebagai ketua kelas dan dapat dispensasi keluar rehabilitasi untuk jajan makanan yang disukai. Dalam diskusi pagi dan malam klien sering memberikan masukan kepada klien lain agar mengikuti kegiatan atau program dengan baik. Saat marah tampak ekpresi wajah klien merah, tidak mau diajak wawancara dan lebih banyak tidur dikamar.
3.2. Masalah Keperawatan Diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai data dari pengkajian yaitu koping individu tidak efektif hal ini bisa dilihat dari data subyektif yang ditemukan diantaranya klien mengatakan menggunakan narkoba karena pergaulan dengan teman, klien mengatakan tidurnya berkurang selama mengkonsumsi narkoba, klien mengatakan menggunakan narkoba agar diterima komunitas dan dianggap jantan serta klien mengatakan ingin berhenti menggunakan narkoba tetapi lingkungan sering
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
16
menawari untuk kembali, klien mengatakan sering teringat saat nyaman menggunakan narkoba dan klien mengatakan cemas bila tidak diterima komunitas. Untuk data objektif yang ditemukan klien tampak lesu, kadang tampak kurang bersemangat dalam beraktifitas klien tampak murung, melamun dan terdiam dan klien tampak malas berkomunikasi dengan klien yang lain.
Diagnosa berikutnya yang ditemukan
halusinasi dengar didukung dengan data subjektif klien mengatakan 1 tahun terakhir sering mendengar suara seperti angin atau orang bicara, klien mengatakan suara itu timbul apabila lagi sendirian tapi biasanya habis magrib, klien mengatakan suara yang muncul sangat menganggu dirinya dan konsetrasi akal sehatnya dan klien mengatakan selama di RSKO pernah diajarkan konselor untuk melawan suara tidak nyata tersebut. Sedangkan data objektif yang mendukung diantaranya klien tampak marah-marah tanpa sebab klien tampak murung, melamun dan terdiam dan klien mendapat terapi CPZ (Chlorpromazine), THP (Tpyhexilpendil) dan HLP (Haloperidol).
Resiko perilaku kekerasan merupakan diagnosa keperawatan yang ditegakkan didukung oleh data subjektif klien mengatakan sebelum direhabilitasi sering berkelahi dan meminta barang secara paksa kepada orang lain, klien mengatakan dirumah sering marah-marah pada keluarga, klien mengatakan selama di rehabilitasi sudah memukul teman sebanyak 3 kali dan Klien mengatakan suara yang tidak jelas sangat menganggu dan membuat emosi sedangkan data objektif yang mendukung klien tampak muka merah dan tegang, klien tampak pandangan tajam, klien tampak tidak mau mengikuti kegiatan rehabilitasi dan klien tampak banyak tidur dikamar
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
17
3.3. Pohon Masalah dan Diagnosis Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
Halusinasi dengar
Koping individu tidak efektif
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISIS SITUASI
Bab ini akan menganalisa tentangprofil lahan praktek, analisis masalah kepearwatan terkait KKMP, analisis salah satu intervensi serta alternatif pemecahan masalah terkait intervensi yang dilakukan.
4.1 Profil lahan praktek RSKO didirikan dengan tujuan utama adalah penanganan ketergantungan obat yang komprehensif dan bersifat jangka panjang meliputi bidang preventif, kuratif dan rehabilitataif. pasien
RSKO menyediakan program perawatan dan rehabilitataif kepada
ketergantungan
obat
meliputi
pelatihan,
pendidikan,
penelitian
dan
pengembangan program kepada komunitas. Pada tahun 2000-2010 laporan dari RSKO (Rumah Sakit Ketergantungan Obat) Jakarta menunjukkan angka kunjungan yang berfluktuasi diantaranya kunjungan pada tahun 2000 mencapai 4.667 kunjungan, tahun 2004 mencapai 4.515 kunjungan, tahun 2008 menjadi 30.841 kunjungan dan pada tahun 2010 menjadi
30.736 kunjungan. Rehabilitasi RSKO Jakarta terdiri dari
detoksifikasi yang merupakan program dari rehabilitasi di RSKO Jakarta yang berkenaan dengan mengatasi gejala putus NAPZA dengan menggunakan medikasi simtomatis selanjutnya dievaluasi secara menyeluruh fisik, mental dan sosial diteruskan program rehabilitasi yang merupakan perawatan jangka panjang dengan pendekatan medis, psikologis, sosial dan spiritual atau pulang ke keluarga.
Kedua halmahera house tempat pemulihan pasien NAPZA yang berfungsi memberikan terapi rehabilitasi pecandu NAPZA yang didukung oleh program dan tenaga profesional. Rehabilitasi sendiri adalah suatu proses pemulihan klien gangguan NAPZA baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang yang bertujuan mengubah perilaku untuk mengembalikan fungsi individu tersebut di masyarakat. Program halmahera house RSKO mengacu pada Therapeutic Community (TC) yaitu keyakinan bahwa ganguan penggunaan NAPZA adalah gangguan individu secara menyeluruh. Dalam pelaksanaan kegiatan norma perilaku diterapkan secara ketat yang diyakinkan dan diperkuat dengan memberikan reward dan sanksi spesifik secara langsung untuk
18 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
19
mengembangkan kemampuan mengontrol komunitas dan diri. Selama di rehabilitasi atau pemulihan Halmahera house, seorang residen akan menjalani empat tahapan khusus yang primery sedangkan yang special program menjalani 2 tahapan dikarenakan mempunyai kebutuhan khusus serta mempunyai 2 diagnosa. Pada program tersebut tingkat keberhasilan dari resident dilihat dari performance Based. Tahapan rehabilitasi Halmahera House RSKO Cibubur terdiri fase penyesuaian yang merupakan tahap adaptasi dari residen yang bertujuan untuk penyesuain diri terhadap program pemulihan yang akan dijalani. Pada fase ini resident baru akan dikenalkan program Therapeutic Community serta pengenalan kultur dan aturan yang ada baik tertulis maupun tidak yang ada didalam Halmahera House.
