UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BIAYA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN YANG DILANGGAN PT. PERUSAHAAN LISTRIK NASIONAL BATAM TAHUN 2009
TESIS
ATIEK ADRIJANI NOTOKUSUMO NRM: 0906592956
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT DEPOK DESEMBER 2010
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke Hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas Limpahan Rahmat dan KehendakNya maka tesis ini dapat kami selesaikan. Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana dengan Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit. Tesis ini dapat kami susun tidak terlepas dari peran dari berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas penelitian ini. Oleh karena itu kiranya dari hati yang paling dalam kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. H Amal C Sjaaf, SKM, dr. Dr.PH selaku Ketua Program Studi, yang banyak memberi perhatian dan motivasi sehingga kami dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. 2. dr. Sandi Iljanto, MPH selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan di tengah kesibukan yang luar biasa masih menyempatkan diri untuk memberikan bimbingan dan arahan, sehingga memotivasi kami untuk segera menyelesaikan tugas penelitian ini. 3. Besral, SKM, MSc. yang juga telah membantu tugas kami dalam memberikan wawasan dan pemahaman di bidang biostatistik, sehingga kami dapat melakukan analisa dan mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan tepat sasaran. 4. Direktur Utama PT PLN Batam Ir Sriyono D siswoyo, Msc , beserta jajarannya yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada kami guna melakukan penelitian di PT PLN Batam, yang kiranya hasil tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pengambilan keputusan di bidang pelayanan kesehatan pada PT PLN Batam.
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
5. Seluruh angkatan kelas KARS Batam yang senantiasa saling memberi semangat, kerja sama serta saling memberikan dukungan di dalam menyelesaikan studi dan tesis ini. 6. Kepada suami saya Ir. Sulistyo Adi Widodo yang banyak memberikan dukungan dan dorongan, serta terhadap putri tercinta Amira Nabila dan putra tercinta M Akmal Firmansyah yang dengan ikhlas mendukung Bundanya belajar. 7. Kepada Ibu dan Bapak saya yang telah memberikan dorongan semangat dan doa, sehingga dapat menyelesaikan tesis dan sekolah ini dengan lancar. 8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberi
kontribusi
kepada
kami
sejak
awal
pendidikan
hingga
terselesaikannya tesis ini. Kiranya semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkannya. Dan semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa memberikan Rahmat, Hidayah dan Kasih SayangNya kepada kita semua. Amiin.
Jakarta, Desember 2010
Penulis
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
ABSTRACT Name Study Program Thesis Title
: Atiek Adrijani Notokusumo : A Study of Hospital Administration : Analysis of Factors Affecting Cost Outpatient Health Services in Medical Services Health who subscribed PT PLN Batam 2009
The background of this research is to increase health costs continue to rise while the budget is limited. Thus require a more in-depth analysis of the factors that affect the health cost increases. This study used cross sectional study with quantitative methods, by looking at the factors age, sex, education, diagnosis, and the average cost of prescription drugs in accordance with secondary data obtained through billing data providers be subscribed by PT PLN in providing health services. And based on research results, factors that affect health care costs is age and diagnosis of the disease. Where health-care hospital also has contributed to the increase in health costs than doctors practice. So addressing these problems, needed policy at PT PLN to enforce treatment system a tiered, from general practitioners to medical specialists.
viii Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
ABSTRAK
Nama
: Atiek Adrijani Notokusumo
Program Studi
: Kajian Administrasi Rumah Sakit
Judul Tesis
: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Sarana Pelayanan Kesehatan yang Dilanggan PT PLN Batam 2009
Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan biaya kesehatan yang terus meningkat sedangkan anggaran yang disediakan terbatas. Sehingga memerlukan analisis yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan biaya kesehatan tersebut. Penelitian ini menggunakan studi crosssectional dengan metode kuantitatif, dengan melihat factor umur, jenis kelamin, pendidikan, diagnosis dan rata-rata biaya obat yang diresepkan sesuai dengan data sekunder yang didapat melalui data tagihan provider yang menjadi langganan PT PLN dalam memberikan layanan kesehatan. Dan berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi biaya kesehatan dalah umur dan diagnosis penyakit.Disamping hal tersebut, tempat layanan kesehatan rumah sakit juga memiliki andil dalam peningkatan biaya kesehatan dibandingkan dokter praktek.Sehingga menyikapi permasalahan tersebut, diperlukan kebijakan di PT PLN untuk memberlakukan sistem pengobatan yang berjenjang, dari dokter umum ke pengobatan dokter spesialis. Kata kunci : pembiayaan kesehatan rawat jalan,
vii Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ KATA PENGANTAR ........................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ABSTRAK .................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................... DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR GAMBAR .................................................................................. 1. PENDAHULUAN ...................................................................................
i ii iii iv v vii ix xi 1
1.1. Latar Belakang …………………………………..............................
1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………. 1.3. Pertanyaan Penelitian ………………………………………………. 1.4. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 1.4.1. Tujuan Umum ……………………….................................... 1.4.2. Tujuan Khusus ……………………………………… 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………… 1.6. Manfaat penelitian ……………………………………………… 1.6.1. Manfaat Bagi PT Pelayanan Listrik Nasional Batam ……… 1.6.2. Manfaat Bagi Peneliti ……………………………… 1.6.3. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi ………………………
9 10 10 10 10 11 11 11 11 11
2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2.1. Pembiayaan Kesehatan
12
………………………………………
12
2.2. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan ………………………….
15
2.3. Faktor Penyebab Tingginya Biaya Kesehatan ….............................
17
2.4. Pengendalian Biaya Kesehatan
………………………............
19
2.5. Metoda Pembiayaan Kesehatan …………………….........................
24
3. GAMBARAN UMUM PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL BATAM 30 3.1. Sejarah PT PLN Batam
………………………………............
3.2. Struktur Organisasi, Visi dan Misi
30
……………............................
32
………………………………............
32
3.2.3. Visi
………………………………………………............
33
3.2.4. Misi
………………………………………………............
33
3.2.1. Struktur Organisasi
3.2.5. Nilai-Nilai Perusahaan 3.2.6. Janji Perusahaan
………………........................
34
………………………………............
34
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
3.2.7. Motto
………………………………………………............
3.3. Aktivitas dan Perkembangannya
34
……….……….......................
34
3.4. Gambaran Biaya Kesehatan ………………………........................
37
4. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 4.1. Kerangka Konsep
40
………………………........................
40
4.2. Definisi Operasional ………………………………........................
41
4.3. Hipotesis ...........................................................................................
42
5. METODE PENELITIAN ......................................................................
44
5.1. Rancangan Penelitian ………………………………………………
44
5.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ………………………………………
44
5.3. Populasi dan Sampel ………………………………………………
44
5.4. Sumber Data ………………………………………………………
44
5.5. Analisa Data ………………………………………………………
45
6. HASIL PENELITIAN ………...............................................................
46
6.1. Analisa Univariat …………………………………………………
46
6.1.1. Kerangka Penyajian Hasil Penelitian ………………. ………
46
6.1.2. Rata-rata Biaya Obat ………………………………………...
47
6.1.3. Diagnosis ……………………………………………………
47
6.1.4. Biaya Konsultasi …………………………………………….
49
6.1.5. Biaya Tindakan Dan Penunjang Medis ………………………
50
6.1.6. Umur …………………………………………………………
51
6.1.7. Jenis Kelamin …………………………………………………
53
6.1.8. Pendidikan ……………………………………………………
54
6.1.9. Pembiayaan Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………………………………………………
56
6.1.7.1. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit …………………………………………
56
6.1.7.2. Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek ……………………………………...
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
57
6.2. Analisa Bivariat …………………………………………………….
58
6.2.1. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………..
58
6.2.2. Hubungan Antara Diagnosis Penyakit dengan Rata-rata Biaya Kesehatan Rawat Jalan ………………………………..
58
6.2.2.1. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………
60
6.2.2.2. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
……………………………………………….
60
6.2.2.3. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit Common Cold dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………………………
61
6.2.2.4. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit Dispepsia dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………………………
62
6.2.2.5. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit Observasi Febris dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………………………
62
6.2.2.6. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit Hipertensi dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………………………
63
6.2.2.7. Hubungan Antara Kelompok Kelompok Penyakit Dermatitis dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………………………
64
6.2.3. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan Biaya Pelayanan Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……..
64
6.2.4. Hubungan Antara Biaya Tindakan Medis dan Penunjang Medis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……………
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
65
6.2.5. Hubungan Antara Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………………………………………
66
6.2.5.1. Hubungan Antara Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ..
66
6.2.5.2. Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ...
67
6.2.5.3. Hubungan Antara Kelompok Umur 50 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ...
68
6.2.6. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Biaya Rata-rata di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………..
69
6.2.6.1. Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………
69
6.2.6.2. Hubungan Antara Kelompok Perempuan dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………
70
6.2.7. Hubungan Antara Pendidikan dengan Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………………
71
6.2.7.1. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan SMA dengan Ratarata Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
71
6.2.7.2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan D3 dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 6.2.8. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Diagnosis ………
72 75
7. PEMBAHASAN …….………............................ ………………………
74
7.1. Karakteristik Pengguna Fasilitas Rawat Jalan ……………………..
74
7.2. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………………………. 7.3. Hubungan Antara Diagnosis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
75 75
7.3.1. Hubungan Antara Diagnosis dengan Biaya di Sarana pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……………………………
76
7.4. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan …………………………………..
76
7.5. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……………………………
76
7.6. Hubungan Antara Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……………………………………………
77
7.6.1. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ………….……………….
77
7.7. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ..…………………………………
77
7.7.1. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan ………………………………
78
7.8. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Rata-rata Biaya Kesehatan …………………………………………………….
78
7.8.1. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……………...........
78
8. KESIMPULAN DAN SARAN …….……….........................................
79
8.1. Kesimpulan …………………………………...................................
79
8.2. Saran ...................................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
82
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Jumlah Karyawan beserta keluarga PT Pelayanan Listrik Nasional Batam, dan Biaya Kesehatannya ................................................
5
Tabel 1.2. Perbandingan Rasio Biaya Kesehatan per Pegawai per Tahun Antara PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dengan Pembangkit Jawa Bali ....................................................................................
5
Tabel 1.3. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009
6
Tabel 1.4. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut Sarana Layanan .......................................................................
7
Tabel 1.5. Biaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Yang digunakan pada tahun 2009 ....................... 8 Tabel 3.1. Tingkat Pendidikan Karyawan PT PLN Batam .......................
36
Tabel 3.2. Kinerja Dibanding Komposisi Jumlah Pelanggan ....................
37
Tabel 3.3. Tingkat Produktifitas Pegawai ..................................................
37
Tabel 3.4. Sarana Kesehatan yang Dilanggan PT PLN Batam Tahun 2009
38
Tabel 3.5. Total Biaya Kesehatan Tahun 2007 sampai 2009 .....................
38
Tabel 3.6. Jumlah Karyawan dan Keluarga ...............................................
39
Tabel 4.1. Definisi Operasional ..................................................................
41
Tabel 6.1. Distribusi Frekuensi Rata-rata Obat Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 ...........................................................
47
Tabel 6.2. Distribusi Frekuensi Biaya Obat Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan yang Digunakan …………………………………..
47
Tabel 6.3. Distribusi Frekuensi Diagnosis Penyakit Pengguna Layanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 .....................................................
48
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
Tabel 6.4. Distribusi Frekuensi Diagnosis Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Digunakan ......................................................
49
Tabel 6.5. Distribusi Frekuensi Biaya Konsultasi Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 ……………………………………………...
49
Tabel 6.6. Distribusi Frekuensi Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Menurut Sarana Pelayanan Yang Digunakan …………………
50
Tabel.6.7. Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 ……………………..
50
Tabel 6.8. Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan yang Digunakan ……………….
51
Tabel 6.9. Distribusi Frekuensi Umur yang Menggunakan Sarana Layanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 .........................................
52
Tabel 6.10. Distribusi Frekuensi Umur Berdasarkan Sarana Kesehatan yang Digunakan Pada Layanan Kesehatan Rawat Jalan ....................
52
Tabel 6.11. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin yang Menggunakan Sarana Layanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 ..........................
53
Tabel 6.12. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Berdasarkan Sarana Kesehatan Rawat Jalan yang Digunakan ....................................................
54
Tabel 6.13. Distribusi Frekuensi Pendidikan yang Menggunakan Fasilitas Layanan Rawat Jalan ................................................................
55
Tabel 6.14. Distribusi Frekuensi Pendidikan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan yang Digunakan ...............................
55
Tabel 6.15. Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 ..........
56
Tabel 6.16. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit ..........
57
Tabel 6.17. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek ......
57
Tabel 6.18. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ..............................................
58
Tabel 6.19. Hubungan Antara Diagnosis Penyakit dengan Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ..............................................
59
Tabel 6.20. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................................. 60
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
Tabel 6.21. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ....................
61
Tabel 6.22. Tabel Hubungan Antara Kelompok Penyakit Common Cold dengan Biaya di Sarana Kesehatan Rawat Jalan ................................
61
Tabel 6.23. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dispepsia dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ...............................
62
Tabel 6.24. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Observasi Febris dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ...................
63
Tabel 6.25. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Hipertensi dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ..............................
63
Tabel 6.26. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dermatitis dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ...................
64
Tabel 6.27. Hubungan Biaya Konsultasi dengan Biaya Pelayanan Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ……………………
65
Tabel 6.28. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ....................................
65
Tabel 6.29. Hubungan Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ..................................................................................
66
Tabel 6.30. Hubungan Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .................................
67
Tabel 6.31. Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun terhadap Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .................................
68
Tabel 6.32. Hubungan Antara Kelompok Umur 50 Tahun dengan Baya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .................................
68
Tabel 6.33. Hubungan Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan .................................................................................
69
Tabel 6.34. Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ................................................................
70
Tabel 6.35. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin Perempuan dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ...................
70
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
Tabel 6.36. Hubungan Antara Pendidikan dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ............................................................
71
Tabel 6.37. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan SMA dengan Biaya Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ........................
72
Tabel 6.38. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan D3 dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan ..............................................
72
Tabel 6.39. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Diagnosis .............
73
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Grafik 1.1. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009
6
Grafik 1.2. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2007-2009
7
...........
Grafik 1.3. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 di Sarana Kesehatan Rumah Sakit dan Dokter Praktek ............................ 8 Grafik 1.4. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 Menurut jenis Sarana Pelayanan Yang Digunakan ………………………….. 9 Struktur Organisasi PT PLN Batam ............................................................
Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
33
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini semua aspek kehidupan mengalami perkembangan yang pesat, dimana arus teknologi informasi sedemikian berpengaruh terhadap perikehidupan di masyarakat. Pemenuhan kebutuhan hidup tidak lagi hanya terfokus kepada kebutuhan pangan, sandang dan perumahan saja, melainkan sudah mencakup kebutuhan sekunder bahkan tersier. Demikian juga halnya dengan kebutuhan akan kesehatan, masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan kesehatannya tidak hanya keakuratan terapi yang diharapkan, akan tetapi kemudahan akses, kenyamanan, pelayanan yang menyenangkan dan kecanggihan alat sudah menjadi pilihan sebagian masyarakat dalam memenuhi kesehatannya. Dengan pesatnya arus perkembangan tersebut, menimbulkan dampak pada tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pengguna layanan kesehatan. Penyedia sarana pelayanan kesehatan banyak menawarkan pilihan pengobatan canggih untuk lebih cepat dan tepat mengetahui diagnosis suatu penyakit. Padahal penggunaan alat dan teknologi canggih tersebut belum tentu perlu dilakukan karena tidak semua penyakit memerlukan pemeriksaan tersebut. Dengan terjadinya over utilisasi seperti ini sudah pasti menjadi dampak peningkatan biaya kesehatan yang ditimbulkan, sehingga beban masyarakat atau perusahaan yang menanggung biaya tersebut akan semakin berat. Peran pihak swasta dalam menyediakan anggaran kesehatan untuk karyawan dan atau keluarganya sangat membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan akan layanan kesehatan, meskipun pemerintah telah menjamin pemenuhan kesehatan seluruh masyarakat Indonesia. Negara Republik Indonesia telah mengatur kebutuhan hidup rakyatnya dalam Undang–undang Dasar. Dimana pada UUD 1945 pasal 28E ayat 1 menyebutkan bahwa setiap orang berhak terhadap kesejahteraan lahir, dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
2
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Di dalam Garis - Garis Besar Haluan Negara (GBHN), pemerintah mengatur pelaksanaan pemenuhan kebutuhan rakyatnya akan kesehatan. Di samping itu pemerintah pun membuat Undang–Undang tentang kesehatan yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan. Pada UU no 36/2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. Dan secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan baginya. Oleh karenanya setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar masyarakat terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Meskipun banyak peraturan yang dibuat agar hak dan kewajiban masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan akan kesehatannya diperoleh, namun belum banyak masyarakat yang menerima hak–hak mereka tersebut. Keterbatasan anggaaran pemerintah yang selalu menjadi alasan terkendalanya masalah tersebut. Menyikapi hal tersebut, peran masyarakat dan pihak swasta sangat membantu pemerintah dalam menyediakan fasilitas dan pembiayaan kesehatan bagi masyarakat. Bahkan dari data diperoleh bahwa sebagian besar masyarakat membiayai sendiri (out of pocket) pengobatannya. Masalah pembiayaan kesehatan di hampir semua negara di dunia, mengalami problematika yang hampir sama. Masalah–masalah yang muncul antara lain: 1. Kurangnya Dana Yang Tersedia Biasanya ini terjadi di negara yang sedang berkembang, dimana pendapatan perkapita penduduk masih rendah, sehingga biaya yang dianggarkan untuk kesehatanpun masih rendah. 2. Penyebaran Dana Yang Tidak Merata Dana kesehatan banyak dimanfaatkan di perkotaan, sedangkan sebagian besar penduduk negara berkembang tinggal di pedesaan, sehingga tidak menjangkau penduduk di pedesaan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
3
3. Pemanfaatan Dana Yang Tidak Tepat Dimana biaya pelayanan kedokteran masih lebih tinggi dibandingkan biaya palayanan kesehatan masyarakat. 4. Pengelolaan Dana Yang Belum Sempurna Hal ini tidak saja dari segi ketrampilan dan pengetahuan yang masih terbatas diantara pengelola dana kesehatan, namun sikap dan mental para pengelolapun ikut memberi andil belum tepatnya pengelolaan biaya kesehatan. 5. Biaya Kesehatan Yang Semakin Meningkat Biaya kesehatan dirasakan semakin meningkat dari waktu ke waktu, banyak hal yanag memicu peningkatan biaya tersebut. Menurut Sulastomo (2000), tingginya alokasi biaya pelayanan kesehatan ternyata belum tentu menghasilkan status kesehatan dan bahkan mutu pelayanan kesehatan yang lebih baik. Karena mutu layanan kesehatan dipengaruhi cara pandang masing–masing pihak dalam penilaiannya. Menurut Azwar (1996), mutu layanan kesehatan dibedakan sebagai berikut: a. Bagi pemakai jasa layanan kesehatan (health consumer) kualitas pelayanan kesehatan terkait dengan ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan dan keramahan petugas dalam menangani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang diderita pasien. b. Bagi penyelenggara kesehatan (health provider), kualitas pelayanan lebih terkait pada kesesuaian pelayanan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi (professional autonomy) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan pasien. c. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan (health financing) kualitas pelayanan kesehatan terkait dengan efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan kesehatan, mengurangi kerugian penyandang dana kesehatan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
4
Peningkatan biaya kesehatan inipun dirasakan oleh PT Pelayanan Listrik Nasional (PT PLN) Batam. Sebagai anak perusahaan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam harus mampu mandiri dalam pengelolaan perusahaannya. Besarnya beban pembiayaan kesehatan merupakan beban yang harus ditanggung sendiri oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Beban ini semakin lama semakin bertambah dengan bertambahnya jumlah karyawan, kebutuhan akan kesehatan dan faktor–faktor lainnya. Dari mulai berdirinya PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam hingga sekarang, pembiayaan pelayanan kesehatannya dikelola sendiri dengan cara bekerja sama dengan rumah sakit penyedia layanan kesehatan, klinik dan dokter praktek dengan sistem fee for service dan reimbursement system apabila tidak ada kerja sama dengan penyedia layanan kesehatan yang digunakan. Sistem pembiayaan
kesehatan
berdasarkan
fee
for
service
dan
reimbursement, ternyata membuka peluang moral hazard berupa terjadinya unnecessary utilization atau over utilization. Pemberian obat yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak perlu menjadi kecenderungan dalam pelaksanaan pola pembiayaan ini. Pegawai dan penyelenggara pelayanan kesehatan tidak perduli seberapa besar beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan, karena mereka beranggapan bahwa perawatan kesehatan merupakan hak setiap pegawai sesuai dengan peratutan yang berlaku di perusahaan ini. Disamping itu dengan tidak adanya batasan pembiayaan dan monitoring yang tepat menambah peluang terjadinya peningkatan pembiayaan kesehatan yang dibebankan kepada perusahaan. Sistem pengobatan yang bebas dimana pengguna layanan bebas memilih sarana kesehatan yang diperlukan memberikan peluang bagi pengguna untuk memilih langsung dokter spesialis atau subspesialis dalam pengobatannya. Meskipun sebenarnya jenis penyakit yang diderita hanyalah penyakit ringan dan tidak memerlukan jasa spesialistik.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
5
Berikut ini merupakan tabel yang menampilkan data jumlah karyawan beserta keluarganya yang menjadi tanggungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, beserta biaya kesehatan yang telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan karyawan den keluarga tersebut. Tabel 1.1. Jumlah Karyawan beserta keluarga PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, dan Biaya kesehatannya Diskripsi 2007 2008 2009 Jumlah karyawan
302
345
348
Jumlah karyawan dan keluarga
1064
1258
1275
Total Biaya Kesehatan
3,390,182,810
3,233,905,051
3,736,722,880
Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009 Dengan melihat hal–hal diatas perlulah kiranya PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam melakukan analisa kembali tentang pembiayaan pelayanan kesehatan, monitoring dan evaluasi terhadap kinerja provider yang menjadi rekanan dalam pelayanan kesehatan. Karena beban biaya yang ditanggung PT Pelayanan Listrik Nasional Batam, jika dibandingkan dengan PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) khususnya wilayah Pembangkit Jawa Bali, ternyata jauh lebih tinggi. Berikut tabel yang menggambarkan perbandingan biaya tersebut: Tabel 1.2. Perbandingan Rasio Biaya Kesehatan per Pegawai Pertahun Antara PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dengan Pembangkit Jawa Bali No 1
PT Pelayanan Listrik Nasional
2007
2008
2009
11,189,000
9,374,000
11,171,000
4,588,000
4,377,000
5,001,000
Batam 2
Pembangkit Jawa Bali
Sumber : Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
6
Ditambah lagi, adanya kebijakan dari manajemen PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam untuk melakukan efisiensi anggaran di semua bidang, maka untuk itu anggaran kesehatan tahun 2011, akan diadakan pengurangan anggaran sebesar 20% dari anggaran tahun sebelumnya. Sehingga dengan kondisi biaya kesehatan yang terus meningkat, maka akan menyulitkan pihak manajemen dalam mengelolanya. Berikut ini tabel yang menggambarkan biaya layanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap yang ditanggung oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, dalam kurun waktu 2007-2009. Tabel 1.3. Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009 Pelayanan Kesehatan yang Dipergunakan
2007
2008
2009
Rawat Jalan
2,456,893,154
2,653,763,524
2,729,729,242
Rawat Inap
933,289,252
508,141,527
1,006,993,638
3,390,182,810
3,233,905,051
3,736,722,880
Total
Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan PT Pelayanan Listrik Nasional Batam 2007-2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya kesehatan setiap tahun mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya jumlah pegawai. Berikut ini grafik yang menampilkan gambaran biaya rawat jalan dan rawat inap pada periode 2007-2009.
Grafik 1.1 Biaya Layanan Kesehatan Rawat Jalan dan Rawat Inap 2007-2009 Sumber: Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
7
Melihat tabel diatas, maka akan terlihat bahwa pengguna pembiayaan kesehatan baik rawat jalan lebih besar dibandingkan rawat inap. Grafik berikut akan memperlihatkan peningkatan biaya rawat jalan dari tahun2007 sampai dengan 2009.
Grafik 1.2.Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2007-2009 Sumber : Rekapitulasi Biaya Kesehatan 2007-2009
Dari rawat jalan diperoleh gambaran penggunaan fasilitas rawat jalan provider, baik rumah sakit maupun praktek dokter juga mengalami kenaikan. Berikut tabel yang menggambarkan variasi penggunaan sarana pelayanan kesehatan rawat jalan tahun 2009. Tabel 1.4. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut Sarana Pelayanan Sarana Kesehatan
Jumlah Kunjungan
Rumah Sakit
6,252
Praktek Dokter
1,840
Sumber: Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
8
Berikut ini adalah grafik yang memperlihatkan variasi jumlah kunjungan pada masing-masing layanan kesehatan.
Grafik 1.3. Jumlah Kunjungan Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 di Sarana Kesehatan Rumah Sakit dan Dokter Praktek Sumber: Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa penggunaan fasilitas kesehatan rumah sakit menempati urutan pertama dalam pemilihan sarana kesehatan karyawan dan keluarganya. Penggunaan fasilitas rumah sakit sebagai tujuan pertama dalam pemberian layanan kesehatan, akan memberikan dampak over utilisasi, karena pemilihan dokter spesialis sebagai pilihan pertama pelayanan kesehatan merupakan tindakan yang berlebihan, mengingat penyakit yang diderita belum tentu memerlukan jasa spesialistik. Hal ini akan berdampak pada biaya kesehatan yang cenderung meningkat. Dan berikut adalah gambaran biaya pelayanan kesehatan pada masing-masing sarana pelayanan kesehatan yang telah dipergunakan. Tabel 1.5. Biaya Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Yang digunakan pada tahun 2009 Sarana Pelayanan Kesehatan
Biaya Pelayanan Kesehatan (Rupiah)
Rumah Sakit Dokter Praktek
2,269,886,896 459,842,346
Sumber : Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
9
Berikut ini adalah grafik yang memperlihatkan besar variasi biaya layanan kesehatan rawat jalan yang telah digunakan pada tahun 2009
Grafik 1.4. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Menurut jenis Sarana Pelayanan Yang Digunakan Sumber: Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan 2009
1.2.
Rumusan Masalah Melihat gambaran biaya kesehatan yang ada di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, maka terlihat bahwa setiap tahun, anggaran yang
dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan semakin bertambah, baik itu rawat jalan maupun rawat inap. Dari sarana penyedia layanan kesehatan yang digunakan oleh karyawan dan keluarganyapun cenderung memilih rumah sakit dari pada dokter praktek yang dilanggan. Padahal adanya kebijakan manajemen untuk mengurangi biaya kesehatan sebesar 20% akan menyulitkan, apabila pelayanan kesehatan tidak dikelola dengan baik. Untuk itu, metode pembiayaan kesehatan di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memerlukan analisa lebih mendalam, karena dengan metode yang ada saat ini diperkirakan beban anggaran yang dialokasikan untuk kesehatan akan cenderung naik, sehingga tidak mencukupi jumlah anggaran yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
10
1.3.
Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana biaya pelayanan kesehatan rawat jalan yang dilakukan pada sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam?
b. Faktor – faktor apa yang mempengaruhi biaya pelayanan kesehatan rawat jalan pada masing-masing tempat pelayanan kesehatan yang dilanggan perusahaan? 1.4.
Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pembiayaan layanan kesehatan rawat jalan yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pembiayaan pada masing-masing tempat layanan. 1.4.2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pembiayaan kesehatan rawat jalan pada masing-masing penyedia layanan kesehatan yang akan mempengaruhi peningkatan biaya yang ditanggung oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. 1.4.2.1.
Untuk mengetahui besarnya biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di rumah sakit
1.4.2.2.
Untuk mengetahui besarnya biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di dokter praktek.
1.4.2.3.
Untuk mengetahui hubungan antara besarnya pembiayaan layanan kesehatan di rumah sakit dan dokter praktek berdasarkan rata-rata biaya obat, diagnosis, biaya konsultasi, biaya tindakan dan penunjang medis, umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
11
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam terhadap karyawan dalam hubungannya terhadap fasilitas layanan kesehatan yang diberlakukan selama ini. Penelitian dilakukan setiap hari Senin sampai dengan Jum’at, dimulai pukul 13.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB pada bulan Oktober-November 2010.
1.6.
Manfaat Penelitian
1.6.1. Manfaat Bagi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam Dengan penelitian ini, diharapkan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dapat mengetahui pembiayaan yang timbul dari sarana pelayanan kesehatan rawat jalan yang dilanggan saat ini, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya yang ditimbulkan pada sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan, agar dapat mengambil langkah yang efektif terhadap kecenderungan kenaikan biaya kesehatan yang akan terjadi. 1.6.2. Manfaat Bagi Peneliti Untuk
menambah
wawasan,
pengalaman,
ketrampilan
dan
pengetahuan peneliti di bidang penelitian tentang pembiayaaan kesehatan karyawan, sehingga dapat menjadi tambahan ilmu yang bermanfaat. 1.6.3. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi Sebagai bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang berminat melaksanakan penelitian pada bidang pembiayaan kesehatan
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan merupakan kunci utama dalam suatu sistem kesehatan di suatu negara. Salah satu ukuran terpenting dari sistem pembiayaan kesehatan yang adil adalah bahwa beban biaya kesehatan dari kantong perorangan tidak memberatkan penduduk. Pendanaan kesehatan yang adil dan merata adalah pendanaan dimana seseorang mampu mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan membayar pelayanan tersebut sesuai dengan kemampuan membayar. Di semua negara maju kecuali Amerika Serikat menerapkan konsep pembiayaan kesehatan bersifat universal, karena mencakup seluruh penduduk di negara tersebut. Sistem yang dipakai adalah sitem pelayanan kesehatan nasional (National Health Service, NHS). Sistem ini dimaksudkan untuk melindungi seluruh masyarakatnya terhadap biaya kesehatan yang muncul disaat yang tidak terduga. Amerika adalah satu–satunya negara maju yang menetapkan asuransi kesehatannya secara komersial/ Private Voluntary Health Insurance bagi rakyatnya. Sehingga menimbulkan banyak perusahaan asuransi komersial yang menawarkan sistem perlindungan kesehatan bagi masyarakat dengan bermacam– macam keunggulan yang ditawarkan. Hal ini mengakibatkan Amerika menjadi negara dengan biaya kesehatan tertinggi di dunia. Sehingga pada tahun 1990 terdapat 38 juta rakyat Amerika tidak mampu membeli program asuransi yang ada. Di Indonesia, pendanaan kesehatan secara tradisional menggantungkan pada mekanisme campuran pendanaan dari sumber anggaran pemerintah dan biaya kantong sendiri. Bahkan menurut Gani (1995) biaya kesehatan sebagian besar bersumber dari masyarakat yaitu bekisar 70% dan sisanya dari pemerintah.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
13
Dari sumber biaya yang berasal dari masyarakat, 75% merupakan pembayaran langsung (out of pocket), 19% biaya berasal dari perusahaan dan 6% biaya bersumber dari asuransi kesehatan. Apapun model pembiayaan kesehatan di suatu negara, dihadapkan pada dua masalah pokok yang sama, yaitu: a. Bagaimana mengendalikan biaya pelayanan kesehatan yang meningkat drastis. b. Bagaimana mutu layanan kesehatan tersebut, apakah sesuai antara meningkatnya pembiayaan dengan mutu yang diberikan. Sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, kemajuan teknologi dan perubahan selera penduduk, biaya kesehatan yang harus dibayar dari kantong sendiri baik di fasilitas publik maupun swasta semakin meningkat. Sistem pembiayaan kesehatan ini semakin jauh dari ekuitas karena kemampuan ekonomi penduduk yang bervariasi, sedangkan kebutuhan medis tidak berkorelasi dengan tingkat pendapatan. Menurut beberapa ahli (Cambridge Research Institute,1976; Sorkin,1975; Feldstein, 1988) mengatakan bahwa beberapa hal penting yang menyebabkan meningkatnya biaya kesehatan adalah: a. Tingkat Inflasi Meningkatnya inflasi di masyarakat akan mempengaruhi peningkatan biaya kesehatan, karena peningkatan harga kebutuhan di masyarakat, maka secara otomatis biaya investasi dan biaya pelayanan kesehatanpun meningkat juga. b. Tingkat Permintaan Peningkatan
permintaan
akan
layanan
kesehatan
di
masyarakat
dipengaruhi oleh dua hal, yaitu pertama peningkatan jumlah penduduk, menyebabkan kebutuhan akan layanan kesehatanpun akan meningkat. Yang kedua meningkatnya kualitas dari penduduk tersebut, dimana dengan pendidikan yang tinggi, maka akan membutuhkan layanan kesehatan yang lebih baik pula.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
14
c. Kemajuan Ilmu dan Teknologi Dengan berkembangnya teknologi kedokteran yang semakin modern, masyarakatpun lebih cenderung untuk menggunakannya. Sehingga beban biaya yang ditimbulkan akan semakin meningkat. d. Perubahan Pola Penyakit Perubahan pola hidup di masyarakat, mempengaruhi juga perubahan pola penyakit yang ada. Dahulu banyak dijumpai penyakit–penyakit akut yang lebih cepat cara pengobatannya. Namun pola penyakit sekarang berubah ke penyakit–penyakit kronis, sehingga memerlukan penanganan yang lama dan biaya yang lebih besar. e. Perubahan Pola Pelayanan Kesehatan Perkembangan pola layanan kesehatan yang cenderung ke spesialis maupun subspesialis menyebabkan pelayanan terkotak kotak, bahkan kadang kala terjadi tumpang tindih, sehingga beban biaya kesehatan yang dipikul semakin berat. f. Perubahan Pola Hubungan Dokter-Pasien Pola hubungan dokter-pasien saat ini semakin berubah. Pengelompokan spesialisasi dan subspesialisasi serta penggunaan teknologi kedokteran yang semakin tinggi, menyebabkan hubungan tersebut tidak erat lagi, sehingga sering kali muncul sengketa diantara keduanya. g. Lemahnya Mekanisme Pengendalian Biaya Salah satu pencegahan dari peningkatan biaya kesehatan adalah dengan mekanisme pengendalian biaya (cost containment), dengan regulasi yang dituangkan dalam undang-undang, sehingga peningkatan biaya dapat ditekan. h. Penyalahgunaan Asuransi Kesehatan Sebenarnya
sistem
asuransi
kesehatan
ini
dipergunakan
untuk
mengendalikan biaya kesehatan, namun bila pelaksanaan tidak tepat, seperti pada reimbursement system, maka hal ini justru akan mendorong meningkatnya biaya kesehatan. Biaya pelayanan rumah sakit di Indonesia, baik rawat jalan maupun rawat inap, merupakan biaya yang paling tinggi tingkat ketidakpastiannya. Semua
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
15
rumah sakit baik pemerintah maupun swasta menerapkan sistem tagihan jasa perpelayanan yang memberikan insentif kepada fasilitas kesehatan atau dokter untuk memberikan pelayanan yang lebih banyak. Di sini sebetulnya sangat dibutuhkan suatu pendanaan publik atau pendanaan melalui asuransi sehingga pasien yang membutuhkan pelayanan rumah sakit tidak dibebani biaya diluar kemampuannya. Asuransi kesehatan adalah suatu instrument sosial untuk menjamin seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan tanpa mempertimbangkan keadaan ekonomi orang tersebut saat kebutuhan pelayanan kesehatan diperlukan. Menurut Mills & Gibson (1990) menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan melalui asuransi kesehatan ada beberapa cara, yaitu, melalui asuransi kesehatan sosial, asuransi kesehatan swasta maupun asuransi kesehatan oleh perusahaan. Asuransi kesehatan oleh perusahaan artinya perusahaan secara langsung membiayai layanan kesehatan yang diberikan bagi pekerjanya. Baik itu upaya promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif dalam menunjang aktivitas perusahaan. 2.2. Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan Pada perkembangan jaman dewasa ini banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan. Tidak hanya faktor kesembuhan akan penyakit saja yang mempengaruhi seseorang dalam mencari kesehatannya, namun dengan perkembangan ilmu dan teknologi kebutuhan akan layanan kesehatan terus mengalami perubahan. Menurut Gani (1994), ada tiga faktor yang menjadi kecenderungan seseorang dalam perilaku kehidupannya, yaitu:
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
16
a. Perubahan Gaya Hidup Merupakan faktor resiko seseorang akan munculnya penyakit degeneratif, dimana terjadi perubahan pola makan, pola kerja, dan aktivitas fisik yang cenderung menurun. b. Meningkatnya Pendapatan Dengan meningkatnya pendapatan, seseorang lebih menghargai sehat sebagai suatu investasi, sehingga pemilihan fasilitas kesehatanpun akan semakin meningkat c. Meningkatnya Pendidikan Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, menyebabkan seseorang lebih mengetahui adanya resiko penyakit yang bisa muncul, sehingga hal ini mempengaruhi permintaan akan layanan kesehatan yang lebih baik. Faktor–faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan adalah sebagai berikut: a. Umur Umur seseorang mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana saat bayi dan anak–anak, kebutuhan akan pelayanan kesehatan cenderung naik. Kemudian saat remaja dan usia produktif kebutuhan layanan kesehatan cenderung untuk menurun. Dan meningkat lagi saat usia pensiun. b. Jenis Kelamin Jenis kelamin juga mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana pada kelompok perempuan akan lebih sering melakukan kunjungan ke sarana kesehatan saat mengandung dan melahirkan. Hail ini dipengaruhi oleh usaha promotif dan preventif dari pemerintah agar perempuan lebih sering memeriksakan kandungannya ke bidan maupun puskesmas. c. Status Perkawinan dan Jumlah Keluarga Pada umumnya seseorang yang berstatus lajang akan sering memanfaatkan pelayanan kesehatan dibandingkan yang sudah menikah. Dan banyaknya anggota di dalam keluarga juga akan mempengaruhi kebutuhan akan layanan kesehatan, dimana jumlah anggota keluarga yang semakin banyak
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
17
menyebabkan income berkurang dibandingkan dengan keluarga dengan jumlah anggota yang kecil dengan pendapatan yang sama. d. Pendidikan Dengan pendidikan yang tinggi, akan mempengaruhi seseorang lebih peduli terhadap kesehatannya, sehingga apabila merasakan sesuatu yang tidak lazim di dalam tubuhnya, maka akan segera berkunjung ke fasilitas kesehatan untuk mengetahui penyebabnya. e. Jabatan Pengaruh jabatan seseorang berdampak pada pendapatan yang lebih besar, sehingga dengan pendapatan yang tinggi seseorang akan memberikan pengeluaran yang tinggi pula pada bidang kesehatan. f. Jarak tempuh dengan sarana pelayanan kesehatan Jarak ke tempat layanan kesehatan yang jauh akan mengurangi minat berkunjung ke tempat tersebut. Sehingga pemanfaatan tempat layanan kesehatan tersebut akan rendah.
