UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI Fe DAN VITAMIN C TERHADAP NILAI ESTIMASI VO2MAX ATLET SEPAK BOLA LAKI-LAKI SEKOLAH KHUSUS OLAHRAGAWAN RAGUNAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2012
SKRIPSI
DEBY PRABU NAFITA 0806323050
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU GIZI DEPOK JUNI 2012
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMENTASI Fe DAN VITAMIN C TERHADAP NILAI ESTIMASI VO2MAX ATLET SEPAK BOLA LAKI-LAKI SEKOLAH KHUSUS OLAHRAGAWAN RAGUNAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi
DEBY PRABU NAFITA 0806323050
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU GIZI DEPOK JUNI 2012
ii
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
iii
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
iv
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
v
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat, dan ridho-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh Pemberian Suplementasi Fe dan Vitamin C terhadap Nilai Estimasi VO2max Atlet Sepak Bola Laki-laki Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2012 ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar sarjana gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, M.Sc, selaku ketua Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2. dr. H.E. Kusdinar Achmad, MPH, selaku pembimbing akademik saya, yang telah meluangkan banyak waktu untuk mengarahkan saya dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk kesabaran, motivasi, dan ilmu yang telah diajarkan kepada saya. 3. Dr. Fatmah, SKM, MSc, dan dr. Indrarti Soekotjo, Sp.KO, selaku penguji skripsi saya, yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak saran dan masukan bagi perbaikan skripsi saya 4. Ir. Trini Sudiarti, M.Sc., selaku penguji proposal skripsi saya, atas segala saran dan masukannya, sehingga skripsi ini dapat lebih baik 5. Terima kasih kepada seluruh dosen di Departemen Gizi, atas segala ilmu yang telah diajarkan selama saya menempuh pendidikan di FKM UI 6. Mbak Ambar, Mbak Ummi, Kak Puput, dan Pak Rudi yang telah membantu kelancaran administrasi. 7. Kak Wahyu, atas keikhlasannya berbagi ilmu dari proses awal kuliah hingga skripsi ini selesai
vi
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
8. Kepala Sekolah Olahragawan Ragunan, Dra. Hj. Djamilah, M. Pd. atas izin yang telah diberikan, serta bantuannya sehingga saya dapat melaksanakan penelitian di sekolah tersebut 9. Bapak Kunaryo dan Pak Bambang selaku pelatih sepak bola, yang telah membantu saya dalam proses pengambilan data 10. Seluruh atlet sepakbola Sekolah Olahragawan Ragunan, atas bantuan dan kerja samanya selama proses penelitian, sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik 11. Pihak Laboratorium Farmasetika, khususnya Mbak Deva, atas bantuannya dalam proses pembuatan suplemen 12. Kedua orang tua saya tercinta, Munardi, S.Pd dan Metra Efita, S.Pd, sumber motivasi terbesar saya. Terima kasih untuk limpahan kasih sayang yang sudah diberikan sampai detik ini. Semoga ini menjadi jawaban atas segala doa dan pengharapan yang tiada pernah putus. 13. Adik-adik saya tersayang, Mexy Monita dan Mexa Tri monita, terima kasih untuk segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. 14. Seseorang spesial yang selama 5 tahun ini menjadi tempat berkeluh kesah, David Welkinson. Terima kasih untuk kesabaran yang luar biasa, motivasi, dan dorongan semangat yang selalu diberikan. Perjalanan panjang ini semoga akan segera menemui tempat pemberhentian. 15. Teman-teman satu bimbingan, dita, eja, widya, dan sintha, untuk semangat dan hiburan yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi. 16. Teman saya seperjuangan, Habsah, yang berkat bantuannya skripsi ini dapat terlaksana dengan baik 17. Sahabat-sahabat terbaik saya, Destry, Vidya dan Rita, atas segala bantuan yang telah diberikan sejak awal hingga proses skripsi ini selesai. Terima kasih untuk persahabatan yang luar biasa, Insya Allah sukses akan menyertai kita teman-teman 18. Seluruh teman-teman Program Studi Ilmu Gizi angkatan 2008 yang selalu kompak dan saling mendukung dalam berbagai hal
vii
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
19. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, peneliti sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, dan turut berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Depok, 20 Juni 2012
Penulis
viii
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
ix
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Deby Prabu Nafita : Ilmu Gizi : Pengaruh Pemberian Suplementasi Fe dan Vitamin C Terhadap Nilai Estimasi VO2max Atlet Sepakbola Lakilaki Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2012
Penelitian ini merupakan studi eksperimental yang bertujuan untuk menilai pengaruh pemberian suplementasi Fe dan Vitamin C terhadap peningkatan nilai estimasi VO2max pada atlet Sekolah Ragunan. Total sampel berjumlah 22 orang yang dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden berdasarkan data demografi (umur), data antropometri (berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh), asupan makan dan aktivitas fisik selama di asrama, dan VO2max. Intervensi yang dilakukan adalah pemberian 100 mg ferro sulfat dan 60 mg vitamin C untuk kelompok perlakuan, sedangkan untuk kelompok kontrol 100mg ferro sulfat dan placebo. Suplemen diberikan selama 4 minggu dengan 3 kali pemberian setiap minggunya. Sebelum dan sesudah intervensi dilakukan pengukuran nilai estimasi VO2max. Hasil penelitian menunjukkan pemberian suplementasi kombinasi Fe dan vitamin C meningkatkan nilai VO2max pada kelompok perlakuan, walaupun tidak signifikan (p = 0,59) Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol terhadap nilai estimasi VO2max setelah dilakukan intervensi (p = 0,02). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian suplemen Fe sebaiknya dikombinasikan dengan vitamin C agar tubuh dapat menyerap Fe dengan optimal sehingga dapat meningkatkan nilai estimasi VO2max. Kata kunci : VO2max, atlet, suplemen, Fe, Vitamin C
x Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
ABSTRAK
Name Major Title
: Deby Prabu Nafita : Nutrition Science : The effect of iron and vitamin C supplementation to VO2max man football athletes in athlete school Ragunan South Jakarta 2012
This research, an experimental study, is to identify the combination effect of iron and vitamin C supplementation on estimated VO2max level. Samples of research are 22 were divided into two groups, treatment and control groups. The data cellected were age, antropometry (weight and height), nutritional status (BMI), dietary intake, physical activity, and estimated VO2max level. The treatment was given, 100 mg ferro sulfat and 60 mg vitamin C to treatment group, while for control groups was given 100 mg ferro sulfat and placebo. Estimated VO2max level was measured before and after supplementation. The results of this research show that combined supplementation of Fe and vitamin C increases VO2max level in treatment group, but no significants (p = 0,59). However, there was a significant increase of estimated VO2max level after supplementation between treatment and control groups. The conclusion of this research, iron supplementation if combined with vitamin C, is better in order to increase Fe level. Key Word : VO2max, athlete, supplementation, Fe, Vitamin C
xi Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN................................ Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN....................................... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIError! Bookmark not defined. ABSTRAK .............................................................................................................. x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xvii DAFTAR RUMUS ............................................................................................ xviii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xix
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 3 1.3 Pertanyaan Penelitian ........................................................................................ 3 1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4 1.4.1 Tujuan Umum............................................................................................ 4 1.4.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 4 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 4 1.6 Ruang Lingkup .................................................................................................. 4 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebugaran ......................................................................................................... 6 2.1.1 Pengertian Kebugaran .................................................................................... 6 2.2 Kebugaran Kardiorespiratori ............................................................................. 7 2.2.1 Pengertian Kebugaran Kardiorespiratori ................................................... 7 2.2.2 Metabolisme Aerobik dan Anearobik ....................................................... 7 2.3 Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2max) ......................................................... 8 2.3.1 Pengertian Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2max)................................ 8 2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi VO2max .......................................... 12 2.4 Konsumsi Suplemen Besi dan Vitamin C Bagi Atlet ..................................... 17 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................................ 22 xii Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
3.2 Definisi Operasional........................................................................................ 22 3.3 Hipotesis.......................................................................................................... 24 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian............................................................................................. 25 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 26 4.3 Populasi dan Sample Penelitian ...................................................................... 26 4.3.1 Kriteria Inklusi ........................................................................................ 26 4.3.2 Kriteria Drop Out .................................................................................... 27 4.3.2 Besar Sample ........................................................................................... 27 4.4 Pengumpulan Data .......................................................................................... 28 4.4.2 Data Primer.............................................................................................. 28 4.4.2 Instrumen Penelitian ................................................................................ 29 4.5 Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... 30 4.5.1 Masa Sebelum Perlakuan ........................................................................ 30 4.5.2 Masa Perlakuan ....................................................................................... 30 4.5.3 Masa Setelah Perlakuan........................................................................... 31 4.6 Manajemen Data ............................................................................................. 31 4.6.2 Penyuntingan (Editing)............................................................................ 31 4.6.3 Entri Data ................................................................................................ 32 4.6.4 Pembersihan (Cleaning) .......................................................................... 32 4.7 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 32 4.7.1 Analisis Univariat .................................................................................... 32 4.7.2 Analisis Bivariat ...................................................................................... 32 4.8 Kode Etik Penelitian ....................................................................................... 33
HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum ............................................................................................ 34 5.1.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 34 5.2 Hasil Penelitian ............................................................................................... 35 5.2.1 Hasil Analisis Univariat .......................................................................... 35 5.2.2 Hasil Analisi Bivariat .............................................................................. 36 5.2.2.1 Hasil Perbandingan Nilai Estimasi VO2max Kedua Kelompok Sebelum Intervensi .................................................................................... 36 5.2.2.2 Hasil Perbandingan Nilai Estimasi VO2max Kedua Kelompok Setelah Intervensi ...................................................................................... 37 5.2.2.3 Hasil Perbandingan Nilai Estimasi VO2max Kedua Kelompok Setelah Intervensi ...................................................................................... 37 PEMBAHASAN 6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................... 42 6.2 Hasil Penelitian ............................................................................................... 42 6.2.1 Pengaruh Pemberian Suplementasi Fe dan Vitamin C ............................ 43 6.2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan VO2max ................................. 45 6.2.3 Pengamatan Asupan Makanan dan Aktivitas Fisik ................................. 47 xiii Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
6.2.4 Pengawasan dan Evaluasi ........................................................................ 48 KESIMPULAN SARAN 7.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 49 7.2 Saran................................................................................................................ 49 7.2.1 Bagi Pihak Pengelola Atlet...................................................................... 49 7.2.2 Bagi Peneliti Lain .................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiv Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gambaran Kadar Hemoglobin (Hb) Dengan Oksigen Yang Dapat Diikat Untuk Kondisi Normal Atlet ................................................................................. 16 Tabel 3.1 Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur Penelitian...................................................................................................... 23 Tabel 5.1 Gambaran Usia, Berat dan Tinggi badan, IMT, serta VO2max ............ 35 pada Masing-masing Kelompok ........................................................................... 35 Tabel 5.4 Rata-rata Perubahan Nilai Estimasi VO2max Setelah Intervensi Antara Kedua Kelompok .................................................................................................. 37 Tabel 5.6 Aktivitas Fisik Sehari-hari .................................................................... 39 Tabel 5.7 Aktivitas Fisik Saat Weekend ................................................................ 40 Tabel 5.8 Data Asupan Makan Saat Weekend ...................................................... 41
