UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK) 16 TENTANG PERJANJIAN KONSESI JASA PADA INDUSTRI KETENAGALISTRIKAN (STUDI KASUS PT XYZ)
LAPORAN MAGANG
SHOLAHUDDIN ALRAHMANI 0906525794
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK) 16 TENTANG PERJANJIAN KONSESI JASA PADA INDUSTRI KETENAGALISTRIKAN (STUDI KASUS PT XYZ)
LAPORAN MAGANG Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi
SHOLAHUDDIN ALRAHMANI 0906525794
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JULI 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Laporan Magang ini tidak akan menjadi seperti ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Abdul Rahman Marsoel dan Ibu Farida atas segala bentuk dukungan baik yang bersifat tangible maupun intangible. God’s choices are proven to be the best one could ever ask, for example; your parents; 2. Bapak Ludovicus Sensi Wondabio selaku pembimping Laporan Magang yang telah memberikan banyak masukan dan arahan terkait penulisan Laporan Magang ini. At first, dreams seem impossible, then improbable, and eventually inevitable; 3. Abdul Karim Amrullah dan Zuyyina Choirunnisa selaku kakak dan adik penulis yang merupakan jajaran dari stakeholder utama kehidupan penulis. Brothers and sisters fight, they all do. Another thing they do for sure is loving each other; 4. Keluarga besar Bani Baidlowi yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang menjadi salah satu motor utama setiap langkah positif yang diambil penulis. Family comes first.; 5. Sholahuddin Alrahmani selaku penulis Laporan Magang ini, karena sesungguhnya Laporan Magang ini tidak akan terselesaikan tanpa kemauan dan kemampuan penulis. Dealing with ourselves might not be as easy as it seems; 6. Ardika Syahputra, Atyanta Dhany Harjasa, dan Faris Naufal Rahman selaku stakeholders Jackhammer Co. yang sejatinya tidak berhubungan dengan penyelesaian Laporan Magang ini. Everyday is a holiday when you work on the things you like; 7. Nuri Lathifah dan Shabrina Adzhani Awanis Latief selaku teman setia penulis dalam berbagai hal yang tidak mengurangi maskulinitas penulis. I may not be the easiest person to deal with in most of the time, yet you girls stick through this far; 8. Teman-teman penulis dari MAN Insan Cendekia Serpong angkatan 2009 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang seperti beberapa pihak sebelumnya, v Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
sebenarnya tidak berhubungan dengan penyelesaian Laporan Magang ini. You guys are the best thing ever happened to me after food, sleep, movies, and football; 9. Kelompok Belajar yang beranggotakan Akbari Jamalullail Faisal, Agustinus Gerald Windoe, Ferzy Ferlian Manalu, Muhammad Audi Vialdo, Muhammad Rasyid Hidayat, dan Randhy Nugroho yang menemani masa kuliah penulis dan tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam seksi ini. College life wouldn’t be so fun without you guys; 10. Badan Semi Otonom Band FEUI atas kisah cinta dan kasihnya selama 3 tahun periode keanggotaan aktif. Doing something wrong has never felt so right; 11. Amino Football Club selaku wadah penulis bermain futsal di lingkungan kampus dan menorehkan prestasi non-akademis selain juara 1 Indigo Denim Contest kategori Local Brand. People say football is a matter of life and death. They don’t get it, it’s more than that; 12. Tim Audit PT XXX yang terdiri dari Mas Firman Sababalat, Mbak Octaviana Lolita, Mas Fajri Satria Wika, Mas Galih Baskoro, Meka Darwis, Sylvia Cahayadi, Deodatus Bayu Segara, Dianti Mellisa, dan Evansyah Syarif atas bantuan dan bimbingannya selama periode magang serta penulisan dan penyelesaian laporan magang penulis. If you put your mind to it, there’s nothing you can’t achieve; 13. Arsenal Football Club selaku pengatur utama mood penulis dalam menyongsong hari senin di setiap minggu. Once a gooner always a gooner; dan 14. HDD External penulis yang berisi kumpulan film penulis yang telah wafat di usia dini. I miss you so bad sometimes it hurts;
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan dari semua pihak yang terlibat dalam penulisan laporan magang ini.
Depok, 5 Juli 2013
Sholahuddin Alrahmani vi Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
ABSTRAK
Nama : Sholahuddin Alrahmani Program Studi : Akuntansi Judul : Analisis Penerapan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 tentang Perjanjian Konsesi Jasa pada Industri Ketenagalistrikan (Studi Kasus PT XYZ) Laporan Magang ini bertujuan untuk menjelaskan tentang penerapan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 tentang perjanjian konsesi jasa pada industri ketenagalistrikan dengan studi kasus di PT XYZ. PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di industri ketenagalistrikan dan mengikuti perjanjian Power Purchase Agreement dengan PLN. Pembahasan akan meliputi isu akuntansi terkait penerapan ISAK 16 di PT XYZ pada tahun 2012 yang terbagi ke dalam 4 bagian yaitu pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Pembahasan juga akan meliputi prosedur audit serta isu pajak terkait penerapan ISAK 16 di PT XYZ secara garis besar. Kata kunci : ISAK 16, Power Purchase Agreement, akuntansi, audit, pajak
viii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
ABSTRACT
Name : Sholahuddin Alrahmani Study Program : Accounting Title : Analysis of the Implementation of Interpretation of Financial Accounting Standards (ISAK) 16 about Service Concession Arrangements on Power Sector Industry (Case Study PT XYZ) This Internship Report aims to explain about the analysis of the imlementation of Interpretation of Financial Accounting Standards (ISAK) 16 about service concession arrangements on power sector industry (case study PT XYZ). PT XYZ is a company which working in the power sector industry and has been engaging to Power Purchase Agreement with PLN due to its operational activity. The discussion will present the accounting issues related to the implemetation of ISAK 16 in PT XYZ for the year 2012 which will be divided into four groups which are recognition, measurement, presentation, and disclosure.The discussion will also present the audit procedures and taxation issues on the implementation of ISAK 16 in PT XYZ. Key words : ISAK 16, Power Purchase Agreement, accounting, audit, taxation
ix
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
i ii iii iv v vii viii ix x xii xiii
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Latar Belakang Kegiatan Magang ............................................................. 2 1.3 Tujuan Program Kegiatan Magang ............................................................ 2 1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan Program Magang......................................... 3 1.5 Pelaksanaan Program Magang ................................................................... 3 1.6 Ruang Lingkup Penulisan .......................................................................... 4 1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................ 4 2. LANDASAN TEORI......................................................................................... 6 2.1 Dasar Hukum Pengadaan Ketenagalistrikan .............................................. 6 2.1.1 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik ....................................................... 6 2.1.2 Usaha Penunjang Tenaga Listrik ......................................................... 7 2.2 Power Purchase Agreement ....................................................................... 8 2.3 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 ............................. 11 2.3.1 Perlakuan Hak Operator atas Infrastruktur ........................................ 12 2.3.2 Pengakuan dan Pengukuran Imbalan atas Perjanjian ........................ 13 2.3.3 Jasa Konstruksi atau Peningkatan Kemampuan ................................ 13 2.3.4 Jasa Operasi ....................................................................................... 14 2.3.5 Biaya Pinjaman yang Ditanggung oleh Operator .............................. 14 2.3.6 Aset Keuangan................................................................................... 14 2.3.7 Aset Takberwujud ............................................................................. 15 2.3.8 Hal yag Diberikan kepada Operator oleh Pemberi Konsesi .............. 15 3. PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................... 16 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) ASR.............................................. 16 3.1.1 Jasa Profesional KAP ASR ............................................................... 16 3.1.2 Sektor Industri KAP ASR ................................................................. 19 3.2 Profil PT XYZ.......................................................................................... 20 3.2.1 Proses Bisnis PT XYZ ...................................................................... 23 3.2.2 Perjanjian Power Purchase Agreement PT XYZ .............................. 23 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN.................................................................. 26 4.1 Perlakuan akuntansi untuk PPA antara PT XYZ dengan PLN ................ 26 x
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
4.2 Prosedur Audit PT XYZ .......................................................................... 34 4.2.1 Tahapan Perencanaan Audit PT XYZ ............................................... 34 4.2.2 Prosedur Audit Aset Tetap PT XYZ ................................................. 40 4.3 Isu Akuntansi Terkait Penerapan ISAK 16 .............................................. 43 4.3.1 Recognition (Pengakuan).................................................................. 43 4.3.2 Measurement (Pengukuran) .............................................................. 45 4.3.3 Presentation (Penyajian) ................................................................... 52 4.3.4 Disclosure (Pengungkapan) .............................................................. 59 4.4 Isu Perpajakan Terkait Penerapan ISAK 16 ............................................ 60 5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 64 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 64 5.2 Saran ........................................................................................................ 65 5.2.1 Saran untuk PT XYZ ........................................................................ 65 5.2.2 Saran untuk KAP ASR ..................................................................... 66 DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 67 LAMPIRAN ......................................................................................................... 68
xi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Value Chain Sektor Tenaga Listrik.....................................……..... ..9
Gambar 2.2 Skema PPA……………………………………………………….....9
Gambar 4.1 Kerangka Berpikir Akuntansi untuk PPA...............................……..28
Gambar 4.2 Materialitas PT XYZ.........................................................................39
Gambar 4.3 Prosedur Audit Aset Tetap KAP ASR..............................................41
Gambar 4.4 Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 31 Desember 2011 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16.............................................................54
Gambar 4.5 Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 Desember 2011 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16........................................55
Gambar 4.6 Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 31 Desember 2012 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16.............................................................57
Gambar 4.7 Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 Desember 2012 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16........................................58
Gambar 4.8 Perhitungan kompensasi rugi pajak PT XYZ...................................62
Gambar 4.9 Perhitungan beban pajak penghasilan PT XYZ................................63
xii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Struktur Kepemilikan PT XYZ tahun 2011..................................…21
Tabel 3.2
Struktur Kepemilikan PT XYZ tahun 2011..................................…22
Tabel 4.1
Ringkasan technical consultation KAP ASR……...........................33
Tabel 4.2
Prosedur audit aset tetap KAP ASR berdasarkan audit objective.....42
Tabel 4.3
Perhitungan pendapatan konstruksi PT XYZ tahun 2011…….........45
Tabel 4.4
Buku besar terkait CIP PT XYZ tahun 2011....................................46
Tabel 4.5
Biaya pembiayaan untuk biaya ditangguhkan tahun 2011...............48
Tabel 4.6
Biaya pembiayaan untuk CIP tahun 2011.........................................48
Tabel 4.7
Perhitungan aset keuangan PT XYZ tahun 2011..............................49
Tabel 4.8
Perhitungan pendapatan konstruksi PT XYZ tahun 2012.................50
Tabel 4.9
Biaya pembiayaan untuk biaya ditangguhkan tahun 2012...............51
Tabel 4.10
Perhitungan aset keuangan PT XYZ tahun 2012..............................51
Tabel 4.11
Pengungkapan berdasarkan ISAK 22 di laporan audit PT XYZ......60
Tabel 4.12
Kompensasi rugi pajak PT XYZ.......................................................6
xiii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut report dari McKinsey (2012), Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam beberapa tahun ke belakang. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rentang tahun 2000 – 2010 yang mencapai angka 5,2%. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dalam daftar negara OECD (Organisation for Economoic Co-operation and Development) dan BRIC (Brazil, Russia, India, and China) yang memiliki PDB riil tertinggi. Indonesia pun mencatatkan prestasi sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia. Berkembangnya perekonomian Indonesia ini menimbulkan berbagai tantangan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi pemerintah Indonesia dalam mempertahankan
pertumbuhan
ekonomi
adalah
masalah
infrastruktur.
Perkembangan infrastruktur harus sejalan dengan perkembangan ekonomi. Berbagai macam infrastruktur yang perlu ditingkatkan adalah transportasi, jalan tol, ataupun listrik dan sumber energi. Sektor listrik diatur oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai mana tertera dalam Undang-Undang No. 30/2009. Dalam mengupayakan peningkatan produksi listrik di Indonesia, pemerintah Indonesia dapat mengundang Independent Power Producer (IPP) untuk bekerja sama dalam proses produksi listrik di Indonesia lewat sebuah bentuk kerja sama yang kerap disebut Power Purchase Agreement (PPA). Power Purchase Agreement memungkinkan IPP untuk membangun Power Plant atau pembangkit listrik dan mengoperasikan serta merawat Power Plant tersebut. IPP kemudian menjual listrik yang diproduksi oleh Power Plant ke pemerintah Indonesia, dalam hal ini, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan perjanjian konsesi (umumnya 30 tahun) yang berujung pada pengalihan kepemilikan Power Plant ke PLN pada akhir masa konsesi.
1 Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
2
Dalam konstruksi dan masa operasi Power Plant, IPP akan menerapkan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 - “Perjanjian Konsesi Jasa” dalam pencatatannya. ISAK 16 merupakan adopsi dari IFRS Interpretations Committee No. 12 (IFRIC 12) – “Service Concession Arrangements”. 1.2
Latar Belakang Kegiatan Magang
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan proses globalisasi, persaingan dalam dunia kerja semakin meningkat. Tak cukup hanya berbekal teori yang dipelajari di bangku kuliah, seorang calon tenaga kerja perlu memperhatikan aspek praktikal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Karena pada akhirnya nanti, hal yang penting bukan hanya mengetahui teori yang relevan terhadap sebuah pekerjaan melainkan penerapan teori tersebut. Berdasarkan alasan tersebut, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Indonesia memberikan opsi dalam pelaksanaan tugas akhir bagi mahasiswanya yang mengejar gelar Strata 1 (S1) berupa Laporan Magang. Berbeda dengan skripsi yang berfokus pada teori, laporan magang memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk berkecimpung langsung di dunia kerja dan menerapkan ilmu-ilmu serta teori akuntansi yang telah dipelajari selama masa perkuliahan dalam lingkungan kerja nyata. Hal ini diharapkan mampu menyiapkan mental dan kesiapan mahasiswa dalam menghadapi lingkungan kerja setelah selesai menimba ilmu di lingkungan kampus karena pada kenyataannya ada beberapa hal yang tidak bisa dipelajari di dalam kelas dan tidak ditulis dalam text book sehingga diharapkan mahasiswa yang mengikuti program magang mampu mendapat gambaran nyata tentang lingkungan pekerjaan di industri yang dipilih. 1.3
Tujuan Kegiatan Program Magang
Pemahaman teori saja dirasa belum cukup sebagai bekal mahasiswa dalam mengarungi kerasnya dunia kerja. Adanya pengalaman akan kondisi nyata lingkungan kerja dan pengaplikasian teori dalam menghadapi problema yang muncul dirasa menjadi hal yang fundamental untuk dapat tetap bersaing di dunia kerja. Dengan adanya program magang diharapkan mahasiswa dapat menimba pengalaman dan memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan teori yang telah Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
3
dipelajari sehingga lebih siap dalam bersaing di dunia kerja selepas meraih gelar sarjana. Di lain sisi, program magang juga memberi benefit bagi kantor atau tempat magang. Kantor yang bersangkutan dapat memantau dan mendapat gambaran secara langung mengenai kualitas calon pekerjanya sehingga dapat mempermudah proses rekruitmen dan mendapat tambahan tenaga kerja. 1.4
Tempat dan Waktu Kegiatan Program Magang
Penulis menjalani program magang di Kantor Akuntan Publik ASR. Kantor KAP ASR bertempat di wilayah Jakarta. Waktu pelaksanaan program magang adalah 3 bulan dimulai dari 7 Januari 2012 hingga 5 April 2012. Penulis ditempatkan pada divisi Energy, Utilities, and Mining (EUM) yang menyediakan jasa audit dan assurance untuk perusahan yang bergerak di industri energi, utilitas, dan pertambangan. Jam kerja dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 17.00 pada hari Senin sampai Jumat. Berkaitan dengan topik yang diangkat dalam Laporan Magang ini, penulis ditempatkan dalam technical team dalam engagement PT XYZ untuk menentukan perlakuan akuntansi apa yang paling tepat untuk PT XYZ seiring dengan perjanjian PPA antara PT XYZ dengan PLN. 1.5
Pelaksanaan Program Magang
Pada program magang yang diberikan oleh KAP ASR penulis ditempatkan pada divisi Energy, Utilities, and Mining (EUM) dengan posisi Vocational Employee (VE). Selama program magang ini, penulis diperlakukan selayaknya pekerja tetap dalam artian penulis memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti pekerja tetap lainnya. Secara umum, aktivitas yang penulis lakukan selama program magang ini adalah sebagai berikut: a) Membantu tim dalam melaksanakan General Audit per 31 Desember 2012 PT XXX dan anak perusahaannya. b) Membantu tim dalam melengkapi dokumentasi hasil audit PT XXX
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
4
c) Membantu tim dalam melaksanakan General Audit Dana Pensiun XX 1.6
Ruang Lingkup Penulisan
Pada laporan magang ini penulis akan membahas tentang implementasi Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan 16 (ISAK 16) pada proyek pembangunan power plant PT XYZ. PT XYZ sendiri merupakan anak perusahaan dari PT XXX yang merupakan klien yang diaudit oleh penulis selama periode program magang di KAP ASR. Rumusan masalah yang ingin diangkat penulis dalam laporan magang kali ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk PPA antara PT XYZ dengan PLN? b. Bagaimana prosedur audit KAP ASR terkait dengan penerapan ISAK 16 di PT XYZ? c. Apakah isu akuntansi terkait dengan penerapan ISAK 16 di PT XYZ? d. Apakah isu perpajakan terkait dengan penerapan ISAK 16 di PT XYZ? Melalui laporan magang ini penulis berharap dapat memberikan gambaran secara umum bagi para pembaca bagaimana pencatatan terhadap konsesi jasa menurut ISAK 16 dan pengaplikasiannya pada pembangunan Power Plant di PT XYZ. 1.7
Sistematika Penulisan
Laporan magang ini akan dibagi dalam 5 bagian (bab) yang disertai lampiran sebagai dokumen pendukung laporan dengan sistematika seperti berikut: a. BAB 1. PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan latar belakang program magang, tujuan kegiatan program magang, tempat, waktu dan pelaksanaan program magang, ruang lingkup dan sistematika laporan magang. b. BAB 2. LANDASAN TEORI Bab ini akan memaparkan teori-teori yang dijadikan sebagai landasan pembahasan dan analisa pada implementasi ISAK 16 pada proyek
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
5
pembangunan power plant di PT XYZ. Teori yang dimaksud meliputi ulasan tentang landasan hukum pengadaan listrik, ISAK 16,
dan
pembahasan mengenai Power Purchase Agreement. c. BAB 3. PROFIL PERUSAHAAN Bab ini akan memberikan gambaran umum atas PT XYZ. Bab ini dibagi menjadi dua bagian utama, yakni gambaran umum tentang PT XYZ dan ulasan mengenai kontrak Power Purchase Agreement PT XYZ. d. BAB 4. PEMBAHASAN Bab ini membahas secara mendalam mengenai tema yang diangkat dalam laporan magang. Laporan magang ini akan membahas bagaimana perlakuan akuntansi yang tepat untuk PT XYZ dilanjutkan dengan bahasan mengenai prosedur audit terkait penerapan ISAK 16 serta isu akuntansi dan perpajakan terkait penerapan ISAK 16 di PT XYZ. e. BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan ringkasan dari analisa terhadap perusahaan dan aktivitas program magang. Saran yang disertai masukan menjadi perhatian utama penulis terhadap Departemen Akuntansi FE UI, kantor akuntan publik dan kantor klien.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Dasar Hukum Pengadaan Ketenagalistrikan
Dalam menunjang pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia, perbaikan sektor infrastruktur memegang peran yang vital. Salah satu infrastruktur yang penting untuk diperhatikan adalah tenaga listrik. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2009 (UU 30/2009), definisi dari ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik. Dalam pasal 3 UU 30/2009 disebutkan bahwasanya penyediaan dari tenaga listrik dikontrol oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Namun dalam industri ketenagalistrikan ini, pemerintah juga turut mengundang partisipasi sektor swasta. Hal ini dapat terlihat dari Pasal 4 UU 30/2009 ayat 2 yang menyatakan bahwasanya badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat dapat berpartisipasi dalam usaha penyediaan tenaga listrik. Dalam Bab VII mengenai Usaha Ketengalistrikan yang terdapat di UU 30/2009 Pasal 8, usaha ketenagalistrikan terbagi menjadi 2 yaitu Usaha Penyediaan Tenaga Lisrik dan Usaha Penunjang Tenaga Listrik. 2.1.1
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Usaha penyediaan tenaga listrik terklasifikasi menjadi 2 menurut UU 30/2009, yaitu Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum dan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri. 2.1.1.1 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentigan Umum Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam UU 30/2009 meliputi: a. Pembangkitan tenaga listrik; b. Transmisi tenaga listrik; 6 Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
7
c. Distribusi tenaga listrik; dan/atau d. Penjualan tenaga listrik. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik. Meski badan usaha swasta diberikan keleluasaan dalam menyediakan tenaga listrik untuk kepentingan umum, prioritas pertama dalam menyediakan tenaga listrik untuk kepentingan umum adalah ke badan usaha milik negara. Jika tidak ada badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta, atau koperasi yang dapat menyediakan tenaga listrik di wilayah tersebut, Pemerintah wajib memberikan tugas ke badan usaha milik negara untuk dapat menyediakan tenaga listrik untuk wilayah yang bersangkutan. 2.1.1.2 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri sebagaimana dimaksud dalam UU 30/2009 meliputi: a. Pembangkitan tenaga listrik; b. Pembangkitan tenaga listrik dan distribusi tenaga listrik; atau c. Pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, dan distribusi tenaga listrik. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri dapat dilaksanakan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, perseorangan, dan lembaga/badan usaha lainnya. 2.1.2
Usaha Penunjang Tenaga Listrik
Menurut UU 30/2009, usaha penunjang tenaga listrik terbagi menjadi 2. Pembagian tersebut adalah Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik dan Usaha Industri Penunjang Tenaga Listrik. 2.1.2.1 Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
8
Yang termasuk sebagai usaha jasa penunjang tenaga listrik sebagaimana didefinisikan oleh UU 30/2009 adalah: a. Konsultasi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga listrik; b. Pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga listrik; c. Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik; a. Pengoperasian instalasi tenaga listrik; b. Pemeliharaan instalasi tenaga listik; c. Penelitian dan pengembangan; d. Pendidikan dan pelatihan; e. Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga listrik; f. Sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik; g. Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan; atau h. Usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan penyediaan tenaga listrik. 2.1.2.2 Usaha Industri Penunjang Tenaga Listrik Yang termasuk sebagai usaha industri penunjang tenaga listrik sebagaimana didefinisikan oleh UU 30/2009 adalah:
2.2
a.
