UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS VERTICAL MULTIPLIER DALAM PERSAMAAN REVISED NATIONAL INSTITUTE FOR OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH (NIOSH) LIFTING BAGI PEKERJA LAKI-LAKI INDUSTRI INDONESIA
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
AISYAH IADHA NURAINI 0806337390
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI DEPOK JUNI 2012
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Aisyah Iadha Nuraini
NPM
: 0806337390
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 20 Juni 2012
ii
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Skripsi
: : Aisyah Iadha Nuraini : 0806337390 : Teknik Industri : Analisis Vertical Multiplier dalam Persamaan Revised National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Lifting bagi Pekerja Laki-Laki Industri Indonesia
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ir. Boy Nurtjahyo, MSIE
Penguji
: Dr. Akhmad Hidayatno, ST., MBT.
Penguji
: Farizal, PhD
Penguji
: Armand Omar Moeis, ST., M.Sc
Ditetapkan di : Depok Tanggal : 20 Juni 2012 iii
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kepada Allah Azza wa Jalla, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Boy Nurtjahyo, MSIE, yang telah memberikan kesempatan untuk mengerjakan penelitian yang sangat luar biasa ini. Beliau juga telah banyak memberikan dukungan berupa bimbingan, motivasi, dan masukan untuk masalah-masalah yang dialami oleh Penulis dalam pembuatan skripsi ini. 2. Bapak Yanto, ST., M.Sc., selaku dosen Teknik Industri Universitas Atma Jaya yang dengan sabarnya telah memberikan bimbingan mengenai persamaan NIOSH dan ilmu-ilmu baru lainnya serta memberikan ide dan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi 3. Ibu Ir. Erlinda Muslim, MEE dan Ibu Arian Dhini ST., MT, selaku pembimbing Ergonomi, yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan banyak petuah kepada Penulis. 4. Maya Arlini Puspasari, ST., MT, Dwinta Utari, ST., MT., MBA, dan Romadhani Ardi, ST., MT, yang selalu memberikan masukan positif dan dukungan motivasi terhadap penelitian ini. 5. Seluruh staf pengajar Departemen Teknik Industri yang telah membimbing dan memberikan wawasan yang sangat berharga kepada penulis. 6. Orang tua, Kiswati dan Nurheni Wijayanto, dan keluarga, terima kasih atas kasih sayang dan dukungan yang telah banyak dicurahkan selama Penulis mengerjakan skripsi ini.
iv
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
7. Anton Royanto Ahmad, seseorang yang spesial bagi penulis, yang telah membantu dalam banyak hal dalam penelitian ini, baik dari waktu, tenaga, pikiran, maupun hal-hal lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Kebaikanmu tak terlupakan, ketulusanmu tak terbalaskan, hanya Allah yang mampu membalasnya. 8. Karyawan Departemen Teknik Industri Universitas Indonesia yang telah memberikan
bantuan
dalam
menyediakan
waktu
menggunakan
laboratorium dan mengurus surat-surat yang berhubungan dengan skripsi ini. 9. Rekan seperjuangan di Ergonomics Centre Universitas Indonesia: Citra Prana Paramita, Iftitah Putri, Stephani Rengkung, Ivan Angga Kusuma, Meilinda Dorris Shintana, Dwiki Drajat Gumilar, Neni Diankrisna Putri, dan teman-teman dengan topik Ergonomi, terima kasih atas kesediaannya berbagi laboratorium ergonomi terlengkap dan dukungan di setiap waktu. 10. Para sahabat terbaik, Aninditha KD, Sofrida R, Irvanu R, yang selalu memberikan dukungan kepada Penulis. 11. Seluruh pihak lain yang telah membantu penulis dari awal penelitian sampai selesainya skripsi ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu. 12. Keluarga mahasiswa Teknik Industri angkatan 2008. Terima kasih atas berbagi suka yang selama 4 tahun ini. Benar-benar sebuah keluarga besar yang sangat hangat. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna dikarenakan oleh keterbatasan Penulis. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat memberikan manfaat secara utuh. Semoga tulisan di dalam skripsi ini bisa memberikan tambahan pengetahuan maupun menjadi sumber informasi yang berguna bagi setiap pembaca.
Depok, 20 Juni 2012
Penulis v
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Aisyah Iadha Nuraini
NPM
: 0806337390
Program Studi : Teknik Industri Departemen
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknik
Jenis karya
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Analisis Vertical Multiplier dalam Persamaan Revised National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Lifting bagi Pekerja Laki-Laki Industri Indonesia beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Depok
Pada tanggal : 20 Juni 2012 Yang menyatakan
(Aisyah Iadha Nuraini) vi
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
ABSTRAK
Nama : Aisyah Iadha Nuraini Program Studi : Teknik Industri Judul : Analisis Vertical Multiplier dalam Persamaan Revised National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Lifting bagi Pekerja Laki-Laki Industri Indonesia Manual Material Handling (MMH) merupakan kegiatan yang paling beresiko menimbulkan cidera tulang belakang dan telah menjadi fenomena di seluruh dunia, tidak hanya berkembang di negara maju, tetapi juga terjadi di negara berkembang. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengurangi cidera akibat MMH yaitu dengan persamaan Reccomended Weight Limit (RWL) yang dipublikasikan oleh NIOSH. Namun, persamaan NIOSH ini lebih banyak diujicobakan dan diteliti di negara-negara Eropa dan Amerika. Oleh karena itu dibutuhkan penyesuaian terhadap orang Indonesia. Pada paper ini, penulis menganalisis faktor pengali vertikal dalam persamaan NIOSH untuk pekerja lakilaki di Indonesia. Faktor pengali ini dikaji dengan menggunakan tiga kriteria, yaitu kriteria biomekanik, fisiologi, dan psikofisik. Hasil dari penelitian ini berupa persamaan faktor pengali vertikal, yaitu VM = 1 – 0.0310083 (68-V) dan VM = 1 – 0.00708215 (68-V) untuk ketinggian di bawah knuckle. Kata Kunci: NIOSH, Faktor Pengali Vertikal, Biomekanik, Fisiologi, Psikofisik
vii
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
ABSTRACT
Name Major Title
: Aisyah Iadha Nuraini : Industrial Engineering : Analysis of Vertical Multiplier on Revised National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) Lifting Equation for Male Workers in Indonesia Industry
Manual Material Handling (MMH) is a risky activity that causes low back pain and has become a worldwide phenomenon, not only in developed countries, but also occur in developing countries. One effort to reduce the injury caused by MMH is the Reccomended Weight Limit (RWL) equation, published by NIOSH. However, NIOSH equation is more tested and researched in European and America. Therefore, it is necessary adjustment for Indonesia people. In this paper, the author analyze the vertical multiplier factor in NIOSH equation for male workers in Indonesia. Multiplier factor is assessed using three criterias. There are biomechanics, physiology, and psychophysical. The result of this study is form of vertical multiplier equation, i.e VM = 1 - 0.0310083 (68-V) and VM = 1 0.00708215 (68-V) for an elevation below the knuckle. Keywords: NIOSH, Psychophysical
Vertical
Multiplier,
viii
Biomechanics,
Physiology,
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................ vi ABSTRAK........................................................................................................ vii ABSTRACT .................................................................................................... viii DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2 Diagram Keterkaitan Masalah .............................................................. 4 1.3 Perumusan Masalah ............................................................................. 4 1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 1.5 Batasan Masalah .................................................................................. 6 1.6 Metodologi Penelitian .......................................................................... 7 1.7 Sistematika Penulisan ........................................................................ 11 BAB 2 DASAR TEORI .................................................................................... 13 2.1 Ergonomi ........................................................................................... 13 2.2 Anthropometri Indonesia.................................................................... 15 2.2.1 Penggunaan Persentil Data Anthropometri ................................ 16 2.3 Manual Material Handling ................................................................ 17 2.3.1 Cidera pada Pinggang (Low Back Pain) .................................... 18 2.4 Persamaan NIOSH Lifting.................................................................. 19 2.4.1 Pendahuluan ............................................................................. 19 2.4.2 Persamaan Pengangkatan Beban NIOSH................................... 21 2.4.3 Komponen Horisontal ............................................................... 25 2.4.4 Komponen Vertikal................................................................... 26 2.4.5 Komponen Jarak ....................................................................... 26 ix Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
2.4.6 Komponen Asimetri .................................................................. 27 2.4.7 Komponen Frekuensi ................................................................ 27 2.4.8 Komponen Pegangan ................................................................ 29 2.4.9 Indeks Pengangkatan (Lifting Index / LI)................................... 29 2.5 Aspek Fisiologi .................................................................................. 30 2.5.1 Batasan Angkat Secara Fisiologi ............................................... 30 2.5.2 Kerja Fisik dan Konsumsi Energi Kerja .................................... 31 2.5.3 Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi ...................... 31 2.6 Aspek Biomekanika ........................................................................... 33 2.6.1 Batasan Angkat Beban dengan Menggunakan Biomekanika...... 34 2.7 Aspek Psikofisik ................................................................................ 34 2.7.1 Batasan Angkat Secara Psikofisik ............................................. 35 2.8 Software Jack 6.1 ............................................................................... 35 2.8.1 Analisis LBA (Low Back Analysis) ........................................... 37 2.9 RPE (Rating of Perceived Exertion) atau Borg Scale .......................... 39 BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA .............................. 41 3.1 Pengumpulan Data ............................................................................. 41 3.1.1 Identifikasi Alat Penelitian ........................................................ 41 3.1.2 Penentuan Responden ............................................................... 45 3.1.3 Penentuan Variabel yang Diteliti ............................................... 47 3.1.4 Prosedur Percobaan ................................................................... 48 3.1.5 Proses Pengumpulan Data ......................................................... 49 3.1.6 Hasil Pengumpulan Data Responden ......................................... 54 3.2 Pengolahan Data ................................................................................ 58 3.2.1 Pengolahan Data Berdasarkan Kriteria Biomekanika................. 59 3.2.2 Pengolahan Data Berdasarkan Kriteria Fisiologi ....................... 69 3.2.3 Pengolahan Data Berdasarkan Kriteria Psikofisik ...................... 77 3.2.4 Penentuan Faktor Vertical Multiplier ........................................ 79 BAB 4 ANALISIS ............................................................................................ 88 4.1 Analisis Kondisi Lingkungan Kerja.................................................... 88 4.2 Analisis Pemilihan Responden Pekerja ............................................... 91 4.3 Analisis Denyut Jantung .................................................................... 92 4.4 Analisis Konsumsi Oksigen dan Energy Expenditure ......................... 94 4.5 Analisis Penggunaan RPE ................................................................. 95 x Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
4.6 Analisis Kriteria Biomekanika ........................................................... 97 4.7 Analisis Kriteria Fisiologi .................................................................. 98 4.8 Analisis Kriteria Psikofisik ................................................................ 99 4.9 Analisis Faktor Pengurang Vertikal .................................................. 100 4.10Analisis Faktor Pengali Vertikal Usulan untuk Orang Indonesia....... 101 4.11Analisis Perbandingan VM Usulan Baru dengan Hasil Penelitian Sebelumnya ..................................................................................... 101 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 105 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 105 5.2 Saran................................................................................................ 106 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 108
xi
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Diagram Keterkaitan Masalah ........................................................... 5 Gambar 1.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian Bagian Satu ............................ 10 Gambar 1.3 Diagram Alir Metodologi Penelitian Bagian Dua ............................ 11 Gambar 2.1 Struktur Tulang Belakang ............................................................... 18 Gambar 2.2 Representasi Grafik Peletakkan Tangan (Sumber: Waters, et al, 1994) ............................................................................................... 24 Gambar 2.3 Representasi Grafik dari Sudut Asimetri (A) (Sumber: Waters, et al, 1994) .......................................................................................... 25 Gambar 2.4 Tampilan Awal Software Jack ........................................................ 36 Gambar 2.5 Tampilan Analisis LBA pada Software Jack ................................... 38 Gambar 3.1 Serangkaian Peralatan Fitmate MED............................................... 41 Gambar 3.2 Meja Peletakkan Beban ................................................................... 43 Gambar 3.3 Keramik sebagai Beban yang Diangkut ........................................... 43 Gambar 3.4 Kardus yang Digunakan .................................................................. 44 Gambar 3.5Termometer Suhu Tubuh ................................................................. 44 Gambar 3.6 Sphygmomanometer Digital ............................................................ 45 Gambar 3.7 Chart Klasifikasi Tekanan Darah .................................................... 47 Gambar 3.8 Flowchart Prosedur Percobaan ....................................................... 48 Gambar 3.9 Pengangkatan dari Ketinggian Lantai ke Ketinggian Knuckle .......... 51 Gambar 3.10 Pengangkatan dari Ketinggian Knuckle ke Bahu ........................... 52 Gambar 3.11 Lembar Data Percobaan ................................................................ 54 Gambar 3.12 Posisi Model Manusia, Meja, dan Box di Dalam Software Jack ..... 60 Gambar 3.13 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Pertama – Origin .......................................... 61 Gambar 3.14 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Pertama – Destination .................................. 62 Gambar 3.15 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Kedua – Origin ............................................ 62 xii
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Gambar 3.16 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Kedua – Destination..................................... 63 Gambar 3.17 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Pertama – Origin .......................................... 64 Gambar 3.18 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Pertama – Destination .................................. 64 Gambar 3.19 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Kedua – Origin ............................................ 65 Gambar 3.20 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Kedua – Destination..................................... 66 Gambar 3.21 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Pertama – Origin .......................................... 66 Gambar 3.22 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Pertama – Destination .................................. 67 Gambar 3.23 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Kedua – Origin ............................................ 68 Gambar 3.24 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Kedua – Destination..................................... 68 Gambar 3.25 Grafik Berat Beban vs Energy Expenditure Percobaan Kedua ....... 72 Gambar 3.26 Grafik Hubungan antara VO2 dengan Energy Expenditure Responden Suhendar dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Pertama ........................................................................................... 74 Gambar 3.27 Grafik Hubungan antara VO2 dengan Energy Expenditure Responden Suhendar dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Pertama ........................................................................................... 74 Gambar 3.28 Grafik Hubungan antara VO2 dengan Energy Expenditure Responden Suhendar dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Pertama ........................................................................................... 75 Gambar 3.29 Persamaan Bloswick ...................................................................... 81 Gambar 4.1 Grafik Denyut Nadi Akhir saat Percobaan 1 .................................... 93 Gambar 4.2 Grafik Denyut Nadi Akhir saat Percobaan 2 .................................... 93 Gambar 4.3 Grafik EE vs VO2 ........................................................................... 94 xiii Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Data Anthropometri untuk Populasi Indonesia Laki-Laki dan Perempuan (dalam satuan cm, dan berat tubuh dalam kg) ................ 16 Tabel 2.2 Kriteria yang Digunakan untuk Mengembangkan Persamaan Pengangkatan................................................................................... 20 Tabel 2.3 Batasan Energy Expenditure untuk Frekuensi Pengangkatan (kkal/min) ........................................................................................ 21 Tabel 2.4 Task Variable Metode NIOSH.......................................................... 22 Tabel 2.5 Faktor Pengali Frekuensi .................................................................. 28 Tabel 2.6 Faktor Pengali Coupling ................................................................... 29 Tabel 2.7 Klasifikasi Beban Kerja .................................................................... 33 Tabel 2.8 Borg Scale ........................................................................................ 39 Tabel 2.9 Minimal, Mean, dan Maksimal Heart Rate ....................................... 40 Tabel 3.1 Lingkungan Fisik Percobaan ............................................................. 53 Tabel 3.2 Data Umum Responden .................................................................... 55 Tabel 3.3 Data Antropometri Responden .......................................................... 56 Tabel 3.4 Data Pengukuran Denyut Nadi dan Konsumsi Oksigen Percobaan Pertama dengan Beban 13 kg Responden Ade Kurniawan ....................................................................................... 57 Tabel 3.5 Data RPE Responden........................................................................ 58 Tabel 3.6 Rekap Hasil Perhitungan Biomekanika ............................................. 69 Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Kriteria Fisiologis Percobaan 1 dengan Beban 13 Kg............................................................................................... 70 Tabel 3.8 Hasil Rekap Perhitungan Energy Expenditure Berdasarkan Kriteria Fisiologi ............................................................................. 71 Tabel 3.9 Hasil Rekap Perhitungan Energy Expenditure Berdasarkan Kriteria Fisiologi ............................................................................. 71 Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Kriteria Fisiologis Percobaan 1
dengan
Beban 13 Kg dengan Enegy Expenditure Fitmate MED ................... 75 Tabel 3.11 Hasil Rekap Perhitungan Energy Expenditure Fitmate MED Berdasarkan Kriteria Fisiologi pada Percobaan 1 ............................. 76 xiv Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Tabel 3.12 Hasil Rekap Perhitungan Energy Expenditure Fitmate MED Berdasarkan Kriteria Fisiologi pada Percobaan 2 ............................. 76 Tabel 3.13 Perbandingan Batasan Beban Kriteria Biomekanik dengan Fisiologi .......................................................................................... 78 Tabel 3.14 Hasil penyesuaian RPE untuk Kriteria Psikofisik dengan Melakukan perbandingan Biomekanik dengan FisiologiDenyut Jantung ................................................................................ 78 Tabel 3.15 Hasil penyesuaian RPE untuk Kriteria Psikofisik dengan Melakukan perbandingan Biomekanik dengan FisiologiEnergy Expenditure Fitmate ............................................................ 79 Tabel 3.16 Perbandingan Gaya Tekan L5/S1 Hasil Pertama ............................... 81 Tabel 3.17 Perbandingan Gaya Tekan L5/S1 Hasil Kedua .................................. 81 Tabel 3.18 Perhitungan Model Bloswick Ketinggian Lantai Knuckle Hasil Pertama ........................................................................................... 82 Tabel 3.19 Perhitungan Model Bloswick Ketinggian Knuckle-Bahu Hasil Pertama ........................................................................................... 83 Tabel 3.20 Perhitungan Model Bloswick Ketinggian Lantai Knuckle Hasil Kedua .............................................................................................. 84 Tabel 3.21 Perhitungan Model Bloswick Ketinggian Knuckle-Bahu Hasil Kedua .............................................................................................. 85 Tabel 4.1 Rata-Rata Energy Expenditure Percobaan Pertama ............................. 95 Tabel 4.2 Rata-Rata Energy Expenditure Percobaan Kedua ............................... 95 Tabel 4.3 Data untuk Perbandingan RWL pada percobaan Lantai-Knuckle....... 102 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Multiplier............................................................. 102 Tabel 4.5 Persamaan dari Hasil Penelitian Ini dan Penelitian Sebelumnya ........ 103 Tabel 4.6 Perhitungan RWL Setiap Hasil Penelitian ......................................... 103
xv
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1:
Analisis Biomekanik Responden
Lampiran 2:
Analisis Fisiologis
Lampiran 3:
Grafik Hubungan Antara Konsumsi Oksigen dengan Energy Expenditure
xvi
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
1
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu faktor penting yang
harus diperhatikan oleh manusia saat sedang bekerja. Apabila tidak diperhatikan maka akan memberikan kerugian tersendiri bagi pekerja dan perusahaan. Kerugian yang didapat berupa berkurangnya tenaga kerja, menurunnya produktivitas, dan kebutuhan biaya kesehatan yang tinggi. Berdasarkan artikel kesehatan dan keselamatan kerja oleh Robiana Modjo (2007), disebutkan bahwa United Nations Declaration on Human Rights pada tahun 1948 di Helzinki telah merumuskan tentang hak asasi setiap orang dalam hal pekerjaan seperti bebas memilih jenis pekerjaan dan mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil dan membuatnya sejahtera. Pada tahun 1976, dalam United Nations International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, disebutkan tentang perlunya kebutuhan kondisi kerja yang memberikan keselamatan dan kesehatan sebagai hak asasi setiap pekerja. International Labor Organization (ILO) sebagai organisasi pekerja sedunia juga merumuskan pentingnya tempat kerja yang produktif dan layak (productive and decent work place). Di dalam dunia pekerjaan, meskipun teknologi dan penggunaan mesin terus berkembang,
campur
tangan manusia dalam
beberapa pekerjaan yang
membutuhkan kemudahan dan fleksibilitas masih terjadi. Contohnya dalam pemuatan dan bongkar muat produk ke atas pallet dan truk di dalam industri manufaktur. Pekerjaan pemuatan produk ini sering disebut dengan Manual Material Handling (MMH). Manual Material Handling merupakan kegiatan yang terdiri dari mengangkat, membengkokan, dan gerakan memutar pada bagian torso yang menjadi penyebab utama dari cidera tulang belakang dan penyakit lainnya (Wickens et al., 1998; Ayoub dn Mital, 1989). Aktivitas MMH yang tidak dilakukan dengan benar, seperti beban kerja yang terlalu berat dan posisi tubuh yang tidak sesuai dan ergonomis, tentunya 1
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
2
dapat mencederai karyawan. Salah satu keluhan yang terjadi yaitu keluhan pada bagian musculoskeletal (Ramadha, 2010). Keluhan ini terjadi selain karena faktor beban yang ditanggung terlalu berat, juga dikarenakan frekuensi yang berulang melebihi kapasitas dan kondisi lingkungan kerja yang kurang memadai. Menurut Apep dan Syafei (2002), keluhan musculoskeletal merupakan keluhan pada bagian tulang belakang yang terasa ringan hingga sakit sekali akibat adanya kerusakan pada bagian sendi, ligamen, otot, urat syaraf, urat daging, tulang, dan tendon akibat aktivitas kerja (Astuti dan Suhardi, 2007). BLS (Bureau Labor Statistics) memberikan laporan bahwa keluhan musculoskeletal terjadi saat pengangkatan sebesar 52%, mendorong dan menarik sebesar 13%, kegiatan berulang sebesar 13%, kegiatan membawa sebesar 10%, dan kegiatan lainnya sebesar 12% (Astuti dan Suhardi, 2007). Selain itu, berdasarkan laporan NIOSH (1981), sebanyak setengah juta pekerja di Amerika Serikat menderita beberapa cidera akibat overexertion setiap tahunnya (Wu, 1999). Dua hal yang menjadi cidera utama terjadi pada daerah musculoskeletal, yaitu cidera tulang belakang dan upper extremity cumulative trauma disorder. Menurut Pope et al. (1991), dewan nasional dalam bidang penggantian dana asuransi memperkirakan bahwa cidera tulang belakang yang terkait dengan pekerja diberikan pembayaran kompensasi dan biaya tidak langsung sejumlah US$ 27-56 milyar di Amerika Serikat (Wu, 1999). Wu et al. (1993) menjelaskan bahwa cidera yang diakibatkan oleh MMH terjadi secara merata dan telah menjadi fenomena di seluruh dunia, tidak hanya berkembang di negara maju, tetapi juga terjadi di negara berkembang (Wu, 1999). Dalam usaha pengurangan cidera yang terjadi akibat
MMH, NIOSH
mempublikasikan persamaan untuk mengembangkan batas beban yang sanggup diangkat oleh manusia dalam posisi sagittal pada tahun 1981 (Lee, Park, dan Chun, 1995). Persamaan ini digunakan untuk pekerjaan dengan dua tangan, pengangkatan simetrik, dan pekerjaan selama 8 jam. Persamaan ini didasarkan pada
beberapa
metode,
yaitu
metode
biomekanik,
physiological,
dan
psychophysical dalam penentuan batas beban (NIOSH, 1981). Pada tahun 1993, NIOSH kembali mempublikasikan the revised NIOSH Lifting Equation (NLE), sebuah persamaan matematik yang terdiri dari Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
3
Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI) (Waters et al, 1993). RWL merupakan formulasi yang akan menghasilkan rekomendasi batas berat beban yang dapat diangkat oleh pekerja sehat selama 8 jam tanpa meningkatkan resiko dari cidera tulang belakang. Variabel-variabel yang mempengaruhi RWL yaitu sebuah konstanta beban (Load Constant, LC) yang berkurang dikarenakan 6 faktor pengali, yaitu jarak horizontal (HM), jarak vertical (VM), jarak (DM), asimetrik (AM), frekuensi (FM), dan klasifikasi coupling (CM) (Waters et al, 1997). Lifting Index (LI) yaitu estimasi relatif tekanan fisik yang berkaitan dengan pengangkatan secara manual yang ditulis dengan persamaan beban pengangkatan (L) dibagi dengan nilai RWL (Waters et al., 1997). Apabila nilai lifting index lebih besar dari satu maka pekerjaan mengangkat tersebut akan menimbulkan cidera. Persamaan NIOSH ini lebih banyak diujicobakan dan diteliti di negaranegara Eropa dan Amerika (Wu, 1997). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, persamaan NIOSH ini sesuai untuk digunakan di Eropa dan Amerika Utara, namun pengaplikasian persamaan NIOSH di negara yang berbeda dari negara-negara tersebut masih dipertanyakan (Zhu dan Zhang, 1990; Evans, 1990; Lee at al., 1995; Wu, 1997; Maiti dan Ray, 2004). Beberapa studi literatur ini membuktikan bahwa penelitian mengenai persamaan NIOSH telah dilakukan di beberapa negara selain negara-negara di Eropa dan Amerika, yaitu Korea, China, dan India. NIOSH digunakan dalam menentukan penentuan rekomendasi beban yang sanggup diangkut oleh manusia. Dalam ujicobanya, persamaan NIOSH digunakan hanya pada orang Eropa dan Amerika. Padahal, ukuran tubuh antara orang Eropa, Asia, dan Amerika berbeda. Hal ini dapat dilihat dari berat, ukuran, dan postur tubuh orang Amerika yang lebih besar dibandingkan orang Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan pengujian persamaan NIOSH apakah sesuai dengan orang Indonesia. Jumlah pekerja angkut dan kegiatan MMH di Indonesia, yang merupakan negara berkembang, masih banyak terjadi dikarenakan sifat jenis pekerjaan yang fleksibel dan murah. Salah satu contohnya yaitu proses pengangkutan beras dengan berat 50 kg – 75 kg. Selain itu, perbedaan ukuran tubuh antara orang Indonesia dengan Amerika tentunya akan mempengaruhi penggunaan persamaan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
4
NIOSH ini. Selain ukuran tubuh, variabel lain seperti usia, gender, postur, jarak jangkauan, pengerahan tenaga dengan cepat, durasi waktu dan frekuensi pengerjaan juga mempengaruhi kekuatan manusia (Mital et al., 1999). Kekuatan manusia ini tentunya akan mempengaruhi beban pekerjaan yang diterima oleh manusia. Penelitian mengenai persamaan NIOSH bagi orang Indonesia ini terkait dengan faktor-faktor pengali di dalamnya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengujian penggunaan faktor-faktor pengali ini bagi populasi orang Indonesia. Pengujian ini merupakan penelitian yang akan dilakukan terkait dengan pengujicobaan faktor pengali dalam persamaan NIOSH bagi orang Indonesia dengan melakukan studi literatur terhadap beberapa penelitian yang pernah dilakukan.
