UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI CORPORATE BUSINESS DEVELOPMENT PT. KALBE FARMA, Tbk. JL.LET.JEND. SUPRAPTO KAV 4, CEMPAKA PUTIH, JAKARTA PERIODE 6 JANUARI - 28 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
HANSEN, S.Farm. 1306343656
FAKULTAS FARMASI PROGRAM SARJANA FARMASI DEPOK JUNI 2014
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI CORPORATE BUSINESS DEVELOPMENT PT. KALBE FARMA, Tbk. JL.LET.JEND. SUPRAPTO KAV 4, CEMPAKA PUTIH, JAKARTA PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
HANSEN, S.Farm. 1306343656 APOTEKER LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM SARJANA FARMASI DEPOK JUNI 2014 ii
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
iii Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, 20 Juni 2014
Hansen
iv Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Hansen, S. Farm.
NPM
: 1306343656
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 20 Juni 2014
v Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Sang Tri Ratna atas rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXVIII Universitas Indonesia, yang diselenggarakan pada tanggal 6 Januari – 28 Februari 2014 di PT. Kalbe Farma, Tbk. Jl. Let.Jend. Suprapto Kav 4, Cempaka Putih Timur, Jakarta. Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi Apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa. Setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker, diharapkan Apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat memasuki dunia kerja. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat kepada: 1.
Drs. Sie Djohan selaku Director of Corporate Business Development and Management System yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kalbe Farma, Tbk.
2.
Bapak FX. Widiyatmo selaku Deputy Director of Corporate Business Development sekaligus pembimbing utama di PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan informasi yang sangat bermanfaat selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker;
3.
Ibu Ivone Tri Susanti selaku Senior Manager of Corporate Business Development yang selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker telah banyak membantu penulis dalam memberikan bimbingan, pengarahan, saran, dan informasi yang sangat bermanfaat selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan ini;
4.
Dr. Iskandarsyah, M.S., Apt selaku dosen pembimbing PKPA yang telah menyediakan waktu , pikiran, dan tenaga untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan laporan ini;
5.
Dr. Mahdi Jufri, M.S, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
vi Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
6.
Dr. Hayun, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
7.
Para Manager dan staff yang bekerja di divisi Corporate Business Development PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah banyak membantu selama proses pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker;
8.
Papi, Mami, Dexsen, dan keluarga tercinta yang telah memberi bantuan dukungan baik moril maupun materil selama ini;
9.
Keluarga Farmasi (Fungi, Satrio, Billy) atas dukungan , perhatian, dan kasih sayang nya selama masa perkuliahan 4 tahun;
9.
Sahabat-sahabat yaitu Lena, Yelsen, Martin, Andreas, dan Madiun yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penyusunan laporan;
10. Teman-teman BIJI (Verika, Vincent, Fen-fen, Lydia, Alwi, Donny, Raja Johan, Tale, Yuriani, Lucky, Joseph, Billy, dan Steven), atas kebersamaan dukungan, persahabatan, dan persaudaraan yang indah selama masa perkuliahan 4 tahun; 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan dan bantuannya selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan laporan
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkannya.
Penulis 2014
vii Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Hansen, S. Farm. NPM : 1306343656 Program Studi : Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI CORPORATE BUSINESS DEVELOPMENT PT. KALBE FARMA, Tbk. JL.LET.JEND. SUPRAPTO KAV 4, CEMPAKA PUTIH, JAKARTA PERIODE 6 JANUARI – 28 FEBRUARI 2014 beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, Noneksklusif mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 20 Juni 2014 Yang menyatakan
(Hansen, S. Farm.)
viii Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama
: Hansen, S. Farm.
NPM
: 1306343656
Program Studi
: Profesi Apoteker
Judul
: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Corporate Business Development PT. Kalbe Farma, Tbk. Periode 6 Januari – 28 Februari 2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Corporate Business Development PT. Kalbe Farma, Tbk. bertujuan untuk memahami peran apoteker di industri farmasi khususnya pada bagian Corporate Business Development. Di samping itu, terdapat tugas khusus yang berjudul “ PERBANDINGAN PENGEMBANGAN INTELIJEN
BISNIS
DI
PERUSAHAAN
P&G
DENGAN
PT.KALBE
FARMA,TBK.”. Tujuan dari tugas khusus adalah untuk mempelajari tentang bisnis intelijen pada perusahaan P&G dan menemukan hal baru yang dapat dikembangkan pada bisnis intelijen di PT. Kalbe Farma, Tbk.
Kata kunci
: PT. Kalbe Farma, Tbk., Corporate Business Development, Bisnis Intelijen, P&G
Tugas umum : xii + 26 halaman; Tugas khusus : iv + 26 halaman; Daftar Acuan Tugas Umum : 6 (2004-2012) Daftar Acuan Tugas Khusus : 11 (1988-2014)
ix Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name
: Hansen, S. Farm.
NPM
: 1306343656
Program Study
: Apothecary profession
Title
: Pharmacist Internship Program at Corporate Busniess Development PT. Kalbe Farma, Tbk. Period January 6th – February 28th 2014
Pharmacists Professional Practice at Corporate Business Development of PT. Kalbe Farma, Tbk. aims to to understand the roles of pharmacist at Pharmacy Industry especially Corporate Business Development Division. Beside that, there is specific assignment titled “Comparison of Business Intelligence Development between P&G and PT. Kalbe Farma, Tbk. ”. While the purpose of the specific assignment to learn the process of P&G in developing its business intelligence and to seek the new knowledge which can be used by PT. Kalbe Farma in developing the business intelligence.
Keywords
: PT. Kalbe Farma, Tbk., Corporate Business Development, Business Intelligence, P&G
General Assignment : xii + 26 pages Specific Assignment : iv+ 26 pages Bibliography of General Assignment: 6 (2004-2012) Bibliography of Specific Assignment: 11 (1988-2014)
x Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i HALAMAN JUDUL ............................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................... iv HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. v KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .........................viii ABSTRAK............................................................................................................ ix DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Tujuan .................................................................................................. 3 BAB 2. TINJAUAN UMUM ................................................................................ 4 2.1 PT.Kalbe Farma, Tbk ........................................................................... 4 2.2 Unit Bisnis PT. Kalbe Farma, Tbk. ....................................................... 7 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS ........................................................................... 10 3.1 Business Development ...................................................................... 10 3.2 Tugas Business Development ........................................................... 10 3.3 Kompetensi Business Developer ....................................................... 11 3.4 Tahapan Business Development.......................................................... 16 BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 21 4.1 Tugas dan Tanggung Jawab Corporate Business Development PT.Kalbe Farma, Tbk. ........................................................................ 21 4.2 Tahapan Business Development PT Kalbe Farma, Tbk. ..................... 22 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 25 DAFTAR ACUAN .............................................................................................. 26
xi Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambar 3.1 Gambar 4.1
Skema Bisnis PT.Kalbe Farma, Tbk. .............................................. 5 Skema Proses Business Development .......................................... 10 Skema Pengembangan Business Development ............................. 18
xii Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar
di dunia yaitu berada di urutan keempat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut data badan statistik Indonesia, hingga akhir tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 250 juta. Besarnya angka pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan sasaran pasar yang sangat potensial bagi perusahaan-perusahaan farmasi dalam negeri untuk mengembangkan pasar obat nasional karena akan memiliki kebutuhan obat yang sangat banyak. Kebutuhan obat-obatan di tanah air, khususnya obat generik, juga dipastikan meningkat seiring dengan dilaksanakannya sistem jaminan sosial nasional (SJSN) di bidang kesehatan pada awal tahun 2014. Banyaknya peluang bisnis dalam bidang farmasi membuat perusahaanperusahaan farmasi di Indonesia, salah satunya PT. Kalbe Farma, Tbk. untuk terus mengembangkan diri dengan menciptakan produk yang inovatif tanpa mengesampingkan efikasi, mutu, dan keamanan bagi konsumen. Saat ini, PT Kalbe Farma, Tbk. telah menjadi perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara yang sahamnya telah dicatat di bursa efek dengan pertumbuhan penjualan sebesar 25,0% mencapai Rp13,636 triliun di akhir tahun 2012. Laba bersih setelah pajak meningkat menjadi Rp1,734 triliun, 17,0% lebih tinggi dibanding pencapaian tahun 2011 sebesar Rp1,482 triliun. Laba bersih per saham meningkat menjadi Rp37 dibandingkan Rp32 di tahun sebelumnya.. PT Kalbe Farma, Tbk. mampu menjangkau 70% dokter umum, 90% dokter spesialis, 100% rumah sakit, 100% apotek untuk pasar obat-obat resep serta 80% untuk pasar produk kesehatan dan nutrisi di Indonesia. PT Kalbe Farma, Tbk. mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar obat resep Indonesia dengan pangsa 13% di antara sekitar 200 perusahaan farmasi di Indonesia, menurut data IMS Health 2011 (Kalbe, 2013). Kesuksesan PT. Kalbe Farma, Tbk dibandingkan perusahaan farmasi lainnya tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung seperti kelengkapan 1
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
infrastruktur dari ketersediaan raw material, distribusi, hingga ke retail (seperti Mitrasana dan KalCare); pengembangan produk yang inovatif, mengikuti trend, dan sesuai dengan kebutuhan konsumen serta dilengkapi dengan service bagi konsumen Melihat kesuksesan bisnis PT. Kalbe Farma, Tbk. sebagai perusahaan multinasional terbesar di Asia Tenggara tidak terlepas dari konsistensi perusahaan untuk terus inovatif dan kreatif dalam mengembangkan bisnisnya. Inovasi adalah semangat yang menjiwai setiap tahap pertumbuhan PT. Kalbe Farma, Tbk. menjadi perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Riset dan pengembangan produk-produk baru yang inovatif, bernilai tinggi, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan prospek yang baik di masa mendatang terus dilakukan (Kalbe, 2013). Untuk terus mengembangkan bisnisnya, PT Kalbe Farma Tbk memiliki divisi business development yang berfungsi menciptakan dan mengembangkan produk baru. Business development akan melakukan evaluasi strategis dan eksplorasi potensi manfaat dari bisnis yang sedang dijalankan tersebut. Business development ini dapat mengembangkan bisnisnya dari celah produk lama dengan market lama, produk lama dengan market baru, produk baru dengan market lama atau produk baru dengan market baru. Pada Peraturan Pemerintah no.51 tahun 2009 terkait
Pekerjaan
Kefarmasian disebutkan bahwa salah satu pekerjaan kefarmasian seorang apoteker dalam industri farmasi adalah pembuatan dan pengendalian mutu obat, pengadaan obat, penyimpanan obat, distribusi obat, serta pengembangan obat. Oleh karena itu, seorang apoteker dalam industri farmasi harus memiliki kualifikasi yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian di industri farmasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh calon apoteker adalah dengan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Laporan tugas umum ini akan membahas mengenai peran dan fungsi apoteker dalam salah satu pekerjaan kefarmasian di industri farmasi, yaitu business development sehingga mahasiswa dapat lebih memahami, mengetahui, dan memperdalam salah satu fungsi apoteker di industri farmasi. Selain itu, akan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
3
menjelaskan gambaran bagaimana proses pengembangan suatu bisnis baru dari pencarian ide hingga beredar di pasar. Penulis berharap laporan ini dapat memberikan arahan kepada para apoteker muda dalam memperoleh keterampilan dan pengalaman praktis yang kelak dapat membantu dunia kerja, terutama di industri farmasi. 1.2. Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Kalbe Farma, Tbk., khususnya di Corporate Business Development, bertujuan agar para calon Apoteker : 1. Memahami peranan apoteker di industri yang bergerak di bidang farmasi, khususnya pada bagian Corporate Business Development. 2. Mempelajari
peran
pengembangan
bisnis
dalam
kelangsungan
pertumbuhan perusahaan farmasi 3. Memahami tahapan pengembangan bisnis dalam suatu perusahaan farmasi
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1
PT Kalbe Farma Tbk. (www.kalbe.co.id, 27 Januari 2014)
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. Kalbe Farma, Tbk. didirikan pada 10 September 1966 oleh 6 bersaudara yaitu yaitu Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, F.Bing Aryanto dengan melakukan usaha dimulai di sebuah garasi di kawasan Jakarta Utara dan lingkup kerjanya hanya dikawasan Jakarta saja.
