UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDIN NO. 1, KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 03 MARET – 11 APRIL 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DINNY CHAIRUNISA 1306343504
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASANUDIN NO. 1, KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN PERIODE 3 MARET – 11 APRIL 2014
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
DINNY CHAIRUNISA 1306343504
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2014 ii Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
SURAT PERTTYATAATI BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan
di bawah ini
dengan sebenarnya menyatakan bahwa
laporan praktek kerja profesi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kernudian hari ternyata saya melakukan tindakan Plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya
'dan rnenerima sanksi yang dijatuhkan
oleh
Universitas Indonesia kepada saya.
Depolq 281uni2014
MDinny Chairunisa
lll
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas lndonesia
IIALAI}IAII PER}IYATAAN ORISINALITAS
Laporan Praktek Kerja Frofesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, Dan sernua sumber baik yang dikutb maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Narna
Dinny Chairunisa, S.Farm
NPM
1306343504
t
TandaTangan
Tanggal
-.'
28luri20l4
rv
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Univen$ih lndoneia
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama :Dinny Chairunisa" S. Farm. :1306343504 NPM Prograrn Studi :Apoteker - Fakultas Farmasi UI :Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Judul Lapararr Farma No. 42 Jl. St. Hasanudin No. I Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Periode 03 Maret - 11 April 2014
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai hagian perryaratan yang diperlukan untuk mempenoleh gelar Apoteker pada Program Sfudi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing
I
Pembimbing
II : Dr. Silvia Surini, M. Pharm. Sc., Apt.
penguj
: Drs"
I WayanBudhi Artawan, Apt.
i r' .. &..... 3.hC.v.1.... fl yri. iy.,..* r!.
Penguii
II
:
Eu'ri-rt'o
Ditetapkan di : Depok Tanggal
Iil
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
#msspaa
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma No. 42, untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Mahdi Jufri, Apt., MS, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
2.
Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt sebagai Ketua Program Profesi Apoteker.
3.
Ibu Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc., Apt. selaku Pembimbing dari Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI, atas bimbingan, arahan, dan nasehat yang diberikan selama masa PKPA dan penyusunan laporan.
4.
Bapak Drs. I Wayan Budhi Artawan., Apt.., selaku Apoteker Pengelola Apotek dan pembimbing PKPA di Apotek Kimia Farma No. 42, Jakarta Selatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung.
5.
Seluruh staf pengajar, tata usaha, dan karyawan di Program Apoteker Fakultas Universitas Indonesia atas segala ilmu pengetahuan, didikannya, sertabantuan dan masukan selama ini.
6.
Seluruh staf Apotek Kimia Farma No. 42, Jakarta Selatan yang telah menerima
dan
memberikan
bimbingan
kepada
penulis
selama
melaksanakan kegiatan PKPA. 7.
Orang
tua
dan
adik-adik
yang
selalu
memberikan
doa,
serta
dukunganmoral dan finansial kepada penulis. 8.
Rekan-rekan mahasiswa Apoteker angkatan 78 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker di Universitas Indonesia.
vi Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
vii Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
2014
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAII PERSETUJUAN PTJBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini: Nama
Dinny Chairunisa, S.Farm
NPM
BA$$504
Program Studi: Apoteker Fakultas
Farmasi
Jenis karya
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia
IIak
Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exdusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KIMIA FARMA NO. 42 JL. ST. HASA}IUDIN NO. 1, I(EBAYORAN BARU JAI(ARTA SBLATAN PERIODE 3 MARET - 11 APRIL}0L4.
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk basis data, merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di: Depok Pada Tanggal: 28 Juni 2014 Yang menyatakan
W (Dinny Chairunisa, S. Farm)
vlll
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas lndonesia
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: Dinny Chairunisa, S. Farm : 1306343504 : Profesi Apoteker : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 42 Periode 3 Maret – 11 April 2014
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 42 bertujuan untuk memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA) di apotek dan memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian. Tugas khusus yang diberikan berjudul Studi Kelayakan Pendirian Apotek Kimia Farma Ampera Raya. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk menganalisis kelayakan pendirian Apotek Kimia Farma Ampera Raya.
Kata kunci : Apotek Kimia Farma, Apotek, studi kelayakan. Tugas umum : xiii + 61 halaman; 1 tabel; 19 lampiran Tugas khusus : v + 29 halaman; 2 gambar; 16 tabel; 8 lampiran Daftar Acuan Tugas Umum : 19 (1978-2012) Daftar Acuan Tugas Khusus : 4 (2004-2009)
ix Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name NPM Program Study Title
: Dinny Charunisa, S.Farm : 1306343504 : Apothecary profession : Report of Apothecary Profession Internship at Apotek Kimia Farma No. 42 on March 3th – April 11th 2014
Pharmacists Professional Practice at Apotek Kimia Farma No. 42 aims to understand the duties and functions of pharmacists pharmacy manager (APA) in pharmacies and pharmacist understand the activities in both technical and nontechnical pharmacy activity. Given a special assignment titled Feasibility Study of Establishment Apotek Kimia Farma Ampera Raya. The purpose of this special task is to analyze the feasibility of establishment Apotek Kimia Farma Ampera Raya.
Keywords : Apotek Kimia Farma, Pharmacy, Feasibility Study. General Assignment : xiii + 61 pages; 1 table; 19 appendices Specific Assignment : v + 29 pages; 2 pictures; 16 table; 8 appendices Bibliography of General Assignment: 19 (1978-2012) Bibliography of Specific Assignment: 4 (2004-2009)
x Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii KATA PENGANTAR .............................................................................. iv DAFTAR ISI ................................................................................. vi DAFTAR TABEL ................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii BAB 1 1.1 1.2
PENDAHULUAN .................................................................... 1 Latar Belakang ........................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................... 2
BAB 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 3 Definisi Apotek.......................................................................... 3 Landasan Hukum Apotek ........................................................... 3 Tugas dan Fungsi Apotek ........................................................... 4 Tata Cara Perizinan Apotek........................................................ 4 Persyaratan Apotek .................................................................... 6 Kompetensi Apoteker................................................................. 8 Apoteker Pengelola Apotek (APA) ............................................ 9 Pencabutan Surat Izin Apotek .................................................... 11 Pengelolaan Apotek ................................................................... 13 Pelayanan Kefarmasian di Apotek .............................................. 14 Pengelolaan Narkotika ............................................................... 16 Pengelolaan Psikotropika ........................................................... 20
BAB 3 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5
TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA ................ 23 PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. ................................................ 23 PT. Kimia Farma Apotek ........................................................... 24 Business Manager ...................................................................... 26 Apotek Kimia Farma No. 42 ...................................................... 30 Cara Pelayanan Farmasi yang Baik ............................................ 47
BAB 4
PEMBAHASAN ....................................................................... 49
BAB 5 5.1 5.2
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 61 Kesimpulan ................................................................................ 61 Saran.......................................................................................... 61
DAFTAR ACUAN ................................................................................... 62
xi Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Implementasi dari Nine Stars Pharmacy di Apotek Kimia Farma No. 42............................................................................. 51
xii Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran 10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19.
Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek ........... 64 Struktur Organisasi Unit Bisnis Manajer Jaya I ......... 65 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 42 ...... 66 Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No. 42 ............... 67 Lay out Apotek Kimia Farma No. 42 ........................ 68 Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) .................. 71 Dokumen Dropping Barang dari BM ........................ 72 Dokumen Dropping Barang antar Apotek Kimia Farma ....................................................................... 73 Alur Pelayanan Penerimaan Resep ............................ 74 Alur Pengadaan Barang ............................................ 75 Surat Pesanan Narkotika ........................................... 76 Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika ............ 77 Berita Acara Pemusnahan Narkotika ......................... 78 Surat Pesanan Psikotropika ....................................... 79 Salinan Resep / Copy Resep ...................................... 80 Etiket dan Label ........................................................ 81 Form Skrining Resep ................................................ 82 Form PMR (Patient Medication Record) ................... 83 Form Swamedikasi ................................................... 84
xiii Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan dasar dimana seseorang berada pada keadaan
sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Departemen Kesehatan RI, 2009). Kesehatan sendiri merupakan bagian dari hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah dengan masyarakat bersama-sama dalam melaksanakan upaya kesehatan yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan (Pemerintah RI, 2009). Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian yang penting dalam mewujudkan upaya kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan merupakan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Apotek sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan, sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Pelayanan kefarmasian ialah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk mningkatkan mutu kehidupan pasien (Pemerintah RI, 2009). Apotek merupakan suatu jenis bisnis retail yang harus dikelola dengan baik agar memperoleh keuntungan guna menutup beban biaya operasional dan menjaga kelangsungan hidupnya, akan tetapi bisnis apotek juga tidak melupakan fungsi sosialnya didalam mendistribusikan perbekalan farmasi kepada masyarakat (Umar, 2011). Untuk menjalankan kedua fungsi apotek tersebut, Apoteker sebagai penanggung jawab apotek dituntut memiliki peranan untuk dapat menjalankan keduanya secara seimbang.
1 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Perubahan paradigma di apotek dari product oriented menjadi patient oriented menyebabkan kebutuhan akan tenaga apoteker yang kompeten dalam melakukan konsultasi, edukasi, dan informasi. Oleh karena itu untuk mempersiapkan para apoteker yang profesional, maka perlu dilakukan praktek kerja di apotek sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan dimasa kuliah serta dapat mempelajari segala kegiatan dan permasalahan yang ada di suatu apotek. Atas dasar hal tersebut maka dilakukanlah kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 3 Maret hingga 11 April 2014. Program tersebut diharapkan dapat bermanfaat besar bagi calon apoteker untuk siap terjun di lingkungan masyarakat.
1.2.
Tujuan Tujuan dari diadakannya Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Kimia
Farma Apotek adalah untuk: a.
Mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian di apotek.
b.
Memahami dan menambah pengetahuan secara langsung mengenai tugas, fungsi, dan peran Apoteker dalam pengelolaan sebuah apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1
Definisi Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat umum, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Apotek
sebagai
salah
mengutamakan kepentingan
satu
sarana
masyarakat
dan
pelayanan
kesehatan
berkewajiban
perlu
menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Apotek dapat diusahakan oleh lembaga atau instansi pemerintah dengan tugas pelayanan kesehatan di pusat dan daerah, perusahaan milik negara yang ditunjuk oleh pemerintah dan apoteker yang telah mengucapkan sumpah serta memperoleh izin dari Suku Dinas Kesehatan setempat. 2.2
Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam : a. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. c. Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. d. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. 3 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
e. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas PP No. 26 Tahun 1965 mengenai Apotek. f. Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. g. Peraturan Menkes RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Keputusan Menkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. i.
Keputusan Menkes RI No. 1027/Menkes/SIK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek.
2.3
Tugas dan Fungsi Apotek Berdasarkan PP No. 51 Tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker b. Sarana
farmasi
yang
melaksanakan
peracikan,
pengubahan
bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat. c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata. 2.4
Tata Cara Perizinan Apotek Dalam mendirikan apotek, apoteker harus memiliki Surat Izin Apotek
(SIA) yaitu surat yang diberikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia kepada apoteker atay apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana apotek untuk mendirikan apotek di suatu tempat tertentu. Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes). Selanjutnya Kepala Dinkes wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin dan pencabuan izin apotek kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Sesuai
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
5
Pemberian Izin Apotek, maka ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek adalah sebagai berikut : a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1. b. Dengan
menggunakan
Formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh Formulir APT-3. d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, Apoteker Pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada
Kepala
Dinas
Propinsi dengan
menggunakan contoh Formulir Model APT-4. e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (3) atau pernyataan ayat (4) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-5. f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (3) masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-6. g. Terhadap surat penundaan, Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat penundaan. h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan, atau lokasi yang tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
6
belas) hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7. Bila Apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian apotek, dengan mengadakan kerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek, maka harus mmenuhi ketentuan sebagai berikut : a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara Apoteker dan pemilik sarana. b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak perna terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan. 2.5
Persyaratan Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/SK/X/1993,
disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan apotek adalah untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek adalah : 2.5.1. Tempat/Lokasi Saran apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi.Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi ketentuan ini dapat berbeda, sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah masing-masing.Lokasi apotek pun dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktor lainnya. 2.5.2. Bangunan Apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup dan memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsinya. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang tunggu, ruang Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
7
peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan kamar kerja apoteker serta ruang tempat pencucian alat dan kamar kecil. Bangunan apotek harus dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek. 2.5.3. Perlengkapan Apotek Suatu apotek baru yang ini beroperasi harus memiliki peralatan apotek yang memadai untuk mendukung pelayanan kefarmasiannya.Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain : a. Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortar, alu dan lain-lain. b. Perlengkapan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari obat, lemari pendingin dan lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika. c. Wadah pengemas dan pembungkus. d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok dan kwitansi. e. Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. 2.5.4. Tenaga Kerja / Personalia Apotek Berdasarkan Permenkes RI No. 1322/Menkes/SK/X/2002 pasal 1, tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari : a. Satu orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA). b. Apoteker pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan atau/menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Sedangkan tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek terdiri dari : a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
8
b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan dan pengeluaran uang. c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. 2.6
Kompetensi Apoteker Fungsi dan tugas apoteker sesuai dengan kompetensi apoteker di apotek
menurut WHO (World Health Organization) dikenal dengan Nine Stars Pharmacist, yaitu:
1. Care giver, artinya Apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya. 2. Decision maker, artinya Apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil keputusan terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien 3.
Communicator, artinya Apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan pihak ekstern (pasien atau customer) dan pihak intern (tenaga profesional kesehatan lainnya).
4.
Leader, artinya Apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek. Sebagai seorang pemimpin, Apoteker merupakan orang yang terdepan di apotek, bertanggung jawab dalam pengelolaan apotek mulai dari manajemen pengadaan, pelayanan, administrasi, manajemen SDM serta bertanggung jawab penuh dalam kelangsungan hidup apotek.
5.
Manager, artinya Apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan administrasi keuangan. Untuk itu Apoteker harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu manajemen.
6.
Life long learner, artinya Apoteker harus terus-menerus menggali ilmu pengetahuan, senantiasa belajar, menambah pengetahuan dan keterampilannya serta mampu mengembangkan kualitas diri.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
9
7.
Teacher, artinya Apoteker harus mampu menjadi guru, pembimbing bagi stafnya, harus mau meningkatkan kompetensinya, harus mau menekuni profesinya, tidak hanya berperan sebagai orang yang tahu saja, tapi harus dapat melaksanakan profesinya tersebut dengan baik.
8.
Researcher, artinya Apoteker berperan serta dalam berbagai penelitian guna mengembangkan ilmu kefarmasiannya.
9.
Entrepreneur, artinya seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha
dalam
mengembangkan
kemandirian
serta
membantu
mensejahterakan masyarakat. misalnya dengan mendirikan perusahaan obat, kosmetik, makanan, minuman, alat kesehatan, baik skala kecil maupun skala besar, mendirikan apotek, serta bisnis tanaman obat dan lai lainnya 2.7
Apoteker Pengelola Apotek (APA) Permenkes RI No. 1322/Menkes/SK/X/2002 menjelaskan bahwa Apoteker
adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang APA bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya dan juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan pemilik sarana apotek (PSA). Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 35, 37, 52, 54) : a. Memiliki keahlian dan kewenangan. b. Menerapkan Standar Profesi. c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional. d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
10
g. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di satu apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktek paling banyak di tiga apotek. Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi. STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA, Apoteker harus memenuhi persyaratan (Peraturan Pemerintah No 51. Tahun 2009 Pasal 40) : a. Memiliki ijazah Apoteker. b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi. c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker. d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek. e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada Apotek atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). SIPA dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hokum apabila pekerjaan kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin. Untuk mendapatkan SIPA, Apoteker harus memiliki (Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Pasal 55) : a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). b. Tempat atau ada tempat untuk melakkan pekerjaan kefarmasian atau fasilitas kesehatan yang memiliki izin. c. Rekomendasi dari organisasi profesi Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
11
Adapun tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku. b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi. c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan penjualan, mengadakan pembelian yang sah dan penggunaan biaya seefisien mungkin. d. Melakukan pengembangan usaha apotek. Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk yaitu pengelolaan bisnis (non teknis kefarmasian) dan pengelolaan dibidang pelayanan/teknis kefarmasian. Untuk dapat melaksanakan usahanya dengan sukses seorang APA harus melakukan kegiatan-kegiatan antara lain memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia, menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan berbagai obat dan perbekalan kesehatan lain secara lengkap, menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing, mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya, mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan, serta mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat memberikan kepuasan dan kenyamanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Sedangkan wewenang dan tanggung jawab APA di antaranya adalah menentukan arah terhadap seluruh kegiatan, menentukan system (peraturan) terhadap seluruh kegiatan, mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan, serta bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. 2.8
Pencabutan Surat Izin Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002
tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dapat mencabut Surat Izin Apotek apabila : a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. b. Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus menerus.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
12
c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang tentang Narkotika, UndangUndang Obat Keras, dan Undang-Undang tentang Kesehatan. d. Surat Izin Praktek Apoteker Pengelola Apotek dicabut. e. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyartan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek, serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Pelaksanaan
pencabutan
surat
izin
apotek
dilaksanakan
setelah
dikeluarkan: a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3(tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-12. b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan Formulir Model APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) di atas, dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan ini dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-14.Pencairan Izin Apotek yang dimaksud dilakukan setelah
menerima
laporan
pemeriksaan
dari
Tim
Pemeriksaan
Dinas
Kesehatan/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras tertentu, dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci. c. APA wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Wilayah Kantor Kementrian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam huruf (a).
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
13
2.9
Pengelolaan Apotek Pengelolaan Apotek adalah seluruh upaya dan kegiatan Apoteker untuk
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan apotek.Pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengelolaan teknis farmasi dan pengelolaan non teknis farmasi. 2.9.1 Pengelolaan Teknis Kefarmasian a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran, penyerahan perbekalan farmasi lainnya. c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan infomasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat serta pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan/atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya. 2.9.2 Pengelolaan Non Teknis Kefarmasian Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Agar dapat mengelola apotek dengan baik dan benar, seorang APA dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai yang tidak hanya dalam bidang farmasi tetapi juga dalam bidang lain seperti manajemen. Prinsip dasar manajemen yang perlu diketahui oleh seorang APA dalam mengelola apoteknya adalah : a. Perencanaan, yaitu pemilihan dan penghubungan fakta serta penggunaan asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. b. Pengorganisasian, yaitu menyusun atau mengatur bagian-bagian yang berhubungan satu dengan lainnya, dimana tiap bagian mempunyai suatu tugas khusus dan berhubungan secara keseluruhan. c. Kepemimpinan, yaitu kegiatan untuk mempengaruhi dan memotivasi pegawainya agar berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
14
d. Pengawasan, yaitu tindakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan untuk kemudian dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan kerja agar segala kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sehingga tujuan yang diingkan dapat tercapai. 2.10
Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care).Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, sekarang menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.Pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan resep, pemberian informasi obat, konseling, pemantauan penggunaan obat, promosi dan edukasi, serta Pelayanan Residensial (Home Care). 2.10.1 Pelayanan Resep A. Skrining resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif (nama, SIP, dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien), kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian), pertimbangan klinis (adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). B. Penyiapan obat Penyiapan obat terdiri dari peracikan, penulisan etiket, pengemasan, serta penyerahan obat. Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Penulisan etiket harus Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
15
jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Sebelum obat diserahkan pada pasien, harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dan resep. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. 2.10.2 Pemberian Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. 2.10.3 Konseling Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan
kesehatan
lainnya.Untuk
penderita
penyakit
tertentu
seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. 2.10.4 Pemantauan Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti penyakit jantung, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.Pemantauan dilakukan terhadap khasiat obat serta efek samping yang kemungkinan dapat terjadi. 2.10.5 Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu memberikan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
16
informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet / brosur, poster, penyuluhan dan lain-lain. 2.10.6 Pelayanan Residensial (Home Care) Pelayanan residensial (Home Care) adalah pelayanan apoteker sebagai care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan pengobatan (medication record). 2.11
Pengelolaan Narkotika Berdasarkan Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika,
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika ditandai dengan lambang swastika, contoh : Morfin Narkotika dibedakan ke dalam golongan-golongan yaitu : a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah Papaver somniferu L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya (kecuali bijinya), kokain, tanaman koka, ganja, heroin, amfetamin dan sebagainya. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya adalah metadona, morfina, petidina, tebaina, tebakon dan sebagainya. c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
ringan
yang
mengakibatkan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
17
ketergantungan. Contohnya adalah kodeina, etilmorfina, dihidrokodeina, polkodina, propiram, dan sebagainya. Narkotika hanya dapat bertujuan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pengaturan narkotika bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau perkembangan
ilmu
pengetahuan,
mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
narkotika, serta memberantas peredaran gelap narkotika.Pengelolaan narkotika di apotek meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan/penyerahan, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi. 2.11.1 Pengadaan/Pemesanan Narkotika Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri, yaitu PT. Kimia Farma dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan narkotika dilakuakn dengan membuat surat pesanan narkotika asli yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek di Apotek yang dilengkapi dengan nama, nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) di apotek, tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika. 2.11.2 Penyimpanan Narkotika (Departemen Kesehatan, 1978) Berdasarkan
Permenkes
Nomro
28/Menkes/Per/V/1978
tentang
penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Harus dibuat seluruhnya dair kayu atau bahan lain yang kuat. b. Harus mempunyai kunci yang kuat c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai. e. Lemari harus dikunci dengan baik. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
18
f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika. g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau pegawai lain yang dikuasakan. h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum. 2.11.3 Pelayanan / penyerahan Narkotika Menurut Undang-Undang No. 35 tahun 2009 pasal 43, Apotek hanya dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan pasien. Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien dengan resep asli dari dokter. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter (Undang-Undang No. 9 Tahun 1976 Pasal 7). Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang menyimpan resep asli.Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan “iter” pada resep yang mengandung narkotika. 2.11.4 Pemusnahan Narkotika Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah untuk menghapus pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika,
menjamin
narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar yang berlaku, dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi resiko terjadinya penggunaan obat yang substandard (Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 60, pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal diproduksi tanpa memenuhi standard an persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan atau berkaitan dengan tindak pidana. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
19
Pemusnahan yang dilakukan oleh apotek dengan membuat berita acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait. Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang-Undang No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, berita acara pemusnahan memuat : a. Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan. b. Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik narkotika. c. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau badan tersebut. d. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan. e. Cara pemusnahan. f. Tanda tangan penanggung jawab apotek / pemegang izin khusus, dokter pemilik narkotika dan saksi-saksi. Berita acara pemusnahan tersebut dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di apotek. 2.11.5 Pencatatan dan Pelaporan Narkotika Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.Dalam laporan tersebut diuraikan mengenai pembelian/pemasukan dan penjualan/pengeluaran narkotika yang ada dalam tanggung jawabnya, dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.Laporan tersebut ditujukan kepada Kepala Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan ke Balai Besar POM, dan arsip apotek. Laporan penggunaan narkotika terdiri dari laporan pemakaian bahan baku narkotika serta laporan penggunaan sediaan jadi narkotika. Saat ini telah keluar peraturan baru yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
20
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementrian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah system yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. 2.12
Pengelolaan Psikotropika Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika, adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan
perubahan
khas
pada
aktivitas
mental
dan
perilaku.Psikotropika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan. Psikotropika dibagi menjadi empat golongan, yaitu : a. Psikotropika Golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah ekstasi. b. Psikotropika Golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah amfetamin. c. Psikotropika Golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contohnya adalah fenobarbital. d. Psikotropika Golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
21
Contohnya adalah diazepam, nitrazepam. Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam UU No.5 tahun 1997 adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika sama dengan narkotika, yaitu untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika, dan memberantas peredaran gelap psikotropika. Pengelolaan psikotropika di Apotek meliputi kegiatan : 2.12.1 Pemesanan Psikotropika Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Psikotropika yang ditanda tangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIPA. Surat pesanan tersebut dibuat rangkat tiga dan setiap surat dapat digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika. 2.12.2 Penyimpanan Psikotropika Walaupun belum ada peraturan yang mengatur penyimpanan psikotropika, namun untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan maka psikotropika disimpan terpisah dengan obat-obat lain dalam suatu rak atau lemari khusus dan tidak harus dikunci.Pemasukan dan pengeluaran psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika. 2.12.3 Penyerahan Psikotropika Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien.Penyerahan psikotropika oleh apotek dilaksanakna berdasarkan resep dokter. 2.12.4 Pemusnahan Psikotropika Pada Undang-Undang No.5 tahun 1997 pasal 53 disebutkan bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika, kadaluwarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
22
untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan psikotropika, wajib dibuatkan berita acara. 2.12.5 Pelaporan Psikotropika Pelaporan psikotropika dilakuakn sebulan sekali dengan ditandatangani oleh APA.Pelaporan ini dilakukan secara berkala dan dilaporkan kepada Suku Dinas Pelayanan DATI II dengan tembusan ke kepala Balai POM. Namun sekarang Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan melalui perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP). Mekanisme pelaporan sama dengan pelaporan narkotika.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA
3.1.