1.2
Diagram Keterkaitan Masalah Berdasarakan latar belakang permasalahan di atas, dapat dibuat diagram
keterkaitan permasalahan yang menggambarkan interaksi masalah satu sama lain. Dalam diagram ini dapat dilihat bahwa akar permasalahan yaitu keterbatasan penelitian terkait penggunaan persamaan NIOSH dengan jenis variabel yang berbeda bagi orang Indonesia. Diagram keterkaitan masalah ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.
1.3
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan dan diagram keterkaitan masalah,
pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu terbatasnya penelitian terkait penggunaan persamaan NIOSH Lifting bagi orang Indonesia. Variabel yang akan diujikan yaitu faktor pengali pada variabel vertikal. Penelitian ini diperlukan karena persamaan NIOSH Lifting banyak digunakan dalam penentuan standar rekomendasi beban yang sanggup ditanggung oleh pekerja dan beberapa penelitian yang terkait dengan beban pekerja tersebut, seperti analisis pada kuli angkut. Padahal, pembuatan, penelitian, dan pengujian dari persamaan NIOSH menggunakan orang Amerika dan Eropa yang tentunya memiliki ukuran tubuh berbeda dengan orang Indonesia. Penelitian terkait NIOSH ini telah dilakukan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
5
oleh beberapa negara di Asia yaitu China, Korea, dan India dengan latar belakang yang sama, yaitu perbedaan ukuran tubuh.
Standar Pekerjaan Manual Material Handling untuk RWL mengacu pada hasil penelitian
Pengurangan jumlah pekerja yang cidera tulang belakang akibat aktivitas MMH
Hasil penelitian pengunaan persamaan NIOSH untuk orang Indonesia Pengontrolan pelaksanaan pengujian persamaan NIOSH dapat dilakukan dengan mudah dan baik
Terdapat literatur penelitian lanjutan mengenai variabel vertical dalam persamaan NIOSH Lifting
Terdapat literatur yang terkait lebih dalam untuk melakukan pengujian seperti literatur dalam metode eksperimen
Faktor Pengali vertikal dari persamaan NIOSH Lifting dapat diujicobakan secara menyeluruh
Prosedur dan deskripsi kegiatan penelitian dapat dipersiapkan secara menyeluruh
Adanya sebuah penelitian lanjutan penggunaan persamaan NIOSH Lifting bagi orang Indonesia dalam faktor pengali variabel vertikal
Terbatasnya penelitian terhadap penggunaan persamaan NIOSH Lifting pada orang Indonesia dengan jenis faktor pengali variabel vertikal Persamaan NIOSH Lifting banyak diteliti dan diujicobakan pada orang Eropa ataupun Amerika
Banyak pekerjaan Manual Material Handling yang tidak sesuai standar yang telah dibuat oleh NIOSH
Cidera tulang belakang yang terkait dengan pekerja diberikan pembayaran kompensasi dan biaya tidak langsung yang cukup tinggi
Banyak terjadi cidera tulang belakang dan penyakit lainnya pada pekerja MMH di negara maju ataupun berkembang
Bila tidak diterapkan dapat memberikan kerugian pada perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan dalam bekerja merupakan faktor penting dalam produktivitas
Cidera yang diakibatkan oleh MMH terjadi secara merata dan telah menjadi fenomena di seluruh dunia
Gambar 1.1 Diagram Keterkaitan Masalah Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
6
Dengan melakukan studi literatur dan studi perbandingan dari berbagai referensi yang ada, penulis akan melakukan penelitian pada faktor pengali variabel vertikal dalam persamaan NIOSH Lifting bagi orang Indonesia.
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah
untuk menganalisis mengenai penggunaan persamaan NIOSH Lifting untuk orang Indonesia dengan menguji variabel yang berada di dalam persamaan tersebut. Variabel yang diuji dalam penelitian ini yaitu faktor pengali pada variabel vertikal. Pengujian ini melakukan dengan menggunakan denyut jantung dan konsumsi oksigen. Penelitian ini akan memberikan manfaat berupa langkah awal untuk pembuatan panduan keselamatan dan kesehatan bagi tugas pekerjaan mengangkat beban bagi pekerja di Indonesia sehingga jumlah cidera setelah bekerja dapat dikurangi.
1.5
Batasan Masalah Agar pelaksanaan dan hasil yang akan diperoleh sesuai dengan tujuan
penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut. 1. Studi perbandingan penelitian pengujian persamaan NIOSH Lifting hanya dilakukan pada penelitian yang telah melakukan publikasi hasil penelitiannya secara terbuka. 2. Variabel yang dianalisis yaitu faktor pengali pada variabel vertikal dalam persamaan NIOSH Lifting. Faktor pengali yang diuji yang faktor pegali di bawah ketinggian knuckle. 3. Studi yang dilakukan sesuai prosedur yang telah diterapkan oleh persamaan NIOSH. 4. Metode penelitian yang dirancang merupakan metode eksperimen dengan jumlah 16 pekerja Indonesia dengan rentan usia 20-40 tahun berdasarkan kriteria pekerja aktif dari kementerian ketenagakerjaan Indonesia. Pekerja yang dipilih yaitu yang telah berpengalaman dalam bidang material handling. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
7
5. Pekerja yang dipilih yaitu pekerja yang merokok. Hal ini dikarenakan sulitnya mencari pekerja material handling yang tidak merokok.
1.6
Metodologi Penelitian Untuk mencapai tujuan dari penelitian, maka keseluruhan kegiatan
penelitian dirancang untuk mengikuti sebuah metodologi yang utuh.
1.6.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Diagram alir metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.2 dan Gambar 1.3.
1.6.2 Penjelasan Diagram Alir Metodologi Penelitian Adapun penelitian faktor pengali variabel vertikal pada persamaan NIOSH Lifting bagi orang Indonesia ini terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut: 1.
Penentuan Topik Penelitian Adapun topik penelitian ini adalah analisis faktor pengali variabel vertikal pada persamaan NIOSH Lifting bagi pekerja industri Indonesia. Penentuan topik penelitian ini dengan cara melakukan studi pendahuluan terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya ataupun literatur yang dapat membantu penelitian ini.
2.
Pemahaman Dasar Teori Setelah menentukan topik penelitian, penulis mencari jurnal ataupun penelitian yang telah dipublikasi, artikel, dan buku pegangan untuk memahami dasar teori sesuai dengan topik penelitian yang telah ditentukan. Dasar-dasar teori yang dipelajari adalah:
Ergonomi
Anthropometri Indonesia
Manual Material Handling
NIOSH Lifting Equation
Metode Pengujian NIOSH Lifting Equation seperti metode biomekanik, fisiologis, dan psikofisik.
Software Jack dan Low Back Analysis Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
8
3.
Model Bloswick
RPE (Borg Scale)
Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini, penulis menentukan metode, peralatan, dan serangkaian prosedur penelitian sesuai dengan tujuan penelitian dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Penentuan berbagai prosedur penelitian tersebut didasarkan pada studi perbandingan terhadap penelitian yang telah berlangsung dan standar yang tersedia, seperti yang telah dilakukan di Korea, China, India, dan Amerika. Langkah pengumpulan data sebagai berikut: a) Identifikasi alat-alat yang dibutuhkan, yaitu beban yang akan digunakan berupa keramik, rak yang bisa diatur ketinggiannya, Fitmate MED, penggaris, timbangan berat badan, pulse monitor, box untuk beban, dan termometer digital. b) Penentuan responden penelitian. Responden penelitian merupakan pekerja industri di Indonesia berjenis kelamin laki-laki yang berpengalaman melakukan kegiatan manual material handling. Umur yang dipilih yaitu 20-40 tahun. c) Penentuan variabel dependen dan independen penelitian. Variabel dependen yaitu batas beban maksimum yang sanggup diangkut, sedangkan variabel independennya yaitu beban yang diangkut. d) Melakukan percobaan dengan lama waktu yaitu 5 menit dalam satu jenis beban pada satu percobaan. Frekuensi yang digunakan yaitu 3 pengangkatan per menit. Setiap setelah melakukan percobaan satu jenis beban, responden akan diberikan waktu istirahat. e) Pengambilan data pada saat percobaan yaitu data anthropometri dan data denyut jantung dan oksigen yang dihasilkan oleh alat Fitmate MED. f) Melakukan pengolahan data dengan melakukan penentuan batas maksimum beban yang sanggup diangkut berdasarkan 3 kriteria, yaitu kriteria biomekanik, psikofisik, dan fisiologi. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
9
4.
Analisis Dari hasil pengolahan data yang telah didapat, dilakukan analisis. Analisis yang dilakukan yaitu: a) Melakukan perbandingan batas beban di ketinggian knuckle dengan batas beban pada ketinggian lantai b) Penentuan faktor pengurang variabel vertikal c) Formulasi VM usulan
5.
Pengambilan Kesimpulan Pada tahap ini, penulis menarik kesimpulan dan mengajukan saran untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
10
DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN
MULAI
Penentuan Topik Penelitian
Menentukan pokok permasalahan
Pemahaman dasar teori
Menentukan tujuan dan output penelitian
Memahami dasar teori penelitian: Dasar-dasar perancangan penelitian, ergonomi, NIOSH Lifting Eqution, serta metode penelitian pengujian NIOSH Lifting Equation
Melakukan studi perbandingan terhadap penelitian pengujian NIOSH Lifting yang sudah pernah dilakukan
Mempersiapkan alatalat yang dibutuhkan
Penentuan responden penelitian
Penentuan variabel dependen dan independen
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pelaksanaan Percobaan dan Pengambilan Data
Pengolahan data berdasarkan kriteria biomekanik, fisiologis, dan psikofisik
A
Gambar 1.2 Diagram Alir Metodologi Penelitian Bagian Satu
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
11
Gambar 1.3 Diagram Alir Metodologi Penelitian Bagian Dua
1.7
Sistematika Penulisan Penyusunan laporan penelitian ini dilakukan dengan mengikuti aturan
sistematika penulisan yang
baku sehingga
memudahkan dalam proses
penyusunannya. Laporan ini terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut. Bab 1 adalah bab pendahuluan. Bab ini berisikan tentang latar belakang, diagram keterkaitan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 adalah bab dasar teori. Bab ini berisikan berbagai penjelasan dan konsep dari berbagai disiplin ilmu yang akan dijadikan sebagai dasar dari penelitian. Adapun bab ini berisikan penjelasan mengenai ergonomi sebagai disiplin ilmu yang mendasari penelitian ini dan NIOSH Lifting Equation sebagai fokus penelitian serta metode yang digunakan dalam proses pengujian variabel dari persamaan tersebut. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
12
Bab 3 adalah bab pengumpulan dan pengolahan data. Pada bab ini dijelaskan proses pengumpulan data dan data yang didapatkan. Data yang dikumpulkan berupa data anthropometri, denyut jantung, konsumsi oksigen, dan energy expenditure saat dilakukan percobaan. Data-data ini kemudian diolah berdasarkan tiga kriteria yaitu biomekanik, fisiologis, dan psikofisik. Bab 4 adalah bab analisis hasil. Bab ini berisikan analisis dari hasil yang telah dihasilkan pada bab sebelumnya. Bab 5 merupakan kesimpulan dan saran dari keseluruhan penelitian ini. Kesimpulan yang diambil meliputi hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Penulis juga mengajukan saran terkait dengan penelitian dan saran untuk penelitian lebih lanjut.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
2
BAB 2
DASAR TEORI
2.1
Ergonomi Menurut Juniani, dkk (2007) Ergonomi atau Ergonomics berasal dari kata
Yunani yaitu Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi adalah cabang ilmu yang sistematis dalam memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia (aspek manusia) untuk merancang suatu sistem kerja atau lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain atau perencanaan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem tersebut dengan baik, mencapai tujuan yang diinginkan dengan efektif, aman, dan nyaman (Albugis, 2009). Secara khusus ergonomi mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan kerja beserta peralatan, produk, dan fasilitas yang mereka gunakan sehari-hari, dalam rangka menyesuaikan lingkungan kerja dan peralatan tersebut agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan batas kemampuan mereka (Sanders, McCormick, 1993). Ergonomi merupakan ilmu yang digunakan untuk mengimplementasikan dimensi-dimensi berikut (Pheasant, 1997):
Efisiensi kerja (performa, produktivitas, dan sebagainya)
Kesehatan dan keselamatan
Kenyamanan dan kemudahan penggunaan Dalam pengaplikasiannya, disiplin ilmu ergonomi dapat dikelompokkan
menjadi empat bidang penyelidikan (Sutalaksana, 1982), yaitu: 1. Penyelidikan mengenai tampilan (display). Tampilan (display) adalah suatu perangkat antara (interface) yang menyajikan
informasi
tentang
keadaan
lingkungan,
dan
mengkomunikasikannya pada manusia dalam bentuk tanda-tanda, angka, lambang dan sebagainya. Ilmu ergonomi digunakan untuk menciptakan tampilan yang sesuai dengan indera manusia. 13
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
14
2. Penyelidikan mengenai kekuatan fisik manusia Penyelidikan ini difokuskan pada aktivitas-aktivitas manusia ketika bekerja. Penyelidikan ini berkaitan dengan pengukuran kekuatan fisik manusia saat sedang menjalani berbagai aktivitas. 3. Penyelidikan mengenai ukuran tempat kerja. Tujuan penyelidikan ini adalah untuk mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran (dimensi) tubuh manusia. Dengan demikian akan diperoleh tempat kerja yang baik, sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia sehingga dapat memberikan kenyamanan yang optimal. 4. Penyelidikan mengenai lingkungan kerja (work environment). Penyelidikan ini meliputi kondisi fisik lingkungan tempat kerja dan fasilitas kerja yang mempengaruhi kondisi fisik manusia seperti intensitas cahaya, kebisingan, temperatur, getaran, kelembaban, dan sebagainya. Penyelidikan ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dengan manusia yang berada di dalamnya. Menurut Hafid (2002), penerapan ergonomi pada perusahaan akan menghasilkan beberapa manfaat sebagai berikut (Albugis, 2009): a. Meningkatkan performa kerja, seperti menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi yang berlebihan. b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan, dan pendidikan. c. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang diperlukan. d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia. e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja Apabila dihubungkan dengan kesehatan pekerja, praktek ergonomi dapat membantu mencegah penyakit yang diakibatkan oleh posisi bekerja yang tidak ergonomis. Seseorang yang bekerja dengan sikap yang tidak ergonomis, seperti membungkuk, mengangkut beban yang berlebih, dapat mengakibatkan cidera pada tulang belakang atau punggung. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
15
Kemudian apabila dilihat dari sisi rekayasa sebuah penelitian, hasil penelitian dari ergonomi selain dari kebermanfaatannya dalam dunia pekerjaan, telah dikelompokkan dalam 5 bidang penelitian, yaitu: a. Antropometri b. Biomekanika c. Fisiologi d. Penginderaan e. Lingkungan kerja fisik
2.2
Anthropometri Indonesia Istilah antropometri secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu
antropos berarti manusia, dan metron berarti ukuran, sehingga antropometri merupakan studi tentang ukuran tubuh manusia. Pengertian antropometri menurut Stevenson (1989) dan Eko Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain (Ramadha, 2010). Antropometri secara luas digunakan sebagai pertimbangan perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang berinteraksi dengan manusia agar tercipta hasil perancangan yang ergonomis. Manusia mempunyai ukuran, dimensi dan bentuk tubuh yang berbedabeda. Penelitian awal tentang ukuran tubuh manusia dilakukan akhir abad 14. Data antropometri yang cukup lengkap dihasilkan pada awal tahun 1800. Metodemetode pengukuran distandarisasikan beberapa kali yang dilakukan pada awal sampai pertengahan abad 20. Standarisasi yang paling baru muncul pada tahun1980-an yang dikeluarkan oleh Internasional Standart Organization (ISO) Metode-metode pengukuran standar mengasumsikan tentang ukuran postur tubuh dan batas-batas penggunaannya. Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tan Kay Chuan, Markus Hartono, dan Naresh Kumar yang berjudul Anthropometry of the Singaporean and Indonesian Populations pada tahun 2010. Penelitian ini meneliti tentang ukuran tubuh populasi Indonesia dan Singapura dengan jumlah 245 mahasiswa laki-laki dan 132 mahasiswa perempuan Indonesia serta 206 mahasiswa laki-laki dan 109 Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
16
mahasiswa perempuan Singapura. Untuk populasi Indonesia, anthropometri Indonesia dibagi menjadi dua grup yaitu penduduk asli Indonesia dengan penduduk Indonesia yang keturunan China. Terdapat 36 ukuran dimensi yang diukur dengan menggunakan alat ukur sederhana yang dapat dilihat pada tabel 2.1. Data anthropometri ini akan membantu dalam hasil yan dilakukan dalam penelitian ini. Tabel 2.1 Data Anthropometri untuk Populasi Indonesia Laki-Laki dan Perempuan (dalam satuan cm, dan berat tubuh dalam kg)
(sumber: Chuan, et al, 2010)
2.2.1 Penggunaan Persentil Data Anthropometri Salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan persentil data adalah jenis rancangan yang dibuat. Misalnya dalam pembuatan rancangan dimensi minimum dan dimensi maksimum. Dalam pembuatan dimensi minimum seperti ketinggian pintu, lebar alas duduk, dan sebagainya harus digunakan data anthropometri persentil tertinggi yaitu 90%, 95%, dan 99%. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
17
Tujuan penggunaan data anthropometri persentil tersebut agar benda-benda tersebut tidak hanya dapat digunakan oleh manusia dengan persentil antropometri rendah, namun juga yang memiliki persentil anthropometri tinggi, sedangkan dalam pembuatan dimensi maksimum seperti ketinggian kunci pintu, kedalaman kursi, dan sebagainya harus digunakan data antropometri dari persentil rendah yaitu 1%, 5 %, dan 10%. Hal tersebut bertujuan agar manusia dengan ukuran anthropometri dan dimensi tubuh yang rendah dapat pula dengan nyaman dan mudah menggunakan bendabenda tersebut. (Gita, 2011).
2.3
Manual Material Handling Menurut Ayoub & Dempsey, 1999, Kegiatan bekerja Manual Material
Handling (MMH) terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, dan membawa yang merupakan sumber utama komplain karyawan di industri (Albugis, 2009). Pengertian pemindahan beban secara manual, menurut American Material Handling Society bahwa material handling dinyatakan seni dan ilmu yang meliputi penanganan (handling), pemindahan (moving), pengepakan (packaging), penyimpanan (storing) dan pengawasan (controlling) dari material dengan segala bentuknya (Wignjosoebroto, 1996 (Albugis, 2009)). Aktivitas manual material handling (MMH) yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugiaan bahkan kecelakaan bagi karyawan. MMH juga merupakan hal yang paling utama dan sering menjadi penyebab cidera di seluruh dunia (NIOSH, 1981; Gilad dan Kirschenbaum, 1986; Kroemer, 1989; Buis, 1990; Evans, 1990; Wu, 1997). Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar salah satunya adalah musculoskeletal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat sakit. Menurut Grandjean (1993) Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon (Albugis, 2009). Berikut merupakan beberapa faktor yang memperburuk tekanan postural dalam penanganan material menurut Bridger (1995): Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
18
Memegang atau menahan beban jauh dari tulang belakang.
Melakukan gerakan rotasi pada tulang belakang saat menyangga atau mengangkat beban.
Mengangkat atau menurunkan beban dengan tinggi di bawah lutut atau di atas bahu.
Mengangkat atau memindahkan beban dengan jarak vertikal atau horisontal yang jauh.
Menahan atau mengangkat beban untuk periode yang lama.
Mengangkat atau membawa beban secara sering.
Mengangkat sambil duduk.
2.3.1
Cidera pada Pinggang (Low Back Pain) Menurut Niebel, (2003) tulang belakang atau kolom vertebral
manusia dewasa, merupakan susunan yang menyerupai huruf S (Sugiharto, 2008) yang terdiri dari 25 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical pada leher, 12 tulang thoracic pada punggung (upper back), 5 tulang lumbar pada pnggang (lower back), dan sacrum pada daerah pelvis. Tulang-tulang ini memiliki badan silinder yang berfungsi sebagai tempat otot punggung melekat. Melalui pusat pada setiap vertebra terdapat ruang yang berisi dan meilindungi saraf yang berawal dari otak sampai pada kolom vertebra terakhir. Bagian tulang belakang ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur Tulang Belakang Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
19
Tulang-tulang vertebral dipisahkan oleh jaringan yang lebih halus, yang disebut intervertebral disks. Intervertebral disks berfungsi sebagai penghubung yang memungkinkan jangkauan besar dari gerakan tulang belakang, walaupun umumnya gerakan menekuk atau membungkuk muncul pada 2 sendi paling bawah, antara lumbar paling bawah dengan sacrum (disebut disk L5/S1) dan diatasnya (disk L4/L5). Disk ini juga berfungsi sebagai bantalan antara tulang-tulang vertebral, sepanjang tulang belakang, yang membantu melindungi kepala dan otak dari akibat nyeri saat berjalan, berlari, atau melompat. Disk ini terdiri dari unsur seperti gel yang dikelilingi oleh serat-serat yang berbentuk sepeti lapisan bawang, terpisah dari tulang oleh pelat tulang rawan. Pergerakan cairan ini terjadi antara pusat gel dan jaringan sekitarnya, tergantung dari tekanan pada disk. Menurut Kroemer et al. (2001) cidera pinggang (low back pain) adalah sensasi rasa sakit atau nyeri dari cedera yang terjadi pada daerah pinggang. Cidera pinggang disebabkan oleh berbagai hal, dimana pada umumnya berhubungan dengan perubahan pada kolom spinal dan ligamen beserta otot yang mendukungnya karena proses penuaan. Perubahan ini bisa disebabkan oleh kombinasi trauma yang berulang dan proses penuaan (Sugiharto, 2008). Berdasarkan pendapat Bridger (1995), cidera pinggang juga dapat disebabkan oleh lelah otot jika seseorang harus bekerja dengan tulang belakang menekuk maju (misalnya saat mencuci piring atau menyetrika). Postur statis ini memberikan beban pada otot pinggang, yang secara cepat lelah. Untuk bekerja yang membutuhkan berdiri, tempat kerja harus dirancang untuk mencegah pekerja untuk berdiri dengan posisi lordosis pada lumbar secara berlebihan atau harus mengadopsi posisi kerja membungkuk.
2.4
Persamaan NIOSH Lifting 2.4.1
Pendahuluan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH)
mengembangkan pertama kali sebuah persamaan pada tahun 1981 untuk Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
20
membantu praktisi dalam hal kesehatan saat melakukan kegiatan mengangkat pada posisi sagittal (NIOSH, 1981). Persamaan pengangkatan ini digunakan secara luas oleh praktisi untuk kesehatan pekerjaan karena persamaan ini menyediakan metode empirik untuk menghitung batas beban dalam pangangkatan secara manual. Batas beban ini telah terbukti bermanfaat
untuk
mengidentifikasi tugas
mengangkat
yang
dapat
memberikan resiko terhadap sistem musculoskeleteal yang berhubungan dengan cidera pada pinggang. Karena persamaan di tahun 1981 ini hanya dapat diaplikasikan pada jumlah tugas pengangkatan yang terbatas, yang disebut penugasan mengangkat pada titik sagital, persamaan di tahun 1981 ini direvisi dan diperluas pada tahun 1991 untuk mengaplikasikan persentase yang lebih besar dalam penugasan pengangkatan. Persamaan
pengangkatan
pada
tahun
1991
merefleksikan
penemuan baru, menyediakan metode evaluasi untuk tugas pengangkatan asimetri, objek dengan coupling yang rendah, dan penawaran prosedur baru untuk mengevaluasi range yang lebih luas dari durasi waktu bekerja dan frekuensi pengangkatan dari persamaan yang sebelumnya. Tujuan kedua persamaan ini sama yaitu untuk mencegah dan mengurangi kejadian low back pain diantara pekerja. Tiga kriteria (biomekanik, fisiologi, dan psikofisik) digunakan untuk men-define komponen originalnya dan merevisi persamaan tersebut (Waters, et al, 1991). Pada tabel 2.2 ini merupakan kriteria yang digunakan untuk mengembangkan persamaan pengangkatan. Tabel 2.2 Kriteria yang Digunakan untuk Mengembangkan Persamaan Pengangkatan
Disiplin Kriteria
Kriteria Desain
Nilai Batas
Biomekanik
Maksimum gaya kompresi pada disc
3,4 kN atau 770 lbs
Fisiologi
Maksimum energy expenditure
2,2 – 4,7 kkal/min*
Psikofisik
Maksimum batas beban yang dapat Dapat diterima oleh diterima
75%
dari
pekerja
perempuan dan 99% dari pekerja laki-laki Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
21
* Batas energy expenditure untuk penugasan tertentu tergantung dari ketinggian vertikal pengangkatan dan durasi pengangkatan secara berlanjut. Hal ini dapat dilihat pada tabel selanjutnya. (Sumber: Waters, et al, 1994)
Tabel 2.3 Batasan Energy Expenditure untuk Frekuensi Pengangkatan (kkal/min)
Lokasi Pengangkatan (V)
Durasi Pengangkatan (jam)
cm (in.)
