UNIVERSITAS INDONESIA
KELOMPOK PENDUKUNG SAKA SEBAGAI STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA AGGREGATE BALITA DI WILAYAH CISALAK, PASAR-CIMANGGIS KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR
OLEH ASTI NURAENI 1006755260
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DEPOK, JULI 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA KELOMPOK PENDUKUNG SAKA SEBAGAI STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA AGGREGATE BALITA DI WILAYAH CISALAK, PASAR-CIMANGGIS KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Komunitas
OLEH ASTI NURAENI 1006755260
PEMBIMBING Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., Mapp.Sc., P.hD Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DEPOK, JULI 2013 i Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul ”Kelompok Pendukung SAKA sebagai Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Dalam Pencegahan Diare Pada Aggregate Balita Di Wilayah Cisalak, Pasar-Cimanggis Kota Depok”, sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Ners Spesialis Keperawatan Komunitas di Universitas Indonesia. Pada proses penyusunan KIA ini, penulis menyadari banyak mendapat hambatan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari: 1. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp.,Mapp.Sc., P.hD., selaku Pembimbing I dan Wakil Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia 2. Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.Kom., selaku Pembimbing II Penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua pembimbing yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memotivasi dan senantiasa memberikan arahan yang inspiratif demi kesempurnaan hasil KIA ini. Selain itu penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Dewi Irawaty, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Wiwin Wiarsih, MN sebagai Manajer Pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan KIA dan program pendidikan Spesialis Keperawatan Komunitas. 3. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN, selaku Ketua Program Studi Magister Fakultas Ilmu Keperawatan dan Pembimbing Praktek Residensi I dan yang telah memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan penyusunan KIA. v Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
4. Etty Rekawati, S.Kp., MKM, selaku Pembimbing Praktek Residensi I yang telah memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan penyusunan KIA. 5. Widyatuti, M.Kep., Sp.Kep.Kom, selaku Pembimbing Praktek Residensi II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan penyusunan KIA. 6. Poppy Fitriyani, M.Kep., Sp.Kep.Kom, selaku Pembimbing Praktek Residensi
II yang telah memberikan masukan dan arahan untuk
kesempurnaan penyusunan KIA. 7. Dinas Kesehatan Kota Depok yang telah memberikan ijin pelaksanaan Praktik Residensi di wilayah Cisalak Pasar. 8. Seluruh staf dan kader Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar yang telah membantu dalam pelaksanaan Praktik Residensi. 9. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 10. Suamiku Lutfhi Risya, ST yang dengan kesabaran dan keikhlasan mendampingi dan membantu penulis dalam menyelesaikan KIA ini serta jagoanku Dastin Risya yang selalu memotivasi penulis dalam segala hal. 11. Kedua orang tuaku, kedua mertuaku dan saudara-saudara yang selalu mendoakan kelancaran proses pendidikan penulis. 12. Rekan-rekan residen 2 SAMA HATI (Sany, Pak Muin, Pak Aspian, Pak Hasbi, Pak Taufik dan Erjin) serta residen 1 (Pak Jajang, Bu Uswa, Lina, Ratna dan Intan) spesialis keperawatan komunitas yang senantiasa membantu dan memotivasi selama pelaksanaan praktik residensi. 13. Rekan-rekan di STIKES Telogorejo Semarang, khususnya di Prodi S.1 Keperawatan yang selalu memberi semangat. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak bisa disebutkan satu persatu.
vi Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis mengharapkan masukan dan saran untuk menyempurnkan KIA ini, karena penulis menyadari KIA ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap KIA ini dapat bermanfaat untuk perkembangan Ilmu Keperawatan khususnya Keperawatan Komunitas.
Depok, Juni 2013
Penulis
vii Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Nama : Asti Nuraeni Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Komunitas Judul : Kelompok pendukung SAKA sebagai strategi intervensi keperawatan komunitas dalam pencegahan diare pada aggregat balita di wilayah Cisalak Pasar, Cimanggis Kota Depok
ABSTRAK Upaya deteksi dan pencegahan dini di keluarga menjadi salah peran perawat spesialis komunitas untuk mengatasi permasalahan diare balita. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk menggambarkan kegiatan Kelompok Pendukung Sanitasi Anak Keluarga dan Area (SAKA) dalam pencegahan diare balita. SAKA merupakan integrasi dari program pencegahan diare yang sudah ada yaitu LINTAS diare dan Sanitation and Family Education (SAFE). Hasil p value 0.000 menunjukkan ada hubungan antara perilaku keluarga dalam penerapan SAKA terhadap penurunan angka kejadian diare balita di Kelurahan Cisalak Pasar. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA disarankan dilaksanakan sebagai upaya pemberantasan penyakit menular oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan karena efektif mengendalikan diare. Kata kunci: Kelompok Pendukung, diare, balita, keluarga
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Name Study Program Title
: Asti Nuraeni : Community Nursing Specialist : SAKA support group as a community health nursing intervention strategy for diarrhea prevention among under five children in Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok.
ABSTRACT Early detection and prevention efforts in the family became one of the role of specialist community nurses to overcome the problems of toddlers’ diarrhea. This final scientific paper aims to describe support group activities of Children-FamilyNeighborhood-Sanitation (CFNS) in the prevention of diarrhea in toddlers. CFNS is an integration of diarrhea prevention program uses existing LINTAS diarrhea and Sanitation and Family Education (SAFE). The result shows there is no relationship between family behavior in SFNS implementation to the decrease of diarrhea incidence among under five children at Cisalak Pasar (p value= 0.000). CFNS support group is suggested activities to be implemented.
Key words : Support Groups, diarrhea, under five children, family.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
Hal. HALAMAN JUDUL........................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...........................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................
iv
KATA PENGANTAR......................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK..................................................................
viii
DAFTAR ISI....................................................................................
ix
DAFTAR TABEL.............................................................................
xi
DAFTAR SKEMA ...........................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................... 1 1.2 Tujuan ...................................................................................... 10 1.3 Manfaat .................................................................................... 11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balita sebagai Populasi Berisiko ..............................................14 2.2 Manajemen Pelayanan Keperawatan....................................... 20 2.3 Asuhan Keperawatan Komunitas............................................. 24 2.4 Asuhan Keperawatan Keluarga.................................................33 2.5 Model Intervensi LINTAS Diare.............................................. 40 2.6 Model Intervensi SAFE............................................................ 42
ix
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
BAB 3 KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH 3.1 Kerangka Konsep KIA.........................................................
46
3.2 Profil Wilayah.......................................................................
48
3.3 SAKA Diare.........................................................................
50
BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN 4.1 Pengelolaan Manajemen........................................................... 53 4.2 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga............................ 75 4.3 Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas........................ 88 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan........................................... 98 5.2 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan........................... 110 5.3 Implikasi Keperawatan............................................................. 111 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan.................................................................................. 115 6.2 Saran......................................................................................... 116 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
x
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Hal Tabel 4.1
Tingkat Kemandirian Keluarga.................................................
87
Gambar 2.1
Pengkajian Komunitas..............................................................
25
xi Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
DAFTAR SKEMA Hal Skema 2.1
Skema Kerangka Kerja..............................................................
52
Skema 2.2
Skema Fish Bone........................................................................
63
Skema 3.1
Skema Web of Caution Keluarga ..............................................
77
Skema 3.1
Skema Web of Caution Komunitas ............................................
91
xii Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Penapisan Masalah Pengelolaan Manajemen Keperawatan
Lampiran 3.
Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 2.
Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas
Lampiran 4.
Kuesioner Pengkajian Asuhan Keperawatan Komunitas
Lampiran 5.
Modul KPS
Lampiran 6.
Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Penerapan SAKA Diare
Lampiran 8.
Kontrak Pembelajaran Praktek Residensi
Lampiran 7.
Foto Kegiatan Residensi
xiii Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1
BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 Pendahuluan menguraikan latar belakang beserta evidence based yang mendukung latar belakang, tujuan yang meliputi tujuan umum dan khusus, serta manfaat penulisan Karya Ilmiah Akhir. 1.1 Latar Belakang Balita merupakan populasi yang berisiko terhadap masalah kesehatan, salah satunya adalah masalah diare pada balita. Balita merupakan kelompok yang memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan kelompok karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain kurang keterpaparan terhadap informasi, tingkat pendidikan rendah, keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku manusia itu sendiri (Stanhope dan Lancaster, 2010). Stanhope dan Lancaster (2010) menjelaskan lebih lanjut karakteristik risiko yakni usia dan biologis, sosial, ekonomi, gaya hidup, serta kejadian dalam hidup. Karakteristik pertama pertambahan usia dan perubahan biologis. Pertambahan usia balita berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbahan balita merupakan pertambahan jumlah dan ukuran sel yang tampak pada peningkatan berat badan dan tinggi badan. Perkembangan balita merupakan peningkatan kapasitas untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran (Whaley dan Wong, 1998). Pertumbuhan dan perkembangan balita merupakan masa yang paling berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Kondisi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita. Masalah kesehatan yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat diare (Warman, 2008).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
2
Risiko tersebut akibat perkembangan balita yang senang memasukkan segala sesuatu yang kurang terjaga kebersihannya kedalam mulut,
sehingga terjadi
peningkatan risiko masuknya mikroorganisme yang menyebabkan balita mengalami diare (Stanhope dan Lancaster, 2010). Diare salah satunya disebabkan karena masuknya makanan yang terkontaminasi oleh bakteri. Bakteri yang masuk dalam saluran pencernaan tidak dapat diserap oleh usus menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Toksin pada dinding usus akan meningkat sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus sehingga terjadi peningkatan isi rongga usus. Keadaan dalam usus akan terjadi hiperperistaltik atau pergerakan usus yang terlalu cepat sehingga akan menurunkan absorbsi usus menyerap makanan. Dampak diare lebih lanjut adalah kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (Whaley dan Wong, 1998). United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, menjelaskan bahwa diare merupakan penyebab kematian ke-3 pada bayi dan ke-2 pada balita di dunia. Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan merupakan penyakit potensial terjadi KLB yang disertai dengan kematian. Penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31.4%) dan pada balita (25.2%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2012). Profil Puskesmas Cimanggis kota Depok tahun 2010 berdasarkan pola penyakit penderita rawat jalan di Puskesmas Cimanggis (< 1 tahun) diare menempati urutan 2 yaitu 37,81%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa balita termasuk dalam kelompok umur yang berisiko terkena diare di Indonesia. Kejadian diare pada balita juga banyak dipengaruhi oleh faktor risiko sosial diperoleh dari lingkungan, terutama lingkungan terdekat balita. Lingkungan internal keluarga yang sehat merupakan pendukung tercapainya kesehatan untuk balita (Friedman, 2003). Faktor lingkungan yang mempunyai risiko balita terkena Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
3
diare seperti penggunaan air bersih, mencuci tangan, serta penggunaan jamban saat balita BAB. Penggunaan air bersih merupakan salah satu upaya agar terhindar dari diare. Sumber air minum utama penting untuk diperhatikan sanitasinya. Kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal oral. Diare pada balita bisa disebabkan oleh masyarakat yang masih mengelola air minum rumah tangga yang tidak menggunakan sumber air minum yang bersih. Penggunaan air bersih yang sesuai dengan syarat kesehatan seperti penggunaan sumber air minum yang berasal dari PDAM dapat mengurangi resiko balitanya terkena diare (Apriyanti, 2009). Balita di negara ASEAN mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian diare per tahun atau hampir 15-20% waktu hidup anak dihabiskan untuk diare (Soebagyo, 2008). Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 menemukan kecenderungan peningkatan insiden diare. Pada tahun 2000 angka kesakitan balita 1.278 per 1.000 penduduk turun menjadi 1.100 per 1.000 penduduk pada tahun 2003. Namun pada tahun 2006 naik menjadi 1.330 per 1.000 penduduk dan turun kembali di tahun 2010 menjadi 1.310 per 1.000 penduduk (Buletin diare, 2011). Buletin Diare tahun 2011 memberikan gambaran peta diare di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi diare adalah 9.0% dengan rentang antara 4.2%18.9%. Angka tertinggi di provinsi NAD yaitu 18.9% dan terendah di DI Yogyakarta 4.2%. Salah satu provinsi yang mempunyai prevalensi diare lebih dari 9.0% adalah Jawa Barat yaitu 10.2%. Hasil ini juga menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16.7% dan pada bayi kurang dari 1 tahun yaitu 16.5%. Kondisi ini sejalan dengan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 yang menunjukkan Jawa Barat sebagai salah satu dari 7 provinsi yang setiap tahun mengalami KLB diare pada tahun 2010 dan 2011.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
4
Faktor risiko ekonomi diperoleh dari orang tua yang hidup dalam kemiskinan tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan untuk mengatasi balita yang terkena diare. Risiko ekonomi adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan penghasilan atau pendapatan dengan beban tanggungan, krisis ekonomi yang berkepanjangan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan perumahan, pakaian, makanan, pendidikan dan kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010). Permasalahan penyakit diawali masalah kesehatan berakar dari kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi yang belum membaik (Khomsan, 2004). Sumber pendapatan keluarga menentukan kesanggupan untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi anggota keluarganya (Notoatmodjo, 2003). Faktor risiko gaya hidup diperoleh dari keluarga yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini akan berisiko balita terkena diare (Friedman, 2003). Balita merupakan kelompok yang memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami masalah kesehatan dibandingkan dengan kelompok lain karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Balita memiliki resiko lebih besar mengalami masalah diare dikarenakan perilaku ibu dalam perawatan masalah kesehatan yang belum optimal. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain kurang keterpaparan terhadap informasi, tingkat pendidikan rendah, keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku manusia itu sendiri (Stanhope dan Lancaster, 2010). Hasil survey yang dilakukan di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar dengan jumlah responden 97 orang pendidikan ibu rendah (55 %). Penyakit 3 bulan terakhir balita diare (51 %) sedangkan penyakit 6 bulan terakhir balita diare (47.4%). Perilaku ibu dalam pencegahan diare balita yang terdiri dari 3 domain menunjukkan pengetahuan kurang tentang pencegahan diare balita (36.1 %), sikap kurang 43 %, dan tindakan untuk pencegahan diare pada balita kurang (49 %.). Permasalah balita berisiko diare hasilnya tersebar di RW 1 (29%), RW 3 (26%) dan RW 5 (27%). Balita yang terkena diare sebagian besar umur 1-5 tahun (79 %). Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
5
Faktor risiko kejadian dalam hidup dapat berisiko terjadinya masalah kesehatan seperti kehilangan anggota keluarga (Stanhope dan Lancaster, 2010). Keluarga yang kehilangan balita karena diare akan lebih memperhatikan pencegahan diare pada balita. Hal sebaliknya keluarga tidak ada perhatian khusus terhadap pencegahan diare serta menganggap diare balita suatu hal yang biasa. Pengaruh dari kurang keterpaparan informasi dan kurang kepedulian masyarakat tentang pencegahan diare pada balita akan berakibat kematian balita karena tidak dilakukan pencegahan diare secara dini. Pencegahan dan perawatan secara dini di dalam keluarga yang tidak diketahui oleh masyarakat mengakibatkan jumlah kematian balita diare akan semakin meningkat. Dampak lebih lanjut apabila kejadian diare balita tidak segera diatasi akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Kejadian diare pada anak di dunia mencapai 1 miliar kasus tiap tahun, kematian akibat diare sekitar 5 juta jiwa. Angka kematian balita di negara berkembang akibat diare ini sekitar 3,2 juta setiap tahun. Statistik menunjukkan bahwa setiap tahun diare menyerang 50 juta penduduk Indonesia, duapertiganya adalah balita dengan korban meninggal sekitar 600.000 jiwa (Warman, 2008).
Target
Pembangunan Milenium yang sedang diupayakan untuk dicapai di Indonesia adalah menurunkan kematian anak-anak dibawah usia lima tahun. Salah satu penyebab utama kematian balita adalah diare. Diare yang menyerang balita apabila tidak ditangani dengan serius akan berdampak pada pertumbuhan perkembangan balita. Penyakit diare di masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah “Muntaber”. Penyakit ini menimbulkan kecemasan dan kepanikan apabila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam) tidak segera diatasi akan menyebabkan kematian (Triatmodjo, 2008). Pedoman Pengendalian Penyakit Diare merupakan sebuah model pelayanan kesehatan yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jendral P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) untuk pencegahan penyakit diare. Pedoman pengendalian penyakit diare dapat Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
6
dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit, atau wilayah komunitas. Program Pencegahan dan Penanggulangan Diare (P2D) memiliki perencanaan target dan waktu pelaksanaan program, sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Program P2D ini dapat berfungsi dan berjalan secara optimal, maka dibutuhkan tenaga kerja minimal seorang dokter, seorang perawat dan seorang petugas administrasi. Hal ini memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya tenaga kerja yang merangkap program puskesmas lainnya menjadikan pelaksanaan program P2D belum dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal. Petugas kesehatan yang masih merangkap program lain salah satu dampak karena keterbatasan sumber daya manusia. Kondisi ini akan mengakibatkan program tidak bisa berjalan secara optimal. Pelaksanaan program P2D yang meliputi: pengobatan diare, penyuluhan, dan pelatihan serta pembinaan kader, merupakan faktor penentu keberhasilan program. Pengobatan diare yang kurang memenuhi standar pelayanan dapat mengakibatkan munculnya stigma yang buruk mengenai pelayanan diare di puskesmas sehingga masyarakat tidak mau berkunjung ke Puskesmas. Hal ini berimbas pada rendahnya angka cakupan pelayanan diare. Tidak adanya penyuluhan kesehatan mengenai diare juga berdampak pada kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan dan penanganan diare di rumah, serta kapan waktu yang tepat untuk berobat. Kurangnya kader yang terlatih menyulitkan pelaksanaan program terutama dalam melakukan tugas eksternal seperti penyuluhan di masyarakat dan penanganan awal diare. Upaya untuk pencegahan diare di tingkat rumah tangga khususnya dalam memberdayakan peran keluarga belum mencapai tujuan yang diharapkan, karena kejadian penyakit diare masih belum menurun secara optimal. Penanganan diare pada balita bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja tetapi masyarakat pun diharapkan dapat ikut serta menanggulangi dan mencegah terjadinya diare pada balita. Keluarga memiliki peran penting dalam pencegahan diare. Keluarga harus mampu memenuhi tugas perkembangan keluarga salah satunya balita adalah Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
7
melakukan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Duvall, 2001). Usaha yang dilakukan keluarga dengan optimalisasi pertumbuhan anak dalam pencegahan diare. Keluarga memiliki tanggungjawab untuk dapat melakukan pencegahan diare yang tepat untuk balita. Keluarga yang mampu melaksanakan tanggungjawab tersebut maka balita tidak berisiko terkena diare. Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah meliputi melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS Diare), meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar, dan penanggulangan KLB diare, melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif serta melaksanakan monitoring dan evaluasi (Buletin Diare, 2011). Menurut Kemenkes RI (2011) prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare). Rehidrasi bukan satu satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu (1) Rehidrasi menggunakan Oralit. (2) Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut. (3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan. (4) Pemberian antibiotik secara selektif dan (5) Nasehat pada orang tua tentang tanda-tanda lebih lanjut bahaya diare. Strategi untuk pencegahan diare juga dikembangkan oleh USAID untuk proyek inovasi dalam mencegah penyakit diare pada balita. Model intervensi SAFE adalah suatu proyek inovasi yang dikembangkan di Bangladesh untuk menurunkan angka kejadian diare pada balita. Program ini akan mengembangkan strategi intervensi yang bisa diterapkan di masyarakat. SAFE merupakan inovasi yang sudah dilakukan di Bangladesh yang efektivitas program ini sangat bermakna hasilnya dengan penurunan angka kejadian diare pada balita. Komponen dalan SAFE adalah penggunaan air bersih, penggunaan jamban, kebersihan makanan, pemberian ASI, dan pemberian oralit. Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
8
Program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita dengan menggunakan LINTAS diare mempunyai kelebihan yaitu komponen pengobatan redehidrasi yang lebih diunggulkan. Kelemahan yang bisa dilihat bahwa LINTAS diare tidak memberikan secara jelas upaya yang bisa dilakukan keluarga untuk pencegahan diare. Hal yang sama juga pada program SAFE mempunyai kelebihan program ini sudah spesifik menjelaskan upaya keluarga dalam pencegahan diare balita. Hambatan yang yang ditemukan untuk program SAFE lebih menonjolkan faktor lingkungan yang lebih dominan untuk pencegahan diare pada balita. Berdasarkan hal yang positif dari pencegahan diare dengan LINTAS dan SAFE, penulis mencoba melakukan inovasi dalam pencegahan diare yang diberi nama SAKA. SAKA merupakan inovasi pencegahan diare pada balita yang memodifikasi program pencegahan diare antara LINTAS dan SAFE diharapkan mampu menghasilkan inovasi terbaru yang lebih aplikatif bisa dilakukan keluarga dalam menurunkan insiden balita diare di masyarakat. SAKA diare adalah suatu inovasi yang terdiri dari 10 langkah atasi diare. SAKA terdiri empat komponen yaitu sanitasi, anak, keluarga dan area. Komponen sanitasi terdiri dari penggunaan air minum, penggunaan jamban. Komponen anak yang harus difokuskan disini adalah pemberian ASI, pemberian makanan serta terapi gurita dan senam balita. Komponen keluarga sebagai pendukung terbesar yaitu kebiasaan mencuci tangan, pengolahan makan dan pemberian cairan pengganti oralit dan pemberian zink selama 10 hari. Komponen yang terakhir yang diperhatikan adalah area yaitu pembuangan sampah dan pembuangan limbah. Perawat komunitas mempunyai peranan besar untuk melakukan upaya pencegahan diare pada balita. Peran perawat komunitas sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, manajer, kolabolator, pemimpin, dan peneliti (Helvie, 1998). Perawat sebagai pemberi perawatan memberikan perawatan langsung pada balita yang terkena diare dan balita yang berisiko terkena diare. Perawat dapat memberikan informasi pada kelompok pendukung SAKA tentang penerapan Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
9
SAKA diare pada balita dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang manfaat, cara penerapan SAKA diare. Perawat sebagai manajer berperan dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh kader kesehatan. Penemuan kasus termasuk penemuan balita diare, perawat harus dapat mengidentifikasi komunitas yang mempunyai populasi balita terbanyak serta menentukan wilayah yang mempunyai angka kejadian diare balita tertinggi. Perawat sebagai pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi komunitas untuk melakukan perubahan terhadap perilaku yang kurang mendukung penerapan SAKA diare. Perawat berperan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan SAKA diare sehingga dapat ditemukan strategi intervensi keperawatan yang sesuai untuk mengoptimalkan penerapan SAKA diare pada balita Intervensi dalam keperawatan komunitas yang terdiri dari Proses kelompok adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan bersamaan dengan masyarakat melalui pembentukan peer atau social support berdasar kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope dan Lancaster, 2010, Hitchock, Schuber dan Thomas, 1999). Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan dalam rangka upaya promotif dan preventif dengan melakukan penyebaran informasi dan meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperilaku sehat (Stanhope dan Lancaster, 2010). Empowering adalah suatu kegiatan keperawatan komunitas dengan melibatkan masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan masalah yang ada di komunitas, masyarakat sebagai subjek dalam menyelesaikan masalah (Stanhope dan Lancaster, 2010, Hitchock, Schuber dan Thomas, 1999). Kelompok pendukung merupakan karakteristik intervensi dan implementasi dalam keperawatan komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Kelompok Pendukung SAKA merupakan inovasi terhadap berbagai istilah kelompok yang Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
10
memberikan dukungan dalam pencegahan diare pada balita, yang lebih menekankan penanganan secara dini balita diare terhadap dampak yang ditimbulkannya secara fisik, psikososial dan ekonomi bagi keluarga dengan balita diare. Pelayanan yang diberikan berupa dukungan secara fisik, informasi, dan sosial untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam pencegahan diare pada balita. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA dalam pencegahan diare pada balita di dalam keluarga
memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan angka
kejadian diare pada balita. Kegiatan kelompok pendukung SAKA melakukan kunjungan rumah dengan pemantauan kartu penerapan SAKA diare keluarga. Kelompok Pendukung SAKA melakukan pemberian asuhan langsung pada balita diare serta melakukan penyuluhan SAKA diare. Kelompok pendukung sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup dengan melakukan penerapan SAKA untuk mengatasi masalah balita dengan diare. Berdasarkan fenomena tersebut penulis mencoba membuat inovasi pencegahan dan deteksi dini diare dengan menggunakan Kelompok Pendukung SAKA sebagai strategi intervensi keperawatan komunitas di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. 1.2 Tujuan Umum dan Tujuan Khusus 1.2.1 Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang implementasi pelaksanaan Kelompok Pendukung SAKA pada aggregat balita dengan diare mencakup manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat. 1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penulisan karya ilmiah akhir adalah teridentifikasi: 1.2.2.1 Terbentuknya Kelompok Pendukung SAKA untuk balita diare.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
11
1.2.2.2 Peningkatan
kemampuan
(pengetahuan,
keterampilan
dan
sikap)
Kelompok Pendukung SAKA tentang pencegahan diare pada balita. 1.2.2.3 Peningkatan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) keluarga dalam pencegahan diare pada kelompok ibu balita dengan penerapan SAKA Diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. 1.2.2.4 Peningkatan kemandirian keluarga dalam pencegahan dan perawatan balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. 1.2.2.5 Penurunan insiden diare pada aggregate balita yang dibina dalam keluarga dan komunitas di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. 1.3 Manfaat 1.3.1 Pelayanan Kesehatan Dalam Keperawatan 1.3.1.1 Dinas Kesehatan Kota Depok Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk pengembangan program pencegahan penyakit diare. Kelompok Pendukung SAKA sebagai upaya preventif dan promotif untuk menurunkan angka kejadian diare balita. Kelompok Pendukung SAKA sebagai dasar merumuskan kebijakan pengembangan program pencegahan dan penanggulangan diare. 1.3.1.2 Puskesmas Kecamatan Cimanggis Kelompok Pendukung SAKA dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh baik itu promotif, preventif dan kuratif dengan melakukan penerapan SAKA diare. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA dapat dijadikan sebagai salah satu kegiatan pokok Posyandu yaitu kegiatan pencegahan diare dengan sasaran pembinaan kepada ibu balita di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, kota Depok.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
12
1.3.1.3 Perawat Komunitas Perawat komunitas dapat merancang pembinaan kesehatan balita dengan sasaran pembinaan ibu balita dan keluarga lebih komprehensif melalui kegiatan penerapan SAKA Diare. Kelompok Pendukung SAKA sebagai bentuk intervensi dalam upaya pembinaan keperawatan keluarga dan kelompok balita dengan diare. Kelompok Pendukung SAKA dapat memperluas jangkauan pelayanan dalam pencegahan dan deteksi dini diare, sehingga masalah diare dapat tertangani sedini mungkin dan dapat menekan angka kematian akibat diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, kota Depok.. 1.3.1.4 Keluarga dan Masyarakat Pelaksanaan kegiatan penerapan SAKA Diare dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu balita serta kemandirian keluarga dalam pencegahan diare pada balita. Program Kelompok Pendukung SAKA juga dapat meningkatkan kader secara optimal
peran, fungsi serta pemberdayaan
melalui kegiatan Posyandu dalam memberikan
pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan diare pada balita di tingkat masyarakat dalam berpartisipasi mensukseskan program pemerintah LINTAS diare di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, kota Depok. 1.3.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan Pengembangan
program
praktik
keperawatan
komunitas,
melalui
Kelompok Pendukung SAKA sebagai strategi intervensi keperawatan komunitas yang efektif dengan sasaran keluarga dan komunitas dalam upaya promotif, preventif, dan kuratif pada balita diare. Kelompok Pendukung SAKA dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan intervensi keperawatan komunitas yang lebih efektif dalam upaya menurunkan angka kejadian diare pada balita. Penerapan SAKA diare di keluarga dan komunitas melalui Kelompok Pendukung SAKA dapat Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
13
memberikan dampak yang positif terhadap penurunan angka kejadian diare balita. Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu strategi intervensi
keperawatan
komunitas
yang
pelaksanaannya
melalui
pemberdayaan kader kesehatan melalui pembinaan keluarga dan komunitas dengan balita diare.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
14
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan berbagai teori dan konsep yang berkaitan dengan balita sebagai populasi berisiko, kejadian diare balita, model Community as Partner, Model Intervensi SAFE dan teori Family Center Nursing, Kelompok Pendukung SAKA sebagai bentuk intervensi keperawatan komunitas pada aggregate balita dengan diare dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas pada agregat balita dengan diare. 2.1. Balita Sebagai Populasi Berisiko 2.1.1. Definisi Populasi Berisiko Populasi yang berisiko adalah kelompok populasi yang berisiko lebih tinggi menderita suatu penyakit dibandingkan dengan populasi yang lain (Stanhope dan Lancaster, 2010). Populasi yang berisiko adalah sekelompok orang yang berisiko masalah
kesehatan
tertentu
akibat
interaksi
berbagai
faktor
yang
mempengaruhinya (Allender dan Spradley, 2010). Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa populasi berisiko adalah kelompok populasi yang berisiko lebih tinggi mempunyai masalah kesehatan dibandingkan kelompok lain. Kelompok yang memiliki risiko tinggi terhadap masalah kesehatan akibat dari interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktorfaktor tersebut meliputi kurang keterpaparan terhadap informasi, tingkat pendidikan rendah, keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku manusia sendiri. Kelompok berisiko meliputi bayi , anak-anak, remaja dan dewasa muda, dewasa menengah, lanjut usia (Stanhope dan Lancaster, 2010). 2.1.2. Karakteristik Balita sebagai Populasi Berisiko Stanhope dan Lancaster (2010) menjelaskan bahwa faktor risiko kesehatan adalah faktor yang mempengaruhi atau menentukan terjadinya penyakit atau kondisi yang tidak sehat. Faktor risiko kesehatan terdiri dari risiko usia dan biologis (biological and age risk), risiko sosial (social risk), risiko ekonomi (economic Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
15
risk), risiko gaya hidup (lifestyle risk), dan risiko yang peristiwa dalam kehidupan (life events risk). Kontribusi faktor risiko tersebut terhadap munculnya masalah kesehatan pada balita adalah sebagai berikut: 2.1.2.1. Risiko Usia dan Biologi Faktor biologi merupakan faktor genetik atau fisik yang berkontribusi terhadap timbulnya risiko tertentu yang mengancam kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010). Balita berisiko mengalami masalah kesehatan jika dilihat dari faktor usia. Kelompok balita terbagi menjadi neonatus (0-1 bulan), infant (1 bulan-1 tahun), toddler (1-3 tahun), dan preschool (3-5 tahun) (Stanhope dan Lancaster, 2010). Faktor usia seringkali dihubungkan dengan tahapan perkembangan, tahapan perkembangan yang terjadi dapat berkontribusi terhadap timbulnya risiko masalah kesehatan. Pada usia balita pertumbuhan dan perkembangan dilihat dari aspek fisik, kognitif, dan psikososial. Pada usia ini balita senang memasukkan segala sesuatu kedalam mulutnya sehingga terjadi peningkatan risiko masuknya mikroorganisme seperti virus dan bakteri yang mengakibatkan balita memiliki risiko lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010). Perkembangan secara fisik untuk sistem kekebalan tubuh pada balita belum matang. Usia merupakan karakter yang memiliki pengaruh paling besar dalam hal hubungannya dengan penyakit, kondisi cidera, penyakit kronis, dan penyakit lain. Usia merupakan salah satu variabel yang dipakai untuk memprediksikan perbedaan dalam hal penyakit, kondisi dan peristiwa kesehatan dan jika saling diperbandingkan maka kekuatan umur menjadi lebih mudah dilihat (Widyastuti, 2005). Pada usia balita terjadi keseimbangan antara perkembangan yang juga diikuti dengan meningkatnya risiko terhadap terjadinya masalah kesehatan. Pertumbuhan dan perkembangan pada balita terdiri dari fisik, kognitif dan psikososial (Potter dan Perry, 2003). Usia balita mengalami perkembangan motorik yang pesat seperti ketrampilan balita dalam berjalan, berlari dan
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
16
berlompat. Sistem kekebalan tubuh balita yang belum matang meningkatkan risiko balita untuk mengalamai masalah kesehatan (Whaley dan Wong, 1995). Faktor biologi pada balita yang mengalami masalah kesehatan akan meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan lainnya. Penyakit diare ini penularannya dapat melalui kontaminasi agent (penyebab penyakit) seperti virus, bakteri dan sebagainya dengan makanan, minuman yang kemudian dimakan oleh orang sehat. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam penyakit yang sumber penularannya melalui perantaraan air atau sering disebut sebagai water borne diseases. Agent penyebab penyakit diare sering dijumpai pada sumber-sumber air yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit, air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa membuat orang tersebut terpapar dengan agent penyebab penyakit diare (Whaley dan Wong, 1995). Kuman penyebab diare dapat ditularkan melalui kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita yang mengandung kuman penyebab. Kuman pada kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipake untuk memegang makanan. Kontaminasi dari alat-alat rumah tangga yang tidak terjaga kebersihannya, tidak memakai sabun pada saat mencuci alat-alat makan dan minum, mencuci pakaian penderita di sekitar sungai dan sumber air lainnya (Departemen Kesehatan, 2007). 2.1.2.2. Risiko Sosial Faktor sosial yaitu lingkungan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya masalah kesehatan. Lingkungan sosial anak terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan disekitarnya. Peranan ibu sangat dominan dalam hal pengasuhan dan perawatan balita. Karakteristik ibu sepert usia dan pendidikan ibu mempengaruhi perilaku kesehatan balita (Friedman, 2003). Usia ibu yang sudah dewasa berpengaruh pada peningkatan motivasi untuk merubah perilaku tidak baik menjadi baik (Siagian, 1995). Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi kesadaran Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
17
akan pentingnya arti kesehatan untuk balita dan lingkungan sehingga akan mendorong kebutuhan akan pelayanan kesehatan (Muhaimin, 1996). Lingkungan yang tidak sehat seperti penggunaan sumber air yang tercemar, pembuangan sampah dan limbah sembarangan dan minimnya fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor yang berisiko terjadinya masalah kesehatan pada keluarga
(Stanhope dan
Lancaster, 2010). Paparan virus dan bakteri di
lingkungan yang tidak sehat pada saat bermain dapat meningkatkan risiko balita mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010). Lingkungan internal keluarga yang sehat merupakan sistem pendukung tercapainya kesehatan fisik dan psikologis bagi seluruh anggota keluarga (Friedman, 2003). Lingkungan sebagai karakteristik orang-orang disekitar tempat tinggal beserta sumber dan faislitas yang tersedia (Bowden dan Jones, 2003). Usia balita terjadi peningkatan kemampuan sosial dan sosialisasi dengan teman sebaya dalam aktivitas bermain (Whaley dan Wong, 1998). Lingkungan yang terbuka meningkatkan terpaparnya virus dan bakteri sehingga saaat anak bermain risiko tinggi balita mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan
Lancaster,
2010). Risiko sosiakultural meliputi tingkat pendidikan dan akses pelayanan kesehatan (Allender dan Spradley, 2010). Pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit menerima informasi tentang pentingnya kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah diare. Masyarakat yang pendidikannya rendah sulit menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan diare (Sander, 2005). 2.1.2.3. Risiko Ekonomi Risiko ekonomi adalah ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan penghasilan atau pendapatan dengan beban tanggungan, krisis ekonomi yang berkepanjangan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan perumahan, pakaian, makanan, pendidikan dan kesehatan (Stanhope dan
Lancaster, 2010). Faktor ekonomi Universitas Indonesia
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
18
merupakan faktor yang memiliki hubungan secara langsung terhadap kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan (Friedman, 2003). Keluarga yang memiliki sumber keuangan yang cukup dapat memenuhi kebutuhan anggota keluarganya khususnya dalam masalah kesehatan. Balita yang tumbuh dalam keluarga yang mengalami kesulitan masalah ekonomi lebih berisiko mengalami masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2010). Permasalahan penyakit diawali masalah kesehatan berakar dari kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi yang belum membaik (Khomsan, 2004). Sumber pendapatan keluarga menentukan kesanggupan untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi anggota keluarganya (Notoatmodjo, 2003). Faktor risiko ekonomi pada balita diperoleh dari orang tua yang hidup dalam kemiskinan yang menyebabkan keluarga tidak mampu melakukan perawatan kesehatan (Maitland, 2011). 2.1.2.4. Risiko Gaya Hidup Risiko gaya hidup adalah kebiasaan atau gaya hidup yang berdampak terhadap risiko terjadinya penyakit termasuk keyakinan terhadap kesehatan, kebiasaan hidup sehat, pengaturan pola makan, dan kegiatan atau aktivitas keluarga. Keluarga merupakan faktor utama pembentuk gaya hidup positif anggotanya (Stanhope dan
Lancaster, 2010). Keluarga merupakan faktor penentu
keberhasilan dalam penanaman perilaku hidup sehat bagi keluarganya. Keluarga yang tidak menerapkan dan memperkenalkan perilaku hidup sehat sejak dini akan berisiko mempunyai masalah kesehatan lebih besar jika dibandingkan keluarga yang mampu menerapkan perilaku hidup sehat sejak dini (Friedman, 2003). Perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita adalah tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI risiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar. Menggunakan botol susu. Penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
19
kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dan dibiarkan di lingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kumankuman atau bakteri penyebab diare (Departemen Kesehatan, 2007). Pengolahan makan terkait menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak. Penggunaan air minum yang tercemar dan Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. Kebiasaan balita BAB disembarang tempat meningkatkan risiko balita terkena diare (Buletin Diare, 2011). Pembuangan air limbah yang tidak dikelola dengan baik dan memenuhi syarat kesehatan dapat mengkontaminasi air permukaan maupun air tanah dan dapat digunakan perindukan vektor penyakit, sehingga dapat menjadi sumber penularan penyakit (Departemen Kesehatan, 2007). 2.1.2.5. Risiko Peristiwa dalam Kehidupan Risiko life events adalah kejadian dalam kehidupan yang dapat beresiko terjadinya masalah kesehatan seperti kehilangan anggota keluarga (Stanhope dan Lancaster, 2010). Transisi peristiwa kehidupan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit. Transisi peristiwa kehidupan yang dapat dilalui dengan baik oleh keluarga jika keluarga mampu mengidentifikasi sumber-sumber yang dibutuhkan, atau mengantisipasi dan mempersiapkan peristiwa yang terjadi beserta akibatnya (Stanhope dan Lancaster, 2010). Faktor risiko terjadinya masalah kesehatan bukan dari faktor risiko tunggal namun kombinasi beberapa faktor risiko lain yang lebih meningkatkan terjadinya penyakit. Jumlah anggota keluarga yang bertambah khususnya balita membuat bertambahnya risiko mengalami masalah kesehatan (Murage, 2012). Proporsi balita yang mengalami kejadian diare lebih banyak terjadi pada balita yang keluarganya mempunyai balita lebih dari 2 orang (Hamdani, 2001).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
20
Berdasarkan penjelasan karakteristik balita sebagai populasi berisiko terkena masalah kesehatan khususnya diare diperlukan suatu pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit diare. 2.2. Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Asuhan Keperawatan Komunitas dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Diare Manajemen keperawatan adalah suatu proses koordinasi dan integrasi sumbersumber melalui fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengontrolan di suatu unit pelayanan keperawatan. Manajemen keperawatan ini melibatkan penerapan keterampilan dan penggunaan sumbersumber yang ada untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Proses dalam manajemen keperawatan akan bekerja melalui individu, kelompok ataupun sumber lain seperti peralatan dan teknologi untuk mencapai tujuan organisasi (Huber, 2010). Menurut Swansburg (1993) manajemen keperawatan yaitu manajemen
yang
pengorganisasian,
berhubungan pengaturan
dengan staf,
semua
kegiatan
kepemimpinan
dan
perencanaan, pengendalian.
Pengetahuan manajemen keperawatan meliputi konsep-konsep, prinsip dan teori yang berlaku di semua situasi manajemen keperawatan. Berdasarkan beberapa pendapat yang disampaikan bahwa manajemen adalah manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi manajemen terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, personalia, pengarahan dan pengawasan (Swansburg 1999). Fungsi manajemen keperawatan yang dilakukan seorang manajer harus melaksanakan empat fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), mengarahkan (coordinating or directing), dan pengendalian (controlling) (Robins dan Coulter, 2007). Manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang menggunakan
konsep-konsep
manajemen
yang
di
dalamnya
meliputi
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
21
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsurnya dikelola oleh seorang manajer yang meliputi orang, metode, materi, anggaran, waktu dan pemasaran (Kusnanto, 2006). Fungsi manajemen yang lazim digunakan dalam keperawatan komunitas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang selama periode tertentu dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya (Gillies, 2000). Tujuan yang dilakukan selama perencanaan adalah analisis, pengkajian suatu sistem, penyusunan tujuan jangka panjang (strategi) dan jangka pendek (operasional) serta memprioritaskan aktivitas termasuk alternatif (Swansburg, 1999). Elemen dalam perencanaan terdiri dari (1) visi dan misi (2) penetapan tujuan (3) rencana operasional (4) biaya (5) SDM dan SDA (6) metode dan kegiatan (7) penentuan strategi (8) kebijakan program (Marquis dan Huston, 2006). Fungsi pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur sebagai pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan yang sesuai, pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja dalam struktur organisasi, memahami, menggunakan kekuatan yang sesuai (Marquis
dan
Huston,
2006).