xv Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................... 21 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 22 Bagan 4.1 Tahapan Penarikan Sampel .................................................................. 28
xvi Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1 Perubahan Nilai VO2max Pada Kelompok Perlakuan ....................... 34 Grafik 5.2 Perubahan Nilai VO2max Pada Kelompok Kontrol ........................... 34
xvii Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
DAFTAR RUMUS
Rumus 2.1 Perhitungan VO2max dengan Metode Ergometer Sepeda .................. 8 Rumus 2.2 Perhitungan VO2max dengan Metode Balke Test ............................... 9
xviii Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Inform Consent Lampiran 2 Data Aktivitas Fisik dalam 24 Jam Lampiran 3 Food Record Lampiran 4 Kerangka Menu Penyelenggaraan Makanan di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan Jakarta Selatan Lampiran 5 Ketentuan Jenis Bahan, Ukuran Porsi, dan Frekuensi Pemberian Makanan per minggu Atlet Sekolah Ragunan
xix Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kebugaran merupakan dasar untuk membangun tubuh yang sehat, lebih lanjut, tubuh yang sehat akan meningkatkan produktivitas kerja serta dapat menghindarkan diri dari serangan penyakit. Setiap orang diharapkan memiliki tingkat kebugaran yang baik, khususnya bagi para atlet. Dari beberapa komponen kebugaran, kebugaran kardiorespiratori merupakan salah satu komponen yang paling penting. Kebugaran kardiorespiratori dapat diukur dengan menghitung ambilan O2 maksimal atau VO2max, atau disebut juga kapasitas aerobik. VO2max dapat menunjukkan kapasitas keseluruhan sistem jantung dan paru. Nilai VO2max yang rendah khususnya pada atlet tentu saja akan berpengaruh terhadap daya tahan dan performa saat bertanding. Nilai VO2max yang baik secara tidak langsung juga akan berpengaruh terhadap prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa masih banyak atlet yang memiliki nilai VO2max di bawah nilai standar. Di Indonesia sendiri, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mirza Hapsari tahun 2007, mendapatkan hasil bahwa nilai VO2max atlet sepak bola Persiba Bantul rata-rata 48.5 ml/kg/menit. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ardi tahun 2011, 86.4% atlet sepakbola di Sekolah Ragunan memiliki nilai VO2max di bawah nilai standar yaitu 54-64 ml/kg/menit (Mckenzie, 1997). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai VO2max menurut WHO (1969) yang dikutip dari Dwikarjanti (2002), diantaranya umur, jenis kelamin, etnis, iklim, zat gizi, ketinggian (altitude), kebiasaan beraktivitas, dan kondisi patologis. Salah satu diantaranya yang cukup mempengaruhi adalah zat gizi, khususnya mukronutrien. Mikronutrien yang berpengaruh terhadap VO2max adalah zat besi (Fe) dan vitamin C. Atlet yang melakukan latihan olahraga berat 1 Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
2
beresiko mengalami defisiensi besi, yang mengakibatkan kekurangan hemoglobin yang disebut dengan anemia defisiensi besi (Burke, 1994). Jika terjadi defisiensi besi maka akan menyebabkan kemampuan darah mengangkut oksigen berkurang dan kemampuan kardiorespiratori juga berkurang, sehingga pada akhirnya menyebabkan nilai VO2max rendah. Hal ini menyebabkan kebutuhan zat besi pada atlet melebihi jumlah rata-rata orang pada umumnya, sementara dari asupan makanan sering tidak mencukupi untuk mengimbangi aktivitas yang berat. Untuk mangatasi hal ini, dalam kondisi tertentu diperlukan pemberian suplemen Fe pada atlet untuk mencukupi kebutuhan gizinya. Agar Fe dalam tubuh dapat terserap dengan baik, diperlukan tambahan vitamin C yang dikonsumsi bersamaan dengan Fe. Beberapa penelitian dari Cornell University menunjukkan hasil bahwa pemberian uplementasi besi kepada wanita yang tidak mengalami anemia dan melakukan latihan rutin, mengalami peningkatan pada VO2max dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi placebo (Williams, 2005). Penelitian lain yang dilakukan Zainal Abidin dkk terhadap atlet sepak bola divisi utama di daerah Yogyakarta, dengan memberikan suplementasi kombinasi Fe dan vitamin C, terbukti pada kelompok yang hanya mengkonsumsi Fe saja memiliki nilai VO2max yang lebih rendah. Penelitian yang dilakukan oleh La Manca dan Haymes pada tahun 1993, didapatkan hasil bahwa atlet dengan anemia ringan yang diberikan suplementasi Fe akan menunjukkan peningkatan VO2max. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kusumawati et all. (2003), terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi Fe dan VO2max pada atlet sepakbola PS Semen padang. Penelitian ini didukung dengan penelitian Noerhadi (2000) bahwa terjadi perbedaan kenaikan rata-rata nilai VO2maks pada kelompok yang diberi suplementasi sebesar 0,41 ml/Kg/menit dibandingkan pada kelompok placebo. Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Khusus Olahragawan yang ada di daerah Ragunan, Jakarta Selatan. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
3
karena sekolah ini merupakan sekolah khusus untuk atlet sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan sampel. Selain itu, sekolah ini merupakan salah satu dari 5 sekolah khusus atlet yang terbaik di Indonesia yang telah banyak melahirkan atlet-atlet berprestasi di kancah nasional maupun internasional. Penelitian akan dikhususkan pada satu cabang olahraga yaitu sepak bola, dikarenakan sepak bola merupakan salah satu olahraga yang paling membutuhkan ketahanan fisik yang kuat sehingga memiliki tingkat VO2max yang baik merupakan suatu keharusan. Olahraga ini membutuhkan daya tahan jantung-paru yang menggambarkan kapasitas untuk melakukan aktivitas secara terus menerus dan dalam waktu yang lama, tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa masih banyak dari atlet yang memiliki kadar VO2max di bawah nilai standar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya 86,4% atlet sepakbola di Ragunan
memiliki nilai VO2max di bawah standar. Prevalensi ini jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Hal tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang pengaruh konsumsi kombinasi suplemen Fe dan vitamin C terhadap VO2max pada atlet sepak bola Sekolah Khusus Olahragawan di Ragunan yang akan dilakukan pada bulan Maret-Mei 2012.
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian yang dilakukan akan dibatasi oleh pertanyaan-pertanyaan berikut : a. Bagaimanakah gambaran tingkat VO2max pada atlet sepak bola Sekolah Ragunan? b. Adakah pengaruh antara konsumsi suplemen Fe dan vitamin C terhadap tingkat VO2max atlet sepak bola Ragunan? c. Adakah perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan yang diberi suplementasi Fe dan vitamin C dengan kelompok kontrol yang diberi suplementasi Fe saja terhadap nilai VO2max? Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
4
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui pengaruh konsumsi kombinasi suplementasi Fe dan vitamin C terhadap VO2max pada atlet sepak bola di Sekolah Atlet Ragunan, Jakarta Selatan, Tahun 2012.
1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran tingkat VO2max pada atlet sepak bola Sekolah Ragunan b. Mengetahui pengaruh konsumsi suplemen Fe dan vitamin C terhadap tingkat VO2max atlet sepak bola Ragunan c. Mengetahui perbedaan antara kelompok perlakuan yang diberi suplementasi kombinasi Fe dan vitamin C dengan kelompok kontrol yang diberi suplementasi Fe tanpa vitamin C terhadap nilai VO2max
1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan informasi tentang pengaruh pemberian suplementasi kombinasi Fe dan vitamin C terhadap kebugaran yang diukur dengan VO2max pada atlet sepakbola. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh pihak pengelola atlet dalam hal meningkatkan kebugaran pada atletnya. Penelitian ini dilakukan agar terdapat gambaran yang jelas tentang konsumsi suplemen yang sesuai agar di masa yang akan datang dapat dipertimbangkan apakah mengkonsumsi suplemen adalah pilihan yang tepat untuk meningkatkan kebugaran pada atlet. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kuantitatif
dengan
metode
eksperimental murni. Penelitian ini dilakukan karena ingin mengetahui pengaruh pemberian suplementasi kombinasi Fe dan vitamin C terhadap nilai estimasi VO2max atlet sepak bola di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan, Jakarta Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
5
Selatan. Penelitian akan dilakukan pada Bulan Maret-Mei 2012, dengan masa pemberian suplemen selama 1 bulan. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik atlet (meliputi umur, status gizi, dan pendidikan) dan data tingkat kebugaran. Data mengenai tingkat kebugaran diambil dengan mengukur nilai VO2max yang diukur dengan Balke Test, yaitu tes lari 15 menit di lapangan dengan lintasan lari 400 meter. Tes Balke sendiri akan dilaksanakan dua kali, yaitu sebelum diberikan suplementasi, dan setelah diberikan suplementasi.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebugaran 2.1.1 Pengertian Kebugaran Kebugaran merupakan salah satu indikator derajat kesehatan seseorang. Kebugaran merupakan kemampuan tubuh untuk bekerja secara efektif dan efisien, selain itu juga berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk bekerja secara efektif, menikmati waktu senggang, menjadi sehat, menjadi pelindung tubuh dari penyakit hipokinetik (Corbin, 2000). Menurut American Medical Association, kebugaran adalah kapasitas secara umum untuk menyesuaikan dan merespon dengan baik terhadap aktivitas fisik yang dilakukan. Kebugaran akan memberikan dampak positif dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, setiap orang diharapkan dapat mencapai tingkat kebugaran yang baik, khususnya pada atlet. Tingkat kebugaran yang baik merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh atlet. Para atlet diharapkan memiliki performa yang baik saat bertanding untuk dapat mencapai prestasi yang diinginkan. Tingkat kebugaran yang baik akan tercapai jika terpenuhinya beberapa komponen yang ada dalam kebugaran. Menurut Gordon M. Wardlaw, kebugaran dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (health related fitness) dan kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan (sport related fitness). Komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan terdiri dari komposisi tubuh, kebugaran kardiovaskuler, kelenturan, ketahanan otot, dan kekuatan otot. Sedangkan komponen kebugaran tang berhubungan dengan keterampilan terdiri dari koordinasi, keseimbangan, kecepatan reaksi, kelincahan, dan kekuatan (power).
6 Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
7
2.2 Kebugaran Kardiorespiratori 2.2.1 Pengertian Kebugaran Kardiorespiratori Ketahanan kardiorespirasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik yang intens dan berkesinambungan dengan melibatkan sekelompok otot besar. Ketahanan kardiorespirasi ini termasuk unsur kesegaran jasmani yang paling penting. Latihan untuk meningkatkan ketahanan kardiorespirasi dapat menyebabkan peningkatan kapasitas aerobik seseorang. Kebugaran kardiorespiratori juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan paru-paru, jantung, dan pembuluh darah untuk mengedarkan oksigen yang cukup menuju sel untuk dapat memenuhi aktivitas fisik yang terus menerus dan berkepanjangan (Hoeger, 1996). Kebugaran kardiorespiratori ditentukan dengan ambilan oksigen maksimal atau VO2max, jumlah maksimum oksigen yang mampu digunakan oleh manusia untuk melakukan aktivitas fisik per menitnya. VO2max biasanya digambarkan dalam ml/kg/min. Semua jaringan dan organ di tubuh membutuhkan oksigen untuk dapat berfungsi dengan baik, maka banyaknya konsumsi oksigen dapat didefinisikan sebagai banyaknya efisiensi sistem kardiorespiratori (Hoeger, 1996). 2.2.2 Metabolisme Aerobik dan Anearobik Pada
dasarnya
ada
dua
jenis
metabolisme
pada
kebugaran
kardiorespiratori, yaitu metabolisme aerobik dan anaerobik. Aerobik bermakna ada oksigen dan anaerobik bermakna ketiadaan oksigen. Sumber energi esensial di tubuh manusia berasal dari pemecahan glikogen menjadi glukosa. Pemecahan glikogen dapat terjadi secara aerobik (dengan oksigen), maupun secara anaerobik (tanpa oksigen) (McDonald, 1991). Metabolisme aerobik adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas jangka panjang (dalam hitungan menit sampai jam) yang bergantung pada sistem O2-ATP untuk memasok persediaan energi yang dibutuhkan selama aktivitas. Aktivitas yang dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat membutuhkan sistem yang dapat menyediakan ATP lebih cepat dari sistem O2-ATP. Maka Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
8
digunakanlah sistem energi anaerobik, yaitu glikolisis parsial untuk menyediakan energi yang dibutuhkan. Aktivitas semacam ini disebut dengan metabolisme anaerobik (Thomas G, 1989).
2.3 Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2max) 2.3.1 Pengertian Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2max) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. VO2max digunakan untuk mengukur intensitas dan durasi latihan yang dapat dilakukan oleh seseorang. VO2max merupakan indikator terbaik dalam menentukan katahanan aerobik karena dapat membatasi kapasitas kardiovaskuler seseorang (Astorino, et al. 2000). Menurut Pate, et al., (1994) VO2max adalah waktu tercepat yang dapat dicapai seseorang untuk menggunakan oksigen selama berolahraga. Willmore dan Costill (1994) mengatakan bahwa VO2max adalah rata-rata konsumsi oksigen tertinggi yang dicapai dalam aktivitas maksimum dan denyut nadi maksimal atau sampai terjadi kelelahan, sedangkan Guyton dan Hall (1996) mengatakan bahwa VO2max adalah kecepatan pemakaian oksigen dalam metabolisme aerob maksimum.
VO2max
dipengaruhi
oleh
beberapa
komponen
penunjang,
diantaranya kemampuan jantung, kemampuan paru-paru, kualitas darah (Hb), pembuluh darah, dan kemampuan otot rangka yang akan mengkonsumsi oksigen tersebut. Apabila salah satu komponen tersebut memiliki kemampuan yang rendah, maka akan berpengaruh terhadap tingkat VO2max (Fox, 1998) Dimulai dari level saat istirahat, ada peningkatan yang signifikan pada konsumsi oksigen selama 3 menit pertama melakukan latihan. 6 menit berikutnya merupakan level yang menunjukkan tahap yang stabil (steady state), dimana konsumsi oksigen sesuai dengan kebutuhan latihan. Hal ini mengindikasikan keseimbangan antara energi yang dibutuhkan oleh otot dan energi aerobik. Kapasitas aerobik seseorang diukur dalam mililiter konsumsi oksigen per kg berat badan per menit (Welsman JR, Armstrong N, 1996).