PT Kimia Farma (Persero) Tbk.
3.1.1. Sejarah perkembangan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi pertama diIndonesia yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas bekas perusahaan Belanda di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971,bentuk badan hukum PNF diubah menjadi perseroan terbatas sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, yang sekarang telah merger menjadi Bursa Efek Indonesia. Berbekal pengalaman selama puluhan tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.Nilai-nilai budayaperusahaan "I CARE" (Innovative, Costumer First, Accountability, Responsibility, dan Eco Friendly), secara konsisten tetap dijalankan, sebagai dasar perusahaan dalamberkarya membangun kesehatan bangsa. Sekarang, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. telah memiliki beberapa anak perusahaan, antara lain PT Kimia Farma Trading & Distribution dan PT Kimia Farma Apotek. Usaha ritelfarmasi dijalankan oleh PT Kimia Farma Apotek, melalui pengoperasian apotek, sedangkan kegiatan distribusi dilaksanakan oleh PT Kimia Farma Trading & Distribution, anak perusahaan yang berperan penting
23 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
24
dalam upaya peningkatan penjualan produk-produk Perseroan (PT Kimia Farma Tbk., 2012). 3.1.2. Visi dan misi PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Visi PT Kimia Farma (Persero) Tbk. adalah menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis. Untuk mewujudkan visi tersebut, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. memiliki misi menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-bidang: a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembanganproduk yang inovatif. b. Perdagangan dan jaringan distribusi. c. Pelayanan
kesehatan
yang
berbasis
jaringan
retail
farmasi
dan
jaringanpelayanan kesehatan lainnya. d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan (PT Kimia Farma Tbk., 2012). 3.2.
PT Kimia Farma Apotek
3.2.1 Sejarah perkembangan PT Kimia Farma Apotek PT Kimia Farma Apotek adalah anak perusahaan PT Kimia Farma (Persero) Tbk yang didirikan berdasarkan akta pendirian No. 6 tanggal 4 Januari 2003 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. di Jakarta dan telah diubah dengan akta No. 25 tanggal 14 Agustus 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Imas Fatimah, S.H. Akta ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No.: AHU-45594.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 15 September 2009 (PT Kimia Farma Tbk., 2012). Usaha ritel farmasi dijalankan oleh PT. Kimia Farma Apotek, melalui pengoperasian apotek. Secara keseluruhan saat ini berjumlah lebih dari 400 apotek. Pada tahun 2011, PT Kimia Farma Apotek memulai program transformasi dan mengubah visi dari jaringan layanan ritel farmasi menjadi jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Sebagai tahap awal program franchise, pada tahun 2011, KFA Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
25
berhasil membuka 5 apotek franchise.Penambahan jumlah apotek merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam memanfaatkan momentum pasar bebas AFTA, dimana pihak yang memiliki jaringan luas seperti Kimia Farma akan diuntungkan. Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung dan melayani resep dokter dan menyediakan pelayanan lain, misalnya praktek dokter, optik, dan pelayanan obat bebas atau Over the Counter (OTC) atau swalayan, serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia Farma memfasilitasi jasa pelayanan kesehatan lainnya berupa klinik kesehatan dan laboratorium klinik. Klinik kesehatan yang semula berada di PT Kimia Farma (Persero) Tbk holding, sejak Maret 2009, dikelola oleh PT Kimia Farma Apotek, yang merupakan salah satu produk layanan yang terintegrasi dengan apotek, menyediakan jasa layanan konsultasi dan pemeliharaan kesehatan. Jenis klinik yang dikembangkan meliputi klinik pratama, utama, dan khusus yang berlokasi di Jawa dan Bali. Laboratorium klinik menyediakan jasa layanan pemeriksaan kesehatan (medical check up). Laboratorium Klinik memiliki lebih dari 30 cabang yang terdiri dari laboratorium klinik kelas utama, madya, dan pratama yang berada di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator yang sekarang disebut sebagai Bussiness Manager (BM) dan Apotek Pelayanan. Apotek BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam satu wilayah. Apotek BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang, dan administrasi Apotek Pelayanan yang berada di bawahnya (PT Kimia Farma Apotek, 2012). 3.2.2 Visi dan misi PT Kimia Farma Apotek Visi PT Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat di Indonesia. Dalam upayanya untuk menghasilkan pertumbuhan nilai perusahaan, maka PT Kimia Farma Apotek melaksanakan kegiatan dengan misi: a. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasi meliputi jaringan apotek, klinik, laboratorium klinik, dan layanan kesehatan lainnya b. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk prinsipal. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
26
c. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya atau FeeBased Income (PT Kimia Farma Apotek, 2012). 3.3
Business Manager Dalam melaksanakan grouping ini maka Apotek Kimia Farma secara
umum dibagi menjadi 2 jenis kegiatan apotek yaitu apotek Bisnis Manager dan apotek pelayanan. Pada apotek Bisnis Manager dilakukan kegiatan administrasi yang mengkoordinasikan aktifitas administrasi beberapa apotek pelayanan dalam suatu group daerah, disamping melaksanakan fungsi pelayanan apotek secara umum, sedangkan apotek pelayanan hanya melaksanakan fungsi pelayanan. Pada apotek Bisnis Manager dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang, serta pendistribusian barang dan juga pengumpulan data kegiatan untuk semua apotek dalam group daerahnya. Dengan adanya apotek Bisnis Manager ini maka dapat ditingkatkan efisiensi modal kerja, pengadaan dan kelengkapan barang serta pengumpulan data apotek pelayanan secara terpadu. Pada apotek pelayanan tidak dilakukan pengadaan dan penyimpanan barang sendiri, namun barang diperoleh dari apotek Bisnis Manager sehingga kegiatannya terfokus pada pelayanan. Bisnis Manajer untuk wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi lima, yaitu: a. BM Jaya I BM Jaya 1 membawahi wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat dengan BM (Bisinis Manager) di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru. b. BM Jaya II BM Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan Bekasi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, Matraman. c. BM Bogor BM Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok Cianjur, dan Sukabumi dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Jl. H. Ir. Juanda No.30, Bogor. d. BM Tangerang BM Tangerang membawahi wilayah Tangerang, Cilegon, Banten, Serang, dan sekitarnya dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tangerang. e. BM Rumah Sakit BM Rumah Sakit membawahi Apotek pelayanan RSCM dan RSPAL dengan BM di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
27
3.3.1 Bisnis Manajer Jaya 1 Bisnis Manajer (BM) bertanggung jawab terhadap kegiatan pengadaan dan administrasi dari apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Struktur organisasi Bisnis Manajer terdiri dari seorang Manajer Bisnis yang membawahi supervisor pelayanan serta supervisor administrasi dan keuangan. Bisnis Manajer Jaya I membawahi 15 Apotek Pelayanan diwilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Barat, meliputi: 1. Apotek Kimia Farma No. 42 (sebagai kantor Manager Bisnis dan juga Apotek Pelayanan) di Jl. Sultan Hasanuddin No. 1, Jakarta Selatan. 2. Apotek Kimia Farma No. 47, Radio Dalam No. 1-S, Jakarta Selatan. 3. Apotek Kimia Farma No. 6, Jl. Danau Tondano No. 1 Pejompongan, Jakarta Pusat. 4. Apotek Kimia Farma No. 55, Jl. Kebayoran Lama No. 50, Jakarta Selatan. 5. Apotek Kimia Farma No. 96, Jl. Jend. S. Parman Blok G 12, Slipi, Jakarta Selatan. 6. Apotek Kimia Farma No. 152, Jl. Pasar Minggu Raya KM. 18, Jakarta Selatan. 7. Apotek Kimia Farma No. 219, Jl. Ir. H. Juanda No. 109 Situgintung, Ciputat. 8. Apotek Kimia Farma No. 254, Jl.Raya Pos pengumben No. 11, Jakarta Barat. 9. Apotek Kimia Farma No. 267, Jl. Raya Bintaro Sektor V, Jakarta Selatan. 10. Apotek Kimia Farma No. 282, Jl. KS. Tubun No. 34 BC, Jakarta Barat. 11. Apotek Kimia Farma No. 364, Jl. Wolter Monginsidi No. 76, Jakarta Selatan. 12. Apotek Kimia Farma No. 342, Taman Semanan Indah, Jakarta Barat. 13. Apotek Kimia Farma Cilandak, Jl. Wijaya Kusuma No.2 Cilandak Barat, Jakarta Selatan. 14. Apotek Kimia Farma Cirendeu, Jl. Cirendeu Raya No. 27 C Ciputat, Tangerang Selatan. 15. Apotek Kimia Farma Srengseng Sawah, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
28
Tugas dan fungsi dari masing-masing bagian yang ada dalam Bisnis manager adalah sebagai berikut. 3.3.1.1 Manajer Bisnis Manajer Bisnis dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab langsung pada Direktur Operasional. Tugas dan fungsi dari Manajer Bisnis adalah sebagai berikut. a. Memimpin bisnis apotek di daerahnya yang menjadi tanggung jawabnya untuk mencapai kinerja (hasil usaha) secara efektif dan efisien, sesuai dengan sasaran dan kebijakan yang digariskan Direksi PT Kimia Farma Apotek. b. Mengkoordinir, merencanakan, membina, serta mengendalikan pengelolaan apotek pelayanan dalam grupnya, untuk mencapai kinerja masing-masing apotek, secara efektif dan efisien. c. Melaksanakan pengembangan usaha di daerahnya berkoordinasi dengan manajer pelayanan dan pengembangan usaha. 3.3.1.2 Bagian Pengadaan / Pembelian Dipimpin oleh supervisor pengadaan yang bertanggungjawab langsung pada Bisnis Manajer. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian pembelian haruslah merencanakan semua perbekalan farmasi yang akan dibeli secara cermat dan sesuai dengan kebutuhan apotek-apotek pelayanan yang berada di bawah pengelolaannya. Tugas dan fungsi dari bagian pembelian adalah: a. Mendata kebutuhan barang berdasarkan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
yang
dibuat
oleh
masing-masing
apotek
pelayanan
dan
mengelompokkan berdasarkan distributornya. b. Merencanakan dan membuat Surat Pesanan barang ke distributor yang bersangkutan sesuai dengan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan. c. Memilih distributor yang telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan, serta memperhatikan mutu barang, pelayanan tepat waktu, harga bersaing dan pembayaran lunak. d. Menentukan dan melakukan negosiasi harga beli barang dan masa pembayaran dengan distributor. e. Memeriksa kembali harga dan diskon yang telah disepakati dengan distributor.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
29
f. Mengkonfirmasikan kembali ke distributor apabila barang yang dipesan belum datang. Adapun tanggung jawab dari bagian pembelian, yaitu: a. Menentukan keputusan pembelian terhadap permintaan BPBA yang diajukan oleh apotek pelayanan, dengan memperhatikan anggaran, harga barang dan jenis barang yang diminta (fast moving/slow moving) . b. Bertanggung jawab terhadap perolehan harga beli. c. Bertanggung jawab terhadap kelengkapan barang. 3.3.1.3 Bagian Akuntansi dan Keuangan Bagian keuangan dijalankan oleh petugas kasir besar yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manager. Tugas kasir besar adalah sebagai berikut. a. Menyiapkan uang sebagai modal awal untuk diserahkan ke kasir apotek. b. Menerima setoran penjualan tunai berdasarkan bukti setoran kasir dari apotek pelayanan. c. Menerima hasil penagihan piutang dagang berupa uang tunai, cek atau giro dari bagian penagihan. d. Mengeluarkan uang untuk keperluan rutin dengan sepengetahuan/perintah unit BM seperti: uang transpor, gaji pegawai, pembayaran hutang dagang yang telah jatuh tempo, dan lain-lain. e. Membuat laporan mingguan saldo kas/bank. Adapun tanggung jawab dari kasir besar, yaitu: a. Menerima dan mengeluarkan uang (surat berharga) sesuai dengan bukti-bukti dokumen yang sah dan disetujui oleh APA. b. Menjaga dan memelihara keamanan dari risiko kehilangan dan kerusakan uang (surat berharga). c. Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan. 3.3.1.4 Bagian Administrasi Fungsi bagian administrasi/ketatausahaan adalah sebagai pelaksana pembuatan laporan akuntansi keuangan dan sebagai pengawas kesesuaian proses pelaksanaan pengumpulan data, pencatatan, penyajian laporan dan pengarsipan Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
30
data dari seluruh fungsi kegiatan yang ada di apotek terhadap sistem yang berlaku di apotek. Bagian ini dipimpin oleh seorang supervisor administrasi dan keuangan yang bertanggung jawab kepada Bisnis Manajer. Supervisor administrasi dan keuangan bertugas mengkoordinir semua kegiatan administrasi di apotek yang ada dibawahnya, meliputi administrasi hutang dagang, administrasi piutang dagang, administrasi kas bank, administrasi pajak, administrasi inkaso dan administrasi umum. 3.4
Apotek Kimia Farma No. 42
3.4.1 Lokasi Apotek Apotek Kimia Farma No. 42 terletak di Jalan Hasanuddin No. 1 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang berbatasan dengan Jalan Panglima Polim dan Jalan Melawai Raya, yang memiliki arus lalu lintas dua arah. Arus lalu lintas yang melewati jalan raya ini cukup ramai di lewati oleh pengguna jalan, terutama yang berasal dari Panglima Polim menuju pusat perbelanjaan Blok M. Lokasi Apotek Kimia Farma No. 42 terdapat pada suatu daerah pemukiman kelas menengah ke atas dan berjarak kurang lebih 50 meter dari Blok M Plaza dan 500 meter ke terminal Blok M. Selain itu, lokasinya mudah diakses dan dikenali oleh masyarakat dan banyak dilalui oleh kendaraan umum sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat. 3.4.2 Desain dan Tata Ruang Apotek Secara fisik bangunan Apotek Kimia Farma No. 42 terdiri dari 2 lantai. Lantai 1 digunakan untuk fasilitas utama operasional apotek yang terdiri atas area penerimaan resep, peracikan, penyimpanan obat, kasir, penyerahan obat, penjualan obat bebas (swalayan farmasi) dan ruang tunggu bagi pasien. Fasilitas pendukung bagi perkembangan usaha apotek banyak tersedia di Apotek Kimia Farma No. 42, antara lain ruang praktek dokter, toilet (dekat gudang BM Jaya I) dan area parkir yang dapat digunakan untuk kurang lebih 8 mobil dan 20 motor. Sedangkan lantai 2 digunakan sebagai kantor Manager Apotek Pelayanan (MAP).
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
31
Ruang operasional apotek terdiri dari: 3.4.2.1 Ruang tunggu Ruang tunggu terletak di sebelah kiri saat memasuki apotek dari arah masuk pintu depan dan di sebelah kanan dari arah masuk pintu samping. Terdapat pendingin ruangan untuk memberikankenyamanan pada pelanggan yang sedang menunggu penyiapan obat. Di area ruang tunggu dilengkapi dengan beberapa bangku, brosur, dan timbangan badan. Selain bahan bacaan, terdapat juga televisi dan dua lemari pendingin berisi minuman ringan yang dapat dibeli oleh pelanggan. Hal ini memberikan kenyamanan bagi pasien karena waktu yang dibutuhkan untuk menunggu menjadi terasa lebih singkat. 3.4.2.2 Tempat penyerahan resep/kasir Merupakan tempat
dimana pasien menyerahkan resep yang diberikan
dokter dan menjadi tempat dilakukannya transaksi pembelian obat, baik resep maupun non resep serta melayani pemberian barang dari swalayan farmasi. Petugas yang menerima resep, akan memberi harga dan melakukan transaksi dengan pasien. Resep yang diterima kemudian diserahkan ke petugas untuk mengecek kelengkapan resep dan dilakukan penyiapan obat. 3.4.2.3 Swalayan farmasi Area ini berada di depan pintu masuk baik dari arah pintu masuk depan maupun pintu masuk samping. Swalayan farmasi untuk Apotek Kimia Farma No. 42 tergolong besar karena terdiri dari enam gondola. Pengelompokkan produk disusun berdasarkan fungsi/ kategoriyang saling berhubungan. Penyusunan barang di rak memperhatikan kemasan, ukuran, serta bentuk sediaan. Kemasan botol ditata dari kemasan besar ke kecil dari kiri kekanan. Sediaan sirup dan tablet/kapsul serta sediaan salep/cream ditempatkan pada rak yang terpisah. Adapun pemajangan produk di swalayan farmasi Apotek Kimia Farma No. 42 adalah sebagai berikut: a. Gondola 1. Produk yang dipajang merupakan produkdengan kategori soap, personal care, hair care dan oral care. b. Gondola 2. Produk yang dipajang merupakan produkdengan kategori personal care, skin care, dan traditional medicine . Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
32
c. Gondola 3. Produk yang dipajang merupakan produkdengan kategorimedicine (tablet dan sirup) dan vitamin dan mineral d. Gondola 4. Produk yang dipajang merupakan produkdengan kategori vitamin dan mineral dan obat-obat topikal. e. Gondola 5. Produk yang dipajang merupakan produk dengan kategori first aids dan produk tissue f. Gondola 6. Produk yang dipajang merupakan baby care dan paper product and diapers. 3.4.2.4 Tempat penyimpanan dan peracikan obat Ruangan ini berada di bagian belakang tempat penerimaan resep. Diruangan ini dilakukan proses pembacaan resep, penyiapan obat, dan pembuatan etiket. Ruangan ini dilengkapi dengan lemari obat-obat ethical, meja serta kursi untuk menulis, etiket, kemasan, label, lembar copy resep, kuitansi, dan buku-buku panduan yang diperlukan seperti ISO, MIMS, dan buku yang berisi daftar obat untuk resep-resep kredit. Tempat peracikan obat terletak di samping ruang penyiapan obat, di ruangan penghubung antara tempat penyimpanan obat dan tempat makan. Pada ruangan penghubung ini juga terdapat dispenser, kulkas penyimpanan obat, lemari psikotropik, lemari narkotik, serta lemari loker untuk tas karyawan. Disini dilakukan penimbangan, peracikan, dan pengemasan obat-obat racikan. Ruangan ini dilengkapi fasilitas untuk peracikan seperi timbangan, lumpang, dan alu, bahan baku, cangkang kapsul, kertas puyer berlogo, kertas perkamen, mesinpress untuk kertas puyer, dan mesin penggerus (pulverizer). Di area ini juga terdapat 13 lemari obat sebagai tempatpenyimpanan obat yang disusun di rak obat dengan dua bagian tempat penyimpanan.Penempatan obat di rak berdasarkan efek farmakologi, abjad, danbentuk sediaan.Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika tertentu disimpandi lemari terpisah yang terbuat dari kayu yang memiliki dua pintu dan terkunci, sedangkan obat-obat psikotropika disimpan di lemari terpisah yang tidak terkunci.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
33
Lemari penyimpanan obat di apotek ini dikelompokkan berdasarkan kategori sebagai berikut: a. Lemari 1. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat analgesik dan kimia farma b. Lemari 2. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat pencernaan, hormon, kortikosteroid c. Lemari 3. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat diabetes, saluran kemih, alergi, saluran nafas d. Lemari 4. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat hipertensi e. Lemari 5. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat kolesterol, askes, susunan saraf pusat f. Lemari 6. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat antibiotik. g. Lemari 7. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai obat generik. h. Lemari 8. Berisi obat dalam bentuk sediaan salep dan sebagian vitamin i.
Lemari 9. Berisi obat sesuai dengan efek farmakologinya sebagai vitamin
j.
Lemari 10. Lemari ini dipisah dengan sebuah sekat menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi obat dalam bentuk sediaan sirup. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan obat dalam bentuk sediaan drop
k. Gondola-gondola kecil berisi sediaan obat tetes mata drop serta bentuk monodose dan semisolid topikal l.
Lemari 11. Berisi obat narkotika
m. Lemari 12. Berisi obat psikotropika n. Lemari 13. Lemari bagian bawah, digunakan untuk menyimpan obat generik los dalam botol. Berada di bagian belakang, satu ruangan dengan kulkas penyimpanan obat, dan tempat peracikan puyer serta kapsul. o. Lemari 13. Lemari ini berada bersebelahan dengan lemari 12. Digunakan untuk menyimpan bahan-bahan untuk obat racikan p. Lemari tambahan untuk menyimpan sediaan suplemen
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
34
3.4.2.5 Ruang administrasi Ruangan ini berfungsi untuk melakukan pengolahan data dankeperluan administrasi apotek. Dilengkapi dengan dua perangkat komputer dan dua printer. Ruangan ini terletak di belakang, di samping ruang penyimpanan dan tidak terlihat oleh pasien. Terdapat dua lemari besar yang digunakan untuk menyimpan surat-surat atau data administrasi. 3.4.2.6 Ruang praktek dokter umum, gigi dan estetika Ruang praktek dokter berada di bagian samping kanan apotek yang bersebelahan dengan swalayan farmasi. Terdapat praktek dokter umum dan dokter gigi serta klinik estetika. 3.4.2.7 Tempat konseling Merupakan tempat yang disediakan untuk dilakukan konseling obat antara pasien dengan apoteker yang berhubungan dengan masalah yang sedang dialami oleh pasien dan apoteker memberikan solusi terbaik untuk masalah pasien tersebut. Tempat ini lebih rendah dibandingkan tempat penyerahan obat 3.4.3 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 42 dipimpin oleh seorang apoteker pengelola apotek (APA) yang di dalam managemen Apotek Kimia Farma disebut sebagai manager apotek pelayanan (MAP). Dalam melakukan layanan kefarmasian, APA dibantu oleh apoteker pendamping (Aping) dan asisten apoteker (AA). APA membawahi Aping, AA, Supervisor, juru resep, petugas penjualan HV dan petugas pengadaan dan petugas kebersihan. 3.4.4 Personalia Apotek 3.4.4.1 Apoteker Terdapat dua Apoteker yang bertugas di Apotek Kimia Farma No. 42, yaitu Apoteker Pengelola Apotek dan Apoteker Pendamping. Apoteker Pengelola Apotek Kimia Farma No. 42 adalah seorang apoteker yang telah memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu memiliki Surat Penugasan (SP), Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
35
Izin Apotek (SIA). Adapun tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker Pengelola Apotek adalah sebagai berikut: 1)
Memimpin,
merencanakan,
mengatur,
menentukan
kebijaksanaan,
melaksanakan pengawasan dan pengendalian keseluruhan kegiatan apotek untuk mencapai kelancaran kegiatan apotek sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. 2)
Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan oleh perusahaan seperti menentukan target berupa omset yang akan dicapai, kebutuhan sarana, personalia dan anggaran dana yang dibutuhkan.