PT Kalbe Farma, Tbk. saat itu dipimpin oleh Dr.
Boenjamin Setiawan dan F. Bing Aryanto serta didukung oleh keempat saudara lainnya. Produk pertama PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah Bioplacenton®. Kegigihan dan ketekunan dalam menjalankan usahannya membuat PT. Kalbe Farma, Tbk. bertumbuh baik sehingga pada akhirnya memiliki pabrik di kawasan Pulomas, Jakarta Timur pada tahun 1971 dan memperoleh status PMDN pada tahun 1974. Pendirian pabrik baru mengakibatkan daerah aktivitasnya mulai berkembang yang sebelumnya hanya di Jakarta mulai merambah ke daerah– daerah lainnya di Indonesia Pada tahun 1991, PT. Kalbe Farma Tbk. terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai perusahaan publik. Pada tahun 1998, pabrik Kalbe Farma berpindah lokasi ke Cikarang Bekasi dengan luas area dan bangunan yang lebih luas sehingga dapat menampung kegiatan industri yang makin berkembang secara menyeluruh. Saat ini PT. Kalbe Farma, Tbk. telah menjadi perusahaan produk kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 53,8 Triliun dan total penjualan bersih mencapai Rp 13,636 triliun di tahun 2012, meningkat 25,0% dari Rp 10,912 trilliun di 2011,serta berhasil mencapai 102,5% dari target penjualan yang ditetapkan di awal tahun. PT Kalbe Farma Tbk. menutup tahun 2012 dengan kinerja yang positif, membukukan peningkatan penjualan bersih sebesar 25,0% mencapai Rp 13,636 triliun di akhir tahun. Divisi Obat Resep meraih penjualan bersih sebesar Rp 3,288 triliun, sedangkan Divisi Produk Kesehatan, Divisi Nutrisi serta Divisi Distribusi
4
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
5
dan Logistik membukukan penjualan bersih masing-masing sebesar Rp 2,149 triliun, Rp3,012 triliun dan Rp 5,188 triliun. Laba tahun berjalan tumbuh 17,0% dari Rp 1,482 triliun di tahun 2011 menjadi Rp 1,734 triliun di tahun 2012, serta membukukan peningkatan nilai pemegang saham yang berkelanjutan dengan laba per saham dasar mencapai Rp37,0 tahun 2012 dari Rp31,7 di tahun sebelumnya setelah memperhitungkan pengaruh pemecahan saham. PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki fokus bisnis pada 4 divisi, yaitu divisi obat resep, divisi produk kesehatan, divisi nutrisi, serta divisi distribusi dan logistic. Di tahun 2013, tercatat bahwa kontribusi segmen bisnis utama PT. Kalbe Farma, Tbk. adalah divisi distribusi dan logistik (35%), obat resep (24%), divisi nutrisi (24%), dan produk kesehatan (16%).. Saat ini PT. Kalbe Farma, Tbk. didukung lebih dari 17.000 karyawan termasuk 6.000 tenaga pemasaran dan penjualan yang tersebar di seluruh wilayah sehingga Kalbe mampu menjangkau 70% dokter umum, 90% dokter spesialis, 100% rumah sakit, 100% apotek untuk pasar obat-obat resep serta 80% untuk pasar produk kesehatan dan nutrisi. Setelah melampaui 4 dasawarsa pertumbuhan, PT. Kalbe Farma, Tbk. telah bertransformasi dari produsen obat-obatan menjadi penyedia “solusi layanan kesehatan yang menyeluruh” melalui penyediaan solusi kesehatan yang lengkap mulai dari produk obat-obatan, nutrisi, suplemen, makanan dan minuman kesehatan hingga alat-alat kesehatan termasuk pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan komprehensif atau holistik kepada konsumen yang telah dirintis, PT. Kalbe Farma, Tbk. diyakini dapat mempertahankan dan meningkatkan daya saing di tengah kompetisi yang semakin ketat dalam rangka memperkuat keunggulan kompetitif PT. Kalbe Farma, Tbk. di masa depan. Targetnya adalah untuk membangun Global Brand yang memiliki potensi penjualan yang tinggi di setiap unit bisnis untuk mendorong pertumbuhan kinerja.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
6
[www.kalbe.co.id, 3 Februari 2014] Gambar 2.1. Skema Bisnis PT Kalbe Farma Tbk. 2.1.2 Visi dan Misi Visi PT. Kalbe Farma Tbk. adalah “Menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima” (to be the best Indonesian Health Care Company driven by innovation, strong brands and excellent in management), sedangkan misi dari Kalbe Farma Tbk. adalah “Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik” (to improve health for a better life).
2.1.3
Nilai Kalbe: Panca Sradha
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
7
PT. Kalbe Farma, Tbk. memiliki lima kepercayaan atau nilai dalam menjalankan perusahaannya yang dikenal dengan Kalbe Panca Sradha. Lima kepercayaan tersebut adalah : a. Trust is the glue of life Saling percaya adalah perekat di antara kami b. Mindfulness is the foundation of our action Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami c. Innovation is the key to our success Inovasi adalah kunci keberhasilan kami d. Strive to be the best Bertekad untuk menjadi yang terbaik e. Interconnectedness is a universal way of life Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami
2.1.4 Motto Perusahaan Motto perusahaan adalah "The Scientific Pursuit of Health for a Better Life", yang menunjukkan bahwa perusahaan melakukan usaha pencarian di bidang kesehatan melalui ilmu pengetahuan sains dan teknologi untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
2.2
Unit Bisnis PT. Kalbe Farma, Tbk. Unit Bisnis yang dimiliki oleh PT. Kalbe Farma, Tbk terdiri dari:
a.
Divisi Obat Resep (Prescription Pharmaceuticals Division). Divisi obat resep Kalbe memiliki rangkaian obat resep yang lengkap untuk seluruh segmen ekonomi masyarakat, dimulai dari obat generik, obat generik bermerek hingga obat lisensi; yang didistribusikan ke rumah sakit, apotik hingga toko obat di seluruh Indonesia melalui jaringan distribusi yang terintegrasi. Kalbe juga memiliki tim pemasaran yang kuat yang dibagi menjadi kelompok-kelompok pada masing-masing segmen dan kelas terapi untuk menjamin kegiatan pemasaran yang terfokus dan efektif. Beberapa produk unggulan Kalbe antara lain adalah Brainact, Cefspan, Mycoral, Cernevit, Cravit, Octalbin, Neuralgin, Broadced, Neurotam, dan CPG.
b.
Divisi Produk Kesehatan (Consumer Health Division). Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
8
Divisi Produk Kesehatan Kalbe meliputi kategori produk obat bebas bersifat kuratif serta produk-produk konsumsi kesehatan yang memiliki manfaat kesehatan seperti suplemen dan produk bersifat preventif lainnya, minuman energi serta produk minuman kesehatan. Pada kategori produk obat bebas, portofolio Kalbe mencakup lebih dari 6 kelas terapi obat bebas dengan merek-merek yang dominan menguasai pangsa pasar dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa produk unggulan Kalbe antara lain adalah Promag, Komix, Mixagrip dan Entrostop telah menerima berbagai penghargaan dari berbagai institusi. Produk unggulan Kalbe lainnya antara lain adalah Woods, Fatigon, Procold, Mextril, Extra Joss, Hydro Coco dan Original Love Juice. c.
Divisi Nutrisi (Nutritionals Division). Divisi Nutrisi Kalbe menawarkan ragam produk-produk nutrisi yang lengkap untuk setiap tahapan penting dalam kehidupan konsumen, mulai dari bayi, balita, anak-anak, pra-remaja, dewasa, ibu hamil dan menyusui, hingga usia senja; serta produk-produk nutrisi untuk konsumen dengan kebutuhan khusus. Beberapa produk unggulan Kalbe antara lain adalah Morinaga Chil Kid, Morinaga Chil School, Morinaga Chil Mil, Morinaga BMT, Prenagen, Milna dan Diabetasol yang diluncurkan sejak lebih dari 20 tahun yang lalu dan menguasai pangsa pasar yang dominan di Indonesia dan telah memperoleh beberapa penghargaan antara lain Reader’s Choice Award untuk Prenagen dari majalah Mother & Baby dan Top Brand for Kids 2012 untuk Milna dari Frontier dan Majalah Marketing. Kalbe terus melengkapi portofolio produknya dengan meluncurkan beberapa produk baru yang menawarkan manfaat kesehatan bagi konsumen seperti Zee, Fitbar, Entrasol dan Nutrive Benecol.
d.
Divisi Distribusi dan Logistik (Distribution & Logistics Division). Untuk menjamin ketersediaan produk di seluruh wilayah Indonesia, Kalbe mempunyai Divisi Distribusi dan Logistik yang dijalankan oleh anak perusahaannya PT Enseval Putera Megatrading Tbk. yang bertanggung jawab atas distribusi produk-produk Kalbe dan produk prinsipal pihak ketiga ke lebih dari 1 juta outlet di seluruh pelosok Indonesia. Di samping itu, Kalbe juga telah memperluas portofolio bisnis Divisi tersebut dengan perdagangan bahan baku kimia, peralatan kesehatan serta layanan jasa kesehatan secara Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
9
ritel. Jaringan distribusi dan logistik Kalbe merupakan jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia untuk produk farmasi. Dengan dukungan 2 Pusat Distribusi Regional (Regional Distribution Center atau RDC) di kota Jakarta dan Surabaya serta 65 cabang yang tersebar di 47 kota, Kalbe mampu menjangkau lebih dari 1 juta outlet di seluruh Indonesia secara langsung dan tidak langsung bekerja sama dengan perusahaan distribusi lokal. Beberapa prinsipal pihak ketiga utama antara lain adalah PT Abbott Indonesia, PT Mead Johnson Indonesia, PT L’Oreal Indonesia, PT Kara Santan Pertama dan PT Beiersdorf Indonesia.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS
3.1
Business Development Bisnis hadir bukan untuk vakum, melainkan menjadi bisnis yang
kompetitif, yaitu dengan merespon terhadap beragam tekanan, baik dari internal dan eksternal, maupun kebutuhan akan inovasi sehingga diperlukan business development Business development dapat didefinisikan sebagai berbagai aktivitas yang akan membawa “status quo” suatu bisnis. Aktivitas tersebut meliputi planning (perencanaan), adding for growth (penambahan untuk pertumbuhan), substracting for profit (mengurangi keuntungan), business process improvement (kemajuan proses bisnis), dan competitive awareness and advantage (kesadaran kompetitif dan keuntungan) (Austin, 2008). Prinsip dasar business development adalah melakukan evaluasi strategis dan eksplorasi potensi manfaat dari bisnis tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tentu perlu dilakukan evaluasi yang paling tidak meliputi marketing, finance, knowledge management dan customer service. Hasil analisis inilah yang akan menjadi bekal tim yang terdiri dari fungsi-fungsi marketing, engineering, operations, legal, sales, dan lainnya, dalam membangun bisnis baru tersebut (Dransfield, Needham, dan Hough, 2006).
3.2.
Tugas Business Development Business Development (BD) berperan dalam memberikan layanan
pengembangan produk, bisnis, dan servis baru untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Business Development dapat melakukan pendampingan dan membantu produktivitas perusahaan terhadap produk baru. Business Development merupakan unit bisnis yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai produk obat, alat kesehatan, nutrisi, dan suplemen kesehatan yang tepat dan untuk memastikan bahwa produk baru yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan dan strategi bisnis. Business Development (BD) dipimpin oleh seorang Head BD yang harus memiliki jiwa pengembangan bisnis yang baik. Hal ini sesuai dengan tujuan 10
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
11
jabatannya, yaitu mampu mengembangkan bisnis dengan melihat trend perkembangan pengobatan sehingga dapat memberikan kontribusi penjualan untuk produk baru dan memaksimalkan nilai jual suatu produk. Peranan dan tugas BD antara lain : a. Menganalisis peluang usaha / tren terhadap produk-produk dan bisnis yang akan dikembangkan sesuai dengan Long Term Development Plan (LTDP), visi misi perusahaan, dan core competence perusahaan. b. Menganalisis paten, profil produk, penerimaan konsep produk oleh dokter dan konsumen, kompetitor, potensi pasar, dan pengembangannya ke depan. c. Melakukan studi pre-marketing termasuk survei dari business case. d. Melakukan negosiasi dan persetujuan dengan principal baru yang potensial, baik dalam bentuk lisensi maupun impor bahan baku material dan produk jadi. e. Mengikuti trend penyakit, pengobatan, tindakan pencegahan, gaya hidup, dan lain-lain yang berhubungan dengan kesehatan. f. Menentukan dan mengusulkan kriteria delisting product. g. Berkomitmen terhadap implementasi kebijakan mutu, kesehatan, dan keselamatan kerja dan lingkungan. h. Melakukan evaluasi bisnis baru yang berpotensial menjadi growth driver. i.