< 1 jam
𝑉 ≤ 75 (30)
4,7
3,7
3,1
V > 75 (30)
3,3
2,7
2,2
1- 2 jam
2-8 jam
(Sumber: Waters, et al, 1994)
2.4.2
Persamaan Pengangkatan Beban NIOSH RWL (Recommended Weight Limit) adalah hasil revisi dari
persamaan pengangkatan (lifting equation) NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). RWL didefinisikan untuk sekumpulan kondisi tugas yang spesifik dimana berat beban dapat diangkat oleh hampir seluruh pekerja yang sehat dalam waktu yang cukup lama (misalnya sampai 8 jam kerja) tanpa meningkatkan resiko sakit tulang punggung bagian bawah. Persamaan ini memiliki keterbatasan dan tidak berlaku ketika dalam kondisi sebagai berikut (Waters et al, 1994):
Mengangkat atau menurunkan beban dengan satu tangan
Mengangkat atau menurnkan lebih dari 8 jam
Mengangkat atau menurunkan sambil duduk atau berlutut
Mengangkat atau meletakkan di tempat kerja yang terbatas
Mengangkat atau meletakkan objek beban yang tidak stabil
Mengangkat
dan
menurunkan
sementara
ada
saat
membawa,
mendorong, atau menarik
Mengangkat atau meletakkan dengan gerobak
Mengangkat atau meletakkan dengan gerakan yang cepat (lebih cepat dari 30 inchi/detik)
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
22
Mengangkat atau meletakkan dengan lantai yang kurang baik (<0,4 koefisien gesekan antara tapak kaki dengan lantai)
Mengangkat atau meletakkan dalam lingkungan yang kurang baik dan tidak berada pada kelembaban optimal(misal: temperatur berada di luar batas 19-26 oC, kelembaban diluar batas 35 - 50%) Persamaan pengangkatan RWL ini didasarkan pada model
perkalian yang memberi pembobotan pada 6 variabel. Pembobotan ini berperan sebagai koefisien yang berfungsi untuk mengurangi konstanta beban (load constant). RWL didefinisikan dengan persamaan berikut 1: RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM Dengan penjelasan:
LC
= Load Constant
HM
= Horizontal Multiplier
VM
= Vertical Multiplier
DM
= Distance Multiplier
AM
= Asymmetric Multiplier
FM
= Frequency Multiplier
CM
= Coupling Multiplier
Faktor lain di dalam persamaan RWL ini memiliki faktor pengali masing-masing yang digambarkan pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Task Variabel Metode NIOSH METRIC
U.S CUSTOMARY
Load Constant
LC
23 kg
51 lb
Horizontal Multiplier
HM
(25/H)
(10/H)
Vertical Multiplier
VM
1 − (0.003 𝑉 − 75 )
1 − (0.0075 𝑉 − 30 )
Distance Multiplier
DM
0.82 + (4.5/D)
0.82 + (1.8/D)
Asymmetric Multiplier
AM
1 – (0.0032A)
1 – (0.0032A)
Frequency Multiplier
FM
Dapat dilihat pada tabel 2.5
Dapat dilihat pada tabel 2.5
Coupling Multiplier
CM
Dapat dilihat pada tabel 2.6
Dapat dilihat pada tabel 2.6
(Sumber: Waters, et al, 1994) 1
NIOSH, NIOSH Document, Applications Manual for the Revised NIOSH Lifting Equation, NIOSH Pulication Number 94-110, 1994. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
23
Berikut ini adalah daftar penjelasan dari definisi yang berguna untuk menerapkan persamaan pengangkatan NIOSH:
Tugas pengangkatan (Lifting Task) Didefinisikan sebagai tindakan manual dari memegang sebuah objek dengan ukuran dan massa yang jelas dengan menggunakan kedua tangan, dan memindahkannya secara vertikal tanpa bantuan peralatan mekanik.
Berat beban (Load Weight = L) Berat dari sebuah objek yang akan diangkat, dalam satuan pon atau kilogram, termasuk di dalamnya yaitu kontainer.
Lokasi horisontal (Horizontal Location = H) Jarak tangan dari titik tengah antara mata kaki, dalam satuan inci atau centimeter (diukur pada tempat awal dan tempat tujuan pengangkatan)
Lokasi vertikal (Vertical Location = V) Jarak tangan dari atas lantai, dalam satuan inci atau centimeter (diukur pada tempat awal dan tempat tujuan pengangkatan)
Jarak perpindahan vertikal (Vertical Travel Distance = D) Nilai absolut dari perbedaan antara tinggi vertikal pada tempat tujuan dengan tempat awal pengangkatan, dalam satuan inci atau centimeter.
Sudut asimetri (Asymmetry Angle = A) Pengukuran sudut dari seberapa jauh objek berpindah dari bagian depan tubuh pekerja (mid-sagittal plane), pada saat awal atau akhir pengangkatan, dalam derajat (diukur pada tempat awal dan tempat tujuan). Dapat dilihat pada gambar 2.3.
Posisi netral tubuh Dideskripsikan sebagai posisi tubuh saat tangan berada langsung di depan tubuh dengan rotasi yang minim pada kaki, batang tubuh, atau bahu.
Frekuensi pengangkatan Rata-rata jumlah pengangkatan selama periode 15 menit.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
24
Durasi pengangkatan Klasifikasi 3 lapis dari durasi pengangkatan yang ditentukan oleh distribusi waktu kerja dan waktu pemulihan (pola kerja). Durasi dikelompokkan menjadi pendek (1 jam), menengah (1-2 jam), atau panjang (2-8 jam), berdasarkan pada pola kerja.
Kualifikasi pegangan (coupling classification) Klasifikasi dari kualitas pegangan objek untuk tangan. Diklasifikasikan sebagai baik, cukup baik, dan kurang baik.
Gambar 2.2 Representasi Grafik Peletakkan Tangan (Sumber: Waters, et al, 1994)
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
25
Gambar 2.3 Representasi Grafik dari Sudut Asimetri (A) (Sumber: Waters, et al, 1994)
2.4.3 Komponen Horisontal Lokasi horisontal (H) diukur dari titik tengah garis yang menghubungkan mata kaki dengan titik proyeksi pada lantai langsung dibawah titik tengah pegangan tangan (pusat beban), yang didefinisikan oleh telapak tangan. Jika kontrol signifikan dibutuhkan pada tempat tujuan (misalnya penempatan yang tepat), nilai H harus diukur dua kali, yaitu pada tempat awal dan tempat tujuan. Jika jarak horisontal kurang dari 10 inci / 25 cm, maka H ditentukan 10 inci / 25 cm. Walaupun objek dapat diangkat dengan jarak kurang dari 10 inci dari mata kaki, umumnya objek tidak dapat diangkat tanpa halangan dari perut atau memanjangkan bahu. Dengan penentuan nilai 25 inci / 63 cm sebagai nilai maksikmum H, hal ini mungkin terlalu besar untuk pekerja yang ukuran tubuhnya lebih pendek pada saat pengangkatan. Lebih jauh lagi, objek dengan jarak lebih dari 25 inci dari mata kaki, secara normal tidak dapat diangkat secara vertikal tanpa kehilangan keseimbangan. Pengali horisontal (HM) adalah 10/H untuk nilai H yang diukur dalam inci, dan 25/H untuk cm. Jika H kurang atau sama dengan 10 inci / 25 Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
26
cm, maka nilai HM adalah 1. Nilai HM akan berkurang menjadi 0.4 jika H adalah 25 inci / 63 cm. Jika H lebih dari 25 inci, maka nilai HM adalah 0.
2.4.4 Komponen Vertikal Lokasi vertikal (V) didefinisikan sebagai tinggi vertikal dari tangan di atas lantai. Nilai V diukur secara vertikal dari lantai ke titik tengah antara genggaman tangan. Lokasi vertikal (V) dibatasi oleh permukaan lantai dan batas atas dari pengangkatan (70 inci atau 175 cm). Lokasi vertikal harus diukur pada tempat awal dan tempat tujuan untuk menentukan jarak perpindahan (D). Untuk menentukan pengali vertikal (VM), nilai absolut atau deviasi V dari tinggi optimum adalah 30 inci / 75 cm yang dihitung. Tinggi 30 inci di atas lantai dipertimbangkan sebagai “tinggi telapak tangan / knuckle height” untuk pekerja dengan tinggi rata-rata (66 inci / 165 cm). Pengali vertikal (VM) adalah (1-(0.0075|V-30|)) untuk V dalam inci, dan (1(0.003|V-75|)) untuk V dalam cm. Pada saat nilai V 30 inci / 75 cm, pengali vertikal (VM) bernilai 1. Nilai VM berkurang secara linear dengan peningkatan atau penurunan tinggi dari posisi ini. Pada tingkat lantai, VM adalah 0.78, dan pada tinggi 70 inci / 175 cm, VM adalah 0.7. jika V lebih dari 70 inci, maka VM = 0.
2.4.5 Komponen Jarak Variabel jarak perpindahan vertikal (D) didefinisikan sebagai jarak perpindahan vertikal dari tangan antara tempat awal dan tempat tujuan. Untuk pengangkatan, D dapat dihitung dengan mengurangi lokasi vertikal (V) pada tempat tujuan dengan V tempat awal. Untuk tugas peletakkan beban, D dihitung dengan mengurangi V pada tempat awal dengan V tempat tujuan. Variabel D diasumsikan paling kecil 10 inci / 25 cm, dan tidak lebih dari 70 inci / 175 cm. Jika jarak perpindahan vertikal kurang dari 10 inci / 25 cm, maka D ditetapkan menjadi jarak minimum, yaitu 10 cm / 25 cm. Pengali jarak (DM) adalah (0.82+(1.8/D)) untuk D dalam inci, dan DM adalah (0.82+(4.5/D) untuk D dalam cm. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
27
2.4.6 Komponen Asimetri Asimetri berhubungan dengan pengangkatan yang mulai atau berakhir diluar tengah sagittal plane (Gambar 2.8). Secara umum, pengangkatan asimetris sebaiknya dihindari. Jika pengangkatan asimetris tidak dapat dihindari, batas beban yang direkomendasikan menjadi berkurang secara signifikan dibandingkan dengan pengangkatan simetris. Sudut asimetri didefinisikan sebagai sudut antara garis asimetri dengan garis tengah sagittal. Garis asimetri didefinisikan sebagai garis horizontal yang menghubungkan titik tengah antara tulang mata kaki titik yang diproyeksikan pada lantai, langsung di bawah titik tengah dari genggaman tangan. Sudut A dibatasi dari rentang 0º-135º. Jika A > 135º, maka AM ditetapkan menjadi sama dengan 0, yang menhasilkan RWL menjadi nol, atau tidak ada beban. Pengali asimetri (AM) adalah 1-(0.0032A). Nilai maksimum AM adalah 1, dimana beban diangkat langsung di depan badan. AM berkurang secara linear dengan meningkatnya sudut asimetri A.
2.4.7 Komponen Frekuensi Pengali frekuensi didefinisikan oleh jumlah pengangkatan per menit (frekuensi), jumlah waktu dalam aktivitas pengangkatan (durasi), dan tinggi vertikal pengangkatan dari lantai. Frekuensi pengangkatan (F) merupakan rata-rata jumlah pengangkatan per menit, yang diukur selama 15 menit. Durasi pengangkatan dikategorikan menjadi 3, yaitu pendek, menengah, dan panjang. Kategori ini didasarkan oleh periode waktu kerja yang berlanjut dan waktu pemulihan (misalnya kerja ringan). Periode waktu kerja berkelanjutan adalah periode kerja yang tidak terinterupsi. Waktu pemulihan didefinisikan sebagai durasi aktivitas kerja ringan yang dilanjutkan dengan periode pengangkatan yang berkelanjutan.
Durasi Pendek – merupakan tugas pengangkatan yang memiliki durasi 1 jam atau kurang, diikuti dengan waktu pemulihan 1.2 kali waktu kerja.
Durasi Menengah – merupakan pengangkatan yang memiliki durasi lebih dari 1 jam, tetapi tidak lebih dari 2 jam. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
28
Durasi Panjang – merupakan pengangkatan yang memiliki durasi antara 2 dan 8 jam, dengan kelonggaran istirahat standar industri (misalnya pagi, makan siang, dan istirahat sore). Frekuensi pengangkatan (F) untuk pengangkatan yang repetitif
bervariasi dari 0.2 pengangkatan / menit sampai frekuensi maksimum yang tergantung pada lokasi vertikal objek (V) dan durasi pengangkatan. Pengangkatan melebihi frekuensi maksimum menghasilkan nilai RWL 0. Nilai FM tergantung pada rata-rata pengangkatan per menit (F), lokasi vertikal (V), dan durasi dari pengangkatan yang berlanjut. Untuk pengangkatan dengan frekuensi kurang dari 0.2 pengangkatan per menit, nilai frekuensi ditetapkan menjadi 0.2 pengangkatan / menit.
Tabel 2.5 Faktor Pengali Frekuensi Frekuensi
Durasi Kerja ≤ 1 jam
Pengangkatan/Menit
1 < 𝑥 ≤ 2 jam
≤ 8 jam
(F)
𝑉 < 75
𝑉 ≥ 75
𝑉 < 75
𝑉 ≥ 75
𝑉 < 75
𝑉 ≥ 75
0.2
1
1
0.95
0.95
0.85
0.85
0.5
0.97
0.97
0.92
0.92
0.81
0.81
1
0.94
0.94
0.88
0.88
0.75
0.75
2
0.91
0.91
0.84
0.84
0.65
0.65
3
0.88
0.88
0.79
0.79
0.55
0.55
4
0.84
0.84
0.72
0.72
0.45
0.45
5
0.80
0.80
0.6
0.6
0.35
0.35
6
0.75
0.75
0.5
0.5
0.27
0.27
7
0.70
0.70
0.42
0.42
0.22
0.22
8
0.60
0.60
0.35
0.35
0.18
0.18
9
0.52
0.52
0.26
0.26
0
0.15
10
0.45
0.45
0
0.23
0
0.13
11
0.41
0.41
0
0.21
0
0
12
0.37
0.37
0
0
0
0
13
0
0.34
0
0
0
0
14
0
0.31
0
0
0
0
15
0
0.28
0
0
0
0
≥ 15
0
0
0
0
0
0
(Sumber: Waters, et al, 1994) Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
29
2.4.8 Komponen Pegangan Kebiasaan pegangan tangan dengan objek atau metode pemegangan dapat mempengaruhi tidak hanya tenaga maksimum pekerja terhadap objek, tetapi juga lokasi vertikal dari tangan pada proses pengangkatan. Pegangan yang baik akan mengurangi kekuatan genggaman maksimum dan meningkatkan kemungkinan pengangkatan beban. Pegangan yang buruk secara umum membutuhkan kekuatan genggaman yang lebih besar dan mengurangi kemungkinan pengangkatan beban.
Tabel 2.6 Faktor Pengali Coupling
Tipe Pegangan
Pengali Pegangan V < 30 In (70 cm)
V ≥ 30 In (75 cm)
Baik
1
1
Cukup Baik
0.95
1
Kurang Baik
0.9
0.9
(Sumber: Waters, et al, 1994)
2.4.9
Indeks Pengangkatan (Lifting Index / LI) Lifting Index menghasilkan estimasi relatif dari stres fisik yang
berhubungan dengan pekerjaan pengangkatan manual. LI =
Berat Beban RWL
Dimana Load Weight (L) atau berat beban adalah berat dari objek yang diangkat (lbs atau kg). Berat
beban
yang
direkomendasikan
(RWL)
dan
indeks
pengangkatan (LI) dapat digunakan sebagai panduan disain ergonomi dalam beberapa cara:
Pengali individu dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan pekerjaan spesifik. Besar relatif dari setiap pengali mengindikasikan kontribusi relatif pada setiap faktor tugas (misalnya horisontal, vertikal, frekuensi, dan sebagainya). Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
30
RWL dapat digunakan sebagai panduan mendesain ulang dari pekerjaan pengangkatan yang ada atau untuk mendesain pekerjaan pengangkatan manual yang baru. Nilai LI dapat digunakan untuk memprioritaskan desain ulang ergonomi. Berdasarkan perspektif NIOSH, pengangkatan beban dengan LI > 1
akan meningkatkan resiko cidera pinggang atau tulang belakang untuk beberapa pekerja. Beberapa ahli percayai kriteria seleksi pekerja dapat digunakan untuk mengidentifikasi pekerja yang dapat melakukan tugas pengangkatan yang berbahaya (pengangkatan yang memiliki LI lebih dari 1). Bagaimanapun kriteria seleksi harus berdasarkan penelitian, observasi empiris, atau pertimbangan teori, termasuk pengujian kekuatan yang berhubungan dengan kerja dan atau pengujian kapasitas aerobik. Meskipun begitu, para ahli ini bersepakat bahwa seluruh pekerja akan beresiko cedera saat melakukan tugas pengangkatan yang sangat berbahaya (pengangkatan dengan LI lebih dari 3).
2.5
Aspek Fisiologi Fisiologi berasal dari kata Yunani yang memiliki arti ilmu yang
mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Metode
pendekatan
dengan
fisiologi
mempertimbangkan
rata-rata
metabolisme dari aktifitas angkat yang berulang sebagaimana dapat juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. 2.5.1
Batasan Angkat Secara Fisiologi Metode pendekatan ini mempertimbangkan rata-rata beban
metabolisme dari aktivitas angkat yang berulang sebagaimana dapat juga ditentukan dari jumlah konsumsi oksigen. Kelelahan kerja yang terjadi akibat dari aktivitas yang berulang-ulang akan meningkatkan rasio nyeri pada tulang belakang. Menurut Stevenson pada tahun 1987, aktivitas yang pengangkatan yang berulang dapat menyebabkan Cumulative Trauma Injuries atau Repetitive Strain Injuries (Chandradinata, 2010).
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
31
2.5.2
Kerja Fisik dan Konsumsi Energi Kerja Secara umum kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi
fisik (otot) manusia sebagai sumber tenaganya. Konsumsi energi dalam kerja fisik merupakan faktor utama dan tolak ukur yang dipakai sebagai penentu berat atau ringannya kerja fisik tersebut (Chandradinata, 2010). Cara lainnya yang bisa diaplikasikan untuk mengetahui besarnya energi kerja fisik adalah dengan membandingkan konsumsi oksigen dengan laju denyut nadi yang dapat dinyatakan sebagai berikut (Chandradinata, 2010):
Operator laki-laki yang melakukan aktivitas manual fisik dengan 75 denyut nadi per menit akan ekuivalen dengan konsumsi oksigen 0.5 liter per menit atau sepadan dengan pengeluaran energi 2.5 kkal/menit. Denyut jantung wanita lebih tinggi dibanding dengan laki-laki.
Bila tidak ada kegiatan fisik yang dilakukan, misalnya dalam kondisi istirahat, biasanya denyut akan sebesar 62 denyut per menit, di mana hal ini akan ekuivalen dengan konsumsi oksigen sebesar 200 mL/menit atau setara dengan pengeluaran energi sebesar 1.25 kkal/menit. Pengukuran denyut nadi akan sangat sensistif terhadap temperatur
dan tekanan emosi fisik manusia. Untuk pengukuran denyut nadi, pengukuran dilaksanakan sebelum percobaan dilaksanakan. Kemudian setiap 15 detik di rata-rata ke dalam setiap menit selama siklus kerja berlangsung. Untuk pengukuran oksigen yang dikonsumsikan (liter/menit) maka pengukuran dilakukan terhadap volume oksigen yang dihisap per menit
diambil
5
menit
terakhir
dari
setiap
siklus
berlangsung
(Chandradinata, 2010).
2.5.3
Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode
untuk menilai cardiovascular strain. Pengukuran denyut jantung ini menggunakan bantuan alat Fitmate MED. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
32
Menggunakan nadi kerja untuk mengukur berat ringannya beban kerja mempunyai beberapa keuntungan. Selain mudah, hasilnya cukup reliable dan tidak menyakiti orang yang bekerja. Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan pembebenan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan baik yang berasal dari pembebanan mekanik, fisik, maupun kimiawi. Menurut Sally Edward, rumusan perhitungan denyut nadi maksimum untuk pria adalah sebagai berikut (Chandradinata, 2010): Denyut nadi max = 210 – (0.5 x umur) - (0.05 x berat badan (pound)) + 4 dan untuk wanita adalah sebagai berikut: Denyut nadi max = 210 – (0.5 x umur) - (0.05 x berat badan (pound)) Beban kerja fisik tidak hanya ditentukan oleh jumlah kalori yang dikonsumsi, tetapi juga ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah dan dapat digunkaan untuk menghitung indeks beban kerja. Perhitungan konsumsi energi dan denyut jantung berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aribowo pada tahun 2006 yaitu berbentuk regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut: Y = 1.80411 – 0.0229038X + 4.71733.10-4 X2 Keterangan:
Y = Energi (kkal/menit) X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit)
Setelah besaran kecepatan denyut jantung diseratakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi diperoleh dalam bentuk matematis sebagai berikut: KE = Et – Ei Keterangan: KE
= Konsumsi Energi (kkal/menit)
Et
= Pengeluaran energi pada saat melakukan kerja (kkal/menit)
Ei
= Pengeluaran energi pada saat istirahat (kkal/menit) Beban kerja dapat diklasifikasikan berat atau tidaknya dengan
melihat energy expenditure (pengeluaran energi), bisa juga dari denyut Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
33
jntung, dan lain-lain. Berikut pada Tabel 2.7 adalah kasifikasi beban kerja menurut Sanders dan McCormick yang diadaptasi dari “American Industrial Hygiene Association” tahun 1971. Tabel 2.7 Klasifikasi Beban Kerja
(Sumber: Sanders dan McCormick, 1992)
2.6
Aspek Biomekanika Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi
hasil ergonomi, yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut (Universitas Islam Indonesia, 2010). Biomekanika pada dasarnya mempelajari kekuatan, ketahanan, kecepatan, ketelitian, dan keterbatasan manusia dalam melakukan kerjanya. Faktor ini sangat berhubungan dengan pekerjaan yang bersifat material handling, seperti pemindahan dan pengangkatan secara manual atau pekerjaan lain yang menitikberatkan
pada
otot
tubuh
(Chandradinata,
2010).
Hal
yang
menitikberatkan pada otot tubuh tentunya beresiko pada tulang belakang yang terkena dampak utama bila terjadi cidera. Oleh karenanya para ergonom hendaklah memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari (Nurmianto, 1996): a.
Beban otot statis (static muscle loads)
b.
Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi pada popliteal (lipa lutut). Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
34
c.
Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi. Menurut Cha (1991), biomekanika dapat diterapkan pada peracangan
kembali pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi pekerjaan, penanganan material secara manual, pembebanan statis, dan penentuan sistem waktu. Cha (1991) juga menjelaskan mengenai prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban (Universitas Islam Indonesia 2010): 1) Sesuaikan berat dengan kemampuan pekerja dengan mempertimbangkan frekuensi pemindahan. 2) Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat.
2.6.1
Batasan Angkat Beban dengan Menggunakan Biomekanika Nilai dari analisis biomekanika adalah rentang postur atau posisi
aktivitas kerja, ukuran beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan untuk kriteria keselematan, berdasarkan pada gaya tekan (compression force) pada invertebral disk antara lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). Batasan gaya angkat maksimum yang diizinkan dan yang direkomendasikan oleh NIOSH (1991) adalah sebesar 6500 N pada bagian L5/S1. Sedangkan batasan gaya angkatan normal (the Action Limit) sebesar 3400 N pada L5/S1 sehingga apabila Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL(Maximum Permissable Limit) (perlu hati-hati) dan apabila Fc > MPL (berbahaya). Namun, hanya 25% pria dan 1% wanita yang diperkirakan mampu melewati batasan gaya tekan sebesar 3400 N pada L5/S1. Terdapat 99% pria dan 75% wanita yang mampu mengangkat beban pada batas ini.
2.7
Aspek Psikofisik Psikofisik menandakan bahwa pribadi manusia merupakan kombinasi dari
pengalaman atau bentukan yang bersifat psikologis dan bawaan yang berkodrat biologis. Aspek dari psikofisik ini subjektif tergantung dari masing-masing orang dan keadaan lingkungan sekitar. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
35
Untuk mengukur dari aspek psikofisik, terdapat tiga macam posisi angkat yang dicetuskan oleh Snook pada tahun 1978 yaitu: Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan Dari ketinggian genggaman tangan ke ketinggian bahu Dari ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan vertikal
2.7.1
Batasan Angkat Secara Psikofisik Metode ini berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya
untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang berbeda-beda. Metode ini dirangkumkan Snook tahun 1978 dan dikatakan bahwa “Para pekerja memonitor perasaannya masing-masing dan mengatur berat beban sampai menunjukkan kemampuan angkat maksimum”. Kemudian aktivitas angkat yang riil diterapkan dengan melibatkan para pekerja industri pada eksperimen tersebut.
