UNIVERSITAS INDONESIA MEDIA DAN IMPERIALISME BUDAYA (STUDI PADA SUBKULTUR PENGGEMAR K-POPDI INDONESIA)
DISERTASI
Desideria Lumongga Dwihadiah 1106045973
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM PASCASARJANA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI JAKARTA JULI 2015
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Desideria Lumongga Dwihadiah : Ilmu Komunikasi : Media dan Imperialisme Budaya (Studi pada Subkultur Penggemar K-Pop di Indonesia) (XIV, 1halaman, lampiran)
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan Imperialisme Budaya Korea yang dilakukan melalui Media pada Sub Kultur Penggemar K-Pop di Indonesia serta mengungkapkan adanya Dominasi Budaya Korea di Indonesia serta bentuk-bentuk dominasinya, mengetahui Sub Kultur Fandom K-Pop di Indonesia serta menjabarkan media sosial sebagai saluran hegemoni Imperialisme Budaya Korea di Indonesia. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir yang berangkat dari Teori Imperialisme Budaya dan dihubungkan dengan konsep Fandom sebagai sebuah sub kultur. Paradigma dalam penelitian adalah critical constructivist dan merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui in depth interview, observasi serta studi literatur untuk sumber-sumber sekunder. Informan penelitian berjumlah lima orang yang semuanya merupakan penggemar K-Pop. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Hegemoni Budaya Korea di Indonesia dilakukan dengan menggunakan media sosial dan web site sebagai alat utama. Media sosial dan web site-web site khusus penggemar sudah akrab di kalangan anak muda di Indonesia. Bentuk-bentuk imperialisme budaya Korea pada sub kultur penggemar terbentuk melalui sebuah proses yang disebut Proses Fandomisasi. Proses Fandomisasi dimulai dari level individu, kelompok lalu masyarakat, diawali dengan Idol Recognition, Emotion Building, Text Collection, Sub Culture Engagement lalu terakhir Sub Culture Emergence. Bentuk-bentuk Imperialisme Budaya Korea pada penggemar menyentuh tiga aspek : artefak, shared meaning dan social behavior, di mana di dalamnya terjadi adaptasi terhadap imperialisme budaya (adjusted cultural imperialism). Kata kunci: Imperialisme, Budaya, Media, Sosial, Fandom, K-Pop, Sub Kultur
iv Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
ABSTRACT Name Study Program Tittle
: Desideria Lumongga Dwihadiah : Communication Studies : Media and Cultural Imperialism (Study on Fans Subculture in Indonesia) (XIV, 160 halaman, lampiran)
This research aims to reveal the Korean Cultural Imperialism conducted through media on Sub Culture K-Pop Fans in Indonesia as well as revealing the dominance of Korean Culture in Indonesia as well as other forms of domination, knowing Sub K-Pop fandom culture in Indonesia as well as social media describe as Korean Cultural Imperialism hegemony channel in Indonesia. This study uses a framework that departs from Cultural Imperialism Theory and linked with the concept of fandom as a sub-culture. Paradigm used in this research is critical constructivist and a descriptive qualitative research. Data collection techniques used were through in-depth interviews, observation and study of literature for secondary sources. Informants for this research are five people who are fans of K-Pop. The result shows that the Korean Cultural Hegemony in Indonesia is done by spreading through the media especially social media and web sites. The greatest role of social media spread is already familiar among young people. And the forms of Korean Cultural Imperialism can be seen through a process called Fandomization. The process of Fandomization start from the level of individual, group and society. Fandomization process start with Idol Recognition, Emotion Building, Text Collection, Sub Culture Engagement and Sub Culture Emergence. The forms of Cultural Imperialism can be seen in three aspects: artefacts, shared meaning and social behavior. Social media plays an important role in each stage of the process. Keywords: Imperialism, Culture, Fans, Social, Media, Fandom, K-Pop, Sub Culture
v Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur dan pujian yang terdalam saya naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang atas perkenananNya maka disertasi ini akhirnya dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih dan penghargaan terdalam saya haturkan kepada : 1. Prof. Dr. Ilya Revianti S. Sunarwinadi,M.Si selaku promotor yang telah membimbing dengan penuh kesabaran selama ini dalam proses penyusunan hingga penyelesaian disertasi ini. 2. Prof. Dr. Billy K Sarwono,MA selaku Ko-promotor dan Pembimbing Akademik yang telah membimbing dengan penuh kesabaran selama ini 3. Dr. Pinckey Triputra,M.Sc selaku Ko-promotor yang telah membimbing dan mengajar selama ini. Terima kasih atas kepercayaannya sejak awal menginjakkan kaki di Salemba sebagai mahasiswa S2 angkatan pertama Manajemen Komunikasi danmenerima kembali dengan terbuka untuk program doktoral dalam usia yang sudah tidak muda lagi. 4. Segenap Dewan Sidang yang terhormat: Dr. Arie Setiabudi Soesilo,M.Sc selaku Ketua Sidang, Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja,Ph.D; Prof. Deddy Mulyana, Ph.D; Prof. Aloys Agus Nugroho,Ph.D; Dr. Arintowati H. Handoyo,MA; ibu Raphaella Dewantari D.,Ph.D, MA;Terima kasih atas masukan, kritik dan pendampingan demi penyempurnaan selama proses sidang disertasi ini. 5. Seluruh dosen Program Doktor Ilmu Komunikasi yang telah membimbing selama ini, Prof. Dr. M. Alwi Dahlan,Dr. Ishadi SK, Prof. Suryanto Puspowardojo& Dr. Ade Armando, Drs.Eduard Lukman,MA, Dr. Ir. Firman Kurniawan, Dr. Eriyanto, MA yang telah banyak membantu selama proses pembuatan disertasi ini dengan komentarnya selama ini 6. Segenap staf administrasi Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi UI, terutama Mas Mugi yang telah banyak membantu memberikan informasi utk kelancaran studi, dan para staf lainnya Mas Giri, mas Ajat, mas Agus, mbak Ayu, serta Mbak Dina, pak Barnas, pak Taram, pak Nadi. 7. Sahabat-sahabat S3 angkatan 2011 yang sudah seperti saudara sendiri bagi penulis: mbak Euis, mbak Dwi, mbak Ummi,mbak Monik,mbak Tari, mbak Susi, pak Irwan, mbak Maya,mbak Inayah, mbak Opie, kang Idi,mas Mohi serta mas Anto dan pak Bahar. Juga rekan-rekan S3 “lintas generasi” : mbak Riris, mbak Lisa, mbak Irwa, mas Edi, mbak Yanti, dan bang Priza yang senantiasa memberi dukungan dan doa selama ini. 8. Jajaran pimpinan Universitas Pelita Harapan, terutama pak Feteriadi selaku Direktur HRD dan ibu Maya yang selalu memberi semangat, serta pimpinan di lingkungan FISIP UPH: Dekan Prof. Aleksius Jemadu,Ph.D, Bpk. Lie Nathaniel Santoso,MA, Ibu Elfi Liu, MM, Dan rekan-rekan dosen : Miss Carly, Prof. Dr.Tjipta Lesmana, Prof. PaulusTangdilintin, El Chris, Magdalena, Pak Roy Rondonuwu, Dr. Emrus,bang Joy, mas Sigit, bu Susy, pak Ismanto, Amelia Liwe,Ph.D, Yosef Djakababa,Ph.D, Pak Setiawan, mbak Diana, Dr. Victor Silaen.Pendoa syafaat setia Dr.Naniek Setijadi & Dr. Benedictus Simangunsong, Roy V. Pratikno, Ph.D (Cand) dan Bu Rose Tarigan.Sahabat seperjuangan, tempat curhat &saling menyemangati jarak jauh : Rizaldi Parani,Ph.D(Cand) & Edwin Tambunan, Ph.D(Cand).Para asisten dosen Oscar, Yuki, Luna, Ira, Nadya danpara staf administrasi: Bang Kukuh, Esther, Kezia, Theresia, Ria dan bang Ade serta bang Abdul. Tidak lupa juga untuk para mantan vi Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
dosen& staf FISIP Dr.Phil. Deborah Simorangkir & Indra Khrisnamurti, ArnoldPawe dan mbak Endah. 9. Pengurus Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) yang berkenan menyediakan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Para pengurus regional dan internasional World Association of Hallyu Studies (WAHS) yang menjadi tempat saya belajar segala hal tentang Hallyu, juga kepada para informan saya yang telah bersedia mengorbankan waktu untuk saya wawancarai selama ini. 10. “Keluarga” ke dua saya, jemaat COOL Ciledug yang selalu mendoakan dan menguatkan saya selama ini : Pak Jehosua & Bu Aike, Pak Apollus & bu Fanny beserta Owen & Tius, Pak Anam & Bu Lina serta Bu Ipung, Tuhan memberkati dan membalas semua kebaikan bapak/ibu 11. Keluarga besar Ismunandar yang saya kasihi: ibu mertua saya Hj. RR. Sri Hartuti Sumarni beserta semua kakak-kakak ipar: mas Henry& mbak Sofie, mas Henny & mbak Siti, mas Wempy & mbak Tuti, mbak Elly, mbak Emmy & mas Dradjat, mas Harry & Maya beserta para keponakan& cucu keponakanyang telah memberikan doa dan support selama ini. 12. Keluarga besar Raden Mas Ngabehi Tjokrosoebianto, Keluarga besar Suwu beserta keluarga besar Maengkom 13. Kakakku tercinta Christian Daniel Rahadian Suwu & Isce Febriyanie, sertaadik-adikku terkasih:Stephanus W. Suwu & Christie Mauren T. Suwu, serta Margareth Golda Danusugondho-Suwu& Satrya Samuel Danusugondho beserta para keponakan yang lucu Carlo Alexander Rafael, Kilani G. Danusugondho & Leia C. Danusugondho, terima kasih atas dukungan dan doa kalian selama ini, love you all.. 14. Orang tuaku yang selalu mendoakan dan mengasihi tiada batas, Almh. RR.Sri Moelat Hidajati Tjokrosoebianto mami tercinta yang menanamkan mimpi yang hingga kini penulis pegang,”Biarpun perempuan tetep harussekolah yang tinggi ya nduk”…Mami sayang, ini untukmu.Penghargaan yang tulus& penuh kasih juga saya berikan untuk Papa dan Mama Albert Willem Suwu dan Margaretha Sophia Suwu Maengkom yang mengajarkan kepada saya untuk bersabar menjalani setiap tahap kehidupan dan selalu berharap hanya pada Tuhan.Ini untuk papa dan mama juga… 15. Kedua belahan hati saya yang memberikan pelajaran hidup bagi saya agar tidak pernah menyerah : Nathaniela Adinda Leksmono & Jordan Abednego Leksmono, kalian adalah hadiah terindah yang Tuhan berikan... Suami terkasih Hendra Leksmono, terima kasih tak terhingga untuk kesabaranmu mendampingiku selama ini &doa setiap hari yang kau panjatkan membuatku mampu menghadapi semuanya. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang tanpa mereka saya yakin disertasi ini tidak akan terwujud. Penulis menyadari bahwa tidak ada penelitian yang sempurna tetapi kiranya walaupun hanya sedikit disertasi ini dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan Komunikasi yang sungguh kaya warna dan ragamnya. Bagi Tuhan segala pujian, hormat dan kemuliaan… Jakarta, Juli 201
vii Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iii ABSTRAK ........................................................................................................................... iv ABSTRACT......................................................................................................................... v KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vi HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR .............. ix DAFTAR ISI ........................................................................................................................ x DAFTAR TABEL............................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1 1.2 Identifikasi Permasalahan ............................................................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................ 8 1.4Signifikansi Penelitian ..................................................................................................... 9 1.4.1 Signifikansi Akademis ................................................................................................. 9 1.4.2. Signifikansi Sosial ...................................................................................................... 9 1.5 Batasan Penelitian ......................................................................................................... 10 1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................................. 10 BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Studi-Studi Terdahulu ................................................................................................... 12 2.2 Imperialisme Budaya .................................................................................................... 28 2.2.1. Budaya dan Imperialisme Budaya ........................................................................... 28 2.3. Media dan Imperialisme Budaya ................................................................................. 33 2.4Media Sosial .................................................................................................................. 43 2.5 Cultural Studies............................................................................................................. 45 2.6Penggemar (Fans) dan Sub Kultur Penggemar (Fandom) ............................................. 48 2.7.Perkembangan Studi Penggemar (Fans) dan Fandom .................................................. 54 2.7.1.Periode/Generasi Studi Fans dan Fandom ................................................................. 55 2.8 Musik sebagai Produk Budaya Populer ....................................................................... 59 2.9. Anak Muda sebagai Penggemar Musik Pop ................................................................ 66 2.10. Korean Wave, K-Pop dan Peran Pemerintah Korea Selatan dalam Penyebaran Budaya Pop Korea ............................................................................................................. 68 2.10.1Remaja dan Anak Muda Indonesia vs Budaya Pop Korea ....................................... 72 2.11 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................................................. 74 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian .................................................................................................... 77 3.2. Metode dan Jenis Penelitian ........................................................................................ 83 3.3 Teknik Pengumpulan Data............................................................................................ 86 3.4. Observasi ..................................................................................................................... 87 3.5. Dokumentasi ................................................................................................................ 88 3.6. Informan Penelitian…………………………………………………………………..89 3.7. Teknik Analisa Data .................................................................................................... 90 ix Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
3.8. Teknik Keabsahan Data ............................................................................................... 91 3.9. Keterbatasan Penelitian................................................................................................ 93
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Informan Penelitian ...................................................................................... 94 1 Informan 1 : Han .............................................................................................................. 94 2Informan 2 : Luk ............................................................................................................... 95 3 Informan 3 : Yuk.............................................................................................................. 95 4 Informan 4 : Ut ............................................................................................................... 96 5 Informan 5 : Ni ............................................................................................................... 96 4.2 Bentuk-Bentuk Budaya Korea pada Informan ............................................................. 97 A. Nilai ............................................................................................................................. 100 B. Praktek.......................................................................................................................... 100 C. Bahasa .......................................................................................................................... 101 4.3. Imperialisme Budaya ................................................................................................. 102 A. Artefak ......................................................................................................................... 102 B. Pola Pikir ...................................................................................................................... 105 C. Tindakan ....................................................................................................................... 106 4.4 Penggunaan Media oleh Penggemar ........................................................................... 106 4.5. Penggemar dan Sub Kultur Penggemar (Fandom) ................................................... 117 A. .Penggemar................................................................................................................... 117 4.6. Ikatan antara Penggemar dan Sub Kultur .................................................................. 122 A. Perilaku Informan dalam Sub Kultur ........................................................................... 124
BAB V DISKUSI MEDIA, IMPERIALISME BUDAYA DAN SUB KULTUR PENGGEMAR 5.1. Imperialisme Budaya ................................................................................................ 125 1. Artefak ......................................................................................................................... 125 2. Shared Meaning ........................................................................................................... 126 3. Social Behavior dan Social Ties .................................................................................. 126 5.2. Proses Menjadi Penggemar ....................................................................................... 127 5.2.1. Peran Media dalam Imperialisme Budaya .............................................................. 128 5.3. Sub Kultur Penggemar: Resistensi Terhadap Pandangan Dominan ......................... 132 5.4. Kaitan Imperialisme Budaya dan Sub Kultur Penggemar ........................................ 141 BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 143 6.2. Saran ......................................................................................................................... 144 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN Transkrip Wawancara Open Coding Axial Coding Curriculum Vitae (CV) x Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu dengan Menggunakan Teori Imperialisme Budaya ......... 22 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu tentang Fans dan Fandom ................................................. 23 Tabel 3.1 Perspektif dalam Ilmu Sosial ............................................................................. 80 Tabel 3.2 Asumsi dalam Penelitian Kualitatif .................................................................... 83 Tabel 3.3 Situasi Yang Relevan untuk Strategi Penelitian yang Berbeda .......................... 84 Tabel 3.4 Tipe-Tipe Dasar Desain Studi Kasus .................................................................. 85 Tabel 4.1 Nilai-Nilai Budaya Korea Menurut Informan .................................................... 99 Tabel 4.2 Dominasi Budaya Korea pada Informan dalam Bentuk Artefak ...................... 104 Tabel 4.3 Media Sosial yang Sering Diakses Informan dan Intensitas Penggunaannya .. 110 Tabel 4.4 Aktivitas Informan di Media Sosial .................................................................. 113 Tabel 4.5 Penggunaan Media TV dan Cetak pada Informan dan Intensitas Penggunaannya ................................................................................. 117 Tabel 4.6 Awal Mula Informan menjadi Penggemar dan Kegiatan Rutinnya.................. 118 Tabel 4.7 Aktivitas Informan sebagai Karakteristik Sub Kultur Penggemar ................... 121
xi Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Cultural Imperialism ............................................................................ 42 Gambar 2.2 Kerangka Teoritis............................................................................................ 76 Gambar 2.3 Sirkuit Budaya Menurut Paul Du Gay ............................................................ 58 Gambar 4.1 Acara Reality Show “Running Man” ............................................................ 115 Gambar 4.2 Penggemar dalam Ikatan Sosial sebagai Sub Kultur .................................... 122 Gambar 5.1. Penyebaran Budaya Korea lewat Media Sosial ........................................... 141
xii Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
DAFTAR LAMPIRAN
Open Coding Informan Transkrip Wawancara Akun Media Sosial
xiii Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini yang ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi, kesempatan untuk terjadinya hubungan antar bangsa kian meningkat. Dengan bantuan perangkat teknologi komunikasi yang makin canggih siapapun dapat berinteraksi tanpa dibatasi oleh batas geografis negara. Jarak dan waktu bukan lagi menjadi masalah untuk terjadinya komunikasi karena teknologi komunikasi yang baru memungkinkan terjadinya interkoneksi antar penduduk dunia sehingga dunia menjadi seolah-olah tanpa batas. Dunia berubah ditandai dengan interkonektivitas dengan media yang canggih yang memungkinkan informasi dan berita beredar ke seluruh penjuru dunia dalam waktu yang singkat. Karena hal itu juga hubungan antar negara makin meningkat ditandai dengan meningkatnya kerja sama antar wilayah. Negara-negara makin terbuka untuk kerja sama ekonomi, politik, militer, pendidikan, sosial budaya dengan negara lain di dunia. Dunia media juga ikut berkembang sejalan dengan meningkatnya kerja sama antar negara di era globalisasi. Kantor-kantor berita dan perusahaan media internasional menyiarkan berbagai berita baik berita politik, ekonomi, sosial bahkan hiburan dengan bantuan satelit dan jaringan internet, sehingga dapat diterima dengan sangat cepat oleh audiens di berbagai penjuru dunia. Media sesungguhnya memiliki tanggung jawab yang besar dalam sebuah masyarakat, terutama dalam masyarakat modern seperti sekarang ini. Media bertanggung jawab secara luas dan tidak terbatas hanya menginformasikan berbagai berita dan informasi yang terkait dengan kepentingan masyarakat banyak, akan tetapi media juga berfungsi sebagai kontrol sosial. Sebagai control sosial yaitu media berfungsi menjadi pengamat (surveillance) yang mengawasi pelaku pemerintahan dalam menjalankan tugasnya, menjadi watchdog (Hunter dan Wassenhove, 2010; Coronel, 2009). Hal ini sudah pernah dijelaskan oleh Laswell (1948) dan Wright (1960) ketika mencetuskan lima pendekatan fungsional media massa, yaitu fungsi surveillance (pengawasan), correlation 1 Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
2
(korelasi atau menghubungkan), transmission (menyampaikan), entertainment (hiburan) dan mobilization atau menggerakkan (Infante, Rancer dan Womacki, 1993).
Media juga harus melakukan proses memilih informasi dan
menginterpretasikannya
serta
mengkritik
informasi
tersebut
sebelum
menyajikannya kepada masyarakat luas sebagai berita, dengan demikian media telah menjalankan fungsi korelasi. Media juga berperan sebagai
pemersatu/
perekat berbagai komponen masyarakat. Sebagai perekat setiap komponen masyarakat media seharusnya mampu mengetengahkan isu-isu sosial yang tengah terjadi (Straubhaar, LaRose, Davenport, 2010) dan menjadi perantara dalam menyampaikan/ mentransmisi warisan sosial suatu masyarakat baik berupa nilainilai dan norma dari generasi ke generasi (Lilis, 2014). Dengan demikian media harus merefleksikan nilai-nilai, kepercayaan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat di mana media tersebut berada. Di sinilah fungsi cultural transmission terjadi. Dalam melaksanakan fungsinya untuk menyampaikan nilai-nilai budaya masyarakat, media di Indonesia seharusnyalah menyampaikan segala hal yang menyangkut nilai-nilai maupun norma yang berlaku dalam masyarakat Indonesia. Hal ini sangat penting dilakukan terutama dalam kaitannya untuk mendidik generasi muda dalam rangka pembentukan karakter bangsa (Arismunandar, 2012). Sebagai generasi yang menjadi masa depan suatu bangsa pembinaan pada generasi muda merupakan hal yang harus dilakukan oleh seluruh masyarakat termasuk media. Artikel-artikel di media cetak atau di dunia maya serta programprogram acara TV yang beredar di Indonesia harusnya menyinggung masalahmasalah yang terjadi di tanah air dan mengetengahkan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan umumnya masyarakat dan budaya Indonesia. Akan tetapi yang terjadi tidaklah demikian, kenyataannya media-media di Indonesia terus menerus dibombardir dengan acara-acara dari luar negeri atau yang diadaptasi dari luar, artikel-artikel yang lebih banyak membicarakan tentang kehidupan yang tidak mencerminkan budaya Indonesia seperti berita tentang gossip kehidupan para artis di luar negeri. Semua itu sama sekali tidak mendidik publik Indonesia. Dekade 80an hingga 90an media-media di Indonesia sangat dipengaruhi oleh media barat terutama Amerika. Saat itu salah satu stasiun TV
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
3
swasta di tanah air menyiarkan acara-acara musik yang diperoleh langsung dari MTV Amerika. Beberapa tahun lalu Amerika sebagai negara maju di belahan dunia barat menjadi sumber utama dari berbagai berita bahkan hiburan baik film maupun musik. Audiens di luar Amerika disuguhi tayangan musik melalui jaringan stasiun TV khusus musik, MTV yang siaran di puluhan negara di dunia. Pengaruh budaya barat terutama Amerika amat kuat di negara-negara dunia ke tiga seperti Indonesia karena dominasi dari siaran hiburannya. Media-media massa di negara dunia ke tiga seperti Indonesia didominasi oleh tayangan musik-musik yang berasal dari negara barat dan audiens tidak memiliki pilihan untuk hiburan lain selain dari produk hiburan yang berasal dari budaya luar yaitu budaya barat. Stasiun-stasiun TV swasta memutar acara musik yang diisi oleh video klip para penyanyi yang kebanyakan berasal dari Amerika,film-film barat produksi Hollywood menjadi tontonan utama di berbagai bioskop di Indonesia dan akhirnya mengakibatkan industri film tanah air mati suri. Panggung-panggung konser di Indonesia juga banyak menampilkan para artis penyanyi barat. Bertahun-tahun terjadi demikian sehingga publik di Indonesia sudah terbiasa dengan produksi hiburan dari barat, terutama generasi mudanya yang menjadi konsumen dari film dan terutama musik.Akibatnya anak-anak muda ini jadi meniru gaya dan perilaku yang mereka lihat di TV dan tidak hanya itu saja, pola pikir mereka juga berubah menjadi kebarat-baratan. Mereka menjadi generasi yang ingin serba cepat dalam segala sesuatu alias instan, tidak bersedia bekerja keras, tidak menghargai proses dalam mencapai sesuatu serta tidak memiliki loyalitas dan menganggap segala permasalahan mudah diselesaikan. Generasi inilah yang sering disebut dengan generasi MTV. Anak muda dan musik sejak dulu memang memiliki hubungan khusus, Laughley (2006) menjelaskan bahwa hubungan yang khusus ini tercipta karena musik diciptakan memang untuk konsumen muda dan generasi muda menjadi penggemar fanatik dari berbagai aliran musik yang ada terutama musik pop. Setelah bertahun-tahun anak muda di Indonesia disuguhi oleh musik barat oleh berbagai media di tanah air, tetapi dalam beberapa tahun terakhir yaitu tepatnya sekitar tahun 2007 para penggemar musik pop di tanah air mulai
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
4
diperkenalkan kepada genre baru musik pop yang berasal dari Korea Selatan. Musik pop Korea Selatan ini lebih sering disebut sebagai Korean Pop atau disingkat menjadi K-Pop dengan segera menjadi populer di kalangan remaja dan anak muda di Indonesia. Media seperti TV dan radio menyiarkan berbagai lagulagu K-Pop dan tidak hanya itu media sosial seperti YouTube juga menjadi sarana bagi mereka untuk menonton berbagai video klip dari para penyanyi baik dalam format penyanyi solo atau grup. Anak muda dan remaja Indonesia mulai beralih kepada tawaran musik baru yang belum pernah didengar sebelumnya. Bahkan publik muda Indonesia ini menjadi salah satu negara yang menjadi pasar K-Pop yang paling besar dan paling cepat pertumbuhannya di dunia (Jung, 2011; Suwarna dalam Kompas, 2012).
Demam K-Pop atau Korean Fever
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keranjingan para remaja terhadap jenis musik ini. K-Pop sebenarnya merupakan bagian dari penyebaran produk-produk budaya pop Korea Selatan ke seluruh dunia yang dikenal sebagai Korean Wave atau Hallyu dalam bahasa aslinya. Penyebaran dilakukan dengan memanfaatkan media seperti televisi dan internet yaitu melalui beragam media sosial yang ada seperti YouTube, Facebook, Twitter, Instagram, Flickr, Tumblr dan beberapa lainnya. Karena Korea Selatan merupakan satu-satunya negara dari dua Korea yang menghasilkan dan menyebarkan produk budaya populer negaranya ke seluruh dunia maka untuk selanjutnya akan disebut Korea saja untuk merujuk kepada negara Korea Selatan. Indonesia yang merupakan pasar yang potensial bagi K-Pop sehingga banyak artis dan grup penyanyi Korea yang datang dan menggelar konser di tanah air. Grup penyanyi K-Pop lebih dikenal dengan sebutan boyband atau girlband. Tidak kurang belasan grup boyband/girlband serta artis tunggal Korea yang menggelar konsernya di tanah air, seperti Rain, Super Junior (Suju), Shinee, Wonder Girls, SNSD, Infinite, 2PM, Big Bang, TVXQ atau konser gabungan para artis dan grup penyanyi di bawah manajemen yang sama seperti konser SMTown dan masih banyak lagi, hanya dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun. Dalam tiap konser yang digelar, dapat dipastikan bahwa tiket masuk selalu habis dalam waktu singkat. Konser dipenuhi oleh para penggemar setia yang
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
5
jumlahnya luar biasa banyak bahkan sering kali membludak melebihi kapasitas tempat konser K-Pop, contohnya dalam konser SMTown di tanah air yang penontonnya mencapai lebih dari 50 ribu orang (Asian Star, 2012). Harga tiket konser musik yang tidak murah karena rata-rata di atas 500 ribu rupiah hingga mencapai jutaan rupiah per orang tidak mengurangi minat para penggemar untuk menonton, seperti pada konser SMTown tahun 2012 atau konser SNSD tahun 2013 (detik.com), bahkan konser K-Pop yang terakhir tahun ini di bulan Mei yang lalu, harga yang dipatok panitia sempat menjadi trending topic di media sosial, karena kelas termurah harganya mencapai 1,4 juta rupiah (sindonews.com, 2 April 2015). Media-media di Indonesia juga tidak ketinggalan menyiarkan berbagai acara dari Korea seperti menampilkan video-video klip dari para artis dan grup penyanyi K-Pop, menayangkan berbagai program reality show yang idenya didapat dari tayangan TV Korea. Selain itu bermunculan berbagai grup-grup nyanyi yang meniru grup-grup K-Pop seperti Cherry Belle, Sm*sh, JKT 48 dan beberapa lainnya. Majalah-majalah yang khusus berisi berbagai macam berita dan gosip-gosip seputar artis K-Pop juga bermunculan di tanah air seperti K-Pop Stars, Asian Stars dan sebagainya. Tidak hanya itu produk-produk lain yang berasal dari Korea juga membanjiri tanah air, seperti telpon pintar, piranti gawai (gadget), produk elektronik seperti TV dan DVD, produk makanan cepat saji, restoran Korea, produk rias wajah dan perawatan kulit serta masih banyak lagi yang menggunakan para artis K-Pop sebagai bintang iklan maupun brand endorser. Semuanya meraih pangsa pasar yang cukup signifikan di Indonesia. Produk telpon pintar keluaran Samsung dicatat oleh lembaga riset Gartner sebagai produsen ponsel pintar terbesar di dunia dengan pangsa pasar 31,7 persen di tahun 2013 (Kompas.com) dan merek tersebut tetap menduduki peringkat pertama dalam prosentase penjualan ponsel pintar di tanah air, bertahan hingga dengan penjualan mencapai 33 juta unit di semester pertama tahun ini (Solo Pos, Januari 2015). Kepopuleran ponsel pintar Samsung di Indonesia mampu menyamai kepopuleran ponsel pintar produksi Apple (Swa, 2011). Produk ini sukses mencapai angka penjualan yang cukup besar di Indonesia dengan konsumen sebagian besar adalah anak muda.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
6
Produk tat rias The Face Shop meraih pangsa pasar sebesar 30% dari keseluruhan total penjualan kosmetik impor (Ulfah, 2013). Semua itu menunjukkan keberhasilan Korea dalam mendominasi pasar Indonesia. 1.2. Identifikasi Permasalahan Media-media di Indonesia yang gencar menyiarkan dan memuat berbagai berita dan acara seputar artis K-Pop, jika hal ini bila dibiarkan terus menerus akan membawa dampak yang buruk bagi generasi muda di Indonesia, karena fungsi media sebagai cultural transmission tidak terjadi. Konten media bukan lagi Budaya Indonesia yang seharusnya menjadi concern untuk diperkenalkan kepada publik Indonesia, dalam hal ini tentu saja bagi generasi muda sebagai masa depan bangsa.
Anak muda Indonesia yang menjadi publik dari musik populer lama-
lama sudah tidak mengenal lagi budaya asli dari bangsa di mana mereka berasal. Bisa jadi lama kelamaan mereka tidak lagi mengetahui lagu-lagu ciptaan dari seniman tanah air yang terkenal di manca negara karena lebih hafal dengan lagulagu Korea. Terlebih lagi jika ditilik dari penampilan para artis K-Pop di dalam videovideo klip mereka yang mencerminkan penampilan feminin pada para artis lakilakinya, sangat berbeda dengan norma-norma yang kita kenal dalam Budaya Indonesia yang menganut budaya patriarkhi. Para artis laki-laki K-Pop menggunakan rias wajah yang menyolok, rambut dicat berwarna terang dan berpotongan lebih panjang, memakai cat kuku dan berpakaian ketat. Sangat berbeda dengan gambaran laki-laki menurut budaya asli Indonesia. Apabila media terus menerus menayangkan dan memuat gambar-gambar artis K-Pop seperti ini maka tidak tertutup kemungkinan akan ditiru oleh generasi muda di Indonesia. Sehingga mereka kehilangan jati dirinya sebagai orang Indonesia dan lebih terlihat sebagai orang Korea. Sesungguhnya K-Pop ini bukanlah semata-mata musik yang merupakan sebuah perwujuan karya seni akan tetapi menjadi alat bagi Pemerintah Korea Selatan dan institusi-institusi swasta yang mewakili produsen musik untuk mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. K-Pop diciptakan dalam pengertian sebagai sebuah produk yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dengan melihat selera pasar (Data Korean Ministry of Culture and Tourism dalam
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
7
Kim dan Kim, 2011). Nilai ekspor K-Pop berhasil meningkat terus sejak 2007 dengan rata-rata peningkatan sebanyak 80% (Williams, 2014), sebuah angka yang luar biasa bagi ekspor sebuah negara. Rupanya Ideologi Kapitalis yang kuat menjadi pendorong bagi negara ini untuk terus menerus memperbesar penyebaran produk budayanya ke luar negeri. Sudah banyak penelitian ataupun artikel yang melihat pada aspek tersebut, baik dilihat sebagai bagian dari kekuatan upaya diplomasi, strategi kebudayaan maupun dari segi ekonomi (Suryani, 2012; Iswara, 2013; Lukmananda). Namun K-Pop sebagai sebuah produk budaya populer tidak mengikuti logika tersebut. Dalam pemahaman teori industri budaya yang dicetuskan oleh Theodor Adorno, musik K-Pop bukan lagi sebuah karya seni yang diciptakan dengan cita rasa tinggi tapi dibuat layaknya sebuah industri karena berulang-ulang dan sama atau homogen (Storey, 2009). Sebenarnya industri hiburan Korea ini sudah menikmati keuntungan secara ekonomi karena mampu menduduki peringkat kesembilan di dunia dalam ranking industri hiburan dunia, tetapi rupanya pemerintahnya masih berambisi untuk meningkatkannya hingga dapat masuk dalam lima besar industri hiburan dunia (Kim & Jaffe, 2013). Sebagai sebuah hasil karya seni, musik pasti membawa pandangan dunia (worldview), ideologi dan nilai-nilai dari pembuatnya; memiliki aturan dan kodekode dari ideologi yang dominan yang bersifat membantu melestarikan status quo pembuatnya (Laughley, 2006) termasuk juga musik K-Pop, dan semua itu dengan bebas dimuat dalam media-media di tanah air serta ditayangkan dalam berbagai program acara TV di tanah air. Pandangan dunia dan ideologi serta nilai-nilai asing semuanya termuat dalam media yang menjadi saluran penyebaran musik KPop. Dengan demikian berarti Korea berusaha melestarikan kekuasaan tersebut ke bangsa-bangsa lain dan hal itu adalah sebuah hegemoni, sebagamana yang dimaksud oleh Gramsci. Menurut Gramsci konsep hegemoni merujuk pada cara kelompok dominan melalui proses kepemimpinan moral dan intelektual berupaya mencari persetujuan kelompok subordinat, dan budaya dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan hegemoni (Strinati 2007, 1998; Storey, 2009). Dengan demikian hegemoni juga dapat dikaitkan dalam hubungan antara musik dengan remaja dan anak muda melalui media, di mana musik menjadi alat
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
8
bagi kelompok dominan yaitu Korea untuk menguasai kelompok subordinat yaitu anak muda dan remaja yang menjadi tujuan. Media merupakan sumber informasi yang utama dan memberi penjelasan tentang proses sosial dan politik yang sedang terjadi dalam suatu masyarakat, karena itu media memainkan peranan kunci dalam menentukan bentuk kesadaran dan cara berekspresi dan bertindak suatu masyarakat (Murdock dan Golding, 1977). Karenanya media memiliki tanggung jawab yang sangat besar untuk menyebarkan
dan
memelihara
nilai-nilai
luhur,
praktek-praktek
sosial,
kepercayaan, serta sikap yang ada dan berlaku serta membentuk suatu masyarakat tertentu. Ini merupakan salah satu fungsi media yaitu sebagai cultural transmission. Itulah mengapa kaitan antara media dan budaya sangat erat. Jika media lebih banyak menyebarkan budaya asing yang tentunya memiliki nilai, praktek, kepercayaan serta sikap yang berbeda maka akan terjadi benturan dengan kesadaran masyarakat yang sudah terbentuk selama ini. Media tidak lagi menjadi alat bagi budaya sendiri untuk menyebarkan nilai-nilai luhurnya tetapi menjadi alat asing untuk menyebarkan pengaruhnya dengan nilainilai serta praktek dan kepercayaan yang berbeda. Dampaknya tentu saja akan terlihat pada masyarakat yang menjadi audiens dari media. Karena itu penelitian yang bertitik berat pada media sebagai alat atau agen dari sebuah budaya asing amat penting untuk diamati, baik dari segi isi maupun penggunaan medianya oleh audiens serta pada bentuk-bentuk yang menjadi wujud dari dominasi budaya asing yang terjadi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Bagaimana posisi media sebagai
agen yang mendorong timbulnya
imperialisme budaya Korea pada sub kultur penggemar K-Pop di Indonesia? Turunan atas pertanyaan utama tersebut adalah : 1. Bagaimana media bisa menjadi saluran imperialisme budaya Korea pada subkultur penggemar K-Pop di Indonesia?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
9
2. Bagaimana bentuk-bentuk Imperialisme Budaya Korea pada Sub Kultur Penggemar K-Pop Melalui Media di Indonesia?” 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk : 1. Menjabarkan posisi media sebagai saluran Imperialisme Budaya Korea di Indonesia 2. Mengungkapkan bentuk-bentuk hegemoni budaya dalam imperialisme budaya Korea yang terlihat pada Sub Kultur Penggemar di Indonesia 1.4. Signifikansi Penelitian Sebuah penelitian harus memiliki signifikansi atau manfaat dan untuk itu signifikansi penelitian ini akan dibagi dalam dua kelompok yaitu signifikansi akademis dan sosial (praktis) : 1.4.1. Signifikansi Akademis Berdasarkan penjelasan tersebut, signifikansi teoretis penelitian ini adalah: 1. Memperkaya kajian media sebagai alat imperialisme budaya 2. Memperkaya kajian tentang Imperialisne Media 3. Memperkaya kajian tentang Sub Kultur Penggemar (Fandom) Dengan keyakinan penulis bahwa media mengambil peranan penting dalam menyampaikan segala bentuk budaya asing ke Indonesia seperti film, komik, musik dan sebagainya di mana dalam hal ini yang diteliti adalah musik KPop, maka sebagai sebuah produk budaya populer, K-Pop dengan demikian menciptakan penggemar. Musik dipahami tidak hanya sebagai produk budaya atau sebagai suatu karya seni saja tetapi di dalamnya membawa pandangan dunia, nilai-nilai dan prinsip serta kepercayaan dari pembuatnya. Dalam penyebaran produk budaya ini, ada kekuasaan (power) yang tidak terlihat yang digunakan oleh negara penyebar untuk meluaskan pengaruhnya di negara tujuan 1.4.1. Signifikansi Sosial
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
10
Penelitian ini diharapkan dapat membangun kesadaran sosial masyarakat terhadap praktek-praktek hegemoni budaya asing yang disebarkan melalui media terutama media sosial dan memberdayakan masyarakat untuk mengkritisi kekuasaan media sebagai saluran imperialisme budaya.
1.5. Batasan Penelitian Penelitian ini lebih berfokus pada posisi media yang menjadi alat/ saluran imperialisme budaya pada subkultur penggemar K-Pop di Indonesia. Dalam hal ini melalui media yang digunakan terjadi praktek-praktek hegemoni budaya yang diedarkan, dipertukarkan dan dinikmati penggemar melalui teks yang ada dalam media sosial terutama. Penelitian ini ditinjau dari teori Imperialisme Budaya terutama dipandang sebagai imperialisme media dalam konteks Indonesia. Asumsi dalam penelitian ini adalah: 1. Imperialisme Budaya saat ini tidak hanya berasal dari negara maju di dunia barat tetapi juga dari negara-negara maju di Asia terutama Korea 2. Setiap individu yang menjadi penggemar memiliki keinginan dan kebutuhan untuk selalu bergabung dalam komunitas Fandom 3. Penggemar merupakan orang-orang yang memahami dan mampu menggunakan teknologi komunikasi sesuai kebutuhannya (technology savvy). 1.6. Sistematika Penulisan Bab 1 Pendahuluan Dalam bab ini yang merupakan pengantar untuk memahami masalah dan memberikan gambaran secara garis besar masalah yang akan dibahas, penulisan dibagi dalam latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika pembahasan. Dalam tujuan penelitian juga digambarkan penelitian terdahulu secara terperinci untuk memberikan penjelasan tentang state of the art.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
11
Bab 2 Tinjauan Literatur Bab ini terdiri dari tinjauan pustaka menyangkut konsep-konsep dasar dan pemikiran tentang imperialisme, budaya, budaya populer, penggemar (fans), fandom dan kajian lainnya yang digunakan untuk membangun kerangka pemikiran, serta pembahasan tentang teori Imperialisme Budaya. Bab 3 Metodologi Penelitian Bab ini berisi tentang paradigma yang digunakan dalam penelitian ini, metode yang digunakan dan teknik pengumpulan data serta metode analisis data. Bab 4 Hasil Penelitian Bab ini merupakan elaborasi (penjabaran) dari penelitian di lapangan. Data yang ditemukan di lapangan lalu diinterpretasikan dan dibagi-bagi menurut subsub pembahasan yang sudah ada dalam kerangka penelitian. Selain menyajikan data, peneliti juga akan menginterpretasikan data-data tersebut dan temuan tersebut akan dirangkum sehingga lebih mudah untuk dibaca dan dipahami. Bab 5 Diskusi Dalam bab ini akan mendiskusikan hasil dari penelitian dari sudut teoritis yang akan mengarahkan kepada kesimpulan Bab 6 Kesimpulan dan Saran Bab ini akan menyajikan kesimpulan yang merupakan intisari dari keseluruhan diskusi secara teoritis dan saran bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
12
BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi-Studi Terdahulu Dalam upaya untuk memahami permasalahan penelitian secara lebih utuh serta membangun pemikiran tentang signifikansi sebuah penelitian, maka telaah terhadap studi-studi terdahulu sangat penting untuk dilakukan. Studi-studi terdahulu dalam penelitian ini terbagi atas dua hal yaitu penelitian dengan menggunakan teori Imperialisme Budaya dan penelitian yang menelaah penggemar (fans) dan komunitasnya (fandom). Jika
dijabarkan
penelitian-penelitian
yang
menggunakan
Teori
Imperialisme Budaya antara lain penelitian Ana Windarsih tahun 2009 yang berjudul ”Pengembangan Identitas Budaya dalam Media TV Nasional Indonesia (Studi Kasus
pada PT Televisi Transformasi Indonesia/Trans
TV)” Penelitian ini adalah
tesis
bidang Ilmu Komunikasi di Universitas
Indonesia. Dalam penelitian ini Ana Windarsih berfokus kepada dilakukan oleh
stasiun
upaya yang
TV Nasional melalui siaran program lokal sebagai
caranya dalam menghadapi hegemoni Barat yang ditunjukkan dengan derasnya program –program siaran yang berasal dari luar negeri. Penelitian ini melihat adanya kemungkinan program TV lokal ini dapat merupakan perlawanan terhadap hegemoni budaya barat. Menurut peneliti, program lokal memiliki keunggulan karena adanya beberapa faktor seperti kedekatan (familiarity) dibandingkan program TV impor, dari bahasa yang digunakan dan tempat kejadian peristiwa. Penelitian ini memfokuskan pandangannya pada peta perdebatan tentang Imperialisme
Budaya, di mana Imperialisme Budaya
sebagai Imperialisme
Media, dan media menjadi alat utama yang menghasilkan kondisi imperialisme budaya.
Di bawah hegemoni
memproduksi
program
(counterhegemony).
siaran
barat di stasiun TV nasional maka mereka lokal
merupakan
upaya
perlawanan
Upaya counterhegemony dilakukan dengan menguatkan
identitas nasional sebagai upaya memberdayakan dan bertahan (resisten) dari hegemoni budaya barat.
12
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
13
Subyek penelitian dalam tesis ini adalah Trans TV sebuah stasiun televisi nasional yang terbilang baru yaitu baru berdiri tahun 2001. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan matrik pola hegemoni TV dari Paul Shoemaker. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode pengambilan data melalui in depth interview atau wawancara mendalam. Program-program di Trans TV mayoritas hasil in house production sedangkan program yang mendapatkan dari import luar negeri, hanya untuk kategori film/movie dalam program entertainment Bioskop Trans TV. Untuk mengimbangi program siaran film barat maka stasiun TV tersebut membuat program Bioskop Indonesia khusus untuk menayangkan film-film buatan negeri sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stasiun ini berupaya menjadi market challenger karena Trans TV menempatkan program-program lokal di jam-jam penting (prime time) sebagai bentuk resistensi terhadap dominasi program luar negeri di jam yang sama di berbagai stasiun TV. Selain itu program-program lokal dibuat sendiri oleh stasiun tersebut (in house) dengan sistem stripping (setiap hari) dalam rangka penguatan identitas lokal, yaitu melalui program Jelajah dan Ekstravaganza yang melibatkan penonton (live). Akan tetapi ternyata stasiun ini juga belum sepenuhnya terlepas dari imperialisme budaya barat, walaupun sesungguhya telah ada upaya untuk menempatkan produk sendiri atau inhouse lebih utama. Trans TV merupakan suatu kekuatan baru hasil interaksi modal transnasional, agensi internasional dan munculnya aktor domestik. Penelitian ini menggunakan teori imperialisme budaya akan tetapi penjelasan yang menekankan kepada teknologi belum diangkat sepenuhnya didalamnya sementara dominasi teknologi merupakan satu asumsi yang sangat penting dalam teori ini . penelitian ini juga belum menyentuh pada masalah yang krusial dalam imperialisme yaitu adanya perubahan nilai atau ideologi dari program yang dihasilkan, demikian juga penjelasan tentang identitas lokal yang ditindas juga belum terlihat secara jelas. Penelitian selanjutnya juga merupakan sebuah tesis dari Universitas Indonesia berjudul ”Imperialisme Budaya Industri Dunia Hiburan Korea di
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
14
Jakarta (Studi Terhadap Remaja-Remaja di Jakarta yang Menggemari Musik Pop Korea)” yang ditulis oleh Astuti. Dalam penelitian ini penulis menyoroti fenomena pada remaja di kota besar di Indonesia terutama di Jakarta yang memiliki kegemaran baru yaitu musik pop Korea melalui game on line dan melakukan berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan Korea seperti bergabung dalam komunitas berbasis on line (fanbase community), menonton konser dengan harga tiket yang mahal dan membeli berbagai CD penyanyi Korea. Para penggemar ini dilihat sebagai mereka yang tidak menyadari bahwa mereka telah terjebak menjadi konsumtif oleh pihakpihak yang menanamkan ideologi kapitalisme. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah ingin melihat daya tarik Korea yang menjadikan penggemarnya fanatik terhadap Korea serta bentuk budaya yang telah dikultivasi oleh penggemar sehingga menjadi kebutuhan. Penelitian ini menggunakan teori utama yaitu Kultivasi dan
Imperialisme, Teori
Teori industri budaya dari Adorno serta menyoroti
adanya
kesadaran palsu yang tercipta di kalangan penggemar musik pop Korea. Paradigma penelitian ini adalah critical constructionism dengan metode kualitatif dan jenis penelitiannya fenomenologi. Sedangkan unit analisis penelitian ini adalah individu-individu yang menjadi penggemar musik pop Korea dan memiliki pengetahuan mendalam tentang musik pop ini. Sedangkan metode pengambilan data yang digunakan adalah indepth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media massa menjadi alat utama untuk menyebarkan sebuah isu sebagaimana dalam kasus ini adalah K-Pop dan berita/ gosip seputar para artisnya, terutama melalui media internet. Dalam kaitan dengan teori dari Adorno ditemukan bahwa banyak remaja yang menggunakan media internet sebagai perekat sosial dan penggunaan media ini untuk menyamarkan batasan waktu dan tempat yang membentang. Penyebab ketertarikan para penggemar juga sama yaitu karena penampilan enerjik para artisnya dalam grup boyband/girlband. Kapitalisme industri hiburan K-Pop juga nampak pada hal-hal seperti : Album musik, Tiket konser, Aksesoris serta Bahasa dan Pariwisata Korea yang menjadi populer. Akan tetapi dalam penelitian ini para remaja yang menjadi obyek penelitian belum dapat dikatakan mewakili suatu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
15
komunitas penggemar dan belum terlihat ada penjelasan bahwa tindakan yang dilakukan oleh para remaja tersebut merupakan bentuk dari fanatisme sebagai penggemar. Selanjutnya adalah penelitian Siti Fatimah yang berjudul ” On line Shop sebagai Medium Imperialisme Struktural : Studi Analisis pada House of Korea sebagai Medium Berkembangnya Korean Wave dan Peranan dalam Mendorong Timbulnya Gaya Hidup Konsumtif pada Generasi Muda” Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah sebuah situs toko on line House of Korea yang diasumsikan dalam penelitian sebagai jembatan dalam menyebarkan budaya pop Korea. Kajian Ekonomi Politik Komunikasi digunakan untuk melihat terjadinya proses spasialisasi dalam pendistribusian produk budaya Korea ke Indonesia. Penelitian ini menggunakan perspektif teori ekonomi politik komunikasi sehingga masuk dalam kajian teori kritis. Sedangkan metode yang digunakan adalah studi kasus dengan unit analisis adalah non individu dengan metode pengumpulan data in depth interview. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs ini menjadi sangat berpengaruh dalam penyebaran Korean Wave dengan segala produk turunannya dan menjadi medium untuk terjadinya sebuah dominasi. Kedekatan secara budaya (cultural proximity) dari pemilik situs dengan budaya Korea menjadi keuntungan tersendiri. Dan dalam bisnis ini terjadilah hubungan sosial yaitu hubungan kekuasaan yang melibatkan produksi, distribusi dan konsumsi. Dan Hubungan spasialisasi yang terjadi adalah penyebaran informasi tentang budaya Korea. Penggemar menjadi sasaran/ obyek dari ideologi kapitalisme melalui gaya hidup yang disebarkan salah satunya melalui medium situs toko on line ini. Penelitian Siti Fatimah hanya berfokus pada satu hal saja yaitu pengaruh toko on line sedangkan pengaruh yang dimaksud oleh imperialisme budaya sebenarnya tidak hanya terkait pada satu media saja akan tetapi terhadap terpaan berbagai media massa pada saat yang bersamaan dengan satu obyek yang sama yaitu budaya yang berasal dari luar dan bersifat mendominasi. Sementara itu berkaitan dengan Penggemar (fans) maupun komunitas penggemar (fandom) ada penelitian dari Muqsita Salmi dari Universitas
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
16
Indonesia
berjudul ” Motivasi Penggemar dalam Menggunakan Replika
Pakaian dan Aksesori (Studi pada Penggemar Pop Korea (K-Pop) dalam Menggunakan Replika Pakaian dan Aksesori K-Pop Boyband dan Girlband)” Penelitian ini berfokus pada penggunaan Model Proses Motivasi dari Dugree, O‟Connor dan Veryzer, karena dianggap paling tepat untuk ranah perilaku konsumen sebagaimana yang diteliti dalam skripsi ini. Digambarkan bahwa motivasi berasal dari kebutuhan, keinginan dan hasrat yang belum terpenuhi sehingga menimbulkan tekanan dan dari tekanan tersebut akan menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan. Penelitian ini bergerak dari pemikiran akan adanya tingkatan kebutuhan manusia menurut Maslow dan Konsep Diri. Sedangkan pokok permasalahan yang ingin diteliti adalah proses konsumen untuk akhirnya memutuskan menggunakan pakaian dan aksesoris seperti girlband/boyband. Unit analisis dalam penelitian ini adalah para penggemar K-Pop yang berjumlah tiga orang dan metode pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview. Pendekatan atau metode dalam penelitian ini adalah metode Kualitatif, dengan paradigma Konstruktivis. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini bahwa para informan mendapatkan keputusan untuk membeli tiruan atau replika dari apa yang dikenakan oleh artis K-Pop dari kelompok rujukan (peer group), dan memanfaatkan informasi yang didapatkan dari chat group dari forum diskusi di internet. Sedangkan motivasi didapatkan sebagai hasil dari ekposure media. Penelitian ini dalam beberapa bagian dapat dijadikan sebagai titik tolak dari penelitian penulis karena adanya temuan yaitu bukti bahwa para penggemar K-Pop selalu berusaha untuk menunjukkan perbedaan melalui penanda diri. Dalam hal ini yaitu pakaian dan aksesori. Perbedaan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa mereka merupakan suatu kelompok masyarakat/ sub kultur tersendiri. Penelitian selanjutnya
merupakan tesis dari Universitas Indonesia
berjudul: ” Media dan Identitas: Cultural Imperialism Jepang melalui Cosplay (Studi terhadap Cosplayer yang Melakukan Crossdress)”
yang ditulis oleh
Ranny Rastati.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
17
Penelitian ini melihat pada para anak muda penggemar budaya pop Jepang terutama pada para penggemar Manga dan Anime. Mereka menggunakan kostum dan dandanan rambut serta wajah persis seperti para pemeran yang berasal dari ke dua produk
tersebut yang dikenal dengan sebutan Cosplay. Fenomena yang
muncul dari sini adalah banyak penggemar laki-laki yang mengenakan kostum pemeran perempuan (Crossdresser). Crossdress disebut sebagai bentuk ekspresi diri dan pendobrakan terhadap
batas-batas konvensional dalam berpakaian.
Crossdress menjadi istilah untuk para Cosplayer yang menggunakan kostum tidak sesuai denan jenis kelaminnya. Hal ini menjadi penunjuk bahwa identitas sebenarnya
dapat diubah semaunya. Setiap orang bisa memilih citra dan
konstruksi diri dengan memperluas batas peran gender maskulin dan feminin yang diperbolehkan, seksualitas yang terbuka dan ambiguitas modernis. Media massa menjadi sumber utama yang kuat untuk pembentukan identitas baru menggantikan nasionalisme , agama dan keluarga sebagai sumber identitas. Penelitian ini berfokus pada bagaimana media berperan pada Cosplayer dalam membentuk identitasnya serta identitas Cosplayer yang melakukan Crossdress. Penelitian ini menggunakan paradigma critical constructionism dengan analisa kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Dua teori yang menjadi dasar yaitu teori konflik
(paradigma kritis) dan
simbolik interaksionisme
(paradigma konstruksionis). Unit analisa penelitian ini adalah individu anggota komunitas Cosplay di Jakarta yang melakukan Crossdress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para
Informan memilih profil
Cosplay yang berbeda jenis kelaminnya karena tingkat kerumitannya yang menjadi daya tarik atau bahwa profil tersebut sesuai dengan kepribadiannya. Para informan hanya menggunakan kostum crossdress pada penyelenggaraan Festival Jepang saja, karena mereka memandang crossdress ini sebagai fashion (pola emansipatif).
Identitas Cosplayer ditunjukkan melalui pemilihan sikap tertentu
sesuai kenyamanan dirinya (pola peralihan) dan identitas tersebut sudah melekat menjadi jati diri serta ditampilkan melalui fashion dan gaya hidup sehari-hari (pola konsumtif).
Identitas para crossdresser diperoleh melalui media asing
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
18
bukan media negeri sendiri karena media lokal tidak memberi ruang untuk meliput secara mendalam tentang hal ini. Para informan juga masih konvensional dalam arti mengikuti aturan yang ada dalam masyarakat tentang cara berpakaian sesuai jenis kelamin dan sepakat bahwa crossdress bukanlah sebuah gaya hidup sehingga tidak bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Crossdresser laki-laki tidak sebanyak perempuan karena masih adanya anggapan bahwa jika laki-laki melakukannya berarti banci, aneh, dan dianggap perilaku homoseksual. Terlebih lagi tidak adanya komunitas khusus para Crossdresser di Jakarta
karena hanya ada komunitas Cosplay
biasa,serta tidak adanya dukngan media. Penelitian
dengan obyek para crossdresser
ini menekankan kepada
dukungan media sebagai sumber informasi dalam hobi para penggemar yang berlawanan dengan kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan hal ini dipandang sebagai suatu bentuk penunjukan identitas dalam sebuah imperialisme budaya yaitu budaya Jepang terhadap Indonesia. Penelitian
berikutnya adalah karya ilmiah bidang Antropologi dari
Universitas Indonesia yang dibuat oleh Pandu Wicaksana yang berjudul ”Reteritorialisasi Kelompok Penggemar Sepak Bola : Suatu Kajian tentang Reproduksi Identitas terhadap Milanisti Indonesia di Jakarta”. Penelitian ini berfokus pada para penggemar sepak bola di Indonesia khususnya para penggemar klub sepak bola asal Italia, AC Milan yang tergabung dalam klub penggemar Milanisti.
Dalam penelitian ini para anggota klub
penggemar ini disamakan dengan kelompok identitas etnik modern. Lokasi spasial klub penggemar sepak bola ini dapat menentukan produksi kelokalan yang ditampilkan dan arus media global berperan penting dalam menyebarkan informasi dan citra suatu klub sepak bola ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Sepak bola menjadi milik semesta karena orang-orang di berbagai penjuru dunia mendapatkan informasi dan merasakan pengalaman menonton yang sama melalui media massa elektronik (TV). Disinilah terjadi deteritorialisasi karena para penggemar sepak bola tersebut tidak lagi terpatok pada lokasi geografis mereka . ada makna-makna yang mengalami perpindahan (relokasi) karena para penggemar menciptakan teritori di lokasi-lokasi tertentu. Kelokalan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
19
menjadi sebuah produksi bukan hanya konsumsi. Klub penggemar Milanisti di Indonesia menjadi contohnya, yaitu pembentukan identitas anggota klub penggemar Milanisti Indonesia, konstruksi batas sosial yang terjadi dalam klub tersebut serta produksi kelokalan dalam klub. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ada reteritorialisasi identitas pada anggota klub penggemar Milanisti
dan keberadaan kelompok
memberikan ruang sosial tambahan untuk berbagi identitas dan dukungan. Identifikasi diri anggota Milanisti juga mengalami perluasan dengan sesama anggota kelompok. Dalam penelitian ini penguatan identitas identik dengan perluasan identitas dan hal ini dilakukan dengan menerapkan konsep keluarga atau kekerabatan dalam hubungan sosial antar anggotanya.
Kemampuan
menciptakan sejumlah makna dimungkinkan karena refleksi diri para anggota dalam serangkaian tautan rasa kedekatan sosial, teknologi interkoneksivitas (melalui media internet) dan relativitas konteks. Deteritorialisasi selalu menimbulkan relokasi makna
dan terjadi bersamaan dalam tautan global
(melampaui batas teritori) melalui penciptaan makna teritori yang baru. Penelitian ini lebih berfokus pada pembentukan identitas diri pada para penggemar klub sepakbola asing dan bukan pada proses terbentuknya penggemar serta perilaku yang menunjukkan sebagai penggemar (Fandom). Dalam penelitian ini sudut pandang penggemar dilihat dari upaya untuk menampilkan gagasan identitas diri dan kelompok serta kaitannya dengan relasi ‟kami‟ dan ‟liyan‟. Penelitian Edria Sandika berupa tesis dari Universitas Indonesia berjudul ”Dinamika
Konsumsi
dan
Budaya
Penggemar
Komunitas
Tokusatsu
Indonesia” menunjukkan bahwa interaksi pada sebuah komunitas penggemar budaya populer dan bagaimana mereka memproduksi budaya. Tokusatsu merupakan bentuk film seri TV yang berasal dari Jepang. Tokusatsu sejatinya merupakan kegiatan konsumsi budaya yang dari sini terjadi komodifikasi . Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa upaya para penggemar untuk menunjukkan karakter yang disukai dan menghidupkan karakter tersebut melalui Cosplay dengan bahan yang lebih murah dijangkau, atau upaya apropriasi. Menurut Edria upaya ini menunjukkan adanya textual poaching (perburuan teks).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
20
Dinamika yang terjadi antara penggemar yang membaca dan yang berkreasi terhadap teks merupakan bukti penggemar yang tergabung dalam komunitas Tokusatsu bukan penggemar pasif yang hanya menerima dan mengkonsumsi teks lalu berpindah ke teks yang lain tanpa tindak lanjut (nomad readers).Dalam komunitas ini terjadi usaha untuk membaca kembali teks Tokusatsu dengan penampilan kabaret. Dan melalui komunitas ini memberi ruang kepada penggemar untuk tidak lagi menyembunyikan identitasnya. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa budaya penggemar menjadi fenomena dari apropriasi budaya dan aktor dalam perburuan teks dan pembacaan kembali. Serta fenomena ini menunjukkan adanya fenomena industri budaya yang berupaya mendobrak teks yang dominan. Dan produksi budaya yang dilakukan tida dapat dilepaskan dari budaya penggemar. Penelitian ini merupakan penelitian yang menarik dan dianggap oleh peneliti paling dekat dengan disertasi ini sehingga menjadi dasar pemikiran dalam disertasi ini , walaupun obyek yang menjadi fokus penelitian berbeda karena dalam penelitian Edria ini berfokus pada budaya konsumsi. Penelitian Karina Aisyah dengan
judul
” Rasa Memiliki dalam
Komunitas Cosplay” menekankan pada komunitas penggemar yang merupakan sebuah subkultur dan memiliki ciri rasa memiliki dan memberikan ruang kepada mereka yang memiliki kegemaran yang sama yaitu Cosplay. Dalam penelitian ini Cosplay dipandang sebagai sebuah bentuk konsumsi performatif dan merupakan sebuah kegiatan sosial yang terjadi dalam lingkungan yang spesifik. Dan karena adanya stigma sosial terhadap penggemar dalam hal ini para Cosplayer maka komunitas menjadi tempat di mana para individu dapat terbuka satu sama lain. Temuan yang didapat dalam penelitian ini adalah rasa memiliki yang tercipta dalam komunitas Cosplay merupakan rasa yang menghubungkan satu sama lain dan membuat individu merasa diterima dalam komunitas. Dan Cosplay menjadi sebuah kegiatan sosial di mana anggota kelompok (sosial) tersebut adalah orang-orang yang spesifik, sehingga memampukan para anggota untuk menampilkan diri mereka yang ”sebenar”nya.
Fandom menciptakan ruang
terbatas di mana individu dapat mengekspresikan diri. Dan Cosplay menjadi
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
21
sebuah bentuk konsumsi budaya populer di mana orang tidak hanya mengenakan kostum yang disukai tetapi juga menggunakan identitas baru yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial yang biasa. Penelitian ini hanya berfokus pada hubungan kedekatan yang terjadi dalam lingkungan komunitas dan tidak melihat pada perjalanan bagaimana seseorang dapat menjadi penggemar dan melakukan Fandom. Walaupun demikian paling tidak penelitian ini memberikan alternatif dalam melihat upaya perburuan teks yang terjadi di lingkungan penggemar budaya pop Jepang. Sehingga secara garis besar penelitian-penelitian terdahulu berkaitan dengan aspek-aspek antara lain : 1. Imperialisme budaya yang terjadi di stasiun TV yang ditunjukkan pada banyaknya program-program acara dari luar yang menjadi bukti adanya pengaruh asing dan pembuatan program-program accara buatan sendiri sebagai upaya perlawanan dari dominasi program luar 2. Penciptaan makna baru dari kelompok masyarakat yang menjadi penggemar 3. Komodifkasi yang terjadi pada kelompok penggemar akibat adanya pengaruh asing 4. Pengaruh budaya luar pada individu-individu yang ditunjukkan melalui replikasi pada barang-barang yang digunakan 5. Identitas baru yang terbentuk di kalangan penggemar akibat pengaruh budaya dari luar 6. Stigma sosial yang melekat pada kelompok penggemar 7. Ikatan sosial yang terbentuk dalam komunitas penggemar 8. Ekspresi diri penggemar dalam komunitas 9. Reproduksi teks yang dihasilkan melalui kegiatan membaca kembali (rereading)
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
22
Tabel 2.1. Penelitian terdahulu dengan menggunakan teori Imperialisme Budaya Peneliti
Judul
Ana Windarsih
”Pengembangan Identitas Budaya dalam Media TV Nasional Indonesia (Studi Kasus pada PT Televisi Transformasi Indonesia/Trans TV)” Universitas Indonesia, 2009
Astuti
”Imperialisme Budaya Industri Dunia Hiburan Korea di Jakarta (Studi Terhadap Remaja-Remaja di Jakarta yang Menggemari Musik Pop Korea)” Universitas Indonesia, 2012
Paradigma Penelitian, Teori & Konsep yang digunakan
- Kritis - Teori Imperialisme Media - Hegemoni - Identitas Budaya
Teori Imperialisme Budaya Teori Kultivasi
Kesimpulan Isi Penelitian
Berfokus Pada
Celah
1. Trans TV belum terlepas dari imperialisme budaya meskipun telah memiliki peran dan mengedepankan inhouse production 2. Munculnya kekuatan baru seperti Trans TV merupakan hasil interaksi antara modal transnasional, agensi internasional dan munculnya aktor domestik 1. Industri budaya pop Korea berhasil menanamkan kesadaran palsu di kalangan remaja 2. Adanya kebutuhan untuk mengisi kekosongan dengan mengkonsumsi komoditas produk budaya pop Korea
Titik berat pada stasiun TV dengan fokus pada jumlah program acara produksi yang diproduksi oleh asing dan menjadi bukti adanya imperialisme budaya luar. Adanya upaya melawan imperialisme dengan memproduksi
Kurang melihat adanya perubahan nilai atau ideologi dari program yang dihasilkan. Identitas lokal yang ditindas belum terlihat secara jelas.
Yang ditekankan pada Komodifikasi produk budaya pop sebagai efek dari imperialisme budaya.
Belum meneliti pada level komunitas
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
23
Tabel 2.2 Studi-Studi Terdahulu Tentang Fans dan Fandom Peneliti
Judul
Muqsita Salmi
Motivasi Penggemar dalam Menggunakan Replika Pakaian dan Aksesori (Studi pada Penggemar Pop Korea (K-Pop) dalam Menggunakan Replika Pakaian dan Aksesori KPop Boyband dan Girlband) Universitas Indonesia, 2012
Pandu Wicaksana
Reteritorialisasi Kelompok Penggemar Sepakbola: Suatu Kajian tentang Reproduksi Identitas terhadap
Paradigma Penelitian, Teori & Metode yang digunakan Teori Motivasi Metode Kualitatif Konstruktivis
Teori Identitas Budaya Metode Kualitatif Studi Etnografi
Kesimpulan Isi Penelitian
Berfokus Pada
Celah
1. Penggemar melakukan pembelian dilatari oleh motivasi untuk menunjukkan identitas sebagai penggemar 2. Faktor seperti konsep diri, kelompok rujukan dan pengaruh personal memiliki peran dalam proses motivasi penggunaan produk replika K-K-Pop 3. Proses sosialisasi oleh agen sosialisasi yang dominan adalah teman sepermainan dan media 1. Partisipasi Penggemar Sepakbola terjadi bersamaan dalam tautan global yang melampaui batas-batas teritorial
Faktor Motivasi penggemar dan konsep diri serta aktor yang mempengaruhi motivasi
Tidak mendeskripsikan lebih jauh tentang pengaruh yang melatarbelakangi motivasi para penggemar
Reteritorialisasi menjadi titik tolak pembentukan identitas Kelompok melalui penciptaan makna baru oleh para
tidak menjelaskan lebih jauh tentang aspek historis dari subyek yang mempengaruhi
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
24
Milanisti Indonesia di Jakarta Universitas Indonesia, 2012
Ranny Rastati
Media dan Identitas: Cultural Imperialism Jepang melalui Cosplay: Studi Terhadap Cosplayer yang Melakukan Crossdress Universitas Indonesia, 2011
Teori Konflik dan Simbolik Interaksionisme Critical Constructionism
dengan melalui penciptaan makna-makna baru 2. kemampuan merelokasi (menciptakan)sejumlah makna dimungkinkan karena refleksi diri dalam rangkaian tautan rasa kedekatan sosial, teknologi interaktivitas, dan relativitas konteks (menurut Giddens merupakan proses masuknya modernitas ke dalam diri). 3. Kelompok penggemar Milanisti mengadopsi unsur budaya populer Curva Sud. 1. Identitas Cosplayer ditentukan oleh media, komunitas dan orang tertentu yang menjadi panutan. 2. Namun pada akhirnya identitas ditentukan oleh para Cosplayer sendiri. 3. Berdasarkan pola penggambaran identitas Cosplayer, ada 3 bentuk identitas: 1. Identitas
penggemar
Fokus pada bagaimana peran media menentukan identitas anak muda penggemar Cosplay serta pengaruh panutan dalam membentuk kegemaran.