Mengikuti seminar, expo, symposium, tren market, lalu melakukan analisa dan menarik insight nya terhadap perusahaan.
3.3
Kompetensi Business Developer (Austin, 2008) Seorang business developement memiliki peran penting dalam strategi dan
arah perusahaan. Seorang Business development harus mempunyai jiwa entrepreneur untuk terus berinovasi mengembangkan bisnis yang telah ada dan memiliki cakupan pandangan luas terhadap trend-trend yang ada baik secara global maupun lokal. Mereka harus memiliki keahlian mengumpulkan dan mengorganisir data untuk menganalisa dan membayangkan sehingga dapat mengambil insight mengapa perusahaan berada di posisi saat ini, dan apa yang Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
12
dapat dilakukan untuk mengembangkan serta meningkatkan perusahaan menjadi lebih baik. Dalam menjalankan peran sebagai business developement, mereka akan berhadapan dengan banyak pihak sehingga perlu memiliki kemampuan membina hubungan dengan partner yang baik seperti peneliti, akademisi, supplier, dll. Keahlian dasar untuk seseorang bekerja di business development perusahaan farmasi terbagi menjadi 3 area tertentu, yaitu pengetahuan, analisa, dan komunikasi. a.
Pengetahuan Pengetahuan spesifik mengenai industri dibutuhkan dalam enam kunci
area, yaitu: 1. Penelitian Pengetahuan akan proses penelitian bukan berarti orang business development haruslah seorang ilmuwan atau menunjukkan perannya dalam hal ini. Sedikit pengetahuan dasar biologi dan aksi obat, serta perbandingan kekuatan dan kelemahan yang mampu membawa sesuatu menjadi produk layak pasar merupakan hal penting untuk mengevaluasi dan menilai suatu produk ketika akan dijual atau didaftarkan nanti. 2. Produksi Kekompleksan yang melekat dalam proses pembuatan dapat menjadi perlindungan terhadap
perusahaan
jika
prosedur
spesifik
tetap terjaga
kerahasiaannya atau jika akan dipatenkan. Namun, ketika mempertimbangkan sisi produk, kesadaran akan kemudahan produksi adalah komponen utama untuk seorang business developer. Oleh karena itu, pengetahuan produksi cukup penting. 3. Rantai Persediaan Rantai persediaan, khususnya manajemen logistik, adalah komponen lain yang berpengaruh terhadap nilai suatu produk dan terkadang hal ini sering diabaikan. 4. Pengembangan Pengembangan bergerak dalam hal tahapan dan uji klinis seperti desain uji coba awal dan toksikologi, studi karsinogenitas, bukti coba pada hewan, pengujian ke manusia, desain uji klinis, statistik untuk studi kekuatan, persetujuan regulasi dan persetujuan proses untuk pasar. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
13
5. Penjualan dan Pasar Pengetahuan dibutuhkan untuk membuat label produk sehingga harus datang dari pengetahuan pasar yang mendalam. Pasar dibuat oleh pelanggan dengan kebutuhannya dan bagaimana mengarahkan kebutuhannya pada produk perusahaan. 6. Keuangan Seorang business developer harus memahami konsekuensi pendanaan dan keuangan dari berbagai elemen dalam suatu rantai, dimana dimulai dengan gambaran perusahaan hingga distribusi dari keuntungan dan pembagian ke pemegang saham. Business developer harus memahami implikasi dari satu pilihan diantara pilihan lain dalam hal pelaksanaan persetujuan pendaftaran, penerimaan perusahaan, pembelanjaan negara dan perpajakan. b.
Kemampuan Analisa Area kedua dari kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan
menganalisa yang terbagi menjadi empat area dasar: 1. Kemampuan Analisa Proses Analisa proses melihat rangkaian logika dalam sebuah model untuk meramal singkat produk yang dapat diperoleh dari seperangkat data sulit‟ (seperti kumpulan data epidemiologis, kemungkinan penyakit insidental, prevalensi atau kecepatan kematian). 2. Kemampuan Analisa Pola Analisis pola sebagian merupakan kemampuan bawaan dan sebagian dapat dikembangkan dalam praktik dan pengalaman. Suatu tema dapat disadari dari kumpulan data, rencana produk atau suatu hubungan eksternal, dimana dapat menstimulasi ide atau digunakan dalam bentuk suatu rencana. Pola dalam data, pola dalam tingkah laku, dan pola dalam pasar adalah informasi yang penting dan harus disadari dan dicari sebisa mungkin. 3. Keahlian angka Teknik statistik dan metode penghitungan untuk business development memiliki kekuatan untuk berpenetrasi ke data mentah dan mempersuasi ( atau disuasi) jika digunakan dengan bijaksana. 4. Keahlian heuristik Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
14
Analisis heuristik mungkin digunakan lebih kepada intuisi daripada dengan sadar oleh masyarakat. Secara sederhana berhubungan dengan menduga: „jika ini benar dan itu benar, kemudian mungkin...‟ kita dapat mengambil langkah ini atau itu, mendaftarkan suatu produk atau bahkan memperoleh suatu perusahaan.
Dengan
keahlian
heuristik,
terkadang
disebut
dengan
„blueskying‟atau „brainstorming‟, menggunakan teknik untuk menyelesaikan masalah dengan kreatif, jika memungkinkan untuk memecah mode analisis pengurangan pada lingkaran ilmiah yang cenderung hanya menghasilkan jawaban „benar; dan „salah‟. c.
Komunikasi 1. Komunikasi linguistik Berbagai karakter dalam populasi yang besar dan bahkan orang-orang
dengan kecerdasan tinggi dan memiliki pendidikan yang tinggi, dalam hal ilmiah ataupun keuangan, mungkin memiliki kosakata yang terbatas. Hal ini merupakan tugas seorang business development untuk mampu menjembatani gap tersebut ketika muncul. Dalam business development, terdapat suatu tantangan untuk berpikir dalam istilah kompleks, untuk dapat berkomunikasi jelas dan tidak ambigu. 2. Komunikasi Hukum Kosakata hukum adalah area waspada lain dalam business development. Ketika tergabung dalam suatu negosiasi dan kontrak, kata yang salah atau penyusunan yang salah dapat merugikan. Hal ini penting untuk mencegah kelalaian juga pernyataan salah. Salah satu cara mengurangi resiko adalah menggunakkan checklist untuk setiap transaksi dan untuk setiap bagian dalam transaksi. Meskipun sebagai ahli busines development, tidak memungkinkan untuk mendapatkan pelatihan hukum sehingga harus familiar dengan bentuk bentuk terminologi dan ekspresi hukum. Selain itu juga harus dipahami struktur dari berbagai jenis transaksi yang berbeda. Bagian lain dari hukum yang harus familiar adalah hukum akan hal-hal intelektual, dalam industri farmasi, di bawah sebagian besar nilai suatu produk. 3. Komunikasi budaya Komunikasi lintas budaya adalah bentuk kerumitan lain yang digeluti dunia business development. Kerumitan budaya dapat menunjukkan budaya Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
15
nasional, atau kelompok yang lebih kecil, seperti ahli akademis dibandingkan ahli di industri, atau produksi dan teknisi dibandingkan dengan marketing atau keuangan. Masing-masing kelompok memiliki kata-kata dan frasa yang serupa (dalam bahasa yang sama) dan arti yang belum sangat berbeda. Business development tidak harus meluruskan dengan siapapun dalam kelompok ini, tetapi harus mampu memahami dan menginterpretasikan komunikasi antar budaya dalam perusahaan dan antar perusahaan. 4. Komunikasi psikologi Dominasi sifat manusia melebihi pemikiran wajar dalam sebagian besar literatur dan bahkan dalam konteks industri ilmu pengetahuan (dengan begitu banyak masyarakat rasional). Permasalahannya adalah berupa arogansi, gengsi dari pemimpin, yang berasal dari pembalasan dendam kekalahan masa lampau, persaingan antar teman lama, terkadangan hanyalah sisi jahat biasa. Selain keahlian dasar yang disebutkan di atas, keahlian utama lain untuk seseorang yang bekerja di business development diantaranya adalah keahlian manajemen proyek dan pengembangan proses a. Manajemen Proyek Salah satu keahlian utama untuk setiap business developer adalah manajemen proyek. Manajemen proyek terstruktur dibandingkan dengan yang fleksibel dalam business development akan lebih membantu mengarahkan, juga memastikan suatu transaksi dapat diatasi secara efektif dan bernilai. Pemahaman intelektual dari suatu area produk dan kemampuan analisa dan mampu menggerakkan proyek sesuai rencana membutuhkan keahlian kepemimpinan, memotivasi, mendorong, dan negosiasi serta kepribadian yang kuat. Kesuksesan dalam business development adalah suatu proses pengalaman. b. Pengembangan Proses Pendapatan atau penjualan produk yang melebihi, juga sebuah kesempatan untuk dikembangkan dalam bisnis melalui pengembangan proses. Pengembangan ini dapat dilakukan dalam distribusi, pendapatan perbekalan, pengatasan dokumen atau apapun dari area dalam bisnis lain dimana kompetisi dapat dikembangkan. Seorang business developer yang baik sebaiknya berada di pusat bisnis, dengan kesadaran penuh terhadap pengaruh dan interaksi. Diwujudkan dengan berada dalam inti hubungan informasi dan mampu berkomunikasi antar kolega, proaktif Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
16
mengajukan dan mengambil tindakan dari suatu masalah, belajar dan memprediksi lingkungan kompetisi, merencanakan dan menginformasikan forum dengan mengevaluasi pilihan secara seksama dan bertanggung jawab terhadap proses perubahan organisasi. Untuk melakukan semua hal ini membutuhkan tanggung jawab, wewenang dan kebebasan dalam bertindak.
3.4
Tahapan Business Development Semua produk dan layanan memiliki siklus hidup tertentu. Siklus hidup ini
diartikan sebagai waktu selama produk pertama kali diluncurkan ke pasar hingga akhir penarikan kembali dan hal ini terbagi menjadi beberapa fase. Umumnya siklus hidup produk terdiri dari lima fase utama antara lain pengembangan produk, pengenalan produk ke pasar, product growth, product maturity, dan product decline. Semua fase ini terjadi dan berlaku untuk semua produk maupun jasa. Fase-fase tersebut juga dapat terbagi ke bentuk yang lebih kecil tergantung produk dan harus dipertimbangkan ketika produk baru akan diluncurkan ke pasar karena akan menpengaruhi penjualan produk (Komninos, 2002).
