UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI TEORI COMFORT KATHERINA KOLCABA DALAMASUHAN KEPERAWATANPADA ANAK YANGMENGALAMI NYERI DIRUANGBCH RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
KARYA ILMIAH AKHIR
YUMINAH 1106122985
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAN INDONESIA JUNI,2014
I i
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
.
I ~
,,\~~,~~~;*'
\;-.:~ ~.;.·
·.: ~.:!· .: ~:.~ 0\.
.
.
_~-''";~·"-
' ~~~.;;.
>-::.~_,··
·::·~~~;'
':qp:·· UNIVERSITAS INDONESIA
APLIKASI TEORI COMFORT KATHERINA KOLCABA ·DALAMASUHAN KEPERAWATANPADA ANAK YANGMENGALAMI NYERI DIRUANGBCH RSUPN DR. CIPTO MANGUNKUSUMO
KARYA ILMIAH AKHIR
Diajukan Sebagai Syarat untuk menperoleh Gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak:
YUMINAH
1106122985
PROGRAM NERS SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN PEMINATANKEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAN INDONESIA
JUNI,2014 I
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
PERYATAAN ORISINALITAS
Karya Ilmiah Akhir adalah hasil karya saya sendiri. Dan sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Yuminah
NPM TandaTangan Tanggal
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN Karya Ilmiah Akhir ini diajukan oleh:
Nama NPM Program Studi Judul Karya Ilmiah Akhir
: Yuminah : 1106122985 : Magister dan Spesialis Keperawatan :Aplikasi Teori Comfort Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Nyeri
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak pada Program Studi Magister dan Spesialis Keperawatan Fakultas Dmu Keperawatan, Universitas Indonesia.
Dewan Penguji Supervisor Utama
DR. Nani Nurhaeni, SKp., MN
Supervisor
Siti Chadidjah, SKp., MN
Penguji
dr. Iskandar Sp.B., Sp.BA
(
Penguji
Tia Setiawati, M.Kep., Sp.KepAn
(
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
(
~) /Nh
(~~
~
) )
HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas lndonesia,saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Yuminah
NPM
: 1106122985
Program studi
: Ners Spesialis.
Departemen
: Peminatan Keperawatan Anak.
Fakultas
: Ilmu Keperawatart
JenisKarya
: Karya Ilmiah Akhir.
Demi pengembangan ilmu pengetahuan,menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royaliti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul :Aplikasi Teori Comfrot Katherina Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Nyeri di Ruang BCH RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta. Berserta yang ada Gika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,mengalih media/formatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencatumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikianlah pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuatdi
:Depok
Tanggal
:8~
Tanda Tangan :
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
V
f
Nama
: Yuminah
Program studi
: Spesialis Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Judul
: Aplikasi Teori Comfort Katherina Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan
Pada Anak Yang Mengalami Rasa Nyeri Di Ruang BCH RSUPN. Cipto Mangunkusumo.
ABSTRAK Praktek Spesialis Keperawatan Anak peminatan bedah anak ini bertujuan untuk melakukan praktek dengan mengaplikasikan model Teori Comfort Katherina Kolcaba. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan diterapkan pada 5 orang anak yang telah menjalani operasi yang mengalami rasa nyeri, dan satu orang pasien kelolaan utama yaitu pasien post operasi penutupan
colostomi. Peran sebagai peneliti dalam melakukan penerapan tindakan keperawatan yang berbasis pembuktian ilmiah (evidence based nursing practise) yaitu dengan membuktikan terapi musik sebagai salah satu tehnik penanganan nyeri pada anak post operasi dan tindakan invasif. Peran sebagai inovator melalui penyusunan program pemberian terapi musik pada anak yang mengalami nyeri yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan pasien anak dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Hasil praktek ini menunjukan bahwa teori
Comfort Katherina Kolcaba digunakan pada pasien yang mengalami rasa nyeri post operasi dan tindakan invasif, dan terapi musik efektif untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami anak pada waktu tindakan, terutama nyeri ringan.
Kata kunci : Praktik Keperawatan Anak, Model teori Comfort Katherina Kolcaba, nyeri post operasi dan tindakan invasif, terapi musik.
!
I•
I Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
II I
Nama
: Yuminah
Program studi
: Magistry Of Paediatric Nursing Universitas Indonesia.
Jud
Theory Applications Comfort Katherina Kolcaba In Nursing At The Children Experiencing Pain In Space RSUPN BCH. Cipto Mangunkusumo. ABSTRACT
Specialist Nursing Practice Children's specialization in pediatric surgery practice with the aim to apply the theory of Comfort models Katherina Kolcaba. Role as provider of nursing care applied to the 5 children who have undergone surgery are experiencing pain, and one patient that the patient's primary management of postoperative closure colostomi. Role as a researcher in performing nursing actions based on the application of scientific evidence (evidence based nursing practice model) to prove that music therapy as a pain management technique in children and postoperative invasive action. Role as an innovator through the preparation of a program of music therapy on children who experience pain which aims to reduce pain and increase patient comfort and improve the child's quality of nursing care. This practice results show that the theory Comfort Katherina Kolcaba used in patients experiencing postoperative pain and invasive, and effective music therapy to reduce the pain experienced by the child at the time of the action, especially mild pain.
Keywords: Child Nursing Practice, Model theory Comfort Katherina Kolcaba, postoperative pain and invasive action, music therapy.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
KATAPENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia Nya, peneliti dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir dengan judul" Aplikasi Model teori comfort Katherina Kolcaba pada anak yang mengalami rasa nyeri di Ruang BCH RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ". Dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini mendapatkan banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
I.
lbu Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp, M.N sebagai supervisor utama yang telah banyak memberikan masukan, arahan, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah akhir.
2.
lbu Siti Khodidjah, M.N sebagai supervisor yang juga telah memberikan masukan, arahan, dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.
3.
Direktur
RSUPN.
Cipto
Mangunkusumo
Jakarta
yang
telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan praktek residensi. 4.
lbu Junaiti Sahar, S Kp., M.App.Sc., Ph. D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
5.
lbu Dessie Wanda, S.Kp., M.N selaku dosen keperawatan anak yang telah banyak memberikan arahan, motivasi.
6.
Direktur RSVP. Fatmawati yang telah memberikan ijin untuk mengikuti pendidikan Magister pada Universitas Indonesia.
7.
Orang tua, suami dan anak-anak tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materi yang tak terhingga.
8.
Rekan-rekan S2 Keperawatan peminatan anak angkatan 2011 atas motivasi dan dukungannya.
9.
Rekan-rekan lantai 3 utara RSUP.Fatmawati yang telah banyak atas motivasi, dukungan selama mengikuti proses pendidikan.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
v
10. Seluruh Dosen Pengajar Program Pasca Sarjana Keperawatan, khususnya kekhususan anak dan Staf Akademik yang telah mendukung proses Residensi Keperawatan Anak:.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan rahmat -Nya untuk semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga Karya Ilmiah Akhir ini dapat
memberi
manfaat
bagi
kemajuan
keperawatan,
khususnya
keperawatan anak di Indonesia.
Depok, Juni 2013
penulis
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
VI
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Yuminah
Tempat/Tanggallahir
: Jak1uta,27-8-1967
NIM
: 1106122985
Unit Kerja
: RSUP.Fatmawati
Alamat Kantor
: Jln. RS. Fatmawati Cilandak Jakarta -Selatan
Nomor Hp
: 081584597379
Alamat email
:Yuminahyum@ yahoo.com
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah akhir saya yang berjudul: Aplikasi Teori Conifort Katherina Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang mengalami Nyeri bebas dari plagiarisme dan bukan hasil karya orang lain. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dari karya ilmiah akhir dari hasil-hasil penelitian tersebut terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikianlah pemyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan dari siapapun.
Dibuat di Depok Juni, 2014 Yang membuat pemyataan.
{Yuminah)
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
v
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
DAFTARISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS ..................... ......................... HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... KATA PENGANTAR...................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ................................................... AB sTRAK ABSTRACT..................................................................................................... DAFTAR lSI.................................................................................................... DAFTAR T ABEL............................................................................................ DAFTARSKEMA ........................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN···················································································· 0 0 0 0 0 0. 0 0 0 0 0 0 0. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0. 0 0. 0. 0 0 0 0 0 0 0 0. 0. 0 0 0. 0 0 0 0 0 0 0 0. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................. 1.1. Latar Belak:ang .................................................... ........................ 1.2. Tujuan Penulisan......................................................................... 1.3. Sistematika Penulisan ................................................................
1 11
111
iv VI Vll VIU
IX XI
xu XIU
I 1 5 6
BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN P ADA PRAKTIK RESIDENSI ...................................................................................... 7 2.1. 2.2. 2.3. 2.4.
BAB 3
Gambaran Kasus ........................................................................ . Tinjauan Teoritis ........................................................................ . Integrasi Model Teori Comfrot Kolcaba ................................... . Aplikasi Model Teori Com.frot Kolcaba .................................. .
7 13 25 41
PENCAPAlAN KOMPETENSI .................................................... 3.1. Kompetensi Program Pendidikan Ners Spesialis ...................... . 3.2. Kompetensi Sesuai Area Peminatan Selama Praktek Residensi .................................................................................... . 3.3. Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak: ................................. .
50 50 51 53
DAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................... 57 4.1. Pembahasan Penerapan Model Teori Comfrot Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak: Yang Mengalami Nyeri ........ . 57 4.2. Pembahasan Praktik Spesialis Keperawatan Anak: Dalam Pencapaian Target ...................................................................... . 64
•~ ~
!
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN •••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 68 6.1. Kesimpulan ................................................................................ . 68 6.2. Saran........................................................................................... . 69
I
DA.FfAR PUSTAKA .••••••••••••••••••••••••••••••••••••••.••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••• 71 LAMPIRAN
I f
viii Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
BAB1
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bebas dari rasa nyeri merupakan hak asasi manusia. Hal ini dicanangkan oleh World Health Organization (WHO) pada peringatan " Global Day Against Pain" tanggal11 Oktober 2014 yang bertema Pain ReliefShould Be A Human Right adapun tujuan dari peringatan tersebut adalah: 1)
Meningkatkan kepedulian terhadap nyeri akut maupun kronis dan pengobatannya, 2) Meningkatkan bahwa hak setiap orang untuk mendapatkan pengobatan nyeri, 3) Publikasi yang luas tentang hasil nyeri dan terapinya, 4) Meningkatkan kepedulian terhadap rasa nyeri di negara berkembang dengan tujuan memperbaiki sumber daya dalam bidang dalam bidang nyeri (Miller, 2004). Berdasarkan komitmen tersebut, maka berbagai negara termasuk Indonesia mulai memberikan perhatian terhadap nyeri dan pengelolaannya. Anak setelah pasca bedah akan mengalami rasa nyeri yang ringan hingga rasa nyeri yang hebat. Nyeri yang hebat dapat memyebabkan kondisi syok yang mengancam jiwa. Nyeri menghambat pusat vasomotor sehingga meningkatkan kelenturan vaskular kemudian terjadi vasodilatasi vena. Vasodilatasi menyebabkan peningkatan kapasitas vaskuler sehingga mengurangi rata-rata tekanan pengisian sistemik. Tekanan peng1s1an sistemik yang menurun ini menyebabkan pengurangan aliran balik vena ke jantung. Kondisi ini disebut dengan syok neurogenik. Nyeri yang hebat dapat menjadi salah satu penyebab syok neurogenik yang mengancam jiwa pasien (Guyton & Hall, 1997). Dengan demikian nyeri tidak boleh diabaikan dan harus dikelola dengan baik untuk mencegah terjadinya syok neurogenik.
Penyebab nyeri adalah kerusakan jaringan, iskemia, dan destruksi yang akan menyebabkan pengeluaran lokal prostaglandin, serotonin, bradikinin, neropinefrin, ion hidrogen, ion kalsium dan subtance P yang merupakan
i
I IJ
i
I .
,. ~i
1 FIK UI, 2014 Aplikasi teori…, Yuminah,
:{
1
I
~ I
2
nemotransmitter nyeri perifer (Pennono, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti, &Abdusalam, 2006).
Saat anak sakit dan harus dirawat dirumah sakit, mereka akan menjalani berbagai macam prosedur invasif seperti injeksi, infus, dan pengambilan
darah sebagai upaya untu.k: mendiagnosa dan mengobati penyakit yang diderita oleh anak (Supartini, 2004). Tetapi prosedur ini selalu menimbulkan kecemasan dan nyeri pada anak. Nyeri apabila tidak diatasi membuat anak cenderung tidak kooperaktif atau menolak prosedur tindakan sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan. Nyeri juga dapat menyebabkan luka menjadi semakin parah, terhambatnya kesembuhan, timbulnya infeksi, mengganggu waktu istirahat tidur, memperpanjang masa rawat inap, dan akhirnya akan menambah biaya perawatan (Pennono, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti, & Abdulsalam, 2006).
Peran perawat dalam melakukan pengkajian nyeri yang tepat merupakan langkah awal dalam manajemen nyeri yang sangat penting. Bebasnya seorang anak terhadap nyeri merupakan hak anak dan kebutuhan yang paling mendasar (Leifer, 2011), karena nyeri merupakan sumber strees bagi anak. Hal ini akan menjadikan trauma dan dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya.
Atraumatic care merupakan bentu.k: perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak, melalui tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun psikis yang dialami anak maupun keluarga (Supartini, 2004). Prinsip atraumatic care diterapkan dengan menyediakan asuhan dalam lingkungan keperawatan oleh personal tim kesehatan dengan menggunakan intervensi, mencakup intervensi fisik dan psikologis (Wong, et al, 2009).
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
3
Intervensi fisik berupa pengolahan nyeri secara farmakologi. Meskipun kini yang sudah ditegaskan bahwa analgetik dan opioid yang diberikan dengan dosis yang tepat terbukti jarang menimbulkan ketergantungan dan depresi pernafasan
pada anak
(Wong,
et
al,2009).
Namun
harus
tetap
dipertimbangkan, karena anak memiliki respon adaptasi fisiologis yang berbeda dengan orang dewasa terhadap efek terapi yang diberikan.
Analgetik yang paling sering diberikan adalah Asetaminofen atau parasetamol karena relatif aman pada dosis terapi. Berdasarkan pengamatan selama residensi II, umumnya anak pasca operasi diberikan obat parasetamol intra vena. Parasetamol merupakan analgetik lemah yang sering gagal sebagai sole agent untuk pengobatan pasca operasi (Kokinsky & Thornberg, 2003). Karena analgetik lemah, maka pemberian obat ini kerap diulang dalam 4 jam. Meskipun relatif aman, pemberian parasetamol dosis normal optimum mengakibatkan terjadinya peningkatan lesion kematian hepatosit dan nekrosis sentrilobular hati yang fatal (Heirmayani, 2007). Dengan demikian perlu dipertimbangakan untuk rasionalitas pemberian analgetik ini.
Tehnik non farmakologi seperti distraksi, imaginasi, dan relaksasi merupakan intervensi yang seharusnya dipertimbangkan untuk mengurangi nyeri yang dialami anak tanpa menimbulkan komplikasi yang tidak diharapkan.Terapi musik diketahui efektif dalam mengurangi nyeri dan tingkat kecemasan pasien (Klassen et al, 2008) misalnya pada pasien anak kanker yang menjalani pemeriksaan lumbal punksi atau pemberian kemoterafi intratekal (Nguyen,Nilsson, Hellstrom, & Bengston, 2010). Selain itu terapi musik juga efektif dalam mengurangi rasa nyeri saat dilakukan injeksi (Noguehi, 2006; Caprili, Anastasia, Grotto, Scollo, & Messeri, 2007), dapat mengurangi kecemasan, dan ketegangan otot pada pasien luka bakar yang menjalani perawatan luka (Tan, Yowler, Super, & Fratianne, 2010). Terapi musikjuga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (Wesa, Gubili, & Cassileth, 2008;
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
4
Lindenfelser, Hense,& McFerran, 2012). Mendengarkan musik dapat meningkatkan relaksasi, dan mengurangi kecemasan.
Salah satu model keperawatan dalam menghadapi anak yang mengalami nyeri pasca operasi atau nyeri saat dilakukan pemasangan infus, perawatan luka, pengambilan darah vena, adalah teori keperawatan Comfort yang diperkenalkan oleh Katherine Kolcaba. Teori ini merupakan pendekatan yang sesuai untuk mengatasi dan mengelolah ketidaknyamanan pasien anak dengan pasca operasi atau nyeri saat dilakukan pemasangan infus, perawatan luka, pengambilan darah vena. Teori tersebut dapat digunakan pada pelayanan pediatrik yang holistik, dapat dimengerti oleh tim kesehatan, pasien dan orang tua dapat diikutsertakan sebagai bagian integral perawatan (Alligood & Tomey, 2006).
Teori kenyamanan sebagai middle range theory karena mempunyai tingkat abstraksi yang rendah dan mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Kolcaba menilai kenyamanan dengan membuat stuktur taksonomi yang bersumber pada tiga tipe kenyamanan yaitu reliefe, ease dan trancendence. Kolcaba mengkaitkan ketiga tipe kenyamanan tersebut dengan empat pengalaman kenyamanan fisik yaitu fisik, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan. Konsep teori kenyamanan adalah kebutuhan kenyamanan, intervening variabel, peningkatan kenyamanan, health seeking behaviors ( (HSBs ) dan integritas institusional. Seluruh konsep tersebut terkait dengan klien dan keluarga (Sitzman & Eichelberger, 2011 ).
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan dalam 3 bulan (Februari - Mei 2014) di ruang BCH Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) anak mengalami nyeri pada saat dilakukan perawatan luka dan pemasangan infus. Nyeri yang dialami anak tersebut membutuhkan penanganan yang tepat, agar terapi yang diberikan manfaat. Selain itu pasien anak memerlukan intervensi untuk dapat meningkatkan adaptasinya terhadap rasa nyeri yang dialami.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
5
Berdasarkan pemahaman inilah, Residen mencoba untuk meningkatkan kompetensi keperawatan melalui upaya penerapan model Teori keperawatan
Comfort yang diperkanalkan oleh Katherine Kolcaba pada anak
yang
mengalami nyeri pasca operasi atau nyeri saat dilakukan pemasangan infus, perawatan luka, pengambilan darah vena. Selain itu, mahasiswa resedensi keperawatan anak juga berupaya meningkatkan kompetensi spesialis keperawatan anak berdasarkan target kompetensi perawatan bedah anak selama praktik diruang BCH RSCM. Keseluruhan deskripsi pencapaian target kompetensi spesialis keperawatan anak tersebut akan dijabarkan dalam karya ilmiah akhir ini.
1.2. Tujuan Penulisan 1.2.1 Umum Mendeskripsikan pengalaman praktek resedensi serta penerapan model Teori keperawatan Comfort oleh Katherine Kolcaba dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami nyeri pasca operasi atau nyeri saat dilakukan pemasangan infus, perawatan luka, pengambilan darah vena di ruang BCH Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo ( RSCM ).
1.2.2 Khusus 1.2.2.1
Mendeskripsikan
penerapan
asuhan
keperawatan
berdasarkan model Teori keperawatan Comfort oleh Katherine Kolcaba pada anak yang mengalami masalah nyeri. 1.2.2.2
Menganalisa
efektifitas
penggunaan
model
teori
keperawatan Comfort oleh Katherine Kolcaba pada anak yang mengalami masalah nyeri. 1.2.2.3
Mendeskripsikan pencapaian kompetensi praktik spesialis keperawatan anak yang telah dicapai.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
6
1.3. Sistematika penulisan Sistematika penulisan karya ilmiah ini terdiri dari 5 Bah, yaitu Bah 1 pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan; Bah II Aplikasi
model teori keperawatan Comfort yang
diperkenalkan oleh Katherine Kolcaha pada anak yang mengalami masalah nyeri yang terdiri dari gamharan kasus, tinjauan teori nyeri, integrasi teori keperawatan dalam proses keperawatan serta aplikasi teori keperawatan yang dipilih; Bah III Pencapaian kompetensi melalui pelaksanaan target asuhan keperawatan dan target prosedur oleh residen; Bah N Pemhahasan; dan Bah V Kesimpulan dan Saran.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
7
BABll APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTIK RESIDENSI
2.1 Gambaran Kasus 2.1.1. Kasus 1 Anak DK , laki- laki, usia 5 tahun dengan diagnosa Morbus Hisprung, ibu mengata.kan perut anaknya semakin besar 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, riwayat keluar mekonium 1 minggu setelah lahir, setelah itu bab 5
hari sekali dan sedikit. Masuk keruang BCH dikirim dari poli klinik abdomen kembung, skibala ada, bab keluar setelah dilakukan spoling. suhu 36,5°C, berat badan 8,3 kg, tinggi badan 76 em, kesan status gizi baik, tekanan darah 117/ 86 mmhg, nadi 120xlm, respirasi 28xlm. turgor kulit elastis, akral hangat, capilary refil < 2 detik.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal24-2-2014 Hb 12,9 gr /dl, Ht 41,2 %, leukosit 9000/ul, trombosit 110 ribu/ul, eritrosit 8,98, Natrium 141 mg/dl, Kalium 4,2 mg/dl, Clorida 102,4 mg/dl, SOOT 21gr/dl, SGPT 8 gr/ dl, Urium 21 mg/dl, Creatinin 0,4 mg/dl, PT 12,6 detik ( 11,0 ), APTT 46,5 detik ( 32,2 ), Albumin 3.03 gr/dl, foto abdomen 3 posisi kesan dilatasi colon proximal- Hisprung megacolon. Hasil USG abdomen kesan ileus obstruktif oleh fekal massa distal.
Tanggal28-2-2014 pasien dilakukan operasi pembuatan colostomy, orang
tua mengata.kan anak rewel dan sering menangis, pasien terlihat tidak nyaman saat tidur terlentang dan tampak sering menangis, terdapat luka operasi diabdomen terpasang colostomy bag produksi faeces ada warna kuning, iritasi tidak ada, nyeri tekan sekitar luka operasi, skala nyeri FLACC 3. Terapi yang diberikan diet ASI adlit, Infus N5 + Kcl 5 meg 330 ml/24 jam~ 37,6 ml/jam, Cepotaxime 2 X 750 mg, Metronidazol3 x 450 mg, Farmadol3 x 100mg.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
8
Masalah keperawatan pada anak DK adalah 1) Gangguan eliminasi fekal, 2) Cemas, 3) Nyeri Akut, 4) Resiko kerusakan integritas kulit,5) Resiko infeksi. Tujuan yang ditetapkan pada anak DK adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan pasiem mampu beradaptasi terhadap nyeri yang dialami, bah kembali normal, cemas hilang, integritas kulit baik, resiko infeksi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan antara lain memonitor terhadap fungsi usus dan kareteristik fekal, observasi tanda-tanda vital dan bising usus, manajemen nyeri dengan tehnik relaksasi dan memberikan terapi musik, membantu pasien dalam menggunakan tehnik manajemen nyeri saat nyeri muncul, kolaborasi pemberian analgetik (Farmadol 3x1 OOmg). menganjarkan ibu cara perawatan colostomi, pertahankan tehnik aseptik, cuci tanggal sebelum dan sesudah melakukan tindakan, kolaborasi
dalam
pemberian
antibiotik
(Cepotaxime
2X750mg,
Metronidazol 3 x 450 mg). Hasil evaluasi pada hari ketiga perawatan nyeri operasi terkontrol, anak tampak tenang dan rilek, bah telah terpasang colostomi, tanda iritasi tidak ada, cemas telah teratasi, dan resiko infeksi tidak terjadi. Pada hari keempat post operasi colostomy pasien dinyatakan boleh pulang. 2.1.2
Kasus 2 Anak R , perempuan, usia 10 tahun dengan diagnosa post appendictomi hari 1, ibu mengatakan anaknya baru saja dilakukan operasi.
Masuk
keruang BCH dikirim dari gawat darurat keluhan nyeri daerah operasi, tampak luka operasi pada abdomen kanan terbungkus kassa dan bersih, anak rewel dan sering menangis, perdarahan tidak ada, skala nyeri FLACC 3, suhu 36,5°C, berat badan 30 kg, tinggi badan 86 em, tekanan darah 110/ 70mmhg, nadi 86x/m, respirasi 24x/m, turgor kulit elastis, akral hangat, capilary refil < 2 detik.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 3-3-2014 Hb 12,9 gr /dl, Ht 35,5 %, leukosit 22 000/ul, Trombosit 110 ribu/ul, eritrosit 8,98, Natrium
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
7
BABII APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA PRAKTIK RESIDENSI
2.1 Gambaran Kasus 2.1.1. Kasus 1 Anak DK , laki- laki, usia 5 tahun dengan diagnosa Morbus Hisprung, ibu
mengatakan perut anaknya semakin besar 2 minggu sebelum masuk: rumah sakit, riwayat keluar mekonium 1 minggu setelah lahir, setelah itu bah 5
hari sekali dan sedikit. Masuk: keruang BCH dikirim dari poli klinik abdomen kembung, skibala ada, bah keluar setelah dilakukan spoling. suhu 36,5°C, berat badan 8,3 kg, tinggi badan 76 em, kesan status gizi baik, tekanan darah 117/ 86 mmhg, nadi 120x/m, respirasi 28x/m. turgor kulit elastis, akral hangat, capilary refil < 2 detik.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal24-2-2014 Hb 12,9 gr /dl, Ht 41,2 %, leuk:osit 9000/ul, trombosit 110 ribu/ul, eritrosit 8,98, Natrium 141 mg/dl, Kalium 4,2 mg/dl, Clorida 102,4 mg/dl, SOOT 21gr/dl, SGPT 8 gr/ dl, Urium 21 mg/dl, Creatinin 0,4 mg/dl, PT 12,6 detik ( 11,0 ), APTT 46,5 detik ( 32,2 ), Albumin 3.03 gr/dl, foto abdomen 3 posisi kesan dilatasi colon proximal- Hisprung megacolon. Hasil USG abdomen kesan ileus obstruk:tif oleh fekal massa distal.
Tanggal 28-2-2014 pasien dilakuk:an operasi pembuatan co/ostomi, orang
tua mengatakan anak rewel dan sering menangis, pasien terlihat tidak nyaman saat tidur terlentang dan tampak sering menangis, terdapat luka operasi diabdomen terpasang colostomy bag produksi faeces ada warna kuning, iritasi tidak ada, nyeri tekan sekitar luka operasi, skala nyeri FLACC 3. Terapi yang diberikan diet ASI atlib, Infus N5 + Kcl 5 meg 330 ml/24 jam~ 37,6 ml/jam, Cepotaxime 2 X 750 mg, Metronidazol 3 x 450 mg, Farmadol 3 x 1OOmg.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
8
Masalah keperawatan pada anak DK adalah 1) Gangguan eliminasi fekal, 2) Cemas, 3) Nyeri Akut, 4) Resiko kerusakan integritas kulit,5) Resiko infeksi. Tujuan yang ditetapkan pada anak DK adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan pasiem mampu beradaptasi terhadap nyeri yang dialami, bab kembali normal, cemas hilang, integritas kulit baik, resiko infeksi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan antara lain memonitor terhadap fungsi usus dan kareteristik fekal, observasi tanda-tanda vital dan bising usus, manajemen nyeri dengan tehnik relaksasi dan memberikan terapi musik, membantu pasien dalam menggunakan tehnik manajemen nyeri saat nyeri muncul, kolaborasi pemberian analgetik (Farmadol 3x100mg). menganjarkan ibu cara perawatan colostomi, pertahankan tehnik aseptik, cuci tanggal sebelum dan sesudah melakukan tindakan, kolaborasi
dalam
pemberian
antibiotik
(Cepotaxime
2X750mg,
Metronidazol 3 x 450 mg). Hasil evaluasi pada hari ketiga perawatan nyeri operasi terkontrol, anak tampak tenang dan rilek, bab telah terpasang
colostomi, tanda iritasi tidak ada, cemas telah teratasi, dan resiko infeksi tidak terjadi. Pada hari keempat post operasi colostomi pasien dinyatakan boleh pulang. 2.1.2
Kasus 2 Anak R , perempuan, usia 10 tahun dengan diagnosa post appendictomi hari 1, ibu mengatakan
anaknya baru saja dilakukan operasi.
