UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENGARUH BOARD OF DIRECTOR DIVERSITY TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF CORPORATE GOVERNANCE (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011)
SKRIPSI
MAY FRANSISCA 1006813361
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI JAKARTA JANUARI 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: May Fransisca
NPM
: 1006813361
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 21 Januari 2013
ii
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi - Indonesia
- Inggris
: : May Fransisca : 1006813361 : S1 Ekstensi Akuntansi : Analisis Pengaruh Board of Director Diversity Terhadap Kinerja Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011) : The Analysis of Board of Director Diversity’s Influence on Firm Performance Related to Corporate Governance (Empirical Study on The Manufacturing Companies Listed on The Indonesia Stock Exchange 2011)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI Pembimbing
: Dwi Hartanti S.E., M.Sc.
(
)
Keua Penguji
: Kurnia Irwansyah Rais, S.E., M.Ak.
(
)
Anggota Penguji
: Purwatiningsih, S.E., Ak., MBA., DEA (
)
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 21 Januari 2013 Ketua Program Ekstensi Akuntansi
Sri Nurhayati S.E., M.M., S.A.S NIP : 19600317 198602 2 001 iii
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai pemberi hidup, berkat,
dan
atas
kemurahan-Nya
mengizinkan
Penulis
untuk
mampu
menyelesaikan tulisan ini. Skripsi ini adalah sebagai bentuk pemenuhan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Ekstensi Jurusan Akuntansi, Universitas Indonesia. Penulisan skripsi yang diselesaikan dalam waktu empat bulan ini merupakan pencapaian yang patut disyukuri, terlebih atas dukungan doa serta bantuan teknis dari keluarga, dosen, rekan, dan sahabat, serta mereka yang tidak pernah Penulis duga telah menopang usaha Penulis dalam Doa, dimana dengan setia memberikan inspirasi bagi Penulis untuk menghasilkan sebuah skripsi. Untuk itu, Penulis ingin menghaturkan ungkapan terimakasih yang tidak sempat diucapkan kepada mereka yang telah dengan setia dan selalu berada di dalam kehidupan penulis. Ucapan-ucapan tersebut terutama diberikan kepada: 1) Tuhan, Raja, Penyelamat, Guru, Bapa, dan Sahabatku, Yesus Kristus, yang selalu memberikan hikmat dan akal budi kepada Penulis sehingga tulisan ini dapat terselesaikan dengan baik. 2) Ibu Dwi Hartanti S.E., M.Sc. selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sangat sabar telah membantu, memberikan pengarahan, perhatian, serta mengorbankan waktu dalam berbagi pikir dan pandangan sudut tinjau ilmiah demi terselesaikannya skripsi ini. Kelembutan Ibu menjadikan saya lebih tenang. 3) Seluruh Dosen, Asisten Dosen, dan karyawan Program Ekstensi Akuntansi FEUI, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk kehidupan penulis kelak. 4) Mama tercinta, Rosida br. Sianipar, yang saat ini sudah tenang dan bahagia bersama Bapa di Surga, terimakasih untuk semua pengorbanan dan kasih sayang tulus yang tidak akan pernah terbalas dengan apapun. Papa terhebat, Mangudji Sihombing, yang tidak pernah bosan memberikan motivasi tentang begitu berartinya kerja keras tanpa kenal rasa keluh kesah. Semoga terselesaikannya skripsi ini boleh menjadi salah satu kado
iv Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
terbaik atas perjuangan kalian dalam merawat dan membesarkan Penulis selama ini. Dan untuk Kakak tersayang, Yohana Octora, yang selalu menjadi penyemangat terdepan dan tempat mencurahkan banyak hal. We’ve been through many storms, but Lord always help us to face it. Tuhan Yesus teramat baik untuk keluarga kita. 5) Seluruh keluarga besar Sihombing dan Sianipar yang tiada henti mendoakan dan memberikan semangat bagi Penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 6) Sahabat FEUI: Novrita Wilda Risa, Dina Widiana, Wulandari SP, dan Paramita Nur Kurniati, atas dukungan semangat terlebih bantuan yang sangat berguna saat melakukan olah data. Nungki, Vini, Rusda, Dinda, Ryna, Ruth, Marsya, Hana Ayu, Ubur, dan lain-lain, atas kebersamaan yang terjalin selama masa perkuliahan. Serta teman-teman seperjuangan, Andriyani, Meita, Yohana, Morien, Andika, Galih, dkk, yang selalu berbagi informasi dan saling memberi semangat saat penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini. Semoga persahabatan kita selalu terjaga. 7) Sahabat HKBP Jatiasih: Ricco Ambarita, Roberto Manurung, Deny Sinaga, Christopher Hutapea, Ronald Simanjuntak, Iwan Sinaga, yang selalu dengan sabar memberikan semangat, perhatian, dan bantuan apapun, kapanpun, dimanapun saat sedang dibutuhkan. Atmo, Agus, Mardon, Dewi, Magdalens, dan Jonathan, atas kekonyolan yang cukup menghibur ketika Penulis tengah mengalami demotivasi. Thomas Simanungkalit dan Yunita Nainggolan, atas satu lagi pelajaran berharga tentang “tanggung jawab dalam mengakhiri pekerjaan yang telah dimulai”. Thank you yaaa you Guys! 8) Martha Ratri Praspati, Jessika Aqueta Bochem, Novita Idawani, Pintanugra Persadanta, yang dengan tulus selalu menjadi teman, sahabat, dan saudara dalam hal apapun. Sungguh bersyukur Tuhan Yesus kirim kalian dalam hidup saya. 9) Serta masih banyak lagi pihak-pihak lainnya yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu Penulis dalam
v Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap kiranya Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dimana terdapat kekurangan oleh karena keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu, Penulis membuka hati seluas-luasnya atas masukan, tanggapan, maupun kritikan yang membangun agar terdapat kostribusi untuk perbaikan tulisan ini dan kemajuan bagi penulis. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Bekasi, Januari 2013
Penulis
vi Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : May Fransisca NPM : 1006813361 Program Studi : S1 Ekstensi Departemen : Akuntansi Fakultas : Ekonomi Jenis Karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : ANALISIS PENGARUH BOARD OF DIRECTOR DIVERSITY TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DALAM PERSPEKTIF CORPORATE GOVERNANCE (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011)
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Depok
Pada Tanggal : 21 Januari 2013 Yang menyatakan
May Fransisca vii Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: May Fransisca
Program Studi
: S1 Ekstensi Akuntansi
Judul
: Analisis Pengaruh Board of Director Diversity Terhadap Kinerja
Perusahaan
dalam
Perspektif
Corporate
Governance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011)
Keberagaman anggota dewan (board diversity) merupakan salah satu isu yang terkait dengan corporate governance. Board diversity akan mempengaruhi implementasi corporate governance yang nantinya akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dalam penelitian ini, board diversity diukur dengan 4 variabel, yaitu keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan asing, latar belakang pendidikan anggota dewan direksi, dan lama masa menjabat anggota dewan direksi, dengan frekuensi rapat direksi, ukuran dewan direksi, ukuran perusahaan, rasio ROE, dan rasio DER, sebagai variabel kontrol. Sedangkan kinerja perusahaan diukur dengan rasio PBV. Sampel penelitian ini adalah 80 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan board diversity tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Kata kunci: board diversity, corporate governance, kinerja perusahaan, price to book value.
viii Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
ABSTRACT
Name
: May Fransisca
Study Program
: S1 Ekstensi Akuntansi
Title
: The Analysis of Board of Director Diversity’s Influence on Firm Performance Related to Corporate Governance (Empirical Study on The Manufacturing Companies Listed on The Indonesia Stock Exchange 2011)
Board diversity is one of the issue related to corporate governance. Board diversity shall influence Board of Director composition. In this research, board diversity is measured by 4 variables, i.e. women in board, foreign in board, educational background, and tenure, with number of meeting, board size, firm size, return on equity ratio, and debt to equity ratio, as control variables. Firm performance is measured by price to book value ratio. The research samples are taken from 80 manufacturing companies listed at Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2011. This research shows that board of direstor diversity are not influencing to firm performance.
Keywords: board diversity, corporate governance, firm performance, price to book value.
ix Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................ vii ABSTRAK / ABSTRACT ................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
1.PENDAHULUAN................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................7 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................8 1.5 Sistematika Penelitian .................................................................................9 2. LANDASAN TEORI........................................................................................10 2.1 Corporate Governance dan Agency Theory..............................................10 2.2 Corporate Governance .............................................................................13 2.2.1 Definisi .........................................................................................13 2.2.2 Prinsip-prinsip corporate governance ..........................................14 2.2.3 Sistem corporate governance dan board governance ..................15 2.2.3.1 Single board system dan Two board system.....................16 2.2.3.2 Model dan Sistem Governance ........................................17 2.3 Board Governance ....................................................................................18 2.3.1 Dewan Komisaris .........................................................................19 2.3.1.1 Prinsip Dasar ....................................................................19 x Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
2.3.1.2 Fungsi ...............................................................................20 2.3.2 Dewan Direksi ..............................................................................20 2.3.1.1 Prinsip Dasar ....................................................................20 2.3.1.2 Fungsi ...............................................................................21 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran kinerja perusahaan.........21 2.5 Kerangka Pemikiran..................................................................................25 2.6 Pengembangan Hipotesa ...........................................................................26 2.6.1 Keberadaan Dewan Direksi Wanita dan Kinerja Perusahaan ......26 2.6.2 Kewarganegaraan Dewan Direksi dan Kinerja Perusahaan .........26 2.6.3 Latar Belakang Pendidikan Dewan Direksi dan Kinerja Perusahaan ...................................................................................27 2.6.4 Tenure Dewan Direksi dan Kinerja Perusahaan ...........................28 3. METODOLOGI PENELITIAN .....................................................................29 3.1 Data dan Sampel .....................................................................................29 3.1.1 Unit Analisis, Populasi, dan Pengambilan Sampel.......................29 3.1.2 Metode Pengumpulan Data ..........................................................30 3.1.3 Metode Pengolahan Data ..............................................................31 3.2 Model Penelitian .....................................................................................31 3.3 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran ............................................33 3.3.1 Variabel Terikat ............................................................................33 3.3.2 Variabel Bebas..............................................................................33 3.3.3 Variabel Kontrol ..........................................................................35 3.4 Metode Analisis Data .............................................................................38 3.4.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................................39 3.4.2 Uji F ..............................................................................................40 3.4.3 Uji t ...............................................................................................41 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................................42 4.1 Hasil Penelitian .........................................................................................42 4.1.1 Analisisi Statistik Deskriptif.........................................................42 4.1.2 Uji Normalitas Data ......................................................................44
xi Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
4.1.3 Uji Asumsi Klasik ........................................................................47 4.1.3.1 Uji Multikolinearitas ........................................................47 4.1.3.2 Uji Autokorelasi ...............................................................49 4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas .....................................................49 4.2 Uji Korelasi Pearson .................................................................................51 4.3 Analisis Regresi Berganda ........................................................................53 4.4 Pengujian Hipotesis ..................................................................................59 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................66 5.1 Kesimpulan ...............................................................................................66 5.2 Keterbatasan Penelitian .............................................................................67 5.3 Saran..........................................................................................................68 DAFTAR REFERENSI .......................................................................................69
xii Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 di Asia mengakibatkan kondisi
perekonomian di beberapa negara menjadi terpuruk. Indonesia termasuk salah satu negara yang mengalami keterpurukan akibat krisis ekonomi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh McKinsey and Co (2002) dalam Pakaryaningsih (2006), penelitian Lyonnais Securities Asia (CLSA) dalam Setianto (2002), dan penelitian Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) (2000), memberikan suatu indikasi yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya krisis ekonomi tahun 1997 adalah karena buruknya corporate governance. Dan penelitian-penelitian tersebut menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang paling buruk dalam penerapan corporate governance. IICG mendefinisikan Governance atau salah satu padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu Governance, merupakan istilah yang terkait dengan mekanisme mengarahkan, mengendalikan, baik suatu organisasi/lembaga ataupun suatu fungsi, agar sesuai dengan tujuannya dan harapan para pihak yang berkepentingan. Banyak pengertian dan definisi mengenai governance, yang memiliki cakupan yang luas dan meliputi aspek-aspek yang terkait dengan pengambilan keputusan, penjabaran ekspektasi,
penggunaan kewenangan,
kejelasan pengawasan, pemenuhan akuntabilitas dan pertanggungjawaban, perencanaan stratejik, pemastian kinerja, kepemimpinan dan manajemen, keteraturan dan kepatuhan, serta serangkaian proses, mekanisme, dan struktur yang berlaku. Istilah governance sebagai konsep tak lepas dari suatu alat atau instrumen dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi ataupun fungsi melalui kaidah-kaidah yang sesuai dengan prinsip-prinsip umum tentang penyelenggaraan 1 Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
2