Tujuannya
adalah
mendapatkan
SDM,
perlengkapan, sumber material untuk menggerakkan, mengorganisasi, dan bekerja, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan hubungan erat antara tenaga kerja dengan lingkungan (Fayol, 2010). Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg, 2000). Huber (200) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang berhubungan menyelesaikan
dengan tujuan
mengalokasi yang
dan
dicapai.
mengatur Peran
sumber
manajer
daya dalam
untuk fungsi
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
22
pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins dan Coulter, 2007). Elemen dalam pengorganisasian adalah struktur organisasi, uraian tugas, kerjasama lintas sektor dan program, serta koordinasi (Marquis dan Huston, 2006). Fungsi pengarahan lebih menekankan pada kemampuan manajer dalam mengarahkan dan menggerakkan semua sumber untuk mencapai tujuan yang telah disepakati (Gillies, 2000). Pengarahan yang diberikan dapat berupa motivasi melalui komunikasi yang baik dalam suatu organisasi sebagai suatu umpan balik dari implementasi kegiatan organisasi (Marquis dan Huston, 2006). Pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan, memelihara, menjaga atau mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap personil, baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah-langkah operasionalnya tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi. Handoko (2000) menyatakan pada dasarnya fungsi pengarahan adalah membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa saja diinginkan dan harus mereka lakukan. Elemen dalam pengarahan meliputi proses komunikasi, motivasi, pelatihan, pendelegasian, supervisi dan rujukan (Marquis dan Huston, 2006). Pengarahan yang diberikan dapat berupa motivasi melalui komunikasi yang baik dalam suatu organisasi sebagai suatu umpan balik dari implementasi kegiatan organisasi. Pemberikan umpan balik yang berupa penguatan ataupun penghargaan yang efektif dalam organisasi yaitu (1) penguatan positif dapat diberikan untuk kinerja yang relevan dengan perencanaan (2) penguatan positif dapat diberikan sesegera mungkin setiap kinerja positif dimunculkan (3) adanya sistem penghargaan yang dapat dicapai oleh setiap anggota organisasi dan (4) penghargaan dapat diberikan secara tidak terduga ataupun secara terus menerus. Pengarahan yang baik melalui
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
23
komunikasi dan motivasi dapat mengarahkan pada delegasi tugas yang baik sehingga akan mencegah konflik dalam suatu organisasi. Fungsi pengawasan merupakan evaluasi dalam manajeman keperawatan. Fungsi pengawasan bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat lebih efisien, dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan (Marquis dan Huston, 2006). Elemen dalam pengawasan terdiri dari monitoring evaluasi program, kendali mutu dan penilaian kinerja. Pengawasan sebagai suatu program evaluasi dalam suatu manajemen pelayanan dapat dilakukan dengan kontrol pelayanan organisasi. Kontrol organisasi dapat dilakukan melalui (1) penentuan kriteria standar evaluasi, (2) menginformasikan setiap penyusunan standar kerja organisasi, dan (3) adanya proses pembelajaran melalui monitor dan evaluasi dari setiap pencapaian standar yang ditentukan (Marquis dan Huston, 2006). Manfaat fungsi pengawasan untuk mengetahui sejauhmana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf sesuai standar atau rencana kerja. Adanya kegiatan pengawasan dalam manajemen keperawatan akan membantu
identifikasi
efisiensi kegiatan program, adanya penyimpangan-penyimpangan selama proses kegiatan dan penyebabnya sehingga dapat disusun rencana tindak lanjut untuk memperbaiki dan keberlanjutan program
(Swansburg, 1999). Kegiatan yang
dapat dilakukan dalam pengawasan adalah monitoring dan evaluasi (Marquis dan Huston, 2006). Monitoring dapat dilakukan oleh pihak dalam maupun luar organisasi. Tahapan yang dapat dilakukan dalam monitoring adalah (1) memutuskan informasi apa yang akan dikumpulkan (2) mengumpulkan data dan menganalisisnya (3) memberikan umpan balik hasil monitoring (Marquis & Huston, 2006). Pengawasan merupakan usaha yang sistematik membandingkan kerja nyata dengan tujuan dan standar yang disusun serta menilai penyimpanganpenyimpangan yang terjadi. Kegiatan evaluasi untuk melihat efektifitas dan efisiensi program yang sedang atau yang telah dilakukan, sehingga dapat mengidentifikasi masalah atau hambatan yang muncul selama pelaksanaan program (Evin, 2002). Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
24
Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan dalam pencegahan dan penanggulangan diare balita akan dilanjutkan dengan pemberian asuhan keperawatan komunitas.
2.3. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Aggregate Balita 2.3.1. Pengkajian Model pengkajian yang akan dikembangkan pada aggregate balita adalah aplikasi dari community as partner yang dikembangkan oleh Anderson dan Mc Farlan dari teori Betty Neuman (Anderson dan Mc Farlane, 2004). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat adalah praktek, keilmuan, dan metodenya
melibatkan
masyarakat
untuk
berpartisipasi
penuh
dalam
meningkatkan kesehatannya. Pada pengkajian model ini mempunyai dua komponen utama yaitu core dan subsistem. Pada model community as partner terdapat dua faktor utama yaitu fokus pada komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan (Anderson dan Mc Farlane, 2004). Pada pengkajian komunitas terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dari masyarakat. Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan kepercayaan. Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Pada model community as partner masyarakat dikelilingi oleh tiga garis pertahanan, yaitu; garis pertahanan fleksibel, normal, resisten. Garis pertahanan fleksibel adalah kesehatan yang dinamis hasil dari respon terhadap stressor yang tidak menetap seperti mobiliasi tetangga dan stressor lingkungan. Garis pertahanan normal adalah angka kematian, tingkat ekonomi masyarakat. Garis pertahanan resisten adalah mekanisme internal terhadap stressor (Anderson dan Mc Farlane, 2004).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
25
Sumber: Anderson McFarlan, Community as Partner, 2004
Gambar 2.1 2.3.2. Diagnosa Keperawatan Komunitas Diagnosa keperawatan yaitu respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat masalah komunitas terhadap stresor yang ada. Diagnosa keperawatan dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem atau masalah (P), etiologi atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi atau data penunjang (S) (Nanda, 2010). Problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya terjadi. Etiologi merupakan penyebab masalah kesehatan atau Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
26
keperawatan yang dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan. Symptom merupakan tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi. Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan intervensi keperawatan. Tujuan berasal dari stressor, pengurangan stressor dan penguatan resistensi komunitas melalui garis pertahanan. Berdasarkan derajat reaksi, perawat dapat merencanakan intervensi untuk menguatkan garis resistensi dengan menerapkan salah satu jenis pencegahan (Anderson dan Mc Farlane, 2004). 2.3.3. Perencanaan Keperawatan Komunitas Perencanaan program kesehatan komunitas pada aggregate balita dengan diare berdasarkan Community as Partner Model difokuskan pada tiga tingkat pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier (Anderson dan McFarlane, 2004). Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson dan Mc Farlane, 2000). Aktivitas dari program kesehatan komunitas yang direncanakan difokuskan untuk memperkuat tiga garis pertahanan pada komunitas yaitu garis pertahanan normal, fleksibel, dan resisten melalui tiga tingkat pencegahan. Aktivitas dalam perencanaan tersebut dapat dijalankan melalui strategi intervensi program yaitu pendidikan kesehatan, proses kelompok, empowering, dan partnership. Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan (partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan, dan (4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert dan Thomas 1999, Helvie, 1998).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
27
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat ((Departemen Kesehatan, 2005). Perawat komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi. Mekanisme kolaborasi perawat komunitas dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Lezin dan Young, 2000). Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan masyarakat (Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan perawat komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990). Pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert dan Thomas, 1999). Pemberdayaan dan kemitraan memiliki hubungan yang kuat dan mendasar. Perawat ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka dirinya juga harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies dan Mc Ewan, 2001). Pemberdayaan adalah suatu bentuk kemitraan dan kerjasama dalam membantu keluarga mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan. Pemberdayaan keluarga memberikan kesempatan pada keluarga untuk memilih dan mengambil keputusan secara bebas dan bertanggungjawab. Pemberdayaan keluarga bertujuan Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
28
untuk meningkatkan pengetahuan, kapasitas dan ketrampilan sehingga keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat terkait masalah kesehatan (Friedman, 2003). Peberdayaan keluarga akan menghasilkan kekuatan dan hubungan saling ketergantungan yang sehat serta meningkatkan rasa saling menghargai otonomi dan menhormati antar anggota keluarga (Friedman, 2003). Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson dan Nies, 1997). Pendidikan kesehatan dapat dikatakan efektif apabila dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh dan Parsons, 2002). Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan dengan beberapa alasan yaitu individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan keluarga, intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat membentuk sinergi dalam upaya promosi
kesehatan (Meillier, 1996).
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu. Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerja
bersama
dengan
masyarakat.
Kelompok
di
masyarakat
dapat
dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat. Kegiatan pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai (Depkes RI, 1992).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
29
Berdasarkan strategi intervensi keperawatan komunitas yang sudah dijabarkan, penulis akan membahas lebih fokus pada kelompok pendukung. Pembentukan kelompok merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang melibatkan keluarga, masyarakat serta kelompok berisiko atau bekerja sama dengan kelompok yang telah ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope dan Lancaster, 2010). Sistem dukungan sosial diketahui berfungsi signifikan dalam memberi perawatan profesional melalui promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan perawatan penyakit (Pender, 2006). Sistem dukungan sosial yang relevan terhadap kesehatan meliputi
sistem kelompok pendukung alamiah,
sistem kelompok pendukung organisasi keagamaan, sistem kelompok pendukung organisasi pemberi pelayanan atau asisten tenaga kesehatan, dan organisasi kelompok pendukung tidak langsung melalui tenaga kesehatan professional. Sistem dukungan terorganisir yang tidak diarahkan dari tenaga kesehatan meliputi
kelompok
pelayanan
sukarela
dan
kelompok
bantuan
saling
menguntungkan antara lain berasal dari masyarakat yang peduli terhadap kesehatan balita seperti kader kesehatan. Kelompok pendukung adalah sekelompok orang secara sukarela berbagi pengalaman, situasi, atau masalah dan setiap orang memberikan dukungan emosional dan dukungan lainnya seperti pengetahuan, keterampilan, dan pengambilan keputusan. Kegiatan kelompok meliputi diskusi, berbagi informasi dan pengalaman, dan kegiatan lain yang meningkatkan motivasi dan pemberdayaan (Heisler, 2006).
Kelompok
pendukung merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana, mengatur dan berespon secara langsung terhadap isu-isu dan tekanan yang khusus maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal didirikan kelompok ini adalah memberikan dukungan dan memfasilitasi masalah isolasi sosial terhadap anggotanya (Hunt, 2004).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
30
Fasilitator kelompok pendukung
merupakan petugas yang terlatih dalam
pekerjaan sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang dapat memberikan arti dan aturan kepemimpinan yang benar dalam kelompok. Kelompok pendukung merupakan karakteristik intervensi dan implementasi dalam keperawatan komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Berikut ini akan diuraikan mengenai tahapan pembentukan kelompok melalui lima fase yaitu (Hitchcock, 1999): 2.3.3.1. Fase Orientasi. Pada tahap ini, perawat diharapkan mampu melihat hal-hal yang dinginkan oleh masyarakat, mengidentifikasi faktor pendukung maupun faktor penghambat terbentuknya suatu kelompok. Fungsi dari fase ini adalah untuk mengkaji arah, tujuan, bentuk kelompok pendukung yang diinginkan dari kelompok. 2.3.3.2. Fase Konflik Fase ini menggambarkan sebagai masa perjuangan antar anggota. Pada tahap ini terjadi banyak perbedaan antar kelompok dan adanya keinginan yang berbeda sering menjadi penyebab konflik pada kelompok baru yang dibentuk. Tahap ini sangat memerlukan seorang pemimpin yang untuk menyelesaikan konflik. 2.3.3.3. Fase Kohesif Tahapan ini mulai terjadi proses adaptasi terhadap peran, aturan kelompok yang diekspresikan melalui adanya hubungan yang harmonis antar anggota kelompok. Pemimpin kelompok hanya sebagai pemberi petunjuk dan membantu mencapai tujuan dengan mengarahkan anggotanya. 2.2.2.4. Fase Kerja. Fase ini adalah tahapan utama kelompok, dimana proses terapi dimulai. Setiap anggota kelompok mulai menjalankan peranannya masing-masing untuk memberikan dukungan terhadap keluarga yang balitanya terkena diare. Perawat
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
31
perlu memfasilitasi anggota kelompok untuk menjaring dan membina sejumlah keluarga untuk mengoptimalkan kerja kelompok pendukung.
2.2.2.5. Fase Terminasi. Tahap terminasi merupakan tahap terakhir dan dapat dilakukan secara individual atau kelompok. Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap terminasi adalah mengeksplorasi perasaan anggota kelompok, mengevaluasi pencapaian harapan, eksplorasi perasaan kehilangan kelompok dan umpan balik. 3.2.3. Peran Perawat dalam Keperawatan Komunitas Pada Aggregate Balita Diare. Peran perawat komunitas sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik, manajer, kolabolator, pemimpin, dan peneliti. Dalam keperawatan komunitas, perawat mempunyai 5 peran (Helvie, 1998), yaitu : 3.2.3.1. Pemberi Asuhan Keperawatan Perhatian pelayanan pada seting perawatan di masyarakat menyangkut pelayanan primer, pelayanan kesehatan fisik dan support emosional atau pendidikan pada level individu, keluarga dan komunitas. Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat sebagai pemberi perawatan memberikan perawatan langsung pada balita yang terkena diare dan balita yang berisiko terkena diare. 3.2.3.2. Peran Pendidik dan Konselor Peran perawat melakukan tindakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi penyakit sehingga derajat kesehatan masyarakat pada kondisi sehat optimal (Potter dan Perry, 2003). Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
32
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat untuk pencegahan diare, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam menurunkan angka kejadian diare balita. 3.2.3.3. Peran sebagai Case Manager Fungsi pengelola kasus adalah perawat mengelola kasus, dan melaksanakan 5 (lima) tahap proses dalam pengambilan keputusan dalam pelayanan keperawatan pada individu, keluarga, dan kelompok usia dewasa yaitu pengkajian, perencanaan, mengadakan kerjasama (merujuk, koordinasi dan advokasi), memonitoring dan melakukan evaluasi. Perawat komunitas diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pokok dalam Posyandu salah satunya pencegahan diare pada balita. 2.2.3.4. Peran sebagai Penemu Kasus Penemuan kasus termasuk penemuan balita diare, yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Dalam melakukan penemuan pada kasus diare balita, perawat harus dapat mengidentifikasi komunitas yang mempunyai populasi balita terbanyak serta menentukan wilayah yang mempunyai angka kejadian diare balita tertinggi. Pengkajian secara komprehensif yang dilakukan kemudian akan dilakukan tindakan keperawatan sesuai prioritas masalah untuk mengatasi masalah diare pada balita. Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data. 2.2.3.5. Peran sebagai Peneliti Perawat sebagai peneliti berperan menemukan kasus baru atau permasalahan baru terkait pencegahan diare pada balita. Perawat sebagai peneliti berperan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan balita dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita sehingga dapat ditentukan strategi intervensi yang
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
33
tepat dan efektif untuk mencegah terjadinya diare pada balita. Perawat berperan sebagai peneliti dalam mengembangkan intervensi keperawatan untuk melakukan pencegahan diare pada balita. Pencegahan dan penanggulangan diare balita yang diberikan melalui pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas akan dilanjutkan pada pemberian asuhan keperawatan keluarga.
2.4. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Aggregate Balita Diare 2.4.1. Pengkajian Perawat keluarga adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga untuk menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebagian waktu bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan keluarga dititik beratkan pada kinerja perawat bersama dengan keluarga karena keluarga merupakan subyek. Menurut Neis dan Mc Ewen (2007). Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu, dalam konteks keluarga, atau unit keluarga. Terlepas dari identifikasi klien, perawat menetapkan hubungan dengan masing-masing anggota keluarga dalam unit dan memahami pengaruh unit pada individu dan masyarakat. Perawat yang melakukan kunjungan ke rumah memiliki perhatian yang menyeluruh terhadap masalah kesehatan yang ditemukan atau diidentifikasi dari keluarga tertentu atau sekelompok keluarga. Keluarga mempunyai peranan besar dalam pencegahan diare pada bayi dan balita. Keluarga sebagai entry point untuk melakukan pencegahan diare pada balita. Model Family Center Nursing merupakan model yang dapat digunakan dalam menerapkan strategi intervensi pemberdayaan keluarga. Pengkajian individu sebagai anggota keluarga yang meliputi biologis, psikologis, sosial, spiritual. Pengkajian keluarga terkait sosiokultural, data lingkungan, struktur, fungsi dan strategi koping yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga (Friedman, 2003).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
34
Perawat bekerjasama dengan keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga dengan mengiptimalkan struktur dan fungsi dan tugas perawatan kesehatannya. Struktur keluarga merupakan pola organisasi dalam keluarga. Struktur keluarga terdiri dari empat unsur yaitu struktur peran, nilai, proses komunikasi dan pengambilan keputusan (Friedman, 2003). Struktur keluarga bertujuan untuk memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga. 2.2.3. Fungsi keluarga dalam pencegahan kejadian diare meliputi (Friedman, 2003): 2.2.3.1.
Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan suatu fungsi internal keluarga yang menjadi dasar pembentukan dan kesinambungan keluarga (Friedman, 2003). Keluarga berfungsi sebagai sumber kasih sayang, dukungan, pengakuan dan penghargaan bagi anggota keluarga lainnya. Fungsi afektif dalam keluarga dapat menunjukkan kasih sayang dengan memberikan kondisi yang nyaman untuk perkembangan perilaku yang sehat. 2.2.3.2. Fungsi Sosialisasi Keluarga merupakan tempat untuk belajar bersosialisasi. Sosialisasi dalam keluarga untuk mengajarkan anak mengenal bahasa, peran, norma, budaya dan moral yang akan mempengaruhi perilaku. Lingkungan keluarga merupakan tempat anak untuk mengembangkan kemampuan sosialisasinya (Friedman, 2003). Sosialisasi dengan lingkungan dapat memberikan dampak atau memungkinkan anak terpapar hal positif dan negatif. 2.2.3.3.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga terkait pencegahan diare yang meliputi: a. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah diare, yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
35
masalah diare yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap diare balita. b. Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah diare. Masalah kesehatan keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami, merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit diare. Keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah diare. Keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan serta keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah diare. c. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat balita diare, yang perlu dikaji adalah keluarga mengetahui keadaan penyakit diare (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosa dan cara perawatannya). Keluarga mengetahui tentang sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan untuk mencegah diare. Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan balita diare. Keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik, psikososial). d. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah keluarga mengetahui sumbersumber
keluarga
yang
dimiliki,
melihat
keuntungan
atau
manfaat
pemeliharaan lingkungan. Keluarga mengetahui pentingnya kebersihan sanitasi untuk pencegahan diare. Keluarga mengetahui upaya pencegahan diare.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
36
e. Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan dan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan terkait diare. 2.4.2. Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa keperawatan keluarga ialah respon keluarga pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan keluarga akan memberikan gambaran tentang masalah dan status kesehatan keluarga baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat masalah keluarga terhadap stresor yang ada. Diagnosa keperawatan dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem atau masalah (P), etiologi atau penyebab (E), dan symptom atau manifestasi atau data penunjang (S) (Nanda, 2010). Problem atau masalah mengacu pada respon keluarga terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Etiologi merupakan penyebab masalah kesehatan mengacu pada pelaksanaan lima tugas kesehatan keluarga. Symptom merupakan tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi di keluarga. 2.4.3. Intervensi Keperawatan Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah (Buletin Diare, 2011): 2.3.2.1.Pemberian ASI eksklusif ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Bayi harus diberikan ASI sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih). ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
37
pemberian ASI eksklusif mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Hal ini sejalan dengan penelitian Tumbelaka (2008) yang menyebutkan bahwa angka kejadian infeksi pada balita lebih sedikit bila dbandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI. Selain itu, menurut Matondang (2008) ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain. Karena alasanalasan itulah angka kejadian diare balita yang mendapatkan ASI eksklusif lebih rendah apabila dibandingkan dengan tidak mendapatkan ASI. 2.3.2.2. Menggunakan air bersih Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal oral. Kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Departemen Kesehatan, 2007). Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Sumber air minum tidak terlindungi seperti sumur, harus memenuhi syarat kesehatan sebagai air bagi rumah tangga, maka air harus dilindungi dari pencemaran (Departemen Kesehatan, 2007). Sumur yang baik harus memenuhi syarat kesehatan yaitu jarak sumur dengan lubang kakus, jarak sumur dengan lubang galian sampah, saluran pembuangan air limbah, serta sumber-sumber kotoran lainnya (Sukarni, 2002). 2.3.2.3. Mencuci tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
38
mempunyai dampak dalam kejadian diare dapat menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%. Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare dikemukakan oleh Bozkurt (2003) di Turki menyatakan bahwa orang tua yang tidak mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum merawat anak,anak mempunyai resiko lebih besar terkena diare. Hal ini, sejalan dengan penelitian yang mengatakan bahwa salah satu bentuk perilaku yang efektif dan efisien dalam upaya pencegahan diare adalah mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (Wijayanti, 2009). 2.3.2.4. Menggunakan jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Upaya keluarga yang harus dilakukan untuk pencegahan diare pada balita harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, membersihkan jamban secara teratur, menggunakan alas kaki bila akan buang air besar. Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita sebesar 2,55 kali lipat dibandingkam dengan keluarga yang membuang tinja secara saniter (Wibowo, 2003). 2.3.2.5. Membuang tinja bayi dengan benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara benar. Keluarga dapat melakukan beberapa hal untuk mengurangi resiko diare pada balita dengan mengumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban, membantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya. Keluarga yang tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun. Keluarga membersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun. Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
39
2.3.2.6. Pemberian imunisasi campak Pemberian imunisasi campak pada bayi sangat penting untuk mencegah agar bayi tidak terkena penyakit campak. Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan. Diare sering timbul menyertai campak, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera memberikan anak imunisasi campak setelah berumur 9 bulan. Diare sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak, hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. 2.3.2.7. Pembuangan air limbah Air limbah rumah tangga merupakan air buangan yang tidak mengandung kotoran atau tinja manusia yang dapat berasal dari buangan air kamar mandi, aktivitas dapur, cuci pakaian dan lain-lain yang mungkin mengandung mikroorganisme patogen dalam jumlah kecil serta dapat membahayakan kesehatan manusia. Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan, mengingat air limbah rumah tangga dapat bersumber dari sisa aktivitas dapur, kamar mandi maupun pembuangan kotoran. Pembuangan air limbah yang tidak dikelola dengan baik dan memenuhi syarat kesehatan dapat mengkontaminasi air permukaan maupun air tanah dan dapat digunakan perindukan vektor penyakit, sehingga dapat menjadi sumber penularan penyakit. 2.3.2.8. Sarana pembuangan sampah Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat juga sebagai media bagi kehidupan vektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan. Tikus, lalat dan vektor penyakit lain dapat hidup pada tempat pembuangan sampah yang terbuka yang pada akhirnya dapat menyebarkan penyakit seperti penyakit kulit, jamur dan penyakit kontak langsung, kontaminasi makanan dan minuman maupun melalui udara yang bersumber pada sampah.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
40
2.4. LINTAS Diare Kemenkes RI (2011) menjelaskan prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare) dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE yaitu (1) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah. (2) Pemberian Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut. (3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan. (4) Pemberian antibiotik secara selektif. (5) Memberikan nasihat kepada orang tua atau pengasuh. Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011). Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011). Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
41
Pemberian ASI atau makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI, 2011). Pemberian antibiotika hanya atas indikasi antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011). Obatobatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011). Pemberian nasihat menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang Cara memberikan cairan dan obat di rumah. Balita diare harus ke petugas kesehatan bila diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus , makan atau minum sedikit, timbul demam. Penatalaksanaan LINTAS diare (Lima langkah tuntaskan diare) yang bisa dilakukan oleh ibu balita untuk pencegahan diare adalah (1) Oralit diberikan segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi. (2) ZINC diberikan selama 10 hari berturut-turut, mengurangi lama dan beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. ZINC juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. (3) ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
42
dengan menu yang sama pada waktu anak sehat, untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. (4) Antibiotik hanya diberikan pada diare berdarah, kolera dan diare dengan masalah lain. (5) Segera kembali ke petugas kesehatan jika ada demam, tinja berdarah, muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus diare makin sering atau belum membaik dalam 3 hari. 2.5. Model Intervensi SAFE (Sanitation and Family Education) Model intervensi SAFE adalah suatu proyek inovasi yang dikembangkan di Bangladesh untuk menurunkan angka kejadian diare pada balita. Program ini akan mengembangkan strategi intervensi yang bisa diterapkan di masyarakat. Tujuan dari proyek inovasi ini adalah kelanjutan dari proyek inovasi sebelumnya yang hanya melihat faktor sanitasi yang mempengaruhi kejadian diare balita. SAFE merupakan inovasi yang sudah dilakukan di Bangladesh yang efektivitas program ini sangat bermakna hasilnya dengan penurunan angka kejadian diare pada balita. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Metode wawancara dan survei langsung di 5 area komunitas yaitu sekolah, rumah tangga, tempat-tempat umum, pabrik dan tempat sosial. Komponen dalan SAFE adalah: 2.5.1. Penggunaan air bersih Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal-oral kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan, minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai risiko menderita diare lebih kecil dibanding dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi risiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga tentang penggunaan air bersih (1) Ambil air dari sumber air yang bersih. (2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
43
serta gunakan gayung khusus untuk mengambil air. (3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-anak. (4) Minum air yang sudah matang (dimasak sampai mendidih). (4) Cuci semua peralatan masak dan peralatan makan dengan air yang bersih dan cukup. 2.5.2. Penggunaan jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban. Hal-hal yang harus diperhatikan oleh keluarga (1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga. (2) Bersihkan jamban secara teratur dan gunakan alas kaki bila akan buang air besar. Membuang tinja bayi dengan benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Halhal yang harus diperhatikan keluarga (1) Kumpulkan segera tinja bayi dan buang di jamban. (2) Bantu anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah di jangkau olehnya. (3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun. (4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan sabun. 2.5.3. Kebersihan makanan Sanitasi makanan adalah suatu pencegahan yang menitik beratkan pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari sebelum makanan diproses, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian sampai pada makanan dan minuman itu dikonsumsi oleh masyarakat. Penyelenggaraan sanitasi makanan bertujuan untuk menyingkirkan resiko terkontaminasi oleh mikroorganisme pada tahap-tahap yang berbeda dalam produksi dan pemprosesan makanan (Bress,1995). Cara pengolahan makanan haruslah semua kegiatan pengolahan makanan harus terlindung dari kontak langsung dengan tubuh, misalnya dengan menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
44
atau garpu. Serta menghindari pencemaran makanan dengan menggunakan celemek, tutup kepala/tutup rambut dan tutup mulut, serta memakai sepatu khusus dapur. Bahan makanan yang disimpan berupa bahan padat, ketebalan maksimum 10 cm dan syarat kelembaban ruang penyimpanan berkisar 80-90%. Penyimpan makanan jadi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1) Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan lainnya. (2) Makanan yang cepat busuk sebaiknya disimpan dalam suhu 65.5oC atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin sekitar 4oC atau kurang. (3) Makanan yang cepat busuk untuk digunakan dalam waktu lama (lebih dari 6 jam) sebaiknya disimpan dalam suhu dingin sekitar 5oC sampai 1oC, (4) Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan jarak makanan dengan lantai 15 cm, jarak makanan dengan dinding 5 cm dan jarak makanan dengan langit-langit 60 cm. 2.5.4. Pemberian ASI ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi karena selain komposisinya tepat, murah dan juga terjaga kebersihannya. ASI tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI mempunyai khasiat pencegahan secara imunologik dan turut memberikan perlindungan terhadap diare pada bayi yang mendapat makanan tercemar. Bayi yang diberi ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula. Flora usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri penyebab diare. Pemberian ASI selama diare dapat mengurangi akibat negatif terhadap pertumbuhan dan keadaan gizi bayi serta mengurangi keparahan diare. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI. Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
45
2.5.5. Pemberian oralit Dehidrasi yang terjadi pada penderita diare karena usus bekerja tidak sempurna sehingga sebagian besar air dan zat-zat yang terlarut didalamnya dibuang bersama tinja sampai akhirnya tubuh kekurangan cairan. Oleh karena itu penanggulangannya dilakukan dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang memadai melalui minum. Minuman pengganti cairan tubuh tersebut dapat diperoleh dengan minum larutan oralit. Oralit mempunyai komposisi campuran Natrium Klorida, Kalium Klorida, Glukosa dan Natrium Bikarbonat atau Natrium Sitrat. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar bersama tinja dengan cairan yang memadai melalui oral atau parenteral (Rubin, 1985).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
46
BAB 3 KERANGKA KERJA DAN PROFIL WILAYAH
Bab III Kerangka konsep menguraikan dan menjelaskan keterkaitan antar konsep yang mendasari praktek keperawatan komunitas pada aggregat balita diare. Kerangka konsep dalam perawatan aggregat balita diare menggunakan integrasi model community as partner, family center nursing, model SAFE dan LINTAS diare serta manajemen pelayanan keperawatan 3.1 Kerangka Kerja Praktik Keperawatan Komunitas Pengkajian menggunakan model community as partner yang mempunyai dua komponen yaitu core dan subsistem. Pengkajian Community as Partner Model terdapat core dan 8 (delapan) subsistem dari masyarakat. Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan kepercayaan. Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Variabel yang digunakan dalam integrasi model ini berasal dari Community As Partner: Core : riwayat kesehatan, mortalitas dan morbiditas, kebiasaan hidup. Subsistem yang perlu dikaji adalah lingkungan fisik terutama kondisi rumah, pelayanan kesehatan yang digunakan. Subsistem lain yang berkaitan dengan balita adalah ekonomi, dan edukasi. Model family centered nursing didasarkan pada pandangan bahwa keluarga adalah unit dasar perawatan individu dari anggota keluarga serta dari unit yang lebih luas sebagai konteks. Keluarga mempunyai peranan besar dalam pencegahan diare pada bayi dan balita. Fungsi keluarga yang terkait dengan kejadian diare pada bayi dan balita adalah fungsi afektif dan perawatan kesehatan. Konsep Family Centered Nursing variabel yang digunakan adalah tahapan perkembangan keluarga, struktur peran, tugas perawatan kesehatan Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
47
keluarga, dan pola kebiasaan keluarga yang berkaitan dengan balita. Tingkat kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan kesehatan untuk mengatasi masalah kesehatan balita. Manajemen keperawatan sebagai suatu tugas khusus yang dilaksanakan oleh perawat komunitas untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif, baik kepada individu, keluarga dan masyarakat (Swansburg, 1999). Teori manajemen keperawatan yang dipakai adalah perencananaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Variabel perencanaan menggunakan elemen SDM, anggaran, dan kebijakan. Perencanaan variabel yang digunakan uraian tugas, kerjasama, dan koordinasi. Variabel pengarahan terdiri dari komunikasi, pelatihan dan supervisi. Pengawasan variabel yang digunakan monitoring dan evaluasi program dan penilaian kinerja. Model intervensi keperawatan yang digunakan untuk pencegahan diare pada balita yang digunakan untuk mengintegrasikan pengkajian komunitas, keluarga dan manajemen pelayanan keperawatan. Model pencegahan diare yang dipakai adalah menggunakan SAFE dan LINTAS diare. Variabel SAFE terdiri dari sanitasi, dan pemberian ASI. Program pemerintah adalah LINTAS diare terdiri dari variabel pemberian oralit, pemberian zink dan pemberian makanan. Berdasarkan
beberapa
variabel
yang
diambil
dari
fungsi
manajemen,
mengintegrasikan dari dua model community as partner model dan family center nursing model serta model SAFE dan LINTAS diare akan muncul masalah baik itu untuk pengelolaan manajemen keperawatan, asuhan keperawatan komunitas dan keluarga. Permasalahan yang ada diperlukan suatu intervensi untuk pengelolaan manajemen diperlukan suatu kelompok pendukung untuk melakukan pencegahan dan deteksi dini diare balita. Kegiatan dalam kelompok pendukung salah satunya melakukan pembinaan tentang pencegahan dan deteksi dini diare balita di keluarga dan komunitas. Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
48
Proses kelompok merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang melibatkan masyarakat seperti keluarga dan kelompok berisiko tinggi melalui pembentukan kelompok atau bekerja sama dengan kelompok yang telah ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope dan Lancaster, 2010). Kelompok Pendukung SAKA diare diharapkan dapat memberikan bantuan pelayanan, informasi dalam upaya pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare pada balita. Kelompok Pendukung SAKA diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan balita dengan meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam penerapan SAKA diare dengan upaya-upaya promotif dan preventif di Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok. 3.2 Profil Wilayah Batas wilayah Kelurahan Cisalak Pasar sebelah utara adalah Kelurahan Mekarsari, sebelah selatan adalah Kelurahan Curug, sebelah timur adalah Kelurahan Harjamukti, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Cisalak. Keadaan udara di Kelurahan Cisalak Pasar bersih, bebas dari polusi udara. Kebersihan wilayah Cisalak Pasar pada umumnya bersih, tetapi ada beberapa wilayah di Kelurahan Cisalak Pasar yang kurang bersih seperti Pasar. Fasilitas umum di Kelurahan Cisalak Pasar beragam dan mudah dijangkau oleh warga. Fasilitas umum yang ada di sekitar Kelurahan Cisalak Pasar antara lain: pasar, fasilitas olah raga, tempat rekreasi, dan pasar swalayan. Fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan bidan terdapat di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar. Puskesmas yang membawahi wilayah kerja Cisalak Pasar terletak kurang lebih 1 km dari Kelurahan Cisalak Pasar bagian selatan. Hasil pengkajian dengan metoda winshield survey adalah survey dengan cara mengelilingi lingkungan komunitas. Melihat komunitas secara keseluruhan pada lingkungan dimana terdapat balita dengan risiko terkena diare sangat penting untuk mengarahkan pengkajian dan mempelajari komunitas secara keseluruhan. Tujuan survey adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan komunitas, yang dapat dijadikan faktor pendukung atau penghambat terjadinya masalah Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
49
risiko penyebaran diare pada balita. Pada saat survey ditemukan perumahan yang padat dimana sebagian besar rumah kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, lingkungan rumah yang kotor dan sampah yang dibuang sembarangan. Lalat yang berterbangan disekitar rumah, banyak tempat sampah terbuka di sekitar rumah. Keadaan saluran pembuangan air limbah rumah tangga yang terbuka sehingga menimbulkan bau yang tidak enak. Balita yang sering bermain di tempat yang terbuka seperti lapangan, halaman rumah yang lantainya masih tanah. Pemukiman yang banyak ditemukan adanya kandang ternak ayam dan burung yang tidak dibersihkan. Kelurahan Cisalak Pasar mempunyai 9 RW dimana untuk RW 1-7 merupakan pemukiman penduduk dan untuk RW 8-9 adalah perumahan. Posyandu sudah terbentuk di pemukiman penduduk yang terdiri dari 12 Posyandu. Wilayah binaan yang difokuskan untuk kegiatan Kelompok Pendukung SAKA adalah RW 01 dan RW 03. Penentuan wilayah RW 01 dan RW 03 sebagai wilayah percontohan karena wilayah tersebut merupakan kantong masalah diare pada balita. Pencegahan diare merupakan salah satu kegiatan pokok Posyandu tetapi pada kenyataannya kegiatan tentang pencegahan diare pada balita di Posyandu tidak berjalan secara optimal. Penyuluhan kesehatan tentang pencegahan balita diare tidak pernah dilakukan. Kegiatan pembinaan kader untuk pencegahan balita diare tidak optimal. Tidak adanya penyuluhan kesehatan mengenai diare dalam kegiatan Posyandu juga berdampak pada kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pencegahan, penanganan diare di rumah, serta kapan waktu yang tepat untuk berobat. Kader yang tidak terlatih menyulitkan pelaksanaan program pencegahan tentang pencegahan diare balita. Posyandu yang tidak mempunyai data balita diare. Pencatatan dan pelaporan yang masih kurang baik. Ketidaktersediaan oralit yang harus ada di Posyandu atau kader. Permasalahan dalam manajemen pelayanan pencegahan diare yang memerlukan strategi intervensi keperawatan yang tepat dan efektif yang dapat menurunkan angka kejadian diare balita.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
50
3.3 SAKA Diare Komponen SAKA diare terdiri dari Sanitasi, Anak, Keluarga dan Area. SAKA merupakan suatu upaya promotif dan preventif serta kuratif dimana komponen SAKA terdiri dari 10 langkah cara mengatasai diare pada balita. Komponen Sanitasi dilakukan sebagai upaya promotif, preventif terdiri dari : 1.
Penggunaan air minum terdiri dari : menggunakan air dari sumber terlindungi, memelihara sumber air agar terhindar dari pencemaran, dan menutup tempat penampungan air, minum air putih yang sudah dimasak.
2.
Penggunaan jamban terdiri dari : buang air besar hanya dijamban, buang tinja balita di jamban, menutup lubang jamban, memelihara kebersihan jamban dari binatang dan membersihkan jamban 1 minggu sekali.
Komponen Anak dilakukan sebagai upaya kuratif terdiri dari : 3.
Pemberian ASI terdiri dari : memberikan ASI saja sampai 6 bulan, memberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI.
4.
Pemberian makanan terdiri dari : memberikan makanan lunak seperti bubur tempe, menghindari makanan pedas, santan, sayur dan buah, memberikan makanan sedikit-sedikit tapi sering, menyajikan menu makanan yang bervariasi dan membuat jadwal menu setiap hari.
5.
Terapi anak terdiri dari : senam balita untuk anak usia 1-5 tahun dimana tujuan untuk memperlancar peredaran darah pada sistem pencernaan. Terapi gurita diberikan pada anak usia kurang dari 1 tahun terapi ini dengan menggunakan bawang merah dicampur minyak kayu putih fungsinya untuk menghangatkan supaya balita tidak kembung.
Komponen Keluarga dilakukan sebagai upaya promotif dan preventif, serta kuratif diberikan saat balita diare diare khusus untuk pemberian cairan dan elektrolit terdiri dari :
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
51
6.
Kebiasaan mencuci tangan terdiri dari : mencuci tangan sebelum makan, buang air besar dan memegang balita, mencuci tangan setelah menceboki balita dan sebelum menyiapkan makan.
7.
Pemberian cairan elektrolit terdiri dari : pemberian oralit dan pemberian zink selama 10 hari.
8.
Pengelolaan makanan dan minuman terdiri dari : mencuci sayuran dan buahbuahan yang akan dimakan dengan air bersih sebelum dipotong-potong, merebus botol dan alat makanan balita dengan air panas atau mendidih selama 10-15 menit, memberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik, harga terjangkau dan bersih, memberikan makanan dalam keadaan panas atau hangat, menutup makanan dengan tudung saji.
Komponen Area dilakukan sebagai upaya promotif, preventif terdiri dari : 9.
Pengelolaan sampah terdiri dari : memisahkan sampah kering dan sampah yang basah, menimbun ban, kaleng, dan botol atau gelas bekas, jarak kandang ternak jauh dari rumah, tempat sampah dalam keadaan tertutup, serta sampah pampers balita dimasukkan dalam kantong tersendiri.