Masuk
keruang BCH dikirim dari gawat darurat keluhan nyeri daerah operasi, tampak luka operasi pada abdomen kanan terbungkus kassa dan bersih, anak rewel dan sering menangis, perdarahan tidak ada, skala nyeri FLACC 3, suhu 36,5°C, berat badan 30 kg, tinggi badan 86 em, tekanan darah 110/ 70mmhg, nadi 86x/m, respirasi 24x/m, turgor kulit elastis, akral hangat, capilary refil < 2 detik.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 3-3-2014 Hb 12,9 gr /dl, Ht 35,5 %, leukosit 22 000/ul, Trombosit 110 ribu/ul, eritrosit 8,98, Natrium
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
9
135 mg/dl, Kalium 4 mg/dl, Clorida 96 mg/dl, SGOT 13,9gr/dl, SGPT 5 gr/ dl, Urium 21 mg/dl, Creatinin 0,4 mg/dl, PT 12,6 detik ( 11,0 ), APTT 46,5 detik ( 32,2 ), Albumin 3.03 gr/dl. Terapi yang diberikan puasa sampai bising usus ada, Infus N5 + Kcl 5 meg 1100 ml/24 jam~45,83 mlljam, Cepotaxime 2 X 500 mg, Farmadol 3 x 200mg.
Masalah keperawatan pada anak R adalah 1) Nyeri Akut, 4) Resiko kerusakan integritas kulit, 3) Resiko infeksi. Tujuan yang ditetapkan pada anak R adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mampu
beradaptasi terhadap
nyeri yang dialami, integritas kulit baik, resiko
infeksi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan mengobservasi tanda-tanda vital dan memantau nyeri, manajemen nyeri dengan tehnik relaksasi, memberikan distraksi berupa terapi musik, membantu pasien dalam menggunakan tehnik manajemen nyeri saat nyeri muncul, kolaborasi pemberian analgetik (Farmadol 3x200mg), pertahankan tehnik aseptik, cuci tanggan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, kolaborasi dalam pemberian antibiotik (Cepotaxime 2 X 750 mg). Hasil evaluasi pada hari ketiga perawatan nyeri operasi terkontrol, anak tampak tenang dan rilek, skala nyeri FLACC 1, gangguan integritas kulit tidak terjadi, resiko infeksi tidak terjadi. Pada hari ketiga post operasi pasien dinyatakan boleh pulang
dan kunjung ulang kembali kepoli satu minggu setelah dirumah.
2.1.3
Kasus 3 Anak MA, laki-laki, usia 13 tahun dengan diagnosa masuk appendik infiltrat, ibu mengatakan
anaknya nyeri perut kanan bawah sudah
1minggu, demam turon naik, mual dan muntah kemudian dibawa berobat kepuskesmas tidak ada perubahan tambah sakit, kemudian dibawa lagi berobat ke dr 24 jam dan dianjurkan untuk dirujuk keRSCM, dilakukan USG abdomen pada tanggal 10-3-2014 dengan kesan hypertonik diabdomen kanan hingga abdomen tengah dd/ apendik injiltrat, anak
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
10
langsung dilakukan operasi appendictomi. Masuk keruang BCH dikirim dari kamar operasi gawat darurat keluhan nyeri daerah operasi, tampak luka operasi pada abdomen kanan terbungkus kassa tampak, perdarahan tidak ada, skala nyeri FLACC 4, suhu 36,8°C, berat badan 31 kg, tinggi badan 138 em, tekanan darah 115/ 70mmhg, nadi 86xlm, respirasi 24xlm.turgor kulit elastis, akral hangat,capilary refil < 2 detik.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal10 -3-2014 Hb 12,9 gr /dl, Ht 35,5 %, leukosit 22 000/ul, Trombosit 110 ribu/ul, eritrosit 8,98, Natrium 135 mgldl, Kalium 4 mgldl, Clorida 96 mgldl, SOOT 13,9gr/dl, SGPT 5 gr/ dl, Urium 21 mgldl, Creatinin 0,4 mgldl, PT 12,6 detik ( 11,0 ), APTT 46,5 detik ( 32,2 ), Albumin 3.08 gr/dl. Terapi puasa sampai bising usus ada, lnfus N5 + Kcl 5 meg 1100 ml/24 jam-+ 45,8ml/jam, Cepotaxime 2 X 750 mg, Farmadol 3 x 500mg.
Diagnosa keperawatan pada anak R adalah 1) Nyeri Akut, 2) Kerusakan integritas kulit, 3) Resiko infeksi. Tujuan yang ditetapkan pada anak M.A adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien mampu beradaptasi terhadap nyeri, integritas kulit baik, resiko infeksi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital dan memantau nyeri, manajemen nyeri dengan tehnik relaksasi, memberikan distraksi berupa terapi musik, membantu pasien dalam menggunakan tehnik manajemen nyeri saat nyeri muncul, kolaborasi pemberian analgetik (Farmadol 3x500mg), pertahankan tehnik aseptik, cuci tanggan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, kolaborasi pemberian antibiotik (Cepotaxime 2 X 750 mg). Hasil evaluasi pada hari ketiga setelah asuhan keperawatan pasien mampu beradaptasi terhadap nyeri, anak tampak tenang dan rilek, skala nyeri FLACC 1, gangguan integritas kulit tidak terjadi, resiko infeksi tidak terjadi. Pada hari ketiga post operasi
pasien dinyatakan boleh pulang dan kunjung
ulang kembali kepoli satu minggu setelah dirumah.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
11
2.1.4 Kasus 4 Anak S, perempuan, usia 9 bulan, dengan diagnosa masuk: atresia ani fistel
vestibuler post colostomi usia 4 bulan, terdapat colostomi pada abdomen kuadran kiri atas, dilakuk:an operasi pembuatan anus pada tanggal 16-42014, luk:a post PSA tertutup kassa tampak bersih, luk:a kering tidak rembes, produk:si colostomi ada, warna kuning dengan konsistensi lembek, pasien telah diberi ASI atlib, terpasang kateter produk:si ada warna kuning, pasien terlihat rewel dan menangis, skala nyeri FLACC 3, suhu 36,8°C, berat badan 7 kg, tinggi badan 68 em, tekanan darah 115/ 70mmhg, nadi 98x/m, respirasi 24x/mt, turgor kulit elastis, akral hangat, capilary refil < 2 detik.
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal16 -4-2014 Hb 10,1 gr /dl, Ht 31 %, leuk:osit 11,5 rb/ul, Trombosit 433 ribu/ul, eritrosit 8,98, Natrium 135 mg/dl, Kalium 4 mg/dl, Clorida 96 mg/dl, SGOT 13,9gr/dl, SGPT 5 gr/ dl, Urium 21 mg/dl, Creatinin 0,4 mg/dl, PT 12,6 detik ( 11,0 ), APTT 46,5 detik ( 32,2 ), Albumin 3.08 gr/dl. Terapi Infus N4 750 ml/24 jam~ 31 ,25ml/jam, Cepotaxime 2 X 500 mg, Farmadol 3 x 1OOmg.
Diagnosa keperawatan pada anak R adalah 1) Nyeri Akut, 2)Resiko kerusakan integritas kulit, 3) Resiko infeksi. Tujuan yang ditetapkan pada anak M.A adalah setelah dilakuk:an asuhan keperawatan pasien mampu beradaptasi terhadap nyeri yang dialami, integritas kulit baik, resiko infeksi tidak terjadi.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital dan memantau nyeri, manajemen nyeri dengan tehnik relaksasi, memberikan distraksi berupa terapi musik, membantu pasien dalam menggunakan tehnik manajemen nyeri saat nyeri muncul, kolaborasi pemberian analgetik (Farmadol 3x100mg), pertahankan tehnik aseptik, cuci tanggan sebelum dan sesudah tindakan, lihat stoma/area kulit pada setiap pergantian kantong, bersihkan dengan air dan keringkan, catat
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
12
adanya iritasi atau
kemer~
ajari anggota keluarga cara perawatan luka
post PSA, kolaborasi dalam pemberian antibiotik (Cepotaxime 2X500 mg). Hasil evaluasi pada hari ketiga perawatan nyeri operasi tampak terkontrol, anak tampak tenang dan rilek, skala nyeri FLACC 1, gangguan integritas kulit tidak terjadi, resiko infeksi tidak terjadi. Pada hari keempat post operasi pasien dinyatakan boleh pulang dan kunjung ulang kembali kepoli satu minggu setelah dirumah.
2.1.5
Kasus 5 Anak RD, laki-laki, usia 2 thn, dengan diagnosa masuk atresia ani post
PSA, terdapat colostomi pada abdomen kuadran kiri atas, operasi penutupan colostomi tanggal21-4-2014, luka post operasi tutup colostomi tertutup kassa tampak bersih,luka kering tidak rembes, puasa hari pertama, terpasang NOT produksi ada warna hijau, terpasang kateter produksi ada warna kuning, turgor kulit elastis, mukosa mulut lembab, bibir tampak kering, pasien terlihat rewel dan menangis, skala nyeri FLACC 3, suhu 36,8°C, berat badan 8,5 kg, tinggi badan 78 em, tekanan darah 110/ 75 mmhg, nadi 98x/m, respirasi 24x/m, akral hangat, capilary refil < 2 detik.
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal21-4-2014 Hb 10,8 gr /dl, Ht 31,7
%, leukosit 9100 rb/ul, Trombosit 411 ribu/ul, eritrosit 8,98, Natrium 135 mg/dl, Kalium 4 mg/dl, Clorida 96 mg/dl, SOOT 13,9gr/dl, SGPT 5 gr/ dl, Urium 16 mg/dl, Creatinin 0,3 mg/dl, PT 12,6 detik ( 11,0 ), APTT 46,5 detik ( 32,2 ), Albumin 4,3 gr/dl, Na 144 meq/1. Ka 4,80meq/l,Clo 102 meq/1 Tempi Infus N5
+ Kcl 10meq -+ 35ml/jam, Cepotaxime 2 X 300
mg, Farmadol 3 x 1OOmg,Aminofusin 250cc/24 jam,puasa sampai hari kelima operasi.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada anak R adalah 1) Nyeri Akut, 2)Resiko kerusakan integritas kulit, 3) Resiko infeksi, 4) Resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan, 5) Resiko kurang
volume cairan. Tujuan yang ditetapkan pada anak R adalah setelah
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
13
dilakukan asuhan keperawatan pasien mampu beradaptasi terhadap nyeri yang dialami, integritas kulit baik, resiko infeksi tidak terjadi, resiko kurang nutrisi tidak terjadi, resiko kurang volume cairan tidak terjadi.
Intervensi keperawatan yang telah dilakukan antara lain mengobservasi tanda-tanda vital,memantau nyeri, manajemen nyeri dengan tehnik relaksasi, memberikan distraksi berupa terapi musik, membantu pasien dalam menggunakan tehnik manajemen nyeri saat nyeri muncul, kolaborasi pemberian analgetik (Farmadol 3x1 OOmg), pertahankan tehnik aseptik, cuci tanggan sebelum dan sesudah tindakan, melakukan perawatan luka, kolaborasi dalam pemberian antibiotik (Cepotaxime 2 X 500 mg, Aminofusin 2x 250 cc/24jam), mematau status cairan, mengukur intake dan autput. Hasil evaluasi pada hari ketiga perawatan nyeri operasi tampak terkontrol, anak tampak tenang dan rilek, skala nyeri FLACC 1, gangguan integritas kulit tidak terjadi, resiko infeksi tidak terjadi, resiko kekurangan nutrisi tidak terjadi, resiko kekurangan volume cairan tidak terjadi. Pada hari kelima post operasi pasien boleh diberika minum air putih, diet cair 6x30cc, dan selanjut diet lunak TKTP, tanggal 29-4-2014 pasien dinyatakan boleh pulang dan kunjung ulang kembali kepoli satu minggu setelah dirumah.
2.2 Tinjauan teoritis 2.2.1 Nyeri 2.2.1.1. Pengertian Menurut Sherwood (200 1) nyeri adalah mekanisme protektif yang ditujukan untuk menimbulkan kasadaran bahwa telah atau akan terjadi kerusakan jaringan, serta disertai perilaku termotivasi dan reaksi emosi. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Monga & Grabois, 2002; Tomlinson & Kline, 2005; IASP, 2009).
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
14
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berhubungan dengan jaringan rusak, cenderung rusak atau segala keadaan yang menunjukkan adanya kerusakan jaringan (Permono, Sutaryo, Ugrasena, Windiastuti, & Abdulsalam, 2006). Menurut Pasero dan Me Caffery (2011) dalam James, Nelson dan Ashwill (2013) nyeri adalah apapun yang pasien alami dan katakan, meskipun menurut orang lain tidak merasakan yang sama.
2.2.1.2. Patofisiologi Nyeri Menurut Sherwood (200 1) terdapat tiga reseptor nyeri yaitu nosiseptor mekanis, nosiseptor termal, dan nosiseptor polimodal. Nosiseptor mekanis adalah reseptor yang berespon terhadap kerusakan mekanis seperti tusukan, benturan, atau cubitan. Nosiseptor termal adalah reseptor yang berespon terhadap suhu yang berlebihan terutama panas. Sedangkan nosiseptor polimodal adalah reseptor nyeri yang berespon terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, termasuk zat kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cedera. Semua nosiseptor dapat disensitisasi oleh adanya prostaglandin.
Impuls nyeri yang berasal dari nosiseptor disalurkan ke sistem saraf pusat melalui salah satu dari dua jenis serat aferen. Sinyal-sinyal yang berasal dari nosiseptor mekanis dan termal disalurkan melalui serat Adelta (jalur nyeri cepat), sedangkan impuls dari nosiseptor polimodal diangkut oleh serat C
(jalur nyeri
lambat).
Stimulus nyeri
ditransmisikan ke medula spinalis ke thalamus dan otak tengah. Dari thalamus serabut mentransmisikan pesan nyeri ke berbagai area otak, termasuk korteks sensori dan korteks asosiasi (di kedua lobus parietalis), lobus frontalis, dan sistem limbik. Sistem limbik berperan aktif dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi
saraf berakhir di dalam pusat otak yang lebih tinggi, maka individu akan mempersepsikan rasa nyeri (Sherwood, 2001; Guyton & Hall, 2008).
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
15
Teori nyeri yang dikenal salah satunya adalah teori Gate Control (Melzack & Wall, 2003; Guyton & Hall, 2008). Menurut teori ini, sensasi nyeri dihantarkan sepanjang saraf sensoris menuju ke otak dan hanya sejumlah sensasi atau pesan tertentu dapat dihantar melalui jalur saraf ini pada saat bersamaan. Teori Gate Control menyatakan hahwa sinaps pada akar dorsal yang dikenal sehagai suhstansia gelatinosa berperan sehagai gerhang yang dapat meningkatkan atau menurunkan rangsang nyeri dari saraf perifer ke otak. Gerhang ini terhuka atau tertutup tergantung input dari serahut saraf besar dan kecil. Peningkatan aktivitas serahut saraf kecil akan memhuka gerhang dan menyehahkan sensasi nyeri sampai ke otak. Sedangkan peningkatan aktivitas serahut saraf hesar akan menutup pintu gerhang sehingga sensasi nyeri tidak sampai ke otak (Sherwood, 2001; & Ashwill2013).
Serahut saraf A delta dan serahut saraf C berespon secara maksimal terhadap nyeri (Sherwood, 2001; Guyton & Hall, 2008). Pada mekanisme teori ini, serahut saraf A-Beta yang menyampaikan sensasi sentuhan akan melewati mekanisme gerhang, ketika diaktifkan, serhut saraf ini herlomha dengan serahut saraf A delta sehingga memhlok impuls nyeri, hila gerhang terhuka beherapa impuls nyeri dapat masuk sehingga nyeri dapat dirasakan dan hila gerhang tertutup, impuls nyeri
akan terhamhat.
Mekanisme dasar terjadinya nyeri secara umum melalui empat proses yaitu transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi. Transduksi adalah proses konversi energi dari rangsangan noksius ( suhu, mekanik, atau kimia) menjadi energi listrik (impuls saraf) oleh reseptor sensorik untuk
nyeri
(nosiseptor).
Sedangkan
transmisi
yaitu
proses
penyampaian impuls saraf yang terjadi akihat adanya rangsangan di perifer ke pusat. Persepsi merupakan proses apresiasi atau pemahaman
dari impuls saraf yang sampai ke Sistem Saraf Pusat sehagai nyeri. Modulasi adalah proses pengaturan impuls yang dihantarkan, dapat
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
16
terjadi di setiap tingkat, namun biasanya diartikan sebagai pengaturan yang dilakukan oleh otak terhadap proses di komu dorsalis medulla spinalis (Sherwood, 2001). Nyeri juga dapat diakibatkan oleh terapi pembedahan, tindakan invasif, kemoterapi, atau radioterapi (Monga & Grabies, 2002; Tomlinson & Kline, 2005; Hockenberry & Wilson, 2009;).
2.2.1.3. Klasifikasi Nyeri Nyeri dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria. Diantaranya adalah: a. Berdasarkan Sumber Nyeri Sumber nyeri bisa berasal dari mana saja seperti kulit, ligamen, otot, dan lain-lain. Berdasarkan mekanisme neurofisiolgi dapat dibedakan menjadi: (1 ). Cutaneus/superfisial yaitu nyeri yang mengenai kulit/jaringan subkutan, biasanya bersifat burning (seperti terbakar), misalnya terkena ujung pisau atau gunting, (2). Deep somatik yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh darah, tendin dan saraf, nyeri ini menyebar dan lebih lama daripada cutaneus, contohnya nyeri
sendi, (3) Visceral
yaitu nyeri pada organ dalam, dimana reseptor nyeri dalam rongga abdomen, kranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia dan regangan otot (Monga & Grobais, 2002).
b. Berdasarkan Penyebab Nyeri Nyeri yang dialami pasien dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu, oleh karena itu berdasarkan penyebabnya, nyeri dapat dibedakan atas tiga kategori yaitu nyeri nosiseptif, nyeri neurogenik, dan nyeri psikogenik (Benzon, et al., 2005). Nyeri nosiseptif, merupakan nyeri yang dikarenakan oleh kerusakan jaringan baik somatik maupun viseral. Stimulasi nosiseptor baik secara langsung maupun tidak langsung akan mengakibatkan
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
17
pengeluaran mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung saraf sensoris dan simpatik. Nyeri neurogenik disebabkan oleh cedera pada jalur serat saraf perifer, infiltrasi sel kanker pada serabut saraf, dan terpotongnya saraf perifer. Nyeri psycogenik, yaitu nyeri yang penyebabnya kurang jelas atau susah diidentifikasi bersumber dari emosi atau psikis dan biasanya tidak disadari, contohnya orang yang marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.
c. Berdasarkan Lama/Durasi Nyeri Lama atau durasi nyeri yang dialami oleh pasien sangat beraneka ragam. Hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas dari penderita nyeri tersebut. Nyeri berdasarkan lama dibedakan atas nyeri akut dan nyeri kronik (Monga & Grobais, 2002). Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (IASP), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan (Nanda, 2012).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (IASP), awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari 6 bulan (Nanda, 2012)
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
18
2.2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri Menurut Potter dan Perry (2012) nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, oleh karena itu banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu, yaitu sebagai berikut: a. Usia Usia merupakan salah satu yang paling mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana
bereaksi
terhadap
nyen.
Anak
belum
bisa
mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi, mereka cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan. b. Kebudayaan Menurut Calvillo dan Flaskerud dalam Potter dan Perry (2012) keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri, misalnya suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluhjika ada nyeri. c. Makna nyeri Nyeri yang dialami seseorang dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu
tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan maka setiap respon
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
19
terhadap nyeri akan berbeda berdasarkan setiap makna nyeri yang diterima (K.ozier, 2008). d. Perhatian Menurut Gill (1990) dalam Potter dan Perry (2012) tingkat perhatian
seseorang
dapat mempengaruhi
persepsi
nyeri.
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi untuk menghilangkan
nyeri,
seperti
relaksasi,
guided
imagery,
mendengarkan musik dan massase, dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus lain, maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer, sehingga menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat, khususnya terhadap nyeri berlangsung hanya selama waktu distraksi. e. Ansietas Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyen semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. f. Koping Nyeri dapat menyebabkan ketidakmampuan, baik sebagian maupun keseluruhan. Pasien seringkali menemukan berbagai cara untuk mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psiologis nyeri.
Penting
untuk
memahami
sumber-sumber
seperti
berkomunikasi dengan keluarga pendukung. Melakukan latihan, atau
menyanyi
dapat
digunakan
dalam
rencana
asuhan
keperawatan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri snmpai tingkat tertentu (Kozier, 2008).
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
20
g. Dukungan keluarga dan sosial Kehadiran orang-orang terdekat klien akan mempengaruhi respon nyeri yang dialami. lndividu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau ternan dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan atau perlindungan, walaupun nyeri tetap dirasakan klien, kehadiran orang yang dicintai klien
akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau ternan, seringkali pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan.
2.2.1.5. Penilaian Intensitas Nyeri Nyeri tidak dapat diukur secara obyektif misalnya dengan pemeriksaan rontgen atau tes darah (IASP, 2009; Potter & Perry, 2012}, namun nyeri yang muncul dapat diperkirakan berdasarkan tanda dan gejalanya.
Pasien diminta untuk
menggambarkan nyeri
yang
dialaminya tersebut sebagai nyeri ringan, sedang atau berat.
Ada beberapa metode yang umumnya digunakan untuk mengukur intensitas nyeri yaitu Faces Pain Rating Scale, Visual Analogue Scale, dan Numeric Rating Scale (Hockenberry & Wilson, 2009; James, Nelson, & Ashwill, 2013). 1. Faces Pain Rating Scale
Wong-Baker Faces Pain Rating Scale atau biasa disebut skala wajah, terdiri atas enam wajah kartun yang memiliki rentang dari wajah tersenyum ''untuk tidak ada nyeri" sampai wajah terurai air mata untuk "nyeri yang paling berat. Skala ini dapat digunakan untuk anak-anak yang berusia minimal 3 tahun atau lebih. Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri yang baru saja dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan skala wajah ini direkomendasikan untuk anak-
anak (Hockenberry & Wilson, 2009; James, Nelson & Ashwill, 2013).
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
21
Wong-Baker FACES.. Pain Rating Scale
@ ®®@ ® @ 0
2
4
6
8
No Hurt
Hurts
Hurts Little
Hurts
Hurts
Hurts
Little Bit
More
Even More
Whole Lot
Worst
10
Gb.2.1 Wong Baker faces Pain Rating Scale
2. Visual Analogue Scale (VAS) Skala VAS menggunakan suatu gans lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terns menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi pasien kebebasan penuh untuk mengidentiflkasi tingkat nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien daoat mengidentiftkasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2012). 3. Numeric rating Scale Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari intensitas nyeri. Pasien menilai nyeri menggunakan
skala 0-10. Skala biasanya digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. Skala 0 tidak nyeri, skala 1-3 nyeri ringan, 4- 6 nyeri sedang, dan skala 7-10 nyeri hebat.
I
1111111111
0
1
I
I
.. ..
r\one
2
3
4
I
I
Mild
5
6
.. 7..
8
I
Moderate
.
9 10
Se\•ere
Gb.2.2 Numeric Rating Scale
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
22
2.2.1.6. Penanganan Nyeri
1. Farmakologi WHO
(1998)
telah
mengembangkan
tiga
langkah
untuk
penatalaksanaan nyeri. Model ini memberikan pendekatan yang telah teruji dan sederhana untuk seleksi yang rasional dalam pemberian dan titrasi analgesik. pemberian terapi dimulai sesuai tingkatan nyeri. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis menurut WHO mengikuti tiga langkah (three step analgesic ladder) yaitu tahap pertama dengan menggunakan analgesik nonopiat seperti non
steroid anti inflamatory drug (NSAID) atau cyclooxygenase-2 spesific inhibitors, contohnya asetaminofen dan aspirin. Tahap kedua dilakukan jika dengan penanganan tahap pertama, tetapi pasien masih mengeluh nyeri, yaitu diberikan obat-obatan tahap pertama ditambah obat analgesik jenis opiat secara intermiten, contohnya
codeine, oxycodone, hydrocodone, dan tramadol. Tahap ketiga dilakukan dengan memberikan obat pada tahap kedua ditambah opiat yang lebih kuat, contohnya morfin, oxycodone, methadone, dan
fontanyl (WHO, 1998)
Obat analgesik jenis NSAID mempunyai titik tangkap dengan mencegah
kerja
enzim
cyclooxygenase
untuk
mensintesis
prostaglandin. Obat-obatjenis ini efektifuntuk menangani nyeri akut dengan intensitas ringan sampai sedang. Penggunaan analgesik NSAID dalam jangka waktu yang lama, akan menimbulkan efek samping berupa iritasi mukosa lambung, maka untuk melindungi lambung dari efek samping obat tersebut diberikan antagonis H2, misalnya ranitidin (WHO, 1998).
Obat analgesik jenis opiat bekerja dengan cara mengaktitkan reseptor opoid yang terdapat pada sistem saraf pusat. Sistem saraf pusat mempunya lima macam reseptor opoid, yaitu Mu, Kappa,
Sigma, Delta, dan Epsilon. Penggunaan obat dengan dosis dapat
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
23
menimbulkan efek samping berupa mual, muntah, konstipasi, bahkan hila diberikan dengan dosis tinggi dapat menyebabkan depresi pusat nafas. Pemberian obat analgesik opiat dapat diberikan secara peroral, intravena, intramuskular, epidural, maupun intratekal (WHO, 1998; Monga & Grabois, 2002).
2. Non Farmakologi Terapi
non
farmakologi
merupakan
upaya-upaya
mengatasi
atau
menghilangkan nyeri dengan menggunakan pendekatan non farmakologi (Monga & Grabies, 2002; Hockenberry & Wilson, 2009; Potter & Perry, 20 12). Upaya-upaya tersebut berupa suportif, kognitif, perilaku, maupun fisik (WHO, 1998). Metode supportif yang bisa dilakukan adalah dengan cara menerapkan ''family centered care, memberikan informasi, berempati pada pasien, serta terapi bermain. Metode kognitif dalam penanganan nyeri pada kanker diantaranya dengan distraksi, musik, imagery guidance, dan hipnosis. Metode perilaku yang bisa dilakukan adalah dengan nafas dalam dan relaksasi, sedangkan metode fisik untuk penanganan nyeri yang bisa dilakukan adalah dengan sentuhan (terapi pijat), terapi hangat dan dingin, serta transcutaneous electrical nerve stimulation (fENS).
