UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PERILAKU PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN PRADIABETES PADA USIA DEWASA MENENGAH DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
TESIS
OLEH SOVIA 1006834012
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DEPOK (JANUARI, 2013)
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PERILAKU PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN PRADIABETES PADA USIA DEWASA MENENGAH DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan
OLEH SOVIA 1006834012
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DEPOK (JANUARI, 2013) i
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
HALAMAN PER}TYATAAI\T BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenamya menyatakan bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan poraturan yang berlaku di
Universitas Indonesia
Jika di kemudian hui ternyata saya melakukan tindakar Plagiarisrne, saya akan bertanggung jawab dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya
Depolq 15 Januari 2013
SOVIA
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
HALAMAN PER}IYATAAI\I ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telatr sayanyatakan dengan benar.
SOYIA
Nama
:
NPM
:1ffi6834012
Tcnde Tengea
:
Tangal
l5Januari20l3
Itt
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
IIALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama
SOVIA
NPM
1006834012 Magister Ilmu Keperawatan Hubungan Karakteristik Keluarga dan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah Di Kelurahan Cisalak Pasar Depok.
Program Studi Jusul Tesis
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguii dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan pada Fakultas llmu Keperawatan, Universitas fndonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing I
Pembimbing
II
Etty Rekawati, S.Kp., M.KM.
Kuntarti, S.Kp., M.Biomed.
Penguji
Penguji
Ditetapkan di Tanggal
Ns. Purwadi, M.Kep., Sp.Kep.Kom.
Depok l5 Januari 2013
lv
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Hubungan Karakteristik Keluarga dan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok”. Tesis ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk meraih gelar Magister Keperawatan Peminatan Keperawatan Komunitas pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penyusunan laporan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar berkat bimbingan, dorongan, arahan, dan kesabaran dari Ibu Etty Rekawati, S.Kp., M.KM. dan Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed. Pada kesempatan ini, saya selaku peneliti tidak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2. Ibu Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., M.N., selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan. 3. Bapak Sigit Mulyono, S.Kp., M.N., selaku Tim Penguji Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 4. Bapak Ns. Purwadi, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom., selaku Tim Penguji Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 5. Staf Pengajar Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang telah membekali ilmu, sehingga peneliti mampu menyusun tesis ini. 6. Ibu Fatimah, selaku administrasi yang telah membantu terselesainya surat izin penelitian. 7. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, yang telah memberikan izin penelitian. 8. Bapak Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Kota Depok, yang telah memberikan izin penelitian. 9. Bapak Lurah Cisalak Pasar, yang telah memberikan izin penelitian.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
10. Bapak/ Ibu warga masyarakat Kelurahan Cisalak Pasar yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, semoga partisipasi Bapak/ Ibu dapat bernilai amal ibadah bagi Allah SWT. 11. Orangtua dan saudara-saudaraku yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tulus. 12. Teman-teman di Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia angkatan 2010 genap dan 2011 ganjil, terkhusus Keperawatan Komunitas Akhir kata, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua dan peneliti membutuhkan saran dan masukan yang membangun sebagai perbaikan demi kesempurnaan tesis ini.
Depok, 15 Januari 2013
Peneliti
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAI\I PERSETUJUANI PUBLIKASI TUGAS AKHIR T]NTUK KEPENTINGAN AKAI}EMIS Sebagai sivitas akadernik Universitas Indonesi4 saya yang bertanda tangan di bawah
ini: Nama
SOVIA
NPM
1006834012
Program Studi Peminatan Fakultas
Magister Ilmu Keperawatan Keperawatan Komunitas Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royatti Noneksklusif (Non-exclusive RoyattyFree Right) atas karya ilrniah saya yang berjudul:
HI]BI]NGAI{ KARAKTERISTIK KELUARGA DAN
PERILAKU
PERAWATAI\I KESEHATAII KELUARGA DENGAN KEJADIAIT PRADIABETES PADA USIA DEWASA MEI{ENGAH DI KELT]RAHAN CISALAK PASAR KECAMATAII CIMANGGIS KOTA DEPOK
Beserta perangkat yang ada (fika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, rnengelola dalam bentuk pangkalan datz (database), mermrat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penelit7 pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Depok : 15 Januari 2013 Yang menyatakan,
Pada tangga
(sovrA)
vil
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
ABSTRAK Sovia Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Komunitas FIK-UI Hubungan Karakteristik Keluarga dan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pradiabetes adalah suatu keadaan individu yang memiliki kadar gula darah di atas normal, tapi belum dapat didiagnosis diabetes melitus. Perilaku perawatan kesehatan keluarga merupakan upaya promosi kesehatan dalam keluarga untuk memelihara dan meningkatkan status kesehatan anggota keluarga, khususnya dalam pencegahan pradiabetes. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Desain penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 156 orang yang diambil menggunakan teknik cluster sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes. Faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah adalah: tipe keluarga (OR = 2,070), pengetahuan keluarga (OR = 7,025), dan praktik perawatan kesehatan keluarga (OR = 2,863). Upaya untuk meningkatkan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang lebih efektif perlu disusun oleh tim di pelayanan kesehatan primer melalui program promosi kesehatan seperti pendidikan kesehatan, pembentukan kelompok pendukung, pemberdayaan masyarakat, kemitraan, dan intervensi keperawatan (demonstrasi penyusunan menu makanan sehat, aktivitas fisik, dan perawatan kaki). Kata kunci: karakteristik keluarga, perilaku perawatan kesehatan keluarga, pradiabetes, usia dewasa menengah
viii
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
ABSTRACT Sovia Master of Nursing Science in Faculty of Nursing, Indonesia University Association of Family Characteristics and Family Health Care Behaviors with Prediabetes at Middle-Aged Adults in Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Pre-diabetes is a state where glucose level higher than normal, but not satisfy the criteria for diabetes. Family health care behaviors are health promotion efforts in the family to maintain and improve the health status of family members, especially in the prevention of prediabetes. The research aims to determine the association of family characteristics and family health care behaviors with prediabetes at middle-aged adults. The research used observational descriptive design with cross sectional approach. Total sample of 156 people were taken using a cluster sampling technique. The results showed that the type of family (OR = 2,070), family knowledge (OR = 7,025), and practice of family health care (OR = 2,863) are the dominant factors in the incidence of prediabetes. The efforts to improving behavioral of family health care through developing health promotion program such as health education, the establishment of support groups, community empowerment, partnership, and nursing interventions. Keywords: family characteristics, family health care behaviors, prediabetes, middleaged adults
ix
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ................................ LEMBAR ORISINALITAS ............................................................................ LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. KATA PENGANTAR .................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ......................... ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR SKEMA ......................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2.1. Agregat Dewasa Menengah Sebagai Populasi Risiko ............. 2.2. Pradiabetes Pada Agregat Dewasa Menengah ........................ 2.3. Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga ................................ 2.4. Peran Perawat Komunitas ...................................................... 2.5. Kerangka Teori ...................................................................... BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN ..................................................... 3.1. Kerangka Konsep ................................................................... 3.2. Hipotesis Penelitian ............................................................... 3.3. Definisi Operasional .............................................................. BAB 4 METODE PENELITIAN ................................................................ 4.1. Desain Penelitian ................................................................... 4.2. Populasi dan Sampel .............................................................. 4.3. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 4.4. Etika Penelitian ...................................................................... 4.5. Alat Pengumpul Data ............................................................. 4.6. Uji Instrumen ......................................................................... 4.7. Prosedur Pengumpulan Data .................................................. 4.8. Pengolahan dan Analisis Data ................................................ BAB 5 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 5.1. Analisis Univariat .................................................................. 5.2. Analisis Bivariat .................................................................... 5.3. Analisis Multivariat ............................................................... BAB 6 PEMBAHASAN ............................................................................. 6.1. Interpretasi Hasil Penelitian ................................................... 6.2. Keterbatasan Penelitian .......................................................... 6.3. Implikasi Hasil Penelitian ...................................................... x
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
i ii iii iv v vii viii ix x xii xiii xiv 1 1 10 11 13 15 15 23 27 39 41 44 44 45 47 50 50 50 54 54 57 59 61 62 66 66 68 73 80 80 105 106
BAB 7
PENUTUP ...................................................................................... 7.1. Simpulan ............................................................................... 7.2. Saran ..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
111 111 113
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1 Kerangka Teori ...........................................................................
43
Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .......................................................
45
xii
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
Tabel
Tabel Tabel
Tabel
3.1 4.1 4.2 4.3 5.1
Definisi Operasional ..................................................................... Jumlah Sampel Penelitian ............................................................. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ....................................................... Analisis Data ................................................................................ Karakteristik Keluarga dengan Usia Dewasa Menengah ............... Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.... 5.2 Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Usia Dewasa ...... Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis ...... Kota Depok .................................................................................. 5.3 Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan.. Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok ......................... 5.4 Hubungan Karakteristik Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes .... Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.... 5.5 Hubungan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan .......... Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan.. Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok ......................... 5.6 Seleksi Bivariat antara Karakteristik Keluarga dan Perilaku .......... Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes ........ Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar ............. Kecamatan Cimanggis Kota Depok .............................................. 5.7 Pemodelan Multivariat antara Karakteristik Keluarga dan ............. Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kejadian ............. Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak ... Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok ..................................... 5.8 Perbandingan Nilai OR ................................................................. 5.9 Hasil Uji Interaksi antara Tipe Keluarga, Pengetahuan, dan .......... Praktik Keluarga terhadap Kejadian Pradiabetes Pada Usia ........... Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan ........... Cimanggis Kota Depok ................................................................. 5.10Hasil Pemodelan Multivariat antara Tipe Keluarga, Pengetahuan... dan Praktik Keluarga terhadap Kejadian Pradiabetes Pada Usia .... Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan ........... Cimanggis Kota Depok .................................................................
xiii
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
47 53 58 65 66 67 68 68 71 73
74
75 76
77
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
:
Jadwal kegiatan penelitian
Lampiran 2
:
Penjelasan penelitian dan persetujuan menjadi responden
Lampiran 3
:
Kuisioner penelitian
Lampiran 4
:
Hasil validitas dan reliabilitas
Lampiran 5
:
Hasil pengolahan data dan analisis data
Lampiran 6
:
Surat keterangan lulus uji etik
Lampiran 7
:
Surat permohonan izin penelitian
Lampiran 8
:
Surat izin penelitian
Lampiran 9
:
Daftar riwayat hidup
xiv
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
1
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang melandasi dilakukannya penelitian tentang pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah. Dalam bab ini digambarkan latar belakang dari fenomena yang terkait dengan pradiabetes, permasalahan apa yang akan diteliti, tujuan dilakukan penelitian, dan manfaat yang akan diperoleh setelah penelitian ini selesai dilaksanakan. 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009). Pembangunan kesehatan ini ditujukan untuk semua masyarakat Indonesia mulai dari yang berusia balita sampai usia lansia. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, jumlah total penduduk Indonesia adalah sekitar 238 juta jiwa; yang terdiri dari usia balita (0-4 tahun) berjumlah 23 juta jiwa; usia prasekolah, sekolah, dan remaja (5-19 tahun) berjumlah 67 juta jiwa; usia dewasa (20-59 tahun) berjumlah 130 juta jiwa; dan usia lansia (≥ 60 tahun) berjumlah 18 juta jiwa. Dari hasil sensus tersebut terlihat bahwa masyarakat yang berusia dewasa sebesar 55% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2012). Hal ini berarti lebih dari setengah populasi penduduk Indonesia adalah masyarakat usia dewasa. Masyarakat usia dewasa adalah kumpulan individu yang berusia antara 18-70 tahun (Santrock, 2003). Santrock (2003) mengatakan usia dewasa dikelompokkan menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa muda (early adulthood), masa dewasa tengah (middle adulthood), dan masa dewasa akhir (late adulthood). Pada masa dewasa awal (18-35 tahun) akan terjadi proses pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi dengan mengembangkan karir, memilih pasangan dan belajar hidup dengan seseorang secara intim, dan memulai hidup berkeluarga. Masa dewasa tengah (35-55 tahun) merupakan waktu bertambahnya minat untuk mewariskan nilai-nilai pada generasi berikutnya, 1
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
2
meningkatnya kepedulian pada diri sendiri, dan meningkatnya refleksi tentang arti hidup. Masa dewasa akhir (usia 55-70 tahun) terjadi penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan, pensiun dan berkurangnya penghasilan, perubahan peran sosial, berkurangnya tanggung jawab dan meningkatnya kebebasan, dan menjadi kakek nenek. Masing-masing tahapan usia dewasa tersebut di atas mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik secara fisik, kognitif, ataupun sosioemosional. Menurut Santrock (2009) dan Hutchison (2011), karakteristik fisik pada usia dewasa menengah adalah mulai terjadinya perubahan-perubahan fisik yang mengarah pada proses menua (aging). Proses menua yang dialami menyebabkan berbagai fungsi tubuhnya menurun, seperti: mulai menurunnya daya penglihatan, kehilangan tinggi badan, kenaikan berat badan, kelemahan karena berkurangnya kekuatan dan massa otot, tulang, dan sendi, berkurangnya pendengaran, serta peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol dalam darah yang dapat berakibat pada gangguan kardiovaskular. Perubahan-perubahan fisiologis tersebut, dipengaruhi oleh faktor genetik, serta gaya hidup menyebabkan usia dewasa menengah berisiko mengalami penyakit kronis. Karakteristik kognitif dari usia dewasa menengah meliputi semakin meningkatnya kemampuan verbal dan informasi, kemampuan menyelesaikan permasalahan hidup, kreativitas, dan kemampuan belajar tetap utuh serta memori yang tidak terganggu. Semua itu dipengaruhi juga oleh kesehatan fisik dewasa menengah, pengalaman hidup, keluarga, dan lingkungan di sekitar individu usia dewasa menengah tersebut. Perkembangan kognitif dewasa menengah akan mempengaruhi mereka dalam berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, serta dalam memutuskan perilaku kesehatannya (Papalia, Olds, dan Feldman, 2001; Stalsbroten dan Torrence, 2010). Semakin baik perkembangan kognitif seseorang, diharapkan akan semakin baik pula perilakunya dalam mencegah masalah kesehatan yang berisiko pada dirinya. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2001), karakteristik sosioemosional usia dewasa menengah dipengaruhi oleh stresor dalam kehidupannya seperti kondisi fisik (keluhan atau penyakit fisik yang dialami), pekerjaan (beban kerja, perubahan karir, penghasilan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
3
yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari), dan kepuasan dalam hidup dengan pasangan (hubungan pernikahan). Hal-hal tersebut dapat menyebabkan kecemasan, emosi yang labil, perasaan tidak berdaya, ataupun kehilangan kontrol diri pada usia dewasa menengah. Kondisi psikologis yang tidak adekuat ini akan mempengaruhi mereka dalam berperilaku sehari-hari, termasuk dalam menjaga kesehatan fisik ataupun dalam gaya hidup sehat sehingga berisiko juga untuk mengalami penyakit kronis. Penyakit kronis yang sering dialami oleh dewasa menengah berbeda-beda menurut gendernya. Dewasa menengah laki-laki lebih sering menderita kolesterol tinggi dan serangan jantung, kanker, diabetes melitus tipe 2, erectile dysfunction, peningkatan berat badan (Midlife Health & Fitness, 2012). Sedangkan dewasa menengah perempuan umumnya menderita penyakit jantung, kanker, osteoporosis dan osteoarthritis, obesitas, dan diabetes melitus tipe 2 (Healthy Living, 2012). Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh kelompok usia dewasa menengah. Hal ini sesuai dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menunjukkan prevalensi diabetes melitus di Indonesia lebih tinggi pada usia dewasa menengah (sekitar 24%) dibandingkan usia dewasa awal (7,4%) dan dewasa akhir (14%) (Balitbangkes Depkes RI, 2007). Penyakit ini terjadi secara perlahan sesuai dengan pertambahan usia seseorang dan diawali dengan kondisi pradiabetes terlebih dahulu. Pradiabetes adalah suatu keadaan individu dengan kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal, tetapi belum mencapai batas diagnosis diabetes (Soegondo, 2008). Seseorang dikatakan pradiabetes jika konsentrasi glukosa darah puasa pagi antara 100-125 mg/ dl (gangguan gula darah puasa), atau kadar glukosa darah 2 jam setelah makan antara 140199 mg/ dl (gangguan toleransi glukosa), atau keduanya (Becker, 2004; Scalpi, 2011). Kondisi pradiabetes tidak menunjukkan tanda dan gejala klinis pada diri seseorang, sehingga banyak individu yang tidak menyadari dirinya sedang mengalami pradiabetes. Prevalensi pradiabetes di dunia belum diketahui secara pasti karena belum ada penelitian yang dilakukan terkait hal tersebut. Akan tetapi, beberapa penelitian telah dilakukan di Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
4
negara tertentu dan diketahui bahwa prevalensi pradiabetes dua kali lipat prevalensi diabetes. Penelitian Twigg, Kamp, Davis, Neylon, dan Flack (2007) pada survei kesehatan nasional di Singapura didapatkan prevalensi pradiabetes sebesar 15%, sedangkan prevalensi diabetes 9%. Penelitian oleh Garber, dkk (2008) mendapatkan jumlah penderita pradiabetes di Amerika Serikat sebanyak 57 juta orang dan penderita diabetes berjumlah 24,1 juta orang, sementara penelitian Chaoyang, Ford, Zhao, dan Mokdad (2009) pada remaja yang berusia 12-19 tahun di Amerika Serikat didapatkan hasil prevalensi pradiabetes pada kelompok remaja tersebut sebesar 16,1%. Penelitian tentang kejadian pradiabetes di Indonesia juga masih sedikit dilakukan. Yunir (2006) yang meneliti tentang prevalensi pradiabetes pada populasi umum berusia 25-64 tahun di lima wilayah DKI Jakarta mendapatkan prevalensi sebesar 24,91%. Sementara penelitian yang dilakukan Soewondo dan Pramono (2011) dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2007 mendapatkan prevalensi pradiabetes pada daerah perkotaan di 33 propinsi di Indonesia sebesar 10,2% dan prevalensi diabetes 5,7%. Selanjutnya dalam penelitian tersebut diketahui juga prevalensi pradiabetes di Indonesia menurut karakteristik umur, yaitu usia dewasa awal sebesar 34,3%, usia dewasa menengah sebesar 43,8%, dan usia dewasa akhir sebesar 21,9%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi pradiabetes tertinggi pada usia dewasa menengah. Prevalensi pradiabetes yang tinggi pada usia dewasa menengah ini memerlukan perawatan dan tindakan pencegahan agar tidak berkembang menjadi penyakit yang lebih serius. Menurut Soewondo dan Pramono (2011), penderita pradiabetes berada pada kondisi yang serius karena meningkatkan risiko untuk menderita diabetes tipe 2, penyakit jantung dan stroke. Sejalan dengan pendapat tersebut, Greene, Merendino, dan Jibrin (2009) mengatakan 33-70% individu dengan pradiabetes akan menderita diabetes jika tidak melakukan pencegahan. Sementara Tabak, Herder, Rathmann, Brunner, dan Kivimaki (2012) menyatakan 5-10% individu dengan pradiabetes akan berkembang menjadi diabetes setiap tahunnya. Selain meningkatkan risiko diabetes, kondisi pradiabetes dapat menyebabkan kematian akibat dari penyakit kardiovaskular (Chaoyang, Ford, Zhao, dan Mokdad, 2009). Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
5
