UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KUALITATIF PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 1 SMPN 1 DAN MTS ALFURQON KECAMATAN KRAGILAN KABUPATEN SERANG TAHUN 2008 (Manuscript)
OLEH MARFU’AH NPM 7005011448
PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2008
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
3
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Tesis ini telah diperiksa dan disetujui Untuk di serahkan kepada Perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok, 20 Juli 2008
Pembimbing Tesis
C.Endah Wuryaningsih, dra, Mkes
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
4 STUDI KUALITATIF PENGETAHUAN DAN PERILAKU MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 1 SMPN 1 DAN MTS AL-FURQON KECAMATAN KRAGILAN KABUPATEN SERANG TAHUN 2008. ABSTRAK Menstruasi adalah terjadinya perdarahan melalui vagina yang bersifat fisiologis karena terkelupasnya lapisan endometrium dari dinding rahim. Pada siklus menstruasi endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang telah dibuahi setelah terjadi ovulasi, dibawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium yaitu estrogen dan progesteron. Menstruasi bagi sebagian anak merupakan pengalaman psikis yang traumatis. Perasaan yang negatif dapat menyebabkan perasaan sangat lemah karena merasa kehilangan banyak darah sehingga timbul perasaan rendah diri atau merasa sakitsakitan, malu karena masih kecil sudah mendapat menstruasi dan adanya kecemasan dan takut darah menstruasi tembus ke pakaiannya sehingga anak tidak berani keluar rumah. Penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran pengetahuan dan perilaku mengenai menstruasi pada siswi kelas 1 di SMPN 1 dan MTs Al-Furqon Kecamatan Kragilan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam. Sumber informasi adalah siswi kelas 1 yang sudah menstruasi, ibu, guru IPA/biologi, guru agama serta guru bimbingan dan konseling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswi tentang menstruasi dan menjaga kebersihan diri cukup baik, namun demikian pengetahuan mengenai organ reproduksi dan fungsinya belum diketahui oleh siswi secara lengkap. Perilaku siswi dalam pencarian informasi yang berkaitan dengan menstruasi cukup bagus namun hanya seputar informasi keagamaan saja. Perilaku pencarian informasi mengenai menstruasi dari segi kesehatan masih sangat kurang. Peranan orang tua dan guru di kedua sekolah sudah menunjukkan fungsinya sebagai pendidik, pembimbing dan pengawas bagi anak. Meski demikian peranan sebagai pemberi informasi seputar kesehatan menstruasi dirasa masih sangat kurang, baik informasi dari ibu maupun dari guru di sekolah. Peranan teman sebaya masih sangat kurang dalam hal pemberian informasi tentang menstruasi. Sumber informasi khususnya media cetak yaitu majalah atau bukubuku dan media elektronik yaitu televisi belum dapat sepenuhnya menyampaikan
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
5 informasi yang bermanfaat untuk anak yang berkaitan dengan menstruasi. Khusus majalah dan buku-buku tentang kesehatan dan menstruasi khususnya bagi masyarakat awam belum dapat terjangkau sehingga anak tidak mendapatkan informasi yang cukup dari sumber ini. Pada akhirnya peranan ibu, guru dan sekolah perlu ditingkatkan dalam memberikan pengetahuan tentang menstruasi bukan hanya pengetahuan seputar agama tetapi juga pengetahuan seputar kesehatan organ reproduksi khususnya menstruasi. Komunikasi perlu dijalin lebih intensif agar adanya keterbukaan pada anak sehingga anak dapat mempersiapkan fisik dan mentalnya dalam menghadapi masalah yang timbul berkaitan dengan menstruasi. Daftar Pustaka 40 (1980-2007). Kata Kunci : Menstruasi, Pengetahuan dan Perilaku ABSTRACT
Menstruating the happening of blood passing vagina having the character of physiological because abrading of coat endometrium from gracious wall. cycle menstruate the endometrium drawn up regularly to accept the ovum which fruit have after happened the ovulasi, below influence by ritmik ovary hormone that is estrogen and progesteron. Menstruate for some of child represent the traumatic psychical experience. Negative feeling can cause the feeling very weak because feeling loss a lot of blood so that arise the low feeling themself or feel sickly, lose face because minimize have got to menstruate and existence of dread and fear the blood menstruate to penetrate its clothes so that child not dare to go out house. This research is conducted to get the knowledge picture and behavioral hit to menstruate at class 1 schoolgirl in SMPN 1 and MTS Al-Furqon of Subdistrict Kragilan. Data collecting conducted with the directional group discussion method and circumstantial interview. Information source is class schoolgirl 1 menstruate the, mother, learn the IPA / biological, religion teacher and learn the tuition and konseling. The Result of research indicate that the schoolgirl knowledge of about menstruating and keep cleaning good enough x'self, but that way knowledge of
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
6 concerning organ reproduce and its function for themself not yet been known by schoolgirl completely. Schoolgirl behavior in information seeking of related to menstruating enough nicely but only in around just religious information. behavior of information Seeking hit to menstruate from health facet still very less. Learn in second school have shown its function as educator, counsellor and supervisor for child. Still role as information giver around health menstruate felt still very less, information goodness from mother and also from teacher at school. Friend role coeval still very less in the case of information gift about menstruating. Information source specially media print that is magazine or book and electronic media that is television not yet earned full submit the worthwhile information for the child of related to menstruating. magazine and book about health and menstruate specially for civil society not yet earned reached so that child not get the information which enough from this source. In the end mother role, teacher and school require to be improved in giving knowledge of about menstruating not merely knowledge in around religion but also knowledge in around organ health reproduce specially menstruate the. Communications require to be braided more intensive to be existence of openness child so that child can draw up the physical and bounce it in face of problem arising out go together to menstruate. 40 references (1980-2007) Keyword : Menstruation, Knowledge and Behavior
PENDAHULUAN Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak dalam kandungan dan terus berlangsung hingga dewasa. Dalam mencapai proses menjadi dewasa, seorang anak melalui berbagai tahap tumbuh kembang salah satunya adalah tahap remaja yang merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa (Knoers, 2004) Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, remaja akan melalui tiga tahapan yaitu masa remaja awal/dini (Early
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak dalam kandungan dan terus berlangsung hingga dewasa. Dalam mencapai proses menjadi dewasa, seorang anak melalui berbagai tahap tumbuh kembang salah satunya adalah tahap remaja yang merupakan masa transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa (Knoers, 2004) Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, remaja akan melalui tiga tahapan yaitu masa remaja awal/dini (Early adolescence) usia 11 - 13 tahun, masa remaja pertengahan (Middle adolescence) usia 14-16 tahun dan masa remaja lanjut (Late adolescence) usia 17-20 tahun (Soetjiningsih, 2004). Data demografi menunjukkan bahwa remaja (10-19 tahun) merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia yaitu mencapai 1 milyar dan di Indonesia mencapai 42 juta jiwa atau lebih dari 20% dari total jumlah penduduk (BPS, 2002) Umur kronologis berapa seorang anak dapat dikatakan remaja masih terdapat berbagai pendapat. Pada buku-buku pediatri mengatakan bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak lakilaki. Undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak mengatakan remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Menurut Undang-Undang Perburuhan anak dianggap remaja apabila telah mencapai 1
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
2
umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal (Soetjiningsih, 2004). Salah satu bentuk perkembangan yang menonjol pada masa remaja adalah pubertas dimana terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi perkembangan kehidupan seksualnya yang ditandai dengan matangnya organ seksual, baik primer ataupun sekunder. Proses perubahan tersebut secara langsung berakibat pada pematangan organ-organ reproduksi remaja yang sering kali tidak disadari oleh remaja itu sendiri (Parker, 2005). Kesehatan reproduksi sangat penting diketahui sejak dini agar pada saat seorang anak menginjak remaja dan menghadapi permasalahan sekitar kesehatan reproduksi remaja telah mengerti dan mendapat informasi yang cukup sehingga dapat mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan dihindari. Dengan jumlah sebesar itu remaja perlu mendapatkan informasi yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan dari sumber yang terpercaya tentang kesehatan reproduksi (Wulandari, 2003). Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat perhatian yang cukup karena banyaknya kalangan yang berpendapat bahwa masalah kesehatan reproduksi seperti juga masalah kesehatan lainnya semata-mata menjadi urusan kalangan medis. Ada juga kalangan yang beranggapan bahwa masalah kesehatan reproduksi hanyalah masalah kesehatan sebatas proses kehamilan dan melahirkan sehingga dianggap bukan masalah kaum remaja, apalagi jika pengertian remaja adalah sebatas mereka yang belum menikah. Remaja perlu mengenal tubuh dan organ-organ reproduksinya, perubahan fisik dan psikologis, melindungi diri dari
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
3
resiko yang mengancam kesehatan dan keselamatan fungsi organ reproduksinya karena merupakan bagian tubuh yang sangat penting dalam proses reproduksi (Mohamad, 1998). Menurut WHO (1995) pada usia remaja secara biologis kehidupan seksualnya mulai berfungsi secara aktif disamping mulai terjadi perubahan-perubahan psikologis dan sosial. Dari aspek biologis khususnya remaja putri ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama yang disebut dengan menarrchea. Pada seratus tahun yang lalu wanita mendapatkan menstruasi pada usia 17 tahun, sedangkan saat ini wanita akan mendapatkan menstruasi pertama pada usia 12 tahun bahkan 9 tahun. Percepatan ini disebabkan oleh dua hal yaitu keadaan gizi remaja yang relatif membaik dibandingkan seratus tahun yang lalu, rangsangan audio visual dan media massa yang dapat mempercepat kematangan biologis misalnya radio, majalah, televisi dan film (Affandi, 1991). Pengetahuan untuk mengatur fungsi dan proses reproduksi bagi seorang remaja puteri tidak terlepas dari pengetahuannya mengenai sistem dan proses reproduksi itu sendiri. Proses reproduksi pada remaja baik secara fisik ataupun psikis kerap kali tidak ditunjang dengan pengetahuan yang cukup baik dari pihak remaja itu sendiri, orang tua, guru dan lingkungan (Affandi, 1991). Orang tua dianggap anaknya sebagai orang yang paling dipercaya dalam memberi informasi. Orang tua dapat memberikan rasa nyaman, menyembuhkan ketika sakit dan menenangkan ketika marah. Sejak bayi, dirasakan orang tua (terutama ibu) dapat diandalkan. Setiap anak membutuhkan sesuatu dan ini
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
4
membentuk Basic trust yaitu awal dari kapasitas anak untuk mempercayai sesuatu kepada orang lain untuk kepentingan dirinya (Indrasari, 2004). Guru merupakan wadah yang tepat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan melalui mata ajaran yang terstruktur dalam kurikulum, memonitor pertumbuhan dan perkembangan
anak
didiknya,
mengawasi
dan
melindungi
anak
didiknya
(Notoatmodjo, 2005). Remaja memiliki kecenderungan yang kuat untuk berada diantara teman sebayanya di luar rumah, mereka akan berkelompok dan akan merasa aman dalam kelompok tersebut. Dalam berbicara atau berkata-kata, minat, keterampilan, bersikap dan berperilaku lebih besar dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya. Mereka akan merasa diterima oleh kelompok apabila memiliki kesamaan sikap dan perilaku, baik yang mengikuti norma maupun yang menyimpang tanpa berfikir akibat yang akan terjadi pada dirinya maupun dampak terhadap keluarganya (Hurlock,1994) Bagi anak peran orang tua, guru dan teman sebaya sangat penting. Peran orang tua dalam pendidikan kesehatan dapat disesuaikan dengan program kesehatan disekolah dan berusaha untuk mengetahui dan mempelajari apa yang didapat anaknya dari sekolah dan mendorong anaknya untuk mempraktekkan kebiasaan hidup sehat di rumah (Notoatmodjo, 2005). Anak membutuhkan pengetahuan tentang menstruasi, ketertutupan dari lingkungan dan orang tua yang menganggap tabu membicarakan masalah organ reproduksi terutama menstruasi bisa menyebabkan masalah dikemudian hari. Orang tua dan pendidik perlu mempersiapkan diri dalam memberikan pengetahuan tentang menstruasi kepada remaja (Darmawati, 2003).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
5
Masalah yang dihadapi anak yang akan memasuki masa remaja adalah mereka membutuhkan informasi yang benar mengenai perubahan-perubahan yang akan terjadi pada masa puber seperti datangnya menstruasi. Menstruasi bagi sebagian anak merupakan pengalaman psikis yang traumatis. Perasaan yang negatif ini menyebabkan perasaan sangat lemah karena merasa kehilangana banyak darah sehingga timbul perasaan rendah diri atau merasa sakit-sakitan, sampai tidak berani keluar rumah (Kartono, 1995). Kurangnya informasi yang baik dan benar serta masyarakat awam yang menganggap tabu untuk membicarakan masalah yang berhubungan dengan alat reproduksi menyebabkan rendahnya pengetahuan remaja puteri tentang menstruasi yang didukung oleh beberapa penelitian di Indonesia seperti yang dilakukan oleh Soeroso (1993) dalam “survey on Adolescent Reproductive Health Services Provision Indonesia” yang meneliti 750 responden berusia 18-19 tahun. Diketahui bahwa 87,9% remaja puteri pernah mendengar istilah menstruasi tetapi hanya 53,7% yang tahu arti dari kata menstruasi karena mereka tidak disiapkan dengan informasi yang penting tentang menstruasi dan 42,7% remaja puteri mengalami kecemasan dan ketakutan pada saat mengalami menstruasi pertama (Sianturi, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Wisnuwardhani (1997) terhadap 305 responden berusia 16-19 tahun yang berasal dari Tangerang dan Subang melaporkan bahwa hanya 8,8% responden dari Tangerang dan 14,5% dari Subang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang organ reproduksi. Hanya 52,5% responden dari Tangerang dan 61,4% dari Subang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang menstruasi.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
6
Studi tentang kebersihan menstruasi dilakukan juga oleh Saadah (1999) yang mengatakan bahwa hanya 49,6% dari responden membersihkan alat kelaminnya secara benar pada keadaan biasa dan 45,5% pada saat mengalami menstruasi. Sebanyak 82,6% responden mempunyai perilaku kebersihan yang kurang baik yang mungkin disebabkan karena kurang informasi yang benar tentang menstruasi. Mengamati uraian di atas maka penulis menaruh minat untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan dan perilaku menstruasi pada siswi kelas 1 SMPN 1 dan MTs Al-Furqon di Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang. Dipilihnya kelas 1 SMP dalam penelitian ini karena saat ini anak sedang mengalami masa perubahan dari SD ke SMP dan memasuki masa remaja dini serta sudah mulai mendapatkan menstruasi. Dipilihnya SMPN 1 dan MTS Al-Furqon sebagai institusi dalam penelitian ini karena SMP ini adalah yang terbaik, lebih berpengalaman serta adanya variasi SMP negeri dan swasta di Kecamatan Kragilan yang diharapkan dapat menjadi percontohan bagi SMP lainnya dalam memberikan pendidikan tentang menstruasi bagi siswanya. Tumbuh kembang anak menjadi dewasa berdasarkan kematangan psikososial dan seksual telah dimulai pada rentang usia 11-13 tahun artinya anak telah memasuki masa remaja awal/early adolescence (Soetjiningsih, 2004).