3)
Melakukan kegiatan pengembangan apotek sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
4)
Membuat
laporan berkala mengenai pelaksanaan seluruh kegiatan
perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai apotek kepada kantor pusat melalui Manager Bisnis Jaya I. Seorang Apoteker Pengelola Apotek dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan dalam melakukan tugasnya pada jam buka apotek. Apoteker Pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan kefarmasian selama menggantikan Apoteker Pengelola Apotek (APA). Tugas apoteker pendamping adalah 1)
Mengawasi secara langsung pelayanan dan teknis farmasi.
2)
Memberikan informasi obat (praktek pharmaceutical care) kepada pasien, dokter dan tenaga kesehatan yang lain.
3)
Mengadakan pengawasan pengelolaan resep yang dilayani terutama narkotik.
3.4.4.2 Supervisor Supervisor adalah seorang asisten apoteker yang bertanggungjawab langsung kepada APA. Supervisor mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1)
Mengkoordinasi, menyusun dan mengawasi pelaksanaan kegiatan kerja karyawan, termasuk giliran dinas dan pembagian tugas.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
36
2)
Mengatur dan mengawasi kelancaran pelayanan resep termasuk kegiatan administrasi.
3)
Menjaga ketertiban, kontinuitas dan kelancaran tugas karyawan.
4)
Memberi petunjuk tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan teknis farmasi kepada karyawan termasuk dalam pemberian informasi kepada pasien.
5)
Mengkoordinasi pelaksanaan stock opname setiap 1 bulan sekali.
6)
Memeriksa Bon Pembayaran Barang Apotik (BPBA) yang dibuat oleh petugas
perencanaan
berdasarkan
permintaan
dari
masing-masing
penanggungjawab lemari obat. 7)
Mengirim BPBA yang telah diperiksa ke bagian pembelian di BM.
8)
Memeriksa kesesuaian Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) dengan setoran kasir dan mengirim LIPH yang telah diperiksa ke BM.
9)
Memeriksa kesesuaian barang yang di-dropping dengan faktur dan BPBA yang dibuat.
3.4.4.3 Asisten Apoteker Dalam melaksanakan kegiatan di apotek, Asisten Apoteker (AA) bertanggung jawab langsung kepada Supervisor. Tugas dan tanggung jawab Asisten Apoteker adalah: 1)
Mengatur dan menyusun penyimpanan obat dan perbekalan farmasi lainnya di ruang peracikan serta mencatat keluar masuknya barang di kartu stok. AA bertanggung jawab terhadap stok barang yang ada di lemari penyimpanan.
2)
Mencatat obat janji, yaitu obat-obatan yang belum tersedia atau jumlahnya belum memadai bagi pasien dengan resep kredit.
3)
Menerima resep, memeriksa keabsahan dan kelengkapan resep, serta memberi harga resep. Selanjutnya memeriksa ketersediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya berdasarkan resep dokter yang diterima, kemudian menyiapkan obat, menghitung dosis, meracik obat, mengemas dan memberi etiket. Asisten apoteker yang lainnya mengecek ulang kebenaran dan kelengkapan obat sebelum diserahkan ke pasien seperti bentuk sediaan, jumlah obat, nama pasien, nomor resep dan aturan pakai obat. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
37
4)
Menyerahkan obat dan perbekalan farmasi lainnya serta memberikan informasi kepada pasien saat penyerahan obat seperti aturan pakai, efek samping serta mencatat alamat dan nomor telepon pasien.
5)
Membuat copy resep untuk obat iter, obat yang baru atau obat yang belum diserahkan sebagian.
6)
Menghitung bon penjualan kredit untuk resep kredit dari perusahaan atau instansi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
7)
Berpartisipasi dalam pemeliharaan dan menjaga kebersihan apotek.
3.4.4.4 Juru Resep Juru resep bertugas membantu asisten apoteker dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya dibawah pengawasan asisten apoteker. Tugas juru resep meliputi: 1)
Membantu menyiapkan dan meracik obat, baik obat jadi maupun obat racikan, kemudian menyerahkannya ke Asisten Apoteker.
2)
Mengarsipkan resep sesuai nomor urut, tanggal dan penyerahan kepada petugas administrasi penjualan di apotek.
3)
Menjaga kebersihan apotek, khususnya alat racik dan ruang peracikan.
3.4.4.5 Petugas Penjualan Obat Bebas Petugas penjualan obat bebas bertugas: 1)
Melayani penjualan barang di swalayan farmasi seperti obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika, alat-alat kesehatan serta perbekalan farmasi lainnya.
2)
Menulis laporan penjualan barang yang ada di swalayan farmasi.
3)
Bertanggung jawab atas ketersediaan barang apotek untuk keperluan penjualan barang yang ada di swalayan farmasi.
4)
Memberikan informasi, solusi mengenai obat yang akan dibeli konsumen dalam bentuk pelayanan self care.
5)
Bertanggung jawab terhadap keamanan barang yang terdapat di bagian penjualan dan kenyamanan ruang tunggu dan fasilitas konsumen lainnya.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
38
3.4.4.6 Petugas Administrasi Setiap kegiatan di bagian pelayanan dicatat oleh bagian administrasi dan dilaporkan ke Bisnis Manajer. Adapun tugas-tugas administrasi meliputi: 1)
Membuat administrasi penjualan.
2)
Mengumpulkan, mencatat, melaporkan dan mengarsipkan laporan dengan benar dan tepat waktu berdasarkan dokumen yang sah dari seluruh kegiatan yang ada di apotek.
3)
Mengawasi pelaksanaan sistem yang telah ditetapkan pada setiap kegiatan yang ada di apotek.
4)
Mengoreksi dan membuat laporan harian yaitu buku kas, buku pembelian, buku penjualan, buku bank dan Buku Pembelian Khusus Pajak (BPKP).
5)
Membuat laporan harian, mingguan, bulanan, triwulan, bedasarkan kinerja untuk keperluan evaluasi.
6)
Mengumpulkan, mencatat, melaporkan dan mengarsipkan laporan dengan benar dan tepat waktu berdasarkan dokumen yang sah dari seluruh kegiatan yang ada di apotek.
7)
Menjaga dan memelihara keamanan dokumen apotek dari resiko kehilangan dan kerusakan.
3.4.4.7 Petugas Kebersihan Petugas kebersihan bertanggung jawab kepada Supervisor dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan di semua ruangan dan fasilitas lain yang ada di Apotek Kimia Farma No.42 Blok M, Kebayoran Baru. 3.4.5 Pengelolaan Apotek Kegiatan utama yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No. 42 ini adalah kegiatan pelayanan farmasi. Apotek Kimia Farma No. 42 memberikan pelayanan 24 jam yang dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pagi (08.00-15.00), shift sore (14.00–21.00) dan shift malam (21.00-08.00) WIB. Kegiatan praktek kerja kefarmasian di Apotek Kimia Farma No. 42 meliputi kegiatan teknis dan kegiatan non teknis.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
39
3.4.5.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian 1) Pengadaan barang Pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 42 dilakukan dengan menganalisis kebutuhan barang apotek menggunakan metode Parreto. Barang yang masuk dalam kategori Parreto A, B, dan C dihitung menggunakan ratio stock untuk menentukan barang mana yang akan dimasukkan dalam Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). Ratio stock =
𝑓𝑖𝑠𝑖𝑘 𝑃𝑎𝑟𝑟𝑒𝑡𝑜
Keterangan: 0-1: kurang (harus dilakukan pemesanan) 1-4: aman (pemesanan boleh dilakukan atau tidak dilakukan) >4 : berlebih (tidak perlu melakukan pemesanan)
Apotek Kimia Farma No. 42 memiliki 3 pola pengadaan barang, yaitu a. Pemesanan barang kepada unit BM Jaya I dengan menggunakan BPBA. Barang yang ada di gudang kemudian di dropping langsung dari gudang dengan menggunakan dokumen dropping barang dari BM ke apotek sedangkan
barang
yang
tidak
tersedia
dilakukan
pemesanan
ke
distributor/PBF. b. Pengadaan barang dapat dilakukan antar Apotek Kimia Farma No. 42 dengan apotek Kimia Farma lain yang masih termasuk dalam Apotek Pelayanan unit BM Jaya I. Kemudian, apotek tersebut akan mengeluarkan surat pengeluaran barang (dropping) sedangkan dari apotek yang memesan memberi tanda terima. c. Pada keadaan “CITO” atau keperluan mendesak dan barang yang dibutuhkan sedikit, maka pemesanan dan pembelian dapat dilakukan di apotek lain (di luar Kimia Farma) terdekat, kemudian dilakukan pembuatan BPBA dan laporan menyusul ke BM. Bagian pengadaan barang di Apotek Kimia Farma No. 42 dilakukan oleh seorang asisten apoteker yang bertanggung jawab langsung kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
40
Prosedur dan administrasi pengadaan barang dilakukan sebagai berikut: a. Bagian pengadaan di Apotek Pelayanan memesan barang kepada bagian pembelian BM dengan membuat daftar kebutuhan barang dalam bentuk BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek) berdasarkan buku defekta. b. Apotek selanjutnya mengirimkan BPBA ke bagian pembelian. Bagian pembelian di BM akan mengecek ketersediaan barang yang ada di gudang BM. Jika barang tersedia di gudang, maka disiapkan untuk segera diantar ke apotek. c. Apabila barang tidak tersedia di gudang, bagian pembelian kemudian melakukan pemesanan menggunakan SP (Surat Pesanan) yang telah disetujui dan mengirimkannya kepada distributor/PBF (Pedagang Besar Farmasi). Surat Pesanan berisi tanggal pemesanan, nama distributor, nama barang, kemasan dan jumlah barang, serta diskon bila ada, kemudian ditandatangani oleh bagian pembelian dan APA. Surat pesanan dibuat dua rangkap, masingmasing untuk distributor dan sebagai arsip bagian pembelian, dibuat laporan sebagai hutang dagang. d. Pihak distributor/PBF kemudian akan mengantarkan barang yang dipesan ke Apotek Pelayanan ataupun gudang BM yang disertai faktur. Barang yang diterima akan diperiksa kesesuaiannya dengan pesanan dan faktur. Pemeriksaan yang dilakukan adalah nama obat, kemasan, jumlah, spesifikasi barang yang dipesan, keadaan fisik barang dan tanggal kadaluarsa. e. Bila barang yang dikirim memenuhi syarat, supervisor akan menandatangani, memberi tanggal, nomor urut penerimaan barang pada kolom yang tersedia dan stempel apotek pada faktur asli dan salinan faktur rangkap tiga. Faktur asli dikembalikan ke distributor, sedangkan salinan faktur masingmasing diberikan 1 lembar ke apotek sebagai arsip, 2 lembar ke bagian BM untuk kepentingan administrasi dan pembayaran hutang dagang. f. Barang yang datang kemudian disimpan dan dicatat dalam kartu stok. 2) Penyimpanan barang Barang yang datang setelah diperiksa kelengkapannya disimpan di ruang penyimpanan barang untuk pelayanan resep dan di swalayan farmasi. Penyimpanan dilakukan dalam skala kecil untuk keperluan peracikan dan Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
41
pelayanan resep. Jika jumlah barang berlebih, maka sebagian diletakkan di dalam gudang Apotek. Dalam melakukan pengawasan dan kontrol terhadap persediaan barang maka tiap akhir bulan dilakukan stock opname yaitu mencocokkan jumlah barang yang ada dengan catatan pada kartu stok. a. Penyimpanan barang untuk pelayanan resep Penyimpanan disusun berdasarkan sifat farmakologi, secara alfabetis, suhu penyimpanan, golongan obat (obat Narkotika, Psikotropika), bentuk sediaan, obat Generik, obat dengan harga mahal, obat Askes dan bahan baku. Setiap barang yang masuk dan keluar harus di entry ke komputer dan dicatat pada kartu stok meliputi data tanggal, nomor resep, jumlah barang yang diisi/diambil, sisa barang, paraf petugas, tanggal kadaluarsa dan nomor bets. b. Penyimpanan barang di swalayan farmasi Setiap barang yang masuk atau keluar dicatat pada kartu stok sama seperti pada penyimpanan barang di ruang penyimpanan barang untuk pelayanan resep. Penataan penyimpanan berdasarkan sifat farmakoterapi obat, jenis obat, bentuk sediaan yang disusun secara alfabetis. 3) Penjualan Kegiatan penjualan yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 42 meliputi penjualan resep dokter, baik tunai maupun kredit, penjualan obat bebas (OTC) atau swalayan farmasi. a. Penjualan Tunai Penjualan tunai dilakukan terhadap pasien yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan pembayaran dilakukan secara tunai. Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib menulis paraf atas kegiatan yang dikerjakan pada resep tersebut, untuk memudahkan penelusuran apabila ada kesalahan yang terjadi. Prosedur pelayanan resep tunai sebagai berikut: 1. Apoteker pada bagian penerimaan resep menerima resep. Setiap pasien yang datang di input nama, alamat dan nomor telepon pasien di komputer. Resep yang diterima di skrining (administrasi, farmasetik dan klinik). 2. Apoteker akan memeriksa ketersediaan obat. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, obat akan dihargai dan diinformasikan kepada pasien. Setelah pasien Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
42
setuju, segera dilakukan pembayaran ke bagian kasir. Bila obat hanya diambil sebagian, maka petugas membuat salinan/copy resep untuk pengambilan sisanya. Bagi pasien yang memerlukan kuitansi, akan dibuat kuitansinya. 3. Resep diberi nomor resep, kemudian AA akan meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan resep dan dibantu oleh juru resep. 4. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas. 5. Sebelum obat diberikan kepada pasien, dilakukan pemeriksaan kembali (nomor resep, nama pasien, umur, alamat, nomor telpon, tanggal resep, kebenaran dan kelengkapan nama obat, jumlah obat, bentuk sediaan, dosis, etiket dan aturan pakai) oleh apoteker. Salinan resep juga dilakukan pemeriksaan sesuai resep aslinya serta kebenaran kwitansi. 6. Apoteker/asisten apoteker menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan nomor resep, kemudian pasien diberikan informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien, serta meminta pasien mencatat nomor telepon pasien dan paraf pasien. 7. Lembaran resep asli dikumpulkan berdasarkan nomor urut dan tanggal resep diterima. b. Penjualan kredit Resep kredit adalah resep yang ditulis oleh dokter yang bertugas pada suatu instansi atau perusahan untuk pasien dari instansi tersebut yang telah mengadakan kerja sama dengan apotek yang disebut dengan Ikatan Kerja Sama (IKS). Perusahaan yang menjalin kerja sama dengan apotek Kimia Farma No. 42 antara lain: Aqua, JTK, Gelora Bung Karno, PLN. Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama. Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan resep tunai, hanya terdapat beberapa perbedaan pada pelayanan resep kredit, seperti: 1. Setelah resep kredit diterima dan diperiksa kelengkapannya resep langsung dikerjakan oleh petugas apotek. 2. Penomoran resep kredit dibedakan dengan resep tunai dan dicatat pada buku resep kredit. 3. Apabila kebutuhan obat pasien masih kurang karena persediaan obat yang dibutuhkan habis, maka obat tersebut dicatat pada formulir obat janji, jika
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
43
persediaan obat telah ada, maka pasien dihubungi oleh AA atau apoteker untuk mengambil obatnya. 4. Pada saat penyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien pada bukti penerimaan obat. 5. Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep tunai lalu dikumpulkan dan dihitung nilai rupiahnya berdasarkan instansi atau perusahaan. Kemudian dibuat alat tagih pada saat jatuh tempo pembayaran yang telah disepakati bersama. c. Penjualan obat bebas atau swalayan farmasi Penjualan obat dan perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC (Over The Counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas. Prosedur pelayanan penjualan obat bebas sebagai berikut: 1. Petugas swalayan farmasi menerima permintaan barang dari pasien dan langsung menginformasikan harga. 2. Setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke kasir. 3. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti pembayaran nota penjualan bebas. 4. Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pasien. 5. Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor, kemudian dicatat pada laporan penjualan harian. 6. Setiap pengambilan obat/barang diswalayan, maka jumlah obat yang tertera pada kartu stok harus dicatat jumlah pengurangan dan sisa persediaan. 4) Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika a. Pengelolaan Narkotika Pengelolaan narkotika diatur secara khusus mulai dari pengadaan sampai pemusnahan untuk menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. APA bertanggungjawab terhadap pengelolaan narkotika. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 42 meliputi: 1. Pemesanan narkotika Pemesanan narkotika dilakukan secara tertulis sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penulisan defekta narkotika harus sepengetahuan supervisor, kemudian dibuatkan Surat Pesanan (SP) narkotika oleh bagian pembelian yang Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
44
ditandatangani oleh APA. Pemesanan dan pembayaran dilakukan oleh administrasi pembelian BM Jaya I ke PBF Kimia Farma dengan membuat SP khusus narkotika yang dibuat rangkap 4. Rincian SP narkotika terdiri dari 3 lembar SP asli diserahkan ke Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota, Balai POM dan PBF yang bersangkutan dan 1 lembar sebagai arsip apotek. SP narkotika harus mencantumkan nama, alamat apotek, nama dan tanda tangan APA, nomor SIPA, nomor SIA, serta nama dan alamat distributor. Satu lembar SP hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika. 2. Penerimaan narkotika Penerimaan narkotika dari PBF berupa faktur harus diterima atau dilakukan dengan sepengetahuan APA. APA kemudian akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokkan dengan SP Narkotik. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi jenis, jumlah narkotika yang dipesan, bentuk sediaan, kemasan serta tanggal kadaluwarsa. 3. Penyimpanan narkotika Obat yang termasuk golongan narkotika di Apotek Kimia Farma No.42 disimpan dalam lemari kayu yang kuat, menempel pada dinding, dan tidak dapat dipindah-pindahkan. Lemari tersebut terletak di tempat yang tidak diketahui oleh umum, tetapi dapat diawasi langsung oleh asisten apoteker. Sesuai dengan peraturan, lemari tersebut berkunci dua dan mempunyai kunci yang dipegang oleh apoteker atau AA penanggungjawab yang diberi kuasa oleh APA. Setiap obat narkotika dilengkapi dengan kartu stok yang diletakkan dalam lemari dan dicantumkan tanggal kadaluarsanya. 4. Pelayanan narkotika Apotek Kimia Farma No. 42 melayani resep narkotika sesuai ketentuan yang berlaku yaitu hanya melayani resep narkotika dari resep asli dokter. Apotek tidak melayani pembelian obat narkotika tanpa resep dan resep dengan tulisan “iter”. Resep narkotika yang masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diarsipkan. 5. Pelaporan narkotika Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma No. 42 dibuat setiap bulan meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
45
penggunaan bahan baku narkotika. Pelaporan narkotika menggunakan sistem online yang bernama SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). 6. Pemusnahan narkotika Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut: -
APA membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan atau tidak memenuhi syarat.
-
Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirim ke Balai Pengawas Obat dan Makanan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Balai POM akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
-
Setelah izin pemusnahan keluar, kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, AA, petugas Balai POM DKI Jakarta.
-
Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara Pemusnahan (BAP) yang berisi:
-
Hari, tanggal, bulan, tahun, alasan dan tempat dilakuka pemusnahan.
Identitas lengkap APA.
Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari Apotek.
Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
Cara pemusnahan.
Nama dan tanda tangan APA dan saksi.
Selanjutnya berita acara tersebut dikirim kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dengan tembusan kepada:
Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Kepala Kantor Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Penanggung jawab obat narkotika PT. Kimia Farma Tbk.