Fase ini juga disamping memberi wawasan juga memberikan motivasi kepada calon residen untuk melanjutkan program pemulihan selanjutnya. Kemudian fase awal yang merupakan program awal ini akan memberikan motivasi dalam diri residen serta menyadari masalah yang jauh lebih penting yaitu masalah perilaku yang baik serta bagaimana cara merubahnya. Program ini juga menginggatkan dan mengkondisikan residen lebih menerima dan menyadari bahwa dirinya adalah seorang pecandu yang sangat membutuhkan pertolongan. Pada fase awal diperkenalkan pada residen program Therapeutic Community dan 12 langkah dari Narcotic Anonymous, filosofi dan prinsip yang dipakai, semua itu harus dihafal dan difahami oleh seluruh residen karena akan sangat berguna saat di masyarakat. Selanjunya fase menengah yang mendayagunakan penalaran dan mengembangkan ketrampilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Program ini merupakan implementasi kemampuan dan ketrampilan yang telah dicapai dalam program rehabilitasi pengembangan sikap dan perilaku sebelunnya. Program ini residen sudah diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Pelaksanaa program re entri dilaksanakan 3 sampai 6 minggu tergantung kemampuan residen beradaptasi dan terakhir program AfterCare dimana seorang pecandu kembali membangun hidup dengan keluarga dan lingkungan sosial yang ada. Tujuan dari program ini menyediakan dukungan dalam integrasi dan memastikan penyelesaian dari keseluruhan perjalanan recovery program. Program ini juga bertujuan agar residen
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
20
mempunyai kelompok yang sehat dan mengerti akan dirinya serta mempunyai lingkungan hidup yang positif.
4.2. Analisis masalah keperawatan dengan konsep KKMP dan konsep kasus terkait Klien A mengatakan masuk ke RSKO Jakarta karena menggunakan napza serta sering berperilaku mengancam orang lain baik dirumah maupun di luar rumah. Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain dan merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul apabila adanya stressor. Pencetus perilaku kekerasan meliputi kehilangan, peristiwa besar, ketegangan peran dan perubahan fisiologik.
klien A tempat tinggal diwilayah cibubur kemudian klien bersama orang tua merupakan penduduk urban dari wilayah jawa tengah. Wilayah perkotaan menebar janji kekayaan dan jalan hidup baru menarik kebanyakan orang, namun terkadang mereka hanya menemukan kekecewaan dalam karir mereka, kemiskinan dan stress (Jureidini, & Drummond, 2006). Fitur yang paling menonjol dari urbanisasi adalah perbedaan dalam gaya hidup, perubahan dalam kebiasaan makan, aktivitas fisik, pola kerja, merokok, dan konsumsi alkohol, tetapi juga perubahan dalam perilaku seksual, transisi pola penyakit dan kematian. Narkoba dan zat adiktif merupakan salah satu faktor eksogen yang berjalan seiring perubahan sosial budaya yang tidak direncanakan di dalam perkembangan suatu masyarakat perkotaan.
Dari hasil pengkajian klien menggunakan NAPZA mulai SMP kelas satu tahun 1995 sampai 2012 sebelum masuk RSKO dikarenakan pergaulan dan gaya hidup waktu itu. Masa remaja merupakan fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan individu dan merupakan periode transisi yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial sehingga sangat rentan terhadap pengaruh napza (Potter & Perry, 2005). Tugas perkembangan pada masa ini remaja akan berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan keterampilan yang penting sehingga dapat diakui oleh teman sebaya dan lingkungan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
21
Klien mengatakan pernah melakukan tindakan kekerasan diluar dan didalam rumah dan pernah 2 kali masuk tahanan. Urbanisasi memiliki dua sisi yaitu dapat membawa marjinalisasi, kekerasan, namun pada saat yang sama memberikan kesempatan untuk berkembang dan maju. Ketrampilan yang minim akan menimbulkan pendapatan yang rendah serta penganguran sehingga melanggengkan kemiskinan di perkotaan. Kemiskinan di penduduk perkotaan merupakan sumber utama masalah yang berkembang diperkotaan seperti kelaparan, masalah kesehatan, kekerasan dan kejahatan.
4.3. Analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait Dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa klien pertama kali menggunakan NAPZA khususnya alkohol pada waktu kelas 1 SMP. Survei yang dilakukan oleh Substance Abuse and Mental Health Services Administration pada anak usia 12 – 17 tahun menunjukkan bahwa 9% menggunakan zat terlarang dan 18,8% mengkonsumsi alkohol. Alkohol merupakan obat depresan yang mereduksi rangsangan fisiologis, tegangan psikologis dan membantu individu untuk rileks. Alkohol adalah suatu zat depresan karena sesudah minum orang akan menjadi lebih ramah, meluap-luap dan suara tinggi dan keras (Semium, 2006). Efek yang meringankan disebabkan karena alkohol menekan pusat inhibitori pada otak yang menyebabkan individu tidak malumalu dan semangat meluap-luap. Tapi ketika tingkat intoksifikasi meningkat, efek depresi semakin menyebar dan mereduksi kegiatan dalam daerah otak yang berfungsi untuk rangsangan dan kemudian individu mengalami sedasi dan tertidur. Alkohol merupakan depresan sistim saraf pusat yang secara cepat diabsorbsi kedalam aliran darah (Videbeck, 2008). Pada awalnya efeknya relaksasi dan kehilangan inhibisi. Pada intoksifikasi ditandai dengan bicara kacau, sempoyongan, kurang koordinasi, gangguan perhatian, konsentrasi, memori serta penilaian dan beberapa individu menjadi agresif.
Klien mengatakan juga menggunakan Pil BK dan Nipam tahun 2001. Kelompk sedative-hipnotiv atau disebut pil koplo, kelompok obat penenang dan obat tidur pada prinsipnya farmakodinamik dari obat ini adalah menekan lintas eksitasi dan proses elektrokimiawi di otak (Ichrodjuddin, 2001).
Dengan dosis yang adekuat akan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
22
menyebabkan rasa tenang, kantuk dan otot-otot yang kaku menjadi lemas disertai rasa nikmat. Akibat dari obat ini adalah drug outomatisme yaitu lupa meminum obat sehingga terus minum obat yang berakibat overdosis sehingga meninggal. Pil BK dapat menyebabkan state dependent learning yaitu apa yang dipelajari waktu dibawah pengaruh obat, penampilan bila tidak ada obat terganggu baik intelektual maupun keterampilan fisik dan seni. Akibat dari pil ini menyebabkan sukar berfikir, wawasan menyempit, pemalas, kinerja menurun dan rusak kepribadian.
Klien mengatakan memakai ganja sampai tahun 2011 yaitu sebelum di rehabilitasi DI RSKO Jakarta. Klien juga pernah masuk penjara karena berkelahi dan minta barang secara paksa. Ganja memiliki efek farmokologi yang mirip dengan alkohol yaitu memabukkan dan manifestasi ganja yaitu untuk mengubah suasana hati si pemakai merasa high menjadi orang penting dan percaya diri (Ichrodjuddin, 2001).