Beberapa risiko penyakit yang mungkin terjadi pada penderita pradiabetes dapat dicegah dengan memperbaiki perilaku hidup sehat. Hal ini karena kondisi pradiabetes lebih banyak terjadi karena perilaku hidup yang tidak sehat selain faktor keturunan. Menurut Ramachandran (2012), gaya hidup sehat seperti latihan fisik yang teratur dan pola makan yang seimbang dapat mencegah atau mengurangi kejadian diabetes pada populasi yang berisiko (at risk population). Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999) menjelaskan at risk population adalah suatu kelompok populasi yang memiliki beberapa kemungkinan untuk mengalami peristiwa (masalah kesehatan) tertentu. Seorang individu atau suatu kelompok dapat masuk kelompok at risk jika mereka memiliki beberapa faktor risiko, antara lain: risiko biologis, sosial, ekonomi, gaya hidup, dan kejadian dalam hidup (Stanhope dan Lancaster, 2002). Kelompok usia dewasa menengah merupakan populasi yang berisiko mengalami pradiabetes karena secara biologis mereka mulai mengalami perubahan fisik yang mengarah ke proses menua, khususnya fungsi metabolik yang mengakibatkan menurunnya proses metabolisme karbohidrat dan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kecenderungan peningkatan glukosa dalam darah (Kumar, Abbas, dan Fausto, 2005). Hal ini sejalan dengan penelitian Soewondo dan Pramono (2011) bahwa kejadian pradiabetes di Indonesia dipengaruhi oleh faktor usia. Selain itu, faktor genetik yang dimiliki oleh usia dewasa menengah juga merupakan risiko biologis terhadap kejadian pradiabetes pada mereka. Penelitian Wandeler, dkk (2009) di Lausanne dari tahun 2003 sampai dengan 2006 menemukan bahwa riwayat dalam keluarga dengan hipertensi, diabetes, dan hiperkolesterolemia mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan tekanan darah yang tinggi, glukosa darah puasa, dan kadar kolesterol seseorang. Faktor sosial ekonomi dari usia dewasa menengah juga menyebabkan mereka berisiko mengalami pradiabetes. Rutinitas dan tuntutan pekerjaan menyebabkan dewasa menengah tidak mempunyai cukup waktu untuk diri dan hubungan sosialnya (Papalia, Olds, dan Feldman, 2001). Hal ini dapat menjadi stresor dalam dirinya, dan stres yang tinggi pada diri seseorang dapat mengakibatkan terjadinya resistensi insulin dalam tubuh, sehingga akan mengganggu pengaturan glukosa dalam darah. Selain itu, Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
6
penghasilan yang mapan menyebabkan dewasa menengah cenderung berperilaku hidup yang tidak sehat, seperti kurang berolahraga, makan tidak teratur, makan makanan yang cepat saji, dan lain-lain (Santrock, 2009). Penelitian Soewondo dan Pramono (2011) menunjukkan bahwa kejadian pradiabetes di Indonesia dipengaruhi oleh faktor status sosial ekonomi, yaitu prevalensi pradiabetes lebih banyak terjadi pada status sosial ekonomi tinggi. Faktor gaya hidup dan kejadian hidup dalam masa dewasa menengah juga merupakan faktor risiko kesehatan yang dapat meningkatkan kejadian pradiabetes pada kelompok umur ini. Penelitian Soewondo dan Pramono (2011) menunjukkan bahwa prevalensi pradiabetes di Indonesia dipengaruhi oleh faktor pola makan rendah serat, kurang beraktivitas, hipertensi, obesitas, dan kebiasaan merokok. Menurut European Society for Cardiology (ESC) dan European Association for Study of Diabetes (EASD) tahun 2007, pradiabetes terjadi berkaitan dengan beberapa kondisi, yaitu usia tua, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, kurangnya konsumsi sayur dan buah, hipertensi, dan riwayat keluarga (Soewondo dan Pramono, 2011). Sejalan dengan hal tersebut, penelitian Moore, Davis, Baxter, Lewis, dan Yin (2008) menemukan bahwa individu dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah mempunyai peluang 3 kali lebih besar mengalami masalah sindrom metabolik dan 2,4 kali lebih banyak mengalami overweight dibandingkan individu yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas sudah jelas tergambar bahwa faktor-faktor risiko yang terdapat pada kelompok usia dewasa menengah menyebabkan mereka termasuk dalam populasi berisiko mengalami pradiabetes. Oleh karena itu, tindakan preventif sangat penting untuk dilakukan untuk memperbaiki faktor-faktor risiko yang dapat diubah seperti risiko sosial ekonomi, gaya hidup, dan kejadian dalam hidup. Menurut Leavell dan Clark (1965) dalam Edelman dan Mandle (2010), terdapat tiga tingkat preventif, yaitu preventif primer berupa promosi kesehatan dan proteksi spesifik; preventif sekunder yang terdiri dari diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, dan pembatasan kecacatan; dan preventif tersier yang bertujuan untuk pemulihan dan rehabilitasi. Salah
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
7
satu tindakan preventif yang utama adalah promosi kesehatan mengenai perilaku hidup sehat. Promosi kesehatan merupakan suatu ilmu dan seni dalam membantu masyarakat untuk mengubah gaya hidup untuk mencapai status kesehatan yang optimal (O’Donnell, 1987 dalam Edelman dan Mandle, 2010). Pender dalam Health Promotion Model menjelaskan bahwa promosi kesehatan adalah preventif primer, kegiatan langsung yang spesifik untuk menurunkan kemungkinan adanya penyakit. Dalam promosi kesehatan perlu adanya pendekatan perilaku, bukan berorientasi pada penyakit dan tidak memecahkan masalah secara spesifik dengan tujuan mencegah penyakit (Pender, 1996; Tomey dan Alligood, 2006). Promosi kesehatan pradiabetes dapat dimulai dari dalam keluarga, karena keluarga merupakan sistem pendukung dan berperanan penting dalam mempertahankan status kesehatan anggota keluarga. Menurut Stanhope dan Lancaster (2002), keluarga mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan dan pengelolaan penyakit atau masalah kesehatan. Keluarga adalah sumber daya penting dalam memberikan pelayanan kesehatan yang efektif bagi individu dan keluarga (Maurer dan Smith, 2005; Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Keluarga juga mempunyai peranan untuk mencapai kesehatan atau menghilangkan masalah kesehatan (Maglaya, 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian Qureshi dan Kai (2008) di Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa keluarga yang diinformasikan oleh dokter tentang risiko diabetes dalam keluarga akan melakukan perubahan gaya hidup, berpartisipasi dalam skrining diabetes, dan mempunyai kewaspadaan terhadap faktor risiko yang ada. Walter dan Emery (2005) melakukan penelitian di Cambridge dan hasilnya menunjukkan bahwa pemahaman pasien dan keluarga tentang penyebab penyakit dalam keluarga mempunyai efek yang penting terhadap pemahaman keluarga mengenai faktor risiko dan perubahan perilaku keluarga. Perilaku keluarga dalam mencegah dan menghilangkan masalah kesehatan dalam keluarga merupakan salah satu pelaksanaan fungsi keluarga yaitu fungsi perawatan kesehatan keluarga. Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) fungsi perawatan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
8
kesehatan keluarga mencakup tiga aspek yaitu kepercayaan terhadap kesehatan (sikap), persepsi mengenai kesehatan (pengetahuan), dan praktik perawatan kesehatan keluarga (praktik). Hal ini sesuai dengan teori Bloom (1956) dalam Allender, Rector, dan Warner (2010) bahwa perilaku itu terdiri dari tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik. Claassen, dkk (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa pengetahuan keluarga tentang riwayat kesehatan keluarga akan memotivasi keluarga untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. Sementara, penelitian Walter dan Emery (2005) menunjukkan bahwa kepercayaan yang berbeda tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyakit dapat mempengaruhi pandangan pasien dalam mengontrol faktor-faktor tersebut. Perilaku keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan pada anggota keluarga dapat dipengaruhi oleh komposisi keluarga, tipe keluarga, budaya yang melatarbelakangi perilaku hidup keluarga, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan keluarga, dan keyakinan, serta religi dalam keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Kaakinen, Duff, Coehlo, dan Hanson (2010) mengemukakan bahwa komposisi dan tipe keluarga mempengaruhi keluarga dalam melaksanakan peran dan fungsi pemeliharaan kesehatan bagi anggota keluarganya. Winkelman (2009) menjelaskan latar belakang budaya keluarga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, keyakinan, dan nilai kesehatan dalam keluarga. Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi perilaku keluarga dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan keluarga (Notoatmodjo, 2010; Potter dan Perry, 2011). Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan jumlah penduduk sampai bulan April 2012 sebanyak 17.846 jiwa yang terdiri dari 3.353 jiwa penduduk usia balita dan prasekolah, 3.066 jiwa anak usia sekolah, 2.563 jiwa anak remaja, 7.488 jiwa usia dewasa, dan 1.376 jiwa usia lansia (Laporan Rekapitulasi Penduduk Kelurahan Cisalak Pasar, April 2012). Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penduduk berusia dewasa memiliki jumlah yang terbanyak dan 3745 jiwa diantaranya adalah kelompok usia dewasa menengah. Menurut laporan kunjungan pasien rawat jalan di Puskesmas Cimanggis Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
9
diketahui bahwa salah satu masalah kesehatan yang sering dialami oleh masyarakat usia dewasa menengah adalah diabetes melitus, dan termasuk penyakit terbanyak ketiga pada tahun 2011. Dalam satu tahun terakhir ini (Agustus 2011 sampai dengan Agustus 2012) terdapat sebanyak 164 orang dewasa menengah yang melakukan pemeriksaan dan pengobatan di Poli Umum Puskesmas Cimanggis Kota Depok dengan diagnosis diabetes melitus. Data tersebut menunjukkan bahwa diprediksikan orang dewasa menengah yang mengalami pradiabetes berjumlah 2 kali lipat atau lebih dari yang mengalami diabetes melitus. Hasil studi pendahuluan peneliti terhadap lima keluarga dengan usia dewasa menengah yang mempunyai faktor risiko pradiabetes di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok pada tanggal 2-3 Oktober 2012 didapatkan data-data sebagai berikut: tiga keluarga memiliki riwayat diabetes melitus; waktu luang keluarga digunakan untuk menonton televisi, tidur, atau ngobrol dengan tetangga; kelima keluarga mengatakan tidak ada kebiasaan olahraga yang rutin dilakukan; empat keluarga memiliki berat badan di atas normal dan satu keluarga berat badannya normal; dan dua keluarga mempunyai kebiasaan makan sayur, sedangkan tiga keluarga tidak. Keluarga juga mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merencanakan makanan yang akan diberikan dalam keluarga sehari-hari, dan kebiasaan makan keluarga tidak teratur (makan jika merasa lapar saja, tidak ada jadwal rutin). Saat dilakukan pemeriksaan gula darah dua jam setelah makan, tiga keluarga dengan anggota keluarga yang berusia dewasa memiliki kadar gula darah di atas normal (140-199 mg/ dL) dan dua keluarga kadar gulanya dalam batas normal.
Beberapa data di atas menunjukkan beberapa keluarga memiliki faktor risiko diabetes melitus, seperti pola makan yang tidak sehat, kurang aktivitas, kegemukan, dan riwayat keluarga. Hasil pemeriksaan gula darah juga memperlihatkan adanya keluarga yang mengalami pradiabetes. Keadaan ini juga ditunjang dengan belum adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat (puskesmas) di Kelurahan Cisalak Pasar sebagai tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, seperti pengobatan, pemeriksaan kesehatan, dan penyuluhan kesehatan serta lainnya. Puskesmas Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
10
baru terdapat di tingkat kecamatan. Upaya-upaya kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas selama ini lebih berfokus pada upaya kuratif dibandingkan pada promotif, preventif, dan rehabilitatif. Selain itu, penelitian tentang perilaku perawatan kesehatan keluarga terkait dengan pradiabetes dalam keluarga juga belum pernah dilakukan, sehingga belum ada data-data yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk membantu meningkatkan perilaku promosi kesehatan masyarakat terhadap diabetes melitus. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang “Hubungan karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok”. 1.2. Rumusan Masalah Peningkatan prevalensi diabetes dan pradiabetes di Indonesia menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik individu, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan swasta. Prevalensi pradiabetes di Indonesia dua kali lipat prevalensi diabetes, sehingga dibutuhkan pengelolaan dan penanganan yang tepat. Penanganan diabetes melitus dan pradiabetes lebih ditekankan pada upaya preventif dan promotif karena masalah kesehatan ini selain karena faktor genetik, lebih banyak diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Promosi kesehatan dapat dimulai dari keluarga sebagai sistem pendukung dalam mempertahankan status kesehatan anggota keluarga. Status kesehatan keluarga ditentukan oleh bagaimana keluarga berperan dalam mengatasi masalah kesehatan anggotanya. Pengelolaan masalah kesehatan oleh keluarga merupakan salah satu pelaksanaan dari fungsi keluarga, yaitu fungsi perawatan kesehatan keluarga. Pelaksanaan fungsi ini ditunjukkan dengan perilaku keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan pada setiap anggota keluarganya, meliputi: pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan kesehatan keluarga dalam hal diet, aktivitas dan olahraga, istirahat dan tidur, pengobatan, dan lain-lain. Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
11
Hasil studi pendahuluan peneliti terhadap lima keluarga dengan usia dewasa menengah yang mempunyai faktor risiko pradiabetes di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok diketahui bahwa terdapat beberapa keluarga memiliki pola makan yang tidak sehat, kurang aktivitas, kegemukan, dan riwayat keluarga. Hasil pemeriksaan gula darah juga memperlihatkan adanya keluarga yang mengalami pradiabetes. Selain itu, belum adanya fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas) di Kelurahan Cisalak Pasar sebagai tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, seperti pengobatan, pemeriksaan kesehatan, dan penyuluhan kesehatan serta lainnya diduga juga akan mempengaruhi perilaku hidup sehat masyarakat. Puskesmas baru terdapat di tingkat kecamatan, dan selama ini lebih fokus pada tindakan-tindakan kuratif. Penelitian tentang perilaku perawatan kesehatan keluarga terkait dengan pradiabetes dalam keluarga juga belum pernah dilakukan, sehingga belum ada data-data yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk membantu meningkatkan perilaku promosi kesehatan masyarakat terhadap diabetes melitus. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui “Apakah ada hubungan antara karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok?” 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 1.3.2. Tujuan Khusus 1.3.2.1.
Diketahuinya karakteristik keluarga (tipe keluarga, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga) pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
12
1.3.2.2.
Diketahuinya gambaran perilaku (pengetahuan, sikap, dan praktik) perawatan kesehatan keluarga pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.2.3.
Diketahuinya kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.2.4.
Diketahuinya hubungan antara tipe keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.2.5.
Diketahuinya hubungan antara suku bangsa dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.2.6.
Diketahuinya hubungan antara pendidikan kepala keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.2.7.
Diketahuinya hubungan antara pekerjaan kepala keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.2.8.
Diketahuinya hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.2.9.
Diketahuinya hubungan antara pengetahuan keluarga tentang perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
1.3.2.10. Diketahuinya hubungan antara sikap keluarga tentang perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 1.3.2.11. Diketahuinya hubungan antara praktik keluarga tentang perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
13
1.3.2.12. Diketahuinya hubungan antara perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 1.3.2.13. Diketahuinya karakteristik keluarga yang paling dominan berhubungan dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 1.3.2.14. Diketahuinya komponen perilaku perawatan kesehatan keluarga yang paling dominan berhubungan dengan kejadian pradiabetes pada kelompok usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan komunitas. Manfaat penelitian ini meliputi: 1.4.1. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan 1.4.1.1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam praktik keperawatan pada komunitas dan sebagai bahan pembelajaran dalam keperawatan komunitas 1.4.1.2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya untuk mengembangkan penelitian pradiabetes pada usia dewasa muda ataupun usia remaja di Indonesia. 1.4.1.3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi perawat di puskesmas untuk membuat program promosi kesehatan terkait diabetes melitus, khususnya di Kelurahan Cisalak Kabupaten Cimanggis Kota Depok. 1.4.2. Bagi Masyarakat 1.4.2.1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kesehatan masyarakat usia dewasa menengah sehingga dapat digunakan dalam mengembangkan model promosi kesehatan untuk kelompok populasi yang berisiko diabetes melitus.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
14
1.4.2.2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengelolaan promosi kesehatan pada pencegahan diabetes melitus, baik promosi kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
15
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang konsep-konsep yang terkait dengan variabel-variabel penelitian, antara lain: aggregate dewasa menengah sebagai populasi risiko, konsep pradiabetes, konsep perilaku perawatan kesehatan keluarga, dan peran perawat komunitas serta model promosi kesehatan Pender. Penjabaran mengenai konsepkonsep tersebut memberikan gambaran dan pemahaman tentang variabel-variabel penelitian dan akan dapat membantu dalam membahas hasil atau temuan dari penelitian. 2.1. Aggregate Dewasa Menengah Dengan Pradiabetes Sebagai Populasi Risiko 2.1.1. Konsep Dewasa Menengah (Middle Adulthood) Masa dewasa menengah adalah suatu periode dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia yang terjadi selama lebih kurang 25 tahun, dimulai pada akhir masa dewasa awal dan berakhir pada permulaan masa dewasa akhir (Santrock, 2009). Menurut Potter, Perry, Stockert, dan Hall et al (2011), batasan usia dewasa menengah antara 40 tahun sampai dengan 65 tahun. Sedangkan Santrock (2003) menyatakan usia dewasa menengah dimulai dari usia 35 tahun sampai dengan 55 tahun. Pada masa ini terjadi perubahan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial (Papalia, Olds, dan Feldman, 2001; Potter, Perry, Stockert, dan Hall , 2011). Perubahan fisik yang terjadi pada usia dewasa menengah terkait dengan mulai berlangsungnya proses menua (aging). Perubahan yang terjadi meliputi perubahan penampilan fisik yang ditandai dengan kulit yang mulai keriput, kurang elastis, mengalami pigmentasi, kelenjar keringat yang berkurang fungsinya sehingga kulit cenderung kering. Selain itu, rambut kepala mulai memutih (beruban), ketajaman penglihatan dan pendengaran mulai berkurang, berkurangnya tinggi badan dan bertambahnya berat badan, penurunan massa otot dan densitas tulang, kekuatan otot yang berkurang, dan rentang gerak sendi yang terbatas. Penurunan fungsi organ lain juga terjadi seperti kardiovaskular, gastrointestinal, reproduksi, endokrin, dan lainlain (Stalsbroten dan Torrence, 2010; Hutchison, 2011).
15
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
16
Perkembangan kognitif pada masa usia dewasa menengah, meliputi peningkatan kemampuan intelegensi khususnya kemampuan verbal dan memori, dan kemampuan problem solving makin baik sejalan dengan berkembangnya kemampuan berpikir integratif. Perkembangan psikososial yang dialami usia dewasa menengah adalah sebagai berikut: menjadi orangtua atau kakek-nenek, membangun dan membimbing generasi berikutnya, mengalami stagnasi (suatu perasaan tidak aktif atau merasa lifelessness), mengalami proses individuasi (yaitu meninggalkan citra muda dan mengakui kematian) (Santrock, 2009; Steinberg, Bornstein, Vandell, dan Rook, 2010). Proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa usia dewasa menengah berdampak pada tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai oleh individu dewasa menengah, baik untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat (Lefrancois, 1996 dalam Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999). Tugas perkembangan dewasa menengah terkait dengan diri sendiri adalah membangun gaya hidup yang sehat, menerima perubahan fisik karena proses menua, menggunakan waktu luang secara bijaksana dan memuaskan, melanjutkan mengembangkan filosofi hidup, dan mengembangkan hobi dan minat baru. Tugas perkembangan dewasa menengah yang terkait dengan keluarga, yaitu mendorong peningkatan kedekatan dan dukungan dengan pasangan, memberikan dukungan dan cinta pada keturunannya, memberikan perawatan dan perhatian pada orangtua yang sudah sepuh, dan menciptakan dan mempertahankan kesenangan dan kenyamanan dalam rumah tangga (Stalsbroten dan Torrence, 2010). Tugas perkembangan yang berhubungan dengan masayarakat, antara lain: menikmati pekerjaan, memberikan kepemimpinan, dan mempersiapkan diri untuk pension; menyadari tanggung jawab sebagai warga negara; mempertahankan keanggotaan dalam organisasi; dan menghargai teman-teman lama dan menjalin pertemanan yang baru (Lefrancois, 1996 dalam Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999).
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
17
2.1.2. Konsep Risiko (At Risk) Hitchcock, Schubert dan Thomas (1999), menyatakan bahwa risiko adalah suatu kemungkinan berkembangnya sebuah kejadian, penyakit atau kondisi pada suatu periode tertentu. Menurut Nies dan McEwen (2007), risiko adalah peluang terjadinya peristiwa buruk atau kemungkinan orang sehat yang mempunyai faktor tertentu akan mendapatkan penyakit tertentu. Dalam bidang epidemiologi, risiko adalah kondisi kesehatan yang diakibatkan dari interaksi dari beberapa faktor (genetik, gaya hidup, lingkungan fisik dan sosial) di tempat kerja atau tempat tinggal. Dampak dari interaksi
banyak
faktor
tersebut
seringkali
membuat
seseorang
memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk terkena penyakit (Lundy dan Janes, 2009). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah peluang terjadinya masalah kesehatan akibat dari paparan faktor-faktor tertentu. Seorang individu atau suatu kelompok termasuk dalam kelompok at risk jika mereka memiliki beberapa faktor risiko. Nies dan McEwen (2007) menjelaskan faktor risiko mengacu pada paparan faktor spesifik yang terjadi terus-menerus pada seseorang, seperti asap rokok, stres yang berlebihan, tingkat kebisingan yang tinggi, atau bahan kimia yang terdapat di lingkungan. Faktor risiko juga berkaitan dengan karakteristik seseorang, antara lain: umur, jenis kelamin, genetik, dan gaya hidup (Swanson, 1997). Pendapat lain, Pender (2002) menyatakan faktor-faktor risiko terdiri dari genetik, usia, karakteristik biologis, kebiasaan kesehatan individu, gaya hidup, dan lingkungan. Menurut
Healthy
People
2010
dalam
Stanhope
dan
Lancaster
(2004)
mengidentifikasi faktor-faktor risiko kesehatan, antara lain: risiko biologis dan usia, risiko lingkungan (sosial ekonomi), risiko perilaku (gaya hidup), dan risiko kejadian dalam hidup. Risiko biologi merupakan faktor risiko yang berkaitan dengan faktor genetik atau perubahan-perubahan fisik terkait pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang berkontribusi terjadinya masalah kesehatan. Misalnya riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan penurunan fungsi organ jantung karena proses menua akan membuat seseorang berisiko untuk mengalami penyakit jantung. Risiko lingkungan adalah faktor risiko yang berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi seseorang yang dapat berdampak pada status kesehatannya. Lingkungan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
18
sosial yang berisiko terhadap kesehatan antara lain: kriminalitas yang tinggi di lingkungan sekitar, sumber-sumber kesehatan dan rekreasional yang tidak adekuat, lingkungan yang bising atau berpolusi, dan tingkat stress yang tinggi. Sedangkan risiko ekonomi terkait dengan pendapatan dan pengeluaran keluarga. Sumber finansial yang adekuat akan membuat keluarga mampu untuk menyediakan sumbersumber kesehatan, seperti rumah yang sehat, pakaian, makanan, pendidikan, dan perawatan kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2004). Faktor risiko lain adalah risiko perilaku. Risiko perilaku merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan pola kebiasaan atau gaya hidup yang berisiko terjadinya masalah kesehatan. Stanhope dan Lancaster (2004) menjelaskan perilaku kesehatan seseorang/ keluarga dipengaruhi oleh nilai kesehatan yang dimiliki, pola kebiasaan sehat, dan persepsi terhadap risiko kesehatan. Gaya hidup yang berisiko terhadap kesehatan meliputi pola makan; aktivitas; istirahat dan tidur; kebiasaan konsumsi obat, rokok dan alkohol; dan perilaku kekerasan dalam keluarga. Faktor risiko yang terakhir adalah kejadian dalam hidup. Stanhope dan Lancaster (2004) menjelaskan risiko kejadian dalam hidup adalah suatu transisi atau perpindahan dari satu tahap ke tahap lain atau dari satu kondisi ke kondisi lain yang berpotensi
untuk
menimbulkan
risiko
kesehatan.
