UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07 KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS
FITRI ANGGRAENI HARAHAP, S.KEP 0806333915
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2013
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07 KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK
KARYA ILMIAH AKHIR-NERS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
FITRI ANGGRAENI HARAHAP, S.KEP 0806333915
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2013 ii
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul ”Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Keluarga Bapak S dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi pada Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Depok.” Penulisan karya ilmiah akhir ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada: 1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Ibu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas Akhir. 3. Ibu Ns Tri Widyastuti H., S.Kep selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. 4. Ibu Lestari Sukmarini S.Kp, M.N selaku pembimbing akademik penulis. 5. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini. 6. dr. Hendrik Alamsyah selaku kepala Puskesmas Cimanggis yang telah bekerja sama dengan kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan. 7. Bapak Syamsul Rizal Harahap dan Ibu Ripwani Pulungan selaku orang tua, Kakak saya Eva Desi Silviani H. dan Rina Rahmwati H. yang penulis sayangi dan selalu mendoakan dengan segenap cinta, mendukung keberhasilan laporan penulisan baik secara moril maupun materil. v
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
8. Gyon Putra Amiga, seseorang yang spesial dan selalu mendukung, serta membantu penulis dalam menghadapi setiap masalah. 9. Teman-teman FIK angkatan 2008, terutama sahabat-sahabat saya Isti, Nova, Nadya, Efrita, Yosephin, Putri Dwi, Rina Mardiana, dan teman-teman FIK PKKMP peminatan Komunitas, terutam kelompok gizi balita RW 07 Lita, Shella, Sheila, Danisya, dan Mba Wiji, kalian memang hebat. 10. Keluarga Bapak S, khususnya Ibu L dan An S yang telah menerima mahasiswa dengan baik selama melakukan asuhan keperawatan keluarga dalam Praktik Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan. 11. Masyarakat di RW 07 dan segenap kader yang telah membantu kami dalam pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan komunitas, serta bersedia menyediakan waktu dan tempat untuk kami. 12. Petugas fotokopian FIK UI, khususnya Mas Amin dan Bang Tohir yang telah membantu saya dalam penulisan ini. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan kalian semua selama penulisan KIA-N ini. semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan penulisan di masa yang akan datang.
Depok, Juli 2013
Fitri Anggraeni H., S.Kep
vi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
HALAMAI{ PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKIIIR T.[\TUK KEPENTINGAIT AKADEMIS Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama
Fitri Anggraeni H., S.Kep
NPM
0806333915
Program Studi
Ners
Fakultas
Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
Karya llmiah AkhirNers
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilrniah saya yang berjudul:
Asuhan Keperowatan Kelunrga Bapak S dengan Masalah
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak
Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok beserta perangkat yang ada
nonekslusif
ini
(iika diperlukan). Dengan hak bebas royalti
Universitas lndonesia bebas menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan ffrma saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Pada
: Depok
tanggal
: 5 Juli 2013
Yang Menyatakan
,fi* Fitri Anggraeni Harahap, S.Kep
vii
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Fitri Anggraeni Harahap, S.Kep : Ners : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak S dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak pada Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok.
Kemiskinan merupakan akar masalah dari munculnya masalah gizi kurang pada masyarakat perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak balita. Implementasi yang telah dilakukan terdiri dari implementasi yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi ynag menjadi unggulan ialah penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan pada balita kelolaan. Ibu L melaporkan bahwa telah menyediakan makanan sesuai dengan triguna makanan. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak. Kata kunci: Balita, Gizi Kurang, Triguna Makanan
viii
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
ABSTRACT Name Study Program Title
: Fitri Anggraeni Harahap, S.Kep : Ners : Nursing Care Process of Mr. S’s Family with Health Problem Nutrition Imbalance: Less than Body Requirment on Toddler at RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok
Proverty is the underlying cause of the emergence of nutritional problems, especially malnutrition in urban communities. This final assignment describes the nursing care process of Mr. S’s family with nutrition imbalance problem on toodler children. Implementation to the family is consisting of the cognitive, affective, and psychomotor that uses the five family health tasks. Nursing interventions that become the main intervention is scheduling of nutritionally balanced menus based on triguna makanan for toddler. The evaluation results of nursing care plan effective to make toddler gain weight. Mrs. L, client S’s mother, reported that she had provided food according to triguna makanan. Mr. S’s family reported that the family has made efforts to provide the food with balanced nutrition to their children. Keywords: Toddlers, Malnutrition, Nutritional Balance (Triguna makanan)
ix
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN SAMPUL ................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... ABSTRAK ...................................................................................................... ABSTRACT ..................................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
i ii iii iv v vii viii xi xii xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 1.4.1 Pendidikan Keperawatan .............................................. 1.4.2 Pelayanan Keperawatan ............................................... 1.4.3 Penelitian Selanjutnya ..................................................
1 7 7 7 8 9 9 9 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perkotaan /Urban Nursing .............................................. 2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ......................................................................... 2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Gizi Kurang yang Terjadi di Perkotaan…………………………………… ................. 2.2 Keluarga dengan Balita ............................................................ 2.2.1 Keluarga dengan Balita ................................................ 2.2.2 Balita sbagai Agregat at Risk ....................................... 2.2.3 Peran Perawat Keluarga ............................................... 2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita Gizi Kurang .... 2.3.1 Pengkajian Keluarga .................................................... 2.3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................ 2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan .......................... 2.3.4 Implementasi Keperawatan .......................................... 2.3.5 Evaluasi Keperawatan ..................................................
11 11 12 13 13 15 21 23 23 25 26 26 28
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga........................................... 31 3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................ 34 3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ....................................... 35 x
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
3.4 3.5
Implementasi Keperawatan ...................................................... 36 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 37
BAB 4 ANALISIS SITUASI 4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................. 42 4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan Konsep kasus terkait ................................................................. 44 4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Makanan Seimbang berdasarkan Triguna Makanan sebagai Intervesi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian terkait ................................................... 46 4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ........................... 50 BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan ................................................................................... 5.2 Saran .......................................................................................... 5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas ..................................... 5.2.2 Keluarga......................................................................... 5.2.3 Masyarakat/Kader .......................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
52 53 53 53 54
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel NCHS (Kemenkes, 2011)
xii
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pengkajian Keluarga Lampiran 2 Skoring Masalah Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga Lampiran 4 Catatan Perkembangan Lampiran 5 Evaluasi Sumatif Lampiran 6 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
xiii
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor, antara lain tingginya jumlah penduduk yang kurang memiliki akses kesehatan karena kemisikinan, pengangguran yang dapat menimbulkan masalah ekonomi dan sosial, serta perubahan lingkungan akibat dari adanya arus urbanisasi (Allender & Spradley, 2010).
Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi, yaitu kemiskinan. Konferensi Dunia Untuk Pembangunan Sosial di Kopenhagen 1995 (Kementerian Koordinator Bidang Kesra, 2002) menyatakan kemiskinan dalam arti luas di negara-negara berkembang memiliki wujud yang multidimensi yang meliputi sangat rendahnya tingkat pendapatan dan sumber daya produktif yang menjamin kehidupan berkesinambungan sehingga menyebabkan kelaparan dan kekurangan gizi, keterbatasan dan kurangnya akses kepada pendidikan dan layanan-layanan pokok lainnya kondisi tak wajar dan kematian akibat penyakit yang terus meningkat, kehidupan bergelandang dan tempat tinggal yang jauh dari memadai, lingkungan yang tidak aman, serta diskriminasi dan keterasingan sosial.
Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Data dan hasil penelitian membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration, 2000).
1
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
2
Kemiskinan merupakan masalah yang muncul dan sering terjadi di masyarakat perkotaan. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Peningkatan ekonomi masyarakat dapat menurunkan masalah gizi dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, mengurangi biaya kematian dan kesakitan, kedua melalui peningkatan produktifitas. Pernyataan tersebut sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2006) yaitu
kemiskinan
permasalahan kemiskinan
gizi. melalui
memiliki Kurang
hubungan gizi
rendahnya
timbal
berpotensi
pendidikan
balik
sebagai dan
dengan penyebab
produktivitas.
Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi.
Kesepakatan global berupa Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa pada tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Tujuan keempat dari MDGs adalah menurunkan angka kematian balita dengan mengurangi dua pertiga dari angkat tingkat kematian anak di bawah usia lima tahun. Indonesia menggunakan indikator melalui persentase anak berusia di bawah 5 tahun (balita) yang mengalami gizi buruk (severe underweight) dan persentase anak-anak berusia 5 tahun (balita) yang mengalami gizi kurang (moderate underweight).
Masalah gizi tidak hanya terdapat di daerah terpencil, tetapi juga menjadi salah satu masalah di masyarakat perkotaan. Masalah gizi semakin lama semakin disadari sebagai salah satu faktor penghambat proses pembangunan nasional (Neldawati, 2006). Masalah gizi yang timbul dapat memberikan berbagai dampak antara lain meningkatnya angka kematian bayi dan anak. Tingginya angka kematian anak merupakan ciri yang umum dijumpai di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
3
Menurut Depkes (2008) dalam Profil Kesehatan Indonesia 2008, secara nasional prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Masalah kurus di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Secara umum prevalensi nasional gizi buruk pada balita di Indonesia adalah 5,4%, dan gizi kurang adalah 13,0% atau 18,4% untuk gizi buruk dan kurang. Pencapaian tersebut bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDGs untuk Indonesia 2015 sebesar 18,5% maka secara target nasional, target tersebut sudah melampaui. Target nasional terlihat tercapai, namun pencapaian tersebut belum merata di 33 provinsi (Depkes RI, 2011).
Masalah gizi buruk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2004 mencapai 28,4% termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk (Depkes, 2004). Prevalensi gizi kurang dan buruk pada tahun 2007 di Jawa Barat sebesar 15% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 13% (Depkes RI, 2011). Data tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang di bawah prevalensi nasional dan cenderung mengalami penurunan. Dinas kesehatan Kota Depok (2010) mencatat 959 orang balita penderita gizi buruk pada tahun 2007, yang berasal dari enam kecamatan. Kecamatan Pancoran Mas merupakan kecamatan dengan penderita gizi buruk terbanyak yaitu 321 balita, diikuti Cimanggis 228 balita, Sawangan 124 balita, Limo 104 balita, dan Beji 60 balita.
Kecamatan Cimanggis memiliki jumlah balita gizi buruk yang cukup tinggi. Cisalak Pasar merupakan salah satu wilayah dari kecamatan Cimanggis dengan jumlah balita yang banyak. Wilayah Kelurahan Cisalak Pasar memiliki jumlah balita yang cukup banyak, jumlah balita yang ada di RW 07 adalah sebanyak 170 orang. Balita yang memiliki masalah gizi termasuk gizi kurang dan gizi buruk di wilayah ini, khususnya untuk RW 07 adalah sebanyak 12,1%.
Masalah gizi pada hakekatnya merupakan masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
4
pelayanan kesehatan saja (Indriyani, 2007). Masalah gizi timbul akibat berbagai faktor yang saling berkaitan. Masalah gizi buruk dan gizi kurang dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi dan secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi, budaya, dan politik.
Pelaksanaan pelayanan keperawatan komunitas di Indonesia selama ini menjadi tanggung jawab Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), sedangkan fokus pengembangan keperawatan masih berpusat pada rumah sakit sehingga sumber perawat di Puskesmas masih sangat minim (Huriah, 2006). Penanggulangan masalah gizi kurang pada balita memerlukan adanya program peningkatan kesehatan masyarakat, pendidikan (penyuluhan) kesehatan, dan perbaikan pada konsumsi. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan praktik keperawatan komunitas yang ditujukan kepada individu, keluarga, juga kelompok berisiko tinggi dengan cara melakukan pendekatan terhadap keluarga sebagai entry point kegiatan keperawatan komunitas.
Keluarga merupakan salah satu faktor penentu status gizi balita. Keluarga memiliki peranan yang penting bagi peningkatan dan pengawasan status gizi balita. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat menungkatkan status gizi balita di rumah. Kontribusi
asuhan
keperawatan
keluarga
akan
mendukung
terciptanya
kemandirian keluarga dalam meningkatkan status gizi balita (Hidayati, 2011).
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosis, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001).
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
5
Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan balita secara tepat.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah gizi pada balita. Praktik penulis diawali dengan melakukan screening saat kegiatan posyandu yang dilakukan di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar. Penulis mulai menilai status gizi dari setiap balita dan menentukan keluarga yang akan menjadi kelolaan yaitu keluarga dengan balita yang memiliki masalah gizi.
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Bapak S selama tujuh minggu bertempat di RT 2 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Keluarga Bapak S (31 tahun) dan Ibu L (30 tahun) memilki dua orang anak yaitu An H (5 tahun) dan An S (17 bulan). Keluarga Bapak S merupakan keluarga nuclear family dan memiliki masalah kesehatan gizi kurang pada balita.
An S merupakan entry point dalam asuhan keperawatan memiliki berat badan 7,2 kg, dan tinggi badan 76 cm. Status gizi An S berdasarkan tabel WHO-NCHS termasuk dalam kategori gizi buruk. Dilihat dari kartu menuju sehat, status gizi An S berada pada bawah garis merah (BGM) dimana termasuk dalam kategori gizi buruk. An S memiliki ciri-ciri fisik berbadan kurus, rambut tipis agak kemerahan, terlihat sering menangis dan rewel. An S memiliki kesulitan untuk makan dan sejak kecil berat badannya susah untuk naik.
Masalah gizi pada keluarga Bapak S dilakukan melalui tahap asuhan keperawatan dalam pendekatan keluarga menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yang berfokus pada pengkajian, penetapan diagnosis, perencanaan intervensi, implementasi, dan evaluasi. Konsep pengkajian yang diimplementasikan dilakukan melalui proses wawancara dan observasi perilaku orang tua untuk mendapatkan data yang berfokus pada masalah keluarga. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
6
Perencanaan intervensi dan implementasi dilakukan untuk melakukan strategi dalam mengatasi masalah gizi kurang yang terjadi pada keluarga. Evaluasi dilakukan setelah semua tindakan asuhan keperawatan telah terlaksana. Penulis memberikan asuhan keperawatan berpusat kepada lima fungsi tugas keluarga menurut Maglaya (2009). Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat meningkatkan status gizi anak balita di rumah.
Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Bapak S melalui pendidikan kesehatan dan pemberian informasi berpedoman pada tugas kesehatan keluarga terkait masalah kurang gizi pada balita dengan menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian gizi seimbang, triguna makanan dan manfaatnya, penyebab, tanda-tanda masalah gizi, serta akibat gizi kurang. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah gizi, upaya yang dilakukan untuk mencegah masalah gizi, informasi mengenai triguna makanan dan demonstrasi pengelompokkan makanan sesuai triguna makanan, cara memilih dan mengolah makanan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan jadwal makan, serta cemilan sehat untuk balita.
Penulis memiliki intervensi unggulan dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga dari beberapa implementasi yang telah dilakukan. Intervensi unggulan yang dipilih adalah penyusunan menu gizi seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan. Implementasi mengenai penyusunan makanan berdasarkan triguna makanan dipilih karena setelah dilakukan evaluasi terjadi peningkatan pengetahuan dan berat badan anak. Keluarga Bapak S, khusunya Ibu L terlihat mulai menyediakan makanan dengan menu gizi seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur berdasarkan triguna makanan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
7
Menurut Basuki (2008) penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi sehingga balita menjadi kurang diperhatikan dan akhirnya berat badannya pun di bawah standar. Hasil penelitian Widyatuti (2001) menyatakan bahwa asuhan keperawatan keluarga dapat meningkatkan status gizi balita di rumah. Asupan makanan yang tidak seimbang dapat mempengaruhi status gizi balita. Hasil penelitian Plan International Indonesia dan Departemen gizi Masyarakat IPB (2008) di Kabupaten Timor Tengah Selatan menunjukkan prevalensi gizi kurang 30% dan penyebabnya karena kurangnya kualitas dan kuantitas makanan. Menurut Satoto (2009) dalam Harsiki (2003) dikemukakan bahwa faktor yang cukup dominan dalam menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang ialah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarga, terutama anak-anak.
1.2 Perumusan Masalah Anak usia balita berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan asupan nutrisi yang cukup. Makanan yang bergizi kurang dikonsumsi anak karena pada usia 1-5 tahun sering timbul masalah terutama dalam pemberian makan karena terjadinya kesulitan makan pada anak. Gizi buruk pada balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Keadaan ini dapat berakibat pada terganggunya atau pun terjadinya keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan anak.
Permasalahan gizi balita merupakan permasalahan yang menjadi prioritas karena hasil penelitian menyatakan bahwa angka gizi kurang dan gizi buruk dalam sepuluh tahun terakhir cenderung stagnan bahkan meningkat. Di kecamatan Cimanggis pada tahun 2007 teridentifikasi 228 balita yang memiliki masalah gizi. Menurut hasil survey di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis pada bulan jumlah laki-laki 1235 orang sedangkan jumlah perempuan 1106 orang. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
8
Berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh mahasiswa residen S2 kepada 56 ibu yang memiliki anak balita menunjukkan bahwa lebih dari 25% jumlah balita gizi kurang, 54% sikap keluarga tidak mendukung gizi bagi balita, 33% keluarga kurang baik dalam perawatan gizi kurang, 55% kurang baik dalam pengetahuan tentang gizi kurang, dan 37,5% kurang baik dalam perilaku terhadap balita dengan gizi kurang.
RW 07 merupakan salah satu wilayah dari Kelurahan Cisalak Pasar yang menjadi salah satu kantung masalah gizi dan memiliki jumlah balita dengan masalah gizi yang cukup banyak. Hasil screening yang dilakukan dalam kegiatan posyandu pada 170 balita yang ada di RW 07, ditemukan kasus masalah gizi buruk dan gizi kurang pada 14 balita. Isu pelayanan kesehatan yang perlu diperhatikan oleh perawat komunitas adalah terkait angka gizi kurang yang masih cukup tinggi dan pola asuh pemenuhan nutrisi pada balita dalam keluarga yang kurang baik.
Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa melakukan asuhan keperawatan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan ibu terkait penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan sebagai upaya meningkatkan status kesehatan keluarga, terutama status gizi pada balita. Intervensi mengenai triguna makanan merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya asupan nutrisi yang adekuat pada balita. Penyusunan makanan dengan gizi seimbang bertujuan agar keluarga bisa memenuhi asupan nutrisi dan kebutuhan gizi balita secara tepat.
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Bapak S di RW 07 kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok dengan masalah gizi kurang pada balita.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
9
1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Memberikan gambaran mengenai masalah gizi kurang yang terdapat pada balita di RW 07 1.3.2.2 Memberikan gambaran mengenai hasil pengkajian keperawatan pada keluarga Bapak S 1.3.2.4 Memberikan gambaran mengenai diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Bapak S 1.3.2.4 Memberikan gambaran mengenai perencanaan intervensi keperawatan berupa inovasi unggulan terkait penyusunan menu makanann dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan pada keluarga Bapak S 1.3.2.5 Memberikan gambaran terkait implementasi keperawatan pada keluarga Bapak S 1.3.2.6 Memberikan gambaran mengenai evaluasi keperawatan pada keluarga Bapak S
1.4 Manfaat Penelitian 1.5.1 Pendidikan Keperawatan Menambah informasi dan pengembangan keperawatan di bidang pendidikan kesehatan, khususnya kesehatan masyarakat perkotaan dalam lingkup keluarga mengenai pentingnya pemenuhan asupan nutrisi dengan gizi yang seimbang pada balita melalui penyusunan menu makanan dengan gizi yang seimbang berdasarkan triguna makanan.
1.5.2 Pelayanan Keperawatan Mengembangankan keilmuan keperawatan melalui pendidikan dan promosi kesehatan mengenai triguna makanan dalam upaya meningkatkan motivasi untuk memenuhi asupan nutrisi yang cukup pada balita sebagai upaya untuk memperbaiki status gizi balita. Penulisan ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi program perawat kesehatan masyarakat, khusunya pada program gizi balita di Puskesmas Kecamatan Cimanggis dalam
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
10
mengembangkan media promosi kesehatan tentang gizi pada balita dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi.
1.5.3 Penelitian Selanjutnya Menjadikan hasil penulisan ini sebagai data dasar dalam mengembangkan penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat melalui pengetahuan tentang triguna makanan sebagai dasar dalam penyusunan menu gizi seimbang dengan keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan/Urban Nursing 2.1.1 Teori dan Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Menurut Paul B. Horton dan C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut. Masyarakat urban merupakan kumpulan manusia yang mendiami daerah perkotaan didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya untuk menjadi lebih baik.
Daerah perkotaan adalah suatu wilayah administratif setingkat desa/kelurahan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam hal kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan sejumlah fasilitas perkotaan, seperti jalan raya, sarana pendidikan formal, sarana kesehatan umum, dan sebagainya (BPS, 2010). Perkotaan merupakan wilayah dengan susunan fungsi sebagai permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Perkotaan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan masyarakat yang beragam (heterogen). Kawasan perkotaan (urban) adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Perkotaan memiliki karakteristik yaitu besarnya peranan kelompok sekunder, anonimitas merupakan ciri kehidupan masyarakatnya, heterogen, mobilitas sosial tinggi, tergantung pada spesialisasi, hubungan antara orang satu dengan yang lain lebih didasarkan atas kepentingan daripada kedaerahan, lebih banyak tersedia lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan, serta lebih banyak mengubah lingkungan (Indrizal, 2006). 11
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
12
2.1.2 Masalah Kemiskinan dan Gizi Kurang yang Terjadi di Perkotaan Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Data dan hasil penelitian membuktikan bahwa kemiskinan sangat berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration, 2000).
Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang atau sekelompok tidak dapat memenuhi
kebutuhannya
secara
maksimal
disebabkan
tidak
produktif
dan penghasilan yang tak mencukupi (Anonim, 2009). Data kemiskinan berasal dari pendataan yang dilakukan oleh BKKBN, keluarga miskin adalah suatu keluarga yang tidak dapat memenuhi salah satu indikator atau lebih dari enam indicator penentu kemiskinan alasan ekonomi yaitu pangan, sandang, papan, penghasilan, status gizi dan penanggulangan kesehatan, dan pendidikan.
Kemiskinan merupakan salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi. Kemiskinan merupakan salah satu akar timbulnya masalah kesehatan perkotaan yang sering terjadi. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan gizi. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi. Risiko tinggi kurangnya nutrisi dalam Stanhope dan Lancaster (2004) dihubungkan dengan risiko ekonomi yaitu faktor kemiskinan. Hughes dan Simpson (1995, dalam Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999) melaporkan bahwa status sosial ekonomi sebagai salah satu faktor yang terbesar yang mempengaruhi kesehatan nutrisi. Penduduk miskin memiliki risiko lebih besar untuk timbul Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
13
permasalahan kesehatan. Ketidakmampuan keluarga terhadap sumber daya finansial akan berdampak tidak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan harian keluarga, dengan demikian permasalahan kesehatan, termasuk didalamnya gizi kurang akan mudah timbul pada balita (Hidayat, 2011).
Risiko tinggi kurangnya nutrisi pada balita disebabkan karena faktor risiko sosial ekonomi khususnya kemiskinan. Anak yang miskin dihubungkan dengan faktor ketersediaan makanan, keterbatasan akses makanan, faktor orang tua karena pendidikan yang kurang, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, kurangnya informasi dan akses (Hidayati, 2011). Prevalensi gizi kurang mayoritas pada kelompok sosial ekonomi yang kurang disebabkan kurangnya variasi makanan (Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
2.2 Keluarga dengan Balita 2.2.1 Keluarga dengan Balita Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih, populer dengan pengerian usia anak bawah lima tahun (Muaris, 2006). Wong (2002) menyatakan bahwa periode perkembangan usia terbagi menjadi lima kelompok usia, yaitu periode prenatal (konsepsi sampai kelahiran), periode bayi (0-12 atau 18 bulan), anak awal (1-6 tahun), anak pertengahan (6-12 tahun), dan anak akhir (11-19 tahun).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional, serta yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Whall, 1986 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Keluarga adalah kumpulan orang-orang yang bergabung bersama diikat oleh perkawinan, darah, atau adopsi, dan lainnya yang berada dalam satu rumah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Family Service America (2000 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif yaitu sebagai dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatanikatan kebersamaan dan keintiman. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
14
Status sehat/sakit para anggota keluarga saling mempengaruhi satu sama lain. Keluarga cenderung menjadi seorang reaktor terhadap masalah-masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan masalah-masalah anggota keluarga. Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat sakit setiap anggota keluarga, seperti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosa, tindakan penyembuhan (Hidayati, 2011).