Ganja
juga menyebabkan gangguan kognitif, persepsi dan penalaran yang masuk kedalam alam fantasi yang menyenangkan. Ganja juga menyebabkan sindrome amotivasi, pemalas, tidak peduli pada lingkungan. Ganja juga dapat menyebabkan halusinasi dan perilaku paranoid sehingga seperti kemasukkan roh jahat. seperti tahun 1933 seorang pemuda Victor licata membunuh ayah, ibu dan tiga saudara karena pengaruh ganja.
Diagnosis Keperawatan yang diambil pada kasus ini adalah resiko perilaku kekerasan. Hal ini didasarkan pada data-data baik data subjektif maupun data objektif yang didapatkan selama pengkajian berlangsung. Banyak hal yang dilakukan klien setelah menggunakan narkoba yaitu perilaku lebih agresif, hubungan dengan keluarga terganggu serta terlibat dalam resiko perilaku kekerasan. Menurut Disable Adjusted Life Years (DALYs) sebesar 8.9 % gangguan penggunaan NAPZA dalam pola tertentu berkaitan erat dengan penularan HIV/AIDS dan dalam batas tertentu juga dengan kekerasan dan kemiskinan (Depkes, 2010). Menurut Keliat dan Akemat (2006), pasien resiko perilaku kekerasan mengalami tanda dan gejala muka merah dan tegang, pandangan tajam, jalan mondar mandir, bicara kasar, suara tinggi, mengancam,
memukul,
merusak
barang
dan
tidak
memiliki
kemampuan
mengendalikan perilaku kekerasan.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
23
Rencana Tindakan resiko perilaku kekerasan dan selanjutnya merencanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan literatur yang digunakan yaitu model praktek keperawatan profesional jiwa. Menurut Keliat dan Akemat (2006) untuk mengatasi masalah kejiwaan yang perlu dilakukan adalah yang pertama cara fisik latihan napas dalam atau relaksasi. Smeltzer & Bare (2002) tujuan teknik relaksasi napas dalam meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk dan mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional. Tehnik relaksasi napas dalam juga dapat mengurangi kemarahan hal ini disebabkan pernapasan dikontrol oleh batang otak, dengan pernapasan yang rileks sehingga mengirimkan sinyal ke otak yang diteruskan untuk menyelaraskan secara fisiologis dengan pola napas yang rileks, otot perut menjadi kendur, paru-paru mencapai lebar yang sempurna sehingga dapat mengeluarkan udara dan merasakan ketegangan didalam diri terlepas (Nay, 2007). Hal ini sejalan menurut Widyastuti (2004) tehnik relaksasi dapat menenangkan fisik atau tubuh juga sekaligus pikiran. Untuk menghindari pemicu atau stress dapat dilakukan tehnik napas dalam sampai perasaan yang tidak nyaman berkurang (Videbeck, 2008). Beberapa penelitian tentang manfaat relaksasi napas dalam diantaranya oleh Kustanti dan Widodo (2008) tentang pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan status mental klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Surakarta telah membuktikan efektif untuk menurunkan keluhan fisik perilaku kekerasan. Kemudian penelitian Zelianti dan Hartoyo (2010) tentang Pengaruh tehnik relaksasi napas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Semarang juga membuktikan dapat menurunkan resiko perilaku kekerasan.
4.5. Alternatif pemecahan yang dapat dilakukan Implementasi yang dilakukan yaitu latihan relaksasi napas dalam pada Tn A selama kurang lebih 3 minggu di RSKO Jakarta dengan tiap minggu 2 kali pertemuan. Dari hasil analisis sejalan dengan teori Widyastuti (2004) tehnik relaksasi dapat menenangkan fisik atau tubuh juga sekaligus pikiran serta penelitian Zelianti dan Hartoyo (2010) tentang Pengaruh tehnik relaksasi napas dalam terhadap tingkat emosi klien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Semarang juga membuktikan dapat menurunkan resiko perilaku kekerasan. Evalusi selama interaksi dan melakukan
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
24
intervensi latihan napas dalam didapatkan hasil tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan mulai menurun hal ini bisa dilihat dari klien lebih aktif bergaul, mulai senyum dan pandangan tidak tajam lagi serta menghindari stressor dan memiliki buku kegiatan harian untuk melatih napas dalam.
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain dan merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul apabila adanya stressor. Dari survey yang dilakukan oleh The National Institute of Mental Nursing Health Epidemiologic Catchment Area terhadap 10.000 orang yang pernah melakukan perilaku kekerasan di temukan 37,7% berhubungan dengan penyalahgunan zat, 24,6% alkoholik, 12,7%
skizoprenia, 11,7 gangguan depresi berat, 11 % gangguan
bipolar dan 2,1% tanpa gangguan (Kaplan & Saddock, 1995 dalam Keliat, 2003). Narkoba bekerja pada otak atau susunan syaraf pusat yaitu pada sistem limbus, hipotalamus
sehinga
mengubah
susunan
biokimiawi
molekul
sel
otak
menyebabkan rasa nyaman atau nikmat yang bersifat sementara dan selesai pemakaian zat timbul rasa gelisah, cemas, perasaan tertekan, marah sebagainya. Strategi
pelaksanaan (SP)
dalam
mengatasi
dampak
dan yang
mempengaruhi sistem otak akibat NAPZA salah satunya berakibat resiko perilaku kekerasan diterapkan perawat secara bertahap yaitu melatih tehnik relaksasi napas dalam. Dari hasil evaluasi tampak perubahan pada sikap dan perilaku residen antara lain perubahan emosional serta peningkatan spritual dan kecerdasan dalam mengendalikan perilaku kekerasan.