Transisi
kehidupan
ini
menghadirkan situasi dan tuntutan baru dalam keluarga, seperti perubahan perilaku, jadwal, dan komunikasi; pembuatan keputusan baru; perubahan peran dalam keluarga; mempelajari keterampilan baru; dan mengidentifikasi penggunaan sumbersumber yang baru. Situasi dan tuntutan ini mempunyai implikasi bagi kesehatan keluarga dan anggotanya. Beberapa contoh kejadian dalam hidup, antara lain: pernikahan, kelahiran bayi, kehilangan anggota keluarga, perceraian, pensiun, perpindahan sekolah, mengalami sakit, dan lain-lain. 2.1.3. Aggregate Dewasa Menengah Sebagai Populasi Risiko (At Risk Population) Aggregate adalah pengelompokan individu yang berbeda sebagai satu kesatuan dan mempunyai keterkaitan satu sama lain (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Hitchcock, Schubert, dan Thomas (1999) menjelaskan aggregate merupakan kumpulan individu, keluarga, atau kelompok lain yang mempunyai keterkaitan satu sama lainnya karena kesamaan sosial, personal, atau kebutuhan perawatan kesehatan; Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
19
yang disebut juga dengan kelompok atau populasi. Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), aggregate adalah sekelompok individu yang mempunyai karakteristik tertentu dan saling berinteraksi antara satu dengan lainnya dalam suatu daerah, dan merupakan bagian dari masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan aggregate adalah sekelompok individu yang mempunyai karakteristik tertentu dan menjadi bagian dari masyarakat. Populasi risiko adalah sekelompok orang yang mempunyai kemungkinan yang jelas untuk mengalami suatu peristiwa tertentu (Hitchcock, Schubert dan Thomas, 1999). Stanhope dan Lancaster (2004) mengatakan populasi risiko merupakan sekelompok individu yang memiliki peluang lebih besar untuk menderita penyakit daripada kelompok lainnya. Pendapat lain menjelaskan bahwa populasi risiko yaitu suatu populasi yang memiliki karakteristik (faktor-faktor) tertentu sehingga berpotensi untuk mengalami masalah kesehatan (Lundy dan Janes, 2009; Allender, Rector, dan Warner, 2010). Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan populasi risiko adalah sekelompok individu yang berpeluang lebih besar untuk mengalami masalah kesehatan dibandingkan kelompok lain karena terpapar oleh faktor-faktor tertentu. Populasi risiko dapat mengalami masalah-masalah kesehatan tergantung pada seberapa banyak paparan faktor-faktor risiko yang ada pada diri atau lingkungannya, dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan (Stanhope dan Lancaster, 2004). Salah satu faktor risiko yang tidak dapat dihindari adalah faktor usia, yang dikaitkan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan individu-individu dalam suatu populasi (Pender, 1996; Lundy dan Janes, 2009). Selama masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang akan mengalami beberapa perubahan baik fisik, psikologis, dan sosial dimana hal tersebut akan menimbulkan risiko kesehatan pada diri individu tersebut jika tidak dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Misalnya kelompok usia dewasa menengah akan mengalami beberapa perubahan fisik yang berhubungan dengan proses menua sehingga berisiko mengalami masalah kesehatan. Menurut Allender, Rector, dan Warner (2010), masalah kesehatan yang umum terjadi pada usia dewasa adalah penyakit jantung koroner, stroke, kanker, penyakit pernapasan kronis, cidera yang tidak disengaja, diabetes melitus, penyalahgunaan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
20
obat, dan obesitas. Lundy dan Janes (2009) mengatakan kelompok usia dewasa berisiko mengalami masalah kesehatan seperti arthritis, kanker, diabetes melitus, penyakit jantung, stroke, obesitas, dan penggunaan tembakau. Masalah kesehatan pada usia dewasa menengah jika berdasarkan gender sedikit berbeda. Pada dewasa menengah laki-laki lebih sering menderita kolesterol tinggi dan serangan jantung, kanker, diabetes melitus tipe 2, erectile dysfunction, peningkatan berat badan (Midlife Health & Fitness, 2012). Dewasa menengah perempuan umumnya menderita penyakit jantung, kanker, osteoporosis dan osteoarthritis, obesitas, dan diabetes melitus tipe 2 (Healthy Living, 2012). Berdasarkan uraian di atas diketahui terdapat beberapa masalah kesehatan yang umum dialami oleh usia dewasa menengah, satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe 2. Penyakit diabetes biasanya tidak terjadi mendadak, tetapi secara progresif sesuai dengan pertambahan usia, dan umumnya diawali dengan kondisi pradiabetes. Sekitar 5-10% individu pradiabetes akan berkembang menjadi diabetes setiap tahun (Tabak, Herder, Rathmann, Brunner, dan Kivimaki, 2012). The Agency for Healthcare Research and Quality mengatakan bahwa seseorang dengan pradiabetes 15 kali lebih berpotensi menjadi diabetes (Sipkoff, 2009). Soewondo dan Pramono (2011) dalam penelitiannya tentang prevalensi prediabetes di Indonesia menemukan bahwa prevalensi prediabetes di Indonesia 10% dan sebagian besar terjadi pada kelompok usia dewasa menengah. Kelompok dewasa menengah termasuk populasi risiko untuk menderita pradiabetes karena faktor-faktor berikut ini: 2.1.3.1.
Risiko biologi dan usia
Perubahan biologis pada masa dewasa pertengahan ditandai dengan mulai terjadi proses menua (aging), salah satunya dalam proses metabolisme tubuh. Metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dalam tubuh terjadi karena kerja dari hormon insulin. Hormon ini berikatan dengan membran reseptor yang membuat membran sel menjadi sangat permeabel sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel. Di dalam sel, hormon insulin akan berikatan dengan enzim (protein kinase, glikogen kinase, glukokinase) sehingga terjadi proses metabolisme (Sherwood, 2004).
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
21
Pada proses menua, produksi enzim-enzim ini mulai terganggu, sehingga tidak dapat berikatan dengan insulin dan mengakibatkan glukosa di dalam hati dan otot kembali beredar ke dalam darah. Proses menua juga menimbulkan perubahan permeabilitas sel dan perubahan respon inti sel terhadap hormon insulin sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel (Darmojo, 2009). Kondisi ini menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia). Hiperglikemia juga dapat terjadi karena faktor genetik atau adanya riwayat keluarga dengan penyakit diabetes melitus. Faktor genetik dan obesitas menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan suatu resistensi terhadap efek insulin pada penyerapan, metabolisme, dan penyimpanan glukosa. Resistensi insulin mengakibatkan penurunan penyerapan glukosa dalam otot dan jaringan adiposa, dan ketidakmampuan hormon untuk menekan glukoneogenesis hati. Hal ini menyebabkan kondisi hiperglikemia (Copstead dan Banasik, 2010). Hasil penelitian Soewondo dan Pramono (2011) menunjukkan bahwa salah satu faktor prediksi pradiabetes di Indonesia adalah usia lanjut. Sejalan dengan itu, Gupta, Brashear, dan Johnson (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa prevalensi diabetes dan pradiabetes akan meningkat dengan pertambahan usia. Roberts, dkk (2007) meneliti tentang hubungan riwayat keluarga dengan risiko diabetes pada orang dewasa African Americans mendapatkan hasil bahwa orang dewasa African Americans dengan riwayat keluarga diabetes lebih berisiko menderita diabetes dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga diabetes. 2.1.3.2.
Risiko sosial ekonomi
Usia dewasa menengah umumnya sedang berada pada puncak karir sehingga berakibat pada bertambahnya penghasilan. Akan tetapi, pada masa ini juga terjadi beban ekonomi yang cukup tinggi karena makin meningkatnya kebutuhan finansial untuk kebutuhan rumah tangga, pendidikan anak, persiapan pensiun, dan biaya perawatan orangtua yang sudah berusia lanjut. Jadi, walaupun penghasilan meningkat tetap menimbulkan tekanan ekonomi bagi kelompok dewasa menengah dan berakibat pada waktu kerja yang semakin lama setiap harinya, tidak cukup waktu luang untuk rekreasi dan olahraga, dan pola makan yang tidak teratur. Kondisi
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
22
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya stres pada dewasa menengah (Edelman dan Mandle, 2010). Kondisi sosial yang tidak kondusif juga dapat menjadi stresor bagi kelompok dewasa menengah. Tingkat kriminalitas yang tinggi, lingkungan yang bising dan banyak polusi, dan diskriminasi sosial merupakan contoh dari risiko sosial yang dihadapi oleh kelompok dewasa menengah. Hal ini menjadi beban psikologis bagi seseorang yang akan berkontribusi terhadap stres dalam keluarga. Jika koping yang dimiliki individu dan keluarga tidak efektif maka mereka tidak dapat beradaptasi dengan baik terhadap situasi tersebut dan mengakibatkan stress yang berkepanjangan dan timbulnya masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2004). Stres yang terjadi terus menerus dapat berakibat pada munculnya masalah kesehatan pada dewasa menengah, salah satunya adalah pradiabetes. Pada saat stress terjadi stimulasi sistem saraf simpatis yang mengakibatkan pelepasan hormon glukortikoid, katekolamin, dan glukagon sehingga berdampak pada berkurangnya pelepasan insulin. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia dan penurunan insulin serum (keadaan pseudodiabetic). Pemanfaatan glukosa oleh otot dan jaringan menurun (resistensi insulin) mengakibatkan berkurangnya energi dalam tubuh. Kondisi ini menstimulasi oksidasi asam amino dari simpanan otot dan pembentukan alanine sehingga akan
menstimulasi sekresi glukagon yang menyebabkan proses
glukoneogenesis dan ureagenesis yang pada akhirnya akan mengakibatkan hiperglikemia dan keseimbangan nitrogen negatif (Guerra, 2010). Hasil penelitian Soewondo dan Pramono (2011) menunjukkan bahwa salah satu faktor prediksi pradiabetes di Indonesia adalah sosial ekonomi. Penelitian lain, Smith, Solomon, Quinn, dan Lipton mendapatkan bahwa kondisi finansial dan adanya asuransi kesehatan akan mempengaruhi orang dewasa dalam mengelola diabetes melitus yang dideritanya. 2.1.3.3.
Risiko gaya hidup
Menurut Santrock (2009), perilaku orang dewasa menengah dipengaruhi oleh kesibukan (pekerjaan), ekonomi, dan lingkungan sosialnya. Puncak karir yang terjadi pada masa ini menyebabkan orang dewasa menengah lebih berfokus pada pekerjaan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
23
dan ekonomi keluarga sehingga mereka umumnya menunjukkan perilaku yang kurang sehat seperti makan tidak teratur, merokok, minum kafein dan alkohol, dan kurang atau jarang berolahraga. Perilaku mereka berisiko terjadinya masalah kesehatan seperti pradiabetes. Hasil penelitian Soewondo dan Pramono (2011) menunjukkan bahwa salah satu faktor prediksi pradiabetes di Indonesia adalah makanan rendah serat, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik yang kurang. Sesuai dengan penelitian tersebut, Braginsky, Inouye, Wang, dan Arakaki (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa perilaku kesehatan yang berpengaruh terhadap terjadinya diabetes melitus dan penanganannya pada orang Asia dan Pasifik adalah diet yang kurang variatif dan kurangnya latihan fisik. 2.1.3.4.
Risiko kejadian hidup
Kejadian-kejadian dalam hidup dewasa menengah dapat menjadi pencetus munculnya masalah kesehatan bagi mereka. Pada masa dewasa menengah ini banyak perubahan-perubahan yang dialami oleh orang dewasa menengah, seperti perpindahan pekerjaan karena mutasi ataupun pemberhentian kerja, persiapan pensiun, mempunyai anak atau anak yang mulai meninggalkan rumah, permasalahan dalam pernikahan (tidak harmonis, cerai), dan lain-lain. Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan kemampuan koping efektif dan adaptasi yang konstruktif dari orang dewasa menengah. Jika hal ini tidak dapat diterima oleh dewasa menengah akan menjadi stressor dalam kehidupannya (Santrock, 2009; Papalia, Old, dan Feldman, 2001). Stress yang berlangsung lama akan menurunkan imunitas seseorang terhadap penyakit. 2.2. Pradiabetes Pada Aggregate Dewasa Menengah Istilah pradiabetes diperkenalkan pertama kali pada tahun 2002 oleh American Diabetes Association (ADA). Pradiabetes adalah suatu keadaan kadar glukosa darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk diagnosis diabetes (Scalpi, 2011). Pradiabetes tidak menunjukkan adanya tanda dan gejala sehingga individu biasanya tidak mengetahui peningkatan kadar glukosa dalam darah jika tidak dilakukan pemeriksaan. Untuk menentukan kondisi pradiabetes dilakukan dengan
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
24
pemeriksaan glukosa darah, yaitu: Fasting Plasma Glucose (FPG) dan Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) (Copstead dan Banasik, 2010). Fasting Plasma Glucose dilakukan setelah puasa semalam atau puasa selama delapan jam sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan ini relatif mudah dilakukan dan tidak mahal. Pada pemeriksaan glukosa darah puasa melalui pembuluh darah perifer, hasil pemeriksaan dikatakan normal jika kadar glukosa darah kurang dari 90 mg/dl, pradiabetes jika kadar glukosa darah antara 90-99 mg/dl, dan diabetes jika kadar glukosa darah 100 mg/dl atau lebih (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI, 2008). Oral Glucose Tolerance Test dilakukan setelah pemeriksaan glukosa darah puasa. Individu yang akan diperiksa diminta untuk mengkonsumsi tinggi gula terlebih dahulu untuk mengubah kadar glukosa dalam darah. Setelah dua jam baru pemeriksaan glukosa darah dilaksanakan. Pada pemeriksaan glukosa darah melalui pembuluh darah perifer, hasil pemeriksaan dikatakan normal jika kadar glukosa darah kurang dari 100 mg/dl, pradiabetes jika kadar glukosa darah antara 100-199 mg/dl, dan diabetes jika kadar glukosa darah 200 mg/dl atau lebih (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI, 2008). Menurut Drabkin dan Smitherman (2011), kondisi pradiabetes dapat disebabkan oleh resistensi insulin dan insufisiensi sekresi insulin karena proses penuaan. Mereka menyatakan faktor-faktor risiko pradiabetes adalah kondisi metabolik; gaya hidup (rendah serat, kurang aktivitas, merokok); dan demografi (ras dan sosial ekonomi rendah). Sementara, Becker (2004) menyatakan resistensi insulin dapat terjadi karena berat badan yang berlebih, gaya hidup yang menoton, dan sel beta pankreas bekerja terlalu keras sehingga produksi insulin menjadi berlebihan. Faktor risiko pradiabetes sama dengan faktor risiko diabetes melitus tipe 2, karena pradiabetes merupakan tahap awal untuk menjadi diabetes melitus. Penelitian oleh Vegt, Dekker, dan Jager (2001) dalam Soewondo dan Pramono (2011) menemukan bahwa progresivitas pradiabetes menjadi diabetes adalah 6-10% setiap tahunnya. Scalpi (2011) menyatakan faktor-faktor risiko dari pradiabetes adalah usia ≥ 45 tahun, terdapat riwayat keluarga dengan diabetes melitus, overweight, aktivitas fisik Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
25
tidak aktif atau gaya hidup yang monoton, dan tidur kurang dari 5,5 jam pada malam hari. Sementara Rubin (2009) menyatakan pradiabetes dan diabetes melitus dapat juga terjadi karena stres psikologis yang dialami oleh seseorang dalam jangka waktu yang lama. Kondisi pradiabetes dapat menimbulkan dampak yang tidak baik bagi seseorang. Pradiabetes dapat memicu timbulnya masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, penurunan aktivitas sel darah putih sehingga rentan terhadap infeksi, gangguan saraf, dan Alzheimer (Challem, 2007). Pendapat lain menjelaskan bahwa pradiabetes yang dialami oleh seseorang akan menyebabkan risiko penyakit jantung, penyakit pembuluh darah perifer, dan stroke sebesar 50% daripada orang yang memiliki kadar glukosa darah normal (Greene, Merendino, dan Jibrin, 2009). Berdasarkan uraian di atas, pencegahan pradiabetes sangat penting dilakukan. Beberapa upaya pencegahan difokuskan pada faktor risiko yang bisa dimodifikasi, yaitu perubahan gaya hidup. ADA menyatakan pradiabetes dalam jangka waktu 10 tahun akan berkembang menjadi diabetes jika tidak dilakukan perubahan gaya hidup (Becker, 2004). Drabkin dan Smitherman (2011) menyebutkan perubahan-perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan meliputi: mengurangi konsumsi beras putih, memperbanyak makan sayuran hijau dan buah, mengurangi minum kopi dan minuman manis lainnya, menghentikan rokok dan alkohol, dan meningkatkan aktivitas fisik. Sementara, Greene, Merendino, dan Jibrin (2009), Scalpi (2011), dan Marlow (2012) menjelaskan bahwa pencegahan pradiabetes adalah dengan mengatur diet (pola makan), meningkatkan latihan (aktivitas) fisik, menurunkan dan mengontrol berat badan, dan menurunkan tekanan darah. Perencanaan dan pengelolaan diet yang baik untuk mencegah diabetes adalah makan makanan gizi seimbang dengan komposisi energi dari karbohidrat 45-65%, protein 10-15% dan lemak 20-25% serta dengan jadwal teratur, jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan jenis makanan yang bervariasi (Depkes, 2008). Menurut Scalpi (2011), pola makan yang baik dalam mengontrol berat badan dan mencegah pradiabetes adalah makan dengan interval yang teratur; makan bijian utuh, sayur, dan buah; kurangi porsi makan 25-30%; makan karbohidrat komplek (seperti kentang, Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
26
jagung) daripada karbohidrat sederhana (seperti gula, jus); ganti cemilan/ snack dengan buah dan sayuran; dan perbanyak minum air putih setiap harinya. Sementara Marlow (2012) menjelaskan diet yang sehat meliputi: makan makanan yang tinggi serat seperti sayur, buah, kacang-kacangan sebanyak 20-30 gram perhari; sayur dan buah yang dikonsumsi berwarna hijau, orange, atau kuning seperti brokoli, wortel, semangka, blewah, jeruk; kurangi minum bersoda (cukup dikonsumsi sebanyak 12 ons sekali sehari = 160 kalori, dan dapat ditambah 16 pons); pilih makanan yang tidak berlemak dan hentikan lemak jenuh; makan lebih banyak ikan dan kacangkacangan; jaga porsi makan sedang terutama untuk makanan tinggi kalori; konsumsi kolesterol < 300 mg/ hari; hindari pengulangan jenis makanan setiap hari; dapatkan asupan vitamin dan mineral langsung dari makanan;
pastikan asupan makanan
seimbang dengan haluaran; dan ganti snack dengan buah, sayur, kacang-kacangan, atau kismis; serta kurangi konsumsi alkohol. Selain pola makan yang sehat, latihan fisik secara teratur dan terus-menerus sangat bermanfaat untuk menjaga kestabilan kadar glukosa darah, meningkatkan fungsi jantung dan pernafasan, menurunkan berat badan dan meningkatkan kualitas hidup (Depkes RI, 2008). Menurut Physical Activity Guidelines Advisory Committee USA dalam Rubin (2009) menjelaskan aktivitas yang dianjurkan untuk mengontrol glukosa darah adalah aktivitas dengan intensitas sedang selama 150 menit perminggu atau intensitas tinggi selama 75 menit perminggu, latihan aerobik selama 30 menit dalam 5 hari perminggu dengan intensitas sedang atau selama 20 menit dalam 5 hari perminggu dengan intensitas tinggi, dan 8-10 kali latihan kekuatan (resistensi) dengan 8-12 kali pengulangan setiap latihan yang dilakukan 2 kali seminggu. Sejalan dengan hal tersebut, Scalpi (2011) mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan aktivitas fisik, yaitu: pertimbangkan kemampuan untuk melakukan aktivitas, lakukan aktivitas yang menyenangkan, pertimbangkan waktu dan sumber-sumber yang dimiliki, usahakan berjalan ke kantor atau meluangkan waktu untuk melakukan pergerakan di sela-sela pekerjaan yang padat, dan sempatkan 10 menit untuk berjalan setelah makan siang atau malam.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
27