2.3. Faktor Penyebab Tingginya Biaya Kesehatan Banyak faktor yang menjadi penyebab tingginya biaya kesehatan. Menurut Gani (1996), meningkatnya biaya kesehatan disebabkan oleh karena adanya inflasi biaya kesehatan yang terjadi pada sisi supplay (yaitu: tenaga medis, teknologi kedokteran, inefisiensi prosedur pelayanan dan kurangnya dokter spesialis), maupun dari segi demand (yaitu adanya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang berlebih, serta transisi epidemiologis penyakit). Untuk itu diperlukan suatu teknik pengendalian biaya (cost containment) pelayanan kesehatan pada faktor–faktor yang menjadi penyebab kenaikan biaya kesehatan baik dari sisi supply maupun demand. Tingginya biaya kesehatan yang meningkat dari tahun ke tahun pun dirasakan di berbagai negara, menurut Callan dan Yeager (1991), di Amerika Serikat tingginya biaya kesehatan yang terjadi disebabkan oleh:
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
18
a. Teknologi, dimana biaya riset dan pengembangan obat–obatan baru serta alat diagnostik yang terus berkembang menjadikan biaya kesehatan semakin mahal b. Provider,
khususnya
dokter
dihadapkan
kemungkinan
timbulnya
malpraktek yang dibebankan pada pasien sebagai biaya pelayanan kesehatan. c. Untuk
menghindari
malpraktek,
para
dokter
sering
melakukan
pemeriksaan penunjang yang terkadang biayanya mahal dalam menegakkan diagnosis dan terapi. d. Rumah Sakit, sebagai pihak penyelenggara pelayanan yang melayani jasa dokter juga berusaha meminimalkan malpraktek dengan cara melakukan pemeriksaan ataupun pelayanan yang dibebankan kepada pasien. Timbulnya pelayanan kesehatan yang tidak efisien ditandai dengan adanya; a. Kecenderungan menaikan nilai premi asuransi ataupun terlihat kenaikan biaya reimbursement. b. Penurunan kualitas dari layanan kesehatan yang diberikan, dimana pihak penyelenggara sarana kesehatan menurunkan kualitas layanan yang diberikan sehingga timbul ketidakpuasan dari pasien. c. Pelayanan yang tumpah tindih d. Peningkatan permintaan akan layanan kesehatan. Selain hal–hal diatas, Feldstein berpendapat bahwa ada hal lain yang menjadi penyebab meningkatnya biaya kesehatan, yaitu: a. Kemajuan teknologi kedokteran seperti transplantasi organ, bedah laser, Magnetic
Resonance
Imaging
(MRI)
yang
secara
medis
kencenderungannya membuat konsumen lebih mudah, nyaman dalam mengetahui penyakitnya, dan dapat memperpanjang harapan hidup (life expectancy). b. Meningkatnya kompetensi antar provider akibat penawaran yang berlebihan. c. Meningkatnya harga jual jasa karena adanya persaingan tersebut.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
19
d. Kecenderungan timbulnya bedah elektif seperti sectio caesaria, supaya proses melahirkan tidak sakit, coronary by pass yang belum tentu diperlukan. Proses yang mahal dan belum tentu diperlukan dewasa ini sudah menjadi kecenderungan konsumen dalam memilih alternatif pengobatan. 2.4. Pengendalian Biaya Kesehatan Menyikapi terjadinya peningkatan biaya kesehatan yang semakin lama semakin meningkat, maka diperlukan suatu sistem yang berguna untuk mengendalikan kenaikan biaya kesehatan tersebut. Komponen yang merupakan beban terbesar pada biaya pengobatan adalah obat–obatan, karena itu pengendalian harga obat ataupun standarisasi pemakaian obat akan berguna dalam pengendalian biaya kesehatan. Selain itu pengendalian obat dapat juga dilakukan dengan melakukan drug utilization review atau kajian utilisasi obat-obatan. Dimana apabila ditemukan peningkatan yang mencolok terhadap pemakaian obatobat tertentu harus dicari penyebabnya. Apakah dikarenakan melonjaknya pemakaian akibat peningkatan insiden penyakit tertentu, ataukah akibat perilaku provider ataupun tenaga medis (prescribing habit) yang tidak mendukung rational drug use. Dengan metoda ini dapat diketahui fenomena negatif yang mungkin terjadi, sehingga dapat dilakukan pencegahan dengan cara menerapkan regulasi standar penggunaan obat kepada penyedia layanan kesehatan, dokter, maupun peserta jaminan. Disamping pengendalian biaya obat–obatan, yang tidak kalah pentingnya adalah peran dokter umum dalam pengendalian biaya kesehatan adalah, sebagai pemberi layanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama, maka dokter umum berperan dalam pengendalian obat, pemeriksaan penunjang dan rujukan ke pelayanan lanjutan. Dokter umum sebagai managed care yang memegang kunci utama pelayanan kesehatan tingkat pertama. Beberapa macam teknik pengendalian biaya layanan kesehatan yang dapat dijumpai, yaitu:
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
20
a. Perencanaan Desain Benefit Pada perencanaan biaya kesehatan disini, dilakukan pengendalian biaya melalui; 1. Cost Sharing Yaitu perencanaan benefit dimana tertanggung diharuskan membayar sebagian dari biaya medis yang timbul. Cara pembayarannya dapat melalui beberapa cara, yaitu:
Dedactibles Adalah jumlah biaya yang telah ditentukan menjadi tanggung jawab asuransi kesehatan, sedangkan biaya yang melebihi jumlah yang telah ditentukan menjadi tanggung jawab peserta asuransi.
Co-Insurance Adalah biaya layanan kesehatan ditentukan berdasarkan persentase yang harus dibayarkan kepada pemberi layanan kesehatan, besarnya biaya biasanya berdasarkan persentase dari gaji karyawan.
Co-Payment Peserta asuransi diwajibkan membayar dengan jumlah tertentu, setiap selesai menggunakan layanan kesehatan.
2. Tingkat Penggantian Maksimum (Maximum Reimbursement Level) Pada metoda ini, terlebih dahulu ditentukan besar biaya maksimum yang dapat diganti saat seseorang menggunakan layanan kesehatan. Kelebihan biaya atas layanan yang digunakan menjadi tanggungan peserta 3. Kontribusi Pegawai (Employee Contribution) Biasanya perusahaan memberikan fasilitas layanan kesehatan kepada pegawainya dengan cara kontribusi premium, yang besarnya berdasarkan prosentase dari gaji pegawai yang bersangkutan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
21
4. Koordinasi Benefit (Coordination Benefits) Koordinasi benefit dilakukan untuk mencegah terjadinya penjaminan berlebih dimana asuransi membayar melebihi yang seharusnya ditanggung akibat dari perlindungan ganda. b. Kontrol Pembayaran Ada bebeerapa cara pengendalian biaya yang dapat dilakukan melalui kontrol pembiayaan. 1. Pemeriksaan Tagihan Rumah Sakit Hal ini sebaiknya dilakukan oleh staf yang ahli dibidang pengontrolan tagihan rumah sakit, atau dapat pula dikerjakan oleh perusahaan independent auditor. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah pelayanan yang telah diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien, serta apakah harga yang dibebankan sudah sesuai dengan harga yang berlaku. Adakah indikasi terjadinya over utilisasi terhadap pemakaian obat maupun pemeriksaan penunjang diagnostik. 2. Tarif Yang Sesuai Dimana tarif ditentukan sebelum layanan kesehatan diberikan. Pihak penyelenggara layanan kesehatan tidak boleh menaikkan tarif tanpa persetujuan dari pihak pengelola asuransi/ perusahaan yang memakai jasa layanan kesehatan. 3. Pengawasan Biaya Administrasi Biaya administrasi merupakan faktor yang mempengaruhi premi asuransi kesehatan karena itu biasanya asuransi akan menetapkan biaya administrasi serendah mungkin. c. Kajian Utilisasi Kajian utilisasi ini dirancang untuk mengurangi biaya administrasi rumah sakit dan juga untuk mengontrol lama hari rawat pasien melalui analisa prospektif maupun retrospektif dari catatan medis yang ada. Saat ini teknik utilisasi telah banyak dipakai oleh asuransi untuk kendali biaya kesehatan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
22
Menurut Depkes (2003), untuk memperoleh gambaran utilisasi pelayanan kesehatan dapat digunakan salah satu parameter berikut ini: 1. Angka Kunjungan Rawat Jalan (Visit Rate) Angka kunjungan rawat jalan adalah rata-rata jumlah kunjungan rawat jalan dari seluruh peserta ke sarana pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu. 2. Angka Hari Rawat Inap (Length of Stay) Angka hari rawat inap adalah rata-rata lama hari rawat inap tiap pasien pada sarana pelayanan kesehatan dalam kurun waktu tertentu. 3. Biaya Rata-rata Pelayanan Kesehatan. Biaya rata-rata pelayanan kesehatan adalah rata-rata biaya per pelayanan, baik untuk rawat jalan tingkat pertama, rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap dan kegawatdaruratan. 4. Angka Rujukan Angka rujukan adalah rata-rata jumlah kasus yang dirujuk dari tingkat pelayanan rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi maupun pada tingkat pelayanan yang sama tetapi mempunyai fasitas ataupun kemampuan lebih baik dalam kurun waktu tertentu. Ada Tiga Macam Kajian Utilisasi ini, yaitu: 1. Kajian Utilisasi Prospektif Kajian ini digunakan untuk menentukan kebutuhan pelayanan kesehatan sebelum pelayanan tersebut diberikan, terutama dalam pengelolaan pelayanan rumah sakit. Kajian utilisasi ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Manajemen Kasus b. Sertifikasi Rawat Inap (Preadmission Certification) c. Sertifikasi Tindakan (Outpatient Certification) d. Otorisasi Rujukan ( Refferal Authorization) e. Second Opinion ( Pendapat kedua)
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
23
2. Concurrent Review Kajian ini dilakukan saat pelayanan kesehatan diberikan kepada peserta. Konsep yang dipakai meliputi penentuan apakah pengobatan dan perawatan rawat inap perlu dilanjutkan, karena dengan concurrent review dapat mengurangi lama hari rawat, maka hal ini akan berpotensi untuk mengurangi biaya-biaya yang akan muncul. a. Maximum Length of Stay, batasan lama hari rawat inap. Pendekatan kajian ini adalah berdasarkan penetapan batasan lama hari rawat inap. Penentuan LOS maksimum berdasarkan pada International Clasification Disease (ICD) atau Diagnosis Related Group yang memiliki konsep serupa. b. Discharge Planning Rencana perawatan lanjutan setelah pasien keluar dari rumah sakit disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Discharge planning ini sebaiknya dilaksanakaan saat pasien masih dirawat di rumah sakit, sehingga dapat ditentukan perawatan lanjutan yang akan diterima pasien setelah keluar dari rumah sakit. c. Continued Stay Review Adalah kajian secara medis yang dilakukan diluar rumah sakit selama paserta masih dirawat di rumah sakit. Kajian ini berdasarkan pembicaraan melalui telepon antara coordinator rumah sakit dengan staf yang mengurusi kajian utilisasi ini. 3. Kajian Utilisasi Retrospektif Kajian utilisasi ini dilakukan setelah peserta mendapatkan pelayanan kesehatan. Kajian ini umumnya dilakukan melalui pemeriksaan klaim, maupun pola pelayanan yang telah diberikan. Menurut Ilyas (2003), sumber data yang dapat dipakai untuk melakukan kajian utilisasi adalah: a. Data Rekam Medis Dari data rekam medis dapat diperoleh informasi pelayanan medis yang diterima peserta dari pemberi layanan kesehatan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
24
b. Data Pemberi Pelayanan Kesehatan Data tentang jenis dan jumlah pemberi layanan kesehatan seperti dokter umum. Dokter spesialis, rumah sakit dan pemberi layanan kesehatan lainnya. Disamping itu, dapat pula diketahui apakah sarana kesehatan yang disediakan oleh pemberi layanan kesehatan dapat diakses dengan mudah oleh peserta, seperti dalam hal jarak tempuh, transportasi, dan kemudahan prosedur. c. Survei Peserta Survei ini bertujuan untuk melihat perilaku pengguna layanan kesehatan, kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan dan tujuan-tujuan lain yang dapat dijadikan bahan masukan saat pengambilan kebijakan oleh manajemen. d. Data Pembanding Data ini dipergunakan untuk mengetahui karakteristik peserta, umur peserta, kebiasaan berobat dan kondisi kesehatan atau penyakitnya. Data dapat diperoleh dari perusahaan asuransi lain ataupun data dari literature ataupun kepustakaan yang berhubungan dengan kajian utilisasi ini.