Usaha industri peralatan tenaga listrik; dan/atau
b.
Usaha industri pemanfaat tenaga listrik. Power Purchase Agreement (PPA)
Dari pemaparan UU 30/2009 yang telah disebutkan diatas dapat digaris bawahi bahwasanya pengadaan ketenagalistrikan tidak lagi dimonopoli oleh pemerintah, dalam hal ini PLN. Badan usaha milik swasta dapat melakukan pengadaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. Namun, pada kenyataannya di lapangan, badan usaha milik swasta mengalami kendala dalam hal penyaluran tenaga listrik kepada end user atau masyarakat. Di sisi lain, PLN telah memiliki infrastrukur untuk dapat menyalurkan ketenagalistrikan ke masyarakat umum. Hal ini kemudian menyebabkan adanya interaksi antara badan usaha milik swasta yang bergerak di
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
9
bidang pengadaan ketenagalistrikan atau Independent Power Producer (IPP) dengan PLN yang sering disebut dengan Power Purchase Agreement (PPA).
Sumber Energi
Pembangkit
Transmisi
Distribusi
- IPP - PLN
- PLN
- PLN
End User - Rumah tangga - Industri - Dll
Gambar 2.1: Value Chain Sektor Tenaga Listrik Sumber: KAP ASR, Power Sector Training, Telah diolah kembali, 2012.
Gambar diatas menjelaskan bagaimana skema value chain dalam sektor tenaga listrik. Dapat dilihat bahwasanya IPP dan PLN mampu berperan di sektor pembangkitan tenaga listrik. Namun seperti yang telah diutarakan, akibat kurangnya infrastruktur yang dimiliki oleh IPP, transmisi dan distribusi tenaga listrik diserahkan ke PLN.
PLN
PPA
IPP
Power Plant
Gambar 2.2: Skema PPA Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
10
Sumber: KAP ASR, Power Sector Training, Telah diolah kembali, 2012.
Dalam pengalihan tenaga listrik dari IPP ke PLN, kedua pihak umumnya menggunakan skema konsesi jasa yang disebut PPA. Seperti terlihat dalam gambar, skema PPA melingkupi pembangunan pembangkit listrik atau power plant oleh IPP. IPP juga turut bertanggung jawab untuk melakukan pendanaan atau financing atas konstruksi power plant terkait. Setelah fase konstruksi power plant telah selesai, IPP bertanggung jawab untuk mengoperasikan dan merawat power plant. IPP kemudian menjual listrik yang dihasilkan oleh power plant ke PLN dengan rate harga yang telah ditentukan. PPA umumnya memiliki periode konsesi jasa selama kurang lebih 30 tahun. Pada akhir periode konsesi jasa, PLN memiliki hak untuk membeli power plant IPP. Komponen pendapatan yang diakui oleh IPP selama masa perjanjian konsesi jasa PPA adalah sebagai berikut: a. Komponen A – Capital Cost Recovery Komponen A merupakan komponen pendapatan yang diberikan PLN ke IPP atas jasa konstruksi dan pengadaan power plant berdasarkan PPA. Komponen A umumnya bersifat tetap dan tidak terpengaruh akan jumlah tenaga listrik yang disalurkan ke PLN. b. Komponen B – Fixed Operating and Maintenance Komponen B merupakan komponen pendapatan yang diberikan PLN ke IPP untuk jasa operasi dan perawatan dalam menjaga performa power plant. Komponen B dikalkulasikan berdasarkan kapasitas dari power plant dan indeks harga. c. Komponen C – Energy Payment Komponen C merupakan komponen pendapatan yang diberikan PLN ke IPP untuk mengganti biaya bahan bakar yang diperlukan oleh power plant. Komponen C dikalkulasikan berdasarkan jumlah tenaga listrik yang disalurkan ke PLN dan harga pasar dari bahan bakar power plant.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
11
d. Komponen D – Variable Operating and Maintenance Komponen D merupakan komponen pendapatan yang diberikan PLN ke IPP untuk jasa operasi dan perawatan dalam menjaga performa power plant. Komponen D dikalkulasikan berdasarkan jumlah aktual tenaga listrik yang disalurkan ke PLN dan penyesuaian atas suku bunga inflasi. 2.3
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 membahas tentang Perjanjian Konsesi Jasa. ISAK 16 merupakan adopsi dari IFRIC 12 Service Concession Arrangements. Perjanjian konsesi jasa dalam ruang lingkup ISAK 16 umumnya melibatkan entitas swasta (operator) dengan pemerintah untuk membangun atau menaikkan nilai dari infrastruktur yang digunakan untuk menyediakan jasa publik serta mengoperasikan dan memelihara infrastruktur tersebut dalam jangka waktu tertentu. Entitas swasta dalam perjanjian dibayar untuk jasa yang diberikan dalam periode perjanjian. Perjanjian antara entitas swasta dengan pemerintah ini biasanya diikat dalam kontrak yang mengatur standar kinerja, mekanisme penyesuaian harga, dan pengaturan penyelesaian perselisihan. Perjanjian jasa
secara
kontraktual mengharuskan entitas swasta
untuk
menyediakan jasa ke publik atas nama entitas publik atau pemerintah. Ciri umum lain dari perjanjian jasa ini adalah: a. Pemberi konsesi adalah entitas publik, termasuk badan pemerintah, atau entitas swasta yang telah diberikan tanggung jawab atas jasa tersebut. b. Entitas swasta yang bertindak selaku penerima konsesi bertanggung jawab setidaknya untuk sebagian pengelolaan infrastruktur dan jasa terkait dan tidak hanya bertindak sebagai agen untuk kepentingan pemberi konsesi. c. Kontrak menetapkan harga awal yang akan dikenakan oleh operator dan mengatur perubahan harga selama periode perjanjian jasa. d. Operator diwajibkan untuk menyerahkan infrastruktur kepada pemberi konsesi pada akhir periode perjanjian dalam kondisi yang telah ditentukan,
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
12
dengan sedikit atau tanpa imbalan tambahan, terlepas dari pihak yang awalnya membiayai infrastruktur. Adanya ISAK 16 ini untuk memberikan panduan akuntansi untuk entitas swasta penerima konsesi. ISAK 16 ini berlaku untuk perjanjian konsesi jika: a. Pemberi konsesi mengendalikan atau meregulasi jasa apa yang harus diberikan oleh operator dengan infrastruktur, kepada siapa jasa harus diberikan, dan berapa berapa harganya; dan b. Pemberi konsesi mengendalikan – melalui kepemilikan, hak manfaat, atau bentuk lain – atas setiap kepentingan residu signifikan dalam infrastruktur pada akhir masa perjanjian. ISAK 16 juga berlaku untuk infrastruktur yang dibangun entitas swasta penerima konsesi atau diperoleh entitas swasta penerima konsesi dari pihak ketiga untuk tujuan perjanjian jasa dan infrastruktur yang telah ada yang aksesnya diberikan oleh pemberi konsesi kepada operator untuk tujuan perjanjian jasa. ISAK 16 tidak mengatur akuntansi untuk infrastruktur yang telah diakui sebagai aset tetap oleh entitas swasta penerima konsesi sebelum perjanjian jasa. ISAK 16 juga tidak mengatur akuntansi untuk pemberi konsesi. Berbagai permasalahan yang dibahas dalam ISAK 16 antara lain adalah: a. Perlakuan hak operator atas infrastruktur; b. Pengakuan dan pengukuran imbalan perjanjian; c. Jasa konstruksi atau peningkatan kemampuan; d. Jasa operasi; e. Biaya pinjaman; f. Perlakuan akuntansi setelah pengakuan awal asset keuangan dan asset tak berwujud; dan g. Hal yang diberikan oleh pemberi konsesi kepada operator 2.3.1
Perlakuan Hak Operator atas Infrastruktur
Infrastruktur dalam ruang lingkup ISAK 16 tidak diakui sebagai aset tetap oleh operator. Hal ini disebabkan karena perjanjian konsesi jasa tidak memberikan hak Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
13
kepada operator untuk mengendalikan penggunaan infrastruktur jasa publik. Operator dalam hal ini hanya memiliki akses untuk mengoperasikan infrastruktur sesuai dengan kepentingan pemberi konsesi jasa yang telah ditentukan dalam kontrak. 2.3.2
Pengakuan dan Pengukuran Imbalan atas Perjanjian
Operator mengakui dan mengukur pendapatan sesuai dengan PSAK 34: Kontrak Konstruksi dan PSAK 23: Pendapatan untuk jasa yang dilakukan sesuai dengan perjanjian konsesi jasa. Apabila operator melakukan lebih dari satu jasa (jasa konstruksi atau peningkatan kemampuan dan jasa operasi) dalam satu kontrak atau perjanjian, maka imbalan yang diterima atau yang dapat diterima dialokasikan dengan mengacu pada nilai wajar relatif dari jasa yang diberikan, jika jumlahnya dapat diidentifikasi secara terpisah. Sifat imbalan menentukan perlakuan akuntansi selanjutnya. 2.3.3
Jasa Konstruksi atau Peningkatan Kemampuan
Operator mencatat pendapatan dan biaya yang terkait dengan jasa konstruksi atau peningkatan kemampuan sesuai PSAK 34: Kontrak Konstruksi. Jika operator melakukan jasa konstruksi atau peningkatan kemampuan, maka imbalan yang diterima atau dapat diterima operator atas perjanjian konsesi jasa diakui dalam nilai wajar. Imbalan dalam hal ini dapat merupakan hak atas: a. Aset keuangan Operator mengakui aset keuangan selama operator memiliki hak kontraktual tanpa syarat untuk menerima kas atau aset keuangan lain dari atau atas diskresi pemberi konsesi untuk jasa konstruksi. b. Aset takberwujud Operator mengakui aset takberwujud sejauh operator menerima hak (lisensi) untuk membebankan pengguna jasa publik. Hak ini bukan merupakan hak tanpa syarat untuk menerima kas karena besarnya dapat berubah tergantung dari penggunaan publik terhadap jasa.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
14
Apabila operator menerima imbalan berupa sebagian aset keuangan dan sebagian aset takberwujud maka pencatatannya harus dipisah untuk masing-masing komponen. Imbalan atau piutang yang diterima untuk kedua komponen tersebut harus diakui pada nilai wajar. 2.3.4
Jasa Operasi
Pendapatan dan biaya yang terkait dengan jasa operasi dicatat sesuai dengan PSAK 23: Pendapatan. Ada kemungkinan bagi operator untuk memiliki kewajiban kontraktual yang harus dipenuhi sebagai syarat untuk memperoleh lisensi untuk memelihara infrastruktur pada kondisi tertentu atau untuk memulihkan infrastruktur ke kondisi tertentu sebelum diserahkan kembali ke pemberi konsesi pada akhir perjanjian jasa. Kewajiban yang terkait dengan pemeliharaan dan pemulihan infrastruktur, kecuali untuk peningkatan kemampuan elemen, diakui dan diukur sesuai dengan PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontijensi, yaitu berdasarkan pada estimasi terbaik atas pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. 2.3.5
Biaya Pinjaman yang Ditanggung oleh Operator
Dalam pelaksanaan konsesi jasa, seringkali operator meminjam biaya dari pihak ketiga dalam membiayai proyek yang dikerjakannya. Sesuai dengan PSAK 26: Biaya Pinjaman, biaya pinjaman yang terkait dengan perjanjian diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya pinjaman tersebut, kecuali operator memiliki hak kontraktual untuk menerima aset takberwujud (hak untuk membebankan pengguna layanan publik). Dalam hal ini, biaya pinjaman dikapitalisasi selama tahap pembangunan sesuai dengan PSAK 26. 2.3.6
Aset Keuangan
Aset keuangan yang diakui diperlakukan sesuai dengan PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, dan PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
15
Jumlah yang dapaat ditagih dari, atau atas diskresi pemberi konsesi, dicatat sesuai dengan PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran sebagai: a. Pinjaman yang diberikan dan piutang; b. Aset keuangan tersedia untuk dijual; atau c. Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, jika pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi dan syarat penetapan tersebut terpenuhi. Jika jumlah yang dapat ditagih dari pemberi konsesi dicatat baik sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang atau aset keuangan tersedia untuk dijual, maka PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran mensyaratkan bunga untuk dihitung menggunakan metode suku bunga efektif untuk dapat diakui dalam laba rugi. 2.3.7
Aset Takberwujud
Untuk aset takberwujud yang diakui, berlaku PSAK 19: Aset Takberwujud. PSAK 19 paragraf 44-46 memberi panduan terkait pengukuran aset takberwujud yang diperoleh dalam pertukaran dengan aset atau aset-aset nonmoneter atau kombinasi aset nonmoneter dengan aset moneter. 2.3.8
Hal yang Diberikan kepada Operator oleh Pemberi Konsesi
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di awal, item infrastruktur yang diberi akses oleh pemberi konsesi ke operator tidak diakui sebagai aset tetap. Pemberi konsesi mungkin memberikan item lain untuk disimpan atau dipergunakan sesuai dengan keinginan operator. Jika aset tersebut merupakan bagian imbalan yang harus dibayar oleh pemberi konsesi untuk jasa, maka aset tersebut bukan merupakan hibah pemerintah. Aset tersebut diakui sebagai aset operator yang diukur pada nilai wajar pada saat pengakuan awal. Operator mengakui liabilitas yang ditanggung terkait dengan kewajiban yang belum terpenuhi dalam pertukaran aset tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
BAB 3 PROFIL PERUSAHAAN
3.1
Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) ASR
Kantor Akuntan Publik (KAP) ASR merupakan jaringan internasional ABC yang membentuk ABC Indonesia bersama dengan PT TAX dan PT ABC ADV. ABC merupakan salah satu kantor jasa professional terbesar yang sering disebut big four. ABC mempunyai pegawai kurang lebih 163.000 orang di 151 negara dan telah beroperasi serta berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi dan sosial di Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun. 3.1.1
Jasa Profesional KAP ASR
KAP ASR menawarkan beberapa jenis jasa professional pada klien-kliennya. Jasa professional tersebut adalah sebagai berikut: a. Assurance Service KAP ASR menawarkan jasa pemberian opini independen terkait kepatuhan (compliance) klien terhadap peraturan dan persyaratan pelaporan lain melalui pelaksanaan jasa audit. Jasa audit yang dilakukan oleh KAP ASR dilakukan atas laporan keuangan tahunan dan interim, pelaporan kepatuhan di masing-masing sektor industri, konversi pada IFRS (International Financial Reporting Standards), tata kelola perusahaan, dan jasa audit internal yang termasuk jasa pengawasan, manajemen resiko, dan pengendalian internal. Jasa assurance dan opini ini diperlukan oleh perusahan klien-klien KAP ASR dalam rangka memberi keyakinan yang wajar bagi para pembaca dan pengguna laporan keuangan untuk memberi kepastian bahwasanya informasi yang terdapat di laporan keuangan tersebut dapat dipercaya. Untuk para klien KAP ASR sendiri, jasa ini dapat memberi peningkatan kualitas pelaporan dan sebagai sarana pemenuhan ketentuan perundangan dan peraturan-peraturan lain seperti yang tertera pada Undang-undang No. 16 Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
17
40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 68 yang menyebutkan bahwa perseroan masyarakat,
yang mengumpulkan dan/atau mengelola dana
merupakan
perseroan
terbuka,
merupakan
persero,
mempunyai aset dan/jumlah peredaran usaha minimal Rp 50.000.000.000, wajib menyerahkan laporan keuangan kepada akuntan publik untuk diaudit. b. Tax Service KAP ASR turut menyediakan jasa di bidang perpajakan dalam rangka membantu klien-kliennya untuk mengoptimalkan posisi perpajakan baik di dalam maupun di luar negeri, membantu perencanaan perpajakan yang efektif dan efisien, serta memberi solusi dalam permasalahan pajak yang sedang atau akan dihadapai oleh kliennya. Beberapa contoh jasa perpajakan yang diberikan oleh KAP ASR adalah terkait merger dan akuisisi, international structuring, manajemen pajak, pajak tidak langsung, transfer pricing, pajak karyawan dan ekspatriat, pension, tunjangan, dan outsourcing. c. Advisory Service KAP ASR juga menawarkan jasa konsultasi untuk kliennya atas permasalahan yang sedang dihadapi, konsultasi terkait peningkatan performa perusahaan, ataupun perihal penyelenggaraan program ataupun proyek tertentu atau ketika perusahaan menghadapai suatu kontrak atau transaksi khusus. Jasa konsultasi yang ditawarkan meliputi: a. Lead Advisory KAP ASR menyediakan jasa strategis dan taktis untuk bermacam tahapan pendanaan perusahaan mulai dari networking dan negosiasi hingga tahap penyelesaian perjanjian kontrak atau transaksi yang sifatnya bervariasi mulai dari merger dan akuisisi, penambahan modal, dan lain-lain. b. Corporate Valuation and Advisory
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
18