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
9
Meningkatnya intensitas kerja sampai pada batas VO2max akan menyebabkan terjadinya salah satu diantara dua hal dalam konsumsi oksigen, yaitu terjadinya keadaan stabil (plateu) atau sedikit menurun dalam hal denyut nadi (Willmore dan Costill, 1994). Terjadinya plateu tersebut menunjukkan bahwa akhir aktivitas semakin dekat karena suplai oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa VO2max membatasi rata-rata kerja atau kecepatan kerja yang dapat dilakukan. Jika aktivitas dilanjutkan sampai beberapa waktu setelah mencapai VO2max, sumber energi aerobik akan habis dan harus segera disuplai dari sumber energi anaerobik dengan kapasitas sedikit, sehingga tidak dapat berlangsung dalam waktu lama. Keadaan dimana konsumsi oksigen telah mencapai nilai maksimum tanpa bisa naik lagi meski dengan penambahan intensitas latihan inilah yang disebut VO2max. Konsumsi oksigen lalu turun secara bertahap, bersamaan dengan penghentian latihan karena kebutuhan oksigen pun berkurang (Welsman JR, Armstrong N, 1996).
2.3.2 Pengukuran VO2max Pengukuran VO2max bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi fungsi jantung dan paru-paru, yang ditunjukkan melalui pengukuran ambilan oksigen maksimal (Pusjas Depdiknas). Untuk mengukur VO2max, ada 2 cara yang bisa dilakukan yaitu tes maksimal dan submaksimal. Pada tes maksimal, VO2max diukur pada kondisi kelelahan maksimum selama melakukan beban latihan fisik sehingga sistem kardiorespiratori benar-benar sedang dalam keadaan menggunakan oksigen secara maksimal (Rowland M.D, 1996). Sedangkan tes submaksimal dilakukan dengan pengukuran saat sebelum mencapai kondisi kelelahan maksimum. Tes ini biasanya
diperuntukkan
untuk
anak-anak
dan
lansia
yang
cenderung
menghentikan beban latihan fisik saat mereka lelah, walaupun belum mencapai kelelahan maksimal (Indrawagita, 2009). Beberapa cara pengukuran kapasitas VO2max diantaranya menggunakan ergometer sepeda, treadmill, field test, dan step test. Metode pengukuran VO2max terbagi dua, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yaitu Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
10
pengukuran yang dilakukan di laboratorium, seperti menggunakan ergometer sepeda dan treadmill, sedangkan pengukuran secara tidak langsung yaitu tes yang dilakukan di lapangan, seperti field test dan step test, dan nilai VO2max didapatkan dari perhitungan rumus sesuai dengan tes yang dilakukan. a. Ergometer Sepeda Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan sepeda statis yang dikayuh dengan tujuan untuk mendapatkan beban kerja. Untuk merekam beban kerja dipasang EKG. Pada permulaan dan di akhir pembebanan dlakukan pemeriksaan tekanan darah probandus. Nilai VO2max bisa didapat dengan menggunakan nomogram Astrand, khususnya menggunakan skala beban kerja. Beban kerja dapat dinyatakan dalam unit standar, sehingga hasil tes dapat dibandingkan satu sama lain (Verducci F, 1980). Cara penilaiannya yaitu dengan memakai rumus dari Hollman & Volker
VO2max
(2.1)
b. Treadmill Tes menggunakan treadmill membutuhkan alat yang sangat mahal dan memerlukan ruangan yang cukup besar. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam pengukuran menggunakan metode treadmill yaitu : (a) Metode Mitchell, Sproule, dan Chapman, (b) Metode Saltin-Astrand, dan (c) Metode OSU. Keuntungan menggunakan treadmill meliputi nilai beban kerja yang konstan, kemudahan mengatur beban kerja pada level yang diinginkan, serta mudah dilakukan karena hampir semua orang terbiasa dengan keahlian yang dibutuhkan (berjalan dan berlari). Dalam penggunaannya mengikutsertakan sebagian besar otot-otot tubuh sehingga tidak akan mengakibatkan kelelahan setempat. Meskipun demikian, karena alatnya mahal dan berat, tes ini tidak praktis dilakukan di tempat kerja (Verducci F, 1980). Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
11
c. Field Test Metode pengukuran dengan field test ini sangat mudah dilakukan, karena tidak membutuhkan alat khusus, yang dibutuhkan hanyalah lintasan untuk berlari. Subjek diminta berlari berdasarkan jarak atau waktu yang telah ditetapkan. Beberapa metode dari tes ini adalah : 15 minute run (Balke Test), 12 minute run (Cooper), 1,5 mile run, dan 2,4 km run test 24. Tes lari 15 menit Balke merupakan tes maksimal di lapangan, tes ini merupakan tes lapangan yang baik dan sering digunakan untuk tes kebugaran atlet bersama dengan tes lari 12 menit dari Cooper. Subjek yang akan di tes diminta untuk menempuh jarak sejauh mungkin dalam waktu 15 menit, dengan cara berlari atau jalan, subjek tidak boleh berhenti diam atau istirahat di lintasan. Jika subjek berhenti diam atau istirahat sejenak, maka tes akan dinyatakan gagal (Frank, 1991). Kelebihan melakukan pengukuran dengan Tes Balke adalah dapat mengukur kebugaran banyak orang sekaligus.
Kebugaran subjek diukur dengan nilai VO2max. Untuk dapat mengukur VO2max dapat digunakan rumus sebagai berikut (Horwill, 1992). VO2max ml O2/kg BB/menit = 0.172 (( a : 15 ) – 133 ) + 33.3 Keterangan : a = jarak yang ditempuh selama lari 15 menit dalam meter
d. Step Test Metode step test adalah menghitung jumlah langkah per menit dan tinggi bangku yang digunakan untuk menghasilkan beban kerja. Subjek diminta melakukan gerakan naik turun bangku bergantian kaki dengan irama yang sudah diatur dengan metronome. Tes kebugaran dengan metode ini mudah dilakukan dan tidak butuh biaya besar, namun, sulit mendapatkan beban kerja yang tepat dengan tes ini karena kelelahan yang mungkin timbul saat melakukan tes dapat mempengaruhi akurasi beban kerja dan titik gravitasi. Nilai VO2max bisa didapat Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
(2.2)
12
dengan normogram Astrand berdasarkan denyut nadi dan berat badan atau mengggunakan perhitungan rumus. Rumus yang tersedia pun bervariasi, dengan standar nilai VO2max yang bervariasi pula. Data yang dibutuhkan untuk menghitung VO2max adalah denyut jantung pemulihan. Beberapa variasi tersebut misalnya Harvard Step Test, Queen’s College Step Test, YMCA Step test. Harvard Step Test, Queen’s College Step Test, YMCA Step test merupakan tes naik turun bangku. Harvard Step Test yang dikhususkan untuk laki-laki menggunakan bangku setinggi 20 inci (70 cm). Queen’s College Step Test menggunakan bangku setinggi 16.25 inci (57 cm). YMCA 3 minute Step test digunakan jika ingin melakukan tes kebugaran massal dengan menggunakan bangku setinggi 12 inci (31 cm) (Rowland M.D, 1996).
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi VO2max Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai VO2max adalah sebagai hereditas, jenis kelamin, umur, faktor lingkungan, kadar hemoglobin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan zat gizi.
a. Hereditas atau Keturunan Menurut Sharkey (2003), faktor keturunan memiliki peran penting dalam kebugaran aerobik, termasuk kapasitas maksimal sistem respiratori dan kardiovaskular, jantung, sel darah merah, hemoglobin, dan serat otot. Penelitian lain yang dilakukan oleh Magnus dan thambs dalam sharkey (2003), menunjukkan bahwa lebih dari setengah perbedaan kekuatan maksimal aerobik disebabkan oleh adanya perbedaan genotype, dengan faktor lingkungan seperti nutrisi dan latihan sebagai penyebab lainnya.
b. Jenis kelamin Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria pada usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal dan komposisi tubuh yang menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan lemak Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
13
tubuh lebih besar. Wanita juga memiliki massa otot lebih kecil daripada pria. Mulai umur 10 tahun, VO2max anak laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak perempuan. Pada umur 12 tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada umur 16 tahun VO2max anak laki-laki 37% lebih tinggi dibanding anak perempuan. Sehubungan dengan jenis kelamin wanita, Lebrun et al dalam penelitiannya tahun 1995 pada 16 wanita yang mendapat latihan fisik sedang, melakukan pengukuran serum estradiol dan progesteron untuk memantau fase-fase menstruasi. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa VO2max absolut meningkat selama fase folikuler dibanding dengan fase luteal.
c. Umur VO2max menurun satu persen (1%) per tahun, mulai usia 25 tahun. Namun, penurunan ini hanya 0.5% per tahun bagi individu yang aktif. Secara umum, kemampuan aerobik turun perlahan setelah usia 25 tahun. Penelitian dari Jackson AS et al. menemukan bahwa penurunan rata-rata VO2max per tahun adalah 0.46 ml/kg/menit untuk pria (1.2%) dan 0.54 ml/kg/menit untuk wanita (1.7%). Penurunan ini terjadi karena beberapa hal, termasuk reduksi denyut jantung maksimal dan isi sekuncup jantung maksimal.
d. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik dapat meningkatkan kapasitas VO2max maksimal 20% tergantung dari usia dan kapasitas VO2max sebelumnya (Astrand & Rodahl 1986). Pengaruh latihan fisik terhadap kebugaran ditentukan oleh macam latihan yang dilakukan, intensitas, frekuensi, dan lama latihan. Untuk mendapatkan efek yang baik terhadap kebugaran, maka syarat-syarat berikut harus terpenuhi (Sumosardjuno, 1992) : 1. Intensitas atau berat latihan mencapai 60-80% kapasitas VO2max. VO2max berhubungan dengan frekuensi denyut jantung. Maka, VO2max tersebut sama dengan 72-87% frekuensi maksimal denyut jantung dan angka ini disebut training Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
14
zone. Perhitungan frekuensi denyut jantung adalah 220 dikurangi umur dalam tahun.
2. Lama latihan inti antara 20-30 menit dalam training zone dan frekuensi latihan sekurang-kurangnya 3 kali seminggu. Atlet yang berlatih intensif (35 mil/minggu) selama 10 tahun memiliki VO2max sama dengan 54 ml/kg.min. Sedangkan atlet yang aktif berlatih tetapi kurang intensif (24 mil/minggu) mengalami penurunan VO2max sebesar 12.6% (dari 52.5 ml/kg.min menjadi 45.9 ml/kg.min). Hasil ini diperoleh dari data penelitian terhadap 24 master track atlet (Nieman, 1990).
e. Kebiasaan Merokok Menurut buku pelatihan olahraga Depkes RI (1998), kebiasaan merokok dapat memberikan dampak negatif terhadap kapasitas VO2max, yaitu dapat menurunkan kapasitas VO2max. Penurunan ini terjadi karena jumlah O2 yang diabsorbsi dari paru-paru turun, kandungan CO dalam rokok yang mengikat Hb, terjadinya gangguan pertukaran gas di paru-paru, dan terganggunya aliran darah ke otot. Kandungan CO yang terdapat dalam rokok mengikat Hb lebih kuat dari oksigen. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah O2
yang
diabsorbsi paru-paru, karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2. CO dalam rokok juga dapat merusak lapisan endotel dalam pembuluh darah. Jika terbentuk plak dalam pembuluh darah, dapat menyebabkan terjadinya arterosklerosis yang dapat menyebabkan berbagai penyakit kardiovaskuler (Syaifudin, 1996). Terjadinya gangguan jantung dan pembuluh darah akan menyebabkan penurunan kapasitas VO2max. f. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh merupakan komponen kebugaran yang berhubungan dengan jumlah total relatif dari otot, lemak, tulang dan bagian-bagian vital lain dalam tubuh (Haskel dan Kiernan, 2000). Seseorang yang komposisi tubuhnya Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
15
lebih banyak lemak daripada otot akan memiliki tingkat kebugaran relatif rendah dibandingkan dengan orang yang komposisi tubuhnya lebih banyak otot/bukan lemak. Secara umum, laki-laki mempunyai kapasitas aerobik lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini disebabkan karena pada laki-laki massa tubuhnya lebih banyak terdiri dari otot dibandingkan perempuan. Pada perempuan yang sudah pubertas, komposisi lemak dalam tubuh akan semakin meningkat (Schrefer, 1991).
g. Status Gizi Status gizi merupakan keadaan gizi seseorang yang dapat ditentukan dengan pengukuran antropometri berupa pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar tubuh, pengukuran biokimia kadar zat gizi atau sisanya dalam darah dan urin, pemeriksaan klinis (fisik), analisa pola makan serta evaluasi kondisi ekonomi (Wardlaw dan Hampl, 2007).