2.5. Metoda Pembiayaan Kesehatan Banyak metoda tentang pembiayaan kesehatan yang telah dilakukan mulai dari bantuan yang diberikan oleh yayasan atau perkumpulan secara derma (charity) sampai pada asuransi kesehatan yang sekarang banyak diterapkan di berbagai negara. Menurut Sorkin, perkembangan sistem pembiayaan pada bidang kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Charity Metoda ini banyak dilakukan di Eropa pada abad industri, sekitar abad 18 dan 19. Dimasa itu institusi rumah sakit banyak menolong penduduk miskin dan yang tidak mampu melakukan pengobatan penyakitnya. Pembiayaan kesehatannya dibantu oleh para donatur, yang dananya
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
25
dihimpun dan dikelola oleh gereja atau misi sosial yang memberikan kontribusinya untuk mendanai orang miskin dan tidak mampu. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa kuratif dan preventif. 2. Personal Payment/ Direct Payment Metoda ini dilakukan dimana seseorang yang menggunakan layanan kesehatan langsung membayar sejumlah uang kepada pemberi layanan. Cara ini merupakan cara yang sering dipakai di Asia dan Afrika karena sistem asuransi belum banyak digunakan. Dan cara ini merupakan cara yang menguntungkan bagi pihak penyelenggara layanan kesehatan. 3. Personal Preventif Metoda ini banyak dipakai di negara kapitalis, sosialis dan beberapa negara berkembang. Sistem personal preventif , hygiene dan sanitasi lebih memberikan peluang peserta menjadi lebih sehat dibandingkan dengan program kuratif dan rehabilitatif. 4. Asuransi Metoda ini bertujuan memberikan perlindungan bagi peserta asuransi atas kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya. Metoda ini banyak dipakai di beberapa negara di dunia. 5. General Revenue Metoda ini menggunakan pajak pendapatan di suatu negara untuk membiayai beberapa komponen pelayanan kesehatan di negara tersebut. Metoda ini paling menonjol digunakan di Chile Amerika Latin 6. External Financing Metoda ini berupa bantuan internasional untuk program pelayanan kesehatan di seluruh dunia, terutama untuk membantu penanggulangan penyakit yang menimbulkan dampak epidemiologi yang luas seperti cacar air, malaria, demam kuning dll. Menurut Sulastomo (2000), sistem pembiayaan kesehatan dengan fee for service dan reimbursement yang dilakukan setelah pelayanan kesehatan diberikan merupakan sistem pembiayaan kesehatan yang tidak efisien. Karena munculnya moral hazard akan lebih terbuka pada sistem pembiayaan ini, sehingga memberikan dampak kenaikan biaya kesehatan yang drastis. Prespective Payment
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
26
System (PPS) adalah suatu sistem pembayaran pada pemberi layanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun dokter praktek, dalam jumlah yang telah ditetapkan sebelum suatu pelayanan medis dilakukan, tanpa memperhatikan tindakan atau lamanya perawatan di rumah sakit. Pada sistem ini mendorong pemberi layanan kesehatan untuk melakukan hal–hal yang secara medis memang diperlukan dan akan menurunkan lamanya jumlah hari rawat di rumah sakit. Dengan demikian adanya kemungkinan penggunaan sarana kesehatan berlebih (over utilization) dapat dicegah. Yang termasuk dalam Prospective Payment System ini adalah : a. DRG’s ( Diagnostic Related Group’s) Adalah suatu cara pembiayaan layanan kesehatan berdasarkan grup diagnostik beberapa penyakit yang mempunyai karakteristik yang sama. Pada DRG’s ini pembiayaan layanan kesehatan berdasarkan diagnosis penyakit yang ada atau diagnosis penyakit sejenis, tanpa melihat tindakan medis yang dilakukan ataupun lamanya perawatan di rumah sakit. Manfaat dari DRG’s ini adalah:
Dapat diberlakukan lebih cepat
Bagi penjamin pembiayaan kesehatan, dapat memberikan kepastian biaya rumah sakit yang ditimbulkan.
Mengurangi beban administrasi rumah sakit dan mendorong efisiensi
Dapat meningkatkan mutu layanan rumah sakit
Menguntungkan
peserta
asuransi
dimana
premi
yang
dibebankan akan menurun. b. Perdiem/ Budget Tariff Pada sistem ini tarif paket harian rumah sakit dibayar sesuai dengan jumlah yang ditetapkan, yang meliputi biaya rawat inap dan sejumlah kelompok tindakan medis. Semakin luas jenis tindakan medis yang tercakup dalam tariff budget, maka akan semakin mendorong efisiensi dan penyederhanaan administrasi.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
27
c. Kapitasi Sistem Kapitasi adalah suatu sistem pembayaran pada pemberi layanan kesehatan, yang diberikan dalam jumlah tetap, sesuai dengan jumlah peserta/ karyawan yang menjadi kewajiban pemberi layanan kesehatan yang bersangkutan untuk memberikan layanan kesehatan baik sakit maupun tidak sakit. Dalam sistem kapitasi ini pembiayaan layanan kesehatan biasanya diberikan terlebih dulu sebelum pemberi layanan melakukan layanan kesehatan (prepaid/ pradana). Konsep ini sesungguhnya yang paling banyak memperoleh publikasi, oleh karena akan memberikan harapan yang sangat bermakna, baik dari aspek penyederhanaan administrasi, efisiensi serta mutu layanan. Juga sistem kapitasi akan mendorong upaya–upaya pencegahan dan promotif sangat besar, sehingga akan merubah orientasi pelayanan kesehatan dari kuratif ke preventif. Meskipun demikian pelaksanaan sistem kapitasi ini juga harus memperhatikan keadaan setempat, untuk dapat mencapai bentuk yang ideal. Maka diperlukan sistem informasi yang baik agar data yang mendukung sistem kapitasi ini benar–benar dapat memberikan peluang ke arah efisiensi. Ada tiga masalah pokok yang perlu dipertimbangkan, sebelum melakukan program asuransi pada sistem pembiayaan pelayanan kesehatan, yaitu: a. Kapan saat yang tepat untuk memulai program asuransi kesehatan Karena program pembiayaan kesehatan tumbuh paling akhir setelah program pensiun hari tua, kecelakaan kerja dll. Sehingga kemampuan membayar pelayanan kesehatan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan jaminan pemeliharaan kesehatan. b. Dengan adanya program jaminan layanan kesehatan, maka akan muncul juga meningkatnya biaya pelayanan kesehatan. Sehingga perlu dilakukan upaya pengendaliannya. c. Mutu dari layanan kesehatan yang diberikan. Apakah layanan kesehatan yang diberikan sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
28
Meningkatnya biaya kesehatan belum tentu disertai meningkatnya mutu layanan. Hal ini disebabkan terbukanya peluang untuk menggunakan fasilitas kesehatan secara berlebihan (unnecessary utilization/ over utilization). Ada beberapa upaya untuk menghindari kecenderungan hal tersebut:
Penetapan standar pelayanan/ profesi sehingga pelayanan yang diberikan sesuai standar kebutuhan medis.
Melaksanakan personal standar Review di kalangan kedokteran, sehingga ada review yang dilakukan terhadap praktek kedokteran yang dijalankan.
Mengontrol pengadaan fasilitas layanan kesehatan khususnya fasilitas yang memerlukan biaya tinggi.
Menumbuhkan sistem pelayanan kesehatan yang efisien yang menjamin pelayanan kesehatan diberikan sesuai dengan tingkat keahlian dan sarana yang sesuai.
Menumbuhkan sistem pembiayaan jasa pelayanan kesehatan yang dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.
Di Indonesia pengendalian biaya layanan kesehatan baru sebatas menetapkan batas tarif tertinggi yang diperbolehkan pada sarana layanan kesehatan. Akibatnya, karena hanya tarif yang ditentukan, maka faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya tarif akan terabaikan. Sebagai contoh, bila suatu sarana kesehatan telah berinvestasi suatu alat kesehatan dengan nilai investasi yang tinggi, sedangkan tarif yang ditentukan tidak dapat menutupi biaya perunit pemanfaatannya, maka pihak penyelenggara layanan kesehatan akan berupaya mengejar target pemasukan sebagai pengganti nilai investasi dengan cara melakukan layanan kesehatan yang belum tentu diperlukan bagi penggunanya. Satuan tarif yang dipergunakan tidaklah berubah, namun pemakaiannya ditingkatkan, sehingga terjadi over utilisasi. Bahkan menurut Sorkin mengatakan bahwa pemberian layanan kesehatan yang tidak diperlukan oleh pasien karena adanya unsur ketidaktahuan pasien (costomer ignorance) yang dimanfaatkan oleh Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
29
pemberi layanan kesehatan dalam mengejar target investasi yang telah ditanamkan. Hal ini jelas berdampak terhadap total biaya kesehatan yang harus dibayarkan, meskipun tarif layanan kesehatan telah ditetapkan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
84
dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan, Bagian B, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 2001.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
30
BAB 3 GAMBARAN UMUM PT PELAYANAN LISTRIK NASIONAL BATAM
3.1. Sejarah PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam Sejarah PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dimulai pada tahun 1971 sejak ditetapkannya Pulau Batam sebagai pangkalan logistik dan operasional bagi eksplorasi minyak Perusahaan Negara Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN Pertamina). Pertamina dipercaya sebagai instansi pertama yang mengelola daerah industri Pulau Batam. Saat itu mesin–mesin diesel pertamina yang memproduksi tenaga listrik hanya mampu melayani kepentingan kelistrikan perusahaan dan perumahan karyawannya saja, sehingga masyarakat sekitar belum bisa menikmati listrik yang dihasilkan oleh mesin diesel pertamina, dan mereka masih menggunakan petromak dalam penerangan saat malam hari. Akibat krisis pada tahun 1976 yang dialami oleh Pertamina, maka seluruh aktifitasnya di Pulau Batam diambil alih oleh Otorita Pembangunan Daerah Industri Pulau Batam (OPDIPB), termasuk masalah kelistrikan. Bisnis ketenaga listrikan ini dikelola Unit Pelaksana Teknis Otorita Batam (UPT OB) Pada pengalihan masalah kelistrikan ini oleh OPDIPB, masyarakat masih belum bisa menikmati listrik yang dihasilkan karena kapasitas pembangkit yang dihasilkan masih rendah. Mereka masih menggunakan lampu minyak dan jenset kecil untuk penerangan di malam hari. Setelah BJ Habibie menjadi ketua Otorita Batam, maka Batam sudah mulai diarahkan menjadi kota industri. Perkembangan Batam kala itu sudah tidak terbendung lagi. Dimana investor–investor mulai melirik potensi yang ada di Pulau Batam. Karena hal tersebut, Otorita pun mulai melepas pengeloalaan ketenagalistriknya, dan diserahkan ke PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
31
Pada tahun 1993 pengelolaan kelistrikan di Pulau Batam dialihkan ke PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) Wilayah Khusus Batam, maka dibangunlah infrastruktur yang lebih banyak sehingga tenaga listrik yang dihasilkan sudah bisa dirasakan oleh sebagian masyarakat di Pulau Batam. Kemudian pada 3 Oktober 2000 pengelolaan kelistrikan dialihkan pada PT. Pelayanan Listrik Nasional (PT PLN) Batam, yang merupakan anak perusahaan PT. Perusahaan Listrik Negara ( Persero) merujuk pada Keputusan Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN, selaku pemegang saham PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dalam surat No S-23/M-PMPBMUN/2000 tanggal 23 Agustus 2000. Pendirian PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam ini berdasarkan Akta Notaris Haryanto, SH No 7 tanggal 3 Oktober 2000. Akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara no 9 tanggal 30 Januari 2001. Pada
tahun
berikutnya
PT.
Pelayanan
Listrik
Nasional
Batam
menandatangani pendirian PT. Pembangkit Listrik Batam dengan OPDIPB dengan prosentase kepemilikan masing–masing sebesar lima puluh persen. Kerja sama tersebut dimaksudkan untuk menyediakan tenaga listrik yang baik dan dapat menjadi daya tarik investor di Pulau Batam. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar PT Pelayanan Listrik Nasional Batam bergerak di bidang penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Pulau Batam, Pulau Rempang, Pulau Galang dan sekitarnya. Kegiatan usahanya adalah sebagai berikut: a. Penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan pembangkit, penyaluran, distribusi dan retail. b. Penunjang
tenaga
listrik
yang
meliputi
antara
lain
konsultasi
ketenagalistrikan, pembangunan dan pemasangan ketenagalistrikan, pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan, serta pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan tenaga listrik.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
32
3.2. Struktur Organisasi, Visi dan Misi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam adalah perusahaan perseroan yang berbadan hukum, yang dipimpin oleh seorang direktur utama dan dibantu oleh lima orang direksi. Alat perlengkapan pada perusahaan ini meliputi: a. Rapat umum pemegang saham b. Direksi c. Dewan Komisaris
3.2.1. Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 023.K/482/DIR/2008 menetapkan perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja PT Pelayanan Listrik Nasional Batam. Adapun struktur organisasi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
33
Sumber: Profil PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010
3.2.3. Visi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam mempunyai visi “Menjadi Perusahaan Energi yang Utama di Indonesia” 3.2.4. Misi Misi yang diusung oleh PT Pelayanan Listrik Nasional Batam adalah “Kami menyediakan tenaga listrik secara efisien dan andal serta jasa lainnya dalam bidang energi untuk meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat melalui pelayanan yang terbaik dan bertumpu pada sumber daya manusia”.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
34
3.2.5. Nilai-Nilai Perusahaan
Perhatian dalam tindakan
Cerdas dalam pekerjaan
Pengertian dalam pikiran kita
Dapat diandalkan dalam perilaku kita
3.2.6. Janji Perusahaan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dalam melayani konsumennya mempunyai komitment berupa:
Ahli dalam bidangnya
Selalu berprestasi dalam pekerjaannya
Melampaui harapan pelanggan
Dengan sumber daya manusia yang berprestasi
Menjadi contoh bagi para pesaing
3.2.7. Motto PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memiliki motto “Bright People Bright Future” 3.3. Aktivitas dan Perkembangannya PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam juga terus mengupayakan penyediaan layanan yang mengutamakan kepuasan pelanggannya tanpa terkecuali. Untuk itu PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam secara internal berusaha untuk terus melakukan efisiensi–efisiensi usaha, dan menyelaraskan kemampuan sumber daya manusia dengan kemajuan teknologi. Satu diantaranya adalah pengembangan sistem informasi internal melalui intranet yang telah mulai dioperasikan pada akhir tahun 2001. Pada saat yang hampir bersamaan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam juga mengenalkan peningkatan pelayanan kepada 75,507 pelanggan dengan penerapan program System Online Payment Poin (SOPP).
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
35
Saat ini PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memiliki kapasitas daya mampu netto harian sekitar 225 MW dengan beban puncak 206 MW dan cadangan daya 49MW. Seluruh pembangkit yang ada telah memiliki sertifikat ISO 9001 tentang manajemen lingkungan. Sebagai langkah tindak lanjut dari usaha efisiensi, PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam melakukan langkah konkrit dengan membangun budaya perusahaan yang baik serta menjamin perkembangan perusahaan. Hai ini merupakan tanggung jawab seluruh sumber daya manusia yang ada di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Untuk bisa memahaminya, maka PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memberikan penjabaran mengenai langkah– langkah yang harus ditempuh sebagai berikut: a. Menerapkan prinsip dan praktek Good Corporate Governance. b. Menjamin Corporate Performance yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. c. Menciptakan
pertumbuhan
perusahaan
yang
harmonis
dengan
lingkungannya. d. Membangun sumber daya manusia yang etis dan professional. e. Mengembangkan usaha selaras dengan perkembangan dan tujuan korporasi PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Pada tahapan ini sumber daya manusia dianggap sebagai satu diantara aset penting bagi PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Untuk itulah pengelolaannya dilakukan dengan sangat hati–hati, professional dan humanis. Pihak manajemen menilai bahwa keberadaan sumber daya manusia merupakan penentu keberhasilan dan kemajuan perusahaan. Karena itulah sumber daya manusia ini perlu dikelola dengan sebaik mungkin. Sumber daya manusia yang bekerja di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dibedakan menjadi dua status yaitu, pegawai tugas karya dan pegawai organik. Pegawai tugas karya adalah pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) yang ditugaskaryakan ke PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, yang dapat dimutasi ke seluruh cabang PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) di seluruh
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
36
Indonesia, dan apabila memasuki masa pensiun di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, maka statusnya akan kembali menjadi pegawai PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Sedangkan pegawai organik adalah pegawai yang direkrut langsung oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Perekrutan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam
yang
mulai
bertambah,
seiring
dengan
pesatnya
petumbuhan
ketenagalistrikan di kota Batam. Pegawai organik ini murni pegawai PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, sehingga tidak mengalami mutasi ke luar dari PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam secara rutin melakukan peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan internal, pelatihan luar perusahaan maupun studi banding di tempat lain yang memiliki keunggulan dalam pelayanan, dan distribusi tenaga listrik. Hasil dari pembenahan sumber daya manusia, PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam memperoleh peningkatan produktivitasnya menjadi 3,819 MWh/pegawai dari total pegawai 348 pada tahun 2009. Komposisi sumber daya manusia menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1. Tingkat Pendidikan Karyawan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam Tingkat Pendidikan
2007
2008
2009
Strata 3
0
0
0
Strata 2
6
3
5
Srata 1
63
83
105
Diploma
29
39
40
SLTA
203
218
196
SLTP
2
2
2
Sumber : Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional 2010
Selain pembenahan sumber daya manusia , PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam terus menerus meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggannya. Berikut ini hasil kinerja PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dibandingkan dengan pesaing yang ada (dalam %)
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
37
Tabel 3.2. Kinerja dibanding komposisi jumlah pelanggan Kelompok Pelanggan Rumah Tangga Bisnis Industri Sosial Pemerintah Multiguna Total
Pangsa Pasar PLN Batam 100 80 60 100 100 100 85
Pangsa Pasar Pesaing 0 20 40 0 0 0 15
Ekspektasi pertumbuhan Tinggi Tinggi Tinggi Kecil Kecil Sedang Tinggi
Sumber: Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010
Tingkat produktivitas pegawai dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.3. Tingkat Produktifitas Pegawai 2007
2008
2009
3,650
3,580
3,819
Rasio Jumlah Pelanggan perpegawai
570
546
586
Rasio Biaya Pegawai terhadap kWh (dlm
42
41
45
29
47
28
Rasio Produktivitas pegawai (MWh/pegawai)
Rp/kWh) Rasio Biaya Administrasi terhadap kWh produksi Sumber: Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010
3.4. Gambaran Biaya Kesehatan Sampai saat ini PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam masih melakukan swakelola
untuk
pembiayaan
kesehatan
para
karyawannya.