Terapi musik adalah terapi yang mengunakan musik dimana tujuannya adalah meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia.
Musik merupakan stimulus yang
dikirim dari serabut saraf asendens ke neuron-neuron reticular activating system (RAS). Ketika musik dimainkan maka semua area yang berhubungan dengan sistem limbik akan terstimulasi sehingga menghasilkan perasaan dan ekspresi. Musik menimbulkan perubahan pada status gelombang otak dan hormon pasien (Halim, 2002; Snyder & Lindquist, 2002). Musik diketahui efektif dalam mengurangi nyeri pada anak, diantaranya nyeri pada anak penderita kanker (Klassen et al., 2008; Naylor, Kingsnorth, Lamont, McKeever, & Macarthur, 2010; Nguyen, Nilsson, Hellstrom, & Bengston, 2010).
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
24
Relaksasi adalah teknik untuk mengurangi ketegangan otot skeletal dan menurunkan kecemasan (Potter & Perry, 2012). Teknik didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk di kursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan lingkungan yang tenang. Salah satu teknik relaksasi adalah relaksasi autogenic. Prinsipnya klien harus mampu berkonsentrasi sambil membaca mantra atau doa atau dzikir dalam hati seiring dengan ekspirasi paru-paru.
Hypnosis adalah suatu teknik yang menghasilkan suatu keadaan tidak sadar diri (Monga & Grabois, 2002). Mekanisme kerja hypnosis tidak jelas tetapi tidak tampak diperantarai oleh system endokrin. Keefektifan hypnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu. Distraksi adalah mengalihkan perhatian pasien dari nyeri (Hockenberry & wilson, 2009; Potter & Perry, 2012). Penggunaan teknik distraksi akan menurunkan perhatian pasien ke hal yang lain, sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Monga & Grabois, 2002).
Terapi pijat merupakan terapi komplementer dalam penanganan nyeri pada kanker (Monga & Grabois, 2002; IASP, 2009; British Pain Society, 2010). Terapi pijat adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Terapi pijat tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian reseptor yang sama seperti reseptor nyeri. Terapi pijat membuat pasien lebih nyaman karena membuat relaksasi otot, dan juga mengurangi stres dan kecemasan (Gecsedi, 2002; Corbin, 2005).
Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada area cedera dengan menghambat proses
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
25
inflamasi. Agar efektif, es diletakkan pada tempat cedera segera setelah cedera terjadi. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah ke suatu area
dan
memungkinkan
menurunkan
nyeri
dengan
mempercepat
kesembuhan (James, Nelson & Ashwill, 2013).
Menurut Lander dan Fawler-Kerry (1991) dalam WHO (1998), TENS dilakukan dengan cara menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (nonnosiseptor). Mekanisme ini sesuai dengan teori nyeri gate kontrol.
2.3 Integrasi Model dan Konsep Keperawatan Dalam Proses Keperawatan
2.3.1 Latar belakang teori comfort Kolcaba Pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan masalah nyeri post operasi dalam penulisan karya ilmiah ini menggunakan pendekatan teori keperawatan comfort dari
Katharine
Kolcaba.
Kolcaba
(2003)
mengenalkan teori kenyamanan sebagai middle range theory karena mempunyai tingkat abstraksi yang rendah dan mudah diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Sejak tahun 1900 sampai dengan tahun 1929, rasa nyaman menjadi tujuan profesi keperawatan dan kedokteran, dimana terdapat keyakinan rasa nyaman akan membantu proses penyembuhan dan merupakan modal dasar utama dalam memperbaiki kondisi klien. Perbaikan kondisi klien tidak akan tercapai jika kebutuhan akan rasa nyaman tidak terpenuhi (March, 2009).
Menurut March, terdapat tiga tipe comfort, yaitu relief, ease dan
renewal. Relief didefinisikan sebagai keadaan dimana rasa tidak nyaman berkurang. Ease didefinisikan sebagai hilangnya rasa tidak nyaman yang
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
26
spesifik. Untuk berada dalam tingkat ease, pasien atau keluarga tidak harus mempunyai pengalaman ketidaknyamanan spesifik. Banyak kondisi medis maupun psikologi mengganggu mekanisme homeostatik.
Renewal didefinisikan sebagai keadaan dimana seseorang bangkit dari ketidaknyamanan ketika ketidaknyamanan tersebut tidak dapat dihindari
Pada
akhirnya
Transcendence
istilah dianggap
renewal sebagai
diubah hal
menjadi yang
transcendence.
menguatkan
dan
mengingatkan perawat untuk tidak putus asa dalam membantu pasien dan keluarganya merasa nyaman. Intervensi dalam meningkatan
transcendence bertujuan untuk meningkatkan lingkungan, meningkatkan dukungan sosial atau menentramkan hati. Selain itu, intervensi untuk meningkatkan transcendence dapat lebih efektif jika berasal dari orang
tua atau keluarga, walaupun perawat dapat memberikan dukungan atau motivasi bagi orang tua maupun keluarga.
2.3.2 Konsep utama teori comfort Kolcaba Terdapat 7 komponen dalam konsep utama teori comfort yang disampaikan Kolcaba sebagai berikut: A. Health care needs Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan kesehatan yang stressfUl, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support sistem tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan, yang kesemuanya membutuhkan monitoring, laporan
verbal maupun non verbal, serta kebutuhan yang berhubungan dengan parameter patofisiologis, membutuhkan edukasi dan dukungan serta kebutuhan akan konselingfinancial dan intervensi.
B. Comfort Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
27
immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan ak:an keringanan
(relief),
ketenangan
(ease),
and
kemampuan
lebih
(transcedence) yang dapat terpenuhi dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan.
Kolcaba (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal berikut: 1. Kebutuhan rasa nyaman fisik (Physical comfort) Kebutuhan ak:an rasa nyaman fisik adalah penurunan mekanisme fisiologis yang terganggu atau beresiko karena suatu penyakit atau prosedur invasif yang berkenaan dengan sensasi tubuh. Intervensi
comfort
yang
standar
digunak:an
untuk
memperoleh
atau
mempertahankan homeostasis. 2. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual (Psychospiritual comfort) Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual adalah kebutuhan terhadap kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan yang bertujuan agar pasien atau keluarga dapat bangkit atau meninggal dengan damai melalui prosedur yang menyakitkan atau trauma yang tidak: dapat sembuh dengan segera. 3. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural (Socialcultural comfort) Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural adalah kebutuhan penentraman hati, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan perawatan yang dilihat dari segi budaya. Kebutuhan ini dipenuhi melalui coaching atau pemberian informasi (pendidikan kesehatan), promosi kesehatan, pelatihan, termasuk perilaku dapat melakukan, pesan kesejahteraan mendapatkan informasi sesuai dengan perkembangan yang berhubungan dengan prosedur pulang dari rumah sakit dan rehabilitasi. 4. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan (environmental comfort) Kebutuhan rasa nyaman lingkungan termasuk kerapian, lingkungan yang sepi, perabotan yang nyaman, bau lingkungan minimum dan keamanan seperti dalam tatanan pediatrik. Juga termasuk perhatian dan saran terhadap adaptasi lingkungan di kamar rumah sakit dan rumah
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
28
pasien. Perawat seharusnya melakukan upaya menurunkan kebisingan, penerangan dan gangguan pada saat tidur untuk memfasilitasi promosi kesehatan lingkungan.
C. Comfort measures Comfort measures mengacu pada tiga comfort berikut, yaitu : Comfort care adalah filosofi perawatan kesehatan yang berdasarkan fisik, psikosipiritual, sosiokultural dan lingkungan yang nyaman bagi klien. Comfort care mempunyai 3 komponen, yaitu intervensi yang sesuai dan tepat waktu, model perawatan yang perhatian dan empati, berfokus pada kenyamanan pasien.
Comfort measures itu sendiri adalah intervensi yang sengaja dirancang untuk meningkatkan kenyamanan klien atau keluarga. Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual, lingkungan dan intervensi fisik.
Comfort needs adalah kebutuhan akan rasa nyaman relief ease dan transcendence dalam kontek pengalaman manusia secara fisik, psikospiritual, sosisokultural dan lingkungan.
D. Enhanced Comfort Enhanced comfort yaitu meningkatkan kenyamanan yang terus menerus dengan melakukan intervensi kenyamanan secara konsisten dan terusmenerus, sampai klien akan mencapai kesehatan yang diinginkan dalam mencari kesembuhan (HSBs). Ini dilakukan dengan cara melakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh dengan tindakan yang
independent dan dependen sesuai dengan kewenangan perawat.
Proses yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan asuhan keperawatan yaitu dengan melakukan tindakan dan dievaluasi secara terus-menerus dengan SOAP dan SOAPIER sampai klien mengalami kesembuhan
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
29
sesuai dengan tujuan perawatan (outcomes comfort). Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan, mengacu pada teori comfort ini.
E. Intervening variables Intervening variables adalah faktor positif ataupun negatif yang sedikit sekali dapat dikontrol oleh perawat atau institusi tetapi berpengaruh langsung kesuksesan rencana intervensi kenyamanan. Variabel ini meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, support system, prognosis, financial, dan kebiasaan/pola kesehatan. F. Health seeking behavior (HSBs) HSBs adalah perilaku pasien atau keluarga yang terlibat secara sadar atau tidak sadar, menggerakkan mereka ke arah kesejahteraan. HSBs ini merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang berhubungan dengan pencarian kesehatan yang didefmisikan oleh resipien saat konsultasi dengan perawat. HSBs ini dapat berasal dari eksternal
(aktivitas
yang
terkait
dengan
kesehatan),
internal
(penyembuhan/pengembalian fungsi imun atau kematian yang damai). G. Institusional integrity Institusional integrity adalah kondisi sarana perawatan kesehatan yang menyeluruh, jujur, professional dan beretika. Integritas institusional dianggap sebagai nilai-nilai etik, stabilitas finansial, dan keseluruhan dari organisasi pelayanan kesehatan pada area lokal, regional, dan
nasional. Pada sistem rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum atau home care.
2.3.4. Hubungan antar konsep dalam teori comfort Kolcaba Hubungan antar konsep Kolcaba yang digambarkan secara singkat dalam skema 2.2 dapat diterapkan dalam proses keperawatan dengan diawali dari kemampuan perawat dalam mengkaji kebutuhan rasa nyaman terkait
pengalaman fisik, psikospiritual, sosiokultural, lingkungan klien dan anggota
keluarga.
Perawat
dapat
mengidentifikasi
kebutuhan
kenyamanan tersebut khususnya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
30
oleh support system eksternal. Perawat menyusun rencana keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan, merancang intervensi dan menentukan
keberhasilannya
dengan
memperhatikan
intervening
variables. Perawat melakukan intervensi yang dianggap efektif dengan perilaku yang caring, sehingga hasil yang dicapai terlihat sebagai peningkatan rasa nyaman atau disebut comfort measures. Sedangkan comfort care akan mengkaitkan semua komponen tersebut. Pasien dan perawat sepakat tentang health seeking behaviour yang diinginkan, bila kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga terikat oleh HSBs dan akan lebih puas dengan pelayanan kesehatan. Bila perawat dan klien puas terhadap institusi pelayanan, masyarakat akan mengetahui kontribusi institusi tersebut terhadap program kesehatan pemerintah. Institusi jadi lebih terpandang dan berkembang (Kolcaba, 2003; Sitzman & Eichelberger, 2011).
Skema 2.2 Konsep teori keperawatan comfort Katharine Kolcaba
Conceptual Framework for Comfort Theory
i
_L . J-
I
_-l
Sumber: Kolcaba&Dimarco (2005); Tomey&Alligood (2006); March (2009); Sitzman, Kathleen&Eichelberger (2011)
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
31
2.4.4 Proses keperawatan dalam teori comfort Kolcaba I. Pengkajian Tahap pertama dari proses keperawatan dalam teori comfort Kolcaba adalah melakukan pengkajian menurut Kolcaba, yang diarahkan pada Struktur Taksonomi Comfort. Perawat mengkaji pasien anak secara holistik dengan mengacu pada empat konteks pengalaman terkait rasa nyaman (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosialkultural). Perawat harus mampu memandang masalah dari sudut pandang klien (empati), karena merupakan pengalaman subyektif klien.
Menurut Herlina (2012) aplikasi pengkajian teori comfort Kolcaba pada pasien anak yang mengalami nyeri pasca bedah dapat digambarkan dalam struktur taksonomi pada tabel 2.2 dan uraian masing-masing kebutuhan kenyamanan sebagai berikut: 1) Kebutuhan rasa nyaman terkait pengalaman fisik: Klien adalah seorang anak laki- laki usia 5 tahun dengan diagnosa Morbus Hisprung, masuk rumah sakit dengan keluhan perut semakin besar 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, riwayat keluar mekonium 1 minggu setelah lahir, setelah itu bab 5 hari sekali dan sedikit. Masuk keruang BCH dikirim dari poli klinik abdomen kembung, skibala ada, adanya hambatan interaksi dengan ternan sebaya, bab keluar setelah dilakukan spoling,operasi tanggal 28-2-2014, jenis operasi pembuatan colostomi,anak rewel dan sering menangis,terdapat luka operasi pada diabdomen dan terpasang colostomi bag produksi faeces ada, iritasi tidak ada, skala nyeri FLACC 3, suhu 36,5°C, berat badan 8,3 kg, tinggi badan 76 em, tekanan darah 117/ 86 mm Hg, nadi 120x/m, respirasi 28x/m, turgor kulit elastis, akra1 hangat, capilary refil < 2 detik. Hasil laboratorium pada tangga124-2-2014 Hb 12,9 gr /dl, Ht 41,2 %, leukosit 9000/ul, Trombosit 110 ribu/ul, eritrosit 8,98, Natrium 141 mg/dl, Kalium 4,2 mg/dl, Clorida 102,4 mg/dl, SOOT 21gr/dl, SGPT 8 gr/ dl, Urium 21 mg/dl, Creatinin 0,4 mg/dl, PT 12,6 detik ( 11,0 ), APTT 46,5 detik ( 32,2 ), Albumin 3.03 gr/dl, abdomen 3 posisi tanggal20-2-2014
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
32
kesan dilatasi colon proximal- Hisprung megacolon. USG abdomen tanggal 26-2-2014 kesan ileus obstruktif oleh fekal massa distal Hisprung. Saat ini mendapatkan terapi Cepotaxime 2x 750mg, Metronidazol3x 450mg, Farmadol3x lOOmg.
1) Kebutuhan rasa nyaman psikososial: lbu mengatakan kwatir dan cemas terhadap penyakit yang diderita anaknya dan selalu berdoa, harapan ibu anaknya cepat sembuh dan segera pulang. 2) Kebutuhan rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural: Ruangan tidak difasilitasi tempat bermain, adanya hambatan interaksi dengan ternan sebaya dan adanya dukungan dari orang tua. 3) Kebutuhan rasa nyaman terkait pengalaman lingkungan: Ruangan tidak didesain sebagai ruang anak,ruangan panas dan sempit.
Tabel2.2 Struktur taksonomi anak dengan nyeri
Tipe Conifort Fisik
Relief
Eae
TrlliiScendence
Kesadaran crn,abdornen kernbung,bab tidak keluar, keluar hila dispoling, nyeri daerah operasi,skala FLACC
Pengaturan posisi yangnyaman
Nyeri dapat ditoleransi dengan analgetik, tehnik relaksasi dan distraksi terapi rnusik
3
Psikospiritual
Kecemasan pada orang tua
Ketidakpastian tentang kondisi
Kebutuhan sport spritual dari tenaga kesehatan
Lingkungan
Tidak didesain sebagai
Kurang ruangan yang terapeutik untukanak
Kebutuhan akan lingkungan yang familier pada anak
Hambatan interaksi dengan ternan sebaya
Kebutuhan adanya dukungan dari ternan sebaya
ruanganak
Tidak ada fasilitas bermain
Sosial
Somber: Herlina (2012)
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
33
II. Perencanaan
Tahap kedua dari proses keperawatan comfort Kolcaba adalah Comfort Measures dan Intervening Variable. 1. Comfort Measures Intervensi kenyamanan memiliki tiga kategori yaitu 1) intervensi kenyamanan standar/tehnikal untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol rasa sakit, 2) pelatihan/ coaching untuk meredakan kecemasan, memberikan jaminan dan informasi, menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu merencanakan pemulihan, 3) tindakan yang menenangkan bagi jiwa (comforting}, hal-hal yang menyenangkan yang perawat lakukan untuk membuat anak atau keluarga merasa diperhatikan dan diperkuat, seperti guided imagery (Kolcaba, 2003). 2. Intervening variables Intervening variables ini merupakan kekuatan yang berinteraksi terhadap pasien, sehingga mempengaruhi persepsi resipien dari comfort secara keseluruhan. Perawat dapat menyiasati dengan memperbanyak diskusi bersama pasien dan mengidentifJ.kasi intervening variables apa saja yang dimiliki pasien serta bagaimana cara yang paling sesuai menurut
pasien.
lntervensi
holistik yang
sesuai
dengan
teori
kenyamanan antara lain: terapi musik, pijatan dan sentuhan terapeutik (Peterson & Bredow, 2004). Salah satu contoh diagnosa keperawatan pada aplikasi comfort Kolcaba pasien anak dengan masalah nyeri post operasi dengan tujuan nyeri hilang/terkontrol dapat dilihat pada tabel 2.3 sebagai berikut. Tabel 2.3 lntervensi keperawatan pada pasien anak dengan masalah nyeri.
Tipe intervensi Collf{Ort Koleaba Tmdakaa Keperawatan Tehnikal 1. Lakukan pengkajian nyeri secara (standar comfort) komprehensif :lokasi, dan karateristik, frekwensi kualitas 2. Manajemen nyeri dengan tehnik relaksasi dan distraksi dengan terapi musik 3. Berikan injeksi Farmadol3x100mg Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
34
Coaching
Comforting (Comfort food for the soul)
Jelaskan pada orang tua penyebab munculnya nyeri. 1. Bantu perubahan posisi 2. Libatkan keluarga untuk mengatur posisi yang nyaman bagi anak dan lakukan distraksi dengan terapi musik.
Sumber: Herlina (2012)
III. Enhanced Comfort Proses dalam keperawatan ini sesuai dengan asuhan keperawatan yaitu dengan melakukan tindakan dan dievaluasi secara terus-menerus dengan menggunakan format SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis dan Planning) sampai pasien mengalami kesembuhan sesuai dengan tujuan perawatan
(outcomes comfort). Subjektif merupakan basil evaluasi yang disampaikan pasien atau keluarga secara langsung, objektif adalah hasil evaluasi pengamatan residen yang dialami pasien dan keluarga. Analisis digunakan untuk menilai masalah keperawatan yang dialami anak sudah teratasi, teratasi sebagian atau bahkan belum teratasi setelah dilakukan intervensi keperawatan oleh residen. Planning adalah perencanaan tindak lanjut yang dibuat residen untuk mengatasi masalah keperawatan.
Tahap ketiga dari proses keperawatan comfort Kolcaba pada Enhanced
Comfort terdiri atas: 1. Implementasi Aplikasi empat konteks pengalaman holistik comfort pada praktik keperawatan anak diuraikan pada beberapa paragraf di bawah ini.
a. Physical comfort Intervensi kenyamanan terkait fisik adalah intervensi yang ditujukan untuk menjaga homeostasis tubuh. Tujuan dari tindakan yang bersifat teknis ini adalah membantu pasien mencapai status kesehatan serta kenyamanan yang diinginkan dan mencegah komplikasi. Contoh dari kenyamanan fisik tersebut diantaranya tindakan monitoring seperti tanda tanda vital, status tingkat kesadaran dan hasillaboratorium , administrasi
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
35
obat-obatan analgesik, terapi cairan dan observasinya. Meminimalkan cedera dan nyeri dengan melakukan prinsip atraumatic care adalah dengan melakukan prosedur khusus untuk perawatan di ruang anak yang membedakan dengan dewasa akan meminimalkan ketakutan pada anak, misalnya melakukan prosedur dengan melakukan kegiatan bermain terlebih dahulu. b. Psycospiritual comfort Upaya yang dapat dilakukan perawat untuk memenuhi kebutuhan psikospiritual, meliputi pemberian waktu untuk kunjungan dari sibling dan orang terdekat, memanage nyeri, memberikan support sistem untuk anak. Namun pengunjung perlu memperhatikan prinsip aseptik dengan mencuci tangan sebelum dan setelah kunjungan untuk meminimalkan penyebaran infeksi pada pasien. c. Sosiocultural comfort Rumah sakit membuka layanan konseling yang dilakukan tenaga kesehatan kepada orang tua dan anak terkait dengan kebijakan, prosedur dan peraturan rumah sakit sebelum anak di rawat. Konseling ini dilihat dari prinsip comfort, petugas kesehatan memberikan rasa nyaman sosiocultural dengan memberikan informasi yang jelas kepada klien dan keluarganya. Orientasikan pada anak dan keluarga tentang situasi rumah sakit dengan bentuk miniatur rumah sakit. Pengenalan tentang tata tertib rumah sakit dan biaya perawatan.
d. Environmental comfort Intervensi yang dapat dilakukan agar kenyamanan lingkungan dapat tercapai adalah sebagai berikut: 1) Tatanan/penataan ruang perawatan seperti di rumah dan fasilitas tempat tidur untuk orang tua dan penunggu. Ruang perawatan dimodifikasi seperti di rumah misal dinding di cat berwarna diberi wall paper, tirai dan sprei bermotif anak, alat makan bergambar kartun atau kursi dan meja untuk anak serta fasilitas untuk mencuci tangan. Hal ini sesuai dengan pemyataan dari Hockenberry (2009) yaitu mempertahankan fasilitas rumah sakit seperti bed untuk penunggu,
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
36
bangku untuk anak, televisi, ruangan dicat dengan wama yang menarik akan membuat lingkungan seperti di rumah sendiri. 2) Fasilitas akses komunikasi untuk keluarga dan anak melalui telepon akan meminimalkan dampak pemisahan pada anak. Intonasi suara juga akan memberikan penguatan pada anak. Apabila orang tua tidak berkunjung, perawat hendaknya melakukan kontak dengan anak. 3) Orang tua dapat melakukan konsultasi kepada perawat mengenai kondisi dan tindakan perawatan sebaiknya diberikan dalam ruang konsultasi, hal ini akan memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mendapatkan informasi dan dapat terlibat dalam tindakan perawatan. 4) Ruang bermain bisa dilaksanankan secara indoor dan outdoor. Dalam ruang bermain tersebut disediakan beberapa alat permainan untuk stimulasi sesuai tahap tumbuh kembang anak. 5) Penyediaan buku - buku atau perpustakaan mini dilengkapi dengan kursi dan meja belajar serta player memungkinkan anak untuk mengeksplorasi informasi yang diinginkan terutama untuk anak pada tahap prasekolah. 6) Penyediaan fasilitas untuk beribadah mudah dijangkau dan dapat digunakan anak saat didampingi orang tuanya. 7) Seragam perawat yang menarik dengan memakai wama selain putih dapat menurunkan ketakutan anak terhadap orang asing sehingga perawat dapat lebih mudah dalam melakukan pendekatan pada anak. 8) Perawat dapat menggunakan alat - alat dalam tindakan perawatan yang dimodifikasi seperti alat bermain misal menggunakan stetoskop berwarna warni, alas bermotif atau manset yang dijahit dengan gambar kartun. 2.
Evaluasi Keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi. Evaluasi bisa dilihat dari perubahan tingkat kenyamanan pasien setelah dilakukan tindakan perawatan. Penilaian tingkat kenyamanan adalah menentukan tingkat kenyamanan yang dialami oleh pasien sebelum dan sesudah
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
37
diintervensi. Beberapa cara atau skala yang dapat dilakukan untuk mengukur kenyamanan menurut Kolcaba (2005) adalah: a.Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban "ya" dan ''tidak". Pertanyaan tertutup dapat diajukan pada anak usia 2-3 tahun. b. Skala kenyamanan dengan bunga Daisi (Children's Comfort
Daisies), yang dikembangkan Kolcaba tahun 1997-2000. Skala sesuai gambar 2.1 tersebut dapat mengukur tingkat kenyamanan pada anak usia 1-4 tahun.
Gam bar 2.1 Children's Comfort Daisies, 2000
Comfort Daisies (C} Kok:aba 2000
Right now
:r feel:
c:;p~~fi?J v....,
bed 1.
..... "" bod 2.
~ good
..... ., pod 3.
...
c. Visual analog scale yaitu anak meletakkan satu titik pada garis vertical sepanjang 10 em untuk menilai tingkat kenyamanan dirinya. Posisi nyaman berada di titik teratas, sedangkan rasa paling tidak nyaman berada di titik terbawah. Gambar skala dapat dilihat pada gambar2.2. d.Skala 1- 10 (Skala Kusher). Perawat meminta anak menunjuk nomor yang dianggap dapat mewakili tingkat kenyamanan yang sedang dirasakan anak. Gambar skala Kusher dapat dilihat pada gambar 2.2. Gam bar 2.2 Vtsual analog scale dan skala Kusher
I
2
3
4
s
6
7
8
9
10
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
38
e. Kuesioner General Comfort Questioner (GCQ) yang diadaptasi dapat digunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan pada anak remaja.
f Comfort Behaviours Checklist
(CBC) yang dibuat Kolcaba pada
tahun 1997 dapat digunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan anak yang tidak dapat bicara.
2.4.5 Konsep metaparadigma keperawatan teori comfort Kolcaba Uraian konsep paradigm keperawatan yang diaplikasikan dalam teori Kolcaba adalah sebagai berikut. 1. Keperawatan Keperawatan adalah penilaian kebutuhan akan kenyamanan, perancangan kenyamanan digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan, dan penilaian kembali digunakan untuk mengukur kenyamanan setelah dilakukan implementasi. Pengkajian dan evaluasi dapat dinilai secara subyektif, seperti ketika perawat menanyakan kenyamanan pasien, atau secara obyektif, misalnya observasi terhadap suhu tubuh anak, kondisi anak dan interaksi anak dengan keluarga. Pengukuran rasa nyaman pada anak didasarkan pada instrument tingkat usia perkembangan anak. 2. Manusia Manusia adalah penerima asuhan keperawatan dapat berupa individu (pasien), keluarga, institusi atau komunitas yang membutuhkan perawatan ·kesehatan. Dalam lingkup keperawatan anak dengan peningkatan suhu tubuh di sini, pasien adalah anak dan keluarga. 3. Lingkungan Lingkungan adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat dimanipulasi oleh perawat atau orang tercinta untuk meningkatkan kenyamanan anak selama perawatan. Dalam kasus ini paparan AC dalam ruangan, pembatas tirai, kondisi ruangan yang kotor, sempit dan ramai merupakan gambaran dari pengkajian ketidaknyamanan yang dialami pasien.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
39
4. Kesehatan Kesehatan adalah fungsi optimal, seperti yang digambarkan oleh pasien atau kelompok, dari pasien, keluarga, atau masyarakat. Dalam teori keperawatan yang diaplikasikan residen dalam kasus kelolaandiharapkan kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga terikat oleh HSBs dan akan lebih puas dengan pelayanan kesehatan di ruang infeksi anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, sehingga rumah sakit lebih terpandang dan berkembang dalam masayarakat sekitar.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Universitas Indonesia
40
Skema 2.3 Integrasi teori comfort Katharine Kolcaba dan konsep keperawatan dalam asuhan keperawatan pada anak dengan masalah nyeri
~® Health Care Needs
~! /
Penga/aman: 1. Fisikal 2. Psikospiritual 3. Sosialkultural 4. Lingkungan
\..