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis tertarik untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku menstruasi pada siswi kelas 1 SMPN 1 dan MTs Al-Furqon di Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
7
1.3. Pertanyaan Penelitian Untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku menstruasi pada siswi kelas 1 SMPN 1 dan MTs Al-Furqon di Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang, maka diajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut : a. Bagaimana
pengetahuan
tentang
fungsi
alat
reproduksi,
perubahan
fisik/psikis, kebersihan diri pada siswi kelas 1 berkaitan dengan menstruasi di SMPN 1 dan MTs Al Furqon Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang. b. Bagaimana perilaku pencarian informasi, persiapan fisik/psikis, kebersihan diri, cara memakai dan berapa kali mengganti pembalut pada siswi kelas 1 berkaitan dengan menstruasi di SMPN 1 dan MTs Al Furqon Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang c. Bagaimana peran ibu, guru IPA/biologi, guru agama, guru bimbingan dan konseling, teman sebaya dan sumber informasi yang berkaitan dengan menstruasi pada siswi kelas 1 SMPN 1 dan MTs Al-Furqon Kecamatan Kragilan kabupaten Serang.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan umum : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku menstruasi pada siswi kelas 1 SMPN 1 da MTs Al-Furqon di Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
8
Tujuan khusus : a. Diperolehnya pengetahuan tentang fungsi alat reproduksi, perubahan fisik/psikis, kebersihan diri pada siswi kelas 1 berkaitan dengan menstruasi di SMPN 1 dan MTs Al Furqon Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang. b. Diperolehnya perilaku pencarian informasi, persiapan fisik/psikis, kebersihan diri, cara memakai dan berapa kali mengganti pembalut pada siswi kelas 1 berkaitan dengan menstruasi di SMPN 1 dan MTs Al Furqon Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang c. Diperolehnya peran ibu, guru, teman sebaya dan sumber informasi yang berkaitan dengan menstruasi pada siswi kelas 1 SMPN 1 dan MTs Al-Furqon Kecamatan Kragilan kabupaten Serang.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi untuk memperoleh gambaran pengetahuan dan perilaku menstruasi pada siswi kelas 1 SMPN 1 dan MTs Al-Furqon dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan diwilayah Kecamatan Kragilan tepatnya di SMPN 1 dan MTs Al-Furqon Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang. Penelitian dilakukan pada bulan Juni tahun 2008. dipilihnya SMPN 1 dan MTs Al-Furqon karena kedua sekolah ini merupakan sekolah terbaik dan telah banyak memenangkan berbagai pertandingan, selain itu MTs Al-Furqon adalah sekolah swasta pertama yang berdiri di kecamatan Kragilan pada tahun 1975 sehingga sudah banyak berpengalaman mendidik dan membimbing muridnya serta adanya variasi SMP negeri dan swasta.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
9
Sumber informasi adalah siswi kelas 1 SMP yang telah mengalami menstruasi, orang tua/ibu, teman sebaya, guru bidang studi biologi, agama serta guru bimbingan dan konseling dengan cara diskusi kelompok terarah atau focus group discusion (FGD) dan wawancara mendalam.
1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : a. Bagi Departemen Kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan program kurikulum kesehatan reproduksi bagi remaja untuk anak di tingkat sekolah menengah. b. Bagi Departemen Pendidikan Hasil penelitian diharapkan sebagai masukan dan pertimbangan dalam pengembangan kurikulum di tingkat sekolah menengah, khususnya dalam pembahasan kesehatan reproduksi bagi remaja dalam menghadapi menstruasi. c. Bagi Sekolah tempat penelitian Sebagai masukan dalam memberikan pengembangan materi dan metode bagi siswi dalam menghadapi menstruasi dan terbentuknya jalinan komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua/wali murid dalam proses belajar mengajar.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
10
d. Bagi Penulis Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti untuk lebih memahami informasi yang dibutuhkan anak dalam masa remaja agar memiliki kesiapan yang matang dalam pemahaman tentang menstruasi. e. Bagi FKM Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan dan wawasan tentang ilmu kesehatan reproduksi.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang mengalami beberapa perubahan dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt) timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahanperubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).. Masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa tidak begitu saja berlangsung dengan mudah dan lancar tetapi membutuhkan waktu 2-4 tahun. Umumnya hal ini terjadi menjelang berakhirnya masa kanak-kanak yang disebut early adolesence (Depkes RI, 1991). Pada remaja perempuan masa pubertas ditetapkan mulai saat ia mendapat menstruasi yang pertama (menarche) yaitu pada usia sekitar 11-13 tahun. Setelah menarche terjadi pematangan (maturasi) biologis pada fungsi organ seksualnya sehingga rata-rata pada usia 13 tahun seorang anak perempuan organ seksualnya sudah matang (Depkes RI, 1991). Proses pematangan (maturasi) biologis ini dapat disertai dengan maturasi psikologis tetapi umumnya maturasi biologis terjadi lebih cepat dari psikologis sehingga potensi untuk terjadinya konflik dalam diri anak remaja cukup besar. Secara biologis remaja tersebut dapat digolongkan dewasa tetapi secara mental sebenarnya dia dalam tahap pencarian identitas diri (Depkes RI, 1991).
11 Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
12
2.2 Klasifikasi Remaja Depkes RI (1995) membagi remaja menjadi tiga kelompok berdasarkan sifat dan perkembangan psikologisnya yaitu : a. Remaja awal/ Early adolescence (usia 10 atau 12-14 tahun) Periode ini ditandai oleh percepatan pertumbuhan dan perubahan biologis. Remaja menghadapi tiga faktor lingkungan yaitu keluarga, kelompok sebaya dan lingkungan sekolah. Kondisi utama dalam proses perkembangan adalah dorongan ingin bebas dan mandiri. b. Remaja pertengahan/ Middle adolewscence (usia 15-17 tahun) Pada periode ini mulai terjadi perkembangan imajinasi yang menyebabkan keinginan untuk mencoba-coba. Mulai senang berkelompok dengan jenis kelamin berbeda dan remaja berusaha menentukan jati dirinya. c. Remaja akhir/ Late adolescence (usia 18 tahun ke atas) Pada periode ini kematangan fisik sudah tercapai sepenuhnya, perilaku seksual sudah mengarah ke perilaku seksual dewasa. Pada masa remaja awal/praremaja pertumbuhan lebih cepat daripada masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok. Anak perempuan dua tahun lebih cepat memasuki remaja dibandingkan dengan anak laki-laki. Masa ini merupakan masa transisi dari masa anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi pacu tumbuh berat badan dan tinggi badan yang disebut pacu tumbuh adolesen, terjadi pertumbuhan yang pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder (Soetjiningsih, 2004).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
13
2.3 Anatomi Organ Reproduksi Anatomi organ reproduksi terbagi dua yaitu organ bagian luar dan organ bagian dalam. Organ bagian luar terdiri dari : 1).Mons veneris yaitu bagian yang menonjol di atas simfisis dan ditutupi oleh rambut pada wanita dewasa. 2).Labia mayora yaitu bibir-bibir besar terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah. 3).Labia minora yaitu bibir-bibir kecil yang berupa lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora. 4).Klitoris adalah ujung dari bersatunya lipatan-lipatan labia mayora dan labia minora dibagian atas. 5).Vulva berbentuk lonjong dibatasi dua oleh labia dan diatasnya terdapat klitoris. 6).Vagina menghubungkan organ bagian luar dengan organ bagian dalam. Organ bagian dalam terdiri dari uterus, tuba falloppii dan ovarium (Prawiroharjo, 1995).
2.3.1 Menstruasi Kata menstruasi berasal dari bahasa latin yang berarti bulan (Braam, 1980) menstruasi biasa disebut dengan istilah mens atau haid. Menstruasi adalah terjadinya perdarahan melalui vagina yang bersifat fisiologis karena terkelupasnya lapisan endometrium dari dinding rahim. Pada siklus menstruasi endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang telah dibuahi setelah terjadi ovulasi, dibawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium yaitu estrogen dan progesteron. Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi pertama bulan ini sampai dengan mulainya menstruasi pada bulan berikutnya. (Prawiroharjo, 1995).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
14
Selama menstruasi dalam ovarium dimulai kembali proses pematangan sel telur baru, seluruh siklus akan dimulai kembali. Sebenarnya menstruasi merupakan akhir dari siklus setiap bulan sebab siklus ini terjadi dengan satu tujuan yaitu mempersiapkan selaput lender rahim untuk menerima telur yang telah dibuahi. Menstruasi sebenarnya adalah mekanisme pengontrol yang bekerja apabila sistem reproduksi gagal menjalankan fungsi primernya.
2.3.2 Fisiologi Menstruasi Pada siklus menstruasi FSH (follicle stimulating hormon) dikeluarkan oleh lobus anterior hypophysis yang menimbulkan beberapa folikel kadang-kadang juga lebih dari satu berkembang menjadi folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua yaitu LH (Luteinising Hormone). Produksi hormon FSH dan LH dipengaruhi oleh releasing hormone (RH) yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus selain itu juga dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti cahaya, bau-bauan melalui bulbus olfactorius dan hal-hal psikologik. Contohnya di negara bermusim dingin dan panas, kehamilan lebih banyak terjadi pada musim semi (mulai ada cahaya) dan musim panas (banyak cahaya). Sedangkan pengaruh bau-bauan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Bila penyaluran RH berjalan baik maka produksi hormon gonadotropin akan baik pula sehingga folikel de Graaf selanjutnya akan menjadi matang dan makin banyak berisi liquour folliculli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
15
terhadap
endometrium
sehingga
menyebabkan
endometrium
tumbuh
dan
berproliferasi yang disebut juga sebagai masa proliferasi (Prawirohardjo, 1995) Dibawah pengaruh LH folikel de Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas dari ovarium) pada ovulasi ini kadang-kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang peritonium di pelvis sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain. Setelah ovulasi terjadi dibentuklah corpus rubrum yang akan menjadi corpus luteum di bawah pengaruh LH dan LTH (lutetropic Hormone). Corpus luteum menghasilkan progesteron. Progesteron mempengaruhi endometrium yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkelok-kelok di endometrium. Tampak dilatasi dan stasis dengan hyperamia yang diikuti oleh spasme dan ischamia. Setelah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan endometrium yang nekrotik. Proses inilah yang disebut dengan menstruasi (Prawiroharjo, 1995).
2.3.3 Siklus Menstruasi Pada jarak waktu tertentu sejak mengalami menarche pada mulanya menstruasi tidak teratur tetapi semakin lama semakin teratur. Dalam waktu empat sampai enam tahun sejak menarche (kira-kira usia 11-12 tahun) pola menstruasi sudah terbentuk. Pada umumnya pola menstruasi datang sebulan sekali kecuali bila terputus ketika sedang mengandung dan berlangsung terus sehingga kira-kira usia 45 tahun. Pada saat itu menstruasi kembali tidak teratur. Panjang siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi sekarang dengan mulainya
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
16
menstruasi pada bulan berikutnya. Hari mulai terjadinya perdarahan menstruasi dinamakan hari pertama siklus (Prawirohardjo, 1995) Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus mentruasi yang klasik adalah 28 hari tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa perempuan tetapi juga pada perempuan yang sama. Panjang siklus menstruasi dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus pada gadis usia 12 tahun adalah 35,1 hari, pada perempuan usia 43 tahun adalah 27,1 hari dan pada usia 45 tahun mulai tidak teratur dan kemudian akan berhenti sama sekali yang disebut dengan klimakterium, jadi sebenarnya panjang siklus menstruasi 28 hari sering tidak dijumpai. Lamanya menstuasi biasanya antara tiga sampai lima hari, ada yang satu sampai dua hari dan kemudian diikuti keluarnya darah sedikit-sedikit, biasanya tujuh sampai delapan hari. Biasanya lama menstruasi itu tetap. Jumlah darah yang keluar selama menstruasi kurang lebih 50 cc. Pada perempuan dengan defisiensi zat besi jumlah darah menstruasi juga lebih banyak (Prawiroharjo,1995).
2.3.4 Kebersihan Menstruasi Blum (1981) mengatakan beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan seseorang adalah lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan (genetik). Perilaku yang dimaksud adalah perilaku sehat dan perilaku tidak sehat yang dimulai oleh diri sendiri seperti contoh perilaku sehat yaitu mengganti pembalut 2-3 kali sehari disaat menstruasi dapat mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh kuman yang menempel dipembalut yang otomatis menempel pada kulit kita daripada perilaku yang tidak sehat seperti hanya menggunakan dan mengganti
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
17
pembalut 2 kali sehari sehingga darah menstruasi dalam waktu lama menempel pada kulit kita dan dapat menimbulkan kuman berkembang biak Dengan begitu menjaga kebersihan diri saat menstruasi juga merupakan komponen yang penting dalam status perilaku kesehatan seseorang. Pada saat menstruasi diperlukan alat untuk menampung cairan darah menstruasi yang saat ini banyak digunakan adalah pembalut wanita yang relatif mudah dan nyaman (Llewellyn, 1997). Mengganti pembalut dengan teratur akan mencegah timbulnya bakteri yang menyebabkan gangguan pada vagina seperti bau, keputihan yang dapat menyebabkan infeksi (Utamadi, 2000). Untuk mencegah infeksi pada alat reproduksi seharusnya mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti pembalut dan cara membersihkan vagina yang efektif adalah menyemprotkan air langsung ke vagina. Cara membersihkan vagina harus dengan air bersih dari arah depan ke belakang, jangan menyiram dari belakang atau membersihkan dengan tangan yang telah menyentuh lubang dubur (anus) yang banyak mengandung kuman (Wisnuwhardani, 1997).