Sistem
pembiayaannya dengan cara bekerjasama dengan rumah sakit, klinik ataupun dokter praktek dalam melayani kesehatan karyawannya. Pembiayaan dengan cara fee for service yang ditagihkan tiap bulan sesuai dengan jumlah kunjungan pada masing–masing sarana layanan kesehatan. Namun apabila karyawan melakukan pengobatan di luar sarana layanan kesehatan yang
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
38
tidak dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, maka diberlakukan sistem reimbursement pada tiap-tiap pengobatan yang dilakukan. Beberapa sarana layanan kesehatan yang telah dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh karyawan dan keluarga yang menjadi tanggungan perusahaan. Berikut ini tabel dari sarana layanan kesehatan yang telah dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. Tabel 3.4. Sarana Kesehatan yang Dilanggan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam Tahun 2009 Sarana Kesehatan Jumlah Rumah Sakit
4
Dokter Praktek
6
Apotek
2
Sumber: Data Provider Pelayanan Kesehatan 2009
Dari provider layanan kesehatan yang ada dan beberapa penggantian biaya kesehatan yang telah dibayarkan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam pada tahun 2009, dapat dilihat gambarannya pada tabel dibawah ini. Berikut ini tabel biaya kesehatan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam selama tiga tahun terakhir. Tabel. 3.5. Total Biaya Kesehatan Tahun 2007 Sampai 2009
Biaya kesehatan karyawan per
2007
2008
2009
3,390,182,810
3,233,905,051
3,736,722,880
11,189,000
9,374,000
11,171,000
tahun Biaya Kesehatan per karyawan per tahun Sumber: Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010
Sedangkan jumlah karyawan dan keluarga yang menjadi tanggungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
39
Tabel 3.6. Jumlah Karyawan dan Keluarga Diskripsi
2007
2008
2009
Karyawan
302
345
348
Keluarga
762
913
927
Total
1064
1258
1275
Sumber: Aplikasi Malcom Baldrige PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2010
Beban biaya kesehatan ini cenderung terus meningkat, seiring dengan jumlah karyawan yang semakin bertambah. Untuk itu perlu suatu kajian terhadap sistem pembiayaan kesehatan yang selama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan para karyawannya. PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam belum memiliki peraturan khusus yang diterbitkan untuk menjadi panduan karyawan dalam menggunakan pelayanan kesehatan yang diberikan. Peraturan yang diberlakukan masih menginduk pada PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero), melalui Surat Keputusan
Direksi
PT.
Perusahaan
Listrik
Negara
(Persero)
Nomor
226.K/010/DIR/2000 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai dan Surat Edaran Direksi nomer 01048/010/DITSDM/2004 tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
40
BAB 4 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
4.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini menggunakan studi diskriptif analitik dengan melakukan pengkajian terhadap sistem yang telah berjalan dan dilakukan dengan cara pengamatan proses. Variabel–variabel yang mempengaruhi pembiayaan kesehatan akan dijabarkan satu persatu. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dibahas pada bab terdahulu, maka kerangka konsep dari analisa pembiayaan kesehatan karyawan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dapat dijabarkan sebagai berikut
‐Rata‐rata BiayaObat
‐Diagnosis
Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
‐Biaya Konsultasi ‐Biaya Tindakan dan Penunjang Medis Umur Jenis Kelamin Tingkat pendidikan Independent Variabel
Confounding
Dependent
Variabel
Variabel
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
41
4.2 Definisi Operasional Tabel 4.1. Definisi Operasional No
Variabel
1
Rata-rata biaya Obat
2
Diagnosis
3
Biaya Konsultasi
4
Biaya Tindakan dan Penunjang Medis
5
Umur
6
Jenis Kelamin
Definisi Operasional Rata-rata biaya obat yang diresepkan dokter Hasil akhir penilaian klinis oleh tenaga medis pemberi layanan kesehatan dan dikelompokkan menjadi 10 diagnosis terbanyak rawat jalan. Biaya yang timbul setelah melakukan konsultasi dengan tenaga medis Biaya yang timbul akibat tindakan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis ataupun terapi, yg meliputi: tindakan medis, laboratorium, rontgen Selisih tahun kelahiran dan tahun saat melakukan pengobatan Klasifikasi jender
Cara Ukur Membagi total obat dengan total resep yang ada.
Skala Ukur Ratio
Hasil Ukur Rupiah
10 diagnosis terbanyak berdasarkan ICD X
Ordinal
10 macam penyakit
Melihat data tagihan biaya konsultasi rawat jalan di rumah sakit dan praktek dokter
Nominal
rupiah
Melihat data tagihan biaya yang timbul akibat tindakan medis dan pemeriksaan penunjang laboratorium dan rontgen
Nominal
Rupiah
Melihat data tagihan dan mengelompokkan umur pengunjung dalam 3 kelompok
ordinal
1=0-14 2=15-49 3=≥50
Melihat data tagihan dan mengelompokkan pengunjung berdasarkan jendernya
nominal
1=Laki-laki 2=aperempuan
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
42
7
Pendidikan
Pendidikan terakhir saat melakukan pengobatan
Melihat data tagihan dan mengelompokkannya dalam 2 kelompok pendidikan
Ratio
1= ≤SMA 2=≥D3
8
biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatn
Total biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di rumah sakit dan dokter praktek
Melihat dan mengelompokkan total biaya di rumah sakit dan dokter praktek
Ratio
Dalam rupiah
4.3. Hipotesis Dari kerangka konsep dan definisi operasional, didapatkan hipotesis sebagai berikut. 1. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan rata-rata biaya obat b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan dokter praktek menurut rata-rata biaya obat 2. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan diagnosis b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan dokter praktek menurut diagnosis 3. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan biaya konsultasi b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan dokter praktek menurut rata-rata biaya konsultasi 4. a. Ada hubungan rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan tindakan medis dan penunjang medis
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
43
b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan dokter praktek menurut tindakan dan penunjang medis 5. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan rawat jalan menurut
kelompok umur
b.Rata-rata biaya pelayanan di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter praktek menurut kelompok umur 6. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan jenis kelamin b.Biaya rata-rata di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter praktek menurut jenis kelamin 7. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan tingkat pendidikan. b.Biaya rata-rata di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter praktek menurut tingkat pendidikan
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
40
BAB 4 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
4.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini menggunakan studi diskriptif analitik dengan melakukan pengkajian terhadap sistem yang telah berjalan dan dilakukan dengan cara pengamatan proses. Variabel–variabel yang mempengaruhi pembiayaan kesehatan akan dijabarkan satu persatu. Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dibahas pada bab terdahulu, maka kerangka konsep dari analisa pembiayaan kesehatan karyawan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dapat dijabarkan sebagai berikut
‐Rata‐rata BiayaObat
‐Diagnosis
Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
‐Biaya Konsultasi ‐Biaya Tindakan dan Penunjang Medis Umur Jenis Kelamin Tingkat pendidikan Independent Variabel
Confounding
Dependent
Variabel
Variabel
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
41
4.2 Definisi Operasional Tabel 4.1. Definisi Operasional No
Variabel
1
Rata-rata biaya Obat
2
Diagnosis
3
Biaya Konsultasi
4
Biaya Tindakan dan Penunjang Medis
5
Umur
6
Jenis Kelamin
Definisi Operasional Rata-rata biaya obat yang diresepkan dokter Hasil akhir penilaian klinis oleh tenaga medis pemberi layanan kesehatan dan dikelompokkan menjadi 10 diagnosis terbanyak rawat jalan. Biaya yang timbul setelah melakukan konsultasi dengan tenaga medis Biaya yang timbul akibat tindakan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis ataupun terapi, yg meliputi: tindakan medis, laboratorium, rontgen Selisih tahun kelahiran dan tahun saat melakukan pengobatan Klasifikasi jender
Cara Ukur Membagi total obat dengan total resep yang ada.
Skala Ukur Ratio
Hasil Ukur Rupiah
10 diagnosis terbanyak berdasarkan ICD X
Ordinal
10 macam penyakit
Melihat data tagihan biaya konsultasi rawat jalan di rumah sakit dan praktek dokter
Nominal
rupiah
Melihat data tagihan biaya yang timbul akibat tindakan medis dan pemeriksaan penunjang laboratorium dan rontgen
Nominal
Rupiah
Melihat data tagihan dan mengelompokkan umur pengunjung dalam 3 kelompok
ordinal
1=0-14 2=15-49 3=≥50
Melihat data tagihan dan mengelompokkan pengunjung berdasarkan jendernya
nominal
1=Laki-laki 2=aperempuan
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
42
7
Pendidikan
Pendidikan terakhir saat melakukan pengobatan
Melihat data tagihan dan mengelompokkannya dalam 2 kelompok pendidikan
Ratio
1= ≤SMA 2=≥D3
8
biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatn
Total biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di rumah sakit dan dokter praktek
Melihat dan mengelompokkan total biaya di rumah sakit dan dokter praktek
Ratio
Dalam rupiah
4.3. Hipotesis Dari kerangka konsep dan definisi operasional, didapatkan hipotesis sebagai berikut. 1. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan rata-rata biaya obat b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan dokter praktek menurut rata-rata biaya obat 2. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan diagnosis b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan dokter praktek menurut diagnosis 3. a. Ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dengan biaya konsultasi b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan dokter praktek menurut rata-rata biaya konsultasi 4. a. Ada hubungan rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan tindakan medis dan penunjang medis
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
43
b. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan dokter praktek menurut tindakan dan penunjang medis 5. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan rawat jalan menurut
kelompok umur
b.Rata-rata biaya pelayanan di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter praktek menurut kelompok umur 6. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan jenis kelamin b.Biaya rata-rata di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter praktek menurut jenis kelamin 7. a. Ada hubungan antara rata-rata biaya pelayanan kesehatan dengan tingkat pendidikan. b.Biaya rata-rata di rumah sakit lebih mahal dibandingkan di dokter praktek menurut tingkat pendidikan
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
44
BAB 5 METODE PENELITIAN
5.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan studi cross sectional, dengan cara melihat variabel–variabel yang berhubungan dengan pelaksanaan pembiayaan pelayanan kesehatan rawat jalan yang dilakukan di PT Pelayanan Listrik Nasional Batam. 5.2. Waktu dan Lokasi Penelitian Peneliltian dilaksanakan dengan melihat laporan tagihan rawat jalan tahun 2009 dari rumah sakit dan dokter praktek. Dilakukan dalam kurun waktu bulan November 2010, di PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam. 5.3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan, beserta keluarga PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam yang melakukan pengobatan baik di rumah sakit maupun dokter praktek pada tahun 2009. Sampel dilihat berdasarkan karyawan, dan keluarga yang melakukan pengobatan rawat jalan di sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dan dokter praktek pada tahun 2009, yaitu pada kurun waktu 6 bulan yang ditentukan dengan cara random sampling yaitu bulan Januari, April, Juni, Agustus, Oktober dan November 2009. Kriteria inklusi data lengkap meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, diagnosis, dan biaya obat 5.4. Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data 6 bulan yang diperoleh dengan cara random sampling. Data diperoleh dari departemen sumber daya manusia berupa data tagihan pembiayaan layanan kesehatan data kunjungan
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
45
karyawan beserta keluarganya yang melakukan pelayanan kesehatan rawat jalan pada bulan Januari, April, Juni, Agustus, Oktober, November tahun 2009. Dimana masing-masing bulan diambil 60 sampel secara random. 5.5. Analisa Data Untuk menganalisis biaya pelayanan kesehatan rawat jalan, dilakukan dengan analisa univariat. Analisa ini dilakukan dengan distribusi frekuensi untuk melihat nilai total, nilai rata–rata dan prosentase. Kemudian dilakukan uji bivariat dengan menggunakan uji T.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
46
BAB 6 HASIL PENELITIAN
6.1. Analisa Univariat 6.1.1. Kerangka Penyajian Hasil Penelitian Setelah melalui proses penelitian terhadap sistem pelayanan kesehatan yang dipakai oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam dalam memberikan fasilitas kesehatan bagi karyawannya, maka dapat diperoleh gambaran, bahwa sistem kesehatan yang digunakan adalah sistem swakelola dimana perusahaan bekerja sama dengan sejumlah dokter praktek, balai pengobatan dan rumah sakit dalam pemeliharaan kesehatan karyawan dan keluarganya. Perusahaan menerbitkan kartu berobat karyawan yang berisi identitas karyawan, beserta keluarga yang menjadi tanggungan. Dalam melakukan pengobatan, tidak ada pembatasan, baik jenis sarana yang akan digunakan, biaya, dokter yang melayani baik itu dokter umum maupun spesialis, maksimal kunjungan dalam satu hari, maupun tindakan yang akan dilakukan sehubungan dengan keperluan diagnosis penyakitnya. Dengan demikian pada fasilitas kesehatan yang diberikan oleh perusahaan tidak mengenal sistem pelayanan kesehatan yang berjenjang, seperti pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkat lanjut dengan rujukan ataupun pelayanan kesehatan rawat inap. Kajian utilisasi belum diberlakukan di perusahaan ini terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua provider layanan kesehatan yang menjadi mitra kerjanya. Kerangka hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel yang dikemas secara tekstular. Penyajian akan dimulai dengan diskripsi pada masing-masing variabel, yaitu biaya rawat jalan, rata-rata biaya obat, diagnosis, biaya konsultasi, biaya tindakan dan pemeriksaan penunjang medis, umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan,. Selanjutnya hasil penelitian memaparkan hubungan antara biaya kesehatan rawat jalan dengan rata-rata biaya obat, diagnosis, biaya konsultasi, biaya tindakan dan penunjang medis, umur, tingkat pendidikan dan jenis kelamin.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
