UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI – 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
FITRIA ALYA, S.Farm. 1006835293
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK ENDEH JL. PANCORAN TIMUR NO. 37 JAKARTA SELATAN PERIODE 6 JUNI – 1 JULI 2011 DAN 1 AGUSTUS - 12 AGUSTUS 2011
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
FITRIA ALYA, S.Farm. 1006835293
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Endeh di Jalan Pancoran Timur Raya No.37 Jakarta Selatan. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Endeh dilaksanakan pada tanggal 6 Juni - 1 Juli 2011 dan 1 Agustus - 12 Agustus 2011 yang merupakan salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar Apoteker. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses PKPA di Apotek Endeh. Ucapan terima kasih khususnya disampaikan kepada: (1)
Bapak Drs. Arel St. S. Iskandar, MM., MSi., Apt., selaku pembimbing PKPA di Apotek Endeh.
(2)
Ibu Dra. Arlina Adisasmita, MSc., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek Endeh.
(3)
Ibu Dra. Rosmala Dewi, Apt., selaku pembimbing dari Departemen Farmasi FMIPA UI.
(4)
Ibu Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku Ketua Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
(5)
Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
(6)
Seluruh karyawan Apotek Endeh (Ibu Ainun, Bapak Yadi, Mas Irul, Mba Rani).
(7)
Rekan-rekan di Program Profesi Apoteker angkatan 73 Universitas Indonesia serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis selama pelaksanaan PKPA ini.
iii
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata, semoga penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama rekan-rekan seprofesi dan pihak yang membutuhkan.
Penulis 2011
iv
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. KATA PENGANTAR…………………………………………………………. DAFTAR ISI…………………………………………………………………… DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………...
i ii iii v vi
1. PENDAHULUAN ..............................................................................................1 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1 1.2 Tujuan .......................................................................................................2 2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................3 2.1 Pengertian Apotek ....................................................................................3 2.2 Landasan Hukum Apotek ..........................................................................3 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek ..........................................................................4 2.4 Persyaratan Apotek ....................................................................................4 2.5 Tata Cara Perizinan Apotek .......................................................................6 2.6 Personalia Apotek ......................................................................................8 2.7 Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) .....................................10 2.8 Pengelolaan Apotek .................................................................................11 2.9 Pencabutan Surat Izin Apotek .................................................................16 2.10 Pengelolaan Narkotika .............................................................................17 2.11 Pengelolaan Psikotropika ........................................................................21 2.12 Pelayanan Informasi Obat .......................................................................24 2.13 Pelayanan Swamedikasi ..........................................................................25 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK ENDEH ....................................................28 3.1 Sejarah singkat Apotek Endeh………………………………………….28 3.2 Lokasi .......................................................................................................28 3.3 Bangunan dan Tata Ruang ......................................................................28 3.4 Struktur Organisasi……… ......................................................................30 3.5 Kegiatan-Kegiatan di Apotek ..................................................................30 3.6 Pengelolaan Narkotik ...............................................................................34 3.7 Pengelolaan Psikotropika .........................................................................35 4. PEMBAHASAN……………………………………………………… ...........36 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................42 5.1 Kesimpulan .............................................................................................42 5.2 Saran .......................................................................................................42 DAFTAR ACUAN................................................................................................43
v
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampirab 14.
Denah Apotek Endeh .................................................................... 45 Struktur Organisasi Apotek Endeh ............................................... 47 Surat pesanan ................................................................................ 48 Alur Pelayanan Resep Tunai ........................................................ 49 Surat Pesanan Narkotika ............................................................... 50 Blanko Laporan Penggunaan Narkotika ....................................... 51 Surat Pesanan Psikotropika .......................................................... 52 Blanko Laporan Penggunaan Psikotropika................................... 53 Etiket Obat Luar ........................................................................... 54 Etiket Obat dalam ......................................................................... 54 Blanko Salinan Resep ................................................................... 55 Blanko Kuitansi ............................................................................ 56 Diagram Alur Pengelolaan Barang di Apotek Endeh ................... 57 Lembar Stok Opname. .................................................................. 58
vi
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tujuan dari pembangunan nasional salah satunya adalah tercapainya
kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan kesehatan yang sesuai dengan dasar-dasar negara Republik Indonesia diperlukan sumber daya di bidang kesehatan untuk menunjang hal tersebut. Sumber daya ini terkait dengan
sarana,
prasarana,
dan
infrastruktur
yang
dimanfaatkan
untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat (Sekretariat Negara RI, 2009b). Pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta, dalam bentuk pelayanan kesehatan perorangan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan di bidang kesehatan dapat diupayakan diantaranya
melalui penyediaan obat-obatan yang bermutu, terjangkau oleh
masyarakat, dan dengan jumlah yang cukup, serta aman untuk digunakan. Oleh karena itu, diperlukan adanya sarana penunjang pelayanan kesehatan, salah satunya adalah apotek, yang merupakan tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat dan menjadi tempat pengabdian profesi apoteker dalam mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, dinyatakan bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah mengacu pada pelayanan yang semula hanya berfokus kepada pengolahan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif (product oriented ke patient oriented) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai dampak dari perubahan tersebut maka diperlukan sarana dan prasarana apotek. Apotek wajib menyediakan obat-obatan dan perbekalan farmasi serta seorang apoteker yang dapat memberikan informasi, konsultasi dan evaluasi mengenai obat yang
1
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
2
dibutuhkan oleh masyarakat sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat terwujud. Dampak dari perubahan kegiatan pelayanan kefarmasian, apoteker dituntut untuk meningkatkan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk-bentuk interaksi tersebut antara lain adalah melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat, dan mengetahui tujuan akhir terapi sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker sebagai pengelola apotek tidak hanya berbekal ilmu kefarmasian saja tetapi juga harus memiliki keahlian manajemen. Apoteker Pengelola Apotek dituntut untuk mengetahui serta memahami produk yang dijual dan teknis pelayanan kefarmasian, selain itu juga harus dapat merencanakan, melaksanakan dan menganalisis hasil kinerja operasional. Untuk membiasakan diri dengan kegiatan pelayanan kefarmasian ini, para calon apoteker memerlukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di apotek. Selain sebagai tempat yang memberikan perbekalan bagi para apoteker untuk dapat menjadi apoteker profesional, praktek kerja di apotek dapat berguna sebagai tempat untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama masa kuliah. Oleh karena itu, diadakan kerjasama antara Program Pendidikan Profesi Apoteker Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia dengan Apotek Endeh yang dilaksanakan pada tanggal 6 Juni - 1 Juli 2011 dan 1 Agustus - 12 Agustus 2011.
1.2
Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Apotek
Endeh adalah: a.
Mengetahui dan memahami tugas, tanggung jawab dan peran Apoteker Pengelola Apotek di apotek baik teknis maupun non-teknis farmasi.
b.
Mengetahui penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan dalam bidang kefarmasian khususnya apotek.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Sekretariat Negara RI, 2009c).
2.2
Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang
berlandaskan pada: a. Undang - Undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. b. Undang - Undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang - Undang RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. d. Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker dan Izin Kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri kesehatan No. 184/Menkes/Per/II/1995. e. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
3
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
4
f. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan dan Tambahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang Apotek.
2.3
Tugas Dan Fungsi Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No.25, Tahun 1980 pasal 2, tugas dan
fungsi apotek adalah : a.
Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.
b.
Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat.
c.
Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus mendistribusikan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.
d.
Sebagai sarana tempat pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
2.4
Persyaratan Apotek Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin suatu
apotek menurut Permenkes RI No. 922 Tahun 1993 pasal 6 adalah sebagai berikut: a.
Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat dan perlengkapan yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b.
Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi.
c.
Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah
apotek adalah: a.
Lokasi dan Tempat. Persyaratan jarak antara apotek tidak lagi dipermasalahkan tetapi tetap Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
5
mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dokter praktek, dan sarana pelayanan kesehatan lain. b.
Bangunan dan Kelengkapan. Bangunan apotek harus memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan farmasi. Apotek harus mempunyai papan nama yang terbuat dari bahan yang memadai dan memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), nomor SIA, dan alamat apotek. Luas bangunan apotek tidak dipermasalahkan, bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi, ruang peracikan, ruang penyimpanan obat, dan toilet. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, ventilasi, dan sistem sanitasi yang baik. Denah ruang apotek terdiri dari: 1) Ruang tunggu Ruang ini dibuat senyaman mungkin, bersih, terang, tidak terdapat nyamuk atau serangga sehingga pasien atau konsumen merasa nyaman menunggu. Ruangan bisa dilengkapi dengan majalah kesehatan ilmiah. 2) Ruang peracikan Penataan ruang sebaiknya diatur agar perlengkapan dan persediaan peracikan dapat dijangkau dengan mudah pada saat persiapan, peracikan dan pengemasan. 3) Bagian penyerahan obat Untuk pelayanan profesional di apotek, apotek dapat menyediakan ruang/tempat khusus untuk menyerahkan obat dan dapat juga digabung dengan ruang konsultasi atau pemberian informasi. Jika tidak bisa dibuat dalam ruang terpisah, dapat juga dilakukan pembatasan dengan menggunakan dinding penyekat, sehingga dapat memberikan atau menyediakan kesempatan berbicara secara pribadi dengan pasien/konsumen.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
6
4) Ruang administrasi. Ruangan i n i terpisah dari ruang pelayanan ataupun ruang lainnya. Walaupun tidak terlalu besar, namun disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan manajerial dan juga digunakan untuk menerima tamu dari supplier atau industri/pabrik farmasi. c.
Perlengkapan Apotek Semua peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan pengelolaan
apotek disebut perlengkapan apotek yang terdiri dari: 1)
Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan, seperti timbangan, mortir, stamper, gelas ukur dan lain-lain.
2)
Perlengkapan dan alat penyimpanan perbekalan farmasi seperti lemari obat dan lemari pendingin.
3)
Wadah pengemas dan pembungkus seperti etiket dan plastik pengemas.
4)
Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropik dan bahan beracun.
5)
Alat dan perlengkapan laboratorium untuk pengujian sederhana seperti erlemeyer dan gelas ukur.
6)
Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur, kuitansi dan salinan resep.
7)
Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi terbaru.
2.5
Tata Cara Perizinan Apotek Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI
kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek (PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
7
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek dinyatakan bahwa: a.
Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1.
b.
Dengan menggunakan Formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan.
c.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3.
d.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir model APT-4.
e.
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir model APT-5.
f.
Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir model APT-6.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
8
g.
Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
h.
Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai
dengan
permohonan,
maka
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.
2.6
Personalia Apotek Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta
keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 19 disebutkan mengenai ketentuan beberapa pelimpahan tanggungjawab pengelola apotek: a.
Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang telah bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
b.
Apabila Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotek menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker Pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Ijin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
9
c.
Penunjukkan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir model APT.9.
d.
Apoteker Pendamping dan Apoteker
Pengganti wajib
memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. e.
Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua Tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apoteker atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Untuk mendukung kegiatan di apotek apabila apotek yang dikelola cukup
besar dan padat diperlukan tenaga kerja lain seperti Asisten Apoteker, yang berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
berhak
melakukan
pekerjaan
kefarmasian sebagai Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker. Juru resep yaitu petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker. Kasir yaitu orang yang bertugas mencatat penerimaan dan pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kuitansi
dan
nota.
Pegawai
tata
usaha
yaitu
petugas
yang
melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan dan keuangan apotek. Berdasarkan
Permenkes
No. 922/Menkes/Per/X/1993
Pasal
20-23
dijelaskan bahwa Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab atas pelaksanaan Apoteker
kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker Pendamping maupun
Pengganti
dalam
pengelolaan
apotek.
Apoteker
Pendamping
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA. Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh Apoteker Pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika
dan
psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Pada Pasal 24 dijelaskan, apabila APA meninggal dunia, maka ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut dalam waktu 2 x 24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Penyerahan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
10
dibuat Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (2) kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT.11 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat.
2.7
Persyaratan Apoteker Pengelola Apotek (APA) Sebelum melaksanakan kegiatannya, Apoteker Pengelola Apotek (APA)
wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker Pengelola Apotek dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Sesuai dengan Permenkes RI No. 1332/Menkes/SK/2002, APA harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
Ijazahnya telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b.
Telah mengucapkan sumpah atau janji Apoteker.
c.
Memiliki Surat Izin Kerja dari Menteri Kesehatan.
d.
Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai apoteker.
e.
Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian pasal 39, 40 dan 41. Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat tanda registrasi diperuntukkan bagi Apoteker berupa STRA yang dikeluarkan oleh menteri. Untuk memperoleh STRA harus memenuhi persyaratan: a.
Memiliki ijazah Apoteker;
b.
Memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c.
Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker;
d.
Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik; dan
e.
Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. STRA berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun apabila memenuhi syarat tersebut diatas. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
11
2.8
Pengelolaan Apotek Pengelolaan dan pengarahan seluruh kegiatan apotek secara lebih efektif
dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek, untuk memenuhi tugas dan fungsi utamanya. Pada dasarnya pengelolaan apotek dapat dibedakan menjadi pengelolaan teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian (Kepmenkes RI No. 1027, 2004). 2.8.1 Pengelolaan Teknis Kefarmasian Pengelolaan
apotek
meliputi
pembuatan,
pengolahan,
peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya. 2.8.1.1 Pengadaan dan Pengendalian Persediaan Obat di Apotek Pengaturan penyediaan obat (managing drug supply) merupakan hal yang sangat penting di apotek. Persediaan obat yang lengkap di apotek merupakan salah satu cara untuk menarik kepercayaan pasien/konsumen, namun banyaknya obat yang tidak laku, rusak dan kadaluarsa dapat menyebabkan kerugian apotek. Hal ini disebabkan karena tidak adanya manajemen pengadaan obat yang baik. Untuk mencegah hal tersebut, diperlukan keseimbangan antara besar persediaan dan besarnya permintaan dari suatu barang yang disebut pengendalian persediaan barang (inventory control). Untuk mencapai keseimbangan tersebut perlu dipertimbangkan hal-hal berikut, yaitu kecepatan perputaran persediaan barang, obat yang laku keras hendaknya tersedia lebih banyak dibanding obat yang kurang laku. Lokasi Pedagang Besar Farmasi (PBF), jika jauh dari apotek maka perlu persediaan barang lebih banyak dibanding dengan lokasi PBF yang dekat dengan apotek. Penambahan persediaan obat didasarkan atas kebutuhan per bulan atau hasil penjualan, sehingga diharapkan persediaan obat sesuai kebutuhan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
12
Untuk mengendalikan persediaan obat, maka diperlukan pencatatan mengenai arus keluar masuk barang, sehingga ada keseimbangan antara obat yang terjual dengan obat yang harus dipesan kembali oleh apotek. Pemesanan barang disesuaikan dengan besarnya omset penjualan pada waktu yang lalu. Perencanaan pembelian harus sesuai dengan kebutuhan apotek yang dapat dilihat dari buku defekta, bagian penerimaan resep dan penjualan obat bebas. Pembelian dapat dilakukan secara tunai, kredit, dan konsinyasi. Pada pembelian tunai pihak apotek langsung membayar harga obat yang dibelinya dari distributor, sedangkan pembelian kredit pembayarannya ditangguhkan sampai jatuh tempo. Pada pembelian konsinyasi, distributor menitipkan barang dimana apotek akan menerima komisi bila barang tersebut laku dan jika barang tersebut tidak laku bisa dikembalikan kepada distributor. Pembelian terhadap barang juga harus mempertimbangkan pemilihan supplier. Ciri-ciri supplier yang baik adalah memberikan barang dengan kualitas yang baik, menepati waktu pengiriman barang, memberikan potongan harga yang cukup menguntungkan, tenggang waktu kredit yang fleksibel, dan dapat dipercaya. Metode pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan cara menyusun prioritas berdasarkan analisis VEN dan PARETO: a.
Analisis VEN Umumnya disusun dengan memperlihatkan kepentingan dan vitalitas
persediaan farmasi yang harus tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan yaitu: V (Vital), maksudnya persediaan tersebut penting karena merupakan obat penyelamat hidup manusia atau obat untuk penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. E (Esensial), maksudnya perbekalan yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak yang ada pada suatu daerah atau rumah sakit. N (Non esensial), maksudnya perbekalan pelengkap agar pengobatan menjadi lebih baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
13
b.
Analisis PARETO (ABC) Analisis ini disusun berdasarkan atas penggolongan persediaan yang
mempunyai nilai harga paling banyak. Kriteria dalam klasifikasi ABC yaitu : Kelas A yaitu persediaaan yang memiliki nilai paling tinggi. Kelas ini mewakili 70%-80% dari total nilai persediaan meskipun jumlahnya hanya 20% dari seluruh item. Kelas B yaitu persediaan yang memiliki nilai menengah. Kelas ini mewakili 15%20% dari total nilai persediaan dan jumlahnya sekitar 30% dari seluruh item. Kelas C yaitu persediaan yang memiliki nilai rendah. Kelas ini mewakili sekitar 5%-10% dari total nilai persediaan dan jumlahnya sekitar 50% dari seluruh item. Parameter pengendalian persediaan yang pertama yaitu persediaan ratarata yang dihitung dengan menjumlahkan stok awal dan stok akhir kemudian dibagi dua. Berdasarkan data persediaan rata-rata dapat dihitung tingkat perputaran
persediaan. Parameter kedua adalah perputaran persediaan yang
dihitung dengan membagi jumlah penjualan dengan persediaan rata-rata. Data perputaran persediaan ini dapat mengetahui lamanya obat disimpan di apotek hingga barang tersebut terjual. Barang-barang yang perputaran persediaannya cepat (fast moving) harus tersedia lebih banyak dibanding barang yang perputaran persediaannya lambat (slow moving). Parameter yang ketiga adalah persediaan pengaman (safety stock) yaitu persediaaan barang yang ada untuk menghadapi keadaan tidak menentu disebabkan oleh perubahan pada permintaan atau kemungkinan perubahan pada pengisian kembali. Parameter yang keempat adalah persediaan maksimum, yang merupakan jumlah persediaan terbesar yang tersedia. Jika telah mencapai nilai persediaan maksimum maka tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya penimbunan barang yang dapat menyebabkan kerugian. Parameter kelima adalah persediaan minimum yang merupakan jumlah persediaan terkecil yang masih tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum maka langsung dilakukan pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum, maka dapat terjadi kekosongan barang. Parameter keenam yaitu reorder point (titik pemesanan) Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
14
merupakan titik dimana harus diadakan pemesanan kembali untuk menghindari terjadinya kekosongan barang. 2.8.1.2 Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Apotek Ruangan tersendiri diperlukan untuk menyimpan perbekalan farmasi, apabila memungkinkan digunakan rak-rak dari kayu atau besi. Untuk bahan-bahan yang mudah terbakar sebaiknya disimpan di tempat yang terpisah. Untuk narkotika penyimpanannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk psikotropika sebaiknya disimpan tersendiri. Untuk tempat
obat- obat yang
memerlukan kondisi tertentu seperti vaksin, insulin atau supositoria disimpan di dalam lemari pendingin. Obat-obatan disusun secara alfabetis sesuai bentuk sediaannya. Penyusunan perbekalan farmasi dapat disusun secara First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Sistem FIFO artinya obat-obatan yang lebih dahulu masuk ke gudang lebih dahulu digunakan, sedangkan sistem FEFO artinya obat-obatan dengan tanggal kadaluarsa terdekat yang lebih dahulu digunakan. Penyimpanan barang juga dilengkapi dengan kartu stok untuk setiap item barang untuk memudahkan pengendalian persediaan. Untuk persediaan obat yang sudah menipis jumlahnya atau sudah habis perlu dicatat dalam buku defekta yang nantinya diberitahukan kepada bagian pembelian. 2.8.1.3 Pelayanan Resep di Apotek (Departemen Kesehatan RI, 1993) Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang meliputi: a.
Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
b.
Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang bermutu baik dan absah.
c.
Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten, namun resep dengan obat paten boleh diganti dengan obat generik. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
15
d.
Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara. Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Balai Besar POM.
e.
Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih tepat.
f.
Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat.
g.
Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.
h.
Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker.
i.
Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.
j.
Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku.
k.
Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
2.8.2 Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
16
bidang lain seperti manajemen. Fungsi apoteker pengelola apotek sebagai manajerial dalam mengelola apoteknya berdasarkan konsep dasar manajemen adalah: a.
Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan,
dalam
hal
perencanaan
penyimpanan serta penjualan
pengadaan,
pembelian
dan
barang. Khusus untuk narkotika dan
psikotropika, merupakan hal yang mutlak hanya dilakukan oleh apoteker pengelolah apotek. b.
Pengorganisasian, yaitu menyusun, mengatur atau mengkoordinasikan bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian memiliki tugas masing-masing.
c.
Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawai agar berusaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
d.
Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan agar dapat dilakukan perbaikan sehingga segala kegiatan dapat sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan tercapainya tujuan yang diinginkan.
2.9
Pencabutan Surat Izin Apotek (Departemen Kesehatan RI, 2002) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002
Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila: a.
Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan atau
b.
Apoteker tidak memenuhi kewajibannya dalam menyediakan, menyimpan dan
menyerahkan
perbekalan
farmasi
yang
bermutu
baik
dan
keabsahannya terjamin dan melakukan penggantian obat generik dalam resep dengan obat paten dan atau c.
APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dan dua tahun secara terusmenerus dan atau
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
17
d.
Terjadi pelanggaran terhadap Undang-undang Obat Keras Nomor.St. 1937 No. 541, Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau
e.
Surat Izin Kerja APA dicabut dan atau
f.
Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat dan atau
g.
Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan
harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan, sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek, dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-13. Pembekuan SIA dapat dicairkan kembali apabila Apoteker telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan. APA
atau
Apoteker
Pengganti,
wajib
mengamankan
farmasinya. Pengamanan dilakukan dengan cara sebagai
perbekalan
berikut; dilakukan
inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotik, obat keras tertentu dan obat lainnya, serta seluruh resep yang tersedia di Apotek; Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci; Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud di atas.
2.10
Pengelolaan Narkotika (Sekretariat Negara RI, 2009) Menurut Undang-undang RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dalam
Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis, yang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
18
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan. Dalam Bab III Pasal 6 disebutkan bahwa narkotika dibagi menjadi 3 (tiga) golongan. 1)
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan terapi,
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam serta
mempunyai
potensi
sangat
tinggi
mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, desomorfina. 2)
Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: alfasetilmetadol, betametadol, diampromida.
3)
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
ringan
mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: kodein, asetildihidrokodeina, polkadina, propiram. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan
atau
pelayanan
kesehatan
dan
pengembangan
ilmu
pengetahuan, namun di sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Oleh karena itu, pengaturan narkotika harus benar-benar terkontrol, baik dalam hal mengimpor, mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan dan menggunakan narkotika harus dikendalikan dan diawasi dengan ketat. Tujuan pengaturan narkotika tersebut adalah menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan untuk pengembangan
ilmu
pengetahuan,
mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
narkotika, dan memberantas peredaran obat gelap.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
19
Di Indonesia, pengendalian dan pengawasan narkotika merupakan wewenang Badan POM RI. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan. 2.10.1 Pemesanan Narkotika Berdasarkan Undang-undang RI No. 9 Tahun 1976, apotek hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) tertentu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang ditandatangani oleh APA serta dilengkapi dengan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA dan stempel apotek. Satu SP hanya boleh memesan satu jenis narkotika. Surat Pesanan terdiri dari 4 (empat) rangkap. 3 (tiga) rangkap termasuk aslinya diserahkan ke pihak distributor (Kimia Farma) sementara sisanya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip. 2.10.2 Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika Penerimaan narkotika dilakukan oleh APA yang dapat diwakilkan oleh AA yang mempunyai SIK dengan menandatangani faktur, mencantumkan nama jelas, nomor Surat Izin Apotek dan stempel apotek. Segala zat atau bahan yang termasuk narkotika di apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14 ayat (1) UU R I No. 35 Tahun 2009. Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.28/Menkes/Per/V/1978. Dalam Peraturan tersebut dinyatakan bahwa apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a.
Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b.
Harus mempunyai kunci yang kuat. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
20
c.
Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari.
d.
Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari 40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dilekatkan pada tembok atau lantai.
e.
Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
f.
Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa.
g.
Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
2.10.3 Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Ketentuan-ketentuan peresepan narkotika sebagai berikut: a.
Hanya dapat diserahkan dengan resep dokter.
b.
Resep tidak boleh diulang.
c.
Resep yang mengandung narkotika diberi garis merah.
d.
Nama dan alamat pasien dicatat di belakang resep.
e.
Penyimpanan resep dipisahkan dari resep-resep yang lain. Selain itu berdasarkan atas Surat Edaran Direktrorat Jenderal POM RI
(sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan: a.
Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli.
b.
Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu, dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep yang mengandung narkotika.
2.10.4 Pelaporan Narkotika Dalam Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) disebutkan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
21
dokter dan lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Balai besar POM. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek. 2.10.5 Pemusnahan Narkotika Berdasarkan UU RI No. 22 Tahun 1997 pasal 60 dan 61 Apoteker Pengelola Apotek dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa dan tidak memenuhi persyaratan lagi untuk terapi dan pengembangan ilmu pengetahuan. APA harus membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika, yang memuat: a.
Nama, jenis, sifat dan jumlah.
b.
Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan.
c.
Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan.
d.
Cara pemusnahan.
e.
Berita acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Suku Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada Balai Besar POM.
2.11
Pengelolaan Psikotropika Pengertian psikotropika dalam UU RI No. 5 Tahun 1997, psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU RI No. 5 Tahun 1997 adalah segala
hal
yang
berhubungan
dengan
psikotropika
yang
dapat
mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan
dan
ilmu
pengetahuan,
mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
psikotropika dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
22
Pada UU No.5 Tahun 1997 psikotropika dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: a.
Psikotropika golongan I, yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: LSD, MDMA (Metilen dioksi metamfetamin) Ectasy.
b.
Psikotropika golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Amfetamin, Metamfetamin (Shabu-shabu).
c.
Psikotropika golongan III, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
ringan
mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Pentobarbital, Amobarbital. d.
Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Fenobarbital, Diazepam. Berdasarkan UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan
bahwa Psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi Narkotika golongan I sehingga Lampiran mengenai Psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 Tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan. 2.11.1 Pemesanan Psikotropika Pemesanan Psikotropika memerlukan SP, dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyaluran psikotropika tersebut diatur dalam UU RI No. 5 Tahun 1997 Pasal 12 ayat (2). Tata cara pemesanan dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA. Surat Pesanan terdiri dari 2(dua) rangkap, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
23
aslinya diserahkan ke pihak distributor, sementara salinannya disimpan oleh pihak apotek sebagai arsip. 2.11.2 Penyimpanan Psikotropika Penyimpanan psikotropika sampai saat ini belum diatur oleh perundangundangan. Namun mengingat obat-obat tersebut cenderung disalahgunakan maka disarankan agar penyimpanan obat-obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus. 2.11.3 Pelayanan Resep yang Mengandung Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Psikotropika hanya dapat diberikan kepada pasien dengan menggunakan resep dokter dan salinan resep. Resep-resep yang mengandung psikotropika disimpan secara terpisah dan dicatat dalam buku khusus, yaitu buku catatan Obat Keras Tertentu (OKT) lengkap dengan nomor resep, tanggal resep, tanggal pengeluaran, jumlah obat, nama pasien, alamat pasien, nama dokter, alamat dokter dan SIK dokter. 2.11.4 Pelaporan Psikotropika Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan yang berhubungan dengan psikotropika dan dilaporkan secara berkala sesuai dengan UU RI No. 5 Tahun 1997 Pasal 33 ayat 1 dan Pasal 34 tentang pelaporan psikotropika. Saat ini laporan dikirim sebulan sekali ke Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat selambatlambatnya tanggal 10 bulan berikutnya, dengan tembusan kepada Balai Besar POM. 2.11.5 Pemusnahan Psikotropika Pemusnahan psikotropika berdasarkan Pasal 53 UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku, dan atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
24
Pemusnahan psikotropika harus dibuat berita acara, yang memuat: a.
Nama, jenis, sifat dan jumlah.
b.
Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan pemusnahan.
c.
Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan pemusnahan.
d.
Cara pemusnahan.
e.
Berita acara pemusnahan psikotropika dikirim kepada Suku Dinas Kesehatan dengan tembusan kepada Balai Besar POM.
2.12
Pelayanan Informasi Obat Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan,
pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan informasi obat (PIO). Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen (dosis, cara, waktu dan lama pemberian), tepat obat dan waspada efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a.
Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif.
b.
Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan.
c.
Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin berlawanan.
d.
Ilmiah, artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat dipercaya.
e.
Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
25
2.13 Pelayanan Swamedikasi Berdasarkan Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas terbatas tahun 2006, pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara aman dan rasional. Swamedikasi yang bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien. Sebagai seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian, Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi. Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak benar. Dalam swamedikasi obat-obat yang digunakan adalah obat bebas, obat bebas terbatas dan Obat Wajib Apotek (OWA), Apoteker memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional, terutama dalam hal: a.
Ketepatan penentuan indikasi/penyakit.
b.
Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis).
c.
Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat. Satu hal yang sangat penting dalam swamedikasi adalah meyakinkan agar
produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu Apoteker juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
26
Informasi tentang obat dan penggunaannya pada pasien saat swamedikasi pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang disesuaikan dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien. Informasi yang diperlukan antara lain : a.
Khasiat obat. Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien.
b.
Kontraindikasi. Pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud.
c.
Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada). Pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
d.
Cara pemakaian. Pasien harus diberikan informasi yang jelas cara pemakaian obat, untuk menghindari salah pemakaian.
e.
Dosis. Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan kondisi kesehatan pasien.
f.
Waktu pemakaian. Harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, kapan waktunya pemakaian obat, misalnya sebelum atau sesudah makan, saat akan tidur dan atau bersamaan makanan. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.
g.
Lama penggunaan. Pasien harus diinformasikan berapa lama obat tersebut digunakan, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
27
h.
Hal yang harus dilakukan jika lupa memakai obat.
i.
Cara penyimpanan obat yang baik.
j.
Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.
Kriteria Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter (swamedikasi) adalah: a.
Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak dibawah umur 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b.
Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
c.
Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d.
Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
e.
Obat
dimaksud
memiliki
rasio
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. f.
Obat untuk penyakit yang ringan, umum dan tidak akut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK ENDEH
3.1
Sejarah singkat Apotek Endeh Apotek Endeh merupakan salah satu bidang usaha dari PT. Cucu Nini
Sejahtera. Didirikan pada tanggal 04 Februari
tahun 2001, oleh Dra. Arlina
Ardisasmita, M.Sc, Apt. sekaligus sebagai Apoteker Pengelolah Apotek (APA) dengan nomor SIK 0431/SIK/DKI/1991. Nama apotek ini berasal dari nama ibu dari Dra. Arlina Ardisasmita, M.Sc, Apt. yang cukup dikenal oleh masyarakat sekitar.
3.2
Lokasi Apotek Endeh terletak di Jl. Pancoran Timur No. 37 Jakarta Selatan. Lokasi
tersebut strategis karena berada pada jalan dua arah dengan akses jalan utama yang ramai dilalui kendaraan terutama kendaraan umum sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat. Apotek Endeh berada pada kawasan pemukiman penduduk serta dekat dengan sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik dan praktek dokter; perkantoran; swalayan; rumah makan; kost karyawan serta sekolah yang memberikan keuntungan terhadap apotek yaitu dekat kepada calon pembeli, serta memiliki halaman
parkir yang cukup luas untuk kendaraan pribadi. Lokasi apotek Endeh dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.3
Bangunan dan Tata Ruang Bangunan Apotek Endeh yang berwarna cerah dan dilengkapi dengan
papan nama apotek berupa neon box membuat Apotek Endeh mudah terlihat baik pada siang maupun malam hari. Luas bangunan Apotek Endeh adalah sekitar 65 m2. Area tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu ruang racik, ruang etalase obat, ruang tunggu dan ruang penyimpanan dokumen. 3.3.1 Ruang Peracikan Ruang peracikan berada di bagian dalam dan terpisah dengan ruang tunggu, sehingga terhindar dari pandangan langsung pasien. Ruang racik juga dibatasi dengan kaca film yang memungkinkan karyawan pada ruang peracikan 28
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
29
bisa melihat ke bagian depan (ruang etalase obat), namun tidak terlihat oleh pasien. Ruang ini cukup luas dan dilengkapi dengan pendingin ruangan untuk dapat menjaga kestabilan obat yang disimpan pada ruangan ini, serta memberi kenyamanan para karyawan. Di ruang peracikan terdapat peralatan peracikan yang lengkap , timbangan, mortir dan stamper, etiket luar dan dalam, perkamen, sudip, kapsul, gelas ukur, beaker glass dan lain- lain yang dibutuhkan dalam peracikan. Pada ruang peracikan, penyimpanan obat disusun berdasarkan abjad dan jenis sediaan (tablet, sirup, krim, salep, obat tetes, obat suntik, dan infus) di rak dan etalase untuk memudahkan pengambilan obat. Obat-obat yang harganya relatif mahal diletakkan secara terpisah pada lemari tersendiri dekat meja pemberian etiket. Penyimpanan narkotika dilakukan pada lemari kayu yang menempel di dinding dan senantiasa dikunci. Sedangkan sediaan psikotropika dipisahkan penyimpanannya pada suatu lemari tersendiri. 3.3.2 Ruang etalase obat Ruang etalase obat terletak di depan ruang racik. Ruang ini dilengkapi dengan lemari kaca dan rak kaca untuk memajang obat yang dijual. Terdapat 6 (enam) lemari kaca dan dua rak kaca yang masing-masing digunakan untuk menyimpan dan memajang obat OTC, obat oral generik, obat tradisional, kosmetik, dan alat kesehatan. Ruang ini digunakan untuk melayani pembelian obat, penyerahan resep, konsultasi dengan apoteker, pembayaran obat dan untuk penerimaan obat dari distributor. Ruang etalase ini juga digunakan untuk promosi obat bebas berupa poster, dan penyusunan kotak promo obat. Kegiatan yang dilakukan selama PKPA di ruang etalase yaitu penerimaan dan pemeriksaan kesesuaian barang dari PBF, pembuatan surat pesanan, penentuan harga barang, penyimpanan obat, pelayanan swamedikasi serta pelayanan pembelian obat. 3.3.3 Ruang tunggu Ruangan ini dilengkapi bangku panjang, televisi, AC, tempat surat kabar dan majalah. Selain itu terdapat papan mading untuk memajang artikel tentang obat dan poster obat. Pada ruang tunggu juga disediakan leaflet obat yang boleh diambil oleh pasien. Berdasarkan pengamatan, pasien yang sedang menunggu obatnya diracik biasanya membaca leaflet/majalah yang tersedia. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
30
3.3.4 Ruang Administrasi dan Ruang Pembelian Seluruh kegiatan kepegawaian dan administrasi dilakukan di ruangan ini yang bergabung dengan ruang peracikan. Pada ruang pembelian dilakukan transaksi pemesanan sediaan farmasi, penerimaan pesanan dan penukaran faktur, serta pembayaran saat jatuh tempo. 3.3.5 Toilet/kamar mandi Untuk
menjamin
kenyamanan
pasien/konsumen,
sesuai
dengan
persyaratan bangunan pada apotek, Apotek Endeh dilengkapi toilet yang berada di luar dari ruang apotek, yaitu bagian belakang apotek. 3.4
Struktur Organisasi Apotek Endeh dikepalai oleh seorang pimpinan sebagai Pemilik Sarana
Apotek (PSA) sekaligus sebagai Apoteker Pengelola Apotek, yang memimpin apotek secara keseluruhan. Kegiatan teknis kefarmasian dibantu oleh asisten apoteker dan kasir, sedangkan untuk kegiatan non kefarmasian seperti pembelian, piutang dagang, hutang dagang, pajak, dan laporan keuangan dilakukan oleh bagian administrasi. Adapun rincian karyawan yang ada di apotek Endeh adalah sebagai berikut: satu orang pimpinan sekaligus APA, dua orang asisten apoteker merangkap kasir dan pembukuan pada shift pagi dan malam, dua orang tenaga teknis dan satu orang administrasi Struktur organisasi apotek Endeh selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
3.5
Kegiatan-Kegiatan di Apotek Kegiatan di Apotek Endeh dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan
dibidang teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian. 3.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian Kegiatan teknis kefarmasian meliputi pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan, dan penjualan. 3.5.1.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi Petugas bagian pembelian (asisten apoteker) melakukan pemesanan perbekalan yang diperlukan di apotek dengan menggunakan surat pesanan yang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
31
telah ditandatangani oleh APA. Pengadaan perbekalan farmasi ini dilaksanakan melalui pembelian secara tunai maupun kredit, sesuai dengan dana yang dianggarkan oleh pemilik apotek sekaligus APA. Dari hasil catatan pada buku defekta yang ditulis petugas malam, petugas bagian pembelian mencatat barang-barang yang akan dibeli, yaitu barang-barang yang jumlahnya sudah di bawah atau mendekati stok minimum serta barangbarang yang bersifat fast moving walaupun stok belum mencapai minimum. Bagian pembelian akan mengelompokkan obat/barang yang dipesan sesuai dengan nama distributor. Surat pesanan (SP) yang dibuat ditandatangani oleh APA dan SP ini akan diambil langsung oleh salesman pada pagi dan atau sore hari. Pada hari yang sama di sore harinya, barang-barang yang dipesan diantarkan dan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Petugas bagian penerimaan barang memeriksa keadaan fisik barang, tanggal kadaluarsa, jenis dan jumlah barang sesuai dengan faktur. Petugas akan menandatangani dan memberikan stempel apotek pada faktur asli dan faktur copi apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli diberikan kepada distributor dan lembar copinya diberikan kepada AA yang bertugas. Contoh surat pesanan dapat dilihat pada Lampiran 3. 3.5.1.2 Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Perbekalan farmasi yang telah diterima dari distributor dan telah diperiksa oleh bagian pembelian, kemudian akan dihitung harga sesuai dengan komitmen apotek, untuk obat OTC dan ethical berbeda cara perhitungan harganya, yaitu: a.