Arsip apotek.
b. Pengelolaan Psikotropika 1. Pemesanan psikotropika Pemesanan obat psikotropika Apotek KF No. 42 dilakukan oleh bagian pembelian, menggunakan SP psikotropika yang telah ditandatangani oleh APA
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
46
dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, nomor SIA, dan stempel apotek. Surat pesanan psikotropika selanjutnya dikirim ke BM Jaya I. Setiap SP dapat berlaku untuk lebih dari 1 item psikotropika dan dibuat dua rangkap untuk distributor dan sebagai arsip Apotek. 2. Penyimpanan psikotropika Sampai saat ini penyimpanan obat psikotropika belum mempunyai peraturan khusus, tetapi karena obat-obatan ini memiliki kecenderungan untuk disalahgunakan, maka untuk penyimpanannya perlu dipisahkan dengan obat lainnya. Apotek Kimia Farma No. 42 mempunyai rak khusus untuk menyimpan obat golongan psikotropika dan disusun secara alfabetis sehingga memudahkan untuk mencari obat yang dibutuhkan. Obat psikotropik disimpan dalam lemari kayu, tidak harus terkunci dan juga tersedia kartu stok. 3. Pelayanan psikotropika Pelayanan psikotropika Apotek Kimia Farma No.42 sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu melayani resep psikotropika dari resep asli dari dokter. 4. Pelaporan psikotropika Pelaporan psikotropika juga dilakukan secara online menggunakan SIPNAP. 5. Pemusnahan psikotropika Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan narkotika. 3.4.5.2 Kegiatan non Teknis Kefarmasian Kegiatan non teknis kefarmasian yang dilakukan oleh Apotek Kimia Farma No. 42 berupa pencatatan administrasi harian (pembuatan laporan). Pembuatan laporan harian meliputi laporan penjualan tunai maupun kredit, laporan piutang, hutang dagang, serta penyerahan bukti administrasi ke BM 1) Administrasi Resep Administrasi ini berupa pencatatan data pasien, penyimpanan resep, pembuatan kwitansi, salinan resep, pelaporan resep narkotika dan psikotropika serta pengarsipannya. 2) Administrasi Non Resep
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
47
3) Administrasi keuangan a. Bukti Setoran Kas (BSK) Dibuat oleh kasir sebagai tanda terima atas hasil penjualan tunai pada tiap shift dan bukti setoran kas ini divalidasi dan dicetak oleh MAP (Manager Apotek Pelayanan). b. Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk pembayaran tunai. Laporan ini memberikan informasi jumlah penjualan OTC, UPDS, HV, debit dan tunai. Laporan ini dibuat dan divalidasi oleh APA. Khusus untuk laporan konsinyasi, dibuat terpisah dan dicetak per supplier serta direkap tiap bulan. c. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK) Berupa laporan realisasi penggunaan dana kas kecil, laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas kecil (petty cash) untuk keperluan operasional apotek, misalnya untuk pembayaran listrik, air, bensin, keamanan, A.T.K dan lain-lain. Laporan ini dibuat oleh bagian administrasi yang ditunjuk dan diketahui oleh APA. 4) Administrasi barang Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen pembelian (faktur pembelian), defekta, BPBA, Surat Pesanan (terutama narkotika dan psikotropika), kartu stok, laporan stock opname, dan lain-lain. 5) Administrasi SDM Kegiatan SDM meliputi tata tertib pegawai, absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, perhitungan lembur, pengaturan jadwal kerja, tunjangan dan lain-lain. 3.5 Cara Pelayanan Farmasi yang Baik Peranan apoteker dalam penerapan CPFB di Apotek Kimia Farma No. 42: a. Peningkatan kesehatan, pencegahan sakit, dan pencapaian tujuan pengobatan b. Aktivitas yang berhubungan dengan pasokan dan penggunaan obat/produk kesehatan lainnya. Aktivitas ini dilakukan dalam pengelolaan apotek yang meliputi kegiatan teknis kefarmasian.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
48
c. Aktivitas yang berkaitan dengan swamedikasi, termasuk pemberian saran tentang penggunaan dan pemilihan obat untuk gejala-gejala yang dapat diobati. Apotek Kimia Farma No. 42 membantu pasien dalam melakukan swamedikasi, dimana pasien yang datang dengan keluhan ringan seperti batuk, pilek, demam, sakit kepala, maag, gatal-gatal hingga iritasi ringan pada mata. Untuk membantu pasien dalam swamedikasi, Apoteker mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien terkait dengan keluhan yang dialami pasien, seperti lama gejala yang dialami, histroris penyakit, pengobatan yang sudah dilakukan baik menggunakan terapi obat maupun terapi tanpa obat termasuk penggunaan herbal, dan obat yang biasa/pernah digunakan dalam penanganan gejala tersebut. Jika sudah diketahui kemungkinan penyebab gejala/ penyakit tersebut maka apoteker menyarankan untuk menangani gejala/penyakit tersebut dengan pemberian obat-obatan yang aman untuk digunakan (obat golongan bebas, obat yang pernah digunakan dalam penanganan gejala sebelumnya), bila gejala/penyakit tersebut dianggap serius maka apoteker menyarankan untuk segera menghubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. d. Aktivitas yang dapat mempengaruhi peresepan dan penggunaan obat, berupa kontrol rasionalitas penggunaan, berupa screening resep untuk mengetahui kerasionalan peresapan sehingga tidak terjadi Masalah yang Terkait dengan Pengobatan. Screening resep dilakukan menggunakan form skrining Kimia Farma Apotek yang dibuat berdasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/2004 Penerapan CPFB dalam Swamedikasi dan konseling melalui Komunikasi, pemberian Informasi, dan Edukasi kepada pasien maupun tenaga kesehatan lain mengenai obat dan pengobatan. Komunikasi dengan pasien dilakukan secara aktif untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan obat dan kesalahan penggunaan obat oleh
masyarakat.
Pemberian
informasi
dilakukan
untuk
meningkatkan
pengetahuan dan pencegahan kesalahan dalam pemilihan dan penggunaan obat serta untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Selain itu, apoteker juga ikut memberikan pengetahuan mengenai kesehatan baik kepada pasien, masyarakat luas maupun kepada calon tenaga kesehatan.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
Apotek merupakan suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Selain itu apotek juga merupakan suatu bisnis ritel yang berorientasi untuk mendapatkan keuntungan.Bagi bisnis ritel, penentuan lokasi merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhitungkan kembali melalui studi dan riset. Beberapa hal yang secara umum dapat mempengaruhi kelangsungan bisnis ritel, terutama untuk menarik pengunjung datang ke apotek, antara lain adalah kemudahan transportasi mencapai lokasi, keamanan dan kenyamanan parkir kendaraan, dan daur hidup lokasi. Berdasarkan kriteria tersebut, lokasi Apotek Kimia Farma No. 42 sudah sesuai, selain itu keberadaan apotek di sekitar pusat perbelanjaan dapat menarik perhatian pengunjung sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan ke apotek, yang berdampak pada peningkatan jumlah penjualan produk dan pada akhirnya dapat meningkatkan omset penjualan. Selain lokasi, tata letak dan desain apotek juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Apotek Kimia Farma No. 42 memiliki tata letak ruang yang baik dan teratur. Dinding apotek terbuat dari kaca yang transparan sehingga kegiatan pelayanan kefarmasian dapat terlihat secara langsung oleh pasien. Hal ini dapat meningkatkan keyakinan pasien terhadap obat serta dapat meningkatkan kedisiplinan dan kebersihan petugas dalam meracik obat. Selain itu, Apotek Kimia Farma No.42 dilengkapi dengan fasilitas yang menunjang penyediaan layanan yang baik, seperti ruang tunggu pasien yang cukup bersih dan tenang yang dilengkapi dengan
penyejuk ruangan, alat penimbang berat badan,
pencahayaan yang cukup, lemari pendingin untuk menyimpan sediaan tertentu dan lemari yang terlindung dari paparan cahaya dan panas matahari. Swalayan farmasi menyediakan obat-obat bebas atau Over The Counter (OTC), suplemen makanan, susu, vitamin, minuman, alat kesehatan, kosmetik, perlengkapan mandi dan perlengkapan bayi, dimana obat di tata berdasarkan kategorinya agar memudahkan dalam pencarian. Selain itu, tata letak produk produk farmasi pada apotek kimia farma ini mengikuti pedoman Standard 49 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
50
Merchandise Display yang telah ditetapkan oleh Kimia Farma. Keberadaan swalayan farmasi ini bertujuan untuk menambah daya tarik bagi pasien yang menunggu dokter atau resep diselesaikan serta menambah omset apotek. Pada pelayanan swalayan farmasi, keterangan harga yang dicantumkan belum sesuai dengan barang yang ada atau belum dipebaharui sesuai dengan harga terbaru sehingga akan mempersulit konsumen ketika ingin membeli suatu barang dikarenakan konsumen harus bertanya terlebih dahulu kepada kasir tentang harga barang yang ingin dibeli sehingga menjadi tidak efisien, terutama jika kondisi apotek sedang ramai. Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma disusun sesuai dengan bentuk sediaan, farmakologi dan suhu penyimpanan serta disusun secara alfabetis. Penyusunan farmakologi-alfabetis sering menimbulkan kesulitan bagi pegawai apotek ketika mencari obat yang diminta dalam resep dokter. Kesulitan tersebut dikarenakan pegawai apotek tidak seluruhnya menguasai nama merk dagang obat yang diproduksi oleh tiap industri obat atau kelompok farmakologi dari obat tersebut. Obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang memiliki dua pintu dengan kunci ganda. Suppositoria, ovula, insulin, dan injeksi khusus yang tidak stabil dalam suhu ruangan disimpan dalam lemari es. Obat-obat yang biasa digunakan untuk obat racikan diletakkan dilemari dekat dengan meja peracikan dan tempat penimbangan. Tempat sampah berada di dekat ruang peracikan, dibedakan atas sampah basah dan sampah kering. Ukuran ruang peracikan yang kurang besar dan cenderung sempit serta terletak di antara pintu masuk pegawai dari luar dan ruangan apotek menyebabkan saat peracikan, dapat terjadi tingginya kontaminasi terhadap obat yang sedang diracik dan suasana saat peracikan menjadi kurang kondusif (tenang). Selain apotek, hal penting yang harus diperhatikan adalah kompetensi apoteker yang menjalankan profesi di apotek. Kompetensi apoteker didasarkan pada Nine Stars Pharmacy yang dikeluarkan oleh WHO. Implementasi dari Nine Stars Pharmacy di Apotek Kimia Farma No. 42 dijabarkan pada Tabel 4.1.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
51
Tabel 4.1 Implementasi dari Nine Stars Pharmacy di Apotek Kimia Farma No. 42 Star
Implementasi
Care giver
Tenaga
Penjelasan
kefarmasian
di Apoteker sebagai care giver
Apotek Kimia Farma No. 42 dituntut
untuk
telah melakukan pengkajian memberikan
dapat pelayanan
terhadap resep yang datang kefarmasian yang terbaik dan memberikan informasi kepada setiap pasien. Hal ini obat atau konseling kepada terlihat pasien jika dibutuhkan
telah
terimplementasi
dengan
baik di Apotek Kimia Farma No. 42 dikarenakan telah adanya pemberian informasi obat terhadap resep yang datang atau konseling jika diperlukan oleh pasien. Decision maker
Adanya
pengambilan Dalam
menjalankan
keputusan yang dilakukan profesinya,
apoteker
harus
oleh apoteker di Apotek mampu mengambil keputusan, Kimia Farma No. 42 terkait baik dalam hal manajerial manajerial seperti apoteker maupun dalam hal pelayanan memiliki hak dalam memilih kepada pasien. Pada Apotek pemasok obat yang akan Kimia melakukan
kerja
Farma
No.
42,
sama pengambilan keputusan oleh
terkait pengadaan barang. apoteker telah terimplementasi Selain itu, apoteker di Kinia dengan baik. Hal ini dapat Farma
No.
melakukan keputusan
42
juga dilihat dari telah dilakukannya
pengambilan pengambilan keputusan terkait terkait
dengan manajerial maupun pelayanan
pelayanan kepada pasien, kefarmasian
kepada
pasien
Sebagai contoh ketika pasien sesuai kemampuan apoteker, tidak mampu membeli obat data
dan
yang ada dalam resep maka penunjang
informasi sehingga
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
52
apoteker dapat memberikan apoteker dapat memutuskan saran kepada pasien untuk tindakan yang paling tepat membeli obat dengan zat untuk dilakukan. aktif yang sama dengan harga yang lebih terjangkau seperti obat dengan merk dagang berbeda dari pabrik lain atau obat generik. Communicator
Apoteker di Apotek Kimia Seorang apoteker dituntut No
42
memberikan untuk
dapat
mampu
informasi obat secara tepat, berkomunikasi dengan baik lengkap dan jelas kepada dengan
pihak
ekstern
pasien yang membeli obat. (pasien atau customer) dan Selain
itu apoteker
juga pihak
intern
melakukan konseling kepada profesional pasien
tertentu
(tenaga kesehatan
yang lainnya). Pada Apotek Kimia
membutuhkan. Pada kasus- Farma No. 42, komunikasi kasus
tertentu,
apoteker yang tepat oleh apoteker telah
mendengarkan keluhan dan terimplementasi dengan baik. kebutuhan
pasien
yang Hal ini dapat terlihat pada
datang dengan masalah yang saat dialami selama pengobatan, pasien kemudian
apoteker
masalah
seperti
saat
menangani ingin ataupun pemberian
yang infomasi obat maupun pada
dialami oleh pasien selama saat menjalani
yang
dapat berswamedikasi
mengonfirmasikan ke dokter pada perihal
apoteker
konseling
dengan
pengobatan, pasien, apoteker di Apotek
penggantian
obat Kimia No 42 berkomunikasi
karena menimbulkan efek secara baik dengan pasien. yang tidak diinginkan. Selain Selain
itu
seringnya
itu, apoteker juga sering komunikasi yang dilakukan melakukan
komunikasi antara apoteker dan tenaga
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
53
dengan tenaga kefarmasian kefarmasian lainnya dalam lainnya di apotek perihal rangka pelayanan
rutin
peningkatan
pelayanan
maupun kefarmasian di apotek juga pelayanan telah menunjukkan bahwa
kefarmasian apotek.
komunikasi
tidak
hanya
dilakukan apoteker terhadap pasien
(pihak
eksternal)
namun juga terhadap pihak internal (tenaga profesional apotek lainnya) Leader
Apotek Kimia Farma No. 42 Seorang bertindak
sebagai
pelayanan
apoteker
apotek menjalankan dimana harus
profesinya
mampu
apotekernya berperan dalam seorang
menjadi
pemimpin
memberikan kebijakan yang apotek.
Hal
ini
harus dipatuhi oleh tenaga dilihat
pelayanan baik
kefarmasian,
di dapat telah
profesional apotek lainnya terimplementasi terkait
dalam
oleh
dengan
apoteker
di
penanganan Apotek Kimia Farma No.
SDM, maupun pengelolaan 42. Apoteker telah menjadi apotek
seperti
menangani
dalam orang yang terdepan di
pembelian
pengadaan
/ apotek, bertanggung jawab
barang, dalam pengelolaan apotek
penyimpanan
barang
administrasi
di
tersebut.
dan mulai
dari
manajemen
apotek pengadaan, administrasi, SDM
serta
jawab
pelayanan, manajemen bertanggung
penuh
dalam
kelangsungan hidup apotek. Manager
Apoteker di Apotek Kimia Sebagai pengelola apotek, Farma No. 42 mengatur apoteker sumber
daya
harus
memiliki
manusia kompetensi yang baik di
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
54
dengan
mengawasi bidang
penegakkan
manajerial.
implementasi Apotek Kimia Farma No. 42,
kebijakan
yang
telah kompetensi apoteker terkait
ditetapkan,
seperti manajerial
pemberian
Pada
greetings
telah
oleh terimplementasi dengan baik.
setiap tenaga kefarmasian di Hal ini dapat dilihat dari telah apotek kepada setiap pasien dilakukannya yang
datang.
pengelolaan
Terkait manajemen
apotek,
pengelolaan apotek, apoteker pengelolaan tenaga kerja di Apotek Kimia Farma No. dan administrasi keuangan 42
melakukan
pembelian oleh apoteker. Apoteker di
barang secara teratur dan Apotek Kimia Farma No. sesuai
dengan
perusahaan, melakukan
kebijakan 42
telah
menunjukkan
selanjutnya kemampuan penyimpanan yang
manajerial
baik
dengan
obat sesuai ketentuan. Selain menjalankan prinsip-prinsip itu,
apoteker
di
Apotek manajemen secara tepat.
Kimia Farma No. 42 juga mengevaluasi administrasi di apotek seperti melakukan pengecekan
laporan
keuangan harian / bulanan. Life long learner
Baik APA maupun Aping di life long learner atau dalam Apotek Kimia Farma No. 42 pengertiannya secara
adalah
aktif
mengikuti pembelajar sepanjang masa,
perkembangan
informasi menuntut seorang apoteker
kesehatan dan kefarmasian untuk memiliki komitmen yang terbaru baik melalui belajar
sepanjang
masa,
internet, pergaulan sesama dimulai ketika masih di profesional
kesehatan bangku
lainnya
atau
mengikuti ketika telah terjun langsung
seminar
secara
langsung dalam
kuliah
maupun
melaksanakan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
55
yang
terkait
dengan pekerjaan kefarmasian di
kesehatan dan kefarmasian, masyarakat. Hal ini telah maupun perbaruan peraturan terimplementasikan dengan dan
perundang-undangan baik oleh APA maupun
tentang
kesehatan
dan Aping di Apotek Kimia
pekerjaan farmasi.
Farma No. 42, dengan selalu meng-update kefarmasian baik
pengetahuan secara
melalui
aktif
internet,
pergaulan, atau mengikuti seminar secara langsung Teacher
Di Apotek Kimia Farma, Salah satu kompetensi yang terdapat
kebijakan
malaksanakan
untuk harus dimiliki oleh seorang morning apoteker
adalah
mampu
meeting dimana APA atau berperan menjadi seorang Aping
akan memperbarui pengajar,
pengetahuan AA juru
resep
maupun rekan
tentang
ilmu apoteker
baik
terhadap
sesama
profesi
maupun kepada
pengobatan dan kefarmasian asisten yang berperan besar serta
meningkatkan membantu jalannya suatu
keterampilan.
Selain
itu, apotek. Apoteker di Apotek
Apotek Kimia Farma No. 42, Kimia Farma No. 42, telah menjadi training
tempat AA
untuk memiliki
yang
kompetensi
ini
baru dimana dapat dilihat dari
direkrut. Pada kesempatan tanggung jawab APA atau ini, seorang apoteker juga Aping untuk mengajari AA dapat
menambah yang baru direkrut baik
pengetahuannya sendiri dan dalam hal pelayanan resep,
Researcher
menyempurnakan
peracikan maupun kegiatan
kekurangan-kekurangan
administrasi apotek
dalam pelayanan.
menjadi tugas seorang AA.
yang
Kompetensi sebagai seorang Kompetensi ini telah terlihat
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
56
peneliti harus dimiliki oleh di Apotek Kimia Farma No. seorang apoteker. Menjadi 42, seorang
peneliti,
dimana
salah
tidak pertimbangan
dalam
selamanya harus berkutat di melakukan laboratorium,
musim
dan
pelayanan hubungannya
kefarmasian,
dengan
seorang epidemiologi penyakit yang
apoteker juga dapat meneliti. sedang Dimana,
pengadaan
dalam adalah
memberikan
satu
penelitian
berkembang
dapat masyarakat.
di
Contohnya,
berupa pencarian informasi pada saat bulan Ramadhan, terhadap perkembangan obat kebutuhan akan obat mag terbaru,
yang
efek lebih
banyak,
sehingga
sampingnya lebih sedikit dan untuk pengadaannya dibuat lebih mampu bekerja pada berlebih untuk mencegah sasaran sehingga memberkan kekosongan stok. Dengan pengobatan
yang
lebih cara ini, kompetensi seorang
efektif. Selain itu, sebagai apoteker peneliti, seorang apoteker tetap juga
dapat
sebagai
dapat
mengamati sejalan
peneliti
dilaksanakan
dengan
tetap
kebutuhan masyarakat akan dilaksanakannya pekerjaan obat tertentu terkait musim kefarmasian. dan kejadian penyakit yang berkembang.
Dari
sinilah
dapat dilakukan pengadaan obat
yang
banyak
dibutuhkan masyarakat pada musim tersebut Entrepreneur
Seorang apoteker diharapkan Apotek kimia Farma No. 42 untuk
mampu
membuka merupakan
salah
satu
lapangan pekerjaan untuk apotek pelayanan dengan membantu mensejahterakan induk yaitu PT Kimia Farma masyarakat. Hal ini dapat Apotek. PT Kimia Farma
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
57
dilakukan dengan pendirian Apotek
secara
apotek baru, dimana dapat memperbesar menyerap tenaga kerja
aktif
jaringannya
dengan pembukaan cabang apotek
baru.
Dengan
pembukaan cabang apotek baru ini, diharapkan mampu menyerap sehingga
tenaga
kerja
kompetensi
apoteker sebagai pembuka lapangan kerja baru telah terpenuhi.