5.2. Saran 5.2.1. Bidang keperawatan RSKO Jakarta Karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi bagi perawat dalam memberika asuhan keperawatan pada pasien NAPZA secara holistik sesuai dengan diagnosa keperawatan sehingga mempercepat proses rehabilitasi residen di Halmahera House. 5.2.2 Penelitian Karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan ide untuk penelitian yang berkaitan dengan resiko perilaku kekerasan pada pasien
25 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Berita UIN. (2008). Prevalensi Pengguna Narkoba di Indonesia Capai 2,2 Persen www.uinjkt.ac.id › Arsip Berita Utama diunduh tanggal 24 juni 2013 Darmabrata. W., & Nurhidayat. A.W. (2003). Psikiatrik Forensik. Jakarta : EGC. Nasution. I. (2001). Memahami Narkoba dari Aspek Farmokologi. Pengukuhan Guru Besar UNDIP Semarang Instalasi Rawat Inap Halmahera House. (2008). www.rsko.com. Diunduh pada tanggal 19 Juni 2013 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 67/Menkes/SK/VIII/2006 Tanggal 2 Agustus 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengurangan Dampak Buruk Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza). http:www.depkes.go.id/dowloads/kepmenkes/NAPZA/lamp%20KMK%2 0Napza.doc. Diunduh tanggal 17 Juni 2013 Keliat. B.A., & Akemat. (2006). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC Keliat. B.A., Akemat, Helena. N., & Nurhaeni. H. (2006). Keperawatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit. http://dinkessulsel.go.id/new/images/pdf/pdfrs/kepmenkes%20129%20tah un%202008%20%20spm%20rs.pdf. Diunduh tanggal 17 Juni 2013 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 422/Menkes/SK/III/2010 tentang Standart Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA www.hukor.depkes.go.id/.../KMK%20No.%20422%2. KMK No. 422 ttg NAPZA.pdf - Hukum dan Organisasi, diunduh tanggal 24 Juni 2013 Leksikon. (2008). Istilah Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC Poskota. (2012). Menjadi Masalah Strategis, Urbanisasi dan Lingkungan. Poskota ...poskotanews.com/.../menjadi-masalah-strategis-urba diunduh 24 juni 2013 Potter & Perry (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Martono. L. L.H., & Joewono. S. (2008). Belajar Hidup Bertanggung Jawab. Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta : Balai Pustaka
26 Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
27
Noorkasiani, Heryati, Ismail. R. (2007). Sosiologi Keperawatan. Jakarta : EGC
Nay. R.W. (2007). Mengelola Kemarahan.. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta Saragih, (2009). Karakteristik Penyalahgunaan narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainya di Sibulangit Centre Rehabilitation For Drug Addict Kabupaten Deli Serdang, Skripsi Sarjana FKM USU Medan. Sucahya et al., (2010). Survei Narkoba Rumah Tangga Tahun 2010. Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia
Suara Karya. (2013). Tangani Pecandu Narkoba sebagai Korban www.suarakarya-online.com/news.html?id=329292 diunduh tanggal 24 juni 2013 Surya. H. (2010). Jadilah Pribadi yang Unggul. Jakarta : Elex Media Komputindo Gramedia Hibbert.A., Godwin, A., & Dear, F. (2009). Buku Saku Psikiatri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Videbeck. S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Wismaningrum. ( 2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan niat pulang paksa pasien rehabilitasi rawat inap halmahera house RSKO Jakarta, Skripsi Sarjana FKM UI Depok Widyastuti. P. (2004). Manajemen stress. Jakarta : EGC Zelianti, Sujarwo dan Hartoyo (2010). Pengaruh tehnik relaksasi napas dalam terhadap tingkat emosi klien resiko perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Semarang. Jurnal stikes semarang
Universitas Indonesia Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
Nama
: Wahyu Kristianto
NPM
: 1006823596
Ruang Rawat: Halmahera House
Tanggal dirawat: 11-10-2012
I. IDENTITAS KLIEN Inisial
: Tn A
Tanggal Pengkajian : 13-5-2013
Umur
: 32 Tahun
No. RM
Informan
: Klien, status medis, perawat TTL
Jenis Kelamin : Laki-laki
: : 18 Mei 1981
Kewarganegaraan :Indonesia
Alamat Tetap :Jl Subur Rt05/01 Keluruhan Munjul Kecamatan Ciapayung, Jakarta Timur
Pendidikan terakhir : Belum menikah
Agama : Islam
Status perkawinan:Belum menikah Berapa kali menikah:tidak ada Umur saat menikah pertama kali:tidak ada Status tempat tinggal saat ini :Tinggal bersama orang tua di daerah Cipayung Pekerjaan dalam 1 bulan terakhir :Menjaga playstation di rumah
II. ALASAN MASUK Klien diantar oleh keluarga ingin masuk di detoksifikasi RSKO Jakarta. 2 Minggu sebelum masuk klien memakai ganja 1 paket. Klien memiliki riwayat pemakaian alkohol sejak SMP sampai 2012. Klien juga memiliki riwayat pemakain Nipam sejak SMP sampai 2000. Klien juga memiliki riwayat pemakaian putaw dan sabu sejak tahun 2000.