2.4 Menstruasi Pertama Sebagai Pengalaman Psikis. Pada umumnya remaja putri belajar tentang menstruasi dari ibunya (Llwellyn,1997). Namun tidak semua ibu memberi informasi yang memadai kepada putrinya dan sebagian enggan membicarakan secara terbuka sampai anak gadisnya mengalami menstruasi pertama. Hal ini menimbulkan kekecewaan pada anak, bahkan sering menimbulkan sikap yang negatif, yang menyebabkan timbulnya perasaan malu dan melihatnya sebagai penyakit. Biasanya juga dibarengi oleh perasaan bersalah,
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
18
berdosa yang ditimbulkan oleh peristiwa berdarah pada organ kelaminnya. Dimana daerah menstruasi diidentifikasikan sebagai sesuatu yang sangat najis dan haram serta hal-hal yang sangat menjijikan. Dan menstruasi pertama ini dihayati oleh anak sebagai suatu pengalaman psikis yang traumatis (Kartono,1995). Llewellyn (1997) mengatakan bahwa hingga saat ini masih ada kepercayaan yang menganggap bahwa perempuan yang mengalami menstruasi dianggap berbahaya atau kurang bersih karena itu harus disingkirkan atau dihindari dari kegiatan sosial. Santrock (1993) melaporkan hasil penelitian menghadapi menstruasi ternyata sebagian responden berespon positif dengan menyatakan bahwa menstruasi menunjukan dirinya sudah dewasa, sudah matang secara biologis. Namun sebagian besar dari mereka menunjukan respon negatif dengan menyatakan mereka merasa sedih, takut, malu dan bingung. Ternyata mereka tidak disiapkan dengan informasi penting tentang menstruasi oleh keluarga dan lingkungan pendidikannya dan bagi mereka yang mengalami perkembangan seksual lebih dini akan merespon negatif.
2.5. Pengetahuan Pengetahuan merupakan segala upaya yang diketahui manusia tentang objek tertentu. Pengetahuan merupakan hasil belajar dan mengetahui sesuatu. Hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indera pendengaran, penglihatan dan tindakan manusia yang didasari oleh pengetahuan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng diterima daripada tanpa ilmu pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman orang lain atau melihat langsung
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
19
melalui sarana komunikasi lain seperti televisi, radio, majalah dan surat kabar (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami
(comprehension)
merupakan
suatu
kemampuan
untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar seperti dapat menyimpulkan terhadap objek yang telah dipelajari. c. Aplikasi (aplication) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. d. Analisis (analysis) suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Contohnya dapat menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (syntesis) suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Contohnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas dan menyesuaikan rumusan yang ada. f. Evaluasi (evaluation) kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Contohnya dapat menafsirkan sebab sebab terjadinya menstruasi pada remaja (Notoatmodjo. 2005).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
20
2.6 Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama (resultante) antara berbagai faktor, baik faktor internal seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin ataupun faktor eksternal seperti lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik. Perilaku terdiri dari lima kategori atau tahapan yaitu a) Peniruan : dimana tindakan yang diamati akan mulai ditiru, b) Penggunaan : tindakan dilakukan sesuai instruksi dan sudah mulai memiliki keterampilan, c) Ketelitian : mampu melakukan perbaikan, d) Penyambungan : adanya kesesuaian perilaku dengan situasi yang ada, e) Naturalisasi : perilaku diterapkan secara langgeng (Guilbert, 1987). Perilaku adalah aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi-reaksi yang disebut rangsangan. Dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan suatu reaksi atau perilaku tertentu pula (Notoatmodjo, 2007). Becker (1997) mengatakan bahwa perilaku yang berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Perilaku kesehatan (health behavior) adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya termasuk tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, menjaga kesehatan diri, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya. 2. Perilaku sakit (illness behavior) adalah segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit termasuk juga kemampuan atau
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
21
pengetahuannya untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit serta usaha pencegahan terhadap penyakit tersebut. 3. Perilaku peran sakit (sick role behavior) adalah segala tindakan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memeperoleh kesembuhannya. Hal ini disamping berperan terhadap kesehatannya atau kesakitannya sendiri juga berpengaruh terhadap orang lain terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab kesehatannya.
2.7 Hal-hal yang Berhubungan dengan Menstruasi 2.7.1 Peran Orang Tua/Ibu Fungsi keluarga meliputi : fungsi keagamaan, sosial budaya dan cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi, pendidikan, ekonomi dan pembinaan lingkungan. Dalam pelaksanaan fungsi keluarga sehari-hari adalah terjalinnya komunikasi antara orang tua dan anak dalam menjalankan norma-norma kehidupan. Bila itu terpenuhi anak akan tumbuh sehat jasmani dan rohaninya. Orang tua memegang peranan penting dalam memberikan bimbingan dan pendidikan diluar sekolah terutama jika terjadi sesuatu peristiwa pada anaknya (Indrasari, 2004). Orang tua dianggap anaknya sebagai orang yang paling dipercaya dalam memberi informasi. Orang tua dapat memberikan rasa nyaman, menyembuhkan ketika sakit dan menenangkan ketika marah. Sejak bayi, dirasakan orang tua (terutama ibu) dapat diandalkan, setiap anak membutuhkan sesuatu dan ini membentuk Basic trust yaitu awal dari kapasitas anak untuk mempercayai sesuatu kepada orang lain untuk kepentingan dirinya (Indrasari, 2004).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
22
Bagi anak usia sekolah peran orang tua dan guru sangat penting. Peran orang tua dalam pendidikan kesehatan dapat disesuaikan dengan program kesehatan disekolah dan berusaha untuk mengetahui dan mempelajari apa yang didapat anaknya dari sekolah dan mendorong anaknya untuk mempraktekkan kebiasaan hidup sehat di rumah (Notoatmodjo, 2005).
2.7.2 Peran Guru Guru adalah orang yang memiliki kredibitas tertentu (telah menempuh kompetensi pendidikan untuk mengajar) untuk memberikan pendidikan, bimbingan dan pengembangan kreatifitas bagi anak yang sedang belajar di sekolah. Guru merupakan orang yang sangat berarti karena mempunyai nilai-nilai yang ideal bagi anak remaja dan mempunyai pengaruh cukup besar bagi perkembangan identitas diri karena dalam usia sekolah anak sedang mencari model. Guru yang menjadi model bagi anak sekolah akan dijadikan contoh dalam proses identifikasinya. Remaja cenderung akan menganut dan menginternalisasikan nilai-nilai yang diajarkan gurunya ke dalam dirinya (Soetjiningsih, 2004). Guru juga merupakan wadah yang tepat untuk melaksanakan pendidikan kesehatan melalui mata ajaran yang terstruktur dalam kurikulum, memonitor pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya, mengawasi dan melindungi anak didiknya (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan kesehatan terutama pendidikan reproduksi dalam hal ini materi tentang menstruasi hendaknya tidak dipisahkan dari pendidikan umum lainnya. Pendidikan reproduksi dimasukan dalam pelajaran ilmu biologi, kesehatan, moral dan
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
23
etika secara bertahap dan terus menerus. Guru yang berkompeten dalam memberikan materi kesehatan reproduksi adalah guru bidang studi sains, dimana selain dibekali kompetensi pengetahuan, murid juga dibimbing pada pendekatan masalah (problem solving approach) dan diskusi kelompok. Diharapkan dengan adanya metode ini murid dapat diberi kesempatan berkonsultasi dengan guru dan berdiskusi dengan sesama temannya (Kuraesin, 2004).
2.7.3 Peran Teman Sebaya Sebagian besar orang tua di Indonesia sependapat bahwa pendidikan anak harus dimulai dari rumah, tetapi tidak demikian untuk pendidikan seksual dan reproduksi. Oleh karena itu sering kali anak remaja merasa orang tuanya menutup kesempatan berbicara mengenai seksual, sehingga mereka terpaksa mencarinya dari sumber lain yang lebih dipercaya. Remaja memiliki kecenderungan yang kuat untuk berada diantara teman sebayanya di luar rumah, mereka akan berkelompok dan akan merasa aman dalam kelompok tersebut. Dalam berbicara atau berkata-kata, minat, keterampilan, bersikap dan berperilaku lebih besar dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya. Mereka akan merasa diterima oleh kelompok apabila memiliki kesamaan sikap dan perilaku, baik yang mengikut norma maupun yang menyimpang tanpa berfikir akibat yang akan terjadi pada dirinya maupun dampak terhadap keluarganya (Hurlock,1994)
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
24
2.7.4 Keterpaparan Sumber Informasi Media adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator baik melalui media cetak dan elektronik sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuan yang diharapkan nantinya ada perubahan perilaku positif (Notoatmodjo, 2005). Media sangat mudah diperoleh informasinya karena media berada dekat dalam lingkungan sehari-hari, kekerapan dalam memperoleh informasi dari berbagai media menimbulkan stimulus bagi remaja untuk menyerap, menerima dan mempraktekkan informasi yang diterimanya. Media juga mempunyai kemampuan yang kuat untuk membentuk opini publik dan bahkan dapat menjadi tekanan terhadap penentu kebijakan (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan cara produksinya media dikelompokkan menjadi tiga yaitu : a) Media cetak yaitu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual (kalimat, gambar/foto), b) Media elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar (tv, radio, film, vcd dll), c) media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar ruang secara umum melalui media cetak dan dan elektronik secara statis seperti papan reklame, spanduk, pameran dan banner (McQuail, 1996).
2.8 Siswi Kelas 1 SMPN 1 dan MTs Al-Furqon Siswi kelas 1 SMP adalah murid perempuan yang berusia 12-14 tahun (Early Adolescence) yang masih terdaftar dan masih mengikuti pendidikan kelas 1 di
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
25
sekolah menengah pertama. Murid sekolah merupakan calon-calon penerus bangsa yang masih mudah menerima, melaksanakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Mendidik anak perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti lingkungan keluarga, tingkat kehidupan keluarga dari masing-masing murid, tingkat pertumbuhan dan perkembangan dan pengalaman masing-masing anak. Peran siswi dalam program kesehatan antara lain adalah : a) Mempraktekkan dan membiasakan hidup sehat sesuai panduan guru dan keluarga, b) Menjadi penghubung antara sekolah, keluarga dan masyarakat, c) Menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2005). Murid sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaharuan karena mereka sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pada tahap ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan yang baik (Notoatmodjo, 2005). Sekolah Menengah Pertama adalah organisasi/lembaga pendidikan yang berfungsi sebagai wadah merencanakan, melaksanakan dan mengembangkan kreatifitas murid usia 12-14 tahun melalui kegiatan belajar dan ekstra kurikuler (pramuka, UKS dll). SMPN1 Kragilan merupakan SMP terbaik di kecamatan Kragilan dan telah memenangkan banyak kompetisi/pertandingan-pertandingan baik dari segi pengetahuan ataupun keterampilan yang diadakan antar sekolah. Adapun MTs Al-Furqon merupakan sekolah menengah yang banyak memberi pendidikan keagamaan disamping pendidikan umum lainnya. Sekolah ini adalah sekolah pertama di kecamatan Kragilan yang memasukkan unsur keagamaan dalam bidang pendidikan
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
26
dan tentunya telah berpengalaman banyak dalam proses belajar mengajar dibandingkan sekolah menengah pertama lainnya yang bernuansa keagamaan. Dipilihnya 2 SMP ini karena kualifikasi prestasi yang baik akan mendapatkan gambaran tentang pemberian pendidikan dan pengenalan kesehatan reproduksi pada siswa didiknya dan adanya variasi dari SMP Negeri dan SMP Swasta.
2.9 Hasil-hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Menstruasi Soeroso (1993) dalam “survey on Adolescent Reproductive Health Services Provision Indonesia” yang meneliti 750 responden berusia 18-19 tahun. Diketahui bahwa 87,9% remaja puteri pernah mendengar istilah menstruasi tetapi hanya 53,7% yang tahu arti dari kata menstruasi karena mereka tidak disiapkan dengan informasi yang penting tentang menstruasi dan 42,7% remaja puteri mengalami kecemasan dan ketakutan pada saat mengalami menstruasi pertama (Sianturi, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Wisnuwardhani (1997) terhadap 305 responden berusia 16-19 tahun yang berasal dari Tangerang dan Subang melaporkan bahwa hanya 8,8% responden dari Tangerang dan 14,5% dari Subang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang organ reproduksi. Hanya 52,5% responden dari Tangerang dan 61,4% dari Subang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang menstruasi. Studi tentang kebersihan menstruasi dilakukan juga oleh Saadah (1999) yang mengatakan bahwa hanya 49,6% dari responden membersihkan alat kelaminnya secara benar pada keadaan biasa dan 45,5% pada saat mengalami menstruasi.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
27
Sebanyak 82,6% responden mempunyai perilaku kebersihan yang kurang baik yang mungkin disebabkan karena kurang informasi yang benar tentang menstruasi.
2.10 Kerangka Teori Faktor penentu perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Dalam perencanaan perilaku kesehatan, Green mengembangkan suatu kerangka kerja yang disebut dengan PRECEDE (Predisposisi, Reinforcing dan Enabling Causes in Education an Evaluation). Kerangka precede tersebut digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
28
Gb.2.1 Perilaku Dalam Kerangka PRECEDE Faktor predisposisi : § Pengetahuan § Keyakinan § Sikap § Nilai-nilai § Persepsi
Non perilaku
Kesehatan Faktor kemungkinan : § Kesediaan fasilitas § Ketercapaian sarana kesehatan.
Perilaku
Faktor penguat : § Sikap, perilaku kesehatan, dukungan orang lain, kelompok dan orang tua.
