UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK U DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA REMAJA DI RW 02 KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
DWI SISMAYUNI, S.Kep 1006823204
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK U DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA REMAJA DI RW 02 KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
DWI SISMAYUNI, S.Kep 1006823204
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS DEPOK JULI 2013
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
ii
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
iii
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Ridho-Nya saya dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners ini. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners
ini, saya
merasa sangat terbantu oleh banyak pihak, oleh karena itu saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : (1) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan; (2) Ibu Poppy Fitriyani, M.Kep., Sp.Kom., selaku Koordinator Peminatan PKKMP Komunitas (3) Ibu Dwi Cahya Rahmadiah,S.Kep, selaku Dosen Pembimbing saya yang selalu memberikan bimbingan dengan sabar dan cermat (4) Ibu Kuntarti S.Kp., M. Biomed, sebagai kepala program studi S1 (5) Keluarga saya, terutama Suami, Ibu dan anak-anak yang selalu dengan sabar memberikan dukungan baik moril maupun materiil, dan selalu menjadi sumber semangat saya dalam menjalani proses ini (6) Teman-teman kelompok peminatan komunitas aggregat remaja Mila, Ni Komang, Sudarti, Ervina dan Paulus terimakasih atas kerjasama dan kekompakannya. (7) Seluruh teman-teman seperjuangan FIK UI Ekstensi 2010 you’re all the best. Senang bisa melewati semua perjuangan ini bersama kalian.
Akhir kata, saya berharap karya ilmiah akhir ners ini dapat membawa manfaat positif bagi banyak pihak, terutama dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu.
Depok, 9 Juli 2013 Penulis
iv
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Dwi Sismayuni, S.Kep
NPM
: 1006823204
Program Studi : Ilmu Keperawatan Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Karya Ilamiah Akhir Ners
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak U dengan masalah Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada Remaja di RW 02
Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok Pada tanggal : 9 Juli 2013 Yang menyatakan
(Dwi Sismayuni, S.Kep) v
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
ABSTRAK Nama : Dwi Sismayuni (10086823204) Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak U dengan Masalah Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada Remaja di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan memiliki resiko terhadap masalah kesehatan yang disebabkan oleh kemiskinan dan kepadatan penduduk.Salah satu masalah yang dapat dialami olegh remaja putri di perkotaan yaitu anemia. Karya ilmiah ini membahas asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga dengan remaja anemia di kota Depok. Intervensi inovasi yang dilakukan pada remajaadalah modifikasi perilaku kebiasaan sarapan pagi dan pembatasan konsumsi es teh pada remaja dengan menggunakan metode reinforcement positif.hasil asuhan keperawatan dan intervensi inovasi yang dilakukan pada remaja yaitu terjadi peningkatan perilaku sehat pada anak F setelah intervensi inovasi diterapkan. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah menyediakan dukungan keluarga untuk peningkatan perilaku sehat pada remaja Kata kunci: Modifikasi Perilaku, anemia, remaja
vi
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
ABSTRACT Name Study Program Title
: Dwi Sismayuni(1006823204) : Nursing Science :Family nursing care of Mr. U with the ineffectiveness of health maintenance in teenagers in RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok
People living in urban area has the risk of health problem caused by poverty and overcrowding.one of the problems that could be experienced by young women in urban areas are anemic. These papers discuss the nursing care of familieswith adolescents anemia in Depok. Innovation intervention conducted on adolescent behavior modification is the breakfast habits and restrictions on the consumptionof iced tea using positif reinforcement methods. Nursing care of result and innovation interventions performed on teenagers that is an increase in healthy behavior after the intervention innovation applied. An alternative problem solving can be done providing family support for healthy behavior increased in teenagers. Key wordi: Behavior modification, anemic, teenager
vii
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS....................................... HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... KATA PENGANTAR................................................................................ HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..................................... ABSTRAK................................................................................................. ABSTRACT............................................................................................... DAFTAR ISI.............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. 1. PENDAHULUAN................................................................................. 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 1.3.1 Tujuan Umum........................................................................ 1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................... 1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 1.4.1 Manfaat Keilmuan................................................................. 1.5. Manfaat Aplikatif...................................................................... 1.5.2 Manfaat Metodoliogis...............................................................
i ii iii iv v vi vii viii x 1 1 5 6 6 6 6 6 6 6
2. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 7 2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan................... 7 2.2 Konsep Keperawatan Keluarga.......................................................... 10 2.3 Masa Remaja...................................................................................... 12 2.3.1 Perkembangan Biologis........................................................... 13 2.3.2 Perkembangan Psikososial.................................. ................... 13 2.3.3 Perkembangan Kognitif........................................................... 15 2.4 Anemia .............................................................................................. 15 2.5.Perilaku Kesehatan............................................................................. 21 2.5.1 Pengetahuan Kesehatan............................................................ 22 2.5.2 Sikap ........................................................................................ 22 2.5.3 Praktik Kesehatan..................................................................... 22 2.5.4 Modifikasi Perilaku.................................................................. 23 2.5.5 Dukungan Keluarga................................................................. 25 3. LAPORAN KASUS KELOLAAN........................................................ 27 3.1 Pengkajian Kasus.............................................................................. 27 3.2 Diagnosis Keperawatan..................................................................... 27 3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................... 29 3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan......................................... 33 3.5 Intervensi Inovasi Modifikasi Perilaku............................................. 38 4. ANALISA SITUASI............................................................................... 40 4.1 Profil Lahan Praktik.......................................................................... 40 viii
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
4.2 Analisis Masalah Keperawatan Terkait Konsep KKMP................... 42 4.3 Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait... 44 4.4 Alternatif Pemecahan Masalah......................................................... 45 5. PENUTUP.............................................................................................. 5.1 Simpulan............................................................................................ 5.2 Saran.................................................................................................. 5.2.1 Di Bidang Keilmuan ................................................................ 5.2.2 Dibidang Pelayanan................................................................ 5.2.3 Di Bidang Penelitian.................................................................
47 47 48 48 48 49
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 50
ix
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1:
Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak U dengan Masalah Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada Remaja
Lampiran 2:
Leaflet anemia
Lampiran 3:
Biodata Penulis
x
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Perkembangan perkotaan yang begitu pesat pada dekade terakhir ditandai dengan terbentuknya kota-kota baru dan pergeseran yang cukup bermakna jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan. Perkotaan adalah wilayah geografis yang digambarkan non pedesaan dan memiliki kepadatan populasi lebih dari 99 orang per Km2; kota dengan populasi antara 20.000 orang, tetapi kurang dari 50.000 orang (Stanhope & Lancaster, 2006). Lokasi yang strategis dan banyaknya lapangan pekerjaan di perkotaan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk melakukan urbanisasi. Perpindahan penduduk yang meningkat setiap tahunnya mengakibatkan pertambahan jumlah penduduk diperkotaan dan kepadatan pemukiman serta kemiskinan. Kepadatan penduduk dan kepadatan pemukiman memberikan dampak negatif bagi perkotaan tersebut baik secara sosial maupun kesehatan. Depkes (2002) menyatakan bahwa dampak negatif yang timbul terhadap kesehatan masyarakat yang terkait dengan
kemiskinan, lingkungan, industrialisasi, pariwisata,
psikososial dan masalah kesehatan pada kelompok tertentu. Kemiskinan merupakan
akibat
dari
rendahnya
pendapatan
penduduk
di
perkotaan
menimbulkan masalah tersendiri bagi kesehatan individu maupun keluarganya. Keluarga dengan pendapatan yang rendah memungkinkan keluarga untuk mengalami masalah dalam penyediaan tempat tinggal yang layak dan penyediaan bahan makanan bergizi bagi keluarganya. Remaja yang tinggal diperkotaan termasuk dalam populasi rentan terhadap kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang dapat dialami remaja diperkotaan yang disebabkan oleh faktor sosial ekonomi yang rendah adalah anemia gizi besi. Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang pesat (Adolescence Growth Spurt) sehingga memerlukan zat - zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Remaja putri memerlukan perhatian khusus dalam hal kesehatan, karena pada masa ini merupakan masa persiapan menjadi ibu. Kebutuhan zat besi pada remaja putri
1 Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
2
meningkat dengan adanya pertumbuhan dan datangnya Menarche, aktivitas yang berat dapat meningkatkan kebutuhan zat besi. Defisiensi zat besi sering terjadi pada wanita dan hal ini dapat mengganggu prestasi belajar karena menurunkan produksi energi dan menyebabkan akumulasi laktat dalam otot.
World Health Organzation (WHO) Regional Office SEARO menyatakan bahwa salah satu masalah gizi remaja putri di Asia Tenggara adalah anemia defisiensi zat besi yaitu kira -kira 25 - 40 % remaja putri menjadi korban anemia tingkat ringan sampai berat. Hasil Riskesdas 2007 menunjukan bahwa angka anemia pada anak usia <14 tahun 9,8%, sementara pada anak usia >15 tahun, pada perempuan 19,7%
dan pada laki-laki 13,1%. Survei Kesehatan Rumah Tangga (2008)
menunjukkan bahwa prevalensi anemia remaja putri di Indonesia adalah 6,5%. Sedangkan prevalensi anemia di Jawa Barat sebesar 13,4%. Hasil studi evaluasi Program Penanggulangan Anemia pada tahun 2000-2004 di ditemukan bahwa prevalensi anemia untuk kelompok WUS remaja yaitu 23,6%. Hasil survei anemia remaja putri Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2007 diketahui prevalensi anemia pada remaja putri di Kota Depok sebesar 47,94%. Menurut Sunarko (2002) dalam Gunatmaningsih (2007), penyebab mendasar dari anemia adalah rendahnya pendidikan, rendahnya kemampuan daya beli, status sosial yang rendah serta letak geografis yang buruk. Penyebab terjadinya anemia antara lain ialah: a. Menu sehari-hari kurang mengandung zat besi (intake makanan kaya zat besi yang tidak mencukupi); b. penyerapan zat besi didalam usus kurang baik; c. Kehilangan darah berlebihan selama peristiwa-peristiwa tertentu misalnya persalinan, perdarahan, menstruasi dan berbagai infeksi parasitik; d. kemampuan menampung zat besi menurun atau kebutuhan zat besi meningkat. Anemia gizi besi adalah masalah nutrisi di dunia, terutama pada wanita di usia reproduktif di negara berkembang. Pada wanita hamil anemia meningkatkan resiko angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan resiko bayi lahir prematur atau berat bayi lahir rendah (BBLR). Menurut Soekirman (2000) dalam Permaesih dan Herman (2005) anemia gizi besi pada kelompok remaja dapat menimbulkan
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
3
berbagai dampak antara lain menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit dan menurunkan aktivitas yang berkaitan dengan kemampuan kerja fisik dan prestasi belajar. Dampak anemia terhadap remaja puteri diantaranya berpengaruh terhadap reproduksi, kinerja dan prestasi sekolah. Seorang remaja puteri merupakan calon ibu yang akan memiliki anak. Proses memiliki anak yang sehat adalah dengan menyiapkan remaja memasuki proses reproduksi. Dalam keadaan tertentu remaja puteri juga akan memasuki dunia kerja yang membutuhkan kesehatan fisik untuk mencapai hasil kinerja yang optimal. Selanjutnya remaja puteri juga harus memiliki kesiapan diri agar sehat saat menempuh jalur pendidikan sehingga dapat melakukan konsentrasi belajar yang optimal untuk mendapat prestasi yang optimal. Remaja yang menderita anemia mengalami penurunan kebugaran sehingga akan menghambat prestasi olahraga dan produktivitas. Zat besi yang dibutuhkan untuk mengatasi anemia dapat di peroleh melalui makanan dengan zat gizi seimbang yang disediakan oleh keluarga (Departemen Gizi Kesmas, 2005). Keluarga berperan dalam penyediaan bahan makanan yang dikonsumsi oleh anggota keluarga termasuk anak remaja. Sistem pendukung keluarga yang kuat juga dapat meningkatkan status kesehatan anak remaja seperti pengetahuan dan perilaku kesehatan. Jumlah remaja yang lebih banyak diperkotaan dan faktor resiko anemia yang berperan pada angka kesakitan remaja di perkotaan menjadi sebuah masalah yang harus diatasi baik secara promotif maupun secara preventif (Departemen Gizi Kesmas, 2005). Peran perawat kesehatan masyarakat untuk masalah remaja dapat melibatkan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat. Keperawatan keluarga merupakan suatu proses yang kompleks, sehingga memerlukan pendekatan yang logis dan sistematis dalam bekerja dengan keluarga dan individu anggota keluarga; pendekatan ini adalah proses keperawatan (Friedman, Bowen & Jones, 2003). Perawat
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan lima tugas umum
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah, memutuskan untuk merawat anggota
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
4
keluarga, merawat angota keluarga dengan perawata sederhana, mampu memodifikasi lingkung serta menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Perawat berfungsi sebagai edukator bagi keluarga sehingga diharapakan masalah anemia mampu diatasi oleh keluarga. Keluarga Bapak U tinggal di RW 02 wilayah kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis. Tempat tinggal keluarga termasuk dalam kategori wilayah perkotaan ditinjau dari segi demografi dan tersedianya fasilitas transportasi maupun fasilitas pelayanan kesehatan dan sosial yang mudah dijangkau. Keluarga bapak U tinggal di lingkungan yang cukup padat dan mayoritas adalah pendatang dan bekerja di pabrik-pabrik. Keluarga Bapak U merupakan keluarga dengan anak remaja dengan tahap perkembangan keluarga dengan anak usia dewasa muda. Keluarga bapak U memiliki anak perempuan berusia 13 tahun. Anak F merupakan satusatunya anak perempuan dikeluarga bapak U. Anak F mendapatkan menstruasi pertamanya pada usia 12 tahun dengan lama tiap menstruasi 7 hari. Anak F mengalami keluhan pusing saat bangun tidur, mudah mengantuk, mudah lelah dan sulit berkonsentrasi saat belajar. Anak F juga memiliki kebiasaan berangkat ke sekolah tanpa sarapan pagi dan kebiasaan mengkonsumsi es teh dan minuman bersoda lebih dari 2 kali perhari. Anak F tidak mengetahui jika gejala yang dialaminya merupakan tanda anemia. Masalah
keperawatan
yang
didapatkan
dari
hasil
pengkajian
yaitu
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan remaja terkait anemia. Intervensi yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan pada anak F diantaranya edukasi tentang pengertian anemia, tanda dan gejala anemia, akibat anemia. Perawat membantu keluarga untuk mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga yang mengalami anemia, membantu psikomotor keluarga dalam melakukan pemilihan makanan yang mengandung zat besi, dan modifikasi perilaku kesehatan untuk melakukan sarapan pagi saat berangkat sekolah serta mengurangi kebiasaan mengkonsumsi es teh manis. Intervensi inovasi yang dilakukan untuk keluarga bapak U adalah modifikasi perilaku yang kurang sehat.
Modifikasi yang dilakukan untuk membentuk
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
5
perilaku anak F yaitu melakukan kegiatan sarapan pagi dan pembatasan konsumsi es teh. Pada saat evaluasi akhir diperoleh hasil peningkatan perilaku positif terhadap kebiasaan sarapan pagi dan pembatasan konsumsi es teh. Perawat juga memotivasi keluarga untuk memberikan dukungan terhadap perilaku sehat yang sudah dicapai anak F dan membantu mempertahankannya. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Masalah anemia gizi besi yang terjadi pada remaja di perkotaan dapat disebabkan sebagai efek dari tingkat sosial ekonomi yang rendah dalam keluarga sehingga berakibat pada penyediaan makanan yang mengandung zat besi tidak memadai. Masa remaja merupakan masa pertumbuhan yang cepat dari anak-anak menuju dewasa sehingga dibutuhkan pengetahuan dan perilaku yang sehat pada remaja. Pengetahuan dan perilaku tersebut dapat dibentuk sejak dini dalam keluarga sehingga keluarga perlu diberikan pengetahuan tentang anemia dan perilaku anak remaja yang dapat mendukung peningkatan kualitas hidup anak remaja. Anak F merupakan anak remaja yang memiliki tanda dan gejala anemia dengan keluhan pusing saat bangun tidur, mudah lelah, mudah mengantuk dan sulit berkonsentrasi. Dengan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak F dengan masalah kesehatan anemia. Perilaku yang terjadi pada anak F perlu dilakukan modifikasi untuk memperbaiki kesehatan anak F sehingga terbentuk perilaku baru yang sehat. 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu menggambarkan asuhan keperawatan keluarga bapak U khususnya anak F dengan anemia di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah mahasiswa: Mampu menggambarkan pengkajian masalah kesehatan yang dialami keluarga bapak U khususnya Anak F.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
6
Mampu menggambarkan masalah keperawatan yang dialami keluarga bapak U khususnya Anak F. Mampu menggambarkan diagnosa keperawatan terhadap keluarga Bapak U dengan masalah anemia pada anak F. Mampu menggambarkan intervensi dan implementasi yang dilakukan terhadap keluarga Bapak U dengan masalah anemia pada anak F. Mampu menggambarkan evaluasi terhadap implementasi yang telah dilakukan terhadap keluarga Bapak U dengan masalah anemia pada anak F. Mampu menggambarkan profil wilayah kerja RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Keilmuan Karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan, khususnya dalam memberikan gambaran tentang pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan agregat anak remaja. 1.4.2 Manfaat Aplikatif Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan masalah anemia pada anak remaja. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan promotif dan preventif di keluarga dalam komunitas. 1.4.3 Manfaat Metodologis Karya ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai penemuan baru terkait penerapan asuhan keperawatan keluarga sehingga kemudian hari dapat dijadikan sebagai sumber rujukan ilmiah bagi penulisan karya ilmiah berikutnya.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Perkembangan perkotaan yang begitu pesat pada dekade terakhir ditandai dengan terbentuknya kota-kota baru dan pergeseran yang cukup bermakna jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan. Dampak yang timbul akibat dari pertumbuhan kota tersebut diantaranya munculnya dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat yang terkait dengan kemiskinan, lingkungan, industrialisasi, pariwisata, psikososial dan masalah kesehatan pada kelompok tertentu. Kompleksnya masalah kesehatan diperkotaan menuntut sarana pelayanan kesehatan yang tersedia untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul sehingga status kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan dengan harapan pada masa depan masyarakatnya dapat hidup pada lingkungan yang sehat, berprilaku sehat dan dapat menjangkau sarana kesehatan serta status derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2002).
Orang yang tinggal di perkotaan berada dibawah tekanan. Perawat kesehatan komunitas tradisional harus mampu membiasakan diri untuk memecahkan masalah kesehatan dan sosial yang sulit di bebagai populasi. Saat ini permasalahan yang dihubungkan dengan masyarakat perkotaan merupakan tantangan yang mengharuskan perawat kesehatan komunitas memiliki semua keterampilan. Populasi masyarakat kota terus meningkat terutama usia dewasa muda yang bermigrasi ke kota yang berharap memenuhi impian mereka untuk sukses. Orang muda yang terpesona dengan kota kadang hanya menemukan kekecewaan dalam pekerjaan, kemiskinan dan stress (Darbyshire, Muir-Cochrane, Fereday, Jureidini, & Drummond, 2006; Goldstein & Kickbush, 1996; Salomonsen-Sautel et al., 2008; Wehler et al., 2004) dalam Lundy & Janes (2009). Beberapa orang mungkin tidak mendapatkan pekerjaan. Tidak hanya migrasi ke kota, tetapi banyak orang yang lahir dan tetap tinggal di kota sepanjang hidupnya.
7 Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
8
Rendahnya pendapatan dan pengangguran yang terus-menerus dan kemiskinan serta permasalahannya, pertumbuhan populasi yang cepat menyebabkan pemerintah kota tidak mampu mengimbangi kebutuhan masyarakat. Mayoritas permasalahan kota dihubungkan dengan pertumbuhan yang cepat seperti berkurangnya suplai air bersih, polusi udara, kriminalitas dan kekerasan, kemiskinan, penyakit, kepadatan penduduk, diskriminasi dan tempat tinggal yang tidak memadai. Kepadatan penduduk, kompleksitas dan keanekaragaman etnik atau suku dihubungkan dengan daerah perkotaan. Pusat kota di kota besar sering merupakan rumah bagi sebagian besar orang miskin dan orang-orang dari kelompok ras dan etnis yang berbeda (Srinivasan, O’Fallon, & Dearry, 2003 dalam Allender, Rector & Werner, 2010).
Masyarakat yang tinggal di perkotaan menemukan banyak stressors yang berbeda dibandingkan di pedesaan. Meskipun masalah yang sama ada di pedesaan, masalah kesehatan dan sosial dihubungkan dengan masyarakat yang tinggal di kota biasanya terlihat lebih jelas. Kemiskinan masyarakat merupakan sumber dari permasalahan yang berkembang di perkotaan terutama kelaparan, masalah kesehatan, penyakit menular yang disebabkan oleh kepadatan, kekerasan dan kejahatan, tunawisma dan tempat tinggal yang tidak memadai (Lundy & Janes, 2009). Kemiskinan dalam kota juga dihubungkan dengan buruknya kualitas hidup dan meningkatnya masalah kesehatan antara orang dewasa di semua usia (Jones, 2006; Polednak, 1997; U.S. Conference of Mayors, 2006). Kurangnya akses ke pelayanan kesehatan, kurangnya perawatan kehamilan, kehamilan remaja, penyalahgunaan zat, dan buruknya kualitas hidup secara keseluruhan merupakan konsekuensi dari kemiskinan.
Kesehatan masyarakan perkotaan melibatkan perawat sebagai tenaga yang berperan dalam
upaya promotif dan preventif. Deskripsi kewajiban perawat
kesehatan masyarakat (PHN) dalam sebuah kota besar memiliki kombinasi dalam “kunjungan rumah, di sekolah, pelayanan klinik dan program lainnya” dengan beban kasus antara 90 sampai 140 keluarga (Schulte, 2000) dalam Allender (2010). Schulte (2000) dalam Allender, Rector dan Werner (2010) mencatat
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
9
sebagian besar perawat perkotaan bekerja dengan berinteraksi dengan tiga komunitas: komunitas dimana perawat ditugaskan, komunitas yang dibentuk oleh keluarga dan komunitas sumberdaya. Proses yang digunakan oleh perawat komunitas perkotaan meliputi: membina hubungan kerja, bertindak sebagai sumberdaya, mendeteksi/mengajukan pertanyaan, membuat penilaian informasi, pengelolaan waktu, mengajar, mengintervensi yang mempengaruhi kesehatan dan menggunakan keterampilan fisik (Allender, Rector & Werner 2010).