Memiliki status gizi yang baik, secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kebugaran. Status kebugaran yang baik hanya dapat dicapai dengan status gizi yang baik pula. Tubuh akan mampu bertahan terhadap latihan yang keras dan berat dan dapat mencapai prestasi yang maksimal dalam olahraga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki status gizi kurang maupun lebih, memiliki tingkat kebugaran yang rendah dalam hampir seluruh tes kebugaran. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada remaja yang mengalami gizi lebih, memiliki kebugaran kardiovaskuler yang berbanding terbalik dengan persen lemak tubuh (Gutin, et al, 2002).
h. Kadar Hemoglobin Hemoglobin adalah gabungan protein dan pigmen (hematin) yang berisi besi, tiap atom Fe dapat bergabung dengan satu molekul O2. Jika tidak ada hemoglobin, maka kadar hemoglobin akan berkurang, sebaliknya jika oksigen tersedia, maka akan terbentuk oxyhemoglobin (HbO2). Pada atlet (olahragawan), Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
16
standar Hb yang ditetapkan oleh Pusat Kesehatan Olahraga (PKO) adalah 14g% untuk wanita, dan 16g% untuk pria. Menurut Mc. Ardle (1991), kadar Hb normal untuk orang-orang terlatih adalah 15-16g% untuk laki-laki, dan 14g% untuk perempuan. Sedangkan menurut Junusual Hairy (1999), kadar Hb normal untuk atlet laki-laki adalah 16g%, dan untuk atlet perempuan 14g%. Sehingga untuk kelompok atlet, jika memiliki kadar Hb di bawah angka-angka normal tersebut dapat dikategorikan ke dalam golongan atlet yang anemia.
Hubungan hemoglobin dengan VO2max yaitu jika oksigen yang dibawa darah lebih rendah, dengan kata lain volume Hb kurang, maka akan menyebabkan konsumsi oksigen yang rendah. Ukuran jantung dan volume hemoglobin yang lebih kecil pada perempuan diduga membatasi VO2max. Daya tahan aerobik (VO2max) sangat bergantung kepada kapasitas suplai O2 ke otot yang sedang bekerja. Kapasitas suplai O2 dipengaruhi oleh kadar Hb. 99% O2 dalam darah diikat oleh Hb dan hanya 1% berupa gas bebas. Oleh karena itu Hb dalam darah sangat mempengaruhi banyaknya O2 yang dapat dibawa darah ke seluruh tubuh.
Tabel 2.1 Gambaran Kadar Hemoglobin (Hb) Dengan Oksigen Yang Dapat Diikat Untuk Kondisi Normal Atlet Jenis Kelamin
Kadar Hb (gr/100
Oksigen (gr/100 ml
ml darah)
darah)
Laki-laki
16
> 21
Perempuan
14
19
Pada individu yang kekurangan trace mineral seperti besi akan menyebabkan fungsi hemoglobin terganggu. Gejala yang ditimbulkan yaitu, kelelahan (fatigue), anemia, rusaknya sistem pengaturan suhu, penurunan daya tahan terhadap infeksi (William, 2005).
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
17
i. Asupan Zat Gizi Kebutuhan gizi atlet, berbeda dari rata-rata yang dianjurkan. Hal ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh seorang atlet berbeda dengan masyarakat umum, serta terdapat kondisi-kondisi tertentu pada atlet yang harus ditunjang oleh nutrisi yang tepat (Depkes, 1993). Untuk atlet sepakbola, secara umum memerlukan sekitar 4500 kkal atau 1,5 kali kebutuhan orang dewasa normal dengan postur tubuh relatif sama, karena pemain sepakbola dikategorikan dengan seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang berat (Depkes RI, 2002). Dalam 4500 kkal tersebut disyaratkan mengandung 60-70% karbohidrat, 20-25% lemak, dan 10-15% protein (LIPI, 2004). Zat gizi yang berhubungan dengan VO2max lebih utama pada zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral yang berhubungan dengan VO2max diantaranya zat besi (Fe), zink, dan vitamin C. Menurut FAO/WHO, jumlah besi yang harus dikonsumsi sebaiknya berdasarkan jumlah kehilangan besi dari dalam tubuh serta jumlah bahan makanan hewani yang dikonsumsi. Vitamin C sendiri, walaupun tidak berperan langsung terhadap VO2max, tapi jika diberikan dalam dosis yang optimal dapat meningkatkan ketahanan fisik pada atlet. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, mengkonsumsi vitamin C dengan dosis 60 mg/hari
dapat
meningkatkan ketahanan tubuh (Levin, et al., 1995). Seperti halnya vitamin C, konsumsi zink dalam bentuk suplementasi tidak secara langsung bermanfaat untuk VO2max. Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, pemberian zink dalam bentuk suplementasi pada atlet berpengaruh terhadap kekuatan otot dan daya tahan (Lukaski, 1995). Daya tahan disini juga dimaksudkan daya tahan kardiorespiratori. Jika seorang atlet memiliki daya tahan kardiorespiratori yang baik maka nilai VO2max juga akan baik.
2.4 Konsumsi Suplemen Besi dan Vitamin C Bagi Atlet Suplemen adalah suatu zat/unsur atau lebih yang dikemas untuk menambah zat/unsur yang sudah ada (Persagi). Suplemen kesehatan atau disebut juga dietary supplement adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
18
lebih zat yang mengandung nutrisi atau obat. Yang bersifat nutrisi termasuk vitamin, mineral, dan asam amino, sedangkan yang bersifat obat umumnya diambil dari tanaman atau jaringan tubuh hewan yang memiliki khasiat seperti obat. Atlet atau olahragawan merupakan salah satu kelompok yang sering mengkonsumsi suplemen, baik itu suplemen vitamin ataupun mineral. Tujuan utama dari mengkonsumsi suplemen adalah untuk meningkatkan daya tahan dan performa saat latihan atau bertanding. Latihan yang berat seringkali tidak seimbang dengan asupan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh seorang atlet. Selain itu, adanya tuntutan untuk selalu tampil prima saat bertanding menyebabkan banyak atlet yang memutuskan untuk mengkonsumsi suplemen dosis tinggi untuk meningkatkan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral dari bahan makanan sering sulit dilaksanakan, hal ini dikarenakan atlet tidak mudah mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, atlet perlu mendapat suplemen vitamin dan mineral untuk mencukupi kebutuhannya (Depkes, 1993). Seperti yang sudah dijelaskan, atlet sangan rentan mengalami defisiensi besi karena latihan berat yang dilakukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sakurada (1996), pada atlet remaja laki-laki, didapatkan hasil bahwa 12% atlet mengalami defisiensi zat besi disebabkan karena latihan harian (sport anemia). Defisiensi besi pada atlet dapat terjadi karena meningkatnya pengeluaran zat besi melalui keringat, hemolisis sel darah merah akibat benturan pada kaki, kebutuhan zat besi yang meningkat karena meningkatnya produksi sel darah merah yang berhubungan dengan kesehatan jasmani atlet yang meningkat (Wootton, 1988, Ontario Dietetic Association, 1989, Lamb & Wardlaw, 1991, Meilani, 1996). Defisiensi besi pada wanita non anemia yang diiringi dengan peningkatan serum reseptor transferin menurunkan kemampuan adaptasi aerobik (daya tahan kardiovaskuler). Hal ini dapat diatasi dengan pemberian suplementasi besi sehingga daya tahan kardiovaskuler dapat ditingkatkan kembali (Brownlie, 2002). Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
19
Salah satu faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi di dalam tubuh adalah vitamin C. Asam organik seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi non heme dengan merubah bentuk feri menjadi fero. Bentuk fero lebih mudah diserap tubuh. Vitamin C membentuk gugus besi-askorbat yang tetap larut pada pH lebih tinggi dalam duodenum. Maka jika suplemen Fe dikonsumsi secara bersamaan dengan vitamin C akan membantu penyerapan Fe lebih baik dalam tubuh. Beberapa penelitian telah banyak membuktikan bahwa mengkonsumsi suplementasi Fe dan vitamin C secara bersamaan dapat meningkatkan penyerapan Fe dalam tubuh, seperti penelitian yang dilakukan oleh Gorten and Bradley pada anak-anak yang mengalami defisiensi besi. Namun perlu diketahui juga bahwa, sebelum dilakukan penelitian pada manusia, efek suplementasi Fe dan vitamin C juga telah diuji cobakan pada hewan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Samuel M, et al. yang melakukan percobaan pada sekelompok tikus.
2.5 Teori Kausalitas Bradford Hill (Hill Criteria Causation) Teori kausalitas digunakan untuk menentukan hubungan sebab akibat antara faktor tertentu, misalnya seperti pada penelitian ini yaitu hubungan antara konsumsi suplemen Fe dan vitamin C terhadap peningkatan VO2max. Teori ini dinamakan Hill Criteria Causation karena pada awalnya disampaikan oleh Austin Bradford Hill (1897-1991), seseorang ahli statistik medis Inggris. Kriteria yang diperlukan untuk membangun hubungan sebab akibat antara dua faktor diantaranya : a. Hubungan Temporal (Temporal Relationship) b. Kekuatan (Strenght) c. Hubungan dosis respon (Dose-Respon Relationship) d. Ketetapan (Consistensy) e. Masuk Akal (Plausability) f. Pertimbangan untuk mencari penjelasan alternatif (Consideration of Alternates Explanation) g. Eksperimen Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
20
h. Kekhususan (Spesificity) i. Kesesuaian (Coherence) (Timmreck, 2008) Dalam pembuktian hubungan kausalitas, peran confounding sangat menentukan, maka dari itu harus dapat dikendalikan, salah satunya adalah dengan metode randomisai, seperti yang dilakukan pada penelitian kali ini.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
21
2.5 Kerangka Teori Tinjauan pustaka mengenai kebugaran kardiorespiratori yang telah dijabarkan pada subbab sebelumnya menghasilkan kerangka teori sebagai berikut.
(Sumber : modifikasi Astrand, 1986 ; McArdle, 1991) Genetik Jenis Kelamin Umur Aktivitas Fisik Kapasitas Aerobik Merokok
(VO2max)
Komposisi Tubuh Status Gizi & Kesehatan (Hemoglobin)
Asupan Gizi (Mikronutrien : Fe, Vit.C, Zink )
Bagan 2.1
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ini dilakukan dengan beberapa faktor yang berhubungan dengan VO2max merupakan faktor homogen, yaitu jenis kelamin, umur, asupan gizi dan aktivitas fisik. Hal ini dikarenakan sampel terdiri dari laki-laki berusia 15-18 tahun yang menempati asrama atlet dan secara langsung memiliki aktivitas yang sama setiap harinya.
Fe VO2max Vitamin C
Umur Jenis Kelamin Aktivitas fisik Asupan gizi Status Gizi Bagan 3.1 Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional Untuk
menghindari
kesalahan
pemahaman
mengenai
penelitian,
dibutuhkan batasan yang ditetapkan dari variabel yang diteliti dalam hal alat, cara, hasil, serta skala ukur. Definisi operasional dari masing-masing variabel tercantum pada tabel 3.1
22 Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
Tabel 3.1 Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur Penelitian
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Dependen : 1
VO2max
Skor hasil tes lari
Stopwatch
Balke Test
Nilai rata-rata estimasi
dengan menggunakan
VO2max dalam ml/kg.menit
metode Balke.
(Lamb, 1989)
Rasio
Independen : 2
3
Konsumsi
Jumlah suplemen Fe
Kapsul
Memberikan
responden mengkonsumsi
suplemen Fe
yang dikonsumsi atlet
berisikan fe-
suplemen Fe
suplemen 100 mg/hari selama
selama proses
sulfat 100
pada atlet
4 minggu
penelitian berlangsung mg
sepak bola
Konsumsi
Jumlah suplemen
Tablet yang
Memberikan
suplemen
Vitamin C yang
mengandung suplemen
Vitamin C
dikonsumsi atlet
60 mg
vitamin C pada minggu
selama proses
vitamin C
atlet sepak
penelitian berlangsung
Rasio
responden mengkonsumsi
Rasio
suplemen 60 mg/hari selama 4
bola
23 Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
24
3.3 Hipotesis a. Nilai estimasi VO2max akhir kelompok yang diberi suplemen Fe dan vitamin C lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang diberi suplemen Fe tanpa vitamin C b. Nilai estimasi VO2max awal lebih besar dibandingkan nilai VO2max akhir pada kelompok yang diberi suplemen Fe dan vitamin C c. Ada perbedaan yang bermakna antara kelompok yang diberi suplementasi Fe dan vitamin C dengan kelompok yang diberi suplementasi Fe tanpa vitamin C terhadap nilai estimasi VO2max.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan metode single blind experimental, dimana peneliti meneliti efek intervensi dengan cara memberikan berbagai level intervensi pada subjek penelitian, selanjutnya membandingkan efek dari intervensi tersebut. Dalam eksperimental, kelompok yang tidak mendapat intervensi atau mendapat intervensi dalam bentuk lain, disebut kelompok kontrol. Kelompok kontrol mendapat placebo, atau intervensi dengan level / dosis yang berbeda. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan Two group Pre and Post Test Control Group Design karena menggunakan kelompok perlakuan dan kontrol. Disebut eksperimental murni karena dilakukan pembatasan yang ketat terhadap randomisasi. Berikut gambaran mekanisme penelitian ini dilakukan : X1 O1 n
R
O2 X2
O3
O4
Keterangan : n : Subyek R : Randomisasi O1 : Pengukuran VO2max sebelum diberi suplemen Fe dan Vitamin C O2 : Pengukuran VO2max setelah diberi suplemen Fe dan Vitamin C O3 : Pengukuran VO2max sebelum diberi suplemen Fe dan Placebo O4 : Pengukuran VO2max setelah diberi suplemen Fe dan Placebo X1 : Pemberian suplemen Fe dan vitamin C X2 : Pemberian suplemen Fe dan Placebo 25 Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
26
Dalam penelitian ini, proses randomisasi dilakukan dengan penarikan undian. Proses randomisasi bertujuan untuk menyebarkan faktor-faktor perancu baik yang dikatahui, maupun tidak diketahui ke dalam kelompok – kelompok intervensi. Selain itu, randomisasi juga mengurangi bias yang disebabkan oleh kesalahan yang dilakukan selama penelitian.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2012 dan bertempat di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan, Jakarta Selatan.