Kurang menjelaskan peran media dalam tahapan dari penggemar menjadi cosplayer lalu crossdresser
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
25
Edria Sandika
Dinamika Konsumsi dan Budaya Penggemar Komunitas Tokusatsu Indonesia Universitas Indonesia, 2010
Cultural Studies Budaya Penggemar Metode Kualitatif
hanya ditampilkan melalui Fesyen di situasi tertentu yaitu Festival Jepang (pola emansipatif), 2. Identitas ditunjukkan melalui pemilihan sikap tertentu sesuai kenyamanan dirinya (Pola Peralihan), 3. Identitas sudah melekat dalam diri menjadi jati diri dan ditampilkan menjadi Fesyen dan gaya hidup sehari-hari (Pola Konsumtif) 1. Budaya penggemar menjadi fenomena industri dan kapitalisme tingkat lanjut yang melakukan apropriasi budaya dan perburuan tekstual (textual poaching) terhadap suatu teks yang digemari. 2. Ada proses pembacaan kembali (rereading) yang aktif sekaligus ada reproduksi terhadap teks Tokusatsu yang dilakukan
Kegiatan konsumsi yang dilakukan terhadap teks dan diwujudkan dalam bentuk identitas sebagai penggemar
Menjabarkan hanya pada aspek ekonomi politik dari pengaruh yang menyebar di kalangan penggemar dan tidak melihat sejauh mana proses membaca teks kembali mengadaptasi budaya asli di mana penggemar berasal
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
26
Karina Aisyah
Rasa Memiliki dalam Komunitas Cosplay Universitas Indonesia, 2012
Fandom Metode Kualitatif Deskriptif
penggemar 3. Produksi Budaya tidak dapat dilepaskan dari Budaya Penggemar 1. Rasa memiliki merupakan rasa yang menghubungkan dan membuat dapat diterima di suatu komunitas 2. Fandom menciptakan ruang terbatas dimana orang yang terlibat dapat mengekspresikan diri mereka yang sebenarnya 3. Cosplay merupakan bentuk performatif unik dari konsumsi budaya populer dimana orang tidak hanya mengenakan kostum tapi menggunakan identitas baru
Studi terfokus Pada Komunitas Cosplay dan stigma sosial yang melekat pada mereka
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
27
Yanti Andhita
Analisis Pengaruh Celebrity Involvement dan Destination Perception (Affective Image, Cognitive Image dan Familiarity) Terhadap Intention to Visit Korea Selatan (Studi Kasus Fans Hallyu (Korean Wave) di Indonesia Universitas Indonesia, 2012
Studi Fandom Metode Kuantitatif (menggunakan SEM - Structure Equation Modelling) Penelitian eksploratori
1. Tingkat keterlibatan selebritas berpengaruh positif terhadap keinginan mengunjungi destinasi 2. Persepti Destinasi untuk variabel familiarity berpengaruh secara langsung kepada intention to visit tetapi untuk variabel afektif dan kognitif tidak berpengaruh. 3. Tidak penting memiliki pengetahuan dan informasi serta kesenangan untuk mengunjungi Korea Selatan tetapi keakraban yang memainkan peranan penting
Fokus pada fandom selebritas sebagai suatu bentuk leisure yang
Tidak menelaah aspekaspek lain yang mempengaruhi keinginan untuk berkunjung misalnya aspek budaya dan latar belakang sosial ekonomi.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
28
2.2. Imperialisme Budaya 2.2.1. Budaya dan Imperialisme Budaya A. Budaya Ada beraneka ragam pengertian tentang budaya, bahkan Kroeber dan Kluckhohn pernah berupaya mengumpulkan definisi tentang budaya yang pernah dinyatakan orang dalam tulisan dan ada paling sedikit 160 definisi tentang budaya yang mereka tuangkan dalam bukunya tahun 1952 yang berjudul Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions (Koentjaraningrat, 2009). Koentjaraingrat sendiri mendefinisikan budaya dari sudut pandang ilmu antropologi, yaitu suatu keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Definisi budaya yang dikemukakan oleh Baran (2009, 15) menyebutkan bahwa budaya adalah dunia yang dibuat bermakna dan dikonstruksikan secara sosial serta dipelihara melalui komunikasi. Budaya membatasi dan di saat yang sama membebaskan manusia, membedakan tetapi juga menyatukan manusia. Budaya juga menentukan realitas yang terjadi di sekitar kita dan karena itu membentuk cara kita berpikir, merasa dan bertindak. Definisi budaya yang lain dikemukakan oleh Klyukanov (2005) yang menyebutkan bahwa budaya adalah sumber-sumber simbolik yang dibagi bersama oleh sekelompok orang, simbolik di sini berarti segala sesuatu yang memiliki makna untuk kelompok tersebut. Oetzel (2009) menjelaskan budaya adalah sebuah sistem yang penuh makna dan dipelajari oleh manusia yang memelihara/ mengembangkan rasa beridentitas dan berkelompok di antara para anggota suatu komunitas atau kelompok. Sistem ini merupakan referensi yang kompleks bagi anggota masyarakatnya karena terdiri dari tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma, simbol dan makna yang dibagi bersama (shared) oleh para anggota dari suatu kelompok masyarakat dengan cara berinteraksi. Sedangkan Edward T Hall (dalam Beamer and Varner, 2008) menyebutkan bahwa budaya adalah pengalaman-pengalaman yang mendalam, umum dan yang tidak tertulis di mana anggota-anggota dari suatu kelompok
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
29
membagi bersama pengalaman-pengalaman tersebut dan mengkomunikasikannya serta membentuk latar belakang di mana peristiwa-peristiwa lain akan dinilai. Beamer dan Varner (2008) mendefinisikan budaya sebagai pandangan yang koheren dipelajari dan dibagi di antara sekelompok orang tentang hal-hal yang menyangkut kehidupan, diekspresikan dalam simbol dan aktivitas yang menjajarkan segala sesuatu mulai dari hal yang penting dan mengatur tingkah laku menurut kepatutan. Menurut Ting Toomey (1999) budaya merujuk kepada beragam kelompok pengetahuan, realitas yang dibagi dan kerumunan norma-norma yang membentuk sistem pembelajaran makna yang dibagi dan ditransmisikan melalui interaksi setiap hari di antara anggota-anggota kelompok budaya dan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Budaya juga memfasilitasi kapasitas anggota untuk bertahan dan menyesuaikan diri kepada lingkungan di luar mereka. Budaya dapat diartikan sebagai dua hal: yang pertama budaya sebagai praktek-praktek yang acap nampak pada bentuk-bentuk yang indah/estetik dan tujuan utamanya adalah kesenangan. Yang ke dua budaya sebagai sebuah konsep di mana elemen-elemen yang memperhalus dan mengangkat hal-hal terbaik yang disimpan tiap masyarakat dan telah diketahui oleh mereka. Samovar, Porter et al (2012) menjelaskan bahwa budaya adalah seperangkat elemen-elemen subyektif dan obyektif yang dibuat manusia untuk meningkatkan kemungkinan bertahan dan menghasilkan kepuasan dari partisipanpartisipan dalam sebuah ceruk ekologis dan lalu dibagi bersama di antara mereka yang dapat berkomunikasi satu dengan yang lain karena mereka memiliki bahasa yang sama dan hidup di tempat dan waktu yang sama. Clifford Geertz dalam bukunya The Interpretation of Cultures (1973) menjelaskan bahwa budaya adalah sebuah pola historis dari makna yang ditransmisikan yang didalamnya terkandung sistem konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik melalui orang berkomunikasi, untuk melestarikan dan mengembangkan pengetahuan mereka tentang sikap dan pengetahuan terhadap kehidupan. Budaya adalah nilai-nilai, sikap-sikap, kepercayaan dan praktek dari suatu kelompok sosial, organisasi atau institusi yang diekspresikan dan dibagi di antara anggota kelompok tersebut (Lule, 2012).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
30
Budaya bersifat koheren karena setiap aspeknya saling berhubungan, tindakan yang ditunjukkan merupakan hasil dari nilai-nilai yang dianut, budaya juga harus dipelajari, dan merupakan pandangan dari sekelompok orang, budaya sifatnya melakukan pemeringkatan dari hal-hal yang paling penting dan utama bagi suatu masyarakat, budaya juga mengatur perilaku dan memberikan penilaian/ evaluasi. Selain itu budaya juga diturunkan dari generasi ke generasi dan berdasarkan pada simbol-simbol, budaya juga sifatnya dinamis karena berubahubah mengikuti perkembangan suatu masyarakat dan budaya merupakan sebuah sistem yang terintegrasi (Beamer dan Varner, 2008; Samovar, Porter et al, 2012). Bentuk-bentuk budaya ada yang dapat dilihat dengan jelas seperti artefak contohnya antara lain: perilaku, bangunan, bahasa, organisasi sosial, musik, seni dan pakaian maupun simbol-simbol tetapi juga ada yang tersembunyi yang lebih mendalam yaitu nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan/ agama, makna, tradisi/ ritual (Ting-Toomey, 1999; Oetzel, 2009). B. Imperialisme Imperialisme atau Imperialism dalam Bahasa Inggris berasal dari kata empire atau kerajaan yaitu sebuah kekuasaan, negara atau kedaulatan yang akan memperluas populasi dan wilayahnya dan meningkatkan kekuasaan dan kekuatannya (Said, 1993). Dalam bahasa latin istilah Imperialisme berasal dari kata Impere yang artinya memerintah atau memberi perintah. Definisi klasik tentang Imperialisme berasal dari Karl Kautsky (1914) yang menyebutkan bahwa Imperialisme adalah produk dari kapitalisme industri yang sangat berkembang. Imperialisme ada dalam setiap upaya suatu bangsa yang digerakkan oleh paham kapitalis industri untuk mencaplok wilayah-wilayah agraris yang lebih luas tanpa mempedulikan bangsa apa yang mendiami wilayah tersebut. Imperialisme adalah suatu ide yang memikirkan tentang suatu tempat atau tinggal di suatu tempat dengan mengendalikan tanah yang bukan milik kita yang berada di suatu tempat yang jauh dan ditinggali serta dimiliki oleh orang lain. Dalam imperialism berarti ada pola pemikiran dominion (kekuasaan), kedaulatan yang akan diperluas baik dalam populasi maupun wilayah teritori serta meningkatkan kekuatan dan kekuasaan atau power (Said,1993).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
31
Lenin (1996) menjelaskan bahwa Imperialisme adalah bentuk tertinggi dari
kapitalisme
yang
ditandai
dengan
adanya
perusahaan-perusahaan
internasional yang memonopoli. Imperialisme memiliki konotasi sebagai ekspansi atau perluasaan kekuasaan (Singh, 2001) yaitu adanya pemerintahan asing yang mengelola suatu wilayah di luar wilayahnya sendiri. Mattingly dalam bukunya Imperialism, Power and Identity (2010) menjelaskan bahwa Imperialisme adalah suatu proses dan perilaku hasil dari politik kawasan yang mengontrol wilayah lain oleh suatu negara. Galtung (1971) melihat Imperialisme sebagai hubungan dominasi antar bangsa, suatu hubungan antara pusat (center) dengan pinggiran (periphery). Sehingga imperialisme budaya menurut peneliti yang akan menjadi pegangan dalam penelitian ini adalah perluasan kekuasaan dalam bentuk simbolsimbol, nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan, tradisi/ritual dan artefak-artefak yang dapat dilihat ke luar dari wilayah suatu masyarakat bangsa ke wilayah masyarakat bangsa lainnya yang digerakkan oleh paham kapitalisme dalam rangka memperoleh keuntungan yang lebih besar lagi melalui monopoli dengan beroperasinya organisasi/korporasi internasional. C. Korea dan Budayanya Korea Selatan adalah negara yang terletak di Asia bagian timur mencakup bagian selatan dari semenanjung Korea. Wilayah negara ini sebagian besar dikelilingi perairan dan memiliki banyak pulau dan bertetangga dengan negara Rusia dan Cina di sebelah utara dan Jepang di sebelah selatan. Dalam sejarahnya Korea Selatan merupakan pecahan dari negara Republik Korea. Pada tahun 1950 Korea Selatan mengumumkan kemerdekaannya dan menyebabkan adanya invasi militer Korea Utara ke wilayah tersebut. Tindakan ini memicu perang saudara yang terjadi selama tiga tahun dan menyebabkan korban jutaan jiwa. Amerika Serikat berada di balik kekuatan Korea Selatan dan Uni Soviet mendukung Korea Selatan. Tahun 1953 akhirnya Korea Selatan dan Korea Utara menandatangani perjanjian gencatan senjata untuk mengakhiri perang yang sudah berlangsung selama tiga tahun.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
32
Setelah terjadi gencatan senjata masyarakat Korea Selatan mulai membangun negaranya. Saat itu Korea termasuk negara yang termiskin di dunia akan tetapi dari status negara miskin korban perang, masyarakat setempat sedikit demi sedikit membangun kehidupan masyarakatnya terutama melalui kegiatan perekenomian (Tran, 2011; Putri, 2014). Setelah itu Korea melesat menjadi salah satu negara maju di dunia karena industri dan perdagangannya (Collins, 1990; Korean Economic Institute, 2012). Masyarakat Korea Selatan adalah orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi, dikenal sebagai masyarakat pekerja keras sesuai dengan semangat ajaran Konfusianisme bahwa setiap individu harus berusaha keras dalam mengejar kehidupan yang lebih baik. Selain itu semangat Konfusius juga mengajarkan kepada bangsa Korea untuk tunduk kepada otoritas karena adanya filosofi bahwa sebuah kerajaan adalah keluarga dengan raja sebagai pemimpin yang harus dihormati karena ia adalah kepala keluarga sehingga apapun yang dilakukannya pasti benar karena tidak mungkin seorang kepala keluarga akan menyakiti anaknya sendiri (Seth, 2011). Itulah salah satu penyebab hubungan antara pengusaha dengan pemerintah sangat harmonis karena pengusaha-pengusaha Korea Selatan sangat mempercayai pemerintahnya. Sopan santun dan hormat kepada orang yang lebih tua juga merupakan bagian dari pengaruh Konfusianisme sebagaimana layaknya budaya timur lainnya yang banyak dipengaruhi oleh Konfusius (Amalia, 2012). Ini juga rupanya kemungkinan yang menjadi salah satu penyebab mengapa masyarakat Korea sangat menjaga warisan budayanya karena adanya rasa hormat yang tinggi kepada leluhurnya. Konfusianisme membawa nilai-nilai seperti kerja keras, loyalitas dan disiplin (Han dan Ling, 1998). Orang-orang Korea terutama laki-laki juga harus mengikuti wajib militer ketika berusia tertentu karena mereka menekankan kepada pentingnya pendidikan karakter dan pentingnya masyarakat dilibatkan dalam menjaga pertahanan negara Ekonomi Korea Selatan sejak merdeka adalah contoh dari kesuksesan pembangunan ekonomi nasional yang paling luar biasa di dunia. Dari kondisi terpuruk tahun 1953, mereka mencapai kesuksesan yang sering disebut sebagai keajaiban ekonomi dari Sungan Han (Katrin Vogeli; Qomar Mohammad).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
33
Masyarakat Korea mengenal tiga macam unsur kehidupan yaitu rumah, pakaian dan makanan. Kebiasaan makan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan budaya masyarakat Korea. Korea Selatan memiliki kebijakan pemerintah yang mendorong terjadinya penyebaran budaya populer dari negara tersebut, salah satu contohnya adalah Korean Culture and Information Service yang mengeluarkan sebuah laporan panjang lebar tentang fenomena Korean Wave (2011) dan menyebutkan bahwa dari popularitas produk budaya populer negara tersebut dapat menarik banyak keuntungan baik dari pariwisata maupun ekspor produk industri film, ekspor artis dan aktor. Menurut penelitian Luvita Korean Wave sengaja disebarkan untuk menarik dan menumbuhkan minat konsumtif kepada segala produk buatan Korea Selatan, gaya hidup orang Korea Selatan, menarik para turis untuk datang dan berbelanja di Korea Selatan, dan bahkan merubah pandangan sentimen akan Korea Selatan. Korean Wave‖ dimanfaatkan untuk mengubah dan mengatur pola pikir dan keinginan masyarakat dunia agar pro-Korea (Selatan). Sangat berbahaya jika kita membiarkan Indonesia hanya menjadi negara yang menduplikasi negara lain dan tidak punya jati diri sebagai bangsa yang utuh dan memiliki budaya sendiri. Oleh karena itu sudah layak kalau sebagai orang Indonesia kita mewaspadai setiap budaya asing yang masuk termasuk budaya Korea karena kebijakan pemerintahan mereka sudah sangat jelas dalam menyebarkan kekuasaan. Kebijakan pimpinan puncak negara tersebut juga menempatkan budaya pop sebagai prioritas, sebagaimana pada masa pemerintahan Presiden Park GeunHye. Presiden Park mengalokasikan dana sebesar satu juta dolar Amerika untuk kementerian Budaya, Olahraga dan Turisme terutama untuk tiga divisi yang berkaitan dengan pengembangan budaya populer, salah satunya adalah divisi video game (Hong, 2014), suatu divisi yang tidak akan pernah terpikir oleh pemerintah negara lain untuk mendapat alokasi dana yang besar. 2.3. Media dan Imperialisme Budaya Teori Imperialisme Budaya yang dikemukakan oleh Herbert Schiller tahun 1973 sudah sering kali digunakan dalam penelitian yang melihat penyebaran
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
34
budaya tertentu ke budaya lainnya, biasanya adalah dari budaya yang dominan ke budaya lainnya yang kedudukannya kurang dominan. Schiller adalah orang Amerika yang merupakan pendukung paham Marxisme yang paling konsisten (Tomlinson, 1999). Lebih jauh ia menjelaskan bahwa Schiller merupakan tokoh yang menekankan pada kekuatan dominan milik barat (dalam hal ini Amerika) yang kapitalis meskipun ia kemudian mengakui sifat modal yang internasional dan mengarahkan kritiknya lebih kepada sektor korporasi (bisnis) transnasional. Teori Schiller ini sangat penting dalam membangun perspektif kritis dalam membahas globalisasi budaya. Craig dan Muller (2007) juga menekankan bahwa Imperialisme Budaya ini berangkat dari pemikiran yang berakar dari pemikiran Teori Kritis. Menurut kedua penulis ini dalam teori-teori yang berakar dari pemikiran kritis ini yang diekspos adalah dimensi tersembunyi yang mendistorsi komunikasi dan mendukung upaya-upaya politik untuk menolak kekuatan dari mekanisme tersebut. Ideologi, kebenaran, kecurangan, kekuasaan, resistensi, pembebasan, demokrasi, identitas dan partisipasi adalah beberapa istilah yang banyak digunakan dalam memikirkan dan membicarakan tentang komunikasi dari tradisi kritis. Menurut Barker (2014) Imperialisme Budaya (Cultural Imperialism) mencakup pengertian dominasi satu budaya terhadap budaya yang lain dan biasanya melibatkan juga proses naiknya pengaruh suatu bangsa dalam tatanan global, khususnya dominasi budaya kapitalisme konsumen. Teori Imperialisme Budaya ini tidak dapat dilepaskan dari kenyataan adanya dominasi (Schiller dalam Durham & Kellner, 2006) karena dengan adanya dominasi maka datanglah kekuatan (power). Yang menjadi argumen pokok dalam teori ini adalah hilangnya otonomi budaya bagi bangsa yang didominasi dan juga semakin tersebarnya homogenitas atau kesamaan budaya (Barker, 2014). Kraidy
(2002)
menjelaskan
bahwa
teori
imperialism
budaya
berargumentasi bahwa audiens di seluruh dunia sangat dipengaruhi oleh pesan media yang berasal dari negara-negara industrialis Barat. Dominasi yang dilakukan negara-negara barat terhadap saluran-saluran media massa dengan teknologi yang canggih inilah yang dianggap sebagai imperialism budaya (Lull, 1998). Karena sangat kecilnya perbedaan antara Imperialisme budaya dan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
35
imperialisme media maka seringkali imperialism media dianggap sebagai satu kategori dari imperialism budaya (Kraidy, 2002). Media seharusnya mencerminkan dan membentuk masyarakat dan perubahan sosial (Mc Quail, 2005), Golding & Murdock (1997) menyatakan hampir sama bahwa media menciptakan dan menyebarkan sumber daya budaya dan symbol yang sangat banyak, yang kita butuhkan untuk membuat dunia sosialyang kita diami ini dapat dipahami oleh akal. Kedua pernyataan ini memiliki maksud yang sama bahwa media memegang peranan penting karena media menciptakan masyarakat dan memberi petunjuk tentang bagaimana masyarakat seharusnya hidup, dengan memberikan arti terhadap segala sesuatu yang ada dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian media memiliki kekuatan yang besar karena punya kemampuan untuk menggerakkan masyarakat. McQuail lebih jauh memberikan poin-poin penting tentang kekuataan media ini, yaitu media selalu dihubungkan dengan struktur kekuatan ekonomi dan politik. Media mempunyai nilai secara ekonomi tetapi juga biaya ekonomi dan menjadi obyek dari kompetisi antara akses dengan control (kepada masyarakat tentu saja), serta poin yang terakhir menyebutkan bahwa kekuatan media massa tersedia dengan sangat tidak merata. Lebih jauh McQuail menyebutkan bahwa negara-negara maju dengan kemampuan teknologi dan industri media lebih maju memiliki kesempatan lebih besar untuk melakukan kontrol baik secara ekonomi dan politik, dan control ini dengan bantuan teknologinya tidak hanya terbatas dalam wilayah negaranya saja akan tetapi merambah hingga ke negara lain. Dan negara yang bisa dikontrol pastilah negara yang posisinya lebih lemah atau kurang maju. Dari pemikiran inilah dan dari pergerakan yang terjadi dalam industri media massa di Amerika Serikat terutama setelah PD II usai di mana Amerika memonopoli media maka lahirlah teori Imperialisme Budaya ini. Teori ini berargumen dengan menekankan pada kesenjangan teknologi informasi di mana budaya yang dominan memaksakan informasi, produk dan nilai-nilai pada masyarakat di dalam budaya yang kurang dominan (Lowe). Dalam hal ini tentu saja negara yang budayanya dominan dan didukung oleh teknologi informasi yang canggih adalah negaranegara maju seperti Amerika yang menjadi dasar pemikiran dari teori ini.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
36
Schiller dalam Tomlinson (1991) menjelaskan bahwa media massa Amerika menjadi sarana yang menjanjikan untuk menyajikan bayangan tentang kehidupan masyarakat modern serta mengikis kehidupan tradisional, melalui filmfilm yang diproduksi di kurun waktu tersebut Amerika mulai menyebarkan nilainilai ini ke seluruh dunia. Dunia hiburan menjadi tulang punggung penyebaran ideology modernisasi Amerika ke seluruh dunia. Budaya pop Amerika menyerang negara lain dengan paham-paham yang belum tentu cocok dengan nilai-nilai yang dimilikinya. Akan tetapi audiens sudah dinina bobokkan dengan hiburan Amerika sehingga tampaknya seolah-olah Amerika menyebarkan produk budaya popnya atas permintaan audiens padahal sebenarnya itu adalah keinginan kepentingan kapitalis Amerika. Tumbuhlah industri film Hollywood yang sangat terkenal itu dengan segala produknya menyebar ke seluruh dunia, menjajah tontonan masyarakat di negara-negara di luar Amerika. Di sini imperialism terjadi, bukan melalui senjata melainkan melalui kekuatan ekonomi yang menumpang pada produk budaya popular Amerika. Menurut Schiller dalam kekuatan ekonomi politik transnasional dibarengi oleh suatu kekuatan ideologis untuk menentukan realitas budaya global. Kekuatan ekonomi politik transnasional itu diwujudkan dalam bentuk adanya korporasi media antar negara (transnasional). Karena merekalah (korporasi transnasional) yang menjadi agen utama imperialisme budaya. Schiller menginterpretasikan korporasi (media) transnasional benar-benar terintegrasi ke dalam sistem kapitalis dunia dan memiliki peran fungsional dalam ekspansinya (Tomlinson, 1999). Contoh paling nyata adalah dari korporasi media transnasional, misalnya jaringan stasiun berita CNN, saluran TV khusus musik MTV, jaringan restoran cepat saji McDonald, Kentucky Fried Chicken (KFC), Coca-Cola, sepatu Nike, taman hiburan Disneyland dan masih banyak lagi. Produk-produk ini menjadi standar untuk ekspor dan ditiru di seluruh dunia baik dalam bentuk produk maupun manajemennya. Schiller sebagai pencetus teori ini memberikan contoh jaringan media massa untuk merujuk kepada korporasi transnasional karena sistem media massa ini cocok dengan sistem kapitalis melalui dukungan ideologis bagi kapitalisme. Sebagai akibatnya imperialisme budaya sebagai dominasi ini
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
37
dilihat sebagai hasil dari proses ekonomi dan budaya yang terkandung dalam reproduksi kapitalisme global (Barker, 2014). Pendekatan ekonomi politik semacam ini terhadap hegemoni budaya masih terjalin kuat dalam analisis kritis sistem media internasional. Teori Imperialisme Budaya ini dipandang sebagai kerangka konseptual yang merujuk pada situasi global di mana industri budaya yang sangat kuat dengan aktoraktornya berlokasi hampir pasti di negara-negara Barat khususnya Amerika Serikat dan mendominasi budaya lainnya (Demont-Heinrich, 2011). Korporasi transnasional
dipandang menjadi
kendaraan
ideologis
kapitalisme
yang
memproduksi dan menguatkan kelekatan atau ketergantungan pada system kapitalisme barat (dalam hal ini Amerika Serikat) (Barker, 2014). Dalam teori ini lebih jauh menurut Demont-Heinrich, merupakan hasil dari dominasi yang dipahami sebagaian besar karena hasil dari pengalaman sejarah tentang adanya ketimpangan besar-besaran dalam kekuatan ekonomi dan politik yang terkonsentrasi di dunia Barat dan secara khusus di Amerika Serikat. Teori ini jelas-jelas menyatakan bahwa dunia barat mendominasi media di seluruh dunia. Konsep ini menyiratkan dengan kuat upaya untuk mendominasi dan menghilangkan adanya jarak budaya antara satu dengan lainnya, seolah-olah negara-negara lain di luar Amerika harus setuju dengan semua tayangan yang disiarkan. Ada unsur pemaksaan yang terjadi di sini karena tidak seimbangnya posisi antara negara maju dengan negara lain yang masih berkembang atau bahkan belum berkembang. Nilai-nilai barat dipaksakan ke negara-negara lain yang memiliki nilai-nilai budayanya sendiri, ada ketidakseimbangan kekuasaan dalam hal ini. Karena itulah teori ini disebut dengan teori Imperialisme Budaya. Dalam kertas kerja hasil penelitian yang dibuat oleh perusahaan komunikasi marketing DDB Worldwide yang sangat terkenal di Amerika Serikat tahun 2002, mereka menyatakan bahwa istilah imperialisme diadopsi dari makna awalnya yang sempit yang menggambarkan suatu upaya memperluas daerah kekuasaan (teritori) secara geografis. Bahwa dalam istilah Imperialisme Budaya mengandung makna area budaya yang „lunak‟ dan yang „keras‟. Menurut DDB, area budaya yang lunak meliputi pakaian, seni, makanan, sedangkan area budaya
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
38
yang „keras‟ seperti politik, bisnis dan agama. Disebutkan bahwa area budaya yang keras ini maksudnya adalah area budaya yang memungkinkan terjadinya kekerasan atau konflik terbuka. Dari pengamatan penulis terdapat pemahaman ini maka penulis berpendapat bahwa hal ini berkaitan dengan menggunakan kekuasaan (power) yang juga terbagi menjadi hard power dan soft power. Dan ternyata pendapat ini sama dengan pernyataan Joseph Nye seorang profesior dalam ilmu Hubungan Internasional yang dikutip oleh Schiller (dalam Durham dan Kellner, 2006). Hard Power atau penggunaan kekuasaan dengan pendekatan yang lebih “keras” yaitu melalui kekuatan militer. Sedangkan Soft Power pada intinya adalah kontrol pada komunikasi. Dan karena area yang „keras‟ selalu terkait dengan area yang „lunak‟ dalam Imperialisme Budaya untuk begitu banyak hal di dunia perluasan atau invasi bisnis Amerika juga berarti invasi budaya Amerika. Schiller dalam bukunya Communication and Cultural Domination (1976) mencetuskan teori ini dengan jelas mengutarakan adanya dominasi negara maju di belahan dunia barat seperti Amerika dengan tujuan negara-negara di dunia ke tiga. Menurut Schiller, negara barat memiliki dominasi di dunia ketiga karena memiliki efek yang kuat untuk mempengaruhi dunia ketiga. Media Barat sangat mengesankan bagi media di dunia ketiga. Sehingga mereka ingin meniru budaya yang muncul lewat media tersebut. Dalam perspektif teori ini, ketika terjadi proses peniruan media negara berkembang dari negara maju, saat itulah terjadi penghancuran budaya asli di negara ketiga. Kebudayaan Barat memproduksi hampir semua mayoritas media massa di dunia ini, seperti film, berita, komik, foto dan lain-lain. Masyarakat industri kapitalis memproduksi pesan-pesan melalui media massa dengan cara yang amat menyerupai cara mereka memproduksi komoditas (Lull, 1998). Maksud dari pernyataan Lull ini tentu untuk merujuk bagaimana mereka memproduksi pesan melalui produk budaya popular yang diketengahkan melalui media massa yaitu dengan membuat secara masal mengikuti pola kerja manufaktur (pabrikan) dengan mementingkan keuntungan atau profit. Tentu saja pemikiran seperti ini merupakan cerminan dari ideologi kapitalis yang melekat didalamnya.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
39
Negara-negara barat dapat melakukan hal tersebut dikarenakan mereka mempunyai sumber daya yang cukup seperti teknologi dan uang. Dengan uang mereka akan bisa berbuat apa saja untuk memproduksi berbagai ragam sajian yang dibutuhkan media massa. Kedua menurut Nurudin, negara-negara barat juga mempunyai teknologi yang lebih canggih dibanding negara-negara dunia ketiga, menurutnya dengan teknologi modern yang mereka punyai memungkinkan sajian media massa diproduksi secara lebih baik, meyakinkan dan “seolah nyata”. Kita tentu sering melihat bagaimana dunia barat menyuguhkan pemandangan seolah nyata dalam film-film produksinya menggunakan teknologinya yang canggih. Banyak film-film Hollywood dimana penonton disuguhkan suatu pemandangan seolah-olah mereka benar-benar berada dalam situasi di mana film tersebut terjadi. Teknologi 3D (3 dimensi) bahkan 4D (4 dimensi) membantu mewujudkan suasana seolah-olah nyata. Semua itu bisa diwujudkan karena negara Barat mempunyai teknologi modern. Bantuan teknologi modern membuat banyak film-film barat dipuji oleh para ahli serta krtitikus film dan pada akhirnya meningkatkan jumlah penonton dan meningkatkan keuntungan yang diperoleh industri film Amerika. Hal ini menyebabkan negara-negara dunia ketiga tertarik untuk membeli produk-produk mereka dan menayangkannya di negara masingmasing dan diterima oleh khalayak. Dalam pandangan teori ini negara-negara dunia ketiga lebih tertarik untuk membeli produk-produk budaya pop dari negara barat karena dengan melakukan hal tersebut maka harga yang dibayar akan jauh lebih murah dibanding jika memproduksi sendiri. Selain karena kemampuan teknologi yang masih jauh di bawah negara barat juga karena sumber daya manusia yang memiliki keahlian setara dengan yang dimiliki negara barat masih terbatas. Tomlinson dalam bukunya Cultural Imperialism (1991) menjabarkan ada 4 cara dalam melihat Imperialisme Budaya : 1. Imperialisme Budaya sebagai Imperialisme Media. Dalam diskusi tentang Imperialisme Budaya media massa seperti TV, film, radio, iklan, media cetak di tengah-tengahnya. Media menjadi alat utama yang menghasilkan Imperialisme Budaya. 2. Imperialisme Budaya sebagai wacana tentang Nasionalisme.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
40
Pandangan bahwa melalui media terjadi invasi terhadap budaya asli (indigenous culture) oleh budaya asing adalah cara yang paling lumrah untuk menjelaskan proses yang terjadi, dimana di dalamnya ada proses mempengaruhi negara yang dituju oleh kekuatan dominasi negara yang menyebarkan pengaruh. 3. Imperialisme Budaya sebagai kritik terhadap Kapitalisme Global. Pandangan ini mewakili kaum Neo Marxis yang mengubah imperialism cenderung kepada peran ekonomi dibanding politik. 4. Imperialisme Budaya sebagai Kritik terhadap Modernitas. Efek dari Imperialisme Budaya tidak pada level budaya individu sebagaimana sebelumnya tetapi kepada dunia. Modernitas merujuk kepada arah budaya utama dari sebuah pembangunan global sehingga terjadi homogenisasi budaya secara global. Golding & Murdock (1997) menjelaskan bahwa media memiliki peran ganda yang unik, di satu sisi mereka membuat dan mendistribusikan sumber daya budaya dan simbolis yang kita butuhkan untuk membuat makna dunia sosialyang kita tinggali, baik dari bahasa yang kita pakai, institusi-institusi sosial di mana kita hidup. Akan tetapi di sisi yang lain media merupakan institusi utama dalam struktur ekonomi dan politik masyarakat. Karena itu pemahaman ini berkaitan dengan dampak selanjutnya yang dibahas dalam teori imperialism budaya ini yaitu orang-orang di negara dunia ketiga yang melihat media massa di negaranya akan menikmati sajian-sajian yang berasal dari gaya hidup, kepercayaan dan pemikiran (Nurudin, 2011). Setiap suguhan dalam program televisi, film, musik, komik maupun produk-produk media massa lainnya pasti membawa pandangan dunia dan ideology dari pembuatnya. Akibat negatifnya adalah negara-negara yang menjadi penerima dari produk budaya pop barat ini akan meniru apa saja yang disajikan oleh media yang sudah dikuasai olehnya. Bisa dipastikan karena kebudayaan yang berbeda maka nilai-nilai serta pandangan dunia juga pasti berbeda, akibatnya terjadi benturan terhadap nilai-nilai yang ada dalam kehidupan negara-negara dunia ke tiga. Pada saat masyarakat di negara penerima menelan begitu saja semua yang disajikan media massa maka pada saat itulah terjadi penghancuran budaya asli negaranya
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
41
karena yang disajikan media massa yang sudah banyak diisi oleh kebudayaan Barat tersebut. Kejadian ini bisa dikatakan terjadinya imperialisme budaya Barat. Imperialisme itu dilakukan oleh media massa Barat yang telah mendominasi media massa dunia ketiga. Salah satu pemikiran yang mendasari munculnya teori ini adalah bahwa pada dasarnya manusia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka berpikir, apa yang dirasakan dan bagaimana mereka hidup. Umumnya, mereka cenderung mereaksi apa saja yang dilihatnya dari media massa. Sebagai akibat audiens meniru apa saja yang disajikan media massa. Mengapa hal ini terjadi? Karena menurut audiens media massa menyajikan halhal baru yang berbeda dari keseharian mereka. Teori ini juga menerangkan bahwa ada satu kebenaran yang diyakininya. Sepanjang negara dunia ketiga terus menerus menyiarkan atau mengisi media massanya berasal dari negara Barat, orang-orang dunia ketiga akan selalu percaya pada apa yang seharusnya mereka kerjakan, pikir dan rasakan sesuai dengan apa yang dilakukan orang-orang di Barat. Perilaku mereka menjadi sama persis seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari kebudayaan Barat. Masalahnya di era sekarang ini negara-negara maju dan kuat secara ekonomi tidak hanya terletak di belahan barat saja tetapi juga pada beberapa negara di belahan dunia timur, seperti Jepang, Cina dan Korea. Ke tiga negara tersebut memiliki kekuatan ekonomi, industri dan politik yang kuat di banding negara-negara Asia lainnya.Walaupun sempat mengalami krisis ekonomi seperti yang dialami Indonesia, Korea dalam dua dekade terakhir mengalami kemajuan begitu pesat dan menjadi salah satu negara industri maju dunia (Kompas, 2012, 2013). Oleh karena itu peneliti mengambil istilah bukan lagi negara barat untuk menjelaskan negara yang membawa pengaruh, tetapi untuk selanjutnya akan disebut negara dominan dan budaya dominan sedangkan negara yang menjadi tujuan penyebaran pengaruh disebut negara tujuan dan budayanya sebagai budaya tujuan. Apabila digabungkan dengan pemahaman tentang cara memandang Imperialisme Budaya sebagai Imperialisme Media sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka mekanismenya dapat digambarkan sebagaimana berikut :
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
42
Media Massa
Budaya Dominan
(Modal yang Kuat & Teknologi Canggih)
(Ide, Nilai, Aturan, Hasil Budi, Perilaku, Kegiatan)
Imperialisme
Budaya Perubahan
Budaya Tujuan
(Ide, Nilai, Aturan, Hasil Budi, Perilaku, Kegiatan)
(Ide, Nilai, Aturan, Hasil Budi, Perilaku, Kegiatan)
Gambar 2.1. Bagan Cultural Imperialism
Kritik atas Teori. Teori imperialisme budaya ini juga tak lepas dari kritikan. Teori ini dianggap terlalu memandang sebelah mata kekuatan audience di dalam menerima terpaan media massa dan menginterpretasikan pesan-pesannya. Ini artinya, teori ini menganggap bahwa budaya yang berbeda (yang tentunya lebih maju) akan selalu membawa pengaruh pada orang-orang yang berbeda budaya, terutama pada mereka yang berasal dari budaya yang kurang dominan (Nurudin, 2011). Kritik juga datang terutama
dari mereka yang mendukung bahwa
dominasi budaya sudah tidak lagi ada dan yang ada sekarang adalah keberagaman budaya (cultural diversity). Asumsi utama dari kritik ini adalah karena beragamnya budaya maka tidak ada lagi elemen yang mendominasi terlebih lagi di era globalisasi ini maka sudah tidak ada lagi yang namanya dominasi budaya satu kepada budaya yang lain. Sehingga sebagai kesimpulan imperialisme budaya sudah tidak ada lagi dan sebuah komunitas global yang baru sudah muncul, yaitu sebuah masyarakat sipil global yang mandiri dari sistem antarnegara (interstate system) (Schiller dalam Durham dan Kellner, 2006).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
43
Lebih lanjut dalam buku yang sama, Schiller menyebutkan bahwa ada kritik yang lain berasal dari pandangan yang melihat audiens sebagai audiens yang aktif (active audience). Dalam pandangan ini penonton, pembaca dan pendengar membuat makna/ arti menurut mereka sendiri dari pesan-pesan yang datang kepada mereka, bahkan hingga pada posisi resisten terhadap makna yang menghegemoni (hegemonic meanings). Akan tetapi bagaimanapun kritik yang dilancarkan terhadap teori ini akan tetapi yang jelas menurut pengamatan penulis, terpaan yang terus-menerus oleh suatu budaya yang berbeda yang lebih dominan dan memiliki keunggulan dalam teknologi pasti akan membawa pengaruh perubahan pada audiens, meskipun sedikit. Walaupun dimana-mana disebutkan bahwa saat ini sudah di era globalisasi di mana batas geografis negara sudah tidak jelas lagi akibat kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi dan tiap budaya dapat menyebar ke seluruh dunia dengan bantuan internet sehingga sudah tidak ada lagi budaya yang dominan mempengaruhi dan budaya yang melulu dipengaruhi. Akan tetapi menurut penulis hal ini tidak pernah menyurutkan kenyataan bahwa memang negara-negara yang lebih dominan akibat kemajuan teknologi dan ekonomi pasti mempunyai kemampuan lebih besar untuk melebarkan pengaruh kepada negaranegara dunia ke tiga. Teori imperialisme budaya yang berangkat dari perspektif ekonomi politik komunikasi yang memiliki kedekatan dengan media dan budaya dan berfokus pada sistem dan praktik-praktik produksi dan distribusi. Perspektif ekonomi politik ini acap diambil sebagai antitesis yang berlawanan dengan cultural studies (kajian budaya) dan perwakilan dari tiap posisi sering kali menyerang satu sama lain, akan tetapi sebagaimana Kellner dan Durham (2006) berasumsi bahwa cultural studies dan ekonomi politik ke duanya adalah sudut pandang yang dapat diintegrasikan dan merupakan bagian kunci yang penting pada teori media dan budaya yang lebih inklusif. 2.4. Media Sosial. Sesuai dengan istilahnya yang terdiri dari dua kata yaitu media dan sosial, maka arti mudahnya media sosial adalah media yang digunakan oleh
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
44
penggunanya untuk bersosialisasi. Menurut Safko dan Brake (2009) media sosial adalah semua (media) yang memungkinkan percakapan. Media Sosial juga adalah perangkat yang kuat dari peralatan dan platform komunikasi secara on line yang memungkinkan terjadinya hubungan sosial, interaksi dan diskusi (Minnesota). Kehadiran media sosial memudahkan hubungan yang terjadi di antara individu. Media Sosial merujuk kepada alat berbasis jaringan dan on line dengan kemampuan, situs, sistem dan lingkungan yang didesain untuk memungkinkan adanya kolaborasi, interaksi sosial dan membagi informasi di antara individuindividu atau kelompok-kelompok melalui internet (Stanford). Jadi dengan media sosial individu atau kelompok dapat berinteraksi membangun dan membina hubungan sosial dengan orang lain serta membagi informasi melalui perangkat teknologi komunikasi yang bekerja dalam jaringan menggunakan fasilitas internet. Evans dan McKee (2010) kata ”sosial” dalam media sosial implikasinya lebih kepada bagaimana, mengapa dan diantara siapa yang membedakannya dari web sosial sebelumnya yaitu teknologi transaksional on line. Menurut Livingstone (2010) ada empat karakteristik hubungan yang terjalin melalui media sosial yaitu: 1. Persistence : di mana semua informasi terekam dan dapat dilihat kembali berulang kali serta bersifat asynchronous 2. Searchbility : di mana pesan mudah membentuk, memperluas tetapi juga membatasi jaringan sosial yang sudah dibentuk atau baru akan dibentuk 3. Replicability : di mana informasi mudah untuk diduplikasi/ direplikasi sehingga sulit untuk menelusuri serta membedakan informasi yang asli maupun yang sudah diduplikasi 4. Invisible Audience : audiens media sosial tidak terbatas secara geografis dan tersebar di mana-mana Dalam interaksi di media sosial unsur budaya tetap tidak dapat ditinggalkan, hal ini sesuai dengan pernyataan Pacey (2000) bahwa praktek teknologi setidaknya akan melibatkan aspek budaya dan organisasi selain aspek teknis dari perkembangan teknologi komunikasi itu sendiri. Stanford (2015), Kartikawati (2015) memberikan penjelasan tentang berbagai media sosial dibagi berdasarkan tujuannya (untuk kebutuhan sosial atau
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
45
profesional), berdasarkan bentuknya: microblogging atau blog hosting platform, dan berdasarkan obyek apa yang dibagi. Jika dilihat berdasarkan kebutuhannya maka antara lain ada Facebook yang memiliki kegunaan sosial menghubungkan orang, mengikuti berita tentang teman-teman, mengunggah foto, membagi tautan dan video. Sedangkan Linkedin alat untuk membangun jejaring dengan menemukan koneksi untuk merekomendasikan kandidat untuk sebuah pekerjaan atau orang yang ahli dalam sebuah industri dan menemukan partner bisnis yang tepat. Satu lagi yaitu Google+ adalah sebuah jejaring sosial dan pelayanan identitas dioperasikan oleh Google yang memungkinkan kita untuk menemukan dan membagi konten dan berhubungan dengan teman-teman dalam berbagai cara baru. Sedangkan jika dibagi berdasarkan bentuknya blog hosting atau microblogging, maka ada Twitter yaitu jejaring sosial yang populer yang memungkinkan untuk membagi tautan dan layanan mikroblogging dengan menggunakan maksimum 140 karakter dan dapat dikirimkan lewat gawai yang memiliki fasilitas internet. Jika dilihat berdasarkan obyek apa yang dibagi maka media sosial dapat dibagi menjadi media sosial yang membagikan foto dan video. Flickr adalah sebuah media sosial yang berisi galeri foto dan memungkinkan orang untuk memberi komentar, mengelompokkan dan memberikan rating terhadap foto-foto yang diunggah. YouTube adalah media sosial yang dapat digunakan untuk mengunggah dan mengunduh video serta membaginya ke seluruh dunia. Instagram adalah media sosial yang sifatnya untuk menyenangkan penggunanya, berisi rangkaian foto-foto yang indah untuk membagi segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dengan teman-teman yang ada dalam jejaringnya. Dalam kaitan dengan fandom dan media sosial penelitian Reysen, Lloyd yang dimuat dalam Yan (2012) sangat tepat ketika menggambarkan bahwa penggemar dari berbagai ketertarikan (various interest) seperti musik, olah raga, media dan hobi membangun komunitas virtual untuk berinteraksi melalui media sosial. 2.5. Cultural Studies
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
46
Cultural Studies atau kajian budaya berbicara tentang hubungan antara kesadaran dengan kuasa yang melihat budaya sebagai politik. Kajian budaya juga meliputi kajian tentang identitas yaitu formasi dalam modernitas yang melihat budaya sebagai kehidupan sehari-hari, juga merupakan kajian terhadap budaya populer yang dimediasi yaitu budaya sebagai teks serta mengkaji ekspansi dari perbedaan yaitu budaya sebagai sesuatu hal yang plural (Hartley, 2010). Kajian budaya menurut Hall (Storey, 2003) bukan merupakan kajian teori ataupun metode yang monolitik, akan tetapi memiliki beberapa wacana penting karena adanya beberapa perbedaan sejarah. Kajian budaya merupakan suatu rangkaian bentuk yang memiliki krisisnya sendiri. Awal dari kajian kajian budaya dibahas oleh para pemikir dari Inggris, walaupun masalahnya adalah bahwa begitu banyak kajian budaya Inggris yang aslinya tidak berasal dari Inggris, akan tetapi berasal dari Perancis (Louis Althusser, Roland Barthes, Pierre Bordieu, Michel de Certeau, Michel Foucault, Jacques Lacan), Austria (Sigmund Freud), Jerman (Karl Marx), Swiss (Ferdinand de Saussure) dan Rusia (Mikhail Bakhtin, Valentin Volosinov) (Storey 2003). Kajian budaya berkomitmen untuk mempelajari semua yang sudah dipikirkan dan disampaikan oleh para ahli, karena kita mengetahui bahwa budaya adalah segala sesuatu tentang bagaimana kita hidup dan membagi arti bersama dengan orang lain serta berinteraksi dengan orang lain. Konsep budaya mencakup pengertian yang amat luas, oleh karena itu konseptualiasi budaya sering kali dianggap ambigu oleh para ahli. Karena budaya dapat dikonseptualisasi berdasarkan bidang ilmu yang berbeda-beda, menurut ahli antropologi, budaya adalah kumpulan simbol yang digunakan sebag ai kode oleh sekelompok masyarakat tertentu, sebagaimana definisi budaya yang tertua yang dikemukakan oleh seorang antropolog, Sir Edward B. Tylor dalam bukunya Primitive Culture tahun 1781. Menurut Tylor, budaya adalah keseluruhan hal yang kompleks termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, huku, adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat (dalam Sardar & Van Loon, 2001). Sedangkan Twhaites (2002) menyatakan bahwa budaya adalah suatu perangkat dari praktek sosial di mana makna (meanings) dihasilkan, diedarkan dan dipertukarkan. Margaret Mead
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
47
antropolog Inggris menyebutkan bahwa budaya adalah perilaku yang dipelajari manusia dalam sebuah kelompok masyarakat atau sub kultur. Raymond Williams sebagai pendiri kajian cultural studies memberikan penjelasan tentang budaya sebagai suatu organsasi produksi, struktur keluarga, struktur lembaga yang mengekspresikan atau mengatur hubungan sosial, bentuk-bentuk komunikasi khas suatu masyarakat (dalam Sardar & Van Loon, 2001). Jika kita membicarakan budaya dalam kaitannya dengan kajian budaya (cultural studies) maka budaya ini diwujudkan secara khusus dalam teks. Teks ini bisa berbicara tentang wacana (Storey, 2003, Ryan, 2010, Ibrahim, 2011), akan tetapi bisa juga dalam bentuk visual atau tindakan dalam kehidupan nyata (Mulyana, 2012). Kajian budaya dapat dilihat sebagai suatu disiplin ilmu yang benar-benar baru jika dilihat dari periode tumbuhnya budaya populer (Miller dan Browitt, 2002). Kajian budaya sendiri memberi penekanan pada analisa yang bersifat menghubungkan (konjungtural) yang tertanam kuat, deskriptif, dan spesifik secara historis dan konseptual (Barker, 2004).
Kajian budaya berfungsi dengan
meminjam secara bebas dari disiplin ilmu sosial lainnya (seperti antropologi, politik dan sosiologi) serta ilmu-ilmu humaniora dan seni sastra. Beberapa karakteristik kajian budaya antara lain dikemukakan oleh Sardar & Van Loon (2004), yaitu bahwa kajian budaya tidak hanya studi tentang budaya yang terpisah dari konteks sosial dan politik akan tetapi berusaha memahami budaya dalam segala bentuk kompleksnya termasuk menganalisa konteks sosial dan politik di mana budaya tersebut terbentuk.Kajian budaya juga berusaha mengkaji pokok persoalan dari sudut praktek kebudayaan dan hubungannya dengan kekuasaan dengan mengungkapkan hubungan kekuasaan dan mengkaji bagaimana
hubungan
tersebut
mempengaruhi
dan
membentuk
praktek
kebudayaan. Selain itu Kajian budaya memiliki karakteristik menampilkan dua fungsi, sebagai sebuah obyek studi maupun lokasi tindakan dan kritisisme politik. Kajian budaya juga berupaya membongkar dan menyelesaikan permusuhan yang terjadi akbat pengkotak-kotakan pengetahuan, karena kajian budaya berupaya untuk mengasumsikan suatu identitas bersama dan kepentingan bersama antara yang mengetahui dan yang diketahui, antara pengamat dan obyek yang
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
48
diamati.karakteristik terakhir, kajian budaya melibatkan diri dengan evaluasi moral masyarakat modern dan dengan garis radikal tindakan politik. Tradisi kajian budaya memiliki komitmen dengan rekonstruksi sosial dengan melibatkan diri dalam kritik politik. Kajian budaya berupaya memahami dan mengubah struktur dominasi di manapun khususnya mengubah struktur dominasi masyarakat kapitalis industrialis. Dalam upaya untuk membahas lebih banyak tentang dominasi yang tidak bisa tidak pasti menyangkut hegemoni, maka teoritisi penganut Marxist dari Italia, Antonio Gramsci membangun ide dengan berargumen bahwa beragam kelompok sosial mencapai hegemoni atau dominasi melalui dorongan kepada kelompok-kelompok
subordinat
yang
lebih
rendah
untuk
mendapatkan
persetujuan pada keadaan atau tatanan yang sudah given. Kelompok-kelompok subordinat ini salah satu contohnya dapat kita lihat seperti misalnya pada kelompok-kelompok penggemar (penggemar (fans) club). Dan penelitian terhadap fenomena penggemar (Fandom) merupakan bentuk penelitian yang fokus terhadap kajian budaya populer. 2.6. Penggemar (Fans) dan Sub Kultur Penggemar (Fandom) Definisi tentang penggemar (fans) sering kali dibahas oleh para ahli Cultural Studies saat mereka merujuk kepada audiens dari produk budaya populer. Sebenarnya penelitian yang berkaitan dengan Penggemar (fans) hampir pasti dapat dikatakan selalu terkait dengan budaya populer. Karena penggemar (fans) ada akibat produksi industri budaya yang dimuat dalam media massa. Akan tetapi untuk lebih detail dalam memahami permasalahan yang terkait dengan penelitian ini maka peneliti akan mengidentifikasi penelitian-penelitian yang obyek kajiannya adalah penggemar (fans), ataupun penelitian yang menggunakan landasan konsep Fandom serta penelitian-penelitian lain yang menggunakan teori Cultural Imperialism. Littlejohn & Foss (2009) menyatakan bahwa istilah Fan sebenarnya sudah sering digunakan sejak abad ke 19 dan kata tersebut merupakan singkatan dari kata fanatik (fanatik).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
49
Penggemar (fans) atau penggemar budaya pop menurut Joli Jensen (1992) berhubungan erat dengan dunia selebritas dan penggemar (fans) atau penggemar merupakan sebuah respons dari sistem selebritis media massa. Sebenarnya penggemar (fans) tidak boleh begitu saja dipersalahkan karena memuja idola mereka, karena di lain pihak industri budaya populer Korea juga tidak pernah berhenti memproduksi idola (Jin & Ryoo, 2012). Seolah pabrik maka produsen budaya pop Korea terus menerus mencetak artis K-Pop untuk menjadi bintang baru yang diorbitkan agar menjadi idola bagi anak muda dan remaja sasarannya. Para penggemar (fans) yang begitu gila terhadap K-Pop seolah tak ubahnya sebagai obyek atau korban yang menerima saja semua yang diketengahkan oleh media massa tentang K-Pop. Penggemar atau Penggemar (fans) budaya pop menurut Jenson yang dikutip Storey (2003) terbagi menjadi dua tipe yaitu individu yang terobsesi (biasanya laki-laki) dan kerumunan yang histeris (biasanya perempuan). Penggemar (fans) ditunjukkan seolah-olah sebagai yang ”lain” / liyan yang berbahaya dalam kehidupan modern, mereka terobsesi dan histerikal sementara ”kami” waras dan patut dihormati. Pandangan seperti ini sangat nyata sebagaimana ditangkap peneliti dalam salah satu pertemuan dengan informannya yang kala itu dikelilingi oleh rekan-rekan kerja yang tidak berminat terhadap KPop. Kepada peneliti para rekan kerja dan atasan mengatakan bahwa informan ”autis” , tidak wajar dan hanyut dalam dunianya sendiri. Sesungguhnya media massa memberikan andil yang cukup besar terhadap perilaku penggemar (fans), artinya media massa yang membentuk sebuah wacana tentang seorang bintang sehingga khalayak mengagumi dan memuja bintang tersebut (Prasetiyo Laksono). Akan tetapi sebenarnya penggemar (fans) tidaklah merupakan target yang begitu saja menerima apa saja yang disajikan oleh media kepada mereka. Penggemar (fans) secara teratur membaca teks dan terus menerus membaca teks yang disajikan secara berulang-ulang/ reread (Storey, 2003). Penggemar (fans) atau penggemar budaya pop menurut Joli Jensen (1992) berhubungan erat dengan dunia selebritas dan penggemar (fans). Penggemar (fans) merupakan sebuah respons dari sistem selebritis (star system) yang diciptakan media massa. Sebenarnya penggemar (fans) tidak boleh begitu saja dipersalahkan karena
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
50
memuja idola mereka, karena di lain pihak industri budaya populer Korea juga tidak pernah berhenti memproduksi idola (Jin & Ryoo, 2012). Dari kegemerannya Penggemar (fans) dapat melakukan proses pembacaan kembali (reread) terhadap teks yang sama berulang-ulang. Dan mendapatkan berbagai makna yang baru melalui proses reread ini (Jenkins, 1992). Sebenarnya studi ilmiah tentang penggemar (fans) yang biasa disebut Fan Studies serta keberadaannya sebagai penggemar (Fandom) merupakan sebuah studi yang relatif baru dalam kaitannya sebagai suatu penelitian akademik (Jenkins, 1992; Sandvoss, 2005). Gray (2003) menyebutkan bahwa sebenarnya tanpa disengaja riset terhadap fan juga biasanya merupakan riset audiens (audience research). Menurut Siuda (2010) penggemar adalah penerima yang spesifik dari budaya populer dan merupakan audiens yang unik dari teks media yang beragam. Penggemar memiliki pengetahuan mendalam tentang produk yang membuat mereka terpesona sebagai hasil dari konsumsi yang berulang kali. Dan penggemar (fans) adalah mereka yang mendapatkan kesenangan dari sesuatu yang tidak terlihat istimewa bagi orang lain. Fan walaupun merujuk kepada individu akan tetapi mereka tahu bahwa sebenarnya mereka merupakan bagian dari kumpulan penggemar yang lebih besar (Ross & Nightingale, 2003) sehingga mereka selalu disebut sebagai Penggemar (fans) yaitu bentuk jamak dari Fan (penggemar). Sedangkan menurut Lawrence Grossberg yang juga dikutip oleh Lewis (1992) Fandom adalah sebuah hubungan yang khusus antara audiens dan budaya di mana kesenangan konsumsi digantikan oleh investasi dalam perbedaan. Suasana hati (mood) dalam Fandom serta perasaan yang timbul menjadi terorganisasi dan obyek pesona tertentu menjadi suatu bagian yang penting. Pengertian lain tentang Fandom berasal dari Sandvoss (2005) adalah sebuah bentuk konsumsi yang terus menerus dan melibatkan perasaan, hal ini merupakan ciri khas perilaku penggemar (fans). Fandom berasal dari dua kata Fan dan akhiran dom seperti pada kata kingdom atau freedom. Istilah Fandom ini juga merujuk pada sebuah subkultur yang terdiri dari penggemar yang memiliki karakteristik tertentu, yaitu sebuah perasaan simpati dan persahabatan dengan orang lain yang memiliki ketertarikan yang sama
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
51
(Littlejohn, 2009). Fandom dapat tumbuh dengan berpusat pada area apapun yang menarik dan dapat dijadikan kegiatan bagi orang banyak. Pengertian lain dari Fandom merujuk pada komunitas berdasarkan kegemaran (fan-based community) yang dipersembahkan/didedikasikan untuk sebuah acara TV atau medium induksi budaya lainnya, termasuk film, buku, musik, komik dan materi-materi lainnya (Fanfiction Terminology, 2013). Istilah fandom dapat ditelusuri awal penggunaannya di awal abad ke 20. Dari penjelasan antara Penggemar (fans) dan Fandom maka sangat jelas terlihat bahwa pengertian Penggemar (fans) akan sangat sulit dilepaskan dari Fandom. Awalnya fokus pembicaraan pada umumnya saat orang berbicara tentang penggemar (fan) dan kondisi atau perilaku sebagai penggemar (fandom) ditujukan pada penggemar sepak bola atau olah raga lainnya. Dalam perkembangannya istilah penggemar tidak hanya pada penggemar olah raga tetapi juga para penggemar pada novel fiksi sains yang populer saat itu yaitu novel detektif Sherlock Holmes karangan Sir Arthur Conan Doyle. Mulailah dikenal komunitas penggemar yang terorganisir. Perilaku penggemar yang khas sudah terlihat saat itu terbukti dengan rasa duka yang mendalam atas kematian tokoh Sherlock Holmes (Littlejohn & Foss, 2009). Penelitian awal tentang Fan Studies & Fandom dilakukan oleh Henry Jenkins di Amerika terhadap penggemar Serial televisi Star Trek yang disebut Trekkies. Peneliti lain yang banyak membicarakan seperti John Fiske membicarakan tentang Fandom dan budaya populer. Sedangkan teoritisi seperti Kristina Busse (Fan Fiction and Fan Communities in The Age of Internet dan Fan Fiction Studies Reader) dan Robin Reid yang memfokuskan studinya pada fantext. Dalam semua kasus hubungan antara penggemar dengan obyek yang diidolakan menunjukkan beberapa ciri yaitu kekaguman yang luar biasa, ketertarikan pada segala sesuatu yang dikerjakan oleh sang idola dan masuknya perasaan atau emosi pada suatu perihal tertentu yang terkait biasanya ciri yang satu ini bersifat komunal, serta keterlibatan dalam suatu aktivitas kesenangan tertentu (Littlejohn & Foss, 2009; Lewis, 2001;Sandvoss, 2005 Ibrahim, 2010).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
52
Dalam Fan Studies, setiap orang dianggap sebagai penggemar dari sesuatu (Young, 2009). Orang-orang seperti ini seringkali membentuk dan bergabung pada komunitas penggemar yang terdiri dari orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama pada sebuah produksi media tertentu. Penggemar memiliki ciri tertarik pada detil-detil yang kecil dari obyek yang dikaguminya dan menghabiskan waktu serta energinya untuk terlibat dengan obyek kekagumannya tersebut dan sering kali menjadi bagian dari jaringan sosial yang melakukan praktik tertentu. Fandom merujuk pada para penggemar dan aktivitas mereka yang berhubungan dengan kegemarannya (fannish activities). Contoh paling mudah adalah keterlibatan seorang penggemar pada sebuah komunitas dengan para penggemar lainnya yang memiliki ketertarikan dan kekaguman pada obyek yang sama, dan mengekspresikannya dengan membuat sesuatu seperti jaket komunitas, stiker, kipas, poster, gambar-gambar kartun atau barang-barang memorabilia lainnya. Pengertian ini yang membedakan antara fandom dengan fannish yaitu mereka yang hanya cukup menyukai obyek yang sama (Princeton, 2013). Sehingga untuk selanjutnya dalam disertasi ini, apabila peneliti akan merujuk pada sekumpulan orang dalam komunitas penggemar atau tindakan mereka sebagai penggemar (fans) maka akan disebut fandom, akan tetapi jika peneliti merujuk pada orang perorang saja akan disebut penggemar (penggemar (fans)). Menurut McQuail (2005) Fandom adalah sebuah fenomena yang dirangsang sebagai respon pada selebritas media, menyiratkan adanya keterikatan yang intens dan keterlibatan dalam prestasi dan kehidupan pribadi pemain bintang terutama dalam musik dan hiburan populer. Fandom sering kali dihubungkan dengan ketidakrasionalan dan hilangnya sentuhan dengan realitas atau dunia nyata. Dalam kaitan dengan pemahaman inilah lalu muncul istilah star system . Star system didirikan di atas prinsip bahwa untuk penggemar (fan) agar dapat eksis maka dibutuhkan bintang (idola) untuk mereka kagumi, entah bintang film, penyanyi pop, olahragawan atau tipe-tipe pribadi populer yang mempesona. Jadi Penggemar (fans) tidak akan ada (exist) jika media tidak memberlakukan atau mengadakan adanya selebriti atau figur publik dengan demikian media berperan menciptakan adanya figur publik tersebut.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
53
Jenkins (1992) menyebutkan bahwa penggemar (Fan) adalah seseorang yang terobsesi dengan bintang, selebrita tertentu atau pada film, suatu program TV atau grup musik/band. Jenkins juga menjelaskan bahwa stereotipe penggemar Star Trek (Trekkies) yang dia amati dalam penelitiannya, menunjukkan karakteristik tertentu. Menurut Jefkins lebih lanjut ada beberapa aspek stereotipe penggemar adalah a). orang-orang yang tidak melakukan pertimbangan sama sekali dalam membeli apapun yang berhubungan dengan program dan para pemainnya, b). mendedikasikan hidup mereka pada kultivasi (budi daya) pada pengetahuan yang tidak berarti, c). menempatkan kepentingan yang tidak seharusnya pada materi budaya yang akan berkurang nilainya d). canggung (socially misfit) secara sosial karena begitu terobsesi dengan penampilan para idolanya sehingga menyita waktunya untuk mengalami pengalaman sosial lain, e). terdefeminisasi (defeminate) dan / atau terdeseksualisasi (desexualized) melalui keterlibatannya yang amat dekat dengan budaya massa, f). kekanak-kanakan, secara emosi dan intelektualitas tidak matang, dan g). tidak mampu memisahkan antara fantasi dengan realita kenyataan yang ada. Stereotipe yang dipaparkan Jenkins ini tepat bila menggambarkan bahwa penggemar terutama dari kelas (sosial) marjinal dan kurang terhormat, sering kali dianggap umum mencurigakan dan dicela karena membuang-buang tenaga dan waktunya (Littlejohn & Foss, 2009). Mereka dianggap sebagai orang-orang yang memiliki permasalahan dalam hubungan sosial dan hanya terpaku pada satu hal yaitu obyek yang menjadi kesenangannya itu saja. (Jensen dalam Lewis, 1992; Sullivan, 2003). Selera menjadi salah satu alat yang penting dimana perbedaan sosial dipelihara dan identitas kelas ditempa (Jenkins, 1992). Pemahaman awal pada saat fan studies mulai dikembangkan memang lebih cenderung bernada negatif karena penggemar dianggap sebagai orang yang sangat terobsesi pada obyek favoritnya (Sandvoss, 2005; Siuda, 2010). Perilaku sebagai penggemar antara lain dapat ditunjukkan melalui Cosplay (berdandan & berpakaian seperti tokoh idola) seperti yang dilakukan oleh penggemar Manga dan Anime dari Jepang (Velma, 2010, Rastati, 2011), atau sebagai salah satu tokoh dalam serial Star Trek seperti yang dilakukan oleh para Trekkies yang diamati oleh Jenkins (1992).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
54
Dalam pengamatan para akademisi yang mempelajari penggemar (fan) sebagai obyek penelitian dalam Penggemar (fans) Studies, para penggemar (fans) mengalami berbagai macam dinamika (Siuda, 2010; Sullivan, 2003). Dengan perkembangan jaman serta perkembangan media, maka terjadi perubahanperubahan yang mendasar dalam mempelajari penggemar (fans) studies. Dengan perkembangan digital komunikasi memberikan dampak yang mendalam pada fandom, memberdayakan mereka sekaligus membuat tidak berdaya pada saat yang sama, mengaburkan batas antara produsen dan konsumen serta menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara korporasi yang sangat kuat dan para penggemar secara individu serta memberikan bentuk yang baru bagi arti penggemar (fan). Menurut Sullivan (2013) manakala penggemar (Fan) bertemu dengan sesama Fan baik melalui tatap muka atau interaksi on line, mereka segera membagi ikatan bersama dari keterpesonaan mereka pada teks media tertentu dan pengetahuan mereka tentang teks media tersebut. Penggemar (fan) memikirkan mereka sendiri dengan cara yang signifikan sekali seperti membagi (sharing) ketertarikan bersama (common interest) dalam obyek yang mereka sama-sama gemari, mereka inilah yang menjadi niche audience (Ross & Nightingale, 2003). Ross & Nightingale juga menjelaskan bahwa penggemar (fan) dan komunitas fan berada dalam perubahan yang terus menerus yang ditandai dengan munculnya kelompok/ komunitas penggemar (fan base community)
baru dan bubarnya kelompok-kelompok
yang lama.
Bagaimanapun juga tetap para penggemar (penggemar (fans)) melihat diri mereka sebagai bagian dari komunitas yang lebih besar, walaupun fandom mereka bersifat pribadi atau privat dan aktifitasnya individu, tetapi pada dasarnya mereka tetap tahu bahwa mereka merupakan bagian dari sebuah komunitas. Sehingga Fandom dapat dilihat sebagai respon patologis para penggemar (fans) secara individu maupun kolektif terhadap istilah star system (Grossberg dalam Ross & Nightingale, 2003). Sekali lagi yang perlu diingat adalah jika kita meneliti tentang Penggemar (fans) maka tidak dapat dilepaskan dari Fandom, karena perilaku yang menunjukkan bahwa seseorang atau sekelompok orang adalah Fan(s) ataupun keberadaan sebagai Penggemar (fans) adalah suatu Fandom. . Rasa terpesona Fan terhadap idola hanya dapat diluapkan dengan bertemu langsung dalam sebuah
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
55
konser, meniru gaya penampilan mereka, mengumpulkan poster, artikel majalah atau koran, mengkoleksi lengkap album idolanya serta mengumpulkan memorabilia milik sang idola. Sebagai contoh paling nyata adalah apa yang dilakukan para penggemar Elvis Prestley atau The Beatles yang rela berdesakdesakan menonton konsernya atau berdiri berjam-jam di depan hotel tempat idolanya menginap karena berharap mereka akan terlihat dari jendela, naik ke atas mobil yang ditumpangi sang idola, bahkan yang paling parah adalah membuntuti (stalking) sang idola ke mana saja. Yang paling fatal karena kadang-kadang dapat berakhir dengan membunuh idolanya seperti yang dilakukan dalam oleh Mark David Chapman yang membunuh John Lennon dan penyanyi latin Selena yang dibunuh oleh Yolanda Saldivar pendiri dari klub penggemarnya sendiri di tahun 1995. Dari semua penjelasan tentang Fan dan fenomena Fandom, jadi intinya menurut McQuail (2005) terdiri dari komponen-komponen seperti: investasi emosional dan identifikasi, aktivitas sekunder yang menarik hati, kesadaran terhadap ketertarikan pada kepentingan bersama (dalam komunitas penggemar), rekrutmen media dan manipulasi terhadap Fan, menjadi pecinta (aficionado) dan gambaran terhadap ketidakrasionalan. 2.7. Perkembangan Studi Penggemar (fans) dan Fandom Penggemar (fan) juga dianggap sebagai orang yang bodoh secara budaya (Ros & Nightingale, 2003) dan secara sosial tidak mampu untuk berinteraksi akan tetapi sebenarnya melalui interaksi mereka dengan sesama penggemar mereka memberikan bentuk hubungan interaksi yang berbeda dari interaksi penggemar era sebelumnya (tahun 60‟an – 90‟an). Dalam mempelajari studi penggemar atau kajian penggemar ini ada beberapa periode/ generasi, merujuk pada periode para ahli melakukan penelitian penggemar dan momen apa yang terjadi saat mereka meneliti. 2.7.1. Periode/Generasi Studi Fans dan Fandom Menurut Jenkins (2006) ada tiga momen atau tiga generasi saat kajian penggemar ini dapat digabungkan seolah menjadi satu teori yang satu. Ada era
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
56
generasi peneliti yang mempelajari audiens yang aktif dan penggunaan studi etnografi yang diturunkan dari ilmu Sosiologi. Teoritisinya adalah John Tulloch, John Fiske dan Janice Radway. Para teoritisi ini berdiri di luar penelitian mereka dan bebas dari segala implikasi langsung dari subyek yang diteliti. Ke tiga teoritisi ini mulai mengakui bahwa ada peran aktif audiens tetapi tulisan mereka sangat tidak personal (depersonalize). Generasi ke dua adalah Jenkins, Camille Bacon Smith yang sudah memiliki wacana yang diformulasikan sangat jelas tentang aktif atau pasif audiens dan yang menolak atau menerima. Mereka berdua berusaha menemukan apa artinya menjadi penggemar, dan berjuang untuk menemukan bahasa untuk mengeluarkan pemikirannya yang berbeda perspektif yang mereka dapatkan dari pengalaman hidup dan pengetahuan pada situasi tertentu. Studi generasi ke dua ini membuka jalan untuk generasi ke tiga disebut Jenkins sebaga aca-fen, yaitu mereka yang merupakan akademisi sekaligus penggemar (dari kata academician dan penggemar (fans)), di mana bagi generasi ini identitas bukan merupakan sesuatu yang problematic untuk digambungkan dan dicampur. Generasi ini lebih terbuka dalam menuliskan pengalaman mereka dalam fandom tanpa keharusan untuk membela diri di komunitasnya. Sehingga generasi ke tiga peneliti kajian penggemar ini dapat menghadapi kontradiksi yang ada dalam studi kajian ini, mendebat dan menumbuhkan kembali kecanggungan subyek yang memang sudah ada dan menjadi bahan pemikiran sejak awal adanya studi tentang penggemar. Siuda (2010) memaparkan bahwa secara akademis pada studi kajian penggemar (fan studies) terjadi evolusi, karena dalam pandangannya ada tren yang mempengaruhi setiap penjelasan studi kajian penggemar ini, dan tren sendiri dipengaruhi oleh berbagai situasi dan kondisi, seperti gelombang laut (wave). Gelombang yang pertama adalah Gelombang Deviasi. Gelombang ini ada sejak awal adanya penelitian penggemar (fan research) secara akademis, yaitu sejak komunitas penggemar pertama tahun 1930an. Komunitas penggemar ini diawali dengan ajakan penulis Hugo Gernsback terhadap pembaca sebuah majalah fiksi ilmiah, Amazing Stories untuk mengirim surat mengomentari isi majalah tersebut. Akibatnya penggemar tidak hanya mengirim komentar tetapi mulai bertukar alamat yang dipublikasikan oleh Gernsback, sehingga para pembaca
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
57
dapat saling berkirim surat dan saling berkunjung. Tahun 1939 dianggap sebagai awal pergerakan gelombang deviasi ini. Tahun ini juga konvensi fiksi ilmiah internasional pertama diadakan. Selama gelombang ini, para penggemar/pengagum adalah orang-orang yang tidak terkenal, mereka dipandang dengan stereotype tertentu, yaitu sebagai orang-orang yang anti sosial karena sulit bergaul, kekanak-kanakan, berperilaku menyimpang. Contohnya para penggemar artis rock n roll terkenal saat itu, Elvis Presley, mereka tidak hanya menyimpan memorabilia resmi seperti kaos, foto dan cangkir tetapi juga keringat Elvis dan potongan kukunya yang dijual di pasar tidak resmi. Stereotipe yang sama juga didapat dalam penelitian Jenkins. Para penggemar dalam gelombang ini diperlakukan dengan diolok-olok karena dianggap memiliki perilaku tidak terkontrol yang mendekati kegilaan dan dianggap berbahaya bagi realitas modern, karena dianggap disfungsional. Pengagum diperlakukan secara patologi untuk menunjukkan adanya perbedaan, antara orang-orang akademis, kelas atas, berpendidikan dengan mereka yaitu penggemar yang tertarik dengan budaya populer,sangat emosional, kelas bawah dan tidak berpendidikan (Jenson dalam Lewis, 2001). Gelombang deviasi ini sangat negative, saat yang sama tumbuhlah pemikiran kritis seperti pemikiran Jay Goulding dan Theodor Adorno. Pada gelombang ini dikenal adanya istilah pseudo knowledge yang merujuk pada pengetahuan yang luas tentang penggemar. Penggemar digambarkan sangat negative dalam gelombang ini karena pemikiran mazhab Frankfurt sangat kuat pengaruhnya di saat itu. Menurut pandangan Adorno yang berasal dari mazhab ini, musik populer adalah hiburan yang tidak matang dan tidak dewasa, karena hanya mengulang dan terlalu sederhana, sangat berbeda dengan musik klasik. Gelombang ke dua yaitu Gelombang Resistensi, para ahli dalam gelombang ini tidak menganggap penggemar sebagai orang-orang yang dimanipulasi atau individu yang patologis, sebagaimana gelombang sebelumnya. Para penggemar dianggap sebagai orang-orang yang aktif dan kreatif, tidak mengalami dikte dari ide produser tetapi merupakan anggota komunitas yang menciptakan budaya sendiri. Tahun 1992 dianggap sebagai awal dari gelombang
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
58
ini karena beberapa karya penting dari pemikir di gelombang ini dicetuskan pada tahun itu. Sejak 1990an awal para penggemar dipengaruhi oleh adanya internet, mereka dapat berinteraksi melalui internet dan komunikasinya tidak lagi hanya terbatas pada berita/koran khusus penggemar (fanzines).para penggemar mulai berkumpul dan berkoloni di dunia maya, menciptakan tempat-tempat baru untuk membangun
ketertarikan
mereka.
Mereka
menggunakan
internet
untuk
mendiskusikan teks favorit mereka dan saling bertukar pendapat. Karena para penggemar ini makin lama makin memperluas kesukaan mereka terhadap berbagai produk media, mereka dapat memanfaatkan teknologi yang paling mutahir dan mengorganisasi kelompok mereka lebih baik lagi. Karena para penggemar mulai menulis dan menghasilkan pekerjaan amatir maka peneliti akademis memutuskan bahwa ternyata perilaku penggemar tidaklah seeksentrik dan menyimpang sebagaimana pemikiran para peneliti gelombang sebelumnya. Dan mungkin saja para penggemar bukanlah penerima yang dimanipulasi begitu saja oleh budaya populer. Penelitian saat itu menggunakan sumber yang sangat berbeda dibanding peneliti gelombang sebelumnya. Dick Hebdige yang meneliti sub kultur anak muda dan gaya mereka, menyatakan bahwa para penggemar ini tidak pasif dan bukan orang yang tidak bijaksana. Michel de Certeau menggambarkan bahwa ada dua kekuatan yang eksis yaitu kekuatan produser media budaya pop dan resistensi konsumen budaya pop yang memiliki kreativitas dan produk amatirnya sendiri. Menurut De Certeau konsumen selalu dalam posisi yang berlawanan dengan produsen dan dari sinilah selalu terjadi pertentangan. Penerima/ konsumen budaya pop digambarkannya seperti “pemburu” yyang bepergian kemana saja mereka mau dan mengambil apapun yang mereka butuhkan untuk mencapai tujuan mereka. Penerima mengadapts teks untuk mereka sendiri dan sangat aktif membangun budaya mereka sendiri dari elemen-elemen yang dipilih dan diproses dari siaran media resmi. Akademisi gelombang resisten kebanyakan mendasarkan pemikirannya pada teori tersebut. Karena mereka melihat individu sebagai bagian dari komunitas dan para penggemar bukanlah mereka yang patuh pada tali kekang produsen, para penggemar mengorganisasi konvensi, membuat fiksi sendiri (fan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
59
fiction – fanfic) membuat majalah atau bulletin sendiri, semuanya sebagai bagian dari produksi konten media secara sosial dan kritis yang berbeda dari apa yang didiktekan oleh produsen. Para penggemar menginterpretasikan konten media secara berbeda dari pada yang diharapkan produsen, mereka dalam hal ini menjadi lebih ideologis dan dipandang sebagai audiens yang menolak ideologi dominan (yang didiktekan oleh produsen). Jenkins termasuk sebagai akademisi dalam gelombang ke dua ini. Gelombang ke tiga adalah Gelombang Arus Utama(Mainstream Wave). Gelombang ini tidak seradikal gelombang sebelumnya. Dua gelombang sebelumnya bisa dikatakan saling tumpang tindih karena menggunakan sumbersumber yang sama dan diketengahkan oleh beberapa ahli yang sama. Akan tetapi gelombang yang ketiga ini yang diawali pada tahun 2006 oleh penelitian Jenkins tentang budaya konvergensi, kurang radikal dibanding gelombang sebelumnya. Dalam gelombang ini para peneliti menyingkirkan dikotomi antara penggemar yang baik dan produsen yang jahat, mereka tidak lagi melihat penggemar sebagai pembela kebebasan atau pemberontak yang melawan konglomerasi media, karena tidak ada gunanya untuk berada dalam perang dengan para produsen karena mereka telah belajar dari kesalahannya dan memutuskan untuk berubah. Produsen telah belajar untuk mendengarkan penggemar dan menganggap para penggemar sebagai prioritas mereka yang utama. Praktisi PR juga menjadi pihak yang pro pada konsumen dan karena aktivitasnya dapat mendukung sebuah produk media dengan cara yang tidak dapat dilakukan melalui iklan. Penggemar sekarang ini adalah konsumen yang loyal dan sangat percaya kepada produk yang dihasilkan, dan oleh karena itu mereka sangat berharga bagi produsen, dan harus dimenangkan oleh produsen. Fandom sangat dihargai dan kegiatannya dilakukan secara terbuka, terlebih lagi dengan adanya internet kegiatan para penggemar menjadi lebih terbuka dapat diakses oleh publik. Dahulu agar dapat menjadi anggota komunitas seseorang harus menghadiri konvensi atau diperkenalkan oleh orang lain yang sudah menjadi anggota. Saat ini seseorang hanya perlu mencari apa yang diperlukannya di internet lalu bergabung dalam komunitas penggemar atau bulletin yang ada di Internet atau memulai membaca fanfics, yang tersedia semuanya secara on line. Studi tentang komunitas
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
60
penggemar dalam 20 tahun terakhir semakin fokus pada internet sebagai tempat aktivitas bersama para anggota (Wiatrowski). Dalam perkembangannya saat ini dengan adanya media sosial dan terbentuknya milis-milis penggemar maka memudahkan para penggemar untuk berhubungan satu sama lainnya tanpa harus bertemu. Kemampuan konvergensi media juga mempengaruhi industri wacana antara penonton dan penggemar. Karena ada perbedaan antara perilaku penggemar dengan perilaku meniru idolanya (fannish behavior). Perilaku penggemar menjadi lebih berkembang saat ini karena pertolongan media on line yang memudahkan penggemar untuk mengunduh dan mengunggah foto-foto, video dan karikatur tokoh idolanya, bahkan mengarang cerita fiksi yang mengikutsertakan sang idola dalam ceritanya. Fan tidak lagi hanya menjadi pasif audiens akan tetapi mereka mampu menciptakan hal baru dari kekagumanya pada idola. User Generated Content merupakan satu karya yang dihasilkan oleh penggemar, menggunakan ide asli dari para penulis asli dengan adaptasi yang mereka lakukan sesuai dengan ide kreatifitas para fan masing-masing. 2.8. Musik sebagai Produk Budaya Populer Untuk memahami pengertian tentang budaya populer terlebih dahulu kita harus memahami arti budaya. Ada banyak definisi tentang budaya yang sudah diketengahkan para ahli, antara lain budaya adalah sebuah kumpulan pengetahuan yang dibagi bersama dalam suatu kelompok, menurut Samovar, Porter & Mc Daniel (2010) , Menurut Raymond Williams budaya adalah cara manusia hidup(dalam Littlejohn & Foss, 2009), pandangan hidup tertentu dari masyarakat , periode, atau kelompok tertentu (1983: 90). Budaya adalah proses hidup yang aktif, yang berkembang dan diterapkan hanya dari dalam (Fiske, 2011). Triandis menjelaskan bahwa budaya adalah seperangkat elemen obyektif dan subyektif yang dibuat manusia, dan dapat meningkatkan kemungkinan untuk bertahan di masa lampau dan menghasilkan kepuasan bagi pengikutnya, lalu perangkat tersebut dibagi dengan orang lain yang saling berkomunikasi dengan bahasa yang sama dan tinggal dalam ruang dan waktu yang sama (Samovar, Porter & McDaniel, 2010). Ada lima komponen yang mendefinisikan gagasan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
61
tentang budaya bagi anggota suatu kelompok budaya yaitu, a). suatu khazanah kepercayaan yang melaluinya anggota kelompok dapat memahami diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya, serta menerapkan makna terhadap perilaku dan hubungan sosial dengan orang lain, b). berbagai nilai dan norma perilaku yang mengatur hubungan sosial, c). memberitahukan hal-hal yang berhubungan dengan tahapan kehidupan manusia (kelahiran, pernikahan dan kematian), d). berbagai konsep tentang sejarah yang berbeda dengan kelompok lain, dan e). pengembangan karakter sosial bersama. Lima komponen ini yang dibagi bersama (shared) dalam suatu kelompok masyarakat (Burton, 2008). Sedangkan kata populer menurut Williams dipandang dari sudut pandang orang dan bukannya dari mereka yang mencari persetujuan atau kekuasaan atas mereka (Strinati, 2007). Arti kata populer dalam kamus Merriam Webster adalah diterima secara luas, berhubungan dengan publik secara umum atau cocok untuk mayoritas. Menurut Hall kata populer secara komersial didefinisikan sebagai “pasar” di mana orang mendengarkan, membeli, membaca, Mengkonsumsi dan terlihat sangat menyukai produk (budaya) tersebut. (dalam Guins dan Cruz, 2005, Storey, 2009). Hall juga menyatakan dalam tulisannya Notes on Deconstructing The Popular bahwa budaya populer dalam dua kutub yaitu penahanan/ pengurungan (containment) dan resistensi (dalam Guins dan Cruz, 2005). John Storey (2003) mengatakan bahwa budaya populer adalah budaya yang secara luas dapat diterima oleh masyarakat di mana budaya tersebut disebarkan atau diperkenalkan melalui media massa. Istilah budaya populer merujuk pada suatu produk ataupun fenomena yang disukai oleh orang banyak (Haryanto, 2006). Menurut Raymond Williams, budaya populer bukan diidentifikasi oleh rakyat tetapi oleh orang lain, dan masih menyandang dua makna kuno, yaitu jenis karya inferior contohnya karya sastra, dan semua karya-karya berkualitas, serta jenis karya yang secara sengaja dibuat agar disukai orang contohnya hiburan populer, jurnalisme populer, maupun populer dalam arti modern yaitu disukai banyak orang (Strinati, 2007). Strinati sendiri menjelaskan bahwa budaya populer seringkali disamakan dengan budaya massa karena diproduksi untuk pasar massal, dan budaya populer adalah budaya yang dihasilkan melalui teknik-teknik
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
62
industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa (2007). Budaya populer sudah memainkan peranan dan akan terus memainkan peranan dalam pelbagai masalah dunia (Crothers, 2007). Budaya massa sebagai budaya populer memiliki beberapa proposisi di dalamnya yaitu produksi massa telah menghasilkan budaya massa yang telah menjadi budaya populer, sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Budaya massa telah menggantikan budaya rakyat (folk culture) yang merupakan budaya masyarakat sebenarnya. Budaya massa didominasi oleh produksi dan konsumsi barang-barang material oleh seni sejati dan hiburan masyarakat. Penciptaannya didorong oleh motif ekonomi untuk mencari keuntungan (Burton, 2008). Logika-logika bisnis telah menjadikan suatu budaya tidak lagi menjadi hasil karya manusia yang adiluhur (high culture) akan tetapi sudah distandarisasi sedemikian rupa sehingga mengikuti logika pasar atau logika ekonomi, yang lebih dikenal sebagai budaya populer (popular culture) (Strinati, 2007). Ryan dan Mussiol (2010) menyatakan bahwa karena sifat industri budaya yang didorong oleh keinginan untuk mendapat profit maka para pelaku (industri budaya) melakukan standarisasi untuk memastikan adanya keberlanjutan pemasukan uang. Suwarna (2012) menyebutkan bahwa sejak K-Pop digemari di Indonesia, maka segala sesuatu yang bersinggungan dengan Korea dianggap bagus belaka. Tidak hanya industri musik yang terdorong pertumbuhannya karena kepopuleran K-Pop akan tetapi industri kosmetik, wisata, elektronik bahkan industri boga seperti roti juga diminati di Indonesia. Produk kosmetik seperti Face Shop dan Skin Food sangat dikenal oleh konsumen Indonesia. Industri elektronik LG dan Samsung bahkan sejak dua tahun terakhir sejak 2010 selalu mendapatkan Indonesian Customer Satisfaction Award (ICSA) untuk kategori produk elektronik rumah tangga (Data ICSA, 2012). Industri K-Pop yang sudah giat dibangun sejak era 1990-an sekarang telah menghasilkan devisa yang luar biasa bagi pemerintah Korea, hal ini disebabkan karena pemerintahnya memang dengan sengaja mendorong pergerakan Hallyu (gelombang Korea) melalui produk dari industri budaya mereka, seperti film drama TV maupun musik ke seluruh dunia. Bahkan bagi pihak Korea, kepopuleran Hallyu yang mendorong citra Korea naik di mata dunia, disebut
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
63
keajaiban ke dua (Suwarna, 2012). Kementerian Olah Raga, Turisme dan Budaya Korea menjadi pihak yang bertanggung jawab mendukung penyebaran K-Pop sebagai industri yang berkembang di seluruh dunia (Koalisi Keberagaman Korea, 2011). Dari beberapa penjelasan ini bisa kita lihat bahwa K-Pop memang benar adalah suatu industri budaya, dihasilkan untuk memenuhi tuntutan pasar yang menggemarinya dan merupakan suatu keuntungan bahwa produksi dan distribusinya didukung oleh pemerintah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa penyebaran K-Pop melalui media massa ini sebagai instrument atau alat untuk menyampaikan kepentingan Korea (propaganda Pemerintah Korea). Kekuatan pasar besar sekali dalam mendorong produksi K-Pop termasuk mencetak para artisnya (Suwarna, 2012). Dengan adanya uang atau modal yang dipertaruhkan maka apabila ada hasil produk yang mendatangkan keuntungan, maka dengan cepat akan digandakan atau dibuat berulang-ulang hingga akhirnya menjadi suatu standarisasi. Standarisasi dalam hal ini penting karena sifat dari audiens baik dalam negeri maupun secara internasional, hal yang demikian berlaku juga bagi pelaku industri K-Pop. Karakteristik audiens yang terdiri dari berbagai level pendidikan dan keberagaman kemampuan memahami produk industri budaya menjadi acuan bagi para pelaku industri. Kaitan lain dalam budaya populer dengan produksi budaya adalah adanya ideologi dan kekuasaan. Ideologi dilekatkan kepada produk-produkkebudayaan terutama dalam upaya pemasaran dan promosi. Produk-produk kebudayaan dapat dilihat sebagai promosi ideologi di belakang produk-produk tersebut. Dalam pengertian ini berarti orang membeli suatu barang baru berarti membeli berbagai kepercayaan dan nilai yang diminati orang-orang karena status sosial, kemakmuran materi, baru berarti bagus dan daya saing. Berbagai pandangan ideologis ini menghasilkan kekuasaan bagi orang-orang yang memproduksi barang-barang kebudayaan dan berpura-pura meningkatkan kekuasaan orangorang yang mengkonsumsi barang-barang tersebut. Sebagai contoh iklan Mercedes Benz C-Class Coupe yang terbaru di berbagai media yang tertera adalah “Awe. Inspiring” yang memberikan arti tersembunyi bahwa pengguna mobil
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
64
Mercedes Benz S-Class adalah seorang yang menimbulkan kekaguman dan menginspirasi orang lain, padahal itu hanya nilai yang diberikan oleh produsen Mercedes Benz agar produknya menarik perhatian konsumen. Pemahaman ini
jugalah yang dicetuskan oleh Adorno melalui Teori
Musik Popnya bahwa musik populer yang dihasilkan oleh industri budaya didominasi oleh dua proses : standarisasi dan individualisasi semu. Bagi para pendengar musik pop produksi yang terstandarisasi berjalan seiring dengan konsumsi yang terstandarisasi. Standarisasi ini merujuk pada kemiripan mendasar pada tiap-tiap lagu, sedangkan individualisasi semua merujuk pada perbedaanperbedaan yang sifatnya kebetulan. Musik-musik K-Pop memiliki aspek standarisasi yang bila diamati dengan seksama dapat ditemukan bahwa ada kesamaan dalam hampir setiap musiknya walaupun berbeda aliran. Kesamaan-kesamaan yang dapat diidentifikasi (Zestya, 2011) antara lain : irama yang menarik perhatian (catchy tunes) dan ketukan irama yang dinamis, sehingga mudah didengar serta tidak membutuhkan pemikiran mendalam saat mendengarkan. Selain itu tampilan para artisnya yang menari di atas panggung dengan gerakan-gerakan dinamis dan cepat serta sinkron menyebabkan audiens mudah terpukau. Artis-artis K-Pop memiliki penggemar (fans) yang loyal, bahkan fanatik. Kesamaan lainnya adalah pelatihan intensif yang dijalani di agen masingmasing sebelum mereka akhirnya diorbitkan untuk tampil di panggung musik. Dukungan pemerintah Korea sebagaimana sudah dijelaskan, bahwa penyebaran K-Pop ke seluruh dunia ini adalah bagian dari kebijakan Pemerintah. Perubahan besar-besaran pada tampilan fisik para artis Korea merupakan kesamaan selanjutnya. Para artis diperbaiki penampilan fisiknya baik rambut maupun wajah dan sering kali harus melalui operasi plastik. Ditambah dengan kemampuan multi talenta setiap artis K-Pop sehingga mereka tidak hanya mampu bernyanyi akan tetapi juga dapat membintangi drama seri TV yang juga menjadi bagian dari Hallyu. Artis seperti Rain, Taeyoon dan Yoona. Di sini tampak sekali dominasi kekuatan pasar yang harus diimbangi oleh industri K-Pop, hingga harus melakukan tindakan apapun, semuanya demi kepentingan ekonomi. Musik pop menawarkan relaksasi dan istirahat dari kekakuan “kerja yang dimekanisasi” Sebagai suatu hiburan maka menurut Adorno, musik pop mampu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
65
membius audiensnya untuk melupakan kelelahan kerja yang mereka jalani, dan Adorno menyebutnya sebagai kegiatan mendengar yang pasif (passive listening). Musik pop menjadi suatu perekat sosial, menempatkan orang pada realitas kehidupan yang mereka jalani (Strinati, 2007). Tanpa disadari maka audiens sudah “ditempatkan” oleh musik dalam struktur kehidupan, mereka sudah “dibius” dari kesadaran bahwa dirinya sudah mengalami kebosanan akibat ketegangan dan kebosanan kerja, dan upaya penghindaran dari kebosanan itu adalah dengan mendengarkan musik. Musik populerlah yang dapat memenuhi kebutuhan mereka untuk hiburan. Musik populer merupakan kebalikan dari musik “serius” yang termasuk dalam kategori budaya tinggi (high culture). Sejak akhir 1960-an musik populer menjadi fokus utama dari disiplin ilmu yang terkait dengan kajian budaya dan media serta sosiologi. Serting kali musik pop dihubungkan dengan isu politik dan perubahan sosial (Bennett, 2003). Musik mewakili budaya dalam dua cara, pertama sebagai bentuk ekspresi yang lumrah dalam kemanusiaan, dan ke dua sebagai manifestasi paling ekstrem dari perbedaan. Di satu pihak esensi dari budaya universal ditanggung oleh musik sehingga ada kesamaan antara yang menguasai dan yang dikuasai. (Bohlman dalam Clayton, Herbert dan Middleton, 2003). Musik populer merupakan kebalikan dari musik “serius” yang termasuk dalam kategori budaya tinggi (high culture). Berbeda dengan musik serius yang dalam penciptaannya mengutamakan kreativitas (sehingga antara karya satu dengan karya lainnya tidak sama), keindahan dan kehalusan. Sementara musik pop dibuat secara massal, berulang dan mengutamakan selera pasar sehingga logika ekonomi yang menjadi titik berat, begitu produsen mengetahui bahwa suatu musik disukai oleh audiens maka dengan segera dibuat berulang-ulang. Kita di Indonesia tentu masih ingat ketika Indonesia dilanda oleh demam lagu-lagu Melayu akibat lagu Isabella oleh Amy Search di tahun 1980-an, maka setelah itu muncullah artis-artis Indonesia menyanyikan lagu-lagu berirama melayu, dan muncul grup musik seperti ST 12 atau Wali. Ada hubungan timbal balik antara musik dan audiens, musik menentukan selera audiensnya dan dalam logika industri budaya kemauan audiens membawa
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
66
implikasi ekonomi bagi industri, akan menentukan musik. Musik menentukan selera audiens dalam kaitannya dengan pembentukan identitas yang akan dibahas setelah ini. Konsumsi terhadap musik populer selalu pasif dan berulang-ulang secara terus menerus dan mengkonfirmasi dunia seperti yang ditunjukkan oleh musik pop tersebut. Adorno menyebut hal ini sebagai suatu standarisasi dan ini merupakan klaim Adorno yang pertama. (Storey, 2003). Musik merupakan salah satu cara dimana para penggemar berkreasi dan memelihara identitas, perasaan siapa mereka dan bagaimana mereka dapat menyesuaikan diri dengan dunia (Ingram dalam Ryan, 2003). Budaya musik pop baik dengan lagu-lagu, majalah, konser, festival dan wawancara artis terkenal, membantu untuk membangun sense of identity atau rasa memiliki identitas tersendiri di antara anak muda. Konsumsi musik adalah salah satu cara suatu subkultur menempa (membentuk dan memelihara) identitasnya dan terus menerus mereproduksi subculture itu sendiri secara budaya sehingga dapat menandai perbedaannya dengan anggota masyarakat lainnya(Storey, 2003). Ide bahwa musik dapat menentukan kategori sosial dari audiensnya telah ditelaah sejak tahun 1970an hingga 1980an, saat itu ditandai dengan munculnya festival musik di Woodstock Amerika tahun 1969 yang mampu menarik pengunjung hingga 500,000 orang. Mempertahankan kategori sosial sebagai identitas menjadi hal yang diperhatikan dengan seksama saat mempelajari hubungan musik dengan audiensnya sebagai upaya menjaga perbedaan subkultur satu dengan lainnya. Penelitian Ibrahim (2010) tentang komunitas penggemar Iwan Fals yang mengerti kualitas musik dan paham politik sehingga identitas tersebut melekat pada mereka dan membedakan dari penggemar musik lainnya. Walaupun pembahasan tentang adanya hubungan budaya antara musik dan anak muda terutama di era globalisasi seperti saat ini, akan tetapi baru akan terlihat sejauh mana hubungan antara keduanya saat anak muda menjadi kelompok konsumen yang berbeda atau kelompok penggemar (penggemar (fans)) tersendiri (Bennett, 2003). Demikian juga dengan musik populer Korea (K-Pop) yang jelas merupakan produk budaya pop Korea yang dihasilkan oleh industri budaya negara
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
67
tersebut. Remaja dan anak muda Indonesia merupakan salah satu target utama dari penyebaran musik tersebut di Asia Tenggara. 2.9. Anak Muda sebagai Penggemar Musik Pop Pengertian anak muda atau kaum muda biasanya merujuk pada kategori usia. Talcott Parsons yang dikutip Androe Soedibyo (dalam Sutrisno, 2006) menyatakan bahwa kategori kaum muda tidak semata-mata karena faktor usia, melainkan karena kategori ini merupakan suatu perubahan konstruksi sosial dan budaya terhadapnya yang muncul pada suatu peristiwa waktu tertentu di dalam kondisi tertentu pula. Kaum muda berada dalam masa peralihan dari anak-anak menuju ke dewasa, dari keadaan dependen (bergantung) ke arah kemandirian. Menurut Soedibyo (dalam Sutrisno, 2006) dalam era kapitalisme seperti sekarang ini perubahan keadaan sosial dan budaya berakibat kepada keluarga dan berujung juga pada kaum muda yang menjadi bagian dari unit terkecil masyarakat yaitu keluarga. Pandangan dan kebijakan penguasa terhadap anak muda sangat menentukan karena pada masa-masa inilah tahap pembentukan ideologi dan mencari identitas sedang terjadi dan karena pada masa-masa ini seringkali teradi pemberontakan terutama di kalangan masyarakat modern yang begitu kompleks. Fornas dalam Burton (2008) mendefinisikan anak muda dengan tiga cara: sebagai fase perkembangan fisiologis, sebagai kategori sosial yang dibentuk oleh institusi-institusi seperti sekolahdan sebagaian didefinisikan melalui ritual-ritual konfirmasi,
serta
sebagai
fenomena
kebudayaan
yang
berpusat
pada
pengungkapan identitas. Lawrence Grossberg menyatakan bahwa anak muda atau remaja dapat memiliki identitas sendiri dalam lingkup masyarakat sosial yang lebih besar. Menurut Hebdige (1984) keberadaan anak muda sering kali ditanggapi dengan sikap mendua, yaitu sebagai hal yang menyulitkan dan menyenangkan. Keberadaan anak muda sering kali dianggap menyulitkan jika dikaitkan dengan fenomena kelompok (gank) sepeda motor, bonek sepakbola dan semacamnya. Sedangkan anak muda dianggap menyenangkan karena terjadi komodifikasi kaum muda sebagai konsumen potensial dalam hal mode, gaya hidup dan aktivitas
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
68
waktu luang (disposable time activities) lainnya dan semua ini merupakan target empuk dari kaum kapitalis. Brake dalam Burton (2008) menawarkan empat kategori generasi muda yaitu: generasi muda yang terhormat, generasi muda yang melakukan pelanggaran norma atau hukum (biasanya pria), mereka yang melakukan pemberontakanpemberontakan kebudayaan dan generasi muda yang militan secara politik. Di era globalisasi seperti sekarang ini dimana perkembangan teknologi demikian pesat, anak muda menjadi target sasaran dari promosi iklan perangkat teknologi canggih dalam upaya menjadikan kelompok ini bergaya hidup mengikuti tren untuk melanggengkan kapitalisme. Tidak heran maka timbul kelompok-kelompok anak muda hedonis yang sering berganti-ganti telpon genggam, gawai atau komputer jinjing setiap seri yang baru dikeluarkan ke pasaran. Didorong oleh berbagai macam media sosial yang begitu akrab dalam kehidupan mereka maka ketergantungan anak muda pada perangkat teknologi komunikasi yang canggih makin besar. Dengan perangkat yang canggih serta aplikasi yang ada di dalamnya, mereka dapat mengunduh berbagai macam lagu baru atau film-film dari artis kesayangannya atau mengunggah hasil karya mereka ke dalam media sosial dan masih banyak lagi. Generasi anak muda sekarang ini adalah generasi yang melek teknologi (tech savvy). Rupanya inilah artefak kebudayaan anak muda masa kini yaitu dari karya yang diunggah ke berbagai macam laman dan media sosial yang tersedia. Anak muda yang merupakan penggemar musik pop saat ini, terbiasa melakukan beberapa pekerjaan/ aktivitas sekaligus (multi tasking), mereka juga sangat menjunjung tinggi prestasi dan pencapaian tujuan oleh karena itu generasi Y ini juga dikenal sebagai generasi yang ambisius, serta menghargai keseimbangan
dalam
hidup,
terbiasa
berkomunikasi
melalui
perangkat
komunikasi seperti telpon genggam dan internet, akan tetapi generasi ini juga merupakan generasi yang mudah sekali bosan dan cepat berubah. Generasi Y juga dianggap sebagai generasi yang lebih mudah bersosialisasi (sociable) dan percaya diri (berbagai sumber, 2012). Musik memang dibuat dan dijual untuk audiens muda dan anak muda secara keseluruhan adalah penggemar dari satu atau lebih genre musik (Laughley,
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
69
2006). Dan Fornas (Burton 2008) menguatkan hal ini bahwa orang-orang muda mengungkapkan diri dalam tingkat yang tidak biasa baik dalam teks, musik, gaya dan sebagainya. Budaya generasi muda menarik untuk diamati karena membantu dalam mengkonstruksi representasi budaya secara keseluruhan. Anak muda merupakan konsumen media dan pegguna berbagai artefak media dan kebudayaan. 2.10. Korean Wave, K-Pop dan Peran Pemerintah Korea Selatan dalam Penyebaran Budaya Pop Korea K-Pop atau Korean Pop adalah suatu sebutan yang merujuk pada musik populer dari negara Korea yang mendunia dalam satu dekade belakangan ini. KPop merupakan bagian dari Korean Wave (Gelombang Korea). Gelombang Korea atau Hallyu menggambarkan penyebaran popularitas Korea yang menyapu dunia internasional dan belum pernah terjadi sebelumnya melalui hasil industri budaya negara tersebut (Fiola dalam Kim & Kim, 2011). Dominasi budaya Korea ini menyebar tidak hanya di Asia saja tetapi juga hingga negara-negara di Timur Tengah, Afrika, pantai utara dan selatan Amerika bahkan hingga ke negara-negara di Amerika Tengah (Shim, 2006; Ravina, 2008; Lee dalam Kim& Kim, 2011). Salah satu artis K-Pop yang paling fenomenal adalah Psy, ia terkenal di seluruh dunia setelah video klipnya diunggah ke situs video on line YouTube. Video ini hingga pertengahan tahun 2015 sudah disaksikan sebanyak lebih dari 2, 354,995 kali sejak pertama kali diluncurkan tanggal 15 Juli 2012, sehingga memecahkan rekor sebagai The Most ”Liked” Video dalam YouTube History menurut Guinnes Book of World Records (Darwis, 2012). Istilah Hallyu atau Korean Wave pertama kali diciptakan di Cina oleh seorang jurnalis dari Beijing di pertengahan tahun 1990an (Fiola dalam Kim dan Kim, 2011). Menurut ke dua penulis tersebut di antara banyak produk budaya pop Korea
popularitas drama seri TV yang memimpin jalan bagi terbukanya
gelombang Korea terutama di negara-negara Asia terutama disebabkan oleh tematema yang dikenal umum yaitu cinta, persahabatan, kebaikan, jahat dan perasaan sentimental lainnya. Korean Wave ini berekspansi secara cepat ke lebih banyak negara di luar Asia, hingga ke daratan Amerika yang sebenarnya kuat dalam
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
70
produksi budaya popnya terutama untuk film dan musiknya dan negara-negara di Timur Tengah yang lebih sulit budaya asing untuk masuk. Produk budaya pop Korea yang menyebar dalam Korean Wave ada tiga macam yaitu seri drama TV (Korean Drama), Film Korea (Korean Movies), musik populer (Korean Pop atau K-Pop). Korean Drama memiliki kekuatan dalam kisah percintaan (romansa), drama sejarah (historical drama) yang mencerminkan produk yang berkualitas tinggi, karakter pemeran yang menyentuh dan skrip yang bagus (Yu dalam Kim dan Kim, 2011). Sedangkan sejarah K-Pop sendiri diawali belum terlalu lama, sebelum awal 1990-an musik Korea didominasi oleh musik rakyat tradisional yang dinyanyikan oleh para penyanyi tua, namun setelah budaya Amerika masuk ke Korea dengan musik-musik popnya maka berkembanglah musik pop Korea dalam bentuk yang baru. Dengan mengadopsi musik pop Amerika, hip hop bahkan rap dinyanyikan oleh para artis muda yang tampil dengan gaya panggung berbeda, karena mereka tidak hanya bernyanyi tapi juga sekaligus menari (Kim & Jaffe, 2013). Kemampuan menyanyi sekaligus menari para artisnya menjadi ciri khas K-Pop, karena artis K-Pop yang biasanya tampil dalam format berkelompok (grup) ini bergerak secara serempak, dengan musik yang mayoritas bertempo cepat dan biasanya terdiri dari sebuah grup vocal (Hapsari 2011). Penampilan para personel grup K-Pop di atas panggung selalu apik dan menarik mulai dari kostum, bentuk tubuh, tatanan rambut, serta keserasian di atas panggung dan di video klip dengan gerakan koreografi yang energik . K pop berhasil menancapkan imajinasi tentang selebriti Korea yang berpenampilan apik dan berwajah mulus (Suwarta 2012). Beberapa artis Korea yang piawai dalam menyanyi, menari dan juga sangat terkenal sebagai artis film antara lain adalah Rain, Choi Min Hoo (anggota Shinee), Park Yoo Chun (anggota JyJ), Kim Hyuna (Wonder Girls dan 4Minute). Bahkan artis seperti Rain memiliki banyak sekali penggemar hingga ke benua Amerika dan Timur Tengah. Mereka rela untuk melakukan berbagai cara agar mendukung tujuannya menjadi artis terkenal, dan perubahan yang dilakukan tidak hanya menyangkut bakat mereka tetapi juga menyangkut penampilan.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
71
Penampilan para artis K-Pop menjadi faktor yang kuat untuk menarik penggemar (fans) di seluruh dunia termasuk Indonesia Bukti lain dari kepopuleran K-Pop di kalangan anak muda, grup Super Junior (Suju) pernah menjadi trending topic nomer satu di seluruh dunia di media sosial Twitter pada bulan Oktober 2010 mengalahkan berita-berita hangat lainnya seperti kasus pekerja tambang Cili yang terperangkap dalam gua selama 69 hari, dan terbukti penggemar dari Indonesialah yang menjadi penggerak pembicaraan on line tentang Suju di media sosial tersebut (Sun Jung, 2011). Dominasi budaya pop Korea melalui K-Pop ini sangat terasa di kalangan anak muda Indonesia jika dilihat dari banyaknya pergelaran/ konser musik K-Pop, media massa yang mengkhususkan pada pemberitaan tentang K-Pop dan tumbuhnya berbagai komunitas penggemar (penggemar (fans) club baik di dunia maya maupun komunitas berdasarkan kota tempat tinggal). Selain itu berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Universitas Vienna dan dikutip oleh Sung (2008) lebih mudah bagi produk budaya pop Korea masuk ke negara-negara lain di Asia karena paham confusianisme yang dianut, di mana penduduk di Asia dapat dengan mudah mengidentifikasi. Peran pemerintah Korea dalam mendukung penyebaran Korean Wave sangat besar, terlebih lagi karena mereka telah mencanangkan abad 21 ini sebagai abad budaya sehingga pemerintah negara tersebut mendukung total penyebaran budayanya ke seluruh dunia. Bahkan Hong (2014) menjelaskan bahwa pemerintah Korea dan departemen-departemen di bawahnya secara teratur menerbitkan buku yang merupakan pedoman memasuki pasar dunia yang diberi judul Art of War (Seni dalam Peperangan). Sebagai contoh buku yang dimiliki oleh Hong berjudul Hallyu Forever (Selamanya Hallyu) diterbitkan oleh Kamar Dagang Korea adalah buku yang lengkap dan sangat teliti serta menyeluruh pembuatannya tentang bagaimana mendekati dan memenangkan pasar dunia. Dalam buku yang diterbitkan oleh lembaga ini ada banyak uraian yang komprehensif menjelaskan kondisi sosial ekonomi, politik dan budaya tentang wilayah-wilayah di dunia. Pengetahuan ini sangat berguna untuk penyebaran Korean Wave. Bahkan buku yang sama memberikan ide-ide termasuk tentang aspek K-Pop, K Drama dan program TV serta makanan yang kira-kira akan laris di suatu wilayah.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
72
Tidak hanya itu pemerintah Korea juga mengembangkan infrastruktur yang berkaitan dengan pengembangan budaya mereka. Jaringan internet dikembangkan dan disalurkan hingga ke pelosok daerah supaya penduduknya dapat mengakses internet hingga ke pelosok, bahkan dalam perkembangannya kecepatan akses internet di Korea Selatan merupakan yang tercepat di seluruh dunia mengungguli Amerika Serikat (Sutter, 2010).