organisasi yang baik dan berkelanjutan. Governance secara konsep dianggap sebagai kebijakan, pedoman, dan aturan yang memastikan fungsi dan tujuan governance dapat berjalan dengan baik. Sedangkan governance sebagai praktik terkait dengan seni mengarahkan dan mengendalikan jalannya organisasi melalui sistem, struktur, proses dan mekanisme yang berjalan dalam rangka menciptakan nilai dan output sesuai dengan tujuan dan kepentingan para pihak dengan memperhatikan prinsip umum dan kepatuhan terhadap norma dan aturan yang berlaku. Praktik governance yang baik merupakan implementasi dari konsep governance yang mampu menghasilkan output sesuai dengan prinsip dan tujuan dari governance secara berkelanjutan. Isu mengenai Corporate Governance (CG) menjadi kembali menarik setelah beberapa perusahaan besar dan bonafit yang berbasis di Amerika Serikat seperti Goldman Sachs, Bear Stern, Morgan Stanley, Merrill Lynch, dan Lehman Brothers, satu per satu tumbang (Koran Tempo, 2009). Sangatlah diluar prediksi, apabil hal tersebut terjadi di Amerika Serikat, sebagai salah satu negara dengan angka CGPI (Corporate Governance Perception Index) yang tinggi, hal ini tentu semakin mengundang pertanyaan sejauh mana sebenarnya peran Corporate Governance dalam menunjang tujuan-tujuan perusahaan. Survei yang dilakukan oleh Mc Kinsey and Co (2002) dalam Pakaryaningsih (2006) menunjukkan bahwa corporate governance telah menjadi perhatian utama investor, khususnya pada pasar-pasar yang sedang berkembang. Investor akan cenderung menghindari perusahaan-perusahaan yang memiliki penerapan corporate governance yang buruk. Penerapan corporate governance dapat dicerminkan dalam nilai perusahaan yang dilihat dari harga saham perusahaan yang bersangkutan. Menurut Black et al. (2002) yang melakukan penelitian di Korea, alternatif penjelasan atas hubungan antara praktek corporate governance dengan nilai perusahaan menurut penelitian tersebut adalah signaling dan endogenity. Dalam signaling, praktek corporate governance menyebabkan peningkatan nilai perusahaan, karena penerapan corporate governance yang baik akan memberikan sinyal yang positif. Sedangkan endogenity adalah perusahaan yang memiliki nilai Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
3
pasar tinggi (dengan alasan apapun) cenderung menerapkan corporate governance yang lebih baik. Arsjah (2002) dalam Utama (2005), meneliti hubungan rasio Price to Book Value dan corporate governance. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pengaruh corporate governance pada kinerja perusahaan adalah belum konsisten. Selain itu, Sekaredi (2011) melakukan penelitian serupa dengan metode purposive sample. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 perusahaan yang secara konsisten terdaftar sebagai perusahan LQ45 periode tahun 2005 sampai dengan 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya faktor yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yaitu 1) kepemilikan institusional, berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (CFROA). 2) dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. dan 3) dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hardikasari (2011) juga melakukan penelitian serupa dengan objek perusahaan-perusahaan perbankan. Indikator mekanisme Corporate Governance yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari ukuran dewan direksi, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan terhadap praktik manajemen laba yang dilakukan oleh industri perbankan di Indonesia. Sampel dalam penelitian tersebut adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2008. Hasil penelitian Hardikasari (2011) ini menujukan bahwa ukuran dewan direksi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Darmawati et al. (2005) juga meneliti hubungan antara Corporate Governance dan kinerja perusahaan. Penelitian ini menggunakan hasil survei IICG dan majalah SWA tentang implementasi GCG didalam perusahaan tahun 2001 dan 2002 yaitu CGPI (Corporate Governance Perception Index), sebagai proksi variabel corporate governance. Sedangkan kinerja perusahaan diukur Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
4
dengan Return on Equity (ROE) dan nilai pasar perusahaan (Tobin’s Q). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel Corporate Governance secara statistik signifikan mempengaruhi ROE, tetapi tidak mempengaruhi Tobin’s Q. Penelitian lain yang merumuskan tentang hubungan antara penerapan Good Corporate Governance terhadap kinerja perusahaan adalah penelitian yang dilakukan oleh Che Hat et al. (2008). Dalam penelitiannya tersebut, Che hat et al. menggunakan variabel timelines (ketepatwaktuan) dan disclosure (pengungkapan) sebagai variabel intervening. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara penerapan Good Corporate Governance dengan timelines dan disclosure. Selain itu, penelitian ini menemukan pula bahwa timelines dan disclosure tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun, penelitian tersebut menemukan bahwa penerapan Good Corporate Governance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dari sekian banyak hasil penelitian mengenai mekanisme Corporate Governance terhadap kinerja tersebut, terlihat hasil yang cukup beragam. Akan tetapi, hasil yang beragam tersebut juga dipengaruhi perbedaan variabel yang digunakan oleh masing-masing peneliti (Darmawati, 2005). Adanya
perbedaan
hasil penelitian tersebut disebabkan oleh perbedaan variabel yang digunakan para peneliti untuk merefleksikan beragamnya indikator mekanisme Corporate Governance dikarenakan luasnya definisi mekanisme Corporate Governance tersebut. Selain keterkaitan antara corporate governance dengan nilai perusahaan, salah satu isu yang berkaitan dengan corporate governance adalah komposisi dari dewan (board). Adanya organ-organ perusahaan (dewan komisaris dan direksi) merupakan bukti pengaplikasian prinsip Good Corporate Governance dalam tataran yang minimal (Surya dan Yustiavandana 2006). Carter et al. (2003) melakukan penelitian tentang keterkaitan antara persebaran dalam anggota dewan (board diversity), nilai perusahaan, dengan corporate governance. Persebaran anggota dewan dilihat dari persentasi wanita dalam dewan, ras minoritas (African Americans, Asians dan Hispanics), dan proporsi outside directors. Dengan mengambil sampel perusahaan-perusahaan yang tercatat dalam Fortune di Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
5
Amerika Serikat, hasil penelitian menemukan adanya pengaruh positif signifikan antara fraksi wanita dan minoritas dalam jajaran dewan dengan nilai perusahaan. Adanya persebaran dalam anggota dewan dipercaya dapat mempengaruhi nilai perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang (Cox dan Blake 1991, Robinson dan Dechant (1997), sebagaimana dikutip oleh Carter et al. 2003). Persebaran dewan (board diversity) diduga memberikan dampak yang positif. Semakin besar persebaran dalam anggota dewan dapat menimbulkan semakin banyak konflik, namun persebaran tersebut dapat memberikan alternatif penyelesaian terhadap suatu masalah yang semakin beragam daripada anggota dewan yang homogen. Selain itu, keragaman dalam dewan direksi memberikan karakteristik yang unik bagi perusahaan yang dapat menciptakan nilai tambah. Berdasarkan penelitian dari Kramer, Konrad dan Erkut (2006) dalam Lukviarman (2004), ditemukan hasil bahwa wanita dapat membuat perubahan di dalam lingkup dewan direksi suatu perusahaan. Adams dan Ferreira (2004) menyatakan kehadiran wanita sebagai dewan direksi dapat memberikan pola tersendiri pada komposisi dewan dan memiliki kecenderungan memberikan hasil yang lebih sukses dibandingkan dengan komposisi dewan direksi yang homogen, selain itu wanita secara inheren dinilai lebih stabil dibandingkan pria. Untuk itu, dengan adanya wanita di dalam jajaran direksi, dapat membantu mengambil keputusan yang lebih tepat dengan risiko yang lebih rendah. Robinson dan Dechant (1997) sebagaimana dikutip dalam Carter et al. (2003), memberikan beberapa proposisi dan bukti empiris yang berkaitan dengan persebaran dalam dewan. Pertama, persebaran dalam dewan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang marketplace, dimana hal ini berhubungan dengan demografi supplier dan customer perusahaan yang juga beragam. Ke dua, persebaran dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi. Ke tiga, persebaran menghasilkan alternatif pemecahan masalah yang efektif. Heterogenitas dalam dewan dapat menimbulkan semakin banyak konflik, namun alternatif pemecahan terhadap suatu masalah akan semakin banyak dan dapat menimbulkan kecermatan dalam mengkaji konsekuensi yang mungkin dihadapi dari alternatif yang diambil. Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
6
Ke empat, persebaran dapat meningkatkan efektivitas dalam kepemimpinan perusahaan. Hal ini berkaitan dengan sudut pandang dalam anggota dewan, dimana anggota yang homogen akan menyebabkan perspektif terhadap sesuatu hal akan menjadi lebih sempit jika dibandingkan dengan anggota dewan yang beragam. Ke lima, persebaran dapat meningkatkan hubungan global yang semakin efektif. Penelitian mengenai hubungan antara Corporate Governance dengan kinerja memang telah banyak dilakukan, namun dari sekian banyak penelitian tersebut terlihat hasil yang masih cukup beragam. Penelitian ini ingin menguji kembali penelitian Carter et al. (2003) tentang pengaruh board diversity terhadap kinerja perusahaan, dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011. Kondisi dan karakteristik perusahaan di Indonesia dan di Amerika tentu berbeda, karena itu diduga akan ditemukan hasil penelitian yang berbeda pula. Selain itu, memodifikasi penelitian Carter et al. (2003), dimana mereka menggunakan usia, ukuran dewan direksi, keberadaan dewan direksi wanita, dan keberadaan dewan direksi minoritas, sebagai proksi dari board diversity, penelitian ini menggunakan faktor gender, asal kewarganegaraan, latar belakang pendidikan, dan tenure (lama menjabat) masing-masing anggota dewan direksi, sebagai proksi dari board diversity. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol frekuensi rapat direksi, ukuran dewan direksi, ukuran perusahaan, Debt to Equity Ratio (DER), dan Return on Equity (ROE). Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Board of Director Diversity terhadap Kinerja Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek tahun 2011)”.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
7
1) Apakah gender dalam dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dalam perspektif corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011? 2) Apakah asal kewarganegaraan dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dalam perspektif corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011? 3) Apakah latar belakang pendidikan anggota dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dalam perspektif corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011? 4) Apakah lama masa menjabat (tenure) anggota dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dalam perspektif corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris terkait
rumusan masalah diatas, yaitu: 1) Mengetahui pengaruh gender dalam dewan direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dalam perspektif corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. 2) Mengetahui pengaruh asal kewarganegaraan dewan direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dalam perspektif corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. 3) Mengetahui pengaruh latar belakang pendidikan anggota dewan direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dalam Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
8
perspektif corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. 4) Mengetahui pengaruh lama masa jabatan (tenure) anggota dewan direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dalam perspektif corporate governance pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011.
1.4
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan dapat bermanfaat bagi
berbagai kalangan seperti akademisi maupun praktisi. 1) Akademisi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan board diveristy. 2) Praktisi -
Pihak perusahaan/manajemen Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan terkait penerapan governance perusahaan, khususnya pertimbangan board diversity.
-
Investor dan/atau calon investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dapat memberikan tambahan informasi yang berkaitan dengan keputusan investasi yang akan mereka lakukan, terutama pertimbangan tentang board diversity dalam perusahaan.
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
9
1.5
Sistematika Penulisan Pada penelitian ini, penulisan akan dibagi menjadi 5 bab. Secara umum,
sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:
•
BAB I (PENDAHULUAN) Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, serta sitematika penulisan dari setiap bab penelitian.
•
BAB II (TINJAUAN PUSTAKA) Pada bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang terkait dengan topik penelitian yang mencakup landasan teori dan mendukung pembahasan yang diperoleh dari berbagai literatur.
•
BAB III (METODOLOGI PENELITIAN) Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian, kerangka pemikiran, variabel dan pengukurannya, definisi operasional variabel, metode pengumpulan data dan metode analisis yang diterapkan dalam penelitian.
• BAB IV (ANALISIS DAN PEMBAHASAN) Pada bab ini menjelaskan deskripsi objek penelitian secara singkat dan analisis yang meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapam tanggung jawab sosial serta hubungannya terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. • BAB V PENUTUP Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dibuat, serta memberikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan pertimbangan serta pemikiran bagi perusahaan dan pihak yang berkepentingan. Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Corporate Governance dan Agency Theory Perubahan lingkungan yang sangat cepat, terutama dalam lingkungan
dunia usaha semakin menuntut pentingnya penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan. Corprorate Governance merupakan seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (OECD, 1999). Ariyoto (2000) mengungkapkan banyak cara untuk mengkaji dan memahami corporate governance, salah satunya adalah menggunakan sudut pandang teori agensi (agency theory). Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan terjadinya konflik diantara keduanya. Menurut Tjager et al. (2004), agency theory menjelaskan tentang hubungan antara pihak yang mendelegasikan pengambilan keputusan (principal/pemilik/pemegang saham)
dengan
pihak
yang
menerima
pendelegasian
tersebut
(agen/direksi/manajemen). Agency Theory memfokuskan pada penentuan kontrak yang paling efisien yang mempengaruhi hubungan prinsipal dan agen. Terdapat beberapa asumsi yang membangun teori ini (Ross (1973) dalam Rahma (2007)): 1. Agency Conflict Terdapat kemungkinan konflik dalam hubungan antara prinsipal dan agen (agency conflict), konflik timbul sebagai akibat keinginan manajemen (agen) untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat mengorbankan kepentingan pemegang saham 10 Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
11
(principle) untuk memperoleh return dan nilai jangka panjang perusahaan. Agency conflict timbul karena: a) Moral Hazard Manajemen memilih investasi yang paling sesuai dengan kemampuan dirinya dan bukan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Misalnya investasi yang bisa meningkatkan nilai individu manajer walaupun biaya penugasannya tinggi, sehingga para manajer akan berada pada posisi untuk mengekstrak remunerasi yang tinggi dari perusahaan. b) Earning Retention Manajemen cenderung mempertahankan tingkat pendapatan perusahaan yang stabil, sedangkan pemegang saham lebih menyukai distribusi kas yang lebih tinggi melalui beberapa peluang investasi internal yang positif. c) Risk Aversion Manajemen cenderung mengambil posisi aman untuk mereka sendiri dalam mengambil keputusan investasi. Dalam hal ini, mereka akan mengambil keputusan investasi yang sangat aman dan masih dalam jangkauan kemampuan manajemen. Mereka akan menghindari keputusan investasi yang dianggap menambah risiko bagi perusahaan walaupun mungkin hal itu bukan pilihan terbaik bagi perusahaan. d) Time-Horizon Manajemen cenderung hanya memperhatikan cashflow perusahaan sejauh denhgan waktu penugasan mereka. Hal ini dapat menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan yaitu berpihak
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
12
pada proyek jangka panjang dengan pengembalian NPV positif yang jauh lebih besar.