4.3 Populasi dan Sample Penelitian Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh atlet sepak bola yang bersekolah di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan pada tahun 2012. Untuk populasi studi, yang dipilih adalah atlet sepak bola laki-laki kelompok usia 15 sampai 18 tahun yang berstatus siswa sepak bola di sekolah atlet ragunan. Sample tersebut telah diseleksi melalui kriteria inklusi dan eksklusi, kemudian dibagai ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
Selanjutnya, subjek yang sesuai dengan kebutuhan penelitian (eligible subject) ditentukan dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.
4.3.1 Kriteria Inklusi a. Atlet sepakbola yang berada di bawah Kemenpora b. Tidak memiliki riwayat penyakit kadiovaskuler dan status gizi dalam batas normal c. Terlatih, yaitu pada saat penelitian sudah dalam program latihan intensif dan teratur yaitu 5 kali dalam seminggu d. Tidak mengkonsumsi suplemen lain selama penelitian e. Tidak mengkonsumsi makanan yang dapat menghambat penyerapan Fe dan vitamin C selama penelitian
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
27
4.3.2 Kriteria Drop Out a. Selama penelitian mengalami sakit atau cedera berat b. Mengkonsumsi suplemen lain di luar yang diberikan peneliti
4.3.2 Besar Sample Besar sampel ditentukan dengan rumus (Sastroasmoro et all., 2002) :
Keterangan : n = besar sampel minimal masing-masing kelompok sb = simpang baku VO2max penelitian sebelumnya (setelah intervensi) pada kelompok kontrol adalah 1,06 (Abidin, 2006) α = batas kemaknaan statistik yaitu 0.05 yang merupakan besarnya risiko memperoleh hasil positif semu. Zα (2 tailed = 1,960) β = besarnya resiko kegagalan menemukan perbedaan yang sesungguhnya ada. 1-β = 80% yang disebut power / kekuatan untuk menemukan perbedaan yang ada. Zβ (2 tailed) = 0.842 d = perbedaan nilai rata-rata ketahanan fisik kelompok perlakuan dan kontrol yang secara klinis bermakna adalah 1,39 (Abidin, 2006)
Berdasarkan perhitungan tersebut, dibutuhkan jumlah sampel minimal untuk masing-masing kelompok sebanyak 10 orang, jadi jumlah sampel minimal untuk kedua kelompok adalah 20. Dalam penelitian ini jumlah subjek tidak jauh berbeda dengan jumlah tersebut, yaitu sebesar 24 orang. Oleh karena itu, seluruh populasi diambil menjadi sampel penelitian karena nilai n tidak jauh berbeda dengan jumlah populasi. Jadi, penelitin ini tidak menggunakan metode pengambilan sampel sehingga jumlah subjek yang dimaksudkan (intended subject) sama dengan eligible subject, yaitu sebanyak 24 orang.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
28
Tahapan-tahapan tersebut digambarkan dalam bagan berikut
Bagan 4.1 Tahapan Penarikan Sampel
4.4 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan selama penelitian ini terdiri dari data sekunder dan data primer.
4.4.1 Data Sekunder Data sekunder yang dikumpulkan terdiri dari gambaran Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan Jakarta Selatan. Selain itu data mengenai karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
4.4.2 Data Primer Data Primer yang dikumpulkan yaitu data tingkat kebugaran dengan VO2max, status gizi, asupan makan, dan aktivitas fisik. Pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengukuran VO2max Pengukuran VO2max menggunakan metode Balke Test, yaitu tes lari di lapangan selama 15 menit, dengan menggunakan lintasan sepanjang 400 meter.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
29
b. IMT Sebelum dilakukan pengukuran tingkat kebugaran, dilakukan pengukuran IMT, yaitu dengan mengukur berat badan dan tinggi badan untuk melihat status gizi. Berat badan diukur menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg dan tinggi badan diukur menggunakan mocrotoise dengan ketelitian 0,1 cm. Pengukuran ini dilakukan oleh mahasiswa gizi FKM UI. c. Asupan Makan Untuk melihat asupan makan atlet selama di asrama, digunakan metode food record. d. Aktivitas Fisik Untuk dapat melihat gambaran aktivitas fisik, para atlet diminta untuk mencatat kegiatan yang dilakukan selama 24 jam di lembar pencatatan aktivitas fisik.
4.4.1 Petugas Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan oleh 4 orang mahasiswi jurusan gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat dan dibantu oleh satu orang pelatih sepakbola.
4.4.2 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Lembar catatan yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian berupa catatan penting tentang keadaan, hasil observasi, maupun mencatat hasil kebugaran. 2. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu saat tes balke dilakukan. 3. Lintasan lari sepanjang 400 meter 4. timbangan digital untuk mengukur berat badan 5. pengukur tinggi badan (microtoise) 6. suplemen Fe 7. suplemen vitamin C
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
30
Suplemen Fe dan vitamin C yang digunakan dalam penelitian ini, diracik oleh tenaga apoteker dari Laboratorium Farmasetika Universitas Indonesia. Proses pembuatan suplemen ini berlangsung selama 2 minggu. Bahan suplementasi menggunakan ferro sulfat dan asam askorbat. Kedua senyawa ini dipilih karena keduanya paling sering digunakan dalam penelitian suplementasi di berbagai negara dan berbagai kelompok umur. Untuk placebo, bahan yang digunakan adalah amilum, karena memiliki bentuk yang sama dengan vitamin C.
4.5 Pelaksanaan Penelitian 4.5.1 Masa Sebelum Perlakuan Sebelum diberi perlakuan, diadakan pertemuan denngan subjek penelitian dan pelatih, serta petugas lainnya yang ikut membantu dalam penelitian ini. Pertemuan ini dimaksudkan untuk menjelaskan tentang mekanisme jalannya penelitian secara terperinci. Hal—hal yang dijelaskan diantaranya mengenai tes yang akan dilakukan, keuntungan dan manfaat serta efek samping yang mungkin timbul akibat perlakuan yang diberikan. Setelah mendengarkan penjelasan tentang proses penelitian, responden diminta kesediaannya untuk menandatangani inform consent, yang didalamnya berisi pernyataan bahwa responden bersedia mengikuti penelitian dan sewaktu-waktu berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian. Sebelum suplemen diberikan, dilakukan pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran kebugaran awal dengan menghitung VO2max.
4.5.2 Masa Perlakuan Setelah dilakukan tes kebugaran awal dengan menghitung VO2max, subjek diberikan suplementasi Fe dan vitamin C untuk kelompok perlakuan dan Fe dan placebo untuk kelompok kontrol. Suplemen diberikan selama 4 minggu dengan 3 kali pemberian setiap minggunya. Suplemen diberikan secara langsung oleh peneliti kepada masing-masing responden. Suplemen diberikan 2 hari sekali, hal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya rasa bosan pada responden jika mengkonsumsi suplemen 3 hari berturut-turut. Waktu pemberian suplemen adalah
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
31
siang hari berlaku untuk semua atlet dan konsisten hingga proses intervensi selesai. Selama proses pemberian suplemen berlangsung, dilakukan pemantauan setiap minggunya. Responden akan ditanya apa saja keluhan yang dirasakan setelah mengkonsumsi suplemen. Setiap responden juga diminta untuk segera melaporkan kepada peneliti jika mengalami atau merasakan efek samping, seperti mual, muntah, ataupun gangguan lainnya.
4.5.3 Masa Setelah Perlakuan Setelah masa pemberian suplemen berakhir, dilakukan pengukuran VO2max akhir terhadap masing-masing kelompok. Pengukuran ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan nilai VO2max pada masing-masing kelompok. Pengukuran VO2max dilakukan dengan metode Balke Test, yaitu lari mengelilingi lintasan selama 15 menit. Tes ini dilakukan pagi hari, untuk mendapatkan hasil yang maksimal
4.6 Manajemen Data Setelah semua data dikumpulkan, kemudian dilakukan pengolahan dan analisis. Langkah-langkah dalam pengolahan data diantaranya editing, processing, dan cleaning. Berikut adalah pembahasan dari masing-masing tahapan.
4.6.1 Pengolahan Data Antripometri dan VO2max Data tinggi badan dan berat badan dikalkulasikan dengan rumus IMT dari data yang sudah tercantum di lembar penelitian. Sedangkan untuk VO2max, hasil lintasan lari yang sudah ditempuh atlet dalam Balke Test dikonversikan ke dalam rumus untuk menghitung VO2max
4.6.2 Penyuntingan (Editing) Penyuntingan data bertujuan untuk memeriksa kembali data yang sudah terkumpul sebelum dimasukkan ke dalam komputer. Informasi yang tidak lengkap dapat ditanyakan kembali pada responden melalui telepon. Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
32
4.6.3 Entri Data Data pada lembar entri data dimasukkan ke dalam exel, kemudian hasil entri dikonversi ke dalam SPSS untuk dilakukan tahap selanjutnya.
4.6.4 Pembersihan (Cleaning) Proses cleaning dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat mengganggu proses pengolahan data selanjutnya.
4.7 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Analisis data menggunakan analisis statistik univariat dan bivariat.
4.7.1 Analisis Univariat Analisis univariat disajikan dengan tabel distribusi frekuensi untuk melihat sebaran nilai rata-rata, simpangan baku, median, nilai maksimum dan minimum dari hasil pengukuran seperti karakteristik responden yang meliputi umur, tinggi dan berat badan, status gizi (IMT) dan nilai VO2max atlet sepakbola sebelum dan sesudah diberi suplementasi.
4.7.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh suplementasi Fe dan vitamin C terhadap kapasitas VO2max atlet. Analisis bivariat disajikan dengan uji T. Uji T dependen (paired t-test) digunakan untuk melihat adanya perbedaan nilai VO2max pada masing-masing kelompok sebelum dan sesudah intervensi. Uji T independen digunakan untuk melihat perbedaan nilai VO2max antara kelompok kontrol dan perlakuan setelah diberikan intervensi. Sebelumnya, dilakukan uji normalitas untuk melihat apakah datanya terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan uji kolmogrov-smirnov. Jika data tidak terdistribusi normal dilakukan uji wilcoxon.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
33
4.8 Kode Etik Penelitian Penelitian ini sudah diajukan ke Komisi Etik FKM UI untuk mendapat persetujuan melakukan penelitian. Setiap responden yang mengikuti penelitian ini berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu jika responden penelitian ini memberikan efek samping yang merugikan.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum 5.1.1 Lokasi Penelitian Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan diresmikan pada tanggal 15 Januari 1977, dan berlokasi di Jl. HR. Harsono Kompleks Gelora Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Luas bangunan sekolah ini adalah 1838 m2, dan terdiri dari dua lantai. Sekolah ini didirikan untuk mengakomodir pendidikan para olahragawan usia sekolah, khususnya usia remaja. Siswa yang bersekolah disini setingkat SMP dan SMA. Seluruh siswa di Sekolah Ragunan merupakan atlet yang mewakili daerah asal masing-masing. Jumlah siswa yang bersekolah disini sebanyak 527 siswa (SMP dan SMA), dan jumlah guru yang bertugas sebanyak 22 orang, dan pegawai TU sebanyak 9 orang. Siswa yang bersekolah di Ragunan terbagi menjadi lima kelompok, yaitu siswa yang berada di bawah Kemenpora, PPLP DKI, PB/Pelatda, titipan/Pengda, dan Jaya Raya. Pembagian kelompok ini dibedakan berdasarkan sumber pembiayaan sekolah dan pelatihan para siswa setiap cabang olahraga. Siswa yang berada di bawah naungan Kemenpora dibiayai oleh pemerintah negara Republik Indonesia, siswa PPLP DKI dibiayai oleh pemerintah DKI Jakarta, sedangkan siswa PB/Pelatda, titipan/Pengda, dan Jaya Raya dibiayai oleh institusi masingmasing. Biaya yang ditanggung meliputi biaya sekolah, asrama, biaya untuk makan dan minum, dan juga uang saku yang diberikan setiap bulan. Dalam penelitian kali ini, hanya mengikutsertakan atlet dari satu cabang olahraga saja, yaitu atlet sepakbola. Untuk atlet sepakbola sendiri, terdiri dari dua kelompok, yaitu atlet yang berada di bawah Kemenpora dan PPLP DKI yang berjumlah 48 orang. Untuk yang menjadi responden kali ini, adalah atlet sepakbola yang berada di bawah naungan Kemenpora yaitu berjumlah 24 orang.