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
a. Informasi Pengobatan Tanggal berobat
: Tanggal 11- 10-2012
Status pasien saat ini
: Pasien lama
Riwayat pengobatan sebelum ini
: belum maksimal
Jika sudah pernah berobat, kapan pengobatan terakhir? Pada tahun 2012 Berapa kali pengobatan secara keseluruhan: 2X Jika ya, dimana pengobatan dilakukan: RSKO Pengobatan sesuai program/selesai:Belum maksimal Jika ya, berapa kali: Rujukan saat ini berasal dari : Tidak ada
b. Riwayat Pengguna NAPZA Usia pertama kali menggunakan Napza: 13 Tahun Zat yang digunakan pertama kali: Alkohol Alasan menggunakan Napza pertama kali: Pergaulan dengan teman-teman serta untuk mencari jati diri Jumlah uang yang dihabiskan untuk membeli napza dalam satu bulan terakhir: Klien mengatakan menghabiskan Rp 200.00 untuk membeli minuman ssetiap minggu. Tapi setelah menjadi bandar pasien tidak tentu mengeluarkan uang untuk beli napza. Perkembangan penggunaan jenis Napza: Alkohol kemudian Pil BK, ganja dan terakhir putaw Dimana seringkali menggunakan Napza: Bersama teman-teman di jalan wilayah Cipayung
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
c. Masalah Penggunaan NAPZA Pola Penggunaan Zat utama Zat pilihan kedua Zat pilihan ketiga
Nama Zat
Cara penggunaan
Frekuensi dlm sebulan
Usia saat menggunakan
Alkohol Ganja
diminum dihisap
13 Tahun 16 Tahun
Putaw
IV
20 Tahun
Lama penggunaan yang teratur
d. Penggunaan Cara Suntik yang Berisiko Pernah menggunakan dengan cara suntik: Pernah Jika pernah menyuntik, usia saat pertama kali menyuntik: 20 Tahun Jika pernah menyuntik, dengan zat apa dan pernah bertukar jarum suntik: Putaw Penggunaan jarum suntik dalam 1 bulan: Tidak tentu karena disesuaikan dengan keuangan Jika pernah menyuntik, apa alasan tidak menyuntik lagi: Takut mengalami sakit yang berbahaya akibat penggunaan jarum suntik Alasan berganti cara dengan menggunakan jarum suntik: Ingin berfantasi cara lain
e. Perilaku Kriminal Terkait NAPZA Apakah pernah tertangkap sebagai penjual Napza: Pernah Pernah menghadiri atau mendengarkan persidangan:Tidak pernah Pernah dipenjara terkait dengan penjualan atau Bandar Napza: 2X Kota tempat di penjara: Jakarta
f. Kondisi Kesehatan Pernah menderita penyakit:Pernah, Sekarang residen menderita HIV dan Hepatitis C Pernah menderita penyakit berat dalam 12 bulan terakhir: Pernah Jika mengalami sakit, seringkali berkonsultasi kepada: Dokter dan Perawat
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
Pernah dirawat akibat penyakit lain selain masalah gangguan penggunaan Napza: Pernah Apakah mempunyai masalah dengan gangguan fisik? Tidak ada
g. Perilaku seksual Apakah pernah melakukan hubungan seksual:Pernah Jika pernah, dengan siapa:Sesama pengguna dan wanita tuna susila Apakah pernah menggunakan kondom saat berhubungan seks:Tidak pernah
h. Pengetahuan tentang Virus yang ditularkan melalui Darah Apakah bertukar jarum suntik dapat menularkan penyakit:Iya Mengetahui tentang masalah HIV:Iya Pengetahuan tentang pencegahan:Tahu Sumber informasi HIV didapatkan dari:Perawat dan dokter rsko Apakah mengetahui tentang Hepatitis C:Iya Pengetahuan tentang pencegahan:Iya Sumber informasi Hepatitis C didapatkan dari:Perawat dan dokter RSKO
III. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Tidak pernah 2. Pengobatan sebelumnya?Tidak pernah: 3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Tidak ada Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
IV. FISIK 1. Tanda vital: 22x/menit
TD:
110/80 mmHg
N:
80x/menit
RR:
S: 36,5 C
2. TB dan BB: 165 cm dan 60 kg 3. Keluhan fisik: Klien sering mengeluhkan pusing kepala sebelah kiri dan sulit berbicara dan berfikir.
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
V.
PSIKOSOSIAL 1. Genogram
Tn A
2. Konsep Diri a. Gambaran diri: Klien mengatakan malu dengan kondisi saat ini dan mengakibatkan takut untuk melaksanakan pernikahan dan bergaul dengan teman sebaya yang lain diluar RSKO b. Identitas:Sebelum dirawat di RSKO klien bekerja dirumah menjaga rental palystation milik keluarga. Klien mengatakan sudah malas bekerja karena sudah tidak bisa fokus lagi. c. Peran: Klien memiliki peran sebagai kakak dan adik sehingga kadang posisi ditengah yang buat sulit mengungkapkan perasaan. Klien mengatakan hubungan keluarga kurang harmonis. Klien juga lebih senang bergaul dengan teman-teman sebaya sehingga timbul masalah napza d. Ideal Diri: Klien mengatakan pengen berkeluarga seperti kakak dan adiknya. sehingga dapat menghindari penyalahgunaan napza e. Harga Diri: Klien mengatakan malas berinteraksi dengan keluarga lebih senang dengan teman-teman sesama. Klien mengatakan bergaul dengan teman-teman semangat dan harga diri naik.
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
3. Hubungan Sosial: a. Orang yang Berarti: Residen mengatakan keluarga adalah segalanya walau kadang kurang cocok tetapi keluarga masih memperhatikan dengan memasukkan ke RSKO. b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat: Residen mengatakan malas bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dan kegiatan kelompok. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Residen mengatakan malas berhubungan dengan orang lain selain pengguna NAPZA karena tidak sesuai dengan yang diharapkan residen.
4. Spiritual: a. Nilai dan Keyakinan: Residen mengatakan percaya dengan agama Islam yang sekarang dianut tetapi malas untuk sholat. b. Kegiatan ibadah: Residen jarang menjalankan sholat 5 waktu kalaupun sholat setahun 2 kali sholat Idul Fitri dan Idul adha.
VI. STATUS MENTAL 1. Penampilan: Penampilan klien rapi karena klien sudah menjabat ketua kelas sehingga semua standar rehabilitasi dari RSKO sudah terlewati. 2. Pembicaraan: Klien berbicara sulit sehingga mahasiswa harus menanyakan beberapa kali agar jawaban bisa didapat dengan baik. 3. Aktivitas Motorik: Klien mengatakan lemah dan lemes serta kurang berespon saat interaksi dengan klien. 4. Alam Perasaan: Klien mengatakan senang RSKO karena lebih terarah. 5. Afek: kadang-kadang tinggi serta sesekali datar. 6. Interaksi selama Wawancara: Kontak mata ada selama wawancara 7. Persepsi: Tidak ada
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
8. Proses Pikir: Klien mengatakan sulit untuk berkonsentrasi serta menjawab pertanyaan mahasiswa 9. Isi Pikir: Klien mengatakan sering mendengar suara suara tidak jelas wujudnya. 10. Tingkat Kesadaran: Tenang 11. Memori: Daya ingat kurang 12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung: Klien sulit berkonsentrasi 13. Kemampuan Evaluasi: Klien dapat menjalankan program dengan baik di RSKO hal ini dibuktikan klien sudah boleh jajan diluar dan menjabat ketua kelas. 14. Daya Tilik Diri : Klien mengatakan sudah bosan dan pengen berhenti menggunakan NAPZA sehingga hidup dan masa depanya hancur
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG 1. Makan: Klien mengatakan makan 3x sehari serta diselingi snak sehingga merasa cukup untuk kebutuhan makan 2. BAB/BAK : BAB 1x sehari dan BAK 6 sampai 7x sehari 3. Mandi : Klien tampak bersih dan mengatakan 2 kali sehari madi dan keramas 2 hari sekali. 4. Berpakaian : Klien tampak berpakai sesuai dan rapi 5. Istirahat dan Tidur : Klien tidur dan bangun sesuai program dari RSKO. Tidur siang 13.00 – 15.00 dan malam 21.00. 6. Penggunaan Obat: Klien sering minta obat ponstal 7. Pemeliharaan Kesehatan : Selam dirumah kalau sakit langsung ke klinik terdekat. 8. Kegiatan di dalam rumah : Menunggu rentalplaystation milik orang tua 9. Kegiatan di luar rumah : Bersama teman –teman pengguna napza dijalan
VIII. MEKANISME KOPING A. Adaptif
Teknik relaksasi napas dalam
Pukul bantal
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
Menyampai secara asertif
Sholat
Minum obat secara teratur
B. Maladaptif
Penggunaan NAPZA
Perilaku kekerasan
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan lingkungan : Teman mengajak menggunakan napza
Masalah keluarga : Klien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis
X.