10. Pengelolaan limbah terdiri dari : membersihkan saluran air limbah 1 minggu sekali, membersihkan kandang burung 1 minggu sekali dan menutup saluran pembuangan air limbah.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
INPUT PROSES Manajemen - Perencanaan: SDM, biaya, kebijakan. - Pengorganisasian: uraian tugas, kerjasama, koordinasi - Pengarahan: komunikasi, pelatihan , supervisi - Pengawasan: monev, penilaian kinerja
Community As Partner - Core : riwayat kesehatan, mortalitas dan morbiditas, kebiasaan hidup - Sub sistem: lingkungan fisik, pelayanan kesehatan, ekonomi, dan edukasi
Manajemen - Pembentukan KPS - Pelatihan KPS - Supervisi, pengarahan dan bimbingan
Masalah Keperawatan - Manajemen - Keluarga - Komunitas
KELOMPOK PENDUKUNG SAKA
Family Center Nursing - Tahap perkembangan - Pola komunikasi - Struktur - Tugas perawatan - Pola kebiasaan
Keluarga - Demonstrasi penerapan SAKA diare (Senam balita, terapi gurita, nutrisi ) - Konseling - Modifikasi lingkungan
Komunitas - Pendidikan kesehatan - Kampanye SAKA diare - Demonstrasi pnerapan SAKA diare
LINTAS : Pemberian oralit, zink dan makanan SAFE : Sanitasi dan pemberian ASI
Kerangka Kerja Skema 3.1 Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
OUTPUT
Manajemen - Terbentuk KPS diare - Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap KPS dalam penerapan SAKA
Keluarga - Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap - Kemandirian tingkat IV
Komunitas - Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam penerapan SAKA diare
52 Universitas Indonesia
53
BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGATE BALITA DIARE DI RW 01 DAN 03 KELURAHAN CISALAK PASAR
Bab IV akan menguraikan analisis situasi manajemen pelayanan keperawatan komunitas, asuhan keperawatan komunitas dan asuhan keperawatan keluarga. 4.1. Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas 4.1.1. Analisis Situasi Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas di identifikasi melalui empat fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. 4.1.1.1. Fungsi Perencanaan Fungsi perencanaan dalam upaya program P2D elemen yang akan dilihat adalah sumber daya manusia yang ada dalam pelaksanaan program kegiatan P2D. Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan untuk menjalankan program P2D di Puskesmas adalah dokter umum sebagai pemeriksa dan perawat sebagai pelaksana program diare dan petugas perawatan kesehatan masyarakat. Perawat harus mampu memberikan penyuluhan dan pemeriksaan di Posyandu. Kegiatan Posyandu diperlukan kader atau toma yang membantu perawat atau bidan dalam memberikan penyuluhan. Program P2D ini dapat berfungsi dan berjalan secara optimal maka dibutuhkan tenaga kerja minimal seorang dokter, seorang perawat dan seorang petugas administrasi. Hal ini memang terpenuhi secara kuantitas, namun adanya perawat yang merangkap program puskesmas lainnya menjadikan pelaksanaan program P2D belum dapat terlaksana secara meyeluruh dan optimal. Tidak adanya sarana khusus pojok oralit dan tidak ada penyuluhan ke masyarakat, menjadikan perhatian masyarakat terhadap diare menjadi tidak
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
54
berkembang. Hal ini juga dapat dikarenakan tidak adanya kegiatan pembinaan kader. Semua hal diatas juga harus ditunjang oleh dana yang memadai. Tidak adanya dana khusus juga merupakan masalah yang mendasar. Keterbatasan SDM untuk perencanaan di Dinas Kesehatan Kota Depok berakibat pada belum ada perencanaan program P2D yang terinci jelas di Puskesmas. Dampak ini juga terlihat di Posyandu tidak ada perencanaan program kegiatan P2D. Fungsi perencanaan yang dibahas berkaitan dengan sumber daya manusia yang tidak terpenuhi juga berdampak pada tidak adanya alokasi dana untuk pelaksanaan program P2D. Alokasi anggaran untuk program P2D sumber dana berasal dari APBD yang jumlahnya terbatas dan menyebabkan beberapa kegiatan untuk rencana kegiatan program P2D tidak bisa rutin diadakan setiap tahun. Sasaran kegiatan belum mencakup seluruh wilayah terutama Kelurahan Cisalak Pasar. Anggaran pembinaan program P2D tidak ada, anggaran pelaksanaannya termasuk dalam anggaran Posyandu. Anggaran Posyandu lebih banyak berasal dari Biaya Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas. Alokasi dana yang diberikan Posyandu digunakan untuk kebutuhan dan keperluaan pelaksanaan Posyandu setiap bulan seperti pengadaan makanan sehat untuk balita, serta peralatan dan kelengkapan untuk 5 meja Posyandu seperti timbangan, meteran dan buku serta alat tulis untuk pencatatan dan pelaporan. Anggaran untuk kegiatan program P2D di tingkat Kelurahan melalui kegiatan Posyandu bersifat swadaya masyarakat dan sebagian berasal dari Kecamatan yaitu Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2KB). Pembiayaan untuk program P2D tidak ada secara khusus tetapi pendanaannya dijadikan satu dengan program penyakit menular lainnya. Belum tersedia dana untuk pelatihan kader tentang program P2D dikarenakan tidak terjadi wabah penyakit diare di Kota Depok. Sosialisasi untuk program P2D juga tidak dilakukan karena kejadian diare pada balita tidak mengalami peningkatan serta tidak menyebabkan kematian. Kondisi ini berakibat program untuk P2D di Kelurahan Cisalak Pasar kurang terpantau. Keterbatasan anggaran pada program Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
55
P2D akan berdampak pada sosialisasi program P2D yang belum optimal sampai di tingkat Puskesmas. Perencanaan tahunan untuk memperoleh hasil yang efektif dalam pemakaian SDM dan material untuk produk dan layanan serta pengaturan lingkungan untuk peningkatan produktivitas. Perencanaan meliputi beberapa faktor diantaranya perencanaan, perubahan, perencanaan waktu dan anggaran (Marquis dan Huston, 2006). Perencanaan anggaran yang tidak ada berdampak pada tidak adanya kegiatan sosialisasi program P2D di tingkat Puskesmas. Sosialisasi tentang pelaksanaan kegiatan program P2D harusnya dilakukan mulai dari Dinas Kesehatan sampai ke tingkat Puskesmas. Salah satu kegiatan sosialisasi dengan penyebaran buku panduan tentang kegiatan P2D. Buku panduan tentang kegiatan program P2D yang ada di Dinas Kesehatan Kota Depok sangat terbatas. Pelaksanaan kegiatan program P2D di Puskesmas lebih banyak bersifat pengobatan. Pemberian penyuluhan kesehatan terkait program P2D tidak dilakukan. Penanggungjawab program P2D lebih banyak untuk kegiatan pencatatan dan pelaporan jumlah kasus diare balita. Komunikasi yang tidak berjalan optimal tentang program P2D dari tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok berdampak pada koordinasi dengan Kelurahan dan Puskesmas belum optimal terkait kegiatan P2D. Fungsi perencanaan merupakan fungsi manajerial untuk menentukan prioritas, hasil, metode yang akan dicapai, ditata sebagai petunjuk suatu sistem. Perencanaan adalah serangkaian proses pelaksanaan fungsi manajemen untuk mencapai tujuan berdasarkan prioritas, hasil dan metode, strategi tindakan sebagai petunjuk yang ditetapkan organisasi untuk mencapai tujuan panjang dan jangka pendek. (Huber, 2010). Program promosi kesehatan terkait pencegahan dan penanggulangan diare belum optimal dilaksanakan. Kegiatan masih berfokus pada penimbangan, pencatatan dan pemberian makanan tambahan. Kegiatan di Posyandu untuk pencegahan dan penanggulangan diare terkait konseling secara individu faktor risiko terjadinya diare, atau home care perawatan balita diare tidak ada. Indikator jangka pendek Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
56
dan jangka panjang terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko belum ada. Hal ini berimplikasi pada tidak jelasnya tujuan yang ingin dicapai dan perencanaan program yang ditetapkan tidak memungkinkan untuk dilakukan evaluasi dan modifikasi program baik selama proses maupun hasil intervensi yang dilakukan. Komunikasi yang tidak berjalan optimal mulai dari Puskesmas sampai ke tingkat kelurahan untuk kegiatan pencegahan diare pada balita. Hal tersebut dikarenakan koordinasi yang belum terjalin antara Kelurahan dan Puskesmas sehingga kegiatan pencegahan diare di Posyandu tidak berjalan sesuai dalam perencanaan. Berdasarkan uraian fungsi perencanaan maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan program pencegahan dan penanggulangan diare dalam upaya promotif dan preventif belum dilakukan secara optimal. Analisis masalah dalam perencanaan
adalah
keterbatasan
SDM
untuk
perencanaan
di
Dinkes
mengakibatkan sosialisasi program pencegahan diare belum optimal sampai ke Puskesmas. Keterbatasan anggaran yang berdampak pada belum ada perencanaan program pencegahan diare terinci secara jelas di Puskesmas dan Posyandu. Komunikasi tidak berjalan optimal sehingga koordinasi dengan Puskesmas dan Kelurahan belum ada. 4.1.1.2. Fungsi Pengorganisasian Pengorganisasian untuk program P2D di tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas telah ditentukan, tetapi tupoksi yang ada masih merangkap dengan program lain. Fungsi pengorganisasian program P2D yang belum optimal karena keterbatasan SDM di Puskesmas Cimanggis. Perawat yang merangkap jabatan untuk beberapa program mengakibatkan kegiatan program P2D tidak dilakukan secara optimal. Perawat untuk program P2D yang masih merangkap program lain berdampak pada keterbatasan perawat yang ada di Puskesmas terkait program P2D. Tidak ada sistem pemantauan kasus diare balita di seluruh wilayah binaan Puskesmas. Jumlah kader Posyandu yang terbatas dan masih merangkap sebagai kader Posbindu. Fungsi pengorganisasian adalah mengembangkan material dan struktur Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
57
SDM
ke
dalam
infrastruktur.
Tujuannya
adalah
mendapatkan
SDM,
perlengkapan, sumber material untuk menggerakkan, mengorganisasi, dan bekerja, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dengan hubungan erat antara tenaga kerja dengan lingkungan (Fayol, 2010). Posyandu yang tidak melaksanakan fungsi lima meja secara optimal karena kurangnya pemahaman kader tentang program P2D. Pelatihan dan penyegaran program P2D belum dilakukan secara kontinu berakibat pada perawat yang tidak mengetahui program P2D. Posyandu yang tidak melaksanakan kegiatan pencegahan diare sebagai kegiatan pokok Posyandu. Kader kesehatan tidak ada yang terlatih khusus untuk program P2D berakibat pada kegiatan P2D belum berjalan di Posyandu. Program P2D melibatkan program lain dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan yang optimal. Program yang di Puskemas adalah program KIA serta gizi keluarga, tetapi pada kenyataannya program lain tidak mengetahui tentang kegiatan program P2D. Kerjasama dengan program lain kurang dilaksanakan berdampak pada sosialisasi program P2D tidak efektif. Jangkauan binaan untuk wilayah Puskesmas Cimanggis yang sangat luas serta banyak program lainnya yang juga harus berjalan meningkatkan beban kerja dan menyebabkan perawat tidak mampu bertanggungjawab secara optimal. Fungsi pengorganisasian program P2D masih bisa berjalan dengan baik meskipun dengan sumber daya dan dana yang terbatas. Penanggungjawab program P2D jumlahnya 1 orang yang hanya melakukan kegiatan didalam gedung yaitu fokus untuk pengobatan dan pelaporan kasus diare balita. Penanggungjawab wilayah seorang bidan desa yang harus menjangkau seluruh wilayah yang terdapat di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis. Pembinaan untuk kegiatan Posyandu dilakukan oleh bidan sehingga tidak sinkron karena asuhan keperawatan keluarga tidak bisa dilakukan. Hal ini berdampak pada proses tindak lanjut untuk kegiatan kunjungan rumah untuk pengelolaan balita diare tidak optimal dilakukan.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
58
Fungsi pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur sebagai pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan yang sesuai, pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja dalam struktur organisasi, memahami, menggunakan kekuatan dan kekuasaan yang sesuai (Marquis dan Huston, 2006). Salah satu komponen proses yaitu pengorganisasian, masih didapatkan masalah berupa petugas pelaksana program yang masih merangkap program yang lain sehingga tidak optimal dalam melaksanakan tugasnya. Peran kader dalam membantu mengatasi masalah kesehatan balita belum optimal. Hal ini berdasarkan data jumlah kader yang aktif sebanyak 70 orang (58.3%) dari jumlah kader keseluruhan 120 orang. Kader kesehatan yang sudah mengikuti pelatihan dan penyegaran kader sebanyak 58 orang (48.3%). Pelatihan kader diberikan selama 2 hari dengan materi terkait pelaksanaan lima meja psoyandu. Pengetahuan dan ketrampilan kader terkait pencegahan dan penanggulangan penyakit diare belum diberikan secara optimal. Kegiatan pencegahan diare yang harusnya melibatkan program lain dalam hal ini tidak ada kerjasama khusus dengan program lain seperti kesling atau promkes. Kerjasama dengan program lain kurang dikarenakan sosialisasi tentang program pencegahan diare tidak efektif sehingga program lain tidak mengetahui kegiatan pencegahan diare. Berdasakan uraian fungsi pengorganisasian maka dapat disimpulkan bahwa peran kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare belum berjalan dengan optmal. Hal ini terlihat dari petugas yang masih merangkap program lain karena keterbatasan SDM. Kader kesehatan khusus program pencegahan diare belum terbentuk karena program pencegahan diare belum berjalan di Posyandu. Penyegaran program pencegahan diare tidak dilakukan secara kontinu karena keterbatasan petugas yang mendalami program pencegahan diare. Kerjasama dengan program lain kurang optimal karena sosialisasi program pencegahan diare tidak efektif dilakukan.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
59
4.1.1.3. Fungsi Pengarahan Fungsi pengarahan kegiatan Posyandu secara umum belum maksimal dilaksanakan terutama program P2D. Supervisi kinerja Puskesmas dalam pelaksanaan program P2D hanya berdasarkan pencatatan dan pelaporan setiap bulan. Proses pengarahan dan supervisi dilakukan saat kader melaksanakan kegiatan Posyandu tetapi kegiatan P2D tidak optimal dilakukan. Motivasi untuk kader dilakukan dalam kegiatan Posyandu hanya melihat pelaksanaan kegiatan Posyandu secara rutin yang dilakukan setiap bulan. Keterbatasan SDM di Puskesmas mengakibatkan tidak ada penyuluhan baik untuk individu, keluarga dan komunitas tentang program P2D. Tidak ada alokasi dana untuk melakukan penyuluhan dan kunjungan rumah keadaan ini mengakibatkan tidak ada penghargaan terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan program P2D. Fungsi pengarahan memungkinkan tindakan untuk supervisi dan sebagai petunjuk bagi yang lain dalam melaksanakan tanggungjawab. Fungsi pengarahan menggunakan ketrampilan interpersonal yang dibutuhkan untuk arahan melakukan supervisi langsung dan memotivasi sehingga akan tercipta lingkungan yang kondusif (Huber, 2010). Pemberian pelayanan diare di Puskesmas juga diharapkan mampu melakukan pencegahan diare, salah satunya dengan mengadakan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Rendahnya angka kunjungan penderita diare ke puskesmas, dapat diartikan masih banyak yang kasus diare yang tidak teridentifikasi sehingga tindak lanjut berupa penyuluhan pencegahan diare tidak sampai pada penderita dan keluarga. Ketidaktersediaan oralit di Posyandu atau kader. Kurangnya pengetahuan penderita dan keluarga mengenai pencegahan diare dapat meningkatkan risiko penularan ke keluarga dan bahkan ke masyarakat sekitar, terlebih lagi jika kegiatan penyuluhan ke masyarakat tidak berjalan. Kader yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sebenarnya diharapkan mampu memperluas daya jangkau program P2D di puskesmas. Proses komunikasi belum berjalan dengan intensif berdampak pada pengarahan dan bimbingan yang belum dilakukan ke tingkat masyarakat. Fungsi Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
60
pengarahan lebih menekankan pada kemampuan manajer dalam mengarahkan dan menggerakkan semua sumber untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Pengarahan yang diberikan dapat berupa motivasi melalui komunikasi yang baik dalam suatu organisasi sebagai suatu umpan balik dari implementasi kegiatan organisasi (Marquis dan Huston, 2006). Fungsi pengarahan menunjukkan bahwa belum ada jalur koordinasi yang jelas terkait lintas program, belum ada upaya untuk mengintegrasikan pihak-pihak terkait dalam jalur komunikasi yang efektif dengan program lain. Proses pemberian motivasi, pengarahan, bimbingan dan supervisi terkait program mulai tingkat Dinkes, Puskesmas sampai kader Posyandu belum berjalan secara optimal. Hal ini ditunjukkan dengan pengarahan, bimbingan dan pemberian motivasi dilakukan pada saat kegiatan supervisi ke Posyandu sebulan sekali masih sebatas pelaksanaan dan proses kegiatan Posyandu. Berdasarkan fungsi pengarahan maka dapat disimpulkan bahwa keterbatasan SDM di Puskesmas sehingga tidak ada penyuluhan di masyarakat terkait pencegahan diare. Alokasi dana yang terbatas sehingga tidak ada penghargaan terhadap kinerja perawat. Proses komunikasi yang belum intensif sehingga pengarahan dan bimbingan belum dilakukan di tingkat masyarakat. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pencegahan diare kurang optimal sehingga fungsi umpan balik tidak berjalan optimal. 4.1.1.4. Pengawasan Pencatatan dan pelaporan tidak berjalan dengan optimal berakibat pada fungsi fungsi umpan balik yang tidak berjalan dengan optimal. Pencatatan dan pelaporan merupakan elemen yang sangat penting dalam sistem pencegahan diare. Pencatatan dan pelaporan dilakukan berdasarkan golongan umur dan dilakukan berjenjang dalam kurun waktu harian, bulanan, triwulanan, semesteran, dan tahunan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencatat, menilai, dan melaporkan hasil kegiatan penanggulangan diare yang telah dilakukan serta Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
61
sebagai acuan dalam penyusunan rencana kegiatan tahun berikutnya. Posyandu yang tidak mempunyai data penderita diare. Permasalahan yang ada pencatatan dan pelaporan yang masih kurang baik. Fungsi pengawasan membandingkan hasil pekerjaan dengan standar penampilan kerja serta melakukan perbaikan terhadap tindakan. Aspek manajerial pengawasan adalah pengawasan keuangan, kepatuhan, kualitas dan manajemen risiko, mekanisme umpan balik, penelitian dan analisis terbaru (Huber, 2010). Kegiatan yang dilakukan dalam pengawasan adalah monitoring dan evaluasi (Marquis dan Huston, 2006). Fungsi pengawasan sebagai informasi umpan balik mengenai hasil dan pencapaian aktivitas pekerjaan, membandingkan aktivitas pekerjaan dengan perencanaan
(Huber,
2010). Sistem dan format pelaporan program P2D belum optimal berdampak pada evaluasi pelaksanaan program P2D belum berjalan. Format evaluasi yang terstruktur untuk program P2D belum ada yang berdampak pada pelaksanaan penilaian keberhasilan program P2D belum optimal. Tidak ada pelaporan pelaksanaan program P2D di Posyandu berdampak pada proses sosialisasi program P2D di Puskesmas belum efektif tersosialisasikan. Pelaksanaan program yang meliputi pengobatan diare, penyuluhan, dan pelatihan serta pembinaan kader, merupakan faktor penentu keberhasilan program. Pengetahuan masyarakat yang kurang, kader yang tidak melakukan penyuluhan kesehatan mengenai pencegahan diare diare balita berdampak pada rendahnya angka cakupan pelayanan diare. Kegiatan supervisi untuk program P2D belum efektif berakibat pada program P2D kegiatan utamanya hanya pelaporan kasus balita diare. Fungsi pengawasan dalam manajemen pelayanan keperawatan sebagai proses untuk mengevaluasi perencanaan dan standar yang sudah ditentukan dalam tujuan. Tujuan utama dari pengawasan adalah pada elemen produktivitas dari organisasi (Kepler,1998). Kegiatan penilaian penampilan kerja belum dilakukan, pengawasan yang dilakukan hanya terkait kuantitas pelayanan belum kualitas pelayanan, monitor Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
62
dan evaluasi dari Puskesmas ke tingkat kader yang belum optimal. Kegiatan pengawasan dilakukan bersamaan dengan pertemuan kader di Kelurahan setiap bulan. Kegiatan pengawasan yang dilakukan menilai tentang pelaksanaan kegiatan Posyandu, penyampaian informasi terkait kegiatan tentang kesehatan dari Dinkes maupun dari Puskesmas. Kegiatan belum digunakan untuk menilai kinerja kader maupun evaluasi program pencegahan dan penanggulangan diare. Berdasarkan uraian fungsi pengawasan tidak berjalan dengan baik disebabkan sistem dan format pelaporan program pencegahan diare belum optimal karena tidak berjalan evaluasi pelaksanaan program pencegahan diare. Kegiatan supervisi belum efektif karena kegiatan pencegahan diare hanya pelaporan kasus diare. Format evaluasi yang digunakan secara terstruktur belum ada sehingga pelaksanaan penilaian keberhasilan program belum optimal. Tidak ada pelaporan pelaksanaan kegiatan pencegahan diare di Posyandu karena proses sosialisasi program pencegahan diare di Puskesmas belum efektif tersosialisasi.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
53
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
54 PERENCANAA N
- Belum
optimalnya
peran kader dalam
Sosialisasi program P2D yang belum optimal sampai ke Puskesmas Belum ada perencanaan program P2D terinci jelas di Puskesmas
Keterbatasan SDM untuk perencanaan di Dinkes Kota Depok
pelaksanaan program P2D. - Belum
adanya
kerjasama
lintas
Keterbatasan anggaran pada program P2D
Belum ada perencanaan program P2D di Posyandu
program dan lintas sektoral
dalam
pengontrolan
dan
pengembangan Posyandu. - Belum
optimalnya
supervisi pelaksanaan program pembinaan kesehatan
balita
dengan diare. - Belum
optimalnya
perencanaan tahunan
program
preventif
dan
promotif pencegahan penanggulangan diare pada balita
dan
Komuni kasi tidak berjalan optimal
Koordinasi dengan Kelurahan dan Puskesmas belum ada
Tidak semua mengert i Keterbatas an SDM di program Puskesmas P2D
Tidak ada penyuluhan komunitas terkait program P2D Tidak ada “reward” thd kinerja perawat
Tidak ada alokasi dana untuk peyuluhan
Pengarahan dan Tidak ada alokasi bimbingan dana belum dilakukan ke tingkat masyarakat.
Proses komunikasi belum intensif Pencatatan dan pelaporan kurang baik
PPENGORGANIS ASIAN
Petugas yang masih merangkap program Kader kesehatan lain khusus program P2D belum terbentuk Penyegaran program P2D tidak dilakukan secara kontinu Kerjasama dengan program lain kurang
Sistem dan format pelaporan program P2D belum optimal Kegiatan supervisi belum efektif Format evaluasi yang terstruktur belum ada
Fungsi umpan balik yang tidak berjalan optimal
PENGARAHAN
Tidak ada laporan pelaksanaan P2D di Posyandu
Keterbatasan SDM untuk di Puskesmas
Program P2D belum berjalan di Posyandu Petugas yang kurang mendalami program P2D Sosialisasi program P2D tidak efektif
Evaluasi pelaksanaan program P2D belum berjalan Program P2D kegiatan utama hanya pelaporan kasus Pelaksanaan penilaian keberhasilan program belum optimal Proses sosialisasi program P2D di Puskesmas belum efektif tersosialisasi
PENGAWASAN
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
64
4.1.2. Fish Bone Analisis dengan diagram fish bone tentang manajemen pelayanan kesehatan komunitas dengan aggregate balita diare dengan merumuskan masalah manajemen pelayanan keperawatan komunitas. Perumusan dan prioritas masalah yang muncul ditentukan melalui proses penapisan masalah. Analisis fish bone memberikan penjelasan manajemen P2D masih belum optimal. Beberapa kendala yang terjadi permasalahan pada berbagai tingkat manajemen di berbagai tatanan. Masalah-masalah tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: Diagnosa manajemen pelayanan keperawatan komunitas yaitu (1) Belum optimalnya peran kader dalam pelaksanaan program P2D berhubungan dengan keterbatasan sumber daya dan tenaga. (2) Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pengontrolan dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare. (3) Belum optimalnya supervisi pelaksanaan program pembinaan kesehatan balita dengan diare berhubungan dengan belum ada pedoman supervisi dan format supervisi yang jelas. (4) Belum optimalnya perencanaan tahunan program preventif dan promotif pencegahan dan penanggulangan diare pada balita berhubungan dengan tidak adanya perencanaan spesifik jangka pendek dan jangka panjang untuk program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita. 4.1.3. Penapisan Masalah Proses penapisan masalah manajemen pelayanan kesehatan balita diare yang teridentifikasi sesuai prioritas adalah (1) Belum optimalnya peran kader dalam pelaksanaan program P2D berhubungan dengan keterbatasan sumber daya dan tenaga. (2) Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pengontrolan dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare Penapisan terlampir pada lampiran 1.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
65
4.1.4. Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas Diagnosa
manajemen
pelayanan
keperawatan
komunitas
yang
muncul
berdasarkan penapisan yaitu (1) Belum optimalnya peran kader dalam pelaksanaan program P2D berhubungan dengan keterbatasan sumber daya dan tenaga. (2) Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pengontrolan dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare. (3) Belum optimalnya supervisi pelaksanaan program pembinaan kesehatan balita dengan diare berhubungan dengan belum ada pedoman supervisi dan format supervisi yang jelas. (4) Belum optimalnya perencanaan tahunan program preventif dan promotif pencegahan dan penanggulangan diare pada balita berhubungan dengan tidak adanya perencanaan spesifik jangka pendek dan jangka panjang untuk program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita. 4.1.5. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Pelayanan Komunitas Masalah I Belum optimalnya peran kader dalam pelaksanaan program P2D berhubungan dengan keterbatasan sumber daya terutama tenaga. Tujuan Umum Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan peran kader dalam pelaksanaan program P2D pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar dapat terlaksana dan terorganisasi secara optimal. Tujuan Khusus Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 13 minggu diharapkan: 1. Terselenggara kegiatan pelatihan dan penyegaran kader Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar (target jumlah kader yang dilatih minimal 70% yaitu minimal 8 orang dari 12 kader yang ada masing-masing RW baik di RW 01 dan RW 03).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
66
2. Terjadi peningkatan pengetahuan kader tentang fungsi lima meja dan pencegahan dan penanggulangan diare pada balita sebesar 2 SD, nilai SD 4.18 ( rerata nilai pretest 75.27 sampai 83.36). 3. Terbentuk kelompok pendukung dan terselenggaranya kegiatan KPS di RW 01 dan RW 03 minimal 4x pertemuan dengan durasi setiap pertemuan 2 jam. 4. Terdapat peningkatan pengetahuan kader KPS diare pada balita sebesar 2 SD, nilai SD 8.94 (rerata pretest 53.33 sampai 72.21). 5. Terdapat peningkatan ketrampilan kader KPS diare pada balita sebesar 2 SD, nilai SD 4.82 (rerata pretest 51.67 sampai 61.31). 6. Terdapat peningkatan sikap kader KPS diare pada balita sebesar 2 SD, nilai SD 5.21 (rerata pretest 67.92 sampai 78.34). 7. Terlibatnya 25% kader dalam kegiatan KPS (Kader Posyandu yang terlibat berjumlah 12 orang, keterlibatan kader diharapkan minimal 3 orang). Rencana Tindakan Keperawatan 1. Pelatihan dan penyegaran kader Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar terkait pelayanan atau kegiatan Posyandu serta peran dan fungsi kader dalam pencegahan serta penanggulangan diare pada balita. Pelatihan kader di rencanakan pada minggu kedua bulan November 2012 selama 2 hari. 2. Sosialisasi pembentukan KPS di RW 01 dan RW 03 dilakukan minimal 2 kali pertemuan pada kegiatan Posyandu. 3. Penyelenggaraan kegiatan KPS dilakukan selama 4x pertemuan dengan pertemuan 2 jam. Kegiatan KPS meliputi pemberian materi tentang pencegahan dan penanggulangan diare pada balita meliputi pemberian materi penerapan SAKA diare keluarga, serta peningkatan sikap kader anggota KPS dalam pembinaan keluarga dengan balita diare. 4. Supervisi kegiatan Posyandu di RW 01 dan RW 03 dan supervisi kemampuan kader dalam melakukan pemantauan penerapan SAKA diare keluarga. 5. Lakukan pendampingan dan penilaian kinerja kader dalam melakukan pemantauan penerapan SAKA diare dengan kunjungan rumah pada keluarga dengan balita diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
67
Pembenaran : Kelompok
pendukung merupakan sekumpulan orang-orang yang berencana,
mengatur dan berespon secara langsung terhadap isu-isu dan tekanan yang khusus maupun keadaan yang merugikan. Tujuan awal didirikan kelompok ini adalah memberikan dukungan dan memfasilitasi masalah isolasi sosial terhadap anggotanya (Hunt, 2004). Fasilitator kelompok pendukung merupakan petugas yang terlatih dalam pekerjaan sosial, psikologi, keperawatan dan lainnya yang dapat memberikan arti dan aturan kepemimpinan yang benar dalam kelompok. Kelompok Pendukung SAKA merupakan inovasi yang diberikan untuk melakukan penerapan SAKA diare sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk pencegahan diare pada balita. Kelompok pendukung merupakan karakteristik intervensi dan implementasi dalam keperawatan komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Fungsi kelompok pendukung dalam mempromosikan dan melindungi kesehatan ada empat cara (Pender, 2001) yaitu (1) mewujudkan promosi kesehatan lingkungan dengan mendukung perilaku sehat, (2) meningkatkan harga diri dan meningkatkan kesehatan, (3) mengurangi kemungkinan ancaman kehidupan dan stress, (4) memberikan umpan balik terhadap tindakan yang telah di lakukan di masyarakat dan mencegah efek dari stress. Keberadaan KPS dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan untuk mengembangkan program P2D dan terpantau tentang pencegahan diare balita serta berperan aktif dalam menurunkan angka kejadian diare pada balita. Pelaksanaan 1.
Pelatihan dan penyegaran kader Posyandu terkait kegiatan Posyandu serta peran dan fungsi kader dalam pencegahan dan penanggulangan diare pada balita. Pelatihan dan penyegaran kader dilakukan selama 2 hari pada tanggal 13 dan 14 November 2012.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
68
2.
Sosialisasi kegiatan Kelompok Pendukung SAKA (KPS) dilakukan bersamaam dengan kegiatan Posyandu untuk 12 kader masing-masing kader membina 10 keluarga.
3.
Pembentukan KPS di RW 1 dan RW 3 sebagai RW percontohan dengan pembentukan struktur organisasi yang dilakukan di Rumah Ibu S RW 3 pada tanggal 20 November 2012. Proses pemilihan RW percontohan berdasarkan kantong masalah diare terbanyak terdapat di RW 01 dan RW 03.
4.
Melakukan kegiatan KPS dengan memberikan pelatihan selama 2 jam materi yang diberikan tentang pembentukan karakter anggota KPS. Menggunakan modul penerapan SAKA diare yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan pertama pada hari Selasa tanggal 18 Desember 2012 dimulai permainan dengan menggunakan tali rafia yang menggambarkan tentang permasalahan yang ada di komunitas, dan pipet minum menggambarkan seorang pemimpin yang bekerja dengan anggota untuk mencapai suatu tujuan. Permainan terakhir tentang kata berkait yang menggambarkan tentang komunikasi. Keseluruhan permainan itu menggambarkan tentang suatu dinamika kelompok. Diskusi yang selanjutnya membahas makna dari permainan yang dilakukan. Materi yang diberikan adalah kelompok pendukung, dinamika kelompok, kepemimpinan, dan komunikasi.
5.
Kegiatan kedua selama 2 jam pada hari Rabu 26 Desember 2012 memberikan materi tentang penerapan SAKA diare di keluarga tentang pengertian, manfaat, dan penjelasan komponen SAKA diare. Pertemuan ketiga selama 2 jam pada hari Rabu 2 januari 2012 melakukan senam balita dan terapi gurita untuk mencegah balita diare di RW 3. Pertemuan keempat selama 2 jam pada hari selasa tanggal 8 Januari 2013 melakukan praktek pembuatan bubur tempe untuk nutrisi balita diare. Pertemuan KPS yang setiap kegiatannya dilakukan evaluasi baik itu aspek pengetahuan dengan pre dan post test serta untuk aspek sikap dan ketrampilan dengan melakukan demonstrasi langsung.
6.
Pelaksanaan kegiatan KPS dalam upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam pencegahan diare balita di masyarakat. Kegiatan dimulai
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
69
dengan 1 kader KPS mengelola 10 keluarga yang berisiko balita diare. Pemilihan keluarga yang dibina jika balita dalam 3 bulan dan 6 bulan terakhir terkena diare, balita tidak diberikan ASI, memakai susu formula dan minum dengan dot. Keluarga yang dibina kader akan dilakukan pemantauan setiap minggu dalam pelaksanaan SAKA diare keluarga. 7.
Pendampingan KPS dalam melakukan pendidikan kesehatan, kegiatan pemantauan SAKA diare yang dilakukan keluarga di rumah dalam pencegahan diare balita. Kader yang melakukan pemantauan SAKA diare keluarga sebelumnya diberi contoh cara penerapan SAKA diare di keluarga. Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare dilakukan mulai dari persiapan sampai pelaksanaan kunjungan rumah ke keluarga binaan balita diare.
8.
Pelaksanaan kegiatan KPS secara mandiri dilakukan dengan pendampingan mahasiswa residen sebagai supervisor kader dan peran kader sebagai supervisor keluarga dalam kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare keluarga dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2012.
Evaluasi 1.
Kegiatan pelatihan dan penyegaran kader Posyandu telah dilaksanakan selama 2 hari. Kehadiran kader Posyandu dalam pelatihan adalah rata-rata 80% (44 orang dari 50 kader Posyandu yang diundang).
2.
Terdapat peningkatan pengetahuan kader sebesar 10.3% tentang pelayanan Posyandu, tentang pencegahan dan penanggulangan diare (rerata nilai pretest adalah 75.27 dan rerata nilai posttest adalah 83.93).
3.
Terbentuk KPS di RW 01 dan RW 03 kegiatan KPS dilaksanakan sebanyak 4x pertemuan dengan durasi masing-masing pertemuan 2 jam.
4.
Terjadi peningkatan pengetahuan anggota KPS sebelum dan sesudah kegiatan penerapan SAKA diare sebesar 28.09% (dari rata-rata nilai 53.33 menjadi 74.17). Pengetahuan tersebut meliputi rata-rata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan penerapan SAKA diare keluarga.
5.
Terjadi peningkatan ketrampilan penerapan SAKA diare balita sebesar 16.22%. Ketrampilan anggota KPS yang sebelum dilakukan pelaksanaan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
70
penerapan SAKA diare dengan rata-rata nilai 51.67 menjadi meningkat setelah pelaksanaan penerapan SAKA diare dengan nilai rata-rata 61.67. 6.
Terjadi peningkatan sikap anggota KPS untuk pemantauan penerapan SAKA diare keluarga sebesar 10.83%. Kemampuan 12 kader anggota KPS sebelum dilakukan pemantauan penerapan SAKA diare 67.92 dan setelah dilakukan menjadi 78.75. Pada uji statistik dengan wilcoxon test didapatkan nilai p value 0.005 maka dapat disimpulkan adanya perbedaan signifikan sebelum dan sesudah pemantauan penerapan SAKA diare keluarga yang dilakukan oleh kader.
7.
Kegiatan yang dilakukan selama 13 minggu peran serta Dinas Kesehatan dalam melakukan pengarahan dalam pelaksanaan kegiatan belum optimal
8.
Peran serta pihak Puskesmas dalam melakukan supervisi terkait kegiatan hanya dilakukan saat kegiatan Posyandu untuk kegiatan supervisi dan melakukan pembinaan dengan kader belum optimal.
9.
Peran serta pihak Kelurahan belum optimal dalam kegiatan pembinaan untuk kader dan penghargaan terhadap kinerja kader.
10. Peran serta dan keaktifan kader dalam kegiatan KPS belum optimal masih ada 2 kader yang tidak aktif mengikuti kegiatan selama 13 minggu. Rencana Tindak Lanjut Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA perlu ditindak lanjut oleh : 1.
Dinas Kesehatan Meningkatkan kualitas pelayanan untuk program P2D dengan melakukan pengarahan terhadap penanggungjawab program P2D di Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan pencegahan diare balita. Melakukan supervisi untuk program P2D yang sudah dilakukan di Puskesmas.
2.
Puskesmas Melakukan pengarahan dan supervisi secara terjadwal rutin setiap bulan terkait pelaksanaan SAKA diare yang termasuk dalam kegiatan program P2D. Melakukan bimbingan dan kerjasama dengan kader kesehatan dalam melakukan kegiatan KPS yang berkelanjutan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
71
3.
Kelurahan Cisalak Pasar Kerjasama dengan RW siaga dalam upaya kesehatan melalui kegiatan Posyandu. Melakukan supervisi kegiatan pembinaan di setiap RW untuk kegiatan KPS dan memberikan penghargaan terhadap kinerja kader.
4.
Kader Kesehatan Melakukan kegiatan secara mandiri KPS setiap bulan dan memotivasi RW yang lain untuk membuat KPS di RW yang lain. Meningkatkan upaya penerapan SAKA diare melalui kegiatan Posyandu dan melakukan kunjungan rumah setiap bulan untuk melakukan penerapan SAKA diare pada keluarga yang baru untuk dilakukan pembinaan.
Masalah II Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pengontrolan dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare. Tujuan Umum Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan adanya kerjasama lintas program dan lintas sektor yang efektif dalam pengontrolan dan pengembangan Posyandu di Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok. Tujuan Khusus Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 13 minggu diharapkan: 1.
Terlibatnya Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan balita diare dan kegiatan KPS diare balita. Keterlibatan Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam bentuk kehadiran dan pemberian pengarahan pada kegiatan lokakarya mini di Kelurahan Cisalak Pasar minimal 50%.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
72
2.
Terlibatnya Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) dalam bentuk dukungan dana untuk kegiatan operasioanal KPS dan Posyandu di RW 01 dan RW 03 minimal 1 kali setahun.
3.
Terbinanya kerjasama dengan Dinkes dan Puskesmas dalam pengadaan media informasi tentang pencegahan dan penanggulangan diare dalam bentuk poster, leaflet dan buku panduan bagi kader Posyandu, serta penyediaan sarana prasarana Posyandu di RW 01 dan RW 03.
4.
Adanya keterlibatan RW siaga RW 01 dan RW 03 Kelurahan Cisalak Pasar dalam peningkatan motivasi dan kinerja kader Posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan balita minimal 3x dari 4x pertemuan.
Rencana Tindakan Keperawatan 1.
Penyelanggaraan lokakarya mini masyarakat dengan melibatkan Dinkes, Puskesmas Cimanggis, Kelurahan Cisalak Pasar dan kader Posyandu Cisalak Pasar untuk koordinasi dan meningkatkan pembinaan terhadap pelayanan kesehatan balita dengan diare. Kegiatan lokarya mini masyarakat dilakukan sebanyak 1 bulan sekali.
2.
Penyelenggaraan lokarya mini kesehatan untuk koordinasi dan meningkatkan pembinaan terhadap pelayanan kesehatan balita diare dilakukan pada bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Juni 2013.
3.
Koordinasi dengan Dinkes dan Puskesmas dalam pengadaan media informasi tentang pencegahan dan penanggulangan balita diare. Koordinasi dilakukan sebulan sekali.
4.
Fasilitasi pendampingan dari Puskesmas dan Dinkes dalam kegiatan KPS diare dengan meminta kesediaan menjadi narasumber minimal 1 kali dari 4 kali pertemuan.
5.
Fasilitasi kegiatan supervisi dari Puskesmas dan Dinkes dalam kegiatan Posyandu dan KPS diare minimal 1 kali selama 3 bulan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
73
Pembenaran : Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat komunitas perlu membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi implementasi. Mekanisme kolaborasi perawat komunitas dengan masyarakat adalah hubungan kemitraan yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitu meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan program kesehatan masyarakat (Lezin, dan Young, 2000). Pelaksanaan 1.
Melakukan koordinasi dengan Dinkes, Puskesmas Cimanggis, Kelurahan Cisalak Pasar dan kader Posyandu untuk menghadiri lokakarya mini masyarakat sebanyak satu kali dalam sebulan.
2.
Melakukan koordinasi dengan Dinkes, Puskesmas Cimanggis, Kelurahan Cisalak Pasar dan kader Posyandu untuk menghadiri lokakarya mini kesehatan untuk koordinasi dan meningkatkan pembinaan terhadap pelayanan kesehatan balita dengan diare. Kegiatan Lokmin kesehatan dilakukan sebanyak 4 kali yaitu bulan Oktober, Desember 2012, Januari dan Juni 2013.
3.