Program latihan fisik untuk pencegahan dan perawatan pradiabetes dan diabetes menurut Depkes RI (2008) meliputi: 2.2.1. Jenis latihan fisik Latihan fisik dilakukan bertujuan untuk kesegaran kardiovaskular, pernafasan, kekuatan otot, kelenturan dan kelincahan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam latihan fisik adalah: continue, yaitu latihan fisik harus berkesinambungan dan rutin sesuai jadwal; rhythmical, yaitu latihan fisik harus dipilih yang berirama sehingga otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, seperti jalan kaki, berenang, bersepeda; interval, yaitu latihan fisik dilakukan secara selang-seling antara gerak cepat dan lambat, seperti jalan cepat diselingi jalan lambat; progressive, yaitu latihan fisik dilakukan bertahap sesuai dengan kemampuan individu mulai dari intensitas ringan sampai berat; dan endurance, yaitu latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti berjalan, berenang, dan bersepeda. 2.2.2. Dosis atau Takaran Olah raga Latihan fisik yang dilakukan harus memenuhi dosis atau takaran yang ditentukan karena jika kurang tidak memberikan manfaat. Pertama, intensitas: latihan dikontrol dengan pemantauan denyut nadi atau jantung. Kedua, lamanya latihan antara 30-60 menit dalam zona latihan. Ketiga, frekuensi latihan paling sedikit 3 kali seminggu karena ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam. 2.3. Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga 2.3.1. Karakteristik Keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Johnson’s (1992) dalam Stanhope dan Lancaster (2004) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang memiliki kelompok kekeluargaan yang sama atau berbeda, terlibat dalam hidup bersama secara terus menerus, tinggal dalam satu rumah tangga, memiliki ikatan emosional, dan berbagi tanggung jawab antara satu dengan lainnya. Keluarga juga didefinisikan sebagai sistem terbuka dan terjadi proses pengembangan struktur kepribadian melalui interaksi antara masing-masing anggota, yang dipengaruhi oleh sumber daya dan stressor, dan berada dalam komunitas yang lebih besar (Maurer dan Smith, 2005). Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
28
Menurut
Friedman,
Bowden,
dan
Jones
(2003),
beberapa
karakteristik
sosiodemografi keluarga yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga adalah: komposisi dan tipe keluarga, latar belakang budaya keluarga, kondisi sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan keluarga, dan keyakinan, serta religi keluarga. Komposisi dan tipe keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga tradisional dan keluarga non tradisional (Hanson dan Boyd, 1996; Friedman, Bowden, dan Jones, 2003; Allender, Rector, dan Warner, 2010). Keluarga tradisional adalah keluarga yang terbentuk karena ikatan perkawinan dan adanya hubungan darah, seperti: keluarga inti, keluarga besar, dan keluarga dengan orangtua tunggal (single parent). Keluarga non tradisional merupakan keluarga yang terbentuk tanpa adanya ikatan perkawinan, misalnya: pasangan laki-laki dan perempuan yang tinggal satu rumah tanpa menikah dan mempunyai anak, keluarga homoseksual, keluarga komuni, dan lain-lain. Allender, Rector, dan Warner (2010) menjelaskan bahwa masing-masing tipe keluarga membentuk isu dan masalah yang berbeda, sehingga akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menjalankan fungsinya. Hanson dan Boyd (1996) menyatakan bahwa setiap keluarga kadang-kadang mengalami ketegangan dalam hidup, dan setiap tipe keluarga akan menyediakan sumber-sumber yang berbeda dalam mendukung keluarga dalam mengatasi ketegangan tersebut. Pendapat lain, Kaakinen dan Duff (2010) mengatakan tipe keluarga yang beraneka ragam menimbulkan keterbatasan dan kekuatan tertentu dalam keluarga yang akan mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga. Gee, Smith, Solomon, Quinn, dan Lipton (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa orang dewasa yang mendapatkan dukungan emosional dan praktik dari keluarga dan lingkungan sosialnya akan menunjukkan managemen terapi diabetes melitus yang adekuat. Faktor budaya dalam keluarga juga mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga. Hanson dan Boyd (1996) menjelaskan bahwa latar belakang budaya akan berpengaruh terhadap keyakinan dan praktik kesehatan keluarga. Braginsky, Inouye, Wang, dan Arakaki (2011) dalam penelitiannya terhadap orang Asia dan Pasifik menemukan bahwa lingkungan sosial budaya mempengaruhi perilaku kesehatan diantara orang Asia dan Pasifik yang diabetes. Friedman, Bowden, dan Jones (2003)
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
29
mengatakan bahwa asal usul keluarga (budaya) mempengaruhi keluarga dalam mencari dan menggunakan dukungan keluarga dan fasilitas pelayanan kesehatan. 2.3.2. Konsep Perilaku Perilaku adalah aktivitas yang dilakukan seseorang baik yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung, sebagai respon terhadap stimulus internal dan eksternal (Sunaryo, 2004; Notoatmodjo, 2010). Pierce dan Cheney (2004) menyatakan perilaku merupakan segala sesuatu yang dilakukan termasuk juga tindakan yang tidak terlihat seperti berpikir dan merasa. Perilaku juga diartikan sebagai respon atau reaksi seseorang terhadap suatu masalah yang dihadapi saat berinteraksi dengan dunia di luar dirinya, seperti cara berbicara, cara bersikap, apa yang diucapkan, dan lain-lain (Gunawan, 2007). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan perilaku adalah tindakan yang dilakukan seseorang sebagai respon dari stimulus yang ada, baik dapat diamati ataupun tidak. Perilaku sehat didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan seseorang untuk membuat dirinya sehat dan mencegah penyakit serta mendeteksi penyakit yang tidak menunjukkan tanda dan gejala (Kasl dan Cobb, 1966 dalam Stromborg dan Olsen, 2004). Perilaku sehat dapat juga diartikan sebagai segala tindakan dan kebiasaan seseorang baik yang dapat diamati ataupun tidak, berkaitan dengan pemeliharaan, pemulihan, dan peningkatan kesehatan; dipengaruhi oleh kognitif (keyakinan, harapan, motivasi, nilai, persepsi), karakteristik personal (emosi dan perasaan), dan pola perilaku yang jelas (Gochman, 1997 dalam Glanz, Rimer, dan Viswanath, 2008). Sejalan dengan dua pendapat tersebut, Notoatmodjo (2010) menyatakan perilaku sehat merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku sehat dapat dilihat dari tiga domain perilaku menurut Bloom (1956) dalam Allender, Rector, dan Warner (2010), antara lain: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), dan praktik (psychomotor). Masing-masing domain mempunyai komponen perilaku spesifik yang membentuk suatu hirarki tahapan perilaku. Menurut Azwar (2012), pengukuran perilaku dilakukan dengan mengkompositkan tiga domain perilaku. Maksudnya, masing-masing domain perilaku diukur terlebih dahulu, baru kemudian skor dari semua domain perilaku tersebut diderivasi menjadi
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
30
skor perilaku. Contoh penggunaan komposit tiga domain perilaku ini telah dilakukan oleh Dewi (2012) dalam penelitiannya tentang perilaku seks bebas pada remaja, dimana perilaku dikategorikan menjadi dua, yaitu perilaku baik jika total skor dari tiga domain ≥ 2 dan perilaku tidak baik jika semua total skor dari tiga domain < 2. 2.3.2.1.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah pemahaman dan pengertian yang dimiliki seseorang terkait dengan fakta-fakta, kebenaran, atau prinsip-prinsip (Borbasi, Jackson, dan Langford, 2004). Notoatmodjo (2010) menyatakan pengetahuan merupakan hasil dari mencari tahu individu terhadap suatu objek dengan menggunakan alat penginderaannya. Menurut Stanhope dan Lancaster (2004) pengetahuan meliputi memori, pengakuan (recognition), pemahaman, dan aplikasi yang dibagi dalam beberapa tingkatan pengetahuan. Tingkatan pengetahuan adalah mengetahui (knowledge), memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis), mensintesis (synthesis), dan mengevaluasi (evaluation) (Potter, Perry, Stockert, dan Hall, Perry, Stockert, dan Hall, 2011). Tingkatan paling bawah dari pengetahuan adalah tahu (know). Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Pengetahuan dapat diukur dengan cara meminta seseorang untuk menyebutkan definisi, mengulang pernyataan, membuat daftar, dan memberikan nama terhadap suatu objek. Misalnya mengukur pengetahuan dewasa menengah tentang pradiabetes dapat dilakukan dengan meminta kesediaannya untuk menyebutkan pengertian pradiabetes, menyebutkan faktor risiko dan tindakan pencegahannya. Tingkatan kedua adalah pemahaman, diartikan sebagai kombinasi dari tahu (mengingat) dan paham (memahami). Pada tingkatan ini, individu diharapkan tidak hanya bisa menyebutkan tetapi juga dapat menginterpretasikan objek yang diketahui secara benar (Stanhope dan Lancaster, 2004). Mengukur pemahaman tentang suatu objek
dapat
dilakukan dengan
meminta
seseorang
untuk
mendiskusikan,
menjelaskan, mengidentifikasi, mengatakan, dan melaporkan (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Pemahaman orang dewasa menengah tentang pencegahan pradiabetes tidak hanya dengan menyebutkan beberapa tindakan pencegahan saja, Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
31
tetapi juga dapat menjelaskan mengapa tindakan pencegahan tersebut harus dilakukan. Tingkatan ketiga adalah penerapan, yaitu suatu kemampuan untuk memahami suatu informasi dan dapat menggunakannya pada situasi yang baru dengan cara yang berbeda (Notoatmodjo, 2010). Kemampuan penerapan ini dapat diukur dengan meminta seseorang untuk menerapkan, menggunakan, mendemonstrasikan, dan mengilustrasikan suatu materi/ objek yang diketahuinya (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Misalnya orang dewasa menengah yang sudah memahami diet yang baik untuk pencegahan pradiabetes, maka dia harus dapat menyusun menu seharihari yang sehat. Tingkatan selanjutnya dari pengetahuan adalah analisis. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi/ objek ke dalam komponen-komponen
tertentu, membedakan setiap komponen, dan mencari hubungan antar komponenkomponen tersebut (Stanhope dan Lancaster, 2004). Indikasi pengetahuan seseorang telah sampai pada tahap analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, memisahkan, mendebatkan, mempertanyakan, dan memeriksa hubungan antar bagian suatu objek (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Tingkatan berikutnya adalah sintesis. Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dari suatu objek menjadi satu kesatuan yang baru (Allender, Rector, dan Warner, 2010) atau dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada (Notoatmodjo, 2010). Mengukur kemampuan sintesis seseorang dengan cara meminta orang tersebut untuk membuat desain, merumuskan, mengkreasikan, dan mengelola suatu objek atau materi. Tingkatan paling atas dari pengetahuan adalah evaluasi. Evaluasi adalah kemampuan seseorang untuk menilai atau menjustifikasi suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010). Individu dapat belajar untuk menilai perilaku sehat dalam kehidupan seharihari dengan membandingkannya terhadap standar yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitarnya (Allender, Rector, danWarner, 2010). Mengukur kemampuan
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
32
evaluasi seseorang dengan cara meminta orang tersebut untuk menilai, mengukur, memilih, dan mengestimasikan objek atau materi tertentu. Pengetahuan tentang kesehatan seseorang dapat diketahui melalui wawancara atau memberikan pertanyaan tertulis berupa angket terkait dengan cara-cara pemeliharaan kesehatan. Indikator penilaian pengetahuan kesehatan dapat dilihat dari tinggi rendahnya pengetahuan responden tentang kesehatan atau besar kecilnya jumlah persentase responden tentang variabel-variabel kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan responden dikategorikan tinggi jika responden mengetahui ≥ 70% tentang variabel kesehatan yang diukur, dan kategori rendah jika responden mengetahui < 70% tentang variabel kesehatan yang diukur (Arikunto, 2009; Sugiyono, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Claassen, dkk (2010) diketahui bahwa pengetahuan keluarga tentang riwayat kesehatan keluarga akan memotivasi keluarga untuk meningkatkan perilaku hidup sehat. 2.3.2.2.
Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan pendapat dan emosi orang tersebut. Edelman dan Mandle (2010) menyatakan sikap itu meliputi nilai-nilai, religius, dan keyakinan spiritual, pola interaksi dan hubungan keluarga, sikap pribadi yang mempengaruhi keputusan dan kemajuan proses pemecahan masalah. Sejalan dengan itu, Potter, Perry, Stockert, dan Hall, Perry, Stockert, dan Hall (2011) mengatakan sikap mencakup perasaan, opini, dan nilai-nilai yang dianut seseorang tentang suatu objek. Sikap terdiri dari tiga komponen (Alloport,1954 dalam Notoatmodjo, 2010), antara lain: kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek; kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek; dan kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan. Domain sikap terdiri dari 4 tingkatan, yaitu: menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible atau consistency) (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Tingkatan paling rendah dari sikap adalah menerima, diartikan bahwa seseorang dapat menerima stimulus yang diberikan, ditunjukkan dengan sikap mau mendengarkan, menghargai, dan memperhatikan. Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
33
Tingkatan kedua adalah menanggapi. Menanggapi berarti memberikan respon berupa memberikan jawaban atau tanggapan terhadap objek atau situasi yang dihadapi oleh seseorang. Tingkatan selanjutnya, menghargai yaitu seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus dengan cara mengajak orang lain untuk berespons atau mendiskusikan stimulus yang ada. Tingkatan yang paling tinggi dari domain sikap adalah bertanggung jawab, artinya seseorang yang telah mengambil sikap tertentu terhadap suatu objek berdasarkan keyakinannya maka orang tersebut harus berani mengambil risiko atas sikapnya tersebut. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap pemeliharaan kesehatan, meliputi: sikap terhadap penyakit, sikap terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan atau penyakit (Notoatmodjo, 2010). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dengan memberikan pertanyaan secara lisan ataupun secara tertulis melalui angket. Angket sikap biasanya berbentuk skala Likert, dengan empat atau lima pilihan jawaban seperti sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju, dan tidak sangat setuju. Sikap seseorang terhadap kesehatan dikategorikan menjadi dua, yaitu sikap positif dan sikap negatif (Azwar, 2012). Penelitian Walter dan Emery (2005) menunjukkan bahwa kepercayaan (sikap) yang berbeda tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap penyakit dapat mempengaruhi pandangan pasien dalam mengontrol faktor-faktor tersebut.
2.3.2.3.
Praktik
Praktik adalah penampilan dari keterampilan yang membutuhkan koordinasi neuromuskular (Stanhope dan Lancaster, 2004; Allender, Rector, dan Warner, 2010). Praktik diartikan juga sebagai penampilan dari keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang membutuhkan integrasi dari pengetahuan dan keterampilan fisik (Potter, Perry, Stockert, dan Hall, Perry, Stockert, dan Hall, 2011). Menurut Notoatmodjo (2010), praktik terdiri dari tiga tingkatan, yaitu: praktik terpimpin (guided response), praktik secara mekanisme (mechanism), dan adopsi (adoption). Praktik terpimpin merupakan tingkatan terendah dari domain praktik. Praktik terpimpin berarti seseorang melakukan tindakan berdasarkan petunjuk atau pedoman
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
34
tertentu. Praktik mekanisme berarti seseorang melakukan praktik tanpa memerlukan pedoman apapun, dimana tindakan dilakukan secara otomatis. Terakhir praktik adopsi, yaitu suatu tindakan yang dilakukan seseorang secara berulang sebagai rutinitas dengan melakukan pengembangan dan modifikasi tindakan yang ada menjadi lebih berkualitas. Praktik kesehatan adalah semua kegiatan atau aktivitas untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Pengukuran praktik kesehatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung dilakukan dengan cara pengamatan (observasi) terhadap tindakan-tindakan individu dalam memelihara kesehatannya. Sedangkan pengukuran tidak langsung menggunakan metode
mengingat
kembali
(recall)
melalui
wawancara
ataupun
angket
(Notoatmodjo, 2010). Pengukuran dengan angket menggunakan skala Likert dengan empat atau lima pilihan jawaban seperti sangat setuju, setuju, biasa saja, tidak setuju, dan tidak sangat setuju. Hasil ukur dikategorikan menjadi dua, yaitu praktik baik dan praktik tidak baik (Azwar, 2012). 2.3.3. Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga Hanson (2001) dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003) mendefinisikan kesehatan keluarga sebagai suatu keadaan sejahtera yang berubah secara dinamis, mencakup faktor biologis, psikososial, psikologis, spiritual, dan budaya dalam sistem keluarga. Sedangkan Tadych (1985) dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003) memberikan pengertian kesehatan keluarga berdasarkan teori ”Self Care Orem“, yaitu suatu kondisi keluarga yang mampu membantu anggotanya untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, mampu memenuhi fungsi keluarga, dan mampu mencapai tugas perkembangan sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga. Karakteristik dari keluarga yang sehat menurut Beavers dan Hampson (1999) dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003) adalah: menunjukkan kemampuan negosiasi yang tinggi dalam menghadapi masalah kesehatan keluarga; mampu mengungkapkan berbagai perasaan, kepercayaan, dan perbedaan mereka dengan jelas, terbuka, dan spontan; mampu menghargai perasaan anggota keluarga; memotivasi otonomi anggota keluarga; mengharapkan anggota keluarga bertanggung jawab terhadap perilaku/ tindakan masing-masing; dan menunjukkan perilaku afiliatif (kedekatan dan kehangatan) satu sama lain dalam keluarga. Keluarga yang tidak sehat akan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
35
mengakibatkan stress dalam keluarga sehingga menyebabkan fungsi keluarga yang tidak adekuat dan berdampak pada kesehatan anggota keluarga, seperti gangguan fungsi kardiovaskular, peningkatan tekanan darah, dan kadar glukosa darah yang diatas normal. Kesehatan keluarga mempengaruhi fungsi keluarga. Keluarga yang sehat mencerminkan fungsi keluarga yang efektif. Maurer dan Smith (2005) menyatakan fungsi keluarga menggambarkan aktivitas keluarga dalam mendukung kesejahteraan masing-masing anggotanya. Potter, Perry, Stockert, dan Hall, Perry, Stockert, dan Hall (2011) menjelaskan fungsi keluarga adalah bagaimana penampilan keluarga setiap hari, meliputi interaksi keluarga, pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga, dan berkaitan dengan komunitas yang lebih besar. Friedman, Bowden, dan Jones (2003) menjelaskan ada lima fungsi keluarga, yang merupakan adaptasi atau modifikasi dari beberapa fungsi keluarga menurut para ahli, seperti Murdock (1974), Ogburn (1933), Parsons dan Bales (1955), dan Hill (1965). Kelima fungsi keluarga tersebut adalah: fungsi afektif, yaitu memfasilitasi stabilitas dari kepribadian orang dewasa dan memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga; fungsi sosialisasi, yaitu memfasilitasi sosialisasi dasar anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif dan memberikan status pada anggota keluarga; fungsi reproduksi, yaitu untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat; fungsi ekonomi, yaitu menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi yang efektif; dan fungsi perawatan kesehatan, yaitu menyediakan kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi esensial dan dasar keluarga yang mengemban fokus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik dan sehat. Fungsi perawatan kesehatan keluarga melibatkan dua aspek utama, yaitu pertama, pemenuhan kebutuhan fisik untuk menjaga kesehatan keluarga; dan kedua, praktik kesehatan yang mempengaruhi status kesehatan keluarga. Status kesehatan keluarga dapat ditentukan dengan olahraga, diet, tidur dan istirahat, pola rekreasi, praktik perawatan diri, dan kesehatan lingkungan keluarga (Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999).