Berdasarkan teori Duvall (1985 dalam Firedman et all, 2003) keluarga dengan balita termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak bari lahir dan keluarga dengan anak pra sekolah, yaitu tahap II dan III. Tugas perkembangan keluarga tahapan keluarga dengan anak bayi baru lahir adalah (1) Memulai keluarga menjadi keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan bayi baru lahir sebagai bagian dari keluarga). (2) Rekonsiliasi konflik tugas perkembangan dan kebutuhan yang beragam dari setiap anggota keluarga. (3) Membantu kenyamanan hubungan pernikahan. (4) Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan peran orang tua dan kakek nenek.
Tahapan perkembangan keluarga merupakan panduan perawat dalam intervensi dengan keluarga agar dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan setiap anggota keluarga. Menurut Duvall (1985 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003) tugas perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah adalah (1) Pencapaian kebutuhan anggota keluarga untuk rumah yang adekuat, ruangan, privasi, dan keamanan. (2) Mensosialisasikan anak-anak. (3) Mengintegrasikan keanggotaan anak baru dengan juga memenuhi kebutuhan anak lainnya. (4) Memelihara kesehatan dihubungkan dengan keluarga (perkawinan dan orang tua anak), keluarga besar, serta lingkungan. Berdasarkan tugas perkembangan tersebut tanggung jawab yang harus dilakukan keluarga adalah membentuk individu dalam keluarga menjadi lebih berpotensi.
Keluarga dengan balita merupakan kelompok yang kompleks yang terdiri dari orang tua dan anak-anak. Tahapan perkembangan keluarga berhubungan dengan Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
15
pertumbuhan individu anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangannya
(Fitriyani,
2009).
Keluarga
harus
menciptakan
pola
pemeliharaan kesehatan untuk mencapai kesehatan fisik, mental, dan sosial yang optimal. Balita merupakan masa dimana gizi yang adekuat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi secara pesat dan tidak dapat terulang (Potter & Perry, 2005).
2.2.2 Balita sebagai Agregat At Risk Hichcock, Scubert, dan Thomas (1999) mengemukakan adanya faktor risiko yang akan meningkatkan kemungkinan perkembangan penyakit atau masalah kesehatan. UNICEF (2008) mengemukakan balita rentan terhadap penyakit. Sebanyak lebih dari sepertiga anak-anak yang meninggal akibat pneumonia, diare, dan penyakit lainnya. WHO (2008) melaporkan penyebab utama angka kematian balita di dunia adalah masalah neonatal (37%), ISPA (17%), dan diare (16%). Di Indonesia, penyebab utama angka kematian pada balita adalah masalah neonatal (41%), injury (17%), dan diare (13%). Kurang gizi memberi kontribusi terbesar dari tiga penyebab kematian tersebut.
Anak balita dengan gizi kurang adalah kelompok umur yang rentan gizi dan rawan penyakit. Kelompok umur ini merupakan kelompok umur yan paling banyak menderita KEP (Kurang Energi Protein). Populasi yang rentan mengalami masalah adalah populasi balita gizi kurang. Prevalensi jenis penyakit yang dialami oleh balita dan kondisi tubuh balita yang memiliki keterbatasan dalam sistem imun menyebabkan balita berada pada label populasi rentan (Fitriyani, 2009).
UNICEF (2008) mengungkapkan masalah gizi pada balita disebabkan oleh pola makan dan perawatan yang buruk serta diperburuk oleh penyakit. Anak-anak yang bertahan hidup mungkin menjadi terkunci dalam siklus penyakit yang berulang dan goyah pertumbuhannya. Gizi kurang juga bisa terjadi pada balita karena masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa atau
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
16
karena keluarga mengikuti kebiasaan makan keliru dalam memberikan asupan makanan pada balita (Arisman, 2003).
Pemenuhan gizi erat kaitannya dengan pemasukan makanan. Anak balita perlu didorong untuk makan, tetapi tidak memaksa mereka untuk makan. Balita perlu dibantu ketika mereka sedang belajar untuk makan sendiri. Jika balita menolak untuk memakan berbagai makanan, pengasuh dapat melakukan percobaan dengan kombinasi makanan, rasa, dan tekstur yang berbeda, serta metode dororngan (Hidayati, 2011). Makanan kecil boleh diberikan antara dua waktu makan, sepanjang tidak mengurangi selera makan. Keluarga harus bisa meminimalkan masalah pada saat balita makan (UNICEF, 2010).
Keluarga harus bisa meminimalkan gangguan pada saat balita makan. Keluarga seharusnya menghindari hukuman tetapi banyak memberikan pujian ketika makanan diberikan, memperkenalkan makanan baru, membangun teratur pola makan dan waktu makan, serta membuat waktu makan menjadi menyenangkan, membiarkan anak membantu untuk menyiapkan makanan atau peletakan meja (Hidayati, 2011). Keluarga juga harus memperhatikan kesesuaian kemauan anak.
Gizi balita tidak hanya ditentukan oleh ketahanan pangan keluarga tetapi juga oleh kualitas perawatan anggota keluarga dan kuantitas lingkungan kesehatan rumah tangga (Smith & Haddad, 2000). Keluarga mempunyai peranan penting dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga melakukan pemilihan sampai dikonsumsi pada anak (Widyatuti, 2001). Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan gizi balita dan mendukung optimalnya gizi balita (Hidayati, 2011).
Gizi (nutrient) adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dan hubungannya dengan kesehatan optimal. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2004). Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999) mendefinisikan gizi adalah semua proses Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
17
dimana makanan dicerna, diasimilasi, dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit.
Status gizi merupakan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi. Asupan gizi yang seimbang atau sesuai dengan kebutuhan tubuh akan meningkatkan status gizi, atau sebaliknya asupan yang tidak sesuai akan menyebabkan malnutrisi, atau kurang gizi (Jumadil, 2010). Makanan dan gizi sangat penting dan mempengaruhi status gizi serta kesehatan balita.
Faktor biologis yang mempengaruhi balita gizi kurang sebagai populasi rentan adalah faktor usia dan ketergantungan pada orang lain (orang tua) dalam penyediaan makanan balita. Usia balita yang terlalu muda, ketergantungan pada orang lain dalam ketersediaan makanan, kelahiran prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR), sistem imun dan pencernaan yang masih imatur mempunyai peluang besar terhadap risiko penyakit dan masalah gizi. Pada masa balita, anak membutuhkan nutrisi dari berbagai sumber dan makanan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Menurut Stanhope dan Lancaster (2003) faktor predisposisi yang menempatkan balita gizi kurang sebagai kelompok populasi rentan adalah karena balita yang mengalami kurang nutrisi disebabkan oleh faktor risiko sosial ekonomi, khususnya kemiskinan. Ketidakmampuan keluarga terhadap sumber daya finansial akan berdampak tdak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan harian keluarga, dengan demikian permasalahan kesehatan akan mudah timbul pada balita, salah satunya masalah gizi.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang terjadi di Indonesia. Keadaan gizi kurang dapat terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Trend gizi buruk dan gizi kurang di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Fitriyani, 2009). UNICEF (2006) menjelaskan bahwa jumlah anak balita penderita gizi buruk mengalami lonjakan dari 1,8 juta Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
18
pada tahun 2005 menjadi 2,3 juta pada tahun 2006, dan masih ada 5 juta lebih yang mengalami gizi kurang. Jumlah gizi kurang ini sekitar 28% dari total balita di seluruh Indonesia.
Beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita, yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung yang mempengaruhi status gizi balita adalah faktor asupan makanan dan penyakit infeksi. Faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor asupan makanan, balita yang tidak cukup mendapatkan makanan yang bergizi seimbang memiliki daya tahan tubuh yang lemah sehingga rentan terkena penyakit sehingga mudan terinfeksi. Penyakit infeksi menyebabkan asupan zat gizi tidak terserap dengan baik sehingga berakibat gizi kurang dan gizi buruk (Indriyani, 2007).
Faktor asupan makanan ini berkaitan dengan pola pemberian makan dimana balita membutuhkan asupan yang berbeda di setiap usia. Pemberian ASI mrupakan hal utama yang dibutuhkan anak ketika lahir. ASI merupakan makanan sumber gizi utama untuk bayi yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Usia bayi saat menginjak enam bulan, maka bayi telah dapat diberikan pendamping ASI atau PASI. Usia 6 bulan ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi sehingga perlu diberikan makanan tambahan untuk mencukupi kebutuhan tersebut, biasa disebut MPASI. Makanan tambahan dapat berupa sari buah yang diberikan lebih dini dari sayuran, kemudian nasi tim yang pada awalnya disaring lalu dapat berbentuk padat ketika anak berusia 12 bulan (Fitriyani, 2009).
Gizi kurang dan infeksi merupakan masalah kesehatan yang penting pada masa anak-anak. Gangguan gizi dan infeksi sering bekerja sinergis. Infeksi memperburuk taraf gizi dan gizi kurang menghambat reaksi imunologis yang menyebabkan kemampuan anak melawan kuman infeksi menurun. Penyakit infeksi yang terdapat di dalam tubuh anak mengakibatkan anak kehilangan nafsu makan sehingga anak sering menolak untuk makan, yang berarti pemasukan zat gizi juga tidak ada. Infeksi juga dapat menyebabkan penghancuran jaringan tubuh, Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
19
baik oleh bibit penyakit maupun oleh tubuh sendiri untuk memperoleh protein sebagai daya tahan tubuh. Keadaan gizi buruk melemahkan kemampuan anak untuk melawan infeksi yang dapat menimbulkan penyakit bahkan kematian pada anak dengan gizi buruk (Neldawati, 2006).
Faktor infeksi ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan kebersihan diri di dalam keluarga. Kurangnya air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai serta praktek-praktek kebersihan yang buruk adalah beberapa penyebab malnutrisi, penyakit dan kematian pada anak-anak (Hidayati, 2011). Jika anak mengalami diare yang disebabkan kuarena kurangnya air bersih atau karena praktek kebersihan yang buruk, makan akan menguras nutrisi dalam tubuhnya. Begitu seterusnya dari buruk menjadi lebih buruk (UNICEF, 2008).
Penyebab tidak lansung terdiri dari ketersediaan pangan keluarga, pola asuh serta pelayanan kesehatan. Hal ini didukung oleh pernyataan Soekirman (2011) bahwa ada tiga penyebab masalah gizi yang dialami oleh anak. Pertama bayi dan balita tidak mendapat makanan yang bergizi seimbang yang berhubungan dengan ketahanan pangan. Hal ini terkait ketersediaan pangan. Contohnya air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi utama yang seharusnya dapat dihasilkan oleh keluarga sehingga tidak perlu dibeli. Tidak semua keluarga dapat memberikan ASI kepada bayinya oleh karena berbagai masalah yang dialami ibu. Permasalahan tersebut mngakibatkan keluarga ini dalam keadaan ketahanan pangan yang rawan karena tidak mampu menyediakan makanan yang baik bagi bayinya sehingga berisiko tinggi menderita gizi kurang.
Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status ekonomi keluarga menurut Friedman, Bowden dan Jones (2003) adalah pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan dalam keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga mempengaruhi status gizi balita (Hidayati, 2011). Kurangnya ekonomi dalam keluarga berdampak pada kesehatan kurangnya perawatan diri, peningkatan Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
20
ketidakmampuan menyediakan makanan, keterbatasan aktivitas, dan peningkatan terjadinya penyakit kronis. Potts dan Mandleco (2007) mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan.
Faktor yang kedua adalah pola pengasuhan anak. Sebuah studi positive deviance tahun 1990 diketahui bahwa pola pengasuhan anak berpengaruh terhadap timbulnya gizi buruk. Pola pengasuhan ini berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, terkait hal memberikan makan pada anak, merawat anak, kebersihan, memberi kasih sayang, dan sebagainya. Pola asuh ini juga berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM dimana berkaitan dengan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Kurangnya informasi keluarga tentang nutrisi dan bagaimana mengatur nutrisi dengan gizi seimbang dapat menyebabkan kebiasaan makan anak menjadi tidak sehat.
Ketiga, pelayanan kesehatan terkait kunjungan keluarga ke pelayanan kesehatan. Hal ini erat kaitannya dengan pelaksanaan tugas kesehatan keluarga kemandirian keluarga dari Depkes (2006) yang meliputi menerima petugas, menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan, tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran, melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran, melakukan tindakan pencegahan aktif, dan melakukan tindakan pencegahan aktif, serta melakukan tindakan peningkatan (promotif) secara aktif.
Kunjungan ke pelayanan kesehatan memiliki peranan penting terhadap status kesehatan balita. Kunjungan ke pelayanan kesehatan ini, terutama untuk melakukan imunisasi, penanganan diare, tindakan cepat pada anak yang tidak naik berat badan, pendidikan, dan penyuluhan kesehatan serta kebersihan lingkungan tempat tinggal. Semakin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, semakin kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Hidayati, 2011). Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
21
2.2.3 Peran Perawat Keluarga Ruang
lingkup
peningkatan
praktik
kesehatan
keperawatan (promotif),
masyarakat
pencegahan
meliputi
upaya-upaya
(preventif),
pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Tujuan dari praktik keperawatan masyarakan adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Effendi, 2009).
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut: pertama yaitu memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat. Kegiatan kedua memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketiga melakukan konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi. Kegiatan keempat melalui bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi. Kegiatan kelima dengan melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih lanjut. (Stanhope & Lancaster, 2004).
Kegiatan keenam yaitu penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan ketujuh sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan. Kegiatan kedelapan melaksanakan asuhan
keperawatan
komunitas,
melalui
pengenalan
masalah
kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan. Kegiatan kesembilan mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komunitas. Kegiatan kesepuluh yaitu mengadakan kerja sama Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
22
lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Perawat keluarga memiliki beberapa peran dalam membantu mengatasi masalah kesehatan yang ada di dalam keluarga. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan bertujuan untuk memberdayakan keluarga dalam pengambilan keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapantahapan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi tindakan dalam proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).
Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya-upaya preventif dan promotif yang berupa pendidikan kesehatan mengenai masalah kesehatan yang ada dalam keluarga, dalam hal ini terkait masalah gizi kurang pada balita. Perawat keluarga berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan dan promosi kesehatan pada keluarga sebagai upaya menyelesaikan masalah gizi kurang pada balita. Perawat keluarga dapat memberikan informasi kesehatan yang berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup komunikasi terkait temuan masalah kesehatan dna cara mengatasinya. Tujuan pendidikan adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan perilaku tidak secara langsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Perawat keluarga dapat memberikan bimbingan antisipatif pada keluarga mengenai masalah kesehatan yang bersifat potensial atau fase pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya. Perawat keluarga dapat berperan sebagai konsultan. Konseling adalah suatu proses untuk membantu keluarga dan anggota keluarganya dalam memperhatikan, menyelesaikan, dan mengatasi masalah dalam keluarga secara benar. Peran perawat sebagai konsultan sering kali memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Perawat Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
23
keluarga juga dapat berperan sebagai koordinator, perawat memastikan bahwa keluarga dapat melakukan duplikasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita Gizi Kurang Perawat perlu melibatkan keluarga dalam pelaksanaan intervensi keperawatan keluarga pada balita dengan gizi kurang. Asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan keluarga dapat menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan kesehatan balita dengan gizi kurang. Menurut Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999), intervensi keperawatan dapat dilakukan untuk mencegah masalah gizi kurang balita pada level pencegahan primer, dengan cara memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan makanan. 2.3.1 Pengkajian Keluarga Asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan tahap pengkajian. Pengkajian bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Menurut teori/model Family Centre Nursing Friedman (Friedman, Bowden, & Jones, 2003), pengkajian asuhan keperawatan keluarga meliputi 8 komponen pengkajian yaitu (1) data umum : identitas kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, (2) aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan keluarga, tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya, (3) lingkungan: karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4) struktur keluarga: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran (formal dan informal), nilai dan norma keluarga, (5) fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, (6) stres dan koping keluarga: stresor jangka panjang dan stresor jangka pendek serta kekuatan Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
24
keluarga, respon keluarga terhadap stres, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional, (7) pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan,
pemeriksaan
kesehatan
dilakukan
pada
seluruh
anggota
keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) harapan keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang ada.
Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan tanda dan gejala yang ditemukan pada balita dengan masalah gizi kurang. Menurut Arisman (2003), penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, penilaian antropometri, uji biokimiawi, dan pengkajian makanan. Penilaian klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Pengukuran status gizi dengan antropometri merupakan penilaian untuk mengidentifikasi status gizi yang paling sering digunakan. Pengukuran antropometri yang sering digunakan antara lain umur, berat badan, tinggi badan, massa tubuh, lingkar/sirkumferensi (lingkar lengan atas, kepala, pinggang/perut, panggul, dan dada) dan tebal lipatan kulit. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu Berat badan dibanding umur (BB/U), panjang atau tinggi badan berbanding umur (PB/U), dan berat badan berbanding panjang atau berat badan (BB/PB) menurut tabel NCHS (Kemenkes, 2011). Tabel 2.1 Tabel NCHS (Kemenkes, 2011) Indeks
Kategori
Ambang Batas (z-score)
Status Gizi Berat
Badan
Umur (BB/U)
menurut Gizi Buruk Gizi Kurang
<-3SD -3SD sampai dengan <-2SD Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
25
Anak Umur 0-60 Bulan
Gizi Baik
-2SD sampai dengan 2 SD
Gizi Lebih
>2SD
Panjang Badan menurut Sangat Pendek
<-3SD
Umur (PB/U)
Pendek
-3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 bulan
Normal
-2SD sampai dengan 2 SD
Tinggi
>2SD
Berat
Badan
menurut Sangat Kurus
<-3SD
Panjang Badan (BB/PB)
Kurus
-3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 bulan
Normal
-2SD sampai dengan 2 SD
Gemuk
>2SD
2.3.2 Diagnosis Keperawatan Diagnosis keperawatan dapat diangkat melalui perolehan data-data hasil pengkajian, dirumuskan melalui analisa data. Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respon manusia (Potter & Perry, 2005). Diagnosis keperawatan keluarga adalah diagnosis yang mencakup sistem keluarga dan subsistem dari setiap sistem yang ada, serta hasil dari pengkajian keluarga yang dilakukan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Perencanaan dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang muncul melalui intervensi keperawatan pada keluarga. Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Penyusunan perencanaan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan keperawatan, tujuan yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus. Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari dengan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan TimeUniversitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
26
oriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat.
Perencanaan intervensi keperawatan komunitas pada populasi balita gizi kurang dapat dilakukan dengan tiga tingkat pencegahan masalah yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Fitriyani, 2009). Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), pencegahan primer adalah suatu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah munculnya penyakit. Pencegahan sekunder dapat berupa deteksi dini keadaan kesehatan masyarakat dan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi masalah. Pencegahan tersier adalah upaya untuk mengembalikan kemampuan individu agar dapat berfungsi secara optimal.
2.3.4 Implementasi Keperawatan Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah dibuat. Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan keluarga terdiri dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Implementasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi pada anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan makanan. Pemberian edukasi pada keluarga terkait nutrisi meliputi gizi seimbang, gizi kurang, dan triguna makanan.
Pemberian edukasi kepada orang tua merupakan hal yang penting yang dapat dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan orangtua khususnya ibu mengenai gizi balita. Pengetahuan orang tua khususnya ibu merupakan satu hal yang penting guna memperbaiki gizi balita. Peningkatkan Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
27
pengetahuan ibu mengenai triguna makanan merupakan salah satu cara edukasi yang dapat dilakukan.
Triguna makanan terdiri dari tiga zat gizi yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman pada triguna makanan, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat pengatur.
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat dan lemak. Zat tenaga ini dibutuhkan balita untuk melakukan aktivitas serta pertumbuhan dan perkembangannya. Jumlah sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk kebutuhan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak kemudian disimpan sebagai cadangan energi.
Protein sebagai zat pembangun diperlukan tubuh tidak hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga untuk menggantikan dan memeperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Balita secara fisiologis berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan zat pembangun dalam jumlah yang besar. Kekurangan protein dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Asupan protein dapat berpengaruh terhadap status gizi balita.
Zat pengatur yang terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahab mengandung berbagai vitamin dan mineral memiliki manfaat agar organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Zat-zat yang berperan sebagai pengatur adalah vitamin, baik yang larut dalam ari (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K), berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour, serta air sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh (Fitriyani, 2011). Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
28
Pemberian makanan pada balita harus memperhatikan keseimbangan gizi. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang yang universal. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro dan air, melainkan juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral (Depkes RI, 2010).
Depkes RI (2005) mengemukakan bahwa konsumsi hidangan sehari-hari dengan susunan zat gizi seimbang perlu dibiasakan sebagai upaya menanggulangi masalah gizi ganda, yakni gizi kurang dan gizi lebih. Kebutuhan makan balita perlu diatur agar anak mendapat gizi seimbang yang diperlukan dalam satu hari. Keseimbangan gizi diperoleh apabila hidangan sehari-hari terdiri dari tiga kelompok bahan maknaan yang disebut triguna makanan. Dari setiap kelompok dipilih satu atau beberapa jenis makanan (Depkes RI, 2004).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan. Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga.
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga dapat meningkatkan status gizi anak balita di rumah. Depkes RI (2006) mengemukakan kemandirian keluarga yang beorientasi pada lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya. Keluarga yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7 kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima petugas kesehatan, (b) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c) keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
29
dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, (f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif, (g) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila keluarga memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7.
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosa, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001). Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar keluarga bisa memenuhi kebutuhan balita secara tepat.
Tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya (2009) adalah 1)kemampuan mengenal masalah : definisi, penyebab, dan tanda-tanda masalah, 2)kemampuan mengambil keputusan : menurut keluarga apa akibat masalah, dan apakah menurut
keluarga
sangat
penting
melakukan
penanggulangan
masalah,
3)kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan : apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah, apakah keluarga mengetahui alternatif perawatan, hambatan apa dalam penanggulangan masalah di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan : bagaimana keluarga mengatur lingkungan (fisik, psikologis, sosial) yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan masalah apa yang keluarga ketahui alasan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan : apa saja yang diperoleh di Polindes/Pustu/Puskesmas/Rumah Sakit, adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
30
Tugas kesehatan keluarga terkait masalah kurang gizi pada balita meliputi, 1)mengenal masalah : apa yang keluarga ketahui tentang gizi, triguna makanan, dan manfaatnya, penyebab, dan tanda-tanda masalah gizi, 2)mengambil keputusan : menurut keluarga apa akibat masalah gizi bila tidak diatasi, apakah menurut keluarga
sangat
penting
penanggulangannya,
3)kemampuan
memberikan
perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan, apa yang dapat dilakukan untuk mencegah masalah gizi, bagaimana cara memilih dan mengolah makanan, berapa banyak porsi makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, cemilan sehat untuk balita serta penyusunan jadwal makan, apakah keluarga mengetahui
alternatif
perawatan anggota keluarga dengan maslaah gizi, hambatan apa dalam penanggulangan masalah gizi di rumah, 4)kemampuan memodifikasi lingkungan : bagaimana keluarga mengatur lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan penanggulangan gizi, apa yang keluarga ketahui tentang alasan pentingnya menjaga kesehatan lingkungan, 5)kemampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan, apa saja yang diperoleh dari Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit, adakah hambatan yang dihadapi untuk memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga berfokus pada tugas kesehatan keluarga tersebut yang dimasukkan sebagai rencana asuhan keperawatan keluarga. Perawat komunitas berperan dalam meningkatkan status kesehatan melalui asuhan keperawatan keluarga, khususnya masalah gizi pada balita. Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar dapat meningkatkan status gizi anak balita di rumah.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak S (31 tahun) dan Ibu L (30 tahun) dengan tahap perkembangan keluarga dengan pra sekolah. Keluarga Bapak S memiliki dua orang anak yaitu An. H (5 tahun) dan An. S (17 bulan). Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu L, An. H, dan An. S. Keluarga Bapak S merupakan pendududk baru di RT 02 RW 07 Cisalak Pasar, sebelumnya keluarga tinggal di daerah Pondok Gede, Bekasi. Keluarga Bapak S memutuskan untuk pindah rumah karena sudah selesai kontrak pekerjaan di tempat sebelumnya dan ingin mencoba membuka usaha baru.
Keluarga Bapak S menganut agama Islam. Baik Bapak S maupun Ibu L berasal dari suku Jawa, Bapak S berasal dari Solo sedangkan Ibu L berasal dari Tegal. Bapak S merantau ke Jakarta sejak lulus SMK, berbeda dengan Ibu L yang sudah tinggal dan menetap di Jakarta sejak kecil. Ibu L merupakan lulusan dari Sarjana Muda jurusan Akutansi. Hasil pengkajian didapatkan bahwa pertemuan pertama antara Bapak S dan Ibu L adalah di Pondok Cina Depok. Keduanya kemudian berpacaran lalu memutuskan untuk menikah pada tahun 2007.