Dalam hal pelayanan kefarmasian, Apotek Kimia Farma No. 42 melakukan pelayanan dengan menerapkan Cara Pelayanan Farmasi yang Baik. Penerapan CPFB dilakukan dengan melayani pelayanan resep tunai, swamedikasi atau UPDS (Upaya Pengobatan Diri Sendiri), pembelian partai besar (Enggro) dan layanan antar obat/resep yang dipesan (delivery). Pelayanan resep dan Enggro dilakukan secara tunai maupun kredit. Resep tunai adalah resep yang langsung dibayar secara langsung atau tunai. Resep tunai berasal dari resep dokter praktek maupun dokter di rumah sakit. Bila obat yang dibutuhkan tidak tersedia, petugas apotek segera mencari ke Apotek Kimia Farma lainnya yang terdekat. Petugas akan membuat copy resep, bila obat yang dibutuhkan tidak bisa didapatkan. Resep kredit adalah resep yang dibayar secara kredit setiap transaksi akan didata untuk diklaim setiap bulannya kepada instansi yang melakukan kerjasama dengan Apotek Kimia Farma No.42 seperti Jamsostek, Askes, Inhealth, PLN. Adanya permintaan resep kredit yang berasal dari beberapa instansi tersebut tentunya dapat meningkatkan omset dari apotek pelayanan. Kerjasama ini tentunya didasarkan atas kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya. Kelebihan dari adanya bentuk kerjasama ini biasanya terdapat pada kelonggaran waktu piutang yang ditawarkan oleh pihak apotek pelayanan (atau bisnis Manajer) kepada pihak perusahaan yang bersangkutan. Pemakaian obat untuk resep kredit
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
58
di input dan dikirim ke instansi yang bersangkutan untuk mendapatkan pembayaran piutang. Penerapan CPFB pada Apotek Kimia Farma No. 42 dilakukan dalam komunikasi, informasi, dan edukasi pada saat menangani swamedikasi dan konseling. Apotek Kimia Farma No. 42 banyak memberikan pelayanan swamedikasi atau Upaya Pengobatan Diri Sendiri (UPDS). Pelayanan UPDS ditunjang dengan penyediaan obat-obatan serta alat penunjang kesehatan yang terdapat pada swalayan farmasi. Barang farmasi tersebut dikategorikan ke dalam hair care, personal care, oral care, obat tradisional, vitamin, obat, dan first aid, dimana pasien dapat memilih kebutuhan akan kesehatannya dan apoteker dapat memberikan saran dalam pelayanan swamedikasi pasien. Komunikasi dengan pasien dilakukan secara aktif untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan obat dan kesalahan penggunaan obat oleh masyarakat. Ketika pasien datang dengan keluhan penyakit dan bertanya kepada petugas apotek yang ada maka petugas apotek dapat menanyakan lebih dalam mengenai keadaan pasien, apa yang pasien rasakan, dan sudah berapa lama pasien mengalami rasa tersebut sehingga pada akhirnya dapat membantu pasien memilih obat atau alat kesehatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Selain membantu pasien untuk menangani masalah kesehatan yang dialami, apoteker juga aktif dalam upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat. Upaya pencegahan tersebut dilakukan dengan meminta alamat dan nomor telepon pasien yang dapat dihubungi. Dengan demikian, apoteker dapat memonitor keadaan pasien selama pengobatan dan ketika terjadi kesalahan pemberian obat maka pasien dapat segera dihubungi. Peranan Apoteker dalam Komunikasi, Informasi, dan Edukasi dilakukan dengan Pelayanan UPDS yang optimal oleh Apoteker. Pelaksanaan KIE dapat menjadikan profesi ini lebih dikenal dan dipercaya sebagai rujukan dalam pemilihan dan pemberian infomasi mengenai sediaan farmasi dan alkes. Selain itu, peran Apoteker dalam UPDS diharapkan dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam informasi obat baik kesalahan pemilihan ataupun penggunaan obat oleh pasien karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki pegawai apotek selain Apoteker. Tetapi, pada kenyataannya hal ini sulit dilakukan karena beban
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
59
kerja seorang Apoteker bukan hanya melayani pasien secara teknis tetapi apoteker memiliki tanggung jawab penuh dalam melakukan manajerial apotek. Selain apotek dan apoteker, hal lain yang krusial bagi perkembangan apotek adalah pengelolaan apotek. Pengelolaan apotek terdiri dari pengadaan barang, penyimpanan barang dan pelaporan untuk obat psikotropika dan narkotika. Kegiatan pengadaan barang di apotek mengikuti sistem yang telah diterapkan oleh PT Kimia Farma Apotek dimana pemesanan dan pembelian barang dari tiap outlet dilakukan melalui Bisnis Manajer (BM). Setelah dilakukan pembelian secara terpusat oleh Bisnis Manajer Jaya I, kemudian barang-barang tersebut akan disalurkan ke apotek pelayanan yang termasuk dalam lingkupnya. Terpusatnya pemesanan dan pembelian oleh BM Jaya I menyebabkan Apotek Kimia Farma No. 42 hanya membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang kemudian akan ditransfer ke BM. Jika barang tersedia di gudang BM, maka akan langsung dikirim ke apotek beserta bukti dropping-nya. Setelah barang yang dipesan ke BM sampai di apotek, dilakukan pemeriksaan dan penyesuaian terhadap barang berdasarkan bukti dropping yang diterima baik nama, jumlah, kekuatan dan volume (jika ada), keadaan fisik barang, maupun tanggal kadaluwarsanya. Kemudian barang ditempatkan sesuai pada tempatnya dan langsung dicatat jumlahnya ke dalam kartu stok masing-masing barang. Apabila barang yang dipesan oleh apotek tidak ada di BM, maka BM akan melakukan pemesanan ke PBF. Untuk jumlah pemesanan barang dalam jumlah besar maka dari PBF akan langsung dikirim ke BM dan dari BM akan langsung dikirim ke apotek. Jika karena keadaan tertentu terdapat kekosongan barang, maka apotek dapat melakukan pengadaan barang dengan cara meminta barang antar Apotek Kimia Farma, kemudian apotek kimia farma yang memberikan barang ke apotek kimia farma lainnya harus mengisi data di kolom penyerahan barang (dropping) di kimia farma information system dan melampirkan print out dropping tersebut pada barang yang diberikan. Pemberian barang dari satu kimia farma ke kimia farma lain dapat dilakukan baik dalam satu wilayah ataupun antar wilayah bisnis Manajer. Jika pada apotek kimia farma lain tidak tersedia obat yang dicari dan kondisinya sangat mendesak, maka apotek kimia farma dapat
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
60
membeli barang dari apotek lain di luar jaringan Apotek Kimia Farma, tetapi jumlah obat yang dibeli hanya sebanyak permintaan saja. Kegiatan penyimpanan dan pengeluaran barang di Apotek Kimia Farma No. 42 dilakukan berdasarkan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) untuk menghindari barang rusak karena kadaluwarsa. Pengeluaran barang berdasarkan FIFO artinya barang yang pertama kali masuk akan dikeluarkan pertama kali dan FEFO artinya barang dengan masa kadaluwarsa lebih awal akan dikeluarkan lebih dahulu sehingga mencegah obat rusak atau kadaluwarsa. Tiap obat dimasukkan ke dalam sebuah kotak yang disusun secara rapi di dalam rak penyimpanan dan diberi nama obat, dosis dan label berwarna yang menunjukkan tahun kadaluarsa. Tiap kotak obat dilengkapi dengan kartu stok untuk mencatat keluar masuknya barang. Stock opname barang dilakukan untuk mengecek kesesuaian antara stok fisik dengan catatan yang ada baik pada kartu stok maupun sistem serta mengecek barang-barang yang rusak atau kadaluarsa. Stock opname ini dilakukan sekali dalam tiga bulan. Dengan demikian kesalahan dan kehilangan serta kerusakan dan kadaluwarsa barang di apotek dapat terdeteksi sedini mungkin. Kegiatan pelaporan psikotropika dan narkotikadi KF 42 dilakukan dengan menggunakan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) secara online. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dari unit layanan (puskesmas, rumah sakit dan apotek) ke dinas kesehatan kabupaten/ kota dengan menggunakan pelaporan elektronik
selanjutnya dinas kesehatan
kabupaten/ kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes Provinsi dan Ditjen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan a. Calon apoteker mendapatkan pengalaman praktis mengenai pekerjaan kefarmasian yang meliputi pelayanan kefarmasian dengan mengamati secara langsung kegiatan rutin, manajemen dan pelayanan kesehatan serta pengadaan barang dengan mengamati alur pemesanan dan penyerahan barang di Apotek Kimia Farma No. 42. b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) secara langsung bertugas sebagai manajer sekaligus melakukan pelayanan kefarmasian. Selain itu, APA juga berperan dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek, serta melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian terhadap semua komponen yang ada di apotek, disamping melaksanakan fungsinya sebagai seorang apoteker untuk menjamin penggunaan obat yang rasional. 5.2 Saran a. Untuk mencegah kekosongan barang yang meningkatkan resiko penolakan resep maka pengelolaan persediaan barang harus diutamakan dengan mengontrol kartu stok secara ketat. b. Tata letak ruang racik sebaiknya tidak berada di lorong antara ruang penyimpanan obat dan ruang makan. c. Diberikan pengarahan kepada petugas peracikan akan pentingnya menjaga kesehatan selama dalam waktu bekerja misalnya selama proses peracikan hendaknya petugas menggunakan masker dan jas laboratorium. d. Kebersihan fasilitas apotek perlu diperhatikan termasuk kebersihan toilet dan mushola, dengan membersihkan secara periodik untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. e. Sebaiknya, dilakukan pendataan tanggal kadaluarsa setiap sediaan obat baik OTC maupun ethical untuk mencegah timbulnya resiko yang tidak diinginkan,
61
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Departemen Kesehatan RI. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta.
No.
Departemen Kesehatan RI. (1980). Apotek Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 1980. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1993). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 919/Menkes/Per/X/1993 tentang Kriteria Obat yang dapat Diserahkan tanpa Resep. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan No. 992 Tahun 1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI (1997). Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Ijin Apotek. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2004). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004.Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.(2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan RI. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004.Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
62 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
63
Pemerintah Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek. Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia Pemerintah Republik Indonesia. (1997). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tentang Psikotropika. Jakarta : Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia .(2009).Undang-Undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah RI. (2009) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. PT
Kimia Farma Tbk. (2012a). Sejarah. http://www.kimiafarma.co.id/?page=general&id=0_0_0#. [Diunduh pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 11.07].
PT
Kimia Farma Tbk. (2012b). Visi dan Perusahaan.http://www.kimiafarma.co.id/?page=general&id=0_2. [Diunduh pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 11.27].
PT
Kimia Farma Apotek.(2012). Dewan Direksi.http://www.kimiafarmaapotek.com/index.php?option=com_conten t&task=view&id=377&Itemid=44 [Diunduh pada tanggal 14 Mei 2014 pukul 11.47].
Misi
Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Farmasi. Jakarta : Wira Putra Kencana.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
64
Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek
PT. KIMIA FARMA APOTEK Direktur Utama
Direktur Operasional
Direktur Keuangan dan SDM Manager KFA
BM I
BM II
BM III, dst
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
65
Lampiran 2. Struktur Organisasi Unit Bisnis Manajer Jaya I
BISNIS MANAGER JAYA I
LOGISTIK DAN PENGADAAN
APOTEK PELAYANAN I
ADMINISTRASI DAN KEUANGAN
APOTEK PELAYANAN II
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
APOTEK PELAYANAN III, dst
66
Lampiran 3. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma No. 42
BISNIS MANAJER JAYA 1
MANAJER APOTEK PELAYANAN (APA)
APOTEKER PENDAMPING SUPERVISOR
KORDINATOR LAYANAN SORE
KOORDINATOR LAYANAN PAGI
RESEP ASISTEN APOTEKER
KOORDINATOR LAYANAN MALAM
SWALAYAN
PETUGAS SWALAYAN
JURU RESEP
ADMINISTRASI
KASIR
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
67 Lampiran 4. Denah Lokasi Apotek Kimia Farma No. 42
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
68 Lampiran 5. Lay out Apotek Kimia Farma No. 42
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
69 (lanjutan)
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
70 (lanjutan)
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
71 Lampiran 6. Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
72 Lampiran 7. Dokumen Dropping Barang dari BM
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
73 Lampiran 8. Dokumen Dropping Barang antar Apotek Kimia Farma
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
74 Lampiran 9. Alur Pelayanan Penerimaan Resep
Penerimaan Resep
Resep Tunai
Resep Kredit
Skrining resep dan Pemberian Harga .
Pemeriksaan kelengkapan resep & administrasi
Pasien membayar di kasir dan diberi nomor resep.
Resep diberi nomor & harga, dibayar dengan syarat sesuai perjanjian kerja sama.
Bagian peracikan & penyiapan obat.
Obat racikan diracik & obat jadi disiapkan.
Pemberian etiket & pemeriksaan.
Penyerahan obat Obat diterima oleh pasien/pelanggan diberi informasi obat dan konseling.
Resep disimpan oleh petugas
Resep disimpan oleh Petugas Proses Penagihan yang dilakukan setiap bulan.
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
75 Lampiran 10. Alur Pengadaan Barang
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
76 Lampiran 11. Surat Pesanan Narkotika
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
77 Lampiran12. Laporan Penggunaan Sediaan Jadi Narkotika
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
78 Lampiran 13. Berita Acara Pemusnahan Narkotika
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
79 Lampiran 14. Surat Pesanan Psikotropika
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
80 Lampiran 15. Salinan Resep / Copy Resep
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
81 Lampiran 16. Etiket dan Label
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
82 Lampiran 17. Form Skrining Resep
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
83 Lampiran 18. Form PMR (Patient Medication Record)
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
84 Lampiran 19. Form Swamedikasi
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN APOTEK KIMIA FARMA AMPERA RAYA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DINNY CHAIRUNISA 1306343504
ANGKATAN LXXVIII
PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JUNI 2014
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................iii DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Tujuan .......................................................................................................... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3 2.1 Proses Pembuatan Studi Kelayakan ............................................................... 3 2.1.1 Penemuan Gagasan............................................................................... 3 2.1.2 Evaluasi................................................................................................ 4 2.1.3 Rencana Pelaksanaan............................................................................ 6 2.1.4 Pelaksanaan .......................................................................................... 6 2.2Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan ........................................................ 6 2.2.1 Penilaian Aspek Manajemen ................................................................. 6 2.2.2 Penilaian Aspek Pasar .......................................................................... 8 2.2.3 Penilaian Aspek Keuangan ................................................................ 10 2.3 Analisis Break Event Point ...........................................................................12 BAB 3. METODE PELAKSANAAN ............................................................. 15 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................. 15 3.2 Metode Pelaksanaan .................................................................................... 15 BAB 4. HASIL STUDI KELAYAKAN DAN PEMBAHASAN ................... 16 4.1Hasil Studi Kelayakan Apotek Kimia Farma Ampera Raya .......................... 16 4.1.1 Aspek Teknis ..................................................................................... 16 4.1.2 Aspek Pasar ....................................................................................... 19 4.1.3 Analisis Manajemen .......................................................................... 19 4.1.4 Aspek Keuangan ............................................................................... 20 4.1.5 Penilaian dengan Analisis IRR ........................................................... 26 4.1.6 Analisis BEP ..................................................................................... 27 4.2 Pembahasan ................................................................................................ 28 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 29 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 29 5.2 Saran .......................................................................................................... 29 DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 30 LAMPIRAN .................................................................................................... 31
ii Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Titik BEP ..................................................................................... 14 Gambar 4.1 Ruko yang akan Dijadikan Apotek Kimia Farma Ampera Raya .... 19
iii Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Total Transaksi Penjualan 15 Apotek di wilayah BM Jaya I Periode Januari – Februari 2014 ..................................................... 20 Tabel 4.2 Potensi Pasar per Bulan Kelurahan Cilandak Timur ....................... 21 Tabel 4.3 Potensi Pasar per Bulan Kelurahan Bangka .................................... 21 Tabel 4.4 Potensi Pasar per Bulan Kelurahan Ragunan .................................. 21 Tabel 4.5 Potensi Pasar per Bulan Kelurahan Pejaten Barat ........................... 22 Tabel 4.6 Total Potensi Pasar per Bulan Apotek Kimia Farma Ampera Raya . 22 Tabel 4.7 Potensi Demografis Berdasarkan Indikator Keluhan Kesehatan....... 23 Tabel 4.8 Potensi Demografis Berdasarkan Indikator Swamedikasi ................ 23 Tabel 4.9 Potensi Demografis Berdasarkan Indikator Rawat Jalan .................. 23 Tabel 4.10 Potensi Demografis Berdasarkan Indikator Rawat Inap ................... 23 Tabel 4.11 Potensi Demografis Apotek Kimia Farma Ampera Raya ................ 24 Tabel 4.12 Target Omset per Bulan dan per Tahun ......................................... 24 Tabel 4.13 Rincian Biaya Administrasi per Tahun ........................................... 25 Tabel 4.14 Analisa Laba Rugi ......................................................................... 26 Tabel 4.15 Cash Inflow df1 = 25% .................................................................. 26 Tabel 4.16 Cash Inflow df2 = 35% .................................................................. 27
iv Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lokasi dan Bangunan Apotek Kimia Farma Ampera Raya ......... 31 Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma Ampera Raya ............. 32 Lampiran 3. Rincian Dana Investasi yang Dibutuhkan .................................... 33 Lampiran 4. Komposisi Penjualan Apotek Kimia Farma Ampera Raya ………35 Lampiran 5. Jalur Ritel Obat di Indonesia ....................................................... 39 Lampiran 6. Perhitungan Target Omset Kimia Farma Ampera Raya dari Transaksi UPDS ……………………………………..………….. 40 Lampiran 7. Perhitungan Target Omset Kimia Farma Ampera Raya dari Transaksi OTC ……………………………………………………41 Lampirn 8. Perhitungan Target Omset Kimia Farma Ampera Raya dari Transaksi OTC ……………………………………………………43
v Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Apotek merupakan suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian,
penyaluran perbekalan farmasi, dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.Selain fungsi tersebut, apotek juga merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya atau barang yang diperdagangkan terdiri dari perbekalan kefarmasian, yang meliputi obat dan bahan obat, serta perbekalan kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apotek mempunyai dua fungsi yaitu pelayanan kesehatan dan bisnis atau perusahaan. Apotek adalah bisnis, sedangkan profesi apoteker sebagai penanggungjawabnya adalah bentuk pelayanan kesehatan. Atas dasar inilah, pendirian suatu apotek juga harus memerhatikan potensi bisnis di lokasi pendirian apotek. Oleh karena itu, untuk pembentukan suatu apotek, perlu dilakukan suatu penelitian terlebih dahulu untuk melihat kelayakan apotek tersebut untuk didirikan. Studi kelayakan apotek atau disebut juga analisis proyek apotek adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu apotek dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi ini pada dasarnya membahas berbagai konsep dasar yang berkaitan dengan keputusan dan proses pemilihan proyek apotek agar mampu memberikan manfaat ekonomis dan sosial sepanjang waktu. Studi kelayakan apotek merupakan metode penjajakan gagasan suatu proyek mengenai kemungkinan layak atau tidaknya untuk dilaksanakan. Studi ini dilakukan agar apoteker pengelola apotek dapat menentukan alokasi sumber daya (resources) perusahaan sebaik mungkin ke dalam setiap kegiatan usaha yang akan dijalankan dalam apotek untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan mengukur tingkat keuntungan sumber yang akan digunakan dalam menjalankan usaha apotek. Hasil studi kelayakan pada prinsipnya dapat digunakan untuk merintis usaha baru maupun dalam mengembangkan usaha yang sudah ada. Suatu usaha apotek yang dinyatakan layak dalam studi kelayakan belum tentu berhasil, karena keberhasilan apotek akan dipengaruhi oleh faktor eksternal
1 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
maupun internal apotek. Namun, apotek yang dalam studi kelayakan dinyatakan tidak layak, maka akan mengalami risiko rugi yang sangat besar sehingga sangat riskan bila dijalankan. Faktor internal adalah variabel yang dapat dikendalikan oleh apotek, seperti manajemen, SDM, pembelian, penjualan, dan keuangan, sedangkan faktor eksternal tidak dapat dikendalikan apotek dan berasal dari luar, misalnya pola pembelian dari pelanggan, perubahan gaya hidup, kondisi sosial masyarakat, dan peraturan pemerintah terkait apotek. Kimia Farma sebagai perusahaan yang bergerak di bidang apotek akan selalu memperluas bisnisnya melalui pembukaan cabang apotek baru. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, studi kelayakan adalah bagian dari perencanaan pendirian suatu apotek. Oleh karena itu, penulis diberi kesempatan untuk melakukan studi kelayakan untuk pendirian Kimia Farma Ampera Raya di Jalan Ampera Raya No. 75, Kemang, Kelurahan Ragunan, Jakarta Selatan. 1.2
Tujuan
Tujuan dari dilakukannya studi kelayakan pada PKPA ini adalah untuk: a. Mengetahui potensi pasar dan perkiraan omset penjualan dari apotek yang akan didirikan b. Menganalisis perhitungan penjualan untuk apotek dalam mencapai Break Event Poin (BEP), Return On Investment (ROI) dan Payback Period (PP) c. Menentukan kelayakan lokasi baru yang menjadi target pendirian Apotek Kimia Farma untuk didirikan.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Proses Pembuatan Studi Kelayakan Dalam membuat studi kelayakan pendirian suatu apotek, terdapat lima
tahapan berantai yang harus dilakukan, yaitu: Penemuan Gagasan, Penelitian Lapangan, Evaluasi, Rencana, Pelaksanaan. 2.1.1 Penemuan Gagasan Tahapan pertama yang dilakukan adalah penemuan gagasan. Gagasan merupakan pemikiran dari keinginan atau angan-angan yang akan dilaksanakan. Gagasan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Gagasan sesuai dengan angan-angan dan keinginan agar pelaksanaan gagasan tersebut tetap fokus dan memiliki visi dan misi yang jelas. (contohnya: pembukaan sebuah praktek bersama praktek dokter dalam pembuatan klinik sehingga harus pintar dalam pembagian tugas (profesi)). 2. Gagasan harus menguntungkan baik pihak pembuat gagasan maupun pihak lain yang akan bekerjasama. 3. Gagasan harus sesuai dengan sumber daya yang dimiliki 4. Gagasan sebisa mungkin aman dan beresiko kecil Gagasan dapat muncul atau dihasilkan melalui media cetak yang sesuai dengan bidang usaha dan profesi yang digeluti, contohnya media cetak untuk Apoteker di Indonesia adalah Medisina dari IAI. Gagasan juga dapat muncul melalui survei skala kecil yang secara personal dibuat untuk mendapatkan gagasan baru. Selain itu, gagasan dapat timbul melalui pengalaman kerja misalnya pada saat melihat suatu sistem dalam pekerjaan tidak berjalan dengan baik sehingga menimbulkan gagasan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Sumber gagasan lainnya dapat berasal dari diskusi dan pertukaran pikiran dengan rekan sejawat satu profesi maupun lain profesi sehingga dapat melihat dari berbagai sudut pandang yang akan menghasilkan suatu gagasan baru. Gagasan dapat muncul atau dihasilkan melalui media cetak yang sesuai dengan bidang usaha dan profesi yang digeluti, sebagai contoh media cetak untuk apoteker dan farmasis di Indonesia adalah Medisina dari IAI, atau yang berasal 3 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
dari Amerika seperti US Pharmacistm Pharmacy Times dan lain lain. Gagasan juga dapat muncul melalui survey skala kecil yang secara personal kita buat untuk mendapatkan gagasan-gagasan yang lain. Gagasan juga dapat muncul melalui pengalaman kerja misalnya pada saat melihat suatu sistem dalam pekerjaan kita tidak berjalan dengan baik sehingga menimbulkan gagasan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Dan yang terakhir adalah, gagasan dapat muncul melalui diskusi dan bertukar pikiran dengan rekan-rekan sejawat satu profesi maupun lain profesi. Hal ini membuka wawasan sudut pandang sehingga dapat melihat dari berbagai sudut pandang dan kacamata orang lain yang akan menghasilkan suatu gagasan. Setelah memutuskan gagasan apa yang diinginkan untuk dilakukan, tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan penelitian lapangan. Gagasan yang telah diputuskan atau didiskusikan akan memberikan gambaran prespektif usaha yang perlu dilanjuti dengan penelitian lapangan. Dalam melakukan penelitian lapangan dibutuhkan data-data berupa analisis data bisnis mengenai kondisi lingkungan eksternal (sesuai hasil survey), seperti nilai strategis sebuah lokasi harus sesuai fakta (kepadatan penduduk, tingkat ekonomi, daya beli, pelayanan kesehatan lain di sekitar lokasi), data kelas konsumen, peraturan yg berlaku dan tingkat persaingan di daerah tersebut. 2.1.2 Evaluasi Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian di lapangan, dapat dilakukan dengan cara: 1. Memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh, yang terdiri dari: a. Data lingkungan disekitar lokasi (faktor eksternal): apakah hasil analisis terhadap data eksternal yang ada saat ini memberikan gambaran yang baik atau tidak bagi perusahaan di masa mendatang, seperti: 1) Tipe konsumen yang akan dilayani (pemukiman, perkantoran) 2) Tingkat keuntungan yang akan diperoleh 3) Peraturan tentang pengembangan tata kota (pelebaran jalan) di lokasi yang ditetapkan 4) Kondisi keamanan di sekitar lokasi yang ditetapkan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
5
b. Data kemampuan sumber daya yang dimiliki (faktor internal): apakah sumber daya yang ada saat ini mempunyai kemampuan untuk merealisasi gagasan pada lokasi yang ditetapkan, seperti: 1) Kemampuan keuangan 2) Ketersediaan tenaga kerja 3) Ketersediaan produk 4) Kemampuan pengelolaan (manajemen) 2. Membuat usulan proyek, yang meliputi pendahuluam, analisis teknis, analisis pasar, analisis manajemen, dan analisis keuangan a. Pendahuluan, mengenai: 1) Latar belakang, munculnya gagasan 2) Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai dari rencana pelaksanaan suatu gagasan tersebut b. Analisis teknis, mengenai: 1) Peta lokasi dan lingkungan sekitarnya: • Lokasi-lokasi yang menjadi target pendirian apotek baru • Situasi lingkungan yang ada di sekitar lokasi yang menjadi target seperti: situasi fasilitas transportasi, jenis konsumen, jumlah praktik dokter, apotek pesaing 2) Desain interior dan eksterior: Warna, bentuk gedung, dan billboard harus dapat memberikan identitas tersendiri yang dapat membedakannya dengan apotek pesaing dan dapat menarik perhatian konsumen. Lingkungan fisik suatu apotek merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesuksesan. Rancangan dan suasana apotek, jasa yang diberikan, barang yang dipajang (over the counter) dan pembagian tempat untuk golongan barang, diperlukan agar apotek mendapat laba dalam operasionalnya. Dalam tingkat yang beragam, semua apotek bergantung pada konsumen yang berkunjung, dan keputusan untuk memasuki apotek bergantung pada kesan konsumen akan bagian luar apotek. Keunikan bagian depan apotek dan penggunaan pintu masuk yang unik dan kreatif, tanda-tanda khusus bagian luar, dapat membantu menciptakan kesan apotek yang menyenangkan. Beberapa hal yang menarik konsumen ke sebuah apotek mencakup perlengkapan tetap, tata Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
6
cahaya, bahan untuk lantai, tata warna, bau, suara, suhu, lebarnya lorong, kebersihan, moderinasi, bermacam-bermacam barang dagangan, pajangan harga dan pegawai. c. Analisis pasar d. Analisis manajemen e. Analisis keuangan 2.1.3 Rencana Pelaksanaan Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas: 1. Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja 2. Mengurus izin 3. Membangun dan merehabilitasi gedung 4. Merekrut karyawan 5. Menyiapkan barang dagangan dan sarana pendukung 6. Memulai operasional 2.1.4 Pelaksanaan Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan dibuat suatu format yang isinya mengenai: 1. Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan 2. Mencatat setiap penyimpanan 3. Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya 2.2
Aspek-Aspek Penilaian Studi Kelayakan
2.2.1 Penilaian Aspek Manajemen Penilaian terhadap aspek manajemen operasional antara lain dapat meliputi beberapa rencana: 1. Strategi manajemen Strategi manajemen yakni suatu strategi yang akan digunakan untuk mengubah kondisi yang ada saat ini (current condition) menjadi kondisi di saat yang akan datang (future condition) dalam suatu periode waktu tertentu.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
7
Strategi manajemen tersebut antara lain mengenai: a. Visi: cita-cita, yang akan dicapai oleh pendiri atau pemiliknya b. Misi: beban tugas utamanya c. Strategi: siasat untuk mencapai tujuan d. Program kerja: cara-cara untuk memperoleh sasaran e. Standar
Prosedur
Operasional
(SPO):
tata
cara
(langkah-langkah)
melaksanakan suatu kegiatan dan berlaku sebagai peraturan 2. Bentuk dan tata letak bangunan Dalam menetapkan bentuk dan tata letak bangunan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: a. Bentuk bangunan sebaiknya dapat menggambarkan: 1) Identitas perusahaan untuk membentuk opini konsumen 2) Nuansa (physical evident) baik interior ataupun eksterior sesuai dengan target konsumen yang akan dilayani 3) Kemudahan untuk dikembangkan b. Sistem tata letak (lay out) dapat memberi: 1) Kemudahan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian mutasi barang. 2) Kemudahan bagi konsumen untuk memperolehnya (untuk produk over the counter). 3) Estetika, rapi, teratur dan tersusun dengan baik. c. Kesesuaian dengan peraturan yang berlaku dan sifat barang.