Perawat membina hubungan saling percaya dengan membentuk persepsi kehadiran dengan mengidentifikasi diri sendiri sebagai perawat kesehatan masyarakat
dan
memberikan
kartu
nama
dan
meminta
klien
untuk
menghubunginya saat membutuhkan perawat. Bertindak sebagai sumber melibatkan urusan dengan subjek sensitif, dan meminta “kejujuran, menanyakan pertanyaan secara langsung dan mengabaikan perilaku kasar. Mendeteksi dan mengajukan pertanyaan berikutnya memiliki arti bertindak lebih banyak mendengarkan daripada berbicara (Schulte, 2000) dalam Allender, Rector & Werner (2010). Mengajar dideskripsikan sebagai kegiatan yang dilakukan terus menerus, proses interaksi yang tidak hanya menyediakan informasi tentang promosi dan pencegahan penyakit, tetapi juga membantu mengarahkan klien ke sistem pelayanan kesehatan. Intervensi dengan kondisi yang mempengaruhi kesehatan mengacu pada pengetahuan keperawatan dan pengalaman untuk mengurangi pengaruh determinan sosial, politik dan ekonomi: yang melibatkan perpaduan antara pengetahuan, pengalaman, intuisi dan sensitivitas. Keterampilan fisik digunakan ketika melengkapi pengkajian kondisi fisik kesehatan klien (Allender, Rector & Werner, 2010). Perawat kesehatan masyarakat harus mampu menggunakan semua sumber daya tersebut untuk melakukan pelayanan keperawatan kepada masyarakat.
Schulte (2000) dalam Allender, Rector dan Werner (2010) menemukan bahwa perawat kesehatan masyarakat di perkotaan membentuk hubungan melalui proses perawatan
dan
penghargaan
terhadap
klien
sebagai
manusia.
Perawat
berkolaborasi dengan kliennya untuk mengembangkan fasilitas promosi
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
10
kesehatannya untuk jangka panjang dan memperbaiki kualitas hidupnya. Perawat menyediakan pelayanan area perkotaan yang keadaan kesehatannya kurang baik, dengan kondisi kemiskinan pada semua setting, dan semua populasi yang beresiko. Perawat harus mengkaji diri sendiri terhadap sikap dan prasangkanya. Meskipun akses untuk keperawatan dapat ditingkatkan bagi banyak orang yang low income, banyak klien yang hanya membutuhkan advokasi saja. Masyarakat perkotaan, orang miskin atau populasi yang rentan yang hidup didalamnya, perlu penguatan intervensi yang dapat diprakarsai oleh perawat kesehatan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan sebagai pedoman (Allender, Rector & Werner 2010). Keperawatan masyarakat perkotaan memiliki 8 karakteristik dan merupakan hal yang penting dalam melakukan praktik (Allender & Spradley, 2001), yaitu 1) Merupakan lahan keperawatan; 2) Merupakan kombinasi antara keperawatan publik dan keperawatan klinik; 3) Berfokus pada populasi; 4) Menekankan terhadap pencegahan akan penyakit serta adanya promosi kesehatan dan kesejahteraan diri; 5) Mempromosikan tanggung jawab klien dan self care; 6) Menggunakan pengesahan/ pengukuran dan analisa; 7) Menggunakan prinsip teori organisasi; 8) Melibatkan kolaborasi interprofesional.
Beberapa populasi rentan di dalam populasi masyarakat perkotaan yang harus mendapatkan perhatian dari perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah remaja. Ada beberapa masalah yang dialami remaja diantaranya masalah emosional, bunuh diri, kekerasan, penyalahgunaan zat, kehamilan usia dini, penyakit menular seksual dan nutrisi yang buruk. Masalah tersebut dapat disebabkan oleh banyaknya tekanan yang terjadi di perkotaan seperti kemiskinan dan kepadatan penduduk. Perawat dapat bekerjasama dengan keluarga untuk melakukan tindakan promotif dan preventif terhadap remaja sehingga dapat diperoleh pengetahuan dan perilaku kesehatan yang meningkatkan derajat kesehatan remaja secara optimal.
2.2 Konsep Keperawatan Keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
11
keluarga (Friedman, Bowen & Jones, 2003). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Untuk membentuk sebuah masyarakat yang sehat maka diperlukan keluarga yang sehat pada seluruh anggotanya. Perawat yang bekerja dengan keluarga harus memahami tujuan dan proses keperawatan keluarga. Tujuan dari keperawatan keluarga yaitu pada tingkat pencegahan yang terdiri dari pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier (Friedman, Bowen & Jones, 2003). Sedangkan proses keperawatan keluarga dimulai dari pengkajian, menganalisa data dan masalah keperawatan, menentukan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan yang telah dilakukan.
Friedman, Bowen dan Jones (2003) menyatakan bahwa pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi yang terus-menerus tentang keluarga melalui wawancara dan observasi. Data yang dapat dikaji terhadap keluarga yaitu: identifikasi data sosial budaya, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres dan strategi koping keluarga. Data pengkajian anggota keluarga meliputi; mental, fisik, sosial, emosi, sosial dan spiritual. Setelah data terkumpul, perawat dapat melakukan identifikasi terhadap masalah keluarga dan menetapkan diagnosa keperawatan keluarga. Gordon (1994) dalam Friedman, Bowen dan Jones (2003) Diagnosa keperawatan digunakan sebagai proyeksi hasil, intervensi perencanaan dan evaluasi hasil yang dicapai.
Diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan kemudian dilanjutkan dengan menyusun rencana keperawatan bersama keluarga. Wright dan Leahey (2000) dalam Friedman, Bowen dan Jones (2003) menyatakan bahwa intervensi hanya dapat diberikan kepada keluarga dan kerja terbaik yang dapat dilakukan perawat adalah menciptakan suatu konteks bagi keluarga untuk menemukan solusinya. Dengan kata lain perawat bekerjasama dengan keluarga tetapi perawat tidak dapat memaksakan atau mengarahkan perubahan. Tujuan intervensi terhadap keluarga adalah membuat perubahan dan seperti mengurangi penderitaan dan mencapai kesejahteraan keluarga yang lebih tinggi.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
12
Intervensi yang telah dilakukan terhadap keluarga dilakukan penilaian keberhasilannya melalui evaluasi keperawatan. Evaluasi berdasarkan pada seberapa efektif intervensi yang dilakukan keluarga, perawat dan lainnya. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga berespon daripada intervensi yang diimplementasikan. Evaluasi merupakan proses terus-menerus yang terjadi setiap saat perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan (Friedman, Bowen & Jones, 2003).
2.3 Masa Remaja Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa- merupakan waktu kematangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa dan pada anak perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi wanita dewasa. Batasan yang tegas pada remaja sulit ditetapkan, periode ini biasanya digambarkan pertama kali dengan penampakan karakteristik seks sekunder pada sekitar usia 11 sampai 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh pada usia 18 sampai usia 20 tahun (Wong, 2001). Masa remaja, yang secara literatur berarti “tumbuh hingga mencapai kematangan”, secara umum berarti proses fisiologis, sosial dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas. Masa remaja terdiri atas 3 sub fase yang jelas yaitu masa remaja awal (usia 11 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18 sampai 20 tahun) (Wong, 2001).
Remaja memiliki tugas perkembangan yang tercapai atau tidaknya ditentukan oleh beberapa faktor yaitu kematangan fisik, desakan dari masyarakat, dan motivasi dari individu yang bersangkutan. Tugas perkembangan remaja antara lain (Havighurst, 1987 dalam Labibah, 2007):
Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif
Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebayanya dari jenis kelamin manapun
Menerima peran jenis kelamin masing-masing (laki-laki atau perempuan)
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
13
Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya
Mempersiapkan karir ekonomi
Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggungjawab
Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya.
2.3.1 Perkembangan Biologis Perubahan fisik pada pubertas terutama merupakan aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat, walaupun semua aspek fungsi fisiologis berinteraksi secara bersama-sama. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder, perubahan yang tidak tampak jelas adalah perubahan fisiologis dan kematangan neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi. Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan karakteristik berbeda: karakteristik seks primer merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif; karakteristik seks sekunder merupakan perubahan yang terjadi diseluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong, 2001). Empat fokus utama perubahan fisik adalah Potter & Perry, 2005: - Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot dan visera - Perubahan spesifik seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul - Perubahan distribusi otot dan lemak - Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder
2.3.2 Perkembangan Psikososial Teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pencarian identitas diri merupakan tugas utama perkembangan psikososial remaja. Remaja harus membentuk hubungan sebaya yang dekat atau terisolasi secara sosial.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
14
Menurut Potter & Perry (2005) remaja mengembangkan beberapa identitas yang antara lain: Identitas seksual Pencapaian identitas seksual ditingkatkan dengan adanya perubahan fisik pubertas. Tanda fisik maturitas mendorong perkembangan prilaku maskulin dan feminin. Selama masa remaja awal kelompok teman sebaya mulai mengkomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan heteroseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Identitas Kelompok Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat nemberi mereka status. Menjadi bagian dari orang banyak membantu remaja menguraikan perbedaan antara mereka dengan orangtuanya. Mereka berpakaian merias wajahnya seperti teman-teman kelompoknya berpakaian dan merias wajah serta menata rambutnya sesuai dengan kriteria kelompok. Identitas keluarga Perpindahan ke hubungan sebaya yang lebih kuat kontras dengan perpindahan remaja dari orang tua. Pada masa ini harus ditemukan cara yang tepat bagi keluarga untuk membantu kemandirian remajanya sambil mempertahankan struktur keluarga. Identitas pekerjaan Pilihan pekerjaan atau arah kejuruan dalam kehidupan membentuk suatu tujuan bagi remaja. Identitas kesehatan Komponen ini menentukan bagaimana remaja mempersepsikan kesehatan dan menentukan timbulnya minat untuk mengunjungi pemberi pelayanan kesehatan. Perubahan yang sangat cepat pada masa remaja membuat program promosi kesehatan menjadi sangat penting.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
15
Identitas moral Perkembangan penilaian moral sangat tergantung pada keterampilan kognitif dan komunikasi serta interaksi sebaya. Menurut Kohlberg, pada tingkat tertinggi moralitas didapat dari prinsip hati nurani individu. Remaja menilai diri mereka sendiri dengan ide internal, yang sering menyebabkan konflik antara nilai diri dan kelompok.
2.3.3 Perkembangan Kognitif Remaja tidak hanya tampak berbeda dari anak-anak, tetapi juga memiliki pola pikir yang berbeda dari anak-anak. Pada masa remaja, menurut teori Piaget, seseorang memasuki tingkat tertinggi dalam perkembangan kognitif yaitu formal operasional, ketika mereka memiliki kapasitas untuk pemikiran abstrak (Papalia, dkk., 2001). Menurut Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka sendiri dan informasi tidak hanya mereka dapatkan dari lingkungan saja, tetapi juga memiliki kemampuan baru yang lebih fleksibel untuk memanipulasi informasi (Papalia, dll., 2001; Santrock, 2003).
Tahapan formal operasional yang dialami seseorang sekitar usia 11 dan 15 tahun, merupakan tahapan keempat sekaligus terakhir dari tahapan teori Piaget. Dijelaskan bahwa pada tahap ini seseorang bergerak dari pengalaman konkret menjadi berpikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari berpikir secara abstrak, remaja mengembangkan gambaran akan keadaan yang ideal, mereka mungkin akan mulai membandingkan apa yang mereka miliki dengan standar ideal mereka (Santrock, 2003).
2.4 Anemia Anemia pada remaja adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari nilai normal (Permaesih & Herman, 2005). Batas normal dari kadar Hb pada anak-anak usia 12-14 tahun yaitu 12 gr/dl. Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah (Masrizal, 2009 dalam Siagian, Lubis dan Bangun, 2012). Anemia dapat juga disebabkan oleh
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
16
kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang. Anemia ditandai dengan rendahnya konsentrasi hemoglobin atau hematokrit nilai ambang batas disebabkan oleh rendahnya peroduksi sel darah merah dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit, atau kehilangan darah yang berlebihan. Defisiensi Fe berperan besar dalam kejadian anemia, namun defisiensi zat gizi lainnya, kondisi non gizi dan kelainan genetik juga memainkan peran terhadap anemia (Departemen Gizi Kesmas, 2007).
Menurut DepKes (2000), penyebab anemia gizi karena kurangnya zat besi atau Fe dalam tubuh. Karena pola konsumsi masyarakat indonesia, terutama waanita kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan sumber heme Iron yang daya serapnya > 15%. Ada beberapa bahan makanan nabati yang memiliki kandungan Fe tinggi (non heme iron), tetapi hanya bisa diserap tubuh < 3% sehingga diperlukan jumlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan Fe dalam tubuh, jumlah tersebut tidak mungkin terkonsumsi. Anemia juga disebabkan karena terjadinya peningkatan kebutuhan tubuh terutama pada remaja, ibu hamil dan karena adanya penyakit kronis.
Anemia gizi besi sering diderita oleh wanita dan remaja putri dan diketahui 1 diantara 3 wanita menderita anemia. Penyebab anemia gizi besi sering diderita oleh wanita dan remaja putri yaitu disebabkan oleh: Wanita dan remaja putri jarang makan-makanan protein hewani seperti daging, hati dan ikan Wanita dan remaja putri selalu mengalami menstruasi setiap bulan sehingga membutuhkan zat besi dua kali lebih banyak dibandingkan pria, oleh karena itu wanita cenderung lebih sering mengalami anemia dibandingkan pria. Adanya kecenderungan remaja yang ingin berdiet dengan alasan mempertahankan bentuk tubuh yang ideal sehingga terjadi pola makan yang salah, serta adanya pantangan dan tabu. Dengan kata lain pola makan berpengaruh terhadap terjadinya anemia.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
17
Wijiastuti (2006) dalam Arumsari (2008) mendapatkan bahwa sarapan pagi termasuk salah satu faktor anemia pada remaja putri sedangkan menurut Rodiah (2003) dalam Arumsari (2008) , remaja yang suka jajan lebih banyak (18,5%) yang menderita anemia dibandingkan dengan responden yang tidak jajan (9,1%). Menurut Sunarko (2006) dalam Gunatmaningsih (2007), anemia disebabkan oleh faktor dominan sebab langsung, sebab tidak langsung dan sebab mendasar yaitu: Sebab langsung yaitu disebabkan oleh tidak cukupnya asupan zat gizi (zat besi dengan daya serap rendah, adanya zat penghambat, diet) dan penyakit infeksi (kecacingan, malaria, TBC) Sebab tidak langsung yaitu rendahnya perhatian keluarga terhadap wanita, aktifitas wanita yang tinggi, pola distribusi makanan dalam keluarga dimana ibu dan anak wanita tidak menjadi prioritas. Sebab mendasar yaitu masalah sosial ekonomi yaitu rendahnya pendidikan, rendahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi geografis yang sulit.
Gejala anemia karena defisiensi zat besi bergantung pada kecepatan terjadinya anemia pada diri seseorang. Gejalanya dapat berkaitan dengan kecepatan penurunan hemoglobin. Karena penurunan kadar hemoglobin akan mempengaruhi kapasitas pembawa oksigen maka setiap aktifitas fisik pada anemia defisiensi besi akan menimbulkan keluhan sesak nafas (Gibney, 2005). Pada awalnya sebagian besar pasien mengeluhkan rasa mudah lelah dan mengantuk yang semakin bertambah. Keluhan lain yang jarang dijumpai adalah sakit kepala, tinitus, dan gangguan cita rasa. Dengan semakin meningkatnya intensitas defisiensi, pasien akan menunjukkan gejala pucat pada konjungtiva, lidah, dasar kuku dan palatum mole (Gibney, 2005).
Didalam tubuh manusia, zat besi didistribusikan dalam enam lokasi yaitu: hemoglobih, simpanan besi sebagai ferritin dan hemosiderin, mioglobih pada otot skeletal dan jantung, sumber zat besi dalam gabungan yang labil, zat besi dalam jaringan yang terdiri atas heme dan flavo-protein dan transportasi pada pembentukan zat besi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan zat besi
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
18
adalah asupan zat besi, simpanan zat besi dan kehilangan zat besi. Asupan zat besi yang tidak memadai akan; meningkatkan absorpsi besi dari makanan; memobilisasi simpanan zat besi dalam tubuh; mengurangi transportasi besi ke sumsum tulang; menurunkan kadar hemoglobih sehingga akhirnya terjadi anemia karena defisiensi besi (Gibney, 2005).
Mekanisme pengaturan keseimbangan zat besi yang utama adalah absorpsi zat besi melalui traktus gastrointestinal. Simpanan zat besi dalam tubuh dan status hemoglobin individual menentukan persentase absorpsi zat besi. Wanita dan anakanak memiliki simpanan zat besi yang rendah sehingga absorpsi zat besi dari makanan makin tinggi. Zat besi banyak terkandung dalam daging merah, sayuran, dan sereal tetapi konsentrasinya didalam susu, buah dan produk nabati lainnya sangat rendah (Gibney, 2005). Fasilitator absorpsi zat besi yang paling terkenal adalah vitamin C (asam askorbat) yang dapat meningkatkan absorpsi zat besi non heme secara signifikan. Buah kiwi, jambu biji, dan jeruk merupakan produk pangan nabati yang meningkatkan absorpsi. Faktor yang ada dalam daging juga mempermudah absorpsi zat besi (Gibney, 2005). Penghambat absorpsi zat besi meliputi kalsium fosfat, bekatul, asam fitat dan polifenol. Asam fitat yang banyak terdapat dalam sereal dan kacang-kacangan merupakan faktor utama yang bertanggung jawab terhadap buruknya ketersediaan hayati zat besi dalam jenis makanan ini. Polifenol terdapat dalam teh, kopi, kakao dan anggur merah. Tannin yang terdapat dalam teh hitam merupakan jenis penghambat paling poten dari semua inhibitor. Kalsium yang dikonsumsi dari produk susu dapat menghambat absorpsi besi.
Penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui dan kehilangan banyak darah. Anemia yang disebabkan oleh ketiga faktor tersebut terjadi secara cepat saat cadangan Fe tidak mencukupi kebutuhan Fe. Wanita usia subur termasuk remaja adalah salah satu kelompok resiko tinggi terpapar anemia karena mereka tidak memiliki asupan atau cadangan Fe yang cukup terhadap kebutuhan dan kehilangan Fe. Remaja berada dalam fase pertumbuhan yang pesat sehingga
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
19
membutuhkan asupan zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubunya dalam masa pertumbuhan tersebut.
Simpanan zat besi dalam tubuh orang-orang asia memiliki jumlah yang tidak besar, terbukti dari rendahnya kadar hemosiderin dalam sumsum tulang dan rendahnya simpanan zat besi dalam hati. Penyebab utama anemia karena defisiensi zat besi, khususnya di negara berkembang adalah konsumsi gizi yang tidak memadai. Banyak orang bergantung hanya pada makanan nabati yang memiliki absorpsi zat besi yang buruk dan terdapat beberapa zat dalam makanan teresbut yang mempengaruhi absorpsi besi (Gibney, 2005).
Pertumbuhan yang cepat selama masa bayi dan kanak-kanak meningkatkan pula kebutuhan zat besi. Kebutuhan zat besi juga mengalami peningkatan kebutuhan yang cukup besar selama pubertas, pada remaja putri awal menstruasi memberikan beban ganda. Kehilangan rata-rata darah menstruasi adalah sekitar 30 ml/hari yang sama dengan kebutuhan tambahan 0,5 mg zat besi perhari. Sekitar 10% wanita akan kehilangan sebanyak 80ml darah yang setara dengan 1mg zat besi perhari (Gibney, 2005). Kebutuhan zat besi pada wanita lebih banyak daripada laki-laki karena mereka mengalami menstruasi bulanan. Namun demikian wanita mampu mengabsorpsi zat besi lebih efisien asalkan makanan lainnya cukup beragam.
Pedoman penanggulangan anemia gizi untuk remaja putri dan wanita usia subur menetapkan pedoman untuk mencagah dan mengobati anemia yaitu: Meningkatkan konsumsi makanan bergizi; makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua, kacangkacangan, tempe); makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitaminn C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
20
Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
Prinsip dasar dalam pencegahan anemia karena defisiensi zat besi adalah memastikan konsumsi zat besi secara teratur untuk memenuhi kebutuhan tubuh untuk meningkatkan kandungan serta bioavailabilitas zat besi dalam makanan. Prinsip esensial dalam manajemen anemia karena defisiensi zat gizi besi adalah terapi sulih zat besi dan penanganan penyebab dasar seperti infeksi parasit atau perdarahan gastrointestinal. Terapi zat besi oral merupakan bentuk penanganan yang paling disukai. Efek samping yang lazim terjadi pada suplementasi zat besi yaitu mual, konstipasi, tinja berwarna hitam dan diare (Gibney, 2005).
Fortifikasi zat besi pada beberapa bahan pangan yang lazim dikonsumsi merupakan pilihan menarik untuk mengatasi permasalahan asupan zat besi yang tidak memadai dalam masyarakat. Upaya yang ekstensif dan persuasif diperlukan untuk menimbulkan perubahan perilaku dalam masyarakat agar orang-orang dalam masyarakat tersebut mau mengadopsi diversifikasi pangan. Pada akhirnya, satu-satunya solusi yang bertahan lama dalam pemecahan persoalan anemia karena defisiensi zat besi adalah dengan membantu masyarakat mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi secara teratur, mendorong asupan promotor absorpsi besi seperti vitamin C dan mencegah konsumsi faktor penghambat yang berlebihan.