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
36
Keluarga adalah sistem dasar tempat perilaku kesehatan dan perawatan dikelola, dilakukan, dan dijalankan. Keluarga memberi promosi kesehatan dan preventif terhadap penyakit serta memberi perawatan bagi anggota keluarga yang sakit (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Keyakinan, nilai-nilai, dan praktik keluarga secara kuat mempengaruhi perilaku promosi kesehatan dari masing-masing anggota keluarga (Potter, Perry, Stockert, dan Hall, Perry, Stockert, dan Hall, 2011). Berdasarkan penelitian Roslands, dkk (2008), terdapat hubungan antara dukungan keluarga dan sosial dengan kegiatan memonitor glukosa darah secara teratur oleh anggota keluarga. Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) fungsi perawatan kesehatan keluarga meliputi tiga aspek, yaitu pengetahuan, kepercayaan, dan praktik kesehatan keluarga. Praktik (perilaku) kesehatan keluarga meliputi: praktik diet keluarga, praktik tidur dan istirahat keluarga, praktik latihan/ aktivitas fisik dan rekreasi keluarga, praktik penggunaan obat/ alkohol/ tembakau, praktik perawatan diri keluarga, praktik higiene dan sanitasi lingkungan keluarga, dan praktik pencegahan berbasis pengobatan. Praktik diet keluarga meliputi perencanaan belanja, pengolahan dan penyajian serta penyimpanan makanan untuk keluarga. Praktik diet yang buruk menyebabkan obesitas dalam keluarga. Jenis dan jumlah makanan yang dimakan seseorang mempengaruhi kemampuan mereka dalam menjaga berat badan yang normal. Makanan berlemak tinggi dan konsumsi karbohidrat, gula, dan protein yang tinggi dapat meningkatkan kecenderungan kenaikan berat badan (obesitas). Obesitas mempunyai dampak risiko kesehatan, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, arthritis, diabetes, dan lain-lain. Obesitas mengakibatkan terjadinya resistensi insulin dalam tubuh seseorang, sehingga menghambat penyerapan glukosa yang akan berefek pada peningkatan kadar glukosa darah. Makan secara teratur dengan gizi seimbang dan tinggi serat (banyak makan buah dan sayuran hijau) dapat membantu mengontrol berat badan dan akan menurunkan risiko kesehatan (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Praktik tidur dan istirahat keluarga akan mempengaruhi status kesehatan masingmasing anggota keluarga. Tidur merupakan fungsi penting untuk hidup yang Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
37
berkualitas, karena saat tidur terjadi penyimpanan energi, perbaikan, dan perlindungan terhadap kelelahan. Setiap keluarga mempunyai pola tidur, namun mungkin tidak konsisten akibat dari keramaian di rumah, perbedaan jadwal kerja/ sekolah/ sakit, atau perbedaan kebutuhan asuhan (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Kebutuhan tidur anggota keluarga berbeda-beda tergantung dengan usia. Kebutuhan tidur untuk usia dewasa adalah sekitar 7-8 jam perhari (Potter, Perry, Stockert, dan Hall, Perry, Stockert, dan Hall, 2011). Praktik aktivitas fisik dan rekreasi keluarga akan mempengaruhi kesehatan keluarga secara umum. Aktivitas yang banyak gerak akan membantu mengurangi lemak tubuh sehingga dapat menurunkan berat badan dan berkurangnya risiko kesehatan. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi orang dewasa dan bermanfaat bagi tubuh adalah aktivitas fisik sedang selama 30 menit sehari, sedikitnya lima hari dalam seminggu (Depkes RI, 2008). Latihan dan aktivitas fisik yang rutin dilakukan dalam keluarga akan membentuk kebiasaan yang baik bagi setiap anggota keluarganya. Selain aktivitas fisik, aktivitas rekreasi juga diperlukan untuk memelihara kesehatan keluarga. Aktivitas rekreasi merupakan aktivitas yang terpisah dari kewajiban kerja, keluarga, dan masyarakat dimana individu melakukannya atas dasar kemauan sendiri untuk memperoleh relaksasi, pengalihan, pengembangan diri, atau partisipasi sosial. Rekreasi keluarga dapat berupa aktivitas keagamaan, pendidikan, rekreasi, kemasyarakatan, atau kebudayaan. Rekreasi keluarga akan memelihara dan menguatkan ikatan keluarga, bergembira bersama, membagi perasaan, mengurangi tekanan, dan memperbaiki perasaan anggota keluarga tentang keluarga mereka (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Praktik penggunaan obat dalam keluarga akan mempengaruhi kesehatan anggota keluarga. Keluarga umumnya menggunakan obat yang dijual bebas untuk mengobati sakit tenggorokan, batuk, pilek, gangguan lambung, dan gangguan kulit. Pengobatan tersebut seringkali digunakan sebagai pengganti dari terapi profesional (Roney dan Nall, 1966 dalam Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Perilaku keluarga dalam penggunaan obat-obatan yang dijual bebas dapat membahayakan kesehatan anggota keluarga, karena berisiko menimbulkan keracunan, dosis yang tidak tepat, penyimpanan obat yang tidak baik, dan lainnya. Selain obat yang dijual bebas, saat ini terdapat kecenderungan keluarga mengkonsumsi obat penenang, alkohol, dan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
38
rokok. Hal tersebut telah menjadi gaya hidup bagi orang dewasa saat ini karena pengaruh pergaulan sosial dan stress kehidupan sehingga menjadi perilaku berisiko untuk kesehatan mereka. Praktik perawatan diri keluarga mengacu pada perilaku keluarga dalam memberikan bantuan perawatan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan. Perilaku keluarga ini akan dipengaruhi oleh pengetahuan, kekuatan dan motivasi yang dimiliki keluarga serta kompetensi dalam mengatasi masalah kesehatan. Kondisi psikologis dalam keluarga juga akan berdampak pada praktik perawatan diri keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Praktik higiene keluarga adalah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam keluarga terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, pemakaian handuk yang berbeda untuk setiap anggota keluarga, menggunakan peralatan makan dan minum yang bersih dan berbeda untuk masingmasing anggota keluarga, kebiasaan mandi dan lain-lain. Praktik sanitasi lingkungan terkait dengan kebiasaan keluarga dalam menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya serta perilaku keluarga dalam menghindari paparan polusi yang terdapat di lingkungannya (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Praktik pencegahan berbasis pengobatan dalam keluarga merupakan kebiasaan keluarga dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit untuk masingmasing anggota keluarga. Tindakan pencegahan tersebut meliputi kebiasaan keluarga dalam melakukan pemeriksaan fisik (check up) tahunan, pemeriksaan penglihatan dan pendengaran, pemberian imunisasi, pemeriksaan dan perawatan gigi, dan pemanfaatan terapi komplementer atau alternatif dalam keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Secara umum perilaku perawatan kesehatan keluarga berfokus pada tindakan preventif dan promosi kesehatan terhadap semua anggota keluarga sehingga terhindar dari risiko kesehatan, misalnya diabetes melitus atau pradiabetes. Untuk risiko pradiabetes khususnya pada anggota keluarga yang berusia dewasa, praktik perawatan kesehatan keluarga yang utama adalah terkait dengan diet keluarga, tidur dan istirahat, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan pemeriksaan kesehatan rutin. Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
39
Hal ini dikarenakan usia ≥ 45 tahun, diet keluarga (pola makan), aktivitas yang kurang, dan merokok merupakan faktor risiko dari diabetes melitus (Soegondo, Soewondo, dan Subekti, 2011). 2.4. Peran Perawat Komunitas Peran adalah set perilaku yang diharapkan dari seseorang sesuai dengan posisi atau kedudukannya dalam suatu organisasi atau masyarakat (Wilkey dan Gardner, 1999). Wilkey dan Gardner (1999) selanjutnya menyatakan peran perawat selalu berubah sejalan dengan perkembangan pengetahuan, teknologi, pembiayaan, dan tuntutan dari masyarakat. Misalnya masyarakat yang berusia dewasa menengah mempunyai kebutuhan akan perawatan berhubungan dengan faktor-faktor risiko kesehatan yang ada dalam kehidupannya. Perawatan yang diberikan pada kelompok usia dewasa menengah dilakukan dalam rangka memanipulasi faktor risiko tersebut dan mencegah terjadinya masalah kesehatan. Pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan menjadi perhatian (concern) dari perawat komunitas. Beberapa peran perawat komunitas, antara lain (Wilkey dan Gardner, 1999; Allender, Rector, dan Warner, 2010): 2.4.1. Caregiver Perawat komunitas memberikan pelayanan keperawatan pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Perawat komunitas membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam memenuhi kebutuhan klien yang berbeda-beda. 2.4.2. Educator Perawat komunitas mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pendidikan kesehatan pada individu, kelompok, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien dalam pemeliharaan kesehatannya. 2.4.3. Advocate Perawat komunitas harus mampu memfasilitasi kliennya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Advokasi dilakukan terhadap klien yang tidak mampu berbicara atau bertindak untuk dirinya sendiri, sehingga dibutuhkan bantuan perawat berupa negosiasi dan lobi dengan tim kesehatan lainnya.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
40
2.4.4. Manager Perawat komunitas harus mampu mengelola kebutuhan klien secara efektif, misalnya membuat keputusan yang tepat dan menetapkan tujuan perawatan yang sesuai dengan kondisi klien. Dalam melaksanakan peran sebagai manager, perawat komunitas harus dapat bertindak sebagai perencana, pengelola, pemimpin, pengawas, evaluator, dan mengelola berbagai perilaku dari klien dan tim kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien. 2.4.5. Collaborator Perawat komunitas harus mampu bekerjasama dengan klien dan tim kesehatan lain dalam mencapai tujuan perawatan yang telah ditetapkan. Kolaborasi ditunjukkan dengan sikap saling menghargai dan kooperatif dalam interaksi diantara tim kesehatan dan klien. 2.4.6. Leadership Perawat komunitas harus mampu menjadi agent of change. Perawat komunitas berusaha untuk memulai perubahan yang secara positif mempengaruhi kesehatan masyarakat. Perawat komunitas juga berusaha untuk mempengaruhi masyarakat dalam berpikir dan berperilaku yang sehat. 2.4.7. Researcher Perawat komunitas berperan serta dalam melakukan investigasi, pengumpulan, dan analisis data untuk penyelesaian masalah kesehatan di masyarakat dan meningkatkan praktik kesehatan masyarakat. 2.4.8. Consultant Perawat komunitas membantu klien memahami masalah kesehatannya dan membantu klien untuk membuat keputusan yang bijaksana saat memilih beberapa alternatif tindakan perawatan yang dibutuhkannya. 2.4.9. Counselor Perawat
komunitas mampu menjadi pendengar yang aktif dan objektif,
mengklarifikasi, memberikan umpan balik dan informasi, dan memandu klien melalui proses penyelesaian masalah sehingga klien dapat memilih solusi yang tepat untuk permasalahan yang sedang dihadapinya.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
41
2.5. Kerangka Teori Kondisi kesehatan anggota keluarga dan keluarga saling mempengaruhi. Penyakit yang terdapat dalam keluarga akan mempengaruhi keluarga secara keseluruhan dan interaksi masing-masing anggotanya. Selain itu, keluarga juga akan mempengaruhi proses perkembangan penyakit dan kondisi kesehatan anggotanya. Dengan kata lain, keluarga cenderung menjadi pemicu masalah kesehatan anggota keluarga dan sekaligus menjadi pelaku dalam menentukan masalah kesehatannya. Campbell (2000) dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2003) menjelaskan keluarga berpengaruh besar pada kesehatan fisik anggotanya, karena keluarga mempunyai peranan penting dalam promosi kesehatan dan penurunan risiko kesehatan keluarga. Menurut Healthy People 2010 dalam Stanhope dan Lancaster (2004) faktor risiko kesehatan dalam keluarga terdiri dari: risiko biologis dan usia, risiko lingkungan (sosial ekonomi), risiko perilaku (gaya hidup), dan risiko kejadian dalam hidup. Salah satu risiko yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu adalah faktor usia karena dikaitkan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia, diantaranya masa dewasa menengah. Pada masa ini banyak risiko penyakit yang dapat terjadi terkait dengan usia dewasa menengah, seperti penyakit jantung koroner, stroke, kanker, penyakit pernapasan kronis, cidera yang tidak disengaja, penyalahgunaan obat dan penggunaan tembakau, obesitas, dan diabetes melitus (Lundy dan Janes, 2009; Allender, Rector, dan Warner, 2010). Diabetes melitus banyak diderita usia dewasa menengah biasanya diawali dengan kondisi pradiabetes. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Vegt, Dekker, dan Jager (2001) dalam Soewondo dan Pramono (2011) yang menemukan perkembangan pradiabetes menjadi diabetes adalah 6-10% setiap tahunnya. Kondisi pradiabetes dapat dicegah dengan melakukan promosi kesehatan seperti perubahan gaya hidup (Drabkin dan Smitherman, 2011), antara lain: mengurangi konsumsi beras putih, memperbanyak makan sayuran hijau dan buah, mengurangi minum kopi dan minuman manis lainnya, menghentikan rokok dan alkohol, dan meningkatkan aktivitas fisik. Promosi kesehatan ini dimulai dari keluarga yang merupakan pelaksanaan dari fungsi perawatan kesehatan keluarga. Fungsi perawatan kesehatan keluarga melibatkan pemenuhan kebutuhan fisik untuk menjaga kesehatan
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
42
keluarga dan praktik kesehatan yang mempengaruhi status kesehatan keluarga (Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999). Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) fungsi perawatan kesehatan keluarga meliputi tiga aspek, yaitu pengetahuan, kepercayaan, dan praktik kesehatan keluarga. Praktik (perilaku) kesehatan keluarga meliputi: praktik diet keluarga, praktik tidur dan istirahat keluarga, praktik latihan/ aktivitas fisik dan rekreasi keluarga, praktik penggunaan obat/ alkohol/ tembakau, praktik perawatan diri keluarga, praktik higiene dan sanitasi lingkungan keluarga, dan praktik pencegahan berbasis pengobatan.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
43
Skema 2.1 Kerangka Teori
Karakteristik individu usia dewasa menengah sebagai populasi at risk pradiabetes: 1. Risiko biologi dan usia Genetik (riwayat DM dalam keluarga) Usia ≥ 45 tahun. 2. Risiko sosial ekonomi Beban ekonomi, ekonomi rendah. Kriminalitas tinggi, kebisingan, polusi, diskriminasi sosial. 3. Risiko gaya hidup Pola makan yang tidak sehat, BB lebih dari normal Kurang aktivitas, kurang tidur Merokok, alkohol. 4. Risiko kejadian hidup Stres (Stanhope & Lancaster, 2004; Drabkin & Smitherman, 2011; Becker, 2004)
Karakteristik keluarga: 1. Komposisi dan tipe keluarga 2. Latar belakang budaya keluarga 3. Status sosial ekonomi keluarga (pekerjaan dan penghasilan) 4. Tingkat pendidikan keluarga (Friedman,Bowden & Jones, 2003)
Perilaku perawatan kesehatan keluarga terdiri dari: Pengetahuan Sikap Praktik mengenai: - Diet keluarga - Aktivitas dan rekreasi keluarga - Tidur dan istirahat keluarga - Penggunaan obat terapeutik dan penenang, alkohol, dan tembakau - Perawatan diri keluarga - Lingkungan dan hygiene keluarga - Pencegahan berbasis pengobatan dalam keluarga. - Terapi alternatif
Status Kesehatan Individu Dewasa Menengah: Pradiabetes atau Tidak Pradiabetes
Peran perawat komunitas: Caregiver, Educator, Advocate, Manager, Collaborator, Leadership, Researcher, Consultant, Counselor. (Wilkey & Gardner, 1999; Allender, Rector, & Warner, 2010)
Sumber: Friedman, Bowden & Jones (2003); Stanhope & Lancaster (2004); Wilkey dan Gardner (1999); Allender, Rector, dan Warner (2010)
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
44
BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN Bab ini membahas mengenai kerangka konsep penelitian, variabel penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi operasional dari setiap variabel penelitian. Penjelasan tentang hal-hal tersebut akan membantu penulis dalam menentukan arah penelitian dan menjawab fenomena yang terkait dengan pradiabetes. 3.1. Kerangka Konsep Konsep adalah istilah yang abstrak menggambarkan dan menamai suatu objek, fenomena, atau ide, sehingga memberikan identitas terpisah atau makna (Burns dan Grove, 2009). Kerangka konsep merupakan sesuatu yang abstrak, struktur logis dari teori-teori yang bermakna, yang memandu pengembangan penelitian dan memungkinkan untuk menghubungkan hasil penelitian dengan body of knowledge keperawatan (Burns dan Grove, 2009). Sastroasmoro dan Ismael (2011) menyatakan kerangka konsep dibuat dalam bentuk diagram yang menunjukkan hubungan antar variabel dalam penelitian. Penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel independen adalah variabel yang dianggap mempengaruhi (menentukan) variabel dependen (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik keluarga (tipe keluarga, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga) dan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang terdiri dari tiga domain perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik. Perilaku perawatan kesehatan keluarga yang akan dilihat meliputi: diet dalam keluarga; pola aktivitas keluarga; pola tidur keluarga; konsumsi rokok, alkohol, kopi; serta kontrol kesehatan dalam keluarga. Variabel dependen adalah variabel yang nilainya merupakan hasil penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema berikut ini:
44
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
45
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik individu: - Riwayat DM dalam keluarga - Usia - Gaya hidup - Stres
Karakteristik keluarga: - Tipe keluarga - Suku bangsa - Pendidikan - Pekerjaan - Penghasilan
Perilaku perawatan kesehatan keluarga (pengetahuan, sikap, dan praktik), meliputi: - Diet dalam keluarga - Pola aktivitas keluarga - Pola tidur keluarga - Konsumsi rokok, alkohol, kopi - Kontrol kesehatan
Kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah
Peran petugas kesehatan (perawat)
Keterangan: Tidak diteliti
3.2. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian menjelaskan hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Sastroasmoro dan Ismael (2011), hipotesis merupakan suatu pernyataan tentang jawaban sementara dari pertanyaan penelitian, harus diuji kebenarannya secara empiris. Berdasarkan tujuan dan kerangka konsep penelitian, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
46
3.2.1.
Ada hubungan antara tipe keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.2.2.
Ada hubungan antara suku bangsa dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.2.3.
Ada hubungan antara pendidikan kepala keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.2.4.
Ada hubungan antara pekerjaan kepala keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.2.5.
Ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.2.6.
Ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.2.7.
Ada hubungan antara sikap keluarga tentang perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.2.8.
Ada hubungan antara praktik keluarga tentang perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
3.2.9.
Ada hubungan antara perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
47
3.3. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional Variabel Independen Tipe Karakteristik keluarga keluarga yang didasarkan pada jumlah anggota keluarga yang tinggal satu rumah.
Suku bangsa
Pendidikan kepala keluarga
Asal usul keluarga yang melatarbelakangi keyakinan dan nilai serta pola kebiasaan dalam keluarga. Sekolah formal yang pernah diikuti oleh kepala keluarga.
Alat dan Cara Ukur
Hasil Ukur
Kuisioner yang berisi pertanyaan terbuka mengenai komposisi keluarga saat ini.
0 = Keluarga inti (terdiri dari ayah dan/ atau ibu, dan anak).
Skala Ordinal
1 = Keluarga besar (terdiri dari ayah dan/ atau ibu, anak, dan saudara lain yang memiliki kekerabatan dengan keluarga). Kuisioner yang berisi pertanyaan tertutup mengenai latar belakang budaya keluarga.
0 = bukan betawi 1 = betawi
Nominal
Kuisioner yang berisi pertanyaan terbuka mengenai sekolah formal terakhir yang pernah diikuti oleh keluarga.
0 = rendah, jika tidak sekolah s/d tamat SMP.
Ordinal
1 = tinggi, jika tamat SMA s/d Perguruan Tinggi.
Pekerjaan kepala keluarga
Mata pencaharian kepala keluarga yang menjadi sumber utama pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehariharinya.
Kuisioner yang berisi pertanyaan terbuka mengenai pekerjaan keluarga saat ini.
0 = tidak bekerja 1 = bekerja
Nominal
Penghasilan keluarga
Sesuatu yang dihasilkan keluarga dari bekerja dalam satu bulan yang dihitung berdasarkan UMR kota Depok (Rp 1.400.000,00).
Kuisioner yang berisi pertanyaan tertutup dengan dua pilihan jawaban, yaitu kurang dari Rp 1.400.000 perbulan dan lebih atau sama dengan Rp 1.400.000 perbulan.
0 = rendah jika penghasilan keluarga < Rp 1.400.000.
Ordinal
1 = tinggi jika penghasilan keluarga ≥ Rp 1.400.000.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
48
Variabel Perilaku perawatan kesehatan keluarga.
Definisi Operasional Kegiatan yang dilakukan oleh keluarga dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga melalui tiga domain perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik.
Alat dan Cara Ukur Kuisioner meliputi: pengetahuan skor 0-1, sikap skor 0-1, dan praktik skor 0-1, skor total 0-3.
Hasil Ukur
Skala
Komposit dari tiga domain perilaku yaitu:
Ordinal
0 = tidak efektif jika total skor dari tiga domain (pengetahuan, sikap, praktik) < 2. 1 = efektif jika total skor dari tiga domain (pengetahuan, sikap, praktik) ≥ 2. (sumber: Azwar, 2012)
a. Pengetahuan tentang perilaku perawatan kesehatan keluarga terkait dengan diet keluarga; aktivitas dan rekreasi keluarga; tidur dan istirahat; konsumsi rokok, alkohol, kopi; dan pencegahan berbasis pengobatan pada anggota keluarga berusia dewasa menengah.