Harga OTC Faktur PPN = Harga: 1,1 : 0,9 : 0,87 ( Keuntungan 13 % ) Faktur belum PPN = Harga: 0,9 : 0,87
b.
Harga ethical Faktur sudah PPN Tablet Harga 0 – 7 ribu / 1 tab Harga 7-15 ribu / 1 tab
= Harga : 0,9 : 0,77 ( keuntungan 23 % ) = Harga : 0,9 : 0,8 ( keuntungan 20 % ) Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
32
Harga 15 ribu ke atas/ 1 tab = Harga : 0,9 : 0,82 ( keuntungan 18 % ) Syrup atau salep Harga 0 – 50 ribu / 1 = Harga 50-100 ribu / 1 = Harga 100 ribu keatas /1 =
Harga : 0,9 : 0,77 ( keuntungan 23 % ) Harga : 0,9 : 0,8 ( keuntungan 20 % ) Harga : 0,9 : 0,82 ( keuntungan 18 % )
Pada saat penerimaan pesanan dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaaan yang dilakukan meliputi kesesuaian nama barang yang dipesan, bentuk sediaan dan jumlah dengan faktur, tanggal kadaluarsa dan kondisi fisik barang. Bila telah sesuai barang-barang tersebut diberi harga yang telah dihitung kemudian disusun berdasarkan bentuk sediaan secara abjad dan dengan sistem FIFO (First in First Out). Untuk obat bebas disimpan langsung di etalase ruang depan pada bagian OTC dan untuk obat generik diletakkan di etalase khusus obat generik. 3.5.1.3 Penjualan Kegiatan penjualan pada apotek Endeh antara lain melayani penjualan resep tunai dan penjualan OTC. a.
Penjualan Resep Tunai Penjualan resep tunai adalah penjualan obat berdasarkan resep dokter
kepada pasien dengan pembayaran tunai. Alur pemesanan resep tunai dapat dilihat pada Lampiran 3. b.
Penjualan Bebas (OTC) Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, Apoteker memiliki
dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. Penjualan bebas meliputi penjualan obat wajib apotek, obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, susu, dan alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Khusus untuk obat wajib apotek hanya dapat dilakukan oleh apoteker dengan ketentuan yang berlaku. Pada apotek Endeh, pelayanan swamedikasi dan pemberian informasi tentang obat dilakukan oleh Asisten Apoteker.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
33
3.5.2 Kegiatan Non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian di Apotek Endeh berupa kegiatan administrasi pembelian, piutang, penjualan, administrasi pajak, personali dan laporan keuangan. 3.5.2.1 Administrasi Pembelian Kegiatan administrasi pembelian disebut juga administrasi hutang dagang. Kegiatan ini meliputi: a.
Transaksi pembelian dicatat dalam buku pembelian oleh Asisten Apoteker berdasarkan pesanan.
b.
Penukaran faktur dilakukan setiap hari Kamis. Distributor menyerahkan faktur- faktur asli penjualan selama 1 minggu beserta total harga yang harus dibayar oleh apotek. Selanjutnya petugas yang bersangkutan mencocokkan faktur tersebut dengan data jumlah dan harga obat yang telah diinput dalam buku pembelian . Jika sudah sesuai maka petugas tersebut akan membuat tanda terima faktur yang berfungsi untuk pengambilan faktur asli . Tand a t eri m a fakt ur ini akan diambil langsung oleh distributor.
d
Kemudian dilakukan posting pembayaran hutang ke dalam faktur pembelian.
e.
Laporan pembayaran dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada Pimpinan Apotek.
3.5.2.2 Administrasi Penjualan Ketika pergantian shift, masing-masing kasir menyerahkan laporan perincian penjualan harian yang telah diprint. Setiap hari pada pukul 22.00 dilakukan posting transaksi penjualan, baik dari penerimaan resep maupun penjualan bebas oleh kasir yang bertugas pada malam hari. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pemesanan barang keesokan harinya. 3.5.2.3 Administrasi Pajak Bagian pajak bertanggung jawab dalam menghitung serta mencatat jumlah pajak yang harus dibayar oleh apotek. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
34
3.5.2.5 Administrasi Personalia Bagian personalia bertanggung jawab dalam mencatat semua hal yang menyangkut urusan kepentingan pegawai, seperti gaji dan surat–surat lain yang berkaitan dengan kepegawaian, yang dilakukan oleh APA sekaligus sebagai pemilik apotek . 3.5.2.6 Laporan Keuangan Bagian keuangan yang dirangkap oleh asisten apoteker selain bertanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian juga menangani laporan keuangan, yang di laporkan kepada Pemilik Sarana Apotek sekaligus Apoteker Pengelola Apotek.
3.6.
Pengelolaan Narkotika
3.6.1 Pengadaan Narkotika Bagian pembelian memesan narkotika ke PBF Kimia Farma, pembelian dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) Narkotika yang sesuai dengan ketentuan. yaitu SP rangkap 4 (empat), dimana satu surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis narkotika, yang telah ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, alamat rumah, nama apotek serta stempel apotek. Contoh Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada Lampiran 5. 3.6.2 Penyimpanan Narkotika Narkotika ya n g d i pesan, diterima oleh petugas penerima barang (AA) dengan mencantumkan nama jelas, No. SIK, tanda tangan dan stempel apotek Obat-obatan golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu yang memenuhi ketentuan dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci dan menempel di dinding. Bagian pertama menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya, sedangkan bagian kedua untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari. 3.6.3 Penjualan Narkotika Apotek Endeh melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari Apotek Endeh sendiri, sesuai dengan ketentuan pelayanan resep yang mengandung narkotika. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
35
3.6.4 Pelaporan Narkotika Laporan pemakaian obat-obat narkotika dibuat setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan ditandatangani APA dan mencantumkan no. SIK dan stempel apotek. Laporan dibuat sesuai ketentuan yang berlaku dan ditujukan kepada instansi yang berwenang, yang dibuat dan ditandatangani APA. Contoh pelaporan narkotika dapat dilihat pada Lampiran 6.
3.7.
Pengelolaan Psikotropika Psikotropika di Apotek Endeh dipesan ke PBF sama halnya seperti
memesan obat-obat lainnya, dengan memakai Surat Pesanan Psikotropika rangkap 2 (dua). Psikotropika diserahkan kepada pasien berdasarkan resep dokter atau salinan resep. Pelayanan terhadap resep yang menggandung psikotropika sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Laporan pemakaian psikotropika dilaporkan sesuai ketentuan ke instansi yang berwenang, yang telah dibuat dan ditandatangani APA. Contoh Surat Pesanan Psikotropika dan laporan penggunaan psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
BAB 4 PEMBAHASAN
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Apotek berperan sebagai salah satu tempat pengabdian
dan
praktek
profesi
apoteker
dalam
melakukan
pekerjaan
kefarmasian. Apoteker sebagai pengelola apotek bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui pengelolaan dan pemberian informasi penggunaan obat yang rasional, sehingga keamanan, efektivitas, ketepatan dan kerasionalan penggunaan obat dapat tercapai. Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Apotek Endeh terletak di Jl. Pancoran Timur No. 37 Jakarta Selatan. Lokasi ini terletak di jalan dua arah yang dilalui kendaraan umum dan merupakan akses jalan yang ramai dilalui kendaraan. Lokasi ini juga berada di sekitar kompleks perumahan Anggota DPR Kalibata, perkantoran, swalayan, rumah makan, kosan karyawan, sekolah dan sarana kesehatan. Sarana kesehatan sekitar apotek Endeh diantaranya yaitu Rumah Sakit Tria Dipa, Rumah Salin Seruni, Klinik Dokter Gigi, Dokter Spesialis Anak, Praktek Dokter. Lokasi yang dekat dengan pemukiman penduduk memberikan keuntungan bagi apotek karena lokasinya mudah dijangkau oleh penduduk sekitar. Apotek juga mengadakan jasa jemput resep dan antar obat secara cuma-cuma bagi penduduk di sekitar apotek, hal ini membuat pelanggan semakin nyaman dan puas dengan pelayanan apotek. Lokasi yang strategis ini memberikan pengaruh terhadap omset penjualan apotek. Apotek Endeh
mempunyai desain dan tata letak cukup menarik.
Penampilan eksterior dengan bangunan dan lahan parkir yang cukup luas, papan nama neon box yang terlihat jelas di siang hari maupun malam hari, warna cat dinding yang cerah, jendela kaca yang transparan sehingga konsumen dapat melihat kegiatan dan barang-barang yang ada di dalam apotek. Ruangan interior Apotek Endeh cukup nyaman dilengkapi dengan AC, di ruangan terdapat kursi tunggu untuk para pembeli dan dilengkapi dengan adanya media hiburan seperti televisi, majalah dan koran serta. Ruangan apotek Endeh dibagi 3 yaitu ruang tunggu, ruang display yang dibatasi dengan etalase, dan 36 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
37
ruang racik yang dibatasi dengan kaca film sehingga pembeli tidak dapat melihat ke area racik tetapi para karyawan apotek dapat melihat kearah pembeli obat. Obat di etalase disusun berdasarkan bentuk sediaan, obat generik, obat merek dagang yang kemudian diatur berdasarkan abjad di etalase masing-masing. Etalase obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik dipajang pada bagian depan agar pembeli mudah melihat dan dijadikan sebagai pemisah antara ruang tunggu dengan ruangan display obat. Pada ruang ini juga terdapat etalase untuk sediaan padat obat generik. Etalase obat tradisional dan produk konsinyasi dijadikan pemisah antara ruang display dan ruang racik. Pada ruang racik terdapat juga lemari etalase untuk obat sediaan padat, sediaan cair dan semi solid obat merek dagang, sediaan cair dan semi solid obat generik, bahan baku obat, lemari obat golongan narkotika dan golongan psikotropika. Sediaan yang membutuhkan kondisi penyimpanan khusus, seperti suppositoria disimpan di dalam lemari pendingin yang diletakkan di ruang racik. Apotek Endeh buka setiap hari Senin sampai Sabtu dari jam 08.00 sampai 22.00 WIB. Apoteker Pengelola Apotek (APA) dibantu oleh 2 orang Asisten apoteker dan 2 orang tenaga teknisi. Setiap karyawan memiliki tugas, dan wewenang sesuai dengan kompetensinya. Pembagian jadwal kerja diatur berdasarkan shift pagi dan shift sore, dengan pergantian jam kerja pada pukul 15.00 WIB. Setiap shift terdiri dari 1 orang asisten apoteker dan 1 orang tenaga teknisi. Pembagian kerja juga dibagi yaitu pada shift pagi bertanggung jawab terhadap pelayanan kefarmasian, perencanaan dan pengadaan barang/pemesanan, pembayaran dan dokumentasi faktur, shift sore bertanggung jawab atas pelayanan kefarmasian, penerimaan barang, stok dan dokumentasi resep. Kegiatan tersebut merupakan tanggung jawab Asisten Apoteker pada masing-masing shift yang dibantu oleh tenaga teknisi. Kegiatan sehari-hari di apotek Endeh dilakukan sepenuhnya oleh Asisten Apoteker yang bertanggung jawab kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA). Kurang terlibatnya Apoteker mempengaruhi terhadap kegiatan yang ada dalam apotek, beberapa tugas dan wewenang apoteker yang sebenarnya tidak dapat didelegasikan terpaksa harus dilakukan oleh seorang Asisten Apoteker. Pelayanan Informasi Obat (PIO), konsultasi obat, skrining resep dalam hal pertimbangan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
38
klinis merupakan tugas dan wewenang Apoteker, tetapi di Apotek Endeh kegiatan tersebut dilakukan oleh Asisten Apoteker. Perencanaan pengadaan perbekalan farmasi (obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan dan kosmetika sebaiknya dilakukan oleh Apoteker tetapi di apotek Endeh kegiatan ini dilakukan sepenuhnya oleh Asisten Apoteker. Perencanaan pengadaan perbekalan farmasi tergantung dari anggaran yang tersedia, anggaran pengadaan perbekalan farmasi untuk jangka waktu seminggu tidak boleh melebihi penghasilan apotek selama seminggu. Hal ini akan memberikan dampak terhadap perkembangan penjualan di apotek dan ketersediaan barang di apotek. Pemesanan perbekalan farmasi dibeli berdasarkan buku defekta yang ditulis oleh karyawan shift sore. Pemesanan barang setiap harinya kebanyakan lebih diutamakan untuk barang yang fast moving tanpa mempertimbangkan barang pareto. Hal ini berakibat terhadap kepuasan pembeli, cukup banyak obat yang harganya cukup mahal tidak tersedia saat pembeli membutuhkan. Obat tersebut tidak dipesan dengan pertimbangan melebihi anggaran yang ditetapkan. Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan cara pemesanan via telepon atau pemesanan secara langsung kepada karyawan PBF yang datang ke apotek. Selain obat yang dibeli langsung, apotek Endeh juga melayani obat-obat konsinyasi. Pembelian langsung dilakukan setiap hari berdasarkan buku defekta yang telah dicatat sebelumnya oleh karyawan shif sore. Jumlah perbekalan farmasi yang di pesan tidak dipengaruhi oleh waktu tunggu ( limit time) dari barang di pesan sampai barang datang, karena waktu tunggu datangnya barang relatif singkat. Barang yang dipesan pagi oleh karyawan shif pagi akan sampai pada sore hari dan diterima oleh karyawan shif sore. Hal ini memberikan keuntungan karena apabila pembeli atau pelanggan membeli obat yang tidak ada di apotek, maka obat tersebut bisa dipesan langsung dan bagi pelanggan obat tersebut akan di antar ke alamat rumah. Selain hal tersebut, pembelian yang dilakukan setiap hari dengan jumlah yang sedikit memberikan keuntungan yaitu mengurangi resiko obat kadaluarsa dan rusak. Disamping keuntungan, terdapat kekurangan yaitu resiko barang kosong di apotek, tidak jarang resep ditolak karena kekosongan barang di apotek. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
39
Pembayaran ke PBF dilakukan secara kredit, pembayaran berkisar antara 3 sampai 4 minggu. Sedangkan untuk barang konsinyasi umumnya waktu pembayaran dilakukan sesuai perjanjian, biasanya 3 bulan. Pembayaran barang konsinyasi hanya untuk produk yang laku terjual. Pada bagian pelayanan resep terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian penerimaan resep dan penyiapan obat. Bagian penerimaan resep, pembayaran (kasir) dan penyerahan obat terletak di depan ruang tunggu pasien yang dibatasi dengan etalase yang berisi produk-produk over the counter dan perbekalan kesehatan dan rumah tangga seperti perlengkapan bayi, susu formula, kosmetika, sabun, pasta gigi dan shampo. Penyiapan resep pada ruang peracikan yang terdapat pada Apotek Endeh terpisah dari ruang pelayanan resep sehingga memudahkan proses penyiapan yaitu perhitungan jumlah obat, penimbangan, peracikan dan pengemasan sesuai dengan resep dan pemeriksaan ulang. Apotek Endeh tidak melakukan pencatatan dan pengisian kartu stok pada barang masuk dan barang keluar, Hal ini bisa jadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan perbekalan farmasi di apotek. Dengan adanya kartu stok kemungkinan barang kosong, barang yang kadaluarsa serta kebocoran barang lebih mudah dideteksi. Khusus untuk narkotika dan psikotropika, pelaporan penggunaan narkotika dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Laporan tersebut dibuat empat rangkap yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Pelayanan Kesehatan DKI Jakarta Selatan, Kepala Dinas DKI Jakarta, Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, serta satu rangkap sebagai arsip apotek Endeh. Tahapan pelayanan resep obat di apotek Endeh berjalan secara sistematis, yaitu dimulai dengan masuknya resep, pengecekan ketersediaan obatnya, jika obat yang diperlukan tersedia maka dilakukan skrining resep, diperiksa kelengkapan resep dan selanjutnya karyawan apotek akan melakukan perhitungan harga dan menuliskan nomor transaksi dan biaya yang harus dibayar konsumen. Kemudian, setelah disetujui biaya yang harus dibayar, karyawan penerima resep meminta nama, nomor telepon/alamat pasien. Hal ini diperlukan apabila adanya kesalahan dalam penyerahan obat sehingga memudahkan penelusuran dengan cepat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
40
Pembayaran dilakukan di kasir secara tunai dan struk pembayaran diserahkan kepada konsumen sebagai bukti pembayaran dan pengambilan obat. Resep yang telah dibayar dapat langsung dibuat sesuai resep. Penyiapan resep dimulai dengan menghitung jumlah obat yang dibutuhkan, pertablet atau jumlah yang harus ditimbang untuk dibuat racikan. Selanjutnya obat dikemas dan atau diracik, setelah selesai, dilakukan pemberian etiket oleh AA. Pada etiket harus ditulis secara lengkap nomor resep, tanggal, nama pasien, dan aturan pakainya (Lampiran 9 dan Lampiran 10). Etiket harus dituliskan dengan jelas agar tidak menimbulkan persepsi yang salah bagi pasien. Selanjutnya, obat-obat yang telah dikemas dan diberi etiket diperiksa kembali oleh AA di bagian pemeriksaan. Pada bagian ini akan diperiksa kesesuaian obat, jumlah, kekuatan obat, aturan pakai, serta penulisan salinan resep (Lampiran 11) dan kuitansi (Lampiran 12) pembelian jika diperlukan pasien. Pada saat penyerahan, asisten apoteker harus memeriksa kesesuaian nomor resep yang terdapat di struk pembayaran. Pemberian informasi mengenai obat yang diberikan kepada pasien, belum dapat dilakukan secara maksimal, karena informasi diberikan oleh Asisten Apoteker yang tidak memiliki kompetensi seperti Apoteker. Resep-resep yang masuk di apotek Endeh dapat dilayani secara langsung dan ada juga resep yang ditolak disebabkan tidak tersedianya obat berdasarkan resep dan pasien tidak bersedia dilakukan pergantian obat pada resep dengan obat generik. Untuk resep yang di tolak tersebut sebaiknya dilakukan pencatatan, dengan demikian apotek dapat memantau persediaan stok barang yang perlu dilengkapi sehingga tidak mengecewakan pasien. Resep yang dilayani dikelompokkan
dan dicatat dalam buku pelayanan resep. Setiap hari resep
tersebut dicatat secara urut berdasarkan nomor resep. Pengarsipan resep harus dilakukan dengan baik agar dapat memudahkan dalam penelusuran apabila resep dibutuhkan sewaktu-waktu untuk keperluan tertentu. Pengarsipan resep yang mengandung narkotika dan psikotropika dilakukan secara terpisah. Resep-resep yang mengandung psikotropika disimpan secara terpisah dan dicatat dalam buku khusus yaitu buku catatan Obat Keras Tertentu (OKT) lengkap dengan nomor resep, tanggal resep, tanggal pengeluaran, jumlah obat, nama pasien, alamat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
41
pasien, nama dokter, alamat dokter dan SIK dokter. Diagram alur pengelolaan barang di apotek endeh secara umum dapat dilihat pada Lampiran 13. Kegiatan peracikan yang dilakukan oleh apotek Endeh yaitu peracikan sediaan puyer, kapsul, krim, salep, sediaan cair. Tempat peracikan krim, salep, dan sediaan cair berada di tempat yang sama dengan meja peracikan puyer dan kapsul. Semua peralatan dan meja yang digunakan untuk peracikan selalu dijaga kebersihannya oleh semua karyawan. Dari segi pelayanan kefarmasian, Apotek Endeh melakukan pelayanan resep dan swamedikasi. Pelayanan resep dan swamedikasi dilakukan oleh Asisten Apoteker dan dibantu oleh teknisi karena Apoteker Pengelola Apotek jarang berada di apotek. Swamedikasi sebenarnya merupakan kompetensi seorang Apoteker yang tidak dapat didelegasikan kepada Asisten Apoteker maupun Tenaga Teknisi, karena APA yang jarang berada di apotek maka swamedikasi dilakukan
oleh
Asisten
Apoteker.