2.8
Software Jack 6.1 Software Jack 6.1 (Gambar 2.4) merupakan perangkat lunak untuk suatu
pemodelan dan simulasi manusia yang membantu peningkatan aspek ergonomi dari desain produk dan stasiun kerja (workplace). Software ini memungkinkan para penggunanya untuk memposisikan model manusia dengan akurat dalam suatu lingkungan virtual dan memberikan perintah kerja terhadap model tersebut untuk kemudian dilakukan analisis terhadap kinerjanya. Perangkat ini dapat mengevaluasi performa dari model manusia tersebut, apa yang dapat mereka lihat dan jangkau, seberapa tingkat kenyamanan mereka, seberapa besar resiko kecelakaan kerja yang dapat terjadi, kapapun mereka merasa lelah, dan informasi yang berhubungan dengan keergonomisan lainnya. Informasi-informasi yang telah dikumpulkan digunakan sebagai acuan dalam merancang produk baru maupun ubahan menjadi produk yang lebih aman dan ergonomis.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
36
Gambar 2.4 Tampilan Awal Software Jack
Perangkat ini bekerja dengan menggunakan fitur yang mempresentasikan manusia seperti di dalam dunia nyata. Fokus pengembangan yang dilakukan software jack adalah menciptakan model tubuh manusia yang paling akurat dari seluruh system yang tersedia. Kemampuan Jack yang lainnya yaitu dapat menganimasikan lingkungan kerja dengan model biomekanik yang tepat, data antropometri, dan karakteristik ergonomi yang berlaku di dunia nyata. Model manusia dalam software jack ini berlaku seperti manusia sesungguhnya, seperti kemampuan dalam berjalan, mengangkat suatu benda, ataupun melakukan suatu pekerjaan tertentu. Model manusia ini pun memiliki kemampuan dan kekuatan yang apabila telah digunakan melebih batasnya, software ini akan memberikan peringatan kepada penggunanya. Tersedia model dengan sosok pria yang bernama Jack dan model sosok wanita yang bernama Jill dalam berbagai macam ukuran tubuh berdasarkan populasi yang telah divalidasi. Software Jack menggunakan database ANSUR (Army Natick Survey Requirement) 1988 untuk membuat model manusia yang standar. Namun, pengguna dapat menyesuaikan data antropometri sesuai yang diinginkan. Dalam menganalisis simulasi, perangkat ini mempunyai tools yang dikenal sebagai Task Analysis Toolkit (TAT). TAT merupakan alat analisis human factor yang membantu penggunanya dalam menndesain workplace yang lebih baik dan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
37
juga memperbaiki sebuah eksekusi pekerjaan. TAT memungkinkan penggunanya secaara interaktif melakukan evaluasi ergonomi terhadap suatu desain dan juga membantu mengurangi resiko kerja yang berkaitan dengan timbulnya penyakit ataupun gangguan pada tubuh bagian atas2. Analisis Toolkit yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu LBA (Low Back Analysis).
2.8.1
Analisis LBA (Low Back Analysis) LBA merupakan tool yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan tulang belakang manusia pada postur dan kondisi tertentu. Analisis LBA menghasilkan output grafik nilai tekanan kompresi (compression force) yang diterima oleh model yang digunakan dalam simulasi tersebut. Nilai tekanan kompresi ini memiliki 3 buah kategori atau batasan yaitu kurang dari 3400 N, antara 3400 N hingga 6000 N, dan di atas 6000 N. Batasan nilai ini berdasarkan standar NIOSH Back Compression Action Limit yang mana jika nilai kompresi kurang dari 3400 N maka aktivitas tersebut tidak terlalu beresiko untuk dilaksanakan, sedangkan jika nilai kompresinya melebihi 3400 N maka grafik akan berwarna kuning yang menandakan resiko dari aktivitas dan postur tersebut dapat membahayakan kesehatan dan jika nilai kompresinya melampaui 6000 N maka grafik akan berubah menjadi warna merah yang menandakan aktivitas postur tersebut akan sangat membahayakan kesehatan tubuh pekerja. Pada gambar di bawah ini menunjukkan LBA yang tidak beresiko terhadap aktivitas yang dilakukan dengan melihat grafik di baian sebelah kiri yang berwarna hijau. Grafik tersebut menunjukkan gaya kompresi yang diterima oleh tulang bagian L5/S1.
2
Siemens PLM Software. Task Analysis Toolkit for Jack. 2008. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
38
Gambar 2.5 Tampilan Analisis LBA pada Software Jack
Berikut merupakan salah satu contoh perhitungan estimasi kompresi yang diterima tulang belakang, dimisalkan massa tubuh bagian atas adalah 40 kg, massa beban 10 kg, tekanan kompresi berjarak 50 cm dari lumbar spine, diasumsikan tulang belakang mempunyai panjang otot ungkit (lever arm) dan percepatan gravitasi 9,81 m/s2. Maka, dapat diketahui berapa besar kompresi total yang diterima oleh tubuh, seperti di bawah ini3:
Menghitung kompresi beban benda F = m x a = 10 kg x 9.8 m/s2 = 98.1 N
Menghitung kompresi beban tubuh F = m x a = 40 kg x 9.81 m/s2 = 392.4 N
Menghitung load moment pada tulang belakang Lm = kompresi beban benda x jarak kompresi lumbar spine = 98.1 N x 0.5 m = 49.05 Nm
Menghitung gaya ungkit tulang belakang Back muscle extensor force = Lm / Lever arm = 49.05 Nm / 0.05 cm = 981 N
Menghitung kompresi total tulang belakang Ct = kompresi beban benda + kompresi beban tubuh + back muscle extensor force = 98.1 N + 392.4 N + 981 N = 1471.5 N
3
R.S. Bridger, Introduction to Ergonomics. Taylor & Francis Group, London, 2003, hal. 51. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
39
Keterangan:
2.9
F
= gaya dalam satuan Newton
m
= massa dalam satuan kg
a
= percepatan gravitasi = 9.8 m/s2
Lm
= load moment
Ct
= kompresi total tulang belakang
RPE (Rating of Perceived Exertion) atau Borg Scale Rating of Perceived Exertion (RPE) ini merupakan salah satu metode yang
mengukur tingkatan intensitas dari suatu pekerjaan seperti seberapa keras usaha dalam mengangkat (Centers of Disease Control and Prevention, 2011). RPE ini memiliki nama lain yaitu Borg Scale karena dicetuskan oleh Borg pada tahun 1998. Perceived Exertion ini diartikan seberapa keras responden merasa tubuh bekerja. Hal ini didasarkan pada sensasi fisik seseorang, pengalaman selama aktiviats fisik, termasuk peningkatan denyut jantung, peningkatan laju respirasi atau bernafas, peningkatan berkeringat, dan kelelahan otot (Chandradinata, 2010). Borg Scale ini memiliki sakala rentang dari 6 sampai dengan 20 yang penjelasan masing-masing rentang dapat dilihat pada tabel 2.7 berikut ini. Tabel 2.8 Borg Scale
(sumber: Borg G.1998)
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
40
Dari Borg Scale ini dapat dihitung perkiraan Heart Rate (HR) dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Borg, 1998): Minimal Heart Rate Minimal heart rate in beats per minute = (6.75*RPE) + 28.5 Mean Heart Rate Mean heart rate in beats per minute = (8.2976*RPE) +28.88 Maximal Heart Rate Maximal heart rate in beats per minute = (10.314*RPE) + 28.876 Dari nilai-nilai RPE yang ada maka akan dapat dilihat minimal, mean, dan maximal heart rate nya yang ditunjukkan pada tabel 2.8.
Tabel 2.9 Minimal, Mean, dan Maksimal Heart Rate
(sumber: Borg G.1998)
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
3 BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1
Pengumpulan Data 3.1.1
Identifikasi Alat Penelitian Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, dapat diketahui
langkah-langkah penelitian yang akan diambil. Berdasarkan langkahlangkah penelitian dapat diidentifikasi peralatan yang dibutuhkan dalam proses pengumpulan data. Berikut ini merupakan peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian: a. Fitmate MED
Gambar 3.1 Serangkaian Peralatan Fitmate MED
Fitmate MED merupakan peralatan ukur fisiologi yang dapat digunkan untuk mengukur denyut nadi dan jumlah konsumsi oksigen responden secara actual saat melakukan eksperimen. Kalibrasi, pengukuran, dan penyimpanan data dilakukan secara otomatis dalam alat tersebut. Software yang digunakan untuk interface alat dan komputer adalah software Fitmate. Fitmate MED terdiri dari beberapa seperangkat alat (dapat dlihat pada gambar 3.1), yaitu:
Fitmate MED Fitmate MED digunakan untuk mengukur denyut nadi dan konsumsi oksigen responden secara langsung (real time). Sistem 41
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
42
kalibrasi dilakukan secara otomatis oleh alat itu sendiri. Fitmate MED ini dibuat oleh COSMED srl-Italy.
Heart Rate Transmitter Heart Rate Transmitter merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi denyut nadi (Heart Rate) responden selama eksperimen yang terhubung ke Fitmate MED dengan bantuan heart rate receiver. Alat ini dibuat oleh COSMED srl-Italy.
Heart Rate Receiver Heart Rate Receiver merupakan perangkat pasangan Heart Rate Transmitter yang berguna untuk menerima sinyal denyut nadi yang ditransmisikan oleh Heart Rate Receiver. Alat ini dibuat oleh COSMED srl-Italy.
V-Full Face Mask dan Headcap V-Full Face Mask yang digunakan berukuran kecil dengan melakukan penyesuaian bentuk wajah orang Indonesia. Alat ini berfungsi untuk menampung aliran udara pernapasan langsung dari responden melalui selang langsung dari responden selama eksperimen tanpa gangguan udara luar. V-Full Face Mask dipasang dengan headcap untuk nantinya dipasangkan ke kepala responden selama eksperimen. Headcap ini dapat diubah ukurannya sesuai dengan ukuran kepala dengan bantuan perekat. Alat ini bantuan dari Hans Rudolph. Inc.
Sample Line dan Volume Transducer Sample Line dan Volume Transducer merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan secara langsung gas respirasi responden ke Fitmate MED selama eksperimen. Alat ini dibuat oleh COSMED srl-Italy.
b. Meja peletakan beban yang disesuaikan dengan ukuran jarak vertikal yang akan digunakan. Berikut ini gambar meja peletakkan beban dengan ketinggian yang dapat
disesuaikan.
Ketinggian yang
digunakan pada meja atau rak peletakkan ini yaitu 72 cm dan 133 cm. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
43
Gambar 3.2 Meja Peletakkan Beban
c. Beban yang akan diangkut oleh responden
Gambar 3.3 Keramik sebagai Beban yang Diangkut
Beban yang digunakan dalam penelitian ini berupa keramik persegi yang berukuran 20 cm x 20 cm dengan berat satu keramik sebesar 500 gram (gambar 3.3). Beban berbentuk keramik ini dipilih karena bersifat konstan, tidak mudah berpindah, dan dapat diseimbangkan ketika diletakkan di dalam kardus. Beban keramik ini disediakan hingga 23 kg. Namun, berdasarkan studi literatur yang dilakukan, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Etika Muslimah (2006) terkait load constant, maksimal beban yang dapat diangkat oleh pekerja Indonesia sebesar 18.7 kg ≈ 19 kg, maka dalam penelitian ini hanya digunakan hingga beban 19 kg. Beban yang diangkut pada mulanya yaitu 13 kg yang kemudian akan ditambah sebanyak 2 kali penambahan hingga akhir beban yang akan diangkut yaitu 19 kg. Penambahan sebanyak 2 kali yaitu: 4 kg dan 2 kg. Beban keramik ini akan dimasukkan ke dalam satu container yang berbetuk kardus dengan merata yang berukuran 35 x 25 x 35 cm (dapat dilihat pada Gambar 3.4). Pertimbangan penggunaan kardus karena penggunaan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
44
kardus sebagai bentuk yang paling sering diangkat di dalam industri. Berat dari kardus ini tidak mempengaruhi besarnya beban yang diberikan karena berat dari kardus ini telah diperhitungkan menjadi satu dengan berat dari keramik.
Gambar 3.4 Kardus yang Digunakan
d. Termometer suhu tubuh Berikut pada gambar 3.5 merupakan termometer suhu tubuh yang digunakan saat mengukur suhu tubuh responden ketika akan melakukan percobaan. Cara kerjanya yaitu dengan menekan tombol ON dan kemudian meletakkan pada ketiak responden. Selama kurang lebih 1 menit kemudian, termometer ini akan mengeluarkan bunyi yang menunjukkan selesainya pengukuran suhu tubuh yang dilakukan oleh termometer.
Gambar 3.5Termometer Suhu Tubuh
e. Meteran untuk menghitung antropometri dan timbangan untuk berat badan f. Sphygmomanometer digital (gambar 3.6), sebuah alat digital pengukur denyut nadi dan tekanan darah. Alat ini digunakan sebelum responden melakukan percobaan. Langkah kerjanya yaitu menekan tombol ON dan memasangkannya pada tangan kiri responden yang kemudian Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
45
ditekuk ke arah dada. Setelah itu alat tersebut akan mulai mencari denyut jantung responden. Ketika sudah menemukannya, alat akan mulai mengukur detak jantung dan tekanan darah responden dengan cara meremas secara otomatis.
Gambar 3.6 Sphygmomanometer Digital
g. Software Jack h. Kamera video i. 3.1.2
Stopwatch Penentuan Responden Responden ditentukan sebelum melakukan percobaan. Responden
yang ditentukan yaitu pekerja industri laki-laki sejumlah 21 orang yang sebagian besar berasal dari industri kontraktor. Pekerja industri yang dipilih ini telah terbiasa melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan material handling. Berikut ini merupakan kriteria dalam pemilihan pekerja:
Jenis Kelamin Pekerja yang dipilih menjadi responden pada penelitian ini adalah pekerja yang berjenis kelamin laki-laki. Pertimbangannya yaitu selama ini yang banyak melakukan pekerjaan material handling di dunia industri adalah laki-laki, walaupun saat ini juga dijumpai pekerja material handling perempuan. Faktor jenis kelamin menjadi pertimbangan dalam pemilihan responden karena terdapat perbedaan kemampuan fisik antara laki-laki dan perempuan.
Usia Usia responden yang dipilih yaitu 20 tahun hingga 40 tahun, kelompok usia dewasa muda. Hal ini didasarkan oleh aturan dari Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
46
Departemen Ketenagakerjaan Republik Indonesia bahwa umur 20-50 tahun merupakan usia produktif bagi pekerja industri.
Suhu Tubuh Suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat, yaitu hipotermi (bila suhu tubuh kurang dari 36°C), normal (bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C), febris atau pireksia (bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C), dan hipertermi (bila suhu tubuh lebih dari 40°C). Responden yang dipilih harus memiliki suhu tubuh yang normal untuk menunjukkan tubuh yang sehat. Akan tetapi, terdapat perbedaan suhu tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh faktor geografi atau lokasi yang berbeda-beda, seperti ketinggian, sehingga suhu tubuh normal yang digunakan yaitu suhu tubuh normal pada umumnya, yaitu 36 - 37,5°C.
Denyut Jantung Responden diukur denyut jantung awalnya dengan menggunakan sphygmomanometer digital yang digunakan pada tangan kiri. Menurut Dr. Edward R. Laskowski M.D., seorang physical medicine dan rehabilitation specialist, denyut jantung normal untuk orang dewasa yaitu 60 hingga 100 beats per minute (bpm). Laskowski menambahkan ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi jumlah denyut jantung seseorang, yaitu aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang, suhu udara di sekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh, usia serta obat yang sedang dikonsumsi. Dikarenakan usia mempengaruhi tingkat denyut jantung seseorang, maka untuk mengetahui denyut jantung yang normal bagi individu yaitu dengan melihat persen denyut jantungnya dengan rumus: Persen = Heart Rate/(220-usia).
Tekanan Darah Tekanan darah yang normal berada pada rentang 120/80 mmHg. Namun, pada rentang 140/90 mmHg (dapat dilihat pada gambar 3.7) masih dikatakan sebagai batas normal yang tinggi atau sering disebut Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
47
sebagai prehipertensi. Berikut ini merupakan gambar yang terkait dengan klasifikasi tekanan darah:
Gambar 3.7 Chart Klasifikasi Tekanan Darah (sumber: http://www.vaughns-1pagers.com/medicine/blood-pressure.htm)
Setiap responden diukur tekanan darah yang dimiliki sebelum melakukan percobaan. Hal ini dikarenakan pekerja dengan tekanan darah rendah ataupun tinggi dapat mempengaruhi kegiatan aktivitas. 3.1.3
Penentuan Variabel yang Diteliti Variabel yang diteliti yaitu variabel fakor pengali vertikal (vertical
multiplier) pada persamaan NIOSH Lifting. Variabel ini akan disesuaikan dengan kondisi pekerja di Indonesia. Sebelum dapat menguji variabel vertikal ini, dibutuhkan identifikasi dari variabel dependent dan independent. Variabel independent-nya yaitu berat beban yang akan diangkut, sedangkan variabel dependent-nya yaitu batas beban maksimum yang dapat diangkat oleh manusia. Batas beban (Maximum Acceptable Weight Limit) ini akan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
48
dilihat dari 3 kriteria yaitu psikofisik, biomekanika, dan fisiologi. Kemudian akan dilihat pengaruh dari variabel independent terhadap variabel dependent. 3.1.4
Prosedur Percobaan Sebelum melakukan percobaan, responden diberikan penjelasan
terkait dengan prosedur percobaan yang akan dilakukan. Prosedur percobaan ini dapat dilihat pada Gambar 3.8 di bawah ini. Start
A
Responden diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan hal yang dilakukan dalam percobaan
Penjelasan dan pemasangan perlatan yang akan digunakan
Dilakukan wawancara terkait dengan usia, aktivitas yang dilakukan, jumlah beban yang sering diangkat, dan kondisi kesehatan
Responden melakukan percobaan pertama, yaitu pengangkatan dari lantai ke ketinggian knuckle
Dilakukan pengukuran untuk suhu tubuh, tekanan darah, dan denyut nadi awal.
Responden istirahat dan ditanyakan mengenai RPE
Tidak
Ya Apakah pekerja sehat ?
Pekerja tidak melakukan percobaan
Responden melakukan percobaan kedua, yaitu pengangkatan dari ketinggian knuckle ke ketinggian bahu.
Dilakukan pengukuran anthropometri tubuh yaiitu tinggi badan, tinggi knuckle, tinggi bahu, dan berat tubuh.
Responden Istirahat dan ditanyakan mengenai RPE dan diberikan reward
A
Finish
Gambar 3.8 Flowchart Prosedur Percobaan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
49
3.1.5
Proses Pengumpulan Data Pengambilan data dalam penelitian kali ini menggunakan data
primer. Data primer merupakan data yang diambil secara langsung dengan wawancara
dan
melakukan
percobaan
yang
kemudian
dilakukan
pengamatan. Berikut ini merupakan langkah-langkah pengambilan data secara primer yang dilakukan dalam penelitian ini: a) Persiapan alat dan setting eksperimen yang akan dilakukan b) Pengambilan data sebelum melakukan percobaan Responden diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan dari penelitian dan prosedur yang akan dilakukan. Kemudian dilakukan pengukuran untuk mengetahui kesehatan responden dan data awal yang dibutuhkan. Berikut ini merupakan data yang dikumpulkan sebelum melakukan percobaan: Data Pribadi Data pribadi ini berupa isian tertulis mengenai data pribadi responden, yang terdiri dari: 1) Nama 2) Umur 3) Riwayat penyakit 4) Aktivitas olahraga yang dilakukan 5) Karakteristik kesehatan 6) Antropometri 7) RPE Karakteristik Kesehatan 1) Melakukan tes denyut nadi awal yang dilakukan bersamaan dengan
pengukuran
tekanan
darah
dengan
menggunakan
sphygmomanometer digital. 2) Tekanan Darah Pengukuran tekanan darah dilakukan bersamaan dengan mengukur denyut nadi karena alat yang digunakan telah memberikan fasilitas perhitungan denyut nadi dan tekanan darah secara bersamaan. 3) Suhu Tubuh Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
50
Suhu tubuh responden harus memenuhi kriteria suhu tubuh normal untuk membuktikan kondisi responden yang sehat. Suhu tubuh normal seorang manusia yaitu 360C – 37,50C. Antropometri Responden diambil datanya berupa: 1) Tinggi Badan (cm) 2) Berat Badan (kg) 3) Ketinggian Knuckle (cm) 4) Ketinggian Bahu (cm) Mencatat kondisi lingkungan kerja Kondisi lingkungan yang dicatat yaitu ketika sedang melakukan percobaan yang meliputi: 1) Suhu Ruangan 2) Ada tidaknya getaran mekanis 3) Ada tidaknya bau 4) Sirkulasi udara 5) Ukuran serta deskripsi dari ruangan percobaan c) Pengambilan Data Saat Percobaan 1) Setelah pengambilan data sebelum percobaan untuk memastikan kesehatan responden, responden kemudian diminta untuk melakukan percobaan sesuai dengan desain eksperimen yang telah dibuat, yaitu pengangkatan beban. Beban yang diangkat tidak
akan
diberitahukan
kepada
responden
agar
tidak
menimbulkan efek psikologis, yaitu efek kelelahan semu, bagi para responden sebelum melakukan pengangkutan. Kelelahan semu
merupakan
perasaan
lelah
yang
bukan
kelelahan
sesungguhnya. Kelelahan semu lebih berhubungan dengan perasaan pekerja daripada kelelahan fisik yang dialami oleh pekerja yang sesungguhnya. Misalnya karena mengetahui bahwa beban yang yang akan diangkat sangat berat (misalnya 50 kg), maka sebelum melakukan pengangkatan pekerja akan merasa Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
51
tidak sanggup sehingga mempengaruhi kemampuan yang dimiliki oleh pekerja sesungguhnya. 2) Melakukan pemasangan alat Fitmate MED kepada responden. 3) Mencatat posisi tangan, jarak vertikal, jarak horisontal, dan sudut simetri (dengan melakukan pemotretan). 4) Melakukan percobaan sebanyak dua kali percobaan setiap orangnya. Dua percobaan itu yaitu melakukan pengangkatan pada:
Ketinggian lantai-knuckle: 72 cm
Ketinggian knuckle-bahu : 133 cm
Menurut Snook (1978) terdapat tiga macam posisi pengangkatan yaitu dari permukaan lantai ke ketinggan genggaman tangan (knuckle height), dari ketinggian genggaman tangan ke ketinggian bahu, dan dari ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan vertikal. Namun, untuk jenis ketinggian yang ketiga tidak dilakukan percobaan pada penelitian ini. Hal ini dikarenakan ketidaksanggupan responden mengangkat beban dari ketinggian bahu (133 cm) ke ketinggian jangkauan tangan atas (192 cm) dan adanya rawan kecelakaan saat percobaan dengan jumlah beban yang cukup berat hingga 19 kg. Ilustrasi percobaan ini dapat dilihat pada Gambar 3.9 yang menunjukkan pengangkatan dari dasar lantai ke meja peletakkan dengan ketinggian 72 cm.
Gambar 3.9 Pengangkatan dari Ketinggian Lantai ke Ketinggian Knuckle
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
52
Kemudian
ilustrasi
percobaan
pada
Gambar
3.10
yang
menunjukkan pengangkatan dari meja peletakkan yang memiliki ketinggian 72 cm ke meja peletakkan yang memiliki ketinggian 133 cm.
Gambar 3.10 Pengangkatan dari Ketinggian Knuckle ke Bahu
5) Frekuensi pengangkatan yaitu 3 pengangkatan per menit. 6) Durasi atau total lama waktu satu percobaan yaitu 30 menit dengan melakukan pengamatan sebanyak 3 kali, dengan rincian sebagai berikut: i.
Pengamatan 1: berat box + berat beban yang diangkut sebesar 13 kg selama 5 menit
ii.
Pengamatan 2: berat box + berat beban yang diangkut sebesar 17 kg selama 5 menit
iii.
Pengamatan 3: berat box + berat beban yang diangkut sebesar 19 kg selama 5 menit
7) Melakukan perhitungan denyut nadi dan konsumsi oksigen responden secara real time dengan bantuan alat Fitmate MED. 8) Melakukan pengumpulan data RPE untuk setiap percobaan pada saat setiap kali penambahan beban dilakukan. Pengisian RPE ini menggunakan skala yang telah dijelaskan pada dasar teori dan melalui sistem wawancara. Data RPE ini berfungsi untuk menentukan
batas
maksimum
beban berdasarkan kriteria
psikofisik. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
53
3.1.5.1
Kondisi Lingkungan Kerja Kondisi lingkungan kerja di sini merupakan kondisi
lingkungan saat responden melakukan percobaan. Kondisi lingkungan yang baik sangat dibutuhkan saat melakukan percobaan karena akan mempengaruhi responden saat melakukan percobaan. Contohnya bila lokasi pekerjaan tidak luas dan sempit dapat mempengaruhi sisi psikologis pekerja, kemudian suhu yang juga dapat mempengaruhi denyut jantung dan tingkat kelelahan responden. NIOSH juga memberikan persyaratan mengenai kondisi lingkungan yang baik saat melakukan sebuah pekerjaan. Kondisi lingkungan kerja saat melakukan percobaan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Lingkungan Fisik Percobaan Kondisi Lingkungan Kerja 1
Suhu Ruangan
280C – 290C
2
Getaran Mekanis
Tidak Ada
3
Bau
Tidak Ada
4
Sirkulasi Udara
Baik
5
Deskripsi Lokasi Kerja
Ruangan terbuka, teduh
3.1.5.2
Pengisian Lembar Data Pengisian lembar data ini digunakan untuk menyimpan data
umum dari responden seperti nama, usia, tanggal lahir, aktivitas yang sering dilakukan, hasil pengukuran denyut jantung, tekanan darah, suhu tubuh, riwayat penyakit, data antropometri, serta hasil dari RPE. Sistem pengisian dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden dan kemudian dituliskan ke dalam lembar data. Untuk hasil dari pengukuran denyut jantung dan konsumsi oksigen saat melakukan percobaan, tidak dituliskan melalui lembar data karena sudah dihasilkan oleh alat Fitmate MED yang dapat diprint ataupun diambil melalui software fitmate. Ilustrasi dari lembar data dapat dilihat pada Gambar 3.11. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
54
Gambar 3.11 Lembar Data Percobaan
3.1.6
Hasil Pengumpulan Data Responden Data yang diperoleh merupakan data sebelum diolah. Data ini
terdiri dari data umum responden seperti nama, umur, tanggal lahir, data antropometri responden, data yang berasal dari Fitmate MED, dan data RPE Responden. Data-data ini harus disesuaikan dengan kriteria yang diinginkan sesuai dengan percobaan.