Bapak S bekerja sebagai wiraswasta, yang sedang merintis usaha warung nasi kucing di pinggir jalan auri. Sedangkan Ibu L sudah tidak bekerja lagi sejak An. S lahir, dan sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga Bapak S tidak menentu, namun di atas Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu L mengatakan membantu keuangan keluarga dengan menjual baju secara online shop dengan penghasilan yang tidak menentu.
Pada hari Jumat, tanggal 17 Mei 2013, diadakan posyandu Flamboyan III dan Ibu L membawa An. S untuk melakukan pengukuran BB. Hasil pengukuran BB An. S 31
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
32
adalah 7,2 kg dengan usianya 17 bulan, melalui kartu KMS An S berada di bawah garis merah dan termasuk dalam kategori gizi buruk. Setelah pengukuran TB yaitu 75 cm dan melihat melalui tabel antropometri An. S berada di bawah pecentil -3 SD dan termasuk dalam kategori gizi buruk. TB An S adalah 76 cm, dan dalam kategori normal untuk PB/U. LILA 9,5 cm dan menurut tabel (z-scores) termasuk dalam kategori gizi buruk, yaitu di bawah – 3 SD.
An. S lahir prematur dengan BB lahir 1200 gr, dan usia kehamilan 31 minggu disebabkan oleh solusio plasenta yang dialami ibu L. Menurut Ibu L, sejak bayi BB An. S susah untuk naik, karena selama satu bulan dirawat di rumah sakit, BB An. S hanya naik 2 ons. Ibu L membawa An. S pulang paksa dengan alasan biaya yang sudah tidak ada lagi. Saat ini pun, BB An. S susah untuk naik, dari bulan sebelumnya BB tidak naik, dan bila naik hanya 1 ons dalam waktu satu bulan. Ibu mengatakan An. S memiliki kesulitan untuk makan, dan lebih sering mengemil makanan cemilan. An. S memiliki nafsu makan yang kurang apabila makan nasi, namun bila makan biskuit cepat dan bahkan setiap hari meminta untuk membeli biskuit saat di warung. An. S belum dapat berjalan, namun gigi sudah banyak yang tumbuh dan mulai dapat berbicara.
Ibu L mengatakan makanan yang dimakan An. S sama dengan menu makanan yang disajikan untuk keluarga lain. An. S memiliki porsi makan yang tidak menentu, terkadang banyak namun lebih sering sedikit dan sulit untuk makan. Ibu L biasanya memasak nasi, sayur sop atau bayam, ayam atau ikan. An. S dapat menghabiskan makan nasi dan lauk pauk 3 kali sehari, dengan porsi sekitar 10 suap takaran sendok teh dan memakan makanan selingan seperti biskuit yang selalu disiapkan Ibu L untuk An. S. Ibu L mengaku An. S tidak menyukai buahbuahan, dan bila minum susu formula hanya dihabiskan 80 ml paling banyak setiap sekali minum susu. An S masih aktif menyusui hingga saat ini.
Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu L mengatakan sudah menyadari akan kondisi An. S yang kurus. Ibu L sering membawa An. S ke tukang urut Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
33
sebelumnya dan rajin melakukan terapi urut. Menurut Ibu L, An. S memiliki lambung yang kecil sehingga apabila makan hanya sedikit. Informasi ini didapat dari tukang urut yang sering dikunjunginya sebelumnya. Hasil pengkajian inspeksi, An. S tampak kurus, rambut tipis dan pendek, serta kulit agak kusam. Ibu mengeluhkan An. S yang cengeng dan sering menangis. Saat kunjungan nampak An. S sedang pilek dan terlihat beberapa kali menangis.
Saat ditanya mengenai gizi kurang, keluarga Bapak S belum dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, serta perawatan anak dengan gizi kurang. Keluarga Bapak S juga belum menyadari keadaan An. S sebagai suatu masalah pada awalnya sehingga belum melakukan apa-apa. Ibu L telah mendapatkan penjelasan terkait gizi kurang dan mengikuti kegiatan implementasi yaitu penyuluhan terkait gizi seimbang, keluarga Bapak S memutuskan untuk mengatasi masalah gizi kurang yang ada pada An. S.
Saat pertemuan ketiga Ibu L yang memiliki tingkat pendidikan sarjana muda dapat menerima informasi terkait kesehatan An. S dengan mudah. Ibu L juga sudah membawa An. S ke puskesmas sebelumnya bila sedang sakit. Pada saat mahasiswa melakukan implementasi terkait menu gizi seimbang, Ibu L datang dengan membawa kedua anaknya. Ibu L mengatakan tidak bekerja dulu demi mengurus
anak-anaknya
dan
memutuskan
untuk
mengatasi
masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang ada pada An. S.
Pada kunjungan keempat, Ibu L meminta tolong kepada mahasiswa untuk memfasilitasi kunjungan ke puskesmas karena An. S yang menderita batuk pilek sejak 3 hari yang lalu. Kunjungan ini merupakan yang pertama kali karena Ibu L baru berdomisili di Cisalak Pasar selama dua bulan. Ibu L mengaku menerima masukan dari dokter dan petugas kesehatan namun merasa tidak senang dengan cara penyampaian petugas terkait keadaan anaknya saat ini.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
34
Pada setiap kunjungan yang dilakukan mahasiswa ke rumah keluarga Bapak S, tercium bau tidak sedap seperti bau buang air kecil di ruang tamu. Hal ini mungkin disebabkan oleh rumah kontrakan yang saling berdempetan di gang rumah sehingga sirkulasi udara dan ventilasi kurang. Secara umum, keadaan rumah cukup tertata rapih, namun terkait adanya bau tersebut dapat disimpulkan bahwa pola hidup bersih di dalam keluarga Bapak S kurang baik. Bila hal ini terus dibiarkan tentu saja akan memudahkan terjadinya penyakit infeksi di rumah.
Pada saat kunjungan selanjutnya, mahasiswa menjelaskan terkait gizi seimbang dan triguna makanan kepada Bapak S. Saat evaluasi Bapak S dapat menyebutkan kembali penjelasan yang telah diberikan. Bapak S mengatakan yang memberikan makan kepada anak-anak adalah Ibu L. Menurut Bapak S, Ibu L kurang telaten dalam memberikan makanan kepada anak. Bapak S mengaku ingin memeriksakan An. H terkait sakit flek paru yang pernah dideritanya namun saat ini kondisi keuangan keluarga belum memungkinkan dikarenakan Bapak S yang belum mendapatkan pekerjaan menetap.
Bapak S mengatakan sedang menunggu hasil lamaran pekerjaan yang sudah dimasukkan dan berharap agar segera diterima dan bekerja menetap. Keluarga Bapak S selalu mendiskusikan setiap masalah yang ada si dalam keluarga secara bersama-sama. Komunikasi antara Bapak S dan Ibu L terlihat berjalan dengan baik ketika mahasiswa berkunjung. Stresor jangka pendek di dalam keluarga adalah masalah gizi kurang yang terjadi pasa An. S, dan masalah kesehatan yang belum pasti pada An. H. Stresor jangka panjang adalah masalah finansial.
3.2 Diagnosis Keperawatan Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan
pemeriksaan
fisik
dapat
ditegakkan
diagnosis
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
keperawatan pada An. S,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S, dan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An. S. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut, Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
35
didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Bapak S ialah diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S.
Definisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubu adalah asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA, 2012). Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini diantara terdapat satu diantara tanda NANDA berikut, yaitu (a) berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh, (b) asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu, (c) kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat, dan (d) melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari recommended daily allowed (RDA).
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan yang akan dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan pertemuan sebanyak 6 kali kunjungan, keluarga mampu memenuhi kebutuhan nutrisi An S ditandai dengan peningkatan BB. (1) Tujuan khusus 1 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu mengenal masalah gizi kurang dengan mampu menyebutkan definisi gizi seimbang, menyebutkan definisi gizi kurang, menyebutkan 4 dari 5 tanda gejala kurang gizi, menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi, dan mengidentifikasi anggota keluarga dengan masalah kurang gizi. (2) Tujuan khusus 2 keluarga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah kurang gizi; keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat kurang gizi, memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah gizi dengan mengatakan mau merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang. (3) Tujuan khusus 3 setelah dilakukan kunjungan selama 4x45 menit keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah gizi kurang, menyebutkan kembali definisi triguna makanan dan memberikan 2 contoh dari tiap komponen triguna makanan, menyusun jadwal menu seimbang dan mau menyediakan menu Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
36
seimbang yang telah dijadwalkan, menyebutkan 3 dari 4 cara memilih bahan makanan, menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah bahan makanan dengan baik, meredemonstrasikan cara memilih dan mengolah bahan makanan, menyebutkan definisi cemilan sehat, tujuan cemilan sehat, 2 dari 3 manfaat cemilan sehat, 4 dari 7 contoh cemilan sehat dan 3 dari 4 contoh cemilan tidak sehat (4) Tujuan khusus 4 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu memodifikasi dan memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gizi kurang dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan,m enyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi balita. (5) Tujuan khusus 5 keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi balita dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal, menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.
3.4 Implementasi Keperawatan Asuhan keperawatan keluarga dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah kurang gizi pada balita. Keluarga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah gizi kurang pada balita. Keluarga seharusnya dapat menyadari pentingnya pengetahuan tentang gizi, bagaimana mengelola makanan dengan baik,
mengatur
keuangan,
menyediakan
menu
dengan
gizi
seimbang,
menyediakan lingkungan yang mendukung, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Widyatuti, 2011).
Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah kurang gizi pada balita, keluarga diberikan informasi mengenai cara merawat balita dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait triguna makanan, cara memilih dan mengolah makanan, berapa banyak porsi makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu dengan gizi seimbang, penyusunan jadwal makan anak serta cemilan sehat untuk balita. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
37
Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai pengertian gizi seimbang, pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan gejala gizi kurang, serta akibat dari gizi kurang. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. Memotivas keluarga untuk memutuskan merawat
anggota keluarga
yang mengalami
gizi
kurang.
Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi masalah gizi kurang, yaitu dengan memberikan informasi terkai triguna makanan, dan cara pemilihan bahan makanan berdasarkan triguna makanan, cara mengolah makanan yang benar, jumlah porsi makan sesuai dengan kebutuhan anak, penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan jadwal makan anak, dan cemilan sehat untuk anak. Memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan dengan gizi seimbang dengan melakukan pengolahan makanan secara benar. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga, yaitu dengan memberikan tips mengatasi anak yang susah makan dan cara penyajian makanan untuk anak yang susah makan. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada si sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan.
Implementasi yang merupakan intervensi unggulan adalah penjelasan tentang penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan. Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam tubuh. Makanan yang terdiri dari gizi yang seimbang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman pada triguna makanan, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat pengatur.
3.5 Evaluasi Keperawatan Intervensi keperawatan terkait intervensi unggulan yang telah dilakukan, kemudian dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
38
dapat tercapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga.
Evaluasi SOAP didapatkan data Ibu L mengatakan gizi ialah zat makanan yang dibutuhkan tubuh. Ibu L mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. Ibu L mengatakan definisi gizi kurang ialah zat gizi yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan. Ibu L mengatakan penyebab gizi kurang ialah susah makan, makan tidak teratur, dan penyakit. Ibu L mengatakan tanda gejala gizi kurang ialah kurus, rambut tipis kemerahan, anak tidak ceria, dan lemas. Ibu L mengatakan An. S terlihat kurus, berambut tipis dan kemerahan, sering menangis dan terlihat seperti anak dengan gizi kurang. Ibu L mengatakan akibat dari gizi kurang ialah mudah sakit, gangguan pertumbuhan, dan perkembangan.
Ibu L mengatakan ingin merawat An. S dengan masalah gizi kurang dengan mau mendengarkan informasi dari mahasiswa. Ibu L mengatakan cara mengatasi kurang gizi yaitu dengan makan makanan seimbang, makan teratur, dan sesuai porsi. Ibu L mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga yang mengandung karbohidrat dan lemak dengan contoh nasi dan jagung, zat pembangun yang terdiri dari protein dengan contoh telur dan tempe, serta zat pengatur yang mengandung vitamin dan mineral dengan contoh buah-buahan dan sayuran. Ibu L mengatakan mau menyediakan menu seimbang untuk An. S sesuai kebutuhan. Ibu L mengatakan cara mengolah bahan makanan yang baik ialah cuci tangan sebelum masak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru dipotong, sayur jangan dimasak terlalu lama, dan beras dicuci hanya dua kali saja. Ibu L mengatakan cara memilih makanan yang baik ialah yang harganya terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu dan berbau busuk. Ibu L mengatakan manfaat cemilan sehat yakni aman bagi balita, bergizi, memenuhi kebutuhan nutrisi anak, dan bahan mudah diperoleh. Ibu L mengatakan cemilan sehat adalah makanan selingan yang mengandung nilai gizi. Ibu L menyebutkan tujuan cemilan sehat yakni untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak terutama bagi Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
39
anak yang sulit makan. Ibu L menyebutkan contoh cemilan sehat ialah bubur kacang hijau, susu kemasan, roti selai buah dan selai kacang, buah dan sayur potong serta, puding. Ibu L menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu chiki, minuman bersoda, makanan berpengawet dan makanan ber-MSG.
Ibu L mengatakan tips menyajikan makanan untuk anak yaitu jumlah makan sesuai dengan porsi, sesuai jadwal, makanan disajikan bervariasi, harus ada lauk hewani dan nabati. Ibu L mengatakan prinsip mengatasi anak yang tidak mau makan ialah jangan dipaksa, beri makan sesuai selera anak dan tampilan yang menarik, makan dalam porsi kecil tapi sering. Ibu L mengatakan fasilitas terdekat ialah puskesmas, klinik, praktik bidan. Ibu L mengatakan manfaat ke pelayanan kesehatan ialah mendapat pemeriksaan kesehatan anak, mendapat penyuluhan dan informasi kesehatan. Ibu L mengatakan ingin mengetahui lebih lanjut penyebab masalah gizi kurang yang ada pada An. S.
Pemberian setiap implementasi yang dilakukan oleh perawat dapat diterima keluarga secara kooperatif dan antusias, baik dalam penyampaian informasi maupun melakukan demostrasi. Keluarga teerlibat aktif dalam diskusi. Keluarga Bapak S, terutama Ibu L dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab tanda gejala, dan akibat gizi kurang. Keluarga Bapak S dapat menyebutkan kembali komponen triguna makanan beserta contohnya. Keluarga dapat memilihi bahan makanan sesuai triguna makanan yang tepat. Pada kunjungan mendadak yang dilakukan, Ibu L sedang menyuapi An. S dengan makanan yang terdiri dari nasi, telur dan sayur sop yang mencakup kentang dan wortel. Pada kunjungan mendadak selanjutnya, Ibu L juga terlihat mengolah makanan dengan tampilan yang menarik, memasak telur dadar dicampur sayur bayam. Ibu L melaporkan nafsu makan An. S semakin membaik dan beberapa kali menghabiskan makanan yang diberikan. Ibu L mengatakan saat ini sudah sering berusaha menyediakan sayur dan lauk dalam setiap kali makan. Pada posyandu saat kunjungan ke puskesmas tanggal 18 Juni berat badan An. S naik menjadi 7,6 kg, dimana
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
40
menurut BB/U An. S masuk ke dalam kategori gizi kurang yakni diantara -2SD dan -3SD. Hal ini menunjukkan perbaikan pada status gizi An. S.
Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka perawat menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5 telah tercapai. Masalah gizi kurang pada An. S telah teratasi ditunjukkan dengan peningkatan berat badan, meskipun masih berada dalam masalah gizi, namun An. S telah berubah statusnya dari gizi buruk menjadi gizi kurang.
Perawat memotivasi Ibu L untuk terus menyediakan makanan dengan gizi seimbang dan melakukan penyusunan menu makan anak sesuai dengan triguna makanan sebagai upaya tindak lanjut. Perawat juga memberikan penghargaan positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh keluarga. Selain itu, perawat juga meminta kader untuk terus memantau perkembangan status gizi An. S.
Evaluasi sumatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait lima tugas kesehatan keluarga pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Keluarga Bapak S dapat menyebutkan kembali definisi dari gizi seimbang dan gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 faktor yang memicu gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala dari gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 akibat gizi kurang bila tidak diatasi. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan masalah gizi kurang. Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali mengenai triguna makanan dan contoh makanan melalui food model. Keluarga dapat melakukan cara pengolahan makanan yang benar. Keluarga dapat menyebutkan porsi makan yang sesuai untuk anak. Keluarga mampu mendemonstrasikan pengaturan jadwal makan pada anak. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk anak gizi kurang. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk penanganan gizi kurang. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan gizi kurang.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
41
Sebelum dilakukan intervensi, keluarga Bapak S belum menerapkan gizi seimbang terkait triguna makanan, ibu L hanya menyediakan satu jenis lauk ketika makan. Mahasiswa melakukan intervensi terkait triguna makanan dan menu gizi seimbang, dan pada saat kunjungan terlihat Ibu L telah menyediakan makanan yang terdiri dari nasi dan lauk pauk berupa telur dadar, serta sayur sop.
Kunjungan berikutnya Ibu L mengatakan melakukan modifikasi dalam makanan yaitu mencampurkan sayuran ke dalam telur yang akan dimasak. Ibu L menerapkan pemenuhan asupan makanan yang mengandung triguna makanan. Saat dilakukan evaluasi, Ibu L dapat menjelaskan kembali mengenai triguna makanan dan contoh makanannya. Keluarga Bapak S terlihat melakukan penyajian menu makan dengan gizi seimbang. Secara kognitif Ibu L dapat memahami setiap penjelasan dengan mudah dan memiliki kemampuan untuk menyebutkan kembali penjelasan tersebut dengan cukup baik.
Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Menurut Maglaya (2009) 5 tugas kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah gizi, mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan fasilitas pelayanan untuk perawatan gizi kurang.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6x45 menit, tingkat kemandirian keluarga Bapak S berada pada tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISIS SITUASI
4.1 Profil Lahan Praktek Kecamatan Cimanggis memiliki enam kelurahan dan 12 desa. Kelurahan tersebut antara lain Kelurahan Pasir Gunung Selatan, kelurahan Tugu, Kelurahan Mekarsari, Kelurahan Cisalak Pasar, Kelurahan Curug, dan kelurahan Harjamukti. Puskesmas Kecamatan Cimanggis digunakan sebagai lahan praktek mahasiswa, dengan wilayah kelolaan berada pada Kelurahan Cisalak Pasar. Luas wilayah Kelurahan Cisalak Pasar 1,71 km2 dengan jumlah total penduduk adalah 24.617 jiwa, dengan pembagian usia terdiri dari usia 0-4 tahun jumlah laki-laki 1235 orang sedangkan jumlah perempuan 1106 orang; usia 5-14 tahun jumlah laki-laki 2112 orang dan jumlah perempuan 2036 orang; usia 1644 tahun jumlah laki-laki 6910 orang, perempuan 6645; usia 45-64 jumlah laki-laki 2008 orang, dan jumlah perempuan 1877 orang; usia lebih dari 65 tahun dengan laki-laki berjumlah 324 orang sedangkan perempuan berjumlah 363 orang.
Tingkat pendidikan masyarakat yang bertempat tinggal di kelurahan Cisalak Pasar adalah sebagai berikut 1863 orang belum sekolah, 861 orang tidak tamat sekolah, 3508 orang tamat sekolah dasar, 3728 orang tamat SLTP, 4393 orang tamat SLTA, 2005 orang tamat akademik dan 1487 orang tamat perguruan tinggi. Sarana dan prasaran yang terdapat di Cisalak Pasar yaitu 2 Industri / Pabrik, 2 kolam renang, dan 6 sekolah. Sedangkan fasilitas kesehatan yang dimiliki terdiri dari 1 puskesmas, 1 balai pengobatan swasta, 3 praktek dokter umum, 1 praktek dokter gigi, 2 apotik swasta, 1 labolatorium, 2 pengobatan tradisional, 5 posbindu, 1 posyandu madya, 10 posyandu purnama dan 4 posyandu mandiri, serta 80 dari 110 kader yang aktif. 42
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
43
Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 8 rukun warga (RW). RW 07 merupakan salah bagian wilayah dari Kelurahan Cisalak Pasar. Wilayah RW 07 termasuk salah satu RW teluas yang terbagi menjadi tujuh rukun tetangga (RT), yaitu RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, dan 07. Jumlah balita yang ada di RW 07 adalah sebanyak 170 orang. Jumlah kader yang aktif sebanyak 12 orang. Mayoritas penduduk di RW 07 beragama Islam dan berasal dari suku Jawa.
Keadaan pemukiman di RW 07 cukup padat, dengan mayoritas perumahan merupakan rumah pribadi dan bangunan permanen, dan sebagian kecil terdiri dari rumah kontrakan satu pintu. Letak rumah berdekatan satu dengan yang lain sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari kurang baik pada sebagian rumah. Tidak ada tempat pembuangan sampah umum, dan sebagian warga tidak memiliki tempat pembuangan sampah di depan rumahnya.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 07 adalah praktik Bidan, posyandu, dan pobindu. Pelaksanaan posyandu dan posbindu dilakukan setiap satu kali dalam sebulan. RW 07 memiliki tiga posyandu yaitu posyandu flamboyan 1 di RT 01, posyandu flamboyan 2 di RT 07, dan posyandu flamboyan 3 di RT 02.
Posyandu flamboyan I mengelola balita yang ada di RT 1 RW 1 Kelurahan Cisalak Pasar. Biasanya yang datang ke posyandu kurang lebih sebanyak 60 balita. Posyandu dilakukan setiap tanggal 11, kecuali jika tanggal tersebut jatuh di hari Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan ke hari berikutnya. Posyandu flamboyan I diadakan di salah satu rumah kader di RT 1 RW 7 dengan luas 2m x 1,5m. Kader di RT 01 ada sebanyak 5 orang, termasuk Ibu RT. Makanan tambahan yang disediakan adalah sosis instan, wafer, dan biskuit. Pencatatan data balita yang paling baik terdapat pada posyandu di falmboyan I.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
44
Posyandu flamboyan II meliputi balita yang berada di RT 3, 4, 5, 6, dan 7. Biasanya yang datang ke posyandu kurang lebih 60 balita. Posyandu dilakukan setiap tanggal 19, tetapi apabila bertepatan dengan tanggal merah atau hari minggu, waktunya akan dimajukan sehari. Kader di posyandu ini ada sekitar 6 termasuk ibu RT. Makanan tambahan yang disediakan beragam seperti telur rebus, bubur, biskuit, dan susu.
Posyandu flamboyan III yang membawahi pemeriksaan balita di RT 02 RW 07 biasa diadakan setiap tanggal 17 setiap bulannya. Kader yang bertugas di posyandu ini berjumlah 5 orang, setiap posyandu biasa dihadiri 3 hingga 5 kader. Kader mengatakan tidak memiliki data lengkap mengenai jumlah balita dan usia balita di RT tersebut, kader hanya mengetahui berdasarkan pengunjung posyandu dan berdasarkan balita yang mereka kenal. Menurut kader jumlah balita yang biasa hadir setiap posyandu sekitar 40 hingga 50 balita, sedangkan jumah balita seluruhnya kurang lebih 60. Makanan tambahan yang diberikan bergantian antara bubur kacang hijau, telur rebus atau susu, kader mengatakan biasa memasak sendiri makanan tambahan yang diberikan saat posyandu.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait KKMP Kemiskinan merupakan salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi. Kemiskinan merupakan salah satu akar timbulnya masalah kesehatan perkotaan yang sering terjadi. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan gizi.
Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status ekonomi keluarga menurut Friedman, Bowden & Jones (2003) adalah Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
45
pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan dalam keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga mempengaruhi status gizi balita (Hidayati, 2011). Kurangnya ekonomi dalam keluarga berdampak pada kesehatan kurangnya perawatan diri, peningkatan ketidakmampuan peningkatan
menyediakan
terjadinya
penyakit
makanan, kronis.
keterbatasan Potts
&
aktivitas,
Mandleco
dan
(2007)
mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan.
Masalah gizi kurang pada balita terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Kekurangan gizi pada umumnya terjadi karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Kekurangan gizi berakibat pada peningkatan angka kesakitan, menurunnya tingkat kecerdasan sehingga menurunkan prestasi dan diperparah dengan ancaman kematian.
Masalah gizi kurang di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Apabila tidak ditangani dapat mejadi permasalahan kesehatan yang sangat komplek. Masalah gizi akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang akan datang. Keterlambatan dalam pemberian pelayanan gizi yang tepat terhadapa anak-anak akan menurunkan potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan masyarakat ekonomi nasional. Hal ini menegaskan bahwa masalah gizi tidak hanya menjadi masalah bagi wilayah di pelosok-pelososk Indonesia, namun dapat juga menjadi ancaman masalah kesehatan masyarakat perkotaan.