+ ~
.)
~.
I.
1
/
/ Intervensi Comfort:
Nyeri terkontrol/hilang Tanda vital dalam batas normal Anak dan keluarga merasa nyaman
\. 1.
2.
3. 4. 5. 6.
•
+---+
__._
""
(Atraumatik care) 1. Tehnikal 2. Coaching 3. Comforting
~ ~ l.
+ Variabel Intervening: 1. Budaya 2. Usia 3. Perilaku 4. Makna nyeri 5. Dukungan keluarga/sosial 6. koping
~
Memantau nyeri,managemen nyeri(relaksi,distraksi,terapi musik Membantu pasien dalam menggunakan tehnik managemen nyeri saat nyeri muncul Kolaborasi pemberian analgetik Empati dan sentuhan Lingkungan yang tenang Musik kesukaan anak
1. 2.
3.
4.
Catat usia dan jenis kelamin anak Anak dapat beradaptasi terbadap nyeri Jaminan/Asuransi kesehatan Libatkan keluarga (Family Centered Care)
~ Outcome Comfort: 1. Rasa nyaman fisik 2. Rasa nyaman psikospiritual 3. Rasa nyaman sosiokultural 4. Rasa nyaman lingkungan
/
1
~ 1.
1.
2.
~ 1. 2. 3.
4.
Nyeri terkontrol /hilang Perilaku anak menunjukkan rasa nyaman Penilaian rasa nyaman disesuaikan dengan usia dan kondisi anak Adanya support keluarga
1.
2.
3.
Percaya pada tenaga kesehatan tidak Anak menangis/takut Tidak terjadi komplikasi penyakit dan penyebaran infeksi
Sumber: Plipat (2002); Soedjatmiko (2005); Tomey&Alligood (2006); Wilmana&Gan (2007); Hockenberry&Wilson (2009); Sitzman&Eichelberger (2011)
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
1.
Kepuasan keluarga segera teratasi Tindakan medis berkurang
1
1.
LOS minimal
2. Analgetik berkurang
3. Keluarga puas dengan pelayanan rumah sakit
41
2.1 Aplikasi Konsep Teori Comfort Kolcaba Pada Kasus Terpilih Aplikasi teori comfort Kolcaba akan diterapkan pada salah satu kasus kelolaan yang terpilih, yaitu kasus pasien anak RD dengan masalah nyeri post operasi. Proses asuhan keperawatan akan dimulai dari tahap pengkajian menurut Kolcaba (rasa nyaman terkait pengalaman fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan), penentuan masalah keperawatan yang dapat dianalisa dari struktur taksonomi kenyamanan pada tabel 2.4, menyusun intervensi
keperawatan
dengan
menggunakan
comfort
measures,
implementasi keperawatan kemudian dievaluasi dengan menggunakan instrumen yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
2.5.1 Gambaran umum pasien 2.5.2.1 Identitas pasien Anak RD, laki-laki, usia 2 tahun, Pasien adalah anak pertama 2.5.2.2 Keluhan utama lbu mengatakan anak baru dilakukan operasi penutupan colostomi hari ke 4, nyeri daerah luka, anak tampak rewel, skala nyeri FLACC 3, luka operasi bersih tertutup kasa. 2.5.2.3.Riwayat penyakit Sejak lahir anak tidak mempunyai anus, kemudian dilakukan operasi pembuatan colostomi traversum tanggal24-9-2012, sejak itu tidak ada keluhan, produksi stoma lancar, kemudian juni 2013 dilakukan pembuatan anus dengan tindakan operasi PSARP. lbu mengatakan anaknya akan dilakukan penutupan colostomi pada tanggal23-4-2014, luka post tutup colostomi tertutup kassa tampak bersih, luka kering tidak rembes, ibu mengatakan anak puasa sudah hari ke 4, terpasang NGT produksi ada warna hijau, terpasang kateter produksi ada warna kuning, turgor kulit elastis, mukosa mulut lembab, bibir tampak kering, pasien terlihat rewel dan menangis, skala nyeri FLACC 3, suhu 36,8°C, berat badan 8,5 kg, tinggi badan 78 em, tekanan darah 110/ 75mrnHg, nadi 98x/m, respirasi 24x/m, akral hangat, capilary refil < 2 detik, skala resiko jatuh 12.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
42
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal21-4-2014 Hb 10,8 gr /dl, Ht 31,7 %, leucosit 9100 rb/ul, Trombosit 411 ribu/ul, eritrosit 8,98, Natrium 135 mg/dl, Kalium 4 mg/dl, Clorida 96 mg/dl, SGOT 13,9gr/dl, SGPT 5 gr/ dl, Urium 16 mg/dl, Creatinin 0,3 mg/dl, PT 12,6 detik ( 11,0 ), APTT 46,5 detik ( 32,2 ), Albumin 4,3 gr/dl, Na 144 meq/1. Ka 4,80meq/l,Clo 102 meq/1 Tempi Infus N5 + Kcl 10meq
~
35ml/jam, Cepotaxime 2 X
300 mg, Farmadol 3 x 1OOmg,Aminofusin 250cc/24 jam,puasa sampai hari kelima operasi. 2.5.2.4 Diagnosa Medis Diagnosis pasien adalah atresia ani post PSA, post tutup colostomi hari ke
4. 2.5.3 Pengkajian 2.5.3.1. Pengkajian Kenyamanan Terkait Pengalaman Fisik Keadaan umum anak lemah, tingkat kesadaran compos mentis.
Glasgow Coma Scale (GCS) E4M5V6=15.Tampak luka operasi pada abdomen tertutup kasa, keadaan bersih tidak ada tanda- tanda infeksi, anak puasa hari ke4, mukosa mulut lembab, bibir anak kering, terpasang selang nasogastric tube (NGT). Hasil penguk.uran tanda-tanda vital pada anak didapatkan tekanan darah 90/55 mmHg, suhu 38,6°C, nadi 120 x/mnt, pemafasan 28x/mnt. Berat badan anak 8,5kg dan panjang badan 78 em. Terpasang selang infus di tangan
kiri, terpasang kateter. Penghitungan risiko jatuh: 12. 2.5.3.2. Pengkajian Kenyamanan Terkait Pengalaman Psikospiritual Semenjak sakit anak RD cenderung diam terbaring di tempat tidur. Bila dibangunkan dengan rangsang nyeri, anak hanya melihat pada kedua orang tuanya Anak diasuh oleh ibunya dan memperoleh dukungan dari keluarga. Keluarga khawatir dan cemas terhadap penyakit yang diderita anaknya, tetapi keluarga yakin dan selalu berdoa memohon untuk kesembuhan anaknya
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
43
2.5.3.3. Pengkajian Kenyamanan Terkait Pengalaman Sosiokultural Pasien adalah anak pertama, usia kehamilan cukup bulan, lahir secara spontan. Anak lahir tidak mempunyai lubang anus. Berat badan lahir 3000 gram dan panjang badan 52 em. Perkembangan anak baik motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosial tidak mengalami keterlambatan. Perhatian dan kehadiran kedua orang
tua
selalu
ada
disampingnya.
Hubungan
dalam
keluarga
berlangsung harmonis, anak mendapat kasih sayang dari keluarga. 2.5.3.4. Pengkajian Kenyamanan Pada Lingkungan Keluarga merasa tidak nyaman dengan lingkungan kamar ruang rawat, ruangan tidak didesain sebagai ruang anak, 6 orang dalam satu kamar, tanpa penutup tirai sebagai privasi dan ruangan terasa panas. Pada saat jam berkunjung tiba, ruangan terlalu ramai. Keluarga ingin segera pulang ke rumah.
Tabel2.4 Struktur taksonomi comfort Koleaba pada kasus anak RD. Fisik
1. Tingkat kesadaran : CM luka post tutup colostomi
Pengaturan posisi yang nyaman.
tertutup kassa, pasien terlihat
rewel
Nyeri dapat ditoleransi dengan analgetik, tehnik relaksasi dan distraksi dengan terapi musik
dan
menangis, skala nyeri
FLACC 3, nadi
:
120xlmt, TD: 90/55
mmHg. Psikospiritual
Kecemasan pada orang tua
Ketidakpastian tentang kondisi.
Keluarga tetap berdoa untuk kesembuhan anaknya dan kebutuhan sport spiritual dari tenaga kesehatan.
Sosiokultural
Tidak ada fasilitas bermain
Hambatan interaksi dengan teman sebaya
Kebutuhan adanya dukungan dari teman dan keluarga
Lingkungan
Ruang perawatan terdapat 6 pasien, yang ramai bila jam kunjung tJ.Da., ruangan kadang-kadang terasa panas, tidak ada pembatas/ tirai sebagai privasi dan tidak didesain sebagai ruang anak.
Kurangnya ruangan yang terapeutik untuk anak.
Kebutuhan akan lingkungan yang familier untuk anak.
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
44
Dari uraian pengkajian comfort dan gambaran struktur taksonomi di atas dapat dianalisis masalah keperawatan dan penegakkan diagnosis keperawatan yang muncul pada anak RD antara lain: a. Nyeri Akut b. Resiko ketidakseimbangan volume cairan c. Resiko infeksi d. Resiko tinggi cidera
2.5.2 Rencana keperawatan Rencana keperawatan pada anak: RD berdasarkan konsep teori Comfort Kolcaba disusun dengan menggunak:an comfort measures dan intervening
variables pada masing-masing diagnosa keperawatan. Berikut ini ak:an dijelaskan rencana keperawatan pada anak: RD. 2.5.3.I Gangguan rasa nyaman nyeri b.d insisi ( luka operasi) A. Tujuan keperawatan: Setelah dilak:ukan tindak:an keperawatan selama 3x 24 jam, rasa nyeri berkurang/ terkontrol, dengan kriteria hasil : I. Anak: merasa nyaman,rilek. 2. Skala numerik nyeri I. 3. Tanda vital dalam batas normal (IIO/ 70 mm hg, nadi : I20-I40 xlmt, RR : 24-28 x/mt). B. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pertama adalah intervensi yang dilak:ukan untuk:mengurangi rasa nyeri. Intervensi tersebut dicantumkan dalam tabel 2.5 di bawah ini.
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
45
Tabei2.S. Intervensi DP 1 Nyeri akut b.d insisi ( luka operasi ) Tehnikal
Lakukan pengkajia nyeri secara komprehensif : lokasi, karateristik, frekwensi dan kualitas. Managemen nyeri dengan tehnik relaksasi dan distraksi terapi musik. Berikan injeksi farmadol 3x 100 mg.
(standar comfort)
Coaching
Bantu perubahan posisi anak senyaman mungkin. Libatkan keluarga untuk mengatur posisi yang nyaman bagi anak dan lakukan distraksi dengan terapi musik. Jelaskan pada orang tua penyebab munculnya nyeri .
Comforting
.Bantu perubahan posisi .Ciptakan lingkungan yang tenang dan libatkan keluarga untuk mengatur posisi yang nyaman.
2.5.3.2 Resiko ketidakseimbangan volume cairan A. Tujuan Keperawatan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan keseimbangan cairan dan elektrolit adekuat, dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1. Tanda-tanda vital dalam keadaan stabil (suhu: 36-37°C, nadi: 120140x/menit, RR: 24-28x/menit) dan diuresis 1-2 mliKg BB/jam. 2. Terjadinya keseimbangan cairan, asam basa tubuh dan elektrolit, turgor kulit elastis, mukosa mulut lembab. B. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan kedua adalah intervensi yang dilakukan untuk mencegah terjadi resiko ketidakseimbangan volume cairan. Intervensi tersebut dicantumkan dalam tabel2.6 di bawah ini. Tabel 2.6. Intervensi DP 2 Resiko ketidakseimbangan volume cairan .lntervensi 11Ddabll kepenwata.n
···kenya....., Tehnikal
I. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, RR, dan saturasi oksigen. 2. Pertahankan keseimbangan cairan dengan IUFD N5 + Kcll0meq.35ml/jam, Aminofusin 250 ml/24 jam. 3. Monitor intake dan autput I 8 jam dan hitung balance cairan dalam 24jam. 4. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik Cefotaxime 500 mg (2x) N
Coaching
I. Libatkan keluarga cara mencatat dan menampung keluar urin atau cairan tubuh..
Comforting
I. Libatkan keluarga dalam memberi minum anak I 500 cc/24 jam.
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
46
2.5.3.3 Resiko tinggi cidera b.d resiko tinggijatuh ( skor resiko jatuh 12) A. Tujuan Keperawatan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama selama 3x24 jam resiko cidera tidak terjadi, dengan kriteria hasil sebagai berikut: Anak tidak terjadi cidera.
B. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan
adalah intervensi yang dilakukan untuk
mencegah cidera selama perawatan. Intervensi tersebut dicantumkan dalam tabel 2.10 di bawah ini.
Tabel2.10. lntervensi DP 3 Resiko tinggi cidera Intervensi kenyamanan Tehnikal
Coaching
Comforting
Tindakan keperawatan
1. Identifikasi faktor pasien yang dapat menjadikan potensial cidera dalam setiap keadaan 2. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial cidera. 1. Libatkan keluarga dalam menjaga anaknya selama dirawat. 2. Informasikan hal-hal yang perlu dilakukan keluarga untuk mencegah cidera misalnya pasang penghalang tempat tidur. 3. Anjurkan keluarga untuk memasang penghalang dan mengunci roda tempat tidur saat tidak berada disampingnya l. Pasang penghalang dan mengunci roda tempat tidur 2. Pasang gelang berwarna kuning sebagai tanda risiko jatuh pada anak dan gambar segitiga kuning pada tempat tidurnya
2.5.3.5. Resiko infeksi A. Tujuan Keperawatan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama selama 3x24 jam resiko infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil sebagai berikut: l.Klien bebas dari tanda infeksi (tanda infeksi tidak ada calor, rubor,tumor, dolor dan fungsiolensa). 2. Jumlah leucosit dalam batas normal (5000 -10000/ul).
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
47
B.lntervensi Keperawatan lntervensi keperawatan
adalah intervensi yang dilakukan untuk
mencegah terjadi infeksi selama perawatan. Intervensi tersebut dicantumkan dalam tabel 2.10 di bawah ini.
Tabell.lO. Intervensi DP 4 Resiko tinggi infeksi
Tehnikal
l.Pertabankan tehnik Aseptik 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan 3. Ganti letak iv chateter dan perawatan luka sesuai indikasi.
4. Kolaborasi 2x300mg
pemberian
terapi
antibiotik
cepotaxime
Coaching
l.Beri penjelasan kepada keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang anak. 2.Informasikan hal-hal yang perlu dilakukan keluarga untuk mencegah infeksi.
Comforting
l.Ajarkan keluarga cara cuci tangan secara benar dengan 6 langkah sebelum membantu anak.
2.5.3 lmplementasi Keperawatan Asuhan keperawatan pada anak RD diberikan selama 7 hari ( 22-4 28- 4- 2014 ), residen memberikan implementasi keperawatan sesuai dengan diagnosis, antara lain : 1.Nyeri akut berhubungan insisi pembedahan ( luka operasi ) Implementasi yang bersifat regulator yaitu memantau nyeri: mengkaji Penyebab nyeri, memantau skala nyeri ( ringan, sedang, dan berat ), mengkaji kualitas dan karateristik nyeri, mengkaji saat timbulnya nyeri, memantau vital sign, mengobservasi reaksi nyeri secara non verbal. Manajemen nyeri : memberikan posisi yang nyaman, memberikan terapi musik, kolaborasi pemberian analgetik ( farmadol 3 x 1OOmg ). lmplementasi yang bersifat kognator yaitu managemen nyeri : mengekplorasi pengetahuan keluarga terhadap nyeri, Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
48
mengajarkan pasien menggunakan tehnik nonfannakologi ( tehnik distraksi : terapi musik, guide imagery ). 2 ..Resiko ketidakseimbangan volume cairan lmplementasi yang bersifat regulator yaitu managemen cairan Mengkaji turgor kulit, mengkaji mukosa mulut, mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dengan mengelola pemberian cairan infus ( NFD )--+ NS
+ Kcl 1Omeq-.35mVjam, Am.inofusin 250 mV24
jam. Memantau status cairan : mengukur tanda-tanda vital, menghitung intake dan autput cairan, mengobservasi adanya
perdarahan. Manajemen hipovolemia : memantau tanda- tanda syok ( nadi cepat tapi lemah, hipotensi berat, rentang sistole dan diastole < 20 mmHg, hipertermia), mengkaji akral, mengkaji capilari refil. 3 .Resiko tinggi cidera/ injury Implementasi yang bersifat regulator : mengidentifikasi faktor yang dapat
menjadikan
potensial
cidera
dalam
setiap
keadaan,
mengidentifikasi karateristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial cidera, melibatkan keluarga dalam menjaga anaknya, menginformasikan hal -hal yang perlu dilakukan keluarga untuk mencegah
cidera,
menganjurkan
keluarga
untuk
memasang
penghalang tempat tidur dan mengunci roda tempat tidur saat tidak berada disampingnya. 4.Resiko tinggi infeksi. lmplementasi yang bersifat regulator : Mempertahankan tehnik aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, memberikan suntika cepotaxime 300 mg (1 V), menginformasikan keluarga hal- hal yang mencegah infeksi, menganjarkan kekeluarga cara cuci tangan secara benar dengan 6 langkah sebelum membantu anak.
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
49
2.5.5.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilak:ukan setelah 3 hari dilak:ukan tindak:an kepemwatan dan sampai pasien diperbolehkan pulang. Evaluasi ini diuraikan berdasarkan diagnosa berikut ini : l.Nyeri akut Setelah dilak:u.kan tindak:an keperawatan selama 3 hari pasien mampu bemdaptasi secam kompensasi terhadap nyeri
ditujukan dengan
pengurangan nyeri, nyeri dikaji dengan skala FLACC didapatka skala nyeri , wajah tidak: meringis, pasien tampak: nyaman. Analisa intervensi : Tindak:an kepemwatan manajemen nyeri dilanjutkan, menganjurkan agar anak: menggunakan tehnik relaksasi dan distraksi hila temsa nyeri. 2.Resiko ketidakseimbangan volume cairan. Setelah dilak:ukan tindak:an kepemwatan selama 3 hari resiko kurang volume cairan tidak: terjadi, dengan ditujukan turgor kulit elastis, mukusa mulut lembab, intake dan aut put seimbang, Analisa intervensi : masalah resiko volume cairan tidak: terjadi, pasien mampu bemdaptasi, tindak:an kepemwatan dilanjutkan. 3 .Resiko cidera/ injury Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
selama 3
hari resiko
cidera/injury tidak: terjadi, dengan ditujukan pasien aman dan nyaman dalam pemwatan. Analisa intervensi : Masalah resiko cidem tidak terjadi, tindakan keperawatan dilanjutkan. 4.Resiko infeksi tidak terjadi Setelah dilakukan tindakan kepemwatan selama 3 hari resiko infeksi tidak: terjadi dengan ditujukan luka bersih, daerah pemasangan infus tidak: plebitis, dan tidak ada tanda- tanda infeksi color, rubor, tumor, dolor dan fungsiolensa. Analisa intervensi : masalah resiko infeksi tidak: te:rjadi,tindakan kepemwatan dilanjutkan. Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
.
so BAB3 PENCAPAlAN KOMPETENSI
3.1 Kompetensi Program Pendidikan Ners Spesialis
Kompetensi berkaitan dengan aplikasi secara efektif dari kombinasi pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan penilaian yang ditampilkan oleh individu dalam praktek mereka sehari- hari. Dalam keperawatan, kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standart kinerja ((forformance ) yang ditetapkan ( PPNI, AIPNI, & AIPDIKI, 2012 ).
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia, terdaftar dan diberi kewenangan untuk: melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Standar diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati, sedangkan kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu peketjaan atau tugas dengan standar kinetja (performance) yang ditetapkan (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2005).
Program pendidikan Ners spesialis yang ditempuh oleh residen keperawatan anak merupakan upaya mencapai kompetensi sebagai Ners Spesialis Keperawatan anak sehingga memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dan keluarga secara mandiri. Sebagaimana definisi Ners Spesialis menurut Internasional Council of nurse ( JCN ) bahwa Ners Spesialis merupakan seorang perawat yang memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang melebihi perawat generalis dan bertanggung jawab dari
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
51
prakteknya sebagai seorang spesialis dengan keahlian yang lebih maju di bidang keperawatan.
Kompetensi menurut SK. Mendiknas No. 045/U/2002 adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugastugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi berkaitan dengan aplikasi secara efektif dari kombinasi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan penilaian yang ditampilkan oleh individu dalam praktik mereka sehari-hari. Dalam keperawatan, kompetensi memiliki pemahaman dalam rentang yang luas yaitu, penampilan dari peran seorang perawat terhadap standar pelayanan yang dibutuhkan dan secara langsung diikuti kompetensi diri perawat yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan penilaian(AIPNI, 2011 ). Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan. menghadapi era globalisasi, standar tersebut harus ekuivalen dengan standar-standar yang berlaku pada sector industry kesehatan di negara lain serta dapat berlaku secara intemasional (Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2005).
3.2.Kompetensi Sesuai Ares Peminatan Selama Praktik Resedensi.
Praktik klinik yang menjadi peminatan yang dipilih oleh residen adalah pratik klinik diruang perawatan bedah anak. Kompetensi khusus yang ingin dicapai oleh residen keperawatan anak selama praktek di ruang bedah anak adalah memberikan asuhan keperawatan anak yang mengalami rasa nyeri setelah operasi atau pada waktu tindakan pemasangan infus, perawatan luka. Untuk mencapai kompetensi tersebut, residen keperawatan anak meningkatkan dan menerapkan kemampuan dalam proses pengkajian, penentuan masalah dan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan keperawatan yang akan dilakukan, melakukan praktik keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi, serta melakukan evaluasi. Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
52
dilakukan, melakukan praktik keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi, serta melakukan evaluasi.
Proses pengkajian pas1en anak yang masalah nyeri dilakukan untuk mendapatkan terkait riwayat, pengkajian fisik, maupun pengkajian fokus terkait masalah utama yang menjadi penyebab terjadinya nyeri yang dialami pasien. Setelah melakukan pengkajian, residen menentukan masalah keperawatan dan diagnosa keperawatan yang muncul, akibat kondisi yang dialami anak. Berdasarkan diagnosa yang muncul, residen kemudian menentukan rencana tindakan yang dilakukan (Intervensi keperawatan) sesuai masalah yang muncul, dan dilanjutkan dengan pelaksananan tindakan rencana keperawatan (implementasi keperawatan) yang diantara dapat dapat berupa mengkaji penyebab nyeri, mengkaji skala nyeri, memantau nyeri, mengkaji kualitas nyeri, dan karateristik nyeri, memantau tanda -tanda vital, mengobservasi reaksi nyeri secara non verbal, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan tehnik relaksasi, nafas dalam, distraksi dengan terapi musik, dan kolaborasi tempi analgetik.
Pada setiap tahapan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien tersebut, residen keperawatan anak memberikan prinsip etik dan peka budaya sebagai bentuk pelayanan keperawatatn profesional dengan menghargai harkat, martabat, keunikan dan keberagaman budaya yang dimiliki masingmasing residen. Pengembangan profesionalisme sebagai seseorang perawat juga dicapai oleh residen keperawatan anak dengan meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang berkualitas ( PPNI, 20 I 0 ).
I
I I
Pencapaian kompetensi atau ketrampilan khusus yang ingin dicapai oleh residen keperawatan anak berdasarkan peminatan yang dipilih adalah peran
i
operasi. Ketrampilan khusus perawat anak adalah mampu dalam mengelola
I
pasien pre dan post operasi. Kompetensi tersebut diaplikasikan tergantung
1-
sebagai perawat bedah anak. Perawat anak harus memiliki kompetensi dalam merawat pasien anak yang akan menjalani operasi atau setelah dilakukan
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
t:
i' '
53
masalah pasien yang dihadapi. Hal utama yang tidak kalah pentingnya adalah kemampuan perawat untuk dapat berkolaborasi dan menjalin hubungan kerjasama yang baik sebagai mitra dengan dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterafis, laboratorium, elekro medik, dan tenaga administrasi, sehingga setiap perubahan kondisi yang terjadi pada pasien dapat segera didiskusikan dan keputusan medik maupun keperawatan dapat ditetapkan secara tepat.
3.3.Peran Ners Spesialis Keperawatan Anak. Kompetensi keperawatan anak lainnya yang dicapai oleh residen keperawatan
anak yang merupakan target pencapaian kompetensi berdasarkan Program Pendidikan Ners Spesialis Keperawatan Anak, adalah residen keperawatan
anak secara mandiri harus berperan sebagai : 1) praktisi asuhan keperawatan pada area keperawatan anak yang membutuhkan kepelayanan keperawatan anak lanjut, 2) pendidik dan konsultan dibidang keperawatan anak, 3) advokat bagi klien dalam area keperawatan anak, 4 ) pengelola asuhan keperawatan anak pada tingkat menengah dan tinggi pada berbagai institusi pelayanan kesehatan, 5) peneliti terkait keperawatan anak ( tim Program Ners Spesialis Keperawatan Anak:, 2012). Beberapa peran mandiri tersebut akan dipaparkan.
1. Praktisi asuhan keperawatan pada area keperawatan anak. Residen keperawatan anak dalam pencapaian peran ini dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak pada beberapa area praktik klinik yang dilalui residen keperawatan anak, diantaranya adalah area praktik puskesmas, perinatalogi dan bedah. Pada area klinik puskesmas residen keperawatan anak telah melakukan asuahan pada balita sehat ( Posyandu), imunisasi, managemen
terpadu balita sakit (MTBS), bulan imunisasi
sekolah (BIAS) pada anak ~ SD dan SMP, Pemeriksaan pada anak TK, tugas dipoli KIA ( Kesehatan ibu dan Anak ).
Asuhan keperawatan yang dilakukan residen keperawatan anak pada ruang perinatalogi antara lain : melakukan asuhan keperawatan pada kasus bayi Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
54
dengan masalah prematur, bayi berat lahir rendah, sepsis neonatus awitan
dini (SNAD), Hiperbillirubinea, hipoglikemia, distres pernapasan, hyaline
membran disease
(HMD).
Asuhan
keperawatan
yang
dilakukan
keperawatan yang dilakukan residen pada ruang bedah anak adalah dengan kasus atresiani post PSA, labiopalatosizis, hipospadi, fraktur, morbus hisprung, appendiktomy, herniatomi, atresia ani post PSARP post tutup colostomi.
Area praktik klinik yang menjadi peminatan yang residen keperawatan anak pilih selama 3 bulan adalah praktik klinik diruang bedah anak. Dimana residen melakukan perawatan pada anak pre dan post operasi, dan berfokus pada anak setelah dilakukan operasi dimana semua anak akan mengalami nyeri baik nyeri ringan, sedang sampai nyeri hebat. Residen keperawatan anak melakukan asuhan keperawatan tersebut melalui proses pengkajian, penentuan masalah, dan diagnosa keperawatan, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melakukan praktik keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi, serta melakukan evaluasi pada tiap anak yang mengalami masalah nyeri. Adapun diagnosa medis pada pasien anak tersebut disertai dengan beberapa kompetensi praktik klinik keperawatan yang dilakukan sesuai dengan masalah pasien yang ditemukan residen.