3.1.6.1
Hasil Pengumpulan Data Umum Responden Data umum responden terdiri dari nama, usia, denyut nadi
awal, suhu tubuh, dan tekanan darah sebelum melakukan percobaan. Data ini kemudian direkap dan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
55
Tabel 3.2 Data Umum Responden
No
Nama
Umur (tahun)
Dno (/min)
Suhu Tubuh (oC)
Tekanan Darah (mmHg)
1
Ade Kurniawan
23
75
36,6
120/76
2
Doni Prabowo S
20
121
36,6
152/82
3
Badriyawan
30
90
36,6
120/70
4
Saprudin
30
77
36,3
121/81
5
Syamsuri
24
71
36
127/79
6
Taufiki
25
92
36,6
113/58
7
Maman
29
56
34,9
104/72
8
Indra Lesmana
26
67
35,5
114/74
9
Irwansyah Pradini
24
97
36,8
136/98
10
Suhendar
30
59
35,7
118/82
11
Agus
26
81
36,2
109/67
12
Dadang
30
79
36,3
119/75
13
Jumli
33
81
36,2
127/88
14
Adnan
37
55
35
102/61
15
Nur
36
92
36,4
140/107
16
Irwan
24
109
36,8
153/101
17
Rully
40
92
36,4
121/87
18
Hasmuuni
24
96
37,1
128/91
19
Hendi
37
115
36,2
116/76
20
Hendra
36
110
36,8
177/122
21
Kiki
25
67
36,2
129/83
Dari Tabel 3.2 diketahui terdapat 5 oarang yang tidak memenuhi tekanan darah yang normal, yang berarti menunjukkan bahwa responden sedang sakit. Oleh karena itu, dari 21 responden, hanya dipergunakan 16 data responden dalam penelitian ini. 3.1.6.2
Hasil Pengumpulan Data Antropometri Responden Data antropometri yang diambil yaitu tinggi badan, berat
badan, tinggi knuckle, dan tinggi bahu. Untuk tinggi jangkauan tangan ke atas juga dapat diambil dari tinggi bahu dikurangi tinggi knuckle Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
56
kemudian ditambahkan pada tinggi bahu. Data antropometri ini nanti akan digunakan saat pengolahan data kapasitas beban berdasarkan kriteria biomekanik dengan menggunakan software Jack. Data antropometri responden ini dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 3.3 Data Antropometri Responden Tinggi No
Nama
Badan
Panjang Berat Badan
Tinggi
Tinggi
Jangkauan
(kg)
Knuckle (cm)
Bahu (cm)
Tangan ke Atas
(cm)
(cm)
1
Ade Kurniawan
162
49
77
131
185
2
Badriyawan
171
58
81
141
201
3
Saprudin
161
55
78
131
184
4
Syamsuri
170
52
80
136
192
5
Taufiki
158
55,5
73
127
181
6
Maman
162
44
75
130
185
7
Indra Lesmana
167
51
81
138
195
8
Suhendar
146
44
70
117
164
9
Agus
163
50
72
131
190
10
Dadang
170
50
78
136
194
11
Jumli
155
50
71
124
177
12
Adnan
163
48
75
133
191
13
Rully
175
61
85
144
203
14
Hasmuuni
160
46
78
131
184
15
Hendi
168
53
84
136
188
16
Kiki
174
65
81
140
199
3.1.6.3
Hasil Pengumpulan Data Denyut Nadi, Konsumsi Oksigen, dan Energy Expenditure Data denyut
nadi,
konsumsi oksigen,
dan
Energy
Expenditure didapat dari Fitmate MED dengan melakukan print setelah percobaan dilakukan. Data yang tercantum terhitung setiap 15 detik selama 5 menit dengan perhitungan real time. Kemudian data ini dipindahkan ke dalam excel. Selain itu dapat dilihat juga salah satu contoh tabel data yang dilakukan pada percobaan pertama dengan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
57
beban 13 kg untuk responden Ade Kurniawan di Tabel 3.4. Data ini selanjutnya akan digunakan untuk menghitung batas beban maksimum yang sanggup diangkat berdasarkan kriteria fisiologi. Tabel 3.4 Data Pengukuran Denyut Nadi dan Konsumsi Oksigen Percobaan Pertama dengan Beban 13 kg Responden Ade Kurniawan Beban (kg)
V02Kg
HR
EE
(ml/kg/min)
(bpm)
(kcal/h)
15
7
91
103
30
9
99
132
45
10,9
101
161
13
100
192
75
12,1
101
178
90
12,8
103
188
105
13,4
103
197
120 ( 2 menit)
14
99
206
135
13
100
192
150
15,3
98
225
165
13
97
192
180 (3 menit)
12,5
101
183
195
12,6
102
186
210
13,5
102
199
225
14,1
95
207
240 (4 menit)
11,8
94
174
255
12,7
100
186
270
12,3
101
181
285
12,5
101
184
300 (5 menit)
16,3
97
240
5:00
16,3
97
240
Detik ke-
60 (1 menit)
13
Peak Value
3.1.6.4
Hasil Pengumpulan Data RPE Responden Pencatatan nilai RPE ini dilakukan setiap selesai percobaan
dan melakukan penambahan beban selanjutnya. Responden telah dijelaskan sebelumnya mengenai skala RPE ini sebelum melakukan percobaan. Gambar skala RPE dengan menggunakan bahasa Indonesia Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
58
ditunjukkan kepada responden untuk memilih. Data RPE ini digunakan untuk penentuan batas beban maksimum berdasarkan kriteria psikofisik. Berikut ini merupakan tabel data RPE dari seluruh responden. Hasil rekap nilai RPE ini dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Data RPE Responden RPE No
3.2
Nama
Percobaan Satu
Percobaan Dua
13
17
19
13
17
19
kg
kg
kg
kg
kg
kg
1
Ade Kurniawan
13
13
17
13
15
17
2
Badriyawan
11
15
17
13
15
17
3
Saprudin
13
15
16
13
15
17
4
Syamsuri
13
15
17
13
17
18
5
Taufik
13
14
17
13
14
14
6
Maman
13
14
15
13
15
17
7
Indra Lesmana
13
13
15
11
13
15
8
Suhendar
13
13
15
13
13
15
9
Agus
13
14
15
13
15
15
10
Dadang
14
17
18
13
15
17
11
Jumli
13
15
16
13
15
17
12
Adnan
13
13
15
13
13
15
13
Rully
13
14
15
15
16
17
14
Hasmuni
11
13
14
13
15
17
15
Hendi
11
15
17
13
17
19
16
Kiki
9
10
11
11
15
17
Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan untuk mengolah data yang dikumpulkan untuk
memenuhi tujuan akhir penelitian yaitu memberikan vertical multiplier dalam persamaan pengangkatan NIOSH untuk pekerja di Indonesia. Untuk memberikan usulan faktor pengali dan juga faktor pengurang dalam variabel vertikal ini dibutuhkan pertimbangan kapasiatas beban yang sanggup diangkat oleh pekerja berdasarkan kriteria biomekanika, fisiologi, dan psikofisik. Pembahasan ini akan dijelaskan pada subbab-subbab selanjutnya. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
59
3.2.1
Pengolahan Data Berdasarkan Kriteria Biomekanika Rekomendasi yang NIOSH berikan terhadap kriteria biomekanika
adalah pembebanan tidak menghasilkan gaya melebihi 3400 N pada bagian tulang L4/S1. Perhitungan biomekanika ini menggunakan bantuan software jack yang didalamnya terdapat analisis Low Back Analysis (LBA) yang membantu mengukur gaya yang diterima di bagian L5/S1 saat pembebanan dengan bentuk virtual environment. Pada software jack ini dibutuhkan data anthropometri tinggi tubuh, berat tubuh, dan berat beban yang diangkut untuk dapat menganalisis LBA. Namun, selain data anthropometri tinggi tubuh dan berat tubuh, ditambahkan juga anthropometri panjang lengan dan tinggi bahu pada Jack agar Jack dikondisikan sesuai dengan responden. Langkah awal yang dilakukan yaitu menyiapkan lingkungan virtual sesuai dengan kondisi saat melakukan percobaan. Dengan bantuan software autodesk inventor dibuat bentuk meja dengan ketinggian sesuai dengan saat percobaan yaitu ukuran 72 cm dan 133 cm, sedangkan untuk kardus dapat langsung dimasukkan melalui object pada software Jack agar bisa ditambahkan beban dan dilakukan animasi. Selanjutnya, dilakukan import untuk memasukkan meja yang telah dibuat dalam format .jt ke dalam software Jack. Model manusia dan bentuk box dengan ukuran 35 cm x 25 cm x 35 cm pun diinput ke dalam lingkungan virtual dan kemudian diatur sedemikian rupa sesuai saat percobaan dan menepak ke bagian ground. Model manusia, meja, dan box yang telah diatur posisinya dapat dilihat pada gambar 3.12. Jarak antara box dengan meja peletakkan pertama yaitu 40 cm. Jarak ini dibuat konstan selama melakukan percobaan.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
60
Gambar 3.12 Posisi Model Manusia, Meja, dan Box di Dalam Software Jack
Selanjutnya dibuat animasi dengan menggunakan menu modules kemudian task simulation builder. Dalam pembuatan animasi ini diperlukan graps point untuk menunjukkan letak pegangan dari tangan model manusia pada box. Bentuk pegangan yang digunakan yaitu bentuk pegangan power karena adanya gaya yang bekerja di tangan saat mengangkat box. Box pun sebelum animasi dijalankan harus ditambahkan beban dengan mengklik pada object yang ingin ditambahkan bebannya karena hal ini akan mempengaruhi dalam LBA. Setelah animasi selesai, dilakukan pengaktifan terhadap LBA agar saat animasi dijalankan, LBA pun akan bergerak sesuai dengan posisi model manusia. Setelah itu, sistem dalam virtual environment pun dapat dijalankan sesuai dengan yang dilakukan saat percobaan. Perhitungan gaya tekan L5/S1 ini melibatkan posisi origin dan destination dikarenakan kedua posisi ini merupakan posisi yang paling kritis. Dalam kedua posisi ini memiliki nilai gaya tekan yang paling maksimal pada saat mengangkat dan menaruh. Jadi, apabila salah satu torsi pada posisi origin atau destination melebihi batas rekomendasi yang diberikan maka pengangkatan tersebut dikatakan tidak aman karena dapat menyebabkan cidera pada tulang belakang L5/S1. Berikut ini beberapa contoh gambar perhitungan LBA di dalam software Jack. Pada gambar 3.13 merupakan LBA saat melakukan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
61
pengangkatan beban 13 kg dari dasar lantai. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 2128 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas mengangkat dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Gambar 3.13 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Pertama – Origin
Pada gambar 3.14 merupakan LBA saat melakukan peletakkan beban 13 kg ke atas meja peletakkan. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 1912 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas meletakkan dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
62
Gambar 3.14 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Pertama – Destination
Pada gambar 3.15 merupakan LBA saat melakukan pengangkatan beban 13 kg dari meja dengan ketinggian 72 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 1733 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas mengangkat dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Gambar 3.15 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Kedua – Origin Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
63
Pada gambar 3.16 merupakan LBA saat melakukan peletakkan beban 13 kg ke atas meja peletakkan dengan ketinggian 133 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 2572 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas meletakkan dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Gambar 3.16 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Kedua – Destination
Pada gambar 3.17 merupakan LBA saat melakukan pengangkatan beban 17 kg dari dasar lantai ke atas meja peletakkan dengan ketinggian 72 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 2381 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas meletakkan dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
64
Gambar 3.17 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Pertama – Origin
Pada gambar 3.18 merupakan LBA saat melakukan peletakkan beban 17 kg ke atas meja peletakkan dengan ketinggian 72 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 2204 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas meletakkan dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Gambar 3.18 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Pertama – Destination
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
65
Pada gambar 3.19 merupakan LBA saat melakukan pengangkatan beban 17 kg dari meja dengan ketinggian 72 cm ke meja dengan ketinggian 133 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 1986 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas mengangkat dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Gambar 3.19 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Kedua – Origin
Pada gambar 3.20 merupakan LBA saat melakukan peletakkan beban 17 kg ke atas meja peletakkan dengan ketinggian 133 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 3062 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas meletakkan dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
66
Gambar 3.20 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Kedua – Destination
Pada gambar 3.21 merupakan LBA saat melakukan pengangkatan beban 19 kg dari dasar lantai ke atas meja peletakkan dengan ketinggian 72 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 2504 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas meletakkan dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Gambar 3.21 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Pertama – Origin
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
67
Pada gambar 3.22 merupakan LBA saat melakukan peletakkan beban 19 kg ke atas meja peletakkan dengan ketinggian 72 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 2351 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas meletakkan dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Gambar 3.22 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Pertama – Destination
Pada gambar 3.23 merupakan LBA saat melakukan pengangkatan beban 19 kg dari meja dengan ketinggian 72 cm ke meja dengan ketinggian 133 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 2111 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas mengangkat dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
68
Gambar 3.23 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Kedua – Origin
Pada gambar 3.24 merupakan LBA saat melakukan peletakkan beban 19 kg ke atas meja peletakkan dengan ketinggian 133 cm. Gaya tekan yang dihasilkan pada tulang L5/S1 yaitu sebesar 3306 N. Gaya tekan ini masih lebih kecil dibandingkan dengan batas maksimum gaya tekan yang diberikan NIOSH yaitu sebesar 3400 N. Oleh karena itu, terlihat pada window LBA grafik memberikan warna hijau yang menunjukkan aktivitas meletakkan dalam posisi tersebut bagi responden Ade Kurniawan tidak memberikan resiko.
Gambar 3.24 Low Back Analysis Responden Ade Kurniawan dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Kedua – Destination
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
69
Dengan melihat LBA pada responden Ade Kurniawan untuk setiap percobaan, dapat diketahui bahwa pembebanan untuk beban 13 Kg, 17 Kg, dan 19 Kg untuk percobaan 1 dan 2 aman karena berada di bawah 3400 N, standar yang ditetapkan NIOSH. Untuk perhitungan lengkapnya dari keseluruhan responden menggunakan software Jack dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut hasil rekap LBA untuk hasil keseluruhan dengan menggunakan software Jack terdapat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Rekap Hasil Perhitungan Biomekanika No
Berat Beban (Kg)
1
13
2
17
3
19
Keterangan
Torsi pada L5/S1 (N)
Status Pengangkatan
Origin
Destination
Percobaan 1
2198
1980
Tidak beresiko
Percobaan 2
1901
2743
Tidak beresiko
Percobaan 1
2421
2291
Tidak beresiko
Percobaan 2
2215
3270
Tidak beresiko
Percobaan 1
2552
2446
Tidak beresiko
Percobaan 2
2351
3532
Beresiko
Dari Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa berdasarkan kriteria biomekanika dengan batas aman gaya tekan maksimal yang diterima pada tulang bagian L5/S1 sebesar 3400 N, percobaan satu dengan beban 13 Kg, 17 Kg, dan 19 Kg tidaklah beresiko menimbulkan low back pain. Namun, pada percobaan kedua batas aman terdapat pada beban 17 Kg karena pada beban 19 kg memberikan gaya tekan yang lebih besar dari 3400 N. 3.2.2
Pengolahan Data Berdasarkan Kriteria Fisiologi 3.2.2.1 Perhitungan Energy Expenditure Menggunakan Denyut Jantung Untuk mendapatkan batas beban berdasarkan kriteria fisiologis, dapat dilihat dengan cara menghitung energy expenditure yang digunakan oleh pekerja saat melakukan percobaan dengan mengkonversikan denyut jantung awal dan akhir setelah selesai melalui persamaan konsumsi energi dan denyut jantung. Energy expenditure yang direkomendasikan NIOSH berada diantara 2.2 – 4.7 Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
70
kkal/menit. Apabila dikategorikan berdasarkan ketinggian dan juga lama waktu dalam mengangkat beban, Waters et al membaginya menjadi dua, yaitu ketinggian kurang dari sama dengan 75 cm selama kurang dari 1 jam waktu bekerja memiliki batas energi sebesar 4.7 kkal/menit, sedangkan dengan ketinggian lebih dari 75 cm dengan lama waktu kurang dari 1 jam bekerja memiliki batas energi sebesar 3.3 kkal/menit. Berikut ini merupakan tabel contoh perhitungan dari kriteria fisiologi. Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Kriteria Fisiologis Percobaan 1 dengan Beban 13 Kg Energy Expenditure Beban
13 kg
Responden
Dno
(kkal/menit)
Dnt awal
akhir
Ade Kurniawan
75
99,3
2,740
4,1777
Badriyawan
90
107,5
3,564
4,7895
Saprudin
77
100,9
2,837
4,2921
Syamsuri
71
89,8
2,556
3,5483
Taufiki
92
99,0
3,690
4,1601
Maman
56
96,9
2,001
4,0107
Indra Lesmana
67
96,1
2,387
3,9596
Suhendar
59
85,8
2,095
3,3117
Agus
81
96,6
3,044
3,9902
Dadang
79
96,2
2,939
3,9664
Jumli
81
108,7
3,044
4,8843
Adnan
55
73,3
1,971
2,6575
Rully
92
117,9
3,690
5,6610
Hasmuni
96
103,1
3,953
4,4571
Hendi
115
131,5
5,409
6,9496
Kiki
67
85,2
2,387
3,2742
78,313
99,209
3,019
4,256
rata-rata
Berikut contoh perhitungan Konsumsi Energi (KE) pada responden Ade Kurniawan: Energy Expenditure Awal = 1.80411 – 0.0229038 (Dno) + 4.71733.10-4 (Dno)2
= 1.80411 – 0.0229038 (75) + 4.71733.10-4 (75)2 Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
71
= 1.80411 – 1.717785 + 2.653498125 = 2.7398 kkal/menit Energy Expenditure Akhir = 1.80411 – 0.0229038 (Dnt) + 4.71733.10-4 (Dnt)2
= 1.80411 – 0.0229038 (99.3) + 4.71733.10-4 (99.3)2 = 1.80411 – 2.27434734 + 4.651518529 = 4.177 kkal/menit Dari tabel 3.7, nilai rata-rata energy expenditure akhir yang didapatkan masih dalam batas maksimum yang diberikan oleh NIOSH, yaitu sebesar 4.7 kkal/menit bila ketinggian kurang dari sama dengan 75 cm. Kemudian perhitungan pun dilanjutkan untuk setiap beban yaitu 13 Kg, 17 Kg, dan 19 Kg dalam setiap percobaan. Perhitungan ini dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut ini di dalam tabel 3.8 dan tabel 3.9 merupakan hasil rekap dari perhitungan energy expenditure berdasarkan kriteria fisiologi.
Tabel 3.8 Hasil Rekap Perhitungan Energy Expenditure Berdasarkan Kriteria Fisiologi pada Percobaan 1
Beban (Kg)
Rata-Rata Energy Rata-Rata
Expenditure (kkal/menit)
Dno
Dnt
awal
akhir
13
78,313
99,209
3,019
4,256
17
78,313
103,863
3,019
4,568
19
78,313
107,125
3,019
4,814
Tabel 3.9 Hasil Rekap Perhitungan Energy Expenditure Berdasarkan Kriteria Fisiologi pada Percobaan 2
Beban (Kg)
Rata-Rata Energy Rata-Rata
Expenditure (kkal/menit)
Dno
Dnt
awal
akhir
13
78,313
94,934
3,019
3,919
17
78,313
99,250
3,019
4,211
19
78,313
101,894
3,019
4,411
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
72
Berdasarkan kedua tabel, yaitu tabel 3.8 dan tabel 3.9, energy expenditure yang memenuhi kriteria persyaratan dari NIOSH dapat ditentukan dengan melihat Energy Expenditure akhir. Untuk percobaan pertama, batas beban yang masih disarankan oleh NIOSH adalah 17 Kg, sedangkan untuk percobaan kedua batas aman berada pada < 13 Kg karena pada beban 13 Kg telah melebihi 3.3 kkal/menit. Kedua batasan ini telah memenuhi persyaratan dari NIOSH dalam hal kriteria fisiologis. Untuk
percobaan
kedua,
dikarenakan
batas
beban
berdasarkan fisiologis berada kurang dari 13 Kg, digunakan scatter plot grafik untuk mengetahui batas beban yang sesuai dengan kriteria 3.3 kkal/menit. Nilai energy expenditure dari beban 13 kg, 17 kg, dan 19 kg dirata-ratakan kemudian dibuat grafik scatter untuk melihat nilai R dan persamaannya. Berikut gambar 3.25 merupakan hasil dari grafik scatter dari rata-rata setiap beban pada percobaan kedua.
Grafik Berat Beban vs Energy Expenditure Berat Beban
25 y = 12,29x - 35,07 R² = 0,993
20 15
rata-rata EE
10 5
Linear (rata-rata EE)
0
3,8
4
4,2
4,4
4,6
Energy Expenditure
Gambar 3.25 Grafik Berat Beban vs Energy Expenditure Percobaan Kedua
Dari gambar 3.25 diketahui bahwa nilai R yang didapat yaitu sebesar 0.993. Nilai R ini mendekati 1 yang berarti menunjukkan nilai dari energy expenditure yang didapat memiliki ketepatan atau keakurasian yang tinggi. Oleh karena itu, persamaan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengetahui nilai batas maksimum beban pada percobaan yang kedua yang bernilai < 13 Kg. Persamaan yang didapat Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
73 yaitu Y = 12.29x – 35.07, di mana y = berat beban dan x = energy expenditure. Kemudian dimasukkan nilai batas yang ditetapkan oleh NIOSH untuk ketinggian lebih dari 75 cm, yaitu 3.3 kkal/menit ke dalam persamaan tersebut. Berikut ini perhitungan yang dihasilkan: Y = 12.29x – 35.07 Y = 12.29 (3.3) – 35.07 Y = 40.557 – 35.07 Y = 5.5094 Hasil dari perhitungan ini menunjukkan bahwa untuk nilai energy expenditure 3.3 kkal/menit beban yang sesuai dengan nilai tersebut sebesar 5.5094 Kg. Jadi batas aman beban berdasarkan kriteria fisiologis yang direkomendasikan NIOSH pada percobaan kedua yaitu sebesar 5.5094 Kg. 3.2.2.2
Perhitungan
Energy
Expenditure
Menggunakan
Konsumsi Oksigen Dengan bantuan alat Fitmate MED, didapatkan hasil konsumsi oksigen,
denyut
jantung,
dan
energy
expenditure.
Perhitungan menggunakan denyut jantung telah dilakukan pada bagian 3.2.2.1 yang dikonversikan menjadi energy expenditure. Konsumsi oksigen pun dapat
dikonversikan menjadi
energy
expenditure. Pengkonversian ini telah dilakukan secara otomatis di dalam alat Fitmate MED. Hal ini dapat dibuktikan oleh grafik linear antara konsumsi oksigen dengan energy expenditure. Berikut ini salah satu contoh grafik antara konsumsi oksigen dengan energy expenditure dari responden Suhendar. Untuk grafik responden lainnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
74
Suhendar-Beban 13 kg - I Energy Expenditure
300
y = 13,18x + 0,18 R² = 0,999
250 200 150 100 50 0 0
5
10
15
20
25
VO2
Gambar 3.26 Grafik Hubungan antara VO2 dengan Energy Expenditure Responden Suhendar dengan Beban 13 Kg pada Percobaan Pertama
Dari grafik dapat dilihat bahwa setiap titik membentuk garis lurus yang linear dan menghasilkan nilai R yang mendekati 1.
Suhendar - Beban 17 kg - I Energy Expenditure
300 y = 13,24x - 0,591 R² = 0,999
250 200 150 100 50 0 0
5
10
15
20
25
VO2
Gambar 3.27 Grafik Hubungan antara VO2 dengan Energy Expenditure Responden Suhendar dengan Beban 17 Kg pada Percobaan Pertama
Dari grafik dapat dilihat bahwa setiap titik membentuk garis lurus yang linear dan menghasilkan nilai R yang mendekati 1.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
75
Energy Expenditure
Suhendar - Beban 19 kg -I 400 350 300 250 200 150 100 50 0
y = 13,20x - 0,146 R² = 0,999
0
5
10
15
20
25
30
VO2
Gambar 3.28 Grafik Hubungan antara VO2 dengan Energy Expenditure Responden Suhendar dengan Beban 19 Kg pada Percobaan Pertama
Dari grafik dapat dilihat bahwa setiap titik membentuk garis lurus yang linear dan menghasilkan nilai R yang mendekati 1. Setelah melihat ketiga grafik dan grafik lainnya dari setiap responden, setiap hubungan anatara VO2 dengan energy expenditure memiliki bentuk linear. Hal ini telah membuktikan keterkaitan yang kuat antara VO2 dengan energy expenditure. Oleh karena itu, untuk pengolahan data berdasarkan kriteria fisiologis yang menggunakan konsumsi oksigen, dapat langsung menggunakan energy expenditure yang dihasilkan oleh Fitmate MED (dapat dilihat pada tabel 3.10). Berikut ini merupakan tabel rekap hasil energy expenditure dari Fitmate MED. Tabel 3.10 Hasil Perhitungan Kriteria Fisiologis Percobaan 1 dengan Beban 13 Kg dengan Enegy Expenditure Fitmate MED
Beban
13 kg
Responden
Energy Expenditure (kkal/jam)
Energy Expenditure (kkal/menit)
Ade Kurniawan
185,3
3,088
Badriyawan
213,9
3,564
Saprudin
167,0
2,783 Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
76
Syamsuri
213,4
3,556
Taufiki
203,3
3,388
Maman
193,2
3,219
Indra Lesmana
147,3
2,454
Suhendar
181,5
3,024
Agus
58,8
0,979
Dadang
37,1
0,618
Jumli
57,6
0,960
Adnan
42,4
0,706
Rully
144,3
2,404
Hasmuuni
115,0
1,916
Hendi
171,7
2,861
Kiki
259,9
4,332
rata-rata
149,448
2,491
Tabel 3.11 Hasil Rekap Perhitungan Energy Expenditure Fitmate MED Berdasarkan Kriteria Fisiologi pada Percobaan 1
Beban
Rata-Rata Energy
(Kg)
Expenditure (kkal/menit)
13
2,491
17
2,722
19
2,838
Tabel 3.12 Hasil Rekap Perhitungan Energy Expenditure Fitmate MED Berdasarkan Kriteria Fisiologi pada Percobaan 2
Beban
Rata-Rata Energy
(Kg)
Expenditure (kkal/menit)
13
2,314
17
2,650
19
2,877
Berdasarkan kedua tabel di atas, yaitu tabel 3.11 dan tabel 3.12, untuk percobaan pertama dan kedua, batas beban yang masih Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
77
disarankan oleh NIOSH hingga 19 kg. Apabila dilihat dari nilai EE yang direkomendasikan NIOSH hingga 4.7 kkal/menit untuk percobaan pertama dan 3.3 kkal/menit untuk percobaan kedua, nilai EE yang dihasilkan pada tabel 3.11 dan 3.12 masih jauh dibawah dari EE yang direkomendasikan. Oleh karena itu batas aman untuk kriteria fisiologis ini berdasarkan EE yang dihasilkan Fitmate MED untuk kedua percobaan berada pada > 19 Kg. Kedua batasan ini telah memenuhi persyaratan dari NIOSH dalam hal kriteria fisiologis.