PENGETAHUAN KURANG TENTANG: Klien mengatakan kurang mengetahui akibat memakai napza waktu pertama kali mencoba. Klien juga kurang memahami sakit HIV dan hepatitis C yang diderita saat ini
XI. ASPEK MEDIK Diagnosa Medik : Skizoprenia Paranoid
Terapi Medik
: Nevipros Antiprestin Luften Neviral dan duviral B.compleks
XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1)
Koping individu tidak efektif Data subjektif: a) Klien mengatakan menggunakan narkoba karena pergaulan dengan teman b) Klien mengatakan tidurnya berkurang selama mengkonsumsi narkoba
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
c) Klien mengatakan menggunakan narkoba agar diterima komunitas dan dianggap jantan d) Klien mengatakan ingin berhenti menggunakan narkoba tetapi lingkungan sering menawari untuk kembali e) Klien mengatakan sering teringat saat nyaman menggunakan narkoba f) Klien mengatakan cemas bila tidak diterima komunitas Data objektif: a) Klien tampak lesu, kadang tampak kurang bersemangat dalam beraktifitas b) Klien tampak murung, melamun dan terdiam. c) Klien tampak malas berkomunikasi dengan klien yang lain
2) Halusinasi dengar Data subjektif: a) Klien mengatakan 1 tahun terakhir sering mendengar suara seperti angin atau orang berbicara b) Klien mengatakan suara itu timbul apabila lagi sendirian tapi biasanya habis magrib c) Klien mengatakan suara yang muncul sangat menganggu dirinya dan konsetrasi akal sehatnya d) Klien mengatakan selama di RSKO pernah diajarkan konselor untuk melawan suara tidak nyata tersebut Data objektif: a) Klien tampak marah-marah tanpa sebab b) Klien tampak murung, melamun dan terdiam.
3) Resiko perilaku kekerasan Data subjektif: a) Klien mengatakan sebelum direhabilitasi sering berkelahi dan meminta barang secara paksa kepada orang lain b) Klien mengatakan dirumah sering marah-marah pada keluarga c) Klien mengatakan selama di rehabilitasi sudah memukul teman sebanyak 3 kali
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran I
d) Klien mengatakan suara yang tidak jelas sangat menganggu dan membuat emosi Data objektif: a) Klien tampak muka merah dan tegang b) Klien tampak pandangan tajam c) Klien tampak tidak mau mengikuti kegiatan rehabilitasi d) Klien tampak banyak tidur dikamar
Pohon Masalah:
Risiko perilaku kekerasan
Halusinasi dengar
Koping individu tidak efektif
XIII. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1) Koping individu tidak efektif 2) Halusinasi dengar 3) Resiko perilaku kekerasan
Depok,
Mei 2013
Mahasiswa,
Wahyu Kristianto
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran II
PEDOMAN PROSES KEPERAWATAN UNTUK DIAGNOSA KEPERAWATAN RESIKO MENCEDERAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KEKERASAN
Rencana Keperawatan Nama Klien
: Tn A (32 th)
Ruang
: Rehabilitasi Halmahera house
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Tujuan
1 Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan dengan perilaku
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid Nomor CM
Inrervensi
:
Rasional
Kriteria Evaluasi
2
3
4
5
TUM Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab
kekerasan. TUK : 1.
Klien dapat membina hubungan salin percaya
1.1. Klien mau membalas salam 1.2. klien mau menjabat tangan 1.3. Klien mau menyebutkan
1.1.1 Beri salam/panggil nama klien 1.1.2 Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan 1.1.3 Jelaskan maksud hubungan interaksi
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Hubungan saling percaya merupakan landasan untama untuk hubungan selanjutnya
Lampiran II nama 1.4. Klien mau tersenyum
1.1.4 Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
1.5. klien mau kontak mata
1.1.5 Beri rasa aman dan sikap empati
1.6. klien mengetahui nama
1.1.6 Lakukan kontrak singkat tapi sering
perawat 1.7. menyediakan waktu untuk kontrak
2. Klien dapat
2.1. Klien dapat
mengidentifikasi
mengungkapkan
perubahan perilaku
perasaannya
kekerasa
2.2. Klien dapat
2.1.1 Beri kesempatan untuk
Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perasannya
mengungkapkan perasaannya,
2.1.2 Bantu klien untuk mengungkapkan
dapat membantu mengurangi
penyebab jengkel /kesal
mengungkapkan penyebab
stress dan penyebab perasaan jengkel/kesal dapat diketahui
perasaan jengkel /kesal (dari diri sendiri, dari lingkunga/orang lain) 3.
Klien dapat
3.1. Klien dapat
mengidentifikasikan
mengungkapkan persaan
tanda-tanda perilaku
saat marah / jengkel
kekerasan
3.1.1 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat marah/jengkel
Untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasakan saat jengkel
3.1.2 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien 3.2.1 Simpulkan bersama klien tandatanda jengkel yang dialami klien
3.2. Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel/kesal Menarik kesimpulan bersama klien bersama klien supaya klien mengetahui secara garis besar tanda-tanda marah/kesal
Lampiran II 4.
Klien dapat
4.1. Kien dapat
Anjurkan klien untuk
Mengeksplorasi perasaan klien
mengidentifikasi
mengungkapkan perilakuk
mengungkapkan perilaku
terhadap perilaku kekerasan an
perilaku kekerasan
kekerasan yang biasa
kekrasan yang biasa dilakukan
biasa dilakukan
yang biasa dilakukan
dilakukan
klien
4.2. Klien dapat bermain peran
4.2.1 Bantu klien bermain peran sesuai
dengan perilaku kekerasan
denga perilaku kekerasan yang
yang biasa dilakukan.
biasa dilakukan
Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan dengan bantuan perawat bias
4.3. Klien dapat mengetahui
Bicarakan dengan klien apakah
membedakan perilaku konstruktif
cara yang biasa dapat
dengan cara yang klien lakukan
dan destriktif
menyelsaikan maslah atau
masalahnya selesai?