KAP ASR menawarkan jasa valuasi yang berkaitan dengan pengukuran nilai perusahaan atau saham yang berhubungan dengan kenpentingan merger dan akuisisi ataupun restrukturisasi, valuasi atas transfer bisnis ataupun aset, analisis rasio merger, dan valuasi intangible asset. Jasa yang diberikan ini bertujuan untuk membantu klien mengelola masalah-masalah yang mempunyai tingkat resiko tinggi untuk memastikan bahwa hal-hal yang material telah dievaluasi secara kuat dan disetujui oleh auditor klien. c. Business Recovery Services KAP ASR juga menyediakan jasa untuk mengembalikan nilai dari bagian bisnis klien yang sedang mengalami permasalahan yang membuat kinerjanya tidak optimal. Jasa ini termasuk juga penilaian bisnis, benchmarking kinerja bisnis klien dengan kompetitor yang lebih optimal, restrukturisasi dan regenerasi, restrukturisasi hutang, pendanaan, dan pelepasan aset. d. Forensic Services KAP ASR menyediakan jasa bantuan bagi klien dalam pengelolaan resiko fraud, investigasi atas kasus fraud,akuntansi forensik terkait identifikasi dan investigasi kasus kriminal, solusi atas money laundering, dan solusi mengenai pengunaan teknologi komputer forensik dan analisis transaksi yang beresiko. e. Transaction Services, Mergers Acquisitions and Disposal KAP ASR membantu klien dalam proses identifikasi perusahaan target akuisisi, merencanakan kesepakatan dengan aspek pajak yang efisien, pelakasanaan due dilligence terkait transaksi dan kesepakatan besar seperti merger, akuisisi, ataupun pelepasan aset. Jasa ini berguna untuk mengungkap potensi finansial dan risiko serta keuntungan strategis dalam transaksi baik yang bersifat domestik ataupun global.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
19
f. Performance Improvement KAP ASR juga turut berperan dalam proses perbaikan performa kerja perusahaan klien dengan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses operasional penting yang di dalamnya termasuk peningkatan implementasi tata kelola perusahaan yang baik, manajemen resiko, dan pengelolaan sumber daya manusia yang optimal. g. Internal Audit Services KAP ASR juga memberikan jasa internal audit bagi klien untuk membantu klien mendapatkan keyakinan memadai terkait kontrol perusahaan yang sedang berjalan, pengelolaan resiko yang optimal, dan tata kelola perusahaan yang baik. Jasa audit internal KAP ASR ini menyediakan suatu bentuk kemitraan strategis dan outsourcing tim audit internal, review atas perbaikan efisiensi biaya, kinerja strategis, perancangan dan implementasi fungsi audit internal, penilaian resiko dan kontrol, penyusunan standar atau manual kebijakan perusahaan, dan tingkat compliance atau kepatuhan terhadap Sarbanes-Oxley. 3.1.2
Sektor Industri KAP ASR
Dalam operasionalnya, KAP ASR memiliki klien dalam jumlah yang sangat besar dan beroperasi di sektor industri yang berbeda-beda. Berdasarkan fakta tersebut, KAP ASR membagi masing-masing jenis jasa professional yang ditawarkannya sesuai dengan sektor industri klien-klien yang dimilikinya. Hal ini diharapkan dapat membuat para profesional yang bekerja di KAP ASR untuk lebih fokus dan memilih keahlian yang mendalam mengenai satu industri yang spesifik sehingga diharapkan dapat memberi nilai tambah ke klien KAP ASR. Berikut ini adalah pembagian sektor industri di KAP ASR: a. Energy, Utilities, and Mining
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
20
KAP ASR menyediakan jasa profesional bagi perusahaan yang beroperasi di industri pertambangan, minyak dan gas bumi, serta sub sektor utilities dan perusahaan-perusahaan penyedia jasa yang berkaitan dengan industri tersebut. Grup atau divisi ini terdiri dari tim yang memiliki wawasan luas terkait industri energi dan utilities baik dalam skala domestik maupun global. KAP ASR turut berperan membantu klien dalam berbagai isu terkait perubahan regulasi, profitabilitas, masalah lingkungan, nilai pemegang saham, dan lain-lain. b. Financial Services Grup atau divisi ini berfokus pada klien yang bergerak di industri atau sektor jasa finansial seperti perbankan, asuransi, pasar modal, dan manajemen investasi. c. Consumer Industrial Products and Services Grup atau divisi ini berfokus pada klien yang bergerak di industri atau sektor industri otomotif, perkebunan, farmasi, produk konsumen dan ritel, serta sekotr logistik. d. Technology, Information, Communications, and Entertainment Media Grup atau divisi ini berfokus pada klien yang bergerak di industri teknologi, informasi, komunikasi, dan media baik dalam skala domestik ataupun global. e. Sustainability and Climate Change Indonesia KAP ASR juga memberikan jasa pada kliennya terkait isu-isu sustainability pada berbagai aspek dalam kegiatan operasional perusahaan. Jasa yang diberikan terkait dengan jasa perpajakan, konsultasi akuntansi, jasa compliance, jasa feasibility study, due dilligence atas aspek keuangan dan perpajakan, strategi tanggung jawab sosial, serta pelaporan atas emisi karbon pada aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan. 3.2
Profil PT XYZ
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
21
PT XYZ didirikan berdasarkan Akta Notaris Hasanal Yani A S.H., No XX tanggal 28 Agustus 2006 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. XX-015XX HT.01.01-TH.2006 tanggal 12 Oktober 2006 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 95 tanggal 28 November 2006. Sesuai dengan Akta Pendirian Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah menyelenggerakan usaha ketenagalistrikan guna kepentingan umum. PT XYZ merupakan anak perusahaan dari PT XXX, PT YYY, dan PT ZZZ dengan struktur kepemilikan seperti terlihat dalam tabel 3.1 Jumlah Lembar Saham
31-Des-11 Persentase Kepemilikan
Jumlah
PT XXX
125.952
59,75%
125.952.000
PT YYY
61.440
29,15%
61.440.000
PT ZZZ
23.400
11,10%
23.400.000
210.792
100,00%
210.792.000
Tabel 3.1: Struktur Kepemilikan PT XYZ tahun 2011 Sumber: Laporan Audit PT XYZ tahun 2011, Telah diolah kembali, 2011
Sesuai Akta Risalah RUPSLB No. 5 tanggal 7 Juni 2010, untuk memenuhi kewajiban jaminan modal yang disyaratkan PLN terkait kontrak Power Purchase Agreement, diputuskan bahwa pemegang saham akan memberikan tambahan setoran modal sejumlah Rp 245.274.000.000 (nilai penuh) paling lambat dua minggu setelah tanggal addendum PPA dan Rp 438.486.000.000 (nilai penuh) paling lambat dua minggu sebelum tanggal financing close. Berdasarkan Akta Risalah RUPS Tahunan No. 116 tanggal 25 Maret 2011, pemegang saham sepakat untuk mengubah jadwal tambahan setoran modal yang sebelumnya ditetapkan melalui Akta Risalah RUPSLB No. 5 tanggal 7 Juni 2010 menjadi Rp 264.740.000.000 (nilai penuh) sebelum 20 April 2011 untuk keperluan pembayaran uang muka kontrak Engineering, Procurement and Construction dan Rp 438.488.000.000 (nilai penuh) sebelum 4 Juni 2011 untuk Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
22
memenuhi kewajiban jaminan modal. Pemegang saham sepakat untuk melakukan perubahan modal dasar PT XYZ menjadi minimal Rp 914.020.000.000. Dalam memenuhi keperluan tersebut, PT XXX telah menyetorkan modal senilai Rp 146.556.000.000 (nilai penuh) dan Rp 11.626.000.000 (nilai penuh) pada tanggal 26 Oktober 2010 dan 1 April 2011. PT YYY juga telah menyetor modal sebesar Rp 77.172.000.000 (nilai penuh) pada 4 Mei 2011. Berdasarkan kesepakatan pemegang saham yang dituangkan dalam Akta Penyimpanan No. 7 tanggal 24 November 2011, pemegang saham akan memberikan tambahan modal senilai Rp 477.740.000.000 (nilai penuh) sebelum 16 Desember 2011 dan senilai 225.488.000.000 (nilai penuh) yang direncanakan sebelum 15 Pebruari 2012. Sesuai dengan kesepakatan tersebut, PT XX menyetorkan tambahan modal senile Rp 127.269.000.000 (nilai penuh) dan Rp 134.728.000.000 (nilai penuh) pada tanggal 1 Desember 2011 dan 14 Pebruari 2012. PT YYY menambah modal senilai Rp 62.087.000.000 (nilai penuh) dan Rp 65.732.000.000 (nilai penuh) pada 1 Desember 2011 dan 14 Pebruari 2012. PT ZZZ juga melakukan penambahan modal senilai Rp 53.030.000.000 (nilai penuh) dan Rp 25.028.000.000 (nilai penuh) pada 26 dan 31 Januari 2012. Pada 31 Desember 2012, struktur modal PT XYZ adalah seperti yang tertera di tabel 3.2
Jumlah Lembar Saham
31-Des-12 Persentase Kepemilikan
Jumlah
PT XXX
125.952
59,75%
546.131.000.000
PT YYY
61.440
29,15%
266.431.000.000
PT ZZZ
23.400
11,10%
101.458.000.000
210.792
100,00%
914.020.000.000
Tabel 3.2: Struktur Kepemilikan PT XYZ tahun 2012 Sumber: Dokumentasi audit PT XYZ, Telah diolah kembali, 2012
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
23
Seperti terlihat dalam tabel, PT XXX memiliki persentase kepemilikan paling besar. Namun laporan keuangan PT XYZ tidak dikonsolidasi karena PT XXX tidak memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding PT YYY dan PT ZZZ terhadap keputusan PT XYZ. 3.2.1 Proses Bisnis PT XYZ Pada dasarnya, PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan fasilitas ketenagalistrikan atau power plant. PT XYZ hanya mempunyai satu pelanggan yaitu PT Perusahaan Listrik Nasional (Persero) atau biasa disingkat PLN. PT XYZ telah menanda-tangani kontrak Power Purchase Agreement dengan PLN untuk menjual listrik selama jangka waktu 30 tahun. Pada tahun 2012, PT XYZ telah memasuki tahap konstruksi power plant. Manajemen dari PT XYZ saat ini berfokus pada penyelesaian pembangunan power plant dan telah membentuk komite audit independen untuk memonitor dan mensupervisi proses pembangunan power plant agar dapat selesai sesuai dengan target yang dicanangkan yaitu Juli 2014. PT XYZ akan mengoperasikan power plant yang dibangun di Banjarsari, Sumatera Utara, dekat dengan lokasi induk perusahaannya, PT XXX. Dalam rangka konstruksi dan pembangunan power plant, PT XYZ menandatangani kontrak Engineering, Procurement, dan Construction dengan CNEEC (China National Electric Equipment Corporation). Sehubungan dengan besarnya modal kerja yang dibutuhkan dalam industri ketenagalistrikan, kompetisi dalam industri ini terbatasi hanya untuk beberapa perusahaan saja. Bila dibandingkan dengan permintaan atas listrik, supply atau penyaluran ketenagaan listrik masih jauh dibawah permintaan pasar sehingga industri ketenagalistrikan dapat disimpulkan masih profitable untuk jangka waktu panjang bagi PT XYZ. 3.2.2
Perjanjian Power Purchase Agreement PT XYZ
Pada 16 Januari 2007, sebagai upaya pelaksanaan operasi perusahaan, PT XYZ dan PLN menandatangani Power Purchase Agreement (PPA). Secara garis besar
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
24
Power Purchase Agreement ini menyatakan bahwa PT XYZ akan menyediakan tenaga listrik kepada PLN yang dihasilkan dari fasilitas power plant atau pembangkit tenaga listrik yang bertenaga batubara yang terdiri dari 2 unit yang masing-masingnya berkapasitas 100MW yang berlokasi di Sumatera Selatan yang akan dibangun sesuai dengan kontrak
Engineering,
Procurement, dan
Construction antara PT XYZ dengan kontraktor. Penyediaan listrik pertama direncanakan pada tanggal 16 Januari 2011 dan berdasarkan PPA, PLN berkomitmen untuk membeli listrik dari PT XYZ selama 30 tahun hingga tahun 2041. Perjanjian PPA antara PT XYZ dengan PLN terdiri atas 21 ayat dimana dalam perjanjian PPA ini menyebutkan bahwa PLN selaku pembeli mempunyai purchase option untuk membeli hak, kepemilikan, dan pengendalian PT XYZ atas dokumen-dokumen dalam proyek yang bersangkutan termasuk pembangkit listrik atau power plant dalam harga yang telah ditetapkan di Lampiran F seksi 2.2 sebagaimana tertera di pasal 18. Apabila PLN mengeksekusi hak tersebut, maka PLN harus memberikan pemberitahuan tertulis minimal 180 hari kepada PT XYZ dan PT XYZ harus mentransfer hak, kepemilikan, dan pengendalian atas dokumen-dokumen dalam proyek bersangkutan sesuain dengan provisi di Lampiran F. Tarif listrik terdiri dari tiga komponen, yaitu pembayaran atas kapasitas (capacity payment atau capital cost recovery) yang berfungsi untuk memulihkan semua biaya tetap dan pajak, termasuk kewajiban utang perusahaan dan pengembalian atas kontribusi modal; pembayaran atas energi (energy payment) yang berfungsi untuk memulihkan biaya bahan bakar; serta pembayaran atas biaya operasional (operation and maintenance payment). Tarif listrik tersebut dinyatakan dalam mata uang IDR dengan beberapa penyesuaian terhadap nilai tukar USD yang berlaku saat periode pembayaran. Pembangunan pembangkit listrik tidak dapat dilaksanakan sesuai jadwal semula diakibatkan terjadinya perubahan makro ekonomi global yang signifikan pada tahun 2008 sehingga biaya investasi meningkat dan mengakibatkan
proyek
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
25
pembangunan menjadi tidak layak dan kreditur mensyaratkan adanya penyesuaian tarif jual beli listrik PPA. Kendala yang sama juga dihadapi Independent Power Producer lain selain PT XYZ. Proses negosiasi ulang tarif jual beli listrik PPA telah dimulai pada bulan Maret 2012. Tarif jual beli PPA baru telah disepakait dengan PLN dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan amandemen PPA pada tanggal 28 Juli 2011 telah ditandatangani. PT XYZ juga telah menandatangani amandemen kontrak EPC, amandemen kontrak jasa teknis/pengawas, menandatangani perjanjian kredit, sehingga proyek pembangunan telah dimulai dengan commencement date ditetapkan pada tanggal 15 September 2011 dan diperkirakan commercial operation date dapat dicapai pada bulan November 2014 atau sekitar 36 bulan masa konstruksi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN
Jenis audit yang dilakukan oleh KAP ASR untuk PT XYZ adalah audit atas laporan keuangan dimana tujuan dari proses audit ini adalah untuk melihat dan memastikan bahwa laporan keuangan klien telah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan bebas dari salah saji yang bersifat material. Berlakunya ISAK 16 sejak 1 Januari 2012 akan membuat perubahan dalam penyajian laporan keuangan PT XYZ selaku penerima konsesi jasa. Dalam memulai pembahasan di bab ini, penulis akan membahas perlakuan akuntansi yang tepat untuk PT XYZ sehubungan dengan PPA antara PT XYZ dengan PLN, prosedur audit terkait dengan penerapan ISAK 16 pada PT XYZ serta isu-isu akuntansi dan perpajakan yang timbul akibat penerapan ISAK 16 pada PT XYZ. 4.1
Perlakuan akuntansi untuk PPA antara PT XYZ dengan PLN
Perjanjian Power Purchase Agreement (PPA) antara PT XYZ dan PLN menyatakan bahwa PT XYZ akan menyediakan tenaga listrik kepada PLN yang dihasilkan dari fasilitas power plant atau pembangkit tenaga listrik yang bertenaga batubara yang terdiri dari 2 unit yang masing-masingnya berkapasitas 100 MW yang berlokasi di Sumatera Selatan yang akan dibangun sesuai dengan kontrak Engineering, Procurement, dan Construction antara PT XYZ dengan kontraktor. Dalam proses audit PT XYZ, muncul isu terkait perlakuan akuntansi terhadap perjanjian PPA ini. Pihak manajemen PT XYZ menganggap proyek pembangunan pembangkit listrik ini merupakan perjanjian sewa sehingga perlakuan akuntansi dalam proyek ini mengikuti ISAK 8 yang mengatur tentang perjanjian sewa. Di sisi lain, KAP ASR berpendapat bahwasanya PPA yang dijalani antara PT XYZ dan PLN ini merupakan perjanjian konsesi jasa sehingga perlakuan akuntansinya harus mengikuti ISAK 16 yang secara spesifik mengatur tentang perjanjian konsesi jasa.
26 Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
27
Dalam mengatasi perbedaan pendapat ini, KAP ASR mengadakan pertemuan dengan pihak manajemen untuk memutuskan standar akuntansi mana yang akan dipakai sehubungan dengan perjanjian PPA ini. Dalam pertemuan tersebut, auditor dari KAP ASR menjelaskan alasan penerapan ISAK 16 dalam kasus PPA PT XYZ dengan PLN. Dalam menetapkan perlakuan akuntansi untuk PPA PT XYZ dengan PLN, KAP ASR menggunakan kerangka berpikir seperti yang tertera pada gambar 4.1
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
28
Pemberi konsesi jasa mengontrol dan mengatur jasa yang diberikan operator dgn infrastruktur, kepada siapa jasa diberikan, dan menetapkan harga
Di luar cakupan ISAK 16
Tidak
Ya
Tidak
Pemberi konsesi jasa mengontrol, melalui kepemilikan, residu yang bersifat signifikan pada infrastruktur di akhir masa perjanjian Ya
Tidak
Infrastruktur dibangun atau dibeli dari pihak ketiga atau infrastruktur digunakan untuk seluruh masa kegunaanntya dalam perjanjian
Tidak
Infrastruktur sudah tersedia atau pemberi konsesi jasa Tidak memberi akses ke operator untuk dalam rangka perjanjian
Ya
Ya
Termasuk dalam cakupan ISAK 16
Gambar 4.1: Kerangka Berpikir Akuntansi untuk PPA Sumber: KAP ASR, Power Sector Training, Telah diolah kembali, 2012.