47
6.1.2. Rata-rata Biaya Obat Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 360 sampel, terdapat 344 resep yang dikeluarkan oleh dokter. Dengan total biaya obat Rp85,666,800,-. Jadi rata-rata biaya obat yang dikeluarkan adalah sebesar Rp249,031,Tabel 6.1. Distribusi Frekuensi Rata-rata Obat Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009 Jumlah Resep
Total Biaya Obat (Rupiah)
344
85,666,800
Rata-rata Biaya Obat (Rupiah)
249,031
Sedangkan berdasarkan sarana yang digunakan untuk pelayanan kesehatan rawat jalan, maka distribusi frekuensinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dimana menunjukkan bahwa hanya sedikit perbedaan besar biaya obat yang ditagihkan masing-masing sarana pelayanan kesehatan Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Biaya Obat Menurut Sarana Pelayanan Kesehatan yang Digunakan Variabel
Sarana Pelaynan Kesehatan Rumah Sakit
Biaya Obat
Total Biaya Obat
56.431.482
Dokter Praktek
Rata-rata Biaya
Total Biaya Obat
Rata-rata Biaya
257,678
29.235.375
233,883
6.1.3. Diagnosis Diagnosis dalam penelitian ini berdasarkan 10 diagnosis tertinggi dari kasus rawat jalan yang dilihat berdasarkan tagihan klaim yang diberikan provider layanan kesehatan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
48
Tabel.6.3. Distribusi Frekuensi Diagnosis Penyakit Pengguna Layanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Kasus No
Diagnosis
n
%
1
ISPA
113
31,4
2
Common Cold
69
19,5
3
Observasi Febris
34
9,4
4
Dispepsia
29
8,1
5
Diare-gastroenteritis
26
7,2
6
Carries Dentis
27
7,5
7
Hipertensi
18
5
8
Myalgia
16
4,4
9
ANC/KB/Imunisasi
14
3,9
10
Dermatitis
14
3,9
Total
360
100
Sedangkan berdasarkan sarana kesehatan yang digunakan oleh karyawan, distribusi diagnosis penyakit yang ada pada rumah sakit dan dokter praktek adalah sebagai berikut. Penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) menempati urutan pertama jumlah penyakit terbanyak, yaitu 29%, dan yang paling rendah adalah
ANC/imunisasi/KB dan dermatitis dengan jumlah 3,9%.Untuk dokter
praktek, jumlah tertinggi juga pada jenis penyakit ISPA, dan terendah adalah dermatitis. Pada dokter praktek ini tidak dijumpai penyakit caries dentis, karena sampel yang diambil pada tempat klinik dokter umum yang dilanggan perusahaan. Berdasarkan sarana yang digunakan , distribusi frekuensi diagnosis dapat digambarkan sebagai berikut.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
49
Tabel 6.4. Distribusi frekuensi diagnosis Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Digunakan. Variabel Diagnosis
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Rumah Sakit
Dokter Praktek
N
%
N
%
ISPA
67
29
46
37
Common Cold
46
20
23
18
Caries Dentis
27
11
0
0
Observasi Febris
20
9
14
11
Dispepsia
17
7
12
10
Diare-gastroenteritis
16
7
10
8
ANC/KB/Imunisasi
14
6
0
0
Hipertensi
11
5
7
6
Mylagia
8
3
8
6
Dermatitis
8
3
6
4
6.1.4. Biaya Konsultasi Biaya konsultasi merupakan bagian dari toatal biaya rawat jalan, dari sampel yang diteliti, total biaya konsultasi dokter, baik dokter umum, dokter gigi maupun dokter spesialis adalah sebesar Rp.27,933,006,- sehingga rata-rata biaya konsultasi adalah sebesar Rp.77,897,-. Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi biaya konsultasi. Tabel 6.5. Distribusi Frekuensi Biaya Konsultasi Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Total Kunjungan
Total Biaya Konsultasi (Rupiah)
Rata-rata biaya konsultasi (Rupiah)
360
28.042.920
77.897
Sedangkan berdasarkan sarana pelayanan kesehatan yang digunakan , maka distribusi frekuensin biaya konsultasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini, yang Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
50
menunjukkan bahwa biaya konsultasi di rumah sakit lebih besar dibandingkan biaya konsultasi di praktek dokter. Tabel 6.6. Distribusi Frekuensi Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Menurut Sarana Pelayanan Yang Digunakan. Variabel
Sarana Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
Biaya Konsultasi
Dokter Praktek
Total Biaya
Rata-rata biaya
Total Biaya
Rata-rata Biaya
24.892.920
106.380
3.150.000
25.000
6.1.5. Biaya Tindakan Dan Penunjang Medis Pada variabel ini biaya yang ditimbulkan meliputi biaya tindakan medis baik untuk terapi maupun diagnosis, biaya laboratoruim, dan biaya pemeriksaan radiologi. Dari jumlah 360 sampel yang ada, terdapat 67 pemeriksaan. Dengan total biaya Rp.14.329.089. Rata-rata biaya tindakan dan penunjang medis adalah sebesar Rp.213.867,- Berikut tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi biaya tindakan dan penunjang medis. Tabel.6.7. Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Jumlah Tindakan dan penunjang medis
67
Total Biaya Tindakan dan Rata-rata Biaya Tindakan Penunjang Medis
dan Penunjang Medis
(Rupiah)
(Rupiah)
14.329.089
213.867
Sedangkan biaya tindakan dan penunjang medis berdasarkan sarana pelayanan kesehatan yang digunakan, terlihat gambaran bahwa biaya tindakan medis lebih mahal di rumah sakit dibandingkan di dokter praktek. Tabel berikut ini
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
51
menyajikan distribusi frekuensi biaya tindakan dan penunjang medis di kedua sarana pelayanan kesehatan rawat jalan. Tabel 6.8. Distribusi Frekuensi Biaya Tindakan dan Penunjang Medis di Sarana Pelayanan Kesehatan yang Digunakan. Variabel
Sarana Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit
Biaya Tindakan dan Penunujang Medis
Total Biaya
Dokter Praktek
Rata-rata
Total Biaya
Rata-rata
Biaya 14.094.080
216.832
Biaya 235.000
117.500
6.1.6. Umur Variabel umur disajikan dalam bentuk pembagian kelompok umur, yaitu kelompok umur muda, kelompok umur usia produktif dan kelompok umur usia tua. Kelompok umur produktif memiliki jumlah terbanyak yang menjadi tanggungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, diikuti kelompok umur muda. Sedangkan kelompok umur tua, terbatas hanya sampai umur 56 tahun, karena pada umur lebih dari 56 tahun, karyawan akan memasuki masa pensiun, dan penanggungan semua biaya pada usia pensiun dialihkan ke PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero). Pada
penelitian
ini
dijumpai
bahwa
kelompok
umur
produktif
menunjukkan angka tertinggi dalam penggunaan fasilitas kesehatan, yaitu 56%. Diikuti kelompok umur muda yaitu sebesar 35%. Dan kelompok umur tua hanya 9%. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi umur pada pengguna fasilitas layanan kesehatan rawat jalan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
52
Tabel 6.9. Distribusi Frekuensi Umur Yang Menggunakan Sarana Layanan Kesehatan Rawat Jalan Tahun 2009
No
Pengguna fasilitas Rawat Jalan
Kelompok Umur (Tahun)
1
0-14
N 125
2
15-49
203
56
3
≥50
32
9
360
100
Total
% 35
Sedangkan untuk sarana kesehatan, yang digunakan adalah pembagian distribusi frekuensi menurut jenis umur dapat dilihat bahwa, pada tempat pemberi layanan kesehatan rumah sakit, usia muda menduduki jumlah pemakaian terbanyak yaitu sekitar 53%, diikuti usia produktif 40% dan usia tua 7%. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan pada dokter praktek, usia produktif menempati 56%, usia muda 35% dan usia tua 9%. Dapat dilihat bahwa pada kedua jenis sarana pelayanan kesehatan yang digunakan, umur produktif menempati posisi tertinggi pengguna layanan kesehatan, diikuti kelompok umur muda dan umur tua. Berikut tabel yang menggambarkan distribusi frekuensi kelompok umur berdasarkan sarana pelayanan kesehatan yang digunakan. Tabel.6.10. Distribusi Frekuensi Umur Berdasarkan Sarana Kesehatan Yang digunakan Pada Layanan Kesehatan Rawat Jalan Variabel
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Umur
Rumah Sakit
Dokter Praktek
N
%
N
%
0-14
94
53
31
35
15-49
125
40
78
56
15
7
17
9
234
100
126
100
≥50 Total
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
53
6.1.7. Jenis Kelamin Dari dua kelompok pemberi layanan kesehatan rawat jalan, distribusi frekuensi jenis kelamin menjukkan hasil sebagai berikut. Kelompok perempuan memperlihatkan jumlah yang lebih tinggi dari kelompok laki-laki, dimana 56% pengguna sarana kesehatan rawat jalan adalah perempuan. Dan laki-laki angkanya hanya 44%. Berikut tabel yang, menunjukkan distribusi frekuensi jenis kelamin yang menggunakan sarana kesehatan rawat jalan. Tabel 6.11. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Yang Menggunakan Sarana Layanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Pengguna Fasilitas Rawat Jalan No
Jenis Kelamin
1
Laki-laki
N 158
% 44
2
Perempuan
202
56
360
100
Total
Sedangkan untuk sarana pelayanan kesehatan yang digunakan, distribusi frekuensinya adalah, pada rumah sakit kelompok laki-laki menempati 42% dari sampel, sedangkan perempuan 58%. Untuk sarana pelayanan kesehatan pada dokter praktek, laki-laki 47% dari populasi sampel dan perempuan berkisar 53%. Tabel berikut akan memperlihatkan distribusi frekuensi jenis kelamin terhadap penggunaan sarana pelayanan kesehatan rawat jalan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
54
Tabel. 6.12. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Berdasarkan Sarana Kesehatan Rawat Jalan Yang Digunakan Variabel Jenis Kelamin
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Rumah Sakit
Dokter Praktek
N
%
N
%
Laki-laki
99
42
59
47
Perempuan
135
58
67
53
6.1.8. Pendidikan Pada variabel pendidikan, dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pendidikan setingkat sekolah menengah dan tingkat dibawahnya, serta kelompok diploma tiga dan sarjana menjadi satu kelompok. Hal ini dikarenakan pada tingkat sekolah lanjutan pertama, jumlahnya sangat sedikit yaitu 2 orang dari total seluruh populasi. Sedangkan pada tingkat diploma tiga dan strata 2, dari sampel yang diambil, jumlah kunjungan dari total sampel hanya 4 orang, sehingga dengan jumlah yang kecil perhitungan akan menjadi bias. Dari penelitian didapati bahwa kelompok sekolah menengah atas menduduki angka 68% dari jumlah sampel yang menggunakan sarana kesehatan rawat jalan. Sedangkan kelompok ≥D3 hanya 32%. Distribusi frekuensi jumlah kunjungan pada dua kelompok pemberi layanan kesehatan rawat jalan dapat dilihat pada tabel 6.3.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
55
Tabel 6.13. Distribusi Frekuensi Pendidikan Yang Menggunakan Fasilitas Layanan Rawat Jalan Pengguna Fasilitas Rawat Jalan No
Pendidikan
1 2
≤SMA
N 244
% 68
≥D3
116
32
360
100
Total
Berdasarkan sarana pelayanan kesehatan yang digunakan, dapat diperoleh gambaran bahwa pada rumah sakit, kelompok pendidikan ≤SMA menempati 61%, sedangkan kelompok pendidikan ≥D3 menempati 39%. Pada dokter praktek, kelompok pendidikan ≤SMA menempati 68% dan kelompok ≥D3 menempati 32%. Gambaran distribusi frekuensinya kan ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 6.14. Distribusi Frekuensi Pendidikan Berdasarkan Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Yang digunakan Variabel
Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Pendidikan
Rumah Sakit
Dokter Praktek
N
%
N
%
≤SMA
143
61
101
68
≥D3
91
39
25
32
Total
234
100
126
100
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
56
6.1.9. Biaya Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap jumlah tagihan biaya pelayanan kesehatan rawat jalan di rumah sakit, dan dokter praktek diperoleh gambaran sebagai berikut. Rata-rata total biaya pada kedua jenis layanan kesehatan Rp.364,572,- Kemudian pada jasa konsultasi rata-rata biaya yang ditimbulkan adalah Rp.77,897,- Pada biaya tindakan medis Rp.213,867,-. Untuk biaya obat rata-rata Rp.249,031, sedangkan rata-rata biaya administrasi Rp.14,097,- Berikut ini tabel yang menunjukkan distribusi frekuensi total pembiayaan pelayanan kesehatan rawat jalan. Tabel 6.15. Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan 2009 Std. N
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
TINDAKAN
67
25,000
1,107,000
213,867
197,973
KONSULTASI
360
25,000
265,000
77,897
49,653
OBAT
344
4,324
1,802,217
249,031
235,308
ADM
360
3,000
20,000
14,097
8,105
TOTAL_BIAYA
360
39,720
2,542,217
364,572
292,165
6.1.7.1. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit Hasil analisis data pada pelayanan rumah sakit memperlihatkan bahwa biaya maksimum untuk tindakan medis adalah Rp.1,107,000,- dan minimum Rp.25,000,-,
untuk
jasa
konsultasi
minimum
Rp.60,000,-,
maksimum
Rp.265,000,-. Dan untuk biaya obat, biaya minimum adalah Rp.4,324,- dan maksimum Rp.1,802,217. Berikut tabel yang memperlihatkan gambaran tersebut.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
57
Tabel 6.16. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Rumah Sakit N TINDAKAN
Mean
Std. Deviation
25,000 1,107,000.0
216,831.7
199,827.6
60,000 265,000.0
106,380.4
38,350.0
257,677.9
275,928.0
Minimum 65
Maximum
KONSULTASI
234
OBAT
219
ADM
234
20,000 20,000.0
20,000.0
TOTAL_BIAYA
234
95,000 2,542,217.0
420,015.6
4,324 1,802,217.0
335,604.7
6.1.7.2. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek Hasil analisis pembiayaan pelayanan kesehatan rawat jalan di dokter praktek memperlihatkan bahwa, pada biaya tindakan minimum Rp.40,000,-. Maksimum Rp.195,000,-. Untuk biaya obat minimum adalah Rp. 11,720 dan maksimum Rp.787,430,- . Berikut tabel yang memperlihatkan gambaran distribusi pembiayaan pelayanan rawat jalan di dokter praktek. Tabel 6.17. Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di Dokter Praktek Std. N
Minimum
Maximum
Mean
Deviation
2
40,000
195,000.0
117,500.0
109,601.6
KONSULTASI
126
25,000
25,000.0
25,000.0
-
OBAT
125
11,720
787,430.0
233,882.7
137,637.2
ADM
126
3,000
20,000.0
3,134.9
1,514.5
TOTAL_BIAYA
126
39,720
815,430.0
261,605.9
137,004.5
TINDAKAN
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
58
6.2.