Pelayanan
swamedikasi
memberikan
keuntungan terhadap penjualan apotek, bagi pembeli atau pelanggan akan merasa puas karena dilayani dan diberikan pilihan terapi obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Karena dilakukan oleh Asisten Apoteker, terkadang untuk obat yang tidak tersedia di apotek sering ditolak, padahal dapat diganti dengan obat yang khasiatnya sama. Penolakan resep atau penolakan pembelian dapat memberikan dampak negatif pada apotik, yaitu image apotek yang tidak lengkap dan resiko kehilangan pelanggan lebih besar. Pelayanan swamedikasi dan informasi obat sebaiknya dilakukan oleh Apoteker. Melalui pelayanan informasi obat kepada pelanggan oleh APA akan membuat kepercayaan masyarakat lebih meningkat, sehingga dapat mempertahankan pelanggan yang lama dan menarik pelanggan yang baru.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
a.
Apotek Endeh belum dapat melaksanakan secara optimal kegiatan
di
bidang teknik kefarmasian yang meliputi pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, penjualan dan bidang kegiatan non-teknis berupa kegiatan administrasi pembelian, piutang, penjualan, administrasi pajak, dan laporan keuangan. b.
Sebagian besar ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dapat diterapkan di Apotek Endeh, khususnya kegiatan pelayanan teknis kefarmasian. Calon Apoteker dapat secara langsung belajar mengenai cara pengelolaan apotek.
5.2
Saran
a.
Untuk lebih menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan yang lama, perlu ditingkatkan kegiatan pelayanan kefarmasian berupa persediaan obat lebih lengkap, cepat serta pemberian informasi kepada pasien.
b.
Untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap apotek Endeh. APA dapat mengangkat seorang Apoteker Pendamping
yang
memiliki SIPA. c.
Agar dilakukan pelatihan kepada karyawan untuk meningkatkan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
42
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1997). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.688/Menkes/Per/ VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta. Sekretariat Negara RI. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No.26 Tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta. Sekretariat Negara RI. (1992). Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Jakarta. Sekretariat Negara RI. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Sekretariat Negara RI. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta.
43
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
Sekretariat Negara RI. (2009b). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Sekretariat Negara RI. (2009c). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.
44
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
45
Lampiran 1. Denah Apotek Endeh
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
46
(Lanjutan) Keterangan Gambar: 1. Area parkir
14. Dispenser
2. Pintu depan
15. Lemari pendingin
3. Ruang tunggu
16. Etalase obat keras sediaan semisolid (topical) 17. Etalase obat keras sediaan tablet
4. Kursi 5. Etalase obat bebas dan Health Care Product 5a Etalase produk herbal dan obat tetes mata 5b Etalase display produk
18. Lemari narkotika 19. Lemari psikotropika
5c Rak buku-buku
20. Meja racik serta lemari alat gelas dan wadah pengemas 21. Timbangan
6. Kasir
22. Wastafel
7. Pintu etalase
23. Lemari arsip
8. Televisi
24. Etalase obat keras sediaan cair
9. Rak obat bebas
25. Telepon
10. Meja apoteker 11. Etalase obat fast moving
26. Etalase obat keras sediaan cair, obat tetes mata, dan tetes telinga 27. Meja administrasi
12. Etalase obat generik
28. Pintu belakang
13. Rak alat-alat gelas
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
47
Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Endeh
Apoteker Pengelola Apotek
Pemilik Sarana Apotek
Administrasi
Asisten apoteker
Tenaga Teknis
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
48
Lampiran 3. Surat pesanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
49
Lampiran 4. Alur Pelayanan Resep Tunai
Resep diserahkan kepada Pasien Membawa Resep Harga diberitahukan
Resep diserahkan kepada Apoteker/Asisten Apoteker: a. Resep dikerjakan b. Diberi etiket c. Obat diperiksa ulang d. Obat siap diserahkan
Apoteker / Asisten Apoteker/ Karyawan a. resep diperiksa b. resep diberi harga
Kasir menerima uang
Obat diserahkan kepada pasien disertai dengan informasi mengenai nama obat, dosis, cara pakai dan lama penggunaan obat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
50
Lampiran 5. Surat Pesanan Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Lampiran 6. Blanko Laporan Penggunaan Narkotika Laporan Penggunaan Narkotika NAMA APOTEK No. SIA ALAMAT KAB/ KOTA No 1
: ENDEH : 1299.04/Kanwil/SIA/0110 : Jalan Pancoran Timur No. 37 : Jakarta Selatan
Nama Sediaan Codein 10 mg
Satuan
Pemasukan tanggal
dari
jumlah
Jumlah keseluruhan
Pengeluaran Untuk Pembuatan Lain-lain
Jumlah
Persediaan akhir bulan
Tablet
2
Codein 20 mg
Tablet
3
Codipront kapsul Codipront cumexpect
Kapsul
5
Codipront cumexpect
Botol 60 ml
6
Codipront
Botol 60 ml
7
Doveri 100 mg
Tablet
4
Persediaan Awal bln
Kapsul
Jakarta, Apoteker Pengelola Apotek
(Dra. Arlina Ardisasmita, M.Sc. Pharm) SIK No. 0431/SIK/1991
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Ket
52
Lampiran 7. Surat Pesanan Psikotropika
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
53
Lampiran 8. Blanko Laporan Penggunaan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
54
Lampiran 9. Etiket Obat Luar
Lampiran 10 Etiket Obat dalam
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
55
Lampiran 11. Blanko Salinan Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
56
Lampiran 12. Blanko Kuitansi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
57
Lampiran 13. Diagram Alur Pengelolaan Barang di Apotek Endeh
Perencanaan Barang berdasarkan data defekta
Pengadaan Barang/Pemesanan Barang Membuat surat pemesanan barang yang ditujukan kepada distributor obat tersebut. Untuk narkotika menggunakan SP khusus dan distributor PT. Kimia Farma. Penerimaan Barang Pada saat penerimaan barang diperiksa kesesuaian barang, jumlah, tanggal kadaluarsa obat dan hal lain yang diperlukan.
Pemberian Harga Barang Barang yang diterima apotek diberi harga.
Penyimpanan Barang Barang disimpan berdasarkan sistem alfabetik, bentuk sediaan,.
Pelayanan/Penjualan Barang/Distribusi Barang Penjualan barang di apotek dapat berdasarkan atas resep dokter ataupun penjualan bebas.
Pencatatan dan Pelaporan Pemakaian/Penjualan Barang Pelaporan untuk menghitung omset apotek Laporan obat narkotika dan psikotropik harus dilaporkan pemakaiannya secara periodik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
58
Lampiran 14. Lembar Stok Opname
A No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama obat Adalat 10 Aldacton 25 Aspilet Aztrin Adona AC Adona Forte Ascardia 160 Amaryl 1 Amaryl 2 Amoxilin 500 Amoxan 500
Jumlah
ED
Harga
Total
Nama obat Bexce Buscopan 10 Buscopan plus Bricasma Blopres 8 Blopres 16 Bactrim Adult Baquinor 500 B-BETA Betablok 50 Bactrim Forte
Jumlah
ED
Harga
Total
Nama obat Cedocard 5 Cedocard retard Crestos 10 Cefat 500 g Chundro-PA Cloracif 500 Claritin Cataflam 25
Jumlah
ED
Harga
Total
B No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
C No 1 2 3 4 5 6 7 8
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
EVALUASI PENGADAAN OBAT OVER THE COUNTER (OTC) DI APOTEK ENDEH
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
FITRIA ALYA, S.Farm. 1006835293
ANGKATAN LXXIII
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER - DEPARTEMEN FARMASI DEPOK DESEMBER 2011
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………...... DAFTAR ISI………………………………………………………………... DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. DAFTAR TABEL………………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN ….…………………………………………………
i ii iii iv v
1. PENDAHULUAN……………………………………………………… 1.1 Latar Belakang……………………………………………………... 1.2 Tujuan………………………………………………………………
1 1 2
2. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………. 2.1 Obat OTC…………………………………………………………. 2.2 Perencanaan Barang……………………………………………..... 2.3 Pengadaan Barang……………………………………………….... 2.4 Pembelian Barang………………………………………………… 2.5 Arus Barang………………………………………………………. 2.6 Persediaan Barang………………………………………………… 2.7 Metode Analisis……………………………………………………
3 3 4 6 6 8 9 13
3. METODE PENELITIAN …………………………………………….. 3.1 Tempat dan Waktu Pengambilan Data……………………………. 3.2 Sumber Data..................................................................................... 3.3 Cara Pengambilan Data……………………………………………
16 16 16 16
4. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 4.1 Hasil.................................................................................................. 4.2 Pembahasan......................................................................................
17 17 19
5. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 5.1 Kesimpulan………………………………………………………… 5.2 Saran……………………………………………………………….
24 24 24
DAFTAR ACUAN........................................................................................ LAMPIRAN...................................................................................................
25 26
ii
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas………………………………………………..
3
Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas……………………………………...
4
Gambar 2.3. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas……………………………….
4
Gambar 4.1. Nama PBF dengan Frekuensi Pemesanan Paling Banyak……………
18
Gambar 4.2. Nama PBF dengan Jumlah Item Pembelian Barang Paling Banyak….
18
Gambar 4.3. Nama PBF dengan Total Rupiah Pembelian Barang Paling Banyak…
19
iii
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Daftar Nama PBF Pembelian Obat OTC………………………….
iv
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
17
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembelian Obat OTC ke PT. Antarmitra Sembada.……………….
26
Lampiran 2. Pembelian Obat OTC ke PT. Anugerah Pharmindo Lestari……….
26
1.
Lampiran 3. Pembelian Obat OTC ke PT. Bina San Prima………………..........
28
2.
Lampiran 4. Pembelian Obat OTC ke PT. Distrivera Buanamas………………..
28
3.
Lampiran 5. Pembelian Obat OTC ke PT. Daya Muda Agung………………….
28
4.
Lampiran 6. Pembelian Obat OTC ke PT. dos ni hora…………………………..
29
Lampiran 7. Pembelian Obat OTC ke PT. Enseval Putera Megatrading……….
30
Lampiran 8. Pembelian Obat OTC ke PT. Indofarma Global Medika…………..
30
Lampiran 9. Pembelian Obat OTC ke PT. Kebayoran Pharma..............................
31
Lampiran 10. Pembelian Obat OTC ke PT. Kimia Farma ………………………..
31
Lampiran 11. Pembelian Obat OTC ke PT. Merapi Utama Pharma……………….
32
Lampiran 12. Pembelian Obat OTC ke PT. Mitra Jaya…………………….............
32
Lampiran 13. Pembelian Obat OTC ke PT. Millenium Pharmacon International ...
33
Lampiran 14. Pembelian Obat OTC ke PT. Mulya Raya………………………….
34
Lampiran 15. Pembelian Obat OTC ke PT. Parazelsus Indonesia………...............
40
Lampiran 16. Pembelian Obat OTC ke PT. Parit Padang Global…………………
40
Lampiran 17. Pembelian Obat OTC ke PT. Rajawali Nusindo……………………
40
Lampiran 18. Pembelian Obat OTC ke PT. Sawah Besar Farma………………….
40
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera…………………………….
41
Lampiran 20. Pembelian Obat OTC ke PT. Tempo……………………………….
50
Lampiran 21. Rekapitulasi Pembelian ke PBF…………………………................
51
5.
v
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009 pasal 1, pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009 pasal 6 disebutkan bahwa pengadaan sediaan farmasi harus dapat menjamin keamanan, mutu, manfaat dan khasiat sediaan farmasi serta harus dilakukan oleh tenaga kefarmasian. Dalam upaya memenuhi kebutuhan obat Over The Counter (OTC) bagi pasien dalam waktu, jumlah serta mutu yang tepat, maka diperlukan suatu manajemen yang meliputi proses kegiatan perencanaan, pengadaan, pembelian dan pendistribusian. Kegiatan perencanaan meliputi penyusunan rencana kebutuhan yang tepat untuk mencegah terjadinya kekurangan dan sedapat mungkin mencegah terjadinya kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama dalam gudang serta untuk meningkatkan penggunaan perbekalan farmasi secara efektif dan efisien (Anief, M., 2001). Pengadaan perbekalan farmasi adalah penentu utama terhadap tersedianya obat dan total biaya kesehatan. Proses pengadaan yang efektif merupakan faktor yang sangat menentukan dalam menjamin adanya ketersediaan obat yang diperlukan dalam jumlah yang sesuai, dengan harga yang rasional dan kualitas yang memenuhi standar mutu. Oleh karena itu, pengadaan perbekalan farmasi harus dapat diterapkan sebaik mungkin sehingga pengendalian, keamanan, dan jaminan mutu obat dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien dapat dilakukan secara efektif dan efisien sehingga pasien puas dengan pelayanan apotek (Anief, M., 2001). Salah satu manajemen di apotek yaitu manajemen pengadaan dan persediaan obat Over The Counter (OTC). Perencanaan pengadaan perlu memperhatikan kondisi keuangan, jenis dan jumlah sediaan farmasi yang dibutuhkan. Jenis obat OTC dapat direncanakan berdasarkan kondisi pemukiman 1 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
2
di sekitar lokasi apotek dan obat-obat bebas yang sering diiklankan di media elektronik. Sedangkan, jumlah obat OTC dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan apotek setiap bulan, kondisi diskon, jarak apotek dengan pemasok, jumlah pemasok, dan kondisi gudang. Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur resmi (Umar, M, 2007). Apotek Endeh sebagai salah satu tempat bagi masyarakat sekitarnya untuk mendapatkan sediaan farmasi atau perbekalan kesehatan lain, memiliki manajemen persediaan sendiri yang mungkin berbeda dengan apotek lain. Oleh karena itu, pengadaan ini dapat diamati sebagai salah satu pembelajaran di tempat kerja praktek profesi apoteker.
1.2
Tujuan Tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
a.
Untuk mengetahui pengadaan obat OTC di Apotek Endeh
b.
Untuk mengetahui kontribusi pengadaan obat OTC di Apotek Endeh.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Obat OTC (Over The Counter) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 917/MENKES/PER/X/1993
tentang Wajib Daftar Obat Jadi, penggolongan obat dimaksudkan untuk meningkatan keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika. Obat bebas disebut juga obat OTC ( Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas yang penggunaannya boleh tanpa resep dokter (Departemen Kesehatan RI, 1993). Obat bebas digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan yang bisa dibeli bebas di apotek bahkan di warung tanpa menggunakan resep dokter. Obat bebas terbatas merupakan obat yang dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek tanpa menggunakan resep dokter. Obat bebas terbatas hanya bisa dijual di toko obat dan apotek. Obat OTC digunakan pada pengobatan sendiri atau swamedikasi untuk mengobati gejala sakit atau penyakit umum dan tidak akut tanpa konsultasi terlebih dahulu kepada dokter. Pengobatan sendiri bukan berarti asal mengobati, namun pasien harus mencari informasi obat yang sesuai dengan penyakitnya. Apoteker bisa memberikan informasi obat yang objektif dan rasional kepada pasien (Dinas Kesehatan Provinsi, 2010).
2.1.1
Obat Bebas Menurut Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/1983, obat bebas adalah obat
yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa resep, yang pada etiket wadah dan bungkus luar atau kemasan terkecil dicantumkan secara jelas tanda khusus yang mudah dikenali. Pasal 3 ayat 1 menyatakan tanda khusus tersebut berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas
3
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
4
2.1.2
Obat Bebas Terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diserahkan kepada pasien tanpa
resep, yang pada etiket wadah dan bungkus luar atau kemasan terkecil dicantumkan secara jelas tanda khusus yang mudah dikenali. Berdasarkan Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/1983 Pasal 3 ayat 2 menyatakan tanda khusus tersebut berupa lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam dan dicantumkan tanda peringatan.
Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 6355/Dirjen/SK/1969, tanda peringatan tersebut berwarna hitam berukuran panjang 5 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut: P.No 1 Awas! Obat Keras Baca aturan pakai
P.No 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur Jangan ditelan
P.No 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar badan
P. No 4 Awas! Obat Keras Hanya Untuk Dibakar
P. No 5 Awas! Obat Keras Tidak Boleh ditelan
P. No 3 6 Awas! Obat Keras ObatAwas! Wasir,Obat Jangan Ditelan Keras
Gambar 2.3 Tanda PeringatanHanya Obat Bebas Terbatas Untuk Bagian Luar Badan
2.2
Perencanaan Barang Perencanaan merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam
manajemen, terutama untuk pengambilan keputusan. Fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi menajemen secara keseluruhan, agar pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Dengan demikian perencanaan merupakan suatu pedoman atau tuntunan terhadap proses kegiatan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
5
Metode perencanaan dan seleksi perbekalan farmasi menggunakan dua pola yaitu (Anief, M., 2001): 1.
Metode Konsumsi Metode ini dibuat dan didasarkan atas analisa data konsumsi obat/perbekalan
farmasi periode tahun sebelumnya. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan seperti : a. Alokasi dana b. Daftar obat c. Stok awal d. Penerimaan e. Pengeluaran f. Sisa stok g. Obat hilang/ rusak, kadaluwarsa h. Kekosongan obat i. Pemakaian rata-rata/ pergerakan obat pertahun j. Lead time k. Stok pengaman l. Perkembangan pola kunjungan 2.