Berangkat dari kerangka berpikir yang ada pada gambar 4.3, KAP ASR memutuskan bahwa perlakuan akuntansi yang tepat bagi PT XYZ adalah ISAK 16. Dapat dilihat dari kontrak PPA antara PT XYZ dengan PLN bahwasanya PLN sebagai pemberi konsesi jasa mengatur jasa apa yang diberikan PT XYZ melalui infrastruktur yang berupa pembangkit listrik. PLN juga mengatur kepada siapa tenaga listrik itu dijual maupun harga jual tenaga listri tersebut. Hal ini tertera pada bagian pembuka PPA yang berbunyi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
29
“SELLER wishes to provide PLN with the supply of electricity power generated or produced from its minemouth power plant facility using coal from coal mine located surrounding the plant...” Pengaturan harga jual listrik dalam perjanjian PPA ini tertera dalam Lampiran G. Dalam perjanjian PPA juga menunjukkan bahwasanya PLN sebagai pemberi konsesi jasa memiliki kontrol terhadap residu signifikan dari infrastruktur di akhir masa perjanjian konsesi jasa. Disebutkan dalam pasal 18 pada kontrak PPA ini bahwasanya PLN memiliki hak untuk membeli infrastruktur PT XYZ yang berkaitan dengan perjanjian PPA. Mengutip dari pasal 18, “PLN may exercise an option to purchase all of SELLER’s right, title, and interest in the Project, including SELLER’s title and interest in and rights and obligations under the Project Documents, for the price set forth in Section 2.2 of Appendix F.” Infrastruktur dalam perjanjian ini merupakan 2 (dua) pembangkit listrik tenaga batubara dengan kapasitas 100 MW. Pembangkit listrik tersebut dibangun melalui kontrak antara PT XYZ dengan pihak ketiga sebagai kontraktor melalui Engineering, Procurement, and Construction (EPC) Contract, yang dalam kasus ini adalah CNEEC (China National Electric Equipment Corporation). Dari fakta tersebut, KAP ASR berpendapat bahwa ISAK 16 merupakan perlakuan akuntansi yang paling tepat untuk PPA PT XYZ dan PLN. Dalam pertemuan dengan pihak manajemen PT XYZ, ditemui kesepakatan antara manajemen dengan auditor KAP ASR untuk menerapkan ISAK 16 dalam kasus ini. Hal ini terangkum dalam technical consultation KAP ASR. Dalam technical consultation (terlampir) terangkum latar belakang fakta dan kondisi yang mendasari penerapan ISAK 16 dalam kasus PT XYZ, analisa dan referensi teknis, serta kesimpulan. Dalam technical consultation tersebut dijelaskan di bagian latar belakang fakta dan kondisi bahwasanya sejak tanggal operasi pembangkit listrik, PT XYZ akan menyediakan jasa tenaga listrik ke PLN dan PLN akan membeli tenaga listrik yang disediakan PT XYZ. KAP ASR juga menggaris-bawahi bahwasanya dalam Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
30
periode setelah tanggal pembiayaan (financing date) hingga akhir masa perjanjian, PLN mempunyai
hak
untuk
membeli
seluruh hak, kepemilikan, dan
kepengendalian PT XYZ terhadap dokumen-dokumen perjanjian. PLN juga menyetujui untuk membeli tenaga listrik yang diproduksi sebesar 100% dari Capital Cost Recovery Charge Rate (output tenaga listrik yang tersedia untuk dijual). Dalam analisa dan referensi teknis, disebutkan bahwasanya ISAK 8 tidak berlaku untuk perjanjian publik ke swasta (public to private) konsesi jasa yang termasuk dalam ruang lingkup ISAK 16. KAP ASR kemudian mengkaji apakah perjanjian antara PT XYZ dan PLN dapat didefinisikan sebagai perjanjian publik ke swasta konsesi jasa. Seperti dijelaskan dalam Bab II, ISAK 16 paragraf 5 menspesifikasikan bahwasanya infrastruktur termasuk dalam ruang lingkup ISAK 16 jika: a. Pemberi konsesi mengendalikan atau meregulasi jasa apa yang harus diberikan oleh operator dengan infrastruktur, kepada siapa jasa harus diberikan, dan berapa berapa harganya; dan b. Pemberi konsesi mengendalikan – melalui kepemilikan, hak manfaat, atau bentuk lain – atas setiap kepentingan residu signifikan dalam infrastruktur pada akhir masa perjanjian. Dalam mendefinisikan kondisi diatas, KAP ASR mereferensikan ke Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2009 dan Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA02, PA03, dan PA04 sebagai berikut: 1. Penjelasan lampiran Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2009 ayat 3 poin b menyatakan bahwa “barang publik yang ketersediaannya merupakan hasil dari kegiatan badan usaha milik Negara dan/atau badan usaha milik daerah yang mendapat pelimpahan tugas untuk menyelenggarakan pelayanan publik (public service obligation), sebagai contoh listrik hasil pengelolaan PT (Persero) PLN dan air bersih hasil pengelolaan perusahaan air minum daerah”. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwasanya
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
31
perjanjian dengan PLN dapat dikategorikan perjanjian konsesi untuk jasa publik ke entitas swasta. 2. Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA02 menyatakan bahwa “Pengendalian atau regulasi sebagaimana dimaksud dalam kondisi (a) dapat melalui kontrak atau dengan cara lain (seperti melalui regulator), dan termasuk keadaan di mana pemberi konsesi membeli seluruh output , begitu pula dalam keadaan dimana sebagian atau seluruh output dibeli oleh pengguna lain. Untuk menerapkan kondisi ini, pemberi konsesi dan pihak yang terkait akan dipertimbangkan bersama. Jika pemberi konsesi merupakan entitas sektor publik, sektor publik secara keseluruhan, bersama dengan regulator bertindak untuk kepentingan publik, dianggap terkait dengan pemberi konsesi untuk tujuan Interpretasi ini.”. Berdasarkan pemahaman KAP ASR terhadap perjanjian antara PT XYZ dan PLN, KAP ASR berpendapat bahwa perjanjian konsesi jasa tersebut memenuhi kriteria di PA02. Pengendalian atau regulasi yang merefer ke kondisi (a) terbentuk di perjanjian PPA yang di dalamnya mengatur bahwa PLN akan membeli 80% output dimana 9% output akan digunakan untuk cadangan dan 11% sisanya untuk keperluan PT XYZ sendiri. 3. Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA03 menyatakan bahwa “Untuk tujuan kondisi (a), pemberi konsesi tidak perlu sepenuhnya mengendalikan harga. Kondisi (a) terpenuhi, cukup dengan pemberi konsesi dapat mengatur harga, oleh kontrak atau regulator, misalnya dengan suatu mekanisme pembatasan. Namun, kondisi tersebut harus diterapkan pada substansi perjanjian. Ciri-ciri non-substantif, seperti pembatasan harga yang hanya berlaku pada kondisi yang kemungkinannya kecil, harus diabaikan. Sebaliknya, jika misalnya, kontrak dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada operator untuk menetapkan harga, tetapi setiap kelebihan keuntungan dikembalikan kepada pemberi konsesi, penerimaan operator dibatasi dan pengujian pengendalian atas elemen harga telah terpenuhi.”. Lampiran G pada PPA menyatakan bahwa PLN mengatur harga tenaga listrik dalam perjanjian ini meskipun harga masih
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
32
dapat disesuaikan terkait dengan beberapa faktor makro-ekonomi (seperti harga batubara, Indeks Harga Konsumen, dll). 4. Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA04 menyatakan bahwa “Untuk tujuan kondisi (b), pengendalian oleh pemberi konsesi atas kepentingan residu signifikan harus membatasi kemampuan operator untuk menjual atau menjaminkan infrastruktur dan memberikan pemberi konsesi hak berkelanjutan atas penggunaan sepanjang periode perjanjian. Kepentingan residu dalam infrastruktur merupakan estimasi nilai kini atas infrastruktur seolah-olah sudah sampai akhir usia dan dalam kondisi yang diharapkan pada akhir periode perjanjian.”. Perjanjian PPA antara PT XYZ dengan PLN terdiri atas 21 ayat dimana dalam perjanjian PPA ini menyebutkan bahwa PLN selaku pembeli mempunyai purchase option untuk membeli hak, kepemilikan, dan pengendalian PT XYZ atas dokumen-dokumen dalam proyek yang bersangkutan termasuk pembangkit listrik dalam harga yang telah ditetapkan di Lampiran F seksi 2.2 sebagaimana tertera di pasal 18. Apabila PLN mengeksekusi hak tersebut, maka PLN harus memberikan pemberitahuan tertulis minimal 180 hari kepada PT XYZ dan PT XYZ harus mentransfer hak, kepemilikan, dan pengendalian atas dokumen-dokumen dalam proyek bersangkutan sesuain dengan provisi di Lampiran F. KAP ASR berpendapat bahwa purchase option dalam PPA ini memenuhi kriteria yang disebutkan dalam PA04 karena membatasi kemampuan praktikal operator untuk menjual infrastruktur dan memberi PLN sebagai grantor hak untuk menggunakan infrastruktur setelah masa perjanjian. Berangkat dari latar belakang fakta dan kondisi serta analisa dan referensi teknis tersebut, KAP ASR menyimpulkan bahwasanya perlakuan akuntansi yang paling tepat dalam kasus PPA antara PT XYZ dan PLN adalah ISAK 16. Dalam technical consultation tersebut dibahas juga apakah PT XYZ mengakui aset yang timbul dari perjanjian PPA dengan PLN diakui sebagai aset keuangan atau aset takberwujud. Paragraf 11 IFAS 50 Financial Instruments: Presentation mendefinisikan aset keuangan sebagai aset keuangan termasuk hak kontraktual
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
33
untuk menerima kas atau aset keuangan lain dari entitas lain (a contractual right to receive cash or another financial asset from another entity). Paragraf 16 dari ISAK 16 menyebutkan bahwa “Operator mengakui aset keuangan sejauh operator memiliki hak kontraktual tanpa syarat untuk menerima kas atau aset keuangan lain dari atau atas petunjuk pemberi konsesi untuk jasa konstruksi”. ISAK 16 menekankan bahwa operator memiliki hak tanpa syarat untuk menerima kas dimana dalam hal ini pemberi konsesi jasa menanggung resiko terkait permintaan atas jasa publik yang bersangkutan tidak mencukupi untuk pengembalian investasi dari operator. KAP ASR berpendapat bahwa dalam kasus ini aset yang timbul digolongkan sebagai aset keuangan berdasarkan amandemen PPA tanggal 16 Januari 2007 klausa II paragraf 1 yang menyatakan bahwa PLN menyetujui untuk membeli tenaga listrik yang diproduksi sebesar 100% dari Capital Cost Recovery Charge Rate (output tenaga listrik yang tersedia untuk dijual) dimana bentuk ini dispesifikasikan sebagai “take or pay”. KAP ASR berpendapat bahwa bentuk “take or pay” ini memenuhi kriteria “hak kontraktual tanpa syarat untuk menerima kas” yang disebutkan di ISAK 16. Ringkasan technical consultation dapat dilihat di tabel 4.1 dan technical consultation KAP ASR dapat dilihat di lampiran. BACKGROUND
TECHNICAL REFERENCES Lampiran Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2009 ayat 3 poin b Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA02
Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA03 PPA antara PT XYZ dan PLN
Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA04
ANALYSIS CONCLUSION Perjanjian PT XYZ dengan PLN bergerak di industri ketenagalistrikan PPA mengatur bahwa PLN akan membeli 80% output dimana 9% output akan digunakan untuk cadangan dan 11% sisanya untuk keperluan PT XYZ sendiri. (PPA pasal 8) PPA menyatakan bahwa PLN mengatur Perlakuan akuntansi harga tenaga listrik dalam perjanjian yang paling ini meskipun harga masih dapat disesuaikan terkait dengan beberapa tepat adalah ISAK 16 faktor makro-ekonomi (PPA Lampiran G) PLN selaku pembeli mempunyai purchase option untuk membeli hak, kepemilikan, dan pengendalian PT XYZ atas dokumen-dokumen dalam proyek yang bersangkutan (PPA pasal 18)
Tabel 4.1: Ringkasan technical consultation KAP ASR Sumber: Technical Consultation KAP ASR, diolah kembali, 2012
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
34
4.2
Prosedur Audit PT XYZ
Sebelum berlakunya ISAK 16, pendapatan yang timbul dari konsesi jasa diakui oleh manajemen PT XYZ sebagai aset tetap, lebih tepatnya aset dalam penyelesaian atau aset konstruksi yang sering dikenal sebagai Construction in Progress. Dalam mengukur dan mengakui pendapatan tersebut, PT XYZ mengacu kepada persentase penyelesaian pekerjaan konstruksi yang tercermin dari besarnya aset dalam penyelesaian yang tergolong sebagai aset tetap. Untuk dapat memastikan nilai wajar dari pendapatan konstruksi akibat penerapan ISAK 16, KAP ASR melakukan prosedur audit terkait aset tetap di PT XYZ. Prosedur audit KAP ASR terhadap aset tetap di PT XYZ dimulai dari tahapan perencanaan. 4.2.1
Tahapan Perencanaan Audit PT XYZ
Sebelum tim audit melakukan fieldwork dalam rangka mengumpulkan bukti audit, hal yang pertama kali dilakukan adalah melaksanakan tahapan perencanaan. Pihak yang terlibat dalam tahapan perencanaan ini adalah tim manajer serta senior incharge dibantu oleh auditor junior. Tahapan perencanaan ini penting untuk dilakukan secara cermat dan terperinci agar proses audit yang dilaksanakan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Bagian dari tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a. Menerima dan melanjutkan klien b. Pembentukan tim, pengecekan independensi tim, dan pembuatan surat perjanjian kerja dengan klien c. Memahami resiko bisnis klien d. Menentukan strategi audit dan perencanaan audit Untuk lebih jelasnya, keempat bagian tersebut akan dijelaskan dalam sub bab berikut. 4.2.1.1 Menerima dan Melanjutkan Klien
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
35
Pada tahap ini auditor akan melakukan penilaian terhadap klien yang diaudit baik klien tersebut merupakan klien baru atau klien lama dari KAP ASR. Penilaian ini dilakukan terhadap resiko yang dimiliki oleh klien dalam bisnisnya ataupun resiko yang dihadapi oleh KAP selama proses audit berlangsung. PT XYZ merupakan anak perusahaan dari PT XXX yang merupakan klien lama dari KAP ASR dalam artian pada tahun audit sebelumnya telah diaudit oleh KAP ASR. Hal tersebut berarti bahwa PT XYZ juga merupakan klien lama dari KAP ASR. Pada audit tahun 2012, KAP ASR hanya melakukan penilaian kembali terhadap PT XYZ. 4.2.1.2 Pembentukan Tim, Pengecekan Independensi Tim, dan Pembuatan Surat Perjanjian Kerja dengan Klien Setelah proses penilaian kembali atas klien, tim manajer dan senior in-charge akan membuat surat perjanjian yang ditanda-tangani oleh engagement partner. Surat perjanjian ini umumnya dikenal sebagai engagement letter. Engagement letter ini kemudian dikirimkan ke jajaran direksi PT XYZ untuk kemudian disetujui. Setelah proses penerimaan dan kelanjutan klien dapat diterima, maka tahap selanjutnya adalah menentukan tim audit untuk menjalankan fieldwork pada klien. Besar kecilnya tim audit ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ukuran perusahaan klien, kompleksitas bisnis klien, dan besarnya biaya audit. Setelah pembentukan tim audit terlaksana, akan diadakan kick-off meeting yang dihadiri oleh seluruh anggota tim audit. Dalam kick-off meeting ini biasanya akan dibahas perencanaan audit secara umum, isu-isu yang berpengaruh selama proses audit, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar tim audit dapat mengenal klien lebih jauh dan mempermudah komunikasi dan koordinasi selama proses audit berlangsung. Selain hal-hal diatas yang telah dibahas pada tahap ini pula rotasi tim audit dipertimbangkan, terutama rotasi signing partner, engagement leader, dan tim manajer. Hal selanjutnya yang dilakukan dalam tahap ini adalah tim manajer atau senior in-charge melakukan pengecekan independensi terhadapt klien dalam hal Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
36
ini adalah PT XYZ. Proses pengecekan ini dilakukan dengan mengirimkan surat pernyataan independensi kepada seluruh anggota tim audit yang nantinya akan turut serta dalam fieldwork. Setelah seluruhh anggota tim dinyatakan independen terhadap klien, maka proses audit berlanjut ke tahap berikutnya. 4.2.1.3 Memahami Resiko Bisnis Klien Dalam tahap ini KAP ASR melakukan evaluasi terhadap pengendalian internal klien. Proses ini akan menunjukkan apakah pengendalian internal yang telah diterapkan oleh perusahaan sudah efektif dan efisien untuk proses bisnis yang dijalankan oleh klien. Dalam melaksanakan evaluasi tersebut, tim audit harus mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang memadai terkait bisnis yang dijalankan oleh klien. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam mendapatkan pemahaman terhadap klien dan lingkungannya diantaranya adalah: a. Keadaan industri dan peraturan serta faktor eksternal lainnya seperti kerangka laporan keuangan yang berlaku bagi perusahaan. Dalam kasus PT XYZ adalah pemahaman terhadap industri penyediaan tenaga listrik dan keadaan ekonomi secara makro serta faktor-faktor ekonomi makro yang dapat mempengaruhi industri penyediaan tenaga listrik. b. Pemahaman atas tujuan dan strategi bisnis perusahaan serta terhadap resiko bisnis yang berhubungan erat dengan perusahaan. c. Pemahaman dasar atas bisnis klien. d. Pengukuran dan peninjauan kinerja keuangan klien. 4.2.1.4 Menentukan Strategi Audit dan Perencanaan Audit Pada tahap strategi auditor melakukan peninjauan terhadap minutes of meeting rapat direksi untuk mencari tahu perihal kegiatan yang dapat mempengaruhi itemitem pada laporan keuangan sehingga berdampak pada proses audit yang dilakukan. Auditor juga akan melakukan penilaian komprehensif mengenai kondisi bisnis perusahaan, identifikasi resiko, bukti-bukti audit yang diperlukan selama proses audit berlangsung, serta evaluasi terkait perjanjian yang dilakukan perusahaan.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
37
Proses selanjutnya adalah auditor melakukan identifikasi terkait peraturan hukum dan pemerintah yang berhubungan dengan perusahaan. Auditor dituntut untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan yang cukup dan memadai terkait peraturan dan hukum yang berhubungan dengan perusahaan dan bisnis klien baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung yang akan memberikan efek dan pengaruh terhadap laporan keuangan serta pemahaman akan ketaatan klien terhadap aturan dan hukum tersebut. Pemahaman ini didapat dengan cara diskusi dengan manajemen klien serta korespondensi dari pihak lain yang relevan. Pada tahap identifikasi ini diperoleh fakta bahwa perusahaan yang bergerak di industri penyediaan tenaga listrik telah paham akan aturan dan hukum baik yang bersifat umum ataupun spesifik terkait industri. KAP ASR tidak menemukan bentuk pelanggaran terhadap aturan dan hukum yang ada yang dilakukan oleh pihak PT XYZ. Terkait dengan pelaporan keuangan, KAP ASR mendeteksi beberapa standar keuangan yang berpotensi memiliki dampak signifikan terhadap laporan keuangan PT XYZ meliputi IFAS 10, IFAS 26, dan ISAK 8 ataupun ISAK 16. Setelah proses diatas, tim manajer atau senior in-charge mengidentifikasi pihakpihak yang memiliki hubungan istimewa dengan PT XYZ. Proses identifikasi ini dibantu oleh manajemen dalam hal pendataan related parties maupun transaksi yang terkait dengan masing-masing related party. KAP ASR tidak mendeteksi adanya resiko signifikan untuk transaksi dengan related party sehubungan tidak adanya transaksi signifikan dengan related party selain tambahan modal. Selanjutnya KAP ASR akan melakukan penilaian terkait isu going concern. Tidak ada isu going concern yang ditemukan dalam kasus PT XYZ. Langkah selanjutnya yang dilakukan auditor adalah menentukan tingkat materialitas. Tiga tingkatan materialitas yang digunakan KAP ASR adalah: a. Overall Materiality (OM) adalah tingkatan materialitas klien secara keseluruhan laporan keuangannya yang dilihat dari suatu tolak ukur. Tolak ukur dalam penentuan OM dapat didasari dari total pendapatan, total pengeluaran, gross profit, total aset, total ekuitas, dan lainnya. Penentuan tolak ukur ini didapatkan professional judgement, jenis industri klien dan hasil diskusi antara engagement leader, tim manajer, serta senior in-charge. Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
38
Umumnya untuk klien yang bersifat profit oriented, tolak ukur yang digunakan adalah total untung/rugi sebelum pajak dari operasi yang berlangsung. Sementara untuk klien yang tidak berorientasi pada profit, biasanya digunakan total biaya atau pendapatan sebagai tolak ukur. Sedangkan untuk klien yang bersifat asset-based entities (mutual fund) biasanya digunakan total aset. Setelah mengidentifikasi tolak ukur mana yang digunakan, tim manajer atau senior in-charge akan menentukan rule of thumb persentase yang akan dikalikan dengan benchmark sebagai dasar dalam membuat pertimbangan awal mengenai overall materiality. Persentase yang dapat digunakan antara lain: -
Entitas yang bersifat profit oriented, persentase yng dapat diterapkan adalah hingga 5% dari total untung/rugi sebelum pajak atau hingga 0.5% dari total pendapatan
-
Entitas yang tidak berorientasi pada profit, persentase yang dapat diterapkan adalah hingga 1% dari total biaya atau total pendapatan
-
Entitas dalam industri mutual fund, persentase yang dapat diterapkan adalah hingga 0.5% dari nilai aset bersih atau hingga 1% dari total aset.