Melakukan koordinasi dengan Dinkes dan Puskesmas dalam pengadaan media informasi tentang kesehatan balita dalam bentuk poster, leaflet, dan buku panduan bagi kader Posyandu.
4.
Memfasilitasi kegiatan supervisi dari Puskesmas dan dinkes dalam kegiatan Posyandu dan KPS minimal 1 kali selama 3 bulan. Spervisi dari Puskesmas terhadap kemampuan kader melakukan kegiatan Posyandu dilakukan di RW 01 pada tanggal 28 Maret 2013.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
74
Evaluasi 1.
Keterlibatan langsung Puskesmas dalam lokmin masyarakat kurang optimal hal ini ditunjukkan ketidakhadiran pihak Puskesmas selama 3 bulan kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare.
2.
Keterlibatan Dinkes dan Puskesmas pada kegiatan lokmin kesehatan untuk menghadiri kegiatan sangat tinggi. Ditunjukkan dengan kehadiran dalam setiap kegiatan pertemuan lokmin kesehatan hal ini tidak sama peran serta Kelurahan yang saat akhir-akhir kegiatan peran serta dalam lokmin tidak optimal.
3.
Diperoleh media informasi berupa poster dan leaflet tentang P2D dari Dinkes dan Puskesmas sedangkan untuk peralatan pemantauan penerapan SAKA diperoleh dari anggaran Posyandu.
4.
Supervisi dari Puskesmas dalam kegiatan Posyandu dan KPS melihat kemampuan kader melakukan kegiatan penyuluhan d meja V menjadi terlaksana secara individu dan berkelompok oleh kader KPS secara bergantian.
Rencana Tindak Lanjut 1.
Dinas Kesehatan Kota Depok Penyusunan proposal bantuan dana operasional Posyandu untuk tahun 2014 ke PMKP Dinas Kesehatan Kota Depok.
2.
Puskesmas Melakukan supervisi secara berkala kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan Posyandu di RW 03. Melakukan supervisi kemampuan kader Posyandu dalam kegiatan KPS tentang pemantauan penerapan SAKA diare.
3.
Kelurahan Cisalak Pasar Memberikan penghargaan untuk kinerja kader dalam melakukan kegiatan penerapan SAKA diare.
4.
Kader Kesehatan Membagikan ilmunya untuk kader lain yang belum merasa percaya diri dalam melakukan kegiatan penerapan SAKA diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
75
Pengelolaan manajemen pelayanan khususnya untuk pencegahan balita diare juga akan digambarkan lebih lanjut tentang pengelolaan asuhan keperawatan keluarga. Keperawatan keluarga sebagai entry point dalam penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh 10 keluarga. 4.2. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga 4.2.1. Analisis Situasi Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar dilakukan pada 10 keluarga dengan balita berisiko terkena diare, pada dua periode, yaitu pembinaan 5 keluarga dilakukan mulai bulan Oktober sampai Desember 2012 dan 5 keluarga selanjutnya pada bulan Januari sampai Mei 2013. Asuhan keperawatan keluarga dilakukan melalui kunjungan rumah yang dilakukan sebanyak 2 kali dalam seminggu atau minimal 1 kali seminggu selama delapan minggu. Asuhan keperawatan pada keluarga dengan balita diare dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana tindakan, melakukan implementasi dan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Pada tahap pengkajian melakukan identifikasi terhadap faktor risiko terjadinya diare pada balita yaitu penggunaan air bersih, penggunaan jamban, kebersihan lingkungan sekitar termasuk pembuangan sampah dan limbah. Perilaku ibu dalam merawat balita yaitu pemberian ASI, pemberian dan pengolahan makan, kebiasaan mencuci tangan serta kemampuan dalam pembuatan oralit. Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Bp. E terhadap adalah An.K satu bulan yang lalu berobat ke Puskesmas Cimanggis karena sakit diare, saat ini keluhannya sulit makan. Menurut ibu M An.K umur 2 tahun 9 bulan mempunyai kebiasaan minum susu formula dan cara memberikannya dengan botol, menurut Ibu M botol yang digunakan untuk minum sudah dicuci. Saat ini Ibu M tidak tahu resiko yang dapat menyebabkan anaknya terkena diare, serta tidak tahu cara pencegahan diare pada balita. Ibu.M mengatakan An.K sering terkena diare
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
76
hampir setiap bulan. Keadaan rumah secara umum tampak berantakan mainan anak, perabot tidak rapi, lantai rumah dan teras tampak kotor. Pembuangan sampah berada diseberang rumah dan samping rumah dalam keadaan terbuka. Pembuangan limbah sudah tertutup tetapi masih dijumpai banyak vektor yang masuk dalam rumah seperti lalat, kecoa bahkan tikus. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa balita memiliki risiko tinggi terkena diare berulang karena kurangnya pengetahuan keluarga terkait pencegahan dan penanggulangan diare pada balita serta kurangnya dukungan keluarga dalam merawat dan mencegah terulangnya diare pada balita (Ariyanti, 2009). Pengetahuan dan kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan tertentu memiliki korelasi yang signifikan dengan status kesehatan anggota keluarga yang dirawat (Sahar, 2002). Data diatas juga menunjukkan bahwa sebagian besar balita dengan diare biasanya karena tidak diberiak ASI secara eksklusif dan pengaruh lingkungan seperti penggunaan air bersih, penggunaan jamban dan kondisi lingkungan lainnya (Nuraeni, 2012). Ibu M mengatakan An.K saat ini susah makan. Keluarga tidak tahu pengertian, penyebab, tanda gejala dan akibat sulit makan. Keluarga hanya menuruti anak setiap hari untuk jajan makanan keliling disekitar rumah. Keluarga tidak tahu cara pencegahan dan perawatan anak dengan sulit makan. Keluarga tahu membuat makanan anak sendiri akan lebih sehat dibandingkan sering jajan tetapi jarang membuat makanan sendiri di rumah untuk mengatasi anak dengan sulit makan. Ibu M mengatakan tidak tahu bagaimana caranya agar anaknya mau makan dan berat badannya naik. An.K umur 2 tahun 9 bulan, tampak kurus, BB/TB = 11 Kg, 98 cm seharusnya 12 kg sesuai dengan standar WHO (2005) menunjukkan bahwa An.K termasuk dalam gizi kurang tampak kurus dengan hasil ≥ - 3 SD - < - 2 SD. Status gizi balita dinilai berdasarkan parameter antropometri yang terdiri dari berat badan dan panjang badan atau tinggi badan. Indikator status gizi yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
77
(TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Menilai status gizi balita digunakan standar antropometri yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2005 yang dipakai adalah BB/U dan angka prevalensi status “Underweight” gizi kurang dan buruk atau disingkat Gizi Burkur dijadikan dasar untuk menilai pencapaian MDGs. Pendapatan keluarga diperoleh dari Bpk.E sebagai buruh bangunan yang saat dilakukan pengkajian sedang tidak ada pekerjaan. Ibu. M sebagai isteri membantu mencari nafkah sehari-hari dengan jualan minuman dan makanan kecil di rumah dan sebagai buruh cuci di perumahan RW 08. Saat Ibu.M bekerja yang mengasuh An.K adalah orang tua Bpk.E yang bekerja di pasar sebagai penjual buah. Status ekonomi tercermin dari penghasilan keluarga, dalam arti bahwa apabila status sosial ekonominya baik maka kesejahteraan akan meningkat sehingga masalah kesehatan akan diperhatikan oleh keluarga (Nuraeni, 2010).
Sistem Dukungan Keluarga Tidak Efektif
Pendapatan atau ekonomi keluarga menurun
Kemampuan Keluarga Dalam Penanganan Balita Diare Tidak Optimal
Perilaku Ibu Balita Dalam Penanganan Balita Diare dan pemenuhan nutrisi Tidak Optimal
Pemeliharaan Kesehatan Keluarga Tentang Balita Diare di Keluarga Meningkat
Kondisi lingkungan yang tidak sesuai syarat kesehatan
Status gizi rendah
BB menurun
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
WEB OF CAUTION ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA BALITA DENGAN DIARE Skema 4.2
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
78
4.2.2. Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga Diagnosa keperawatan keluarga yang muncul berdasarkan penapisan yaitu (1) Manajemen terapeutik diare tidak efektif
pada keluarga. (2) Pemenuhan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga. Penapisan masalah terlampir pada lampiran 3. 4.2.3. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Keluarga Masalah I Manajemen terapeutik tidak efektif diare pada keluarga Bpk.E khususnya An.K Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 8 bulan, tidak terjadi diare pada keluarga. Tujuan Khusus Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu (1) Mengenal masalah Diare dengan:
menjelaskan
pengertian
diare,
menyebutkan
penyebab
diare,
menyebutkan tanda dan gejala diare, mengidentifikasi anggota keluarga dengan diare. (2) Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan diare, menyebutkan akibat diare, ungkapan keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan
diare.
(3)
Merawat
anggota
keluarga
dengan
SAKA
diare,
meredemonstrasi cara perawatan diare dan melakukan perawatan diare. (4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam perawatan diare dengan cara menyebutkan
cara pencegahan diare, menyebutkan cara memodifikasi
lingkungan untuk pencegahan diare, melakukan modifikasi lingkungan untuk pencegahan diare. (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mencegah diare dengan cara mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan dalam penanganan diare, memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam penanganan diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
79
Rencana Tindakan Keperawatan 1.
Pendidikan kesehatan menjelaskan tentang pengertian diare adalah frekuensi buang air besar cair lebih dari 3x sehari. Penyebab utama diare 3 dari 2 penyebab diare yaitu virus, bakteri, alergi susu formula atau makanan, menyebutkan tanda dan gejala diare yaitu BAB cair muntah, demam mata cekung, BB turun dan nafsu makan turun. 3 dari 4 akibat diare dehidrasi yaitu tum-bang terhambat, biaya berobat mahal dan meninggal dunia.
2.
Coaching tentang SAKA diare terdiri dari pengelolaan sanitasi, anak, keluarga dan area. SAKA diare yang diajarkan pada keluarga tentang merebus botol susu yang digunakan balita dengan benar, kebiasaan cuci tangan dengan sabun setelah bab dan memberikan makan pada anak, pembuatan oralit, senam balita, terapi gurita dan pembuatan formula bubur tempe. Cara pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare dengan menggunaan sumber air bersih yang terlindungi, menjaga kebersihan jamban, pemberian ASI, pemberian formula bubur tempe, pemberian oralit serta pemberian zink selama 10 hari, terapi gurita dan senam balita, kebiasaan keluarga mencuci tangan mengolahan bahan makanan, sampah, limbah. Cara memodifikasi lingkungan untuk perawatan diare dengan pemeliharaan rumah dan lingkungan bersih, selalu merebus air minum yang dikonsumsi balita, kondisi lantai yang bersih dan sarana pembuangan sampah dan limbah yang selalu dalam keadaan tertutup.
3.
Direct Care dilakukan pada 4 keluarga yang saat dilakukan pengakajian balita sedang terkena diare. Hal pertama yang dilakukan adalah pengkajian faktor risiko penyebab utama balita terkena diare. Perawatan yang diberikan langsung adalah perawatan kulit karena terjadi ganggan integritas kulit, selanjutnya memberikan terapi gurita untuk mengurangi kembung. Pemberian cairan oralit untuk mengatasi terjadinya dehidrasi dan pemberian zink selama 10 hari. Pada pertemuan selanjutnya observasi frekuensi dan konsistensi buang air besar balita selama 24 jam. Pemberian nutrisi balita diare dengan pembuatan bubur tempe. Kegiatan selanjutnya adalah pemantauan penerapan SAKA diare selama 1 minggu.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
80
Pembenaran : Pendidikan kesehatan sebagai sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan, sikap, dan pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu, masyarakat dan ras (Wood, 1996). Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang ditekankan pada terjadinya perubahan perilaku, baik pada individu maupun masyarakat. Area Pendidikan Kesehatan adalah pada Knowledge (pengetahuan), Attitude (sikap) dan Practice (perilaku). pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan pendidikan kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan kesehatan, dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002). Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera (Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek langsung penerapan SAKA keluarga untuk pencegahan diare. Pelaksanaan TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare, akibat langsung dari diare, cara pencegahan diare, cara perawatan diare, memberikan penyuluhan pada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare. (2) Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh keluarga dan tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah diare. (3) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (4) Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang apa yang telah diajarkan dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk membandingkan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
81
pengetahuan
yang dimiliki keluarga dengan standar. (5) Memberikan
motivasi/dukungan keluarga mengambil keputusan untuk menghindari akibat lanjut dari diare. TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara perawatan balita dengan SAKA diare yaitu mendemonstrasikan cara penerapan SAKA diare, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk melakukan redemonstrasi cara menerapkan SAKA diare di rumah dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (2) Mendiskusikan dengan keluarga cara mengurangi kembung anak dengan melakukan terapi gurita dan senam balita pada anak, mendiskusikan dengan keluarga tentang terapi gurita dan pembuatan bubur tempe, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal yang belum jelas, mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang terapi gurita dan pembuatan bubur tempe dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (3) mendemonstrasi cara melakukan terapi gurita dan pembuatan bubur tempe. Evaluasi Manajemen terapeutik efektif pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K tidak terjadi diare dengan dilakukan pencegahan diare dan pemantauan penerapan SAKA diare sampai akhir waktu pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga selama 8 bulan. Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat anggota keluarga dengan diare yang ditunjukkan dengan : 1) Keluarga mampu mengenal masalah dengan menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala diare, akibat langsung dari diare, cara pencegahan diare, cara perawatan diare balita. 2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan balita diare dan menyebutkan akibat lanjut atau komplikasi jika diare tidak dilakukan pencegahan secara dini serta mengungkapkan keinginan merawat balita dengan diare. 3) Keluarga mampu merawat balita dengan diare dan menyebutkan cara pencegahan dengan penerapan SAKA diare dirumah dengan keluarga mampu mendemostrasikan cara penerapan SAKA diare dengan melakukan cara mencuci tangan dengan sabun
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
82
dan air bersih, cara membuat oralit, cara melakukan senam balita dan terapi gurita serta dapat membuat nutrisi balita diare dengan pembuatan bubur tempe. 4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan mendemonstrasikan cara menggunakan air bersih yang dimasak terlebih dahulu untuk dikonsumsi balita, membersihkan sekitar jamban, selokan dan pembuangan sampah serta membersihkan kandang ayam dan burung yang berada di sekitar rumah. 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan teratur setiap bulan ke Posyandu dan berobat saat balita sakit ke Puskesmas. Rencana Tindak Lanjut 1. Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk selalu melakukan penerapan SAKA diare di keluarga. 2. Mendelegasikan pada kelompok pendukung untuk melakukan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan keluarga. Masalah II Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K. Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dalam waktu 8 bulan, terpenuhi
kebutuhan nutrisi pada keluarga bapak E khususnya anak K. Tujuan Khusus Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu (1) Mengenal masalah gizi kurang dengan: menjelaskan pengertian gizi seimbang, menyebutkan penyebab gizi kurang, menyebutkan tanda dan gejala gizi kurang, mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. (2) Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, menyebutkan akibat gizi kurang, ungkapan keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang. (3) Merawat anggota keluarga dengan memodifikasi menu gizi anak balita, meredemonstrasi
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
83
cara membuat nugget sayur dan membuat modisco. (4) Keluarga mampu memodifikasi menu gizi seimbang dengan membuat nugget sayur dan membuat modisco. (5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk melakukan pemantauan gizi pada balita dengan cara mengidentifikasi fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan aeperti Puskesmas. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Pendidikan kesehatan menjelaskan tentang pengertian gizi kurang, penyebab utama gizi kurang 3 dari 2, menyebutkan tanda dan gejala gizi kurang, 3 dari 4 akibat gizi kurang. 2. Coaching tentang memodifikasi menu gizi seimbang balita yang diajarkan pada keluarga tentang membuat nugget sayur dan modisco. Cara pencegahan gizi kurang dengan memodifikasi menu seimbang. Cara memodifikasi lingkungan untuk mengatasi balita sulit makan. Pembenaran : Pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam keperawatan merupakan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut : pengkajian kebutuhan belajar klien, penegakan diagnose keperawatan, perencanaan pendidikan kesehatan, implementasi pendidikan kesehatan, evaluasi pendidikan kesehatan, dan dokumentasi pendidikan kesehatan (Suliha, 2002). Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera (Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek langsung penerapan SAKA keluarga untuk pencegahan diare. Pelaksanaan TUK : 1-2 dengan menggunakan lembar balik dan leaflet (1) Mendiskusikan bersama keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala gizi kurang, akibat langsung dari gizi kurang, cara pencegahan gizi kurang, cara perawatan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
84
balita sulit makan, memberikan penyuluhan pada keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala gizi kurang. (2) Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala yang dimiliki oleh keluarga dan tindakan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah gizi kurang. (3) Memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (4) Mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang apa yang telah diajarkan dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk membandingkan pengetahuan yang dimiliki keluarga dengan standar. (5) Memberikan motivasi atau dukungan keluarga mengambil keputusan untuk menghindari akibat lanjut dari gizi kurang. TUK : 3-4 dengan (1) mendemonstrasikan cara perawatan balita sulit makan yaitu mendemonstrasikan cara membuat menu variasi yaitu nugget sayur dan modisco,
memberikan
redemonstrasi
cara
kesempatan
membuat
kepada
variasi
menu
keluarga gizi
untuk
melakukan
seimbang balita. (2)
Mendiskusikan dengan keluarga cara mengatsi balita sulit makan, mendiskusikan dengan keluarga tentang membuat variasi menu seimang, memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menanyakan hal yang belum jelas, mengevaluasi pengetahuan keluarga tentang pembuatan nugget sayur dan pembuatan modisco dan memberikan pujian atas kemampuan keluarga. (3) mendemonstrasi cara membuat nugget sayur dan pembuatan modisco. Evaluasi Pemenuhan nutrisi terpenuhi pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K mengalami kenaikan BB 0,75 kg setelah dilakukan pemantauan pemenuhan nutrisi sampai akhir waktu pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga selama 8 bulan. Keluarga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam merawat anggota keluarga dengan gizi kurang yang ditunjukkan dengan : 1) Keluarga mampu mengenal masalah dengan menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala gizi kurang, akibat langsung dari gizi kurang, cara pencegahan dan cara perawatan gizi kurang. 2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan balita gizi kurang dan menyebutkan akibat
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
85
lanjut atau komplikasi jika gizi kurang tidak dilakukan pencegahan secara dini serta mengungkapkan keinginan merawat balita dengan gizi kurang. 3) Keluarga mampu merawat balita dengan gizi kurang dan menyebutkan cara pencegahan dengan modifikasi menu seimbang dirumah dengan keluarga mampu mendemostrasikan membuat nugget sayur dan modisco untuk mengatasi masalah nutrisi serta mengatur menu jadwal yang beragam dalam 1 minggu. 4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dengan mendemonstrasikan cara membuat lingkungan yang nyaman untuk mengatasi balita sulit makan. 5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan teratur setiap bulan ke Posyandu untuk pemantauan BB. Rencana Tindak Lanjut 1. Membuat kesepakatan dengan keluarga untuk membuat variasi menu gizi seimbang lainnya untuk setiap minggu. 2. Mendelegasikan pada kelompok pendukung untuk melakukan pemantauan kenaikan BB An.K setiap kegiatan Posyandu. Hasil pengkajian pada 10 keluarga ada 2 keluarga mempunyai riwayat 1 bulan terakhir balita masuk RS karena diare. Kondisi balita yang dirawat ke RS sudah terjadi dehidrasi karena diare. Keluarga yang dibina 10 keluarga mempunyai riwayat penyakit diare 3 bulan terakhir lebih dari 2x terjadi diare. Faktor risiko lain yang ada adalah riwayat tidak diberikan ASI secara eksklusif, pemberian makanaan tambahan sebelum balita usia 6 bulan, penggunaan susu formula dan menggunakan dot. Pengkajian lain yang didapatkan bahwa selain risiko balita terkena diare masalah kesehatan yang muncul adalah ada 4 keluarga yang balitanya terjadi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan antara lain: 1. Pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare balita, media yang digunakan adalah lembar balik, leaflet, metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
86
2. Coaching tentang penerapan SAKA diare keluarga dengan mengajarkan cara mencuci tangan, membuat oralit, melakukan senam balita, terapi gurita dan pembuatan bubur tempe. Semua kegiatan tersebut dilakukan bersama dengan anggota kelompok pendukung SAKA dan mahasiswa residen. Media yang digunakan adalah peralatan untuk pemantauan penerapan SAKA diare di keluarga. Hasil yang diperoleh setelah melakukan asuhan keperawatan pada 10 keluarga adalah 10 keluarga tidak terjadi diare pada balita selama 8 bulan. Pengetahuan keluarga meningkat sebesar 80%, terjadi peningkatan sebesar 75% ketrampilan keluarga baik dalam melakukan penerapan SAKA diare. Peningkatan sikap sebesar 70% yaitu dapat mencuci tangan dengan benar, membuat oralit, melakukan senam balita dan terapi gurita serta pembuatan bubur tempe untuk nutrisi balita diare. Tahap terminasi akhir masih ada 2 keluarga yang tingkat kemandirian tingkat III. Pada keluarga ini masih belum bisa secara mandiri untuk melakukan penerapan SAKA diare secara aktif.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
87
Tingkat kemandirian Keluarga Dalam Mengatasi Masalah Diare Balita Tabel 4.1 No
Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
Menerima petugas (Perkesmas)
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
2
Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
4
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
5
Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
6
Melakukan tindakan pencegahan secara aktif
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
7
Melakukan tindakan peningkatan kesehatan (promotif) secara aktif
√
√
-
√
√
√
-
√
√
√
Tingkat Kemandirian Keluarga Akhir
IV
IV
III
IV
IV
IV
III
IV
IV
IV
Hasil dari pengelolaan asuhan keperawatan keluarga terjadi peningkatan tingkat kemandirian keluarga yang dibina oleh Kelompok Pendukung SAKA di RW 01 dan RW 03, tingkat kemandirian keluarga III sebesar 25% dan kemandirian keluarga IV sebanyak 75%. Proses asuhan keperawatan pada keluarga dengan risiko balita terkena diare bahwa strategi intervensi penerapan SAKA diare yang dilakukan dengan pemantauan penerapan SAKA diare selama 2 minggu dapat menurunkan insiden diare serta risiko diare berulang pada balita. Pemantauan penerapan SAKA diare dilakukan pembinaan secara rutin 2x seminggu selam 2 minggu akan mencegah balita terkena diare. Keluhan lain selain diare pada
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
88
keluarga terbanyak adalah pemenuhan nutrisi dan terjadi ISPA pada balita. Asuhan keperawatan keluarga secara lengkap terlampir.
Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu bentuk strategi keperawatan yang sudah dijelaskan dalam pengelolaan manajemen keperawatan dan dalam asuhan keperawatan keluarga selanjutnya akan diterapkan dalam asuhan keperawatan komunitas. 4.3. Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas 4.3.1. Pengumpulan Data Jenis pengambilan data untuk pengkajian yang digunakan adalah kuantitatif dengan rancangan deskriptif analitik. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan cross sectional yaitu mengamati variable yang diteliti di suatu populasi pada suatu saat (Sabri dan Hastono, 2006). Pengkajian dilakukan dengan beberapa metode pengkajian pada sumber data yang dirasa tepat untuk jenis data yang diperlukan. Metode pengkajian pada sumber data yang dilakukan angket, disebarkan pada 97 orang tua dengan balita yang beresiko terkena diare di RW 1-7 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Wawancara dilakukan kepada orang tua balita terkena diare, kader posyandu, dan penanggung jawab P2P di Puskesmas Cisalak Pasar. Observasi kondisi lingkungan yang mempengaruhi kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Studi literatur programprogram terkait kejadian diare pada balita melalui pencarian internet. Metode pengkajian yang digunakan dalam mengali data-data yang terkait dengan diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok ini adalah winsheld survey, literatur review, interview, dan survey. Sumber data yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam praktik ini adalah: Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung di lapangan dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
89
pengkaji. Data dikumpulkan secara langsung dari berbagai pihak yang terkait dengan diare pada balita. Data sekunder merupakan data yang didapatkan secara tidak langsung melalui Dinas Kesehatan yang terkait dengan diare pada balita. Pengumpulan data dalam pengkajian komunitas dan keluarga ini adalah menggunakan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini berisikan sejumlah item pertanyaan untuk mengukur variabel dalam inti komunitas dan 8 sub sistem dari model community as partner pada populasi balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 4.3.2. Analisis Situasi Berdasarkan hasil angket dengan jumlah responden 97 orang kantong masalah balita terbanyak tersebar di RW 1 sebanyak 29%, RW 3 sebanyak 26% danRW 5 sebanyak 27%. Balita terbanyak terkena diare pada umur 1-5 tahun sebanyak 79 %. Status imunisasi balita lengkap sebanyak 68 %. Pekerjaan Ibu sebagian besar tidak bekerja sebanyak 96 %. Pendapatan keluarga sebagian besar rendah sebanyak 51 %. Perilaku ibu dalam pencegahan diare balita terdiri dari 3 domain yaitu pengetahuan kurang 36.1 %, ketrampilan kurang 43 % dan sikap kurang 49 %. Hasil FGD yang dilakukan pada ibu balita yang datang ke Posyandu RW 3 didapatkan hasil : sebagian besar balita pernah mengalami diare, ibu tidak pernah memberikan oralit saat anak diare, kebiasaan mencuci tangan jarang dilakukan. Ibu tidak pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang balita diare. Ibu balita tidak tahu cara pencegahan balita diare. Pengkajian yang dilakukan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita meliputi karakteristik keluarga dan perilaku ibu dalam pengasuhan anak balita. Karakteristik keluarga terdiri dari umur dan pendidikan ibu serta pendapatan keluarga. Perilaku ibu dalam pengasuhan balita yang berisiko terkena diare yaitu pemberian ASI, penggunaan air bersih, mencuci tangan dan penggunaan jamban (Nuraeni, 2012). Faktor lingkungan juga mempunyai peranan besar dalam kejadian diare pada balita. Lingkungan yang
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
90
tidak sehat dan tidak diperhatikan mempunyai hubungan yang signifikan terahadap kejadian diare pada balita (Yulia, 2010). Hasil wawancara dengan kader posyandu di RW 1 dan RW 3 di dapatkan data banyak balita yang sekarang ini karena perubahan musim terkena diare akan tetapi belum ada kegiatan untuk cara mengatasi masalah kesehatan balita diare. RW 1 dan RW 3 belum ada kegiatan khusus untuk tatalaksana diare balita. Kegiatan balita lebih banyak untuk kegiatan penimbangan, imunisasi dan pelayanan gizi. Pendidikan kesehatan untuk balita tidak pernah dilakukan di kegiatan Posyandu, TK ataupun PAUD. Keadaan lingkungan RW 01 dan RW 03 banyak sekali ditemukan tempat pembuangan sampah dan limbah dalam keadaan terbuka. Balita sering bermain di lapangan yang terbuka dan banyak lalat disekitarnya. Perumahan penduduk yang banyak ditemukan kandang tempat menyimpan hewan ternak seperti ayam dan burung yang jarang dibersihkan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat melakukan apa yang diharapkan oleh seseorang. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Kemiskinan dan keterbatasan dukungan sosial yang membahayakan merupakan contoh dari sumber fisik dan sumber lingkungan. Perubahan status kesehatan yang normal merupakan predisposisi terjadinya penyakit (Stanhope dan Lancaster, 2004).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
91
Risiko pemeliharaan kesehatan tidak efektif: pencegahan diare balita di Kelurahan Cisalak Pasar
Kurang optimal pemanfaatan Posyandu untuk kegiatan pencegahan diare balita
Kurang sistem pendukung dalam pencegahan diare balita yang ada di masyarakat
Pemahaman Kurang Tentang Penanganan Balita Diare
Perilaku Ibu Balita Dalam Penanganan Balita Diare Tidak Optimal
Penyebaran Diare Pada Balita di Masyarakat Meningkat
Sistem Dukungan Masyarakat Kurang
Peningkatan Kejadian Diare Pada Balita
Tumbuh Kembang Balita Terganggu
WEB OF CAUTION ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA BALITA DENGAN DIARE Skema 4.3 4.3.3. Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas Permasalahan diare pada balita sebagai masalah atau diagnosis komunitas pada agregat balita di Kelurahan Cisalak Pasar
dapat diatasi melalui pendekatan
asuhan keperawatan komunitas. Penyusunan diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas kegiatan yang akan dilakukan dapat dilihat dibawah ini (1) Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. (2) Resiko pemeliharaan kesehatan balita diare tidak efektif di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Penapisan masalah terlampir lampiran 2.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
92
4.3.4. Penyelesaian Masalah Pengelolaan Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah I Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan diharapkan tidak terjadi peningkatan insiden diare pada balita di kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tujuan Khusus Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 bulan diharapkan: 1. Terjadi peningkatan pengetahuan pengetahuan kelompok ibu balita tentang penerapan SAKA diare sebesar 2 SD, nilai SD 8.12 (rerata pretest 64.38 sampai 80.67). 2. Terjadi peningkatan ketrampilan kelompok ibu balita dalam penerapan SAKA diare sebesar 2 SD, nilai SD 7.14 (dari 64.09 sampai 78.90). 3. Terjadi peningkatan sikap kelompok ibu balita dalam penerapan SAKA diare sebesar 2 SD, nilai SD 11.61 ( dari 50.75 menjadi minimal 73.97). 4. Terjadi penurunan insiden diare pada balita sebesar 10%. Rencana Tindakan (1) Menyiapkan materi dan media pendidikan kesehatan tentang diare balita (penyebab, tanda dan gejala,akibat, pencegahan diare balita). (2) Menyiapkan materi tentang penerapan SAKA diare sebagai salah satu upaya untuk pencegahan balita diare. (3) Koordinasi tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan di Posyandu dan TK Arrafah. (3) Demontrasikan cara penerapan SAKA diare di kegiatan Gerakan Ibu Sayang Anak Diare (GEISAD). (4) Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare dikomunitas.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
93
Pembenaran Pendidikan Kesehatan merupakan salah satu kegiatan dalam rangka tindakan promotif dan preventif melalui penyebaran informasi untuk meningkatkan motivasi masyarakat agar dapat berperilaku sehat (Stanhope dan Lancaster, 2004). Tindakan promosi kesehatan untuk balita diare di masyarakat diperlukan untuk mencegah akibat lanjut dari diare yaitu dehidrasi. Kejadian dehidrasi pada balita yang sangat cepat menyebabkan kematian balita karena diare harus segera ditangai secara dini. Pendidikan kesehatan yang dilakukan sebagai salah satu upaya untuk melakukan deteksi secara dini balita yang terkena diare agar tidak terjadi dehidrasi. Pelaksanaan 1. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu balita tentang balita diare di kegiatan Posyandu setiap bulan di RW 01 setiap tanggal 24 dan RW 03 setiap tanggal 7. Pelaksanaan sebelum kegiatan Posyandu selama 1 jam materi tentang pencegahan balita dengan penerapan SAKA diare di keluarga. 2. Melakukan demonstrasi penerapan SAKA diare pada kegiatan Gerakan Ibu Sayang Anak Diare (GEISAD) yang diikuti oleh ibu balita di RW 03 pada hari Kamis 13 Desember 2012 dengan waktu 2 jam materi yang diberikan cara perawatan balita diare dengan melakukan senam balita dan terapi gurita. 3. Melakukan demonstrasi penerapan SAKA diare pada kegiatan Gerakan Ibu Sayang Anak Diare (GEISAD) yang diikuti oleh ibu balita di RW 03 pada hari Selasa 19 Maret 2013 dengan waktu 2 jam materi yang diberikan pemenuhan nutrisi balita diare dengan membuat bubur tempe. 4. Melakukan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh ibu balita dengan peran serta KPS. Pemantauan penerapan SAKA dipantau melalui stiker yang dipasang didepan rumah untuk melihat perkembangan yang dilakukan pembinaan selama 13 minggu. 5. Membuat media dan sarana untuk kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare serta kegiatan pendidikan kesehatan dengan kerjasama dengan Puskesmas.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
94
6. Menyebarkan media pendidikan kesehatan melalui kegiatan Posyandu serta pertemuan arisan RT dan RW yang berisi poster dan leaflet tentang penerapan SAKA diare. Evaluasi 1. Terjadi peningkatan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22% (dari rata-rata nilai 64.43 menjadi 83.85). Pengetahuan tersebut meliputi ratarata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan penerapan SAKA diare keluarga. 2. Terjadi peningkatan ketrampilan ibu balita dalam melakukan penerapan SAKA diare balita sebesar 23.23%. Ketrampilan ibu balita yang sebelum dilakukan pemantauan penerapan SAKA diare dengan rata-rata nilai 64.09 menjadi 80.96 setelah pemantauan. 3. Terjadi peningkatan sikap ibu balita untuk melakukan penerapan SAKA diare keluarga sebesar 23.22%. Kemampuan 120 ibu balita sebelum dilakukan penerapan SAKA diare 50.75 dan setelah dilakukan menjadi 74.54. Pada uji statistik dengan uji wilxocon test didapatkan nilai p value 0.000 maka dapat disimpulkan adanya perbedaan signifikan sikap keluarga dalam melakukan penerapan SAKA diare sebelum dan sesudah dilakukan pemantauan penerapan SAKA diare selama 13 minggu. 4. Terjadi penurunan kejadian diare pada balita sebesar 43,3% dari kejadian 1 bulan pertama 23% menjadi 13% pada 3 bulan terakhir. Rencana Tindak lanjut 1. Pengelolaan berkelanjutan kegiatan komunitas untuk penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh KPS dengan kontinu mendampingi pelaksanaan kegiatan penerapan SAKA diare di RW 01 dan RW 03. 2. Pengelolaan berkelanjutan kegiatan kelompok dilakukan dengan cara terintegrasi dengan kegiatan Posyandu.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
95
3. Penyegaran secara kontinu tentang pencegahan dan penanggulangan diare pada balita dengan penerapan SAKA diare. Masalah II Resiko pemeliharaan kesehatan balita diare tidak efektif di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tujuan Umum Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 8 bulan, pemeliharaan kesehatan balita diare di Kelurahan Cisalak Pasar menjadi efektif. Tujuan Khusus Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan diharapkan : 1. Tersedianya pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di Posyandu. 2. Tersedianya kelompok pendukung dalam pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita. 3. Terlaksananya pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita. Rencana Tindakan 1. Lakukan intervensi pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare pada kegiatan KPS dengan memberikan materi penerapan SAKA diare. 2. Fasilitasi ibu balita membuat jadwal kegiatan pemantauan SAKA diare secara rutin dirumah seminggu sekali selama 2 minggu. 3. Fasilitasi pelaksanaan pemantauan SAKA diare ibu balita pada kegiatan KPS. 4. Fasilitasi pendampingan kegiatan penerapan SAKA diare ibu balita oleh kader Posyandu.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
96
Pembenaran Keberadaan kelompok pendukung dimasyarakat dapat dimanfaatkan oleh petugas kesehatan untuk terus memantau kegiatan penerapan SAKA diare dalam upaya pencegahan dan penanggulangan diare pada balita. Kader Posyandu yang berperan aktif dalam kegiatan kelompok pendukung dapat menurunkan insiden diare pada balita. Pelaksanaan 1. Jadwal kegiatan pendidikan kesehatan tentang penerapan SAKA diare yang dilakukan di Posyandu dilakukan setiap tanggal 7 untuk RW 03 dan tanggal 24 untuk RW 01 dengan penanggungjawab ketua Posyandu. 2. Memonitor kemampuan ibu balita dalam penerapan SAKA diare secara rutin setiap seminggu sekali. 3. Tersedianya leaflet dan poster serta media untuk kader melakukan pendidikan kesehatan tentang penerapan SAKA diare di Posyandu. 4. Menyebarluaskan media pendidikan kesehatan dan melakukan penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang penerapan SAKA diare. 5. Koordinasi dengan Puskesmas untuk penyediaan oralit di Posyandu. Evaluasi 1. Pelaksanaan pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di Posyandu terlaksana di RW 01 dan RW 03. 2. Kelompok pendukung dalam pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita terjadwal seminggu sekali. 3. Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita efektif dilakukan setiap minggu selama 13 minggu. Rencana Tindak Lanjut 1. Lakukan penyuluhan tentang pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare pada kegiatan Posyandu, arisan RT dan RW dengan metode dan cara yang lebih menarik.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
97
2. Lakukan penyegaran dan kegiatan secara berkala tentang penerapan SAKA diare. 3. Kader atau anggota KPS yang sudah melakukan kegiatan penerapan SAKA secara aktif dapat membagikan ilmu dan ketrampilan kepada kader di wilayah lain. 4. Puskesmas dapat melakukan supervisi secara berkala terhadap upaya berbasis masyarakat seperti kelompok pendukung dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit diare balita.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
98
BAB 5 PEMBAHASAN Bab 5 akan menguraikan hasil pengelolaan pelayanan manajemen keperawatan, asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas serta kesenjangan data yang ditemukan selama melakukan praktik keperawatan komunitas. 5.1 Analisis Pencapaian dan Kesenjangan 5.1.1 Pelayanan keperawatan komunitas pada aggregate balita diare 5.1.1.1 Masalah Manajemen 1 Kelompok Pendukung SAKA sebagai salah satu bentuk strategi intervensi keperawatan yang digunakan dalam melakukan penerapan SAKA diare keluarga. Inovasi ini digunakan untuk mengembangkan program P2D untuk kegiatan pencegahan diare pada balita. Hasil evaluasi kegiatan KPS pengetahuan anggota KPS sebelum dan sesudah kegiatan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 28.09%. Peningkatan ketrampilan penerapan SAKA diare balita sebesar 16.22%. Peningkatan sikap anggota KPS untuk pemantauan penerapan SAKA diare keluarga sebesar 10.83%. KPS melakukan kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh keluarga sebagai salah satu upaya untuk deteksi secara dini diare pada balita dan pencegahan diare pada balita. Program kebijakan pemerintah dalam pengendalian penyakit diare di Indonesia bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian karena diare bersama lintas program dan lintas sektor terkait. Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare adalah melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar, baik di sarana kesehatan maupun di rumah tangga, melaksanakan surveilans epidemiologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), mengembangkan pedoman Pengendalian Penyakit Diare, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam pengelolaan program yang meliputi aspek manajerial dan teknis
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
99
medis, mengembangkan jejaring lintas sektor dan lintas program, pembinaan teknis
dan
monitoring
pelaksanaan
pengendalian
penyakit
diare
serta
melaksanakan evaluasi sabagai dasar perencanaan selanjutnya (Buletin Diare, 2011). Kelompok pendukung merupakan karakteristik intervensi dan implementasi dalam keperawatan komunitas yang berfokus pada pengembangan suatu kreativitas dan visi melalui suatu pendekatan yang baru (Ervin, 2002). Kelompok pendukung sebagai bentuk intervensi pengendalian TB berbasis pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat dapat mengatasi masalah TB. Kelompok pendukung terbukti efektif untuk memantau dan membantu klien TB diklinik (Felton, 1999). Pembentukan kelompok merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang melibatkan masyarakat, keluarga dan kelompok berisiko tinggi atau bekerja sama dengan kelompok yang telah ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope dan Lancaster, 2004). Kelompok peduli merupakan adaptasi istilah kelompok pendukung yang disesuaikan dengan kondisi lokal dari sekelompok orang yang menggunakan istilah tersebut supaya lebih familier (Suhadi, 2012). Menurut Snyder dan Lindquist (2002) intervensi dalam bentuk kelompok biaya perawatan bisa menjadi lebih efektif dengan hasil terapeutik yang positif. Kelompok pendukung efektif terutama dalam kunjungan rumah untuk deteksi kasus secara dini, pendidikan kesehatan dan rujukan ke pelayanan kesehatan (Rejeki, 2012). Berdasarkan hasil beberapa studi tersebut KPS merupakan program pencegahan dan deteksi dini diare pada balita sebagai salah satu bentuk strategi intervensi keperawatan komunitas yang efektif. Hasil analisis penulis pengetahuan, ketrampilan dan sikap KPS dalam melakukan penerapan SAKA diare menunjukkan hasil yang bermakna dari tujuan khusus yang diharapkan. Hasil dari domain pengetahuan yang hasilnya tinggi dibandingkan domain ketrampilan dan sikap. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmojo, 2010). Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur dengan menggunakan tehnik
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
100
wawancara atau angket. Indikator menilai pengetahuan seseorang adalah baik dan kurangnya pengetahuan responden tentang kesehatan (Dewi, 2012). Sikap secara sederhana didefinisikan sebagai ekspresi sederhana terkait suka atau tidak suka terhadap
beberapa
hal
(Rahayuningsih,
2008).