Di dalam kegiatan kerja precede ini, Green menempatkan akar perilaku dalam tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Dari ketiga faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Faktor predisposisi (predisposing factors) Termasuk dalam faktor ini yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya. Faktor ini merupakan anteseden terhadap dasar perilaku atau motivasi. Secara umum kita dapat mengatakan bahwa faktor predisposisi sebagai
referensi bagi seseorang atau kelompok dalam suatu
pengalaman belajar. Referensi dapat mendukung atau menghambat suatu perilaku sehat. Faktor predisposisi lain yang perlu dipertimbangkan dan mendapat perhatian
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
29
adalah faktor sosio-demografi seperti umur, jenis kelamin serta jumlah anggota keluarga yang juga dapat menyebabkan timbulnya masalah kesehatan. b. Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor
pemungkin
merupakan
anteseden
terhadap
perilaku
yang
memungkinkan suatu inspirasi atau motivasi terlaksana. Faktor ini mencakup potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat dalam wujud lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan. Hal lain yang juga merupakan faktor pemungkin yaitu keterjangkauan terhadap berbagai sumber daya seperti biaya, jarak dari rumah ke tempat pelayanan kesehatan, keterampilan petugas dan sebagainya. c. Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor penguat merupakan faktor penyerta. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas, keluarga, teman atau sahabat, pejabat atau kelompok referensi yang dikenal dengan sebutan panutan. Faktor-faktor ini lebih ditekankan pada siapasiapa yang mempengaruhi individu untuk melakukan suatu tindakan atau praktek hidup sehat. Dalam prakteknya dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi. Disamping itu adanya fasilitas kesehatan serta sikap dan perilaku petugas kesehatan atau para panutan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku tersebut.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan pada tinjauan pustaka mengenai berbagai faktor yang berpengaruh terhadap terhadap perilaku kesehatan seseorang sebagaimana yang diungkapkan oleh Green (1980), bahwa perilaku terbentuk dipengaruhi oleh faktor predisposisi meliputi pendidikan, keyakinan, pengetahuan dan faktor pemungkin dan faktor penguat seperti taman sebaya dan orang tua yang dapat memperkuat seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku yang dianggap akan memberikan hasil positif bagi dirinya. Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama (resultante) antara berbagai faktor, baik faktor internal seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin ataupun faktor eksternal seperti lingkungan fisik, sosial budaya, ekonomi dan politik. Berdasarkan teori-teori tersebut diatas karena keterbatasan penulis maka kerangka konsep yang penulis ajukan adalah sebagai berikut :
29 Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
31
Gb.3.1 Kerangka Konsep Variabel Independen
Variabel Dependen
Hal-hal yang berhubungan dengan menstruasi :
Pengetahuan dan Perilaku
- Peran ibu
menstruasi
- Peran guru
kelas 1 SMP
pada
siswi
- Peran teman sebaya - Keterpaparan sumber informasi
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian kerangka konsep hasil modifikasi teori perilaku dari lawrence green (1980). 3.2. Definisi Operasional Dari kerangka konsep maka Definisi Operasional dari variabel-variabel yang akan diteliti yaitu : 3.2.1. Variabel Independen -
Peran ibu adalah keterlibatan orang tua dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan menstruasi pada anak perempuannya seperti memberi informasi tentang : menstruasi, membantu anak mempersiapkan fisik/psikis menjelang menstruasi, menjaga kebersihan diri.
- Peran guru adalah keterlibatan guru dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan menstruasi pada siswi seperti memberi materi menstruasi di kelas dan menjaga kebersihan diri siswi di lingkungan sekolah.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
32
-
Peran Teman Sebaya adalah keterlibatan teman sebaya dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan menstruasi pada temannya seperti memberi informasi tentang : menstruasi, organ reproduksi, persiapan fisik/psikis menjelang menstruasi, menjaga kebersihan diri.
-
Keterpaparan sumber informasi adalah sumber informasi yang berkaitan dengan menstruasi yang diperoleh siswi kelas 1 dari media cetak seperti majalah, koran atau tabloid dan dari media elektronik seperti televisi serta radio.
3.2.2. Variabel Dependen - Pengetahuan merupakan tingkat pemahaman siswi tentang menstruasi meliputi pengetahuan organ reproduksi, pengertian dari menstruasi, lamanya menstruasi, perubahan fisik/psikis, pengetahuan tentang persiapan seputar menstruasi baik persiapan fisik/psikis. Perilaku adalah tindakan atau perbuatan siswi dalam perilaku pencarian informasi untuk mempersiapkan diri menjelang menstruasi, memelihara kebersihan diri selama menstruasi meliputi pencarian informasi tentang cara pemakaian pembalut dan mengganti pembalut.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
33
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitiannya Rapid Assessment Prosedure yaitu suatu penilaian yang ditentukan secara langsung pada saat dilakukan penelitian (Muhadjir, 1996).
4.2. Sumber Informasi Pemilihan
sumber
informasi
dilakukan
dengan
menetapkan
secara
langsung (purposive). Penetapan informan dengan menggunakan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan/adequacy (Hadi, 2005). Karakteristik peserta Fokus Group Discution adalah siswi dan ibu siswi kelas 1 SMP yang sudah menstruasi. Mengacu pada prinsip tersebut maka sumber informasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas 1 SLTP yang telah mendapat menstruasi yang bersekolah di SMPN 1 dan MTs Al-Furqon di Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang. Informan yaitu siswi, ibu, teman sebaya, guru IPA/biologi, guru agama serta guru bimbingan dan konseling (BK) pada bulan Juni tahun 2008. Dipilihnya informan guru IPA/biologi, guru agama, guru BK dalam penelitian ini adalah karena bidang studi IPA/biologi adalah bidang studi yang membahas tentang perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup sementara bidang studi agama masih berkaitan karena membahas tentang kebersihan diri selama menstruasi menurut agama yang dianut siswi. 33
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
34
Informan penelitian berjumlah 54 orang terdiri dari 12 orang siswi dari SMPN 1 dan 12 orang siswi dari MTs Al-Furqon, orang tua yaitu ibu sebanyak 12 orang dari siswi SMPN 1 dan 12 orang dari siswi MTs Al-Furqon, 6 orang guru yaitu guru biologi, guru agama serta guru bimbingan dan konseling dari kedua sekolah tersebut.
4.3. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di 2 lokasi yaitu di SMPN 1 dan MTs Al- Furqon di Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang. Waktu penelitian adalah bulan Juni 2008.
4.4. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua teknik yaitu wawancara mendalam (indepth interview) dan diskusi kelompok terarah (FGD). FGD merupakan suatu teknik pengumpulan data kualitatif dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seorang fasilitator dan moderator mengenai suatu topik. FGD dilakukan dengan menggunakan pedoman FGD dan direkam dengan tape recorder. Peserta diskusi berjumlah 6 orang tiap kelompoknya. Metode FGD dilakukan terhadap informan siswi dan ibu. Tahap pengumpulan data dimulai dengan meminta ijin pada pihak sekolah untuk mengadakan penelitian lalu melakukan uji coba keusioner di sekolah lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan sekolah yang akan diteliti. Pengumpulan data dilakukan di kedua sekolah yaitu di SMPN 1 dan MTs Al-Furqon pada jam 10.00 WIB. Cara menentukan informan dari siswi adalah dengan cara meminta bantuan guru untuk memilih siswi yang telah mengalami menstruasi. Cara memilih informan
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
35
teman sebaya yaitu sesama siswi yang dilakukan FGD tersebut. Pemilihan informan ibu juga meminta bantuan sekolah untuk mengundang orang tua siswi (tabel 4.1). Wawancara mendalam merupakan suatu teknik pengumpulan data kualitatif dengan cara mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi terhadap topik penelitian ini secara mendalam. Wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara mendalam dan direkam melalui tape recorder dan dibantu oleh seorang pencatat. Wawancara mendalam dilakukan pada guru bidang studi biologi, agama serta guru bimbingan dan konseling sebanyak 3 orang dari SMPN 1 dan 3 orang dari MTs Al-Furqon Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang.
Tabel 4.1 Metode Pengumpulan Data Kualitatif pada Informan di SMPN 1 dan MTs Al-Furqon Juni 2008 No
SMPN 1
Mts Al-Furqon
Sumber
Jumlah
Metode
1
Siswi kls 1
12 orang
FGD 2 klp Siswi kls 1
12 orang FGD 2 klp
2
Ibu
12 orang
FGD 2 klp Ibu
12 orang FGD 2 klp
4
Guru
BP, 3 orang
WM
Sumber
Guru
biologi,
biologi,
agama.
agama.
Jumlah
BP, 3 orang
Metode
WM
4.5. Validitas Data Dalam penelitian ini yang digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik triangulasi sumber yaitu dengan menggunakan kategori
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
36
informan yang berbeda yaitu siswi, ibu dan guru untuk menggali topik yang sama. Triangulasi metode yaitu dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu teknik diskusi kelompok terarah (FGD) dan wawancara mendalam (WM).
4.6. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah pedoman FGD untuk informan siswi dan ibu sementara pedoman wawancara mendalam untuk informan guru. Alat bantu yang digunakan adalah kertas, alat tulis dan tape recorder. Sebelum melaksanakan pengumpulan data, pedoman wawancara dan pedoman FGD diuji coba terlebih dahulu untuk menyempurnakan pedoman wawancara dari segi bahasa, pendalaman dan penggalian informasi.
4.7 Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen penelitian dilakukan di SMP PGRI Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang. Pedoman wawancara mendalam di ujicobakan terhadap dua orang guru BK, dua orang guru agama dan dua orang guru bimbingan dan konseling. Pedoman FGD di ujicoba terhadap siswi kelas 1 SMP PGRI dan kepada orang tua/ibu dari siswi tersebut. Alasan pemilihan SMP PGRI sebagai tempat uji coba karena sekolah tersebut memiliki kriteria yang sama dan berada pada kecamatan yang sama dengan dua sekolah yang menjadi subyek penelitian. Uji coba tersebut berguna untuk penyempurnaan pedoman kuesioner, penggalian terhadap isi pertanyaan dan teknik wawancara.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
37
Saat pelaksanaan uji coba diketahui bahwa ada beberapa pertanyaan yang dipersepsikan sama oleh informan sehingga dianggap sebagai pengulangan. Hal ini mengakibatkan pertanyaan pertanyaan tersebut cukup satu kali ditanyakan dan dilakukan probing.
4.7. Pengolahan Data Adapun tahapan dalam pengolahan data yang dilakukan yaitu : 4.7.1
Analisis Data Langkah-langkah analisis data yaitu :
a) Deskripsi informan b) Membuat transkrip c) Mengatur (organisasi) data d) Melakukan kategorisasi data e) Meringkas data dan membentuk matrik f) Mengidentifikasi variabel dan hubungan antar variabel. 4.7.2
Analisis Isi
Langkah-langkah dalam analisis isi adalah : a) Melihat benang merah yang muncul dari setiap jawaban b) Melihat persamaan dan perbedaan yang ada c) Melihat kontras data dan jawaban yang sering muncul
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
38
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran SMPN 1 dan MTs Al-Furqon Kecamatan Kragilan 5.1.1 SMPN 1 Kragilan Sekolah Menengah Pertama (SMPN 1 Kragilan) merupakan sekolah negeri unggulan yang terletak di kecamatan Kragilan, sekolah ini didirikan pada tahun 1983 dan oleh Badan Akreditasi Sekolah Serang telah mendapat akreditasi B pada tahun 2005 yang artinya telah mendapat pengakuan baik dari segi kualitas prestasi pendidikan yang diraih, kualitas tenaga pangajar dan fasilitas belajar mengajar yang dimiliki sekolah tersebut. Sekolah ini memiliki 898 siswa yang terdiri dari kelas I sampai kelas III yang masing-masing kelas terdiri dari 7 kelas yaitu kelas A, B, C, D, E, F dan G dan ratarata 1 kelas terdiri dari 40 siswa. Tenaga pengajar berjumlah 48 orang dengan tingkat pendidikan sarjana strata II (2%), strata 1 (92%) dan Diploma III (6%). SMPN 1 dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan Ketua Komite Sekolah dan dibantu oleh seorang wakil kepala sekolah. Kepala sekolah memberikan arahan secara langsung dalam proses belajar mengajar kepada enam orang wakil bidang studi yaitu : bidang kurikulum, bidang kesiswaan, bidang keuangan, bidang hubungan masyarakat dan bidang studi yang menjadi koordinator bagi guru kelas I sampai dengan kelas III. 38
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
39
Visi SMPN 1 Kragilan adalah : Siap mengembankan dan melaksanakan amanat untuk membentuk peserta didik yang beriman dan berilmu dengan kreatif, inovatif dan professional. Misinya adalah : a.
Menjalankan keimanan dan ketakwaan.
b.
Menjalankan dan meningkatkan hubungan
yang harmnonis antara
sekolah dan masyarakat. c.
Menumbuhkembangkan sikap saling asih, asah dan asuh.
d.
Menciptakan lingkungan sekolah yang asri dan kondusif.
e.
Meningkatkan pelayanan yang professional dengan arif dan bijak.
Indikatornya adalah : a.
Meningkatkan 95% siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.Terbaik dalam penyaluran siswa untuk memasuki SLTA unggulan/favorit.
b.
Meningkatkan mutu peserta didik di bidang akademik dengan nilai rata-rata hasil Ujian Nasional = 6,50
c.
Meningkatkan kualitas peserta didik dibidang ekstra kurikuler, olahraga dan kesenian dengan membentuk team sepak bola, basket, Volley ball, atletik, karate dan team paduan suara (Auabade) serta membentuk team paskibraka sekolah, team palang merah remaja dan regu pramuka andalan.
d.
Memperkenalkan pada peserta didik tentang kemajuan iptek “komputer”.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
40
Prestasi yang pernah diraihnya antara lain adalah : a.
Juara Umum Lomba Upacara Bendera Tingkat Kabupaten
b.
Juara III Lomba Pidato Tingkat Kabupaten
c.
Juara Umum Lomba PMR (Palang Merah Remaja) Tingkat Kabupaten
d.
Juara Umum Lomba Paskibraka Tingkat Kabupaten
e.
Juara Umum Lomba Sepak Bola Tingkat Wilayah Serang Timur
f.
Juara I Lomba Atletik Tingkat Kabupaten, juara I lomba Basket Tingkat Wilayah serang Timur.