Overall materiality digunakan untuk melakukan evaluasi efek dari salah saji yang tidak diperbaiki dalam suatu laporan keuangan secara keseluruhan. Penentuan overall materiality ini penting karena digunakan sebagai dasar dalam perhitungan performance materiallity dan de minimis SUM. b. Performance Materiality (PM) adalah tingkatan materialitas yang ditetapkan untuk saldo akun secara keseluruhan yang akan diaudit dimana besarnya angka PM ini bergantung dari besarnya angka OM yang telah ditentukan terlebih dahulu. Besaran PM umumnya berkisar antara 50%75% dari OM. Hal ini menunjukkan adanya pengurangan sebesar 25%50% dari OM, pengurangan ini disebut sebagai haircut.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
39
c. De minimis Summary of Unadjusted Misstatement (SUM) adalah tingkatan materialitas yang ditetapkan untuk satu saldo sub akun yang akan diaudit. Tingkat besaran SUM berkisar antara 5%-10% dari OM. Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat materialitas suatu sub akun tidak boleh melebihi SUM, tingkat materialitas keseluruhan sub akun dalam suatu akun tidak boleh melebihi PM, dan tingkat materialitas keseluruhan PM dalam satu laporan keuangan tidak boleh melebihi OM. Dalam kondisi tertentu, penggunaan dari ketiga tingkatan materialitas tersebut dapat berbeda tergantung dari professional judgement auditor untuk menentukan tingkat materialitas yang dipakai. Sebagai contoh jika sub akun memiliki jumlah nominal yang besar, maka ada kemungkinan tingkat materialitas yang dipakai bukan lagi merupakan SUM melainkan PM. Berikut adalah tingkat materialitas pada proses audit PT XYZ oleh KAP ASR
Gambar 4.2: Materialitas PT XYZ Sumber: Dokumentasi KAP ASR, Telah Diolah Kembali, 2012
Seperti dapat dilihat dari gambar diatas, dasar perhitungan materialitas yang dipakai adalah Total Aset dari Trial Balance per Juni 2012 dengan rule of thumb sebesar 1%. Dasar dari penetapan ini adalah PT XYZ merupakan perusahaan yang masih berada dalam tahap pengembangan yang tercermin dari pembangunan Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
40
pembangkit listrik yang masih berada dalam tahap konstruksi sehingga tidak ada pendapatan yang dihasilkan selama 2012. Berdasarkan pertimbangan tersebut, KAP ASR percaya bahwa total aset merupakan benchmark yang paling representatif. KAP ASR menerapkan rule of thumb sebesar 1% dengan dasar bahwa PT XYZ telah mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank untuk membiayai proyek yang dijalani dan informasi yang ada di laporan keuangan tidak hanya digunakan oleh shareholder dari PT XYZ saja. Dalam menentukan PM dan SUM, landasan dari KAP ASR adalah fakta bahwasanya resiko audit PT XYZ terbilang rendah dan penyesuaian atau adjustment yang kemungkinan muncul berjumlah sedikit. Hal ini tak lepas dari kondisi PT XYZ yang masih dalam tahap perkembangan dan sebagian besar transaksi yang terjadi selama 2012 diekspektasikan berkaitan dengan konstruksi pembangkit listrik yang sedang berjalan. 4.2.2
Prosedur Audit Aset Tetap PT XYZ
Aset tetap pada umumnya mempunyai nilai saldo yang besar dan berpengaruh signifikan terhadap pelaporan keuangan perusahaan. Terlebih lagi dalam kasus PT XYZ, pembangunan pembangkit listrik yang merupakan operasi inti perusahaan diklasifikasikan sebagai aset konstruksi yang termasuk dalam aset tidak lancar yang prosedur auditnya mengikuti prosedur audit aset tetap. Prosedur audit aset tetap dapat terbilang kompleks dimana auditor tidak hanya memastikan nilai aset tetap yang tercatat oleh klien itu benar dan tersaji secara wajar melainkan juga harus menguji nilai beban penyusutan dan akumulasi penyusutan apakah telah dihitung secara akurat oleh klien mengingat hal tersebut akan berpengaruh terhadap nilai buku aset tetap. KAP ASR membuat proses audit yang sedemikian rupa guna mencapai tujuantujuan audit untuk aset tetap tersebut. Berikut dapat dilihat dalam gambar proses audit untuk aset tetap yang umumnya dijalankan oleh KAP ASR.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
41
Mendapatkan nilai rekonsiliasi atas suatu akun
-
Mendokumentasikan penambahan aset tetap yang signifikan
-
Mendokumentasikan pelepasan aset tetap yang signifikan
-
Menghitung kembali beban penyusutan atas aset tetap
-
Memeriksa perjanjian sewa guna klien
- Mengevaluasi perjanjian sewa guna usaha yang dimiliki klien - Memastikan sewa guna usaha tersebut diakui sebagai beban atau dikapitalisasi
Mengidentifikasi aset yang dijaminkan atau aset yang disewagunakan ke pihak lain
- Mengkaji ulang semua perjanjian hukum, kontrak, dan dokumen pendukung lainnya - Diskusi dengan pihak manajemen dan mengkaji ulang perjanjian fasilitas kredit
Mengevaluasi kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan
- Memastikan kebijakan akuntansi yang diterapkan adalah kebijakan terbaru - Mengevaluasi kewajaran kebijakan tersebut - Memastikan kebijakan tersebut sesuai PSAK - Memastikan kebijakan diterapkan dalam kinerja bisnis
-
-
-
-
Memisahkan saldo-saldo terkait akun yang ada di jurnal umum Bandingkan dengan angka tahun sebelumnya Uji keakuratan perhitungan klien Memeriksa kemungkinan terjadinya penghilangan atas suatu saldo Memeriksa dokumen pendukung Mengevaluasi apakah penambahan aset harus dibebankan atau dikapitalisasi Memastikan nilai penambahan yang dicatat klien akurat Memastikan otorisasi atas penambahan aset tetap Memeriksa dokumen pendukung Memeriksa keakuratan akumulasi penyusutan yang diakui saat pelepasan Memeriksa keakuratan untung/rugi yang diakui Memeriksa harga jual yang dipakai Memastikan otorisasi atas pelepasan aset tetap Mengevaluasi umur ekonomis yang ditetapkan oleh klien Menghitung ulang nilai beban penyusutan sesuai dengan pengklasifikasian aset klien Mengevaluasi jika terdapat perbedaan perhitungan
Gambar 4.3: Prosedur Audit Aset Tetap KAP ASR Sumber: Data Olahan
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
42
Gambar 4.2 menunjukkan prosedur audit aset tetap pada umumnya dalam KAP ASR. Sehubungan dengan kasus penerapan ISAK 16 di PT XYZ, seperti yang diketahui bahwasannya hingga saat ini pembangkit tenaga listrik dalam Power Purchase Agreement dengan PLN masih berada dalam tahap konstruksi. Dalam pencatatannya, PT XYZ masih mengakui pembangunan tersebut dalam aset konstruksi atau aset dalam penyelesaian (Construction in Progress). Prosedur audit untuk aset konstruksi sama seperti prosedur audit untuk aset tetap pada umumnya. NO
1
2
3
4
PROSEDUR
DETAIL
Memisahkan saldo-saldo terkait akun yang ada di jurnal umum Mendapatkan nilai rekonsiliasi Bandingkan dengan angka tahun sebelumnya atas suatu akun Uji keakuratan perhitungan klien Memeriksa kemungkinan terjadinya penghilangan atas suatu saldo Memeriksa dokumen pendukung Mengevaluasi apakah penambahan aset harus Mendokumentasikan dibebankan atau dikapitalisasi penambahan aset tetap yang Memastikan nilai penambahan yang dicatat klien signifikan akurat Memastikan otorisasi atas penambahan aset tetap Memeriksa dokumen pendukung Memeriksa keakuratan akumulasi penyusutan yang Mendokumentasikan diakui saat pelepasan pelepasan aset tetap yang Memeriksa keakuratan untung/rugi yang diakui signifikan Memeriksa harga jual yang dipakai Memastikan otorisasi atas pelepasan aset tetap Mengevaluasi umur ekonomis yang ditetapkan oleh klien Menghitung kembali beban Menghitung ulang nilai beban penyusutan sesuai penyusutan atas aset tetap dengan pengklasifikasian aset klien
Audit Objectives Completeness Accuracy Existence Classification Cut-off Right and Obligation a a a
5
6
7
Memeriksa perjanjian sewa guna klien
a a a
a a a a a a a a
a a
Memastikan kebijakan akuntansi yang diterapkan adalah kebijakan terbaru Mengevaluasi kewajaran kebijakan tersebut Memastikan kebijakan tersebut sesuai PSAK Memastikan kebijakan diterapkan dalam kinerja bisnis
a a
Mengidentifikasi aset yang dijaminkan atau aset yang Diskusi dengan pihak manajemen dan mengkaji disewagunakan ke pihak lain ulang perjanjian fasilitas kredit
Mengevaluasi kebijakan akuntansi yang diterapkan perusahaan
a
a a
a
Mengevaluasi jika terdapat perbedaan perhitungan Mengevaluasi perjanjian sewa guna usaha yang dimiliki klien Memastikan sewa guna usaha tersebut diakui sebagai beban atau dikapitalisasi Mengkaji ulang semua perjanjian hukum, kontrak, dan dokumen pendukung lainnya
a
a
a a
a
a a
a a
a
a
a a
Tabel 4.2: Prosedur audit aset tetap KAP ASR berdasarkan audit objective Sumber: Data olahan
Tabel 4.2 menunjukkan prosedur audit aset tetap KAP ASR berdasarkan audit objective. Prosedur tersebut, sama dengan yang tertera pada gambar 4.2 adalah prosedur audit aset tetap pada umumnya. Sehubungan dengan penerapan ISAK 16 dan kondisi kemajuan proyek PT XYZ yang masih dalam tahap konstruksi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
43
pembangkit listrik, secara garis besar prosedur audit yang dilakukan oleh KAP ASR untuk memastikan kewajaran saldo aset dalam penyesuaian adalah semua prosedur di tabel 4.1 kecuali nomor 4 dan 6. Hal ini terjadi mengingat tidak ada pelepasan aset dalam penyelesaian dalam tahun 2012 maupun beban penyusutan dikarenakan pembangkit listrik masih berada dalam tahap konstruksi. Pada umumnya, perhitungan aset finansial ini dapat dilakukan dengan 2 cara; dengan memakai konsultan atau perhitungan manajemen secara independen. Dalam kasus PT XYZ, perhitungan untuk aset keuangan yang timbul akibat ISAK 16 memakai perhitungan yang dibuat oleh KAP ASR. Pada awalnya, pihak manajemen berencana untuk menggunakan jasa pihak ketiga atau konsultan luar dalam pembuatan perhitungan. Namun karena adanya kendala waktu yang berhubungan dengan deadline keluarnya laporan keuangan audit PT XYZ, pihak manajemen memutuskan untuk memamakai perhitungan dari KAP ASR. 4.3
Isu Akuntansi Terkait Penerapan ISAK 16
Dalam penerapan ISAK 16 pada kasus PT XYZ, muncul berbagai isu akuntansi. Dalam pembahasan dalam bab ini, penulis akan membagi pembahasan isu akuntansi yang timbul ke dalam 4 bagian; Recognition (Pengakuan), Measurement (Pengukuran), Presentation (Penyajian), dan Disclosure (Pengungkapan). 4.3.1
Recognition (Pengakuan)
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, operator dalam perjanjian konsesi jasa tidak mengakui infrastruktur sebagai aset tetap karena perjanjian konsesi jasa tidak memberikan hak kepada operator untuk mengendalikan penggunaan infrastruktur. Operator hanya memiliki akses untuk mengoperasikan infrastruktur untuk menyediakan layanan publik untuk kepentingan pemberi konsesi sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam kontrak sebagaimana diterangkan dalam paragraf 11 ISAK 16. Dalam ISAK 16 paragraf 13 dijelaskan bahwasanya dalam mengakui dan mengukur pendapatan yang timbul akibat ISAK 16, dalam kasus ini adalah pendapatan konstruksi dan pendapatan keuangan, operator menggunakan aturan
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
44
sesuai dengan PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi dan PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan. Jika operator melakukan lebih dari satu jasa (jasa pembangunan atau peningkatan kemampuan dan jasa operasi) dalam satu kontrak, imbalan yang diterima atau piutang harus dialokasikan dengan mengacu pada nilai wajar relatif dari jasa yang diberikan apabila jumlahnya dapat diidentifikasikan secara terpisah. PSAK 34 paragraf 22-35 mengatur pengakuan pendapatan dan beban kontrak. PSAK 34 mengakui pendapatan dan beban dengan mengacu pada persentase penyelesaian kontrak atau sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Metode ini menghubungkan pendapatan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam tahap penyelesaian sehingga pendapatan, beban, dan laba yang dilaporkan dapat diatribusikan secara proporsional. Sesuai dengan paragraf 22 PSAK 34, pendapatan dan beban diakui pada tanggal akhir periode pelaporan. PSAK 23 paragraf 23 menyebutkan bahwa tingkat penyelesaian transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Entitas menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Metode tersebut meliputi 1. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan. 2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang harus dilakukan. 3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi. Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan dividen. Pendapatan bunga diakui dengan menggunakan metode suku bunga efektif seeperti yang dijelaskan dalam PSAK 55. Dalam kasus PT XYZ, sesuai dengan kontrak PT XYZ termasuk operator yang melakukan lebih dari satu jasa dimana PT XYZ bertanggung jawab untuk membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik. Hal ini menyebabkan PT XYZ harus mengalokasikan pendapatan dan biaya secara terpisah. Ini telah dilaksanakan sebagaimana terlihat dalam laporan keuangan PT XYZ yang Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
45
mengakui pendapatan terpisah untuk pendapatan konstruksi dan pendapatan keuangan. Pengakuan pendapatan dan beban telah diakui pada tanggal akhir periode pelaporan seperti diatur dalam PSAK 34 paragraf 22. Perhitungan pendapatan keuangan juga telah menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana diatur dalam PSAK 23. Rincian perhitungan dapat dilihat di tabel. 4.3.2 Measurement (Pengukuran) Terkait dengan penerapan ISAK 16, PT XYZ akan mengakui adanya pendapatan konstruksi dan aset keuangan. Perhitungan pendapatan konstruksi dihitung dari tahun 2011 dimana pendapatan konstruksi terbentuk dari penambahan biaya konstruksi yang terdiri dari beban yang ditangguhkan dan construction in progress serta margin dari pendapatan konstruksi itu sendiri. Pihak manajemen PT XYZ menetapkan margin konstruksi sebesar 5% berdasarkan estimasi pasar atas proyek yang serupa. Berikut adalah perhitungan pendapatan konstruksi untuk tahun 2011. Penambahan biaya konstruksi Beban yang ditangguhkan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
1.592.293 87.152 87.152 87.152 1.853.750
CIP 3.193 4.052.719 4.055.912
Biaya Pembiayaan (Beban tangguhan) 85.276 6.456 -
Biaya Pembiayaan (CIP)
Margin
3.193 91.626
Pendapatan konstruksi 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
1.582.368 91.510 84.731 4.346.865 6.105.473
Tabel 4.3: Perhitungan pendapatan konstruksi PT XYZ tahun 2011 Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Jumlah Beban yang ditangguhkan berasal dari saldo awal beban ditangguhkan pada tahun 2011 yang berjumlah sebesar 807.924 USD. Saldo akhir beban ditangguhkan di 2011 adalah 1.853.750 USD yang berarti terjadi penambahan sebesar 1.045.825 USD. Penambahan tersebut kemudian dibagi 12 untuk mendapatkan rata-rata penambahan beban ditangguhkan per bulan untuk tahun
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
46
2011 yang berjumlah 87.152,11 USD. Perhitungan baru dimulai di bulan September mengingat proses konstruksi baru berjalan di bulan September 2011. Saldo Beban yang ditangguhkan di bulan September berasal dari saldo awal di 2011 sebesar 807.924 USD ditambahkan dengan penambahan per bulan sebesar 87.152,11 USD sebanyak 9 (sembilan) kali. Saldo di bulan berikutnya merupakan penambahan per bulan dari Beban yang ditangguhkan. Beban ditangguhkan adalah biaya-biaya yang terjadi dan terkait secara langsung untuk persiapan proyek pembangunan pembangkit listrik ditangguhkan dan mulai diamortisasi pada tanggal penyelesaian konstruksi dengan menggunakan metode garis lurus sepanjang masa perjanjian listrik dengan PLN. Beban ditangguhkan ini meliputi konsultasi jasa teknis, pembebasan lahan, biaya perjanjian kredit, legal dan notaris atas perjanjian kredit, maupun beban keuangan. Terkait dengan pengaplikasian ISAK 16, beban ditangguhkan akan diklasifikasikan sebagai harga pokok penjualan dari pendapatan yang timbul akibat ISAK 16 sehingga akan muncul penyesuaian untuk menghapus beban ditangguhkan. Meskipun commencement date dimulai pada September 2011, transaksi terkait konstruksi pembangkit listrik baru dimulai pada bulan November 2011 sehingga dari Januari hingga Oktober 2011, komponen CIP pada perhitungan pendapatan konstruksi masih nol. Berikut adalah bagian dari buku besar yang berisi jurnal terkait CIP pada tahun 2011. No Tgl 1 28-Okt-11 2 28-Okt-11 3 28-Okt-11 1 15-Nop-11 2 15-Nop-11 23 30-Nop-11 24 30-Nop-11 1 23-Des-11 2 31-Des-11 3 29-Des-11 4 29-Des-11 5 15-Des-11 6 31-Des-11 7 23-Des-11 8 31-Des-11 9 31-Des-11