[Sumber : Komninos, 2002] Gambar 3.1 Siklus Hidup Produk Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
17
Fase pengembangan produk dimulai ketika perusahaan menemukan dan mengembangkan ide produk baru. Setelah itu, masuk ke fase berikutnya yaitu fase pengenalan produk termasuk peluncuran produk ke pasar dengan cara tertentu untuk memberikan dampak maksimum terhadap penjualan. Pada fase ini, perusahaan harus bersiap untuk mengeluarkan banyak uang untuk biaya iklan dan promosi dengan timbal balik penjualan yang kecil. Kemudian akan masuk ke fase growth / pertumbuhan dimana merupakan waktu terbaik untuk fokus dalam meningkatkan market share. Perusahaan harus menunjukkan seluruh aspek yang ditawarkan produk tersebut dan berusaha membedakannya dari kompetitor yang ada. Pada fase ini masih dilakukan promosi dan iklan namun tidak segencar pada tahap pengenalan produk. Tujuan promosi dan iklan pada fase ini adalah untuk memimpin pasar yang ada bukan meningkatkan kesadaran konsumen terhadap produk / brand awareness (Komninos, 2002). Titik dimana pasar menjadi jenuh dengan variasi dari produk dasar dan seluruh kompetitor yang ada telah menjadi produk alternatif, maka telah tercapai fase maturity / kedewasaan. Fase ini merupakan fase dengan tingkat keuntungan tertinggi dari suatu produk. Pada fase ini, merek baru diluncurkan walaupun harus berhadapan dengan produk sebelumnya dan dilakukan perubahan model. Ini merupakan waktu yang tepat untuk memperpanjang siklus hidup produk. Fase terakhir yaitu fase penurunan / decline merupakan fase dimana dilakukan penarikan terhadap variasi produk dari pasaran yang memiliki posisi pasar yang lemah. Imajinasi dibutuhkan dalam aktivitas ini karena industri farmasi berada pada puncak inovasi, ilmiah, dan teknologi yang dibawanya ke pasar dan hal ini membutuhkan kreativitas dan aplikasi. Business development harus menggali pengetahuan teknologi dan masa depan. Hal ini membutuhkan perkiraan yang tepat untuk melihat kombinasi dari produk atau proses, bahkan industri itu sendiri untuk menciptakan nilai yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis (Austin, 2008). Kotler (2012) mengemukakan bahwa ada delapan proses pengembangan produk baru yaitu mencakup: pemunculan gagasan (idea generation), penyaringan gagasan (idea screening), pengembangan dan pengujian konsep (concept Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
18
development and testing), pengembangan strategi pemasaran (marketing strategy development), analisis bisnis (business analysis), pengembangan produk (product development),
pengujian
pasar
(market
testing),
dan
komersialisasi
(commercialization). Dalam setiap tahapan proses tersebut, manajemen akan mereview dan mengambil keputusan apakah lanjut atau menghentikan proses pengembangan produk baru tersebut.
[Sumber : Kotler, 2012]
Gambar 3.2. Skema Pengembangan Produk / Bisnis Baru
Langkah-langkah penting dalam pengembangan produk yang terlihat dalam gambar 3.2 dijelaskan di bawah ini (Kotler, 2012): 1. Pemunculan gagasan (idea generation) Pengembangan baru dimulai dengan hasil diskusi/ brainstorming, pemaparan para ahli terkait, internet, survei pasar. Pemunculan gagasan baru harus sesuai dengan jenis usaha perusahaan dan konsumen sebagai salah satu sumber yang paling logis untuk mencari gagasan-gagasan produk baru. 2. Penyaringan gagasan (idea screening) Tujuan penyaringan adalah mengurangi banyaknya gagasan dengan mencari dan menghilangkan gagasan buruk sedini mungkin. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
19
3. Pengembangan dan pengujian konsep (concept development and testing) Suatu ide atau gagasan yang lolos penyaringan selanjutnya dikembangkan menjadi beberapa alternatif konsep produk. Dalam hal ini, konsep produk berbeda dengan gagasan produk dan citra produk. Suatu gagasan produk adalah gagasan bagi kemungkinan produk yang oleh perusahaan dianggap bisa ditawarkan ke pasar. Suatu konsep produk adalah versi terinci dari ide yang diungkapkan dalam istilah konsumen yang punya arti. Sedangkan suatu citra produk (image) adalah gambaran khusus yang diperoleh dari produk nyata atau calon produk. 4. Pengembangan strategi pemasaran (marketing strategy development) Pernyataan
strategi
pemasaran
terdiri
dari
tiga
bagian
untuk
memperkenalkan produk ke pasar. Bagian pertama menjelaskan ukuran, struktur, dan tingkah laku pasar sasaran, penempatan produk yang telah direncanakan, penjualan, bagian pasar, serta sasaran keuntungan yang hendak dicari pada beberapa tahun pertama. Bagian kedua dari pernyataan strategi pemasaran menguraikan harga produk yang direncanakan, strategi distribusi, dan biaya pemasaran selama tahun pertama. Bagian ketiga menjelaskan penjualan jangka panjang yang direncanakan, serta sasaran keuntungan dan strategi bauran pemasaran selama ini. 5. Analisis usaha (business analysis) Bila manajemen telah menentukan konsep produk dan strategi pemasaran, perusahaan bisa mengevaluasi daya tarik usulan usaha itu. Manajemen harus menilai penjualan, biaya, dan perkiraan laba untuk menentukan apakah mereka telah memenuhi tujuan perusahaan. Jika telah memenuhi, produk bisa bergerak maju ke langkah pengembangan produk. 6. Pengembangan produk (product development) Bila konsep produk lolos dari uji analisis usaha, konsep itu lalu menuju riset dan pengembangan dan/atau rekayasa untuk dikembangkan menjadi produk fisik. Bagian riset dan pengembangan membuat satu atau beberapa versi bentuk fisik dari konsep produk agar bisa menemukan sebuah prototipe yang memenuhi konsep produk dan dapat diproduksi dengan biaya produksi yang telah dianggarkan. 7. Pengujian pasar (market testing) Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
20
Pengujian pasar ialah keadaan dimana produk dan program pemasaran diperkenalkan kepada kalangan konsumen yang lebih otentik untuk mengetahui bagaimana konsumen dan penyalur mengelola, memakai, dan membeli-ulang produk itu dan seberapa luas pasarnya. 8. Komersialisasi Tahap komersialisasi menyangkut perencanaan dan pelaksanaan strategi peluncuran (launching strategy) produk/service/bisnis baru ke pasar. Dalam melemparkan suatu produk/service/bisnis, perusahaan harus memutuskan: kapan, pada siapa target marketnya (berdasarkan umur, SES, gender, dll) dan bagaimana caranya (online, retail, OTC, resep, DTC, MLM).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1
Tugas dan Tanggung Jawab Corporate Business Development PT.Kalbe Farma, Tbk. Sebagai perusahaan multinasional nomor satu di Asia Tenggara, PT.Kalbe
Farma, Tbk. yang memiliki cakupan bisnis sangat luas tentunya memerlukan sumber daya manusia yang kuat dan profesional untuk menjaga keberlangsungan bisnisnya, tak terkecuali pada divisi Corporate Business Development. Dalam menjalankan peranan dan fungsi, Corporate Business Development memiliki pembagian job description yang jelas sehingga semua staff, manager hingga general manager dapat bertanggung jawab dengan tugas mereka masing-masing dan mempunyai misi bersama, yaitu bertugas mengembangkan bisnis corporate dengan melihat trend kesehatan sehingga memiliki daya saing yang tinggi di tengah kompetisi yang ketat dan menjaga sustainable growth corporate. Corporate business
development PT. Kalbe Farma, Tbk. dipimpin oleh seorang deputy director yang membawahi general manager, para manager, asisten manager, dan BD officer. Berikut merupakan tanggung jawab karyawan Corporate business development di
PT. Kalbe Farma, Tbk. antara lain : a. Menganalisa dan mengikuti perkembangan yang terjadi dalam masyarakat untuk mendapatkan consumer insight melalui market research. b. Menganalisa dan mengikuti perkembangan bisnis kesehatan (farma, consumer health, medical device dan lain-lain) untuk perkembangan bisnis kesehatan c. Menyusun blue print perkembangan bisnis perusahaan (farma, consumer health, medical device) untuk mendapatkan persetujuan BOD & bisnis unit yang bersangkutan d. Menyusun dan mempersiapkan sistem untuk melakukan planning dan monitoring pada siklus hidup produk (new product maupun delisting product) e. Mengembangkan networking dengan perusahaan-perusahaan dalam negeri maupun luar negeri, key opinion leader, institusi yang terkait untuk pengembangan dan kepentingan bisnis perusahaan.
21 Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
22
f. Koordinasi corporate BD dan BD dimasing-masing bisnis unit dalam menentukan arah pengembangan bisnis masing-masing unit
4.2
Tahapan Business Development Tahapan secara sederhana pengembangan bisnis oleh corporate business
development akan dijelaskan dalam skema berikut Approval I
No Tidak sesuai dengan visi misi perusahaan, strategi, dan SDM.
Penyusunan ide yang lebih detail
Usulan ide hingga launching di jalankan dan dimonitor oleh Product Planning & BD
Monitoring post launch oleh BD, MKT, dan PP
Gambar 4.2 Skema Pengembangan Bisnis Corporate Business Development
Suatu produk yang telah diluncurkan ke pasaran tidak hanya stagnan saja, tetapi mereka memiliki siklus hidup yang dikenal dengan product lifecycle. Dari siklus ini dapat diketahui apakah suatu produk akan dipertahankan, dikembangkan, atau dihapus dan diganti dengan produk lain. Suatu produk baru yang dikembangkan dapat berupa produk inovasi, produk copy yang dikembangkan sendiri atau kerjasama, diproduksi sendiri atau kerjasama dengan pihak lain, termasuk perubahan komposisi zat aktif yang
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
23
menambah jumlah item produk (stock keeping unit), baik untuk BU consumerKalbe OTC, maupun BU Medical Device (EMP). Untuk mendapatkan ide pengembangan suatu produk baru, maka perlu dilakukan analisis terhadap tren yang ada di masyarakat seperti perkembangan penyakit yang ada, perkembangan pengobatan terbaru, kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, dll. Dari berbagai data yang didapatkan kemudian dianalisa, maka akan memperlihatkan peluang-peluang yang belum tergarap dan dapat menjadi arah pengembangan produk baru. Dari sanalah berbagai macam ide akan muncul. Di PT. Kalbe Farma, Tbk., penelusuran ide-ide baru untuk mengembangkan produk maupun bisnis baru tidak hanya menjadi tugas dari divisi Business Development melainkan seluruh departemen dan Board of Director dapat memberikan idenya dengan mengisi idea form. Idea form ini merupakan suatu program online yang bisa diakses oleh seluruh karyawan PT. Kalbe Farma Tbk untuk berkontribusi memberikan ide. Program ini berupa formulir sederhana mengenai ide yang diusulkan. Ide-ide ini akan dikelompokkan dalam sistem dan di-review oleh tim yang terkait misalkan marketing, consumer insight, business development, dan R&D. Selanjutnya ide yang diterima dilakukan screening pertama atau filtering oleh Business Development (BD) agar sesuai dengan arahan BD, yaitu mempertimbangkan berbagai aspek seperti potensi pasar dan existing market, kompetitor yang telah ada, profil produk, dukungan ilmiah/literature, potensi pengembangan produk, persyaratan registrasi, dan sumber daya perusahaan (bila tidak mampu, dapat mencari partner) Selain pertimbangan aspek diatas, juga harus dilakukan analisis keuangan terkait seberapa besar modal dan biaya yang diperlukan, perkiraan laba yang didapatkan, analisa Payback Period, Return of Invesment, dll. Ide yang telah disaring / selective idea lalu akan masuk ke summary desk dengan formulir yang lebih detail sehingga lebih bisa membayangkan produk akan seperti apa, bagaimana analisis kompetitor, analisis pelanggannya, dan apakah produk ini bisa bertahan di pasar nantinya. Dalam tahap summary desk akan dilakukan oleh tim BD untuk menyusun ide menjadi lebih detail. Ide ini selanjutnya dibuat ke dalam Formulir Usulan Produk Baru / FUPB. FUPB ini lalu masuk ke tahap approval II yang lebih kompleks, yaitu Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
24
memerlukan kerja sama dengan departemen-departemen lain yang terkait seperti registrasi, marketing, consumer insight, BU operation, R&D, produksi, dan lain sebagainya.