Pemerintah Korea
mendorong penduduknya untuk memiliki komputer di rumah masing-masing dengan jaringan koneksi internet berkecepatan tinggi. Hal ini dilakukan dengan memberikan subsidi harga untuk mendapatkan koneksi internet bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan yang hidup secara tradisional yang sebelumnya tidak pernah berpikir untuk terkoneksi dengan penduduk di belahan dunia lain. Pemerintah Korea juga mengembangkan kebijakan budaya dan media yang unik untuk memfasilitasi tumbuhnya industri budaya dan perdagangan dunia (Jin dalam Kim dan Kim, 2011). Menurut penulis yang sama, produk Industri budaya Korea seperti Kdrama dan K-Pop lebih mudah untuk melakukan penetrasi ke wilayah-wilayah lain di Asia karena mereka lebih terbiasa kepada selera setempat dan mampu secara rutin melintasi batasan negara, tidak seperti industri media barat. Program-program TV Korea Selatan yang dieksport ke luar negaranya mengalami peningkatan yang signifikan sejak negara tersebut menjalankan kebijakan budayanya di era 1990an. Bahkan hingga tahun 2007 mayoritas produk budaya Korea dikonsumsi oleh negara-negara di Asia seperti Jepang (57,4%), Taiwan (18,4%) dan Cina serta Hongkong (8,9%) . Bekal yang dimiliki oleh pemerintah Korea dengan mengembangkan teknologi informasi dan industri budayanya merupakan senjata yang kuat bagi mereka untuk menginvasi negara lain melalui produk budaya pop yang dihasilkan produsen setempat. Jadi bisa dipastikan bahwa Korean Wave atau Hallyu berkembang dengan pertimbangan yang matang dari pemerintah Korea dan seluruh departement serta agensi yang terlibat. Dan pemerintah negara itu menganggap bahwa penyebaran budaya ini seperti seni memenangkan perang. Korean Wave melambangkan penetrasi tiba-tiba dari produk budaya Korea ke Asia dan Asia Tenggara bahkan melebihi wilayah ini. Industri kreatif Korea ini telah memberi panggung kepada produknya sendiri menurut versi mereka sendiri
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
73
terhadap imperialisme budaya dengan melebarkan produknya ke pasar negaranegara tetangga di Asia (Sung,2008 ). 2.10.1. Remaja dan Anak Muda Indonesia vs Budaya Pop Korea Langkah Pemerintah Korea untuk menjangkau pasar di seluruh dunia terutama pasar anak mudanya ini tidak jauh berbeda dengan Pemerintah Jepang yang menggunakan Manga dan Anime melalui film dan komik sebagai produk budaya pop untuk tujuan diplomasi soft power (Velma, 2008). Awal masuknya produk budaya populer Korea ke Indonesia diawali dengan masuknya film seri drama Korea di TV Indonesia tahun 2002. Seri Endless Love merupakan seri drama Korea pertama yang diputar oleh stasiun TV Indosiar saat itu. Disusul dengan seri Winter Sonata yang sangat populer dan mendapatkan banyak penggemar di tanah air. Keberhasilan film seri ini meraih penonton menandai awalnya keberhasilan Korean Wave di Indonesia. Penggemar drama seri Korea adalah kaum perempuan yaitu para ibu dan remaja putri dengan kelas sosial ekonomi (SES) menengah dan menengah bawah (Ida dalam Heryanto, 2008; Nugroho, 2011). Mereka inilah penonton setia acara drama seri TV Korea yang ditayangkan oleh TV swasta di Indonesia. Akan tetapi sejak masuknya KPop ke Indonesia penggemar produk budaya pop Korea semakin meluas kepada kalangan anak-anak muda dan remaja. Anak-anak muda dan remaja merupakan generasi yang mengenal berbagai bentuk media massa dan mahir menggunakan teknologi (technology savvy). Remaja dan anak muda memang dikenal sebagai generasi dengan penggunaan internet tertinggi sejak dekade akhir 90-an (Kraut dalam Herring dan Kapidzic). Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di Indonesia saja pada tahun 2014 pengguna internet mencapai 88,1 juta orang dan 49% dari pengguna internet tersebut merupakan remaja berusia 18 – 25 tahun. Mereka ini adalah orang-orang yang termasuk ke dalam generasi millenial, yang dikenal dengan sebutan digital native. Digital natives adalah generasi yang lahir setelah tahun 1980, ketika internet mulai dipergunakan masyarakat secara luas (APJII, 2015; Prensky, 2001). Generasi ini merupakan generasi yang acap disebut sebagai Generasi Y (Gen Y).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
74
Generasi ini sudah terbiasa membuat berbagai konten hasil kreasinya sendiri baik berupa foto, gambar grafik, video, musik, dan konten multi media lainnya lalu mengunggahnya untuk dikonsumsi bahkan dibagi kembali oleh pengguna internet lainnya secara on line, memberikan komentar, memposting komentar dan kritik, bergabung dengan berbagai media sosial, mengunduh berbagai materi yang tersedia dan berbagai macam kegiatan lainnya, karena kehidupan mereka sejak dini sudah dikelilingi oleh komputer, video game, telpon seluler, perangkat musik digital dan berbagai peralatan dalam era teknologi digital. Demikian juga halnya dengan penggemar K-Pop, para penggemar membagi konten dengan penggemar lainnya melalui internet dalam bentuk foto, gambar-gambar grafik, maupun video klip dan berbagai konten menggunakan teknologi multi media. Media sosial menjadi tempat bagi mereka untuk berbagi, memberi komentar dan kritik serta mengunggah dan mengunduh berbagai konten yang berkaitan dengan K-Pop. Berbagai web site (laman) yang dibuat oleh penggemar sendiri maupun bentukan resmi dari rumah produksi atau kelompok artis penyanyi K-Pop, akun-akun media sosial dari para artis K-Pop maupun penggemar merupakan wadah bagi para penggemar untuk saling berkomunikasi dan berbagi kesenangan mereka. Tidak hanya itu penggemar (fans) K-Pop juga rajin memburu merchandise atau cindera mata yang berkaitan dengan artis K-Pop idolanya. Tetapi perburuan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan K-Pop tidak hanya terbatas pada cindera mata saja, dan perburuan itu merambah hingga ke makanan, produk rias dan perawatan kulit, Kursus Bahasa Korea, gawai dan perangkat elektronik dan wisata ke Korea. Dengan masuknya K-Pop ke Indonesia banyak remaja dan anak muda yang menjadi lebih konsumtif (Soraya, 2013; Fatimah, 2012) karena ingin meniru penampilan para artis K-Pop (Putra, 2013). Menurut data yang diperoleh dari Harian Kompas bulan Januari 2012, sebagian besar anak muda di Indonesia sudah tertular dengan Korean Fever, istilah yang dikenakan kepada remaja dan anak muda yang menggandrungi budaya pop Korea. Survey Kompas diadakan di 12 kota di Indonesia dan hasilnya menunjukkan
bahwa mayoritas dari mereka menyukai musik ala K-Pop
(Suwarna, 2012). Apabila mayoritas menyukai budaya pop Korea maka jangan-
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
75
jangan jika video game Korea berkembang dan menyebar ke Indonesia, tidak akan kita temukan lagi generasi muda Indonesia yang aktif dengan kegiatan olah raga, melakukan kegiatan sosial dengan teman, melakukan hobi kreatif dan produktif serta aktivitas luar ruang layaknya generasi muda pada umumnya. Mereka cuma aktif di depan layar komputer masing-masing bermain dengan video game dan terputus komunikasinya dengan dunia luar, terbelenggu menjadi generasi yang pasif dan terikat oleh suatu kesadaran yang semu tentang realitas social. Itu bisa terjadi Jika pemerintah Indonesia tidak serius dalam mewaspadai pengaruh budaya asing di kalangan remaja dan anak muda Indonesia. Jika generasi mudanya saja sudah dibelenggu oleh sebuah kesadaran yang semu dan menjadi pasif maka masa depan suatu bangsa menjadi taruhannya, impian sebagai bangsa yang berdaulat juga
berakhir dan bangsa tersebut
tinggal
menunggu
kehancurannya saja. Ada dominasi budaya yang dilakukan oleh Korea kepada Indonesia melalui produk budaya populernya.
Tayangan musik menjadi seragam dan
monoton belum lagi kenyataan bahwa budaya lokal dari negeri sendiri makin tersingkir serta publik Indonesia yang diposisikan hanya sebagai konsumen (Heychael dalam Roselina, 2012). Sebagai konsumen maka publik Indonesia memiliki posisi tawar yang lemah, karena mereka hanya menjadi pihak yang menerima sementara Korea berada dalam posisi yang kuat sebagai produsen yang mengahasilkan dan menyebarkan produk budaya populernya.
Secara tidak
langsung publik Indonesia terutama para penggemar (fans) mengalami penjajahan atau imperialisme yang dilakukan oleh Korea Selatan melalui K-Pop dan mereka tidak menyadari bahwa mereka mengalami hegemoni karena demikian halusnya penjajahan atau imperialism tersebut. Hegemoni budaya populer Korea terutama melalui musik K-Pop terhadap para penggemar (fans) di Indonesia kelihatan sekali di sini. 2.11. Kerangka Pemikiran Penelitian Dalam bagian ini akan dijabarkan bagaimana kerangka berpikir peneliti. Gambaran tentang Fandom K-Pop dan karakteristik sebagai Fandom yang ditunjukkan melalui aktivitasnya menjadi latar belakang yang akan mengarahkan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
76
penelitian untuk meneliti lebih lanjut. Maka analisis tentang Fandom akan menjadi analisis mikro dalam penelitian ini. Selanjutnya aktivitas Fandom K-Pop di Indonesia yang banyak dilakukan melalui media sosial. Media sosial sebagai lingkungan yang menjadi wadah bagi Fandom untuk saling berkomunikasi, berdiskusi tentang berbagai issue, berkumpul dan mengunggah hasil karya kreatif mereka. Analisa terhadap segala hal yang berkaitan dengan media sosial yang digunakan sebagai saluran komunikasi merupakan analisa pada level messo. Karena penggunaan teknologi komunikasi melalui jaringan internet terutama melalui media sosial menjadi alat Korea yang pertama dan terutama dalam menyebarkan K-Pop ke berbagai negara termasuk Indonesia. Sedangkan analisa pada tingkat makro adalah dengan melihat upaya serta peran Pemerintah Korea dan institusi-institusi swasta dalam menyebarkan pengaruhnya ke Indonesia sebagai negara tujuan. Analisa pada dominasi ekonomi yang merupakan kekuatan tersembunyi dari Korea akan dianalisa pada level ini. Berikut adalah skema dari pemikiran atau kerangka teoritis dalam penelitian ini:
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
77
Gambar 2.2. Kerangka Teoritis
Imperialisme Budaya
Perspektif
Produk
Praktek
Imperialisme Budaya
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
78
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Paradigma Penelitian Peneliti sangat menyadari bahwa paradigma yang digunakan dalam riset ini akan sangat menentukan arah penelitian dan menjawab permasalahan. Paradigma adalah seperangkat keyakinan dasar yang berhubungan dengan fakta yang fundamental atau prinsip yang utama. Menurut Lincoln & Guba (1994) Paradigma adalah keyakinan dasar atau pandangan dunia dari peneliti, tidak hanya sebagai pilihan metode tetapi juga yang mendasar secara ontologis, epistemologis, aksiologis dan metodologi. Paradigma atau perspektif mencakup keseluruhan sistem pemikiran yang terdiri dari asumsi-asumsi dasar, pertanyaan-pertanyaan penting untuk dijawab atau teka-teki untuk dipecahkan, berisi teknik-teknik penelitian yang digunakan (Neuman, 2011). Paradigma merupakan orientasi dasar dari suatu penelitian berisi cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata (Mulyana, 2002). Kalau ditilik kembali pemahaman tentang paradigma maka definisi Thomas Kuhn paling sering dikutip (1962, 1970) dalam bukunya “The Nature of Science Revolution” (1962, 1970) yang melihat paradigma sebagai asumsi dan struktur intelektual
dimana penelitian dan pengembangan di suatu bidang
penelitian didasarkan. Sedangkan Lincoln & Denzin (1994:107) melihat paradigma sebagai “a set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with ultimate or first principles…a worldview that defines for its holder, the nature of the world” Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan adalah Paradigma Critical Constructivist. Paradigma ini merupakan penggabungan dari paradigma konstruktivis dengan kritis yang dikembangkan oleh Frankfurt School. Fokus pada paradigma ini adalah pada apa yang timbul pada pemikiran seseorang selagi mereka berinteraksi dalam lingkup sosial atau pengetahuan yang diperoleh dan dikembangkan seseorang saat melakukan interaksi sosial dan dampaknya pada
Universitas Indonesia
77 Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
79
struktur kekuasaan. Paradigma ini digunakan karena ingin melihat kondisi sosial yang terkait dengan Fandom K-Pop yang merupakan sebuah kondisi sosial dalam usaha untuk mengungkap kesadaran palsu yang membelenggu mereka. Penelitian yang berangkat dari paradigma kritis yang mengambil bentuk kritik kesadaran diri, kesadaran diri dalam pengertian bahwa para peneliti berusaha untuk menjadi sadar akan berbagai tuntutan ideologis dan pra anggapan epistemologis yang menjiwai dalam penelitian (Lincoln & Denzin, 2009). Teori Imperialisme Budaya sendiri merupakan teori yang berasal dari ranah tradisi kritis. Dalam rangka mengungkapkan tujuan sebenarnya dari penyebaran musik K-Pop di Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah Korea dan organisasi swasta yang memiliki kepentingan terkait. Penelitian ini mengambil posisi pada pihak yang mengkritisi K-Pop dan mencurigai adanya maksud terselubung dari pemerintah Korea dalam menyebarkan produk budaya populer negaranya ke Indonesia. Akan tetapi tidak hanya berhenti di situ tetapi fenomena K-Pop dan penggemar ini berusaha dipahami sebagaimana adanya sebagaimana pemikiran konstruktivist memandang suatu fenomena. Karena itulah critical constructivist merupakan paradigma dalam penelitian ini. Ada beberapa macam perspektif dalam ilmu komunikasi,
ada yang
berdasarkan level atau tataran komunikasi seperti interpersonal, kelompok, organisasi dan sebagainya, atau perspektif berdasarkan disiplin ilmu seperti sosiologi, psikologi, antropologi dan masih banyak lagi, bahkan perspektif juga dapat berdasarkan tradisi, contohnya tradisi semiotika, fenomenologi dan sebagainya. Secara ontologis realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran sebuah realitas dianggap relatif dan berlaku sesuai konteks yang spesifik. Secara Epistemologis penelitian dilihat sebagai pemahaman terhadap realita merupakan produk dari interaksi peneliti dengan yang diteliti, sedangkan secara aksiologis berkaitan dengan value judgment peneliti dalam penelitian. Sedangkan secara metodologis berarti adanya penempatan empati dan interaksi dialektis antara peneliti dan subyek penelitian untuk merekonstruksi realitas yang dimiliki (Hidayat, 2004).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
80
Sedangkan perspektif adalah seperangkat nilai-nilai, dan gagasan yang mempengaruhi persepsi kita dan mempengaruhi tindakan kita dalam suatu situasi (Charon, 1998). Perspektif dapat diartikan sebagai sudut pandang atau pendirian (standpoint). Perspektif seorang peneliti jelas gunanya untuk memandu dan menentukan bagaimana ia akan mengobservasi permasalahan yang diteliti dalam upayanya memahami fenomena komunikasi. perspektif berfungsi untuk menentukan dan mengarahkan pemahaman seseorang tentang konsep komunikasi, karena perbedaan perspektif akan menyebabkan perbedaan interpretasi terhadap konsep (Fisher, 1978 dalam Smillowitz) Perbedaan paradigma atau perspektif akan berarti berbeda juga dalam ontologis, epistemologis, aksiologis dan metodologisnya. Masing-masing paradigma penelitian memiliki perbedaan baik secara ontologis, epitemologis maupun aksiologis. Secara ontologis realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran sebuah realitas dianggap relatif dan berlaku sesuai konteks yang spesifik. Secara Epistemologis penelitian dilihat sebagai pemahaman terhadap realita merupakan produk dari interaksi peneliti dengan yang diteliti, sedangkan secara aksiologis berkaitan dengan value judgment peneliti dalam penelitian. Sedangkan secara metodologis berarti adanya penempatan empati dan interaksi dialektis antara peneliti dan subyek penelitian untuk merekonstruksi realitas yang dimiliki (Hidayat, 2004). Dalam penelitian ini secara ontologis ingin melihat realitas bahwa hakikat dari obyek realitas sosial yang diteliti menunjukkan bahwa media merupakan agen yang mendorong imperialisme budaya sekaligus menciptakan sub kultur baru yaitu sub kultur penggemar (fandom) . Secara epistemologis penelitian ini ingin mengkritisi bahwa media sekarang tidak hanya berperan sebagai agen tetapi media bisa menjadi pembentuk/ pencipta sub kultur. Secara metodologis peneliti berusaha menemukan
celah kerangka pemikiran yang melihat media hanya
sebagai alat/ saluran. Dalam penelitian ini media dilihat sebagai alat membentuk subkultur penggemar. Sedangkan secara aksiologis penelitian ini membeikan implikasi terhadap pemikiran Herbert Schiller berkaitan dengan posisi media dalam Teori Imperialisme Budaya di mana Imperialisme budaya dipandang sama dengan Imperialisme Media.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
81
Menurut Craig & Muller (2007) Tradisi kritis melihat komunikasi sebagai refleksi diskursus atau wacana. Dalam wacana reflektif asumsi-asumsi secara bebas merefleksikan apa yang bisa kita katakan sebagai distorsi atau gangguan melalui kebiasaan yang tidak teruji, keyakinan ideologi dan hubungan dengan kekuasaan. Komunikasi tanpa refleksi secara inheren adalah cacat. Lebih jauh Craig & Muller memberikan contoh ketika komunikasi memproduksi secara membabi buta kondisi sosial yang memberi hak istimewa pada kelompok tertentu (misalnya berdasarkan kelas sosial, ras atau gender). Pemikiran dalam tradisi kritis ini mengkritik perpektif positivis karena sempit, anti demokrasi dan tidak humanis dalam menggunakan alasan (Neuman, 2011). Bordieu menolak pendekatan empiris kuantitatif seperti sebuah hukum yang dianut perspektif positivis dan subyektif. Dalam buku yang sama dikatakan bahwa Bordieu berargumentasi bahwa penelitian sosial harus refleksif (bisa menjadi cerminan) sebagai contoh stdi dan kritik diri sendiri sebagaimana sebagai sebuah subyek (penelitian) dan sering kali penelitian sosial itu seharusnya menyangkut politik. Berikut adalah perbandingan perspektif dalam ilmu sosial yang diolah oleh penulis dan bersumber dari: Perspektif dalam Ilmu Sosial POSITIVISME INTERPRETIF KRITERIA
Menempatkan Ilmu Sosial seperti Ilmu Alam, dengan metode terorganisir untuk mengkombinasikan logika deduktif melalui pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum hukum kausalitas (pembuktian) yang dapati dipakai memprediksi pola umum gejala sosial.
ALASAN PENELITIAN
Untuk menemukan hukunm alam sehingga orang dapat memprediksi dan mengkontrol kejadian/peristiwa
REALITAS
1. obyektif 2. dipersepsikan melalui indera 3. dipersepsikan seragam (general) 4. diatur oleh hukum-hukum
KRITIS
Memandang Ilmu Sosial sebagai analisis sistematis atas socially meaningful action melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial dalam setting alamiah agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana aktor sosial menciptakan & memelihara dunia sosial. Untuk memahami dan menggambarkan meaningful sosialaction 1. subyektif 2. diciptakan, bukan ditemukan 3. diinterpretasikan
Mentafsirkan ilmu sosial sebagai proses kritis mengungkap the real structure dibalik ilusi dan kebutuhan palsu yang ditempakan dunia materi, guna mengembangkan kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi kehidupan subyek penelitian Untuk menghantam mitos dan memberdayakan (empower) masyarakat untuk berubah 1. berada di antara subyektifitas dan obyektifitas 2. merupakan satu hal
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
82
universal 5. terintegrasi dengan baik demi kebaikan semua
(artinya subyektif sekali karena melihat pengalaman subyek penelitian)
SIFAT REALITAS SOSIAL
Pola yang sudah ada sebelumnya dan bersifat stabil atau urutan yang bisa ditemukan
MANUSIA
1. individu rasional 2. mengikuti hukum di luar diri 3. tidak memiliki kebebasan kehendak
Definisi yang cair dari situasi yang diciptakan manusia melalui interaksi dengan sesama 1. pencipta dunia 2. memberikan arti pada dunia 3. tidak dibatasi hukum di luar diri 4. menciptakan rangkaian makna
PERAN AKAL SEHAT
Jelas berbeda dan kurang dibanding ilmu pengetahuan
ILMU
1. didasarkan pada prosedur ketat 2. deduktif 3. didasarkan pada impresi indra 4. bebas nilai
TEORI
Adalah sebuah sistem logis dan deduktif yang saling terhubung dalam defnisi, aksioma dan hukumnya
PENJELASAN YANG BENAR
Adalah secara logika berhubungan dengan hukum dan berdasarkan fakta
TUJUAN
1. menjelaskan fakta, penyebab dan efek 2. meramalkan 3. menekankan fakta (obyektif di luar) 4. menekankan peramalan
1. Sangat kuat 2. Teori-teori yang umum digunakan oleh orang biasa 1. didasari pengetahuan sehari-hari 2. induktif 3. didasarkan pada interpretasi 4. tidak bebas nilai
Sebuah gambaran bagaimana sebuah kelompok sistem makna dihasilkan dan ada terus menerus Menggema atau terasa benar pada orang-orang yang dipelajari (dalam penelitian) 1 menginterpretasi dunia 2. memahami kehidupan sosial 3. menekankan makna 4. menekankan pemahaman
yang kompleks 3. diciptakan oleh manusia bukan ada dengan sendirinya 4. berada dalam ketegangan, penuh kontradiksi 5. didasarkan pada mekanisme opresi (penindasan) dan eksploitasi terhadap pihak yang lemah Beberapa lapisan dan diatur oleh struktur yang utama dan tersembunyi 1. dinamis pencipta nasib 2. mengalami brain washing, diarahkan secara tidak tepat bahkan dikondisikan 3. dihalangi dari realisasi potensinya secara penuh 1. keyakinan yang palsu menyembunyikan kekuasaan dan kondisi yang obyektif 1. diantara positivisme dan interpretif, kondisikondisi sosial membentuk kehidupan tetapi hal tersebut dapat diubah 2. membebaskan dan memampukan 3. menjelaskan dinamika sistem yang tercipta Sebuah kritik yang mengungkapkan kondisi sebenarnya dan menolong orang untuk mengambil tindakan Menyediakan alat-alat yang dibutuhkan orang untuk merubah dunia 1. mengungkap yang di balik permukaan (hidden) 2. mengungkap mitos dan ilusi 3. menekankan terbukanya keyakinan yang keliru (false consciuousness)
Tabel 3.1. Perspektif dalam Ilmu Sosial (Sumber : Materi Pelatihan Metodologi Penelitian Kualitatif (2011), Neuman (2011)
Paradigma Kritis sangat menyoroti apa yang tersembunyi yang memiliki kekuatan menutupi pemikiran orang sehingga mereka memiliki kesadaran palsu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
83
(false consciousness). Dalam penelitian dengan paradigma kritis diharapkan dapat menyingkapkan kepalsuan yang mengikat Fandom.
Penelitian kritis dapat
dipahami sebaik-baiknya dalam konteks pemberdayaan individu-individu (Lincoln & Denzin, 2009). Sebagai sebuah penelitian yang ingin melihat Fandom sebagai respon dari Imperialisme Budaya dan menyadari bahwa Studi Fandom memiliki induk dari Cultural Studies yang melihat adanya perjuangan dari pihak yang terpinggirkan, untuk menciptakan teks baru dalam meraih makna maka penelitian ini menggunakan paradigma kritis (Lincoln & Denzin, 2009). Sebagai sebuah penelitian yang berangkat dari Cultural Studies maka kebudayaan dilihat sebagai perputaran makna, kesenangan dan nilai secara sosial, dan melalui kebudayaan dapat menciptakan tatanan sosial dengan membantu melestarikan dan mengokohkan atau bisa jadi malah mendobrak dan berupaya untuk mengubahnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Sifat penelitian
kualitatif yang ingin menggali secara mendalam permasalahan yang ingin diteliti. Poerwandari dalam Basuki (2006) menyatakan penelitian kualitatif dilakukan untuk mengembangkan pemahaman. Penelitian kualitatif membantu mengerti dan menginterpretasi apa yang ada di balik peristiwa: latar belakang pemikiran manusia yang terlibat di dalamnya, serta bagaimana manusia meletakkan makna pada peristiwa yang terjadi. Dengan demikian aspek subyektif tidak dapat dilepaskan dari sebuah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif tidak bertujuan menggeneralisasikan karena itu hasil dari penelitian kualitatif bersifat spesifik, dan analisisnya sangat bergantung kepada konteks dan situasi serta informan yang menjadi sumber data dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif peneliti juga terlibat dalam penelitian tersebut. Hal ini dikarenakan peneliti harus memahami betul secara mendalam sehingga benar-benar memahami persepsi informan dalam memaknai permasalahan yang diteliti. Menurut Neuman (2011) Sifat penelitian ini adalah deskriptif, dengan demikian memberikan gambaran secara mendetil dan spesifik dari sebuah situasi, keadaan sosial, atau hubungan. Penelitian deskriptif diawali dengan isu atau pertanyaan penelitian yang nantinya akan berusaha dijelaskan / dijawab dalam
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
84
penelitian. Hasil dari penelitian deskriptif adalah gambaran yang mendetil dari isu yang diketengahkan atau jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan. Penelitian deskriptif juga sebuah gambaran dari aktivitas sosialmasyarakat dan focus kepada pertanyaan-pertanyaan seperti “bagaimana” dan “siapa”. Asumsi
Pertanyaan
Kualitatif
1.
Asumsi Ontologi
Apakah realitas itu secara alamiah? Apa sifat realita?
Realitas itu subjektif dan ganda, seperti yang dilihat oleh peneliti dalam studinya
2.
Asumsi Epistomologi
Apa hubungan peneliti dengan yang diteliti?
Peneliti berinteraksi dengan yang diteliti
3.
Asumsi Nilai/ Aksiologis
Apa peran nilai?
Tidak bebas nilai dan bias/ Terkandung nilai dan bias
4.
Asumsi Bahasa/ Retoris
Apa bahasa penelitian?
Informal Terkandung dalam definisi Bahasa personal Menggunakan kata-kata yang diterima oleh kualitatif Berdasarkan pada Menyusun Keputusan 5. Asumsi Apa proses dari Proses induktif Faktor-faktor dibentuk secara bersama Metodologis penelitian? Disain/rancangan berkembang, kategorikategori diidentifikasi selama proses penelitian Terikat pada konteks Pola (kerangka), teori-teori dikembangkan untuk memahami Keakuratan dan keajegan melalui verifikasi Pembentukan timbal balik simultan faktor-faktor Tabel 3.2. Asumsi dalam Penelitian Kualitatif (Sumber: Guba & Lincoln (1988), McCracken (1985 dalam Creswell, 1994:5,) Silalahi, 2009)
3.2. Metode dan Jenis Penelitian Istilah metode atau dalam Bahasa Yunani disebut dengan
methodos
berarti cara atau jalan. Menyangkut dengan upaya ilmiah, metode dihubungkan dengan cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Dalam arti yang luas, istilah metodologi menunjuk kepada proses, prinsip, serta prosedur yang digunakan untuk mendekati
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
85
masalah dan mencari jawab atas masalah tersebut. Dalam ilmu-ilmu sosial, istilah tersebut diartikan sebagai cara seseorang melakukan penelitian (Basuki, 2011). Menurut Prawito (2007) kata metodologi secara garis besar dapat diartikan sebagai keseluruhan cara berpikir yang digunakan peneliti untuk menemukan jawab atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Dengan pengertian seperti ini, persoalan
metodologi
menyangkut
persoalan
epistemology
pengetahuan
(bagaimana pengetahuan diperoleh) yakni gejala atau realitas yang diteliti. Metodologi dengan demikian meliputi cara pandang dan prinsip berpikir mengenai gejala yang diteliti, pendekatan yang digunakan, prosedur ilmiah (metode) yang ditempuh termasuk dalam mengumpulkan data, analisis data dan penarikan kesimpulan. Metode yang dipakai untuk menyingkap permasalahan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus. Metode Studi Kasus biasanya digunakan untuk memeriksa fitur yang banyak dari beberapa kasus. Kasus-kasus itu bisa saja individual, kelompok, organisasi, suatu gerakan, peristiwa atau unit geografis. Data yang diperoleh dalam kasus ini mendetil, bervariasi dan luas. Kebanyakan studi kasus bersifat kualitatif. Studi kasus secara intensif menyelidiki satu atau seperangkat kecil kasus-kasus dan berfokus pada detil yang banyak yang terdapat di dalam kasus tersebut (Neuman, 2011). Penelitian studi kasus memiliki bentuk pertanyaan dan fokus pada peristiwa yang berbeda dari metode lain : Strategi
Bentuk pertanyaan Membutuhkan penelitian Kontrol pada perilaku
Eksperimen
Bagaimana? Mengapa? Siapa? Apa? Di mana? Seberapa banyak? Siapa? Apa? Di mana? Seberapa banyak? Bagaimana? Mengapa? Bagaimana? Mengapa?
Survey Analisa Arsip Sejarah Studi Kasus
Ya
Fokus pada Kejadian Saat ini (Contemporary Events) Ya
Tidak
Ya
Tidak
Ya/Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tabel 3.3. Situasi yang Relevan untuk Strategi Penelitian yang Berbeda
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
86
( Sumber: Robert K. Yin, 2008)
Metode studi kasus tidak dapat terlepas dari desain penelitian yang berarti logika keterkaitan antara data yang harus dikumpulkan dan pertanyaan awal suatu penelitian (Bungin, 2008:25). Bungin menjelaskan dalam analogi untuk menyederhanakan bahwa desain penelitian adalah rencana tindakan untuk berangkat dari satu titik ke titik lainnya. Titik yang satu disebut “di sini” dan bisa diartikan sebagai rangkaian pertanyaan awal yang harus dijawab, dan “di sana” merupakan serangkaian konklusi (jawaban) tentang pertanyaan-pertanyaan tersebut. Terdapat lima komponen-kompenen desain penelitian yaitu : 1) Pertanyaan-pertanyaan penelitian 2) Proposisinya, jika ada 3) Unit-unit analisisnya 4) Logika yang mengaitkan data dengan proposisi tersebut Dalam metode penelitian studi kasus terdapat empat tipe desain penelitian (Bungin, 2010 ; Yin, 2007). yaitu desain kasus tunggal holistik, desain kasus tunggal terjalin, desain multikasus holistik, desain multikasus tunggal terjalin.
Holistik (unit analisis tunggal) Terjalin (unit multianalisis)
Desain-desain kasus tunggal Tipe -1
Desain-desain multikasus Tipe-3
Tipe -2
Tipe-4
Tabel 3.4. Tipe-tipe Dasar Desain Studi Kasus Sumber : Yin (2008:46)
Dalam penelitian ini masuk ke dalam penelitian Tipe 1 dengan unit analisisnya adalah individu yaitu penggemar/penggemar (fans) dan kasus yang diteliti adalah kasus tunggal yaitu fandom yang merupakan bentuk baru dari imperialisme budaya. Jenis Penelitian ada tiga macam, yaitu deskriptif yang berupaya untuk menggambarkan obyek penelitian dan apa yang terjadi di tempat penelitian, pertanyaan penelitian berkisar pada dimana dan siapa. Jenis yang ke dua adalah eksplanatoris yaitu penelitian dimana elemen-eleman yang diteliti mempunyai hubungan kausalitas diantaranya, pertanyaan penelitian berkisar pada bagaimana. Sedangkan penelitian eksploratoris adalah penelitian yang berupaya menggali
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
87
lebih dalam elemen-elemen yang diteliti, pertanyaan penelitian biasanya adalah apakah (Basuki, 2006). Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif. Format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus (Bungin,2008:68). Penelitian deskriptif kualitatif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tetapi hanya menggambarkan suatu gejala atau keadaan apa adanya. Hal ini dikemukakan oleh Rakhmat (1998:24) bahwa : Penelitian deskriptif- seperti telah dikemukan di muka- hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
3.3. Teknik Pengumpulan Data Menurut Nasution (1992:54), dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan terutama oleh peneliti sendiri dengan memasuki lapangan. Pada umumnya, peneliti akan berkenalan atau berinteraksi secara langsung dengan objek penelitian. Peneliti sendiri yang menjadi instrumen utama yang terjun ke lapangan serta berusahan sendiri mengumpulkan informasi melalui pengamatan atau wawancara (Prastowo, 2010). Prawito (2007) menyebutkan bahwa data penelitan kualitatif dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis : a). data yang diperoleh dari interview, b). data yang diperoleh dari observasi, dan c). data yang berupa dokumen, teks atau karya seni yang kemudian dinarasikan (dikonversikan dalam bentuk narasi). Berkenaan dengan upaya pengumpulan data terdapat setidaknya dua hal yang sangat menentukan kualitas data, yakni teknik pengumpulan data dan alat yang digunakan (Sugiyono daalam Prawito, 2007). Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui interview yang mendalam (in depth interview) dengan masing-masing informan, setelah terkumpul data dari wawancara yang lengkap lalu langkah selanjutnya wawancara ditranskripsikan. Wawancara (interview) digunakan untuk mengumulkan informasi yang timbul dalam berbagai setting (Neuman, 2011). Wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif bertujuan untuk mengumpulkan data yang bersifat verbal dan non verbal Dalam aktivitas wawancara terdapat dua pihak yang terlibat yaitu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
88
pewawancara yang disebut interviewer sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee (Prastowo, 2010). Neuman (2011) menjelaskan bahwa interview sifatnya jangka pendek merupakan interaksi antara dua pihak untuk tujuan yang jelas di mana pihak interviewer mendapatkan data secara spesifik dari interviewee. Interview dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara yang berisi daftar pertanyaan. Daftar pertanyaan ini bersifat sebagai panduan dan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Interview bisa dilakukan dalam bentuk bebas (tidak terstruktur, tanpa pola atau arah yang ditentukan sebelumnya) dan berbentuk percakapan informal yang mengandung unsur spontanitas dan santai. Pertanyaan bisa juga sebagian terstruktur (partially structured) dimana lembaran berisi garis besar pokok-pokok, topik atau masalah yang dijadikan pegangan dalam pembicaraan. Atau bisa juga dalam bentuk daftar pertanyaan yang lebih rinci namun bersifat terbuka yang telah dipersiapkan sebelumnya dan akan diajukan menurut urutan dan rumusan yang tercantum (Prastowo, 2010) Dalam penelitian ini wawancara yang dilaksanakan dengan panduan wawancara yang tidak berstruktur dalam wawancara tatap muka, mengikuti gaya bicara informan yang rata-rata berusia muda. Garis besar wawancara sudah disiapkan sebelumnya dengan berisi pertanyaan mendasar akan tetapi di lapangan berkembang sesuai dengan jawaban-jawaban yang diberikan oleh para informan. Wawancara yang dilakukan tidak hanya dari wawancara langsung secara tatap muka akan tetapi juga melalui pembicaraan telpon dan pesan singkat melalui SMS. Hal ini dilakukan agar ada beberapa tambahan informasi yang dibutuhkan dari informan.
3.4. Observasi Selain in depth interview yang dilakukan oleh penulis adalah melakukan observasi. Dalam konteks ilmu komunikasi, penelitian dengan metode observasi biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala-gejala komunikasi terkait (Prawito, 2007). Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada obyek penelitian
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
89
(Sutrisno Hadi dalam Prastowo, 2010). Proses
observasi
dilakukan
dengan
mengumpulkan beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi, antara lain ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Lebih lanjut Prastowo menjelaskan bahwa pengamatan merupakan proses kompleks yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Pengamatan menjadi salah satu teknik pengumpulan data yakni jika : 1. Sesuai dengan tujuan penelitian 2. Direncanakan dan dicatat secara sistematis 3. Dapat dikontrol reliabilitas dan kebenarannya. Dengan observasi maka memudahkan peneliti untuk menjalin data dan mengaitkannya dengan konteks kehidupan masing-masing informan dan mendapatkan gambaran lebih mendalam dalam memahami perilaku mereka. Tentang observasi, Denzin & Lincoln yang dikutip oleh Basuki (2006) menjelaskan bahwa Observasi secara langsung mengurangi distorsi antara pengamat dan apa yang diamati, yang dapat diperoleh melalui sebuah instrumen (kuesioner). Observasi langsung terjadi di dalam latar yang alami, bukan dalam laboratorium atau eksperimen yang terkontrol. Konteks atau latar belakang perilaku
juga
tercakup
dalam
pengamatan
terhadap
orang-orang
dan
lingkungannya. Dalam melakukan penelitian ini maka peneliti ikut langsung terlibat dalam pertemuan yang terjadi antara informan Hani dan informan Lukita, serta mengikuti kegiatan ketiga informan lainnya selama beberapa waktu di kampus dan di rumah. Dari observasi ini peneliti dapat melihat langsung dan merekam data apa yang dialami oleh para informan dalam kegiatan mereka.
3.5. Dokumentasi Selain melakukan in depth interview dan observasi terhadap kegiatan informan, peneliti juga melakukan studi dokumentasi untuk mengumpulkan data dan latar belakang yang lebih jauh tentang permasalahan dalam penelitian ini. Pengumpulan data melalui dokumentasi adalah melihat berbagai catatan peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2007). Dalam Pawito (2007) dokumentasi Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
90
disamakan dengan telaah literatur (literature review). Peran dokumentasi juga untuk menambah data untuk memperkuat jawaban atas permasalahan penelitian. Penilaian yang dapat dievaluasi (evaluability assesment) menurut Patton (2002) dilaksanakan melalui wawancara, observasi dan analisa dokumen untuk menentukan apakah sebuah program sudah cukup dikonseptualisasikan dengan baik dan secara konsisten diimplementasikan untuk sebuah penilaian yang teliti. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan maksud memperoleh data lebih mendalam tentang Fandom dan berbagai macam pemberitaan tentang Fandom dalam kaitannya dengan K-Pop dari berbagai macam sumber, baik artikel koran, majalah maupun artikel-artikel on line. Hal ini dilakukan untuk mendukung latar belakang yang dilakukan dalam penelitian ini dan menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan. Selain itu, dokumentasi berupa jurnal, artikel dan studi pustaka yang berkaitan topik penelitian menjadi sumber tambahan dalam proses penyusunan hasil penelitian.
3.6. Informan Penelitian Dalam riset ini para informan rata-rata masih termasuk anak muda, terdiri dari dua orang karyawan, dua orang mahasiswa S1 yang baru saja lulus, yang seorang baru saja menjadi asisten dosen dan yang seorang lagi menjadi staf di Perguruan Tinggi almamaternya. Sedangkan satu informan lagi adalah siswa SMA. Mereka semuanya perempuan. Para informan semuanya perempuan karena peneliti berangkat dari argumentasi Jenson (dalam Storey, 2003) bahwa penggemar (fans) budaya pop terbagi menjadi dua tipe individu yaitu laki-laki (individu yang terobsesi) dan perempuan (kerumunan yang histeris). Penggemar (fans) perempuan lebih ekspresif dalam menyatakan aktivitas fannish yang menjadi ciri Fandom. Dari lima orang informan, dua diantaranya dikenal oleh peneliti dan peneliti dapat melihat sendiri dalam kehidupan kesehariannya bagaimana mereka sangat menggemari K-Pop dan sering membicarakan tentang K-Pop dengan temantemannya dan dengan peneliti sendiri saat mereka mengetahui bahwa peneliti memiliki minat terhadap K-Pop.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
91
Para informan juga rata-rata memiliki koleksi merchandise artis K-Pop yang jumlahnya cukup banyak dan dalam kehidupan sehari-hari banyak menggunakan produk dari Korea, antara lain telpon genggam, perawatan wajah dan kulit serta memilih makanan siap saji dari Korea. Siswa SMA yang menjadi informan dalam penelitian ini juga merupakan penggemar (fans) yang sangat menggemari K-Pop dan dia sangat aktif dalam diskusi-diskusi di media sosial seperti di Twitter yang membahas tentang K-Pop dan para artis. Remaja ini juga sering bermain role play secara on line memerankan salah satu artis K-Pop yang dia sukai. Rata-rata para informan sangat intens dalam mencintai K-Pop dan termasuk penggemar yang antusias, sehingga setiap hari mereka hampir selalu menghabiskan waktu luangnya untuk browsing untuk mencari informasi tentang idolanya melalui akun media sosial sang idola ataupun komunitas penggemar on line yang diikutinya. Mereka senang sekali melihat foto-foto kehidupan seharihari para artis di Instagram atau menjadi follower dari akun twitter para artis KPop yang diidolakan. Para informan juga aktif sekali mencari lagu baru yang dirilis ataupun sekedar gosip-gosip tentang artis K-Pop yang beredar di kalangan K-Popers (istilah untuk sesama pecinta K-Pop). Bahkan ada beberapa informan yang terlibat aktif menjadi pengurus atau anggota di komunitas. Mereka rata-rata tidak peduli bahwa keasyikan mereka dengan K-Pop menyebabkan sering kali mendapatkan sindiran atau cemooh dari orang-orang di sekitarnya yang merasa bahwa apa yang mereka senangi itu tidak berguna dan hanya
menghabiskan
waktu
saja.
Mereka
memilih
untuk
tetap
pada
kegemarannya. Dari ciri-ciri yang ditunjukkan para informan maka mereka memenuhi karakteristik sebagai fandom, maka ini menjadi dasar dari peneliti menjadikan mereka informan dalam penelitian ini.
3.7. Teknik Analisa Data Hasil Wawancara yang dilakukan di lapangan lalu dianalisa dengan melalui proses coding yang dikelompokkan berdasarkan tema-tema yang ada Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
92
dalam teori dan konsep yang digunakan. Coding dilakukan dengan terlebih dahulu menurunkan asumsi-asumsi yang ada dalam teori Imperialisme Budaya, yaitu dominasi, penggunaan teknologi untuk mendominasi, media massa menjadi alat untuk melakukan hegemoni. Sedangkan konsep Fandom diturunkan dalam berbagai karakteristik sesuai dengan penjabaran tentang karakteristik Fandom menurut Henry Jenkins.
3.8. Teknik Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif menguji keabsahan data (validity) tidak memiliki konotasi yang sama dengan validitas dalam penelitian kuantitatif. Validitas data dalam penelitian kualitatif lebih menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti (Pawito, 2007). Creswell (2010) menyebut validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. setiap peneliti pasti menginginkan agar data yang berhasil dikumpulkan bersifat valid dan reliable (Pawito, 2007). Patton (2002) menjabarkan bahwa ada tiga kriteria untuk uji keabsahan data kualitatif yaitu trustworthiness, authenticity dan triangulation. Trustworthiness berkaitan dengan ketelitian selama menelaah masalah penelitian dan tingkat kelayakan untuk dipercaya bahwa penelitian yang dilakukan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dan menggunakan metode dan prosedur yang benar. Penelitian ini dilakukan berdasarkan dan berorientasi pada informan. Analisa data terfokus pada aktivitas yang berkaitan dengan penggunaan media dan bentuk-bentuk serta praktek dari budaya yang mempengaruhi informan. Authenticity berkaitan dengan originalitas penelitian yaitu kesadaran refleksi dari perspektif seseorang, mengapresiasi perspektif orang lain dan keadilan dalam menggambarkan konstruksi nilai yang mendasari. Dalam penelitian ini pendapat dan pemikiran yang terbentuk pada diri informan direkam apa adanya melalui wawancara yang dilakukan dan ini dikumpulkan sebagai data otentik dan masing-masing informan adalah orang-orang yang terlibat secara aktif sebagai penggemar (fans) dan sangat memahami obyek dari kegemarannya tersebut. Sehingga kejujuran dari perspektif mereka tidak diragukan lagi. Dan Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
93
sesuai dengan kaidah etis dan atas persetujuan dengan informan serta menjaga kerahasiaan identitas informan maka nama-nama informan yang diteliti disamarkan dengan inisial. Sedangkan Guba & Lincoln (2005) menjabarkan ada empat kriteria untuk menentukan validitas sebuah penelitian kualitatif yaitu : credibility atau validitas internal dalam penelitian positivis, transferability atau validitas eksternal, dependability atau reliabilitas, dan confirmability. Upaya ini merupakan penerapan dari kriteria kualitas (goodness criteria) sebuah penelitian. Dalam penelitian ini aspek credibility dicapai melalui wawancara mendalam untuk melihat fenomena yang ada yaitu dominasi budaya Korea pada para penggemar di Indonesia dari perspektif informan. Kualitas aspek ini dapat tercapai dengan menyajikan jawaban-jawaban yang diutarakan disertai kutipankutipan untuk memperkuat kesimpulan. Aspek transferrability atau keteralihan bergantung pada kesamaan konteks antara pengirim dan penerima. Hal ini dapat dicapai melalui pengumpulan data deskriptif yang cukup. Dalam penelitian ini data deskriptif dapat dicapai dengan menyediakan data yang lengkap mengenai latar belakang informan, jawaban dari pertanyaan wawancara, aktivitas informan baik dalam komunitas penggemar maupun secara individu sebagai penggemar dalam pertemuan dengan komunitas secara langsung/tatap muka maupun melalui media sosial dan lain-lain. Confirmability dapat tercapai dengan kepastian terhadap kriteria obyektivitas pada aspek non kualitatif. Dalam penelitian ini aspek confirmability dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan silang (cross check) antara fenomena yang jelas dengan informan yang ada sehingga dapat menyajikan data yang lengkap. Sedangkan
Triangulasi
berkaitan
dengan
membandingkan
hasil
wawancara terhadap obyek penelitian (Moleong, 2004). Teknik triangulasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono dalam Prastowo, 2010).
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
94
Menurut Denzin, salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah dengan menggunakan triangulasi peneliti, metode, teori dan sumber data (Bungin,2008:256). 1. Triangulasi Sumber (Data). Merujuk pada penggunaan teknik yang sama untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Prastowo, 2010). Hal ini dilakukan untuk membandingkan dan mengecek derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda. Dalam penelitian ini setiap informan masing-masing mendapatkan kesempatan untuk diwawancarai dan diobservasi dalam suatu kesempatan. 2. Triangulasi Metode. Merujuk pada upaya peneliti membandingkan temuan data yang diperoleh saat menggunakan metode yang satu dengan yang lainnya (Pawito, 2007). Misalnya dalam penelitian ini metodenya adalah in depth interview dengan para penggemar (fans) maka dalam triangulasi metode temuan yang diperoleh saat wawancara akan dibandingkan dengan temuan yang diperoleh saat melakukan observasi dalam pertemuan dengan mereka dan membandingkan dengan literatur dokumentasi tentang Fandom K-Pop. Triangulasi metode menjadi urgent dalam penelitian kualitatif yang menggunakan multiple methods. 3. Triangulasi dengan peneliti. Teknik ini digunakan untuk menguji kejujuran subjektivitas, dan kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan (Bungin, 2008). Peneliti mengundang peneliti lain untuk membawa perspektif alternatif, latar belakang yang berbeda dan karakteristik
sosialdalam memahami
permasalahan penelitian ini dengan demikian akan mengurangi keterbatasan penelitian ini. 3.9. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi keterbatasan yaitu: 1. Penelitian ini tidak membedakan media yang digunakan oleh para penggemar (fans) dalam berinteraksi, membagi hasil kreasi dan memperoleh informasi. 2. Penelitian ini tidak membedakan latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin dan pendidikan dari informan yang memungkinkan terjadinya perbedaan dalam sikap dan bentuk-bentuk pengaruh budaya yang nampak pada diri informan.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
95
3. Penelitian ini juga tidak menggolongkan informan berdasarkan kelompok umur yang memungkinkan untuk melihat adanya pola yang berbeda dari penggemar dengan rentang usia yang berbeda.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
96
BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan dijabarkan bagaimana peneliti menginterpretasi data yang didapatkan di lapangan. Data tersebut akan dikorelasikan sesuai dengan kerangka pemikiran yang sudah dibuat dalam penelitian ini. Latar belakang para informan yang menjadi sumber data dalam penelitian akan dijelaskan terlebih dahulu sebelum nantinya akan masuk ke dalam setiap tema konsep yang digunakan untuk menjawab permasalahan. Perlu dijelaskan bahwa nama-nama informan dalam penelitian ini telah dirubah atas permintaan sendiri. 4.1. Deskripsi Informan Penelitian Informan utama atau key informan dalam penelitian ini berjumlah empat orang dan meminta untuk namanya disamarkan sehingga dalam pembahasan untuk selanjutnya akan digunakan nama samaran. 1. Informan 1: Han Informan pertama dalam penelitian ini berinisal Han berusia 21 tahun. Han berprofesi sebagai pegawai sebuah tempat distribusi elektronik yang cukup besar di Jakarta. Han berasal dari Purwokerto dan dari sebuah keluarga kelas menengah. Status belum menikah. Han sudah menyukai K-Pop sejak masih duduk di Sekolah Menengah. Awalnya Han mengenal K-Pop dari sepupunya yang membawakan Han majalahmajalah dan poster-poster para artis Korea. Sejak itu Han mulai menonton filmfilm drama Korea yang diputar di TV dan mencari informasi lewat majalah, TV dan secara on line. Han pernah membentuk sebuah komunitas penggemar (fans club) K-Pop di kota asalnya dan ia dikenal sebagai orang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang artis-artis dan grup penyanyi K-Pop. Grup favoritnya adalah Super Junior (Suju) dan artis yang menjadi idolanya adalah Sungmin serta Tae Yoon. Setiap kali memiliki waktu luang baik saat jam istirahat maupun di rumah, Han banyak menggunakan waktunya untuk menjelajahi dunia maya dengan menonton film-film Korea secara streaming, membaca berita-berita terbaru di website, posting status di akun-akun media sosial miliknya, retweet status-status 96
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
97
artis K-Pop, memberikan tanda like atau share segala sesuatu yang menyangkut para artis. 2. Informan 2 : Luk Informan ke dua dalam penelitian ini adalah Luk yang berusia 21 tahun dan saat ini bekerja sebagai pegawai. Latar belakang keluarga Luk adalah kelas menengah, status Luk saat ini belum menikah. Luk mengenal K-Pop pertama kali di kota asalnya yaitu kota yang sama dengan informan pertama, ia menjelaskan bahwa ia pertama kali menjadi penggemar karena mendapat pengaruh dari teman-teman semasa sekolah menengah yang sering terlibat dalam perbincangan seru tentang film-film drama Korea dan para artisnya. Akhirnya setelah beberapa kali menonton film drama Korea di TV dan mendengarkan musik pengiring film yang dinyanyikan oleh para artis K-Pop, Luk jadi menggemari musik-musik K-Pop. Grup favorit Luk adalah EXO, dan artis favoritnya adalah Kai dan Teng Min. Luk juga bergabung dalam komunitas penggemar secara online dan ia cukup aktif dalam diskusi yang terjadi dalam komunitas terutama jika menyangkut topik dari grup dan artis favoritnya. Setiap ada waktu luang Luk sering melakukan browsing segala informasi menyangkut para artis K-Pop baik dari website resmi maupun website para penggemar, membuka akun-akun media sosial milik sendiri maupun milik para artis seperti Instagram dan Twitter. 3. Informan 3 : Yuk Informan ke 3 dengan inisial Yuk juga berusia 21 tahun, berasal dari Jakarta, dari keluarga kelas menengah atas. Yuk sudah lulus dari pendidikan sarjananya dan bekerja di sebuah universitas. Yuk sejak lama suka terhadap KPop, yaitu sejak masa dia duduk di bangku SMP. Awalnya Yuk suka menonton film drama Korea di TV dan menyukai musik yang mengiringi film drama tersebut dan akhirnya jadi menggemari lagu-lagu K-pop. Yuk mengidolakan grup vocal 2AM dan artis K.Will. Yuk juga melakukan kegiatan yang sama dengan informan-informan terdahulu setiap kali ia memiliki waktu luang. Akan tetapi saat ini karena Yuk telah bekerja, ia tidak lagi aktif
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
98
dalam diskusi di komunitas penggemar di mana ia tergabung secara on line. Sehingga untuk bisa tetap mengikuti berita tentang idolanya Yuk banyak melihat akun media sosial milik para artis maupun website penggemar dan website resmi para artis. Yuk juga menonton acara reality show yang diputar di salah satu TV kabel Indonesia yang sering menampilkan para bintang tamu artis-artis K-Pop. 4. Informan 4 : Ut Ut adalah informan ke empat, berusia sama dengan tiga informan sebelumnya, yaitu 21 tahun. Saat diwawancara Ut baru saja bekerja, pendidikan terakhir Ut adalah sarjana . Ut berasal dari keluarga kelas menengah yang berdomisili di Jakarta. Awalnya Ut menggemari film seri drama Korea ketika ia masih duduk di bangku sekolah menengah dan lama-lama ia mengidolakan artisartis yang menjadi bintang dalam drama Korea tersebut. Sebagaimana informan Yuk, Ut juga akhirnya menyukai lagu-lagu yang mengiring drama seri Korea tersebut. Setelah suka barulah Ut mencari lagu-lagu dan album para penyanyi KPop dan ternyata lama kelamaan ia makin menyukai jenis musik ini. Karena kesibukan kerjanya Ut juga sudah lama tidak aktif dalam diskusi dalam komunitas penggemar yang diikutinya secara on line, tetapi setiap hari ketika ada waktu luang Ut sering browsing untuk menonton film-film Korea secara streaming maupun melihat akun-akun media sosial dari sesama penggemar maupun artis-artis K-Pop. Belakangan Ut rajin mengikuti setiap episode dari reality show yang diputar di TV kabel Indonesia karena para artis K-Pop bergantian menjadi bintang tamu dalam acara ini. 5. Informan 5: Ni Ni merupakan informan ke lima yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini dan di antara informan lainnya Ni adalah informan yang paling muda. Ni saat ini baru berusia 16 tahun dan duduk di kelas X (1 SMU). Sejak SD Ni sangat menyukai segala bentuk industri budaya pop Korea, baik film seri drama maupun lagu popnya. Ni menyukai K-Pop setelah menonton drama seri Korea Boys Before Flower dan langsung menyukai musiknya.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
99
Idola K-Pop Ni paling banyak di antara informan penelitian lainnya, antara lain EXO, Shinee, BTS, Bang Tan, dan sesekali Apink. Ni setiap hari ketika memiliki waktu luang juga melakukan aktivitas seperti browsing berbagai akun media sosial para artis K-Pop maupun sesama penggemar, Ni juga aktif men-tweet status yang berkaitan dengan K-Pop, memberikan tanda like pada foto-foto di Instagram para artis, bermain Fan Cafe maupun menonton Running Man yaitu acara reality show yang mengangkat permainan-permainan yang lucu yang dimainkan para artis Korea, maupun Music Bank yang merupakan acara musik menampilkan berbagai grup maupun artis K-Pop. 4.2. Bentuk-Bentuk Budaya Korea pada Informan Dalam Budaya terdapat nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan, cara pandang terhadap dunia dan kehidupan manusia, sikap, cara/ pola berpikir yang membentuk prinsip hidup dan cara hidup manusia baik secara individu maupun dalam hubungannya dengan kelompoknya. Perwujudan budaya terlihat dalam praktek yang di dalamnya terdapat tradisi atau kebiasaan, perilaku, artefak-artefak yang terlihat. Intinya budaya adalah segala hal yang menyangkut kehidupannya sebagai anggota dari kelompok masyarakat tertentu. A. Nilai Bagi penggemar K-Pop nilai yang tampak menonjol dari budaya Korea yang ditunjukkan oleh para artisnya adalah : kerja keras, ketekunan, keuletan, berjuang dari bawah, setia/ loyal, ramah/ tidak berjarak, sopan. Hal ini disampaikan oleh Informan Luk yang menyatakan bahwa nilai keramahan dan kerja keras ditunjukkan oleh para informan : “ Mereka sih ramah-ramah ya, nggak sok ngartis gitu, tapi pekerja keras lho mereka…kan latihannya gila-gilaan belum diiket kontrak kan mereka tuh… Artis K-Pop menunjukkan keramahan karena tidak berjarak dengan penggemar dan pekerja keras juga disampaikan oleh Informan Han : “…kalo pertama sih paling liat-liat itu dari fisik ya, awal-awal pasti liatnya dari fisik terus lama-lama semakin dalam gitu mereka punya kepribadian sendiri.. gimana sih.. mereka punya kepribadian ramah, bedanya sama artis barat kan mereka nyanyi Cuma nyanyi-nyanyi doang kan, kalo mereka tuh engga, kayak
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
100
Suju gitu kalo sama fansnya udah kayak temen sendiri gitu, nganggepnya
kayak temen sendiri, aku juga nganggep mereka jadi kayak temen bukan kayak idola, jsebag-sama temen sebaya gitu” Kerja keras juga dinyatakan oleh Informan Han sebagai nilai yang dilihatnya menonjol :
“Iya mereka latihannya lama banget, bertahun-tahun baru bisa diorbit, itu dikontrak…tapi lamanya beda-beda, tergantung manajemennya” Yuk juga menyatakan hal yang sama tentang keramahan para personel K-Pop : “Yang aku dapet apa yaa.. hmm.. keliatan kepribadiannya…Friendly”
Sedangkan bagi Ut ia menangkap nilai kerendahan hati (low profile) dan keuletan karena mau berjuang dari bawah : “Low profile… Iya penting low profile, mereka kalau lagi konser, kayak misalnya lagi ke Jakarta mereka gak sungkan-sungkan kayak tanda tangan, jabat tangan atau kayak ada acara running man kana da ketemu masyarakat luar tuh, mereka kalo ada yang mau minta foto mereka gak sungkan-sungkan atau apa..kan ada yang dari keluarga yang miskin jadi liat juga perjuangan mereka itu kan juga bisa jadi apa ya.. bisa jadi nilai yang bisa aku ambil” Informan Ni melihat bahwa nilai kerja keras sangat terlihat pada diri para artis KPop : “kerja keras sama ketekunan artis K-Pop karena latihan dari pagi sampe malam, sering nggak tidur sampe kantong matanya tebal wueeehhh….mereka tuh niat banget lho!”
N I L
Dimensi
Han
Luk
Yuk
Ut
Ni
Data Diri
Bekerja 21 Th
Bekerja 21 Th
Bekerja 21 Th
Bekerja 21 Th
Siswa 16 Th
Punya kepribadia n ramah Mengangg ap fans teman sendiri/ tidak menjaga
Ramahramah, tidak sok ngartis/ tidak menjaga jarak
Friendly (Bersahaba t)
Low Profile
Keramahta mahan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
101
A
Kerja Keras
I N
jarak antara artis dengan penggemar Bekerja keras, latih an betahuntahun
Bekerja keras, latihanny a gilagilaan
Bekerja keras
Berasal dari keluarga miskin tapi mau berjuang berkema uan keras meski pilihanny a tidak direstui orang tua
Keuletan/ Ketekunan Berjuang dari bawah
I L Setia
A I
Jadi Panutan/ Taat Beragama
Bersedia diikat oleh kontrak bertahuntahun
Ketekuna nnya untuk bekerja tanpa tidur
Memberik an pesan agar berhatihati dalam lalu lintas, Mengguna kan ayatayat Kitab Suci ssebagai status
Tabel 4. 1. Nilai-Nilai Budaya Korea Menurut Informan Dari para informan ini terlihat bahwa nilai berupa keramahan dan kerja keras merupakan nilai yang ditangkap oleh mayoritas informan, menunjukkan bahwa hal tersebut penting bagi penggemar. Nilai seperti keramahan diperhatikan oleh semua informan yang sudah bekerja kecuali informan terakhir yang masih berstatus sebagai siswi SMA. Kemungkinan bagi penggemar yang sudah bekerja Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
102
mereka menyadari bahwa keramahan merupakan salah satu kunci keberhasilan/ kesuksesan dalam pekerjaan. Sedangkan nilai kerja keras ditangkap oleh tiga orang informan termasuk informan yang masih menjadi siswa SMA. Ini menarik karena nilai ini tidak menjadi nilai penting bagi dua orang informan lain yang sudah bekerja, ternyata setelah diamati lebih lanjut karena ke dua orang yang tidak menilai kerja keras sebagai nilai yang penting berasal dari keluarga dengan kelas ekonomi menengah ke atas. B. Praktek Bentuk Budaya Korea terlihat pada praktek-praktek yang dilakukan para penggemar terutama dalam cara berpakaian walaupun ada upaya untuk beradaptasi dengan budaya asli, seperti yang disampaikan Informan Yuk : “pernah liat si Miss A pernah pakai ini, jadi aku pas liat di mall langsung bilang aduh lucu ya.. jadi pengen beli, jadi segala sesuatu yang pernah dipakai sama mereka jadi pengen beli gitu.. terus kalo baju, ya Kalo IU (A Yu) bajunya kayak baby doll gitu,aku juga suka baju yang kayak gitu.. cari bajunya jadi model kayak gitu, Cuma kadang kan mereka pake celananya pendek banget, super pendek nah itu gak mungkin lah aku pake di sini, kan gak mungkin…”
Bagi Ni, praktek yang menunjukkan adanya bentuk Budaya Korea juga menyangkut masalah cara merias diri yang dipelajarinya dari media sosial dan dipraktekkan dalam kesempatan-kesempatan tertentu, seperti yang dia nyatakan : “Fashion sama perawatan muka, kecantikaan gitu, hehehehe…. Ngetren kan K-beauty (Korean Beauty) kayak yang ada di You Tube…jadi di situ ngebahas kesehatan, kecantikan, make up, fashion…semua ala Korea gitu, ya udah aku ikutin aja paling ada pesta baru dandan gitu” Praktek-praktek itu juga dilakukan oleh para penggemar secara kelompok atau komunitas, hal ini terutama terlihat sekali pada saat ada konser dari para artis yang biasanya dipenuhi oleh penggemar, seperti yang disampaikan oleh informan Ni : “biasanya ke konser pake bajunya yang ada tulisannya nama grup atau artisnya kayak Shinee atau BTS gitu, jadi kita langsung tahu, Oooo…itu fans juga tuh, jadi kenalan nambah temen”
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
103
Bahkan pada informan Han, praktek tersebut praktek dimaknai dengan lebih mendalam lagi seperti pernyataannya : “Aku kalo berangkat kerja kan naik busway mataku selalu jeli, ih ada anak yang pake kaos SUJU aku langsung deketin, “Mbak suka SUJU ya, suka sama siapa?” Langsung ngobrol “Eh iya..gini..gini..gini..” padahal kan gak kenal sebelumnya..” C. Bahasa Bentuk Budaya Korea pada para penggemar K-Pop juga terlihat pada bahasa yaitu dengan menggunakan istilah-istilah atau jargon yang hanya dipahami oleh kalangan mereka saja. Peneliti menemukan bahwa mereka biasanya menggunakan jargon-jargon ini dengan sesama penggemar. Hal ini disampaikan oleh Informan Luk : “kalo bahasa-bahasa yang sering diucapi sehari-hari udah rada ngerti sih… Paling mi..mi.. kalo manggil-manggil kan?!”
Sedangkan informan Yuk biasanya menggunakan bahasa Korea untuk menyapa teman-temannya yang sama-sama menggemari Korea seperti pernyataannya : “Kalo nyapa sih ya Anyong.. udah gitu aja paling…Kalo yang suka Korea “jawabnya gitu juga ngebalesnya…”
Ada pula istilah-istilah juga digunakan oleh para artis K-Pop yang hanya dipahami oleh para penggemar, seperti yang disampaikan oleh informan Luk : Sebenernya tuh dia pengen ngomong alright terus disingkat jadi oho rat, terus kayak di apengen ngomong yes alright terus gimana sih..dia emang disingkat-singkat sendiri jadi horet, dia emang cadel, ya kita ngikut ngomongnya dia, hahahaha!!!!” Informan Yuk juga menyampaikan hal yang sama bahwa para artis menyampaikan pesan yang hanya dipahami oleh penggemar : “kayak 2nE1 kan kemaren kan mereka ke Indonesia, nah beberapa bulan sebelumnya salah satu personilnya ada yang nge twit gitu kayak, Indonesia Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
104
terus tanda Tanya. Kita kan “Wah kenapa nih, apa dia mau ke Jakarta apa gimana ?” Kita kan penasaran, terus nyari-nyari info deh…ternyata bener” 4.3. Imperialisme Budaya Dominasi Budaya Korea pada penggemar terlihat pada beberapa aspek yang ditemukan peneliti selama melakukan penelaahan di lapangan, antara lain pada aspek-aspek seperti : A. Artefak Artefak sebagai salah satu ciri khas budaya juga terlihat pada diri penggemar yang menjadi informan. Sebagai contoh Yuk menjelaskan bahwa ia sering membeli pakaian, aksesoris dan alat rias yang dia lihat dipakai atau diiklankan oleh artis Korea. “Kayak pita yang aku pakai ini, jadi aku pernah liat si Miss A pernah pakai ini, jadi aku pas liat di mall langsung bilang aduh lucu ya.. jadi pengen beli, jadi segala sesuatu yang pernah dipakai sama mereka jadi pengen beli gitu.. terus kalo baju.. Maam tau IU(A Yu) gak?? Kalo IU (A Yu) bajunya kayak baby doll gitu,aku juga suka baju yang kayak gitu.. cari bajunya jadi model kayak gitu” “kalo make up aku emang pake Etude, kan Etude dari sana Heehehehe.. cocok sih mungkin karena aku suka Korea jadi ngerasa cocok lah yah ehehehe.. si SHINee kan yang ngiklanin.. sebenarnya aku gak terlalu suka SHINee nya tapi karena itu brand dari Korea jadi aku demen gitu hehehee..”
Pada informan Ut, dia lebih suka menggunakan alat rias dan alasan memilik karena produk tersebut merupakan produk Korea, seperti yang dijelaskannya : “Iya mempengaruhi tetapi tidak semua, tapi pasti lebih prefer produk korea. karena contohnya setelah menonton drama korea ada prodak kosmetik mereka yang bagus, nah itu sangat mempengaruhi aku untuk ikut beli juga Tetapi nggak selalu, terkadang saja…kayak pake bedaknya Etude, sama wangi-wangiannya, soalnya baunya enak, hehehehe….”
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
105
Sedangkan artefak pada informan Han adalah pakaian (kaos), tas, makanan dan telpon pintar yang digunakannya : “Iya, dari baju, tas sampe sandal swallow kan kemaren....Aku waktu itu antara Samsung sama LG yang penting buatan Korea hehehe.. kalo Samsung EXO kalo LG SUJU udah gitu eheheheehe.. pokoknya yang buatan Korea, waktu itu aku ditawarin Lenovo gak mau, mau yang buatan Korea hehehee.. tapi kalo Samsung kan udah banyak yang punya ya walaupun anak-anak juga banyak yang pake, tapi ya udahlah gak apa-apa yang penting buatan Korea” “Aku paling suka kaos-kaos tulisan-tulisan doang sih tapi kalo see shop ini bajunya bagus beli lah.. ini lagi mau ada bikin kaos Shindong, Shindong mau Wamil terus ada mau bikin kaos gitu” Kalo kemaren Suju itu baru ngeluarin Bonchon (sejenis restoran cepat saji ala Korea)….aku bela-belain dateng sampe ditangkep satpam, soalnya waktu pulang, waktu acaranya kelar aku sama temen nyuri-nyuri dia (artis K-Pop) lewat mana, kata satpamnya dari pintu exit taunya dari pintu khusus, aku ikut masuk kesitu, ketauan satpam, ditangkep hehehee.. Pada informan Luk dia memiliki artefak mulai dari pakaian (kaos) hingga telpon pintar : “Kalo aku HP sih Samsung Soalnya Kai juga pake Samsung tapi dia Samsung S5 hehehee.. kalo aku Cuma grand doang ehehhe..” Paling jersey sih aku lagi kepengen nambahin, jersey tuh kayak kaos gitu yang ada angkanya, kalo EXO tiap member punya angka sendiri kayak Sehun 94, Kai 88 tapi yang 88 belum ada yang warna putih Walaupun sebenarnya Luk masih memiliki keinginan untuk memiliki artefak lain yang dipakai oleh beberapa artis Korea berupa tas, tetapi ada kesadaran dalam dirinya bahwa memiliki tas tersebut terlalu mahal : “Kalo tas MCM tapi harganya mahal banget kalo yang asli hampir sepuluh jutaan, ya kita kalo mikir kayak gitu mikir rasional ya..”
Pada informan Ni, yang jelas kelihatan artefak yang dimiliki dan dikumpulkannya adalah CD (compact disk), alat ras, light stick (tongkat bertuliskan nama grup penyanyi dan bisa menyala dengan bantuan fosfor atau baterai) : Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
106
“beliin CD-CD K-Pop malah sampe pas ke Korea dibeliin banyak, hihihihihi… terus light stick tapi light stick-nya rusak kayak yang dari Infinite Konser itu sudah patah…terus jaket beli bareng temen-temen samaan pas kelas 8” “Bb cream doang pakenya, sama parfum yang buat di tangan, mereknya Face Shop…”
Dimensi
Artefak
Hand Phone/Smart Phone & Alat Elektronik Produk Tata Rias Fashion
Informan Yuk HP Samsung
Han HP LG
Luk HP Samsung
Kosmetik (Etude) Cat Rambut Sandal Swallow Kaos
Kosmetik (Face Shop)
Kosmetik (Etude)
Jersey (kaos)
Pita Rambut
Jaket
Kaos Official Poster
Light Stick Poster
Suvenir
Light Stick Poster
Makanan
BonChon (ayam)
(Perangkat) Musik
Hasil Unduh Online
Hasil Unduh Online
I-Tunes
Ut
Ni
Kosmetik (Etude)
Kosmetik (Face Shop)
Bon Chon (ayam) Han Gang CD (Copy)
CD Asli
Tabel 4. 2. Dominasi Budaya Korea pada Informan dalam bentuk Artefak
Imperialisme juga terjadi pada selera para informan yang begitu dipengaruhi oleh musik K-Pop sehingga menempuh berbagai cara untuk dapat memuaskan kegemarannya, seperti yang dinyatakan oleh Yuk : “akunya kayak ngerengek mau nonton, kapan lagi.. Selalu dibilang sama papa “yauda ini yang terakhir ya”, tapi entar dateng lagi, mau nonton lagi.. Yauda hehehe gitu.. Udah capek hati kali ngurusin anak kayak aku hehehehe..” Sedangkan pada informan Ut, ia berupaya untuk memuaskan kegemarannya terhadap K-Pop dengan melakukan tukar menukar koleksi, seperti yang diutarakannya :
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
107
B. Pola Pikir Pengaruh Budaya Korea tidak hanya pada hal-hal yang terlihat seperti artefak tetapi juga berdampak pada cara pandang/ pola pikir para informan, seperti pada Yuk yang kegemarannya terhadap K-Pop ini membuat dia merasa menjadi lebih percaya diri dan merasa seperti orang Korea: “Jadi kebiasaan hehehe..jadi PD hehehe.. jadi ngerasa mirip gitu sama orang Korea …” Tidak hanya itu tetapi bagi informan Han segala aspek dalam kehidupan sehariharinya dihubungkan dengan idola, seperti pernyataannya di bawah ini : “Kalo aku selalu di hubung-hubungin, bahkan naik busway aja, kan di busway ada kursi biru sama merah, biru itu SUJU merah itu TVSQ aku pokoknya kursinya mau yang biru gak mau yang merah, akukan ELF hehehe, kalo misalkan yang biru penuh, merah kosong aku berdiri aja ahahaha.. pokoknya kalo milih sesuatu kan biru, ELF biru, sebenerya mereka gak ada hubungan apa-apa.. aku milih sesuatu selalu biru , misal milih sikat gigi gak ada biru, pink, Sungmin suka warna pink hehehehe.. dikait-kaitinnya kayak gitu.. “ Kriteria yang diharapkan terhadap lawan jenis juga ikut dipengaruhi dari budaya Korea, sebagaimana dinyatakan oleh informan Han : “gak cuma itu sih, karena emang dari awal suka Korea jadi tipe cowokku tuh yang cute, imut-imut terus gak bisa diem,itu ada di Sungmin semua, apalagi dia orangnya dewasa gitu kan. Terus kalo Sungmin itu kayaknya gimana ya, kayaknya kena banget gitu loh. Ternyata waktu acara RCTI kemaren itu tanggal dua tiga agustus aku ketemu Sungmin hehehee… apa sih ya... kalo sama Sungmin apa ya, nalurinya ada gitu atau batinnya ngerasa ada walau dia gak ngerasain gitu kan” Luk juga memiliki pemikiran yang sama dengan Han dalam hal kriteria terhadap lawan jenis walaupun ia mengakui bahwa hal itu sulit, seperti pernyataannya : “pengennya sih yang model-model oriental yang sipit-sipit tapi kayaknya disini gak mungkin hehehe..”
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
108
Pola pikir yang didominasi oleh budaya Korea ini juga menyangkut hal-hal yang menjadi keinginan mereka di masa depan seperti menyangkut pada pilihan pekerjaan seperti yang menjadi keinginan Yuk : “Waduh….pengen apa ya? pengen jadi staf mereka hahahaaa…ngurusin kayak bikin story board, bikin konsep video clip mereka, soalnya kan aku juga dari ILKOM juga demen yang sesuatu yang kreatif gitu kan, jadi kan keinginan bisa bareng ama kesenengan, hahahahaha……” Sedangkan pada informan Ut, dominasi budaya Korea mempengaruhi keinginannya di masa depan dalam hal pendidikan: “Sebenernya sih kalo boleh pengen S2 juga di sana sekaligus nge fansfansan di sana”
C. Tindakan Bentuk Imperialisme Budaya Korea pada informan juga terlihat dari tindakantindakan yang dilakukannya, seperti contoh yang diberikan oleh informan Han : “Ada diputer lagu-lagu K-Pop masa girang banget, dulu aja waktu aku di retail cuek aja nyanyi-nyanyi hehehe.. waktu kemaren ya.. kan lagi jalan, kana da itu tuh Niaga, ada TV eh ada SUJU nyanyi hehe.. Nonton dulu di situ, foto dulu, terus upload dulu “Iih ada SUJU !!” hehehee.. pokoknya sampe anak-anak bilang “Lo nyadar gak sih, lo gila tau gak ?” “kadang aku punya temen suka sama semua, kadang ada yang cuma suka sama yang ini, ada yang suka SUJU dia gak suka jodoh-jodohin, terus aku pasang status suka sama SNSD aduh entar dia ngomel-ngomel lagi.. di rumahku juga gitu sih, sepupuku suka SUJU, dia yang ngenalin aku sama SUJU, udah suka sama SUJU dia suka sama EXO dia udah gak suka. Kalo sama EXO masih lumayan masih mau ngikut, tapi kalo sama SUJU dia udah gak mau, karena waktu di hotel dia nunggu lama dia.. gak tau.. punya kesan buruk disitu lah.. ini misalnya di handphone aku dia ngisi lagu-lagu boy band kesukaan dia, tapi aku gak suka.. dia ngisi banyak banget kadangkadang aku gedeg kalo aku lagi nyetel lagu SUJU “Ganti..ganti..” yang diputer lagunya dia, aku tuh sebel hehehehe”
4.4. Penggunaan Media oleh Penggemar Penggemar melakukan aktivitas mencari berita-berita terbaru dan informasi seputar kehidupan pribadi para artis, menonton film-film terbaru,
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
109
posting status ataupun hasil kreativitasnya dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penggunaan media sosial di dunia maya sudah seperti bagian dari rutinitas sehari-hari dalam kehidupannya. Info-info seperti proyek terbaru yang sedang dikerjakan para artis atau gosip-gosip juga termasuk yang diminati oleh para penggemar. Intinya para penggemar tidak dapat dilepaskan dari media online dan menggunakan fasilitas jaringan internet setiap hari dan mengakses berbagai media sosial seperti You Tube, Instagram dan Twitter dan berbagai web site komunitas dan resmi dari para artis dan manajemennya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Informan dalam penelitian ini . Informan Han menjelaskan kegiatannya sebagai berikut : “Kegiatannya paling tiap hari bangun tidur, on line-onlie sedikit cari info sedikit, baru beberes rumah terus baru berangkat kerja, berangkat kerja di perjalanan juga sambal ngatasin macet on line on line juga cari-cari info, pulang juga gitu sampe rumah cari-cari info nonton-nonton video sedikit lah baru tidur, sehari-harinya gitu” Informan Luk juga menjelaskan hal yang hampir sama : “Dari bangun tidur pasti cek twitter, Instagram harus, kalo facebook jarang sih…yang dicek fanbasenya EXO, fanbasenya punya akun sendiri, paling dari member-membernya..kalo aku kan sukanya EXO” Sedangkan informan Yuk menjelaskan bahwa dalam menggunakan media internet biasanya dia mencari informasi seputar K-Pop dari akun media sosial web site khusus K-Pop dan menonton film drama secara streaming : “kalau misalnya udah pulang kerja.. Ini boleh apapun kan ? Biasanya nonton Korea hehehe.. Ya pokoknya browsing-browsing something gitu lah…medsos, web apa aja..Rata-rata semua yang di post sama artis Korea aku like heheheheee.. “ “Kadang kalau ada foto mereka pribadi gitu, misalnya mereka lagi ada di pesta apa terus mereka foto, selfie-selfie gitu aku like atau kadang kalau misalnya mereka abis selesai konser gitu terus aku like, atau mungkin kalo lagi nunjukin diri dia lagi selfie dimana, terus kadangan kan kalo antar artis satu dengan artis lain kan suka ketemuan, “Ooh ternyata mereka juga sahabatan ya antar artis ini.” Itu aku like” “Aku suka banget nonton streaming!! Hihihi…Kalo streaming biasa buka www.dramacool.com atau www.myasiantv.com...Aku sampe install application di hp buat download drama2 korea gt namanya dramania
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
110
heheehe….Itu sih kalo aku nonton dari situ”
Sedangkan untuk Ut, dia bisa mengakses berita on line tentang K-Pop dan para artisnya di sela-sela kegiatannya,kapan saja dan tidak ada waktu tertentu seperti yang dinyatakannya : “Pagi biasanya saat teduh, mandi, absen di kantor, cari sarapan, terus kerja bu sampai jam 4 atau jam 5 sore. lalu aku sekarang biasain ngegym di UPH, jadi selesai ngegym bisa sampe jam 7malam, lalu mandi, buka laptop sebentar cek email atau nonton youtube dan jam 10 aku udh usahain tidur. maksimal jam 11 malam hehehe. Masih bisa mengikuti berita siiih…kalau kerjaan lagi tidak banyak, karena kan di kantor ada internet jadi mudah dan cepat hihihi..” “Biasanya account yang aku buka di instagram ya accountnya songtriplets tapi bukanya random (tidak tentu) biasanya” Informan Ni menyatakan hal yang hampir sama dengan Ut di mana dia membuka berita-berita on line dan media sosial setiap dia memiliki waktu luang : “Kapan aja, bisa waktu dianterin ke sekolah atau pulang… pas di mobil, atau pas istirahat sekolah juga bisa, sore kan juga bisa kalo nggak ada les” Media sosial yang diikuti Ni tujuannya untuk mengikuti (follow) para artis idolanya seperti Twitter dan Instagram dan mendapat informasi dari isu-isu yang sedang ramai dibicarakan: “ya…lumayan, follow-follow aja tuh mereka…Siwon diikutin, grup-grup yang terkenal diikutin, kayak BTS, Shinee gitu-gitu deh bisa di Twitter, Fan Café…itu biar bisa download, ikut on line-on line aja, follow twitter, baca-baca kalo ada yang lagi rame, asal bukan yang gossip-gosipan gitu...males!” “punya sih Instagram, tapi Cuma Tae Yoon doang yang diikuti, she’s so adorable… instagramnya lucu soalnya, jadi kayak ada dab smash-nya(Cat. aplikasi pembuatan video dengan dubbing kalimat-kalimat atau kata-kata yang lucu yang sudah tersedia sebelumnya dalam aplikasi tersebut)…aku aja pernah bikin dab smash terus aku delete gara-gara malu, aib siih…”
Banyak hal yang biasa dilakukan oleh penggemar dalam media sosial dan manfaat yang didapat oleh penggemar dengan mengikuti media sosial artis atau sekedar menjelajah dunia maya seperti pernyataan beberapa informan berikut : Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
111
Informan Han : “Biasanya tuh paling sering dari twitter, facebook, Instagram kan sekarang member-member banyak yang punya Instagram, diliat hari ini mereka update apa engga…dilihat Selcanya mereka, kalo orang lain kan bahasanya selfie tapi kalo mereka istilahnya selca- self camera” “Ya paling nonton-nonton video mereka yang baru, setiap malem kan setiap mereka come back kan mereka ada videonya, hari ini dia di music bank langsung cari updatean video mereka come back, di m net count down, paling kayak gitu-gitu doang nonton video” Ehm.. kalo mereka itu sering update di media sosial juga kan mereka sering bales, gak cuma di dalem negeri aja, pas kesini juga mereka sering nyapa..” Sementara aktivitas yang dilakukan oleh Luk saat menjelajahi dunia maya adalah men-tweet kembali sebuah status yang biasanya menyangkut grup favoritnya dan berkenalan dengan sesama penggemar melalui media sosial dengan saling mengikuti (follow) seperti yang dipaparkan di bawah ini: “Retweet, nge like, comment, kalo aku sih biasanya follow EXO fanbasenya kan banyak ya, Hahaha…Tapi sekarang kan ada Instagram jadinya ya ke Instagram” Kadang kalo aku di twitter kan saling follow-follow ya, entar kenalan, entar minta line, di line tuh ada grupnya sendiri, ya kayak gitu sih” Jika dilihat dari aktivitas mereka sehari-hari tersebut di atas dengan intensitasnya mengakses
media
sosial
bisa
digambarkan
seperti
tabel
berikut
in
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
112 Jenis Media Sosial dan Web Site yang diakses dan Intensitasnya Informan
Instagram
Twitter
YouTube
Facebook
Fan Cafe
Han
Setiap Hari
Setiap Hari
Setiap Hari
Jarang
Pernah
Blog/ Web Site Artis/Grup Resmi Setiap hari
Luk
Setiap Hari
Setiap Hari
Setiap Hari
Jarang
Tidak Pernah
Jarang
Yuk
Setiap Hari
Setiap Hari
Setiap Hari
KadangKadang
Tidak Pernah
KadangKadang
Sering (AllKpop)
Ut
Setiap Hari
Setiap Hari
Setiap Hari
Jarang
Tidak Pernah
Jarang
Ni
Setiap Hari
Setiap Hari
Setiap Hari
KadangKadang
Setiap Hari
Sering (beberapa kali dalam seminggu)
Sering (AllKpop, Korean Indo Soompi) Sering (AllKpop, Soompi)
Blog/ Web Site Buatan Penggemar
Video Streaming
Sering (AllKpop, Soompi) Sering (AllKpop)
Setiap Hari (KShow On line.net) Setiap Hari (KShowOn line.net) Setiap Hari (Myasiantv.co m, dramacool.co m Setiap hari (KShow On line, Drama Fever) Sering (DaumCafe)
Tabel 4.3. Media Sosial yang Sering Diakses Informan & Intensitas Penggunaannya
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
113
Manfaat penggunaan media sosial menurut Yuk, antara lain bisa mengetahui sifat dan perilaku asli dari sang artis, sekaligus mengetahui kegiatan para artis secara langsung, dan konser yang akan datang atau jadwal rilis album para artis yang baru seperti beberapa pernyataannya di bawah ini : “ada yang komen sesuatu yang agak jelek lah di Instagramnya dia, pastikan sebenernya baca tapi kalo misal orangnya emosian, attitudenya jelek pastikan langsung di bales ya.. Dia harus bisa nahan emosinya gitu loh. Ehm.. mereka punya kepribadian kan keliatan kan dari mereka ngepost sesuatunya .kayak Jo Kwon itu lebih terbuka, sosoknya friendly gitu…” “ mereka tuh kalo lagi ngapain kadang di post, kadang ada captionnya juga, jadi dia nerangin dia lagi ngapain hari ini…kayak tadi kan aku baru buka Instagram kan Si Tao Choi sama Si Won Super Junior, dia kan baru punya Instagram , terus tadi dia lagi macet mau berangkat kemana gitu lho, kayaknya mau ke tur Super Juniornya gitu, terus dia ngepost gitu loh.. kayak say good morning gitu, barusan aja liat” “kayak yang waktu Big Bang mau ke Tokyo, terus dia kayak “Are you ready Tokyo for Big Bang concert?” Kayak gitu, kayak lebih nyapa. Ooh kadang kalau twitter itu kadang dia mau ngerilis album apa dia suka ngomong dulu, tanggal segini dia mau release album…Kalau misalnya mereka mau release album atau kayak 2nE1 kan kemaren kan mereka ke Indonesia, nah beberapa bulan sebelumnya salah satu personilnya pasti ada yang nge twit”
Bahkan manfaat lain menurut Yuk yang diamati peneliti benar-benar berbeda dari yang ditangkap informan lainnya karena Yuk menangkap ada himbauanhimbauan yang positif bahkan ada juga himbauan yang religius yang diposting oleh artis dan mengingatkan kembali kepada informan : “atau ada juga yang pesen tetap sehat, jaga kesehatan… Terus mereka juga ada himbauan sih tapi gak terus-terusan memang…kemarin Super Junior yang si Jay Chou itu, Super Junior yang Korea, ngucapin turut berbela sungkawa di twitternya, kemaren kan ada kecelakaan yang Ladies Code itu terus sama nulis hati-hati kalau bawa mobil, jangan lupa pakai seat belt”
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
114
“Si Won.. terus dia suka ngasi ayat-ayat gitu.. soalnya ayahnya kan pendeta, jadi kayak suka ngasi ayat-ayat Alkitab gitu... pernah sih kayak liat ayat Alkitabnya, terus jadi baca lagi ayat itu.. Kalo Si Won itu keliatan yang rohani banget, ngejaga hubungannya dengan Tuhan banget dan dia juga kayak.. apa ya istilahnya.. kayak menguatkan ke fansya dengan Alkitabnya mungkin yang saat itu dia lagi baca… Pernah sih aku ngelakuin, yang ayat Alkitab itu, aku nge post apa terus ada ayat Alkitabnya dia gitu, itukan secara gak langsung bisa jadi berkat buat orang lain juga kan…” Ini menunjukkan bahwa para artis tersebut menyadari bahwa mereka sebagai figur publik seharusnya memberikan teladan, menjadi role model bagi para penggemar yang menjadi pengikut (follower) walaupun tidak secara langsung tetapi hanya melalui posting status-status mereka. Dan hal ini ditangkap oleh para penggemar terutama yang memiliki kepercayaan yang sama untuk bisa diterapkan pada kehidupan mereka sendiri. Sedangkan informan lain yaitu Ut menggunakan media sosial untuk bergabung dalam komunitas penggemar on line seperti yang dia nyatakan : “Ooh kalo aku pasti kalo di facebook, twitter aku join fan pagesnya ikut membershipnya, membershipnya itu juga bayar biar kita dapet kartunya” “Sekarang-sekarang si yang aku ikutin kebanyakan drama korea aja, streaming.. sama info mengenai artis-artisnya, kayak Suzy pacaran sama Lee minho wkwkwk… biasanya aku lewat PC atau HP sih liat beritanya, di website atau instagram gitu…kayak koreanindo, atau allkpop, atau soompi Manfaat yang diperoleh Ut adalah informasi lebih cepat diterima karena aplikasi media sosial ada dalam telpon pintar yang dibawa kemana saja, seperti pernyataan di bawah ini: “Dari line…kayak sekarang informasi kan cangggih, jadi kita kayak invite si DBSK nah itu tuh akan secara sistematis akan ngasi informasi ke kita, gampang tinggal follow udah.. aja nanti kalo dia update foto langsung masuk ke line kita terus nanti kalo kita bales dianya kayak bales thank you tapi komputer ya mungkin, dari sistem komputer ya jadi cepet, kan line dibawa-bawa terus…” Manfaat lain menurut informan Han dengan menjadi teman dalam akun media sosial artis maka hubungan bisa menjadi dekat, seperti yang dinyatakannya : Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
115
“kayak Siwon yang waktu itu kan dia mau ke Pacific Place dia update duluan mau ke Pacific Place jam segini, itu tuh udah kayak punya temen mau janjian “Yuk kita ke Pacific Place jam segini janjian di sana” Jika dirangkum maka kegiatan/ aktivitas yang dilakukan oleh para informan dalam media sosial maupun kegiatan lain dengan bantuan jaringan internet adalah sebagai berikut : Informan Han
Luk
Yuk
Ut
Ni
Kegiatan Melihat up date foto, info dari Twitter, Instagram dan Fb Menonton film drama Korea secara streaming Men-tweet kembali, memberi tanda suka/ like memberi komentar terutama pada komunitas penggemar (fan based community) Browsing film-film drama Korea Mengikuti akun media sosial artis, memberi like pada posting para artis
Manfaat Hubungan dengan artis idola jadi lebih dekat layaknya teman Mendapatkan teman/ kenalan sesama penggemar
Mengenal sifat asli dari para artis K-Pop, mengetahui kegiatan mereka sehari-hari, Diingatkan pada hal-hal yang positif Mendapatkan teladan dari para artis untuk hal-hal yang menyangkut kerohanian Melalui Fb & Twitter Informasi seperti up date bergabung dengan fan pages dari artis lebih cepat grup/ penyanyi favorit diperoleh karena gadget Menonton film drama Korea dbawa ke mana saja secara streaming Mengikuti (follow) akun Terhibur karena aplikasi media sosial para artis dalam media sosial yang lucu Tabel 4. 4. Aktivitas Informan di Media Sosial
Sedangkan media seperti TV menjadi tempat para penggemar menyaksikan sisi lain dari para artis yaitu melalui berbagai program acara variety show. Acara seperti ini dibuat dalam bentuk permainan maupun reality show, dan acara-acara tersebut sering kali menonjolkan sisi humoris pesertanya, sehingga bisa menunjukkan karakter asli dari para artis menurut informan penelitian ini. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan Ut :
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
116
“Running Man? Ehm.. program acara tv, games-games artis-artis biasanya ikut acara itu, khusus untuk artis-artis ikut acara itu, jadi tuh main lumpur, main tinju jadi tuh bener-bener yang gak jaim-jaim lagi artisnya jadikan keluar..Yang lucu terus pinter entertainnya, misalnya di tv dalam ngomgongnya sama temen-temennya, sama audience lucu, interaktif..kalau karakternya tuh biasanya mereka kayak ikut program acara, ikut games, ikut kayak acara-acara yang… running Man. Kalau di running Man kan keliatan langsung personalitinya, gimana sih mereka mau berjuang ada pertandingan, gimana dia sama kompetitornya, gimana dia sama temen se timnya dan tim lawannya, jadi kurang lebih bisa liat di situ sih” Informan Ni juga sangat menyukai acara Running Man, seperti pernyataannya berikut: “Suka banget, kalo nonton sih di TV kabel kayak Running Man gitu, luculucu…” Informan yang lain yaitu Yuk juga menjelaskan bahwa acara reality show seperti Running Man tidak hanya lucu tetapi juga dapat menunjukkan karakter asli dalam hal kepemimpinan dari para artis, seperti yang dinyatakannya : “Kayaknya kalau aku lihat mereka itu tipe orang-orangnya itu kayak leadernya namanya Jo Kwon kan, nah dia ini pernah ikut reality show “you got married” terus dia jadi terkenal banget dan emang lucu di situ. Kalau di variety show gitu keliatannya dia lucu” Dalam pencarian penggemar terhadap teks yang menjadi obyek Kegemarannya mereka jadi mengenali karakter pribadi dari para artis KPop sehingga pada akhirnya mereka menjadikan para artis itu sebagai idola. Media yang dijadikan sarana untuk mengenali karakter idola terutama adalah reality show sebagaimana yang diakui oleh informan Luk : “EXO itukan pernah punya reality show sendiri kan.. terus dari trsanslete bahasa Ingrisnya kan kita ngerti kalo dia tuh lagi ngeledekin member yang lain. Yang paling ngeledekin sih emang Baekhyun sih. Bukan jail sih sebenernya, nyindirnya tuh paling pedes, maen sama hecul, Heecul kan gitu yang paling parah dia Jadi tuh kayak, kasian.. gitu.. kan, ya kita mengerti dari caranya dia ekspresi kan kita tau sifat, kan mereka kadang suka keceplosan juga, jadi kita tau jeleknya mereka kan ngeliat gantengnya doang udah bisa ehehhehe.. running man aku jarang tapi tiap bintang tamunya mereka aku pasti nonton. Kalo jadi bintang tamu, aku pasti nonton..”