2.Praktik profesional, etis, legal dan peka budaya Pada setiap tahapan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang dikelola, residen keperawatan anak menerapkan prinsip etik dan peka budaya sebagai bentuk pelayanan keperawatan yang profesional dengan menghargai harkat, martabat, keunikan dan keberagaman budaya yang dimiliki masing-masing pasien.
Dalam pemberian asuhan keperawatan residen memberikan penjelasan pada keluarga memegang prinsip etik veracity (bicara jujur dan benar),
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
55
Selain itu residen juga memperhatikan prinsip yang beneficence dan etik Non Maleficence pada keluarga anak RD. Advokasi diberikan secara
secara langsung pada pasien adalah intervensi terapeutik seperti saling mengingatkan sesama perawat, dokter, staf lain dan keluarga untuk menerapkan Family center care, melakukan hand rub sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dalam upaya mencegah penyebaran infeksi, serta beberapa tindakan keperawatan dan medis yang harus dilakukan berdasarkan prosedur yang tepat sesuai standart operasional untuk mencegah injury pada pasien. Sedangkan pada keluarga perawat memastikan bahwa keluarga mendapatkan informasi yang lengkap terkait perkembangan kondisi anak, jadwal operasi, pendidikan kesehatan terkait dengan perawatan stoma. Peran sebagai pengelola kesehatan, dilakukan residen anak dengan berkoordinasi dengan tim keperawatan diruangan maupun tim kesehatan lainnya.
Koordinasi yang dilakukan sesama tim perawat adalah
komunikasi yang terintegrasi terkait perkembangan kondisi pasien saat operan,dan berkoordinasi dengan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, ahli farmasi, fisioterafis, dan staf administrasi. Peran koordinasi tersebut dapat berupa koordinasi upaya managemen nyeri, manajemen cairan, manajemen nutrisi, dan manajemen farmakoterapi. Bentuk koordinasi dengan tim kesehatan lain ini merupakan bentuk kerja sama lintas bidang keahlian yang sering disebut sebagai kolaborasi Canandian nurses Association, 2010.
Peran peneliti ditempuh residen dengan melakukan proyek inovasi dilakukan diruang BCH dalam upaya menerapkan evendence base nursing (EBN) terkait dengan manajemen nyeri dengan tehnik distraksi khususnya pemberian terapi musik pada anak yang akan dilakukan pemasangan infus, pengambilan darah vena dan perawatan luka. Pelaksanaan pemberian terapi musik pada anak dilakukan pemasangan infus, pengambilan darah
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
56
pengambilan darah vena dan perawatan luka. Pelaksanaan pemberian terapi musik pada anak dilakukan pemasangan infus, pengambilan darah vena dan perawatan luka untuk melihat pengaruh dan manfaatnya terhadap peningkatan rasa nyaman dan mengurangi respon nyeri pada pasien.
Terapi musik yang dilakukan bersifat pasif yaitu pasien diajak untuk mendengarkan lagu- lagu anak- anak dengan menggunakan musik box portable, implementasi 15-4-2014 sampai dengan 22-4-2014 yang dilakukan diruang tindakan saat pasien akan dilakukan pemasangan infus, pengambilan darah vena dan perawatan luka, dengan total sampel sebanyak 5 orang. lmplementasinya yang diberikan hasilnya menunjukan bahwa terapi musik dapat meningkatkan kenyamanan dan dapat mengurangi nyeri pada saat anak dilakukan tindakan sehingga anak menjadi tenang, rilek.
Pencapaian ini dirasakan residen keperawatan anak sudah mewakili target kompetensi yang ingin dicapai sebagai calon ners spesialis keperawatan anak, namun residen keperawatan anak tetap harus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan lebih lanjut melalui seminar dan pelatihan pelatihan. Setelah pelaksanaan praktik klinik dan upaya pencapaian kompetensi sebagai calon spesialis anak yang ditempuh 2 semester, residen keperawatan anak melakukan penyusunan Karya Ilmiah Akhir ( KIA ) sebagai laporan akhir basil pelaksanaan praktik keperawatan anak yang telah dilalui. Penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini akan disampaikan dalam seminar akhir sebagai syarat pencapaian gelar Ners Spesialis Keperawatan Anak:.
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
57
BAB4 PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Penarapan Model Teori Comfort Katharine Kolcaba Dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Masalah Nyeri.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada 5 kasus kelolaan dalam karya ilmiah ini menggunakan pendekata.n teori keperawatan yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba yaitu teori comfort dalam asuhan keperawatan pada anak dengan masalah nyeri. Empat konsep sentral dalam paradigma keperawatan yaitu manusia (pasien), kesehatan, lingkungan dan keperawatan. Sedangkan konsep utama teori comfort yang dikembangkan oleh Kolcaba menilai kenyamanan dengan membuat struktur taksonomi yang bersumber pada tiga tipe kenyamanan dan mengkaitkan ketiga tipe kenyamanan tersebut dengan empat pengalaman kenyamanan (Sitzman & Eichelberger, 2011).
Asuhan keperawatan yang diberikan residen pada 5 pasten kelolaan, seluruhnya memiliki permasalahan yang sama saat harus dirawat di ruang BCH anak RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Masalah tersebut adalah yang mengalami
masalah
nyeri,
sehingga
membutuhkan
perawatan
dan
penanganan nyeri. Penanganan yang diberikan berupa cara farmakologis yaitu memberikan obat anti nyeri ( analgetik ), maupun secara non farmakologis misalnya dengan menggunakan tehnik distraksi dengan pemberian terapi musik.
Masing- masing pasien kelolaan dalam karya ilmiah akhir ini memiliki kasus yang sama yaitu pasien- pasien post operasi, yang berbeda operasinya. Jenis operasi yang dialami oleh kelima pasien kelolaan tersebut adalah : post operasi morbus hisprung, post operasi apendictomi, post operasi appendik infiltrat, post operasi pembuatan PSA, post operasi atresia ani post tutup
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
58
colostomi. Pada kelima kasus tersebut, nyeri merupakan gejala utama maupun kondisi penyerta dari adanya penyakit utama yang mereka alami.
Nyeri
merupakan pengalaman
sensori
dan
emosional
yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual atau pontesial ( Monga & Grabois, 2002; Tomlinson & Kline, 2005: IASP, 2009 ). Nyeri yang tak teratasi menyebabkan penderitaan karena nyan membatasi aktivitas, mempengaruhi selera makan, dan tidur. Nyeri yang terus menerus berpengaruh terhadap psikologis pasien, diantaranya akan menghilangkan semangat dan harapan hidup pasien (Monga & Grabois, 2002).
Dari urruan tersebut, dibutuhkan teori comfort sebagai bentuk rangkaian proses keperawatan yang komprehensif dari ketidaknyamanan yang disebabkan oleh masalah nyeri. Asuhan keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian, perencanaan (Comfort Measures dan Intervening Variable), implementasi dan evaluasi keperawatan (Enhanced Comfort) melalui penilaian tingkat kenyamanan dengan menggunakan instrument sesuai dengan usia pasien. 4.1.1. Pengkajian
Pada tahap ini akan dianalisis pengkajian dan pengukuran terhadap 4 konteks
kenyamanan
terkait
pengalaman
fisik,
psikospiritual,
sosialkultural dan lingkungan. 4.1.1.1. Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman fisik
Pengkajian rasa nyaman terkait dengan pengalaman fisik klien,dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik. Anak yang dirawat di rumah sakit datang dengan keluhan utama. Keluhan ini dapat terkait dengan riwayat masa lalunya. Secara umum perawat mengobservasi keadaan klien, sikap tubuh pasien dan perilaku yang menunjukkan ketidaknyamanan (Kolcaba, 2005, Herlina, 2012).
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
59
Dalam melakukan pengakajian nyeri pada anak penilaian skala nyeri bervariasi, begitu pula perubahan prilaku dan fisiologis, karena perubahan
ini adalah
indikator umum.
Perubahan fisiologis misalnya peningkatan freukensi jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan pemafasan, menangis, berkeringat, penurunan saturasi ok:sigen, dilatasi pupil, kemerahan atau pucat, mual dan ketegangan otot. Beberapa metode yang digunakan dalam mengukur rentang nyeri pada anak adalah Faces Pain Rating Scale, Visual Analogue Scale, dan Numeric Rating
Scale (Hockenberry & Wilson, 2009; James, Nelson, & Ashwill, 2013) Residen memperoleh data melalui wawancara dengan orang tua, karena kondisi anak yang bervariasi. Anak DK dan RD yang mengalami operasi pembuatan lubang anus dan penutupan colostomi. Anak, DK danS baru berusia 2 tahun dan 5 bulan, karena usia tersebut anak belum dapat mengeluh secara langsung tentang kondisi yang dialaminya saat ini. Residen mendapatkan data dari orang tua yang mendampingi. Sehingga kondisi ini membuat residen tidak mendapatkan data langsung dari pasien tentang kebutuhan rasa nyaman terkait pengalaman fisik. Residen mempersepsikan sendiri dan membandingkan perubahan kondisi dan tingkat kenyamanan pasien dengan melihat gambar bunga dan isi sebagai instrumen dari Kolcaba dan skala nyeri yang digunakan Faces Pain Rating Scale.
4.1.1.2 Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman psikospiritual
Pengkajian rasa nyaman terkait psikospiritual mencakup kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan terhadap Tuhan. Pengkajian psikospiritual pada anak disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Pencapaian tahap perkembangan psikoseksual termasuk di dalam pengalaman psikospiritual karena akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak.
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
60
Residen tidak dapat melakukan pengkajian kebutuhan rasa nyaman psikospiritual lebih dalam, dikarenakan tiga anak pasien kelolaan belurn bisa kooperaktif hila dilakukan wawancara, dua anak anak R (10 tahun) dan anak MA ( 13 tahun) yang bisa kooperaktif untuk dilakukan wawancara.
4.1.1.3 Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman sosiokultural Pengkajian sosiokultural mencakup perkembangan sosial anak baik interpersonal maupun intra personal. Lingkungan sosial yang banyak berinteraksi dengan anak adalah keluarga. Kondisi hubungan dalam keluarga banyak dikaji pada aspek ini. Masalah yang muncul antara pemberi
asuhan
dengan
anak
akan
menimbulkan
rasa
ketidaknyamanan sosial. Residen mengkaji anak dengan tahapan usia infant dilihat dari respon anak saat menangis, bersedih, tersenyum dan tertawa ketika berinteraksi dengan orang tuanya.
Berdasarkan penelitian Harrison (2010), orang tua dapat menularkan ketidaknyamanan mereka kepada anaknya. Bentuk ketidaknyamanan orang tua dapat berupa rasa cemas sebagai respon mereka melihat anak mereka saat mengalami nyeri. Dampak ketidaknyamanan orang
tua terhadap penatalaksanaan nyeri pada anak adalah kesalahan atau kurang tepatnya pemberian obat analgetik untuk anak mereka atau salah menerapkan tehnik distraksi, sehingga menghambat proses penyembuhan.
Dari kelima kasus kelolaan yang dipilih residen sebagai bahan kajian, orang tua khususnya ibu mengalami kecemasan karena kurangnya informasi terkait penyakit anaknya dan merasa cemas akan kondisi penyakit anaknya.
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
61
4.1.1.4 Pengkajian rasa nyaman terkait pengalaman Iingkungan Pengkajian lingkungan pada teori comfort ini mencakup respon adaptasi anak dan keluarga terhadap lingkungan fisik di rumah sakit. Lingkungan yang berbeda dapat menjadi sua.tu stressor tersendiri bagi anak dan keluarga. Stressor tersebut dapat berupa cahaya lampu kamar, kebisingan atau sua.ra yang tidak biasa didengar, suhu ruangan yang terlalu panas/dingin. Apabila anak dan keluarga tidak dapat beradaptasi maka akan timbul rasa tidak nyaman terhadap lingkungan (Peterson dan Bredow, 2004; Kolcaba, 2003). Keluarga masih bisa beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
4.1.2. Masalah keperawatan Masalah kepemwatan yang telah diidentifikasi berdasarkan struktur taksonomi comfort Kolcaba. Belum adanya pengelompokan khusus untuk
melakukan
intervensi
keperawatan,
sehingga
residen
melakukan pengelompokkan secara mandiri dengan melihat batasan karakteristik masalah keperawatan pada buku diagnosa keperawatan. Analisa yang telah dilakukan residen terhadap ketiga tingkat kenyamanan
yang
dikaitkan
dengan
pengalaman
fisik,
psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan anak dan keluarga adalah sebaga.i berikut: I) Data yang menunjukkan perubahan homeostasis dan respon fisiologi anak termasuk di dalam diagnosis rasa tidak nyaman fisik. Pada kasus muncul masalah ketidaknyamanan fisik, karena kelima kasus kelolaan residen megalami masalah nyeri akut post operas1. 2) Pengalaman psikospiritual pada kelima kasus kelolaan anak mengalami rasa tidak nyaman karena tidak bisa mengungkapkan secara verbal, hanya saja orang tua mereka yang mengalami kekhawatiran dengan kondisi anak yang terbaring lemah di tempat tidur. Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
62
3) Keluarga kelima kasus kelolaan residen mengalami masalah sosiokultural pada level transcendence karena keluarga merasa cemas dengan penyakit anaknya yang tidak tau kapan sembuhnya. Setelah adanya dukungan dari tenaga kesehatan dalam pemberian informasi yang dibutuhkan oleh keluarga selama anak menjalankan pengobatan dan perawatan di rumah sakit, keluarga memahami tentang kondisi anak masing-masing, merasa nyaman dan bisa beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit. 4) Pengalaman lingkungan pada anak tidak dapat terkaji, sehingga residen melakukan pengkajian pada keluarga, pada umumnya seluruh keluarga merasa nyaman terhadap lingkungan walaupun ditempati 6 pasien.
4.1.3 Intervensi keperawatan Intervensi keperawatan berfokus pada peningkatan rasa nyaman anak dan keluarga. Kolcaba memegang prinsip bahwa perawat harus secara intens berinteraksi dan berkomunikasi dengan pasien. Respon selama interaksi akan mempengaruhi intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien berdasarkan tujuan asuhan keperawatan yang akan diberikan pada pasien.
Intervensi keperawatan mempunyai pedoman tiga tipe yang dikelompokkan berdasarkan kebutuhan rasa nyaman pasien, yaitu: intervensi yang dilakukan secara standar (tehnikal) untuk mengatasi kebutuhan rasa nyaman fisik, intervensi pelatihanl ajakan (Coaching) untuk kebutuhan rasa nyaman sosiokultural dan intervensi comforting untuk kebutuhan rasa nyaman psikospiritual dan lingkungan.
Menurut WHO (1998), Monga dan Grabois (2002), Hockenberry
dan
Wilson (2009) penatalaksanaan nyeri selain pemberian analgetik, juga penilaian skala nyeri merupakan hal yang harus selalu dilakukan, karena hal Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
63
ini terkait akan hal terapi yang akan diberikan. Secara farmakologis managemen nyeri menurut WHO (1988) mengikuti 3 langkah (three step analgesik landder) yaitu tahap tahap pertama dengan menggunakan
analgetik nonopiat seperti non steroid anti inflamantory drug (NSAID) atau cyclooxygenase-2 spesific inhibitor, contoh asiteminofen dan aspirin. Tahap kedua dilakukan jika dengan penanganan tahap pertama, tetapi masih mengeluh nyeri, yaitu diberikan obat --obatan tahap pertama ditambah obat analgetik jenis opiat secara intermiten, contohnya codeine, oxycodone, hydrocodone, dan tramadol. Tahap ketiga dilakukan dengan memberikan obat pada tahap kedua ditambah opiat yang lebih kuat, contoh morfin, oxycodone, methadone, dan fentanyl (WHO, 1998). Intervensi keperawatan utama yang telah dilakukan untuk mengatasi nyeri dengan menilai skala nyeri, memantau tanda-tanda vital, melakukan manajemen nyeri secara non farmakologi yaitu relaksasi napas dalam, distraksi dengan memberikan terapi musik dan kolaborasi pemberian terapi analgetik. Pada kelima kasus yang dipilih anak semua mendapat terapi analgetik golongan aspirin yaitu farmadol, dosis sesuai berat badan dan usia anak dan terapi non farmakologi dengan pemberian terapi musik yang dapat mengurangi nyeri yang dialami oleh pasien, pasien menjadi rilek, pada pasien yang mengalami nyeri hebat, terapi musik tidak mengurangi skala nyeri. Tempi musik dapat mengurangi nyeri ringan dan sedang, tetapi kurang efektif untuk pasien yang mengalami nyeri berat ( Klassen et al, 2010 ).
4.1.4 Evaluasi keperawatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan yang dilakukan residen untuk kelima kasus kelolaan adalah dengan menilai respon yang muncul dari pasien. Setelah evaluasi didapatkan pasien mampu beradaptasi terhadap nyeri yang dialami, skala nyeri berkurang, pasien lebih rilek, dan pasien mampu menggunakan beberapa manajemen nyeri saat nyeri dirasakan. Resiko ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi dengan ditunjukan Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
64
turgor kulit elastis, mukosa mulut lembab, status cairan adekuat, tandatanda vital dalam batas normal. Resiko tinggi cidera tidak terjadi dengan ditujukan anak tidak cidera, penghalang tempat tidur dan roda tetap terkunci. Resiko infeksi tidak terjadi dengan ditunjukan tanda
=
tanda infeksi tidak
ada, luka bersih dan kering,
Asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada kelima pasien kelolaan, berdasarkan model keperawatan teori Kolcaba, secara umum dapat diaplikasikan pada pasien kelolaan melalui format pengkajian yang dikembangkan oleh residen keperawatan anak. Akan tetapi pada pengkajian kenyamanan psikospiritual, agak sulit dilakukan pada anak usia todler, pra sekolah.
4.2 Pembahasan Praktik Spesialis Keperawatan Anak Dalam Pencapaian Target. Mahasiswa residensi keperawatan anak sudah selesai menjalankan praktek spesialis keperawatan anak selama 2 semester di RSCM. Dalam menjalankan praktek spesialis keperawatan anak, mahasiswa keperawatan anak melewati beberapa stase ruang rawat anak antara lain ruang Perinatalogi, ruang rawat bedah anak I ruang BCH. Peminatan khusus yang residen pilih alah keperawatan bedah anak/ ruang rawat bedah anak (BCH).
Dalam upaya pencapaian target kompetensi sebagai calon spesialis keperawatan anak, residen secara umum telah mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, terutama menjalani peran sebagai perawat primer dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak diruang bedah. Peran sebagai praktisi asuhan keperawatan anak dapat terlaksana, residen mempunyai kesempatan dalam merawat anak secara langsung, hal ini membuat mahasiswa residensi keperawatan anak dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dan dapat mengaplikasi teori keperawatan yang dipilih dalam merawat pasien. Dalam melakukan praktek residensi ini residen ingin mencapai kompetensi sesuai dengan kondisi yang penyakit masing& masing. Proses kepererawatan diawali dengan melakukan pengkajian, menentukan masalah keperawatan, menyusun rencana keperawatan, Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
65
melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan dan melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan. Asuhan keperawatan ini dilaksanakan dengan berfokus pada salah satu model keperawatan teori Kolcaba, dan berdasarkan model keperawatan tersebut, residen sebelumnya telah mengembangkan format pengkajian yang kemudian digunakan pada setiap pasien kelolaan. Peran perawat sebagai pendidik dan konsultan dapat tercapai, dimana residen keperawatan anak mempunyai kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga khususnya orang tua, dan juga memberikan bimbingan pada perawata NTC yang sedang magang sebelum menjadi pegawai RSCM. Selain itu residen dapat berdiskusi pada ahli gizi dan PPDS terkait dengan pasien kelolaan. Mahasiswa residensi keperawatan anak juga mendapat bimbingan dan penjelasan tentang penyakit dengan dokter Iskandar, Sp. B A, dan juga mendapat bimbingan dan supervisi dari pembimbing akademik dalam melakuk:an asuhan keperawatan pada pasien kelolaan selama praktek diruang bedah anak. Peran perawat sebagai advokat juga dapat dilakukan, dimana residen dalam memberikan asuhan telah berupaya memberikan praktik keperawatan yang memegang prinsif profesional, etis, legal, dan peka budaya. Prinsip tersebut diberikan dalam asuhan keperawatan yang berfokus memberika pelayanan yang terbaik bagi pasien, mencegah efek tindakan keperawatan yang merugikan pasien, merawat pasien dengan menjaga privasi pasien, serta menghargai dan memberikan kesempatan pada keluarga untuk menerapkan budaya yang mereka percayai pada, selama budaya tersebut tidak memiliki pengaruh buruk pada kondisi pasien. Peran perawat sebagai peneliti juga dapat dilakukan, dimana residen keperawatan anak melakukan proyek inovasi yang menjadi target kompetensi seorang perawat sebagai change agent untuk dapat menerapkan hal baru dalam pemberian perawatan pada pasien. Proyek inovasi yang mahasiswa residensi keperawatan anak lakukan adalah melakukan intervensi keperawatan dalam managemen nyeri Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
66
berdasarkan Evidence Based Practice menggunakan tehnik distraksi berupa pemberian terapi musik pada anak yang mengalami nyeri. Inovasi ini dipilih oleh residen keperawatan anak untuk diaplikasikan karena ruang BCH belum menerapkan penanganan nyeri melalui tehnik distraksi dengan pemberian terapi musik.
Dalam pelaksanaan target kompetensi ini, mahasiswa residensi
keperawatan anak mendapat dukungan dari kepala ruangan dan staff ruang BCH.
Pelaksanaan proyek EBN diruang BCH yang menjadi proyek inovasi dan target pencapaian kompetensi mahasiswa residensi keperawatan anak dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan, dalam pelaksanaan pemberian terapi musik tidak mempunyai hambatan, karena dilakukan diruang tindakan, tidak ada orang yang lalu lalang selama tindakan, tapi pemberian terapi musik tidak efektif pada anak yang mengalami nyeri berat.
Dalam pelaksanaan pemberian terapi musik, secara umum berjalan lancar atas dukungan beberapa pihak. Melalui praktek residensi keperawatan anak mendapat banyak pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dalam mengelola pasien anak terutama pada anak yang mengalami nyeri setelah post operasi atau sedang dilakukan tindakan invasif. Mahasiswa residensi keperawatan anak akan berupaya untuk mempertahankan bahkan mengembangkan lebih lanjut pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan anak khususnya anak yang anak dioperasi sebagai suatu kompetensi khusus dari seorang spesialis keperawatan anak.
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
67
BABS SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 1. Tahapan asuhan keperawatan menurut teori comfort ini diawali dengan tahap pengkajian dengan mengacu pada kebutuhan rasa nyaman terkait pengalaman fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Kemudian tahap penentuan masalah diidentifikasi berdasarkan struktur taksonomi menurut teori comfort Kolcaba Langkah selanjutnya penyusunan tujuan keperawatan dan pengelompokan intervensi sesuai dengan diagnosis yang telah ditegakkan. Intervensi yang terdiri atas intervensi standar/ tehnikal, pendidikan kesehatan/ coaching dan kenyamanan jiwa/ comforting tersebut diimplementasikan sesuai kelompok. Tahap terakhir adalah evaluasi keperawatan disusun menggunakan format SOAP (Subjektif, Objektif, Analisis dan Planning) dengan pedoman tujuan keperawatan sebagai keberhasilan/
kegagalan
intervensi
keperawatan.
Penilaian
tingkat
kenyamanan dilakukan dengan menggunakan instrument yang telah disediakan oleh Kolcaba sesuaia dengan usia perkembangan anak.
2. Dalam penerapan aplikasi pengkajian teori comfort oleh Katharine Kolcaba pada 5 kasus kelolaan, dimana usia anak sangat bervariasi sehingga dalam melakukan pengkajian, pada anak usia 9 bulan, 2 tahun, dan 5 tahun untuk pengkajian psikospiritual, kenyamanan sosial, dan kenyamanan lingkungan sulit untuk diaplikasikan karena anak belum mengerti saat wawancara secara langung, tetapi untuk anak usia 10 tahun dan 13 tahun, umum dapat diterapkan dengan baik. Teori comfort oleh Katharine Kolcaba menyatakan bahwa memberikan rasa nyaman pada pasien merupakan tujuan profesi keperawatan, dimana terdapat keyakinan rasa nyaman akan membantu proses
penyembuhan
dan
merupakan
modal
dasar
utama
dalam
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
68
memperbaiki kondisi klien. Perbaikan kondisi klien tidak akan tercapai jika kebutuhan akan rasa nyaman tidak terpenuhi. 3. Peran yang dijalani residen keperawatan anak dalam memberikan asuhan keperawatan merupakan salah satu peran sebagai perawat primer, yaitu sebagai praktisi asuhan keperawatan (care giver). Dalam memberikan asuhan
keperawatan,
mahasiswa residensi
keperawatan anak juga
memegang prinsip etik, legal dan peka budaya sebagai cerminan praktik profesional seorang perawat. Peran lainnya yang juga telah dilaksanakan adalah peran pendidik, advokat, dan peneliti. Peran pendidik dicapai oleh mahasiswa residensi keperawatan anak dengan melakukan edukasi pada keluarga pasien, dan diskusi dengan perawat ruangan secara informal. Peran advokat dicapai dengan pemberian informasi yang lengkap pada keluarga dan memberikan yang terbaik serta mencegah tindakan yang dapat
merugikan pasien. Sedangkan peran peneliti dan pembaharu dicapai melalui eksplorasi jurnal-jurnal penelitian dan sosialisasi evidence based nursing kepada perawat ruang BCH RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. 5.1 Saran
1. Bagi pelayanan keperawatan Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, perawat memiliki peran penting sebagai pengelola pasien selama 24 jam. Melalui pengembangan teori comfort oleh Katharine Kolcaba yang telah diterapkan oleh mahasiswa residensi keperawatan anak, diharapkan kenyamanan pasien tetap terjaga dan instansi pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Selain itu perawat dalam menjalani praktik keperawatannya harus berpegang pada prinsip etik, legal dan peka budaya sebagai bentuk praktik profesional. 2. Bagi pendidikan keperawatan Residen mengembangkan format pengkajian dengan menggunakan teori comfort Kolcaba sebagai kerangka dasar yang efektif dalam pemberian Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
69
asuhan keperawatan selama praktik residensi berlangsung. Format tersebut disusun untuk mempermudah residen dalam pendokumentasian proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan masalah nyeri. Dalam menerapkan teori keperawatan yang sesuai dengan peminatan yang akan dipilih oleh mahasiswa residensi keperawatan anak, sebaiknya teori keperawatan yang akan diterapkan, dilakukan uji coba keefektifan penggunaan terlebih dulu sebelum praktik residensi keperawatan anak dilaksanakan. Dengan demikian, residen yang akan menggunakan dapat lebih efektif dalam penerapan pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan kasus-kasus yang ditemukan pada unit perawatan yang diminati oleh mahasiswa residensi keperawatan anak.