2. Agency Problem Asumsi dasar lainnya yang membangun agency theory adalah agency problem yang timbul sebagai akibat adanya kesenjangan antara kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dan manajemen sebagai pengelola. Pemilik memiliki kepentingan agar dana yang diinvestasikan mendapat return maksimal, sedangkan manajer berkepentingan terhadap perolehan insentif atas pengelolaan dana pemilik. Sistem governance sebuah perusahaan akan menjembatani adanya pemisahan kepentingan antar pemilik dan pengelola didalam suatu perusahaan khususnya dalam hal tugas, wewenang dan fungsi-fungsi lainnya. Pemisahan ini menyebabkan fungsi masing-masing menjadi jelas dimana pemilik yang mengharapkan aset yang diinvestasikannya berkembang baik dengan menghasilkan laba, sedangkan pengelola akan menjaga setiap aset yang dikelolanya dan mempertanggungjawabkannya kepada pemilik/pemegang saham. Agency theory muncul berkaitan dengan fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan pengelolaan. Pemilik sebagai pemasok modal
perusahaan
mendelegasikan
kewenangan
atas
pengelolaan
perusahaan kepada professional managers. Akibatnya, kewenangan menggunakan resources perusahaan sepenuhnya ada di tangan para eksekutif. Pemegang saham mengharapkan manajemen bertindak secara profesional dalam mengelola perusahaan. Setiap keputusan yang diambil seharusnya didasarkan pada kepentingan pemegang saham dan resources yang ada digunakan semata-mata untuk kepentingan peningkatan kinerja dan nilai perusahaan. Meskipun demikian, yang sering terjadi adalah bahwa keputusan yang diambil oleh manajemen tidak semata-mata untuk Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
13
kepentingan perusahaan tetapi jugan untuk kepentingan para eksekutif. Bahkan dalam banyak kasus, keputusan dan tindakan yang diambil seringkali hanya menguntungkan eksekutif dan merugikan perusahaan. Menurut Jensen dan Meckling (1976), perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sangat rentan terjadi. Penyebabnya karena para pengambil keputusan tidak perlu menanggung resiko akibat adanya kesalahan dalam pengambilan keputusan bisnis, begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dengan kata lain, manajemen mempunyai kepentingan yang berbeda dengan kepentingan pemilik. Timbulnya konflik keagenan menuntut penerapan suatu sistem insentif dan governance yang sesuai yang dapat mengatasi hal ini (Jensen (1999), dalam Lisa (2006)).
2.2
Corporate Governance
2.2.1
Definisi Istilah corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Committee pada tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai Cadbury Report (Tjager dkk, 2003). Definisi dari Cadbury Committee memandang corporate governance sebagai: “Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak-hak dan tanggung jawab mereka”. The Indonesia Institute for Corporate Governance (Supriyitno, 2004) mendefinisikan corporate governance sebagai berikut: “Proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang kepentingan internal dan Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
14
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan”. Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi, demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate governance ditujukan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahansignifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.
2.2.2 Prinsip-prinsip Corporate Governance Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), sebuah organisasi profesional non-pemerintah yang bertugas mensosialisasikan praktek good corporate governance, menjabarkan prinsip-prinsip utama dalam corporate governance sebagai berikut: 1. Fairness (Kewajaran) Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan oleh orang dalam (insider trading). 2. Accountability (Akuntabilitas) Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris, dan auditor. Prinsip ini merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham. Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
15
3. Responsibility (Pertanggungjawaban) Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. Hal ini merupakan tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang tunduk pada hukum dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sekitarnya. 4. Disclosure and Transparency (Keterbukaan) Hak-hak para pemegang saham harus diberi informasi dengan benar dan tepat waktu, sehingga dapat berguna dan berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan.
2.2.3
Sistem Corporate Governance dan Board Governance Menurut Tjager et al. (2003), ada beberapa jenis sistem corporate
governance yang berkembang di berbagai negara. Ini mencerminkan adanya perbedaan tradisi, budaya, kerangka hukum, praktik bisnis, kebijakan, dan lingkungan ekonomik-institusional dimana sistem yang berbeda tersebut berkembang. Pembahasan mengenai berbagai sistem corporate governance didominasi oleh dua isu penting: apakah perusahaan harus dikelola dengan singleboard system atau two board system, dan apakah para anggota dewan (dewan komisaris dan dewan direksi) sebaiknya terdiri atas para “outsiders” atau lebih terkonsentrasi pada “insiders”.
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
16
2.2.3.1 Single-board system dan Two board system Model board structure perusahaan-perusahaan di Inggris dan Amerika serta negara-negara lain yang dipengaruhi langsung oleh model Anglo-Saxon, pada umumnya berbasis single-board system, dimana keanggotaan dewan komisaris dan dewan direksi tidak dipisahkan. Dalam model ini, anggota dewan komisaris juga merangkap anggota dewan direksi, dan kedua dewan ini dirujuk sebagai board of directors. Secara konseptual, model two tier system dengan tegas memisahkan keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan direksi sebagai eksekutif korporasi. Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya berbasis two-tier system seperti kebanyakan perusahaan di Eropa. Hanya saja sistem twotier ala Eropa menempatkan wakil dari karyawan (employee) pada level dewan direksi (Ali, 2009). Jika kita soroti lebih mendalam implementasi two-tier system yang dianut di Indonesia, banyak fakta-fakta yang menunjukkan bahwa fungsi board (dewan) didalam menerapkan good corporate governance masih belum efektif. Pertama, landasan hukum yang mengatur fungsi, kedudukan, dan tanggung jawab hukum masing-masing board masih membingungkan dan tidak menyatakan secara tegas. UU PT menekankan bahwa fungsi Dewan Komisaris adalah pengawasan dan pemberian nasehat kepada Direksi. Sedangkan UU BUMN menekankan kepada pengawasan atas Direksinya (individunya). Tidak mustahil apabila Komisaris mengalami kebingungan dalam menjalankan perannya. Fakta kedua adalah masih banyak persepsi yang salah mengenai kedudukan Komisaris. Fungsi pengawasan sering dipersepsikan lebih tinggi dari fungsi eksekutif. Sehingga seringkali diartikan Komisaris memiliki kedudukan di atas Direksi. Padahal sebenarnya tidak demikian. Kedudukan keduanya sama (sejajar), hanya saja keduanya memiliki fungsi yang berbeda.
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
17
2.2.3.2 Model dan Sistem Governance Penerapan corporate governance di berbagai negara di dunia, tidak dapat disamakan. Perbedaan dasar tidak saja dalam struktur governance di setiap perusahaan, tetapi juga diakibatkan oleh pengaruh budaya, sosial politik, serta model hukum perusahaan yang diterapkan oleh suatau negara dimana perusahaan tersebut berada. Oleh karena itu negara dikelompokkan berdasarkan atas hukum perusahaan yang digunakan (Jensen dan Warner (1988) dalam Syakhroza (2005)) yaitu: 1) Model Anglo-Saxon, yang mempunyai hukum komersial yang berbasis “common-law tradition”. 2) Model Continental European, yang mempunyai hukum komersial yang berbasis “civil-law tradition”. Selama
ini
konsep
corporate
governance
dan
berbagai
aturan
implementasinya (code of best practice) diadopsi dari negara-negara barat. Berdasarkan
dua
model
governance
sebelumnya,
sistem
governance
diklasifikasikan menjadi dua sistem (Carati dalam Syakhroza, 2005) yaitu: 1) Yang berdasarkan pada dominasi pasar (market dominated) 2) Yang berdasarkan pada dominasi bank (bank dominated) Sistem yang bercirikan dominasi pasar biasanya digunakan oleh negaranegara yang mengadopsi model Anglo-Saxon, dan di dalam sistem ini pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomiannya. Pada negara yang menganut sistem ini mekanisme pengendalian oleh kekuatan pasar bertindak sebagai pusat dari sistem pengendalian (control system) korporasi yang mereka anut. Mekanisme governance yang digunakan disebut juga dengan sistem kontrol pihak eksternal (outsider control system). Sedangkan negara-negara yang menganut model Continental European (termasuk Jepang dan Indonesia), secara umum dikategorikan sebagai penganut sistem governance yang didominasi oleh perbankan. Pada sistem ini peranan mekanisme pasar tidaklah signifikan, sehingga penganut sistem ini tidak menyadarkan diri pada kekuatan pasar sebagai Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
18
alat kontrol dalam mekanisme pengendaliannya. Sehingga sering disebut sebagai “insider dominated control” yang didasarkan pada karakteristik relatif stabil dan terkonsentrasinya kepemilikan perusahaan pada sekelompok orang.
2.3
Board Governance Good corporate governance berfokus kepada dewan direksi tentang
bagaimana melakukan pengelolaan sumber daya organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Kakabadse, kakabadse dan Kouzman (2001) menyimpulkan ada beberapa atribut yang harus dimiliki agar board diversity menjadi efektif, yaitu: board composition, board characteristics, board structure , dan board process. •
Board composition, mengacu pada jumlah direksi, demografi (dari dalam/luar perusahaan, perempuan/laki-laki)
•
Board characteristic, berhubungan dengan latar belakang direksi, pengalaman
masa
kerja,
pengalaman
fungsional,
independensi,
kepemilikan saham, dan variabel yang mempengaruhi kinerja mereka. •
Board structure, meliputi efisiensi organisasi board, peran direksi dalam anak perusahaan, komite-komite komisaris, kepemimpinan dan arus informasi antara direksi.
•
Board process, mengacu pada aktivitas pengambilan keputusan, gaya/style direksi, frekuensi/lamanya rapat direksi, dan kultur dari evaluasi kinerja direksi. Jika perusahaan memiliki board diversity yang baik, maka perusahaan
akan memiliki kinerja yang baik pula. Board diversity merupakan salah satu faktor input kunci guna menghantarkan optimalisasi pengelolaan sumber daya organisasi (Kakabadse, kakabadse dan Kouzman, 2001). Board diversity yang baik harus didukung oleh instrumen pengoperasian secara jelas yaitu dengan Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
19
adanya Best Practice dan Code of Conduct Corporate Governance. Kedua instrumen ini sangat penting penting bagi board supaya mereka lebih bisa bertindak secara independen dalam mengelola suber daya perusahaan. Corporate governance berfokus kepada dewan direksi karena dewan direksi adalah yang bertanggung jawab dan memiliki otoritas penuh dalam membuat keputusan tentang bagaimana melakukan pengarahan, pengendalian, dan pengawasan atas pengelolaan sumber daya sesuai dengan tujuan perusahaan. Komposisi dewan direksi, akan berdampak pada kualitas keputusan dan kebijakan yang dibuatnya dalam mengefektifkan pencapaian tujuan organisasi. Jika jumlah anggota dewan direksi terlalu sedikit mungkin saja berpengaruh terhadap optimalisasi kualitas keputusan dan lemahnya kontrol terhadap keputusan. Disamping itu, corporate governance akan semakin baik jika komposisi dewan direksi bersifat heterogen sehingga akan saling melengkapi kompetensi dan kredibilitas satu dengan yang lainnya (Syakhroza, 2004). Dengan demikian, board diversity merupakan salah satu faktor input kunci guna menghantarkan optimalisasi penggunaan sumber daya guna mencapai tujuan organisasi. Untuk dapat menelaah lebih jauh peranan dewan (board) dalam meningkatkan performance perusahaan, penting untuk diketahui tentang sistem, tugas, dan kebijakan regulasi mengenai dewan itu sendiri, baik dewan komisaris maupun dewan direksi.
2.3.1 Dewan Komisaris Dalam Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sebagai pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, fungsi dewan komisaris adalah sebagai berikut: 2.3.1.1 Prinsip dasar Dewan
komisaris
sebagai
organ
perusahaan
bertugas
dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
20
nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. 2.3.1.2 Fungsi pengawasan dewan komisaris Dewan komisaris hanya dapat memiliki wewenang untuk melakukan fungsi pengawasan. Dewan komisaris tidak boleh turut serta dalam pengambilan keputusan operasional. Dalam hal dewan komisaris mengambil keputusankeputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan dalam anggaran dasar atau peraturan perundangundangan, pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam funsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional tetap menjadi tanggung jawab direksi. Kewenangan yang ada pada dewan komisaris tetap dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan penasihat.
2.3.2 Dewan Direksi Dalam Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sebagai pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, fungsi dewan direksi adalah sebagai berikut: 2.3.2.1 Prinsip dasar Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara. Agar pelaksanaan tugas direksi dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
21
1. Komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif, tepat, dan cepat, serta dapat bertindak independen. 2. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya. 3. Direksi bertanggungjawab terhadap pengelolalaan perusahaan agar dapat menghasilkan keuntungan (profitability) dan memastikan kesinambungan usaha perusahaan. 2.3.2.2 Fungsi Direksi Fungsi pengelolaan perusahaan oleh direksi mencakup 5 (lima) tugas utama yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial.
2.4
Faktor-faktor Board of Director Diversity yang Mempengaruhi
Pengukuran Kinerja Perusahaan Board diversity
yang telah tertata dengan baik akan selalu concern
terhadap bagaimana operasional perusahaan selaras dengan tujuan organisasi (Kakabadse, Kakabadse dan Kouzmin, 2001). Untuk itu maka board akan menyiapkan suatu perangkat pengukuran kinerja yang berhubungan dengan tujuan organisasi, yang digunakan oleh board sebagai alat untuk pemantauan dan pengendalian kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan suatu tampilan perusahaan dalam periode tertentu. Penilaian kinerja perusahaan adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagan organisasi, karyawan, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1997). Terdapat dua ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kinerja, yaitu ukuran finansial dan non-finansial. Secara umum ukuran finansial dibedakan menjadi dua, yaitu Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
22
financial accounting information dan market based financial performance. Pengukuran kinerja dengan indikator pasar (market based financial performance) memiliki keterbatasan sendiri, yaitu terdapatnya perbedaan lingkungan di pasar modal yang dapat menimbulkan bias pada hasil yang diperoleh, terutama penelitian pada beberapa negara (Lukviarman, 2004). Sedangkan, ukuran nonfinansial yang sering digunakan antara lain Economic Value Added dan Balance Scorecard. Meskipun begitu, terdapat anggapan bahwa ukuran finansial tetaplah inti dari ukuran kinerja yang sebenarnya, sedangkan ukuran non-finansial merupakan pelengkap (komplementer) dari ukuran finansial (Lukviarman, 2004). Sekaredi (2011) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yaitu, 1) kepemilikan institusional, berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan (CFROA). 2) dewan komisaris independen berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. dan 3) dewan komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Pengukuran kinerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price to Book Value (PBV). PBV merupakan perbandingan antara harga saham dan nilai buku per saham. Nilai buku per saham diperoleh dari perbandingan total stakeholders’ equity dan jumlah saham yang beredar. Frekuensi rapat direksi merupakan jumlah rapat yang diadakan dewan direksi perusahaan selama tahun 2011. Berdasarkan KEP-117/M-MBU/2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance, pada pasal 21 ayat (1) disebutkan bahwa rapat direksi harus diadakan secara berkala, yaitu sekurangkurangnya sekali dalam sebulan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vafeas (1999) menyimpulkan bahwa aktifitas board merupakan dimensi penting, dan frekuensi rapat yang dilakukan memiliki hubungan positif dengan kinerja operasi perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan Coger et al. (1998) bahwa frekuensi rapat merupakan sumber yang penting untuk menciptakan efektifitas dari dewan direksi.