Pendekatan berikut ini dianggap penting dalam pencegahan dan pengendalian anemia gizi secara umum; meningkatkan konsumsi bahan pangan yang kaya akan zat besi seperti kacang-kacangan, sayuran hijau, jenis sayuran lainnya dan daging; mendorong konsumsi secara teratur bahan pangan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, jambu dan kiwi; meningkatkan penambahan bahan pangan kaya akan zat besi pada makanan tambahan bayi; menyarankan untuk tidak mengkonsumsi bahan pangan yang dapat menghambat absorpsi besi, khususnya
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
21
bagi wanita dan anak-anak. Komunikasi antar pribadi masih merupakan metode komunikasi yang efektif pada sebagian besar negara berkembang. Strategi hortikultural untuk mendorong produksi buah dan sayuran yang kaya akan zat besi merupakan komponen penting dalam pendekatan jangka panjang untuk mengendalikan dan mencegah anemia. Kebun rumah merupakan salah satu pendekatan yang dapat berlanjut untuk mengendalikan anemia gizi besi pada masyarakat. Keuntungan berkebun di rumah adalah bahwa kegiatan ini akan memfasilitasi konsumsi nutrien yang beragam.
2.5 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan
sehat-sakit,
penyakit,
dan
faktor-faktor
yang
yang
mempengaruhi sehat-sakit seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Mahasiswa menggunakan modifikasi perilaku kesehatan terhadap keluarga sebagai upaya untuk tindakan pencegahan dan peningkatan kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah anemia. Ada 3 domain perilaku kesehatan yaitu: pengetahuan, sikap dan tindakan serta cara pengukuran dan indikator perilaku kesehatan.
2.5.1 Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara perilaku kesehatan. Untuk mengukur pengetahuan kesehatan dapat dilakukan dengan wawancara atau melalui angket. Pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan meliputi: pengetahuan tentang penyakit (jenis penyakit, penyebabnya, tanda dan gejala, cara pencegahan, cara penularan dan cara perawatan); pengetahuan tentang faktor-faktor yang
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
22
terkait atau yang mempengaruhi kesehatan; pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat di kunjungi (Notoatmodjo, 2005).
2.5.2 Sikap Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap halhal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan yang mencakup sekurangkurangnya 4 variabel: sikap terhadap penyakit; sikap terhadap faktor yang terkait mempengaruhi kesehatan; sikap terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dengan pertanyaan tentang stimulus yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2005).
2.5.3 Praktik Kesehatan Praktik kesehatan adalah semua aktivitas seseorang dalam memelihara kesehatan yang meliputi: tindakan terhadap penyakit; praktik sehubungan dengan faktor yang terkait dengan masalah kesehatan; praktik sehubungan dengan penggunaan fasilitas kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Kegiatan individu, keluarga dan masyarakat dalam mengenal masalah kesehatan dan cara perawatan sederhana termasuk dalam kategori praktik kesehatan karena upaya yang dilakukan adalah kegiatan untuk memelihara kesehatan atau memperoleh kesehatan yang optimal.
Menurut John P. Elder (1994) dalam Notoatmodjo (2005), untuk berprilaku sehat dibutuhkan tiga hal yaitu: pengetahuan yang tepat, motivasi dan keterampilan untuk berprilaku sehat. Jika seseorang tidak memiliki keterampilan untuk memunculkan perilaku sehat maka disedut skill deficit. Untuk meningkatkan perilaku sehat, maka intervensi yang tepat yaitu pelatihan. Jika seseorang memiliki pengetahuan dan keterampilan namun tidak memiliki motivasi maka disebut performance deficits. Untuk menimbulkan motivasi maka teknik yang dapat digunakan yaitu menggunakan modifikasi pendekatan perilaku. Pemberian penguat (reinforcement) untuk meningkatkan perilaku atau pemberian sanksi atau hukuman untuk menurunkan frekuensi perilaku. Masalah yang menyebabkan seseorang sulit termotivasi untuk berperilaku sehat adalah karena perubahan perilaku dari yang tidak sehat menjadi sehat tidak menimbulkan dampak langsung
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
23
secara cepat, bahkan tidak berdampak apa-apa terhadap penyakitnya, namun hanya mencegah agar tidak menjadi lebih buruk lagi.
Perawat dapat berperan serta dalam meningkatkan perilaku sehat atau memunculkan perilaku sehat terhadap individu maupun keluarga melalui upaya promotif dan tindakan preventif. Upaya promotif dilakukan dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang mengenal masalah penyakit ataupun masalah yang saat itu dirasakan oleh keluarga.
2.5.4 Modifikasi Perilaku Modifikasi mengikuti rencana evaluasi dan memulai proses pengembalian siklus ke pengkajian awal dan pengkajian ulang-memberikan informasi baru yang diperoleh dari temuan sebelumnya dan kemudian meneruskan untuk merevisi tiap fase dalam siklus jika diperlukan. Modifikasi sering sulit dilakukan, dan dapat menimbulkan frustasi serta menurunkan ego untuk menerima bahwa rencana dan/atau implementasi ternyata tidak efektif. Seringkali perawat yang bekerja dengan keluarga dalam jangka panjang melihat hasil yang sangat lambat atau mungkin tidak ada perubahan sama-sekali pada keluarga-setidaknya tidak terjadi perubahan saat perawat bekerja dengan keluarga tersebut. Pada kondisi ini perawat perlu memastikan bahwa jika mereka meneruskan mencari diagnosis yang lebih akurat atau rencana yang lebih efektif, upaya mereka mempunyai peluang untuk berhasil dan sumber yang digunakan akan sepadan dengan hasil yang dicapai. Akan tetapi penting untuk mengingat dan bekerja berdasarkan prinsip penentuan diri- bahwa keluarga mempunyai hak untuk memutuskan apa yang terbaik bagi mereka serta membuat keputusan untuk diri mereka sendiri.
Modifikasi perilaku adalah wilayah psikologi yang terkait dengan analisa modifikasi perilaku manusia. Analisa maksudnya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan dan perilaku tertentu untuk memahami alasan dari perilaku atau untuk menentukan mengapa seseorang berprilaku seperti ini. Modifikasi maksudnya mengembangkan dan menerapkan prosedur-prosedur untuk menolong individu mengubah perilakunya. Prosedur-prosedur modifikasi
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
24
perilaku digunakan oleh para profesional untuk menolaong seseorang mengubah perilaku sosialnya secara signifikan dengan tujuan memperbaiki beberapa aspek pada kehidupannya. Karakteristik modifikasi perilaku Fokus pada perilaku, bukan pada karakteristik atau sifat individu. Dalam modifikasi perilaku, perilaku yang akan diubah disebut perilaku target. Berdasarkan pada prosedur dan prinsip-prinsip perilaku Menekankan
pada
kejadian-kejadian
sekarang.
Perilaku
manusia
dikendalikan oleh kejadian-kejadian sekitarnya, dan tujuan dari modifikasi perilaku adalah untuk mengidentifikasi kejadian-kejadian tersebut.
Area penggunaan modifikasi perilaku diantaranya perilaku sehat, prosedur modifikasi perilaku digunakan untuk memperkenalkan perilaku sehat dengan meningkatkan pola hidup sehat (olahraga dan nutrisi tepat) dan mengurangi pola hidup yang tidak sehat (merokok, minum-minuman keras). Modifikasi perilaku dapat menerapkan Reinforcement Theory dikatakan bahwa seseorang akan mengulangi perilaku positifnya apabila setelah berperilaku, ia memperoleh sesuatu (konsekuensi) yang menyenangkan, dan tidak akan mengulangi perilaku negatifnya, apabila setelah berperilaku, ia memperoleh sesuatu (konsekuensi) yang merugikan atau tidak menyenangkan (dikenal sebagai ‘the law of effect’). Teori Reinforcement lebih lanjut merinci dua konsekuensi yang menyenangkan, ialah (1) positive reinforcement, dan (2) negative reinforcement. Serta dua konsekuensi yang merugikan, yaitu (1) extinction dan (2) punishment. Positive reinforcement mendorong terciptanya dan diulanginya perilaku positif dengan (prosesnya) diiming-imingi insentif. Negative reinforcement mendorong terciptanya
dan
diulanginya
perilaku
positif
dengan
menghilangkan
penghambatnya. Extinction dimaksud sebagai meredam perilaku negatif dengan tidak memberikan reaksi apa-apa ketika perilaku yang dimaksud dimunculkan. Sedangkan ‘punishment’ dimaksud meredam perilaku negatif dengan cara memberikan hukuman apabila perilaku yang dimaksud dimunculkan (B.W. Soetjipto dan F. Noor, 2001).
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
25
2.5.5 Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya.
Anggota
keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, Bowen & Jones, 2003). Jenis dukungan sosial keluarga Caplan (1964) dalam Friedman, Bowen dan Jones (2003) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa jenis dukungan yaitu: Dukungan informasional Keluarga
berfungsi
sebagai sebuah
informasi tentang dunia. Menjelaskan
kolektor dan diseminator (penyebar) tentang
pemberian saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Dukungan penilaian Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator
indentitas
anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian. Dukungan instrumental Keluarga merupakan
sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan. Dukungan emosional Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan sosial
keluarga
adalah
sebuah
proses
yang
terjadi sepanjang masa
kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap-
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
26
tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam semua
tahap
siklus
kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya,
hal
ini
meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, Bowen & Jones, 2003).
Wills (1985) dalam Friedman, Bowen dan Jones (2003) menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga (dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan) dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi akibat-akibat dari kesehatan) pun ditemukan. Sesungguhnya efek-efek penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan kesejahteraan mempengaruhi
boleh
jadi berfungsi bersamaan. Faktor-faktor
dukungan keluarga
lainnya adalah
yang
kelas sosial ekonomi
orangtua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan
orang
tua
dan
tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas
menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi.
Selain
itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai
tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN 3.1 Pengkajian Kasus Keluarga Bapak U merupakan keluarga inti (Nuclear family) terdiri dari Bapak U (52 tahun), Ibu A (48 tahun), anak A (27 tahun), anak Ar (22 tahun), anak An (18 tahun), anak F (13 tahun) dan anak R (5 tahun). Keluarga Bapak U berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia dewasa muda. Keluarga Bapak U adalah suku Betawi dan biasa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dan menganut agama islam. Bapak U sebagai karyawan perusahaan swasta di daerah Cileungsi dan Ibu A berperan sebagai ibu rumah tangga. Anak A (27 tahun) merupakan anak pertama dalam keluarga Bapak U sudah bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta dan belum menikah. Keluarga Bapak U tinggal di RW 02 Kelurahan Cisalak Pasar sejak 20 tahun lalu. Keluarga Bapak U tinggal di rumah kontrakan sejak anak keduanya (anak Ar) berusia 2 tahun. Rumah yang ditempati merupakan rumah petak yang terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar, dapur dan kamar mandi. Jendela hanya terdapat di depan rumah dan jarang dibuka. Kondisi rumah menggunakan penerangan pada siang hari dan tampak kurang rapi. Keluarga juga memiliki hewan peliharaan berupa burung yang diletakkan di teras rumah. Halaman rumah digunakan sebagai tempat parkir kendaraan. Pada saat pengkajian keluarga menerima kehadiran perawat dengan baik. Ibu A mau menceritakan kondisi yang dialami oleh keluarganya tentang masalah kesehatan, riwayat keluarga inti dan riwayat keluarga sebelumnya. Ibu A mengatakan keluarganya tidak aktif dalam perkumpulan warga seperti pengajian dan arisan di lingkungan tempat tinggalnya. Bapak U pulang bekerja pada sore hari, sedang ibu A mengurus anak R yang masih balita. Penghasilan bapak U selama sebulan kurang lebih 5 juta rupiah dan dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ibu A mengatakan stressor jangka panjang yang dirasakan olehnya adalah belum terpenuhinya kebutuhan perumahan untuk keluarganya. Ibu A mengatakan ingin memiliki rumah sendiri, tetapi penghasilan yang diperoleh dari bapak U tidak pernah disisihkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
27 Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
28
Pengaturan keuangan dilakukan oleh bapak U dan ibu A hanya menerima uang belanja rumah tangga dalam sebulan.
Pengkajian terhadap anak F ditemukan bahwa anak F kadang mengeluh pusing saat bangun tidur, mudah lelah, sulit berkonsentrasi pada saat belajar dan sering mengantuk terutama pada saat sedang belajar di sekolah. Saat pengkajian pola makan ditemukan bahwa anak F tidak pernah sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Di sekolah anak F biasanya mengkonsumsi mie instan yang dijual di kantin sekolah. Anak F juga senang mengkonsumsi es teh sebanyak 2 x sehari, minuman bersoda serta pola makan yang tidak teratur.
Pada saat pertemuan kedua dilakukan pemeriksaan fisik terhadap keluarga bapak U. Pada anak F didapatkan hasil konjungtiva anemis dan wajah agak pucat. Anak F mengatakan ia tidak tahu jika dirinya menderita anemia. Keluargapun tidak tahu jika anak F menderita anemia karena anak F tidak pernah menceritakan pada orangtuanya keluhan yang dialaminya. Anak F menganggap apa yang dirasakannya sebagai suatu hal yang wajar saja. Hasil pemeriksaan hemoglobin secara sederhana dengan menggunakan hemometer sahli menunjukkan angka 11 gr/dl. Saat digali pengetahuan keluarga tentang anemia keluarga mampu menjawab pengertian anemia, tetapi belum mengetahui tanda dan gejala anemia serta cara pencegahan dan perawatan anemia. Keluarga mengatakan ingin mengetahui cara perawatan dan pencegahan anemia agar mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh anak F.
3.2 Diagnosis Keperawatan Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, lalu dilakukan analisa kasus dan didapatkan beberapa masalah keperawatan yang muncul, baik masalah keperawatan fisik maupun masalah psikososial. Permasalahan kesehatan anak F pada keluarga Bapak U yaitu anemia pada remaja. Diagnosis keperawatan yang diangkat oleh penulis adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terkait anemia. Hal ini nampak dari respon keluarga yang tidak mengetahui bahwa anak remaja putri memiliki resiko anemia lebih tinggi dibandingkan remaja putra, tidak
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
29
mengetahui tanda dan gejala anemia yang dialami oleh anak F dan kebiasaan anak F tidak sarapan pagi saat akan berangkat ke sekolah serta kebiasaan mengkonsumsi teh yang berlebihan. Masalah ini menjadi stressor bagi keluarga karena anemia dapat mempengaruhi aktivitas dan kesehatan anak F sehari-hari. Masalah kesehatan yang dialami oleh anak F dapat diatasi dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga.
3.3 Intervensi Keperawatan Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga bapak U khususnya anak F terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Rencana keperawatan keluarga untuk diagnosa keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp. U dengan anemia pada remaja antara lain memiliki tujuan umum setelah dilakukan intervensi sebanyak 4 kali kunjungan, diharapkan keluarga mampu merawat anak F dengan masalah anemia. Tujuan khusus pertama setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1 x 60 menit diharapkan keluarga mampu mengenal masalah anemia pada remaja, dengan mampu menyebutkan pengertian anemia, menyebutkan penyebab anemia, menyebutkan tanda dan gejala anemia dengan evaluasi kriteria respon verbal.
Evaluasi standar dari tujuan khusus pertama antara lain 1) Keluarga mampu menyebutkan pengertian anemia adalah penyakit kurang darah yang disebabkan oleh kurang zat besi; 2) Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 penyebab anemia yaitu: kandungan zat besi dalam makanan tidak mencukupi kebutuhan tubuh, meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi dan meningkatnya pengeluaran zat besi; 3) Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 8 tanda dan gejala anemia yaitu: lemah, letih, lesu, lelah, lunglai, pusing, mata berkunang-kunang dan kelopak mata pucat.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian anemia; 2) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai penyebab anemia; 3) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang tanda dan gejala anemia; 4) Bantu
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
30
keluarga untuk mengidentifikasi anemia pada keluarga Bapak U; 6) Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 7) Berikan informasi materi kepada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 8) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 9) Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 10) Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 11) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Tujuan khusus kedua setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1 x 60 menit diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang mengalami anemia, dengan mampu 1) Menyebutkan akibat anemia bila tidak diatasi; 2) Mengambil keputusan yang tepat untuk mengikuti mengatasi masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terutama masalah anemia dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif. Evaluasi standar dari tujuan khusus kedua antara lain: 1) Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat masalah anemia bila tidak diatasi, antara lain menurunnya prestasi belajar, mudah terkena infeksi, penurunan produktifitas, pertumbuhan dan kesegaran fisik menurun; 2) Keluarga memutuskan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terutama masalah anemia.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat masalah anemia bila tidak diatasi; 2) Memotivasi anggota keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan terutama anemia; 3) Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 4) Berikan informasi kepada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 5) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 6) Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 7) Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 8) Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah anemia pada anak F; 9) Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami anemia; 10) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
31
Tujuan khusus ketiga setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1 x 60 menit diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah anemia, dengan mampu 1) Menyebutkan
cara perawatan
anemia; 2)
mendemonstrasikan pemilihan makanan yang mengandung zat besi dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon psikomotor. Evaluasi standar dari tujuan khusus ketiga antara lain: 1) Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 cara perawatan anemia yaitu: mengkonsumsi makanan bergizi, menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum tablet tambah darah dan mengobati penyakit
yang
menyebabkan
anemia;
2)
mahasiswa
dan
keluarga
mendemonstrasikan pemilihan bahan makanan yang mengandung zat besi.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai cara perawatan anemia; 2) berikan informasi pada keluarga mengenai cara merawat anemia dengan menggunakan lembar balik; 3) Demonstrasikan dengan keluarga pemilihan bahan makanan yang mengandung zat besi; 4) Beri kesempatan keluarga mendemonstrasikan kembali cara berkomunikasi efektif antara orang tua dan remaja; 5) berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 6) Berikan informasi kepada keluarga dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 7) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 8) Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 9) Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 10) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Tujuan khusus keempat setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1 x 40 menit diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan dan perilaku untuk merawat anak F, dengan mampu menyebutkan cara modifikasi lingkungan dan perilaku yang mendukung untuk mengatasi anemia, dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif. Evaluasi standar dari tujuan khusus keempat yaitu keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 cara memodifikasi lingkungan dan perilaku yang mendukung untuk
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
32
mengatasi anemia yaitu: 1) membiasakan sarapan pagi; 2) mengurangi kebiasaan mengkonsumsi teh dan 3) memanfaatkan lahan kosong dihalaman rumah untuk menanam sayur-sayuran.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga tentang modifikasi lingkungan dan perilaku untuk mengatasi anemia; 2) berikan pujian pada keluarga entang pemahaman yang benar; 3) berikan informasi kepada keluarga mengenai modifikasi lingkungan dan perilaku untuk mengatasi anemia; 4) Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang dibahas; 5) motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dibahas; 6) berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Tujuan khusus kelima setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1 x 40 menit diharapkan keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah anemia dalam keluarga, dengan mampu 1) Menyebutkan jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah anemia remaja; 2) Menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan; 3) Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi mengenai anemia remaja dengan evaluasi kriteria respon verbal dan respon afektif. Evaluasi standar dari tujuan khusus kelima antara lain: 1) Keluarga mampu menyebutkan pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah anemia remaja, yaitu: Puskesmas (Program Kesehatan Peduli Remaja), rumah sakit dan klinik swasta; 2) keluarga mampu menyebutkan manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan yaitu: mendapatkan penyuluhan tentang anemia dan mendapatkan pengobatan pada anggota keluarga yang mengalami masalah anemia; 3) Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk konsultasi mengenai masalah komunikasi antara orang tua dan remaja.
Intervensi keperawatan meliputi 1) Diskusikan bersama keluarga mengenai jenisjenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi keluarga untuk berkonsultasi masalah komunikasi antara orang tua dan remaja yang ada disekitar tempat tinggal; 2) Diskusikan bersama keluarga tentang manfaat mengunjungi fasilitas
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
33
kesehatan; 3) Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan; 3) Motivasi keluarga untuk jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dapat dikunjungi; 4) Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
3.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Implementasi untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dilakukan sebanyak 4 kali. Implementasi pertama dilakukan pada hari Selasa, 21 Mei 2013 pukul 14.00-15.00 WIB. Perawat memberikan penyuluhan kesehatan kepada keluarga Bp. U tentang mengenal anemia pada remaja. Implementasi yang dilakukan antara lain: 1) Menjelaskan kepada keluarga Bp. U, khususnya Ibu. A dan anak F tentang pengertian anemia; 2) Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai anemia; 3) Memberikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar 4) Memberikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian anemia dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet; 5) Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 6) Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 7) Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 8) Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Membantu keluarga Bp. U untuk mengambil keputusan dalam mengatasi masalah anemia dalam keluarga.
Implementasi
yang dilakukan antara lain 1)
Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat masalah anemia bila tidak diatasi; 2) memberikan pujian pada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai akibat anemia yang benar; 3)memberikan informasi kepada keluarga mengenai akibat anemia dengan menggunakan lembar balik; 4) Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan; 5) memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti; 6) Memberikan Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan; 7) Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga; 8) membantu keluarga mengenal dan menyadari adanya masalah anemia pada anak
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
34
F; 9) Membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami anemia; 10) Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Membantu keluarga untuk melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami anemia. Implementasi yang dilakukan antara lain 1) Mendorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan untuk merawat anemia; 2) Memberikan informasi pada keluarga mengenai cara merawat anemia dengan menggunakan lembar balik; 3) memotivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan; 4) Memberikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai keluarga; 5) mendemonstrasikan pemilihan makanan yang mengandung zat besi; 6) menganjurkan keluarga mendemonstrasikan pemiliha makanan yang mengandung zat besi; 7) memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang diberikan; 8) memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan secara mandiri 9) memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Evaluasi untuk TUK 1, 2 dan 3 yaitu keluarga mengatakan bahwa anemia adalah penyakit karena kekurangan darah; keluarga mengatakan penyebab anemia yaitu kekurangan zat besi dan meningkatnya kebutuhan tubuh terhadap zat besi; keluarga menyebutkan tanda dan gejala anemia yaitu: lemah, letih, lesu dan pusing; keluarga menyebutkan anemia yaitu menurunya prestasi belajar dan mudah terkena infeksi; keluarga mengatakan akan merawat anak F yang menderita anemia; keluarga mengatakan cara mengatasi anemia yaitu makan makanan yang mengandung zat besi dan minum tablet tambah darah.