4.3.1
Dapat membantu klien
tidak.
menemukan cara dalam menyelesaikan masalah
5.
Kien dapat
5.1. Klien dapat menjelaskan
mengidentifikasi
akibat dari cara yang
akibat perilaku
digunakan klien
Bicarakan akibat/kerugian dari cara
Membantu klien untuk menilai
yang dilakukan klien
perilaku kekerasan yang dilakukannya Dengan mengetahui akibat
kekerasan Bersama klien menyimpulkan akibat
perilaku kekerasan diharapkan
cara yang digunakan oleh klien
klien dapat merubah perilaku deskruptif menjadi konstruktif
Tanyakan pada klien apakah dia
Agar klien dapat mempelajari cara yang klien konstruktif
ingin mempelajari cara baru yang sehat 6.
Klien dapat
Klien dapat melakukan cara
mengidentifikasi cara
berrespon terhadap
Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam
Lampiran II konstruksi dalam
kemarahan secara
merespon terhadap kemarahan
merespon terhadap
konstruktif
dapat membantu klien
kemarahan
menemukan cara yang baik untuk mengurangi kejengkelannya sehingga klien tidak stress lagi Berikan pujian bila klien mengetahui
memotivasi klien dan
cara lain yang sehat Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat : a.
Secara fisik tarik nafas tarik nafas dalam jika sedang kesal/memukul bantal kasur atau olahraga atau pekerjan yang memerlukan tenaga
b.
Secara verbal katakana bahwa anda sedang kesal/jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya)
c.
Secara social lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat : latihan asumtif, latihan manajemen, perilaku kekerasan
d.
Secara spritual anjurkan klien sembahyang, berdoa/ibadah lain : meminta kepada Tuhan untuk
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Reinforcement positifsdapat
meningkatkan harga dirinya
Berdiskusi dengan klien untuk memilih carayang lain sesuai dengan kemampuan klien
Lampiran II diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan tentang kekerasan / kejengkelannya. 7. Klien dapat
7.1. Klien dapat
mendemostrasikan
mendemontrasikan cara
cara mengontrol
mengontrol perilaku
kekerasan
kekerasan o
o
Fisik tarik nafas dalam,
Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
Memberikan stimulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara cepat
Bantu klien menngidentifikasi
Membantu klien dalam membuat keputusan terhadap
manfaatcarayang dipilih
olah raga, menyiram
cara yang tepat dipilihnya
tanaman
dengan melihat manfaat
Verbal : mengatakannya secara langsung dengan tidak
Bantu klien untuk menstimulasi cara
Spritual : Sembahyang, berdoa, atau ibadah klien
Beri reinforcementpositif atau
Agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif
tersebut (role play)
menyakiti o
Pujian dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien
keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
Agar klien dapat melaksanakan cara yang dapat dipihnya jika ia
jengkel atau marah
sedang kesal /jengkel 8.
Klien mendapatkan
8.1. Keluraga klien dapat :
Identifikasi kemampuan keluarga
dukungan keluarga
o Menyebutkan cara
merawat klien dari sikap apa
mengidentifikasi dan
Kemampuan keluarga dalam
dalam mengontrol
merawat klien yang
yangtelah dilakukan keluarga
memungkinkan keluarga untuk
perilaku kekerasan
berperilaku kekerasan
terhadap klien selama ini
melakukan penilaian terhadap
o Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien
Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
perilaku kekerasan
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran II klien sehingga keluargaterlihat dalam perawatan kllien
Agar keluarga dapat merawat klien dengan perilaku kekerasan
Jelaskan cara-cara merawat klien :
Terka : dengan cara mengnontrol perilaku marah secara konstruktif
Sikap tenang, bicaratenagdan jelas
Membantu klien mengenal penyebab marah
Bantu keluar mendemonstrasikan cara merawat klien
Bantu keluarga menngungkapkan perasaannya setelah melakukan
Agar keluarga dapat mengetahui cara merawat klien
demonstrasi
melalui demonstrasi yang dilihat keluarga secara langsung
Mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan demonstrasi
9.
Klien dapat
Menyebutkan obat-obatn
menggunakan obat-
yang diminum dan
obatan yang diminum
kegunannya (jenis,waktu,
91.1 Jelaskan obat-obat yang dimunum klien pada klien dan keluarga 9.1.2 Diskusikan manfaatminum
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Klien dan keluarga dapat mengetahui nama-nama obat yang diminum oleh klien
Lampiran II dan kegunannya (jenis,
efek).
obatdan kerugian berhenti
waktu, dosis dan efek)
Klien dapat minum obat
minum obattanpa seijin dokter
mengetahui kegunaan obat
sesuai program pengobatan
Klien dan keluarga dapat
yang dikonsumsi klien
9.2.1 Jelaskan prinsip benar minum obat, baca nomor yang tertera pada botol obat, dosis obat,
Klien dan keluarga mengetahui prinsip benar agar tidak terjadi
waktu dan cara minum)
kesalahan dalam mengkonsumsi obat 9.2.2 Ajarkan klien minta obat dan minum tepatwaktu
Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obatdan bersedia minum obat dengan kesadaran sendiri
9.2.3 Anjurkan klien melaporkan pada
Mengetahui efek samping sendiri sedini mungkin sehingga
perawatatau dokter jika
tindakan dapat dilakukan
merasakan efek yang tidak
sesegera mugkin untuk
menyenangkan
menghidari komplikasi 9.2.4 Beri pujian jika klien minum obatdengan benar
Reinforcement positifdapat memotivasi keluarga dan klien serta dapat meningkatkan harga diri
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran III
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien
: Tn A (32 tahun)
Diagnosa Medis
: Skizofrenia Paranoid
Ruang
: Halmahera House
Tanggal 8/5/13
Diagnosa Reiko perilaku kekerasan
Implementasi
Membina hubungan saling percaya
Menjelaskan kontrak
Mengidentifikasi perilaku kekerasan
Memberikan reinforcemen positif
Mengakhiri pertemuan dengan kontak
Evaluasi S: -
Klien mengatakan hari ini malas berbicara dan jangan lama-lama
-
Klien mengatakan 5 menit saja ngobrol
-
Klien menjabat tangan perawat
-
Ekspresi wajah dingin dan tegang
-
Pandangan tajam
-
Klien hanya menjawab apa yang ditanya
O:
perawat A: Masalah belum teratasi.