Analisa Bivariat
6.2.1. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analisis hubungan antara rata-rata biaya obat terhadap pembiayaan pada sarana pelayanan kesehatan rawat jalan dapat dipaparkan sebagai berikut. Pada pelayanan rawat jalan rumah sakit, rata-rata biaya obat yang diresepkan oleh dokter adalah sebesar Rp.257,677,- Sedangkan pada pelayanan rawat jalan dokter praktek rata-rata biaya obat yang diresepkan oleh dokter adalah sebesar Rp233,882,-. Ada selisih rata-rata biaya Rp.23,795,-Kemudian dilakukan uji T, dengan hasil nilai P 0,36, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara biaya rata-rata obat yang diresepkan di rumah sakit dan dokter praktek. Berikut tabel yang menunjukkan hubungan tersebut. Tabel 6.18. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan N
Mean
Std. Deviation
Minimum
275,928.0 4,324.0
Maximum
Rumah Sakit Dokter Praktek
219 257,677.9 125 233,882.7
137,637.2 11,720.0
787,430.0
Total
344 249,031.4
235,307.7 4,324.0
1,802,217.0
P Value
1,802,217.0 0,36
6.2.2. Hubungan Antara Diagnosis Penyakit dengan Rata-rata Biaya Kesehatan Rawat Jalan Dari penelitian dengan mengunakan uji T terhadap variabel diagnosis dengan total biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dipeoleh hasil sebagai berikut. Tabel berikut menunjukkan hubungan antar masing-masing variabel.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
59
Tabel 6.19. Hubungan Antara Diagnosis Penyakit Dengan Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
P Value
ISPA
113 280,124.4 96,427.1
95,301.0
700,900.0
Diare
26 285,674.7 85,736.9
137,580.0
456,774.0
Common Cold
69 182,049.2 71,524.1
46,982.0
416,468.0
Dispepsis
29 498,824.9 201,528.3
230,123.0
987,095.0
Obs Febris
34 477,040.4 212,568.5
252,972.0
1,171,111.0 0,0000
Hipertensi
18 1,074,363 623,462.3
386,880.0
2,542,217.0
ANC/KB/Immunisasi
14 547,908.7 380,098.1
158,800.0
1,107,324.0
Caries
27 452,442.7 317,622.3
160,000.0
1,825,234.0
Myalgia
16 163,839.8 76,542.8
39,720.0
348,935.0
Dermatitis
14 505,075.1 166,006.7
311,830.0
887,150.0
360 364,572.2 292,164.9
39,720.0
2,542,217.0
Total
Dari tabel diatas diperoleh gambaran bahwa biaya pelayanan kesehatan tertinggi adalah Rp.1,074,363 yaitu untuk penyakit hipertensi dan rata-rata biaya pelayanan kesehatan terendah adalah Rp.163,839,- yaitu untuk penyakit myalgia. Uji T diperoleh nilai P 0,0000, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan dengan diagnosis penyakit.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
60
6.2.2.1. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah Rp.309,650,- dan rata-rata biaya pelayanan kesehatan di dokter praktek adalah Rp.237,119,-. Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp. 72,531,-.Pada uji T diperoleh nilai P 0,0000, sehingga disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan
rata-rata biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan
menurut kelompok penyakit ISPA. Berikut tabel yang menunjukkan hubungan antara kelompok penyakit ISPA dengan biaya pada sarana pelayanan kesehatan rawat jalan. Tabel 6.20. Hubungan Antara Kelompok Penyakit ISPA dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
N
Mean
Std. Deviation
P Minimum Maximum value
Rumah Sakit
67 309,650.2 107,962.7
149,712.0 700,900.0
Dokter Praktek
46 237,119.5 53,463.1
95,301.0
384,500.0
113 280,124.4 96,427.1
95,301.0
700,900.0
Total
0,0000
6.2.2.2. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis Dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Dari perhitungan diperoleh hasil, bahwa pada rumah sakit rata-rata biaya pelayanan kesehatan adalah Rp.331,781,- dan pada dokter praktek rata-rata biaya pelayanan kesehatan adalah Rp.211,904. Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp.119,877,-. Hasil uji T diperoleh hasil nilai P 0,00008, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan pada kedua sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan kelompok penyakit diaregastroenteritis. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hubungan tersebut.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
61
Tabel.6.21. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Diare-Gastroenteritis dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan N Rumah Sakit Klinik Dokter Total
Mean
16
Std. Deviation
331,781.1
70,016.9
P Value Minimum Maximum 227,566.0
456,774.0 0,00008
10 26
211,904.4 285,674.7
49,217.6 85,736.9
137,580.0 137,580.0
284,400.0 456,774.0
6.2.2.3. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Common Cold dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Dari hasil perhitungan diperoleh data, bahwa pada rumah sakit rata-rata biaya pelayanan kesehatan untuk kelompok penyakit common cold adalah Rp.207,655,- sedangkan pada dokter praktek adalah Rp.130,836,- Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp.76,819,- Dari hasil uji T diperoleh hasil nilai P 0,00008, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara biaya di kedua sarana pelayanan kesehatan dengan kelompok penyakit common cold. Berikut ini adalah tabel yang menggambarkan hubungan variabel tersebut. Tabel 6.22. Tabel Hubungan Antara Kelompok Penyakit Common Cold dengan Biaya di Sarana Kesehatan Rawat Jalan N
Mean
Std. Deviation
P Value Minimum Maximum
Rumah Sakit Dokter Praktek
46 207,655.8
68,079.0
95,000.0
416,468.0
23 130,836.2
47,106.4
46,982.0
216,616.0
Total
69 182,049.2
71,524.1
46,982.0
416,468.0
0,00008
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
62
6.2.2.4. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dispepsia dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil perhitungan diperoleh angka, pada rumah sakit rata-rata biaya pelayanan kesehatan pada kelompok penyakit dyspepsia adalah Rp.597,635,- dan pada dokter praktek adalah Rp.358,843,-.Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp.238,792,- Hasil uji T diperoleh nilai P 0,0006, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara rata-rata biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan dengan kelompok penyakit dyspepsia. Berikut ini tabel yang memperlihatkan hubungan tersebut. Tabel 6.23. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dispepsia dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Std. Deviation
Minimum Maximum
17 597,635.1 209,631.9
334,216.0 987,095.0
N Rumah Sakit
Mean
P Value 0,0006
Dokter Praktek
12 358,843.8 54,721.9
230,123.0 444,173.0
Total
29 498,824.9 201,528.3
230,123.0 987,095.0
6.2.2.5. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Observasi Febris dengan Biaya di Sarana pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil perhitungan data yang ada menujukkan bahwa pada rumah sakit rata-rata biaya pelayanan kesehatan untuk kelompok penyakit observasi febris adalah Rp.549,768,- dan untuk dokter praktek rata-rata biaya pelayanan kesehatan yang timbul adalah Rp.373,143. Terdapat selisih rata-rata biaya di kedua sarana pelayanan kesehatan sebesar Rp.176,625,-. Uji T diperoleh hasil nilai P 0,01, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan pada kedua sarana pelayanan kesehatan dengan kelompok penyakit observasi febris. Berikut tabel yang menujukkan gambaran tersebut.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
63
Tabel 6.24. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Observasi Febris dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
N Rumah Sakit
Mean
Std. Deviation
20 549,768.3 237,645.5
Minimum
P Value
Maximum
282,259.0 1,171,111.0 0,01
Dokter Praktek
14 373,143.4 111,346.0
252,972.0 717,000.0
Total
34 477,040.4 212,568.5
252,972.0 1,171,111.0
6.2.2.6. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Hipertensi dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analaisa dan perhitungan data yang ada menunjukkan bahwa pada rumah sakit rata-rata biaya pelayanan kesehatan pada kelompok penyakit hipertensi adalah Rp.1,402,004,- sedangkan pada dokter praktek adalah Rp. 559,499,-.Teerdapat selisih rata-rata biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan tersebut adalah Rp.842,505,- Hasil uji T diperoleh angka 0,001, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan dengan kelompok penyakit hipertensi. Berikut tabel yang menunjukkan hasil tersebut. Tabel 6.25. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Hipertensi dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan N Rumah Sakit Klinik Dokter Total
Mean
Std. Deviation
11 1,402,004 582,230.8
P Value Minimum
Maximum
933,675.0 2,542,217.0 0,001
7 559,499.7 173,992.1 18 1,074,363 623,462.3
386,880.0 815,430.0 386,880.0 2,542,217.0
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
64
6.2.2.7. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dermatitis dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analisis dan perhitungan statistik menunjukkan bahwa pada rumah sakit rata-rata biaya pelayanan kesehatan pada kelompok penyakit dermatitis adalah Rp.564,220,- sedangkan pada dokter praktek Rp.426,215,-. Selisih rata-rata biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan adalah Rp.138,005,- Pada uji T diperoleh hasil nilai P 0,12, sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan di populasi antara kedua sarana pelayanan kesehatan dengan kelompok penyakit dermatitis. Berikut ini tabel yang menunjukkan hubungan tersebut. Tabel 6.26. Hubungan Antara Kelompok Penyakit Dermatitis dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
N
Mean
Std. Deviation
P Minimum Maximum Value
Rumah Sakit
8
564,220 181,952.9
355,950.0 887,150.0
Dokter Praktek
6
426,215 110,644.1
311,830.0 628,760.0
14 505,075.1 166,006.7
311,830.0 887,150.0
0,12 Total
6.2.3. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan biaya pelayanan Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analisis dan uji statistic terhadap biaya konsultasi di sarana pelayanan kesehatan yang dilanggan adalah sebagai berikut. Di Rumah sakit rata-rata biaya konsultasi adalah sebesar Rp.106.380,- Sedangkan di dokter praktek adalah Rp.25.000,-. Uji T menunjukkan P Value adalah 0,000. Jadi disimpulkan ada hubungan antara biaya konsultasi dengan biaya pelayanan kesehatan. Tabel berikut akan menunjukkan hubungan tersebut.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
65
Tabel 6.27. Hubungan Biaya Konsultasi dengan Biaya Pelayanan Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
N
Mean
Std. Deviation
P Minimum Maximum Value
Rumah Sakit
234
106.380 38.350
60.000
265.000
Dokter Praktek Total
126 360
25.000 77.897 49.653
25.000 25.000
25.000 265.000
0,000
6.2.4. Hubungan Antara Biaya Tindakan Medis dan Penunjang Medis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analisis data dan uji statistic menunjukkan bahwa, pada pelayanan kesehatan di rumah sakit terdapat 65 tindakan medis dan penunjang medis dari sampel 234. Dengan rata-rata biaya sebesar Rp. 216.832. Dan di dokter praktek rata-rata biaya tindakan dan penunjang medis adalah Rp.117.500,- Dari uji T diperoleh nilai P 0,48. Jadi disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara biaya tindakan dan penunjang medis dengan biaya pelayanan kesehatan rawat jalan. Berikut ini tabel yang memperlihatkan hubungan tersebut. Tabel 6.28. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan Biaya pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Std.
P
N
Mean
Deviation
Minimum Maximum Value
Rumah Sakit
65
216.832
199.828
25.000
1.107.000
Dokter Praktek
2
117.500
109.602
40.000
195.000
Total
67
213.887
197.973
25.000
1.107.000
0,48
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
66
6.2.5. Hubungan Antara Umur dengan Biaya pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analisis tentang hubungan umur tertanggung yang menggunakan fasilitas layanan kesehatan rawat jalan terhadap rata-rata biaya pada pelayanan kesehatan rawat jalan adalah sebagai berikut, pada umur 0-14 terdapat 125 orang yang menggunakan sarana kesehatan, sedangkan umur 15-49 terdapat 203 orang dan berusia diatas 50 tahun adalah 32 orang. Dengan menggunakan uji T diperlihatkan hasil bahwa P value 0,041306, sehingga menunjukkan ada hubungan antara biaya yang pada pelayanan kesehatan dengan kelompok umur. Tabel berikut ini akan memperlihatkan hubungan tersebut. Tabel 6.29. Hubungan Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Umur
N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
0--14 th
125
311,560.19 182,743.7
39,720.0
1,103,000.0
15--49th
203
3911,11.43 338,495.9
72,682.0
2,542,217.0
50+th
32
403,291.96 301,397.2
96,752.0
1,098,086.0
Total
360
364,572.18 292,164.9
39,720.0
2,542,217.0
P Value
0,041306
6.2.5.1. Hubungan Antara Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Sedangkan hubungan masing-masing kelompok umur terhadap rata-rata biaya pada sarana pelayanan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
67
Tabel 6.30. Hubungan Kelompok Umur 0-14 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan N Rumah Sakit Dokter Praktek Total
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
94
339,064.21 190,034.8
130,000.0 1,103,000.0
31
228,160.90 128,550.0
39,720.0
717,000.0
125
311,560.19 182,743.7
39,720.0
1,103,000.0
P Value 0.003
Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa pada rumah sakit terdapat pengguna layanan kesehatan sebanyak 94 orang, dengan biaya rata-rata sebesar Rp.339,064. Dan pada dokter praktek terdapat 31 orang pengguna layanan kesehatan, dengan biaya rata-rata sebesar Rp.228,160,-.Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp.110,904,- Dari hasil uji T diperoleh angka P value 0,003. Sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara biaya
kesehatan dengan kelompok umur 0-14 tahun di kedua sarana kesehatan yang digunakan. 6.2.5.2. Hubungan antara Kelompok Umur 15-49 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan
Pada Kelompok umur 15-49 tahun didapatkan hasil seperti pada tabel dibawah ini. Dimana pada rumah sakit terdapat 125 orang yang melakukan pelayanan kesehatan, sedangkan rata-rata biaya layanan kesehatan adalah Rp.461,364,-. Pada dokter praktek terdapat 78 orang melakukan layanan kesehatan, dengan biaya rata-rata Rp278,526,- Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp182,838,-.Hasil Uji T di peroleh hasil P Value 0,0001. Sehingga disimpulkan bahwa ada hubungab antara biaya pada sarana pelayanan kesehatan dengan kelompok umur 15-49 tahun.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
68
Tabel 6.31. Hubungan Antara Kelompok Umur 15-49 Tahun Terhadap Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan N Rumah Sakit Klinik Dokter Total
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
125
461,364.48 400,921.0
95,000.0
2,542,217.0
78
278,526.41 144,508.6
72,682.0
815,430.0
203
391,111.43 338,495.9
72,682.0
2,542,217.0
P Value 0,0001
6.2.5.3. Hubungan Antara Kelompok Umur ≥50 Tahun Dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hubungan antara kelompok umur ≥50 tahun dengan
biaya di sarana
pelayanan kesehatan rawat jalan adalah sebagai berikut. Pada umur ≥50 tahun, yang menggunakan sarana pelayanan kesehatan rawat jalan rumah sakit sebanyak 15 orang, dengan rata-rata biaya Rp. 582,736,- Sedangkan pada dokter praktek sebanyak 17 orang dengan rata-rata biaya Rp.244,958. Terdapat selisih biaya sebesar Rp.337,778,- Dengan uji T diperoleh P value sebesar 0,0006. Sehingga disimpulkan ada perbedaan signifikan pada biaya rata-rata di sarana kesehatan terhadap kelompok umur ≥50 tahun. Tabel 6.32. Hubungan Antara Kelompok Umur ≥50 Tahun dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan. N Rumah Sakit Klinik Dokter Total
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
15
582,736.73 351,122.9
160,000.0
1,098,086.0
17
244,958.35 106,312.7
96,752.0
560,800.0
32
403,291.96 301,397.2
96,752.0
1,098,086.0
P Value 0.0006
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
69
6.2.6. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil Analisis hubungan antara jenis kelamin terhadap biaya di sarana pelayanan kesehatan rawat jalan adalah sebagai berikut. Jumlah orang laki-laki yang melakukan pelayanan kesehatan sebanyak 158 orang dengan rata-rata biaya Rp.364,343,- Dan untuk kelompok perempuan sebanyak 202 orang dengan biaya rata-rata sebesar Rp.364,751. Terdapat selisih rata-rata biaya sebesar Rp.408,Dari uji T diperoleh angka 0,98, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan biaya rata-rata antara jenis kelamin di dalam populasi tersebut. Berikut tabel yang menggambarkan hubungan tersebut. Tabel 6.33. Hubungan Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Std. N Mean Deviation Minimum Maximum Laki-laki
158
364,343.18 322,083.1
46,982.0
2,442,475.0
Perempuan
202
364,751.30 267,265.0
39,720.0
2,542,217.0
Total
360
364,572.18 292,164.9
39,720.0
2,542,217.0
P Value 0,98
6.2.6.1. Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Analisa hubungan antara kelompok laki-laki dengan biaya rata-rata di sarana pelayanan kesehatan rawat jalan adalah sebagai berikut. Pada rumah sakit kelompok laki-laki yang menggunakan saarana pelayanan kesehatan rawat jalan sebanyak 99 orang dengan biaya rata-rata Rp.432,409. Untuk pelayanan di dokter praktek terdapat 59 orang yang menggunakan sarana kesehatan dengan rata-rata biaya Rp.250,130,- Terdapat selisih rata-rata biaya sebesar Rp.182,279,-Uji T menunjukkan hasil P Value 0,0004, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara biaya pelayanan kesehatan dengan kelompok laki-laki di sarana kesehatan yang disediakan. Berikut ini tabel yang menggambarkan hubungan tersebut.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
70
Tabel 6.34. Hubungan Antara Kelompok Laki-laki dengan Biaya Pelayanan kesehatan Rawat Jalan Std. P N Mean Deviation Minimum Maximum Value Rumah Sakit 99 432,409.32 376,060.2 95,000.0 2,442,475.0 0,0004 Dokter Praktek 59 250,130.52 143,791.9 46,982.0 769,168.0 Total
158
364,343.18 322,083.1
46,982.0
2,442,475.0
6.2.6.2.Hubungan Antara Kelompok Perempuan dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Analisa hubungan antara kelompok Jenis Kelamin perempuan dengan variasi pembiayaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 6.35. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin Perempuan dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Std. P N Mean Deviation Minimum Maximum Value Rumah Sakit 135 410,926.85 303,674.7 101,857.0 2,542,217.0 0,0004 Klinik Dokter 67 271,711.02 130,990.1 39,720.0 815,430.0 Total
202
364,751.30 267,265.0
39,720.0
2,542,217.0
Tabel di atas menunjukkan bahwa, rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit pada kelompok jenis kelamin perempuan adalah Rp. 410,926,. Sedangkan pada dokter praktek rata-rata biaya pelayanan kesehatannya adalah Rp. 271,711. Terdapat selisih rata-rata biaya sebesar Rp.139,215,-. Hasil uji T memperllihatkan bahwa P value sebesar 0,0004, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan rawat jalan dengan kelompok perempuan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
71
6.2.7. Hubungan Antara Pendidikan dengan Rata-rata Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analisis hubungan antara pendidikan terhadap variasi sistem pembiayaan pelayanan kesehatan rawat jalan dapat dijabarkan sebagai berikut. Pada kelompok yang berpendidikan ≤SMA rata-rata biaya kesehatannya adalah Rp.372,070. Sedangkan kelompok yang berpendidikan ≥D3, biaya rata-rata kesehatannya adalah Rp.348,800. Terdapat selisih rata-rata biaya sebesar Rp23,270,-. Berikut ini tabel yang menunjukkan hubungan antara pendidikan dengan biaya pada sarana pelayanan kesehatan rawat jalan Tabel 6.36. Hubungan Antara Pendidikan dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat jalan Std. N Mean Deviation Minimum Maximum ≤SMA
244
372,070.35 319,940.9
39,720.0
P Value
2,542,217.0 0,48
≥D3
116
348,800.18 223,174.2
72,682.0
1,049,152.0
Total
360
364,572.18 292,164.9
39,720.0
2,542,217.0
Hasil uji T didapatka hasil P Value 0,48, sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan rata-rata biaya pada sarana pelayanan kesehatan rawat jalan 6.2.7.1. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan ≤SMA Dengan Rata-rata Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analisis terhadap hubungan kelompok yang berpendidikan ≤SMA memperlihatkan hasil sebagai berikut. Untuk kelompok yang menggunakan rumah sakit, biaya rata-rata yang ditimbulkan adalah Rp. 453,366,-. Sedangkan kelompok yang menggunakan layanan dokter praktek, biaya rata-rata yang ditimbulkan adalah sebesar Rp.256,968,-.Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp.196,398,- Berikut ini tabel yang menggambarkan hubungan tersebut.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
72
Tabel 6.37. Hubungan Antara Kelompok Pendidikan ≤SMA dengan Biaya Pada Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Std. P N Mean Deviation Minimum Maximum Value RS Klinik Dokter
143
453,366.09 385,050.1
101,857.0
2,542,217.0
101
256,968.45 123,991.9
39,720.0
717,000.0
Total
244
372,070.35 319,940.9
39,720.0
2,542,217.0
0,0000
Hasil uji T menunjukkan bahwa nilai P adalah 0,0000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara rata-rata Biaya pada kedua layanan kesehatan menurut kelompok berpendidikan ≤SMA. 6.2.7.2. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan ≥D3 Dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Dari tabel berikut terlihat bahwa pada rumah sakit rata-rata biaya pelayanan kesehatan adalah Rp.367,607,-sedangkan pada dokter praktek rata-rata biaya pengobatan sebesar Rp. 280,341,-. Terdapat selisih biaya rata-rata sebesar Rp.87,266,- Hasil uji T diperoleh Nilai P 0,08, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara rumah sakit dan dokter praktek dengan kelompok tingkat pendidikan ≥D3. Tabel 6.38. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan ≥D3 dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan N Rumah Sakit Dokter Praktek Total
91
Mean
Std. Deviation
367,607.64 230,470.1
Minimum 95,000.0
Maximum
P Value
1,049,152.0 0,08
25
280,341.04 182,338.3
72,682.0
815,430.0
116
348,800.18 223,174.2
72,682.0
1,049,152.0
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
73
6.2.6. Hubungan Antara Kelompok Umur Dengan Diagnosis Dari hasil analisis variabel yang berpengaruh terhadap biaya pelayanan kesehatan, maka kelompok umur dan diagnosis menjadi variabel yang memberikan pengaruh.. Hasil uji T antara umur dan diagnosis didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara kelompok umur
dengan diagnosis penyakitnya.