Dalam
pengelolaan sediaan farmasi di apotek telah diatur oleh undang-undang dan adanya sifat obat yang mudah terpengaruh oleh lingkungan. Bentuk dan desain interior maupun eksterior apotek yang akan dibangun disesuaikan dengan target konsumen. Bentuk apotek dapat dibuat minimalis dan fasilitas tambahan tidak perlu jika tidak dibutuhkan. Untuk konsumen yang banyak membeli produk OTC dapat ditempatkan produk OTC lebih banyak dan mudah dilihat sehingga menunjukkan banyak variasi yang tersedia. 3. Jenis produk yang akan dijual Persediaan merupakan elemen penting dalarn perusahaan retail. Penilaian terhadap analisis produk yang akan dijual berkaitan dengan beberapa Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
8
hal yaitu : a. Target konsumen, bila target konsumennya masyarakat menengah-atas, maka barang yang dijual juga barang menengah-atas.Apabila kita sudah menetapkan untuk membuat apotek untuk masyarakat kelas menengah, maka jenis produk yang kita persiapkan adalah produk dengan harga yang dapat dijangkau, seperti obat-obat generik. Sebaliknya apabila kita menargetkan untuk masyarakat kelas atas, maka jenis produk yang ditawarkan dapat mengikuti selera masyarakatnya. Hal ini dikarenakan konsumen kelas atas tidak ragu membeli produk walaupun dengan harga yang cukup mahal. b. Jumlah dan jenis (lini, item) produk kebutuhan konsumen. Umumnya konsumen yang berasal dari kelas menengah-atas meminta perhatian yang lebih dari penjual. Karena itu, lini dan jumlah itemnya harus terisi agar kelengkapannya terjaga. Tersedianya produk fast moving dapat membangun opini publik bahwa barang dagangan yang ada di apotek tergolong lengkap. 2.2.2 Penilaian Aspek Pasar Dalam menilai aspek pasar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain yaitu : 1. Bentuk Pasar Bentuk pasar terdiri dari berbagai macam, antara lain dapat berupa: a. Persaingan sempurna : 1) Jumlah penjual dan konsumennya tidak terbatas 2) Harganya ditentukan oleh jumlah penawaran (supply) dan jumlah permintaan (demand). 3) Tidak ada hambatan masuk (entry barrier) Contoh: pasar industri, sembako, buah b. Persaingan monopolistis 1) Jumlah penjual dan konsumennya banyak 2) Harga ditentukan oleh promosi 3) Tidak ada entry barrier Contoh: pasar industri, restaurant, salon c. Monopoli, yaitu : 1) Hanya ada satu penjual, tidak ada pesaing. Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
9
2) Mempunyai posisi tawar yang dominant, sehingga dapat bertindak sebagai penentu harga (price maker). 3) Entry barriernya tinggi. Contoh: PLN, Telkom d. Oligopoli, yaitu : 1) Penjualnya sedikit 2) Harga ditentukan oleh kualitas produk, pelayanan, promosi 3) Entry barriernya tinggi Contoh: pasar industri otomotif, handphone 2. Potensi Pasar Potensi pasar adalah banyaknya pembeli di suatu wilayah yang memiliki uang dan keinginan untuk membelanjakannya (dikuantumkan dalam suatu mata uang). Cara mengukur potensi pasar (Q) antara lain dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah pembeli (n) dan harga rata-rata barang (P). Q=nxP
3. Target Pasar Target pasar adalah jenis konsumen yang akan dilayani atau yang akan menjadi sasaran pemasaran. Target pasar dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : a. Pasar individu (untuk keperluan perorangan), umumnya tunai, jumlah pembeliannya kecil, seperti anggota masyarakat. b. Pasar korporasi (untuk keperluan karyawan di suatu instansi), umumnya kredit, jumlah pembeliannya besar, seperti PLN. c. Pasar reseller (penjual) adalah pasar yang membeli barang atau jasa untuk dijual kembali, seperti grosir, dokter dispensing. Dalam suatu studi kelayakan, pemilihan target pasar akan mempengaruhi penyiapan pemilihan produk, pemilihan lokasi apotek, desain interior dan eksterior gedung, penampilan karyawan, dan kualitas pelayanan.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
10
2.2.3 Penilaian Aspek Keuangan 1. Pertimbangan untuk menilai aspek keuangan : a. Modal minimal Modal minimal merupakan modal minimum yang diperlukan untuk pengadaan sarana dan prasarana sebagai syarat untuk diperolehnya izin apotek. Modal minimal digunakan untuk tujuan pengadaan aktiva tetap, aktiva lancar, biaya awal yang dibutuhkan untuk pendirian dan kas yang berupa uang kontan baik di tangan maupun di bank dalam bentuk rekening yang sewaktu-waktu dapat digunakan. b. Jenis modal 1) Berdasarkan asal diperolehnya: Modal sendiri, yaitu modal yang tidak mempunyai jangka waktu pengembalian, contoh: modal milik Apoteker sendiri atau keluarga. Modal kredit, yaitu modal yang diperoleh dari pembeli kredit (kreditur) kepada penerima kredit (debitur), contoh: bank, teman sejawat, Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang umumnya berupa sediaan farmasi bersifat fast moving. 2) Berdasarkan pada penggunaannya, modal dapat dibagi atas: Modal tetap (aktiva tetap), yaitu modal yang keadaannya relatif tetap, seperti: gedung, tanah, mesin, dan kendaraan. Modal lancar (aktiva lancar), yaitu modal yang sewaktu-waktu dapat berubah, seperti: uang tunai, piutang, barang dagangan, dan uang muka. 2. Penilaian terhadap aspek keuangan dapat dilakukan menggunakan empat metode: a. Payback Periode (PP) Payback periode merupakan pengukuran periode yang diperlukan dalam menutup kembali biaya investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas (laba bersih) yang akan diterima. 𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 =
jumlah nilai investasi x 1 tahun jumlah kas yang masuk per tahun
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
11
Indikator penilaian menggunakan PP : • Nilai PP yang diperoleh ≤ PP yang ditetapkan, maka proyek layak dilaksanakan. • Nilai PP yang diperoleh ≥ PP yang ditetapkan, maka proyek tidak layak dilaksanakan. • PP yang diperoleh ≈ maksimum PP ditetapkan, maka proyek tersebut boleh dilaksanakan, boleh tidak. b. Return on Investment (ROI) Return on Investment (ROI) dilakukan untuk mengetahui apakah modal yang ditanam di apotek lebih menguntungkan daripada investasi di bank. ROI dilakukan dengan cara mengukur besaran tingkat return (%) yang akan diperoleh selama periode investasi dengan cara membandingkan jumlah laba bersih per tahun dengan nilai investasi. 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 =
Nilai Laba Bersih x 100 % Nilai Investasi
Indikator ROI : • Bila ROI ≥ bunga pinjaman, maka proyek layak dilaksanakan. • Bila ROI ≤ bunga pinjaman, maka proyek dinilai tidak layak dilaksanakan. • Bila ROI ≈ bunga pinjaman, maka proyek boleh dilaksanakan, boleh tidak. Jika nilai ROI lebih kecil atau sama dengan bunga pinjaman, maka perlu dilakukan pengecekan kembali apakah ada modal yang terlalu besar atau investasi yang kurang tepat. c. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan analisis untuk mengetahui nilai arus kas yang akan diterima selama periode investasi (NPV2), apakah lebih besar atau lebih kecil dibandingkan nilai investasi yang dikeluarkan saat sekarang (NPV1). △= NPV2 – NPV1
Indikator penilaian menggunakan metode NPV: •
Bila diskon faktor (df) = bunga pinjaman, dan didapatkan hasil ∆ nya positif, maka usaha layak dilaksanakan
•
Bila diskon faktor (df) = bunga pinjaman, dan didapatkan hasil ∆ nya negatif, maka usaha tidak layak dilaksanakan Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
12
•
Bila diskon faktor (df) = bunga pinjaman, dan didapatkan hasil ∆ nya = 0, maka usaha boleh dilaksanakan, boleh tidak
d. Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan pengukuran besaran diskon faktor (tingkat suku bunga), yang diperoleh dengan cara menghitung nilai sekarang (presentate) aliran kas yang akan diterima selama periode investasi. Nilai IRR harus lebih besar dari tingkat suku bunga pasar, karena investasi memiliki banyak resiko, seperti kebakaran, bencana alam, dan inflasi. Metode untuk mencari IRR dari arus kas yang akan diterima selama periode investasi adalah secara trial and error. Langkah dalam mencari nilai IRR adalah: 1) Menghitung nilai sekarang (NPV2) arus kas yang akan diterima selama periode investasi dengan df1 yang sama dengan suku bunga pinjaman. Lalu, NPV2 dikurangi dengan NPV1 (nilai investasi yang dikeluarkan sekarang). 2) Bila dengan df1 yang sama dengan suku bunga pinjaman hasil ∆1 (NPV2NPV1) nya negatif , maka trial kedua dihentikan, proyek dinyatakan tidak layak. Karena dengan df1 sama dengan suku bunga pinjaman saja ∆1 nya sudah (-). 3) Bila dengan df1 yang sama dengan suku bunga pinjaman hasil ∆1 nya (+), maka NPV2 dihitung kembali dengan df2 yang lebih besar sampai memperoleh ∆2 (NPV2 – NPV1) paling mendekati 0 (+) atau (-) 4) Bila dengan menggunakan df yang lebih besar dari suku bunga yang ke-n kali telah memperoleh ∆2 nya paling mendekati 0, maka itulah df2 yang paling maksimal. Karena bila angka df diperbesar lagi maka ∆2 nya akan negatif. 𝐼𝑅𝑅 = 𝑑𝑓1 + [
∆1 × 𝑑𝑓2 − 𝑑𝑓1 ∆1 − ∆2
Pada studi kelayakan apotek, metode analisis yang digunakan ialah Payback Period (PP) dan Return on Investment (ROI). 2.3
Analisis Break Event Point Break event point (BEP) merupakan suatu titik yang mengggambarkan
bahwa keadaan kinerja apotek berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan tidak juga mengalami kerugian. Posisi keadaan kinerja apotek
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
13
yang seperti ini disebut sebagai posisi titik impas yang dapat dirumuskan sebagai berikut: BEP TR – TC = 0 atau TR = TC
Dimana Total Revenue (TR) adalah total pendapatan yang dihitung dari jumlah penjualan yang diperoleh dari hasil kali harga (P – price) dengan jumlah unit barang (Q – Quantity). TR = P x Q
Sedangkan Total Cost (TC) adalah biaya yang terdiri dari : 1. Biaya variable (VC – Variable cost) Biaya variable adalah suatu jenis biaya yang secara proporsional berubah sesuai dengan perubahan jumlah (volume) penjualan atau produksi. Bila jumlah penjualan naik, maka biaya ini juga akan naik atau sebaliknya. Contoh biaya variable adalah biaya pembelian barang dagangan atau bahan baku. 2. Biaya tetap (FC – Fix Cost) Biaya tetap adalah jenis biaya yang secara total akan tetap, walaupun terjadi perubahan pada volume penjualan atau jumlah produksi. Contoh biaya tetap adalah biaya gaji pegawai, biaya tak langsung (listik, telepon, air) dan biaya bunga pinjaman bank. TC = VC + FC
Untuk menghitung laba atau keuntungan (profit) dilakukan dengan mengurangi total penjualan (TR) dengan total biaya (TC). Laba = TR – TC
Analisis Break Even Point merupakan alat analisis untuk mengetahui hubungan antara variable penjualan, biaya pembelian barang barang (variable cost) dan biaya tetap (fix cost) dan keuntungan (profit) yang dihasilkan perusahaan pada suatu periode tertentu. Fungsi analisis BEP antara lain adalah untuk merencanakan: 1. Jumlah penjualan. Pada tingkat penjualan berapa labanya dapat menutup biaya variable dan biaya tetap yang dikeluarkan apotek? 2. Jumlah laba atau rugi. Berapa jumlah laba atau rugi yang akan diperoleh ketika jumlah penjualan dan jumlah biaya tercapai pada tingkat tertentu? Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
14
Dalam membuat analisis BEP tahapannya adalah sebagai berikut : 1. Mencari persamaan TR dan TC nya TR = P x Q TC = FC + (VC setiap konsumen x Q) 2. Menghitung BEP Syarat TR = TC 3. Menggambarkan titik BEP: a. Gambarlah sumbu x dan y b. Sumbu x = jumlah konsumen (Q), sumbu y = biaya (C) dan harga (P) 500
TR (Total penjualan) Dalam juta
450 400
350 300
Titik BEP
250 200 150 100 50 0
0
1000
2000
3000
4000
5000
Q (Konsumen)
Gambar 2.1 Titik BEP
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Survey terhadap apotek baru dilakukan pada bulan Maret 2014 di daerah
Ampera Raya dan kelurahan disekitarnya antara lain Kelurahan Cilandak Timur, Kelurahan Pejaten Barat, Kelurahan Bangka, dan Kelurahan Ragunan. 3.2
Metode Pelaksanaan Survey terhadap apotek baru yang akan didirikan yaitu Apotek Kimia
Farma Ampera Raya dengan melakukan pengumpulan data antara lain jumlah penduduk, jumlah pesaing, sarana pelayanan kesehatan lain, data transaksi penjualan per bulan Januari dan Februari 2014 yang diperoleh daritotal hasil transaksi penjualan 15 Apotek di wilayah Bisnis Manajer Jaya I. Kemudian, tahap berikutnya dilakukan pengkajian data untuk mendapatkan potensi pasar OTC, UPDS dan resep sehingga diperoleh perkiraan target omset maksimal yang dapat dicapai. Selain itu dilakukan juga studi literatur mengenai data-data dan teknik perhitungan dalam analisis keuangan.
15 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL STUDI KELAYAKAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Studi Kelayakan Apotek Kimia Farma Ampera Raya
4.1.1 Aspek Teknis Nama Apotek yang akan didirikan adalah Apotek Kimia Farma Ampera Raya yang terletak di Jalan Ampera Raya No. 75, Ragunan, Jakarta Selatan, lokasi apotek strategis dan akan menentukan keberhasilan Apotek dan erat hubungannya dengan aspek pasar. Aspek teknis dalam studi kelayakan meliputi lokasi dan keadaan lingkungan sekitar. Hal-hal yang dimaksud tersebut antara lain: 1. Lokasi Tipe bangunan adalah ruko dua lantai.Calon apotek yang akan didirikan ini terletak di jalan dua arah, jalan cukup lebar (dua lajur di setiap jalurnya) dan terletak cukup jauh dari lampu lalu lintas yaitu sekitar ± 1 km. Lokasi terlihat dari dua arah dan berada di arah jalan pulang. Akses jalan menuju lokasi cukup lancar dan tidak ada hambatan serta rintangan fisik seperti adanya pemisah jalan atau adanya sungai yang membelah jalan sehingga memudahkan pelanggan untuk menjangkau lokasi. Terdapat pos polisi di sekitar lokasi dengan jarak sekitar ± 500 meter sehingga tingkat kriminalitas di sekitar lokasi rendah.Terdapat sarana ATM dan bank di sekitar lokasi dengan jarak sekitar ± 300 meter sehingga dapat dijangkau dengan mudah. Tampilan apotek yang akan didirikan beserta lokasinya dapat dilihat pada Lampiran 1. 2. Kepadatan penduduk Apotek Kimia Farma Ampera Raya terletak di kelurahan Ragunan dengan jumlah penduduk sampai dengan bulan Februari 2014 adalah 45.788 jiwa.Selain itu Apotek Kimia Farma Ampera Raya ini juga terletak berdekatan dengan tiga kelurahan lain, yaitu: Kelurahan Cilandak Timur, Kelurahan Bangka, dan Kelurahan Pejaten Barat. Hasil survei jumlah penduduk secara langsung dari ketiga kelurahan tersebut sampai dengan bulan Februari 2014 adalah Kelurahan Cilandak Timur terdiri dari 30.490 jiwa, Kelurahan Bangka 24.189 jiwa, dan Kelurahan Pejaten Barat terdiri dari 42.533 jiwa. Apotek berada di lingkungan yang merupakan area pemukiman masyarakat dengan tingkat sosial dan ekonomi menengah ke atas dan juga banyak terdapat expatriat. Selain itu, apotek berada di 16 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
17
daerah dengan sarana pendidikan yang lengkap, pertokoan, perkantoran serta apartemen. 3.Data-data pendukung: a. Sarana pelayanan kesehatan lain Pelayanan kesehatan lain di sekitar lokasi pendirian apotek meliputi Rumah Sakit Marinir Cilandak, Rumah Sakit JMC, Rumah Sakit Siaga Raya, dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Kemang Medical Care dengan jarak ± 1 km dari calon apotek. Selain itu di sekitar lokasi calon apotek juga terdapat klinik dokter antara lain Klinik Dokter 24 jam BPU Dharma Bakti, Klinik Spesialis dan Poli Anak Aji Waras, Klinik Dokter Kita Dokter 24 Jam, Klinik Gigi dan Umum Moya Zam Zam, Klinik Kemang Medika Dokter 24 Jam, Klinik Citra Graha Medika, Klinik Estetika Madania, Klinik Medira, Klinik RHC, Klinik Medika II, Klinik Rehabilitasi Medik, Dental Clinic, dan Klinik Keluarga Mutiara yang berjarak ± 1 km dari calon apotek.Di sekitar apotek yang akan didirikan juga terdapat praktek dokter bersama dengan jarak ± 2 km yaitu Praktek Dokter Bersama dan Praktek Dokter Cahaya.Selain itu terdapat juga praktek dokter spesialis yang berjarak ± 1 km dari calon apotek yaitu dr. Hendrashto, Sp. Bedah Minor Surg. dan dr. Beno Putra Sp. KFR. Di sekitar apotek yang akan didirikan juga terdapat praktek dokter umum dengan jarak ± 1 km dari apotek yang akan didirikanyaitu dr. Ratna Indrawati Praktek Umum, dr. Didi Djakaria, dr. Hj. Like Silvane K., dr. S. Nazar, dr. Isabella Margie dan dr. Jacob R. Terdapat juga praktek dokter gigi dan spesialis gigi yang berjarak ± 1 km dari lokasi pendirian apotek yaitu dr. drg Sony Sp. Ort, drg. PROF. Heriandis, Sp. KGA., drg. Kussulistyowati Putri W,. Sp. Ort, drg. Ganesha Wandawa, Sp.Perio, drg. Sriwulan Yusuf, Sp.Ortho, drg. Rania, Sp.Prost, drg. Khonie Listiawati, drg. Sri Rochadiati, drg. Agus Riyanto, drg. Aji Pa Muluh, drg. Olga Maulani Sutjipto, drg. William Fattah, drg. Amelia Adam, drg. Airell, drg. Desy Julianti, drg. R. R Peni Sumarim, drg. Eko Priambodo, drg. Shalawati, drg. Irma Rachma Tina, drg. Sri Wahyuni, drg. Sophie, drg. S. Jamikal Djannah, drg. Amelia Resanty, drg. Feby Damayanti, drg. Sarah Dina, drg. Ati Indrawati, drg. M. Loekman, drg. Heny Yulianti, drg. Iin Ganiawati, drg. Dharma Zikkrulah.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
18
Data mengenai sarana pelayanan kesehatan ini dibutuhkan untuk memprediksi market share dan menganalisa jumlah resep dari sarana pelayanan kesehatan serta berapa besar resep dan copy resep yang bisa diserap oleh Apotek Kimia Farma. b. Jumlah pesaing Pesaing untuk Apotek Kimia Farma terdiri dari apotek kompetitor, toko obat dan toko umum. - Apotek kompetitor: Apotek K24, Apotek Moya Zam Zam, Apotek Nanda, Apotek G+, Apotek Melawai, Apotek Pejaten Sehat, Apotek Zam-Zam Siaga, Apotek Ardana Jaya dan Apotek Rumah Sehat Kita yang berada ± 1 km dari lokasi pendirian apotek. Selain itu terdapat juga apotek dengan jarak sekitar ± 2 km dari calon apotek yaituApotek K24 Cilandak KKO, Apotek Ajiwaras, Apotek Cahaya Farma dan Apotek Citra Graha Medika - Toko umum: Alfamart, Alfamidi, Indomaret, Seven Eleven, Circle K,Hero Supermarket, Ranch Market, Giant Ragunan, Superindo yang berada dengan jarak sekitar 1 – 3 km dari lokasi pendirian apotek. Selain itu juga terdapat Family Mart Pejaten Barat, Total Swalayan dan Mall Pejaten Village yang berjarak ± 2 km dari calon apotek. Data pesaing ini dibutuhkan untuk menganalisa market share pesaing serta memprediksi berapa persentase market share yang dapat direbut oleh Apotek Kimia Farma yang akan didirikan. c. Sarana transportasi Tersedia sarana transportasi umum menuju lokasi antara lain bus, taxi, dan angkutan umum yang melewati lokasi tempat didirikannya apotek Kimia Farma Ampera Raya.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
19
Gambar 4.1 Ruko yang akan Dijadikan Apotek Kimia Farma AmperaRaya 4.1.2 Aspek Pasar 1. Bentuk pasar Bentuk pasar dari apotek yang akan didirikan termasuk persaingan monopolistis dikarenakan banyaknya jumlah penjual dan konsumen, harga produk yang dijual ditentukan oleh promosi dan tidak ada entry barrier. 2. Target pasar Target pasar dari Apotek Kimia Farma Ampera Raya yang akan didirikan ini adalah pasar individu denganumumnyatransaksi tunai danpelanggan dengan jumlah pembelian yang sedikit seperti anggota masyarakat dan pasar korporasi dengan
umumnya
transaksi
kredit
dan
pelanggan
dengan
jumlah
pembelianyang banyak seperti PLN, Aqua, Indosat, In Health. 4.1.3 Analisis Manajemen Apotek Kimia Farma memiliki bentuk usaha Perseroan Terbatas (PT) yang menjadi bagian dari apotek yang sudah ada yang ditujukan untuk melakukan ekspansi pasar ke wilayah lain yang baru guna memperoleh penjualan dan laba yang lebih besar. 1. Visi: Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
20
pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis 2. Misi : Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang: a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk yang inovatif b. Perdagangan dan jaringan distribusi c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan ritel farmasi dan jaringan pelayanan kesehatan lainnya d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha perusahaan Jumlah kebutuhan tenaga kerja: -
APA
: 1 orang
-
Asisten Apoteker
: 3 orang
-
Struktur Organisasi
: terlampir (Lampiran 2)
4.1.4 Aspek Keuangan Estimasi kunjungan ke apotek baru 1. Potensi pasar / riil Untuk melihat potensi pasar, diperlukan data penjualan Swamedikasi (UPDS dan OTC) serta resep tunai selama bulan Januari dan Februari 2014 yang diperoleh dari Bisnis Manajer Jaya 1. Nilai total hasil transaksi penjualan 15 Apotek di wilayah Bisnis Manajer Jaya Iselama bulan Januari dan Februari 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Total transaksi penjualan 15 Apotek di wilayah BM Jaya I periode Januari – Februari 2014 JUMLAH TRANSAKSI (Jiwa)
NILAI RERATA TRANSAKSI (Rupiah/Jiwa)
NO
JENIS TRANSAKSI
TOTAL PENJUALAN (Rupiah)
1
Swamedikasi (UPDS dan OTC)
6.005.937.000,00
137.728
43.607,00
2
Resep Tunai
2.756.893.000,00
25.132
109.697,00
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
21
Perhitungan potensi pasar dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Potensi Pasar Per Bulan = Potensi Pasien (Jiwa) x Nilai Rerata Transaksi (Rupiah/Jiwa)
Hasil perhitungan potensi pasar Apotek Kimia Farma Ampera Raya dapat dilihat pada Tabel 4.2, Tabel 4.3, Tabel 4.4, Tabel 4.5 dan Tabel 4.6.