34 Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
35
5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Hasil Analisis Univariat Pada
proses
perencanaan
penelitian,
hasil
perhitungan
sampel
menghasilkan angka 20 orang. Sementara itu, jumlah eligible subject tidak jauh berbeda dengan ukuran sampel, yaitu 24 orang. Oleh karena itu, jumlah sampel yang diikutsertkan dalam penelitian berjumlah 24 orang. Namun, selama penelitian berlangsung, 1 orang sampel harus tidak dapat mengikuti proses penelitian dari awal karena sedang tidak berada di tempat, sedang mengikuti seleksi di luar kota, dan 1 orang tidak dapat mengikuti tes kebugaran akhir karena sakit. Jadi, jumlah responden yang mengikuti proses penelitian sampai akhir sebanyak 22 orang. Data yang terkumpul diolah dan diuji normalitas datanya yang dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data responden berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data menggunakan uji kolmogorovsmirnov, dan didapatkan hasil bahwa semua data terdistribusi normal kecuali data berat badan. Data berat badan tidak terdistribusi normal sehingga dilakukan uji wilcoxon, sedangkan data yang terdistribusi normal dilakukan uji Paired T Test. Analisis data dilakukan pada 22 orang responden, dan berikut adalah deskripsi umum hasil pengumpulan data pada 22 orang responden yang akan menunjang analisis data pada tahap selanjutnya.
Tabel 5.1 Gambaran Usia, Berat dan Tinggi badan, IMT, serta VO2max pada Masing-masing Kelompok Perlakuan
Kontrol
Umur
16,6±1,02
15,8±0,75
Berat Badan (kg)
61,7±5,3
64,7±6,9
Tinggi Badan (cm)
169,2±4,0
169,1±5,0
IMT
21,5±1,2
22,5±1,3
VO2max awal
51,1±1,7
49,8±2,1
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
36
Pada tabel terlihat bahwa untuk kelompok perlakuan, umur responden berkisar antara 15-18 tahun, dengan rata-rata 16,6. Untuk berat badan responden, berkisar antara 54,6 - 69,7 kg, dengan rata-rata 61,7 kg. Sementara itu untuk tinggi badan responden, berkisar antara162 – 176,2cm, dengan rata-rata 169,2 cm. Adapun untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) responden, berkisar antara 20-23,5 kg/m2. Untuk kelompok kontrol, umur responden berkisar antara 15-17 tahun, dengan rata-rata 15,8. Untuk berat badan responden, berkisar antara 56,7 – 84 kg, dengan rata-rata 64,7 kg. Sementara itu untuk tinggi badan responden, berkisar antara 162,4 – 180 cm, dengan rata-rata 169,1 cm. Adapun untuk Indeks Massa Tubuh (IMT) responden, berkisar antara 21,2 – 25,9 kg/m2. Dari data di atas, kedua kelompok menunjukkan tidak terdapat banyak perbedaan, sehingga kedua kelompok dapat dibandingkan. Pengukuran VO2max dilakukan dengan menggunakan metode Balke Test, yaitu tes lari 15 menit di lapangan. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu di awal sebelum pemberian suplementasi dan di akhir setelah pemberian suplementasi. Hasil Pengukuran VO2max untuk masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 5.3 dan 5.4.
5.2.2 Hasil Analisi Bivariat 5.2.2.1 Hasil Perbandingan Nilai Estimasi VO2max Kedua Kelompok Sebelum Intervensi
Tabel 5.2 Data VO2max Sebelum Intervensi Kelompok Rata-
Median Minimum Maksimum Standar
rata
Deviasi
Perlakuan
51,1
51,7
48,2
54,8
1,7
Kontrol
49,8
49
45,9
52,8
2,1
p value : 0,1
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
37
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata VO2max awal pada kelompok perlakuan 51,1 kg/ml/menit, lebih tinggi dibandingkan VO2max awal pada kelompok kontrol. Berdasarkan uji statistik, didapat hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok.
5.2.2.2 Hasil Perbandingan Nilai Estimasi VO2max Kedua Kelompok Setelah Intervensi
Tabel 5.3 Data VO2max Setelah Intervensi Kelompok Rata-
Median Minimum Maksimum Standar
rata
Deviasi
Perlakuan
51,2
50,5
48,8
53,9
1,78
Kontrol
49,1
48,8
46,5
52,8
1,9
p value : 0,02
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata VO2max awal pada kelompok perlakuan 51,1 kg/ml/menit, lebih tinggi dibandingkan VO2max awal pada kelompok kontrol. Berdasarkan uji statistik, didapat hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok. 5.2.2.3 Hasil Perbandingan Nilai Estimasi VO2max Kedua Kelompok Setelah Intervensi
Tabel 5.4 Rata-rata Perubahan Nilai Estimasi VO2max Setelah Intervensi Antara Kedua Kelompok Kelompok VO2max (awal)
VO2max (akhir)
Perlakuan* 51,1 ± 1,77
51,2 ± 1,78
Kontrol**
49,1 ± 1,9
49,8 ± 2,1
*p value : 0,599 **p value : 0,104
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
38
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan nilai VO2max pada masing-masing kelompok. Kelompok perlakuan mengalami peningkatan VO2max yang tidak bermakna, sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan VO2max namun secara statistik tidak bermakna. Grafik berikut, dapat menggambarkan kapasitas nilai VO2max atlet untuk setiap individu.
Grafik 5.1 Perubahan Nilai VO2max pada Kelompok Perlakuan
Grafik 5.2 Perubahan Nilai VO2max pada Kelompok Kontrol
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
39
Data Aktivitas Fisik Selama proses penelitian berlangsung, juga dilakukan pemantauan terhadap aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai VO2max. Berikut adalah gambaran aktivitas fisik yang dilakukan para atlet sehari-hari.
Tabel 5.6 Aktivitas Fisik Sehari-hari Jenis Aktivitas
Waktu (jam)
Lama Melakukan Aktivitas
Latihan pagi
06.00-07.30
1,5 jam
Sekolah
08.00-12.00
4 jam
Istirahat sebelum
12.00-15.30
4 jam
Latihan sore
15.30-18.00
2,5 jam
Makan malam
19.00-20.30
1,5 jam
Tidur
21.00-05.00
8 jam
latihan(makan, tidur)
Selama menempuh pendidikan di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan, para atlet diwajibkan untuk tinggal di asrama yang berada di lingkungan sekolah. Sehingga, semua kegiatan baik sekolah dan latihan dilakukan di lingkungan asrama. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa para atlet memiliki aktivitas fisik yang sama/homogen sehari-harinya. Sebagai perbandingan, peneliti juga memantau aktivitas fisik yang dilakukan atlet saat waktu libur / weekend. Berikut adalah gambaran aktivitas yang dilakukan para atlet saat weekend.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
40
Tabel 5.7 Aktivitas Fisik Saat Weekend Rata-rata Lama Melakukan Aktivitas
Jenis aktivitas Perlakuan
Kontrol
1-2 jam
2-3 jam
1 – 1,5 jam
½ - 1 jam
2 – 3 jam
2- 4 jam
jogging
1 jam
1 jam
mandi
½ jam
½ jam
makan
½ - 1 jam
½ - 1 jam
Tidur siang Melakukan pekerjaan seharihari (contoh, mencuci) Menonton TV
Data Asupan Makanan Dikarenakan responden tinggal di asrama, maka diasumsikan bahwa makanan yang diasup juga sama. Namun terkadang, selain mengkonsumsi makanan yang sudah disediakan di kantin asrama, para atlet juga mengkonsumsi makanan dari luar jika mulai merasa bosan dengan makanan yang disediakan di asrama. Tetapi biasanya kebiasaan ini dilakukan jika mereka tidak ada jadwal latihan dan memiliki waktu luang yang panjang atau lebih sering dilakukan saat weekend. Maka, untuk lebih menggambarkan kebiasaan makan atlet selama 1 minggu penuh, peneliti juga mengamati kebiasaan makanan atlet setiap weekend. Untuk melihat gambaran asupan ini, responden diminta untuk mencatat makanan yang mereka konsumsi selama 1 hari menggunakan lembar food record, khususnya saat mereka mengkonsumsi makanan di luar asrama. Berikut adalah gambaran asupan makanan atlet saat weekend
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
41
Tabel 5.8 Data Asupan Makan Saat Weekend Asupan gizi
Perlakuan
Kontrol
Kalori
2532,7±680,5 2356,6±449,1
Karbohidrat
263,45±22,13 239,7±48,7
Protein
97,7±35,0
82,73±29,74
Lemak
120,45±50,5
114,73±31,1
Zat Besi (Fe)
8,65±3,7
15,5±13,1
Vitamin C
26,25±6,5
27,4±18,5
Berdasarkan tabel di atas, antara kedua kelompok tidak terdapat perbedaan yang bermakna untuk asupan makanan. Dari data yang dikumpulkan, rata-rata atlet mengkonsumsi makanan yang jarang atau bahkan tidak ada dalam menu yang disediakan di asrama, seperti kerang, makanan tinggi lemak seperti jeroan dan sosis. Setelah dilakukan analisis dan perbandingan, tidak terdapat perbedaan yang mencolok untuk kebiasaan makanan pada setiap atlet.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya adalah waktu pelaksanaan penelitian yang hanya satu bulan. Waktu penelitian yang singkat dikhawatirkan tidak akan memberikan hasil maksimal pada saat dilakukan pengukuran tingkat kebugaran. Selain itu, jumlah sampel yang mengikuti penelitian sampai dengan selesai tergolong sedikit, yaitu hanya 22 orang. Jumlah sampel yang sedikit dapat menyebabkan hasil akhir yang diharapkan tidak bermakna. Keterbatasan lainnya yaitu ada beberapa faktor yang berhubungan dengan VO2max seperti kadar Hb, hereditas, tidak diteliti karena adanya keterbatasan dana dan sarana yang dimiliki oleh peneliti. Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini mungkin dapat mengakibatkan hasil yang diperoleh belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
6.2 Hasil Penelitian Penelitian berlangsung mulai tanggal April sampai dengan Mei 2012. Hasil seleksi dari 24 atlet sepakbola yang ada, 22 atlet memenuhi kriteria dan telah diteliti hingga akhir penelitian. Jumlah ini sesuai dengan besar sampel yang dibutuhkan menurut perhitungan besar sampel. Seluruh responden yang terpilih berasal dari berbagai daerah di Indonesia dengan umur berkisar antara 15-18 tahun, dengan rata-rata 16,6 tahun. Rentang usia ini merupakan saat dimana kapasitas VO2max masih dapat ditingkatkan. Kapasitas VO2max akan mencapai puncaknya pada usia 18-25 tahun (Mc Ardle et al., 1986; Wright, 1988). Pengaruh usia terhadap kapasitas VO2max yaitu akan mengalami penurunan sekitar 8 sampai 10% per dekade untuk individu yang tidak 42 Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
43
aktif, dan berkisar 4-5% per dekade jika seseorang melakukan latihan rutin yang bersifat meningkatkan kebugaran. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri, seluruh responden berada dalam kategori status gizi baik. Memiliki status gizi yang baik merupakan aspek penting bagi seorang atlet. Atlet yang berada dalam status gizi baik, cenderung akan memiliki tingkat kapasitas VO2max yang lebih tinggi dibandingkan atlet yang status gizinya kurang atau berlebih. Untuk mengetahui tingkat kebugaran kardiorespiratori, dalam penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat VO2max. Tes yang dipergunakan untuk mengetahui tingkat VO2max ini adalah Balke Test, yaitu tes lari di lapangan selama 15 menit. Pengukuran tingkat VO2max dilakukan dua kali, sebelum dan sesudah intervensi. Hasil dari pengukuran VO2max awal menunjukkan rata-rata 51,1 ml/kg/menit pada kelompok perlakuan, dan 49,8 ml/kg/menit pada kelompok kontrol. Dari data ini menunjukkan bahwa tingkat VO2max atlet sepakbola Ragunan belum mencapai standar, yaitu 56 ml/kg/menit.