5.1.2 Madrasah Tsanawiyah Al-Furqon Kragilan Madrasah Tsanawiyah Al-furqon merupakan sekolah swasta dengan pendidikan yang Islami yang berlokasi di Daerah Cisereh Kecamatan Kragilan. Berdiri tahun 1975 dan telah terakreditasi “B” pada tahun 2005 oleh badan Akreditasi dari Kabupaten Serang atas prestasi dan fasilitas belajar yang dimilikinya. Aplikasi pelajaran berpedoman pada kurikulum dari Departemen Pendidikan nasional juga dari Yayasan pendidikan Al-Furqon. Selain memberikan pengajaran secara umum MTs Al-Furqon juga memberikan muatan ajaran Islami seperti melakukan tadarus (baca Qur’an) sebelum belajar di kelas, shalat Dhuha dan Dzuhur berjamaah, ilmu-ilmu fiqih, pembiasaan bermacam-macam doa dan lain sebagainya. Secara umum Al-Furqon kecamatan kragilan dipimpin oleh seorang ketua yayasan dan tingkat sekolah menengah pertama ini dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang memberikan arahan langsung pada staf pengajar dan karyawan sekolah dalam proses belajar mengajar. Karyawan di MTs Al-Furqon terdiri dari 25 orang
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
41
guru dan tenaga Administrasi dimana lebih dari 60% adalah berpendidikan sarjana. Jumlah siswa dari kelas I sampai kelas III ada 145 siswa terbagi dalam masingmasing 1 kelas yang terdiri dari rata-rata 30 siswa. Visi pendidikan yaitu membentuk pribadi muslim yang berilmu pengetahuan dan berakhlakul karimah dengan Misinya adalah memberdayakan madrasah menuju madrasah yang sehat, cerah dan selaras dengan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi. Prestasi yang pernah diraihnya antara lain : a.
Juara IV Turnamen Sepak Bola SLTP “HAORNAS CUP VIII”
b.
Juara II Volly Ball HUT RI (1990).
c.
Juara I MTQ HUT RI (1990).
d.
Juara I Tenis Meja Putra HUT RI (1991).
e.
Juara II Gerak Jalan Putri HUT RI (1991)
f.
Juara II K3 HUT RI (1994).
g.
Juara II Karnaval HUT RI (2003).
h.
Juara II Gerak Jalan Putri HUT RI (2003).
i.
Juara II Tenis Meja Putri Pordes (2004).
j.
Juara II Gerak Jalan Putri Pordes (2004).
k.
Juara III Gerak Jalan Putra HUT RI (2006).
l.
Juara III Turnamen Sepak Bola Tingkat SLTP HAORNAS CUP VIII (2007).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
42
5.2 Karakteristik Informan Informan terdiri dari siswi kelas I SLTP, orang tua murid, guru bidang studi IPA/biologi, guru bimbingan dan konseling serta guru agama. Pada siswi dilakukan FGD masing-masing 2 (dua) kelompok di SMPN 1 dan di MTs Al-Furqon. Dari 24 orang siswi tersebut berumur rata-rata 13 tahun dan ada 2 orang yang berumur 14 tahun. Semua siswi mengatakan tinggal dengan orang tuanya (tabel 5.1). Tabel 5.1 Karakteristik Informan siswa No 1.
Sudah Menstruasi
12
MTs AlFurqon (12 orang) 12
2.
Kelas 1
12
12
3.
Umur : - 13 tahun - 14 tahun
11 1
11 1
12
12
4.
Karakteristik
Tinggal Bersama Orang Tua
SMPN 1 (12 orang)
Informan ibu berjumlah 24 orang (semuanya beragama islam) dan dilakukan FGD masing-masing sekolah 2 kelompok dengan variasi umur antara 35 hingga 48 tahun. Sebagian besar berpendidikan tingkat SD 11 orang sisanya sisanya tingkat SMP 3 orang, tingkat SMA 5 orang, Diploma III 3 orang sarjana 1 orang dan tidak sekolah 1 orang. Hampir semua orang tua tidak bekerja/ ibu rumah tangga 19 orang, swasta/perusahaan 4 orang dan pegawai negeri sipil 1 orang (tabel 5.2).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
43
Tabel 5.2 Karakteristik Informan Ibu No 1.
2.
3.
Karakteristik Umur : 35 Tahun 37 Tahun 38 Tahun 40 Tahun 42 Tahun 48 Tahun Pendidikan : - Tidak Sekolah - SD - SMP - SMA - D III - S1 Pekerjaan : - Ibu Rumah Tangga - Karyawan Swasta - Pegawai Negeri Sipil
SMPN 1 (12 orang)
MTs AlFurqon (12 orang)
6 3 0 0 2 1
6 1 2 2 0 1
0 5 0 3 3 1
1 6 3 2 0 0
7 4 1
12 0 0
Guru bidang studi IPA/biologi SMPN 1 berumur 43 tahun dengan pendidikan strata 1 yang telah bertugas sebagai tenaga pendidik di SMPN 1 Kragilan selama kurang lebih 10 tahun. Di MTs Al-Furqon guru bidang studi IPA/biologi berumur 32 tahun dengan pendidikan Diploma 1 dan sedang kuliah Strata satu. Bertugas sebagai tenaga pendidik di MTs Al-Furqon Kragilan selama kurang lebih dari 10 tahun. Guru agama di SMPN 1 dan MTs Al-Furqon sama-sama berumur 40 tahun, sudah menempuh strata I dan telah bertugas sebagai tenaga pendidik masing-masing selama kurang lebih 15 tahun. Guru bimbingan dan konseling SMPN 1 berumur 45 tahun dengan pendidikan strata 1 yang telah bertugas sebagai tenaga pendidik di SMPN 1 Kragilan selama kurang lebih 15 tahun. Di MTs Al-Furqon guru bimbingan dan konseling berumur 38 tahun dengan pendidikan strata 1, bertugas sebagai tenaga
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
44
pendidik di MTs Al-Furqon Kragilan selama kurang lebih dari 10 tahun seperti terlihat dalam tabel 5.3 Tabel 5.3 Karakteristik Informan Guru N o 1
Nama
Jabatan
SMPN I
A
2
SMPN I
3 4 5 6
Institusi
Umur
JK
Pendidikan
43
L
S1
B
Guru IPA/Biologi Guru Agama
Lama Bekerja 10 tahun
40
L
S1
15 tahun
SMPN I
C
Guru BK
45
L
S1
15 tahun
MTS AL-FURQON MTS AL-FURQON MTS AL-FURQON
D
32
P
D1 sdg S1
10 tahun
E
Guru IPA/Biologi Guru Agama
40
P
S1
15 tahun
F
Guru BK
38
P
S1
10 tahun
Untuk kutipan dari jawaban siswi dan ibu peserta FGD telah dilakukan pengkodean yaitu : 1)
Siswi yang di FGD kelompok 1 SMPN 1 = kode 1.1
2)
Siswi yang di FGD kelompok II SMPN 1 = kode 1.2
3)
Siswi yang di FGD kelompok 1 MTs Al-Furqon = 1.3
4)
Siswi yang di FGD kelompok II MTs Al-Furqon = 1.4
5)
Ibu yang di FGD kelompok 1 SMPN 1 = 2.1
6)
Ibu yang di FGD kelompok II SMPN 1 = 2.2
7)
Ibu yang di FGD kelompok 1 MTs Al-Furqon = 2.3
8)
Ibu yang di FGD kelompok II MTs Al-Furqon = 2.4
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
45
5.3 Pengetahuan Siswi Tentang Menstruasi : Seluruh siswi mengetahui tentang menstruasi tetapi hanya sedikit yang menyebutkan pengertian dari menstruasi yaitu keluarnya cairan berupa darah dari lubang vagina setiap satu bulan sekali. Siswi tidak dapat menyebutkan organ reproduksi, hanya sedikit saja yang menyebutkan vagina sebagai organ reproduksi yang berfungsi untuk keluarnya cairan darah menstruasi dan keluarnya bayi, siswi menyebutkan lamanya menstruasi antara 5-7 hari. Sedikit sekali siswi yang menyebutkan adanya perubahan fisik yang terjadi seperti tumbuhnya payudara, pinggul membesar, timbul bulu-bulu pada ketiak dan mons veneris serta mengalami menstruasi. Perubahan emosi yang terjadi adanya rasa cemas dan malu waktu pertama kali menstruasi karena masih kecil sudah menstruasi, adanya rasa ketakutan darah tembus dicelana atau rok, takut ditertawakan anak laki-laki, timbul rasa ingin marah tanpa sebab. Selain perubahan fisik dan emosi ada perasaan lemas dan gangguan pada tubuh seperti sakit perut, sakit pinggang, mual-mual, kepala pusing dan badan terasa pegal-pegal. “Ga tau tentang organ reproduksi, kalo menstruasi tau yaitu kotoran yang keluar dari vagina lamanya 4-8 hari. Perubahan fisik yaitu tumbuh payudara, badan membesar, tumbuh bulu diketiak dan di vagina, perubahan emosi cemas dan malu waktu pertama kali mens, takut tembus, takut diketawain temen diejekin anak laki-laki,
suka marah-marah kalo mens, selain itu
merasa lemes, perut juga sakit, pinggang sakit dan mual-mual, badan pegelpegel, kepala pusing sebelum mens”.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
46
5.4 Perilaku Siswi Tentang Menstruasi : Sebagian dari siswi mengatakan persiapan menjelang menstruasi yaitu menyediakan pembalut, yang lainnya mengatakan kadang-kadang menyimpan pembalut untuk persiapan dan kadang tidak mempersiapkan pembalut. Seluruh siswi mengatakan mencari informasi pada ibu atau kakak perempuan tentang perawatan kebersihan diri seperti cara memakai pembalut dan berapa kali mengganti pembalut. Siswi juga bertanya pada guru agama tentang larangan-larangan selama menstruasi seperti tidak boleh menggunting kuku selama menstruasi, tidak boleh menunaikan ibadah sholat dan membaca Al-Qur’an atau mengaji, tidak boleh menyisir rambut takut rambut rontok dan kalau ternyata sudah terlanjur rontok harus diambil dan dikumpulkan, tidak boleh memotong rambut. Guru agama juga mengajarkan doa-doa yang harus dibaca setelah menstruasi. Ketika mengalami menstruasi siswi mengatakan memakai pembalut 2-4 kali sehari dan selama menstruasi siswi tidak pernah mengganti pembalut di toilet sekolah walaupun sedang banyak-banyaknya darah yang keluar karena risih takut ketahuan anak laki-laki. Selain perilaku pada siswi, orang tuapun melakukan ritual keagamaan yaitu selamatan bagi siswi yang baru mengalami menstruasi pertama kali. Selamatan itu berupa menyediakan nasi ketan kuning atau yang disebut punar dan makanan kecil lainnya sampai tujuh jenis seperti punar, klepon, emping, roti, risoles (gorengan), jeruk, air mineral gelas dengan tujuan agar anak diselamatkan dari bahaya dan hal-hal negatif yang tidak diinginkan orang tua, keluarga dan masyarakat seperti kehamilan diluar nikah dan lain sebagainya.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
47
“persiapannya menyediakan pembalut, tau dari ibu dan teteh kalo haid pake pembalut. Pada guru agama juga bertanya tentang tata cara dan doa-doa mandi setelah menstruasi dan larangan-larangan selama menstruasi seperti jangan gunting kuku, gunting rambut, jangan shalat atau mengaji, jangan nyisir rambut takut rontok. Cara pake pembalut dikasih tau ibu, ganti pembalut 2-4 kali. harus lebih sering membersihkan vagina kalo lagi mens, cara membersihkan yang baik ga tau, seperti biasa aja, pada waktu pertama kali mens, ibu selametan pake punar atau nasi kuning dan makanan kecil lainnya ”.