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
117
Informan Ut juga mengatakan bahwa dengan menonton acara maka penggemar dapat mengetahui sifat-sifat para artis K-Pop sehingga makin membuatnya menyukai K-Pop : “tapi kalau karakternya tuh biasanya mereka kayak ikut program acara, ikut games, ikut kayak acara-acara yang… running Man. Kalau di running Man kan keliatan langsung personalitinya, gimana sih mereka mau berjuang ada pertandingan, gimana dia sama kompetitornya, gimana dia sama temen se timnya dan tim lawannya, jadi kurang lebih bisa liat di situ sih, di program acara tv, games-games artis-artis biasanya ikut acara itu, khusus untuk artis-artis ikut acara itu, jadi tuh main lumpur, main tinju jadi tuh bener-bener yang gak jaim-jaim lagi artisnya jadikan keluar…Yang lucu terus pinter entertainnya, misalnya di tv dalam ngomongnya sama temen-temennya, sama audience lucu, interaktif…”
Gambar 4.1. Acara Reality Show Running Man Jika dilihat intensitas informan menggunakan media lain yang konvensional seperti pada TV dan media cetak maka ditemukan bahwa mereka lebih jarang menggunakan media-media tersebut, alasannya antara lain karena mereka sudah
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
118
bekerja atau edisi yang ada tidak sesuai dengan keinginan mereka karena tidak membicarakan artis favoritnya dan sering kali informasi yang dimuat di majalah jauh lebih lambat dibanding dengan media sosial yang selalu up date setiap ada berita atau informasi dan gosip terbaru. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh informan Yuk: “Majalah yang kayak My Idol, Asian Star ngumpulin sih pas kalo lagi ada 2 AM aku beli, kalo engga aku kadang cuma numpang baca doang abis itu tutup kalo ga tertarik, gitu hehehehe..” Informan Han juga menyatakan bahwa informasi di majalah sering kali sudah tidak up date lagi : “ngapain beli majalah? Yang di online mah udah lebih up date beritanya, paling kalo pas ada hadiah poster Suju baru aku beli, hehehehehe…..” Sedangkan bagi informan yang lain seperti Luk, ia menyatakan : “Kalo dari twitter sih informasinya udah bener-bener jelas sih, kita gak perlu lagi repot-repot nyari, semua pasti bahasnya kayak gitu semua…”
Informan Ut, menjelaskan hal yang sama tetapi dengan alasan yang sedikit berbeda bahwa faktor usia dan kelengkapan informasi mempengaruhi pilihannya dalam menggunakan media : “Ooh dulu aku langganan Asian Plus sama My Idol, itu duluuuuu…sekarang udah tambah usia ya udah di internet, semuanya ada hehehehe..” Terlihat dari penjelasan para informan ini media cetak seperti majalah tidak menarik untuk mereka karena kebutuhan akan informasi dan berita seputar artis K-Pop sudah terpenuhi melalui media on line seperti media sosial dan web siteweb site khusus penggemar atau web site resmi dari manajemen artis. Dalam kaitannya dengan radio ternyata ditemukan bahwa para informan semuanya tidak mendengarkan lagu-lagu Korea di radio walaupun ada beberapa stasiun radio di Jakarta seperti Camajaya FM atau PAS FM pada hari-hari
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
119
tertentu, karena mereka semua sudah memiliki daftar lagu-lagu Korea yang sangat banyak di telpon pintar masing-masing yang dapat didengarkan kapan saja.
Media Lain Informan Han Luk Yuk Ut Ni
TV
Cetak
Kadang-kadang (Running Man) Kadang-kadang (Running Man)
Kadang-kadang (Majalah: Asian Star, K-Pop) Kadang-Kadang (Majalah)
Tiap kali tayang (Running Man) Tiap kali tayang (Running Man) Tiap kali tayang (Running Man, Music Bank)
Kadang-Kadang (Majalah) Tidak Pernah Tidak Pernah
Tabel 4.5. Penggunaan Media TV dan Cetak pada Informan dan Intensitas Penggunaannya
4.5. Penggemar dan Sub Kultur Penggemar (Fandom) A. Penggemar Penggemar menyukai musik pop Korea (K-Pop) melalui film-film drama Korea yang diputar di beberapa stasiun TV swasta. Mereka terlebih dahulu filmnya di mana dalam film drama Korea tersebut selalu ada musik pengiring yang dibawakan oleh artis yang menjadi bintang dalam film, hingga akhirnya mereka jadi menyukai musik dan artisnya sekaligus. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan. Yuk menjelaskan bahwa dia
menyukai diawali
dengan film drama Korea sebagaimana disampaikannya: “Pertama kali aku nonton Endless Love. Itukan udah lama banget kan, mulai dari situ tuh ada Princess Hours juga, terus mulai dari situ aku jadi suka banget, terus sama lagu-lagunya, akhirnya ngerembet ke yang sekarang kayak Korean bandnya.. Girl band sama boy bandnya” Han juga menyukai K-Pop dan mengidolakan para artisnya sesudah menonton film drama Korea : “Iya drama dulu, baru senang musiknya…Dulu kan awalnya itukan drama BBF yang ikut sound track nya Shinee tau, kenal menejemennya Shinee kenal lah K-POP semua si SM Town..yang disuka Boys Before Flowers,
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
120
Kim Hyun Joong dia kan leader ….. emang zaman BBF itu boy bandnya dia kan lagi in- in nya kan” Sedangkan Ni menyatakan bahwa dia menyukai K-Pop awalnya karena bosan dengan artis barat dan menonton film drama Korea dan akhirnya menggemari KPop, sebagaimana disampaikannya : “Waktu itu lagi bosen sama barat…abis dulu itu yang remaja Cuma adanya Justin Bieber doang, bosen….mana kan kelakuan dia jelek banget belakang-belakangan….lagi pula kan waktu itu ada Boys Before Flower jadi seneng, kan keren-keren tuh…abis suka filmnya terus abis itu grupgrupnya…kepo-kepo doing nyari info artisnya keterusan, hehehehe…. Apalagi kan ada juga tuh temen-temen yang suka sama Korea pas itu..” Sedangkan Informan Han mendapatkan pengaruh K-Pop dari saudaranya, yaitu sepupunya. Ia pertama kali mendengarkan cerita mengena iK-Pop dan mendapatkan majalah serta poster idola K-Pop, Shinee, dari sepupunya tersebut. “Dari sepupu sih, emang aku kan sering, aku kan dulu rumahnya di Jawa, sepupuku di Jakarta, setiap pulang kampung gitu dia tuh suka bawa-bawa majalaH atau poster gitu kan. Dulu kan awalnya itukan drama BBF yang ikut sound track nya Shinee tau, kenal menejemennya Shinee kenal lah K-POP semua si SM Town”.
Berbeda dengan Han, informan Luk mengenal K-Pop pertama kali dari temantemannya. Ketika ia di sekolah menengah di sebuah kota di Jawa, yaitu Purwokerto, temannya seringkali membicarakan artis-artis dan film Korea. “ya dari temen-temen ajalah pas masih di Purwokerto mereka kan
ngepenggemar (fans) banget jadi ikutan suka, abis ngomongnya Koreaaa melulu… No
Nama Informan
Usia
Pekerjaan
Mulai Saat
Awalnya Menyukai Dari
1
Han
21
Pegawai
Sekolah Menengah
Menonton Drama – menggemari musiknya-
2
Luk
21
Pegawai
Sekolah Menengah
Menonton Dramamenggemari musiknya
3
Yuk
21
Pegawai
Sekolah
Menonton
Kegiatan sehari-hari dilakukan berkaitan dengan kegemaran Menelusuri berita/ informasi secara On Line Menelusuri berita/ informasi secara On Line Menelusuri
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
121
Menengah
Dramamenggemari musiknya
4
Ut
21
Pegawai
Sekolah Menengah
Menonton Dramamenggemari musiknya
5
Ni
16
Siswa SMA
Sekolah Dasar
Menonton Dramamenggemari musiknya
berita/ informasi secara On Line Menelusuri berita/ informasi secara On Line Menelusuri berita/ informasi secara On Line
Tabel 4.6. Awal Mula Informan Menjadi Penggemar dan Kegiatan Rutin Dari penjelasan para informan di atas kelihatan bahwa pengaruh yang mereka terima sejak menyukai film-film drama Korea yang diputar di stasiun TV nasional seperti informan Yuk, Ni dan Ut. Tapi tidak hanya itu pengaruh dari orang lain juga ikut membantu sehingga informan akhirnya suka dengan budaya pop Korea seperti teman dan saudara, sebagaimana yang dialami oleh informan Han dan Luk. Masing-masing informan terlihat bahwa mereka awalnya berangkat dari kesukaan menonton/ ikut menonton film-film drama seri TV Korea yang diputar di Indonesia baru dari situ mereka beranjak menyukai musik K-Pop yang mengiringi tiap drama seri TV. Ada hal yang menarik di sini untuk diamati yaitu semua informan menggemari K-Pop diawali dari menyukai film drama Korea yang diputar di TV walaupun awal mereka mengenal budaya pop Korea berbedabeda, dan mereka semua mencari info/ berita tentang idolanya dengan menelusuri media on line . Berarti ada suatu proses yang menunjukkan bagaimana seorang audiens biasa menjadi penggemarAlasan lain para informan rata-rata mengaku menyukai musik pop Korea karena berbeda dari musik barat yang pernah mereka dengar dan rata-rata menjelaskan bahwa mereka sudah bosan dengan musik barat. Jelas terlihat ada proses yang terjadi sebelum seseorang menggemari sesuatu dan menjadi penggemar (fans) dari obyek yang menjadi kegemaran masing-masing individu. Pihak pemerintah Korea bekerja sama dengan institusi/ agensi swasta menyebarkan pengaruhnya melalui media massa. Pengaruh tersebut dikemas
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
122
sedemikian rupa sehingga tidak kentara. Hal ini disampaikan oleh salah seorang informan dalam penelitian ini yang merupakan perwakilan dari Korea: “ Pemerintah kami selalu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan budaya setempat, seperti di Indonesia kami tahu bahwa publik sudah terbiasa menonton sinetron di TV selama bertahun-tahun, jadi kami bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan film Korea berusaha memasukkan produk kami yang bisa diterima oleh masyarakat di Indonesia, awalnya memang kami masuk melalui film-film drama tapi ternyata publik suka juga dengan lagu-lagu theme song dari film-film kami maka dari itu kami bawa juga musik-musik kami ke Indonesia”
Sebagai penggemar para informan dalam penelitian ini melakukan usaha untuk menunjukkan rasa kagumnya kepada idola melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh komunitas penggemar seperti yang disampaikan oleh Ut : “Paling waktu mereka ke Indonesia kan biasanya ada gift corner, itu jadi kayak msialnya fans DBSK ngumpulin hadiah-hadiah terus kasi ke orangnya, ke artisnya. Jadi dikoordinir ayo kumpulin hadiahnya nanti kalau dia ke Indonesia dia yang ngumpulin terus nanti kasi ke panitia, pembawa EOnya itu entar di kasi ke orangnya… Apa ya, aku kasi yang berbau batik pokoknya berbau Indonesia dikumpulin ke koordinatornya, jadi pas kita mo dateng konser itu ada stand sendiri terus drop ke sana” Informan penelitian ini juga memiliki fantasi terhadap idolanya seperti pernyataan-pernyataan beberapa informan di bawah ini Luk : “ aku suka profile picturenya si kai, terus di apa ya.. di PM (Personal Message) nya juga suka “Hai Kim Joyng kai“ itu siapanya kamu sih ki,cowoknya apa bukan ? ehehehehe.. “Iya cowok aku lagi di Korea, lagi nuntut karir.” Aku bilang kayak gitu hehehehe… Han :
“kalau ke Korea aku bayangin deh mau sliwer sliwer di depan kantor SM apa JYJ siapa tau lewat pujaanku bisa selfie bareng kan..”
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
123 No
Category
Dimensi 1. Keikut sertaan dalam Komunitas Penggemar 2. Menonton Konser Live Menghadiri Jumpa Penggemar 3.Membeli merchandise
Fandom
4. Membeli barang mirip kepunyaan Idola 5. Mengikuti Media sosial Idola 6. Mengikuti Berita tentang Idola secara on line (Akun Media sosial, Website On line dsb) Mengikuti Berita tentang Idola lewat media massa (majalah, koran dsb) Mengganggap Idolanya sebagai Teman Merasa ikut terlibat secara personal dengan kehidupan pribadi Idola Memberikan penilaian terhadap kehidupan pribadi Idolanya Memberikan penilaian terhadap segala sesuatu yg melibatkan Idola Ingin bertemu dengan Idolanya Ingin mengunjungi Korea Selatan Memiliki impian menjadi kekasih Idola Memiliki impian berada dekat dengan Idola
Informan Han
Informan Luk -
Informan Yuk
Informan Ut
Informan Ni
-
-
-
-
Tabel 4. 7 Aktivitas Informan sebagai Karakteristik Sub Kultur Penggemar
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
124
4.6. Ikatan antara Penggemar dalam Sub Kultur Penggemar (fans) biasanya memiliki ikatan sosial dengan sesama penggemar lainnya dan mereka memiliki karakteristik yang sama atas dasar ketertarikan pada obyek yang sama. Fandom yang dimaksud dalam penelitian ini terutama ditujukan untuk merujuk pada sebuah subkultur yang terdiri dari penggemar. Jadi Fandom sebagai sebuah sub kultur sebenarnya merupakan kumpulan yang dipenuhi oleh penggemar-penggemar yang berdedikasi yang diintegrasikan oleh musik pop baik musik lokal, regional maupun global (Otmazgyn & Lyan, 2013).
Gambar 4.2. Penggemar dalam Ikatan Sosial sebagai Sub Kultur
Demikian juga halnya dengan penggemar K-Pop di Indonesia seperti para informan penelitian ini, mereka memiliki ikatan yang kuat dengan penggemar lainnya, dan ikatan itu tidak terbatas hanya nampak pada saat konser atau acara kumpul bersama (gathering) tetapi bisa pada kesempatan apapun saat sesama penggemar tidak sengaja bertemu, seperti yang dinyatakan oleh Informan Han : “Waktu kemaren tuh Min Ho ulang tahun, itukan kebetulan bias aku kan, berangkat kerja di angkutan ada yang pake kaos Song Min, aku tanya aja “Mbak…biasnya Song Min ?” dijawab “Iya” aku tanya lagi “Mbak mau kemana ?” eh dia bilang “Aku mau ke Monas ulang tahun Song Min.” “Oh aku gak tau, soalnya aku lagi sebel sama Song Min soalnya dia kemaren musikal ada adegan kissnya!” jadi ngobrolan deh kita, padahal nggak kenal sama sekali lho…hahahahaha!!!! abis itu aku ikut dia, aku bela-belain deh bolos kerja sampe dimarahin “Cuman gitu doang lo sampe gak kerja, lo gila ya, gak penting banget sih?” Bagi mereka gak penting bagi kita penting gitu, mereka ulang taun ngucapin ke mereka itu penting, kalo mereka ulang taun aku gak ngucapin itu rasanya gimana gitu, padahal fans jadi ikut ngucapin, ikut ngerayain, foto bareng, udah gitu doang.. lumayan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
125
lah,lumayan ramah, Indonesia masih dianggap gak cuman basa-basi doing” Sedangkan informan lainnya yaitu Luk, bertemu dengan penggemar lainnya saat ingin bertemu dengan artis K-Pop yang baru mengadakan konser di Jakarta dan akan pulang ke Korea, seperti yang ia nyatakan : “Kayak kemaren yang dia di bandara, yang pas EXO mau balik ke Seoul, kita gak kenal sama sekali. Kita udah cape kan ngejar-ngejar dari gate dua ke gate tiga kita ngobrol, jadi punya temen baru sih.. maksudnya kayak seneng lah, apalagi tuh kalo diajak ngomong tuh nyambung karena suka artis yang sama” Ikatan yang terjadi antar penggemar juga sangat terlihat pada waktu konser seperti yang dialami oleh Yuk : “Jadi kayak lebih deket antar sesama fans gitu kali ya.. “Oh sama-sama I AM” Jadi kayak ada rasa bersama gitu loh, ooh barengan, sama-sama suka 2 AM, jadi kita bener-bener hanya untuk 2 AM terus kita-kita ni bentuk rombongan gitu, terus mereka dari fans club bagiin lagu-lagu yang akan dinyanyiin hari itu dan disitu ditulis kayak misalnya mereka nyanyi apa terus ada balesan teriakan-teriakan gitu, mereka udah bagiin, udah siapin terus dibagiin gitu sebelum konser… jadi misalnya ada satu lirik nih, ada dibawahnya tuh ada jedanya, terus nanti kitanya, fansnya kayak sebutin nama mereka satu-satu kayak Jo Kwon.. siapa..siapa..siapa.. jadi biar barengan gitu..” Pengalaman Ni dalam sebuah konser menunjukkan adanya ikatan antara penggemar walaupun sebelumnya mereka tidak saling mengenal : “Udah gitu kan sesama penggemar (fans) itu kompak banget biar nggak kenal…pas nonton konser SM TOWN di GBK kan aku pergi sendiri, mamaku takut banget tapi aku kenalin mamaku lewat telpon sama kakak yang berdirinya deket aku lewat telpon…terus mama titip kakak itu jagain aku, dia jagain aku selama konser sampe konser selesai kita tukeran nomor hp sama ngefollow masing-masing” Pada Ut, maka ikatan dengan sesama penggemar lainnya dilakukan melalui media sosial, seperti yang dinyatakan : Dulu sering, tapi sekarang jarang biarpun masih suka…Sekarang sih lebih sering secara on line, kalau ketemu langsung paling sebulan sekali cuma karena udah pada kuliah pada kerja jadi jarang ketemu. Biasanya kita ada
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
126
grup, grupnya tuh di twitter, jadi nanti kalo misalnya namanya fandom ini ngomong apa terus kita reply…ngereplynya rame banget kalo memang yang diomongin lagi ngetrend Ada ikatan sosial yang tidak kentara tetapi dapat dirasakan oleh para penggemar mana kala mereka berada dalam situasi yang mempertemukan mereka dengan sesama penggemar, terlebih lagi dalam sebuah sub kultur yang memang mereka ditemukan atas dasar obyek yang sama yaitu K-Pop. A. Perilaku Informan dalam Sub Kultur Untuk memperlihatkan keterlibatannya dengan idola, data menunjukkan bahwa informan melakukan hal-hal yang menunjukkan kecintaannya, seperti mengumpulkan barang-barang (merchandise), mencari karya atau produk dimana idola Korea ada, menggunakan produk-produk yang berkaitan dengan idolanya, seperti produk kosmetik, pakaian, makanan yang semuanya dipengaruhi oleh budaya Korea. Pakaian pasti dipilih yang sama atau paling tidak mendekati yang sama dengan yang pernah dipakai artis idolanya dengan beberapa penyesuaian seperti panjang rok yang jangan sampai terlalu pendek atau modelnya yang tidak terlalu terbuka dan penyesuaian-penyesuaian yang didasarkan pada budaya asli Indonesia yang menjaga kesopanan dan norma-norma berpakaian bagi perempuan pada umumnya. Untuk pemilihan makanan, penggemar dipengaruhi dengan iklan-iklan makanan atau restoran yang dibintangi oleh artis idola. Restoran Korea seperti Bon Chon yang
baru dibuka beberapa waktu lalu di Jakarta didatangi oleh
penggemar karena mereka tertarik untuk mencoba setelah melihat iklan. Kegiatan ini oleh peneliti dikategori sebagai kegiatan mengumpulkan Artefak.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
127
BAB V DISKUSI MEDIA, IMPERIALISME BUDAYA DAN SUB KULTUR PENGGEMAR
5.1. Imperialisme Budaya Seperti telah dikemukakan dalam penjabaran data di bab terdahulu, bentuk Imperialisme Budaya Korea terjadi di beberapa area, terutama dalam tiga area, yaitu: 1. Artefak Artefak yang dimaksud di sini adalah segala jenis produk Korea yang tidak hanya digunakan oleh Informan tetapi juga dianggap penting dan wajib dimiliki oleh informan. Penelitian ini menemukan bahwa artefak yang dimaksud berupa : a. Gadget (gawai) b. Produk/ Alat tata rias c. Makanan d. Pakaian Artefak ini menjadi bukti adanya pengaruh dominasi budaya Korea pada Informan. Pakaian pasti dipilih yang sama atau paling tidak mendekati yang sama dengan yang pernah dipakai artis idolanya dengan beberapa penyesuaian seperti panjang rok yang jangan sampai terlalu pendek atau modelnya yang tidak terlalu terbuka dan penyesuaian-penyesuaian yang didasarkan pada budaya asli Indonesia yang menjaga kesopanan dan norma-norma berpakaian bagi perempuan pada umumnya.Dalam
penggunaannya
ternyata
informan
melakukan
berbagai
penyesuaian atau adaptasi dengan budaya Indonesia. Untuk makanan, penggemar dipengaruhi dengan iklan-iklan makanan atau restoran yang dibintangi oleh artis idola. Restoran Korea seperti Bon Chon yang baru dibuka beberapa waktu lalu di Jakarta didatangi oleh penggemar karena mereka tertarik untuk mencoba setelah melihat iklan. Sedangkan pada artefak alat/produk tata rias dan gadget (gawai) informan mengadopsi langsung tanpa adanya penyesuaian.
127
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
128
2. Shared Meaning Selain mengumpulkan barang-barang, ternyata informan sering berbicara dalam jargon-jargon yang hanya diketahui oleh mereka sendiri. Informaninforman dalam penelitian ini juga menjadi pemburu teks dan mengkonsumsinya secara berulang-ulang tanpa mengenal kata bosan, sesuai dengan yang disampaikan oleh Jenkins (1992:69) bahwa kegiatan membaca kembali (rereading) adalah pusat kesenangan estetika seorang penggemar (fans). Mereka memahami berbagai istilah-istilah yang merupakan jargon-jargon di kalangan penggemar. Istilah-istilah tersebut beredar melalui percakapan-percakapan sesama penggemar di media-media sosial atau acara-acara reality show yang diputar di TV kabel dan banyak ditonton oleh penggemar seperti Running Man. Fannish Speak adalah salah satu ciri khas di kalangan penggemar, dalam hal ini istilahistilah yang digunakan tidak hanya berasal dari Bahasa Korea tetapi juga dari cara idola mengucapkan kata-kata yang ditiru/ diikuti oleh para penggemar. Karena itu jargon-jargon ini benar-benar eksklusif hanya dipahami oleh kelompok penggemar ini, orang-orang di luar kelompok penggemar tidak akan memahami apa yang dimaksud sebelum mereka sendiri menjadi penggemar dan bergabung dalam kelompok penggemar. Idols’ Jargon menjadi ciri khas bagi masing-masing kelompok/ sub kultur penggemar, seperti istilah ohorat yang diperkenalkan oleh Sung Min, dan istilah mi untuk memanggil para penggemar EXO. Kesenangan dari para penggemar karena memiliki dan menggunakan istilah-istilah yang eksklusif ini menggambarkan apa yang disebut oleh Sandvoss (2005) sebagai kesenangan berburu teks, dan menjadi sebuah bentuk perlawanan dari kelompok penggemar K-Pop terhadap budaya dominan di kalangan penggemar budaya pop yang selama ini dikuasai oleh produk budaya pop barat yang mewakili budaya “pop” kelas tinggi (high pop culture). 3. Social Behavior dan Social Ties Penggemar
(fans)
selalu
berpikir
bahwa
walaupun
kegiatan
kegemarannya (fannish activities) dilakukan secara individu akan tetapi sebenarnya mereka merupakan bagian dari suatu komunitas (Ross and Nightingale, 2003). Mereka selalu merasa senang ada hubungan dengan sesama
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
129
penggemar (fans) yang lain melalui obyek yang sama yang mengikat mereka. Hal ini merupakan sebuah ciri dari sub kultur penggemar. Dalam kelompok penggemar K-Pop ada solidaritas dan ikatan yang tidak terlihat tetapi terjalin di antara para anggotanya, ditandai dengan melihat artefakartefak yang mencirikan kegemaran maka terbangunlah sebuah ikatan di antara penggemar yang sebelumnya merupakan individu-individu yang tidak saling mengenal. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh penggemar yang menjadi bagian dari sebuah sub kultur di mana mereka melakukan hal-hal yang mungkin dalam keadaan yang biasa yang tidak berkaitan dengan K-Pop tidak akan mereka lakukan, seperti menginap di rumah penggemar yang baru saja dikenal saat samasama menyambut kedatangan atau mengantar kepergian artis idola di bandara. Tindakan lain lagi seperti langsung mendatangi seseorang yang dilihat oleh penggemar di bus transjakarta yang memegang majalah seperti K-Pop Idol atau Asian Star atau mengenakan t-shirt bergambar artis K-Pop dan mengajak berdiskusi tentang K-Pop, dengan keyakinan bahwa mereka pasti sesama penggemar. Bahkan ikatan sosial ini juga bisa terbangun dalam waktu yang sangat singkat, jika tidak bisa dikatakan instan, karena hanya dengan melihat artefak yang sama yang menjadi obyek kegemaran. Upaya membentuk komunitas penggemar maupun aktif dalam komunitas penggemar, menunjukkan adanya ikatan sosial (social ties) di antara para penggemar. Imperialisme Budaya Korea masuk ke Indonesia melalui hegemoni budaya dalam bentuk : barang, perilaku, bahasa, life style. 5.2. Proses Menjadi Penggemar Berbeda dari ikatan yang terjalin di antara penggemar, maka seseorang menjadi penggemar terjadi melalui sebuah proses tidak serta merta terjadi. Dalam proses menjadi penggemar, seseorang awalnya merasa tertarik karena adanya suatu obyek yang mempesona. Jenkins (1992) menyebut proses ini sebagai from Bystander to Fans. Masing-masing individu pasti melalui sebuah proses, demikian juga dengan masing-masing informan penelitian ini. Media yang memperkenalkan informan dalam penelitian ini dengan K-Pop adalah TV melalui program film drama Korea. Melalui tayangan-tayangan film
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
130
drama Korea para informan membangun kegemarannya dan mulai berupaya mengenali para artis Korea yang menjadi pemeran dalam film drama tersebut, lebih-lebih karena para artis ini merupakan artis multi talenta, biasanya mereka juga menjadi penyanyi dari lagu-lagu yang mengiringi film drama tersebut. Informasi selanjutnya tentang artis Korea yang menjadi idola didapatkan dari berbagai media sosial dan web site yang jumlahnya sangat banyak.Pada tahap ini mereka mencari informasi tentang para artis dan lagu-lagu serta film-film drama yang pernah dibintangi. Proses mengenali idola secara lebih mendalam (ini biasanya dibarengi oleh tumbuhnya perasaan suka yang lebih dalam lagi dalam diri penggemar. Dalam setiap tahapan ini penggemar yang sedang membangun pengetahuannya tentang idola dan musik-musik K-Pop tidak terlepas dari bantuan media seperti TV dan media sosial. Media TV terutama saluran TV kabel yang menayangkan berbagai program acara musik Korea membantu penggemar untuk menumbuhkan kesukaan lebih mendalam lagi terhadap K-Pop dan para artisnya. Media sosial digunakan oleh para penggemar untuk mengikuti perkembangan informasi dan berita terkini tentang artis yang diidolakannya. 5.2.1. Peran Media dalam Imperialisme Budaya Dalam Sub Kultur Penggemar (Fandom) yang terjadi adalah sebuah participatory culture yang merubah pengalaman konsumsi media menjadi produksi dari teks baru dan memang menjadi budaya baru dan komunitas baru. Menurut Jenkins (1992) teks yang dihasilkan fandom baik berupa fan writing seperti fanfict atau fanart dibentuk melalui norma-norma sosial yang berlaku. Dan fandom biasanya mampu menghasilkan teks baru atau produk budaya baru (Sullivan, 2013). Dalam penelitian ini beberapa informan menggunakan media sosial untuk menghasilkan sebuah karya yang berasal dari kreativitas masingmasing. Akun-akun media sosial seperti Instagram dan Twitter menjadi media mereka menyalurkan kreativitasnya. Dan dalam penelitian ini ternyata media sosial menjadi media yang memegang peranan penting dalam menyebarkan dominasi budaya Korea di kalangan penggemar di Indonesia. Media Sosial menekankan pada penggunaan teknologi komunikasi yang efektif untuk menjalin hubungan dan membangun
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
131
kepercayaan (Safko, 2010). Dalam media sosial terjadi hubungan sosial dalam sebuah komunitas, dan komunitas di sini merujuk pada sub kultur penggemar. Sub kultur penggemar (fandom) bisa saja menjadi sebuah budaya yang permanen begitu memberikan tanda-tanda seperti yang disebutkan Jenkins (1992) yaitu dapat bertahan selama 25 tahun atau lebih dan menghasilkan artefak berbentuk material sebagai hasil dari minat/ ketertarikan yang bertahan lama dari sebuah komunitas, seperti komunitas penggemar grup musik asal Inggris The Beatles, yang telah membuktikan bahwa fandom dapat menjadi sebuah budaya permanen. Dari diskusi dalam media sosial, sub kultur penggemar sering berperan seolah-olah mereka sebagai sebuah kelompok adalah orang-orang terdekat artis K-Pop. Perasaan yang mendalam ini berupa fanatisme terhadap semua yang hal yang berkaitan dengan K-Pop sebagai sebuah obyek yang digemari. Sub kultur sangat terlibat dalam setiap diskusi yang muncul di media yang menyangkut KPop dan artis idolanya. Sub kultur bisa muncul sebagai pembela bagi idolanya, atau muncul sebagai pusat informasi segala hal menyangkut idola yang dimungkinkan dengan adanya media sosial. Dalam tahap ini terjadi Sub Culture Engagement yaitu keterlibatan secara aktif dari sub kultur penggemar, contohnya di Indonesia ada Komunitas Pecinta Drama Korea yang ada di Facebook, Koreanindo.net yang fungsinya sama dengan Allkpop dari luar negeri yaitu web site yang berisi segala informasi tentang musik K-Pop, film-film drama Korea dan para artis K-Pop. Semua ini merupakan tahapan yang bisa disebut juga sebagai tahapan membentuk Sub Kultur Penggemar (Fandomization). dan media berperan untuk membawa pengaruh sekaligus menjadi alat untuk menyebarkan pengaruh Korea. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan jaringan internet secara masif terjadi di dalam Fandom K-Pop. Penggunaan telpon pintar, gawai dan laptop serta sambungan TV kabel sangat krusial bagi Fandom K-Pop untuk menikmati musik K-Pop, menonton live streaming, dan mengakses media sosial. Fandom KPop bekerja dengan bantuan teknologi komunikasi. Imperialisme oleh pihak Korea juga terlihat dalam penggunaan teknologi komunikasi karena Pemerintah Korea Selatan telah memperjelas bahwa strategi dalam penyebaran Hallyu ke
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
132
seluruh dunia adalah dengan memaksimalkan penggunaan teknologi komunikasi (Hong, 2014). Era ini disebut oleh pemerintah Korea sebagai abad budaya dan disokong sepenuhnya oleh pengembangan infra struktur dalam bentuk pengembangan teknologi komunikasi yang canggih hingga ke pelosok. Terlebih lagi anak muda dan remaja yang menjadi target dari penyeabaran budaya pop Korea ini tidak dapat dipisahkan dari alat teknologi untuk komunikasi dalam hidup sehari-harinya, seperti smartphone, tablet dan laptop. Semuanya memiliki koneksi internet nirkabel sehingga mereka dapat mengakses informasi kapan saja di tempat-tempat yang menyediakan jaringan nirkabel (wifi). Hasil temuan menunjukkan bahwa bentuk-bentuk hegemoni budaya tersebut memperlihatkan urutan (sequence), maka jika digambarkan dalam sebuah tahapan dan dikaitkan dengan level dalam penelitian ini maka akan terlihat seperti di bawah ini : Terjadi Pada
Tahapan
Level
Idol Recognition Individu
Emotion Building
Mikro
Text Collecting Sub Kultur
Sub Culture Engagement
Messo
Masyarakat
Sub Culture Emergence
Makro
Tabel 5.1. Tahapan dalam Proses Menjadi Sub Kultur Penggemar Berdasarkan hasil temuan penelitian juga terlihat bahwa telah terjadi sebuah proses seseorang menjadi bagian dari sub kultur Fandom K-Pop. Proses tersebut peneliti sebut dengan istilah Fandomisasi. Fandomisasi melalui proses sebagai berikut : 1. Idol Recognition Di tahap ini penggemar biasanya mulai mengenal artis K-Pop, baik melalui teman sekolah, saudara sepupu atau orang-orang yang dekat dengannya atau dari film drama dan video klip yang tidak sengaja ditontonnya. Dalam tahap
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
133
ini untuk pertama kali penggemar mengetahui tentang seorang artis atau sebuah grup penyanyi. 2. Emotion Building Setelah penggemar mendengar tentang artis idola dan grup penyanyi dan menyukai lagu-lagu yang dibawakan, mereka mulai suka dan terbangun keterikatan dengan idolanya melalui berbagai informasi yang dikumpulkan dan film yang dimainkan atau lagu yang dinyanyikan oleh idolanya tersebut. Dalam tahap Emotion Building para penggemar biasanya juga mencari berbagai teks yang dapat memberikan informasi tentang idolanya, penggemar juga biasanya mengumpulkan cindera mata (merchandise) dan menonton konser jika memungkinkan untuk melihat idolanya. Jika ada kesempatan untuk menonton konser maka penggemar juga tidak akan melewatkan kesempatan untuk menonton. Tahapan ini sangat terkait dengan tahapan berikutnya yaitu text collection. 3. Text Collection Dalam tahapan ini penggemar yang sudah mulai suka mulai menelusuri informasi yang terkait dengan idolanya. Penelusuran terhadap media-media sosial yang memuat informasi dan berisi obrolan-obrolan penggemar lain tentang idolanya diikuti oleh penggemar. Biasanya dalam tahap ini juga penggemar gunmengumpulkan dan mengoleksi lagu-lagu yang dinyanyikan idola baik dengan menduh maupun membeli CD. Koleksi terhadap segala hal yang berkaitan dengan idola seperti majalah, poster, CD, lagu-lagu, menonton setiap acara yang berhubungan dengan K-Pop dilakukan di tahap ini. Penelusuran terhadap informasi seputar kehidupan pribadi idola di lakukan di tahap ini. Segala hal yang terkait informasi dan gossip-gosip seputar artis dicari oleh penggemar dan dikumpulkan dalam tahap ini, sehingga pengetahuan terhadap artis idola hingga ke hal-hal yang paling mendetil bertambah. Upaya para penggemar mencari dan mengumpulkan teks yang bisa memuaskan keingintahuan dan kesukaan mereka terhadap idola disebut Text Collection.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
134
Kebanggaan yang dimiliki oleh penggemar adalah jika mereka mengetahui hal-hal yang tidak diketahui atau belum diketahui oleh penggemar lain. Diskusi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan idola akan lebih menyenangkan bagi penggemar jika dilakukan dengan sesama penggemar sehingga mereka akan berupaya untuk bergabung dengan komunitas penggemar yang sudah ada dan dengan melakukan hal itu maka penggemar memasuki tahapan fandomisasi berikutnya. 4. Sub Culture Engagement Dalam tahapan ini para penggemar sudah bergabung dan/atau terlibat dalam komunitas dengan sesama penggemar. Ross & Nightingale (2003) menyebutkan bahwa walaupun penggemar merupakan individu-individu mereka menyadari sebenarnya merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar yaitu komunitas, dan para penggemar lebih suka jika mereka bergabung dalam sebuah kelompok yang terdiri dari penggemar lainnya yang memiliki ketertarikan terhadap obyek yang sama. 5. Sub Culture Emergence Di sini mereka dapat melakukan berbagai aktivitas yaitu pertemuan dengan penggemar lain, berbicara dalam istilah-istilah yang hanya dipahami oleh sesama penggemar dan membuat karya-karya yang mencerminkan kreativitasnya seperti membuat meme, mengarang fiksi (fanfict), mengedit video klip. Hasil karya mereka ini lalu disebarkan lewat akun media sosial komunitas maupun akun media sosial miliknya pribadi. Hasil karyanya ini lalu beredar baik di komunitasnya sendiri maupun secara luas di masyarakat. 5.3. Sub Kultur Penggemar : Resistensi Terhadap Pandangan Dominan Dalam lingkungan masyarakat, sub kultur penggemar (fandom) dan para anggotanya yang merupakan penggemar (fans) banyak mendapatkan anggapan miring karena adanya stigma yang dikenakan pada mereka. Perilaku mereka sebagai fandom dianggap tidak seharusnya atau tidak normal. Bagi lingkungan sosialnya para penggemar (fans) adalah kaum liyan. Hal ini terlihat dari pendapat
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
135
yang diberikan oleh salah seorang teman kerja dan atasan informan Han saat ditemui oleh peneliti. Sambil tertawa-tawa mereka menyebut bahwa Han autis karena setiap hari kerjanya hanya membicarakan K-Pop dan para artisnya dengan semua orang. Sebagai sebuah kelompok/sub kultur, fandom dianggap sebagai kumpulan orang-orang yang memiliki preferensi budaya dan pemahaman tentang estetika yang berbeda dari masyarakat pada umumnya. maka harus ada jarak yang dibuat oleh masyarakat terhadap mereka. Fandom juga harus dianggap sebagai liyan sehingga selera fannish mereka tidak mengotori budaya yang selama ini sudah diterima dan dibenarkan oleh masyarakat banyak (Jenkins, 1992).
Mereka
dianggap melanggar karena seenaknya merubah makna sesuai keinginannya tanpa mengindahkan makna dominan yang berlaku di masyarakat. Makna dominan itu ditanamkan oleh kekuatan dominan yang berkuasa dan menjadi budaya yang diterima dan diikuti oleh orang banyak ini bahkan sudah dianggap suci (sanctified) sehingga tidak boleh dilanggar. Pembaca teks berubah menjadi pemburu dengan menjalankan taktik bertahan (resisten) untuk melawan pembacaan yang dominan tersebut. Berbagai kalangan pernah ditemui peneliti untuk berdiskusi tentang fenomena K-Pop dan ada beberapa pihak yang menanggapi dengan miring terhadap Fandom K-Pop. Beberapa mahasiswa yang sempat ditemui dan berdiskusi dengan peneliti tentang fenomena K-Pop bahkan menyebut bahwa fandom K-Pop di Indonesia itu alay dan norak serta terkesan kampungan. Menurut Sandvoss (2005) Fandom merujuk pada sebuah sub kultur yang terdiri dari penggemar yang memiliki karakteristik tertentu. Dalam Komunitas Penggemar dimana para informan bergabung menunjukkan adanya karakteristik tertentu yang sama, yaitu : 1. Keterlibatan emosi yang kuat terkait pada sosok idola berupa perorangan atau grup penyanyi Korea. Penggemar memiliki keterlibatan emosi dengan idola secara positif , misalnya hanya dengan tulisan status idola di akun media sosial, suasana hati (mood) penggemar dapat berubah. Penggemar merasa idola memahami dirinya karena apa
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
136
yang dituliskan oleh idola di akunnya sangat cocok dengan keadaan yang dialami oleh penggemar saat itu, demikian juga saat menonton konser K-Pop, penggemar juga merasa bahwa idola memandang hanya ke arah dirinya. Emosi-emosi positif dirasakan oleh penggemar jika dikaitkan dengan idola. 2. Perasaan komunalitas yang kuat Para penggemar K-Pop memiliki keinginan yang kuat untuk selalu terhubung dengan penggemar lainnya dan berinteraksi berkaitan dengan kesukaannya terhadap musik pop Korea. Saling terhubung dilakukan antara lain dengan saling follow akun media sosial satu sama lain. Bahkan hanya dengan melihat artefak yang berkaitan dengan K-Pop yang dikenakan oleh orang yang tidak dikenal, para penggemar dapat langsung berinteraksi dan membangun hubungan. 3. Loyalitas buta (blind loyalty) Para penggemar memelihara perasaan setia/ loyalitas dalam berbagai hal dan mengaitkan segala aspek kehidupannya dengan K-Pop dan artis/ grup penyanyi idolanya. Mulai dari cara berpakaian, membeli barang-barang keperluan, menentukan makanan saat ke luar rumah, memilih teman dan menentukan kriteria sosok ideal semua dikaitkan dengan idolanya. Sehingga sering kali hal tersebut dipandang sebagai perilaku yang irasional untuk orang lain. Loyalitas buta dilakukan antara lain dengan imitasi yaitu membeli dan menggunakan barang-barang yang sama atau mirip dengan yang dimiliki oleh idola. Loyalitas buta juga dilakukan dengan imitasi tetapi dengan adaptasi sesuai dengan budaya Indonesia. Misalnya dengan membeli pakaian yang mirip tetapi dengan panjang rok yang tidak terlalu pendek sehingga tidak melanggar norma kesopanan orang Indonesia, atau membeli makanan saat ke luar rumah di restoran-restoran Korea yang sudah mencantumkan tanda halal. Imitasi dengan adaptasi ini mau tidak mau juga menghasilkan norma baru yaitu norma kesopanan menurut penggemar K-Pop yang tetap mengacu pada kegemarannya dengan aturan-aturan norma sesuai dengan budaya tanah air. Maka sangatlah tepat jika digambarkan oleh De Certeau (1988) yang menyebut bahwa penggemar adalah pelancong yang bergerak di wilayah-wilayah
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
137
yang bukan miliknya, seperti kaum nomaden karena mengusulkan konsep alternatif tentang penggemar (fans) sebagai pembaca teks yang mengambil teks untuk diri sendiri dan mengamati kembali dengan rasa tertarik yang berbeda. Sebagai penggemar (fans) dari produk budaya populer seperti K-Pop, sub kultur penggemar (fandom) tidak terlepas dari adanya komodifikasi. Banyak aspek yang bergeser nilainya, dari nilai guna sebuah barang sebagai nilai hakiki menjadi nilai tukar yang dipilih berdasarkan nilai tukarnya. Terlebih lagi karena target sasaran dari K-Pop ini adalah mereka yang usianya masih muda dan sangat memahami seluk beluk media baru ini. Mereka paham bagaimana menggunakan media sosial atau mengunduh lagu dan menonton konser melalui media internet. Anak muda ini juga sangat paham dalam mengoperasikan perangkat teknologi canggih dengan berbagai aplikasi di dalamnya yang sering kali bagi generasi yang lebih tua merupakan hal yang sangat kompleks dan membingungkan. Menurut Jenkins (1992) perkembangan teknologi seperti saat munculnya video recorder membuat proses membaca kembali (rereading) jauh lebih sederhana tidak hanya untuk penggemar (fans) tapi untuk semua penonton. Sekarang perkembangan teknologi sudah tidak lagi hanya terbatas pada video recorder tetapi kepada gawai, telpon pintar dan komputer jinjing. Aplikasi yang ada di dalam perangkat teknologi komunikasi ini tidak hanya untuk merekam tetapi juga untuk berhubungan dengan orang yang nun jauh di sana terpisah jarak dan waktu. Val Dusek yang dikutip oleh Hartanto (2013)menyatakan bahwa teknologi bisa berarti mesin-mesin yang memiliki spesifikasi teknis, juga aturan-aturan yang berdasarkan rasionalitas untuk pemecahan masalah dan sebagai sistem teknologi menjadi bagian dari sistem kebudayaan. Heidegger mendefinisikan teknologi atau techne yang maknanya berarti penyingkapan, jadi teknologi adalah teknik mengungkap sesuatu yang baru (Paper Mata Kuliah Etika & Filsafat Komunikasi, 2011). Sehingga dalam teknologi selalu ada upaya untuk menyingkapkan sesuatu yang belum diketahui, sesuatu yang baru yang ditujukan untuk memecahkan masalah dan berguna bagi kehidupan manusia yang berbudaya.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
138
Dalam perkembangannya seiring dengan berkembangnya industri budaya yang memproduksi budaya populer ternyata teknologi tidak terlepas juga dari komodifikasi. Sekarang dengan adanya K-Pop yang penyebarannya bersandar kepada teknologi komunikasi melalui media intenet, di sini juga terjadi komodifikasi. Korea sekarang memiliki keunggulan dalam teknologi komunikasi Fandom K-Pop tidak dapat melepaskan diri dari cengkeraman perangkat gawai atau telpon pintarnya, terpaku di hadapan computer atau saluran TV kabel menyaksikan hiburan dari video streaming, acara-acara reality show yang menampilkan artis K-Pop. Fandom juga digempur dengan informasi seputar artis K-Pop dan iklan-iklan produk turunan buatan Korea yang menangguk keuntungan dari kepopuleran K-Pop di seluruh dunia seperti produk perawatan muka dan kulit, restoran yang menyajikan makanan Korea, telpon pintar dan gawai buatan Korea bahkan mobil buatan Korea. Nugroho (2011) menyatakan bahwa di tengah adanya kekhawatiran meredupnya dunia industri rekaman Korea, internet telah berperan penting dalam menjual dan memasarkan musik Korea. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa internet adalah katalis kesuksesan K-Pop. Ia mengutip pernyataan Jeong (2006) yang dimuat dalam majalah People & Culture, bahwa K-Pop memimpin dalam penyebaran Korean Wave ke seluruh dunia karena isinya yang mudah diunggah ke dalam web site (web friendly). Konten video musik dan lagu-lagu dapat dikonsumsi dalam waktu singkat, sehingga jauh lebih baik dari pada seri drama TV. Terlebih lagi halangan Bahasa tidak menjadi hal utama layaknya dalam sebuah film drama.
Sehingga lagu-lagu K-Pop mampu mengatasi semua
permasalahan yang selama ini menghantui produk Korean Wave lainnya. Akibatnya maka tidak heran serbuan lagu-lagu K-Pop memenuhi halaman media sosial dan You Tube. Kim (2007) menyebutkan bahwa Korean Wave lebih ini sebenarnya bukan merupakan sebuah hubungan bilateral dalam konotasi pertukaran budaya. Gelombang satu arah budaya pop Korea meneguhkan ketidakseimbangan tersebut. Menurut Jenkins (2006) media tetap memiliki keterbatasan
(media
inadequacies) begitu juga dengan media sosial yang menjadi platform bagi fandom K-Pop. Keterbatasan media yang terjadi di sini adalah kemungkinan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
139
terjadinya multiple identities yang berkaitan dengan anonimitas dalam dunia maya. Fandom K-Pop yang menjadi informan dalam penelitian ini menggunakan istilah “bias” untuk menggambarkan diri mereka yang menjadi penggemar (fans) artis K-Pop. Sehingga muncullah istilah “bias” Sung Min, “bias” Siwon dan sebagainya. “bias” ini yang akan aktif dalam diskusi di media sosial atau memberikan komentar-komentar secara on line. Bias juga
menjadi sarana untuk bermain peran sebagaimana yang
dilakukan dalam permainan Role Play yang dilakukan oleh salah seorang informan penelitian ini. Dalam permainan ini mereka bermain-main seolah-olah mereka adalah artis K-Pop, bahkan dalam permainan ini para bias membuat akun media sosial gadungan seperti Twitter atau Instagram atas nama artis K-Pop yang digunakan oleh artis gadungan ini untuk mengunggah foto atau membuat kicauan seolah-olah berasal dari artis yang asli. Sering kali yang terjadi para bias “keluar” dari karakter artis K-Pop yang sebenarnya dan malah menampilkan karakter asli bias, yang dikenal dengan sebutan out of character. Dalam pengamatan peneliti permainan ini seolah-olah menjadi ajang fandom memberontak terhadap tekanan K-Pop melalui artisnya. Aplikasi permainan ini memang memungkinkan masing-masing berjuang menghadapi berbagai identitas (multiple identities) antara gambaran pribadi (persona) secara fiksi dan realita tubuh yang nyata dengan emosi yang nyata, sehingga terjadi kontradiksi antara satu sama lain (Jenkins, 2006; Hills, 2002). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Fiske dalam bukunya Understanding Popular Culture (1989) : “Fandom is thus subversive by design, as the pleasures of fandom are rooted in its subversiveness, in the pleasure of producing one’s own meanings of sosialexperience and the pleasure of avoiding the sosialdiscipline of the power bloc” Sebagai sebuah tindakan perlawanan, kenikmatan fandom memang berakar pada perlawanan itu sendiri karena adanya kenikmatan menghasilkan makna sendiri yang didasarkan pada pengalaman pribadi fandom dalam upayanya untuk menghindari disiplin sosial dari kekuatan yang memblokade.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
140
Permainan Role Play ini menurut hemat peneliti juga berbahaya terutama bagi anak muda dan remaja yang menjadi Fandom K-Pop. Sebagaimana ditelusuri oleh peneliti sendiri dan informasi dari informan penelitian, ada beberapa akun Role Play yang berisi foto-foto yang mengarah pada pornografi dan unggahan video-video yang berasal dari Red Tube (mengambil nama yang hampir sama dengan You Tube akan tetapi merupakan media sosial berisikan video/ film porno). Ini akan sangat berbahaya bagi kaum muda Indonesia terutama mereka yang menjadi fandom K-Pop yang usianya berangkat dari usia yang masih sangat muda (belasan tahun). Dan yang penulis lihat belum ada upaya untuk memblok aplikasi ini hingga hari ini. Sebenarnya menurut Jenkins (2006) individu-individu yang menjalin hubungan di dunia maya seperti yang dilakukan oleh para fandom K-Pop ini tetap membutuhkan kedekatan fisik, yaitu pertemuan-pertemuan di antara anggota komunitas penggemar (penggemar (fans) club) atau sesama komunitas penggemar. Karena mereka membutuhkan obyek nyata untuk menyatakan kedekatan mereka. Beberapa penggemar (fans) club di Indonesia seperti yang tersebar di kota Yogyakarta maupun Bandung sudah beberapa kali menggelar acara pertemuan komunitasnya (Nugroho, 2011). Keinginan untuk bertemu ini menurut Jenkins adalah kerinduan untuk berada pada ruang yang sama. Tidak hanya itu, kerinduan untuk mencapai kesamaan gagasan dalam berkomunikasi juga harus dicapai walaupun para fandom hanya berkomunikasi lewat media sosial. Di sini teknologi komunikasi terkomodifikasi menjadi alat komunikasi yang menguntungkan para fandom untuk menyampaikan gagasan yang sama satu dengan yang lain. Media sosial menjadi alat untuk diskusi sebagaimana telah diakui oleh informan dalam penelitian ini. Dan hubungan yang dijalin lewat media on line ini rentan untuk tidak berlanjut karena minat yang berubah. Seperti yang dialami beberapa informan yang sudah bekerja dan tidak dapat lagi menikmati waktu berburu teks dan melakukan pembacaan ulang karena keterbatasan waktu. Kadang-kadang rasa bosan sebagaimana yang dialami informan yang masih berstatus pelajar SMA menjadi salah satu alasan tidak berlanjutnya hubungan dengan fandom lain.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
141
Evolusi dan masa depan media dalam kaitannya dengan Fandom akan bergantung kepada dua hal yaitu : keterlibatan masyarakat grassroot yang tidak punya kepentingan apa-apa untuk memaknai media dan kemampuan pihak-pihak yang memiliki kuasa/ power seperti korporasi media dan pemerintah (Jenkins, 2006; Hills, 2002). Memang ada kekuatiran bahwa terus menerus dalam keasyikan di dunia maya akan menghabiskan waktu anak muda sehingga mereka tidak dapat bersosialisasi lagi. Terutama dalam kalangan masyarakat kolektivis seperti di Indonesia dan hal ini sudah terbukti karena Fandom K-Pop rata-rata menghabiskan waktu yang terluang untuk menjelajahi informasi dan menonton berbagai konser atau live streaming sehingga kurang waktu untuk bersosialisasi. Seperti yang bisa diamati dari jawaban para informan bahwa kegiatan mereka dari bangun pagi hari hingga beristirahat di malam hari diisi dengan membuka gawai dan menjelajahi dunia maya. Pada akhirnya teknologi komunikasi dipandang sebagai alat yang mempengaruhi untuk modernisasi dan komersialisasi. Pemerintah Korea Selatan mendukung penuh penyebaran budayanya ke berbagai negara melalui produk budaya populer yang dihasilkan oleh pelaku industri budaya pop. Menyadari kepopuleran para artis K-Popnya maka pemerintah Korea menggunakan mereka sebagai endorser bagi berbagai produk Korea, baik untuk iklan perusahaan swasta maupun mendukung program pemerintah. Misalnya artis Psy yang populer dengan lagu Gangnam Style membintangi iklan Wiki Korea yaitu sebuah kumpulan panduan bagi para turis mancanegara tentang segala sesuatu yang menjadi daya tarik wisatawan ke Korea. Atau para artis yang tergabung dalam grup vocal Super Junior (Suju) menjadi bintang iklan bagi program toko Lotte bebas bea (Lotte Duty Free) yang berupaya menjaring lebih banyak
wisatawan mancanegara agar berkunjung ke Korea.
Sedangkan untuk produk industri swasta grup Super Junior menjadi bintang iklan bagi merek LG. Artis K-Pop lain juga sangat banyak yang menjadi bintang iklan bagi produk-produk buatan Korea atau program-program buatan pemerintah Korea. Semua iklan tersebut disebarkan tidak hanya melalui media konvensional
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
142
seperti TV atau iklan cetak tetapi juga melalui media sosial yang beredar secara on line. Produk yang diiklankan oleh para artis K-Pop juga beberapa merupakan produk teknologi komunikasi, seperti handphone, TV atau tablet. Seolah melalui semua produk ini Korea Selatan ingin menunjukkan kemampuannya untuk menguasai ekonomi tidak hanya dalam negeri tetapi juga merambah ke negara lain termasuk Indonesia. Sebagai contoh Samsung sebagai salah satu produk elektronik Korea memanfaatkan word of mouth atau pembicaraan dari mulut ke mulut sebagai strategi pemasarannya (Swa, Juni 2014). Hal ini dapat terjadi karena Samsung menciptakan marketing dengan menempatkan produknya untuk digunakan dalam film-film drama Korea yang memang memiliki banyak penonton di Indonesia. Para penonton yang menyaksikan artis idolanya menggunakan produk Samsung lalu tertarik untuk menggunakan. menurut majalah Swa Indonesia Perusahaan manajemen artis K-Pop seperti SM Entertainment dan JYP yang memiliki banyak artis yang bernaung di bawahnya gencar mengkreasi idola baru untuk disuguhkan kepada audiensnya yang tersebar di berbagai negara. Cara yang paling tepat dan dapat menjangkau massa yang begitu banyak adalah dengan meluncurkannya melalui media internet dengan menggunakan YouTube. Karena banyak penggemar (fans) yang merupakan anak muda dan remaja yang sangat paham dengan kecanggihan teknologi (techno savvy) sehingga dalam waktu singkat diterima dan tersebar di kalangan penggemar (fans). Acara TV dalam bentuk berupa reality show berupa game-game yang menampilkan sisi humoris dari para pesertanya yang belakangan disukai juga sebenarnya tidak luput dari dominasi budaya Korea karena paham Konfusianisme menempatkan Sub kultur penggemar (Fandom) K-Pop Indonesia biasanya meniru gaya fashion dari para idola melalui penampilan panggung baik dalam tayangan video klip dan konser secara langsung maupun melalui tampilan sehari-hari para bintang K-Pop yang dapat dilihat Fandom melalui akun media sosial dari artis yang mereka
ikuti.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
143 Temuan juga menunjukkan bahwa dari Budaya Korea yang disebarkan melalui media sosial langsung diterima oleh Fans karena sifat media sosial yang menyebar langsung ke individu-individu secara luas dan baru setelah itu individu yang menyukai mencari komunitas-komunitas yang menjadi wadah untuk penggemar-penggemar yang memiliki ketertarikan yang sama yaitu Fandom. Jadi berbeda dari perkiraan semula yang berasumsi bahwa penyebaran Budaya Korea melalui media terlebih dahulu diterima oleh Fandom baru disebarkan kepada penggemar (fans), dalam temuan ternyata yang sebaliknya. Penggemar (fans) lah yang mencari secara aktif komunitas-komunitas yang memiliki kegemaran yang sama dan dapat menampung kreativitasnya berkaitan dengan obyek yang samasama digemari. Posisi media sosial dalam urutan hegemoni budaya Korea ini ada pada setiap tahapan: Budaya Korea disebarkan oleh produsen dalam bentuk musik lewat media seperti TV dan media sosial seperti You Tube yang menayangkan video klip dari artis dan grup penyanyi serta menayangkan reality show yang melibatkan para artis K-Pop. Jika digambarkan maka akan terlihat seperti di bawah ini :
Imperialisme Budaya Gambar 5.1. Penyebaran Budaya Korea lewat media sosial
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
144 5.4. Kaitan Imperialisme Budaya dan Sub Kultur Penggemar (Fandom) Berdasarkan diskusi imperialisme budaya dan sub kultur penggemar maka terlihat sebuah proses di mana Budaya Korea yang masuk melalui saluran media terutama media sosial yang paling berperan. Maka terlihat bahwa : 1. Imperialisme Budaya melakukan penetrasi melalui jaringan komunikasi yang terdiri dari individu-individu. Pesan-pesan melalui imperialisme budaya Korea masuk dalam bentuk artefak kemudian menumbuhkan shared meaning di antara penggemar dan menimbulkan suatu perilaku sosial (social behavior). 2. Penggemar mengalami proses untuk bergabung dalam Fandom (sebuah sub kultur). Proses tersebut disebut Fandomisasi.
Individu terhegemoni dengan
bentuk-bentuk dominasi yang ada melalui media sosial khususnya Twitter, Facebook, Instagram dengan pesan-pesan yang ada dan sesuai dengan Budaya Korea yaitu artefak berupa pakaian, makanan, pemilihan produk-produk yang akan digunakan. Para penggemar juga memiliki pemahaman yang hanya dimengerti oleh sesama penggemar lainnya baik dalam penggunaan bahasa maupun obyek yang dibicarakan (shared meaning). Penggemar juga melakukan perilaku yang hanya dilakukan jika ia berada atau bertemu dengan sesama penggemar lainnya (social behavior). Perilaku ini hanya dilakukan dengan sesama penggemar dan tidak akan dilakukan jika bukan dengan sesama penggemar. Perilaku yang dilakukan juga kemungkinan besar tidak akan dilakukan oleh orang lain yang bukan penggemar. 3. Penggemar memiliki loyalitas kepada idolanya, dan loyalitas tersebut bersifat buta (blind loyalty). Disebut demikian karena loyalitas ini menyangkut segala aspek kehidupan penggemar. Namun demikian tetap ada proses yang dilakukan oleh penggemar agar kesetiaannya terhadap idola tidak melanggar dan tetap sesuai dengan norma-norma budaya Indonesia, misalnya terhadap pakaian yang ditiru dari idola tetapi dengan panjang rok yang disesuaikan. Adaptasi yang dilakukan oleh penggemar ini bisa kita sebut sebagai Adjusted Cultural Imperialism.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
145 BAB VI KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan Dari pertanyaan utama penelitian ini yakni : bagaimana posisi media sebagai agen yang mendorong timbulnya imperialisme budaya Korea pada sub kultur penggemar K-Pop di Indonesia? yang diturunkan ke dalam dua pertanyaan turunan yaitu : 1. Bagaimana media bisa menjadi saluran imperialisme budaya Korea pada subkultur penggemar K-Pop di Indonesia?
2. Bagaimana bentuk-bentuk
Imperialisme Budaya Korea pada Sub Kultur Penggemar K-Pop Melalui Media di Indonesia?” Maka peneliti membuat kesimpulan sebagai berikut : 1.Hegemoni
Budaya Korea yang menggunakan produk budaya populernya
berupa musik K-Pop disebarkan dengan melalui media sosial dan berbagai web site sebagai agen/ alat utama. Media sosial dan web site-web site yang ada memanfaatkan teknologi jaringan internet ini dikhususkan untuk menampung berbagai kepentingan dari kelompok-kelompok/ komunitas penggemar. Posisi media sosial ada dalam tiap tahapan penyebaran mulai dari awal yaitu penyebaran dari agensi-agensi/ institusi Korea ke Indonesia langsung kepada penggemar maupun pada tahapan penggemar memberikan komentar, berinteraksi dan menyalurkan kreativitasnya kepada sub kultur penggemar melalui berbagai akun media sosial komunitas. Hegemoni Budaya Korea juga dilakukan langsung oleh para idola K-Pop kepada para penggemar dengan menggunakan akun media sosial yang dimilikinya. Media TV juga digunakan untuk melakukan hegemoni walaupun tidak menjadi agen atau alat yang utama. 2. Bentuk-bentuk Imperialisme Budaya Korea yang terjadi pada sub kultur terjadi dalam sebuah proses. Proses tersebut berjalan secara setahap demi setahap, dimulai dengan level individu, level kelompok lalu masyarakat/ sub kultur. Proses
Universitas Indonesia
145 Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
146 ini merupakan proses Fandomisasi yang menggambarkan proses individu menjadi penggemar dan terlibat dalam kelompok yang lebih besar lagi hingga menjadi sebuah sub kultur. Dalam proses tersebut dimulai dari tahapan individu dimana seseorang mulai mengenal idola (idol recognition), yang dilanjutkan dengan mulai tumbuhnya perasaan suka dan mengagumi (emotion building). Penggemar lalu mengumpulkan berbagai informasi maupun berbagai teks yang berkaitan dengan idola (text collection) dan bergabung dalam komunitas untuk memungkinkannya berdiskusi dengan sesama penggemar, mengikuti diskusi dalam komunitas, memberikan
pendapat
yang
menandakan
keterlibatannya
(Sub
Culture
Engagement). Dan pada tahap akhir menghasilkan karya yang berasal dari kreativitasnya yang disebarkan melalui akun media sosial komunitas tempatnya bergabung maupun akun media sosial pribadi (Sub Culture Emergence). 3. Bentuk-bentuk Imperialisme Budaya Korea kepada penggemar di Indonesia menyentuh tiga aspek yaitu : 1. Artefak dengan pakaian, makanan, gadget (gawai) dan alat/ produk tata rias. Dalam aspek artefak terjadi adaptasi/penyesuaian dengan Budaya Indonesia yaitu dalam berpakaian. Adaptasi ini disebut dengan Adjusted Cultural Imperialism. 2. Shared Meaning yang dihasilkan dari istilahistilah atau jargon yang hanya dipahami oleh penggemar yang berada dalam sub kultur. 3. Social Behavior yaitu perilaku yang berubah karena adanya pengaruh dominasi Budaya Korea. Perilaku ini hanya muncul di antara sesama penggemar dan terjadi secara instan begitu ada artefak yang muncul dan dapat diamati. 6.2. Saran : Saran yang dapat diberikan secara akademis harus ada penelitian lebih lanjut tentang hegemoni budaya Korea di kalangan yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi yang berbeda misalnya dari kalangan ekonomi menengah ke bawah Selain itu sebaiknya ada penelitian-penelitian tentang hegemoni budaya Korea melalui media sosial yang berbeda-beda karena perbedaan media sosial juga berkaitan dengan karakteristik media sosial itu sendiri. Sehingga sangat perlu ada penelitian tentang hegemoni budaya Korea di masing-masing media sosial.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
147 Sebagai counter terhadap dominasi budaya asing di tanah air dan dalam rangka menjangkau generasi muda maka seharusnya makin banyak dibuat mediamedia sosial yang menjadi saluran bagi komunitas-komunitas penggemar produk budaya dalam negeri. Tidak hanya itu saja tetapi stasiun-stasiun TV di tanah air dan pihak-pihak swasta seperti produser rumah produksi dan rekaman seyogyanya menyiarkan dan menghasilkan lebih banyak program-program yang berkaitan dengan musik dari negeri sendiri dengan menggunakan metode-metode yang sama yang dilakukan oleh pihak Korea dalam menyiarkan produk budayanya. Jadi pihak media Indonesia bukan hanya menjadi penerima program jadi dari negara lain tetapi merupakan penyedia program-program yang berkualitas yang berasal dari negeri sendiri.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
148 DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku Baran, Stanley J & Davis, Dennis K. 2009. Mass Communication Theory: Foundation, Ferment, and Future. 5th ed. Boston: Wadsworth: Cengage Learning Baran, Stanley J. 2009. Introduction to Mass Communication : Media Literacy and Culture, 5th ed. New York : McGraw Hill Barker, Chris. 2014. Kamus Kajian Budaya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori & Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana Baudrillard, Jean P. 2011. Masyarakat Konsumsi. Bantul : Kreasi Wacana Beamer, Linda dan Iris Varner. 2008. Intercultural Communication: In The Global Workplace. New York: McGraw Hill Bennet, A. 2003. Cultures of Popular Musik. Berkshire : Open University Press Bhabha, Homi. 1994. The Location of Culture. New York: Routledge Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Burton, Graeme. 2008. Pengantar untuk Memahami Media dan Budaya Populer, edisi satu. Yogyakarta : Penerbit Jala Sutra Clayton, Martin, Herbert, Trevor & Richard Middleton (ed). 2003. The Cultural Study of Musik: A Critical Introduction. London : Routledge Creswell, John W. 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. Thousand Oaks: Sage Publikations Curran, James & David Morley (ed). 2006. Media and Cultural Theory. New York: Routledge Darsono. 2007. Karl Marx : Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi. Jakarta : Diadit Media De Certeau, Michel. 1988. The Practice of Everyday Life. California: University of California Press Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Doss, Erika. 1999. Elvis Culture: Penggemar (fans), Faith & Image. University Press of Kansas 148
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
149 Durham, Meenakshi G, & Douglas M. Kellner (ed). 2006. Media and Cultural Studies: Keyworks, Revised Edition. USA: Blackwell Publishing During, Simon. 2005. Cultural Studies: A Critical Introduction. London : Routledge Edgar, Andrew & Peter Sedgwick (ed). 1999. Cultural Theory: The Key Concept. New York: Routledge Ember, Carol R. & Melvin Ember. 2011. Cultural Anthropology, 13th edition. Upper Saddle River : Pearson Evans, Dave & Jake McKee.2010. Social Media Marketing: The Next Generation of Business Engagement. Indianapolis: Sybex Fiske, John. 2011. Memahami Budaya Populer. Yogyakarta : Penerbit Jala Sutra Gudykunst, William & Yun Young Kim. 2003. Communicating with Strangers: An Approach to Intercultural Communication. New York : McGraw Hill Guins, Raiford & Omayra Z. Cruz (ed). 2005. Popular Culture: A Reader, 1st edition. London : Sage Publikation Ltd. Hall, Gary & Claire Birchall. 2006. New Cultural Studies : Adventures in Theory. Edinburgh : Edinburgh University Press Hall, Gary. 2009. New Cultural Studies : Adventures in Theory, 1st edition. Hyderabad : Orient Blackswan Private Ltd. Hall, Stuart. 2006. Encoding/Decoding. Artikel dalam Durham, Menakshi Gigi & Kellner, Douglas M (ed.).
Media and Cultural Studies: Keyworks.
Revised ed. USA: Blackwell Publishing. Hapsari, Sita & Antari. 2011. Korea Fever. Jakarta : Penerbit Wahyu Media Hartley, John. 2010. Communication, Cultural dan Media Studies. Yogyakarta : Penerbit Jala Sutera Haryanto, Ignatius. 2006. Aku Selebriti maka Aku Penting. Yogyakarta: Penerbit Bentang Hebdige, Dick. 1984. Subculture: The Meaning of Style. New York: Methuen& Co. Hills, Matt. 2002.Fan Cultures. Routledge: New York Hong, Euny. 2014. The Birth of Korean Cool: How One Nation is Conquering The World Through Pop Culture. New York: Picador Books
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
150 Ibrahim, Idi Subandy. 2011. Aku Bernyanyi Menjadi Saksi: Hidup, Gitar dan Perlawanan dalam Balada Musik Iwan Fals. Bandung & Jakarta: Fiskontak Infante, Dominic A., Andrew S. Rancer dan Deanna F. Womacki.1993. Building Communication Theory,2nd ed. Illinois: Waveland Press Jenkins, Henry. 2006. Penggemar (fans), Bloggers, and Gamers : Exploring Participatory Culture. New York : New York University Press Jenkins, Henry. 1992. Textual Poachers: Television Penggemar (fans) & Participatory Culture. New York : Routledge Kim, Do Kyun & Min Sun Kim (ed). 2011. Hallyu: Influence of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press Kim, Kyung Hyun & Youngmin Choe (ed).2014. The Korean Popular Culture Reader. Durham & London : Duke University Press Kim, Myung Oak & Sam Jaffe, 2013. The New Korea: Mengungkap Kebangkitan Ekonomi Korea Selatan. Jakarta: Elex Media Komputindo Klyukanov, Igor E. 2005. Principles of Intercultural Communication. Boston : Pearson Allyn and Bacon Koentjaraningrat. 1995. Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Cetakan ke 15. Jakarta: Penerbit Djambatan. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Laughley, Dan. 2006. Musik & Youth Culture. Edinburgh : Edinburgh University Press. Lenin,V.I. 1996. The Highest Stage of Capitalism. London : Pulto Press Levinson, J. 1990. Musik, Art, and Metaphysics, Ithaca, NY: Cornell University Press. Lewis, Lisa A. 2001. The Adoring Audience: Fan Culture and Popular Media. London: Routledge Lilis, Dede Ch. 2014. Media Anak Indonesia: Representasi Idola Anak dalam Majalah Anak-Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication, 9th edition. Stamford: The Wadsworth Thomson Learning.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
151 ------------------------------------------------2009. Encyclopedia of Communication Theory,1st ed. Thousand Oaks: Sage Publikations. Mackenzie, John M (ed). 1986. Imperialism and Popular Culture. New York: St Martin Press Matsumoto,David. 1997. Culture and Modern Life. California : Brooks/Cole Publishing Company. Mattingly, D.J. 2010. Imperialism, Power and Identity: Experiencing The Roman Empire. New Jersey: Princeton University Press McLuhan, Marshall. 1994. Understanding Media: The Extensions of Man. USA: MIT Press Milner, Andrew & Jeff Browitt. 2002. Contemporary Cultural Theory. 3rd ed. Australia : Allen & Unwin Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Morley, David. 1995. Television, Audiences, and Cultural Studies. USA : Routledge Mulyana, Deddy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya Neuman, Lawrence W. 2011.
sosialResearch Methods: Qualitative and th
Quantitative Approaches. 7 ed. Boston : Allyn & Bacon Nightingale, David J. & John Cromby. 1999. sosialConstructionist Psychology : A Critical Analysis of Theory and Practice. Buckingham : Open University Press. Nurudin. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Press Oetzel, John G. 2009. Intercultural Communication: A Layered Approach. USA: Allyn and Bacon Osgerby, Bill. 2004. Youth Media. New York : Routledge. Owen, Roger & Bob Sutcliffe (ed). 1972. Studies in The Theory of Imperialism. London: Longman Group Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Diva Press
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
152 Putri, Aqmarina L. 2014. Konfusianisme di Korea Selatan: Kajian Mengenai Pengaruh Budaya Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik Masyarakat Korea.Tugas Akhir. www.perpustakaan.upi.edu. Diakses 8 Juli 2015 Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2011. Teori Marxis dan Berbagai Ragam Teori neo Marxian. Yogyakarta : Penerbit Kreasi Wacana Rogers, Everett M. 1994. A History of Communication Study : A Biographical Approach. New York : The Free Press Ross, Karen & Virginia Nightingale. 2003. Media and Audiences: New Perspectives. Issues in Cultural and Media Studies. Berkshire,England: Open University Press Rusbiantoro, Dadang. 2008. Generasi MTV. Yogyakarta & Bandung: Penerbit Jalasutra Ryan, M.,Ingram, B. & Hanna Musiol. 2010. Cultural Studies: A Practical Introduction, Chicester : Wiley-Blackwell. Safko, Lon & David K. Brake. 2009. Social Media Bible. New Jersey: John Wiley & Sons Said, Edward W. 1993. Culture and Imperialism. London: Vintage Said, Edward W. 1995. Kebudayaan dan Kekuasaan: Membongkar Mitos Hegemoni Barat. Bandung: Penerbit Mizan Samovar, Larry A., Richard E. Porter, Edwin R. Mc Daniel & Carolyn S. Roy. 2012. Communication Between Cultures, 8th ed. USA : Thomson Wadsworth Sandvoss, Cornel. 2005. Penggemar (fans). Polity : Cambridge Sardar, Ziauddin & Borin Van Loon. 2001. Cultural Studies for Beginners. Bandung : Mizan Media Utama Scruton, R., 1983, “Understanding Musik”. Artikel dalam The Aesthetic Understanding: Essays in the Philosophy of Art and Culture; References are to the Carthage reprint (1998), South Bend, IN: St. Augustine's Press Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Penerbit Refika Aditama
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
153 Stevenson, Nick. 2003. Cultural Citizenship: Cosmopolitan Questions. Issues in Cultural and Media Studies. Berkshire, England: Open University Press Stewart, Evan W. 2014. South Korea Manages Globalization: Strategies of Self Definition and Cultural Preservation. Thesis. Texas A&M University Stokes, Jane. 2003. How to do Media & Cultural Studies. London: Sage Publikation. Storey, John. 2003. Cultural Studies and The Study of Popular Culture, 2nd ed. Georgia : The University of Georgia Press. Storey, John. 2008. Pengantar Komprehensif Teori dan Metode Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Edisi ke tiga. Yogyakarta: Penerbit Jala Sutra Storey, John. 2009. Cultural Theory and Popular Culture: An Introduction. 5th ed. UK : Pearson Longman Straubhaar, LaRose, Davenport. 2010. Media Now: Understanding Media, Culture and Technology, 6th ed. USA: Cengage Learning Strinati, Dominic. 2007. Popular Culture : Pengantar Menuju Teori Budaya Populer. Edisi ke tiga. Yogyakarta : Penerbit Jejak Strinati, Dominic. 1998. An Introduction to Theories of Popular Culture. New York: Routledge Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & R&D. Bandung : CV Alfabeta Sullivan, John L. 2013. Media Audiences: Effects, User, Institutions, and Power. London : Sage Publikations, Inc. Sutrisno, Mudji,
In Bene, Hendra Putranto (ed). 2006. Cultural Studies:
Tantangan bagi Teori-Teori Besar Kebudayaan. Jakarta: Penerbit Koekoesan Suseno, Frans Magniz. 2000. Pemikiran Karl Marx : Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta : Penerbit Gramedia Ting-Toomey, Stella. 1999. Communicating Across Culture. New York: Guilford Press Tomlinson, John. 2002. Globalization and Cultural Identity. Dalam The Global Transformation Reader, 2nd ed. David Held & Anthony McGrew (ed).London : Polity
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
154 -----------------------2002. Cultural Imperialism : A Critical Introduction. London: Continuum Tran, Mark. 2011. South Korea: A Model of Development?. Artikel. www.theguardian.com. Diakses 8 Juli 2015 Turner, Graeme. 2003. British Cultural Studies: Introduction, 3rd ed. London : Routledge Twhaites, Tony, Lloyd Davis & Warwick Mules. 2002. Introducing Cultural and Media Studies: A Semiotic Approach. London : Palgrave Van Dijk, T. 1992. Power and The News Media. Amsterdan : University of Amsterdam Wardaya, Baskara. 2003. Marx Muda : Marxisme Berwajah Manusiawi, Menyimak Sisi Humanis Karl Marx Bersama Adam Schaff. Jogyakarta : Penerbit Buku Baik Williams, Raymond. 2009. Televisi. Magelang: Resist Book. Williams, Raymond. 1983. Keywords. London : Fontana Publisher Yin, Robert K. 2007. Studi Kasus : Desain dan Metode. Edisi 1. Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa
B. Surat Kabar, Majalah, Artikel dalam Jurnal Ilmiah, Disertasi, Thesis, Makalah Ilmiah, Sumber On line dll. Abeba, Rizki Adis. 2010. ELF, Komunitas Pendukung Setia Super Junior, Tabloid Bintang On line. www. tabloidbintang.com/gaya-hidup/hobi. Diakses 5 November 2013. Ademola, EO & Okunola RA. 2013. Peoples, Culture and Mass Media as Agent of Cultural Imperialism. Article. Covenant University Journal of Politics and International Affairs (CUJPIA). Vol.1 No. 2. December 2013 Akturan, U. & Tezcan, N. 2007. Profiling Young Adults : Decision Making Styles of College Students for Apparel Products, 6eme Journee Normande des rescherces sur la comsommation : Societe et Consummation Amalia, Anisa S. 2012. Komparasi Konfusianisme di Korea Selatan dan Pancasila di Indonesia sebagai Ideologi. Paper. Yogyakarta: Jurusan Bahasa Korea, FIB
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
155 Anggraeni, Rina. 2 April 2015. Wow! Harga Tiket Konser Super Junior di Jakarta Fantastis. www.lifestyle.sindonews.com/ diakses 12 Juni 2015 Arimurti, Avokanti N. 2012. Budaya Kaum Muda Perempuan Penggemar BoyBand Korea: Sebuah Pendekatan Kriminologi Budaya. Skripsi. Jurusan Kriminologi: Universitas Indonesia Arismunandar, Satrio. 28 Februari 2012. Peran Media Massa dalam Pembentukan Karakter Bangsa. Makalah. Pertemuan Terbatas Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Pendidikan dan Kebudayaan. www.academia.edu.Diakses 8 Juli 2015. Ar-Razi, Sifr…… Fenomena Demam Booming Boyband/Girlband/ Korea Pop/ K-Pop. Artikel. www.azzamkhilafah1453. Diakses 12 Januari 2014 Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). 2015. Pengguna Internet Indonesia Tahun 2014 Sebanyak 88,1 Juta. Siaran Pers. 23 Maret 2015. www.apjii.or.id. Diakses 18 Juli 2015 Astuti, 2012. Imperialisme Budaya Industri Dunia Hiburan Korea di Jakarta (Studi terhadap Remaja-Remaja Jakarta yang Menggemari Musik Pop Korea). Thesis. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Jakarta Basuki, AM Heru. 2006. Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Draft Buku. Boer, Rino F., 2013, Media sosial dan Realitas Konsumsi Remaja. Disertasi. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Jakarta. Bolser, Karen & Rachel Gosciej. 2015. Millenials: Multi Generational Leaders Staying Connected. Article. Journal of Practical Consulting Vol. 5 Iss. 2. Virginia: Regent University Brown, Andy R. 2008. Popular Musik Cultures, Media and Youth Consumption: Towards An Integration of Structure, Culture and Agency. Article. Sociology Compass 2/2 Cawley, Stephanie. Hybridity as A Response to Multiculuralism. Artikel dalam The
Stockton
Postcolonial
https://blogs.stockton.edu/postcolonialstudies.