Ketrampilan
merupakan
kemampuan menggunakan koordinasi otak dan otot serta mengutamakan ketrampilan motorik (Notoatmojo, 2010). Hasil dari ketiga domain akan menunjukkan bahwa pengetahuan akan lebih tinggi nilainya dibandingkan sikap dan ketrampilan karena sikap dan ketrampilan butuh waktu dan proses yang lebih lama dalam pencapaiannya. Hal ini sejalan dengan hasil dari kegiatan KPS yang menunjukkan bahwa pengetahuan nilainya lebih tinggi dibandingkan ketrampilan dan sikap. KPS mempunyai struktur organisasi dan pembagian tugas untuk masing-masing pengurus dalam melakukan pemantauan penerapan SAKA diare. Fungsi pengorganisasian suatu program berupa pembentukan struktur organisasi sebagai pelaksana rencana program, menentukan program pelayanan yang sesuai, pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan masing-masing unit, bekerja dalam suatu struktur organisasi, serta memahami, menggunakan kekuatan dan kekuasaan dengan tepat (Marquis & Huston, 2006). Keterlibatan kader melalui KPS dapat secara struktural masuk dalam kegiatan pokok Posyandu. Pengorganisasian dalam program Posyandu sangat penting dalam upaya melakukan kegiatan KPS secara optimal. 5.1.1.2 Masalah Manajemen 2 Pengarahan dan supervisi yang dilakukan kader terhadap penerapan SAKA diare efektif
dilakukan
dengan
menggunakan
strategi
intervensi
keperawatan
pemberdayaan keluarga. Pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22%. Peningkatan sikap untuk melakukan penerapan SAKA diare balita sebesar 23.23%. Peningkatan sikap keluarga untuk melakukan penerapan SAKA diare keluarga sebesar 23.22%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari ketiga domain
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
101
mengalami peningkatan yang sama. Pemberdayaan kader secara tidak langsung telah membentuk hubungan antara struktur yang dibangun dengan lingkungan di sekitar struktur karena kader merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri (Huber 2006). Kelompok pendukung sebagai bentuk intervensi pengendalian TB berbasis pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat dapat mengatasi masalah TB (Rejeki, 2012). Kelompok pendukung terbukti efektif untuk memantau dan membantu klien TB diklinik (Felton, 1999). Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen yang meliputi proses pendelegasian, koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan (Swanburg, 2000). Fungsi pengarahan lebih menekankan pada kemampuan manajer dalam mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati termasuk di dalamnya memotivasi bawahan supaya bekerja dengan maksimal (Gillies, 2000).
Adanya kegiatan
pengawasan dalam manajemen keperawatan akan membantu teridentifikasi efisiensi kegiatan program, adanya penyimpangan-penyimpangan selama proses kegiatan dan penyebabnya sehingga dapat disusun rencana tindak lanjut untuk memperbaiki dan keberlanjutan program (Swansburg, 1999). Belum terlaksana secara optimal kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare balita sebagai dampak terbatasnya sumber daya (tenaga dan dana) yang dimiliki oleh Dinkes dan Puskesmas Kelurahan Cisalak Pasar. Kegiatan supervisi yang dapat dilaksanakan oleh pihak Dinkes dan Puskesmas hanya kegiatan Posyandu. Monitor dan evaluasi dari puskesmas terhadap kinerja kader serta laporan kegiatan Posyandu yang dilakukan sebulan sekali di Kelurahan Cisalak Pasar. Fungsi pengarahan dilakukan dengan meningkatkan motivasi kerja, komunikasi interpersonal, pendelegasian, manajemen konflik, dan aturan kerja (Marquis dan Huston, 2006).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
102
5.1.2 Asuhan Keperawatan Keluarga 5.1.2.1 Diagnosis Keperawatan Keluarga I Asuhan keperawatan pada keluarga Tn.E khususnya An.K membutuhkan intervensi keperawatan secara langsung karena masalah yang ada di keluarga membutuhkan perhatian yang khusus. An.K hampir setiap bulan terkena diare faktor resiko terbesar ada pada Ibu sebagai pengasuh utama yang kurang memperhatikan masalah kesehatan balita. Keluarga tidak mampu memenuhi tugas perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah adalah keluarga mampu memberikan rumah untuk memberikan perlindungan dari bahaya luar, keluarga mampu memberikan kebutuhan untuk anaknya yang masih balita dengan memberikan mereka mainan sesuai usianya. Keluarga ini sudah mampu mensosialisasikan anak dalam masyarakat. Fokus keluarga hanya memenuhi kebutahan untuk An.K karena baru mempunyai 1 anak. Masalah kesehatan yang harus diperhatikan adalah pencegahan diare karena hampir tiap bulan An.K terkena diare. Tugas perkembangan keluarga pada keluarga Bpk. E yang belum terpenuhi adalah keluarga Bpk.E belum bisa mempunyai rumah sendiri karena status rumah saat ini terlalu sempit dan masih kontrak. Pembagian peran yang belum optimal dilakukan dalam keluarga ini. Peran Bpk.E sebagai KK yang harus mencari nafkah terkadang saat tidak ada pekerjaan harusnya membantu menjaga An.K memilih merawat bintang peliharaannya dirumah. Hal ini juga terjadi pada Ibu.M yang peran utamanya harus merawat An.K saat ada panggilan pekerjaan harus menitipkan anaknya di rumah mertua. Hal ini membuat keluarga ini kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan An.K khususnya memperhatikan masalah kesehatan. Orang tua sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap kesehatan anak berupaya untuk memberikan pengaruh postif dengan tujuan agar anak berperilaku sehat (Nurrahima, 2012).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
103
Karakteristik pendidikan ibu yang rendah juga mempengaruhi dalam melakukan pengasuhan dan perawatan balita. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat melakukan apa yang diharapkan oleh seseorang. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Pengalaman sehari-hari sering didapati bahwa pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kesejateraan seseorang. Pendidikan yang lebih baik dibandingkan mereka yang berpendidikan kurang (Gatti, 1999). Pendidikan ibu yang baik mampu memberikan perawatan balita yang terkena diare dengan baik karena kemampuan ibu balita yang berpendidikan menengah secara optimal dapat menerima informasi kesehatan terkait diare dengan baik. Kejadian diare pada balita dapat menurun dengan pendidikan ibu yang relative berpendidikan menengah. Intervensi yang diberikan adalah pendidikan kesehatan tentang deteksi dini balita diare dan pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare. Hasil intervensi yang diberikan efektif terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu dalam penerapan SAKA diare serta kemandirian keluarga tahap mandiri IV. Pendidikan kesehatan adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dapat dilihat melalui perilaku dengan melalui penyebaran leaflet dan booklet serta media masssa, melakukan guidance, coaching, maupun konseling (Ervin, 2002). Kemandirian keluarga diukur melalui 7 aspek dalam pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga, yaitu (1) penerimaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan pengetahuan keluarga tentang balita diare. (2) penerimaan keluarga untuk memutuskan tindakan keperawatan pada balita diare. (3) mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapi keluarga tentang penerapan SAKA diare balita. (4) keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan seperti Posyandu atau Puskesmas. (5) Keluarga melakukan tindakan keperawatan sesuai anjuran perawat termasuk terapi modalitas. (6)
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
104
Keluarga mampu mengambil keputusan yang tetap untuk mengatasi balita diare. (7) Keluarga mampu meningkatkan status kesehatannya melalui tindakan promotif (Departemen Kesehatan, 2006). 5.1.2.2 Diagnosis Keperawatan Keluarga 2 Pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang dialami An.K karena kebiasaan jajan makanan yang tidak ada nilai gizi dan susah makan sayur serta buah-buahan. Kebiasaan keluarga menuruti kemauan anak makan makanan sesuai yang diminta anak tanpa melihat nilai gizi dari makanan tersebut. Orang tua merupakan pihak yang berperan penting dalam penyediaan makanan dilingkungan rumah (Widita, 2012). Anak akan semakin sulit untuk menerima suatu makanan bila orang tua tidak pernah menyediakan dan memberikan makanan tersebut (Campbell dan Crawford, 2001). Peran keluarga sebagai orang terdekat anak sangat diperlukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Pemenuhan nutrisi pada balita merupakan tanggungjawab keluarga (Freidman, 2003). Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki keluarga. Pendapatan keluarga mempengaruhi kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anggota keluarganya. Keluarga yang memiliki tingkat pendapatan kurang menunjukkan bahwa keluarga tersebut tidak mampu menyediakan makanan yang mengandung gizi yang baik untuk tubuh (Soetardjo dan Soekatri, 2011). Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada balita dilakukan edukasi tentang pemenuhan gizi seimbang balita. Hasil intervensi yang diberikan efektif terjadi peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu dalam pemenuhan nutrisi balita serta kemandirian keluarga tahap mandiri IV. Pendidikan kesehatan diberikan pada ibu balita sebagai pengasuh utama balita. Pengajaran tentang zat gizi dan makanan sehat pada anak lebih baik diberikan oleh ibu karena pengetahuan ibu lebih baik terkait kandungan gizi dalam makanan dibandingkan ayah (Widita, 2012).
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
105
Coaching terhadap ibu balita cara membuat variasi makanan dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga. Coaching
atau
bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik segera (Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga berupa pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan praktek langsung tentang cara memodifikasi menu gizi seimbang balita. Penyediaan makanan sehat bagi anak akan membentuk kebiasaan perilaku makan yang sehat pada anak. Ketersediaan makanan sehat di rumah antara lain dengan buah dan sayuran berhubungan dengan peningkatan jumlah konsumsi makanan tersebut (Widita, 2012). Usia balita merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan balita. Gangguan saat pertumbuhan karena proses pemenuhan gizi sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental akan langsung berpengaruh. Gangguan pemenuhan gizi karena kekurangan kalori protein, dapat dicegah sedini mungkin dengan pemberian MODISCO (makanan atau minuman bergizi tinggi). Modisco adalah makanan penggemuk bagi anak. Modisco singkatan dari Modified Disco yaitu suatu makanan atau minuman bergizi tinggi untuk memenuhi balita yang terjadi gangguan pemenuhan nutrisi. Kemandirian keluarga yang dinilai berdasarkan dilaksanakan kelima tugas kesehatan keluarga (Depkes RI, 2006). Pendidikan kesehatan yang dilakukan di keluarga sebagain besar diikuti oleh ibu balita dan hanya dua keluarga yang diikuti kepala keluarga karena rata-rata kepala keluarga bekerja. Intervensi keperawatan yang diberikan keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga harus secara menyeluruh beserta anggota keluarga lainnya (Freidman, 1998). Hasil kemandirian keluarga dari 10 keluarga hanya 2 keluarga yang masih 2 keluarga tingkat kemandirian III hal ini disebabkan karena sistem dukungan dalam keluarga tidak diberikan secara optimal. Dukungan keluarga tidak optimal karena ibu harus bekerja dan balita dititipkan saudara untuk mengasuh dan
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
106
merawat serta untuk kegiatan kelompok pendukung SAKA keluarga tidak efektif melakukan secara mandiri di rumah dalam penilaian masih banyak bimbingan dan arahan. Keluarga dalam memberikan intervensi harus melalui pemberdayaan sumber-sumber dan potensi yang ada termasuk sumber perawatan diri, sistem dukungan dalam keluarga, sumber bantuan fisik serta sumber-sumber yang ada di komunitas (Friedman, 2003). Keluarga sebagai sistem pendukung perawatan balita diharapkan mamapu memberikan dukungan dan memiliki jaringan sosial dalam komunitas untuk menjalankan fungsi keluarga yang efektif (Suhadi, 2012). 5.1.3 Asuhan Keperawatan Komunitas 5.1.3.1 Diagnosis Keperawatan Komunitas 1 Peningkatan pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare rata-rata mengalami peningkatan 23.22%. Peningkatan ketrampilan ibu balita dalam melakukan penerapan SAKA diare balita sebesar 23.23%. Peningkatan sikap ibu balita untuk melakukan penerapan SAKA diare keluarga sebesar 23.22%. Penurunan kejadian diare pada balita sebesar 43,3% dari kejadian 1 bulan pertama 23% menjadi 13% pada 3 bulan terakhir. Peningkatan pengetahuan yang signifikan berdampak pada penurunan insiden kejadian diare pada balita. Masyarakat berperan serta dalam pencapaian keberhasilan pembengunan kesehatan bukan hanya sebagai objek tetapi sebagai subjek pembengunan kesehatan (Departemen Kesehatan, 2005). Peran serta masyarakat berkontribusi langsung terhadap perumusan atau proses musyawarah untuk mencapai mufakat bersama terkait upaya pencegahan penularan penyakit (Suratini, 2012). Individu mempunyai kekuatan dan kemampuan untuk mengubah perilaku sehat atau melakukan modifikasi gaya hidup sehat dengan adanya peningkatan pengetahuan melalui pendidikan kesehatan (Pender, Murdaugh & Parson, 2006). Pendidikan kesehatan dalam bentuk pelatihan merupakan suatu kegiatan memberikan pengetahuan dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan mencakup berbagai upaya baik itu dalam bentuk mencegah terjadinya penyakit Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
107
(health prevention) maupun melindungi diri dari berbagai masalah kesehatan (health protection) dengan cara melakukan penyebaran informasi dan peningkatan motivasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat (Pender, Murdaugh, & Parson, 2006). Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Swanson dan Nies, 2011). Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok amaupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Departemen Kesehatan, 2002). Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendi, 2003). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmojo, 2010). Penelitian tenteng praktik pemberian makan yang dilakukan dalam keluarga jika tidak didasari pengetahuan yang baik maka akan menghasilkan praktik yang kurang tepat (Widita, 2012). Program pemerintah yang hanya berfokus untuk pengobatan pada balita diare tidak dibarengi dengan perhatian terhadap pentingnya melakukan oraktik pencegahan diare pada balita. Dampak kader Posyandu, keluarga serta masyarakat pada umumnya tidak memiliki pengetahuan yang baik yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam melakukan praktik pencegahan diare pada balita sedini mungkin. Pendidikan kesehatan termasuk pelatihan merupakan upaya program yang multidimensial dalam upaya untuk pemeliharaan dan peningkatan pengetahuan kesehatan (Pender, 2006). Perilaku baru terjadi jika diawali dengan pengalaman-
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
108
pengalaman dan faktor dari luar (lingkungan) yang diketahui, dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak (Notoatmodjo,2005). Dukungan lingkungan termasuk dukungan yang diberikan oleh petugas kesehatan Puskesmas dan dokter puskesmas atau kelompok peduli di masyarakat dalam memberikan motivasi bagi penderita hipertensi dan keluarganya agar mau dan mampu berperan serta secara aktif sebagai motivator diri sendiri dan keluarganya yang menderita hipertensi. Upaya ini bermakna untuk penyakit kronis seperti hipertensi yang memerlukan pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidupnya (Pujiyanto, 2008). Kegiatan penyuluhan yang dilakukan lebih mengoptimalkan peran dan fungsi kader dalam melakukan penyuluhan kesehatan yang tujuannya adalah untuk pemberdayaan kader dalam menyelesaikan masalah kesehatan (Suratini, 2012). Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan dalam rangka
promosi
kesehatan.
Pendidikan
kesehatan
merupakan
kegiatan
penyampaian pesan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat agar mereka memperoleh pengetahuan kesehatan yang nantinya berpengaruh pada sikap, perilaku sehat (Rejeki, 2012). Perubahan yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh perawat komunitas dalam menyampaikan pesan kesehatan (Suhadi, 2012). Pendidikan kesehatan yang secara rutin dilakukan oleh KPS dalam kegiatan Posyandu setiap bulan memberikan dampak yang positif terhadap penurunan kejadian diare pada balita yaitu 43.3%. Penurunan insiden diare pada balita masih tinggi dibandingkan insiden nasional yaitu 10.2%. Analisis penulis hal ini disebabkan fokus intervensi keperawatan yang diberikan hanya 2 RW sedangkan cakupan wilayah Kelurahan Cisalak Pasar luas. Pendidikan kesehatan yang diberikan di RW lain sebatas kampanye dan penyebarluasaan informasi tentang penerapan SAKA diare. Analisis lain adalah waktu singkat untuk mengubah perilaku yang menetap.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
109
5.1.3.1 Diagnosis Keperawatan Komunitas 2 Pelaksanaan pelayanan pencegahan dan penanggulangan balita diare di Posyandu terlaksana di RW 01 dan RW 03. Kelompok pendukung dalam pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita terjadwal seminggu sekali. Kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare yang dilakukan ibu balita efektif dilakukan setiap minggu selama 13 minggu. Asuhan keperawatan komunitas pada balita perlu lebih ditingkatkan dan ditindaklanjuti dengan penguatan pada kunjungan rumah sehingg lebih optimal. Peran penting kader dalam kunjungan tindak lanjut adalah untuk memastikan perilaku yang diterapkan oleh keluarga adalah perilaku positif. Teori perubahan perilaku menyatakan bahwa untuk membentuk sebuah kebiasaan diperlukan paling sedikit 6 bulan untuk mempraktikkan perilaku baru. Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui sebuah kelompok (Suratini, 2012). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas bekerjasama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat setempat. Kegiatan kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai (Depkes, 1992). Dukungan yang diterima lansia dapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu terhadap pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang diberikan, ikut serta dalam kelompok dan meningktakan perilaku mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1998). Proses kelompok dalm kegiatannya dilaksanakan pendidikan secara kontinu untuk membantu individu, kelompok dalam mengatsi masalah kesehatan. Pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan pada anggota kelompok peduli lansia hipertensi berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan ketrampilan lansia hipertensi dan keluaraganya (Suhadi, 2010). Dampak lansgung keterlibatannya dalam pengendalian faktor risiko hipertensi bagi lansia yaitu
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
110
terbukti hasilnya dapat menurunkan tingkat keluhan lansia akibat tekanan darahnya
meningkat,
menurunnya
derajat
hipertensi
dan
meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku lansia hipertensi terhadap kemampuan melakukan penatalaksanaan hipertensi di rumah. Hal ini juga sejalan dengan hasil pelaksanaan pendidikan kesehatan yang dilakukan KPS diare berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap ibu balita dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan diare pada balita dengan penerapan SAKA diare. Dampak langsung keterlibatannya dalam deteksi ini diare pada balita dengan melihat faktor risiko terbukti hasilnya dapat menurunkan angka kejadian diare balita dan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam melakukan penerapan SAKA diare di rumah. Dampak pendidikan kesehatan, kunjungan rumah dan pendidikan kesehatan bagi kelompok balita berisiko terkena diare di keluarga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan keluarga, yang dapat meningkatkan status kemandiriannya dalam tugas perawatan kesehatan keluarga. Keberhasilan tersebut secara umum dapat mendeteksi secara dini balita diare sehingga tidak terjadi dehidrasi yang akan berakibat fatal pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan balita bahkan menyebabkan kematian. 5.1.4 Keterbatasan dalam Intervensi Keperawatan Sosialisasi terkait pencegahan diare tidak dilakukan pembinaan secara kontinu dilakukan di Posyandu. Kader yang harusnya melaksanakan fungsi pencegahan diare pada balita dalam kegiatan Posyandu tidak pernah mengikuti pelatihan tentang pencegahan diare pada balita. Keterbatasan media informasi yang tersedia untuk melakukan kegiatan pencegahan diare balita di Posyandu. Kelompok Pendukung SAKA diare berkontribusi dalam menurunkan angka kejadian diare pada balita, program inovasi KPS belum dikenal masyarakat, pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Sosialisasi saat kegiatan Lokarya Mini Kesehatan yang dihadiri pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan tidak semua menyebarkan informasi tentang KPS kepada yang lain.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
111
Kader kesehatan yang ada di masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi untuk berperan aktif dalam kegiatan KPS. Dukungan pihak Kelurahan dalam pemberian penghargaan terhadap kegiatan yang sudah dilakukan kader tidak ada. Hal ini membuat kader tidak optimal dalam melakukan penerapan SAKA diare karena kurangnya motivasi dan pembinaan terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. Kerjasama kegiatan KPS untuk koordinasi dengan pihak Puskesmas belum berjalan secara optimal. Tenaga kesehatan yang ditunjuk sebagai pembina wilayah Cisalak Pasar hanya fokus pada kegiatan KIA serta latar belakang pendidikan bidan desa. Kerjasama yang berjalan hanya komunikasi mengenai KPS yang terlaksana pada saat kegiatan Lokakarya Mini Kesehatan dan tidak ada umpan balik terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. Kelompok Pendukung SAKA dalam melakukan pembinaan terhadap keluarga mempunyai hambatan masalah waktu yang harus dibagi untuk kegiatan yang lain seperti arisan dan pengajian. Hambatan yang lain adalah anggaran untuk menunjang kegiatan pemantauan SAKA seperti stiker dan format pencatatan dan pelaporan. Keluarga yang dilakukan pembinaan tidak semua menerima dengan baik masih banyak keluarga menolak untuk dibina dengan alasan kesibukan bekerja dan merasa keluarga tidak ada yang terkena diare. Pihak Puskesmas dalam melakukan pengarahan dan supervisi kegiatan KPS tidak optimal. Tenaga kesehatan yang ada adalah Bidan desa yang latar belakang ilmu keperawatannya tidak ada sehingga kesulitan untuk melakukan kegiatan pengarahan dan supervisi secara kontinu. Kegiatan KPS hanya dilakukan pengarahan dan supervisi saat kegiatan Posyandu.
5.1.4 Implikasi Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan Diare pada balita dapat menimbulkan dampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan anak pada tahap kehidupan berikutnya. Kejadian diare pada balita merupakan suatu fenomena yang sudah dianggap biasa terjadi di masyarakat.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
112
Kematian diare pada balita yang terjadi karena tidak dilakukan deteksi dan pencegahan diare secara dini sehingga terjadi dehidrasi. Keadaan yang seperti ini jika tidak segera mendapat perhatian khusus dari tenaga kesehatan khususnya perawat maupun masyarakat luas maka akan menimbulkan risiko peningkatan masalah diare pada balita dan berakibat fatal menimbulkan kecatatan dan kematian. Dampak hasil intervensi keperawatan yang secara rinci dibahas mulai pengelolaan manajemen keperawatan komunitas, asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas menunjukkan penurunan kejadian diare pada balita. Deteksi dini dan pencegahan diare balita yang dilakukan berdampak pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan balita secara optimal sehingga angka kematian dan insiden kejadian diare menurun. Kelompok Pendukung SAKA dapat berkontribusi secara aktif terhadap target pelayanan kesehatan khususnya promosi kesehatan di masyarakat, penemuan kasus baru, deteksi dan pencegahan secara dini serta pencatatan dan pelaporan. Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kader terhadap penerapan SAKA diare melalui kegiatan Kelompok Pendukung SAKA. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA berupa pemberian pendidikan kesehatan, kunjungan rumah untuk melakukan pembinaan pada keluarga secara langsung keluarga yang yang terkena diare. Hasil Kelompok Pendukung SAKA efektif menurunkan angka kejadian diare pada balita. Kelompok Pendukung SAKA sebagai suatu inovasi dari program pencegahan diare yang sudah ada yaitu LINTAS diare. Kelompok Pendukung SAKA ini dapat dijadikan sebagai inovasi pengembangan dari program pokok Posyandu dalam kegiatan tahap keempat atau meja meja ke empat yaitu melakukan pendidikan kesehatan kepada kelompok atau masyarakat. Kegiatan pokok Posyandu tersebut adalah pencegahan diare dengan pemberian informasi tentang diare pada balita dan penyediaan oralit. Keberhasilan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu balita dalam penerapan SAKA diare di keluarga, merupakan kontribusi yang besar dari kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok Pendukung
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
113
SAKA di RW 01 dan 03. Keberhasilan peran Kelompok Pendukung SAKA termasuk dalam hal memberikaan umpan balik dan pembinaan terhadap faktor risiko kejadian diare pada balita, melakukan senam balita, terapi gurita dan pemberian bubur tempe untuk melakukan perawatan balita diare, serta memanfaatkan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
seperti
Posyandu
maupun
Puskesmas. Kelompok pendukung dapat melakukan kerjasama lintas sektor dan lintas program yang lebih kuat antara Kelurahan, Puskesmas dan Dinas Kesehatan jika peran dan fungsi kelompok pendukung dilaksanakan dengan baik. Tindak lanjut penetapan mekanisme koordinasi perlu dituangkan dalam SK bersama antara pihak-pihak yang terkait dalam pencegahan diare balita dengan pembentukan Kelompok Pendukung SAKA. Petugas Puskesmas tidak bertanggung jawab pada satu program tetapi memegang beberapa program sehingga perhatian dan konsentrasi tersebar untuk beberapa program, akibatnya kegiatan pencegahan diare program tidak optimal. Pelatihan dan pendampingan oleh Kelompok Pendukung SAKA memberikan motivasi yang tinggi bagi keluarga, serta menimbulkan kepercayaan diri yang tinggi sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang ada di masyarakat. Motivasi kader dalam kegiatan KPS memerlukan dukungan dari keluarga dan masyarakat serta penanggung jawab keperawatan di lapangan. KPS sebagai pendukung kelompok sosial dapat meningkatkan peran dan fungsi dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan diare pada balita serta melakukan evaluasi dan monitoring perkembangan kesehatan balita diare di keluarga dan masyarakat. 5.1.5 Perkembangan Ilmu Keperawatan Kelompok Pendukung SAKA menunjukkan hasil yang bermakna terhadap penurunan insiden diare pada balita serta peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kader serta keluarga dalam melakukan penerapan SAKA diare. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai evidance based bagi pengembangan ilmu
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
114
keperawatan komunitas dan keluarga. Variabel yang perlu diteliti lebih lanjut adalah variabel untuk anak dan keluarga. Fenomena kejadian diare pada balita merupakan permasalahan yang lazim ditemui sehingga diperlukan suatu inovasi yang tepat dan efektif untuk melakukan pencegahan dan deteksi secara dini diare pada balita. Salah satu strategi intervensi komunitas yang digunakan adalah Kelompok Pendukung SAKA. Inovasi KPS diare pada balita hanya menggambarkan strategi kelompok pendukung saja sedangkan untuk strategi lain dibutuhkan juga suatu penelitian lebih lanjut sejauhmana keluarga menjalankan penerapan SAKA diare di keluarga dengan strategi intervensi pemberdayaan keluarga. Pemberdayaan keluarga secara spesifik dalam melaksanakan penerapan SAKA diare tersebut dapat mempengaruhi insiden penurunan diare.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
115
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang simpulan dan saran dari uraian bab sebelumnya terhadap hasil dan pembahasan pengelolaan manajemen keperawatan komunitas, asuhan keperawatan keluarga, dan asuhan keperawatan komunitas. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penjelasan dan uraian pembahasan pada bab sebelumnya, bahwa kegiatan Kelompok Pendukung SAKA sebagai intervensi keperawatan kompunitas pada aggregate balita dengan diare dapat memberikan gambaran yang aplikatif untuk dilakukan ditempat lain yang mempunya permasalahan yang sama. Berdasarkan tujuan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 6.1.1 Telah terbentuk Kelompok Pendukung SAKA untuk melakukan deteksi dini dan pencegahan diare secara dini di RW 01 dan RW 03. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA berupa pemberian pendidikan kesehatan, kunjungan rumah serta pembinaan terhadap keluarga yang balitanya terkena diare. 6.1.2 Pengetahuan anggota KPS sebelum dan sesudah kegiatan penerapan SAKA diare mengalami peningkatan. Pengetahuan tersebut meliputi ratarata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan penerapan SAKA diare keluarga. 6.1.3 Peningkatan ketrampilan anggota KPS dalam penerapan SAKA diare. Sikap anggota KPS yang sebelum dilakukan pelaksanaan penerapan SAKA diare mengalami peningkatan setelah pelaksanaan penerapan SAKA diare.
115 Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
116
6.1.4 Peningkatan sikap anggota KPS untuk pemantauan penerapan SAKA diare keluarga. Pada uji statistik dengan test wilcoxon didapatkan hasil adanya perbedaan signifikan sebelum dan sesudah pemantauan penerapan SAKA diare keluarga yang dilakukan oleh kader. 6.1.5 Pengetahuan keluarga sebelum dan sesudah kegiatan pemantauan penerapan SAKA diare mengalami peningkatan. Pengetahuan tersebut meliputi rata-rata pengetahuan tentang diare balita, pengetahuan SAKA diare, dan penerapan SAKA diare keluarga. 6.1.6 Peningkatan ketrampilan dalam melakukan penerapan SAKA diare balita. Ketrampilan keluarga yang sebelum dilakukan pemantauan penerapan SAKA diare mengalami peningkatan setelah pemantauan. 6.1.7 Peningkatan sikap keluarga untuk melakukan penerapan SAKA diare keluarga. Pada uji statistik dengan test wilxocon didapatkan hasil adanya perbedaan signifikan sikap keluarga dalam melakukan penerapan SAKA diare sebelum dan sesudah dilakukan pemantauan oleh kader selama 13 minggu. 6.1.8 Terjadi peningkatan tingkat kemandirian keluarga yang dibina oleh Kelompok Pendukung SAKA di RW 01 dan RW 03. 6.1.9 Penurunan insiden diare di Kelurahan Cisalak Pasar pada 3 bulan terakhir menunjukkan hasil yang bermakna bahwa Kelompok Pendukung SAKA efektif digunakan untuk kegiatan deteksi dini dan pencegahan diare pada balita. 6.2 Saran Saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan aggregate balita diare di masyarakat yaitu:
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
117
6.1.1 Bagi Pelayanan Kesehatan 6.1.1.1 Mengadakan sosialisasi untuk perencanaan pencegahan diare menjadi prioritas dalam renstra Dinas Kesehatan Kota depok. 6.1.1.2 Menempatkan perawat spesialis komunitas untuk mengembangkan program inovasi yang sudah dilakukan di tingkat Dinas Kesehatan. 6.1.1.3 Menempatkan perawat yang latar belakang pendidikannya sarjana keperawatan yang berada di tingkat Puskesmas untuk melakukan pembinaan terhadap suatu wilayah. 6.1.1.4 Menetapkan anggaran untuk supervisi dan monitoring berkala pelaksanaan kegiatan pokok pencegahan diare, baik di tingkat Dinas Kesehatan maupun di tingkat Puskesmas. 6.1.1.5 Melakukan supervisi dan monitoring berkala yang dilakukan oleh penanggung jawab balita Puskesmas, untuk meningkatkan motivasi kinerja kader dalam kegiatan KPS. 6.1.1.6 Meningkatkan peran serta masyarakat khususnya kader Posyandu untuk terlibat dalam kegiatan KPS. 6.1.2 Bagi perawat komunitas 6.1.2.1 Meningkatkan kemampuan melakukan pengarahan dan pembinaan dalam KPS sebagai wadah kegiatan perkesmas pada aggregate balita diare dalam asuhan keperawatan kelompok dan keluarga serta kunjungan rumah. 6.1.2.2 Melakukan pembinaan kegiatan KPS, bekerjasama dengan perawat puskesmas atau kader Posyandu dan terlibat dalam kegiatan pelatihan, kunjungan rumah, dan pembinaan langsung keluarga dengan balita diare. 6.1.3 Perkembangan Riset Keperawatan 6.1.3.1 Riset kualitatif Pengembangan penelitian lebih lanjut yang dapat dikembangkan yaitu studi fenomenologi mengenai persepsi keluarga terhadap Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
118
Kelompok Pendukung SAKA dalam melakukan penerapan SAKA diare. Pengalaman keluarga dalam melakukan penerapan SAKA diare sebagai salah satu dukungan sosial yang diberikan terhadap penurunan insiden diare pada balita. 6.1.3.2 Riset kuantitatif Mengembangkan studi penelitian untuk melihat variabel SAKA yang paling dominan dalam mengatasi masalah kejadian diare pada balita. Strategi intervensi keperawatan komunitas yang lebih efektif pengaruhnya terhadap kejadian diare pada balita.
Universitas Indonesia Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA Adisasmito. (2007). Sistem Kesehatan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Allender, Judith Ann, & Spradley, Barbara Walton. (2005). Community Health Nursing: Concepts and Practice. 7th edition. Philadelphia : Lippincott. Amiruddin. (2007). Distribusi Penyakit Diare. Jakarta: Rineka Cipta. Anderson & Mc.Farlane. (2000). Community as partner: Theory and practice in nursing. (Third edition). Philadelphia: Lippincot. Andrianto P. (2006). Diare Akut. Jakarta: EGC. Anggraeni. (2006). Hubungan antara Pemberian Susu Formula dengan Kejadian Diare pada Bayi di Puskesmas Sidoarjo. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 10 Januari 2012. Apriyanti, Ikob dan Fajar (2009). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada anak usia 6-24 bulan di Palembang. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya. Ariawan, I. (1998). Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan Jurusan Biostatistik dan Kependudukan. Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat: Universitas Indonesia. Arikunto S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cetakan ketigabelas. Jakarta: PT Rineka Cipta. Atmojo SM. (1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare anak balita di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. FK UGM. Yogyakarta. Diakses dari http://sanitasi.or.id pada tanggal 3 Juni 2012. Badan penelitian dan pengembangan Kesehatan . (2002). Survei Kesehatan Rumah tangga 2001, Laporan Studi mortalitas 2001: Pola Penyebab Kematian di Indonesia. Departemen Kesehatan RI. ______. (2002). Survei Kesehatan Rumah tangga 2001. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas Departemen Kesehatan RI. ______. (2007). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Departemen Kesehatan RI. Badan Pusat Statistik. (2003). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 20022003. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Beaglehola, R., dkk. (1993). Dasar-dasar Epidemiologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Badan Human Statistik. (2006). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 20022003. Badan Human Statistik, Jakarta. Boediarso, A. (1985). Sindroma Klinik Penyakit Diare. Bagian Ilmu Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Budiarto, Eko. (2002). Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Buletin Jendela dan Data Informasi. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Triwulan II. ISSN 2088-270X. Kementerian Kesehatan RI. Baltazar. (1993). Hygiene Behaviour and Hospitalized Severe Childhood Diarrhoe. Bulletin of WHO. Bozkurt. (2003). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta:EGC Chandra. (2007). Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita. Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 3 Juli 2012. Choirunnisa. (2009). Peranan Air Bersih dan Sanitasi dalam Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta: YLKI. Creswell, J. W. (2009). Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. California. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1990). Peraturan Menteri Kesehatn RI Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1999 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.Depkes RI, Jakarta. _____.(1993). Materi Program P2 Diare pada Pelatihan P2ML Terpadu Bagi Dokter Puskesmas. Dirjen P2M & PLP, Depkes RI, Jakarta. ______.(1995). Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Kualitas Air Minum. Dirjen PPM & PLP, Depkes RI, Jakarta. ______.(1999). Indonesia Sehat 2010. Depkes RI, Jakarta. ______.(2000). Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan PL.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
______.(2002). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat . Jakarta : Ditjen PPM dan PL ______.(2005). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare . Jakarta : Ditjen PPM dan PL. ______.(2006). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL. ______. (2007). Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat. ______.(2007). Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL. ______.(2007). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM dan PL. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengan. (2007). Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2007. Jawa Tengah: Dinas Propinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2007). Profil Dinas Kesehatan Kota Semarang 2007. Semarang: DKK Semarang Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2010). Buku Saku Lintas Diare untuk Petugas Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta. Ervin, NF. (2002). Advanced community health nursing : Concept and practice. (5 th ed). Philadelphia: Lippincot. Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall. Gatti. (1999). Pengaruh Strategi Promosi Kesehatan terhadap PHBS di Serdang. Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 20 Maret 2012. Gerald T. Keusch, Olivier Fontaine, Alok Bhargava. Dkk (2010). Diarrheal Diseases. di unduh dari Disease Control Priorities Project. http://www.dcp2.org/pubs/DCP/19/, 15 Desember 2011. Hamdani. (2009). Pengaruh Faktor Upaya Pencegahan dan Pengobatan yang dilakukan Ibu pada Balita dengan Penyakit Diare di Puskesmas Bandar
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Baru Kabupaten Pidie. Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 3 Juli 2012. Haryoto. (1993). Perilaku Ibu terhadap Diare pada Balita. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Modul Pengajaran. UI: FKM. Heller. (1998). Health, Safe Water and Sanitation. Bulletin of WHO. Henny. (2003). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Balita. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 20 April 2012. Hidayat. (2005). Pengantar ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba Medika. Hitchcock, J.E., Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: caring in action. Albani : Delmas Publisher. Howard and Bartram. (2003). The burden of diarrhoea, shigellosis, and cholera in North Jakarta. Indonesia: findings from 24 months surveillance. BMC Infectious Diseases. Irianto, J., Soesanto. S., Supraptini, Inswiasri, Irianti, S., dan Anwar, A. (1996). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (Analisis Lanjut Data SDKI 1994). Buletin Penelitian Kesehatan. Vol 24 (2 dan 3) 1996 : 77-96. Khomsan. (2004). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita. Buletin Penelitian Kesehatan. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 20 April 2012. Kusumaningrum, Hepriyani, dan Nurhalinah (2011). Pengaruh PHBS Tatanan Rumah Tangga terhadap Diare Balita di Palembang. Tidak Dipublikasikan Universitas Sriwijaya. Lanata. (1991). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Penyakit Diare pada Balita. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Lembaga Demografi FE UI.2000. Dasar-Dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI.http://www.bbkbn.go.id Lemeshow, S., dkk. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Magdarina D Agtini, Rooswanti Soeharno, Murad Lesmana, dkk. (2005). The burden of diarrhoea, shigellosis, and cholera in North Jakarta. Indonesia: findings from 24 months surveillance. BMC Infectious Diseases. Mantra, I. B. (2000). Demografi Umum. Jakarta : Pustaka Pelajar. Matondang. (2008). Aspek Imunologi air Susu Ibu. Buku ajar Imunologi Anak. Jakarta: IDI Mc. Murray, A. (2003). Community Health and Wellness: a Sociological approach. Toronto: Mosby. Muhajirin. (2007). Hubungan antara Praktek Personal hygiene Ibu Balita dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Maos Kabupaten Cilacap. Universitas Diponegoro Semarang. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 20 April 2012. Muhidin, S. A., dan Abdurahman, M. (2007). Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia. Muhimin. (1996). Manusia, Kesehatan dan Lingkungan. Bandung. Murti, B. (2006). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta. _____. (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi Kedua, Jilid Pertama, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Nababan. (2009). Perilaku Higinitas Ibu Balita dalam Penanggulangan Resiko Diare Pada Keluarga di Bantaran Sungai Deli Kota Medan. Universitas Sumatera Utara. Diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 10 Januari 2012. Nies, M.A., & McEwen, M. (2007). Community/ Public Health Nursing: Promoting the Health of Populations. St. Louis, Missouri: Saunders Elsevier. Nilto. (2008). Faktor Risiko yang Mempengaruhi Kesakitan Diare pada Balita. Buletin Penelitian Kesehatan. Notoatmodjo, S . (1996). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
_____ . (2003). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perlaku Kesehatan. Andi Offset, Yogyakarta. _____ . (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. _____ . (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Nurrahima Artika. (2012). Hubungan Struktur Kekuatan Dan Pengambilan Keputusan Dengan Penerapan KADARZI Di Kelurahan Cisalak Pasar Kota Depok. Jakarta: Universitas Indonesia. Pitono. (2006). Penatalaksanaan Diare di Rumah Pada Balita. Jurnal Kedokteran Polit, D.F., & Hungler, B.P . (1990). Nursing Research: Principles and Methods Fourth Edition. Philadelphia: Lippincott. _____ . (2001). Essential of Nursing Research: Methods, Appraisal, and Utilization. Philadelphia: Lippincott. Profil Puskesmas Cimanggis. (2010). Profil Kesehatan Indonesia. (2012). Proverawati, Atikah., & Eni Rahmawati. (2012). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Nuha Medika. Yogyakarta. Pusat Promosi Kesehatan . (2008). Pedoman Pelatihan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Departemen Kesehatan RI. _____ . (2009). Panduan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Departemen Kesehatan RI. _____. (2011). Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kementerian Kesehatan RI. Potter & Perry. (2005). Fundamentals of Nursing: Concepts, Proccess, and Practice. St. Louis: Mosby Year Book Inc. Rejeki Herni. (2012). Kelompok Pendukung: Strategi Pengendalian TB Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Di Keluarahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Jakarta: Universitas Indonesia. Ronardy. (1995). Kartu Menuju Sehat. Jakarta: EGC
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Sabri, L., & Hastono, S.P. (2006). Statistik Kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sander, M. A. (2005). Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika . Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005 : 163-193. Sanropie. (1998). Diare Akut pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Soemirat. (1996). Kesehatan Lingkungan. Cetakan lima. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Shinthamurniwaty. (2006). Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Akut Pada Balita di Kabupaten Semarang. Universitas Diponegoro Semarang. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 10 Januari 2012. Soebagyo. (2008). Hubungan antara PHBS dengan Kejadian Diare yang Berobat ke Puskesmas Purwokerto Barat. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 10 Januari 2012. Soetjiningsih. (2006). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Suhadi. (2012). Kelompok Peduli Lansia Hipertensi Sebagai Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas Pada Aggregate Lansia Di Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Jakarta:Universitas Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Penerbit Alfabeta. Supartini. (2004). Hubungan anatara Praktek Ibu dengan Penyiapan Makanan dan Minuman bagi Balita dengan Kejadian Diare Balita. Yogyakarta:UGM Suratini. (2012). Kelompok Pendukung sebagai Bentuk Intervensi Dalam Pencegahan Kekambuhan Gastritis Pada Aggregate Lanjut Usia Di Wilayah Kelurahan Tugu Cimanggis Kota Depok. Jakarta:Universitas Indonesia. Sutomo. (1995). Mau Sehat Cuci Tangan pakai sabun. Bandung: Pionir Jaya Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community health nursing : Promoting health of agregates, families and individuals. (5 th ed). St.Louis: Mosby, inc. Triatmodjo. (2008). Pengaruh Air Bersih kaitannya dengan Kejadian Diare Balita. Yogyakarta:UGM Tumbeleka. (2008). ASI dan Pengendalian Infeksi. Jakarta:IDI
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
UNICEF . (2002). Pedoman Hidup Sehat. Diadaptasi dari Facts for Life. (Third Edition). _____ . (2005). Rekomendasi tentang Pemberian Makan Balita Diare. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012. WHO . (2009). Prevalensi Diare Balita . WHO. Diakses dari http://www.who.int pada tanggal 4 Januari 2012. _____ . (2011). Diarrhoeal disease . WHO. Diakses dari http://www.who.int pada tanggal 4 Januari 2012. Wibowo, T., Soenarto, S., dan Pramono, D. (2004). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Berdarah pada Balita di Kabupaten Sleman. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat. Vol. 20. No.1. maret 2004 : 41-48. Widita Putri. (2012). Hubungan Praktik Pemberian Makan Dalam Keluarga Dengan Kejadian Sulit Makan Pada Populasi Balita Di Kelurahan Kuto Batu Kota Palembang. Jakarta: Universitas Indonesia. Widjaja. (2002). Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka. Widyastuti, P., (ed). (2005). Epidemiologi Suatu Pengantar. edisi 2. Jakarta : EGC. Wijayanti. (2009). Usia Tepat Mendapatkan Makanan Tambahan. Jakarta: kawan Pustaka Wulandari. (2009). Hubungan antara Faktor Lingkungan & Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare pada Balita di Desa Blimbing Kabupaten Sragen. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Yulianti. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (Studi pada Masyarakat Etnis Dayak Kelurahan Kasongan Baru Kecamatan Kentingan Hilir Kabupaten Kentingan Kalimantan Tengah). (Skripsi) Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Yulisa. (2008). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Diare pada Anak Balita. Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Diponegoro. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id pada tanggal 10 Januari 2012. Zubir, Juffrie, M., dan Wibowo, T. (2006). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. Sains Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-332.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Lampiran 1 KRITERIA PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN No Masalah NO KRITERIA BERAT KRITERIA DX NYA RANKING MASALAH (1-10) (1-10) 1 1 Perhatian komunitas terhadap 8 7 Belum optimalnya masalah peran kader dalam MotIvasi komunitas untuk 8 8 pelaksanaan program 2 menyelesaikan masalah P2D berhubungan 3 Kemampuan perawat untuk 8 8 dengan keterbatasan mempengaruhi penyelesaian sumber daya dan masalah tenaga 4 Kesiapan untuk menyelesaikan 8 8 masalah 5 Hasil penyelesaian masalah sulit 7 7 dicapai 6 Kecepatan pencapaian 7 7 penyelesaian masalah 2
Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pengontrolan dan pengembangan Posyandu berhubungan dengan alur komunikasi dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare.