Metode Morbiditas Metode morbiditas merupakan metode yang memprediksikan jumlah obat
yang dibutuhkan untuk mengobati penyakit spesifik secara teoritik, dengan menetapkan pola morbiditas penyakit dan menghitung frekuensi kejadian masingmasing penyakit per tahun untuk seluruh populasi dan kelompok umur. Digunakan untuk kasus penyakit yang prevelansinya tinggi serta menghitung perkiraan jumlah obat dan jenis obat untuk setiap diagnosa yang sesuai dengan standar pengobatan. Prosedur yang dilakukan misalnya adalah menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani, menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan standar/pedoman pengobatan yang digunakan, menghitung perkiraan kebutuhan obat, dan penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
6
2.3
Pengadaan Barang Pengadaan merupakan kegiatan pembelian dalam rangka memenuhi
kebutuhan
proses
penjualan.
Manajemen
pengadaan
diperlukan
untuk
meningkatkan laba apotek dan memuaskan konsumen dengan memenuhi kebutuhannya. Titik awal dari proses pengadaan adalah melakukan pembelian (Anief, M., 2001). Sistem pengadaan barang dikatakan baik bila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Terjadi kesetimbangan komposisi, misalnya barang fast moving lebih diprioritaskan dari pada yang slow moving. b. Mampu melayani produk yang diperlukan konsumen. c. Terjadi
keseimbangan
antara persediaan
dengan seluruh
permintaan
(keseimbangan total). d. Tidak terjadi kelebihan persediaan yang dapat merugikan apotek yang disebabkan oleh barang yang belum/tidak laku dan sudah kadaluarsa.
2.4
Pembelian Barang Barang yang masuk ke apotek dapat berasal dari pembelian kontan, kredit
maupun konsinyasi. 2.4.1 Faktor-Faktor Pembelian Faktor- Faktor yang harus diperhatikan pada pembelian obat/barang, yaitu (Anief, M., 2001): 1.
Kondisi keuangan Semakin besar omset atau modal apotek semakin besar dana yang dapat
dikeluarkan untuk pembelian barang. 2.
Waktu pembelian
3.
Jarak apotek dengan pemasok Semakin jauh jaraknya semakin lama lead time. Oleh karena itu perlu
menetapkan persediaan pengaman (safety stock) agar jangan sampai kehabisan barang sebelum barang yang dipesan datang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
7
4.
Frekuensi dan volume pembelian Semakin kecil volume pembelian semakin besar frekuensi pemesanan.
Frekuensi pembelian yang tinggi mengakibatkan biaya pemesanan meningkat (biaya telepon dan administrasi) dan meningkatkan beban pekerjaan untuk penerimaan, pemeriksaan, dan pencatatan barang yang datang. Sebaliknya jika volume pembelian besar akan menurunkan frekuensi pembelian, namun akan mengakibatkan besarnya biaya penyimpanan karena membutuhkan ruangan yang besar , meningkatnya resiko barang tidak laku karena rusak atau kedaluarsa, membutuhkan modal yang besar (Anief, M., 2001). 5. Jenis barang yang akan dibeli Didasarkan atas kebutuhan persediaan barang di apotek (berdasarkan buku defekta), penjualan sebelumnya (perputaran dan kecepatan perputaran barang), kebutuhan konsumen dan ramalan permintaan dalam waktu dekat. Data obat OTC (Over The Counter) dapat dilihat berdasarkan kebutuhan penduduk sekitar, musim dan iklan dari media massa. 6.
Tanggal Daluarsa Batas tanggal daluarsa yang pendek (<1 tahun) memiliki resiko kerugian
barang yang tinggi. Oleh sebab itu harus ada garansi dari supplier tentang batas maksimal (paling lambat) daluarsa, misalnya paling lambat 6 bulan sebelum batas tanggal daluarsa, dapat ditukar dengan obat yang baru. 2.4.2
Prosedur dan Cara Pembelian Prosedur pembelian dapat dilakukan sebagai berikut (Umar, M., 2007,
Anief, M., 2001): 1.
Persiapan Mengumpulkan data obat yang akan dipesan dari buku defekta peracikan dan
gudang, termasuk obat-obat baru yang ditawarkan oleh penyuplai. 2.
Pemesanan Menyiapkan surat pesanan (SP) sebanyak minimal 2 rangkap (1 untuk
penyuplai dan 1 untuk apotek saat menerima barang yang dipesan).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
8
3.
Penerimaan Mencocokkan barang dan faktur dengan surat pe sanan yang dimiliki. Periksa
merek, jumlah, harga satuan barang, diskon dan perhitungannya. Catat tanggal kadaluarsa obat dalam buku tersendiri sesuai urutan tanggal. 4.
Penyimpanan Menyimpan barang yang datang berdasarkan pengelompokan yang dibuat.
Arus barang yang keluar dan masuk sebaiknya mengikuti aturan FIFO (first in first out) barang yang lebih dulu datang lebih dulu keluar dan FEFO (first expired first out) barang yang lebih dulu expired lebih dulu dikeluarkan atau dijual. 5.
Pencatatan Mencatat data dari faktur atau daftar obat ke dalam buku penerimaan barang,
yang terdiri dari nama penyuplai, nama obat, jumlah obat, harga satuan, diskon, jumlah harga, nomor urut, dan tanggal. 6.
Pembayaran Pembayaran dilakukan pada saat jatuh tempo, kumpulkan faktur dan serahkan
pada kasir untuk dibayarkan pada penyuplai. 2.5
Arus Barang Pencatatan
arus
masuk
dan
keluar
barang
diperlukan
untuk
mengendalikan persediaan obat sehingga tercapai keseimbangan antara obat yang terjual dengan obat yang harus tersedia kembali di apotek. Arus masuk dan keluar barang yaitu dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) ke gudang apotek, dari gudang apotek ke ruang peracikan dan ruang peracikan ke tangan pasien (Umar, M., 2007). Tiga jenis kegiatan yang terlibat dalam arus barang yaitu pengadaan barang (pembelian), penyimpanan di gudang, penyerahan barang (penjualan). Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengelola perbekalan di apotek (Umar, M., 2007): 1.
Undang-undang atau peraturan yang berlaku Pengelolaan perbekalan farmasi yang menyimpang dari peraturan yang
berlaku akan memperoleh sanksi pidana.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
9
2.
Golongan obat Pemerintah telah menggolongkan obat menjadi beberapa golongan yaitu obat
bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat golongan psikotropika dan narkotika. 3.
Sifat obat Perbekalan farmasi umumnya berasal dari bahan kimia yang dapat berubah
fungsi karena cahaya, panas, kelembaban, udara, kadaluarsa, dosis, dan lain-lain, sehingga cara penanganannya memerlukan pengetahuan khusus. 4.
Cara penyimpanan Penyimpanan barang harus ditempatkan pada wadah dan ruangan tertentu
agar dapat tetap memenuhi syarat sampai batas kadaluwarsanya. 5.
Cara penataan Penataan harus memperhatikan estetika (keindahan), lay out (tata letak), dan
desain apotek. 6.
Hukum dan etika pelayanan Hukum adalah ketentuan yang mengatur tentang wewenang dan tanggung
jawab seseorang dalam melaksanakan profesi di masyarakat sesuai dengan keilmuannya. Etika adalah menghormati hak-hak konsumen dan profesi lain, misalnya dokter, dokter gigi, dokter hewan. Hukum dan etika pelayanan harus diperhatikan dalam mengelola apotek agar tidak merugikan konsumen. 7.
Bisnis dan sosial Seorang APA harus mampu mengembangkan apoteknya tetapi tidak
melupakan fungsi sosialnya. Oleh karena itu, APA beserta stafnya harus melayani kebutuhan obat sesuai dengan kemampuan masing-masing konsumen dan memberikan informasi yang benar dan jelas. 2.6
Persediaan Barang Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan
untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi, untuk dijual kembali (Anief, M., 2001).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
10
2.6.1
Fungsi Persediaan Adapun fungsi persediaan antara lain (Umar, M., 2007, Anief, M., 2001):
a.
Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman barang (obat) yang dibutuhkan.
b.
Menghilangkan resiko jika barang yang dipesan tidak baik dan harus dikembalikan.
c.
Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang (inflasi).
d.
Menyimpan barang yang dihasilkan secara musiman atau tidak diproduksi untuk sementara.
e.
Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan kuantitas.
f.
Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan.
g.
Mengantisipasi kelonjakan permintaan yang tidak dapat diramalkan.
2.6.2
Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan obat penting dilakukan sebab apotek harus
mempunyai stok yang benar agar dapat melayani pasiennya dengan baik. Apotek harus mempunyai produk yang dibutuhkan pasien/konsumen dalam jumlah yang dibutuhkan konsumen. Apabila di apotek tidak tersedia obat yang dibutuhkan oleh pasien/konsumen maka apotek akan kehilangan penjualan. Bila hal ini sering terjadi maka apotek akan kehilangan konsumen (Umar, M., 2007). Parameter-parameter dalam pengendalian persediaan, yaitu (Quick, J. D., 1997): 1.
Konsumsi rata-rata Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand). Permintaan
yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang harus disediakan. 2.
Lead Time Lead time merupakan waktu tenggangan yang dibutuhan mulai dari
pemesanan sampai dengan penerimaan barang di gudang dari suplier yang telah ditentukan. Lead time ini berbeda-beda untuk setiap suplier.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
11
Rumus : Dde = DDp + (OD + %OD) Dde
= Waktu tunggu yang sebenarnya (satuan waktu: jam, hari, minggu, bulan, tahun)
DDp
= Waktu tunggu yang dijanjikan pemasok/penyuplai (satuan waktu: jam, hari, minggu, bulan, tahun)
OD
= Rata-rata keterlambatan (satuan waktu: jam, hari, minggu, bulan, tahun)
%OD = Persentase rata-rata keterlambatan (satuan waktu: jam, hari, minggu, bulan, tahun)
3.
Buffer stock (Safety stock) Merupakan persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu
barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan atau untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan pada permintaan misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat secara tiba-tiba (adanya wabah penyakit). Buffer stock dapat dihitung dengan rumus: SS = LT x CA SS
= Safety Stock (unit)
LT
= Lead Time (satuan waktu: jam, hari, minggu, bulan, tahun)
CA
= Konsumsi rata-rata (unit/satuan waktu)
4.
Persediaan maksimum Merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia. Jika kita telah
mencapai nilai persediaan maksimum ini maka kita tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya stok mati yang dapat menyebabkan kerugian. Rumus: Smax = Smin + (PP x CA) Smax = Persediaan maksimum (unit) Smin = Persediaan minimum (unit) PP
= Procurement Period (satuan waktu: jam, hari, minggu, bulan, tahun)
CA
= Konsumsi rata-rata (unit/satuan waktu) Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
12
5.
Persediaan minimum Merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Apabila
penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini, maka langsung dilakukan pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi menghindari stok kosong. Rumus: Smin= (LTxCA)+ SS Smin = Persediaan minimum (unit) LT
= Lead Time (satuan waktu: jam, hari, minggu, bulan, tahun)
CA
= Konsumsi rata-rata (unit/satuan waktu)
SS
= Safety Stock (unit)
6.
Perputaran persediaan Dihitung dengan cara: So +P−Sn SR
So
= Persediaan awal (unit)
P
= Jumlah pembelian (unit)
Sn
= Persediaan akhir (unit)
SR
= Rata-rata persediaan (unit)
7.
atau
Penjualan rata −rata persediaan
Jumlah pesanan (Economic Order Quantity) Jumlah persediaan yang harus dibangun adalah persediaan untuk jangka
waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dibangun agar setiap saat barang tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang tidak menentu, kemampuan PBF yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim mahal dan sebagainya. Faktor yang dipertimbangakan untuk membangun persediaan erat hubungannya dengan biaya dan resiko penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan. Membangun persediaan dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus Economic Order Quality (EOQ). Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
13
Rumus:
EOQ =
2 RS PI
R
= Jumlah kebutuhan dalam setahun (unit)
P
= Harga barang / unit (satuan harga/ unit)
S
= Biaya memesan tiap kali pemesanan (satuan harga)
I
= Rata-rata biaya penyimpanan Berdasarkan rumus tersebut, Economic Order Quantity adalah jumlah
yang dapat dipesan untuk meminimalkan jumlah biaya pesanan dan carrying cost (Mursyidi, 2008). Dengan demikian, kuantitas barang yang dipesan harus dalam jumlah banyak untuk mengurangi pengeluaran biaya-biaya di atas. Bila teknik EOQ ini diterapkan di apotek di luar apotek rumah sakit maka banyak kelemahan yang ditemukan, yaitu diperlukan modal yang besar, jumlah pelanggan yang sangat banyak serta pelanggan harus dapat diketahui pola pembelian dan penyakitnya secara pasti agar tidak memberikan kerugian dalam penjualan. 8.
Re Order Point (ROP / Titik pemesanan) Merupakan suatu titik dimana pemesanan harus diadakan kembali sehingga
kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan tepat waktu. Pada keadaan khusus, dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa harus menunggu hari pembelian yang telah ditentukan kepada apotek lain atau distributor. Rumus ROP (Seto, Yunita dan Triana 2004): ROP = SS x LT ROP
= Reoder point (unit)
SS
= Safety Stock ( unit)
LT
= Lead time (satuan waktu: jam, hari, minggu, bulan, tahun)
2.7
Metode Analisis Pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan cara menyusun prioritas
berdasarkan analisis VEN dan analisis PARETO. 2.7.1
Analisis VEN Analisis VEN adalah suatu cara untuk mengelompokkan obat yang
berdasarkan kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. Klasifikasi barang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
14
persediaan menjadi golongan VEN ditentukan oleh faktor makro (misalnya, data epidemiologi wilayah) dan faktor mikro (misalnya, jenis pelayanan kesehatan yang tersedia). Umumnya disusun dengan memperhatikan kepentingan dan vitalitas persediaan farmasi yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan untuk pengobatan atau penyelamatan hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian (Anief, M., 2001, Quick, J. D., 1997). Semua jenis obat yang tercantum dalam daftar obat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu: a. V (Vital) Perbekalan yang harus selalu tersedia untuk melayani permintaan pada pengobatan/penyelamatan hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang mengakibatkan kematian. b. E (Esensial) Perbekalan yang banyak diminta untuk digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak. c. N (Non esensial) Perbekalan penunjang yang terdiri dari obat-obatan yang kerjanya ringan dan dipergunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk mengatasi keluhan ringan.
2.7.2 Analisis PARETO Analisis PARETO juga dikenal dengan nama analisis ABC. Hukum pareto menyatakan bahwa sebuah kelompok memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%), karena itu disebut juga 80/20 rule. Analisis PARETO merupakan metode pembuatan grup atau penggolongan berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan dibagi menjadi 3 kelompok besar yang disebut kelompok A, B dan C (Mohanta, Manna dan Manavalan, 2005). Kelompok A adalah inventory dengan jumlah sekitar 20% dari item tapi mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari total nilai inventory. Kelompok B adalah inventory dengan jumlah sekitar 30% dari item tapi mempunyai nilai Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
15
investasi sekitar 15% dari total nilai inventory. Sedangkan kelompok C adalah inventory dengan jumlah sekitar 50% dari item tapi mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari total nilai inventory. Besarnya persentase ini adalah kisaran yang bisa berubah-ubah dan berbeda antara perusahaan satu dengan yang lainnya (Mohanta, Manna dan Manavalan, 2005). Kelompok A adalah kelompok yang sangat kritis sehingga perlu pengontrolan secara ketat dibandingkan kelompok B yang kurang kritis, sedangkan kelompok C mempunyai dampak yang kecil terhadap aktivitas gudang dan keuangan. Persediaan kelompok A adalah kelompok obat yang harganya mahal, maka harus dikendalikan secara ketat yaitu dengan membuat laporan penggunaan dan sisanya secara rinci agar dapat dilakukan monitoring secara terus menerus. Sedangkan pengendalian obat untuk kelompok B tidak seketat kelompok A. Meskipun demikian laporan penggunaan dan sisa obatnya dilaporkan secara rinci untuk dilakukan monitoring secara berkala pada setiap 1-3 bulan sekali. Cara penyimpanannya disesuaikan dengan jenis obat. Pengendalian obat untuk kelompok C dapat lebih longgar, pencatatan dan pelaporannya tidak sesering kelompok B dengan sekali-kali dilakukan monitoring (Shofari dan Wardani, 2007).
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di Apotek Endeh yang berlokasi di jalan
Pancoran Timur No. 37 Jakarta Selatan. Data diambil setiap hari selama PKPA di Apotek Endeh yaitu 20 Juni-1 Juli 2011 dan 1 Agustus-12 Agustus 2011.
3.2
Sumber Data Data bersumber dari setiap faktur pembelian Apotek Endeh selama PKPA.
Setiap faktur yang berisi pembelian obat Over The Counter (OTC) dilakukan pencatatan.
3.3
Cara Pengambilan Data Pengadaan Obat OTC dievaluasi dengan cara:
a.
Mencatat nama PBF tempat pembelian obat OTC selama PKPA.
b.
Mencatat nama item serta jumlah dari obat OTC dari setiap faktur pembelian setiap hari dari PBF.
c.
Mengelompokkan pembelian obat OTC selama PKPA berdasarkan nama PBF.
d.
Menghitung banyaknya frekuensi pembelian, jumlah item dan total rupiah barang dari setiap PBF.
e.
Menghitung kontribusi obat OTC terhadap seluruh pengadaan barang di Apotek Endeh.
16
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
Nama PBF Tempat Pembelian Obat OTC Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang menjadi tempat pembelian obat OTC
oleh Apotek Endeh berbeda-beda. Pemilihan ini tergantung dari ketersediaan obat OTC serta penawaran yang ditawarkan PBF, berupa diskon dan lamanya jatuh tempo pembayaran. Berikut daftar nama PBF tempat pembelian obat OTC selama PKPA di Apotek Endeh. Tabel 4.1 Daftar Nama PBF Pembelian Obat OTC No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 4.1.2
Nama (PBF) Antarmitra APL BSP Distrivera DMA Dnr Enseval Igm Kebayoran KF Merapi UP Mitra Jaya MPI MR Parazelsus Parit Padang Rajawali SBF Sejahtera Tempo
Keterangan PT. Antarmitra Sembada PT. Anugerah Pharmindo Lestari PT. Bina San Prima PT. Distrivera Buanamas PT. Daya Muda Agung PT. dos ni hora PT. Enseval Putera Megatrading PT. Indofarma Global Medika PT. Kebayoran Pharma PT. Kimia Farma PT. Merapi Utama Pharma PT. Mitra Jaya PT. Millenium Pharmacon International PT. Mulya Raya PT. Parazelsus Indonesia PT. Parit Padang Global PT. Rajawali Nusindo PT. Sawah Besar Farma PD. Sejahtera PT. Tempo
Data Pembelian Barang ke PBF Setiap penerimaan barang dilakukan pencatatan item, jumlah serta harga
satuan dari barang. Data pembelian obat OTC dan alat kesehatan selama PKPA di Apotek Endeh dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai 20.