5.5 Hal-hal yang Berhubungan dengan Menstruasi 5.5.1 Peran Orang Tua/Ibu : 5.5.1.1 Saran atau Nasehat/Informasi yang Diberikan Orang Tua/Ibu Sebelum Anak Mendapat Menstruasi. Sebagian siswi mengatakan orang tua yaitu ibu memberikan saran-saran atau nasehat sebelum menstruasi yang kebanyakan masih sekitar nasehat keagamaan seperti jangan shalat kalau nanti dapat menstruasi. Sebagian siswi yang lain mengatakan orang tua/ibunya tidak memberikan nasehat/saran apa-apa sebelum menstruasi. Sementara sebagian besar siswi MTs Al-Furqon mengatakan orang tua yaitu ibu tidak memberikan saran-saran atau nasehat sebelum menstruasi, hanya sebagian kecil siswi yang diberikan nasehat atau saran sebelum menstruasi. “ibu kasih tahu kalo nanti mens jangan melakukan ibadah sholat karena sedang keluar darah kotor, sebelum mens harus tau tata cara dan doa mandi, juga kasih tau larangan-larangan selama mens. kalo udah mens jangan dekat-dekat ama cowo takut kagol, juga dikasih tau cara-cara/doa mens dan kebersihan diri seperti mengganti pembalut harus rajin”. “Tidak ada nasehat yang diberikan ibu sebelum mens” (1.4).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
48
Seluruh ibu dari siswi SMPN 1 mengatakan bahwa mereka memberikan informasi atau saran pada anaknya sebelum anak mendapatkan menstruasi seluruh ibu dari siswi MTs Al-Furqon mengatakan bahwa mereka tidak memberikan saran atau nasehat apapun pada anaknya sebelum terjadi menstruasi. ”Setiap manusia akan ada perubahan, ada puber, ada menstruasi karena sudah wajar bagi wanita”(2.1). ”Kita harus menjaga diri, jangan makan sembarangan biar menstruasi tidak ada keluhan seperti jangan jajan makanan sembarangan takut sakit perut selama menstruasi”(2.2). ”tidak memberi informasi atau menasehati sebelum anak mendapatkan menstruasi” (2.3 & 2.4)
5.5.1.2 Saran atau Nasehat/Informasi yang Diberikan Orang Tua/Ibu Ketika Anak Mendapat Menstruasi Pertama Kali. Seluruh siswi mengatakan bahwa yang dilakukan ibu ketika anak mendapat menstruasi pertama yaitu memberikan saran atau nasehat berdasarkan keagamaan seperti jangan gunting kuku, boleh menyisir rambut tapi kalau ada rambut yang rontok harus disimpan, jangan potong rambut, mengajarkan doa-doa mandi setelah menstruasi, menyediakan atau membeli pembalut, memberitahukan cara-cara memakai dan mengganti pembalut. Hampir seluruh ibu mengadakan ritual keagamaan yaitu selamatan ketika anak mendapat menstruasi pertama yang berupa nasi ketan kuning yang disebut punar dan bermacam-macam makanan kecil lainnya sampai terdapat tujuh jenis makanan dengan tujuan agar anak selamat sampai dewasa dan dijauhkan dari segala bahaya. Selamatan ini biasanya dilakukan pada pagi hari dan makanan dibagikan
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
49
kepada tetangga pagi-pagi pada saat tetangga belum banyak yang bangun karena anak merasa malu kalau sampai banyak orang yang mengetahui tentang menstruasinya. Sebagian ibu ada yang memberi jamu yaitu kunyit untuk diminum oleh anaknya dengan kegunaan agar darah yang keluar tidak berbau. Ada yang memberi kiranti agar darah yang keluar lancar, ada yang memberi feminax karena anak mengeluh sakit pinggang, ada yang memberi mylanta karena anak mengeluh kembung dll. “waktu mens hari pertama ibu mencarikan pembalut dan harus ganti 2-3 kali sehari. Ibu juga selamatan nasi kuning dan dibagi-bagikan ke tetangga pagipagi pada saat belum banyak orang yang bangun tidur karena anak merasa malu kalo mensnya diketahui oleh orang banyak. Ibu memberitahu cara-cara memakai pembalut, memberi minum jamu yaitu kunyit yang diperas agar darah yang keluar tidak berbau amis. Ibu juga memberikan kiranti agar darah mens keluar lancar dan pinggang tidak sakit, kadang-kadang minum susu kalo mens, minum ½ sendok mylanta ketika perut perih, ya minumnya sekali aja, ibu juga bilang ga boleh minum es takut darahnya tambah banyak dan bisa tembus dicelana atau rok, ga boleh gunting kuku, ga boleh nyisir”. Sebagian besar ibu mengatakan bahwa ketika anaknya pertama kali mendapatkan menstruasi, ibu melakukan doa selamatan dan membuat makanan yang disebut punar untuk dibagikan kepada tetangga disekitar rumah. Seluruh ibu mengatakan memberikan anaknya pembalut dan mengajari cara memakai pembalut. Sebagian ibu memberikan jamu kunyit, kiranti, mylanta, susu dan feminax. ”Mencarikan dan memberikan pembalut, memberi jamu kunyit, memberi anak jamu atau obat-obatan penahan nyeri, mengadakan selamatan berupa nasi kuning dengan tujuan agar anak selamat, memberi nasehat yang bersifat keagamaan saja yang ibu tahu”
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
50
5.5.1.3 Saran atau Nasehat/Informasi yang Diberikan Orang Tua/Ibu Ketika Anak Mendapat Menstruasi Berikutnya. Sebagian siswi mengatakan bahwa saran atau nasehat yang diberikan sama seperti saran atau nasehat yang diberikan pada waktu pertama kali menstruasi. Yaitu nasehat berdasarkan keagamaan seperti jangan gunting kuku, jangan nyisir rambut, jangan potong rambut, mengajarkan doa-doa mandi setelah menstruasi, harus rajin memakai dan mengganti pembalut agar tidak tembus dan terasa bersih serta nyaman. Selebihnya siswi juga mengatakan bahwa ibunya tidak memberikan nasehat apa-apa setelah anak mendapatkan menstruasi berikutnya. “nasehatnya sama seperti ketika pertama kali mens, ibu memberi nasehat dan doa-doa mandi setelah mens, rambut yang rontok dikumpulkan untuk ikut dibersihkan, jangan minum es biar darah yang keluar tidak banyak dan tidak tembus dibaju, harus rajin mengganti pembalut dan rajin minum jamu kunyit tiap pagi hari”. “ibu ga ngasih nasehat apa-apa”(1.4).
Sebagian ibu memberikan nasehat-nasehat pada saat anak mengalami menstruasi pertama kali dan sebagian besar memang masih seputar nasehat keagamaan. ”Memberi nasehat secara keagamaan seperti jangan menggunting kuku dll, membeli pembalut juga menerangkan cara pakenya biar ga nyelip lah dan memberi obat kalo anaknya minta, ya obatnya beli dari warung, kadang beli feminax, mylanta dan kiranti”.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
51
5.5.1.4 Saran atau Nasehat/Informasi yang Diberikan Orang Tua/Ibu Setelah Anak Mendapat Menstruasi. Sebagian siswi mengatakan bahwa saran atau nasehat yang diberikan ibu sama seperti saran atau nasehat yang diberikan pada waktu menstruasi. Namun ketika siswi selesai menstruasi ada semacam ritual menurut agama Islam yang dilakukan pada wanita setelah selesai menstruasi yaitu “mandi bebersih” yakni mandi yang dilakukan seorang wanita yang telah selesai menstruasi. Mandi ini diiringi doa-doa dan kalau ada rambut yang rontok selama menstruasi yang tadinya dikumpulkan selama menstruasi lalu rambut yang rontok tersebut dicuci bersama rambut dikepala memakai shampoo seperti biasa. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar rambut yang rontok ikut bersih setelah dimandikan dan diberi doa-doa, setelah itu rambut yang rontok tadi boleh dibuang. Sebagian siswi juga mengatakan bahwa ibunya tidak memberi nasehat apa-apa setelah siswi menstruasi karena ibu merasa nasehat/saran yang sudah diberikan pada waktu anak mengalami menstruasi yang intinya tidak jauh berbeda. “ibu ga ngasih nasehat apa-apa”(1.1) “sama seperti ketika sedang mens, ibu memberi nasehat dan doa-doa mandi setelah mens, rambut yang rontok dikumpulkan, lalu dibersihkan bersama-sama ketika sedang mandi bebersih setelah itu rambut yang rontok boleh dibuang”. Sebagian ibu memberikan nasehat/informasi kepada anaknya. Nasehat yang berupa kebersihan diri, berapa kali anak mengganti pembalut dalam sehari, ada yang memberi tahu tata cara doa mandi. ”Tidak memberikan nasehat/saran apa-apa kepada anaknya” (2.1 & 2.3). ”Memberikan nasehat secara keagamaan seperti memberi tahu pada anak doa dan mandi bebersih, nanti anak juga dapat informasi seperti ini dari sekolah bu”
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
52
5.5.1.5 Orang yang Paling Cocok dalam Memberikan Informasi Tentang Menstruasi Seluruh siswi mengatakan bahwa orang yang paling cocok dalam memberikan informasi tentang menstruasi adalah ibu karena ibu sama-sama seorang wanita dan ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak/siswi dirumah sehingga anak merasa tidak risih atau malu. Orang yang cocok ngasih informasi tentang mens ya ibu karena sama-sama wanita jadi ga risih/malu”. Menurut ibu orang yang paling cocok dalam memberikan informasi tentang menstruasi memang seharusnya ibu sebagai orang tua dan sama-sama wanita sehingga tidak sungkan tetapi dengan keterbatasan yang dimiliki oleh ibu maka hendaknya pihak sekolah dapat mewakili orang tua/ibu dalam memberikan informasi seputar menstruasi. ”yang paling cocok memberikan informasi memang seorang ibu tapi karena keterbatasan saya jadi saya minta tolong pada pihak sekolah untuk memberikan ilmu kepada siswi yang berkaitan dengan menstruasi”(2.1). ”Sekolah lebih baik dalam memberikan informasi tentang menstruasi karena itu semua diserahkan pada pihak sekolah untuk memberi informasi seputar menstruasi”
5.5.2 Peran Guru : 5.5.2.1 Informasi yang Diberikan Guru Tentang Menstruasi Dikedua sekolah tersebut didapati bahwa kurikulum antara dua sekolah berbeda pada mata ajaran IPA/biologi disebabkan karena pada SMPN 1 menggunakan kurikulum pendidikan tahun 2006 sementara di MTs Al-Furqon menggunakan
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
53
kurikulum pendidikan tahun 2004 tetapi memang sebarannya sama. Di SMPN materi tentang menstruasi dan organ reproduksi diajarkan dikelas III sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini, sementara di MTs Al-Furqon materi tersebut sudah diberikan pada kelas I. Sebagian siswi mengatakan tidak pernah diberikan materi tentang menstruasi oleh guru disekolah dan ternyata memang di SMPN 1 materi tentang menstruasi (organ reproduksi) mulai diberikan pada siswi di kelas III sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Siswi mengatakan selama ini informasi yang didapat hanya diberikan oleh guru agama itupun hanya cara-cara mandi bersih dan doanya. Larangan-larangan dalam agama Islam selama menstruasi seperti tidak boleh shalat dan lain sebagainya. Berbeda dengan pernyataan siswi SMPN 1, seluruh siswi di MTs Al-Furqon mengatakan bahwa mereka sudah diberi materi tentang menstruasi oleh guru IPA/biologi secara umum dalam pembahasan tentang jenis kelamin pria dan wanita. Guru agama juga sudah memberikan informasi tentang menstruasi tapi hanya sebatas hal-hal yang harus dilakukan ketika mendapat menstruasi. Namun dengan adanya kurikulum yang berbeda ini pengetahuan siswi tentang menstruasi dan organ reproduksi tidak terlalu berbeda jauh dari siswi yang belum diberikan materi tentang menstruasi. “guru IPA/biologi tidak memberikan materi tentang menstruasi, hanya guru agama saja” (1.1 & 1.2). “diberi materi oleh guru IPA/biologi yaitu ibu Nong Ita dikelas 1 ini semester I, tentang jenis kelamin, pake gambar-gambar organ reproduksi dan fungsinya, tapi saya sudah lupa lagi. Kalo guru agama membahas tentang tata cara mandi bersih setelah mens menurut agama Islam”(1.3 &1.4).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
54
Guru bidang studi IPA/biologi di SMPN 1 mengatakan bahwa anak kelas 1 tidak diberi materi tentang organ reproduksi tetapi anak kelas III yang diberi mata pelajaran organ reproduksi dan menstruasi sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini. ”saya tidak memberikan mata pelajaran tentang menstruasi pada kelas 1 karena berdasarkan kurikulum yang berlaku untuk saat ini, mata pelajaran itu dibahas di kelas III SMP”.
5.5.2.2 Kesesuaian/kecocokan Guru Bidang Studi yang Memberikan Informasi Tentang Menstruasi Seluruh siswi di SMPN 1 mengatakan belum diberikan materi tentang menstruasi akan tetapi siswi mengatakan bahwa seharusnya guru bidang studi yang memberi materi tentang menstruasi adalah guru IPA/biologi karena sesuai/cocok dengan materi, guru bidang studi agama Islam juga sesuai/cocok dalam memberikan materi tentang menstruasi karena berhubungan dengan larangan-larangan dan doadoa pada waktu menstruasi dalam Islam. “belum diberikan materi tentang menstruasi, tau kenapa. Tapi emang yang sesuai/cocok memberi materi ini adalah guru bidang studi IPA/biologi dan agama karena masih berkaitan dengan menstruasi” .
Menurut siswi MTs Al-Furqon bahwa guru yang memberi materi tentang menstruasi adalah guru IPA/biologi dan memang sudah sesuai dengan materi karena guru IPA/biologi membahas tentang organ reproduksi. Guru IPA/biologi dan guru bidang studi agama paling sesuai/cocok dalam memberi materi tentang menstruasi
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
55
karena keduanya masih berkaitan dengan menstruasi dan tata cara kebersihan menurut ajaran agama Islam. “guru IPA/biologi dan guru agama sudah sesuai dan paling cocok memberi materi tentang mens karena ada hubungannya dengan menstruasi baik secara umum maupun secara agama” .
Peran guru bimbingan dan konseling dikedua sekolah ini masih menangani seputar masalah-masalah umum yang terjadi disekolah saja misalnya adanya prestasi anak yang menurun, perkelahian antar siswa dan belum pernah menangani masalahmasalah seputar kesehatan reproduksi dan menstruasi. ”saya tidak memberikan bimbingan/materi mengenai menstruasi karena tidak adanya keluhan dari siswi tentang menstruasi ataupun kesehatan reproduksi secara khusus”.
5.5.3 Peran Teman Sebaya Seluruh siswi mengatakan bahwa mereka sering membicarakan menstruasi dengan temannya daripada dengan guru atau orang tuanya
karena sama-sama
mengalami hal yang baru yaitu menstruasi jadi tidak malu untuk bertanya atau minta pendapat, tetapi saran atau masukan dari teman kadang tidak ada, jadi hanya sekedar berbagi cerita saja. Teman kadang malah menambah kecemasan siswi dalam menghadapi menstruasi seperti menakut-nakuti bahwa kalau sudah mendapat menstruasi siswi bisa hamil, tetapi ada juga teman yang memberi saran atau nasehat yang memberikan ketenangan. Seluruh siswi mengatakan bahwa teman adalah orang yang paling cocok dalam memberikan informasi seputar menstruasi kepada siswi setelah ibunya.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
56
“sering sih curhat ama temen tapi kebanyakan temen tuh nakut-nakutin, katanya nanti kamu bisa hamil loh, kalo pelukan ama cowok bisa hamil. Tapi teman juga ada yang menenangkan seperti mens itu sudah dari sananya kok, setiap wanita pasti akan merasakan mens. Enak curhat ama teman ga malu, kalo ama orang lainkan malu tapi emang sih teman kadang ga bisa kasih solusi”.
5.5.4 Sumber Informasi Tentang Menstruasi Seluruh siswi mengatakan bahwa sumber informasi yang sering mereka simak adalah televisi. Mereka mendapatkan informasi tentang menstruasi dari televisi tetapi hanya sebatas tentang iklan pembalut saja. Sehinggga tidak cukup bagi siswi untuk mengetahui informasi tentang menstruasi lebih banyak lagi, siswi mengatakan mereka tidak berminat mendengarkan informasi lewat radio karena tidak ada gambarnya. Mereka juga tidak mendapatkan informasi tentang menstruasi dari bukubuku atau majalah karena tidak mampu untuk membeli buku atau majalah tersebut. Sementara diperpustakaan tidak disediakan buku-buku bacaan tentang menstruasi. “ informasi yang ada di tv cuma iklan pembalut doang jadi taunya ya cuma itu aja karena ga ada informasi lain dari tv, bosen juga sih, dengerin radio ga suka karena ga ada gambarnya, kalo buku atau majalah gak punya. Pengen sih informasi lebih banyak lagi mengenai menstruasi tapi gimana?“
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
57
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan-keterbatasan Dalam Penelitian Selama dalam pengambilan data terdapat keterbatasan-keterbatasan antara lain : a.