Hasil
diskusi
dengan
departemen-departemen
terkait
akan
menyatakan apakah usulan produk memungkinkan atau tidak untuk diproduksi. Namun, untuk usulan bisnis baru, departemen yang berhubungan tidak akan sebanyak departemen untuk usulan produk baru sehingga lebih sederhana. Apabila Board of Director telah menyetujui maka bisa langsung dilakukan studi kelayakan dan dipelajari lebih mendalam dan siap untuk dijalankan. Tahap selanjutnya adalah penerapan usulan yang akan dimonitor dan dikoordinasikan dengan semua departemen terkait oleh product planning (baik officer maupun manager). Product planning officer ini bertugas untuk menghandle jalannya usulan tersebut. Tiap bulan secara rutin akan dilakukan meeting koordinasi yang membahas perkembangan usulan tersebut, misalkan target launching, desain, kemasan, bahan baku, produksi, dan sebagainya. Sementara BD akan terus mengeluarkan usulan-usulan bisnis baru, BD juga akan terus mengawasi usulan-usulan baru yang sedang berjalan tersebut. Setelah produk telah beredar di pasaran, tetap perlu dilakukan monitoring post market launch oleh bidang BD, marketing, dan PP untuk mengamati profil penjualan produk di pasaran.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Setelah dilakukan magang pada bagian corporate business development di
PT Kalbe Farma, Tbk, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: a. Pada divisi corporate business development di PT. Kalbe Farma, Tbk., peranan apoteker adalah sebagai pencetus ide baru yang harus terus mengembangkan ilmu pengetahuan, kreativitas, dan wawasan. b. Pengembangan bisnis sangat diperlukan dalam suatu perusahaan untuk mengembangkan
produk,
bisnis,
dan
pelayanan
baru
sehingga
meningkatkan pertumbuhan perusahaan. c. Tahapan utama dalam menjalankan pengembangan bisnis adalah penyampaian ide, evaluasi ide, pembuatan formulir usulan produk baru, persetujuan dari berbagai departemen yang terkait, dan eksekusi ide.
5.2
Saran a. Perlunya diadakan diskusi diantara karyawan business development secara berkala dan diberikan training baik yang baru maupun yang sudah lama untuk mengasah skill dan berbagi pengalaman dalam bidang business development.
25
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN Anonim. (2004). Kalbe. (Online). (www.kalbe.co.id, diakses 25 Januari 2014) Anonim. (2012). “Kalbe Company Update”. Unaudited YTD September 2013 Results Austin, Martin. (2008). Business Development for The Biotechnology and Pharmaceutical Industry. Hampshire: Gower House. Dransfield, Rob, Needham, Dave, dan Hough, Karen. (2006). “Business Development”. A2 Level for Edexcel Applied Business. Oxford: Heinemann Educational Publisher. Hoffstrand, Don. (2009). Idea Assessment/Business Development Process. (Online).
(http://www.extension.iastate.edu/agdm/wholefarm/html/c5-
02.html, diakses 3 Februari 2014). Kotler, Philip. (2012). Marketing Management, Millenium Edition. USA : Prentice Hall of Canada.
26
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN PENGEMBANGAN INTELIJEN BISNIS DI PERUSAHAAN P&G DENGAN PT.KALBE FARMA,TBK.
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
HANSEN, S.Farm. 1306343656
APOTEKER LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM SARJANA FARMASI DEPOK JUNI 2014
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBANDINGAN PENGEMBANGAN INTELIJEN BISNIS DI PERUSAHAAN P&G DENGAN PT.KALBE FARMA,TBK.
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
HANSEN, S.Farm. 1306343656
ANGKATAN LXXVIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JUNI 2014
ii Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN SAMPUL ..........................................................................................ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iii BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Tujuan .................................................................................................. 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3 2.1 Definisi Business Intelligence .............................................................. 3 2.2 Ruang Lingkup dan Proses Sistem Intelijen Bisnis .............................. 5 2.3 Prinsip Business Intelligence ................................................................ 8 2.4 Aktifitas dan Manfaat Intelijen Bisnis ................................................. 10 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS .......................................................................... 12 3.1 Profil Perusahaan P&G ..................................................................... 12 3.2 P&G Global Business Services .......................................................... 12 3.3 Sistem Intelijen Bisnis pada P&G GBS ............................................. 13 BAB 4. PEMBAHASAN ..................................................................................... 19 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 25 DAFTAR ACUAN .............................................................................................. 26
iii Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambar 2.2 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3
Komponen Utama Bisnis Intelijen ................................................. 4 Struktur Bisnis Intelijen ................................................................. 6 Business Sphere Environment ...................................................... 15 Visualisasi Data ........................................................................... 16 Decision Cockpits P&G ............................................................... 17
iv Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dalam menghadapi suatu dinamika bisnis yang terus menerus berubah,
maka suatu perusahaan harus selalu meningkatkan kinerja dan melakukan penyesuaian kondisi internal perusahaan dengan kondisi eksternal. Semakin pendeknya daur hidup produk membuat perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan teknik dan produk yang telah berhasil di masa lalu untuk menghadapi persaingan di masa depan. Perusahaan kini semakin ditantang dalam hal kualitas, pelayanan (service), inovasi, dan kecepatan ke pasar untuk dapat bersaing di masa depan Business Intelligence menawarkan sebuah jawaban strategis bagi pengadaptasian suatu organisasi menghadapi berbagai perubahan yang mungkin akan membahayakan bisnis perusahaan (Ahdikara, 2000). Business Intelligence dapat diartikan sebagai aktivitas memantau lingkungan eksternal dan internal demi mendapat informasi yang berguna bagi proses pengambilan keputusan didalam organisasi. Penerapan intelijen bisnis akan membuat perusahaan mendapatkan knowledge yang sangat berguna bagi para pemegang perusahaan untuk mengambil keputusan yang tepat. Gangadharan dan Swarny (2004)
mendefinisikan BIS
(Business
Intelligence System) sebagai suatu arsitektur perusahaan yang mengintegrasikan aplikasi operasional, penunjang keputusan, basis data, dan memberikan manajemen kemudahan akses data bisnis sehingga mudah untuk membuat keputusan yang akurat. Sistem intelijen bisnis (BIS) menyajikan informasi bisnis yang akurat sekaligus dapat memberikan penjelasan yang mudah dimengerti dibalik informasi bisnis yang ada (Azoff dan Charlesworth, 2004). Fungsi dari investasi BIS adalah untuk mentransformasikan suatu lingkungan yang reaktif terhadap data menjadi sesuatu yang proaktif. Perangkat BIS diharapkan dapat mengolah data secara multidimensi dan memberikan informasi secara visual untuk menyajikan kondisi yang dihadapi dan mencari alternative solusi secara terstruktur. BIS telah menarik perhatian dari banyak 1
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
organisasi terkait dengaan kegunaan dan keuntungannya bagi organisasi tersebut. Meskipun begitu, BI tetap dihadapkan pada tantangan untuk memperoleh hasil yang maksimal dari implementasi BI tersebut. Tantangan utama dari BI berhubungan erat dengan pola bisnis yang bersifat unik bagi tiap organisasi, begitu juga dengan kebijakan dan aturan bisnis yang diberlakukan oleh perusahaan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan tidak dapat membeli produk BI seperti barang jadi pada umumnya dan berharap dapat memenuhi setiap solusi dari kebutuhan bisnisnya sehingga BI harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan proses bisnis perusahaan (Darudiato, Santoso, dan Wiguna, 2000). P&G merupakan salah satu dari beberapa perusahaan besar di dunia yang telah berhasil mengembangkan sistem intelijen bisnis. Perusahaan P&G, yang beroperasi di 70 negara dengan produk yang dijual lebih dari 180 negara dan melayani hampir 5 miliar pelanggan tentunya memerlukan suatu sistem teknologi yang dapat menampung semua data dari setiap bisnis diseluruh dunia untuk kemudian diolah dan dijadikan informasi penting dalam mengembangkan bisnisnya. Keberhasilan P&G dalam mengembangkan BIS nya menjadikan P&G sebagai contoh bagi banyak perusahaan didunia untuk mulai mengembangkan BIS, tak terkecuali PT. Kalbe Farma, TBK. Dalam Laporan ini akan dibahas tentang usaha yang dilakukan perusahaan P&G untuk mengembangkan sistem intelijen bisnis dan apa saja yang dapat PT. Kalbe Farma, Tbk. pelajari dari P&G untuk dikembangkan dalam perusahaannya.
1.2
Tujuan
Tujuan dilaksanakan tugas khusus ini adalah : 1. Mencari dan mempelajari informasi terkait intelijen bisnis pada perusahaan yang telah mengembangkan sistem intelijen bisnis yaitu P&G. 2. Menemukan hal-hal yang dapat dikembangkan untuk kemajuan intelijen bisnis PT. Kalbe Farma, Tbk.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Business Inteligence Edward David berpendapat bahwa evolusi sistem Informasi Eksekutif dan
DSS (Decision Support System) telah berkembang menjadi konsep Business Intelligence (intelijen bisnis), yaitu suatu cara untuk mengumpulkan, menyimpan, mengorganisasikan, membentuk ulang, meringkas data serta menyediakan informasi, baik berupa data aktifitas bisnis internal perusahaan, maupun data aktifitas bisnis eksternal perusahaan termasuk aktifitas bisnis para pesaing yang mudah diakses serta dianalisis untuk berbagai kegiatan manajemen. Sedangkan Richard Coombs berpendapat bahwa Business Inteligence adalah sebuah alternatif terminologi bagi Competitive Intelligence. Definisinya adalah kegiatan-kegiatan monitoring lingkungan eksternal sebuah perusahaan untuk mendapatkan informasi yang relevan bagi proses pembuatan kebijakan perusahaan tersebut (Coombs & Morehead, 1988). Intelijen sendiri merupakan penciptaan new knowledge dalam suatu organisasi. Pada dasarnya, penciptaan new knowledge tersebut tidak bisa lepas dari proses transformasi data menuju intelijen. Berikut merupakan proses hingga terbentuknya suatu intelijen yang berguna untuk perusahaan (Liew, 2013) : 1. Data Data adalah potret kejadian atau fakta atas sesuatu hal yang terjadi. Data dapat merupakan reasoning atas hal yang terjadi pada suatu periode waktu. Data sebagaimana fakta, belum memiliki arti dan manfaat. Untuk memberikan manfaat data tersebut harus mengalami proses terlebih dahulu. 2. Informasi Informasi adalah kumpulan data yang memiliki hubungan sehingga memberikan makna. Informasi merupakan bentuk yang telah memberikan manfaat baik dalam arti positif maupun negatif. 3. Knowledge
3
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
Knowledge merupakan sesuatu yang lebih luas, lebih dalam, lebih komprehensif dari data ataupun informasi. Knowledge merupakan gabungan tacit knowledge dan explicit knowledge. Tacit
knowledege
berarti keahlian yang ada pada diri seseorang namun tidak terlihat, sedangkan explicit knowledge merupakan
keahlian
yang
tertulis
atangar terdokumentasikan beda 4. Intelijen Orang awam biasa mengartikan intelijen sebagai operasi militer yang rahasia atau bahkan sama dengan spionase. Pada dasarnya intelijen adalah proses penciptaan pengetahuan baru dalam sebuah organisasi. Pengetahuan baru berarti pengetahuan yang dihasilkan merupakan pengetahuan yang benar-benar baru atau sebelumnya tidak terdapat dalam invertory pengetahuan yang lama. Intelijen harus memiliki sifat yaitu memiliki keakuratan yang tinggi, fokus pada suatu bidang, berdimensi waktu yang sesuai, visi ke depan, dapat diterapkan dan responsif terhadap kebutuhan manajemen.
[Sumber : Liew, 2013] Gambar 2.2. Transformasi Data Menjadi Intelijen Istilah
”Intelijen
Bisnis”
mengandung
arti
melakukan
kegiatan
penyelidikan dalam dunia bisnis dengan menggunakan konsep-konsep dan metode dunia inteljen militer yang diaplikasikan dalam dunia bisnis secara sistematis dan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
5
berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah, serta dilakukan secara terbuka, berbeda dengan istilah ”spionase bisnis” yang kegiatan penyelidikannya dilakukan secara rahasia, ilegal dan tertutup, misalnya pencurian data penting di perusahaan tertentu. Dengan Business Intelligence, manajemen akan mendapatkan informasi yang berkualitas dari kegiatan bisnisnya secara tepat waktu, akurat dan reliabel melalui saluran komunikasi data, sehingga memudahkan pimpinan perusahaan dalam proses pengambilan keputusan yang penting dan bersifat strategis, seperti tujuan jangka panjang perusahaan, pengembangan perusahaan serta tujuan khusus yang akan dicapai perusahaan, Semakin tinggi tingkat kompetisi antar perusahaan, maka peranan Business Intelligence menjadi semakin penting.