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
23
Ukuran perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran perusahaan dapat didasarkan pada jumlah aktiva, jumlah tenaga kerja, volume penjualan, dan kapitalisasi pasar (Adiaksa (2007), dalam Dyah (2009)). Perusahaan besar cenderung menarik perhatian dan menjadi sorotan publik, sehingga akan mendorong perusahaan tersebut untuk menerapkan struktur corporate governance yang lebih baik (Durnev dan Kim dalam Darmawati et al. (2006)). Ukuran Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah total assets. Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan. Return on equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Agus, 2001). ROE secara eksplisit memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return bagi pemegang saham biasa setelah memperhitungkan bunga (biaya hutang) dan biaya saham preferen. Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim sisa atas keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar bunga hutang kemudian saham preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa (Helfert, 1996). Return on equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang disediakan oleh
pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor, serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal (Irawan, 1996). Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
24
Debt to equity Ratio merupakan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri, dalam menanggung risiko atau batas perluasan usaha dengan menggunakan modal pinjaman (Ismaya, 2006), karena DER yang tinggi mengidentifikasikan bahwa modal usaha yang digunakan lebih banyak memanfaatkan hutang sehingga akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan. Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh modal sendiri yang digunakan sebagai pembayaran hutang. DER mempengaruhi kinerja perusahaan yaitu semakin tinggi beban maka resiko yang ditangung juga besar. Dengan demikian debt to equity ratio dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat risiko tidak tertagihnya suatu hutang. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh modal sendiri yang digunakan sebagai pembayaran hutang. DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan (Robert Ang, 1997). Semakin tinggi beban/ hutang (DER) maka resiko yang ditanggung juga besar. Hal ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan dan selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut (Hartono, 2003). Esensi trade-off theory dalam struktur modal yang diproksi dengan DER adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Menurut model ini, penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan. (Husnan, 2000).
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
25
2.5
Kerangka Pemikiran Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang terlebih dahulu
dilakukan oleh Carter et al., (2003) yang kemudian disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Penelitian ini akan meneliti mengenai pengaruh Board of Director Diversity terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio Price to Book Value (PBV). Untuk mengontrol perubahan variabel dependen dengan variabel lain di luar variabel independen utama, penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (SIZE), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER). Berdasarkan uraian diatas, kerangka pemikiran untuk penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Board Diversity, yang diproksikan dengan:
Kinerja Perusahaan (PBV)
1. Keberadaan Dewan Direksi Wanita 2. Kewarganegaraan
Variabel Kontrol:
3. Latar Belakang Pendidikan
1.Rapat Direksi 2.Ukuran Direksi
4. Tenure Menjabat
3.Ukuran Perusahaan 4.Return on Equity (ROE) 5.Debt to Equity Ratio (DER)
Gambar 3.1 Kerangka pemikiran (Sumber: data olahan) Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
26
2.6
Pengembangan Hipotesa
2.6.1 Keberadaan Dewan Direksi Wanita dan Kinerja Perusahaan Masih sedikitnya wanita yang ditempatkan di posisi puncak mungkin disebabkan oleh adanya pandangan yang berbeda tentang penyebab kesuksesan yang diraih pria dan wanita. Kesuksesan pria dianggap karena kemampuan yang tinggi (dalam hal talenta atau kecerdasan), sedangkan kesuksesan wanita dianggap lebih disebabkan oleh faktor keberuntungan. Namun demikian, hasil penelitian Adams dan Ferreira (2002) menemukan kinerja perusahaan (Tobin’s Q) berhubungan positif dan signifikan dengan proporsi wanita dalam struktur dewannya. Dalam analisisnya, peneliti juga mengemukakan sejumlah pendapat yang mengatakan bahwa female representation dalam dewan dapat memberikan perspektif, pengalaman, dan opini yang berbeda. Dengan begitu, hal ini dapat saja memberikan keuntungan tertentu dalam pelaksanaan tugas dewan, dan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Selain itu, Carter et al., (2003) juga menemukan bahwa perusahaan yang memiliki dua orang wanita atau lebih dalam anggota dewan, memiliki nilai perusahaan (yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q) lebih tinggi daripada perusahaan dengan jumlah anggota dewan direksi wanita kurang dari dua. Berdasarkan uraian-uraian tersebut kemudian dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu: H1 : Keberadaan dewan direksi wanita berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
2.6.2 Kewarganegaraan Anggota Dewan Direksi dan Kinerja Perusahaan Keanekaragaman warga negara dan budaya dalam dewan direksi memungkinkan timbulnya permasalahan komunikasi antar-budaya (Lehman and Dufrene, 2008) dan konflik antar individu (Cox, Jr., 1991). Namun di sisi lain, Branco dan Rodriguez (2008) dalam Khan (2010) mengemukakan pendapat Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
27
bahwa warga negara asing mampu membawa keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Begitu juga dengan hasil penelitian Carter et al. (2003) yang menyatakan bahwa proporsi minoritas dalam dewan memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Selain itu, kehadiran anggota dewan warga negara asing diharapkan mampu membawa keuntungan kompetitif bagi perusahaan, atau yang biasa disebut international networks, commitment to shareholder
rights,
dan
managerial
entrenchment
avoidance,
sehingga
keunggulan-keunggulan tersebut diharapkan mampu memberikan kinerja positif bagi perusahaan (Oxelheim dan Randoy, 2003). Berdasarkan uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2:
Keberadaan dewan direksi warga negara asing berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan.
2.6.3
Latar Belakang Pendidikan Anggota Dewan Direksi dan Kinerja
Perusahaan Menurut Ponnu (2008), BOD seharusnyaa terdiri dari orang-orang profesional dengan kehlian dalam bidang ekonomi, bisnis, perpajakan, akuntansi, keuangan, dan lainnya. Dengan adanya anggota dewan yang memiliki keahlian tersebut, dapat memberikan perspektif yang bermanfaat terhadap penilaian resiko, keunggulan bersaing, dan pemahaman mengenai tantangan yang dihadapi dalam bisnis. Selain itu, dengan berbekal pengetahuan bisnis dan ekonomi diharapkan anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik dalam mengelola dan mengambil keputusan bisnis daripada yang tidak memiliki kemampuan bisnis dan ekonomi. Sehingga diversitas latar belakang dan pengalaman merupakan hal penting bagi komposisi dewan secara keseluruhan, karena pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H3:
Latar belakang pendidikan anggota dewan direksi berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan. Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
28
2.6.4
Tenure Anggota Dewan Direksi dan Kinerja Perusahaan BOD tenure dalam penelitian ini merupakan jangka waktu yang telah
dijalankan anggota dewan direksi dari penunjukkannya sampai dengan akhir tahun 2011. Shen (2003) yang dikutip oleh Zubaidah (2003), menunjukkan bahwa karakteristik dewan direksi perusahaan memainkan peran penting dalam corporate governance. Tingkatan yang berbeda pada masa jabatan anggota dewan direksi akan mempengaruhi perkembangan kepemimpinan dan kesempatan untuk mengendalikan manajemen. Kidwell et al., (1987) membuktikan bahwa manajer dengan pengalaman kerja lebih lama mempunyai hubungan yang positif dengan pengambilan keputusan sehingga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sementara itu Ellis dan Child ( 1973) berpendapat bahwa semakin lama masa jabatan berhubungan dengan konservatisme dan penghindaran risiko. Salancik (1977) dalam Finklestein dan Hambrick (1990), menyatakan bahwa ketika seorang pimpinan mencapai kesuksesan dalam sebuah perusahaan, mereka cenderung untuk mempertahankan cara-cara untuk mencapai kesuksesan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: H4:
Tenure anggota dewan direksi berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan.
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Data dan Sampel
3.1.1
Unit analisis, populasi, dan pengambilan sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Sekaran, 2010). Populasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perusahaan di Indonesia yang tergolong dalam industri manufaktur. Sampel merupakan bagian dari sebuah populasi. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, dimana sampel diambil berdasarkan kebutuhan/kriteria yang telah ditentukan peneliti (Sugiyono, 2008). Dalam memilih sampel penelitian, penulis menggunakan metode purposive sampling yang menggunakan kriteria-kriteria tertentu yaitu: 1. Perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. 2. Perusahaan yang mempublikasikan dengan lengkap laporan tahunan (annual report) tahun 2011. 3. Periode akuntansi berakhir pada tanggal 31 Desember. 4. Memiliki laporan keuangan dengan satuan mata uang Rupiah. 5. Mencakup semua data yang dibutuhkan dalam perhitungan variabelvariabel pada penelitian ini. 6. Tidak termasuk dalam perusahaan yang digolongkan sebagai outliers.
29 Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
30
Jumlah
Kriteria-kriteria yang Digunakan 1.
Perusahaan
Perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 Industri dasar & kimia
60
Aneka Industri
37
Industri Barang Konsumsi
36 133
2.
Perusahaan yang tidak mempublikasikan Annual Report tahun 2011
3. 4.
-33
Perusahaan yang periode akuntansi-nya bukan
‐1
berakhir pada tanggal 31 Desember Perusahaan yang bukan menggunakan satuan mata uang Rupiah dalam pembuatan laporan keuangan
5.
6.
‐8
Perusahaan yang tidak memiliki data-data yang dibutuhkan dalam penelitian
‐2
Outliers
‐9
Total sampel yang digunakan dalam penelitian
80
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
3.1.2 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu laporan tahunan (annual report) perusahaan tahun 2011 yang dapat diakses melalui website Bursa Efek Indonesia (http://www.idx.co.id/), maupun website yang dimiliki perusahaan, dan juga data dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), serta sumber lain yang terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
31
Penggunaan data sekunder dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan antara lain: 1) lebih mudah diperoleh, jika dibandingkan data primer; 2) biaya lebih murah, dan; 3) penggunaan laporan keuangan maupun laporan keberlanjutan masing-masing perusahaan telah diaudit oleh akuntan publik, sehingga data terpercaya keabsahannya. Data-data literatur yang dibutuhkan dalam melakukan penyusunan penelitian ini didapatkan dengan melakukan studi literatur dengan mempelajari, meneliti, dan mengkaji buku, jurnal, serta segala informasi yang berhubungan dengan topik penelitian, dalam rangka mendapatkan landasan teoritis guna melakukan analisa atas penelitian ini.
3.1.3
Metode Pengolahan Data Setelah data terkumpul, kemudian
data tersebut diolah dengan
menggunakan SPSS 17.0 karena software tersebut yang paling sering digunakan dalam mengolah data akuntansi dan mudah untuk digunakan.
3.2
Model Penelitian Model penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut: Model 1
PBVt
α0 + β1WOMt + β2FOREIGNt + β3EDUt + β4TENUREt + β5MEETINGt
=
+ β6BSIZEt + β7FSIZEt + β8ROEt - β9DERt + е
dimana: PBVt
=
Price to Book Value
WOMt
=
Keberadaan dewan direksi wanita pada tahun t Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
32
FOREIGNt
=
Keberadaan anggota dewan direksi warga asing pada tahun t
EDUt
=
Latar belakang pendidikan anggota dewan direksi pada tahun t
TENUREt
=
Masa jabatan dewan direksi pada tahun t
MEETINGt
=
Jumlah frekuensi rapat direksi pada tahun t
BSIZEt
=
Ukuran dewan direksi pada tahun t
FSIZEt
=
Ukuran Perusahaan pada tahun t
ROEt
=
Return on Equity (ROE) perusahaan pada tahun t
DERt
=
Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan pada tahun t
α
=
Konstanta
β1,...
=
Koefisien regresi
е
=
Error term
Variabel
Koefisien
Prediksi Arah
1. Keberadaan Dewan Direksi Wanita (WOM)
β1
Positif
2. Kewarganegaraan (FOREIGN)
β2
Positif
3. Latar Belakang Pendidikan (EDU)
β3
Positif
4. Masa Jabatan (TENURE)
β4
Positif
5. Ukuran Dewan Direksi (BSIZE)
β5
Positif
6. Ukuran Perusahaan (FSIZE)
β6
Positif
7. Jumlah Rapat Direksi (MEETING)
β7
Positif
8. Return on Equity (ROE)
β8
Positf
9. Debt to Equity Ratio (DER)
β9
Negatif
Tabel 3.3 Prediksi Pengaruh Variabel terhadap Kinerja Perusahaan Sumber : data sekunder yang diolah Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
33
3.3
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran Operasional variabel merupakan penjelasan mengenai variabel-variabel
yang akan diteliti secara lebih dalam. Penjelasan disini meliputi definisi, indikator variabel, dan pengukuran variabel. Adapun variabel-variabel tersebut dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu:
3.3.1
Variabel Terikat (Dependent Variable) Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sekaran, 2010). Dalam penelitian ini kinerja perusahaan yang diproksikan dengan rasio Price to Book Value menjadi variabel dependen. Nilai variabel PBV perusahaan diperoleh dengan menghitung: PBV
=
Harga Saham Nilai Buku
Harga saham adalah harga saham penutupan pada akhir tahun, sedangkan nilai buku per saham adalah Total shareholder’s equity/Outstanding common shares.
3.3.2 Variabel Bebas (Independent Variable) Variabel
bebas
(independent
variable)
adalah
variabel
yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan dan/atau timbulnya variabel dependen (Sekaran, 2010).
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah board diversity, yang meliputi: 1) Variabel keberadaan dewan direksi wanita (WOM) merupakan jumlah anggota dewan direksi yang berjenis kelamin wanita dalam suatu perusahaan.