Tidak tersedianya ruangan yang nyaman untuk tempat pelaksanan diskusi kelompok
b.
Adanya hambatan dalam mengumpulkan informan ibu karena kesibukan rumah tangga.
c.
Keterbatasan informan ibu untuk menjawab sesuai pertanyaan karena ada sebagian yang berpendidikan SD dan malu menjawab salah
6.2 Pengetahuan tentang menstruasi Dari hasil penelitian di SMPN 1 siswi mengetahui tentang menstruasi tetapi hanya sedikit yang menyebutkan pengertian dari menstruasi tersebut. Siswi tidak dapat menyebutkan organ reproduksi hanya sedikit yang menyebutkan vagina sebagai organ reproduksi yang berfungsi untuk keluarnya cairan darah menstruasi. Menurut Buku Panduan Kesehatan Reproduksi Usia 10-14 tahun (BKKBN, 2004) pengenalan organ reproduksi wanita adalah indung telur (ovarium) saluran telur (tuba fallopii), rahim (uterus), leher rahim (cervic), saluran kemaluan (vagina) dan bibir kelamin (labia) serta fungsinya, hanya sedikit siswi yang menyebutkan adanya perubahan yang terjadi pada tubuhnya seperti tumbuhnya payudara, pinggul membesar, timbul bulu-bulu pada ketiak dan alat kemaluan (mone veneris) serta mengalami menstruasi. 57 Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
58
Dikedua sekolah tersebut didapati bahwa kurikulum antara dua sekolah berbeda pada mata ajaran IPA/biologi. Di SMPN materi tentang menstruasi dan organ reproduksi diajarkan dikelas III sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini, sementara di MTs Al-Furqon materi tersebut sudah diberikan pada kelas I. hal ini diperkuat dengan penuturab guru di SMPN 1 bahwa materi tentang organ reproduksi dan menstruasi akan diajarkan pada kelas III sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Perubahan emosi yang diketahui siswi adanya rasa cemas dan malu waktu pertama kali menstruasi karena masih kecil sudah menstruasi, adanya rasa takut darah tembus dicelana atau rok, takut ditertawakan anak laki-laki, timbul rasa ungin marah tanpa sebab. Selain perubahan fisik dan psikis ada sejenis perasaan yang menyertai seperti rasa lemas dan gangguan pada tubuh seperti sakit perut, sakit pinggang, mualmual, kepala pusing dan badan terasa pegal-pegal. Menurut
Kusumadewi
(2006)
perubahan
fisik
yang
terjadi
akan
mempengaruhi pula pada keadaan psikis, kognitif dan sosial anak. Ketidak nyamanan pada tubuh yang anak rasakan, ketidak pahaman mereka dalam menghadapi perubahan akan menimbulkan perilaku-perilaku baru seperti mudah marah, bingung dan malu. Antisipasi masalah psikis bagi remaja menurut Whardani (2006) adalah perlunya diberi pemahaman pada anak dan remaja. Orang tua dan guru menyikapi masalah ini dengan bijaksana, sebaiknya orang tua mengantisipasi akan datangnya menstruasi sedini mungkin sebelum anak mendapatkan menstruasi sehingga anak siap menghadapinya.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
59
6.3 Perilaku siswi tentang menstruasi Setengah dari siswi mengatakan persiapan menjelang menstruasi yaitu menyediakan pembalut, sebagian kecil mengatakan kadang-kadang menyimpan pembalut untuk persiapan dan sisanya mengatakan tidak mempersiapkan pembalut. Seluruh siswi mengatakan mencari informasi pada ibu tentang perawatan kebersihan diri yang masih berkaitan dengan aturan agama. Siswi juga bertanya pada guru agama tentang larangan-larangan selama menstruasi dan doa-doa yang dibaca setelah menstruasi. Ketika mendapat menstruasi siswi mengatakan memakai pembalut 2-4 kali sehari dan selama menstruasi siswi tidak pernah ganti pembalut di toilet sekolah walaupun sedang banyak-banyaknya darah yang keluar karena risih takut ketahuan anak laki-laki. Selama menstruasi siswi menuruti saran dan nasehat ibunya dan guru agama yaitu tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama seperti memotong kuku, menggunting rambut, menyisir rambut yang dikhawatirkan rambut akan rontok tanpa diketahui anak, tidak shalat dan membaca Al-Quran. Ada hal yang menarik yaitu siswi mengatakan bahwa tidak semua larangan itu dituruti karena misalnya tidak menyisir rambut selama menstruasi yang barlangsung selama satu minggu tentu rambut akan terasa tidak rapih dan gatal. Demikian juga menurut penuturan ibu bahwa tidak semua larangan itu dituruti anak hanya shalat dan membaca Al-Quran saja yang tidak dilakukan selama menstruasi tetapi ada juga anak yang masih menuruti semua larangan itu.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
60
Persiapan fisik yang dilakukan yaitu persiapan kondisi tubuh pada saat menstruasi. Ibu memberikan jamu kunyit yang telah diperas untuk diminum setiap pagi selama menstruasi dengan tujuan agar darah yang keluar tidak berbau anyir. Ada juga siswi yang minum koranti agar darah keluar lancar. Sebagian siswi ada yang minum susu pada saat menstruasi saja untuk menjaga stamina. Dua orang siswi mengatakan minum mylanta karena perut sakit dan minum feminax untuk mengurangi rasa sakit perut dan sakit pinggang. Persiapan psikis yang dilakukan untuk mengurangi rasa cemas, takut dan malu adalah dengan cara mencari informasi pada ibunya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan ibu yang mengatakan bahwa siswi bertanya seputar menstruasi dan ibu menjawab bahwa menstruasi adalah hal yang wajar yang dialami seorang wanita jadi jangan takut ataupun cemas. Setelah mengamati uraian diatas pengetahuan siswi dan perilaku siswi dalam pencarian informasi sudah cukup baik hanya belum bisa menyebutkan secara lengkap organ reproduksi beserta fungsinya.
6.4 Hal-hal yang berhubungan dengan menstruasi 6.4.1 Peran orang tua/ibu : 6.4.1.1 Saran atau nasehat/ informasi yang diberikan orang tua/ibu sebelum anak mendapat menstruasi. Dari hasil penelitian sebagian siswi mengatakan orang tua yaitu ibu memberikan saran-saran atau nasehat sebelum menstruasi yang kebanyakan masih sekitar nasehat keagamaan seperti jangan shalat kalau nanti dapat menstruasi.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
61
Tanggapan siswi mau menuruti nasehat atau saran ibunya. Sebagian siswi mengatakan orang tua/ibunya tidak memberikan nasehat/saran apa-apa sebelum menstruasi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan sebagian ibu yang merasa belum saatnya memberi nasehat sebelum anaknya menstruasi dan banyaknya kesibukan membuat ibu tidak terpikirkan untuk menasehati anaknya. Masih belum dominannya informasi dari orang tua disebabkan karena sebagian anak sungkan bertanya tentang menstruasi bahkan orang tuapun memang tidak bisa menjawab pertanyaan anaknya disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang menstruasi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Bandi, dkk (1990) yang mengatakan bahwa remaja di DKI Jakarta memperoleh pengetahuan tentang organ reproduksi dan menstruasi dari orang tua hanya 1,6%. Selain tabu membicarakan dalam keluarga juga perlu dikaji lagi pengetahuan orang tua mengenai menstruasi, organ reproduksi dan seksual.
6.4.1.2 Saran atau nasehat/ informasi yang diberikan orang tua/ibu ketika anak mendapat menstruasi pertama kali. Seluruh siswi mengatakan bahwa yang dilakukan ibu ketika anak mendapat menstruasi yaitu memberikan saran atau nasehat berdasarkan keagamaan seperti jangan gunting kuku, jangan nyisir rambut, jangan potong rambut, memberikan doadoa
mandi
setelah
menstruasi,
menyediakan
atau
membeli
pembalut,
memberitahukan cara-cara memakai pembalut. Sebagian ibu ada yang memberi jamu yaitu kunyit untuk diminum oleh anaknya dengan kegunaan agar darah yang keluar tidak berbau. Ada yang memberi kiranti agar darah yang keluar lancar, ada yang
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
62
memberi feminax karena anak mengeluh sakit pinggang, ada yang memberi Mylanta karena anak mengeluh kembung dll. Sebenarnya jamu-jamu yang diberikan pada anak boleh saja asal tidak mengandung unsur kimia, sementara pemberian Mylanta dan obat-obat lainnya sebaiknya orang tua/ibu mengkonsultasikan lebih dulu denga tenaga kesehatan agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan obat. Pada saat siswi mengatakan pada ibu bahwa siswi sudah menstruasi untuk yang pertama kalinya, yang dilakukan ibu adalah mengadakan selamatan atau semacam ritual keagamaan yang berupa nasi ketan kuning yang disebut punar dan bermacam-macam makanan kecil lainnya sampai terdapat tujuh jenis makanan seperti punar, klepon, emping, roti, gorengan, jeruk dan air mineral dengan tujuan agar anak selamat sampai dewasa dan dijauhkan dari segala bahaya. Selamatan ini biasanya dilakukan pada pagi hari dan makanan dibagikan kepada tetangga pagi-pagi pada saat tetangga belum banyak yang bangun karena anak merasa malu kalau sampai banyak orang yang mengetahui tentang menstruasinya.
6.4.1.3 Saran atau nasehat/ informasi yang diberikan orang tua/ibu anak mendapat menstruasi berikutnya. Sebagian siswi mengatakan bahwa saran atau nasehat yang diberikan sama seperti saran atau nasehat yang diberikan pada waktu menstruasi. Sebagian siswi mengatakan bahwa ibunya tidak memberi nasehat apa-apa setelah anak menstruasi. Anak juga mengatakan bahwa ibu adalah orang yang paling cocok dalam
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
63
memberikan informasi tentang menstruasi karena ibu adalah seorang wanita yang paling dekat dengan anak/siswi. Orang tua dianggap anaknya sebagai orang yang paling dipercaya dalam memberi informasi. Orang tua dapat memberikan rasa nyaman, menyembuhkan ketika sakit dan menenangkan ketika marah. Sejak bayi, dirasakan orang tua (terutama ibu) dapat diandalkan, setiap anak membutuhkan sesuatu dan ini membentuk Basic trust yaitu awal dari kapasitas anak untuk mempercayai sesuatu kepada orang lain untuk kepentingan dirinya (Indrasari, 2004).
6.4.1.4 Saran atau nasehat/ informasi yang diberikan orang tua/ibu setelah anak mendapat menstruasi Sebagian siswi mengatakan bahwa saran atau nasehat yang diberikan ibu sama seperti waktu menstruasi hanya saja ketika adak selesai menstruasi ada semacam ritual yang dilakukan oleh wanita penganut agama Islam yaitu mandi bebersih yaitu mandi yang dilakukan seorang wanita setelah selesai menstruasi. Mandi ini diiringi doa-doa dan kalau ada rambut yang rontok dicuci bersama dengan rambut yang ada dikepala memakai shampoo seperti biasa. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar rambut rontok ikut bersih setelah dimandikan dan diberi doa-doa, setelah itu rambut yang rontok tadi dibuang. Setelah selesai menstruasi siswi diperbolehkan menggunting kuku, potong dan menyisir rambut, melakukan shalat dan mengaji. Hal ini diperkuat denga penuturan guru agama bahwa memang wanita Islam melakukam ritual semacam itu denga tujuan untuk membersihkan tubuh karena menurut mereka menstruasi adalah keluarnya darah kotor dari dalam tubuh sehingga
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
64
setelah darah kotor itu keluar maka wanita tersebut sudah dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan bagi wanita dewasa sudah boleh melakukan hubungan badan dengan suaminya karena selama menstruasi suami tidak boleh melakukan hubungan intim dengan alasan karena istrinya sedang mengelaurkan darah kotor. Ada sebagian anggapan yang terjadi di masyarakat Serang bahwa apabila melakukan hubungan intim pada waktu menstruasi akan menimbulkan penyakit kelamin pada pasangan tersebut. Sebenarnya ritual ini menurut kesehatan sangat baik karena membersihkan diri dari semua kotoran ditubuh dan tidak melakukan hubungan intim pada saat menstruasi juga sangat baik untuk menanamkan pola hidup bersih dan kesabaran.
6.5 Peran guru : 6.5.1 Informasi yang diberikan guru tentang menstruasi Seluruh siswi di SMPN 1 Kragilan mengatakan tidak pernah diberikan materi tentang menstruasi oleh guru dan ternyata memang di SMPN 1 materi tentang menstruasi (organ reproduksi) diberikan pada kelas III. Hal ini diperkuat dengan penuturan guru IPA/biologi yang mengatakan bahwa untuk materi organ reproduksi dan menstruasi menurut kurikulum yang berlaku diberikan pada kelas III SMP. Siswi mengatakan informasi hanya diberikan oleh guru agama itupun hanya cara-cara mandi bersih dan doanya. Larangan-larangan dalam agama Islam selama menstruasi seperti tidak boleh shalat dan lain sebagainya. Lain halnya dengan siswi di MTs Al-Furqon mereka mengatakan bahwa mereka sudah diberi materi tentang menstruasi oleh guru IPA/biologi walaupun
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
65
masih membahas secara umum yaitu pada saat membahas materi tentangf jenis kelamin pria dan wanita. Siswi berharap dalam menyajikan materi tentang menstruasi siswi dipisah dengan anak laki-laki sehingga bisa bebas bertanya saat pelajaran berlangsung. Anak laki-laki cenderung mengolok jika ada siswi yang bertanya, meski mereka hanya sekedar bergurau tetapi jelas membuat siswi yang diejek timbul rasa malu dan tidak berani bertanya lagi. Guru IPA juga membenarkan bahwa hanya siswa saja yang antusias ketika mendengarkan materi dan tidak banyak pertanyaan yang muncul dari siswi karena masih malu. Meskipun begitu guru merasa belum mampu mengembangkan pengajaran materi menstruasi pada siswi karena selain fasilitas yang terbatas juga waktu untuk memberikan dan menambah diluar jam pelajaran sekolah tidak ada. Alasan lain adalah rasa sungkan dan risih saat menerangkan dan menyebutkan organ reproduksi karena tidak biasa terucapkan dan siswa mwnanggapinya dengan tertawatawa sehingga membuat gaduh suasana. Peran guru bimbingan dan konseling dikedua sekolah ini masih menangani seputar masalah-masalah umum yang terjadi disekolah saja misalnya adanya prestasi anak yang menurun, perkelahian antar siswa dan belum pernah menangani masalahmasalah seputar kesehatan reproduksi dan menstruasi.