Studies diakses
Project. tanggal
10
November 2013
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
156 Cho, Younghan. 2011. Desperately Seeking East Asia Amidst The Popularity of South Korean Pop Culture in Asia. Article in Cultural Studies Vol. 25, No. 3, May 2011. USA : Routledge Considine, J.D, 2012. How K-Pop Triumphed Over J-Pop: A Swaggy Story of Underdog Ambition. www.popdust.com/2012/10/29. diakses tanggal 29 September 2013 Corner, John. 1983. Textuality, Communication and Power. Article. In Howard Davis, Howard & Paul Watson (eds). Language, Image, Media. Oxford: Basil Blackwell. http://www.westminster.ac.uk Costello, Victor & Barbara Moore. 2007. Cultural Outlaws: An Examination of Audience Activity and On line Television Fandom. Artikel dalam Televison New Media 2007 8:124. Sage Publikations. Dator, Jim & Yongseok Seo. 2004. Korea as The Wave of a Future: The Emerging Dream Society of Icons and Aesthetic Experience. Article. Journal of Future Studies, August 2004, Vol. 9 (pp. 31-44) DDB Worldwide. 2002. America and Cultural Imperialism: A Small Step Toward Understanding. Paper. New York: DDB Worldwide Communication. Demont-Heinrich,Christof. 2011. Cultural Imperialism Versus Globalization of Culture: Riding The Structure-Agency Dialectic in Global Communication and Media Studies. Article. Journal Sociology Compass (pp.1-13). Dittmer, Jason & Klaus Dodds. 2008. Popular Geopolitics Past and Future: Fandom, Identities and Audiences. Artikel dalam Jurnal Geopolitics, Vol. 13 Issue 3:437 – 457. Routledge: Taylor & Francis Dornbusch, Rudiger, Yung Chul Park. 1987. Korean Growth Policy. Artikel. Journal
Brookings
Paper
on
Economic
Activity.
Vol.
2.
www.brookings.edu. Diakses 12 Juni 2015 Dwirezanti, Andina. 2012. Budaya Populer sebagai Alat Diplomasi Publik : Analisa Peran Korean Wave dalam Diplomasi Publik Korea Periode 2005-2010. Skripsi. Hubungan Internasional, FISIP, UNiversitas Indonesia Febrian. 2009. Idola, Musik, Fashion dan Remaja Jepang Sebagai Wacana Kekuasaan Atas Identitas. Tesis. Depok: Program Studi Kajian Wilayah Jepang – Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
157 Fiesler, Casey. 2009. Everything I need to Know I Learned from Fandom: How Existing
sosialNorms can Help Shape the Next Generation of User
Generated Content. Artikel dalam Vanderbilt Journal Entertainment and Tech Law Journal, Vol. 10: No. 3:729 Ghose, Anindya, Sang Pil Ham, Raghuram Iyengar. May 2012. An Empirical Analysis of Network Characteristics and Social Contagion on The Mobile Internet. Artikel. Management Science 57(9). 2011 Gooch, Betsy. 2008. The Communication of Fan Culture : The Impact of New Media on Science Fiction and Fantasy Fandom. Thesis. Georgia Institute of Teknologi. https://smartech.gatech.edu Gray, Jonathan.2003. New Audiences, New Textualities: Anti Penggemar (fans) and Non Penggemar (fans). Article. International Journal of Cultural Studies, Vol.6: pp. 164-181 Hall, Stuart. 2013. Stuart Hall Interview – 2 Juni 2011. Article. Journal of Cultural Studies, Vol. 27: No 5:757 Hall, Stuart. 1980. Encoding/Decoding, Chapter 10. Article. In Stuart Hall, Dorothy Hobson, Andrew Lowe and Paul Willis (eds). Culture, Media, Language. London: Hutchinson Hall, Stuart. 1973. Encoding/Decoding. Article.
Center for Contemporary
Cultural Studies (Ed): Culture, Media, Language: Working Papers in Cultural Studies. London: Hutchinson Hamzirwan, Budi Suwarna. 22 September 2014. “ Keajaiban” Kerja Keras, Kepemimpinan
dan
K-Pop….
Artikel.http://tekno.kompas.com/read/2014/09/22. Diakses 12 Juni 2015 Han, Jongwoo, LHM Ling. 1998. Authoritarianism in the Hypermasculinized State: Hybridity, Patriarchy and Capitalism in Korea. International Studies Quarterly.Vol 42: No. 1 Hartanto, Budi. 2013. Pengantar Filsafat Teknologi. Modul Mata Kuliah Filsafat Teknologi. Studi Humanika : ITB Bandung Heo, Uk, Hongcheul Jeon, Hayam Kim, Okjin Kim. 2008. The Political Economy of South Korea :Economic Growth, Democratization, and Financial Crisis. Artikel. Journal of Maryland Series Journal of Contemporary Asian
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
158 Studies. January 2008. USA: University of Maryland Francis King Carey School of Law. http://digitalcommons.law.umaryland.edu. Diakses 14 Janui 2015 Herring, Susan C & Sanja Kapidzic. 2015. Teens, Gender and Self Presentation in Social Media. Article. JD Wright (ed). International Encyclopedia of Social and Behavioral Science, 2nd ed. Oxford: Elsevier HK Korean Cultural Research Group. RIKS, Korea University.2014. Content Innovation for Hallyu 3.0. Prosiding. International Hallyu Conference to Celebrate the Opening of Center for Hallyu Studies, 2 Agustus 2014 Ida, Rachma. 2008. Consuming Taiwanese boys culture: Watching Meteor Garden with urban Kampung women in Indonesia. Dalam Heryanto, A. Popular Culture in Indonesia, Fluid identities in post-authoritarian politics. USA: Routledge Imanto, Teguh. Budaya Populer dan Realitas Media. Jakarta : Indonusa Esa Unggul. Diambil dari http://www.esaunggul.ac.id/article/budaya-populerdan-realitas-media, diakses 10 September 2014. Iswara, Kenes M. 2013. Di Balik Sukses K-Pop jadi Primadona. Artikel. Kompasiana.www. kompasiana.com. Diakses 12 Juni 2015 Jakarta Post. 23 September 2013. SMTown Dazzles Thousand of Kop Penggemar (fans). Hlm. 2 Jhalugilang, Paundra. 2012. Makna Identitas Penggemar (fans) Klub Sepak Bola: Studi Kasus Juventus Club Indonesia. Thesis. . Jakarta : Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP - Universitas Indonesia Jin, Dal Y. & Woongjae Ryoo. 2012. Critical Interpretations of Hybrid K-Pop: The Global-Local Paradigm of English Mixing in Lyrics. Dalam Popular Musik and Society. USA: Routledge Jin, Dal Y.2012. Hallyu 2.0. : The New Korean wave in The Creative Industri . Artikel. II Jurnal. Fall 2012. University of Michigan. Diakses 11 Juni 2015 Jin, Dal Y. 2007. Reinterpretation of Cultural Imperialism: Emerging Domestic Market vs Continuing US Dominance. Article. Journal Media, Culture and Society, Vol. 29 (5): 753-771
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
159 Johnstone, John & Elihu Katz.1957. Youth and Popular Musik: A Study in the Sociology of Taste. Artikel dalam The American Journal of Sociology, Vol. 62 No. 6:563-568 Judika, Margaretha. 2014. Trifecta of Korean Wave: Pemerintah, Media dan Budaya. Makalah. Ilmu Komunikasi: Universitas Indonesia Ju, Hyejung. 2010. Glocalization of Korean Popular Culture in East Asia: Theorizing The Korean Wave. Disertasi. University of Oklahoma Graduate College: USA Kartikawati, Dwi. 2014. Representasi Identitas Kebudayaan Lokal melalui Media Sosial (sebuah Telaah pada Grup Facebook Kotagede Yogyakarta, dalam buku Membayangkan Indonesia Baru. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Komunikasi UII. Kautsky, Karl. 1914. Imperialism and The War. Artikel. International Socialist Review.
https://www.marxists.org/archive/kautsky/1914/09/war.htm.
Diakses 8 Juli 2015 Kellner, Douglas.--.Cultural Studies and sosialTheory: A Critical Intervention. Diambil dari http://www.gseis.ucla.eu/faculty/kellner/kellner.html, diakses 27 Desember 2013. Kim, J Y. 2007. Rethinking Media Flow Under Globalization: Rising Korean Wave and Korean TV and Film Policy Since 1980s. Warwick Research Archive Portal. http://wrap.warwick.ac.uk/1153. Diakses 2 November 2012 Kraidy, Marwan M. 2002. Globalization of Culture Through Media. Artikel dalam Encyclopedia of Communication and Information Vol. 2, pp. 359363, Journal of Annenberg School of Communication (ASC), USA: University of Pennsylvania Library Kusuma, Awang N. ---. Hubungan Celebrity Worship Terhadap Idola K-Pop (Korean Pop) dengan Perilaku Imitasi Pada Remaja. Artikel. Universitas Brawijaya. www.academia.edu. Diakses 10 Juni 2015 Latham, Peter. 3 January 2010. Relevance of Gramsci’s Life and Theory to Todays. Artikel. Links: International Journal of Socialist Renewal. http://links.org.au/node/1456. Diakses 13 Juni 2015
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
160 Lears, T.J.J, 1985. The Concept of Cultural Hegemony. Artikel. Jurnal. The American
Historical
Review.
Vol.
90,
Issue
3.
June
1985.
http://www.jstor.org/journals. Diakses 12 Juni 2015 Lee, Soojin & David Scott. 2009. The Process of Celebrity Fan’s Constraint Negotiation. Artikel dalam Jurnal of Leisure Research, Second Quarter 2009 Vol.41 No.2:137 – 155, National Recreation and Park Association Lee, Sue Jin. 2011. The Korean Wave: The Seoul of Asia. Article. The Elon Journal of Undergraduate Research in Communication Vol. 2 No.1 Leksmono, Desideria L.D. 2007. An Analysis of Business Strategy and The Production Process of Major Broadcasting Providers in Korea and South East Asia : Cases in RCTI Indonesia. Makalah dalam Simposium Internasional 4th Biennial Korea Australasia Research Center (KAREC) di UNSW, Australia : Sydney. Leksmono, Desideria L.D. & Fitria Mayasari. 2011. The Influence of Korean Pop Musik (K-Pop) Towards Y Generation in Indonesia. Makalah dalam Konferensi Internasional 4th Korean Studies Association of South East Asia (KSASA) – Korea Research Institute (KRI) di UPH, Indonesia : Jakarta. Lee, Esther. 15 July 2014. Sandra Bullock Confronted Her Stalker Joshua Corbett Inside
Her
Home:Report.http://www.usmagazine.com/celebrity-
news/news/sandra-bullock-confronted-stalker-inside-her-home-report2014157. Diakses 27 Februari 2015. Leung, Sarah. 2012. Catching the K-Pop Wave: Globality in The Production, Distribution and Consumption of South Korean Popular Musik. Article. Digital
Window
Vassar
College,
Senior
Capstone
Project.
http://digitalwindow.vassar.edu/senior_capstone. Diakses 20 Februari 2013. Lie, John. 2012. What is The K in K-Pop? South Korean Popular Musik, The Culture Industri, and National Identity. Article. Journal of Institute of Korean
Studies.
Vol.
43
No.3
Autumn
2012.
http://www.iks.or.kr/koreaobserver. Diakses 10 Oktober 2013.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
161 Lukmananda,
Reza.----.
Strategi
Kebudayaan
Korea
Selatan.
Artikel.
www.academia.edu. Diakses 12 Juni 2015 Lupita,
Priska
S.
-----.
Korean
Wave
di
Industri
Kultur
Dunia.
Artikel.www.academia.edu. Diakses 10 Juni 2015 McCudden, Michelle L. 2011. Degrees of Fandom: Authenticity & Hierarchy In The Age of Media Convergence. Dissertation. USA: University of Kansas Media Indonesia. 23 September 2012. Rela Antre untuk K-Pop. Artikel dalam Media Indonesia, hlm. 1 Miller, David & Phillo, Greg. 2001. The Active Audience and Wrong Turns in Media Studies: Rescuing Media Power. Article. Soundscapes.info. Vol.4 September
2001.
http://www.icce.rug.nl/-soundscapes/Volume
04/Active_Audience Mohammad, Qomar.----. Park Cung Hee and The Economy of South Korea. Artikel. www.academia.edu. Diakses 8 Juli 2015 Nafisah, Dzoruton. 2014. Representasi Imperialisme Budaya Amerika dalam Korean Wave: Studi Semiotika Unsur-Unsur Western pada Musik Video Girls Generation. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya Naratama. 2011. Alasan menyukai K-Pop. Diakses tanggal 5 April 2011, http://naratama.wordpress.com/2011/04/04/alasan-menyukai-k-pop/ Noh, Sueen.2007. Intersecting Gender and Race in Globalization: Beyond The Evolution from Cultural Imperialism to Cultural Hybridity. Artikel. Global Media Journal Purdue University, Vol. 6 Issue 10, Spring 2007 Nolan, Steve. 25 April 2013. Has Plastic Surgery Made These Beauty Queens All Look The Same? Koreans Complain About Pageant “Clones”. Artikel dalam Daily Mail On line. www.dailymail.co.uk/news. Diakses tanggal 2 Juli 2013. Nugroho, Suray A. 2012. Anti K-Pop Norma Agama dan Nasionalisme?. Artikel dalam http://www.academia.edu. Diakses tanggal 10 Mei 2012. Nugroho, Suray A. 2011. Apresiasi K-pop di Kalangan Generasi Muda Yogyakarta: Studi Kasus Pengunjung K-Pop Festival UKDW 2010. Artikel dalam http://www.academia.edu. Diakses tanggal 10 Mei 2012.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
162 Obst, Patricia, Lucy Zinkiewicz, Sandra G. Smith. 2001. Sense of Community in Science Fiction Fandom Part I : Understanding Sense of Community in An International Community of Interest. Artikel dalam Journal of Community Psychology Vol 30 (1). Brisbane : QUT (Queensland University of Teknologi) Panji, Aditya. 2013. Ponsel Pintar Berkuasa, Samsung dan Android Memimpin. Artikel. www.tekno.kompas.com. Diakses 12 Juni 2015 Pearson, Roberta. 2013. Fandom in The Digital Era. Artikel dalam International Journal Popular Communication: The International Journal of Media and Culture, Vol 8: No1. Permana, Sukma I. 2012. Budayawan: Popularitas KPop Kerja Politik Bukan Kultur. Artikel. www.detiknews.com/read/19/120509/1919829. 19 Mei 2012 Pillai, Poonam. 1992. Rereading Stuart Hall’s Encoding/Decoding Model. Artikel dalam Journal Communication Theory. Vol 2: Issue 3, August 1992 Puente, Maria. 16 July 2014. Sandra Bullock Stalker-Case Details are Hair http://entertainthis.usatoday.com/2014/07/16/sandra-bullock-
Rising.
stalker-details/. Diakses 27 Februari 2015 Raden, Frankie. 20 September 2014. Belajar dari K-Pop. Artikel dalam Kompas, hlm. 7 Rastati, Ranny. 2011. Media dan Identitas : Cultural Imperialism Jepang Melalui Costplay : Study Terhadap Cosplayer yang Melakukan Crossdress. Tesis. Pascasarjana Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia Reinhardt,
Uwe
E.
---.
Korean
Drama
–
Introductory.
http://www.princeton.edu/reinhard, Diakses 11 Oktober 2013 Reysen, Stephen & Jason D. Lloyd. 2012. Fanship and Fandom in Cyberspace. Artikel dalam Yan, Zheng. Encyclopedia of Cyber Behavior. Hershey: IGI Global Roselina. 2 Maret 2013. Mendadak Korea (Jangan) Mendadak Konsumtif. Artikel.
http://www.remotivi.or.id/kabar-tv/mendadak-korea-jangan-
mendadak-konsumtif. Diakses 12 Juni 2015
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
163 Rustadi, Pettisa. 2012. Korean Wave sebagai Instrumen Diplomasi Korea Selatan Dilihat dari Paradigma Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme. Skripsi. Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Ryoo, Wongjae. 2009. Globalization, or The Logic of Cultural Hybridization: The Case of Korean Wave. Artikel dalam Asian Journal of Communication, Vol 19: No 2. Saad, Muhammad. 5 April 2012. Virus K-Pop dan Dekonstruksi Aqidah. Artikel. www.hidayatullah.com. Diakses 10 Januari 2014 Sago, Brad. 2013. Factors Influencing Social Media Adoption and Frequency of Use: An Examination of Facebook, Twitter, Pinterest and Google+. Article. International Journal of Business and Commerce. Vol. 3 No.1, Sept 2013. www.ijbcnet.com. Diakses 30 Juni 2015 Satrio,
Ekky.
2011.
Beberapa
Band
Rock
Indonesia
Era
70an.
http://www.esatrio.blogspot.com. Diakses tanggal 26 September 2013 Sendika, Edria. 2010. Dinamika Konsumsi dan Budaya Penggemar Komunitas Tokusatsu
Indonesia.Tesis,
Departemen
Susastra
Fakultas
Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Jakarta Seputar Indonesia. 23 September 2012. SM Town Membuat Ribuan Remaja Histeris. Artikel dalam Seputar Indonesia. Hlm. 1 Seth, Michael J. 2011. A History of Korea: From Antiquity to the Present. Plymouth: Rowman & Littlefield Publishers Inc. Shefrin, Elana. 2004. Lord of the Rings, Star Wars, and Participatory Fandom: Mapping
New
Congruencies
between
The
Internet
and
Media
Entertainment Culture. Artikel dalam Cultural Studies in Media Communication, Vol. 21 No.5, September 2004. Routledge : Taylor & Francis Sihombing, Lambok H. 2013. Pengaruh K-Pop Bagi Penggemarnya: Analisis Kajian Blog. Tesis. Ilmu Komunikasi: Universitas Indonesia Singgih, Ign. N. 2012. Tabel Daftar Nama-Nama Grup Musik/Band Indonesia tahun 1900 – 2011. www.grupbandindo.blogspot.com. Diakses tanggal 25 September 2013
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
164 Singh, Amardeep. 2001. Colonialism/Imperialism. Artikel. Pennsylvania: Lehigh University. www.lehigh.edu. Diakses 8 Juli 2015 Siriyuvasak, U & Shin Hyunjoon. 2007. Asianizing K-Pop: Production, Consumption and Identification Patterns Among Thai Youth. Article. Inter-Asia Cultural Studies 8:1 Siuda, Piotr. 2010. From Deviation to Mainstream-Evolution of Fan Studies. http://www.sm.id.uw.edu.pl/Numery/2011_3_42/siuda. Diakses 13 Maret 2013 Smilowitz, Michael.----. Perspectives in Communication I. Introduction to Communication Research. PowerPoint Presentation. USA: James Madison University Soraya, Vani A. 2013. Pengaruh K-Pop Terhadap Sikap Remaja Surabaya: Studi Deskriptif Kuantitatif Terhadap Pengaruh Budaya K-Pop di Televisi Sikap Remaja di Kota Surabaya. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi : UPN Veteran Surabaya St. Michel, Patrick. 2012. How Korean Pop Conquered Japan. Artikel dalam The Atlantic,
27
January
2012.
http://www.theatlantic.com/entertainment/print/2011. Diakses 10 Oktober 2013 Stevianni, Annisa. 5 Desember 2011. Ini Dia 5 Perilaku Anti-Penggemar (fans) K-Pop
yang
Paling
Gila.
http://hot.detik.com/musik/read/2011/12/05/164515/1783093/1180/2/inidia-5-perilaku-anti-penggemar (fans)-kpop-yang-paling-gila. Diakses 27 Februari 2015. Stewart, Evan W. 2014. South Korea Manages Globalization: Strategies of Self Definition and Cultural Preservation. Thesis. Texas A&M University Stoddart, Mark J. 2008. Ideology, Hegemony, Discourse: A Critical Review of Theories of Knowledge and Power. Artikel, Journal sosialResearch & Thought. USA: University of Kansas. http://kuscholarworks.ku.edu. Diakses 13 Juni 2015
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
165 Sung, San Y. 4 Februari 2008. The High Tide of The Korean Wave III: Why do Asians Penggemar (fans) Prefer Korean Pop Culture?. Article. The Korean Herald. Sun Jung. 2013. sosialDistribution: K-pop Fan Practices in Indonesia and the “Gangnam Style” Phenomenon. Artikel dalam International Journal of Cultural Studies, October 18, 2013 Sun Jung. 2011. Race and Ethnicity In Fandom: Praxis. Artikel dalam Jurnal Transformative Works and Cultures, Vol. 8 tahun 2011, diakses dari http://journal.transformativeworks.com/index.php/twc/rt, Diakses 26 Juni 2013 Suryani, Ni Putu E. 2012. Korean Wave sebagai Soft Power dalam Memperoleh Keuntungan Ekonomi bagi Korea Selatan. Tesis. Departemen Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Indonesia Sutter, John D. 1 April 2010. Why Internet Connections are Fastest in South Korea. Artikel. CNN News. www.cnn.com Suwarna, Budi,
Frans Sartono.
12 Desember 2010. Super Korea Super
Tampang. Artikel. hlm.1 Suwarna, Budi. 15 Januari 2012. Ramai-Ramai Mengekor Korea. Artikel. Harian Kompas Suwarna, Budi. 15 Januari 2012. Gelombang Korea Menerjang Dunia. Artikel dalam Kompas, hlm. 1 Suwarna, Budi. 13 Mei 2012. Aku Harus jadi Superstar (Korea). Artikel dalam Kompas, hlm.13 Suwarna, Budi. 27 Mei 2012. “Pakansi K-Pop di Korea”. Artikel dalam Kompas, hlm.14 Suwarna, Budi. 27 Mei 2012. Belajarlah Pop sampai Negeri Korea. Artikel dalam Kompas, hlm.1 Suwarna, Budi. 25 September 2014. Sepak Terjang Calon Idola: Industri K-Pop. Artikel dalam Kompas, hlm.31 Symes, Benjamin. 1995. Marshall McLuhan’s Global Village. Artikel dalam http://www.aber.ac.uk/media/Students/bas9401, tanggal 26 Mei 1995, diakses tanggal 10 Juli 2013
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
166 Tim Liputan 6.17 Mei 2013. Wanita Berwajah Mirip, Suami tuntut Istri. Diakses dari www.news.liputan6.com, tanggal 2 Juli 2013. Titiwening, Fransiska. 2001. Punk, Punker, Ngepunk : Masalah Identitas dalam Metodologi Antropologi. Thesis. Program Studi Ilmu Antropologi, Universitas Indonesia, Jakarta Ulfah, Maria. 2013. Analisis Kepribadian dan Gaya Hidup terhadap Socially Responsible Consumption pada Konsumen The Face Shop di Paris van Java Bandung. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia Velma,Mieke. 2010. Popular Culture as Soft Power Instrument for Japan’s Foreign Policy 2005-2008. Skripsi, di Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Pelita Harapan Vidyarini, Titi Nur. 2008. Budaya Populer dalam Kemasan Program Televisi. Artikel dalam Jurnal Ilmiah SCRIPTURA Vol. 2 No.1, Januari 2008 Vogeli, Katrin. ----. Economic Growth Through the Development Processs: The Case
of
South
Korea.
Thesis.
University
of
Zurich.
www.econ.uzh.ch/ipcdp/theses. Diakses 8 Juli 2015 Wahyudiya, Ayu R. 2012. Pengaruh Soft Diplomacy dalam Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia. Skripsi. Jurusan Hubungan Internasional, FISIP – Universitas Hasanudin, Makassar Wardhana, Hendra. 21 Mei 2013. 5 Grup Band Indonesia dengan Penggemar (fans)
Fanatik
Paling
www.hiburan.kompasiana.com/musik/2013.
Kompasiana.
Solid. Diakses
tanggal
25
September 2013 Warta Kota. 23 September 2012. Nunggu 10 Jam Demi Artis Korea. Artikel dalam Warta Kota. Hlm. 1 Warta Kota. 23 September 2012. Video Gangnam Style Psy Pecahkan Rekor Dunia. Artikel dalam Warta Kota. Hlm. 12 Weintraub, Andrew N. 2008. Dance Drills, Faith Spills: Islam, Body Politics, and Popular Musik in Post-Suharto Indonesia. Artikel dalam Popular Musik Vol. 27/3. Cambridge: Cambridge University Press Wiatrowski, Myc.n/d. The Dynamics of Fandom: Exploring Fan Communities in On
line
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
167 Spaces.http://www.academia.edu/491940/The_Dynamics_of_Fandom_Ex ploring_Fan_Communities_in_on line_spaces/ Accessed March 13, 2013 Widya, Ayu. 2014. Ketika Gaga Dikalahkan K-Pop. Artikel. Majalah Femina No. 39/XLII/ 4-10 Okober 2014. Williams, Rebecca. 2010. Good Neighbours? Fan/Producer Relationships and The Broadcasting Field. Artikel dalam Jurnal Continuum: Journal of Media & Cultural Studies Vol.24 No. 2, April 2010: 279-289. UK : Routledge - Taylor & Francis Williams, Zaneh M. American Influence on Korean Popular Musik. Thesis. www. scholarship claremont.edu. Diakses 12 Juni 2015 Wong, Sterling. 2013. Riding The Korean Wave: How K-Pop Stars Have Helped Lift Samsung to the Top in Asia. Artikel dalam Minyanville, 31 Januari 2013. Diakses dari www.minyanville.com. tanggal 16 Agustus 2013. Wulantari, Raden Ayu. 2011. Konstruksi dan Reproduksi Maskulinitas Kelompok Muda Urban Kelas Menengah: Studi Fenomenologi di Antara Penonton Drama Korea Selatan. Tesis, di Program Pascasarjana Komunikasi, FISIP- Universitas Indonesia, Jakarta Yampolsky, Philip B., 2013. Musik and Media in The Dutch East Indie: Gramophone Records and Radio in the Late Colonial Era, 1903-1942. Disertassion, University of Washington, USA Yan, Francesca.2013. Does The Korean Popular Culture Influences on Hongkong’s Generation Y’s Consumer Behavior on Fashion?. Thesis. Hongkong: The Hongkong Polytechnic University Yazdiha, Haj. 2010. Conceptualizing Hybdirity: Deconstructing Boundaries Through Hybrid. Artikel. Journal Formations. Vol.1 No. 1, 2010 Yeon, Koh Dong. 2002. (Un)Making The Korean Astro Boy Atom: National Manhwa, Korean Pop Art & Cultural Hybdrity. Korea Journal, Spring 2012. Young, Jennifer. 2009. Fandom as Political Space.
Paper, Presented at
Chesapeake Area American Studies Association Conference (CHASA), April 2009.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
168 -------------Active
Audience
Theory:
The
Communication
http://www.cf2group.com/MMC6400/Active_Audience.ppt.
Transaction. Diakses
tanggal 20 Desember 2013 Yulistiana, Farida, Anang Sujoko & Widya Pujarama.----. Budaya Fangirling Boyband Korea di Dunia Virtual: Studi Etnografi Virtual pada Cyberfandom Boyband EXO di Media Sosial Twitter. Malang: Universitas Brawijaya. http://www.academia.edu. Diakses tanggal 12 Juni 2015 -------------Audience
Theory:
A
Level
Media
Studies.
http://www.develmedia.wikispaces.com/file. Diakses tanggal 20 Desember 2013 --------------Encoding, Decoding in The Television Discourse. Diakses dari http://www.ieas.unideb.nu/admin/file-4073
ppt.
Diakses
tanggal
20
Desember 2013 -------------Fan. www.thefreedictionary.com/fan/ Diakses tanggal 11 April 2012. -------------Fandom.
www.princeton.edu/-
achaney/tmve/wiki100k/docs/Fandom.html. Diakses tanggal 10 April 2012. ------------Fan Speak Dictionary. www.expressions.populli.net/dictionary.html. Diakses tanggal 10 April 2012. ------------Globalization
Issues.
Globalization
Website.
www.sociology.emory.edu/faculty. Diakses tanggal 30 September 2013. ----------. 2012. Konser K-Pop Terbesar, Penonton SMTown Ina Capai 50 Ribu Orang!
Diambil
dari
http://www.kapanlagi.com/showbiz/asian-star,
diakses 5 Juli 2014 -----------. 26 April 2012. K-Pop Picu Operasi Plastik di Korea. Artikel. www.female.kompas.com. Diakses 10 Januari 2013 -------------- 2 September 2011. Pembajakan Musik Via Internet Lebih Sulit Diberantas. Artikel. www.industri.bisnis.com. Diakses 12 Juni 2015 ------------Modul Workshop Metodologi Penelitian Kualitatif. 2011. Universitas Airlangga. Surabaya : Fakultas Kedokteran Hewan. 8-10 Februari 2011. ------------16 Desember 2014. Penjualan Ponsel Samsung Terseok-Seok, Xiaomi Meningkat. Artikel. www.techno.okezone.com. Diakses 12 Juni 2015
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
71
LAMPIRAN
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
1 TRANSKRIP WAWANCARA – 1 Nama Informan
: Han
Usia
: 20 Tahun
Status
: Lulusan SMK
Pekerjaan
: Pegawai
================================================================= T
: Selamat siang, terimakasih untuk waktunya siang ini kita bisa mulai wawancara, boleh kenalan namanya siapa ?
J
: Namanya Hanum
T
: Mbak Hanum boleh tau sekarang bekerja, kuliah atau sekolah ?
J
: Aku bekerja sekarang
T
: Bekerja ya, oke Mbak Hanum, untuk pembukaan terlebih dahulu. Mbak Hanum ini usiannya berapa ?
J
: Usiaku masih dua puluh tahun
T
: Oo dua puluh tahun ya, Mbak mau tanya nih, sebelum bekerja pendidikan
terakhirnya apa ? J
: Pendidikannya SMK
T
: Mbak Hanum mau Tanya nih, Mbak Hanum kan seorang K-POPers katanya, boleh tau pertama kali seneng K-POP darimana ?
J
: Dari sepupu sih, emang aku kan sering, aku kan dulu rumahnya di Jawa, sepupuku di Jakarta, setiap pulang kampong gitu dia tuh suka bawa-bawa majalaH atau poster gitu kan. Dulu kan awalnya itukan drama BBF yang ikut sound track nya Shinee tau, kenal menejemennya Shinee kenal lah K-POP semua si SM Town
T
: Berarti pertama itu liat dari film dulu, drama dulu ya?
J
: Iya drama dulu,
T
: Boys Before Flower emang ada artis K-POP di situ Mbak ?
J
: Eehm.. artis K-POP ada.. boy bandnya si Kim Hyun Joong dia kan leader ….. emang zaman BBF itu boy bandnya dia kan lagi in- in nya kan, setelah makin lama Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
2 makin kesini boy bandnya SS udah gak ada kabar, lebih pusatnya tuh kayak big big menejemen besar kan kayak SM, C Boiti T
: Mbak kan sekarang udah kerja kan ya jadi kegiatan rutinnya apa yang dilakukan, kalau boleh mendetil ya Mbak ya biar bisa keliatan gitu
J
: Kegiatannya paling tiap hari bangun tidur, online-onlie sedikit cari info sedikit, baru beberes rumah terus baru berangkat kerja, berangkat kerja di perjalanan juga sambal ngatasin macet online online juga cari-cari info, pulang juga gitu sampe rumah caricari info nonton-nonton video sedikit lah baru tidur, sehari-harinya gitu
T
: Yang pagi online itu apa yang dicari atau online di mana ?
J
: Biasanya tuh paling sering dari twitter, facebook, Instagram kan sekarang membermember banyak yang punya Instagram, diliat hari ini mereka update apa engga
T
: Kalau di Instagram kan biasanya banyak foto kan ya, yang Mbak Hanum lhat itu biasanya foto apa yang mereka tunjukkan lewat Instagram ?
J
: Selcanya mereka, kalo orang lain kan bahasanya selfie tapi kalo mereka istilahnya selca, self camera
T
: Apa bedanya sama selfie sih Mba ?
J
: Sama aja sih, cuma istilahnya doang yang beda ehehehhe.. cuman itu udah terkenal dari dulu sih kata-kata selfie mulai menjamur, selca udah dari dulu
T
: Mbak kalo misalnya jenuh dengan kerja, jenuh dengan kehidupan sehari-hari apa yang dilakukan berkaitan dengan hobinya itu K-POP ?
J
: Ya paling nonton-nonton video mereka yang baru, setiap malem kan setiap mereka come back kan mereka ada videonya, hari ini dia di music bank langsung cari updatean video mereka come back, di m net count down, paling kayak gitu-gitu doang nonton video
T
: Suka streaming-streaming gak ?
J
: Kalo streaming sih jarang
T
: Mbak kenapa sih suka sama K-POP, apa yang menyebabkan Mbak suka ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
3 J
: K-POP kalo pertama sih paling liat-liat itu dari fisik ya, awal-awal pasti litany dari fisik terus lama-lama semakin dalam gitu mereka punya kepribadian sendiri.. gimanasih.. mereka punya kepribadian ramah, bedanya sama artis barat kan mereka nyanyi Cuma nyanyi-nyanyi doang kan, kalo mereka tuh engga, kayak Suju gitu kalo sama fansnya udah kayak temen sendiri gitu, nganggepnya kayak temen sendiri, aku juga nganggep mereka jadi kayak temen bukan kayak idola, jadi sama-sama temen sebaya gitu. Suka nya dari situ, terus juga bukan Cuma dari fisik aja dari skill juga, dari lamanya training juga mereka udah terasa jadi udah gak diraguin lagi kemampuan mereka, seriap orang kan beda-beda ada yang rapper ya rapper dia gak bisa nyanyi tapi kan namanya boy band itukan emang saling melengkapi, jadi kalo semua pinter vocal tapi gak ada yang pinter rapper itu namanya bukan boy band
T
: Betul-betul.. paduan suara hehehehe.. Mbak mau tanya dong, tadi kayanya kan mereka udah kayak temen sendiri bukan kayak hubungannya artis sama penggemar, menurut Mbak definisinya temen sampe Mbak mengganggap mereka sebagai teman Mbak Hanum ?
J
: Ehm.. kalo mereka itu sering update di media sosial juga kan mereka sering bales, gak cuma di dalem negeri aja, pas kesini juga mereka sering nyapa, kayak Siwon yang waktu itu kna dia mau ke Pacific Place dia update duluan mau ke Pacific Place jam segini, itutuh udah kayak punya temen mau janjian “Yuk kita ke Pacific Place jam segini janjian di sana” Dianya gak mikir resiko bakal rusuh bakal apa, terus kan kita nganggep dia kan kayak pacar kita, suami kita, hehehhee..mereka juga nanggepin, hehhe…mereka juga sering gitu, aku sih bener-bener gak mandang mereka tuh kayak artis ke fansnya jauh banget, kayak derajatnya tuh gak jauh
T
: Berarti beda menejemen beda caranya nyari artis ya
J
: tapikan dulu G Dragon dulunya di training SM, dia keluar katanya dia gak bebas, kan jarang tuh artis punya lagunya sendiri, dia bilang “Orang kita udah punya composer terbaik, kenapa kamu harus bikin lagu, andelin aja mereka. Kita juga ngebayar mereka gak ngandelin mereka buat apa ?”
T
: Ooh jadi kalo yang artis SM Town gak bikin lagu sendiri dia ya ?
J
: Paling kalo buat ya jadi sampingan gitu, bukan jadi top single
T
: G Dragon itu dandanannya mengerikan, bener gak sih ? Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
4 J
: Ya istilah katanya tuh swag
T
: Kenapa-kenapa Mbak ?
J
: Namanya swag
T
: Apa tuh artinya ?
J
: Gak tau pokoknya serem-serem gitu deh, gakngerti deh
T
: Hhehehe..Mbak kan kalo msialnya artis-artis K-POP itu kan banyak jadi bintang iklannya produk apa produk apa, biasanya Mbak Han tertarik gak pake produk itu ?
T
: Etude House itu yang maen siapa ?
J
: Etude House itu yang maen iklannya SHINee
T
: Face shop kan juga ya ?
J
: Face shop iya tapi yang main Kim Hyun Joong. Kalo Theme HPku Sulli hehe..
T
: Itu bintang iklannya ?
J
: Bintang iklannya
T
: Mbak pake Etude ?
J
: Engga sih, pernah sih pengen beli tapi engga. Kalo kemaren Suju itu baru ngeluarin Bonchon, dulu sempet beli karena dulu openingnya katanya mau dateng dua, aku bela-belain dateng sampe ditangkep satpam, soalnya waktu pulang, waktu acaranya kelar aku sama temen nyuri-nyuri dia lewat mana, kata satpamnya dari pintu exit taunya dari pintu khusus, aku ikut masuk kesitu, ketauan satpam, ditangkep hehehee..
T
: Jadi ikut makan disitu gak, tertarik makan disitu gak ?
J
: Tertarik sih Cuma sekarang bukan Suju lagi jadi kurang berminat hehe
T
: Mbak, itukan kalo di Jakarta ada Lotte ya ? suka belanja sana?
J
: Belanja kalo pas off dari kerjaan, tapi nggak bisa sering-sering kan lumayan
jaraknya tuh…Makanya pas ada artis yang datang ke sono nggak bisa dateng…. T
: Dalam rangka ?
J
: Iya waktu itu juga pembukaan Lotte Dong Hae sama Kangin Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
5 T
: Yang di Jakarta kan ?
J
: Iya itu temenku bela-belain sampe nginep dari malem padahal Dong Hae sama Kangin datengnya cuma lima belas menit
T
: Dan itukan sebenernya bukan acaranya artis Korea kan, itu sebenernya pmbuakaan mall tah ? Suka kesana gak Mbak ?
J
: Pertama doang waktu itu, kesini-sininya gak pernah…padahal semua yang bau-bau
Korea sukaaa…. T
: Hehehe.. jadi pengen ke Korea nih ya ?
J
: Moga-moga Amiiiinn..
T
: Harus punya optimistic ya, Mbak pengen ke Koreanya karena apa, artis K-POPnya atau karena apa ?
J
: Semua sih, awalnya kan artis K-POP kan kalo di Korea kayak ke tempat-tempat yang sik kan, jadi pengen ke sana kan, terus juga pengen [ake baju-baju tradisional mereka juga foto-foto
T
: Menurut Mbak apasih kelebihannya artis K-POP sama artis-artis barat
J
: Artis barat itu terlalu cuek.. mereka cuma mikirin diri sendiri gak mikirin fansnya tapi artis Korea beratnya terlalu jaga image, mereka harus keliatan bener-bener kayak dewa, gak boleh berdosa, gak boleh ada kekurangannya sedikit pun, contohnya kayak mereka memegang rokok aja itu langsung jadi skandal padahalkan kalo cowok ngerokok kan wajar ya
T
: Siapa tuh Mbak ?
J
: waktu itu personalnya Suju tuh yang kena…langsung diomongin deh rame…sama
semua fans T
: Itu anti fans atau fansnya atau siapa yang ngomongin, gimana sih kejadiannya ?
Karena apa tuh Mbak, kan sering online sama mereka, kenapa mereka sampe kayak gitu? T
: Ooh jadi artis tuh gak boleh ada salahnya gitu ya ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
6 J
: Ketauan skandal pacaran aja kayak udah gimana gitu….. aku juga benci sih kemaren sebenernya sama Baekhyun sama Taeyon, beda umurnya jauh, yang cewek lebih tua…kok ya bisa jadian
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
7 TRANSKRIP WAWANCARA – 2 Nama Informan
: Luk
Usia
: 20 Tahun
Status
: Lulusan SMK
Pekerjaan
: Pegawai
================================================================= T
: Nah boleh kenalan dulu ya Mbak…siapa namanya ?
J
: Luk
T
: Mbak Luk boleh dikasi tau gak data-data pribadi lah, misalnya Mbak Luki sekarang kuliah, bekerja atau sekolah ?
J LUK : Lagi nyari kerjaan sih kemaren abis keluar dari kerjaan di Bekasi, palingan sambil nyari-nyari sambil…..hmm…. ya paling lagi nyari-nyari aja sih T
: Jadi statusnya sudah bekerja ya Mbak ya ?
J LUK : Iya baru dua minggu keluar sih T
: berarti temasuk baru ya, Mbak Luk mau tanya dong kegiatan sehari-harinya apa ?
J LUK : Dari bangun tidur pasti cek twitter, Instagram harus, kalo facebook jarang sih T
: cek Instagram, twitter siapa yang di cek ?
J LUK : fanbasenya EXO, fanbasenya punya akun sendiri, paling dari membermembernya..kalo aku kan sukanya EXO T
: memang beda-beda ya informasinya?
J
: tergantung manajemennya gimana
T
: Berarti beda menejemen beda caranya nyari artis ya
J
: Iya…masing-masing punya cara sendiri
T
: Kalo masing-masing punya caranya sendiri jadi bebas dong sesukanya artis untuk
kasih informasi kayak apa? Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
8 J : Iya, mau kasih gambar-gambar maksudnya foto gitu ya…suka-suka dia mana yang mau ditampilin, kayak G Dragon itu mbak…swag gitu deh T
: swag itu apa mbak?
J
: ya agak-agak aneh
T
: G Dragon itu dandanannya mengerikan, bener gak sih ?
T
: Mbak Luk, kalo artis yang diidolain suka dikejar juga nggak?
J
: iya sih…terutama kalo lagi di Jakarta
J LUK : Dia agak-agak yang kayak aku bilang tadi ya T
: Mbak, itukan kalo di Jakarta ada Lotte ya ?
J LUK : iya, kemaren sama lay sama cheng doang ya Allah di Thailand udah kayak nonton konser, yang dateng banyak banget padahal cuma dua member doang. Yang dateng di mallnya itu ya Allah kayak nonton konsernya kemaren, ngelebihin malahan..cuman dua member aja yang dateng LUK : Selama itu ada artis Korea ya kita kejar tapi selama masih bisa kita jangkau, munpung dia disini kan, kalo kita nyamperin ke Korea kan masih mikir-mikir juga kan T
: Hehehe.. jadi pengen ke Korea nih ya ?
J LUK : Moga-moga Amiiiinn.. T
: Menurut Mbak apa sih kelebihannya artis K-POP sama artis-artis barat
J
: Mereka harus menjaga kelakuannya di mana saja, jangan sampai berbuat yang nggak
bagus karena bisa kefoto dan masuk ke internet udah nyebar luas aja…kalo udah gitu ntar dibenci dan dikomentarin macem-macem T
: Itu anti fans atau fansnya atau siapa yang ngomongin, gimana sih kejadiannya ?
J
: Sama sih, istilahnya kalo yang gunain dunia media sosial tuh Netizen
T
: Contohnya gimana tuh mbak?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
9 J LUK : Ya seperti kasusnya si Hae Cul kemaren…Tapi ya emang kayak Si Hae Cul kan kalo ngomong kan ceplas ceplos, dia ngomong fakta tapi kadang terlalu nyindir gitu, Netizen pasti ikut turun tangan, gak suka T
: Artis idola ini jadinya buat apa dalam hidup mbak?
J
: Buat bikin kita jadi punya semangat gitu ya, kan kita sampe bisa ngebayangin dia tuh deket sama kita…yang kayak kata orang-orang jadi biasnya kita gitu Jadikan istilahnya kan gak ada yang gak mungkin, gak ada yang gak bisa kan.. gaka da yang mustahil, jadi kayak buat semangat kita tapi kayaknya kok jaraknya jauuhh.. hehehe…
T
: Jadi yang bikin seneng itu pokoknya mereka bedanya sama barat itu mereka lebih ramah, perkara sopan santunya gimana Mbak ?
J LUK : dia itu kan servisnya itu lebih-lebih deh, jadi inget kemaren di dadahin sama you sin waktu di bandara, aku kaget udah dengan mulut melongo di dadahin ya ampunn.. emang dia itu emang bener-bener paling baik sih.. .. T
: Mbak suka lihat nggak apa yang dipakai sama artis K-Pop? Bajunya, sepatunya atau potongan rambutnya. Atau apa gitu?
JLUK : iya semuanya suka kita perhatiin…kayak kejadian sandal swallow yang dipake si J LUK : Disini harga sepuluh ribu di online jadi harga dua ratus sepuluh ribu , pertama itu kan yang pake kan See hun, gara-gara dia cidera di jempol doang sih di perban, waktu di Soekarno Hatta juga gak „engeh orang kita liatnya ke atas mulu, ke mukanya, masih dipake, liburan ke Bangkok di pake, terus sekarang shopping-shopping masih pake sandal itu T
: Iya katanya dia suka banget sih sama sendal swallow pantesan sekarang gak ada di toko, padahal kan yang biasa itu kan putih biru, sampe di foto di instagramnya
J LUK : Apa bukan swallow apa cuma mirip doang eh gak tau sih, kata orang-orang di twitter sih swallow Coba kalo Siwon yang pake orang pasti hebohin harganya, abis barang Siwon nggak ada yang murah…kan keluarganya memang kaya
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
10 T
: Ooh Siwon orang kaya ? Loh bukannya dia katanya anaknya pemimpin agama
J LUK : Siwon itu bapaknya punya department store, tapi professor juga, pendeta juga T
: Mbak kalo aktif di twitter, Instagram itu biasanya ikut aktif ga, ngelike,comment atau ngapain ?
J LUK : Retweet, nge like, comment, kalo aku sih biasanya follow EXO fanbasenya kan banyak ya,ya paling ada reviewnya kayak di airportnya kan biasanya dia ganteng ya, aku komen aja “Ganteng, pacar aku.” Hahahaa… J LUK : Tapi sekarang ada Instagram jadinya ke instagram T
: Terus ngapain aja selain comment-comment gitu? Tujuannya apa?
J LUK : Emang buat lucu-lucuan aja sih. Kalau ditanya “Kamu suka SUJU kenapa Siwon ?” “Soalnya Siwon kaya, kalo udah gak kaya ya gak mau sama Siwon hehehe” soalnya kalo komen ganteng atau apa kan udah biasa, suka komen item kek..apa kek hehehe.. T
: Abis itu yang dikomentarin apa lagi?
J
: Ya bajunya, ya penampilannya, macem-macem deh…hehehehe Ada juga artis yang bajunya yang dipake bolak-balik itu itu aja…si Sungmin itu,
hehehehe T
: Tapi disitu keliatan ya ini orang pakenya bolak-balik hehehe..
J LUK : Jadi buat sorotan para penggemarnya juga, aneh gitu T
: Maksudnya mereka kan udah kaya ya, artis papan atas
T
: Tapi bukan rata-rata artis K-POP badanynya sixpack ya badannya ya ?
J
: ya itu dia…untung badannya bagus, sixpack kikiki…. Emang harus dituntut kayak gitu badannya, kalo buncit masa.. lucu banget..
T
: Soalnya mereka kan ikatannya juga lama ya, belasan tahun ya kalo gak salah, diatas sepuluh ya, ya pokoknya mulai dari itu.. wah luar biasa deh.. bakalan berlalu gak sih tren K-POP ini ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
11 J LUK : Berlalu kalo saya udah lupa, kalo saya udah makin tua, kalo dipikiran aku apa yang aku suka ya aku jalanin aja T
: Sekarang gak merasa udah mulai redup ?
J LUK : Engga sih.. soalnya kan kalo boy band yang aku suka kan emang baru tiga tahun debute kan EXO, kalo SUJU kan udah agak lama, dulu aku sempet suka sama SUJU tapi karena udah kerja jadi lupa terus ada EXO juga jadi lupa, dari SM aku suka sih T
: Mbak Luk, dari anggota EXO siapa yang paling disuka ?
J LUK : Kai.. Kim Jong Kai T
: Kenapa ?
J LUK : Soalnya pertama kali aku liat di Youtube tuh dia kan emang visual ya, teasernya banyak banget, emang suka aja, ekspresi matanya emang kayak ngajak kita buat suka sama dia gitu.. kayak ngehipnotis, ya gitu deh hehehe.. terus kharismanya banyak T
: Follow twitternya gak ?
J LUK : Dia gak punya sosial media, itu yang bikin aku sedih.. jadi gak tau kegiatan dia, taunya dari member lain atau gak kayak fanbasenya dia kan atau engga masternim masternimnya diakan cari tau tentang dia, foto-fotonya dia doang kalo dia sendiri gak punya akun kayak gitu T
: Jadi yang bikin tertarik ini apanya, misterinya atau apanya ?
J LUK : Sebenernya kalo ngedancenya emang udah.. udah..dibilang jago ya emang jago emang jago, gak tau aja kayak ada chemistry aja hehehe, makanya aku dibilang lebay kayak gini T
: Hehehe.. biasanya yang suka bilang lebay mbak Luk itu siapa ?
J LUK : Temen-temen cowok sih kalo engga sodara, mamaku sih suka bilangin buat apa suka Korea-Koreaan, adek aku yang SMA kan juga suka sama Sehun kan EXO juga jadinya ya rada kebantu sama adik aku. Biarin deh gak apa-apa, kemarin kayak apa ya yang kemarin ulang taun RCTI tuh kana da SUJU M, di BBM ada yang kayak gini “Ah cuma lipsync doang bangga.” Eh aku sindir lagi “Gak apa-apa kali daripada cuma suka-sukaan doang.” Terus dia bales lagi “Eh ada yang sewot!” jadinya tuh kayak Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
12 berantem, itu cowok loh aku sebel bangetaku gedeg banget, cowok tapi suka ngurusin inian aku gitu loh.. T
: Itu kenal gak Mbak orangnya ?
J LUK : Kenal.. ada yang protes kan aku kalo BBM suka profile picturenya si kai, terus di apa ya.. di PM (Personal Message) nya juga suka “Hai Kim Joyng kai“ itu siapanya kamu sih ki,cowoknya apa bukan ? ehehehehe.. “Iya cowok aku lagi di Korea, lagi nuntut karir.” Aku bilang kayak gitu hehehehe…jadi dipikir, akutuh autis sendiri sama dunia, sebenernya sih engga ya..ya untungnya aku ketemu Han ya, jadinya bisa sama ngertiin, gak ada yang nge-bully , ya tambah banyak temen juga kan, terus kalo diajak ngomong juga nyambung, jadi lebih dihargain lah kalo suka K-POP biar jadi semangat juga sih sebenernya T
: Memang gak ada temen-temen yang cowok-cowok yang suka.. cowok itukan banyak, soalnya kan waktu konsernya SNSD itu kan isinya laki semua
J LUK : Ada sih.. Tapi kalo di Indonesia anggepannya kalo suka begituan kan rada-rada kemayu kan, kalo cowok bencong gitu kan, jadi dibullyjuga sama temen-temen yang lain, mungkin gitu.. ada yang menurut mereka kan gapapa, cantik. Ada lagi yang bilang “Ih operasi plastik.” Tapi kalo menurut aku sih yang dari SM gak operasi plastik sih emang udah murni kayak gitu, di training mungkin ada kelas beautynya sendiri T
: Mbak, tadikan aku udah tanya nih kenapa seneng sama artis itu kan, nah sekarang aku Tanya nih sama sesama, sebagai penggemar K-POP , biasanya kalo ketemu sama sesama penggemar itu langsung apa online . Mbak Han kan temenan sama mbak Luk udah lama, dari masih di Purwokerto ya, nah sekarang kalo sama penggemar yang lain banyakan ketemunya online apa langsung ?
J LUK : Kadang kalo aku di twitter kan saling follow-follow ya, entar kenalan, entar minta line, di line tuh ada grupnya sendiri, ya kayak gitu sih, kalo yang kayak kemaren kan kita yang nonton itu, jadi kenalan namanya Rain, ya baik sih berhubung kita rumahnya jauh ya itu langsung diajak nginep di kost-kostannya, jadi tuh kayak udah kenal lama, padahal baru kenal sehari pas nonton EXO doang itu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
13 J LUK : Kayak kemaren yang dia di bandara, yang pas Suju mau balik ke Seoul, kita gak kenal sama sekali. Kita udah cape kan ngejar-ngejar dari gate dua ke gate tiga kita ngobrol, jadi punya temen baru sih.. maksudnya kayak seneng lah, apalagi tuh kalo diajak ngomong tuh nyambung karena suka artis yang sama T
: Paling nggak suka nih mbak kalo baca berita itu berita apa, gimana perasaannya?
J LUK : ya jadi kalo pagi-pagi baca berita isinya cuma member yang keluar, member yang dating, member yang pacaran, kalo pacaran sih masih bisa aku terima tapi kalo yang member yang keluar itu rasanya gimana gitu, emang menejemen gak bisa narik lagi dia, mempertahankan gitu ya..jadinya gedeg T
: Biasanya nyari info gak, kayak bener gak sih dia pacaran.. terus masuk ke line ke twitter nyari-nyari info dari sesama ?
J LUK : Kalo dari twitter sih informasinya udah bener-bener jelas sih, kuta gak perlu lagi repot-repot nyari, semua pasti bahasnya kayak gitu semua T
: Bisa jadi hastag dong gara-gara si Sungmin punya pacar ?
J LUK : Iya kan kalo misalnya ulang taun kan hastagnya jadi yang pertama terus, kayak Jessica hastagnya jadi yang pertama di twitter, aduh aku kalo inget itu jadi inget Kris T
: Kenapa ?
J LUK : Kan tadinya member EXO ada dua belas, sekarang jadi sebelas karena dia keluar. Sekarang lagi khawatir lagi sama Luhan, ga balik-balik T
: Loh dia kemana ? Wamil ?
J LUK : Engga, dia sakit pas di konser los planet Bangkok dia gak ikut, tapi pas Beijing dia ikut, tapi sampe sekarang dia belum balik ke Korea lagi.. kan udah pada balik ke Korea, dia belum balik-balik makanya ini bikin deg-deg-deg hehehe.. kalo keluar lagi kan.. yaa ampuun masa dalam setahun ada dua yang keluar, dari Cina lagi, lagi.. kan ibaratnya lukanya tuh belum sembuh udah ada keluar lagi, ya ampuun.. T
: Jadi punya keinginan ketemu sama idolanya di sana ya
LUK : Pastilah pengen ketemu, tapi kalo udah ketemu speechless pasti bingung mau ngomong apa, kita juga bahasa Koreanya masih berantakan.. hehehee.. Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
14 T
: Eh Mbak Luk belajar gak bahasa Korea ?
J LUK : Dikit-dikit sih tapi kalo Bahasa-bahasa yang changgo-changgo gitu aku belum begitu ngerti sih, paling cari terjemahan hehehe..tapi kalo bahasa-bahasa yang sering diucapi sehari-hari udah rada ngerti sih, aku belom sampe yang belajarin Bahasa Koreanya cuma sampe yang suka-suka sama boy bandnya doang T
: Sesama penggemar kan suka anyong haseyo atau apa
J LUK : Iya.. Istilahnya kan banyak T
: Istilahnya apa Mbak ?
J LUK : Paling mi..mi.. kalo manggil-manggil kan J LUK: Sebenernya tuh dia pengen ngomong alright terus disingkat jadi oho rat, terus kayak di apengen ngomong yes alright terus gimana sih..dia emang disingkat-singkat sendiri jadi horet, dia emang cadel T
: Apa itu artinya ? Kok para fans itu ngerti artinya ?
J LUK : EXO itukan pernah punya reality show sendiri kan.. terus dari trsanslete bahasa Ingrisnya kan kita ngerti kalo dia tuh lagi ngeledekin member yang lain. Yang paling ngeledekin sih emang Baekhyun sih. Bukan jail sih sebenernya, nyindirnya tuh paling pedes, maen sama hecul, Heecul kan gitu yang paling parah dia Jadi tuh kayak, kasian.. gitu.. kan, ya kita mengerti dari caranya dia ekspresi kan kita tau T
: Kalau orang melihat kalian seperti aneh karena terlalu gimana sama artis K-Pop?
J LUK : Terserah sih kalo orang mau ngomong kita ini… terserah sih kita hehe.. yang penting kita gak ngerugiin siapapun, yang aku suka yaudah , yang penting itu masih dijalur positif kan, gak ngerugiin siapapun yaudah jalanin aja, yang penting aku lagi suka yaudah, toh kan gak ke yang negatif T
: Nah menurut Mbak Luki seharusnya idola itu kayak apa sih Mbak ?
J LUK : Kalo idola sih fans servicenya sih, maunya ngarep hehehe.. ya apa ya kalo dia lagi capek-capeknya kan mukanya udah ketauan ya ke fansnya, kita sih gak nuntut dia
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
15 harus selalu senyum sih tapi ya ada fans servicenya, apa dia senyum dikit kek.. apa dia ngelambain tangan kayak waktu dia di Plaza Indonesia kan rada-rada kesel sama member EXO kan biasanya tuh house of planet kan ngepost di Instagram ya, khususnya Sehun kan.. nah itu enggak sama sekali, itu pas di Indoensia,kita sebagai fans Indonesia ngerasa kecewa lah, tapi abis itu dia kan ke Bangkok, itu gila-gilaan banyak banget, fansnya di panggung. Kita tuh jadi gedeg sama EXOnya gak ngepost sama sekali, gak say good bye sama sekali, cuma di panggung doang T
: Itu gak nanya sama membernya ?
J LUK : Kalo menurut info-info sih ya secara kemaren kan di lapangan out door, mungkin juga tenaga membernya lagi kekuras abis-abisan kan.. itu juga sih jadi mereka kurang maksimal, banyak yang sakit juga kan.. T
: Orang yang nonton pada pingsan, gimana ? ehhehehee..
J LUK : Udah membernya membernya pada sakit,yang nonton udah pada pingsan hahahaa… T
: Di Purwokerto itu banyak gak sih, Mbak Luk yang ikut ?
J LUK : Kalo dulu aku di Purwokerto belum begitu itu sih, kalo ini udah dedengkot banget hehe.. Dia punya gathering sendiri, T
: Berarti kedepannya K-POP fans itu ke depannya gimana, di Indonesia ?
J LUK : Kalo aku sih kepengennya lebih solid lagi sesame fans, gak ada fan war lagi, perang antar fans, aku gak suka soalnya sama-sama suka K-POP tapi kayak ada yang ngejelekin, aku gak suka jadi ada yang fan war kan. Yang paling penting sih solid sih, kalo dukung mah dukung aja gausa ada ngomong macem-macem di twitter kan bikin yang lain jadi emosi juga, gak usah manas-manasin.. T
: Sorry ya Mbak aku nanya nih, kalo fan war ini kayak sesame yang suka EXO atau misalnya penggemar EXO sama yang gak suka EXO ?
J LUK : Kemaren kan yang paling parah SUJU sama EXO sih, kalo menurut aku karena ada orang yang gak suka sih, ada orang yang bikin panas, malah member SUJU sama EXO kayak udah adik-kakak orang satu menejemen
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
16 T
: Mbak, ada gak sih barang yang Mbak punya karena idolanya Mbak mengiklankan itu ? Ini handphone apa, LG ya yang iklanin SUJU ? Waktu beli kenapa handphone LG ?
J LUK : Kalo aku HP sih Samsung tapi aklo ada rejeki pengennya sih Iphone hehee.. T
: Tapi ini milihnya Samsung kenapa ?
J LUK : Soalnya Kai juga pake Samsung tapi dia Samsung S5 hehehee.. kalo aku Cuma grand doang ehehhe.. iya sih karena itu sih.. kadang dari twitter suka ada yang nawarin photo book gitu kan dari masternim- masternim kan kalo itu pake kamera yang panjang banget, professional lah ya tapi mahal bangeeett.. terus dari luar negeri ke sini kan dikenain pajak dollar lagi naik juga.. photobook itu bisa tujuh ratus ribuan sampe sejuta isinya cuma buku doang jadi mikir-mikir lagi y beli engga ya.. banyak godaanng T
: Mbak suka beli bajunya yang dipake sama artis-artis Korea gak, kan sekarang banyak toko-toko online atau jepit rambut atau apa soalnya muridku ada yang hobi pake ikat rambut yang ada bentuknya pita itu loh, katanya mirip siapa… yang dari SNSD ?
J LUK : Paling jersey sih aku lagi kepengen, jersey tuh kayak kaos gitu yang ada angkanya, kalo EXO tiap member punya angka sendiri kayak Sehun 94, Kai 88 tapi yang 88 belum ada yang warna putih T
: Kayak pemain bola ?
J LUK : Iya lagi kepengen kayak gitu sih tapi kalo ketauan sama mamah tuh aku pasti diomelin, harusnya ngumpet-ngumpet..padahal pengen.. pengen banget T
: Jadi belinya di mana kalo pengen punya yang samaan?
J LUK : Sebenernya di Blok M ada dari Korean Pop gitu, dia dari officialnya langsung, ownernya beli langsung ke Korea, bisa dua ratusan lebih, di atas, lantai 3a T
: Pernah ke sana?
J LUK : Belom tapi di Instagram aku punya akunnya T
: Tapi handphone udah ya pake sesuai sama yang itu..
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
17 J LUK : Kalo tas MCM tapi harganya mahal banget kalo yang asli hampir sepuluh jutaan, ya kita kalo mikir kayak gitu mikir rasional ya T
: Mungkin karena mbak udah kerja kali ya mbak, jadinya mikir…
J LUK : Mendingan kita ke Korea aja langsung, bisa kita pake yang paketan hehehe.. T
: Ooh murah ya itu resmi, asli ya pasti
J LUK : Kalo masuk sini diakan udah kena pajak T
: Kalo mbak nggak apa-apa dijadikan omongan orang lain karena ngefans ini?
J LUK : Terlalu fanatik banget tapi selama itu gak ngerugiin orang lain, selama masih positif T
: Orang lain nganggep kita gila ya.. berarti ngadepin omongan orang yang kayak gitu ya ?
J LUK : Kalo aku sih sering, pokoknya kalo di bbm kalo aku pake profile picturenya siapa, pasti pada bilang “Kenapa sih demen banget kayak gitu-gituan, bencong apa.. operasi plastic.. ya pokoknya semuanya ?” Hmm.. gak aku perduliin, paling aku jawab “Ya kayak lo suka bola aja, maniak banget sama bola.. cewek juga kayak gitu, cewek suka bola kan cuma sedikit kan yang seger-seger bosen kan, pengennya liat yang segerseger cowok ganteng. “ ehehehhee.. T
: Mbak Luk, menurut Mbak kriteria cowok ganteng adanya di Korea-Korea itu ya ?
J LUK : Relatif menurut aku, kalo Kai sendiri kalo di EXO kan katanya item ya tapi pas aku kemaren ketemu langsung engga item perasaan, katanya pesek engga pesek perasaan, kalo dia punya charisma, aku kayak suka aja gitu, beda sendiri. Dia kalo ketawa aja beda sendiri, ngakak tapi ngebass, jadi kayaknya lucu gitu , kalo lucu khas punya kharisma sendiri aku suka, kalo ganteng udah biasa kan.. kalo ada yang bikin kita tertarik pokoknya beda aja, kayak ada sesuatu gitu T
: Bakalan cari cowok yang kayak gitu gak Mbak ?
J LUK : Susah Mbak cari model kayak gitu ehehhee.. pengennya sih yang model-model oriental yang sipit-sipit tapi kayaknya disini gak mungkin hehehe.. T
: jadi apa lagi nih berita barunya? Siapa aja yang mau ke Indonesia lagi? Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
18 J LUK : Ke sininya urusan training deh kayaknya…Iki tuh, tapi gak tau juga dia di training SM apa bukan, pernah di instagramnya dia nge post tempat latian yang biasa, di bully sama yagn gak suka, orang katanya tuh dia ngambil video dari orang SM terus dia ngepost ulang. Tapi gak tau sih kejadian yang sebenernya kayak gimana, dia bener trainenr SM apa bukan, kalo bener trainer SM kan kita bangga juga ya dari Indonesia ada yang bisa debute ya pasti kalo dia ga ganteng terus mau punya debute pasti dia udah ganteng lah.. udah ngikutin standarnya SM T
: Balik ke yang bahasa-bahasa tertentu, Mbak taunya liat dari reality show tv, yang lain gimana Mbak yang temen-temen sesama online ?
J LUK : Temen-temen mah lebih senior daripada aku..lebih ngerti pastinya, paling yang biasa kayak anyong haseyo, khamsa hamida kalo minta maaf daebak ya standar-standar gitu lah . Semakin sering kita nonton reality shownya semakin kita negrti sih T
: Ooh jadi kunci ngerti Bahasa yang mereka pake di online itu liat reality shownya ? dengan nonton reality shownya kita bisa tau apa lagi ?
J LUK : Sifat, kan mereka kadang suka keceplosan juga, jadi kita tau jeleknya mereka kan ngeliat gantengnya doang udah bisa ehehhehe.. running man aku jarang tapi tiap bintang tamunya mereka aku pasti nonton. Kalo jadi bintang tamu, aku pasti nonton T
: Tapi lucu ya mereka ya.. Mbak, kan mengikuti yang di online.. makna apa sih yang Mbak peroleh tentang hubungan idola sama artis, yang di onlinenya ya Mbak litanya gimana ?
J LUK : Jadi ngerasa lebih deket aja jaraknya kalo emang dia punya akun sosial sendiri kan, aku spam di komennya juga jadi gak jelas, mau dibaca apa engga pokoknya spam aja hehehe.. J LUK : Jadi entar kalo ada info apa kita tau, kalo mau pada ke sini kana da yang lebih dulu tau, nah kita jadi kebagian infonya, kita jadi tau, misalnya promotor ada apa..kita lebih tau T
: Bedanya apa sih Mbak kan suka artis Korea, kalo barat kan udah tau karena mereka jaim banget, kalo artis Indonesia menurut Mbak ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
19 J LUK : No comment saya hhahahaa.. apa ya kalo Indonesia kalo kayak Afgan kan emang bagus, gausah dikomen lagi, tapi kalo boybandnya gak tau kenapa gak suka aja, kita sih bukannya gak suka sama mereka tapi gimana ya dia tuh debute cuma musiman doang gak tiap taun ada, J LUK : Jarang nonton tv juga sih kalo aku, lebih sering youtube lebih suka online. Sinetron aja liat judulnya udah emosi… T
: Kenapa emosi? Kenapa? nggak suka?!
J LUK : Niru-niru bangeeettt…..Katanya sih udah izin sama sananya tapi ternyata sama sekali engga, akhirnya kan diberentiin lagi kan, diberentiin terus dilanjutin lagi jadi panjang tapi jadi gak jelas aliennya gak tau kemana ehehehe.. gak ngerti deh, jadi gak ada aliennya hehehe T
: jadi bedanya sama artis Indonesia, artis Korea mereka lebih bisa apa, menyajikan yang baru gitu ya ?
J LUK:
Fresh….padahal Umurnya udah tua-tua kan SUJU, udah 25, 26, 27 udah pada tua
kan kalo EXO seumuran aku, di bawah 25 J LUK : Kalo aku tuh udah gak bisa berpaling dari SM gak tau kenapa. Mereka lebih gampang konsernya kalo di negara lain, kalo menejemen lain kan susah kan, penggemarnya juga jarang, peminatnya gak sebanyak SM, bukannya mau sombong mau gimana tapi emang kayak gitu kenyataannya T
: Rame ya waktu acara ultah RCTI kemaren itu kan ? Gila itu….kata orang-orang
bayarnya berapa milyar ya? J LUK : Engga terlalu… kelar konser udah.. ELF bubar, ramenya karena itu doing…udah gitu pake salah sebut nama negara J LUK : Kalo nyebut nama kan udah fatal banget,nama negara lagi, Malaysia lagi aduuuhh.. Indonesia sama Malaysia tau sendiri kayak apa, di Instagram Donghae langsung minta maaf sampe berapa kali ya nunduk-nunduk gitu, Indonesia kan banyak banget fanbase ELF palng terkenal, kalo trending pasti INA dulu… Artis-artis juga udah tau kok kayak begitu? Mereka kudu ati-ati sama fans Indo, soalnya paling tau info-info terbaru kalo nggak suka ya udah nggak suka aja Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
20 T
: Apa tuh Mbak ?
J LUK : Ya kan kayak Tiffany udah punya pacar, kemaren di mana tuh ya yang bareng sama 2 PM come backnya Nikun tuh ngacungin jempol, aahhsedih banget, kode banget.. kan kalo yang paling ditunggu kan kalo lagi MCnya Baekhyun kan tau gara-gara Saeyon dia gak bisa ke TMC J LUK: Aku tuh emang dari dulu DGM suka banget sama khuntoria, kalo Nichkhun itu sama Victoria kayaknya tuh so sweet, aku tuh sebenernya gak sebel sama Tiffany tapi kalo Tiffany dijodoh-jodohin sama Nichkhun tuh aku sebel hehehee BT pokoknya, kalo mereka pacaran sih aku gak sebel sama Nichkhun, gak sebel sama Tiffany tapi aku gak suka mereka pacaran, pokoknya intinya gitu¸ sampe sekarang gak mau kenal Nichkhun J LUK : Ya kayak gitu kayak Taeyon sama Baekhyun juga aku sebel, masa Baekun tuh ya EXO baru debute tiga tahun udah berani-berani dating-dating gitu dia tuh kelakuannya kayak anak kecil, kayak anak TK gak berani pacaran, sebel aja Tapi sebenernya sih ya cocok tau, waktu di Hyper Bazaar, di majalah itu dia cocok, di video clipnya itu dia juga cocok tapi ya gitu beda umurnya jauh banget, enam tahun tapikan kalo Korea mukanya masih imut-imut T
: Artis Indo siapa yang boleh dibandingin sama artis K-Pop?
J LUK : Music bank kan Afgan emang itu ya, pembukanya emang Afgan.. bagus sih dia, fans Singapur sama Malaysianya aja banyak, emang dia udah keren sih T
: jadi kalo Afgan tuh boleh lah soalnya se level sama artis K-POP tapi kalo Ayu TingTing, Syahrini?? hehehee..
J LUK : Kalo Syahrini kan suka-suka doang, kalo Ayu Ting-Ting emang suka K-POP kan suka girls generation waktu konser aja dia nonton, SUJU juga nonton deh waktu itu, terus yang princess-princess, Alika itu juga nonton, Alika waktu EXO juga nonton J LUK : Make upnya tuh kan ga terlalu.. tipis aja tapi tuh aku suka aja litanya, rambutnya yang panjang kan sekarang lagi musim di ombre kan, pengen kayak gitu tapi belum berani takut diliat orang iih ini orang kenapa sih.. hehehe Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
21 T
: Pernah liat gak orang-orang rambutnya di ombre ?
J LUK : Kemaren waktu ulang tahun EXO banyak yang rambutnya begitu, di Jakarta juga banyak, delapan ratus ribu.. T
: Pengen nyoba juga nggak sih?
J LUK : Engga ah… abisnya kalo Johny Andrean yang ituin rambut aku yang trainingtraining sih aku takut J LUK : Jarang ke salon aku, jarang potong rambut, kalo ke salon paling masker, kalo potong rambut aku gak ini… soalnya kalo potong rambut di salon tuh suka nyesel, kok gak sesuai sama kemauan kita, lebih percaya sama mama sendiri, kalo potong poni juga aku potong poni sendiri, gak percaya sama salon. T
: jadi kalo ngikutin K-Pop kuncinya apa mbak?
J LUK : boleh ngikutin asal sesuai dengan kita dan nggak mberatinlah, missal nggak terlalu mahal gitu, masih kejangkau T
: kalo pakaian gitu mbak, apa kuncinya?
J LUK: ya yang pantes juga, yang sesuai sama budaya kita, kan musti ngepas-ngepasin juga, pantes nggak kita pake, terus gimana kalo diliat orang T
: ok mbak Luk, kayaknya udah cukup segini dulu, terima kasih ya sudah mau
digangguin…nanti kalo aku mau nanya-nanya lagi boleh ya mbak? J LUK : silahkan mbak…dengan senang hati
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
22 TRANSKRIP WAWANCARA – 3 Nama Informan
: Han
Usia
: 21 Tahun
Status
: Lulusan SMK
Pekerjaan
: Pegawai
================================================================== T
: Jadi ngefans-nya sama artis K-Pop sama siapa mbak? itu sudah lama atau belum?
J HAN : Dari sebelum jadi apa-apa dia emang udah ngefans sama Taeyon. Dulu ditawari sama SM tapi dia gak tau kalo itu dari SM “Kamu mau gak jadi artis ?” Terus dia nolak kan, gak mau.. tapi ini menejemennya Taeyon, dia langsung mau hehehe.. karena emang udah ngidolain, itu juga sih karena dia punya bakat ya, dari orang biasa, ngidolain, terus akhirnya masuk menejemen terus bisa macaran, itukan semua bias kan juga mau Di sana kan emang beda, bedanya fans dari negeri sendiri sama negeri orang kan.. mereka ada khususnya kan gitu.. T
: Jadi yang bikin seneng itu pokoknya mereka bedanya sama barat itu mereka lebih ramah, perkara sopan santunya gimana Mbak ?
T
: Mbak, kalo liat artisnya pake baju apa, suka nyari-nyari gak, bajunya apa, merk apa
? J HAN: Iya, dari baju, tas sampe sandal swallow kan kemaren, dibawa sampe ke Korea lagi, sampe sekarang masih di pake kok T
: Iya katanya dia suka banget sih sama sendal swallow pantesan sekarang gak ada di
toko, padahal kan yang biasa itu kan putih biru, sampe di foto di instagramnya J HAN : Dong Hae juga, kalo Sehun kan ijo, kalo Dong Hae ungu, cuman anehnya gini dia itukan pake swallow itu waktu main IBC nah IBC itu sebelum dia ke Indonesia,
J HAN : Beda sama Siwon, dia pakenya sandal jepit tapi sandal jepitnya jutaan, dia orang kaya ehehehe.. T
: Ooh Siwon orang kaya ? Loh bukannya dia katanya anaknya pemimpin agama Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
23 T
: Siwon itu kesannya alim ya kalo di twitternya, suka ngeliat gak sih Mbak apa gak suka sama Siwon ?
J HAN : Engga terlalu sih, emang sih kalo Siwon itu perfect, kaya iya, ramah iya, tapi dia punya sesuatu yang bikin ilfeel hahahahaa… dia emang visual tapi dia suka gak jaim, dia selalu masang tampang-tampang gak jaim, tampang jelek, tampang salah gaul.. suka masang-masang tampang melotot hehehe.. cuman kadang dia penampilannya terlalu tua, gak kayak seumurannya dia terus dia sama Ryeowook kan selisihnya dikit kan, waktu itu wisuda bareng, tapi keliatan banget dia tua si Ryeowook mas-mas banget T
: padahal kan umurnya masih muda kan Siwon itu ?
J HAN : sama Leeteuk aja mukanya …..suka update twitter foto-foto dia yang editan di twitter, mainnya sama bule-bule T
: Mbak kalo aktif di twitter, Instagram itu biasanya ikut aktif ga, ngelike,comment atau ngapain ?
J HAN : Kalo aku, disitu kan istilahnya aku masterinnya Purwokerto lah, hehehe.. apa.. dedengkotnya lah, kalo temen-temenku suka sih suka tapi mereka cinta sama SUJU, tapi sukanya mereka itu dengan ngebully member SUJUnya, jadi ya emang member SUJUnya emang begitu sih ya orangnya ya, suka ngebully gitu kayak Eunhyuk kan dibilang paling jelek. Kan dibilangnya kan istri-istri kebetulan dalam kelompok itu setiap anak kan beda bias kan, aku istri Sungmin, ada istri Eunhyuk,ada istri Donghae, Donghae itukan dikenal bloon, ganteng sih, suka ngerusakin barang-barang gitu, pernah nyerempet mobilnya Siwon hehe..parah siwon, Siwon kan punya mobil kan juga dinamain, jadi punya nama ada Rafael ada Gabriel itu nama mobilnya dia. Kayak anjingnya, hewan-hewan peliharaannya kita kenal, kayak Eunhyuk foto bareng anjingnya dikomen “iih anjingnya lebih imut, anjingnya lebih ganteng” T
: padahal itu bukan anti fans ya ?
J HAN : Si Sungmin, diakan dikenal member yang kaya ya, dia dikenal anaknya low profile, sekalinya suka sama baju itu baju bisa dipake empat kali dalam seminggu padahal kan artis ya, biasanya kan kalo artis kan mikir-mikir “Ah hari ini pake baju ini, besok pake baju ini ah..” dia engga, waktu dia kesini yang kemaren, yang RCTI dia pake baju itu, dua hari kemudian dia ke SM pake baju itu, abis itu dia come back ke music bank pake Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
24 baju itu lagi sampe kemaren dia ke see show masih pake baju itu lagi.. ya ampun ini anak lucunyaa.. T
: Tapi disitu keliatan ya ini orang pakenya bolak-balik hehehe..
T
: Maksudnya mereka kan udah kaya ya, artis papan atas
J HAN : Beda sama Siwon ,Siwon sama Sungmin, Siwon emang keliatan dia bajunya branded apa engga, kalo Sungmin engga T
: Branded ya bajunya, luar biasa
J HAN : Sampe gak punya baju aja masih PD.. ehehehe.. badan mahal…sixpack T
: Tapi bukan rata-rata artis K-POP badanynya sixpack ya badannya ya ?
J HAN : harus memang T
: Iya kayaknya gak ada badan yang ya… badan yang biasa gitu..
J HAN : Dituntut diet juga sih T
: Soalnya mereka kan ikatannya juga lama ya, belasan ya kalo gak salah, diatas sepuluh ya, ya pokoknya muali dari itu.. wah luar biasa deh.. bakalan berlalu gak sih tren K-POP ini ?
T
: Sekarang gak merasa udah mulai redup ?
J HAN: Nggaklah…jangan sampe, kan masih ada kita-kita yang mendukung terus T
: Memang gak ada temen-temen yang cowok-cowok yang suka.. cowok itukan banyak, soalnya kan waktu konsernya SNSD itu kan isinya laki semua
J HAN : Ya mungkin dulunya dia kampung kan, ya semua juga gitu, artis-artis Indonesia kan juga gitu, dulu, sebelum dia debute. Tapi kalo SUJU itu yang aku suka itu waktu debute itu mukanya aneh-aneh hehehe.. itukan ada kesan sendiri, ada kenangan tersendiri jadi artis dibandingin artis yang dateng-dateng udah ganteng-ganteng gitu kan jadi gak ada sesuatu yang enak buat di bully gitu kan, zamannya itukan alay-alay banget ehehehe.. T
: Mba kalo misalnya liat idolanya dari pertama kali jadi artis mukanya kayak apa terus sekarang udah berubah jadi kayak apa, menurut Mbak Hanum itu wajar apa engga sih ? Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
25 J HAN : Wajar sih, mereka kan dari awal apa mungkin kan belum menyesuaikan diri ya, disinikan mereka selalu dituntut juga buat tampil lebih menarik gitu ya, jadi ya gak ada salahnya, semua orang kan juga pengen berubah keliatan cantik keliatan ganteng T
: Mbak, tadikan aku udah tanya nih kenapa seneng sama artis itu kan, nah sekarang aku Tanya nih sama sesama, sebagai penggemar K-POP , biasanya kalo ketemu sama sesama penggemar itu langsung apa online . Mbak Hanum kan temenan sama mbak Luki udah lama, dari masih di Purwokerto ya, nah sekarang kalo sama penggemar yang lain banyakan ketemunya online apa langsung ?
J HAN : Aku kalo berangkat kerja kan naik busway mataku selalu jeli, ih ada anak yan pake kaos SUJU aku langsung deketin, “Mbak suka SUJU ya, suka sama siapa?” Langsung “Eiya..gini..gini..gini..” padahal gak kenal sebelumnya, kayak waktu kemaren tuh Min Ho ulang tahun, itukan kebetulan bias aku kan, berangkat ada yang pake Song Min, “Mbak SS ya, biasnya Song Min ?” “Iya” “Mbak mau kemana ?” “Aku mau ke Monas ulang tahun Song Min.” “Oh aku gak tau, soalnya aku lagi sebel sama Song Min soalnya dia kemaren musikal ada adegan kissnya!” “Iya tuh nyebelin banget tuh, pemain ngumpet-ngumpet aja..” Terus kita ngulang-ngulang waktu social kemaren, itukan juga ada dancer sexynya, ada sexy dancernya gitu itu langsung kayak dibejekbejek gitu T
: Nah, Mbak kan pagi suka langsung buka online gitu, informasi apa sih sebenernya yang dicari Mbak Han ?
J HAN : Liat selcanya mereka, terus liat schedule mereka mau kemana, mereka mau apa, paling gitu doang apalagi sekarang lagi sering ada skandal-skandal gitu J HAN : Aku paling gakkuat kalopagi-pagi baca berita tuh SM dikeluarin, SM di..apa..pokoknya udah pusing deh T
: Apa, gimana ?
T
: Ini ceritanya lagi berduka Jessica keluar ? hahahaa…
J HAN : Jessica keluar lebih shock daripada minggu kemaren bias confirm dating, Sungmin pacaran J HAN : beberepa hari doang.. disitu aku lagi seneng-senengnya sama Sungmin, lagi nonton video lagi seneng yeee.. sampe ngatuk sampe tidur bangun-bangun dikasi kabar kayak gitu, Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
26 “ini beneran gak sih?” Kebayang-kebayang mulu tapi pas liat ceweknya cantik ah gap apaapa lah.. T
: Biasanya nyari info gak, kayak bener gak sih dia pacaran.. terus masuk ke line ke twitter nyari-nyari info dari sesama ?
HAN : Aku kenal SUJU udah lama keluar sih ya, jadi udah gak teralu berat gitu.. tapi kayak kenal mereka tuh kenal yang masa lalu, yang udah keluar, gak pernah update-update mereka yang sekarang cuman pas yan Eunhyuk kesini dia sempet kesini kan, waktu ke Dahsyat ya Allah sama si Olga digituin banget. Hangeng ke Dahsyat, dia sama Olga di rangkul-rangkul, Hangeng ilfeel gitu sama Olga T
: Mbak punya keinginan gak sih yan gberhubungan sama idola, pengen ketemu, pengen berkunjung atau pengen apa, Mbak Hanum gimana ?
J HAN : Pengen berkunjung sih, ketemu sma mertua juga ahahhaahaa..kan dia punya café,di Korea T
: Katanya dia suka juga melayanin di cafenya ?
J HAN : He‟eh.. semua, Yesung juga.. kalo Song Min kan masih ada schedule kalo Yesung itu abis wamil, pulang wamil ia pasti ke cafénya dia ngelayanin apa bikini kopi T
: Sesama penggemar kan suka anyong haseyo atau apa
J HAN : Istilanya kan banyak T
: Istilahnya apa Mbak ?
J HAN : Kalo Korea jargon-jargonnya banyak apalagi EXO, kalo Sehun kan yaha yehe hou ko gat hehehee.. gatau sih artinya apa J HAN : Istilah kata kayak hore –hore gitu loh, Baekhyun juga cape song..cape song T
: Apa itu artinya ? Kok para fans itu ngerti artinya ?
J HAN : gak cuma itu sih, karena emng dari awal suka Korea jadi tipe cowokku tuh yang cute, imut-imut terus gak bisa diem,itu ada di Sungmin semua, apalagi dia orangnya dewasa gitu kan. Terus kalo Sungmin itu kayaknya gimana ya, kayaknya kena banget gitu loh. Waktu itu sempet ya… aku waktu itu pernah bikin gathering, hanya ELF, terus pas lagi capek-capeklnya Sungmin bilang gini, taun kemaren sebelum social, “Nanti ketemu tanggal dua enam juni ya, tanggal dua tiga agustus kita ketemu ya kita Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
27 nikah.“ Ternyata waktu RCTI kemaren itu tanggal dua tiga agustus aku ketemu Sungmin hehehee… apasih.. kalo sama Sungmin apa ya, nalurinya ada gitu atau batinnya ngerasa ada walau dia gak ngerasain gitu kan T
: Kalo Mbak Han, idola itu seperti apa sih ?
J HAN : Idola itu orang yang menginspirasi kita.. punya.. itu kan kalo orang Korea itu kan trainingnya lama, itu menginspirasi kita kalo jangan gampang menyerah mau dapetin sesuatu, dalam menggapai sebuah mimpi, terus inspirasi dalam mendapatkan pacar kayak gitu, yang kayak mereka hehehee.. sebenernya gak begitu rugi juga sih kita, kan sebenernya bisa bikin fun viction kan, bisa ngelatih otak kita kan, kita bisa ngarang, imajinasi T
: Pernah bikin Mbak ?
J HAN : Pernah sih bikin tapi gak panjang-panjang, kalo lagi nulis semangaaaat gitu ya, tapi kalo udah berenti aduuuh males.. tapi temen-temenku banyak sampe ngeluarin novel.. banyak. Dulu aku juga sempet ikut siaran radio, sampe sekarang sih masih sih.. tapi udah engga, soalnya aku udah disini kan.. T
: Di Purwokerto itu banyak gak sih, Mbak yang ikut?
J HAN: Aku mah udah.. aku kemaren sempet ketemu Tike, Tike Priyatna Kusumah. Dia jadi MC manggung ada band, mereka ke hotel, gamau nonton konser, maunya ceritacerita, besok janjian nonton see show, dia juga seneng banget , orang twitnya dia tadi pagi “aku sedih kehilangan ponakan aku di SNSD, ponakan aku yang lainnya tinggal delapan.” Ehhehehe gitu. Lucu hehehe.. dia sama kalo ketemu “Waa itu ganteng banget ya.” Kalo update T
: Berarti kedepannya K-POP fans itu ke depannya gimana, di Indonesia ?
J HAN : Kalo aku sih setia ya.. ya kalo emang udah saatnya nikah yaa.. tetep ngedukung siapa tau anak-anaknya generasi masa depan K-POP. ELF itukan everlasting friend , teman sampe akhir sampe mereka kakek nenek T
: Sorry ya Mbak aku nanya nih, kalo fan war ini kayak sesame yang suka EXO atau misalnya penggemar EXO sama yang gak suka EXO ?
J HAN : SNSD juga, kadang aku punya temen suka sama semua, kadang ada yang cuma suka sama yang ini, ada yang suka SUJU dia gak suka jodoh-jodohin, terus aku pasang Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
28 status suka sama SNSD aduh entar dia ngomel-ngomel lagi.. di rumahku juga gitu sih, sepupuku suka SUJU, dia yang ngenalin aku sama SUJU, udah suka sama SUJU dia suka sama EXO dia udah gak suka. Kalo sama EXO masih lumayan masih mau ngikut, tapi kalo sama SUJU dia udah gak mau, karena waktudi hotel dia nunggu lama dia.. gak tau.. punya kesan buruk disitu lah.. ini misalnya di handphone aku dia ngisi lagu-lagu boy band kesukaan dia, tapi aku gak suka.. dia ngisi banyak banget kadangkadang aku gedeg kalo aku lagi nyetel lagu SUJU “Ganti..ganti..” yang diputer lagunya dia, aku tuh sebel hehehehe T
: Mbak, ada gak sih barang yang Mbak punya karena idolanya Mbak mengiklankan itu ? Ini handphone apa, LG ya yang iklanin SUJU ? Waktu beli kenapa handphone LG ?
J HAN : Aku waktu itu antara Samsung sama LG yang penting buatan Korea hehehe.. kalo Samsung EXO kalo LG SUJU udah gitu eheheheehe.. pokoknya yang buatan Korea, waktu itu aku ditawarin Lenovo gak mau, mau yang buatan Korea hehehee.. tapi kalo Samsung kan udah banyak yang punya ya walaupun anak-anak juga banyak yang pake, tapi yaudahlah gak apa-apa yang penting buatan Korea J HAN : Kalo aku selalu di hubung-hubungin, bahkan naik busway aja, kan di busway ada kursi biru sama merah, biru itu SUJU merah itu TVSQ aku pokoknya kursinya mau yang biru gak mau yang merah, akukan ELF hehehe, kalo misalkan yang biru penuh, merah kosong aku berdiri aja ahahaha.. pokoknya kalo milih sesuatu kan biru, ELF biru, sebenerya mereka gak ada hubungan apa-apa.. aku milih sesuatu selalu biru , misal milih sikat gigi gak ada biru, pink, Sungmin suka warna pink hehehehe.. dikaitkaitinnya kayak gitu.. : Itu kayak udah moodbooster banget deh.. kalo udah sama lingkungan BT , Cuma liat fotonya doang buka gallery , isinya kan cuman member doang kan.. itu tuh bisa jadi semangat, bisa senyum-senyum sendiri deh pokoknya kayak orang gila hehehehee.. T
: Koleksi apa lagi nih?