3.2.3
Pengolahan Data Berdasarkan Kriteria Psikofisik Pengolahan data untuk psikofisik yaitu dengan menggunakan bantuan RPE atau Borg Scale dan juga denyut nadi setelah aktivitas. Penentuan RPE ini untuk membantu justifikasi yang dilakukan responden secara subjektif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ari Widyanti
(1998),
penyesuaian
beban
dengan
menggunakan
RPE
menggunakan rumus sebagai berikut: Penyesuaian Beban =
𝑅𝑃𝐸 (10) × (Beban awal yang digunakan) 𝐷𝑛𝑡
Persamaan penyesuaian beban ini membutuhkan beban awal yang digunakan. Penentuan beban awal yang digunakan untuk perhitungan kriteria psikofisik dengan melakukan perbandingan pada kedua kriteria yang telah didapat hasil batas bebannya. Kemudian akan didapat batas kritis beban yang dapat diangkat. Menurut NIOSH yang berprinsip pada kemanan dan kesehatan pekerja, maka dipilih batas beban yang paling minimal dari kedua kriteria, biomekanika dan fisiologi. Berikut dapa dilihat pada Tabel 3.13 perbandingan batasan beban kriteria biomekanik dengan fisiologi yang menggunakan denyut jantung dan energy expenditure Fitmate MED untuk didapatkan beban awal yang digunakan dalam perhitungan kriteria psikofisik.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
78
Tabel 3.13 Perbandingan Batasan Beban Kriteria Biomekanik dengan Fisiologi dari Energy Expenditure HR Batas Beban Berdasarkan Kriteria (kg) Keterangan
Biomekanik
FisiologiHR
Batasan Beban yang Dipilih (kg)
Fisiologi-EE Fitmate
Percobaan 1
19
17
19
17
Percobaan 2
19
5.5094
19
5.5094
Tabel 3.14 Perbandingan Batasan Beban Kriteria Biomekanik dengan Fisiologi dari Energy Expenditure Fitmate Keterangan
Batas Beban Berdasarkan Kriteria (Kg)
Batasan Beban
Biomekanik
Fisiologi-EE Fitmate
yang Dipilih (kg)
Percobaan 1
19
> 19
19
Percobaan 2
17
> 19
17
Setelah didapat beban awal yang akan digunakan untuk pengolahan data kriteria psikofisik, maka selanjutnya akan dilakukan perhitungan dengan persamaan penyesuaian dari nilai RPE dan denyut nadi setelah melakukan aktivitas. Denyut jantung akhir yang digunakan juga telah disesuaikan dengan batas beban berdasarkan kriteria fisiologis ataupun biomekanik setelah melakukan perbandingan. Hal ini dikarenakan RPE merupakan skala yang digunakan secara subjektif oleh responden untuk dapat mengukur beban yang dirasakan berat saat melakukan pengangkatan yang kemudian akan disesuaikan dengan energy expenditure dari pengangkatan tersebut. Berikut pada Tabel 3.14 dan 3.15 merupakan hasil penyesuaian RPE untuk kriteria psikofisik percobaan pertama dan kedua. Tabel 3.14 Hasil penyesuaian RPE untuk Kriteria Psikofisik dengan Melakukan perbandingan Biomekanik dengan Fisiologi-Denyut Jantung
Keterangan
Beban
Dnt
RPE
Penyesuaian
Percobaan 1
17
103.8625
13
21.27813215
Percobaan 2
5.5
85
10
6.470588235
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
79
Tabel 3.15 Hasil penyesuaian RPE untuk Kriteria Psikofisik dengan Melakukan perbandingan Biomekanik dengan Fisiologi-Energy Expenditure Fitmate
Keterangan
Beban
Dnt
RPE
Penyesuaian
Percobaan 1
19
107.125
15
26.60443407
Percobaan 2
17
99.25
14
23.97984887
Berdasarkan Tabel 3.14 dan 3.15 dapat diketahui:
Fisiologi HR: Batas beban maksimum berdasarkan kriteria psikofisik pada percobaan 1 yaitu 21.278 kg dan untuk percobaan 2 yaitu 6.4705 kg.
Fisiologi energy expenditure Fitmate: Batas beban maksimum berdasarkan kriteria psikofisik pada percobaan 1 yaitu 26.604 Kg dan untuk percobaan 2 yaitu 23.9798 kg.
3.2.4
Penentuan Faktor Vertical Multiplier Vertical multiplier didapat dari faktor ketinggian knuckle dan
faktor pengurang yang direkomendasikan NIOSH (1991) untuk VM yaitu sebesar 22.5%. Dalam penentuan VM ini, hal yang pertama kali harus ditentukan terlebih dahulu yaitu faktor pengurang dan faktor pengali. 3.2.4.1
Ketinggian Knuckle Untuk membuat faktor pengali vertikal yang sesuai dengan
orang Indonesia maka digunakan data antropometri dengan persentil 5%. Penggunaan persentil 5% ini dikarenakan agar persamaan untuk variabel vertikal ini dapat digunakan oleh seluruh orang Indonesia dengan dimensi yang tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Berdasarkan penelitian yang telah dijelaskan pada bab dasar teori, yaitu penelitian Tan Kay Chuan, Markus Hartono, dan Naresh Kumar yang berjudul Anthropometry of the Singaporean and Indonesian Populations pada tahun 2010, dari data antropometri orang Indonesia untuk warga Indonesia secara umum, didapat ketinggian badan laki-laki persentil 5% adalah 162 cm dan untuk ketinggian knuckle adalah 68 cm. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
80
3.2.4.2
Faktor Pengurang Vertikal Pada data penelitian yang dilakukan, didapatkan 2 batas
beban yang maksimum untuk pengangkatan dari lantai ke ketinggian knuckle sebesar 21.27 kg (apabila membandingkan dengan fisiologisHR) atau 26.604 kg (apabila membandingkan dengan fisiologis-EE fitmate). Untuk pengangkatan dari ketinggian knuckle ke ketinggian bahu didapat batasan beban maksimum sebesar 6.647 kg (apabila membandingkan dengan fisiologis-HR) atau 23.9798 kg (apabila membandingkan dengan fisiologis-EE fitmate). Untuk pengangkatan di atas bahu hingga jangkauan tangan ke atas tidak dilakukan di dalam percobaan ini karena ketidaksanggupan dari setiap responden ketika akan mengangkat beban ke ketinggian sekitar 180 cm lebih tinggi. Selain itu, saat mengangkat beban pada ketinggian tersebut rawan kecelakaan, di mana beban dapat menimpa responden. Hasil dari percobaan
ini
menunjukkan
bahwa
semakin
tinggi
tingkat
pengangkatan benda dari titik pusat massa tubuh, maka akan terjadi pengurangan massa beban yang sanggup diangkat. Faktor pengurang terbagi menjadi dua yaitu faktor pengurang di atas ketinggian knuckle dan faktor pengurang di bawah ketinggian knuckle. Untuk faktor pengurang di atas ketinggian knuckle tidak dapat dihitung dikarenakan tidak adanya data dalam perhitungan beban yang sanggup diangkat dari ketinggian bahu hingga jangkauan tangan ke atas karena faktor ketidaksanggupan dari responden. Untuk faktor pengurang pada ketinggian awal lantai, beban yang telah didapatkan berdasarka biomekanik disesuaikan dengan kriteria gaya tekan pada biomekanik. Dalam perhitungan gaya tekan biomekanik ini digunakan model Bloswick (Bloswick, 2000). Faktor pengurang untuk ketinggian awal di lantai dengan di knuckle ini dapat dilihat pada Tabel 3.16 dan 3. 17 sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
81
Tabel 3.16 Perbandingan Gaya Tekan L5/S1 Hasil Pertama
Posisi Pengangkatan Lantai-Knuckle
Knuckle-Bahu
Beban
Gaya Tekan
(kg)
(lb)
21.27
510.715
6.647
358.058
21.27
297.762
6.647
145.105
Tabel 3.17 Perbandingan Gaya Tekan L5/S1 Hasil Kedua
Posisi Pengangkatan Lantai-Knuckle
Knuckle-Bahu
Beban
Gaya Tekan
(kg)
(lb)
26.60
566.398
23.98
538.983
26.60
353.445
23.98
326.030
Perhitungan estimasi gaya tekan ini menggunakan persamaan Bloswick yang terdiri dari tiga bagian yaitu back posture, load moment, dan direct compression. Persamaan ini dapat dilihat pada gambar 3.29. Persamaan ini akan menghasilkan gaya tekan dalam satuan lb. Kemudian gaya tekan ini akan dibandingkan dengan rekomendasi dari NIOSH sebesar 770 lb (3400N). Variabel dari persamaan Bloswick ini terdiri dari BW (berat tubuh dalam satuan lb), sin Ѳ untuk sudut kemiringan saat melakukan pengangkatan, L (berat beban yang diangkat dalam satuan lb), dan HB yang merupakan jarak horisontal pengangkatan dalam satuan inch.
Gambar 3.29 Persamaan Bloswick
Perhitungan estimasi gaya tekan pada L5/S1 pada beban yang telah memenuhi 3 kriteria menggunakan asumsi perhitungan sebagai berikut: Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
82
Lantai – Knuckle Hasil Pertama Berat badan = 51.96 kg = 114.5 lb Berat beban = 21.27 kg = 46.89 lb dan 6.647 kg = 14.65 lb Jarak horisontal = 20 cm = 7.87 in Sudut Ѳ = 450 (estimasi dari posisi squat lift) Hasil perhitungan Lantai-Knuckle dapat dilihat pada Tabel 3.18.
Tabel 3.18 Perhitungan Model Bloswick Ketinggian Lantai-Knuckle Hasil Pertama Posisi
Kontributor
Perhitungan
Hasil (lb)
A = 3(114.5)(sin45)
242.89
B = 0.5(46.89)(7.87)
184.51
C = 0.8[(114.5)/2 + 46.89]
83.312
Back Posture A = 3(BW)(sinѲ) Load Moment 21.27 Kg
B = 0.5(L)(HB) Direct Compression C = 0.8[(BW)/2 + L] Estimated Compression Force
Perbandingan hasil dengan 770 lb 510.715
Fc = A + B + C Posisi
Kontributor
Perhitungan
Hasil (lb)
A = 3(114.5)(sin45)
242.89
B = 0.5(14.65)(7.87)
57.65
C = 0.8[(114.5)/2 + 14.65]
57.52
Back Posture A = 3(BW)(sinѲ) Load Moment 6.647 Kg
B = 0.5(L)(HB) Direct Compression C = 0.8[(BW)/2 + L] Estimated Compression Force
Perbandingan hasil dengan 770 lb 358.058
Fc = A + B + C
Knuckle-Bahu Hasil Pertama Berat badan = 51.96 kg = 114.5 lb Berat beban = 21.27 kg = 46.89 lb dan 6.647 kg = 14.65 lb Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
83
Jarak horizontal = 20 cm = 7.87 in Sudut Ѳ = 50 (estimasi dari posisi arm lift) Hasil perhitungan Knuckle-Bahu dapat dilihat pada Tabel 3.19.
Tabel 3.19 Perhitungan Model Bloswick Ketinggian Knuckle-Bahu Hasil Pertama Posisi
Kontributor
Perhitungan
Hasil (lb)
A = 3(114.5)(sin5)
29.94
B = 0.5(46.89)(7.87)
184.51
C = 0.8[(114.5)/2 + 46.89]
83.312
Back Posture A = 3(BW)(sinѲ) Load Moment 21.27 Kg
B = 0.5(L)(HB) Direct Compression C = 0.8[(BW)/2 + L] Estimated Compression Force
Perbandingan hasil dengan 770 lb 297.762
Fc = A + B + C Posisi
Kontributor
Perhitungan
Hasil (lb)
A = 3(114.5)(sin5)
29.94
B = 0.5(14.65)(7.87)
57.65
C = 0.8[(114.5)/2 + 14.65]
57.52
Back Posture A = 3(BW)(sinѲ) Load Moment 6.647 Kg
B = 0.5(L)(HB) Direct Compression C = 0.8[(BW)/2 + L] Estimated Compression Force
Perbandingan hasil dengan 770 lb 145.105
Fc = A + B + C
Dari Tabel 3.18 dan 3.19 ini akan dilakukan perbandingan torsi sebagai berikut: Beban 21.27 kg =
510 .75−297.762
Beban 6.647 kg =
358 .08−145 .105
297 .762 145 .105
𝑥 100% = 71.52% 𝑥 100% = 146.76%
Selanjutnya diperhitungkan untuk hasil kedua dengan awal mula perbandingan fisiologis energy expenditure:
Lantai – Knuckle Hasil Pertama Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
84
Berat badan = 51.96 kg = 114.5 lb Berat beban = 26.60 kg = 58.65 lb dan 23.98 kg = 52.86 lb Jarak horisontal = 20 cm = 7.87 in Sudut Ѳ = 450 (estimasi dari posisi squat lift) Hasil perhitungan Lantai-Knuckle dapat dilihat pada tabel 3.20. Tabel 3.20 Perhitungan Model Bloswick Ketinggian Lantai-Knuckle Hasil Kedua Posisi
Kontributor
Perhitungan
Hasil (lb)
A = 3(114.5)(sin45)
242.89
B = 0.5(58.65)(7.87)
230.79
C = 0.8[(114.5)/2 + 58.65]
92.72
Perbandingan hasil dengan 770 lb
566.398
Perhitungan
Hasil (lb)
A = 3(114.5)(sin45)
242.89
B = 0.5(52.86)(7.87)
208
C = 0.8[(114.5)/2 + 52.86]
88.08
Perbandingan hasil dengan 770 lb
538.983
Back Posture A = 3(BW)(sinѲ) Load Moment 26.60 Kg
B = 0.5(L)(HB) Direct Compression C = 0.8[(BW)/2 + L] Estimated Compression Force Fc = A + B + C
Posisi
Kontributor Back Posture A = 3(BW)(sinѲ) Load Moment
23.98 Kg
B = 0.5(L)(HB) Direct Compression C = 0.8[(BW)/2 + L] Estimated Compression Force Fc = A + B + C
Knuckle-Bahu Hasil Pertama Berat badan = 51.96 kg = 114.5 lb Berat beban = 26.60 kg = 58.65 lb dan 23.98 kg = 52.86 lb Jarak horizontal = 20 cm = 7.87 in Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
85 Sudut Ѳ = 50 (estimasi dari posisi arm lift) Hasil perhitungan Knuckle-Bahu dapat dilihat pada tabel 3.21. Tabel 3.21 Perhitungan Model Bloswick Ketinggian Knuckle-Bahu Hasil Kedua Posisi
Kontributor
Perhitungan
Hasil (lb)
A = 3(114.5)(sin5)
29.94
B = 0.5(58.65)(7.87)
230.79
C = 0.8[(114.5)/2 + 58.65]
92.72
Back Posture A = 3(BW)(sinѲ) Load Moment 26.60 Kg
B = 0.5(L)(HB) Direct Compression C = 0.8[(BW)/2 + L] Estimated Compression Force
Perbandingan hasil dengan 770 lb 353.446
Fc = A + B + C Posisi
Kontributor
Perhitungan
Hasil (lb)
A = 3(114.5)(sin5)
29.94
B = 0.5(52.86)(7.87)
208
C = 0.8[(114.5)/2 + 52.86]
88.08
Back Posture A = 3(BW)(sinѲ) Load Moment B = 0.5(L)(HB) 23.98 Kg Direct Compression C = 0.8[(BW)/2 + L] Estimated Compression Force Perbandingan hasil dengan 770 lb 326.03 Fc = A + B + C
Dari Tabel 3.20 dan 3.21 ini akan dilakukan perbandingan torsi sebagai berikut: Beban 26.60 kg =
566 .398 −353 .446
Beban 23.98 kg =
538 .983 −326 .03
353 .446 326 .03
𝑥 100% = 60.25% 𝑥 100% = 65.32%
Setelah didapat perbandingan torsi yang didasarkan pada kriteria biomekanika, maka jika ditinjau dari kriteria psikofisik pengangkatan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
86
dari ketinggian di atas lantai akan memberikan batas beban yang lebih tinggi dibandingkan pengangkatan yang dilakukan pada ketinggian knuckle, perbedaannya adalah sebesar: 21.27
Beda batasan beban hasil pertama = 6.647 𝑥 100% = 319.99% 26 .6
Beda batasan beban hasil kedua = 23.98 𝑥 100% = 110.9% Faktor pengurang untuk pengangkatan dengan ketinggian awal di atas lantai dapat diambil dari selisih antara kriteria biomekanika dan psikofisik. Faktor pengurang adalah selisih kemampuan psikofisik dengan peningkatan jumlah torsi yang dialami dalam pembebanan dengan posisi yang berbeda, yang memberikan hasil sebagai berikut:
Faktor pengurang untuk hasil pertama = 319.99% [(71.52%+146.76%)/2] = 210.856%.
Faktor
pengurang
untuk
hasil
kedua
=
110.9%
-
[(60.25%+65.32%)/2] = 48.2% Jadi dalam penelitian ini didapat faktor pengurang untuk ketinggian di bawah knuckle. Untuk faktor pengurang di atas knuckle, harus dikaji ulang apabila pekerja tidak dapat mengangkat beban berat hingga di ketinggian jangkauan tangan ke atas.
3.2.4.3
Faktor Pengali Faktor pengali vertikal didapatkan dari faktor pengurang
vertikal yang telah didapat dan ketinggian knuckle. Ketinggian knuckle ini digunakan sebagai konstanta di dalam persamaan karena pembebanan dalam posisi ini merupakan pembebanan yang yang paling optimal ditinjau dari ketiga kriteria (NIOSH, 1991; Widyanti, 1998). Dari tabel yang telah diolah, diketahui bahwa pembebanan dari lantai memliki beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi knuckle. Namun, bila ditinjau dari posisi awal pengangkatan, pengangkatan dari lantai memiliki gaya tekan yang lebih tinggi. Hal ini memberikan resiko cidera tulang belakang yang lebih tinggi Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
87
dibandingkan dengan pembebanan pada posisi awal knuckle. Jadi perhitungan untuk mendapatkan faktor pengali vertikal adalah sebagai berikut:
Bentuk persamaan vertical multiplier NIOSH: VM = 1 – 0.003 𝑉 − 75 (untuk satuan cm) Angka 75 di sini merupakan ketinggian knuckle. 0.003
𝑉 − 75
merupakan
faktor
pengurang
yang
direkomendasikan NIOSH sebesar 22.5 %
Penentuan faktor pengali vertikal di bawah ketinggian knuckle untuk hasil pertama untuk orang Indonesia. Jika, VM = 1 – a (V-68) Nilai a diperoleh dari: a x (68) = 210.856%. → a = 0.03100829
Penentuan faktor pengali vertikal di bawah ketinggian knuckle untuk hasil kedua untuk orang Indonesia Jika, VM = 1 – a (V-68) Nilai a diperoleh dari: a x (68) = 48.2% → a = 0.00708215
Penentuan ketinggian maksimum V yang diperbolehkan untuk orang Indonesia didapat dari interpolasi dari ketinggian maksimum
V
untuk
orang
barat
dan
tinggi
badan
(Chandradinata, 2010). Ketinggian maksium untuk orang barat yaitu 175 cm, dengan rata-rata tinggi orang barat adalah sebesar 173.6 cm (Kroemer, 1989). Ketinggian V maksimum tersebut didasarkan data dari NIOSH. Hasil yang diperoleh yaitu: 𝑉𝑚𝑎𝑥 175 = → 𝑉𝑚𝑎𝑥 = 163.3 𝑐𝑚 162 173.6
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
4
BAB 4 ANALISIS
4.1
Analisis Kondisi Lingkungan Kerja Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui kondisi lingkungan kerja saat
melakukan percobaan. Kondisi lingkungan kerja ini dalam batas yang direkomendasikan oleh NIOSH. Kondisi ini termasuk ke dalam kondisi kerja yang optimal dimana pekerja dapat bekerja dengan hasil yang baik tanpa adanya pengaruh dari lingkungan seperti suhu yang terlalu panas, bau-bauan yang mengganggu pernapasan, tempat yang terlalu sempit, terdapat getaran, dan hal-hal lainnya. Keadaan lingkungan kerja fisik yang kurang baik dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak yang tentunya tidak mendukung diperolehnya rancangan system kerja yang efektif dan efisien. Berikut ini beberapa factor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja yang dikaitkan dengan kemampuan pekerja, diantaranya adalah: a. Penerangan Penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan untuk mendapatkan keselamatan dan kelancaran kerja. Hal ini dikarenakan pencahayaan mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek secara jelas, cepat, dan tanpa menimbulkan kesalahan. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan adanya penerangan yang cukup terang, tetapi tidak menyilaukan. Dalam kegiatan material handling, kegiatan yang dilakukan yaitu memindahkan objek yang berukuran cukup besar sehingga tanpa penerangan yang cukup, kemungkinan terjadinya kesalahan akan minimal. Namun, pencahayaan yang kurang baik akan mempengaruhi mata yang akan mudah lelah dan factor psikologis uantuk segera menyelesaikan pekerjaan sehingga tetap diperlukan adanya pencahayaan yang cukup untuk mengurangi faktor lingkungan fisik yang mempengaruhi hasil percobaan. Dalam percobaan ini, lokasi percobaan dilakukan di tempat 88
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
89
terbuka dan dalam rentang waktu pagi hingga sore hari, sekitar pukul 08.00 hingga 16.00. Waktu pagi hingga sore hari ini masih memberikan pencahayaan yang baik bagi presponden dan tidak mengganggu terhadap hasil percobaan. Dari data kondisi lingkungan di tabel 3.1, temperatur di lokasi percobaan berkisar antara 280C – 290C. Hal ini berarti bahwa suhu lingkungan kerja masih dalam batas suhu normal tubuh. b. Temperatur Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Namun, kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh. c. Kelembaban Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, yang biasanya dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suata keadaan dengan temperatur udara sangat
panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan
pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha mencapai keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya. Kelembaban udara saat melakukan percobaan, karena dilakukan di kot Bogor, rata-rata kurang dari 70%. Kelembaban udara yang ideal yaitu berkisar antara 40% hingga 70%. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
90
d. Sirkulasi Udara Udara memiliki kandungan oksigen sebesar 21%, 78% Nitrogen, 0.03% karbon dioksida, dan 0.97% gas lainnya. Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan makhluk hidup untuk menjaga keberlangsungan hidup, yaitu proses metabolisme. Oleh karena itu, di tempat kerja dibutuhkan oksigen yang cukup dan udara yang bersih dengan membuat system sirkulasi udara yang baik. Dengan cukupnya oksigen, akan memberikan kesegaran pada jasmani dan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja. Kondisi lingkungan saat melakukan percobaan yaitu di tempat terbuka yang terdapat tumbuhan di sekitarnya. Tumbuhan merupakan penghasil oksigen. Oleh karena itu, hal ini menunjukkan bahwa sirkulasi udara saat melakukan percobaan ini sangatlah baik. e. Kebisingan Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga karena dapat mengganggu ketenganan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, dan menimbulkan kematian bagi kebisingan yang
serius.
Karena sebuah pekerjaan membutuhkan
konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas meningkat. Tingkat kebisingan saat melakukan percobaan sangatlah rendah karena dilakukan tidak dipinggir jalan ataupun tidak adanya sumber suara yang mengganggu. f. Getaran Mekanis Getaran mekanis adalah getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis yang sebagian getaran ini sampai ke tubuh pekerja dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena ketidakteraturannya, baik dari intensitas maupun frekuensi. Getaran ini dapat mengganggu konsentrasi kerja, menimbulkan kelelahan, dan menimbulkan beberapa penyakit, terutama penyakit syaraf. Saat melakukan percobaan, tidak terdapat peralatan yang Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
91
menimbukan getaran mekanis sehingga responden dapat melakukan percobaan dengan baik. g. Bau-Bauan Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran karena dapat mengganggu konsentrasi kerja dan kepekaan penciuman. Saat melakukan pekerjaan, responden menggunakan alat Fitmate MED yang membutuhkan pemasangan sejenis masker untuk dapat mengkur kadar oksigen yang dikonsumsi. Pada setiap penggantian responden, masker selalu dibersihkan dengan menggunakan tissue antiseptic yang tidak menimbulkan bau. Masker selalu dipastikan kebersihannya.