Evaluasi subjektif terhadap implementasi yang dilakukan yaitu keluarga keluarga mampu menjelaskan pengertian anemia secara ringkas; keluarga mampu menyebutkan 2 penyebab anemia; keluarga mampu menyebutkan 4 tanda dan gejala
anemia;
keluarga
mampu
menjelaskan
akibat
anemia;
keluarga
memutuskan untuk merawat anemia yang terjadi pada anak F; keluarga mampu mendemonstrasikan pemilihan makanan yang mengandung zat besi.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
35
Implementasi TUK 1, 2 dan 3 tercapai ditandai dengan keluarga telah mampu mengenal anemia, 2 dari 3 penyebab anemia, 4 dari 8 tanda dan gejala anemia, akibat anemia; mengambil keputusan merawat anak F yang mengalami anemia; mendemonstrasikan pemilihan bahan makanan yang mengandung zat besi. Rencana untuk pertemuan selanjutnya adalah melanjutkan ke TUK 4 dan 5.
Implementasi kedua dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 23 Mei 2013 jam 13.30 WIB. Implementasi TUK 4 merupakan intervensi inovasi yang dilakukan oleh perawat untuk mengubah atau memperbaiki perilaku yang kurang sehat pada anak F untuk mengatasi anemia yang diderita. Pada pertemuan ini perawat mengevaluasi TUK 1, 2 dan 3 yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya dan melanjutkan TUK 4 dan 5 kepada keluarga Bp. U tentang modifikasi lingkungan dan perilaku untuk mengatasi anemia yang diderita anak F. Implementasi yang dilakukan yaitu: 1) Mendiskusikan bersama keluarga tentang modifikasi lingkungan dan perilaku untuk mengatasi anemia pada anak F; 2) memberikan pujian pada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar; 3) Memberikan informasi pada keluarga mengenai modifikasi lingkungan dan perilaku untuk mengatasi anemia; 4) memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang dibahas; 5) memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dibahas; 6) memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Membantu keluarga Bp. U untuk mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk untuk mengatasi anemia. Implementasi yang dilakukan antara lain 1) Mendiskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal; 2) Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi; 3) mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan 4) Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan; 5) Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan. Evaluasi untuk TUK 4 dan 5 yaitu keluarga mengatakan cara memodifikasi lingkungan dan perilaku untuk mengatasi anemia yang dialami anak F yaitu membiasakan anak F sarapan pagi dan membatasi kebiasaan minum teh setiap
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
36
hari; Ibu A mengatakan anak F selalu minum es teh 2-3 kali sehari; Ibu A mengatakan mungkin akan sulit sekali mengubah kebiasaan anak F untuk tidak mengkonsumsi es teh setiap hari. keluarga mengatakan fasilitas yang dapat dikunjungi, yaitu: Puskesmas, rumah sakit dan klinik swasta; keluarga mengatakan manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan yaitu untuk mendapatkan penyuluhan dan mendapatkan pengobatan.
Evaluasi objektif terhadap implementasi yang dilakukan pada TUK 4 dan 5 yaitu; keluarga menyebutkan 2 cara memodifikasi lingkungan dan perilaku; keluarga menyebutkan
2
cara
memodifikasi
lingkungan
dan
perilaku;
keluarga
menyebutkan 3 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi; keluarga menyebutkan 2 manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan. Implementasi terhadap TUK 4 dan 5 tercapai sebagian ditandai dengan keluarga telah mampu manyebutkan cara memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah anemia yang dialami oleh anak F. Rencana untuk pertemuan selanjutnya adalah memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dan membuat jadwal untuk memodifikasi perilaku anak F.
Pertemuan ketiga untuk diagnosa pertama dilakukan untuk mengevaluasi perilaku anak F dan memotivasi untuk kunjungan ke fasilitas kesehatan dilakukan pada hari Selasa 28 Mei 2013. Implementasi yang dilakukan yaitu: 1) mengevaluasi perilaku sarapan pagi dan kebiasaan minum teh pada anakF; 2) Membuat jadwal modifikasi perilaku sarapan pagi dan pembatasan konsumsi es teh pada anak F, 3) memberikan reinforcement positif atas usaha yang telah dilakukan; 4) memotivasi keluarga untuk membawa anak F ke pelayanan kesehatan. Evaluasi dari kunjungan tersebut yaitu: 1) anak F mengatakan tidak sempat sarapan pagi kerena takut terlambat ke sekolah; 2) anak F mengatakan belum bisa menghilangkan kebiasaan minum es teh setiap hari; 3) anak F mengatakan minum es teh masih 23 kali sehari 4) keluarga mengatakan menyetujui jadwal yang dibuat bersama perawat; 5) anak F mengatakan belum mau mengunjungi fasilitas kesehatan. Evaluasi objektif
setelah dilakukan implementasi yaitu keluarga menyetujui
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
37
jadwal yang telah dibuat bersama perawat. Rencana kunjungan berikutnya yaitu mengevaluasi perilaku melalui jadwal yang telah disepakati.
Pertemuan keempat untuk implementasi modifikasi perilaku dilakukan pada hari Kamis, 21 Juni 2013. Implementasi yang dilakukan diantaranya: 1) mengevaluasi jadwal perilaku sarapan pagi dan minum es teh pada anak F; 2) memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga; 3) memotivasi keluarga untuk mendukung perilaku sehat anak F yang sudah dicapai. Evaluasi subjektif terhadap implementasi yang dilakukan yaitu: 1) Ibu A mengatakan anak F sudah mulai sarapan pagi setiap hari; 2) Ibu A mengatakan kebiasan minum teh setiap hari mulai berkurang; 3) Anak F mengatakan sudah mulai rutin sarapan pagi; 4) anak F mengatakan masih minum es teh 1- 2 kali sehari; 5) ibu A mengatakan mendukung kebiasaan baik anak F untuk sarapan pagi dan pembatasan konsumsi es teh. Evaluasi objektif terhedap implementasi yang dilakukan yaitu: 1) jadwal kegiatan yeng dibuat sudah terisi dan terlihat kebiasaan minum es teh anak F berkurang; 2) jadwal sarapan pagi anak F selama satu minggu terakhir terisi penuh; 3) jadwal kegiatan konsumsi es teh 1 minggu terakhir berkurang menjadi 1 kali sehari; 4) Ibu A tampak mendukung perilaku anak F yang baru. Analisis untuk modifikasi perilaku anak F tercapai.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan TUK 1 sampai dengan 5 selama 4 kali kunjungan keluarga untuk masalah keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp. U khususnya masalah anemia, maka
keempat
implementasi evaluasi secara keseluruhan bahwa TUK 1 sampai dengan 5 tercapai, ditandai dengan keluarga khususnya Ibu A telah mampu mengenal masalah anemia, mengambil keputusan untuk merawat anak F dengan anemia, mendemonstrasikan kembali pemilihan bahan makanan yang mengandung zat besi, memodifikasi perilaku anak F untuk melakukan jadwal sarapan pagi dan pembatasan konsumsi teh serta mengetahui manfaat fasilitas kesehatan.
Setelah dilakukan eveluasi sumatif untuk masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp. U, juga dilakukan penilaian terhadap tingkat
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
38
kemandirian keluarga. Menurut hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Ian keluarga berada pada tahap” Kemandirian Tingkat III”. Kemandirian III yaitu keluarga yang dapat: 1) Menerima petugas puskesmas; 2) Menerima yankes sesuai rencana; 3) Menyatakan masalah kesehatan secara benar; 4) Memanfaatkan faskes sesuai anjuran; 5) Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran; 6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
3.5 Intervensi Inovasi Modifikasi Perilaku Intervensi inovasi yang dilakukan pada keluarga Bp. U dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp U terutama masalah anemia pada anak F yaitu melakukan modifikasi perilaku terhadap anak F. Tujuan dari implementasi inovasi ini diharapkan terbentuk perilaku sehat pada anak F sehingga dapat mengatasi masalah anemia yang dialami oleh anak F. Pada kunjungan implementasi kedua tanggal 23 Mei 2013 mahasiswa melakukan intervensi inovasi dengan cara menjelaskan modifikasi perilaku yang dapat dilakukan oleh anak F untuk mengatasi masalah anemia diantaranya yaitu membiasakan sarapan pagi dan membatasi konsumsi es teh.
Pertemuan ketiga dilakukan pada hari selasa tanggal 28 Mei 2013, mahasiswa melakukan evaluasi terhadap perilaku anak F selama 5 hari setelah implementasi kedua tentang kebiasaan sarapan pagi dan konsumsi es teh. Evaluasi yang diperoleh yaitu anak F mengatakan masih belum bisa meninggalkan kebiasaan minum teh. Evaluasi terhadap kebiasaan sarapan pagi diperolah yaitu anak F tidak melakukan kegiatan sarapan pagi selama 5 hari tersebut dengan alasan jika ia sarapan pagi di rumah maka ia akan terlambat ke sekolah, sementara saat sampai di sekolah anak F sudah tidak memiliki waktu untuk sarapan karena sudah masuk jam pelajaran. Ibu A mengatakan anak F memang memiliki kebiasaan bangun kesiangan setiap hari. Sehingga menu yang sudah disajikan untuk sarapan keluarga tidak pernah disentuh. Untuk mencapai tujuan modifikasi perilaku, mahasiswa membuat jadwal kegiatan bersama anak F dan Ibu A terkait kebiasaan
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
39
sarapan pagi dan konsumsi es teh. Jadwal dibuat bersama keluarga selama 2 minggu dan akan dievaluasi kembali. Jika anak F mampu melakukan kegiatan sarapan pagi dan membatasi kebiasaan minum teh minimal selama 1 minggu, mahasiswa akan memberikan reward kepada anak F. Keluarga menyetujui kesepakatan yang dibuat bersama mahasiswa.
Pertemuan keempat dilakukan pada tanggal 21 Juni 2013 evaluasi terhadap implementasi inovasi yang dilakukan diperoleh Ibu A mengatakan anak F sudah mulai sarapan pagi setiap hari, Ibu A mengatakan kebiasan minum teh setiap hari mulai berkurang, Anak F mengatakan sudah mulai rutin sarapan pagi, anak F mengatakan masih minum es teh 1- 2 kali sehari. Jadwal kegiatan yang dibuat sudah terisi dan terlihat pada minggu pertama terlihat bahwa kebiasaan minum es teh anak F masih sangat sering yaitu 2-3 kali sehari dan anak F tidak pernah melakukan sarapan pagi. Evaluasi jadwal pada minggu kedua terlihat kebiasaan anak F mengkonsumsi es teh berkurang dan jadwal sarapan pagi anak F selama satu minggu terakhir terisi penuh, jadwal kegiatan konsumsi es teh 1 minggu terakhir berkurang menjadi 1 kali sehari.
Hasil evaluasi secara keseluruhan setelah dilakukan implementasi inovasi modifikasi perilaku pada anak F selama 3 kali kunjungan ibu A mengatakan anak F mulai melakukan sarapan pagi meskipun pada minggu pertama anak F mengalami kesulitan untuk melakukan sarapan pagi karena selalu terburu-buru untuk berangkat ke sekolah. Ibu A mengatakan kebiasaan anak F mengkonsumsi es teh pada minggu terakhir mulai berkurang. Evaluasi perilaku berdasarkan jadwal yang telah dibuat bersama tampak peningkatan perilaku yang lebih baik pada anak F dengan mulai membiasakan sarapan pagi dan membatasi konsumsi es teh. Intervensi inovasi yang dilakukan pada keluarga Bp U terutama anak F dapat berjalan dengan baik meskipun belum maksimal. Perubahan perilaku yang diharapkan mulai terlihat, dan diharapkan keluarga mampu memberikan dukungan terhadap perilaku anak F tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISA SITUASI 4.1 Profil Lahan Praktik Kota Depok merupakan wilayah yang berbatasan dengan ibukota DKI Jakarta berfungsi sebagai daerah penyangga kota Jakarta dan mendapat tekanan migrasi cukup tinggi sebagai akibat dari meningkatnya jumlah kawasan permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa dengan luas total 200,9 km2 pada tahun 2003 memiliki jumlah penduduk 1.374.522 jiwa dengan kepadatan rata-rata 6.863 jiwa/km2 (www.depok.go.id).
Kecamatan Cimanggis merupakan salah satu
kecamatan yang padat di kota Depok. Luas wilayah Cimanggis 53,54 km2 dengan kepadatan 5.709 jiwa/km2. Kecamatan Cimanggis sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai sektor ekonomi dengan banyaknya jumlah pabrik di sepanjang jalan raya Bogor (www.depok.go.id). Kecamatan Cimanggis termasuk dalam kategori padat karena urbanisasi penduduk dari desa ke kota. Daya tarik kecamatan
Cimanggis
yaitu
banyaknya pabrik
yang dianggap
mampu
memberikan lapangan pekerjaan bagi pendatang. Jumlah pendatang yang meningkat terus-menerus menyebabkan wilayah pemukiman menjadi lebih padat.
Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan Cimanggis Kota Depok. Kelurahan ini memiliki 8 rukun warga (RW), menurut sekertaris kelurahan, RW 08 merupakan kompleks perumahan yang mayoritas dihuni oleh warga dengan status ekonomi menengah keatas sedangkan 7 RW lainnya merupakan kampung yang mayoritas stautus ekonomi warganya adalah menengah kebawah. Kelurahan Cisalak Pasar belum memiliki puskesmas kelurahan, sehingga fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dapat dijangkau oleh warganya adalah puskesmas kecamatan Cimanggis yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari kelurahan Cisalak Pasar. Terdapat satu pasar di kelurahan ini yang terletak di RW 04 dan jaraknya dekat dengan rumah warga.
Pemukiman warga di RW 02 tampak padat, mayoritas merupakan rumah pribadi, dan merupakan bangunan permanen. Terdapat beberapa rumah kontrakan satu pintu yang seluruhnya dihuni oleh warga pendatang. Sebagian besar memiliki
40 Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
41
halaman depan atau teras walaupun tidak luas. Karena padatnya perumahan, dan wilayah yang tidak terlalu luas, pencahayaan sinar matahari tidak masuk pada sebagian besar rumah. Tempat pembuangan sampah umum tidak terlihat dan mayoritas masyarakat tidak memiliki tempat pembuangan sampah permanen di depan rumah, biasanya hanya menggunakan kardus atau plastik yang selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan yang dikelola oleh RW. Namun ada juga warga yang membakar sampah dedaunan yang berserakan di halaman atau di pinggir jalan.
Di beberapa tanah kosong masih juga dijumpai tumpukan sampah yang sengaja di tumpuk. Keadaan got atau saluran air di wilayah RW 02 menggunakan sistem terbuka dengan lebar yang minimal sehingga saat hujan turun terkadang air meluap ke jalan. Ada beberapa keluarga yang memelihara binatang peliharaan seperti unggas yang dibuatkan kandang di halaman rumah, sehingga tercium bau yang kurang sedap.
Wilayah RW 02 kelurahan Cisalak Pasar memiliki 5 RT yang tidak terlalu luas, untuk mencapai RW 02 tidak ada kendaraan umum yang melewati RW 02 kecuali ojek. Jalan yang ada di RW 02 sudah diaspal dan dapat dilewati oleh kendaraan beroda empat. Sumber-sumber bagi RW 02 untuk mendapatkan kebutuhan seharihari sangat memadai. Di setiap Rt terdapat tukang sayur keliling maupun warung yang menjual sayuran serta bahan pokok. Pasar dapat ditempuh dengan berjalan kaki lebih kurang 250 meter.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah RW 02 yang biasa digunakan masyarakat yaitu puskesmas dan posyandu. RW 02 hanya memiliki 1 posyandu dengan kunjungan balita kurang lebih 75 balita. Hanya sebagian warga yang memanfaatkan failitas kesehatan untuk berobat karena biasanya masalah kesehatan yang dirasakan diatasi dengan minum obat yang dibeli di warung dengan alasan malas ke puskesmas.
Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
42
Remaja di wilayah RW 02 berjumlah kurang lebih 360 orang dan sebagian besar berada pada usia sekolah. Tidak ada organisasi atau wadah yang dapat dimanfaatkan oleh remaja untuk menyalurkan bakat atau hobinya. Remaja putra di lingkungan RW 02 biasanya menggunakan pos-pos ronda untuk berkumpul sekedar ngobrol atau menonton bola bersama teman sebayanya. Kader mengatakan kadang kumpulan remaja itu mengganggu karena ada yang berkumpul sambil mengkonsumsi minuman keras dan melakukan aktivitas begadang hingga pagi hari. Remaja putri yang ada di RW 02 juga tidak memiliki kegiatan di lingkungannya. Remaja putri lebih sering berada di rumah atau berkumpul dengan teman sebayanya pada saat hari libur atau pulang dari sekolah.
Informasi yang diperoleh dari kader dan remaja yaitu belum pernah diadakan penyuluhan terkait remaja di wilayah RW 02 baik pada kader maupun untuk remaja. Kader juga tidak mengetahui program kesehatan untuk remaja yang ada di puskesmas. Kader aktif mengarahkan mahasiswa untuk mengelola remaja yang membutuhkan perhatian khusus. Keluarga mayoritas menerima kehadiran mahasiswa maupun petugas kesehatan.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan Terkait Konsep KKMP Pesatnya perkembangan daerah perkotaan beberapa tahun terakhir menyebabkan urbanisasi yang terus-menerus meningkat setiap tahunnya. Daya tarik kota yang menjanjikan kemudahan bagi para pendatang adalah banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia melalui perusahaan, pabrik-pabrik dan pusat perbelanjaan. Kota Depok merupakan penyangga bagi ibukota Jakarta dalam beberapa kurun waktu terakhir mengalami perkembangan yang pesat ditandai dengan banyaknya pabrik, restoran dan pusat perbelanjaan. Pembangunan sarana sektor ekonomi tersebut semakin mempersempit lahan pertanian dan meluasnya wilayah pemukiman untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal. Dampaknya bagi kota adalah semakin padatnya jumlah penduduk kota Depok menimbulkan masalah yang semakin kompleks. Kemiskinan masyarakat
merupakan sumber dari
permasalahan yang berkembang di perkotaan terutama kelaparan, masalah kesehatan, penyakit menular yang disebabkan oleh kepadatan, kekerasan dan
Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
43
kejahatan, tunawisma dan tempat tinggal yang tidak memadai (Lundy & Janes, 2009).
Penduduk perkotaan saat ini harus berhadapan dengan berbagai masalah kesehatan sebagai akibat gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat, baik masalah kesehatan yang konvensional, seperti penyakit infeksi dan menular ataupun masalah kesehatan modern, seperti penyakit degeneratif, misalnya hipertensi dan stroke (Efendi dan Makhfudli, 2009). Perubahan gaya hidup ini dapat dilihat secara jelas antara lain dengan munculnya tempat-tempat makan junk food yang menyediakan makanan serba instan di setiap kota. Munculnya makanan instan yang kerap dianggap mempermudah dan mempersingkat waktu memasak mengakibatkan konsumsi makanan ini meningkat tajam di lingkungan masyarakat perkotaan. Padahal kandungan zat gizi yang ada dalam makanan tersebut tidak mencukupi kebutuhan tubuh. Pendapatan penduduk yang tidak memadai juga menimbulkan
masalah
kesehatan
tertentu.
Pendapatan
yang
rendah
mengakibatkan keluarga tidak mampu menyediakan kebutuhan pangan yang bergizi bagi anggotanya. Asupan gizi yang tidak memadai akan menimbulkan masalah kesehatan bagi anggota keluarga tersebut.
Salah satu populasi yang rentan terhadap masalah kesehatan di perkotaan adalah populasi remaja. Remaja berada pada masa transisi dari usia anak-anak menuju dewasa. Beberapa masalah kesehatan yang timbul pada usia remaja yaitu: kehamilan usia muda/tidak diinginkan, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, kekerasan dan gizi. Pada masa remaja terjadi pertumbuhan yang pesat secara fisik dan psikis maupun sosial sehingga dibutuhkan asupan gizi yang memadai untuk pertumbuhan tersebut. Gizi yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh akan mengakibatkan masalah kesehatan pada remaja seperti anemia. Profil kesehatan Indonesia 2011 mencatat bahwa keluarga dengan pendapatan perkapita rendah memenuhi kebutuhan pangan lebih tinggi pada bahan makanan padi-padian dan konsumsi rendah pada daging dan susu, sehingga kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Permaesih dan Herman (2005) bahwa konsumsi sumber energi pada masyarakat indonesia termasuk
Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
44
remaja berasal dari beras. Beras mengandung zat besi sebesar 0,5-1,2mg/100gr dan biasa dikonsumsi dalam jumlah besar, sehingga remaja yang mengkonsumsi energi > 70% memiliki resiko anemia. Kebutuhan zat besi pada remaja perempuan lebih tinggi dibanding remaja laki-laki, karena dibutuhkan untuk mengganti zat besi yang hilang pada menstruasi.
4.3 Analisis Intervensi Inovasi dengan Konsep dan Penelitian Terkait Notoatmodjo (2005) perilaku kesehatan adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa perilaku seseorang terhadap kesehatan dapat meningkatkan status kesehatannya dan menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan rencana tindakan keperawatan keluarga bapak U.
Perilaku anak F yang kerap mengkonsumsi teh dan tidak pernah sarapan pagi merupakan perilaku yang kurang mendukung untuk peningkatan derajat kesehatan anak F. Penelitian Siahaan (2009) menunjukkan remaja putri yang makan kurang dari 3 kali sehari menderita anemia 12,5% lebih tinggi daripada remaja putri yang memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari. Dan remaja tersebut berpeluang menderita anemia 1,7 kali dibandingkan dengan remaja putri yang frekuensi makannya 3 kali sehari. Faktor lain yang juga mempengaruhi timbulnya anemia adalah kesukaan terhadap jenis makanan tertentu yang kurang mengandung zat besi atau bahkan merupakan penghambat absorpsi zat besi bagi tubuh. Pada anak F minuman yang disukainya adalah es teh yang dikonsumsi lebih dari 2x sehari. Teh mengandung tanin yang dapat menghambat absorpsi zat besi oleh tubuh.