Masalah gizi kurang yang terjadi di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar teridentifikasi dari jumlah balita yang memiliki masalah gizi buruk dan gizi kurang, yaitu sebanyak 14 balita. Wilayah RW 07 termasuk dalam wilayah perkotaan ditandai dengan adanya pasar. Masalah gizi menjadi salah satu Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
46
masalah di masyarakat yang berkaitan dengan kemiskinan yang terjadi di RW 07. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit.
Perawat komunitas memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah gizi pada populasi balita di masyarakat perkotaan. Asuhan keperawatan komunitas dengan pendekatan keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah gizi pada balita sebagai entry point bertujuan untuk menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan kesehatan balita. Keluarga memiliki peranan yang sangat besar terhadap status gizi balita. Keluarga mempumyai peranan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi pada balita karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak.
4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Makanan Seimbang berdasarkan Triguna Makanan sebagai Intervensi Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait Balita memerlukan asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Penjelasan terkait gizi seimbang di dalam keluarga dilakukan melaui peningkatan pengetahuan terkait triguna makanan. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI, 2010).
Hasil penelitian dari Hidayati (2011) mengatakan bahwa pendidikan keluarga merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah gizi pada balita karena pendidikan formal mempengaruhi pengetahuan keluarga dalam memberikan Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
47
asupan makanan dengan gizi seimbang pada balita. Depkes RI (2005) mengemukanan bahwa unsur pendidikan berpengaruh pada kualitas pengasuhan anak. Pendapat hampir sama dinyatakan oleh Soekirman (2006) yang
mengemukakan
unsur
pendidikan
erat
hubungannnya
dengan
pengetahuan kesehatan dan praktik gizi.
Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga, terutama ibu terkait gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Mahasiswa melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan penimbangan berat badan, Anak S mengalami peningkatan berat badan sebanyak 4 ons. Saat ini Anak S masih berada pada status nutrisi gizi kurang.
Intervensi terkait triguna makanan ini bertujuan agar asupan nutrisi yang mengandung gizi seimbang pada balita dapat terpenuhi. Penelititan yang dilakukan oleh Scudder (2005) mengenai evaluasi nutrisi dan pertumbuhan anak mengidentifikasikan bahwa faktor nutrisi pada anak dipengaruhi oleh asupan makanan yang bergizi. Penelititan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ammaniti (2004) mengenai interaksi antara malnutrisi pada anak dengan gangguan perilaku disfungsional ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung keluarga dalam melakukan penyusunan menu makan balita dengan gizi seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut Kishore (2008), menu ideal untuk anak balita adalah yang seimbang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan anak. Wong (2002) menyebutkan bahwa makanan untuk anak balita lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas, atau dapat dikatakan apa yang dimakan jauh lebih penting dari banyaknya makanan yang dikonsumsi. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
48
Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung semua zat gizi yang diperlukan dalam tubuh. Makanan yang terdiri dari gizi yang seimbang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang balita. Makanan dengan gizi seimbang ini berpedoman pada triguna makanan, yaitu makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak sebagai zat tenaga, protein sebagai zat pembangun, dan vitamin serta mineral sebagai zat pengatur.
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat dan lemak. Zat tenaga ini dibutuhkan balita untuk melakukan aktivitas serta pertumbuhan dan perkembangannya. Jumlah sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk kebutuhan energi segera, sebagian disimpan sebagai glikogen hati dan jaringan otot, dan sebagian lagi diubah menjadi lemak kemudian disimpan sebagai cadangan energi.
Protein sebagai zat pembangun diperlukan tubuh tidak hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga untuk menggantikan dan memeperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Balita secara fisiologis berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan zat pembangun dalam jumlah yang besar. Kekurangan protein dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Asupan protein dapat berpengaruh terhadap status gizi balita.
Zat pengatur yang terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung berbagai vitamin dan mineral memiliki manfaat agar organorgan dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan sesuai dengan fungsinya. Zat-zat yang berperan sebagai pengatur adalah vitamin, baik yang larut dalam ari (vitamin B kompleks dan vitamin C) maupun vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K), berbagai mineral seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour, serta air sebagai alat pengatur vital kehidupan selsel tubuh (Fitriyani, 2011). Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
49
Makanan untuk balita harus memenuhi gizi yang seimbang dan mengandung triguna makanan. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI, 2010).
Pemberian makanan yang terbaik adalah dengan memperhatikan kandungan zat gizi makanan dan terdiri dari menu gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Orang tua harus membiasakan dan mengajari balita mengkonsumsi makanan sesuai prinsip PGS. PGS adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dengan memperhatikan empat prinsip, yaitu variasi makanan, pola hidup bersih, pentingnya pola hidup aktif dan olahraga, serta pemantauan berat badan ideal (Depkes RI, 2010).
Triguna makanan dimaksudkan agar keluarga Bapak S dapat memberikan makanan dengan menu gizi seimbang. Hal ini merupakan salah satu cara perawatan anak yang mengalami gizi kurang. Pemilihan intevensi ini dikarenakan pada saat pengkajian, dan pada saat kunjungan, keluarga Bapak S nampak hanya memakan makanan nasi dan satu jenis lauk, yaitu telur dadar. Kebiasaan makan anak yang tidak sehat dapat terjadi karena kurangnya variasi dalam makanan. Triguna makanan ini dapat meningkatkan informasi pada keluarga tentang nutrisi serta bagaimana cara membuat dan mengatur nutrisi dengan gizi seimbang untuk balita.
Asupan makanan balita yang kurang dan kebiasaan keluarga yang kurang sehat dalam memberi asupan makanan pada balita dapat mempengaruhi pemenuhan gizi balita (Hidayati, 2011). Pengetahuan gizi orang tua mengenai Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
50
bahan makanan akan berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan oleh keluarga, dengan pengetahuan yang memadai seorang ibu akan menyediakan makanan yang baik untuk keluarganya terutama anak balita.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huriah (2006) bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 3.08 kali mempunyai anak dengan status gizi normal dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang baik. Menurut Satoto (1990, dalam Harsiki, 2003) dikemukakan bahwa faktor yang paling dominan dalam menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang adalah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarganya, terutama anak-anak. Hal ini didukung oleh Basuki (2008) yang mengatakan bahwa penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi sehingga balita menjadi kurang diperhatikan akhirnya berat badan pun di bawah standar. Peran keluarga dalam memenuhi gizi seimbang pada balita sangat diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan mengenai triguna makanan.
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan Upaya mengatasi permasalahan gizi kurang pada balita secara multidisiplin dan komprehensif dimana dibutuhkan kerja sama yang baik antar setiap komponen dalam masyarakat. UNICEF (2009) mengungkapkan penyebab masalah gizi kurang atau gizi lebih adalah multisektor. Masalah gizi pada balita terjadi disebabkan banyak faktor yang saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri meliputi makanan, kesehatan, dan praktik perawatan.
Intervensi dalam pembinaan keluarga yang seharusnya dilakukan secara berkelanjutan oleh petugas kesehatan dari puskesmas untuk mengatasi masalah gizi kurang yang terdapat di masyarakat. Intervensi dapat diberikan melalui pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan terkait gizi seimbang pada balita. Peran perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan setiap
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
51
program terutama terkait masalah gizi pada balita diperlukan agar hasilnya dapat dilihat secara nyata.
Pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam pelaksanaan tugas kesehatan
keluarga
dibutuhkan
pengawasan
dan
bimbingan
yang
berkelanjutan dari petugas kesehatan, maupun kader RT dan RW setempat agar pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya pemberdayaan masyarakat dengan melatih kader setempat terkait gizi seimbang dan pengaktivan kegiatan posyandu lima langkah. Kader dapat memberikan penyuluhan terkait gizi dalam fungsi posyandu di langkah kelima.
Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilakukan dalam membina keluarga, mahasiswa harus membuat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada keluarga. Rencana ini dibuat agar tindakan yang telah dilakukan sebelumnya bersama mahasiswa dapat terus dilakukan dan berkesinambungan. Mahasiswa melaporkan kepada kader tentang evaluasi kemandirian keluarga, dan meminta kader untuk melanjutkan pemantauan terkait masalah gizi yang dapat dilakukan dalam kegiatan posyandu setiap bulan.
Keluarga perlu dimotivasi secara berkelanjutan agar dapat mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan yang telah tercapai. Mahasiswa perlu melakukan advokasi dan menekankan pentingnya mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin dan berkala, terutama posyandu untuk memantau berat badan anak sampai anak menginjak usia lima tahun.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor, salah satu diantaranya adanya arus urbanisasi. Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi, yaitu kemiskinan.
Peningkatan kemiskinan dilihat dari sudut pandang geografis dan dari sisi ekonomi, terjadi secara drastis di wilayah perkotaan. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Kemiskinan di perkotaan dikaitkan dengan faktor ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan seharihari, termasuk diantaranya kebutuhan akan makanan.
Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya di RW 07 bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga yang memiliki balita dengan masalah gizi kurang. Berdasarkan lokakarya mahasiswa keperawatan S2 RW 07 termasuk salah satu daerah dengan jumlah balita yang mengalami masalah gizi cukup tinggi. Pada awal praktik dilakukan upaya screening pada kegiatan posyandu yang dilakukan di RW 07 untuk menemukan balita dengan masalah gizi kurang dan dapat dilakukan upaya tindak lanjut.
Asuhan keperawatan komunitas dengan melakukan pembinaan pada keluarga bertujuan untuk melakukan intervensi yang dapat dipraktikkan keluarga dengan masalah gizi pada balita sebagai upaya untuk dapat meningkatkan status gizi balita. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada keluarga Bapak S, khususnya An S. Tanda-tanda kurang gizi yang terdapat pada An S seperti tampak kurus, sering menangis, rambut kemerahan dan tipis, serta IMT berada di bawah persentil -3SD dimana termasuk dalam kategori gizi buruk (Kemenkes, 2011). 52
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
53
Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan keluarga. Intervensi utama yang dilakukan terkait gizi kurang pada balita adalah dengan penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan pada anak balita. Pemilihan intervensi tersebut dilakukan agar keluarga dapat memahami akan pentingnya pemenuhan zat gizi yang seimbang pada balita. Keluarga diharapkan dapat menyadari akan manfaat dari asupan makanan dengan gizi yang seimbang sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi balita.
Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak S dilakukan selama 7 minggu. Evaluasi dilakukan melalui penimbangan berat badan An S, dan didapatkan hasil penimbangan berat badan An S meningkat 4 ons, yaitu dari 7,2 kg menjadi 7,6 kg. Tingkat kemandirian keluarga Bapak S saat ini berada pada tingkat kemandirian III. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak.
5.2 Saran 5.2.1 Puskesmas/Perawat Komunitas Perawat perlu mengembangkan media promosi kesehatan terkait gizi balita dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita agar disesuaikan dengan karakteristik keluarga. Media penyuluhan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan keluarga sehingga efektifitas penyampain informasi dapat berjalan optimal. Perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga dengan balita yang berisiko tinggi memiliki masalah gizi melalui asuhan keperawatan keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan dalam penemuan kasus masalah gizi kurang pada balita.
5.2.2 Keluarga Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya meningkatkan status gizi balita melalui aktif bertanya atau berkonsultasi pada petugas kesehatan, memanfaatkan sarana media cetak dan elektronik sebagai media informasi. Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
54
Keluarga diharapkan dapat memberikan makanan yang bervariasi dengan menu seimbang setiap harinya pada anak yang terdiri dari makanan pokok, sayur, lauk pauk, dan buah dengan memperhatikan selera makan anak. Keluarga sebaiknya berkunjung ke posyandu setiap bulan untuk penimbangan berat badan balita dan menanyakan kepada petugas kesehatan mengenai hal-hal yang belum diketahui terkait tumbuh kembang dan pemenuhan gizi balita.
5.2.3 Masyarakat/Kader Peran masyarakat, terutama kader harus ditingkatkan dalam pemberian penyuluhan kesehatan, khususnya terkait gizi pada balita dalam kegiatan posyandu. Kader harus menerapkan posyandu dengan lima langkah yang sesuai sehingga dapat memberikan informasi kesehatan, terutama mengenai gizi kepada ibu-ibu dengan anak balita. Kader diharapkan dapat melaporkan penemuan terkait masalah gizi yang ada di masyarakat, baik kepada bidan desa maupun tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dari Puskesmas Cimanggis. Adanya pencatatan tentang masalah balita dengan gizi kurang tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindak lanjut agar masalah gizi dapat segera diatasi.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA Allender & Spradley. (2005). Community health nursing: concept and practice. (5th ed). Philadelphia : Lippincott. Allender, J. A., Rector, C., Warner, K. D. (2010). Community health nursing: promoting & protecting the public’s health. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins. Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Anderson, E.T., dan McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta Anonim. (2009). Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. 1 Juli 2013. Universitas Diponegoro. http://elearning.undip.ac.id Arisman. (2004). Gizi dalam daur kehidupan : Buku ajar ilmu gizi. Jakarta: EGC. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2007). Riset kesehatan dasar 2007. Balitbangkes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2010). Riset kesehatan dasar 2010. Balitbangkes. Brown, Judith. (2005). Nutrition through the life cycle. USA: Wadsworth. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Rencana aksi nasional pangan dan gizi 2006-2010. Bappenas. Badan Pusat Statistik (BPS). (2008). Analisis dan perhitungan tingkat kemiskinan 2008. Jakarta. 1 Juli 2013. http://daps.bps.go.id. Basuki, U. (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baduta (623 bulan) pada keluarga miskin dan keluarga tidak miskin di Kota Bandar Lampung Tahun 2003. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan Perencanaan dan Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2010). Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta. http://www.yanmedik.depkes.go.id.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Departemen Kesehatan RI & Pakar Institut Danone (2011). Sehat dan bugar berkat gizi seimbang. Jakarta: PT Gramedia. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2008). Pedoman perawat kesehatan masyarakat di puskesmas. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2008). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. http://www.depkes.go.id. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2004). Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bangsa Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2003), Panduan umum gizi seimbang (panduan untuk petugas). Jakarta: Departemen Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2000). Situasi pangan dan gizi Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak dipublikasikan. Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange. Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik keluarga dan anak dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Kelurahan Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing: caring in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing Company. Huriah, T. (2006). Hubungan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi dengan status gizi balita di Puskesmas Beji, Kota Depok. Tesis. Program
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Indriyani. (2011). Hubungan antara pola asuh gizi dan faktor lain dengan status gizi balita (12-59) di Kelurahan Sindangrasa Bogor. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Indrizal, E. et.al. 2006. Penyusunan Rekomendasi Teknis Pembangunan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Tesso Nilo. Pekanbaru: WWF AREAS Riau Conservation Program. Jumadil. (2010). Beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi balita (BB/U) pada balita di wilayah kerja Puskesmas Bogor Selatan tahun 2010. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian makanan tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. (2011). Standar antopometri penilaian status gizi anak. Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Khomsan, Ali dkk. (2000). Manajemen penelitian bidang pangan dan gizi masyarakat. Jakarta: Project CHN III Direktorat Pendidikan dan Gizi IPB. Kozier, Erb et al. (2004). Fundamental of nursing: concepts, process and practice. (7th ed). New Jersey: Pearson. McEwen, Melanie. (1998). Community based nursing an introductions. Philadelphia: W. B. Saunders Company Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed). Philippine : Argonauta Corporation. Mulyaningsih, Endah Sriyani. (2007). Hubungan antara asupan energi, protein, dan faktor lain dengan status gizi balita (12-59) bulan di Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung tahun 2007. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC Neldawati. (2006). Hubungan pola pemberian makan pada anak dan karakteristik lain dengan status gizi balita 60-59 bulan di laboratorium gizi masyarakat puslitbang gizi dan makanan (P3GM). Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir Mahasiswa Universitas Indonesia (2008). Tidak dipublikasikan. Potts, N., & Mandleco, B. (2007). Pediatric nursing: caring for children and their families. 2th edition. Canada: Thomson Delmar Learning. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC. Smith, C. & Maurer, F. (2000). Community health nursing: theory and practice. Philadelphia: WB. Saunders. Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th ed). St Louis United States: Mosby Inc. Soekirman, et al. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Susenas. (2004). Status kesehatan, pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat, dan kesehatan lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperwatan anak. Jakarta : EGC. UNICEF. (1990). The state the world children 1990. Oxford University Press. United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a Compact among Nations to End Human Poverty in 2015. 1 Juli 2013. http://mdgs.un.org. Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Wong, D.L, et al. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta: EGC. Zeitlin, Marian. (1990). Peran pola asuh anak, pemanfaatan hasil studi penyimpangan positif untuk program gizi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakrta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia.
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
PENGKAJIAN KELUARGA A. Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga
: Bapak S
2. Pekerjaan
: Wiraswasta
3. Alamat
: Jln. Radar Auri RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Depok
4. Komposisi keluarga: No
Nama
JK
Hub.dgan KK
Umur
Pendidikan
1.
Bapak S
L
Kepala keluarga
31 tahun
SMK
2.
Ibu L
P
Istri
30 tahun
D3
3.
An H
L
Anak kandung
5 tahun
-
4.
An S
P
Anak kandung
17 bulan
-
Ket
Genogram:
2
1
3
Keterangan genogram :
4
Keterangan :
1 Bapak S (30 tahun)
laki-laki
2 Ibu L (30 tahun)
perempuan
3 An H (5 tahun) 4 An S (17 bulan)
entry point --------
tinggal satu rumah
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
Keterangan : Bapak S merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Bapak S tidak memiliki riwayat sakit tertentu. Bapak S merasa dirinya sehat dan tidak memiliki keluhan sakit apa-apa. Terkadang Bapak S hanya merasa badannya pegal-pegal karena keletihan usai bekerja, dan istirahat agar badannya kembali fit. Ibu L merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Ibu L tidak memiliki riwayat penyakit berat sebelumnya. Ibu L pernah menderita solusio plasenta ketika hamil An S. Ibu memiliki keluhan terhadap penggunaan KB dan bingung memilih KB yang cocok untuk dirinya, An H merupakan anak pertama dari keluarga Bapak S. An H memiliki riwayat penyakit flek paru setahun yang lalu dan putus obat setelah 2 bulan karena berpindah dari tempat pengobatan di Tegal. An S merupakan anak kedua dari keluarga Bapak S, dan menjadi entry point dalam asuhan keperawatan keluarga. An S memiliki riwayat kelahiran prematur. Sejak bayi BB An S susah untuk naik. Saat ini An S mengalami masalah gizi buruk.
5. Tipe keluarga Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu L, An H, dan An L.
6. Latar belakang budaya Keluarga Bapak S mempunyai latar belakang budaya Jawa Tengah, Bapak S berasal dari Solo sedangkan Ibu S berasal dari Yogyakarta. Bapak S sejak kecil tinggal di Solo, namun setelah lulus SMK memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Berbeda dengan Ibu L yang sejak kecil telah lahir dan menetap di daerah Cempaka Putih. Ibu L mengatakan tidak ada mitos atau pantangan tertentu yang harus dipegang dan dapat mempengaruhi pemeliharaan kesehatan dalam keluarga. Namun Ibu L mengatakan telah terbiasa melakukan terapi pemijatan tradisional pada An S sejak masih bayi hingga saat ini. Ibu L merasa An S menjadi lebih sehat setelah dilakukan pemijatan.
7. Agama Keluarga Bapak S menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat, puasa, dan ibadah lainnya. Baik Bapak S maupun Ibu L tidak aktif mengikuti kegiatan pengajian di RT dikarenakan pekerjaan Bapak S yang tidak tetap jadwalnya dan Ibu L yang harus menjaga serta mengurus kedua anaknya.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
8. Status sosial ekonomi Bapak S memiliki pekerjaan yang tidak menetap. Ibu L mengatakan Bapak S sebelumnya bekerja di proyek bersama temannya di daerah Pondok Gede, namun telah selesai dan memutuskan untuk pindah ke Depok. Bapak S mengatakan saat ini sedang merintis usaha angkringan bersama temannya di pinggir jalan radar auri, dan mulai bekerja pada sore hari. Ibu L juga mengatakan saat ini Bapak S sedang mendapat panggilan kerja. apabila diterima bekerja, Bapak S akan bekerja di tempat yang baru pada pagi hari, dan sore harinya berdagang. Penghasilan Bapak S tidak terkaji dengan lengkap, namun Ibu L mengatakan penghasilan yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari, yaitu sekitar Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu L mengaku, sebelum An S lahir turut bekerja untuk membantu pendapatan keluarga, namun saat ini belum bisa bekerja lagi, dan hanya berjualan pakaian melalui online shop dengan penghasilan yang tidak menentu.
9. Aktivitas rekreasi keluarga Keluarga Bapak S jarang pergi berekreasi bersama karena pekerjaan Bapak S sebelumnya yang cukup menyita waktu. Aktivitas rekreasi keluarga yang biasa dilakukan adalah berkunjung ke rumah saudara yang ada di Jakarta atau hanya berjalan-jalan di sekitar rumah. Keluarga Bapak S lebih sering menghabiskan waktu makan bersama di rumah.
B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 10. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga Bapak S saat ini adalah keluarga dengan anggota keluarga pra sekolah, dimana anak pertama Bapak yaitu An H saat ini berumur 5 tahun 6 bulan.
11. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Tugas perkembangan keluarga dengan anggota keluarga pra sekolah meliputi memenuhi kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
Adapun tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah mensosialisasikan anak, dan menanamkan keyakinan beragama. Hal ini terlihat dari An H yang kurang dapat bersosialisais dengan orang lain, belum dapat berbicara secara lancar, dan lebih banyak diam ketika ditanya. Ibu L juga mengatakan An H sering diolok-olok oleh keluarga lain karena belum dapat berbicara, dan bila berbicara tidak jelas sehingga An H menjadi tidak banyak bicara. Keluarga Bapak S juga
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
belum mengajarkan An H tentang cara beribadah dikarenakan anak yang belum mengerti dan belum dapat menerima pendidikan terkait agama.
12. Riwayat kesehatan keluarga inti Bapak S merupakan pendatang baru di Jakarta dan merantau untuk mencari pekerjaan. Bapak S bersala dari Solo. Ibu L telah lama tinggal dan menetap di Cempaka Putih bersama orang tuanya. Pertemuan pertama antara Bapak S dan Ibu L adalah di Pondok Cina Depok. Mereka kemudian berkenalan dan sering bertemu. Keduanya memutuskan untuk berpasaran dan kemudian menikah pada tahun 2006. Pada tahun 2007 lahir anak H, dan tahun 2011 lahir anak S.
Bapak S mengatakan tidak memiliki keluhan masalah kesehatan saat ini. Bapak S mengaku tidak merokok dan tidak mengkonsumsi kopi. Bapak S menyadari pentingnya menjaga kesehatan karena dirinya sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban untuk mencari nafkah.
Ibu L mengatakan merasa bobot tubuhnya semakin bertambah ketika rutin melakukan KB suntik per tiga bulan. Ibu L mengaku sudah pernah menggunakan KB spiral namun tetap hamil An S, lalu kemudian mengganti dengan KB suntik. Saat ini Ibu L berencana untuk menggunakan KB implant namun belum sempat mengurus dan menyocokkan dengan jadwal menstruasinya. Ibu L terkadang mengalami batuk pilek seperti saat ni, bila An S sedang sakit, dan merasa mudah tertular ketika kondisi tubuhnya sedang tidak baik.
Menurut Ibu L, sejak putus obat setahun yang lalu, An H tidak memiliki masalah kesehatan seperti batuk, namun BB An H sangat susah untuk naik. An H saat ini masih sering berkeringat di malam hari, namun sudah cukup berkurang dibandingkan sebelumnya. An H juga terlihat belum dapat berbicara banyak dan secara jelas, bila diajak berbicara, An H lebih banyak diam dan tidak menjawab.
Melalui Ibu L, diketahui An S diketahui memiliki BB yang susah naik. Ibu L mengatakan An S memiliki kesulitan makan nasi dan lauk pauk, lebih menyukai memakan cemilan. An S lebih sering tidak menghabiskan makanan pokok yang diberikan. Saat ini An S juga semakin rewel dan sering menangis. An S juga tidak begitu menyukai susu formula, dan biasanya hanya menghabiskan setengah atau paling banyak 80 cc susu formula yang diberikan sebanyak 100 cc.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
13. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Baik orang tua dari Ibu L maupun Bapak S tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, maupun diabetes mellitus. Ibu L mengatakan Ayahnya memiliki riwayat asam urat, sedangkan ibunya tidak memiliki keluhan kesehatan, dan masih sehat hingga saat ini. Bapak S dan Ibu L telah menikah selama 6 tahun. Bapak S mengatakan dirinya tidak memiliki keluhan penyakit, namun pada saat masih kecil Bapak S pernah dibawa berobat karena memiliki kepala dan perut yang besar namun kaki tangan kecil.