Kuisioner pengetahuan tentang perilaku perawatan kesehatan keluarga, terdiri dari 25 item pernyataan dengan menggunakan skala Guttman “benar” dan “salah”. Untuk pertanyaan positif, jawaban benar diberi nilai 2 dan jawaban salah diberi nilai 1, sedangkan pernyataan negatif sebaliknya. Total skor 25-50
0 = rendah, jika skor total jawaban benar < 35 (70%). 1 = tinggi, jika skor total jawaban benar ≥ 35 (70%).
b. Sikap terhadap perilaku perawatan kesehatan keluarga terkait dengan diet keluarga; aktivitas dan rekreasi keluarga; tidur dan istirahat; konsumsi rokok, alkohol, kopi; dan pencegahan
Kuisioner sikap tentang perilaku perawatan kesehatan keluarga, terdiri dari 25 item pernyataan dengan menggunakan skala Likert, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), dan tidak setuju (TS).
0 = negatif jika total skor < 75.
Ordinal
(sumber: Arikunto, 2009; Sugiyono, 2011)
Ordinal
1 = positif jika total skor ≥ 75. (sumber: Azwar, 2012)
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
49
Variabel
Definisi Operasional berbasis pengobatan pada anggota keluarga berusia dewasa menengah.
Alat dan Cara Ukur Untuk pernyataan positif, SS diberi nilai 4, S nilai 3, KS nilai 2, TS nilai 1; atau sebaliknya untuk pernyataan negatif. Total skor 25-100.
Hasil Ukur
c. Praktik perawatan kesehatan keluarga terkait dengan diet keluarga; aktivitas dan rekreasi keluarga; tidur dan istirahat; konsumsi rokok, alkohol, kopi; dan pencegahan berbasis pengobatan pada anggota keluarga berusia dewasa menengah.
Kuisioner praktik perawatan kesehatan keluarga, terdiri dari 25 item pernyataan dengan menggunakan skala Likert, yaitu: selalu, sering, jarang, dan tidak pernah.
0 = tidak baik jika total skor < 75.
Variabel Dependen Banyaknya orang Kejadian usia dewasa pradiabetes menengah yang pada usia mempunyai kadar dewasa gula darah puasa menengah. berada dalam rentang 90-99 mg/ dL pada pemeriksaan darah perifer.
Skala
Ordinal
1 = baik jika total skor ≥ 75. (sumber: Azwar, 2012)
Untuk pernyataan positif, selalu diberi nilai 4, sering nilai 3, jarang nilai 2, tidak pernah nilai 1; atau sebaliknya untuk pernyataan negatif. Total skor 25-100. Pemeriksaan gula darah puasa melalui pembuluh darah perifer dengan menggunakan alat glukotest yang menunjukkan hasil kadar gula darah puasa, setelah responden berpuasa selama 8 jam.
0 = tidak pradiabetes jika hasil pemeriksaan gula darah puasa < 90 mg/ dL.
Ordinal
1 = pradiabetes jika hasil pemeriksaan gula puasa 90-99 mg/ dL.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
50
BAB 4 METODE PENELITIAN Bab ini mengemukakan tentang metode penelitian yang meliputi desain penelitian, populasi dan sampel, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpul data, uji instrumen, prosedur pengumpulan data, dan analisis data. Metode penelitian ini memberikan panduan bagi peneliti dalam melakukan penelitian terkait dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu cara yang dapat menuntun peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian (Sastroasmoro dan Ismael, 2011) atau mencapai tujuan penelitian (Burns dan Grove, 2009). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif observasional menggunakan metode cross sectional. Penelitian cross sectional adalah desain penelitian yang mengamati atau mengukur hubungan antar fenomena pada satu waktu atau dalam waktu yang bersamaan (Macnee, 2004; Wood dan Haber, 2010; Sastroasmoro dan Ismael, 2011; Polit dan Beck, 2012). Nies dan McEwen (2007) mengatakan bahwa penelitian cross sectional merupakan suatu penelitian yang memeriksa hubungan antara faktor-faktor penyebab potensial dan penyakit pada suatu waktu yang spesifik. Penelitian ini terdiri dari variabel independen (perilaku perawatan kesehatan keluarga dan karakteristik keluarga) dan variabel dependen (kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah). 4.2. Populasi dan Sampel Populasi penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang memiliki karakteristik tertentu (Wood dan Haber, 2010; Sastroasmoro dan Ismael, 2011; Polit dan Beck, 2012) yang menjadi fokus penelitian (Burns dan Grove, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang dewasa menengah yang tinggal di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok pada tahun 2012 yang berjumlah 3745 jiwa (Laporan Rekapitulasi Penduduk Kelurahan Cisalak Pasar April 2012). Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu untuk mewakili populasi yang akan diteliti (Macnee, 2004; Sastroasmoro dan Ismael, 2011; Polit dan 50
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
51
Beck, 2012). Burns dan Grove (2009) mendefinisikan sampel sebagai bagian sekelompok orang, kejadian, perilaku, atau unsur-unsur lain yang dapat digunakan untuk penelitian. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari orang dewasa menengah yang berada di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok setelah dilakukan randomisasi. Pemilihan sampel penelitian menggunakan kriteria tertentu. Kriteria sampel menggambarkan karakteristik umum yang menjelaskan populasi target dari suatu penelitian, terdiri dari dua, yaitu kriteria inklusi dan eksklusi (Macnee, 2004). Kriteria inklusi adalah karakteristik yang membatasi populasi untuk keseragaman sampel, sedangkan kriteria eksklusi merupakan karakteristik yang membatasi populasi untuk menurunkan keberagaman sampel. Keberagaman sampel dapat menurunkan kekuatan dari hasil penelitian dan menghambat kemampuan peneliti untuk menginterpretasikan hasil secara bermakna dan mempersulit generalisasi. Kriteria inklusi dari sampel penelitian ini adalah individu dewasa yang berusia 35-55 tahun, berdomisili di Kelurahan Cisalak Pasar dan tinggal dalam satu keluarga, bersedia menjadi responden penelitian, bisa membaca dan menulis, dan memiliki riwayat keluarga penyakit diabetes melitus. Riwayat diabetes melitus dalam keluarga dijadikan kriteria inklusi karena peneliti ingin melihat apakah individu yang memiliki faktor risiko diabetes melitus yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetik, jika dilakukan perawatan kesehatan keluarga yang baik akan dapat mencegah terjadinya diabetes melitus pada individu tersebut. Sedangkan kriteria eksklusi dari sampel penelitian ini, yaitu: individu yang sudah terdiagnosa diabetes melitus dan/ atau memiliki kadar gula darah puasa ≥ 100 mg/ dL pada pemeriksaan gula darah kapiler atau ≥ 126 mg/ dL pada pemeriksaan gula darah vena, dan individu yang sedang hamil. Besar sampel yang digunakan ditentukan dengan rumus Lameshow sebagai berikut (Sugiyono, 2011): n = Zα2.p.q d2
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
52
Keterangan: n : besar sampel Zα2 : statisitik Z pada distribusi normal dengan tingkat kemaknaan α = 5% adalah 1,96 p : perkiraan proporsi atau prevalensi (hasil penelitian Soewondo dan Pramono tahun 2011 mendapatkan prevalensi pradiabetes di Indonesia sebesar 10%) q : 1 – p = 1 – 0,1 = 0,9 d : presisi absolut yang diinginkan pada kedua sisi proporsi populasi adalah 10% (0,1) Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka didapatkan jumlah sampel sebanyak 35 orang dewasa menengah, dengan perhitungan sebagai berikut: n = (1,962 x 0,1 x 0,9) = 34,57 (0,1)2 Jumlah sampel minimal ditambah 10% sebagai antisipasi drop out, dengan perhitungan sebagai berikut (Sastroasmoro dan Ismael, 2011): n’ =
n = 35 = 38,89 1–f 1 – 0,1
Keterangan: n : jumlah sampel minimal (35 orang dewasa) f : perkiraan proporsi drop out (kira-kira 10% = 0,1) Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan cara cluster sampling, yaitu suatu metode pemilihan sampel yang terjadi secara alamiah dan dilakukan dengan cara acak pada sekelompok individu dalam populasi tertentu berdasarkan wilayah, misalnya kelurahan, kecamatan, kota, dan seterusnya (Macnee, 2004; Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Wood dan Haber (2010) dan Borbasi, Jackson, dan Langford (2004) menyatakan cluster sampling melibatkan pengambilan sampel acak secara berturut-turut dari unit besar hingga unit terkecil dan memenuhi kelayakan sampel. Pada pemilihan sampel dengan cara cluster, besar sampel yang diperoleh dari perhitungan di atas dikalikan dengan efek desain agar hasil penelitian lebih representatif. Efek desain adalah perbandingan antara varians yang didapatkan dari pengambilan sampel secara komplek (misalnya cluster atau stratified random
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
53
sampling) dengan varians yang diperoleh jika pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (Cornfild, 1951 dalam Lohr, 2010; Singh, 2007; Aday, 2006). Singh (2007) menyatakan efek desain untuk cluster sampling biasanya bernilai 2 atau 4. Jadi, besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 39 x 4 = 156 orang responden. Pengambilan sampel penelitian di kelurahan Cisalak Pasar dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: 4.2.1. Peneliti membuat daftar unit populasi di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok, yaitu terdiri dari 9 RW (mulai dari RW 1 sampai dengan RW 9). 4.2.2. Peneliti menentukan tujuh RW yang digunakan sebagai cluster yang akan dijadikan tempat pengambilan sampel, yaitu RW 1-7. Penentuan RW tersebut berdasarkan kesepakatan dengan Bapak Kepala Kelurahan Cisalak Pasar, yang mayoritas warga dari tujuh RW tersebut mampu diajak bekerjasama dalam penelitian, sedangkan dua RW lagi merupakan kompleks perumahan yang tidak digunakan sebagai cluster penelitian. 4.2.3. Peneliti menentukan sampling frame dari setiap RT, yaitu menentukan jumlah usia dewasa yang mempunyai riwayat DM dalam keluarga. 4.2.4. Berdasarkan sampling frame yang diperoleh, maka dilakukan pengambilan sampel tiap RT dengan cara simple random sampling. Tabel 4.1 Jumlah sampel penelitian Cluster RW 01 02 03 04 05 06 07 Total
Jumlah Dewasa Menengah 419 420 603 575 545 367 373 3302
Jumlah RT 6 5 6 5 9 4 8
Sampel tiap RT 3-4 4 4-5 5-6 2-3 4-5 2-3
Total Sampel Tiap RW 20 20 28 27 26 17 18 156
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
54
4.3. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Waktu penelitian dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan lebih kurang selama 5 bulan, yaitu dari bulan September 2012 sampai dengan Januari 2013. 4.4. Etika Penelitian 4.4.1. Aplikasi Prinsip Dasar Etika Penelitian Keperawatan Etika adalah teori atau disiplin yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dari nilainilai moral dan moral perilaku (Wood dan Haber, 2010). Menurut Polit, Beck, dan Hungler (2001), setiap responden dalam penelitian harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian. Terdapat tiga prinsip etika yang relevan dengan penelitian terkait manusia sebagai subjek penelitian, yaitu: respect for human dignity, beneficence dan maleficence, dan justice (Burns dan Grove, 2009: Wood dan Haber, 2010; Polit dan Beck, 2010). 4.4.1.1. Respect for human dignity Respect for human dignity merupakan pelaksanaan dari prinsip etik yaitu menghargai hak dan martabat responden. Pertama, hak penentuan nasib sendiri (right to self determination). Peneliti memberikan kebebasan pada individu untuk menentukan sendiri terlibat atau tidak dalam penelitian, dilakukan secara sukarela, tanpa ada paksaan dari orang lain, dan bebas untuk mengundurkan diri dengan tidak ada konsekuensi apapun. Kedua, hak menyampaikan pendapat secara penuh (right to full disclosure). Peneliti menghargai hak individu untuk menolak berpartisipasi dalam penelitian. Pada penelitian ini, individu yang memenuhi kriteria sampel diberi penjelasan terlebih dahulu tentang penelitian yang akan dilakukan dengan cara: membina hubungan saling percaya, menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian, dan konsekuensi yang diterima oleh responden dari penelitian ini. Selanjutnya, individu tersebut diberikan waktu untuk berpikir dan menentukan pilihan dalam berpartisipasi sebagai responden penelitian atau tidak, serta diberikan kebebasan untuk mengundurkan diri saat penelitian sedang berlangsung. Selama pelaksanaan penelitian ini, semua individu yang memenuhi kriteria menyatakan mau Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
55
berpartisipasi dalam penelitian setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti. Akan tetapi, saat pemeriksaan gula darah puasa melalui pembuluh darah perifer, terdapat 3 orang responden yang tidak mau diperiksa gula darahnya karena takut ditusuk dengan lancet. Oleh karena itu, peneliti memberikan kebebasan pada responden tersebut untuk mengundurkan diri, dan peneliti mengganti dengan individu lain yang memenuhi kriteria dengan cara melakukan acak ulang. 4.4.1.2. Beneficence dan maleficence. Prinsip etik ini sangat diperlukan dalam menumbuhkan kerjasama yang baik antara peneliti dan responden. Beneficence merupakan prinsip etik yang berarti memberikan manfaat. Pelaksanaan dari prinsip etik ini adalah diharapkan penelitian dapat memberikan keuntungan atau berdampak positif bagi responden baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada penelitian ini, responden dapat merasakan manfaat secara langsung berupa diketahuinya kadar gula darah responden saat ini dan kondisi kesehatan terkait dengan risiko diabetes melitus yang dimilikinya. Selain itu, partisipasi responden dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat tidak langsung karena hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada pihak-pihak terkait, seperti Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Puskesmas Cimanggis, ataupun Dinas Kesehatan Kota Depok, serta pihak lainnya. Pada akhirnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam peningkatan program promosi kesehatan tentang penyakit diabetes melitus di masyarakat. Prinsip etik maleficence berarti tidak merugikan. Dalam penelitian, prinsip etik ini dijalankan dengan cara mengupayakan penelitian yang dilakukan tidak akan menimbulkan risiko atau membahayakan bagi responden, baik secara fisik, psikologi, ataupun sosial. Pada penelitian ini, peneliti memperhatikan risiko bahaya pada responden saat pemeriksaan gula darah puasa, seperti dalam penggunaan alat dan lamanya berpuasa. Oleh karena itu, untuk setiap responden digunakan lancet dan alcohol swab yang baru. Setelah pengambilan darah kapiler, bekas tusukan lancet di ujung jari responden diusap dan ditekan dengan alcohol swab yang baru hingga darahnya berhenti. Selain itu, jadwal pemeriksaan gula darah puasa diatur sedemikian rupa sehingga responden tidak menunggu lama, yaitu responden diberi penjelasan untuk tidak makan dan minum yang manis selama ± 8 jam mulai dari pukul 22.30 WIB sampai dengan pemeriksaan gula darah dilakukan pada pukul Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
56
06.30 WIB esok harinya. Untuk mencegah responden berpuasa lebih dari waktu yang ditentukan, maka pemeriksaan gula darah dilakukan di rumah kader tiap RW sesuai kesepakatan dengan responden. Setelah pemeriksaan selesai, maka responden diberikan sarapan pagi untuk mencegah kondisi hipoglikemia. Hasil pemeriksaan gula darah puasa diberitahukan pada responden dan diberikan penjelasan tentang kondisinya saat ini. Jika terdapat responden yang menunjukkan kadar gula darah puasa ≥ 100 atau dengan kata lain masuk dalam kategori diabetes melitus, maka responden dikeluarkan dari penelitian dengan diberikan penjelasan terlebih dahulu. Sebagai penghargaan bagi responden tersebut atas partisipasinya, maka responden akan diberikan penyuluhan kesehatan, leaflet, atau booklet tentang penyakit diabetes melitus, perawatan, dan pencegahan komplikasi. 4.4.1.3. Justice. Prinsip etik ini berarti setiap individu yang terlibat sebagai responden penelitian mempunyai hak untuk diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan setelah penelitian dilaksanakan. Prinsip keadilan dijelaskan pada setiap individu usia dewasa menengah dalam keluarga yang mempunyai peluang untuk menjadi responden. Jika dalam satu keluarga terdapat lebih dari satu individu usia dewasa menengah yang memenuhi kriteria, maka pemilihan responden dilakukan secara acak sederhana. Pada individu yang tidak terpilih diberikan penjelasan dan kesempatan jika individu tersebut ingin juga diperiksa gula darahnya. Selama pelaksanaan penelitian ini, banyak masyarakat yang tidak terlibat dalam penelitian, ingin diperiksa juga gula darahnya, sehingga mereka tetap peneliti periksa, setelah pemeriksaan gula darah semua responden selesai dilakukan. Prinsip etik lain yang terkait dengan justice adalah peneliti menjaga kerahasiaan identitas dan keterlibatan responden dalam penelitian ini dengan cara tidak menuliskan nama responden pada kuisioner ataupun pada data penelitian yang sudah dikumpulkan, melainkan cukup dengan memberikan pengkodean saja (aspek anonymity). Informasi yang diberikan responden hanya diketahui oleh peneliti dan responden sendiri. Semua berkas, data, dan informasi yang didapatkan dari responden disimpan di tempat khusus dan hanya diketahui oleh peneliti, serta akan disimpan maksimal selama 5 tahun dan akhirnya akan dimusnahkan dengan cara Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
57
dibakar. Peneliti tidak akan memberikan informasi dari responden pada orang lain, tanpa seizin responden (right of human privacy), kecuali jika catatan penelitian ini diperlukan sebagai barang bukti di pengadilan. Jika hasil penelitian ini dipublikasikan, tidak ada satu identifikasi yang berkaitan dengan responden akan ditampilkan dalam publikasi tersebut. Pada penelitian ini, penjelasan mengenai halhal tersebut di atas disampaikan pada calon responden sebelum proses informed consent. 4.4.2. Informed Consent Informed consent adalah pernyataan dari individu atau wakilnya yang sah untuk bersedia berpartisipasi dalam sebuah penelitian setelah diberikan penjelasan dan diberikan waktu untuk mempertimbangkan keputusan tersebut (Macnee, 2004). Wood dan Haber (2010) menyatakan informed consent merupakan prinsip legal berupa pernyataan tertulis dari individu untuk berpartisipasi atau tidak dalam sebuah penelitian. Menurut Dempsey (2002), informed consent yang baik harus mencakup lima hal berikut ini, yaitu: penjelasan tentang tujuan penelitian, potensi risiko selama penelitian, manfaat dari penelitian, prosedur penelitian, dan pernyataan bahwa responden dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa konsekuensi apapun. Pada penelitian ini, setiap individu yang mempunyai peluang menjadi responden diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai penelitian yang akan dilakukan. Penjelasan yang diberikan meliputi tujuan, manfaat penelitian, prosedur dan potensi risiko dari penelitian. Setelah itu, calon responden diberikan waktu untuk memikirkan dan mempertimbangkan. Jika setuju untuk berpartisipasi, maka calon responden diminta untuk menandatangani lembar informed consent yang telah disediakan. Sedangkan pada keluarga responden juga diberikan penjelasan terkait penelitian yang akan dilakukan dan dilakukan informed consent secara lisan. 4.5. Alat Pengumpul Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan suatu instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner dan alat glukotest. Kuisioner adalah suatu instrumen berupa kertas dan pensil yang didesain untuk mengumpulkan data dari individu tentang pengetahuan, sikap, keyakinan, dan perasaan (Wood dan Haber, 2010). Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
58
berdasarkan teori-teori yang terkait dengan karakteristik keluarga, perilaku perawatan kesehatan keluarga, dan pradiabetes. Kuisioner terdiri dari empat bagian, yaitu: biodata (karakteristik) responden, pengetahuan, sikap, dan praktik perawatan kesehatan keluarga. Kuisioner biodata terdiri dari nomor responden, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan komposisi keluarga. Kuisioner pengetahuan, sikap dan praktik berisikan pernyataan mengenai diet; aktivitas; pola tidur; konsumsi rokok, alkohol, dan kopi; serta kontrol kesehatan dalam keluarga. Masing-masing kuisioner pengetahuan, sikap, dan praktik terdiri dari 25 item pernyataan yang terbagi atas item pernyataan positif dan item pernyataan negatif. Tabel 4.2. Kisi-kisi instrumen penelitian N o 1.
2.
Variabel Karakteristik responden
Perilaku perawatan kesehatan keluarga
Sub variabel Data demografi
Pengetahuan (Angket Satu)
Sikap (Angket Dua)
Praktik (Angket Tiga)
3.