FAO/WHO (2001) dalam Arumsari (2009) faktor penghambat penyerapan zat besi diantaranya adalah teh dan kopi. Hurlock (1997) dalam Arumsari (2009) menunjukkan bahwa remaja menyukai minuman ringan, teh dan kopi yang frekuensinya lebih sering dibandingkan konsumsi susu. Groff dan Gropper (2000)
Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
45
dalam Arumsari (2009) senyawa fenol dalam teh yang dikonsumsi bersama dengan pangan dapat menurunkan absorbsi besi hingga 60%, sedangkan konsumsi kopi setelah makan dapat menurunkan absorbsi besi hingga 40%. Penurunan jumlah besi yang diabsorbsi akan menurunkan cadangan besi dalam tubuh.
Model modifikasi perilaku yang dijadikan intervensi inovasi diangkat dari teori perilaku reinforcement theory. Teori ini pada pokoknya membahas tentang bagaimana mendorong manusia (individu) berperilaku positif dan mengulanginya lagi sesering mungkin di waktu-waktu selanjutnya, serta bagaimana meredam kebiasaan dan perilaku negatif. Intervensi yang dilakukan terhadap anak F dalam rangka merubah perilaku atau kebiasaan sarapan pagi dan pembatasan konsumsi es teh setiap hari dilakukan dengan pembuatan jadwal kegiatan harian dan akan diberikan reward jika anak F menunjukkan peningkatan perilaku sehat.
Setelah dilakukan implementasi selama tujuh minggu diperoleh hasil terjadinya peningkatan perilaku sehat terhadapanak F dengan jadwal harian sarapan pagi setiap hari dan berkurangnya kebiasaan mengkonsumsi es teh. Hal ini sesuai dengan penelitian Yusuf, dkk (2010) tentang pemberian reinforcement positif bahwa dampak penerapan program modifikasi perilaku terhadap prestasi belajar empat mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS bagi siswa yang dikenai program modifikasi perilaku, menunjukkan adanya kenaikan dari rata-rata 6,2 sebelum intervensi menjadi rata-rata 6,9 setelah intervensi. Dengan demikian program modifikasi perilaku tidak saja mampu memperbaiki perilaku buruk anak dalam belajar tetapi juga mampu meningkatkan prestasi belajar.
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah yang Dapat Dilakukan Mahasiswa menganjurkan adanya support system dari keluarga untuk membantu meningkatkan perilaku sehat remaja dalam melaksanakan jadwal sarapan pagi dan kontrol terhadap minuman teh yang biasa dikonsumsi anak F. Penggunaan support system dalam keluarga merupakan hal penting yang berpengaruh dalam meningkatkan perilaku sehat anggota keluarga. Hal ini sejalan dengan teori bahwa kebanyakan individu mendapatkan bantuan yang lebih dari keluarganya
Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
46
dibandingkan dari sumber yang lain, bahkan lebih dari yang diberikan dokter mereka (Gurin, 1985 dalam Friedman, Bowen & Jones, 2003). Selain itu, keluarga berperan penting terkait dengan seberapa jauh anggota keluarga terpajan resiko (Campbell, 2000 dalam Friedman, Bowen & Jones, 2003). Diharapkan support system tersebut dapat membantu anak F menjaga dan memelihara kesehatannya pada tingkat yang optimal.
Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Pengkajian terhadap anak F ditemukan bahwa anak F kadang mengeluh pusing saat bangun tidur, mudah lelah, sulit berkonsentrasi pada saat belajar dan sering mengantuk terutama pada saat sedang belajar di sekolah. Anak F tidak pernah sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Di sekolah anak F biasanya mengkonsumsi mie instan yang dijual di kantin sekolah. Anak F juga senang mengkonsumsi es teh sebanyak 2 x sehari, minuman bersoda serta pola makan yang tidak teratur. Pemeriksaan fisik keluarga Bapak U terhadap anak F didapatkan hasil konjungtiva anemis dan wajah agak pucat. Anak F mengatakan ia tidak tahu jika dirinya menderita anemia. Hasil pemeriksaan hemoglobin secara sederhana dengan menggunakan hemometer sahli menunjukkan angka 11 gr/dl. Saat digali pengetahuan keluarga tentang anemia keluarga mampu menjawab pengertian anemia, tetapi belum mengetahui tanda dan gejala anemia serta cara pencegahan dan perawatan anemia.
Masalah keperawatan
yang dialami oleh anak F adalah ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan diintervensi dengan melakukan kunjungan rumah dan melakukan intervensi berdasarkan 5 tugas keluarga. Intervensi yang dimulai dari TUK 1 sampai dengan TUK 5 tercapai. Modifikasi perilaku yang dilakukan pada anak F yaitu dengan reinforcement positif membuat jadwal sarapan setiap pagi dan tidak mengkonsumsi es teh. Modifikasi perilaku ini dilakukan agar terbentuk perilaku baru yang sehat pada anak F. Hasil evaluasi modifikasi perilaku diperoleh anak F belum bisa meninggalkan kebiasaan minum Es teh setiap hari dan frekuensi sarapan pagi masih belum memenuhi harapan. Namun sudah menunjukkan peningkatan perilaku yang lebih baik dari perilaku sebelumnya. Sehingga dibutuhkan support system dari keluarga untuk mendukung perilaku sehat terhadap anak F untuk mengatasi anemia.
Wilayah RW 02 kelurahan Cisalak Pasar memiliki 5 RT yang tidak terlalu luas, untuk mencapai RW 02 tidak ada kendaraan umum yang melewati RW 02 kecuali
47 Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
48
ojek. Jalan yang ada di RW 02 sudah diaspal dan dapat dilewati oleh kendaraan beroda empat. Sumber-sumber bagi RW 02 untuk mendapatkan kebutuhan seharihari sangat memadai. Di setiap Rt terdapat tukang sayur keliling maupun warung yang menjual sayuran serta bahan pokok. Pasar dapat ditempuh dengan berjalan kaki lebih kurang 250 meter. Pemukiman warga di RW 02 tampak padat, mayoritas merupakan rumah pribadi, dan merupakan bangunan permanen. Terdapat beberapa rumah kontrakan satu pintu yang seluruhnya dihuni oleh warga pendatang.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah RW 02 yang biasa digunakan masyarakat yaitu puskesmas dan posyandu. RW 02 hanya memiliki 1 posyandu dengan kunjungan balita kurang lebih 75 balita. Hanya sebagian warga yang memanfaatkan failitas kesehatan untuk berobat karena biasanya masalah kesehatan yang dirasakan diatasi dengan minum obat yang dibeli di warung dengan alasan malas ke puskesmas.
5.2 Saran Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diuraikan di atas, penulis dapat memberikan saran terkait hasil pemberian asuhan keperawatan keluarga Bapak U dengan masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan sebagai berikut: 5.2.1 Di Bidang Keilmuan Saran untuk bidang keilmuan agar dapat memperkaya teori mengenai asuhan keperawatan pada keluarga dengan masalah kesehatan anemia pada remaja sehingga dapat dijadikan referensi bagi penelitian tentang pemberian asuhan keperawatan keluarga selanjutnya.
5.2.2 Di Bidang Pelayanan (Aplikatif) Saran untuk pelayanan di puskesmas agar asuhan keperawatan yang diberikan tidak hanya sebatas masalah fisik pada klien yang berkunjung ke puskesmas, namun juga dapat diberikan asuhan keperawatan keluarga di wilayah kerja puskesmas melalui program perkesmas yang ada di puskesmas.
Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
49
5.2.3 Penelitian Berikutnya Saran untuk penelitian berikutnya terkait pemberian asuhan keperawatan keluarga dengan masalah anemia adalah diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan berikutnya dapat melakukan modifikasi lingkungan dan perilaku keluarga terkait anemia dengan intervensi yang lebih mudah untuk diterima keluarga.
Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Allender, J.A., Rector, C., & Warner, K. (2010). Community health nursing; promoting, protecting the public’s health. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. Arumsari E. (2008). Faktor resiko anemia pada remaja putri peserta program pencegahan Institut Pertanian Bogor. Bangun, E.B., Lubis, Z. & Siagian, A. (2012). Perilaku minum teh dan kadar hemoglobin (Hb) pada siswa-siswi sekolah menengah kejuruan negeri 1 jorlang hataran desa dolok marlawan kecamatan Jorlang kabupten Simalungun tahun 2012. Sumatera utara: USU Besral, Meilianingsih, L. & Sahar, J. (2007). Pengaruh minum teh terhadap kejadian anemia pada usila di kota Bandung. Makara Kesehatan: 11, 38-43. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat.(2007). Gizi dan kesehatan masyarakat. Edisi revisi. Jakarta:Raja Grafindo Persada. Depkes, RI. (2003). Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS)”. Jakarta : Depkes RI. Depkes, RI.(2002). Manajemen kesehatan masyarakat perkotaan. Jakarta: Depkes RI DiMeglio,G.(2000). Nutrition in adolescence. Journal of the american academy of pediatrics. Retrivied 7 juli 2013. Efendi, F. & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas; teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika FAO/WHO.(2001). Human vitamin and mineral requirement. Rome: FAO food and nutrition division Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Keperawatan keluarga: riset, teori dan praktik. (Achiryani, penerjemah). Jakarta: EGC. Gibney, M.J., Margetts, B.M., Kearney, J.M., & Arab, L. (2005). Gizi kesehatan masyarakat. (dr. Andri hartono, penerjemah). Jakarta: EGC.
50 Universitas Indonesia Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
51
Gunatmaningsih, D.(2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA negeri 1 Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes. Universitas Negeri Semarang. Kanashiro, H.M. et.al.(2000). Improving Dietary Intake to prevent Anemia in adolescent girl through community kitchens in a peri urban population of Lima, Peru. American Society for Nutritional Sciences. Lundy, K.S. & Janes, S. (2010). Community health nursng; caring for the public’s health. 2nd Edition. Massachusetts: Jones and Bartlett publishers. Martin, G., & Pear, J.(2003).Behavior Modification : What It Is and How to Do It. Seventh Edition. New Jersey:Prentice Hall. Inc Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan teori dan aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill Permaesih, D. & Herman, S. (2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada remaja. Buletin Penelitian Kesehatan: 33, 162-171. Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental keperawatan: konsep, proses dan praktik. (Enie novieastari, penerjemah). Jakarta: EGC. Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Twelfth edition. McGraw-Hill Higher Education. Stanhope,M. & Lancaster, J. (2006). Community and public health nursing. St. Louis: Mosby Year Book. WHO.(2001). Iron deficiency anemia; assesment, prevention and control: a guide for program managers. Geneva: WHO Wong, D.L. et.al. (2001). Keperawatan pediatrik. Edisi 6. Jakarta: EGC. Yusuf. M., Legowo. E., Djatun.R., Gunarhadi. (2010). Pengembangan Model
Modifikasi Perilaku melalui ‘Continuous Reinforcement’ dan ‘Partial Reinforcement’ untuk Mengatasi Kebiasaan ‘Buruk’ Anak dalam Belajar. Universitas Negeri Sebelas Maret – Surakarta.
Universitas Indonesia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Lampiran: 1 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK U PENGKAJIAN KELUARGA I.
Data Umum 1. Nama KK
: Bpk. U (52 tahun)
2. Alamat
: RT. 04 RW. 05, Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Depok 3. Komposisi Anggota Keluarga No
Nama
Sex
Hubungan
Usia
Pendidikan
Keluarga 1.
Ibu A
P
Istri
48 tahun
SMP
2.
Anak A
L
Anak
27 tahun
SMK
3.
Anak Ar
L
Anak
22 tahun
SMK
4.
Anak And
L
Anak
18 tahun
SMK
5.
Anak F
P
Anak
13 tahun
SMP
6.
Anak R
L
Anak
5 tahun
TK
Genogram
Ibu
Bp U
A
An.F 4. Tipe Keluarga Keluarga Bapak U memiliki tipe keluarga inti (nuclear family) dengan tahap perkembangan keluarga dewasa, dimana anak pertama mereka sudah berusia 27 tahun namun belum menikah dan tinggal bersama keluarga Bapak U. Anak kedua
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
masih berada pada tahap dewasa awal dan sudah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah namun
belum bekerja. Anak ketiga dan anak keempat
keluarga bapak U berada pada usia remaja dan saat ini tinggal bersama keluarga Bapak U. Anak kelima berada pada usia pra sekolah. Sehari-hari ibu A mengurus pekerjaan rumah tangga dan mengantar anak R berangkat ke sekolah. Anak kedua dan anak ketiga ibu A belum bekerja dan pada siang hari lebih sering berada di rumah dan tidak melakukan aktivitas apapun.
5. Kewarganegaraan/Suku Bangsa Bapak U berasal dari jakarta dengan suku Betawi dan Ibu A berasal dari Ciamis dengan suku Sunda. Bahasa yang digunakan di rumah adalah bahasa Indonesia. Bapak U dan ibu A sudah tinggal di Cisalak Pasar sejak 13 tahun lalu. Anak keempat dan kelima lahir di Cisalak Pasar. Tidak ada pantangan terhadap makanan, makanan yang dikonsumsi terdiri dari nasi, sayur, lauk,
kadang –
kadang buah. Cara berpakaian keluarga tidak begitu identik dengan daerah asal. Dekorasi rumah tidak menggambarkan daerah asal. Tidak ada objek kesenian yang terpampang di rumah bapak S.
6.
Agama Keluarga bapak U beragama Islam. Adapun kegiatan keagamaan yang
dijalankan adalah sholat. Ibu A jarang mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan oleh ibu-ibu di RT dengan alasan memiliki anak yang masih kecil. Dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tidak ditemukan kebiasaan menggunakan jampi-jampi. Keluarga tidak memakan-makanan yang diharamkan agama.
7. Status Sosial Ekonomi Pencari nafkah dalam keluarga adalah Bpk.
U
yaitu karyawan di
perusahaan swasta di kota Bogor. Menurut ibu A penghasilan rata-rata Bapak U perbulan diatas UMR kota depok karena Bapak U sudah bekarja hampir 20 tahun di perusahaannya saat ini. Ibu A mengatakan penghasilan yang diperoleh diserahkan sebagian kepada ibu A untuk kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
harian anak-anaknya. Ibu A mengatakan penghasilan yang diperoleh masih dirasakan kurang karena anak-anak ibu A ada yang akan masuk ke perguruan tinggi serta kebutuhan rumah tangga yang selalu naik harganya. Anak pertama Bapak U sudah bekerja di perusahaan yang sama dengan bapak U, namun ibu A mengatakan penghasilan anak A digunakan untuk kebutuhan anak A sendiri dan jarang membantu perekonomian keluarga. Ibu A kadang merasa kesal saat bapak U melakukan hobinya memancing karena menurut ibu A uang yang digunakan untuk memancing dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
8. Aktifitas Rekreasi Ibu A mengakui bahwa keluarganya hampir tidak pernah melakukan aktivitas rekreasi keluarga. Hal ini dikarenakan anak-anak Bapak A sudah remaja dan dewasa sehingga mereka lebih sering berkumpul dan berekreasi dengan temantemannya. Waktu berkumpul dengan anggota keluarga hanya malam hari setelah semua aktifitas rutin selesai dilakukan dan bapak U sudah pulang bekerja. Pada hari minggu atau hari libur, bapak U melakukan kegiatan memancing dengan teman-temannya. Anak F yang remaja juga lebih suka bermain dan berkumpul dengan teman-teman sebayanya ke pusat perbelanjaan atau ke rumah temantemannya.
II.
Riwayat Tumbuh Kembang Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga Inti Tahap keluarga Bapak. B saat ini adalah keluarga dengan anak usia dewasa. Anak pertama berusia 27 tahun namun belum menikah dan masih tinggal bersama Bapak U. Ibu A mengatakan anak A belum berani menikah karena penghasilan yang diperolehnya belum dianggap cukup untuk menghidupi keluarga. Sedang anak yang lain masih berada pada usia remaja dan pra sekolah. Bila ada anggota keluarga yang sakit biasanya keluarga hanya minum
obat diwarung dan jika tidak sembuh baru dibawa ke pelayanan
kesehatan. Namun penyakit hipertensi yang dialami oleh ibu A, ibu A rajin mengontrol kesehatannya secara rutin ke pelayanan kesehatan. 2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Tugas perkembangan keluarga dewasa yang pertama pada keluarga Bapak U masih belum terpenuhi. Anak pertama masih tinggal bersama keluarga dan belum menikah. Tugas yang kedua yaitu mempertahankan keintiman pasangan belum terjadi ditandai dengan keluhan ibu A yang mengatakan bahwa bapak U terkesan cuek dengan kondisi rumah tangga dan pasangannya. Sedangkan penataan kembali peran orang tua dan kegiatan dirumah sudah dijalankan yaitu dengan bapak U sebagai kepala keluarga dan ibu A mengurus anak-anaknya. Tugas perkembangan keluarga lain yang belum terpenuhi adalah membantu anak untuk mandiri. Hal ini terlihat dari anak Ar yang berusia 22 tahun yang hanya tinggal di rumah, dan tidak bekerja dengan alasan tidak cocok dengan pekerjaan-pekerjaan yang pernah dilakukannya.
3. Riwayat Keluarga Inti Bapak U dan Ibu A bertemu di Jakarta saat ibu A bekerja di Pabrik. Setelah merasa cocok keduanya sepakat untuk menikah dan berumah tangga. Ibu A mengatakan mereka menikah karena saling mencintai. Mereka sendiri yang merencanakan pernikahan mereka. Pernikahan dilakukan di rumah ibu A di Ciamis. Setelah menikah mereka tinggal di Kebayoran lama tempat keluarga besar bapak U tinggal. Setelah anak pertama dan kedua lahir, keluarga memutuskan untuk pindah dan mengontrak rumah di kelurahan Cisalak Pasar. Ibu A mengatakan sudah 20 tahun tinggal di kelurahan Cisalak Pasar dan mengontrak rumah.
III. Lingkungan a.
Karakteristik Rumah Rumah keluarga bapak U merupakan bangunan permanen dengan status kepemilikan orang lain. Rumah petak dihuni oleh beberapa keluarga yang merupakan warga pendatang di Cisalak Pasar. Rumah Bapak U terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang tengah, 2 kamar tidur utama, dapur dan kamar mendi. Diruang tamu digunakan karpet sebagai alas untuk duduk ataupun tidur. Ruang tamu selain berfungsi sebagai ruang tamu juga digunakan juga sebagai ruang tidur, pencahayaan diruang tengah hanya menggunakan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
lampu, dan tidak
terdapat jendela pada masing-masing ruangan.
Pencahayaan hanya masuk dari ruang depan selalu dibuka pada pagi hari, Kamar tidur anak masih bergabung. Didekat dapur terdapat kamar mandi dan WC. Sumber air minum diperoleh dari sumur bor tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Adapun di dalam rumah terdapat perabotan dari kayu dan beberapa barang elektronik. Dekorasi rumah tidak ada, dan rumah terlihat sempit serta pengap. Keluarga memiliki hewan peliharaan berupa burung yang sangkarnya diletakkan di teras rumah. Keluarga juga menggunakan halaman depan rumah untuk menjemur pakaian. Jarak saluran pembuangan air limbah dengan sumber air bersih kurang lebih 10 meter.
Denah Rumah
A
C
B
E D
B 6M 10 M
Keterangan: Rumah permanen dengan ukuran 6 X 10 M2 A : Ruang Tamu B
: Ruang Tidur Utama
C
: Kamar Tengah
D : Dapur E
b.
: Kamar mandi & WC
Karakteristik Tetangga dan Komunitas Sebagian besar warga berasal dari berbagai daerah dan berasal dari suku Sunda dan Betawi. Kebanyakan warga bekerja pada pagi hari sampai sore. Sebagian besar tetangga bekerja sebagai karyawan swasta dan buruh Penduduk RT 04/ RW 02 cukup padat. Didepan rumah terdapat tetangga
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
yang dan jalan setapak kecil. Status ekonomi dan budaya pada RT 03/04 rata-rata sama dan tetangga ada yang berasal dari suku jawa.
c.
Mobilitas Geografis Keluarga Rumah yang ditempati adalah rumah milik orang lain, Ibu A mengatakan keluarga tinggal di Cisalak Pasar sejak 20 tahun lalu dan sering berpindah kontrakan. Tempat tinggal yang saat ini ditempati sudah 13 tahun sejak anak F lahir. Ibu A mengatakan memiliki keinginan untuk memiliki rumah sendiri dan pindah dari rumah yang sekarang ditempati.
d.
Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Menurut Ibu A, keluarga sering berinteraksi dengan tetangga. Ibu A yang selalu berada dirumah kadang kadang berkumpul dengan tetangganya. Tetapi ibu A tidak mengikuti pengajian ataupun kegiatan yang ada di lingkungan RT/RW dengan alasan anaknya masih kecil. Bapak U kadangkadang berkumpul dengan tetangga disekitar rumah dan tidak mengikuti kegiatan di lingkungan dengan alasan sudah terlalu lelah sepulang bekerja.
e.
Sistem Pendukung Keluarga Keluarga bapak U tinggal jauh dari kerabat keluarga lainnya. Bila ada masalah kesehatan khususnya untuk pergi ke fasilitas kesehatan ibu A biasa diantar oleh anaknya. Untuk jaminan pemeliharaan kesehatan, keluarga memiliki kartu JAMSOSTEK dan ada klinik khusus untuk keluarga karyawan yang disediakan oleh perusahaan Bapak U jika anggota keluarga sakit.
IV. Struktur Keluarga a.
Pola Komunikasi Keluarga Pola komunikasi dalam keluarga bersifat fungsional. Keluarga terutama Ibu A cenderung tidak ingin melibatkan orang lain dalam menyelesaikan masalahnya.. Anak-anaknya diberi kebebasan untuk bermain dengan teman sebayanya. Anggota keluarga bertemu setiap hari khususnya malam hari
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
karena babak S bekerja sampai sore sehingga komunikasi dalam keluarga sering dilakukan pada malam hari.
b.
Struktur Kekuatan Keluarga Dalam membuat keputusan selalu dibicarakan terlebih dulu secara bersamasama, tetapi dalam pengambilan keputusan yang tersering diambil oleh Bapak U. Tetapi untuk masalah anak-anak ibu
A lebih sering yang
memutuskan karena ibu A yang selalu berada dirumah.
c.