Ibu L mengatakan sampai saat ini dirinya tidak memiliki keluhan penyakit. Saat usia kehamilan anak kedua, An S memasuki 31 minggu Ibu L sempat mengalami perdarahan dan mendapat diagnosa solusio plasenta sehingga harus segera melakukan operasi caesar untuk melahirkan.
Melalui Ibu L, diketahui An H memiliki riwayat penyakit flek paru atau TB pada saat tinggal di Tegal, kampung halaman Ibu L. An H mendapat diagnosa TB paru lebih dari setahun yang lalu sebelum Ibu L pindah ke Jakarta. Saat di kampung, An H mendapat terapi obat, namun putus obat karena pindah rumah. Ibu L mengatakan An H hanya mengkonsumsi obat tersebut selama kurang lebih 2 bulan lamanya. Menurut Ibu L, An H tidak memiliki keluhan batuk-batuk, dan jarang sakit selama ini, hanya saja BB An H tidak naik-naik dan sebelumnya sering berkeringat di malam hari hingga bajunya basah. Ibu L mengaku kurang memahami terkait pengobatan penyakit yang diderita An H.
Terkait An S, Ibu L mengatakan An S lahir prematur dengan BB lahir 1200 gr di rumah sakit Cipto Mangunkusumo. An S kemudian dirawat secara intensif selama satu bulan dan BB An S hanya naik 200 gr. Keluarga Bapak S memutuskan untuk membawa pulang An S secara paksa untuk dirawat di rumah karena kondisi keuangan yang sudah tidak memungkinkan. Bapak S mengatakan setelah dibawa ke rumah, BB An S sempat naik dan bahkan mencapai 3 kg. Namun setelah usia An S menginjak satu tahun, BB An S menjadi susah untuk naik dan bila naik hanya sedikit saja.
C. Lingkungan 14. Karakteristik rumah Tipe rumah Bapak S adalah bangunan permanen dengan status rumah kontrakan. Rumah Bapak S memiliki 3 bagian, yaitu bagian untuk kamar tidur, ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga untuk menonton televisi, dan dapur serta kamar mandi. Kamar mandi keluarga menggunakan model toilet jongkok. Bapak S mengatakan jarak septic tank dengan sumber air
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
sekitar 15 meter. Rumah Bapak S juga memiliki teras di bagian depan yang biasanya digunakan untuk menjemur pakaian. Lantai rumah terbuat dari ubin dan keramik. Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu depan, jendela depan, serta jendela belakang rumah. Sumber air yang digunakan sehari-hari adalah dari air tanah menggunakan pompa. Saluran pembuangan air adalah selokan yang mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong sampah yang sampahnya diambil oleh petugas kebersihan setiap dua hari sekali. Keadaann rumah cukup tertata rapih namun tercium bau tidak sedap, seperti bau bekas BAK. Sirkulasi udara juga kurang baik karena jendela tidak dapat dibuka.
Denah rumah:
Keterangan: : jendela Dapur
Kamar mandi
Kamar tidur
Ruang tamu
Teras depan
15. Karakteristik tetangga dan komunitas RW: Keluarga Bapak S merupakan pendatang baru di lingkungan tempat mereka tinggal sekarang. Sebagian besar tetangga merupakan perantau yang berasal dari suku Jawa sehingga keluarga Bapak S mudah untuk menyesuaikan diri dengan tetangga. Para ibu dari tetangga Ibu L tampak sering berkumpul saat waktu luang pagi maupun sore hari,. Namun Ibu L mengaku jarang berkumpul karena mengurus An S dan kurang suka bila saat berkumpul hanya membicarakan orang lain. Lingkungan tetangga sekitar keluarga Bapak S tampak harmonis. Lingkungan RT tempat tinggal keluarga Bapak S merupakan lingkungan yang cukup padat, sebagian kecil
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
termasuk keluarga Bapak S memiliki tempat tinggal yang berada di pinggir jalan raya, dan memiliki kegiatan RW yang cukup banyak mulai dari kegiatan posyandu, posbindu, pengajian, arisan dan lain-lain. Komunitas RW memiliki jumlah kader yang cukup banyak, yaitu 12 orang sehingga setiap dapat kegiatan berjalan dengan baik.
16. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Bapak S sebelumnya tinggal di Pondok Gede dan baru pindah sekitar dua bulan lamanya di Cisalak Pasar. Ibu L sejak kecil tinggal di rumah orang tua yang berada di Cempaka Putih. Sedangkan Bapak S sebelumnya menikah tinggal di rumah orang tua yang berada di Solo kemudian ketika lulus SMK merantau ke Jakarta. Sejak menikah dengan Ibu L, Bapak S yang sebelumnya bekerja di Pondok Gede tinggal di dekat tempat Bapak S bekerja. Namun setelah selesai kontrak dengan pekerjaannya, keluarga Bapak S selanjutnya memutuskan untuk pindah ke Depok. Bapak S beraktivitas di luar rumah dengan jadwal yang tidak tetap tetapi biasanya di sore hari. Ibu L saat ini tidak bekerja dan masih mencari pekerjaan. Kegiatan sehari-hari Ibu L adalah mengurus anak-anak di rumah.
17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga Bapak S tidak pernah merencanakan untuk berkumpul. Karena anak-anak yang usianya masih kecil mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul di rumah. Menurut Ibu L saat berkumpul bersama keluarga biasanya dihabiskan sambil menonton televisi dan bermain bersama anak-anak di ruang tamu. Ibu L mengaku tidak mengikuti pengajian dan arisan di lingkungan RT maupun RW dikarenakan belum terlalu mengenal masyarakat sekitar dan terlalu sibuk mengurus anak-anak. Begitu pula dengan anak-anak Bapak S lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan jarang bermain dengan tetangga sekitar rumah. Ibu L mengatakan tidak senang bila berkumpul dengan tetangga kemudian diajak membicarakan orang lain, dan lebih memilih untuk di rumah saja. Namun demikian, Ibu L tetap menjalin silaturahmi dan menjaga hubungan baik dengan tetangga di sekitar rumahnya dengan saling menyapa satu sama lain.
18. Sistem pendukung sosial keluarga Bapak S yang sedang merintis usaha angkringan dan mencari pekerjaan, dibantu oleh Ibu L yang juga sedang mencari pekerjaan, dan melakukan usaha online shopping untuk membantu finansial keluarga. Selain itu, keluarga Ibu L, yaitu kakak-kakak Ibu L yang tinggal di Jakarta siap membantu bila dibutuhkan.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
D. Struktur Keluarga 19. Pola komunikasi keluarga Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Bapak S adalah komunikasi terbuka. Bila ada masalah maka akan diselesaikan bersama. Ibu L mengatakan selalu mendiskusikan masalah yang ada, dan menanyakan pendapat Bapak S terkait keputusan yang akan diambil ketika menghadapi permasalahan. Baik Bapak S maupun Ibu L sama-sama dekat dengan kedua anaknya, dan sering berkomunikasi ketika waktu senggang.
20. Struktur kekuatan keluarga Pengambil keputusan dalam keluarga merupakan Bapak S selaku kepala keluarga. Namun terkadang bila ada hal yang kurang dapat diselesaikan oleh Bapak S maka Ibu L yang mengambil keputusan terutama bila terkait urusan anak. Hal tersebut terjadi bila Bapak S sedang tidak ada di rumah dan terkait keseharian anak-anak yang lebih banyak dengan Ibu L.
21. Struktur peran Bapak S adalah ayah, kepala keluarga dan pelindung keluarga. Peran ayah sebagai kepala keluarga dan pelindung keluarga telah dilakukan, namun peran sebagai pencari nafkah utama keluarga belum dapat dijalankan oleh Bapak S yang baru saja habis kpntrak dengan pekerjaannya. Ibu L sebagai istri dan ibu telah seoptimal mungkin menjalankan perannya yaitu mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anaknya. Ibu L juga saat ini menjalankan peran sebagai pencari nafkah untuk membantu keuangan keluarga dengan melakukan usaha online shopping, dan mulai mencari pekerjaan lagi.
22. Nilai, norma dan budaya Keluarga Bapak S tidak menganut nilai dan budaya tertentu. Namun karena baik Bapak S maupun Ibu L berasal dari suku Jawa, secara tidak langsung budaya Jawa masih terlihat dari keseharian keluarga. Bapak S mengatakan dirinya mengajarkan pada istri dan anak bahwa dalam hidup harus saling melengkapi dan membantu terutama dalam keluarga. Keyakinan agama yang dianut keluarga Bapak S adalah Islam. Nilai keluarga terkait pola pengasuhan anak terutama oleh Bapak S mengaku mengikuti pola pengasuhan orang tuanya dahulu. Sementara Ibu L menganggap pola berkomunikasi dan pola asuh untuk anak zaman sekarang tidak bisa disamakan dengan zaman dulu, harus disesuaikan dengan perkembangannya. Tidak ada nilai dan norma keluarga yang bertentangan dengan kesehatan secara umum.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
E. Fungsi Keluarga 23. Fungsi afektif Ibu L mengatakan bahwa keluarganya saling menyayangi satu sama lain. Bapak S dan Ibu L saling bahu membahu dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan membagi tugas satu sama lain. Ibu L terlihat memberikan perhatian kepada Bapak S, dan begitu pula sebaliknya. Menurut Ibu L, yang paling dekat dengan anak-anak adalah dirinya, karena Ibu L lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak. Namun bila Ibu L sedang ada urusan dan pergi, Bapak S yang menjaga anak-anak dan Bapak S terlihat cukup sabar mengurus anak-anak. Bukti bahwa anggota keluarga saling menyayangi adalah saling memperhatikan dan kepedulian terhadap keadaan masingmasing.
24. Fungsi sosialisasi Keluarga berinteraksi dengan baik dengan anggota keluarga yang lain. Bapak S mengatakan sering mengajak anak-anak bermain dan berjalan-jalan bila ada waktu senggang. Sosialisasi anggota keluarga dengan masyarakat juga cukup baik walaupun belum mengikuti kegiatan yang ada di RW tetapi Ibu L mengenal dan saling menyapa bila bertemu. An H tidak memiliki teman sebaya di lingkungan tempat tinggalnya sehingga lebih banyak menghabiskan waktu bermain di rumah. Sedangkan An S yang masih berusia 17 bulan terlihat sering menangis bila ditemui orang baru. Ibu L mengatakan An S kurang bersosialisasi sehingga kurang nyaman bila ada orang baru. Hal ini karena lingkungan tempat tinggal sebelumnya yang sepi dan membuat An S hanya mengenal anggota keluarganya saja.
25. Fungsi perawatan kesehatan Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An S, Ibu L mengatakan berat badan An S sangat susah untuk naik sejak dulu karena nafsu makan An S yang kurang. Ibu L mengatakan An S lahir prematur dan sejak lahir berat badannya susah untuk naik. Ibu L menyebutkan bahwa penyebab An S kurus adalah kesulitan makan, An S lebih menyukai memakan makanan selingan dibandingkan dengan makanan pokok. Menurut Ibu L An S juga tampak rewel dan sering menangis dan An S terlihat takut untuk berjalan serta kurang bersemangat. Menurut Bapak S, waktu dulu dirinya masih kecil, pernah dibawa untuk berobat karena badannya yang kurus tetapi kepala dan perutnya yang besar. Bapak S mengatakan sewaktu bayi An S pernah memiliki berat badan 3 kg namun semakin bertambah usia, berat badan semakin susah untuk naik. Bapak S mengatakan Ibu L kurang telaten dalam memberikan An S makan.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An S, Ibu L mengatakan telah berusaha menyediakan makanan yang sesuai. Ibu L mengatakan selalu menyediakan makanan selingan seperti biskuit dan wafer untuk An S. Saat ini, An S juga masih aktif menyusui, ditambah dengan susu formula, namun jumlahnya tidak menentu. Ibu L mengaku An S memang memiliki mood yang berubah-ubah pada waktu makan, terkadang habis namun lebih sering tidak habis saat memakan makanan pokok. Ibu L merasa bingung bagaimana agar berat badan An S bisa naik.
An H diketahui memiliki riwayat flek paru atau TB kurang lebih setahun yang lalu. Ibu L dan Bapak S mengaku tidak memiliki penyakit paru, bahkan Bapak S pun tidak merokok. Namun, Ibu L memiliki saudara yang memiliki riwayat TB paru dan seorang tante yang sempat dioperasi karena penyakit meningitis. An H didiagnosa menderita TB paru saat Ibu L tinggal di Tegal dan sempat mengkonsumsi obat selama dua bulan lamanya. Namun ketika keluarga Bapak S memutuskan untuk pindah ke Jakarta, pengobatan An H tidak dilanjutkan, putus obat. Ibu L mengatakan tidak mengetahui tentang dampak dari penyakit TB yang didertia An H namun baik Ibu L dan Bapak S merasa berat badan An H tidak naik-naik. Ibu L mengaku selama ini An H jarang sakit, bahkan hampir tidak pernah batuk pilek.
Bapak S mengatakan tidak memiliki keluhan apa-apa dan selama ini merasa cukup sehat. Bapak S terkadang hanya merasa kecapean atau pegal-pegal setelah bekerja. Kemudian istirahat untuk menghilangkannya. Di sisi lain Ibu L juga tidak memiliki keluhan masalah kesehatan. Namun merasa berat badannya semakin bertambah karena KB suntik yang telah dilakukannya selama ini. Sebelumnya Ibu L mengaku menggunakan KB spiral, tapi kemudian kebobolan dan hamil An S. Selanjutnya sampai saat ini, Ibu L menggunakan KB suntik secara rutin. Ibu L ingin mencoba menggunakan KB implant namun belum sempat memasang. Sebelumnya pernah akan memasang tetapi tidak jadi
F. Stress dan Koping Keluarga 26. Stressor Jangka Panjang Ibu L mengatakan sejak Bapak S yang baru berhenti bekerja dan belum memiliki pekerjaan tetap merupakan stresor jangka panjang bagi keluarga. Bapak S mengatakan penghasilannya tidak menentu dan sedang menunggu panggilan kerja sampai saat ini. Bapak S mengaku, saat ini Ibu L sedang mencari pekerjaan juga, jadi bila salah satu dari merka mendapat pekerjaan duluan maka yang lainnya mengalah untuk menjaga dan mengurus anak-anak di rumah. Ibu L mengatakan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
mungkin kondisi pekerjaan yang tidak tetap tersebut memicu keadaan emosional Bapak S menjadi labil karena kondisi keuangan yang tidak menentu.
27. Stressor Jangka Pendek Ibu L mengatakan masalah yang sangat mengganggu pikirannya saat ini adalah kondisi kesehatan kedua anaknya. Baik An S maupun An H memiliki berat badan yang susah naik sehingga membuat Ibu L merasa bingung. Ditambah lagi dengan riwayat penyakit TB yang pernah didertita An H. Baik Bapak S maupun Ibu L ingin memeriksakan kesehatan An H dan An S namun masih terhambat oleh faktor biaya.
28. Koping yang Digunakan Untuk stresor jangka panjang, koping yang dilakukan keluarga adalah mencoba membicarakan masalah yang dihadapi dan saling mengerti. Ibu L mengatakan dirinya mencoba lebih bersabar dan mengerti keadaan suaminya yang mungkin juga tidak diinginkan oleh Bapak S. Ibu L mengatakan sesekali mencoba berbicara mendiskusikan masalah tersebut dengan Bapak S.
Untuk stresor jangka pendek, koping yang digunakan keluarga adalah mencoba mengumpulkan uang, dan berusaha untuk merawat An S dan An H dengan lebih baik lagi. Ibu L juga mau menerima masukan serta berbagi ilmu terkait masalah yang dihadapinya saat ini. Begitu juga dengan Bapak S yang mau membantu dan menasehati Ibu L agar lebih telaten lagi dalam memberikan makanan kepada anak-anak.
G. Harapan keluarga terhadap perawat Keluarga mengharapkan dengan adanya mahasiswa masalah kesehatan dalam keluarga dapat terbantu. Keluarga juga berharap dapat terus dipantau kondisi kesehatan keluarga sehingga keluarga dapat selalu dalam keadaan sehat.
H. Pemeriksaan Fisik Jenis
Bapak S
Ibu L
An H
An S
pemeriksaan Suhu
36,5 oC
36 oC
36,4 o C
36 o C
Nadi
76 x/menit
72 x/menit
80 x/menit
84 x/menit
RR
20 x/menit
20 x/menit
22 x/menit
24 x/menit
TD
120/80 mmHg
110/80 mmHg
100/70 mmHg
90/60 mmHg
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
BB
60 kg
50 kg
11 kg
7,2 kg
TB
168 cm
154 cm
100 cm
76 cm
Kepala
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
tidak ada lesi,
penyebaran rambut
penyebaran rambut
penyebaran rambut
rambut tipis agak
merata, rambut
merata, rambut lurus
merata, rambut
kemerahan
lurus hitam
hitam, agak rontok
lurus hitam
konjungtiva tidak
konjungtiva tidak
konjungtiva tidak
konjungtiva anemis,
anemis, pupil bulat
anemis, pupil bulat
anemis, pupil bulat
pupil bulat isokor
isokor
isokor
isokor
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
bersih
bersih
bersih
bersih
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada sekret
tidak ada sekret
tidak ada sekret
ada sedikit sekret
gigi masih utuh dan
gigi masih utuh dan
gigi utuh, terdapat
gigi berjmlah 14, ada
lengkap
lengkap
sedikit karies gigi
2 gigi yang baru
Mata
Telinga
Hidung
Mulut dan gigi
tumbuh Leher
Dada/thorax
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
tidak ada
tidak ada pembesaran tidak ada
tidak ada pembesaran
pembesaran
kelenjar getah bening
kelenjar getah bening
pembesaran
kelenjar getah
kelenjar getah
bening
bening
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
pembesaran, ronkhi
pembesaran, ronkhi
pembesaran, ronkhi
pembesaran, ronkhi
(-), wheezhing (-)
(-) dan wheezhing (-)
(-) dan wheezhing
(+) dan wheezhing (-
S1 & S2 normal
S1 & S2 normal
(-) S1 & S2 normal
) S1 & S2 normal
tidak ada keluhan
tidak ada keluhan
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
BU (+)
BU (+)
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
deformitas (-)
deformitas (-)
deformitas (-)
deformitas (-)
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
tidak ada keluhan,
kulit agak kering,
turgor kulit normal
turgor kulit normal
turgor kulit normal
terdapat benjolan kecil di paha kiri dekat dengan lipatan paha
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
ANALISA DATA No. 1.
Data DS: Ibu L mengatakan BB An S sejak lahir susah untuk naik Ibu L mengatakan An S lebih menyukai memakan makanan cemilan dibandingkan dengan makan nasi Ibu L mengatakan belum melakukan apa-apa untuk mengatasi BB An S yang susah naik Ibu L mengatakan An S memiliki mood yang berubahubah saat makan, bila sedang mood akan menghabiskan nasi dan lauk pauk sebanyak 10 sendok teh, namun lebih sering hanya makan sebanyak 5-6 sendok teh Ibu L mengatakan An S masih menyusui namun tidak tahu pasti apakah ASI masih produksi atau tidak Ibu L mengatakan An S rutin memakan cemilan dan selalu meminta cemilan setiap hari Ibu L mengatakan bila dibuatkan susu formula, An S hanya menghabiskan paling banyak 80 ml dari 100 ml susu, dan tidak pernah habis Ibu L mengatakan An S cukup menyukai sayuran, namun tidak menyukai buah-buahan Ibu L merasa An S semakin rewel dan sering menangis saat ini Menurut Bapak S, Ibu L kurang telaten dalam memberikan makan pada anak Bapak S mengatakan waktu dirinya kecil pernah mengalami gizi buruk Bapak S mengatakan An S pernah gemuk saat madsih bayi, namun semakin bertambah usia berat badan susah naik DO: BB An S 7,2 kg Usia :17 bulan BB/U dibawah – 3SD kategori gizi buruk TB : 76 cm TB/U normal BB/TB -3SD LILA 9,5 cm kategori gizi buruk, yaitu di bawah – 3 SD Hasil dari BB dan usia An S pada kartu KMS berada di bawah garis merah dan termasuk dalam kategori gizi buruk. An S nampak kurus, persebaran rambut merata, namun tipis dan kemerahan An S terlihat lemas, sering menangis
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 1 PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
2.
3.
Konjungtiva anemis Kulit An S agak kusam dan kering DS: Ibu L mengatakan An S cukup sering mengalami batuk dan pilek Ibu L mengatakan An S pernah di uap ketika sedang pilek waktu dulu Ibu L mengaku belum memberikan apa-apa dan An S telah pilek selama 3 hari Ibu L mengaku malah tertular pilek dari An S Ibu L mengatakan karena tidak enak badan, An S menjadi susah makan Ibu L mengatakan ingin ke puskesmas namun belum pernah dan tidak tahu jalan DO: RR 30x/menit An S terlihat sesekali batuk dan pengeluaran cairan dari hidung (+) An S terlihat semakin rewel Terdapat ronkhi di kedua lapang paru Nafas An S berbunyi An S terlihat menggunakan otot bantu nafas Retraksi dinding dada (-) DS: Ibu L mengatakan An S belum dapat berjalan karena takut Ibu L mengatakan untuk berdiri An S keliahatan takut Ibu L menyadari anak-anaknya terlambat dalam perkembangan tapi tidak terpikir harus melakukan apa Ibu L mengatakan belum pernah melatih An S untuk berjalan, hanya mebiarkan An S berdiri dan berpegangan dengan perabotan
Risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S
Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S
DO: Hasil pengkajian KPSP pada An S (menggunakan pengkajian untuk anak berusia 15 bulan) adalah An S hanya dapat melakukan 4 dari 10 indikator instruksi yang ada. Kemampuan gerak kasar An S mengalami keterlambatan perkembangan terlihat dari 4 indikator yang belum dapat dilakukan An S tampak belum dapat berjalan An S terlihat lemah dan kurang aktif
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 2 SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
SKORING MASALAH 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran tertinggi Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi pada aktual An S ditandai dengan badan An S yang kurus, berat badan An S 7,2 kg umur 17 bulan, dan susah naik sejak dahulu, bila naik pun hanya 1 ons serta keadaan An S yang rewel. Kemungkinan 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Ibu L mengatakan nafsu masalah untuk makan An S berubah-ubah diubah: mudah tergantung mood, terkadang makan banyak namun sering tidak habis. An S lebih menyukai makanan selingan dibandingkan makanan pokok. Potensi 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi dan masalah untuk telah berlangsung cukup lama dicegah: tinggi lebih dari 6 bulan. Namun usia An S yang masih balita, dapat diubah tergantung dari pola asuh orang tua, terutama Ibu L Menonjolnya 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa masalah : masalah pada An S harus segera segera ditangani. ditangani Total 5 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan tertinggi Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Aktual
Kemungkinan masalah untuk diubah: sebagian
1
2
2
1/2 x 2 = 1
Pembenaran Ibu L mengatakan An S cukup sering mengalami batuk pilek, dan saat ini sedang mengalami batuk pilek, An S menjadi semakin resel dan susah makan Baik Bapak S dan Ibu L belum melakukan apa-apa untuk mengatasi masalah, hanya mengajak An S, Ibu mengaku malah ikut tertular
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 2 SKORING MASALAH KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
Potensi masalah untuk dicegah: cukup Menonjolnya masalah : segera ditangani Total
3
3
1
3/3 x 1 = 1
2
2
1
2/2 x 1 = 1
Masalah sudah terjadi berulang dan telah terjadi selama 3 hari Keluarga mengatakan bahwa masalah pada An S harus segera ditangani.
4
3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan tertinggi Sifat masalah: 2 3 1 2/3 x 1 = 2/3 risiko
Kemungkinan masalah untuk diubah: sebagian
1
2
2
1/2 x 2 = 1
Potensi masalah untuk dicegah: cukup Menonjolnya masalah : segera ditangani Total
1
3
1
1/3 x 1 = 1/3
2
2
1
2/2 x 1 = 1
Pembenaran Ibu L mengatakan An S belum dapat berjalan di usianya yang telah 17 bulan, bahkan untuk berdiri masih terlihat takut Baik Bapak S dan Ibu L belum melakukan apa-apa untuk mengatasi masalah, hanya mengajak An H untuk mengobrol dan memotivasi An S untuk berjalan. Masalah sudah terjadi cukup lama dan An S seharusnya sudah dapat berjalan. Keluarga mengatakan bahwa masalah pada An H dan An S harus segera ditangani.
3
PRIORITAS MASALAH 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S 3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
No 1.
Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Bpk S, khusunya An S
Tujuan Umum Khusus Setelah dilakukan 1. Setelah 1 x 45 menit pertemuan pertemuan, keluarga sebanyak 6 kali mampu mengenal kunjungan, masalah gizi kurang, keluarga mampu dengan mampu: memenuhi 1.1 Menyebutkan kebutuhan nutrisi definisi gizi An S ditandai dengan peningkatan BB.
Kriteria Evaluasi Kriteria Standar
Respon verbal
Keluarga menyebutkan gizi yaitu zat-zat yang ada di dalam makanan yang diperlukan tubuh untuk kelangsungan kehidupan.
Intervensi
1.1.2 Diskusikan bersama keluarga apa 1.1.3 1.1.4
1.1.5 1.1.6 1.1.7 1.1.8
1.2 Menyebutkan definisi gizi
Respon verbal
Keluarga menyebutkan gizi kurang adalah suatu keadaan dimana tubuh
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
yang diketahui keluarga mengenai pengertian gizi Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai gizi Berikan informasi kepada keluarga mengenai pengertian gizi dengan menggunakan media leaflet dan lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai arti kurang gizi
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
kurang
tidak mendapatkan zatzat tubuh tertentu dari makanan.
1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
1.2.3
1.2.4 1.2.5 1.2.6 1.2.7
1.3 Menyebutkan tanda dan gejala masalah gizi kurang
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala gizi kurang, yaitu: 1. BB kurang dari 20% dari BB ideal 2. Badan kurus 3. Rambut merah (pirang), tipis dan mudah dicabut 4. Lemah dan pucat 5. Kulit kering dan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
tentang pemahaman keluarga mengenai pengertian gizi kurang yang benar Berikan informasi pada keluarga mengenai pengertian gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa 1.3.2 1.3.3
1.3.4 1.3.5
yang diketahui keluarga tentang tanda dan gejala gizi kurang Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
kusam 6. Kaki, tangan, dan sekitar mata bengkak
materi yang belum dimengerti 1.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi 1.3.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa
1.4 Menyebutkan penyebab timbulnya masalah gizi kurang.
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 penyebab gizi kurang, yaitu: 1. Makanan yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan tubuh 2. Makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang 3. Pola asuh orang tua 4. Makan tidak teratur 5. Adanya penyakit tertentu
1.4.2
1.4.3
1.4.4 1.4.5 1.4.6 1.4.7
yang diketahui keluarga tentang penyebab gizi kurang Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai penyebab gizi kurang yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai penyebab timbulnya gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah Keluarga mengatakan An S mengalami gizi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
anggota keluarga yang mempunyai tanda dan gejala tubuh kekurangan gizi
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
kurang
1.5 Mengidentifiasi anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
1.5.2 Berikan reinforcement positif atas apa yang telah dikemukan keluarga yang tepat dan benar
Respon verbal
2. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, dengan mampu: 2.1 Menyebutkan akibat gizi kurang
2.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
Respon verbal
Anggota keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat gizi kurang, yaitu: 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan 2. Mudah terserang penyakit 3. Menurunkan daya pikir/ kecerdasan 4. Tonus otot buruk
2.1.2 2.1.3
2.1.4 2.1.5 2.1.6 2.1.7
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
yang diketahui keluarga mengenai akibat gizi kurang Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai akibat gizi kurang Berikan informasi kepada keluarga mengenai gizi kurang dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
usaha keluarga
2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan Keluarga memutuskan untuk merawat An S yang mengalami gizi kurang.
2.2 Pengambilan keputusan untuk Respon mengatasi angg afektif ota keluarga yang mengalami gizi kurang
menyadari adanya masalah gizi kurang sesuai dengan materi yang telah diberikan 2.2.2 Bantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang 2.2.3 Berikan reinforcement atas keputusan yang telah diambil keluarga
3. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, dengan mampu: 3.1 Menyebutkan Triguna makanan
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
Respon verbal
Keluarga menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 2 contohnya: 1. Zat tenaga, sebagai sumber tenaga untuk beraktivitas dan sumber makanan pokok (karbohidrat), seperti: nasi, roti, singkong, ubi, dll
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
yang diketahui keluarga mengenai Triguna makanan 3.1.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai Triguna makanan yang benar 3.1.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai Triguna makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
2. Zat pembangun, sebagai pupuk untuk proses berpikir, terdapat dalam lauk pauk (protein dan lemak), seperti: ikan, telur, tempe, daging, susu, dll 3. Zat pengatur, sebagai pengatur lalu lintas makanan terdapat dalam buah dan sayur (vitamin dan mineral), seperti: wortel, jeruk, nanas, bayam, dll
materi yang disampaikan 3.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 3.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 3.1.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
3.2.1 Dorong keluarga untuk
3.2 Menyebutkan cara mengatasi masalah gizi kurang
Respon verbal dan psikomotor
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara mengatasi gizi kurang, yaitu: 1. Makan makanan yang seimbang (Triguna makanan), menyusun menu makanan dengan gizi seimbang 2. Makanan sesuai dengan kebutuhan/ porsi makan anak 3. Cara mengolah
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
menceritakan apa yang dilakukan untuk meningkatkan berat badan An S 3.2.2 Diskusikan cara mengatasi gizi kurang atau cara untuk meningkatkan berat badan An S 3.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengatasi gizi kurang atau cara untuk meningkatkan berat badan An S dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.2.4 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
makanan yang benar 4. Pengaturan jadwal makan yang teratur 5. Cemilan/makanan selingan sehat untuk anak
3.2.5 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
3.3.1 Dorong keluarga untuk
3.3 Menyebutkan cara memilih makanan
3.4 Menyebutkan cara mengolah
Respon psikomotor
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara memilih makanan, yaitu: 1. Harganya terjangkau 2. Nilai gizinya baik atau seimbang 3. Masih segar, tidak layu, tidak berbau busuk 4. Memasak dengan tampilan yang menarik 5. Makan bersama anak Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara mengolah makanan, yaitu: 1. Sayuran dan buah dicuci di air yang mengalir terlebih dahulu baru dipotong-potong
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
menceritakan bagaimana memilih bahan makanan 3.3.2 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara memilih bahan makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.3.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan 3.3.4 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai keluarga
3.4.1 Dorong keluarga untuk menceritakan cara mengolah makanan 3.4.2 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengolah makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet 3.4.3 Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali materi yang
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
makanan
Respon verbal dan psikomotor
3.5 Mendemonstras i- kan cara mengolah makanan
Respon psikomotor
2. Sayuran dimasak jangan terlalu lama
3. Alat-alat masak dan makan dicuci bersih 4. Cuci tangan sebelum masak dan makan Mahasiswa dan keluarga mengolah makanan yang sederhana, yaitu memasak sayur bayam. Caranya sebagai berikut: Sayuran dicuci di air mengalir kemudian dipotong-potong dan dimasukkan saat air mendidih. Sebelumnya masukkan terlebih dahulu bawang merah, bawang putih, cabai, garam secukupnya, dan diangkat saat sayuran tidak menjadi layu.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
telah disampaikan 3.4.4 Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh keluarga
3.5.1 Demonstrasikan cara mengolah 3.5.2 3.5.3 3.5.4 3.5.5
makanan kepada keluarga Anjurkan keluarga untuk mendemonstrasikan mengolah makanan bersama mahasiswa Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang diberikan Motivasi keluarga mendemonstrasikan secara mandiri Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
4. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, dengan mampu: 4.1 Menyebutkan cara penyajian makanan Respon verbal dan afektif
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara menyajikan makanan, yaitu: 1. Jenis makanan bervariasi setiap harinya 2. Mengkombinasikan jenis makanan hewani dan nabati 3. Perhatikan jadwal menu makanan 4. Jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan.
4.1.1 Diskusikan bersama keluarga 4.1.2 4.1.3
4.1.4 4.1.5 4.1.6 4.1.7
4.2 Menyebutkan
Anggota keluarga mampu menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan, yaitu: 1. Jangan dipaksa, tapi ikuti keinginan anak misalnya, sambil bermain atau temani anak saat makan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
bagaimana cara menyajikan makanan Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara menyajikan makanan dengan menggunakan media lembar balik dan leaflet Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
4.2.1 Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan 4.2.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga yang benar 4.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan dengan menggunakan media lembar balik
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan
Respon verbal dan afektif
4.3 Memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi
Respon verbal dan
2. Beri makan sesuai
4.2.4 Berikan kesempatan kepada
selera anak dan menu berbeda-beda 3. Jangan memberi makanan yang manis sebelum makan 4. Sajikan makanan dalam bentuk menarik 5. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
keluarga untuk bertanya tentang materi yang disampaikan 4.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap materi yang belum dimengerti 4.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dijelaskan 4.2.7 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga.
Anggota keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi anak, yaitu: 1. Makan bersama anggota keluarga yang lain 2. Menggunakan alat makan yang menarik 3. Makan sambil bercerita 4. Jenis makanan bervariasi dan menarik.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
4.3.1 Diskusikan bersama keluarga 4.3.2 4.3.3
4.3.4 4.3.5 4.3.6
tentang modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi anak Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga Berikan informasi kepada keluarga mengenai modifikasi lingkungan untuk meningkatkan status gizi anak dengan menggunakan media lembar balik Berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang dibahas Motivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah dibahas Berikan reinforcement positif atas
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
balita.
afektif.
Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: 1. Posyandu 2. Puskesmas 3. Rumah Sakit 4. Klinik Dokter
5. Setelah 1 x 40 menit pertemuan, keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi anak, dengan mampu: 5.1 Menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat disekitar lingkungan tempat tinggal terkait dengan peningkatan status gizi anak
usaha keluarga
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan manfaat kunjungan, yaitu: 1. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan anak 2. Mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
5.2 Menjelaskan manfaat mengunjungi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
5.1.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal 5.1.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi 5.1.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan 5.2.2 Berikan pujian kepada keluarga tentang pemahaman keluarga mengenai manfaat tersebut 5.2.3 Berikan informasi kepada keluarga mengenai manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dengan menggunakan media lembar balik
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai jadwal
Respon verbal
Keluarga rutin mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan anak
dan leaflet
5.3.1 Motivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan 5.3.2 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
5.3 Mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan
Respon afektif
No.
2.
Diagnosa Keperawatan Risiko ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Bpk S khususnya An S
Tujuan Jangka Panjang Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 2 kali kunjungan, risiko bersihan jalan napas tidak efektif
Jangka Pendek
Kriteria Evaluasi Kriteria
Standar
1. Setelah dilakukan pertemuan I sebanyak 1x60 menit, keluarga mampu mengenal masalah ISPA, dengan:
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Rencana Intervensi
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
pada keluarga Bpk S khususnya An S dapat dicegah
1.1 Menyebutkan arti pengertian ISPA
Respon verbal
1.2 Menyebutkan penyebab ISPA.
Respon verbal
1.3 Menyebutkan tandatanda ISPA.
Respon verbal
Pengertian ISPA (Infeksi Saluran Napas Akut) yaitu : infeksi atau peradangan pada saluran nafas bagian atas yang ditandai dengan batuk dan pilek kadangkadang disertai demam.
1.1.1. Dengan menggunakan lembar
Minimal 3 dari 4 penyebab ISPA : - Virus/bakteri. - Tertular ISPA dengen orang lain. - Lingkungan rumah yang kurang sehat. - Kurang gizi.
1.2.1. Jelaskan pada keluarga tentang
Minimal 3 dari 5 tandatanda ISPA : - Batuk. - Pilek. - Demam. - Nafas cepat. - Tarikan dinding
1.3.1. Diskusikan dengan keluarga
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
balik dan leaflet jelaskan pada keluarga tentang arti ISPA, yaitu : infeksi atau peradangan pada saluran nafas bagian atas ditandai dengan batuk dan pilek kadangkadang disertai demam. 1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
penyebab ISPA dengan menggunakan lembar balik, yaitu virus/bakteri, tertular ISPA dengan orang lain, lingkungan rumah yang kurang sehat, kurang gizi, 1.2.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
1.3.2
tentang tanda-tanda ISPA, yaitu batuk, pilek, demam, nafas cepat, tarikan dinding dada. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
dada. 1.4 Menyebutkan jenis dan tanda-tanda ISPA.
1.5 Mengidentifikasi adanya ISPA pada anggota keluarga.
2. Mampu mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan ISPA, dengan: 2.1 Menyebutkan dampak lanjut ISPA.
Respon verbal
Jenis ISPA dan tandatandanya : - Bukan pneumonia : (batuk, pilek, demam) - Pneumonia : (batuk, pilek., demam, nafas cepat) - Pneumonia berat : (batuk, pilek, demam, nafas cepat, tarikan dinding nafas)
Respon verbal
Mengenal adanya ISPA pada anggota keluarga berdasarkan tanda-tanda dan gejala yang ada.
Respon verbal
Minimal 2 dari 4 dampak lanjut ISPA : - Daya tahan tubuh
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
1.4.1. Jelaskan dengan menggunakan lembar balik dan leaflet jenis dan tanda-tanda ISPA, yaitu bukan pneumonia (batuk, pilek, demam); pneumonia (batuk, pilek, demam, nafas cepat); pneumonia berat (batuk, pilek, demam, nafas cepat, tarikan dinding nafas).
1.4.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan 1.4.3. Beri reinforcement positf atas jawaban yang tepat. 1.5.1. Bantu keluarga mengenali adanya masalah resiko bersihan jalan napas tidak efektif karena ISPA dari tanda dan gejala. 1.5.2. Bantu keluarga jika kesulitan mengidentifikasi. 1.5.3. beri reinforcement positif atas usaha kelurga.
2.1.1. Jelaskan dengan lembar balik dan gambar tentang damapk lanjut ISPA. 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal yang belum di mengerti.
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
-
2.2 Memutuskan untuk merawat
3. Mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan ISPA, dengan: 3.1 Menjelaskan dan mendemonstrasika n cara merawat anggota keluarga dengan ISPA.
menurun. Panas dapat menimbulkan kejang bila parah dapat berisiko meninggal. Biaya berobat tinggi. Menular ke orang lain.
2.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat
Respon verbal.
Menyatakan perlu suatu perawatan dan pengobatan untuk mengatasi dan mencegah ISPA
2.2.1.Motivasi keluarga untuk memutuskan tentang tindakan apa yang dilakukan untuk mengatasi ISPA. 2.2.2. Berikan reinforcement positif bila keluarga sudah memutuskan untuk mengatasi masalah.
Respon verbal dan psiko motor.
Minimal 4 dari 6 cara merawat ISPA : - Istirahat minimal 8jam. - Tetap berikan makanan bergizi. - Kompres dingin jika demam dan beri
3.1.1. Jelaskan dan demonstrasikan cara merawat ISPA yaitu dengan istirahat minimal 8 jam, tetap berikan makanan bergizi, kompres dingin jika demam dan beri minum yang banyak, bersihkan lubang hidung dengan tissue atau kain yang lembut jika pilek, membuat larutan pelega tenggorakan dari kecap atau madu
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
minum yang banyak. Bersihkan lubang hidung dengan tissue atau kain yang lembut jika pilek. Membuat larutan pelega tenggorakan dari kecap atau madu dicampur dengan air jeruk nipis dengan kompisisi 1:1 diberikan 3-4x/hari setelah makan.
dicampur dengan air jeruk nipis dengan kompisisi 1:1 diberikan 34x/hari setelah makan, latihan nafas dalam dan batuk efektif dengan cara ambil nafas dalam melalui hidung, tahan 3-4 hitungan lalu kelaurkan leawat mulut sebanyak 3x, pada kali ketiga saat hembusan langsung dibatukkan. 3.1.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. 3.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
Menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan mengatasi masalah ISPA - Rumah dan lingkungan bersih. - Pencahayaan dalam rumah adekuat. - Hindari anak menghirup debu/asap
4.1.1. Motivasi keluarga untuk melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi ISPA. 4.1.2. Lakukan kunjungan rumah tiba-tiba untuk mengevaluasi apakah keluarga memodifikasi lingkungan rumah. 4.1.3. Berikan reinforcement positif bila jawaban keluarga sesuai dengan standar.
-
-
4. Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x45 menit, keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk mengatasi masalah
Respon verbal
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
- Membuka jendela
5. Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, dengan: 5.1 Menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan.
Menyebutkan fasilitas kesehatan terdekat.
setiap hari agar sirkualsi udara dalam rumah baik. - Rumah tidak lembab.
Respon verbal
Respon verbal
Manfaat fasilitas kesehatan bagi penderita ISPA: - Mendapatkan perawatan secara langsung. - Memperoleh informasi tentang cara perawatan dirumah. - Mendapatkan terapi pengobatan.
Fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik dokter
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
5.1.1.Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan terkait keluhan yang ada. 5.1.2.Evaluasi kembali hasil penjelasan yang diberikan. 5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban sesuai dengan standar.
5.2.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan yang ada disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengulang fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement positif atas
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
usaha keluarga
Memanfaatkan fasilitas kesehatan.
No.
3.
Diagnosa Keperawatan Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada keluarga Bpk S khususnya An S
Respon afektif
Tujuan Jangka Panjang Setelah dilakukan pertemuan sebanyak 4 kali kunjungan, keluarga Bpk S dapat
Jangka Pendek
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan pengobatan penyakit ISPA
Kriteria Evaluasi Kriteria
Setelah dilakukan pertemuan I sebanyak 1x45 menit, keluarga: 1. Mampu mengenal tahapan tumbuh
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Standar
5.3.1. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi pelayanan kesehatan. 5.3.2. Beri reinforcement positif setelah keluarga pergi ke pelayanan kesehatan.
Rencana Intervensi
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
meningkatkan pengetahuannya tentang tumbuh kembang anak dan mempertahankan tumbuh kembang anak yang optimal.
kembang anak yang normal sesuai usia dan mengambil keputusan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. 1.1 Menyebutkan arti definisi pertumbuhan dan perkembangan
Respon verbal
Definisi pertumbuhan yaitu bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian/keseluruhan. Definisi perkembangan yaitu bertambahnya strukstur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan; gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, dan sosialisasi dan kemandirian.
Menyebutkan aspekaspek perkembangan yang harus dipanta
Menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Respon verbal
Keluarga dapat menyebutkan kembali 1 dari 5 aspek pertumbuhan dan perkembangan yang harus dipantau : - Tinggi badan dan berat badan - Gerak kasar/motorik kasar; kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot besar - Gerak halus/motorik halus; kemampuan anak melakukan pergerakan yang melibatkan otototot kecil dan koordinasi yang cermat.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
1.1.4. Dengan menggunakan lembar balik jelaskan pada keluarga tentang definisi dari pertumbuhan dan perkembangan 1.1.5. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.1.6. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
1.2.4. Jelaskan pada keluarga tentang aspek-aspek yang harus dipantau pada pertumbuhan, 5 aspek perkembangan yang harus dipantau, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak, dan tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 4 bulan dengan menggunakan media
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
- Kemampuan bicara dan bahasa;
Mengidentifikasi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 17 bulan
Respon verbal
2. Mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengoptimalkan tumbuh kembang anak Respon melalui: verbal Menyebutkan gangguangangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan
kemampuan memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah, dsb. - Sosialisasi dan kemandirian; kemampuan mandiri anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Keluarga dapat menyebutkan kembali 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak: - Keturunan - Umur - Nutrisi - Hormon - Penyakit infeksi - Lingkungan - Stimulasi dan rangsangan Keluarga mampu mengidentifikasi tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 17 bulan : - Berat badan lahir menjadi dua kali pada akhir 4-7 bulan pertama. - Panjang lahir bertambah 2,5 cm setiap bulan. - Kognitif;
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
lembar balik 1.2.5. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan. 1.2.6. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
1.3.1. Diskusikan dengan keluarga tentang faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
1.4.1. Jelaskan dengan menggunakan lembar balik tugas pertumbuhan dan perkembangan anak usia 17 bulan 1.4.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan 1.4.3. Beri reinforcement positf
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
- Psikososial: percaya vs tidak
atas jawaban yang tepat.
percaya.
- Sosial; kelekatan. - Motorik halus: - Motorik kasar: berjalan
Memutuskan untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya sesuai usia 17 bulan
3. Mampu merawat/ mengoptimalkan tumbuh kembang anak balitanya yang berusia 17 bulan Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara melatih kemampuan
Respon verbal.
Keluarga dapat menyebutkan kembali 2 dari 5 gangguan tumbuh kembang yang sering terjadi : - Gangguan bicara dan bahasa - Retardasi mental - Perawatan pendek - Gangguan autisme - Gagal tumbuh
Keluarga memutuskan untuk
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
2.1.1. Jelaskan dengan lembar balik tentang gangguangangguan tumbuh kembang yang sering terjadi/ditemukan dan cara stimulasi yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal yang belum di mengerti. 2.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat 2.2.1.Motivasi keluarga untuk memutuskan tentang tindakan apa yang
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
bicara dan bahasa pada An. S
mengoptimalkan tumbuh kembang anaknya sesuai usia 17 bulan
Respon verbal dan afektif
Melatih kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An.S
Respon verbal dan psiko motor.
Keluarga dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan stimulasi melatih kemampuan bicara dan bahasa pada An. S Tetap berikan makanan bergizi. - Keluarga dapat melanjutkan stimulasi; berbicara, meniru suara-suara, mengenali berbagai suara - Keluarga dapat mendemonstrasikan stimulasi: mencari sumber suara. - Keluarga dapat mendemonstrasikan stimulasi; menirukan kata-kata
dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak 2.2.2. Berikan reinforcement positif bila keluarga sudah memutuskan untuk mengatasi masalah.
3.1.1. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada anak usia 17 bulan dan demonstrasikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada An S 3.1.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. 3.1.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat. 3.1.4. Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara stimulasi kemampuan bicara dan bahasa pada An. S 3.2.1. Diskusikan bersama
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Melatih kemampuan gerak kasar pada An.S Respon Verbal dan Psikomot or
Keluarga dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan stimulasi melatih kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An. S: - Keluarga dapat melanjutkan stimulasi; memberi rasa aman dan kasih sayang, mengajak tersenyum, mengamati, mengayun, dan menina bobokan - Keluarga dapat mendemonstrasikan stimulasi: bermain ciluk ba
Keluarga dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan stimulasi melatih kemampuan gerak kasar pada An. S : - Keluarga dapat melanjutkan stimulasi; berjalan - Keluarga dapat mendemonstrasikan stimulasi: cara berjalan
Melatih kemampuan gerak halus pada An.S
Verbal
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada anak usia 17 bulan dan demonstrasikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An S 3.2.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. 3.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat. 3.2.1. Diskusikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan motorik kasar pada anak usia 17 bulan dan demonstrasikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An S 3.2.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. 3.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat. 3.2.1. Diskusikan bersama
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
dan Psikomot or
Keluarga dapat menyebutkan dan mendemonstrasikan stimulasi melatih kemampuan gerak motorik halus pada An.S: - Keluarga dapat melanjutkan stimulasi; - Keluarga dapat mendemonstrasikan stimulasi: memegang benda dengan kuat
Setelah dilakukan pertemuan ke 2 sebanyak 1x45 menit, keluarga: 4. Mampu memodifikasi lingkungan Respon Verbal dan Psikomot or
Keluarga melakukan minimal 2 dari 4 tindakan modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan tumbang anaknya:
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan motorik halus pada anak usia 17 bulan dan demonstrasikan bersama keluarga mengenai cara stimulasi kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada An S 3.2.2. Minta keluarga menjelaskan kembali. 3.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat.
4.1.1. Motivasi keluarga untuk melakukan modifikasi lingkungan untuk menstimuasi dan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak 4.1.2. Lakukan kunjungan rumah tiba-tiba untuk mengevaluasi apakah keluarga memodifikasi lingkungan rumah. 4.1.3. Berikan reinforcement positif bila jawaban keluarga sesuai dengan
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
- Menjauhkan benda-benda
5. Mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat, dengan: Menyebutkan fasilitas kesehatan terdekat yang dapat dimanfaatkan.
Memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Respon verbal, afektif, dan motorik
berbahaya yang ada di llingkungan anaknya. - Ibu melanjutkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang untuk mengoptimalkan tumbang anaknya. - Keluarga menyediakan mainan yang aman untuk menstimulasi tumbuh kembang anaknya - Keluarga sering mengajak anaknya berbicara atau berinteraksi untuk mengoptimalkan stimulasi tumbang anaknya
Fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi: - Puskesmas - Rumah sakit - Klinik tumbuh kembang
Keluarga mengunjungi pelayanan kesehatan untuk melakukan deteksi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
standar.