[Sumber : http://www.etunas.com/web/pengantar-bisnis-intelejen.htm] Gambar 2.2 Komponen Utama Intelijen bisnis
2.2
Ruang Lingkup dan Proses Sistem Intelijen Bisnis Kemenangan perusahaan dalam persaingan dihasilkan karena keunggulan
produk atau jasa, strategi pemasaran dan penggunaan intelijen yang tepat. Kekalahan perusahaan bisa disebabkan karena kombinasi dari pemilihan waktu yang buruk (bad timing), penilaian yang buruk atau kesalahan penggunaaan intelijen bisnis (Adhikara, 2000).
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
6
Oleh karena itu, dalam penerapannya, BIS harus diarahkan agar terfokus dan tidak menyimpang dari visi, misi, dan tujuan perusahaan. Lebih jauh, intelijen yang diperoleh harus sampai pada pihak yang tepat. Perusahaan yang menerapkan BIS akan menyesuaikan organisasinya secara fungsional yang dapat digambarkan pada Gambar 2.3. Konsumen dari jasa BIS adalah para pengambil keputusan, seperti CEO, CFO, kepala penjualan dan pemasaran, kepala perencanaan strategi, hukum, merger, dan akuisisi, dan lain lain, tergantung pada tingkatannya. Security disini dimaksudkan untuk mengamankan rahasia perusahaan dan memilah informasi mana yang seharusnya dipublikasikan, mana yang tidak. Termasuk juga mengamankan database dari para hacker (Adhikara, 2000)
[Sumber : Ahdikara, 2000] Gambar 2.3. Struktur Intelijen bisnis Intelligence director mengumpulkan informasi dengan cara yang umum dan tidak melanggar hukum dari berbagai sumber, kemudian menyaring, menganalisa, dan mendistribusikan produk intelijen sehingga berguna bagi para eksekutif.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
7
Dalam mencari informasi, secara umum dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu pasif dan aktif. Pasif bila hanya menerima informasi yang sudah dipublikasikan dan sebagian besar sudah diketahui shareholder. Pencarian secara pasif didukung oleh perangkat teknis yang memadai. Pencarian ini bisa secara sekunder maupun lewat internet. Secara sekunder meliputi pencarian informasi yang sudah dipublikasikan ke masyarakat yang bisa berupa fakta-fakta, data statistik, dan informasi kuantitatif lainnya. Lewat internet dapat diketahui/ dianalisa para pakar, komentar konsumen, rencana pesaing, perkembangan industri, dll. Aktif, bila proses pencarian informasi dengan menggunakan keahlian orang per orang (human skill) dan dilakukan secara primer. Informasi primer didapatkan secara langsung dari sumber-sumber yang orisinil dan hasilnya beruapa “soft information” seperti opini, komentar, dan rumor. Informasi primer dapat digunakan secara efektif bila informasi yang dicari tidak tersedia secara tercetak dan pencarian informasi ini bisa lewat wawancara atau focus grup. Sumber informasi yang potensial meliputi distributor, pesaing, konsumen, penyalur, konsultan industry, asosiasi pedagang, buku yellow pages, dan publikasi lainnya. Informasi yang dihasilkan dikumpulkan dalam databases dan kemudiian diolah untuk dijadikan bahan pengambilan keputusan strategis. Struktur organisasi diatas dimungkinkan jika perusahaan secara formal menerapkan BIS yang dilakukan secara terkoordinir dan sistematik. Informal adalah apabila BIS tersebut tidak terkoordinir dan dilakukan oleh individuindividu. Proses dari aktivitas BIS menghasilkan produk yang berdasarkan kegunaannya dapat digolongkan menjadi dua yaitu Intelijen taktis (Tactical Intelligence) dan Intelijen Strategis (Strategic Inteligence). Intelijen taktis berguna untuk lingkungan sekarang dan hasilnya adalah keputusan operasional sehari-hari seperti antisipasi ancaman pasar dan pemanfaatan peluang. Intelijen strategis berguna untuk memprediksi perubahan lingkungan dimasa yang akan datang dan perumusan strategi perusahaan. Strategic Intelligence diperlukan oleh CEO, manajemen lini, atau staf di departemen perencanaan. Keputusan yang diambil bisa beruapa perencanaan strategis, Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
8
peluncuran produk baru, bisnis baru, keputusan R&D, merger, akuisisi, atau penambahan kapasitas (capacity expansion). Pada intinya BIS mempunyai lima fungsi yang harus diimplemantasikan yaitu mengumpulkan (Collection), mengevaluasi (Evaluation), menyimpan (Storage), menganalisa (Analysis), dan menyebarkan (Dissemination). Proses BIS dimulai ketika manajemen menentukan tujuan strategi perusahaan yang selanjutnya membangun program strategis. Program ini akan menentukan target intelijen strategis dan prioritasnya, Pada saat yang sama, proyek pada tahap perencanaan memerlukan informasi taktis (tactical intelligence) untuk mengambil keputusan. Kedua area keputusan, taktis dan strategis, bersandar pada analisa dari operasional sistem intelijen bisnis.
2.3
Prinsip Intelijen bisnis Cliff Nelson (1997) dari PT. Oracle Indonesia menjabarkan prinsip
prinsip Business Intelligence dibangun berdasarkan karakteristik-karakteristik baru, yaitu: 1.
Keterbukaan
: Kemajuan
konsep-konsep
bisnis
seperti E-
Commerce, E-Business atau E-Government, menuntut adanya peningkatan nilai keterbukaan informasi, salah satunya disebabkan oleh pemanfaatan World Wide Web (WWW) di dunia internet yang berdampak pada tuntutan bagi para pimpinan perusahaan untuk senantiasa menyajikan dan sekaligus melindungi kepemilikan informasi rahasia perusahaan, melalui aplikasiaplikasi teknologi yang tepat guna. Selain itu juga dapat membantu manajemen puncak untuk menggunakan Business Intelligence dengan cara tak terbatas dalam menjalankan manajemen bisnis sehari-hari. Hal ini didukung oleh pertumbuhan pelanggan dan pengguna internet di Indonesia yang pada tahun 2013 diperkirakan mencapai 71,19 juta pelanggan (Badan Pusat Statistik, 2013). 2.
Sensitivitas Waktu : Dengan diimplementasikan konsep on-line
computing dilingkungan perusahaan untuk mendukung proses bisnisnya, maka kebutuhan akan informasi menjadi bersifat peka waktu (timesensitive). Seperti inilah yang dituntut oleh seorang pimpinan perusahaan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
9
modern untuk mengelola rangkaian entitas bisnis, karena eratnya relevansi waktu dengan informasi operasional yang akurat
dalam proses
pengambilan keputusan bisnis. 3.
Ketepatan : Dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip Business
Intelligence dalam sebuah computer network diperlukan ketepatan data atau informasi, baik yang bersumber dari internal maupun dari eksternal perusahaan, sehingga sangat dimungkinkan suatu perusahaan benar-benar dengan mudah mengekstraksi informasi secara on-line dengan tepat, seperti prakiraan penjualan, logistik dan manajemen mata rantai suplai, tingkah laku dan kepuasan konsumen, analisa biaya dan manajemen finansial, perencanaan sumber daya manusia dan pengembangan produk. 4.
Saling Ketergantungan : Untuk benar-benar efisien dan terdepan
dalam persaingan bisnis, para pemimpin bisnis perlu untuk mengikuti perkembangan di sekitar perusahaannya. Bukan hanya perkembangan yang terjadi di dalam perusahaan sendiri, tetapi juga perkembangan di luar perusahaannya, termasuk di dalamnya mitra bisnis, pelanggan dan pemasok. Dengan adanya tingkat ketergantungan tersebut, manajemen puncak perlu menjaga mitra bisnis mereka dalam suatu extended enterprise, yang selalu mengikuti segala gerakan-gerakan strategis yang menentukan arah bisnis. 5.
Tipe Data : Pandangan tradisional, bahwa informasi korporat
kebanyakan berbasis teks (text-based) merupakan pandangan yang sudah usang, karena kenyataan yang ada saat ini pangkalan data atau Data Warehousing di suatu perusahaan tidak dibatasi hanya berupa data tekstual, akan tetapi terdiri dari berbagai tipe data dengan format yang berbeda, seperti video, audio, tekstual dan data spasial. Hal ini tentu meningkatkan kekayaan informasi dari manajemen informasi perusahaan dan sejalan dengan tuntutan dalam Business Intelligence, karena keberadaannya telah memperluas batas-batas analisa dan presentasi data untuk mendukung sistem informasi eksekutif, apalagi data multimedia tersebut ditampilkan dengan berbasis internet. Oleh karena itu para desainer Business Intelligence System perlu mewaspadai perkembangan ini, agar Executive Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
10
information layer dapat memanfaatkan beragam tipe data tersebut dan menggunakannya
untuk
meyakinkan
dalam
proses
pengambilan
keputusannya.
2.4
Aktifitas dan Manfaat Bisnis Intelejen
Business Intelligence menyangkut berbagai aktifitas diantaranya; 1. Studi perusahaan pesaing produk sejenis dan strategi memenangkan persaingan. 2. Mengelola informasi mengenai data statistik pelanggan potensial, area potensial, kondisi ekonomi, sosial budaya dan politik lingkungan dunia usaha. 3. Pengamatan daerah operasi bisnis untuk kepentingan strategis perusahaan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal perusahaan. 4. Analisa Pasar mengenai jumlah dan area peredaran produk yang diminati oleh pelanggan, ancaman dan peluang yang ada, masa depan produk, tendensi pasar dll. Business Intelligence (intelijen bisnis) berguna pula untuk meninjau bagaimana informasi internal dan informasi eksternal institusi atau perusahaan secara autentik, sehingga dapat menggerakkan strategi-strategi bisnis, melaui proses pengambilan keputusan yang handal, baik ketika melakukan perencanaan, pengorganisasian maupun pada tahap implementasi dan pengendalian, sehingga institusi atau perusahaan mampu memenangkan persaingan bisnisnya di era manajemen. Berikut manfaat-manfaat dari penerapan intelijen bisnis pada perusahaan yaitu (Darudiato, Santoso, dan Wiguna, 2010) 1. Meningkatkan nilai data dan informasi organisasi. Melalui pembangunan BI, seluruh data dan informasi dapat diintegrasikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengambilan keputusan yang lengkap. Informasiinformasi yang dulunya tidak dicakupkan sebagai salah satu faktor pengambilan keputusan/terisolasi dapat dengan mudah dilakukan „connect and combine‟ dengan menggunakan BI. Data dan informasi yang Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
11
dihasilkan pun juga menjadi lebih mudah diakses dan lebih mudah untuk dimengerti (user friendly). 2. Memudahkan pemantauan kinerja organisasi. Dalam mengukur kinerja suatu organisasi, seringkali dipergunakan ukuran yang disebut Key Performance Indicator (KPI). KPI tidak selalu diukur dengan satuan uang, namun dapat juga berdasarkan kecepatan pelaksanaan suatu layanan. BI dapat dengan mudah menunjukkan pencapaian KPI suatu organisasi dengan mudah, cepat, dan tepat. Dengan demikian, akan memudahkan pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan untuk langkahlangkah antisipasi yang diperlukan. 3. Meningkatkan nilai investasi teknologi informasi yang sudah ada. BI tidak selalu harus mengubah atau menggantikan sistem informasi yang sudah digunakan sebelumnya. Sebaliknya, BI hanya menambahkan layanan pada sistem-sistem tersebut sehingga data dan informasi yang sudah ada dapat menghasilkan informasi yang komprehensif dan memiliki kegunaan yang lebih baik. 4. Menciptakan pegawai yang memiliki akses informasi yang baik (wellinformed workers). Dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari, seluruh level dari suatu organisasi (mulai dari pegawai/bawahan sampai dengan pimpinan) selalu berkaitan dan atau membutuhkan akses data dan informasi. BI mempermudah seluruh level pegawai dalam mengakses data dan informasi yang diperlukan sehingga membantu membuat suatu keputusan. Jika seperti ini tercapai, maka misi dan strategi organisasi yang sudah ditetapkan dapat lebih mudah terlaksana terpantau tingkat pencapaiannya. 5. Meningkatkan efisiensi biaya. BI dapat meningkatkan efisiensi karena mempermudah seseorang dalam melakukan pekerjaan, hemat waktu, dan mudah pemanfaatannya. Waktu yang dibutuhkan untuk mencari data dan mendapatkan informasi yang dibutuhkan semakin singkat dan cara untuk mendapatkannya pun tidak memerlukan pengetahuan (training) yang rumit. Dengan demikian, training-training yang biasanya sering dilakukan dengan biaya yang cukup besar dapat dihemat sedemikian rupa. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS
3.1
Profil Perusahaan P&G (Anonim, 2014) Proctor & Gamble atau P&G merupakan sebuah perusahaan multinasional
yang bergerak di bagian consumer goods yang didirikan pada tahun 1837 dan memiliki kantor pusat di Cincinnati, Ohio . Saat ini P&G beroperasi di 70 negara, produk yang dijual lebih dari 180 negara dan mereka melayani hampir 5 miliar pelanggan dengan merek mereka. Laba bersih per tahun P&G saat ini sekitar $ 84 miliar. Perusahaan ini memiliki 50 leading brands , 25 di antaranya adalah merek yang bernilai miliaran dollar. Mereka mencakup lebih dari 1500 website yang berbeda, menarik 1 miliar pengunjung. Mereka mengirim 1,2 miliar email per tahun dan memiliki 500 program CRM berbeda yang mencover lebih dari 100 juta consumers. P&G adalah perusahaan yang sangat besar dan memilik visi yang besar. P&G ingin menjadi perusahaan bisnis berbasis teknologi terbesar di dunia. Tujuan akhirnya adalah untuk dapat terhubung secara digital ke semua retail dan konsumen mereka, untuk mengamati setiap saat produk apapun ketika berada pada proses produksi di suatu tempat di dunia dan untuk dapat melacak produk tersebut saat didistribusikan. Untuk mencapai visi misi tersebut, maka dibentuklah P&G GBS. Pendirian GBS ini berusaha menciptakan arsitektur bisnis perusahaan untuk membantu mendigitalkan semua proses bisnis P&G dari awal hingga akhir. Dengan metode yang lebih baik untuk mendokumentasikan, membagi, mencari, dan menggunakan kembali informasi penting terkait proses dan sumber daya yang ada, GBS dapat terus meningkatkan pelayanan untuk mengembangkan perusahaan.