Struktur Peran Keluaga Masing-masing
anggota keluarga sadar dengan
perannya
masing-
masing.Babak U berperan sebagai kepala keluarga dan bertanggung jawab untuk mencari nafkah. Ibu A berperan untuk mengasuh anak-anaknya dan mengelola keuangan untuk kebutuhan sehari-hari. Anak tertua diberi tanggung jawab untuk menjaga adik-adiknya. Anak A berperan sebagai anak tertua dan sudah memiliki pekerjaan namun ibu A mengatakan penghasilan anak A digunakan untuk keperluan anak A sendiri, kadangkadang anak A masih meminta ongkos untuk berangkat bekerja. Anak Ar berperan sebagai anak dan sudah 4 tahun menyelesaikan pendidikan menengahnya. Ibu A mengatakan anak Ar sudah beberapa kali bekerja namun anak Ar merasa pekerjaan yang dijalaninya tidak sesuai dengan keinginannya. Saat ini anak Ar hanya menganggur dan tidak memiliki kegiatan apapun. Pada saat kunjungan anak Ar sedang berkumpul dengan teman-temannya dirumah sambil merokok dan mengobrol. Anak And merupakan anak ketiga keluarga bapak U sudah menyelesaikan pendidikan menengahnya dan sedang menunda masuk ke perguruan tinggi. Saat ini anak And tidak memiliki kegiatan yang dapat dilakukan sehari-hari. Pada saat kunjungan anak And terlihat sedang tidur dan ibu A mengatakan anak-anak laki-laki dirumahnya sering begadang setiap malam dan baru tidur pada pagi hari. Sehingga pada saat pagi dan siang hari kegiatan yang dilakukan anak Ar dan anak And yaitu tidur. Kebiasaan tersebut sudah berlangsung lama dan ibu A
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
mengatakan tidak bisa mencegah hal tersebut karena menganggap anakanaknya sudah dewasa dan sudah mampu membedakan yang baik dan yang buruk. Anak F merupakan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga bapak U dan masih sekolah di SMP. Ibu A mengatakan anak F tidak mau membantu pekerjaan rumah seperti harapannya. Anak F lebih sering bermain bersama teman-temannya pada sore hari. Pada malam hari saat sekolah libur anak F kadang ikut berkumpul bersama teman-temannya di pos ronda sambil mengobrol atau bernyanyi. Ibu A mengatakan kadang merasa kecewa dan sedih dengan anak F karena kurang memahami kondisi keluarganya. Anak F mudah terpengaruh dengan pergaulan teman-temannya dibuktikan dengan perkataan ibu A yang menyatakan bahwa anak F kadang meminta barang yang mahal seperti milik temannya. Jika bapak atau Ibu A tidak mengabulkannya maka anak F akan marah.
d.
Nilai dan Norma Keluarga Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam agama islam yang dianut serta norma masyarakat disekitarnya. Terkait dengan norma agama ibu A mengatakan bahwa kondisi sakit yang dialami manusia adalah cobaan dari Allah.
V.
Fungsi Keluarga
a.
Fungsi Afeksi Bapak U dan ibu A saling menghormati dan menyayangi anak-anaknya. Keluarga sangat memperhatikan kebutuhan anak-anaknya, saling mengasihi dan menghormati antar anggota keluarga. Ibu A mengatakan selalu menegur anak-anaknya apabila dirasakan tindakan atau sikap anak-anaknya ada yang kurang sesuai dengan norma yang dianut oleh keluarga.
b.
Fungsi Sosialisasi Ibu A mengatakan keluarganya sering berkumpul pada saat menonton televisi. Namun tidak semua anak-anaknya ikut berkumpul karena anak-
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
anaknya sering berkumpul dengan teman sebayanya. Keluarga bapak U juga membina hubungan baik dengan tetangga. Ibu A jika siang hari sering ngobrol dan begabung dengan ibu-ibu tetangga. Ibu A belum bisa ikut pengajian atau kegiatan RW karena anaknya masih kecil. Bapak U pulang bekerja pada sore hari dan sering ngobrol dengan tetangga kontrakannya. Anak-anak bapak U tidak mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan RW seperti pengajian, mereka lebih sering berkumpul dengan teman-teman sebayanya di pos ronda sampai pagi hari. Anak F bersosialisasi di sekolah dan lingkungan rumah. Anak F mengatakan kadang pulang sekolah ia bermain ke rumah teman- temannya. Anak R yang paling kecil juga bersosialisasi dengan teman sebayanya, anak R kadang bermain dengan tetangga kontrakannya dan teman-teman di pengajiannya.
c.
Fungsi Perawatan Keluarga Kondisi kesehatan keluarga bapak U dalam keadaan baik. Ibu A saat ini sedang menjalani pengobatan terkait penyakit hipertensi yang dideritanya. Ibu A mengatakan ia rajin memeriksakan kesehatannya ke klinik perusahaan tempat suaminya bekerja. Ibu A sudah mengetahui cara perawatan untuk hipertensi. Anak F kadang mengeluh pusing saat bangun tidur, mudah lelah, sulit berkonsentrasi pada saat belajar dan sering mengantuk terutama pada saat sedang belajar di sekolah. Saat pengkajian pola makan ditemukan bahwa anak F tidak pernah sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Di sekolah anak F biasanya mengkonsumsi mie instan yang dijual di kantin sekolah. Anak F juga senang mengkonsumsi es teh sebanyak 2 x sehari, minuman bersoda serta pola makan yang tidak teratur. Pada saat pertemuan kedua dilakukan pemeriksaan fisik terhadap keluarga bapak U. Pada anak F didapatkan hasil konjungtiva anemis dan wajah agak pucat. Anak F mengatakan ia tidak tahu jika dirinya menderita anemia. Keluargapun tidak tahu jika anak F menderita anemia karena anak F tidak pernah menceritakan pada orangtuanya keluhan yang dialaminya. Anak F menganggap apa yang dirasakannya sebagai suatu hal yang wajar saja. Hasil
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
pemeriksaan
hemoglobin
secara
sederhana
dengan
menggunakan
hemometer sahli menunjukkan angka 11 gr/dl. Saat digali pengetahuan keluarga tentang anemia keluarga mampu menjawab pengertian anemia, tetapi belum mengetahui tanda dan gejala anemia serta cara pencegahan dan perawatan anemia. Keluarga mengatakan ingin mengetahui cara perawatan dan pencegahan anemia agar mampu mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh anak F. Pria di keluarga bapak U memiliki kebiasaan merokok. Ibu A mengatakan bapak U memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus perhari. Anak-anaknya juga memiliki kebiasaan merokok. Anak Ar mengaku dapat menghabiskan 1 bungkus rokok perhari dan saat pengkajian anak Ar tampak sedang merokok. Anak And yang masih remaja juga memiliki kebiasaan merokok sejak berada di usia sekolah menengah pertama. Anak And mengaku ia menghabiskan 6 batang rokok perhari. Anak Ar dan anak And mengaku untuk membeli rokok mereka masih meminta uang dari orang tuanya. VI. Stres dan koping Keluarga a. Stresor Jangka pendek Ibu A mengatakan kekhawatirannya terhadap pergaulan anak-anaknya terutama anak F. Jika anak F tidak memberi kabar saat pergi dan bermain dengan teman-temannya ibu A akan merasa cemas. b. Stresor jangka Panjang Ibu A mengatakan memiliki keinginan untuk memiliki rumah pribadi tanpa harus mengontrak. Ibu A mengatakan bapak A tidak pernah menyisihkan uang untuk mencapai keinginan tersebut. Uang yang diperoleh dari penghasilan bapak U dipergunakan dan habis saat itu juga. Ibu A merasa bapak A tidak peduli dengan keinginan ibu A yang ingin memiliki rumah sendiri. Ibu A mengatakan akan lebih nyaman jika keluarganya memiliki rumah sendiri. Ibu A tidak tahu sampai kapan mereka akan tinggal di rumah kontrakannya saat ini. Anak-anak ibu A juga sudah merasa nyaman tinggal di rumah kontrakannya meskipun ukuran rumah tidak sesuai dengan jumlah penghuni rumah. Ibu A juga merasa cemas memikirkan biaya pendidikan anak-anaknya, karena 3
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
tahun lagi bapak U sudah harus pensiun dan keluarga tidak memiliki usaha lain. c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah Ibu A mengatakan
ketika berhadapan dengan suatu masalah dalam
keluarga, ibu A dan bapak U berdiskusi bersama-sama namun keputusan diambil oleh bapak U. Ibu A mengatakan mencoba bersabar dengan kondisi apapun dalam keluarga. Saat menghadapi masalah terkait keuangan, ibu A mengatakan bahwa ia hanya berdoa pada Allah agar diberikan kekuatan. d. Strategi Koping Yang Digunakan Bila ada masalah yang sulit untuk dipecahkan biasanya berdiskusi dengan anggota keluarga. e. Strategi Adaptasi Disfungsional Keluarga adakalanya marah terhadap sikap anak-anaknya jika membuat kesalahan dan kadang-kadang membiarkan anak-anaknya bila sudah tidak mampu mengatasinya. Ibu A juga mengatakan jika ia kesal dan marah ia akan diam saja.
VII. Harapan Keluarga Dengan adanya mahasiswa, keluarga berharap mendapat tambahan informasi tentang kesehatan terutama cara merawat anggota keluarga yang sakit.
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Pemeriksaan Fisik Pada Keluarga Bapak U NO 1
2
Pemeriksaan Fisik Tanda- tanda vital Tekanan darah Frek nadi Frek nafas Temperatur BB TB Head to toe Kepala
Bapak U
Ibu A
Anak And
Anak Ar
Anak F
Anak R
120/80 mmHg 84x/menit 20 x/menit 36,8 C 60 kg 161
160/100 mmHg 90x/ menit 20x/menit 36,5 C 56 kg 157 cm
120/80 mmHg 98x/menit 28x/menit 37,3 C 56 kg 167cm
120/80 mmHg 84x/menit 20 x/menit 36,8 C 54 kg 163
110/70 mmHg 90x/ menit 20x/menit 36,5 C 55 kg 165 cm
100/70 mmHg 98x/menit 28x/menit 37,3 C 40 kg 151m
98x/menit 28x/menit 37,3 C 12 kg 101cm
Kulit kepala bersih, rambut hitam berminyak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Kulit kepala bersih, rambut hitam berminyak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada massa, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Simetris, isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Simetris, isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Simetris, isokor, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung Simetris, mukosa
Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung Simetris, mukosa
Kulit kepala bersih, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan Simetris, isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung Simetris,
Simetris, isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung Simetris,
Mata
Simetris, isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit kepala bersih, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak ada lesi, tidak adamassa, tidak ada nyeri tekan Simetris, isokor, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung
Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung Simetris, mukosa
Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung Simetris, mukosa
Mulut
Anak An
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Simetris, bersih, tidak ada nafas cuping hidung Simetris,
Telinga
Leher
Dada
Abdomen
lembab tidak pucat, bersih, tidak ada karies
lembab tidak pucat, bersih, tidak ada karies
lembab tidak pucat, bersih
lembab tidak pucat, bersih, tidak ada karies
mukosa lembab tidak pucat, bersih, tidak ada karies
mukosa lembab tidak pucat, bersih
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, serumen (-) Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis Simetris, tidak ada lesi tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/Bj I- II normal, gallop (-), Murmur (-)
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, serumen (-) Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis Simetris, tidak ada lesi tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/Bj I- II normal, gallop (-), Murmur (-)
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, serumen (-)
Simetris, tidak ada lesi tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/Bj I- II normal, gallop (-), Murmur (-)
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, serumen (-) Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis Simetris, tidak ada lesi tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/Bj I- II normal, gallop (-), Murmur (-)
Simetris, pembesaran (-), nyeri tekan (-),
Simetris, distensi (-), nyeri tekan (), massa (-) BU
Simetris, distensi (), nyeri tekan (-), massa (-) BU (+)
Simetris, distensi (-), nyeri tekan (), massa (-) BU
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, serumen (-) Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis Simetris, tidak ada lesi tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/Bj I- II normal, gallop (-), Murmur (-) Simetris, distensi (-), nyeri tekan (-),
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, serumen (-) Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis Simetris, tidak ada lesi tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/Bj I- II normal, gallop (-), Murmur (-) Simetris, distensi (-), nyeri tekan (-),
Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
mukosa lembab tidak pucat, bersih, karies di geraham bawah dan gigi seri atas Simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, serumen (-) Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis Simetris, tidak ada lesi tidak ada retraksi dinding dada, bunyi nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronchi -/Bj I- II normal, gallop (-), Murmur (-) Simetris, distensi (-), nyeri tekan (-),
Ekstremitas
massa (-) BU (+) 4x/menit Lengkap, sama kuat pada keempat ekstremitas, reflek patella (+), tidak ada edema
(+) 6x/menit Lengkap, sama kuat pada keempat ekstremitas, reflek patella (+), tidak ada edema
5x/menit
(+) 5x/menit
massa (-) BU (+) 6x/menit Lengkap, sama kuat Lengkap, sama Lengkap, sama pada keempat kuat pada kuat pada ekstremitas, reflek keempat keempat patella (+), tidak ekstremitas, reflek ekstremitas, ada edema patella (+), tidak reflek patella ada edema (+), tidak ada edema
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
massa (-) BU (+) 5x/menit Lengkap, sama kuat pada keempat ekstremitas, reflek patella (+), tidak ada edema
massa (-) BU (+) 7x/menit Lengkap, sama kuat pada keempat ekstremitas, reflek patella (+), tidak ada edema
ANALISA DATA NO 1
Data
Masalah Keperawatan
Data Subyektif
Ketidakefektifan
Anak F kadang mengeluh pusing saat Pemeliharaan Kesehatan bangun
tidur,
mudah
lelah,
sulit
berkonsentrasi pada saat belajar dan sering mengantuk terutama pada saat sedang belajar di sekolah Anak F mengatakan ia tidak pernah sarapan pagi. Anak F mengatakan di sekolah anak F biasanya mengkonsumsi mie instan yang dijual di kantin sekolah Anak F juga senang mengkonsumsi es teh sebanyak 2 sampai 3 kali sehari, minuman bersoda Ibu A mengatakan kebiasaan anak F minum teh sudah berlangsung lama Ibu A mengatakan khawatir jika anak F mengkonsumsi minuman es teh atau minuman bersoda setiap hari Ibu A mengatakan anak F jarang sekali minum air putih
Data Obyektif: Pada saat pemeriksaan fisik pada anak F konjungtiva tampak anemis Wajah tampak sedikit pucat Pemeriksaan Hb: 11 gr/dl Ibu A tampak khawatir saat
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
menceritakan kebiasaan anak F yang sering mengkonsumsi es teh lebih dari 2 kali sehari dan tidak pernah sarapan pagi Data 2 Subyektif
Ketidakefektifan
Ibu A mengatakan: •
Performa peran Remaja
Anak F tidak mau membantu tugas ibunya di keluarga
•
Anak F sering berkumpul dengan teman-temannya saat pulang sekolah
•
Anak F sering pergi ke rumah temannya sampai menjelang maghrib
•
Anak F kadang berkumpul dengan teman-temannya di pos yang ada di dekat rumah pada malam hari saat libur sekolah
•
Anak F kadang meminta sesuatu tanpa melihat kondisi ekonomi keluarganya
•
Kadang ibu A marah jika anak F memaksa membelikan sesuatu yang diinginkannya
•
Ia ingin anak F mengerti kondisi ekonomi keluarga
Data Obyektif •
Ibu A tampak khawatir saat menceritakan kebiasaan anak F yang sering keluar bersama teman-temannya
•
Ibu A tampak sedih saat menceritakan keinginan anak F yang tidak bisa di penuhi
3
Data Subjektif
Perilaku cenderung
Ibu A mengatakan pria di keluarga bapak beresiko
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
U memiliki kebiasaan merokok Ibu A mengatakan bapak U memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus perhari. Ibu A mengatakan anak-anaknya juga memiliki kebiasaan merokok. Anak Ar mengaku dapat menghabiskan 1 bungkus rokok perhari Anak And mengaku ia menghabiskan 6 batang rokok perhari. Anak Ar dan anak And mengaku untuk membeli rokok mereka masih meminta uang dari orang tuanya. Anak And yang masih remaja juga memiliki kebiasaan merokok sejak berada di usia sekolah menengah pertama Anak And mengatakan pernah berhenti merokok tetapi 1 tahun kebelakang mulai merokok kembali
Data Objektif: saat pengkajian anak Ar tampak sedang merokok
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan NO Kriteria Skor Pembenaran 1 Sifat masalah : 3/3 x 1 = Anak F mengatakan ia sering aktual 1 mengalami pusing, cepat lelah dan mudah mengantuk di sekolah serta sulit berkonsentrasi saat belajar. 2
Kemungkinan masalah untuk diubah: sebagian
3
Potensial untuk dicegah: Cukup
4
Menonjolnya masalah: Masalah dirasakan tetapi tidak perlu segera ditangani TOTAL
½X2=1
Ibu A mengatakan anak F sering mengkonsumsi es teh lebih dari 2x sehari dan tidak pernah sarapan pagi saat berangkat ke sekolah 3/3 x 1 =1 Anak F mengetahui pengertian anemia namun tidak mengetahui cara perawatan dan pencegahan anemia ½ x 1 = ½ Ibu A dan anak F tidak menyadari bahwa anak F mengalami anemia dan menganggap keluhan yang dirasakan oleh anak F tidak terlalu mengganggu anak F 3½
2. Ketidakefektifan Peran Remaja NO Kriteria 1 Sifat masalah : aktual
Skor 3/3 x 1 = 1
Pembenaran Ibu A mengatakan ia sering marahmarah jika anak F terlalu sering main dan tidak mau membantu tugas ibunya di rumah
2
Kemungkinan masalah untuk diubah: Sebagian
1/2 X 2 = 1
3
Potensial untuk dicegah: Cukup
2/3 x 1 = 2/3
Sumberdaya yang ada pada keluarga mendukung meningkatkan pengetahuan keluarga tentang tumbuh kembang anak hal ini ditandai dengan ibu M tampak antusias dan menanyakan tentang perkembangan yang sesuai dengnan usia anak A Masalah tumbuh kembang dapat dicegah bila keluarga memiliki pengetahuan yang baik tentang tumbuh kembang. keluarga ibu M memiliki kemauan untuk menstimulasi tumbuh kembang
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
4
Menonjolnya masalah: Masalah dirasakan tetapi tidak perlu segera ditangani TOTAL
balitanya ½ x 1 = ½ Ibu M ingin mengetahui tentang tahapan tumbuh kembang anak usia balita yang normal pada anak A dan menanyakan apakah pertumbuhan dan perkembangananak A normal 2 5/6
3. Perilaku kesehatan Cenderung Beresiko NO Kriteria Skor Pembenaran 1 Sifat masalah : 2/3 x 1 = Kebiasaan merokok pada anak And resiko 2/3 sudah berlangsung lama dan dapat mempengaruhi kesehatan Anak And 2
Kemungkinan masalah untuk diubah: sebagian
½X2=1
3
Potensial untuk dicegah: rendah
1/3 x 1 =1/3
4
Menonjolnya masalah: Masalah dirasakan tetapi tidak perlu segera ditangani TOTAL
½x1=½
Perilaku merokok sudah dilakukan anak And sejak 5 tahun yang lalu lama sehingga dibutuhkan motivasi yang kuat untuk mengurangi dan menghilangkan kebiasaan ini secara bertahap. Edukasi baik dari televisi maupun reklame serta fasilitas kesehatan dapat dengan mudah didapat oleh anak And Ibu M mengatakan kebiasaan merokok anak Andlebih dari 5 tahun. Anak And mengatakan pernah mencoba berhenti merokok tetapi tidak berhasil tetapi hanya beberapa bulan saja. Ibu mengatakan bahwa merokok sudah menjadi kebiasaan anak-anak laki-laki dan sulit untuk di hilangkan
2 5/6
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK U KHUSUSNYA An. F DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DIAGNOSA
TUJUAN
KEPERAWATAN
UMUM
TUJUAN KHUSUS
Ketidakefektifan
Setelah
Dalam 1 x 60 menit
pemeliharaan
dilakukan
pertemuan, keluarga
kesehatan pada
tindakan
dapat :
keluarga Bapak U
keperawatan
1. Mengenal masalah
khususnya Anak F
dalam satu kali
Anemia pada
pertemuan,
anak F dengan :
KRITERIA
STANDAR
INTERVENSI `
keluarga mampu
1.1. Menyebutkan
Respon
Keluarga menyebutkan
a. Diskusikan bersama keluarga apa
merawat an. A
pengertian
Verbal
anemia adalah penyakit
yang diketahui keluarga mengenai
dengan
Anemia
kurang darah yang
pengertian anemia
masalah
biasanya disenbabkan oleh b. Berikan pujian pada keluarga
Anemia
kurang zat besi
tentang pemahaman keluarga mengenai pengertian anemia yang benar
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian anemia dengan menggunakan media lembar balik d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 1.2. Menyebutkan 2
Respon
Keluarga menyebutkan 2
dari 3 penyebab
Verbal
dari 5 penyebab anemia
yang diketahui keluarga mengenai
yaitu :
penyebab anemia
anemia
1. Kandungan zat besi dalam makanan yang
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
a. Diskusikan bersama keluarga apa
b. Berikan pujian pada keluarga tentang pemahaman keluarga
dikonsumsi tidak
mengenai penyebab anemia yang
mencukupi kebutuhan
benar
2. Meningkatnya
c. Berikan informasi kepada keluarga
kebutuhan tubuh akan
mengenai penyebab anemia
zat besi
dengan menggunakan media
3. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh
lembar balik d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.3. Menyebutkan 4
Respon
Keluarga menyebutkan 4
dari 8 tanda dan
Verbal
dari 8 tanda dan gejala
yang diketahui keluarga mengenai
anemia:
tanda dan gejala anemia
gejala anemia
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
a. Diskusikan bersama keluarga apa
1. Lemah
b. Berikan pujian pada keluarga
2. Letih
tentang pemahaman keluarga
3. Lesu
mengenai tanda dan gejala anemia
4. Lelah
yang benar
5. Lunglai
c. Berikan informasi kepada keluarga
6. Pusing
mengenai tanda dan gejala anemia
7. Mata berkunang-
dengan menggunakan media
kunang 8. Kelopak mata pucat
lembar balik d. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
2. Keluarga memutuskan untuk merawat anggota keluarganya dengan anemia, dengan : 2.1 Menyebutkan 2
Respon
Keluarga menyebutkan 2
dari 4 akibat
Verbal
dari 4 akibat anemia:
anemia
1. Menurunnya prestasi belajar
a. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai akibat anemia b. Berikan pujian pada keluarga
2. Mudah terkena infeksi
tentang pemahaman keluarga
3. Penurunan
mengenai akibat anemia yang
produktivitas
benar
4. Pertumbuhan dan
c. Berikan informasi kepada keluarga
kesegaran fisik
mengenai akibat anemia dengan
menurun
menggunakan media lembar balik d. Berikan kesempatan kepada
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi
keluarga
mengulang materi yang
untuk telah
dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 2.2 Mengambil
Respon
Ungkapan keluarga untuk
afektif
memutuskan mengatasi
dan menyadari adanya masalah
merawat An. F
masalah pada An. F
anemia pada an.F
dengan anemia
dengan anemia
keputusan untuk
a. Bantu keluarga untuk mengenal
b. Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami anemia c. Berikan
reinforcement
keputusan yang telah diambil 3 Keluarga mampu merawat anggota
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
atas
keluarga dengan anemia dengan : 3.1Menyebutkan 2 dari 3 cara
Respon
Keluarga mampu
Verbal
menyebutkan cara
menceritakan apa yang dilakukan
merawat anemia:
untuk merawat anemia yang baik.