Variabel
ini
dihitung
dengan
membuat
prosentase
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
34
perbandingan jumlah dewan direksi wanita terhadap jumlah seluruh anggota dewan. Data mengenai rincian keberadaan dewan direksi wanita dalam populasi penelitian adalah sebagai berikut:
Keterangan Keberadaan dewan direksi wanita <30% Keberadaan dewan direksi wanita 30% ‐ 50% Keberadaan dewan direksi wanita >50% Total
Jumlah Perusahaan 65 13 2 80
2) Variabel keberadaan dewan direksi warga negara asing (FOREIGN) merupakan jumlah anggota dewan direksi yang berkewarganegaraan asing dalam suatu perusahaan. Variabel ini diukur menggunakan dummy, dimana angka 1 menunjukkan paling tidak terdapat satu orang dewan direksi berkewarganegaraan asing, dan angka 0 menunjukkan tidak terdapat dewan direksi berkewarganegaraan asing dalam perusahaan tersebut. Data mengenai rincian keberadaan dewan direksi wanita dalam populasi penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan Terdapat ≥1 orang dewan direksi WNA Tidak terdapat dewan direksi WNA Total
Dummy "1" "0"
Jumlah Perusahaan 56 24 80
3) Variabel latar belakang pendidikan (EDU) merupakan jumlah anggota dewan direksi yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi dan bisnis dalam suatu perusahaan. Variabel ini dihitung dengan membuat prosentase perbandingan jumlah anggota dewan direksi yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi dan bisnis terhadap jumlah seluruh anggota dewan. Data mengenai rincian keberadaan dewan direksi wanita dalam populasi penelitian ini adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
35
Keterangan Latar belakang pendidikan di bidang ekonomi & bisnis <30% Latar belakang pendidikan di bidang ekonomi & bisnis 30% ‐ 50% Latar belakang pendidikan di bidang ekonomi & bisnis >50% Total
Jumlah Perusahaan 22 29 29 80
4) Variabel masa jabatan dewan direksi (TENURE) merupakan lamanya seorang anggota menjabat sebagai dewan direksi perusahaan, terhitung dari masa penunjukkannya sampai dengan akhir tahun 2011. Variabel ini dihitung dengan membuat prosentase perbandingan jumlah anggota dewan direksi yang telah menjabat >5 tahun terhadap jumlah seluruh anggota dewan. Data mengenai rincian keberadaan dewan direksi wanita dalam populasi penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan Dewan direksi dengan masa jabatan lebih dari 5 tahun Dewan direksi dengan masa jabatan lebih dari 5 tahun Dewan direksi dengan masa jabatan lebih dari 5 tahun Total
Prosentase <30% 30% ‐ 50% >50%
Jumlah Perusahaan 27 20 33 80
3.3.3 Variabel Kontrol (Control Variable) Variabel kontrol merupakan variabel yang nilainya konstan yang digunakan untuk memperjelas hubungan variabel lainnya. Variabel ini biasanya sudah diketahui dan memiliki hubungan dengan variabel yang menjadi ketertarikan utama. 1. Jumlah frekuensi rapat direksi Variabel jumlah rapat direksi (MEETING) merupakan frekuensi rapat yang diadakan dewan direksi perusahaan selama tahun 2011. Variabel ini Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
36
diukur menggunakan dummy, dimana angka 1 menunjukkan perusahaan telah mengadakan ≥12 kali rapat direksi selama tahun 2011, dan angka 0 menunjukkan perusahaan telah mengadakan <12 kali rapat direksi selama tahun 2011. Data mengenai rincian jumlah rapat direksi dalam populasi penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan Jumlah rapat direksi ≥12 kali Jumlah rapat direksi <12 kali Total
Dummy "1" "0"
Jumlah Perusahaan 26 54 80
Tabel 3.3.3A
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vafeas (1999) menyimpulkan bahwa aktifitas board merupakan dimensi penting, dan frekuensi rapat yang dilakukan memiliki hubungan positif dengan kinerja operasi perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan Coger et al. (1998) bahwa frekuensi rapat merupakan sumber yang penting untuk menciptakan efektifitas dari dewan direksi.
2. Ukuran Dewan Direksi (BSIZE) Variabel selanjutnya yang digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jumlah total anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan, sebagai salah satu faktor dari Good Corporate Governance. Data ini telah terdapat dalam Annual Report, sehingga dapat langsung dimasukkan tanpa menghitung kembali. Brickley dan James (1987) dan Weisbach (1988), serta Dalton et al. (dalam Hardikasari, 2011) menyatakan bahwa ukuran dan komposisi dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Penelitian tersebut menyatakan bahwa direksi perusahaan dapat memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan melalui aktivitas evaluasi dan keputusan strategik, serta pengurangan inefisiensi dan kinerja yang lemah. Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
37
3. Ukuran Perusahaan (FSIZE) Menurut Ullman (1985) dalam Balabanis, Phillips, dan Lyall (1998), perusahaan yang lebih besar akan menjadi subyek perhatian publik dan diharapkan memiliki kemampuan keuangan yang baik, kemampuan manajerial, serta pengetahuan teknologi yang tinggi, untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan banyak biaya daripada perusahaan yang lebih kecil. Hasil penelitian Balabanis, Phillips, dan Lyall (1998) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi economic performance, baik kinerja keuangan maupun kinerja pasar. Ukuran perusahaan diasumsikan memiliki efek langsung terhadap kinerja keuangan, karena perusahaan besar akan diuntungkan dari skala ekonomis, market power, dan akses terhadap sumberdaya dibandingkan perusahaan kecil (Pfeffer dan Salanick, 1978, dalam Robertson dan Park, 2007). Selain itu investor juga lebih mudah memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menilai kinerja perusahaan besar daripada perusahaan kecil, karena biasanya perusahaan besar lebih banyak mempublikasikan informasinya kepada masyarakat umum. Dalam penelitian ini, variabel ukuran perusahaan (FSIZE) menggunakan proksi total assets yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun 2011. Total assets berbentuk nilai nominal, oleh karena itu total assets harus di Ln-kan terlebih dahulu kemudian diolah datanya untuk dianalisis. Ukuran Perusahaan tahun t = Log. Natural Total Assets
4. Profitabilitas Profitabilitas
mengukur
efektivitas
manajemen
berdasarkan
hasil
pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi (Weston dan Copeland, 1992 dalam Sudana 2011). Profitabilitas dapat diukur dengan beberapa rasio, seperti return on assets (ROA), return on equity (ROE), maupun net profit margin (NPM). Pada penelitian ini yang digunakan sebagai variabel kontrol sebagai proksi dari profitabilitas adalah return on equity Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
38
(ROE). ROE mencerminkan tingkat pengembalian terhadap investasi yang dilakukan. Data ini telah tersedia dalam Annual Report. ROE diukur dengan rumus: Return on
=
Equity (ROE)
Earning after Taxes Total Equity
5. Leverage Leverage ratio membandingkan hutang dengan seluruh modal perusahaan, untuk menilai tingkat pendapatan modal sendiri sehubungan dengan usaha peningkatan pendapatan operasional (Safir, 2000). Debt to Equity mengukur besar kecilnya penggunaan utang dibandingkan dengan modal sendiri perudahaan (Sudana, 2011). DER yang baik bagi suatu perusahaan apabila DER tersebut semakin kecil. Dimana hal tersebut menunjukkan risiko hutang yang dimiliki perusahaan juga semakin rendah. Data ini telah tersedia dalam Annual Report. Debt to Equity Ratio (DER)
3.4
=
Total Debt Total Equity
Metode Analisis Data Penelitian ini merupakan suatu penelitian kuantitatif dimana teknik analisis
yang digunakan adalah statistik inferensial. Statistik inferensial merupakan teknik dalam menganalisis data yang dilakukan pada sampel untuk kemudian dibuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model regresi linear berganda sehingga harus dilakukan uji Best Linear Unbiasedness Estimator (BLUE) (Nachrowi dan Usman, 2005). Penulis menggunakan gabungan perangkat lunak SPSS 17.0 dalam melakukan pengolahan data. Uji BLUE yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
39
3.4.1 Uji Asumsi Klasik Menurut Sudrajat (1988) dalam Pratama (2010), pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benarbenar bebas dari adanya gejala heterokedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi.
1. Uji normalitas data Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen dan variabel dependen dalam model telah terdistribusi secara normal (Pratama, 2010). Kemudian untuk mendeteksi apakah data terdistribusi normal atau tidak, akan digunakan analisis grafik dan analisis statistik. Untuk mengetahui hal tersebut, penulis membandingkan probabilitas dengan α (alpha), yaitu: a) jika nilai probabilitas < α, maka residualnya berdistribusi tidak normal b) jika nilai probabilitas > α, maka residualnya berdistribusi normal
2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan linier diantara variabel bebas. Umumnya multikolinearitas tidak dapat dihindari, namun multikolinearitas yang signifikan harus mendapat perhatian khusus (Nachrowi, 2006). Dampak yang ditimbulkan dari multikolinearitas antara lain varian koefisiensi regresi menjadi besar. Besarnya varian tersebut akan mempengaruhi lebarnya interval kepercayaan dan standar error dalam uji-t. Cara mendeteksi adanya multikolinearitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan SPSS 17.0 dengan cara melihat apakah Variance Inflation Factor (VIF) dibawah 10 atau nilai tolerance diatas di Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
40
atas 0,1 (Purwoto dan Wahyuni, 2009). Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : a) Jika VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,1 , maka Ha ditolak (ada multikolinearitas). b) Jika VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.1, maka Ha diterima (tidak ada multikolinearitas).
3. Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas adalah kondisi dimana variabel terikat tidak konstan (Nachrowi, 2006). Sehingga pada nilai suatu variabel bebas X akan mempunyai nilai variabel terikat yang berbeda-beda. Kemudian jika nilainilai variabel terikat tersebut diplot dengan nilai-nilai variabel bebas, maka akan ditemui suatu pola yang tidak random. Model regresi yang baik adalah model yang bersifat homokedastisitas. Beberapa cara untuk mendeteksi heterokedastisitas diantaranya metode grafik, uji BreuschGodfrey, dan uji White.
3.4.2
Uji F Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh independen secara bersama-
sama terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan melihat signifikansi F, jika nilai signifikansi F lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis alternatif diterima, atau dengan α = 5% variabel independen secara statistis mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama. Uji F dapat juga dilakukan dengan cara membandingkan F hitung dengan F tabel. Untuk mencari nilai F tabel, kita terlebih dahulu harus mengetahui terdapat nilai df1 dan df2. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat. Nilai df1 dan df2 diperoleh dari rumus sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
41
df1 = k – 1 df2 = n – k dimana, k
=
jumlah variabel bebas dan variabel terikat
n
=
jumlah sampel penelitian
3.4.3 Uji t Uji t bertujuan untuk mengetahui hubungan yang signifikan diantara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Apabila tingkat signifikansi yang diperoleh (p-value) lebih kecil dari 0,05 maka Ha dapat diterima atau dengan kata lain dengan α = 5% variabel independen tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya.
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Analisis Statistik Deskriptif Statistika deskripstif menggambarkan dari data masing-masing variabel
yang telah diolah dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Hasil output statistika deskriptif dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PBV
80
-2,7442
5,6961
1,299918
1,3221665
WOM
80
,0000
,6667
,104389
,1617373
FOREIGN
80
,0000
1,0000
,300000
,4611488
EDU
80
,0000
1,0000
,479403
,3018066
TENURE
80
,0000
1,0000
,485000
,3531720
MEETING
80
,0000
1,0000
,675000
,4713299
BSIZE
80
2,0000
8,0000
4,500000
1,7574435
FSIZE
80
11.767.293.414
153.521.000.000.000
5.296.129.507.966
18.300.907.121.822
ROE
80
-1,0500
,9568
,068952
,2798340
DER
80
-1,9354
6,0128
,826854
1,1142760
Valid N
80
(listwise)
PBV= Price to Book Value, WOM= Persentase keberadaan dewan direksi wanita, FOREIGN= Keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan asing, EDU= Latar belakang pendidikan dewan direksi, TENURE= Lama masa jabatan dewan direksi, MEETING= Frekuensi rapat direksi, BSIZE= Ukuran dewan direksi, FSIZE= Ukuran Perusahaan, DER= Debt to Equity Ratio, ROE= Return on Equity.
Tabel 4.1.1. Descriptive Statistics (Sumber : data sekunder yang diolah) 42 Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
43
Tabel 4.1.1 memberikan gambaran bahwa dengan jumlah koresponden (N) sebanyak 80 perusahaan yang datanya diolah dari laporan tahunan maupun laporan keuangan, diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Variabel kinerja perusahaan (PBV) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja pasar saham terhadap nilai bukunya (Robert Ang, 1997). Perusahaan yang baik umumnya mempunyai rasio PBV diatas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar daripada nilai buku perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio PBV, semakin tinggi penilaian investor dibandingkan dana yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut, sehingga semakin besar pula peluang para investor untuk membeli saham perusahaan. Variabel kinerja perusahaan dalam penelitian ini memiliki nilai yang berkisar antara -2,7442 sampai dengan 5,6961 dengan rata-rata 1,2999 dan standar deviasi 1,3222. Kondisi ini menunjukkan bahwa PBV yang dimiliki oleh perusahaan sampel nilainya sangat beragam. 2) Variabel keberadaan dewan direksi wanita (WOM) merupakan jumlah anggota dewan direksi yang berjenis kelamin wanita dalam suatu perusahaan.