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran III
P: - Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaan
Wahyu Kristianto 10/52013
Reiko perilaku kekerasan
Mengidentifikasi perilaku kekerasan
Memberikan reinforcemen positif
Mengakhiri pertemuan dengan kontak
S: -
Klien mengatakan bersedia uinteraksi dalam jangka waktu 7 minggu
-
Klien mengatakan mau interaksi 10 menit
-
Klien mengatakan memakai napza sejak SMP
-
Klien
mengatakan
di
rumah
harmonis dengan keluarga O: -
Pandangan tajam dan tegang
-
Klien berbicara tanpa ekspresi
A : Masalah belum teratasi
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
kurang
Lampiran III
P: -
Motivasi klien mengidentifikasi perilaku kekerasan
Wahyu Kristianto
14/5/2013
Reiko perilaku kekerasan
Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
S: -
kekerasan
Memberikan reinforcemen positif
Mengakhiri pertemuan dengan kontak
Klien mengatakan wajah merah dan tangan mengepal bila marah
-
Klien mengatakan bicara kasar bila sedang marah
-
Klien mengatakan suka mengancam orang atau keluarga bila marah
O:
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
-
Klien tampak rileks
-
Klien sesekali tersenyum saat berbicara
Lampiran III
A: Masalah belum teratasi P:
Motivasi klien mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Wahyu Kristianto 17/5/2013 Reiko perilaku kekerasan
Menyebutkan jenis perilaku kekerasan
Memberikan reinforcemen positif
Mengakhiri pertemuan dengan kontak
S: -
Klien mengatakan sering berkelahi
-
Klien mengatakan sering minta sesuatu secara paksa pada orang lain
O: -
Wajah rileks
-
Pandangan bersahabat
A: Masalah belum teratasi
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran III
P : Motivasi menyebutkan jenis perilaku kekerasan
Wahyu Kristianto
21/5/2013
Reiko perilaku kekerasan
S: Memperagakan mengontrol marah dengan
-
latihan napas dalam
Memberikan reinforcemen positif
Mengakhiri pertemuan dengan kontak
Klien mengatakan senang diajarkan cara mengontol marah dengan napas dalam
-
Klien mengatakan dengan napas dalam menjadi rileks
-
Klien akan mencoba sehari 4 kali latihan napas dalam
O: -
Ekspresi wajah senang dan gembira
-
Klien tampak memperagakan napas dalam
-
Klien menulis dalam kegiatan harian
A : Masalah belum teratasi
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran III
P : Motivasi Memperagakan mengontrol marah dengan latihan napas dalam
Wahyu Kristianto 24/5/2013
Reiko perilaku kekerasan
S: Melatih ulang mengontrol marah dengan latihan
-
napas dalam
Memberikan reinforcemen positif
Mengakhiri pertemuan dengan kontak
Klien mengatakan sudah melakukan napas dalam tapi tidak sesuai rencana
-
Klien mengatakan marah berkurang
-
Klien mengatakan senang sudah diulangi cara yang benar napas dalam
O: -
Ekspresi senang dan banyak ketawa
A: Masalah teratasi
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran III
P: - Lanjutkan intervensi
Wahyu Kristianto
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran III
Tanggal 28/5/13
Diagnosa Reiko perilaku kekerasan
Implementasi
Melakukan evaluasi napas dalam
Melatih cara fisik kedua pukul kasur atau
Evaluasi S: -
kedua mengurangi resiko perilaku kekerasan
bantal
Klien mengatakan senang diajarkan cara
-
Membantu memasukkan dalam jadwal
Klien mengatakan cara ini bisa menyalurkan marah tanpa melukai orang lain
harian O: -
Klien tampak bersemangat mengikuti pukul bantal yang diajarkan
-
Ekspresi senang
A: Masalah teratasi. P: - Lanjutkan SP 3 resiko perilaku kekerasan - Motivasi klien untuk melakukan setiap marah
Wahyu Kristianto
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran III
2/672013 Reiko perilaku kekerasan
Melakukan evaluasi 2 cara fisik yang sudah
S: -
diajarkan
Klien mengatakan sangat senang karena
Melatih mengungkapakan rasa marah
banyak alternatif menggurangi marah yang
dengan cara baik
diajarkan -
Klien mengatakan susah sekali cara ke3 karena kadang bertolak belakang dengan diri sendiri
O: -
Klien tampak rileks
-
Klien mengikuti kegiatan dengan sunguhsunguh
A : Masalah belum teratasi P: -
Motivasi klien terus mencoba cara ke3 yang sudah diajarkan
-
Ulangi sp3 resiko perilaku kekerasan
Wahyu Kristianto
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
Lampiran III
5/6/2013
Reiko perilaku kekerasan
Mengulangi cara ke3 menghindari resiko
S: -
perilaku kekerasan dengan mengungkapkan
Klien
mengatakan
sudah
mengungkapkan marah secara baik
secara baik O: -
Klien tampak rileks
-
Klien sesekali tersenyum saat berbicara
A: Masalah teratasi
P:
Motivasi klien untuk melakukan yang sudah diajarkan
Lanjutkan SP4
Wahyu Kristianto
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
bisa
Lampiran III
8/6/2013 Reiko perilaku kekerasan
Mendiskusikan hasil mengontrol perilaku kekerasan secara verbal
Melatih sholat dan berdoa
S: -
Klien mengatakan senag diajarkan kembali cara sholat yang benar
O: -
Wajah rileks
-
Pandangan bersahabat
A: Masalah teratasi P: -
Motivasi klien untuk sholat 5 waktu tepat waktu
-
Lanjutkan SP 5
Wahyu Kristianto 10/6/2013
Reiko perilaku kekerasan
S: Melakukan evaluasi jadwal kegiatan pasien yang sudah diajarkan
Melatih minum obat secara teratur
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013
-
Klien mengatakan senang diajarkan senag sudah diajarkan 5 cara mengatasi perilaku
Lampiran III
kekerasan -
Klien mengatakan akan mengaplikasikan yang sudah diajarkan
O: -
Ekspresi wajah senang dan gembira
-
Klien tampak memperagakan semua yang sudah diajarkan
-
Klien menulis dalam kegiatan harian
A : Masalah teratasi P : Motivasi melatih mengontrol marah yang sudah diajrkan
Wahyu Kristianto
Analisis praktik ..., Wahyu Kristianto, FIK UI, 2013