UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JL. MANIS RAYA KM 8,5 GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI – 28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
RIZA MARLYNE, S.Farm. 1206313620
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JL. MANIS RAYA KM 8,5 GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI – 28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
RIZA MARLYNE, S.Farm. 1206313620
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
iii
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
iv
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama di Kawasan Industri Manis Jl. Manis Raya Km 8,5, Jatiuwung, Tangerang. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Guardian Pharmatama dilaksanakan pada bulan 7 Februari – 28 Maret 2013 dan merupakan salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar Apoteker. Proses PKPA ini dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta dorongan baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1.
Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
2.
Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Pj.S Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013;
3.
Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt., sebagai Ketua Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia;
4.
Bapak Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia sampai dengan Desember 2013;
5.
Ibu Dra. Anni M. Wulandari, Apt., selaku Plant Manager, yang telah mengizinkan dan memberikan fasilitas kepada mahasiswa Praktek Kerja Profesi Apoteker.
6.
Bapak Dr. Hasan Rachmat M, Apt. selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama melaksanakan PKPA dan menyusun tugas akhir.
7.
Ibu Dra. Nani Suryani, Apt., selaku QA Manager PT. Guardian Pharmatama.
8.
Ibu Rita Luthviana, S.Si., Apt., selaku QC Manager Bahan Awal dan IPC PT. Guardian Pharmatama.
9.
Bapak Vicky Zulfikar, S.Si., Apt selaku QC Manager Bahan Kemas PT. Guardian Pharmatama. v
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
10. Ibu Endang Lisnawati, Apt., selaku R&D Manajer Analisa dan Registrasi PT. Guardian Pharmatama. 11. Ibu Helena Tjahyadi, Apt., selaku R&D Manajer Formulasi PT. Guardian Pharmatama. 12. Bapak Chandra Hidayat, selaku Manager PPIC PT. Guardian Pharmatama. 13. Bapak
Freddy Yunianto,
selaku
Manager
Produksi PT.
Guardian
Pharmatama. 14. Ibu Magda Oscar, selaku Warehouse Manager PT. Guardian Pharmatama. 15. Bapak Hendi Kuswendi, selaku Assistant Manager Engineering PT. Guardian Pharmatama. 16. Ibu Sylvistri Mayasari, selaku koordinator PKL di PT. Guardian Pharmatama. 17. Seluruh staf dan karyawan PT. Guardian Pharmatama, Tangerang yang telah memberikan bantuan, pengalaman, bimbingan dan kerjasama selama pelaksanaan PKPA. 18. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 19. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran, dorongan, semangat dan doa yang tidak hentin-hentinya. 20. Teman-teman program profesi apoteker angkatan 76 Universitas Indonesia atas dukungan dan kerjasamanya selama ini. 21. Seluruh pihak yang telah membantu demi kelancaran pengerjaan laporan ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan praktek kerja ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran agar dapat memperbaiki diri di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
2014 vi
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
vii
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: Riza Marlyne, S. Farm : 1206313620 : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Guardian Pharmatama Periode 6 Februari – 28 Maret 2013
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di PT. Guardian Pharmatama Jalan Manis Raya KM 8,5 Gandasari, Jatiuwung, Tangerang. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek industri farmasi yang berhubungan dengan CPOB serta mengetahui penerapan CPOB di PT. Guardian Pharmatama serta mendapatkan informasi dan memahami tugas, fungsi, tanggung jawab dan wewenang apoteker dalam industri farmasi. Tugas khusus yang diberikan berjudul Perbandingan Protokol Validasi Proses pada Sediaan Tablet Non Salut, Salut, Krim dan Sirup di PT. Guardian Pharmatama. Tugas khusus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan protokol validasi proses dari tiga sediaan yang berbeda dan memahami pelaksanaan dan proses pembuatan protokol validasi proses di PT. Guardian Pharmatama serta memahami pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses.
Kata kunci : PT. Guardian Pharmatama, CPOB, Protokol Validasi Proses Tugas umum : xiii + 120 halaman; 26 lampiran Tugas khusus : iv + 23 halaman; 2 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 7 (1990 - 2012) Daftar Acuan Tugas Khusus : 5 (2009 - 2012)
viii
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name NPM Program Study Title
: Riza Marlyne, S.Farm : 1206313620 : Apothecary profession : Pharmacist Internship Program at PT. Guardian Pharmatama Period February 6th - March 28th 2013
Pharmacists Intership Program implemented in PT. Guardian Pharmatama, Manis Raya Street KM 8,5 Gandasari, Jatiuwung, Tangerang. Pharmacist Instership Program activity is intended that internship students can improve knowledge and insight on all aspects relating to GMP in pharmaceutical industry and know the implementation of GMP in PT. Guardian Pharmatama and also understand the duties, functions, responsibilities and authority of apothecary in pharmaceutical industry. Title of special task is ratio of process validation protocol tablet, coating tablets, cream and syrup in PT. Guardian Pharmatama. This special task aims to increase knowledge in relating to the preparation of the process validation protocol from three different types and understand the implementation of making process validation protocol in PT. Guardian Pharmatama and also understand who relating in the implementation of process validation.
Keywords : PT. Guardian Pharmatama, GMP, Process Validation Protocol General Assignment : xiii + 120 pages; 26 appendices Specific Assignment : iv + 23 pages, 2 appendices Bibliography of General Assignment: 7 (1990 - 2012) Bibliography of Specific Assignment: 5 (2009 - 2012)
ix
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………… iv KATA PENGANTAR ............................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………. vii ABSTRAK …………………………………………………………………. viii ABSTRACT ………………………………………………………………… ix DAFTAR ISI ............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii 1.
PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2 Tujuan ........................................................................................ 2
2.
TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI .................................... 2.1 Industri Farmasi .......................................................................... 2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) .................................. 2.2.1 Manajemen Mutu............................................................. 2.2.1.1 Pemastian Mutu ................................................. 2.2.1.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik ........................ 2.2.1.3 Pengawasan Mutu .............................................. 2.2.1.4 Pengkajian Mutu Produk .................................... 2.2.1.5 Manajemen Risiko Mutu .................................... 2.2.2 Personalia ........................................................................ 2.2.3 Bangunan dan Fasilitas .................................................... 2.2.4 Peralatan .......................................................................... 2.2.5 Sanitasi dan Higiene ........................................................ 2.2.6 Produksi .......................................................................... 2.2.7 Pengawasan Mutu ............................................................ 2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok...................................................................... 2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk .............................................................. 2.2.10 Dokumentasi ................................................................... 2.2.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ................. 2.2.12 Kualifikasi dan Validasi ...................................................
3 3 6 6 7 7 7 8 8 8 10 11 12 12 17
TINJAUAN PT. GUARDIAN PHARMATAMA.............................. 3.1 Sejarah Perusahaan ..................................................................... 3.2 Visi dan Misi .............................................................................. 3.2.1 Visi.................................................................................. 3.2.2 Misi ................................................................................. 3.2.3 Kebijakan Mutu ............................................................... 3.3 Struktur Organisasi Pabrik PT. Guardian Pharmatama ................
21 21 21 21 21 22 22
3.
x
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
17 18 19 19 20
.
.
4.
5.
3.3.1 Departemen QA (Quality Assurance) ............................... 3.3.1.1 Assistant QA Manager ....................................... 3.3.1.2 Assistant Manager Validation and Stability ........ 3.3.1.3 Assitant Manager GMP Complience .................. 3.3.2 Departemen Quality Control Bahan Awal dan IPC .......... 3.3.2.1 Quality Control Bahan Awal ............................. 3.3.2.2 Quality Control IPC ........................................... 3.3.3 Departemen Quality Control Bahan Kemas ..................... 3.3.4. Departemen Research and Development Formulasi ......... 3.3.4.1 R&D Formulasi Produk Baru ............................. 3.3.4.2 R&D Formulasi Produk Existing ........................ 3.3.4.3 Bagian Packaging Development ......................... 3.3.5. Research and Development Analisa dan Registrasi ......... 3.3.5.1 Sub Departemen Research and Development Analisa......................................... ....................... 3.3.5.2 Sub Departemen Research and Development Registrasi............................................................. 3.3.6. Departemen PPIC ............................................................ 3.3.6.1 Production Planning .......................................... 3.3.6.2 Inventory Control ............................................... 3.3.7. Departemen Produksi....................................................... 3.3.7.1 Proses Produksi.................................................. 3.3.7.2 Proses Pengemasan ............................................ 3.3.8. Departemen Warehouse ................................................... 3.3.9. Departemen Engineering ................................................. 3.3.9.1 Mekanik ............................................................. 3.3.9.2 Electrician ......................................................... 3.3.9.3 Utility.............................................................. ..... 3.3.10. Departemen Information System ......................................
22 23 26 29 32 32 37 38 42 42 44 44 45
PEMBAHASAN ................................................................................. 4.1 Manajemen Mutu ........................................................................ 4.2 Personalia ................................................................................... 4.3 Bangunan dan Fasilitas ............................................................... 4.4 Peralatan ..................................................................................... 4.5 Sanitasi dan Higiene ................................................................... 4.6 Produksi...................................................................................... 4.7 Pengawasan Mutu ....................................................................... 4.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit Persetujuan Pemasok ......... 4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali ....... Produk ........................................................................................ 4.10 Dokumentasi ............................................................................... 4.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak ............................ 4.12 Kualifikasi dan Validasi ..............................................................
80 82 82 83 84 85 86 88 89
45 46 48 48 50 50 51 59 60 66 66 67 67 78
90 91 91 92
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 93 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 93 5.2 Saran........................................................................................... 93 xi
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
DAFTAR ACUAN .................................................................................... 94
xii
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6.
Struktur Organisasi PT. Guardian Pharmatama ..................... Struktur Organisasi Departemen QA .................................... Struktur Organisasi Departemen QC Bahan Awal dan IPC ... Struktur Organisasi Departemen Bahan Kemas .................... Struktur Organisasi Research & Development Formulasi...... Struktur Organisasi Research & Development Analisa dan Registrasi ............................................................................. Lampiran 7. Struktur Organisasi PPIC (Production Planning and Inventory Control)............................................................. Lampiran 8. Departemen Produksi ........................................................... Lampiran 9. Struktur Organisasi Warehouse (WH) .................................. Lampiran 10. Struktur Organisasi Departemen Engineering ........................ Lampiran 11. Struktur Organisasi Information System (IS)......................... Lampiran 12. Alur Keluar Masuk Bahan Baku ........................................... Lampiran 13. Alur Keluar Masuk Bahan Pengemas ................................... Lampiran 14. Alur Proses PPIC ................................................................. Lampiran 15. Alur Proses Produksi Sediaan Solid ...................................... Lampiran 16. Alur Proses Produksi Sediaan Sirup ..................................... Lampiran 17. Alur Proses Produksi Sediaan Suspensi ................................ Lampiran 18. Alur Proses Produksi Sediaan Krim ...................................... Lampiran 19. Alur Proses Produksi Sediaan Salep ..................................... Lampiran 20. Alur Dokumentasi Manufacturing Direction ....................... Lampiran 21. Alur Penanganan Produk Jadi yang Sudah Dikemas ............. Lampiran 22. Label Karantina .................................................................... Lampiran 23. Label Release dan Reject ...................................................... Lampiran 24. Label Telah Disampling dan Hold ........................................ Lampiran 25. Pengolahan Purified Water ................................................... Lampiran 26. Pengolahan Limbah ..............................................................
xiii
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian, salah satu tempat pengabdian profesi apoteker adalah industri farmasi. Industri farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Obat berfungsi untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat dan menyelamatkan jiwa manusia, harus dibuat dengan cara yang baik agar dihasilkan produk bermutu tinggi.
Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat
menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan. Tanggung jawab apoteker dalam industri farmasi tersebut berada pada bidang pemastian mutu, produksi, serta pengawasan mutu. Dengan Pengetahuan dan keahlian yang dikuasai mengenai produksi obat, seorang apoteker harus benar-benar menjalankan tanggung jawab profesi tersebut dengan profesional. Dalam melakukan pembuatan obat, setiap industri farmasi wajib memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Menurut Peraturan BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik, CPOB merupakan cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. Seorang apoteker di industri farmasi mempunyai peranan penting untuk menerapkan aspek-aspek yang tercantum dalam CPOB. Aspek-aspek tersebut dapat diterapkan melalui ilmu dan keahlian yang telah dimiliki apoteker. Oleh karena itu, adanya tenaga farmasi yang handal mutlak diperlukan untuk mendukung penerapan CPOB yang efektif. Dengan adanya kedua unsur tersebut, maka suatu industri farmasi diharapkan dapat menghasilkan obat yang sesuai persyaratan.
1
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan gambaran kepada calon apoteker tentang industri farmasi diperoleh melalui kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini sebagai sarana pendidikan Apoteker sejak awal untuk mempersiapkan para lulusannya tidak semata-mata hanya dalam aspek teoritis tetapi juga dalam aspek praktis. Dalam pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Industri, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan PT. Guardian Pharmatama yang berlokasi di Jalan Manis Raya, Gandasari, Jatiuwung, Tangerang, Provinsi Banten, Indonesia sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia.
1.2.
Tujuan Praktek Kerja Profesi apoteker di PT. Guardian Pharmatama agar calon
apoteker: a.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang segala aspek industri farmasi yang berhubungan dengan CPOB serta mengetahui penerapan CPOB di PT. Guardian Pharmatama.
b.
Mendapatkan informasi dan memahami tugas, fungsi, tanggung jawab dan wewenang apoteker dalam industri farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI
2.1.
Industri Farmasi Peraturan
menteri
kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 mengatur mengenai industri farmasi. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Sedangkan yang dimaksud dengan obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi. Pembuatan Obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai diperoleh obat
untuk
didistribusikan. Berdasarkan pasal 2 Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010, proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh Industri Farmasi. Industri Farmasi mempunyai fungsi untuk pembuatan obat dan/atau bahan obat, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan. Industri Farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan dan/atau sebagian tahapan. Industri Farmasi yang melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk sebagian tahapan harus berdasarkan penelitian dan pengembangan yang menyangkut produk sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Produk hasil penelitian dan pengembangan tersebut dapat dilakukan proses pembuatan sebagian tahapan oleh Industri Farmasi di Indonesia. Berdasarkan pasal 4 Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010, setiap pendirian Industri farmasi wajib 3
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
4
memperoleh izin Industri Farmasi dari Direktur Jenderal. Persyaratan untuk memperoleh izin industri terdiri atas: berbadan usaha berupa perseroan terbatas; memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat; memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia mesing-masing sebagai penanggungjawab pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu; komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang kefarmasian. Tahap persetujuan prinsip harus dilalui oleh setiap industri farmasi untuk dapat memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi. Persetujuan prinsip diberikan kepada industri farmasi agar melakukan persiapan-persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan, instalasi peralatan termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan di bidang obat. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama jangka waktu tiga tahun, dan setiap enam bulan sekali perusahaan yang bersangkutan menyampaikan informasi kemajuan pembangunan proyeknya kepada Direktur Jenderal dari Kementerian Kesehatan dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat mengajukan permohonan izin industri farmasi. Surat permohonan izin industri farmasi harus ditanda tangani oleh direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu dengan memenuhi kelengkapan yang telah dipersyaratkan. Permohonan izin industri farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari sejak diterimanya tembusan permohonan, Kepala Badan akan melakukan audit pemenuhan persyaratan CPOB dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi melakukan verifikasi kelengkapan persyaratan administratif. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada kepala dinas provinsi dan pemohon. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
5
persyaratan administratif, kepala dinas kesehatan provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan pemohon. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima rekomendasi dari kepala badan dan kepala Dinkes Provinsi, Direktur Jenderal menerbitkan Izin Industri Farmasi. Izin Usaha Industri Farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan perundang-undangan. Industri farmasi yang melakukan perubahan bermakna tehadap pemenuhan persyaratan CPOB, baik perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap perubahan alamat di lokasi yang sama atau perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan penanggung jawab, atau nama industri harus dilakukan perubahan izin. Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Industri farmasi wajib menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan usahanya sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat yang dihasilkan paling lambat tanggal 15 Januari dan 15 Juli yang disampaikan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan. Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi dilakukan bila Perusahaan Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1990) : a.
Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin.
b.
Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.
c.
Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan RI. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
6
d.
Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).
e.
2.2.
Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (BPOM RI, 2006; BPOM RI,
2009; BPOM RI, 2012) Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
CPOB
mencakup
seluruh aspek
produksi dan
pengendalian mutu.
2.2.1. Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya. Unsur dasar manajemen mutu adalah: a.
Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya.
b.
Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu. Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
7
2.2.1.1.Pemastian Mutu Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun secara kolektif yang akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu pemastian mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain seperti desain dan pengembangan produk.
2.2.1.2.Cara Pembuatan Obat yang Baik CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.
2.2.1.3.Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi Pengawasan Mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi Pengawasan Mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara lain menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding, memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan produk jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
8
lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan dicatat.
2.2.1.4.Pengkajian Mutu Produk Pengkajian Mutu Produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya.
2.2.1.5.Manajemen Risiko Mutu Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap mutu suatu produk. Hal ini dapat diaplikasikan secara proaktif maupun retrospektf. Manajemen risiko mutu hendaklah memastikan bahwa: a.
Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses dan pada akhirnya terkait pada perlindungan pasien.
b.
Tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
2.2.2. Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
9
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Kepala bagian Produksi hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian Produksi hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam produksi obat. Kepala
bagian
Pengawasan
Mutu
hendaklah
seorang
apoteker
terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan
untuk melaksanakan tugasnya secara profesional. Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam pengawasan mutu. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) hendaklah diberi kewenangan dan tanggung jawab penuh untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/pemastian mutu Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan, dan efektifitas penerapannnya hendaklah dinilai secara berkala. Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan bahaya, misalnya Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
10
area bersih atau area penanganan bahan berpotensi tinggi, toksik atau bersifat sensitisasi.
2.2.3. Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan hendaklah dapat menghindarkan pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Bangunan dan fasilitas hendaklah dirawat dengan cermat, dibersihkan dan bila perlu didisinfeksi sesuai prosedur tertulis rinci. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap ketepatan/ketelitian fungsi dari peralatan. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan : a.
Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang berdampingan.
b.
Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
11
Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah personil yang tidak berkepentingan masuk. Area produksi, area penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area tersebut.
2.2.4. Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk. Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dirawat sesuai dengan tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Peralatan manufaktur hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan kecampurbauran produk. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
12
2.2.5. Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Pakaian kerja kotor dan lap pembersih kotor (yang dapat dipakai ulang) hendaklah disimpan dalam wadah tertutup hingga saat pencucian, dan bila perlu, didisinfeksi atau disterilisasi. Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk. Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Tanpa kecuali, prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan.
2.2.6. Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
13
pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Akses ke fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk personil yang berwenang. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan produksi adalah sebagai berikut : a.
Bahan Awal Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari produsen. Sebelum diluluskan untuk digunakan, tiap bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Singkatan, kode ataupun nama yang tidak resmi hendaklah tidak dipakai. Persediaan bahan awal hendaklah diperiksa secara berkala untuk meyakinkan bahwa wadah tertutup rapat dan diberi label dengan benar, dan dalam kondisi yang baik.
b.
Validasi Proses Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru diadopsi, hendaklah diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi syarat mutu. Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan atau bahan yang dapat mempengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses hendaklah divalidasi.
c.
Pencegahan Pencemaran Silang Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis pencemar dan produk yang tercemar. Tindakan pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektifitasnya hendaklah diperiksa secara berkala sesuai prosedur yang ditetapkan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
14
d.
Sistem Penomoran Bets/Lot Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi. Sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling berkaitan dan menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama tidak dipakai secara berulang.
e.
Penimbangan dan Penyerahan Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap. Pengendalian terhadap pengeluaran bahan dan produk tersebut untuk produksi, dari gudang, area penyerahan, atau antar bagian produksi, adalah sangat penting. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan. Bahan awal, antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa ulang kebenarannya dan ditandatangani oleh supervisor produksi sebelum dikirim ke area produksi.
f.
Pengembalian Bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan hendaklah tidak dikembalikan ke gudang penyimpanan kecuali memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
g.
Operasi Pengolahan – Produk Antara dan Produk Ruahan Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan hendaklah diperiksa sebelum dipakai. Kegiatan pembuatan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya kecampurbauran atau pencemaran silang. Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis. Tiap penyimpangan hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan.
h.
Bahan dan Produk Kering Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
15
hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan serta penggunaan sarana dan peralatan. Apabila layak hendaklah dipakai sistem pembuatan tertutup atau metode lain yang sesuai. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk melindungi produk terhadap pencemaran serpihan logam atau gelas. i.
Produk Cair, Krim dan Salep Produk cair, krim dan salep mudah terkena kontaminasi terutama terhadap mikroba atau cemaran lain selama proses pembuatan. Oleh karena itu, tindakan khusus harus diambil untuk mencegah kontaminasi. Untuk melindungi produk terhadap kontaminasi disarankan memakai sistem tertutup untuk pengolahan dan transfer.
j.
Bahan Pengemas Pengadaan, penanganan dan pengawasan bahan pengemas primer dan bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang sama seperti terhadap bahan awal. Untuk menghindarkan kecampurbauran, hanya satu jenis bahan pengemas cetak atau bahan tertentu saja yang diperbolehkan diletakkan di tempat kodifikasi pada saat yang sama. Hendaklah ada sekat pemisah yang memadai antar tempat kodifikasi tersebut.
k.
Kegiatan Pengemasan Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas dan bahan cetak lain hendaklah diperiksa dan diverifikasi kebenarannya terhadap Prosedur Pengemasan Induk atau perintah pengemasan khusus.
l.
Pengawasan Selama Proses Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyabab variasi karakteristik produk dalam Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
16
proses. Selama proses pengolahan dan pengemasan bets hendaklah diambil sampel pada awal, tengah dan akhir proses oleh personil yang ditunjuk. Hasil pengujian/inspeksi selama proses hendaklah dicatat, dan dokumen tersebut hendaklah menjadi bagian dari Catatan Bets. m. Bahan dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan dan Dikembalikan Bahan dan produk yang ditolak hendaklah diberi penandaan yang jelas dan disimpan terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut hendaklah dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah ulang atau dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil hendaklah lebih dulu disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan dicatat. n.
Karantina dan Penyerahan Produk Jadi Karantina produk jadi merupakan tahap akhir pengendalian sebelum penyerahan ke gudang dan siap untuk didistribusikan. Sebelum diluluskan untuk
diserahkan ke
gudang,
pengawasan
yanng
ketat
hendaklah
dilaksanakan untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi semua spesifikasi yang ditentukan. Setelah pelulusan suatu bets/lot oleh bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), produk tersebut hendaklah dipindahkan dari area karantina ke gudang produk jadi. o.
Catatan Pengendalian Pengiriman Obat Sistem distribusi hendaklah didesain sedemikian rupa untuk memastikan produk yang pertama masuk didistribusikan lebih dahulu. Penyimpangan terhadap konsep first-in first-out (FIFO) atau first-expire first-out (FEFO) hendaklah hanya diperbolehkan untuk jangka waktu yang pendek dan hanya atas persetujuan manajemen yang bertanggung jawab.
p.
Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk Jadi Semua bahan dan produk hendaklah disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah risiko kecampurbauran atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan. Bahan dan produk hendaklah diletakkan tidak langsung di lantai dan dengan jarak yang cukup terhadap sekelilingnya. Bahan dan produk hendaklah disimpan dengan kondisi lingkungan yang Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
17
sesuai. Penyimpanan yang memerlukan kondisi khusus hendaklah disediakan. Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaklah sesuai dengan yang tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas.
2.2.7. Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan.
2.2.8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri ini hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan disamping itu pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
18
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh personil-personil perusahaan yang kompeten. Manajemen hendaklah membentuk tim inspeksi diri yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Audit independen oleh pihak ketiga juga dapat bermanfaat. Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur inspeksi diri. Semua hasil inspeksi diri hendaklah dicatat. Laporan hendaklah mencakup semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi dan bila memungkinkan saran untuk tindakan perbaikan. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak.
2.2.9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Keluhan atau informasi yang bersumber dari dalam industri antara lain dapat dari bagian produksi, bagian pengawasan mutu, bagian gudang dan bagian pemasaran sementara dari luar industri antara lain dapat berasal dari pasien, dokter, paramedis, klinik, rumah sakit, apotek, distributor dan Otoritas Pengawasan Obat (OPO).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
19
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali produk dari peredaran dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan.
2.2.10. Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya
mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Proses Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu,
misalnya
pembersihan,
pengambilan sampel,
pengujian,
berpakaian,
pengendalian
lingkungan,
dan pengeoperasian peralatan.
Catatan
menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
2.2.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
20
Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yanng menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
2.2.12. Kualifikasi dan Validasi CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasikan validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan persetujuan tertulis untuk dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan validasi selanjutnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN PT. GUARDIAN PHARMATAMA
3.1.
Sejarah Perusahaan PT.Guardian Pharmatama terdiri dari kantor pusat yang terletak di
Kompleks Green Ville Maisonette Blok FA 18-19, Jakarta 11510 dan pabriknya yang terletak di Kawasan Industri Manis Jl. Gatot Subroto Km 8,5, Gandasari, Jatiuwung, Tangerang, Banten. PT. Guadian Pharmatama merupakan industri farmasi yang didirikan pada September 1992 menggantikan Industri Farmasi Hasto Husodo. Sejak itu, PT Guardian Pharmatama memiliki Motto “Quality is our concern”. PT Guardian Pharmatama berkomitmen dalam menghasilkan produk yang berkualitas tinggi tanpa memberikan kerugian terhadap perusahaan maupun konsumen.
3.2.
Visi dan Misi
3.2.1. Visi “To be dominant in health care industry by providing significant satisfication
to
our
customers
and
stakeholders
through
professional
management” “Menjadi industri farmasi yang mendominasi di bidang kesehatan dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen dan seluruh pemilik modal melalui manajemen yang profesional.” 3.2.2. Misi To provide a better health for life through: a.
Products niche and continous improvement
b.
Delivering quality products
c.
Establishing strategic alliances Untuk menyediakan kesehatan yang lebih baik bagi kehidupan melalui:
a. Menghasilkan produk yang khas dan terus melakukan peningkatan. b. Mengirim produk yang berkualitas. c. Mengembangkan hubungan kerjasama yang strategis.
21
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
22
3.2.3. Kebijakan Mutu Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang farmasi, pucuk pimpinan dan seluruh karyawan PT.Guardian Pharmatama berkomitmen untuk : a.
Menghasilkan produk yang berkualitas, aman dan berkhasiat dengan pemenuhan persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik terkini.
b.
Mengirim produk tepat waktu kepada seluruh pelanggan.
c.
Menjaga
kepercayaan publik
dengan
menjaga
kontinuitas
terhadap
pelaksanaan Cara Pembuatan Obat yang Baik terkini dan Peraturan Pemerintah yang berlaku. d.
Terus menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu untuk menetapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008
e.
Menilai keberhasilan kinerja sistem manajemen mutu, maka ditetapkan sasaran mutu PT. Guardian Pharmatama secara menyeluruh yang dijabarkan melalui sasaran mutu setiap unit kerja.
f.
Penetapan dan evaluasi sasaran mutu dilakukan pada rapat manajemen setiap bulan.
g.
Sistem manajemen mutu PT. Guardian Pharmatama selalu ditinjau dan bila perlu diperbaiki atau disempurnakan pada setiap rapat tinjauan manajemen yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun.
h.
Manajemen Representatif bertanggung jawab dalam mensosialisasikan kebijakan mutu kepada seluruh PT. Guardian Pharmatama.
3.3.
Struktur Organisasi PT. Guardian Pharmatama Dalam
melaksanakan
kegiatannya
PT.
Guardian
Pharmatama,
menggunakan struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa sehingga jelas terlihat batas-batas tugas, wewenang dan tanggung jawab dari setiap personil dalam organisasi. Struktur organisasi PT. Guardian Pharmatama secara garis besar dapat dilihat pada lampiran 1.
3.3.1. Departemen QA (Quality Assurance) Departemen QA (Quality Assurance) merupakan departemen yang bertujuan untuk menjamin quality (kualitas), efficacy (efektivitas), dan safety Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
23
(keamanan) dari produk yang telah di buat. Tugas Departemen Quality Assurance (QA) yaitu menjamin semua produk sesuai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pemastian mutu (Quality Assurance) adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Struktur organisasi departemen QA dapat di lihat pada lampiran 2. Manager dari departemen QA PT. Guardian Pharmatama membawahi Assistant QA Manager, Assistant Manager Validasi dan Stabilitas, dan Assistant Manager GMP Compliance.
3.3.1.1 Assistant QA Manager Assistant QA Manager membawahi dua orang supervisor, yaitu: Supervisor Trend Evaluator dan Supervisor Manajemen Mutu. Supervisor Trend Evaluator membawahi satu orang admin Trend evaluator. Selain itu Assistant QA Manager juga membawahi Batchfile Controller dan Inspector QA. Adapun tanggung jawab dari Assistant QA Manager, yaitu: a.
Membantu QA Manager dalam pereleasan produk jadi Departemen QA bertanggung jawab dalam proses pereleasan produk sebelum didistribusikan. Sebelum sebuah produk direlease, dibutuhkan pengawasan terhadap kelengkapan dokumen dan investigasi terhadap seluruh hasil formulasi dan analisa dari sediaan tersebut yang tercantum dalam batch file. Setelah mendapat persetujuan release dari departemen QA pada nota PDN (Product Delivery Note), maka produk jadi pun bisa didistribusikan.
b.
Penyimpanan dan pemusnahan batch file Batch file merupakan suatu dokumen yang berisi seluruh rekaman proses pembuatan suatu batch produk. Batch file dibuat oleh departemen Research and Development (R&D) Formulasi yang kemudian diisi oleh departemen Produksi, QC Bahan Awal dan QC Bahan Kemas. Batch file akan disimpan sampai dengan bulan expired date tiap produk yang ditambah 2 tahun dari bulan expired datenya. Batch file yang telah melewati masa simpannya akan dimusnahkan dan dibuat berita acaranya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
24
c.
Penanganan penyimpangan batch Seluruh penyimpangan yang terjadi di semua departemen akan dilaporkan ke QA. Penyimpangan tersebut akan dianalisa resiko yang disebabkan oleh penyimpangan tersebut kemudian diputuskan tindakan koreksi terbaik untuk mencegah terjadinya resiko tadi.
d.
Penanganan keluhan, barang kembalian dan penarikan kembali produk 1) Penanganan keluhan produk Biasanya keluhan terhadap produk berasal dari dokter, apotek maupun pasien. Keluhan tersebut bisa terhadap kualitas produk mencakup kondisi fisik, kimiawi, mikrobiologi dan penampilan produk serta keluhan terhadap efek yang merugikan ataupun efek terapeutik dari produk tersebut. Keluhan produk diterima oleh bagian marketing dengan menggunakan formulir laporan keluhan dan disertakan contoh produk yang dikeluhkan yang kemudian disampaikan kepada departemen QA. kemudian manager QA, mengkoordinasikan penelitian dan penyelidikan keluhan produk dengan kepala bagian yang terkait untuk tindakan lebih lanjut. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap contoh produk yang diterima dan bila perlu dilakukan pemeriksaan dengan membandingkan contoh pertinggal dengan nomor batch yang sama. Assistant QA Manager membuat laporan hasil penelitian dan penyelidikan serta membahas dengan bagian terkait. Kemudian manager QA menetapkan keputusan atas hasil penelitian dan penyelidikan dari bagian-bagian yang terkait. Setelah itu, QA akan memberikan surat jawaban ke marketing yang berisi alasan dan tindak lanjut terhadap keluhan tersebut. 2) Penanganan produk kembalian Produk kembalian adalah produk jadi yang telah beredar dan kemudian dikembalikan kepada pabrik pembuat karena adanya keluhan, kerusakan, kadaluarsa, atau masalah lain mengenai kondisi obat, wadah, atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, kualitas, dan kuantitas obat jadi yang bersangkutan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
25
Produk dapat dikembalikan dan digantikan atau di-CN atau dengan batch baru, akan tetapi harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya: a)
Produk dengan ED ± 1 bulan, misal produk tersebut ED nya bulan agustus maka produk tersebut dapat diganti jika dilaporkannya antara bulan juli sampai september.
b) Kemasan produk masih tersegel terutama untuk sediaan liquid/semi solid c)
Untuk kondisi khusus seperti terjadi bencana, produk yang mengalami kecacatan fisik seperti pecah atau bocor, label tidak ada, tidak ada penandaan tanggal kadaluarsa, penanganannya dapat berupa repack setelah dilakukan evaluasi mengenai persyaratan spesifikasi produk atau penggantian barang.
3) Penarikan kembali obat Pelaksanaan penarikan kembali obat, dapat dilakukan setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi obat yang merugikan. Setelah diketahui ada cacat mutu, atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan yang beresiko tinggi, pendistribusian produk hendaklah diembargo dan dilanjutkan dengan tindakan penarikan kembali obat sampai ke tingkat konsumen. Penarikan kembali obat bisa dilakukan atas inisiatif pabrik yang bersangkutan atau atas perintah dari BPOM. Prosedurnya yaitu bagian QA memberitahukan pada marketing untuk menarik produk tersebut dan bagian marketing melakukan penarikan produk sampai ke tingkat konsumen.
Produk
yang
ditarik
kembali
dari peredaran akan
dimusnahkan dan dibuat berita acaranya. e.
Pengkajian Produk Tahunan (PPT) Pengkajian produk tahunan atau disingkat sebagai PPT merupakan salah satu kegiatan yang terdapat di departemen QA yang kegiatannya dilakukan oleh supervisor trend evaluator dan di bawah pengawasan Assistant QA Manager. Bagian PPT ini merupakan suatu bagian yang bertanggung jawab untuk mengkaji produk-produk yang diproduksi dalam kurun waktu satu tahun. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
26
Produk tahunan yang akan dikaji hanya untuk produk yang minimal diproduksi 3 batch dalam tahun tersebut. Pengkajian tersebut meliputi: bahan baku, bahan kemas, sistem HVAC, pengawasan mutu, produksi, pemantauan lingkungan, pengendalian perubahan, stabilitas, evaluasi keluhan produk dan barang kembalian serta rekomendasi tindak lanjut. Produk yang dikaji akan dimasukkan dalam laporan pengkajian produk tahunan. f.
Pembuatan Certificate of Analysis (COA) QA akan membuat COA produk jadi dari setiap produk yang diproduksi. COA yang dibuat berdasarkan data-data hasil analisis yang dilakukan oleh departemen terkait yang dipakai sebagai dokumen yang sah untuk menjamin kualitas dan khasiat obat yang dibuat.
3.3.1.2 Assistant Manager Validation and Stability Assistant Manager Validation and Stability membawahi seorang Supervisor Validasi Proses, serta langsung membawahi Analis Stabilitas dan Analis Validasi Pembersihan. Supervisor Validasi Proses membawahi analis validasi proses. Tugas Assistant Manager Validation and Stability diantaranya: a.
Validasi QA hanya menangani validasi proses dan validasi pembersihan, sedangkan validasi metode analisis dilakukan oleh bagian R&D Analisa dan Registrasi. 1) Validasi proses Validasi proses yang dilakukan mulai dari proses pengolahan sampai proses pengemasan. Validasi proses pengolahan merupakan tindakan pembuktian bahwa dengan prosedur pengolahan yang digunakan akan senantiasa menghasilkan obat
yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Sebelum melaksanakan validasi proses, perlu dipastikan bahwa seluruh fasilitas, peralatan, dan sistem penunjang berada dalam pengawasan dan terkualifikasi, kemudian validasi dilaksanakan selama produksi rutin dan validasi proses terhadap produk yang sudah beredar di pasaran. Pendekatan validasi yang digunakan adalah validasi konkuren. Validasi ulang dilakukan jika ada perubahan formula, perubahan ukuran bets > Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
27
20%, perubahan metode dan proses, perubahan produsen bahan awal aktif dan bahan tambahan. Sebelum melakukan validasi, QA akan membuat Rencana Induk Validasi (RIV) yang disusun setiap 6 bulan dan dari RIV akan dibuat protokol validasi proses tiap produk. Jika tidak terjadi perubahan yang signifikan maka validasi ulang akan dilakukan setiap 5 tahun. Tahapan pelaksanaan validasi meliputi : a)
Membuat Program validasi yang tertuang dalam rencana induk validasi (RIV) yang dibuat setiap 6 bulan sekali dan dievaluasi setiap 6 bulan yang berisi tentang : Pedoman secara umum tentang produk yang akan divalidasi Sebelum dilakukan validasi proses harus dipastikan bahwa semua sistem penunjang, sarana laboratorium dan alat produksi sudah terkualifikasi dan terkalibrasi. Metode analisa harus dikualifikasi. Estimasi jadwal validasi. Tujuan dilakukannya validasi - Obat baru - Produk yang mengalami perubahan (misal perubahan formula, metode pembuatan dan bahan baku dari supplier)
b) Membuat protokol validasi c)
Melakukan pengamatan validasi (sesuai protokol yang dibuat)
d) Laporan validasi e)
Kontrol terhadap perubahan (KTP) jika pada saat pengamatan validasi terdapat rekomendasi perubahan, baik terhadap proses produksi maupun spesifikasi produk antara atau produk ruahan ataupun produk jadi.
2) Validasi pembersihan Validasi pembersihan adalah suatu kegiatan pembuktian yang terdokumentasi dan sesuai SOP dengan tujuan untuk memastikan bahwa jumlah kontaminan berupa residu zat aktif, mikrobiologi, dan sisa Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
28
detergen tidak melebihi spesifikasi yang telah ditetapkan. Validasi ini dilakukan setelah proses produksi selesai dilaksanakan. Setiap alat memiliki product marker karena tidak semua produk diuji. Parameter yang digunakan untuk memilih product marker diantaranya adalah produk yang paling sulit dibersihkan, produk yang paling toksik, yang tidak larut dalam air atau alkohol, zat aktif dengan dosis kecil, produk yang paling sering diproduksi. Residu yang dianalisa yaitu residu zat aktif dan mikrobiologi. Penentuan residu zat aktif dapat dilakukan secara fisik (visual) dan kimia (HPLC). Selain penentuan residu zat aktif juga dilakukan pemeriksaan mikrobiologi. Terdapat 2 metode yang digunakan untuk validasi pembersihan di PT.Guardian Pharmatama, yaitu: a) Metode swab Dilakukan dengan cara melakukan swab (penghapusan) pada area permukaan alat lalu hasil swabbing diuji secara kimia dan mikrobiologi untuk mengetahui residu zat aktif dan mikrobiologi dari pembersihan alat sebelum dipakai untuk produk selanjutnya. Swab dilakukan pada beberapa bagian alat yang sulit untuk dibersihkan diusap dengan kapas pada area 5x5 cm. Hasil yang didapatkan kemudian dikonversikan dengan keadaan (luas
mesin)
yang
sebenarnya. b) Metode Pembilasan Air Bilasan terakhir dengan menggunakan purified water. Sampel air bilasan terakhir diuji apakah masih mengandung residu detergen atau tidak, juga diuji kimia (HPLC), Total Organic Carbon (TOC) dan mikrobiologinya.
Validasi pembersihan minimal dilakukan terhadap 3 batch. Jika hasil validasi tidak memenuhi syarat, validasi dapat diulang kembali. Jika hasil ulangan tersebut juga tidak memenuhi syarat maka dapat diusulkan perubahan pada proses pembersihan. Kriteria penerimaan proses pembersihan dengan metode pembilasan air untuk mikroba yaitu < 100
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
29
koloni/swab dan untuk jamur < 10 koloni/swab. Jika product marker berubah, maka akan dilakukan revalidasi pembersihan.
b.
Stabilitas Pemenuhan uji stabilitas untuk registrasi obat baru dilakukan oleh bagian R&D analisa untuk 3 batch produksi pertama. Selanjutnya setelah lebih dari 3 batch menjadi tanggung jawab QA. Stabilitas ini dilakukan sebagai monitoring untuk produk existing maupun produk pengolahan ulang (Rework) yang beredar di pasaran. Uji stabilitas dari masing-masing produk diambil 1 batch pertahunnya sampai ED + 1. Interval analisanya yaitu 12 bulan, 24 bulan, 36 bulan, 48 bulan dan 60 bulan untuk produk existing. Khusus untuk produk rework, analisa diperketat menjadi tiap 6 bulan karena produk tersebut diluluskan untuk release dengan pengecualian. Kondisi untuk uji stabilitas dilakukan disuhu 30oC ± 2oC, kelembaban 75% ± 5% dalam climatic chamber. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran produk yang sudah ada di pasaran, memastikan produk yang ada di pasaran masih memenuhi syarat sampai dengan waktu expired date dan dapat juga untuk memperpanjang expired date untuk produk selanjutnya. QA juga melakukan uji stabilitas post market di mana sampel diambil langsung dari apotek oleh pihak marketing. Uji stabilitas ini dilakukan untuk beberapa produk yang mengalami masalah di stabilitas on going atau dengan zat aktif yang sensitif atau kurang stabil.
3.3.1.3 Assistant Manager GMP Compliance Assistant Manager GMP Compliance membawahi Supervisor GMP Compliance yang membawahi inspektor GMP Compliance dan bagian Document Controller. Assistant Manager GMP Compliance memiliki 4 tugas utama: a.
Kalibrasi dan kualifikasi 1) Kalibrasi Kalibrasi adalah serangkaian proses pada kondisi tertentu untuk menentukan tingkat kesamaan nilai yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem ukur, atau nilai yang dipresentasikan dari pengukuran bahan dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
30
membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan standar. Standar yang digunakan juga harus tertelusur. Kalibrasi dilakukan bagi alat yang memiliki parameter ukur. Biasanya kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan, tapi untuk alat-alat tertentu bisa lebih sering karena sering digunakan, begitu juga sebaliknya. Kalibrasi dapat dibagi 2, yaitu kalibrasi internal (kalibrasi yang dilakukan oleh pihak dalam pabrik meliputi parameter suhu, kecepatan putaran/rpm, tekanan, timer, dll) menggunakan kalibrator yang telah terkalibrasi dan tertelusur, serta kalibrasi eksternal (dilakukan oleh pihak luar yang telah terakreditasi, contohnya; HPLC, Spektrofotometer, timbangan, jangka sorong, dll). 2) Kualifikasi Suatu tindakan pembuktian yang terdokumentasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa instrumen atau sistem yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. QA melakukan kualifikasi dalam hal perencanaan, penjadwalan, persetujuan protokol dan laporan kualifikasi serta rekualifikasi. Sedangkan pelaksanaannya diserahkan kepada masing-masing departemen yang bersangkutan. Kualifikasi terdiri dari 4 bagian, yaitu : a)
Kualifikasi Desain (Design Qualification) Kualifikasi desain adalah suatu tindakan yang dilakukan pada saat sebelum pembelian barang untuk memastikan apakah alat atau instrumen sesuai dengan spesifikasi alat yang diinginkan (URS) dan dokumen penyerta.
b) Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification) Kualifikasi instalasi adalah suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memasikan bahwa alat atau instrumen telah dipasang sesuai dengan desain dari spesifikasi instalasi alat tersebut. c)
Kualifikasi Operasional (Operational Qualification) Kualifikasi operasional adalah suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan bahwa alat atau instrumen tersebut telah dapat beroperasi sesuai spesifikasinya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
31
d) Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification) Kualifikasi kinerja adalah suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan kinerja dari alat tersebut telah menghasilkan produk atau keluaran (out put) lain secara konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Kualifikasi untuk ruangan dilakukan setiap 5 tahun namun tiap bulan harus diperiksa untuk memastikan ruangan tetap dalam ketentuan yang diinginkan. Sistem HVAC termasuk dalam kualifikasi sarana penunjang. Pertukaran udara berbeda antara kelas D dengan kelas E. Untuk sistem clean corridor, udara dalam ruang produksi tidak boleh keluar ke koridor sehingga dibuat tekanan dalam koridor lebih besar daripada tekanan dalam ruangan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi. b.
Document Controller Bertugas untuk mengatur distribusi Protap dan KTP (Kontrol Tehadap Perubahan) dari tiap-tiap departemen. Protap berlaku selama 3 tahun kecuali ada perubahan. QA akan mendata protap yang masa berlakunya akan habis setiap bulan, kemudian QA akan mengirimkan memo ke departemen terkait. Semua perubahan harus ada KTP- nya seperti perubahan desain bahan kemas.
c.
Mengadakan pelatihan bagi karyawan Bertugas untuk membuat jadwal pelatihan bagi karyawan setiap akhir tahun. Tiap bulan dilaksanakan realisasi pelatihan bekerjasama dengan HRD. Departemen yang ingin melakukan pelatihan bagi karyawannya dapat menulis pada surat yang diedarkan oleh QA setiap akhir tahun. Pelatihan untuk karyawan dapat dilakukan sendiri oleh trainner dari PT. Guardian Pharmatama atau trainner dari luar yang di datangkan ke pabrik. Evaluasi terhadap pemahaman materi pelatihan dilakukan dengan memberikan sejumlah pertanyaan tertulis sebelum dan sesudah pelatihan. Penilaian efektivitas pelatihan dilakukan dengan mengevaluasi prestasi karyawan secara berkala (maksimal 3 bulan setelah dilakukan pelatihan) untuk menentukan apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang memadai untuk melaksanakan tugas yang diberikan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
32
d.
Pengendalian perubahan Pengendalian perubahan terutama berhubungan dengan mutu produk baik langsung maupun tidak langsung. Departemen yang ingin melakukan perubahan mengisi form KTP (Kontrol Terhadap Perubahan) yang berisi perubahan yang dilakukan, alasan perubahan beserta dampak perubahan. Kemudian diedarkan ke semua departemen yang terkait untuk minta persetujuan perubahan. Jika disetujui maka perubahan dapat dilakukan dan apabila sudah disetujui maka acuan yang digunakan selanjutnya untuk proses kegiatan mengikuti hasil perubahan tersebut.
3.3.2. Departemen Quality Control Bahan Awal dan IPC Departemen QC merupakan suatu departemen yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap mutu suatu produk. Departemen QC bahan awal dan IPC dikepalai oleh manager QC bahan awal dan IPC. Manager membawahi 2 assistant manager, yaitu assistant manager QC bahan awal dan assistant manager QC IPC. Masing-masing assistant membawahi supervisor. Assistant manager IPC membawahi 3 supervisor yaitu supervisor IPC Pengolahan, analisa dan mikrobiologi dan masing-masing supervisor membawahi analis. Manager QC bahan awal dan IPC juga membawahi langsung supervisor protap (prosedur tetap) dimana supervisor protap membawahi leader protap (lampiran 3).
3.3.2.1.Quality Control Bahan Awal Salah satu tugas QC bahan awal yaitu melakukan pemeriksaan terhadap bahan awal. Bahan awal baik berupa zat aktif maupun zat tambahan yang datang dari pemasok diterima oleh petugas gudang. Pihak gudang akan memeriksa kelengkapan dokumen, antara lain berupa surat jalan, Purchasing Order (PO), sertifikat analisis bahan (CoA) dari bahan awal tersebut serta tampilan fisik, kesesuaian label dengan bahan dan kondisi bahan awal. Bila kelengkapan dokumen telah tersedia dan pemeriksaan secara fisik telah memenuhi syarat, maka gudang akan membuat BPB (Bukti Penerimaan Barang). BPB terdiri dari 4 rangkap yang kesemuanya diberikan kepada departemen QC untuk dilakukan analisa dan untuk setiap bahan awal dibuat nomor kontrol oleh warehouse. Pada Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
33
nomor kontrol terdapat kode RA (Raw Active) untuk zat aktif dan RT (Raw Tambahan) untuk eksipien. Nomor kontrol itu sendiri merupakan nomor BPB sesuai dengan urutan bahan yang datang pada bulan tersebut. Setelah bahan awal dianalisa dan mendapatkan status dari departemen QC, maka rangkap ketiga dari BPB akan diberikan kepada departemen QC. Pihak QC akan melakukan pemeriksaan kesesuaian antara BPB dengan label bahan awal, kesesuaian antara CoA dengan label bahan awal dan kesesuaian antara CoA yang datang dengan CoA pada kedatangan sebelumnya. Data-data tersebut kemudian didokumentasikan pada form checklist kedatangan barang. Jika disetujui, maka QC bahan awal mengeluarkan form pengambilan sampel. Bila dokumen yang telah lengkap tersebut diterima dan disetujui, maka pihak QC akan melakukan analisa mutu terhadap bahan tersebut. Jika terdapat ketidaksesuaian, maka pihak QC bahan awal membuat surat keluhan yang akan diberikan kepada departemen purchasing yang nantinya akan diteruskan ke pihak supplier. Pihak supplier memiliki kewajiban untuk memberikan tanggapan atau jawaban terhadap surat tersebut dan berdasarkan jawaban tersebut dapat diterima atau tidak oleh pihak QC. Follow up kepada pihak supplier dilakukan setiap awal minggu. Penyimpangan didokumentasikan sebagai resume untuk masing-masing supplier nantinya. Sampel yang diambil oleh pihak QC bahan awal digunakan untuk analisis kimia dan analisis mikro (pada bahan awal tertentu). Berdasarkan pada literatur jumlah sampling ditentukan berdasarkan : a.
Pola n, digunakan untuk bahan baku existing atau hanya jika bahan yang akan diambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok yang disetujui. Sampel dapat diambil dari bagian manapun dari wadah namun umumnya pada bagian atas, dimana rumus pola n yaitu N = 1 + √n dimana N adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil; n adalah jumlah wadah yang diterima. Apabila n ≤4 maka sampel diambil tiap wadah.
b.
Pola p, digunakan jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui dan tujuan utama adalah pengujian identitas. Rumusnya yaitu: P = 0,4 √n Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
34
dimana P adalah jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasarkan pembulatan keatas; n adalah jumlah wadah yang diterima. c.
Pola r, digunakan untuk bahan yang diperkirakan tidak homogen dan/atau diterima dari pemasok yang belum dikualifikasi. Pola r dapat digunakan untuk produk herbal yang digunakan sebagai bahan awal. Rumusnya yaitu: R = 1,5 √n dimana R adalah jumlah sampel yang akan diambil berdasarkan pembulatan ke atas; n adalah jumlah wadah yang diterima/diambil sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan di PT.
Guardian
Pharmatama menggunakan metode 1 + √n untuk bahan baku existing atau hanya jika bahan yang akan diambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok yang disetujui. Sedangkan untuk bahan baku yang diperkirakan tidak homogen atau dari pemasok yang belum dikualifikasi, pengujian sampel diambil pada tiap wadah. Analisa kimia yang dilakukan terdiri dari analisa secara manual seperti titrasi dan penggunaan reagen serta analisis dengan menggunakan instrument analisis seperti HPLC atau spektrofotometri. Uji stabilitas dilakukan pada sampel dengan mengacu kepada surat/keterangan dari pemasok bahan awal yang bersangkutan. Untuk bahan awal yang dibutuhkan oleh produk yang diproduksi diluar (produk makloon) analisa dilakukan oleh kedua pihak. Sampel yang dianalisa oleh QC PT. Guardian Pharmatama disampling oleh perusahaan yang bersangkutan. Bahan awal dibakukan menggunakan baku pembanding sekunder yang sudah dibakukan terhadap baku pembanding primer dengan membandingkan data dari 2 analis, dengan simpangan deviasi < 1%. Analisa terhadap bahan awal dilakukan sesuai dengan protap yang telah tersedia, kemudian hasil dari analisa tersebut dilaporkan dalam HPBA (Hasil Pemeriksaan Bahan Awal). Waktu pemeriksaan maksimum dari bahan awal adalah 7 hari. Jika tidak ada permasalahan dan semuanya memenuhi spesifikasi maka bahan awal dapat diberi label release. Sedangkan jika terdapat masalah atau sampel tidak memenuhi spesifikasi maka bahan awal akan diberi label reject (lampiran 23.). QC bahan awal juga bertanggung jawab terhadap penanganan penyimpangan bahan awal. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
35
Selain melakukan pemeriksaan terhadap bahan awal, QC bahan awal juga melakukan kontrol kualitas bahan awal sampai bahan awal siap digunakan untuk produksi. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat masih memenuhi spesifikasi identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas dan keamanan yang telah ditetapkan. Selain itu QC bahan awal juga melakukan audit terhadap supplier. Audit terhadap supplier ini dilakukan setiap tiga tahun sekali. Dalam melakukan audit terhadap supplier QC bekerja sama dengan QA dan purchasing. Audit terhadap supplier berfungsi untuk mengetahui bahwa bahan awal yang disupply ke PT. Guardian Pharmatama berasal dari sumber yang terkualifikasi dan untuk mengetahui cara penyimpanan bahan awal yang dilakukan oleh supplier memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Hal yang diperiksa antara lain: 1) Sistem pengawasan mutu. 2) Fasilitas, mesin dan bangunan 3) Penanganan keluhan dan service yang diberikan terhadap customer 4) Organisasi dan personalia 5) Sistem operasional 6) Sistem dokumentasi 7) Continuitas pengiriman QC bahan awal juga bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan dan menyetujui analisa limbah cair. Limbah cair yang terdapat di pabrik PT. Guardian Pharmatama terdiri dari 2 macam, yaitu: a.
Limbah laboratorium Limbah ini terdiri dari limbah sisa analisa kimia baik pelarut, fase gerak, maupun limbah sisa analisis obat jadi serta limbah sisa destruksi mikrobiologi. Limbah ini dimusnahkan di pihak ketiga dengan beberapa klasifikasi keamanan.
b.
Limbah domestik dan produksi Limbah ini adalah limbah dari ruang produksi wastafel dan toilet. Limbah ini diolah dalam waste water treatment oleh Departemen Engineering. Limbah ini dianalisis 1 minggu sekali di 2 titik yaitu titik inlet (awal) dan titik outlet (akhir), serta setiap 1 bulan sekali dilakukan analisis keluar. Pemerikasaan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
36
yang dilakukan meliputi pemeriksaan suhu, pH, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen demand). Hasil pemeriksaan harus memenuhi spesifikasi peraturan pemerintah yang berlaku. Selain melakukan analisa terhadap bahan awal dan limbah, bagian QC bahan awal juga bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaan dan memberikan persetujuan terhadap kualitas purified water yang digunakan untuk produksi. Departemen QC dalam melakukan analisa dibantu oleh departemen Engineering sebagai departemen yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pengolahan purified water untuk produksi tersebut. Adapun parameter yang harus dianalisa oleh departemen QC terhadap purified water tersebut adalah : a.
Setelah Raw Water Tank, berupa pemerian, kesadahan, total koloni dan E. coli.
b.
Setelah Raw Water Tank dengan penambahan klorin, berupa pemerian, klorin ≤ 0,5 mg/L, total klorin dan E. coli.
c.
Setelah Multimedia filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli.
d.
Setelah carbon filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan total mikroba dan E. coli.
e.
Setelah Softener, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbondioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli.
f.
Setelah Reverse Osmosis, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbondioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli.
g.
Setelah Ultra Filter, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, kesadahan, total mikroba dan E. coli.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
37
h.
Setelah Ultra Violet, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC (Total Organic Carbon), logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
i.
Setelah Purified Water tank, berupa pemerian, pH, konduktifitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC (Total Organic Carbon), logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
j.
Ruang Emulsifier, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
k. Ruang Mix Liquid, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli. l.
Ruang cuci botol, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli. Ruang cuci, berupa pemerian, pH, konduktivitas, klorida, sulfat, kalsium, zat mudah teroksidasi, zat padat total, karbon dioksida, TOC, logam berat, ammonia, total mikroba dan E. coli.
3.3.2.2.Quality Control IPC Quality Control IPC berjalan dibawah tanggung jawab seorang assistant manager. Bagian ini terdiri dari 3 subbagian yaitu QC pengolahan, QC analisa dan QC mikrobiologi. Masing-masing bagian tersebut dikepalai oleh supervisor yang membawahi analis. QC IPC bertanggung jawab dalam pengendalian kualitas produk dari produk awal (ketika proses produksi masih berjalan) hingga produk ruahan. Pada kegiatan ini yang melakukan sampling pada saat proses produksi adalah operator dari departemen produksi. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir intensitas orang keluar masuk dari ruang produksi yang dapat menyebabkan cross contamination. Setelah sampel diambil, operator menyerahkan kepada pihak analis QC IPC yang akan membawanya ke QC untuk dianalisa lebih lanjut.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
38
Metode analisa yang digunakan oleh pihak QC mengacu kepada protap yang telah ditetapkan oleh R&D Analisa yang kemudian berubah menjadi protap QC setelah dilakukan transfer metode. Sampel yang diterima didokumentasikan pada buku ekspedisi. Analis IPC kemudian melakukan analisis parameter fisik seperti kekerasan, ketebalan, diameter, kerapuhan dan dimensi tablet pada awal, tengah dan akhir proses produksi. Sedangkan untuk analisis secara kimia dilakukan oleh analis QC di laboratorium seperti penentuan kadar, disolusi, keseragaman kandungan tablet, serta keseragaman bobot tablet. Analisa dan pengujian ini dilakukan terhadap produk antara dan produk ruahan. Produk antara akan dilanjutkan proses pembuatannya bila telah release oleh departemen QC berdasarkan hasil uji yang didapatkan (telah memenuhi spesifikasi). Parameter yang dianalisa oleh IPC terdapat pada form HPOJ (Hasil Pemeriksaan Obat Jadi) termasuk spesifikasi dan hasilnya. Pada saat proses sampling terdiri dari 3 titik sampling yaitu atas, tengah dan bawah. Namun terkadang titik sampling bisa mencapai 5 titik bahkan 10 titik hal ini disesuaikan dengan produk yang diperiksa. Untuk tablet dengan bobot dibawah 250 mg maka diambil sepuluh titik, bobot 250 mg – 500 mg diambil lima titik, dan bobot diatas 500 mg diambil tiga titik. Analisa dilakukan maksimum dalam 6 hari dan apabila terjadi perubahan metode analisa, maka metode analisa tersebut harus divalidasi kembali oleh departemen R&D. Produk jadi sisa dari analisa harus dimusnahkan ke pihak luar atau pihak ketiga. Bila terjadi penyimpangan pada proses produksi maka seluruh departemen akan mengevaluasi setiap hal yang berkaitan dengan produk tersebut seperti produksi meninjau dari sisi operator, mesin dan prosesnya, atau QC bahan awal meninjau sumber bahan awal yang digunakan untuk produksi batch tersebut. Kemudian berdasarkan evaluasi tersebut departemen QA akan memutuskan tindakan koreksi yang tepat untuk penyimpangan yang terjadi.
3.3.3. Departemen Quality Control Bahan Kemas Pada awalnya QC bahan kemas berada di bawah departemen Quality Control, bersama dengan QC bahan awal, IPC dan produk jadi. Namun pada tahun 2012, QC bahan kemas dipisah dari departemen lainnya membentuk Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
39
departemen QC Bahan Kemas. Manager QC bahan kemas membawahi 2 supervisor, yaitu supervisor QC bahan kemas dan supervisor IPC kemas dan Artwork Evaluator. Supervisor bahan kemas membawahi analis bahan kemas, sementara supervisor IPC kemas dan Artwork Evaluator membawahi selektor, Inspektor QC bahan kemas primer dan inspektor QC bahan kemas sekunder Struktur organisasi Departemen QC Bahan Kemas dapat dilihat pada lampiran 4. Tugas Departemen QC Bahan Kemas, antara lain : a.
Pelulusan atau penolakan (disposisi) barang masuk/incoming material Ketika bahan kemas datang dari supplier, maka pertama kali bahan kemas masuk dalam gudang karantina (oleh gudang diberi label “karantina”). Bahan diperiksa oleh petugas gudang (pemeriksaan kesesuaian bahan dengan CoA). Jika sesuai, bahan kemas diberi nomor kontrol yang menunjukkan urutan kedatangan bahan. Kemudian, gudang membuat bukti penerimaan barang (BPB) dan dikirim ke supervisor QC packaging. Oleh supervisor QC packaging, BPB dan CoA dicatat di log book untuk mengontrol sampling (karena H+10 barang datang harus sudah ada status barang reject/release). Setelah dicatat, QC packaging membuat form pengambilan sampel. Kemudian dilakukan sampling oleh QC. Pengambilan jumlah sampel menggunakan tabel AQL (Acceptable Quality Level) yang diadaptasi dari ANSI (American Nation Standardization Inspection). Pada AQL terdapat special Inspection dan general inspection, yang biasa digunakan di PT Guardian Pharmatama adalah general inspection level 2, akan tetapi untuk bahan yang terdapat banyak masalah digunakan level 3 yang lebih ketat dengan meningkatkan jumlah sampling. Jumah box tempat sampel tersebut diambil menggunakan metode n yaitu (1 + √n). Sampel yang telah di sampling diberikan label “Telah Disampling”. Setelah sampling, dilakukan analisa yang mana hasil analisa tersebut dituangkan dalam form Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas (HPBK). Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan parameter yang dibuat oleh R&D Formulasi. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh analis. Dalam analisa ini juga dilakukan proses trial. Kemudian dibuat Laporan Hasil Trial Bahan Kemas dan juga dicatat dalam Technical Data Sheet (TDS). TDS hanya dibuat sekali saat datang bahan kemas produk baru. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
40
TDS ini berfungsi untuk merecord history data bahan kemas tersebut. TDS berisi tanggal datang dan hasil pemeriksaan. Setelah analisa hasil spesifikasinya sesuai dengan persyaratan maka QC mencap release pada HPBK (Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas) dan BPB (Bukti Penerimaan Bahan) dan ditempel label “Release” pada kemasannya. Kemudian dilakukan input data pada aplikasi GIS (Guardian Information System) sehingga bagian produksi mengetahui kemasan yang statusnya sudah release. b.
IPC pengemasan primer dan sekunder IPC dilakukan setiap dua jam sekali selama proses pegemasan primer (filling, blistering, dan stripping). IPC pengemasan sekunder dilakukan setiap dua jam sekali dan diperiksa kelengkapannya.
c.
Inspeksi secara visual untuk sediaan larutan steril Dilakukan oleh personel yang terlatih. Dilakukan dalam ruangan gelap, dilakukan pengamatan di bawah lampu dengan kekuatan minimal 1000 LUX dengan menggunakan latar hitam untuk melihat partikel asing berwarna putih dan menggunakan latar putih untuk melihat partikel asing berwarna hitam.
d.
Menyimpan retain sample produk jadi Diambil sebanyak kebutuhan tiga kali pemeriksaan lengkap. Disimpan pada suhu yang sesuai dengan yang tertera pada etiket, terdapat dua suhu penyimpanan yakni suhu 150-250 C dan suhu 250-300C. Penyimpanan produk jadi dilakukan dalam kemasan utuh (kemasan primer dan kemasan sekunder). Penyimpanan dilakukan selama dalam rentang daluarsa ditambah satu tahun (ED + 1).
e.
Melakukan audit supplier bahan kemas Dilakukan pemeriksaan terhadap kriteria penerimaan, jika supplier memenuhi kriteria penerimaan dapat dimasukkan dalam daftar supplier tetap. Untuk supplier baru pihak purchasing akan menilai kesesuaian harga terlebih dahulu sebelum melakukan pemesanan bahan kemas. Audit terhadap supplier bahan kemas dilakukan oleh QC Bahan Kemas bekerja sama dengan QA dan purchasing packaging. Audit terhadap supplier bahan kemas dilakukan setiap tiga tahun. Hal yang diperiksa antara lain: Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
41
1) Sistem pengawasan mutu. 2) Fasilitas, mesin dan bangunan. 3) Penanganan keluhan dan service yang diberikan terhadap customer. 4) Organisasi dan personalia. 5) Sistem operasional. 6) Sistem dokumentasi. 7) Continuitas pengiriman
Bahan kemas terdiri atas dua macam, yakni printed dan non printed. Bahan kemas non printed contohnya botol volume 60 ml, vial, dan ampul. Bahan kemas printed merupakan bahan kemas yang memberikan penandaan dan ciri khas tertentu kepada suatu produk hasil produksi suatu pabrik (artwork). Spesifikasi dari bahan kemas tersebut telah ditentukan oleh R&D formulasi. Kemudian untuk desain bahan kemas printed akan dibuat oleh artwork designer yang berada di bawah Bussiness Development Manager (BDM). Desain tersebut disosialisasikan kepada semua bagian dan dilakukan konsultasi antara R&D formulasi dengan marketing untuk merampungkan desain kemasan menjadi Final Artwork (FA). FA didistribusikan kepada departemen R&D Formulasi, marketing, purchasing dan QC bahan kemas. Purchasing akan mencari supplier pembuat kemudian supplier tersebut akan mengirimkan proofprint sebagai contoh. Proofprint merupakan berkas yang dibuat oleh supplier untuk memastikan bahwa supplier mampu memproduksi bahan kemas sesuai dengan kualitas yang diminta oleh PT. Guardian Pharmatama. Proofprint berisi bentuk bahan kemas minimum, bahan kemas standar dan bahan kemas maksimum. Ketiga bentuk ini adalah sebagai rentang perbedaan kemasan (misal pada warna yang berbeda tipis) yang masih dapat diterima oleh perusahaan. FA yang diterima oleh bagian QC bahan kemas selanjutnya digunakan sebagai dasar dalam pembuatan Spesifikasi Pemeriksaan Bahan Kemas (SPBK) dan Hasil Pemeriksaan Bahan Kemas (HPBK). Kemudian HPBK dan proofprint menjadi acuan dalam penerimaan bahan kemas. Kesesuaian antara HPBK dan proofprint merupakan indikator penerimaan (masuk dalam spesifikasi). Apabila bahan kemas yang didapat dari
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
42
pemasok tidak memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan, pihak PT. Guardian maka dinyatakan adanya penyimpangan. Penyimpangan itu sendiri terbagi 3 yaitu: a.
Minor, penyimpangan yang dapat diabaikan.
b.
Mayor, penyimpangan yang masih bisa diterima tapi cukup mengganggu dan PT. Guadian pharmatama mengirimkan surat keluhan kepada supplier.
c.
Kritikal, penyimpangan tidak dapat ditoleransi dan bahan kemas tersebut di tolak.
Proofprint kemudian dikirim ke bagian marketing, QC Bahan Kemas dan purchasing sebagai arsip.
3.3.4. Departemen Research and Development Formulasi Bagian formulasi dikepalai oleh manager R&D formulasi yang membawahi formulator manager. Formulator manager membawahi assistant manager produk baru dan supervisor produk existing I dan II. assistant manager produk baru membawahi supervisor produk baru I,II dan III yang dibedakan berdasarkan bentuk sediaan. manager R&D formulasi juga langsung membawahi supervisor packaging development. Setiap supervisor dibantu oleh analis (lampiran 5). Bagian R&D formulasi mempunyai tugas menyiapkan, melakukan pengembangan formula dan pengemasan untuk produk baru serta melakukan reformulasi untuk produk-produk existing yang memerlukan perubahan. Tanggung jawab lainnya adalah menerapkan CPOB yang berlaku saat ini. Di PT. Guardian Pharmatama terdapat tiga bagian R&D formulasi yaitu: 3.3.4.1.R&D formulasi produk baru Bagian formulasi produk baru bertugas mengembangkan dan membuat formulasi obat baru yang belum pernah didaftarkan di PT. Guardian Pharmatama. Produk baru akan dibuat berdasarkan dari instruksi atau usulan dalam bentuk form persetujuan registrasi yang diberikan oleh marketing berupa produk yang belum diedarkan kepada plant manager, dari plant manager dilanjutkan kepada bagian R&D manager. Departemen R&D formulasi pun dapat mulai mecari formula yang tepat untuk produk tersebut. Formula dari suatu produk dapat mengacu pada study literatur atau melihat produk innovator. Pihak marketing akan membuat Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
43
surat permintaan formula dan persetujuan registrasi produk baru ke Plant Manager, CC, R&D Manager Analisis dan Registrasi, R&D Manager Formulasi, Formulasi Manager, COO, GMO, Ass. Purchase Manager, dan Manager Regulatory yang kemudian akan diserahkan pada R&D Manager Analisa. R&D Manager Analisa kemudian akan meminta CoA bahan akif yang belum ada di PT Guardian Pharmatama kepada Purchasing Raw. Purchasing Raw akan memberikan CoA bahan aktif berdasarkan acuan produk inovator dan kompetitor ke BDM, kemudian ke R&D Manager Analisa. Selanjutnya analisa bahan baku akan diberikan kepada R&D Analisis dan Registrasi untuk dilakukan rating beserta pelampiran jumlah kebutuhan bahan baku per tahun untuk bagian R&D Formulasi dan Ass. Manager Purchasing. Hasil rating akan diberikan kepada manajemen. Jika disetujui, maka R&D Analisis dan Registrasi akan memberikan satu salinan Form Persetujuan Pemilihan Bahan Baku dan lampiran salinan CoA kepada Formulasi Manager. Setelah mendapatkan salinan Form Persetujuan Pemilihan Bahan Baku dan lampiran salinan CoA, maka Formulasi Manager akan melakukan pemesanan skala lab dan pilot dan selanjutnya melakukan melakukan trial. Hasil trial skala laboratorium tersebut sebelumnya harus dianalisa terlebih dahulu oleh R&D analisa dan registrasi. Apabila skala laboratorium telah dilakukan dan produk yang dihasilkan telah sama dari analisa disolusi terbanding dengan produk inovator dan representative untuk hasil yang diinginkan di skala produksi nantinya, pengujian dapat dilanjutkan dalam skala pilot. Pada setiap tahap skala pilot produk harus dianalisa terlebih dahulu oleh R&D analisa dan registrasi. Bulk pada skala pilot dengan jumlah batch minimal 3 batch. Setelah skala pilot memenuhi spesifikasi, sampel akan dikirimkan ke marketing untuk persetujuan bentuk, warna dan kemasan. Kemudian dilanjutkan dengan uji stabilitas oleh bagian R&D analisa dan registrasi, selanjutnya mulai membuat registrasi. Setelah mendapat nomor registrasi, dilakukan proses produksi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
44
3.3.4.2.Bagian formulasi produk existing Bagian formulasi produk existing bertugas menangani masalah-masalah yang timbul pada produk yang sudah exist seperti masalah pada saat proses produksi dan menangani apabila ada perubahan bahan baku, perubahan besar batch, mesin, dan urutan cara kerja, serta memperbaiki kualitas produk, seperti memperbaiki disolusi. Jika terjadi perubahan formulasi, bagian R&D formulasi melakukan trial kembali dengan formula yang baru mulai dari skala laboratorium sampai pilot dan dilakukan pengujian stabilitas kembali, formula tersebut kemudian digunakan untuk komersial batch jika sudah memenuhi spesifkasi.. Usulan pengembangan terhadap produk existing dapat muncul dari Departemen Produksi, QA, QC, marketing maupun purchasing.
3.3.4.3.Bagian packaging development Bagian ini bertugas melakukan trial kemasan untuk produk baru, produk yang mengalami perubahan jenis bahan kemas ataupun produk yang mengalami perpindahan mesin seperti perubahan sealing roll pada mesin stripping, memeriksa desain bahan pengemas yang akan dibuat meliputi desain untuk produk baru dan desain untuk produk existing yang mengalami perubahan bahan pengemas. Pemeriksaan meliputi ukuran bahan pengemas, jenis material bahan kemas, redaksi, tata letak, nomor registrasi, nomor kode dan spesifikasi bahan pengemas dengan mengacu pada protap-protap yang ada. Bagian ini memiliki tanggung jawab untuk memutuskan bahan dan spesifikasi dari bahan kemas. keputusan yang nantinya diperoleh akan disampaikan ke bagian marketing untuk dibuat desain kemasannya oleh bagian artwork, seperti pemilihan teks dan warna. Kemasan tersebut kemudian dikoreksi kembali oleh bagian R&D dan produksi serta dibuatkan FKB (Formula Pengemasan Barang) dan PAD (Packaging Direction) yang harus disetujui oleh bagian QA. Setelah QA menyetujui, purchasing akan memberikannya kepada pemasok bahan kemas.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
45
3.3.5. Research and Development Analisa dan Registrasi Bagian analisa dan registrasi dikepalai oleh seorang manager R&D Analisa dan Registrasi yang membawahi manager analisa dan manager regulasi serta membawahi langsung assistant manager analisa. Manager analisa membawahi supervisor produk jadi dan supervisor validasi metode analisa. Assistant manager analisa membawahi supervisor bahan awal, dan supervisor stabilitas. Sedangkan manager regulasi membawahi assistant manager registrasi baru dan assistant manager registrasi variasi. Masing-masing assistant manager membawahi supervisor (lampiran 6).
3.3.5.1.Sub Departemen Research and Development Analisa Tanggung jawab dan tugas R&D Analisa adalah penentuan kualitas bahan baku yang datang dari supplier dan penentuan rating bahan baku, melakukan trial/pengembangan metode analisa, baik bahan baku maupun produk jadi, dan melakukan validasi metode analisa serta menyusun protap metode analisa stabilitas untuk produk jadi. Sub departemen R&D analisa menerima free sampel dari Departemen purchasing, kemudian dilakukan analisa terhadap sampel bahan baku tersebut. Setelah analisa dilakukan, R&D analisa membuatkan rating pemasok tersebut berdasarkan kualitas dari bahan baku itu sendiri serta hasil pembandingan hasil analisa dengan sertifikat analisis (CoA). Pengembangan metode analisa menjadi tugas dari supervisor produk jadi. Pengembangan dilakukan dengan mengacu kepada literatur resmi seperti USP, BP dan literatur lainnya. Setelah trial terhadap metode analisa dilakukan, maka metode tersebut akan divalidasi meliputi persyaratan validasi pada CPOB dengan batch formula skala pilot. Metode analisa yang telah divalidasi akan disusun dengan nomor protap R&D dan didistribusikan ke laboratorium QC. Pada batch pertama skala produksi R&D analisa akan melakukan transfer metode analisa ke laboratorium QC. Transfer metode meliputi pelatihan teknis ke personel QC mengenai tahapan analisa dan verifikasi metode antara laboratorium R&D dan laboratorium QC. Transfer metode analisa juga dilakukan ke laboratorium yang melakukan Toll Manufacturing. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
46
Pada trial skala pilot dan 3 batch pertama produksi, sampel produk jadi diambil untuk uji stabilitas dipercepat pada suhu 40oC ± 10C dan RH 75% ± 5% selama 6 bulan. Sedangkan uji stabilitas real time pada suhu 30oC ± 10C dan RH 75% ± 5% selama 2 tahun. Data yang diperoleh lewat uji stabilitas tersebut digunakan sebagai data dalam menentukan expire date (ED) untuk keperluan bagian sub departemen R&D registrasi.
3.3.5.2.Sub Departemen Research and Development Registrasi Registrasi atau pendaftaran obat dilakukan untuk memperoleh nomor izin edar. Izin edar tersebut berlaku selama jangka waktu 5 tahun. Bila masa izin edar tersebut habis maka industri farmasi harus mendaftarkan ulang izin edar dari produk tersebut. Berdasarkan peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011, registrasi obat terdiri atas: a.
Registrasi baru 1) Kategori 1
: untuk obat baru, produk biologi, termasuk produk biologi sejenis
b.
c.
2) Kategori2
: obat copy
3) Kategori3
: sediaan lain yang belum mengandung obat
Registrasi variasi 1) Kategori4
: variasi mayor
2) Kategori5
: variasi minor yang memerlukan persetujuan
3) Kategori6
: variasi minor dengan notifikasi
Registrasi ulang Kategori7
: registrasi ulang
Obat yang mendapat izin edar harus memenuhi kriteria berikut: a.
Khasiatnya pasti dan keamanannya memadai dibuktikan melalui uji non klinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.
b.
Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai cara pembuatan obat yang baik (CPOB), spesifikasi dan metode analisis terhadap semua bahan yang digunakan serta produk jadi dengan bukti yang sahih. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
47
c.
Penandaan dan informasi produk berisi informasi lengkap, objektif dan tidak menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman.
d.
Sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
e.
Khusus untuk psikotropika baru harus memiliki keunggulan dibandingkan dengan obat yang telah disetujui beredar di Indonesia. Dan untuk kontrasepsi atau obat lain yang digunakan dalam program nasional dapat dipersyaratkan uji klinik di Indonesia. Registrasi obat produksi dalam negeri dilakukan oleh pendaftar yang harus
memenuhi persyaratan yaitu memiliki izin industri farmasi dan memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi. Pelaksanaan evaluasi untuk registrasi obat melalui 2 tahapan, yaitu : a.
Tahap pra registrasi Sebelum dilakukan pra registrasi dilakukan pendaftaran secara online ke website BPOM untuk mendapatkan no urut. Setelah mendapatkan nomor urut, perusahaan akan memasukkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk tahap pra registrasi. Tahap pra registrasi adalah prosedur awal untuk penapisan registrasi obat, penentuan kategori registrasi, penentuan jalur evaluasi, penentuan biaya evaluasi, dan penentuan dokumen registrasi obat. Dokumen yang disertakan adalah sertifikat CPOB dan ringkasan informasi mengenai produk. Paling lama dalam jangka waktu 40 hari sejak diterimanya permohonan Kepala Badan POM memberikan Hasil Pra Registrasi (HPR). HPR berlaku selama satu tahun sejak tanggal dikeluarkan. Setelah mendapatkan HPR, pendaftar dapat menyusun dan melengkapi dokumen registrasi. Jika dibutuhkan penambahan data maka BPOM akan memberikan surat permintaan tambahan data dan selambat-lambatnya 20 hari pendaftaran harus menyampaikan tambahan data.
Setelah mendapat HPR pendaftar
diwajibkan membayar biaya evaluasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
48
b.
Tahap registrasi Pengajuan registrasi dilakukan dengan melampirkan dokumen pra registrasi yang telah dilengkapi dengan dokumen registrasi. Dokumen registrasi terdiri dari: 1) Bagian I
: Dokumen administratif, informasi produk dan penandaan
2) Bagian II
: Dokumen mutu
3) Bagian III
: Dokumen non klinik (untuk obat baru)
4) Bagian IV
: Dokumen klinik (untuk obat baru)
Pada saat dokumen registrasi dievaluasi oleh BPOM, bagian registrasi harus melakukan follow up terhadap berkas-berkas registrasi ke BPOM. Setelah data tentang semua produk selesai dievaluasi (safety, quality, and efficacy), BPOM akan mengeluarkan Nomor Izin Edar. Produk yang telah mendapatkan NIE (Nomor Izin Edar) siap untuk diproduksi dan dipasarkan. NIE ini berlaku selama 5 tahun dan harus dilakukan registrasi ulang setelah 5 tahun. Pendaftar yang sudah mendapatkan izin edar wajib memproduksi dan mengedarkannya selambat-lambatnya 12 bulan setelah tanggal persetujuan izin edar dikeluarkan. Registrasi variasi dilakukan jika ada perubahan terkait dengan mutu obat. Dokumen yang diserahkan ke BPOM, disesuaikan dengan jenis perubahan yang terjadi.
3.3.6. Departemen PPIC Departemen PPIC di PT. Guardian Pharmatama dikepalai seorang manager yang membawahi dua orang assistant manager PPIC yaitu PPIC I untuk sediaan solid dan liquid, dan PPIC II untuk sediaan semisolid dan makloon (toll manufacturing), dimana masing-masingnya membawahi satu orang supervisor inventory control (lampiran 7.)
3.3.6.1 Production Planning Marketing mengeluarkan forecast berdasarkan pada data penjualan selama 3 bulan terakhir. Dengan mempertimbangkan lewat stok finished goods yang ada di gudang dan produk WIP (work in process) yang masih belum masuk gudang dan lead time dari produk tersebut, maka produk yang perlu diproduksi dapat Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
49
dikalkulasi dan ditentukan. Lead time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengolah suatu produk yaitu sejak bahan awal keluar dari gudang untuk ditimbang hingga produk jadi masuk gudang. Lead time untuk suatu produk berbeda-beda. Rencana produksi dibuat pertama kali lewat estimasi rencana produksi 6 bulanan, kemudian akan dibuat lebih spesifik lagi yaitu rencana produksi bulanan dan kemudian rencana produksi per minggu sesuai dengan lead time dari masingmasing produk. Rencana produksi bulanan memiliki ketepatan sekitar 80-90% untuk dijalankan pada proses produksi. Rencana produksi bulanan ini dikeluarkan satu minggu sebelum bulan berjalan. Rencana produksi per minggu tersebut akan dibuat semakin spesifik lagi oleh departemen produksi yaitu rencana produksi harian oleh scheduler dengan mempertimbangkan lead time produk, satuan batch size, dan tanggal butuh masuk gudang. Rencana packing bulanan merupakan sebagai penandaan akhir yang digunakan sebagai panduan barang memasuki gudang dan diberikan setiap awal bulan. Rencana produksi mingguan memiliki tingkat ketepatan 99% untuk dijalankan sebagai proses produksi. Rencana produksi mingguan ini disesuaikan dengan kedatangan material yang biasanya dikeluarkan setiap hari kamis. Untuk batch file formula pengolahan batch, formula pengemasan batch, manufacturing direction, dan packaging direction dibuat oleh departemen R&D formulasi dan salinannya diberikan ke PPIC. Copy MFD dan PAD diberikan kepada bagian produksi 1 hari sebelum penimbangan dan FPB dan FKB dibuat 3 salinan yaitu untuk bagian accounting, gudang dan melekat pada batch file. Batch file ini dikeluarkan sesuai dengan schedule harian yang ditentukan oleh bagian produksi (scheduler). Departemen PPIC bertanggung jawab dalam mengendalikan tenggat waktu proses produksi dengan tanggal butuh. Tanggal butuh merupakan waktu deadline ketika produk jadi harus masuk ke gudang. Informasi tersebut diberikan oleh departemen PPIC ke departemen produksi berupa rencana packing bulanan. Rencana produksi bulanan akan direkap selama 1 tahun ke dalam GIS (Guardian Information System).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
50
3.3.6.2 Inventory Control Pengendalian stok bahan yang ada di gudang dilakukan oleh supervisor inventory control. Setiap produk yang diproduksi PT. Guardian Pharmatama telah memiliki bill of material tersendiri. Bill of material adalah dokumen yang mengandung informasi bahan-bahan baku dan bahan kemas yang dibutuhkan untuk proses produksi utnuk setiap produk. Berdasarkan bill of material tersebut dibuat suatu laporan yang mengandung informasi tentang jenis bahan yang akan dibeli (laporan requirement), jumlah dari bahan tersebut dan waktu disaat bahan tersebut dibutuhkan. Laporan requirement material tersebut kemudian diberikan ke departemen purchasing. Laporan tersebut akan ditinjau oleh purchasing dan akan dibuat ratingnya berdasarkan kualitas dan harga dari bahan. Hasil tinjauan tersebut akan diberikan kembali ke departemen PPIC dan berdasarkan hasil rating maka PPIC akan membuat permohonan pembelian (PP) dan purchasing akan membuat Purchasing Order (PO) ke pemasok. Laporan material requirement dibuat berdasarkan pertimbangan : a.
Jumlah bahan yang ada di gudang.
b.
Outstanding PP atau bahan yang telah dipesan tapi belum sampai. Supervisor IC juga bertanggung jawab atas review outstanding PP yitu jika
sales dari produk turun, maka outstanding PP dapat diundur atau dibatalkan. Kemudian supervisor IC juga bertugas untuk memonitor outstanding PP yaitu memastikan jadwal kedatangan bahan baku sama dengan waktu kedatangan yang sesungguhnya. Materi atau bahan baku yang dibutuhkan per produk mengacu pada FPB (Formula Pengolahan Batch) dan FKB (Formula Pengemasan Batch) yang telah dibuat oleh departemen R&D (Research and Development). Sedangkan jadwal produksi mempertimbangkan MFD (Manufacturing Direction) dan PAD (Packaging Direction).
3.3.7. Departemen Produksi Departemen produksi dikepalai oleh seorang manager yang membawahi assistant manager produksi solid yang secara langsung membawahi supervisor stripping & blistering, leader dan petugas sanitasi. Selain itu, manager produksi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
51
juga membawahi assistant manager produksi liquid dan semisolida, supervisor packing liquid dan semisolid, supervisor packing solid, administrator toll manufacturing dan administrator produksi (lampiran 8). Departemen ini bertanggung jawab terhadap proses pengolahan obat sejak bahan baku mulai ditimbang oleh departemen gudang hingga pengemasan produk ruahan yang kemudian akan disimpan ke gudang finished good. Proses pengolahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan jadwal produksi bulanan yang telah disusun oleh departemen PPIC. Jika jadwal tersebut telah disetujui oleh departemen produksi, maka jadwal itu akan dipecah menjadi jadwal produksi perminggu.
3.3.7.1.Proses produksi a.
Proses produksi tablet/kaplet Metode pembuatan tablet
yang digunakan di PT. Guardian
Pharmatama ada dua metode yaitu metode granulasi basah dan kempa langsung. Metode granulasi basah digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab, tahan air, namun kompresibilitas dan laju alirnya kurang baik. Proses granulasi
bertujuan
untuk
memperbaiki
sifat
aliran
bahan
tablet,
meningkatkan sifat kohesi bahan sehingga sifat kohesi lebih kuat daripada sifat adhesinya, menghomogenkan bahan berkhasiat dengan bahan tambahan tablet, mengurangi fines atau serbuk yang dapat membuat tablet menjadi rapuh, serta memperkecil sudut kontak sehingga tablet mudah dibasahi dan memenuhi syarat waktu hancur. Proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah diawali dari penimbangan terhadap bahan baku kemudian bahan baku tersebut diayak dengan mesh tertentu. Tujuan dari pengayakan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan zat tambahan. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Selanjutnya dilakukan mixing dengan menggunakan “Diosna Mixer”. Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang merata dan homogen. Setelah itu dilakukan penambahan dan pencampuran larutan pengikat. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
52
Penambahan larutan pengikat akan membentuk massa basah. Kemudian massa yang dihasilkan diayak dengan ayakan mesh tertentu dan dikeringkan dengan menggunakan fluid bed dryer dengan suhu dan lama pengeringan disesuaikan
dengan
jenis
bahannya.
Pengeringan
bertujuan
untuk
menghilangkan pembasah yang digunakan. Massa granul yang telah kering diayak kembali dengan ukuran mesh tertentu menggunakan hammer granulator. Tujuan dari pengayakan ini untuk memperkecil ukuran granul dengan cara melewatkan pada ayakan dengan porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya.Selanjutnya dilakukan lubrikasi dalam double cone mixer dengan penambahan bahan pelincir. Setelah semua selesai, dilakukan proses pencetakan tablet/kaplet. Metode kempa langsung (direct compression) merupakan metode pembuatan tablet dengan mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini yang paling murah, praktis, dan cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif yang memiliki dosis kecil, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara umum zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah zat aktif yang sifat alirnya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya kristal, serta mampu menciptakan adhesivitas dan kohesivitas dalam massa tablet. Proses kempa langsung diawali dengan penimbangan bahan baku yang dilakukan oleh petugas gudang. Kemudian dilanjutkan dengan proses mixing dengan menggunakan v-mixer, lalu hasil mixing tersebut dicetak dengan menggunakan mesin pencetak tablet JCMCO atau CADMACH. b.
Proses produksi tablet/kaplet salut selaput Pada beberapa zat aktif diketahui memiliki sifat yang kurang stabil terhadap lingkungan atau pada bagian-bagian tertentu dari pencernaan manusia, sehingga dalam pembuatan sediaannya harus dilakukan teknik proteksi khusus sehingga zat aktif tetap berkhasiat, aman dan berkualitas. Salah satu teknik proteksi yang telah banyak dilakukan adalah penyalutan (coating). Beberapa jenis penyalutan antara lain adalah salut gula, salut enterik, dan salut lapis tipis(film). Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
53
Tablet salut gula merupakan suatu sediaaan tablet inti yang dilapisi dengan suatu lapisan gula berwarna atau lapisan gula tak berwarna. Lapisan salut gula melindungi obat terhadap lingkungan dan memberikan penghalang rasa yang kurang enak atau bau yang tidak sedap. Salut tersebut juga dapat meningkatkan penampilan tablet kompresi dan sebagai informasi identitas produsen. Tablet salut enterik merupakan penyalutan tablet inti dengan suatu polimer. Teknik ini dirancang untuk meningkatkan resistensi obat di dalam lambung, dan kemudian tablet akan hancur terdisolusi dan diserap di dalam usus. Pelapisan enterik dilakukan apabila substansi obat tidak stabil dalam asam lambung atau sangat mengiritasi mukosa lambung atau untuk meningkatkan penyerapan obat yang diserap di usus. Tablet salut tipis, merupakan tablet inti kompresi yang dilapisi dengan lapisan tipis dari polimer yang mampu membentuk kulit seperti film. Lapisannya biasanya berwarna dan memiliki keuntungan lebih baik dibandingkan salut gula yaitu lebih tahan lama, lebih kecil massanya, dan kurang memakan waktu. Dengan komposisi yang sesuai, lapisan ini dirancang untuk pecah dan mengekspos tablet inti di lokasi yang diinginkan dalam saluran pencernaan. Proses pembuatan tablet salut yaitu tablet inti yang akan disalut harus telah lulus uji dari departemen QC. Pemeriksaan yang dilakukan pada tablet inti selain sesuai dengan persyaratan umum untuk tablet, juga perlu diperhatikan hal-hal lainnya, yaitu permukaannnya halus, bebas debu dan kerapuhannya serendah mungkin. Proses penyalutan dilakukan dalam ruang coating menggunakan mesin Narong Rama Cota. c.
Proses produksi kapsul Proses pengolahan dimulai dari penimbangan bahan baku yang diluluskan oleh departemen QC. Ada dua metode pengolahan kapsul, yaitu pencampuran langsung serbuk menggunakan mixer atau melalui proses granulasi basah. Pada metode granulasi basah dilakukan proses seperti pada pembuatan tablet, kemudian granul yang dihasilkan diperiksa kadar airnya dan dicampur dengan bahan lainnya. Pemeriksaan kadar air bertujuan untuk menjamin stabilitas zat aktif dalam sediaan. Selanjutnya dilakukan proses pengisian dengan mesin filling kapsul (Chin Yi tipe ACF-52). Kapsul yang Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
54
telah diisi kemudian dimasukkan ke dalam mesin polishing kapsul untuk membersihkan kapsul dari debu yang menempel dan agar kapsul menjadi mengkilap. Untuk kapsul yang berisi pelet, kapsul tidak dipolishing, karena tidak ada debu pada saat proses filling kapsul. d.
Proses produksi sirup Bahan-bahan yang telah lulus uji oleh departemen QC ditimbang dan dilarutkan dengan menggunakan purified water (PW) kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sirup simplex. Setelah itu baru dilakukan pencampuran semua bahan dalam tangki pencampuran thorax homogenizer dan dilakukan penambahan PW hingga volume yang dikehendaki. Pencampuran dan pengadukan dilakukan hingga homogen. Sirup yang telah jadi, kemudian disaring dan selanjutnya dikarantina sambil menunggu hasil pemeriksaan dari bagian QC. Pemeriksaan pada sirup meliputi kadar zat aktif, pH, viskositas, berat jenis dan cemaran mikroba. Jika telah dinyatakan lulus uji kemudian dilakukan pengisian sirup ke dalam botol. Jika digunakan botol kaca, maka dilakukan pencucian dengan purified water terlebih dahulu selanjutnya dibilas dengan alkohol 70% dan dikeringkan dalam oven. Untuk botol plastik dapat langsung digunakan. Pengisian dilakukan menggunakan mesin LF Avanty atau CVC dan dilanjutkan dengan penutupan botol dengan capperr machine. Hasil pengisian ini kemudian diperiksa lagi oleh departemen QC, yang meliputi pemeriksaan keseragaman volume dan kekerasan segel atau kebocoran.
e.
Proses produksi suspensi Proses pembuatan suspensi hampir sama dengan pembuatan sediaan sirup, hanya saja pada suspensi menggunakan suspending agent agar dapat menghasilkan suspensi. Salah satu contoh suspending agent yang digunakan adalah CMC Na. Pada mulanya, bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan suspensi ditimbang dahulu, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan sirup simplex dalam thorax homogenizer hingga dihasilkan larutan sirup yang homogen dan jernih. Sementara itu juga dibuat larutan suspensi dengan mendispersikan bahan aktif dan suspending agent dalam PW, dan dilanjutkan dengan penghalusan larutan suspensi dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
55
menggunakan thorax homogenizer. Sirup simplex dan larutan suspensi kemudian dicampur dalam vacuum emulsifier mixer. Suspensi yang telah jadi kemudian diperiksa berat jenisnya, pH, kadar zat aktif dan viskositas, serta cemaran mikrobanya. Jika telah dinyatakan lulus uji, suspensi akan diisikan ke dalam botol, kemudian diperiksa lagi oleh QC yang meliputi pemeriksaan keseragaman volume, kekerasan segel dan kebocoran. f.
Proses produksi sediaan semi solid Tahapan dalam proses pembuatan salep atau krim diawali dengan penimbangan bahan baku salep atau krim. Kemudian dilanjutkan dengan proses pelelehan dan pencampuran. Proses pencampuran diawali dengan pelelehan dan pencampuran fase air dan fase minyak sehingga menjadi basis salep atau krim. Setelah basis salep atau krim jadi, baru dilakukan pencampuran bahan aktif dalam basis tersebut. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin vacuum emulsifier mixer. Fungsi dari vakum disini adalah untuk mengurangi timbulnya buih atau busa saat proses berjalan. Salep atau krim yang telah jadi kemudian dimasukkan ke dalam tube alumunium menggunakan mesin Kentex. Mesin ini juga melakukan pelipatan pada ujung tube dan penomoran batch dengan emboss pada lipatan tersebut. Selama proses produksi setengah padat, dilakukan pengawasan selama proses (IPC) yang meliputi homogenitas pada saat pelehan dan pencampuran, pemeriksaan kadar zat aktif dan pemeriksaan keseragaman bobot pada saat pengisian tube.
Proses produksi dilakukan di ruang kelas E. Kondisi ruang kelas E ada PT. Guardian Pharmatama adalah sebagai berikut: a.
Bangunannya kokoh, permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai dan langit-langit) licin, menggunakan cat epoksi, mudah dibersihkan dan tidak membentuk sudut.
b.
Bebas dari retakan dan sambungan.
c.
Memiliki ventilasi dengan sistem pengendali udara HVAC (Heating Ventilation Air Conditioning) yang mendukung persyaratan ruang kelas E.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
56
Setiap personil yang bekerja di dalam atau hendak masuk ke dalam ruang kelas E harus memiliki persyaratan: a.
Menggunakan pakaian pelindung, penutup kepala, sarung tangan, masker dan sepatu khusus untuk ruang kelas E.
b.
Tidak menggunakan arloji, perhiasan atau aksesori dan kosmetika yang berlebihan.
c.
Dalam kondisi sehat, dapat melaksanakan tugas dengan baik yang didukung dengan data medical check up secara periodik.
d.
Mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan mengeringkannya sebelum memasuki ruang kelas E.
Ruangan yang terdapat pada ruangan kelas E: a.
Ruang staging Ruang ini digunakan untuk menyimpan bahan baku yang telah ditimbang dan diserahterimakan dari gudang ke produksi. Bahan baku ini disimpan untuk menunggu diolah pada proses produksi.
b.
Ruang solid compound Ruangan ini digunakan untuk proses pencampuran bahan-bahan yang telah ditimbang. Ruangan ini digunakan pada proses pencampuran untuk pembuatan
sediaan
solid.
Proses
pencampuran
dilakukan
dengan
menggunakan mesin Diosna mixer. c.
Ruang drying Pada ruangan ini terjadi proses pengeringan granul menggunakan Fluid Bed Dryer (FBD).
d.
Ruang granulasi Digunakan untuk proses granulasi menggunakan mesin hammer granulator.
e.
Ruang mix dry Di ruangan ini terdapat alat double cone mixer dan V-mixer untuk mencampur granulat dengan bahan lubrikan atau bahan pelincir. Double cone mixer lebih sering digunakan untuk mixing terakhir pada proses granulasi basah, sedangkan V-mixer lebih sering digunakan untuk mixing pada proses kempa langsung dan pada pembuatan kapsul. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
57
f.
Ruang cetak tablet Granul yang telah mendapat status release dari QC selanjutnya akan dicetak menjadi tablet atau kaplet. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan mesin cetak JCMCO atau CADMACH.
g.
Ruang coating Ruang coating merupakan tempat penyalutan tablet. Jika tablet memerlukan penyalutan, maka tablet akan disalut menggunakan mesin penyalut Narong Rama Cota.
h.
Ruang filling kapsul Ruangan ini digunakan untuk melakukan pengisian granul/pelet ke dalam cangkang kapsul. Pengisian dilakukan dengan menggunakan mesin Chin Yi tipe ACF-52.
i.
Ruang stripping Ruangan ini digunakan untuk mengemas tablet, kaplet, kapsul dalam bentuk strip dengan menggunakan mesin stripping ACCEDE, Kung Long atau Chuan Yung
j.
Ruang blistering Ruangan ini digunakan untuk mengemas kaplet dalam bentuk blister menggunakan mesin blistering Lenze atau Ulhmann & Duan Kwei.
k.
Ruang liquid compound Ruangan ini digunakan untuk pencampuran semua bahan yang digunakan untuk pembuatan sediaan cair. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin Thorax Homogenizer.
l.
Ruang filling liquid Ruangan ini digunakan untuk melakukan proses pengisian sediaan cair ke dalam botol sekaligus menutup botol dengan cap. Pengisian sediaan cair ke dalam botol dilakukan dengan menggunakan alat LF Avanty atau CVC, sedangkan untuk penutupan botol (capping) dilakukan dengan capper machine.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
58
m. Ruang compound setengah padat Ruang ini digunakan untuk membuat sediaan setengah padat. Proses pencampuran dilakukan dengan menggunakan mesin vacuum emulsifier mixer. n.
Ruang filling tube Ruang ini digunakan untuk memasukkan sediaan setengah padat ke dalam tube alumunium. Filling dilakukan dengan menggunakan mesin Kentex.
o.
Ruang clean bottle Pada ruang ini terdapat oven double door yang menghubungkan ruang kelas E dan kelas F. Botol yang akan digunakan dicuci dengan PW dan kemudian dibilas dengan alkohol 70%. Pencucian botol ini dilakukan di ruang kelas F. Botol yang telah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam oven double door dari ruangan kelas F. Botol kemudian disterilisasi pada suhu 1200C selama 3 jam, setelah botol kering kemudian diambil dan disimpan di ruang kelas E.
p.
Ruang WIP Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk antara dan produk ruahan yang menunggu untuk proses selanjutnya.
q.
Ruang IPC (In Process Control) Ruangan ini digunakan untuk mengawasi dan mengontrol kualitas produk selama proses produksi. Dalam ruangan ini terdapat alat timbangan, disintegration tester, hardness tester sekaligus alat pengukur dimensi tablet dan friability tester.
r.
Ruang washing Ruangan ini digunakan untuk mencuci semua alat yang telah digunakan untuk proses produksi.
s.
Ruang equipment Ruangan ini digunakan untuk menyimpan alat atau spare part dari mesin.
Pengontrolan ruang kelas E dilakukan sedemikian rupa agar senantiasa memenuhi persyaratan untuk ruang kelas E. Pengendalian hama atau pest control dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak ketiga. Pengendalian dilakukan terhadap serangga, nyamuk dan tikus. Pengendalian dilakukan dengan cara Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
59
fogging 1 bulan sekali, sedangkan pengendalian terhadap partikel dan mikrobiologi udara dilakukan dengan pemasangan HEPA (High Efficacy Particulate Air) filter dengan efisiensi 99,95% pada sitem AHU (Air Handling Unit) dan melakukan desinfeksi udara (air borne desinfectan). Desinfeksi terhadap udara dalam ruang produksi dilakukan 2 bulan sekali. Desinfektan yang digunakan merupakan derivat formaldehid. Ruangan produksi disemprot menggunakan cairan desinfektan (selama + 5 menit tergantung volume ruangan dan kecepatan penyemprotan), kemudian udara yang ada di ruang produksi ditarik keluar menggunakan blower. Sisa residu dapat diantisipasi dengan mengosongkan ruangan selama 3 jam (tidak ada aktifitas dan tidak ada personil).
3.3.7.2.Proses Pengemasan Pegemasan merupakan proses pengolahan produk ruahan menjadi produk jadi sebelum dikirim ke gudang dan dapat didistribusikan. Kemasan suatu produk berfungsi untuk memberikan identitas yang berupa nama produk, isi dan kekuatan, nomor batch, nama pabrik pembuat, nomor registrasi, tanggal kadaluarsa dan Harga Eceran Tertinggi (HET). Kemasan juga dapat melindungi produk dari hal-hal yang dapat mengakibatkan berkurangnya khasiat obat, melindungi dari kerusakan fisik dan kontaminasi. Proses pengemasan dilakukan di ruang kelas E dan F. Pengemasan primer dan pengkodean yang meliputi HET, waktu kadaluarsa dan nomor batch dengan cara emboss (cetak timbul langsung pada kemasan primer) dilakukan pada ruang kelas E. Sedangkan pengemasan sekunder dan tersier dilakukan di ruang kelas F. Ruang kelas F di PT. Guardian Pharmatama terdiri dari 2 ruang, yaitu ruang secondary packaging preparation dan ruang packaging. Ruang secondary packaging preparation digunakan untuk melakukan coding pada label untuk kemasan botol, pada bagian belakang kemasan primer serta pada kemasan sekunder/doos. Coding yang dilakukan pada ruang ini menggunakan sistem ink jet. Ruang packaging digunakan untuk penempelan label pada botol atau labeling, pengemasan sekunder, pengemasan tersier serta penimbangan hasil pengemasan. IPC pada proses pengemasan dilakukan oleh QC. Pemeriksaan pada saat pengemasan primer meliputi uji kebocoran kemasan dan estetika. Pada Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
60
penyelesaian proses pengemasan produk, dilakukan pemeriksaan akhir oleh QC. Pemeriksaan meliputi kelengkapan kemasan, adanya etiket, leaflet, sendok takar, nomor batch, waktu kadaluarsa, jenis dan nama produk serta segel pada box (kemasan sekunder) dan shipper (kemasan tersier). Setelah produk diperiksa, produk dikemas dalam shipper. Shipper yang telah disegel kemudian ditimbang dan disimpan dalam ruang karantina produk jadi sebelum akhirnya dikirim dan disimpan dalam gudang finishing goods setelah ditetapkan release oleh QA.
3.3.8. Departemen Warehouse Struktur
organisasi
dari
Departemen
Warehouse
PT.
Guardian
Pharmatama dikepalai oleh Warehouse Manager yang membawahi langsung Assistant Manager dan Supervisor Warehouse produk jadi. Sedangkan Assistant Manager membawahi Supervisor Warehouse bahan kemas dan Supervisor Wareouse Bahan Baku. Dalam sistem organisasi Supervisor Warehouse Bahan Baku terdapat divisi penimbangan yang dipimpin oleh seorang leader (Farmasis/SMF). Dimana antara staff bahan baku dan staff penimbangan harus saling berkoordinasi (lampiran 9). Adapun tanggung jawab di gudang diantaranya: a.
Menangani penerimaan bahan baku dan bahan kemas yang datang dari pemasok, dan produk jadi dari bagian produksi.
b.
Menjaga kondisi dan mengontrol stok barang sesuai dengan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out).
c.
Menyimpan dan menyediakan barang yang dibutuhkan untuk produksi.
d.
Menangani pengeluaran barang untuk kebutuhan produksi, penerimaan sisa barang dari produksi.
e.
Mendistribusikan produk jadi ke distributor sesuai dengan Delivery Instruction Note (DIN). Sebelum barang masuk ke gudang bahan baku atau gudang bahan kemas,
sebelumnya disimpan di ruang karantina untuk di sampling oleh QC. Setelah hasil analisa keluar, maka akan ditentukan barang tersebut akan di reject atau di release (masuk ke gudang masing-masing).
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
61
Gudang dapat dibagi menjadi 3 bagian besar: a.
Gudang Bahan Baku Raw Material Warehouse adalah bagian gudang yang digunakan dalam penyimpanan bahan-bahan awal untuk proses produksi. Penyimpanan barang dalam gudang bahan awal dilakukan tidak berdasarkan abjad, namun tiap barang disimpan terpisah berdasarkan bentuk sediaannya, misalnya untuk bahan cair diletakkan di bagian bawah dalam drum dan dialasi palet plastik, sedangkan bahan baku padat diletakkan dalam rak yang tersusun dalam gudang. Untuk penyimpanan bahan aktif harus terpisah dengan bahan lain. Untuk bahan awal yang sedang dalam masa karantina, diletakkan di suatu area terpisah dalam ruangan tersebut, sedangkan untuk bahan baku dengan status reject, diletakkan terpisah untuk menunggu proses pemusnahan atau pengembalian kepada supplier. Terdapat 3 kondisi penyimpanan bahan baku: 1) Suhu 2-80C, biasanya untuk tempat penyimpanan flavour seperti pewangi. 2) Suhu 15-250C, misalnya untuk penyimpanan soft capsule, cangkang kapsul, vitamin E dan vitamin C. 3) Suhu < 300C, misalnya untuk penyimpanan gliserin, sorbitol, sukrosa dll. Gudang bahan baku terbagi atas beberapa bagian: 1) Bahan baku psikotropika dan prekursor Bahan baku ini disimpan pada suhu 25-300C. Penyimpanannya didalam tempat khusus yang terkunci. Setiap penggunaannya dicatat dan dilaporkan ke Badan POM setiap bulannya oleh departemen produksi. 2) Bahan baku beta laktam Bahan baku beta laktam disimpan di ruangan yang terpisah dari bahan baku lainnya, yaitu di tempat makloon dari produk tersebut. 3) Bahan additional Bahan baku ini disimpan pada suhu 15-250C, kecuali untuk bahan baku yang di COA-nya mensyaratkan untuk disimpan pada suhu 2-80C. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
62
4) Bahan baku yang mudah terbakar Bahan baku yang mudah terbakar seperti alkohol disimpan terpisah dari gudang bahan baku lainnya dan Badan POM mensyaratkan gudang ini terletak di ruangan terbuka.
b.
Gudang bahan kemas Gudang bahan kemas dibagi menjadi dua yaitu gudang bahan kemas primer dan gudang bahan kemas sekunder. Penyimpanan barang dilakukan terpisah dari masing-masing batchnya, serta menggunakan sistem FIFO. Pada masing-masing rak ditempelkan nama-nama bahan yang ada pada rak tersebut. Bahan kemas primer merupakan bahan kemas yang berkontak langsung dengan produk seperti PLCN, PVC, alufoil, botol, ampul, dll biasanya disimpan pada suhu 15-250C, sedangkan bahan kemas sekunder bahan pengemas sekunder seperti box dan shipper yang disimpan pada suhu 25-300C. Untuk leaflet dan etiket disimpan dalam ruangan tersendiri dan terkunci. Untuk bahan kemas yang sedang dalam masa karantina, diletakkan di suatu area terpisah dalam ruangan tersebut, sedangkan untuk bahan kemas dengan status reject masuk dalam ruang rejected goods, diletakan terpisah untuk menunggu proses pemusnahan atau pengembalian kepada supplier.
c.
Gudang produk jadi (finishing goods) Sebelum produk jadi di release oleh QA, produk jadi tersebut disimpan di ruang karantina produksi, setelah dinyatakan release maka akan dipindahkan ke gudang produk jadi. Untuk produk jadi tersebut ada 5 ruangan, yaitu: 1) Ruang psikotropika Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi yang mengandung obat psikotropika. Ruangan ini terkunci dan dikondisikan pada suhu 25300C.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
63
2) Ruang produk jadi Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk jadi pada suhu <30 0C. Sebagian besar produk jadi disimpan disini. 3) Ruang Cool Room Ruangan ini dikondisikan pada suhu 15-250C. Produk jadi yang biasanya disimpan disini berupa injeksi, krim, salep, soft capsule,dll. 4) Ruang beta laktam Ruangan ini dikondisikan pada suhu <250C, dan dikhususkan untuk menyimpan produk beta laktam dan derivatnya. 5) Ruang Cephalosporin Ruangan ini dikondisikan pada suhu <250C, dan dikhususkan untuk produk cephalosporin dan derivatnya. 6) Ruang prekursor Ruangan ini dikondisikan pada suhu <250C, dan dikhususkan untuk produk prekursor.
Produk jadi yang telah dipasarkan dapat dikembalikan maupun ditarik kembali untuk kemudian di evaluasi tindak lanjutnnya. Untuk itu disediakan 2 ruangan, yaitu: 1) Ruang Return Goods Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk-produk yang dikembalikan oleh distributor yang dikondisikan pada suhu 15-250C. Pengaturan suhu dan kelembaban pada setiap ruangan di gudang dilakukan setiap hari secara rutin pada jam 8 pagi dan jam 3 sore. Kelembaban ruangan diatur < 75%. Pembersihan rak-rak di gudang dilakukan secara rutin setiap dua hari sekali. Perawatan di gudang dari pest dilakukan berkerja sama dengan PT. Etos yang menangani pest control terhadap tikus, rayap, nyamuk dan serangga lainnya. 2) Ruang rejected goods Ruangan ini digunakan untuk menyimpan produk-produk kembalian yang telah berstatus reject (ditolak). Kemudian produk tersebut dipisahkan dari kemas primernya. Setelah dikumpulkan, kemasan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
64
dihancurkan dan produk-produk tersebut ditimbang dan dipindahkan ke gudang penampungan sementara dan menunggu proses pemusnahan dari pihak ketiga.
Beberapa alur kegiatan di gudang: a.
Prosedur penerimaan bahan baku dan bahan kemas Bagian PPIC mengirimkan permintaan pembelian (PP) ke bagian purchasing. Kemudian bagian pembelian akan mengirimkan Purchasing Order (PO) ke supplier, sedangkan copyan PO akan dikirimkan ke bagian gudang. Pada saat pengiriman barang dari pemasok, surat jalan yang dibawa oleh supplier diperiksa kesesuaiannya oleh pihak gudang dengan PO yang berisi jenis, jumlah dan tanggal kebutuhan barang dan suplai yang disetujui. Jika sesuai, maka barang yang diterima akan disimpan di gudang karantina dan diberi label karantina yang berwarna kuning dan dibuatkan Bukti Penerimaan Barang (BPB) yang mencantumkan nama barang, nomor kontrol, nomor kode, jumlah barang dan nama pemasok. BPB terdiri dari 4 rangkap, yang asli diberikan kepada bagian Accounting untuk proses pembayarannya. BPB juga diserahkan ke bagian QC, setelah QC menerima BPB dari gudang, maka QC akan melakukan sampling dan menganalisa sampel. Setelah itu baru didapatkan hasil apakah barang yang masuk tersebut akan direlease (berwarna hijau) yang kemudian disimpan di gudang bahan baku atau bahan kemas atau direject (berwarna merah) yang kemudian disimpan di ruang tertentu sebelum diberitahukan dan dikembalikan kepada pemasok untuk mendapat gantinya.
b.
Prosedur keluar masuk barang ke ruang produksi Bagian PPIC akan mengeluarkan FPB (formula Pengolahan Batch) untuk meminta bahan baku dan FKB (Formula Pengemasan Batch) untuk meminta bahan kemas sebelum memproduksi suatu batch. Setelah itu bagian gudang akan melakukan penimbangan sesuai dengan FPB tadi. Hasil penimbangan tadi kemudian akan di crosscheck (pemeriksaan silang) dengan bagian produksi untuk memastikan hasil penimbangan pada saat serah terima barang. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
65
Jika bagian produksi kekurangan bahan dan ingin meminta bahan baku diluar FPB, maka produksi akan mengeluarkan surat permintaan berupa SIV (Store Issue Voucher) yang disetujui oleh kepala bagian produksi dan diterima oleh manager gudang serta didokumentasikan oleh bagian akuntansi. Seandainya setelah produksi ternyata terdapat kelebihan bahan, maka bagian produksi akan mengeluarkan surat pengembalian SRV (Store Return Voucher) yang disetujui oleh kepala bagian produksi dan diterima oleh manager gudang serta didokumentasikan oleh bagian akuntansi. Permintaan bahan dari bagian lain seperti R&D dan QC harus menyertakan nota Bon Permintaan Barang (PB) dan Bon pengembalian (BP) jika ada sisa. c.
Prosedur pengeluaran barang ke distributor Jika pihak distributor membutuhkan kiriman produk, maka distributor akan membuat Purchasing Order (PO) dan bagian marketing akan membuat Delivery Instruction Note (DIN) yang berisi nomor kode, nama produk, satuan dan tujuan pengiriman. DIN yang telah disetujui oleh departemen accounting ini kemudian dikirim ke bagian gudang. Berdasarkan DIN tersebut, gudang akan mengeluarkan Delivery Order (DO) untuk diberikan kepada distributor beserta barang yang dipesan.
d.
Prosedur penerimaan barang kembalian Produk jadi yang telah didisitribusikan dapat dikembalikan ke produsen (pabrik). Produk-produk yang mendekati waktu kadaluwarsa 1 bulan sebelum maupun 1 bulan setelahnya masih dapat diterima, sedangkan untuk produk yang memiliki waktu kadaluwarsa melebihi satu bulan, tidak dapat diterima oleh pabrik. Produk kembalian yang diterima terlebih dahulu diperiksa oleh bagian QA. Selain karena waktu kadaluwarsa, produk jadi dengan kemasan sekunder yang mengalami kerusakan dapat diretur untuk dikemas ulang. Produk yang akan dikemas ulang maupun yang akan dimusnahkan harus memperoleh persetujuan dan diketahui oleh direksi, Marketing Manager, dan Warehouse Manager. Barang yang dikembalikan akan diperiksa kesesuaiannya dengan dokumen Laporan Barang Kembalian (LBK) oleh bagian gudang, kemudian gudang akan membuatkan tanda terima Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
66
barang dan barang-barang tersebut diletakan di area karantina gudang produk jadi (finished good). Bagian QA akan membuat penanganan barang untuk menentukan disposisi barang yang harus disetujui oleh pihak management. Apabila barang akan dikemas ulang, maka bagian produksi akan mengeluarkan SIV (Stored Issue Voucher) untuk disimpan kembali di gudang produk jadi apabila telah diluluskan oleh bagian QA.
3.3.9. Departemen Engineering Departemen Engineering dipimpin oleh seorang Manager Engineering yang bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager. Supervisor Engineering bertanggung jawab langsung pada Manager Engineering dan membawahi tiga bagian, yaitu Electrician, Mechanic, dan Utility (lampiran 10). Manager bertugas melakukan kontrol tugas yang dikerjakan oleh staf dibawahnya agar sesuai dengan syarat dan peraturan yang berlaku. Supervisor bertugas menangani masalah administrasi (membuat laporan bulanan, jadwal preventif,
logbook),
dokumentasi,
penanganan masalah
mendesak
yang
berhubungan dengan QC dan proses produksi), dan persiapan audit internal (tiap 6 bulan sekali). Staf bertugas menangani permasalahan yang berkaitan dengan subdivisi mereka. Akan tetapi, staf antar divisi saling berintegrasi dalam menangani masalah peralatan yang ada dalam divisi mereka.
3.3.9.1 Mechanic Mekanik memiliki tanggung jawab terhadap perbaikan, instalasi, setup dan perawatan mesin-mesin yang terdapat di PT. Guardian Pharmatama. perawatan mesin merupakan preventif dari masalah yang dapat mengganggu mesin. Jadwal perawatan mesin bergantung pada jadwal produksi. Semakin sering suatu mesin digunakan, semakin sering pula pengecekan yang dilakukan terhadap mesin tersebut. Perawatan terhadap mesin yang dilakukan meliputi kegiatan inspeksi seperti oiling, greasing dan cleaning serta kegiatan small repair dan medium repair.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
67
3.3.9.2 Electrician Bagian electrician bertanggung jawab pada sistem listrik baik pada mesinmesin produksi maupun sistem penerangannya. Selain itu electrician juga bertanggung jawab terhadap pengoperasian purified water dan kalibrasi terhadap mesin dan peralatan (kalibrasi dilakukan dengan mengundang pihak luar yang memiliki sertifikat kalibrasi).
3.3.9.3.Utility Bagian Utility bertugas menangani mesin-mesin pendukung (seperti Genset, dust collector, compressor) dan juga bertanggung jawab terhadap pengolahan limbah pabrik yang bekerja sama dengan departemen QC, kelancaran sarana penunjang, perawatan bangunan pabrik termasuk HVAC (operator).
Lingkup kegiatan di bagian Engineering meliputi : a.
Pengontrolan mesin dan sistem HVAC di area produksi HVAC system di PT Guardian Pharmatama terbagi menjadi 2 zona, yaitu zona A, dengan ruang lingkup proses produksi sediaan tablet, kaplet, dan kapsul, dan zona B, dengan ruang lingkup proses produksi sediaan solid dan semi solid. Penggunaan 2 zona ini dimaksudkan untuk memperketat pencegahan kontaminasi. HVAC system dilengkapi dengan 3 filter khusus, yaitu washable filter (efisiensi penyaringan 80-85%), medium filter (efisiensi penyaringan 95%), dan High Efficiency Particulate Air (HEPA) filter (efisiensi penyaringan 99,997%). Pada tiap unit HVAC, terdapat unit sirkulasi dan fresh air. Pengontrolan mesin-mesin dilakukan dengan cara menginspeksi jalannya pengontrolan dengan acuan sesuai dengan ketetapan BPOM seperti : 1) perbedaan tekanan antara ruang bagian dalam tempat produksi dengan bagian luar ruangan koridor antara 5-20 Pascal, 2) pertukaran udaranya 5-20 kali tiap jam untuk ruangan produksi, 3) suhu ruangan antara 20-27ºC, 4) Relatif humidity adalah 70.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
68
b.
Perawatan HVAC (maintenance) Maintenance diartikan sebagai kegiatan perawatan serta perbaikan alat. Untuk perawatan mesin-mesin produksi, bagian Utility membuat jadwal preventive maintenance dengan melakukan pencucian HVAC system setelah dilakukan fogging. Kemudian melakukan sanitasi total untuk melakukan pembasmian sisa hasil fogging. Selanjutnya departemen QC melakukan pengecekan mikroba. Sanitasi tidak dilakukan terhadap mesin produksi (tugas dari bagian produksi). Selain dengan melakukan fogging, tindakan preventive yang dilakukan juga meliputi monitoring unit sirkulasi dan unit motor fresh air, pelumasan, monitoring pendingin baling-baling yang ada di HVAC system, memeriksa tekanan liquid, serta instalasi listrik.
c.
Kalibrasi mesin Alat-alat yang dikalibrasi antara lain thermometer, termograf, pressure grid, vacuum grid, timer pengukuran rpm. Semua alat dikalibrasi menggunakan kalibrator yang telah tersedia.
d. Sistem Pengendalian Udara Sistem pengendalian udara dilakukan dengan menggunakan unit AC sentral yang dialirkan ke ruang-ruang yang memerlukan sirkulasi udara (seperti ruang produksi) melalui saluran pipa (ducting) yang dilapisi dengan glasswool dan kertas alumunium foil untuk mencegah terjadinya kondensasi (lapisan air yang menempel di saluran pipa AC sentral). Saluran (ducting) tersebut didistribusikan ke ruangan-ruangan melewati atap ruangan (ducting supply). Perbedaan tekanan udara antara ruang produksi dengan koridor diukur antar 10-15 Pa dengan suhu 20-27o C dan kelembapan (RH) maksimal 70%. Pertukaran udara dalam ruangan sebanyak 5-20 kali per jam. Sistem udara di ruang produksi menganut sistem koridor bersih, yaitu sistem dengan tekanan koridor lebih tinggi daripada tekanan di ruangan. Udara dari sistem HVAC masuk dari atas koridor dan keluar dari bawah. Hal ini dimaksudkan agar seluruh partikel dapat tersaring. Pengawasan jumlah partikel dilakukan oleh bagian produksi dan QA.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
69
e.
Purified Water System Merupakan suatu sistem pengolahan air yang digunakan untuk proses produksi. Pada proses pengolahan air ini, air yang digunakan adalah air yang terdapat pada sumur penampungan air. Kemudian air tersebut diproses dengan menggunakan sistem pemurnian air atau yang dikenal dengan Purified Water System. Adapun proses yang dilalui dalam pengolahan air tersebut adalah: 1) Pretreatment Proses ini digunakan untuk menyisihkan mineral-mineral yang terlarut yang terjadi didalam R/O (Reverse Osmosis) dapat lebih optimum dan membrane R/O tidak cepat rusak. Proses yang dilalui dalam fase pretreatment adalah: a)
Klorinasi Air sumur dipompakan masuk ke raw meter storage tank yang terlebih dahulu telah diinjeksi dengan Na Hipoklorida. Na Hipoklorida ini dalam raw water storage tank akan melepaskan klorin. Klorin akan memutuskan ikatan organic, mengoksidasi besi dan oksidan lainnya dan sekaligus sebagai desinfektan untuk membunuh bakteri yang ada.
b) Multimedia filter Berisi anthracite dan silica gravel sebagai media pendukung. Fungsi dari filter ini adalah mengurangi kotoran dan partikel-partikel yang terdapat dalam air. Proses penyaringan ini akan berjalan secara terusmenerus. Bila terjadi perbedaan tekanan pada multimedia filter, hal ini menandakan adanya penumpukan kotoran/partikel di atas media filter. Maka pada saat ini perlu dilakuka pencucian terhadap filter. Proses pencucian filter terdiri dari dua tahap yaitu backwash (cuci balik) dan rinsing (pembilasan). c)
Activated carbon filter Fungsi dari filter ini adalah menyerap bau, warna organic dan sisa klorin yang ada pada air saat melalui media filter. Prinsip penyerapan klorin pada air ini dengan cara absorbsi. Media utama Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
70
Activated Carbon Filter adalah karbon aktif dan silica gravel sebagai media pendukung. Mekanisme kerja dari filter ini adalah air akan mengalir dari bagian atas filter, melewati media filter dan pori filter, keluar dari bagian bawah filter, sehingga menyebabkan partikelpartikel dalam air akan tertahan pada filter bagian atas. Hingga nantinya air yang keluar melalui filter tersebut akan jernih dan pada saat yang sama media carbon active menyerap sisa klorin yang masih terdapat pada air. Namun, adanya kotoran yang tertahan pada pori tersebut akan menyebabkan naiknya tekanan masuk dan menyebabkan naiknya tekanan masuk dan menghambat penyerapan klorin, sehingga proses penyaringan dan pengabsorbsian tidak berlangsung dengan tidak baik. Pada saat ini lah perlu dilakukan pencucian terbalik atau backwash terhadap filter. Aliran yang seharusnya berjalan dari atas kebawah diubah menjadi dari bawah ke atas. Sehingga partikel yang melekat pada filter dapat dilepaskan dan pada saat yang sama klorin yang terkandung didalam air dapat membunuh bakteri yang mulai tumbuh pada bagian bawah filter. Kemudian filter dibilas dengan tujuan untuk membuang sisa kotoran dan sisa klorin yang terdapat didalam tabung filter. Proses ini dilakukan secara berkala untuk menghindari kemungkinan tumbuhnya mikroorganisme pada media filter. d) Water softener Pada water softener proses yang terjadi adalah pertukaran ion. Kandungan hardness (kesadahan) yang terdapat dalam air sumur (Ca hardness dan Mg hardness) ini akan diikat oleh resin kation. Sedangkan resin kation akan melepaskan Na+ ke dalam air. Proses pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ dengan Na+ akan berlangsung terus menerus selama proses sehingga muatan Na+ akan berlangsung terus menerus selama proses, sehingga muatan Na+ dalam resin habis. Pada saat inilah softener memerlukan proses pengaktifan kembali (regenerasi). Pada waktu regenerasi, ion kalsium dan magnesium yang terikat di dalam resin akan dilepas dan ditukar kembali dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
71 ion Na+ dan NaCl sebagai regeneran, sehingga resin aktif kembali dan siap untuk mengikat ion kalsium dan magnesium. 2) Reverse osmosis Setelah proses pretreatment dilakukan, air telah diolah sudah memenuhi standar sebagai air baku untuk sistem R/O. a)
Antiscalant Dosing System Pendosisan anti scalant dilakukan untuk membantu menjaga agar membrane tidak mudah rusak oleh adanya oksidator yang masuk kedalam membran dan mengurangi kecenderungan terjadinya pengendapan pada permukaan membran.
b) Cartridge filter Berfungsi untuk menyaring sisa partikel yang berukuran diatas 5 mikron yang masih terdapat di dalam air sehingga tidak mengakibatkan penyumbatan pada membran R/O. c)
Reverse osmosis membrane Sistem
penyaringan
air
dengan
menggunakan
membran
semipermeabel dengan tekanan tinggi (sesuai spesifikasi). Membran semipermeabel ini mempunyai pori yang sangat kecil (sekitar 0,0001 mikron) sehingga dapat memisahkan zat-zat yang terlarut, logam berat, organic, pirogen, koloidal dan bakteri. Pencemaran ini akan terkonsentrasi dan harus disalurkan sebagai concentrate atau reject. Proses ini akan menghasilkan air dengan kandungan mineral yang rendah. Concentrate outlet harus disambungkan ke saluran pembuangan atau ditampung dalam tangki penampung untuk digunakan bagi keperluan lain yang tidak memerlukan kualitas air yang tinggi. Saluran concentrate ini tidak boleh tertutup rapat sehingga air dapat megalir dengan lancer tanpa adanya penghambat aliran. d) Reverse osmosis circulation system Sistem sirkulasi digunakan untuk mencegah tumbuhnya biofilm di dalam membran R/O karena tidak terjadinya aliran air pada saat reverse osmosis tidak bekerja. Tangki penampungan dan pompa Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
72
sirkulasi yang berfungsi untuk menampung air R/O terlebih dahulu dan kemudian digunakan untuk keperluan sirkulasi dan juga digunakan pada saat chemical cleaning untuk pembersihan mebran R/O. e)
Reverse osmosis storage Tangki penampungan air produksi reverse osmosis sebelum dilakukan proses mixed bed polisher dan ultrafiltration untuk menghasilkan purified water sesuai standar USP. Tangki R/O ini juga berfungsi untuk sirkulasi pada mixed bed filter untuk mencegah terjadinya biofilm, mempertahankan konduktivitas air sehingga siap untuk pengisian ke purified water storage tank apabila diperlukan.
3) Polisher a)
Mixed Bed Exchanger Mixed bed exchanger merupakan ion removal polisher untuk mendapatkan kualitas akhir air murni yang tinggi dengan daya hantar listrik dibawah 1,3 microsimens/cm2. Kolom mixed bed exchanger ini berisi resin kation dan anion yang tercampur secara merata untuk mendapatkan kualitas air yang tinggi. Resin kimia yang terjadi pada kolom ini dengan cara menukar ionion yang terkandung dalam air, ion positif diikat oleh resin kation sedangkan resin kation akan melepaskan ion hydrogen dan ion negatif diikat oleh resin anion sedangkan resin anion melepaskan ion hidroksida. Jika ion hydrogen dan ion hidroksida yang terdapat pada resin telah habis tertukar dengan ion-ion positif dan negatif yang terkandung dalam air yang dialirkan ke dalam kolom mixed bed exchanger. Perlu dilakukan regenerasi untuk mendapatkan hasil kualitas yang baik lagi. Proses regenerasi terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: Backwash Dilakukan untuk membuang kotoran sekaligus terjadi proses pemisahan resin kation dan anion. Resin kation akan berada pada Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
73
bagian bawah dan resin anion akan berada pada bagian atas karena adanya perbedaan berat jenis. Saat pemisahan ini akan terbentuk rongga antara resin menjadi lebih besar sehingga proses regenerasi dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap ini, air mengalir dari bawah ke atas lalu keluar menuju saluran buangan umum. Settle Pada tahap ini tidak ada aliran dalam kolom, sehingga resin kation akan turun keagian bawah dan resin anion akan berada pada bagian atas. Regenerasi resin anion Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari atas ke bawah (concurrent) melewati resi anion dan keluar melalui kolektor tengah menuju bak penampungan limbah. Pembilasan resin anion Proses ini berlangsung dengan aliran air dari atas ke bawah dan keluar dari kolektor tengah menuju tangki penampung limbah tanpa adaya regeneran yang masuk. Regenerasi resin kation Proses ini berlangsung dengan aliran regeneran dari bawah ke atas (counter current) melewati resin kation lalu keluar dari kolektor tengah menuju bak penampungan lumbah untuk dinetralkan tanpa adanya regeneran yang masuk. Fast rinse Proses pembilasan ini berlangsung dengan aliran air dari atas dan dari bawah bersamaan melewati resin anion dan kation lalu keluar melalui kolektor tengah menuju tangki penampungan limbah tanpa adanya regeneran yang masuk. Drain down Tahap ini merupakan persiapan pencampuran resin kation dan resin anion dengan membuang sebagian air yang ada pada tabung
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
74
mixed bed hingga diatas permukaan resin agar dapat melakukan proses pencampuran dengan baik. Pencampuran Tahap ini merupakan tahap pencampuran kembali resin kation dan resin anion yang telah diregenerasi dengan menggunakan udara yang bebas dari minyak dengan kapasitas aliran dan tekanan tertentu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pada proses ini udara bertekanan dialirkan dari bagian bawah resin agar resin kation dapat tercampur dengan anion secara merata. Pembilasan akhir Pada tahap ini air mengalir dari bagian atas ke bagian bawah lapisan resin yang telah tercampur lalu keluar dari bagian bawah. b) Cartridge filter Filter yang digunakan untuk menjaga agar tidak ada partikel resin yang lolos pada saat mixed bed filter bekerja (dapat juga disebut resin trap). Bagian ini harus diganti secara berkala untuk memperoleh hasil yang maksimal. c)
Ultra filter Merupakan filter akhir sebelum air masuk kedalam ultraviolet sterilizer. Ukuran porinya sangat kecil 1,1-0,01 micron yang digunakan untuk memastikan bahwa partikel kotoran yang terkontaminasi dalam tangki penampungan tersaring dengan baik dan ultraviolet sterilizer dapat bekerja maksimal.
d) Ultra violet sterilizer Sinar ultra violet telah dikenal dapat membunuh mikroorganisme. Sinar UV dapat mebunuh kelompok mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur,
alga
dan protozoa.
Ketika
mikroorganisme
dihadapkan ke sinar ultra violet, asam nuklida dari mikroorganisme menyerap energi dan akan merusak DNA dari mikroorganisme dan menghambat reproduksi dari mikroorganisme tersebut. Intensitas penyinaran dari sistem ini adalah 30.000 microwatt detik/cm2 dimana standar pemakaian sinar UV untuk air minum 16.000 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
75 microwatt detik/cm2. Selain intensitas penyinaran yang besar, sistem ini juga perlu didukung filter untuk menyaring suspended solid yang kemungkinan dapat digunakan sebagai tempat berlindung bagi mikroorganisme saat dipaparkan dengan UV. Setelah dilewatkan dalam UV sterilizer ini, air diharapakn benar-benar telah memenuhi persyaratan secara fisik, kimia dan biologi untuk digunakan sebagai air baku sesuai standar USP. f.
Pengolahan Limbah Sistem pengolahan air limbah di PT. Guardian Pharmatama dilakukan terhadap pengolahan limbah cair yang berasal dari produksi (pencucian alat produksi) dan limbah domestik. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Guardian Pharmatama didesain pada kapasitas 15 m3 /hari. Ada beberapa parameter pemeriksaan air limbah di PT Guardian Pharmatama. 1) BOD5 (Biological Oxygent Demand) BOD5 adalah senyawa-senyawa pencemar yang dapat diurai secara ilmiah oleh mikroorganisme pengurai. 2) COD (Chemical Oxygent Demand) COD meliputi semua pencemar yang mengonsumsi oksigen dan dapat dioksidasi seperti garam-garam mineral serta sebagian besar senyawa organik. 3) TSS (Total Suspended Solid) 4) Total Nitrogen Nitrogen merupakan zat yang berguna bagi tumbuhan. Akan tetapi nitrogen
yang
tinggi
dapat
menyebabkan
peningkatan
jumlah
mikroorganisme di dalam sistem. 5) Fenol Total Fenol merupakan zat beracun yang dihasilkan dari pemecahan zat-zat karboksil. 6) pH pH normal yang dapat diterima di lingkungan adalah 6-7.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
76
Proses yang terdapat dalam pengolahan limbah adalah proses fisika dan kimia. 1) Proses penyaringan (screening) Air limbah yang berasal dari limbah pencucian alat-alat produksi masuk ke penyaringan I, sedangkan air limbah domestik masuk ke penyaringan II. Penyaringan ini berfungsi untuk memisahkan air limbah dengan benda padat terapung seperti daun, plastik, tutup botol, dan lainnya. Dengan tersaringnya benda-benda padat yang mengapung ini dapat menjaga keawetan peralatan seperti pompa, mixer dan lain-lain. Fasilitas Desain Bak saringan terdiri atas 2 bak yang dilengkapi dengan saringan stainless steel. Ukuran bak 1,5 m, 1,4 m, dan 2 m (panjang x lebar x kedalaman). Masing-masing bak disekat. 2) Proses Equalisasi Proses equalisasi yaitu proses penyeragaman karakteristik parameter air limbah seperti COD, BOD, TSS, pH dan parameter lainnya. Biasanya air limbah yang masuk ke bak equalisasi ini fluktuatif kandungan parameternya dari setiap pencucian. Pencucian pertama kali akan lebih tinggi dibanding pencucian kedua (pembilasan). Air limbah ini berasal dari bak screening atau bak penyaringan sebagai alat penyalur dengan menggunakan pompa penyalur. 3) Proses Kimia (Koagulasi, Flokulasi dan Netralisasi) Air yang berasal dari bak equalisai pertama (penampungan hasil cucian alat produksi) masuk ke bak pengolahan kimia. Pada proses ini disertai penambahan kapur hingga pH mencapai 9-11 kemudian ditambahkan PAC (Poly Alumunium Chloride) dengan kecepatan 100-140 rpm atau reducer kontrol berada di angka nol. Setelah 5-10 menit baru ditambahkan dengan bahan kimia polimer (flokulen) dengan kekentalan seperti minyak, Kecepatan pengaduk pada proses flokulasi ini yaitu 4070 rpm, kebutuhan PAC 400-600 ml/m3 sedangkan flokulan 300-700 mL/m3, dan pH pada proses ini dijaga pada angka 7-8.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
77
4) Bak netralisasi Air limbah yang sudah diolah dengan proses kimia akan terbentuk agregat-agregat yang lebih besar, sehingga apabila diendapkan akan lebih mudah mengendap. Proses pengendapan ini juga terjadi pada koagulasi, flokulasi yang didiamkan kira-kira 15-30 menit. Lumpurnya dialirkan ke drying bed, sedangkan air yang beningnya dialirkan ke bak sedimentasi, di bak sedimentasi inilah terjadi pengendapan yang lebih sempurna. Sistem pengalirannya dengan cara gravitasi yaitu dengan cara membuka valve di drying bed pertama atau kedua. Setelah lumpurnya dialirkan ke drying bed seluruhnya kemudian katup ditutup dan dibuka valve ke bak sedimentasi untuk mengalirkan air limbah yang beningnya. Untuk mengatur supaya pH mencapai netral 7 (tujuh),maka dilakukan penambahan kapur. Pada dasarnya air limbah yang dioleh pHnya sudah mendekati 7. Namun karena terjadi proses koagulasi (terjadi penurunan pH bersifat asam), sehingga pH bisa turun sampai 2-3 digit. Oleh sebab itu terlebih dahulu pH dinaikkan menjadi 9-11 (dengan kapur), kemudian dengan penambahan PAC pH akan kembali normal 7-8. Penanmbahan kapur ini juga akan mempermudah proses sedimentasi (pengendapan). 5) Proses Aerasi Air limbah yang berasal dari equalisasi dua (limbah domestik), langsung mengalir ke bak aerasi I, kemudian masuk ke bak aerasi II. Pada tahap ini terjadi penambahan oksigen ke dalam air dengan menggunakan blower. Bak ini dilengkapi dengan difuser sehingga oksigen yang dimasukkan ke dalam limbah dapat merata. Pada proses ini juga dimanfaatkan bakteri / lumpur aktif untuk mengurai bahan organik limbah, sehingga dapat menurunkan BOD5 dan COD hingga mencapai 90%. 6) Proses Clarifier (Pengendapan Biologi) Air limbah yang sudah melalui proses aerasi kemudian lumpur aktifnya diendapkan di clarifier. Dari clarifier ini lumpur aktif ini ada yang di recycle dan ada juga yang akan dibuang melalui drying bed. Secondary clarifier berfungsi untuk menjaga tersedianya konsentrasi lumpur aktif dalam jumlah yang cukup pada bak aerasi, sehingga derajat pengolahan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
78
yang diperlukan dapat dipenuhi dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. 7) Proses filtrasi Proses filtrasi ini berfungsi untuk menyaring endapan yang terbawa dan menurunkan kadar besi dan mangan serta menghilangkan bau. 8) Drying Bed Drying Bed adalah bak pengering lumpur, bak ini menyaring lumpur yang berasal dari proses kimia. Pada bak ini dilengkapi media batu kali, batu koral, pasir, ijuk, dan karung goni. Bak ini diatapi oleh atap transparan sehingga cahaya matahari dapat menembus lumpur. Air saringannya dialirkan ke bak sedimentasi kimia. 9) Bak Stabilisasi Bak stabilisasi merupakan bak indikator dari hasil pengolahan air limbah. Indikator yang digunakan merupakan ikan mas dan lele. Jika hasil pengolahan limbah baik, maka ikan akan tetap hidup. Jika hasil pengolahan buruk, maka ikan akan mati. Di PT Guardian Pharmatama, ikan mati 2-3 hari setelah penambahan air hasil pengolahan limbah. 10) Flow Meter Agar hasil pengolahan limbah lebih sempurna maka instalasi pengolahan air limbah ini dilengkapi dengan flow meter berukuran 2 inchi sehingga air limbah yang diolah setiap harinya dapat terukur. Penambahan zat-zat kimia ke dalam limbah dilakukan secara manual. Limbah baik hasil pengolahan yang berbentuk padat, akan dikirimkan ke PT Wastek untuk mengalami pengolahan lebih lanjut. Sedangkan limbah cair dibuang ke lingkungan setelah memenuhi parameter yang digunakan.
3.3.10. Departemen Information System Information System merupakan sistem pendukung proses transaksi yang terjadi di industri farmasi. Departemen ini bertanggung jawab terhadap semua sistem komputer yang ada di PT. Guardian Pharmatama untuk menjaga integritas jaringan dan database, sehingga semua data dari setiap departemen dapat diproses dengan baik agar dapat memberikan informasi yang diperlukan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
79
Departemen IS ini dikepalai oleh seorang Manager IS yang membawahi assistant manager technical support dan assistant manager programmer. Masingmasing asisten membawahi supervisor dan staff (lampiran 11). Tugas dan tanggung jawab dari departemen IS antara lain; a.
Maintanance yaitu merawat atau menjaga hardware dan software komputer yang digunakan di pabrik.
b.
Development yaitu mengembangkan sistem komputer yang telah ada di pabrik.
c.
Troubleshooting yaitu memperbaiki kesalahan yang terjadi di pabrik baik hardware maupun software. Serta membantu user menyelesaikan masalah yang ada di komputer.
d.
Backup data yaitu membuat copy dari databse terakhir, sehingga jika terjadi kerusakan pada database yang digunakan, backup data dapat digunakan.
e.
Mengatur jaringan lokal agar setiap komputer yang masuk dalam jaringan dapat terhubung dengan baik antara yang satu dengan yang lain. PT. Guardian Pharmatama memiliki suatu aplikasi program khusus yang
membantu jalannya beberapa transaksi di pabrik yaitu GIS Application dan GIS report.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan pedoman bagi industri famasi di Indonesia dalam membuat obat yang bermutu aman dan efektif dan juga merupakan pedoman bagi pemerintah untuk mengendalikan dan mengawasi industri farmasi dalam menjalankan tanggung jawab profesional dan sosialnya. CPOB menyangkut berbagai aspek antara lain manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan validasi. Dalam menentukan suatu pabrik memenuhi persyaratan CPOB atau tidak dapat dilihat melalui lima aspek yang menjadi pilar CPOB, yaitu: a.
Spesifikasi Semua peralatan, bangunan, ruangan, bahan baku dan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembuatan obat sampai bentuk sediaan obat jadi yang siap dipasarkan memenuhi kriteria dan persyaratan yang telah ditetapkan.
b.
Prosedur Tetap (Standard Operating Procedure) Setiap pekerjaan yang dilakukan, yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan proses pembuatan obat, harus dilakukan mengikuti suat standar tertentu untuk menjamin suatu keseragaman kerja
c.
Validasi Semua peralatan maupun prosedur tetap yang dipakai harus dapat dibuktikan kebenaran atau kesesuaiannya dengan persyaratan yang telah ditetapkan.
d.
Monitoring Sebelum melakukan proses produksi, harus selalu dilakukan pengecekan secara rutin terhadap semua aspek produksi untuk menjamin proses produksi terlaksanan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
80
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
81
e.
Dokumentasi Semua kegiatan yang dilakukan dalam penerapan CPOB tersebut, harus selalu dicatat atau didokumentasikan sebagai bukti bahwa hal tersebut memang benar dilakukan. Setelah melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT.
Guardian Pharmatama dan mengikuti penerapan kelima pilar CPOB, ternyata kelima pilar CPOB tersebut telah dipenuhi oleh PT. Guardian Pharmatama dalam setiap tahapan yang berhubungan dengan proses pembuatan obat. Untuk meyakinkan hali ini maka dapat dilihat secara garis besar melalui aspek hardware, software dan humanware yang tervalidasi dan terkualifikasi. Hardware terdiri atas equipment (peralatan), facility (bangunan), dan utiliy (air, listrik). Hardware ini tidak bisa berjalan bila tidak ada software sehingga diperlukan adanya software seperti prosedur tetap, manual instruction, dan lain-lain. Selain itu terdapat humanware yaitu personel atau manusia yang juga harus dikendalikan agar dapat menjamin kualitas produk tetap dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, industri farmasi harus menyediakan personel yang memenuhi kualifikasi tertentu serta terlatih melalui program pelatihan berkesinambungan dan seluruh prosedur tetap yang berlaku harus dilatihkan terlebih dahulu kepada karyawan. PT. Guadian Pharmatama merupakan industri farmasi yang didirikan pada September 1992 menggantikan Industri Farmasi Hasto Husodo. PT. Guardian Pharmatama telah mendapatkan sertifikat CPOB dari Badan POM dan juga sertifikat ISO 9001:2008. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan seluruh aspek CPOB sehingga dapat dipastikan bahwa obatobat yang dihasilkan terjamin kualitasnya. PT. Guardian Pharmatama memproduksi obat-obat ethical dan Over The Counter (OTC). PT. Guardian Pharmatama memproduksi obat dalam bentuk sediaan antara lain shampoo, salep, tablet, krim, sirup, dan lain-lain. Untuk produk steril, antibiotik dan sirup kering, PT. Guardian Pharmatama melakukan kerjasama/ makloon dengan perusahaan farmasi lainnya. Produk yang diproduksi oleh PT.
Guardian Pharmatama
diklasifikasikan berdasarkan efektifitas
farmakologinya antara lain golongan obat antialergi, antipiretik dan analgetik, antibiotik, obat kulit, obat saluran pencernaan, obat cerebrovaskularr, suplemen, Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
82
vitamin, dan lain-lain. Kualitas obat yang diproduksi suatu perusahaan farmasi dapat terjamin dan ditingkatkan kualitasnya melalui penerapan CPOB, ini telah dibuktikan dan diterapkan oleh PT. Guardian Pharmatama yang sesuai dengan visi dan misi perusahaan ini.
4.1.
Manajemen Mutu Menurut CPOB, manajemen mutu bertanggung jawab dalam pencapaian
tujuan sebuah industri farmasi untuk memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen registrasi dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan konsumen. Untuk itu, manajemen mutu terdiri dari pemastian mutu dan pengawasan mutu. Pada awal tahun 2012 bagian pemastian mutu dan pengawasan mutu di PT. Guardian Pharmatama baru dipisah, sebelumnya kedua bagian ini digabung dalam departemen pemastian mutu. PT. Guardian Pharmatama didukung dengan tersedianya personil yang berkompeten, bangunan, sarana serta peralatan yang memadai dalam menjalankan sistem pemastian mutu. PT. Guardian Pharmatama merupakan perusahaan yang mengutamakan mutu menerapkan pemastian mutu secara konsisten. Selain berpedoman pada CPOB, PT. Guardian Pharmatama juga mengadopsi standar dari ISO 9001:2008 dalam manajemen mutunya.
4.2.
Personalia Struktur organisasi PT. Guardian Pharmatama disusun dan dirancang
sesuai dengan kebutuhan yang menjamin pelaksanaan kegiatan serta pengawasan yang baik, didukung oleh personil-personil yang kompeten dibidangnya. PT. Guardian Pharmatama memiliki personalia yang tersebar pada kantor Head Office dan pabrik. Karyawan tersebut berasal dari berbagai tingkat pendidikan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Pembagian bidang karyawan didasarkan pada lokasi tempat dibutuhkannya bidang tersebut. Sebagai contoh adalah bagian pemastian mutu, bagian tersebut terdapat di pabrik di Tangerang agar lebih mudah untuk memastikan produk yang dihasilkan memang sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
83
Berdasarkan CPOB, sebuah industri farmasi sekurang-kurangnya memiliki 3 orang apoteker, yaitu sebagai manajer produksi, manajer pemastian mutu dan manajer pengawasan mutu. Syarat tersebut telah dipenuhi oleh PT. Guardian Pharmatama, bahkan pada beberapa departemen memiliki lebih dari 1 orang apoteker agar lebih dapat menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan. Di pabrik PT. Guardian Pharmatama terdiri dari 10 departemen yaitu Quality Assurance, Quality Control Bahan Awal & IPC, Quality Control Bahan Kemas, Research and Development Analisa dan Registrasi, Research and Development Formulasi, Production Planning and Inventory Control (PPIC), Production, Warehouse, Information System dan Enginering. PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan pelatihan mengenai CPOB untuk karyawan di setiap bagian sehingga karyawan mempunyai job description yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Kecakapan setiap karyawan selalu dimonitor oleh masing-masing manager pada tiap departemen terkait sehingga kesalahan yang dilakukan oleh karyawan dapat ditelusuri dan dapat segera diatasi.
4.3.
Bangunan dan Fasilitas PT. Guardian Pharmatama telah ditunjang oleh gedung, sarana dan
fasilitas yang memadai. Bangunan PT. Guardian Pharmatama terdiri dari pabrik, kantor, gudang dan laboratorium. Bangunan ini memiliki desain, konstruksi, serta letak yang memadai agar memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan. Tata letak dan desain dibuat sedemikian rupa sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan maupun pencemaran silang. Letak bangunan dibuat sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Bangunan ruang produksi dibuat per unit berkesinambungan dan dipisahkan dengan sekat dari kaca bening dan tertutup, sehingga menghindari terjadinya kesalahan dan kontaminasi silang yang mempengaruhi mutu obat, keselamatan dan kesehatan kerja. Lantai, dinding dan langit-langit di seluruh ruangan bagian dalam produksi dilapisi dengan epoxy dibuat dengan permukaan yang rata, halus, dan kedap air, tidak terdapat celah atau sambungan, langit-langit Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
84
kokoh, sisi sudut setiap ruangan melengkung (coving) sehingga debu tidak mudah menempel dan mudah untuk dibersihkan. PT. Guardian Pharmatama hanya memiliki dua ruang produksi, yaitu ruang kelas E dan ruang kelas F sehingga PT. Guardian Pharmatama hanya dapat memproduksi sediaan non steril. Sedangkan sediaan steril dan antibiotika β-laktam diproduksi dengan cara bekerja sama dengan perusahaan lain (Toll Manufacturing). Gedung produksi dan gudang dibuat terpisah tetapi terdapat beberapa akses keluar masuk yang ketat dari gudang ke ruang produksi dan sebaliknya. Area penyimpanan barang di gudang dikelompokan berdasarkan status material yang bersangkutan (quarantine, released, atau rejected), suhu penyimpanan, dan tipe material (bahan baku, produk jadi, bahan pengemas). Ruang gudang terdiri dari area penerimaan, pengeluaran, karantina, penyimpanan material (raw material, packaging material dan finished product) dan ruang administrasi.
4.4.
Peralatan Peralatan di PT. Guardian Pharmatama telah didesain dan dikonstruksikan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. Ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mutu obat terjamin seragam dari batch ke batch. Peralatan telah dikualifikasi, baik kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, kualifikasi kinerja serta dikalibrasi. Validasi dan kalibrasi peralatan dilakukan untuk menjamin keseragaman produk yang dihasilkan. Validasi dilakukan hanya satu kali, jika perlu dilakukan revalidasi, sedangkan kalibrasi dilakukan secara berkala sesuai jadwal/ terprogram. Peralatan yang digunakan PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi persyaratan CPOB yaitu terbuat dari stainless steel, kaca atau bahan inert untuk mencegah terjadinya reaksi kimia. Peralatan produksi ditempatkan dalam ruang produksi yang sesuai dan dalam satu ruangan hanya digunakan untuk pengolahan satu macam produksi pada satu waktu, sehingga resiko tercampur antara komponen obat ataupun terjadi kontaminasi silang dapat dihindarkan. Setiap peralatan mempunyai prosedur tetap pengoperasian, pembersihan dan kalibrasi sebagai pedoman untuk menghasilkan produk obat yang terjamin dari batch ke batch. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
85
4.5.
Sanitasi dan Higiene Obat digunakan untuk memberantas penyakit dan menjaga kesehatan
tubuh. Oleh sebab itu, obat itu sendiri harus bebas dari segala pencemaran. Sumber pencemaran dapat dibagi menjadi 2, yaitu partikulat dan mikroba. Untuk menjaga higienitas tersebut maka setiap orang yang memasuki daerah produksi dan laboratorium harus harus menaati peraturan sanitasi, termasuk tamu, teknisi untuk perbaikan dan perwatan, staf manajemen, pemerintah dan inspektor mutu, tenaga lepas, dan personalia instruktur. PT. Guardian Pharmatama telah memberikan pelatihan untuk sanitasi dan higiene dari karyawan. Sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan atau ruangan, dan peralatan. Pada personalia, higiene diterapkan pada semua karyawan yang bekerja dalam pabrik, mulai dari adanya pemeriksaan kesehatan sebelum dan sesudah diterima bekerja sebagai karyawan pabrik secara berkala (karyawan yang memiliki tugas yang berhubungan dengan visual atau penglihatan dilakukan tes buta warna, karyawan yang memiliki penyakit infeksi pernafasan, penyakit kulit atau luka tidak boleh menangani bahan baku, bahan pengemas dan proses pembuatan obat sampai penyakit atau lukanya sembuh). Setiap karyawan di bagian produksi pada saat memasuki ruang produksi harus mencuci tangan dengan desinfektan dan menggunakan pakaian khusus yang bersih dilengkapi dengan penutup rambut dan sepatu khusus. Untuk tamu disediakan juga pakaian khusus, kain penutup rambut, dan sepatu khusus. Karyawan yang akan melakukan proses pengolahan produk harus menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung antara tangan dengan bahan baku maupun produk yang dihasilkan. Bagi setiap karyawan baru dilakukan pemeriksaan kesehatan, sedangkan bagi karyawan lama pemeriksaan kesehatan dilakukan satu tahun sekali. Sanitasi untuk bangunan atau ruangan misalnya pada ruangan produksi dilakukan setiap kali proses produksi berlangsung yang meliputi kebersihan ruang dan peralatan setiap kali selesai digunakan. Guna menjamin kebersihan ruangan produksi disediakan ruang penyangga yang berfungsi sebagi pembatas antara area kelas E dan area luar produksi. Alur barang yang akan masuk ke ruang produksi harus melalui ruang penyangga yang terpisah dengan ruang penyangga Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
86
personel. Sistem pest control
juga dilakukan dalam rangka pemeliharaan
bangunan untuk menghindari bersarangnya binatang kecil, tikus, lalat, semut, cicak, atau binatang lainnya dalam bangunan pabrik. Sanitasi ruangan produksi dilakukan setiap hari sesuai dengan prosedur tetap sanitasi. Bangunan PT. Guardian Pharmatama juga dilengkapi dengan toilet, tempat cuci tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya terjangkau dari tempat kerja karyawan. Semua peralatan yang digunakan, dibersihkan menurut prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Sebelum dipakai kebersihannya harus selalu diperiksa ulang untuk memastikan bahwa seluruh produk atau bahan dibets sebelumnya telah dihilangkan. Catatan mengenai pembersihan dan sanitasi disimpan dengan baik. Selain itu prosedur sanitasi dan higiene dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persayaratan. Setiap akan memulai proses produksi maka peralatan dan ruangan harus dilengkapi dengan label bersih dari departemen QC.
4.6.
Produksi Departemen produksi di PT. Guardian Pharmatama melaksanakan
produksi sesuai dengan jadwal produksi yang dibuat oleh PPIC berdasarkan forecast bagian marketing dan stok produk jadi yang tersedia. Produk obat yang dihasilkan oleh PT. Guardian Pharmatama antara lain seperti sediaan tablet/kaplet, tablet/kaplet salut selaput, kapsul, krim, sirup, suspensi dan shampo; serta sediaan injeksi, produk beta-laktam dan sefalosporin dikerjakan di tempat toller. Pelaksanaan produksi di PT. Guardian Pharmatama ini mengikuti prosedur yang tercantum dalam manufacturing direction dan packaging direction yang memuat semua catatan yang berhubungan dengan produksi seperti penimbangan, prosedur pengolahan sampai dengan pengemasan. Proses produksi dilakukan dalam ruang dan kondisi yang telah sesuai dengan persyaratan CPOB dan sistem serta peralatan yang senantiasa divalidasi. Validasi metode analisa bahan baku dan validasi proses produksi senantiasa dilakukan untuk pembuktian dan memastikan bahwa proses produksi senantiasa dilaksanakan dengan konsisten sehingga menghasilkan produk yang bermutu yang sesuai dengan ketentuan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
87
Di PT. Guardian Pharmatama semua bahan awal dan bahan kemas yang digunakan dalam kegiatan produksi telah dinyatakan lulus oleh Departemen QC Bahan Awal dan IPC serta Departemen QC Bahan Kemas. Pemindahan bahan dari gudang ke ruang produksi melewati ruang transit material menggunakan sistem airlock untuk menghindari pencemaran ke area produksi. Sebelum proses pengolahan, dilakukan pemeriksaan terhadap suhu, kelembaban dan tekanan udara dan semua hasil pemeriksaan tersebut dicatat. Semua peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus diperiksa sebelum digunakan. Sesuai dengan konsep CPOB bahwa mutu produk obat jadi tidak hanya ditentukan oleh hasil akhirnya saja tetapi dibangun dari keseluruhan tahap proses produksi, maka selama proses produksi maupun pengemasan selalu dilakukan In Process Control (IPC) sebagai bentuk pengawasan mutu produk. IPC dilakukan oleh QC bahan awal dan IPC. Selama proses IPC dilakukan evaluasi parameterparameter kritis, diantaranya adalah keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan lain-lain. Apabila pada suatu proses ditemukan adanya kelainan atau kegagalan maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan. Proses pengemasan dilakukan didua kelas, yaitu pengemasan primer dilakukan di ruang kelas E dan pengemasan sekunder dilakukan di ruang kelas F. Proses pengemasan dilakukan dengan pengawasan yang ketat untuk menjamin identitas, keutuhan, kelengkapan, dan kualitas produk yang telah dikemas. Sebelum pengemasan dimulai, dipastikan bahwa peralatan dan ruangan atau jalur pengemasan dalam keadaan bersih dan bebas dari produk lain yang tidak diperlukan dalam pengemasan. Penandaan pada label, doos ataupun komponen lain dengan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi secara ketat pada tiap tahap pengemasan Sisa produk atau produk yang rusak selama pengemasan, dihitung, dicatat, kemudian dihancurkan. Selanjutnya produk jadi dikirim ke gudang untuk dikarantina. Keputusan bahwa produk bersangkutan dapat dipasarkan atau tidak tergantung dari departemen QA.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
88
4.7.
Pengawasan Mutu Bagian pengawasan mutu di PT. Guardian Pharmatama terdiri dari bagian
pengawasan mutu bahan awal dan IPC. Bagian pengawasan mutu bahan awal telah melaksanakan tugasnya dengan baik dengan melakukan pengujian terhadap bahan awal sesuai spesifikasi bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi. Saat proses produksi berlangsung, dilakukan In Process Control (IPC) pada setiap tahapan proses produksi. Kemudian setelah proses produksi selesai, dilakukan pengujian terhadap obat jadi. Bagian pengawasan mutu memiliki wewenang antara lain untuk meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan yang sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya atau bila tidak dibuat sesuai dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan. Bagian pengawasan mutu juga berwenang dalam melakukan pengambilan contoh atau sampel barang yang akan diuji. Personil yang bertugas dalam pengambilan sampel telah memperoleh pelatihan awal dan berkelanjutan secara teratur tentang cara pengambilan sampel yang benar. PT. Guardian Pharmatama menggunakan metode analisis yang dianjurkan dalam FI, USP, BP, JP, dan EP serta disesuaikan dengan fasilitas analisa yang ada dalam laboratorium dalam hal pengendalian mutu bahan baku, bahan pengemas dan produk yang dihasilkan. Metode analisis tersebut sebelumnya telah divalidasi atau diverifikasi oleh bagian Analytical Research and Development. Setiap perubahan atau modifikasi pada metode tersebut harus divalidasi kembali. Alatalat analisa dikalibrasi secara berkala sesuai dengan prosedur yang telah baku. Hal yang diharapkan dari pelaksanakan tersebut adalah bahwa setiap metode dan alat analisa memberikan hasil yang sensitif, teliti dan akurat sehingga dapat memberikan data yang sesungguhnya. Maka mutu bahan baku, bahan kemas, dan produk yang dihasilkan selalu dapat dikontrol sesuai spesifikasi yang ditentukan. Secara aspek bangunan, laboratorium pengawasan mutu PT. Guardian Pharmatama telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Ruangan laboratorium untuk pengujian dibuat terpisah dari ruangan produksi dan telah dilengkapi peralatan yang memadai untuk menunjang pemeriksaan secara fisika, kimia dan mikrobiologi terhadap produk yang diuji. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
89
Secara aspek personil, tiap karyawan berkewajiban untuk memakai pakaian pelindung yaitu jas laboratorium dan alat pengaman seperti masker dan sarung tangan yang sesuai dengan keperluan tugasnya. Departemen QA harus dapat menjamin bahwa obat yang dibuat dan dipasarkan telah memenuhi persyaratan CPOB. Mutu produk tidak hanya diperoleh dari serangkaian pengujan yang dilakukan terhadap produk akhir tetapi mutu harus dibentuk ke dalam produk sejak awal. Oleh karena itu, wewenang QA antara lain meluluskan obat jadi untuk didistribusikan ke pasaran bila produk tersebut telah sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak cocok dengan spesifikasinya. Sebelum produk diluluskan untuk didistribusikan maka QA akan melakukan evaluasi terhadap batch file meliputi penimbangan bahan baku, proses pengolahan, proses pengemasan dan hasil pengujian QC. Bila hasil evaluasi memenuhi syarat maka produk dapat diluluskan untuk selanjutnya didistribusikan
4.8.
Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit Persetujuan Pemasok Inspeksi diri dilakukan untuk menilai kesesuaian antara seluruh aspek
produksi dan pengendalian mutu dalam industri farmasi dengan ketentuan CPOB, serta untuk mengevaluasi dan menentukan tindakan apa yang harus diambil sebagai langkah korektif jika terjadi suatu penyimpangan. Kegiatan ni harus dilakukan secara teratur untuk menjamin tercapainya kesesuaian secara kontinu. Inspeksi diri harus dilakukan oleh suatu tim auditor yang kompeten serta memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis maupun praktis. Dengan adanya inspeksi diri, maka dapat dilakukan perbaikan terus menerus terhadap berbagai kelemahan dan memacu setiap departemen untuk selalu menerapkan dan meningkatkan kesadaran CPOB pada setiap personel. PT. Guardian Pharmatama telah melaksanakan inspeksi diri dan audit mutu sesuai ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setiap enam bulan sekali. PT. Guardian Pharmatama memiliki program inspeksi untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan dan untuk menetapkan tindakan perbaikan. Kegiatan inspeksi diri ini dirancang dan dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang terkait baik proses produksi, Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
90
maupun fasilitas dan infrastrukturnya. Inspeksi diri mencakup aspek manusia, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (Software) serta mencakup sistem manajemennya. PT. Guardian Pharmatama juga melakukan audit terhadap makloon dan supplier (pemasok) setiap tiga tahun sekali dan audit ISO dilakukan setiap enam bulan sekali.
4.9.
Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk Untuk penanganan keluhan produk biasanya keluhan terhadap produk
berasal dari dokter, apotek maupun pasien. Keluhan tersebut bisa terhadap kualitas produk, efek yang merugikan ataupun efek terapeutik dari produk tersebut. Keluhan produk tersebut diterima oleh marketing yang kemudian disampaikan kepada departemen QA, kemudian dengan bantuan departemen terkait akan menganalisa produk yang dikeluhkan. Setelah itu, QA akan memberikan surat jawaban ke marketing yang berisi alasan dan tindak lanjut terhadap keluhan tersebut. Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi syarat kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat jadi yang bersangkutan. PT. Guardian Pharmatama membagi produk kembalian menjadi dua jenis yaitu obat kadaluwarsa dan obat yang cacat atau rusak. Produk kembalian diterima PT. Guardian Pharmatama melalui distributor-distributornya. Pabrik akan menerima melalui gudang obat jadi. Obat yang diterima akan diperiksa kelengkapannya, pemeriksaan
kemudian
bagian
pengawasan
mutu
akan
melakukan
sesuai prosedur yang berlaku. Barang yang diterima diperiksa
jumlahnya, nomor bets dan dibandingkan dengan retained sample (contoh pertinggal). Jika obat tersebut sudah kadaluarsa maka akan dimusnahkan, sedangkan jika dikembalikan ke PT. Guardian Pharmatama tiga bulan sebelum tanggal Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
91
kadaluwarsanya, maka produk akan diganti dengan yang baru. Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dapat dimanfaatkan atau dikembalikan sebagai stok. Jika yang rusak hanya kemasannya saja, maka akan dilakukan proses pengemasan ulang. Prosedur pemusnahan harus dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan kemungkinan dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
4.10. Dokumentasi Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian penting dari sistem informasi untuk menunjukkan bahwa seluruh prosedur, metode, spesifikasi, instruksi, perencanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat
telah dilaksanakan dengan
baik.
Sistem dokumentasi
menggambarkan riwayat lengkap dan terperinci dari setiap batch sehingga memungkinkan untuk penyelidikan serta penelusuran terhadap batch yang bersangkutan. Setiap proses dan kegiatan yang dilakukan di PT. Guardian Pharmatama memiliki prosedur yang tetap (Standard Operating Procedure) yang harus dilaksanakan dengan baik dan benar oleh setiap karyawan. Seluruh tahap dalam rangkaian produksi baik manufacturing document maupun laboratorium document dikumpulkan dalam batch file yang disimpan oleh depatemen QA. Batch file merupakan dokumen yang berisikan semua hal yang berhubungan dengan proses produksi, mulai dari bahan baku dan bahan kemas, penimbangan, proses produksi dan hasil laboratorium serta semua pihak yang melaksanakan proses tersebut dan hal-hal yang menyimpang. Seluruh kegiatan kalibrasi alat dan validasi yang dilakukan selalu didokumentasikan. Penanganan semua dokumen tersebut dilakukan oleh departemen QA.
4.11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Adakalanya suatu produk disebabkan oleh suatu alasan tertentu (misalnya keterbatasan fasilitas) yang tidak dapat dibuat oleh pabrik milik PT. Guardian Pharmatama, sehingga produk tersebut dibuat oleh pabrik lain yang ditunjuk. Dalam hal ini, semua kontraktor atau pabrik yang ditunjuk untuk membuat produk Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
92
harus disetujui status GMP dan standar mutunya sebelum kontak untuk memproduksi obat tersebut disetujui bersama. Produk toll manufacturing untuk PT. Guardian Pharmatama yang dibuat oleh industri farmasi lain antara lain produk sediaan steril dan antibiotik betalaktam. PT. Guardian Pharmatam menjalin kontrak kerjasama dengan PT. Sydna Farma, PT. Praja Pharin, PT. Galenium, PT. Fahrenheit dan PT. Landson
4.12. Kualifikasi dan Validasi PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan CPOB dalam setiap kegiatannya, salah satunya yaitu melaksanakan validasi. Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian yang sesuai dengan prinsip-prinsip CPOB bahwa prosedur, proses, peralatan, bahan-bahan, aktivitas, atau sistem berfungsi dengan yang telah dipersyaratkan. Validasi ini digunakan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Selain itu, validasi juga bertujuan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang konsisten. Oleh karena itu, diperlukan serangkaian kegiatan untuk melakukan validasi terhadap prosedur tersebut sehingga proses produksi dapat menghasilkan produk yang berkualitas secara terus menerus dan reproducible. Setiap enam bulan bagian tim validasi menyusun rencana validasi induk (RIV). Rencana Induk validasi ini mencakup informasi tentang fasilitas, peralatan atau proses yang akan divalidasi, format dokumen berupa format protokol, laporan validasi dan jadwal perencanaan pelaksanaan validasi, acuan dokumen yang digunakan dan struktur organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi tersebut. Selain melakukan validasi proses, PT. Guardian Pharmatama juga melakukan validasi pembersihan dan validasi metoda analisa. Validasi metoda analisa dilakukan oleh bagian R&D analisa. Selain validasi, PT. Guardian Pharmatama juga melakukan kualifikasi alat. Kualifikasi alat di PT. Guardian Pharmatama dilakukan oleh masing-masing departemen. Kualifikasi yang dilakukan diantaranya adalah kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi tersebut memastikan bahwa alat yang dipasang dapat dioperasikan dengan baik serta telah mencapai kinerja yang diinginkan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. a.
Kesimpulan PT. Guardian Pharmatama telah menerapkan aspek-aspek CPOB dalam rangka menghasilkan produk yang berkualitas, meliputi aspek manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, kualifikasi dan validasi. Semua proses dan prosedur telah dilaksanakan berdasarkan konsep Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Aspekaspek CPOB telah diimplementasikan serta terdokumentasi dengan baik dan teratur.
b.
Profesi Apoteker memiliki peranan yang penting dalam suatu industri farmasi yaitu menduduki posisi kunci sebagai tenaga profesional farmasi khususnya dalam bidang produksi, pengawasan mutu serta pemastian mutu. Hal ini bertujuan untuk menjamin kualitas produk obat yang dihasilkan.
5.2. a.
Saran Meningkatkan produksi obat baik secara kualitas maupun kuantitas dengan mengikuti perkembangan teknologi farmasi yang semakin berkembang.
b.
PT.
Guardian
Pharmatama
diharapkan
dapat
mempertahankan
dan
meningkatkan pelaksanaan CPOB untuk masa yang akan datang. c.
Membuat sarana produksi steril sehingga tidak perlu lagi melakukan toll manufacturing ke perusahaan lain.
d.
Peningkatan disiplin personil khususnya dibagian produksi dalam rangka menjaga kesehatan dan keselamatan dalam bekerja serta menjaga kualitas obat yang dihasilkan.
93
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 245/Menkes/SK/V/1990 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Jakarta. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/MENKES/PER/XII2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta. PT. Guardian Pharmatama. (2011). Company in Brief, Vision & Mission. 15 Maret 2013. http://guardianpharmatama.com. PT. Guardian Pharmatama. Prosedur Tetap Khusus Pengoperasian Purified Water System Bab IV. Definisi Proses. Tangerang.
94
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JL. MANIS RAYA KM 8,5 GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI – 28 MARET 2013
PERBANDINGAN PROTOKOL VALIDASI PROSES PADA SEDIAAN TABLET NON SALUT, SALUT, KRIM DAN SIRUP DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA
RIZA MARLYNE, S. Farm. 1206313620
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JL. MANIS RAYA KM 8,5 GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI – 28 MARET 2013
PERBANDINGAN PROTOKOL VALIDASI PROSES PADA SEDIAAN TABLET NON SALUT, SALUT, KRIM DAN SIRUP DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA
RIZA MARLYNE, S. Farm. 1206313620
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
ii Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ……………………………………………………
i
HALAMAN JUDUL …………………………..............................................
ii
DAFTAR ISI ……………………………………...…………….....…..…...
iii
DAFTAR LAMPIRAN …………….....…..……………………………….
iv
BAB 1.
PENDAHULUAN .......................................................................
1
1.1 Latar Belakang .......................................................................
1
1.2 Tujuan ………………………………………........................
3
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................
4
2.1 Validasi ..................................................................................
4
2.2 Kualifikasi ………………………………………………....
5
2.3 Protokol …………………………………………………....
6
METODOLOGI PENGKAJIAN ………...................................
7
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................
7
3.2 Metode Pengumpulan Data ......................................................
7
BAB 4
PEMBAHASAN ...........................................................................
8
BAB 5
KESIMPULAN dan SARAN ......................................................
12
5.1 Kesimpulan ..............................................................................
12
5.2 Saran .........................................................................................
12
DAFTAR ACUAN .........................................................................................
13
BAB 2.
BAB 3
iii
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Protokol Validasi (Proses Pengolahan) …………….……...
14
Lampiran 2. Protokol Validasi (Proses Blistering) ……………….……..
19
iv
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Salah satu sediaan farmasi yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penerapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan adalah obat, sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Pembuatan obat dilakukan oleh industri farmasi yang telah memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat sesuai dengan PERMENKES Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi. Pembuatan obat yang dimaksud oleh PERMENKES Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi, merupakan seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Dalam melakukan pembuatan obat, setiap industri farmasi wajib melaksanakan 12 aspek yang terdapat didalam CPOB serta memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Menurut Peraturan BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. 12 aspek yang terdapat didalam CPOB yaitu manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok; penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan
1
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
2
kontrak; kualifikasi dan validasi sesuai dengan Peraturan BPOM Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik. Validasi – Kualifikasi merupakan bagian CPOB yang memberikan jaminan aspek Quality, Safety dan Efficacy, sehingga bila terdapat perubahan yang signifikan terhadap fasilitas, maka peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk dilakukan validasi. Menurut buku Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2009, disebutkan bahwa kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil, peralatan, dan sistem), kalibrasi (instrumen dan alat ukur) dan validasi (prosedur dan proses). Kualifikasi adalah langkah pertama dalam pelaksanaan seluruh validasi di industri, sedangkan validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai untuk memberi kepastian bahwa semua bahan, prosedur, kegiatan, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Salah satu validasi yang dilakukan oleh PT. Guardian Pharmatama adalah validasi proses pengolahan dan proses pengemasan primer yang merupakan tindakan pembuktian bahwa prosedur pengolahan dan pengemasan primer yang digunakan akan senantiasa menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan sesuai dengan spesifikasi/ kriteria penerimaan yang dicantumkan dalam protokol validasi proses pengolahan dan pengemasan primer. PT. Guardian Pharmatama secara konsisten melakukan validasi ulang setiap 5 tahun sekali, namun jika terjadi perubahan pada proses pengolahan obat seperti cara kerja atau produsen bahanbahan yang digunakan berbeda dari yang sebelumnya maka produk tersebut harus segera dilakukan revalidasi yang termuat dalam protokol revalidasi proses. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memberikan khasiat dan mutu yang konsisten. Setiap bentuk sediaan, memiliki protokol validasi proses yang berbedabeda. Dalam tugas khusus ini akan dijabarkan mengenai perbandingan protokol validasi proses sediaan solid (tablet dan tablet selaput), sediaan semisolid (krim), sediaan liquid (sirup). Pembuatan protokol validasi proses mengacu pada master batch (proses pengolahan induk dan proses pengemasan induk). Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
3
1.2.
Tujuan
1.2.1. Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan protokol validasi proses dari tiga bentuk sediaan yang berbeda. 1.2.2. Memahami pelaksanaan dan proses pembuatan protokol validasi proses di PT. Guardian Pharmatama. 1.2.3. Memahami pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan validasi proses.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Validasi Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Didalam buku Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2012, terdapat tiga pendekatan validasi, yaitu validasi prospektif, validasi retrospektif dan validasi konkruen. Validasi proses (VP) adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan dapat terlaksana secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara atau bahan aktif obat (BAO) yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Validasi prospektif adalah pendekatan yang diutamakan, tetapi ada pengecualian jika pendekatan lain dapat digunakan. Validasi prospektif dilaksanakan pada proses pembuatan BAO, sebelum pelaksanaan produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan. Validasi retrospektif adalah validasi dari seuatu proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets. Pendekatan validasi retrospektif dapat digunakan untuk atribut mutu dan parameter proses kritis telah diidentifikasi; kriteria penerimaan dan pengawasan selama proses telah ditetapkan dengan tepat; tidak ada kegagalan proses/ produk bermakna yang bukan disebabkan olek kesalahan operator atau kegagalan peralatan yang tidak berhubungan dengan kesesuaian peralatan dan profil impuritis BAO telah ditetapkan. Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif merupakan representasi untuk semua bets yang diproduksi selama periode pengkajian, termasuk bets yang tidak memenuhi spesifikasi dan jumlahnya cukup untuk menunjukkan konsistensi proses. Sampel pertinggal dapat diuji untuk memperoleh data untuk memvalidasi proses secara retrospektif. Validasi konkruen 4
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
5
adalah validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk dijual. Validasi konkruen dapat diterapkan jika data dari replikasi produksi yang sudah dibuat tidak tersedia karena jumlah bets BAO yang telah diproduksi terbatas, bets BAO yang jarang diproduksi atau bets BAO yang diproduksi dengan proses tervalidasi yang telah dimodifikasi. Sebelum melakukan validasi,, terlebih dahulu melakukan perencanaan kegiatan validasi dengan terperinci serta mendokumentasikan rencana kegiatan validasi ke dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen sementara. RIV merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas, yaitu mencakup kebijakan validasi; struktur organisasi kegiatan validasi; ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi; format dokumen, format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan; pengendalian perubahan; dan acuan dokumen yang digunakan. Laporan validasi mengacu kepada protokol validasi yang merangkum hasil yang diperoleh, memberikan komentar terhadap penyimpangan yang ditemukan dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk memberikan rekomendasi perubahan untuk memperbaiki kekurangan.
2.2.
Kualifikasi Sebelum dilakukan validasi proses, kualifikasi yang tepat terhadap
peralatan kritis dan sistem penunjang harus dilaksanakan. Kualifikasi biasanya dilaksanakan dengan melakukan beberapa kualifikasi, yaitu Kualifikasi Desain (KD), Kualifikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO) dan Kualifikasi Kinerja (KK). Kualifikasi Desain (KD) merupakan dokumen yang memverifikasikan bahwa dari fasilitas, sistem dan peralatan yang sesuai untuk tujuan yang diinginkan, yang telah memenuhi ketentuan CPOB. Kualifikasi Instalasi (KI) adalah dokumentasi yang memverifikasikan bahwa seluruh aspek kunci dari instalasi peralatan atau sistem telah sesuai dengan tujuan desainnya dan mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh industri pembuat. Yang termasuk kedalam KI adalah instalasi peralataan, pipa dan sarana penunjang dan instrumentasi yang sesuai dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain; pengumpulan dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
6
penyusunan dokumen pengoperasian dan perawatan peralatan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan dari pemasok; ketentuan dan persyaratan kalibrasi dan verifikasi bahan konstruksi. Kualifikasi Operasional (KO) adalah dokumentasi yang memverifikasikan bahwa fasilitas, sistem dan peralatan, yang telah terpasang dan difungsikan, dapat bekerja secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang, berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. Untuk melakukan KO, sebelumnya telah dilaksanakan KI, telah dikaji dan disetujui. KO mencakup pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, sistem dan peralatan; pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal sebagai kondisi terburuk (worst case). Kualifikasi Kinerja (KK) adalah verifikasi terdokumentasi, dengan peralatan dan sistem penunjang yang terhubung secara bersama, dapat bekerja secara efektif dan reprodusibel berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. KK dilaksanakan setelah dilakukan KI dan KO, yang telah dikaji dan disetujui. KK mencakup pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses, fasilitas, sistem dan peralatan.
2.3.
Protokol Protokol merupakan suatu panduan untuk melakukan validasi proses
pengolahan sediaan farmasi, meliputi pengawasan parameter kritis pada proses pembuatan, pengambilan sampel yang tepat, kriteria penerimaan sampel, pengujian selama pengolahan serta rincian kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol validasi ini selanjutnya dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Protokol validasi merinci langkah proses kritis dan kriteria penerimaan serta tipe validasi yang akan dilaksanakan
(misal retrospektif, prospektif,
konkruen) dan jumlah proses produksi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN
3.1
Waktu dan Tempat Pengkajian Penulisan literatur tentang perbandingan protokol validasi proses pada
sediaan tablet non salut, krim dan sirup pada tanggal 06 Februari – 28 Maret 2013, bertempat di bagian Quality Assurance, PT. Guardian Pharmatama.
3.2
Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penulisan perbandingan protokol
validasi proses pada sediaan tablet salut, non salut, krim dan sirup, yakni melalui penulusuran/ studi literatur dari PT. Guardian Pharmatana dan literatur lainnya.
7
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 PEMBAHASAN
Validasi dilakukan berdasarkan protokol yang telah disusun sebelumnya. Pada protokol validasi proses tercantum semua personel yang terlibat beserta tanggung jawabnya masing-masing untuk memastikan bahwa prosedur dijalankan sesuai dengan protokol dan seluruh data terdokumentasi dengan baik. Protokol validasi proses disusun oleh Departemen QA. Dalam pelaksanaan validasi proses melibatkan beberapa departemen, antara lain Departemen Enggineering, Warehouse, Departemen Pengawasan Mutu dan Departemen Pemastian Mutu. Pembuatan protokol validasi proses disahkan oleh Manager Produksi, Manager QA, Manager R&D dan Plant Manager. PT. Guardian Pharmatama melakukan validasi proses untuk setiap produk baru dan produk existing dan secara continue melakukan revalidasi setiap 5 tahun sekali. Produk baru yang akan diproduksi dibuat master batchnya oleh departemen R&D yang berisi formula pengolahan dan pengemasan batch serta proses pengolahan induknya. Dari master batch tersebut akan dibuat protokol validasi prosesnya oleh Departemen QA yang berisi spesifikasi-spesifikasi yang ditentukan sesuai persyaratan. Pembuatan protokol selain mengacu pada master batch juga akan mengacu pada lembar SPOJ (Spesifikasi Pemeriksaan Obat Jadi) yang dibuat oleh Departemen QC yang berisi spesifikasi-spesifikasi yang tidak tercantum dalam master batch, seperti kadar. Protokol tersebut akan di pakai untuk melakukan validasi proses dan tidak boleh diubah selama kegiatan validasi proses berlangsung. Selama proses validasi, setiap spesifikasi yang tercantum dalam protokol akan disesuaikan dengan yang sebenarnya terjadi selama proses produksi dan penyimpangan yang terjadi juga akan dicatat. Validasi proses akan dilakukan pada 3 batch berturut-turut. Hasil dari validasi akan dimasukkan dalam laporan validasi proses oleh Departemen QA. Validasi proses bertujuan untuk membuktikan bahwa proses pengolahan sampai dengan pengemasan primer produk obat yang dilakukan dalam batas parameter yang ditetapkan dapat bekerja 8
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
9
secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang. PT. Guardian Pharmatama melakukan validasi proses pada produk baru dengan pendekatan validasi konkuren pada tiga batch berurutan. Pada protokol validasi proses tercantum tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab, deskripsi produk dan proses, komposisi, jadwal validasi, kriteria penerimaan, kegagalan pengujian, validasi ulang dan laporan validasi. Isi protokol validasi proses setiap bentuk sediaan berbeda dalam beberapa bagian dan urutannya seperti parameter kritis dalam proses pembuatan antara tablet non salut, krim dan cair (sirup). Pada proses pembuatan tablet non salut, sirup dan krim parameter kritis hampir sama, yaitu meliputi tahap pencampuran pada saat pencampuran awal (lolos mesh dan kecepatan pengadukan dan waktu pengadukan), serta tahap pencampuran pada saat lubrikasi, serta pemerian granul dan pemerian tablet. Pada proses pembuatan tablet salut, selain parameter kritis yang telah disebutkan diatas, juga terdapat parameter kritis lain seperti pemerian larutan penyalut, viskositas larutan penyalut, pemerian penyalut, temperatur yang digunakan untuk coating, suhu aliran udara masuk, suhu aliran udara keluar, tekanan kompresor, kecepatan putar “coating pan”, lubang pipa semprot (nozzle), jarak sprayer dengan tablet, kecepatan pompa. Pengambilan sampel untuk ketiga bentuk sediaan berbeda. Pada tablet non salut, protokol untuk pengambilan sampel dilakukan di setiap tahap proses pembuatan mulai dari tahap pencampuran, lubrikasi, pencetakan, proses stripping dan codding. Hal ini dilakukan karena setiap tahapan pembuatan tablet ditentukan kandungan kadar zat aktifnya sehingga pengambilan sampel untuk memastikan bahwa kadar zat aktif masih dalam batas kadar yang ditentukan. Pengambilan sampel untuk sediaan krim dan sirup hanya dilakukan saat pencampuran akhir dan proses pengisian. Saat pengisian krim ke dalam tube, jumlah sampel yang diambil mengacu pada jumlah tube yang direncanakan untuk dibuat dalam satu batch, kemudian akan ditentukan tingkat inspeksi berdasarkan jumlah tube tersebut dan akan diketahui jumlah unit sampel yang akan diambil. Misalnya rencana jumlah tube yang akan dibuat sebanyak 7.843 tube. Berdasarkan CPOB, tingkat inspeksi untuk jumlah tersebut adalah tingkat II dengan kode L, maka dapat dilihat dengan kode L total jumlah unit sampel yang Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
10
harus diambil adalah 200 tube selama proses pengisian. Perlakuan tersebut hampir sama untuk sediaan sirup. Hanya saja pada protokol untuk pengambilan sampel pada sirup ditambah dengan pengambilan sampel label pada botol sirup saat proses codding. Sampel yang akan diambil ditentukan sama seperti pengambilan sampel sirup pada proses pengisian, berbeda hanya pada lama proses tersebut berjalan dan interval pengambilan sampel selama proses berjalan. Kriteria penerimaan proses pembuatan pada protokol validasi proses ketiga sediaan berbeda berdasarkan pada rencana pengambilan sampel. Sediaan tablet non salut dan krim, kriteria penerimaan ditentukan mulai dari proses pencampuran setiap bahan. Pada tablet kriteria penerimaan di mulai dari yaitu tahap pencampuran, tahap lubrikasi dan tahap pencetakan tablet non salut, sedangkan untuk krim mulai dari tahap pembuatan fase minyak, pembuatan fase air, pembuatan basis krim, pembuatan suspensi bahan aktif sampai tahap pencampuran akhir dan homogenisasi. Berbeda dengan sediaan sirup di mana kriteria penerimaannya dilihat setelah bahan tercampur semua dalam satu wadah. Kriteria penerimaan untuk validasi proses pengemasan primer untuk ketiga sediaan berbeda berdasarkan jumlah unit sampel yang diambil dalam satu batch dan mengacu pada ketentuan CPOB. Protokol validasi untuk proses pengemasan untuk ketiga sediaan berbeda. Pada sediaan tablet non salut dan salut, protokol pengemasan tercantum proses stripping dengan spesifikasi mesin, suhu dan lama proses penyetripan, bahan, jumlah dan ukuran stripping yang digunakan dan proses codding dengan spesifikasi mesin, tipe tinta, dan lama proses codding, sedangkan untuk pengemasan krim, protokol proses pengemasannya hanya tercantum proses pengisian yang meliputi spesifikasi mesin, bahan pengemas, lama proses pengisian dan berat krim per tube. Proses pengisian krim dilakukan setelah tube di emboss sehingga pada validasi proses pengemasan krim, spesifikasi yang divalidasi hanya pada proses pengisian. Berbeda dengan krim, protokol validasi proses pengemasan sirup meliputi pengisian, capping dan codding. Spesifikasi yang akan divalidasi untuk proses pengisian, capping dan codding meliputi nama mesin, lama proses pengisian/ capping/ codding sirup namun pada proses Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
11
pengisian sirup spesifikasi ditambah dengan bahan pengemas yang digunakan dan volume sirup per botol. Pada protokol validasi proses pengemasan, pola untuk pengambilan sampel untuk validasi pada proses pengisian dari ketiga bentuk sediaan tersebut juga berbeda. Pada sediaan tablet yang dikemas dengan strip, pola yang dilakukan adalah dengan mengambil sampel pada bagian luar, tengah dan dalam stripping tergantung dari panjang stripper yang dipakai. Pola pengambilan sampel untuk krim diambil dari setiap holder pada mesin pengisian yang dilakukan pada setiap menit yang ditentukan, sedangkan untuk pengisian sirup, pola pengambilan sampel dilakukan saat sirup masuk ke botol dan diambil setiap menit yang ditentukan. Contoh protokol validasi dari salah satu sediaan dapat dilihat pada lampiran 1. Validasi proses tablet non salut, salut, krim, dan sirup akan dilakukan revalidasi kembali apabila terjadi perubahan yang berkaitan dengan perubahan supplier/ manufacture bahan baku, perubahan proses, perubahan mesin yang digunakan serta perubahan bahan kemas. Berdasarkan hal diatas PT. Guardian Pharmatama telah melakukan validasi proses produksi sesuai ketentuan dari CPOB.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN dan SARAN
5.1
Kesimpulan
5.1.1 Protokol validasi proses tablet non salut, salut, krim dan sirup disusun sebagai pedoman pelaksanaan validasi proses pengolahan dan validasi proses pengemasan primer yang akan direvalidasi kembali setiap 5 tahun. 5.1.2 PT. Guardian Pharmatama melakukan validasi proses pengolahan dan proses pengemasan primer dilakukan untuk produk existing terutama yang jika dapat mempengaruhi mutu produk. 5.1.3 Pihak yang telibat dalam pelaksanaan validasi proses produk tablet non salut, krim dan sirup adalah Departemen Produksi, Departemen R&D, Warehouse,
Departemen
QC,
Departemen
QA
dan
Departemen
Engineering.
5.2
Saran Sebaiknya peserta PKPA diikutsertakan dalam pengamatan dan penilaian
validasi proses pengolahan dan pengemasan untuk setiap produksi produk di dalam pabrik ataupun produk maklon.
12
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2009. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012a). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 tentang penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2012b). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. 2012. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tahun 2010 tentang industri farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
13
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
Universitas Indonesia
14
Lampiran 1. Protokol Validasi (Proses Pengolahan)
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
15
Protokol Validasi (Proses Pengolahan) (lanjutan)
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
16
Protokol Validasi (Proses Pengolahan) (lanjutan)
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
17
Protokol Validasi (Proses Pengolahan) (lanjutan)
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
18
Protokol Validasi (Proses Pengolahan) (lanjutan)
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
19
Lampiran 2. Protokol Validasi (Proses Blistering)
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
20
Protokol Validasi (Proses Blistering) (lanjutan) Protokol Validasi (Proses Blisterin
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
21
Protokol Validasi (Proses Blistering) (lanjutan)
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
22
Protokol Validasi (Proses Blistering) (lanjutan)
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014
23
Protokol Validasi (Proses Blistering) (lanjutan)
Laporan praktek…., Riza Marlyne, FF UI, 2014