Tabel 4.2 Potensi pasar per bulan Kelurahan Cilandak Timur Jenis Transaksi
Nilai Rerata Transaksi
Potensi Pasien
Potensi Pasar
(Rupiah/Jiwa)
(Jiwa)
(Rupiah)
Swamedikasi
43.607,00
6.451
281.297.926
Rawat Jalan
109.697,00
4.301
471.787.319
Rawat Inap
109.697,00
224
24.535.902
777.621.147 Total Potensi Pasar per Bulan (Rupiah) Keterangan: Nilai rerata transaksi rawat jalan dan rawat inap sama dikarenakan resep dari pasien rawat jalan dan rawat inap termasuk resep tunai yang ditebus di apotek.
Tabel 4.3 Potensi pasar per bulan Kelurahan Bangka Nilai Rerata Transaksi
Potensi Pasien
Potensi Pasar
(Rupiah/Jiwa)
(Jiwa)
(Rupiah)
Swamedikasi
43.607,00
5.118
223.165.481
Rawat Jalan
109.697,00
3.412
374.288.733
Rawat Inap
109.697,00
177
19.465.363
Jenis Transaksi
616.919.578 Total Potensi Pasar per Bulan (Rupiah) Keterangan: Nilai rerata transaksi rawat jalan dan rawat inap sama dikarenakan resep dari pasien rawat jalan dan rawat inap termasuk resep tunai yang ditebus di apotek.
Tabel 4.4 Potensi pasar per bulan Kelurahan Ragunan Jenis Transaksi
Nilai Rerata Transaksi
Potensi Pasien
Potensi Pasar
(Rupiah/Jiwa)
(Jiwa)
(Rupiah)
Swamedikasi
43.607,00
9.687
422.435.862
Rawat Jalan
109.697,00
6.459
708.501.075
Rawat Inap
109.697,00
336
36.846.503
Total Potensi Pasar per Bulan (Rupiah) 1.167.783.440 Keterangan: Nilai rerata transaksi rawat jalan dan rawat inap sama dikarenakan resep dari pasien rawat jalan dan rawat inap termasuk resep tunai yang ditebus di apotek.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
22
Tabel 4.5 Potensi pasar per bulan Kelurahan Pejaten Barat Nilai Rerata Transaksi
Potensi Pasien
Potensi Pasar
(Rupiah/Jiwa)
(Jiwa)
(Rupiah)
Swamedikasi
43.607,00
8.999
392.405.532
Rawat Jalan
109.697,00
6.000
658.134.800
Rawat Inap
109.697,00
312 Total Potensi Pasar per Bulan (Rupiah)
34.227.140
Jenis Transaksi
1.084.767.473
Keterangan: Nilai rerata transaksi rawat jalan dan rawat inap sama dikarenakan resep dari pasien rawat jalan dan rawat inap termasuk resep tunai yang ditebus di apotek.
Table 4.6 Total potensi pasar per bulan Apotek Kimia Farma Ampera Raya No.
Kelurahan
Total Potensi Pasar per Bulan (Rupiah)
1
Cilandak Timur
777.621.147
2
Bangka
616.919.578
3
Ragunan
1.167.783.440
4
Pejaten Barat
1.084.767.473
Total Potensi Pasar per Bulan
3.647.091.637
Apotek Kimia Farma Ampera Raya (Rupiah)
2. Potensi demografis Potensi demografis dianalisis dari data jumlah penduduk per kelurahan terdekat dari apotek. Potensi demografis ini dibutuhkan untuk memprediksi kunjungan pelanggan ke apotek .Data yang dibutuhkan untuk menghitung potensi demografis adalah data kesehatan yang memiliki indikator-indikator kesehatan meliputi data persentase keluhan kesehatan, swamedikasi, rawat jalan dan rawat inap. Data-data tersebut diperoleh dari data Badan Pusat Statistik Nasional (BPSN). Berdasarkan data dari BPSN Tahun 2013 tentang data kesehatan didapatkan persentase keluhan kesehatan sebesar
31,62%,
swamedikasi sebesar 66,91%, rawat jalan sebesar 44,61% dan rawat inap sebesar 2,32%. Setelah itu dilakukan perhitungan potensi demografis dengan cara sebagai berikut: Potensi Demografis = Masing-masing Persentase Data Kesehatan dari BPSN (%) x Jumlah Penduduk (Jiwa)
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
23
Potensi demografis di kelurahan yang berada di sekitar wilayah calon Apotek Kimia Farma Ampera Raya dapat dilihat pada Tabel 4.7, Tabel 4.8, Tabel 4.9, Tabel 4.10, dan Tabel 4.11.
Tabel 4.7 Potensi demografis berdasarkan indikator keluhan kesehatan Data Kesehatan dari BPSN
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Potensi Demografis
(Jiwa)
(Jiwa)
Cilandak Timur
30.490
9.641
Bangka
24.189
7.649
Ragunan
45.788
14.478
Pejaten Barat
42.533
13.449
Total Potensi Demografis (Jiwa)
45.217
(%) 31,62
Tabel 4.8 Potensi demografis berdasarkan indikator swamedikasi Data Kesehatan dari BPSN
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Potensi Demografis
(Jiwa)
(Jiwa)
Cilandak Timur
30.490
20.401
Bangka
24.189
16.185
Ragunan
45.788
30.637
Pejaten Barat
42.533
28.459
Total Potensi Demografis (Jiwa)
95.682
(%) 66,91
Tabel 4.9 Potensi demografis berdasarkan indikator rawat jalan Data Kesehatan dari BPSN
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Potensi Demografis
(Jiwa)
(Jiwa)
Cilandak Timur
30.490
13.602
Bangka
24.189
10.791
Ragunan
45.788
20.426
Pejaten Barat
42.533
18.974
Total Potensi Demografis (Jiwa)
63.793
(%) 44,61
Tabel 4.10 Potensi demografis berdasarkan indikator rawat inap Data Kesehatan dari BPSN
Kelurahan
Jumlah Penduduk
Potensi Demografis
(Jiwa)
(Jiwa)
Cilandak Timur
30.490
707
Bangka
24.189
561
Ragunan
45.788
1.062
Pejaten Barat
42.533
987
Total Potensi Demografis (Jiwa)
3.317
(%) 2,32
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
24
Tabel 4.11 Potensi demografis Apotek Kimia Farma Ampera Raya Potensi Demografis
Indikator Kesehatan
(Jiwa) Keluhan Kesehatan
45.217
Swamedikasi
95.682
Rawat Jalan
63.793
Rawat Inap
3.317
Total Potensi Demografis Apotek Kimia Farma Ampera Raya (Jiwa)
208.009
3. Rencana Investasi Apotek Total investasi
: Rp674.290.000,00 (rincian pada Lampiran 3)
4. Target omset Target omset merupakan estimasi penjualan yang dapat dilakukan oleh suatu unit bisnis dalam hal ini adalah apotek dalam kurun waktu tertentu dengan memperhitungkan berbagai aspek yang mempengaruhi penjualan seperti komposisi penjualan (Lampiran 4), jalur obat ritel di Indonesia (Lampiran 5) dan lain-lain sehingga akan didapatkan suatu nilai transaksi penjualan produk apotek yang diharapkan mendekati kenyataan. Target omset didapatkan dengan menjumlahkan target omset dari transaksi UPDS (Lampiran 6), transaksi OTC (Lampiran 7), dan transaksi resep (Lampiran 8). Hasil perhitungan target omset per bulan dan per tahun Apotek Kimia Farma Ampera Raya dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Target omset per bulan dan per tahun TARGET OMZET (Rupiah) NO
JENIS TRANSAKSI
1
PER BULAN
PER TAHUN
Resep dan Copy Resep
100.513.796,00
1.206.165.556,00
2
UPDS
70.088.429,00
841.061.150,00
3
OTC/HV
43.163.362,00
517.960.000,00
Total Target Omset
213.765.587,00
2.565.187.049,00
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
25
5. Prediksi total penjualan pada tahun pertama: - Total penjualan per bulan = Rp213.765.587,00 - Total penjualan per tahun = Rp2.565.187.049,00 - Rata-rata margin UPDS, HV dan resep= 25% - HPP per bulan = (100-25)% x 213.765.587 = Rp160.324.190 - HPP per tahun = 160.324.190 x 12= Rp1.923.890.280 6. Biaya usaha Tabel 4.13 Rincian biaya administrasi per tahun NO .
Biaya Administrasi/Umum
ANGGARAN BIAYA Waktu Biaya per Bulan Pembiayaan (Rupiah) (Bulan)
1. Gaji karyawan 4.1.4.1.1 Apoteker 4.1.4.1.2 Asisten Apoteker 4.1.4.1.3 Overtime 2.
3,000,000 2,200,000
13 13
39,000,000 85,800,000 1,500,000
1,500,000
12
18,000,000
500,000
12
6,000,000
Telp.,Air
4,500,000
6.
1 Tahun
Biaya Pemeliharaan Pemeliharaan Gedung
5.
1 Orang 3 Orang
Biaya Pajak Reklame
4.
KETER ANGAN
Biaya Tak Langsung Listrik
3.
Sub Total
1,000,000
Biaya Penyusutan Aset* Biaya Umum (ATK, Etiket, Perlengkapan)
12
12,000,000 11,950,000
500,000
12
1 Tahun
6,000,000
Total
184,750,000
*Biaya Penyusutan: Perkiraan nilai residu asset di tahun terakhir (5 tahun) = Rp10.000.000 Biaya penyusutan rerata =
(69.750 .000−10.000.000) 5 𝑡𝑎 ℎ𝑢𝑛
= Rp11.950.000
Biaya Usaha Apotek Per Tahun
= Rp184.750.000
Bunga Pinjaman (18 %)
= Rp123.151.000
Total Biaya Usaha Per Tahun
= Rp307.901.000
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
26
7. Analisa Laba Rugi Tabel 4.14 Analisa laba rugi Total Penjualan HPP
Rp2.565.187.049 Rp1.923.890.280
Laba Kotor
Rp641.296.769 Rp307.901.000
Biaya Usaha Laba Sebelum Pajak
Rp333.395.769 Rp83.348.943
Pajak Penghasilan (25% pendapatan) Laba Sesudah Pajak
Rp250.046.826
8. Analisis ROI ROI =
𝐿𝑎𝑏𝑎𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑥 100% =
Rp 250 .046 .826 Rp 674 .290.000
𝑥 100% = 37,08%
ROI > 6% (bunga deposito bank), maka proyek tersebut layak dilaksanakan. 9. Analisis PP 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
PP =
𝐿𝑎𝑏𝑎𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖 ℎ
𝑥 1 𝑡ℎ𝑛=
Rp 674 .290 .000 Rp 250 .046 .826
𝑥 1 𝑡ℎ𝑛= 2,70 tahun
= 2 tahun 9 bulan PP < dari jangka waktu kredit bank, yaitu ± 5 tahun, maka proyek layak dilaksanakan. 4.1.5 Penilaian dengan analisis IRR Tabel 4.15 Cash Inflow df1 = 25% Cash Inflow
Discount
NPV Cash Inflow
(Rupiah)
Factor (25%)
(Rupiah)
0
674.290.000
(674.290.000)
1
250.046.826
2
250.046.826
3
250.046.826
4
250.046.826
1 0,800 0,640 0,512 0,410
No
5
250.046.826 255.000.000 △1 = (NPV2-NPV1)
200.037.461 160.029.969 128.023.975 102.519.199 82.015.359
0,328
83.640.000 △1 = 756.265.963 – 674.290.000 = 81.975.963
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
27
Tabel 4.16 Cash Inflow df2 = 35%
0
Cash Inflow (Rupiah) 674.290.000
Discount Factor (35%) 1
NPV Cash Inflow (Rupiah) (674.290.000)
1
250.046.826
0,741
185.284.698
2
250.046.826
0,549
137.275.708
3
250.046.826
0,406
101.519.012
4
250.046.826
0,301
75.264.095
No
5
250.046.826
55.760.442
0,223
255.000.000
56.865.000
△2 = (NPV2-NPV1)
△2 = 611.968.955-674.290.00 = 62.321.045
△1
IRR = df1 + △1−△2 x (df2 − df1) Rp81.975.963
IRR = 25% + Rp 19.654 .918 x (35% − 25%) IRR = 66,71% IRR > suku bunga pinjaman (35%), maka proyek tersebut layak dilaksanakan. 4.1.6 Analisis BEP Data keuangan : FC = biaya gaji karyawan+biaya tak langsung+sewa ruko+biaya penyusutan
aset+biaya
bunga
pinjaman+biaya
pajak+biaya
pemeliharaan gedung =
(Rp126.300.000
+
Rp24.000.000
+
Rp100.000.000
+
Rp11.950.000 + Rp123.151.000 + Rp4.500.000 + Rp12.000.000) = Rp401.901.000 VC = variable cost = biaya pembelian barang (HPP) + biaya operasional = Rp1.923.890.280 + Rp6.000.000 = Rp1.929.890.280 TR = total penjualan = Rp2.565.187.049 BEP =
=
𝐹𝐶 𝑉𝐶
1−𝑇𝑅 Rp 401.901.000 Rp 1.929 .890 .280
1−Rp 2.565 .187 .049
= Rp1.622.786.846
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
28
Maka BEP terjadi pada saat laba bersih mencapai Rp1.622.786.846/tahun. 4.2
Pembahasan Hasil studi kelayakan pada prinsipnya dapat digunakan untuk merintis usaha
baru maupun mengembangkan usaha yang sudah ada. Suatu usaha apotek yang dinyatakan layak dalam studi kelayakan belum tentu berhasil, karena keberhasilan apotek akan dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal apotek. Faktor internal adalah variabel yang dapat dikendalikan oleh apotek, seperti manajemen, SDM, pembelian, penjualan, dan keuangan, sedangkan faktor eksternal tidak dapat dikendalikan apotek dan berasal dari luar, misalnya pola pembelian dari pelanggan, perubahan gaya hidup, kondisi sosial masyarakat, dan peraturan pemerintah terkait apotek. Namun, apotek yang dalam studi kelayakan dinyatakan tidak layak, maka akan mengalami risiko rugi yang sangat besar sehingga sangat riskan bila dijalankan. Pada studi kelayakan untuk Apotek Kimia Farma Ampera Raya yang telah dilakukan, penilaian kelayakan apotek dilakukan terutama berdasarkan aspek keuangan yang meliputi analisis Return on Investment (ROI), analisis Payback Period (PP), dan analisis Internal Rate of Return (IRR). Hasil yang didapatkan dari analisis ROI, PP, dan IRR menunjukkan apotek layak untuk didirikan.
Universitas Indonesia Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Apotek yang akan didirikan berlokasi di Jalan Ampera Raya. Pertimbangan pendirian apotek di lokasi ini didasarkan pada: jumlah penduduk, kemudahan untuk menjangkau lokasi, sarana pelayanan kesehatan, dan sarana transportasi, serta bentuk persaingan pasar yang bersifat monopolistis dengan target pasar berupa individu dan korporasi. 2. Prediksi target omset maksimal yang dapat dicapai oleh Apotek Kimia Farma Ampera Raya untuk satu bulan adalah Rp213.765.587,00, dan untuk satu tahun Rp2.565.187.049,00. Dengan perkiraan hasil perhitungan, sebagai berikut: ROI sebesar 37,08%, PP yaitu 2 tahun 9 bulan, IRR yaitu 66,71%, dan BEP terjadi pada saat laba bersih mencapai Rp. 1.619.262.691 per tahun. 3. Berdasarkan hasil perhitungan perkiraan omset, ROI, PP, IRR, dan BEP, maka Apotek Kimia Farma Ampera Raya layak untuk didirikan. 5.2
Saran
1. Apoteker Pengelola Apotek yang ditugaskan sebagai penanggungjawab di apotek yang baru dibuka, haruslah memiliki pengalaman dalam pelayanan, sehingga target omzet per tahun dan pengembalian dana investasi dapat dicapai,
serta
manfaat
ekonomi
dan
lingkungan
diperoleh
secara
berkesinambungan. 2. Dalam melakukan studi kelayakan, perhitungan aspek keuangan sebaiknya dilakukan secara mendetail dan teliti. 3. Survey data sarana pelayanan kesehatan sebaiknya dilakukan secara maksimal terhadap semua aspek yang mempengaruhi omset sehingga diperoleh hasil perhitungan studi kelayakan yang mendekati hasil perhitungan yang sebenarnya.
29 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Hartini, Y. S.dan Sulasmono. 2007.Apotek. Penerbit USD: Yogyakarta Menkes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Satndar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta. Peraturan Pemerintah. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta Umar, M. 2012. Manajemen Apotek Praktis Edisi Revisi. PD. Wira Putra Kencana : Jakarta.
30 Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
31
Lampiran 1. Lokasi dan Bangunan Apotek Kimia Farma Ampera Raya
CALON APOTEK KF
GEDUNG CALON APT KF
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
32
Lampiran 2. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma Ampera Raya
Apoteker Pengelola Apotek (APA)
Asisten Apoteker
Asisten Apoteker
Asisten Apoteker
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
33
Lampiran 3. Rincian Dana Investasi yang Dibutuhkan N O 1.
URAIAN SEWA GEDUNG
2.
RENOVASI
ANGGARAN BIAYA
Sub Total 500,000,000
KETERANGAN
80,000,000
1. Persiapan
5,000,000
2. Arsitektur
20,000,000
3. Interior Meubel
20,000,000
4. M E
15,000,000
5. Pekerjaan Lain-lain
20,000,000
3.
PERIZINAN DAN PEMBUKAAN
4.