3.2
P&G Global Business Services (GBS) P&G GBS merupakan salah satu dari empat “pilar” perusahaan P&G
yang terdiri dari 7000 orang yang bekerja untuk mendukung 127.000 karyawan dan 300 brand. Misi dari GBS adalah mentransformasi bagaimana suatu bisnis dapat dilakukan. Nilai / Value dari GBS yaitu : a. Penghematan pengeluaran / biaya 12
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
13
b. Peningkatan skala bisnis c. Terus berinovasi d. Penyampaian strategi digital perusahaan
3.3.
Sistem Intelijen bisnis pada P&G GBS
3.3.1 Business Sufficiency Program Business Sufficiency Program merupakan program yang memberikan prediksi-prediksi bisnis bagi para eksekutif terkait market share P&G dan status bisnis lainnya untuk 6 hingga 12 bulan kedepan. Inti dari program ini adalah serangkaian model analisis yang didesain untuk mengetahui kondisi bisnis saat ini, mengapa kondisi tersebut terjadi, dan langkah apa yang perlu P&G ambil. Dengan adanya program ini, para top manager perusahaan mendapatkan insight tentang kondisi pasar saat ini dan yang akan terjadi dikemudian hari. Sehingga dapat mengambil tindakan yang cepat dan tepat untuk mengambil peluang yang ada atau menghindari ancaman yang menghadang. Di P&G terdapat tujuh Business Sufficiency Models yang menentukan informasi yang tepat untuk mengatasi masalah tertentu. P&G berupaya untuk menampilkan data yang umum dan mudah dipahami sehingga para manager dapat mengurangi waktu untuk mendiskusikan mana data yang benar, data mana yang harus digunakan, dan bagaimana data tersebut harus ditampilkan. Waktu mereka akan lebih banyak digunakan untuk mengatasi kelemahan dan mencari peluang baru. 3.3.2 Business Sphere Environment Business Sphere Environment merupakan suatu integrasi antara teknologi, visualisasi, dan informasi yang memberikan kemudahan bagi para top manager untuk mendapatkan informasi terkini (real-time data) sebagai landasan pengambilan keputusan bisnis. Business Sphere menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif dan mengelilingi para pemimpin perusahaan dengan model. Dengan membuat dashboard dan ruangan yang menampilkan analisis data terkini (real time analytics) bagi para pengambil keputusan, P&G telah menciptakan kultur sentralisasi informasi bisnis yang membantu mereka untuk selangkah lebih maju Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
14
dari para kompetitor. Untuk mencapai fungsi tersebut, maka Business Sphere ditunjang beberapa hal berikut : 1. Program yang menganalisis dan menghubungkan sebanyak 200 terrabyte data (sama dengan jumlah informasi terkandung dalam 200.000 salinan Encyclopedia Britannica). 2. Cara data disajikan mengungkap wawasan, tren, dan peluang bagi para pemimpin bisnis dan mendorong mereka untuk mengajukan pertanyaan bisnis yang sangat khusus. 3. Visualisasi ini membantu orang untuk "melihat" data secara komprehensif yang tidak akan mampu terlihat apabila hanya tampilan angka dan spreadsheet . Ini menantang asumsi sekaligus menyajikan data dalam berbagai cara, mengungkapkan solusi potensial yang sebelumnya mungkin belum jelas. 4. Model kemitraan strategis GBS memberikan akses dengan kemampuan teknologi
terbaru. Business Sphere dikembangkan
dalam kemitraan dengan BOI, Cisco, HP, SAP, Nielsen dan TIBCO SpotFire. Ruangan Business Sphere dibentuk sferis, berbeda dengan ruangan rapat pada umumnya yang berbentuk persegi panjang. Para manager P&G akan berkumpul di ruangan dengan dilengkapi analisis dari P&G‟s Information and Decision Solutions group yang diolah dengan visualisasi oleh Spotfire. Dengan menghilangkan keterlambatan pengumpulan secara manual dan menggabungkan data, sistem intelijen bisnis ini meningkatkan produktivitas dan kolaborasi, menyederhanakan proses kerja, mengurangi pengambilan keputusan waktu siklus, dan memungkinkan P&G untuk fokus pada inovasi bagi konsumen : 1. Model Business Sufficiency analytic fokus bisnis dan memberikan proyeksi dan scenario kedepan. 2. Data yang kompleks ini disajikan secara visual dalam proses bisnis, yang memungkinkan pemimpin untuk melihat data yang lebih mudah, memproses informasi lebih cepat, dan cepat mengubah wawasan ke dalam tindakan. Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
15
3. GBS Analysis menggunakan teknologi untuk membantu membawa konteks data dan mengidentifikasi peluang untuk P&G. 4. Jaringan analis ini juga membantu perusahaan menghemat waktu dan uang. 5. Para pemimpin bisnis P&G di seluruh dunia melihat data bisnis yang sama dengan cara yang sama pada saat yang sama waktu, yang memungkinkan mereka untuk berkolaborasi secara lebih efektif.
[Sumber : http://www.bigdata-startups.com/]
Gambar 3.1 Business Sphere Environment 3.3.3 Decision Cockpits Pada decision cockpits, semua pelaporan bisnis ditransformasikan kedalam bentuk ilustrasi visual termasuk fitur kunci seperti control charts, drill-down capabilities, automactic alert, dan on-the-fly analyses sehingga dapat diambil keputusan lebih cepat dan baik. Informasi yang didapat tidak hanya terkait dengan apa yang tejadi pada bisnis melainkan juga mengapa hal itu dapat terjadi. Contoh dari visualisasi data :
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
16
[Sumber : http://www.bigdata-startups.com/]
Gambar 3.3 Visualisasi Data Dari heatmap diatas, dapat diketahui berbagai informasi secara cepat misalnya, produk apa yang merupakan salah satu khas untuk P&G di Eropa. Selain itu menunjukkan semua pasar di mana produk P&G bersaing dan pangsa relatif mereka (merah menunjukkan pangsa pasar yang rendah dan hijau menunjukkan pangsa pasar yang tinggi ) dan juga menunjukkan perspektif yang jelas pentingnya pertumbuhan pangsa salah satu dari pasar tersebut. Decision Cockpits menyokong keputusan yang cepat dan tepat untuk semua brand dan bisnis unit. P&G Global Business Services (GBS) menyediakan layanan dan organisasi IT memimpin pengembangan sistem untuk menyokong Decision Cockpit skala global yang memungkinkan pengguna akhir untuk mendesain portal mereka sendiri. P&G telah menciptakan decision cockpits untuk lebih dari 50.000 karyawan. Tampilan visual ini menunjukkan informasi terpenting yang membantu para karyawan untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Seluruh karyawan P&G di dunia dapat
mengakses
informasi
hasil analisis
yang telah
divisualisasikan sehingga menunjang dalam pengambilan keputusan.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
17
[Sumber : http://www.bigdata-startups.com/]
Gambar 3.2. Decision Cockpits P&G
Sebelumnya P&G tidak memiliki satu sistem untuk menampung keseluruhan informasi, namun, dengan adanya Decision Cockpits, semua data yang terkumpul melalui email, surat, telepon, dan laporan terkumpul pada sistem ini. Sistem ini juga mengurangi biaya dan kompleksitas yang terjadi sewaktu membuat laporan dan duplikasi data. Dengan Decision Cockpits, P&G mencover 56 persen dari proses secara global. Dalam bagian distribusi terjadi perubahan dari 18 ke 90 persen unit bisnis global dan organisasi pengembangan pasar. Pengguna untuk cockpits sendiri bertambah dari 2.000 pengguna hingga 58.000 cockpits setiap minggu. Jumlah email yang dihasilkan (setara dengan 400 mil dari kertas per tahun) berkurang drastis, dan cockpits memberikan kebenaran bagi para pengambil keputusan dan pekerja kantoran (karyawan P&G yang tidak bekerja di pabrik).
3.3.4 Virtualization P&G menggunakan analisis simulasi untuk merancang suatu produk baru . Analisis simulasi membantu untuk memastikan kinerja produk yang optimal dengan memperhatikan berbagai variable yang ada, menciptakan, dan mengubah model yang berbeda atau desain virtual. Proses ini meningkatkan produktivitas Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
18
dan mengurangi biaya produksi. Jadi, desain yang diciptakan bukan merupakan hasil pekerjaan laboratorium ataupun buatan tangan. P&G menggunakan pemodelan dan simulasi untuk menciptakan ribuan desain dalam hitungan detik untuk
menemukan
desain
produk
yang
terbaik.
Contohnya
ketika
mengembangkan cairan pencuci piring baru, mereka menggunakan analisis prediktif dan model simulasi untuk memprediksi bagaimana kelembaban akan merangsang berbagai molekul wangi sehingga konsumen saat mencuci piring akan mendapatkan aroma catatan yang tepat pada waktu yang tepat .
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
Seluruh perusahaan diseluruh dunia kini semakin ditantang untuk mengedepankan kualitas, pelayanan (service), inovasi, dan kecepatan ke pasar untuk dapat bersaing di masa depan. Ketidaksiapan dalam salah satu aspek tersebut akan memberikan peluang bagi kompetitor bisnis untuk merebut pasar bisnis yang telah dibangun selama ini. Kebutuhan terhadap informasi bisnis yang aktual menjadi sangat penting bagi para pemimpin perusahaan untuk mengetahui posisi bisnis mereka, apa yang sedang dilakukan kompetitor, dan langkah apa yang harus diambil untuk mengantipasi semua ancaman terhadap bisnis yang ada. Untuk menghadapi situasi tersebut, Business Intelligence menawarkan sebuah jawaban strategis bagi pengadaptasian suatu organisasi menghadapi berbagai perubahan yang mungkin akan membahayakan bisnis perusahaan (Ahdikara, 2000). Sistem intelijen bisnis yang dibangun oleh P&G melalui P&G Global Business Services membuktikan bahwa implementasi intelijen bisnis membawa peningkatan kinerja bagi perusahaan tersebut. Berikut beberapa manfaat yang didapatkan oleh P&G terkait dengan penerapan sistem intelijen bisnis : a. Dengan menggunakan analisis simulasi dan virtualisasi untuk menciptakan desain suatu produk baru, P&G dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya produksi hingga 250 juta USD. b. Melalui Business Sphere dengan hasil analisis data aktual dan tampilan visualisasi data, sistem intelijen bisnis ini meningkatkan produktivitas dan kolaborasi, menyederhanakan proses kerja, mengurangi waktu pengambilan keputusan, dan memungkinkan P&G untuk fokus pada inovasi bagi konsumen. c. Dengan adanya decision cockpits, seluruh karyawan P&G di dunia dapat
mengakses
divisualisasikan
informasi
sehingga
hasil
menunjang
analisis dalam
yang
telah
pengambilan
keputusan.