17
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
18
4.1.3
Nama PBF dengan Frekuensi Pemesanan Paling Banyak Obat OTC dibeli ke berbagai PBF. Rekapitulasi pemesanan dari seluruh
PBF dapat dilihat pada Lampiran 22. Berikut terdapat tiga besar nama PBF yang frekuensi pemesanan yang paling sering di Apotek Endeh. 20
16 16
15
11 11 7
10
Frekuensi Pemesanan
5 0 MR dan Sejahtera
MPI dan dnr
APL
Nama Pedagang Besar farmasi Keterangan : MR : PT. Mulya Raya; Sejahtera : PD. Sejahtera; MPI: PT. Millenium Pharmacon International; dnr : PT. dos ni hora; APL: PT. Anugera Pharmindo Lestari
Gambar 4.1 Nama PBF dengan Frekuensi Pemesanan Paling Banyak
4.1.4
Nama PBF dengan Jumlah Item Pembelian Barang Paling Banyak Jumlah item barang dihitung dengan cara menjumlahkan jenis item yang
dibeli pada setiap pemesanan . Berikut 3 besar nama PBF dengan jumlah item barang paling banyak dipesan. 400 300 200
307
Jumlah item 198
100
48 0 Sejahtera
MR
APL
Nama Pedagang Besar farmasi Keterangan : Sejahtera : PD. Sejahtera; MR : PT. Mulya Raya; APL: APL: PT. Anugera Pharmindo Lestari.
Gambar 4.2 Nama PBF dengan Jumlah Item Pembelian Barang Paling Banyak
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
19
4.1.5
Nama PBF dengan Total Rupiah Pembelian Barang Paling Banyak
Rp8,000,000 Rp7,000,000 Rp6,000,000 Rp5,000,000 Rp4,000,000
7,104,379
Total Rupiah
5,440,488
Rp3,000,000 Rp2,000,000
1,948,057
Rp1,000,000 RpSejahtera
MR
MPI
Nama Pedagang Besar farmasi Keterangan: Sejahtera: PD. Sejahtera; MR: PT. Mulya Raya; MPI: PT. Millenium Pharmacon International
Gambar 4.3 Nama PBF dengan Total Rupiah Pembelian Barang Paling Banyak 4.2
Pembahasan Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker (Peraturan Pemerintah, 2009). Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes RI No. 1332, 2002). Dari segi bisnis, apotek harus dikelola dengan baik agar dapat memperoleh keuntungan untuk menutup beban biaya operasional dan menjaga agar apotek tersebut dapat tetap bertahan. Dari segi sosial, apotek dapat mendistribusikan
perbekalan
farmasi kepada masyarakat. Untuk mempertahankan agar apotek terus berkembang maka perlu dilakukan pengelolaan perbekalan farmasi. Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan satu aspek manajemen yang penting, oleh karena itu ketidakefisiensinya akan memberikan dampak yang negatif baik secara medis maupun ekonomis. Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi tahap-tahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian yang saling terkait satu sama lainnya, sehingga harus terkoordinasi dengan baik agar masing-masing dapat berfungsi secara optimal (Quick, J. D., 1997). Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
20
1.
Perencanaan Kegiatan perencanaan meliputi pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Perencanaan kebutuhan bisa diperkirakan dengan metoda konsumsi, metoda epidemiologi, kombinasi metoda konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Metoda yang biasa digunakan untuk apotek yaitu metoda konsumsi yang didasarkan atas analisis data konsumsi obat sebelumnya. Perencanaan kebutuhan dilakukan dengan cara pengumpulan dan pengolahan data, perhitungan perkiraan kebutuhan obat dan penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana (Quick, J. D., 1997). Secara keseluruhan perencanaan barang di Apotek Endeh dilakukan dengan mempertimbangkan anggaran yang tersedia. Pengadaan perbekalan farmasi dalam jangka waktu seminggu tidak boleh melebihi penghasilan apotek selama seminggu. Metode ini kurang baik, karena apabila pembelian dibatasi maka penjualan obat di apotek akan terbatas. Pembelian setiap minggu sebenarnya tidak berpengaruh langsung pada pendapatan minggu tersebut, tetapi pada pembayaran saat jatuh tempo yaitu bulan berikutnya. Perencanaan pemesanan item obat OTC dilihat dari buku defecta yang ditulis oleh karyawan yang bekerja di shift sore. Perencanaan jenis serta jumlah obat OTC yang dipesan ditentukan oleh asisten apoteker. Jenis obat OTC yang diprioritaskan adalah obat OTC yang fast moving. Jumlah obat OTC direncanakan tanpa memperhitungkan jumlah penjualan obat sebelumnya, hanya diperkirakan agar pembelian seminggu tidak melebihi penghasilan apotek selama seminggu. Sebaiknya perencanaan dilakukan dengan metoda konsumsi yaitu dengan cara menghitung rata-rata penjualan obat pada bulan sebelumnya dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Prioritas pembelian obat OTC dilakukan tidak hanya pada barang fast moving, tetapi juga harus mempertimbangkan barang pareto. 2.
Pengadaan Menurut WHO, strategi pengadaan obat yang baik yaitu pengadaan obat-
obatan dengan harga mahal dengan jumlah yang tepat, seleksi terhadap supplier yang dapat dipercaya dengan produk yang berkualitas, pastikan ketepatan waktu pengiriman obat, dan kemungkinan termurah dari harga total. Pengadaan obat Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
21
OTC di Apotek Endeh dilakukan setiap hari ke PBF dengan order melalui telepon atau melalui salesman yang datang ke apotek. Kekurangan dari pengadaan obat OTC di Apotek Endeh merupakan akibat dari perencanaan yang kurang baik. Selama pengambilan data terlihat ada barang yang sama dipesan dua kali dalam hari yang sama dan ke PBF yang sama. Hal ini tentu saja merupakan pemborosan karena butuh biaya untuk pesanan berupa biaya telepon. Apotek Endeh memiliki banyak tempat pembelian obat OTC, tetapi apotek lebih memilih PBF yang mempunyai diskon, jangka waktu jatuh tempo pembayaran yang lebih lama, pelayanan yang baik, tepat waktu, serta kualitas obat OTC yang terjamin. Pada dasarnya setiap pemesanan sebaiknya dilakukan oleh Apoteker, namun karena ketidakhadiran Apoteker maka semua kegiatan apotek dilakukan oleh Asisten Apoteker. Pemesanan obat OTC menggunakan surat pesanan (SP) ditandatangani oleh Asisten Apoteker. Surat Pesanan obat OTC dibuat 2 rangkap (satu untuk PBF dan satu untuk arsip pembelian apotek). Pada saat menerima obat OTC, salesman membawa SP disertai faktur pembelian sebanyak 4 lembar (dua lembar untuk PBF, satu lembar untuk penagihan dan satu lembar untuk arsip apotek). Faktur berfungsi sebagai bukti transaksi pembelian obat OTC dari PBF, sedangkan surat pesanan digunakan untuk mencocokkan barang yang dipesan dengan barang yang diterima dari PBF. Pemesanan obat OTC menggunakan telepon terkadang tidak menggunakan surat pesanan dan tidak dilakukan pencatatan jenis serta jumlah obat OTC yang dipesan. Hal ini menyebabkan seringnya barang yang diretur, karena pihak yang memesan berbeda dengan pihak yang menerima barang di apotek. Sebaiknya pemesanan melalui telepon dilakukan pencatatan jenis serta jumlah obat OTC oleh pihak yang memesan, sehingga tidak terjadi kekeliruan pada saat penerimaan obat OTC dari PBF. 3.
Penyimpanan Apotek Endeh tidak memiliki gudang penyimpanan obat OTC. Pemesanan
dilakukan setiap hari dengan jumlah yang sedikit, sehingga obat OTC langsung di pajang di lemari etalase. Penyimpanan obat OTC di Apotek Endeh disusun secara alfabetis dan berdasarkan bentuk sediaan. Lemari OTC dibedakan yaitu untuk Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
22
sediaan padat seperti tablet, kapsul; sediaan semi solid seperti salep, krim; sediaan cair seperti sirup. Selain lemari untuk obat OTC juga terdapat etalase untuk obat tradisional dan alat kesehatan. Setiap lemari etalase terdapat beberapa kartu stock, namun kartu stock tidak diupdate oleh karyawan. Sebaiknya setiap obat OTC yang masuk dan keluar perlu ada pencatatan agar dapat mengetahui kekosongan serta adanya kebocoran barang. 4.
Penjualan Penjualan obat OTC disamping dengan resep dokter juga dijual secara
bebas. Biasanya penjualan obat OTC disertai dengan swamedikasi, namun karena ketidakhadiran Apoteker maka swamedikasi dilakukan oleh Asisiten Apoteker dengan keterbatasan informasi. Pada tugas khusus ini juga dilakukan evaluasi terhadap pengadaan Obat OTC di Apotek Endeh. Data di ambil selama PKPA periode 20 Juni -1 Juli 2011 dan 1 Agustus -12 Agustus 2011. Pencatatan pembelian obat OTC ke PBF dapat dilihat di Lampiran 1-20. Dari hasil analisis yang terdapat pada lampiran 21 dapat dilihat bahwa frekuensi pemesanan obat OTC paling banyak yaitu PT. Mulya Raya dan PD. Sejahtera dengan frekuensi 16 kali, PT. dos ni hora dan PT. Millenium Pharmacon International sebanyak 11 kali, dan PT. Anugerah Pharmindo Lestari sebanyak 7 kali. Jumlah item terbanyak yang dicatat dari faktur pembelian obat OTC ke PBF yaitu faktur dari PD. Sejahtera dengan jumlah item selama pengambilan data sebanyak 307 item, urutan kedua yaitu PT. Mulya Raya dengan jumlah item sebanyak 198 item, dan urutan ketiga PT. Anugerah Pharmindo Lestari dengan jumlah item sebanyak 48 item. Dilihat dari total rupiah, nama PBF dengan total rupiah paling besar yaitu PD. Sejahtera senilai Rp 7.104.379; PT. Mulya Raya senilai
Rp
5.440.488
dan
Millenium
Pharmacon
International
senilai
Rp 1.948.057. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa 3 PBF yang menjadi langganan terbesar dari Apotek Endeh Yaitu PD. Sejahtera, PT. Mulya Raya dan PT. Millenium Pharmacon International. Pemilihan PBF ini oleh Apotek karena layanan dan tawaran yang diberikan PBF lebih menarik, berupa jangka waktu
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
23
pembayaran yang lebih lama yaitu selama
30 hari dan ketepatan waktu
pengiriman barang. Setelah dilakukan analisis data, total pembelian obat OTC ke PBF periode 20 Juni-1 Juli 2011 dan 1 Agustus-12 Agustus 2011 dapat dilihat pada Lampiran 21 yaitu
Rp 20.974.053 sedangkan total pembelian obat ethical yaitu
Rp
11.131.300 (Ardiansyah, N., 2011). Dari analisis di atas dapat dilihat bahwa kontribusi terbesar di Apotek Endeh yaitu obat OTC, oleh karena itu perlu dilakukan perencanaan pengadaan secara benar.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
Pengadaan obat OTC di Apotek Endeh kurang baik pada periode PKPA.
2.
Obat OTC pada periode 20 Juni-1 Juli 2011 dan 1 Agustus-12 Agustus 2011 memberikan kontribusi sebanyak 65,33 % dari total seluruh pengadaan barang di Apotek Endeh.
5.2
Saran
1.
Diperlukan pengelolaan obat OTC dengan baik mulai dari perencanaan sampai pada penjualan kepada pembeli.
2.
Pengadaan barang dari PBF penting memperhatikan jangka waktu pembayaran, pelayanan yang baik, dan ketepatan waktu mengantarkan barang. Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang menjadi langganan terbesar apotek Endeh untuk obat OTC yaiu PD. Sejahtera, PT. Mulya Raya dan PT. Millenium Pharmacon International.
3.
Agar kartu stock setiap barang OTC dan alat kesehatan di lemari etalase diperbaharui dan di update agar kekosongan barang, kehilangan barang dan obat yang kadaluarsa dapat diketahui.
24
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Anief, M. (2001). Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Ardiansyah, N. (2011). Evaluasi Pengadaan Obat Ethical di Apotek Endeh. Jakarta: Program Profesi Apoteker FMIPA UI. Departemen Kesehatan RI. (1983). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/ASK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (2002). Jakarta. Dinas Kesehatan Provinsi. (2010). Kewajiban Apotik dan Toko Obat. Gorontalo: Seksi Farmasi Makanan dan Minuman. Mursyidi. (2008). Akuntansi Biaya. Bandung: Refika Aditama. Mohanta, G. P., Manna, P. K., Manavalan, M. (2005). ABC Analysis A Powerful Tool in Medicine Management. September 2, 2011. http://www.phormabiz.com/article/detnews.asp?articleid=268798§i Quick, J. D. (1997). Managing Drug Supply: The Selection, Procurement, Distribution, and Use of Pharmaceutical (2nd ed). Kumarian Press. Sekretariat Negara RI. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Seto, S., Yunita, N., dan Triana, L. (2004). Manajemen Farmasi. Surabaya: Airlangga University Press. Shofari, B., Wardani, R.S. (2007). Teknik Pengambilan Keputusan Kuantitatif. Semarang: MIKM Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Umar, M. 2007. Manajemen Apotek Praktis. Jakarta: CV. Nyohoka brother’s. WHO. (1999). Operational Principles For Good Pharmaceutical Procurement Essential Drugs and Medicines Policy Interagency Pharmaceutical Coordination Group. Geneva. September 12, 2011. www.who.int/3by5/en/who-edm-par-99-5.pdf. 25
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Lampiran 1. Pembelian Obat OTC ke PT. Antarmitra Sembada Tanggal Nama Obat 22/6/2011 Lacto-B (new) 4x10‟s 24/6/2011 Albothyl 5 ml Albothyl 10 ml 28/6/2011 Proris susp. 60 ml Polysilane susp. 100 ml Polysilane susp. 180 ml 30/6/2011 Proris susp. Forte 50 ml 3/8/2011 Microlax tube 5 ml Proris suspensi 60 ml Prolacta with DHA for mother Albothyl 5 ml 6/8/2011 Microlax tube 5 ml Lacto-B 4x10's Proris suspensi 60 ml Polysilane susp 100 ml
Jumlah 1 box 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2fls 2 fls 4 tube 2 fls 1 box 2 fls 4 tube 1 box 2 fls 2 fls
Harga 116.000 30.000 49.000 14.500 15.500 25.500 18.500 13.500 14.500 165.000 16.000 13.500 116.000 14.500 15.500
Lampiran 2. Pembelian Obat OTC ke PT. Anugerah Pharmindo Lestari Tanggal Nama Obat 21/6/2011 Strepsil cool 2x6‟s Dettol antiseptic Liq 100 ml OBH batuk & Flu mentol 60 ml OBH batuk & Flu madu 100 ml OBH batuk & Flu jahe 100 ml OBH batuk berdahak mentol 100 ml 22/6/2011 OBHC batuk flu menthol 100 ml OBHC batuk flu madu 100 ml OBHC batuk flu jahe 100 ml/ Transpulmin BB 10 g 23/6/2011 Enervon C tab 30's Triaminic batuk 60 ml 24/6/2011 Neurobion 250's Enkasari syr 120 ml Decolgen liq 60 ml
26
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
Jumlah 1 box 1 fls 3 fls 2 fls 1 fls 2 fls 1 fls 2 fls 2 fls 2 tube 2 fls 2 fls 1 box 3 fls 1 fls
Harga 9.129 9.440 6.760 8.300 8.300 4.525 8.300 8.300 8.300 26.420 22.419 25.500 228.571 9.625 7.063
Universitas Indonesia
27
Lampiran 2. Pembelian Obat OTC ke PT. Anugerah Pharmindo Lestari (lanjutan) 27/6/2011 Lotasbat ointment tube 10 g Dettol antiseptic liq 100 ml OBHC batuk berdahak mentol 100 ml OBHC batuk flu mentol 100 ml OBHC batuk flu madu 100 ml OBHC batuk flu jahe 100 ml OBHC batuk flu strawb anak 60 ml Triaminic ekspektoran Triaminic batuk Triaminic pilek Transpulmin BB 10 g TranspulminBB 20 g 28/6/2011 Sangobion cap Bion-3 Enervon C tab 30‟s Redoxon eff Zinc CDR sweet eff Supradyn 3/8/2011 Triaminic pilek Triaminic batuk Triaminic exp Neo triaminic drop Voltaren emulgel 10 g Voltaren emulgel new 20 g Voltaren emulgel 5 g OBHC batuk flu menthol 100 ml OBHC batuk flu jahe 100 ml OBHC batuk berdahak menthol 100 ml OBHC batuk flu menthol 60 ml OBHC batuk flu jahe 60 ml OBHC batuk berdahak jahe 100 ml Neurobion CT 250's OBHC batuk flu anak orange 60 ml
1 tube 1 fls 3 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 1 fls 1 fls 1 tube 1 tube 1 box 1 box 2 fls 3 tube 3 tube 1 fls 2 fls 2 fls 2 fls 1 fls 2 tube 1 tube 1 tube 5 fls 2 fls 3 fls 2 fls 4 fls 2 fls 1 box 2 fls
27.000 9.414 4.525 8.300 8.300 8.300 6.760 27.000 25.500 25.500 26.420 36.256 176.163 87.120 22.419 22.290 22.450 51.920 5.500 25.500 27.000 36.000 23.500 39.000 12.700 8.300 8.300 4.525 6.200 6.200 4.525 228.571 6.760
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
28
Lampiran 3. Pembelian Obat OTC ke PT. Bina San Prima Tanggal Nama Obat 23/6/2011 Elkana tab Elkana syr Neo kaolana syr 120 ml Sanmol syr Sanmol drop 30 m 24/6/2011 Sanmol syr San-B-plex drop 30 ml Neurosanbe tab 25/6/2011 Sanmol syr Sanmol drop 30 ml 28/6/2011 OB Herbal 60 ml OB herbal 100 ml 9/8/2011 San-B-plex drops 30‟s
Jumlah 1 box 1 fls 2 fls 1 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 box 3 fls 3 fls 2 fls 2 fls 1 fls
Harga 57.000 16.700 9.875 8.985 12.145 8.985 13.450 84.100 8.985 12.145 5.408 8.652 13.450
Jumlah 2 fls 1 fls 1 fls
Harga 15.125 5.830 3.863
Jumlah 10 stp 2 tube 2 tube 2 fls 1 fls
Harga 2.000 6.300 10.500 12.700 14.500
Lampiran 4. Pembelian Obat OTC ke PT. Distrivera Buanamas Tanggal Nama Obat 21/6/2011 Minyak telon huki 60 ml Ikadryl syr 100 ml Ikadryl syr 60 ml Lampiran 5. Pembelian Obat OTC ke PT. Daya Muda Agung Tanggal Nama Obat 25/6/2011 Betadine stick Betadine ointment 5 g Betadine ointment 10 g Betadine gargle 190 ml Betadine feminim hygiene 60 ml
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
29
Lampiran 6. Pembelian Obat OTC ke PT. dos ni hora Tanggal Nama Obat 21/6/2011 Durex together 3‟s Triaminic pilek Transpulmin BB 20 g 22/6/2011 Transpulmin BB 10 g Voltaren emulgel 5 g Voltaren emulgel 10 g Voltaren emulgel new 27/6/2011 Hufagrip BP Biolysin kids strawberry Hufagrip BP Biolysin kids strawberry Biolysin kids blackcurrant 2/8/2011 Vitaplex drops Vitalong C 30's 3/8/2011 Vitalong C 30's Tempra forte 60 ml orange 5/8/2011 Ambeven 6/8/2011 Counterpain crean 30 g Tempra forte 60 ml orange 8/8/2011 Vegeblend 21 JR 30 caps Tempra drop 15 ml 9/8/2011 Hufagrip syr Durex exstra save 3's 10/8/2011 Biolysin kids blackcurrant Biolysin Kids Strawbery Ambeven 11/8/2011 Tempra drops 15 ml Biolysin smart 100 ml Counterpain cream 15 g
Jumlah 1 pack 2 fls 1 tube 1 tube 1 tube 2 tube 1 tube 2 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 box 1 tube 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 pack 1 fls 2 fls 1 box 1 fls 1 fls 2 tube
Harga 12.134 25.500 36.256 26.420 12.700 23.500 39.000 8.060 7.000 8.060 7.000 7.000 24.000 21.000 21.000 28.000 89.900 24.400 28.000 75.000 30.500 8.550 11.031 7.000 7.000 89.900 30.500 13.500 15.800
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
30
Lampiran 7. Pembelian Obat OTC ke PT. Enseval Putera Megatrading Tanggal Nama Obat 22/6/2011 Peptisol Vanilla 1‟s 185 23/6/2011 Cerebrofort gold strawberry Plantacyd syr 100 ml 30/6/2011 Cerebrofort gold Alco oral drops 15 ml Cerebrofort gold strawbery 100 ml Procold kaplet 6's Sakatonik ABC grape 30 Sakatonik ABC orange 30
Jumlah 4 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 fls 2 unit 24 unit 1 fls 2 fls
Harga 19.500 12.500 6.500 24.000 32.000 12.500 1.750 8.400 8.400
Lampiran 8. Pembelian Obat OTC ke PT. Indofarma Global Medika Tanggal 2/8/2011 8/8/2011
Nama Obat Paracetamol 500 mg tab Biovision caps 30's Zinkid 100 ml Prolipid kaps 60's
Jumlah 2 box 1 box 2 fls 1 box
Harga 9.545 48.500 5.455 37.500
\
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
31
Lampiran 9. Pembelian Obat OTC ke PT. Kebayoran Pharma Tanggal 8/8/2011
Nama Obat Y-rins
Jumlah 2 fls
Harga 20.000
Jumlah 2 fls 1 dus 1dus 2 fls 2 fls 2 fls 2 dus 1 fls 5 dus 15 roll 2 fls 6 bgks 10 unit 1 fls
Harga 24.661 60.182 74.700 8.300 8.300 8.300 9.545 34.000 6.173 3.138 3.500 3.727 6.173 24.000
Lampiran 10. Pembelian Obat OTC ke PT. Kimia Farma Tanggal Nama Obat 22/6/2011 Enervon C tab 30‟s Panadol cap 100‟s Enervon C tab 100‟s OBHC batuk berdahak menthol 100 ml OBHC batuk flu menthol 100 ml OBHC batuk flu mentol 60 ml 24/6/2011 Paracetamol 500 mg tab @ 100's Betadin vaginal douche 100 ml Kasa hydr steril Kasa pembalut hdr 4/8/2011 antasida syr 60 ml 6/8/2011 Bedak salicyl 2 % 60 g 9/8/2011 Kasa hydro steril Betadine sabun cair 100 ml
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
32
Lampiran 11. Pembelian Obat OTC ke PT. Merapi Utama Pharma Tanggal Nama Obat 21/6/2011 Bye Bye Fever For Children Hufagrip BP syr 60 ml 24/6/2011 Bye-bye fever for babies Hufagrip BP syr 60 ml Hufagrip pilek syr 60 ml Hufagrip syr 60 ml Hufagrip TMP syr 60 ml 27/6/2011 Bye bye fever for children Decadryl exp 120 ml Decadryl exp 60 ml Betadine sabun cair 60 ml Betadine sabun cair 100 ml 30/6/2011 Hufagrip syr 60 ml Betadine Vaginal Douche
Jumlah 1 box 2 Fls 1 box 2 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 box 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 3 fls 1 fls
Harga 32.727 8.550 44.727 8.060 6.770 8.550 6.770 32.727 10.000 7.500 17.000 24.000 8.550 39.000
Jumlah 1 box 1 box /24 5 pack 2 rol 50 pcs 50 fls 2 rol 1 rol
Harga 37.500 55.000 6.985 8.450 465.000 1.000 2.500 22.000
Lampiran 12. Pembelian Obat OTC ke Mitra Jaya Tanggal 3/8/2011
6/8/2011
Nama Obat Masker ear lop type lotus 50's PK Kassa steril Husada Micropore 0,5 Pot plastik 50 cc Fls Beling 100 cc Kapas pembalut 50 g Kapas pembalut 500 g
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
33
Lampiran 13. Pembelian Obat OTC ke PT. Millenium Pharmacon International Tanggal Nama Obat 20/6/2011 Supreme Ester C orange 21/6/2011 Albothyl 5 ml Albothyl 10 ml Super ester C Super ester C kids 22/6/2011 Microlax Proris suspense 60 ml Proris forte susp 50 ml 24/6/2011 Albothyl 5 ml Imunos syr 60 ml Supreme ester C orange 10‟s Super ester C kids 25/6/2011 Proris susp 60 ml Proris forte susp 50 ml Sensitif-pack 27/6/2011 Proris forte susp 50 ml Proris susp 60 ml Microlax Imunos syr 60 ml 5/8/2011 Super ester C Propis susp 60 ml Apyalys drops Albothyl 10 ml Albothyl 5 ml Imunos syr 8/8/2011 Albothyl 5 ml Proris susp 60 ml Super ester C 10/8/2011 Polysilane susp. 180 ml Proris susp. 60 ml 11/8/2011 super ester C 4's 12/8/2011 F. G Troches 300's Polysilane susp 100 ml Sensitif pack Albothyl 5 ml Albothyl 10 ml
Jumlah 1 tube 2 unit 1 unit 2 fls 1 fls 5 tube 1 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 tube 1 fls/30's 2 fls 1 fls 5 pack 2 fls 2 fls 5 tube 1 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2 unit 2 unit 2 fls 2 unit 2 fls 4 fls 2 fls 2 fls 1 box 1 box 2 fls 5 pack 2 unit 2 unit
Harga 21.100 30.000 49.000 29.959 24.750 14.850 15.950 20.350 16.500 52.250 23.210 24.750 15.950 20.350 18.150 20.350 15.950 14.850 52.250 29.959 15.950 27.500 26.950 17.600 52.250 17.600 15.950 29.959 28.050 15.950 50.000 268.125 17.050 18.150 17.600 26.950
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
34
Lampiran 14. Pembelian Obat OTC ke PT. Mulya Raya Tanggal Nama Obat 20/6/2011 Bisolvon Flu Syr 60 ml Bisolvon Kids 60 ml Bisolvon Extra 60 ml Actifed Syr kuning 60 ml Conterpain Cream 15 g Conterpain Cream 30 g 20/6/2011 Durex Together 12‟s Allerin exp 120 ml Allerin exp 60 ml Bisolvon Eliksir 60 ml 21/6/2011 Stimuno syr grape 60 ml Stimuno syr 60 ml Biolysin smart syr Panadol Extra 100‟s Minosep obat kumur 150 ml Panadol Kaplet100‟s Curcuma plus jeruk 200 ml OBH nelco special 100 ml OBH nelco special 55 ml Vitalong C30‟s Combantrin orange 22/6/2011 Actifed syr 60 ml hijau Callusol 10 ml Minosep obat kumur 150 ml CDR Eff 10‟s CDR fortos Eff Redoxon DA Eff CDR fruit punch Panadol cold &flu antimo tab Conterpain cream 15 g
Jumlah 1 Fls 1 Fls 1 Fls 2 Fls 1 tube 1 tube 1 pack 1 Fls 1 Fls 1 Fls 1 Fls 1 Fls 1 Fls 1 box 1 Fls 1 box 1 Fls 2 Fls 2 Fls 1 Fls 2 Fls 2 Fls 1 fls 1 Fls 3 tube 1 tube 2 tube 1 tube 1 box/100‟s 5 str/10's 2 tube
Harga 22.000 19.100 21.000 22.000 15.800 24.400 30.896 16.250 9.750 19.100 17.500 17.500 14.850 46.300 19.000 50.727 15.400 11.459 8.250 21.000 9.100 22.000 21.450 19.000 22.450 22.450 22.290 22.450 60.182 3.000 15.800
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
35
Tabel 14. Pembelian Obat OTC ke PT. Mulya Raya (lanjutan) 23/6/2011 Panadol syr 60 ml Conterpain cream 30 g Curcuma plus emul jrk 200 ml Curcuma plus DHA & EPA jrk 60 ml OBH nelco special 100 ml Actifed syr 60 ml hijau Actifed syr 60 ml kuning Sakatonik ABC grape 30's Tempra forte 60 ml orange Thermorex syr Thermorex plus 60 ml 24/6/2011 Fungiderm 5 g Siladex mucolytic & exp 60 ml Siladex att 60 ml OBH nelco special 100 ml Curcuma plus emul jrk 200 ml Caladin powder 100 g Cendo lyters 15 ml Panadol drop Panadol syr 60 ml Eye fresh 0,6 ml @ 5's minidose 25/6/2011 Tempra syr 60 ml Tempra forte 60 ml orange Canesten cream 5 g CDR eff 10's Redoxon eff 10's Rohto 10 ml Rohto cool Tempra drop 15 ml Bisolvon extra 60 ml Konicare M. telon 60 ml Konicare M. telon 125ml Scoot's emuls vita 200 ml Insto eye drop 7,5 ml Sakatonik liver 100 ml Betadine OK 100 ml Panadol syr 60 ml Supreme ester C orange Antimo anak sachet
2 fls 1 tube 1 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 2 fls 1 tube 1 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 1 fls 2 str 2 fls 1 fls 1 tube 2 tube 2 tube 2 fls 2 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 3 fls 2 fls 2 fls 2 fls 1 fls 1 fls
21.090 24.400 14.500 9.500 10.417 22.000 22.000 9.240 28.000 8.480 8.480 9.300 8.000 8.000 10.417 14.000 7.420 17.250 24.546 21.090 17.750 25.500 28.000 14.280 22.450 22.290 7.200 9.800 30.500 21.000 13.750 27.500 17.000 7.091 5.500 7.000 21.090 21.100 8.000
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
36
Lampiran 14. Pembelian Obat OTC ke PT. Mulya Raya (lanjutan) 27/6/2011 OBH nelco special 100 ml OBH nelco special 55 ml Conterpain cream 15 g Conterpain cream 30 g Actifed plus merah 60 ml Actifed syr hijau 60 ml Laserin madu 60 ml Curcuma plus DHA+EPA jrk 60 ml Curcuma plus DHA+EPA jrk 120 ml Caladine lotion 95 ml Caladine lotion 60 ml Bisolvon flu syr 60 ml Bisoltussin 60 ml Nifural syr 60 ml Natur E 16‟s Callusol Neurobion tab 5000,cap 100‟s Mylanta liq 50 ml Stimuno syr 60 ml Fungiderm 5 g Curcuma plus emulsi stw 200 ml Visine eye drop 6 ml Visine tears 6 ml Insto moist 7,5 ml Minosep obat kumur 150 ml 28/6/2011 Bisolvon flu syr 60 ml Laserin madu60 ml Rivanol cito 300 ml Kasa steril Balsam k3 kuning 36 g Balsam harimau Balsam geliga 20 g Balsam geliga 40 g Nosib salp Sakatonik ABC Rodeca powder 60 g Neo hormoviton Hansaplast 100‟s
2 fls 2 fls 2 tube 1 tube 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 3 box 2 fls 1 box 3 fls 1 fls 1 tube 1 fls 3 fls 2 fls 2 fls 1 fls 2 fls 2 fls 3 fls 5 dus 1 pot 1 pot 1 pot 1 pot 1 fls 2 fls 1 fls 1 box 1 box
10.417 7.500 15.800 24.400 22.000 22.000 5.091 9.500 14.500 10.780 7.500 22.000 19.100 38.850 11.906 19.500 189.000 7.300 17.500 9.300 14.000 6.900 7.600 7.091 19.000 22.000 5.091 4.500 6.985 7.370 9.625 4.250 8.000 47.500 9.240 4.910 45.000 19.250
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
37
Lampiran 14. Pembelian Obat OTC ke PT. Mulya Raya (lanjutan) Balsam singa besar Callusol 10 ml Minosep obat kumur 150 ml CDR eff 10‟s CDR fortos eff 10‟s Redoxon Redoxon eff fortimun CDR fruit punch Mylanta liq 150 Siladex att 60 ml Paramex tablet Tonikum 330 ml Curcuma plus str 60 ml Durex Strawbery 3‟s Panadol cold & flu Sakatonik ABC strawberry Cendo lyters 15 ml Stimuno syr 60 ml Scott‟s emulsion vita 200 ml 30/6/2011 Conterpain cream 30 g Stimuno forte Actifed plus 60 ml merah Actifed syr 60 ml hijau Decolsin syr 60 ml Bisolvon eliksir 60ml Caladine lotion 95 ml Herocyn 75 g Herocyn baby 200 g 8/8/2011 Curcuma Plus emul jrk 200 ml Mucopect adult 60 ml Bisolvon flu syr 60 ml Neurobion 5000 100‟s tab Actifed plus 60 ml merah Actifed syr 60 ml hijau
1 pot 7.975 1 fls 21.450 1 fls 19.000 3 tube 22.450 1 tube 22.450 2 tube 22.290 1 fls 25.900 1 tube 22.450 2 fls 23.200 1 fls 8.000 1 box/5 stp 71.000 1 fls 17.590 1 fls 8.000 1 pack 9.372 1 box/100‟s 60.182 1 fls 8.400 1 fls 17.250 2 fls 17.500 1 fls 17.000 1 tube 24.400 2 box 19.500 1 fls 22.000 2 fls 22.000 1 fls 12.635 1 fls 19.100 1 fls 10.780 1 fls 5.379 1 fls 6.545 1 fls 14.000 1 fls 40.700 1 fls 22.000 1 box 189.000 1 fls 22.000 2 fls 22.000
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
38
Lampiran 14. Pembelian Obat OTC ke PT. Mulya Raya (lanjutan) 9/8/2011
Voltaren emulgel 10 g Siladex mucolytic & exp 60 ml Conterpain cream 15 g Aspilets chewable tab 100‟s Laserin syr 110 ml Folamil genio 30‟s Sakatonik liver 310 ml Curcuma plus syr 60 ml Actifed plus 60 ml merah Pharmaton formula 50‟s cap Bisolvon flu syr 60 ml Bisolvon kids 60 ml Triaminic pilek Panadol drop Panadol syr 60 ml Panadol extra 100‟s 10/8/2011 New diatabs Tempra drops 15 ml Tempra syr 60 ml Minosep obat kumur 150 ml Betadine 190 ml Caladin lotion 60 ml Caladin powder 60 g Sakatonik ABC strowbery 30‟s Sakatonik ABC orange 30‟s CDR eff 10‟s Supradyn eff 10‟s Combantrin orange 10 ml Thrombophob ointment 15 g Siladex antitussive 60 ml
1 tube 1 fls 1 tube 1 box 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 1 box 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 2 fls 1 box 1 box 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 3 tube 1 tube 1 fls 1 tube 1 fls
23.500 8.000 15.800 36.700 7.682 78.000 13.400 8.000 22.000 121.500 22.000 19.100 25.500 24.546 21.090 50.727 38.500 30.500 25.500 19.000 13.200 7.500 5.250 8.400 8.400 22.450 25.450 9.100 30.000 8.000
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
39
Lampiran 14. Pembelian Obat OTC ke PT. Mulya Raya (lanjutan) 11/8/2011 Allerin exp 120 ml Allerin exp 60 ml Redoxon eff CDR eff Tempra syr 60 ml OBH nelco special 100 ml Enervon C tab 100‟s Protecal solid Canesten crean 5 g Thrombogel 10 g Cendo lyters 15 ml Panadol syr 60 ml Stimuno syr 60 ml 11/8/2011 Thermorex plus 60 ml Scott's emulsion regular 400 ml Scott's emulsion vita 400 ml Decolgen tablet Caladine lotion 95 ml mylanta liq 150 ml combantrin orange OBH combi orange 60 ml Actifed plus 60 ml merah Actifed plus 60 ml hijau 12/8/2011 Neurobion tab 5000 100's Bisolvon eliksirs 60 ml
1 fls 1 fls 3 tube 2 tube 1 fls 3 fls 1 box 1 tube 1 tube 1 tube 1 fls 2 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 box 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 fls 1 box 1 fls
16.250 9.750 22.290 22.450 25.500 10.417 74.700 19.300 14.280 25.000 17.250 21.090 17.500 8.480 23.636 23.636 29.597 10.780 23.200 9.100 6.760 22.000 22.000 189.000 19.100
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
40
Lampiran 15. Pembelian Obat OTC ke PT. Parazelsus Indonesia Tanggal Nama Obat 22/6/2011 Tempra syr 60 ml
Jumlah 1 fls
Harga 25.500