4.2
Analisis Pemilihan Responden Pekerja Pada penelitian ini responden yang dipilih yaitu berasal dari pekerja laki-
laki yang biasa melakukan pekerjaan mengangkat atau kegiatan manual material handling lainnya. Responden berasal dari industri bidang kontraktor di daerah Bogor. Hal ini dikarenakan pekerja industri kontraktor di Indonesia yang masih banyak dan memiliki tingkat rawan kecelakaan kerja yang tinggi saat melakukan pekerjaan baik dari sisi kesehatan ataupun keamanannya. Dalam persamaan NIOSH, tidak disebutkan perbedaan penggunaan persamaan ini untuk orang yang telah terbiasa mengangkat atau sering melakukan kegiatan material handling ataupun dengan pekerja biasa yang non-material handling. Persamaan NIOSH hanya menyebutkan bahwa persamaan ini diperuntukkan bagi pekerja dan dapat dipergunakan untuk laki-laki dengan persenti 90. Persentil 90 ini memiliki pengertian persamaan ini dapat digunakan untuk 90% pekerja. Bila pekerja diurutkan berdasarkan kemampuan fisiknya, maka nilai RWL yang diberikan berlaku untuk data ke 10% sampai dengan data ke 100%. Apabila ternyata pekerja yang dimaksudkan adalah pekerja material handling, sedangkan data diambil dari pekerja keseluruhan tanpa adanya pembedaan antara material handling dan tidak dan terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal kemampuan antara pekerja material handling dan non material handling, maka persamaan yang dihasilkan akan memberikan hasil RWL Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
92
yang lebih rendah dari nilai yang sesungguhnya. Bila dilihat dari sudut keamanan bagi pekerja maka batas ini masih aman tetapi tidak efisien dalam dunia industri, karena sesungguhnya kemampuan pekerja lebih dari batas itu. Namun, karena penggunaannya bertujuan untuk memberikan batasan ataupun rekomendasi jumlah beban yang diangkat oleh pekerja, maka difokuskan kepada pekerja yang memang terbiasa dalam pekerjaan sehari-hari mengangkat beban.
4.3
Analisis Denyut Jantung Pengkuran denyut jantung menggunakan alat Fitmate MED yang dapat
mengukur secara real time. Alat ini mengukur denyut jantung saat responden melakukan percobaan dan merekamnya secara otomatis setiap 15 detik. Denyut jantung yang diukur yaitu denyut jantung saat keadaan normal sebelum melakukan percobaan dan denyut nadi saat melakukan percobaan. Pada mulanya, dilakukan pengambilan data untuk setiap responden 1 menit setelah melakukan pengangkatan. Jadi 1 menit responden melakukan pengangkatan sebanyak 3 kali, kemudian 1 menit wkatu untuk istirahat, dan begitu seterusnya hingga 10 menit. Namun, terdapat perbedaan ketika denyut jantung yang diukur saat melakukan percobaan dan saat istirhat. Denyut jantung saat istirahat terlihat lebih rendah. Oleh karena itu, dilakukan pengambilan hanya pada saat responden melakukan percobaan di mana denyut jantungnya diukur secara real time. Berikut gambar dari denyut jantung setiap responden di setiap percobaan dengan berat beban yang berbeda-beda.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
93
140,0
Dnt Reponden saat Percobaan 1
Denyut Jantung
120,0 100,0 80,0
13 Kg
60,0
17 Kg
40,0
19 Kg
0,0
Ade Badriyaw… Saprudin Syamsuri Taufiki Maman Indra Suhendar Agus Dadang Jumli Adnan Rully Hasmuuni Hendi Kiki
20,0
Nama Responden
Gambar 4.1 Grafik Denyut Nadi Akhir saat Percobaan 1
140,0
Dnt Reponden saat Percobaan 2
100,0 80,0
13 Kg
60,0
17 Kg
40,0
19 Kg
20,0 0,0
Ade Badriyaw… Saprudin Syamsuri Taufiki Maman Indra Suhendar Agus Dadang Jumli Adnan Rully Hasmuuni Hendi Kiki
Denyut Jantung
120,0
Nama Responden
Gambar 4.2 Grafik Denyut Nadi Akhir saat Percobaan 2
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
94
Dari Gambar 4.1 dan 4.2 dapat diketahui bahwa denyut nadi setiap responden memiliki perbedaan. Perbedaan ini dapat terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi denyut jantung seperti usia, kondisi psikologis atau tekanan responden, dan hal lainnya. Denyut jantung ini digunakan untuk menghitung energy expenditure. Dalam perhitungannya, apabila menghitung energy expenditure menggunakan denyut jantung, dikatakan sebagai perhitungan secara tidak langsung dikarenakan faktor luar tersebut.
4.4
Analisis Konsumsi Oksigen dan Energy Expenditure Konsumi oksigen dihitung saat melakukan percobaan dengan bantuan alat
Fitmate MED. Perhitungan ini sama dengan denyut jantung di mana dihitung secara real time. Dalam hasil yang diperlihatkan oleh Fitmate MED telah terdapat perhitungan energy expenditure secara otomatis. Kemudian dianalisis bahwa perhitungan energy expenditure yang dilakukan di dalam Fitmate MED berasal dari konsumsi oksigen. Hal ini dapat dibuktikan dengan grafik linear antara konsumsi oksigen dengan energy expenditure dari hasil. Dari gambar 4.3, terlihat titik-titik data VO2 berada tepat di garis lurus linear. Selain itu juga terdapat nilai R yang mendekati 1 yang menandkan bahwa akurasi data dari persamaan ini cukup akurat.
EE
Grafik EE vs VO2 80 70 60 50 40 30 20 10 0
y = 14,97x + 0,019 R² = 0,998
0
1
2
3
4
5
6
VO2
Gambar 4.3 Grafik EE vs VO2 Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
95
Sama seperti dengan denyut jantung, konsumsi oksigen dan energy expenditure akan semakin bertambah seiringd dengan peningktan beban. Berikut Tabel 4.1 dari energy expenditure untuk percobaan pertama dan percobaan kedua. Tabel 4.1 Rata-Rata Energy Expenditure Percobaan Pertama
Beban
Rata-Rata Energy
(kg)
Expenditure (kkal/menit)
13
2.491
17
2.722
19
2.838
Tabel 4.2 Rata-Rata Energy Expenditure Percobaan Kedua
Beban
Rata-Rata Energy
(kg)
Expenditure (kkal/menit)
13
2.314
17
2.650
19
2.877
Dari kedua tabel dapat dilihat bahwa pada percobaan pertama nilai dari energy expenditure lebih tinggi dibandingkan dengan percobaan kedua. Darii hasil ini pada percobaan pertama lebih dibutuhkan jumlah energi yang lebih banyak untuk melakukan pengangkatan.
4.5
Analisis Penggunaan RPE Rating Perceived Exertion (RPE) atau yang dikenal juga sebagai Borg scale
merupakan cara untuk mengukur tingkat intensitas aktivitas fisik yang bersifat subjektif untuk pengukuran kriteria psikofisik. Tenaga yang dirasakan adalah seberapa keras seseorang merasa tubuhnya bekerja Skala RPE bernilai dari rentang 6 hingga 20, dengan nilai 6 menunjukkan beban yang diangkat sangatlah ringan dan nilai 20 menunjukkan bahwa beban yang diangkut sangat-sangat berat. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
96
Hal ini didasarkan pada sensasi fisik pengalaman seseorang selama aktivitas fisik, termasuk peningkatan denyut jantung, respirasi meningkat atau tingkat pernapasan, peningkatan berkeringat, dan kelelahan otot. Meskipun ini adalah ukuran subjektif, penilaian tenaga seseorang dapat memberikan perkiraan yang cukup baik dari denyut jantung yang sebenarnya selama aktivitas fisik (Borg, 1998). Bila nilai RPE ini dikalikan dengan 10 akan menunjukkan nilai yang hampir sama dengan denyut jantung rata-rata pada kondisi sedang melakukan pekerjaan. Contoh misalkan skala RPE seseorang 12, maka denyut nadi rata-ratanya yaitu 12 x 10 = 120 denyut per menit. Perhitungan ini hanya perkiraan denyut jantung, dan denyut jantung yang sebenarnya dapat bervariasi tergantung pada usia dan kondisi fisik. RPE lebih didekatkan hubungannya dengan nilai denyut nadi setelah aktivitas (Dnt) dibandingkan dengan konsumsi energi (KE). Alasan pendekatan ini adalah karena KE sangat ditentukan oleh denyut nadi awal dan denyut nadi akhir (Widyanti, 1998). Dno di sini berfungsi dalam perhitungan energi awal, sedangkan Dnt berfungsi dalam perhitungan energi akhir. Jadi, pada pekerja yang memiliki Dno di atas rata-rata, dengan kenaikan denyut nadi yang sama dengan pekerja yang memiliki Dno normal, maka pekerja tersebut akan menunjukkan KE awal yang lebih tinggi karena perhitungan KE menggunakan pendekatan regresi kuadratis. Orang yang mempunyai kekuatan fisik yang baik akan memiliki kenaikan denyut jantung yang sedikit dibandingkan dengan sesorang yang kurang memiliki kekuatan fisik yang baik. Hal ini didasarkan oleh pengalaman dan kebiasaan dalam melakukan aktivitas fisik. Walaupun begitu, dalam penelitian ini tidak adanya perbedaan pada cara untuk menentukan batasan beban psikofisik karena ketika seorang pekerja memiliki kenaikan yang cukup tinggi pada denut jantung dan konsumsi energi, pekerja tersebut masih mampu melakukan pekerjaan pengangkatan tersebut. Keunggulan dalam penggunaan RPE ini yaitu dapat mengurangi margin kesalahan dalam penentuan berat beban yang dirasakan dan juga dapat mengukur Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
97
denyut jantung secara sederhana. RPE ini telah banyak digunakan di beberapa penelitian terkait dengan batas beban berdasarkan kriteria psikofisik.
4.6
Analisis Kriteria Biomekanika Analisis biomekanika merupakan perhitungan batas beban dengan
menggunakan batasan gaya tekan (compression force) yang diterima di bagian tulang belakang L5/S1. Batas biomekanika ini tidak berdasarkan dengan subjektvitas pekerja karena perhitungan yang dilakukan langsung dengan melihat gaya tekan yang diterima pada bagian tulang belakang yang bila melebihi batas maksimum akan sangat beresiko menyebabkan penyakit di bagian tulang belakang. Saat membuat model di dalam software Jack, dimasukkan data anthropometri, jarak horisontal pengangkatan, berat beban, dan gambar meja serta diatur posisi peletakkan sesuai seperti saat percobaan. Bagian yang cukup penting yang mempengaruhi gaya tekan yaitu anthropometri dan berat beban karena terdapat faktor jangkauan tangan, berat badan, dan berat beban yang mempengaruhi gaya tekan. Dalam percobaan, ditemukan dua posisi kritis yang menimbulkan gaya tekan yang paling besar, yaitu saat melakukan pengangkatan beban dan peletakkan beban. Hal ini pun terlihat saat melakukan simulasi dengan menggunakan software Jack. Penggunaan software Jack sangat membantu dalam menganalisis karena telah ada tool kit analysis berupa Low Back Analysis (LBA) yang menghitung secara langsung gaya tekan yang diterima tulang L5/S1. Batas gaya tekan yang digunakan dalam LBA ini yaitu 3400 N, sebuah batas yang juga direkomendasikan oleh NIOSH. Selain terdapat LBA, software Jack pun dapat mensimulasikan dengan menggunakan animasi pergerakan yang dilakukan saat percobaan yang mana perhitungan LBA dilakukan secara bersamaan dengan animasi yang dijalankan. Jadi akan terlihat pergerakan dari gaya tekan yang diterima baik dari posisi mengangkat, membawa, dan meletakkan. Hasil yang didapat dengan pembuatan model ini dapat dilihat pada tabel 3.6. Dalam tabel tersebut untuk beban 13 kg, 17 kg, dan 19 kg pada percobaan pertama masih dibawah 3400 N. Hal ini menandakan bahwa ketiga beban tersebut untuk posisi pengangkatan percobaan pertama masih dalam kondisi aman. Untuk Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
98
percobaan kedua , batas beban berada pada berat 17 Kg karena pada berat 19 Kg gaya tekan yang diterima sebesar 3532 N melebihi batas aman sebesar 3400 N. Hal ini cukup berbeda dengan hasil yang telah diteliti oleh penelitian sebelumnya di mana gaya tekan yang diterima saat meletakkan haruslah tidak terlalu besar dibandingkan dengan pengangkatan pada posisi awal di lantai. Namun, memang untuk pengangkatan di atas lantai memiliki gaya tekan yang juga besar. Analisis yang dilakukan yang mempengaruhi gaya tekan yaitu posisi peletakkan saat animasi dijalankan saat melakukan posisi peletakkan membahayakan bagi tulang belakang. Faktor yang mempengaruhi gaya tekan ini antara lain, berat beban yang diangkat, ketinggian dan berat tubuh orang, jenis kelamin, ketinggian pengangkatan, sudut saat melakukan pembebanan, dan posisi saat akan mengangkat beban. Setiap penambahan beban akan memberikan penambahan pada gaya tekan. Selain itu posisi yang memberikan gaya tekan yang besar terjadi pada saat awal pengangkatan pada percobaan pertama dan peletakkan beban pada percobaan kedua. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan penggunaan LBA yang dilakukan di dalam software Jack dibandingkan dengan perhitungan manual untuk melihat perbandingannya.
4.7
Analisis Kriteria Fisiologi Analisis kriteria fisiologi berkaitan dengan penggunaan energi yang
dikeluarkan saat melakukan aktivitas. Batas yang diberikan direkomendasikan oleh NIOSH dengan rentang 2.2 kkal/menit – 4.7 kkal/menit. Kemudian dilakukan klasifikasi lagi dengan perbedaan energi yang digunakan berdasarkan ketinggian. Bila ketinggian kurang dari 75 cm, maka batas energy expenditure yang dikeluarkan yaitu 4.7 kkal/menit. Bila ketinggian lebih dari sama dengan 75 cm, batas energy expenditure yang dikeluarkan yaitu 3.3 kkal/menit. Untuk melakukan perhitungan energy expenditure terdapat beberapa cara, antara lain dengan menggunakan denyut jantung dan konsumsi oksigen. Dalam penelitian ini digunakan dua perhitungan untuk kriteria fisiologi yang berasal dari denyut jantung dan perhitungan fisiologi yang berasal dari energy expenditure alat fitmate MED. Perhitungan dengan denyut jantung digunakan sebuah persamaan konversi denyut nadi menjadi energy expenditure. Data yang digunakan yaitu Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
99
denyut nadi saat melakukan aktivitas dan juga denyut nadi awal. Setealah denyut nadi diubah menjadi energy expenditure, kemudian nilainya dibandingkan dengan rekomendasi dari NIOSH. Berdasarkan data yang telah diolah pada Tabel 3.8 dan 3.9, energi yang dikeluarkan lebih tinggi yaitu pada percobaan pertama yang merupakan pengangkatan beban dari lantai ke ketinggian knuckle. Besarnya energy expenditure berkaitan dengan fatigue yang dirasakan (Chandradinata, 2010). Fatigue dipengaruhi dari kecepatan saat bekerja, frekuensi lamanya bekerja, posisi kerja, jenis kelamin, dan umur. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa percobaan pertama memberikan kelelahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan percobaan kedua.
4.8
Analisis Kriteria Psikofisik Kriteria psikofisik ini menggunakan data RPE dan denyut jantung akhir
untuk dilakukan penyesuaian beban yang sanggup diangkat. Sebelum melakukan penyesuaian, dibutuhkan perbandingan batas beban antara batas beban dari biomekanik dengan batas beban dari fisiologi untuk mendapatkan batas beban kritis dari kedua kriteria tersebut. Batas kritis ini yang akan digunakan sebagai sebagai beban awal yang digunakan untuk melakukan penyesuaian beban dengan menggunakan RPE. Hasil dari kriteria psikofisik adalah kriteria yang memberikan hasil minimal yang menunjukkan tingkat keamanan yang tinggi. Pada pengolahan data, penentuan batas beban dilakukan dengan 2 kali karena pada kriteria fisiologis sedang dibandingkan antara perhitungan dengan menggunakan denyut jantung dengan perhitungan dengan menggunakan energy expenditire. Hasil pertama beban kritis merupakan perbandingan antara kriteria biomekanik dengan fisiologis-HR, sedangkan hasil kedua beban kritis merupakan perbandingan antara kriteria biomekanik dengan fisiologis EE-Fitmate. Hasil pertama menunjukkan batas beban terbesar yang diberikan pada ketinggian awal di atas lantai sebesar 21.27 kg, selanjutnya pada ketinggian awal pada knuckle sebesar 6.647 kg. Hasil kedua menunjukkan batas beban terbesar yang diberikan pada ketinggian awal di atas lantai sebesar 26.6 kg, selanjutnya pada ketinggian awal pada knuckle sebesar 23.98 kg. Dari hasil ini diketahui bahwa semakin tinggi posisi awal pengangkutan yang dilakukan oleh seseorang, maka akan terjadi Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
100
pengurangan batas beban yang sanggup diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pekerja lebih sanggup mengangkat dengan beban yang lebih tinggi dari lantai dibandingkan dari posisi awal knuckle. Pekerja dapat menyiapkan persiapan posisi terlebih dahulu apabila mengangkut dari lantai. Otot yang dikerahkan pun dari kaki hingga tangan. Seluruh tubuh membantu menopang beban yang akan diangkat. Apabila pekerja mengangkat dari ketinggian knuckle, beban lebih terpusat pada lengan sehingga akan terasa lebih berat dan membutuhkan usaha yang lebih besar. Selain itu, pengurangan beban berdasarkan ketinggian juga menunjukkan kriteria fisiologis yang kritis karena memberikan rekomendasi hal untuk tidak melakukan pengangkatan dengan beban yang terlalu tinggi.
4.9
Analisis Faktor Pengurang Vertikal Pembebanan yang ditinjau dari segi psikofisik menghasilkan pengangkatan
pada ketinggian di atas lantai akan memberikan hasil atau batas beban yang lebih besar daripada pembebanan dengan posisi ketinggian awal di knuckle maupun di bahu. Bila ditinjau dari biomekanika yang telah dilakukan, gaya tekan yang diterima tinggi terjadi saat posisi awal pengangkatan dari lantai dan proses peletakkan pada ketinggian knuckle. Kedua posisi ini memberikan resiko yang lebih besar terhadap cidera pada tulang belakang. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait dengan pembebanan awal dari atas lantai. Selain itu, pengangkatan yang dilakukan dari ketinggian bahu hingga jangkauan tangan di atas juga perlu dikaji ulang batas maksimum yang diperbolehkan karena saat melakukan percobaan, pekerja tidak sanggup mengangkat beban dengan ketinggian tersebut. Dari hasil yang didapat pada kriteria biomekanika dengan psikofisik, pada Tabel 3.16 dan 3.17, terjadi penambahan torsi ketika beban diangkat dari ketinggian di atas lantai dibandingkan dengan ketinggian knuckle. Sedangkan ditinjau dari segi psikofisik, pengangkatan dari ketinggian di atas lantai memberikan batas beban yang lebih tinggi daripada pengangkatan yang dilakukan pada ketinggian knuckle. Dari kedua tinjauan ini yaitu dari aspek biomekanika dan psikofisik, faktor pengurang untuk pengangkatan dengan ketinggian awal di atas lantai dapat diambil dari selisih hasil anatara aspek biomekanik dengan psikofisik Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
101
(Widyanti, 1998). Perhitungan ini perlu dikaji lebih jauh untuk memvalidasi dengan mengimplementasikan aktivitas secara lebih rinci dan cermat lagi.
4.10 Analisis Faktor Pengali Vertikal Usulan untuk Orang Indonesia Faktor pengali vertikal merupakan faktor pengurang dari RWL di dalam persamaan NIOSH. Formulasi untuk VM tidak dapat diketahui karena literatur yang ada sangat terbatas. Literatur yang sering ditemukan yaitu terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam RWL. Untuk melakukan revisi pembebanan secara menyuluruh dalam persamaan NIOSH ini diperlukan pengetahuan mengenai fungsi yang membentuk persamaan ini. Pada penelitian sebelumnya, terdapat 2 faktor pengurang yang berbeda untuk ketinggian di atas lantai dan faktor untuk ketinggian knuckle sehingga formasi VM ini tidak lagi menggunakan tanda mutlak. Untuk faktor pengurang pada ketinggian knuckle tidak dihasilkan dalam penelitian ini dikarenakan terbatasnya kemampuan dari responden untuk melakukannya dan rawan kecelakaan saat melakukan percobaan. Faktor pengurang di atas lantai memiliki faktor pengurang yang cukup besar. Untuk faktor pengurang di atas lantai dari hasil pertama memiliki faktor pengurang yang lebih besar dibandingkan dengan faktor pengurang dari hasil kedua. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan perhitungan dalam hal kriteria fisiologis yang dilakukan antara hasil dari fitmate dengan perhitungan manual dengan menggunakan HR. Perlu dikaji ulang keterkaitan perhitungan ini.
4.11 Analisis Perbandingan VM Usulan Baru dengan Hasil Penelitian Sebelumnya Analisis untuk melihat hasil perbandingan dari VM usulan yang dilakukan di dalam penelitian ini dengan VM yang dihasilkan pada penelitian sebelumnya. Berikut Tabel 4.3, data untuk dimasukkan ke dalam RWL untuk percobaan dari Lantai-Knuckle.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
102
Tabel 4.3 Data untuk Perbandingan RWL pada percobaan Lantai-Knuckle
Data
Origin
Destination
Berat Beban
23 kg
23 kg
Jarak Horizontal
25
40
Ketinggian (V)
0
72
Jarak vertikal (D)
68
68
Sudut Asimetri (A)
0
0
Frekuensi Pengangkatan (F)
3
3
Kopling ( C )
fair
fair
Durasi
1 jam
1 jam
Pada perhitungan ini semua multiplier dari persamaan NIOSH memiliki nilai yang sama kecuali vertical multiplier. Berikut Tabel 4.4 hasil multiplier selain vertical multiplier. Perhitungan ini menggunakan persamaan dari setiap multiplier di dalam persamaan RWL yang diberikan oleh NIOSH. Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Multiplier Multiplier
Origin
Destination
HM
1
0.625
DM
0.8825
0.8825
AM
1
1
FM
0.88
0.88
CM
0.95
0.95
Kemudian dilakukan perhitungan untuk setiap RWL dengan menggunakan VM usulan dari hasil penelitian ini dan penelitian sebelumnya. Berikut Tabel 4.5 yang berisi persamaan dari hasil penelitian ini dan penelitian sebelumnya.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
103
Tabel 4.5 Persamaan dari Hasil Penelitian Ini dan Penelitian Sebelumnya Penelitian ini Keterangan
Posisi
Faktor
Di bawah
Pengurang
ketinggian
VM
knuckle
Faktor Pengali VM
Di bawah ketinggian
Penelitian Hendra
Penelitian Ari Widyanti
NIOSH
Hasil Pertama
Hasil Kedua
210.856%
48.2%
35.283%
46.50%
22.50%
1 – 0.0310083
1 – 0.00708215
1 – 0.005037
1 – 0.006739
1 – 0.003
(68-V)
(68-V)
(70.05 – V)
(69-V)
𝑉 − 75
Chandradinata
knuckle
Berikut merupakan tabel perhitungan dari setiap hasil penelitian untuk mendapatkan nilai RWL dengan data yang diberikan pada Tabel 4.6. Persamaan RWL yaitu RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM.