6.2.1 Pengaruh Pemberian Suplementasi Fe dan Vitamin C Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan nilai estimasi VO2max pada kelompok perlakuan, yaitu yang diberikan suplementasi kombinasi Fe dan vitamin C. Sementara pada kelompok kontrol, yaitu yang diberikan suplemen Fe saja justru mengalami penurunan nilai VO2max. Penurunan ini dapat terjadi karena Fe yang diserap tidak optomal karena tidak disertai dengan vitamin C, seperti yang diberikan pada kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan rata-rata peningkatan kapasitas VO2max sebesar 0,1 ml/kg BB/menit., sedangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan ratarata kapasitas VO2max sebesar 0,7 ml/kg BB/menit. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai VO2max akhir antara kelompok kontrol dan perlakuan, yaitu kelompok perlakuan memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
44
Peningkatan nilai VO2max pada kelompok perlakuan yang diberikan suplementasi kombinasi Fe dan vitamin C sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Zainal Abidin dkk pada atlet sepak bola di Yogyakarta, menunjukkan peningkatan VO2max pada kelompok yang diberikan suplementasi kombinasi Fe, vitamin C, dan asam folat. Penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Klingshirn et al. yang meneliti 18 atlet wanita lari jarak jauh (18 km) dengan pemberian suplementasi Fe 100 mg selama 8 minggu yang membagi dua kelompok perlakuan dan kelompok plasebo. Hasil penelitian membuktikan bahwa terjadi peningkatan status serum zat besi, tetapi tidak meningkatkan kapasitas endurance pada saat dites dengan metode treadmill, begitu juga tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kapasitas VO2max-nya. Matter et al. juga membuktikan bahwa pengukuran kapasitas endurance dengan metode treadmill tidak meningkat secara signifikan pada 80 atlet maraton wanita yang disuplementasi dengan Fe 50 mg dan asam folat 5 mg per hari selama 10 minggu. Perbedaan ini mungkin dikarenakan tes yang dilakukan untuk mengukur kapasitas VO2max-nya berbeda, dimana pada penelitian ini menggunaka metode treadmill, sedangkan peneliti menggunakan Balke Test. Hasil penelitian lain yang dilakukan terhadap 31 atlet sepeda wanita selama 8 minggu dengan memberikan suplementasi 100 mg Fe per hari pada kelompok
perlakuan
dan
pada kelompok
perlakuan
diberikan
placebo
menunjukkan kenaikan yang signifikan pada serum feritin, namun tidak terjadi kenaikan yang signifikan pada kapasitas VO2max (Fogelholm, et al 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Lamanca dan Haymes pada 20 wanita yang terlatih dengan baik, dengan memberikan suplementasi Fe 100 mg per hari selama 8 minggu dengan metode double-blind dan sampel yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Untuk kelompok kontrol, diberikan placebo. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan yang
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
45
signifikan pada serum feritin, kadar Hb, dan kapasitas endurance yang meningpada responden tersebut, walaupun secara statistik tidak bermakna. Penelitian yang dilakukan oleh Noerhadi pada mahasisiwa jurusan keolahragaan tingkat I UNY yang dilaksanakan selama 6 minggu menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh secara signifikan pada pemberian suplementasi Fe terhadap peningkatan kapasitas VO2maks. Pada kelompok suplementasi terjadi kenaikan rata-rata sebesar 3,02 mL/kg BB/menit dan pada kelompok plasebo kenaikan rata-rata sebesar 2,81 mL/kg BB/menit. Perbedaan rata-rata kenaikan sebesar 0,41 mL/kg BB/menit. Uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara kelompok suplementasi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok kontrol yang hanya diberi Fe dan placebo, terjadi penurunan nilai VO2max, namun penurunannya tidak signifikan. Hal ini dapat terjadi karena Fe yang diasup tidak terserap sempurna oleh tubuh, karena tidak dibarengi dengan konsumsi vitamin C pada kelompok perlakuan. Selain itu, intervensi yang dilakukan dalam penelitian ini relatif singkat, yaitu hanya 4 minggu. Penelitian yang dilakukan di Amerika pada atlet yang tidak mengalami anemia, pemberian suplementasi Fe 50 mg dua kali sehari selama 6 minggu, dapat meningkatkan nilai VO2max. Selain itu, pemberian dengan frekuensi harian terbukti
meningkatkan
serum
feritin,
dibandingkan
dengan
pemberian
suplementasi dengan frekuensi mingguan (Allen, 2002).
6.2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan VO2max Selain suplementasi zaat gizi, VO2maks juga dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya aktivitas fisik (latihan yang terukur), umur, hereditas dan status gizi. Seseorang yang terbiasa latihan dengan teratur, dapat meningkatkan kapasitas VO2maks hingga mencapai 10-20%. Latihan / aktivitas yang dilakukan mengarah pada daya tahan (endurance) dan melibatkan fungsi kardiorespiratori. Seorang atlet yang sering berlatih akan memiliki nilai VO2max yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak berolahraga. Atlet yang terlatih akan
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
46
memiliki denyut jantung istirahat lebih rendah dibandingkan dengan orang biasa yang tidak terlatih. Denyut jantung yang lebih rendah akan mengakibatkan nilai VO2max pada atlet yang terlatih menjadi lebih tinggi. Denyut jantung dapat mengalami penurunan setelah melakukan latihan fisik selama waktu tertentu. Hal ini merupakan kompensasi tubuh terhadap latihan fisik. Penelitian yang dilakukan oleh Soetopo terhadap tim sepak bola Indonesia pada Asean Games X tahun 1986 di Seoul, dilaporkan bahwa rata-rata kapasitas VO2max awal atlet sepak bola Indonesia sebesar 48,6 mL/kg BB/menit. Setelah dilakukan latihan selama 5 bulan terjadi peningkatan rata-rata kapasitas VO2max menjadi 54,9 mL/kg BB/menit. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan secara terukur dan terus menerus, dalam waktu yang lebih lama akan dapat meningkatkan kapasitas VO2max atlet secara signifikan. Faktor lain yang mempengaruhi kapasitas VO2max adalah heriditas yang memberikan pengaruh terhadap VO2max sebesar 25-50%. Seseorang bisa mempunyai potensi lebih besar dari orang lain untuk mengkonsumsi oksigen yang lebih tinggi dan mempunyai suplai pembuluh darah kapiler lebih baik terhadap otot-otot, mempunyai kapasitas paru yang lebih besar, dapat mensuplai hemoglobin, dan sel darah merah yang lebih banyak dan jantung lebih kuat. Faktor umur berpengaruh kecil terhadap kapasitas VO2max. Puncak kapasitas VO2max atlet pada kisaran umur 18–25 tahun, selanjutnya secara perlahan turun 1 % per tahun, dan pada usia 70 tahun kapasitas aerobik menurun hingga 50% dibanding usia 17 tahun (Wilmore JH and Costill DL, 1994). Untuk status gizi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa, rendahnya kapasitas VO2max berbanding lurus dengan rendahnya status gizi. Penelitian yang dilakukan oleh M. Barac et al pada laki-laki yang memiliki status gizi rendah memiliki nilai VO2max yang rendah pula (Barac, 1980). Kontribusi suplementasi Fe dan vitamin C tidak secara langsung memberikan pengaruh terhadap peningkatan kapasitas VO2max, tetapi berperan
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
47
cukup besar dalam menyiapkan kondisi fisik untuk mendapat latihan yang berat, mengingat selama latihan yang berat terjadi hilangnya kadar Fe darah lewat keringat, urin, dan pecahnya sel darah merah karena hentakan berulang-ulang secara terus menerus antara kaki dengan tanah saat lari. Suplementasi Fe sangat berperan untuk meningkatkan sel darah merah, yang berperan untuk proses oksigenasi, sehingga energi aerobik dapat diproduksi secara maksimal (Williams, 2005). Setelah dilakukan perbandingan antara peningkatan pada kelompok perlakuan dan kontrol secara analisis statistik tidak bermakna. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah sampel kurang banyak, waktu penelitian kurang lama, atau dosis suplemen yang rendah. Namun, jika dibandingkan nilai rata-rata VO2max akhir antara kelompok perlakuan dan kontrol, dan dianalisis secara statistik, didapatkan hasil yang bermakna, yaitu dengan p = 0,02.
6.2.3 Pengamatan Asupan Makanan dan Aktivitas Fisik Selama proses penelitian, responden diminta untuk tidak mengkonsumsi makanan yang dapat menghambat penyerapan Fe dan vitamin C, seperti teh, kopi, dan sebagainya. Selain itu, responden juga diminta untuk tidak mengkonsumsi suplemen lain selain yang diberikan oleh peneliti. Dikarenakan responden tinggal di asrama, maka diasumsikan bahwa makanan yang diasup juga sama. Pencatatan makanan saat weekend pun menggambarkan tidak ada perbedaan yang berarti antara setiap atlet dalam hal kebiasaan makan. Jadi disimpulkan bahwa asupan makanan atlet yang homogen tidak menjadi faktor perancu dalam penelitian ini. Untuk aktivitas fisik sendiri, selain dilakukan pengamatan terhadap aktivitas sehari-hari, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap aktivitas saat waktu luang atau saat para atlet bebas dari jadwal latihan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan aktivitas fisik masing-masing atlet
antara
waktu luang dan aktivitas sehari-hari, yang nantinya akan berpengaruh terhadap nilai VO2max akhir pada masing-masing kelompok. Setelah dilakukan analisis dan perbandingan, sebagian besar atlet memiliki aktivitas dalam rentang ringan Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
48
hingga sedang. Baik untuk masing-masing kelompok tidak memiliki perbedaan yang berarti untuk aktivitas fisik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, aktivitas fisik atlet dikategorikan sama (homogen), sehingga aktivitas fisik tidak menjadi faktor perancu untuk nilai VO2max.
6.2.4 Pengawasan dan Evaluasi Intervensi dengan pemberian suplementasi Fe dan vitamin C pada atlet berhasil karena dilakukan pengawasan yang ketat pada saat pemberian suplemen tersebut. Suplemen diberikan langsung kepada responden oleh peneliti, dan langsung diminum di depan peneliti. Hasil evaluasi pemberian suplementasi Fe dan vitamin C ini menunjukkan bahwa responden menyukai suplemen ini. Hal ini dibuktikan dengan dirasakannya manfaat oleh responden berupa badan terasa lebih sehat dan bugar. Untuk efek samping dari suplemen sendiri, seperti mual dan gangguan buang air besar, seluruh responden menyatakan tidak ada keluhan sama sekali. Hal ini mungkin dikarenakan dosis suplemen yang diberikan dalam kadar yang rendah.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis univariat dan bivariat (dengan uji T test), berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini. a. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol terhadap nilai VO2max setelah diberikan suplementasi (p=0,02), yaitu kelompok perlakuan memiliki nilai rata-rata VO2max lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. b. Pada kelompok perlakuan yang diberikan suplementasi Fe dan vitamin C, terdapat peningkatan nilai VO2max setelah diberikan suplementasi, sedangkan pada kelompok kontrol yang hanya diberikan suplementasi Fe saja, terjadi penurunan nilai VO2max namun tidak signifikan. c. Pemberian suplementasi Fe sebaiknya dikombinasikan dengan vitamin C, karena dengan bantuan vitamin C, tubuh dapat menyerap Fe lebih optimal.
7.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah saran-saran yang dapat diberikan terkait kondisi VO2max atlet sepakbola Sekolah Atlet Ragunan.