1 2 3 4 5 6
Perhatian komunitas terhadap masalah Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian masalah
7
7
7
7
8
8
8
8
7
7
7
7
RASIONAL
PRIORITAS MASALAH ( BM X Rank)
Pelayanan kesehatan, jenis-jenis masalah kesehatan Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karena lebih kompleks Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dan dukungan
56
Tenaga kader menyadari kesiapan sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik
64
Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkan dukungan dan kegiatan soaial lainnya JUMLAH Pelayanan kesehatan, guru, jenis-jenis masalah kesehatan Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dan dukungan
49
64 64
49
346 49 49 64
Tenaga kader menyadari kesiapan sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik
64
Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkan dukungan dan kegiatan soaial lainnya
49
JUMLAH
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
49
324
No DX 3
Masalah
Belum optimalnya supervisi pelaksanaan program pembinaan kesehatan balita dengan diare berhubungan dengan belum ada pedoman supervisi dan format supervisi yang jelas.
NO
1 2 3 4 5 6
4
Belum optimalnya perencanaan tahunan program preventif dan promotif pencegahan dan penanggulangan diare pada balita berhubungan dengan tidak adanya perencanaan spesifik jangka pendek dan jangka panjang untuk program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita.
1 2 3 4 5 6
KRITERIA
Perhatian komunitas terhadap masalah Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian masalah Perhatian komunitas terhadap masalah Motivasi komunitas untuk menyelesaikan masalah Kemampuan perawat untuk mempengaruhi penyelesaian masalah Kesiapan untuk menyelesaikan masalah Hasil penyelesaian masalah sulit dicapai Kecepatan pencapaian penyelesaian masalah
BERAT NYA MASALAH (1-10) 7
KRITERIA RANKING (1-10)
8
7
8
7
8
7
6
6
6
6
7
7
7
7
7
7
7
7
7
6
6
6
6
RASIONAL
PRIORITAS MASALAH ( BM X Rank)
Pelayanan kesehatan, jenis-jenis masalah kesehatan Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dan dukungan
49
Tenaga kader menyadari kesiapan sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik
56
Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkan dukungan dan kegiatan soaial lainnya JUMLAH Pelayanan kesehatan, jenis-jenis masalah kesehatan Kurang yakin masalah dapat diselesaikan karena lebih komplek Perawat dilatih meningkatkan kesadaran dan dukungan
36
56 56
36
289 49 49 49
Tenaga kader menyadari kesiapan sebagai pembaharu Masalah dapat dikontrol dengan baik
49
Waktu untuk mobilisasi penduduk mendapatkan dukungan dan kegiatan soaial lainnya
36
JUMLAH
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
36
268
Lampiran 2
NO
SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN A 4
B 4
C 4
D 3
PEMBOBOTAN E F G 3 4 3
JML H 3
I 2
J 3
K 3
36
1
Belum terlaksananya tatalaksana diare pada agregat balita di Kelurahan Cisalak Pasar.
2
Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
4
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
33
3
Resiko penyebaran diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3
3
3
3
3
3
2
2
3
3
3
31
4
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok.
4
3
3
2
3
2
2
3
2
3
3
30
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Keterangan Pembobotan: 1. Sangat Rendah 2. Rendah 3. Cukup 4. Tinggi 5. Sangat Tinggi A. B. C. D. E.
Risiko terjadi Risiko parah Potensial penkes Minat masyarakat Kemungkinan diatasi
F. Sesuai program pemerintah G. Tempat H. Waktu I. Dana J. Fasilitas kesehatan
K. Sumber daya
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS BERDASARKAN SKORING 1. 2. 3. 4.
Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok. Resiko penyebaran diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Belum terlaksananya tatalaksana diare pada agregat balita di Kelurahan Cisalak Pasar.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Balita dengan Diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok 2012 No 1.
Diagnosa Keperawatan Komunitas Belum terlaksananya tatalaksana diare pada agregat balita di Kelurahan Cisalak Pasar.
Tujuan
Strategi
Rencana Kegiatan Kegiatan
Kriteria
Evaluasi Standar
Evaluator
Tujuan Umum: Program tatalaksana diare balita di Kelurahan Cisalak Pasar berjalan optimal setelah dilakukan pembinaan selama 8 bulan. Tujuan Khusus: Pendidikan 1. Tersedianya Kesehatan pelayanan kesehatan untuk tatalaksana balita diare dalam Kegiatan Posyandu dan difasilitasi oleh kader kesehatan.
Pelatihan kader Posyandu Afektif dalam pelaksanaan lima meja dan melakukan penyuluhan kesehatan pada balita dalam kegiatan pencegahan diare. Kognitif
Afektif
2. Tersedianya sarana dan prasarana serta dana untuk menunjang kegiatan
Psikomotor
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
- Teridentifikasi peserta Mahasiswa pelatihan kader Posyandu yang akan Kader mengikuti pelatihan perwakilan tiap RW. Puskesmas - Peningkatan pengetahuan Supervisor tentang pencegahan diare pada balita khususnya kader kesehatan. - Peningkatan atau perbaikan sikap kader dalam pencegahan diare - Mampu
memberikan
kesehatan balita diare
Psikomotor
pendidikan kesehatan pada balita dengan diare.
Psikomotor
- Mampu merubah perilaku yang menerapkan hidup bersih dan sehat untuk mencegah diare balita.
Psikomotor
- Melakukan perawatan dan pencegahan diare di rumah. - Mampu melakukan rujukan untuk balita yang sudah terjadi dehidrasi.
2
Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Tujuan Umum Angka kejadian diare balita menurun setelah dilakukan pembinaan selama 8 bulan. Tujuan Khusus: 1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penerapan SAKA diare. 2. Meningkatkan
Pendidikan Kesehatan
1. Penyuluhan tentang Kognitif penerapan SAKA diare pada balita di tingkat RW dalam bentuk kegiatan GEISAD “Gerakan Ibu Sayang Anak Diare”. Afektif 2. Penyebarluasaan leaflet,
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
- Terjadi peningkatan Mahasiswa pengetahuan peserta ibu balita yang mengikuti Kader penyuluhan. Supervisor - Peningkatan atau perbaikan sikap ibu
pengetahuan keluarga tentang penerapan SAKA diare.
poster penerapan SAKA diare pada balita di RW 1 dan RW 3 Psikomotor
3. Meningkatkan keterampilan keluarga tentang penerapan SAKA diare. 3
Resiko penyebaran diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok
balita terhadap pencegahan diare pada balita dengan penerapan SAKA diare. - Mampu melakukan penerapan SAKA diare - Tersebarnya leaflet dan poster tentang penerapan SAKA diare.
Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan tidak terjadi penyebaran penyakit diare pada balita di wilayah Cisalak Pasar. Proses Kelompok Tujuan Khusus Kader dapat berperan aktif dalam menangani masalah diare pada balita dengan adanya Kelompok Pendukung SAKA (KPS).
1. Rekruitmen (Kelompok SAKA).
peserta KPS Afektif Pendukung
2. Pelatihan KPS (Kelompok Kognitif Pendukung SAKA).
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
- Teridentifikasi peserta Supervisor KPS balita yaitu kader posyandu.
- Peningkatan pengetahuan peserta KPS tentang penerapan SAKA diare
pada balita.
4
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan
Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan peawatan selama 8 bulan pemeliharaan keseahatan pada
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Afektif
- Peningkatan atau perbaikan sikap terhadap balita diare.
Psikomotor
- Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada ibu balita.
Psikomotor
- Mampu perilaku menyebabkan diare.
Psikomotor
- Mampu mengakses sumber informasi yang tepat dan pelayanan kesehatan untuk penerapan SAKA diare.
Afektif
- Mampu menjadi motivator bagi ibu balita dalam penerapan SAKA diare pada balita.
merubah yang balita
Cimanggis Depok
balita di wilayah Cisalak Pasar dapat efektif kembali. Tujuan Khusus 1.Meningkatkan Pendidikan pengetahuan ibu Kesehatan tentang diare balita. 2.Meningkatkan dukungan Puskesmas terhadap program SAKA diare. Partnership 3.
Meningkatnya Pemberdayaan kemampuan kader dalam pemantauan terhadap balita yang terkena diare. Proses kelompok
1. Melakukan pendidikan kesehatan kepada balita yang terkena diare.
Afektif
Meningkatnya pengetahuan Supervisor ibu tentang SAKA diare. Kader
2. Penerapan SAKA diare.
Psikomotor
Meningkatnya kemampuan Mahasiswa ibu dalam pelaksanaan SAKA diare. Puskesmas
Psikomotor
Teridentifikasi faktor risiko balita yang terkena diare.
3. Melakukan skrening balita yang terkena diare melalui Afektif kegiatan Posyandu 4. Pembinaan ibu balitanya diare
yang Psikomotor
5. Pendampingan kader dalam penerapan SAKA diare pada balita diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Terbinanya masalah diare pada balita yang melibatkan peran serta keluarga dalam melakukan penerapan SAKA diare. Terpantaunya diare pada balita.
masalah
Rencana Kerja (Plan Of Action/POA) Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Balita dengan Diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamtan Cimanggis Kota Depok 2012 No
Rencana Kegiatan
Tujuan Kegiatan
1
Pembentukan kelompok pendukung balita dengan diare (KPS).
- Terbentuknya buku panduan kelompok pendukung (KPS) balita dengan diare termasuk pencatatn dan pelaporan program. - Terlaksananya program kelompok pendukung bagi ibu balita dengan diare (KPS).
Residen Ketua RW Puskesmas Ketua Posyandu Kader
2
Pelaksanaan kegiatan kelompok pendukung (KPS) balita dengan diare.
- Terbentuknya dan terbinanya anggota kelompok pendukung balita dengan diare minimal selama 6 kali pertemuan di RW. - Anggota kelompok pendukung dapat melakukan pendidikan kesehatan dan penerapan SAKA diare. - Terjadi perubahan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan anggota kelompok pendukung dalam mengatasi masalah balita dengan diare dengan penerapan SAKA diare.
Residen Ketua RW Puskesmas Ketua Posyandu Kader
Penanggungjawab
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Sumberdaya Waktu Alokasi Pelaksanaan Dana Minggu 1 bulan Swadana November 2012 masyarakat donatur
Tempat Pelaksanaan Rumah Ketua Posyandu RT 05 RW 03
Minggu 2 bulan Swadana November 2012 masyarakat donatur
Rumah Ketua Posyandu RT 05 RW 03
3
Terlaksananya pemantauan dan pencatatan oleh anggota kelompok pendukung (KPS) terhadap balita yang mengalami diare. -
Tersosialisasinya program kelompok pendukung di masyarakat yang dilakukan supervisi oleh Puskesmas. Proses penyelesaian masalah terhadap balita yang mengalami diare oleh masyarakat yang dilakukan pendampingan oleh ketua Posyandu.
Residen Ketua RW Puskesmas Ketua Posyandu Kader
Minggu 1 s/d 4 Swadana bulan Desember masyarakat 2012 donatur
Rumah Ketua Posyandu RT 05 RW 03
4
Presentasi referat model/bentuk intervensi keperawatan komunitas.
- Tergambarnya model/bentuk intervensi keperawatan komunitas yang mendukung pelaksanaan inovasi SAFE pada balita dengan diare.
Residen Ketua RW Puskesmas Ketua Posyandu Kader
Minggu 1 bulan Residen Desember 2012
Posko Residen
5
Supervisi kegiatan kelompok pendukung (KPS).
- Terevaluasinya kegiatan kelompok pendukung melalui kegiatan supervisi terencana oleh Ketua Posyandu, Puskesmas dan Ketua RW Siaga. - Teridentifikasinya pendukung dan penghambat kegiatan kelompok pendukung (KPS) di RW 03.
Residen Ketua RW Puskesmas Ketua Posyandu Kader
Minggu IV tiap Swadana bulannya masyarakat donatur
RW 03
- Terselesaikannya permasalahan yang ada di wilayah RW 03 terutama balita dengan diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
6
Lokakarya Kesehatan Kelurahan Cisalak Pasar -
-
Terevaluasinya kegiatan kelompok pendukung. Terselesaikannya permasalahan balita dengan diare dan pelaksanaan kegiatan kelompok pendukung ibu balita. Terdokumentasikan dan terlaporkan kegiatan kelompok pendukung.
Residen Ketua RW Puskesmas Ketua Posyandu Kader
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Minggu IV tiap Swadana bulannya. masyarakat donatur
Balai Kelurahan Cisalak Pasar.
Rencana Kerja (Plan Of Action/POA) Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Balita dengan Diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamtan Cimanggis Kota Depok 2012 No
Rencana Kegiatan
Tujuan Kegiatan
Sumberdaya Waktu Alokasi Pelaksanaan Dana Minggu 2 bulan Residen Oktober 2012
Tempat Pelaksanaan RW 01 dan RW 03
Minggu 1-3 bulan Residen November 2012
RW 01 dan RW 03
Terumuskannya diagnosa Residen keperawatan keluarga Kader dengan balita yang mengalami diare pada lima keluarga binaan dengan pendekatan NANDA.
Minggu 4 bulan Residen November 2012
RW 01 dan RW 03
- Tersusunnya perencanaan Residen asuhan keperawatan Kader keluarga dengan balita yang mempunyai riwayat diare.
Minggu 4 bulan Residen November 2012
RW 01 dan RW 03
Minggu IV-XI
RW 01 dan RW 03
Penanggungjawab
1
Identifikasi keluarga dengan balita yang mengalami diare atau riwayat pernah diare 3 bulan terakhir.
- Teridentifikasi lima Residen keluarga binaan dengan Kader balita yang mengalami diare di wilayah Cisalak Pasar.
2
Pengkajian keluarga binaan balita yang mempunyai riwayat diare 3 bulan terakhir.
- Terkajinya lima keluarga Residen binaan dengan balita yang mengalami diare dengan pendekatan model Family Center Nursing.
3
Perumusan permasalahan keluarga binaan dengan balita yang mempunyai riwayat penyakit diare.
4
Penyusunan perencanaan asuhan keperawatan keluarga dengan balita yang mempunyai riwayat diare.
5
Implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan
Terimplementasi tindakan Residen keperawatan spesialistik Kader
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Residen
balita diare
keluarga dengan balita yang mempunyai riwayat diare: 1. Pendidikan Kesehatan 2. Coaching 3. Conseling 4. Penerapan SAKA diare
6
Evaluasi asuhan keperawatan Terevaluasinya asuhan Residen keluarga dengan balita yang keperawatan keluarga dengan Kader mempunyai riwayat diare. balita yang mempunyai riwayat diare melalui tingkat kemandirian keluarga 1 s/d IV
Minggu XII
Residen
7
Penyusunan laporan akhir Terlaporkannya lima asuhan Residen asuhan keperawatan keluarga keperawtan keluarga binaan dengan balita yang mempunyai riwayat diare.
Minggu XIII
Residen
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
RW 01 dan RW 03
Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Balita dengan Diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok 2013 SEMESTER II No 1.
Diagnosa Keperawatan Komunitas Resiko peningkatan kejadian diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Tujuan
Strategi
Rencana Kegiatan Kegiatan
Waktu
Evaluasi Kriteria Evaluasi
Evaluator
Tujuan Umum: Program tatalaksana diare balita di Kelurahan Cisalak Pasar berjalan optimal setelah dilakukan pembinaan selama 8 bulan. Tujuan Khusus: 3. Tersedianya pelayanan kesehatan untuk tatalaksana balita diare dalam Kegiatan Posyandu dan difasilitasi oleh kader kesehatan.
Pemberdayaan Masyarakat Pendidikan Kesehatan
Supervisi pelaksanaan kegiatan penerapan SAKA diare yang dilakukan oleh kader dan petugas KPS di RW 01, 03 dan 04
Setiap - Teridentifikasi kader Mahasiswa kegiatan Posyandu yang akan Posyandu di melakukan kegiatan Kader masingpenerapan SAKA diare masing RW di RW 01, 03 dan 04. Puskesmas - Peningkatan pengetahuan Supervisor tentang penerapan SAKA diare pada balita khususnya kader kesehatan. - Peningkatan atau perbaikan sikap kader dalam melakukan penerapan SAKA diare.
4. Tersedianya sarana dan prasarana serta dana untuk menunjang
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
kegiatan kesehatan balita diare
- Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada balita dengan diare. - Mampu merubah perilaku yang menerapkan hidup bersih dan sehat untuk mencegah diare balita. - Melakukan perawatan dan pencegahan diare di rumah. - Mampu melakukan rujukan untuk balita yang sudah terjadi dehidrasi.
2
Pemeliharaan kesehatan tidak efektif pada balita dengan diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok
Tujuan Umum Angka kejadian diare balita menurun setelah dilakukan pembinaan selama 8 bulan. Tujuan Khusus: 4. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penerapan SAKA diare.
Pendidikan Kesehatan
3. Penyuluhan tentang Minggu penerapan SAKA diare pada Maret balita di Paud “ABATASA” dalam bentuk kegiatan GEISAD “Gerakan Ibu Sayang Anak Diare”. 4. Penyebarluasaan leaflet, poster penerapan SAKA
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1 - Terjadi peningkatan Mahasiswa pengetahuan peserta ibu balita yang mengikuti Kader penyuluhan. Supervisor - Peningkatan atau perbaikan sikap ibu balita terhadap
5. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penerapan SAKA diare.
diare pada balita di Paud dan TK di RW 01, 03 dan 04
- Mampu melakukan penerapan SAKA diare
6. Meningkatkan keterampilan keluarga tentang penerapan SAKA diare. 3
Resiko penyebaran diare pada balita di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok
pencegahan diare pada balita dengan penerapan SAKA diare.
- Tersebarnya leaflet dan poster tentang penerapan SAKA diare.
Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 bulan tidak terjadi penyebaran penyakit diare pada balita di wilayah Cisalak Pasar. Proses Kelompok Tujuan Khusus Kader dapat berperan aktif dalam menangani masalah diare pada balita dengan adanya Kelompok Pendukung SAKA (KPS).
3. Monitoring kegiatan KPS
evaluasi Minggu Maret
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
IV - Teridentifikasi peserta Supervisor KPS yang akan dilakukan evaluasi terhadap kegiatan KPS yang sudah dilakukan - Peningkatan pengetahuan peserta KPS tentang proses evaluasi tentang pelaksanaan SAKA
diare. - Peningkatan atau perbaikan sikap terhadap proses umpan balik terhadap evaluasi yang dilakukan. - Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada ibu balita. - Mampu perilaku menyebabkan diare.
merubah yang balita
- Mampu mengakses sumber informasi yang tepat dan pelayanan kesehatan untuk penerapan SAKA diare. - Mampu menjadi motivator bagi ibu balita dalam penerapan SAKA diare pada balita.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
4
Penatalaksanaan diare tidak efektif pada aggregate balita di Kelurahan Cisalak Pasar
Tujuan Umum Setelah dilakukan tindakan peawatan selama 8 bulan pemeliharaan keseahatan pada balita di wilayah Cisalak Pasar dapat efektif kembali. Tujuan Khusus 1.Meningkatkan pengetahuan ibu tentang diare balita.
Pendidikan Kesehatan
2.Meningkatkan dukungan Partnership Puskesmas terhadap program Pemberdayaan SAKA diare. 3.
Meningkatnya kemampuan kader dalam pemantauan terhadap balita yang terkena Proses kelompok diare.
6. Melakukan pendidikan Minggu kesehatan kepada balita April yang terkena diare di RW 04. 7. Penerapan SAKA diare.
8. Melakukan skrening balita yang terkena diare melalui kegiatan Posyandu 9. Pembinaan ibu balitanya diare
yang
10. Pendampingan pengurus KPS dalam penerapan SAKA diare pada balita diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1 Meningkatnya pengetahuan Supervisor ibu tentang SAKA diare. Kader Meningkatnya kemampuan Mahasiswa ibu dalam pelaksanaan SAKA diare. Puskesmas Teridentifikasi faktor risiko balita yang terkena diare. Terbinanya masalah diare pada balita yang melibatkan peran serta keluarga dalam melakukan penerapan SAKA diare. Terpantaunya diare pada balita.
masalah
Rencana Asuhan Keperawatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Komunitas Pada Balita dengan Diare di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok 2012 Semester II No 1.
Diagnosa Belum optimalnya peran kader dalam pelaksanaan program P2D berhubungan dengan keterbatasan sumber daya dan tenaga
Tujuan Umum Tujuan Khusus Setelah a. Revitalisasi dilakukan pelaksanaan rencana program Posyandu 5 P2D selama 3 meja untuk bulan di wilayah pelayanan P2D. Cisalak Pasar diharapkan b. Terbentuknya dibuatnya struktur perencanaan organisasi kegiatan. kelompok pendukung. c. Dibuatnya rencana program kegiatan kelompok pendukung pertahun
2.
Belum adanya kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam pengontrolan dan pengembangan Posyandu
Setelah a. Berjalannya dilakukan metode inovatif rencana program penerapan P2D selama 3 SAKA diare. bulan diharapkan b. Tersosialisaadanya sinya program
Intervensi 1. Pelaksanaan penerapan SAKA diare di Posyandu RW 01, 03 dan 04.
Evaluasi Standar 1. Terlaksananya penerapan SAKA yang dilakukan kader di Posyandu RW 01, 03 dan 04.
2. Proses pengurusan SK untuk kegiatan KPS yang diakui di tingkat Puskesmas dan Kelurahan.
2. Diterbitkan SK kegiatan KPS di Kelurahan Cisalak Pasar.
3. Pembuatan rencana program kegiatan KPS secara kontinu untuk 1 tahun kedepan
3. Tersusun rencana program 1 tahun kedepan untuk kegiatan KPS
1. Simulasi cara melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan penerapan SAKA oleh kader di keluarga.
1. Terlaksananya simulasi untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan kegiatan penerapan SAKA diare.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Evaluator Puskesmas Kelurahan Supervisor Mahasiswa
Puskesmas Kelurahan Supervisor Mahasiswa
berhubungan dengan alur komunikasi dan koordinasi yang jelas untuk pembinaan pelayanan balita dengan diare.
pengarahan dan bimbingan secara optimal.
P2D melalui penerapan SAKA diare. c. Dibuatnya format peloporan kegiatan SAKA diare. d. Berjalannya sistem pengawasan kegiatan.
2. Supervisi kegiatan penerapan SAKA diare yang dilakukan kader.
2. Terlaksananya supervisi yang dilakukan oleh petugas Puskesmas dan Kelurahan sebagai proses evaluasi terhadap kegiatan KPS.
3. Pelaporan hasil kegiatan ke Kelurahan, Puskesmas, dan Dinkes.
3. Desiminasi kegiatan KPS dan rencana tindak lanjut
1. Simulasi antara pengurus KPS tentang pelaksanaan komunikasi efektif.
1. Terlaksananya simulasi komunikasi efektif yang dapat berjalan secara optimal dengan penambahan perilaku pengurus KPS dalam melakukan komunikasi efektif.
2. Terbentuk alur komunikasi antara pengurus KPS.
2. Tersusun bagan komunikasi efektif antara pengurus KPS.
e. Dibuatnya hasil laporan kegiatan. 3
Belum optimalnya supervisi pelaksanaan program pembinaan kesehatan balita dengan diare berhubungan dengan belum ada pedoman supervisi dan format supervisi yang jelas.
Setelah a.Dilakukan dilakukan praktek rencana program komunikasi P2D selama 3 efektif antar bulan pengurus KPS. diharapkan adanya b.Dibuatkan alur komunikasi jaringan yang bisa komunikasi berjalan secara yang efektif efektif. antara pengurus KPS. c.Pencatatan dan pelaporan yang baik tentang
3. Adanya buku yntuk pencatatan dan pelaporan kegiatan KPS
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
3. Tersedianya buku laporan dan pencatatan yang
Puskesmas Kelurahan Supervisor Mahasiswa
kegiatan KPS. 4
Belum optimalnya perencanaan tahunan program preventif dan promotif pencegahan dan penanggulangan diare pada balita berhubungan dengan tidak adanya perencanaan spesifik jangka pendek dan jangka panjang untuk program pencegahan dan penanggulangan diare pada balita.
Setelah dilakukan intervensi selama 3 bulan koordinasi dapat berjalan secara optimal antara pengurus KPS di tiap RW.
a.Monitoring dan evaluasi yang dilakukan. b.Proses umpan balik tentang kegiatan KPS.
dilakukan berkaitan dengan kegiatan KPS. 1. Supervisi yang dilakukan secara bergantian dari pihak Puskesmas atau Kelurahan terhadap kegiatan KPS.
1. Dilakukan supervisi terkait pelaksanaan program yang dilakukan Puskesmas pada kegiatan Posyandu tiap RW.
2. Proses umpan balik secara tertulis yang akan mengevaluasi kegiatan KPS.
2. Adanya bukti secara tertulis evaluasi yang segera akan ditindak lanjuti untuk perbaikan program pelaksanaan KPS.
3. Pemberiaan reward atas kinerja yang sudah dilakukan secara optimal oleh pengurus KPS.
3. Penggunaan sebagian anggaran di Posyandu untuk kelancaran kegiatan KPS.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Puskesmas Kelurahan Supervisor Mahasiswa
Lampiran 4 SKORING Diagnosa Keperawatan : Manajemen terapeutik diare tidak efektif pada keluarga Bpk E khususnya An.K Kriteria Sifat Masalah Aktual
Perhitungan : 3/3 x 1
Kemungkinan Masalah dapat ½ x 2 diubah :
Skor
Pembenaran
1
Keluarga mengatakan masalah ini sudah dirasakan oleh An.K walaupun sudah sembuh tetapi masih ada resiko lain yang dapat mengakibatkan An.K bisa terkena diare lagi
1
sebagian
Potensi masalah 2/3 x 1 untuk dicegah : cukup
2/3
½x1 Menonjolnya masalah : masalah dirasakan tapi tidak urgen
½
Rumah keluarga Bpk.E dekat dengan fasilitas kesehatan, keluarga dari segi ekonomi cukup menjangkau upaya untuk mengatasi masalah kesehatannya, keluarga lebih mementingkan kesehatan anaknya.
Masalah diare pada An.K sudah diketahui oleh bapak E, namun tidah tahu cara pencegahan dan perawatannya.
Keluarga merasakan masalah diare pada An.K sudah diatasi namun menurut keluarga harus tahu bagaimana pencegahannya supaya tidak terulang lagi diare pada An.K
TOTAL SKOR = 2 1/6
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K Kriteria
Skor
Pembenaran
: 3/3 x 1
1
Keluarga mengatakan masalah saat ini sangat dirasakan oleh keluarga khususnya An.K yang sulit makan, ibu M takut anaknya jadi mudah sakit.
Kemungkinan Masalah dapat 1/2 x 2 diubah :
1
Tempat tinggal keluarga dekat dengan fasilitas kesehatan, keluarga dari segi ekonomi cukup menjangkau upaya untuk mengatasi masalah, dan keluarga lebih mementingkan kesehatan anaknya tetapi untuk masalah masak Ibu M malas karena tidak sempat atau repot ngurusi anakanya.
Sifat Masalah aktual
Perhitungan
sebagian
Potensi masalah 2/3 x 1 utuk dicegah : cukup
2/3
2/2 x 1 Menonjolnya masalah : masalah dirasakan tapi urgen
1
Masalah kurang nutrisi atau gizi dialami oleh An.K sudah lama, lebih suka jajan, jarang makan nasi tetapi kalau dibujuk dan dipaksa makan An.K masih mau makan
Masalah sangat dirasakan dan membuat keluarga khawatir sehingga harus segera diatasi
TOTAL SKOR = 3 2/3
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Ketidakefektifan pola komunikasi pada keluarga Bpk. E Kriteria
Bobot
Pembenaran
Sifat Masalah
2/3 x 1 = 1
Masalah yang dirasakan Ibu.M apabila tidak segera diatasi akan mempengaruhi masalah kesehatan pada An.K karena kurang perhatian.
1/2 x 2 = 1
Keluarga mempunyai kemauan untuk menyelesaikan masalah dengan adik iparnya. Tetapi hambatan yang dirasakan saat ini Bpk.E masih berpikir untuk bisa diajak konsultasi dengan perawat.
2/3 x 1 = 2/3
Masalah keluarga yang dialami masih ringan dan ada usaha yang telah dilakukan Ibu.M dalam berkomunikasi dengan adik ipar sudah baik.
1/2 x 1 = 1/2
Keluarga merasakan masalah tetapi tidak harus segera ditangani, dan meminta pada mahasiswa untuk membantu dalam perawatan masalah yang dialami.
Resiko
Kemungkinan untuk diubah Sebagian
Potensial dicegah Cukup
Menonjolnya masalah Masalah dirasakan tapi tidak urgen TOTAL SKORE = 2 1/2
Prioritas Diagnosa Keperawatan 1. Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K. 2. Manajemen terapeutik diare tidak efektif pada keluarga Bpk E khususnya An.K 3. Ketidakefektifan pola komunikasi pada keluarga Bpk. E
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA BAPAK E NO
DIAGNOSA KEPERAWATA N
TUPAN
TUPEN
KRITERIA
1
Resiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk.E khususnya pada An.K.
Terpenuhi kebutuhan nutrisi pada keluarga bapak E khususnya anak K
Setelah 2 x 45 mnt pertemuan keluarga dapat :
STANDAR
INTERVENSI
1. Mengenal masalah kurang gizi : Respon Verbal Arti kurang gizi : kekurangan 1. Jelaskan pada keluarga arti a. Menyebutkan kurang gizi, yaitu kurang Menyebutkan zat-zat atau bahan-bahan yang arti kurang gizi zat-zat atau bahan-bahan dibutuhkan tubuh sehingga yang di butuhkan oleh terjadi perubahan dalam tubuh tubuh sehingga terjadi misalnya tubuh menjadi kurus perubahan dalam tubuh misal: tubuh jadi kurus, lemah dan pucat, contoh: pohon yang di tanam di tanah kurang subur maka pohon itu akan kerdil dan daunya sedikit. 2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
3. Tanyakan kembali arti kurang gizi menurut pemahaman keluarga. 4. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga dalam bentuk pujian. b. Menyebutkan Respon Verbal 2 dari 4 penyebab kurang gizi 1. Jelaskan pada keluarga penyebab kurang penyebab kurang gizi gizi 1. Jumlah makanan yang Menyebutkan dengan menggunakan dimasukan kurang dan lembar balik dan leaflet 2. Jenis bahan makanan tidak menunjukkan 2. Berikan kesempatan seimbang jenis bahan kepada keluarga untuk 3. Makan tidak tertur menanyakan hal-hal yang makanan yang 4. Penyakit belum dimengerti oleh ditanyakan. keluarga 3. Tanyakan kembali penyebab kurang gizi menurut pemahaman keluarga 4. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga c. Menyebutkan tanda-tanda kurang gizi
Respon Verbal
3 dari 6 tanda kurang gizi yaitu
Menunjukkan
1. Badan kurus 2. Rambut tipis mudah dicabut 3. Lemah/pucat
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Jelaskan pada keluarga tanda-tanda kurang gizi dengan menggunakan lembar balik dan leaflet 2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang
4. Kulit kering dan kusam 5. Pusing 6. Kaki dan tangan bengkak
belum dimengerti oleh keluarga 3. Tanyakan kembali pada keluarga tentang tandatanda kurang gizi menurut pemahaman keluarga 4. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
d. Mengidentifikasi Respon Verbal Ungkapan bahwa An.K kurang 1. Diskusikan dengan status gizi anak gizi keluarga tentang anggota Menunjuk keluarga yang mempunyai aspek yang tanda-tanda kurang gizi masih kurang 2. Fasilitasi keluarga untuk atau perlu menyebutkan keluhandiperbaiki. keluhan yang ada pada an. K sesuai dengan tandatanda kurang gizi yang sudah dijelaskan 3. Beri kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan pendapatnya 4. Beri reinforcement positif atas ungkapan keluarga Respon Verbal
Akibat dari kurang gizi adalah :
Komitmen 1. Pertumbuhan verbal dengan perkembangan terganggu mengutarakan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Jelaskan pada keluarga tentang akibat dari kurang dan gizi pada anak dengan anak menggunakan lembar balik
keinginan
2. Mudah terkena penyakit 3. Berkurangnya daya fikir
Respon Verbal 2. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kurang gizi pada anak a. Menyebutkan akibat dari kurang gizi pada anak
dan leaflet 2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti 3. Tanyakan kembali akibat kurang gizi pada anak sesuai dengan pamahaman keluarga 4. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.