19
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
20
d. Kehadiran Business Sufficiency Program membuat para top manager P&G mendapatkan insight tentang kondisi pasar saat ini dan yang akan terjadi dikemudian hari. Dalam membangun suatu sistem intelijen bisnis, maka perlu dilakukan penelusuran terhadap data-data bisnis yang diperlukan, terlebih data eksternal seperti data terkait kompetitor dan supplier yang umumnya lebih sulit untuk didapatkan. Sewaktu menggumpulkan data, P&G berperan secara aktif maupun pasif. Secara pasif, P&G mengumpulkan informasi yang telah dipublikasikan ke sumber publik seperti media berita, perpustakaan, dokumen pemerintah, universitas, internet, dan seminar / simposium. Sedangkan untuk cara aktif, informasi eksternal termasuk informasi penting tentang kompetitor dapat diperoleh melalui survei terhadap konsumen, data dari market research. Selain itu, informasi tambahan juga dapat diperoleh dari hasil pembicaraan dengan individu yang memiliki informasi seputar kompetitor seperti suppliers, konsultan, mantan pengawai dari perusahaan kompetitor tersebut. Berikut rangkuman alur proses intelijen bisnis di P&G :
Keberhasilan
P&G
dalam
mengembangkan
intelijen
bisnis
diperusahaannya dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain yang belum Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
21
mengembangkan intelijen bisnis. Di PT. Kalbe Farma, Tbk sendiri, intelijen bisnis sebenarnya telah dikembangkan dan digunakan untuk mendapatkan informasi penting
sesuai dengan kebutuhan
user.
Namun
intelijen
bisnis
yang
dikembangkan masih terbatas penggunaannya tergantung dari si pengguna (user). Untuk membuat suatu intelijen bisnis baru, maka perlu diperhatikan 4 elemen berikut yaitu: 1. Data apa saja yang diinginkan oleh pihak user untuk dibuat intelijen bisnisnya. 2. Ketersediaan data-data tersebut dan bagaimana mendapatkan data tersebut bisa didapatkan. Ketika suatu rancangan sistem intelijen bisnis begitu baik, namun tidak ditunjang dengan ketersediaan data, maka intelijen bisnis tidak dapat dibentuk. 3. Kevalidan data yang diperoleh. Data yang tidak valid dan tidak berguna tidak dapat dianalisis lebih lanjut untuk menjadi suatu informasi yang berguna. 4. Data-data tersebut memiliki nilai penting untuk diolah menjadi informasi penting. Di divisi Corporate Business Development sendiri, terdapat satu intelijen bisnis yang dikembangkan yaitu NBC (New Brand Contribution). Awal mula pembuatan intelijen bisnis ini berdasarkan kebutuhan pihak BD untuk mengetahui dan mendapatkan informasi apakah produk baru yang diluncurkan ke pasar dapat meningkatkan total penjualan brand tersebut. Beberapa kekurangan yang ditemukan pada pengembangan intelijen bisnis di PT. Kalbe Farma, Tbk. antara lain : 1. Tidak terkorelasi/ terintegrasinya intelijen bisnis yang satu dengan yang lainnya. Hal ini membuat masing-masing intelijen bisnis memiliki penyimpanan informasi tersendiri yang hanya dapat diakses oleh user yang bersangkutan. Dampaknya adalah user lain yang bukan merupakan user utama intelijen bisnis tersebut tidak dapat mengakses informasi yang mungkin bermanfaat bagi kinerja mereka. Contohnya : Intelijen bisnis yang dikembangkan untuk divisi Finance memiliki data total sales per bulan/ tahun. Namun ketika divisi Finance ingin Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
22
mengetahui informasi lebih detail yang dimiliki intelijen bisnis divisi Marketing terkait produk-produk apa saja yang signifikan dalam peningkatan total sales, mereka tidak dapat mengakses secara langsung. 2. Tidak
memiliki ketersediaan data-data eksternal
yang
mudah
didapatkan (terkait kompetitor, supplier, dll). Intelijen bisnis yang selama ini dibangun hanya menggunakan data-data internal seperti total sales, dll. 3. Untuk struktur organisasi, tidak ada suatu tim/divisi khusus pada PT.Kalbe Farma, Tbk. untuk menangani pengembangan intelijen bisnis. Tim yang bertanggung jawab mengembangkan intelijen bisnis masih menjadi satu bagian dengan divisi IT (Information Technology) dan hanya terdiri dari beberapa karyawan yang berlatar belakang IT yang menangani beberapa intelijen bisnis. Keadaan SDM yang kurang memadai terlebih ahli bisnis mempersulit pembuatan intelijen bisnis. Kebanyakan karyawan berbasis IT kurang mengetahui data seperti apa yang sebenarnya diharapkan oleh user. Hal ini dikarenakan perbedaan displin ilmu yang membuat pihak IT tidak dapat secara cepat membangun intelijen bisnis. Melihat berbagai kelemahan yang ada, maka seharusnya dilakukan beberapa perbaikan yang mengacu pada beberapa aspek penting dalam membangun intelijen bisnis yaitu 1. Get The Right Tools And Technology Salah satu komponen utama dalam membangun intelijen bisnis adalah teknologi. Ketidaksiapan teknologi akan menghambat pengembangan intelijen bisnis karena semua proses analisis menggunakan perangkat software komputer. Di P&G sendiri, mereka menyadari pentingnya teknologi sehingga mereka bekerja sama dengan banyak pihak seperti BOI, Cisco, HP, SAP, Nielsen dan TIBCO SpotFire. Kekuatan teknologi P&G membuat mereka berhasil menciptakan sistem intelijen bisnis seperti Decision Cockpits, Business Sphere, dll. Oleh sebab itu, PT. Kalbe Farma, Tbk. harus mempersiapkan teknologi seperti software analisis, server untuk menampung data, visualization model (dashboard, dll). Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
23
2. Put The Right People In The Right Places Selain teknologi, SDM merupakan komponen yang tidak kalah penting. Kecanggihan teknologi yang tidak diimbangi dengan SDM yang menunjang membuat proses pengembangan intelijen bisnis tidak dapat berjalan maksimal. Di P&G, tim yang mengembangkan intelijen bisnis terdapat seorang analis bisnis yang berfungsi melakukan analisis bisnis. Sedangkan di PT. Kalbe Farma, Tbk. semua proses pengembangan dilakukan oleh pihak IT tanpa adanya bantuan dari analis bisnis. Oleh sebab itu, seharusnya di bentuk suatu tim khusus yang menangani intelijen bisnis. Setiap anggota tim BI harus memiliki kemampuan pada bidangnya untuk melaksanakan aktivitas pada tahapan pengembangan tersebut. Idealnya, tim proyek BI terbagi menjadi dua yaitu (Moss & Atre, 2003) : a. Tim inti Pada tim inti ini terbagi kembali menjadi 2 tim yaitu : a) Anggota tim inti proyek yang permanen, yang harus menyediakan waktunya 100% dari awal hingga akhir untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka. Jumlah anggota yang optimal untuk tim ini adalah sekitar 4/5 orang dan tidak lebih dari 7 orang. Tim ini beranggotakan : a. Satu Project manager b. Satu perwakilan dari bagian bisnis c. Satu analis bisnis dari divisi IT d. Satu teknisi dari departemen IT (antara senior sistem analis / senior programmer) b) Anggota Tim inti pengembangan permanen b. Tim Pelengkap Anggota tim pelengkap ini juga memiliki tanggung jawab dalam proyek BI tapi bukan merupakan prioritas utama selama keseluruhan jadwal proyek.
3. Build The Right Culture Ketika teknologi dan SDM telah siap, maka aspek berikutnya yang harus dibangun adalah kesadaran para top manager dan karyawan akan Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
24
pentingnya pemanfaatan intelijen bisnis. Perusahaan harus memberikan pengertian kepada seluruh karyawan bahwa intelijen bisnis merupakan alat bantu mereka dalam mendapatkan informasi aktual untuk mengambil keputusan yang lebih baik. Aspek ketiga ini telah diterapkan dengan sangat baik oleh perusahaan P&G. Dengan visi misi perusahaan mereka untuk menjadi perusahaan bisnis berbasis teknologi terbesar didunia, mereka berusaha untuk mendigitalkan semua proses bisnis dari ujung hingga keujung lainnya. Culture perusahaan P&G membuat mereka berhasil menciptakan sistem intelijen bisnis yang sangat baik dan P&G mendapatkan banyak manfaat dari intelijen bisnis tersebut. Oleh sebab itu, harus dilakukan peningkatan kesadaran akan pentingnya intelijen bisnis di PT. Kalbe Farma, Tbk. sehingga pengguna / user dari intelijen bisnis akan bertambah, bermula yang hanya digunakan oleh para top manager akan berkembang bagi seluruh karyawan seperti pada P&G dengan proyek Decision Cockpits nya yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh karyawan.
Universitas Indonesia
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan pengerjaan tugas
khusus selama PKPA, antara lain : a. Intelijen bisnis adalah suatu arsitektur perusahaan yang mengintegrasikan aplikasi operasional, penunjang keputusan, basis data, dan memberikan manajemen kemudahan akses data bisnis sehingga mudah untuk membuat keputusan yang akurat b. Perusahaan P&G telah berhasil membangun intelijen bisnis dengan beberapa proyek yang ada seperti Business Sufficiency Program, Business Sphere Environment, Decision Cockpits, dan Virtualization. c. Untuk mengembangkan intelijen bisnis yang telah ada pada PT.Kalbe Farma, Tbk. maka perlu membangun tiga aspek utama yaitu teknologi terkait software, SDM , dan juga culture perusahaan untuk memanfaatkan intelijen bisnis. 5.2
Saran
a.
Perlu ada studi banding atau training khusus tentang bagaimana membangun sistem intelijen bisnis yang baik pada suatu perusahaan.
b.
Perlu mempersiapkan biaya investasi yang cukup besar untuk membangun tiga aspek utama dalam intelijen bisnis.
25
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN Ahdikara, C. T. (2000). Evaluasi Penerapan Sistem Intelijen Bisnis untuk Memperoleh Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Universitas Indonesia. Anonim. (2014). Dipetik February 2014, dari Big Data Startup. Coombs, R. E., & Morehead, J. D. (1988). Competitive Intelligence Handbook. Metuchen, N.J: Scarecrow Press. Darudiato,
S.,
Santoso,
S.
W.,
&
Setiady,
W.
(2010).
BUSINESS
INTELLIGENCE: KONSEP DAN METODE. CommIT , 63-67. Davenport, T. (2013, April 4). Dipetik February 2014, dari Harvard Business Publishing. Henschen, D. (2011, September 7). Dipetik Februari 2014, dari UBM TECH SITE. Kalakota, R. (2012, February 2012). Dipetik February 2014, dari Business Analytics 3.0. Liew, A. (2013). DIKIW: Data, Information, Knowledge, Intelligence, Wisdom and their Interrelationship. Business Management Dynamics , 49-62. Moss, L. T., & Atre, S. (2003). Business Intelligence Roadmap: The Complete Project Lifecycle for Decision-Support Applications. USA: Addison Wesley. Nelson, C. (1997). Business Intelligence: Awal Era Baru dalam Manajemen. Infokomputer . Watson, B. P. (2012, 1 30 ). Dipetik 2 2014, dari CIO INSIGHT.
26
Laporan praktik…, Hansen, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia