1
Lampiran 3
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORAN MAS KOTA DEPOK TAHUN 2011
SKRIPSI
RAINY ALUS FIENALIA 0906617082
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN REPRODUKSI DEPOK Januari, 2012
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
2
Lampiran 3
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORAN MAS KOTA DEPOK TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
RAINY ALUS FIENALIA 0906617082
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI KESEHATAN REPRODUKSI DEPOK Januari, 2012
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
3
Lampiran 3
Universitas Indonesia ii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
4
Lampiran 3
Universitas Indonesia iii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
5
Lampiran 3
iv Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
6
Lampiran 3 KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1.
dr. Tri Yunis Miko Wahyono M.Sc, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini;
2.
dr. Lely Nurlaely, selaku kepala UPT Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya perlukan;
3.
dr. Yovsyah M.Kes, yang telah bersedia menyediakan waktu untuk menguji ketika sidang skripsi;
4.
Kepala Program Studi Kesehatan Reproduksi beserta seluruh staf pengajar dan administrasi atas segala fasilitas, bantuan, dan dukungan kepada saya selama menuntut ilmu di FKM UI
5.
Seluruh staf KIA Puskesmas Pancoran Mas yang telah banyak membantu dalam memperoleh data yang saya perlukan;
6.
Orangtua dan keluarga saya yang selalu mendo’akan , memberikan dukungan material dan moril;
7.
Agus Maulana Supriatna dan Agus Aji Maghfiroh yang senantiasa setia menemani dan memberi dukungan;
8.
Teman-teman seperjuangan Kespro 2009 (Nana, Oom, Mba Mai, Iftah, Isni, Icha, Mba Ika, Bu Rin, Sari, Heny, Friska, Love, Reni) yang selalu memberikan semangat dan motivasi agar dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya;
v
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
7
Lampiran 3 9.
Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuannya.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Depok,
Januari 2012
Penulis
vi
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
8
Lampiran 3
Universitas Indonesia vii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
9
Lampiran 3 ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Rainy Alus Fienalia : Kesehatan Reproduksi : Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011
Penduduk telah meningkat tujuh kali lipat selama dua ratus tahun terakhir, melampaui tujuh miliar pada 2011. Besarnya jumlah penduduk juga tidak tersebar merata, tercatat tujuh negara 'menguasai' setengah populasi dunia. China berada di daftar teratas, disusul India, Amerika Serikat, Indonesia, Brasil, Pakistan dan Nigeria.Menurut SDKI (2007) Total Fertility Rate (TFR) di perkotaan sebesar 2,3 sedangkan di pedesaan sebesar 2,8.Penggunaan alat atau cara KB pada kelompok perempuan berstatus kawin usia 10-49 tahun dan pasangannya secara nasional adalah 55,85%.Jenis alat KB yang digunakan secara nasional,di dominasi dengan cara suntik (32,3%) selanjutnya pil (12,8%), AKDR/Spiral (5,1%), sterilisasi wanita (2,1%), susuk (1,4%), kondom (1,1%) dll. Puskesmas Pancoran Mas 2010 jumlah peserta KB aktif yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu IUD 1501 akseptor (12,08%), MOP/MOW 553 akseptor (4,45%), dan implant 206 akseptor(1,66 %). Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. Desain penelitian menggunakan kasus control. Pengambilan sampel dilakukan secara acak atau simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 195 akseptor KB. Enam puluh lima untuk kelompok kasus yaitu pengguna metode kontrasepsi jangka panjang dan 130 lainnya untuk kelompok kontrol yaitu pengguna non metode kontrasepsi jangka panjang. Uji statistik menggunakan chi square test. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara umur ibu (p value = 0,007 dan OR 2,5), jumlah anak hidup (p value=0.000 dan OR sebesar 3,9), kelengkapan pelayanan KB (p value = 0,000 dan OR sebesar 5,6), jarak ke tempat pelayanan KB (p value = 0,001 dan OR sebesar 4,3), biaya penggunaan alat kontrasepsi (p value = 0,000 dan OR sebesar 2,6), pengetahuan tentang MKJP (p value= 0,004 dan nilai OR sebesar 2.6) dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas. Kata Kunci
: Faktor Risiko, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Universitas Indonesia viii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
10
Lampiran 3 ABSTRACT
Name Study Program Title
: Rainy Alus Fienalia : Reproductive Health :Factors Associated With Long Term Use of Contraceptive Methods in The Work Area Community Health CentersPancoran Mas Depok 2011
The populations has increased seven times over the last two hundred years, exceeded seven billion in 2011. The large of population is not distributed evenly, also recorded seven country ‘master’ half the world’s population. China was in the top list,followed India, The United State, Indonesia, Brazil, Pakistan, and Nigeria. According SDKI (2007) total fertility rate (TFR) in urban areas 2.3 while in rural areas amounted to 2.8. The use of tools or methods in family planning group is marriedwomen aged 10-49 years and their partners was 55.85% nationally. Types of contraceptives that are used nationally, dominated by injecting (32.3%) goes on the pil (12.8%), IUD/Spiral (5.1%), female sterilization (2.1%), implants (1.4%), condoms (1.1%),etc. Health centers Pancoran Mas 2010 the number of active family planning participants who wore a long term contraceptives methods (MKJP) i.e 1501 IUD acceptors (12.08%), 553 (4.45%) MOP/MOW acceptors, 206 (1.66%) implantsacceptors. The purpose of the study to obtain information about the factor associateda long term contraceptives methods in The Work Area Community Health CentersPancoran Mas Depok 2011. Research using casecontrol design. Sampling was done randomly or simple random sampling. The number of samples in this study were as many as 195 family planning acceptors. Sixty five for the cases long term contraceptives method users and 130 other for the control group of non users of long term contraceptives methods users. Statistic test using chi square test. The research results obtained there is a relationship between the mother’s age (p value=0.007, OR=2.5), the number of children living (p value=0.000, OR=3.9), the number of living children (p value=0.000, OR=3.9), the completeness of service KB (p value=0.000, OR=5.6), the distance to the place of service KB (p value=0.001, OR=4.3), the cost of the use of birth control (p value=0.004, OR=2.6), long term contraceptives methods in The Work Area Community Health CentersPancoran Mas Depok 2011.
Keywords:
Risk
Factors,
Long-Term
Contraception
Methods
(MKJP)
Universitas Indonesia ix Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
11
Lampiran 3 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii HALAMAN PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ...................................... iv v KATA PENGANTAR .................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............... vii ABSTRAK ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... xiv DAFTAR ISTILAH ....................................................................................... xv DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6 1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................. 7 1.4 Tujuan ....................................................................................... 7 1.4.1 Tujuan Umum .................................................................. 7 1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................. 7 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 8 1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan Depok .......................................... 8 1.5.2 Bagi Puskesmas Pancoran Mas ....................................... 9 1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan ................................................. 9 1.5.4 Bagi Peneliti .................................................................... 9 9 1.6 Ruang Lingkup Masalah........................................................... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 10 2.1 Gerakan Keluarga Berencana Nasional .................................... 10 2.1.1 Sejarah Keluarga Berencana ........................................... 10 2.1.2 Definisi Keluarga Berencana .......................................... 11 12 2.1.3 Tujuan Keluarga Berencana ............................................ 2.1.4 Sasaran............................................................................. 13 2.1.5 Kebijaksanaan Gerakan KB Nasional ............................... 13 2.2 Kontrasepsi ............................................................................... 14 2.2.1 Pengertian Kontrasepsi ........................................................... 14 2.2.2 Macam-macam metode kontrasepsi ................................ 15 15 2.2.3 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) ................. 2.3 Pola Dasar Penggunaan Kontrasepsi Yang Rasional ................ 25 2.3.1Fase Menunda / Mencegah Kehamilan ............................ 25 2.3.2Fase Menjarangkan Kehamilan ....................................... 25 2.3.3Fase Menghentikan / mengakhiri Kehamilan /Kesubura . n 26 2.4 Teori Pemilihan Kontrasepsi .................................................... 26 2.4.1 Faktor Sosio –Demografi................................................. 26 2.4.2 Faktor Sosio – Psikologi .................................................. 26
x Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
12
Lampiran 3 2.4.3 Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Kesehatan 27 2.5 Teori Perilaku ........................................................................... 29 2.5.1 Teori Lawrence Green..................................................... 29 2.5.2 Teori Health Belief Model (HBM) ................................. 30 2.6 Determinan Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi 32 2.6.1 Umur Ibu ......................................................................... 32 2.6.2 Pendidikan Ibu ................................................................ 33 2.6.3 Status Pekerjaan Ibu ........................................................ 35 2.6.4 Jumlah Anak Hidup ........................................................ 35 2.6.5 Jumlah Penghasilan ......................................................... 36 2.6.6 Kelengkapan Pelayanan KB ............................................ 37 2.6.7 Jarak Ke Tempat Pelayanan Kontrasepsi ........................ 37 2.6.8 Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi ............................... 37 2.6.9 Dukungan Suami ............................................................. 38 2.6.10 Dukungan Keluarga ...................................................... 39 2.6.11 Pengetahuan Tentang MKJP ......................................... 39 BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS ......................................................................... 41 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 41 3.2 Definisi Operasional ................................................................. 43 3.3 Hipotesis ................................................................................... 46 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN................................................... 47 47 4.1 Desain Penelitian ...................................................................... 4.2 Lokasi dan Waktu penelitian .................................................... 48 4.3 Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 48 4.3.1 Populasi ........................................................................... 48 4.3.2 Sampel ............................................................................. 48 4.3.3 Cara Pengambilan Sampel ............................................... 50 4.4 Pengumpulan Data..................................................................... 50 50 4.5 Instrumnent Penelitian ............................................................... 4.6 Manajemen Data ........................................................................ 50 4.6.1 Editing ............................................................................. 50 4.6.2 Coding ............................................................................. 51 4.6.3 Prossecing ....................................................................... 51 4.6.4 Cleaning .......................................................................... 51 4.6.5 Analisis Data ................................................................... 51 BAB 5 HASIL PENELITIAN ....................................................................... 54 5.1 Gambaran Umum Karakteristik................................................. 54 5.1.1 Gambaran Umum Sampel (Karakteristik Sampel) .......... 58 5.1.2 Gambaran Umum Faktor Predisposisi............................. 59 5.1.3 Gambaran Umum Faktor Pemungkin .............................. 60 5.1.4 Gambaran Umum Faktor Isyarat atau Tanda .................. 61 5.1.5 Gambaran Umum Faktor Ancaman................................. 62 5.2 Hubungan Antara Faktor Predisposisi, Pemungkin, Isyarat atau Tanda, dan Ancaman ................................................................ 63 5.2.1 Hubungan antara Faktor Predisposisi (Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Status Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak Hidup, Jumlah
xi
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
13
Lampiran 3 Penghasilan) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) ....................................................................... 63 5.2.2 Hubungan antara Faktor Pemungkin (Kelengkapan Pelayanan KB, Jarak ke Tempat Pelayanan KB, Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) ....................................................................... 66 5.2.3 Hubungan antara Faktor Isyarat atau Tanda (Dukungan Suami dan Dukungan Keluarga) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) ........................................................... 68 5.2.4 Hubungan antara Faktor Ancaman (Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Jangka Panjang) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) ....................................... 69 BAB 6 PEMBAHASAN ................................................................................. 71 6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................ 71 6.2 Umur Ibu ...................................................................................... 72 6.3 Pendidikan.................................................................................... 73 6.4 Status Pekerjaan Ibu ..................................................................... 74 6.5 Jumlah Anak Hidup ..................................................................... 74 6.6 Jumlah Penghasilan ...................................................................... 74 6.7 Kelengkapan Pelayanan KB ........................................................ 75 6.8 Jarak Ke Tempat Pelayanan Kontrasepsi ..................................... 76 6.9 Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi ............................................ 76 6.10 Dukungan Suami ........................................................................ 77 6.11 Dukungan Keluarga ................................................................... 78 6.12 Pengetahuan Ibu Tentang MKJP ............................................... 78 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 80 7.1 Kesimpulan .................................................................................. 80 7.2 Saran ............................................................................................ 81 7.2.1 Bagi Puskesmas Pancoran Mas .......................................... 81 7.2.2 Bagi Dinas Kesehatan Depok dan Badan Keluarga Berencana Darah .................................................................................. 82 7.2.3 Bagi Peneliti Lain ............................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 83
xii
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
14
Lampiran 3 DAFTAR TABEL
Tabel Definisi Operasional Variabel .................................................................. 43 Tabel Distribusi Faktor Risiko Pada Kelompok Kasus dan Kontrol ................. 53 Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011....................... 56 Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Sampel (Data Kontinyu) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ... 58 Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ................................ 60 Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Faktor Pemungkin Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ................................ 61 Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Faktor Isyarat atau Tanda Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011....................... 62 Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Faktor Ancaman Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ................................ 62 Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi (Umur Ibu, Pendidikan, Status Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak Hidup, jumlah Penghasilan) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ......................................................................................................... 65 Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Faktor Pemungkin (Kelengkapan Pelayanan KB, Jarak ke Tempat Pelayanan KB, Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ......................................................................................................... 67 Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Faktor Isyarat atau Tanda (Dukungan Suami dan Dukungan Keluarga) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 .................................................................................. 69 Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Faktor Ancaman (Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Jangka Panjang) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 ................................................... 69
Universitas Indonesia xiii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
15
Lampiran 3 DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1 Syarat Bagi Calon Peserta Kontrasepsi Mantap ........................ Diagram 2 Teori Bertrand (1980) dalam Purba (2009) ..................................... Diagram 3 Kerangka Konsep Modifikasi dari Teori Green (2005) dan Teori Lewin (1954) ...................................................................... Diagram 4 Skema Dasar Studi Kasus-Kontrol ..................................................
21 28 41 47
xiv Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
16
Lampiran 3 DAFTAR ISTILAH
Data kontinu Distribusi frekuensi Hipotesis Mean Median Nilai P Odds Ratio
Skala nominal
Skala ordinal
Sumber data primer
Sumber data sekunder
α β
:Data yang merupakan rangkaian data, nilainya dapat berbentuk desimal :Susunan data angka menurut besarnya (kuantitas) atau menurut kategorinya (kualitas) :Pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. :Rata-rata hitung :Nilai yang terletak pada observasi yang di tengah, kalau data tersebut telah disusun :Nilai yang menunjukkan besarnya peluang salah menolak H0 dari data penelitian : Istilah yang dipakai untuk menunjukkan rasio antara dua nilai variabel dikotomi, misalnya antara sakit dan tidak sakit. :Pengukuran yang paling lemah tingkatannya terjadi apabila bilangan atau lambing-lambang lain digunakan untuk mengklasifikasikan objek pengamatan. :Pengukuran pada ordinal tidak hanya membagi objek menjadi kelompok-kelompok yang tidak tumpang tindih, tetapi antara kelompok itu ada hubungan (ranking). :Data yang diperoleh langsung dari responden/obyek yang diteliti, ada hubungannya dengan yang diteliti. :Data yang telah lebih dulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang/instansi diluar dari peneliti sendiri walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli. Data primer yang telah diolah lebih lanjut misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dsb, sehingga lebih informatif untuk digunakan pihak lain. :Merupakan nilai yang menunjukkan besarnya peluang salah dalam menolak hipotesis nol :Merupakan nilai yang menunjukkan besarnya peluang salah dalam menerima hipotesis nol
Universitas Indonesia xv Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
17
Lampiran 3 DAFTAR SINGKATAN
AKI Bappenas BKKBN HBM IPPF IUD KB LDFEU LKBN MDG’s MKJP MOP MOW PKBI PLKB PUS OR Riskesdas RPJM SDKI Susenas UU WHO
: Angka Kematian Ibu : Badan Pembangunan dan Perencanaan Nasional : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional : Health Belief Model :Population dan International Planned Parenthood Federation : Intra Uterine Device : Keluarga Berencana : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Lembaga Keluarga Berencana Nasional : Millennium Development Goals : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang : Medis Operatif Pria : Medis Operatif Wanita : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia : Petugas Lapangan Keluarga Berencana : Pasangan Usia Subur : Odds Ratio : Riset Kesehatan Dasar : Rencana Pembangunan Jangka Menengah : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia : Survei Sosial Ekonomi Nasional : Undang-Undang : World Health Organisation
Universitas Indonesia xvi Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
18
Lampiran 3 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3
: Output SPSS : Kuesioner : Surat Izin
Universitas Indonesia xvii Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
19
Lampiran 3 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu daerah dalam suatu waktu atau jangka waktu tertentu.Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan yang terdiri atas demografi dan studi kependudukan.Fokus perhatian demografi adalah perubahan besar komposisi dan distribusi penduduk.Sering pula demografi didefinisikan sebagai suatu studi kuantitatif dari lima proses demografi, yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi, dan mobilitas sosial.Kelima proses ini terjadi secara terus menerus dan menentukan besar, komposisi, dan distribusi penduduk yang bersangkutan.(Wiknyosastro, 1998) Jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai tujuh miliar hingga akhir tahun ini. Peningkatan jumlah penduduk di Afrika berhasil menutup penurunan tingkat kelahiran yang turun di kawasan lainnya. Menurut sebuah studi baru dariInstitut Nasional untuk Studi Demografi (INED), kenaikan jumlah penduduk secara keseluruhan akan terus berlangsung sampai mencapai angka stabil di antara 9-10 miliar seluruh dunia pada akhir abad ini. INED memperkirakan hanya butuh waktu 14 tahun lagi untuk mencapai delapan miliar orang sebelum angka mulai stabil.(Dayanara, 2011) Penduduk telah meningkat tujuh kali lipat selama dua ratus tahun terakhir, melampaui tujuh miliar pada 2011, dan diperkirakan akan mencapai sembilan atau 10 milyar pada akhir abad ke-21.Berdasarkan sejarah, pertumbuhan populasi global telah melonjak sejak abad ke-19. Besarnya jumlah penduduk juga tidak tersebar merata, tercatat tujuh negara sekarang 'menguasai' setengah populasi dunia, dan karena pergeseran demografis mereka memiliki pengaruh besar. China berada di daftar terpuncak dengan lebih dari 1,33 miliar penduduk, disusul India dengan jumlah penduduk 1,17 miliar.Lima negara lain yang memiliki jumlah penduduk terbesar berdasarkan urutan adalah Amerika Serikat, Indonesia, Brasil, Pakistan dan Nigeria. INED memperkirakan antara sekarang dan 2050, India akan menjadi negara yang paling padat penduduknya, karena Beijing mulai menerapkan kebijakan satu anak.(Dayanara, 2011)
Universitas Indonesia 1 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
20 2
Lampiran 3
Jumlah penduduk yang bertambah pesat berada di negara-negara berkembang. Sebagai akibatnya penduduk di negara tersebut belum menikmati kehidupan yang layak.Mereka menderita kekurangan makan dan gizi, sehingga tingkat kesehatan buruk, mempunyai pendidikan yang rendah, dan kekurangan lapangan pekerjaaan.Secara khusus, tingkat kelahiran dan kematian masih tinggi. Di Indonesia kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah besar. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian ibu (AKI) di Indonesia telah mengalami penurunan dari angka 390 per 100.000 kelahiran hidup pada periode tahun 1990-1994 menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup pada periode tahun 1993-1997, 307 pada SDKI 2002-2003, dan 228 pada tahun 2007. Walaupun mengalami penurunansecara signifikan tetapi angka tersebut masih berada dibawah target Millennium Development Goals (MDG’s) yakni 102 per 100.000 kelahiran hidup. Terlebih bila dibandingkan dengan AKI di negara-negara ASEAN, AKI di Indonesia 3-6 kali lipat jumlahnya. Oleh karena itu,berbagai program kependudukan dilaksanakan yang bertujuan untuk mengurangi beban kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan akibat tekanan penduduk. Pikiran untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk sudah timbul sejak lama diantaranya Plato (427-347) mengemukakan bahwa pranata sosial dan pemerintahan sebaiknya direncanakan keseimbangan antara kebutuhan dan membahas tentang kesuburan wanita,kematian ibu dan anak, masalah migrasi yang berkaitan dengan masalah sosial.(Manuaba, 1998).Pada awal abad 19, di Inggris upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (18801950) menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris.Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang dengan program birth control-nya merupakan pelopor Keluarga Berencana modern.Pada tahun 1948 Margareth Sanger ikut mempelopori pembentukan International Committee on Planned Paranthood yang dalam konferensinya di New Delhi pada 1952 meresmikan berdirinya International Planned Parenthod Federation (IPPF).Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana.(Wiknyosastro, 1998).
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
21 3
Lampiran 3
Keluarga berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.(BKKN,2008). Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2002). Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama 25 tahun mendatang terus meningkat secara pesat yaitu dari 205,1 juta pada tahun 2000 menjadi 273,3 juta pada tahun 2025.Walaupun demikian, pertumbuhan ratarata pertahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun.Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49% pertahun,kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34% dan 0,92% pertahun.Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan
karena
kelahiran
lebih
cepat
daripada
penurunan
karena
kematian.Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.(BPS, 2005) Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seorang perempuan karena pada rentang usia tersebut kemungkinan perempuan melahirkan anak cukup besar.Semakin banyak jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) maka peluang banyaknya anak yang dilahirkan juga semakin besar.Semakin banyak jumlah anak berarti semakin banyak tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual anggota rumah tangganya.Dengan demikian pembatasan jumlah anak perlu diperhatikan agar tercapai keluarga yang sejahtera.Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB.Wanita berumur 15-49 tahun dan berstatus kawin yang pernah menggunakan atau memakai alat atau cara KB adalah 79,76%.Dari
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
224
Lampiran 3
perempuan usia 15-49 tahun yang berstatus kawin sebesar 57,91% diantaranya sedang menggunakan atau memakai KB. (Susenas, 2006) Penggunaan alat atau cara KB pada kelompok perempuan berstatus kawin usia 10-49 tahun dan pasangannya secara nasional adalah 55,85%.Kelompok usia reproduksi 25-39 tahun adalah pengguna KB terbanyak hampir 62 %.Jenis alat KB yang digunakan secara nasional,di dominasi dengan cara suntik (32,3%) selanjutnya pil (12,8%), AKDR/Spiral (5,1%), sterilisasi wanita (2,1%), susuk (1,4%), kondom (1,1%) dll.Presentasi perempuan kawin umur 10-49 tahun yang menggunakan alat atau cara KB menurut tempat mendapatkan pelayanan KB dan tempat tinggal adalah di perkotaan: BPS 50,6%,Puskesmas 11,8%, sedangkan didesa: BPS 53,1% dan sebanyak 13 % di Puskesmas.Secara umum dapat dilihat bahwa usia rata-rata perkawinan pertama pada usia 20 tahun.Provinsi dengan presentase perkawinan sangat muda (10-14 tahun) yang paling tinggi adalah Kalimantan Selatan (9%),Jawa Barat (7,5%), Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah masing-masing7%.Sebagian besar mempunyai anak 1-2 orang.(Riskesdas, 2010) Menurut SDKI (2007) Total Fertility Rate (TFR) di perkotaan sebesar 2,3 sedangkan di pedesaan sebesar 2,8.Total Fertility Rate (TFR) Indonesia masih lebih tinggi daripada TFR Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Brunei Darusalam.Sembilan puluh sembilan persen perempuan pernah kawin dan berstatus kawin mengetahui paling sedikit satu alat atau cara KB yaitu sebesar masing-masing 98% dan 99%.Sedangkan pengetahuan tentang suatu alat atau cara KB modern menunjukkan 98%.Alat atau cara KB yang paling populer adalah suntikan dan pil masing-masing 96% dan 95%.Delapan puluh tiga persen wanita pernah kawin dan 84% wanita berstatus kawin pernah menggunakan suatu alat atau cara KB.Alat atau cara KB modern di populer di antara perempuan disemua kelompok umur. Wanita muda cenderung menggunakan cara KB suntikan, pil, dan susuk KB, sementara yang lebih tua cenderung memilih alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, sterilisasi wanita dan sterilisasi pria.Pemakaian suatu cara kontrasepsi di daerah perkotaan sedikit lebih tinggi dari daerah pedesaan, yaitu 63% dan 61%, tetapi pemakaian cara KB modern hampir tidak berbeda baik di wilayah perkotaan maupun dipedesaan masing-masing sebesar 57% dan
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
5 23
Lampiran 3 58%.Namun demikian terdapat perbedaan dalam variasi alat atau cara KB yang digunakan.Perempuan perkotaan lebih mengandalkan IUD, kondom, dan sterilisasi perempuan, sementara wanita pedesaan lebih mengandalkan suntikan dan susuk KB.Persentase perempuan berstatus kawin menurut alat atau cara KB yang dipakai menurut daerah tempat tinggal.Diperkotaan sterilisasi wanita (4,0%), sterilisasi pria (0,2%), pil (13,9%), IUD (6,7%), suntik (28%), susuk (1.8%), kondom (2.4%),dan MAL (0,0%).Sedangkan dipedesaan sterilisasi wanita (2,3%), sterilisasi pria (0,2%), pil (12,8%), IUD (3,6%), suntik (34,5%), susuk (3,5%), kondom (0,5%),dan MAL (0,0%). Alat atau cara KB modern popular diantara wanita di semua kelompok umur. Namun demikian, pemakaian kontrasepsi pada wanita yang berumur lebih muda (15-19 tahun) dan yang berumur tua (45-49 tahun) lebih rendah dibandingkan yang berumur 20-39 tahun. Wanita muda cenderung menggunakan cara KB suntikan, pil, dan susuk KB, sementara yang berumur lebih tua cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, sterilisasi wanita, sterilisasi pria. Dibanding dengan data SDKI 2002-2003, pemakaian cara suntikan mengalami keniakan 4 poin dari 28 persen pada SDKI 2002-2003 menjadi 32 persen pada SDKI 2007, sedangkan pemakain IUD dan implant masing-masing turun 1 point persen, dari 6 persen pada SDKI 2002-2003 menjadi 5 persen pada SDKI 2007 dan implant dari 4 persen pada SDKI 2002-2003 menjadi 3 persen pada SDKI 2001. (SDKI, 2007) Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB sendiri sepertitercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)tahun 2004-2009 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) seperti IUD (Intra Uterine Device), implant(susuk) dan sterilisasi.(Imbarwati, 2009) Salah satu sasaran program KB dalam RKP tahun 2011 menargetkan cakupan pasien baru yang menggunakan MKJP sebesar 12,5% dan pasien aktif yang menggunakan MKJP sebesar 25%. (Syarief, 2010) Pada SDKI 2007 Jawa Barat menempati urutan ketiga terbawah dari 6 propinsi di Jawa, persentase perempuan berstatus kawin yang memakai alat atau cara KB yaitu sebesar 61%.Alat atau cara KB yang digunakan adalah sterilisasi wanita (1,5%), sterilisasi pria (0,5%), pil (57,6%), IUD (14,6%), suntik (70,3%),
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
6 24
Lampiran 3 susuk (6,8%), kondom (5,4%),dan MAL (0,9%).Sterilisasi wanita dan sterilisasi pria menempati posisi terendah di Pulau Jawa. Kota Depok terdiri dari 6 kecamatan dan 63 kelurahan. Dari Profil Kesehatan Kota Depok 2009 terlihat bahwa alat kontrasepsi yang digunakan oleh Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu Suntik (51,20%), pil (30,78%), IUD (10,62%), implant (3,81%), MOW/MOP (2,48%), dan kondom (1,12%). Kecamatan Pancoran Mas menduduki peringkat terbawah dalam persentase sterilisasi wanita maupun pria, implat, dan kondom dibawah Kecamatan Beji. Dari data profil Puskesmas Pancoran Mas 2010 jumlah peserta KB aktif yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu IUD 1501 akseptor (12,08%), MOP/MOW 553 akseptor (4,45%), dan implant 206 akseptor(1.66 %). Sedangkan untuk metode kontrasepsi non jangka panjang (Non MKJP) urutan teratas ditempatin oleh suntik sebanyak 6950 akseptor(55,95%), diikuti oleh pil 2853 akseptor(22,97%) dan kondom 358 akseptor(2,89%). Masih rendahnya PUS yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) membuat penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011.
1.2 Rumusan Masalah Usia antara 15-49 tahun merupakan usia subur bagi seorang perempuan karena pada rentang usia tersebut kemungkinan perempuan melahirkan anak cukup besar. Menurut Riskesdas (2010) kelompok usia reproduksi 25-39 tahun adalah pengguna KB terbanyak hampir 62 %.Jenis alat KB yang digunakan secara nasional,di dominasi dengan cara suntik (32,3%) selanjutnya pil (12,8%), AKDR/Spiral (5,1%), sterilisasi wanita (2,1%), susuk (,4%), kondom (1,1%) dll. Dari data profil Puskesmas Pancoran Mas 2010 jumlah peserta KB aktif yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu IUD 1501 akseptor (12,08%), MOP/MOW 553 akseptor (4,45%), dan implant 206 akseptor(1,66 %). Sedangkan untuk metode kontrasepsi non jangka panjang (Non MKJP) urutan teratas ditempatin oleh suntik sebanyak 6950 akseptor(55,95%), diikuti oleh pil 2853 akseptor(22,97%) dan kondom 358 akseptor(2,89%). Masih
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
7 25
Lampiran 3 rendahnya PUS yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) membuat penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Bagaimana gambaran faktor predisposisi, faktor pemungkin, isyarat atau tanda, dan faktor ancaman terhadap penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. 1.3.2 Apakah ada hubungan antara faktor predisposisi, faktor pemungkin, isyarat atau tanda, dan faktor ancaman dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
1.4.2 Tujuan Khusus Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui: 1. Gambaran
faktorpredisposisi(umur,pendidikan,status
pekerjaan
ibu,
jumlah anak yang masih hidup, dan jumlah penghasilan,) pengguna metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. 2. Gambaran faktor pemungkin (kelengkapan pelayanan KB, jarak ke tempat pelayanan KB, dan biaya pemasangan alat kontrasepsi) penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
26 8
Lampiran 3
3. Gambaran faktor isyarat atau tanda (dukungan suami dan dukungan keluarga)penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. 4. Gambaran faktor ancaman(pengetahuan tentang
kontrasepsi MKJP)
penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. 5. Hubungan antara faktorpredisposisi(umur,pendidikan,status pekerjaan ibu,jumlah anak yang masih hidup, dan jumlah penghasilan,)dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. 6. Hubungan antara faktor pemungkin (kelengkapan pelayanan KB, jarak ke tempat pelayanan KB, dan biaya pemasangan alat kontrasepsi) dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. 7. Hubungan antara faktor isyarat atau tanda (dukungan suami dan dukungan keluarga) pekerjaan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. 8. Hubungan antara faktor ancaman(pengetahuan tentang MKJP) dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Dinas Kesehatan Depok Sebagai bahan masukan kepada perencanaan dan pembuatan kebijakan khususnya program yang terkait dengan KB dalam pengembangan dan peningkatan kegiatan program KB,sehingga dapat meningkatkan partisipasi PUS dalam menggunakan alat atau cara KB Metode jangka panjang.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
27 9
Lampiran 3 1.5.2 Bagi Puskesmas Pancoranmas Sebagai bahan masukan terhadap tenaga kesehatan khususnya di
Puskesmas Pancoranmas Kota Depok bagian KB dalam rangka meningkatkan partisipasi KB jangka panjang.
1.5.3 Bagi Badan Keluarga Berencana Daerah (BKBD) Sebagai
bahan
masukan
kepada
pengelola
program
KB
dalam
merencanakan program peningkatan cakupan metode kontrasepsi jangka panjang dan memberikan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang.
1.5.4 Bagi Institusi Pendidikan Menambah bahan kepustakaan FKM UI dan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi tentang pelayanan KB.
1.5.5 Bagi Peneliti Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
faktor
yang
berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang serta memberi pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah.
1.6 Ruang Lingkup Masalah Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
penggunaan
metode
kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.Penelitian ini dilakukan mengingat masih rendahnya PUS yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok.Sasaran penelitian ini adalah seluruh akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 dengan menggunakan data primer dan data sekunder.Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode wawancara dengan menggunakan kuesioner dan data register KB Puskesmas Pancoran Mas.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
28
Lampiran 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gerakan Keluarga Berencana Nasional 2.1.1 Sejarah Keluarga Berencana Gerakan Keluarga Berencana yang kita kenal sekarang ini bermula dari kepeloporan beberapa orang tokoh, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada awal abad ke 19 di Inggris, upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakasa sekelompok orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu. Maria Stopes (1880-1950) mengajurkan pengaturan kehamilan di kalangan kaum buruh di Inggris. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger (1883-1966) yang dengan program birth control-nya merupakan pelopor Keluarga Berencana modern. Pada 1917 didirikan National Birth Control League dan pada November 1921 diadakan American National Birth Control Conference yang pertama. Salah satu hasil konferensi tersebut adalah pendirian American Birth Control League dengan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Pada 1925 Margareth Sanger mengorganisasi Konferensi International di New York yang menghasilkan pembentukan InternationalFederation of Birth Control League. Selanjutnya pada tahun 1927 Margareth Sanger menyelenggarakan Word Population Conference di Jenewa yang melahirkan International Women for Scientific Study on Conference di Jenewa yang melahirkan International Women for Scientific Study on Population dan International Planned Parenthood Federation (IPPF).Federasi ini memilih Margareth Sanger dan Rama Ran dari India sebagai pimpinannya.Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan Keluarga Berencana di seluruh dunia, ternasuk di Indonesia yang mendirikan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).(Winkyosastro, 1998) Di Indonesia keluarga berancana modern mulai dikenal pada tahun 1953. Pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah sebuah wadah dengan nama Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan merupakan pelopor pergerakan keluarga berencana nasional. PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui cara mengatur atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan dan memberi nasehat perkawinan. Kegiatan penerangan
Universitas Indonesia 10 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
11
29 11
Lampiran 3 dan pelayanan sangat terbatas, karena banyaknya kesulitan dan hambatan yang melarang penyebarluasan gagasan keluarga berencana. Berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB tahun 1967, maka dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah. Dan pada tahun 1970, ditetapkan sebagai Badan Pemerintah melalui Keppres no.8 tahun 1970 dan diberi nama badan koordinasi keluarga berencana nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab kepada presiden, dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program keluarga berencana. (Palti, 2010)
2.1.2 Definisi Keluarga Berencana Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hartanto, 2002). Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. (Juliantoro, 2000). Keluarga Berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak anak yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk mencapai keinginan tersebut. (Mc Kenzie, 2006). Keluarga Berencana Menurut BKKBN (1998) artinya mengatur jumlah anak sesuai kehendak anda dan menentukan sendiri kapan anda ingin hamil atau salah satuusaha masalah kependudukan sekaligus merupakan bagian yang terpadu dalam program Pembangunan Nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakankesejahteraan ekonomi, spiritual, sosbud penduduk Indonesia agar dapat d i c a p a i keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi Nasional. Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
12
30
Lampiran 3 melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)
2.1.3 Tujuan Keluarga Berencana Program keluarga berencana bertujuan untuk membangun manusia Indonesia sebagai obyek dan subyek pembangunan melalui peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Di samping itu pelaksanaan program KB juga diarahkan untuk menurunkan tingkat kelahiran atas dasar kesadaran dan tanggung jawab seluruh masyarakat dengan cara memilih metode kontrasepsi secara sukarela. Dengan demikian program KB akan merupakan cermin dari upaya menurunkan tingkat kelahiran dan sekaligus membangun keluarga sejahtera.(Bappenas, 1996) Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, kebijakan keluarga berencana bertujuan untuk:
Mengatur kehamilan yang diinginkan
Menjaga kesahatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana
Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya menjarangkan jarak kehamilan. Tujuan umum keluarga berencana adalah membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Mochtar, 1998)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
13 31
Lampiran 3 2.1.4 Sasaran 2.1.4.1 Pasangan Usia Subur Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan sasaran utama gerakan KB
nasional. PUS adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 15-49 tahun. Untuk mendapatkan dampak pada penurunan fertilitas yang tinggi, sasaran PUS ini ditekankan pada PUS dengan paritas rendah, khususnya PUS yang berusia muda dan paritas rendah sebagai sasaran prioritas.Sasaran ini diarahkan untuk menggunakan kontrasepsi efektif terpilih sehingga jumlah anak yang dilahirkan dapat mendukung pelembagaan norma keluarga kecil 2.1.4.2 Nir PUS Nir PUS adalah semua anggota masyarakat selain PUS, seperti anakanak pra sekolah dan dalam usia sekolah, remaja, orang dewasa yang belum menikah atau kelompok generasi muda, dan generasi yang lebih tua. Generasi muda disini sebagai sasaran gerakan KB nasional mempunyai makna dan nilai strategis dan politis, juga berpotensi untuk menjadi motivator. 2.1.4.3 Sasaran Institusional Sasaran ini meliputi organisasi-organisai, lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah dan instansi swasta. Institusi-institusi ini akan terus dibina dan dimantapkan peranannya hingga secara berangsur-angsur dapat melakukan alih peran dalam pengelolaan gerakan nasional 2.1.4.4 Sasaran Wilayah Sasaran wilayah diarahkan untuk dapat mencapai penggarapan program wilayah paripurna sesuai dengan kondisi pencapaian program, kondisi pencapaian program, kondisi potensi wilayah dan kondisi geografisnya. Dengan kata lain, sasaran wilayah ini diutamakan untuk peningkatan pemerataan penggarapan program.(BKKBN, 1992)
2.1.5 Kebijaksanaan Gerakan KB Nasional Kebijaksanaan gerakan KB Nasional pada Repelita V merupakan kelanjutan dan pengembangan dari kebijaksanaan yang telah dilaksanakan sejak Pelita I.Kebijaksanaan tersebut meliputi 4 dimensi yaitu:
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
1432
Lampiran 3 2.1.5.1 Perluasan Jangkauan Kebijaksanan perluasan jangkauan gerakan Keluarga Berencana bertujuan untuk mengajak PUS ber-KB atas dasar azas sukarela, kesadaran dan rasa tanggung jawab dengan mempertimbangkan nilai-nilai sosial, budaya, dan keserasian agama serta kepercayaan kepada Tuhan YME. 2.1.5.2 Pembinaan Kebijaksanaan pembinaan bertujuan untuk memantapkan program, khususnya pemantapan kelestarian penggunaan kontrasepsi oleh para peserta KB. Kebijaksanaan ini meliputi 2 faktor, yaitu faktor yang berkenaan dengan penggunaan alat kontrasepsi dan yang berkaitan dengan kesadaran dan perilaku kondisi sosial budaya para peserta KB. 2.1.5.3 Pelembagaan dan Pembudayaan Dalam rangka pelembagaan ini, ada dua hal penting yang dilakukan adalah penataan pengelolaan kegiatan pelembagaan dan pemantapan pelayanan melalui jalur masyarakat seperti keagamaan dan sebagainya. 2.1.5.4 Keterpaduan Dengan
keterpaduan
diharapkan
untuk
lebih
meningkatkan
kesejahteraan peserta KB dan keluarganya.Program-program lebih diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak yang diharapkan akan
mempunyai kualitas sumber daya manusia. (BKKBN, 1992)
2.2 Kontrasepsi 2.2.1 Pengertian Kontrasepsi Menurut BKKBN dalam Kusumanigrum (2009) kontrasepsi berawal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut. Kontrasepsi
adalah
suatu
upaya
untuk
mencegah
terjadinya
kehamilan.(Wiknjosastro, 1998)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
1533
Lampiran 3 Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan alat atau obat-obatan. (Mochtar, 1998) 2.2.2 Macam-macam metode kontrasepsi 2.2.2.1 Metode Sederhana Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan alat/obat salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma, dan spermisida. 2.2.2.2 Metode Modern/Efektif Terdapat tiga metode modern yaitu kontrasepsi hormonal (pil, suntikan, Alat Kontrasepsi Bawah Kulit/ Implant),Intra Uterine Devices ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/ AKDR), Kontrasepsi Mantap (Medis Operatif Wanita/MOW dan Medis Operatif Pria/MOP). 2.2.2.3 Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi : a. MKJP ( Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW ) b. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP.
2.2.3
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
2.2.3.1 Pengertian Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi berjangka panjang yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dengan angka kegagalan yang rendah. (BKKBN, 1991) 2.2.3.2 Penggolongan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Saat ini metode kontrasepsi
yang digolongkan kedalam MKJP
meliputi:Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK), Kontrasepsi Mantap (MOW dan MOP). 2.2.3.3 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Tulisan ilmiah tentang AKDR utnuk pertama kali dibuat oleh Richter dari Polandia pada tahun 1909. Pada waktu itu ia mempergunakan bahan yang dibuat
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
1634
Lampiran 3 dari benang sutera. Pada tahun 1934 seorang peneliti bernama Ota dari Jepang untuk pertama kalinya membuat AKDR dari plastik yang berbentuk cincin. Penelitian terus dilakukan dan pada tahun enam puluhan mulai dilakukan penyelidikan terhadap AKDR yang mengandung bahan-bahan seperti tembaga, seng, magnesium, timah, progesterone, dan lain-lain. Maksud penambahan itu ialah untuk mempertinggi efektivitas AKDR. Penyelidikan AKDR jenis ini, yang diberi nama AKDR bioaktif, sampai sekarang masih berlangsung terus. AKDR adalah suatu alat berukuran kecil, terbuat dari plastik yang dibalut dengan kawat halus tembaga dengan benang monofilamen pada ujung bawahnya. Menurut USAID (2003) cara kerjanya dengan menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, memungkinkan untuk mencegah implantasi telus dalam uterus. Tetapi menurut Winkyosatro (1998) sampai sekarang belum ada orang yang yakin bagaimana mekanisme kerja AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda yang melarutkan blastosis atau sperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat lembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan kedalam rongga uterus selain menimbulkan reaksi radaang seperti pada AKDR biasa, juga menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfotase alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serniks sehingga pasasi sperma. Sampai sekarang telah terdapat berpuluh-puluh jenis AKDR; yang paling banyak digunakan dalam program keluarga berencana di Indonesia ialah AKDR jenis Lippes loop. AKDR dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. AKDR Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/ 100 perempuan dalam 1 tahun pertama ( 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan). AKDR mempunyai keuntungan yaitu dapat efektif segera setelah pemasangan, metode jangka panjang, sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi), dan dapat digunakan sampai menopause ( 1tahun atau lebih setelah haid terakhir).
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
17 35 Lampiran 3 Efek samping yang umum terjadi adalah perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan petama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, perdarahan (spotting) antarmenstruasi, merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perporasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar), tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu, ekspulsi (pengeluaran sendiri) dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Komplikasi dari pemasangan AKDR adalah infeksi (terjadi bila alat-alat yang digunakan tidak disucihamakan atau sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genetalia sebelum pemasangan), perforasi (umumnya terjadi sewaktu pemasangan walaupun bias terjadi pula kemudian), dan kehamilan (jika terjadi kehamilan dengan AKDR didalam, tidak akan menimbulkan cacat pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahin). AKDR dapat digunakan oleh wanita usia reproduktif, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, menyusui, wanita perokok, penderita tumor jinak payudara, tekanan darah tinggi, pernah menderita stroke, penderita diabetes, dan penderita penyakit hati atau empedu. AKDR tidak diperkenankan digunakan oleh wanita hamil, perdarahan vagina yang tidak diketahui, sedang menderita infeksi alat genital, tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik, kelainan bawaan uterus ynag abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri, diketahui menderita TBC pelvik, dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. (Saifuddin, 2003) Pemasangan AKDR dapat dilakukan pada keadaan haid sedang berlangsung saat hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid, sewaktu postpartum (secara dini, secara langsung, dan secara tidak langsung), sewaktu postabortum, dan beberapa hari setelah haid terakhir. Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah : 1 bulan pasca pemasangan, 3 bulan kemudian, setiap 6 bulan berikutnya, dan bila terlambat haid 1 minggu.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
1836 Lampiran 3 2.2.3.4 AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) Susuk adalah kontrasepsi sub dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya dibungkus dalam kapsul silastic-silicone dan disusukkan di bawah kulit. Cara kerjanya membuatlendir serviks menjadi kental sehingga menyulitkan penetrasi sperma, menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, dan menekan ovulasi. AKBKsangat efektif (0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan). Pada literature lain menyebutkan kegagalannya antara 0,3-0,5 per seratus tahun wanita. AKBK memiliki tiga jenis yaitu norplant (terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun), implanon (terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun, jadena dan Indoplant (terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun). Keuntungan yang dimiliki oleh AKBK adalah pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan, bebas dari pengaruh estrogen, tidak menggangu ASI, mengurangi nyeri haid, mengurangi jumlah darah haid, melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan tumor jinak payudara, melindungi diri dari beberapa penyebab penaykit radang panggul, dan menurunkan angka kejadian endometriosis. Keterbatasan yang dimiliki pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorea. AKBK dapat digunakan oleh wanita usia reproduktif, menyusui,riwayat kehamilan ektopik, tekanan darah 180/110 mmHg, tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen. Sedangkan yang tidak boleh mengunakan implan adalah wanita hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi, mioma uterus dan kanker payudara, dan gangguan toleransi glukosa. (Saifuddin, 2003)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
37 19
Lampiran 3 Waktu yang paling baik untuk pemasangan AKBK adalah sewaktu haid berlangsung atau masa pra ovulasi dari siklus haid, sehingga adanya kehamilan dapat disingkirkan. 2.2.3.5 Kontrasepsi Mantap (Kontap)
Kontrasepsi mantap adalah pemotongan/pengikatan kedua saluran telur wanita (Tubektomi) atau kedua saluran sperma laki-laki (Vasektomi).Operasi tubektomi ada beberapa macam cara antara lain adalah kuldoskopik, kolpotomi, posterior, laparoskopi dan minilaparatomi. Cara
yang
sering
dipakai
di
Indonesia
adalah
laparaskopi
dan
minilaparatomi.Cara kerjanya dengan mencegah pertemuan sel telur dengan sperma. Efektivitas kontrasepsi mantap dalam teori sebesar 99,9% tetapi dalam kenyataannya sebesar 99%. Keuntungan yang dimiliki oleh kontrasepsi mantap yaitu mempunyai efektifitas paling tinggi diantara metode kontrasepsi lainnya, mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pembalikan tidak bisa dijamin), tidak perlu perawatan khusus, dan tidak memiliki kontraindikasi. Kontrasepsi mantap baik untuk pasangan yang sudah yakin tidak ingin punya anak lagi, jika hamil akan membahayakan jiwanya dan ingin metode yang tidak menganggu. Efek Samping yang ditemukan jarang, ringan, dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri, dan infeksi pada luka operasi. Pada vasektomi infeksi dan epididimitis terjadi pada 1-2% pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan komplikasi karena anastesi dapat terjadi. (Saifuddin, 2003) A. Metode Kontrasepsi MantapMOW(Medis Operasi Wanita) MOW (Medis Operatif Wanita) / Tubektomi atau juga dapat disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki laki sehingga tidak terjadi kehamilan, oleh karena itu gairah seks wania tidak akan turun (BKKBN, 2006)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
2038 Lampiran 3 Kontrasepsi mantap atau sterilisasi pada wanita adalah suatu kontrsepsi permanen yang dilkaukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). (Mochtar, 1998) Menurut PKMI (1985) untuk mencegah timbulnya keadaan yang tidak diinginkan, seperti misalnya penyesalan setelah mendapatkan pelayanan kontrasepsi mantap, maka perlu ditetapkan persyaratan mereka yang dapat memperoleh pelayanan kontrasepsi mantap. Secara umum ada tiga syarat yang harus dipenuhi oleh peserta mantap, yaitu:
Sukarela Calon peserta kontrasepsi mantap harus secara sukarela menerima
pelayanan kontrasepsi mantap. Artinya calon peserta tersebut tidak dipaksa atau ditekan untuk menjadi peserta kontrasepsi mantap. Untuk memantapkan syarat sukarela ini perlu dilakukan pelayanan informasi dan konseling.
Bahagia Setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus memenuhi syarat
kebahagiaan artinya calon peserta tersebut terikat dalam perkawinan yang syah dan harmonis, telah di anugrahi sekurang-kurangnya 2 orang anak dengan umur anak terkecil sekitar 2 tahun, dan dengan mempertimbangkan umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun. Syarat bahagia ini dapat diketahui pada saat dilakukan pelayanan informasi dan konseling.
Kesehatan Setiap calon peserta kontrasepsi mantap harus memenuhi syarat
kesehatan yang mempunyai arti tidak ditemukan kontraindikasi kesehatan jika kepada calon peserta tersebut diberikan pelayanan kontrasepsi mantap. Syarat kesehatan ini dapat diketahui pada saat dilakukan pemeriksaan prabedah. Hasil penelitian terhadap tiga persyaratan di atas akan menentukan dapat atau tidaknya seseorang mendapatkan pelayanan kontrasepsi mantap. Dengan perkataan lain tidak semua orang yang meminta pelayanan kontrasepsi mantap dapat dilayani. Bagan pelayanan kontrasepsi mantap yang diuraikan di atas secara sederhana dilukiskan sebagai berikut:
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
39 21 Lampiran 3
CALON PESERTA
SYARAT SUKARELA
TERPENUHI
TIDAK TERPENUHI
SYARAT BAHAGIA
TERPENUHI
TIDAK TERPENUHI
SYARAT KESEHATAN
TERPENUHI
TIDAK TERPENUHI
CARA KONTRASEPSI MANTAP
CARA KB LAINNYA
Diagram 1 Syarat Bagi Calon Peserta Kontrasepsi Mantap
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
22 40 Lampiran 3 Teknik melakukan MOW Tahap persiapan pelaksanaan yaitu:informed consent, riwayat medis/ kesehatan, pemeriksaan laboratorium, pengosongan kandung kencing, asepsis dan antisepsis daerah abdomen, anesteri. Teknik yang digunakan dalam pelayanan tubektomi antara lain:
Minilaparotomi Metode ini merupakan penyederhanaan laparotomi terdahulu, hanya
diperlukan sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah (suprapubik) maupun subumbilikal 13 (pada lingkar pusat bawah). Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien, relatif murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang mendapat pelatihan khusus. Operasi ini juga lebih aman dan efektif (Syaiffudin,2006). Baik untuk masa interval maupun pasca persalinan, pengambilan tuba dilakukan melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat, kemudian dikeluarkan, diikat dan dipotong sebagian. Setelah itu, dinding perut ditutup kembali, luka sayatan ditutup dengan kasa yang kering dan steril serta bila tidak ditemukan komplikasi, klien dapat dipulangkan setelah 2 - 4 hari. (Syaiffudin,2006).
Laparoskopi Prosedur ini memerlukan tenaga Spesialis Kebidanan dan Kandungan
yang telah dilatih secara khusus agar pelaksanaannya aman dan efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6 – 8 minggu pasca pesalinan atau setelah abortus (tanpa komplikasi). Laparotomi sebaiknya dipergunakan pada jumlah klien yang cukup banyak karena peralatan laparoskopi dan biaya pemeliharaannya cukup mahal. Seperti halnya minilaparotomi, laparaskopi dapat digunakan dengan anestesi lokal dan diperlakukan sebagai klien rawat jalan setelah pelayanan.(Saifuddin,2006). Perawatan yang dilakukan post operasi yaitu: istirahat 2-3 jam, pemberian analgetik dan antibiotik bila perlu, ambulasi dini, diet biasa, dan luka operasi jangan sampai basah, menghindari kerja berat selama 1 minggu, cari pertolongan medis bila demam (>38), rasa sakit pada abdomen yang menetap, perdarahan luka insisi.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
2341 Lampiran 3 Menurut Mochtar (1998) pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada saat:
Masa Interval (selama waktu selama siklus menstrusi)
Pasca persalinan (post partum) Tubektomi pasca persalinan sebaiknya dilakukan dalam 24 jam,atau
selambat-lambatnya dalam 48 jam pasca persalinan. Tubektomi pasca persalinan lewat dari 48 jam akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelahhari ke-7 sampai hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan alat alat genetal lainnya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.
Pasca keguguran Sesudah abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi
Waktu opersi membuka perut Setiap operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya
harus dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan suami istri karena kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus untuk melakukan kontrasepsi mantap. Komperensi Khusus Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia tahun 1976 di Medan menganjurkan agar tubektomi dilakukan pada umur 25 – 40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut: umur istri antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih, umur istri antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih, dan umur istri 35 – 40 tahun dengan satu anak atau lebih sedangkan umur suami sekurang kurangnya berumur 30 tahun, kecuali apabila jumlah anaknya telah melebihijumlah yang diinginkan oleh pasangan tersebut.(Wiknjosastro,2005) Menurut Mochtar (1998) indikasi dilakukan MOW yaitu adanya gangguan fisik (misalnya tuberculosis pulmonum,penyakit jantung) atau psikis (seperti skizofrenia (psikosis), sering menderita psikosa nifas, dan lain lain) yang akan menjadi lebih berat bila wanita ini hamil lagi, indikasi medik obstetri yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksiosesarea yang berulang, histerektomi obstetri, pada waktu melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan untuk sekaligus melakukan sterilisasi, indikasi sosial ekonomi adalah indikasi
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
24 42
Lampiran 3 berdasarkan beban sosial ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat. Menurut Mochtar (1998) kontraindikasi dalam melakukan MOW yaitu dibagi menjadi 2 yang meliputi indikasi mutlak (peradangan dalam rongga panggul, peradangan liang senggama akut (vaginitis, servisitis akut), kavum dauglas tidak bebas,ada perlekatan)dan indikasi relatif (obesitas berlebihan, bekas laparotomi). BKKBN (2006) keuntungan dari kontrasepsi mantap ini antara lain: perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi, tidak mengganggu kehidupan suami istri, tidak mempengaruhi kehidupan suami istri, tidak mempengaruhi ASI, lebih aman (keluhan lebih sedikit), praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan), lebih efektif (tingkat kegagalan sangat kecil), dan lebih ekonomis. Kerugian dalam menggunakan
kontrasepsi mantap (Noviawati dan
Sujiyati, 2009) yaitu antara lain: harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi initidak dapat dipulihkan kembali, klien dapat menyesal dikemudian hari, resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum, rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan, dilakukan oleh dokter yang terlatih dibutuhkan dokter spesalis ginekologi atau dokter spesalis bedah
untuk
proses
laparoskopi,
tidak
melindungi
diri
dari
IMS.(www.digilib.unimus.ac.id) B. MetodeKontrasepsi MantapMOP(Medis Operasi Pria) Vasektomi sebenarnya telah dikenal orang sejak lama. Pada abad 19, para ahli bedah telah melakukan vasektomi untuk tujuan pengobatan: mencegah infeksi, kelenjar prostat atau pada hipertrofi kelenjar prostat. (Mochtar, 1998) Vasektomi adalah tindakan memotong dan penutup saluran mani (vas deferens) yang disalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis. Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis vesikula seminalis. Dengan memotong vas deferens sperma tidak mampu diejakulasikan dan pria akan
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
25 43
Lampiran 3 menjadi tidak subur setelah vas deferens bersih dari sperma, yang memakan waktu sekitar tiga bulan. (BKKBN, 2007). Indikasi untuk melakukan vasektomi yaitu: untuk tujuan kontrasepsi yang bersifat permanen, pengobatan guna mencegah epididitimis. Teknik saat melakukan vasektomi adalah dengan menutup duktus spermatikus (vas deferens) yang dilakukan dengan cara diikat (ligasi), dipotong (vasektomi), menggunakan klip, cincin, atau brands.
2.3 Pola Dasar Penggunaan Kontrasepsi Yang Rasional Agar dapat mewujudkan pelayanan yang aman dan bermutu diperlukan kesatuan pemikiran tentang pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional. Pola penggunaan kontrasepsi yang ini haruslah sesuai dengan tahapan usia, sesuai dengan penyakit dan mungkin ada banyak faktor kesehatan yang lainnya. Pola dasar penggunaan kontrasepsi tersebut menurut Hartanto (1996) dalam Ayurai (2009) adalah sebagai berikut : 2.3.1 Fase Menunda / Mencegah Kehamilan Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan.Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih muda, penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggama, sehingga akan memiliki kegagalan tinggi. Penggunaan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi pil oral. Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan yaitureversibilitas yang tinggi (kembalinya kesuburan dapat terjamin hampir 100% karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak), dan efektifitas yang tinggi. 2.3.2Fase Menjarangkan Kehamilan Umur diantara 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan melahirkan. Segera setelah anak pertama lahir maka dianjurkan untuk memakai IUD sebagai pilihan utama.Kegagalan yang menyebabkan kelahiran cukup tinggi namun disini kurang berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia melahirkan yang baik.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
26 44
Lampiran 3 Ciri-ciri kontrasepsi yang dibutuhkan adalah keefektifitasannya cukup tinggi, reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 2-4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan yang direncanakan, dan tidak menghambat ASI. 2.3.3.Fase Menghentikan / mengakhiri Kehamilan /Kesuburan. Pada fase ini biasanya adalah ibu-ibu diatas usia 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau tidak punya anak lagi karena alasan medis dan alasan lainnya.Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.Pil oral kurang dianjurkan karena usia itu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping dan komplikasi. Ciri-ciri kontrasepsi yang dibutuhkan yaitu efektifitas sangat tinggi, dapat dipakai untuk jangka panjang dan tidak menambah kelainan yang ada.
2.4 Teori Pemilihan Kontrasepsi Menurut Bertrand (1980) dalam Purba (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi, adalah sebagai berikut : 2.4.1 Faktor Sosio - Demografi Penerimaan KB lebih banyak pada mereka yang memiliki standar hidup lebih tinggi. Indikator status sosio-ekonomi termasuk pendidikan yang dicapai, pendapatan keluarga dan stastus pekerjaan, juga jenis rumah, gizi (di negara sedang berkembang ) dan pengukuran pendapatan tidak langsung lainnya. Beberapa faktor demografi tertentu yang mempengaruhi penerimaan KB di beberapa negara, misalnya di banyak negara-negara sedang berkembang, penggunaan kontrasepsi lebih banyak pada wanita yang berumur akhir 20-30 tahun yang sudah memiliki anak 3 atau lebih. Faktor sosial lain yang mempengaruhi adalah suku dan agama. 2.4.2
Faktor Sosio – Psikologi Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB, banyak sikap yang
dapat menghalangi KB. Beberapa faktor sosio-psikologi yang penting antara lain adalah ukuran keluarga ideal, pentingnya nilai anak laki-laki, sikap terhadap KB, komunikasi suami istri, persepsi terhadap kematian anak, sikap dan kepercayaan
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
27 45
Lampiran 3 tersebut perlu untuk mencegah isu yang berhubungan termasuk segi pelayanan dan efek samping kontrasepsi. 2.4.3
Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelayanan Kesehatan Program komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) merupakan salah satu
faktor praktis yang dapat diukur bila pelayanan KB tidak tersedia. Beberapa faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB antara lain keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB, pengetahuan tentang sumber kontrasepsi, jarak ke tempat pelayanan, dan keterlibatan dengan media massa. Secara ringkas faktor-faktor tersebut dapat dilihat seperti gambar dibawah ini:
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
46
28 Lampiran 3
FAKTOR SOSIODEMOGRAFI
Pendidikan Pendapatan Status Pekerjaan Perumahan Status Gizi Umur Suku Agama
FAKTOR SOSIOPSIKOLOGI
Ukuran Keluarga Ideal Pentingnya Nilai Anak Laki-Laki Sikap terhadap KB Komunikasi Suami Istri Persepsi Terhadap Kematian Anak
PEMAKAIAN KONTRASEPSI
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN
Keterlibatan dalam kegiatan yang berhubungan dengan KB Pengetahuan tentang Kontrasepsi Jarak ke Pusat Pelayanan Paparan dengan Media massa
Diagram 2 Teori Bertrand (1980) dalam Purba (2009)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
47 29 Lampiran 3
2.5Teori Perilaku Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain: 2.5.1 Teori Lawrence Green Gren mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau saranasarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Model ini dapat digambar sebagai berikut :
B = f (PF,EF,RF) Dimana : B = behaviour PF = predisposing factors EF = enabling factors RF = reinforcing factors F = fungsi
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
3048 Lampiran 3 Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.(Notoadmojo,2007) 2.5.2 Teori Health Belief Model (HBM) Model kepercayaan adalah suatu bentuk penjabaran dari model sosio psikologis, munculnya model ini didasarkan pada kenyataan
bahwa problem
kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan orang atau masyarakat untuk menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit yang diselenggarakan oleh provider, kegagalan ini akhirnya memunculkan teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit (preventif health behavior), yang oleh Becker (1974) dikembangkan dari teori lapangan (Fieldtheory, 1954) menjadi model kepercayaan kesehatan (health belief model) (Notoatmodjo, 2003). Health Belief Model (HBM) didasarkan atas 3 faktor esensial, kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku itu sendiri. Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan. Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, dan adanya kepercayaan perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan
yang ditawarkan, interaksi
dengan
petugas
kesehatan
yang
merekomendasikan perubahan perilaku dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa. Health Belief Model (HBM) seringkali dipertimbangkan sebagai kerangka utama dalam perilaku
yang berkaitan dengan kesehatan,
dimulai dari pertimbangan orang mengenai kesehatan. Health Belief Model (HBM) ini digunakan untuk meramalkan perilaku peningkatan kesehatan. Health
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
3149 Lampiran 3 Belief Model (HBM) merupakan model kognitif yang berarti bahwa khususnya proses kognitif dipengaruhi oleh informasi dari lingkungan. Menurut
Health
Belief Model (HBM) kemungkinan individu akan melakukan tindakan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit dan pertimbangan tentang keuntungan dan kerugian (Machfoedz, 2006). Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap resiko yang akanmuncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul-betul merupakan ancaman bagi dirinya. Asumsinya adalah bahwa, bila ancaman yang dirasakan tersebut, maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penilaian tentang ancaman yang dirasakan ini berdasarkan pada, yaitu:
Ketidak kekebalan yang dirasakan (perceived vulnerability) yang merupakan kemungkinan bahwa orang-orang dapat mengembangkan masalah kesehatan menurut kondisi mereka.
Keseriusan yang dirasakan (perceived severity) merupakan orang-orang yang mengevaluasi seberapa jauh keseriusan penyair tersebut apabila mereka mengembangkan masalah kesehatan atau membiarkan penyakitnya tidak ditangani.Penilaian kedua yang dibuat adalah perbandingan antara keuntungan dan kerugian dari perilaku dalam usaha untuk memutuskan tindakan pencegahan atau tidak yang berkaitan dengan dunia medis, dan mencakup berbagai ancaman perilaku, seperti check-up untuk mencegah atau pemeriksaan awal dan imunisasi (Machfoedz, 2006). Menurut Kosa dan Robertson yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993),
menyatakan bahwa perilaku kesehatan individu cendrung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang mendasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, setiap individu mempunyai cara yang berbeda didalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan, meskipun gangguan kesehatannya sama.Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan oleh individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis.Apabila individu
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
3250 Lampiran 3 bertindak untuk mengobati penyakitnya, ada empat variabel yang terlihat dalam tindakan tersebut, yakni kerentanan yang dirasakan (perceived vulnerability) agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan(susceptible) terhadap penyakit tersebut dan keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness), tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat, manfaat dan rintangan yang dirasakan, apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat(serius),ia akan melakukan suatu tindakan tertentu, tergantuk pada manfaat yang dirasakan dari rintangan yang ditemukan, isyarat atau tanda-tanda(cues) untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan, dan keuntungan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktorfaktor eksternal, misalnya pesan-pesan pada media masa, nasehat atau anjuran teman atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003).
2.6 Determinan Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi 2.6.1 Umur Ibu Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemakaian alat kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berumur muda. (Notoadmojo, 2003) Menurut BKKBN (1993) dalam Ekarini (2008) kesehatan pasangan usia subur sangat mempengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang dimiliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor kontap, sebab umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi dan tubektomi sebagai cara kontrasepsi. Menurut Hartanto (1996), pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional pada umur diantara 20-30 tahun adalah kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas yang tinggi karena pada umur tersebut PUS masih berkeinginan untuk mempunyai
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
3351 Lampiran 3 anak. Sedangkan pada umur > 30 tahun kontrasepsi yang dianjurkan adalah yang mempunyai efektivitas tinggi dan dapat dipakai untuk jangka panjang. Hasil penelitian Pranita (2002) menyatakan terdapat hubungan bermakna antara umur responden dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Responden yang berumur kurang dari 30 tahun mempunyai peluang lebih tinggi untuk memilih non kontrasepsi mantap dibandingkan dengan responden yang berumur lebih dari 30 tahun. Dalam penelitian Yusuf (2002) dinyatakan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penggunaan MKJP. Pada kelompok responden yang berumur tua (> 30 tahun) sebagian besar menggunakan MKJP (50%) dibandingkan dengan kelompok responden yang berumur muda (≤ 30 tahun) yaitu hanya sebesar 11,1%. Dari nilai OR dapat diketahui bahwa kemungkinan ibu yang berumur tua untuk menggunakan kontrasepsi MKJP adalah sebesar 8 kali dibandingkan ibu yang berumur muda. Hasil penelitian Noor (2002) didapatkan bahwa ada hubungan bermakna antara umur dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Penelitian Mitra (1999) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur responden terhadap pemakaian kontrasepsi mantap. Penelitian Amiranty (2003) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna pada tiap kelompok umur dengan pemakaian MKJP. Wanita yang berusia 36-49 tahun memiliki peluang sebesar 10 kali untuk memakai MKJP dibandingkan wanita yang berusia 15-19 tahun. 2.6.2 Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih muah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. (Manuaba, 1998). Pendidikan menunjukkan hubungan yang positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal itu dikarenakan pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
3452 Lampiran 3 alat kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan memakai kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilih alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan juga kemampuan untuk mengetahui akibat sampingan dari masing-masing alat kontrasepsi. (Rifai, 2008) Menurut BKKBN (1980) dalam Kusumaningrum (2009) pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukanpengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnyasesuatu hal,termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru. Purwoko (2000) dalam Ekarini (2008), mengemukakan pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadapperubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana (KB). Karena pengetahuan KB secara umum diajarkan pada pendidikan formal di sekolah dalam mata pelajaran kesehatan, pendidikan kesejahteraan keluarga dan kependudukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya Penelitian yang dilakukan Ananta (1992) mengatakan bahwa tingkat pendidikan lebih baik, mempunyai hubungan yang positif dengan lama masa menggunakan kontrasepsi. Hasil penelitian Yusuf (2001) menyatkan bahwa ada hubungan antara proporsi penggunaan MKJP oleh responden yang berpendidikan rendah dan berpendidikan tinggi. Ibu yang berpendidikan tinggi mempunyai kemungkinan 3 kali lebih besar untuk menggunakan kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
35 53 Lampiran 3 2.6.3
Status Pekerjaan Ibu Penelitian yang dilakukan oleh BKKBN dan LDFEUI (1998) status
pekerjaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemakian kontap.Jadi besar kemungkinan wanita yang bekerja akan lebih menyadari kegunaan dan manfaat KB dan lebih mengetahui berbagai metode kontrasepsi dari wanita yang tidak bekerja. Hasil penelitian Pranita (2002) menyatakan terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Responden yang tidak bekerja mempunyai peluang 1,9 kali lebih tinggi untuk memilih non kontrasepsi mantap dibandingkan dengan responden yang bekerja. Amiranty (2003) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status pekerjaan dengan penggunaan MKJP. Ibu yang bekerja memiliki peluang sebesar 2 kali untuk memakai MKJP dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. 2.6.4
Jumlah Anak Yang Hidup Jumlah anak yang dimiliki, paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana yang salah satunya menggunakan
kontrasepsi
mantap
yaitu
vasektomi
dan
tubektomi.
(Wiknjosatro,1999) Hasil penelitian Pranita (2002) menyatakan terdapat hubungan bermakna antara jumlah anak masih hidup dengam pemakaian kontrasepsi mantap. Dengan interpretasi bahwa responden yang mempunyai anak kurang dari 3 orang yang masih hidup mempunyai peluang 7,5 kali lebih tinggi untuk memilih non kontap dibandingkan dengan responden yang mempunyai anak masih hidup lebih dari sama dengan 3 orang. Noor (2002) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak yang masih hidup dengan pemakian kontrasepsi mantap. Akseptor KB yang mempunyai anak lebih dari 3 orang cenderung lebih banyak menggunakan kontap dibandingkan dengan anak hidup sebanyak 2 atau kurang.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
3654 Lampiran 3 Hasil penilitian Purwoko (2000) dalam Ekarini (2008) jumlah anak hidup mempengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup masih sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas rendah, sedangkan pada pasangan dengan jumlah anak hidup banyak terdapat kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi. Hasil penelitian Yusuf (2001) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara proporsi penggunaan MKJP dengan kelompok responden yang memiliki jumlah anak hidup yang kecil dengan kelompok responden yang memiliki jumlah anak yang lebih besar. Responden yang memiliki jumlah anak > 2 orang mempunyai kemungkinan 20x lebih besar untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang mempunyai anak ≤ 2 orang. Menurut BKKBN (1999) dalam Amiranty (2003), umur dan jumlah anak yang pernah dilahirkan seorang wanita akan mempengaruhi tingkat pemakaian kontrasepsi. Wanita dengan umur tinggi yang pada umumnya mempunyai anak lebih banyak akan cenderung memakai kontrasepsi, terutama untuk membatasi kelahiran. Sebaliknya pemakaian kontrasepsi pada wanita muda yang belum mempunyai anak atau yang baru mempunyai anak dalam jumlah sedikit cenderung ditujukan untuk menjarangkan dan atau menunda kehamilan.
2.6.5 Jumlah Penghasilan Menurut BKKBN (1999) dalam Ekarini (2008)tingkat pendapatan suatu keluarga sangat berpengaruh terhadap kesertaan suami dalam berKB. Nampaknya, bila PUS keduanya bekerja, berarti istri tidak bekerja atau memiliki pendapatan sendiri. Menurut Wesbrook (1984) menjelaskan bahwa orang-orang yang dengan status sosial ekonomi rendah,kurang aktif dan lebih fatalistik atau respon menolak bila dibandingkan dengan orang yang mempunyai status sosial ekonomi tinggi. Bertrand (1984) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah status sosio ekonomi. Semakin tingi status sosio 37 ekonomi seseorang maka semakin mudah untuk menggunakan kontrasepsi. 2.6.6 Kelengkapan Pelayanan KB
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
55
Lampiran 3 Pasien atau masyarakat yang mengalami kepuasan terhadap pelayanan kesehatan cenderung memetuhi nasihat, setia, atau taat terhadap rencana pengobatan yang telah disepakati, namun jika yang terjadi sebaliknya maka pasien tersebut akan beralih ke dokter atau pengobatan lain.(Imbalo,2006) 2.6.7Jarak Ke Tempat Pelayanan Menurut Depkes (2007) pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan akses geografi, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat memfasilitasi atau menghambat pemanfaatan ini adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh atau biaya tempuh. Hubungan antara akses geografi dan volume dari pelayanan bergantung dari jenis pelayanan oleh berkurangnya sumber dana yang ada. Peningkatan akses dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh. Fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada belum digunakan dengan efesien oleh masyarakat karena lokasi pusat-pusat pelayanan tidak berada dalam radius masyarakat banyak dan lebih banyak berpusat di kota-kota dan lokasi sarana yang tidak terjangkau dari segi perhubungan. 2.6.8
Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam pemasaran sosial KB dikaitkan dengan penggunaan jasa pelayanan
dan penggunaan alat kontrasepsi. Secara implicit terdapat dua aspek penting dari harga atau biaya yaitu: aspek finansial dan aspek non finansial. Aspek finansial yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kontrasepsi serta alat kontrasepsi. Aspek non finansial yaitu usaha, waktu, dan ketidaknyamanan yang dialami oleh akseptor dalam upayanya memperoleh produksi sosial yang ditawarkan. Pada sisi lain, biaya dengan aspek finansial mempunyai aksesbilitas, dimana biaya dapat mempengaruhi jangkauan terhadap calon akseptor. Semakin mahal harganya semakin terbatas akses calon akseptor untuk mendatangi sarana pelayanan tersebut dan alat kontrasepsi tertentu. (BKKBN, 1994) dalam (Kemala, 2002). Menurut Bruce (1989) dalam Amiranty (2003) hukum pasar menunjukkan bahwa pelayanan kontrasepsi yang lebih baik dengan harga yang tepat akan menarik lebih banyak klien. Sedangkan dalam pemasaran sosial KB, biaya dikaitkan dengan penggunaan jasa pelayanan dan pemakaian alkon. Biaya yang
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
38 56
Lampiran 3 dikeluarkan dapat mempengaruhi jangkauan terhadap calon akseptor. Semakin mahal harganya semakin terbatas akses calon akseptor untuk mendatangi sarana pelayanan tersebut dan pemilihan alat kontrasepsi tertentu.(BKKBN, 1994) Menurut Easterlin (1975) dalam Bakir (1984) menyatakan bahwa pasangan suami istri akan mempunyai keinginan atau motivasi untuk membatasi kehamilan dalam bentuk pemakaian alat kontrasepsi yang bersangkutan jika biaya atau pengorbanan yang harus mereka keluarkan untuk tujuan ini relatif kecil atau tidak ada sama sekali. Hasil penelitian Wijayanti (2004)
dalam Ekarini (2008) akibat
ketidaktahuan masyarakat di desa Timpik tentang metode MOP, mereka mengemukakan berbagai alasan, salah satunya biaya MOP atau vasektomi yang mahal. Alasan tersebut dikaitkan dengan penghasilan mereka sebagai petani kecil dan mereka menganggap tidak akan mampu menjangkau metode ini. Hasil penelitian Kemala (2002) menyatakan ada hubungan antara biaya pelayanan KB dengan penggunaan MKJP dengan p value 0,001. Wanita yang mengeluarkan biaya lebih dari 10,000 rupiah mempunyai peluang 3,87 kali untuk memakai kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan wanita yang mengeluarkan biaya pelayanan KB 2000 rupiah atau kurang. Dalam penelitian Amiranty (2003) menyatkan ada perbedaan yang signifikan biaya pelayanan KB antara pemakai MKJP dengan pemakai non MKJP. Responden yang mengeluarkan biaya KB sebesar 2000-5500 memiliki peluang sebesar 8,11 kali untuk memakai MKJP dibandingkan yang harus mengeluarkan biaya sebesar < 2000 rupiah. 2.6.9 Dukungan Suami Hartanto (2004) dalam Purba (2009) mengatakan bahwa kontrasepsi tidak dapat dipakai oleh istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membayar biaya pengeluaran untuk kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
57
39 Lampiran 3 2.6.10 Dukungan Keluarga Dukungan sosial mengacu kepada suatu dukungan yang dipandang oleh anggota sebagai suatu yang dapat bermanfaat. Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasi sebagai bagian dari keluarga (Friedmen ,1998). Menurut Friedmen (1998) dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku positif. Peran dukungan keluarga sendiri terbagi menjadi peran formal yaitu peran yang tampak jelas, bersifat eksplisit misalnya peran suami dan peran informasi seperti bantuan langsung dari kelaurga. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga. Dukungan keluarga (suami/ istri) memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Baik keluarga ini maupun keluarga besar berfungsi sebagai system pendukung bagi anggota anggotanya. Hasil penelitian Pembayun (2003) menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara dorongan lingkungan dengan pemakaian kontrasepsi mantap. 2.6.11 Pengetahuan Tentang MKJP Dalam memperkenalkan cara-cara kontrasepsi kepada masyarakat tidak mudah untuk segera diterima karena menyangkut pengambilan keputusan oleh masyarakat untuk menerima cara-cara kontrasepsi tersebut. Menurut Rogers, ada empat tahap untuk mengambil keputusan untuk menerima inovasi tersebut yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation). Melalui tahap-tahap tersebut, inovasi bisa diterima maupun ditolak. Studi yang dilakukan oleh Anne R Pebley dan James W Breckett (1982) dalam Kartini (2009) menemukan bahwa ”Sekali wanita mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukanlah hal yang penting dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan anatara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisional.” Pengetahuan yang benar tentang
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
4058 Lampiran 3 program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB. Menurut WHO dalam Kusumawati (2006) pengetahuan seseorang bersal dari pengalaman yang bersal dari berbagai macam sumber, misalnya pendidikan, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat dekat, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Yusuf (2001) menyatakan bahwa ibu yang mempunyai pengetahun tinggi memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
59
Lampiran 3 BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi model perilaku Green (2005) dan model kepercayaan kesehatan (Health Belief Models)Lewin (1954).Dalam penelitian ini tidak semua variabel perilaku Green dan akan diteliti. Variabel yang akan diteliti meliputi variabel independen yang menggunakan (1). Faktor predisposisi (umur, status pekerjaan ibu, pendidikan, jumlah anak yang hidup, dan jumlah penghasilan,),(2) Faktor pemungkin (kelengkapan pelayanan KB,jarak ke tempat pelayanan KB, dan biaya pemasangan alat kontrasepsi),(3) Faktor isyarat atau tanda (dukungan suami dan keluarga), (4) Faktor ancaman (pengetahuan tentang MKJP). Sedangkan variabel dependennya adalah pengunaaan metode kontrasepsi jangka panjang.Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:
Universitas Indonesia 41 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
4260 Lampiran 3 Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor Predisposisi Umur Pendidikan Status Pekerjaan Ibu Jumlah Anak Hidup Jumlah Penghasilan
Faktor Pemungkin Kelengkapan Pelayanan KB Jarak ke tempat pelayanan KB Biaya Pemasangan alat kontrasepsi
Pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Faktor Isyarat atau Tanda Dukungan Suami Dukungan Keluarga
Faktor Ancaman Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Diagram 3 Kerangka Konsep Modifikasi dari Teori Green (2005) dan Teori Lewin (1954)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
61 43 Lampiran 3
3.2 Definisi Operasional Tabel Definisi Operasional Variabel
No
1.
2.
3.
Variabel
Umur
Pendidikan
Status Pekerjaan Ibu
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Lamanya Wawancara seseorang hidup sejak dilahirkan sampai pada saat sekarang, dihitung dalam tahun (Depkes RI, 1998) Jenjang Wawancara sekolah formal tertinggi yang dicapai oleh seseorang. (Diknas, 2003)
Kuesioner
Seseorang yang melakukan kegiatan ekonomi dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu (BPS, 2009).
Kuesioner
Wawancara
Hasil Ukur
0. Nilai < 30 tahun
Skala
Ordinal
1. Nilai ≥ 30tahun (Hartanto, 1996)
Kuesioner
0.Pendidikan dasar (SD, SMP sederajat) 1.Pendidikan lanjutan (SMA, PT/Akademi) 0. Tidakbekerj a 1. Bekerja
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
Ordinal
Ordinal
4462 Lampiran 3 No
Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
4.
Jumlah anak yang hidup
Wawancara
Kuesioner
0. 0- 2 orang 1. ≥ 3orang
Ordinal
5.
Kelengkapan Pelayanan KB
Jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang dan masih hidup sampai saat ini (Joeharno,20 08) Kelengkapan pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada peserta akseptor KB Jumlah penghasilan yang didapatkan keluarga selama 1 bulan Anjuran dari suami untuk memakai KB
Wawancara
Kuesioner
0.Kurang jika skor jawaban ≤ mean
Ordinal
6.
7.
8.
Jumlah Penghasilan
Dukungan Suami
Dukungan Keluarga
Anjuran darikeluargau ntuk memakai KB
1.Baik jika skor jawaban >mean
Wawancara
Kuesioner
0. Rendah jika Ordinal ≤ Rp 1.253.638 1.Tinggi jika >Rp 1.253.638
Wawancara
Wawancara
Kuesioner
Kuesioner
0. Lemah jika nilai jawaban≤ mean 1. Kuat jika nilai jawaban > mean 0. Lemah jika nilai jawaban≤ mean 1. Kuat jika nilai jawaban > mean
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
Ordinal
Ordinal
4563 Lampiran 3 No
9.
10.
11.
12.
Variabel
Pengetahuan tentang kontrasepsi jangka panjang
Pengunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
Biaya pemasangan alat kontrasepsi
Jarak ke tempat pelayanan KB
Definisi Operasional
Yang diketahui responden tentang kontrasepsi jangka panjang
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Wawancara
Kuesioner
0.Rendah jika nilai jawaban≤ mean
Ordinal
Akseptor KB Wawancara yang menggunaka n metode kontrasepsi jangka panjang
Kuesioner
Semua Wawancara pengeluaran yang digunakan untuk memasang kontrasepsi Jarak yang di Wawancara tempuh oleh akseptor KB dari tempat tinggalnya ke lokasi pelayanan KB untuk mendapatkan pelayanan KB
Kuesioner
1. Tinggi nilai jawaban>me an 0.Pengguna metode Nominal kontrasepsi Non MKJP 1. Pengguna metode kontrasepsi MKJP
Kuesioner
0. Jika ≤ median (10000) 1. Jika >median (10000) 0. Jauh jika > 2,5 Km 1. Dekat Jika ≤ 2,5 Km (BPS,2002)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
Ordinal
Ordinal
64 46 Lampiran 3
3.3 Hipotesis 1. Ada hubungan antara faktor predisposisi(umur,pendidikan,status pekerjaan ibu, jumlah anak yang masih hidup, dan jumlah penghasilan,) dengan penggunaan metode kontrasepsijangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun. 2. Ada hubungan antara faktor pemungkin (kelengkapan pelayanan KB, jarak ke tempat pelayanan KB, dan biaya pemasangan alat kontrasepsi)
dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. 3. Ada hubungan antara faktor isyarat atau tanda (dukungan istri dan dukungan keluarga) pekerjaan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011. 4. Ada hubungan antara faktor ancaman(pengetahuan tentang kontrasepsi MOW) dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2011.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
65
Lampiran 3 BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kasus-kontrol yaitu membandingkan subjek dengan penyakit (kasus) dengan subjek tanpa penyakit, sebagai kontrol. Kemudian peneliti menghitung proporsi kasus yang terpajan dan tidak terpajan, serta proporsi kontrol yang terpajan dan tidak terpajan. Ciri utama desain kasus-kontrol adalah penelitian dimulai pada subjek dengan penyakit (subjek) dan subjek tanpa penyakit (kontrol). Kelebihan desain penelitian kasuskontrol adalah hasil dapat diperoleh dengan cepat, biaya yang diperlukan relatif sedikit, dan memerlukan subjek penelitian yang relatif sedikit.(Ariawan, 1998)
Apakah ada faktor risiko
retropektif
Penelitian dimulai disini
Ya Kasus Tidak
Ya Kontrol Tidak
Diagram 4 Skema Dasar Studi Kasus-Kontrol ( Sastroasmoro, 2002)
47 Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
66 48 Lampiran 3
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember 2011 di wilayah kerja Puskesmas Pancoranmas Depok.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang akan kita lakukan.(Hastono, 2008) Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik berupa hasil perhitungan maupun ukuran, kuantitatif maupun kualitatif pada katakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. (Nawawi, 1983). Sedangkan menurut Sugiyono (2001)populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh akseptor KB di wilayah kerja Puskesmas Pancoranmas Depok 4.3.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya kita ukur dan yang nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi.(Hastono, 2008). Menurut Suparman (1989) sampel adalah pendekatan bersifat analistik kuantitatif yaitu mengumpulkan data dengan cara mencacah dan pengukuran dengan menggunakan satuan hitungan.Dengan demikian data yang dikumpulkan dapat dibuat klasifikasi secara kuantitatif. Sampel adalah sebagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penulisan sebagian individu yang diselidiki itu sebagai sampel atau contoh.( Nawawi, 1997) Sampel diambil dari populasi yang dipilih dengan karakteristik untuk kasus adalah akseptor KB yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini sedangkan untuk kontrolnya adalah akseptor KB yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
4967 Lampiran 3 dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Rumus yang digunakan adalah perhitungan besar sampel pada uji hipotesis terhadap dua proporsi didapatkan formula rumus sebagai berikut (lemeshow, 1997): {
[√
]
[√
] }
Keterangan: = Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini
n
= Proporsi kelompok kontrol yang terekspos = Proporsi kelompok kasus yang diperkirakan terekspos P
= = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan tingkat kemaknaan (untuk= 0,05 adalah 1,96) = Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power) sebesar diinginkan (untuk ß=0,2 adalah 0.84) Dalam penelitian kasus-kontrol sering terjadi kasus sulit dicari namun
kontrol lebih mudah untuk dicari. Sehingga untuk satu kasus dapat digunakan k control dan dengan desain seperti ini, pemanfaatan sampel menjadi lebih efesien. Perhitungan besar sampel untuk desain satu kasus - k control merupakan perluasan dari rumus sebelumnya, yaitu: {
[√(
)
]
[√
] }
Dari penelitian sebelumnya didapat hasil sebagai berikut: Variabel Umur Jumlah Anak Pekerjaan Pendidikan Penghasilan Biaya Dukungan Keluarga/Suami Pengetahuan Kelengkapan
0.9 0.8 0.7 0.5 0.4 0.4 0.7 0.3 0.5
0.6 0.3 0.45 0.2 0.1 0.1 0.4 0.1 0.2
n n n Kasus Kontrol Total 31 62 93 15 30 45 61 122 183 39 78 117 32 64 96 32 64 96 42 88 130 62 124 186 39 78 117
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
5068 Lampiran 3 Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 195 akseptor KB. Enam puluh lima untuk kelompok kasus yaitu pengguna metode kontrasepsi jangka panjang dan 130 lainnya untuk kelompok kontrol yaitu pengguna non metode kontrasepsi jangka panjang. 4.3.3 Cara pengambilan sampel Cara pengambilan sampel dengan cara simple random sampling. Pencuplikan random sederhana (simple random sampling) dari suatu populasi terbatas (finite population) merupakan metode pemilihan sampel dimana masingmasing item (elemen) dari keseluruhan populasi memiliki peluang yang sama dan independen untuk terpilih ke dalam sampel. (Murti, 2003) Peneliti mengambil sampel dengan cara mendatangi posyandu yang berada di Puskesmas Pancoranmas dan ditambah dengan akseptor KB yang datang berkunjung ke Puskesmas Pancoranmas. Peneliti memilih sampel secara acak dibantu oleh kader posyandu, bidan puskesmas, dan PLKB. 4.4 Pengumpulan Data Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Pengambilan data primer menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang dipakai pada saat wawancara.Sedangkan data sekunder menggunakan register KB. 4.5 Instrumen Penelitian Kuesioner ini digunakan dalam pengumpulan data melalui proses wawancara secara langsung kepada responden dan alat ini ditujukkan untuk memperoleh jawaban yang akurat dari responden (notoadmojo,2002). 4.6 Manajemen Data Semua data terkumpul maka data akan diolah dengan sofware pengolah data dengan tahap-tahap berikut: 4.6.1 Editing Merupakan kegaitan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:
Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya
Jelas: jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas terbaca
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
69 51 Lampiran 3
Relevan: jawaban yang tertulis apakah relevan dengan pertanyaan
Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawabannya konsisten.(Hastono, 2007)
4.6.2 Coding Pada tahap ini dilakukan pengkualifikasian data dan pemberian kode dari setiap jawaban dalam bentuk angka agar pada saat proses data dapat mempermudah analisis data. 4.6.3 Processing Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masingmasing mempunyai kelebihan dan kekurangan.(Hastono, 2007) 4.6.4 Cleaning Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita meng-entry ke komputer. 4.6.5 Analisis Data Analisis data ini dilakukan sebagai penunjang kegiatan analisis dan upaya pembuatan hipotesis.Teknik analisis yang digunakan adalah: 4.6.5.1 Analisis Univariat Analisis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran terhadap variabel-variabel independen yang diteliti dengan mendeteksi nilai ekstrim/outliner dengan melihat gambaran distribusi frekuensi variabel dependent dan independent yang akan diteliti yang digambarkan dalam bentuk tabel dan garfik. Analisis univariat (analisis deskriptif) adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara berkelompok (Riyanto, 2009). Tujuan dilakukan analisis ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Hastono, 2007).
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
70 52 Lampiran 3
Analisis univariat pada penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan karakteristik responden menurut kasus dan kontrol, dilakukan dengan menyajikan distribusi variabel yang diteliti dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik untuk mengetahui proporsi masing-masing variabel. 4.6.5.2 Analisis Bivariat Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel dapat diteruskan analisis yang lebih lanjut. Apabila analisis hubungan antara dua variabel, maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Kegunaan analisis bivariat bisa untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara dua variabel, atau bisa juga digunakan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua atau lebih kelompok (sampel) Pada tahap ini analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independenpada data dengan menggunakan uji hipotesis dua variable kategorik yaitu uji beda proporsi atau Chisquare.Chi square dapat digunakan untuk menentukan/menguji:
Ada tidaknya hubungan/asosiasi antara 2 variabel (Test of Independency)
Apakah suatu kelompok homogen dengan sub kelompok lain (Test of Homogenity)
Apakah ada kesesuaian antara pengamatan dengan parameter tertentu yang dispesifikan (Goodnes of Fit) Dasar dari uji kai kuadrat adalah membandingkan frekuensi yang
diamati dengan frekuensi yang diharapkan. Tujuan dari digunakannya kai kuadrat adalah untuk menguji perbedaan proporsi/persentase antara beberapa kelompok data. Dilihat dari segi datanya uji kai kuadrat dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel kategorik dengan variabel katagorik. Untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan dependen, digunakan batas kemaknaan sebesar 0,05 (5%). Bila nilai
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
53 71 Lampiran 3 p<0,05 berarti ada hubungan bermakna, jika nilai p> 0,05 maka tidak ada hubungan yang bermakna. Analisis bivariat digunakan untuk menguji hubungan faktor-faktor resiko terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang dan mengetahui besar risiko (odds ratio) paparan terhadap kasus dengan menggunakan tabel 2x2 sebagai berikut: Tabel Distribusi Faktor Risiko Pada Kelompok Kasus dan Kontrol Penyakit
Kasus
Kontrol
Pajanan
(+)
(-)
Terpajan
a
b
Tidak Terpajan
c
d
Nilai besarnya Odds ratio ditentukan dengan rumus OR= a.d/b.c, dengan confidence interval 95%.Hasil interpretasi sebagai berikut: a. Bila OR lebih dari 1, dan CI 95% tidak mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor risiko. b. Bila OR lebih dari 1, dan CI 95% mencakup nilai 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko. c. Bila OR kurang dari 1, menunjukkan bahwa faktor yang diteliti merupakan faktor protektif
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
72
Lampiran 3 BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Karakteristik Penggunaan alat kontrasepsisebagian besar menggunakan suntik yaitu 111 orang (56,9%) sedangkan AKDR/IUD diurutan kedua sebanyak 37 orang (19%) sedangkan untuk alat kontrasepsi pil, implant/susuk , dan MOW, masing-masing 9,7%, 8,2%, dan 6,2%. Proporsi responden yang menggunakan metode kontrasepsi non jangka panjang sebanyak 130 orang (66,7%) dan yang menggunakan metode jangka panjang sebanyak 65 orang (33,3%). Distribusi umur responden sebagian besar adalah responden yang berusia ≥ 30 tahun sejumlah 110 orang (56,4%) sementara sebanyak 85 responden berumur < 30 tahun (43,6%). Tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian besar berpendidikan lanjut yaitu sebanyak 122 orang (62,6%) sedangkan responden yang tingkat pendidikan dasar sebanyak 73 orang (37,4%). Sedangkan proporsi status pekerjaan ibu, sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 145 orang (74,4%) dan sebanyak 50 orang (25,6%) responden bekerja. Persentasejumlah anak yang masih hidup, sebagian besar mempunyai anak yang masih hidup 0-2 tahun sejumlah 120 orang (61,5%) sementara yang memiliki anak yang masih hidup ≥ 3 yaitu 75 orang (38,5%) . Distribusi responden berdasarkan jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi sebagian besar berjarak jauh sejumlah 168 orang (86,2%) sementara responden yang berjarak dekat sebanyak 27 orang (13,8%). Proporsi biaya penggunaan alat kontrasepsi responden sebagian besar biaya ≤10000 yaitu sejumlah 119 orang (61%) sementara yang berbiaya >10000 sebanyak39 orang (39%). Sedangkan untuk jumlah penghasilan responden sebagian besar berpenghasilan tinggi yaitu sejumlah 135 orang (69,2%) sementara responden yang berpenghasilan rendah 65 orang (30,8%). Bedasarkan karakteristik kelengkapan pelayanan KB sebagian besar respoden baik sejumlah 130 orang (66,7%) sementara responden yang kurang sebanyak 65 orang (33,3%).
Universitas Indonesia 54 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
5573 Lampiran 3 Proporsi dukungan suami hampir merata. Responden dengan dukungan suami lemah yaitu 100 orang (51,3%) sementara untuk dukungan suami kuat 95 orang (48,7%). Hal serupa ditemukan pada karakteristik dukungan keluarga tersebar hampir merata. Responden yang memiliki dukungan keluarga lemah sejumlah 98 orang (50,3%) sementara untuk dukungan kuat 97 orang (49,7%). Proporsi pengetahuan ibu tentang MKJP sebagian besar responden berpengetahuan rendah sejumlah 122 orang (62,6%) sementara responden yang berpengetahuan tinggi 73 orang (37,4%).Gambaran umum karakteristik responden secara lengkap tersaji pada Tabel 5.1.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
74 56 Lampiran 3
Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 No
Variabel
1.
Alat Kontrasepsi
2.
3.
4.
5.
6.
7.
n
%
Pil Suntik Implant/Susuk IUD MOW Jumlah
19 111 16 37 12 195
9,7 56,9 8,2 19,0 6,2 100
Metode Kontrasepsi MKJP Non MKJP Jumlah
65 130 195
33,3 66,7 100
≥ 30 tahun < 30 tahun Jumlah
110 85 195
56,4 43,6 100
Tingkat Pendidikan Pendidikan Lanjut Pendidikan Dasar Jumlah
122 73 195
62,6 37,4 100
Status Pekerja Ibu Bekerja Tidak Bekerja Jumlah
50 145 195
25,6 74,4 100
Jumlah Anak Yang Hidup ≥ 3 orang 0-2 orang Jumlah
Jumlah
Persentase
75 120 195
38,5 61,5 100
Jarak Ke Tempat Pelayanan Kontrasepsi Jauh Dekat Jumlah
Jumlah
Persentase
168 27 195
86,2 13,8 100
Umur
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
75
57 Lampiran 3 Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 No
Variabel
n
%
8.
Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi >10000 ≤10000 Jumlah
Jumlah
Persentase
76 119 195
39 61 100
Jumlah Penghasilan Tinggi Rendah Jumlah
Jumlah
Persentase
135 65 195
69,2 30,8 100
Kelengkapan Pelayanan KB Baik Kurang Jumlah
Jumlah
Persentase
130 65 195
66,7 33,3 100
Dukungan Suami
Jumlah
Persentase
Kuat Lemah Jumlah
95 100 195
48,7 51,3 100
Dukungan Keluarga Kuat Lemah Jumlah
Jumlah
Persentase
97 98 195
49,7 50,3 100
Pengetahuan Ibu Tentang MKJP Tinggi Rendah Jumlah
Jumlah
Persentase
73 122 195
37,4 62,6 100
9.
10.
11.
12.
13.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
5876 Lampiran 3 5.1.1Gambaran Umum Sampel (Karakteristik Sampel) Dari hasil uji univariatdidapatkan rata-rata umur ibu adalah 31,48 tahun (95% CI: 30,44-32,51), dengan standar deviasi 7,316 tahun. Umur termuda 17 tahun dan umur tertua 56 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata umur ibu adalah diantara 30,44-32,51 tahun. Rata-rata jarak antara rumah responden dengan tempat pelayanan KB adalah 1,8 Km (95% CI: 1,7-1,9), dengan standar deviasi 0,75 Km. Jarak terdekat 0,5 Km dan yang terjauh 4 Km. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata jarak antara rumah responden dengan tempat pelayanan KB adalah diantara 1,7-1,9 Km. Biaya yang dikeluarkan responden dalam menggunakan KB yaitu rata-rata 19651,28 rupiah (95% CI: 9506,90-29795,66), dengan standar deviasi 71825,238 rupiah. Biaya termurah gratis (0 rupiah) dan yang paling mahal 1000000 rupiah. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh responden untuk menggunakan KB adalah diantara 9506,90 – 29795,66 rupiah.Gambaran umum sampel secara lengkap tersaji pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Karakteristik Sampel (Data Kontinyu) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 Variabel
Mean
SD
Minimal -
95% CI
Maksimal Umur
31,48
7,316
17-56
30,44 – 32,51
Jarak
1,8
0,75
0,5-4
1,7-1,9
Biaya
19651,28
71825,238
0-1000000
9506,90-29795,66
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
77
59 Lampiran 3 5.1.2 Gambaran Umum Faktor Predisposisi
Respondenyang berumur ≥ 30 tahun yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 46 orang (70,8%). Sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 64 orang (49,2%). Dari mereka yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 41 (63,1%) responden berpendidikan lanjut. Sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 81 orang (62,3%) responden yang berpendidikan lanjut. Responden bekerja yang menggunakan MKJP sebanyak 17 orang (26,2%). Sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 33 orang (25,4%) yang bekerja. Dari mereka yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 39 (60%) responden yang mempunyai anak hidup ≥ 3 orang. Sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 36 orang (27,7%) yang memnpunyai anak hidup ≥ 3 orang. Responden berpenghasilan tinggi yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 47 orang (72,3%). Sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 88 orang (67,7%).Gambaran umum faktor predisposisi responden secara lengkap tersaji pada Tabel 5.4.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
6078 Lampiran 3 Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 Variable
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Ya (Kasus) Tidak (Kontrol) N % n %
Jumlah
n
%
49,2 50,8
110 85
56,4 43,6
130
100
195
100
63,1 36,9 100
81 49 130
62,3 37,7 100
122 63 195
62,6 37,4 100
17 48 95
26,2 73,8 100
33 97 130
25.4 74.6 100
50 145 195
25,6 74,4 100
Jumlah Anak Yang Hidup ≥ 3 orang 0-2 Orang Jumlah
39 26 65
60,0 40,0 100
36 94 130
27.7 72.3 100
75 120 195
38,5 61,5 100
Penghasilan Tinggi Rendah Jumlah
47 18 65
72,3 27,7 100
88 42 130
67.7 32.3 100
135 60 195
69,2 30,8 100
Umur ≥ 30 tahun < 30 tahun
46 19
70,8 29,2
64 66
Jumlah
65
100
Pendidikan Pendidikan Lanjut Pendidikan Dasar Jumlah
41 24 65
Status Pekerjaan Ibu Bekerja Tidak Bekerja Jumlah
5.1.3 Gambaran Umum Faktor Pemungkin Respondenyang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsinya dekat yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 17 orang (26,2%). Sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 10 orang (7,7%). Dari mereka yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 35 (53,8%) responden yang menyatakan biaya penggunaan kontrasepsi sebesar >10000. Sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 30 orang (46.2%) responden yang menyatakan biaya penggunaan kontrasepsi mahal.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
6179 Lampiran 3 Responden yang menyatakan kelengkapan pelayanan KB baik yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 57 orang (87,7%). Sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 73 orang (56,2%).Gambaran umum faktor pemungkin responden secara lengkap tersaji pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Faktor Pemungkin Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 Variable
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Ya (Kasus) Tidak (Kontrol) n % n %
Jumlah
n
%
Jarak Dekat Jauh Jumlah
17 48 65
26,2 73,8 100
10 120 130
7,7 92,3 100
27 168 195
13,8 86,2 100
Biaya >10000 ≤10000 Jumlah
35 30 65
53,8 46,2 100
41 89 130
31.5 68.5 100
76 119 195
39 61 100
Kelengkapan Pelayanan KB Baik Kurang Jumlah
57 8 65
87,7 12,3 100
73 57 100
56,2 43,8 100
130 65 195
66,7 33,3 100
5.1.4 Gambaran Umum Faktor Isyarat atau Tanda Pada responden yang mendapatkan dukungan kuat dari suami yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 30 orang (46,2%). Sedangkan pada responden yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 65 orang (50%). Dari repondenyang mendapatkan dukungan kuat dari keluarga yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 35 orang (53,8%). Sedangkan pada responden yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 62 orang (47,7%).Gambaran umum isyarat atau tanda responden secara lengkap tersaji pada Tabel 5.6.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
6280 Lampiran 3 Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Faktor Isyarat atau Tanda Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 Variable
Dukungan Suami Kuat Lemah Jumlah Dukungan Keluarga Kuat Lemah Jumlah
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Ya (Kasus) Tidak (Kontrol) N % n % 30 46,2 65 50 35 53,8 65 50
Jumlah
n 95 100
% 48,7 51,3
130
100
130
100
195
100
35 30
53,8 46,2
62 68
47,7 52,3
97 98
49,7 50,3
65
100
130
100
195
100
5.1.5 Gambaran Umum Faktor Ancaman Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Faktor Ancaman Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 Variable
Pengetahuan MKJP Tinggi Rendah Jumlah
Berdasarkan
tabel
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Ya (Kasus) Tidak (Kontrol) N % n % 34 31 65
5.7
52,3 47,7 100
39 91 130
responden
30 70 100
Jumlah
n
%
73 122 195
37,4 62,6 100
berpengetahuan
tinggi
yang
menggunakan MKJP, ada sebanyak 34 orang (52,3%). Sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 39 responden (30%).
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
81
63 Lampiran 3
5.2 Hubungan Antara Faktor Predisposisi, Pemungkin, Isyarat atau Tanda, dan Ancaman
5.2.1 Hubungan antara Faktor Predisposisi (Umur Ibu, Pendidikan Ibu, Status Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak Hidup, Jumlah Penghasilan) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Hasil analisa hubungan umur ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara responden yangberumur ≥ 30 tahun yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) responden sebesar 46 orang (70,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak64 orang (49,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,007 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara umur ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga diperoleh informasi nilai OR sebesar 2,5 artinya responden yang berumur ≥ 30 tahun memiliki peluang sebesar 2,5 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang berumur < 30 tahun. Dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa nilai OR berada diantara 1,32-4,71. Analisa hubungan pendidikan ibu dengan penggunaan metode kontarsepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara respondenyang pendidikan lanjut yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 41 orang (63,1%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 81 orang (62,3%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara pendidikan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Hasil analisa hubungan status pekerjaan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara respondenbekerja yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 17 orang (26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 33 orang (25,4%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 1.000 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
82
64 Lampiran 3
status pekerjaan ibudengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Hasil analisa hubungan jumlah anak hidup dengan penggunaan metode kontarsepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara responden yangmempunyai anak hidup ≥ 3 orang yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 39 orang (60%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 36 orang (27,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.005 dengan demikian dapat disimpulkan bahwaada hubungan secara signifikan antara jumlah anak hidup dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga diperoleh informasi nilai OR sebesar 3,9artinya responden yang mempunyai anak hidup ≥ 3 orangmemiliki peluang sebesar 3,9 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang mempunyai anak hidup 0-2. Dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa nilai OR berada diantara 2,09-7,34. Hasil analisa hubungan jumlah penghasilan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara responden yang penghasilan tinggi yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang penghasilan tinggi sebesar 47 orang (72,3%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 88 orang (67,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,622 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara jumlah penghasilan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Gambaran hubungan antara faktor predisposisi (umur Ibu, pendidikan, status pekerjaan ibu, jumlah anak hidup, jumlah Penghasilan)dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada tabel 5.8.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
83 65 Lampiran 3
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Faktor Predisposisi (Umur Ibu, Pendidikan, Status Pekerjaan Ibu, Jumlah Anak Hidup, Jumlah Penghasilan) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 Variabel
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Ya (Kasus) n %
Umur ≥ 30 tahun < 30 tahun Jumlah Pendidikan Pendidikan Lanjut Pendidikan Dasar Jumlah Status Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Jumlah Jumlah Anak Hidup ≥ 3 orang 0-2 Orang Jumlah Penghasilan Tinggi Rendah Jumlah
46 19 65
70,8 29,2 100
Tidak (Kontrol) n % 64 66 130
49,2 50,8 100
Jumlah
n 110 85 195
OR (95% CI)
Nilai p
2,5 1,32-4,71
0,007
1,0 0,56-1,91
1,000
1,0 0,53-2,05
1,000
3,9 2,09-7,34
0,005
1,3 0,65-2,40
0,622
% 56,4 43,6 100
41 24 65
63,1 36,9 100
81 49 130
62,3 37,7 100
122 63 195
62,6 37,4 100
17 48 65
26,2 73,8 100
33 97 130
25,4 74,6 100
50 145 195
25,6 74,4 100
39 26 65
60,0 40,0 100
36 94 130
27,7 72,3 100
75 120 195
38,5 61,5 100
47 18 65
72,3 27,7 100
88 42 130
67,7 32,3 100
135 60 195
69,2 30,8 100
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
6684 Lampiran 3 5.2.2 Hubungan antara Faktor Pemungkin (Kelengkapan Pelayanan KB, Jarak ke Tempat Pelayanan KB, Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Hasil analisa hubungan kelengkapan pelayanan KB dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara responden yang kelengkapan pelayanan KB baik yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 57 orang (87,7%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 73 orang (56,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.005 dengan demikian dapat disimpulkan bahwaada hubungan secara signifikan antara kelengkapan pelayanan KB dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga diperoleh informasi nilai OR sebesar 5,6artinya responden yang kelengkapan pelayanan KB baikmemiliki peluang sebesar 5,6 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang kelengkapan pelayanan KB kurang. Dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa nilai OR berada diantara 2.,48 -12,59. Hasil analisa hubungan jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara respondenyang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi dekat yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 17 orang (26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 10 orang (7,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,001 dengan demikian dapat disimpulkan bahwaada hubungan secara signifikan antara jarakke tempat pelayanan kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga diperoleh informasi nilai OR sebesar 4,3artinya responden yang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsidekatmemiliki peluang sebesar 4,3 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsijauh. Dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa nilai OR berada diantara 1,82-9,94. Analisa hubungan biaya penggunaan alat kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
85 67 Lampiran 3
responden yangbiaya penggunaan alat kontrasepsi mahal yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 35 orang (53,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 21 orang (16,2%). Hasil uji statistik diperolehnilai p = 0,004 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara biaya penggunaan alat kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga diperoleh informasi nilai OR sebesar 2.5artinya responden yang biaya penggunaan alat kontrasepsi>10000memiliki peluang sebesar 2.5 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang biaya penggunaan alat kontrasepsi ≤10000. Dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa nilai OR berada diantara 1.37-4.67. Gambaran hubungan antara faktor pemungkin(kelengkapan pelayanan KB, jarak ke tempat pelayanan KB, biaya penggunaan alat kontrasepsi)dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada tabel 5.9. Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Faktor Pemungkin (Kelengkapan Pelayanan KB, Jarak ke Tempat Pelayanan KB, Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 Variabel
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Ya (Kasus) n %
Tidak (Kontrol) n %
Jumlah
n
%
Jarak Dekat Jauh Jumlah Biaya >10000 ≤10000 Jumlah Kelengkapan Pelayanan Baik Kurang Jumlah
17 48 65
26,2 73.8 100
10 120 130
7,7 92,3 100
27 168 195
13,8 86,2 100
35 30 65
53,8 46,2 100
41 89 130
31.5 68.5 100
76 119 195
31 69 100
57 8 65
87,7 12,3 100
73 57 100
56,2 43,8 100
130 65 195
66,7 33,3 100
OR (95% CI)
Nilai p
4,3 1,82-9,94
0,001
2.5 1.37-4.67
0,004
5,6 2,48-12,59
0,005
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
6886 Lampiran 3 5.2.3 Hubungan antara Faktor Isyarat atau Tanda (Dukungan Suami dan Dukungan Keluarga) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Hasil analisa hubungan dukungan suami dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara responden yang dukungan suami kuat yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 30 orang (46,2%), sedangkan yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 65 orang (50%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,723 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Hasil analisa hubungan dukungan keluarga dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara responden yang dukungan keluarga kuat yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 35 orang (53,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 62 orang (47,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,510 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan keluarga dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Gambaran hubungan antara faktor isyarat atau tanda(dukungan suami dan dukungan keluarga)dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada tabel 5.10
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
6987 Lampiran 3 Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Faktor Isyarat atau Tanda (Dukungan Suami dan Dukungan Keluarga) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 Variabel
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Ya (Kasus) n %
Dukungan Suami Kuat Lemah Jumlah Dukungan Keluarga Kuat Lemah Jumlah
Jumlah
Tidak (Kontrol) n %
n
%
30 35 130
46,2 53,8 100
65 65 130
50 50 100
95 100 195
48,7 51,3 100
35 30 65
53,8 46,2 100
62 68 130
47.7 52.3 100
97 98 195
49,7 50,3 100
OR (95% CI)
Nilai p
0,9 0,47-1,56
0,723
1,3 0,70-2,32
0,510
5.2.4Hubungan antara Faktor Ancaman (Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Jangka Panjang) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Faktor Ancaman (Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Jangka Panjang) dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoranmas Kota Depok Tahun 2011 Pengetahuan Ibu Tentang MKJP
Tinggi Rendah Jumlah
Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Ya (Kasus) n % 34 52,3 31 47,7 65 100
Tidak (Kontrol) n % 39 30 91 70 130 100
Jumlah
n 73 122 195
% 37,4 62,6 100
OR (95% CI)
Nilai p
2,6 1,38-4,73
0,004
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
70 88 Lampiran 3 Berdasarkan
tabel
5.11
memperlihatkan
hasil
analisa
hubungan
pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi jangka panjang dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) diperoleh informasi bahwa diantara responden yang pengetahuan tinggi yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 34 orang (52,3%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 39 orang (30%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,004 dengan demikian dapat disimpulkan bahwaada hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi jangka panjang dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Uji statistik juga diperoleh informasi nilai OR sebesar 2,6artinya responden yang pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang tinggimemiliki peluang sebesar 2,6 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang rendah. Dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini bahwa nilai OR berada diantara 1,38-4,73.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
89
Lampiran 3 BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian kasus kontrol. Kelemahan pertama studi kasus kontrol terletak pada penggunaan logika yang berkebalikan dengan paradigma eksperimen klasik, yaitu bahwa peneliltian hubungan kausal paparan dan penyakit tidak diawali dengan identifikasi paparan (sebagai penyebab) kemudian diikuti selama periode waktu tertentu untuk melihat perkembangan penyakit (sebagai akibat), melainkan melihat akibatnya terlebih dahulu, baru menyelidiki penyebabnya. Selain itu kasus kontrol rawan akan terjadinya bias. Karena subjek kasus kontrol dipilih berdasarkan status penyakitnya, maka dengan studi kasus kontrol pada umumnya tidak dapat menghitung laju insidensi baik pada polulasi yang terpapar maupun tak terpapar. (Murti, 2003) Variabel dalam penelitian ini dibatasi dengan variabel dalam kerangka konsep yang ada. Tidak semua variabel diikutsertakan dalam penelitian ini, dikarenakan terdapat banyak keterbatasan diantaranya waktu, tenaga, dan dana yang dimiliki oleh penulis. Dalam menganalisis hasil penelitian ini hanya menggunakan analisis statistic yang terbatas pada analisis univariat dengan menampilkan distribusi frekuensi masing-masing variable dan analisis bivariat dengan uji chisquare untuk melihat hubungan masing-masing variable independen dengan dependen, sehingga belum dapat diketahui faktor-faktor yang paling berpengaruh.
6.2 Umur Ibu Umur dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah, komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yangdibutuhkan. (Kusumanigrum, 2009)
Universitas Indonesia 71 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
7290 Lampiran 3 Pada penelitian ini, peneliti membagi umur dalam 2 kelompok yaitu ≥ 30 tahun (faktor resiko) dan < 30 tahun. Dari hasil analisis didapatkan diantara responden berumur ≥ 30 tahun yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 46 orang (70,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan
MKJP,
ada
sebanyak64
orang
(49,2%).Hasil
chisquarememperlihatkan ada hubungan secara signifikan antara umur ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value0.007. Responden yang berumur ≥ 30 tahun memiliki peluang sebesar 2,5 kali lebih besaruntuk
menggunakan
metode
kontrasepsi
jangka
panjang
(MKJP)
dibandingkan responden yang berumur < 30 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2002) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penggunaan MKJP, kemungkinan ibu yang berumur tua untuk menggunakan kontrasepsi MKJP adalah sebesar 8 kali dibandingkan ibu yang berumur muda. SDKI (2007) menyatakan bahwa wanita muda cenderung menggunakan cara KB suntik, pil dan susuk KB, sementara yang lebih tua cenderung memilih kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, sterilisasi wanita dan sterilisasi pria. Umur wanita menentukan dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan, karena umur wanita mempengaruhi keinginan terhadap jumlah anak yang dimiliki. Umur wanita yang muda cenderung untuk mempunyai keinginan anak yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berumur tua. Oleh karena keinginan tersebut, wanita muda cenderung memilih menggunakan metode kontrasepsi non jangka panjang seperti suntik dan pil.
6.3 Pendidikan Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. (Manuaba, 1998)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
7391 Lampiran 3 Dalam penelitian iniberdasarkan hasil analisis didapatkan responden berpendidikan lanjut (SMA dan Akademik/PT) yang menggunakan MKJP sebanyak 122 orang (62,6%),sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 81 orang (62,3%). Pada uji chisquare memperlihatkan tidak ada hubungan secara signifikan antara pendidikan ibu dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value 1,000. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ananta (1992) yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan lebih baik, mempunyai hubungan yang positif dengan lama masa menggunakan kontrasepsi. Keputusan seseorang dalam menentukan alat kontrasepsi yang digunakan tidak selalu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki, banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya kepribadian, lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana dan petugas kesehatan.
6.4 Status Pekerjaan Ibu Status pekerjaan ibu berkaitan erat dengan pendapatan keluarga. Status pekerjaan ibu bisa menggambarkan tingkat pengambilan keputusan didalam keluarga. Hasil penelitian didapatkan informasi bahwa diantara responden bekerjayang
menggunakan
metode
kontrasepsi
jangka
panjang
(MKJP)
sebanyak17 orang (26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 33 orang (25,4%). Hasil chisquare diperoleh bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara status pekerjaan ibudengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value 1,000. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Amiranty (2003) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status pekerjaan dengan penggunaan MKJP. Ibu yang bekerja memiliki peluang sebesar 2 kali untuk memakai MKJP dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Perbedaan hasil penelitian ini bisa disebabkan karena sebagian besar responden yang ikut dalam penelitian ini adalah ibu yang tidak bekerja, sehingga tidak dapat dilihat hubungannya.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
7492 Lampiran 3 6.5 Jumlah Anak Hidup Setiap anak merupakan cerminan harapan serta keinginan orang tua yang menjadi pedoman dari pola pikir, sikap maupun perilaku dari orang tua tersebut. Dengan demikian, setiap anak yang dimiliki oleh pasangan suami istri akan memberi pertimbangan tentang apakah mereka ingin memiliki anak dan jika ingin, berapa jumlah yang diinginkan. (Indira, 2009) Dalam
penelitian
iniberdasarkan
analisis
didapatkan
responden
yangmempunyai anak hidup ≥ 3 orang yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)sebesar 39 orang (60%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 36 orang (27,7%). Pada uji chisquare memperlihatkan ada hubungan secara signifikan antara jumlah anak hidup dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP),responden yang mempunyai anak hidup ≥ 3 orangmemiliki peluang sebesar 3,9 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang mempunyai anak hidup 0-2. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yusuf (2001) menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara proporsi penggunaan MKJP dengan kelompok responden yang memiliki jumlah anak hidup yang kecil dengan kelompok responden yang memiliki jumlah anak yang lebih besar. Responden yang memiliki jumlah anak > 2 orang mempunyai kemungkinan 20x lebih besar untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang mempunyai anak ≤ 2 orang. Jumlah anak hidup yang dimiliki seorang wanita, akan memberikan pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil keputusan yang tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai.
6.6Jumlah Penghasilan Penghasilan sesorang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan dan pengambilan keputusan terhadap inovasi baru. Hasil penelitian menunjukkandiantara responden yangberpenghasilan tinggi yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 47 orang (72,3%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
93 75 Lampiran 3
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak88 orang (67,7%). Hasil chisquarememperlihatkantidak ada hubungan secara signifikan antara jumlah penghasilan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value 0,622. Hasil diatas tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Bertrand (1980)
yang
menyatakan
bahwa
penghasilan
seseorang
mempengaruhi
penggunaan alat kontrasepsi. Walaupun demikian jumlah penghasilan tidak menjadi satu-satunya faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi ada faktor sosio psikologi seperti ukuran keluarga ideal, sikap terhadap KB, komunikasi suami istri dan lain-lain.
6.7 Kelengkapan Pelayanan KB Kelengkapan pelayanan KB dapat menggambarkan tingkat kualitas dari pelayanan tersebut. Kualitas KB dianggap bermutu apabila pelayanan mampu memberikan kepuasan pada akseptor dan sesuai dengan kode etik serta memenuhi standar pelayanan.(Syaifudin, 2005) Hasil penelitian diperoleh informasi bahwa diantara responden yang kelengkapan pelayanan KB baik yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 77 orang (87,7%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 73 orang (56,2%). Hasil chisquare menunjukkan ada hubungan secara signifikan antara kelengkapan pelayanan KB dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value 0.005.Responden yang kelengkapan pelayanan KB baik memiliki peluang sebesar 5,6 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang kelengkapan pelayanan KB kurang. Hasil diatas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Green (1997) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan masuk dalam faktor yang mendukung munculnya perilaku kesehatan. Pasien atau masyarakat yang mengalami kepuasan terhadap pelayanan kesehatan cenderung mematuhi nasihat, setia, atau taat terhadap rencana
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
7694 Lampiran 3 pengobatan yang telah disepakati, namun jika yang terjadi sebaliknya maka pasien tersebut akan beralih ke dokter atau pengobatan lain.(Imbalo, 2006)
6.8Jarak Ke Tempat Pelayanan Kontrasepsi Jarak ke tempat pelayanan merupakan salah satu factor yang berperan dalam penggunaan sarana dan prasarana kesehatan, semakin dekat dengan fasilitas kesehatan maka akan memudahkan sesorang untuk mengakses fasilitas kesehatan yang ada. Hasil penelitian ini didapatkanresponden yang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi dekat yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 17 orang (26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)sebanyak 10 orang (7,7%). Hasil chisquare diperoleh bahwa ada hubungan secara signifikan antara jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value = 0,001.Responden yang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi dekat memiliki peluang sebesar 4,3 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsi jauh. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan dengan Sukmawati (2001)yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara jarak ke tempat pelayanan KB dengan pemanfaatan pelayanan kontrasepsi IUD. Jarak yang dekat dengan fasilitas kesehatan memudahkan akseptor KB untuk menjangkau dan mengakses pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan serta menambah tingkat pengetahuan akseptor KB. Penelitian ini sejalan dengan teori Bertrand yang menyatakan bahwa jarak ke tempat pelayanan mempengaruhi penggunaan kontrasepsi.
6.9Biaya Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam penelitian ini didapatkanhasil bahwayang biaya penggunaan alat kontrasepsi > 10000 yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 35 orang (53,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)sebanyak 30 orang (46,2%). Hasil
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
95
77 Lampiran 3 chisquare disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara biaya
penggunaan alat kontrasepsi dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value 0,005. Responden yang biaya penggunaan alat kontrasepsi> 10000 memiliki peluang sebesar 2.5 kali lebih besaruntuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan responden yang biaya penggunaan alat kontrasepsi ≤ 10000. Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian Kemala (2002) yang menyatakan ada hubungan antara biaya pelayanan KB dengan penggunaan MKJP. Wanita yang mengeluarkan biaya lebih dari 10.000 rupiah mempunyai peluang 3,87 kali untuk memakai kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan wanita yang mengeluarkan biaya pelayanan KB 2000 rupiah atau kurang. Dalam pemasaran sosial KB dikaitkan dengan penggunaan jasa pelayanan dan penggunaan alat kontrasepsi. Secara implicit terdapat dua aspek penting dari harga atau biaya yaitu: aspek finansial dan aspek non finansial.Aspek finansial yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kontrasepsi serta alat kontrasepsi.Pada sisi lain, biaya dengan aspek finansial mempunyai aksesbilitas, dimana biaya dapat mempengaruhi jangkauan terhadap calon akseptor. Semakin mahal harganya semakin terbatas akses calon akseptor untuk mendatangi sarana pelayanan tersebut dan alat kontrasepsi tertentu. (BKKBN, 1994) dalam (Kemala, 2002).
6.10 Dukungan Suami Menurut BKKBN (2000) penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami dan istri. Suami dan istri harus saling mendukung dalam penggunaan metode kontrasepsi karena kelurga berencana dan kesehatan reproduksi bukan hanya urusan pria atau wanita saja. Hasil penelitian diperoleh informasi bahwa diantara yang dukungan suami kuatyang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 30 orang (46,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi
jangka
panjang
(MKJP)
sebanyak
65
orang
(50%).Hasil
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
96
78 Lampiran 3
chisquarediperoleh bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan suami dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value 0,723. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tatarini (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antaradukungan suami dengan pemakaian alat kontrasepsi (p value, 0,001). Dukungan suami bukan satu-satunya faktor yang menentukan seorang istri dalam memakai alat kontrasepi jangka panjang tetapi ada faktor lain seperti status, pandangan pribadi, serta rasa keberdayaan seorang istri yang sangat menentukan pilihan akan alat kontrasepsi yang digunakan.
6.11 Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang yang memiliki ikatan persaudaraan dapat berupa informasi, tingkah laku tertentu, atapun materi. Hasil penelitian menyatakan bahwa diantara responden yang dukungan keluarga kuat yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 35 orang (53,8%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 62 orang (47,7%). Hasil chisquare diperoleh bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara dukungan keluarga dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value =0,510. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Pembayun (2003) yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara dorongan lingkungan dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Dukungan keluarga dipengaruhi oleh kelas sosial, bentuk keluarga, latar belakang keluarga dan tahap siklus kehidupan keluarga. (Gunarso,1999)
6.12 Pengetahuan Ibu Tentang MKJP Menurut WHO dalam Kusumawati (2006)Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berprilaku sesuai dengan keyakinan
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
7997 Lampiran 3 tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.Menurut WHO dalam Kusumawati (2006) Hasil penelitian ini didapatkandiantara responden yang pengetahuan tinggi yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 34 orang (52,3%), sedangkan responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 39 orang (30%). Hasil chisquaremenunjukkan ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi jangka panjang dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan p value 0,004. Dari uji statistik juga diperoleh informasi bahwaresponden yang pengetahuan tentang metode kontrasepsi jangka panjang tinggi memiliki peluang sebesar 2,6 kali lebih besar untuk menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Penelitian ini sejalan dengan Yusuf (2001) yang menyatakan bahwa ibu yang mempunyai pengetahun tinggi memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk menggunakan MKJP dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan rendah. Pengetahuan responden berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan untuk
menerima
suatu
inovasi.
Pengetahuan
responden
yang
tinggi
menggambarkan tingkat wawasan yang lebih luas sehingga lebih memudahkan untuk menerima inovasi baru dan pengambilan keputusan yang sesuai. Pengetahuan dapat menggambarkan status ekonomi seseorang dan tingkat pendidikan seseorang.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
98
Lampiran 3 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.Responden yang berumur ≥ 30 tahun yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 46 orang (70,8%), sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 64 orang (49,2%). Dari mereka yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 41 (63,1%) responden berpendidikan lanjut, sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 81 orang (62,3%) responden yang berpendidikan lanjut. Responden bekerja yang menggunakan MKJP sebanyak 17 orang (26,2%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP ada sebanyak 33 orang (2,4%) yang bekerja. Dari meraka yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 39 (60%) responden yang mempunyai anak hidup ≥ 3 orang. Sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 36 orang (27,7%) yang memnpunyai anak hidup ≥ 3 orang. Responden berpenghasilan tinggi yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 47 orang (72,3%), sedangkan responden yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 88 orang (67,7%). 2. Respondenyang jarak ke tempat pelayanan kontrasepsinya dekat yang menggunakan MKJP, sebanyak 17 orang (26,2%), sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP, sebanyak 10 orang (7,7%). Dari mereka yang menggunakan MKJP, sebanyak 35 (53,8%) responden yang menyatakan biaya penggunaan kontrasepsi > 10000, sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP sebanyak 30 orang (46,2%) responden yang menyatakan biaya
penggunaan kontrasepsi
> 10000.
Responden
yang menyatakan
kelengkapan pelayanan KB baik yang menggunakan MKJP, sebanyak 57 orang (87,7%), sedangkan pada kelompok yang tidak menggunakan MKJP, sebanyak 73 orang (56,2%).
Universitas Indonesia 80 Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
8199 Lampiran 3 3. Pada responden yang mendapatkan dukungan kuat dari suami yang menggunakan MKJP, sebanyak 30 orang (46,2%), sedangkan pada responden yang tidak menggunakan MKJP, sebanyak 65 orang (50%). Dari repondenyang mendapatkan dukungan kuat dari keluarga yang menggunakan MKJP, sebanyak 35 orang (53,8%), sedangkan pada responden yang tidak menggunakan MKJP, sebanyak 62 orang (47,7%). 4. Responden berpengetahuan tinggi yang menggunakan MKJP, ada sebanyak 34 orang (52,3%), sedangkan yang tidak menggunakan MKJP, ada sebanyak 39 responden (30%). 5. Dari lima variabel faktor predisposisi (umur ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, jumlah anak hidup, jumlah penghasilan) hanya dua variabel yang menunjukkan hubungan signifikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu umur ibu dan jumlah anak hidup. 6. Dari tiga variabel faktor pemungkin (kelengkapan pelayanan KB, jarak ke tempat pelayanan KB, biaya penggunaan alat kontrasepsi) semua variabel memiliki hubungan signifikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu kelengkapan pelayanan KB, jarak ke tempat pelayanan KB dan biaya penggunaan alat kontrasepsi . 7. Dari dua variabel faktor isyarat atau tanda yaitu dukungan suami dan keluarga tidak ada yang menyatakan hubungan signifikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). 8. Faktor ancaman yaitu pengetahuan tentang penggunaan MKJP menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
7.2 Saran 7.2.1Bagi Puskesmas Pancoranmas 1. Terus meningkatkan kualitas pelayanan KB, dengan mengikutkan tenaga kesahatan yaitu bidan dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak terkait seperti persatuan profesi maupun dinas kesahatan. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap SOP yang telah ditetapkan secara rutin sehingga dapat mengetahui secara menyeluruh proses pelayanan yang terjadi.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
100
82 Lampiran 3 2.Untuk meningkatkan upaya konseling, informasi, dan edukasi kepada WUS tentang jenis, cara pemakaian, efektifitas, dan efek samping MKJP terutama pada
wanita fase reproduksi sehat (20-30 tahun) yang dapat disisipkan pada kegiatan posyandu dan kegiatan di dalam gedung puskesmas. 3. Untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang MKJP pada WUS terutama jenis, cara pemasangan, efektivitas, dan efek samping dengan cara memberikan konseling yang intensif kepada calan akseptor KB melalui media-media perantara seperti leaflet, poster, dan lembar balik KB. 7.2.2Bagi Dinas Kesehatan Depok dan Badan Keluarga Berencana Daerah (BKBD) 1. Peningkatan akseptor KB MKJP dapat dilakukan dengan membuat kerjasama antara dinas terkait dengan pihak swasta seperti BPS, rumah sakitagar biaya penggunaan alat kontrasepsi MKJP dapat terjangkauoleh masyarakat luas. Mempertahankan dan memperluas jangkauan safari KB yang dilakukan pihakpihak terkait, agar calon akseptor MKJP yang terkendala biaya penggunaan alat kontrasepsi dapat mengakses dengan gratis. 2. Meningkatkan upaya promosi yang lebih efektif dan agresif kepada masyarakat tentang biaya MKJP yang terjangkau melalui leaflet, poster, dan informasi yang disisipkan dalam kegiatan kemasyarakatan seperti posyandu, pertemuan kader, dan penyuluhan KB 3. Meningkatkan kerjasama dengan banyak pihak terutama bidan praktek swasta (BPS) agar calon akseptor KB MKJP dapat dengan mudah mengakses alat kontrasepsi jangka panjang. 4. Sosialisai pola pemakaian yang rasional perlu dilakukan terus menerus dengan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait terutama pada WUS yang mempunyai anak 1-2 orang yang ingin menunda atau mengakhiri kehamilan. 7.2.3 Bagi Peneliti Lain 1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam terhadap faktor-faktor lain yang mungkin berhubungan dengan penggunaan MKJP, sehingga dapat diketahui faktor yang paling berpengaruh dalam penggunaan MKJP.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
101
Lampiran 3 DAFTAR PUSTAKA
Amiranty,
Mira.
(2003).
Faktor-Faktor
yang
Berhubungan
dengan
PemakaianMetode Kontrasepsi Jangka Pada Akseptor KB di Propinsi Maluku dan Papua pada Tahun 2001 (Analisis Data Sekunder Sosial Ekonomi Nasional 2001). Depok: Skipsi FKM UI. Anonymous. BAB 2 Tinjauan Pustaka. October 18, 2011. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19990/.../Chapter%20II.pdf Ariawan, Iwan. (1998). Besar dan Metodologi Sampel pada Penelitian Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Bakier, Zaenab. (1984). Analisa Penggunaan Alat Kontrasepsi di Indonesia: Faktor yang Mempengaruhi Berdasarkan Data Sensus Penduduk 1980, Buku II. Jakarta: BPS. Bappenas. (1996). Kependudukan dan Keluarga Berencana. October 18, 2011. http://bappenas.go.id/get-file-server/node/6613/ BKKBN. (1992). Informasi Dasar Gerakan KB Nasional. Jakarta: BKKBN. BPS. (2007). Statistik Kesejahteraan Rakyat Welfare 2006. Jakarta: BPS. BPS, BKKBN, Depkes, & Macro International. (2008). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta: BPS, BKKBN, Depkes, & Macro International. Dayanara, Amira D. (2011). Jumlah Penduduk Dunia Diperkirakan Capai 7 Miliar Tahun 2011. October 18, 2011. http://www.finance.detik.com.htm Depkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Ekarini, Sri. (2008). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. October 28, 2011. Program Pasca Sarjana FKM UNDIP. http://www.eprints.undip.ac.id/ Hartanto, Hanafi. (2002). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar.
83 Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
102 84 Lampiran 3
Hastono, Sutanto P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Kemala, Sukma. (2002) Pengaruh Faktor Sosiodemografi dan Biaya Pelayanan KB Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Wanita Usia Subur di Propinsi Kalimantan Selatan Tahun 2001. Depok. Skripsi FKM UI. K T , Laksmi Indira. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Keluarga Miskin.October 28, 2011. Fakultas Kedokteran UNDIP.http://www.eprints.undip.ac.id/ Kusumaningrum, Radita. (2009). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur (Karya Tulis Ilmiah). October 28, 2011. Fakultas Kedokteran UNDIP. http://www.eprints.undip.ac.id/ Lemesshow, Stanley & Lwanga, Stephen K. (1997). Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan (Pramono, Dibyo, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Manuaba, Ida Bagus Gde. (199). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obsetri. Jakarta: EGC. Murti, Bhisma. (2003). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Notoadmojo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Palti, Sandro A. (2010). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di Kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010. November 12, 2011. FKM USU. http://repository.usu.ac.id/ Profil Kesehatan Kota Depok Tahun 2009. Depok: Dinas Kesehatan Kota Depok Profil UPT Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas 2010. Depok: UPT Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas 2010.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
103 85 Lampiran 3
Purba, J. (2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi Pada Istri PUS di Kecamatan Rambar Samo Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2008. Medan: Sekolah Pasca SarjanaUSU. Sabri, Luknis, &Hastono, Sutanto P. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Saifuddin, Abdul Bari. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Praworihardjo. Sastroasmoro, Sudigdo, & Ismael, Sofyan. (2002). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Syarief, Sugiri. (2010). Kebijakan BKKBN Dalam Peningkatan Kesertaan Masyarakat Ber-KB. December 25, 2011. http://www.pkmi-online.com/download/kebijakan_bkkbn.ppt Yusuf, Alfiat. (2001). Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan Pemakaian
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Tanjung Batu Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Tahun 2000. Depok: Skipsi FKM UI. Wiknjosastro, Hanifa. (1999). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Praworihardjo. Wiknjosastro, Hanifa. (1998). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Praworihardjo.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
104
Lampiran 3 Lampiran 1
Umur Ibu Statistics Umur Ibu N
Valid Missing
195 0
Mean
31.48
Median
31.00
Mode
32
Std. Deviation
7.316
Minimum
17
Maximum
56
Descriptives Umur Ibu
Mean 95% Conf idence Interv al f or Mean 5% Trimmed Mean Median Variance St d. Dev iation Minimum Maximum Range Interquart ile Range Skewness Kurt osis
Lower Bound Upper Bound
St at ist ic 31.48 30.44
St d. Error .524
32.51 31.22 31.00 53.529 7.316 17 56 39 10 .503 .008
.174 .346
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
105
Lampiran 3 (Lanjutan) Histogram
40
Frequency
30
20
10
Mean = 31.48 Std. Dev. = 7.316 N = 195
0 10
20
30
40
50
60
Umur Ibu
Hubungan Antara Umur dengan MKJP Umur_2 * Kb_2 Crosstabulation
Umur_2
< 30 tahun > dari 30 tahun
Total
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 66 19 50.8% 29.2% 64 46 49.2% 70.8% 130 65 100.0% 100.0%
Total
85 43.6% 110 56.4% 195 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value 8.175b 7.323 8.379 8.133
df
1 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .004 .007 .004
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.006
.003
.004
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 28. 33.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
106
Lampiran 3 (Lanjutan) Risk Esti mate 95% Conf idence Interv al Lower Upper
Value
Odds Rat io f or Umur_2 (< 30 tahun / > dari 30 tahun) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
2.497
1.322
4.714
1.335
1.098
1.622
.535 195
.340
.841
Pendidikan Ibu Pendidikan Ibu
Valid
Frequency
Tidak sekolah/tidak tamat SD SD
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
3.6
3.6
3.6
22
11.3
11.3
14.9
SLTP
44
22.6
22.6
37.4
SLTA
109
55.9
55.9
93.3 100.0
Perguruan Tinggi Total
13
6.7
6.7
195
100.0
100.0
Histogram
120
100
Frequency
80
60
40
20 Mean = 3.51 Std. Dev. = 0.91 N = 195
0 0
1
2
3
4
5
6
Pendidikan Ibu
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
107
Lampiran 3 (Lanjutan) didk_2
Valid
Frequency 73
Percent 37.4
Valid Percent 37.4
Cumulative Percent 37.4
Pendidikan Lanjut (SMA dan PT/Ak)
122
62.6
62.6
100.0
Total
195
100.0
100.0
Pendidikan Dasar (<SMA)
Hubungan Antara Pendidikan Ibu dengan MKJP didk_2 * Kb_2 Crosstabulation
didk_2
Pendidikan Dasar (<SMA)
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Pendidikan Lanjut (SMA dan PT/Ak) Total
Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 49 24 37.7% 36.9% 81 41
Total
73 37.4% 122
62.3%
63.1%
62.6%
130 100.0%
65 100.0%
195 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value .011b .000 .011 .011
df
1 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .917 1.000 .917
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
1.000
.523
.917
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 24. 33.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
108
Lampiran 3 (Lanjutan) Risk Esti mate
Odds Rat io f or didk_2 (Pendidikan Dasar (<SMA) / Pendidikan Lanjut (SMA dan PT/Ak)) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
95% Conf idence Interv al Lower Upper
Value 1.033
.558
1.914
1.011
.824
1.240
.978 195
.648
1.477
Pekerjaan Ibu Pekerjaan Ibu
Valid
Frequency
Bertani
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
.5
.5
.5
Wiraswasta
21
10.8
10.8
11.3
Pegawai negeri/Swasta
22
11.3
11.3
22.6
6
3.1
3.1
25.6 100.0
Karyawan/buruh Tidak bekerja/IRT
145
74.4
74.4
Total
195
100.0
100.0
Kerja_2
Valid
Tidak Bekerja Bekerja Total
Frequency 145
Percent 74.4
Valid Percent 74.4
Cumulative Percent 74.4
50
25.6
25.6
100.0
195
100.0
100.0
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
109
Lampiran 3 (Lanjutan) Hubungan Antara Pekerjaan Ibu dengan MKJP Kerja_2 * Kb_2 Crosstabulation
Kerja_2
Tidak Bekerja Bekerja
Total
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 97 48 74.6% 73.8% 33 17 25.4% 26.2% 130 65 100.0% 100.0%
Total 145 74.4% 50 25.6% 195 100.0%
Chi-Square Tests Value .013b .000 .013
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
.013
df
1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .908 1.000 .908
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
1.000
.519
.908
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 16. 67.
Risk Esti mate
Odds Rat io f or Kerja_2 (Tidak Bekerja / Bekerja) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
Value
95% Conf idence Interv al Lower Upper
1.041
.528
2.054
1.014
.806
1.275
.974 195
.621
1.527
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
110
Lampiran 3 (Lanjutan) Jumlah Anak Hidup Jumlah anak hidup
Valid
0
Frequency 2
Percent 1.0
Valid Percent 1.0
Cumulative Percent 1.0
1
63
32.3
32.3
33.3
2
55
28.2
28.2
61.5
3
43
22.1
22.1
83.6
4
22
11.3
11.3
94.9
5
6
3.1
3.1
97.9
6
4
2.1
2.1
100.0
195
100.0
100.0
Total
Anak_2
Valid
Frequency 120
0-2 > dari 3 Total
Percent 61.5
Valid Percent 61.5
Cumulative Percent 61.5 100.0
75
38.5
38.5
195
100.0
100.0
Hubungan antara Jumlah Anak Hidup dengan MKJP Anak_2 * Kb_2 Crosstabulation
Anak_2
0-2 > dari 3
Total
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 94 26 72.3% 40.0% 36 39 27.7% 60.0% 130 65 100.0% 100.0%
Total 120 61.5% 75 38.5% 195 100.0%
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
111
Lampiran 3 (Lanjutan) Chi-Square Tests Value 19.110b 17.769 18.951
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
df
Asy mp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000
1 1 1
19.012
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
.000
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 25. 00.
Risk Esti mate 95% Conf idence Interv al Lower Upper
Value
Odds Rat io f or Anak_2 (0-2 / > dari 3) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
3.917
2.091
7.336
1.632
1.266
2.103
.417 195
.278
.624
Alat Kontrasepsi Alat kontrasepsi yabg diigunakan
Valid
pil suntik
Frequency 19
Percent 9.7
Valid Percent 9.7
Cumulative Percent 9.7
111
56.9
56.9
66.7
implant/susuk
16
8.2
8.2
74.9
AKDR/IUD
37
19.0
19.0
93.8
sterilisasi wanita (mow)
12
6.2
6.2
100.0
195
100.0
100.0
Total
Kb_2
Valid
Non MKJP
Frequency 130
MKJP
65
Total
195
Percent 66.7
Valid Percent
Cumulative Percent
66.7
66.7
33.3
33.3
100.0
100.0
100.0
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
112
Lampiran 3 (Lanjutan)
Jumlah Penghasilan Statistics Jumlah Penghasilan N Valid
195
Missing
Minimum
0 1913589.7 4 2000000.0 0 2000000 992306.71 4 500000
Maximum
7000000
Mean Median Mode Std. Deviation
Gaji_2
Valid
Rendah
Frequency 60
Percent 30.8
Valid Percent 30.8
Cumulative Percent 30.8 100.0
Tinggi
135
69.2
69.2
Total
195
100.0
100.0
Hubungan Jumlah Penghasilan dengan MKJP Gaji_2 * Kb_2 Crosstabul ation
Gaji_2
Rendah Tinggi
Total
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 42 18 32.3% 27.7% 88 47 67.7% 72.3% 130 65 100.0% 100.0%
Total
60 30.8% 135 69.2% 195 100.0%
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
113
Lampiran 3 (Lanjutan) Chi-Square Tests Value .433b .244 .438
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
df
.431
1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .510 .622 .508
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.622
.313
.511
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 20. 00.
Risk Esti mate 95% Conf idence Interv al Lower Upper
Value
Odds Rat io f or Gaji_2 (Rendah / Tinggi) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
1.246
.647
2.401
1.074
.874
1.320
.862 195
.549
1.352
Jarak Ke Tempat Pelayanan KB Jarak ketempat KB
Valid
Frequency 8
Percent 4.1
Valid Percent 4.1
Cumulative Percent 4.1
1.00
60
30.8
30.8
34.9
1.50
14
7.2
7.2
42.1
2.00
61
31.3
31.3
73.3
2.50
25
12.8
12.8
86.2
3.00
26
13.3
13.3
99.5
4.00
1
.5
.5
100.0
Total
195
100.0
100.0
.50
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
114
Lampiran 3 (Lanjutan) Jarak_2
Valid
Frequency 168
Jauh
Percent 86.2
Valid Percent 86.2
Cumulative Percent 86.2 100.0
Dekat
27
13.8
13.8
Total
195
100.0
100.0
Hubungan Jarak ke Tempat Pelayanan KB dengan MKJP Jarak_2 * Kb_2 Crosstabulation
Jarak_2
Jauh Dekat
Total
Kb_2 Non MKJP MKJP 120 48 92.3% 73.8% 10 17 7.7% 26.2% 130 65 100.0% 100.0%
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Total 168 86.2% 27 13.8% 195 100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
Value 12.381b 10.882 11.628 12.317
df
1 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .000 .001 .001
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.001
.001
.000
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 9. 00.
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
115
Lampiran 3 (Lanjutan) Biaya KB Statistics Harga untuk ber-KB N Valid
195
Missing
0
Mean
19651.28
Median
10000.00
Mode
10000
Std. Deviation
71825.238
Minimum
0
Maximum
1000000
Harga_5
Valid
<= 10000
Frequency
> 10000 Total
Percent
119
Valid Percent
61.0
Cumulative Percent
61.0
61.0 100.0
76
39.0
39.0
195
100.0
100.0
Hubungan Biaya dengan MKJP Harga_5 * Kb_2 Crosstabulati on
Harga_5
<= 10000 > 10000
Total
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 89 30 68.5% 46.2% 41 35 31.5% 53.8% 130 65 100.0% 100.0%
Total 119 61.0% 76 39.0% 195 100.0%
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
116
Lampiran 3 Chi-Square Tests Value 9.067b 8.153 8.974
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
9.020
df
1 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .003 .004 .003
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.003
.002
.003
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 25. 33.
Risk Esti mate
Odds Rat io f or Harga_5 (<= 10000 / > 10000) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
Value
95% Conf idence Interv al Lower Upper
2.533
1.373
4.671
1.386
1.099
1.749
.547 195
.369
.812
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
117
Lampiran 3 (Lanjutan) Kelengkapan Pelayanan KB Statistics Kelengkapan Pelayanan KB N Valid
195
Missing
0
Mean
22.62
Median
24.00
Mode
24
Std. Deviation
2.046
Minimum
14
Maximum
24
Lengkap_2
Valid
Frequency 65
Percent 33.3
Valid Percent 33.3
Cumulative Percent 33.3
Baik
130
66.7
66.7
100.0
Total
195
100.0
100.0
kurang
Hubungan antara Kelengkapan Pelayanan KB dengan MKJP Lengkap_2 * Kb_2 Crosstabulation
Lengkap_2
kurang Baik
Total
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 57 8 43.8% 12.3% 73 57 56.2% 87.7% 130 65 100.0% 100.0%
Total
65 33.3% 130 66.7% 195 100.0%
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
118
Lampiran 3 (Lanjutan) Chi-Square Tests Value 19.396b 18.003 21.505
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
df
19.297
1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .000 .000 .000
1
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
.000
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 21. 67.
Risk Esti mate
Odds Rat io f or Lengkap_ 2 (kurang / Baik) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
95% Conf idence Interv al Lower Upper
Value 5.563
2.457
12.595
1.562
1.308
1.864
.281 195
.143
.553
Dukungan Suami Statistics Dukungan Suami N Valid Missing
195 0
Mean
8.49
Median
8.00
Mode
3
Std. Deviation
4.264
Minimum
0
Maximum
16
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
119
Lampiran 3 (Lanjutan) DukSu_1
Valid
Lemah
Frequency 100
Percent 51.3
Valid Percent 51.3
Cumulative Percent 51.3 100.0
Kuat
95
48.7
48.7
Total
195
100.0
100.0
Hubungan antara dukungan Suami dengan MKJP DukSu_1 * Kb_2 Crosstabulation
DukSu_1
Lemah Kuat
Total
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 65 35 50.0% 53.8% 65 30 50.0% 46.2% 130 65 100.0% 100.0%
Total 100 51.3% 95 48.7% 195 100.0%
Chi-Square Tests Value .257b .126 .257
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
.255
df
1 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .612 .723 .612
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.650
.362
.613
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 31. 67.
Risk Esti mate
Odds Rat io f or DukSu_ 1 (Lemah / Kuat) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
Value
95% Conf idence Interv al Lower Upper
.857
.472
1.557
.950
.779
1.158
1.108 195
.744
1.651
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
120
Lampiran 3
(Lanjutan) Dukungan Keluarga Statistics Dukungan Keluarga N Valid
195
Missing
0
Mean
5.99
Median
5.00
Mode
3
Std. Deviation
3.511
Minimum
0
Maximum
15
DukKel_2
Valid
Lemah
Frequency 98
Kuat
97
Total
195
Percent
Valid Percent
50.3
Cumulative Percent
50.3
50.3
49.7
49.7
100.0
100.0
100.0
Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan MKJP DukKel_2 * Kb_2 Crosstabulation
DukKel_2
Lemah Kuat
Total
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 68 30 52.3% 46.2% 62 35 47.7% 53.8% 130 65 100.0% 100.0%
Total
98 50.3% 97 49.7% 195 100.0%
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
121
Lampiran 3 (Lanjutan) Chi-Square Tests Value .656b .433 .657
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
df
.653
1 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .418 .510 .418
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.450
.255
.419
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 32. 33.
Risk Esti mate
Odds Rat io f or DukKel_ 2 (Lemah / Kuat) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
95% Conf idence Interv al Lower Upper
Value 1.280
.704
2.324
1.086
.890
1.325
.848 195
.569
1.264
Pengetahuan Tentang MKJP Statistics Pengetahuan Tentang MKJP N Valid Missing
195 0
Mean
5.16
Median
3.00
Mode
0
Std. Deviation
5.993
Minimum
0
Maximum
27
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
122
Lampiran 3 (Lanjutan) Peng_2
Valid
Rendah
Frequency 122
Percent 62.6
Valid Percent 62.6
Cumulative Percent 62.6 100.0
tinggi
73
37.4
37.4
Total
195
100.0
100.0
Hubungan antara Pengetahuan Tentang MKJP dengan MKJP Peng_2 * Kb_2 Crosstabulation
Peng_2
Rendah tinggi
Total
Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2 Count % wit hin Kb_2
Kb_2 Non MKJP MKJP 91 31 70.0% 47.7% 39 34 30.0% 52.3% 130 65 100.0% 100.0%
Total 122 62.6% 73 37.4% 195 100.0%
Chi-Square Tests Value 9.207b 8.279 9.086
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by -Linear Association N of Valid Cases
9.160
df
1 1 1 1
Asy mp. Sig. (2-sided) .002 .004 .003
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.003
.002
.002
195
a. Computed only f or a 2x2 table b. 0 cells (.0%) hav e expected count less than 5. The minimum expected count is 24. 33.
Risk Esti mate
Odds Rat io f or Peng_2 (Rendah / tinggi) For cohort Kb_2 = Non MKJP For cohort Kb_2 = MKJP N of Valid Cases
Value
95% Conf idence Interv al Lower Upper
2.559
1.384
4.731
1.396
1.101
1.771
.546 195
.369
.807
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
123
Lampiran 3 Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORANMAS KOTA DEPOK TAHUN 2011 Informed Consent Assalammu’allaikum Wr.Wb Nama saya Rainy Alus Fienalia, mahasiswi Universitas Indonesia sedang melakukan
penelitian
untuk
melihat
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORANMAS KOTA DEPOK TAHUN 2011. Penelitian ini dilakukan semata-mata untuk kepentingan akademik dan tidak akan berdampak negatif kepada ibu, bapak ataupun keluarga. Setiap jawaban ataupun penjelasan yang ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya. Wawancara akan berlangsung sekitar 20 sampai 30 menit.
Paraf atau Tanda Setuju Responden
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
124
Lampiran 3 (Lanjutan) KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCORANMAS KOTA DEPOK TAHUN 2011 I. Faktor Predisposisi 1. Identitas Responden No. Responden : Nama : Umur : Alamat : 2. Pendidikan : 1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. Akademi/PT 3. Pekerjaan : 1. Bertani 2. Wiraswasta 3. Pegawai negeri / swasta 4. Karyawan / Buruh 5. Tidak bekerja / IRT 4. Jumlah anakyang hidup…………………….orang 5. Jumlah Penghasilan yang didapat selama satu bulan……………………..rupiah Faktor Pemungkin Penggunaan alat Kontrasepsi 6. Apakah ibu menggunakan alat kontrasepsi ? 1. Ya 2. Tidak 7. Jika ”ya”....alat kontrasepsi apa yang digunakan ? 1. Kondom 2. Pil 3. Suntik 4. Implant/Susuk 5. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 6. Sterilisasi wanita (Metode Operasi Wanita/MOP) 8. Dimana ibu mendapatkan alat kontrasepsi? 1. Puskesmas 2. Bidan Praktek Swasta 3. Dokter Praktek 4. Rumah Sakit 5. Lainnya 9. Berapa jarak dari rumah Ibu ke tempat pelayanan kontrasepsi ? ...............................Km 10. Berapa lama (dalam menit) ibu tiba di tempat pelayanan kontrasepsi dari rumah ibu ? ............................................................................menit 11. Apakah Ibu dikenakan biaya untuk mendapatkan alat kontrasepsi ? 1. Ya 2. Tidak 12. Berapa biaya yang Ibu keluarkan untuk mendapatkan alat kontrasepsi?............................ rupiah
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
125
Lampiran 3 (Lanjutan) Kelengkapan Pelayanan KB 13. Menurut Ibu apakah di tempat pelayanan KB yang yang ibu gunakan tersedia lengkap berbagai jenis KB? 1. Lengkap 2. Cukup Lengkap 3. Kurang Lengkap 4. Tidak Lengkap 14. Apakah petugas menanyakan riwayat penyakit Ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi? 1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu 15. Apakah petugas menanyakan KB yang pernah dipakai sebelumnya? 1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu 16. Apakah petugas memberikan penjelasan tentang macam-macam alat kontrasepsi? 1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu 17. Apakah sebelum menggunakan alat kontrasepsi Ibu petugas menjelaskan tentang efek samping alat kontrasepsi yang akan Ibu gunakan? 1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu 18. Apakah Ibu sebelum menggunakan alat kontrasepsi diberi lembar persetujuan tindakan? 1. Ya 2. Tidak 3. Kurang Tahu 4. Tidak Tahu Faktor Isyarat atau Tanda Dukungan Suami 19. Apakah Suami mendukung untuk menggunakan alat kontrasepsi ? 1. Sangat Mendukung 2. Mendukung 3. Cukup Mendukung 4. Kurang mendukung 5. Tidak Mendukung 20. Apakah Suami menyarankan menggunakan alat kontrasepsi tertentu? 1. Ya 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Jarang 5. Tidak 21. Apakah Suami mengingatkan untuk mengontrol alat kontrasepsi yang digunakan? 1. Ya 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Jarang 5. Tidak 22. Apakah Suami mengetahui tentang efek samping dari alat kontrasepsi? 1. Sangat Tahu 2. Tahu 3. Cukup tahu 4. Kurang Tahu 5.Tidak Tahu Dukungan Keluarga 23. Apakah keluarga mendukung untuk menggunakan alat kontrasepsi ? 1. Sangat Mendukung 2. Mendukung 3. Cukup Mendukung 4. Kurang mendukung 5. Tidak Mendukung 24. Apakah keluarga menyarankan menggunakan alat kontrasepsi tertentu? 1. Ya 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Jarang 5. Tidak 25. Apakah Keuarga mengingatkan untuk mengontrol alat kontrasepsi yang digunakan? 1. Ya 2. Sering 3. Kadang-kadang 4. Jarang 5. Tidak 26. Apakah Keluarga mengetahui tentang efek samping dari alat kontrasepsi? 1. Sangat Tahu 2. Tahu 3. Cukup tahu 4. Kurang Tahu 5.Tidak Tahu Faktor Ancaman Pengetahuan Tentang MKJP 27. Apakah Ibu mengetahui jenis/macam-macam alat kontrasepsi efektif (MKJP)? 1. Ya 2. Tidak (lanjut ke no 29) 28. Jika Ibu tahu, sebutkan jenis-jenis alat metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) tersebut? 1. IUD 2. Implant 3. MOW 4. MOP 5. Pil 6. Suntik 7. Kondom 29. Apakah Ibu mengetahui kelebihan atau manfaat dari pemakaian IUD? 1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 31)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
126
Lampiran 3 (Lanjutan) 30. Apa saja kelebihan pemakaian IUD? 1. Sangat Efektif 2. Tidak mempengaruhi volume ASI 3. Tidak mempengaruhi hubungan seksual 4. Praktis 5. Lain-lain…………. 31. Apa ibu mengetahui efek samping dari alat kontrase[si IUD? 1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 34) 32. Apa saja efek samping IUD tersebut? 1. Nyeri bagian perut 2. Haid lebih lama dan banyak 3. Perdarahan 4. Perforasi diniding rahim 5. Lain-lain……………… 33. Menurut Ibu, apakah efek samping diatas berbahaya? 1. Sangat Berbahaya 2. Berbahaya 3. Cukup Berbahaya 4. Kurang Berbahaya 5. Tidak Berbahaya 6. Tidak Tahu 34. Apakah Ibu mengetahui kelebihan atau manfaat dari pemakaian Implant? 1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 36) 35. Apa saja kelebihan pemakaian implant? 1. Tidak mengganggu ASI 2. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam 3. Pengembalian kesuburan cepet setelah pencabutan 4. Praktis 5. Lain-lain…………. 36. Apa ibu mengetahui efek samping dari pemakaian Implant? 1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 39) 37. Apa saja efek samping implant tersebut? 1. Peningkatan/penurunan berat badan 2. Perdarahan 3. Nyeri ditempat pemasangan 4. Gangguan aktivitas 5. Lain-lain……………… 38. Menurut Ibu, apakah efek samping diatas berbahaya? 1. Sangat Berbahaya 2. Berbahaya 3. Cukup Berbahaya 4. Kurang Berbahaya 5. Tidak Berbahaya 6. Tidak Tahu 39. Apakah Ibu mengetahui kelebihan atau manfaat dari pemakaian MOW(Steril)? 1. Tahu 2. Tidak tahu (lanjut ke no 41) 40. Apa saja kelebihan pemakaian MOW(Steril)? 1. Permanen 2. Efektivitas tinggi 3. Tidak menganggu pola haid 4. Praktis 5. Lain-lain…………. 41. Apa ibu mengetahui efek samping dari pemakaian MOW(Steril)? 1. Tahu 2. Tidak tahu (Pertanyaan berakhir Disini)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
127
Lampiran 3 (Lanjutan) 40. Apa saja efek samping MOW(Steril) tersebut? 1. Perubahan pola haid 2. Nyeri sekitar operasi 3. Perubahan libido 4. Parut diluka operasi 5. Lain-lain……………… 42. Menurut Ibu, apakah efek samping diatas berbahaya? 1. Sangat Berbahaya 2. Berbahaya 3. Cukup Berbahaya 4. Kurang Berbahaya 5. Tidak Berbahaya 6. Tidak Tahu
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
128
Lampiran 3 Lampiran 3
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012
129
Lampiran 3 (Lanjutan)
Universitas Indonesia Faktor-faktor yang berhubungan..., Rainy Alus Fienalia, FKM UI, 2012