5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan terkait keluhan 5.1.2. Evaluasi kembali hasil penjelasan yang diberikan. 5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban sesuai dengan standar. 5.2.1 Diskusikan bersama keluarga mengenai fasilitas kesehatan disekitar tempat tinggal 5.2.2 Motivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi 5.2.3 Berikan reinforcement positif atas usaha keluarga
LAMPIRAN 3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
dini tumbuh kembang pada anak
Respon verbal
Respon verbal
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Nama KK Nama Klien DIAGNOSA Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
: Bapak S : An S WAKTU Senin, 19 Mei 2013 Pukul 10:00 – 10:30 WIB
IMPLEMENTASI Membina hubungan saling percaya Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan dan tujuan praktik Melakukan pengkajian keluarga Mendiskusikan dengan keluarga tentang pertumbuhan dan perkembangan An S Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An S Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
EVALUASI S: Keluarga Bapak S mengatakan baru pindah dan tinggal di RW 07 selama dua bulan Bapak S dan Ibu L menyetujui kontrak kunjungan selama masa praktik mahasiswa di RW 07 Bapak S dan Ibu L menyetujui kunjungan saat ini selama 30 menit Ibu L mengatakan An S lahir prematur dengan lama kehamilan 31 minggu dan BB lahir 1200 gr karena mengalami sollusio plasenta Bapak S dan Ibu L menyadari akan BB An S yang sulit naik, dan apabila naik hanya sedikit-sedikit Ibu L mengatakan An S susah makan, dan lebih menyukai makanan selingan dibandingkan dengan makan nasi Ibu L mengatakan An S kurus, namun cukup aktif dan pintar, meskipun belum bisa berjalan saat ini karena An S penakut O: Keluarga Bapak S terlihat menerima kedatangan mahasiswa dengan baik Bapak S dan Ibu L berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan mahasiswa dengan mengajukan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Kamis, 23 Mei 2013 Pukul 10:1511:00 WIB
Membina hubungan saling percaya Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan Melakukan pengkajian keluarga Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga, pengukuran TTV, menimbang BB, TB, dan mengukur LILA An S Melakukan pengkajian 24 hours food recall Mendiskusikan dengan keluarga tentang riwayat kesehatan keluarga Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An S
pertanyaan pada mahasiswa Keluarga Bapak S nampak antusias dalam membicarakan masalah yang ada pada An S An S terlihat rewel dan beberapa kali menangis saat kunjungan A: Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S teridentifikasi Masalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pad An S teridentifikasi P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan TUK 1 sampai 3 S: Ibu L mengatakan An S memang memiliki BB yang susah naik sejak masih bayi Ibu L mengatakan setelah lahir An S sempat dirawat di RS selama satu bulan namun BB hanya naik 200 gr Ibu L menyetujui kunjungan saat ini selama 30 menit Ibu L mengatakan An S sering menangis dan rewel Ibu L mengatakan nafsu makan An S berubah-ubah, namun lebih sering tidak menghabiskan makanan ketika makan nasi Ibu L mengatakan An S menyukai ikan, telur, sayur
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Bersama keluarga menyimpulkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga Mengundang keluarga Bapak S untuk mengikuti acara penyuluhan gizi seimbang Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan keluarga
sop, wortel, namun tidak menyukai buah-buahan Ibu L mengatakan An S masih aktif menyusui, ditambah dengan susu formula, dan biasanya habis 80 ml setiap kali minum Ibu L mengatakan bersedia untuk menuliskan makanan yang dimakan An S selama satu hari Ibu L mengatakan An H pernah terkena penyakit flek paru pada saat di kampung satu tahun yang lalu Ibu L mengatakan An H putus obat setelah dua bulan Ibu L mengatakan An H jarang sakit atau batuk, hanya saja BB tidak naik-naik, sering berkeringat dingin pada malam hari Ibu L mengatakan tidak melanjutkam obat karena tidak ada keluhan pada An H dan kurang informasi terkait penyakit yang diderita An H Ibu L mengatakan belum pernah memeriksakan An H ke pelayanan kesehatan Ibu L mengatakan pernah tinggal satu rumah dengan saudara yang memiliki riwayat penyakit paru
O: Ibu L berespon baik terhadap tujuan dari kunjungan mahasiswa dengan menceritakan riwayat kesehatan keluarga TD Bapak S 120/80 mmHg Nadi 76x/menit
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
RR 20x/menit Suhu 36,5 oC BB : 60 kg TB : 168 cm TD Ibu L 120/80 mmHg Nadi 72x/menit RR 21 x/menit Suhu 36 oC BB : 50 kg TB : 164 cm TD An H 120/80 mmHg Nadi 80x/menit RR 18 x/menit Suhu 36 oC BB : 11 kg TB : 100 cm TD An S 120/80 mmHg Nadi 84x/menit RR 22 x/menit Suhu 36 oC BB : 7,5 kg TB : 75 cm LILA : 9,5 cm < -3SD gizi buruk Status gizi BB/U : antata -2SD dan -3SD ; PB/U : normal; BB/PB : antara -2SD dan -3SD kategori gizi kurang An S tampak kurus, rambut tipis, mudah menangis, dan belum dapat berjalan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Risiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada An S
Senin, 27 Mei 2013 Pukul 10:3011:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Melakukan kontrak Menjelaskan tujuan kunjungan Melakukan pengkajian keluarga Meminta hasil pencacatan pengkajian 24 hours food recall Melakukan pengukuran RR pada An S Menjelaskan tentang perawatan tradisional anak ISPA dengan inhalasi sederhana di rumah Menganjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan rumah yang sehat dengan membukan pintu/jendela di pagi hari TUK 5: Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, perawatan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu
A: Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teridentifikasi P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan TUK 1 sampai 3 S: Ibu L mengatakan An S sedang pilek sejak hari sabtu, tapi tidak demam Ibu L mengatakan An S semakin rewel saat ini Ibu L mengatakan belum memberikan obat apa-apa pada An S Ibu L mengatakan An S menjadi susah makan bila sedang tidak enak badan Ibu L mengatakan biasanya An S rutin melakukan pemijatan namun sejak pindah ke Depok belum pernah dipijat lagi Ibu L mengaku memang rutin membawa An S untuk dipijat sejak bayi Ibu L berniat pergi ke puskesmas namun belum pernah jadi menunggu Bapak S bisa mengantar Ibu L mengatakan saat ini Bapak S sedang interview panggilan keja di Thamrin Ibu L mengatakan mau membawa An S ke puskesmas, namun lihat situasi dan kondisi besok, bila bisa pergi akan menghubungi mahasiswa
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan
Ibu L mengatakan lupa-lupa ingat terkait penyuluhan gizi seimbang yang dilakukan hari Sabtu kemarin O: An S nampak mengeluarkan cairan dan sputum dari hidungnya An S terlihat beberapa kali menangis saat kunjungan RR An S 30 kali/menit Ibu L nampak menenangkan An S dengan memberikan ASI Ibu L memiliki pertimbangan untuk membawa An S ke puskesmas Ibu L mengerti akan penjelasan terkait penangan anak dengan inhalasi sederhana Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapa dikunjungi Ibu L dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan Ibu L kooperatif dan aktif dalam kegiatan diskusi Ibu L aktif bertanya apabila belum paham dengan apa yang dijelaskan mahasiswa A: - Masalah risiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas teridentifikasi - TUK 5 ISPA belum tercapai
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Risiko ketidakefektifa n bersihan jalan nafas pada An S
Selasa, 28 Mei 2013 Pukul 09:0011:30 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Melakukan TUK 5, dalam mengatasi masalah ISPA dengan memfasilitasi keluarga Bapak S untuk mengunjungi puskesmas Cimanggis Mengarahkan Ibu L untuk melakukan pendaftaran dan mengantarkan An S ke poli anak Melakukan pengukuran BB dan TB pada An S dan An H di poli anak Memfasilitasi Ibu L saat pemeriksaan fisik dan pemberian pendidikan kesehatan dengan dokter Memfasilitasi Ibu L untuk ke poli TB terkait dengan kondisi kesehatan pada An H
P: - Memfasilitasi keluarga Bapak S untuk mengunjungi puskesmas - Melanjutkan pengkajian - Melakukan evaluasi TUK 1-3 Gizi kurang S: Ibu L mengatakan An S masih pilek dan saat ini juga batuk Ibu L mengatakan An S tidak mengalami demam Ibu L mengatakan saat An S sakit, An H juga tertular batuknya, dan mulai batuk hari ini Ibu L mengatakan saat ini ingin memeriksakan An S dulu, untuk An H nanti saja Ibu L mengatakan sebelumnya An S pernah diuap ketika mengalami pilek dan batuk seperti ini dan membaik setelah diuap Ibu L mengatakan paling malas ke puskesmas bila dimarahi oleh dokter yang ada Ibu L mengatakan mengerti terkait pemberian obat pada An S dan akan memberikan obat sesuai dengan aturan pakai Ibu L mengatakan terkait surat rujukan untuk memeriksakan An H dan An S uji mantoux test akan didiskusikan dahulu dengan orang tuanya
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Rabu, 29 Mei 2013 jam 11:1512:00 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Menjelaskan TUK 1 sampai TUK 3 kepada Bapak S
O: BB An S : 7,2 kg TB : 76 cm BB An H : 11 kg TB : 100 cm Status gizi An S menurut tabel NCHS-WHO BB/U : < -3SD PB/U : normal BB/PB: -3SD An S terlihat beberapa kali menangis saat dilakukan penimbangan BB Ibu L nampak menenangkan An S dengan memberikan ASI Ibu L terlihat bingung dengan prosedur pemeriksaan pada An S Ibu L nampak mengerti akan penjelasan dari dokter Ibu L kooperatif dan aktif dalam kegiatan yang dilakukan baik di poli anak maupun poli TB Ibu L aktif bertanya apabila belum paham dengan apa yang dijelaskan A: TUK 5 ISPA tercapai P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan evaluasi TUK 5 ISPA - Melakukan evaluasi TUK 1-3 Gizi kurang - Melakukan TUK 3 Gizi kurang S: Bapak S mengatakan kondisi batuk dan pilek An S sudah semakin membaik Bapak S mengatakan sejak berhenti dari pekerjaan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
tubuh pada An S
TUK 1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet: Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian gizi seimbang pada balita dan triguna makanan Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian dari gizi kurang Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab dari gizi kurang Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala balita dengan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab gizi kurang pada An S Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda dan gejala gizi kurang pada An S Membantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan dengan kondisi yang ada pada An S Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An S Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang dihadapi oleh keluarga TUK 2: Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari gizi
sebelumnya dan belum mendapat pekerjaan, saat ini Bapak S dan Ibu L sama-sama sedang mencari pekerjaan Bapak S mengatakan sebelumnya An S pernah mencapai BB 3 kg dan cukup gemuk Bapak S mengatakan Ibu L kurang telaten dalam memberikan makan pada anak-anak Bapak S mengatakan An S terlihat kurus dan rewel Bapak S mengatakan memiliki banyak pertimbangan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut pada anak-anaknya Bapak S menyadari pentingnya penanganan masalah kesehatan yang ada pada anak-anaknya
O: Bapak S dapat menyebutkan definisi dari gizi seimbang pada balita Bapak S dapat menyebutkan definisi dari gizi kurang Bapak S dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala gizi kurang Bapak S dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi kurang Bapak S menyadari An S mengalami gizi kurang dengan menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala tubuh yang kekurangan zat gizi Bapak S dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Risiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada An S
Jumat, 31 Mei 2013 Pukul 10:0010:45 WIB
kurang pada An S Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah gizi kurang pada keluarganya Membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang TUK 3: Menjelaskan cara perawatan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan gizi kurang Dengan menggunakan food model, melakukan demonstrasi terkait triguna makanan Meminta keluarga untuk meredemonstrasi pembagian triguna makanan Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Melakukan TUK 1-3 ISPA TUK 1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet: Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian
kurang Bapak S memutuskan untuk merawat An S yang mengalami gizi kurang. Bapak S dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi gizi kurang Bapak S dapat menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 3 contohnya dan mendemonstrasikan melalui food model A: - TUK 1, TUK 2 dan sebagian TUK 3 tercapai P: - Melanjutkan pengkajian - Melakukan TUK 1-3 ISPA - Melakukan dan mengevaluasi TUK 3 gizi kurang
S: Ibu L mengatakan keadaan An S sudah membaik, tidak pilek lagi namun masih batuk Ibu L mengatakan dirinya menjadi ikut tertular batuk dari An S Ibu L mengatakan saat ini Bapak S sedang melakukan interview lebih lanjut terkait pekerjaan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
ISPA (Infeksi Saluran Napas Akut) Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab dari ISPA Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala balita dengan ISPA Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan. Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi penyebab ISPA pada An S Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda dan gejala ISPA pada An S Membantu keluarga membandingkan apa yang telah dijelaskan dengan kondisi yang ada pada An S Membantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah yang timbul pada An S Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang dihadapi oleh keluarga TUK 2: Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat dari ISPA pada An S Memotivasi keluarga untuk mengulang materi yang telah disampaikan Membantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah ISPA pada keluarganya Membantu keluarga untuk memutuskan merawat
barunya Ibu L mengatakan kemarin pergi ke tempat saudara sekaligus menanyakan dan mengurus KJS untuk pemeriksaan lebih lanjut pada An S dan An H Ibu L mengatakan ingin segera memeriksakan mantoux test An S dan An H namun masih memikirkan masalah finansial Ibu L mengatakan belum sempat mencoba membuat nuget sayur O: Ibu L dapat menyebutkan kembali pengertian dari ISPA Ibu L dapat menyebut kembali 3 dari 4 penyebab ISPA Ibu L dapat menyebut kembali 3 dari 5 tanda-tanda ISPA Ibu memtuskan untuk merawat anggota keluarga dengan ISPA Ibu L dapat menyebut kembali 2 dari 4 dampak ISPA Ibu L dapat menyebutkan kembali 4 dari 6 perawatan ISPA Ibu L dapat menyebutkan kembali cara perawatan ISPA dengan inhalasi sederhana Ibu L dapat menyebutkan cara pembuatan larutan pelega tenggorokan secara tradisional
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Risiko ketidak efektifan bersihan jalan nafas pada An S
Selasa, 4 Juni 2013 Pukul 10:3011:15 WIB
anggota keluarga yang mengalami ISPA TUK 3: Menjelaskan cara perawatan ISPA Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan ISPA Melakukan evaluasi tentang cara inhalasi sederhana Mengajarkan cara membuat larutan pelega tenggorakan dari kecap atau madu dicampur dengan air jeruk nipis dengan kompisisi 1:1 diberikan 34x/hari setelah makan. Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Melakukan evaluasi dan melanjutkan TUK 3 dan 4 ISPA TUK 3: Menjelaskan cara perawatan ISPA Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan ISPA Mengevaluasi cara membuat larutan pelega tenggorakan Menjelaskan tentang pentingnya pemberian makanan bergizi dan istirahat yang cukup untuk perawatan ISPA
A: - TUK 1 dan 2 tercapai - Sebagian TUK 3 tercapai P: - Melakukan pengkajian - Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3 - Melakukan TUK 4 ISPA
S: Ibu L mengatakan keadaan An S sehat namun dirinya saat ini batuk Ibu L mengatakan kondisi badannya sedang tidak fit karena kecapean Ibu L mengatakan biasanya mengajak An S berjemur di depan rumah di pagi hari Ibu L mengatakan jarang membuka jendela karena susah dan hanya membuka pintu di pagi hari namun sebentar Ibu L mengatakan obat batu pilek untuk An S telah habis
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Menganjurkan untuk membersihkan lubang hidung anak dengan sapu tangan yang lembut TUK 4: Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan ISPA Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali lingkungan rumah yang baik untuk ISPA Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan yang mendukung untuk mencegah ISPA Memberikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan oleh keluarga
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Kamis, 6 Juni 2013 Pukul 10:3011:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Mengevaluasi TUK 3 gizi kurang TUK 3: Dengan menggunakan lembar balik : Menjelaskan cara perawatan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan gizi kurang Mengevaluasi cara pembuatan cemilan sehat yang telah didapatkan Ibu L di penyuluhan gizi seimbang
O: An S tampak rewel ketika kunjungan Ibu L dapat menyebutkan kembali 4 dari 6 perawatan ISPA Ibu L dapat menyebutkan kembali pentingnya pemberian makanan bergizi dan istirahat yang cukup untuk perawatan ISPA Ibu L dapat menyebutkan modifikasi lingkungan untuk anak ISPA Ibu L dapat menyebutkan kembali lingkungan rumah yang baik untuk mencegah ISPA A: TUK 3 dan 4 tercapai P: - Melakukan pengkajian - Mengevaluasi TUK 3 gizi kurang S: Ibu L mengatakan saat ini dirinya merasa lebih sehat Ibu L mengatakan An S sudah mau makan lebih banyak saat ini Ibu L mengatakan An sarapan bubur ayam tadi pagi Ibu L mengatakan belum sempat mencoba membuat puding TKTP Ibu L mengatakan biasanya mengolah makanan dengan cara dicuci terlebih dahulu kemudian dipotong-potong Ibu L mengatakan mencoba membuat makanan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
sebelumnya Menjelaskan tentang cara pengolahan makanan yang benar Mendemonstrasikan cara pengolahan sayur bayam yang benar Meminta keluarga untuk melakukan redemonstrasi Membuat jadwal makan untuk An S dan An H Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Sabtu, 8 Juni 2013 Pukul 10:0010:45 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Melakukan pengkajian KPSP pada An S dan An H Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3 TUK 3: Dengan menggunakan lembar balik : Menjelaskan cara perawatan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara perawatan gizi kurang
dengan mencampurkan sayuran di dalamnya, seperti telur ditambahkan dengan wortel O: Ibu L memutuskan untuk merawat An S yang mengalami gizi kurang Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi gizi kurang Ibu L memiliki pengetahuan baik tentang cara yang benar dalam mengolah makanan Ibu L dapat mendemostrasikan cara pengolahan makanan (sayur bayam) yang benar Ibu L bersedia membuat jadwal makan anak A: TUK 3 tercapai sebagian P: - Melakukan pengkajian KPSP - Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3 S: Ibu L mengatakan keadaan dirinya dan An S sehat Ibu L mengatakan belum mencoba membuat cemilan sehat, puding TKTP Ibu L mengatakan An S biasanya suka puding, namun kemarin tidak menghabiskan, berbeda dengan An H yang sangat suka Ibu L mengatakan masih mengurus KJS dan belum sempat ke Cempaka Putih lagi karena Bapak S telah diterima bekerja di thamrin
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Mengevaluasi tentang cara pengolahan makanan yang benar Melakukan penjelasan ulang terkait definisi dan manfaat serta pemilihan cemilan sehat yang tepat untuk anak Mengajarkan penyususnan menu dengan gizi seimbang yang tepat untuk anak Menjelaskan tentang porsi makan yang sesuai usia untuk An G Memberikan reinforcement positif atas keputusan yang telah diambil oleh keluarga
Ibu L mengatakan biasanya menyajikan makanan yang ada pada An S, hanya nasinya saja yang hangat Ibu L mengatakan An S selalu makan sambil disuapi olehnya dan saat ini nafsu makannya semakin membaik Ibu L mengatakan sepertinya BB An S naik karena semakin berat bila digendong Ibu L mengatakan ingin melakukan berbagai cara agar BB An S naik dan mau makan banyak O: Hasil pengkajian KPSP pada An S (menggunakan pengkajian untuk anak berusia 15 bulan) adalah An S hanya dapat melakukan 4 dari 10 indikator instruksi yang ada. Kemampuan gerak kasar An S mengalami keterlambatan perkembangan terlihat dari 4 indikator yang belum dapat dilakukan Ibu L memutuskan untuk melakukan perawatan masalah gizi kurang pada An S Ibu L dapat menyebutkan menyebutkan kembali cara pengolahan makanan yang benar Ibu L dapat menyebutkan penyususnan menu dengan gizi yang seimbang berdasarkan triguna makanan Ibu L dapat menyebutkan kembali porsi makan yang sesuai untuk A G
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
A: - TUK 3 tercapai - Masalah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S teridentifikasi
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Rabu, 12 Juni 2013 Pukul 10:3011:15 WIB
Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Membuat kontrak Melakukan TUK 4 dan 5 gizi kurang TUK 4: Dengan menggunakan lembar balik : Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali cara menyajikan makanan untuk anak dengan gizi kurang Menjelaskan dengan keluarga tentang prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi anak TUK 5: Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat
P: - Mengevaluasi TUK 4 dan 5 S: Ibu L mengatakan baik dirinya dan An S tidak memiliki keluhan Ibu L mengatakan obat An S sudah dihabiskan Ibu L mengatakan hari berencana akan Puskesmas ke Cempaka Putih lagi untuk memeriksakan An S Ibu L mengatakan sedang mengurus KJS Ibu L mengatakan akan menyediakan makanan yang hangat untuk An S Ibu L mengatakan An S sejak kemarin makannya selalu habis setiap disuapi O: Ibu L memutuskan untuk memodifikasi lingkungan yang mendukung An S Ibu L dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An S Ibu L dapat menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Jumat, 14 Juni 2013 Pukul 10:3011:15 WIB
fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan pemeriksaan, perawatan, penyuluhan atau pendidikan kesehatan Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Menjelaskan bahwa pada seminggu terakhir mahasiswa bertugas di puskesmas Membuat kontrak Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 1 sampai TUK 5 Mengkaji tingkat kemandirian keluarga Bapak S Persiapan terminasi TUK 1 Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet: Mendiskusikan dengan keluarga tentang pengertian gizi seimbang dan ISPA pada balita Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab dari gizi kurang dan ISPA Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda dan
mendukung untuk meningkatkan status gizi An S Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi Ibu L dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan Ibu L rutin mengunjungi posyandu setiap bulan A: TUK 4 dan 5 tercapai P: - Mengevaluasi TUK 1 sampai TUK 5 - Menilai tingkat kemandirian keluarga
S: Ibu L mengatakan Ibu L mengatakan mulai mengajak An H makan bersama dengan An S Ibu L mengatakan An S menghabiskan semua makanan ketika makan kemarin Ibu L mengatakan mulai menyediakan makanan yang hangat dengan menu gizi seimbang Ibu L mengatakan berharap berat badan An S dapat naik Ibu L mengatakan mulai memilih jajanan cemilan yang sehat sesuai dengan anjuran Ibu L mengatakan belum sempat mengunjungi puskesmas Cempaka Putih O: Ibu L dapat menyebutkan definisi dari gizi kurang
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
gejala balita dengan gizi kurang dan ISPA TUK 2 Mendiskusikan dengan keluarga tentang akibat dari gizi kurang dan ISPA pada An S Membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang dan ISPA TUK 3: Mendiskusikan cara perawatan gizi kurang dan ISPA Meminta keluarga untuk menjelaskan pembagian triguna makanan beserta contohnya Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang porsi makan yang sesuai dengan An G Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang cara mengolah makanan yang benar Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang cemilan sehat Meminta keluarga untuk menjelaskan perawatan anak dengan ISPA TUK 4: Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat memodifikasi lingkungan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang dan ISPA Meminta keluarga untuk menyebutkan kembali cara menyajikan makanan untuk anak dengan gizi kurang Meminta keluarga untuk menjelaskan dengan keluarga tentang prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan Meminta keluarga untuk menjelaskan lingkungan rumah yang sesuai bagi anak ISPA
dan ISPA Ibu L dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan gejala gizi kurang dan ISPA Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi kurang dan ISPA Ibu L dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi kurang dan ISPA Ibu L memutuskan untuk merawat An S yang mengalami gizi kurang dan ISPA Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 5 cara mengatasi gizi kurang dan ISPA Ibu L dapat menyebutkan komponen Triguna makanan beserta 3 contohnya Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi gizi kurang Ibu L belum dapat menyebutkan porsi makan yang sesuai untuk An S Ibu L dapat menyebutkan cara pengolahan makanan dengan benar Ibu L memutuskan untuk memodifikasi lingkungan yang mendukung An S dengan gizi kurang dan ISPA Ibu L dapat menyebutkan menyebutkan kembali 3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An S Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 5 prinsip cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S
Kamis, 20 Juni 2013 Pukul 15:3016:00 WIB
Menjelaskan dengan keluarga tentang lingkungan mendukung untuk meningkatkan status gizi anak dan mencegah ISPA TUK 5: Meminta keluarga untuk menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan Meminta keluarga untuk mnyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan Meminta keluarga untuk menjelaskan jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu puskesmas, rumah sakit, dan klinik. Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke fasilitas kesehatan Memvalidasi keadaan keluarga Menjelaskan tujuan kunjungan Terminasi Memotivasi keluarga untuk mempertahankan dan meningkatkan usaha perawatan yang telah dilakukan Memotivasi keluarga untuk tetap rutin mengunujungi posyandu sampai anak berusia 5 tahun Memotivasi keluarga untuk tetap memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit Memberikan reinforcement positif terhadap pencapaian yang telah diraih keluarga
Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang mendukung untuk meningkatkan status gizi An S Ibu L dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi Ibu L dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan kesehatan A: Tingkat kemandirian keluarga meningkat dari II menjadi III P: Melakukan terminasi
S: Ibu L mengatakan dirinya dan An S merasa sehat Ibu L mengatakan berterima kasih atas kunjungan dan ilmu yang diberikan mahasiswa Ibu L mengatakan akan tetap melakukan hal-hal yang telah diberitahukan Ibu L mengatakan berat badan An S naik 4 ons saat dilakukan penimbangan Ibu L mengatakan senang atas kenaikan BB An G berkat usaha bersama Ibu L berharap keluarganya dapat terus sehat O: Ibu L berespon baik terhadap masukan yang diberikan
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 4 CATATAN PERKEMBANGAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK S PKKMP KOMUNITAS
A: Masalah Gizi kurang belum teratasi Masalah ISPA tidak terjadi P: - Melaporkan hasil kunjungan kepada kader - Meminta kader untuk tetap melakukan pengawasan terhadap status gizi An S
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS FORMAT EVALUASI SUMATIF Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. S No
RESPON KELUARGA
1)
Keluarga menyebutkan definisi dari ketidakseimbangan nutrisi, yaitu asupan nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 penyebab gizi kurang, yaitu: 1 Makanan yang kurang (Tidak tersedia makanan yang adekuat) 2 Jenis makanan tidak seimbang (tidak cukup mendapat makanan yang bergizi) 3 Pola asuh orang tua 4 Makan yang tidak teratur (Kebiasaan makan yang kurang tepat) 5 Adanya Penyakit Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala gizi kurang, yaitu: 1 BB kurang dari 20% dari BB ideal 2 IMT di bawah normal 3 Badan kurus 4 Lemah dan pucat 5 Rambut tipis, berwarna merah (pirang) dan mudah tercabut 6 Kaki dan tangan bengkak Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat ketidakseimbangan nutrisi jika tidak diatasi, yaitu: 1 Pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu 2 Anak mudah sakit 3 Menurunkan daya pikir/ kecerdasan 4 Tonus otot buruk Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan masalah gizi kurang, yaitu: 1 memberikan makanan sesuai dengan gizi seimbang (triguna makanan) 2 memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan/porsi makan anak 3 cara mengolah makanan dengan benar 4 mengatur jadwal makan pada anak 5 tata makanan yang menarik sesuai dengan makanan kesukaan anak
2)
3)
4)
5)
HASIL Ya Tidak √
√
√
√
√
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Modifikasi intervensi
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS 6)
7)
8)
Keluarga dapat menyebutkan manfaat dari triguna makanan serta memberikan contohnya melalui food model Keluarga mampu mendemontrasikan pemberian makan sesuai porsi dengan gizi yang seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan anak Keluarga dapat mendemonstrasikan cara pengolahan makanan dengan benar
9)
Keluarga mampu mendemonstrasikan pengaturan jadwal makan pada anak
10)
Keluarga mampu mendemonstrasikan makan bersama anak, dan memotivasi anak untuk menghabiskan porsi makan anak Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk gizi kurang, yaitu memodifikasi makanan dengan: 1 harga terjangkau 2 nilai gizinya baik 3 memilih makanan yang masih segar 4 memasak makanan dengan tampilan yang menarik 5 makan bersama anak Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi gizi kurang Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan gizi kurang, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah gizi kurang Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 fasilitas pelayanan kes. yang dapat digunakan dalam penanganan gizi kurang, yaitu: puskesmas, posyandu, RS, Praktek perawat, dan dokter praktek. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
11)
12) 13)
14)
15)
√
√
Menjelaskan ulang terkait porsi makan yang sesuai untuk anak dengan leaflet
√
Memotivasi keluarga untuk mengatur jadwal makan anak, jelaskan keuntungan
√
√
√
√
√
√
√
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS Diagnosa 2: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S No RESPON KELUARGA 1
2
3
4
5
6
Keluarga mampu menyebutkan pengertian ISPA yaitu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang ditandai dengan batuk pilek yang datangnya tibatiba Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 penyebab ISPA Penyebab utama: Virus Penyebab lain : 1. Tertular penderita lain 2. Kurang gizi 3. Tinggal dilingkungan yang kurang sehat 4. Imunisasi tidak lengkap Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 tanda/gejala ISPA: 1. Batuk pilek 2. Demam/panas 3. Nafas sesak/ada tarikan dinding dada saat bernapas 4. Nafas cepat: yaitu: anak usia 2 bulan: 60 x/menit Keluarga mampu menyebutkan 2 dari 4 akibat ISPA bila tidak diatasi 1. Daya tahan tubuh menurun. 2. Tumbuh kembang terhambat 3. Biaya berobat mahal 4. Meninggal dunia Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara pencegahan ISPA: 1. Jauhkan dari penderita batuk 2. Berikan tetap ASI 3. Mintakan imunisasi lengkap 4. Berikan makanan bergizi setiap hari 5. Jaga kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 cara perawatan ISPA: 1. Istirahat yang cukup 2. Jika hidung tersumbat karena pilek, bersihkan dengan ujung sapu tangan. 3. Jika anak demam: - Berikan obat penurun panas. - Berikan minum banyak - Kompres dengan air biasa - Jangan gunakan selimut tebal - Sirkulasi udara adekuat.