6.5.2 Guru bidang studi yang memberikan informasi tentang menstruasi Seluruh siswi di SMPN 1 mengatakan belum diberikan materi tentang menstruasi karena materi ini diberikan pada kelas III akan tetapi siswi mengatakan
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
66
bahwa guru bidang studi yang memberi materi tentang menstruasi adalah guru IPA/biologi karena sesuai dengan materi, juga guru agama cocok dalam memberikan materi ini karena berhubungan dengan larangan-larangan dan doa-doa pada waktu menstruasi. Hal ini dikatakan juga oleh siswi MTs Al-Furqon bahwa guru yang memberi materi tentang menstruasi adalah guru IPA/biologi dan memang sudah sesuai dengan materi karena guru IPA/biologi membahas tentang organ reproduksi. Guru IPA/biologi dan guru bidang studi agama paling cocok dalam memberi materi ini karena keduanya masih berkaitan dengan menstruasi dan tata cara kebersihan menurut ajaran agama islam. Sekolah selain memberikan mata ajar juga dihimbau untuk menyediakan waktu tertentu seperti mengisi muatan lokal (mulok) untuk memberi materi tentang kesehatan reproduksi khususnya menstruasi pada siswi karena menstruasi adalah masa awal seorang remaja puteri memasuki kehidupan reproduksinya artinya bahwa apapun masalah yang terjadi dikemudian hari seperti kehamilan remaja, pengguguran kandungan (aborsi) dan kematian remaja akibat aborsi semua berawal dari proses reproduksi yaitu menstruasi. Apabila orang tua dan guru dapat memberikan informasi yang baik dan benar yang berkaitan dengan menstruasi diharapkan masalah-masalah tersebut diatas dapat dicegah sebelum terlambat (Bandi, 2004).
6.6 Peran teman sebaya Seluruh siswi mengatakan bahwa mereka sering membicarakan menstruasi dengan temannya daripada dengan guru atau orang tuanya tetapi saran atau masukan
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
67
dari mereka tidak ada malah menambah kecemasan siswi tetapi ada pula saran atau nasehat dari teman yang memberikan ketenangan. Teman adalah orang yang cocok dalam memberikan informasi seputar menstruasi setelah ibunya. Sudah umum diketahui bahwa anak memiliki kecenderungan yang kuat untuk berada diantara teman sebayanya di luar rumah, mereka akan berkelompok dan akan merasa aman dalam kelompok tersebut. Dalam berbicara atau berkata-kata, minat, keterampilan, bersikap dan berperilaku lebih besar dipengaruhi oleh kelompok teman sebaya. Mereka akan merasa diterima oleh kelompok apabila memiliki kesamaan sikap dan perilaku, baik yang mengikut norma maupun yang menyimpang tanpa berfikir akibat yang akan terjadi pada dirinya maupun dampak terhadap keluarganya (Hurlock,1994)
6.7 Sumber informasi tentang menstruasi Seluruh siswi mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi tentang menstruasi dari televisi tetapi hanya iklan pembalut saja. Sehinggga tidak cukup bagi siswi untuk mengetahui informasi tentang menstruasi lebih banyak lagi. Media adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator baik melalui media cetak dan elektronik sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuan yang diharapkan nantinya ada perubahan perilaku positif (Notoatmodjo, 2005). Untuk saat ini media belum mampu memberikan tayangan yang mendidik pada masyarakat terutama kesehatan teproduksi dan menstruasi.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
68
Semua berharap bahwa televisi jangan terlalu banyak menayangkan ceritacerita atau sinetron karena sebagai media yang ditonton oleh seluruh lapisan masyarakat seharusnya televisi dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi pendidikan kesehatan anak dan remaja terutama tentang menstruasi dimana sesi penayangannya bisa disponsori oleh produk pembalut wanita.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
69
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan a.
Pengetahuan siswi SMPN 1 dan MTs Al-Furqon tentang menstruasi sudah baik meski pengenalan terhadap organ reproduksi belum dapat menyebutkan dengan lengkap dan tepat. Siswi juga dapat menyebutkan perubahan fisik dan psikisnya dengan baik dan dapat mengatasi perubahan yang terjadi dengan tenang setelah diberi nasehat atau saran dan informasi dari ibu.
b.
Perilaku siswi di SMPN 1 dan MTs Al-Furqon tentang menstruasi sudah baik dimana siswi sudah memakai pembalut ketika sedang menstruasi, kebersihan diri dengan mengganti pembalut menunjukkan kebiasaan positif yang berdampak baik bagi kesehatan reproduksinya.
c.
Adanya perbedaan kurikulum tidak dapat membedakan secara berarti pengetahuan siswi tentang menstruasi antara dua sekolah tersebut, seharusnya ada perbedaan antara siswi yang sudah mendapat materi dengan yang belum mendapatkan materi tentang organ reproduksi terutama menstruasi.
d.
Peran orang tua/ibu, teman sebaya dan guru belum sepenuhnya mendapat posisi sebagai sumber rujukan dalam mendapatkan informasi tentang menstruasi yang benar dan nyaman bagi anak.
e.
Sumber informasi yaitu media cetak seperti majalah dan buku-buku kesehatan khususnya yang membahas tentang menstruasi belum sepenuhnya dapat terjangkau oleh masyarakat awam di Kecamatan Kragilan sementara itu media cetak yaitu televisi hanya menayangkan iklan pembalut saja. 69 Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
70
7.2 Saran 7.2.1 Bagi Orang Tua/Ibu a.
Orang tua perlu menambah, memperluas pengetahuan seperti mengikuti pengajian, membentuk kelompok bacaan atau forum pengajian/ Badan Kesehatan Remaja (BKR) dan mengisinya dengan informasi seputar menstruasi, memberikan informasi tentang menstruasi sejak sebelum anak mendapatkan menstruasi secara bertahap melalui komunikasi yang terbuka dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga pengetahuan dan perilaku anak saat mengalami menstruasi menunjukkan hal yang positif.
b.
Orang tua sebaiknya bertanya tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan setempat agar tidak salah dalam memberikan obat-obatan kepada anaknya yang sedang mengalami keluhan-keluhan selama menstruasi.
c.
Orang tua perlu memberikan pengarahan, nasehat atau saran dari segi kesehatan reproduksi terutama menstruasi kepada anak bukan hanya nasehat keagamaan saja dengan tujuan agar anak dapat menghadapi menstruasi dengan tenang tanpa kecemasan, rasa malu dan ketakutan.
7.2.2 Bagi Sekolah a.
Pengembangan metode dan materi tentang menstruasi perlu ditingkatkan lagi oleh guru bidang studi IPA/biologi agar adanya variasi dan peningkatan penyerapan materi tentang menstruasi pada siswi (penyediaan sarana alat peraga, buku-buku).
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
71
b.
Kurikulum tentang menstruasi dan organ reproduksi seharusnya diberikan serentak di sekolah menengah pertama tanpa memandang status sekolah swasta ataupun negeri. Sebaiknya materi tentang menstruasi diberikan sedini mungkin pada siswi sehingga siswi mempunyai bekal pengetahuan dalam menghadapi menstruasi yang akan datang dalam bentuk mata pelajaran ataupun pada mata pelajaran tambahan seperti muatan lokal (mulok).
c.
Sekolah sebaiknya meningkatkan pemberdayaan guru bimbingan dan konseling untuk lebih aktif lagi dalam menangani hal seputar kesehatan reproduksi khususnya menstruasi dan bukan hanya menangani masalah umum saja yang biasa terjadi di sekolah.
d.
Perlu adanya kerjasama dengan dinas kesehatan untuk memberi materi atau mata pelajaran tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang terutama membahas tentang menstruasi.
7.2.3 Bagi Dinas Kesehatan a.
Perlunya dibentuk wadah konseling yang khusus menangani masalah kesehatan terutama menstruasi bagi remaja. Wadah ini dibentuk dipuskesmas sebagai unit pelayanan terkecil dan terdekat dengan masyarakat dan ditangani oleh tenaga konseling kesehatan yaitu Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (PIKRR).
b.
Perlu adanya kerjasama antara puskesmas terdekat atau dinas kesehatan dengan sekolah-sekolah mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi untuk menyampaikan materi tentang menstruasi.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
72
c.
Perlu diberdayakan lagi program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang sudah ada di dinas kesehatan untuk menjangkau sekolah-sekolah sekabupaten Serang dan memberikan materi tentang menstruasi pada siswi sedini mungkin.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
73
DAFTAR PUSTAKA Affandi, dkk (1990). Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa, FKUI, Jakarta. Andriyanto, Petrus (1993). Haid: Problema Wanita Dahulu, Kini, dan Masa Depan, Arcan, Jakarta, Bandi, Ramli, dkk (1991). Laporan Penelitian Pengetahuan Sikap dan Perilaku Pemuda Mengenai Masalah Kesehatan di DKI Jakarta dan di Jogjakarta dalam: Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, Jakarta. Biro Pusat Statistik (2002). Jumlah Penduduk Usia Remaja: Berdasarkan Sensus Penduduk 2002, Biro Pusat Statistik Pusat, Jakarta. BKKBN (1997). Pedoman Penyampaian Materi Reproduksi Sehat Sejahtera Remaja Usia 11-12 tahun untuk konseling, Jakarta. BKKBN (2004). Proses Belajar Aktif Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta. BKKBN (2005). Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta. Blum, Henrick L (1981). Planning For Health, Generics for the Eighties, second Edition, Human Scienace Press Inc, New York. Braam, Wiebe & Laemhuis, A, (1980). 100 Pertanyaan mengenai Haid, diterjemahkan oleh Sri Moersadik, Sinar Harapan, Jakarta. -------- (2005). Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi, Diakses 6 Januari 2007; http://hqweb01.bkkbn.go.id. -------- (2003). Peran Orang Tua dalam Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses 15 Desember 2004; http://www.bkkbn.go.id. -------- (2006). Program Penundaan Usia Perkawinan (PUP). Diakses 26 Mei 2008; http://www.bkkbn.go.id. -------- (2003). Tentang Kesehatan Remaja. Diakses 24 Desember 2004; http://www.depkes.go.id. Darmawati, Ira (2002). Pengetahuan dan Persepsi Mengenai serta Hygiene Menstruasi pada Siswa SDN Jaka Setia III, Bekasi, Tesis, FKM UI, Depok. Depkes RI, 1991. Kumpulan Makalah Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta. 73
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
74
Derek, L & Johannes, M.D, (1989). Ginekologi dan Kesehatan Wanita, diterjemahkan oleh Kartono Muhammad, Gaya favorit Press, Jakarta. Feinmann, Jane (2006). Segala Hal Yang Perlu Diketahui Tentang Menstruasi, PT Primamedia Pustaka, Jakarta. Green, Lawrence, 1980. Health Educational Planning, a Diagnostic approach, Mayfield Publishing Company, California. Hadi EN (2005). Aplikasi Penelitian Kualitatif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular. FKM dan Depkes RI, Jakarta. Karkata M D (1991). Pertumbuhan dan Perkembangan Anatomi dan Fisiologi Remaja dalam Kumpulan Materi Kesehatan Reproduksi, Depkes RI, Jakarta. Knoers FJ Monks (2004). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai bagiannya. Gadjah Mada University Press, Jogjakarta Laswel (1972). Model Komunikasi dalam Arifin. Strategi Komunikasi. Penerbit Armico, Bandung. Kusumadewi (2006). Pubertas Pada Remaja Dengan Kebutuhan Khusus, Modelus, Jakarta. Lembaga Demografi FE UI (1999). Need Assesment Kesehatan Reproduksi Remaja Bekerjasama dengan BKKBN, Bank Dunia, Suriado Utama, Jakarta. Makarao, R, (1997). Analisis Pengetahuan dan Sikap tentang Kesehatan Reproduksi Kelas 3 SMPN di Cianjur Kota. Tesis Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Moleong L (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. Muhadjir, Noeng (1996). Metode Penelitian Kualitatif. PT. Rake Sarasin, Jogjakarta. Muliyanti, Yuli (2001). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktek Pemeliharaan Kesehatan Menstruasi pada Remaja Putri. Suatu Studi Kasus pada Siswi Kelas 1 SLTPN I Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat. Nirwanawati, Ati, (1991). Skripsi Studi tentang Pengetahuan Haid pada Anak Wanita SDN kelas IV, V, VI di SDN Cipinang Besar Selatan 03 Pagi dan SDN Cipinang Besar Utara 02 siang tahun 1991. Notoatmodjo, S (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008
75
Parker S (2005). Pengetahuan Tubuhmu Reproduksi dan Pertumbuhan. Mandiri Jaya Abadi, Jakarta. Prawirohardjo, S (1995). Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. Rejaningsih, Wanti (2004). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Puteri Kelas II terhadap Praktek Pemeliharaan Kebersihan Menstruasi di Madrasah Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta, Skripsi, FKM UI, Depok. Ranuh IGN (1988). Ilmu Kesehatan Anak. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Rudi, S (1991). Kesehatan Jiwa Remaja dalam Kumpulan Materi KRR. Depkes RI, Jakarta. Saadah, Fitorus (1999). Tingkat Pengetahuan dan Persepsi tentang Haid/Menstruasi serta Perilaku Hygiene Menstruasi pada Pelajar Kelas II SLTPN I Bogor, Skripsi, FKM UI, Depok. Soetjiningsih (2004). Perkembangan Remaja dan Permasalahannya, Sagung Seto, Jakarta. Surya (2006). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja, BKKBN, Jakarta. WHO, 1992. Pendidikan Kesehatan, Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar, Diterjemahkan oleh Ida Bagus Tjitarsa, ITB dan Universitas Udayana, Bandung. Wisnuwardhani & Mutiarawati, F (1998). Studi Higienis Menstruasi dan Infeksi Alat Reproduksi di RS Tangerang dan RS Subang tahun 1998.
Studi kualitatif..., MArfu'ah, FKM UI, 2008