INVENTARIS
10,000,000 84,290,000
1. Alat Kantor
69,750,000
Gondola HV
35,000,000
AC Panasonic 1 PK
3,500,000
1 Unit
Komputer Server lengkap
10,000,000
1 Unit
Komputer client lengkap
6,000,000
1 Unit
Printer Epson LX 310
2,000,000
1 Unit
Pesawat telp/fax
1,500,000
1 Unit
Pasang Speedy
250,000
1 Unit
Brankas
1,500,000
1 Unit
Kulkas
3,000,000
1 Unit
Cooler 2 Pintu
7,000,000
1 Unit
2. Muebeler
6,100,000
Lemari dan rak obat
2,000,000
Counter Peracikan
Lemari narkotika dan psikotropika
1,000,000
Counter Peracikan
Kursi tunggu pasien Kursi penyerahan obat (Apoteker + Pasien)
1,500,000
1 Buah
800,000
2 Buah
Kursi kasir dan peracikan
500,000
3 Buah
Tempat sampah standar
300,000
3 Buah
3. Wadah
4,550,000
Pot dan botol semua ukuran
100,000
Kertas Perkamen
30,000
Kapsul kosong semua ukuran
200,000
Kantong plastic
100,000
Plastik Klip
100,000
Etiket putih dan biru
20,000
Kotak obat
2 pak
4,000,000
4. Kelengkapan Peracikan
1.000 Buah
3,195,000
Gelas Ukur 50 ml
150,000
2 Buah
Mortir 13 cm + stamper
35,000
1 Buah
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
34
Mortir 16 cm + stamper
120,000
2 Buah
Spatel logam
10,000
1 Buah
Sendok tanduk Timbangan mg dan gr + anak timbangan
10,000
1 Buah
2,000,000
1 Buah
Thermometer ruangan
20,000
2 Buah
Thermometer kulkas
300,000
1 Buah
Timbangan badan + tinggi badan
550,000
1 Buah
5. Sarana Lain-lain
695,000
Farmakope edisi IV
450,000
1 Buah
MIMS
135,000
1 Buah
ISO
110,000
1 Buah
TOTAL BIAYA
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
674,290,000
35
Lampiran 4. Komposisi Penjualan Apotek Kimia Farma Ampera Raya
NAMA APOTEK
: KF AMPERA RAYA
LOKASI APOTEK
: JL. AMPERA RAYA NO. 75, KEMANG
KELURAHAN
: RAGUNAN
KECAMATAN
: PASAR MINGGU
KABUPATEN
: KODYA JAKARTA SELATAN
PROPINSI
: DKI JAKARTA
PERBANDINGAN UPDS & OTC NO
KELURAHAN
UPDS
OTC/HV
45.07%
54.93%
TOTAL → Berdasarkan komposisi penjualan non resep BM
1
CILANDAK TIMUR
281,297,926
126,780,975
154,516,951
Exc. Enggros, Optik dll, hanya UPDS+HV/OTC
2
BANGKA
223,165,481
100,580,682
122,584,799
KET: Rata-rata BM Jaya I s/d Februari 2014 (2 bulan)
3
RAGUNAN
422,435,862
190,391,843
232,044,019
UPDS:
2,706,816,000
45.07
4
PEJATEN BARAT
392,405,532
176,857,173
215,548,359
OTC/HV:
3,299,121,000
54.93
TOTAL:
6,005,937,000
5
0
-
-
-
6
0
-
-
-
7
0
-
-
-
8
0
-
-
-
9
0
-
-
-
10
0
-
-
-
11
0
-
-
-
12
0
-
-
-
13
0
-
-
-
14
0
-
-
-
15
0
-
-
-
16
0
-
-
-
17
0
-
-
-
18
0
-
-
-
19
0
-
-
-
TOTAL
1,319,304,801
594,610,674
724,694,127
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
36
(lanjutan) PASAR UPDS NO
KELURAHAN
APOTEK
T.OBAT
75.44%
24.56%
TOTAL
1
CILANDAK TIMUR
126,780,975
95,641,788
31,139,187
2
BANGKA
100,580,682
75,876,655
24,704,027
3
RAGUNAN
190,391,843
143,628,934
46,762,909
4
PEJATEN BARAT
176,857,173
133,418,569
43,438,604
5
0
-
-
-
6
0
-
-
-
7
0
-
-
-
8
0
-
-
-
9
0
-
-
-
10
0
-
-
-
11
0
-
-
-
12
0
-
-
-
13
0
-
-
-
14
0
-
-
-
15
0
-
-
-
16
0
-
-
-
17
0
-
-
-
18
0
-
-
-
19
0
-
-
-
TOTAL
594,610,674
448,565,947
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
146,044,727
37
(lanjutan) PASAR OTC/HV NO
KELURAHAN
APOTEK
T.OBAT
57.33%
18.67%
24.00%
T. UMUM
TOTAL
1
CILANDAK TIMUR
154,516,951
88,589,718
28,843,164
37,084,068
2
BANGKA
122,584,799
70,281,951
22,882,496
29,420,352
3
RAGUNAN
232,044,019
133,038,571
43,314,884
55,690,565
4
PEJATEN BARAT
215,548,359
123,581,059
40,235,694
51,731,606
5
0
-
-
-
-
6
0
-
-
-
-
7
0
-
-
-
-
8
0
-
-
-
-
9
0
-
-
-
-
10
0
-
-
-
-
11
0
-
-
-
-
12
0
-
-
-
-
13
0
-
-
-
-
14
0
-
-
-
-
15
0
-
-
-
-
16
0
-
-
-
-
17
0
-
-
-
-
18
0
-
-
-
-
19
0
-
-
-
-
TOTAL
724,694,127
415,491,300
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
135,276,237
173,926,590
38
(lanjutan) PASAR RESEP RAWAT JALAN & RAWAT INAP RAWAT JALAN N O
KELURAHAN TOTAL RAWAT JALAN
APOTEK
NON APOTEK
63.24%
36.76%
RAWAT INAP RUMAH SAKIT
TOTAL RUMAH SAKIT
TOTAL PASAR RESEP
1
CILANDAK TIMUR
471,787,319
298,336,099
173,451,220
24,535,902
197,987,122
694,310,343
2
BANGKA
374,288,733
236,682,581
137,606,152
19,465,363
157,071,515
550,825,612
3
RAGUNAN PEJATEN BARAT
708,501,075
448,022,739
260,478,336
36,846,503
297,324,839
1,042,672,417
658,134,800
416,173,477
241,961,324
34,227,140
276,188,464
968,550,405
4 5
0
-
-
-
-
-
-
6
0
-
-
-
-
-
-
7
0
-
-
-
-
-
-
8
0
-
-
-
-
-
-
9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
0
-
-
-
-
-
-
2,212,711,928
1,399,214,89 5
813,497,032
115,074,909
928,571,941
3,256,358,777
TOTAL
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
39
Lampiran 5. Jalur Ritel Obat di Indonesia JALUR RITEL OBAT DI INDONESIA NO
JALUR OBAT
A
BAGIAN
% AGE
UMUM 1
APOTEK
43
43.00%
2
TOKO UMUM
18
18.00%
3
TOKO OBAT
14
14.00%
4
DOKTER, PUSKESMAS, KLINIK
13
13.00%
5
RUMAH SAKIT
12
12.00%
100
100.00%
TOTAL B
OTC 1
APOTEK
43
57.33%
2
TOKO UMUM
18
24.00%
3
TOKO OBAT
14
18.67%
75
100.00%
43
75.44%
TOTAL C
UPDS 1
APOTEK
2
TOKO OBAT TOTAL
14
24.56%
57
100.00%
RESEP RAWAT JALAN 1
APOTEK
43
63.24%
2
DOKTER, PUSKESMAS, KLINIK
13
19.12%
3
RUMAH SAKIT
12
17.65%
68
100.00%
TOTAL
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
40
Lampiran 6.
Perhitungan Target Omset Kimia Farma Ampera Raya dari Transaksi UPDS
NAMA APOTEK
: KF AMPERA RAYA
LOKASI APOTEK
: JL. AMPERA RAYA NO. 75, KEMANG
KELURAHAN
: RAGUNAN
KECAMATAN
: PASAR MINGGU
KABUPATEN
: KODYA JAKARTA SELATAN
PROPINSI
: DKI JAKARTA
NO
A
NAMA PESAING
APOTEK
PREDIKSI M. SHARE
Harga rata-rata per transaksi : 56.879
TARGET OMSET KFA PER BULAN
JARAK KE KFA
100,00%
70.088.429
DIREBUT KFA OMSET
PASIEN % AGE
PASIEN
OMSET
448.565.947
7.886
15,63%
1.232
70.088.429
1
APT K 24 AMPERA RAYA
10,00%
1 km
44.856.595
789
20,00%
158
8.971.319
2
APT MOYA ZAM ZAM
10,00%
1 km
44.856.595
789
20,00%
158
8.971.319
3
APT NANDA
2,50%
1 km
11.214.149
197
10,00%
20
1.121.415
4
APT G+ JL WRG JATI BRT
10,00%
1 km
44.856.595
789
10,00%
79
4.485.659
5
APT MELAWAI KEMANG RAYA
10,00%
1 km
44.856.595
789
15,00%
118
6.728.489
6
APT PEJATEN SEHAT
5,00%
1 km
22.428.297
394
20,00%
79
4.485.659
7
APT ZAM-ZAM SIAGA
7,50%
1 km
33.642.446
591
15,00%
89
5.046.367
8
APT ARDANA JAYA
5,00%
1 km
22.428.297
394
20,00%
79
4.485.659
9
APT RUMAH SEHAT KITA
10,00%
1 km
44.856.595
789
20,00%
158
8.971.319
10
APT K 24 CILANDAK KKO
7,50%
2 km
33.642.446
591
15,00%
89
5.046.367
11
APT AJIWARAS
7,50%
2 km
33.642.446
591
10,00%
59
3.364.245
12
APT CAHAYA FARMA
7,50%
2 km
33.642.446
591
15,00%
89
5.046.367
13
APT CITRA GRAHA MEDIKA
7,50%
2 km
33.642.446
591
10,00%
59
3.364.245
TOKO OBAT
0,00%
146.044.727
-
-
-
1
-
-
-
-
2
-
-
-
-
B
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
41
Lampiran 7.
Perhitungan Target Omset Kimia Farma Ampera Raya dari Transaksi OTC
NAMA APOTEK
: KF AMPERA RAYA
LOKASI APOTEK
: JL. AMPERA RAYA NO. 75, KEMANG
KELURAHAN
: RAGUNAN
KECAMATAN
: PASAR MINGGU : KODYA JAKARTA SELATAN : DKI JAKARTA
KABUPATEN PROPINSI
N O
A
NAMA PESAING
APOTEK
PREDIKSI M. SHARE
JARA K KE KFA
63,50%
Harga rata-rata per transaksi OMZ OTC
38.750 3.299.121.000 85.139
Lembar RataRata
38.750
TARGET OMSET KFA PER BULAN
43.163.362
DIREBUT KFA OMSET
PASIEN % AGE
PASI EN
OMSET
415.491.300
6.809
14,65%
997
38.640.691
1
APT K 24 AMPERA RAYA
5,00%
1 km
20.774.565
536
20,00%
107
4.154.913
2
APT MOYA ZAM ZAM
5,00%
1 km
20.774.565
536
20,00%
107
4.154.913
3
APT NANDA
2,50%
1 km
10.387.282
268
20,00%
54
2.077.456
4
5,00%
1 km
20.774.565
536
20,00%
107
4.154.913
5
APT G+ JL WRG JATI BRT APT MELAWAI KEMANG RAYA
6,00%
1 km
24.929.478
643
15,00%
97
3.739.422
6
APT PEJATEN SEHAT
5,00%
1 km
20.774.565
536
20,00%
107
4.154.913
7
APT ZAM-ZAM SIAGA
5,00%
1 km
20.774.565
536
20,00%
107
4.154.913
8
APT ARDANA JAYA
3,00%
1 km
12.464.739
322
20,00%
64
2.492.948
9
APT RUMAH SEHAT KITA
5,00%
1 km
20.774.565
536
20,00%
107
4.154.913
10
APT K 24 CILANDAK KKO
6,00%
2 km
24.929.478
643
15,00%
97
3.739.422
11
APT AJIWARAS
6,00%
2 km
24.929.478
643
15,00%
97
3.739.422
12
APT CAHAYA FARMA
5,00%
2 km
20.774.565
536
15,00%
80
3.116.185
13
APT CITRA GRAHA MEDIKA
5,00%
2 km
20.774.565
536
15,00%
80
3.116.185
B
TOKO UMUM ALFAMART CILANDAK (4 OUTLET) ALFAMART BANGKA (8 OUTLET) ALFAMART PEJATEN BARAT (6 OT) ALFAMART RAGUNAN (6 OUTLET) ALFAMIDI CILANDAK (3 OUTLET) ALFAMIDI BANGKA (1 OUTLET) ALFAMIDI RAGUNAN (1 OUTLET) INDOMARET CILANDAK (5 OUTLET) INDOMARET BANGKA (6 OUTLET) INDOMARET PEJATEN BARAT (5 OT)
173.926.590
1.215
9,60%
117
4.522.671
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
36,50% 2,00%
1 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
2,00%
2 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
2,00%
1 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
2,00%
3 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
2,00%
2 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
2,00%
1 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
2,00%
1 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
2,00%
2 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
2,00%
1 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
2,00%
1 km
3.478.532
90
10,00%
9
347.853
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
42
18
SEVEN ELEVEN CILANDAK (2 OUTLET) SEVEN ELEVEN BANGKA (2 OUTLET) SEVEN ELEVEN PEJATEN BARAT (1 OT) SEVEN ELEVEN RAGUNAN(3 OUTLET) CIRCLE K CILANDAK (3 OUTLET) CIRCLE K BANGKA (4 OUTLET) CIRCLE K PEJATEN BARAT (1 OT) FAMILY MART PEJATEN BARAT
19
HERO SUPERMARKET
3,00%
1 km
747.884
19
10,00%
2
74.788
20
RANCH MARKET
2,00%
1 km
498.590
13
5,00%
1
24.929
21
3,00%
1 km
747.884
19
5,00%
1
37.394
22
GIANT RAGUNAN SUPERINDO MALL CILANDAK
3,00%
1 km
747.884
19
5,00%
1
37.394
24
TOTAL SWALAYAN
0,50%
2 km
869.633
22
5,00%
1
43.482
25
MALL PEJATEN VILLAGE
0,50%
2 km
869.633
22
5,00%
1
43.482
C
TOKO OBAT
0,00%
135.276.237
-
-
-
1
-
-
-
-
2
-
-
-
-
11 12 13 14 15 16 17
0,50%
1 km
869.633
22
10,00%
2
86.963
0,50%
1 km
869.633
22
10,00%
2
86.963
0,50%
1 km
869.633
22
10,00%
2
86.963
0,50%
1 km
869.633
22
10,00%
2
86.963
0,50%
1 km
869.633
22
10,00%
2
86.963
0,50%
1 km
869.633
22
10,00%
2
86.963
0,50%
2 km
869.633
22
10,00%
2
86.963
1,00%
2 km
1.739.266
45
10,00%
4
173.927
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
Lampiran 8. Perhitungan Target Omset Kimia Farma Ampera Raya dari Transaksi Resep
NAMA APOTEK
: KF AMPERA RAYA
LOKASI APOTEK
: JL. AMPERA RAYA NO. 75, KEMANG
Harga rata-rata per transaksi per lembar R/
KELURAHAN
: RAGUNAN
Harga rata-rata per transaksi per lembar copy R/
KECAMATAN
: PASAR MINGGU
KABUPATEN
: KODYA JAKARTA SELATAN : DKI JAKARTA
PROPINSI
NO
SUMBER RESEP
A
RAWAT JALAN
1
DR HENDRASHTO SP BEDAH MINOR SURG DR BENO PUTRA SP., KFR
2
DR. RATNA INDRAWATI PRAKTEK UMUM
54.849
2.756.893.000
LEMBAR:
TARGET OMSET KFA PER BULAN
PREDI KSI M. SHARE DOKTE R/ RS/KLI NIK (%)
DISPE NSING/ NOT DISPE NSING
86,00 BEDAH
1 km
2,50
KEDOKT ERAN FISIK & REHABILI TASI
1 km
1,00
1 km
1,00
JUMLA H PASIEN
NOT DISP (100% R/), DISP (0% S/D 50%)
TOT AL R/
504
100,00
504
90,00
202
100,00
202
90,00
NOT DISP
202
100,00
202
90,00
% AGE APT III/INS TALA SI FARM ASI (%)
KFA
3.964
777
10, 00 10, 00
454
50
15,00
182
20
15,00
10, 00
182
20
30,00
20.171 NOT DISP NOT DISP
COPY RESEP
APOT EK III/ INSTA LASI FARM ASI
KF A (%)
109.697
100.513.796
PELUANG M. SHARE LEMBAR RESEP
APOT EK III/ INST ALAS I FAR MASI (%)
25.132
% AGE COP Y R/ KE KFA (%)
15,0 0 15,0 0
OMSET KFA JU M L A H C O P Y K E K F A 24 7 10 4
RESE P
COPY RESE P
85.189 .409 5.531. 780 2.212. 712
13.550 .218 560.09 8 224.03 9
98.739.62 7 6.091.878
2.212. 712
896.15 7
3.108.868
TOTAL
2.436.751
43
3
SPESIALI SASI
OMZ:
RATA2:
JUMLAH RESEP
JARAK KE KFA KE SUMB ER R/
109.697
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
30,0 0
16
4
DR. DIDI DJAKARIA
1 km
1,50
5
DR. HJ. LIKE SILVANE K. DR. S. NAZAR
1 km
1,50
1 km
1,50
DR. ISABELLA MARGIE DR. JACOB R.
1 km
1,50
1 km
1,50
ORTODO NTIS GIGI
1 km
1,00
1 km
1,00
ORTODO NTIS
1 km
1,00
PERIODO NSIA ORTODO NTIS PROSTOD ONTIS
1 km
1,00
1 km
1,00
1 km
1,00
1 km
0,50
1 km
0,50
1 km
0,50
6 7 8 9
18
DRG. AJI PA MULUH
1 km
0,50
19
1 km
0,50
1 km
0,50
21
DRG. OLGA MAULANI SUTJIPTO DRG. WILLIAM FATTAH DRG. AMELIA ADAM
1 km
0,50
22
DRG. AIRELL
1 km
0,50
23
DRG. DESY JULIANTI
1 km
0,50
24
DRG. R. R PENI SUMARIM DRG. EKO PRIAMBODO DRG. SHALAWATI
1 km
0,50
1 km
0,50
1 km
0,50
DRG. IRMA RACHMA TINA DRG. SRI WAHYUNI
1 km
0,50
1 km
0,50
10 11
12 13 14 15 16
20
25 26 27 28
303
100,00
303
70,00
303
100,00
303
70,00
303
100,00
303
70,00
303
100,00
303
70,00
303
100,00
303
70,00
202
100,00
202
90,00
202
100,00
202
90,00
202
100,00
202
90,00
NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP
202
100,00
202
90,00
202
100,00
202
90,00
202
100,00
202
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
30, 00 30, 00 30, 00 30, 00 30, 00 10, 00 10, 00 10, 00
212
91
40,00
212
91
40,00
212
91
40,00
212
91
40,00
212
91
40,00
182
20
15,00
182
20
15,00
182
20
15,00
10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00
182
20
15,00
182
20
15,00
182
20
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
40,0 0 40,0 0 40,0 0 40,0 0 40,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0
34
15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0
4
34 34 34 34 4 4 4
4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9.957. 204 9.957. 204 9.957. 204 9.957. 204 9.957. 204 2.212. 712 2.212. 712 2.212. 712
1.858. 695 1.858. 695 1.858. 695 1.858. 695 1.858. 695 224.03 9 224.03 9 224.03 9
11.815.89 9 11.815.89 9 11.815.89 9 11.815.89 9 11.815.89 9 2.436.751
2.212. 712 2.212. 712 2.212. 712 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356
224.03 9 224.03 9 224.03 9 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0
2.436.751
2.436.751 2.436.751
2.436.751 2.436.751 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376
44
17
DR. DRG SONY SP. ORT DRG. PROF. HERIANDIS, SP. KGA. DRG. KUSSULISTYOWATI PUTRI W,. SP. ORT DRG. GANESHA WANDAWA, SP.PERIO DRG. SRIWULAN YUSUF, SP.ORTHO DRG. RANIA, SP.PROST DRG. KHONIE LISTIAWATI DRG. SRI ROCHADIATI DRG. AGUS RIYANTO
NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP
29
DRG. SOPHIE
1 km
0,50
100,00
101
90,00
30
1 km
0,50
1 km
0,50
1 km
0,50
33
DRG S. JAMIKAL DJANNAH DRG AMELIA RESANTY DRG. FEBY DAMAYANTI DRG. SARAH DINA
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
101
100,00
101
90,00
1 km
0,50
101
100,00
101
90,00
34
DRG. ATI INDRAWATI
1 km
0,50
101
100,00
101
90,00
35
DRG. M. LOEKMAN
1 km
0,50
101
100,00
101
90,00
36
DRG. HENY YULIANTI
1 km
0,50
101
100,00
101
90,00
37
DRG. IIN GANIAWATI
1 km
0,50
101
100,00
101
90,00
38
1 km
0,50
2 km
48
DRG. DHARMA ZIKKRULAH PRAKTEK DOKTER BERSAMA PRAKTEK DOKTER CAHAYA KLINIK DOKTER 24 JAM BPU DHARMA BAKTI KLINIK SPESIALIS DAN POLI ANAK AJI WARAS KLINIK DOKTER KITA DOKTER 24 JAM KLINIK GIGI DAN UMUM MOYA ZAM ZAM KLINIK KEMANG MEDIKA DOKTER 24 JAM KLINIK CITRA GRAHA MEDIKA KLINIK ESTETIKA MADANIA KLINIK MEDIRA
101
100,00
101
90,00
403
40,00
151
90,00
2 km
2,00
DISP
403
40,00
151
90,00
1 km
2,50
DISP
504
40,00
202
90,00
1 km
2,50
DISP
504
30,00
151
90,00
1 km
2,50
DISP
504
40,00
202
90,00
1 km
2,50
DISP
504
40,00
202
90,00
1 km
2,50
DISP
504
50,00
252
1 km
2,50
DISP
504
30,00
1 km
2,50
DISP
504
1 km
2,50
DISP
49
KLINIK RHC
1 km
2,50
50
KLINIK MEDIKA II
1 km
51
KLINIK REHABILITASI MEDIK
1 km
31 32
39 40 41
42
43 44
45
46 47
10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00
91
10
15,00
15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0
2
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
91
10
15,00
145
16
15,00
145
16
15,00
182
20
15,00
10, 00
136
15
15,00
15,0 0
10, 00 10, 00
182
20
15,00
182
20
15,00
90,00
10, 00
227
25
151
90,00
10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00
136
10,00
50
90,00
504
10,00
50
90,00
DISP
504
10,00
50
90,00
2,50
DISP
504
10,00
50
90,00
2,00
DISP
403
10,00
40
90,00
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.106. 356 1.770. 170 1.770. 170 2.212. 712
112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 112.02 0 179.23 1 179.23 1 224.03 9
1.218.376
3
1.659. 534
168.02 9
1.827.563
15,0 0 15,0 0
4
2.212. 712 2.212. 712
224.03 9 224.03 9
2.436.751
15,00
15,0 0
5
2.765. 890
280.04 9
3.045.939
15
15,00
3
5
15,00
168.02 9 56.010
45
5
15,00
56.010
609.188
45
5
15,00
56.010
609.188
45
5
15,00
56.010
609.188
36
4
15,00
1.659. 534 553.17 8 553.17 8 553.17 8 553.17 8 442.54 2
1.827.563
45
15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0
44.808
487.350
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4
4
1 1 1 1 1
1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.218.376 1.949.401 1.949.401 2.436.751
2.436.751
609.188
46
101
2,00
NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP NOT DISP DISP
52
DENTAL CLINIC
1 km
2,50
DISP
504
10,00
50
90,00
53
1 km
2,50
DISP
504
10,00
50
90,00
1 km
5,00
DISP
1.009
20,00
202
90,00
55
KLINIK KELUARGA MUTIARA RS MARINIR CILANDAK RS JMC
1 km
5,00
DISP
1.009
15,00
151
90,00
56
RS. SIAGA RAYA
1 km
5,00
DISP
1.009
20,00
20
90,00
57
RSIA KEMANG MEDICAL CARE
1 km
5,00
DISP
1.009
20,00
202
90,00
B
RS RAWAT INAP
1
1 km
3,50
DISP
37
100,00
37
90,00
2
RS MARINIR CILANDAK RS JMC
1 km
3,50
DISP
37
100,00
37
90,00
3
RS. SIAGA RAYA
1 km
3,50
DISP
37
100,00
37
90,00
4
RSIA KEMANG MEDICAL CARE
1 km
3,50
DISP
37
100,00
37
90,00
54
14,00
1.049
10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00
147 10, 00 10, 00 10, 00 10, 00
45
5
15,00
45
5
15,00
182
20
15,00
136
15
15,00
182
20
15,00
182
20
15,00
132
15
33
4
15,00
33
4
15,00
33
4
15,00
33
4
15,00
15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0
1 1 4 3 4 4
3 15,0 0 15,0 0 15,0 0 15,0 0
1 1 1 1
553.17 8 553.17 8 2.212. 712 1.659. 534 2.212. 712 2.212. 712
56.010
609.188
56.010
609.188
224.03 9 168.02 9 224.03 9 224.03 9
2.436.751
1.611. 049 402.76 2 402.76 2 402.76 2 402.76 2
163.12 0 40.780
1.774.169
40.780
443.542
40.780
443.542
40.780
443.542
1.827.563 2.436.751 2.436.751
443.542
46
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014
40
Laporan praktek…., Dinny Chairunisa, FFar UI, 2014