J HAN : Kalo lightstick kan udah pasti kalo nonton konser.. apa yah, paling baju doang sih. Aku paling Tulisan-tulisan doang sih tapi kalo see shop ini bajunya bagus beli lah.. ini lagi mau ada bikin kaos Shindong, Shindong mau Wamil terus ada mau bikin kaos gitu Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
29 T
: Ooh gitu, berapa Mbak harganya biasanya ?
J HAN : Tujuh puluh sih, biasanya sih relatif sih paling seratus ribuan kalo yang official baru mahal, belinya kalo ada konser kan mereka jualan T
: Berarti baju kadang-kadang pengen, suka beli, kalo iket rambut engga ? ehehehe.. sepatu engga ?
J HAN : kan ga pake iket rambut ehehhee.. swallow aja udah hehehe.. udah punya hehe.. T
: Tapi handphone udah ya pake sesuai sama yang itu..
T
: Mungkin karena usia kali ya Mbak, udah kerja mungkin ngerasain ya..
J HAN : Sandal sepuluh juta padahal sepuluh ribu hehehehe J HAN : Temenku udah ada yang ke Korea. Dia main ke tempatnya Yesung, ke Cafenya. “Ketemu Yesung gak ?” “Enggak ketemu ibunya, cuma mondar mandir doang ibunya.” “Kok gak foto bareng ?” “Engga ah malu” heheheee.. tapi kata dia sih kalo di Korea harga album murah katanya harga satu album aja sama kayak harga manga satu kilo T
: Ooh murah ya itu resmi, asli ya pasti
J LUK : Kalo masuk sini diakan udah kena pajak T
: Dan kalo gak salah ya kayak suamiku itu beli dapet poster, jadi beli CD dapet poster, dapet postcardnya, dapet buku yang isinya foto-foto. Itu Mbak yang photobook tujuh ratus ribu ? Terus dapet versi kan ya, versinya beda-beda
J HAN : Ada diputer lagu-lagu K-POP masa girang banget, dulu aja waktu aku di retail cuek aja nyanyi-nyanyi hehehe.. waktu kemaren ya.. kan lagi jalan, kana da itu tuh Niaga, ada TV eh ada SUJU nyanyi hehe.. Nonton dulu di situ, foto dulu, terus upload dulu “Iih ada SUJU !!” hehehee.. pokoknya sampe anak-anak bilang “Lo nyadar gak sih, lo gila tau gak ?” T
: Orang lain nganggep kita gila ya.. berarti Mbak Luki sama Mbak Hanum sama, ngadepin omongan orang yang kayak gitu ya ?
T
: Bakalan cari cowok yang kayak gitu gak Mbak ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
30 J HAN : Kayaknya yang paling ganteng Iki doang ya, ada satu gosipnya dia mau di training sama SM, dia orang Bandung, mukanya mirip Tenming sama Kai, TenMing kan mirip kan.. T
: Kalo nonton liat apanya?
J HAN : Setiap drama juga gitu sih asal mereka yang main pasti, tapi aku yang suka SUJUnya kalo mereka interview, orang waktu di Indonesia aja interview gak jaim, rangkul-rangkulan, tabok-tabokan, gak jaim gitu.. wawancara aja sampe yang ngewawancara diledekin. Waktu itu Okti diwawancarin kan ditanyain “Seberapa kenal sih kamu sama Indonesia?” si Shindong bilang, “Ya aku tau Indonesia kan dari yang drama-drama itu.” Terus si Kangmin nyeplos, “Kamu di drama itu sukanya sama siapa?” “Kyo Hyun Sung.”Kalo di SUJU sukanya sama siapa ?” “Sama Kyuhyun. “Shindong kan sebelahnya hostnya, Sindong kamu tukeran sama Kyuhyun. Kyuhyunnya takut-takut, bikin ketawa ehehhee.. terus ditanyain lagi, “Kalo lagi di luar negeri kalian kangen gak sih sama orang-orang rumah ?” terus Eunhyuk bilang “Aku kangen sama ibuku.” Terus Kangmin nyeplos lagi “Kamu mau gak jadi ibuku ?” ehehehee terus saling bully gitu, terus ditanya “Kamu kalo di SUJU yang paling fashionable siapa ?” “Sungmin” nah Sungmin itu paling gak fashionable tapi dibilangnya paling fashionable, baju ke supermarket sama baju ke airport aja sama, mau pake kaos ,mau pake apa pokoknya gak perduli, pokoknya itu aja.. hehehe haduuh bener-bener.. sampe yang waktu SM Town juga tuh waktu wawancara yang paling itu tuh Leeteuk. Wawancara kan sore kan waktu presscon, di situ tuh yang lainnya pada “Selamat malam” Leeteuk tuh mukanya iiih.. gue yang paling tau, gue yang paling sering ke Indonesia, yang paling tau Indonesia. Yang lainnya pada selamat malam eh Leeteuk bilang selamat sore, eeh leeteuk bener, tapi dia nyapa selamat sore mulu, sampe malem, sampe konserpun dia nyapa masih selamat sore, sok taunya banget-banget hehehee.. terus pas udah selese presscon , dia udah soksokan mau ngomong Bahasa Indonesia eh semua mic dimatiin sama reporternya hehehehe..itu mukanya keliatan banget, sok banget hehehehehee… T
: Pokoknya komen aja ya hehe..terus sama sesamanya, Mbak Han?
J HAN : Jadi tau mereka lebih dalem lagi, jadi nambah temen aja sih, jadi bahan omongan aja biar lebih akrab
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
31 T
: Bedanya apa sih Mbak kan suka artis Korea, kalo barat kan udah tau karena mereka jaim banget, kalo artis Indonesia menurut Mbak ?
J HAN : Hahahhhahaa…instan, ngikut-ngikut hahahahaa, J HAN : Niru-niru gak mau ngaku gitu loh, apasih kalo SM*SH itu ya.. kalo Korea kan setiap minggu kan ada yang di tunggu-tunggu gitu ya, kalo sini lagu yang lama dinyanyiin lagi, gak ada yang baru, gak ada yang fresh gitu kan, nyari sensasi J HAN : Kemaren aja sempet bikin emosi, yang dramanya Morgan sama Nikita yang ngikutngikutin Korea, udah di ultimatum sampe gak boleh tayang, sama banget ngikutinnya, plagiat T
: Asal ya.. jadi bedanya sama artis Indonesia, artis Korea mereka lebih bisa apa, menyajikan yang baru gitu ya ?
J HAN : Sampe boyband-boyband mereka masih ada yang ngeluarin… ya tergantung generasi mereka ya, sekarang generasi dibawah aku ya jadi ngeluarinnya anak-anak imut, kalo idolaku kan sekarang udah om-om, aku kalo bilang mereka om-om alay‟ “Ih tuh om-om alay tuh” hehehe T
: Kalo anak SMA-SMA sekarang siapa dong ?
J HAN : Kalo sekarang sih ke magnenya sih, magne itu kan istilah bontot untuk boyband girlband gitu, jadi mereka lebih ke magne, magne kan sekarang udah ada yang lahir „97-‟98 SM sih lebih suka yang kayak BTS T
: Artisnya lebih banyak, bener gak sih ?
J HAN : Iya dia borongan, walaupun satu-satu keluar ya hehehe tapi masih banyak. Sungmin sampe minta dibikinin nasi goreng, SungMmin itu penasaran sama gorengan, tapikan dia namanya juga artiskan ya dia gak boleh makan gorengan dan setiap mereka konser, aku kan ngikutinnya SM doang ya, selalu ada hoax berita-berita yang ngasal gitu, kayak Sungmin suka gorengan dibilangin Sungmin waktu di jalan turun beli gorengan hehehehe.. dia punya duit Indonesia dari mana, duit kecil kan. Terus waktu kemaren konser di RCTI sebelum pulang Donghae beli tongsis dulu, diakan waktu itu pake tongsis gitu waktu pulang.. pokoknya banyak banget berita ngarang tapi lucunya masih ada aja yang percaya ehehehe.. entar kalo beli tongsis di kuantek aja aku
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
32 gratisin gapapa hhahahaha.. kadang si Donghae disama-samain mirip Ariel hehehe.. dibilang mirip Morgan SM*SH hehehehe T
: Itu yang ngomong fans atau antifans ?
J HAN : Ya semuanya sih, kadang gak suka kan tapi ngebullynya tetep, aku kan juga gak suka sama Ariel kan tapi tetep aja “Dasar Ariel..dasar Ariel..” Kemaren di RCTI Noah kan juga tampil ya, ciyee si Donghae mau ketemu kembarannya hehehe.. T
: Rame ya waktu kemaren ? Gila itu bayarnya berapa milyar ya?
J HAN : Terus si Donghae salah teriak Malaysia terus minta maaf kan. Senengnya sama Donghae dia anaknya sensitive kalo disakitin sedikit langsung kepikiran, katanya sih waktu dia salah yang Malaysia itu dia langsung di bassing sama penggemarpenggemarnya Noah yang dibawah dia langsung takut, aku sih gak di depan panggung ya jadi gak tau keadaan cuman Donghaenya emang takut, takut dilemparlemparin apa J HAN : Waktu kemaren ke Monas aku ikut, aku bolos kerja sampe dimarahin “Cuman gitu doang lo sampe gak kerja, lo gila ya, gak penting banget sih?” Bagi mereka gak penting bagi kita penting gitu, mereka ulang taun ngucapin ke mereka itu penting, kalo mereka ulang taun aku gak ngucapin itu rasanya gimana gitu, padahal fans jadi ikut ngucapin, ikut ngerayain, foto bareng, udah gitu doang.. lumayan lah,lumayan ramah, Indonesia masih dianggap gak cuman basa-basi doang “Aku suka Indonesia” Pas tampil, biasanya artis kan gitu. Tapi aku sebel, gak mau kenal sama Nichkhun gara-gara sama Tiffany , TTS ( Taken Taken Single) hahahahaa.. J HAN : Aku lebih suka Siwon sama Tiffany, udah gak apa-apa tapi kalo Nichkhun sama Tiffany gak mau hehehee.. pokoknya Nichkhun tuh sama Victoria pokoknya gitu hehehehe.. J HAN : Biasanya leader mukanya gak keliatan paling tua magne mukanya malahkeliatan paling tua, Kyuhyun aja mukanya gak cocok jadi magne, dia kalo ngomong Indonesia medok banget “apha kabha.. apa kabha..” hehehee..waktu super show aja si Ryeowook dia ngomong Indonesia panjang banget tapi sambal baca sih, tapi lucu dia bilang janji ya “ canci ya. Apakah kalian senang, selamat berbahagia.” Dia ngetwit aja pake Bahasa Indonesia panjang banget, tapi yang herannya itu langsung disingkat sampe anak-anak “Ini disingkat kok bisa tau sih?” paling ada yang nulisin Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
33 T
: Atau dia buka kamus ?
J HAN : Tapi kalo buka kamu beda, bahasanya acak-acakan, beda.. kayak siapa itu, dia dateng konser di Indonesia dia bahasanya acak-acakan, jadi gak kayak biasa kita ngomong, Bahasa baku gitu.. kalo abis gajian gitu traktir sepupuku pasti bubble tea pastike chatime ke apa.. soalnya Sehun kan suka bubble tea disambung-sambungin aja T
: Jadi serasa ngerasain yang sama dengan itu ya .. ehehehee
J HAN : yang lucu itu waktu Syahrini ketemu Sungmin sama Ryeowook di bandara, “Member Super Junior ya ?” Ryeowook takut, Syahrininya pas lagi di BonChon lagi di airport mau balik ke Indonesia, Syahrini kan tau di situ banyak ELF berarti ada SUJU, dia cari tuh SUJU ada di mana eh ketemu dua, di samperin, yang dua cuma nyengir-nyengir doang terus salaman, takut Ryeowooknya lagi di kasir pengen cepetcepet hehehe.. terus Ayu Ting-Ting juga kemaren waktu konser jangan sampe foto sama Ayu Ting-Ting, artis Indonesia jangan papa kegenitan, kecuali Afgan boleh hehehe T
: Kalo Afgan tuh boleh lah soalnya se level sama artis K-POP tapi kalo Ayu TingTing, syahrini hehehee..
J HAN : Waktu konser RCTI kemaren aku ketemu Alika ngantri bareng, Alika kan sama sukanya sama Sungmin, waktu itu dia ke Korea ke cafenya foto bareng sama ibunya, sama mamah mertua hehehe.. T
: Pernah liat gak orang-orang rambutnya di ombre ?
T
: Itupun cuma di Johny Andrean kan daelapan ratus ribu..
J HAN : Nyalon Delapan ratus mending ngumpulin buat beli tiket konser T
: Mbak kalo ke salon ngikutin gak, ke Johny Andrean gak kan soalnya cuma Johny Andrean yang promosiin K-POP style… Tapi emang kayaknya cuma dia ya yang berani promo Korean style gitu ?
J HAN : Engga, tapi di sini emang ada sih salon Korea gitu, di daerah mampang kan banyak, cuma gak tau sih gak pernah ke sana-sana
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
34 J HAN : Kalo aku sih suka, ya tapi yang ceweknya ya eh tapi kadang yang cowoknya tuh poni ada yang lurus-lurus banget.. kemaren aja waktu ketemu EXO waktu di bandara aku liat Kai, Kai kok rambutnya bagus banget, cowok-cowok aja rambutnya bagus banget, warnanya tuh alus…coklat.. aku tiga bulan sekali pasti ngewarnain T
: Mereka tuh apa nyalon tiap hari ya …ngewarnain ya Mbak, tapi gak niruin siapa gitu
J HAN : Engga sih, kalo aku yang penting coklat… eeehhmm.. cocok sama muka sih yang penting. Pernah sih pengen blonde, tapi kan kalo di sini kan blonde itu keliatannya kayak trio macan aku gamau kayak trio macan hehehe.. penyanyi dangdut. Anti fans.. Dia itu kalo udah dituduh nyakitin idola-idola, para idol yang dia gak suka gitu, dia pernah ngasi racun ke Yunho TVXQ, Himchan Denphi, banyak lah sampe Leeteuk itu, ladies code katanya taun kemaren dia pengen EuhnB meninggal, akhirnya EuhnB meninggal akhirnya itu dikait-kaitin, terus taun besok Sehun.. hehehe.. yang kagetnya Sehun kadang-kadang gak percaya tapi kadang bener, faktanya waktu Leeteuk itu kemaren bunuh diri sih, jadi katanya kakek neneknya punya penyakit Alzheimer terus bapaknya juga, kakaknya emang stress ngurusin orang tuanya, akhirnya daripada mereka sakit-sakitan akhirnya kakaknya ngebunuh orang tuanya terus kakaknya ngebunuh diri sendiri, kan katanya kecelakaan, tapi katanya kecelakaan cuman rekayasa, terus kan kakaknya itu emang cerai sama istrinya karena KDRT, bapaknya juga orang yang keras, makanya Leeteuk itu jadi orang yang sabar yang tegar belajar dari masa lalu keluarganya, tapi sih kalo memang misalnya Leeteuk emang beneran aku sih nerima-nerima aja, jadinya malah kalo Leeteuk setegar sekarang karena masa lalu, malah bagus tapi sebenernya Leeteuk sedihnya karena kakek-neneknya bukan bapak ibunya hehehe.. pada bilang gitu T
: Tapi berarti mereka sama kayak kita juga, gak lepas sama masalah ya..
J HAN : Kalo stress itu bisa bunuh diri, karena mereka tuh terlalu biasa kalo dibandingin sama artis Reje, video clip pun dibikin mewah-mewah, kalo SUJU sih..eh kalo SM sih cuma kotakan, tapi kalo tata panggung Su Show itu keren banget. T
: Aduh mengerikan juga ya…semoga jangan sampai gitu
J HAN : Iyalah jangan sampelah kayak gitu T
: Ok mbak, terima kasih banyak untuk waktunya, nanti kita sambung lagi ya…
J HAN : Iya mbak…sama-sama terima kasih Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
35
TRANSKRIP WAWANCARA – 4 Nama Informan
: Yuk
Usia
: 21 Tahun
Status
: Baru Lulus S1 Komunikasi
Pekerjaan
: Asisten Dosen
==================================================================
T
: Selamat siang.. eee.. kita mungkin mau mulai ee.. apa namanya.. wawancaranya ya.. yang hari ini terimakasih sudah mau jadi informan. Oke boleh disebutin gak namanya siapa ?
J
: Eee.. Nama saya Yuk, usianya dua puluh satu tahun
T
: Oke.. Terimakasih Yuk untuk kesediaannya. Sebenarnya rencananya siang ini mau mewawancara Yuk karena kan katanya kan Yuk kan juga K-POPers sekali ya.. Nah boleh tau Yuk pertama-tama, sekarang ini statusnya apa ya ?
J
: Status apa nih mba maksudnya ?
T
: Status.. apa maksudnya sudah bekerja, apa mahasiswa ?
J
: Oo… sudah bekerja
T
: Sudah bekerja, berapa lama?
J
: Belum lama, baru 3 bulananlah, kan baru aja lulus dari S1 jurusan Komunikasi
T
: Baru lulus ya.. Eehhm.. Yuk boleh tanya apa saja sih kegiatannya sehari-hari ?
J
: Kegiatan sehari-hari kerja dari jam tujuh sampai jam empat, terus udah gak ada kegiatan lain, paling kalau weekend ya ke gereja
T
: Ooo.. weekend ke gereja ya.. Kalau sudah pulang kerja atau sebelum berangkat kerja kegiatan sehari-harinya Yuk apa ?
J
: Kegiatan sebelum berangkat kerja ya beres-beres segala macem, tapi kalau misalnya udah pulang kerja.. Ini boleh apapun kan ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
36 T
: Iya boleh..
J
: Biasanya nonton Korea hehehe.. Ya pokoknya browsing-browsing something gitu
lah.. T
: Korea ya.. yang di browsing itu apa ? Tentang Korea ini ?
J
: Iya.. Kan kayak misalnya aku buka facebook aku juga like facebooknya all K-POP apalah segala macem. Jadi kan kalo ada berita-berita biasanya aku baca dari situ, terus nontonin ini itu lah. Ya pokoknya kayak gitu deh
T
: Nanti boleh digambarkan lebih detil ya Yuk
J
: Ooh.. iya boleh-boleh
T
: Yuk hobinya apa sih ?
J
: Hobi aku main piano
T
: Ooo.. Main piano, kalau main piano musik yang dimainin apa ? Musik klasik, pop ?
J
: Pop..
T
: Ooh pop.. Oke berarti asumsinya Yuk berarti suka musik nih ya karena suka mainin instrumen musik berarti suka musik ya
J
: Iya.. Suka musik
T
: Aliran musiknya pop ya.. Nah apakah itu alasan Yuk jadi suka Korea apa karena suka musiknya, atau apanya Yuk, atau filmnya ?
J
: Sebenernya kalau Korea aku suka kayak bener-bener semuanya gitu loh.. Kayak dari musiknya aku suka, dramanya movienya aku juga suka, tapi kalau yang pertama bikin aku tertarik karena nonton dramanya itu
T
: Ooh.. dramanya, kenapa Yuk ?
J
: Pertama kali aku nonton Endless Love. Itukan udah lama banget kan, mulai dari situ tuh ada Princess Hours juga, terus mulai dari situ aku jadi suka banget, terus sama lagu-lagunya, akhirnya ngerembet ke yang sekarang kayak Korean bandnya.. Girl band sama boy bandnya
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
37 T
: Girl band sama boy bandnya.. Oke, Yuk boleh tanya, kalau mau menikmati musiknya, misalnya suka sama boy band girl band tadi, menikmati musiknya dari mana ? Misalnya apa dari youtube, streaming, atau dari cd ?
J
: Kalau info awalnya aku pasti taunya dari internet kayak dari youtube gitu kan, terus biasanya kalo untuk artis yang aku suka aku beli albumnya, kalo engga kalo buat yang biasa-biasa aja aku download sih dari 4shared gitu
T
: Yuk yang paling disuka siapa ?
J
: Ini artis atau apa nih ?
T
: Artis..
J
: Hmm.. 2 AM, ini artis tunggal atau gimana ?
T
: Boleh mana-mana aja, boleh artisnya aja, boleh grupnya aja
J
: Selain 2 AM paling K.Will.. Pokoknya penyanyi gitu sih
T
: Yuk mau tanya dong, kamu suka sama mereka dalam batasan apa, misalnya cuma musiknya aja orangnya gak penting lah, atau gimana Yuki ?
J
: Karena aku suka sama lagu-lagunya sih, karena musiknya. Kalau 2 AM sendiri karena video clipnya. Video clipnya menurut aku itu menarik sih, ada jalan ceritanya tersendiri, dia emang ciri khas Korea banget. Kalau orang aku gak yang terlalu gimana banget, menurut aku kurang penting sih.. Karena aku suka lagu, suka musik jadi aku lebih interest ke musiknya daripada ke mereka
T
: Tampilan orangnya engga penting gitu ya ?
J
: Menurut aku engga
T
: Kenapa?
J
: Yang penting musiknya dulu, kalo enak baru aku liat orangnya…
T
: Kalau video clip yang Yuk sampe “Wah ini lagu kesenengan aku banget deh” selain dari
musiknya
karena
Yuk
suka
musik,
apanya
lagi
nih?
tampilannya
panggungnyakah, gaya tarinya atau apa ? J
: Gaya busana, sama aku suka perhatiin konsep alur ceritanya itu menarik gitu loh dan grafisnya.. Visualnya itu juga beda gitu kalau dibandingin sama video clip dari Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
38 western , kayak beda style gitu dan aku kayak cenderung sukanya lebih yang kayak gitu T
: Boleh jelasin gak Yuk, stylenya itu maksudnya apa ?
J
: Apa ya.. kalau barat itu pesannya kadang terlalu apa ya… gak ngerti gitu loh ada pesan yang ingin disampaikan itu apa kurang jelas,
tapi kalau kayak Korea
contohnya.. Eehm.. Misalnya kayak ada mini dramanya dimasukin ke video clipnya… unsur-unsur dramanya dimasukin misalnya kayak cewek putus, ada adegan-adegan tertentu gitu yang emang menurut aku beda gitu, lebih bagus… T
: menurut Yuk karena ada alur ceritanya jadi lebih menarik ?
J
: he‟eh iya.. Jadi aku lebih apa ya? Lebih ngerti…ooo, ini maksudnya begini
begini…nggak asal kayak video klip barat kan suka ngasal T
: Yuk, 2 AM dan K.Will itu bisa gak sih dibilang idolanya Yuk karena seneng
videonya ada alur ceritanya gitu? J
: Bisa sih hehehee…
T
: Nah biasanya Yuk kalau idola gitu yang disenengin apanya sih ?
J
: Hmm.. Maksudnya apa ya ?
T
: Misalnya Yuk kan suka 2 AM ya, 2 AM kan ada berapa orang tuh.. Ada empat orang, nah yang Yuk sukain semuanya ? Satu grup itu ?
J
: Semua, iya.. Satu grup itu
T
: Nah iya, kan itu idolanya Yuk kan ? Apasih yang Yuk sukai dari mereka di luar ini ya, video clipnya ?
J
: Kayaknya kalau aku lihat mereka itu tipe orang-orangnya itu kayak leadernya namanya Jo Kwon kan, nah dia ini pernah ikut reality show “you got married” terus dia jadi terkenal banget dan emang lucu di situ. Kalau di variety show gitu keliatannya dia lucu, jadi kalo menurut aku entertain gitu sih kalau ngeliat dia
T
: Orangnya ya..
Itu anunya ya.. Apasih kalau dari group band gitu, kayak
pemimpinnya gitu ya ? Kalau yang lain ? T
: yang mimpin grup itu? Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
39 J
: iya yang mimpin Iya pemimpinnya.. Tiga yang lainnya ? Kalau tiga yang lainnya… ada satu orang lagi karena main drama aku juga suka nonton drama, terus dia ada di drama itu terus keliatannya aktingnya juga keren, bagus.. Jadi aku suka juga. Sebenerya empatempatnya bagus, punya kelebihan masing-masing nah dia itu leader grup itu
T
: Apa aja Yuk, coba ceritain ?
J
: Hehehehee… yang satu lucu, yang satu main drama, yang satu ada namanya Changmin paling tua suaranya bagus banget, mungkin karena aku suka musik ngeliat dia.. Pokoknya dia paling deh, lead vocalnya tu dia, pokoknya paling bagus. Satu lagi yang paling muda itu juga main drama sih, jadi aku suka nonton drama dan dramanya dia aku tonton oke
T
: Jadi Yuk suka musiknya, suka juga drama, aktingnya.. Gitu ya.. Nah sekarang mau tanya dong, kalau menurut kamu, apasih yang bikin mereka beda dari.. Misalnya kalau dibilang group band sekarang barat kan juga ada misalnya one-d, nah apa yang bikin Yuk jatuh cinta sama 2 AM ?
J
: karena mereka aliran lagunya kayak ballet song gitu kan
T
: Kayak apa tuh kalo ballet song ?
J
: Lagu yang mellow-mellow gitu, aku gak terlalu suka lagu yang jedag-jedug gitu, western kebanyakan lagunya kayak gitu kan, kurang terlau suka
T
: Ngebeat gitu ya ?
J
: Iya beat gitu kurang suka, kalau lagu-lagu Korea kan kayak ballet-ballet mellow gitu
T
: Yuk suka gak sih nyari-nyari informasI tentang masing-masing personilnya 2 AM di internet ? Biasanya informasi yang dicari apa tentang mereka ?
J
: Suka.. Hhmm.. Apa yaa… hmm.. Paling update-update kayak mereka lagi mau main drama lagi atau engga
T
: kalau tentang latar belakang kehidupan pribadinya gak tertarik ?
J
: iyaaa.. iyaaa.. yaa.. iyaa.. (sedikit berteriak) kayak udah punya cewek atau belum, terus mereka dulu pendidikannya dari mana, keluarganya kadang aku cari, kepo sih.. Pengen liat mama papanya kayak apa hehhehee.. Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
40 T
: Ooh gitu.. Itu kadang ada gak sih, misalnya Yuk lagi browsing internet, pengen tau nih ya tentang si person-personnya itu, terus ada gak sih “Ooh ternyata udah diomongin loh di fan group atau apa”
J
: Sering sih, udah diomongin di situ, di omongin lagi,
T
: Ngomongin sama, ngomongin pengen tau tentang pacarnya ?
J
: Iya he‟eh.. Kayak keluarganya juga pernah ada yang nanya gitu..
T
: Penting ya Yuk untuk tahu siapa keluarganya, darimana ?
J
: Hehehehe… menurut aku emang gak penting sih, cuma kayak penasaran aja, pengen tau lebih dalam lagi. Ini orang kayak gimana, background keluarganya kayak gimana ?
T
: Tentang siapa yang kamu sukain ya.. sip.. sip.. Terus kalo misalnya di internet kan suka di twitpict atau di blog-blog suka ada cerita tentang mereka, misalnya mereka kemarin lagi ikut apa, OSPEK kek.. Apa gitu.. Yuk suka baca gak kayak gitu, tu atau ngeliat di twitpictnya ?
J
: Biasanya mereka kan personal, mereka iniin sendiri
T
: Jadi gak suka baca ?
J
: Aku udah jarang buka twitter sih..
T
: Ooh jarang, jadi kalau taunya dari ?
J
: Instagram
T
: Ooh, Instagram.. Jadi itu akun resminya mereka berarti ?
J
: Iya he‟eh. Jadi kan sering kaya msialnya abis ada drama musikal apa terus mereka foto, ada describenya, mereka ngejelasin.. Kayak gitu
T
: Nah terus kalau yang disukai dari Instagram, Instagram itu kan berarti foto-foto, Yuk suka apanya sih ? Yang bisa bikin kamu bilang “Ih keren..keren”
J
: Iya foto ada videonya juga sih.. Maksudnya kalo dari 2 AM
T
: Iya.. Atau semua lah.. Semua, kan idolanya Yuki kan 2 AM, Yuki suka ngeliat Instagramnya 2 AM untuk tau konser-konser mereka, kalau yang lain ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
41 J
: Maksudnya di luar 2 AM ? Hmm.. Gak terlalu sih
T
: Ooh.. Karena Yuk sukanya itu ya, kalau k.will sukanya kenapa ?
J
: Sama, karena aku suka lagunya.. Pokoknya pertama harus suka lagunya, musiknya karena aku lebih suka ke musiknya. Kayak kalo lagi nonton drama ada musiknya, tuh aku langsung search ini lagu apa ya..
T
: Yuk ngerti enggak kata-kata dalam lagunya mereka ?
J
: Sedikit-sedikit lah hehehee..
T
: Belajar darimana ?
J
: Dulu aku pernah les satu tahun
T
: Lesnya karena apa?
J
: Karena aku suka Korea hehehee.. Jadi pengen belajar aja supaya aku bisa tau
T
: Yuk ikut fanbase 2 AM yang ada di internet?
J
: Ikut dulu, 2 AM
T
: Harapannya apa kalau ikut itu ?
J
: Bisa langsung dapet update kalau mereka mau dateng ke indonesia langsung dapet update pertama.. “ooh dia mau ke indo”, jadi bisa siap-siap gitu
T
: Yuk nonton gak sih konser-konsernya ?
J
: Nonton hehehe.. Pastilaaaaahh mumpung ke sini hehehehee..
T
: Kemarin 2AM dateng waktu konser big bang ?
J
: Bukan , dia dateng tahun 2011. Itu kayak gabungan konser sama artis-artis lainnya
gitu T
: SM Town ?
J
: Engga, di JYP. Mereka datengnya kayak campur-campur gitu sih, acaranya fantastik K-POP
T
: Kalo nonton Uangnya darimana Yuk ?
J
: nonton.. Dari mama sama papa hehehee.. Baru lulus sma itu sering banget nonton Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
42 T
: Hehehhee.. Ooh berarti Yuk kalau punya hobi yang kayak gini papa mama dukung
ya ? J
: engga sih sebenernya, gak dukung cuma akunya kayak ngerengek mau nonton, kapan lagi.. Selalu dibilang sama papa “ya uda ini yang terakhir ya”, tapi entar dateng lagi, mau nonton lagi.. Yauda hehehe gitu.. Udah capek hati kali ngurusin anak kayak aku hehehehe..
T
: Ehehehehe.. Mereka pernah nanya gak kenapa kamu suka ?
J
: Sering, iya tapi aku juga kadang bingung, kenapa suka . Yaa.. Emang bagus, beda kualitas sama yang ada di indonesia
T
: Kan soalnya dulu-dulu orang-orang ngeliatnya kan pasti ke barat kan.. Grup musik amerika, gtup musik inggris, sekarang kan bergesernya kan ke asia terutama Korea, jadi apasih sebenarnya yang menyenangkan dari mereka ?
J
: Musiknya.. Nggak pernah ada music ada yang seperti itu di barat kan? Kalo mellow
ya nggak cengeng banget kalo ngebeat nggak yang gaya urakan kayak di barat itu T
: Kalau penampilannya dibandingkan yang bule-bule ?
J
: Hmm.. Sebenernya bule-bule juga ada yang ganteng, cuma karena aku dari dulu kenalnya budaya Korea, jadi aku udah gak terlalu fokus sama yang barat , jadi gak terlalu tau gitu..
T
: Sejak kapan sih Yuk suka sama Korea ?
J
:SMP.. Sekitar enam tahun yang lalu berarti sekitar 2007-2008
T
: Sebelum 2007-2008 gak tau ya Korea ?
J
: Kayak biasa aja
T
: Terus temen-temennya Yuk juga ada yang suka ?
J
: Banyak yang pada suka
T
: Kalau udah ketemu sama yang suka gimana Yuk ?
J
: Langsung ngomongin tentang itu, “Ini ada ada berita ini, artis yang ini kenapa” gosip-gosip gitu, jadi gosipnya ke Korea
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
43 T
: Biasanya yang digosipin apa Yuk ?
J
: Gosipnya kayak yang terupdate, kayak kemaren ini ada berita yang kecelakan yang ladies code.pasti yang terupdate sih, kalau engga ngomongin drama terbaru hehehee.. “Udah nonton ini belom?” Kaya gitu..
T
: Menurut Yuk bisa gak sih dipisahin, “Ooh kalo aku suka K-POP, aku sukanya dramanya doang” atau ya kalau biasanya suka dramanya pasti suka musiknya, gimana menurut kamu?
J
: Aku pernah ketemu sama orang yang demennya sama dramanya doang, dia suka nonton dramanya doang tapi dia gak terlalu suka dengan K-POPnya
T
: Padahal kalau drama ada K-POPnya juga ya, ada theme songnya kan ?
J
: iya.. iya.. nah itu dia
T
: Yuk kan kamu suka sama 2 AM nih sama K.Will, kamu punya posternya, majalahnya?
J
: Majalahnya punya, posternya dulu ada tapi sekarang udah gak tau kemana
ehehehe… T
: Majalahnya langsung dari Korea atau kawanku ?
J
: Yang kayak My Idol, Asian Star
T
: Yang memang khusus membahas itu ya. Itu Yuk ngumpulin atau langganan ?
J
: Ngumpulin, kalo lagi ada 2 AM aku beli, kalo engga aku kadang cuma numpang baca doang abis itu tutup kalo ga tertarik, gitu hehehehe..
T
:Hehehehe.. Yuk gak pernah misalnya main Instagram, follower nggak ? Pernah gak berusaha menghubungin si pujaan kamu itu 2 AM ?
J
: Sekarang sih gak pernah, kalo dulu kan masih twitter, sering mention-mention cuma gak pernah dibales jadi ya udah lah.. Kayak udah sadar gitu gak mungkin dibaca
T
: Kalau sekarang ?
J
: Kalau sekarang cuma nge-like aja, terus yaudah..
T
: Gak kirim message di inbox ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
44 J
: Engga, pasti ditolak udah tau.. Gak mungkin bales aja
T
: Hahhahaa.. Yuk udah pernah ke Korea belum ?
J
: Belooooooooomm pengen bangeeett.. (merengek)
T
: Kalau misalnya Yuk dikasi hadiah ke Korea, hal apa sih yang mau dilakukan berkaitan sama K-POP ini ?
J
: Pertama aku mau ngunjungin agency-agencynya, siapa tau kan kalo mereka lagi disitu ketemu kan.. Terus paling ngunjungin lokasi-lokasi main dramanya
T
: Ooh gitu ya, Suju, Nami, Marli hehehe..
J
: Wah tau banyak..
T
: Iya sesama gitu ya ehehehe.. Yuk sampai sekarang masih aktif sama fanbasenya gak
? J
: Udah enggak
T
: kenapa
J
: nggak sempet lagi buat aktif-aktif di komunitas online soalnya…
T
: Tapi pasti masih tetep dikirimin kan walau udah gak aktif?
J
: Kayaknya udah mati deh, karena kalau udah gak aktif berapa lama ditutup
accountnya T
: Terus berarti informasinya bener-bener kalau Yuk internet aja ya ?
J
: Iya ho‟oh, dari browsing
T
: Pernah nggak pengen barang yang orisinal dari 2AM buat kenang-kenangan? Apa kek…biasanya orang-orang kan mulai berburu tanda tangan sampe rebutan handuk bekas keringet artis juga ada kan?
J
: Dulu aku kepikir buat pengen dapetin tapi kok sekarang dipikir buat apa juga gitu, udah semakin gede udah tau, udah liat juga udah puas gitu..
T
: Yuk mikirin nggak pengeluaran untuk kesenanganmu ini?
J
: Iya udah gaka mikir, udah banyak uang yang aku keluarkan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
45 T
: Yuk, kalau misalnya ada kesempatan nih kamu ngomong sama 2 AM, apasih impian kamu yang ada hubungannya sama mereka ?
J
: Waduh.. Pengen jadi staf mereka hahahaaa…
T
: Ngurusin apa ?
J
: Ngurusin kayak bikin story board, bikin konsep video clip mereka, soalnya kan aku juga dari ILKOM juga demen yang sesuatu yang kreatif gitu kan, jadi kan pengen gitu.. Salah satu aku masuk iklan kan kayak gitu juga mungkin
T
: Karena pengen involved sama mereka ya.. Gak punya impian mungkin pengen jadi pacarnya kayak penggemar-penggemar lain yang punya mimpi begitu?
J
: Sadar diri, itu jauh banget.. Ahhahaa.. Dulu masih SMP sih pengen banget, tapi sekarang kayak gak mungkin
T
: Hahhahahaa… tapi gini Yuk, menurut kamu, kamu kan punya idola nih berarti ya, menurut kamu idola seharusnya seperti apa sih atau gini dulu deh, menurut kamu idola itu apa sih ?
J
: Sesuatu yang kita kagumi, yang dipuja-puja, Iya sih, kan behavior dan attitudenya
kan harus bagus T
: Dalam artian ?
J
: Misalnya ada yang komen sesuatu yang gaak jelek lah di Instagramnya dia, pastikan sebenernya dia baca tapi kalo misal orangnya emosian, attitudenya jelek pastikan langsung di bales ya.. Dia harus bisa nahan emosinya gitu loh,
T
: Terus kalo behaviornya yang bagus itu gimana yuk ?
J
: Misalnya kalo ada meeting, dia harus senyum, harus profesional walaupun dia gak suka kedaan lingkungannya ya tetep aja dia harus bisa menyapa fansnya dengan baik
T
: Kalau tentang pribadinya ? Tarohlah di hollywood, kalau di panggung dia bisa jadi artis yang loncat-loncat nyenengin fans, tapi begitu di kehidupan sehari-harinya dia pemarah, atau gimana, pernah ngelempar apa..
J
: Menurut aku sih, kehidupan pribadi dia dipisahkan antara ketika dia ada di kehidupan pribadi sama kalau dia ada dunia entertainment, yang kayak tadi aku bilang, harus profesional gitu loh, jadi jangan .. Kalau dia pemarah ya jangan dibawa Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
46 ke dunia entertainment gitu. Kalau aku probadi ya terserah dia orangnya kayak apa tapi yang penting ketika dia ke fans dia jangan ngebawa kehidupan pribadinya T
: Bermasalah gak sih buat Yuk kalau idola kamu, taruhlah salah satu personilnya 2 AM, ternyata hidup bersama tanpa menikah, atau apa gitu ?
J
: Agak mempengaruhi sih, jadi agak hmmm… gimana ya, jadi agak males gitu kan, cuma selama lagunya masih bagus cuma ya gak terlalu yang gimana..
T
: Dari 100% mungkin berkurang
J
: Iyaaa.. Berkurang jadi 70%
T
: Jadi menurut Yuk, selain dia di panggung musiknya harus enak…
J
: Iya mungkin harus diimbangi dengan kehidupan pribadinya juga sih
T
: Jadi matters a lot ya yuk nilai-nilai pribadinya ?
J
: Iyaaa..
T
: Apa menurut Yuk punya idola itu karena nilai-nilainya gak jauh beda sama kita, atau gimana?
J
: Engga juga, pokoknya senang dulu baru cari tau
T
: Ooh gitu, oke-oke..terimakasih Yuk
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
47 TRANSKRIP WAWANCARA – 5 Nama Informan
: Yuk
Usia
: 21 Tahun
Status
: Baru Lulus S1 Komunikasi
Pekerjaan
: Asisten Dosen
================================================================== T
: Selamat siang Yuk, maaf mengganggu lagi nih ya, kita akan lanjutkan eee.. apa namanya, interview kita siang ini. Yuk kemarin kan kamu sampaikan kamu follower akun Instagram para artis, kemudian twitter juga, kemudian dulu-dulunya facebook ya Yuki. Pertanyaan saya Yuki, berangkat twitter dulu ya twitter siapa yang Yuk follow ?
J
: Eee.. kalo artis-artis Korea hampir rata-ratayang aku suka aku follow, kayak kemarin yang 2 AM itu empat-empatnya aku follow, terus kalo artis-artis lain juga ada yang aku follow
T
: Ooh gitu, seperti siapa ?
J
: Kayak Big Bang, Big Bangkan rata-rata punya akun twitter kan itu juga aku follow
T
: Secara pribadi ya mereka ya, bukan sebagai grup ya, nah
J
: Kayak Big Bang, Big Bangkan rata-rata punya akun twitter kan itu juga aku follow
T
: Nah itukan di twitter, kalo di Instagram ? Mereka kan rata-rata punya juga, nah di Instagram itu apa yang Yuk lihat, mereka punya pribadi apa sebagai grup atau gimana ?
J
: Ehm.. mereka punya kepribadian kan keliatan kan dari mereka nge-post sesuatunya . Dia lagi ngapain kadang dia post, kadang ada captionnya juga, jadi dia nerangin dia lagi ngapain hari ini
T
: Contohnya ? Serius gak sih kalau mereka nge post gitu ?
J
: Maksudnya serius ?
T
: Lagi konser, lagi kerja kan serius tuh kan atau…
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
48 J
: Gak Cuma pas lagi kerja aja sih kadang pas lagi hari-harinya juga, kayak tadi kan aku baru buka Instagram kan Si Tao Choi Si Won Super Junior, dia kan baru punya Instagram , terus tadi dia lagi macet mau berangkat kemana.. mau ke tur Super Juniornya gitu, terus dia ngepost gitu loh.. kayak say good morning gitu, barusan aja liat
T
: Barusan liat ya, itu termasuk yang Yuk follow juga ?
J
: Iya termasuk aku follow juga
T
: Nah kalau seperti itu, yang dilihat apanya sih? Lihat dia berangkat kerja, lihat dia berangkat konser gitu ya,sampai Yuk like, yang penah dilike apa coba ?
J
: Rata-rata semua yang di post sama artis Korea aku like heheheheee..
T
: Seperti apa tuh Yuk ?
J
: Kadang kalau ada foto mereka pribadi gitu, misalnya mereka lagi ada di pesta apa terus mereka foto, selfie-selfie gitu aku like atau kadang kalau misalnya mereka abis selesai konser gitu terus aku like
T
: Kenapa sih bisa like yang itu ?
J
: Karena mungkin idola kali ya, jadi ya kayak ya udah nge like aja gitu
T
: tanpa tujuan tertentu?
J
: ya pokoknya like aja
T
: Foto yang kayak apa sih yang Yuk suka ?
J
: Hhmmmm… mungkin kalo lagi nunjukin diri dia lagi selfie dimana, terus kadangan kan kalo antar artis satu dengan artis lain kan suka ketemuan, “Ooh ternyata mereka juga sahabatan ya antar artis ini.” Itu aku like
T
: Yang dilihat lebih pada kehidupan pribadi mereka gitu ya ?
J
: Hmm.. kalau di Instagram lebih liat kehidupan mereka sih
T
: Kalau twitternya ?
J
: Kalau twitter kan pake tulisan Korea kan jadi gak terlalu ngerti gitu.. cuma kadang ada yang pake Bahasa Inggris baru ngeh gitu..
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
49 T
: Biasanya mereka ngomong apa kalau di twitter ?
J
: Paling kayak nyapa fansnya doang..
T
: Ooiya ? kayak apa tuh ? kan cuma seratus empat puluh karakter ya..contohnya?
J
: Iya.. kayak apa ya aku lupa.. Cuma kadang singkat-singkat sih, kayak yang waktu Big Bang mau ke Tokyo, terus dia kayak “Are you ready Tokyo for Big Bang concert?” Kayak gitu, kayak lebih nyapa. Ooh kadang kalau twitter itu kadang dia mau ngerilis album apa dia suka ngomong dulu, tanggal segini dia mau release album
T
: Padahal itu grup ya tapi dia menjelaskan secara pribadi di akunnya?
J
: Iya..kapan dia mau release album, kapan mau konser kemana. Jadi kadang suka ada clue kode-kode dari akun twitter atau Instagram punya mereka gitu
T
: Cluenya seperti apa ?
J
: Kalau misalnya mereka mau release album atau kayak 2nE1 kan kemaren kan mereka ke Indonesia, nah beberapa bulan sebelumnya salah satu personilnya ada yang nge twit gitu kayak, Indonesia terus tanda Tanya. Kita kan “Wah kenapa nih, apa dia mau ke Jakarta apa gimana ?” Kita kan penasaran, jadi kita ngikutin terus gitu loh update dari dia
T
: Ooh, dibikin penasaran juga ya.. eh dia ada ini gak si Yuk, ada sebutan-sebutan khusus atau ada istilah khusus untuk nyapa penggemarnya?
J
: Ooh, kayak nama fans clubnya ? kalo misalnya 2 AM panggilannya I AM . Kalau Big Bang apa ya….mmmm VIP kalau gak salah
T
: Nah terus kalau mereka nyapa gitu, apa sih biasanya yang mereka kasih tau ke fansnya, apa cuma sekedar halo atau apa ?
J
: Kadang ada juga yang pesen tetap sehat, jaga kesehatan, tapi kebanyakan yang aku liat sih mereka informasiin mereka mau debute apa, mau ada acara apa
T
: Ooh gitu, Yuk apasih yang kamu dapat dengan ikut-ikut seperti itu ?
J
: Jadi up to date sama kegiatan mereka
T
: Mereka gak pernah ngasi pesan-pesan tertentu misalnya ada himbauan?
J
: Terus mereka ada himbauan juga sih tapi gak terus-terusan gitu loh Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
50 T
: Apa contohnya ?
J
: Kemarin Super Junior yang si Jay Chou itu, Super Junior yang Korea, kemaren kan ada kecelakaan yang Ladies Code itu, terus dia kayak ngucapin turut berbela sungkawa di twitternya, terus sama nulis hati-hati kalau bawa mobil, jangan lupa pakai seat belt. Tapi engga itu juga, cuma kalau ada kasus khusus mereka baru ngomong kayak gitu…lain kali gitu ada juga artis yang ngomong stay healthy, take care gitu-gitu
T
: Ooh gitu, kalau yang stay healthy , jaga kesehatan ya, tetap sehat ya.. itu siapa tuh yang ngomong ?
J
: Banyak.. MBlaq tuh sering
T
: Ooh..gak ada kayak misalnya si artis A dia suka ngingetin masalah lingkungan, kebersihan atau cuma umum aja ?
J
: Engga sih, umum..
T
: Ooh gitu, kalo misalnya 2 AM, mereka manggilnya I AM, mereka ngomong apa ke fansnya, cuma say hello ?
J
: He‟eh.. kalo si artisnya yang banyak follower ini cenderung mereka lebih update hari ini mereka ada jadwal apa, kayak lebih ke kegiatannya gitu
T
: Terus dari apa.. foto-fotonya mereka, dari sapaan-sapaan mereka, apa sih yang kamu dapet dari situ Yuk?
J
: Yang aku dapet apa yaa.. hmm.. keliatan kepribadiannya..
T
: Kepribadiannya kayak apa tuh Yuk, Kasi contoh?
J
: Friendly..
T
: Itu siapa tuh ? Contohnya…
J
: Yang paling sering sih yang Jo Kwon yang leadernya sama Si Won.. terus dia suka ngasi ayat-ayat gitu.. soalnya ayahnya kan pendeta, jadi kayak suka ngasi ayat-ayat Alkitab gitu..
T
: Nah sekarang kan Yuk liat dari punya Jo Kwon, dari Si won, apa sih yang bisa Yuk terapkan dalam hidupnya ? Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
51 J
: Waduh.. yang aku terapkan.. hmm.. pernah sih kayak liat ayat Alkitabnya, terus jadi baca lagi ayat itu..
T
: Apa ada omongan yang pas banget sama keadaanmu?
J
: Iya.. iya.. kadang ada seperti itu.. hmm.. apa ya.. pokoknya kalo melakukan sesuatu jangan yang bersungut-sungut gitu, itu waktu itu aku kayak lagi males banget terus kayak.. ooh artis pun bisa merasakan seperti itu tapi dia bisa refleksinya kayak ayat Alkitab ini, dia emang rohani banget
T
: Ooh gitu, soalnya papanya pendeta sih ya.. nah terus gambaran apa sih yang kamu dapet dari idola kamu, misalnya Jo Kwon, Si Won yang dengan ayat Alkitabnya, Jo Kwon juga sering nyapa penggemarnya, gambaran apa yang kamu peroleh terutama terhadap dua orang itu lah, Si Won dulu ?
J
: Kalo Si Won itu keliatan banget yang Rohani banget, ngejaga hubungannya dengan Tuhan banget dan dia juga kayak.. apa ya istilahnya.. kayak menguatkan ke fansya dengan Alkitabnya mungkin yang saat itu dia lagi baca, kalo yang Jo Kwon lebih terbuka, sosoknya friendly gitu..
T
: Kamu contoh gak ?
J
: Pernah sih aku ngelakuin, yang ayat Alkitab itu, aku nge post apa terus ada ayat Alkitabnya gitu, itukan secara gak langsung bisa jadi berkat buat orang lain juga kan..jadi emang pernah tapi cuma beberapa kali doang
T
: Si Won tuh gak pernah bilang ya kenapa dia posting ayat Alkitab ?
J
: Engga sih, tapi dia sering bilang Tuhan itu baik, God is good
T
: Oiya, kalau dia gak pake ayat Alkitab, dia suka gitu ya ?
J
: Iya, suka prise to Lord.. suka kayak gitu
T
: Oiya ? Dia kalau posting harian apa gimana ? Sering ?
J
: Harian gitu, kayak random aja.. lumayan sering, sekarang dia lebih ke instagram sih kalau aku liat
T
: Instagram nya isinya apa ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
52 J
: Kalo Instagram belum ada ayat Alkitab sih hehehe.. biasanya kalo ayat Alkitab di twitter kalo instagram kan foto kan..
T
: Itu gambarnya apa biasanya ?
J
: Lebih ke aktivitasnya, dia lagi apa terus dia lagi dimana.. rata-rata kalau Korea gitu terus dia lagi ngapain, dia post di situ, instagram
T
: Yuk ada gak sih kayak I AM punya si follow bagaimana dia nyebut itunya, Suju kan ELF ya, pernah tau gak kenapa mereka kasih nama ini ?
J
: Ooh.. itu udah lama banget ya.. aku kan pernah kepo juga kan, kalo follow kenapa ya? Pokoknya slogannya mereka kan I AM for 2 AM gitu kan, saya untuk 2 AM, mungkinkayak lebih personal
T
: Berarti semboyannya mereka emang buat.. kesetiaannya emang buat si 2 AM itu ?
J
: Iya... terus kan yang ELF itu kan artinya Everlasting Friends kan.. aku lupa sih sejarahnya ya pokoknya loyal ke si Suju
T
: Terus kalo yang VIP ? Siapa tuh ?
J
: Big Bang.. waduh kalo itu akugak tau sih..
T
: VIP Very Important Person hehehehe.. tapi menurut kamu sebutan-sebutan itu menunjukkan apa sih?
J
: Identitasnya sih, identitas dari kelompok-kelompok penggemar itu
T
: Kalo I AM for 2 AM, itu menunjukkan apa ya menurutmu secara pribadi ?
J
: Maksudnya gimana ?
T
: Ada nilai apa, ada pesan apa menurut Yuk ?
J
: Jadi kayak lebih deket antar sesama fans gitu kali ya.. “Oh sama-sama I AM” Jadi kayak ada rasa bersama gitu loh, ooh barengan, sama-sama suka 2 AM, jadi kita bener-bener hanya untuk 2 AM
T
: Yuk pernah nonton konsernya ? Itu anak-anak I AM gimana?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
53 J
: Mereka bentuk rombongan gitu, terus mereka bagiin lagu yang akan dinyanyiin hari itu dan disitu ditulis kayak misalnya mereka nyanyi apa terus ada balesan teriakanteriakan gitu, mereka udah bagiin, udah siapin terus dibagiin gitu sebelum konser
T
: Kayak apa tuh ?
J
: Aku lupa soanya pake Bahasa Korea.. misalnya ada satu lirik nih, ada dibawahnya ada jedanya, terus nanti kitanya, fansnya kayak sebutin nama mereka satu-satu kayak Jo Kwon.. siapa..siapa..siapa.. jadi biar barengan gitu..
T
: Ooh.. jadi pas dimana ada teriakan gitu, kok mereka tau ya bakalan nyanyi ini terus bikin kayak gitu ?
J
: Iya terus udah dibikinin list gitu mungkin dia tau dari promotornya, karena mereka kan sering nanya-nanya, aku sih juga kepo kan kalo sebelum nonton konsernya kayak liat akun twitternya, nah si akun promotornya suka ngetwit terus, mereka bakal nyanyi lagu apa aja, berapa lagu, penamilannya penampilan ke berapa.. promotornya jawab, makanya mereka tau..
T
: Ooh.. oke-oke.. kan kamu suka sama Korea, nah karena sukanya kamu ini jadi merembetnya kemana ?
J
: Pakaian sih udah pasti, cara dandan juga udah pasti ngikutin sana..
T
: Oiya menarik juga tuh, gimana-gimana ?
J
: Kayak pita yang aku pakai ini, jadi aku pernah liat si Miss A pernah pakai ini, jadi aku pas liat di mall langsung bilang aduh lucu ya.. jadi pengen beli, jadi segala sesuatu yang pernah dipakai sama mereka jadi pengen beli gitu.. terus kalo baju.. Mam tau IU (A Yu) gak ?
T
: Tau..
J
: Kalo IU (A Yu) bajunya kayak baby doll gitu,aku juga suka baju yang kayak gitu.. cari bajunya jadi model kayak gitu
T
: Ooh gitu, terus-terus kalo bedak ?
J
: kalo make up aku emang pake Etude, kan Etude dari sana
T
: Kenapa ? Kamu cocok pake itu ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
54 J
: Heehehehe.. cocok sih mungkin karena aku suka Korea jadi ngerasa cocok lah yah ehehehe..
T
: Ooh gitu.. terus gak ada efek brand endorsenya ?
J
: He‟eh, si SHINee kan yang ngiklanin.. Engga sih, aku sebenarnya gak terlalu suka SHINee nya tapi karena itu brand dari Korea jadi aku demen gitu hehehee..
T
: Kenapa ? apa yang mendasari kamu ? apa pernah dipake A Yu, pernah dipake anakanak SHINee nih..eh kalau SHINee penggemarnya namanya apa ?
J
: Shawol kalo ga salah
T
: Kan dengan gitu, Yuk jadi pake.. itu membuat kamu merasa apa sih ?
J
: PD kali ya hahahahaha… jadi berasa mirip orang Korea mungkin hahahahaaa..
T
: Ooh gitu, jadi lebih PD ya.. kenapa, apa karena ngerasa aku kayak siapa ?
J
: Jadi mirip gitu kan hahaha.. udah ngikutin gayanya
T
: Modelnya tapi cocok sama Indonesia nggak Yuk, kayak bajunya gitu ?
J
: Ada beberapa lah yang engga, jadi di sortir juga lah karena kan mereka budayanya beda sama kita, jadi ada beberapa yang gak pas di sini ya aku gak ikutin
T
: Kalo yang gak pas kayak apa Yuk?
J
: Kadang kan mereka pake celana pendek banget, super pendek nah itu gak mungkin lah aku pake di sini, kan gak mungkin
T
: hehehe.. kalo yang dipake baby doll gitu ya ? mereka kayaknya gak suka pake anting ya ?
J
: Ya baju-baju baby doll, hmm.. suka gak sih.. kayak yang perhiasan itu kayaknya mereka kurang, soalnya kan mereka modelnya simpel kan tapi diliatnya enak aja gitu
T
: kembali ke rias wajah ya Yuk, Itukan mereka memperkenalkan BB cream lah.. apa lah.. itu dari mereka kan ? Yuk pake juga ?
J
: Iya.. Pake hahahaa..
T
: Bb cream mereknya apa, Etude juga ?
J
: Etude juga Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
55 T
: Pokoknya Etude ini ya yang dipercaya sama kamu ya, bukan karena SHINee nya sebagai endorser ?
J
: Bukaan.. karena kan sempet ganti-ganti juga, dulu siapa..siapa..siapa.. bukan karena liat endorsenya aku pake etude karena dari Koreanya gitu hehehe..
T
: Ooh gitu hehe.. selain ikat rambut nih, make up, baju, sepatu terus apa lagi nih ?
J
: Kalo sepatu kayaknya sih engga karena mereka kan kalo pake sepatu kets yang heboh-heboh gitu gak terlalu suka, jadi sebenernya tergantung sih
T
: Itu model-modelnya kamu dapet dari mana ? Internet ?
J
: Iya dari internet sih
T
: Jait atau beli ?
J
: Beli sih
T
: Ooh di sini ada ya yang jual baju ala siapa gitu ?
J
: Ada, cuma susah sih emang.. tapi kalo misalnya lagi jalan terus nemu ya udah.. beli
nih T
: Biasanya dimana tuh ada yang mirip?
J
: di mall kelapa gading ada department store star di dalem situ ada baju-baju namanya style, yang itu bener-bener dari Korea, bajunya tuh mirip sama yang dipake sama artis-artis sana
T
: Jadi beli di sana ya kalo baju yang mirip. Ada nggak di kamarmu poster-poster atau souvenir dari nonton konser itu ?
J
: Ada.. kayak light stick aku simpen dalam kamar
T
: Kenapa ?
J
: Kenang-kenangan.. padahal mahal .. dua ratus ribu
T
: Tapi kenapa beli padahal kan tiket konsernya kan juga udah mahal kan Yuk ? hehehe..
J
: Iyaa… hehehe cuma kan kalo gak bawa apa-apa kan gak enak, masa nonton gak bawa apa-apa.. Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
56 T
: Ooh gitu, ngelambai-lambai ya ?
J
: Hahahaaa… siapa tau ngeliat hahahaaa..
T
: Hahahaa.. terus di kamar pake poster-posteran ?
J
: Engga sih.. diomelin papa, ayo copot-copot hehehehe..
T
: Kalo light stick tetep ya ? terus apa lagi ?
J
: Kipaaasss.. yang ada gambar merekanya..
T
: Yang pas konser ya ? Kalo kaos gambar mereka engga ?
J
: Kalo kaos sih engga ya.. kaos sih ada tapi kaos yang mereka pake juga, jadi kaos official mereka
T
: Jadi maksudnya gimana tuh Yuk ?
J
: Jadi kayak MBlaq, pas di akhir konsernya mereka pake kaos yang ada tulisannya MBlaq gitu, ada nama fans clubnya A-Plus kan kalo mereka, di jual jadi aku beli, jadi mereka udah pake kaos itu, istilahnya mereka udah ngeendorse kaos itu jadi yaudah beli hehehee.. biar sama gitu ehhehehee..
T
: lebih mahal dong jadinya?
J
: Iya sih lebih mahal dari kaos yang bikinan fans, tapi worthed
T
: Biar merasa sama ya sama idolanya hehehehe.. terus ini yang terakhir nih Yuk, cara mereka berpakaian nih, tadikan kamu juga udah bilang kamu niru modelnya yang samaan, terus kalo cara mereka berhubungans ama orang lain, mereka nyapa sama fans, Yuk memakai model seperti itu juga atau gimana ?
J
: Ooh.. kadang kalo sama temen yang suka Korea aku suka yang “anyong haseyo” tapi kalau sama yang lain engga..
T
: Terus apa lagi selain itu ?
J
: Kalo nyapasih ya Anyong.. udah gitu paling
T
: Terus yang lain jawabnya apa ?
J
: Kalo yang suka Korea jawabnya gitu juga, balesnya
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
57 T
: Ooh gitu hahahaa.. itu jadi Bahasa isyarat kalian juga gak “Ooh ini sama-sama penyuka Korea juga” atau udah tau duluan ?
J
: Engga sih kadang aku suka keceplosan gitu tapi lama-lama eeh anak-anak ehm.. temen-temen lain juga ngikutin
T
: Akhirnya tiap ketemu kalian begitu ?
J
: Jadi kebiasaan ehehehe..
T
: Berapa orang sih yang suka begitu temen-temennya ?
J
: Hmm.. berapa ya.. (menghitung) paling kalo dari temen deket aku lima orang..
T
: Ooh gitu, kalo dari mereka itu ada gak sih yang suka pake baju Korea gitu ?
J
: Beberapa doang sih..
T
: Ooh gitu.. kamu dengan memakai baju itu ngerasa gimana ?
J
: PD ehehehe.. jadi ngerasa mirip gitu sama orang Korea ehehhe
T
: Hehehehe…udah ngomongnya kayak orang Korea terus penampilannya juga ya?
J
: emang
T
: kenapa sih kalo gambarannya mereka pas pake baju itu ?
J
: Cantik, simple tapi cantik gitu.. maksudnya kayak elegan
T
: Itu biasanya kan kalo di panggung ya ?
J
: Iya di panggung, kadang kalo kehidupan sehari-hari juga kan liat dari Instagram mereka gimana
T
: Oke..oke nah ini pesennya Yuk buat anak-anak yang masih SMA-SMP seperti itu ?
J
: Maksudnya ?hehehe
T
: Jadi apa ya.. makna yang kamu dapat karena ikut di Instagram , di twitter yang
kamu follow mereka…. Jadi pesenmu apa ni untuk yang sama-suka K- Pop?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
58 J
: Ya itu tirulah yang baik kan kayak Ya itu kan kayak Jo Kwon itu kan persahabatan, jadi kayak dia suka nge post sama artis apa artis apa padahal kan di kehidupan nyata diakan juga kompetitor atau apa, tapi tetep mau berteman
T
: Terus apa lagi ?
J
: Terus sama tadi ayat Alkitab tadi..
T
: Itu menarik loh
J
: Iya.. terus ya.. kayak Jo Kwoon, Si Won deh kayak gitu, sering nge post ayat Alkitab kan itu juga secara gak langsung jadi berkat buat yang lain juga
T
: Betul-betul.. itu ya makna yang di dapet, oke thank you ya Yuk
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
59 TRANSKRIP WAWANCARA – 6 Nama Informan
: Ut
Usia
: 21 Tahun
Status
: Baru Lulus S1 Komunikasi
Pekerjaan
: Pegawai
================================================================== T
: Selamat siang, terimakasih untuk kesempatan wawancara ini, boleh tau namanya
siapa ? J
: Nama saya Ut
T
: Terimakasih Ut untuk kesediaannya kita wawancara siang ini, saya ingin tau terlebih dahulu Ut ini biasanya di rumah itu apa kegiatannya sehari-harinya ?
J
: Kalo di rumah paling biasanya kalo ada les, les.. Cuma sekarang udah gak les lagi jadi sekarang paling bantu mama beres-beres rumah hehehe..
T
: lebih detilnya tuh kegiatan Ut sehari-hari dari pagi sampe pulang kantor dan mau tidur bisa nggak diceritain? dan apakah hari-hari biasa kamu masih mengikuti berita/info tentang artis K-pop kesayanganmu?
J
: Pagi biasanya saat teduh, mandi, absen di kantor, cari sarapan, terus kerja bu sampai jam 4 atau jam 5 sore. lalu aku sekarang biasain ngegym di UPH, jadi selesai ngegym bisa sampe jam 7 malam, lalu mandi, buka laptop sebentar cek email atau nonton youtube dan jam 10 aku udh usahain tidur. maksimal jam 11 malam hehehe. Masih bisa mengikuti berita si kalau kerjaan lagi tidak banyak, karena kan di kantor ada internet jadi mudah dan cepat hihih
T
: Ooh bantu-bantu mama, selain itu kuliah ya ? Baru-baru lulus
J
: Baru lulus..
T
: Kaalu udah selesai bantu mama, ngapain sih biasanya
J
: Ooh.. kerja sih Bu, sekarang sudah kerja, udah jarang di rumah
T
: Ooh jarang di rumah ya, kalau kayak hari biasa kayak kemaren lah, kemaren sore sepanjang hari, apasih yang dilakukan ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
60 J
: Biasanya browsing internet
T
: Ooh browsing internet, itu kalau lagi waktu luang ya, apa yang dicari ?
J
: Browsing internet itu berita, berita-berita terlebih berita Korea sih..
T
: Apasih yang dicari dari berita Korea ? kalo memang Ut mengikuti terus, biasanya berita apa yang Ut cari? dan lewat media mana?
J
: Biasanya berita tentang artisnya, film apa yang terbaru, drama apa yang terbaru.. seputar itu… Sekarang-sekarang ini si yang aku ikutin kebanyakan drama korea aja bu, sama info mengenai artis-artisnya. Kayak Suzy pacaran sama Lee minho wkwkwk. biasanya aku lewat PC atau HP si bu liat beritanya, di website atau instagram gitu bu (koreanindo, atau allkpop, atau soompi)
T
: Oke, berarti memang hobi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Korea ya. Ut boleh tau, kalau misalnya browsing liat film, liat artisnya apa sih yang diharapkan dari situ ? apa tau film terbaru atau apa ?
J
: Kalau film, jadi tau filmnya beli filmnya.. terus kalo misalkan artisnya jadi tau perembangan artisnya, kalau cerita sama temen konek karena tau info terbaru
T
: Suka kumpul dengan teman-teman yang hobi Korea ?
J
: Dulu sering, tapi sekarang jarang tapi masih suka
T
: Lewat tatap muka, ketemu atau secara online atau gimana ?
J
: Sekarang sih lebih sering secara online, kalau ketemu langsung paling sebulan sekali cuma karena udah pada kuliah, kerja jarang ketemu
T
: Itu secara online ketemunya di Milis atau apa ?
J
: Biasanya kita ada grup, grupnya tuh di twitter, jadi nanti kalo misalnya namanya fandem ini ngomong apa terus kita reply
T
: Apa nama grupnya ?
J
: Kassiopeya Indonesia, dia juga ada facebook jadi bisa komen-komen
T
: Kassiopeya Indonesia itu kenapa namanya itu ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
61 J
: Jadi boy band Korea itu, aslinya itu setiap fansnya namain kassiopeya jadi setiap fans dari boy band itu sebutannya kassiopeya
T
: Ut ngefans ya, mengindolakan boy band itu ? Apa namanya ?
J
: Dongbangsinki
T
: Oo.. Dongbangsinki ya..ya..ya.. kalo ga salah itu namanya berubah jadi TVXQ ya ?
J
: Ya, TVXQ HCM iya bener
T
: Ut boleh Tanya ya, kalo kamu emang bener-bener suka sama Dongbangsinki, itu apa sih yang paling menarik buat kamu, yang membedakan dia dengan artis yang lain atau grup yang lain ?
J
: Pertama, kan dulu mereka berlima, lima-limanya suaranya bagus, pasti karena mereka penyanyi, kedua mereka pinter nari, lima-limanya pinter nari, terus juga personality mereka lucu kalo ikut acara-acara, terus mereka juga penampilannya menarik
T
: Nah pertanyaan selanjutnya, penampilan menarik itu gimana sih ?
J
: Ehm.. wajahnya tampan, kalau berbusana menarik, bagus, ganteng
T
: Kenapa bukan grup yang lain, yang lain kan juga berbusananya juga bagus kan, Suju, SHINee, 2NE1 gitu, apa yang membedakan ?
J
: Yang membedakanyang aku liat kalo Super Junior mereka semua gak semua punya suara bagus dan gak semuanya tuh bisa nari bagus gitu.. terus DBSK tuh lebih lama dari Super Junior, jadi buat saya lebih ke DBSK karena menurut saya mereka nyanyi bisa, akting bisa,
T
: Mereka yang artis-artis yang ada dalam grup ini mereka juga kamu sukain semua atau hanya salah satu atau gimana ?
J
: Mayoritas aku suka semua
T
: Mayoritas ? Berarti ada yang biasa aja ?
J
: Ada..
T
: Kenapa nih yang biasa aja ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
62 J
: Karena kita punya ini sih.. punya kesukaan karakter pribadi, tipe-tipe pribadi kan yang orang suka, kalau tipe-tipe orang yang orang kurang suka ya orang yang agak kurang bagus dalam hhmm… menyanyinya bagus juga sih Mam, cumannnn.. hehhee..kurang suka… oh menurut saya kurang ganteng daripada yang lain hehehehe… terus lebih pendiem Mam, hehehehee..
T
: Hehehee.. Siapa?
J
: Eehm.si. Chang Min.. Chang Min, karena kan dia kan paling muda, jadi dia lebih
banyak diem gitu T
: Ooh jadi gak terlalu suka.. Ut kamu kan mengidolakan semua mayoritas kecuali Chang Min, kenapa mengidolakan mereka ?
J
: Terus mereka saya suka juga karena Suaranya bagus, pinter akting, terus mereka juga bisa main alat musik, mereka bisa ciptain lagu, terus mereka… saya pribadi sih suka karena lucu, terus mereka….. ganteng hehehehee..
T
: Terus, kalo memang bener-bener kamu mengidolakan mereka, hal-hal detil apa sih yang kamu tau tentang mereka ? Tadi kan Ut bilang karakternya, Cuma kan kalau di atas panggung kan kita gak tau ya karakternya kayak apa, kamu taunya dari mana karakternya mereka kayak apa ?
J
: Jadi mereka tuh suka kayak.. kalau ketemu langsung pernah si Mam di Indonesia, tapi kalau karakternya tuh biasanya mereka kayak ikut program acara, ikut games, ikut kayak acara-acara yang… running Man. Kalau di running Man kan keliatan langsung personalitinya, gimana sih mereka mau berjuang ada pertandingan, gimana dia sama kompetitornya, gimana dia sama temen se timnya dan tim lawannya, jadi kurang lebih bisa liat di situ sih
T
: Apa karakter yang kamu sukai ? Running Man itu apa sih Ut?
J
: Ehm.. program acara tv, games-games artis-artis biasanya ikut acara itu, khusus untuk artis-artis ikut acara itu, jadi tuh main lumpur, main tinju jadi tuh bener-bener yang gak jaim-jaim lagi artisnya jadikan keluar
T
: Menurut Ut karakter seperti itu penting ya, yang lucu terus apa lagi ?
J
: Yang lucu terus pinter entertainnya, misalnya di tv dalam ngomgongnya sama temen-temennya, sama audience lucu, interaktif Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
63 T
: Di running man itu atau di program lain ?
J
: Program yang lain, kalau running man kan gak setiap hari
T
: Kalo yang program lain tuh apa yang mereka bisa interaktif ?
J
: Happy together terus interasksi sama fans mungkin pas lagi live konsernya
T
: Ut pernah nonton konser K-Pop ?
J
: SM Town jadi satu menejemen gitu, gak dia doang, beberapa artis
T
: Itu berarti Ut nonton ya ?
J
: Nonton waktu di Gelora Bung Karno
T
: Terus bagaimana sih Ut mengekspresikan kekaguman terhadap hal itu ?
J
: Ooh kalo aku pasti kalo di facebook, twitter aku join fan pagesnya ikut membershipnya, memebershipnya itu juga bayar biar kita dapet kartunya
T
: Bisa sebutin Ut apa fanbasenya, community onlinenya ?
J
: Dulu yang aku dapet member cardnya tuh TVXQ Indo, itu fans club pertama DBSK di Indonesia terus kalo gathering itu waktu masih SMA sih, masih sering dateng aku ikut dimana, di mall mana ketemu, terus dulu waktu masih SMP cari temen-temen sesama yang suka DBSK ketemu bareng tukeran DVD tukeran informasi
T
: Itu DVDnya apa gak sayang di tuker-tuker gitu ?
J
: Makanya, sistemnya waktu dulu kan korea belum begitu terkenal, mahal kan DVDnya nah jadi misalnya temenku punya A aku punya B kita bajak.. kita copy ehehehe.. kan gak mahal (pelan)
T
: Nah menurut Ut ya apa yang kamu lihat dari idola kamu yang menurut kamu bagus sehingga mereka dijadikan kamu idola ?
J
: Low profile
T
: Penting ya ? Low profilenya gimana ?
J
: Iya penting low profile, mereka kalau lagi konser, kayak misalnya lagi ke Jakarta mereka gak sungkan-sungkan kayak tanda tangan, jabat tangan atau kayak ada acara running man kana da ketemu masyarakat luar tuh, mereka kalo ada yang mau minta Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
64 foto mereka gak sungkan-sungkan atau apa.. Terus juga mereka punya Instagram, twitter mereka update ke kita jadi kan kita tau mereka lagi apa, lagi ngapain langsung dari orangnya, bukan dari menejemennya, dari orangnya langsung. Mereka juga sering ngadain telekonfrens pake line, sponsornya jadi mereka telpon secara random fansnya.. gitu T
: Pernah gak Ut di telepon ?
J
: Engga..
T
: Atau di apain yang berhubungan dengan Ruth ?
J
: Hmm.. paling lewat instagram
T
: Diapain ?
J
: Ooh.. belum pernah sih karena banyak kan fansnya, sejauh ini belum pernah sih, aku cuma like tapi kalo balesan dari mereka belum ada sih , belum pernah.. di twitter belum pernah, banyak kan Mam, kalah saing kan
T
: Tapi dia kasi informasi terus Ut follow ya, berarti kamu juga ikut sebagai penggemarnya si TVXQ Indonesia itu ya. Kalau gathering ngapain biasanya?
J
: Kalau gathering biasanya ada performance dance terus ada cuplikan video mereka terus ada bazar aksesoris berbau DBSK terus ada bazar makanan, terus kita ada door prize, door prizenya itu topi yang ada tanda tangannya si DBSK asli, semacam kayak gitu acaranya
T
: Oke, kalau yang didiskusikan kan pasti ngobrol kan dengan yang lain-lain ya, kalau gathering atau online yang diobrolin apa ?
J
: Yang diobrolin itu pasti info terbaru, misalnya dia sedang apa, kedepannya project apa, main film apa, mau konser dimana, mungkin ada masalah lain kan kemaren sempet pisah juga kan DBSK tiga personilnya keluar, jadi JYJ .. itu sempet jadi topic perbincangan kita kenapa mereka pisah, seputar itu sih
T
: Itu dibicarakan pas online atau pas ketemu ?
J
: Kalo pas ketemu, pas online juga
T
: Kalau online itu artisnya gak ada ikut di forum kalian ya ?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
65 J
: Engga, jadi hanya antara penggemar aja
T
: Biasanya tau informasi paling awal itu dari mana ?
J
: Dari line. Mungkin kayak sekarang informasi kan cangggih, jadi kita kayak invite si DBSK nah itu tuh akan secara sistematis akan ngasi informasi ke kita,
T
: Gabung juga, sistemnya harus gabung ke dia ?
J
: Iya, gampang tinggal follow udah.. aja nanti kalo dia update foto langsung masuk ke line kita terus nanti kalo kita bales dianya kayak bales thank you tapi komputer ya mungkin, dari sistem komputer ya
T
: Tapi paling tidak jadi tau first information ya
J
: Iya jadi cepet, kan line dibawa-bawa terus
T
: Seneng gak sih kalau termasuk tau yang pertama atau kalau pas pesannya masuk terus Ruth tau, seneng gak ?
J
: Seneng sih
T
: Apa kepuasan yang Ut dapet dari situ ?
J
: Jadinya up to date gak tau dari orang lain, kan kalo tau dari orang lain kan wah gak up to date
T
: Ut, banyak yang berpendapat bahwa penggemar K-Pop terkesan alay, norak dsb yang bernada negatif, bagaimana kamu menanggapi ini?
J
: Menurut saya tidak semua penggemar K-Pop itu terkesan alay dan norak, tergantung pribadi masing-masing mereka.Tapi saya juga setuju ada beberapa dari mereka yang seperti itu. Kalau anaknya memang belum dewasa dan masih muda mungkin bisa dibilang kebanyakan mereka memang terkesan norak dan alay. Karena masih labil bu. tapi tidak bisa di generalisasikan kalau semuanya seperti itu
T
: Ut, idola kan gak selalu di atas panggung ya tapi juga di luar panggung, kamu ngikutin gak gerak-geriknya di luar panggung ?
J
: Gerak-geriknya paling cuman dari berita karena kan dia tinggal di Korea, kalo orang-orang di Korea dia sampe ngikutin ke bandaranya, stalker gitu kalo aku kan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
66 engga, gak bisa dan aku juga gak terlalu suka yang ngikutin sampe segitunya ya paling berita-beritanya di internet, browsing T
: Jadi kalau ada berita lagi jalan-jalan sama pacarnya, buat Ut tidak menarik ya ?
J
: Menarik sih
T
: Yang menurut Ut gak menarik itu yang apa ?
J
: yang gak menarik.. hmm.. msialnya lagi.. lagi.. hmm.. ooh ya paling dia lagi iklan apa, kan emang artis kan sering banget iklan apa, cuman kalo yang menarik ya lagi jalan sama cewek siapa, berantem misalnya atau ketauan homo, menarik banget karena kan artis Korea kan terkenal kebanyakan kan homo (pelan)
T
: Yang kayak gitu buat Ut menarik ya, penting untuk diketahui ya. Oke terus kamu pernah melakukan apa untuk idola yang karena kita idola jadi kita rela loh untuk melakukan ini ?
J
: Paling waktu mereka ke Indonesia kan biasanya ada gift corner, itu jadi kayak msialnya fans DBSK ngumpulin hadiah-hadiah terus kasi ke orangnya, ke artisnya. Jadi dikoordinir ayo kumpulin hadiahnya nanti kalau dia ke Indonesia dia yang ngumpulin terus nanti kasi ke panitia, pembawa EOnya itu entar di kasi ke orangnya
T
: Ut yang paling menarik waktu kamu kasih hadiah itu apa? Buat kamu pribadi?
J
: Apa ya, aku kasi yang berbau batik pokoknya berbau Indonesia dikumpulin ke koordinatornya, jadi pas kita mo dateng konser itu ada stand sendiri terus drop ke sana
T
: Ooh itu..Itu yang Ut pernah lakukan untuk idola ya, terus apa lagi,, kirim message ?
J
: Message.. kalau sekarang-sekarang ini sih jarang, kalau dulu masih fanatik zaman SMP-SMA kalau sekarang engga, paling yang mendukung idola ya beli album asli
T
: Tapi waktu nonton konser gak ngasi bunga ?
J
: Engga (pelan) hahaha.. karena kan banyak banget ya di GBK
T
: SM Town di GBK ya waktu itu, kamu nonton di kelas apa itu ?
J
: Di tribune Mam..
T
: Ooh jauh ya.. Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
67 J
: Iya jauh.. aku nonton ada salah satu personilnya DBSK namanya Junsu, dia selalu konser di Indonesia kalo itu aku bener-bener nonton yang festival bener-bener deket terus kebetulan dia mau ngeluarin album solo jadi dia ke Indonesia, kalo itu benerbener festival itu dari pagi ngantrinya biar deket
T
: Terus tujuan Ut ngasi gift ke artis apa? kenapa sih melakukan itu ?
J
: Ehm.. biar.. biar dia ssseneng aja.. wah ini masyarakat Indonesia welcome masyarkat Indonesia tuh perhatian biar dia tau keunikan Indonesia tuh apa aja,
T
: Tapi punya Ut keliatan beda sendiri ya diantara penggemar yang lain ?
J
: Yah kalo beda sendiri kan budgetnya pasti kan yang… hehehehe yang lebih wah, engga sih
T
: Waktu itu Uth kasi apa ?
J
: Kalo gak salah batik ya..iya batik, temenku ada yang kasi topi kraton gitu-gitu, lucu-
lucu deh.. T
: Itu batik buat lima-limanya ?
J
: Engga.. cuma buat yang aku suka aja Jung Yun Ho
T
: Itu yang paling kamu suka, bisa kamu ceritain gak tentang jung yun ho?
J
: Dia leadernya Mam di grup, terus apalagi ya, menurut aku sih paling ganteng dan
menurut aku sih dancenya paling bagus terus lucu sih.. T
: Lucunya itu taunya di panggung atau di mana ?
J
: Di program-program variety show games-games gitu
T
: Sebenernya apa sih yang Ut harapkan dari idola, kan kamu mengidolakan DBSK
lebih tepatnya lagi si Jung Yun Ho ? J
: Aku sih kenapa gitu, ngambil sisi positifnya juga dari mereka. Mereka kan sebelum
terkenal kan ada yang dari keluarga yang miskin jadi liat juga perjuangan mereka itu kan juga bisa jadi apa ya.. bisa jadi nilai yang bisa aku ambil, T
: Jung Yun Ho itu apa ceritanya?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
68 J
: Ya dulu dia pengusaha terus bangkrut terus pas dia mau jadi penyanyi gak direstuin
sama papanya karena papanya pikir penyanyi gak ada masa depannya cuman dia terus berusaha dan akhirnya papanya setuju T
: jadi nilai pantang menyerahnya ya Ut. Nah apakah ada impian kamu yang
berhubungan dengan idola ? J
: Ketemu mereka yang bener-bener berlima sih karena kan aku ketemu mereka sendiri
si Junsu, Ju Min Ho sama Chang Min, tiga orang itu.. kalo Ju Min Ho sama Chang Min SM Town, kalo si Junsu konser solo di Indonesia T
: Kalo konser kan gak personaly kan, ada gak keinginan Ut untuk ketemu mereka
personally? J
: Iyalah.. ketemu personaly. Mereka kan juga punya usaha jadi kayak pengen dateng
ke restorannya dia terus mereka yang layani sendiri hahhahaaa.. mereka kan punya café, mereka juga punya bisnis bahkan resort di Jeju, di pulau Jeju si Junsu punya T
: Berarti ada dong impian ya.. sudah pernah ke Korea ?
J
: Belum.. pengen banget hehehe..
T
: Pengen banget dan impiannya kalau kesana ke tempatnya mereka ke resort atau ke
café J
: Sebenernya sih pengen S2 juga di sana sekaligus nge fans-fansan di sana
T
: Seandainya kamu berkesempatan untuk ke Korea, apa yang Ut lakukan berkaitan dengan kesenanganmu ini?
J
: Pasti ke tempat-tempat yang mereka ada sih Mam, ke tempat yang konsernya dia atau ke resto café punya dia kanmereka juga suka stay di tempat usaha mereka, pengen dapet foto bareng sama tanda tangannya tapi lebih pengen sih foto bareng daripada tanda tanga, biar ada bukti hehe..soalnya saya ngefans sama mereka dari umur dua belas tahun, dari SMP jadi udah sembilan tahun lah cuma udah gak sefanatik dulu sih Mam mungkin karena bertambahnya usia kali, jadi sekarang hgak terlalu update setiap hari setiap menit sih Mam, kalo dulu pegang Handphone terus, internet terus nonton video berjam-jam, tapi sekarang kalo emang lagi gak bisa ya gak ..hehehehee
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
69 T
: Karena Ut senang K-Pop apakah hal ini menyebabkan kamu juga membeli/ memakai barang-barang atau produk2 lain yang buatan Korea?
J
: Iya tapi nggak semua, tapi pasti lebih prefer prodak Korea. karena contohnya setelah menonton drama korea ada prodak kosmetik mereka yang bagus, nah itu sangat mempengaruhi aku untuk ikut beli juga... Tetapi tidak selalu, terkadang aja.
T
: Ut kalo tau informasi hanya bener-bener dari online, gak pernah langganan majalah?
J
: Ooh dulu aku langganan Asian Plus sama My Idol itu dulu Mam sekarang udah tambah usia ya udah di internet, semuanya ada hehehehe..
T
: Kalo menurut Ut idola itu apa sih ?
J
: Idola itu bisa jadi motivasi, idola juga bisa jadi panutan untuk kita sendiri sih Mam, kalo aku sih jadiin si DBSK ini semangat sih Mam, jadi kalo msial langi suntuk bisa nonton mereka nyanyi, nonton variety show mereka. Jadi gak flat-flat aja gitu Mam gak punya idola, yang baik ya kita ambil, yang gak baik ya gak usah kita tiru
T
: Jadi lebih spesifiknya idola menurut Ut apa ?
J
: Idola hmm…idola.. seseorang yang kita kagumi yang berdampak juga bagi kita
T
: Harapannya Ut terhadap idolanya apa ?
J
: Harapannya buat mereka semakin suksesss.. terus gak macem-macem kan soalnya di Korea udah kebawa arus barat Mam misalnya narkoba atau misalnya homoseksual. Ya aku sih berharapnya mereka gak seperti itu
T
: Kalo DBSK ?
J
: Sejauh ini sih gak ada Mam kalau tau mereka begitu aku pasti langsung eeemmhh..langsung berkurang
T
: Terimakasih banyak Ut buat kesempatan yang diberikan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
70 TRANSKRIP WAWANCARA – 7 Nama Informan
: Ni
Usia
: 16 Tahun
Status
: Siswa
Pekerjaan
: Siswa Kelas X
================================================================== T
: Halo Ni, apa kabar?
J
: Kabar baik…
T
: Ni, bisa nggak mau nanya tentang kesukaan Ni sama Korea?
J
: boleh dong…
T
: kenapa Ni suka sama Korea? Terus sejak kapan?
J
: Sejak kelas 5 SD. Waktu itu lagi bosen sama barat…abis dulu itu yang remaja Cuma adanya Justin Bieber doang, bosen….mana kan kelakuan dia jelek banget belakangbelakangan….lagi pula kan waktu itu ada Boys Before Flower jadi seneng, kan kerenkeren tuh…abis suka filmnya terus abis itu grup-grupnya…kepo-kepo doing keterusan, hehehehe…. Apalagi kan ada juga tuh temen-temen yang suka sama Korea pas itu
T
: Kalo suka Korea yang disukai apanya?
J
: musiknya, fashionnya, makanannya kayak bulgogi seperti yang di restoran Han
Gang (nama resto Korea), terus kalo musiknya soalnya dance-nya juga kece-kece T
: kecenya kenapa?
J
: dance-nya suka kompak, gerakannya bagus, nggak ada kesalahan sekalipun
T
: Dari sekian banyak artis atau grup K-Pop yang mana yang Ni suka?
J
: EXO, BTS, Shinee..keren…
T
: Kenapa tuh Ni?
J
: kalo EXO dari dulu suka soalnya pertama kali Kai kan keluar music videonya,
keren…dancenya bagus, konsepnya beda sama yang lain…kalo yang lain konsepnya imut kan…kalo EXO konsepnya sangar, sangar gerakannya… T : sangar itu apa?
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
71 J
: kayak menyeramkan gitu…
T
: BTS suka kenapa?
J
: karena kepo di twitter soalnya kan ni grup belum debut, terus liat rap-ing, dance-nya,
nyanyinya….kan anggotanya itu dulu underground rapper… T
: kalo Shinee?
J
: kalo Shinee dari kecil jadi suka dari kecil sama Shinee…konsepnya colorfull jadi
lucu T
: mulai kapan ya itu Ni? Bisa diingat-ingat nggak? Mulai SD atau gimana?
J
: mulai SD kelas 5…terus nonton Boys Before Flower 25x nggak bosen-bosen….
T
: tanggapan keluarga sama kesukaan Ni ini gimana?
J
: mama papa sih dukung…kan niat banget beliin tiket konser, kan niat banget beliin
CD-CD K-Pop malah sampe pas ke Korea dibeliin banyak, hihihihihi…. sampe dua tahun lalu soalnya kata mama kemahalan CDnya, jadi kalo dapat nilai bagus baru dibeliin… T
: kalo tanggapan teman-teman gimana sama kesukaan Ni ini?
J
: kalo pas di Penabur, kata teman-teman kalo ada K-Pop atau mereka kalo ngomongin
K-Pop kita-kita musti tutup telinga…soale mereka kalo sudah ngomongin K-Pop teriak-teriak kayak orang apaan… T
: ada nggak teman-teman Ni yang suka juga sama K-Pop?