3. Bagi Ners Spesialis Keperawatan Anak Sebagai seorang ners spesialis keperawatan anak diharapkan dapat terus mengembangkan ilmu dan pengetahuan mereka dibidang keperawatan anak. Upaya pengembangan ilmu dan pengetahuan tersebut dapat dilakukan dengan terns mengembangkan profesionalisme sebagai perawat ners spesialis keperawatan anak dengan membuat proyek inovasi berdasarkan
evidence based nursing practice untuk meningkatkan keterampilan dan berfikir inovatif, sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien infeksi anak khususnya pada anak dengan yang mengalami rasa nyeri.
Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
'
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
.
71
DAFTAR PUSTAKA Ackley, B.J., Ladwig, G.B., (2011). Nursing Diagnosis Handbook: AN EvidenceBased Guide to Planing Care. Ninth Edition. St. Louis: Mosby. Aritonang, M.V., (2008). Pengalaman Keluarga dengan Anak yang Menderita Penyakit Kronik. Medan: USU Repository. Abraham M.Rudolf,Julien I.E.Hoffinan,Colin D.Rudolph.(2000).Buku Ajar Pediatri Rudolph .Volume 1.Edisi 20.Buku Kedokteran EGC. Asosiasi lnstitusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), Asosiasi Institusi pendidikan Diploma tiga Keperawatan Indonesia (AIPDIKI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).(2012). Draft Naskah Akademik Pendidikan Keperawatan Di Indonesia. Diunduh dari www.hpeq.dikti.go.id. Pada tanggal1 juni 2014. Alligood, M.R & Tomey, A.M. (2006). Nursing theory utilization and application. St louis: Elsevier Mosby. Alves, J.G.B., Almeida, N.D.C.M., & Almeida, C.D.C.M. (2008). Tepid sponge plus dipyrone versus dipyrone alone for reducing body temperature in febrile children. Sao Paulo Medical Jurnal, 126 (2), 107-111. Al-Eissa, Y., Al-Sanie, A., Al-Alola, S., Al-Shaalan, M., Ghazal, S. & Al-Harbi, A. (2000). Parental perception of fever in children. Ann Saudi Med, 20(3), 202-5. Ball, J.W. & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children. 3rded. New Jersey: Pearson Education Inc.
Carpenito, L. J. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC. Chen, W.L. (2005). Nurse's and parent's attitudes toward pain management and parental participation in postoperative care of children, Thesis, Centre for Research, The Queensland University of Technology. Guyton, A. C. & Hall, J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran, edisi 11. Jakarta : EGC. George, Robert L, Sheridan, Zebrowki, (2006). Chronic grief: experiences of working parents and children with chronic illness. Contamporary Nurse.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
72
Gibson, C. (1999). Facilitating reflection in mothes of chronically ill children. Journal ofclinical Nursing. Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Wong's Essensial of Pediatric Nursing. Eight Edition, St. Louis: Mosby. Hooke, C., Hellsten, M.B., Stutzer, C., & Forte, K., (2001). Pain Managemen For The Child with cancer in End of life Care. Herlina. (2012). Aplikasi Teori Kenyamanan Pada Asuhan Keperawatan Anak. Bina Widya, 23(4), 191-197.
Harrison, M. T. (2009). Family centered pediatric nursing care: state of the science. Journal Pediatr Nurs. 25(5), 335-343. Kolcaba, K. (2003). Comfort theory and practice: a vision for holistic health care and research. New York: Springer Publishing Company. Kolcaba, K. & Dimarco, M. (2005). Comfort theory and its application to pediatric nursing. Pediatric Nursing, 31(3). Diunduh dari www.proquest.com tanggall Oktober 2013. Klassen, J ., et al (2008). Music for pain and anxiety in Children Undergoing Medical Procedures: A Systematic Review Of Randomized Controlled Trials. Ambulatory Pediatrics. Koezier,B.( 1995 ). Fundamentals of Nursing Concepts,Processes and Pratice (5th ed.). Redwood City, CA: Addison Wesley. Lindenfelser, KJ., Hense, C., & McFerran, K. (2012). Music therapy in Pediatric Palliative Care: Family Centered care to Enhance Quality Of Life. AM Juornal Hospital Paliative Care. 29(3). Melzack, R., & Wall, P. (2003). Handbook of Pain Management: A Clinical Companion to Wall and Melzck's Textbook ofPain, UK: Chruchill. Monga, TN., & Grabois, M. (2002). Pain Management in Rehabilitation. New York: Demos Medical Publishing. Nanda., (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC. Nguyen, T.N., Nilsson, S., Hellstrom, A.L., & Bengtson, A., (2010). Music Therapy to Reduce Pain and Aniety in Children With Cancer Undergoing Lumbar Puncture: A Ramdomi Vezed Clinical trial. The Cochrane Database. Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
73
Noguchi, LK. (2006). The Effetcth of Music Versus Nonmusic on Behavioural Sign of Distress and self-report of pain in Pediatric Injection Patients, Juornal Musik Therapy. 43(1). Oldfield. (2008). Parents Experiene of Their Child's Chronic Illness.Oxford Brooke! University. Paul, A. (1996). Analgesic, antipyretic and antiiriflamatory agent and drugs employed in the treatment of gout. In: Goodman and Gilman is the pharmacological basis of theurepeutics. 9th ed. Philadelphia: McGrawHill. Perry, A.G., Potter, P.A., & Elkin, M.K. (2012). Nursing Intervention & Clinical Skills (51h Edition). StLouis: Elseiver Mosby. PPNI. (2010). Standart Profesi Perawat Indonesia. Sant' Ana, R.S.E. (2012). Difficulties Experienced by Families of Chlidren And Adolecenst ofHemofilias. Journal of Nursing UFPE On Line. Speziale, H.J.S., & Carpenter, D.R. (2003). Qualitatif research in nursing: Advancing the humanistic imperative (3rd ed). Philadelphia: Lippingincott Williams & Wilkins, Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC. Smeltzer, C.S & Bare, B.G. (2002). Brunner & Suddarth : Buku Ajar keperawatan medika Bedah, Ed-6, Vol-3. Alih bahasa Hartono, dkk. Jakarta : EGC. Sjamsuhidayat, W.D., (2004). Buku Ajar flmu Bedah edis 2. Jakarta: EGC
Savard., Elizabeth. (2009). Stress and health : How stress affects your body, and How you can stay healthier.http://sters. About comlod/ stress health /a/html. Diperoleh tanggall juli 2013. Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2010). Nursing theorist and their work (7th ed.). St Louis: Mosby Elsevier Inc. Wong, Donna L., M. Hockenberry-eaton, D. Wilson ML. Winkelstein, P. Swarrtz. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC. Yu huang C and Sousa VD (2009).Stressor sosial support ,depressive symtoms and general health status of taiwanessa caregivers of person with stroke and Alzheimer diase. journal of clinical nursing. Universitas Indonesia Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
~· r=:&=~
y.AJWM
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Vll
1
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PROYEK INOVASI
INTERVENSI KEPERAWATAN BERDASARKAN EVIDENCE BASEDPRACTICE: PEMBERIAN TERAPI MUSIK PADAPASIENANAKYANGDILAKUKANPERAWATANLUKADAN TINDAKAN INVASIF DI RUANG BCH RSUPN Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
OLEB YUMINAH
1106122985
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2014 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
2
KATAPENGANTAR
Bismillahi"ohmani"ohim Alhamduli/lahirobbi/allamin, atas rahmat Allah SWT laporan proposal EBN Residensi 1 Keperawatan Anak, Program Ners Spesialis Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Tahun 2014 dapat diselesaikan dengan baik meskipun mungkin masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari sempurna.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian tugas ini. 1. Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN, selaku koordinator dan supervisor utama Residensi
Keperawatan Anak I. 2. Siti Chodidjah, MN, selaku pembimbing Residensi Keperawatan Anak I 3. Eka Widiastuti , SKp, selaku kepala ruangan ruang BCH RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo. 2. Ternan sejawat yang telah membantu dalam pelaksanaan Residensi Keperawatan Anakl.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca pada khususnya, dan bagi profesi keperawatan pada umumnya.
Depok, Januari 2014
Yuminah
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
3
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bebas dari rasa nyeri merupakan hak asasi manusia. Hal ini dicanangkan oleh WHO pada peringatan " Global Day Against Pain ''tanggal 11 Oktober 2004.Nyeri yang hebatdapat menyebabkan kondisi syok yang dapat mengancam jiwa.Nyeri menghambat pusat vasomotor sehingga meningkatkan kelenturan vascular vena. Vasodilatasi ini menyebabkan peningkatan kapasitas vaskuler sehingga mengurangi rata-rata tekanan pengisian sistemik.Tekanan pengisisan sistemik yang menurun ini menyebabkan pengurangan aliran balik vena ke jantung.Kondisi ini disebut dengan syok neurogenik. Syok yang hebat dapat menjadi salah satu penyebab syok neurogenik yang mengancam jiwa pasien ( Guyton & Hall, 1997 ).Dengan demikian nyeri tidak boleh diabaikan dan harus dikelola dengan baik untuk mencegah terjadinya syok neurogenik. Anak terus menerus mengalami nyeri sedang sampai berat pada kondisi pascabedah ( Twycross & Finley, 2013 ).Begitu pula anak yang akan dilakukan tindakan invasif seperti dalam pemasangan infuse, pengambilan darah dan perawatan luka,anak pasti akan mengalami nyeri dan takut untuk dilakukan tindakan.Disini peran perawat sangat dibutuhkan dalam melakukan pengakajian nyeri yang tepat yang merupakan langkah awal dalam managemen nyeri yang sangat penting.Bebasnya seorang anak terhadap nyeri merupakan hak anak dan kebutuhan yang paling mendasar ( Leifer.2011 ), karena nyeri merupakan sumber stress bagi anak . Hal ini akan menjadi trauma dan dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya
Atraumatik care adalah bentuk perawatan terapeutik yang diberikan oleh tenaga kesehatan dalam tatanan pelayanan kesehatan anak,melalui tindakan yang dapat mengurangi distress fisik maupun psikis yang dialami anak maupun keluarga ( Supartini, 2004 ). Prinsip atraumatic care ditetapkan dengan menyediakan asuhan Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
I
f
4
dalam lingkungan keperawatan oleh personal tim kesehatan dengan menggunakan intervensi, mencakup intervensi fisik dan psikologis, ( Wong, et al. 2009 ).
Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Manajemen nyeri dengan melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri. Manajemen nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup latihan pemafasan diafgrama, teknik relaksasi progresif, quided imagery, terapi musik dan meditasi. Musik merupakan bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau sekumpulan orang.
Dalam bidang kedokteran, terapi musik dapat digunakan untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik mental, emosional atau spritual dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Terapi musik ini mempunyai tujuan untuk membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Dengan demikian, terapi musik juga diharapkan dapat membantu mengatasi stress, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit (Djohan, 2006).
Terapi musik merupakan intervensi alami non invasifyang dapat diterapkan secara sederhana tidak selalu membutuhkan kehadiran ahli terapi, harga terjangkau dan tidak menimbulkan efek samping. Alunan musik lembut yang menenangkan dan stimulasi gelombang otak dengan frekuensi deep delta untuk merangsang kondisi relaksasi yang dalam. Pada kondisi deep delta, akan terjadi pelepasan endorphin yang merupakan zat anestesi alami. Membantu menghilangkan atau meringankan berbagai rasa sakit. Meredakan nyeri akibat suatu penyakit, nyeri punggung, rematik arthritis, luka bakar, luka kecelakaan, nyeri penderita kanker, nyen persendian, nyeri pada otot, nyeri pasca operasi dan jenis nyeri lainnya.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
5
Berdasarkan uraian di atas terkait manfaat pemberian terapi musik pada pasien anak yang mengalami nyeri, membuat saya tertarik untuk melaksanakan proyek inovasi yang berjudul "Intervensi keperawatan berdasarkan evidence based nursing
practice tentang pemberian terapi musik Pada pasien anak yang akan dilakukan tindakan perawatan luka dan tindakan invasive di Ruang BCH RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo".
B. Tujuan Penerapan EBN 1. Tujuan Umum Melakukan intervensi keperawatan berdasarkan evidence-based nursing
practice, tentang pemberian terapi musik untuk meningkatkan kenyamanan pada pasien anak dengan yang akan dilakukan perawat luka dan tindakan invasive diruang BCH RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
2. Tujuan Khusus 2.1 Memberikan informasi dan sebagai media edukasi bagi perawat terkait
evidence-based nursing practice tentang pemberian terapi musik pada pasien yang mengalami nyeri. 2.2 Mengoptimalkan pemberian terapi musik pada pasien anak yang sedang dilakukan perawatan luka dan tindakan invasif yang mengalami nyeri.
C. Manfaat Penerapan EBN 1. Bagi Pasien Meningkatkan kenyamanan dan mengurangi nyeri yang terjadi pada anak yang sedang dilakukan perawatan lauka dan tindakan invasive, baik nyeri karena kondisi sakitnya maupun karena prosedur tindakan yang dilakukan.
2. Bagi Praktik Keperawatan 2.1 Memberikan informasi yang jelas terkait evidence-based nursing practice yang tepat terkait pemberian terapi musik pada pasien anak sedang dilakukan perawatan lauka dan tindakan invasive yang mengalami nyeri. 2.2 Mengoptimalkan pemberian terapi musik pada pasien yang mengalami nyeri untuk mengurangi nyeri yang dirasakan.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
6
3. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukan dalam pengembangan kebijakan Rumah Sakit untuk mengoptimalkan pemberian terapi musik pada pasien yang mengalami nyeri.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
7
BABII PERENCANAAN
A. Basil Pengkajian Kebutuhan Pelaksanaan Proyek Inovasi
1. Prof"ll Singkat RSUPN Cipto Mangun Kusumo
a VISI: Memberikan Pelayanan Keperawatan Paripurna yang bermutu dan Profesional dalam rangka menuju pelayanan keperawatan terkemuka di Asia Pasifik tahun 2014. b. MISI: • Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. • Menjadi tempat pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan. • Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang Dinamis dan Akuntabel. c. MOTTO
s c
= Respek = Sigap = Cermat
M
=
R
Mulia
d. KOMITMEN "Kesehatan Senantiasa
dan
kepuasan
memberikan
pelanggan
pelayanan
adalah
paripurna
komitmen yang
prima
kami". untuk
meningkatkan kepuasan dan menumbuhkan kepercayaan pasien sebagai pelanggan utama kami.
2. Analisis SWOT Penggunaan Closed Suction System
Strength (Kekuatan) a. Dukungan dari perawat ruang bedah untuk melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan evidance based practice terkait pemberian terapi musik.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
8
b. Adanya SOP mengenai penilaian derajat nyeri dan tatalaksana nyeri pada pasien, dan skrining dan tatalaksana nyeri pa.da pasien. Weakness (Kelemahan)
a. Di
Ruang
BCH penanganan nyeri
secara nonfarmakologi
masih
menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam, penggunaan tehnik distraksi dengan pemberian terapi musik belum dilakukan. b. Belum optimalnya pemberian terapi musik di Ruang BCH. Opportunity (Peluang)
a. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit rujukan nasional. b. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan rumah sakit pendidikan dan terbuka untuk proses berubah. c. Visi dan komitmen RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan. d. Adanya monitoring dan evaluasi yang terus dilakukan pihak manajemen Rumah Sakit terkait 6 standar International Patient Safety Goals. e. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah mendapatkan akreditasi dari Joint Commission International (JCI).
f. Adanya dukungan dari pihak ruangan untuk mengoptimalkan pemberian
terapi musik berdasarkan evidance based practice. Threat (Ancaman)
a. Undang-undang perlindungan konsumen menuntut adanya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan, sehingga penting untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. b. Responsibilitas dan akuntabilitas perawat telah diatur dalam UU Kesehatan
Rl. B. Identifikasi Masalah dan Prioritas Masalah Manajemen nyeri secara nonfarmakologis dengan menggunakan tebnik distraksi melalui cara pemberian terapi musik dapat mengurangi skala nyeri. Pemberian terapi musik dapat mera.ngsang pengeluaran endorfin yang merupakan opiate tubuh secara Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
9
alami dihasilkan dari gland pituitary yang berguna dalam mengurangt nyeri, mempengaruhi mood dan memori; musik juga mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal, pengeluaran katekolamin dapat menurunkan frekuensi nadi, tekanan darah, asam lemak bebas dan pengurangan konsumsi oksigen; selain itu musik juga dapat mengurangi kadar kortikosterid adrenal.
C. Strategi Penyelesaian Masalah 1. Tahap persiapan a) Menyusun pertayaan masalah berdasarkan model analisis PICO (P= problem/population/patient; I = intervensi; C= comparation; O=outcome) b) Melakukan searching literatur/jurnal terutama jenis penelitian dengan menggunakan metode systematic review dan randomized clinical trial (RCT). Hasil searching jurnal yang didapatkan yaitu 1 jurnal dengan level evidence Systematic Review of Randomized Controlled Trials . Level jurnal tersebut merupakan level evidence
yang akurasinya dapat dipertanggungjawabkan.
Judul jurnal yang didapatkan adalah
"The
A Systematic Review of
Randomized Controlled Trials, The Effects of Music therapy on Pediatric patient pain and Anxiety During Donor Site Change " c) Appraise literatur/analisis jurnal dengan menggunakan worksheet therapy ataupun systematic rewiev worksheet. Jurnal tersebut menyatakan bahwa terapi musik dapat mengurangi nyeri pada anak yang dilakukan prosedur tindakan. d) Melakukan survei mengenai jenis lagu yang disukai dan waktu pemutaran music pada pasien anak yang menjalani perawatan di ruang BCH. e) Pembuatan proposal proyek inovasi f) Melakukan konsultasi kepada kepala ruangan dan perawat penanggung jawab
pasien dan supervisor akademik FIK Ul. g) Populasi pada penelitian tersebut adalah pasien anak yang berusia 6-16 tahun, yang mengalami nyeri baik nyeri karena tindakan prosedur maupun nyeri karena sakitnya. Sementara karakteristik populasi pada ruangan yang akan diberikan terapi musik sama dengan karakteristik populasi pada penelitian, yaitu pasien anak yang akan dilakukan perawatan luka atau tindakan invasif yang berusia 6-16 tahun yang mengalami nyeri baik karena prosedur tindakan maupun nyeri karena sakitnya. Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
10
2.
Tahap pelaksanaan a) Presentasi dan sosialisasi evidence based practice terkait pemberian terapi musik pada pasien anak dengan kanker yang mengalami nyeri. b) Memberikan terapi musik pada pasien anak dengan kanker dengan menggunakan alat musik box dan MP3 portable yang ditempatkan di ruang tindakan. Jenis musik yang diputar adalah lagu anak-anak. Waktu pemberian terapi musik pada saat dilakukan tindakan prosedur perawatan luka dan tindakan invasif yang diberikan diruang tindakan. c) Melakukan pengamatan atau pemantauan proses pemberian terapi musik dengan mengevaluasi respon pasien saat dilakukan tindakan prosedur. Dan melakukan penilaian skala nyeri sebelum, selama dan sesudah pemberian terapi musik.
3.
Tahap Terminasi Evaluasi pemberian terapi musik yang dilakukan pada beberapa pasien anak yang mengalami nyeri. Tahap tindak lanjutnya dengan menunjuk perawat ruangan sebagai penanggung jawab pemberian terapi musik, untuk melanjutkan intervensi terapi musik pada pasien anak dengan kanker yang mengalami nyeri, setelah mahasiswa selesai melakukan praktek residensi keperawatan Anak II.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
11
Jadwal Kegiatan Proyek EBN No.I
Kegiatan
18-22
I Feb 2014
I 282014 Feb
125 Mart 2014
I
1-25 April 2014
PJ
I 242014 April I 5 Mei 2014
Produk PICO model, searching artikel dan critical
1. I Persiapan studi literatur
(evidance based
Presentasi proposal dan sosialisasi 4. I Perencanaan dan pelaksanaan
I
I
- ..
I
I
I
I
5. I Evaluasi proses kegiatan
I
I
I
6. I Penyusunan dan
I
I
I
I
I
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
I
I head Mahasiswa IPresentasi dengan nurse, CI perawat ruangan BCH BCH PPdan perawat
Penyediaan dan pemberian musik therapy
Mahasiswa danPP Mahasiswa
ILaporan dan rekomendasi
I
I associate
-
I
12 BABm TINJAUAN PUSTAKA
A. Terapi musik Terapi musik adalah terapi yang mengunakan musik dimana tujuannya adalah meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan usia Terapi musik merupakan terapi yang bersifat nonverbal, serta merupakan penyembuhan melalui suara yaitu dengan penggunaan vibrasi frekuensi atau bentuk suara yang dikombinasi.
Menurut Tuner (2010) efek musik dapat memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi hormon-hormon oleh zat kimia kedalam darah. Efek musik ini terjadi dengan cara: musik merangsang pengeluaran endorfin yang merupakan opiate tubuh secara alami dihasilkan dari gland pituitary yang berguna dalam mengurangi nyeri, mempengaruhi mood dan memori; musik juga mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epinefrin dan norepinefrin dari medula adrenal, pengeluaran katekolamin dapat menurunkan frekuensi nadi, tekanan darah, asam lemak bebas dan pengurangan konsumsi oksigen; selain itu musik juga dapat mengurangi kadar kortikosterid adrenal, Cortiocotrophin Releasing
Hormon (CRH) dan Adrenocorticotropic Hormon (ACTH) yang dihasilkan selama stress.
Pada umumnya terapi relaksasi dapat menimbulkan ketenangan dan rasa rileks, sehingga hipotalamus akan memberi perintah pada midbrain untuk mengeluarkan gamma amino
butyric acid (GABA), enkephalin, dan beta endorphin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik somatik pada otak.
Kecemasan merupakan faktor psikologis afektif yang mempengaruhi persepsi rasa nyeri. Pada banyak kasus, kecemasan tidak hanya meningkatkan ambang rasa nyeri pasien tetapi pada kenyataannya mengakibatkan persepsi yang seharusnya tidak nyeri menjadi nyeri, bahkan di bawah kondisi yang berbeda, seorang pasien dapat menunjukkan reaksi yang berbeda walaupun rangsangannya sama. Kondisi pasien yang diliputi kecemasan akan memperkuat rangsang nyeri yang diterimanya karena kecemasan menyebabkan zat penghambat rasa nyeri tidak disekresikan. Dengan adanya musik sebagai fasilitas maka
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
13
tingkat kecemasan pasien dapat dikurangi sehingga timbul perasaan tenang dan rileks, yang mempengaruhi rasa nyeri pada pasien.
B. Tehnik Pemberian Terapi Musik Penggunaan terapi musik dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
hanya
mendengarkan (pasit) atau memilih lagu sampai memainkan sebuah alat musik (aktiv). Beberapa faktor yang berperan dalam pemilihan tehnik spesifik yaitu tipe musik dan pilihan individu, terlibat aktif maupun pasif, lama waktu pemberian musik dan basil yang diinginkan (Synder & Lindquist, 2002).
Dalam pelaksanaan penggunaan musik untuk mengontrol nyeri dan meningkatkan kenyamanan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Potter & Perry, 2005) yaitu memilih musik yang sesuai dengan selera klien, mempertimbangkan usia dan latarbelakang, menggunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf yang lain dan membantu klien berkonsentrasi pada musik. Tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape dipastikan mudah ditekan, dimanipulasi, dan dibedakan, apabila nyeri yang klien rasakan , kuatkan volume musik dan apabila nyeri berkurang, kurangi volume dan untuk memberikan efek terapi musik harus didengarkan minimal selama 15 menit. Menurut Naylor, et al (20 10) durasi pemberian terapi musik untuk mengurangi nyeri yaitu 15 sampai 30 menit dalam satu sesi yang diberikan dua kali.
Jenis musik yang disukai oleh anak-anak dalam beberapa penelitian pemberian terapi musik adalah jenis musik folk, kontemporer, lagu-lagu populer, lagu yang membuat relaks, musik klasik, lulaby, lagu anak-anak, dan kisah anak-anak (Klassen, et al. 2010). Sedangkan menurut Bekhius (2009) jenis musik yang disukai oleh anak-anak adalah musik folk, kontemporer, musik klasik dan lulaby. Sementara berdasarkan basil pengisian kuesioner pada pasien di ruang BCH, sebagian besar anak menyukai jenis musik lagu
anak-anak, dan lagu-lagu populer.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
14
BABIV ANALISIS EBN
A.
Evidance Based Practice Pencarian evidance based practice melalui model PICO dan appraise artikel terlampir. Berikut model PICO diuraikan di bawah ini: Population
: Pasien anak sedang dilakukan perawatan luka atau tindakan invasif
yang mengalami nyeri Intervention
: Pemberian tempi musik
Comparison
: VERBAL suprort
Outcome
: Pemberian tempi musik dapat menurunkan atau mengurangi nyeri.
Write out your question: Pertanyaan: Apakah pemberian terapi musik dapat mengurangi atau menurunkan nyeri pada pasien yang dilakukan pemwatan luka.
List the main topics and terms from your question that you can use to search: Music is effective in reducing anxiety and pain in pediatric bum patients during a donor site dressing change. Check any limit that may pertain to your search: _lL Age _ Language _ Year of publication Type of study/publication you want to include in your search: X Systematic Review or Meta-Analysis X Clinical Practice Guidelines X Critically Appraised Research Studies ~
Individual Research Studies
X Clinical Practice Guidelines
Check the databases you searched: {Chocrane _ Joanna Briggs X DARE X Clinical Evidence X AHRQ Evidence Reports
X Guidelines Clearinghouse X ACP Journal Club X Evidence Based Journal XCINAHL -'-1 PubMed
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
16
BABV HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Bab ini secara khusus menyajikan dan menjelaskan hasil implementasi proyek inovasi berdasarkan evedence base practise nursing dan analisa data. Tujuan implementasi proyek inovasi berdasarkan evedence base practise nursing adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik terhadap kenyamanan pasien anak yang dilakukan tindakan pemasangan infus, pemwatan luka yang mengalami rasa nyeri. Implementasi proyek inovasi ini dilakukan diruang BCH RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Implementasi ini dilakukan pada tanggal I4 sampai dengan 17 April 20I4 yang dilakukan diruang tindakan, dengan total sampel 5 orang antara usia 5 tahun sampai I2 tahun yang sedang dilakukan pemwatan luka, pengambilan darah dan pemasangan infus. Pada pemberian tempi musik pada pasien yang menjalani prosedur tindakan yang menyebabkan nyeri atau tidak nyaman, yaitu pengambilan sampel darah sebanyak I orang, pemasangan infus I orang dan perawatan luka 3 orang, hasil implementasi dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel I. Respon pasien yang diberikan tempi musik saat menjalani prosedur tindakan
NO I
Prosedor tindakan
Jumlah responden dan usia Pengambilan darah An.J (7 thn) vena
2
Pemasangan infus
3
Pemwatan luka
4
Pemwatan luka
5
Pemwatan luka
An.A (5 thn)
Respon pre Selama intervensi Intervensi
Keterangan
Takut
Diam dan Mendengarkan kooperaktif lagu
Takut
Mendengarkan lagu Tidak suka lagu anakanak Mendengarkan lagu Mendengarkan lagu
Diam dan kooperaktif An. G (12 Takut dan Menangis thn) dan kurang menangis kooperaktif Diam An. R (8 Takut dan thn) kooperaktif An.E (6thn) Takut dan Menangis menangis tapi merontakooperaktif ronta
Dari tabel tersebut respon anak- anak sebelum dilakukan tindakan prosedur yang menyebabkan nyeri yaitu anak merasa ketakutan dan menangis, dan menolak untuk dilakukan tindakan prosedur tersebut, tetapi dengan pemberian terapi musik respon anak selama prosedur tindakan dilakukan pada umumnya lebih kooperaktif, meskipun masih Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
17 ada yang menangis, Tetapi ada juga yang memberikan respon berupa ikut bemyanyi mengikuti lagu yang sedang diputar, meskipun volume suara tidak begitu besar.