Variabel
ini
dihitung
dengan
membuat
prosentase
perbandingan jumlah dewan direksi wanita terhadap jumlah seluruh anggota dewan. Variabel keberadaan dewan direksi wanita dalam penelitian ini berkisar antara 0,0000 sampai dengan 0,6667 dengan ratarata 0,1044 dan standar deviasi 0,1618. Angka tersebut menunjukkan bahwa keberadaan anggota dewan direksi wanita masih sangat sedikit. 3) Variabel keberadaan dewan direksi warga negara asing (FOREIGN) merupakan jumlah anggota dewan direksi yang berkewarganegaraan asing dalam suatu perusahaan. Variabel ini diukur menggunakan dummy, dimana angka 1 menunjukkan paling tidak terdapat satu orang dewan direksi berkewarganegaraan asing, dan angka 0 menunjukkan tidak terdapat dewan direksi berkewarganegaraan asing dalam perusahaan tersebut. Keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan asing dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata 0,3000 dengan standar deviasi Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
44
0,4611. Angka tersebut menunjukkan keberadaaan dewan direksi berkewarganegaraan asing masih sedikit. 4) Variabel latar belakang pendidikan (EDU) merupakan jumlah anggota dewan direksi yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi dan bisnis dalam suatu perusahaan. Variabel ini dihitung dengan membuat prosentase perbandingan jumlah anggota dewan direksi yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi dan bisnis terhadap jumlah seluruh anggota dewan. Variabel ini memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan rata-rata 0,4794. Hal ini menujukkan masih rendahnya perusahaan yang memiliki dewan direksi dengan latar belakang pendidikan di bidang ekonomi dan bisnis. Bahkan terdapat pula perusahaan yang sama sekali tidak memiliki anggota dewan direksi dengan latar balakang pendidikan ekonomi dan bisnis. 5) Variabel masa jabatan dewan direksi (TENURE) merupakan lamanya seorang anggota menjabat sebagai dewan direksi perusahaan, terhitung dari masa penunjukkannya sampai dengan akhir tahun 2011. Variabel ini dihitung dengan membuat prosentase perbandingan jumlah anggota dewan direksi yang telah menjabat >5 tahun terhadap jumlah seluruh anggota dewan. Variabel ini berkisar antara 0 dan 1 dengan rata-rata 0,4850. Angka 0 menunjukkan bahwa terdapat perusahaan dimana seluruh anggota dewan direksinya baru menjalani masa jabatan kurang dari 5 tahun, sedangkan angka 1 menunjukkan terdapat perusahaan yang mana anggota dewan direksi seluruhnya telah menjalani masa jabatan lebih dari 5 tahun.
4.1.2
Uji Normalitas Data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel berasal
dari populasi data yang berdistribusi normal atau tidak. Normal atau tidaknya dapat dilihat berdasarkan patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Model regresi yang baik haruslah memliki distribusi normal. Data yang memiliki distribusi normal berarti mempunyai sebaran yang Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
45
normal pula. Dengan profil data semacam ini, maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Pengujian distribusi normal dapat dilakukan dengan cara melihat histogram yang membandingkan distribusi data observasi dengan distribusi data yang mendekati normal. Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.
Gambar 4.1.2A. Grafik residual distribusi data normal (Sumber : data sekunder yang diolah)
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
46
Gambar 4.1.2B. Grafik normal plot data (Sumber : data sekunder yang diolah)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
80
Normal Parameters
a,,b
Mean Std.
,0000000 1,14495882
Deviation Most Extreme Differences
Absolute
,127
Positive
,127
Negative
-,076
Kolmogorov-Smirnov Z
1,133
Asymp. Sig. (2-tailed)
a.
Test distribution is normal
b.
Calculated from data
,153
Tabel 4.1.2C. Hasil Kolmogorov-Smirnov test (Sumber : data sekunder yang diolah) Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
47
Berdasarkan grafik residual pada Gambar 4.1.2A, secara kasat mata kita bisa melihat hasil histogram dari data yang dimaksud, apakah membentuk kurva normal atau tidak. Namun, cara ini memiliki unsur subjektivitas yang sangat tinggi. Seorang peneliti bisa saja menganggap data tersebut berdistribusi normal, sedangkan peneliti lain mungkin saja menganggapnya tidak normal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diciptakan model analisis untuk mengetahui normal tidaknya distribusi serangkaian data. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normal probability plot dan Kolmogorov-Smirnov Test. Grafik normal probability plot yang ada pada Gambar 4.1.2B memperlihatkan titik-titik penyebaran mengikuti arah garis diagonal dan menunjukkan pola yang tidak melenceng baik ke kanan maupun ke kiri. Dengan kondisi sesuai grafik tersebut, dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas, sehingga layak digunakan. Dalam membaca hasil uji normalitas, perlu diingat bahwa konsep dari tes ini adalah membandingkan (uji perbedaan) antara data kita dengan data berdistribusi normal, yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama. Akibatnya jika hasil tes tersebut signifikan (p<0,05) maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Hal ini dikarenakan setelah dilakukan perbandingan, ternyata data kita berbeda dengan kurva normal. Sebaliknya, bila hasil tes tersebut tidak signifikan (p>0,05) maka data yang kita miliki adalah data yang berdistribusi normal. Melihat hasil Kolmogorov-Smirnov Test yang telah dilakukan pada Tabel 4.1.2C, menghasilkan suatu kesimpulan bahwa residual terdistribusi secara normal karena seluruh nilai dari variabel tidak signifikan atau > 0,05.
4.1.3
Uji Asumsi Klasik
4.1.3.1 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah model regresi linear mengalami Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
48
multikolinearitas dapat diperiksa menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel independen, yaitu jika suatu variabel independen memiliki nilai VIF > 10 berarti telah terjadi multikolinearitas. Coefficientsa Collinearity Statistics Model 1
a.
Tolerance
VIF
WOM
,866
1,155
FOREIGN
,832
1,202
EDU
,954
1,049
TENURE
,827
1,209
MEETING
,879
1,138
BSIZE
,527
1,898
FSIZE
,498
2,007
ROE
,830
1,205
DER
,894
1,119
Dependent Variable: PBV Coefficient Correlationsa MEETI
Model 1
DER
Correl
DER
ations
BSIZE
WOM
EDU
NG
ROE
FOREI
TENUR
GN
E
FSIZE
1,000
,108
,048
-,103
-,157
,116
-,014
,053
-,192
BSIZE
,108
1,000
-,105
-,019
,013
-,052
-,253
,035
-,583
WOM
,048
-,105
1,000
,020
-,199
-,233
-,013
-,152
,215
EDU
-,103
-,019
,020
1,000
-,015
-,023
-,011
,159
,059
MEETING
-,157
,013
-,199
-,015
1,000
,034
,038
,190
-,120
,116
-,052
-,233
-,023
,034
1,000
,037
,052
-,252
FOREIGN
-,014
-,253
-,013
-,011
,038
,037
1,000
,197
-,019
TENURE
,053
,035
-,152
,159
,190
,052
,197
1,000
,054
-,192
-,583
,215
,059
-,120
-,252
-,019
,054
1,000
,017
,002
,006
-,006
-,006
,008
-,001
,003
-,003
ROE
FSIZE Covari
DER
ances
BSIZE
,002
,012
-,010
-,001
,000
-,003
-,009
,002
-,007
WOM
,006
-,010
,827
,009
-,056
-,114
-,004
-,059
,022
EDU
-,006
-,001
,009
,216
-,002
-,006
-,002
,031
,003
MEETING
-,006
,000
-,056
-,002
,096
,006
,004
,025
-,004
,008
-,003
-,114
-,006
,006
,288
,006
,012
-,015
-,001
-,009
-,004
-,002
,004
,006
,106
,027
-,001
,003
,002
-,059
,031
,025
,012
,027
,181
,003
-,003
-,007
,022
,003
-,004
-,015
-,001
,003
,012
ROE FOREIGN TENURE FSIZE
a. Dependent Variable: PBV Tabel 4.1.3.1. Hasil uji Multikolinearitas Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
49
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.1.3.1 tersebut diatas, untuk menguji ada atau tidaknya Multikolinearitas pada model regresi linear dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan melihat nilai VIF masing-masing variabel independen dan melihat korelasi antar variabel independen. Pada bagian Cofficients dalam tabel tersebut, diketahui bahwa nilai VIF masing-masing variabel independen lebih kecil dari pada 10, yaitu nilai VIF Variabel Keberadaan Dewan Direksi Wanita 1,155; nilai VIF Variabel Keberadaan Dewan Direksi Warga Negara Asing 1,202; nilai VIF Variabel Latar Belakang Pendidikan 1,049; dan nilai VIF Variabel Masa Jabatan 1,209. Sedangkan pada bagian Coefficient Correlations, dapat dilihat bahwa nilai korelasi di antara variabel independen dapat dikatakan mempunyai korelasi yang lemah (<0,5). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di antara variabel independen tersebut tidak ada korelasi atau tidak terjadi multikolinearitas pada model regresi linear.
4.1.3.2 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan/error periode t dengan kesalahan/error pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi terjadi apabila pengukuran variabel dilakukan dalam interval waktu tertentu. Dalam penelitian ini hanya meneliti satu tahun atau satu periode, sehingga tidak diperlukan adanya uji autokorelasi.
4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear, kesalahan/error (е) mempunyai varians yang konstan atau berubahubah dari suatu pengamatan ke pengamatan lain. Pendeteksian konstan atau tidaknya varian error dapat dilakukan dengan menggambar grafik antara y dengan residu (y- y). Apabila garis yang membatasi sebaran titik-titik relatif paralel, maka Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
50
varian error dikatakan konstan. Metode pengujian heteroskedastisitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji scatterplot. Pengujian dilakukan menggunakan SPSS 17.
Gambar 4.1.3.2. Hasil uji scatterplot (Sumber: data sekunder yang diolah)
Pada grafik di atas, tampak titik-titik menyebar dengan pola yang tidak menentu di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi linear dalam penelitian ini. Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
51
4.2.
Uji Korelasi Pearson Korelasi Pearson merupakan salah satu ukuran korelasi yang digunakan
untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linear dari dua variabel. Dua variabel dikatakan berkorelasi apabila perubahan salah satu variabel disertai dengan perubahan variabel lainnya, baik dalam arah yang sama ataupun arah sebaliknya. Koefisien korelasi hanya mengukur kekuatan pada hubungan linear dan tidak pada hubungan non linear. Adanya hubungan linear yang kuat di antara variabel tidak selalu berarti ada hubungan kausalitas (sebab akibat). Jika kedua variabel diperlakukan secara simetris, nilai pengukuran tetap sama walaupun peranan variabel-variabel tersebut ditukar, maka meski kedua variabel berkorelasi namun tidak selalu dapat dikatakan mempunyai hubungan kausalitas. Adapun interpretasi hasil dari uji korelasi Pearson yakni sebagai berikut: a) Korelasi: adanya korelasi dapat dilihat dari baris Pearson Correlation. Jika suatu Pearson Correlation tidak sama dengan 0, maka dapat dikatakan terjadi korelasi. b) Signifikansi: signifikansi dapat ditentukan melalui baris Sig. (2-tailed). Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka hubungan yang terjadi dianggap signifikan. c) Interval kekuatan: sejumlah penulis statistik membuat interval kategorisasi kekuatan hubungan korelasi. Jonathan Sarwono, misalnya, membuat interval kekuatan hubungan sebagai berikut:
Koefisien 0
Kekuatan Hubungan Tidak ada korelasi
0,01 - 0,24
Korelasi sangat lemah
0,25 - 0,49
Korelasi cukup
0,50 - 0,74
Korelasi kuat
0,75 - 0,99
Korelasi sangat kuat
1
Korelasi sempurna Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
52
Dalam penelitian ini, hasil korelasi antara variabel melalui uji korelasi Pearson ditunjukkan dalam tabel berikut:
Correlations PBV PBV
Pearson Correlation
1
MEETING
Sig. (2-tailed) N WOM
80
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,165
Sig. (2-tailed)
,143
N EDU
Pearson Correlation
,126
Sig. (2-tailed)
,267
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
-.258
,021 80
,173 80
Pearson Correlation N
FSIZE
Pearson Correlation N
ROE
,002 .401** ,000 80
Pearson Correlation
,182
Sig. (2-tailed)
,106
N DER
.348** 80
Sig. (2-tailed)
80 *
Sig. (2-tailed)
Sig. (2-tailed)
80
N TENURE
BSIZE
80
Pearson Correlation
,154
N
,070
N FOREIGN
-,204
Pearson Correlation
80
Pearson Correlation
,043
Sig. (2-tailed)
,707
N
80
Tabel 4.2 Uji korelasi Pearson (Sumber: data sekunder yang diolah)
Hasil dalam tabel 4.2 di atas memberikan gambaran bahwa variabel masa jabatan (TENURE) memiliki tingkat signifikansi < 0,05 yaitu 0,021 dengan nilai Pearson Correlation -0,258. Artinya variabel ini memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan arah negatif. Semakin banyak jumlah dewan direksi dengan masa jabatan lebih dari 5 tahun maka kinerja perusahaan (PBV) akan semakin rendah. Variabel jumlah dewan direksi (BSIZE) memiliki tingkat signifikansi < 0,05 yaitu 0,002 dengan nilai Pearson Correlation 0,348. Artinya variabel ini Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
53
memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan arah positif. Semakin banyak jumlah anggota dewan direksi dalam suatu perusahaan maka kinerja perusahaan (PBV) akan semakin meningkat. Variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total assets (FSIZE) memiliki tingkat signifikansi < 0,05 yaitu 0,000 dengan nilai Pearson Correlation 0,401. Artinya variabel ini memiliki korelasi yang cukup signifikan dengan arah positif. Semakin tinggi ukuran perusahaan (yang diproksikan dengan total assets) maka kinerja perusahaan (PBV) akan semakin meningkat. Sedangkan variabel-variabel lain yang digunakan dalam penelitian ini tidak memiliki korelasi yang cukup signifikan ketika dilakukan pengujian dengan menggunakan uji Pearson Correlation.
4.3
Analisis Regresi Berganda
Model Summaryb
Model
R
R Square a
1
.500 a.
,250
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate ,154
1,2163383
Durbin-Watson 1,664
Predictors: (Constant), DER, BSIZE, WOM, EDU, MEETING, ROE, FOREIGN, TENURE, FSIZE
b.
Dependent Variable: PBV
Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil analisis determinasi dapat dilihat pada output Model Summary dari hasil analisis regresi linear berganda di atas. Menurut Santoso (2001) bahwa untuk regresi dengan lebih dari dua variabel bebas digunakan Adjusted R2 sebagai koefisien determinasi. Adjusted R2 adalah nilai R2 yang telah disesuaikan. Berdasar tabel diperoleh angka Adjusted R2 sebesar 0,154 atau 15,4%. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase sumbangan pengaruh variabel independen, yaitu keberadaan Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
54
dewan direksi wanita, keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan asing, latar belakang pendidikan, dan masa jabatan, terhadap variabel kinerja perusahaan (PBV) sebesar 15,4%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 15,4% variasi variabel dependen. Sedangkan sisanya sebesar 84,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
ANOVAb Model 1
a.