perawatan anemia
1. Mengkonsumsi makanan bergizi 2. Menambah pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan
demonstrasi pemilihan
b. Berikan informasi pada keluarga mengenai cara merawat anemia dengan menggunakan lembar balik c. Motivasi keluarga untuk
minum tablet tambah
menjelaskan kembali materi yang
darah
telah disampaikan
3. Mengobati penyakit
3.2 Melakukan
a. Dorong keluarga untuk
d. Berikan reinforcement terhadap
yang menyebabkan
kemampuan yang dicapai oleh
anemia
keluarga
Respon
Mahasiswa dan keluarga
Psikomotor
mempraktikkan pemilihan
makanan yang mengandung zat
makanan
besi
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
a. Demonstrasikan pemilihan
makanan
b. Anjurkan keluarga untuk
mengandung zat
mendemonstrasikan pemilihan
besi
makanan yang mengandung zat besi c. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang diberikan d. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan secara mandiri e. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
4 Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 1 X 40 menit keluarga mampu memodifikasi lingkungan dan perilaku untuk
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
merawat an. F dengan anemia 4.1Menyebutkan 2 cara modifikasi
Respon Verbal
Keluarga mampu
a. Diskusikan bersama keluarga
menyebutkan 2 dari 3 cara
tentang modifikasi lingkungan dan
lingkungan dan
memodifikasi lingkungan
perilaku untuk mangatasi anemia
perilaku yang
dan perilaku yang
pada anak
mendukung untuk
mendukung untuk
mengatasi anemia
mengatasi anemia yaitu:
tentang pemahaman keluarga yang
1. Membiasakan sarapan
benar
pagi 2. Mengurangi kebiasaan mengkonsumsi teh 3. Memanfaatkan lahan kosong di halaman
b. Berikan pujian pada keluarga
c. Berikan informasi kepada keluarga mengenai modifikasi lingkungan dan perilaku untuk meningkatkan perilaku mengatasi anemia d. Berikan kesempatan pada keluarga
rumah untuk menanam
untuk bertanya mengenai materi
sayur-sayuran
yang dibahas e. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dibahas
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
f. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga 5 Setelah dilakukan pertemuan selama 1 X 40 menit keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah anemia dengan : 5.1 Menyebutkan
Keluarga dapat
a. Diskusikan bersama keluarga
fasilitas
Respon
menyebutkan fasilitas
mengenai fasilitas kesehatan yang
kesehatan yang
Verbal
kesehatan yang dapat
ada disekitar tempat tinggal
terdapat disekitar
dikunjungi:
b. Motivasi keluarga untuk
lingkungan
-
Puskesmas
menyebutkan kembali fasilitas
tempat tinggal
-
Rumah sakit
kesehatan yang dapat dikunjungi
terkait dengan
-
Klinik swasta
c. Berikan reinforcement positif atas
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
masalah anemia
usaha keluarga
5.2 Menyebutkan
Keluarga dapat
a. Diskusikan bersama keluarga apa
manfaat
Respon
menyebutkan manfaat
yang diketahui keluarga mengenai
mengunjungi
verbal
mengunjungi fasilitas
manfaat mengunjungi fasilitas
pelayanan kesehatan :
kesehatan
fasilitas pelayanan kesehatan
1. Mendapatkan
b. Berikan pujian pada keluarga
penyuluhan tentang
tentang pemahaman keluarga
cara perawatan
mengenai manfaat tersebut
anggota keluarga
c. Berikan informasi kepada keluarga
dengan masalah
mengenai manfaat mengunjungi
anemia
fasilitas pelayanan kesehatan
2. Mendapatkan pengobatan pada
dengan menggunakan lembar balik d. Berikan kesempatan kepada
anggota keluarga
keluarga untuk bertanya tentang
dengan anemia
materi yang disampaikan e. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti f. Motivasi keluarga untuk
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
mengulang materi yang telah dijelaskan g. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
5.3Memanfaatkan
Kunjungan
keluarga
ke a. Motivasi keluarga untuk
fasilitas pelayanan
Respon
fasilitas
pelayanan
berkunjung ke fasilitas kesehatan
kesehatan
Afektif
kesehatan untuk membawa b. Berikan reinforcement positif atas anggota keluarga dengan
usaha keluarga untuk
masalah anemia
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK U KHUSUSNYA ANAK F DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN PERFORMA PERAN REMAJA Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan penerapan peran remaja pada keluarga Bp. U khususnya An. F
Tujuan Umum Khusus Setelah 1. Setelah 1 x 20 menit dilakukan pertemuan, keluarga intervensi mampu mengenal sebanyak 3 kali masalah tumbuh kunjungan, kembang remaja, gangguan dengan mampu: tumbuh 1.1 Menyebutkan kembang remaja definisi tumbuh tidak terjadi. kembang.
Kriteria Evaluasi Kriteria
Respon verbal
Rencana Intervensi
Standar
Keluarga mampu 1.1.1 Diskusikan bersama menyebutkan keluarga apa yang diketahui pertumbuhan adalah keluarga mengenai bertambahnya ukuran pengertian tumbuh anak dari segi jasmani. kembang. Sedangkan 1.1.2 Berikan pujian kepada perkembangan adalah keluarga tentang berkembangnya pemahaman keluarga yang kemampuan atau benar. keahlian anak. 1.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian tumbuh kembang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 1.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
tentang materi yang disampaikan. 1.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 1.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 1.1.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 1.2 Menyebutkan definisi remaja.
Respon verbal
Keluarga mampu 1.2.1 Diskusikan bersama menyebutkan remaja keluarga apa yang diketahui adalah anak yang keluarga mengenai berusia 13-21 tahun. pengertian remaja. Remaja merupakan 1.2.2 Berikan pujian kepada masa transisi/ peralihan keluarga tentang dari masa kanak-kanak pemahaman keluarga yang menuju dewasa yang benar. ditandai dengan adanya 1.2.3 Berikan informasi kepada perubahan aspek fisik, keluarga mengenai psikis dan psikososial. pengertian remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 1.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan.
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
1.3 Menyebutkan definisi tumbuh kembang remaja.
Respon verbal
1.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 1.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 1.2.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Keluarga mampu 1.3.1 Diskusikan bersama menyebutkan tumbuh keluarga apa yang diketahui kembang remaja adalah keluarga tentang definisi proses lebih lanjut tumbuh kembang remaja. remaja menuju tahap 1.3.2 Berikan pujian kepada perkembangan dan keluarga tentang pertumbuhan pemahaman keluarga yang selanjutnya (dewasa). benar. 1.3.3 Berikan informasi kepada keluarga tentang definisi tumbuh kembang remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 1.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 1.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
dimengerti. 1.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 1.3.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 1.4 Menyebutkan perubahanperubahan yang terjadi pada remaja.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan 6 dari 11 perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja, yaitu: 1. Perubahan fisik, meliputi: a. Perubahan TB dan BB b. Perubahan bentuk tubuh: Remaja putri (penimbunan jaringan lemak, kulit halus, suara nyaring, payudara membesar, tumbuh rambut di daerah tertentu. Remaja putra (peningkatan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang perubahan-perubahan pada remaja. 1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 1.4.3 Berikan informasi kepada keluarga tentang perubahan-perubahan pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 1.4.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 1.4.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum
besar otot, kulit dimengerti. kasar, tumbuh 1.4.6 Motivasi keluarga untuk kumis, tumbuh mengulang materi yang rambut di daerah telah dijelaskan. tertentu). 1.4.7 Berikan reinforcement c. Mengalami positif atas usaha keluarga pubertas: Remaja putra (mimpi basah). Remaja putri (menstruasi). 2. Perubahan mental, meliputi: a. Berpikir abstrak b. Kritis c. Egosentris d. Selalu ingin tahu e. Cenderung menentang orang tua f. Ingin mencoba hal-hal yang menguji keberanian 3. Perubahan sosial, meliputi: a. Mulai melepaskan diri
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
dari keluarga b. Membentuk kelompok teman sebaya 1.5 Mengidentifikasi anggota keluarga yang berusia remaja.
2. Setelah 1 x 15 menit pertemuan, keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengasuh anak remaja, dengan mampu: 2.1 Menyebutkan permasalahan akibat perubahan fisik pada remaja.
Respon afektif
Keluarga mengatakan An. F adalah remaja.
Respon verbal
Keluarga mampu 2.1.1 Diskusikan bersama menyebutkan minimal 2 keluarga apa yang diketahui dari 4 permasalahan keluarga tentang akibat akibat perubahan fisik perubahan fisik pada pada remaja, yaitu: remaja.
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota keluarga yang memiliki kriteria remaja sebagaimana yang telah dibahas. 1.5.2 Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukakan keluarga yang tepat dan benar.
1. 2. 3. 4.
2.2 Menyebutkan permasalahan akibat perubahan kejiwaan pada
Respon verbal
Jerawat Kegemukan Anemia Infeksi karena kekebalan tubuh mulai menurun
2.1.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. 2.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan fisik pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 2.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 2.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 2.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 2.1.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Keluarga mampu menyebutkan 2 permasalahan akibat perubahan kejiwaan
2.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang akibat perubahan kejiwaan pada
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
remaja.
2.3 Menyebutkan permasalahan akibat perubahan sosial pada remaja.
pada remaja, yaitu: remaja. 1. Mencari identitas 2.2.2 Berikan pujian kepada diri keluarga tentang 2. Timbul pertanyaan: pemahaman yang benar. Siapa aku ini? Apa 2.2.3 Berikan informasi kepada jadinya aku ini? keluarga mengenai akibat perubahan kejiwaan pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 2.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 2.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 2.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 2.2.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Respon verbal
Keluarga mampu 2.3.1 Diskusikan bersama menyebutkan minimal 2 keluarga apa yang diketahui dari 3 permasalahan keluarga tentang akibat akibat perubahan sosial perubahan sosial pada pada remaja, yaitu: remaja.
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
2.4 Mengambil keputusan yang tepat untuk mengasuh anak remaja.
Respon afektif
1. Timbul konflik dengan orang tua akibat keinginan remaja ingin mempunyai keleluasaan pribadi. 2. Melibatkan remaja pada perkelahian antar genk, bolos, terlibat dalam narkoba, minum minuman keras, merokok akibat setia kawan kepada kelompok. 3. Sifat egosentris dan menonjolkan kelompoknya.
2.3.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. 2.3.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan sosial pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 2.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 2.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 2.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 2.3.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Keluarga mengatakan akan mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan tumbuh kembangnya.
2.4.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya remaja di keluarganya. 2.4.2 Bantu keluarga untuk
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
memutuskan mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan tumbuh kembangnya. 2.4.3 Berikan reinforcement positif atas keputusan tepat yang telah diambil keluarga. 3. Setelah 1 x 15 menit pertemuan, keluarga mampu mengasuh anak remaja, dengan mampu: 1.1 Menyebutkan sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja.
Respon verbal
Keluarga mampu menyebutkan minimal 3 dari 4 sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja, yaitu: 1. Mengenal anak 2. Sering melakukan percakapan dengan anak 3. Mendampingi dan membimbing remaja dalam menghadapi tantangan hidup 4. Menjadi pemimpin dan teman bagi
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
3.1.1 Dorong keluarga untuk menceritakan sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja. 3.1.2 Informasikan kepada keluarga tentang sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 3.1.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan. 3.1.4 Tanyakan kepada keluarga mengenai materi yang
remaja
1.2 Menyebutkan sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja.
Respon verbal
belum dimengerti. 3.1.5 Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 3.1.6 Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. Keluarga mampu 3.2.1 Dorong keluarga untuk menyebutkan minimal 3 menceritakan sikap anak dari 5 sikap anak remaja dalam menjalani remaja dalam menjalani masa remaja. masa remaja, yaitu: 3.2.2 Informasikan kepada 1. Mengetahui keluarga tentang sikap anak kelebihan dan remaja dalam menjalani kekurangan diri. masa remaja dengan 2. Menerima diri menggunakan media lembar sendiri. balik dan leaflet. 3. Meningkatkan 3.2.3 Motivasi keluarga untuk keimanan kepada menjelaskan kembali materi Tuhan semesta ini. yang telah disampaikan. 4. Bersikap terbuka. 3.2.4 Tanyakan kepada keluarga 5. Memiliki kegiatan mengenai materi yang positif. belum dimengerti. 3.2.5 Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 3.2.6 Berikan reinforcement
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. 1.3 Melakukan komunikasi yang terbuka dengan remaja.
4. Setelah 1 x 15 menit pertemuan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan anak remaja.
Respon psikomotor
Pada kunjungan yang tidak direncanakan, keluarga melakukan komunikasi yang terbuka dengan remaja dan saling berbincang tentang kehidupan remaja.
Respon verbal
Keluarga mampu 4.1.1 Diskusikan cara menyebutkan 2 memodifikasi lingkungan modifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja. yang sesuai dengan 4.1.2 Jelaskan kepada keluarga remaja, yaitu: tentang cara memodifikasi 1. Pergaulan dengan lingkungan yang sesuai teman sebaya yang dengan remaja dengan baik (selektif menggunakan media lembar memilih teman) balik dan leaflet. 2. Komunikasi terbuka 4.1.3 Motivasi keluarga untuk dengan keluarga menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja. 4.1.4 Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti.
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
1.3.1 Tanyakan kepada keluarga, hal apa yang telah dibicarakan dengan anggota keluarga yang remaja. 1.3.2 Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga.
4.1.5 Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 4.1.6 Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga 5. Setelah 1 x 20 menit pertemuan, keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk berkonsultasi mengenai tumbuh kembang remaja, dengan mampu: 5.1 Menyebutkan tempat pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi mengenai tumbuh kembang remaja.
5.2 Mengunjungi
Respon verbal
Keluarga dapat 5.1.1 Diskusikan bersama menyebutkan fasilitas keluarga mengenai fasilitas yang dapat dikunjungi, kesehatan yang ada yaitu: disekitar tempat tinggal. 1. Puskesmas (PKPR) 5.1.2 Motivasi keluarga untuk 2. Rumah sakit mengulang fasilitas 3. Klinik dokter kesehatan yang dapat 4. Psikolog dikunjungi. 5. Guru wali kelas 5.1.3 Berikan reinforcement 6. Guru BP di sekolah positif atas usaha keluarga.
Respon
Keluarga mengunjungi 5.2.1 Motivasi keluarga untuk
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
fasilitas pelayanan kesehatan untuk berkonsultasi mengenai tumbuh kembang remaja.
afektif
pelayanan kesehatan untuk konsultasi tumbuh kembang remaja.
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
berkunjung ke fasilitas kesehatan. 5.2.2 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK U DENGAN MASALAH PERILAKU KESEHATAN BERESIKO N Diagnosa o Keperawatan 3 Perilaku kesehatan berisiko pada Bp. U
Tujuan Jangka pendek
Kriteria Evaluasi Standar
Jangka Kriteria panjang Setelah 1. Setelah pertemuan selama 1x45 menit dilakukan keluarga mampu tindakan mengenal kerugian keperawatan merokok dengan 4x45 menit menyebutkan: keluarga a. Pengertian merokok Respon Pengertian merokok: dapat Verbal Merokok adalah menghisap zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan meningkatka pada tubuh. n Perilaku kesehatan yang adaptif b. Alasan merokok Respon Menyebutkan 3 dari 6 alasan Verbal merokok Mengisi waktu luang Mengikuti teman dekat Coba-coba Gengsi Menghilangkan stres Sudah terbiasa merokok (candu)
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Rencana Intervensi
a. Diskusikan dengan keluarga pengertian merokok b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali c. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga menjelaskan kembali a. Diskusikan dengan keluarga alasan merokok b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali alasan merokok c. Beri reinforcement positif atas usaha keluarga
c.
Kandungan zat dalam rokok
2. Setelah intervensi 1x45 menit keluarga dapat memutuskan untuk berhenti merokok, dengan mampu: a. Menyebutkan cara kerja rokok terhadap tubuh:
Respon Verbal
Respon Verbal
menjelaskan kembali Menyebutkan 4 dari 8 zat yang terkandung dalam rokok: - Tar - Nikotin - Amonia - Arsenik - Metanol - Lilin - Toluene (bahan peledak) - Karbon monoksida
Menyebutkan 3 dari 6 cara kerja rokok terhadap tubuh: Saat merokok, bahan kimiawi rokok menjelajahi organ vital tubuh seperti otak, paru-paru, jantung dan pembuluh darah Karbon monoksida dalam rokok yang dihirup akan mengganti fungsi oksigen pada sel-sel darah, kemudian mengambil zat makanan dari jantung, otak, dan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
a. Diskusikan dengan keluarga kandungan zat dalam rokok b. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali kandungan zat dalam rokok c. Beri pujian atas usaha keluarga menjelaskan kembali
a. Diskusikan dengan keluarga cara kerja rokok terhadap tubuh: b. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya c. Beri pujian atas kemampuan keluarga menyebutkan kembali
b. Mengetahui akibat rokok
Respon vebal
organ tubuh lain mengakibatkan resiko penyakit jantung. Nikotin merangsang zat kimia di otak yang mengakibatkan kecanduan Nikotin merangsang kelenjar adrenalin untuk memproduksi hormon yang mengganggu jantung sehingga tekanan darah dan denyut jantung meningkat Merokok mematikan indra pengecap dan pencium Tar dapat mengakibatkan kanker paru-paru dan bronchitis (radang saluran nafas.
a. Diskusikan dengan keluarga Mengetahui 2 dari 4 akibat rokok: akibat rokok terhadap Kanker paru-paru Kanker hati, tubuh: kanker ginjal, kanker mulut b. Beri kesempatan kepada rahim keluarga untuk bertanya Penyakit jantung dan darah c. Beri pujian atas tinggi kemampuan keluarga Kanker bibir, mulut, dan menyebutkan kembali tenggorokan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
c. Mengetahui efek rokok
Respon verbal
Respon d. Memutuskan untuk vebal berhenti merokok 3. Setelah pertemuan 1x45 menit keluarga mampu merawat dan mendukung anggota keluarga yang berhenti merokok: respon a. menyebutkan verbal persiapan berhenti merokok
Kerusakan sperma, impotensi, dan mandul Menyebutkan 2 dari 3 efek rokok selain masalah kesehatan: ketagihan penambahan jumlah rokok ketergantungan
Keputusan keluarga untuk berhenti merokok
Menyebutkan 2 dari 3 persiapan berhenti merokok: Kenali sebab mengapa anda merokok Tetapkan perilaku berhenti merokok
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
a. Diskusikan dengan keluarga efek rokok terhadap tubuh: b. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya c. Beri pujian atas kemampuan keluarga menyebutkan kembali Memotivasi keluarga untuk berhenti merokok
a. Diskusikan dengan keluarga persiapan berhenti merokok b. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya c. Beri pujian atas
buat komitmen atau pernyataan tentang niat berhenti merokok). Respon b. Menyebutkan cara- verbal cara berhenti merokok
Respon c. Menyebutkan cara verbal mempertahankan berhenti merokok
Menyebutkan 3 dari 5 cara berhenti merokok: Tetapkan hari untuk berhenti merokok, berhenti merokok pada hari tersebut. Menunda saat merokok pertama dihisap. Mengurangi jumlah rokok setiap harinya. Bantu diri anda sendiri dengan informasi yang meyakinkan untuk menjauh dari rokok Setelah berhenti merokok, carilah dukungan dari orangorang yang juga ingin berhenti merokok Menyebutkan 2 dari 3 cara mempertahankan berhenti merokok: Ajaklah teman dekat atau saudara
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
kemampuan keluarga menyebutkan kembali
a. Diskusikan dengan keluarga cara berhenti merokok b. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya c. Beri pujian atas kemampuan keluarga menyebutkan kembali
a. Diskusikan dengan keluarga cara mempertahankan berhenti merokok
4. Setelah pertemuan 1x45 menit, keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mepertahan berhenti merokok: a. Menyebutkan upaya mengurangi efek akibat berhenti merokok
Respon verbal
untuk berhenti merokok bersamasama Beritahu teman mengenai niat dan tanggal berhenti merokok, minta mereka memberi dukungan. Sebelum berhenti merokok hisaplah rokok yang terakhir dan buang sisa rokok yang ada
b. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya c. Beri pujian atas kemampuan keluarga menyebutkan kembali
menyebutkan 2 dari 4 upaya mengurangi efek akibat berhenti merokok : Minum air putih yang banyak Banyak makan buah dan sayuran Olah raga ringan dan teratur Cari kesibukan yang positif
a. Diskusikan dengan keluarga Upaya mengurangi efek akibat berhenti merokok b. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya c. Beri pujian atas kemampuan keluarga menyebutkan kembali
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
5. Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk membantu berhenti merokok: Respon a. Mampu menyebutkan verbal fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia
Menyebutkan fasilitas yankes untuk pemeriksaan kesehatan: Rumah sakit Puskesmas Praktek dokter swasta
a.