B.Pembahasan Jenis terapi musik yang diberikan adalah lagu anak- anak: menggunakan musik box portabel, pada umumnya anak:- anak: menyukai lagu- lagu yang diputar, khususnya anakanak usia todler dan pra sekolah. Dalam pelak:sanaan penggunaan musik untuk mengontrol nyeri dan meningkatkan kenyamanan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ( Potter & Perry, 2005) yaitu memilih musik yang sesuai dengan selera pasien, mempertimbangakan usia dan latar belak:ang, karena responden pada implementasi ini anak- anak maka pemberian terapi musik berupa lagu anak- anak, hal ini didukung oleh pendapat Klassen, et al. (2010) bahwa jenis musik yang disukai oleh anak- anak: dalam beberapa penelitian pemberian musik adalah jenis musik folk, kotemporer, lagu-lagu populer, lagu yang membuat rilek, musik klasik, lulagy, lagu anak- anak:, dan kisah anak- anak:, sedangkan menurut Bekhius ( 2009) jenis musik yang disukai oleh anak - anak: adalah musik folk, kontemporer, musik klasik dan lulaby.
Pemberian musik selama intervensi adalah tergantung jenis tindak:an yang dilak:ukan dan tingkat kesukaran, hila waktu pengambilan darah wak:tu 15 menit sampai 1 jam. Sesuai yang diungkapkan Samuel (2010) bahwa untuk mendapatkan terapi musik, idealnya terapi musik diberikan selama kurang lebih 30 menit hingga satu jam setiap hari, namun tidak memiliki cukup waktu 10 menitpun jadi, karena dalam waktu 10 menit dapat memberikan responden beristirahat (Samuel,2007), Menurut Naylor, et al (2010) durasi dalam pemberian terapi musik untuk mengurangi nyeri yaitu 15 sampai 30 menit dalam satu sesi yang diberikan dua kali. Pada implementasi proyek inovasi berdasarkan Evedence based practise nursing didapatkan bahwa anak- anak: tindak:an invasif lebih rilek dan nyaman, hal ini didukung oleh pendapat bahwa kondisi pasien yang diliputi kecemasan ak:an memperkuat rangsangan nyeri yang diterimanya karena, karena kecemasan menyebabkan zat pengbambat rasa nyeri tidak disekresikan. Dengan adanya musik sebagai fasilitas maka tingkat kecemasan pasien dapat dikurangi sehingga dapat timbul perasaan tenang dan rileks, yang mempengaruhi rasa nyeri pada pasien (Klassen, 2010). Pemberian terapi musik juga diberikan pada anak:- anak yang menjalani prosedur tindakan yang mengakibatkan rasa nyeri atau tidak nyaman, seperti pengambilan darah, pemasangan infus, maupun perawatan luka. Pada umumnya pasien yang mendapatka terapi lebih kooperaktif saat dilakukan tindakan, hal ini didung oleh pendapat klassen et al (201 0) bahwa terapi musik dapt mengurangi respon nyeri pada pasien yang dilakukan tindo.kan seperti penusukan intravena, pemberian obat intramuskuler. Dan juga menurut Nguyen(2010) pemberian tempi musik dapat mengurangi nyeri dan kecemasan saat pasien leukemia dilak:ukan kemoterapi secara intratekal.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
18
Kendala yang dihadapi adalah saat dimana intervensi yang akan dilakukan bahwa diruang BCH sedikit sekali anak yang dirawat pada usia 5 tahun, karena kita tahu anak yang yang dirawat dibawah 5 tahun anak belum mengerti sehingga sulit untuk diterapkan.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
19
BABVI KESIMPULAN
A. KESIMPULAN Berdasarkan basil implementasi proyek inovasi evidence based practice nursing mengenai pemberian terapi musik, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Jenis terapi musik disesuaikan dengan usia dan latar belakang. 2. Pemberian terapi musik dapat mengurangi nyeri pasien anak yang sedang dilakukan tindakan invasif. 3. Pemberian terapi musik membuat anak lebih kooperaktif saat dilakukan prosedur tindakan. 4. Pemberian terapi musik kurang efektif mengurangi nyeri berat.
B. Saran 1. Pemberian terapi musik diberikan secara central diruang rawat anak. 2. Pemberian terapi musik bukan hanya secara pasif, tetapi juga secara aktif.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
20
DAFTAR PUSTAKA Bekhuis, T., (2009). Music Therapy May Reduce Pain and Aniety in Children Undergoing Medical and Dental Procedures. Journal Evidence Based Dental Practice. Djohan. (2006). Terapi musik. Yogyakarta: Galangpress. Halim, S. (2002). Music as Complementary therapy in Medical Treatment. Med J Indonesia, 11(4). 250-257.
Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009). Wong's Essensial of Pediatric Nursing. Eight Edition, St. Louis: Mosby.
Klassen, J ., et al. (2008). Music for Pain and Anxiety in Children Undergoing Medical Procedures: A Systematic Review of Randomized Controlled Trials. Ambulatory Pediatrics. Naylor, K.T., Kingsnorth, S., Lamont, A., McKeever, P., & Macarthur, C., (2010). The Effectiveness of Music in Pediatric Healthcare : A Systematic Review of Randomized Controlled Trials. The Cochrane Database. Nguyen, T.N., Nilsson, S., Hellstrom, A.L., & Bengtson, A., (2010). Music Therapy to Reduce Pain and Aniety in Children With Cancer Undergoing Lumbar Puncture: A Randomized Clinical Trial. The Cochrane Database.
Perry, A.G., Potter, P.A., & Elkin, M.K. (2012). Nursing Intervention & Clinical Skills (51h Edition). StLouis: Elseiver Mosby. Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Edisi 6). Jakarta: EGC. Snyder, M., & Lindquist, R., (2002). Complementary Alternative Therapies in Nursiing (4th ed). Spinger Publishing Company. Tan, L.M.L., Leong, K.S.P., & Yip, W.K., (2010). Effective Pain Management during Painful Procedures in Children with Cancer: A Systematic Review. Joanna Briggs Database of Systematic Reviews.
WHO (2011). Cancer. http://www.who.int/features/qa/15/en/index.html. diunduh 29 Januari 2012
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
21
L.J\:MPIRJt:N
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
22
THERAPY WORKSHEET Citation: The Effeds of Music Therapy on Pediatric Patients' Pain and Anxiety During Donor Site Dressing Change Are the results of this single preventive or therapeutic trial valid ? Was the assignment of patients to treatments The study design was a randomized clinical trial randomized? followed by interviews with open-ended question. And was the randomization list concealed ? After informed consent, the children were randomized to either use earphones with music (music group) or earphones without music (control group). Randomization was carried out using opaque envelopes, half of which contained a paper said ''music" and half a paper that said "no music" Was follow-up of patients sufficiently long and A total of 49 children were asked to participate in the complete? study and, of these, 40 agree to participate. Eight children withdrew because their parents declined for reasons of time or money, which made an etended stay at the hospital impossible. One child did not want to participate because he was shy. And were they analyzed in the groups to which they This study were the primary outcome was pain scores, were randomized ? and the secondary was heart rate, blood pressure, respiratory rate, and oxygen saturation measured before, during, and after the procedure. Anxiety scores were measured before and after the procedure. Interviews with open-ended questions were conducted in con,junction with the completedprocedures. Were patients and clinicians kept "blind" to treatment The reseacher and the physician did not know to received? which group the patient belonged Were the groups treated equally, apart from the The children in the music group chose songs they like experimental treatment ? to be played into earphones from an iPod, that is, a portable music player with earphones. In the control group, earphone without music were used. Were the groups similar at the start of the trial? A total of children were asked to participate in the study and, of these, 40 agree to participate. The 40 children, 25 boys and 15 girls, were randomly assigned to 1 of the 2 groups; the music group (n=20) or the control group (=30). No signifficant differences were found beetwen the groups with respect to age or gender and total time with earphones. Are the valid results of this randomized trial important ? YOUR CALCULATIONS: Download Clinical Calculator EER
CER
--
--
CER = control event rate
Relative Risk Reduction (RRR) CER-EER CER
--
Absolute Risk Reduction (ARR) CER-EER
--
EER : Epenmental event rate Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Number Needed to Treat(NNn 1/ARR
--
23
Are the valid results, important results applicable to our patient? Is your patient so different from those in the study that The result especially using music therapy will be apply in our patient (children) its results cannot apply ? Our patient have to fit all inclusion criteria of this Is the treatment feasible in our setting ? study. How great would the potential benefit of therapy Music therapy is economically feasible and available in our setting. actually be for four individual patient? What are our patient's values and epectations for both -the outcome we are trying to prevent and the treatment we are offering ? Additional Notes: The systematic review suggest that : Listening to music with earphones as a from ofnonphannacological intervention reduced pain and anxiety in children with leukemia who underwent LP, involved low cost and was easy and safe to use. The music reduced pain scores, heart rate, respiratory rate, and anxiety scores. When the children had earphones with music, they felt less pain and were calmer and relaxed during and after the procedure.
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
KONTRAK BELAJAR PRAKTEK RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK (SPESIALIS 1) SEMESTER GANJIL 2013
Disusun Dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Praktek Ners Spesialis Keperawatan Anak (Spesialis 1)
Disusun Oleh : Yuminah NPM : 1106122985
PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA 2013 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014 -·--.,-~
..
-··-"---·--··----
KONTRAK BELAJAR PRAKTEK RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK (SPESIALIS I) PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK FIK UI, SEMESTER GANnL 2013
Nama Mahasiswa : Yuminah Tujuan Umum : Setelah menyelesaikan kegiatan praktek residensi keperawatan anak (spesialis 1), mahasiswa mampu melaksanakan peran dan fung~ perawat dalam memberikan asuhan keperawatan anak (0-18 tahun) dengan menerapkan berbagai ilmu kesehatan, konsep dan teori keperawatan, temuan riset, serta kebijakan pemerintah pada neonatus, maupun anak dengan pnyakitkasusbedahdanperawatananakbalitaberdasarkanpendekatan MTBSdan KPS1
~0
'
Lingkup Praktek
Aktivitas
Des 2013 I Jan
Metode
2014 112131411121:
Puskesmas
Memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pendekatan MTBS
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien anak balita berdasarkan pendekatan MTBS: 1. Melakukan penilaian menggunakan format MTBS. 2. Menentukan klasifikasi pada anak balita yang sakit 3. Memberikan tindakan berdasarkan klasifikasi yang ditentukan. 4. Memberikan rujukan bagi pasien anak yang memiliki tanda bahaya umum. 5. Melakukan konseling terkait masalah kesehatan anak 6. Memberikan pelayanan tindak lanjut bagi pasien pada kunjungan ulang.
Praktik lapangan, diskusi, bimbingan dengan supervisor
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014 --------~-·-·~"'"'"'"'"'""'"'''
..
<0Wo»
'-'-
---~.~~··-~•
.-
•<
>••·~-,---~~-·-•-•
Memberikan asuhan keperawatan pada anak berdasarkan pendekatan KPSP
Melaksanakan asuhan keperawatan pada anak balita secara komprehensif meliputi: 1. Melakukan pemeriksaan perkembangan menggunakan formulir KPSP 2. Melakukan interpretasi basil pemeriksaan perkembangan 3. Menentukan intervensi keperawatan a. Bimbingan antisipasi b. Stimulasi tumbuh kembang c. Pendidikan kesehatan d. Rujukan ke rumah sakit bila ada penyimpangan e. Kunjungan rumah
Praktik lapangan, diskusi, bimbingan dengan supervisor
4. Melakukan implementasi keperawatan sesuai perencanaan keperawatan
5. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan a. Mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan yang diberikan b. Menentukan rencana tindak lanjut 6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan yang dilakukan
Memberikanasuha nkeperawatanpada anakdengankasusB edahanaksebanyak 2 kasus
1. Melakukanpengkajianpadaanakdengankasusbedahanak, meliputi :
I
Praktik lapangan, disk:usi, a. ldentifikasi anak, meliputi: nama, tanggal lahir, umur bimbingan dengan dan jenis kelamin. supervisor
b. Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit yang pernah diderita, riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan keluarga. c. Riwayat kesehatan saat ini: tumbuh kembang, adanya alergi. d. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BB, vital siiZll. keadaan
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014 ..,._~~•...,_·--'·' - • "'-""""--'~ · - - - " ' ,,.~_._.,. • . . _.
• ..., •·• u ... -.~~
•••~••·"'"""'
•
•··•
·•~•~,.,..._•~•- ..- ·
• •
• .• •
•~
•
·'
'"
~'
••
warna kulit, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, genitalia, anus, tanda meningeal, reflek cahaya, reflek fisiologis, reflek patologis, tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, tumor, dolor, dan functiolesa), tanda-tanda syok. e. Kolaborasi pemeriksaan darah, urin lengkap,.,radiologi. 2.Menginterpretasi dan menganalisa data hasil pengkajian 3.Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan 4.Merencanakan tindakan keperawatan 5. Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan 6.Mengidentifikasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan keluarga Memberikan asuhan keperawatan pada anakdengan bedahorthopedi sebanyak 3 kasus
l.Melakukan ,meliputi:
pengkajianpadaanakdengankasusbedahanak I Praktik
lapangan, diskusi, a.ldentifikasi anak, meliputi: nama, tanggal lahir, umur dan bimbingan dengan jenis kelamin. supervisor
b.Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit yang pernah diderita, riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan keluarga. c. Riwayat kesehatan saat ini: tumbuh kembang, adanya alergi.adanya rasa nyeri d. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BB, TB, Lila), vital sign, keadaan umum, tingkat kesadaran, warna kulit, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, genitalia, anus, tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, tumor, dolor, dan functiolesa), e. Kolaborasi pemeriksaan darah, urin lengkap,.,radiologi. dan
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Memberikan asuhan keperawatan pada anakdengankasusbe dahsyarafsebanyak 1 kasus
3.Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan 4.Merencanakan tindakan keperawata S.Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan 6.Mengidentiflkasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan keluarga l.Melakukan pengkajianpadaanakdengankasusbedahanak ,meliputi: a.ldentifikasi anak, meliputi: nama, tanggal lahir, umur dan jenis kelamin. b.Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit yang pemah diderita, riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan keluarga. f. Riwayat kesehatan saat ini: tumbuh kembang, adanya alergi.adanya rasa nyeri g. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BB, TB, Lila), vital sign, keadaan umum, tingkat kesadaran, warna kulit, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, genitalia, anus, tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, tumor, dolor, dan functiolesa), h. Kolaborasi pemeriksaan darah, urin lengkap,.,radiologi. I, Melakukanpersiapan pre operasidan post operasi
I Praktik lapangan, diskusi, bimbingan dengan supervisor
2.Menginterpretasi dan menganalisa data hasil pengkajian 3.Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan 4.Merencanakan tindakan keperawata S.Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan 6.Mengidentifikasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan keluarga
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
lo. I Lingkup Praktek
Memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir normal 5 kasus
Aktivitas
I 1.
2. 3. 4. 5.
6. 7.
Memberikan asuhan
I 1.
RUANG PERINATOLOGI Melakukan pengkajian pacta bayi baru lahir normal meliputi: a. Identifikasi bayi, meliputi: nama orang tua, tanggal dan jam lahir, dan jenis kelamin. b. Riwayat kelahiran: usia gestasi, berat badan, keadaan bayi saat lahir, nilai APGAR skor (asfiksia ringan sedang 4-6, asfiksia berat:0-3), jenis persalinan, warna ketuban dan lama ketuban pecah, karakteristik plasenta dan tali pusat. c. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BB, PB, LK, LD, Lila), vital sign, keadaan umum, warna kulit, keaktifan, tangisan bayi, wajah neonatus, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, genitalia, anus, retlek fisiologis, reflek patologis. Menginterpretasi dan menganalisa data basil pengkajian Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan Merencanakan tindakan keperawatan Melaksanakan intervensi keperawatan pacta bayi baru lahir, diantaranya: a. Melakukan perawatan bayi baru lahir: menghangatkan bayi, membersihkan bayi, oksigenasi, membebaskan jalan nafas, dan perawatan tali pusat. b. Melakukan pemberian injeksi vitamin K dan terapi lain sesuai indikasi. c. Melakukan tindakan pencegahan hipotermi dengan memodifikasi ruangan dan mencegah kontak langsung dalam waktu yang lama antara kulit bayi dengan suhu ruangan d. Memandikan bayi minimal 6 jam setelah kelahiran e. Memberikan nutrisi (ASI) sesuai dengan kebutuhan bayi f. Melakukan pemberian imunisasi untuk usia 0 bulan (hepatitis B) g. Memfasilitasi rawat gabung dan laktasi Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan Mengidentifikasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan keluarga Melakukan pengkajian pada bayi berat lahir rendah, meliputi: a. Identifikasi bavi. meliouti: nama oranll tua. tanllllal dan ·
I
Metode
Praktik lapangan, diskusi, bimbingan dengan supervisor
I Praktik
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
bayi dengan kasus BBLR sebanyak 3 kasus
2. 3. 4. 5.
6. 7. Memberikan asuhan keperawatan pada bayi pematur sebanyak 2 kasus
1.
lahir, danjenis kelamin. b. Riwayat kelahiran: usia gestasi, berat badan, keadaan bayi saat lahir, nilai APGAR skor (asfiksia ringan sedang 4-6, asfiksia berat0-3),jenis persalinan, warna ketuban dan lama ketuban pecah, karakteristik plasenta dan tali pusat. c. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BBLR: 1500-2500 gram, BBLSR: <1500 gram, PB, LK, LD, Lila), vital sign, keadaan umum, wama kulit, keaktifan, tangisan bayi, wajah neonatus, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, Ieber, dada, abdomen, genitalia, anus, reflek fisiologis, reflek patologis. Menginterpretasi dan menganalisa data basil pengkajian Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan Merencanakan tindakan keperawatan Melaksanakan intervensi keperawatan pada bayi baru lahir, diantaranya: a. Melakukan perawatan bayi baru lahir: menghangatkan bayi (menempatkan dalam inkubator), membersihkan bayi, oksigenasi, membebaskan jalan nafas, dan perawatan tali pusat. b. Melakukan pemberian injeksi vitamin K dan terapi lain sesuai indikasi. c. Melakukan tindakan pencegahan hipotermi dengan memodiftkasi ruangan dan mencegah kontak langsung dalam waktu yang lama antara kulit bayi dengan suhu ruangan d. Memandikan bayi minimal 6 jam setelah kelahiran e. Memberikan nutrisi (ASI) sesuai dengan kebutuhan bayi, memberikan nutrisi parenteral atau tube feeding sesuai dengan kebutuhan bayi. f. Melakukan perawatan metode kanggoro dan memfasilitasi laktasi. Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan Mengidentifikasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan keluar a Melakukan pengkajian pada bayi prematur, meliputi: a. Identiftkasi bayi, meliputi: nama orang tua, tanggal dan jam lahir, dan jenis kelamin. b. Riwayat kelahiran: usia gestasi, berat badan, keadaan bayi saat lahir. nilai APGAR skor
diskusi, bimbingan dengan supervisor
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
2. 3. 4. 5.
6. 7. Memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan masalah respirasi sebanyak 3 kasus
asfiksia berat:0-3),jenis persalinan, warna ketuban dan lama ketuban pecah, karakteristik plasenta dan tali pusat. c. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BB, PB, LK, LD, Lila), vital sign, keadaan umum, warna kulit, keaktifan, tangisan bayi, wajah neonatus, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, genitalia, anus, reflek fisiologis, reflek patologis. Menilai usia gestasi dengan menggunakan ballard skor. Menginterpretasi dan menganalisa data basil pengkajian Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan Merencanakan tindakan keperawatan Melaksanakan intervensi keperawatan pada bayi baru lahir, diantaranya a. Melakukan perawatan bayi baru lahir: menghangatkan bayi (menempatkan dalam inkubator), membersihkan bayi, oksigenasi, membebaskan jalan nafas, dan perawatan tali pusat. b. Melakukan pemberian injeksi vitamin K dan terapi lain sesuai indikasi. c. Melakukan tindakan pencegahan hipotermi dengan memodifikasi ruangan dan mencegah kontak langsung dalam waktu yang lama antara kulit bayi dengan suhu ruangan d. Memandikan bayi minimal 6 jam setelah kelahiran e. Memberikan nutrisi (ASI) sesuai dengan kebutuhan bayi, dan memberikan nutrisi parenteral sesuai dengan kebutuhan bayi. f. Melakukan perawatan metode kanggoro dan memfasilitasi laktasi. Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan Mengidentifikasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan
1. Melakukan pengkajian pada bayi dengan masalah respirasil meliputi: a. Identifikasi bayi, meliputi: nama orang tua, tanggal dan jam lahir, dan jenis kelamin. b. Riwayat kelahiran: usia gestasi, berat badan, keadaan bayi saat lahir, nilai APGAR skor (asfiksia ringan sedang 4-6, asfiksia berat:0-3),jenis persalinan, warna ketuban dan lama ketuban pecah, karakteristik plasenta dan tali pusat. c. Pemeriksaan fisik
I supervisor
Praktik lapangan, diskusi, bimbingan dengan supervisor
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014 _.., ____ .
•-'~n:o.;
...----.. •-•.,~•-.-u-w._,,.,.,~~•···~"""~'"'_..,,....
•·-•• ....... ~•••·•
~·'·•·•·•
•. ,.,._,
2. 3. 4. 5.
LK, LD, Lila), vital sign, keadaan urnum, warna kulit, keaktifan, tangisan bayi, wajah neonatus, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada (bentuk dada, tarikan dinding dada, suara paru), abdomen, genitalia, anus, reflek fisiologis, reflek patologis, adanya sianosia, saturasi oksigen. d. Kolaborasi pemeriksaan analisa gas darah, darah lengkap, dan pemeriksaan thorax foto. Menginterpretasi dan menganalisa data basil pengkajian Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan Merencanakan tindakan keperawatan Melaksanakan intervensi keperawatan pada bayi baru lahir, diantaranya a. Memberikan oksigen melalui nasal kanul, sungkup, atau CPAP.
b. Memonitor vital sign dan saturasi oksigen(status kardio respirasi) c. Memberikan terapi sesuai indikasi 6. Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan 7. Mengidentifikasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan Memberikan asuhan keperawatan pada bayidengan hipoglikemi sebanyak 1 kasus
7. Melakukan pengkajian pada bayi dengan hipoglikemia, meliputi: a. Identifikasi bayi, meliputi: nama orang tua, tanggal dan jam lahir, dan jenis kelamin. b. Riwayat kelahiran: usia gestasi, berat badan, keadaan bayi saat lahir, nilai APGAR skor (asfiksia ringan sedang 4-6, asfiksia berat:0-3),jenis persalinan, warna ketuban dan lama ketuban pecah, karakteristik plasenta dan tali pusat. c. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BB, PB, LK, LD, Lila), vital sign, keadaan umum, warna kulit, keaktifan, tangisan bayi, wajah neonatus, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, genitalia, anus, reflek fisiologis, reflek patologis. d. Kolaborasi pemeriksaan glukosa darah (glukosa darah < 20 mgldl, prematur 1-72 jam: <30 mgldl, aterm 1-72 jam: <4560 mgldl) 8. Menginterpretasi dan menganalisa data basil pengkajian 9. Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan 10. Merencanakan tindakan keperawatan 11. Melaksanakan intervensi keoerawatan oada bavi baru lahir.
Praktik lapangan, diskusi, bimbingan dengan supervisor
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
diantaranya a. Memberikan koreksi glukosa secara parenteral b. Memonitor gejala hipoglikemia dan kadar glukosa darah c. Menghangatkan bayi untuk menghindari penggunaan energi yang berlebih, dengan menerapkan teori konservasi energi. 12. Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan 13. Mengidentifikasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan Memberikan asuhan keperawatan pada bayidengan hiperglikemi sebanyak 1 kasus
Memberikan asuhan keperawatan pada bayidengan hiperbilirubinemia sebanyak 2 kasus
1. Melakukan pengkajian pada bayi dengan hiperglikemi, meliputi: Praktik a. Identifikasi bayi, meliputi: nama orang tua, tanggal dan jam lapangan, lahir, dan jenis kelamin. Riwayat ibu dengan diabetes diskusi, militus. bimbingan b. Riwayat kelahiran: usia gestasi, berat badan, keadaan bayi dengan saat lahir, nilai APGAR skor (asfiksia ringan sedang 4-6, supervisor asfiksia berat:0-3},jenis persalinan, warna ketuban dan lama ketuban pecah, karakteristik plasenta dan tali pusat. c. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BB, PB, LK, LD, Lila), vital sign, keadaan umum, warna kulit, keaktifan, tangisan bayi, wajah neonatus, kepa1a, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen, genitalia, anus, reflek fisiologis, reflek pato1ogis. d. Kolaborasi pemeriksaan glukosa darah (glukosa darah >300 mgldl), urin lengkap, keton darah, HbA1c. 2. Menginterpretasi dan menganalisa data basil pengkajian 3. Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan 4. Merencanakan tindakan keperawatan 5. Melaksanakan intervensi keperawatan pada bayi baru lahir, diantaranya 6. Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan 7. Mengidentifikasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan keluar a 1. Melakukan pengkajian pada bayi dengan hiperbilirubin, meliputi: Praktik a. Identifikasi bayi, meliputi: nama orang tua, tanggal dan jam lapangan, lahir, dan jenis kelamin. diskusi, b. Riwayat kelahiran: usia gestasi, berat badan, keadaan bayi bimbingan saat lahir, nilai APGAR skor (asfiksia ringan sedang 4-6, dengan asfiksia berat:0-3}, jenis persalinan, warna ketuban dan lama supervisor ketuban oecah. karakteristik o1asenta dan tali Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014 ·----
----~-------
c.
2. 3. 4. 5.
6. 7. Memberikan asuhan keperawatan pada bayidengan penyakit infeksi sebanyak 1 kasus
Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BB, PB, LK, LD, Lila), vital sign, keadaan umum, warna kulit (kuning!jundice), keaktifan, tangisan bayi, wajah neonatus, kepala, mata (sklera ikterik), telinga, bidung, mulut, Ieber, dada, abdomen, genitalia, anus, reflek fisiologis, reflek patologis. Menilai usia gestasi dengan menggunakan ballard skor. d. Kolaborasi pemeriksaan kadar biliribun. Menginterpretasi dan menganalisa data basil pengkajian Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan Merencanakan tindakan keperawatan Melaksanakan intervensi keperawatan pada bayi baru lahir, diantaranya a. Memonitor warna kulit, sklera b. Menyiapkan bayi untuk dilakukan fototerapi (perlindungan organ vital dan mata) c. Menghitung dan memenuhi kebutuban cairan bayi d. Memberikan fototerapi (blue light) sesuai indikasi. e. Memfasilitasi pemberian ASI f. Memonitor efek neurlogis dari biperbilirubinemia g. Memonitor kadar bilirubin Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan Mengidentifikasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan
1. Melakukan pengkajian pada bayi dengan penyakit infeksi meliputi: a. Identifikasi bayi, meliputi: nama orang tua, tanggal dan jam lahir, dan jenis kelamin. b. Riwayat kelahiran: usia gestasi, berat badan, keadaan bayi saat lahir, nilai APGAR skor (asfiksia ringan sedang 4-6, asfiksia berat:0-3), jenis persalinan, warna ketuban dan lama ketuban pecah, karakteristik plasenta dan tali pusat. c. Pemeriksaan fisik umum, meliputi: antropometri (BB, PB, LK, LD, Lila), vital sign, keadaan umum, warna kulit, keaktifan, tangisan bayi, wajah neonatus, kepala, mata, telinga, hidung, mulut, Ieber, dada, abdomen, genitalia, anus, reflek fisiologis, reflek patologis, tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, tumor, dolor, dan functiolesa), menilai usia gestasi ballard skor.