Keputusan keluarga untuk 1. Motivasi keluarga untuk mengurangi kurang gizi pada memutuskan tentang Komitmen anak K melalui : makanan apa yang verbal dengan dilakukan untuk mengatasi mengutarakan 1. Memberi jenis makanan masalahnya,memberikan yang seimbang pada anak keinginan anak makan sesuai dengan sehat dan sakit kebutuhan.makan teratur, 2. Memberikan makanan tatap memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan pada anak sewaktu anak anak sehat mau sakit 3. Makan yang teratur 2. Jika anak sukar makan, berikan dalam porsi sedikit tapi sering 3. Beri kesempatan keluarga untuk mengungkapkan perasaannya 4. Beri reinforcement positif atas keputusan keluarga untuk mengatasi masalah pada anaknya
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Jelaskan manfaat zat gizi pada keluarga dengan b. Memutuskan Respon Keluarga dapat menyebutkan menggunakan gambar dan untukmengatasi psikomotor lembar balik kembali triguna zat gizi yaitu : masalah kurang 2. Beri kesempatan pada gizi 1. Zat tenaga untuk bekerja Menunjukkan keluarga untuk pembangun untuk menanyakan hal-hal ayng contoh bahan 2. Zat pertumbuhan belum dimengerti makanan 3. Zat pengatur untuk 3. Tanakan kembali manfaat melindungi dari penyakit zat gizi menurut pemahaman keluarga 4. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga Respon psikomotor
1. Jelaskan contoh-contoh bahan makanan yang mengandung trigizi pada Menunjukkan keluarga dengan contoh bahan 1. Zat tenaga seperti : nasi, menggunakan gambar roti, ubi, talas lembar balik makanan 2. Zat pembangun seperti : 2. Beri kesempatan pada tempe, tahu, telur, daging keluarga untuk 3. Zat pelindung seperti : menanyakan hal-hal yang sayuran dan buah-buahan belum dimengerti 3. Tanyakan kembali contohcontoh bahan-bahan makanan yang mengandung tri gizi menurut pemahaman keluarga 4. Beri reinforcement positif Bahan-bahan makanan yang mengandung tri gizi yaitu :
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
atas jawaban keluarga 3. Melakukan tindakan Respon Verbal keperawatan untuk mengatasi kurang menyebutkan gizi : a. Menyebutkan tri guna zat gizi pada tubuh
2 dari 4 cara memilih bahan 1. Jelaskan cara memilih makanan : bahan makanan yang benar pada keluarga dengan 1. harganya terjangkau menggunakan lembar 2. Nilai gizinya baik balik, leaflet 2. Beri kesempatan pada 3. Tidak busuk keluarga untuk menanyakan hal-hal yang 4. Mudah didapat belum dimengerti 3. Tanyakan kembali cara memilih bahan makanan yang baik menurut pemahaman keluarga 4. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
cara Keluarga mendemonstrasikan 1. Demonstrasikan memilih bahan makanan cara memilih bahan makanan yang baik yang baik 2. Beri kesempatan keluarga untuk mendemonstrasikan cara memilih bahan bahan makanan 3. Beri reinforcement positif ats usaha keluarga
b. Menyebutkan Respon bahan-bahan makanan yang psikomotor mengandung tri Mengelompok gizi kan makan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Respon Verbal c. Menyebutkan dan psikomotor cara memilih menyebutkan bahan makanan sambil memperagakan
Cara mengolah bahan makanan 1. Jelaskan cara mengolah bahan makanan yang benar yang benar yaitu : pada keluarga dengan menggunakanlembar balik, 1. Sayuran, buah dicuci dahulu leaflet baru dipotong-potong 2. Sayuran dimasak jangan 2. Beri kesempatan pada keluarga untuk terlalu lama menanyakanhal-hal yang 3. Alat-alat masak bersih belum dimengerti 4. Cuci tangan sebelum masak 3. Tanyakan kembali cara mengolah bahan makanan yang benar menurut pemahaman keluarga 4. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
Keluarga mendemonstrasikan 1. Demonstrasikan cara Respon cara memilih mengolah mengolah bahan makanan d. Meredemonstrasi psikomotor: makanan yang baik sesuai dengan bahan kan cara makanan yang telah dibeli memilih bahan Memilih bahan oleh keluarga makanan makanan 2. Beri kesempatan keluarga untuk mendemonstrasikan cara mengolah bahan makanan 3. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
e. Menyebutkan Respon Verbal cara mengolah bahan makanan menyebutkan yang benar
1. 2. 3. 4.
f. Meredemonstrasi kan cara mengolah bahan makanan yang baik
Respon psikomotor memilih dan mengelompok kan sesuai kebutuhan kebutuhan balita
1. Jelaskan prinsip menyajikan makanan pada Bervariasi jenis keluarga dengan makanannya menggunakan lembar Kombinasi makanan hewani balik,leaflet dan nabati 2. Beri kesempatan pada Perhatikan jadwal menu keluarga untuk Jumlah makanan sesuai menanyakan hal-hal yang dengan kebutuhan belum dimengerti 3. Tanyakan kembali prinsip menyajikan makanan menurut pemahaman keluarga 4. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
Prinsip menyajikan makanan :
Jumlah makanan dibutuhkan balita nasi
yang
: 3 piring sedang
tempe : 3 potong sedang ikan
: 3 potong sedang
sayur : 3 mangkuk sedang buah : 3 potong sedang susu : 250 cc/1 gelas
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Jelaskan jumlah makanan yang dibutuhkan balita sehari-hari pada keluarga dengan menggunakan lembar balik, leaflet 2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti 3. Tanyakan kembali jumlah makanan yang dibutuhkan anak sekolah sehari-hari menurut pemahaman
keluarga 4. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga g. Menyebutkan prinsip menyajikan makanan
Respon Psikomotor Memperagakan
h. Menyebutkan menu simbang
Respon Verbal menyebutkan
1. Keluarga dapat menyusun menu seimbang sesuai dengan 2. kebutuhan balita sehari-hari
Demonstrasikan cara menyusun menu seimbang sesuai dengan balita Berikesempatan apda keluarga untuk menyusun menu seimbang sesuai dengan jumlah kebutuhan balita 3. Beri reinforcement positif atas udaha keluarga untuk menyusun menu
3 dari 5 prinsip mengatasi anak 1. Jelaskan prinsip-prinsip tidak mau makan : dalam mengatasi anak tidak mau makan pada 1. Jangan paksa anak bila tidak keluarga dengan mau makan menggunakan lembar balik, leaflet 2. Jangan memberikan anak 2. Beri kesempatan pada makan yang manis-manis keluarga untuk sebelum makan menanyakan hal-hal yang belum dimengerti 3. Sajikan makanan dalam 3. Tanyakan kembali prinsipbentuk menarik prinsip dalam mengatasi anak tidak mau makan 4. Makan bersama menurut pemahaman
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
keluarga 5. Berikan makan dalam porsi 4. Beri reinforcement positif kecil tapi sering atas jawaban keluarga Keluarga dapat 1. Motivasi keluarga untuk i. Meredemonstrasi Respon mengatasi anak yang sulit mendemonstrasikan cara kan cara psikomotor makan dengan prinsipmemberi makan pada anak menyusun menu prinsip yang telah seimbang Memperagakan yang susah makan dijelaskan cara memberi 2. Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk makan mendemonstrasikan cara memberi makan pada anak yang sulit makan 3. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga mengatasi anak yang sulit makan j. Menyebutkan prinsip-prinsip Respon Verbal dalam mengatasi anak tidak mau menyebutkan makan k. Meredemonstrasi kan cara mengatasi kesulitan anak makan
1. Jelaskan suasana yang dapat meningkatkan selera makan anak dengan menggunakan lembar balik bergambar, dan leaflet 1. Makan bersama anggota 2. Beri kesempatan keluarga untuk menanyakan hal-hal keluarga yang belum difahami 2. Menggunakan alat makan 3. Tanyakan kembali pada keluarga suasana yang yang menarik dapat meningkatkan selera 2 dari 4 lingkungan yang dapat meningkatkan selera makan anak :
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
makan anak sesuai dengan pemahaman keluarga 4. Jenis makanan yang 4. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga bervariasi dengan bentuk dan warna yang menarik 3. Makan sambil bercerita
4. Memodifikasi lingk untuk mengatasi kurang gizi pada anak : Respon Verbal a. Menyebutkan suasana yang menyebutkan dapat meningkatkan selera makan anak
Respon Verbal menyebutkan dan memilih fasilitas kesehatan yang sesuai
Manfaat kunjungan ke fasilitas 1. Jelaskan pada keluarga manfaat kunjungan ke kesehatan : fasilitas kesehatan dengan menggunakan lembar balik 1. Mendapatkan pelayanan 2. Beri kesempatan pada kesehatan keluarga untuk 2. Mendapatkan penkes menanyakan hal-hal yang belum dimengerti 3. Tanyakan kembali pada keluarga tentang manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan sesuai dengan pemahaman keluarga
2 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi untuk mengatasi kurang gizi : 1. Posyandu 2. Puskesmas
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Diskusikan dengan keluarga fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah kurang gizi pada anak 2. Minta keluarga untuk mengidentifikasi fasilitas kesehatan yang ada di sekitar tempat tinggal
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk mengatasi kurang gizi pada anak
3. RS 4. dr praktek
a. Menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan
b. Menyebutkan fasilitas kesehatan yang
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
3. Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
dapat digunakan untuk mengatasi kurang gizi pada anak
No 2
Diagnosa
Tujuan
Evaluasi
Keperawatan
Umum
Tujuan khusus
Manajemen terapeutik diare tidak efektif pada keluarga bpk.E khususnya anak K
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 5 minggu, tidak terjadi diare pada keluarga
Setelah pertemuan 3 x 45 menit, keluarga mampu : 1. Mengenal masalah Diare dengan: a. Menjelaskan Verbal pengertian diare menyebutkan
Kriteria
Standar
Intervensi
Diare adalah frekuensi buang Dengan menggunakan Leaflet air besar cair lebih dari 3x 1. Diskusikan dengan keluarga sehari tentang pengertian diare. 2. Tanyakan kembali pada
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
Bpk. E terutama an. K tidak terjadi.
Intervensi
keluarga tentang pengertian diare 3. Beri pujian atas jawaban keluarga yang tepat b. Menyebutkan penyebab diare
Verbal menyebutkan
Penyebab utama diare 3 dari 2 1. Jelaskan kepada keluarga Penyebab diare penyebab diare 1. Virus 2. Anjurkan keluarga untuk 2. Bakteri menyebutkan penyebab diare 3. Alergi susu formula atau 3. Jelaskan kembali penyebab makanan diare jika di perlukan. 4. Beri pujian atas pencapaian keluarga
c. Menyebutkan Verbal tanda dan gejala menyebutkan diare
Menyebutkan tanda dan gejala 1. Diskusikan tanda dan gejala diare : diare 1. BAB cair 2. Tanyakan kembali diare 2. Muntah sesuai tanda dan gejala. 3. Demam 3. Beri reinforcement positif 4. Mata cekung atas jawaban keluarga. 5. BB turun dan 6. Nafsu makan turun
d. Mengidentifikasi anggota keluarga dengan diare
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Anjurkan keluarga mengidentifikasi tanda dan gejala diare pada anggota keluarga.
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
Intervensi
2. Beri reinforcement positif atas kemampuan keluarga mengidentifi-kasi kondisi anggota keluarga.
2.Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan diare. a.Menyebutkan akibat diare
3 dari 4 akibat diare 1. Dehidrasi 2. Tum-bang terhambat 3. Biaya berobat mahal 4. Meninggal dunia
1. Diskusikan akibat diare dengan keluarga. 2. Tanyakan kembali pada kel. tentang akibat diare 3. Beri reinforcement positif atas jawaban kel.
Ungkapan keinginan merawat anggota keluarga dengan diare.
1.Tanyakan kepada keluarga keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan diare 2.Fasilitasi keluarga dalam membuat keputusan terkait perawatan diare. 3.Motivasi keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit. 4.Beri penguatan atas pencapaian keluarga.
b. Ungkapan keinginan untuk merawat anggota keluarga dengan diare
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
Verbal
Lakukan “Coaching” :
menyebutkan
1. Jelaskan kepada keluarga tentang cara perawatan diare. 2. Anjurkan keluarga untuk menyebutkan cara perawatan diare 3. Jelaskan kembali cara perawatan diare jika di perlukan. 4. Beri pujian atas pencapaian keluarga.
SAKA diare:
Verbal 3.
Intervensi
Merawat anggota Menyebutkan keluarga dengan Dan komitmen diare
1. 2. 3. 4.
Sanitasi Anak Keluarga Area
a. SAKA diare
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Latih keluarga cara-cara merawat anak dengan diare 2. Anjurkan keluarga untuk redemonstrasi cara-cara perawatan diare dengan penerapan SAKA di rumah 3. Beri pujian atas usaha keluarga. 4. Ingatkan keluarga untuk melakukan perawatan diare jika bab cair lebih dari 3x sehari muncul kembali.
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
Intervensi
1. Kaji kemampuan keluarga melakukan perawatan diare Merebus botol susu yang yang telah diajarkan. digunakan balita dengan 2. Beri pujian atas usaha yang benar telah dilakukan keluarga. Kebiasaan cuci tangan dengan sabun setelah bab dan memberikan makan pada anak Pembuatan oralit Senam balita Lakukan “Coaching” kepada Terapi gurita keluarga
SAKA diare: 1. 2.
Verbal Menyebutkan dan mengelompok
3. 4. 5.
b. Meredemonstrasi cara perawatan diare kan komponen SAKA
Pada kunjungan tidak terencana keluarga melakukan perawatan diare.
c. Melakukan perawatan diare
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Jelaskan pada keluarga caracara pencegahan diare pada anak dengan penerapan SAKA. 2. Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali SAKA diare. 3. Beri pujian atas usaha keluarga.
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
Intervensi
Cara pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare: a. Penggunaan sumber air bersih yang terlindungi b. Kebersihan jamban c. Pemberian ASI d. Pemberian makanan yang Memperagakan bergizi penerapan SAKA e. Pemberian oralit serta di rumah yang pemberian zink selama 10 hari dilakukan oleh f. Terapi gurita dan senam balita g. Kebiasaan keluarga mencuci 4. Keluarga mampu ibu balita tangan memodifikasi h. Pengolahan bahan makanan lingkungan dalam i. Pembuangan sampah perawatan diare j. Pembuangan limbah dengan cara : a. Menyebutkan cara pencegahan diare Cara memodifikasi lingkungan untuk perawatan diare. Melakukan 1. Rumah dan lingkungan penerapan SAKA bersih. diare secara 2. Selalu merebus air minum yang dikonsumsi balita mandiri untuk terapi gurita dan 3. Kondisi lantai yang bersih
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1.
2.
3. 4. 5.
Diskusikan dengan keluarga cara memodifikasi lingkungan dalam perawatan diare Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali cara memodifikasi lingkungan untuk perawatan diare Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya. Jawab setiap pertanyaan yang ditanyakan keluarga. Beri pujian atas jawaban yang diberikan keluarga. Kaji kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk pencegahan diare yang telah diajarkan. Beri pujian atas usaha yang telah dilakukan kel.
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
senam balita
4. Sarana pembuangan sampah dan limbah yang selalu dalam keadaan tertutup
Intervensi
b. Menyebutkan cara Kunjungan tidak memodifikasi terencana lingkungan untuk pencegahan diare Memperagakan SAKA diare Pada kunjungan tidak terencana keluarga melakukan modifikasi lingkungan untuk pencegahna diare. c. Melakukan modifikasi lingkungan untuk pencegahan diare
5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan guna mencegah diare dengan cara: a. Mengidentifikasi fasilitas pelayanan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Diskusikan dengan keluarga fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk penanganan diare. 2. Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
kes. yang dapat digunakan dalam penanganan diare
Intervensi fasilitas kesehatan yang dapat digunakan. 3. Tanyakan kepada keluarga fasilitas kesehatan yang akan digunakan dalam perawatan diare pada anggota keluarga. 4. Beri pujian atas usaha keluarga.
Psikomotor Memperagakan cara modifikasi Fasilitas pelayanan kesehatan lingkungan yang dapat digunakan: puskesmas, RS, Praktek perawat, dokter praktek dan praktek bidan.
b. Memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam penanganan diare
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1. Anjurkan keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan untuk mengatasi diare sesuai kemampuannya. 2. Tanyakan kepada klg tentang pemanfaatan fasilitas kesehatan dalam penanganan diare. 3. Minta kepada keluarga kartu berobat yang telah digunakan untuk penanganan diare 4. Beri pujian jika keluarga telah memanfaatkan fasilitas kesehatan.
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
Afektif Kunjungan direncanakan
Adanya kartu berobat, tanggal kunjungan dan obat yang diperoleh.
Afektif Pada kunjungan tidak terencana
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
Verbal Menyebutkan
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Umum
Evaluasi Tujuan khusus
Kriteria
Standar
Kunjungan tidak terencana
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Intervensi
KUISIONER PENELITIAN “Survei Masalah Kesehatan Balita Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok” Petunjuk Pengisian Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut Anda benar NO 1.
PERNYATAAN
BENAR
Diare adalah berak encer atau bahkan dapat berupa air saja (mencret) biasanya lebih dari 2 kali sehari.
2.
Penyebab diare pada balita biasanya karena minum air mentah atau penggunaan botol susu yang tidak bersih.
3.
Faktor resiko terjadinya diare pada balita karena ibu tidak membiasakan
cuci
tangan
dengan
sabun,
BAB
sembarangan, serta sanitasi air dan jamban yang tidak bersih. 4.
Akibat diare yang tidak segera diatasi balita akan kekurangan cairan dan berakhir sampai terjadi kematian.
5.
Cara pencegahan diare dengan memberikan balita oralit, pemberian ASI, makan bergizi, serta kebersihan diri dan menjaga lingkungan yang sehat.
6.
Oralit adalah campuran gula garam yang berguna untuk mengganti cairan tubuh saat balita diare.
7.
Zink adalah zat gizi mikro dalam tubuh yang berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare.
8.
Antibiotik adalah obat anti kuman yang diberikan saat anak diare.
9.
Pemberian ASI pada balita bisa menyebabkan diare.
10.
ASI yang diberikan pada bayi dibawah 6 bulan dapat mencegah terjadinya diare.
11.
ASI mengandung zat kekebalan untuk mencegah diare.
12.
Saat terjadi diare pemberian ASI tetap diteruskan.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
SALAH
NO 13.
PERNYATAAN
BENAR
Pemberian makan seperti biasa saat balita terjadi diare dengan frekuensi lebih sering.
14.
Pemberian makan sedikit tapi sering dan tidak membatasi makan anak akan membantu proses penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.
15.
Syarat air bersih adalah air tidak berwarna harus jernih, tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau.
16.
Sumber air bersih berasal dari mata air, air sumur, PDAM, air hujan dan air dalam kemasan.
17.
Menggunakan air bersih dapat terhindar dari penyakit diare.
18.
Cara menjaga kebersihan sumber air bersih adalah tidak ada genangan air disekitar sumber, tidak ada bercak kotoran, tidak berlumut dan ember atau gayung untuk mengambil air tidak diletakkan dilantai.
19.
Jarak sumber air dengan pembuangan tinja dirumah ± 5 meter.
20.
Air yang tidak bersih untuk cuci tangan dapat menyebabkan terjadinya diare.
21.
Sabun yang digunakan dapat membunuh mikroorganisme yang menyebabkan penyakit diare.
22.
Mencuci tangan tangan saja dengan air tanpa sabun dapat terhindar dari penyakit diare.
23.
Tidak benar cara mencuci tangan hanya dengan air mengalir tanpa menggunakan sabun.
24.
Jamban adalah fasilitas pembuangan kotoran manusia.
25.
Jenis jamban sehat yaitu jenis jamban cemplung dan jamban tangki septic/leher angsa
26.
Jarak
antara
sumber
air
minum
dengan
lubang
pembuangan tinja ± 10 meter. 27.
Syarat jamban sehat adalah tidak mencemari tanah disekitarnya, tidak berbau, lantai kedap air dan tersedia
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
SALAH
NO
PERNYATAAN
BENAR
SALAH
air, sabun serta alat pembersih. 28.
Cara memelihara jamban sehat dibersihkan secara teratur.
29.
Jamban yang bersih tidak ada kotoran yang terlihat.
30.
Jamban tidak ada serangga dan bila terjadi kerusakan segera diperbaiki.
Petunjuk Pengisian Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia. Ungkapkan pendapat Anda dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS) terhadap pernyataan yang diajukan. NO 1.
PERNYATAAN
SS
Saya berikan ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan.
2.
Saya berikan ASI hingga balita umur 2 tahun.
3.
Saya pertama kali memberikan makanan pendamping ASI saat bayi berusia 4 bulan.
4.
Saya tidak memberikan ASI saat balita diare.
5.
Saya mengkonsumsi makanan bergizi setiap hari ada nasi, sayur, lauk, buah dan susu untuk memperlancar produksi ASI.
6.
Saya memberikan oralit saat balita diare.
7.
Saya membuat larutan gula garam sendiri saat balita diare.
8.
Saya memberikan balita tablet zink saat diare.
9.
Saya
memberikan
obat
antibiotic
untuk
mencegah balita diare. 10.
Saya memperoleh sumber air bersih dari air sumur atau air sumur pompa.
11.
Bangunan sumur gali dalam keadaan terbuka.
12.
Bangunan sumur gali dalam keadaan tidak ada genangan air disekitarnya.
13.
Saya
membersihkan
telapak
tangan
tanpa
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
S
KS
TS
NO
PERNYATAAN
SS
S
KS
TS
membersihkan jari-jari tangan saat mencuci tangan. 14.
Saya mengeringkan tangan setelah mencuci tangan dengan baju yang saya pakai.
15.
Saya dan keluarga menggunakan jenis jamban tangki septik atau leher angsa.
16.
Seluruh anggota keluarga harus menggunakan jamban untuk buang air besar atau buang air kecil.
17.
Menggunakan jamban agar tidak mengundang lalat yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit diare.
Petunjuk Pengisian Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia. Ungkapkan kebiasaan yang Anda lakukan dengan jawaban selalu, sering, jarang, dan tidak pernah terhadap pernyataan yang diajukan. NO
PERNYATAAN
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah
1.
Saya memberikan ASI pada bayi/balita sejak lahir sampai dengan usia 6 bulan.
2.
Saya memberikan ASI pada bayi/balita terkena diare.
3.
Saya memberikan makanan seperti biasa saat balita diare.
4.
Saya memberikan susu formula saat balita diare.
5.
Saya memberikan makan balita dengan frekuensi lebih sering selama 2 minggu setelah berhenti diare.
6.
Saya membatasi balita makan saat diare.
7.
Saya memberikan oralit saat balita diare .
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
NO
PERNYATAAN
Selalu Sering Jarang Tidak Pernah
8.
Saya memberikan larutan gula garam yang dibuat sendiri saat balita diare.
9.
Saya memberikan balita antibiotic untuk mencegah disentri pada balita.
10.
Saya menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari di rumah.
11.
Saya menggunakan air yang tidak berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan tidak berbau.
12.
Saya memasak air untuk minum keluarga sampai mendidih.
13.
Saya mencuci tangan hanya dengan air.
14.
Saya
mencuci
tangan
sebelum
dan
sesudah memberikan makan bayi/balita. 15.
Saya mencuci tangan setelah menceboki anak bayi/balita selesai buang air besar.
16.
Saya hanya mencuci tangan saat tangan kotor saja.
17.
Saya memiliki pembuangan tinja yang berjarak antara sumber air minum dengan lubang pembuangan tinja ± 5 meter.
18.
Saya mempunyai bangunan untuk jamban yang lantainya kedap air dan dilindungi dinding atau pelindung.
19.
Saya mempunyai tempat pembuangan jamban yang sudah tersedia air.
20.
Saya membersihkan jamban setiap kali kotor saja sudah cukup.
Terima Kasih atas Kesediaan Anda Mengisi Kuisioner ini.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
KUMPULAN MODUL
KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
Kontributor materi: ASTI NURAENI
PROGRAM SPESIALIS PEMINATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
KUMPULAN MODUL KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KSP)
KONTRIBUTOR MATERI : ASTI NURAENI
SUPERVISOR Dra. Junaiti Sahar SKp, M.App.Sc, Ph.D Etty Rekawati, S.Kp., MKM Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., M.N Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom
PROGRAM SPESIALIS PEMINATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2012 SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
2
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya, modul ini dapat tersusun. Modul ini merupakan panduan yang dapat digunakan dalam peningkatan pengetahuan tentang Kelompok Pendukung SAKA. Modul ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada kader Posyandu di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok. Dengan adanya modul ini diharapkan kader memiliki sumber informasi yang lebih akurat, terkait penanganan maupun pencegahan DIARE yang ditemukan pada balita. Modul ini memuat informasi terkait Kelompok Pendukung (SAKA) Kami menyadari, bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, sehingga masukan dari semua pihak sangat kami harapkan. Depok, 12 Desember 2012 Penyusun
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
3
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
DAFTAR ISI Halaman Judul .............................................................................................. 1 Kata Pengantar............................................................................... 3 Daftar Isi......................................................................................... 4 Kelompok Pendukung....................................................................6 Kepemimpinan...............................................................................7 Komunikasi.....................................................................................8 Dinamika Kelompok........................................................................10 Diare Balita.....................................................................................12 SAKA Diare.....................................................................................15 Lembar Evaluasi dan Observasi Daftar Pustaka
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
4
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
5
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
KELOMPOK PENDUKUNG A. Pengertian Kelompok yang terdiri dari beberapa individu yang mempunyai tujuan dan keinginan untuk peduli terhadap permasalahan terkait penyakit diare pada balita serta aktif untuk membantu untuk mengatasinya. B. Tujuan Memberikan bantuan dalam perawatan dengan penerapan SAKA diare terhadap balita yang mengalami diare. C. Anggota - Petugas Puskesmas - Kader Posyandu D. Tugas Anggota Kelompok Pendukung SAKA 1. Memberikan informasi kesehatan kepada ibu-ibu yang balitanya diare. 2. Melakukan penerapan SAKA diare yang terdiri dari : -
Sanitasi Anak Keluarga Area
E. Pendampingan Kelompok Pendukung SAKA Petugas Puskesmas melaksanakan pendampingan pada anggota KPS dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pendampingan ini dilaksanakan saat KPS melaksanakan kegiatan : - Memberikan penyuluhan oleh perawat Puskesmas saat balita diare berobat ke Puskesmas atau saat kunjungan rumah. - Memberikan penyuluhan oleh kader pada saat balita diare datang ke Posyandu atau saat kunjungan rumah.
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
6
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
KUMPULAN MODUL
KEPEMIMPINAN A. Pengertian 1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. 2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama. B. Tujuan 1. Mengupayakan kesejahteraan bagi orang banyak sehingga menjadi berguna bagi semua orang. Bukan sebaliknya. 2. Menolong setiap anggota mengembangkan potensinya secara penuh sehingga bisa lebih produktif dan efisien. 3. Menolong kelompok dalam pencapaian tujuan atau visi-misi pelayanan melalui kerja tim yang efektif. C. Peranan Pemimpin 1. Sebagai Pelaksana 2. Sebagai Perencana 3. Sebagai Seorang Ahli 4. Mewakili Kelompok 5. Merupakan bagian dari Kelopmpok 6. Merupakan Lambang Kelompok 7. Pemegang Tanggungjawab D. Tugas Pemimpin 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bersikap Adil Mendukung Tercapainya Tujuan Menciptakan Rasa Aman Sebagai Wakil Organisasi Sumber Inspirasi Bersikap Menghargai
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
7
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
E. Sifat Pemimpin Sifat-sifat yang diperlukan seorang pemimpin agar dapat sukses dalam kepemimpinannya, lima sifat pemimpin menurut Ghizeli dan Stogdil: 1. Kecerdasan 2. Kemampuan mengawasi 3. Inisiatif 4. Ketenangan diri 5. Kepribadian
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
8
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
KOMUNIKASI A. Pengertian Komunikasi 1. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi. 2.
Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan.
3.
Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain.
B. Tujuan 1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu 2.
Mempengaruhi perilaku seseorang
3.
Mengungkapkan perasaan
4.
Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5.
Berhubungan dengan orang lain
6.
Menyelesaian sebuah masalah
7.
Mencapai sebuah tujuan
8.
Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9.
Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain
C. Proses Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut : Pengirim pesan , penerima pesan dan pesan
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
9
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
Gangguan
Gangguan Balikan
Pengirim
Penerima
Pesan
Pesan
Simbol/Isyarat
Media
Mengartikan
(Saluran)
Kode/Pesan
( Saluran )
Diagram 1 : Proses Komunikasi D. Jenis komunikasi terdiri dari: 1. Komunikasi verbal dengan kata-kata 2. Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh
E. Hambatan Komunikasi Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional. Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan. SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
10
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Hambatan dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
11
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
DINAMIKA KELOMPOK A. Pengertian Dinamika Kelompok Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami. Dinamika kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan mempunyai tujuan bersama. B. Fungsi 1. Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi masalah kesehatan. 2. Memudahkan pekerjaan. Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian 3. Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat. C. Ciri Kelompok Sosial 1. Memiliki motif yang sama antara individu satu dengan yang lain 2. Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain 3. Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan serta kedudukan masing-masing 4. Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama. D. Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok 1. Kelebihan Kelompok * Keterbukaan antar anggota kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat anggota yang lain. SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
12
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
* Kemauan anggota kelompok untuk mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi * Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati kelompok. 2. Kekurangan Kelompok Kelemahan pada kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
13
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
DIARE BALITA
A. Pengertian Diare Diare adalah berak encer atau bahkan dapat berupa air saja (mencret) biasanya lebih dari 3 kali. B. Penyebab Diare 1. Makanan atau minuman yang tercemar kuman penyakit, basi,dihinggapi lalat dan kotor. 2. Minum air mentah atau tidak dimasak. 3. Botol susu dan dot yang tidak bersih. C. Bahaya Diare 1. Penderita akan kehilangan cairan tubuh. 2. Penderita menjadi lesu dan lemas. 3. Penderita bisa meninggal jika tidak segera di tolong. D. Cara penularan Diare dan faktor resiko 1. Cara penularan a. Penularan diare melalui mulut dan anus dengan perantaraan lingkungan dan perilaku yang tidak sehat. b. Tinja penderita atau orang sehat yang mengandung kuman bila berak sembarangan dapat mencemari lingkungan terutama air. c. Melalui makanan dan atau alat dapur yang tercemar oleh kuman dan masuk melalui mulut, kemudian terjadi diare.
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
14
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
2. Faktor risiko a. Kondisi lingkungan yang buruk (tidak memenuhi syarat kesehatan) misalnya tidak tersedia sarana air bersih dan jamban/WC. b. Buang Air Besar sembarangan (BAB). c. Tidak merebus air minum sampai mendidih. d. Tidak membiasakan cuci tangan dengan sabun sebelum menjamah makanan. E. Perawatan bila sudah kena diare 1. Tindakan di rumah a. Berikan ASI lebih sering. b. Berikan segera cairan oralit setiap anak buang air besar. c. Agar meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/ cangkir/gelas. d. Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat. e. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti. f. Jika tidak ada oralit, berikan air matang, kuah sayur atau air tajin g. Jangan beri obat apapun kecuali dari petugas kesehatan. h. Mencari pengobatan lanjutan dan anjurkan ke puskesmas untuk mendapatkan tablet zinc. 2. Tanda-tanda bahaya a. Timbul demam. b. Ada darah dalam tinja. c. Diare makin sering. d. Muntah terus menerus. e. Bayi terlihat sangat haus. f. Bayi tidak mau makan dan minum. SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
15
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
F. Tingkatan Diare 1. Diare tanpa dehidrasi - Anak sadar keadaan umum baik. - Anak minum biasa dan tidak kelihatan haus. - Kalau kulit dibagian perut dicubit, akan kembali kebentuk semula dengan cepat. - Mata kelihatan normal. - Air mata ada, mulut dan lidah basah. 2. Diare dehidrasi ringan - Anak kelihatan gelisah dan rewel. - Anak kelihatan sangat haus dan ingin minum banyak. - Jika kulit perut dicubit, lambat kembali ke bentuk semula. - Mata kelihatan cekung. - Air mata tidak ada, mulut dan lidah kelihatan kering. 3. Diare dehidrasi berat - Anak lesu, lunglai atau tidak sadar. - Malas minum atau tidak bisa minum. - Kalau kulit perut dicubit akan sangat lambat kembali kebentuk semula. - Mata sangat cekung dan kering. - Air mata tidak ada, mulut dan lidah sangat kering.
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
16
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
SAKA DIARE (10 Langkah Atasi Diare)
A. Pengertian SAKA diare merupakan suatu inovasi dalam intervensi keperawatan yang digunakan untuk mengatasi masalah diare pada balita. SAKA diare merupakan 10 langkah untuk mengatasi diare yang terdiri dari 4 komponen utama yang harus diperhatikan yaitu sanitasi, anak, keluarga dan lingkungan.
B. Manfaat 1. Mengatasi masalah diare pada balita di rumah. 2. Mengatasi masalah diare pada balita supaya tidak bertambah parah. 3. Menurunkan angka kejadian diare pada balita.
C. SAKA DIARE (10 Langkah Atasi Diare) S: Sanitasi 1. Penggunaan air minum - Menggunakan air dari sumber terlindung. - Memelihara dan menutup sumber air agar terhindar dari pencemaran. - Minum air putih yang sudah dimasak.
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
17
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
2. Penggunaan jamban - Buang air besar hanya di jamban. - Buang tinja bayi di jamban. - Menutup lubang jamban. - Membersihkan jamban 1 minggu sekali A: Anak 1. Pemberian ASI - Memberikan ASI saja sampai 6 bulan. - Memberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI. - Mengurangi pemberian susu formula untuk balita umur kurang dari 2 tahun dan menggantinya dengan ASI. - Pemberian susu formula dianjurkan jika balita umur lebih dari 2 tahun. - Jika balita diare umurnya kurang dari 2 tahun ASI tetap diberikan. - Jika balita diare umurnya lebih dari 2 tahun pemberian susu formula diencerkan 1 takar susu untuk pemberian 60 cc air. 2. Pemberian makanan - Memberikan makanan lunak seperti bubur tetap diberikan lauk seperti ikan, telur, ayam, tahu dan tempe. - Menghindari makanan pedas, santan, sayur dan buah. - Memberikan makan sedikit-sedikit tapi sering. - Menyajikan menu makan yang bervariasi dan membuat jadwal menu setiap hari. - Menghindari memberikan makanan ataupun minuman yang manis sebelum balita makan makanan utama. SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
18
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
KUMPULAN MODUL
3. Pengelolaan makanan dan minuman anaK - Memilih bahan makanan yang segar, baik dan utuh - Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan - Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akan dimakan dengan air bersih sebelum dipotong-potong - Memasak makanan sampai matang kecuali sayuran jangan dimasak terlalu matang.
- Merebus botol dan alat makan balita dengan air panas/mendidih selama 10-15 menit - Memberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik, harga terjangkau dan bersih.
- Memberikan makanan dalam keadaan panas/hangat. - Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah. - Menutup makanan dengan tudung saji. 4. Terapi Balita Senam balita Terapi gurita SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
19
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
K: Keluarga 5. Kebiasaan mencuci tangan (5 Waktu Penting Cuci Tangan Pakai Sabun) - Mencuci tangan sebelum makan - Mencuci tangan setelah buang air besar - Mencuci tangan sebelum memegang balita - Mencuci tangan setelah menceboki anak - Mencuci tangan sebelum menyiapkan makan
6. Pemberian cairan - Pemberian oralit satu bungkus bubuk oralit dilarutkan kedalam 1 gelas air matang - Pemberian oralit untuk 3 jam pertama 1,5 gelas pada balita umur kurang dari 1 tahun sedangkan lebih dari 1 tahun sampai 5 tahun 3 gelas - Pemberian oralit setiap habis bab pada balita umur kurang dari 1 tahun 0,5 gelas sedangkan balita umur 1-4 tahun 1 gelas.
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
20
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
Pemberian Zink selama 10 hari - Memberikan zink tidak boleh diberikan hanya saat balita diare - Memberian zink tetap dilanjutkan walaupun balita sudah sembuh dari diare - Memberikan zink selama 10 hari
A: Area 1. Pengelolaan sampah - Memisahkan sampah kering dan sampah yang basah - Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas - Jarak kandang ternak jauh dari rumah - Tempat sampah dalam keadaan tertutup
2. Pengelolaan limbah - Membersihkan saluran air limbah 1 minggu sekali - Membersihkan kandang hewan 1 minggu sekali
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
21
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
- Mengganti air tempat minum burung dan membersihkan kandang burung 1 minggu sekali - Menutup saluran pembuangan air limbah
“SAKA cara efektif atasi balita DIARE”
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
22
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
FORMAT KEGIATAN YANG DILAKUKAN KELUARGA DALAM PENERAPAN SAKA DIARE Nama KK
:
Nama Balita
:
Umur Balita
:
Petunjuk
: Berikanlah tanda ceklist (√) untuk keluarga yang melakukan sesuai komponen yang
ada. NO
KOMPONEN
DILAKUKAN
TIDAK
KETERANGAN
DILAKUKAN Penerapan SAKA untuk komponen yang akan dilakukan pada balita: 1.
Pemberian ASI
Memberikan ASI saja sampai 6 bulan Memberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI Mengurangi pemberian susu formula untuk balita umur kurang dari 2 tahun dan menggantinya dengan ASI Pemberian susu formula dianjurkan jika balita umur lebih dari 2 tahun Jika balita diare umurnya kurang dari 2 tahun ASI tetap diberikan 2
Pemberian makanan
Memberikan makanan lunak seperti bubur tetap diberikan lauk seperti ikan, telur, ayam, tahu dan tempe Menghindari makanan pedas, santan, sayur dan buah Memberikan makan sedikit-sedikit tapi sering Menyajikan menu makan yang bervariasi dan membuat jadwal menu setiap hari SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
23
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
Menghindari memberikan makanan ataupun minuman yang manis sebelum balita makan makanan utama 3
Terapi anak
Senam balita untuk anak usia 1-5 tahun Terapi gurita Penerapan SAKA untuk komponen yang akan dilakukan pada keluarga: 4
Kebiasaan mencuci tangan (5 Waktu Penting Cuci Tangan Pakai Sabun)
Mencuci tangan sebelum makan Mencuci tangan setelah buang air besar Mencuci tangan sebelum memegang balita Mencuci tangan setelah menceboki anak Mencuci tangan sebelum menyiapkan makan 5
Penggunaan oralit
Pemberian oralit satu bungkus bubuk oralit dilarutkan kedalam 1 gelas air matang Penggunaan zink dalam 10 hari 6
Pengelolaan makanan dan minuman anak Memilih bahan makanan yang segar, baik dan utuh Makanan yang sudah rusak/kadaluwarsa tidak dimakan Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akan dimakan dengan air bersih sebelum dipotong-potong Memasak makanan sampai matang kecuali sayuran jangan dimasak terlalu matang. Merebus botol dan alat makan balita dengan air panas/mendidih selama 10-15 menit
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
24
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
Memberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik, harga terjangkau dan bersih. Memberikan makanan dalam keadaan panas/hangat Tempat penyimpanan makanan matang dan mentah terpisah
Menutup makanan dengan tudung saji
Depok, ............................2012 Penilai
(...............................................)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
25
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
FORMAT OBSERVASI YANG DILAKUKAN KELUARGA DALAM PENERAPAN SAKA DIARE Nama KK
:
Nama Balita
:
Umur Balita
:
Petunjuk
: Berikanlah tanda ceklist (√) untuk keluarga yang melakukan sesuai komponen yang
ada. NO
KOMPONEN
SESUAI
TIDAK SESUAI
KETERANGAN
Penerapan SAKA untuk komponen yang ada di keluarga tentang Sanitasi: 1.
Penggunaan air minum Menggunakan air dari sumber terlindung Memelihara dan menutup sumber air agar terhindar dari pencemaran Menutup tempat penampungan air
Minum air putih yang sudah dimasak 2
Penggunaan jamban Buang air besar hanya di jamban Buang tinja bayi di jamban Menutup lubang jamban Membersihkan jamban 1 minggu sekali
Penerapan SAKA untuk komponen yang ada di keluarga tentang kebersihan area sekitar: 4
Pengelolaan sampah Memisahkan sampah kering dan sampah yang basah Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas Jarak kandang ternak jauh dari rumah Tempat sampah dalam keadaan tertutup
5
Pengelolaan limbah
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
26
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
Membersihkan saluran air limbah 1 minggu sekali Membersihkan kandang hewan 1 minggu sekali Mengganti air tempat minum burung dan membersihkan kandang burung 1 minggu sekali Menutup saluran pembuangan air limbah
Depok, ............................2012 Penilai
(...............................................)
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
27
KUMPULAN MODUL
KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
Daftar Pustaka Depkes RI, 2011 Lintas Diare , Dirjen P2PL Departemen Kesehatan RI Friedman, M., Bowden, V., Jones, E. (2003). Family Nursing Research, Theory & Practice. New Jersey: Pearson Education Mc Murray. 2003. Community Health And Wellness: A Socioecological Approach. Australia: Harcourt, Mosby. Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community And Public Health Nursing. 5th edition. St. Louis: Mosby-Year Book, Inc
SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FIK UI 2012
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
28
PAKET PERLENGKAPAN KADER DALAM MELAKUKAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH TENTANG PENERAPAN SAKA DIARE KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KADER : NO KPS
:
PROGRAM SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
FORMAT PENILAIAN KADER DALAM MELAKUKAN KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH TENTANG PENERAPAN SAKA DIARE KELURAHAN CISALAK PASAR NO KOMPONEN PENILAIAN FASE PRA INTERAKSI 1. - Persiapan alat : Kartu penerapan SAKA, rekapitulasi kartu, laporan
BOBOT 10
mingguan dan stiker penilaian, alat tulis - Persiapan kader : Cek kembali keluarga yang akan dikunjungi - Persiapan lingkungan : Persiapkan lingkungan yang mendukung untuk pelaksanaan kesiapan alat sudah lengkap dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk dilakukan kegiatan tanpa ada gangguan dari luar FASE ORIENTASI 2 - Pemberian salam pada keluarga
20
- Perkenalan yang melakukan supervisi - Kontrak waktu selama 30 menit - Tujuan kegiatan untuk melakukan pemantuan penerapan SAKA diare yang dilakukan keluarga FASE KERJA 3 - Kegiatan observasi untuk komponen sanitasi dan area
40
- Kegiatan tanya jawab untuk komponen anak dan keluarga - Kegiatan penilaian yang dicapai keluarga untuk tiap komponen - Kegiatan pemberian umpan balik pada keluarga terhadap penerapan SAKA diare keluarga dengan pemberian warna di stiker - Kegiatan pemberian saran dan masukan terhadap keluarga untuk penerapan SAKA diare yang dilakukan keluarga FASE TERMINASI 4 - Evaluasi keluarga terhadap kegiatan yang dilakukan oleh kader
30
- Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya - Berpamitan - Dokumentasi TOTAL NILAI
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
100
NILAI
Catatan :.................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... .................................................................................................................................................... ....................................................................................................................................................