b. c.
respon verbal
Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan untuk konseling dan memeriksakan kesehatanya
Respon psikomotor
Keluarga membawa anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan ke fasilitas pelayanan
b. Mampu menyebutkan manfaat fasilitas pelayanan kesehatan
c. Keluarga mampu
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Diskusikan dengan keluarga fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya Beri pujian atas kemampuan keluarga menyebutkan kembali
a. Diskusikan dengan keluarga manfaat fasilitas kesehatan b. Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya c. Beri pujian atas kemampuankeluarga menyebutkan kembali
membawa anggota keluarga yang sakit ke fasilitas kesehatan
kesehatan: Puskesmas, dokter praktek, R
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak U Dengan Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada Anak F Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bapak U khususnya anak F
Tgl/waktu
Implementasi
Evaluasi
Paraf
Selasa, 21 TUK 1 Subjektif: Mei 2013 1.1.1 Mendiskusikan bersama keluarga apa yang Ibu A menyebutkan anemia adalah Pukul 14.00 diketahui keluarga mengenai pengertian wib penyakit karena kurang darah anemia 1.1.2 Memberikan pujian pada keluarga tentang
Ibu A menyebutkan penyebab anemia
pemahaman keluarga mengenai pengertian
yaitu
anemia yang benar 1.1.3 Memberikan mengenai
meningkatnya
informasi kepada keluarga
pengertian
anemia
tentang
materi
besi
kebutuhan
dan tubuh
terhadap zat besi Ibu A menyebutkan tanda dan gejala
1.1.4 Memberikan kesempatan kepada keluarga bertanya
zat
dengan
menggunakan media lembar balik
untuk
kekurangan
anemia yaitu: lemah, letih, lesu dan
yang
pusing
disampaikan 1.1.5 Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 1.1.6 Memotivasi keluarga untuk mengulang
Ibu A menyebutkan akibat anemia: Menurunnya prestasi belajar
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
materi yang telah dijelaskan
Mudah terkena infeksi
1.1.7 Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga
Ibu A mengatakan bahwa keluarga
1.2.1 Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
akan berusaha untuk merawat anemia
diketahui keluarga mengenai penyebab
pada anak F
anemia 1.2.2 Memberikan pujian pada keluarga tentang
Ibu A menyebutkan cara mengatasi
pemahaman keluarga mengenai penyebab
anemia yaitu dengan makan makanan
anemia yang benar
yang mengandung zat besi dan
1.2.3 Memberikan informasi kepada keluarga
minum tablet tambah darah
mengenai penyebab anemia dengan menggunakan media lembar balik 1.2.4 Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang
Objektif: Keluarga
mampu
menjelaskan
pengertian anemia
disampaikan 1.2.5 Memberikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti
Keluarga mampu menyebutkan 2
1.2.6 Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
penyebab anemia
1.2.7 Memberikan reinforcement positif atas
Keluarga mampu menyebutkan 4
usaha keluarga
tanda dan gejala anemia
1.3.1 Mendiskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai tanda dan
Keluarga mampu menyebutkan akibat
gejala anemia
anemia
1.3.2 Memberikan pujian pada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai tanda dan gejala anemia yang benar
Keluarga memutuskan untuk merawat keluarga yang mengalami anemia
1.3.3 Memberikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala anemia dengan menggunakan media lembar balik
Keluarga mampu menyebutkan cara merawat anemia
1.3.4 Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan
Keluarga mampu mendemonstrasikan pemilihan makanan yang
1.3.5 Memberikan penjelasan ulang terhadap
mengandung zat besi
materi yang belum dimengerti 1.3.6 Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 1.3.7 Memberikan reinforcement positif atas
Analisa: Keluarga mampu menyebutkan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
usaha keluarga
pengertian anemia Keluarga mampu menyebutkan 2 dari
TUK 2 2.1.1 Mendiskusikan bersama keluarga apa
3 penyebab anemia
yang diketahui keluarga mengenai akibat anemia
Keluarga mampu menyebutkan 4
2.1.2 Memberikan pujian pada keluarga tentang
dari 8 tanda dan gejala anemia
pemahaman keluarga mengenai akibat anemia yang benar
Keluarga mampu menyebutkan akibat
2.1.3 Memberikan informasi kepada keluarga
anemia
mengenai akibat anemia dengan menggunakan media lembar balik
Keluarga mampu memutuskan untuk
2.1.4 Memberikan kesempatan kepada keluarga
merawat anggota keluarga yang
untuk bertanya tentang materi yang
mengalami anemia
disampaikan 2.1.5 Memberikan penjelasan ulang terhadap
Keluarga mampu mendemonstrasikan
materi yang belum dimengerti 2.1.6 Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
pemilihan makanan yang mengandung zat besi
2.2.1 Memberikan reinforcement positif atas
TUK 1 – TUK 3 tercapai
usaha keluarga 2.2.2 Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah anemia pada Planning: Lanjutkan ke TUK 4 dan TUK 5 an.F 2.2.3 Membantu keluarga untuk memutuskan merawat
anggota
keluarga
yang
mengalami anemia 2.2.4 Memberikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil TUK 3 3.1.1 Mendorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan untuk merawat anemia yang baik 3.1.2 Memberikan informasi pada keluarga mengenai cara merawat anemia dengan menggunakan lembar balik 3.1.3 Memotivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
3.1.4 Memberikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga 3.2.1 Mendemonstrasikan pemilihan makanan yang mengandung zat besi 3.2.2 Menganjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan pemilihan makanan yang mengandung zat besi 3.2.3 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang diberikan 3.2.4 Memotivasi keluarga untuk mendemonstrasikan secara mandiri 3.2.5 Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga Kamis, 23
TUK 4
Mei 2013
4.1.1 Mendiskusikan bersama keluarga tentang
Pukul 13.30
modifikasi lingkungan dan perilaku untuk
Subjektif Ibu A menyebutkan 2
mangatasi anemia pada anak 4.1.2 Memberikan pujian pada keluarga tentang
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
dari 3 cara
memodifikasi
lingkungan
dan
perilaku
mendukung
untuk
yang
pemahaman keluarga yang benar
mengatasi
4.1.3 Memberikan informasi kepada keluarga
anemia
membiasakan
sarapan
mengenai modifikasi lingkungan dan
mengurangi
perilaku untuk meningkatkan perilaku
mengkonsumsi teh
mengatasi anemia
dan
kebiasaan
minum es teh 2-3 kali sehari Ibu A mengatakan mungkin akan
dibahas
sulit sekali mengubah kebiasaan anak
4.1.5 Memotivasi keluarga untuk mengulang
F untuk tidak mengkonsumsi es teh
materi yang telah dibahas 4.1.6 Memberikan reinforcement positif atas
pagi
Ibu A mengatakan anak F selalu
4.1.4 Memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang
yaitu:
setiap harinya Ibu A mengatakan fasilitas kesehatan
usaha keluarga
yang dapat dikunjungi: Puskesmas, Rumah sakit dan klinik swasta
TUK 5
Ibu
5.1.1 Mendiskusikan bersama keluarga
A
menyebutkan
mengunjungi
mengenai fasilitas kesehatan yang ada
kesehatan :
disekitar tempat tinggal
Mendapatkan
5.1.2 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali fasilitas kesehatan yang dapat
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
fasilitas
manfaat
penyuluhan
pelayanan
tentang
cara perawatan anggota keluarga
dikunjungi
dengan
5.1.3 Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga
masalah
anemia
dan
mendapatkan pengobatan Objektif Keluarga mampu menyebutkan 2
5.2.1 Mendiskusikan bersama keluarga apa yang
cara
diketahui keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas kesehatan
lingkungan
dan
prilaku Keluarga mampu menyebutkan 3
5.2.2 Memberikan pujian pada keluarga tentang
fasilitas pelayanan kesehatan yang
pemahaman keluarga mengenai manfaat tersebut
modifikasi
dapat dikunjungi Keluarga
5.2.3 Memberikan informasi kepada keluarga
manfaat
mengenai manfaat mengunjungi fasilitas
mampu kunjungan
menjelaskan ke
fasilitas
pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan dengan menggunakan lembar balik 5.2.4 Memberikan kesempatan kepada keluarga
Analisa Keluarga mampu menyebutkan 2
untuk bertanya tentang materi yang
dari 3 cara modifikasi lingkungan
disampaikan
dan prilaku
5.2.5 Memberikan penjelasan ulang terhadap
Keluarga mampu menyebutkan 3
materi yang belum dimengerti
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
5.2.6 Memotivasi keluarga untuk mengulang
dari 3 fasilitas pelayanan kesehatan
materi yang telah dijelaskan 5.2.7 Memberikan reinforcement positif atas
yang dapat dikunjungi Keluarga mampu menyebutkan 2
usaha keluarga
manfaat
5.3.1 Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
mengunjungi
fasilitas
pelayanan kesehatan
fasilitas kesehatan 5.3.2 Memberikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan
Planning: Motivasi
fasilitas pelayanan kesehatan
mengunjungi
keluarga
untuk
fasilitas
pelayanan
kesehatan Membuat jadwal untuk modifikasi perilaku anak F Selasa, 28
4.1.3 Mengevaluasi perilaku sarapan pagi dan
Mei 2013
kebiasaan minum teh pada anak F
Subjektif Anak F mengatakan tidak sempat
4.1.4 Membuat jadwal modifikasi perilaku
sarapan pagi di rumah karena takut
sarapan pagi dan tidak minum es teh setiap hari pada anak F
terlambat Anak F mengatakan belum bisa
4.1.5 Memberikan reinforcement positif atas
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
usaha yang dilakukan keluarga
menghilangkan kebiasaan minum teh
4.1.6 Memotivasi keluarga untuk membawa anak F ke pelayanan kesehatan
setiap hari Anak F mengatakan minum teh 2-3 kali sehari
Objektif Anak F belum mau diajak ke pelayanan kesehatan Anak F menyetujui jadwal yang dibuat bersama perawat
Analisa: Keluarga belum mau berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan
Planning: Evaluasi pelaksanaan jadwal yang telah dibuat bersama
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Kamis, 21 Juni 2013
4.1.7 Mengevaluasi jadwal perilaku sarapan pagi dan kebiasaan minum teh pada anak F
Subjektif Ibu A mengatakan anak F sudah
4.1.8 Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
mulai sarapan pagi Ibu A mengatakan kebiasaan minum
4.1.9 Memotivasi keluarga untuk mendukung
es teh setiap hari sudah mulai
dan mempertahankan kebiasaan yang sudah baik
berkurang Anak F mengatakan sudah mulai rutin sarapan pagi Anak F mengatakan masih minum es teh 1-2 kali sehari Ibu
A
kebiasaan
mengatakan anak
F
mendukung yang
mulai
membaik
Objektif Jadwal yang dibuat sudah terisi dan kebiasaan minum es teh anak F sudah mulai berkurang
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Jadwal
sarapan
pagi
selama
1
minggu terisi penuh Kebiasaan minum es teh pada jadwal masih terisi setiap hari 1-2 kali sehari Ibu A tampak mendukung kebiasaan anak F yang baru.
Analisa: Modifikasi
perilaku
anak
F
tercapai
sebagian
Planning: Memotivasi keluarga untuk meningkatkan dukungan terhadap kebiasaan/ perilaku sehat yang mulai terbentuk.
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak U Dengan Masalah Ketidakefektifan Performa Peran Remaja Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan Performa Peran Remaja pada keluarga Bapak U khususnya anak F
Tgl/waktu
Implementasi
Selasa, 25 TUK 1 Juni 2013 Pukul 14.15 1.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang Sd diketahui keluarga mengenai pengertian Pukul 15.00 tumbuh kembang. 1.1.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 1.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian tumbuh kembang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 1.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 1.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 1.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 1.1.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai pengertian
Evaluasi Subjektif Ibu A menyebutkan pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran tubuh anak. Perkembangan adalah berkembangnya kemampuan anak. Ibu A menyebutkan remaja adalah anak yang berusia 13-21 tahun Ibu A menyebutkan tumbuh kembang remaja adalah proses lebih lanjut remaja menuju tahap perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya (dewasa) Ibu A menyebutkan perubahanperubahan yang terjadi pada remaja, yaitu: suara nyaring, payudara membesar, tumbuh rambut, Remaja putra (mimpi basah), Remaja putri (menstruasi), selalu ingin tahu, menentang orang tua
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
Paraf
remaja. 1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar. 1.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 1.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 1.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 1.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 1.2.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. 1.3.1
1.3.2 1.3.3
1.3.4
Ibu A menyebutkan permasalahan akibat perubahan fisik pada remaja, yaitu: jerawat, Kegemukan, Anemia, Infeksi karena kekebalan tubuh mulai menurun Ibu A menyebutkan 2 permasalahan akibat perubahan kejiwaan pada remaja, yaitu: mencari identitas diri, timbul pertanyaan.
Objektif Keluarga mampu menjelaskan pengertian tumbuh kembang. Diskusikan bersama keluarga apa yang Keluarga mampu menjelaskan diketahui keluarga tentang definisi mengenai pengertian remaja. tumbuh kembang remaja. Keluarga mampu menjelaskan Berikan pujian kepada keluarga tentang tentang definisi tumbuh kembang pemahaman keluarga yang benar remaja. Berikan informasi kepada keluarga tentang Keluarga mampu menjelaskan definisi tumbuh kembang remaja dengan tentang perubahan-perubahan pada menggunakan media lembar balik dan remaja. leaflet. Ibu A mengatakan anaknya yang Berikan kesempatan kepada keluarga berusia remaja adalah anak F dan untuk bertanya tentang materi yang anak An
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
disampaikan. 1.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 1.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 1.3.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Ibu A mampu menjelaskan akibat perubahan fisik pada remaja. Ibu A mampu menjelaskan akibat perubahan kejiwaan pada remaja.
Analisa Keluarga mampu menjelaskan pengertian tumbuh kembang. 1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang Keluarga mampu menjelaskan diketahui keluarga tentang perubahanmengenai pengertian remaja. perubahan pada remaja. Keluarga mampu menjelaskan 1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang tentang definisi tumbuh kembang pemahaman keluarga yang benar. remaja. 1.4.3 Berikan informasi kepada keluarga Keluarga mampu menjelaskan tentang perubahan-perubahan pada tentang perubahan-perubahan pada remaja dengan menggunakan media remaja. lembar balik dan leaflet. Keluarga mengatakan anaknya yang 1.4.4 Berikan kesempatan kepada keluarga berusia remaja adalah anak F dan untuk bertanya tentang materi yang anak An disampaikan. Keluarga mampu menjelaskan 1.4.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi akibat perubahan fisik pada remaja. yang belum dimengerti. Keluarga mampu menjelaskan 1.4.6 Motivasi keluarga untuk mengulang akibat perubahan kejiwaan pada materi yang telah dijelaskan. remaja. 1.4.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga TUK 1 tercapai 1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah anggota TUK 2 tercapai sebagian
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
keluarga yang memiliki kriteria remaja sebagaimana yang telah dibahas. 1.5.2 Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukakan keluarga yang tepat dan benar.
Planning Evaluasi TUK 1 Lanjutkan ke TUK 2 dan TUK 3
TUK 2 2.1.1
2.1.2 2.1.3
2.1.4
2.1.5 2.1.6 2.1.7
Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang akibat perubahan fisik pada remaja. Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan fisik pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
2.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang akibat perubahan kejiwaan pada remaja. 2.2.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. 2.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan kejiwaan pada remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 2.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 2.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 2.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 2.2.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga. Kamis, 27 Juli 2013 Pukul 14.00 sd Pukul 15.00
2.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga tentang akibat perubahan sosial pada remaja. 2.3.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman yang benar. 2.3.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai akibat perubahan sosial pada remaja dengan menggunakan media
Subjektif Ibu A menyebutkan permasalahan akibat perubahan sosial pada remaja, yaitu: timbul masalah dengan orang tua akibat keinginan remaja ingin mempunyai kebebasan pribadi dan berkelahi Keluarga mengatakan akan
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
lembar balik dan leaflet. 2.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan. 2.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti. 2.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan. 2.3.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
2.4.1
Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari akan adanya remaja di keluarganya. 2.4.2 Bantu keluarga untuk memutuskan mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan tumbuh kembangnya. 2.4.3 Berikan reinforcement positif atas keputusan tepat yang telah diambil keluarga. TUK 3 3.1.1 Dorong keluarga untuk menceritakan sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja. 3.1.2 Informasikan kepada keluarga tentang
mengasuh anak remaja sesuai dengan tumbuh kembangnya Keluarga menyebutkan sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja, yaitu: mengenal anak, sering melakukan percakapan dengan anak dan mendampingi dan membimbing remaja Keluarga mengatakan sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja, yaitu: mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, menerima diri sendiri dan bersikap terbuka Objektif Ibu A mampu menjelaskan akibat perubahan sosial pada remaja. Ibu A memutuskan untuk memutuskan mengasuh anak remaja dengan tepat sesuai dengan tumbuh kembangnya Ibu A mampu menjelaskan sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja Ibu A mau mempraktikkan cara komunikasi efektif dan terbuka dengan remaja
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
3.1.3 3.1.4 3.1.5 3.1.6
sikap orang tua dalam mengasuh anak remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan. Tanyakan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga.
Analisa TUK 2 tercapai TUK 3 tercapai Planning Lanjutkan Ke TUK 4 dan TUK 5
3.2.1 Dorong keluarga untuk menceritakan sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja. 3.2.2 Informasikan kepada keluarga tentang sikap anak remaja dalam menjalani masa remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 3.2.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan. 3.2.4 Tanyakan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 3.2.5 Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 3.2.6 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga.
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
3.3.1 Tanyakan kepada keluarga, hal apa yang telah dibicarakan dengan anggota keluarga yang remaja. 3.3.2 Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga. Selasa, 2 Juli 2013 Pukul 14.00
4.1.1 Diskusikan cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja. 4.1.2 Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet. 4.1.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja. 4.1.4 Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti. 4.1.5 Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti. 4.1.6 Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
5.1.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal. 5.1.2 Motivasi keluarga untuk mengulang
Subjektif Ibu A menyebutkan modifikasi lingkungan yang sesuai dengan remaja, yaitu: pergaulan dengan teman yang baik dan komunikasi terbuka dengan keluarga Ibu A menyebutkan fasilitas yang dapat dikunjungi, yaitu: Puskesmas (PKPR), rumah sakit,klinik dokter, psikolog Keluarga menyatakan akan mengunjungi fasilitas pelayanan jika terjadi masalah pada anak remaja
Objektif Keluarga mampu menyebutkan modifikasi lingkungan untuk anak remaja Keluarga mampu menyabutkan fasilitas yang dapat dikunjungi oleh anak remaja
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi. 5.1.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
5.2.3 Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan 5.2.4 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Analisa Keluarga mampu menyebutkan 2 modifikasi lingkungan dan perilaku pada anak remaja Keluarga mampu menyebutkan 4 fasilitas yang dapat dikunjungi oleh anak remaja TUK 4 dan TUK 5 tercapai Planning: -
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
APAKAH ANEMIA? Anemia adalah penyakit kurang darah yang sebagian besar disebabkan karena kurang mengkonsumsi zat besi.
Oleh : Dwi Sismayuni 1006823204
Anemia umumnya terjadi pada wanita dan remaja putri
?
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia 2013 Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
1.
MENGAPA WANITA LEBIH MUDAH TERKENA ANEMIA?
Wanita membutuhkan zat besi 2 kalilebih banyak daripada pria karena mengalami haid setiap bulannya dan akan kehilangan darah pada saat melahirkan. 2. Wanita umumnya kurang mengkonsum si makanan yang mengandung zat besi seperti daging, ikan, hati, tempe, sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan serta buah. Zat besi dibutuhkan tubuh untuk memproduksi darah dalam tubuh
TANDA-TANDA ANEMIA 3L
BAHAYA ANEMIA b.
Letih,Lesu,Lemah Disertai dengan pusing, Mata berkunang-kunang Muka, tangan dan kelopak mata bagian dalam pucat
BAHAYA ANEMIA a.
Pada anak dan remaja Anak menjadi kurang cerdas Semangat belajar menurun Mudah terserang penyakit Pertumbuhan tubuh terhambat sehingga tinggi badan tidak maksimal
c.
Pada ibu hamil dan menyusui - Dapat menimbulkan perdarahan sebelum dan sesudah melahirkan - Berat badan bayi yang dilahirkan rendah - Kematian ibu saat melahirkan - Pada ibu menyusui dapat menyebabkan jumlah ASI dan kualitasnya menurun Pada Wanita Daya tahan tubuh menurun Kebugaran menurun - Kemampuan bekerja menurun
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013
CARA MENCEGAH DAN MENGOBATI ANEMIA 1.
Makan makanan yang mengandung zat besi : - Sayuran berwarna hijau tua (daun kangkung, katuk, daun singkong, bayam) - Makanan hewani (ikan, daging, hati, ayam - Kacang-kacangan (tempe, kacang merah, kacang hijau, kacang panjang, kecipir, buncis) - Buah-buahan (jeruk, pepaya rambutan, belimbing) 2. Jika dibutuhkan minum tablet tambah darah seminggu sekali atau setiap hari selama haid
Lampiran 3: Biodata Penulis
BIODATA PENULIS
Nama
: Dwi Sismayuni, S.Kep
Jenis Kelamin
: Perempuan
Kewarganegaraan
: Indonesia
Tempat/Tanggal Lahir
: Pajarbulan, 1 Juni 1981
Alamat
: Jl. Cemara no.30 Tejoagung 24B Metro Timur Kota Metro Lampung
No. Handphone
: 08982452333
E-mail
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan Formal : - SD Negeri 1 Puralaksana - SMP Negeri 2 Sumberjaya - SMA Negeri 2 Bandarlampung - Poltekkes Tanjungkarang
Analisis keperawatan..., Dwi Sismayuni, FIK UI, 2013