No Jurnal BNI - 0344 BNI - 0345 BNI - 0345 BNI - 0368 BNI - 0368 BJ 0185 BJ 0186 BJ 0185 BJ 0186 BNI-151- 0004 BNI-151- 0004 BNI - 0058 BJ 0212 BNI - 0422 BJ 0215 BJ 0217 31-Des-11 REKLAS AUDIT
Nama PT. Adhi Realty PT. Adhi Realty PT. Adhi Realty Adhi Realty Adhi Realty Bank BNI Bank BNI Bank BNI Bank BNI CNEEC CNEEC Bank BNI Divisi KPS QQ Kelompok SDF Pemda DKI/BPHTB Bank BNI PT Studio Dwi Tri Matra Consultant CNEEC
Saldo 25.000.000 1.269.100.000 1.393.510.000 4.271.410.000 4.561.700.000 4.570.483.585 4.590.978.618 4.592.808.532 4.648.576.995 37.621.512.733 39.599.888.877 40.308.403.679 40.366.258.483 40.604.372.733 40.616.109.240 41.091.849.240 42.410.766.669
CCY IDR IDR IDR IDR IDR USD USD USD USD IDR IDR USD USD IDR USD IDR IDR
Original Ccy Kurs USD 25.000.000 8.828 2.832 1.244.100.000 8.828 140.927 124.410.000 8.828 14.093 2.877.900.000 8.995 319.944 290.290.000 8.995 32.272 958 9.170 958 2.235 9.170 2.235 200 9.170 200 6.186 9.015 6.186 32.972.935.738 9.160 3.599.665 1.978.376.144 9.160 215.980 77.560 9.135 77.560 6.386 9.060 6.386 238.114.250 9.015 26.413 1.294 9.068 1.294 475.740.000 9.068 52.464 1.318.917.430 9.068 145.447
Tabel 4.4: Buku besar terkait CIP PT XYZ tahun 2011
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
47
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Angka CIP untuk bulan November bersumber dari transaksi Bank BNI tanggal 30 November 2011 sebesar 958 USD dan 2.235 USD. Transaksi ini merupakan pembebanan bunga pinjaman 70% atas penarikan I USD 1.064.290,00 dan pembebanan bunga pinjaman 30% atas penarikan I USD 1.064.290,00 yang berkaitan dengan pembiayaan proyek pembangunan pembangkit listrik. Transaksi tanggal 28 Oktober 2011 hingga 15 November 2011 dengan PT Adhi Realty tidak masuk ke perhitungan CIP karena merupakan transaksi penyewaan gedung dan tidak berhubungan dengan proyek pembangunan pembangkit listrik. Untuk bulan Desember 2011, angka CIP berasal dari transaksi dengan Bank BNI sejumlah 200 USD dan 6.185 USD yang terkait dengan koreksi pembebanan bunga pinjaman bulan November 2011 atas penarikan I USD 1.064.290,00 dan pembebanan bunga pinjaman bulan Desember 2011 atas penarikan I USD 1.064.290,00. serta transaksi dengan CNEEC terkait kontrak EPC yang terdiri dari pembayaran invoice No : CNEEC-B-PCIC-IDR-01-006 Tgl 15 Des 2011 ( Progres payment For Civil Work - Site Preparation And Acces Road) serta PPn 10% Atas Invoice No : CNEEC-B-PCIC-IDR-01-006 Tgl 15 Des 2011 ( Progres payment For Civil Work - Site Preparation And Acces Road) yang dibayarkan tanggal 29 Desember 2011 yang masing-masingnya berjumlah 3.599.665 USD dan 215.980 USD dan juga transaksi dengan Bank BNI untuk biaya penerbitan LC sebesar 77.560 USD dan koreksi pembayaran biaya provisi sebesar 0,6% atas penarikan kredit pertama dari biaya ditangguhkan ke Aktiva Dalam Penyelesaian sebesar 6.385 USD ditambah dengan pembebanan bunga pinjaman bulan Desember 2011 atas penarikan I USD 2.300.937,47 dan reklasifikasi audit terkait PPN atas uang muka yang menjadi progress masing-masing sebesar 1.294 USD dan 145.447 USD. Biaya pembiayaan harus dikurangi karena dikapitalisasi di laba rugi tahun berjalan. Detail biaya pembiayaan untuk biaya yang ditangguhkan di tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
48
Date 14/09/2011 19/09/2011 04/11/2011
Rp
Rate USD 100.000.000 8.730 650.000.000 8.805 57.854.804 8.962
11.455 73.822 6.456
Tabel 4.5: Biaya pembiayaan untuk biaya ditangguhkan tahun 2011 Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Sedangkan detail biaya pembiayaan untuk CIP di tahun 2011 adalah sebagai berikut: Bulan 11-11 11-11 12-11 12-11 12-11 12-11 12-11
No Jurnal BJ 0185 BJ 0186 BJ 0185
Nama Bank BNI Bank BNI Bank BNI
Keterangan Pembebanan Bunga Pinjaman 30% Atas Penarikan I USD 1.064.290,00 Pembebanan Bunga Pinjaman 70% Atas Penarikan I USD 1.064.290,00 Koreksi Pembebanan Bunga Pinjaman Bulan November 2011 Atas Penarikan I USD 1.064.290,00 BJ 0186 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Bulan Desember 2011 Atas Penarikan I USD 1.064.290,00 BNI - 0058 Bank BNI Pembayaran Biaya Penerbitan LC Sebesar USD 62,040,367 Sesuai Srt BPI No. 060/03-BPI/SRT/XII/2011 Tanggal 2 Des 2011 BJ 0212 Divisi KPS QQ Koreksi Kelompok Pembayaran SDF Biaya Propisi Sebesar 0,6% Atas Penarikan Kredit Pertama Dari Biaya Ditangguhkan Ke ADP BJ 0215 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Bulan Desember 2011 Atas Penarikan I USD 2.300.937,47
Klasifikasi USD Bunga Kredit 957,86 Bunga Kredit 2.235,01 Bunga Kredit 199,55 Bunga Kredit
6.186,19
Provisi
77.560,46
Provisi
6.385,74
Bunga Kredit
1.294,28
Tabel 4.6: Biaya pembiayaan untuk CIP tahun 2011 Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Pendapatan konstruksi dihitung dengan rumus sebagai berikut: (Biaya Ditangguhkan + CIP – Biaya pembiayaan) * (1 + Margin) Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa total pendapatan konstruksi yang diakui di tahun 2011 adalah sebesar 6.105.473 USD. Pada tahun 2011, perhitungan untuk
aset
keuangan dihitung dengan
memperhatikan berbagai komponen seperti saldo awal aset keuangan, penambahan aset keuangan, dan tingkat pendapatan keuangan. Perhitungan untuk aset keuangan di tahun 2011 dapat dilihat di tabel berikut.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
49
Saldo awal aset keuangan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
1.590.936 1.700.169 1.803.771 5.094.876
Penambaha n aset 1.582.368 91.510 84.731 4.346.865 6.105.474
Rate pendapatan keuangan 12,99% 12,99% 12,99% 12,99% 12,99% 12,99% 12,99% 12,99% 12,99% 12,99% 12,99% 12,99%
Pendapatan keuangan
8.568 17.724 18.870 43.070 88.231
Saldo akhir aset keuangan 0 0 0 0 0 0 0 0 1.590.936 1.700.169 1.803.771 6.193.705
Tabel 4.7: Perhitungan aset keuangan PT XYZ tahun 2011 Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Saldo awal Aset Keuangan didapat dari saldo akhir aset keuangan di bulan sebelumnya. Penambahan aset keuangan berasal dari pendapatan konstruksi yang ada di bulan yang sama. Rate pendapatan didapat dari rumus: ((1 + Effective Interest Rate)1/12 – 1) * 12 Suku bunga efektif yang digunakan adalah 13,80% dan telah diperiksa oleh KAP ASR melalui goalseek untuk memastikan ketepatannya. Pendapatan keuangan dihitung dengan rumus sebagai berikut: [({A + (A + B)} / 2) * C] / 12 A = Saldo awal aset keuangan B = Penambahan aset keuangan C = Rate Pendapatan keuangan Saldo akhir dari aset keuangan merupakan jumlah dari saldo awal aset keuangan, penambahan aset keuangan, dan pendapatan keuangan. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwasanya pendapatan keuangan yang diakui oleh PT XYZ di tahun 2011 adalah sebesar 88.231 USD. Pada tahun 2011, jurnal penyesuaian terkait dengan penerapan ISAK 16 adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
50
Aset keuangan dari jasa konsesi Pendapatan konstruksi
6.105.474 (6.105.474)
Aset keuangan dari jasa konsesi Pendapatan keuangan
88.231 (88.231)
HPP ADP Biaya yang ditangguhkan Beban keuangan Biaya yang ditangguhkan ADP
5.723.111 (3.961.093) (1.762.018) 186.551 (91.732) (94.819)
Secara total, penerimaan PT XYZ di tahun 2011 dari ISAK 16 adalah sebesar 6.193.705 USD dengan rincian pendapatan konstruksi sebesar 6.105.145 USD dan 88.231 USD dari pendapatan keuangan. HPP didapat dari penjumlahan CIP sebesar 4.055.912 USD dan biaya yang ditangguhkan sebesar 1.853.750 USD setelah dikurangi dengan beban keuangan untuk CIP dan beban yang ditangguhkan masing-masing sebesar 94.819 USD dan 91.732 USD. Untuk tahun 2012, perhitungan pendapatan konstruksi dapat dilihat dari tabel berikut:
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Beban yang ditangguhkan 226.670 226.670 226.670 226.670 226.670 226.670 226.670 226.670 226.670 226.670 226.670 226.670 2.720.043
Penambahan biaya konstruksi Biaya Pembiayaan Biaya Pembiayaan CIP (Beban tangguhan) (CIP) 10 10 35.990 37.180 10.042 8.852 20.895.210 215.088 19.640.649 222.622 230.588 226.337 186.213 174.944 14.184.374 295.210 290.560 228.580 6.665.560 67.814 280.041 16.438.707 10.406 363.959 10.943.197 318.137 89.521.100 78.220 2.370.960
Margin
Pendapatan konstruksi
5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
238.004 236.754 239.253 21.952.132 20.626.932 242.467 249.836 14.821.626 303.083 6.871.594 17.105.563 11.394.317 94.281.561
Tabel 4.8: Perhitungan pendapatan konstruksi PT XYZ tahun 2012 Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Beban yang ditangguhkan pada tahun 2012 berasal dari penambahan beban ditangguhkan pada tahun 2012 sebesar 2.720.042 USD dimana saldo awal beban ditangguhkan di 2012 adalah nol hasil dari audit adjustment yang dibuat KAP
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
51
ASR terkait dengan penerapan ISAK 16. Penambahan saldo beban ditangguhkan di 2012 sebesar 2.720.042 USD dibagi dengan jumlah bulan (12) untuk mendapatkan rata-rata penambahan beban ditangguhkan per bulan yaitu 226.670 USD. Untuk CIP, angka didapatkan dari transaksi yang terangkum di buku besar yang terkait dengan konstruksi pembangunan pembangkit listrik (lampiran). Detail biaya pembiayaan untuk beban tangguhan adalah sebagai berikut: Date 04/10/2012 29/11/2012
Rp
Rate 650000000 100000000
USD 9585 9610
67.814 10405,82726
Tabel 4.9: Biaya pembiayaan untuk biaya ditangguhkan tahun 2012 Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Detail biaya pembiayaan untuk CIP di tahun 2012 dapat dilihat di lampiran 2. Pendapatan konstruksi dihitung dengan cara yang sama seperti tahun 2011. Pada tahun 2012, jumlah pendapatan konstruksi yang diakui adalah sebesar 94.281.561 USD. Perhitungan aset keuangan di tahun 2012 menggunakan formula yang sama seperti di tahun 2011. Rincian perhitungan dapat dilihat di tabel berikut. Saldo awal aset Penambahan keuangan aset Januari 6.193.705 238.004 Februari 6.500.070 236.754 Maret 6.808.496 239.253 April 7.122.775 21.952.132 Mei 29.270.901 20.626.932 Juni 50.326.498 242.467 Juli 51.115.270 249.836 Agustus 51.919.992 14.821.626 September 67.384.119 303.083 Oktober 68.418.553 6.871.594 November 76.068.266 17.105.563 Desember 94.090.201 11.394.317 Total 515.218.846 94.281.561
Rate pendapatan Saldo akhir aset keuangan Pendapatan keuangan keuangan 12,99% 68.361 6.500.070 12,99% 71.672 6.808.496 12,99% 75.025 7.122.775 12,99% 195.995 29.270.901 12,99% 428.664 50.326.497 12,99% 546.305 51.115.270 12,99% 554.886 51.919.993 12,99% 642.501 67.384.119 12,99% 731.352 68.418.554 12,99% 778.120 76.068.267 12,99% 916.372 94.090.201 12,99% 1.080.610 106.565.127 6.089.861
Tabel 4.10: Perhitungan aset keuangan PT XYZ tahun 2012 Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
52
Saldo awal aset keuangan di Januari 2012 menggunakan saldo akhir aset keuangan di Desember 2011. Dapat dilihat dalam tabel bahwasanya di tahun 2012 pendapatan keuangan yang diakui oleh PT XYZ adalah sebesar 6.089.861 USD. Pada tahun 2012, jurnal penyesuaian terkait dengan penerapan ISAK 16 adalah sebagai berikut: Jurnal Aset keuangan dari jasa konsesi Pendapatan konstruksi
94.281.560 (94.281.560)
Aset keuangan dari jasa konsesi Pendapatan keuangan
6.089.861 (6.089.861)
Uang muka pihak ke III Hutang lainnya ADP
580.238 870.359 (1.450.597)
Beban keuangan Biaya yang ditangguhkan ADP
2.449.182 (78.220) (2.370.962)
Secara total, penerimaan PT XYZ di tahun 2012 dari ISAK 16 adalah sebesar 100.371.422 USD dengan rincian pendapatan konstruksi sebesar 94.281.560 USD dan 6.089.861 USD dari pendapatan keuangan. HPP didapat dari penjumlahan CIP sebesar 87.150.139 USD dan biaya yang ditangguhkan sebesar 2.641.823 USD setelah dikurangi beban keuangan sebesar masing-masing 2.370.962 USD dan 78.220 USD. 4.3.3
Presentation (Penyajian)
Berlakunya ISAK 16 pada PT XYZ berdampak pada perubahan laporan keuangan. Perubahan ini mengambil tempat baik di balance sheet maupun income statement. Seperti diketahui, sebelum adopsi ISAK 16 PT XYZ mencatat pembangunan infrastruktur sebagai aset tetap dengan kategori aset dalam penyelesaian atau construction in progress. ISAK 16 telah diaplikasikan secara restrospektif. Pengaplikasian retrospektif ini sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan di paragraf 14. Pengaplikasian ISAK 16 telah menyebabkan penyajian kembali laporan keuangan Perusahaan tahun 2011. Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
53
Mengingat perjanjian PPA antara PT XYZ dengan PLN masih memasuki tahap konstruksi, maka pembangunan pembangkit listrik selaku infrastruktur dalam perjanjian PPA tidak semestinya dicatat sebagai construction in progress melainkan dicatat sebagai pendapatan konstruksi. Berikut gambaran laporan posisi keuangan dan laporan pendapatan komprehensif PT XYZ sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16. Angka yang tersaji dinyatakan dalam dolar AS dalam nilai penuh.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
54
Laporan Posisi Keuangan PT XYZ (dinyatakan dalam Dollar AS) Sebelum ISAK 16 31 December 2011
Nam a Akun Kas dan setara kas Uang muka lancar Aset lancar lainnya Jumlah Aset Lancar Uang muka, tidak lancar Harga perolehan aset tetap Akumulasi penyusutan Aset tetap (nilai bersih) Aset dalam penyelesaian Beban Ditangguhkan Aset keuangan dari jasa konsesi Bank Garansi Aset keuangan tidak lancar lainnya Jumlah aset tidak lancar Jumlah aset Hutang lainnya Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Bunga Atas Pinjaman Jangka Panjang Jatuh Tempo Liabilitas jangka pendek Bunga Atas Pinjaman Jangka Panjang Hutang Pokok Pinjaman Jangka Panjang Liabilitas pajak tangguhan Liabilitas jangka panjang Modal saham ditempatkan dan disetor Setoran modal lainnya Laba (Rugi) Tahun Lalu Laba (Rugi) Tahun Berjalan Jum lah ekuitas Jum lah liabilitas dan ekuitas
Setelah ISAK 16 31 December 2011
22.838.595 37.085.862 59.924.457
22.838.595 2.070.747 97.891 25.007.233
313.735 44.945 268.790 4.644.857 1.853.750 4.521.394 8.756 11.297.546 71.222.003
34.917.223 313.735 44.945 268.790 588.945 6.193.705 4.521.395 8.756 46.498.814 71.506.046
255.201 58.091 131.700 388 445.380
52.464 260.828 131.700 388 445.380
7.611 3.365.227 3.372.838
7.611 3.365.227 71.011 3.443.849
22.601.074 47.709.844 (1.840.626) (666.308) 67.803.984 71.622.202
22.601.074 47.709.844 (1.840.626) (853.475) 67.616.817 71.506.046
Gambar 4.4: Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 31 Desember 2011 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16 Sumber: Dokumentasi audit KAP ASR, Telah diolah kembali, 2012
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
55
Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 December 2011 (dinyatakan dalam Dollar AS) Sebelum ISAK 16 31 December 2011 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Laba kotor
Setelah ISAK 16 31 December 2011 -
Beban umum dan administrasi laba/(rugi) selisih kurs Beban bunga Pendapatan bunga Lain-lain Laba/(rugi) sebelum pajak penghasilan Pajak Penghasilan Laba/(rugi) komprehensif lainnya Laba komprehensif
6.193.705 5.723.111 470.594
1.478.597 (853.662) 41.374
1.478.597 400.199 186.551 (1.067.078) 41.374
(666.308) (666.308)
(569.049) 284.426 (853.475)
Gambar 4.5: Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 Desember 2011 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16 Sumber: Dokumentasi audit KAP ASR, Telah diolah kembali, 2012.