Kejadian Pradiabetes
Kadar gula darah saat ini
Sub-sub variabel Umur Jenis kelamin Suku bangsa Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Komposisi keluarga Diet Aktivitas Pola tidur Konsumsi rokok, alkohol, dan kopi Kontrol kesehatan Total Diet Aktivitas Pola tidur Konsumsi rokok, alkohol, dan kopi Kontrol kesehatan Total Diet Aktivitas Pola tidur Konsumsi rokok, alkohol, dan kopi Kontrol kesehatan Total
Nomor Soal Positif Negatif 1 2 3 4 5 6 7, 8
Σ soal 1 1 1 1 1 1 2 5 5 5 5
1, 5 14, 15 7, 8, 9, 10 17, 18, 20
2, 3, 4 11, 12, 13 6 16, 19
5 25
25
21, 22, 23, 24
5 5 5 5
1 6, 7 12, 15 16, 17, 19
2, 3, 4, 5 8, 9, 10 11, 13, 14 18, 20
5 25
21, 23, 24
22, 25
5 5 5 5
2, 3 6, 9, 10 12 16
1, 4, 5 7, 8 11, 13, 14, 15 17, 18, 19, 20
5 25
22, 23, 24, 25
21
1
1
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
59
Kuisioner pengetahuan berbentuk skala Guttman dengan pilihan jawaban “benar” dan “salah”. Untuk pernyataan positif, jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, sedangkan pernyataan negatif sebaliknya. Kuisioner sikap dan praktik menggunakan skala Likert terdiri dari 4 pilihan jawaban, yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju (untuk sikap); dan selalu, sering, jarang, dan tidak pernah (untuk praktik). Untuk pernyataan positif, sangat setuju atau selalu diberi nilai 4, setuju atau sering nilai 3, kurang setuju atau jarang nilai 2, dan sangat tidak setuju atau tidak pernah nilai 1, dan sebaliknya untuk pernyataan negatif. Alat glukotest digunakan untuk mengukur kadar gula darah responden. Alat glukotest yang dipakai dalam penelitian ini berjumlah 1 buah dengan merek Easy Touch® GCU Multi-Function Monitoring System Model ET-301, dengan kalibrasi plasma equivalent, dan masa penggunaan alat tersebut kurang dari 6 bulan. Alat glukotest ini telah dites dan aman digunakan menurut EN 61010-1/ EN 61010-2-101/ EN 60601-1-1-2/ EN 61326. 4.6. Uji Instrumen Uji instrumen dilakukan di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok terhadap 30 orang berusia dewasa. Kelurahan ini dijadikan tempat uji instrumen karena mempunyai karakteristik populasi yang hampir sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji instrumen dilakukan sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Uji ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas dari kuisioner yang telah peneliti susun. Validitas mencerminkan bagaimana alat ukur secara akurat dapat memberikan informasi yang benar dan nyata tentang variabel yang sedang diteliti (Sugiyono, 2011; Macnee, 2004; Wood dan Haber, 2010). Jika nilai r-hitung lebih besar dari nilai r-tabel maka item pertanyaan dalam instrumen tersebut valid untuk mengukur variabel penelitian. Hasil dari uji validitas untuk kuisioner diperoleh berdasarkan signifikansi 5% r product moment dengan r-tabel dengan menggunakan df= n-2 (Hastono, 2007). Untuk sampel sebanyak 30 orang, maka r-tabelnya adalah 0,361. Reliabilitas diartikan sebagai kemampuan dari suatu instrumen untuk mengukur atribut dari suatu konsep atau konstruksi secara konsisten (Macnee, 2004; Wood dan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
60
Haber, 2010). Teknik analisis untuk penilaian reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach (Arikunto, 2009). Reliabilitas alat ukur dikatakan handal jika jika nilai hitung α cronbach lebih besar dari 0.60. Uji validitas kuisioner dilakukan sebanyak 2 kali, dengan penjelasan sebagai berikut: 4.6.1. Komponen pengetahuan Pada uji validitas pertama didapatkan bahwa dari 25 item pernyataan pengetahuan diketahui bahwa terdapat 10 item yang valid (r-hitung lebih besar dari r-tabel [0,361]) dan 15 item yang tidak valid. Item yang tidak valid diperbaiki dan diuji validitas kembali. Kemudian dilakukan uji validitas kembali. Hasil uji validitas kedua didapatkan semua item pernyataan valid dengan nilai r = 0,361 – 0,780. Reliabilitas kuisioner sebesar 0,929. 4.6.2. Komponen sikap Pada uji validitas pertama didapatkan bahwa dari 25 item pernyataan sikap diketahui bahwa terdapat 15 item yang valid (r-hitung lebih besar dari r-tabel [0,361]) dan 10 item yang tidak valid. Item yang tidak valid diperbaiki dan diuji validitas kembali. Kemudian dilakukan uji validitas kembali. Hasil uji validitas kedua didapatkan semua item pernyataan valid dengan nilai r = 0,407 – 0,774. Reliabilitas kuisioner sebesar 0,931 4.6.3. Komponen praktik Pada uji validitas pertama didapatkan bahwa dari 25 item pernyataan praktik diketahui bahwa terdapat 11 item yang valid (r-hitung lebih besar dari r-tabel [0,361]) dan 14 item yang tidak valid. Item yang tidak valid diperbaiki dan diuji validitas kembali. Kemudian dilakukan uji validitas kembali. Hasil uji validitas kedua didapatkan dua item pernyataan yang tidak valid dengan nilai r = 0,205 dan 0,325. Kedua item pernyataan tersebut merupakan item yang penting sehingga tetap digunakan dalam penelitian, setelah diperbaiki narasinya. Nilai validitas kuisioner berkisar antara 0,205 – 0,618. Reliabilitas kuisioner sebesar 0,902.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
61
4.8. Prosedur Pengumpulan Data 4.8.1. Prosedur Administratif Prosedur administratif penelitian meliputi: memasukan uji etik pada Komite Etik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; mengajukan izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kota Depok, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Depok, dan Kelurahan Cisalak Pasar; dan sosialisasi rencana penelitian pada pihak Kelurahan Cisalak Pasar beserta RW/ RT setempat. 4.8.2. Prosedur Teknis Prosedur teknis dalam pengumpulan data penelitian, antara lain: 4.8.2.1. Peneliti menjelaskan kepada enumerator (kader sebanyak 1 orang tiap RW) tentang tujuan penelitian, kuisioner penelitian, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan, serta cara pengisian kuisioner. Penjelasan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi masing-masing enumerator dan peneliti, serta mencegah terjadinya bias dalam penelitian. Setelah itu, dilanjutkan dengan pengumpulan data. Untuk pemeriksaan gula darah dilakukan oleh peneliti sendiri. 4.8.2.2. Menentukan sampling frame dari tiap RT yang terpilih. Pada tahap ini, peneliti menentukan jumlah individu yang berusia dewasa menengah dengan riwayat diabetes melitus dalam keluarga. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dibantu dengan kader tiap RW di kelurahan Cisalak Pasar. 4.8.2.3. Meminta kesediaan individu usia dewasa menengah yang memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian, setelah diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Jika bersedia, maka individu tersebut masuk dalam sampling frame penelitian. 4.8.2.4. Menentukan responden penelitian secara acak sederhana berdasarkan sampling frame yang telah didapatkan. 4.8.2.5. Responden yang terpilih diminta untuk menandatangani informed consent. 4.8.2.6. Menjelaskan cara pengisian kuisioner pada responden sesuai dengan petunjuk yang ada pada kuisioner. Selanjutnya, responden diberikan waktu untuk mengisi kuisioner selama 30-45 menit dengan didampingi oleh peneliti atau enumerator. 4.8.2.7. Setelah responden selesai mengisi kuisioner, kuisioner dikumpulkan kembali dan peneliti akan mengecek kelengkapannya. Jika terdapat Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
62
kuisioner yang belum lengkap, maka peneliti akan meminta kesediaan responden untuk melengkapinya. 4.8.2.8. Membuat kontrak waktu dengan responden untuk pemeriksaan gula darah puasa. Responden diminta untuk berpuasa (tidak makan apa pun dan minum yang manis) pada malam hari selama ± 8 jam, yaitu dimulai dari pukul 22.30 WIB sampai dengan pukul 06.30 WIB saat dilakukan pemeriksaan gula darah pada esok harinya. Pada responden yang bekerja, pemeriksaan gula darah dilakukan pada saat mereka libur. Kegiatan pemeriksaan ini dilakukan oleh peneliti di rumah kader tiap RW yang telah disepakati dengan responden. 4.8.2.9. Pengumpulan data dengan kuisioner dilakukan selama 14 hari (mulai tanggal 7 Desember sampai dengan 20 Desember 2012). 4.8.2.10.Setelah semua data terkumpul dan lengkap, maka dilanjutkan dengan pengolahan dan analisis data. 4.9. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul, dengan beberapa langkah berikut ini (Hastono, 2007): 4.9.1. Editing; dilakukan dengan cara mengecek kembali apakah isian lembar kuisioner sudah lengkap, dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi. 4.9.2. Coding; peneliti mengklasifikasikan jawaban-jawaban atau hasil-hasil yang ada menurut jenisnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masingmasing jawaban dengan kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah membaca. 4.9.3. Scoring; dilakukan dengan menetapkan skor (nilai) pada setiap pertanyaan pada kuisioner dan pada saat pengkategorian setiap variabel. 4.9.4. Entry data; pada tahap ini, setelah dilakukan pengkodean dan skoring maka data dimasukan ke dalam program komputer. 4.9.5. Cleaning data; dilakukan untuk memastikan bahwa semua data sudah entry dan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data tersebut sehingga siap untuk dianalisis. Jika terdapat missing data, maka data tersebut dilengkapi terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis data.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
63
Setelah pengolahan data dilanjutkan dengan melakukan analisis data. Analisis data meliputi analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis univariat bertujuan untuk memberikan gambaran tentang karateristik setiap variabel yang diteliti. Pada penelitian ini, variabel karakteristik keluarga (tipe keluarga, budaya keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga), perilaku perawatan kesehatan keluarga (pengetahuan, sikap, dan praktik), dan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah berbentuk data kategorik, sehingga disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Dalam analisis bivariat ini menggunakan uji Chi-square karena masing-masing variabel independen (karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga) dan variabel dependen (kejadian pradiabetes) berupa data kategorik. Hastono (2007) menyatakan untuk melihat hubungan antara dua variabel kategorik dapat menggunakan uji Chi-square. Proses pengujian Chi-square adalah membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi). Bila nilai frekuensi observasi dengan nilai frekuensi harapan sama, maka dikatakan tidak ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Sebaliknya, bila nilai frekuensi observasi dan nilai frekuensi harapan berbeda, maka dikatakan ada perbedaan yang bermakna (signifikan). Chi-square memiliki syarat, yaitu: tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (nilai E) kurang dari 1, dan tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan (E) kurang dari 5, lebih dari 20% dari jumlah sel (Luknis dan Hastono, 2007). Hasil uji Chi-square hanya dapat menyimpulkan ada tidaknya hubungan dua variabel kategorik, akan tetapi tidak dapat menjelaskan derajat hubungan atau mengetahui kelompok mana yang lebih dominan dibanding yang lain. Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini bertujuan untuk melihat variabel independen (karakteristik keluarga dan komponen perilaku keperawatan kesehatan keluarga) yang paling dominan terhadap variabel dependen (kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah). Pada penelitian ini, analisis statistik yang digunakan adalah regresi logistik berganda. Menurut Hastono (2007), analisis regresi Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
64
logistik berganda dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara beberapa variabel independen dengan variabel dependen yang berbentuk data kategorik. Langkah-langkah regresi logistik berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 4.9.1. Melakukan seleksi bivariat. Seleksi bivariat untuk masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Bila hasil uji bivariat menunjukkan p-value variabel independen < 0,25 maka variabel tersebut dapat masuk model multivariat. Tetapi jika p-value > 0,25 secara substansi sangat penting maka variabel tersebut tetap diikutkan ke pemodelan multivariat. 4.9.2. Pemodelan multivariat Pemodelan bertujuan untuk memperoleh model yang terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap terbaik untuk memprediksi kejadian variabel dependen. 4.9.2.1. Setiap variabel independen yang memiliki p-value < 0,25 pada seleksi bivariat dimasukkan dalam uji regresi logistik. 4.9.2.2. Dari hasil uji regresi logistik, variabel yang mempunyai p-value < 0,05 dimasukkan dalam model multivariat, sedangkan variabel dengan p-value > 0,05 dikeluarkan dari model multivariat. Pengeluaran variabel dilakukan satu persatu, dimulai dari variabel yang memiliki nilai paling besar. 4.9.3. Uji interaksi Setelah mendapatkan model yang memuat variabel-variabel penting, maka langkah terakhir adalah memeriksa kemungkinan interaksi variabel ke dalam model. Penentuan variabel interaksi sebaiknya melalui pertimbangan logika subtantif. Pengujian interaksi dapat dilihat dari kemaknaan uji statistik. Bila variabel mempunyai nilai bermakna, maka variabel interaksi penting dimasukkan dalam model.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
65
Tabel 4.3 Analisis Data Variabel Independen Perilaku perawatan kesehatan keluarga 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Praktik Karakteristik keluarga 1. Tipe keluarga 2. Budaya keluarga 3. Pendidikan keluarga 4. Pekerjaan keluarga 5. Penghasilan keluarga
Dependen Kejadian pradiabetes
Metode Analisis Data Univariat Bivariat Multivariat Proporsi Chi-Square Regresi frekuensi logistik
Kejadian pradiabetes
Proporsi frekuensi
Chi-Square
Regresi logistik
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
66
BAB 5 HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian terkait variabel-variabel yang diteliti, antara lain: karakteristik keluarga, perilaku perawatan kesehatan keluarga, dan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Hasil penelitian yang disajikan terdiri dari analisis univariat, bivariat, dan multivariat. 5.1. Analisis Univariat 5.1.1. Gambaran Karakteristik Keluarga Karakteristik keluarga yang diteliti adalah suku bangsa, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan tipe keluarga. Semua data berbentuk kategorik sehingga hasil penelitian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase seperti berikut ini: Tabel 5.1 Karakteristik Keluarga Dengan Usia Dewasa Menengah Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012 (n = 156) Tipe keluarga
Variabel Keluarga inti Keluarga besar Jumlah
n 98 58 156
Persentase 62,8 37,2 100
Suku bangsa
Bukan betawi Betawi Jumlah
67 89 156
42,9 57,1 100
Tingkat pendidikan
Rendah Tinggi Jumlah
91 65 156
58,3 41,7 100
Pekerjaan
Tidak bekerja Bekerja Jumlah
79 77 156
50,6 49,4 100
Penghasilan
Rendah Tinggi Jumlah
81 75 156
51,9 48,1 100
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tipe keluarga inti (62,8%), dengan suku bangsa yang terbanyak adalah betawi (57,1%), 66
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
67
sebagian besar berpendidikan rendah (58,3%), dan lebih dari setengah jumlah responden tidak bekerja (50,6%), dengan penghasilan yang rendah (51,9%). 5.1.2. Gambaran Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga Perilaku perawatan kesehatan keluarga yang diteliti terdiri dari tiga komponen, antara lain: pengetahuan, sikap, dan praktik. Semua data berbentuk kategorik sehingga hasil penelitian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut: Tabel 5.2 Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Usia Dewasa Menengah Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012 (n=156) Variabel Rendah Tinggi Jumlah
n 54 102 156
Persentase 34,6 65,4 100
Sikap
Negatif Positif Jumlah
120 36 156
76,9 23,1 100
Praktik
Tidak baik Baik Jumlah
102 54 156
65,4 34,6 100
Perilaku perawatan kesehatan keluarga
Tidak efektif Efektif Jumlah
101 55 156
64,7 35,3 100
Pengetahuan
Pada tabel 5.2 di atas terlihat bahwa 65,4% responden memiliki pengetahuan tinggi, sikap terbanyak responden adalah negatif (76,9%), sebagian besar responden mempunyai praktik yang tidak baik (65,4%), dan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang terbanyak berupa perilaku yang tidak efektif sebesar 64,7%. 5.1.3. Gambaran Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah Kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu tidak pradiabetes jika hasil pemeriksaan gula darah puasa < 90 mg/dL dan pradiabetes jika hasil pemeriksaan gula darah puasa 90-99 mg/dL. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase berikut ini:
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
68
Tabel 5.3 Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012 (n = 156) Variabel Kejadian pradiabetes Tidak pradiabetes Pradiabetes Jumlah
n 82 74 156
Persentase 52,6 47,4 100
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebanyak 52,6% responden tidak menyandang pradiabetes dan 47,4% responden menyandang pradiabetes. 5.2. Analisis Bivariat 5.2.1. Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Kejadian Pradiabetes Karakteristik keluarga dan kejadian pradiabetes yang telah diketahui frekuensi dan persentasenya pada analisis univariat, selanjutnya akan dihubungkan melalui proses analisis bivariat. Masing-masing karakteristik keluarga akan dikaitkan dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini: Tabel 5.4 Hubungan Karakteristik Keluarga dengan KejadianPradiabetes di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012 (n = 156) Karakteristik Keluarga Tipe keluarga a. Keluarga inti b. Keluarga besar Jumlah Suku bangsa a. Bukan betawi b. Betawi Jumlah Tingkat pendidikan a. Rendah b. Tinggi Jumlah Pekerjaan a. Tidak bekerja b. Bekerja Jumlah Penghasilan a. Rendah b. Tinggi Jumlah * bermakna pada α = 0,05
Kejadian Tidak Pradiabetes Pradiabetes n % n %
Total n
%
OR (95% CI)
p
44 38 82
44,9 65,5 52,6
54 20 74
55,1 34,5 47,4
98 58 156
100 100 100
0,429 (0,2-0,8)
0,02*
34 48 82
50,7 53,9 52,6
33 41 74
49,3 46,1 47,4
67 89 156
100 100 100
0,880 (0,5-1,7)
0,816
45 37 82
49,5 56,9 52,6
46 28 74
50,5 43,1 47,4
91 65 156
100 100 100
0,740 (0,4-1,4)
0,448
43 39 82
54,4 50,6 52,6
36 38 74
45,6 49,4 47,4
79 77 156
100 100 100
1,164 (0,6-2,2)
0,755
52 30 82
64,2 40,0 52,6
29 45 74
35,8 60,0 47,4
81 75 156
100 100 100
2,690 (1,4-5,1)
0,04*
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
69
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa proporsi pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan tipe keluarga inti (55,1%) lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan tipe keluarga besar (34,5%). Analisis lebih lanjut juga memperlihatkan adanya perbedaan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan tipe keluarga inti dan tipe keluarga besar (p = 0,02; α = 0,05). Dengan demikian, terdapat hubungan antara tipe keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Selain itu, diketahui juga bahwa individu usia dewasa menengah dengan tipe keluarga inti mempunyai peluang 0,4 kali (35%) untuk mengalami pradiabetes dibandingkan usia dewasa menengah dengan tipe keluarga besar (OR = 0,429; 95% CI 0,2-08). Pada tabel 5.4 tampak bahwa proporsi pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berasal dari suku bukan betawi (49,3%) lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berasal dari suku betawi (46,1%). Akan tetapi, analisis lebih lanjut menunjukkan tidak ada perbedaan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berasal dari suku bukan betawi dan suku betawi (p = 0,816; α = 0,05). Dengan demikian, tidak terdapat hubungan antara suku bangsa dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Tabel 5.4 juga memperlihatkan proporsi pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berpendidikan rendah (50,5%) lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai pendidikan tinggi (43,1%). Akan tetapi, analisis lebih lanjut menunjukkan tidak ada perbedaan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berpendidikan rendah dan keluarga yang berpendidikan tinggi (p = 0,448; α = 0,05). Dengan demikian, tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
70
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa proporsi pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang bekerja (49,4%) lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang tidak bekerja (45,6%). Akan tetapi, analisis lebih lanjut menunjukkan tidak ada perbedaan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang bekerja dan keluarga yang tidak bekerja (p = 0,755; α = 0,05). Dengan demikian, tidak ada hubungan antara pekerjaan kepala keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Pada tabel 5.4 terlihat bahwa proporsi pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi (60%) lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berpenghasilan rendah (35,8%). Analisis lebih lanjut juga menunjukkan adanya perbedaan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai penghasilan tinggi dan keluarga yang memiliki penghasilan rendah (p = 0,04; α = 0,05). Dengan demikian, terdapat hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Selain itu, juga diketahui bahwa individu usia dewasa menengah dengan keluarga berpenghasilan tinggi mempunyai peluang 2,7 kali (73%) untuk mengalami pradiabetes dibandingkan usia dewasa menengah dengan keluarga berpenghasilan rendah (OR = 2,690; 95% CI 1,4-5,1 ). 5.2.2. Hubungan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian Pradiabetes Hubungan antara perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah diperoleh dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square. Setiap komponen dari perilaku perawatan kesehatan keluarga (pengetahuan, sikap, dan praktik) dikatakan mempunyai hubungan dengan kejadian pradiabetes jika didapatkan nilai p lebih besar dari α (0,05). Hasil uji statistik telah tercantum pada tabel berikut ini:
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
71
Tabel 5.5 Hubungan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan KejadianPradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012 (n = 156) Kejadian Karakteristik Keluarga
Tidak Pradiabetes n %
Pradiabetes
Total
p
n
%
22,2 68,6 52,6
42 32 74
77,8 31,4 47,4
54 102 156
100 100 100
0,131 (0,06-0,28)
0,0005*
57 25 82
47,5 69,4 52,6
63 11 74
52,5 30,6 47,4
120 36 156
100 100 100
0,398 (0,18-0,88)
0,034*
46 36 82
45,1 66,7 52,6
56 18 74
54,9 33,3 47,4
102 54 156
100 100 100
0,411 (0,2-0,8)
0,016*
Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga a. Tidak efektif 40 39,6 61 60,4 b. Efektif 42 76,4 13 23,6 Jumlah 82 52,6 74 47,4 * bermakna pada α = 0,05
101 55 156
100 100 100
0,203 (0,1-0,4)
0,0005*
Pengetahuan a. Rendah b. Tinggi Jumlah
12 70 82
Sikap a. Negatif b. Positif Jumlah Praktik a. Tidak baik b. Baik Jumlah
n
OR (95% CI) %
Dari tabel di atas diketahui bahwa proporsi pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga berpengetahuan rendah (77,8%) lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga berpengetahuan tinggi (31,4%). Analisis lebih lanjut juga menunjukkan ada perbedaan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga berpengetahuan rendah dan berpengetahuan tinggi (p = 0,0005; α = 0,05). Dengan demikian, terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berpengetahuan rendah mempunyai peluang 0,1 kali (11%) untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang memiliki pengetahuan tinggi (OR = 0,131; 95% CI 0,06-0,28). Tabel 5.5 juga memperlihatkan bahwa proporsi pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang memiliki sikap negatif (52,5%) lebih besar
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
72
daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang bersikap positif (30,6%). Analisis lebih lanjut menunjukkan adanya perbedaan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang bersikap negatif dan sikap positif (p = 0,034; α = 0,05). Dengan demikian, terdapat hubungan antara sikap keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang bersikap negatif mempunyai peluang 0,4 kali (28%) untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang bersikap positif (OR = 0,398; 95% CI 0,18 – 0,88). Pada tabel 5.5 tampak bahwa proporsi pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai praktik perawatan kesehatan tidak baik (54,9%) lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang memiliki praktik perawatan kesehatan baik (33,3%). Analisis lebih lanjut juga menunjukkan ada perbedaan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah yang tinggal bersama keluarga dengan praktik perawatan kesehatan yang tidak baik dan praktik perawatan kesehatan baik (p = 0,016; α = 0,05). Dengan demikian, terdapat hubungan antara praktik perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai praktik perawatan kesehatan tidak baik mempunyai peluang 0,4 kali (29%) untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang memiliki praktik perawatan kesehatan baik (OR = 0,411; 95% CI
0,2-0,8).