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
34,538
9
3,838
Residual
103,564
70
1,479
Total
138,102
79
F
Sig.
2,594
.012a
Predictors: (Constant), DER, BSIZE, WOM, EDU, MEETING, ROE, FOREIGN, TENURE, FSIZE
b.
Dependent Variable: PBV
Uji hipotesis secara serempak (Uji F) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Nilai F hitung dapat dilihat pada Tabel 4.3A bagian Anova. a) Perumusan hipotesis H0 :
keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan dewan direksi
berkewarganegaraan asing, latar belakang pendidikan, dan masa jabatan, secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) H1 :
keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan dewan direksi
berkewarganegaraan asing, latar belakang pendidikan, dan masa jabatan, secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
55
b) Kriteria pengujian -
H0 diterima bila F hitung ≤ F tabel
-
H0 ditolak bila F hitung > F tabel
Nilai F tabel dengan tingkat signifikan α = 5% dan degrees of freedom (df) sebesar 9; 70 adalah sebesar 2,78. Hasil pengolahan data (lihat Tabel 4.3) diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 2,594 dan nilai tersebut lebih kecil dari pada F tabel. Maka keputusan yang dapat diambil adalah H0 diterima. Artinya, variabel
keberadaan
dewan
direksi
wanita,
keberadaan
dewan
direksi
berkewarganegaraan asing, latar belakang pendidikan, dan masa jabatan, secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Std. Model 1
a.
B
Error
(Constant)
-3,702
2,828
WOM
-1,591
,909
FOREIGN
,024
EDU
Beta
T
Sig.
-1,309
,195
-,195
-1,749
,085
,325
,009
,075
,940
,403
,464
,092
,867
,038
TENURE
-,422
,426
-,113
-,992
,325
MEETING
,289
,310
,103
,934
,035
BSIZE
,113
,107
,150
1,055
,029
FSIZE
,163
,111
,215
1,468
,014
ROE
,426
,537
,090
,793
,430
DER
-,070
,130
-,059
-,541
,591
Dependent Variable: PBV
Tabel 4.3A. Hasil pengolahan data regresi linear berganda (Sumber: data sekunder yang diolah) Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
56
Uji hipotesis secara parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat nilai Signifikansi (sig.) pada Tabel 4.3A. bagian Coefficients, yaitu masing-masing variabel independen mempunyai nilai sig. Dibawah 10% atau 0,1. a) Perumusan hipotesis H0 :
keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan dewan direksi
berkewarganegaraan asing, latar belakang pendidikan, dan masa jabatan, secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) H1 :
keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan dewan direksi
berkewarganegaraan asing, latar belakang pendidikan, dan masa jabatan, secara parsial berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) b) Kriteria pengujian -
H0 diterima bila sig. > 0,1
-
H0 ditolak bila sig. ≤ 0,1
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.3 memberikan gambaran bahwa: 1) Variabel keberadaan dewan direksi wanita (WOM) memiliki tingkat signifikansi > 0,1 yaitu 0,17 (karena hipotesa menggunakan one tail, sehingga nilai signifikansi output dikali dua) maka H0 diterima, artinya bahwa keberadaan dewan direksi wanita secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). 2) Variabel
keberadaan
dewan
direksi
berkewarganegaraan
asing
(FOREIGN) memiliki tingkat signifikansi > 0,1 yaitu 1,88 maka H0 diterima, artinya bahwa keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
57
asing secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). 3) Variabel latar belakang pendidikan (EDU) memiliki tingkat signifikansi < 0,1 yaitu 0,076 maka H0 ditolak, artinya bahwa latar belakang pendidikan (EDU) secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Sedangkan, koefisien regresi variabel latar belakang pendidikan sebesar 0,403 menggambarkan bahwa latar belakang pendidikan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV), artinya dengan semakin banyak jumlah dewan direksi yang memiliki latar belakang bisnis dan ekonomi dalam suatu perusahaan maka kinerja perusahaan (PBV) akan semakin tinggi. 4) Variabel masa jabatan (TENURE) memiliki tingkat signifikansi > 0,1 yaitu 0,65 maka H0 diterima, artinya bahwa masa jabatan secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). 5) Variabel jumlah rapat dewan direksi (MEETING) memiliki tingkat signifikansi < 0,1 yaitu 0,07 maka H0 ditolak, artinya bahwa jumlah rapat dewan direksi secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Sedangkan, koefisien regresi variabel jumlah rapat direksi sebesar 0,289 menggambarkan bahwa jumlah rapat direksi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV), artinya dengan semakin jumlah rapat/pertemuan yang diadakan direksi dalam suatu periode maka kinerja perusahaan (PBV) akan semakin tinggi. 6) Variabel jumlah dewan direksi (BSIZE) memiliki tingkat signifikansi < 0,1 yaitu 0,058 maka H0 ditolak, artinya bahwa jumlah dewan direksi Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
58
secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Sedangkan, koefisien regresi variabel ukuran dewan direksi sebesar 0,113 menggambarkan bahwa ukuran dewan direksi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV), artinya dengan semakin banyak jumlah dewan direksi dalam suatu perusahaan maka kinerja perusahaan (PBV) akan semakin tinggi. 7) Variabel ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total assets (FSIZE) memiliki tingkat signifikansi < 0,1 yaitu 0,028 maka H0 ditolak, artinya bahwa ukuran perusahaan secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Koefisien regresi variabel ukuran perusaan (FSIZE) sebesar 0,163 menggambarkan bahwa ukuran perusahaan (yang diproksikan dengan total assets) mempunyai
pengaruh
positif
terhadap
kinerja
perusahaan
(yang
diproksikan dengan PBV), artinya dengan semakin tingginya nilai total assets suatu perusahaan maka kinerja perusahaan (PBV) akan semakin tinggi. 8) Variabel rasio Return on Equity (ROE) memiliki tingkat signifikansi > 0,1 yaitu 0,86 maka H0 diterima, artinya bahwa rasio Return on Equity (ROE) secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). 9) Variabel rasio Debt to Equity (DER) memiliki tingkat signifikansi > 0,1 yaitu 1,82 maka H0 diterima, artinya bahwa rasio Debt to Equity (DER) secara parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV).
Tabel berikut ini memperlihatkan perbandingan antara arah hipotesis yang diperoleh dengan melakukan prediksi berdasarkan hasil penelitian-penelitian Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
59
sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, dengan arah hipotesis yang diperoleh dari hasil pengujian regresi linear: Variabel
Prediksi Arah
Variabel
Hasil Arah
1. WOM
Positif
1. WOM
Tidak berpengaruh
2. FOREIGN
Positif
2. FOREIGN
Tidak berpengaruh
3. EDU
Positif
3. EDU
4. TENURE
Positif
4. TENURE
Tidak berpengaruh
5. MEETING
Positif
5. MEETING
Positif
6. FSIZE
Positif
6. BSIZE
Positif
7. BSIZE
Positif
7. FSIZE
Positif
8. ROE
Positf
8. ROE
Tidak berpengaruh
9. DER
Negatif
9. DER
Tidak berpengaruh
Positif
Tabel 4.3B. Arah pengaruh variabel terhadap kinerja perusahaan (Sumber: data sekunder yang diolah)
4.4
Pengujian Hipotesis
4.4.1 Analisis pengujian pengaruh keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan asing, latar belakang pendidikan, dan masa jabatan, terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) 4.4.1.1 Pengaruh keberadaan anggota dewan direksi wanita terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) H1 menyatakan bahwa keberadaan dewan direksi wanita berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (PBV). Hipotesis tersebut diuji melalui uji regresi linear berganda pada Tabel 4.3A. diperoleh p-value pada tingkat signifikansi 0,17 (karena hipotesa menggunakan one tail, sehingga nilai signifikansi output dikali dua) dan nilai t hitung yang negatif. Nilai p-value tersebut lebih besar dari pada α Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
60
= 0,1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara keberadaan dewan direksi wanita terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Maka dari itu hipotesis pertama tidak dapat dibuktikan sehingga H1 ditolak. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Carter et al. (2003) yang menemukan bahwa perusahaan yang memiliki dua orang wanita atau lebih dalam anggota dewan memiliki nilai perusahaan (yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q) lebih tinggi daripada perusahaan dengan jumlah anggota dewan direksi wanita kurang dari dua. Hasil penelitian ini juga bertolak belakang dengan penelitian Adams dan Ferreira (2002) yang menemukan kinerja perusahaan (Tobin’s Q) berhubungan positif dan signifikan dengan proporsi wanita dalam struktur dewannya. Dalam analisisnya, peneliti mengemukakan sejumlah pendapat yang mengatakan bahwa female representation dalam dewan dapat memberikan perspektif, pengalaman, dan opini yang berbeda. Dengan begitu, hal ini dapat saja memberikan keuntungan tertentu dalam pelaksanaan tugas dewan, dan diharapkan dapat memberikan kontribusai positif bagi peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor budaya di Indonesia, yang mana wanita memiliki sikap mudah mengalah untuk menghargai pria. Hasil analisis data pada perusahaan sampel juga menunjukkan hanya sedikit wanita yang menduduki posisi puncak, sehingga wanita kurang memiliki peranan yang signifikan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Selain itu, sebagian besar masyarakat di Indonesia menganut sistem kekerabatan patrilineal (garis keturunan ayah), yaitu bapak memegang kontrol (kendali) atas seluruh anggota keluarga dalam pengambilan keputusan.
4.4.1.2 Pengaruh keberadaan anggota dewan direksi berkewarganegaraan asing terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) H2 menyatakan bahwa keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan asing berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (PBV). Hipotesis tersebut diuji Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
61
melalui uji regresi linear berganda pada Tabel 4.3A. diperoleh p-value pada tingkat signifikansi 1,88 dan nilai t hitung yang positif. Nilai p-value tersebut lebih besar dari pada α = 0,1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan asing terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Maka dari itu hipotesis ke dua tidak dapat dibuktikan sehingga H2 ditolak. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Branco dan Rodriguez (2008) dalam Khan (2010), yang mengemukakan pendapat bahwa warga negara asing mampu membawa keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Begitu juga dengan hasil penelitian Carter et al. (2003) yang menyatakan bahwa proporsi minoritas dalam dewan memberikan pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan. Namun, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lehman dan Dufrene (2008) yang menyatakan keanekaragaman warga negara dan budaya dalam dewan direksi memungkinkan timbulnya permasalahan komunikasi antar budaya dan konflik antar individu, yang kemudian akan berpengaruh terhadap kinerja suatu perusahaan.
4.4.1.3 Pengaruh latar belakang pendidikan anggota dewan direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) H3 menyatakan bahwa latar belakang pendidikan anggota dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (PBV). Hipotesis tersebut diuji melalui uji regresi linear berganda pada Tabel 4.3A. diperoleh p-value pada tingkat signifikansi 0,076 dan nilai t hitung yang positif. Nilai p-value tersebut lebih kecil dari pada α = 0,1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa ada pengaruh signifikan antara latar belakang pendidikan anggota dewan direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dengan arah yang positif. Semakin banyak anggota dewan direksi yang memiliki latar belakang pendidikan di bidang ekonomi dan bisnis maka kinerja perusahaan (PBV) akan semakin tinggi. Maka dari itu hipotesis ke tiga dapat dibuktikan sehingga H3 diterima. Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
62
Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh anggota dewan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki. Meskipun bukan menjadi suatu keharusan bagi seseorang yang akan masuk dunia bisnis untuk berpendidikan bisnis, akan lebih baik jika anggota dewan memiliki latar belakang pendidikan bisnis dan ekonomi. Dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi, setidaknya anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada yang tidak memiliki kemampuan bisnis dan ekonomi. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan.
4.4.1.4 Pengaruh masa jabatan anggota dewan direksi (BOD tenure) terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) H4 menyatakan bahwa masa jabatan anggota dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (PBV). Hipotesis tersebut diuji melalui uji regresi linear berganda pada Tabel 4.3A. diperoleh p-value pada tingkat signifikansi 0,75 dan nilai t hitung yang negatif. Nilai p-value tersebut lebih besar dari pada α = 0,1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara masa jabatan anggota dewan direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Maka dari itu hipotesis ke empat tidak dapat dibuktikan sehingga H4 ditolak. BOD tenure dalam penelitian ini merupakan prosentase jumlah anggota dewan direksi yang telah menjabat lebih dari 5 tahun, terhitung dari penunjukkannya sampai dengan akhir tahun 2011. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Shen (2003) yang dikutip oleh Zubaidah (2003), menunjukkan bahwa karakteristik dewan direksi perusahaan memainkan peran penting dalam corporate governance. Tingkatan yang berbeda pada masa jabatan anggota dewan direksi akan mempengaruhi perkembangan kepemimpinan dan kesempatan untuk mengendalikan manajemen. Kidwell et al. (1987) membuktikan bahwa manajer dengan pengalaman kerja lebih lama mempunyai hubungan yang positif dengan pengambilan keputusan sehingga berpengaruh terhadap kinerja Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
63
perusahaan. Perbedaan ini dapat disebabkan adanya faktor konservatisme dan penghindaran resiko, dimana ketika seorang pimpinan telah mencapai kesuksesan dalam sebuah perusahaan, mereka cenderung mempertahankan cara-cara pengendalian yang monoton tersebut secara terus menerus. Hal ini sesuai dengan argumen yang dikemukakan oleh Ellis dan Child ( 1973) dan Salancik (1977) dalam Finklestein dan Hambrick (1990).
4.4.2
Analisis pengujian pengaruh jumlah rapat direksi, ukuran dewan
direksi, ukuran perusahaan, profitability, dan leverage, terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah jumlah rapat direksi, ukuran dewan direksi, ukuran perusahaan, rasio ROE, dan rasio DER. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vafeas (1999) menyimpulkan bahwa aktifitas board merupakan dimensi penting, dan frekuensi rapat yang dilakukan memiliki hubungan positif dengan kinerja operasi perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan Coger et al. (1998) bahwa frekuensi rapat merupakan sumber yang penting untuk menciptakan efektifitas dari dewan direksi. Hasil penelitian tersebut serupa dengan hasil uji regresi linear berganda pada Tabel 4.3A. diperoleh .p-value pada tingkat signifikansi 0,07 dan nilai t hitung yang positif. Nilai p-value tersebut lebih kecil dari pada α = 0,1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa ada pengaruh cukup signifikan antara jumlah rapat direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Semakin tinggi intensitas rapat dewan direksi, semakin tinggi pula kinerja perusahaannya. Semakin sering dewan direksi mengadakan rapat, maka akses informasi juga akan semakin merata di antara sesama anggota dewan, sehingga keputusan-keputusan yang dibuat semakin baik yang berdampak pada kinerja perusahaan yang lebih baik. Variabel selanjutnya yang digunakan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran dewan direksi, sebagai salah satu faktor dari Good Corporate Governance. Brickley dan James (1987) dan Weisbach (1988), serta Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
64
Dalton et al. (dalam Hardikasari, 2011) menyatakan bahwa ukuran dan komposisi dewan direksi berpengaruh signifikan terhadap kinerja. Penelitian tersebut menyatakan bahwa direksi perusahaan dapat memberikan kontribusi terhadap nilai perusahaan melalui aktivitas evaluasi dan keputusan strategik, serta pengurangan inefisiensi dan kinerja yang lemah. Hasil tersebut sejalan dengan hasil uji regresi linear berganda pada Tabel 4.3A. dalam penelitian ini, dimana diperoleh p-value pada tingkat signifikansi 0,058 dan nilai t hitung yang positif. Nilai p-value tersebut lebih kecil dari pada α = 0,1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa ada pengaruh cukup signifikan antara ukuran dewan direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Artinya, semakin besar ukuran dewan direksi maka akan semakin tinggi kinerja perusahaannya. Namun, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Jensen (1993), Lipton dan L’orsch (1992), dan Yermack (1996) yang menyatakan bahwa ukuran dewan mempunyai hubungan yang negatif dengan kinerja perusahaan. Komposisi dewan direksi telah sering digunakan untuk mengkarakteristikan keberadaan kolusi dan dominasi dalam direksi. Yermack (1996) menemukan bahwa semakin besar ukuran dewan direksi maka akan semakin besar kecurangan dalam pelaporan keuangan dan kemampuan dewan direksi untuk memonitor akan berkurang, karena akan semakin banyak pula menimbulkan masalah dalam koordinasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan. Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hesti (2010) dan Uyun (2010), menemukan bukti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. hasil tersebut sejalan dengan hasil uji regresi linear berganda pada Tabel 4.3A. dalam penelitian ini, dimana diperoleh p-value pada tingkat signifikansi 0,028 dan nilai t hitung yang positif. Nilai p-value tersebut lebih kecil dari pada α = 0,1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa ada pengaruh cukup signifikan antara ukuran dewan direksi terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Artinya, semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi kinerja perusahaannya. Perusahaan dengan aset besar biasanya mendapat perhatian lebih dari masyarakat. Hal ini akan meyebabkan perusahaan lebih berhati-hati dalam Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
65
melakukan pelaporan keuangannya. Perusahaan diharapkan akan selalu menjaga stabilitas kinerja keuangan mereka. Pelaporan kondisi keuangan yang baik ini tentu tidak serta merta dapat dilakukan tanpa melalui kinerja yang baik dari semua lini perusahaan. Profitability perusahaan pada hasil peneltian Sidarta (1998), menyatakan bahwa semakin tinggi profitability maka kinerja perusahaan juga akan semakin baik. Hal ini disebabkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap perusahaan, sehingga return saham juga akan semakin besar, dan mengakibatkan kinerja perusahaan meningkat. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil regresi linear berganda pada Tabel 4.3A. dalam penelitian ini, dimana diperoleh p-value pada tingkat signifikansi 0,86 dan nilai t hitung yang positif. Nilai p-value tersebut jauh lebih besar dari pada α = 0,1. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara profitability terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Hubungan profitability yang positif terhadap kinerja perusahaan menunjukkan perusahaan dengan laba tinggi memberikan sinyal positif bagi investor yang akan berinvestasi, mereka beranggapan bahwa perusahaan yang mampu menghasilkan laba tinggi, maka pengembalian invetasinya juga tinggi, hal ini tercermin dari peningkatan nilai PBV perusahaan. Variabel kontrol terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah Leverage yang diproksikan dengan rasio DER. Hasil uji regresi linear berganda pada Tabel 4.3A. dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa leverage memiliki p-value 1,82 dan nilai t hitung yang negatif. Nilai p-value tersebut jauh lebih besar dari pada α = 0,1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara leverage terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV).
Hubungan
leverage
yang
negatif
terhadap
kinerja
perusahaan
memperlihatkan semakin tinggi nilai leverage akan berdampak semakin rendah kinerja perusahaan (PBV). Hal ini disebabkan para pemegang saham beranggapan dengan semakin besar hutang yang dimiliki perusahaan, akan semakin bertambah pula resiko yang akan mereka tanggung. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husnan (2001). Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengetahui secara empiris
mengenai pengaruh faktor board diversity, yakni keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan asing, latar belakang pendidikan dewan direksi, dan masa jabatan dewan direksi, terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) dalam perspektif corporate governance. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan atas hipotesis penelitian yang diajukan, didapat hasil yaitu, keberadaan dewan direksi wanita tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011. Hal ini disebabkan karena data pada perusahaan sampel menunjukkan hanya sedikit wanita yang menduduki posisi sebagai dewan direksi, sehingga wanita kurang memiliki peranan yang signifikan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Keberadaan dewan direksi berkewarganegaraan asing tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011. Hal ini dikarenakan sebagian besar direksi berkewarganegaraan Indonesia sendiri telah memiliki latar belakang pendidikan dengan standar tinggi dan pengalaman di bidang bisnis yang cukup baik, sehingga permasalahan perbedaan bahasa dan budaya dengan direksi asing tidak menjadi kendala dalam menjalankan kegiatan bisnis perusahaan. Pada akhirnya, ada atau tidak adanya direksi asing tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Variabel selanjutnya yaitu latar belakang pendidikan anggota dewan direksi memilki pengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011. Artinya, Semakin banyak anggota dewan direksi yang memiliki latar 66 Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
67
belakang pendidikan di bidang ekonomi dan bisnis maka kinerja perusahaan (PBV) akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan dengan memiliki pengetahuan bisnis dan ekonomi, anggota dewan memiliki kemampuan lebih baik untuk mengelola bisnis dan mengambil keputusan bisnis daripada yang tidak memiliki kemampuan bisnis dan ekonomi. Pada akhirnya hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Sedangkan variabel masa jabatan dewan direksi tidak memilki pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor konservatisme dan penghindaran resiko, dimana ketika seorang pimpinan telah mencapai kesuksesan dalam sebuah perusahaan, mereka cenderung mempertahankan cara-cara pengendalian yang monoton tersebut secara terus menerus. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa board diversity tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV). Hal ini diduga disebabkan oleh adanya variabel lain yang lebih diapresiasi oleh pasar dalam menilai kinerja suatu perusahaan, seperti ukuran dewan direksi dan ukuran perusahaan. Hal tersebut dibuktikan ketika penulis melakukan uji secara parsial, variabel kontrol ukuran dewan direksi dan variabel kontrol ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja perusahaan (yang diproksikan dengan PBV).
5.2
Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu: 1) Ditemukan adanya perusahaan yang memiliki jumlah dewan diatas ratarata dan menghasilkan kinerja yang baik, tetapi ditemukan juga perusahaan dengan jumlah dewan dibawah rata-rata namun menghasilkan kinerja yang baik pula. 2) Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) yang sangat kecil, menunjukkan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini kurang mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen. Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
68
3) Periode penelitian hanya satu tahun, sehingga memungkinkan kinerja perusahaan yang diamati belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya. Periode penelitian yang lebih panjang akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil yang lebih mendekati kondisi sebenarnya. 4) Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya pada perusahaan yang dikelompokkan sebagai perusahaan manufaktur. 5) Penggunaan purposive sampling dalam penelitian ini menyebabkan hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk seluruh perusahaan yang terdaftar di Indonesia. 5.3
Saran Penulis berharap penelitian ini dapat mendorong adanya penelitian –
penelitian terkait yang lebih baik lagi. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memberikan saran untuk: ¾ Saran untuk penelitian selanjutnya: 1) Penelitian selanjutnya dapat mencoba mengidentifikasi proksi lain sebagai ukuran dari board diversity. 2) Periode penelitian lebih diperluas agar didapat hasil yang lebih dapat digeneralisasi 3) Menggunakan lebih banyak sampel, bukan hanya pada industri manufaktur tetapi seluruh perusahaan di BEI. ¾ Saran untuk perusahaan Bagi perusahaan diharapkan lebih memperhatikan lagi informasi-informasi apa saja yang perlu untuk disajikan dalam annual report. Perusahaan sebaiknya dengan lengkap mencantumkan detil profil baik dewan komisaris maupun direksi. Sehingga penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan board diversity dapat dilakukan dengan baik.
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
DAFTAR REFERENSI
Black, B.S, W. Kim, H. Jang, dan K.S. Park. 2002, “Does Corporate Governance Affect Firm Value? Evidence from Korea”, Finance Working Paper No.103/2005, http://www.ssrn.com, 8 Mei 2007. Carter, David A., B.J. Simkins, W.G. Simpson. 2003, “Corporate Governance, Board Diversity, and Firm Value”, The Financial Review, No. 38:33 – 53. Charness Gary, dan Uri Gneezy. 2004 “Gender Differences in Financial RiskTaking”, http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=648735. (27 Agustus 2007) Chong, Alberto, dan Florencio López-de-Silanes, Juli 2006, “Corporate Governance and Firm Value in Mexico”, Research Department Working Paper Series 564. Crawford, Mary. 2006, Tranformation: Women, Gender, and Psychology, Mc Graw Hill, New York. Darmawati, Deni, R.G. Rahayu dan Khomsiyah. 2004, “Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan”, Simposium Nasonal Akuntansi VII Denpasar Bali. Dessler, Gary. 1997, Human Resources Management, Edisi 7 Jilid 1 terjemahan, PT. Prenhallindo, Jakarta. Faizal. 2004, “Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance”, Simposium Nasonal Akuntansi VII Denpasar Bali. Ghozali, Imam. 2005, Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Jilid 1, BPFE Universitas Diponegoro, Semarang. http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=11 2&Itemid=336, 5 Agustus 2007. http://www.nakertrans.go.id/pusdatinnaker/BPS/Bekerja/index_bekerja.php, 1 Juli 2007. Hurlock, Elizabeth B. 1999, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Penerbit Erlangga, Jakarta. 69 Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
70
Husnan, Suad. 2001, “Corporate Governance dan Keputusan Pendanaan: Perbandingan Kinerja Perusahaan dengan Pemegang Saham Pengendali Perusahaan Multinasional dan Bukan Multinasional”. Jurnal Riset Akuntansi, Manajemen, Ekonomi, Vol. 1 No. 1, Februari: 1-12. Jensen, M.C., Meckling, W.H. 1976, “Theory of the firm : Managerial behaviour, agency costs and ownership structure”, Journal of Financial Economics, Vol.3, pp.305-360. Kuntjoro, Zainuddin S. 2002, “Pendekatan-pendekatan dalam Pelayanan Psikogeriatri“, http://www.e-psikologi.com/usia/130502.htm, 27 Agustus 2007. Matolcsy, Z.P., S. Lim, dan D. Chow. (April 1997), “The Value-Relevance of Board Composition within Corporate Governance“, http://www. ssrn.com. Nurudin. 2004, “Menggugat Pendidikan Hard http://www.suaramerdeka.com/harian/0410/04/opi04.htm, 28 2007.
Skil”, Agustus
Pakaryaningsih, E., dan Y.S. Wibowo. (Juli 2006), “Pengaruh Board System dan Board Composition terhadap Kinerja Perusahaan: Tinjauan terhadap Konsep Agency Theory dan Stewardship Theory dalam Corporate Governance“, Jurnal Riset Manajemen & Bisnis, Vol. 1 No. 1. Prasetyaningrum, J. 2005, “Fungsi Kognitif Masa Dewasa Lanjut“, http://www.ums.ac.id/fakultas/psikologi/modules.php?, 1 September 2007. Santrock, John W. 1995, Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, edisi 5 jilid II, Penerbit Erlangga, Jakarta. Setianto, Hari. 2002, “Arti Penting Corporate Governance“, Auditor Internal, April-Juni. Setyawan, Surya. 2005, “Konteks Budaya Etnis Tionghoa dalam Manajemen Sumber Daya Manusia“, Jurnal Manajemen dan Bisnis “BENEFIT”, Vol. 9 No. 2, Desember 2005 : 164 – 170, BPPE FE UMS. Sugiyono. 2007, “Menjawab Stigma, Mewariskan Tradisi“, http://www.kabarejogja.com/new/canthing2.html, 14 Juni 2007. Surya, Indra dan I. Yustiavandana. 2006, Penerapan Good Corporate Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, Penerbit Kencana, Jakarta. Syakhroza, Akhmad. 2003, “Teori Corporate Governance“, Usahawan, No. 08 Tahun XXXII, Agustus 2003. Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013
71
Utama, Sidharta, dan Cynthia Afriani, (Agustus 2005), “Praktek Corporate Governance dan Penciptaan Nilai Perusahaan: Studi Empiris di BEJ“, Usahawan, No. 8 Tahun XXXIV. Wardhani. 2006, “Mekanisme Corporate Governance dalam Perusahaan yang Mengalami Kesulitan Keuangan (Financial Distressed Firms) “, Simposium Nasonal Akuntansi VII Denpasar Bali.
Universitas Indonesia
Analisis Pengaruh ..., May Fransisca, FE UI, 2013