Dapat dilihat pada gambar kondisi laporan posisi keuangan dan laporan pendapatan komprehensif PT XYZ di tahun 2011 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16. Pada bagian laporan posisi keuangan sebelum penerapan ISAK 16 terlihat PT XYZ masih mencatat pembangunan pembangkit listrik selaku infrastruktur pada perjanjian PPA sebagai aset dalam penyelesaian senilai 4.644.857 USD. Bila dilihat ke laporan pendapatan komprehensif, PT XYZ tidak mencatat pendapatan mengingat jenis operasi bisnis PT XYZ yang bergerak di industri penyedia tenaga listrik dimana pendapatan utama dan satu-satunya perusahaan bersumber dari tenaga listrik yang dijual. Hingga tahun 2012 berakhir, perjanjian PPA dengan PLN masih memasuki tahap konstruksi yang berarti belum ada tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik PT XYZ yang kemudian dijual ke PLN sehingga tidak ada pendapatan yang dicatat oleh PT XYZ.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
56
Dengan berlakunya ISAK 16 pada 1 Januari 2012, PT XYZ akan mencatat pembangunan pembangkit listrik sebagai pendapatan konstruksi dengan berdasarkan hitungan dari KAP ASR serta mencatat aset keuangan dari PLN di sisi aset seperti terlihat di laporan posisi keuangan setelah penerapan ISAK 16. Perlu dicermati bahwa sebelum ISAK 16, laporan posisi keuangan PT XYZ tidak balance dengan selisih saldo sebesar 400.199 USD. Hal ini disebabkan selisih kurs yang digunakan oleh KAP ASR dan PT XYZ dalam proses translate saldo di laporan keuangan. Selisih ini kemudian akan dibuang ke laba/(rugi) selisih kurs di laporan pendapatan komprehensif. Aset lancar lainnya mengalami perbedaan akibat reklasifikasi audit dimana saldo sebesar 36.987.971 USD direklasifikasi sebagai uang muka yang terbagi menjadi uang muka lancar dan tidak lancar. Reklasifikasi ini tidak berhubungan dengan ISAK 16. Jurnal penyesuaian untuk ISAK 16 pada 2011 sebagaimana telah dibahas sebelumnya adalah sebagai berikut: Aset keuangan dari jasa konsesi Pendapatan konstruksi
6.105.474 (6.105.474)
Aset keuangan dari jasa konsesi Pendapatan keuangan
88.231 (88.231)
HPP ADP Biaya yang ditangguhkan Beban keuangan Biaya yang ditangguhkan ADP
5.723.111 (3.961.093) (1.762.018) 186.551 (91.732) (94.819)
Laporan posisi keuangan dan laporan pendapatan komprehensif di tahun 2012 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16 adalah sebagai berikut.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
57
Laporan Posisi Keuangan PT XYZ (dinyatakan dalam Dollar AS) Sebelum ISAK 16 31 December 2012
Nam a Akun Kas dan setara kas Uang muka lancar Aset lancar lainnya Jumlah Aset Lancar Uang muka, tidak lancar Harga perolehan aset tetap Akumulasi penyusutan Aset tetap (nilai bersih) Aset dalam penyelesaian Beban Ditangguhkan Aset keuangan dari jasa konsesi Bank Garansi Aset keuangan tidak lancar lainnya Jumlah aset tidak lancar Jumlah aset Hutang lainnya Biaya yang masih harus dibayar Hutang pajak Bunga Atas Pinjaman Jangka Panjang Jatuh Tempo Liabilitas jangka pendek Bunga Atas Pinjaman Jangka Panjang Hutang Pokok Pinjaman Jangka Panjang Liabilitas pajak tangguhan Liabilitas jangka panjang Modal saham ditempatkan dan disetor Setoran modal lainnya Laba (Rugi) Tahun Lalu Laba (Rugi) Tahun Berjalan Jum lah ekuitas Jum lah liabilitas dan ekuitas
Setelah ISAK 16 31 December 2012
41.933.117 116.119 42.049.236
41.933.109 6.888.528 116.119 48.937.756
34.610.846 1.105.650 92.027 1.013.623 90.971.698 2.720.043 6.193.705 4.239.917 139.749.833 181.799.069
28.303.990 1.111.583 92.027 1.019.556 106.565.127 4.239.917 140.128.590 189.066.345
4.933.394 43.009 360.148 2.003 5.338.554
1 4.106.043 360.148 2.003 4.468.195
1.309.942 80.334.780 71.011 81.715.733
1.309.942 80.334.780 2.103.580 83.748.302
101.169.445 (2.694.101) (675.120) 97.800.224 184.854.511
101.169.445 (2.694.101) 2.374.505 100.849.849 189.066.345
Gambar 4.6: Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 31 Desember 2012 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16 Sumber: Dokumentasi audit KAP ASR, Telah diolah kembali, 2012
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
58
Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 December 2012 (dinyatakan dalam Dollar AS) Sebelum ISAK 16 31 December 2012 Pendapatan Harga Pokok Penjualan Laba kotor
Setelah ISAK 16 31 December 2012 -
Beban umum dan administrasi laba/(rugi) selisih kurs Beban bunga Pendapatan bunga Lain-lain Laba/(rugi) sebelum pajak penghasilan Pajak Penghasilan Laba/(rugi) komprehensif lainnya Laba komprehensif
100.371.422 89.791.962 10.579.460
2.300.901 (1.767.962) 142.181
2.294.968 3.054.008 2.449.182 (2.209.954) 142.191
(675.120) (675.120)
4.849.065 2.474.560 2.374.505
Gambar 4.7: Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 Desember 2012 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16 Sumber: Dokumentasi audit KAP ASR, Telah diolah kembali, 2012.
Dari gambar diatas dapat dilihat kondisi laporan posisi keuangan dan laporan pendapatan komprehensif PT XYZ di tahun 2012 sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16. Pada bagian laporan posisi keuangan sebelum penerapan ISAK 16 terlihat PT XYZ masih mencatat pembangunan pembangkit listrik selaku infrastruktur pada perjanjian PPA sebagai aset dalam penyelesaian senilai 90.971.698 USD. Serupa dengan laporan di tahun 2011, PT XYZ tidak mencatat pendapatan di laporan pendapatan komprehensif sebelum penerapan ISAK 16. Saldo aset keuangan dari konsesi jasa merupakan bawaan dari laporan posisi keuangan tahun 2011 setelah penerapan ISAK 16. Sama dengan laporan posisi keuangan di 2011, laporan posisi keuangan di tahun 2012 tidak balance akibat selisih penggunaan kurs antara KAP ASR dan PT XYZ. Selisih di 2012 adalah sebesar 3.055.441 USD dan akan dibuang ke laba/(rugi) selisih kurs.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
59
Terdapat berbagai perbedaan antara laporan keuangan sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh penyesuaian baik yang berhubungan dengan ISAK 16 ataupun tidak. Perbedaan yang disebabkan oleh penyesuaian akibat penerapan ISAK 16 merupakan akibat dari jurnal penyesuaian untuk ISAK 16 pada 2012 yang telah dibahas sebelumnya. Jurnal penyesuaian tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.4
Jurnal Aset keuangan dari jasa konsesi Pendapatan konstruksi
94.281.560 (94.281.560)
Aset keuangan dari jasa konsesi Pendapatan keuangan
6.089.861 (6.089.861)
Uang muka pihak ke III Hutang lainnya ADP
580.238 870.359 (1.450.597)
Disclosure (Pengungkapan)
Terkait dengan perjanjian konsesi jasa, pengungkapan diatur dalam ISAK 22 “Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan”. ISAK 22 mengatur informasi apa yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dari operator dan pemberi konsesi. Pada setiap periode, operator dan pemberi konsesi mengungkapkan hal berikut: a. Gambaran perjanjian b. Persyaratan signifikan dari perjanjian yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan (misalnya masa konsesi, tanggal penentuan ulang harga dan dasar penentuan ulang harga atau negosiasi ulang) c. Sifat dan tingkatan (misalnya jumlah, jangka waktu atau nilai yang sesuai) dari: a. Hak menggunakan aset tertentu
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
60
b. Kewajiban untuk memberikan jasa atau hak yang diharapkan dalam penyediaan jasa c. Kewajiban untuk memperoleh atau membangun aset tetap d. Kewajiban untuk memberikan atau hak untuk menerima aset tertentu pada akhir masa konsesi e. Opsi pembaharuan dan penghentian f. Hak dan kewajiban lain d. Perubahan dalam perjanjian yang terjadi selama periode berjalan e. Pengklasifikasian perjanjian konsesi jasa Operator mengungkapkan jumlah pendapatan dan laba atau rugi yang diakui selama periode atas pertukaran jasa konstruksi dengan aset keuangan atau aset takberwujud. Pada laporan keuangan PT XYZ, pengungkapan berdasarkan ISAK 22 ditunjukkan di tabel 4.11. Catatan 1.b dari laporan audit PY XYZ dapat dilihat di lampiran. ISAK 22 Gambaran perjanjian Persyaratan signifikan dari perjanjian yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan (misalnya masa konsesi, tanggal penentuan ulang harga dan dasar penentuan ulang harga atau negosiasi ulang) Sifat dan tingkatan Hak menggunakan aset tertentu Kewajiban untuk memberikan jasa atau hak yang diharapkan dalam penyediaan jasa Kewajiban untuk memperoleh atau membangun aset tetap Kewajiban untuk memberikan atau hak untuk menerima aset tertentu pada akhir masa konsesi Opsi pembaharuan dan penghentian Hak dan kewajiban lain Perubahan dalam perjanjian yang terjadi selama periode berjalan Pengklasifikasian perjanjian konsesi jasa
Laporan Audit PT XYZ Catatan 1.b Catatan 1.b
Catatan 1.b Catatan 1.b Catatan 1.b Catatan 1.b Catatan 1.b Catatan 1.b Catatan 1.b
Tabel 4.11: Pengungkapan berdasarkan ISAK 22 di laporan audit PT XYZ Sumber: Data olahan
4.4
Isu Perpajakan Terkait Penerapan ISAK 16
Penerapan ISAK 16 menyebabkan PT XYZ mengakui pendapatan di tahun 2011 dan 2012 yang bersumber dari pendapatan konstruksi dan keuangan seperti telah
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
61
dijabarkan di laporan keuangan komprehensif di gambar 4.5 dan 4.7 Seperti yang dapat dilihat di gambar tersebut, pengaukuan pendapatan tersebut berdampak pada timbulnya pajak penghasilan di tahun 2011 dan 2012 yang masing-masing berjumlah 284.426 USD dan 2.474.560 USD. Hal ini juga berdampak pada timbulnya liabilitas pajak tangguhan di tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 71.011 USD dan 2.032.569 USD. Jurnal penyesuaian terkait pada tahun 2011 adalah sebagai berikut: Pajak final pendapatan giro dan deposito Kas Beban pajak tangguhan Liabilitas pajak tangguhan
213.416 (213.416) 71.011 (71.011)
Sedangkan jurnal penyesuaian terkait pada tahun 2012 adalah sebagai berikut: Pajak final pendapatan giro dan deposito Kas
441.991 (441.991)
Beban pajak tangguhan Liabilitas pajak tangguhan
2.032.569 (2.032.569)
Gambar 4.8 menunjukkan proses perhitungan kompensasi rugi pajak akhir tahun. Perbedaan antara piutang dari perjanjian konsesi jasa dengan aset tetap dalam penyelesaian fiskal pada perhitungan bersumber dari selisih penerimaan akibat ISAK 16 dengan HPP. Biaya yang tidak dapat dikurangkan bersumber dari biaya jamuan rapat, hiburan, dan publikasi serta tunjangan Pph 21.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
62
2012 Laba/(rugi) sebelum pajak penghasilan
2011
4.849.065
(569.049)
(10.579.460) 2.449.182 (8.130.278)
(470.594) 186.551 (284.043)
267.824 (2.209.954)
143.768 (1.067.078)
1.372.232 (569.898)
583.676 (339.634)
Rugi pajak - tahun berjalan Kompensasi rugi pajak - awal tahun
(3.851.111) (4.925.139)
(1.192.726) (4.887.472)
Kompensasi rugi pajak akhir tahun
(8.776.250)
(6.080.198)
Perbedaan waktu: Perbedaan antara piutang dari perjanjian konsesi jasa dengan aset tetap dalam penyelesaian fiskal Beban bunga
Perbedaan tetap: Biaya yang tidak dapat dikurangkan Pendapatan bunga yang dikenakan pajak final Selisih karena pengukuran kembali laporan keuangan
Gambar 4.8: Perhitungan kompensasi rugi pajak PT XYZ Sumber: Laporan audit PT XYZ, Telah diolah kembali, 2012
Kompensasi rugi pajak ditunjukkan secara detail di tabel 4.12. Pada tahun 2011, perhitungan. Pada perhitungan di tahun 2011, kompensasi rugi pajak yang digunakan adalah dari tahun 2007 hingga 2010 dengan menggunakan rate 9.068 dan pada 2012 menggunakan kompensasi rugi pajak dari tahun 2008 hingga 2011 dengan rate 9.670. Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah (IDR) (7.508.233.089) (3.669.073.015) (17.237.483.701) (15.903.898.142) (10.815.642.153)
Tabel 4.12: Kompensasi rugi pajak PT XYZ
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
63
Sumber: Laporan audit PT XYZ, Telah diolah kembali, 2012
Perhitungan beban pajak penghasilan PT XYZ di tahun 2012 dan 2011 dapat dilihat di gambar 4.9. 2012
2011
Laba/(rugi) sebelum pajak penghasilan
4.849.065
(569.049)
Pajak dihitung pada tarif 25%
1.212.266
(142.262)
66.956 (552.489)
35.942 (266.770)
343.058 962.778
145.919 298.182
2.032.569
71.011
Perbedaan tetap: Biaya yang tidak dapat dikurangkan Pendapatan bunga yg dikenakan pajak final Selisih karena pengukuran kembali laporan keuangan Aset pajak tangguhan yang tidak dapat diakui Beban pajak penghasilan
Gambar 4.9: Perhitungan beban pajak penghasilan PT XYZ Sumber: Laporan audit PT XYZ, Telah diolah kembali, 2012
Besarnya komponen di perbedaan tetap dalam perhitungan merupakan 25% dari besarnya komponen di perbedaan tetap di gambar 4.8. PT XYZ tidak mengakui aset tangguhan pajak karena kecil kemungkinan PT XYZ dapat memanfaatkan aset pajak tangguhan di masa yang akan datang. Tidak ada perbedaan perlakuan pajak terkait pendapatan yang timbul akibat ISAK 16 maupun pendapatan biasa. Dapat disimpulkan bahwasanya isu perpajakan terkait dengan penerapan ISAK 16 bagi PT XYZ adalah timbulnya beban pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan akibat pengakuan pendapatan.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
ISAK 16 merupakan peraturan atau standar yang masih terbilang baru. Mengadopsi dari IFRIC 12, ISAK 16 berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2012. Dalam kasus PT XYZ, perjanjian PPA antara PT XYZ dengan PLN masuk ke dalam ruang lingkup ISAK 16. Pengambilan keputusan manajemen beserta auditor untuk menerapkan ISAK 16 dalam kasus PT XYZ didasari oleh alasan sebagaimana tertera berikut: -
PLN selaku pemberi konsesi jasa mengatur jenis jasa apa yang harus disediakan oleh PT XYZ selaku operator, kepada siapa jasa tersebut dijual, dan berapa harga jual jasa tersebut.
-
PLN selaku pemberi konsesi jasa memiliki kontrol atas residu signifikan dari infrastruktur perjanjian konsesi jasa di masa akhir perjanjian.
-
Infrastruktur dalam perjanjian konsesi jasa dibangun melalui pihak ketiga dengan memiliki masa manfaat sama dengan masa perjanjian konsesi jasa.
Dalam pelaksaanaan auditnya, KAP ASR selaku auditor eksternal dari PT XYZ melakukan prosedur audit terkait penerapan ISAK 16 di PT XYZ sama dengan prosedur audit yang dipakai untuk aset tetap pada umumnya dalam rangka memastikan kewajaran nilai aktiva dalam penyelesaian yang digunakan sebagai tolak ukur pengakuan pendapatan konstruksi akibat penerapan ISAK 16 yang menggunakan metode persentase penyelesaian sesuai PSAK 34. Terkait dengan pengakuan (recognition) dalam ISAK 16 PT XYZ mengakui pendapatan dan biaya terkait dengan pembangunan pembangkit listrik, sesuai dengan PSAK 34 (Revisi 2010), "Kontrak Konstruksi", sedangkan Perusahaan mengakui pendapatan atas operasi dan pemeliharaan sesuai dengan PSAK 23 (Revisi 2010), "Pendapatan". Untuk pengukuran (measurement) PT XYZ mengukur pendapatan konstruksi dengan menggunakan metode persentase 64 Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
65
penyelesaian yang mengacu pada aset dalam penyelesaian dan mengukur pendapatan keuangan dengan metode suku bunga efektif. Dalam hal penyajian (presentation), penerapan ISAK 16 menyebabkan perubahan pada laporan keuangan. Penerapan ini bersifat retrospektif yang menyebabkan perubahan di laporan keuangan tahun 2011. Penerapan ISAK 16 menyebabkan munculnya pendapatan konstruksi dan pendapatan keuangan serta aset keuangan dari konsesi jasa dan menghilangkan/menurunkan nilai saldo akun aset dalam penyelesaian dan beban yang ditangguhkan di laporan keuangan PT XYZ. Terkait dengan pengungkapan (disclosure) diatur dengan jelas sesuai dengan ISAK 22 “Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan”. Isu perpajakan yang ditimbulkan oleh penerapan ISAK 16 di PT XYZ adalah timbulnya beban pajak penghasilan dan liabilitas pajak tangguhan. 5.2
Saran
ISAK 16 hanya mengatur pencatatan konsesi jasa dari pihak penerima konsesi jasa namun tidak mengatur bagaimana pencatatan di pihak pemberi konsesi jasa. Penulis berpendapat bahwa sebaiknya perlu ada aturan yang mengatur pencatatan konsesi jasa dari pihak pemberi konsesi untuk mencegah inkonsistensian pencatatan mengingat tidak tertutup kemungkinan satu perusahaan untuk menjadi pemberi konsesi jasa maupun penerima konsesi jasa lain dalam sebuah kesempatan. 5.2.1
Saran untuk PT XYZ
Setelah terlibat dalam sebagian proses audit PT XYZ, berikut ini adalah saran yang bisa penulis berikan: -
Memperbaiki sistem dokumentasi agar dokumen dokumen yang dibutuhkan dalam proses audit menjadi lebih mudah dan lebih cepat untuk diakses.
-
Rutin berkonsultasi dengan pihak auditor eksternal. Proses keputusan penerapan ISAK 16 memakan waktu yang cukup banyak akibat kurangnya komunikasi dari pihak manajemen dengan pihak auditor eksternal
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
66
sehingga proses penyusunan laporan keuangan yang telah diaudit menjadi lambat. -
Memiliki lebih dari satu konsultan dalam menghitung nilai aset finansial agar mendapat gambaran yang lebih komprehensif terkait nilai wajar aset finansial yang timbul akibat perjanjian PPA dengan PLN
5.2.2 Saran untuk KAP ASR Setelah terlibat selama kurang lebih 3 (tiga) bulan dalam proses audit KAP ASR, berikut ini adalah saran yang bisa penulis berikan: -
Memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada anak magang. Hal ini bertujuan agar proses kerja tim tidak terhambat dan menjadi lebih efektif dan efisien bilamana anak magang mendapat pelatihan terlebih dahulu sebelum langsung turun ke lapangan dan turut serta dalam proses audit. Pelatihan singkat sebaiknya diberikan di awal periode anak magang menjalani program magang itu sendiri. Hal ini disebabkan tanggung jawab yang dibebankan ke anak magang tidak berbeda jauh dengan tanggung jawab yang dibebankan ke junior auditor.
-
Memberi studi literatur yang cukup kepada anak magang agar dapat memberikan gambaran yang jelas dan komprehensif terkait isu yang ada dalam technical consultation.
-
Dalam menerima klien, KAP ASR harus turut mempertimbangkan workload dari tim auditor yang ada agar tidak terjadi excessive workload yang mana dapat mempengaruhi kualitas laporan audit yang dikeluarkan.
-
Membuat planning atau perencanaan audit yang terperinci agar proses adit berjalan lancar, tidak overlapping antar auditor, proses audit berjalan efisien baik dari segi biaya maupun waktu.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Ikatan Akuntan Indonesia. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan No. 16 – Perjanjian Konsesi Jasa. Jakarta. IAI. 2012 Ikatan Akuntan Indonesia. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan No. 22 – Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan. Jakarta. IAI. 2012 Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34 (revisi 2010) – Kontrak Konstruksi. Jakarta. IAI. 2012 Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (revisi 2009) – Pendapatan. Jakarta. IAI. 2012 Oberman, Raoul, & Dobbs, Richard (2012). The archipelago economy: Unleashing
Indonesia's
potential.
September,
2012.
http://www.mckinsey.com/insights/asia-pacific/the_archipelago_economy Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan. (2009).