Praktik lapangan, diskusi, bimbingan dengan supervisor
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
d. Kolaborasi pemeriksaan kadar biliribun. Menginterpretasi dan menganalisa data basil pengkajian Mengidentiftkasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan Merencanakan tindakan keperawatan Melaksanakan intervensi keperawatan pada bayi baru lahir, diantaranya: a. Memonitor vital sign b. Memonitor tanda-tanda infeksi c. Menggunakan universal precaution d. Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi, sebelum dan sesudah melakukan tindakan infasiv pada bayi. e. Menghindari bayi terpapar dengan lingkungan yang kurang bersih. f. Memberikan terapi sesuai indikasi g. Melakukan pemeriksaan darah lengkap, kultur darah, kultur urin. h. Mencegah terjadinya sepsis 6. Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan 7. Mengidentiftkasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan 2. 3. 4. 5.
1. Melakukan pengkajian pada anak, meliputi: a. Identifikasi anak, meliputi: nama, tanggallahir, umur dan jenis kelamin. b. Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit yang pernah diderita, riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat kesehatan keluarga. c. Riwayat kesehatan saat ini: tumbuh kembanreflek fisiologis, reflek patologis, tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, tumor, dolor, dan functiolesa). d. Kolaborasi pemeriksaan darah lengkap, glukosa, protein total, albumin, globulin, analisa gas darah, elektrolit. 2. Menginterpretasi dan menganalisa data basil pengkajian 3. Mengidentifikasi dan menentukan prioritas masalah keperawatan 4. Merencanakan tindakan keperawatan 5. Melaksanakan intervensi keperawatan pada anak, diantaranya 6. Melaksanakan evaluasi dan mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan 7. Mengidentiftkasi aspek etik legal yang terkait dengan klien dan Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
1. Melakukan need assesment yang terfokus pada kebutuhan asuhan keperawatan anak terkini melalui wawancara dan observasi 2. Melakukan analisis kebutuhan unit/ruangan dengan pendekatan SWOT 3. Menyusun proposal dan mengkonsultasikannya pada supervisor dan berkoordinasi dengan lahan praktik 4. Mempresentasikan rencana proyek inovasi di lahan praktik 5. Melaksanakan kegiatan inovasi 6. Depok, Septemberi 2013 Mengetahui Supervisor Utama
Nani Nurhaeni, S.Kp., M.N.
Residen
Supervisor
. SitiChodidjah.M N
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
Yuminah
KONTRAK BELAJAR RESIDENSI KEPERAWATAN ANAK II
Oleh: Vumlnah
1106122985
PROGRAM NERS SPESIALIS KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
2014
1 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014 -··-----""""'"'-~"~
z-·•·•---- ""'"-
-•·•-•~
•• •••-·-- ••
KONTRAK BELAJAR RESIDENSIII KEPERAWATAN ANAK Nama Mahasiswa NPM Tempat Praktlk Mata Ajar
:Yuminah
:1106122985 : RSUP dr. Clpto Mangunkusumo Jakarta : Residensi Keperawatan Anak II
No.
Tujuan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran/Kompetensi
1.
Mahasiswa mampumemberikan asuhan keperawatan pada anak dengan post operasi Apenditomi, Kolostomi,pembuatan anus (PSA)
Melaksanakan asuhan keperawatan dengan mengaplikasikan Teori keperawatan comfort Kolcaba, pada anak dengan masalah: A. Morbus Hisprung 1. Melaksanakan pengkajian dengan prinsip comfort: a. Kebutuhan rasa nyaman fisik: Pengkajian Skala nyeri, intensitas ,frekwensi ,lokasi,dan intensitas nyeri,tanda vital : suhu, nadi, RR, tekanan darah, mual dan muntah, status gizi, kebutuhan cairan b. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual: Kaji tingkat cemas, kebutuhan akan belajar c. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan ternan sebaya. d. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa.
Metoda Pembelajaran ,1.Anamnesa 2.Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang 4. Rekam medis klien I 5. Diskusi kasus 6.Jurnal terkait evidence based 1 practice
Waktu 17 februari sampai dengan 9 Mei 2014
Bukti Pembelajaran 1.Laporan kasus dalam bentuk log book (2 laporan kasus) 2.catatan keperawatan klien di ruangan 3.Lampiran jurnal terkait kasus 4.SAP pendidikan kesehatan S.Laporan target pencapaian keterampilan
2 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
---------------------·--------
2. a. b. c. d. e. 3. a. b. c. d.
e. f. g. 4. a. b.
c. d.
Merumuskan diagnosa keperawatan: Nyeri Akut Gangguan integritas kulit Kekurangan volume cairan Resiko infeksi Cemas Memvalidasi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan: Pemberian posisi yang nyaman Pemantauan tanda-tanda vital dan kaji skala nyeri Pemberian nutrisi adekuat Pencegahan dehidrasi dengan pemberian cairan intravena selama fase akut. Monitoring dan kolaborasi. Lakukan manajemen ansietas dan ketakutan dengan terapi bermain Pendidikan kesehatan pada orang tua Mensimplementasikan intervensi keperawatan sesuai rencana: Menciptakan lingkungan yang nyaman Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasif Berkolaborasi dengan tim kesehatan fisioterapis dan dokter Memberikan obat-obatan (oral, sub kutan, intra muskuler, dan intravena)
3 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014 _,·-~-
""-
·---------~-~
e. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua f. Menggunakan komunikasi dan hubungan therapeutik interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan. g. Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat h. Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan i. Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sakit 5. Melakukan observasi yang mendalam dan Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan: a. Pengkajian Skala nyeri, intensitas ,frekwensi ,lokasi,dan intensitas nyeri,tanda vital : suhu, nadi, RR, tekanan darah b. Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi secara adekuat c. lstirahat dan tidur dengan tenang. d. Cemas berkurang e. Orang tua selalu mendampingi anak. 6. Pendokumentasian asuhan keperawatan 7. Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan A. Appendictoml
4 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
1. Melaksanakan pengkajlan densan prinsip comfort: e. Kebutuhan rasa nyaman fisik: Pengkajian Skala nyeri, intensitas ,frekwensi ,lokasi,dan intensitas nyeri,tanda vital : suhu, nadi, RR, tekanan darah, mual dan muntah, status gizi, kebutuhan cairan berat badan menurun, membrane mukosa kering, turgor kulit. a. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual: Kaji tingkat cemas, kebutuhan akan belajar b. Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan teman sebaya, tidak bisa bermain c. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa. 2. Merumuskan diasnosa keperawatan: a. Nyeri akut b. Gangguan integritas kulit c. Resiko infeksi d. Ansietas 3. Memvalldasl dan memodlfikasl rencana asuhan keperawatan a. Pemberian posisi yang nyaman B.Pemantauan tanda-tanda vital dan kaji skala nyeri C.Pemberian nutrisi adekuat D.Pencegahan dehidrasi dengan
5 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
h. i. j.
a. b. c. d.
e.
f. g. h. i.
pemberian cairan intravena selama fase akut. Monitoring dan kolaborasi. Lakukan manajemen ansietas dan ketakutan dengan terapi bermain Pendidikan kesehatan pada orang tua b. Mengimplementasikan intervensi keperawatan sesual rencana: Memonitor intake dan output klien Memberikan obat-obatan (oral, sub kutan, intramuskuler, dan intravena) Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasive Menggunakan komunikasi therapeutik dan hubungan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sa kit Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat
6 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
j.
a. b. c.
d. e. f.
B. 1.
Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dokter dan ahli gizi. c. Melakukan observasi yang mendalam dan Mengevaluasi rencana asuhan keperawatan yang diberikan: Kaji skala nyeri Oistraksi dan relaksasi nafas dalam Mendapatkan nutrisi adekuat sesuai program dan memperlihatkan peningkatan BB . Mencegah penyebaran lnfeksi Mencegah adanya kerusakan integritas kulit . Meminimalkan tanda distress fisik atau emosional orang tua yang berpartisipasi dalam perawatan. d. Pendokumentasian asuhan keperawatan e. Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan Atresia ani Melaksanakan pengkajian dengan prinsip comfort: Kebutuhan rasa nyaman fisik: Pengkajian Skala nyeri, intensitas ,frekwensi ,lokasi,dan intensitas nyeri,tanda vital : suhu, nadi, RR, tekanan darah Kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi secara adekuat lstirahat dan tidur dengan tenang.
7 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
___. .,. __,.
--'----....------·4-·····-··. ,. . . . __ _.,_. ___ -~~-~·""
~~--~~----
-·- -- ·--------
Cemas berkurang Orang tua selalu mendampingi anak.
a.
Kebutuhan
rasa
nyaman
psikospiritual: kecemasan orang tua b.
c.
2. a. b. c. d. e. f. g. 3. a. b. c. d. e. f.
Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural: berpisah dengan orang tua, saudara dan ternan sebaya, tidak bisa bermain Kebutuhan rasa nyaman lingkungan: ketakutan terhadap pengobatan dan prosedur yang dilakukan, lingkungan yang tidak biasa. Merumuskan diagnosa keperawatan: Risiko penyebaran infeksi Risiko kekurangan volume cairan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Nyeri Perubahan membrane mukosa oral lntoleransi aktifitas Risiko perubahan pertumbuhan dan perkembangan Memvalidasi dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan: Pencegahan penyebaran infeksi dengan meberikan kamar khusus Monitoring dan kolaborasi Pemberian cairan adekuat Pemberian nutrisi adekuat Ajarkan manajemen nyeri Penangangan kerusakan mukosa
8 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014 ...,..._.........,,.....,_._.....,_..._.
.
..---...
...-.......
~-..-·--..--
-
.......
,...,,....,._........~·--
...
···-·-~·~~-~,·-·--.
g. h.
i. 4. a. b. c. d.
e.
f. g. h.
i.
j.
5.
Bantuan pemenuhan ADL Pemantauan dan dukungan tumbuh kembang Pendidikan kesehatan pada orang tua Mengimplementasikan intervensi keperawatan sesuai rencana: Memberikan kamar khusus Memberikan obat-obatan (oral, sub kutan, intramuskuler, dan intravena) Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua Mengembangkan program bermain pada anak usia toddler, pra sekolah dan sekolah dengan masalah hospitalisasi dan akan menjalani tindakan invasive Menggunakan komunikasi therapeutic dan hubungan interpersonal dalam memberikan asuhan keperawatan Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang nyaman Melakukan pendelegasian dalam pelayanan keperawatan Merancang program follow up kasus klien pasca rawat di rumah sa kit Memberikan bimbingan konsultasi terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan perawat Berkolaborasi dengan tim kesehatan lain: dokter dan klinik tumbuh kembang. Melakukan observasl yang
9 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
b.
c. d.
6. 7.
rehidrasi dan mempertahankan hidrasi adekuat. Mendapatkan nutrisi adekuat sesuai program dan memperlihatkan peningkatan BB . Tidak terjadi syok hipovolemik Memperlihatkan tanda distress fisik atau emosional yang minimal dan orang tua berpartisipasi dalam perawatan. Pendokumentasian asuhan keperawatan Mengidentifikasi etik dan legal praktik keperawatan anak dalam pelayanan keperawatan
Mengetahui, Depok,
Februari, 2014
Mahasiswa
Supervisor Utama
Yuminah
(Dr. Nani Nurhaeni, S. Kp., M.N.)
21 Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK APLIKASI TEORI COMFORT KATHARINE KOLCABA I. DATA BIOGRAFI A. ldentitas Klien NamaKlien Jenis Kelamin Tgl Lahir/usia TglMasukRS Tgl Masuk Ruangan Tgl Pengkajian No. Register Diagnosa Medis
.. .............................................................. .. .............................................................. .. .............................................................. .. .............................................................. .. .............................................................. .. .............................................................. .. ..............................................................
B. ldentitas Penanggungjawab Nama Pendidikan Pekerjaan Hubungan dengan pasien Alamat Rumah
.. .................................................... . .. ..................................................... .. ..................................................... .. .....................................................
II. Gambaran Umum Pasien A. Riwayat Penyakit Sekarang 1. Keluhan Utama: 2. Riwayat Penyakit Sekarang: 3. Riwayat Penyakit Dahulu: 4. Riwayat Penyakit Keluarga: 5. Riwayat Kelahiran: 6. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan: 7. Riwayat Imunisasi: 8. Riwayat Nutrisi: 9. Diagnosa Medis:
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
B. Pengkajian Kenyamanan Fisik (Physical Comfort) 1. Kondisi Umum a. Keadaan urnurn . . .......................................... . b. Tingkat kesadaran ............................................ . c. Glasgow Coma Scale (GCS) ............................................ . I) Eye: ............................................................................ . 2) Motorik: ....................................................................... . 3) Verbal: ........................................................................ . d. Skala Risiko Jatuh. : ........................................... . I) Jenis Risiko Jatuh : [ ] Rendah [ ] Sedang [ ] Tinggi
2. Tanda-tanda vital a. b. c. d. e. f.
Berat badan Tinggi badan Tekanan darah Nadi Frekuensi napas Suhu tubuh
.. ............................................ .. ............................................ .. ............................................
3. Nyeri (Pain Relief) a. Keluhan nyeri : [] Ya [] Tidak b. Lokasi .. ............................................ c. Skala nyeri (FLACC) d. Durasi nyeri : ........................................... . e. Kualitas nyeri : ........................................... . 4. Pencernaan (Reguler Bowel Function) a. Muntah : [ ] Tidak [ ] Ya, Frekuensi: ................. . b. Bisingusus : ......................................... x I menit c. Diare : [ ] Tidak [] Ya Frekuensi: .............. . d. Konsistensi feses : [ ] Lunak [ ] Cair [ ] Lendir [ ] Darah e. Warnafeses : [] Hijau [] Kuning [] Lainnya f. Konstipasi : [ ] Tidak [ ] Ya 5. Cairan dan Elektrolit (fluid and electrolyte balance) g. Turgor kulit : [ ] Elastis [ ] Kurang elastis a. Membran Mukosa : [ ] Lembab [ ] Kering b. Edema : [] Ya [] Tidak c. Int:ak.e : .................................................... . d. Output : [ ] genetalia [ ] pampers [ ] kateter e. Urin!BAK £ Hasillaboratorium
6. Oksigenasi (Adequate oxygen saturation) a. Jalan nafas b. Pernafasan
: [] Bersih []Ada sumbatan: ................. . : f l Tidak sesak [ ] Sesak Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
c. Penggunaan otot bantu nafas : [ ] Tidak [ ] Ya d. Irama : [ ] Tidak Teratur [ ] Teratur 1) Jenis pemafasan : .................................................... . 2) Kedalaman : [ ] Dalam [ ] Dangkal e. Batuk : [ ] Tidak [ ] Ya,(produktif/tidak produktit) 1) Sputum : [ ] Tidak [ ] Ya, (putihlkuninglhijau) 2) Konsistensi : [ ] Kental [ ] Encer 3) Terdapat darah : [] Tidak [] Ya f. Suara nafas : [ ] Vesikuler [ ] Ronkhi [ ] Wheezing [ ] Rales g. Nyeri saat nafas : [ ] Tidak [ ] Ya : [] Tidak [ ] Ya h. Alat bantu nafas 1) Saturasi Oksigen 7. Aktifitas dan Gerak (Tuming and positioning) a Keterbatasan pergerakan : [ ] Tidak [] Ya b. Fraktur : [ ] Tidak [] Ya . 1) Lokasi . .................................................. c. Ekstrimitas : [ ] Normal [ ] Spastis [ ]Parese . . .............. . .................................. d. Skala Barthel Indeks .. .................................................. e. Skala Norton
.
C. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual (Psikospiritual Comfort) 1. Kondisi anak : [ ] Tenang [ ] Rewel [ ] Cemas a Masalah yang diungkapkan anak: b. Cara anak menyelesaikan masalah: c. Aktifitas keagamaan yang dilakukan: d. Harapan setelah menjalani perawatan: 2. Kondisi orang tua : [ ] Tenang [ ] Cemas [ ] Panik a. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga: b. Harapan keluarga setelah anak menjalani perawatan: c. Aktifitas keagamaan selama mendampingi anak:
D. Pengkajian Kenyamanan Sosial (Social Comfort) 1. Orang terdekat dengan pasien dalam rumah : [] lbu
[ ] Ayah
[] Kakak
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
[] Adik
[] Pengasuh
2. Hubungan dengan keluarga: 3. Hubungan dengan teman bermain : 4. Interaksi anak terhadap teman di lingkungan RS: [ 1Aktif [ 1Pasif 5. Pengetahuan keluarga terhadap penyakitlkondisi anak: [ 1Baik [ 1Cukup [ 1Kurang 6. Informasi yang dibutuhkan pasien dan keluarga:
E. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan (Environment Comfort) 1. Yang dirasakan pasien dan keluarga terhadap lingkungan 2. Keramaian pengunjung : [ 1Tenang [ 1Ramai 3. Kebenihan kamar [ ] Kotor : [ 1Bersih [ ] Cukup 4. Suhu lingkungan [ ] Panas : [ 1Dingin [ ] Cukup 5. Pencahayaan : [ 1Terang [ ] Remang-remang [ ] Gelap 6. Ventilasi udara : []Ada [] Tidakada 7. Pembatas/sekat ruang [] Tidakada : [ 1Ada 8. Dekorasi ruangan : [] Menarik [ ] Tidak menarik 9. Ruang bermain [] Tidakada : [ 1Ada 10. Alat permainan : []Ada [] Tidakada
Tanggal ................. jam ....... WIB Perawat yang melengkapi,
Perawat yang melakukan pengkajian,
(
(
)
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
)
DAFTAR HADIR PRAKTEK RESIDENSI II MAHASISWA SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK DI RUANG BCH RSCM JAKARTA
:• ........ff""bo ~'!)!!:!.f!..t ..t~'r!·~······ f.)..." eJO..l. •
NAMA MAHASISWA NIM NO
31
TANGGAL
.···················•······•············•····· DINAS
JAM DATANG PULANG
~----~~~~~
TAA"'DA TANGAN r.
1- '-(- t.L( D_s
33
3 -l/ -t'-1
34
y - t ( - fl.(
35 36
3- _.. ~-
37 38 39
~-
bl -
(\..f -
~
lr--
l(-
42
ff - \.( - ( lf
43
~- 4 -1\4
44
~- 't
...·
/).J.
l~ -fll
40 41
46 47
,. 1711/
_,...., '1 - ,y ~
{f -
~-
'-".
I '-1
(...o - '-{- (L/
45
JL\.
r IT"!.. , '·
'-!-
-•'-f tl.f
IJf'
( /fT/1 ()fi,_ 13-W
-l'f
( //11,.,
fl{
~
48 49
50
~-'I
-1'-1
51 52 53
bO-'f-ll.(
t'fJ.1o t'f-lo
_( lfiVJ (//hi
r-I-ll/ 'J....L.L f
54 55
56
(Jp
( 17lh
'lf-)o
b -.r-
llf
tV- >o
57
58
fl-r .... cl!
59
60 Jakarta, Mei 2014 Men etahui Kepala uan~BCH
Eka Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
DAFTAR HADffi PRAKTEK RESIDENSI II MAHASISWA SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK DI RUANG BCH RSCM JAKARTA
:.............................................. ·······iftl7:L'!.J:.·f:;g"8r":···
NAMA MAHASISWA NIM
NO
TANGGAL
DINAS
JAM DATANG PULANG
~----~~----~
~
~
(1117?_
~?A
a- -vo
(7!Jn_
7 ~ 1N
lY~ ~
37
!J- '1 -
,y
tJ~
/1. ~
39
u - t '-t -rt..~
1Jt'4
42
!f - \.{ - r Lf
f1l>
TANTIATANGAN
'1-o.
CJ7ii....
~4_5~--~-·---~----'~----~-00---+__r~·-~~-r--t~~~~-+--~~~---~ 46
47 48 49
50 51 52
53 54 55 56
'1f}- 'I
-1'-1
··rm:;
lJP
(7/ht
''I- Jo
r - .r- ,y
'2..-s-- 'Y
/?,.. JO
.Ds
r-r--tll b -r- tLf
( 7m
~~-JC>
'lf-)o t Y- .> o
57
58 59
fl-r-- (l!
-,
#.
( 7715.
60 Jakarta, Mei 2014 Men etahui Kepala BCH
Eka Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
DAFTAR HADIR PRAKTEK RESIDENSI II MAHASISWA SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK DI RUANG BCH RSCM JAKARTA
-(Ltmtt00. H ...............................~........... .
NAMA MAHASISWA NIM
TANGGAL
NO
~-;t-~ty
{)s
I~ 30
rv
D.t
(?;, ~
ty
!)7J
.1----. ffo
~fl.(
{jfQ
~
"'-{ - .;t. -
d.()
5
1.(-_
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
JAM DATANG PULANG
EJp
~-
13
DINAS
(j- ;)...- ~IL(
1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
: ..........'i?.3b7S.2""'F...
;}.J-
~-
d-.6 - ;;.._- IV
4.s.
2r- ;;....- IY
J)J
~-I'{
-w~
NL
- tL/ 'f- 3. - ty J - - ) - tty
(JlJ
ty
!J.J .O_j t:yJ
~
~
-
b
- 1-
-3- 'Y & - 3.- ty {( -- .l - tY /L - 7 -tY I
!'1;. - :?. - tlf Ill - ~ -tl./ ~~
- 1.- ty
I';}-
~
~~
7-~~ ~~~
f!,..
1f'O
h
"lo.~
t-~
1.1... "'1o ·~
l'f.-ltJ <"1.-11
~~
'"'}u. ~
a.~
l'-f-
a-o
10
f~ )-a
l!)p
'7--~
f'(.. 'H)
.{l_t
./J.s. [)S I31A.f
'U.
'qQ
<"1.1-~
«<.~
'h
"Ju. "l"\)'
l"1~
{}-"Yo -
7--6-0
llf 2-0
101 - 1- 1'-/ 1.5- >- ry
7·
V._s
ry
D-1
~
dfF\ dfo
o-/fjJ
c1l'6
1'>-"'lfO /'),.... ").0
'1.-ll-d-()
( /7!1
l. 'kl> rlf.. "l-0
c~
/_
"Lo
·W
-:r~i
~
7-, 'ko
~- ~
f)):l
- >- !Y 711- 3 _t"-f ~I - } -tV
_{,
< }';!"'-
ilf· ¥0 ""2.4, 1sO
'k\).
!tP
.:l. J-
~ ~
C1IJ;i (/f!; _(]lin_
c:LV - 3 -ll( u--- 3- rtf -t'-1
GflY!-
~A
f '1~ 1-i)
lJY-J
J;flt
(77F__
v. Yo
Dp
-3-f'-1
~ U/1:-
1'1.- .1"0
J-ILl
~
d!i
CJh
1¥-:JU
~-
~
''f.-~
7--~
~
-~
~'"YO
8p
~
C/~
r/Jfi--..
7-~
(1.- 'W
/
'1.-n.-h-o I \f. 'kD
fJP
~(!,.. ~
TANDA TANGAN
7--w
vs
t:>-J.o
tJ.s
/\.
tJp
7--~
~
~,_
l~l-0
~ (~
l'f- '¥0
_Cf;!rt_
L'f-.l:O
t 'f2 Co /)-/,)V
Jl / )
\ IX
'-'t-1£ r-hhJ '-' I
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
DAFTAR HADIR PRAKTEK RESIDENSI II MAHASISWA SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK DI RUANG BCH RSCM JAKARTA
.: ··········7/·()b··;;.l_"····-gr··· -f-1m'1\J a1:-f
NAMAMAHASISWA NIM
TANGGAL
NO
...............................~...........
DINAS
1 2 3
I'-/ d-t> - ;).. - d-lH V
[)p
lJs
~~ 60
d-O tV
D.s
(j ... ~-
.;1()
~-
;).{-
4
" '-l -
.;1._ -
~ty
1)-p
5
1.(-_
d--.-
~fl./
{jfl
6 7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Ol6 - ;;.._- IV '2(-- ;}....- ll{ 10~
~-
2> -
~
I'{
TANDA TANGAN
JAM
DATANG ~~
PULANG
(~ ~
~
)-.-tto
I 'f..
7-~~
l'f.-lf)
~~~
/JJ
f!.- h
NL
"lo.~
a.
1>o
(77f:
1--";--()
l'-f-
a-o
(7/li!(/h~
1f'O
<""k -
1u. ?s-o
7-~
10
ry.~
J-->- ty
{jp
'7-- 1--\)
''f- ')-1)
ty I - 3- ry & - 3.- fy
lJ_j
.... ~~ '1A:)
/L - 7 -tY '~ - 3. - tlf
Ill
..
~~
-1.-tY
~
1'1- ./0} {5_
-tl./
(').. 1N
ep il.t
q..--vo
''f.- a.>
/'1- .ai)
"Ul- '}0
./J.s.
13,. l-o
«<-~
Ds
l?.-
<Jv- 'l-'0-
'}\'>
Cfh ~~
dfF\ d;n <Jfij,
1--~
!'f.-~
c1/15
3- ILl 1 - 1'-/
8p [jp
7--60
llf. 2-'0
ell~.
> -ry
.tj_J
-ry
D.J JJ/t.,f
~
- 3 -tV
<1-P
3- rtf
~
7- 'b).
(//_At
1'>-1.-0
"'l4.1s'{)
/):,. _ w
CJ1in
'"U>...J-o
( 77f!'7
cw.~
3.
7--'?rO 1-- 'ko
~- ~ -l\.f
J- _ "211 -
:> - tY
fJS
f:>-J.o
3 - tlf
lJ..i tJp
/'!:..
} -ll{
-
l\f-l-0
f)):l
-
Gfr::!
IJ.J
8p
- 1 -fl./
~I
(""~
<"lJ.ko
8- 'Yo
~
:l._
?o--0
~-'k\\
~
u- ....
"'14 •
8"'-f
~
.;L\f
OF_C/fr':
"-"'o
IJP
({ -- .l - tlf
rJif:::. diti
4~
!. - ty - 1-
~
'kD
(JIJ
b
.rJJF>-
... 'St)
.... rY
'f-
/
Cl~
IJ.. "?ols-0
7--~
~
7--~
JL
1s-\)
tlf. 'l-1) I 'f-lo
I "f.. '¥0
l'f-.)0
( 'fKo 0-f,l"\)
Aplikasi teori…, Yuminah, FIK UI, 2014
/
\
f7T~
~
c/l4L ~
riP v(-1-£ .r-f,{d .....,