Berikut tabel yang menunjukkan uji statistik kedua variabel tersebut Tabel 6.39. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Diagnosis Umur Diagnosis
Total 0--14 th
ISPA Diare
15-49th
P Value
50+th
N
44.0
56.0
13.0
113
N
11.0
15.0
N
30.0
33.0
6.0
69
N
5.0
21.0
3.0
29
N
9.0
24.0
1.0
34 0,002
N
-
13.0
5.0
18
N
7.0
7.0
N
10.0
14.0
N
8.0
8.0
N
1.0
12.0
1.0
14
125.0
203.0
32.0
360
-
26
Common Cold Dispepsis Obs Febris/Typhoid Hipertensi ANC/KB/Immunisasi -
14
Caries 3.0
27
Myalgia/Fatig -
16
Dermatitis Total
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
74
BAB 7 PEMBAHASAN
Pembahasan hasil penelitian ini akan menguraikan masing-masing variabel, baik variabel bebas yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, diagnosis penyakit dan rata-rata biaya obat, serta variabel terikat yaitu variasi pembiayaan pada sarana pelayanan kesehatan rumah sakit dan dokter praktek. 7.1. Karakteristik Pengguna Fasilitas Rawat Jalan Dari hasil analisis data sampel yang diperoleh, jumlah populasi perempuan pengguna fasilitas layanan kesehatan rawat jalan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, dimana populasi perempuan mencapai 56% dan laki-laki 44%. Hal ini dikarenakan perempuan lebih banyak mempunyai waktu luang, sehingga kesempatan untuk melakukan kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan akan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yang sibuk bekerja, sehingga kesempatan ke tempat pelayanan kesehatan akan lebih terbatas. Pada kelompok umur dari data sampel terlihat bahwa populasi tertinggi pengguna layanan kesehatan adalah pada usia 15-49 tahun yaitu sebanyak 56%, diikuti dengan kelompok umur 0-14 tahun sebanyak 35%, sedangkan pada kelompok umur ≥50 tahun berjumlah 9%. Hal ini dikarenakan banyaknya karyawan yang masih berusia produktif dan pada usia pensiun tidak lagi menjadi tanggungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, sehingga jumlah karyawan yang berusia ≥50 tahun akan sedikit. Hasil analisis pada kelompok pendidikan, pengguna sarana kesehatan terbanyak adalah dari kelompok pendidikan ≤SMA, dimana populasi tingkat pendidikan ini merupakan sebagian besar dari seluruh karyawan yang bekerja. Kelompok pendidikan menengah kebawah ini mencapai 67%, sedangkan untuk kelompok pendidikan diploma tiga ke atas mencapai 32%. Pada variabel berikutnya yaitu diagnosis penyakit, angka tertinggi dijumpai pada kelompok penyakit ISPA yangmencapai 31,4%, diikuti kelompok common cold sebanyak 19,2%, observasi febris sebanyak 9,4%. Hal ini
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
75
dikarenakan ISPA, Common Cold masih merupakan penyakit terbanyak pada kelompok penyakit rawat jalan di Indonesia. Kemudian diikuti dengan dyspepsia 8,1%, carries dentis 7,5%, hipertensi 5%, myalgia 4,4%, ANC/KB/Imunisasi 3,9% dan dermatitis 3,9%. Pada variabel rata-rata biaya obat yang diresepkan oleh dokter jumlah biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk menebus obat adalah Rp.237,963,-. 7.2. Hubungan Antara Rata-rata Biaya Obat dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Analisis melalui uji statistik menunjukkan hasil, bahwa pada rumah sakit dan dokter praktek tidak terdapat perbedaan pada rata-rata biaya obat yang ditimbulkan. Sehingga baik di rumah sakit maupun di dokter praktek selisih ratarata biaya obat tidak terlampau besar, dimana pada rumah sakit rata-rata biaya obat adalah Rp.257,677,- dan pada dokter praktek sebesar Rp.233,882. Dari semua variabel yang telah diuji statistik secara univariat dan bivariat menunjukkan
hasil
bahwa,
hanya
variabel
umur
dan
diagnosis
yang
mempengaruhi biaya kesehatan, untuk memastikan bahwa variabel tersebut benarbenar berpengaruh, maka dilakukan uji statistik antara dua variabel tersebut. Dimana hasil yang diperoleh adalah pada variabel umur, ternyata dipengaruhi oleh jenis penyakit yang diderita, sehingga diagnosislah yang merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya biaya pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, maupun di dokter praktek. Dari kedua sarana pelayanan kesehatan yang diteliti menunjukkan bahwa besarnya biaya kesehatan dipengaruhi oleh sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan. Ada perbedaan biaya pada kedua sarana pelayanan kesehatan baik dihubungkan oleh variabel umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, diagnosis maupun biaya obat. 7.3. Hubungan Antara Diagnosis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Pada hasil analisis terhadap diagnosis penyakit, maka rata-rata biaya yang ditimbulkan untuk masing-masing diagnosis terdapat perbedaan, dimana biaya tertinggi terdapat pada diagnosis hipertensi, diikuti ANC (Ante Natal Care)/ Keluarga Barencana/Imunisasi, Dermatitis, dyspepsia dan observasi febris. Pada
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
76
hipertensi rata-rata pengobatan dilakukan untuk jangka waktu satu bulan, sehingga mempengaruhi terhadap biaya yang ditimbulkan. Pada ANC pemeriksaan yang rutin dilakukan adalah pemeriksaan ultrasonografi, dan obatobatan yang diberikanpun untuk jangka waktu satu bulan. Sedangkan untuk imunisasi, dari data diperoleh bahwa imunisasi yang dilakukan tidak hanya imunisasi dasar, tetapi juga imunisasi tambahan, yang biayanya termasuk relatif besar. 7.3.1. Hubungan Antara Diagnosis dengan Biaya di Kesehatan Rawat Jalan
Sarana pelayanan
Hasil analisis dan uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa, ada perbedaan biaya yang ditimbulkan pada kedua sarana pelayanan kesehatan yang digunakan. Pada rumah sakit biaya tertinggi terdapat pada jenis penyakit hipertensi dengan rata-rata biaya Rp. 1,402,004,- sedangkan pada dokter praktek untuk jenis penyakit hipertensi rata-rata biaya yang ditimbulkan adalah sebesar Rp.559,499,- Hal ini dimungkinkan karena pada rumah sakit, selain pemberian obat dalam jangka waktu lama, pemeriksaan penunjang sering dilakukan untuk mengetahui faktor resiko yang mungkin terjadi pada penderita hipertensi. Disamping itu perbedaan jasa medis dan administrasi juga menjadi faktor pembeda besarnya biaya yang ditimbulkan. 7.4. Hubungan Antara Biaya Konsultasi dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analisis dan uji statistik yang telah dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara biaya konsultasi dengan biaya di sarana pelayanan kesehatan yang digunakan . Pada sarana pelayanan di rumah sakit variasi biaya konsultasi disebabkan perbedaan besar biaya yang terjadi di poli umum, poli unit gawat darurat dan poli spesialis. Sedangkan biaya konsultasi di dokter praktek, hanya dilakukan oleh dokter umum dengan satu jenis biaya konsultasi. 7.5. Hubungan Antara Biaya Tindakan dan Penunjang Medis dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil analisis dan uji statistik memperlihatkan bahwa, tidak ada hubungan antara biaya tindakan medis dan penunjang medis dengan biaya pelayanan
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
77
kesehatan rawat jalan. Di sarana pelaynan kesehatan rumah sakit, lebih sering dilakukan pemeriksaan penunjang maupun tindakan medis dibandingkan di dokter praktek. Disamping hal tersebut, di dokter praktek tidak ada pemeriksaan penunjang radiologi maupun laboratorium. 7.6. Hubungan Antara Umur dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Dari analisis data sampel yang ada, kelompok umur 0-14 rata-rata biaya pelayanan kesehatannya sebesar Rp.311,560 sedangkan kelompok umur 15-49 rata-rata menggunakan biaya pelayanan kesehatan sebesar Rp.391,111,- dan pada kelompok umur ≥50tahun sebesar Rp.403,293,-. Terdapat perbedaan yang signifikan jumlah rata-rata biaya pada masing-masing kelompok umur, namun kelompok umur tua memiliki rata-rata biaya pengobatan lebih tinggi dibandingkan kelompok yang lain. Hal ini karena kelompok tua banyak menderita penyakit hipertensi, sehingga memerlukan obat lebih banyak dengan waktu pengobatan yang lebih lama dibandingkan kelompok umur yang lain, yang banyak menderita penyakit akut. 7.6.1. Hubungan Antara Kelompok Umur dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Hasil yang didapatkan dari analisis data yang ada menunjukkan bahwa rata-rata biaya di rumah sakit lebih tinggi dibandingkan rata-rata biaya pada dokter praktek. Hal ini terlihat adanya selisih dari jasa konsul, administrasi dan pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan di rumah sakit. 7.7. Hubungan Antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Analisis data yang ada menunjukkan bahwa pada jenis kelamin laki-laki, rata-rata biaya pelayanan kesehatan sebesar Rp.364,343,- sedangkan pada jenis kelamin perempuan sebesar Rp.364,751. Disini tidak ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata biaya pelayanan kesehatan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
78
7.7.1. Hubungan antara Kelompok Jenis Kelamin dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit dan dokter praktek. Baik dari jenis kelamin laki-laki maupun perempuan terdapat beda biaya pada kedua jenis sarana pelayanan kesehatan yang digunakan. Hal ini dikarenakan terdapatnya perbedaan biaya yang tinggi pada jasa konsultasi, administrasi dan tindakan/penunjang medis yang dilakukan. 7.8. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Biaya Kesehatan Hasil analisa data dan uji statistik menyimpulkan tidak ada perbedaan pada kelompok tingkat pendidikan dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan kesehatan rawat jalan. Rata-rata biaya yang ditimbulkan pada masingmasing kelompok, hanya sedikit perbedaannya. 7.8.1. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan Biaya di Sarana Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Pada masing-masing kelompok tingkat pendidikan dijumpai adanya perbedaan rata-rata biaya yang ditimbulkan berdasarkan sarana pelayanan kesehatan yang dipergunakan. Pada rumah sakit biaya yang ditimbulkan lebih besar dibandingkan dengan dokter praktek, hal inipun dipengaruhi oleh perbedaan dalam biaya jasa medis, administrasi dan tindakan.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
79
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan Hasil penelitian ini dilakukan untuk melihat biaya pelayanan kesehatan rawat jalan yang diberikan oleh pemberi layanan kesehatan rumah sakit dan dokter praktek yang dilanggan oleh PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya, Berdasarkan hasil penelitian, uji statistik dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, ada perbedaan yang siginifikan rata-rata biaya pelayanan kesehatan di rumah sakit dan dokter praktek, hal ini diakibatkan adanya selisih biaya dalam hal biaya konsultasi, biaya tindakan dan biaya administrasi. Sedangkan untuk masing-masing variabel dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Untuk rata-rata biaya obat yang diresepkan pada masing-masing tempat layanan kesehatan, tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. 2. Untuk jenis penyakit ISPA menempati urutan tertinggi frekuensi dengan 31,4%, dan terendah adalah dermatitis dan ANC/KB/ Imunisasi sebesar 3,9%. Rata-rata biaya pelayanan kesehatan pada masing-masing diagnosis terdapat perbedaan yang signifikan karena setiap diagnosis penyakit mempunyai karakteristik yang berbeda. 3. Pada biaya konsultasi menujukkan adanya hubungan dengan biaya di sarana pelayanan kesehatan, dimana pada rumah sakit biaya konsultasinya bervariasi antara dokter umum dengan dokter spesialis. 4. Untuk biaya tindakan dan penunjang medis, terlihat tidak adanya hubungan dengan sarana pelayanan yang digunakan. Pada dokter praktek tidak dijumpai pemeriksaan penunjang medis seperti radiologi dan labotarorium.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
80
5. Pada kelompok umur, ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata biaya pelayanan kesehatan, rata-rata biaya tertinggi terdapat pada kelompok umur >50th, hal ini berhubungan dengan jenis penyakit yang diderita. Dimana pada kelompok umur tersebut, lebih banyak menderita penyakit degeneratif (hipertensi), sehingga untuk biaya pengobatan akan relatif lebih mahal dan lama pengobatan yang lebih panjang. 6.
Sedangkan menurut jenis kelamin, kelompok perempuan lebih tinggi jumlah kunjungannya yaitu 56%, laki-laki 44%. Dengan biaya pelayanan kesehatan yang tidak berbeda secara signifikan.
7. Pada tingkat pendidikan kelompok pendidikan ≤SMA menduduki proporsi lebih tinggi yaitu 68%, dan untuk kelompok pendidikan ≥D3 mencapai 32%. Dengan rata-rata biaya kesehatan tidak ada perbedaan pada kedua kelompok tingkat pendidikan. 8.2. Saran Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah : 1. Membuat kebijakan tentang adanya sistem pengobatan berjenjang dengan dokter umum yang bertugas di klinik PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam sebagai gatekeeper terhadap pelayanan tingkat selanjutnya. Untuk meminimalisir pengobatan tingkat pertama yang dilakukan di dokter spesialis rumah sakit. 2. Melihat bahwa kelompok umur tua rata-rata biaya pelayanan kesehatan lebih tinggi dibandingkan kelompok umur yang lain, yang disebabkan adanya penyakit degeneratif yang banyak menyerang kelompok umur tua, maka sebaiknya dilakukan usaha preventif berupa medical check up tahunan untuk mendeteksi dini penyakit-penyakit degeneratif, dan perlunya dilakukan usaha promotif sehingga ada pengetahuan menjaga kesehatan dan pola hidup yang sehat. 3. Dengan belum adanya peraturan yang baku yang mengatur pelayanan kesehatan di lingkungan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, sehingga perlu dibuat peraturan untuk memberikan batasan dan arahan karyawan
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
81
dalam menggunakan fasilitas sarana pelayanan kesehatan yang disediakan perusahaan. 4. Disamping membuat aturan baku, perlu dilakukan pengontrolan kepada penyedia layanan kesehatan, tentang layanan yang telah diberikan sesuai dengan perjanjian kerja sama yamg telah disepakati.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
82
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, edisi ketiga, Jakarta, Binarupa Aksara, 1994 Hasbullah Thabrany (editor), Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan di Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005. Ascobat Gani, Pembiayaan Kesehatan di Indonesia, dibacakan pada seminar Sistem Pembayaran Kapitasi, Jakarta, 1996. Sulastomo, Asuransi Kesehatan dan Managed Care, Jakarta, 2000 Paul J Feldstein, Health Economics, 5th Edition, Albany Dalmar, New York, 1999. Larry E Breitenbach et al, Group Life and Health Insurance, Part C, Helath Insurance Association of America, Washington DC. Data Tagihan Provider Layanan Kesehatan PT. Pelayanan Listrik Nasional 2009. Sjafii Ahmad, Pembangunan Kesehatan Mas Depan, Masalah dan Tantangan, Majalah Kesehatan Masyarakat Volume 34 nomer 1, Jakarta, 2009. Profil PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, Batam, 2010. Rekapitulasi Biaya Kesehatan PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2009. World Health Insurance, Social Health Insurance, Selected Case Studies from Asia and The Pacific, New Delhi, 2005. Laporan Tahunan Kinerja PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam 2009. PT. Pelayanan Listrik Nasional Batam, Enam Tahun Mengabdi, Batam, 2007. Hasbullah Thabrany, Introduksi Asuransi Kesehatan, Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta, 1999. Ascobat Gani, perkembangan Biaya dan Beberapa Teknik Pengendalian
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
83
Biaya Pelayanan Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 1996 Pantja Lihestiningsih, Analisis Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di PPK I dari Peserta JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) PT Jamsostek Kabupaten Bekasi Tahun 2000, Tesis Studi ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 2001. Hasbullah Thabrany, pedoman Manajemen Utilisasi pelayanan Kesehatan, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 2000. Ann Clewer & David Perkein, Economic for Health Care Management, Prentice Hall, Europe, 1998 Iing Ichsan Hanafi, Karakteristik yang Berhubungan dengan pengguna Fasilitas Rawat Jalan Peserta JPKM/Dana Sehat Takaful di Rumah Sakit Islam Jakarta, Tesis Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 1997. Ascobat Gani, pembiayaan Pelayanan Kesehatan, Masa Lalu, Kini dan Akan Datang, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 1996. Folland, Sherman & Goodman, C Allen & StanMiron, The Economics of Health and Healthcare, Prentice Hall, Upper Sadle River, New Jersey, 1997. Luknis Sabri, Sutanto Priyo Hastono, Statistik Kesehatan, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006 Soekijo Notoadmaojo, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2010. Yaslis Ilyas, Asuransi Kesehatan Review Utilisasi, Manajemen Klaim dan Fraud, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 2003. Hasbullah Tabrany, Managed Care: Mengintegrasikan Penyelenggaraan
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.
84
dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan, Bagian B, Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 2001.
Universitas Indonesia Analisis faktor..., Atiek Adrijani Notokusumo, FKM UI, 2010.