67 Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
68
Lampiran 1: Buku besar terkait CIP PT XYZ 2012
Keterangan
Klasifikasi
Cr
No
Tgl
No Jurnal
Nama
34
23-Mar-12
BJ 0090
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang s/d 23 Maret 2012 Atas Penarikan 2,300,937 ( 6,002,95 X Rp 9.173,00 )
Bunga Kredit
55.065.060,35
Dr
35
23-Mar-12
BJ 0092
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek s/d 23 Maret 2012 Atas Penarikan 2,300,937
Bunga Kredit
23.599.285,37
36
23-Mar-12
BJ 0094
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang S/D 23 Maret 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27
Bunga Kredit
1.543.880,60
37
23-Mar-12
BJ 0096
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek s/d 23 Maret 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27
Bunga Kredit
661.663,11
38
23-Mar-12
BJ 0097
Bank BNI
Pembebanan Bunga KI IDC Atas Hutang Jangka Panjang Atas Penarikan USD 1,064,290 Bulan Des 2011
Bunga Kredit
102.602,00
39
23-Mar-12
BJ 0100
Bank BNI
Pembebanan Bunga KI IDC Atas Hutang Jangka Panjang Atas Penarikan USD 1,064,290 Bulan 23 Maret 2012
Bunga Kredit
229.231,29
47
11-Apr-12 BNI-507-020 Divisi KPS QQ Pembayaran Kelompok Biaya SDF Propisi Atas Penarikan Kredit Sesuai Surat BNI No : BIN/1.5/1359 tgl 11 April 2012
Provisi
1.270.160.725,40
48
12-Apr-12 BNI-507-021 Bank BNI
Pembayaran Biaya Propisi Atas Penerbitan LC No : ILDKB00558S12 Tanggal 12 April 2012
Provisi
237.215.155,95
49
12-Apr-12 BNI-507-022 Bank BNI
Pembayaran Biaya Propisi Atas Penerbitan LC No : ILDKB00563S12 Tanggal 12 April 2012
Provisi
237.215.155,95
50
12-Apr-12 BNI-507-023 Bank BNI
Pembayaran Biaya Propisi Atas Penerbitan LC No : ILDKB00566S12 Tanggal 12 April 2012
Provisi
35.600.963,38
52
30-Apr-12
BJ 0130
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan 1.064.290 ( 948,14 X 9,180,00 )
Bunga Kredit
8.703.929,65
53
30-Apr-12
BJ 0132
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang Bulan April 2012 Atas Penarikan 1.064.290 ( 3,555,53 X 9,190,00 )
Bunga Kredit
32.675.291,45
55
30-Apr-12
BJ 0134
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan 1.064.290 ( 406,35 X 9,180,00 )
Bunga Kredit
3.730.255,56
56
30-Apr-12
BJ 0136
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek Bulan April 2012 Atas Penarikan 1.064.290 ( 1,523,80 X 9,190,00 )
Bunga Kredit
14.003.696,34
58
30-Apr-12
BJ 0138
Bank BNI
Pembebanan Bunga KI IDC Atas Hutang Jangka Panjang Atas Penarikan USD 1,064,290 Bulan 24 s/d 31 Maret 2012
Bunga Kredit
195.400,51
59
30-Apr-12
BJ 0140
Bank BNI
Pembebanan Bunga KI IDC Atas Hutang Jangka Panjang Atas Penarikan USD 1,064,290 Bulan April 2012
Bunga Kredit
733.550,13
61
30-Apr-12
BJ 0142
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan 2,300,937 (2,049,83 X Rp 9.180,00)
Bunga Kredit
18.817.425,59
62
30-Apr-12
BJ 0144
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang Bulan April 2012 Atas Penarikan 2,300,937 ( 7,686,86 X Rp 9.190,00 )
Bunga Kredit
70.642.214,54
64
30-Apr-12
BJ 0146
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan 2,300,937 ( 878,50 X 9,180,00 )
Bunga Kredit
8.064.610,97
65
30-Apr-12
BJ 0148
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek Bulan April 2012 Atas Penarikan 2,300,937 ( 3,294,37 X 9,190,00 )
Bunga Kredit
30.275.234,80
66
30-Apr-12
BJ 0149
Bank BNI
Pembebanan Bunga KI IDC Periode 23 Maret s/d 31 Maret 2012 Atas penarikan 2,300,937,00
Bunga Kredit
263.673,32
67
30-Apr-12
BJ 0151
Bank BNI
Pembebanan Bunga KI IDC Periode April 2012 Atas penarikan 2,300,937,00
Bunga Kredit
989.852,05
69
30-Apr-12
BJ 0153
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang 24 S/D 31 Maret 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27
Bunga Kredit
527.591,37
70
30-Apr-12
BJ 0155
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang Bulan April 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27
Bunga Kredit
1.980.622,84
72
30-Apr-12
BJ 0157
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27
Bunga Kredit
226.110,59
73
30-Apr-12
BJ 0159
Bank BNI
Pembebanan Bunga Pinjaman Bulan April 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27
Bunga Kredit
848.838,36
74
30-Apr-12
BJ 0160
Bank BNI
Pembebanan Bunga IDC Atas Bunga Jangka Panjang Periode 23 Mrt s/d 31 Mrt 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27
Bunga Kredit
6.668,47
75
30-Apr-12
BJ 0162
Bank BNI
Pembebanan Bunga IDC Atas Bunga Jangka Panjang Periode Bulan April 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27 (USD 2,72)
Bunga Kredit
25.034,02
78
30-Apr-12
BJ 0183
Bank BNI
Penarikan LC Tahap II Sebesar 20,680,122,00 Tanggal 11 April 2012
CNEEC
190.050.321.180,00
CCY USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD USD
Kurs 9.173,00 9.173,00 9.173,00 9.173,00 9.173,00 9.173,00 9.170,00 9.173,00 9.173,00 9.173,00 9.180,00 9.190,00 9.180,00 9.190,00 9.180,00 9.190,00 9.180,00 9.190,00 9.180,00 9.190,00 9.180,00 9.190,00 9.180,00 9.190,00 9.180,00 9.190,00 9.180,00 9.190,00 9.170,00
USD 6.002,95 2.572,69 168,31 72,13 11,19 24,99 138.512,62 25.860,15 25.860,15 3.881,06 948,14 3.555,53 406,35 1.523,80 21,29 79,82 2.049,83 7.686,86 878,50 3.294,37 28,72 107,71 57,47 215,52 24,63 92,37 0,73 2,72 20.680.122,00
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
69
Lampiran 1: Buku besar terkait CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
70
Lampiran 1: Buku besar terkait CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
71
Lampiran 1: Buku besar terkait CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
72
Lampiran 2: Biaya pembiayaan untuk CIP PT XYZ 2012
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
73
Lampiran 2: Biaya pembiayaan untuk CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
74
Lampiran 2: Biaya pembiayaan untuk CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
75
Lampiran 2: Biaya pembiayaan untuk CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
76
Lampiran 3: Consultation Memo KAP ASR
PT XYZ Consultation Memo Client Details Client name Local charge code Engagement leader Engagement manager Reporting type Is this an SEC registrant? Is this an Assurance client? Is this client listed on IDX?
: PT XYZ : 00000000 : XXXX : XXXX : Technical Consultation : No : Yes : No
Section 1 Issue Summary Implication of the implementation of ISAK 16 on XYZ consession Section 2 Background facts and circumtances PT XYZ (“XYZ”) is a company which owned by PT XXX, PT YYY, and PT ZZZ. The Company is established in order to organize the construction, operation, and maintenance of Banjarsari Power Plant 2 x 100 MW to generate electricity power for PLNt. The Company has entered into a Power Purchase Agreement (“PPA”) with PLN to sell electric power for a 30-year period from the power plant commercial operation date. The Power Purchase Agreement stated that1: 1. From and after the Commercial Operation Date until the termination of this Agreement, XYZ shall make available to PLN, and PLN shall purchase from XYZ the Net Dependable Capacity2 and Net Electrical Output of the Plant3 stated in the PPA. 2. At any time after the financing date 4 through the end of the term, PLN may exercise an option to purchase all of XYZ’s right, title and interest in the project, including XYZ’s title and interest in and rights and obligations under the project documents. PLN shall give XYZ not less than 180 days written notice of its decision to exercise this option. XYZ's right, title, and interest in the Project and the Project Documents shall be transferred to PLN. 3. PLN agreed to purchase any produced electricity power at 100% of Capital Cost Recovery Charge Rate (electricity power output that available for sale). The term is specified as “take or pay” agreement. Section 3 Consultation issues: 1. Accounting standards that may best be applied (ISAK 16 or ISAK 8) 2. If the arrangement falls under ISAK 16, how the Company should classify its assets? Financial assets or intangible assets?
1
Point 1: PPA Art 8 paragraph c; point 2 Point 2: PPA Art 18; Point 3: PPA Amendment date 16 January 2007 Clause II Net Dependable Capacity: shall mean the net dependable capacity of the first unit to be commissioned until both Units have been commissioned and ii) thereafter, the net dependable capacity of the Plant, as determined by the Net Dependable Capacity Test in accordance with Regulation of the Minister of Mines and Energy No. 02.P/03/M.PE/1993. 3 Net Electrical Output: Net energy delivered by Seller to PLN at the interconnection point 4 Financing date: date when the preparation of EPC Contract, the financing arrangement, the design, engineering and supply construction, the government authorization, and non exclusive easement have been fulfilled by contractor. 2
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
77
Section 4 Engagement teams preliminary view and justification The engagement team considers ISAK 16 to be the most appropriate standard for PT XYZ Financial Statements due to the following reason: a. The arrangement between operator (PLN) and the private sector (PT XYZ) is clearly defined in ISAK 16 b. The accounting treatment of infrastructures which the significant residual interest is controlled by PLN through purchase option in PPA is in line with ISAK 16 c. Based on “take or pay agreement” between XYZ and PLN, the engagement team considers that the infrastructures should be presented as financial assets. Section 5 Technical Reference and Analysis ISAK 8 stated that the interpretation does not apply to arrangements that are public to private service concession arrangements within the scope of ISAK 16. Therefore, we perform assessment whether the Power Purchase Agreements between XYZ and PLN can be defined as public to private service concession arrangements. a.
ISAK 8 or ISAK 16? As mentioned in ISAK 16 Par 4, this interpretation provides accounting guidance for operator upon concession agreement for public service to private entity. ISAK 16 – Par 5 specifies that infrastructure is within the scope of the Interpretation when the following conditions apply: a) The grantor controls or regulates what service the operator must provide with the infrastructure, to whom it must provide them, and at what price; and b) The grantor controls – through ownership, beneficial entitlement or otherwise – any significant residual interest in the infrastructure at the end of the term of the arrangement. To define the conditions above, we refer to GR No 25 Year 2009 on Public Services and application guidance of ISAK 16 paragraph PA02, PA03, and PA04 as follow: 1.
Explanation Appendices of GR No 25 Year 2009 for art 3 point b stated that “The examples of public goods which resulted from Stated Owned Enterprise activities or Regional Owned Enterprise who received the delegation of task to provide public services includes: electricity provides by PT PLN and water provided by PDAM”. Therefore, we are on the opinion that electricity concession supply with PLN can be categorised as concession agreement for public service to private entity.
2.
ISAK 16 application guidance PA02 stated that: “The control or regulation referred to in condition (a) could be by contract or otherwise (such as through a regulator), and includes circumstances in which the grantor buys all of the output as well as those in which some or all of the output is bought by other users. In applying this condition, the grantor and any related parties shall be considered together. If the grantor is a public sector entity, the public sector as a whole, together with any regulators acting in the public interest, shall be regarded as related to the grantor for the purposes of this Interpretation.” Based on our understanding on the Company Power Purchase Agreement, we are on the opinion that the concession meet criteria mentioned in PA02. The control or regulation referred to in condition (a) are formed in the Power Purchase Agreement between XYZ and PLN and includes circumstances in which the grantor buys 80% output. The remaining outputs is used for reserve capacity (9% ) and 11% used for own needs.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
78
Section 5 (continued) Technical Reference and Analysis (continued) a.
ISAK 8 or ISAK 16? (continued) 3.
ISAK 16 application guidance PA03 stated that: “For the purpose of condition (a), the grantor does not need to have complete control of the price: it is sufficient for the price to be regulated by the grantor, contract or regulator, for example by a capping mechanism. However, the condition shall be applied to the substance of the agreement. Non-substantive features, such as a cap that will apply only in remote circumstances, shall be ignored. Conversely, if for example, a contract purports to give the operator freedom to set prices, but any excess profit is returned to the grantor, the operator's return is capped and the price element of the control test is met.” The Appendix G of PPA stated that the grantor (PLN) regulates the prices even though the price is still can be adjusted due several macro economics factors (e.g. coal prices, Indonesian Consumer Price Index). However the price adjustment shall be applied to the substance of the agreement.
4.
ISAK 16 application guidance PA04 stated that: “For the purpose of condition (b), the grantor's control over any significant residual interest should both restrict the operator's practical ability to sell or pledge the infrastructure and give the grantor a continuing right of use throughout the period of the arrangement. The residual interest in the infrastructure is the estimated current value of the infrastructure as if it were already of the age and in the condition expected at the end of the period of the arrangement.” The PPA stated that PLN has right to exercise an option to purchase all of Seller’s right, title, and interest in the Project, including Seller’s title and interest in and rights and obligations under the Project Documents, for the price set forth in Section 2.2. of Appendix F. In such event, PLN shall give Seller not less than 180 days written notice of its decision to exercise this option. Seller's right, title, and interest in the Project and the Project Documents shall be transferred to PLN. We are on the opinion that the purchase option right met criteria stated in PA04 since the purchase option right restrict the operator’s practical ability to sell or pledge the infrastructure and give the grantor a continuing right of use throughout the period of the arrangement.
Based on above we conclude that XYZ concession is falls under ISAK 16. b.
Financial assets or Intangible assets Paragraph 11 of IFAS 50 Financial Instruments: Presentation defines financial assets as a financial asset to include 'a contractual right to receive cash or another financial asset from another entity'. The ISAK 165 stated that the operator recognizes financial assets if they have a contractual right to receive cash for the construction services if the grantor contractually guarantees the operator's cash flows. The ISAK noted that the operator has an unconditional right to receive cash to the extent that the grantor bears the risk (demand risk) that the cash flows generated by the users of the public service will not be sufficient to recover the operator's investment. We are on the opinion that the assets related to the public concession should be classified as financial assets based on Amendment to PPA Date 16th January 2007 Clause II paragraph 1 which stated that PLN agreed to purchase any produced electricity power at 100% of Capital Cost Recovery Charge Rate (electricity power output that available for sale). The term is specified as “take or pay”. We believe that the “take or pay” agreements fulfill the definition of “contractual right to receive cash for the construction services” as stated in the ISAK 16 above.
5
Paragraph 16
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
79 c.
Ilustration Example Requirements from PPA The terms of the Power Purchase Agreement require an operator to construct a Power Plant – completing construction within 4 years and maintain and operate the power plant to a specified standard for 30 years. The terms of arrangements require the grantor (PLN) to pay the operator xx per year in years 1 – 30, started from its commencing date for making the electricity available to PLN. For the purpose of this illustration, it is assumed that all cash flow take place at the end of the year. Description Construction services Operation cost Maintenance cost
Year 2011 2012 2013 2014 - 2049 n/a
IDR 42 510 2332 46 n/a
Contract Revenue The operator recognises contract revenue and costs in accordance with IFAS 34 Construction Contracts and IFAS 23 Revenue. The costs of each activity– construction, operation and resurfacing–are recognised as expenses by reference to the stage of completion of that activity. Contract revenue–the fair value of the amount due from the grantor for the activity undertaken–is recognised at the same time. Description Construction services fee Operation services fee Effective interest rate
Fair value Forecast cost + 23% Forecast cost + xx%
In year 2011 the construction cost of IDR42, construction revenue of IDR 51.6 and hence the construction profits of 9.6 are recognized in profit and loss. Financial Assets The amounts due from the grantor meet the definition of a receivable in IFAS 55 Financial Instruments: Recognition and Measurement. The receivable is measured initially at fair value. It is subsequently measured at amortised cost, ie the amount initially recognised plus the cumulative interest on that amount calculated using the effective interest method minus repayments. Description Amount due for construction in year 2011 Effective interest rate in year 2011 on receivable at the end of the year (6% x 51.6) Amount due for construction in year 2012 Receivable in the end of year 2012 Effective interest rate in year 2012 on receivable at the end of the year (6% x 682) Amount due for construction in year 2013 Receivable in the end of year 2013 Effective interest rate in year 2013 on receivable at the end of the year (6% x 3591) Amount due for operation in year 2014 Cash receipt from operation in year 2014 Receivable in the end of year 2014
IDR 51.6 3.1 627.3 682.0 40.9 2868.3 3591.3 215.4 xx (860) 2946 + xx
Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
80
Lampiran 4: Catatan 1.b Laporan Audit PT XYZ 2012 b. Power Purchase Agreement (“PPA”) Pada tanggal 16 Januari 2007, Perusahaan menandatangani PPA dengan PT Perusahaan Listrik Negara (“PLN”). Perusahaan bertanggungjawab untuk memasok tenaga listrik kepada PLN yang dihasilkan melalui fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (“PLTU”) Banjarsari. Renegosiasi penyesuaian tarif jual beli listrik PPA telah dimulai pada bulan Maret 2010. Tarif jual beli listrik PPA baru telah disepakati bersama PLN dan telah mendapat persetujuan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sehingga amandemen PPA telah ditandatangani pada tanggal 28 Juli 2011 dimana periode komitmen pembelian listrik berubah hingga tahun 2044 (30 tahun sejak mulai beroperasi di tahun 2014). Komitmen yang terdapat dalam PPA adalah sebagai berikut: i.
Tarif listrik terdiri dari empat komponen, yaitu pembayaran atas kapasitas (capacity payment atau capital cost recovery) yang berfungsi untuk memulihkan semua biaya tetap dan pajak, termasuk kewajiban utang perusahaan dan pengembalian atas kontribusi modal; pembayaran atas energi (energy payment) yang berfungsi untuk memulihkan biaya bahan bakar; pembayaran atas biaya operasional (operation and maintenance payment); serta pengembalian modal atas pembangunan fasilitas tambahan. Tarif listrik tersebut dinyatakan dalam mata uang IDR dengan beberapa penyesuaian terhadap nilai tukar Dolar Amerika Serikat (“USD”) yang berlaku pada saat periode pembayaran.
ii. Setelah pembangunan PLTU selesai dilakukan, Perusahaan dipersyaratkan untuk membuat perjanjian dengan pihak asuransi yang kompeten untuk mengasuransikan peralatan atau komponen vital PLTU setelah melalui penilaian pihak ke 3 (loss adjuster) yang menilai komponen apa saja yang harus diasuransikan sehingga kepastian keberlangsunganPLTUakan terjamin. Kewajiban lainnya yang dipersyaratkan dalam PPA adalah melakukan pemeliharaan alat dengan cara dan tenaga yang tepat serta sesuai dengan kaidah terbaik dalam pemeliharaan PLTU sehingga kepastian keberlangsungan operasi PLTU akan terjamin selama masa perjanjian PPA. Ini termasuk melakukan overhaul ringan, overhaul besar dan pemeliharaan rutin lainnya. iii. Perusahaan harus membayarkan performance security dalam bentuk bank garansi senilai Rp 41.000.000.000 yang ditempatkan pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Sampai dengan tanggal pelaporan ini, bank garansi tersebut telah diperpanjang hingga tahun 2014 sesuai masa konstruksi. Perusahaan telah melakukan komitmen ini. iv. PLN memiliki opsi untuk membeli hak, title, dan kepemilikan Perusahaan atas pembangkit listrik dengan nilai penyelesaian berdasarkan pada formula yang telah diatur dalam PPA. Sampai dengan tahun 2012, Perusahaan telah melakukan amandemen kontrak Engineering, Procurement and Construction (“EPC”) PLTU, amandemen kontrak jasa teknis/pengawas, menandatangani perjanjian kredit, sehingga proyek pembangunan PLTU Banjarsari telah dimulai, dengan financing date ditetapkan pada tanggal 15 Desember 2011 sehingga diperkirakan commercial operation date PLTU Banjarsari dapat dicapai pada bulan November 2014 (36 bulan masa konstruksi). Universitas Indonesia
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013