J
: ada beberapa…tapi yang deket sama si Nadine itu mulai di Penabur…terus ada
kakak kelas juga yang suka ngobrol sama aku…ini pas di STI sekarang T
: kalo teman-teman ada yang suka K-Pop juga biasanya ngobrolinnya apa aja sama
mereka? J
: Shinee…tentang grup idola, penampilannya gimana, gerakannya gimana…terus pas
kelas 9 aku niruin gerakan EXO diketawain di lapangan…diketawain sama Anas (sahabat Nadine & Ni) T
: kok diketawain kenapa?
J
: iya katanya aku aneh, hehehehehe…..
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
72 T
: Ni kamu suka on line2?
J
: iya kan K-Pop itu 24/7 fan…even I‟M not 24/7 fan girl
T
: Ni kan K-Pop ni berita-beritanya banyak, biasanya Ni cari info tentang K-Pop di
mana? J
: tentang grup yang mau comeback, terus berita-berita tentang EXO, BTS dan
Shinee…selebihnya nggak, nggak menarik T
: kenapa yang lain nggak menarik?
J
: soalnya berita-beritanya tentang skandal-skandal doing
T
: yang dicari berita atau info tentang apa?
J
: lagu-lagu baru kan mereka lagi muncaki tangga lagu Korea, terus Shinee ada album
baru aku pengen beli tapi aku ndak dibolehin mama, padahal albumnya bagus lho, judulnya ODD T
: Ni aktif nggak sih di online gitu?
J
: ya…lumayan, follow-follow aja…
Siwon diikutin, grup-grup yang terkenal diikutin…tapi dulu…sekarang Cuma yang disukai aja T
: biasanya Ni aktif online-nya di mana? Punya akun apa aja yang dipake untuk
ngikutin berita K-Pop? J
: Twitter, Fan Café…biar bisa download, tapi aku nggak bisa bahasanya jadi jarang
on T
: kalo Instagram punya? Follow siapa?
J
: punya…tapi Cuma Tae Yoon doang yang diikuti, she‟s so adorable…
T
: kenapa kok adorable?
J
: instagramnya lucu, jadi kayak ada dab smash (aplikasi pembuatan video dengan
kata-kata yang lucu)…aku pernah bikin dab smash terus aku delete gara-gara malu, aib siih… T
: Ni pernah nonton konser K-Pop nggak? Kalau pernah, boleh disebutin apa aja?
J
: Pernah…..Music Bank, Big Bank Live Tour, tapi H-1 sakit jadi nggak jadi nonton Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
73 T
: uang buat beli tiketnya dari siapa dong?
J
: mama dan papa…
T
: selain suka K-Pop, Ni suka apa lagi nih dari Korea?
J
: fashion sama perawatan muka, kecantikaaan…Kalo drama suka sok-sok
dramatis…boseennn! T
: pake produk-produk Korea nggak buat sehari-hari?
J
: Bb cream doang, sama parfum yang buat di tangan, mereknya Face Shop…
T
: Alasannya kenapa Ni pake produk Korea?
J
: Sebenarnya nggak terlalu suka sih, Cuma karena lagi ngetren aja
T
: Ngetren apa tuh?
J
: Ngetren kan K-beauty (Korean Beauty) kayak yang ada di You Tube…jadi di situ
ngebahas kesehatan, kecantikan, make up, fashion…semua ala Korea gitu T
: kalo yang barat suka nggak?
J
: suka-suka aja sih…
T
: lebih suka mana yang ala bule atau yang Korea?
J
: sebenarnya bule juga bagus kan fashionnya, tapi kalo Korea kan lebih cocok sama
budaya di sini…biar nggak saltum (Salah Kostum) gitu kalo jalan-jalan T
: Ni, nilai apa yang kamu ambil Ni yang bermanfaat buat kamu dari K-Pop?
J
: kerja keras sama ketekunan artis K-Pop karena latihan dari pagi sampe malam,
sering nggak tidur sampe kantong matanya tebal wueeehhh….mereka tuh niat banget lho! T
: punya koleksi merchandise nggak?
J
: punya tapi light stick-nya rusak kayak yang Infinite Konser itu sudah patah…terus
jaket beli bareng temen-temen samaan pas kelas 8 T
: masih mau nambah koleksi nggak?
J
: masiiih…please deh mau beli album BTS, beneran deh…please …beliiin deh!
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
74 T
: kalo ada yang mencap fans K-Pop sebagai orang alay, norak, kampungan kamu
gimana perasaannya? J
: Tabok aja hahahaha….nggaklah biasa aja…kan nggak semua fans K-Pop alay, kan
sama aja suka teriak-teriak kalo liat idolanya, cuma beda jenis kelamin doang hahahahaha!!!! T
: punya keinginan nggak Ni untuk bisa ke Korea?
J
: pengen banget…woiii, kapan yak? Pengen nonton konser K-Pop langsung di
sanaaa…
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
75 OPEN CODING INFORMAN No Field Note
:1
Tanggal
: Mei 2014
Tempat
: Bakerz Inn Cafe
Nara Sumber
: Informan Han
Profil
: Perempuan, Usia 20 Thn, Lulusan SMK, Pegawai, Fan K-Pop, Idola Sung Min & Suju
Interviewer & Coder: Dery Kode
Transkrip
Intisari
T
: Mbak mau Tanya nih, Mbak Han kan 1. Pertama kali mengenal dari seorang K-POPers katanya, boleh tau anggota keluarga (sepupu) pertama kali seneng K-POP darimana ?
J
: Dari sepupu sih, emang aku kan sering, aku kan dulu rumahnya di Jawa, sepupuku di Jakarta, setiap pulang kampung gitu dia tuh suka bawa-bawa majalah atau poster gitu kan. Dulu kan awalnya itukan drama BBF yang ikut sound track nya Shinee tau, kenal menejemennya Shinee kenal lah K-POP semua si SM Town
T : Berarti pertama itu liat dari film dulu, 1. Menyenangi drama terlebih dahulu, baru musik drama dulu ya? J
: Iya drama dulu, baru senang musiknya
T J
: Film drama yang disukai apa waktu itu? : Boys Before Flowers
T di J
T
: Boys Before Flower emang ada artis K-POP
1. dalam drama ada boy band yang disukai 2. Kim Hyung Joon diidolakan
situ Mbak ? : Eehm.. artis K-POP ada.. boy bandnya si Kim Hyun Joong dia kan leader ….. emang zaman BBF itu boy bandnya dia kan lagi inin nya kan, setelah makin lama makin kesini boy bandnya SS udah gak ada kabar, lebih pusatnya tuh kayak big big menejemen besar kan kayak SM, C Boiti : Mbak kan sekarang udah kerja kan ya jadi kegiatan rutinnya apa yang dilakukan, kalau
1. Mencari info tentang artis K-Pop termasuk dalam Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
76 boleh mendetil ya Mbak ya biar bisa keliatan gitu J : Kegiatannya paling tiap hari bangun tidur, online-onlie sedikit cari info sedikit, baru beberes rumah terus baru berangkat kerja, berangkat kerja di perjalanan juga sambal ngatasin macet online online juga cari-cari info, pulang juga gitu sampe rumah cari-cari info nontonnonton video sedikit lah baru tidur, sehari-harinya gitu
kegiatan rutin 2. Informasi di dapat dari berita on line
T : Yang pagi online itu apa yang dicari atau 1. Sosial media (twitter, fb dan Instagram) menjadi online di mana ? tempat mencari informasi
J
: Biasanya tuh paling sering dari twitter, terbaru facebook, Instagram kan sekarang membermember banyak yang punya Instagram, diliat hari ini mereka update apa engga
T
: Kalau di Instagram kan biasanya banyak 1. Khusus untuk Instagram foto kan ya, yang Mbak Han lhat itu biasanya untuk melihat foto terbaru foto apa yang mereka tunjukkan lewat idola Instagram ?
J
: Selcanya mereka, kalo orang lain kan bahasanya selfie tapi kalo mereka istilahnya selca- self camera
T
: Apa bedanya sama selfie sih Mba ?
J
: Sama aja sih, cuma istilahnya doang yang beda ehehehhe.. cuman itu udah terkenal dari dulu sih kata-kata selfie mulai menjamur, selca udah dari dulu
T
: Mbak kalo misalnya jenuh dengan kerja, 1. kegiatan di waktu luang jenuh dengan kehidupan sehari-hari apa yang menonton video dan melihat acara kabel TV seputar K-Pop dilakukan berkaitan dengan hobinya itu?
J
1. Ingin merasa berbeda dari orang lain
(Music Bank, M-Net Count : Ya paling nonton-nonton video mereka Down)
yang baru, setiap malem kan setiap mereka come back kan mereka ada videonya, hari ini dia di music bank langsung cari updatean video mereka come back, di m net count down, paling kayak gitu-gitu doang nonton video
T : Mbak kenapa sih suka sama K-POP, apa 1. Alasan menyukai K-Pop : - fisik (artis) yang menyebabkan Mbak suka ? J : K-POP kalo pertama sih paling liat-liat itu dari fisik ya, awal-awal pasti liatnya dari fisik terus lama-lama
- berkepribadian (ramah, memperlakukan penggemar seolah teman) Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
77 semakin dalam gitu mereka punya kepribadian sendiri.. gimanasih.. mereka punya kepribadian ramah, bedanya sama artis barat kan mereka nyanyi Cuma nyanyi-nyanyi doang kan, kalo mereka tuh engga, kayak Suju gitu kalo
- pekerja keras - kompak
T
: Mbak mau tanya dong, tadi kayanya kan mereka udah kayak temen sendiri bukan kayak hubungannya artis sama penggemar, menurut Mbak definisinya temen sampe Mbak mengganggap mereka sebagai teman Mbak Han?
J
: Ehm.. kalo mereka itu sering update di media sosial juga kan mereka sering bales, gak cuma di dalem negeri aja, pas kesini juga mereka sering nyapa, kayak Siwon yang waktu itu kna dia mau ke Pacific Place dia update duluan mau ke Pacific Place jam segini, itutuh udah kayak punya temen mau janjian “Yuk kita ke Pacific Place jam segini janjian di sana” Dianya gak mikir resiko bakal rusuh bakal apa, terus kan kita nganggep dia kan kayak pacar kita, suami kita, hehehhee..mereka juga nanggepin, hehhe…mereka juga sering gitu, aku sih bener-bener gak mandang mereka tuh kayak artis ke fansnya jauh banget, kayak derajatnya tuh gak jauh
1. Pandangan artis K-Pop dianggap sebagai teman karena beberapa alasan : - sering membalas fans via social media - mengupdate informasi kepada fans - dianggap seperti teman, pacar, suami tetap menanggapi - menganggap artis idola sebagai orang yang “mudah dijangkau” / dekat
sama fansnya udah kayak temen sendiri gitu, nganggepnya kayak temen sendiri, aku juga nganggep mereka jadi kayak temen bukan kayak idola, jadi sama-sama temen sebaya gitu. Suka nya dari situ, terus juga bukan Cuma dari fisik aja dari skill juga, dari lamanya training juga mereka udah terasa jadi udah gak diraguin lagi kemampuan mereka, seriap orang kan beda-beda ada yang rapper ya rapper dia gak bisa nyanyi tapi kan namanya boy band itukan emang saling melengkapi, jadi kalo semua pinter vocal tapi gak ada yang pinter rapper itu namanya bukan boy band
T : tadi kan dibilang mbak katanya mereka itu juga trainingnya keras dan lama? J : Iya mereka latihannya lama banget, bertahun-tahun baru bisa diorbit, itu dikontrak…tapi lamanya beda-beda, tergantung manajemennya T : Berarti beda menejemen beda caranya nyari artis ya J : tapikan dulu G Dragon dulunya di training
1. Mengetahui bahwa artis KPop pekerja keras 2. Terikat kontrak bertahuntahun dengan perusahaan manajemen 3. G Dragon keluar dari manajemen karena tidak bebas mengarang lagu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
78 SM, dia keluar katanya dia gak bebas, kan jarang tuh artis punya lagunya sendiri, dia bilang “Orang kita udah punya composer terbaik, kenapa kamu harus bikin lagu, andelin aja mereka. Kita juga ngebayar mereka gak ngandelin mereka buat apa ?” T : Ooh jadi kalo yang artis SM Town gak bikin 1. Artis K-Pop tidak membuat lagu sendiri, ada bagian yang lagu sendiri dia ya ? J : Paling kalo buat ya jadi sampingan gitu, bukan jadi top single T : G Dragon itu yang mengerikan, bener gak sih ? J : Ya istilah katanya tuh swag T J
khusus membuatkan lagu
dandanannya 1. Pengetahuan tentang artis yang bukan idola tidak mendalam
: Kenapa Mbak ? : Kenapa namanya swag?
T : Ya, Apa tuh artinya ? J : Gak tau pokoknya serem-serem gitu deh, gak ngerti deh T
: Hhehehe..Mbak kan kalo msialnya artisartis K-POP itu kan banyak jadi bintang iklannya produk apa produk apa, biasanya Mbak Han tertarik gak pake produk itu ?
1. tertarik untuk menggunakan produk yang diiklankan oleh idola 2. Produk turunan dari K-Pop juga dikejar oleh fans
J : Tertarik banget…Etude House itu yang maen SHINee T : Face shop kan juga ya ? Pake artis K-Pop 1. mengikuti semua produk turunan K-Pop yang diiklankan buat iklannya? J : Face shop iya tapi yang main Kim Hyun Joong. Kalo Theme HPku Sulli hehe..
idola
T : Itu bintang iklannya face Shop juga? J : iya…bintang iklannya T J
: Mbak Han pake Etude ? : Engga sih, pernah sih pengen beli tapi engga. Kalo kemaren Suju itu baru ngeluarin Bonchon, dulu sempet beli karena dulu openingnya katanya mau dateng dua, aku bela-belain dateng sampe ditangkep satpam, soalnya waktu pulang, waktu acaranya kelar aku sama temen nyuri-nyuri dia lewat mana, kata satpamnya dari pintu exit taunya dari
1. walaupun tertarik tapi akhirnya tidak menggunakan produk yang diiklankan idola (ada pertimbangan lain) 2. Tertarik dengan produk makanan yang diiklankan idola 3. Mengejar-ngejar idola yang datang ke Indonesia dalam Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
79 pintu khusus, aku ikut masuk kesitu, ketauan rangka promosi satpam, ditangkep hehehee.. : Jadi ikut makan disitu ya? Sampai sekarang 1. Sudah tidak lagi tertarik
T mencoba produk jika yang suka? J : Tertarik sih…Cuma sekarang bukan Suju mengiklankan bukan idolanya lagi lagi jadi kurang berminat hehe T: Kan ada supermarket sama mal Korea ya di Jakarta? J : Iya waktu itu juga pembukaan Lotte Dong Hae sama Kangin
1. Segala sesuatu yang melibatkan artis K-Pop akan dikejar (produk turunan dari K-Pop)
T J
: Yang di Jakarta kan ? : Iya itu temenku bela-belain sampe nginep dari malem padahal Dong Hae sama Kangin datengnya cuma lima belas menit
T
: Dan itukan sebenernya bukan acaranya artis 1. Walaupun menggemari KKorea kan, itu sebenernya pmbukaan mall Pop dengan semua produk turunannya tapi ada batasnya kan? Suka kesana gak Mbak ? : Pertama doang waktu itu, kesini-sininya gak
J pernah T J
: kenapa mbak? : Mahal-mahal semuanya
T
: Harus punya optimistic ya, tapi mbak 1. Tiap Fans hampir pasti ingin pengen ke Korea ndak? karena apa mbak? mengunjungi Korea artis K-POPnya atau karena apa ? : Semua sih, awalnya kan artis K-POP kan kalo di Korea kayak ke tempat-tempat yang sik kan, jadi pengen ke sana kan, terus juga pengen pake baju-baju tradisional mereka juga foto-foto
J
T artis J
1. Ada pertimbangan yang masuk akal
: Menurut Mbak Han apa sih kelebihannya 1. membanding-bandingkan K-POP sama artis-artis barat? : Artis barat itu terlalu cuek.. mereka cuma mikirin diri sendiri gak mikirin fansnya tapi artis Korea beratnya terlalu jaga image, mereka harus keliatan bener-bener kayak dewa, gak boleh berdosa, gak boleh ada kekurangannya sedikit pun, contohnya kayak mereka memegang rokok aja itu langsung jadi skandal padahal kan kalo cowok ngerokok kan wajar ya Gak tau dia ngerokok apa engga sih, itu juga bukan di instagramnya dia tapi di instagramnya temennya, lagi nggumpul
idolanya dengan artis Barat 2. Artis Barat dianggap buruk karena cuek tidak memperhatikan fans 3. Artis K-Pop harus menjaga image dan perilaku tidak boleh tercela
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
80 bareng di café terus ada rokok Marlboro di meja,tapikan kita juga gak tau itu rokok siapa, gitu aja udah diramein ama fans, makanya mereka selalu ati-ati karena tau tiap langkahnya diikuti ama fans T : Jadi beredar luas gitu ya beritanya di 1. Berita tentang idola tersebar luas melalui internet internet? J : Netizen pasti sekecil apapun dikomentarin, dan memancing komentar menurut kita itu wajar, menurut dia itu gak wajar T : Karena apa Mbak, kok dikomentarin gitu? 1. Artis K-Pop harus sempurna Bisa jelasin nggak? kan sering online sama mereka, di mata fans kenapa mereka sampe kayak gitu ? J : Ya gimana ya, ya itu artis Korea memang gak boleh punya kesalahan sedikitpun, harus bener..walaupun mereka anggap itu wajar T : Ooh jadi artis tuh gak boleh ada salahnya 1. Masalah pribadi artis bisa menimbulkan sentimen gitu ya ? J : Ketauan skandal pacaran aja kayak udah.. tertentu di kalangan fans aku juga benci sih kemaren sebenernya sama Baekhyun sama Taeyon, beda umurnya jauh, yang cewek lebih tua T J
T
: Kalo sudah ngefans pasti nggak akan 1. Perasaan terhadap artis idola berubah-rubah lagi ya mbak? : Dari sebelum jadi apa-apa dia emang udah ngefans sama Tae Yon. Dulu ditawari sama SM tapi dia gak tau kalo itu dari SM “Kamu mau gak jadi artis ?” Terus dia nolak kan, gak mau.. tapi ini menejemennya Taeyon, dia langsung mau hehehe.. karena emang udah ngidolain, itu juga sih karena dia punya bakat ya, dari orang biasa, ngidolain, terus akhirnya masuk menejemen terus bisa macaran, itukan semua bias kan juga mau
: Mbak Han, kalo ada orang-orang yang nganggap fans K-Pop negative, kayak kampungan, orang gila, autis dan macammacam lagi, menurut mbak gimana? J : Biarin aja ah..ngapain sih dipikirin? Mereka juga pasti kan punya kesenengan sendirisendiri kan? Kalo dikomentarin kira-kira suka nggak? T : Mbak, kalo liat artisnya pake baju apa, suka nyari-nyari gak, bajunya apa, merk apa ? J: Iya, dari baju, tas sampe sandal swallow kan kemaren, pas Sehun luka itu, dibawa sampe
Tidak peduli anggapan miring orang sekitar
1. Mengikuti/meniru penampilan artis K-Pop 2. Sangat memperhatikan pada apa yang dipakai artis KUniversitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
81
T
J
ke Korea lagi, sampe sekarang masih di pake Pop kok : Iya katanya dia suka banget sih sama sendal 1. Sangat memperhatikan hal swallow pantesan sekarang gak ada di toko, mendetil dari para artis K-Pop padahal kan yang biasa itu kan putih biru, sampe di foto di instagramnya : Dong Hae juga, kalo Sehun kan ijo, kalo Dong Hae ungu, cuman anehnya gini dia itukan pake swallow itu waktu main IBC nah IBC itu sebelum dia ke Indonesia, Beda sama Siwon, dia pakenya sandal jepit tapi sandal jepitnya jutaan, dia orang kaya ehehehe..
T J
: Siwon itu kesannya alim ya kalo di 1. Hal-hal menyangkut twitternya, suka ngeliat gak sih Mbak apa penampilan artis juga dinilai oleh fans gak suka sama Siwon ? : Engga terlalu sih, emang sih kalo Siwon itu perfect, kaya iya, ramah iya, tapi dia punya sesuatu yang bikin ilfeel hahahahaa… dia emang visual tapi dia suka gak jaim, dia selalu masang tampang-tampang gak jaim, tampang jelek, tampang salah gaul.. suka masang-masang tampang melotot hehehe.. cuman kadang dia penampilannya terlalu tua, gak kayak seumurannya dia terus dia sama Ryeowook kan selisihnya dikit kan, waktu itu wisuda bareng, tapi keliatan banget dia tua si Ryeowook mas-mas banget
T : padahal kan umurnya masih muda kan 1. 1. Hal-hal menyangkut penampilan artis juga dinilai Siwon itu ? J : sama Leeteuk aja mukanya …..suka update oleh fans twitter foto-foto dia yang editan di twitter, mainnya sama bule-bule T : Mbak kalo aktif di twitter, Instagram itu biasanya ikut aktif ga, ngelike,comment atau ngapain? J : Kalo aku, disitu kan istilahnya aku masterinnya Purwokerto lah, hehehe.. apa.. dedengkotnya lah, kalo temen-temenku suka sih suka tapi mereka cinta sama SUJU, tapi sukanya mereka itu dengan ngebully member SUJUnya, jadi ya emang member SUJUnya emang begitu sih ya orangnya ya, suka ngebully gitu kayak Eunhyuk kan dibilang paling jelek. Kan dibilangnya kan istri-istri
1. Kegiatan di social media, berpura-pura menjadi pasangan artis K-Pop (menjadi bias) 2. Mengetahui secara mendetil tentang artis K-Pop
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
82 kebetulan dalam kelompok itu setiap anak kan beda bias kan, aku istri Sungmin, ada istri Eunhyuk,ada istri Donghae, Donghae itukan dikenal bloon, ganteng sih, suka ngerusakin barang-barang gitu, pernah nyerempet mobilnya Siwon hehe..parah siwon, Siwon kan punya mobil kan juga dinamain, jadi punya nama ada Rafael ada Gabriel itu nama mobilnya dia. Kayak anjingnya, hewan-hewan peliharaannya kita kenal, kayak Eunhyuk foto bareng anjingnya dikomen “iih anjingnya lebih imut, anjingnya lebih ganteng” Si Sungmin, diakan dikenal member yang kaya ya, dia dikenal anaknya low profile, sekalinya suka sama baju itu baju bisa dipake empat kali dalam seminggu padahal kan artis ya, biasanya kan kalo artis kan mikir-mikir “Ah hari ini pake baju ini, besok pake baju ini ah..” dia engga, waktu dia kesini yang kemaren, yang RCTI dia pake baju itu, dua hari kemudian dia ke SM pake baju itu, abis itu dia come back ke music bank pake baju itu lagi sampe kemaren dia ke see show masih pake baju itu lagi.. ya ampun ini anak lucunyaa.. T
: Jadi ada perbedaannya ya antara artis K- 1. Membandingkan antara artis satu dengan yang lain Pop itu? J HAN : Beda sama Siwon ,Siwon sama Sungmin, Siwon emang keliatan dia bajunya branded apa engga, kalo Sungmin engga 1. Memberikan komentar T : Branded ya bajunya, luar biasa J HAN : Sampe gak punya baju aja masih PD.. terhadap penampilan ehehehe…. badan mahal T : Iya kayaknya gak ada badan yang ya… badan yang biasa gitu.. J HAN : Dituntut diet juga sih
T
J
: Mba kalo misalnya liat idolanya dari 1. Memaklumi upaya operasi pertama kali jadi artis mukanya kayak apa plastic yang dilakukan para terus sekarang udah berubah jadi kayak apa, artis menurut Mbak Han itu wajar apa engga sih ? : Ya mungkin dulunya dia kampung kan, ya semua juga gitu, artis-artis Indonesia kan juga gitu, dulu, sebelum dia debute. Tapi kalo SUJU itu yang aku suka itu waktu debute itu mukanya aneh-aneh hehehe.. Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
83 itukan ada kesan sendiri, ada kenangan tersendiri jadi artis dibandingin artis yang dateng-dateng udah ganteng-ganteng gitu kan jadi gak ada sesuatu yang enak buat di bully gitu kan, zamannya itukan alay-alay banget ehehehe.. Wajar sih, mereka kan dari awal apa mungkin kan belum menyesuaikan diri ya, disinikan mereka selalu dituntut juga buat tampil lebih menarik gitu ya, jadi ya gak ada salahnya, semua orang kan juga pengen berubah keliatan cantik keliatan ganteng T
J
T J
: Mbak, tadikan aku udah tanya nih kenapa seneng sama artis itu kan, nah sekarang aku Tanya nih sama sesama, sebagai penggemar K-POP , biasanya kalo ketemu sama sesama penggemar itu langsung apa online . Mbak Han kan temenan sama mbak Luk udah lama, dari masih di Purwokerto ya, nah sekarang kalo sama penggemar yang lain banyakan ketemunya online apa langsung ? : Aku kalo berangkat kerja kan naik busway mataku selalu jeli, ih ada anak yan pake kaos SUJU aku langsung deketin, “Mbak suka SUJU ya, suka sama siapa?” Langsung “Eiya..gini..gini..gini..” padahal gak kenal sebelumnya, kayak waktu kemaren tuh Min Ho ulang tahun, itukan kebetulan bias aku kan, berangkat ada yang pake Song Min, “Mbak SS ya, biasnya Song Min ?” “Iya” “Mbak mau kemana ?” “Aku mau ke Monas ulang tahun Song Min.” “Oh aku gak tau, soalnya aku lagi sebel sama Song Min soalnya dia kemaren musikal ada adegan kissnya!” “Iya tuh nyebelin banget tuh, pemain ngumpet-ngumpet aja..” Terus kita ngulang-ngulang waktu social kemaren, itukan juga ada dancer sexynya, ada sexy dancernya gitu itu langsung kayak dibejekbejek gitu
1. Sesama Penggemar selalu merasa ada keterikatan karena tertarik pada obyek yang sama
: Paling senang jadinya kalo liat di internet 1. Selalu merasa senang melihat foto dan mengetahui apanya artis-artis? : Liat selcanya mereka, terus liat schedule kabar-kabar seputar idola mereka mau kemana, mereka mau apa, paling gitu doang apalagi sekarang lagi sering ada skandal-skandal gitu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
84 T J
: Berita yang paling nggak disenengi apa? : Aku paling gakkuat kalopagi-pagi baca berita tuh SM dikeluarin, SM di..apa..pokoknya udah pusing deh
1. Tidak suka melihat/ membaca berita negative seputar artis dan management artis
T
: jadi kemaren yang berita artis keluar dari SNSD itu gimana? : Jessica keluar??ah lebih shock daripada minggu kemaren bias confirm dating, Sungmin pacaran…
1. Tidak suka berita idola berpacaran, walaupun akhirnya menerima karena pacar cantik 2. Memberi penilaian terhadap kehidupan pribadi artis
J
nonton sampe
apaT J
T
Tapi beberepa hari doang.. disitu aku lagi seneng- senengnya sama Sungmin, lagi video lagi seneng yeee.. sampe ngantuk
tidur bangun-bangun dikasi kabar kayak gitu, “ini beneran gak sih?” Kebayang-kebayang mulu…tapi pas liat ceweknya cantik ah ga apa lah.. : jadi berita paling berat kalo ada member 1. Tidak suka idolanya yang keluar dari grup ya? Kalo Suju kan dijadikan bahan lelucon sudah ada juga yang keluar? : Aku kenal SUJU udah lama keluar sih ya, jadi udah gak teralu berat gitu.. tapi kayak kenal mereka tuh kenal yang masa lalu, yang udah keluar, gak pernah update-update mereka yang sekarang cuman pas yan Eunhyuk kesini dia sempet kesini kan, waktu ke Dahsyat ya Allah sama si Olga digituin banget. Hangeng ke Dahsyat, dia sama Olga di rangkul-rangkul, Hangeng ilfeel gitu sama Olga
: Mbak punya keinginan gak sih yang berhubungan sama idola, pengen ketemu, pengen berkunjung atau pengen apa, Mbak Han gimana ? J : Pengen berkunjung sih, ketemu sma mertua juga ahahhaahaa..kan dia punya café,di Korea T : Apa dia suka juga melayanin di cafenya ? J : He‟eh.. semua, Yesung juga.. kalo Song Min kan masih ada schedule kalo Yesung itu abis wamil, pulang wamil ia pasti ke cafénya dia ngelayanin apa bikinin kopi T
1. Ingin berkunjung ke Korea untuk bertemu artis idola dekat dengan keseharian sang artis
: Kalo ketemu sama sesama fans suka nyapa? 1. Ada istilah-istilah yang Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
85 digunakan dengan sesama Pake Bahasa Korea ya? penggemar, dan hanya J : Istilanya kan banyak penggemar yang memahami Kalo Korea jargon-jargonnya banyak apalag EXO, kalo Sehun kan yaha yehe hou ko gat hehehee.. gatau sih artinya apa Istilah kata kayak hore –hore gitu loh, Baekhyun juga cape song..cape song
T : Kok bisa fans ngerti? J : Bisa sih…gak cuma itu, karena emng dari awal suka Korea jadi tipe cowokku tuh yang cute, imut-imut terus gak bisa diem,itu ada di Sungmin semua, apalagi dia orangnya dewasa gitu kan. Terus kalo Sungmin itu kayaknya gimana ya, kayaknya kena banget gitu loh. Waktu itu sempet ya… aku waktu itu pernah bikin gathering, hanya ELF, terus pas lagi capek-capeklnya Sungmin bilang gini, taun kemaren sebelum social, “Nanti ketemu tanggal dua enam juni ya, tanggal dua tiga agustus kita ketemu ya kita nikah.“ Ternyata waktu RCTI kemaren itu tanggal dua tiga agustus aku ketemu Sungmin hehehee… apasih.. kalo sama Sungmin apa ya, nalurinya ada gitu atau batinnya ngerasa ada walau dia gak ngerasain gitu kan
1. Kedekatan dengan idola membuat fans seolah-olah memiliki hubungan pribadi dengan idolanya
T : Mbak Han menurut kamu, idola itu seperti apa sih ? J : Idola itu orang yang menginspirasi kita.. punya.. itu kan kalo orang Korea itu kan trainingnya lama, itu menginspirasi kita kalo jangan gampang menyerah mau dapetin sesuatu, dalam menggapai sebuah mimpi, terus inspirasi dalam mendapatkan pacar kayak gitu, yang kayak mereka hehehee.. sebenernya gak begitu rugi juga sih kita, kan sebenernya bisa bikin fan fiction kan, bisa ngelatih otak kita kan, kita bisa ngarang, imajinasi T : Pernah bikin Mbak Hanum ? J : Pernah sih bikin tapi gak panjang-panjang, kalo lagi nulis semangaaaat gitu ya, tapi kalo udah berenti aduuuh males.. tapi tementemenku banyak sampe ngeluarin novel.. banyak. Dulu aku juga sempet ikut siaran radio, sampe sekarang sih masih sih.. tapi udah engga, soalnya aku udah disini kan..
1. Idola jadi inspirasi 2. Artis K-Pop menginspirasi tidak gampak menyerah 3. Dari sumber inspirasi bisa menghasilkan karya fan fiction
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
86
T : Di Purwokerto itu banyak gak sih, Mbak 1. Sesama fans akan menjadi dekat karena adanya rasa Han yang ikut ? J : Aku mah udah.. aku kemaren sempet ketemu ikatan pada obyek yang sama Tike, Tike Priyatna Kusumah. Dia jadi MC manggung ada band, mereka ke hotel, gamau nonton konser, maunya cerita-cerita, besok janjian nonton see show, dia juga seneng banget , orang twitnya dia tadi pagi “aku sedih kehilangan ponakan aku di SNSD, ponakan aku yang lainnya tinggal delapan.” Ehhehehe gitu. Lucu hehehe.. dia sama kalo ketemu “Waa itu ganteng banget ya.” Kalo update T : Berarti kedepannya K-POP fans itu ke 1. Harapan untuk K-Pop dan fans agar tetap bertahan depannya gimana, di Indonesia ? J : Kalo aku sih setia ya.. ya kalo emang udah saatnya nikah yaa.. tetep ngedukung siapa tau anak-anaknya generasi masa depan K-POP. ELF itukan everlasting friend , teman sampe akhir sampe mereka kakek nenek T
J
T
: sorry ya maunya aku nanya nih, kalo fan 1. Fanatisme sebagai Fans war ini kayak sesame yang suka EXO atau misalnya penggemar EXO sama yang gak suka EXO ? : SNSD juga, kadang aku punya temen suka sama semua, kadang ada yang cuma suka sama yang ini, ada yang suka SUJU dia gak suka jodoh-jodohin, terus aku pasang status suka sama SNSD aduh entar dia ngomelngomel lagi.. di rumahku juga gitu sih, sepupuku suka SUJU, dia yang ngenalin aku sama SUJU, udah suka sama SUJU dia suka sama EXO dia udah gak suka. Kalo sama EXO masih lumayan masih mau ngikut, tapi kalo sama SUJU dia udah gak mau, karena waktu di hotel dia nunggu lama dia.. gak tau.. punya kesan buruk disitu lah.. ini misalnya di handphone aku dia ngisi lagu-lagu boy band kesukaan dia, tapi aku gak suka.. dia ngisi banyak banget kadang-kadang aku gedeg kalo aku lagi nyetel lagu SUJU “Ganti..ganti..” yang diputer lagunya dia, aku tuh sebel hehehehe : Mbak, ada gak sih barang yang Mbak punya 1. Hanya membeli barang karena idolanya Mbak mengiklankan itu ? Ini yang diiklankan artis idola handphone apa, LG ya yang iklanin SUJU ? (Terhegemoni) Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
87
J
T J
Waktu beli kenapa handphone LG ? : Aku waktu itu antara Samsung sama LG yang penting buatan Korea hehehe.. kalo Samsung EXO kalo LG SUJU udah gitu eheheheehe.. pokoknya yang buatan Korea, waktu itu aku ditawarin Lenovo gak mau, mau yang buatan Korea hehehee.. tapi kalo Samsung kan udah banyak yang punya ya walaupun anak-anak juga banyak yang pake, tapi yaudahlah gak apa-apa yang penting buatan Korea : Terus apa lagi nih mbak? : Kalo aku selalu di hubung-hubungin, bahkan naik busway aja, kan di busway ada kursi biru sama merah, biru itu SUJU merah itu TVSQ aku pokoknya kursinya mau yang biru gak mau yang merah, akukan ELF hehehe, kalo misalkan yang biru penuh, merah kosong aku berdiri aja ahahaha.. pokoknya kalo milih sesuatu kan biru, ELF biru, sebenerya mereka gak ada hubungan apaapa.. aku milih sesuatu selalu biru , misal milih sikat gigi gak ada biru, pink, Sungmin suka warna pink hehehehe.. dikait-kaitinnya kayak gitu..
1. Segala hal dalam kehidupan dirujuk kepada segala hal tentang idolanya (Terhegemoni)
Itu kayak udah moodbooster banget deh.. kalo udah sama lingkungan bete , Cuma liat fotonya doang buka gallery , isinya kan cuman member doang kan.. itu tuh bisa jadi semangat, bisa senyum-senyum sendiri deh pokoknya kayak orang gila hehehehee.. T J
: kalo selain baju atau warna apa lagi yang 1. Menjadi Konsumtif disukai untuk punya? : Kalo lightstick kan udah pasti kalo nonton konser.. apa yah, paling baju doang sih. Aku paling Tulisan-tulisan doang sih tapi kalo see shop ini bajunya bagus beli lah.. ini lagi mau ada bikin kaos Shindong, Shindong mau Wamil terus ada mau bikin kaos gitu
T ? J
: Ooh gitu, berapa Mbak harganya biasanya 1. Menjadi Konsumtif
T
: Berarti baju kadang-kadang pengen, suka 1. Menjadi Konsumtif
: Tujuh puluh sih, biasanya sih relatif sih paling seratus ribuan kalo yang official baru mahal, belinya kalo ada konser kan mereka jualan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
88 beli, kalo iket rambut engga ? ehehehe…sepatu nggak? J : kan ga pake iket rambut ehehhee.. swallow aja udah hehehe.. udah punya hehe.. T : Udah mikir kali ya mbak...mungkin karena 1. Ada sedikit kesadaran tapi usia kali ya Mbak, udah kerja mungkin ngerasain tidak mempengaruhi konsumtif ya.. J : Sandal sepuluh juta padahal sepuluh ribu hehehehe Temenku juga udah ada yang ke Korea. Dia main ke tempatnya Yesung, ke Cafenya. Aku Tanya “Ketemu Yesung gak ?” “Enggak ketemu ibunya, cuma mondar mandir doang ibunya.” “Kok gak foto bareng ?” “Engga ah malu” heheheee.. tapi kata dia sih kalo di Korea harga album murah katanya harga satu album aja sama kayak harga manga satu kilo T J
1. Mati-matian mengejar artis : terus apa lagi tuh? : Temenku udah ada yang ke Korea lho. Dia idola main ke tempatnya Yesung, ke Cafenya. “Ketemu Yesung gak ?” “Enggak ketemu ibunya, cuma mondar mandir doang ibunya.” “Kok gak foto bareng ?” “Engga ah malu” heheheee.. tapi kata dia sih kalo di Korea harga album murah katanya harga satu album aja sama kayak harga manga satu kilo
T
: Kalo mbak pengalamannya gimana? Apa 1.Tidak peduli dengan sekitar yang paling „pol-polan‟ atau paling maksimal 2. Mengalami perlakuan pernah dilakukan karena cintanya nih sama negative dari lingkungan K-Pop? : Ada diputer lagu-lagu K-Pop masa girang banget, dulu aja waktu aku di retail cuek aja nyanyi-nyanyi hehehe.. waktu kemaren ya.. kan lagi jalan, kana da itu tuh Niaga, ada TV eh ada SUJU nyanyi hehe.. Nonton dulu di situ, foto dulu, terus upload dulu “Iih ada SUJU !!” hehehee.. pokoknya sampe anakanak bilang “Lo nyadar gak sih, lo gila tau gak ?”
J
T J
: Mbak seneng aja ya yang liat muka mereka 1. Membanding-bandingkan artis idola di video gitu? : Kayaknya yang paling ganteng Iki doang ya, ada satu gosipnya dia mau di training sama SM, dia orang Bandung, mukanya mirip Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
89 Tenming sama Kai, TenMing kan mirip kan.. J
: Setiap drama juga gitu sih asal mereka yang main pasti, tapi aku yang suka SUJUnya kalo mereka interview, orang waktu di Indonesia aja interview gak jaim, rangkul-rangkulan, tabok-tabokan, gak jaim gitu.. wawancara aja sampe yang ngewawancara diledekin. Waktu itu Okti diwawancarin kan ditanyain “Seberapa kenal sih kamu sama Indonesia?” si Shindong bilang, “Ya aku tau Indonesia kan dari yang drama-drama itu.” Terus si Kangmin nyeplos, “Kamu di drama itu sukanya sama siapa?” “Kyo Hyun Sung.”Kalo di SUJU sukanya sama siapa ?” “Sama Kyuhyun. “Shindong kan sebelahnya hostnya, Sindong kamu tukeran sama Kyuhyun. Kyuhyunnya takut-takut, bikin ketawa ehehhee.. terus ditanyain lagi, “Kalo lagi di luar negeri kalian kangen gak sih sama orang-orang rumah ?” terus Eunhyuk bilang “Aku kangen sama ibuku.” Terus Kangmin nyeplos lagi “Kamu mau gak jadi ibuku ?” ehehehee terus saling bully gitu, terus ditanya “Kamu kalo di SUJU yang paling fashionable siapa ?” “Sungmin” nah Sungmin itu paling gak fashionable tapi dibilangnya paling fashionable, baju ke supermarket sama baju ke airport aja sama, mau pake kaos ,mau pake apa pokoknya gak perduli, pokoknya itu aja.. hehehe haduuh bener-bener.. sampe yang waktu SM Town juga tuh waktu wawancara yang paling itu tuh Leeteuk. Wawancara kan sore kan waktu presscon, di situ tuh yang lainnya pada “Selamat malam” Leeteuk tuh mukanya iiih.. gue yang paling tau, gue yang paling sering ke Indonesia, yang paling tau Indonesia. Yang lainnya pada selamat malam eh Leeteuk bilang selamat sore, eeh leeteuk bener, tapi dia nyapa selamat sore mulu, sampe malem, sampe konserpun dia nyapa masih selamat sore, sok taunya bangetbanget hehehee.. terus pas udah selese presscon , dia udah sok-sokan mau ngomong Bahasa Indonesia eh semua mic dimatiin sama reporternya hehehehe..itu mukanya keliatan banget, sok banget hehehehehee…
T
: Pada komentar dong ya…Pokoknya komen 1. Merasa akrab dengan artis
1. Mengetahui hal mendetil tentang idola 2. Memberikan penilaian tentang segala hal yang menyangkut idola 3. Hal-hal kecil yang dilakukan idola sudah membuat Fans senang sekali
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
90 idola aja ya terus sama sesamanya, Mbak Han gimana ? J : Jadi tau mereka lebih dalem lagi, jadi nambah temen aja sih, jadi bahan omongan aja biar lebih akrab
T
J
: Bedanya apa sih Mbak kan suka artis 1. Pandangan negative Korea, kalo barat kan udah tau karena tentang artis tanah air mereka jaim banget, kalo artis Indonesia menurut Mbak ? :Hahahhhahaa…instan, mereka ngikut-ngikut ajalah hahahahaa!!! : Niru-niru tapi gak mau ngaku gitu loh, apa sih kalo SMASH itu ya.. kalo Korea kan setiap minggu kan ada yang di tunggutunggu gitu ya, kalo sini lagu yang lama dinyanyiin lagi, gak ada yang baru, gak ada yang fresh gitu kan, nyari sensasi… Kemaren aja sempet bikin emosi, yang dramanya Morgan sama Nikita yang ngikutngikutin Korea, udah di ultimatum sampe gak boleh tayang, sama banget ngikutinnya, plagiat
T
J
: jadi bedanya sama artis Indonesia, jadi kalo 1. Menyadari terjadinya Korea sama artis Korea mereka selalu regenerasi menyajikan yang baru gitu ya menurut mbak? : Sampe boyband-boyband mereka masih ada yang ngeluarin… ya tergantung generasi mereka ya, sekarang generasi dibawah aku ya jadi ngeluarinnya anak-anak imut, kalo idolaku kan sekarang udah om-om, aku kalo bilang mereka om-om alay‟ “Ih tuh om-om alay tuh” hehehe
T : Kalo anak SMA-SMA sekarang siapa dong 1. Mengetahui adanya regenerasi (idola K-Popnya) ? J : Kalo sekarang sih ke magnenya sih, magne itu kan istilah bontot untuk boyband girlband gitu, jadi mereka lebih ke magne, magne kan sekarang udah ada yang lahir „97-‟98 SM sih lebih suka yang kayak BTS T
: SM Artisnya lebih banyak, bener gak sih ?
J HAN : Iya dia borongan, walaupun satu-satu keluar ya hehehe tapi masih banyak. Sungmin sampe minta dibikinin nasi goreng, SungMmin itu penasaran sama gorengan,
1. Mengetahui hal-hal mendetil tentang artis idola
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
91
T J
dia
tapikan dia namanya juga artiskan ya dia gak boleh makan gorengan dan setiap mereka konser, aku kan ngikutinnya SM doang ya, selalu ada hoax berita-berita yang ngasal gitu, kayak Sungmin suka gorengan dibilangin Sungmin waktu di jalan turun beli gorengan hehehehe.. dia punya duit Indonesia dari mana, duit kecil kan. Terus waktu kemaren konser di RCTI sebelum pulang Donghae beli tongsis dulu, diakan waktu itu pake tongsis gitu waktu pulang.. pokoknya banyak banget berita ngarang tapi lucunya masih ada aja yang percaya ehehehe.. entar kalo beli tongsis di Quantech aja aku gratisin gapapa hahahahaha.. kadang si Donghae disama-samain mirip Ariel hehehe.. dibilang mirip Morgan SM*SH hehehehe 1. Tidak boleh ada kesalahan : Itu yang ngomong fans atau antifans ? : Ya semuanya sih, kadang gak suka kan tapi yang dilakukan artis K-Pop ngebullynya tetep, aku kan juga gak suka sama Ariel kan tapi tetep aja “Dasar Ariel..dasar Ariel..” Kemaren di RCTI Noah kan juga tampil ya, ciyee si Donghae mau ketemu kembarannya hehehe.. Terus si Donghae salah teriak Malaysia terus minta maaf kan. Senengnya sama Donghae
anaknya sensitive kalo disakitin sedikit langsung kepikiran, katanya sih waktu dia salah yang Malaysia itu dia langsung di bassing sama penggemar-penggemarnya Noah yang dibawa dia langsung takut, aku sih gak di depan panggung ya jadi gak tau keadaan cuman Donghaenya emang takut, takut dilemparlemparin apa T : Terus apa lagi ya acara yang rame banget itu? Yang ada artis K-Popnya juga? J : Waktu kemaren ke Monas aku ikut, aku bolos kerja sampe dimarahin “Cuman gitu doang lo sampe gak kerja, lo gila ya, gak penting banget sih?” Bagi mereka gak penting bagi kita penting gitu, mereka ulang taun ngucapin ke mereka itu penting, kalo mereka ulang taun aku gak ngucapin itu rasanya gimana gitu, padahal fans jadi ikut ngucapin, ikut ngerayain, foto bareng, udah gitu doang.. lumayan lah,lumayan ramah,
1. Habis-habisan menunjukkan dukungan pada artis K-Pop 2. Memberikan penilaian terhadap kehidupan pribadi idola 3. Eksploitasi habis-habisan terhadap artis dilakukan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
92 Indonesia masih dianggap gak cuman basabasi doang “Aku suka Indonesia” Pas tampil, biasanya artis kan gitu. Tapi aku sebel, gak mau kenal sama Nichkhun gara-gara sama Tiffany , TTS ( Taken Taken Single) hahahahaa.. Aku lebih suka Siwon sama Tiffany, udah gak apa-apa tapi kalo Nichkhun sama Tiffany gak mau hehehee.. pokoknya Nichkhun tuh sama Victoria pokoknya gitu hehehehe.. J
T J
T ya J T J
: Biasanya leader mukanya gak keliatan paling tua magnae mukanya malahkeliatan paling tua, Kyuhyun aja mukanya gak cocok jadi magnae, dia kalo ngomong Indonesia medok banget “apha kabha.. apa kabha..” hehehee..waktu super show aja si Ryeowook dia ngomong Indonesia panjang banget tapi sambil baca sih, tapi lucu dia bilang janji ya “ canci ya. Apakah kalian senang, selamat berbahagia.” Dia ngetwit aja pake Bahasa Indonesia panjang banget, tapi yang herannya itu langsung disingkat sampe anakanak “Ini disingkat kok bisa tau sih?” paling ada yang nulisin : Atau dia buka kamus ? : Tapi kalo buka kamus beda, bahasanya acak-acakan, beda.. kayak siapa itu, dia dateng konser di Indonesia dia bahasanya acak-acakan, jadi gak kayak biasa kita ngomong, Bahasa baku gitu.. kalo abis gajian gitu traktir sepupuku pasti bubble tea pastike chatime ke apa.. soalnya Sehun kan suka bubble tea disambung-sambungin aja Padahal sih rasanya biasa aja tapi karena ada member yang suka jadi ya kita ikut-ikutan suka, di upload deh di Instagram terus di tag deh bubble tea ke Instagram Sehun : Jadi serasa ngerasain yang sama dengan itu
1. Upaya idola meraih simpati para fans dengan menggunakan Bahasa Indonesia
hehehee : iya…hehehehe : Apa lagi nih cerita yang lucu dari artis K- 1. Selalu menganggap artis KPop lebih hebat dibanding Pop?? : yang lucu itu waktu Syahrini ketemu artis Indonesia Sungmin sama Ryeowook di bandara, “Member Super Junior ya ?” Ryeowook takut, Syahrininya pas lagi di BonChon lagi di airport mau balik ke Indonesia, Syahrini kan tau di situ banyak ELF berarti ada SUJU, Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
93 dia cari tuh SUJU ada di mana eh ketemu dua, di samperin, yang dua cuma nyengirnyengir doang terus salaman, takut Ryeowooknya lagi di kasir pengen cepetcepet hehehe.. terus Ayu Ting-Ting juga kemaren waktu konser jangan sampe foto sama Ayu Ting-Ting, artis Indonesia jangan papa kegenitan, kecuali Afgan boleh hehehe J HAN : Waktu konser RCTI kemaren aku ketemu 1. Hanya Afgan dan Alika yang Alika ngantri bareng, Alika kan sama dianggap setara dengan artis sukanya sama Sungmin, waktu itu dia ke K-Pop Korea ke cafenya foto bareng sama ibunya, sama mamah mertua hehehe.. T : suka nggak liat orang-orang yang niru 1. Ada kesadaran walaupun kecil terhadap konsumtivisme tampilannya artis K-Pop? Hasil permak salon gitu? J : seriiinggg….suka aneh juga ngeliatnya.. T : Itupun cuma di Johny Andrean kan daelapan ratus ribu? J : Nyalon Delapan ratus mending ngumpulin buat beli tiket konser T : Mbak soalnya kan Cuma Johny Andrean yang promosiin K-POP style T : Mbak soalnya kan Cuma Johny Andrean yang 1. Tetap up date info tentang promosiin K-POP style? Tapi emang segala hal yang menyangkut kayaknya cuma dia ya yang berani promo K-Pop Korean style gitu ? J : Engga kok… tapi di sini emang ada sih salon Korea gitu, di daerah mampang kan banyak, cuma gak tau sih gak pernah ke sana-sana Kalo aku sih suka, ya tapi yang ceweknya ya eh tapi kadang yang cowoknya tuh poni ada yang lurus-lurus banget.. kemaren aja waktu ketemu EXO waktu di bandara aku liat Kai, Kai kok rambutnya bagus banget, cowokcowok aja rambutnya bagus banget, warnanya tuh alus…coklat.. aku tiga bulan sekali pasti ngewarnain T : Mereka tuh apa nyalon tiap hari ya 1. sangat memahami gossip seputar artis K-Pop …ngewarnain ya Mbak, tapi gak niruin siapa gitu ? J HAN : Engga sih, kalo aku yang penting coklat… eeehhmm.. cocok sama muka sih yang penting. Pernah sih pengen blonde, tapi kan kalo di sini kan blonde itu keliatannya kayak Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
94 trio macan aku gamau kayak trio macan hehehe.. penyanyi dangdut. Anti fans.. Dia itu kalo udah dituduh nyakitin idola-idola, para idol yang dia gak suka gitu, dia pernah ngasi racun ke Yunho TVXQ, Himchan Denphi, banyak lah sampe Leeteuk itu, ladies code katanya taun kemaren dia pengen EuhnB meninggal, akhirnya EuhnB meninggal akhirnya itu dikait-kaitin, terus taun besok Sehun.. hehehe.. yang kagetnya Sehun kadang-kadang gak percaya tapi kadang bener, faktanya waktu Leeteuk itu kemaren bunuh diri sih, jadi katanya kakek neneknya punya penyakit Alzheimer terus bapaknya juga, kakaknya emang stress ngurusin orang tuanya, akhirnya daripada mereka sakit-sakitan akhirnya kakaknya ngebunuh orang tuanya terus kakaknya ngebunuh diri sendiri, kan katanya kecelakaan, tapi katanya kecelakaan cuman rekayasa, terus kan kakaknya itu emang cerai sama istrinya karena KDRT, bapaknya juga orang yang keras, makanya Leeteuk itu jadi orang yang sabar yang tegar belajar dari masa lalu keluarganya, tapi sih kalo memang misalnya Leeteuk emang beneran aku sih nerima-nerima aja, jadinya malah kalo Leeteuk setegar sekarang karena masa lalu, malah bagus tapi sebenernya Leeteuk sedihnya karena kakek-neneknya bukan bapak ibunya hehehe.. pada bilang gitu T : Tapi berarti mereka sama kayak kita juga, 1. Memberikan pembelaan terhadap artis K-Pop gak lepas sama masalah ya.. J HAN : Kalo stress itu bisa bunuh diri, karena mereka tuh terlalu biasa kalo dibandingin sama artis Reje, video clip pun dibikin mewah-mewah, kalo SUJU sih..eh kalo SM sih cuma kotakan, tapi kalo tata panggung Su Show itu keren banget.
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
95
Nara Sumber
: Informan Luk
Profil
: Perempuan, Usia 20 Thn, Lulusan SMA, Pegawai, Fan K-Pop, Idola EXO
Interviewer & Coder
: Dery
Kode
Transkrip
Intisari
T : Mbak Luk mau tanya dong kegiatan sehari- 1. Kegiatan rutin setiap hari mencek social media untuk harinya apa ? J : Dari bangun tidur pasti cek twitter, informasi artis K-Pop idola Instagram harus, kalo facebook jarang sih T : cek Instagram, twitter siapa yang di cek ? J : fanbasenya EXO, fanbasenya punya akun sendiri, paling dari member-membernya..kalo aku kan sukanya EXO 1. Bersikap seolah-olah T : memang beda-beda ya informasinya? paham cara kerja J : tergantung manajemennya gimana T : Berarti beda menejemen beda caranya nyari manajemen artis K-Pop artis ya J : Iya…masing-masing punya cara sendiri
T : Kalo masing-masing punya caranya sendiri 1. Setiap artis K-Pop punya jadi bebas dong sesukanya artis untuk kasih informasi kebebasan dalam mengelola akun social media miliknya kayak apa? J : Iya, mau kasih gambar-gambar maksudnya foto gitu ya…suka-suka dia mana yang mau ditampilin, kayak G Dragon itu mbak…swag gitu deh T : swag itu apa mbak? J : ya agak-agak aneh T : G Dragon itu dandanannya mengerikan, bener gak sih ? J : Dia agak-agak yang kayak aku bilang tadi ya T : Mbak Luk, kalo artis yang diidolain suka dikejar juga nggak? J : iya sih…terutama kalo lagi di Jakarta T : Mbak, itukan kalo di Jakarta ada Lotte ya ? J : iya, kemaren sama lay sama cheng doang ya Allah di Thailand udah kayak nonton konser, yang dateng banyak banget padahal cuma dua member doang. Yang dateng di mallnya itu ya Allah kayak nonton konsernya kemaren, ngelebihin malahan..cuman dua member aja yang dateng
1. Artis yang datang ke Jakarta pasti dikejar-kejar oleh fans 2. Setiap acara apapun yang melibatkan artis K-Pop pasti didatangi oleh penggemar
Selama itu ada artis Korea ya kita kejar tapi selama masih bisa kita jangkau, munpung dia Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
96
T J
disini kan, kalo kita nyamperin ke Korea kan masih mikir-mikir juga kan 1. Setiap fans pasti ingin ke : Hehehe.. jadi pengen ke Korea nih ya ? Korea (cocok dengan : Moga-moga Amiiiinn..
penelitian Astuti, 2012) T : Menurut Mbak apa sih kelebihannya artis K- 1. Membandingkan artis KPop dengan artis-artis Barat POP sama artis-artis barat J : Mereka harus menjaga kelakuannya di mana dan selalu yang lebih baik saja, jangan sampai berbuat yang nggak bagus karena artis K-Pop
bisa kefoto dan masuk ke internet udah nyebar luas aja…kalo udah gitu ntar dibenci dan dikomentarin macem-macem T : Itu anti fans atau fansnya atau siapa yang ngomongin, gimana sih kejadiannya ? J : Sama sih, istilahnya kalo yang gunain dunia media sosial tuh Netizen
1. Para pengguna internet sangat “berkuasa” dalam penyebaran informasi tentang artis K-Pop
T J
: Contohnya gimana tuh mbak? : Ya seperti kasusnya si Hae Cul kemaren…Tapi ya emang kayak Si Hae Cul kan kalo ngomong kan ceplas ceplos, dia ngomong fakta tapi kadang terlalu nyindir gitu, Netizen pasti ikut turun tangan, gak suka
1. Ada artis K-Pop yang terkena akibat “kekuasaan” para netizen dalam menyebarkan informasi
T
: Artis idola ini jadinya buat apa dalam hidup mbak? : Buat bikin kita jadi punya semangat gitu ya, kan kita sampe bisa ngebayangin dia tuh deket sama kita…yang kayak kata orang-orang jadi biasnya kita gitu Jadikan istilahnya kan gak ada yang gak mungkin, gak ada yang gak bisa kan.. gaka da yang mustahil, jadi kayak buat semangat kita tapi kayaknya kok jaraknya jauuhh.. hehehe…
1. Arti idola bagi para fans memberi semangat Seolah-olah punya hubungan dekat
J
T J
T J
: Jadi yang bikin seneng itu pokoknya mereka 1. Artis K-Pop lebih ramah bedanya sama barat itu mereka lebih ramah, kepada fans perkara sopan santunya gimana Mbak ? : dia itu kan servisnya itu lebih-lebih deh, jadi inget kemaren di dadahin sama you sin waktu di bandara, aku kaget udah dengan mulut melongo di dadahin ya ampunn.. emang dia itu emang bener-bener paling baik sih.. .. : Jadi teladan apa mbak yang bisa mbak ambil dari artis K-Pop? : Mereka sih ramah-ramah ya, nggak sok ngartis gitu, tapi pekerja keras lho mereka…kan latihannya gila-gilaan belum Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
97
T J
diiket kontrak kan mereka tuh… : Mbak suka lihat nggak apa yang dipakai 1. Ikut-ikutan yang dilakukan sama artis K-Pop? Bajunya, sepatunya atau idola potongan rambutnya. Atau apa gitu? : iya semuanya suka kita perhatiin…kayak kejadian sandal swallow yang dipake si Sehun…Disini harga sepuluh ribu di online jadi harga dua ratus sepuluh ribu , pertama itu kan yang pake kan Sehun, gara-gara dia cidera di
jempol doang sih di perban, waktu di Soekarno Hatta juga gak „engeh orang kita liatnya ke atas mulu, ke mukanya, masih dipake, liburan ke Bangkok di pake, terus sekarang shopping-shopping masih pake sandal itu T
J
: Iya katanya dia suka banget sih sama sendal swallow pantesan sekarang gak ada di toko, padahal kan yang biasa itu kan putih biru, sampe di foto di instagramnya : Apa bukan swallow apa cuma mirip doang eh gak tau sih, kata orang-orang di twitter sih swallow
1. meragukan barang murah yang dipakai artis (artis identik dengan gaya hidup mewah dan barang mahal)
Coba kalo Siwon yang pake orang pasti hebohin harganya, abis barang Siwon nggak ada yang murah…kan keluarganya memang kaya T : Ooh Siwon orang kaya ? Loh bukannya dia 1. Mengetahui secara mendetil latar belakang katanya anaknya pemimpin agama J : Siwon itu bapaknya punya department store, pribadi artis idola tapi professor juga, pendeta lagi T J
T
: Mbak kalo aktif di twitter, Instagram itu 1. Sangat aktif dalam dunia biasanya ikut aktif ga, ngelike,comment atau maya (melalui social media) ngapain ? : Retweet, nge like, comment, kalo aku sih biasanya follow EXO fanbasenya kan banyak ya,ya paling ada reviewnya kayak di airportnya kan biasanya dia ganteng ya, aku komen aja “Ganteng, pacar aku.” Hahahaa… Tapi sekarang ada Instagram jadinya ya ke instagram : Terus ngapain aja selain comment-comment 1. Saling memberikan komentar melalui social gitu? Tujuannya apa? Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
98 J LUK : Emang buat lucu-lucuan aja sih. Kalau media tentang idola ditanya “Kamu suka SUJU kenapa Siwon ?” “Soalnya Siwon kaya, kalo udah gak kaya ya gak mau sama Siwon hehehe” soalnya kalo komen ganteng atau apa kan udah biasa, suka komen item kek..apa kek hehehe.. T : Abis itu yang dikomentarin apa lagi? J : Ya bajunya, ya penampilannya, macemmacem deh…hehehehe Ada juga artis yang bajunya yang dipake bolakbalik itu itu aja…si Sungmin itu, hehehehe
1. Memberikan penilaian tentang penampilan artis 2. Merasa memiliki hak menilai
T : Tapi disitu keliatan ya ini orang pakenya bolak-balik hehehe.. J : Jadi buat sorotan para penggemarnya juga, aneh gitu T : Maksudnya mereka kan udah kaya ya, artis 1. Memuji-muji artis K-Pop papan atas J : ya itu dia…untung badannya bagus, sixpack kikiki…. T : Tapi bukan rata-rata artis K-POP badanynya sixpack ya badannya ya ? J : Emang harus dituntut kayak gitu badannya, kalo buncit masa.. lucu banget.. T
J
T J
: Soalnya mereka kan ikatannya juga lama ya, 1. Tidak ingin berubah belasan tahun ya kalo gak salah, diatas perasaannya terhadap K-Pop sepuluh ya, ya pokoknya mulai dari itu.. wah luar biasa deh.. bakalan berlalu gak sih tren KPOP ini ? : Berlalu kalo saya udah lupa, kalo saya udah makin tua, kalo dipikiran aku apa yang aku suka ya aku jalanin aja 1. Yakin era K-Pop tidak akan : Sekarang gak merasa udah mulai redup ? : Engga sih.. soalnya kan kalo boy band yang berakhir aku suka kan emang baru tiga tahun debute kan EXO, kalo SUJU kan udah agak lama, dulu aku sempet suka sama SUJU tapi karena udah kerja jadi lupa terus ada EXO juga jadi lupa, dari SM aku suka sih
T : Mbak Luk, dari anggota EXO siapa yang 1. Alasan menyukai idola lucu, menghipnotis paling disuka ? J LUK : Kai.. Kim Jong Kai Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
99 T : Kenapa ? J LUK : Soalnya pertama kali aku liat di Youtube tuh dia kan emang visual ya, teasernya banyak banget, emang suka aja, ekspresi matanya emang kayak ngajak kita buat suka sama dia gitu.. kayak ngehipnotis, ya gitu deh hehehe.. terus kharismanya banyak 1. tidak suka jika artis tidak T : Follow twitternya gak ? J : Dia gak punya sosial media, itu yang bikin aku diketahui kegiatannya/ sedih.. jadi gak tau kegiatan dia, taunya dari misterius member lain atau gak kayak fanbasenya dia kan atau engga masternim masternimnya diakan cari tau tentang dia, foto-fotonya dia doang kalo dia sendiri gak punya akun kayak gitu T : Jadi yang bikin tertarik ini apanya, 1. Merasa punya hubungan dekat dengan idola misterinya atau apanya ? J LUK : Sebenernya kalo ngedancenya emang udah.. udah..dibilang jago ya emang jago emang jago, gak tau aja kayak ada chemistry aja hehehe, makanya aku dibilang lebay kayak gini T : Hehehe.. biasanya yang suka bilang lebay 1. Saling menyindir di antara fans yang berbeda idola mbak Luk itu siapa ? J LUK : Temen-temen cowok sih kalo engga sodara, mamaku sih suka bilangin buat apa suka Korea-Koreaan, adek aku yang SMA kan juga suka sama Sehun kan EXO juga jadinya ya rada kebantu sama adik aku. Biarin deh gak apa-apa, kemarin kayak apa ya yang kemarin ulang taun RCTI tuh kana da SUJU M, di BBM ada yang kayak gini “Ah cuma lipsync doang bangga.” Eh aku sindir lagi “Gak apaapa kali daripada cuma suka-sukaan doang.” Terus dia bales lagi “Eh ada yang sewot!” jadinya tuh kayak berantem, itu cowok loh aku sebel bangetaku gedeg banget, cowok tapi suka ngurusin inian aku gitu loh.. T J
1. Idem : Itu kenal gak Mbak orangnya ? : suka profile picturenya si kai, terus di apa ya.. di PM (Personal Message) nya juga suka “Hai Kim Joyng kai“ itu siapanya kamu sih ki,cowoknya apa bukan ? ehehehehe.. “Iya cowok aku lagi di Korea, lagi nuntut karir.” Aku bilang kayak gitu hehehehe…jadi dipikir, akutuh autis sendiri sama dunia, sebenernya Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
100 sih engga ya..ya untungnya aku ketemu Han ya, jadinya bisa sama ngertiin, gak ada yang nge-bully , ya tambah banyak temen juga kan, terus kalo diajak ngomong juga nyambung, jadi lebih dihargain lah kalo suka K-POP biar jadi semangat juga sih sebenernya T
J
: Memang gak ada temen-temen yang cowokcowok yang suka.. cowok itukan banyak, soalnya kan waktu konsernya SNSD itu kan isinya laki semua : Ada sih.. Tapi kalo di Indonesia anggepannya kalo suka begituan kan radarada kemayu kan, kalo cowok bencong gitu kan, jadi dibullyjuga sama temen-temen yang lain, mungkin gitu.. ada yang menurut mereka kan gapapa, cantik. Ada lagi yang bilang “Ih operasi plastik.” Tapi kalo menurut aku sih yang dari SM gak operasi plastik sih emang udah murni kayak gitu, di training mungkin ada kelas beautynya sendiri
1. Ada anggapan bahwa lakilaki yang suka K-Pop pasti banci 2. Dicurigai melakukan operasi plastik
T
: Mbak, tadikan aku udah tanya nih kenapa 1. Ada rasa keterikatan/ seneng sama artis itu kan, nah sekarang aku kedekatan/empati sesama Tanya nih sama sesama, sebagai penggemar fans K-POP , biasanya kalo ketemu sama sesama penggemar itu langsung apa online . Mbak Han kan temenan sama mbak Luk udah lama, dari masih di Purwokerto ya, nah sekarang kalo sama penggemar yang lain banyakan ketemunya online apa langsung ? J LUK : Kadang kalo aku di twitter kan saling followfollow ya, entar kenalan, entar minta line, di line tuh ada grupnya sendiri, ya kayak gitu sih, kalo yang kayak kemaren kan kita yang nonton itu, jadi kenalan namanya Rain, ya baik sih berhubung kita rumahnya jauh ya itu langsung diajak nginep di kost-kostannya, jadi tuh kayak udah kenal lama, padahal baru kenal sehari pas nonton EXO doang itu Kayak kemaren yang dia di bandara, yang pas EXO mau balik ke Seoul, kita gak kenal sama sekali. Kita udah cape kan ngejar-ngejar dari gate dua ke gate tiga kita ngobrol, jadi punya temen baru sih.. maksudnya kayak seneng lah, apalagi tuh kalo diajak ngomong tuh nyambung karena suka artis yang sama T : Paling nggak suka nih mbak kalo baca berita 1. Tidak suka berita kehidupan pribadi idola yang itu berita apa, gimana perasaannya? Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
101 J
: ya jadi kalo pagi-pagi baca berita isinya menyangkut hubungan cuma member yang keluar, member yang asmara dating, member yang pacaran, kalo pacaran sih masih bisa aku terima tapi kalo yang member yang keluar itu rasanya gimana gitu, emang menejemen gak bisa narik lagi dia, mempertahankan gitu ya..jadinya gedeg
T
: Biasanya nyari info gak, kayak bener gak sih 1. Tahu ke mana mencari dia pacaran.. terus masuk ke line ke twitter info yang dapat dipercaya nyari-nyari info dari sesama ? : Kalo dari twitter sih informasinya udah benerbener jelas sih, kita gak perlu lagi repot-repot nyari, semua pasti bahasnya kayak gitu semua…kayak kejadian kemarin si Sungmin pacaran
J
T : Bisa jadi hastag dong gara-gara si Sungmin punya pacar ? J : Iya kan kalo misalnya ulang taun kan hastagnya jadi yang pertama terus, kayak Jessica hastagnya jadi yang pertama di twitter, aduh aku kalo inget itu jadi inget Kris T : Kenapa ? J : Kan tadinya member EXO ada dua belas, sekarang jadi sebelas karena dia keluar. Sekarang lagi khawatir lagi sama Luhan, ga balik-balik
1. Peristiwa seperti ulang tahun bisa menjadi topic hangat di social media 2. Isu keluarnya artis dari sebuah grup juga menjadi topic yang dibicarakan
1. Gosip-gosip remeh juga T : Loh dia kemana ? Wamil ? J LUK : Engga, dia sakit pas di konser los planet diketahui artis Bangkok dia gak ikut, tapi pas Beijing dia ikut, tapi sampe sekarang dia belum balik ke Korea lagi.. kan udah pada balik ke Korea, dia belum balik-balik makanya ini bikin deg-degdeg hehehe.. kalo keluar lagi kan.. yaa ampuun masa dalam setahun ada dua yang keluar, dari Cina lagi, lagi.. kan ibaratnya lukanya tuh belum sembuh udah ada keluar lagi, ya ampuun..
T
: Jadi punya keinginan ketemu sama idolanya 1. Selalu punya keinginan untuk bertemu idola di sana ya LUK : Pastilah pengen ketemu, tapi kalo udah ketemu speechless pasti bingung mau ngomong apa, kita juga bahasa Koreanya masih berantakan.. hehehee.. 1. Fans biasanya kemudian T : Eh Mbak Luk belajar gak bahasa Korea ? J LUK : Dikit-dikit sih tapi kalo Bahasa-bahasa yang berusaha belajar Bahasa Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
102 changgo-changgo gitu aku belum begitu ngerti sih, paling cari terjemahan hehehe..tapi kalo bahasa-bahasa yang sering diucapi sehari-hari udah rada ngerti sih, aku belom sampe yang belajarin Bahasa Koreanya cuma sampe yang suka-suka sama boy bandnya doang T : Sesama penggemar kan suka anyong haseyo atau apa J : Iya.. Istilahnya kan banyak T J
: Istilahnya apa Mbak ? : Paling mi..mi.. kalo manggil-manggil kan Sebenernya tuh dia pengen ngomong alright terus disingkat jadi oho rat, terus kayak di apengen ngomong yes alright terus gimana sih..dia emang disingkat-singkat sendiri jadi horet, dia emang cadel
Korea
1. Dalam komunitas fans ada Bahasa-bahasa tertentu yang dipakai berdasarkan ucapan ucapan yang berasal dari idola 2. Arti hanya dipahami oleh fans
T : Apa itu artinya ? Kok para fans itu ngerti 1. acara reality show jadi kesempatan yang baik untuk artinya ? J : EXO itukan pernah punya reality show mengenal sifat idola sendiri kan.. terus dari trsanslete bahasa Ingrisnya kan kita ngerti kalo dia tuh lagi ngeledekin member yang lain. Yang paling ngeledekin sih emang Baekhyun sih. Bukan jail sih sebenernya, nyindirnya tuh paling pedes, maen sama hecul, Heecul kan gitu yang paling parah dia Jadi tuh kayak, kasian.. gitu.. kan, ya kita mengerti dari caranya dia ekspresi kan kita tau T : Kalau orang melihat kalian seperti aneh 1. tidak peduli pandangan orang lain terhadap sikapnya karena terlalu gimana sama artis K-Pop? J : Terserah sih kalo orang mau ngomong kita ini… sebagai fans terserah sih kita hehe.. yang penting kita gak ngerugiin siapapun, yang aku suka yaudah , yang penting itu masih dijalur positif kan, gak ngerugiin siapapun yaudah jalanin aja, yang penting aku lagi suka yaudah, toh kan gak ke yang negatif T J
: Nah menurut Mbak Luki seharusnya idola itu 1. harapan bagaimana seharusnya seorang idola kayak apa sih Mbak ? : Kalo idola sih fans servicenya sih, maunya ngarep hehehe.. ya apa ya kalo dia lagi capekcapeknya kan mukanya udah ketauan ya ke fansnya, kita sih gak nuntut dia harus selalu senyum sih tapi ya ada fans servicenya, apa Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
103 dia senyum dikit kek.. apa dia ngelambain tangan kayak waktu dia di Plaza Indonesia kan rada-rada kesel sama member EXO kan biasanya tuh house of planet kan ngepost di Instagram ya, khususnya Sehun kan.. nah itu enggak sama sekali, itu pas di Indoensia,kita sebagai fans Indonesia ngerasa kecewa lah, tapi abis itu dia kan ke Bangkok, itu gilagilaan banyak banget, fansnya di panggung. Kita tuh jadi gedeg sama EXOnya gak ngepost sama sekali, gak say good bye sama sekali, cuma di panggung doang T
: Itu gak nanya sama membernya ?
1. Gosip tentang kejadian saat konser artis selalu : Kalo menurut info-info sih ya secara menarik fans
J kemaren tenaga banyak lagi
kan di lapangan out door, mungkin juga membernya lagi kekuras abis-abisan kan.. itu juga sih jadi mereka kurang maksimal,
yang sakit juga kan…banyak yang pingsan
penontonnya 1. Komentar terhadap suatu T : Orang yang nonton pada pingsan, gimana ? kejadian seolah menjadi ehhehehee.. J : Udah membernya membernya pada wajib bagi fans sakit,yang nonton udah pada pingsan hahahaa… T : Di Purwokerto dulu itu banyak gak sih, 1. Fans sering mengadakan insiatif acara sendiri Mbak Luk yang ikut ? J : Kalo dulu aku di Purwokerto belum begitu itu sih, kalo ini udah dedengkot banget hehe.. Dia punya gathering sendiri, T : Berarti kedepannya K-POP fans itu ke depannya gimana, di Indonesia ? J : Kalo aku sih kepengennya lebih solid lagi sesame fans, gak ada fan war lagi, perang antar fans, aku gak suka soalnya sama-sama suka K-POP tapi kayak ada yang ngejelekin, aku gak suka jadi ada yang fan war kan. Yang paling penting sih solid sih, kalo dukung mah dukung aja gausa ada ngomong macemmacem di twitter kan bikin yang lain jadi emosi juga, gak usah manas-manasin.. T
1. Harapan terhadap fans KPop di masa akan datang pasti isinya ingin supaya lbh kompak lagi
: Sorry ya Mbak aku nanya nih, kalo fan war 1. Isu-isu yang memancing Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
104
J
T
ini kayak sesama yang suka EXO atau misalnya penggemar EXO sama yang gak suka EXO ? : Kemaren kan yang paling parah SUJU sama EXO sih, kalo menurut aku karena ada orang yang gak suka sih, ada orang yang bikin panas, malah member SUJU sama EXO kayak udah adik-kakak orang satu menejemen
kemarahan fans sering dilemparkan oleh orang yang tidak dikenal menimbulkan fan war
: Mbak, ada gak sih barang yang Mbak punya 1. memilih barang karena karena idolanya Mbak mengiklankan itu ? Ini endorser/ bintang iklannya handphone apa, LG ya yang iklanin SUJU ? idolanya Waktu beli kenapa handphone LG ?
J LUK : Kalo aku HP sih Samsung tapi aklo ada rejeki pengennya sih Iphone hehee.. T
: Tapi ini milihnya Samsung kenapa ?
J LUK : Soalnya Kai juga pake Samsung tapi dia Samsung S5 hehehee.. kalo aku Cuma grand doang ehehhe.. iya sih karena itu sih.. kadang dari twitter suka ada yang nawarin photo book gitu kan dari masternim- masternim kan kalo itu pake kamera yang panjang banget, professional lah ya tapi mahal bangeeett.. terus dari luar negeri ke sini kan dikenain pajak dollar lagi naik juga.. photobook itu bisa tujuh ratus ribuan sampe sejuta isinya cuma buku doang jadi mikir-mikir lagi ya beli engga ya.. banyak godaann T
J
T J
: Mbak suka beli bajunya yang dipake sama 1. menjadi konsumtif karena artis-artis Korea gak, kan sekarang banyak tertarik meniru idola toko-toko online atau jepit rambut atau apa soalnya muridku ada yang hobi pake ikat rambut yang ada bentuknya pita itu loh, katanya mirip siapa… yang dari SNSD ? : Paling jersey sih aku lagi kepengen, jersey tuh kayak kaos gitu yang ada angkanya, kalo EXO tiap member punya angka sendiri kayak Sehun 94, Kai 88 tapi yang 88 belum ada yang warna putih 1. Teguran dari keluarga jika : Kayak pemain bola ? : Iya lagi kepengen kayak gitu sih tapi kalo terlalu membabi buta ketauan sama mamah tuh aku pasti diomelin, mengikuti idola harusnya ngumpet-ngumpet..padahal pengen.. pengen banget Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
105
T : Jadi belinya di mana kalo pengen punya yang samaan? J : Sebenernya di Blok M ada dari Korean Pop gitu, dia dari officialnya langsung, ownernya beli langsung ke Korea, bisa dua ratusan lebih, di atas, lantai 3a T : Pernah ke sana? J LUK : Belom tapi di Instagram aku punya akunnya
1. Ada batas-batas yang disadari oleh beberapa fans terhadap keinginannya memiliki barang yang sama dengan idola
T : Tapi handphone udah ya pake sesuai sama yang itu.. J : Kalo tas MCM tapi harganya mahal banget kalo yang asli hampir sepuluh jutaan, ya kita kalo mikir kayak gitu mikir rasional ya T : Mungkin karena mbak udah kerja kali ya mbak, jadinya mikir… J : Mendingan kita ke Korea aja langsung, bisa kita pake yang paketan hehehe.. T : Ooh murah ya itu resmi, asli ya pasti J : Kalo masuk sini diakan udah kena pajak
1. Ada batas-batas yang disadari oleh beberapa fans terhadap keinginannya memiliki barang yang sama dengan idola
T J T J
T J
: Kalo mbak nggak apa-apa dijadikan 1. Tidak peduli anggapan orang terhadap fanatisme omongan orang lain karena ngefans ini? mereka : Terlalu fanatik banget tapi selama itu gak ngerugiin orang lain, selama masih positif : Orang lain nganggep kita gila ya.. berarti 1. 1. Tidak peduli anggapan ngadepin omongan orang yang kayak gitu ya orang terhadap fanatisme mereka ? : Kalo aku sih sering, pokoknya kalo di bbm kalo aku pake profile picturenya siapa, pasti pada bilang “Kenapa sih demen banget kayak gitu-gituan, bencong apa.. operasi plastic.. ya pokoknya semuanya ?” Hmm.. gak aku perduliin, paling aku jawab “Ya kayak lo suka bola aja, maniak banget sama bola.. cewek juga kayak gitu, cewek suka bola kan cuma sedikit kan yang seger-seger bosen kan, pengennya liat yang seger-seger cowok ganteng. “ ehehehhee.. : Mbak Luk, menurut Mbak kriteria cowok 1. Memiliki perasaan tertentu pada idola ganteng adanya di Korea-Korea itu ya ? : Relatif menurut aku, kalo Kai sendiri kalo di EXO kan katanya item ya tapi pas aku kemaren ketemu langsung engga item perasaan, katanya pesek engga pesek perasaan, kalo dia punya charisma, aku kayak suka aja gitu, beda sendiri. Dia kalo ketawa Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
106 aja beda sendiri, ngakak tapi ngebass, jadi kayaknya lucu gitu , kalo lucu khas punya kharisma sendiri aku suka, kalo ganteng udah biasa kan.. kalo ada yang bikin kita tertarik pokoknya beda aja, kayak ada sesuatu gitu 1. Tampilan artis K-Pop T : Bakalan cari cowok yang kayak gitu gak menjadi patokan mencari Mbak ? J : Susah Mbak cari model kayak gitu ehehhee.. pacar pengennya sih yang model-model oriental yang sipit-sipit tapi kayaknya disini gak mungkin hehehe.. T J
: jadi apa lagi nih berita barunya? Siapa aja 1. Paling senang dengan info artis yang akan berkunjung yang mau ke Indonesia lagi? : Ke sininya urusan training deh kayaknya…Iki ke Indo tuh, tapi gak tau juga dia di training SM apa bukan, pernah di instagramnya dia nge post tempat latian yang biasa, di bully sama yagn gak suka, orang katanya tuh dia ngambil video dari orang SM terus dia ngepost ulang. Tapi gak tau sih kejadian yang sebenernya kayak gimana, dia bener trainenr SM apa bukan, kalo bener trainer SM kan kita bangga juga ya dari Indonesia ada yang bisa debute ya pasti kalo dia ga ganteng terus mau punya debute pasti dia udah ganteng lah.. udah ngikutin standarnya SM
T
: Balik ke yang bahasa-bahasa tertentu, Mbak 1. Reality show menjadi taunya liat dari reality show tv, yang lain ajang belajar Bahasa Korea gimana Mbak yang temen-temen sesama online ?
J
: Temen-teman mah lebih senior daripada aku..lebih ngerti pastinya, paling yang biasa kayak anyong haseyo, khamsa hamida kalo minta maaf daebak ya standar-standar gitu lah . Semakin sering kita nonton reality shownya semakin kita negrti sih
T
: Ooh jadi kunci ngerti Bahasa yang mereka 1. Reality show juga menjadi pake di online itu liat reality shownya ? ajang memahami sifat dengan nonton reality shownya kita bisa tau pribadi idola apa lagi ? : Sifat, kan mereka kadang suka keceplosan juga, jadi kita tau jeleknya mereka kan ngeliat gantengnya doang udah bisa ehehhehe.. running man aku jarang tapi tiap bintang tamunya mereka aku pasti nonton. Kalo jadi
J
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
107 bintang tamu, aku pasti nonton T
J
: Tapi lucu ya mereka ya.. Mbak, kan mengikuti yang di online.. makna apa sih yang Mbak peroleh tentang hubungan idola sama artis, yang di onlinenya ya Mbak litanya gimana ? : Jadi ngerasa lebih deket aja jaraknya kalo emang dia punya akun sosial sendiri kan, aku spam di komennya juga jadi gak jelas, mau dibaca apa engga pokoknya spam aja hehehe..
1. Jika artis memberikan info melalui akun social medianya akan membuat fans merasa lebih dekat karena selalu terupdate dan merasa seolah-olah ikut terlibat dalam kehidupan sang artis
Jadi entar kalo ada info apa kita tau, kalo mau pada ke sini kan ada yang lebih dulu tau, nah kita jadi kebagian infonya, kita jadi tau, misalnya promotor ada apa..kita lebih tau T : Bedanya apa sih Mbak kan suka artis Korea, kalo barat kan udah tau karena mereka jaim banget, kalo artis Indonesia menurut Mbak ? J : No comment saya hhahahaa.. apa ya kalo Indonesia kalo kayak Afgan kan emang bagus, ga jusah dikomen lagi, tapi kalo boybandnya gak tau kenapa gak suka aja, kita sih bukannya gak suka sama mereka tapi gimana ya dia tuh debute cuma musiman doang gak tiap taun ada… Jarang nonton tv juga sih kalo aku, lebih sering youtube lebih suka online. Sinetron aja liat judulnya udah emosi… T : Kenapa emosi? Kenapa? nggak suka?! J LUK : Niru-niru bangeeettt…..Katanya sih udah izin sama sananya tapi ternyata sama sekali engga, akhirnya kan diberentiin lagi kan, diberentiin terus dilanjutin lagi jadi panjang tapi jadi gak jelas aliennya gak tau kemana ehehehe.. gak ngerti deh, jadi gak ada aliennya hehehe T J
gak
1. Selalu menganggap artis KPop lebih hebat dibanding artis Indonesia 2. Indonesia dianggap selalu meniru Korea
: jadi bedanya sama artis Indonesia, artis Korea 1. Sangat mengagungkan mereka lebih bisa apa, menyajikan yang baru artis idola dan manajemennya gitu ya ? : Fresh….padahal Umurnya udah tua-tua kan??? SUJU, udah 25, 26, 27 udah pada tua kan kalo EXO seumuran aku, di bawah 25 Kalo aku tuh udah gak bisa berpaling dari SM tau kenapa. Mereka lebih gampang konsernya kalo di negara lain, kalo menejemen lain kan Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
108 susah kan, penggemarnya juga jarang, peminatnya gak sebanyak SM, bukannya mau sombong mau gimana tapi emang kayak gitu kenyataannya T : Rame ya waktu acara ultah RCTI kemaren itu kan ? Gila itu….kata orang-orang bayarnya berapa milyar ya? J : Engga terlalu… kelar konser udah.. ELF bubar, ramenya karena itu doing…udah gitu pake salah sebut nama negara Kalo nyebut nama kan udah fatal banget,nama negara lagi, Malaysia lagi aduuuhh.. Indonesia sama Malaysia tau sendiri kayak apa, di Instagram Donghae langsung minta maaf sampe berapa kali ya nunduk-nunduk gitu, Indonesia kan banyak banget fanbase ELF palng terkenal, kalo trending pasti INA dulu… Artis-artis juga udah tau kok kayak begitu? Mereka kudu ati-ati sama fans Indo, soalnya paling tau info-info terbaru kalo nggak suka ya udah nggak suka aja
1. sebuah acara hanya memiliki daya Tarik bagi audiens ini hanya jika ada artis K-Pop
T J
1. Memberikan penilaian terhadap kehidupan pribadi dan hubungan social para artis
J
J
: Apa tuh Mbak ? : Ya kan kayak Tiffany udah punya pacar, kemaren di mana tuh ya yang bareng sama 2 PM come backnya Nikun tuh ngacungin jempol, aahhsedih banget, kode banget.. kan kalo yang paling ditunggu kan kalo lagi MCnya Baekhyun kan tau gara-gara Saeyon dia gak bisa ke TMC : Aku tuh emang dari dulu DGM suka banget sama khuntoria, kalo Nichkhun itu sama Victoria kayaknya tuh so sweet, aku tuh sebenernya gak sebel sama Tiffany tapi kalo Tiffany dijodoh-jodohin sama Nichkhun tuh aku sebel hehehee BT pokoknya, kalo mereka pacaran sih aku gak sebel sama Nichkhun, gak sebel sama Tiffany tapi aku gak suka mereka pacaran, pokoknya intinya gitu¸ sampe sekarang gak mau kenal Nichkhun : Ya kayak gitu kayak Taeyon sama Baekhyun juga aku sebel, masa Baekun tuh ya EXO baru debute tiga tahun udah berani-berani datingdating gitu dia tuh kelakuannya kayak anak kecil, kayak anak TK gak berani pacaran, sebel aja Tapi sebenernya sih ya cocok tau, waktu di Hyper Bazaar, di majalah itu dia cocok, di video clipnya itu dia juga cocok tapi ya gitu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
109 beda umurnya jauh banget, enam tahun tapikan kalo Korea mukanya masih imut-imut T J
T J
: Artis Indo siapa yang kira-kira boleh 1. Afgan masih dianggap selevel dengan artis K-Pop dibandingkan sama artis K-Pop? : Music bank kan Afgan emang itu ya, pembukanya emang Afgan.. bagus sih dia, fans Singapur sama Malaysianya aja banyak, emang dia udah keren sih : jadi kalo Afgan tuh boleh lah soalnya se 1. Syahrini dianggap tidak level sama artis K-POP tapi kalo Ayu Ting- selevel dengan artis K-Pop karena tidak ngefans Ting, Syahrini?? hehehee.. : Kalo Syahrini kan suka-suka doang, kalo Ayu Ting-Ting emang suka K-POP kan suka girls generation waktu konser aja dia nonton, SUJU juga nonton deh waktu itu, terus yang princess-princess, Alika itu juga nonton, Alika waktu EXO juga nonton Make upnya tuh kan ga terlalu.. tipis aja tapi tuh aku suka aja litanya, rambutnya yang panjang kan sekarang lagi musim di ombre kan, pengen kayak gitu tapi belum berani takut diliat orang iih ini orang kenapa sih.. hehehe
T : Pernah liat gak orang-orang rambutnya di 1. Membrikan penilaian terhadap tren yang meniru ombre ? J : Kemaren waktu ulang tahun EXO banyak artis K-Pop yang rambutnya begitu, di Jakarta juga banyak, delapan ratus ribu.. T : Pengen nyoba juga nggak sih? J : Engga ah… abisnya kalo Johny Andrean yang ituin rambut aku yang training-training sih aku takut J : Jarang ke salon aku, jarang potong rambut, kalo ke salon paling masker, kalo potong rambut aku gak ini… soalnya kalo potong rambut di salon tuh suka nyesel, kok gak sesuai sama kemauan kita, lebih percaya sama mama sendiri, kalo potong poni juga aku potong poni sendiri, gak percaya sama salon T : jadi kalo ngikutin K-Pop kuncinya apa 1. Ada kesadaran batas diri dalam meniru sang idola mbak? J LUK : boleh ngikutin asal sesuai dengan kita dan nggak mberatinlah, missal nggak terlalu mahal gitu, masih kejangkau
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
110 T : kalo pakaian gitu mbak, apa kuncinya? J LUK: ya yang pantes juga, yang sesuai sama budaya kita, kan musti ngepas-ngepasin juga, pantes nggak kita pake, terus gimana kalo diliat orang
1. ada kesadaran menyesuaikan dengan budaya asli tidak sematamata meniru artis idola
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
111
Nara Sumber
: Informan Yuk
Profil
: Perempuan, Usia 21 Thn, Lulusan S1 Komunikasi, Asisten Dosen, Fan K-Pop, Idola 2AM, Jo Kwoon
Interviewer & Coder: Dery Kode
T
Transkrip
Intisari
:Kalau sudah pulang kerja atau sebelum 1. kegiatan mencari berita/ berangkat kerja kegiatan sehari-harinya Yuk info tentang artis K-Pop sudah menjadi rutinitas apa ? J : Kegiatan sebelum berangkat kerja ya beresberes segala macem, tapi kalau misalnya udah pulang kerja.. Ini boleh apapun kan ? T : Iya boleh.. J : Biasanya nonton Korea hehehe.. Ya pokoknya browsing-browsing something gitu lah T : Korea ya.. yang di browsing itu apa ? 1. Melihat-lihat akun social media sudah menjadi agenda Tentang Korea ini ? J : Iya.. Kan kayak misalnya aku buka facebook setiap hari para fans aku juga like facebooknya all K-POP apalah segala macem. Jadi kan kalo ada berita-berita biasanya aku baca dari situ, terus nontonin ini itu lah. Ya pokoknya kayak gitu deh T J
: Aliran musiknya pop ya.. Nah apakah itu 1. Alasan menyukai K-Pop alasan Yuk jadi suka Korea apa karena suka musiknya, atau apanya Yuk, atau filmnya ? : Sebenernya kalau Korea aku suka kayak bener-bener semuanya gitu loh.. Kayak dari musiknya aku suka, dramanya movienya aku juga suka, tapi kalau yang pertama bikin aku tertarik karena nonton dramanya itu
T J
: Ooh.. dramanya, kenapa Yuk ? : Pertama kali aku nonton Endless Love. Itukan udah lama banget kan, mulai dari situ tuh ada Princess Hours juga, terus mulai dari situ aku jadi suka banget, terus sama lagulagunya, akhirnya ngerembet ke yang sekarang kayak Korean bandnya.. Girl band sama boy bandnya
T
: Girl band sama boy bandnya.. Oke, Yuk 1. Info paling up date pasti di boleh tanya, kalau mau menikmati musiknya, dunia maya misalnya suka sama boy band girl band tadi, menikmati musiknya dari mana ? Misalnya apa dari youtube, streaming, atau dari cd ?