Depok, 5 April 2013 Penilai
(
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
)
KARTU PENERAPAN SAKA DIARE (KARTU RASA DIARE)
Nama KK
:
Nama Balita
:
Umur Balita
:
Jumlah Anggota Keluarga
:
Alamat
:
Waktu Terkena Diare Umur : ___________________________________________________________________________ Petunjuk Pengisian Kartu RASA Diare 1. Kartu ini digunakan untuk memantau kegiatan penerapan SAKA diare yang dilakukan keluarga di rumah 2. Kartu ini ditempelkan didepan rumah yang terlindungi dari hujan dan mudah dilihat oleh kader kesehatan 3. Tanda bintang (*) pada komponen anak dan keluarga dilakukan bila anak diare kalau tidak dilakukan saat tidak diare tidak dinilai 4. Tanda bintang (*) pada komponen area bila keluarga tidak mempunyai fasilitas kandang ayam dan burung tidak dinilai 5. Penilaian setiap item yang dilakukan yaitu: - Nilai 1 bila dilakukan - Nilai 0 bila tidak dilakukan - Total tiap komponen SAKA 10 6. Tanda-tanda yang akan diberikan pada keluarga ada 3 jenis yaitu: - Merah nilai < dari 4 : Keluarga tidak dapat melakukan penerapan SAKA diare dengan benar dan masih perlu bimbingan dan arahan kader - Kuning nilai 4 – 6 : Keluarga dapat melakukan penerapan SAKA diare dengan benar dan masih perlu bimbingan dan arahan kader - Hijau nilai > 7 : Keluarga dapat melakukan penerapan SAKA diare dengan benar dan dapat melakukan secara mandiri ___________________________________________________________________
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
10 LANGKAH ATASI DIARE BALITA
ANITASI No Komponen 1 Penggunaan air minum terdiri dari : Menggunakan air dari sumber terlindung Memelihara sumber air agar terhindar dari binatang Menutup sumber air agar terhindar dari pencemaran Menutup tempat penampungan air Minum air putih yang sudah dimasak 2 Penggunaan jamban terdiri dari : Buang air besar hanya di jamban Buang tinja balita di jamban Menutup lubang jamban Memelihara kebersihan jamban dari binatang Membersihkan jamban 1 minggu sekali
Nilai
Keterangan
Nilai
Keterangan
TOTAL
NAK No Komponen 3 Pemberian ASI terdiri dari : Memberikan ASI saja sampai 6 bulan Memberikan ASI sampai 2 tahun ditambah makanan pendamping ASI Mengurangi pemberian susu formula untuk balita umur kurang dari 2 tahun dan menggantinya dengan ASI 4 Pemberian makanan terdiri dari : Memberikan makanan lunak seperti bubur tempe Menghindari makanan pedas, santan, sayur dan buah Memberikan makan sedikit-sedikit tapi sering Menyajikan menu makan yang bervariasi dan membuat jadwal menu setiap hari Menghindari memberikan makanan ataupun minuman yang manis sebelum balita makan makanan utama
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
5
Terapi anak terdiri dari : Senam balita untuk anak usia 1-5 tahun * Terapi gurita *
TOTAL
ELUARGA No Komponen 6 Kebiasaan mencuci tangan (5 Waktu Penting Cuci Tangan Pakai Sabun) terdiri dari : Mencuci tangan sebelum makan, buang air besar dan memegang balita Mencuci tangan setelah menceboki balita dan sebelum menyiapkan makan 7 Pemberian cairan elektrolit terdiri dari : Pemberian oralit* Penggunaan zink dalam 10 hari* Penggunaan air kelapa* 8 Pengelolaan makanan dan minuman balita terdiri dari: Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akan dimakan dengan air bersih sebelum dipotong-potong Merebus botol dan alat makan balita dengan air panas/mendidih selama 10-15 menit Memberikan jajanan balita yang nilai gizinya baik, harga terjangkau dan bersih. Memberikan makanan dalam keadaan panas/hangat Menutup makanan dengan tudung saji TOTAL
Nilai
Keterangan
Nilai
Keterangan
REA No Komponen 9 Pengelolaan sampah terdiri dari : Memisahkan sampah kering dan sampah yang basah Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
10
Jarak kandang ternak jauh dari rumah Tempat sampah dalam keadaan tertutup Sampah pampers balita dimasukkan dalam kantong tersendiri Pengelolaan limbah terdiri dari : Membersihkan saluran air limbah 1 minggu sekali Membersihkan kandang hewan 1 minggu sekali* Mengganti air tempat minum burung setiap hari* Membersihkan kandang burung 1 minggu sekali* Menutup saluran pembuangan air limbah TOTAL
“SAKA cara efektif atasi balita DIARE”
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
REKAPITULASI TIAP KELUARGA KARTU PENERAPAN SAKA DIARE KELUARGA (KARTU RASA DIARE) KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KK
:
NAMA BALITA: UMUR
:
ALAMAT
:
KJ
S A N I T A SI 1 2 3 4 5 6 7 8 BULAN FEBRUARI 1 2 3 4 BULAN MARET 1 2 3 4 BULAN APRIL 1 2 3 4
9
10
1
2
3
ANAK 4 5 6 7
KOMPONEN 8
9
10
1
2
KELUARGA 3 4 5 6 7 8
9
10
1
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
2
3
4
AREA 5 6 7
TOTAL 8
9
10
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
REKAPITULASI KARTU PENERAPAN SAKA DIARE KELUARGA (KARTU RASA DIARE) KELURAHAN CISALAK PASAR
NAMA KADER
:
NO KPS
:
ALAMAT
:
Petunjuk Pengisian Setiap item yang dinilai yang sudah diberi warna akan diberi penilaian yaitu :
NO
-
Baik jika tidak ada tanda merah disemua item (B)
-
Cukup jika ada 1 tanda merah disemua item (C)
-
Kurang jika lebih dari 2 tanda merah disemua item (K)
NAMA KK
FEBUARI 1
2
3
MARET 4
1
2
3
APRIL 4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1
2
3
4
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
ALUR KEGIATAN PENERAPAN SAKA DIARE KELUARGA KELURAHAN CISALAK PASAR 2013
-
Dilakukan kunjungan rumah
Balita BAB cair lebih dari 3x sehari
-
Melakukan observasi komponen Sanitasi dan Area
-
Melakukan wawancara untuk komponen Keluarga dan Anak
Balita beresiko terkena diare
-
Melakukan penilaian penerapan SAKA di keluarga
-
Melakukan umpan balik terhadap hasil yang dilakukan
Dilakukan Intervensi Keperawata n secara individu atau kelompok
-
Pendidikan kesehatan tentang balita diare
-
Demonstrasi cara mencuci tangan
-
Demonstrasi kreasi pembuatan LGG dan oralit
-
Demonstrasi tentang senam balita
-
Demonstrasi tentang terapi gurita
-
Demonstrasi nutrisi balita diare dengan pembuatan bubur tempe
PERIODE WAKTU 13 MINGGU (3 BULAN)
3. Penilaian untuk keseluruhan komponen SAKA
Penilaian penerapan SAKA diare adalah 1. Penilaian untuk setiap item SAKA
- Dikatakan baik jika keempat komponen SAKA tidak ada warna merah
- Nilai 1 jika item dilakukan - Nilai 0 jika item tidak dilakukan
- Dikatakan cukup jika keempat komponen SAKA ada 1 warna merah
2. Penilaian untuk setiap komponen SAKA -
- Dikatakan kurang jika keempat komponen SAKA ada > dari 1
Total keselurahan item untuk setiap komponen nilai 10 Jika nilai < dari 4 artinya kurang dan diberi warna merah Jika nilai 4-6 artinya cukup dan diberi warna kuning Jika nilai > 7 artinya baik dan diberi warna hijau
warna merah
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
SOAL PRE DAN POST TEST Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA (KPS) 1.
Kelompok Pendukung SAKA (KPS) yang dibentuk mempunyai tujuan yaitu? a. Memberikan contoh yang baik cara merawat balita diare. b. Memberikan contoh kader yang mampu merawat balita diare. c. Memberikan bantuan dalam perawatan dengan penerapan SAKA diare terhadap balita diare.
2.
Tugas kader dalam kegiatan KPS adalah? a. Memberikan penyuluhan dan penerapan langsung SAKA diare b. Memberikan penyuluhan SAKA diare c. Memberikan penerapan SAKA diare
3.
Kader adalah seorang pemimpin dalam masyarakat? a. Setuju b. Tidak setuju c. Sangat seuju
4.
Komunikasi yang dilakukan kader saat balita terkena diare adalah menyalahkan ibu karena memberikan susu formula? a. Selalu b. Jarang c. Tidak pernah
5.
Hambatan yang dirasakan kader saat memberikan penyuluhan ada pada ibu balita salah satunya adalah? a. Pengirim pesan yaitu kader b. Media yang digunakan c. Penerima pesan yaitu ibu balita
6.
Komponen SAKA diare terdiri dari? a. 4 b. 5 c. 6 d. 2
7.
Saya kader posyandu selalu bertanya saat penimbangan balita tentang masalah kesehatan khususnya diare? a. Selalu b. Tidak pernah
8.
Pelaksanaan SAKA diare terdiri dari? a. 4 b. 8 c. 10 d. 12
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
9.
Yang tidak termasuk komponen dalam sanitasi adalah? a. Pembuangan sampah b. Penggunaan air bersih c. Penggunaan jamban d. Kebersihan jamban
10. Cara pencegahan diare pada balita dirumah dengan diberikan cairan elektrolit yaitu? a. LGG b. Santan c. Sayur d. Buah 11. Cara pencegahan diare dengan inovasi terbaru yaitu? a. SAKA diare b. LINTAS diare c. Pemberian zink d. Pemberian oralit 12. Komponen SAKA diare untuk mengatasi kembung balita dapat dilakukan terapi yaitu? a. Terapi gurita b. Senam balita c. Pijat bayi d. Terapi air kelapa 13. Penerapan SAKA diare balita yang dilakukan di keluarga merupakan salah satu upaya dini pencegahan diare. a. Benar b. Salah 14. Pemberiaan oralit pada balita dapat digantikan dengan pemberiaan air kelapa karena fungsinya sama untuk pengganti cairan tubuh. a. Benar b. Salah 15. Kebiasaan mencuci tangan ibu hanya dengan air mengalir salah satu cara pencegahan diare. a. Benar b. Salah 16. Cara pengolahan makan yang benar adalah Mencuci sayuran dan buan-buahan yang akan dimakan dengan air bersih sebelum dipotong-potong a. Setuju b. Tidak setuju 17. Saya mengajarkan balita mencuci tangan sebelum makan. a. Selalu b. Tidak pernah
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
18. Saya akan berhenti memberikan balita ASI saat diare. a. Selalu b. Tidak pernah 19. Saya beranggapan bahwa balita terkena diare karena akan bertambah pintar. a. Setuju b. Tidak setuju 20. Akibat lanjut diare pada balita yang tidak segera diatasi adalah? a. Dehidrasi b. Kurang cairan c. Semua benar SELAMAT MENGERJAKAN
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
LEMBAR JAWABAN HARI/TANGGAL JAM NAMA KADER NILAI
: : : :
1. A.
B.
C.
D.
11. A.
B.
C.
D.
2. A.
B.
C.
D.
12. A.
B.
C.
D.
3. A.
B.
C.
D.
13. A.
B.
C.
D.
4. A.
B.
C.
D.
14. A.
B.
C.
D.
5. A.
B.
C.
D.
15. A.
B.
C.
D.
6. A.
B.
C.
D.
16. A.
B.
C.
D.
7. A.
B.
C.
D.
17. A.
B.
C.
D.
8. A.
B.
C.
D.
18. A.
B.
C.
D.
9. A.
B.
C.
D.
19. A.
B.
C.
D.
10. A.
B.
C.
D.
20. A.
B.
C.
D.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
SOAL PRE DAN POST TEST 1. Salah satu yang bisa diterapkan dikeluarga untuk pencegahan diare pada balita adalah... a. SAKA diare b. Lintas diare c. Oralit 2. Komponen dalam penerapan SAKA diare di keluarga yaitu memberikan terapi untuk mengurangi kembung yaitu... a. Terapi gurita b. Terapi bawang merah c. Terapi kunyit 3. Terapi untuk balita yang bisa diajak untuk bekerjasama salah satunya adalah senam balita yang gerakannya terdiri dari... a. Senam balita b. Senam sehat c. Pijat bayi 4. Komponen pemberian makan pada balita adalah dengan pemberian bubur yaitu... a. Tempe b. Singkong c. Ayam 5. Bahan dasar pembuatan bubur tempe dipilih karena... a. Kandungan zink tinggi b. Kandungan kalsium tinggi c. Kandungan serat tinggi 6. Salah satu tujuan pemberian bubur tempe adalah... a. Meringankan kerja usus pada balita b. Meringankan kerja lambung pada balita c. Meringankan kerja usus besar pada balita 7. Formula bubur tempe diberikan pada usia... a. 6 bulan-5 tahun b. 0-5 tahun c. 1-5 tahun 8. Penyajian bubur tempe sebaiknya... a. Semenarik dan sedini mungkin b. Saat balita mau makan c. Disimpan terlebih dahulu 9. Bahan-bahan lain yang diperlukan untuk pembuatan bubur tempe adalah... a. Margarine b. Garam c. Penyedap rasa 10. Takaran air putih yang digunakan pembuatan bubur tempe adalah... a. 200 cc b. 300 cc c. 400 cc
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
LEMBAR JAWABAN
NAMA IBU: ALAMAT:
1.
6.
2.
7.
3.
8.
4.
9.
5.
10
LEMBAR JAWABAN
NAMA IBU: ALAMAT:
1.
6.
2.
7.
3.
8.
4.
9.
5.
10
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER I RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGATE BALITA DENGAN DIARE DI KELURAHAN CISALAK PASAR KOTA DEPOK, 7 September 2012 s.d Januari 2013 No A
Kegiatan Manajemen pelayanan keperawatan komunitas 1. Pengembangan kontrak residen (Learning contract)
Tujuan
Keluaran
Kompetensi
Target/sasaran
Metode
Membantu pencapaian tujuan pembelajaran
Adanya dokumen kontrak belajar sesuai pedoman
3.1
Residen
Studi literatur Konsultasi
2. Penyusunan framework dan instrumen pengkajian
Sebagai landasan dalam mencapai tujuan pembelajaran
Adanya dokumen framework dan instrumen pengkajian
3.2
Residen
Studi literatur Konsultasi
3. Penyusunan latar belakang dan studi pustaka terkait balita diare
Sebagai tahapan awal dalam mencapai tujuan pembelajaran
Adanya dokumen latar belakang
3.3
Residen
4. Orientasi dan magang di Dinas Kesehatan serta memaparkan target yang harus dicapai dan melakukan pengkajian
Sebagai latar belakang dan tahap awal dalam mencapai tujuan pembelajaran
Adanya dokumen target yang harus dicapai
3.4
5. Penelaahan Renstra DinKes Kota Depok terkait program pencegahan diare balita
Diketahui rencana, pelaksanaan, evaluasi (kendala) dan operasional program balita diare (perbandingan dengan tingkat nasional)
Adanya dokumen tentang Renstra DinKes Kota Depok Adanya kesepakatan kerjasama lintas sektor dan program
6. Penelaahan kebijakan program pengendalian penyakit diare dan sistem rujukan jan jaminan pemeliharaan
Diketahuinya kebijakan (sasaran, target, pencapaian, evaluasi) pengendalian diare (perbandingan tingkat
Adanya dokumen tentang pengendalian penyakit diare
Waktu
Sumber
Minggu I
Pedoman residensi
Minggu I
Studi literatur
Studi literatur Konsultasi
Minggu I
Studi literatur
Pejabat Dinas Kesehatan Kota Depok
Wawancara Telaah dokumen Observasi Orientasi lapangan
Minggu II
Profil Kes Kota Depok, Laporan Tahunan Program Bidang Kesehatan Masyarakat
3.5
PJ Program P2L
Wawancara Telaah dokumen Orientasi lapangan
Minggu II
Laporan tahunan
3.5
PJ Program P2L
Wawancara Telaah dokumen
Minggu III
Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1
No
Kegiatan kesehatan.
Keluaran
Kompetensi
Diketahui kebijakan CHN dan program P2L
Adanya dokumen tentang kebijakan atau rencana strategis program khususnya terkait balita diare
3.5
a. Penelaahan kebijakan operasional program pengendalian diare balita di Puskesmas Cimanggis.
Diketahui kebijakan operasional pengendalian penyakit diare
Adanya dokumentasi tentang kebijakan operasional program
b. Melakukan promosi kesehatan pada kelompok Ibu balita dan keluarga dengan balita diare.
Mensosialisasikan pengendalian penyakit diare pada balita
c. Penelaahan pengelolaan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan pengendalian penyakit diare terkait program inovasi LINTAS diare
Diketahui tahap perencanaan sampai dengan pengawasan program LINTAS diare
7. Penelaahan kebijakan CHN dan program pengendalian diare di tingkat DinKes, Puskesmas dan masyarakat
nasional)
Tujuan
Target/sasaran
Metode
Waktu
Sumber
Residensi
Studi literatur
Minggu III
Dokumen
3.6
Kepala Puskesmas Cimanggis PJ P2L
Studi literatur dan dokumen
Minggu IV
Rencana operasional Puskesmas
Adanya kegiatan dan Laporan tertulis hasil analisis kebijakan dan implementasi program balita di tingkat dinas, Puskesmas dan wilayah.
3.6
Residen
Kerja tim Pendidikan kesehatan Peran serta masyarakat
Minggu IV
Studi literatur
Tersusunnya perencanaan sampai dengan pengawasan program pelayanan keperawatan komunitas.
3.6
Lintas program, lintas sektor, TOMA, Kader, Masyarakat yang beresiko balitanya mengalami diare
Studi litaratur dan dokumen
Minggu V
Laporan tahunan Rekapitulasi kegiatan balita
8. Orientasi dan magang di Puskesmas Kecamatan Cimanggis
.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
2
No
Kegiatan d. Desiminasi terkait peran dan fungsi CHN dan kegiatan yang akan dilakukan
Tujuan Mensosialisasikan perencanaan program
Keluaran Tersosialisasinya rencana program yang akan dilaksanakan
Kompetensi 3.6
Target/sasaran Kader kesehatan Tokoh masyarakat Ibu balita
Metode Curah pendapat Wawancara
Waktu Minggu V
Sumber Kepala Puskesmas PJ Program P2PL Kader kesehatan Tokoh masyarakat
9. Orientasi dan pengkajian di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar
Mengetahui kebutuhan dan sumber daya yang ada diwilayah untuk dilakukan program inovasi
Identifikasi kebutuhan dan sumber daya yang ada diwilayah
3.7
Kader kesehatan Tokoh masyarakat Ibu balita
Wawancara Angket
Minggu VI
Kepala Kelurahan Tokoh masyarakat
10. Uji coba instrumen
Mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan
Adanya instrumen yang valid dan reliabel
3.7
Ibu balita
Wawancara Angket
Minggu VI
Tokoh masyarakat
11. Pengkajian manajemen kesehatan diintegrasikan dengan askep komunitas
Mengidentifikasi kebutuhan dan sumber daya manusia
Pengembangan perencanaan program
3.7
Ibu balita
Wawancara Angket
Minggu VI
Tokoh masyarakat
12. Analisis dan identifikasi kesenjangan konsep
Mengidentifikasi kesenjangan yang ada
Adanya telaah hasil analisis
3.8
Residen
Studi literatur
Minggu VII
Studi literatur
13. Perumusan masalah
Menetapkan masalah manajemen keperawatan
Teridentifikasi masalah manajemen keperawatan terkait program yang belum terlaksana secara optimal
3.8
Residen
Studi literatur
Minggu VII
Studi literatur
14. Menetapkan alternatif solusi serta negosiasi program yang dapat diaplikasikan secara berjenjang
Menetapkan solusi untuk program LINTAS diare
Adanya inovasi untuk program LINTAS diare
3.9
Residen
Studi literatur
Minggu VIII
Studi literatur
15. Penetapan rencana serta lobby untuk implementasi
Mengkomunikasikan kepada kader kesehatan, Menyusun rencana
Adanya kegiatan yang terjadual dan direncanakan di masyarakat dalam upaya
Kader kesehatan Tokoh masyarakat
Diskusi
Minggu IX-XV
Kepala Kelurahan Tokoh
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
3
No
Kegiatan
kegiatan
Tujuan
Keluaran pencegahan diare balita .
Kompetensi
Target/sasaran Ibu balita
Metode
Waktu
Sumber masyarakat
16. Desiminasi perencanaan kepada lintas program, sektor dan masyarakat terkait
Mensosialisasikan program LINTAS diare melalui peer group
Tersosialisasi program pemgendalian diare
3.10
Kader kesehatan Tokoh masyarakat Ibu balita
Presentasi dan diskusi
Minggu X
Kader kesehatan, tokoh masyarakat
17. Pelaksanaan atau implementasi rencana yang telah disusun berjenjang mulai dari DinKes, puskesmas dan masyarakat
Terlaksananya program pelayanan keperawatan komunitas. Terlaksananya program yankep keluarga
Pelaksanaan program pelayanan keperawatan komunitas sesuai dengan tujuan dengan terkontrol secara kontinu.
3.10
Kader kesehatan Ibu balita
Praktik lapangan
Minggu X
Kader kesehatan, tokoh Masyarakat
18. Ujian praktik inovasi manajemen
Evaluasi kemampuan diri dalam pelaksanaan inovasi manajemen
Nilai evaluasi yang baik
3.10
19. Lokmin LP data temuan yang berpontensi menjadi hambatan implementasi
Mengidentifikasi hambatan program
Adanya hambatan pelaksanaan progran
3.10
Kader kesehatan
Lokakarya mini kesehatan.
Minggu XVI
Kader kesehatan tokoh masyarakat
20. Implementasi lanjutan
Terlaksananya program pelayanan keperawatan komunitas
Berbagai kegiatan program Yan kep kom
3.10
Ibu balita
Studi lapangan
Minggu XVI
Ibu balita
21. Evaluasi
Teridentifikasinya faktor pendukung dan penghambat program yang sudah dilakukan
Program yang perlu monitor evaluasi program ditindak lanjuti
3.10
Ibu balita
Curah pendapat Lembar cek list
Minggu XVI
Ibu balita
22. Penyusunan RTL semester II
Teridentifikasi program yang akan dilaksanakan di semester 2
Tersusun RTL program di semester 2
3.10
Residen
Studi lapangan
Minggu XVU
Residen
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
4
No
B
Kegiatan
Asuhan keperawatan pada aggregate balita diare 1. Pengkajian pada aggregate balita beresiko mengalami diare: Identifikasi masalah kesehatan dan skreening balita yang berisiko terkena diare.
Tujuan
Keluaran
Kompetensi
Target/sasaran
Metode
Waktu
Sumber
Mengkaji dan mengidentifikasi masalah dan sumber daya kesehatan pada aggregate balita dengan risiko terkena diare
Adanya hasil analisis data pengkajian (faktor yang berkonstribusi dan bukti hasil skreening) terhadap balita diare
1.1.
Aggregate balita diare
Survey FGD Pemeriksaan fisik Observasi
Minggu III, IV
Studi literatur Balita yang resiko terkena diare
2. Perencanaan bersama aggregate dalam upaya pencegahan diare balita melalui program LINTAS diare dengan pembentukan peer group (kelompok sayang balita diare)
2.1 Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas secara komprehensif. 2.2. Mensosialisasikan rencana program
Hasil konsultasi dan revisi (melalui proses).
1.2.
Residensi
Studi literatur Konsultasi Pembimbingan
Minggu IV-VI
Studi literatur Supervisor
Form perencanaan yang siap dilaksanakan (time table/ganchart)
1.3.
Lurah Ketua RW/RT Tokoh masyarakat Kader kesehatan
Lokakarya mini masyarakat.
Minggu VI
Supervisor Studi literatur RENOP bidang kesehatan Kota Depok
3. Pelaksanaan program kerja hasil kesepakatan bersama pembentukan kelompok pendukung sayang balita diare
Terlaksananya berbagai program kerja secara terstruktur dan terjadwal
Program kerja dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah disepakati.
1.4.
Lurah Ketua RW/RT Tokoh masyarakat Kader kesehatan Aggregate .
Penyuluhan Sharing/diskusi Pembentukan SG
Minggu VIII XVI
Hasil Lokmin Supervisor Studi literatur Agenda kerja tahunan Puskesmas.
4. Evaluasi bersama aggregate hasil pelaksanaan program LINTAS diare dan SAFE untuk pengendalian diare balita
Menilai tingkat keberhasilan pemberian asuhan keperawatan pada agregate balita diare Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat pada asuhan keperawatan agregate balita diare
Adanya rencana tindak lanjut yang disepakati. Teridentifikasi program yang perlu ditindak lanjuti
1.6.
PJ P2PL Lurah Ketua RW/RT Tokoh masy Kader kesehatan
Curah pendapat Self evaluation Lembar cek list Wawancara
Minggu XVI
Supervisor Studi literatur
5. Penyusunan RTL
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
5
No
C
Kegiatan
Asuhan keperawatan keluarga : 1. Pengkajian pada 5 keluarga yang mengalami atau beresiko terkena diare pada balita
Tujuan
Keluaran
Kompetensi
Target/sasaran
Metode
Waktu
Sumber
Mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan sumber daya yang ada dalam keluarga yang beresiko dengan menggunakan model PRECEDE PROCEED dan Friedman.
Adanya hasil pengkajian keluarga dengan resiko balita diare sejumlah 5 keluarga.
1.1.
Keluarga dengan balita beresiko terkena diare
Wawancara Pemeriksaan fisik Observasi Konsultasi
Minggu V
Studi literatur Kader kesehatan Keluarga Ketua RT/RW
2. Melakukan analisis data dan menetapkan masalah keperawatan keluarga yang balitanya beresiko terkena diare
Mengidentifikasi masalah keperawatan keluarga beresiko terkena diare untuk 5 keluarga.
Adanya rumusan masalah keperawatan keluarga dengan berdasarkan penapisan masalah yang ada pada 5 keluarga.
1.2.
Keluarga dengan balita diare
Konsultasi Diskusi Kunjungan rumah
Minggu V-X
Studi literatur Supervisor Keluarga
3. Bersama keluarga merumuskan intervensi dalam pengendalian diare
Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga dengan balita diare bersama dengan keluarga
Adanya bukti fisik berupa rencana asuhan keperawatan keluarga yang siap dilaksanakan dengan ditandatangani residen, keluarga dan supervisor.
1.3.
Keluarga dengan resiko
Konsultasi Diskusi Kunjungan rumah 2 kali seminggu.
Minggu V- X
Studi literatur Supervisor Keluarga.
4. Melakukan intervensi keperawatan keluarga berupa kognitif, afektif dan perilaku LINTAS diare: a. Pemberian Oralit b. Pemberian ASI c. Gizi d. Latihan massage pada balita e. SAFE (The Sanitation Family Education) f. Modifikasi diet bubur tempe
Melaksanakan berbagai intervensi keperawatan yang telah disusun dan disepakati dengan keluarga.
Intervensi yang telah disusun dilakukan bersama keluarga sesuai dengan hasil kesepakatan bersama.
1.4.
Keluarga dengan resiko
Simulasi Demonstrasi Evaluasi Kunjungan rumah 2 kali seminggu.
Minggu V-XVI
Studi literatur Supervisor Keluarga
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
6
No
Kegiatan
Tujuan
Keluaran
5. Penyerahan laporan keluarga binaan
Melaporkan perkembangan proses asuhan keperawatan keluarga
Adanya dokumen laporan keluarga binaan
6. Ujian ketrampilan di keluarga
Menilai ketrampilan dalam pengelolaan asuhan keperawatan keluarga
Evaluasi ketrampilan dalam bentuk nilai
7. Referat askep keluarga Program SAFE pada keluarga dengan balita diare
7.1. Mensosialisasikan metode atau model terkini terkait dengan askep pada keluarga dengan balita diare 7.2. Mensosialisasikan metode atau model terkini terkait dengan askep pada keluarga dengan balita diare
Tersosialisasinya metode atau model terkini terkait dengan askep pada keluarga dengan balita diare
8. Menilai hasil asuhan keperawatan keluarga berdasarkan tingkat kemandirian keluarga
Mengidentifikasi pencapaian kemandirian keluarga.
Pencapaian kemandirian keluarga berada pada tingkat IV (mandiri penuh).
Kompetensi
Target/sasaran
Residen
Metode
Residen
1.6.
Peserta residensi dan aplikasi Keluarga dengan balita diare
Presentasi seminar (bahasa Inggris dan Indonesia) Evaluasi diri Lembar ceklist Curah pendapat Home visit
9. Penyerahan draf laporan praktek kepada supervisor
Waktu
Sumber
Minggu VII-VIII
Studi literatur
Minggu IX-X
Supervisor Keluarga
Minggu VII-VIII
Studi literatur
Minggu IX-X
Supervisor Keluarga
Minggu VII-VIII
Studi literatur Supervisor Keluarga
Minggu IX-X
10. Penyerahan laporan akhir
Minggu XII-XIII Depok, 13 September 2012
Menyetujui Supervisor utama,
Residen,
Dra. Junaiti Sahar, SKp, M.App.Sc, PhD
Asti Nuraeni
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
7
UNIVERSITAS INDONESIA
KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER II SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGAT BALITA DENGAN DIARE DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
OLEH: ASTI NURAENI 1006755260
PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN AJARAN 2012/2013
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
1
KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER II SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGAT BALITA DENGAN DIARE DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK A. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS No
Kegiatan
Tujuan
1
Penyusunan kontrak belajar residensi semester 2.
Membantu pencapaian tujuan pembelajaran residensi.
Adanya kontrak belajar sesuai pedoman pembelajaran residensi.
3.1
Residen.
Studi Literatur. Konsultasi.
Minggu Ketiga Januari.
2
Pembuatan program kegiatan pembinaan Kelompok Pendukung SAKA (KPS) di RW 01 dan 03 Kelurahan Cisalak Pasar.
2.1 Pengembangan program kegiatan KPS sebagai salah satu kegiatan Posyandu di RW 01 dan RW 03 Kelurahan Cisalak Pasar.
Tersusunnya perencanaan program kegiatan KPS di RW 01 dan 03 Kelurahan Cisalak Pasar.
3.2
Residen. Pengurus KPS. Kader.
Studi Literatur. Diskusi bersama kader dan pengurus KPS.
Minggu II dan III Februari.
Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare (P2D).
3.4
Residen. Pengurus KPS. Kader.
Studi Literatur. Diskusi bersama kader dan pengurus KPS.
Minggu II dan III Pebruari.
Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare (P2D).
Puskesmas. Pengurus KPS. Kader. Masyarakat yang beresiko.
Studi Literatur. Diskusi bersama kader, puskesmas dan pengurus KPS.
Minggu IV Pebruari s.d I Maret.
Kepala Puskesmas. P.J. P2P. Kader. Pengurus KPS.
2.2 Tersosialisasikannya perencanaan program kegiatan KPS di RW 01 dan 03 Kelurahan Cisalak Pasar.
Keluaran
2.1.1 Tersusunnya rencana program kegiatan KPS di RW 01 dan 03 Kelurahan Cisalak Pasar.
Kompetensi
2.1.2 Tersosialisasi rencana program kegiatan KPS di RW 01 dan 03 Kelurahan Cisalak Pasar.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Target/sasaran
Metode
Waktu
Sumber BPKM semester 2.
2
3
4
Pelaksanaan kegiatan KPS di RW 01 dan 03 sebagai salah satu kegiatan Posyandu untuk menerapkan SAKA diare sebagai salah satu cara melakukan pencegahan diare pada balita.
3.1 Terlaksananya program kegiatan KPS yang akan dilakukan melalui kegiatan Posyandu di RW 01 dan 03.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan KPS di RW 01 dan 03 dalam pelaksanaan SAKA diare di rumah.
Terpantaunya kegiatan KPS di RW 01 dan 03 untuk meningkatkan koping adaptif penanganan diare balita di RW 01 dan 03 melalui supervisi, bimbingan dan pengarahan.
3.1.1 80% tersusunnya kegiatan KPS di RW 01 dan 03 Kelurahan Cisalak Pasar.
3.9
3.1.2 Terbinanya 5 keluarga binaan dengan pemasalahan diare pada balita di RW 01 dan 03.
4.1 Kader melakukan supervisi setiap bulan sekali pada kegiatan KPS di RW 01 dan 03 untuk meningkatkan koping adaptif di RW 01 dan 03.
- 75% pelaksanaan program kegiatan KPS terkontrol secara kontinu
3.10
- 75% tersusun pelaporan kegiatan KPS untuk puskesmas
- 75% ada rujukan dari kader ke puskesmas dan adanya pelaporan kegiatan KPS.
4.2 Petugas puskesmas melakukan supervisi setiap bulan sekali pada kegiatan KPS di RW 01 dan 03
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Kader. Pengurus KPS.
Diskusi. KIE. PSM.
Minggu IV Februari.
Kepala Puskesmas. PJ P2P. Kader kesehatan. Pengurus KPS.
Kader. Pengurus KPS. Ibu balita.
Diskusi. KIE. PSM.
Minggu I Maret s/d Minggu IV April.
Kader kesehatan. Pengurus KPS.
PJ P2P Puskesmas. Kader. Pengurus KPS.
Format supervisi Diskusi
Bulan April dan Mei
Kepala Puskesmas PJ P2P Kader kesehatan Pengurus KPS
PJ P2P Puskesmas Kader Pengurus KPS
Format supervisi Diskusi
Bulan April dan Mei
Kepala Puskesmas PJ P2P Kader kesehatan Pengurus KPS
PJ P2P Puskesmas Kader Pengurus KPS
Format supervisi Format rujukan Diskusi
Bulan April dan Mei
Kepala Puskesmas PJ P2P Kader kesehatan Pengurus KPS
3
B. KEPERAWATAN KOMUNITAS No
Kegiatan
Tujuan
1
Penyusunan program upaya pembinaan kesehatan balita diare bersama masyarakat melalui kegiatan “Gerakan Ibu Sayang Anak Diare” (GEISAD) sebagai salah satu upaya pencegahan diare pada balita.
Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas secara komprehensif pada aggregate balita diare melalui kegiatan GEISAD.
Pelaksanaan program kerja dalam upaya pencegahan diare pada balita dengan penerapan SAKA diare.
2.1 Menyusun jadwal dan program kerja kegiatan GEISAD di RW 01 dan RW 03.
2.1.1
Tersusunnya jadwal kegiatan GEISAD di RW 01 dan 03.
2.2 Terlaksananya kegiatan GEISAD di RW 01 dan RW 03 dengan penerapan SAKA diare sebagai satu upaya dalam pencegahan diare pada balita.
2.1.2
75% kegiatan GEISAD dapat melakukan penerapan SAKA diare sebagai salah satu upaya dalam pencegahan diare balita.
2
Mensosialisasikan rencana salah satu program Posyandu yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan pada balita diare melalui kegiatan GEISAD di RW 01 dan 03.
Keluaran
1.1.1 Adanya rencana asuhan keperawatan komunitas hasil konsultasi dan revisi.
Kompetensi 1
1.1.2 Adanya kegiatan GEISAD di RW 01 dan 03. 1.1.3 Adanya praktik penerapan SAKA diare pada kegiatan GEISAD di RW 01 dan 03. 1.1.4 Kegiatan dilakukan dalam upaya meningkatkan pencegahan diare balita. 1.1.5 Promosi kesehatan pada aggregate balita tentang cara pencegahan diare melalui penerapan SAKA diare di “TK Arrafah” dan “PAUD Abatasa”. 2
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Target/sasaran
Metode
Waktu
Sumber
Pengurus KPS. Kader. Ibu balita.
Studi literature. Diskusi.
Minggu III Februari.
Supervisor. Studi literatur.
Pengurus KPS. Kader . Ibu balita. Residen. Aggregat balita.
KIE.
Minggu I Maret s/d Minggu IV April.
Supervisor. Studi literatur.
Pengurus KPS. Kader. Ibu balita.
PSM. KIE. KP.
Minggu IV Pebruari s/d Minggu IV April.
Supervisor. Studi literatur.
Residen. Ibu balita. Kader.
PSM. KIE. KP.
Minggu IV Pebruari s/d
Supervisor. Studi literatur.
Minggu IV April.
4
2.3 Terlaksananya kegiatan promosi kesehatan pada kelompok balita sebagai faktor resiko terjadinya diare.
3
Evaluasi hasil kegiatan pembinaan kesehatan balita diare melalui GEISAD.
Evalusia tingkat keberhasilan asuhan keperawatan komunitas pada aggregat balita diare melalui kegiatan GEISAD.
2.3.1
Peserta kegiatan GEISAD di RW 01 dan 03 mampu melakukan kegiatan secara mandiri dengan supervisi dari kader dan pengurus KPS.
2.3.2
Terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan ibu balita tentang penerapan SAKA diare untuk pencegahan diare pada balita.
3.1.1
80% program kegiatan GEISAD dilakukan melalui Posyandu. 80% ibu balita yang ikut GEISAD dapat melakukan penerapan SAKA diare secara mandiri. Terjadi perubahan tingkat pengetahuan, sikap, dan ketrampilan ibu balita tentang penerapan SAKA diare.
3.1.2
3.1.3
3
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Residen. Ibu balita. Kader. Pengurus KPS.
KIE.
Minggu IV Maret.
Studi Literatur.
Kepala Puskesmas. Pengurus KPS. Kader kesehatan.
Diskusi. Wawancara. Lembar evaluasi.
Minggu I s/d II Mei.
Supervisor. Studi literatur.
5
C. KEPERAWATAN KELUARGA No
Kegiatan
Tujuan
1
Pengkajian pada 5 keluarga dengan anggota keluarga dengan balita diare.
Mengidentifikasi berbagai masalah kesehatan sesuai dengan model Friedman.
2
Melakukan analisis data dan menetapkan masalah keperawatan keluarga.
3
Keluaran
Kompetensi
Target/sasaran
Adanya hasil pengkajian keluarga dengan balita diare sejumlah 5 keluarga.
1.1
Keluarga dengan dengan balita diare.
Mengidentifikasi masalah keperawatan keluarga yang muncul berdasarkan hasil pengkajian.
Adanya rumusan masalah keperawatan keluarga berdasarkan NANDA.
1.2
Bersama keluarga merumuskan intervensi yang sesuai.
Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga bersama keluarga.
Adanya rencana asuhan keperawatan keluarga untuk semua masalah keperawatan yang muncul.
4
Melakukan intervensi keperawatan keluarga kriteria kognitif, afektif dan perilaku dalam penerapan SAKA diare : a. Praktik pengolahan LGG dengan modifikasi yang menarik. b. Terapi gurita. c. Senam balita.
Melaksanakan intervensi keperawatan yang telah disusun dan disepakati bersama keluarga.
5
Penyerahan laporan keluarga binaan.
Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan.
Waktu
Sumber
Wawancara. Observasi. Pemeriksaan fisik. Kunjungan rumah.
Minggu III s/d IV Februari.
Studi literatur. Kader kesehatan. Keluarga. Pengurus KPS.
Keluarga dengan balita diare.
Diskusi. Kunjungan rumah.
Minggu III s/d IV Februari.
Studi literatur. Keluarga.
1.3
Keluarga dengan balita diare.
Diskusi. Kunjungan rumah.
Minggu III s/d IV Februari.
Studi literatur. Keluarga.
90% intervensi dilakukan bersama keluarga untuk menyelesaikan masalah.
1.4
Keluarga dengan balita diare.
Demonstrasi. Coaching. Konseling. Pendidikan kesehatan. Kunjungan rumah.
Minggu IV Pebruari s/d IV April.
Studi literatur. Keluarga.
Adanya dokumen laporan keluarga kelolaan dan resume.
11
Residen.
Konsultasi. Diskusi.
Minggu I Mei.
Studi literatur. Keluarga.
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Metode
6
7
Referat askep komunitas.
8
10
Mengevaluasi asuhan keperawatan keluarga berdasarkan tingkat kemandirian keluarga. Penyerahan laporan praktek semester II kepada Supervisor. Penyerahan laporan akhir.
11
Sidang terbuka.
Mendesiminasikan hasil praktek residensi keperawatan komunitas.
12
Sidang tertutup.
13
Penyerahan laporan KIA.
9
7.1 Mensosialisasikan model atau intervensi terkait dg asuhan keperawatan pada komunitas dengan masalah diare pada balita. Mengidentifikasi pencapaian kemandirian keluarga.
Tersosialisasikannya model atau intervensi terkait dg asuhan keperawatan pada komunitas dengan masalah diare pada balita. 75% pencapaian kemandirian keluarga berada pada tingkat IV.
8
Residen.
Presentasi ( bahasa inggris).
Minggu I s/d II April.
9
Keluarga. Residen.
Format evaluasi. Diskusi. Kunjungan rumah.
Minggu IV April.
Studi Literatur.
Mendokumentasikan hasil kegiatan praktek residensi semester II. Mendokumentasikan hasil kegiatan praktek residensi semester II.
Tersusunnya laporan semester II praktek manajemen, komunitas, dan keluarga. Tersusunnya laporan semester II praktek manajemen, komunitas, dan keluarga setelah dikonsultasikan. Tersosialisasikannya kegiatan praktek dengan masukan dari tim perkesmas di luar FIK UI.
11
Residen. Supervisor.
Studi literatur. Konsultasi.
Studi Literatur.
11
Residen. Supervisor.
Studi literatur. Konsultasi.
Minggu I s/d II Mei. Minggu I s/d II Mei.
3
Residen. Supervisor. Tim Perkesmas.
Seminar.
Minggu III s/d IV Mei.
Studi Literatur.
Mempertanggungjawabkan hasil kegiatan praktek residensi .
Hasil kegiatan praktek residensi selama 2 semester dapat dipertanggungjawabkan didepan tim penguji.
4
Residen. Supervisor. Tim penguji.
Studi literatur. Konsultasi.
Minggu I s/d II Juni.
Studi Literatur.
Mendokumentasikan dan mempublikasikan hasil praktek residensi.
Dokumentasi dan publikasi hasil praktek residensi keperawatan komunitas.
4
Residen. Supervisor.
Studi literatur. Konsultasi.
Minggu I s/d II Juni.
Studi Literatur.
Menyetujui: Supervisor Utama,
(Dra. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, Ph.D)
Studi Literatur.
Studi Literatur.
Depok, 16 Januari 2013 Supervisor,
(Henny Permatasari, SKp. M.Kep, Sp.Kep.Kom)
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
Residen
(Asti Nuraeni) 7
FOTO KEGIATAN KONSELING KELUARGA
FOTO KEGIATAN PELATIHAN KADER POSYANDU
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
FOTO KEGIATAN KOMUNITAS GERAKAN IBU SAYANG ANAK DIARE (GEISAD)
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013
FOTO KEGIATAN KELOMPOK PENDUKUNG SAKA (KPS)
KEGIATAN DINAMIKA KELOMPOK
Kelompok pendukung...., Asti Nuraeni, FIK UI, 2013