Tabel 4.6 Perhitungan RWL Setiap Hasil Penelitian Percobaan Lantai-Knuckle Perbandingan
Nilai RWL (kg) Origin
Destination
Hasil VM Peneltian ini- Hasil Pertama
0
10,61
Hasil VM Peneltian ini- Hasil Kedua
8,80
10,61
Hasil VM Penelitian Hendra
10,98
10,50
Hasil VM Penelitian Ari Wudyanti
9,08
10,53
Hasil VM untuk NIOSH
13,15
10,38
Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa terdapat perbedaan antara setiap hasil penelitian. Untuk perbandingan antara hasil pertama dan kedua terlihat sangat jauh. Di sini dapat dilihat bahwa hasil pertama memberikan batas yang terlalu rendah. Hal ini menunjukkan bahwa VM Penelitian untuk hasil pertama kurang dapat digunakan karena hasilnya yang terlalu kecil. Untuk hasil kedua memiliki perbedaan yang tidak jauh dengan hasil VM Ari widyanti, tetapi memiliki perbedaan yang cukup jauh dengan NIOSH. Hal ini menunjukkan perbedaan antara orang Indonesia dengan Amerika, di mana untuk pembebanan dari atas lantai, orang Indonesia memiliki batasan yang lebih kecil dibandingkan dengan Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
104
orang Amerika. Hal ini dikarenakan pada orang Amerika memiliki postur tubuh yang lebih besar dengan tenaga yang lebih kuat.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
5
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Dalam melakukan penanganan manual material handling, NIOSH telah
merekomendasikan persamaan pembebanan yang menyesuaikan berat beban yang sanggup diangkat oleh pekerja untuk menjaga kesehatan dan keamanan para pekerja. Dalam penerapannya di Indonesia, dibutuhkan penyesuaian terhadap persamaan tersebut dikarenakan ada perbedaan dalam anthropometri antara orang Indonesia dengan orang Amerika yang dijadikan sampel oleh NIOSH. Persamaan RWL memiliki beberapa faktor pengali. Dalam penelitian ini, faktor pengali yang dikaji yaitu faktor pengali vertikal. Formulasi faktor pengali ini akan memiliki hasil yang optimal bila dikaji dengan menggunakan tiga kriteria yaitu kriteria biomekanik, fisiologi, dan psikofisik. Kriteria biomekanik menunjukkan bahwa pengangkatan yang memiliki resiko yaitu pada peletakkan (destination) beban dari ketinggian knuckle ke ketinggian bahu. Selanjutnya, pengangkatan yang juga memiliki resiko yang tinggi juga pada saat awal pengangkatan dari lantai. Dari hasil LBA yang dilakukan, pengangkatan pada posisi awal akan semakin rendah gaya tekannya bila semakin tinggi letak pengangkatan yang dilakukan. Kriteria fisiologi menunjukkan bahwa semakin bertambah masaa beban maka energi yang dikeluarkan semakin tinggi, denyut nadi pun meningkat, dan jumlah konsumsi oksigen yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, posisi pengangkatan yang semakin tinggi memberikan pengurangan beban. Berdasarkan kriteria fisiologi ini, pengangkatan yang semakin tinggi mengeluarkan energi yang lebih rendah, namun karena adanya batas aman dari pengangkatan untuk ketinggian lebih dari 3.3 kkal/menit untuk ketinggian lebih dari 75 cm, maka terjadi pengurangan batas beban yang sanggup diangkat dibandingkan dengan kurang dari 75 cm. Kemudian terdapat perbedaan antara perhitungan energy expenditure yang dihasilkan menggunakan heart rate dengan perhitungan yang berasal dari alat fitmate MED. 105
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
106
Kriteria piskofisik merupakan kriteria yang paling subjektif dibandingkan dengan kedua kriteria yang lain. Hasil dari kriteria ini merupakan hasil yang paling aman dikarenakan telah dilakukan perbandingan dengan kriteria biomekanik dan psikofisik. Hasil dari penelitian ini yaitu faktor pengali vertikal untuk pengangkatan di bawah ketinggian knuckle, dengan dua hasil yaitu: VM = 1 – 0.0310083 (68-V) VM = 1 – 0.00708215 (68-V)
5.2
Saran Hasil faktor pengali vertical multiplier ini merupakan bagian kecil dari
persamaan NIOSH secara keseluruhan yang memiliki 7 faktor lainnya sehingga masih dapat terus dikembangkan dengan melakukan kombinasi penelitian dengan faktor lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian NIOSH untuk populasi Indonesia. Pengembangan perlu dilakukan juga meliputi kelengkapan informasi yang terdapat pada metode penelitian. 1. Metode penelitian ini perlu dikembangkan sesuai dengan berjalannya waktu seperti ditemukannya teknologi baru serta penambahan skala penelitian yang baru ke dalam setiap kriteria biomekanik, fisiologi, dan psikofisik. 2. Standarisasi penggunaan alat dan perawatan pada alat Fitmate MED diperlukan untuk keakuratan hasil, terutama dalam perhitungan konsumsi oksigen. 3. Data yang diambil dalam penelitian ini hanya 16 orang yang pada mulanya 21 orang. Hal ini dikarenakan terdapat 5 orang yang tidak memenuhi kriteria sehat, maka dikurangi menjadi 16 orang. Jumlah data yang diambil seharusnya lebih banyak lagi dengan suku yang berbeda-beda dan juga dapat melibatkan responden pekerja wanita. Selain itu juga bila melakukan perhitungan terkait dengan fisiologi, responden dapat dikelompokkan berdasarkan umur, berat badan, dan data anthropometri untuk mendukung homogenitas responden. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
107
4. Keterbatasan waktu yang ada menyebabkan penelitian hanya dapat melakukan dengan frekuensi 3 angkatan/menit selama 5 menit untuk 1 jenis berat beban. Untuk mendapatkan faktor pengurang dengan hasil yang lebih akurat lagi, dapat dilakukan dengan meningkatkan tingkat frekuensi. 5. Melakukan penelitian terkait NIOSH dengan perhitungan manual. Literatur yang dibutuhkan harus lebih banyak. Terutama terkait dengan perhitungan dari masing-masing kriteria. Model perhitungan gaya tekan yang diberikan NIOSH, persamaan yang menghitung EE dari heart rate, dan perhitungan subjektif dari responden dapat dikaji ulang untuk menghasilkan hasil yang lebih akurat. 6. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat terus dikembangkan dan dikaitkan dengan variabel NIOSH yang lain dan dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan berupa penelitian selanjutnya dan dunia industri untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan pekerja. 7. Sosialisasi penelitian terkait persamaan NIOSH untuk pekerja Indonesia yang sudah dilakukan harus lebih dikembangkan agar penelitian yang menjadikan NIOSH sebagai batasan di dalam penelitiannya dapat menyesuaikan dengan kondisi pekerja Indonesia.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Albugis, Dina Yasmin. (2009). Analisis Resiko Musculoskeletal Disorders (MDs) Menggunakan Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Workshop Steel Tower PT. Bukaka Teknik Utama. Februari 9, 2012. Universitas Indonesia.
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124280-S-5672-Analisi
s%20risiko-Literatur.pdf. Astuti, R. D., Suhardi, B. (2007). Analisis Postur Kerja Manual Material Handling Menggunakan Metode OWAS (Ovako Work Posture Analysis System). Gema Teknik: Majalah Ilmiah Teknik Vol. 10, No. 1. Ayoub, M.M., Mital, A. (1989). Manual materials handling. London: Taylor and Francis. Bloswick, D. S. (2000). Estimation of Stresses Associated with Manual Material Handling
Tasks:
Back
Compressive
Force.
Juni
10,
2012.
http://personal.health.usf.edu/tbernard/HollowHills/UtahBackCompForc11.pdf. Borg, G. (1998). Borg's Perceived Exertion and Pain Scales. Human Kinetics. Bridger, R. S. (1995). Introduction to Ergonomics. International Editions. General Engineering Series. McGraw-Hill, Inc. Bridger, R.S. (2003). Introduction to Ergonomics. London: Taylor & Francis Group. Budi, Aribowo. (2006). Usulan Model Perhitungan Konsumsi Energi untuk Kerja Dinamis Berdasarkan Denyut Nadi Istirahat. Jakarta: Jurusan Teknik Industri, Universitas Bina Nusantara. Buis, N. (1990). Ergonomics, Legislation and Productivity in Manual Materials Handling. Ergonomics 33, 351-359 Centers of Disease Control and Prevention. (2011). Perceived Exertion (Borg Rating
of
Perceived
Exertion
Scale).
Juni
10,
2012.
http://www.cdc.gov/physicalactivity/everyone/measuring/exertion.html. Chandradinata, Hendra. (2010). Penentuan Faktor Koreksi Pengali Vertikal Persamaan NIOSH untuk Pekerja Pria Industri Indonesia Berdasarkan Aspek 108
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Universitas Indonesia
109
Psikofisik, Fisiologi, dan Biomekanika. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Evans, W.A. (1990). The Relationship between Isometric Strength of Cantonese Male and the US NIOSH Guide for Manual Lifting. Applied Ergonomics 21, 135–142. Farag E. Elfeituri dan Salem M. Taboun. (2002). An Evaluation of the NIOSH Lifting Equation: A Psychophysical and Biomechanical Investigation. International Journal of Occupational Safety and Ergonomics (JOSE), VOL. 8, NO. 2, 243–258. Gilad, I., Kirschenbaum, A. (1986). About the risks of back pain and work environment. International Journal Industrial Ergonomics 1, 65-74 Gita, Astriana. (2011). Pedoman Perancangan Tas Sekolah yang Ergonomis untuk Anak Sekolah Dasar. Depok: Universitas Indonesia. Kroemer, K. H. E., Kroemer, H. B. and Kroemer-Elbert, K. E. (1994). Ergonomics: How to Design for Ease and Efficiency. Prentice Hall Englewood Cliffs, NJ 07632. Kwan S. Lee *, Hee S. Park, Young H. Chun. (1996). The Validity of the Revised NIOSH Weight Limit in a Korean Young Male Population: A Psychophysical Approach. Elsevier: International Journal of Industrial Ergonomics 18, 181 – 186. Laboratorium Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi. (2010). Pengukuran Kerja Fisik Manusia dengan Pendekatan Biomekanika. Februari 9, 2012. http://apk.lab.uii.ac.id/download/modul/regular/Biomekanika.pdf.
Solo:
Universitas Islam Indonesia. Maiti, R; Ray, G.G. (2004). Determination of Maximum Acceptable Weight of Lift by Adult Indian Female Workers. International Journal of Industrial Ergonomics 2004-01-01. Mital, A., & Ramakrishnan, A. (1999). A Comparison of Literature-Based Design Recommendations and Experimental Capability Data for a Complex Manual Materials Handling Activity. International Journal of Industrial Ergonomics, 24, 73–80. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
110
Modjo, Robiana. (2007). Keselamatan dan kesehatan kerja, siapa perduli?. Februari 9, 2012. http://staff.ui.ac.id/internal/132096019/publikasi/ArtikelK3 SiapaPerduliRobianaModjo.pdf. Muslimah, Etika. (2008). Analisis Terhadap Load Constant dalam Revised Niosh Lifting Equation. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Nurmianto, Eko (1996). Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya. NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health). (1981). Work Practices Guide for Manual Lifting. DHHS (NIOSH) Publication No. 81, 122, Cincinnati, OH. Pheasant, Steven. (1997). Bodyspace: anthropometry, ergonomics and the design of work. London: Taylor & Francis. Ramadha, Krisna Angga. (2010). Analisis Ergonomi para Buruh Angkut Terhadap Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Menggunakan NIOSH Lifting Equation dan PEI. Depok: Universitas Indonesia. Sanders, Mark and McCormick, Ernest. (1993). Human Factors in Engineering and Design 7th Edition, McGraw-Hill, Inc, New York. Siemens PLM Software Inc. (2008). Jack User Manual Versiom 6.1. California: Author. Siemens PLM Software Inc. (2008). Jack Task Analysis Toolkit (TAT) Training Manual. Californoa: Author. Snook, S.H. (1978). The Design of Manual Handling Tasks. Ergonomics 21, 963– 985. Sugiharto, Erik. (2008). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Labrotarium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi. Jakarta: Sistem Informasi dan Teknik Industri, Universitas Bina Nusantara. Sutalaksana, I.Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J., (1982). Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: KMTI ITB. Swei-Pi, Wu. (1997). Maximum acceptable weight of lift by Chinese experienced male manual handlers. Elsevier: Applied Ergonomics 28, p. 237-244. Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
111
Swei-Pi, Wu. (2003). Maximum acceptable weights for asymmetric lifting of Chinese females. Elseiver: Applied Ergonomics 34, p. 215-224. Swei-Pi, Wu. (1999). Psychophysically Determined Symmetric and Asymmetric Lifting Capacity of Chinese Males for One Hour’s Work Shifts. Elsevier: International Journal of Industrial Ergonomics 25, 675-682. Tan, K.C., Hartono, M., Kumar, N. (2010). Anthropometry of the Singaporean and Indonesian Populations. Elsevier: International Journal of Industrial Ergonomics 40, 757-756. Waters, et al. (1993). Revised NIOSH Equation for the Design and Evaluation of Manual Lifting Tasks. Journal of Ergonomics Vol. 36 No. 7. Waters, et al. (1997). Accuracy of Measurement for the Revised NIOSH Lifting Equation. Elsevier: Applied ergonomics Vol. 29 No.6. Wickens, C.D., Gordon, S.E., Liu, Y. (1998). A Introduction to Human Factors Engineering. Longman, New York. Widyanti; Ari. (1998). Analisis manual material handling serta faktor pengali vertikal dan jarak DM pada persamaan pembebanan NIOSH. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Zhu, Z., Zhang, Z. (1990). Maximum Acceptable Repetitive Lifting Workload by Chinese Subjects. Ergonomics 33, 875–884.
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran112 1 Analisis Biomekanika Responden
Lampiran 1 – Analisis Biomekanika Responden
No
Berat Beban (Kg)
Nama
13
1
Ade Kurniawan
17
19
13
2
Badriyawan
17
19
13
3
Saprudin
17
19
13
4
Syamsuri
17
Torsi pada L5/S1 Keterangan
Origin
Destination
Percobaan 1
2128
1912
Percobaan 2
1733
2572
Percobaan 1
2381
2204
Percobaan 2
1986
3062
Percobaan 1
2504
2351
Percobaan 2
2111
3306
Percobaan 1
2459
2242
Percobaan 2
1992
2443
Percobaan 1
2711
2528
Percobaan 2
2528
2942
Percobaan 1
2837
2671
Percobaan 2
2454
3183
Percobaan 1
2145
1922
Percobaan 2
1889
2854
Percobaan 1
2360
2239
Percobaan 2
2195
3386
Percobaan 1
2465
2397
Percobaan 2
2348
3656
Percobaan 1
2306
2024
Percobaan 2
1973
2763
Percobaan 1
2555
2331
Percobaan 2
2274
3306
Percobaan 1
2681
2484
Percobaan 2
2423
3576
Percobaan 1
2124
1843
Status Pengangkatan Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko
19
5
Taufik
13
Beresiko Tidak Beresiko Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran113 1 Analisis Biomekanika Responden
17
19
13
6
Maman
17
19
13
7
Indra Lesmana
17
19
13
8
Suhendar
17
19
13
9
Agus
17
19 10
Dadang
13
Percobaan 2
1786
2893
Percobaan 1
2329
2161
Percobaan 2
2100
3423
Percobaan 1
2435
2321
Percobaan 2
2258
3687
Percobaan 1
2078
1763
Percobaan 2
1705
2672
Percobaan 1
2325
2081
Percobaan 2
2015
3201
Percobaan 1
2448
2237
Percobaan 2
2168
3465
Percobaan 1
2809
2384
Percobaan 2
2327
3029
Percobaan 1
3047
2692
Percobaan 2
2628
3575
Percobaan 1
3400
2845
Percobaan 2
2777
3849
Percobaan 1
1898
1586
Percobaan 2
1617
2856
Percobaan 1
2135
1902
Percobaan 2
1936
3356
Percobaan 1
2253
2060
Percobaan 2
2099
3606
Percobaan 1
2057
1727
Percobaan 2
1756
2646
Percobaan 1
2264
2042
Percobaan 2
2077
3177
Percobaan 1
2371
2199
Percobaan 2
2242
3442
Percobaan 1
2183
1986
Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
114
17
19
13
11
Jumli
17
19
13
12
Adnan
17
19
13
13
Rully
17
19
13
14
Hasmuni
17
19 15
Hendi
13
Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko
Percobaan 2
1917
2714
Percobaan 1
2400
2298
Percobaan 2
2223
3266
Percobaan 1
2521
2454
Percobaan 2
2375
3539
Percobaan 1
1957
1732
Percobaan 2
1684
3052
Percobaan 1
2166
2056
Percobaan 2
2002
3601
Percobaan 1
2264
2217
Percobaan 2
2159
3875
Percobaan 1
2002
1867
Percobaan 2
1823
2704
Percobaan 1
2200
2189
Percobaan 2
2134
3255
Percobaan 1
2304
2351
Percobaan 2
2289
3530
Percobaan 1
2424
2398
Percobaan 2
2108
2414
Percobaan 1
2603
2710
Percobaan 2
2370
2902
Percobaan 1
2768
2864
Percobaan 2
2500
3147
Percobaan 1
1964
1814
Percobaan 2
1881
2777
Percobaan 1
2183
2127
Percobaan 2
2197
3311
Percobaan 1
2286
2281
Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko
Percobaan 2
2354
3580
Beresiko
Percobaan 1
2145
2142
Tidak
Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran 1 115 Analisis Biomekanika Responden
Beresiko
17
19
13
16
Kiki
17
19
Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko Tidak Beresiko
Percobaan 2
1915
2515
Percobaan 1
2368
2452
Percobaan 2
2170
2999
Percobaan 1
2480
2606
Percobaan 2
2298
3242
Percobaan 1
2491
2331
Percobaan 2
2302
2988
Percobaan 1
2714
2647
Percobaan 2
2607
3550
Percobaan 1
2821
2805
Beresiko Tidak Beresiko
Percobaan 2
2763
3831
Beresiko
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran 1162 Hasil Perhitungan Kriteria Fisiologis Responden Lampiran 2 – Hasil Perhitungan Kriteria Fisiologis Tabel Fisiologis beban 13 kg Percobaan 1
13 kg
Energy Expenditure (kkal/menit) awal
akhir
Konsumsi Energi (kkal/menit)
99,3
2,740
4,1777
1,4379
90
107,5
3,564
4,7895
1,2257
100,9 89,8 99,0
2,837 2,556
4,2921 3,5483
1,4547 0,9924
Taufiki
77 71 92
3,690
4,1601
0,4704
Maman
56
96,9
2,001
4,0107
2,0098
Indra Lesmana
67
96,1
2,387
3,9596
1,5724
Suhendar
59
85,8
2,095
3,3117
1,2168
Agus
81
96,6
3,044
3,9902
0,9463
Dadang
79
96,2
2,939
3,9664
1,0276
Jumli
81
108,7
3,044
4,8843
1,8404
Adnan
55
73,3
1,971
2,6575
0,6861
Rully
92
117,9
3,690
5,6610
1,9713
Hasmuuni
96
103,1
3,953
4,4571
0,5042
Hendi
115
131,5
5,409
6,9496
1,5407
Kiki
67
85,2
78,313
99,209
2,387 3,019
3,2742 4,256
0,8870 1,236
Beban
Responden
Dno
Dnt
Ade Kurniawan
75
Badriyawan Saprudin Syamsuri
rata-rata
Tabel Fisiologis beban 13 kg Percobaan2
13 kg
Energy Expenditure (kkal/menit) awal
akhir
Konsumsi Energi (kkal/menit)
94
2,740
3,8458
1,1060
90
104
3,564
4,5206
0,9568
Saprudin
77
99
2,837
4,1355
1,2980
Syamsuri
71
88
2,556
3,4357
0,8797
Taufik
92
102
3,690
4,4052
0,7155
Maman
56
96
2,001
3,9191
1,9183
Indra Lesmana Suhendar
82 85 91
2,387 2,095
3,0816 3,2885
0,6945 1,1937
Agus
67 59 81
3,044
3,6043
0,5604
Dadang
79
91
2,939
3,6547
0,7159
Jumli
81
102
3,044
4,3502
1,3063
Adnan
55
78
1,971
2,8978
0,9264
Rully
92
112
3,690
5,1770
1,4873
Beban
Responden
Dno
Dnt
Ade Kurniawan
75
Badriyawan
Hasmuuni
96
99
3,953
4,1742
0,2214
Hendi
115
105
5,409
4,6115
-0,7973
Kiki
67
91
78,313
94,934
2,387 3,019
3,5949 3,919
1,2078 0,899
rata-rata
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran 1172 Hasil Perhitungan Kriteria Fisiologis Responden Tabel Fisiologis beban 17 kg Percobaan 1
17 kg
Energy Expenditure (kkal/menit) awal
akhir
Konsumsi Energi (kkal/menit)
102,8
2,740
4,4348
1,6950
90
113,3
3,564
5,2605
1,6967
Saprudin
77
106,8
2,837
4,7348
1,8974
Syamsuri
71
96,3
2,556
3,9698
1,4138
Taufik
92
102,2
3,690
4,3905
0,7008
Maman
56
116,6
2,001
5,5470
3,5461
Indra Lesmana Suhendar Agus
99,1 91,7 99,6 102,7
2,387 2,095 3,044
4,1636 3,6706 4,1990
1,7765 1,5757 1,1551
Dadang
67 59 81 79
2,939
4,4274
1,4886
Jumli
81
107,4
3,044
4,7816
1,7377
Adnan
55
80,4
1,971
3,0094
1,0380
Rully
92
112,7
3,690
5,2145
1,5248
Hasmuuni
96
102,1
3,953
4,3795
0,4267
Hendi
115
129,3
5,409
6,7293
1,3205
Kiki
67
99,2
78,313
103,863
2,387 3,019
4,1742 4,568
1,7870 1,549
Beban
Responden
Dno
Dnt
Ade Kurniawan
75
Badriyawan
rata-rata
Tabel Fisiologis beban 17 kg Percobaan 2
17 kg
Energy Expenditure (kkal/menit) awal
akhir
Konsumsi Energi (kkal/menit)
97,2
2,740
4,0313
1,2915
90
110,2
3,564
5,0048
1,4410
Saprudin
77
99,0
2,837
4,1601
1,3227
Syamsuri
71
95,4
2,556
3,9124
1,3565
Taufiki
92
106,3
3,690
4,6999
1,0102
Maman
56
98,4
2,001
4,1145
2,1136
Indra Lesmana
67
90,7
2,387
3,6043
1,2171
Suhendar
59
96,1
2,095
3,9562
1,8613
Agus
81
93,5
3,044
3,7833
0,7394
Dadang
79
97,0
2,939
4,0210
1,0822
Jumli
81
104,6
3,044
4,5697
1,5257
Adnan
55
83,5
1,971
3,1779
1,2065
Rully
92
116,0
3,690
5,4949
1,8052
Hasmuuni
96
104,2
3,953
4,5357
0,5828
Hendi
115
109,1
5,409
4,9203
-0,4886
Kiki
67
87,2
78,313
99,250
2,387 3,019
3,3939 4,211
1,0067 1,192
Beban
Responden
Dno
Dnt
Ade Kurniawan
75
Badriyawan
rata-rata
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran 118 2 Hasil Perhitungan Kriteria Fisiologis Responden Tabel Fisiologis beban 19 kg Percobaan 1
19 kg
Energy Expenditure (kkal/menit) awal
akhir
Konsumsi Energi (kkal/menit)
104,5
2,740
4,5583
1,8185
90
116,4
3,564
5,5296
1,9658
Saprudin
77
114,4
2,837
5,3577
2,5202
Syamsuri
71
97,8
2,556
4,0727
1,5168
Taufiki
92
104,2
3,690
4,5394
0,8497
Maman
56
119,1
2,001
5,7632
3,7624
Indra Lesmana
67
104,6
2,387
4,5659
2,1787
Suhendar
59
96,7
2,095
3,9970
1,9021
Agus
81
99,3
3,044
4,1777
1,1338
Dadang
79
102,6
2,939
4,4200
1,4812
Jumli
81
116,2
3,044
5,5079
2,4640
Adnan
55
85,9
1,971
3,3146
1,3432
Rully
92
117,7
3,690
5,6390
1,9493
Hasmuuni
96
101,5
3,953
4,3356
0,3828
Hendi
115
127,6
5,409
6,5622
1,1534
Kiki
67
106,0
78,313
107,125
2,387 3,019
4,6767 4,814
2,2895 1,794
Beban
Responden
Dno
Dnt
Ade Kurniawan
75
Badriyawan
rata-rata
Tabel Fisiologis beban 19 kg Percobaan 2
19 kg
Energy Expenditure (kkal/menit) awal
akhir
Konsumsi Energi (kkal/menit)
97,9
2,740
4,0831
1,3433
90
117,9
3,564
5,6566
2,0928
Saprudin
77
111,3
2,837
5,0986
2,2612
Syamsuri
71
90,5
2,556
3,5918
1,0359
Taufiki
92
105,8
3,690
4,6613
0,9716
Maman
56
100,3
2,001
4,2525
2,2517
Indra Lesmana
67
94,8
2,387
3,8690
1,4818
Suhendar
59
95,2
2,095
3,8990
1,8041
Agus
81
93,6
3,044
3,7931
0,7492
Dadang
79
98,8
2,939
4,1460
1,2072
Jumli
81
106,0
3,044
4,6728
1,6289
Adnan
55
87,2
1,971
3,3909
1,4195
Rully
92
120,5
3,690
5,8893
2,1996
Hasmuuni
96
106,5
3,953
4,7154
0,7625
Hendi
115
111,4
5,409
5,1027
-0,3061
Kiki
67
93,0
78,313
101,894
2,387 3,019
3,7508 4,411
1,3637 1,392
Beban
Responden
Dno
Dnt
Ade Kurniawan
75
Badriyawan
rata-rata
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran 1193 Grafik Hubungan Antara Konsumsi Oksigen dengan Energy Expenditure Lampiran 3 Grafik Hubungan Antara Konsumsi Oksigen dengan Energy Responden Expenditure Suhendar
Beban 13 kg I 300 y = 13,18x + 0,18 R² = 0,999
250
ee
200 150 100 50 0
0
5
10
15
20
25
20
25
vo2
ee
Beban 17 kg I 300 250 200 150 100 50 0
y = 13,24x - 0,591 R² = 0,999
0
5
10
15 vo2
ee
Beban 19 kg I 400 350 300 250 200 150 100 50 0
y = 13,20x - 0,146 R² = 0,999
0
5
10
15
20
25
30
vo2 Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran 1203 Grafik Hubungan Antara Konsumsi Oksigen dengan Energy Expenditure
ee
Beban 13 kg II 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Responden
y = 13,21x - 0,214 R² = 0,999
0
2
4
6
8
10
12
14
vo2
Beban 17 kg II 250
y = 13,11x + 1,303 R² = 0,999
200
ee
150 100 50 0 0
5
10
15
20
vo2
Beban 19 kg II 300 y = 13,20x + 0,139 R² = 0,999
250
ee
200 150 100 50 0 0
5
10
15
20
25
vo2
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran 1213 Grafik Hubungan Antara Konsumsi Oksigen dengan Energy Expenditure Agus
Responden
Beban 13 kg I 80 y = 14,97x + 0,019 R² = 0,998
70 60
ee
50 40 30 20
10 0 0
1
2
3
4
5
6
vo2
Beban 17 kg II 120 y = 15,16x - 0,957 R² = 0,999
100
ee
80 60
40 20 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
vo2
Beban 13 kg II 100 y = 15,00x - 0,037 R² = 0,997
80
ee
60 40 20 0 0
1
2
3
4
5
6
7
vo2 Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012
Lampiran 1223 Grafik Hubungan Antara Konsumsi Oksigen dengan Energy Expenditure
Beban 19 kg II
Responden
140 y = 14,92x + 0,393 R² = 0,998
120
ee
100 80 60 40
20 0 0
2
4
6
8
10
vo2
Beban 17 kg I 120
y = 15,10x - 0,481 R² = 0,999
100
ee
80 60 40 20 0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
vo2
Beban 19 kg I 120 y = 15,00x + 0,145 R² = 0,998
100
ee
80 60 40 20 0 0
1
2
3
4
5
6
7
vo2
Universitas Indonesia
Analisis vertical..., Aisyah Iadha Nuraini, FT UI, 2012