1. Kebanyakan fans di Indonesia menyukai K-Pop sesuda menonton drama Korea
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
112 J
: Kalau info awalnya aku pasti taunya dari internet kayak dari youtube gitu kan, terus biasanya kalo untuk artis yang aku suka aku beli albumnya, kalo engga kalo buat yang biasa-biasa aja aku download sih dari 4shared gitu
T J T J
1. Artis idolanya : Yuk yang paling disuka siapa ? : Ini artis atau apa nih ? : Artis.. : Hmm.. 2 AM Selain 2 AM paling K.Will.. Pokoknya penyanyi gitu sih : Yuk mau tanya dong, kamu suka sama 1. Menyukai video clip yang mereka dalam batasan apa, misalnya cuma ada alur/temanya musiknya aja orangnya gak penting lah, atau gimana Yuki ? : Karena aku suka sama lagu-lagunya sih, karena musiknya. Kalau 2 AM sendiri karena video clipnya. Video clipnya menurut aku itu menarik sih, ada jalan ceritanya tersendiri, dia emang ciri khas Korea banget. Kalau orang aku gak yang terlalu gimana banget, menurut aku kurang penting sih.. Karena aku suka lagu, suka musik jadi aku lebih interest ke musiknya daripada ke mereka
T
J
1. Musik paling perlu T : Tampilan orangnya engga penting gitu ya ? J : Menurut aku engga T : Kenapa? J : Yang penting musiknya dulu, kalo enak baru aku liat orangnya…
T
J
: Kalau video clip yang Yuk sampe “Wah ini 1. Gaya busana juga menjadi lagu kesenengan aku banget deh” selain dari perhatian fans musiknya karena Yuk suka musik, apanya lagi nih? tampilannya panggungnyakah, gaya tarinya atau apa ? : Gaya busana, sama aku suka perhatiin konsep alur ceritanya itu menarik gitu loh dan grafisnya.. Visualnya itu juga beda gitu kalau dibandingin sama video clip dari western , kayak beda style gitu dan aku kayak cenderung sukanya lebih yang kayak gitu
T : Boleh jelasin gak Yuk, stylenya itu 1. selalu membandingkan artis barat dengan K-Pop dan maksudnya apa ? J : Apa ya.. kalau barat itu pesannya kadang barat pasti selalu negatif terlalu apa ya… gak ngerti gitu loh ada pesan yang ingin disampaikan itu apa kurang jelas, Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
113 tapi kalau kayak Korea contohnya.. Eehm.. Misalnya kayak ada mini dramanya dimasukin ke… unsur-unsur dramanya dimasukin misalnya kayak cewek putus, ada adegan-adegan tertentu gitu yang emang menurut aku beda gitu T : menurut Yuk karena ada alur ceritanya jadi lebih menarik ? J : he‟eh iya.. Jadi aku lebih apa ya? Lebih ngerti…ooo, ini maksudnya begini begini…nggak asal kayak video klip barat kan suka ngasal T : Yuk, 2 AM dan K.Will itu bisa gak sih dibilang idolanya Yuk karena seneng, videonya ada alur ceritanya gitu? J : Bisa sih hehehee… : Nah biasanya Yuk kalau idola gitu yang disenengin apanya sih ? J : Kayaknya kalau aku lihat mereka itu tipe orang-orangnya itu kayak leadernya namanya Jo Kwon kan, nah dia ini pernah ikut reality show “you got married” terus dia jadi terkenal banget dan emang lucu di situ. Kalau di variety show gitu keliatannya dia lucu, jadi kalo menurut aku entertain gitu sih kalau ngeliat dia..nah dia itu leader grup itu T : yang mimpin grup itu? J : ya pemimpinnya.. Tiga yang lainnya ? Kalau tiga yang lainnya… ada satu orang lagi karena main drama aku juga suka nonton drama, terus dia ada di drama itu terus keliatannya aktingnya juga keren, bagus.. Jadi aku suka juga. Sebenerya empat-empatnya bagus, punya kelebihan masing-masing J : Hehehehee… yang satu lucu, yang satu main drama, yang satu ada namanya Changmin paling tua suaranya bagus banget, mungkin karena aku suka musik ngeliat dia.. Pokoknya dia paling deh, lead vocalnya tu dia, pokoknya paling bagus. Satu lagi yang paling muda itu juga main drama sih, jadi aku suka nonton drama dan dramanya dia aku tonton oke T : Jadi Yuk suka musiknya, suka juga drama, aktingnya.. Gitu ya.. Nah sekarang mau tanya dong, kalau menurut kamu, apasih yang bikin mereka beda dari.. Misalnya kalau dibilang group band sekarang barat kan juga ada
1. suka idolanya karena video klip ada ceritanya
1. factor lucu menjadi alasan mengidolakan artis
1. lagu yang tidak terlalu mendayu-dayu di sukai
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
114 misalnya one-d, nah apa yang bikin Yuk jatuh cinta sama 2 AM ? J : karena mereka aliran lagunya kayak ballet song gitu kan T J
1. lagu tempo lambat tapi : Kayak apa tuh kalo ballet song ? : Lagu yang mellow-mellow gitu, aku gak tidak mendayu paling disukai terlalu suka lagu yang jedag-jedug gitu, western kebanyakan lagunya kayak gitu kan, kurang terlau suka T : Ngebeat gitu ya ? J : Iya beat gitu kurang suka, kalau lagu-lagu Korea kan kayak ballet-ballet mellow gitu
T
J
: Yuk suka gak sih nyari-nyari informasI 1. selalu mencari berita tentang masing-masing personilnya 2 AM di paling up date dari artis internet ? Biasanya informasi yang dicari apa tentang mereka ? : Suka.. Hhmm.. Apa yaa… hmm.. Paling update-update kayak mereka lagi mau main drama lagi atau engga
T : kalau tentang latar belakang kehidupan 1. info tentang kehidupan pribadi artis pasti paling pribadinya gak tertarik ? J : iyaaa.. iyaaa.. yaa.. iyaa.. (sedikit berteriak) menarik untuk dibahas kayak udah punya cewek atau belum, terus mereka dulu pendidikannya dari mana, keluarganya kadang aku cari, kepo sih.. Pengen liat mama papanya kayak apa hehhehee.. T
: Ooh gitu.. Itu kadang ada gak sih, misalnya Yuk lagi browsing internet, pengen tau nih ya tentang si person-personnya itu, terus ada gak sih “Ooh ternyata udah diomongin loh di fan group atau apa” J : Sering sih, udah diomongin di situ, di omongin lagi, T : Ngomongin sama, ngomongin pengen tau tentang pacarnya ? J : Iya he‟eh.. Kayak keluarganya juga pernah ada yang nanya gitu.. T : Penting ya Yuk untuk tahu siapa keluarganya, darimana ? J : Hehehehe… menurut aku emang gak penting sih, cuma kayak penasaran aja, pengen tau lebih dalam lagi. Ini orang kayak gimana, background keluarganya kayak gimana ? T : Tentang siapa yang kamu sukain ya.. sip.. sip.. Terus kalo misalnya di internet kan suka
1. social media masih menjadi alasan tempat mencari berita paling up to date
1. latar belakang keluarga artis merupakan info yang menarik diketahui fans
1. fans memilah-milah social media yang mereka ingini Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
115 di twitpict atau di blog-blog suka ada cerita untuk mencari info tentang mereka, misalnya mereka kemarin lagi ikut apa, OSPEK kek.. Apa gitu.. Yuk suka baca gak kayak gitu, tu atau ngeliat di twitpictnya ? : Biasanya mereka kan personal, mereka iniin
J sendiri T : Jadi gak suka baca ? J : Aku udah jarang buka twitter sih.. T J
: Ooh jarang, jadi kalau taunya dari ? : Instagram
1. Instagram banyak disukai para fans K-Pop
T : Ooh, Instagram.. Jadi itu akun resminya 1. Fans menyukai foto yang dipajang di social media mereka berarti ? J : Iya he‟eh. Jadi kan sering kaya msialnya abis instagram ada drama musikal apa terus mereka foto, ada describenya, mereka ngejelasin.. Kayak gitu T
J
karena
: Nah terus kalau yang disukai dari Instagram, Instagram itu kan berarti foto-foto, Yuk suka apanya sih ? Yang bikin kamu bisa bilang “Ih keren..keren” : Iya foto ada videonya juga sih.. Maksudnya kalo dari 2 AM ya Sama, karena aku suka lagunya.. Pokoknya pertama harus suka lagunya, musiknya
aku lebih suka ke musiknya. Kayak kalo lagi nonton drama ada musiknya, tuh aku langsung search ini lagu apa ya.. T : Yuk ngerti enggak kata-kata dalam lagunya 1. fans selalu berusaha belajar Bahasa korea mereka ? J : Sedikit-sedikit lah hehehee.. T : Belajar darimana ? J : Dulu aku pernah les satu tahun 1.alasannya pasti karena T : Lesnya karena apa? J : Karena aku suka Korea hehehee.. Jadi menyukai akibat terpengearuh pengen belajar aja supaya aku bisa tau
T J T J
: Yuk ikut fanbase 2 AM yang ada di internet? : Ikut dulu aktif, di 2 AM
1. setidak-tidaknya sekali pasti fans pernah terlibat dalam komunitas 1. ingin dapat berita : Harapannya apa kalau ikut itu ? : Bisa langsung dapet update kalau mereka terupdate tentang idola
mau dateng ke indonesia langsung dapet update pertama.. “ooh dia mau ke indo”, jadi
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
116 bisa siap-siap gitu 1. fans selalu berusaha T : Yuk nonton gak sih konser-konsernya ? J : Nonton hehehe.. Pastilaaaaahh mumpung ke nonton konser sini hehehehee..
T : Kemarin 2AM dateng waktu konser big bang ? J : Bukan , dia dateng tahun 2011. Itu kayak gabungan konser sama artis-artis lainnya gitu T : SM Town ? J : Engga, di JYP. Mereka
1. fans paling suka konser manajemen bukan solo konser karena artis yang datang pasti banyak
1. uang menonton konser T : Kalo nonton Uangnya darimana Yuk ? J : nonton.. Dari mama sama papa hehehee.. dari orang tua Baru lulus sma itu sering banget nonton
T : Hehehhee.. Ooh berarti Yuk kalau punya 1. orang tua selalu meluluskan walaupun hobi yang kayak gini papa mama dukung ya ? J : engga sih sebenernya, gak dukung cuma dengan berat akunya kayak ngerengek mau nonton, kapan lagi.. Selalu dibilang sama papa “yauda ini yang terakhir ya”, tapi entar dateng lagi, mau nonton lagi.. Yauda hehehe gitu.. Udah capek hati kali ngurusin anak kayak aku hehehehe.. T : Ehehehehe.. Mereka pernah nanya gak 1. orang tua tidak paham mengapa anaknya sangat kenapa kamu suka ? J : Sering, iya tapi aku juga kadang bingung, suka K-Pop kenapa suka . Yaa.. Emang bagus, beda kualitas sama yang ada di indonesia T
J yang nggak
: Kan soalnya dulu-dulu orang-orang 1. selalu merasa bahwa Kngeliatnya kan pasti ke barat kan.. Grup musik Pop lebih bagus dan enak amerika, gtup musik inggris, sekarang kan didengar dari Barat bergesernya kan ke asia terutama Korea, jadi apasih sebenarnya yang menyenangkan dari mereka ? : Musiknya. Nggak pernah ada music ada seperti itu di barat kan? Kalo mellow ya cengeng banget kalo ngebeat nggak yang gaya urakan kayak di barat itu
T : Kalau penampilannya dibandingkan yang 1. Menyukai cowok Korea dibanding bule bule-bule ? J : Hmm.. Sebenernya bule-bule juga ada yang ganteng, cuma karena aku dari dulu kenalnya budaya Korea, jadi aku udah gak terlalu fokus Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
117 sama yang barat , jadi gak terlalu tau gitu.. 1. masa SMP adalah masa T : Sejak kapan sih Yuk suka sama Korea ? J :SMP.. Sekitar enam tahun yang lalu berarti mengenal K-Pop sekitar 2007-2008 T : Sebelum 2007-2008 gak tau ya Korea ? J : Kayak biasa aja
T : Terus temen-temennya Yuk juga ada yang 1. teman-teman juga menjadi factor pendorong suka ? suka K-Pop J : Banyak yang pada suka T : Kalau udah ketemu sama yang suka gimana 1. K-Pop jadi obyek obrolan favorit Yuk ? J : Langsung ngomongin tentang itu, “Ini ada ada berita ini, artis yang ini kenapa” gosipgosip gitu, jadi gosipnya ke Korea T : Biasanya yang digosipin apa Yuk ? J : Gosipnya kayak yang terupdate, kayak kemaren ini ada berita yang kecelakan yang ladies code.pasti yang terupdate sih, kalau engga ngomongin drama terbaru hehehee.. “Udah nonton ini belom?” Kaya gitu.. T
J
: Menurut Yuk bisa gak sih dipisahin, “Ooh 1. sulit memisahkan K-Pop kalo aku suka K-POP, aku sukanya dramanya dengan drama seri doang” atau ya kalau biasanya suka dramanya pasti suka musiknya, gimana menurut kamu? : Aku pernah ketemu sama orang yang demennya sama dramanya doang, dia suka nonton dramanya doang tapi dia gak terlalu suka dengan K-POPnya
T : Padahal kalau drama ada K-POPnya juga ya, ada theme songnya kan ? J : iya.. iya.. nah itu dia T
: Yuk kan kamu suka sama 2 AM nih sama 1. Jika mengidolakan pasti memiliki merchandise K.Will, kamu punya posternya, majalahnya? J : Majalahnya punya, posternya dulu ada tapi minimal poster sekarang udah gak tau kemana ehehehe…
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
118 T : Majalahnya langsung dari Korea atau 1. Membeli majalah untuk dapat info tentang artis Kkawanku ? Pop pada awalnya J : Yang kayak My Idol, Asian Star T : Yang memang khusus membahas itu ya. Itu Yuk ngumpulin atau langganan ? J : Ngumpulin, kalo lagi ada 2 AM aku beli, kalo engga aku kadang cuma numpang baca doang abis itu tutup kalo ga tertarik, gitu hehehehe.. T
J
T J bales
:Hehehehe.. Yuk gak pernah misalnya main 1. Sosial media menjadi alat Instagram, follower nggak ? Pernah gak utama untuk berhubungan berusaha menghubungin si pujaan kamu itu 2 dengan idola AM ? : Sekarang sih gak pernah, kalo dulu kan masih twitter, sering mention-mention cuma gak pernah dibales jadi ya udah lah.. Kayak udah sadar gitu gak mungkin dibaca Kalau sekarang cuma nge-like aja, terus yaudah.. : Gak kirim message di inbox ? : Engga, pasti ditolak udah tau.. Gak mungkin
1. Fans pasti selalu ingin Ke T : Hahaha,Yuk udah pernah ke Korea belum? J : Belooooooooomm pengen bangeeett.. Korea (merengek) T : Kalau misalnya Yuk dikasi hadiah ke Korea, hal apa sih yang mau dilakukan berkaitan sama K-POP ini ? J : Pertama aku mau ngunjungin agencyagencynya, siapa tau kan kalo mereka lagi disitu ketemu kan.. Terus paling ngunjungin lokasi-lokasi main dramanya
T
1. kalau sudah bekerja sulit : Yuk sampai sekarang masih aktif sama untuk aktif di komunitas fans fanbasenya gak? J : Udah enggak T : kenapa J : nggak sempet lagi buat aktif-aktif di komunitas online soalnya… T : Tapi pasti masih tetep dikirimin kan walau udah gak aktif? J : Kayaknya udah mati deh, karena kalau udah gak aktif berapa lama ditutup accountnya
T : Terus berarti informasinya bener-bener kalau 1. internet tetap sumber informasi paling utama bagi Yuk internet aja ya ? para penggemar J : Iya ho‟oh, dari browsing Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
119
T
J
T J T
: Pernah nggak pengen barang yang orisinal 1. ada batas dalam hal dari 2AM buat kenang-kenangan? Apa mengumpulkan merchandise kek…biasanya orang-orang kan mulai berburu tanda tangan sampe rebutan handuk bekas keringet artis juga ada kan? : Dulu aku kepikir buat pengen dapetin tapi kok sekarang dipikir buat apa juga gitu, udah semakin gede udah tau, udah liat juga udah puas gitu.. : Yuk mikirin nggak pengeluaran untuk kesenanganmu ini? : Iya udah gaka mikir, udah banyak uang yang aku keluarkan
: Yuk, kalau misalnya ada kesempatan nih kamu ngomong sama 2 AM, apasih impian kamu yang ada hubungannya sama mereka ? J : Waduh.. Pengen jadi staf mereka hahahaaa… T : Ngurusin apa ? J : Ngurusin kayak bikin story board, bikin konsep video clip mereka, soalnya kan aku juga dari ILKOM juga demen yang sesuatu yang kreatif gitu kan, jadi kan pengen gitu.. Salah satu aku masuk iklan kan kayak gitu juga mungkin T : Karena pengen involved sama mereka ya.. Gak punya impian mungkin pengen jadi pacarnya kayak penggemar-penggemar lain yang punya mimpi begitu? J : Sadar diri, itu jauh banget.. Ahhahaa.. Dulu masih SMP sih pengen banget, tapi sekarang kayak gak mungkin T
J T J
1. pengeluaran untuk K-pop tidak dihitung lagi karena banyak
1. ada keinginan dari fans untuk dekat dengan idola jadi bagian dalam kehidupan sehari-hari idolanya, di sini ingin jadi staf manajemen artis
: Yuk, menurut kamu, kamu kan punya idola 1. arti idola adalah orang nih berarti ya, menurut kamu idola seharusnya yang dipuja karena attitude seperti apa sih atau gini dulu deh, menurut dan behaviornya bagus kamu idola itu apa sih ? : Sesuatu yang kita kagumi, yang dipuja-puja, kan behavior dan attitudenya kan harus bagus 1. artis K-Pop harus bisa : Dalam artian ? : Misalnya ada yang komen sesuatu yang gaak menahan diri jelek lah di Instagramnya dia, pastikan sebenernya dia baca tapi kalo misal orangnya emosian, attitudenya jelek pastikan langsung di bales ya.. Dia harus bisa nahan emosinya gitu loh, Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
120 T : Terus kalo behaviornya yang bagus itu gimana Yuk ? J : Misalnya kalo ada meeting, dia harus senyum, harus profesional walaupun dia gak suka kedaan lingkungannya ya tetep aja dia harus bisa menyapa fansnya dengan baik T J
1. idem : Kalau tentang pribadinya ? : Menurut aku sih, kehidupan pribadi dia dipisahkan antara ketika dia ada di kehidupan pribadi sama kalau dia ada dunia entertainment, yang kayak tadi aku bilang, harus profesional gitu loh, jadi jangan .. Kalau dia pemarah ya jangan dibawa ke dunia entertainment gitu. Kalau aku probadi ya terserah dia orangnya kayak apa tapi yang penting ketika dia ke fans dia jangan ngebawa kehidupan pribadinya
T
: Bermasalah gak sih buat Yuk kalau idola 1. hal yang pribadi bisa kamu, taruhlah salah satu personilnya 2 AM, mempengaruhi perasaan ternyata hidup bersama tanpa menikah, atau fans terhadap idola apa gitu ? : Agak mempengaruhi sih, jadi agak hmmm… gimana ya, jadi agak males gitu kan, cuma selama lagunya masih bagus cuma ya gak terlalu yang gimana.. Berkurang jadi 70%
J
T : Jadi menurut Yuk, selain dia di panggung 1. kehidupan professional dan pribadi artis K-Pop harus musiknya harus enak… J : Iya mungkin harus diimbangi dengan bagus semuanya kehidupan pribadinya juga sih T : Jadi matters a lot ya yuk nilai-nilai pribadinya? J : Iyaaa.. Ehm.. mereka punya kepribadian kan keliatan kan dari mereka nge-post sesuatunya . Dia lagi ngapain kadang dia post, kadang ada captionnya juga, jadi dia nerangin dia lagi ngapain hari ini
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
121 T
: Serius gak sih kalau mereka nge post gitu ?
J :Gak Cuma pas lagi kerja aja sih kadang pas lagi hari-harinya juga, kayak tadi kan aku baru buka Instagram kan Si Tao Choi Si Won Super Junior, dia kan baru punya Instagram , terus tadi dia lagi macet mau berangkat kemana.. mau ke tur Super Juniornya gitu, terus dia ngepost gitu loh.. kayak say good morning gitu, barusan aja liat T
J Korea
: Nah kalau seperti itu, yang dilihat apanya Selalu melihat posting di sih? Lihat dia berangkat kerja, lihat dia social media dari para artis berangkat konser gitu ya,sampai Yuk like, menjadi rutinitas yang penah dilike apa coba ? : Rata-rata semua yang di post sama artis aku like heheheheee..
T J
: Seperti apa tuh Yuk ? : Kadang kalau ada foto mereka pribadi gitu, misalnya mereka lagi ada di pesta apa terus mereka foto, selfie-selfie gitu aku like atau kadang kalau misalnya mereka abis selesai konser gitu terus aku like T : Kenapa sih bisa like yang itu ? J : Karena mungkin idola kali ya, jadi ya kayak ya udah nge like aja gitu T : tanpa tujuan tertentu? J : ya pokoknya like aja T J
Sering up date melalui social media
Kegiatan melalui social media bisa dengan berpartisipasi di akun miliki artis K-Pop
: Foto yang kayak apa sih yang Yuk suka ? : Hhmmmm… mungkin kalo lagi nunjukin diri dia lagi selfie dimana, terus kadangan kan kalo antar artis satu dengan artis lain kan suka ketemuan, “Ooh ternyata mereka juga sahabatan ya antar artis ini.” Itu aku like
T : Yang dilihat lebih pada kehidupan pribadi mereka gitu ya ? J : Hmm.. kalau di Instagram lebih liat kehidupan mereka sih T : Kalau twitternya ? J : Kalau twitter kan pake tulisan Korea kan jadi gak terlalu ngerti gitu.. cuma kadang ada yang pake Bahasa Inggris baru ngeh gitu..
Sosial media bisa menjadi jendela untuk mengetahui dan memahami kehidupan pribadi artis
T
Artis K-Pop suka menyapa fans melalui social media
J
: Biasanya mereka ngomong apa kalau di twitter? : Paling kayak nyapa fansnya doang..
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
122 T : kayak apa tuh ? kan cuma seratus empat puluh Banyak informasi dan teaser yang dicantumkan di social karakter ya..contohnya? J : Iya.. kayak apa ya aku lupa.. Cuma kadang media para artis singkat-singkat sih, kayak yang waktu Big Bang mau ke Tokyo, terus dia kayak “Are you ready Tokyo for Big Bang concert?” Kayak gitu, kayak lebih nyapa. Ooh kadang kalau twitter itu kadang dia mau ngerilis album apa dia suka ngomong dulu, tanggal segini dia mau release album… Iya..kapan dia mau release album, kapan mau konser kemana. Jadi kadang suka ada clue kode-kode dari akun twitter atau Instagram punya mereka gitu Kalau misalnya mereka mau release album atau kayak 2nE1 kan kemaren kan mereka ke Indonesia, nah beberapa bulan sebelumnya salah satu personilnya ada yang nge twit gitu kayak, Indonesia terus tanda Tanya. Kita kan “Wah kenapa nih, apa dia mau ke Jakarta apa gimana ?” Kita kan penasaran, jadi kita ngikutin terus gitu loh update dari dia T J
: eh mereka ada ini gak si Yuk, sebutan- Ada sebutan-sebutan khusus sebutan khusus atau ada istilah khusus untuk untuk masing-masing kelompok fans nyapa penggemarnya? : Ooh, kayak nama fans clubnya ? kalo misalnya 2 AM panggilannya I AM . Kalau Big Bang apa ya….mmmm VIP kalau gak salah
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
123 T J
T J
: di twitter apa cuma sekedar halo atau apa ? : Kadang ada juga yang pesen tetap sehat, jaga kesehatan, tapi kebanyakan yang aku liat sih mereka informasiin mereka mau debute apa, mau ada acara apa : Yuk apasih yang kamu dapat dengan ikut-ikut seperti itu ? : Jadi up to date sama kegiatan mereka
Himbauan yang disampaikan oleh para artis K-Pop disampaikan melalui social media
Terus mereka juga ada Himbauan sih tapi gak terus-terusan gitu loh Kemarin Super Junior yang si Jay Chou itu, Super Junior yang Korea, kemaren kan ada kecelakaan yang Ladies Code itu, terus dia kayak ngucapin turut berbela sungkawa di twitternya, terus sama nulis hati-hati kalau bawa mobil, jangan lupa pakai seat belt. Tapi engga itu juga, cuma kalau ada kasus khusus mereka baru ngomong kayak gitu…lain kali gitu ada juga artis yang ngomong stay healthy, take care gitu-gitu T J T J
: Terus dari apa.. foto-fotonya mereka, dari Kepribadian bisa dilihat dari sapaan-sapaan mereka, apa sih yang kamu foto dapet dari situ Yuk? : Yang aku dapet apa yaa.. hmm.. keliatan kepribadiannya.. : Kepribadiannya kayak apa tuh Yuk, Kasi contoh? : Friendly..
T J
1. Artis K-Pop yang sering : Itu siapa tuh ? Contohnya… : Yang paling sering sih yang Jo Kwon yang membagikan pesan rohani leadernya sama Si Won.. terus dia suka ngasi dari Alkitab ayat-ayat gitu.. soalnya ayahnya kan pendeta, jadi kayak suka ngasi ayat-ayat Alkitab gitu..
T J
: apa sih yang bisa Yuk terapkan dalam hidup? 1. Artis K-Pop menjadi pihak : Waduh.. yang aku terapkan.. hmm.. pernah yang mengingatkan sih kayak liat ayat Alkitabnya, terus jadi baca kesadaran beragama lagi ayat itu.. : Apa ada omongan yang pas banget sama keadaanmu? : Iya.. iya.. kadang ada seperti itu.. hmm.. apa ya.. pokoknya kalo melakukan sesuatu jangan yang bersungut-sungut gitu, itu waktu itu aku kayak lagi males banget terus kayak.. ooh artis pun bisa merasakan seperti itu tapi dia bisa refleksinya kayak ayat Alkitab ini, dia
T J
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
124 emang rohani banget Kalo Si Won itu keliatan banget yang Rohani banget, ngejaga hubungannya dengan Tuhan banget dan dia juga kayak.. apa ya istilahnya.. kayak menguatkan ke fansya dengan Alkitabnya mungkin yang saat itu dia lagi baca, kalo yang Jo Kwon lebih terbuka, sosoknya friendly gitu.. Pernah sih aku ngelakuin, yang ayat Alkitab itu, aku nge post apa terus ada ayat Alkitabnya gitu, itukan secara gak langsung bisa jadi berkat buat orang lain juga kan.. jadi emang pernah tapi cuma beberapa kali doang T : Si Won tuh gak pernah bilang ya alasannya kenapa dia posting ayat Alkitab ? J : Engga sih, tapi dia sering bilang Tuhan itu baik, God is good T : Oiya, kalau dia gak pake ayat Alkitab, dia suka gitu ya ? J : Iya, suka prise to Lord.. suka kayak gitu T : Oiya ? Dia kalau posting harian apa gimana ? Sering ? J : Harian gitu, kayak random aja.. lumayan sering, sekarang dia lebih ke instagram sih kalau aku liat T : Instagram nya isinya apa ? J : Kalo Instagram belum ada ayat Alkitab sih hehehe.. biasanya kalo ayat Alkitab di twitter kalo instagram kan foto kan.. T : Itu gambarnya apa biasanya ? J : Lebih ke aktivitasnya, dia lagi apa terus dia lagi dimana.. rata-rata kalau Korea gitu terus dia lagi ngapain, dia post di situ, instagram T : Yuk ada gak sih kayak I AM punya si follow bagaimana dia nyebut itunya, Suju kan ELF ya, pernah tau gak kenapa mereka kasih nama ini ? J : Ooh.. itu udah lama banget ya.. aku kan pernah kepo juga kan, kalo follow kenapa ya? Pokoknya slogannya mereka kan I AM for 2 AM gitu kan, saya untuk 2 AM, mungkinkayak lebih personal T : Berarti semboyannya mereka emang buat.. kesetiaannya emang buat si 2 AM itu ? J : Iya... terus kan yang ELF itu kan artinya Everlasting Friends kan.. aku lupa sih sejarahnya ya pokoknya loyal ke si Suju
1. Artis K-Pop juga bisa bertindak sebagai alat untuk menyadarkan umat (lewat agama dan pesan dituliskan di social media)
Ada sebutan khusus untuk fans dari masing-masing artis/grup karena ingin menambah ikatan di antara mereka
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
125 T
:tapi menurut kamu sebutan-sebutan itu menunjukkan apa sih? J : Identitasnya sih, identitas dari kelompokkelompok penggemar itu T : Kalo I AM for 2 AM, itu menunjukkan apa ya menurutmu secara pribadi ? J : Maksudnya gimana ? T : Ada nilai apa, ada pesan apa menurut Yuk ? J : Jadi kayak lebih deket antar sesama fans gitu kali ya.. “Oh sama-sama I AM” Jadi kayak ada rasa bersama gitu loh, ooh barengan, sama-sama suka 2 AM, jadi kita bener-bener hanya untuk 2 AM T : Ada nilai tertentu apa nggak dari sebutansebutan itu, ada pesan apa dari mereka menurut kamu Yuk ? J : Jadi kayak lebih deket antar sesama fans gitu kali ya.. “Oh sama-sama I AM” Jadi kayak ada rasa bersama gitu loh, ooh barengan, sama-sama suka 2 AM, jadi kita bener-bener hanya untuk 2 AM T : Yuk pernah nonton konsernya ? Itu anakanak I AM gimana? J : Mereka bentuk rombongan gitu, terus mereka bagiin lagu yang akan dinyanyiin hari itu dan disitu ditulis kayak misalnya mereka nyanyi apa terus ada balesan teriakan-teriakan gitu, mereka udah bagiin, udah siapin terus dibagiin gitu sebelum konser T : Kayak apa tuh ? J : Aku lupa soanya pake Bahasa Korea.. misalnya ada satu lirik nih, ada dibawahnya ada jedanya, terus nanti kitanya, fansnya kayak sebutin nama mereka satu-satu kayak Jo Kwon.. siapa..siapa..siapa.. jadi biar barengan gitu.. Iya terus udah dibikinin list gitu mungkin dia tau dari promotornya, karena mereka kan sering nanya-nanya, aku sih juga kepo kan kalo sebelum nonton konsernya kayak liat akun twitternya, nah si akun promotornya suka ngetwit terus, mereka bakal nyanyi lagu apa aja, berapa lagu, penamilannya penampilan ke berapa.. promotornya jawab, makanya mereka tau.. T J
1. Para fans memiliki kekuatan untuk memaksa pihak manajemen mengikuti kemauan mereka terutama saat konser
: Kan sukanya kamu sama K-Pop ini jadi 1. Pakaian dan aksesori menggunakan barang yang merembetnya kemana ? : Pakaian sih udah pasti, cara dandan juga mirip dipakai oleh artis K-Pop Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
126 udah pasti ngikutin sana.. T : Oiya menarik juga tuh, gimana-gimana ? J : Kayak pita yang aku pakai ini, jadi aku pernah liat si Miss A pernah pakai ini, jadi aku pas liat di mall langsung bilang aduh lucu ya.. jadi pengen beli, jadi segala sesuatu yang pernah dipakai sama mereka jadi pengen beli gitu.. terus kalo baju.. Maam tau IU(A Yu) gak ? Kalo IU (A Yu) bajunya kayak baby doll gitu,aku juga suka baju yang kayak gitu.. cari bajunya jadi model kayak gitu T J T J T J
1. Perawatan wajah dan kulit : Ooh gitu, terus kalo bedak ? menggunakan produk yang : kalo make up aku emang pake Etude, kan diiklankan oleh idola Etude dari sana : Kenapa ? Kamu cocok pake itu ? : Heehehehe.. cocok sih mungkin karena aku suka Korea jadi ngerasa cocok lah yah ehehehe.. : Ooh gitu.. terus gak ada efek brand endorsenya ? : He‟eh, si SHINee kan yang ngiklanin.. Engga sih, sebenarnya aku gak terlalu suka SHINee nya tapi karena itu brand dari Korea jadi aku demen gitu hehehee..
T : dengan gitu, Yuk jadi pake.. itu membuat kamu merasa apa sih ? J : PD kali ya hahahahaha… jadi berasa mirip orang Korea mungkin hahahahaaa T : Modelnya tapi cocok sama Indonesia nggak Yuk, kayak bajunya gitu ? J : Ada beberapa lah yang engga, jadi di sortir juga lah karena kan mereka budayanya beda sama kita, jadi ada beberapa yang gak pas di sini ya aku gak ikutin T : Kalo yang gak pas kayak apa Yuk? J : Kadang kan mereka pake celana pendek banget, super pendek nah itu gak mungkin lah aku pake di sini, kan gak mungkin T
1. Pakaian harus menyesuaikan dengan kondisi budaya dan social masyarakat di Indo biarpun ingin mengikuti arts K-Pop
J T J
: Kembali ke rias wajah ya Yuk, Itukan 1. Riasan wajah juga mereka memperkenalkan BB cream lah.. apa memakai produk Korea lah.. itu dari mereka kan ? Yuk pake juga ? : Iya.. Pake hahahaa.. : Bb cream mereknya apa, Etude juga ? : Etude juga
T
: Kalo baju, tahu model-modelnya itu kamu
1. Baju para artis K-Pop yang Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
127
J T J T gitu? J nih T J
T
ditiru ambil modelnya dari dapet dari mana ? Internet ? internet : Iya dari internet sih : Jait atau beli ? : Beli sih : Ooh di sini ada yang jual baju ala K-Pop
: Ada, cuma susah sih emang.. tapi kalo misalnya lagi jalan terus nemu ya udah.. beli : Biasanya dimana tuh ada yang mirip? : di mall kelapa gading ada department store star di dalem situ ada baju-baju namanya style, yang itu bener-bener dari Korea, bajunya tuh mirip sama yang dipake sama artis-artis sana : Jadi beli di sana ya kalo baju yang mirip. 1. Mengkoleksi merchandise Kalo di kamarmu ada nggak poster-poster atau souvenir dari nonton konser itu ? : Ada.. kayak light stick aku simpen dalam
J kamar T : Kenapa ? J : Kenang-kenangan.. padahal mahal .. dua ratus ribu T : Tapi kenapa beli padahal kan tiket konsernya kan juga udah mahal kan Yuk ? hehehe.. J : Iyaa… hehehe cuma kan kalo gak bawa apaapa kan gak enak, masa nonton gak bawa apaapa.. T : Hahaha terus di kamar pake poster? J : Engga sih.. diomelin papa, ayo copot-copot hehehe T : Kalo light stick tetep ya ? terus apa lagi ? J : Kipaaasss.. yang ada gambar merekanya.. J T J
T J fans,
: Kalo kaos sih engga ya.. kaos sih ada tapi 1. jadi konsumtif karena kaos yang mereka pake juga, jadi kaos official endorsement dari artis K-Pop idola mereka : Jadi maksudnya gimana tuh Yuk ? : Jadi kayak MBlaq, pas di akhir konsernya mereka pake kaos yang ada tulisannya MBlaq gitu, ada nama fans clubnya A-Plus kan kalo mereka, di jual jadi aku beli, jadi mereka udah pake kaos itu, istilahnya mereka udah ngeendorse kaos itu jadi yaudah beli hehehee.. biar sama gitu ehhehehee.. : Mahal dong kalo yang official begitu? : Iya sih lebih mahal dari yang kaos bikinan tapi worthed Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
128 T
T
: Biar merasa sama ya sama idolanya hehehehe.. terus ini yang terakhir nih Yuk, cara mereka berpakaian nih, tadikan kamu juga udah bilang kamu niru modelnya yang samaan, terus kalo cara mereka berhubungans ama orang lain, mereka nyapa sama fans, Yuk memakai model seperti itu juga atau gimana ?
: Ini kalo nyapa sesama fans ya ini yang terakhir nih Yuk, cara mereka berpakaian nih, tadikan kamu juga udah bilang kamu niru modelnya yang samaan, terus kalo cara mereka berhubungans ama orang lain, mereka nyapa sama fans, Yuk memakai model seperti itu juga atau gimana ? J : kadang kalo sama temen yang suka Korea aku suka yang “anyong haseyo” tapi kalau sama yang lain engga.. T : Terus apa lagi selain itu ? J : Kalo nyapasih ya Anyong.. udah gitu paling T : Terus yang lain jawabnya apa ? J : Kalo yang suka Korea jawabnya gitu juga, balesnya T : Akhirnya tiap ketemu kalian begitu ? J : Jadi kebiasaan ehehehe..jadi PD ehehehe.. jadi ngerasa mirip gitu sama orang Korea ehehhe T : Hehehe..udah ngomongnya kayak orang Korea terus penampilannya juga ya? emang kenapa sih kalo gambarannya mereka pas pake baju Korea gitu ? J : Cantik, simple tapi cantik gitu.. maksudnya kayak elegan T : Itu biasanya kan kalo di panggung ya ? J : Iya di panggung, kadang kalo kehidupan sehari-hari juga kan liat dari Instagram mereka gimana
1. Jika meniru cara para artis K-Pop berpenampilan akan membuat lebih pe-de serasa orang Korea
1. penampilan artis K-Pop selalu cantik karena simple
T : Jadi pesenmu apa ni untuk yang sama- sama 1. tiru yang baik dari para artis idola K-Pop suka K-Pop? J : Ya itu tirulah yang baik kan kayak Jo Kwon itu kan persahabatan, jadi kayak dia suka nge post sama artis apa artis apa padahal kan di kehidupan nyata diakan juga kompetitor atau apa, tapi tetep mau berteman, terus ya.. kayak Jo Kwoon, Si Won doang kayak gitu, sering nge post ayat Alkitab kan itu juga secara gak langsung jadi berkat buat yang lain juga
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
129 Nara Sumber
: Informan Ut
Profil
: Perempuan, Usia 21 Thn, Lulusan S1 Komunikasi, Pegawai, Fan KPop, Idola TVXQ (DongbanShinKi)
Interviewer & Coder: Dery Kode
T J T J kalau
Transkrip
: Ut Suka kumpul dengan teman-teman yang hobi Korea ? : Dulu sering, tapi sekarang jarang tapi masih suka : Lewat tatap muka, ketemu atau secara online atau gimana ? : Sekarang sih lebih sering secara online,
Intisari 1. Ut dulu sering berjumpa dengan sesama fans K-Pop, sekarang dengan kesibukan, kegiatan seperti itu sudah jarang dilakukan.
ketemu langsung paling sebulan sekali cuma karena udah pada kuliah atau kerja jadi jarang ketemu T apa? J T J T J
: Itu secara online ketemunya di Milis atau 1. Pertemuan bisa dilakukan secara tatap muka maupun : Biasanya kita ada grup, grupnya tuh di via diskusi online
twitter, jadi nanti kalo misalnya namanya fandem ini ngomong apa terus kita reply : Apa nama grupnya ? : Casiopeia (Kassiopeya) Indonesia, dia juga ada facebook jadi bisa komen-komen : Kassiopeya, kenapa namanya gitu? : Jadi boy band Korea itu, aslinya itu setiap fansnya namain kassiopeya jadi setiap fans dari boy band itu sebutannya kassiopeya
T ?
: Ut ngefans ya, mengindolakan boy band itu Idola Ut adalah grup TVXQ
T
: Ut boleh Tanya ya, kalo kamu emang benerbener suka sama Dongbangsinki, itu apa sih yang paling menarik buat kamu, yang membedakan dia dengan artis yang lain atau grup yang lain ? : Pertama, kan dulu mereka berlima, limalimanya suaranya bagus, pasti karena mereka penyanyi, kedua mereka pinter nari, lima-
Apa namanya ? J : Dongbangsinki T : Oo.. Dongbangsinki ya..ya..ya.. kalo ga salah itu namanya berubah jadi TVXQ ya ? J : Ya, TVXQ HCM iya bener
J
Ut menjelaskan factor menariknya kelompok ini sehingga bisa menjadi idola: pintar menari, semua bisa menyanyi, pribadi mereka masing-masing lucu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
130 limanya pinter nari, terus juga personality mereka lucu kalo ikut acara-acara, terus mereka juga penampilannya menarik T J T J
T J T J
TVXQ semua personel bisa : Nah pertanyaan selanjutnya, penampilan menyanyi tidak seperti menarik itu gimana sih ? kelompok yang lain. : Ehm.. wajahnya tampan, kalau berbusana menarik, bagus, ganteng : Kenapa bukan grup yang lain, yang lain kan juga berbusananya juga bagus kan, Suju, SHINee, 2NE1 gitu, apa yang membedakan ? : Yang membedakanyang aku liat kalo Super Junior mereka gak semua punya suara bagus dan gak semuanya tuh bisa nari bagus gitu.. terus DBSK tuh lebih lama dari Super Junior, jadi buat saya lebih ke DBSK karena menurut saya mereka nyanyi bisa, akting bisa, Mayoritas aku suka semua
: Mayoritas ? Berarti ada yang biasa aja ? : Ada.. : Kenapa nih yang biasa aja ? : Karena kita punya ini sih.. punya kesukaan karakter pribadi, tipe-tipe pribadi kan yang orang suka, kalau tipe-tipe orang yang orang kurang suka ya orang yang agak kurang bagus dalam hhmm… menyanyinya bagus juga sih,maam… cumannnn..kurang suka, menurut saya kurang ganteng daripada yang lain hehehehe…terus lebih pendiem maam, hehehehee..si Chang Min, karena kan dia kan paling muda, jadi dia lebih banyak diem gitu
Tetap saja di antara satu kelompok yang terdiri dari beberapa personel pasti ada yang disukai dan kurang disukai.
Terus mereka saya suka juga karena Suaranya bagus, pinter akting bisa main alat musik, mereka bisa ciptain lagu, terus mereka… saya pribadi sih suka karena lucu, terus mereka….. ganteng hehehehee.. T
J
: Terus, kalo memang bener-bener kamu mengidolakan mereka, hal-hal detil apa sih yang kamu tau tentang mereka ? Tadi kan Ut bilang karakternya, Cuma kan kalau di atas panggung kan kita gak tau ya karakternya kayak apa, kamu taunya dari mana karakternya mereka kayak apa ? : Jadi mereka tuh suka kayak.. kalau ketemu langsung pernah sih di Indonesia, tapi kalau karakternya tuh biasanya mereka kayak ikut
Acara-acara reality show yang berisi games menjadi sarana bagi fans untuk melihat sifat dari idola
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
131 program acara, ikut games, ikut kayak acaraacara yang… running Man. Kalau di running Man kan keliatan langsung personalitinya, gimana sih mereka mau berjuang ada pertandingan, gimana dia sama kompetitornya, gimana dia sama temen se timnya dan tim lawannya, jadi kurang lebih bisa liat di situ sih T J
: Running Man itu apa sih Ut? : Ehm.. program acara tv, games-games artisartis biasanya ikut acara itu, khusus untuk artis-artis ikut acara itu, jadi tuh main lumpur, main tinju jadi tuh bener-bener yang gak jaimjaim lagi artisnya jadikan keluar Yang lucu terus pinter entertainnya, misalnya di tv dalam ngomgongnya sama tementemennya, sama audience lucu, interaktif
T
: Ada acara program lain nggak? Kalo yang program lain tuh apa mereka bisa interaktif ? J : Happy together terus interaksi sama fans juga mungkin pas lagi live konsernya T : Ut pernah nonton konser K-Pop ? J : SM Town jadi satu menejemen gitu, gak dia doang tapi beberapa artis yang manggung di konser itu
Program lainnya bentuknya interaktif sangat disukai
T : Terus bagaimana sih Ut mengekspresikan kekaguman terhadap hal itu ? J : Ooh kalo aku pasti kalo di facebook, twitter aku join fan pagesnya ikut membershipnya, memebershipnya itu juga bayar biar kita dapet kartunya
Berhubungan dengan sesama fans melalui pertolongan social media dan komunitas online
Menyenangi konser yang diselenggarakan manajemen artis karena artis yang datang bisa banyak
T : Bisa sebutin Ut apa fanbasenya, community Mengikuti komunitas fan TVXQ Indonesia dan rajin onlinenya ? J : Dulu yang aku dapet member cardnya tuh mengikuti gathering TVXQ Indo, itu fans club pertama DBSK di Indonesia terus kalo gathering itu waktu masih SMA sih, masih sering dateng aku ikut dimana, di mall mana ketemu, terus dulu waktu masih SMP cari temen-temen sesama yang suka DBSK ketemu bareng tukeran DVD tukeran informasi T J
Cara paling mudah untuk : Itu DVDnya apa gak sayang di tuker-tuker menambah koleksi dengan gitu? : Makanya, sistemnya waktu dulu kan korea tukar menukar DVD Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
132 belum begitu terkenal, mahal kan DVDnya nah jadi misalnya temenku punya A aku punya B kita bajak.. kita copy ehehehe.. kan gak mahal (pelan) T J T J
: Nah menurut Ut ya apa yang kamu lihat dari Artis K-Pop dinilai low idola kamu yang menurut kamu bagus profile/ rendah hati sehingga mereka dijadikan kamu idola ? : Low profile : Penting ya ? Low profilenya gimana ? : Iya penting low profile, mereka kalau lagi konser, kayak misalnya lagi ke Jakarta mereka gak sungkan-sungkan kayak tanda tangan, jabat tangan atau kayak ada acara running man kana da ketemu masyarakat luar tuh, mereka kalo ada yang mau minta foto mereka gak sungkan-sungkan atau apa.. Terus juga mereka punya Instagram, twitter mereka update ke kita jadi kan kita tau mereka lagi apa, lagi ngapain langsung dari orangnya, bukan dari menejemennya, dari orangnya langsung. Mereka juga sering ngadain telekonfrens pake line, sponsornya jadi mereka telpon secara random fansnya.. gitu… Kalo aku cuma like tapi kalo balesan dari mereka belum ada sih , belum pernah.. di twitter belum pernah, banyak kan Mam, kalah saing kan
T J
T J
: berarti kamu juga ikut sebagai penggemarnya si TVXQ Indonesia itu ya. Kalau gathering ngapain biasanya? : Kalau gathering biasanya ada performance dance terus ada cuplikan video mereka terus ada bazar aksesoris berbau DBSK terus ada bazar makanan, terus kita ada door prize, door prizenya itu topi yang ada tanda tangannya si DBSK asli, semacam kayak gitu acaranya : Oke, kalau yang didiskusikan kan pasti ngobrol kan dengan yang lain-lain ya, kalau gathering atau online yang diobrolin apa ? : Yang diobrolin itu pasti info terbaru, misalnya dia sedang apa, kedepannya project apa, main film apa, mau konser dimana, mungkin ada masalah lain kan kemaren sempet pisah juga kan DBSK tiga personilnya keluar, jadi JYJ .. itu sempet jadi topic perbincangan kita kenapa mereka pisah, seputar itu sih
Acara gathering berupa performance dance, bazaar dan door prize merchandise asli
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
133
T : Biasanya tau informasi paling awal itu dari Informasi paling cepat tetap didapat dari internet yaitu mana ? J : Dari line. Mungkin kayak sekarang social media informasi kan cangggih, jadi kita kayak invite si DBSK nah itu tuh akan secara sistematis akan ngasi informasi ke kita, T : Gabung juga, sistemnya harus gabung ke dia ? J : Iya, gampang tinggal follow udah.. aja nanti kalo dia update foto langsung masuk ke line kita terus nanti kalo kita bales dianya kayak bales thank you tapi komputer ya mungkin, dari sistem komputer ya T : Tapi paling tidak jadi tau first information ya J : Iya jadi cepet, kan line dibawa-bawa terus T J T J
: Apa kepuasan yang Ut dapet dari situ ? : Jadinya up to date gak tau dari orang lain, kan kalo tau dari orang lain kan wah gak up to date : kalo memang Ut mengikuti terus, biasanya berita apa yang dicari? dan lewat media mana? : Sekarang-sekarang si yang aku ikutin kebanyakan drama korea aja, sama info mengenai artis-artisnya. Kayak Suzy pacaran sama Lee minho wkwkwk. biasanya aku lewat PC atau HP si bu liat beritanya, di website atau instagram gitu bu (koreanindo, atau allkpop, atau soompi)
T : kegiatan Ut sehari-hari dari pagi sampe pulang kantor dan mau tidur bisa nggak diceritain? dan apakah hari-hari biasa kamu masih mengikuti berita/info tentang artis K-pop kesayanganmu? J : Pagi biasanya saat teduh, mandi, absen di kantor, cari sarapan, terus kerja bu sampai jam 4 atau jam 5 sore. lalu aku sekarang biasain ngegym di UPH, jadi selesai ngegym bisa sampe jam 7malam, lalu mandi, buka laptop sebentar cek email atau nonton youtube dan jam 10 aku udh usahain tidur. maksimal jam 11 malam hehehe. Masih bisa mengikuti berita siiih…kalau kerjaan lagi tidak banyak, karena kan di kantor ada internet jadi mudah dan cepat hihihi.. T : banyak yang berpendapat bahwa penggemar K-Pop terkesan alay, norak dsb yang bernada negatif, bagaimana kamu menanggapi ini? J : Menurut saya sih nggak semua penggemar K-
Up to date dengan berita terbaru yang lebih cepat dari orang lain merupakan tujuan menggunakan intenet untuk mendapat berita tentang idola
Mencari info tentang K-Pop dan para artis sudah termasuk kegiatan rutin sehari-hari
Pendapat orang luar yang negative tentang K-Pop tidak mempengaruhi karena merasa masih banyak yang Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
134 suka dan kegiatan ini tidak Pop itu terkesan alay dan norak, tergantung pribadi masing-masing mereka.Tapi setuju juga sih mengganggu orang lain soalnya ada beberapa dari mereka yang seperti itu. Kalau anaknya memang belum dewasa dan masih muda mungkin bisa dibilang gitu, memang terkesan norak dan alay karena masih labil kali,,,. Tapi tidak bisa di generalisasikan kayak gitu…nggak semuanya seperti itu. Biarin ajalah…yang penting kita nggak merugikan orang lain, kan banyak yang suka K-Pop juga kok…ya kita ngobrolan sama mereka aja, kan kalo mereka sama-sama ngerti K-Pop, buat apa bingung sama orang lain yang nggak ngerti? Kan penggemar lain juga banyak yang nggak bagus, kok Cuma fans K-Pop yang disorot? Itu Hooligans yang rusuh tiap pertandingan bola di luar negeri gimana tuh? Tapi fans bola kan juga nggak semua jelek kayak Hooligan?? Sama kan?
T J
: Ut, idola kan gak selalu di atas panggung ya Idola sangat diperhatikan tapi juga di luar panggung, kamu ngikutin gak oleh fans dalam kehidupan sehari-harinya gerak-geriknya di luar panggung ? : Gerak-geriknya paling cuman dari berita karena kan dia tinggal di Korea, kalo orangorang di Korea dia sampe ngikutin ke bandaranya, stalker gitu kalo aku kan engga, gak bisa dan aku juga gak terlalu suka yang ngikutin sampe segitunya ya paling beritaberitanya di internet, browsing
T : Jadi kalau ada berita lagi jalan-jalan sama Aspek yang sekecil-kecilnya dari idolanya merupakan hal pacarnya, buat Ut tidak menarik ya ? yang menarik untuk fans J : Menarik sih T : Yang menurut Ut gak menarik itu yang apa ? J : yang gak menarik.. hmm.. msialnya lagi.. lagi.. hmm.. ooh ya paling dia lagi iklan apa, kan emang artis kan sering banget iklan apa, cuman kalo yang menarik ya lagi jalan sama cewek siapa, berantem misalnya atau ketauan homo, menarik banget karena kan artis Korea kan terkenal kebanyakan kan homo (pelan) T
J
: Yang kayak gitu buat Ut menarik ya, penting untuk diketahui ya. Oke terus kamu pernah melakukan apa untuk idola yang karena kita idola jadi kita rela loh untuk melakukan ini ? : Paling waktu mereka ke Indonesia kan biasanya ada gift corner, itu jadi kayak msialnya fans DBSK ngumpulin hadiahhadiah terus kasi ke orangnya, ke artisnya.
Dengan rela memberikan hadiah kepada idola sebagai bentuk hubungan yang dekat dengan idola
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
135 Jadi dikoordinir ayo kumpulin hadiahnya nanti kalau dia ke Indonesia dia yang ngumpulin terus nanti kasi ke panitia, pembawa EOnya itu entar di kasi ke orangnya T J
T J
Senang memberi hadiah : Ut yang paling menarik waktu kamu kasih kepada idola yang memiliki hadiah itu apa? Buat kamu pribadi? : Apa ya, aku kasi yang berbau batik ciri khas ndonesia pokoknya berbau Indonesia dikumpulin ke koordinatornya, jadi pas kita mo dateng konser itu ada stand sendiri terus drop ke sana Dulu sering mengirim : terus apa lagi,, kirim message ? : Message.. kalau sekarang-sekarang ini sih message sekarang sudah jarang, kalau dulu masih fanatik zaman SMP- tidak lagi SMA kalau sekarang engga, paling yang mendukung idola ya beli album asli
T : SM Town di GBK ya waktu itu, kamu Berusaha untuk datang dalam tiap konser idola di nonton di kelas apa itu ? indonesia J : Di tribune T : Ooh jauh ya.. J : Iya jauh.. aku nonton ada salah satu personilnya DBSK namanya Junsu, dia selalu konser di Indonesia kalo itu aku bener-bener nonton yang festival bener-bener deket terus kebetulan dia mau ngeluarin album solo jadi dia ke Indonesia, kalo itu bener-bener festival itu dari pagi ngantrinya biar deket T : Terus tujuan Ut ngasi gift ke artis apa? kenapa sih melakukan itu ? J : Ehm.. biar.. biar dia seneng aja.. wah ini masyarakat Indonesia welcome masyarkat Indonesia tuh perhatian biar dia tau keunikan Indonesia tuh apa aja T : Waktu itu Ut kasih apa sih? J : Kalo gak salah kain batik sih ya...(sambal mengingat) iya batik, temenku ada yang kasi topi kraton gitu-gitu, lucu-lucu deh.. T J Yun T J T
Rela memberi hadiah untuk idola agar mau datang kembali dan memiliki pandangan yang baik tentang masyarakat di sini
Rela memberi hadiah utk : Itu batik buat lima-limanya ? : Engga.. cuma buat yang aku suka aja Jung idola
Ho : bisa kamu ceritain gak tentang jung yun ho? : Dia leadernya di grup, terus apalagi ya, menurut aku sih paling ganteng dan menurut aku sih dancenya paling bagus terus lucu sih.. : Lucunya itu taunya dari mana? Di panggung Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
136
J
atau gimana? : Di program-program variety show gamesgames gitu
T
: Sebenernya apa sih yang Ut harapkan dari idola, kan kamu mengidolakan DBSK lebih tepatnya lagi si Jung Yun Ho ? J : Aku sih kenapa gitu, ngambil sisi positifnya juga dari mereka. Mereka kan sebelum terkenal kan ada yang dari keluarga yang miskin jadi liat juga perjuangan mereka itu kan juga bisa jadi apa ya.. bisa jadi nilai yang bisa aku ambil, T : Jung Yun Ho itu apa ceritanya? J : Ya dulu dia pengusaha terus bangkrut terus pas dia mau jadi penyanyi gak direstuin sama papanya karena papanya pikir penyanyi gak ada masa depannya cuman dia terus berusaha dan akhirnya papanya setuju
Pandangan tentang idola : mereka adalah pekerja keras yang merubah kehidupannya jadi harus dilihat sebagai teladan
T : jadi nilai pantang menyerahnya ya Ut. Nah Paham betul dengan kondisi apakah ada impian kamu yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sang artis idola idola ? J : Ketemu mereka yang bener-bener berlima sih karena kan aku ketemu mereka sendiri si Junsu, Ju Min Ho sama Chang Min, tiga orang itu.. kalo Ju Min Ho sama Chang Min SM Town, kalo si Junsu konser solo di Indonesia T : Kalo konser kan gak personaly kan, ada gak keinginan Ut untuk ketemu mereka personally? J : Iyalah.. ketemu personaly. Mereka kan juga punya usaha jadi kayak pengen dateng ke restorannya dia terus mereka yang layani sendiri hahhahaaa.. mereka kan punya café, mereka juga punya bisnis bahkan resort di Jeju, di pulau Jeju si Junsu punya T : Berarti ada dong impian ya.. sudah pernah ke Korea ? J : Belum.. pengen banget hehehe.. T : Pengen banget dan impiannya kalau kesana ke tempatnya mereka ke resort atau ke café J : Sebenernya sih pengen S2 juga di sana sekaligus nge fans-fansan di sana T
Ingin melanjutkan kuliah di Korea dan merupakan sebuah impian untuk bisa pergi ke Korea
: Seandainya kamu berkesempatan untuk ke Jika bisa ke Korea akan Korea, apa yang Ut lakukan berkaitan dengan mengunjungi tempat usaha yang dimiliki oleh artis K-Pop kesenanganmu ini? Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
137 J
T
: Pasti ke tempat-tempat yang mereka ada sih yang menjadi idola dan Mam, ke tempat yang konsernya dia atau ke berfoto bersama resto café punya dia kanmereka juga suka stay di tempat usaha mereka, pengen dapet foto bareng sama tanda tangannya tapi lebih pengen sih foto bareng daripada tanda tanga, biar ada bukti hehe..soalnya saya ngefans sama mereka dari umur dua belas tahun, dari SMP jadi udah sembilan tahun lah cuma udah gak sefanatik dulu sih Mam mungkin karena bertambahnya usia kali, jadi sekarang hgak terlalu update setiap hari setiap menit sih Mam, kalo dulu pegang Handphone terus, internet terus nonton video berjam-jam, tapi sekarang kalo emang lagi gak bisa ya gak ..hehehehee
: karena kamu senang K-Pop apakah hal ini menyebabkan Ut juga membeli/ memakai barang-barang atau produk2 lain yang buatan Korea? J : Iya mempengaruhi tetapi tidak semua, tapi pasti lebih prefer prodak korea. karena contohnya setelah menonton drama korea ada prodak kosmetik mereka yang bagus, nah itu sangat mempengaruhi aku untuk ikut beli juga Tetapi nggak selalu, terkadang saja…kayak pake bedaknya Etude, sama wangiwangiannya, soalnya baunya enak, hehehehe…. T : Ut kalo tau informasi hanya bener-bener dari online, gak pernah langganan majalah ? J : Ooh dulu aku langganan Asian Plus sama My Idol itu dulu Mam sekarang udah tambah usia ya udah di internet, semuanya ada hehehehe.. T : Kalo menurut Ut idola itu apa sih ? J : Idola itu bisa jadi motivasi, idola juga bisa jadi panutan untuk kita sendiri sih Mam, kalo aku sih jadiin si DBSK ini semangat sih Mam, jadi kalo msial langi suntuk bisa nonton mereka nyanyi, nonton variety show mereka. Jadi gak flat-flat aja gitu maam gak punya idola, yang baik ya kita ambil, yang gak baik ya gak usah kita tiru
Komodifikasi K-Pop terjadi dengan mengkonsumsi produk-produk turunan
Berlangganan majalah awalnya untuk tahu informasi tentang idola
Arti idola menjadi: panutan, memberi semangat
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
138 T J
Berharap idola semakin : Harapannya Ut terhadap idolanya apa ? : Harapannya buat mereka semakin suksesss.. sukses dan tidak terbawa terus gak macem-macem kan soalnya di kepada kehidupan negatif Korea udah kebawa arus barat Mam misalnya narkoba atau misalnya homoseksual. Ya aku sih berharapnya mereka gak seperti itu
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
139 Nara Sumber
: Informan Ni
Profil
: Perempuan, Usia 16 Thn, Kelas X, Siswa SMA, Fan K-Pop, Idola EXO, BTS, Shinee
Interviewer & Coder: Dery Kode
Transkrip
Intisari
T
: kenapa Ni suka sama Korea? Terus sejak 1. Alasan menyukai Budaya
kapan?
pop Korea 2. Awal mula menyukai K: Sejak kelas 5 SD. Waktu itu lagi bosen sama Pop diawali dari film drama barat…abis dulu itu yang remaja Cuma seri di TV adanya Justin Bieber doang, bosen….mana 3. sejak SD sudah suka pada kan kelakuan dia jelek banget belakang- Korea dan K-Pop
J
belakangan….lagi pula kan waktu itu ada Boys Before Flower jadi seneng, kan kerenkeren tuh…abis suka filmnya terus abis itu grup-grupnya…kepo-kepo doing nyari info artisnya keterusan, hehehehe…. Apalagi kan ada juga tuh temen-temen yang suka sama Korea pas itu T
: Kalo suka Korea yang disukai apanya?
T
: Dari sekian banyak artis atau grup K-Pop 1. Idola K-Pop dari informan,
1. Yang disukai dari Korea adalah K-Pop, mode, J : musiknya, fashionnya, makanannya kayak makanan khas bulgogi seperti yang di restoran Han Gang (nama 2. Menyukai K-Pop karena resto Korea), terus kalo musiknya soalnya dance-nya aksi di panggung/ kemampuan menari para juga kece-kece artis penyanyinya (istilah T : kecenya kenapa? J : dance-nya suka kompak, gerakannya bagus, informan : dance) 3. Alasan menyukai aksi nggak ada kesalahan sekalipun panggung para artis
yang mana yang Ni suka? J
: EXO, BTS, Shinee..keren…
T : Kenapa tuh Ni? J : kalo EXO dari dulu suka soalnya pertama kali Kai kan keluar music videonya, keren…dancenya bagus, konsepnya beda sama yang lain…kalo yang lain konsepnya imut kan…kalo EXO konsepnya sangar, sangar gerakannya… T : sangar itu apa? J
: kayak menyeramkan gitu…
T
: BTS suka kenapa?
semuanya merupakan grup boy band
1. Alasan spesifik mengapa menyukai grup tersebut ternyata karena konsep yang berbeda dari grup lainnya
1. Sekali lagi menyukai sebuah grup karena berbeda Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
140 J
: karena kepo di twitter soalnya kan ni grup dari grup lainnya. 2. Alasan menyukai grup
belum debut, terus liat rapping-nya mereka, dance- penyanyi rap nya, nyanyinya….kan anggotanya itu dulu underground rapper… T
: kalo Shinee?
J
: kalo Shinee dari kecil jadi suka dari kecil
1. Menyukai grup karena konsepnya berbeda
sama Shinee…konsepnya colorful jadi lucu T
: mulai kapan ya itu Ni? Bisa diingat-ingat 1. Sekali lagi ditanyakan untuk mengkonfrmasi awal mula suka : mulai SD kelas 5…terus-terusan nonton 2. Sejak kelas 5 SD sesudah menonton seri drama TV
nggak? Mulai SD atau gimana? J
Boys Before Flower sampe 25x nggak bosenbosen…. T
: tanggapan keluarga sama kesukaan Ni ini 1. Keluarga mendukung
gimana? J
: mama papa sih dukung…kan niat banget
kegemarannya tetapi merasa keberatan karena faktor harga
beliin tiket konser, kan niat banget beliin CD-CD KPop malah sampe pas ke Korea dibeliin banyak, hihihihihi…. sampe dua tahun lalu soalnya kata mama kemahalan CDnya, jadi kalo dapat nilai bagus baru dibeliin… T
: kalo tanggapan teman-teman gimana sama 1. sudah ada anggapan
kesukaan Ni ini? J
: kalo pas di Penabur, kata teman-teman kalo
miring karena kegemaran terhadap K-Pop
ada K-Pop atau mereka kalo ngomongin K-Pop kitakita musti siap-siap tutup telinga…soalnya mereka kalo sudah ngomongin K-Pop teriak-teriak kayak orang apaan… T
: ada nggak teman-teman Ni yang suka juga 1. Senang berkumpul dengan
sama K-Pop? J
: ada…si Nadine itu mulai di Penabur…terus
teman-teman yang memiliki kegemaran yang sama
ada kakak kelas juga yang suka ngobrol sama aku…itu pas di STI sekarang T
: kalo teman-teman ada yang suka K-Pop juga 1. Bahan obrolan dengan teman-teman sesama Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
141 biasanya ngobrolinnya apa aja sama mereka? J
: Shinee…tentang grup idola, penampilannya
gimana, gerakannya gimana…terus pas kelas 9 aku niruin
gerakan
EXO
diketawain
penggemar 2. orang lain merasa tingkah laku sebagai fan lucu/aneh
di
lapangan…diketawain sama Anas (sahabat Nadine & Ni) T
: kenapa kok diketawain?
J
: katanya aku aneh, hehehehe….
T
: Ni kamu suka on line2?
1. Menyatakan suka on line (untuk mencari berita K-Pop) J : iya kan K-Pop itu 24/7 fan…even I‟M not tapi dengan cepat langsung membantah untuk perilaku 24/7 fan girl Fandom T : Ni kan K-Pop ni berita-beritanya banyak, 1. Topik Berita-berita yang sering dicari secara on line biasanya Ni cari info tentang K-Pop di mana? 2. Topik yang menarik buat J : tentang grup yang mau comeback, terus informan : grup yang akan kembali debut rekaman dan berita-berita tentang EXO, BTS dan tentang grup idola
Shinee…selebihnya nggak, nggak menarik T
: kenapa yang lain nggak menarik?
J
: soalnya berita-beritanya tentang skandal-
1. Tidak menyukai topik yang berbau skandal
skandal doang…nggak suka! T J
: yang dicari berita atau info tentang apa?
1. Lebih menyukai info tentang album baru, lagu : lagu-lagu baru kan mereka lagi muncaki baru dan puncak tangga lagu
tangga lagu Korea, terus Shinee ada album baru aku
pengen beli tapi aku ndak dibolehin mama, padahal albumnya bagus lho, judulnya ODD T
: Ni aktif nggak sih di online gitu?
J
: ya…lumayan, follow-follow aja…
Siwon
diikutin,
grup-grup
yang
1. mengikuti akun social media artis sebatas follow 2. kegiatan jauh berkurang terkenal karena kesibukan
diikutin…tapi dulu…sekarang Cuma yang disukai aja, tugasnya banyak dari sekolah T
: biasanya Ni aktif online-nya di mana? Punya 1. Akun social media yang dipunyai
akun apa aja yang dipake untuk ngikutin berita K- 2. apa yang dilihat selama on line berkaitan dengan K-Pop Pop? J
: Twitter, Fan Café…biar bisa download, tapi Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
142 aku nggak bisa bahasanya jadi jarang on… T
: ikut apa lagi?
J
: ikut on line-on line aja, follow twitter, baca-
baca kalo ada yang lagi rame T
: asal bukan skandal ya Ni?
J
: iya asal bukan yang gossip-gosipan
gitu..males! T
: Instagram punya nggak? Atau yang lain? 1. Akun social media yang dipunyai dan alasan mengikuti akun social media : punya…tapi Cuma Tae Yoon doang yang artis K-Pop
Follow siapa? J
diikuti, she’s so adorable… T
: kenapa kok adorable?
J
: instagramnya lucu, jadi kayak ada dab smash
(aplikasi pembuatan video dengan kata-kata yang lucu)…aku pernah bikin dab smash terus aku delete gara-gara malu, aib siih… T
: Ni pernah nonton konser K-Pop nggak? 1. Pernah nonton konser KPop di Jakarta
Kalau pernah, boleh disebutin apa aja? J
: Pernah…..Music Bank, Big Bank Live Tour,
tapi H-1 sakit jadi nggak jadi nonton T
: Kalo acara TV suka nonton nggak yang ada
artis Koreanya gitu? J
: Suka banget, kalo nonton sih di TV kabel
kayak Running Man gitu, lucu-lucu… T J
: uang buat beli tiketnya dari siapa dong? : mama dan papa…
T
: selain suka K-Pop, Ni suka apa lagi nih dari 1. Menyukai fashion dan
Korea? Yang paling disukai? J
:
fashion
kecantikaaan…Kalo
sama drama
perawatan suka
1. Dukungan orang tua terhadap kegemaran
kecantikan Korea 2. Sudah tidak menyukai muka, drama karena bosan
sok-sok
dramatis…boseennn! T
: pake produk-produk Korea nggak buat 1. Memakai produk-produk
sehari-hari?
Korea untuk perawatan tubuh Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
143 J
: Bb cream doang, sama parfum yang buat di
tangan, mereknya Face Shop… T
: Alasannya kenapa Ni pake produk Korea?
T
: Ngetren apa tuh?
J
: Ngetren kan K-beauty (Korean Beauty)
1. Alasan memakai produk Korea karena sedang tren J : Sebenarnya nggak terlalu suka sih, Cuma 2. Tren yang diikuti adalah kecantikan ala Korea (Kkarena lagi ngetren aja beauty)
kayak yang ada di You Tube…jadi di situ ngebahas kesehatan, kecantikan, make up, fashion…semua ala Korea gitu T J T
: kalo yang barat suka nggak?
1. Alasan lebih menyukai fashion dan kecantikan ala : suka-suka aja sih… Korea karena lebih cocok : lebih suka mana yang ala bule atau yang dengan budaya Indonesia
Korea? J
: sebenarnya bule juga bagus kan fashionnya,
tapi kalo Korea kan lebih cocok sama budaya di sini…biar nggak saltum (Salah Kostum) gitu kalo jalan-jalan T
: menurut kamu teladan apa yang bisa
dicontoh dari artis K-Pop ini? J
: kerja keras sama ketekunan artis K-Pop
karena latihan dari pagi sampe malam, sering nggak tidur
sampe
kantong
matanya
tebal
wueeehhh….mereka tuh niat banget lho! T
: punya koleksi merchandise nggak?
1. mengkoleksi merchandise K-Pop dan suka untuk J : punya tapi light stick-nya rusak kayak yang memakai barang yang sama Infinite Konser itu sudah patah…terus jaket beli dengan teman-teman sesama penggemar
bareng temen-temen samaan pas kelas 8 T
: kalo ada yang mencap fans K-Pop sebagai
orang
alay,
norak,
kampungan
kamu
gimana
perasaannya? J
: Tabok aja hahahaha….nggaklah biasa
aja…kan nggak semua fans K-Pop alay, kan sama aja
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
144 suka teriak-teriak kalo liat idolanya, cuma beda jenis kelamin doang hahahahaha!!!! T
: masih mau nambah koleksi nggak?
J
: masiiih…please deh mau beli album BTS,
beneran deh…please …beliiin deh! T
: punya keinginan nggak Ni untuk bisa ke 1. Punya keinginan untuk
Korea? J
1. masih ingin menambah koleksi dengan album-album baru artis idola
: pengen banget…woiii, kapan yak? Pengen
mengunjungi Korea dan menonton konser K-Pop langsung di sana
nonton konser K-Pop langsung di sanaaa…
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
144 AXIAL CODING Category 1. Latar Belakang Informan
Dimensi
Informan Han
Informan Luk
Informan Yuk
Informan Ut
Informan Ni
Usia
20
20
21
21
16
Status Pekerjaan
Karyawan
Karyawan
Asisten Dosen
Siswa SMA
Pendidikan Terakhir Status
SMK Belum Menikah
SMA Belum Menikah
S1 Belum Menikah
Staf Perguruan Tinggi S1 Belum Menikah
2. Latar Belakang Keluarga
Latar Belakang Sosial Ekonomi Pekerjaan Ayah/Ibu
Menengah
Menengah
Menengah Atas
Menengah Atas
Menengah Atas
3. Awal berkenalan dengan budaya Pop Korea
Proses mengenal KPop pertama Kali
Karyawan/ Ibu Rumah Tangga Melalui saudara sepupu yang membawa majalah dan poster dan setelah menonton seri drama TVnya dan suka kepada lagu pengiring yang dinyanyikan sendiri oleh artis yang berperan dalam seri tsb Mencari lagu K-Pop lainnya dari artis yang disukai tsb lewat TV, radio dan internet. Mencari informasi tentang para artis KPop dari media massa seperti majalah, internet (sumber online)
Pensiunan/ Ibu Rumah Tangga Pengaruh TemanTeman di kota asal yang sudah lebih dulu menggemari seri drama TV lalu menonton dan menjadi suka pada lagu pengiringnya
Freelancer/ Ibu Rumah Tangga Pengaruh TemanTeman yang sudah lebih dulu menggemari seri drama TV dan suka kepada lagu pengiring yang dinyanyikan sendiri oleh artis yang berperan dalam seri tsb Mencari info tentang artis penyanyi dari media massa seperti majalah, internet (sumber on line) dan mencari lagu-lagu K-Pop lain dari internet dengan cara mengunduh dan membeli CD
Tindakan Membaca kembali teks
Mencari lagu-lagu KPop lewat internet dengan cara mengunduh
Kelas X Belum Menikah
Manager/ Dosen Sejak menonton drama seri Korea di TV lalu suka pada lagu pengiring yang dinyanyikan sendiri oleh artis yang berperan dalam seri tsb
Karena awalnya ada drama TV yang disukai sesudah itu ingin tahu dan keterusan. Juga karena sudah bosan dengan artis barat
Mencari lagulagu K-Pop dengan mengcopy CD dan mengunduh dari sumber-sumber online
Mengkoleksi CD serta mengunduh lagu-lagu K-Pop terbaru dari sumber online
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
145 4. Fandom
Obsesi terhadap idola
Waktu yang panjang digunakan untuk Membaca Teks
Koleksi Memorabilia/ Merchandise K-Pop
Perasaan saat Bertemu dengan Sesama Fan
1. Menganggap idola sebagai pacarnya dan setiap kali tampil di panggung konser seolah melihat hanya kepada dia 2. Berusaha menemui idola dengan cara sembunyi-sembunyi saat datang ke Jakarta tapi ketahuan satpam Setiap hari pasti membuka social media untuk up date berita di pagi hari. Di malam hari menonton video secara streaming. Di sela-sela pekerjaan membuka social media untuk mengup date berita, membaca gossip seputer artis dan melihat-lihat Instagram untuk mengetahui kegiatan sehari-hari dari idola Mengkoleksi hanya beberapa dan harga tidak terlalu mahal
Sangat senang bertemu dengan sesama fans bahkan sering kali di kendaraan umum
Mengejar artis idola hingga ke bandara dan menunggui idolanya tanpa kepastian waktu
Mengikuti nasihat sesuai kutipan ayat Kitab Suci yang di tulis idola di social media
Meniru perilaku idola yang terkesan santun dan halus.
Sering menulis status di twitter dengan tanda pagar yang menyebut idola
Setiap pagi membuka social media untuk mengup date berita
Setiap pagi membuka social media untuk mengup date berita, menonton live streaming di malam hari dan di selasela kerja
Menelusuri berita-berita tentang artis KPop dan lagu-lagu baru serta film drama baru melalui berita on line dan social media. Streaming kalau ada video klip dan film baru
Setiap hari membuka twitter bermain Role Play secara on line Setiap ada waktu luang pasti membuka social media untuk mengupdate berita dan gossip tentang artis idolanya
Mengkoleksi hanya beberapa dan tidak mahal serta sedang menabung untuk membeli merchandise saat konser artis KPop yang akan datang Sangat senang bertemu dengan sesama fans yang sama-sama mengejar idola hingga ke
Membeli merchandise resmi yang dibeli saat konser seperti light stick dan kaos
CD-CD dari para artis yang diidolakan baik yang asli maupun yang copy dari temen-teman di komunitasnya Saat bertemu dengan fans akan senang sekali terutama jika sama-sama
Mengkoleksi merchandise yang dapat digunakan saja seperti jaket, topi.
Biasanya jika bertemu dengan sesama fans akan saling menegor dengan sapaan
Senang sekali bertemu dengan sesama fans bahkan jika hanya dilakukan via Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
146 mencari tanda-tanda yang mungkin ditunjukkan oleh fans lainnya (dari kaos, majalah yang dibawa dsb) Membeli pakaian yang modelnya diilhami dari artis KPop dengan catatan tidak mahal.
bandara, bahkan langsung akrab dan mengobrol
Bahasa Korea
merupakan kolektor CD KPop
media on line, dapat chatting hingga waktu yang lama
Menggunakan pakaian yang modelnya diilhami dari para artis K-Pop dan ridak mahal harganya. Membeli bubble tea yang diiklankan idola
Tidak suka model pakaian K-Pop biarpun menyukai musiknya
Sepatu kets dan tas memakai model yang sama seperti yang dipakai idolanya di Instagram
Komodifikasi K-Pop: Makanan
Membeli Bon Chon yang pembukaannya di Indonesia dihadiri artis idola
Membeli bubble tea yang sama dengan yang diminum idola d foto Instagram
Menggunakan pakaian seperti yang dipakai para artis K-Pop dan mencari yang modelnya sama sehingga sering membelinya di sebuah mal khusus. Membeli aksesoris seperti yang dipakai oleh para artis K-Pop Menyukai makanan Korea (hampir semua suka)
Komodifikasi K-Pop: Barang-barang lainnya
Memakai telpon seluler yang diiklankan oleh idola biarpun kurang populer di Indonesia
Pemakai setia perawatan muka dan kulit dari Korea (Etude)
Resisten/ Perlawanan terhadap pandangan
Tidak peduli dengan anggapan sekitar
Membeli beberapa perawatan muka dan kulit dari Korea (Face Shop) Memakai tas dari Korea yang sama dengan yang dipakai oleh personel girlband Tidak peduli karena menganggap sama
Membeli bubble tea dengan merek yang ada di Korea dan pernah melihat foto idola meminum buble tea merek tersebut Memakai produk kecantikan dari Korea (Etude) tapi tidak lengkap
Agak menutupi bahwa dirinya
Agak menutupi bahwa dia adalah
Jadi menyukai Kim Chi yang berasal dari Korea, senang membeli Bon Chon (ayam goring ala Korea) dan Han Gang Memakai Bb Cream (perawatan muka) Face Shop Koleksi light stick Membeli jaket Shinee kembar dengan temanteman Sekarang mulai peduli karena
Komodifikasi K-Pop: Pakaian/ Penampilan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
147
Bentuk Pengaruh
negative
(alasannya tidak peduli saja tanpa menyebut spesifik)
saja dengan mereka yang hobi sepak bola
Bertemu dengan Penggemar Lain
Di mana saja jika bertemu dengan orang-orang yang menunjukkan ciri sebagai penggemar (kaus yang dipakai, majalah yang dibaca) akan langsung mengajak ngobrol
Saling menyapa dengan Anyong Haseo dsb, memanggil dengan sebutan khusus (Mi)
Perilaku
Segala sesuatu dihubungkan dengan idola, bahkan untuk duduk di angkutan umum hanya mau di kursi berwarna biru (identik dengan Suju) lebih baik berdiri jika kursi biru penuh. Menyanyi di mana saja kalau perlu di depan umum tiap kali mendengar lagu-lagu K-Pop diputar seperti di depan bank CIMB Niaga bahkan waktu sedang bekerja Membeli hp LG yang diiklankan oleh Suju
Mengejar artis K-Pop hingga ke bandara untuk “mengantar” mereka pulang dari kunjungan ke Indonesia
Karena menyukai Korea maka merasa cocok memakai produk perawatan mukanya sehingga PD karena merasa mirip orang Korea
Membeli hp Samsung walaupun bukan seri yang diiklankan idola tapi yang penting tetap merk Korea
Memakai produk perawatan muka dari Korea karena merasa jadi mirip dengan artis Korea
Pilihan Konsumsi
adalah fans di awal pertemuan, setelah itu mengaku dengan terus terang dan memberikan banyak info Saling menyapa dengan Anyong Haseo dsb
fans baru setelah diskusi lebih lama mau terus terang
banyak teman yang menyinggung
Aktif di Gathering sebelum sibuk bekerja dalam beberapa bulan ini. Saling bertukar koleksi dengan menggandakan CD milik masingmasing (cloning). Membeli produk kosmetik karena dianggap bagus sesudah menonton seri drama
Terlibat dalam diskusi seru dengan temanteman sesama penggemar KPop di sekolah
Memakai produk perawatan muka dari Korea biarpun tidak semua karena
Memakai satu produk perawatan muka, tidak semua karena dianggap orang
Ikut tren dengan K-Beauty (Korean beauty)
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
148 bagus
Teknologi
Pemberontakan Terhadap Dominasi Barat
Artis barat dinilai terlalu cuek dan hanya memikirkan diri sendiri berbeda dengan artis K-Pop yang paham bahwa dirinya adalah public figure dan menjaga image
Barat itu membosankan dan kalau artis K-Pop harus menjaga kelakuan sehingga tidak terfoto dan masuk ke internet sehingga dibenci dan mengundang komentar
Penggunaan Teknologi
Menggunakan telpon pintar dan gawai (tablet)
Menggunakan telpon pintar
Pemanfaatan Teknologi
Sangat aktif di Sosial Media, punya blog sendiri untuk memuat fanfict
Sangat aktif di social media tergabung dalam berbagai komunitas on line
Penyebaran budaya melalui Teknologi
Sederhana (Low Profile) Menjaga kelakuan Bekerja keras Setia pada pekerjaan
Keramahan Tidak menjaga jarak Pekerja Keras Loyal
Musik Barat sering mellow (cengeng) dan video klip tidak bertema/ tidak jelas temanya berbeda dengan video klip K-Pop dan musiknya. Artis barat juga diamggap sering vulgar Menggunakan telpon pintar, gawai dan computer (PC dan Laptop) Pernah aktif di social media dengan posting komentar dan salam tetapi sejak bekerja sudah tidak begitu aktif lagi Sekarang banyak menonton video lewat YouTube Mengikuti Instagram artis KPop Taat beragama selalu mengirimkan pesan inspiratif dan ayat-ayat Kitab Suci Menjaga persahabatan
Sudah biasa (bosan) dengan musik Barat yang begitu-begitu saja
tua masih terlalu muda Bosan terhadap Justin Bieber karena kelakuannya yang buruk
Menggunakan telpon pintar, gawai dan computer (PC dan Laptop) Pernah aktif di social media dengan posting komentar dan salam tetapi sejak bekerja sudah tidak aktif lag
Menggunakan telpon pintar, gawai dan computer (PC dan Laptop) Sangat aktif di Sosial Media, pernah punya akun twitter khusus untuk idola dan punya follower Mengikuti Instagram artis KPop
Berasal dari keluarga miskin tapi mau berjuang Berkemauan keras meskipun tidak direstui orang tua menjadi
Kerja Keras hingga mengorbankan waktu istirahat Ketekunan
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
149 artis Pekerja keras hingga menjadi artis
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
150 AKUN RESMI PARA ARTIS K-POP DALAM MEDIA SOSIAL
Gambar 1. Akun Instagram Milik TaeYeon dan Siwon
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
151
AKUN RESMI PARA ARTIS K-POP DALAM MEDIA SOSIAL
Gambar 2. Akun Twitter Milik Grup BTS dan Siwon
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
152
WEBSITE RESMI ARTIS K-POP DAN MANAJEMEN
Gambar 3. Website Resmi Grup Super Junior (Suju)
Gambar 4. Web Site Resmi SM Town (Perusahaan Manajemen Artis)
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
153
WEBSITE BUATAN PARA PENGGEMAR K-POP
Gambar 5. Web Site Buatan Penggemar K-Pop
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.
154 WEBSITE & AKUN MEDIA SOSIAL KOMUNITAS PENGGEMAR (FANDOM) K-POP
Gambar 6. Web Site Kelompok Penggemar Super Junior : ELF (Everlasting Friends) Indonesia
Gambar 6. Akun Media Sosial Kelompok Penggemar SNSD (Girls’ Generation)
Universitas Indonesia
Media dan imperialisme..., Desideria Lumongga Dwihadiah, FISIP UI, 2015.