Lampiran 16. Pembelian Obat OTC ke PT. Parit Padang Global Tanggal Nama Obat 22/6/2011 Imboost force 30 kaplet PHisohex facial wash 110 ml 25/6/2011 Imboost 30 tab Imboost syr 60 ml Imboost force syr 60 ml Imboost force syr 120 ml Phisohex facial wash 50 ml Polysilane susp 100 ml
Jumlah 1 box 1 fls 1 box 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 2 fls
Harga 75.000 28.000 75.000 25.000 38.500 50.000 14.000 15.500
Jumlah 50 pcs 2 fls 1 box 1 dus 6 fls
Harga 4.300 9.200 37.500 8.000 31.000
Jumlah 3 unit 3 unit
Harga 10.560 10.560
Lampiran 17. Pembelian Obat OTC ke PT. Rajawali Nusindo Tanggal Nama Obat 22/6/2011 Avico test kehamilan 27/6/2011 Minyak tawon CC 20 ml Avico masker karet Antimo anak sachet 10‟s Minyal tawon 90 ml FF Lampiran 18. Pembelian Obat OTC ke PT. Sawah Besar Farma Tanggal Nama Obat 21/6/2011 Kondom sutra isi 12‟s Kondom sutra OK isi 12‟s
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
41
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera Tanggal Nama Obat 20/6/2011 Minyak kapak 5 ml Minyak kapak 28 ml Minyak kapak 56 ml Daktarin Cream 10 g Kapas selection Kapas sarinah Kanna Krim 5 g Param kocok 75 ml Kalpanax cream 5 g Strepsil 12‟s 21/6/2011 MKP Lang 30 ml MKP Lang 60 ml Tolak Angin cair Laserin 110 ml Aroma terapi “safe care” Vicks vaporub 10 g Vicks vaporub 25 g Vicks vaporub 50 g Woods cough syr 60 ml Vicks formula 54 ml (dewasa) Vicks formula 54 ml (dewasa) Kiranti 150 ml Biolysin tablet kids Decolsin 60 ml 22/6/2011 PH isohex Facial wash 50 ml PH isohex Facial wash 110 ml Salonpas pain relief patch Decadryl 120 ml Enkasari Hansaplast plester rol Hansaplast plester rol Kapas 25 g Rivanol 300 ml Betadin sol 15 ml Betadin sol 30 ml Caladine lotion 60 ml Caladine powder 60 g Detol 250 ml
Jumlah 2 fls 1 fls 1 fls 2 tube 2 sak 2 sak 1 tube 1 Fls 2 tube 2 dus 2 Fls 2 Fls 1 box 2 Fls 3 Fls 3 unit 2 unit 1 unit 2 Fls 2 Fls 2 Fls 3 Fls 1 Fls 1 Fls 2 Fls 1 Fls 2 sak 2 Fls 2 Fls 5 rol 5 rol 2 rol 3 Fls 2 Fls 2 Fls 2 Fls 1 Fls 1 Fls
Harga 5.917 21.417 39.167 28.875 4.685 4.150 6.500 7.800 5.225 9.129 5.350 10.100 17.650 8.450 15.000 5.625 8.825 15.575 10.865 8.900 8.900 3.000 7.700 12.635 14.000 28.550 13.200 10.000 9.625 6.050 6.050 4.685 4.500 7.150 12.100 7.500 5.250 23.148
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
42
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera (lanjutan) Visine 6 ml Insto 7,5ml Neozep forte 23/6/2011 Batugin elixir 300 ml Thermometer safety Kondom sutera 3's Fatigon 60's Hemaviton kaplet Fatigon spirit Strepsil 12's Durex together 12's Param kocok 75ml Neprolit catch 4's EM kapsul Scot kapsul 24/6/2011 Charmi CT Bud zak dws 48's Antangin JRG cair 10's MKP sidola 55 ml MKP sidola 100 ml Breast pump young-young Detol 100 ml Rodeca powder 60 g Biolysin smart 100 ml Enervon C syr 120 ml Pedialyte putih Pedialyte merah OBH combi mentol 100 ml Decolsin 60 ml Dumin tab Daktarin cream 5 g Daktarin diaper 10 g Vicks formula 27 ml dws Woods cough syr att 100 ml Woods cough syr att 60 ml Woods cough syr exp 100 ml Woods cough syr exp 60 ml Balsam cing cau 36 g
3 Fls 3 Fls 1 box 2 fls 3 pcs 5 pcs 1 box 1 box 1 box 2 dus 1 dus 1 fls 1 box 2 ds 1 ds 5 sak 1 box 1 fls 1 fls 1 pcs 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 fls 3 fls 1 fls 1 box 1 tube 1 tube 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2 pot
6.900 7.800 38.865 21.780 8.500 2.220 34.561 41.500 29.106 9.129 30.896 7.800 64.350 7.000 41.250 3.850 14.000 11.556 20.691 21.000 10.356 4.910 14.850 13.723 20.411 20.411 4.978 13.899 33.495 16.500 47.245 4.450 17.902 10.865 17.902 10.865 11.450
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
43
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera (lanjutan) 1/8/2011
2/8/2011
MKP lang 15 ml MKP lang 30 ml MP lang 60 ml Thermometer safety Tolak angin cair 12's Sakatonik syr 310 ml Cerebrofort gold strawbery 100 ml Cerebrofort gold 200 ml Entrostop biolysin tab kid Daktarin cream 5 g Daktarin cream 10 g Sensitif Aroma therapy 'safe care Salonpas hot 12's Minyak tawon DD Minyak tawon EE Minyak kapak 28 ml Woods cough syr exp 60 ml asifit kaplet 30's Remufit Bodrexin syr flu dan batuk detol 250 ml Darsi capsul Charmi cotton bud zak dws 48's Minosep gargle 150 ml Asepso plus soap 85 g Caladine powder 60 g MKP sidola 30 ml MKP sidola 55 ml Cerebrofort gold strawbery 100 ml Calsidol B12+ DHA+ Lysin 120 ml Laserin 60 ml Antangin OB herbal 100 ml Antangin OB herbal 60 ml Bodrexin tab Stimuno forte caps OGB kakak tua Daktarin cream
2 fls 2 fls 2 fls 2 pcs 1 box 2 fls 1 dus 1 fls 1 box 2 fls 1 tube 1 tube 3 str 3 fls 1 box 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 1 dus 1 dus 1 fls 1 fls 2 dus 5 sak 1 fls 2 pcs 1 fls 1 fls 1 fls 1 dus 1 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2 dus 2 dus 3 fls 1 tube
3.100 5.350 10.100 8.500 17.650 14.740 13.750 26.400 47.515 7.700 16.500 28.875 18.150 15.000 48.752 12.375 20.167 21.417 10.865 34.243 10.670 4.850 23.148 7.000 3.850 20.900 4.180 5.775 6.776 11.556 13.750 16.577 4.675 9.800 6.700 2.500 21.450 6.600 16.500
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
44
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera (lanjutan)
3/8/2011
Nosip salp Minyak kapak 5 ml Minyak kapak 10 ml Minyak kapak 56 ml Lactacyd antiseptic baby 230 ml Laxadine 60 ml Vitacimin strip Sensitif MKP konicare 60 ml Hansaplast plester rol herocyn 75 g Herocyn 150 g Daktarin cream 5 g Canesten 5 g Kondom sutra OK 12's Minyak urut Lang 30 ml Minyak urut Lang 60 ml Antangin JRG cair 10's biolysin smart 60 ml biolysin smart 100 ml Pedialyte putih Pedialyte merah Koyo cabe Stimuno syr 60 ml MKP lang 120 ml Betadin hygiene Rivanol cito 100 ml Rivanol cito 300 ml Betadin sol 5 ml Betadin sol 15 ml Betadin sol 30 ml Woods cough syr att 60 ml Vicks formula 27 ml dws Vicks formula 100 ml dws Breastpum young-young
1 fls 2 fls 2 fls 2 fls 1 fls 1 fls 1 fls 3 strip 1 fls 5 rol 1 fls 1 fls 1 tube 1 tube 2 dus 1 fls 1 fls 1 box 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 dus 1 fls 2 fls 1 fls 3 fls 3 fls 6 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 2 fls 1 pcs
47.500 5.917 9.250 39.167 68.200 27.500 52.322 18.150 15.125 6.050 5.390 8.305 16.500 15.708 10.560 4.250 7.500 14.000 9.900 14.850 20.411 20.411 107.800 19.250 19.300 15.950 2.000 4.500 2.640 7.150 12.100 10.865 4.450 17.125 21.000
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
45
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera (lanjutan) 4/8/2011
5/8/2011
Promag Sensitif Minyak Tawon DD Minyak tawon EE Aroma therapy 'safe care Fresh care 10 ml Vicks vaporub 50 g Vicks vaporub 25 g Balpirix ex. kuat kuning 20 g Balpirix MKP hijau 20 g Charmi cotton ball 100's Curcuma plus DHA+prebiotik+EPA 60 Curcuma plus DHA+prebiotik 120 ml Curcuma plus emulsion 200 ml Tonikum bayer 330 ml Bodrexin syr flu dan batuk Bisolvon kids 60 ml Bisoltussin syr 60 ml Acnol lotion Fungiderm 5 g Durex exstra save 3's Durex together 3's Promag Woods cough syr att 100 ml Woods cough syr att 60 ml Woods cough syr exp 60 ml Vicks formula 54 ml dws Viks formula 27 ml anak Vitacimin strip Vitamin B1 IPI Antangin JRG cair 10's Larutan penyegar 200 ml Bisolvon flu syr 60 ml Hufagrip BP Vitamin C IPI
1 box 2 str 2 fls 2 fls 3 fls 3 pcs 2 pot 2 pot 2 pot 2 pot 3 sak 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 2 fls 2 tube 1 ds 1 ds 1 box 1 fls 2 fls 1 fls 2 fls 2 fls 1 box 1 pak 1 box 6 fls 1 fls 2 fls 1 pak
49.078 18.150 12.375 20.167 15.000 9.240 15.575 8.825 3.800 3.800 13.500 10.450 15.950 15.400 19.349 4.850 21.010 21.010 7.931 10.230 12.134 8.652 49.078 17.902 10.865 10.865 8.900 4.450 52.322 32.400 14.000 2.200 24.200 8.866 32.400
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
46
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera (lanjutan) 6/8/2011
8/8/2011
Tolak angin cair 12's visin 6 ml visin tears 6 ml insto 7,5 ml insto moist7,5 ml asifit kaplet 30's Listerine orginal 80 ml Minyak telon konicare 60 ml Detol 100 ml Scot vita 200 ml Curcuma plus emulsion 200 ml Biolysin syr 100 ml Neozep Forte Norit lang Neo rheumacyl neuro Enervon C 30's Suprene ester C orange 10's Daktarin cream 5 g Daktarin cream 10 g Canesten 5 g Sensitif Lancar asi Curcuma plus syr 120 ml Balsam cing cau 36 g Caladine lotion 60 ml Tolak angin cair flu Tolak angin cair 12's Tolak angin cair anak Obat batuk ibu dan anak 150 ml MKP lang 120 ml detol 250 ml Listerine coolmint 60 ml Bodrexin syr flu dan batuk Daktarin cream 5 g Durex exstra save 3's Callusol Salonpas koyo Minyak gandapura ika 60 ml
1 box 2 fls 2 dus 2 fls 2 fls 1 dus 2 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 box 3 tube 3 strip 2 fls 1 tube 1 tube 1 tube 1 tube 3 strip 1 box 1 fls 2 pot 1 fls 1 box 1 box 1 box 1 fls 2 fls 1 fls 2 fls 1 fls 1 tube 1 dus 1 fls 1 box 1 fls
17.650 7.590 8.360 7.800 7.800 34.243 5.775 15.125 10.356 18.700 15.400 13.200 38.865 7.500 6.000 24.661 23.210 16.500 28.875 15.708 18.150 27.500 14.300 11.450 8.250 17.400 17.650 12.000 26.550 19.300 23.148 5.775 4.850 16.500 12.134 21.450 49.460 9.185
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
47
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera (lanjutan)
9/8/2011
Minyak gandapura ika 100 ml
1 fls
14.520
Lelap kaplet Sakatonik ABC Fitkom biolysin tab kid Panadol kaplet Antangin OB herbal 100 ml Antangin OB herbal 60 ml OBH Nelco special 100 ml OBH Nelco special 55 ml Surbex T 30‟s Enervon C 30‟s Ester C holisticare kids Norit lang Cerebrofort AA+DHA EPA Cerebrofort gold strawberry 100 ml Cerebrofort gold 200 ml Sanmol syr Sensitif Promag Promag double action Bisolvon 40‟s OBH combi junior strawberry 60 ml Balpirix ex. Kuat merah 20 g Mextril tablet Kasa steril Verban 4x10 Batugin elixir 300ml Minyak telon konicare 60 ml
2 box 2 fls 2 fls 1 fls 1 box 2 fls 1 fls 2 fls 2 fls 1 box 2 fls 1 fls 5 tube 2 fls 1 dus 1 fls 3 fls 3 str 1 box 2 box 1 dus 2 fls 2 pot 1 box 5 dus 10 rol 2 fls 1 fls
11.880 9.240 8.800 7.700 46.300 9.800 6.700 11.459 8.250 41.580 24.661 24.750 7.500 12.650 13.750 26.400 9.884 18.150 49.078 16.500 48.070 7.436 4.000 27.220 6.985 3.553 21.780 15.125
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
48
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera (lanjutan) 10/8/2011 Listerine coolmint 250 ml Listerine original 250 ml Daktarin powder 20 g Daktarin cream 5 g Daktarin crem 10 g Daktarin diaper 10 g Micropore 0,5 x10 Micropore 1x10 Bye bye fever for babies Durex extra save 12‟s Kondom fiesta 3‟s Mapoh Laserin 110 ml Woods cough syr attitusive 60 ml 11/8/2011 Aroma therapy „safe care‟ Larutan penyegar 200 ml Kapas selection Kanna krim 5 g Kiranti 150 ml Betadin gargle 100 ml Betadin gargle 190 ml Masker „premium Face mask‟ Detol powder 75 g Curcuma plus syr 60 ml Cerebrofort gold strawbery 100 ml Pedialyte putih Pedialyte merah Bisolvon flu syr 60 ml Obat batuk ibu dan anak 75 ml Obat batuk ibu dan anak 150 ml Salonpas pain relief patch Balsam singa besar Kalpanax cair Kalpanax cream 5 g Vicks formula 54 ml dewasa Rivanol cito 100 ml Rivanol cito 300 ml Hemaviton action Vick inhaler
1 fls 1 fls 1 fls 1 tube 1 tube 1 tube 1 rol 1 rol 1 box 1 dus 3 dus 3 fls 2 fls 2 fls 3 fls 6 fls 3 sak 1 tube 2 fls 2 fls 1 fls 1 box 2 fls 1 fls 1 dus 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 1 fls 2 sak 2 pot 2 fls 2 tube 2 fls 3 fls 3 fls 1 box 6 tube
14.520 14.520 38.500 16.500 28.875 47.245 16.500 33.000 49.200 42.469 5.063 10.100 8.450 10.865 15.000 2.200 4.685 6.500 3.000 7.920 14.520 20.000 7.525 8.800 13.750 20.411 20.411 24.200 14.625 26.550 13.200 7.975 1.870 5.225 8.900 2.000 4.500 47.250 7.825
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
49
Lampiran 19. Pembelian Obat OTC ke PD. Sejahtera (lanjutan) 12/8/2011
MKP lang 60 ml Thermometer safety Thermometer digital Minyak tawon DD Minyak tawon EE Combi kid jeruk Fitkom Sakatonik ABC Siladex mucolytic & exp Betadin skin clenser 60 ml Combantrin orange Actifed plus exp 60 ml Hufgarip BP UNI baby‟s cought Neo rheumacyl Enervon C 30‟s Woods cough syr exp 100 ml
2 fls 2 pcs 1 pcs 1 fls 1 fls 2 box 2 fls 2 fls 2 fls 1 fls 2 fls 2 fks 2 fls 11 fls 2 dus 2 fls 2 fls
10.100 8.500 19.250 12.375 20.167 16.500 8.800 9.240 8.800 18.700 10.010 24.200 8.866 2.965 6.195 24.661 17.902
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
50
Lampiran 20. Pembelian Obat OTC ke PT. Tempo Tanggal Nama Obat 21/6/2011 Bodrexin Flu & Batuk 56 ml Bodrexin demam orange syr 60 ml Neo rheumacyl neuro Neo rheumacyl Bisotulsin syr 60 ml Neo rheumacyl cream 30 g Neo rheumacyl Bisolvon kid Hemaviton action 5‟s 22/6/2011 Neo rheumacyl neiro Bisolvon extra syr 60 ml Bisolvon eliksir 60 ml Bisolvon flu syr 60 ml 24/6/2011 Hema stamina plus 5's Vidoran syr 120 ml 30/6/2011 Dulcolax 10 mg Adult 5‟s Neo Rheumacyl neck & shoulder 30 g Bodrexin tablet 2x 10‟s Bodrex migra kaplet 4‟s Bodrex ekstra kaplet 4‟s Bodrex flu & batuk 4‟s Bodrex flu dan batuk berdahak 4‟s 5/8/2011 Bisolvon kid 60 ml Bisolvon flu syr 60 ml Hema stamina plus 5‟s Encephabol liq 100 ml Bodrexin demam orange syr 60 ml 12/8/2011 Bisoltussin syr 60 ml Bisolvon flu syr 60 ml Bodrex extra kaplet 4's
Jumlah 1 Fls 1 Fls 5 stp 2 dus 2 Fls 1 tube 1 dus 6 Fls 10 dus 5 strip 1 Fls 1 Fls 1 Fls 10 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 10 unit 10 unit 10 unit 10 unit 1 fls 2 fls 5 stp 1 fls 1 fls 2 fls 1 fls 10 unit
Harga 4.850 5.000 6.000 6.195 21.010 10.700 6.195 21.010 41.500 6.000 24.200 21.010 24.200 4.150 9.100 72.270 10.700 2.500 1.350 1.450 1.125 1.125 21.010 24.200 4.150 56.100 5.000 21.010 24.200 1.450
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011
51
Lampiran 21. Tabel Rekapitulasi Pembelian ke PBF Nama (PBF) PT. Antarmitra Sembada PT. Anugera Pharmindo Lestari PT. BIna San Prima PT. Distrivera Buanamas PT. Daya Muda Agung PT. dos ni hora PT. Enseval Putera Megatrading Tbk. PT. Indofarma Global Medika PT. Kebayoran Pharma PT. Kimia Farma Trading & Distribution PT. Merapi Utama Pharma PT. Mitra Jaya PT. Millenium Pharmacon International PT. Mulya Raya PT. Parazelsus Indonesia PT. Parit Padang Global PT. Rajawali Nusindo PT. Sawah Besar Farma PD. Sejahtera PT. Tempo Total Pembelian
Frekuensi Pemesanan 6 kali 7 kali 5 kali 1 kali 1 kali 11 kali 3 kali 2 kali 1 kali 5 kali 4 kali 2 kali 11 kali 16 kali 1 kali 2 kali 2 kali 1 kali 16 kali 6 kali
Jumlah Item 15 48 13 3 5 29 9 4 1 14 14 8 36 198 1 8 5 2 307 29
Total Rupiah Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
932.000 1.913.448 335.060 39.943 93.500 846.631 179.700 116.000 40.000 480.121 355.691 244.575 1.948.057 5.440.488 25.500 350.500 464.900 63.360 7.104.379 1.172.675 20.974.053
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Fitria Alya, FMIPA UI, 2011