7.2.1 Bagi Pihak Pengelola Atlet a. Dalam menghitung jumlah kalori yang diasup oleh para atlet, sebaiknya dibedakan untuk setiap cabang olahraga, karena kebutuhan gizi atlet setiap cabang olahraga berbeda-beda. b. Sebaiknya diperhatikan asupan makanan atlet untuk setiap jenis zat gizi. Jika dari asupan makanannya tidak terpenuhi maka diperlukan suplementasi. 49 Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
50
c. Perlu dipertimbangkan agar kapasitas VO2max dijadikan salah satu kriteria untuk menyeleksi atlet baru yang akan bergabung, mengingat kapasitas VO2max atlet sepakbola Ragunan belum mencapai standar
7.2.2 Bagi Peneliti Lain a. Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya perlu dilakukan pengukuran kadar Hb untuk melihat kondisi atlet dari segi laboratorium dan sebagai acuan untuk pemberian suplemen. b. Pengukuran VO2max sebaiknya menggunakan metode yang lebih spesifik, seperti metode treadmill, atau menggunakan ergometer sepeda untuk dapat menggambarkan
kemampuan
laboratorium
dibandingkan
dengan
kemampuan lapangan yang sesungguhnya sehingga dapat dijadikan bahan monitoring, evaluasi, dan prognosis prestasi atlet yang bersangkutan. c. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dan jangka waktu yang lebih panjang (lebih dari satu bulan) untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zainal, dkk. “Efek suplementasi kombinasi zat besi, vitamin C, dan asam folat terhadap peningkatan kadar hemoglobin dan kapasitas VO2maks pada atlet sepak bola divisi utama dan satu nasional di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Allen, Lindsay H. 2002. “Iron Supplements : Scientific Issues Concerning Efficacy and Implications for Research and Program”. Journal of Nutrition. Diakses pada 27 Februari 2012. Anggraini, Rian. 2009. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Suplemen dan Vitamin pada Atlet Renang di Klub Renang Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2009”. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok : FKM UI. Anspaugh, David J et al. 1997. “Wellness – Concepts and Application Third Edition”. USA : Mosby. Ardi. 2011. “Hubungan Antara Karakteristik Atlet, Tingkat Kecukupan Gizi, dan Status Gizi dengan Tingkat Kebugaran Atlet Sepakbola di SMA Ragunan Jakarta Selatan”. Skripsi Program Sarjana Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor : FEMA IPB Astorino, et al. 2000. ”Incidence Of The Oxygen Plateau at VO2max During Exercise Testing To Volitional Fatigue”. Journal of The American Society of Exercise Physiologists (ASEP). Diakses pada 11 Maret 2012 dari www.asep.org Barac, M-Nieto et al. 1980. “Aerobic Work Capacity and Endurance during Nutritional Repletion of Severely Undernourished Men”. American Journal of Clinical Nutrition. Diakses pada 18 April 2012 dari www.ajcn.org Brownlie, T, Utermohlen V, Hinton PS, Haas JD. 2002. “Tissue Iron Deficiency Without Anemia Impairs Adaptation in Endurance Capacity after Aerobic Training in previously Untrained Woman”. American Journal of Clinical Nutrition. Diakses pada 12 April 2012 dari www.ncbi.nlm.nih.gov Budiman, Iwan. 2007. “ Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand”. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.7 No. 1 Juli 2007. 51 Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
52
Burke, L and Deakin, V. 1994. “Clinical Sports Nutrition”. New York : Mc Graw-Hill Book Company Corbin, Charles B. dkk. 2000. “Fundamental Concepts of Fitness and Wellness”. New York : McGraw-Hill Humanities Depkes RI. 1998. “Pelatihan Olahraga”. Jakarta : Depkes 1998 -------------- 2002. “Gizi Atlet Sepakbola”. Jakarta : Depkes 2002 Dwikarjanti, Indranita. 2002. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Aerobik (VO2max) pada Atlet Pelajar SMP dan SMA Ragunan Jakarta Selatan (Analisis Data Sekunder)”. Skripsi Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok : FKM UI. Fogelholm, et al. 1992. “Effect of Supplementation in Female Athletes with Low Serum Ferritin Concentration”. International Journal of Sport Medicine. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 dari www.proquest.com Fox, E.L. Bowers, R.W. Foss, M.L. 1998. “The Physiological Basis of Physical Education and Athlethics, Fourth Ed”. New York : Saunders Company Greenberg, Samuel M, Robert G. Tucker, Arthur E Heming, and Joyce K. M. 1957. “Iron Absorption and Metabolism – Interrelationship of Ascorbic Acid and Vitamin E”. Diakses pada tanggal 1 Mei 2012 dari www.googlescholar.com Gorten, M. K., and J. E. Bradly. 1954. “The Treatment of Nutritional Anemia in Infancy and Childhood with oral iron and ascorbic acid”. Journal of Pediatrics. Gutin, et al. 2002. “Effect of Exercise Intensity on Cardiovaascular fitness, total body composition, and visceral adiposity of obese adolescent”. American Journal of Clinical Nutrition. Diakses pada 13 Maret 2012 dari www.googlescholar.com Guyton, Arthur C., and Hall, Jhon E., 1996, Textbook of Medical Physiology, (Alih bahasa Irawati Setiawan, dkk.). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hairy, J. 1999. Fisiologi Olahraga. Jakarta : Dirjendikti
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
53
Hanna, Yosefin. 2009. “Hubungan Antara Konsumsi Suplemen Vitamin, Mineral, Serta Minuman Berenergi dengan Kebugaran Jasmani pada Atlet Cabang Olah Raga Akuatik di Stadion Renang Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Tahun 2009”. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok : FKM UI. Hartono, Andry dr, Sp.GG. 2004. Terapi Gzi & Diet Rumah Sakit edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hoeger, Wener W.K & Sharon A. Hoeger. 1996. “Fitness and Wellness”. USA : Wadsworth. Horwill, F. 1992. “Obsession for Running – A Lifetime in Athletics”. London : Colin Davies Printers
Indrawagita, Larasati. 2009. “Hubungan Status Gizi, Aktivitas Fisik dan Asupan Gizi dengan Kebugaran pada Mahasiswi Program Studi Gizi FKM UI Tahun 2009”. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI. JR, Welsman, et all.1996. “Scaling Peak VO2 for Differences in Body Size”. US National Library of Medicine National Institutes of Health. Diakses pada 11 Februari 2012 dari http://scholar.google.co.id Kapojos, Francess Wulan S.. 2002. “Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Aerobik (VO2max) pada Pegawai di Tiga Puskesmas Kec. Wilayah Jakarta Barat Tahun 2000-2001 (Analisis Data Sekunder)”. Skripsi Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI. Katch, Frank I & William D. McArdle. 1993. “Introduction to Nutrition, Exercise, and Health Fourth Edition”. London : Lea & Febiger. Klingshirn, et al. 1991. “Effect of Iron Supplementation on Endurance Capacity in Iron – Depleted Female Runners”. Medical Science Sport Exercise.24. Diakses pada 20 Mei 2012 dari http://jn.nutrition.org/content/131/2/676S.full Lamanca J dan Haymes E. 1993. “Effect of Iron Repletion on VO2 Max, Endurance, and Blood Lactate in Women”. Diakses pada 13 Maret 2012 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8107547 Lamb, D. R. 1984. “Physiology of Exercise Respons and Adaptation, 2th Edition”. New York : Macmillan Publishing Company
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
54
Lebrun, C et all. 1995. “Effects of Menstrual Cycle Phase on Athletic Performance”. Medical Science Sport Exercise. Diakses pada 11 Februari 2012 dari www.proquest.com Levin, et al. 1995. “Determination of Optimal Vitamin C Requirements in Humans”. American Journal of Clinical Nutrition. Diakses pada 11 Maret 2012 dari http://www.ajcn.org/ LIPI. 2004. “Prosiding Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII”. Jakarta. Lukaski, Hendri C. 1995. “ Micronutrient (Magnesium, Zinc, and Cooper): Are Mineral Supplements Needed for Athletes?”. International Journal of Sport Nutrition. Diakses pada 11 Maret 2012 dari http://scholar.google.co.id M, Kusumawati dkk. 2003. “Hubungan Antara Pola Konsumsi Protein dan Fe dengan Daya Tahan Jantung paru Atlet Sepakbola PS. Semen Padang Tahun 2003”. McDonald, David G & James A. Hodgon. 1991. “Psychological Effect of Aerobic Fitness Training-Research and Theory”. New York : Springer-Verlag. Mckenzie. 1997. VO2max. Diakses dari “www.brianmac.co.uk” Manurung. 1990. “Pengaruh Penimbunan Hidratarang Terhadap Peningkatan Ketahanan Fisik Pada Atlet”. Tesis Program Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Matter M, et al. 1987. “The Effect of Iron and Folate Therapy on Maximal Exercise Performance in Female Marathon Runners with Iron and Folate Deficiency”. Clinical Science and Sport Nutrition. Diakses pada tanggal 8 Mei 2012 dari www.googlescholar.com Meilani, Liana. 1996. “Pengaruh Modifikasi Penimbunan Karbohidrat Terhadap Lamanya Melakukan Tes Treadmill Pada Atlet Sepakbola Tahun 1996”. Tesis Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI. Nieman, David C., 1990. “Fitness and Sport Medicine ; An Introduction”. California : Bull Publishing Company Noerhadi M. 2000. “Pengaruh Suplementasi Fe terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin dan Kapasitas Aerobik pada Mahasiswa Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta”. Tesis Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Pate, Russel R and Richard C Hohn. 1994. “Health and Fitness Through Physical Education”.
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
55
Sadoso, Sumosardjono. 1992. “Pengetahuan Olahraga”. Jakarta : PT Gramedia
Praktis
Kesehatan
Dalam
Sakurada K, et all. 1996. “Sport – Anemia : Studies on Hematological Status in High School Boy Athlete”. International Journal of Sport Medicine. Diakses pada 3 Maret 2012 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov Sastroasmoro dkk. 2002. “Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 2”. Jakarta : CV Agung Seto. Schrefer, Sally. 1999. “Community Nutrition : The Life Cycle seventh edition”. USA : Mosby. Sharkey, B. J. 2003. “Kebugaran dan Kesehatan”. Jakarta : Raja Grafindo Persada Soetopo. 1987. “Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga”. Jakarta : Gramedia Suharto, DR DPH. 1993. “Pedoman Pengaturan Makan Atlet”. Depkes RI Syaifudin. 1996. “Anatomi Fisiologi – Untuk Siswa Perawat Edisi II”. Jakarta : EGC Kedokteran Thomas, G. 1989. “Theory of Physical Preparation for Volleyball”. Lausanne : Federation International the Volleyball Timmreck, Thomas C. 2008. “Epidemiologi – Suatu Pengantar, Ed. 2”. (Munaya Fauziah, Apriningsih, Palupi W., Mulia S, Ratnawati, Penerjemah). Penerbit Buku Kedokteran EGC Uliyandari, Adhikarmika. 2009. “Pengaruh Latihan Fisik Terprogram terhadap Perubahan Nilai Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2max) Pada Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 11-13 Tahun”. Laporan Akhir Penelitian Karya Tulis Ilmiah Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang : FK UNDIP. Verducci, F. 1980. “Measurement Concepts in Physical Education”. Missouri (USA) : The C.V. Mosby Company Wardlaw, Gordon M. 2002. “Perspective in Nutrition. Ohio State University. William, Melvin H. 2005. “Dietary Supplements and Sport Performance : Minerals”. Journal of the International Society of Sport Nutrition. Diakses pada tanggal 27 Februari 2012 dari www.sportsnutritionsociety.org
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
56
---------“Nutrition for Health, Fitness, and Sport 7th ed”. The McGraw Companies Inc : New York Willmore, JH dan DL Costill. 1994. “Physiology of Sport and Exercise Human Kinetic”. Winsdor : Canada Wootton, S. 1988. “Nutrition for Sport”. Sydney : Pty Ltd
Universitas Indonesia
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
LAMPIRAN
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
Lampiran 1 : Inform Consent
Surat Persetujuan Sebagai Subjek Penelitian
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Jenis Kelamin
:
Tempat tanggal lahir : Alamat
:
Pendidikan
:
menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa setelah mendapat penjelasan seperlunya mengenai penelitian tentang Pengaruh Suplementasi Fe dan Vitamin C terhadap Nilai Estimasi VO2max pada Atlet Sepak Bola, serta menyadari manfaat dan resikonya, saya bersedia secara sukarela untuk ikut serta dalam penelitian ini. Saya berhak mengundurkan diri bila saya merasa dirugikan.
Jakarta, Februari 2012
Mengetahui
Yang menyatakan
Penanggung jawab Penelitian
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
Lampiran 2 DATA AKTIVITAS FISIK DALAM 24 JAM Nama : Petunjuk : Anda diminta untuk mencatat (jenis dan waktu) semua aktivitas kerja anda selama 24 jam pada kolom yang tersedia Waktu
Aktivitas
Lama Melakukan Aktivitas
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
Lampiran 3 FOOD RECORD Nama Periode/Waktu (Jam)
: Menu
Deskripsi Makanan
Jumlah Porsi
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
Tempat
Lampiran 4 Kerangka Menu Penyelenggaraan Makanan di Sekolah Khusus Olahragawan Ragunan Jakarta Selatan
Waktu Makanan Extra Pagi 1
Pagi
Kerangka Menu Snack Susu Makanan pokok 1 Makanan pokok 2 Lauk hewani Sayur Minuman
Bahan Makanan Roti manis Susu bubuk Beras Mie kering, spaghetty Kwetiau Telur, daging ayam atau sapi Teh manis
Extra Pagi 2
Extra pudding
Bubur kacang hijau, ketan hitam, kolak, atau es buah
Siang
Makanan pokok Lauk hewani
Beras Daging ayam atau sapi, ikan dan hasil olahannya Tempe dan tahu
Lauk nabati Sayur Buah Minuman Extra Sore
Snack Minuman
Malam
Semangka, apel, melon, atau pisang Sirup atau teh manis
Makanan pokok Lauk hewani Lauk nabati Sayur Buah
Kue lapis, bakpia, bolu, atau dadar gulung Teh manis Beras Daging ayam atau sapi, ikan dan hasil olahannya Tempe atau tahu
Minuman Extra Malam
Snack
Semangka, jeruk, melon, atau pisang Teh manis
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
Susu Kue lapis, bolu, pisang goreng, atau bakpia Susu bubuk
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
LAMPIRAN 5 Ketentuan Jenis Bahan, Ukuran Porsi, dan Frekuensi Pemberian Makanan per minggu Atlet Sekolah Ragunan
Kerangka Menu Makanan pokok
Bahan Makanan Beras
Mie kering
Lauk hewani
Lauk nabati Sayur Buah
Susu Snack
Daging ayam Daging sapi Ikan bawal Ikan mujair Ikan bandeng Ikan kembung Ikan layur Ikan merlin Ikan mas Cumi Telur ayam Telur bebek Tahu Tempe Kacang merah Semangka Jeruk Melon Pisang Apel salak roti manis Kue lapis Bolu Pisang goreng Bakpia Dadar gulung Arem-arem Risoles Wajik Donat
Contoh menu Nasi putih Nasi goreng Lontong Mie goreng Spaghetty Kwetiau
Porsi (g) 100 50 100 150 25 100 78 58 76 80 60 100 75 60 60 60 55 50 15 50 5 125 55 120 75 85 100 200 ml 30 60 60 60 55 60 60 60 60 60
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
Frekuensi Pemberian/minggu 21 1 3 1 1 1 7 8 3 1 2 3 2 3 5 5 4 3 5 3 3 1 2 14 14 3 5 3 1 1 2 1 1 1
Extra pudding
Bubur kacang hijau Bubur ketan hitam Kolak Es buah
100 ml 100 ml 100 ml 100 ml 200 ml
Pengaruh pemberian..., Deby Prabu Nafita, FKM UI, 2012
1 3 1 2 2