HASIL Ya Tidak
Modifikasi intervensi
√
√
√
√
√
Menjelaskan ulang tentang cara-cara perawatan anak ISPA dengan menggunakan leaflet
√
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 5 LAPORAN EVALUASI SUMATIF KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
7 8 9
11
12
4. Berikan makanan bergizi. 5. Berikan inhalasi sederhana dengan menggunakan air panas dalam baskom dan minyak kayu putih. Cara tradisional merawat ISPA: Campuran setengah sendok perasan air jeruk nipis dengan setengah sendok makan madu atau kecap. Keluarga mampu mendemontrasikan kompres hangat Keluarga mampu mendemontrasikan inhalasi sederhana Keluarga mampu mendemonstrasikan cara membuat campuran kecap dan jeruk nipis Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan mengatasi masalah ISPA 1. Rumah dan lingkungan bersih. 2. Pencahayaan dalam rumah adekuat. 3. Hindari anak menghirup debu 4. Membuka jendela setiap hari agar sirkualsi udara dalam rumah baik. 5. Rumah tidak lembab. Keluarga mampu melakukan modifikasi lingkungan untuk mengatasi ISPA
√ √ √
√
√
13
14
15
Keluarga mampu menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan yaitu sebagai sarana untuk pemeriksaan, perawatan/pengobatan ISPA, sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang akurat dan tepat untuk mengatasi masalah ISPA Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 6 fasilitas pelayanan kes. yang dapat digunakan dalam penanganan ISPA, yaitu: puskesmas, posyandu, RS, Praktek perawat, dokter praktek dan praktek bidan. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan ISPA
Menjelaskan ulang tentang lingkungan yang sesuai untuk anak ISPA dan memotivasi keluarga untuk memodifikasi lingkungan dengan menjelaskan manfaat
Keluarga baru melakukan dua modifikasi lingkungan, memotivasi keluarga agar dapat melakukan modifikasi lain
√
√
√
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 6 EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS TINGKAT KEMANDIRIAN Nama keluarga
: Bapak S
Alamat
: RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis.
KESIMPULAN: Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan kunjungan rutin
di
keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan menemukan dua masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III” dengan alasan:
Kriteria Keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
Ya √
Keluarga mengungkapk an masalah kesehatan yang dialami secara benar
√
Tidak
Pembenaran Selama pelaksanaan 10 kali pertemuan keluarga, anggota keluarga selalu menerima kedatangan mahasiswa dengan ramah, terlibat dalam menentukan kontrak waktu dan tempat interaksi. Anggota keluarga Bapak S, terutama Ibu L selalu menghentikan sementara kegiatan rumah tangga saat mahasiswa datang, mengikuti proses interaksi hingga selesai. Ibu L juga memiliki rasa ingin tahu dan perhatian lebih terhadap masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Keluarga Bapak S juga terlihat antusias setiap kedatangan kunjungan mahasiswa, dan ikut mendengarkan proses interaksi. Bapak S turut ikut berpartisipasi juga apabila sedang tidak ada pekerjaan, namun biasanya hanya sebentar karena harus bekerja dan melakukan aktivitas lainnya. Keluarga juga menerima masukan dari mahasiswa dengan menerapkan cara perawatan keluarga dengan masalah kesehatan dan melaporkan hasilnya pada mahasiswa. Selama diwawancara oleh mahasiswa tentang riwayat kesehatan dan keluhan saat ini, anggota keluarga menjawab pertanyaan dengan jujur, beberapa dibuktikan oleh bukti autentik, misalnya kartu KMS posyandu dari An S dan rutinitas Ibu L mengunjungi posyandu setiap bulan. Keluhan kesehatan yang
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
LAMPIRAN 6 EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN KELUARGA BAPAK S PK KKMP KOMUNITAS
Keluarga menerima pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan
√
Keluarga melakukan tindakan pencegahan
√
Keluarga melakukan promosi kesehatan secara aktif
√
diungkapkan keluarga telah diklarifikasi dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. Menurut keluarga, keberadaan mahasiswa bermanfaat untuk memperoleh informasi tentang manajemen kesehatan keluarga dan membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan yang ada. Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa kepada keluarga selama 10 kali kunjungan, terdapat 3 masalah keperawatan yang ada, yaitu nutrisi kurang pada An. S, ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. S, dan Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An. S. Selama intervensi keluarga diberikan oleh mahasiswa terhadap 2 masalah utama, keluarga menerima setiap jenis intervensi yang dilakukan. Setiap diskusi, Ibu L tampak antusias untuk mendengarkan, bertanya, dan melaporkan hasil tindakan mandiri yang telah dilakukan oleh keluarga, misalnya saat Ibu L memasak makanan kesukaan anak, menemani anak saat makan, memodifikasi menu makan anak, melakukan inhalasi sederhana pada anak, dan memberikan makanan yang bergizi. Ibu L mendiskusikan tentang pemilihan menu makanan dan mulai melakukan upaya memasak sayuran untuk anak. Dari tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan, dua diagnosa telah diselesaikan. Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan yang dialami, diantaranya: Memasak dan menyediakan makanan kesukaan anak Menemani anak saat makan Menyediakan air minum sesuai kebutuhan anak Melakukan teknik nhalasi sederhana Keluarga belum mampu melakukan promosi kesehatan secara aktif, karena : Belum dapat menyediakan lingkungan yang sesuai untuk masalah ISPA Belum mengurangi jajan makanan yang kurang memiliki nilai gizi Belum
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Karya Ilmiah Akhir-Ners Penyusunan Menu dengan Gizi Seimbang berdasarkan Triguna Makanan sebagai Intervensi untuk Mengatasi Masalah Gizi Kurang pada Balita Fitri Anggraeni Harahap 1; Ns Tri Widyastuti H., S.Kep 2 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424 Email:
[email protected]
Abstrak Kemiskinan merupakan akar masalah dari munculnya masalah gizi kurang pada masyarakat perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak balita. Implementasi yang telah dilakukan terdiri dari implementasi yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi ynag menjadi unggulan ialah penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan pada balita kelolaan. Ibu L melaporkan bahwa telah menyediakan makanan sesuai dengan triguna makanan. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak. Kata kunci: Balita, Gizi Kurang, Triguna Makanan
Abstract Proverty is the underlying cause of the emergence of nutritional problems, especially malnutrition in urban communities. This final assignment describes the nursing care process of Mr. S’s family with nutrition imbalance problem on toodler children. Implementation to the family is consisting of the cognitive, affective, and psychomotor that uses the five family health tasks. Nursing interventions that become the main intervention is scheduling of nutritionally balanced menus based on triguna makanan for toddler. The evaluation results of nursing care plan effective to make toddler gain weight. Mrs. L, client S’s mother, reported that she had provided food according to triguna makanan. Mr. S’s family reported that the family has made efforts to provide the food with balanced nutrition to their children. Keywords: Toddlers, Malnutrition, Nutritional Balance (Triguna makanan) PENDAHULUAN Kesehatan perkotaan merupakan masalah yang sangat penting karena tingkat perkembangan penduduk kota di Indonesia sangat pesat. Munculnya masalah kesehatan di perkotaan merupakan resultante dari berbagai faktor, salah satu diantaranya adanya arus urbanisasi. Salah satu dampak dari arus urbanisasi adalah pada faktor ekonomi, yaitu kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang muncul dan sering terjadi di masyarakat perkotaan. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit (United Nations Declaration, 2000).
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Masalah gizi buruk di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2004 mencapai 28,4% termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk (Depkes, 2004). Prevalensi gizi kurang dan buruk pada tahun 2007 di Jawa Barat sebesar 15% sedangkan pada tahun 2011 sebesar 13% (Depkes RI, 2011). Data tersebut menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang di bawah prevalensi nasional dan cenderung mengalami penurunan. Dinas kesehatan Kota Depok (2010) mencatat 959 orang balita penderita gizi buruk pada tahun 2007 Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Cisalak Pasar, khususnya di RW 07 bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga yang memiliki balita dengan masalah gizi kurang. Berdasarkan lokakarya mahasiswa keperawatan S2 RW 07 termasuk salah satu daerah dengan jumlah balita yang mengalami masalah gizi cukup tinggi. Pada awal praktik dilakukan upaya screening pada kegiatan posyandu yang dilakukan di RW 07 untuk menemukan balita dengan masalah gizi kurang dan dilakukan upaya tindak lanjut. Asuhan keperawatan komunitas dengan melakukan pembinaan pada keluarga bertujuan untuk melakukan intervensi yang dapat dipraktikkan keluarga dengan masalah gizi pada balita sebagai upaya untuk dapat meningkatkan status gizi balita. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada keluarga Bapak S, khususnya An S selama 7 minggu. Tanda-tanda kurang gizi yang terdapat pada An S seperti tampak kurus, sering menangis, rambut kemerahan dan tipis, serta IMT berada di bawah persentil -3SD dimana termasuk dalam kategori gizi buruk (Kemenkes, 2011).
METODOLOGI Studi kasus pada keluarga Bapak S dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada anak balita. studi ini dilakukan dengan melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dari tahap pengkajian, penegakkan diagnosis, perencanaan intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
HASIL Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak S (31 tahun) dan Ibu L (30 tahun) dengan tahap perkembangan keluarga dengan pra sekolah. Keluarga Bapak S memiliki dua orang anak yaitu An H (5 tahun) dan An S (17 bulan). Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu L, An H, dan An S. Keluarga Bapak S merupakan pendududk baru di RT 02 RW 07 Cisalak Pasar. An S lahir prematur dengan BB lahir 1200 gr, dan usia kehamilan 31 minggu disebabkan oleh solusio plasenta yang dialami ibu L. Menurut Ibu L, sejak bayi BB An S susah untuk naik, karena selama satu bulan dirawat di rumah sakit, BB An S hanya naik 2 ons. Ibu L membawa An S pulang paksa dengan alasan biaya yang sudah tidak ada lagi. Saat ini pun, BB An S susah untuk naik, dari bulan sebelumnya BB tidak naik, dan bila naik hanya 1 ons dalam waktu satu bulan. Ibu mengatakan An S memiliki kesulitan untuk makan, dan lebih sering mengemil makanan cemilan. An S memiliki nafsu makan yang kurang apabila makan nasi, dan sering tidak menghabiskan prosi makannya. Ibu S nampak memiliki pengetahuan yang kurang terkait gizi ketika ditanya oleh mahasiswa. Menurut Bapak S, Ibu L kurang telaten dalam memberikan makan pada An S. Ibu L bersama mahasiswa melakukan kunjungan ke puskesmas untuk memeriksakan An S yang telah mengalami batuk pilek lebih dari 3 hari. Dilakukan pengukuran antropomtri pada An A, dan didapatkan hasil BB An S adalah 7,2 kg dengan usianya 17 bulan, melalui kartu KMS An S berada di bawah garis merah dan termasuk dalam kategori gizi buruk. Setelah pengukuran TB yaitu 75 cm dan melihat melalui tabel antropometri An S berada di bawah pecentil -3 SD dan termasuk dalam kategori gizi buruk. TB An S adalah 76 cm, dan dalam kategori normal untuk PB/U. LILA 9,5 cm dan menurut tabel (z-scores) termasuk dalam kategori gizi buruk, yaitu di bawah – 3 SD. Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S, ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An S, dan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut, didapatkan bahwa diagnosis utama pada keluarga Bapak S ialah diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An S. Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai pengertian gizi seimbang, pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan gejala gizi kurang, serta akibat dari gizi kurang. Membantu keluarga untuk mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. Memotivas keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang. Mendiskusikan bersama keluarga cara
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
mengatasi masalah gizi kurang, yaitu dengan memberikan informasi terkai triguna makanan, dan cara pemilihan bahan makanan berdasarkan triguna makanan, cara mengolah makanan yang benar, jumlah porsi makan sesuai dengan kebutuhan anak, penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan jadwal makan anak, dan cemilan sehat untuk anak. Memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan dengan gizi seimbang dengan melakukan pengolahan makanan secara benar. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat dilakukan keluarga, yaitu dengan memberikan tips mengatasi anak yang susah makan dan cara penyajian makanan untuk anak yang susah makan. Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan yang ada si sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan. Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga, terutama ibu terkait gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Mahasiswa melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan penimbangan berat badan, Anak S mengalami peningkatan berat badan sebanyak 4 ons. Saat ini Anak S masih berada pada status nutrisi gizi kurang. Intervensi terkait triguna makanan ini bertujuan agar asupan nutrisi yang mengandung gizi seimbang pada balita dapat terpenuhi. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI, 2010). Keluarga seharusnya dapat menyadari pentingnya pengetahuan tentang gizi, bagaimana mengelola makanan dengan baik, mengatur keuangan, menyediakan menu dengan gizi seimbang, menyediakan lingkungan yang mendukung, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Widyatuti, 2001). Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung keluarga dalam melakukan penyusunan menu makan balita dengan gizi seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut Kishore (2008), menu ideal untuk anak balita adalah yang seimbang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan anak. Wong (2008) menyebutkan bahwa makanan untuk anak balita lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas. Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada Bapak S dilakukan selama 7 minggu. Evaluasi dilakukan melalui penimbangan berat badan An S, dan didapatkan hasil penimbangan berat badan An S meningkat 4 ons, yaitu dari 7,2 kg menjadi 7,6 kg. Keluarga Bapak S melaporkan bahwa telah melakukan upaya pemenuhan makanan dengan gizi seimbang kepada anak. Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Menurut Maglaya (2009) 5 tugas kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah gizi, mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan fasilitas pelayanan untuk perawatan gizi kurang. Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 6x45 menit, tingkat kemandirian keluarga Bapak S berada pada tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan, keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
PEMBAHASAN Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu bagian dari wilayah Kecamatan Cimanggis dengan luas wilayah Kelurahan Cisalak Pasar 1,71 km2 dengan jumlah total penduduk adalah 24.617 jiwa, dengan pembagian usia terdiri dari usia 0-4 tahun jumlah laki-laki 1235 orang. Kelurahan Cisalak Pasar memiliki 8 rukun warga (RW)., salah satu diantaranya adalah RW 07. Jumlah balita yang ada di RW 07 adalah sebanyak 170 orang. Hasil screening terhadap balita di Rw 07 pada kegiatan posyandu menunjukkan bahwa sebanyak 12,1%. Masalah gizi kurang yang terjadi di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar teridentifikasi dari jumlah balita yang memiliki masalah gizi buruk dan gizi kurang, yaitu sebanyak 14 balita. Wilayah RW 07 termasuk dalam wilayah perkotaan ditandai dengan adanya pasar. Masalah gizi menjadi salah satu masalah di masyarakat yang berkaitan dengan kemiskinan yang terjadi di RW 07.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
Permasalahan gizi sangat berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Soekirman (2005) yaitu kemiskinan memiliki hubungan timbal balik dengan permasalahan gizi. Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Potts & Mandleco (2007) mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan. Masalah gizi kurang di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi, salah satunya terjadi di wilayah RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar teridentifikasi dari jumlah balita yang memiliki masalah gizi buruk dan gizi kurang, yaitu sebanyak 14 balita. Wilayah RW 07 termasuk dalam wilayah perkotaan ditandai dengan adanya pasar. Masalah gizi menjadi salah satu masalah di masyarakat yang berkaitan dengan kemiskinan yang terjadi di RW 07. Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan keluarga. Intervensi utama yang dilakukan terkait gizi kurang pada balita adalah dengan penyusunan menu makanan dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan pada anak balita. Pemilihan intervensi tersebut dilakukan agar keluarga dapat memahami akan pentingnya pemenuhan zat gizi yang seimbang pada balita. Keluarga diharapkan dapat menyadari akan manfaat dari asupan makanan dengan gizi yang seimbang sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki status gizi balita. Status ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Status ekonomi keluarga menurut Friedman, Bowden & Jones (2003) adalah pendapatan keluarga dari beberapa sumber pendapatan. Pendapatan dalam keluarga dapat mempengaruhi daya beli dan konsumsi pangan sehingga mempengaruhi status gizi balita (Hidayati, 2011). Potts & Mandleco (2007) mengemukakan pendapatan keluarga mempunyai efek yang signifikan terhadap kesejahteraan pada masa balita. Status gizi kurang pada anak dihubungkan dengan kemiskinan. Balita memerlukan asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Penjelasan terkait gizi seimbang di dalam keluarga dilakukan melaui peningkatan pengetahuan terkait triguna makanan. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan makan anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI, 2010). Triguna makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga, terutama ibu terkait gizi seimbang dan cara penyusunan menu makanan yang sesuai. Mahasiswa melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan beradasarkan penimbangan berat badan, Anak S mengalami peningkatan berat badan sebanyak 4 ons. Intervensi terkait triguna makanan juga dapat menjadi faktor pendukung keluarga dalam melakukan penyusunan menu makan balita dengan gizi seimbang yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut Wong (2002) menyebutkan bahwa makanan untuk anak balita lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas, atau dapat dikatakan apa yang dimakan jauh lebih penting dari banyaknya makanan yang dikonsumsi. Triguna makanan dimaksudkan agar keluarga Bapak S dapat memberikan makanan dengan menu gizi seimbang. Hal ini merupakan salah satu cara perawatan anak yang mengalami gizi kurang. Pemilihan intevensi ini dikarenakan pada saat pengkajian, dan pada saat kunjungan, keluarga Bapak S nampak hanya memakan makanan nasi dan satu jenis lauk, yaitu telur dadar. Kebiasaan makan anak yang tidak sehat dapat terjadi karena kurangnya variasi dalam makanan. Triguna makanan ini dapat meningkatkan informasi pada keluarga tentang nutrisi serta bagaimana cara membuat dan mengatur nutrisi dengan gizi seimbang untuk balita. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huriah (2006) bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 3.08 kali mempunyai anak dengan status gizi normal dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang baik. Menurut Satoto (1990, dalam Harsiki, 2003) dikemukakan bahwa faktor yang paling dominan dalam menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang adalah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan masyarakat dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota keluarganya, terutama anak-anak. Hal ini didukung oleh Basuki (2008) yang mengatakan bahwa penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi sehingga balita menjadi kurang diperhatikan akhirnya berat badan pun di bawah standar. Peran keluarga dalam memenuhi gizi seimbang pada balita sangat diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan mengenai triguna makanan.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013
SIMPULAN Penulisan ini dapat menggambarkan bahwa peran perawat komunitas dalam pemberian asuhan keperawatan melalui pendekatan keluarga dapat meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai gizi seimbang, dan dapat meningkatkan status kesehatan keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita. Upaya pemberian promosi kesehatan dapat dilakukan dengan menjelaskan tentang penyusunan menu dengan gizi seimbang pada balita berdasarkan triguna makanan. Pemenuhan gizi balita dengan memperhatikan kandungan zat-zat gizi seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur dalam triguna makanan sangat penting untuk diterapkan dalam mengatasi masalah gizi kurang. Masalah gizi, terutama gizi kurang dan gizi buruk yang terdapat dalam masyarakat perkotaan disebabkan oleh faktor ekonomi dan ketidakmampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi. Masalah nin perlu ditangani segera dengan melibatkan berbagai pihak, salah satunya adalah perawat komunitas dan puskesmas Cimanggis agar masalah gizi dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2010). Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta. http://www.yanmedik.depkes.go.id. Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak dipublikasikan. Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research, theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange. Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik keluarga dan anak dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Kelurahan Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed). Philippine : Argonauta Corporation. Potts, N., & Mandleco, B. (2007). Ipediatric nursing: caring for children and their families. 2 th edition. Canada: Thomson Delmar Learning. Smith, C. & Maurer, F. (2000). Community health nursing: theory and practice. Philadelphia: WB. Saunders. Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th ed). St Louis United States: Mosby Inc. Soekirman, et al. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a Compact among Nations to End Human Poverty in 2015. http://mdgs.un.org. Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Wong, D.L, et all. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Asuhan keperawatan ..., Fitri Anggraeni, FIK UI, 2013