Berdasarkan tabel 5.5 di atas diketahui bahwa proporsi pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang tidak efektif (60,4%) lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang efektif (23,6%). Analisis lebih lanjut juga menunjukkan ada perbedaan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah dengan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang tidak efektif dan efektif (p = 0,0005; α = 0,05). Dari tabel tersebut juga diketahui bahwa individu usia dewasa menengah dengan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang tidak efektif Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
73
mempunyai peluang 0,2 kali (17%) untuk mengalami pradiabetes dibandingkan usia dewasa menengah dengan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang efektif (OR = 0,203; 95% CI 0,1-0,4). 5.3. Analisis Multivariat Tahap selanjutnya dari analisis data penelitian yang dilakukan adalah analisis multivariat. Analisis ini bertujuan untuk mencari variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyeleksi setiap variabel yang dapat masuk dalam analisis multivariat (pemodelan) melalui seleksi bivariat antara variabel independen dengan variabel dependen. Setiap variabel yang memiliki nilai p kurang dari 0,25 dilanjutkan dalam analisis multivariat, sedangkan variabel dengan nilai p lebih besar dari 0,25 tidak dimasukkan analisis multivariat. Hasil seleksi bivariat setiap variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5.6 Seleksi Bivariat antara Karakteristik Keluarga dan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012 (n = 156) Variabel Karakteristik a. Tipe keluarga keluarga b. Suku bangsa c. Pendidikan d. Pekerjaan e. Penghasilan Perilaku perawatan a. Pengetahuan kesehatan keluarga b. Sikap c. Praktik * bermakna pada α = 0,25
X2 6,291 0,156 0,851 0,224 9,231 31,745 5,480 6,688
p 0,012* 0,693 0,356 0,636 0,002* 0,0005* 0,019* 0,010*
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa terdapat tiga variabel yang mempunyai nilai p lebih besar dari 0,25, yaitu: suku bangsa (p = 0,693), pendidikan (p = 0,356), dan pekerjaan (p = 0,636). Hal ini berarti ketiga variabel tersebut tidak dapat dilanjutkan dalam analisis multivariat. Dengan demikian, hanya lima variabel yang dilakukan analisis multivariat, antara lain: tipe keluarga (p = 0,012), penghasilan (p = 0,002), pengetahuan (p = 0,0005), sikap (p = 0,019), dan praktik (p = 0,10).
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
74
Langkah kedua dari analisis multivariat adalah pemodelan multivariat dengan cara menganalisis variabel independen (penghasilan, tipe keluarga, pengetahuan, sikap, dan praktik) yang berhubungan bermakna dengan variabel dependen (kejadian pradiabetes). Hasil analisis yang menunjukkan variabel dengan p kurang dari α (0,05) dimasukkan dalam pemodelan multivariat, sedangkan variabel yang mempunyai p lebih besar dari α (0,05) dikeluarkan dari pemodelan. Pengeluaran variabel dari model dilakukan satu persatu, dimulai dari nilai p yang terbesar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.7 Pemodelan Multivariat antara Karakteristik Keluarga dan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012 (n = 156) Tahap 1
Variabel
Tipe keluarga Penghasilan Pengetahuan Sikap Praktik Constant 2 Tipe keluarga Penghasilan Pengetahuan Praktik Constant * bermakna pada α = 0,05
B
p
OR
-0,776 0,656 -1,865 -0,677 -1,005 1,587 -0,728 0,669 -1,949 -1,052 1,488
0,051 0,087 0,0005* 0,150 0,015* 0,001 0,065 0,079 0,000* 0,010* 0,001
0,460 1,926 0,155 0,508 0,366 4,888 0,483 1,952 0,142 0,349 4,429
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper 0,211 1,005 0,910 4,080 0,068 0,352 0,202 1,279 0,163 0,820 0,223 0,927 0,063 0,157
1,045 4,112 0,322 0,778
Berdasarkan hasil analisis multivariat pada tabel 5.7 di atas, pada tahap pertama terlihat ada tiga variabel yang memiliki p > 0,05, antara lain: tipe keluarga (p = 0,051), penghasilan (p = 0,087), dan sikap (p = 0,150). Maka, variabel dengan nilai p yang terbesar dikeluarkan dari pemodelan, yaitu sikap. Selanjutnya, pada tahap kedua masih terdapat dua variabel yang mempunyai p > 0,05, yaitu: tipe keluarga (p = 0,065) dan penghasilan (p = 0,79). Oleh karena itu, variabel penghasilan dikeluarkan dari model karena memiliki nilai p terbesar.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
75
Hal yang lain yang harus diperhatikan dalam pemodelan multivariat adalah perubahan nilai OR setiap variabel setelah mengeluarkan satu variabel dengan nilai p terbesar. Pada hasil perbandingan OR, jika tidak ada perubahan OR yang lebih 10%, maka variabel yang dikeluarkan dari pemodelan tersebut tetap keluar dari model. Sebaliknya, jika terdapat perubahan nilai OR lebih dari 10%, maka variabel yang dikeluarkan tersebut dimasukkan kembali dalam pemodelan dan dianggap sebagai variabel perancu. Perubahan nilai OR dari hasil pemodelan multivariat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.8 Perbandingan Nilai OR Tahap
Variabel
1
Tipe keluarga Penghasilan Pengetahuan Sikap Praktik
2
Tipe keluarga Penghasilan Pengetahuan Sikap Praktik
OR sikap ada 0,460 1,926 0,155 0,508 0,366 OR penghasilan ada 0,483 1,952 0,142 0,349
OR sikap tidak ada 0,483 1,952 0,142 0,349 OR penghasilan tidak ada 0,451 0,126 0,364
Perubahan OR 5,0% 1,3% 8,4% 4,6% Perubahan OR 1,95% 18,7% 0,5%
Pada tabel 5.8 di atas terlihat bahwa pada tahap 1 tidak ada perubahan nilai OR yang lebih dari 10% setelah variabel sikap, sedangkan pada tahap 2 terdapat perubahan nilai OR lebih dari 10% saat penghasilan dikeluarkan dari pemodelan. Dengan demikian, variabel sikap tetap dikeluarkan dari pemodelan dan variabel penghasilan dimasukkan kembali dalam model. Tahap selanjutnya dilakukan uji interaksi untuk mengetahui adanya interaksi di antara variabel independen, yaitu tipe keluarga, pengetahuan, dan praktik. Antar variabel dikatakan berinteraksi jika didapatkan p kurang dari α (0,05). Hasil uji interaksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
76
Tabel 5.9 Hasil Uji Interaksi antara Tipe Keluarga, Pengetahuan dan Praktik Keluarga terhadap Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012 (N = 156) Variabel
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper
B
p
OR
Tipe keluarga
-1,387
0,121
0,250
0,043
1,442
Penghasilan
0,550
0,511
1,734
0,336
8,951
Pengetahuan
-1,409
0,062
0,244
0,056
1,072
Praktik
-1,731
0,069
0,177
0,027
1,144
Penghasilan by tipe keluarga
0,784
0,349
2,191
0,425
11,289
Pengetahuan by tipe keluarga
0,137
0,878
1,147
0,200
6,594
Praktik by tipe keluarga
0,394
0,681
1,483
0,227
9,680
Penghasilan by pengetahuan
-0,813
0,344
0,444
0,082
2,389
Penghasilan by praktik
1,381
0,121
3,978
0,694
22,790
Pengetahuan by praktik * bermakna pada α = 0,05
-0,375
0,684
0,687
0,113
4,189
Tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa tidak ada interaksi di antara variabel independen, yaitu: interaksi penghasilan dan tipe keluarga (p = 0,349; α = 0,05), pengetahuan dan tipe keluarga (p = 0,878; α = 0,05), praktik perawatan kesehatan keluarga dan tipe keluarga (p = 0,681; α = 0,05), penghasilan dan pengetahuan (p = 0,344; α = 0,05), penghasilan dan praktik perawatan kesehatan keluarga (p = 0,121; α = 0,05), pengetahuan dan praktik perawatan kesehatan keluarga (p = 0,684; α = 0,05). Oleh karena itu, interaksi variabel tersebut tidak dimasukkan dalam pemodelan. Analisis multivariat terakhir yang dilakukan adalah dengan memasukkan semua variabel yang bermakna (tipe keluarga, pengetahuan, dan praktik) dalam pemodelan, kemudian dianalisis kembali dengan melakukan categorical variabel (LAST) untuk menentukan variabel pembanding. Maka pemodelan yang didapatkan adalah sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
77
Tabel 5.10 Hasil Pemodelan Multivariat antara Tipe Keluarga, Pengetahuan, dan Praktik Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Tahun 2012 (N = 156) Variabel
95% C.I.for EXP(B) Lower Upper
B
p
OR
Tipe keluarga
0,728
0,065
2,070
0,957
4,478
Penghasilan
-0,669
0,079
0,512
0,243
1,079
Pengetahuan
1,949
0,000*
7,025
3,109
15,876
Praktik
1,052
0,010*
2,863
1,285
6,379
-1,572 * bermakna pada α = 0,05
0,002
0,208
Constant
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian pradiabetes adalah pengetahuan keluarga dan praktik perawatan kesehatan keluarga. Sementara itu, variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian pradiabetes adalah pengetahuan keluarga karena memiliki OR yang paling tinggi. Menurut nilai OR masing-masing variabel, maka dapat disimpulkan bahwa: 5.3.1. Individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai pengetahuan rendah berpeluang sebesar 7 kali untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berpengetahuan tinggi setelah dikontrol dengan praktik perawatan kesehatan keluarga, tipe keluarga dan penghasilan keluarga. 5.3.2. Individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai praktik perawatan kesehatan keluarga tidak baik berpeluang sebesar 2,9 kali untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai praktik perawatan kesehatan keluarga baik setelah dikontrol dengan pengetahuan keluarga, tipe keluarga, dan penghasilan keluarga. 5.3.3. Individu usia dewasa menengah dengan tipe keluarga inti berpeluang sebesar 2 kali untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan tipe keluarga besar setelah dikontrol dengan pengetahuan, praktik perawatan kesehatan keluarga, dan penghasilan keluarga.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
78
5.3.4. Individu usia dewasa menengah dengan keluarga berpenghasilan tinggi berpeluang sebesar 0,5 kali untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga berpenghasilan rendah setelah dikontrol dengan pengetahuan keluarga, praktik perawatan kesehatan keluarga, dan tipe keluarga. Ketiga variabel tersebut dapat dibuat menjadi suatu model persamaan garis regresi logistik (Z) sebagai berikut: Z kejadian pradiabetes = -1,572 + 1,949pengetahuan + 1,052praktik + 0,728tipe keluarga – 0,669penghasilan
Model persamaan garis regresi logistik ini dapat digunakan untuk memprediksi kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah dengan menggunakan variabel pengetahuan, praktik perawatan kesehatan keluarga, tipe keluarga, dan penghasilan keluarga. Selanjutnya dapat juga diperkirakan peluang individu usia dewasa menengah untuk mengalami pradiabetes dengan rumus sebagai berikut:
f (Z kejadian pradiabetes)
=
1 1 + e-z
Aplikasi model persamaan garis regresi logistik tersebut di atas dapat dilihat pada contoh berikut ini: Seorang usia dewasa menengah yang mempunyai pengetahuan keluarga baik, praktik perawatan kesehatan keluarga yang tidak baik, tipe keluarga inti, dan penghasilan keluarga yang tinggi. Z kejadian pradiabetes = -1,572 + 1,949pengetahuan + 1,052praktik + 0,728tipe keluarga – 0,669penghasilan Z kejadian pradiabetes = -1,572 + 1,949*0 + 1,052*1 + 0,728*1 – 0,669*1 Z kejadian pradiabetes = -0,011 f (Z kejadian pradiabetes) = 1 : (1 + e-z) f (Z kejadian pradiabetes) = 1 : (1 + e-[-0,011]) f (Z kejadian pradiabetes) = 0,49
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
79
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang usia dewasa menengah yang mempunyai pengetahuan keluarga baik, praktik perawatan kesehatan keluarga yang tidak baik, tipe keluarga inti, dan penghasilan keluarga yang tinggi, akan mempunyai peluang untuk mengalami pradiabetes sebesar 49%.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
80
BAB 6 PEMBAHASAN Bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang meliputi karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga, serta kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada kesesuaian dan kesenjangan antara hasil penelitian dengan hasil penelitian lain yang terkait, serta teori dan konsep yang melandasi penelitian. Selain itu, pada bab ini juga akan diuraikan tentang keterbatasan penelitian, dan implikasi hasil penelitian terhadap pelayanan keperawatan dan perkembangan ilmu keperawatan, khususnya keperawatan komunitas. 6.1. Interpretasi Hasil Penelitian 6.1.1. Gambaran Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi individu usia dewasa menengah yang pradiabetes tidak jauh berbeda dengan yang tidak pradiabetes (hanya selisih 5,2%). Hal ini menunjukkan bahwa kejadian pradiabetes cukup besar pada masyarakat usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar. Pada penelitian ini ditemukan proporsi pradiabetes pada usia dewasa menengah (47,4%) lebih besar dari penelitianpenelitian yang ada sebelumnya. Penelitian Soewondo dan Pramono (2011) menunjukkan bahwa proporsi pradiabetes pada usia 38-47 tahun adalah sebesar 25,3%. Penelitian lain, James, dkk (2011) juga menemukan bahwa prevalensi pradiabetes pada orang dewasa di Amerikat Serikat dalam tahun 2005-2008 adalah sebesar 26,2% pada pemeriksaan gula darah puasa (fasting plasma glucose) dan sebesar 13,7% pada pemeriksaan toleransi gula darah (oral glucose tolerance test). Menurut National Health Interview Survey United Stated (2006), prevalensi orang dewasa yang melaporkan dirinya mengalami pradiabetes adalah 33,7%. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan di Cina antara tahun 2008-2010 pada orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun didapatkan prevalensi pradiabetes sebesar 11% (Wu, dkk, 2011).
80
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
81
Kejadian pradiabetes yang cukup besar pada responden kemungkinan dikarenakan mereka memang mempunyai faktor keturunan diabetes dalam keluarga. Diabetes Health Center (2012) menyatakan individu yang memiliki keturunan diabetes berisiko untuk mengalami peningkatan kadar gula darah (pradiabetes). Scalpi (2011) juga mengemukakan bahwa salah satu faktor risiko pradiabetes adalah riwayat keluarga dengan diabetes melitus. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan Roberts, dkk (2007) menunjukkan bahwa orang dewasa African Americans yang mempunyai
riwayat
keluarga
diabetes
lebih
berisiko
menderita
diabetes
dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak memiliki riwayat keluarga diabetes. Copstead dan Banasik (2010) menjelaskan bahwa faktor genetik dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin sehingga penyerapan glukosa dalam otot dan jaringan adipose menurun, terjadi glukoneogenesis hati, yang pada akhirnya mengakibatkan hiperglikemia. Faktor lain yang mungkin menyebabkan besarnya kejadian pradiabetes pada responden adalah usia. Banyaknya individu usia dewasa menengah yang mengalami pradiabetes, sebenarnya dapat dijelaskan secara ilmiah. Menurut Sherwood (2004), pada masa dewasa pertengahan mulai terjadi perubahan biologis berupa proses menua (aging). Pada proses menua, produksi enzim-enzim (protein kinase, glikogen kinase, glukokinase) yang dapat mengikat insulin mulai terganggu, sehingga mengakibatkan glukosa di dalam hati dan otot kembali beredar ke dalam darah. Selain itu, proses menua juga menyebabkan perubahan pada permeabilitas sel dan respon inti sel terhadap hormon insulin, yang mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel (Darmojo, 2009). Keadaan ini menyebabkan tingginya kadar glukosa dalam darah, yang disebut hiperglikemia. Faktor riwayat keluarga dan usia merupakan faktor risiko pradiabetes yang tidak dapat dimodifikasi. Kelompok usia dewasa menengah dengan faktor risiko tersebut menyebabkan mereka dikategorikan kelompok berisiko (at risk population) (Swanson, 1997; Stanhope dan Lancaster, 2004). Akan tetapi, faktor risiko genetik dan usia saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena pradiabetes/ diabetes karena risikonya hanya sebesar 5%. Faktor penyebab terbanyak dari pradiabetes/ diabetes adalah gaya hidup yang tidak sehat (Anonim, 2011).
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
82
Kondisi ini tentu perlu mendapatkan perhatian karena individu yang mengalami pradiabetes berisiko untuk menderita diabetes melitus. Better Health Channel (2012) yang menyatakan bahwa pradiabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes melitus. Tabak, Herder, Rathmann, Brunner, dan Kivimaki (2012) juga mengemukakan bahwa 5-10% dari individu dengan pradiabetes akan berlanjut menjadi diabetes setiap tahunnya. Sejalan dengan itu, penelitian oleh Vegt, Dekker, dan Jager (2001) dalam Soewondo dan Pramono (2011) menunjukkan bahwa perkembangan pradiabetes menjadi diabetes sebesar 6-10% setiap tahunnya. Heianza, dkk (2011) dalam penelitiannya terhadap laki-laki dan perempuan yang berusia 24-82 tahun dengan pradiabetes di Jepang, menemukan bahwa sebesar 5,7-6,4% dari mereka diprediksikan akan berkembang menjadi diabetes melitus. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan kita bahwa pradiabetes bukanlah hal yang sepele, karena kondisi ini dapat menjadi pemicu timbulnya masalah kesehatan lain. Challem (2007) mengatakan bahwa pradiabetes dapat menyebabkan seseorang terkena serangan jantung, hipertensi, mudah terkena terhadap infeksi, penyakit persarafan, dan Alzheimer. Sejalan dengan itu, Greene, Merendino, dan Jibrin (2009) menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami pradiabetes akan berisiko menderita penyakit jantung, pembuluh darah perifer, stroke. Penelitian lain, Gupta, Brashear, dan Johnson (2011) menemukan bahwa orang dewasa yang hidup dengan prahipertensi dan pradiabetes akan mengalami percepatan terjadinya gangguan
kardiovaskuler
daripada
orang
dewasa
yang
tidak
mempunyai
prahipertensi dan pradiabetes. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengikuti kegiatan posbindu pada saat praktik aplikasi di Kelurahan Cisalak Pasar, diketahui bahwa kader kesehatan dan masyarakat belum mengetahui tentang pradiabetes, dan begitu pula dengan petugas kesehatan yang mendampingi kegiatan posbindu. Mereka hanya mengetahui tentang diabetes melitus, yaitu kondisi tingginya kadar gula darah (GDS ≥ 200 mg/ dL) dan menganggap kadar gula darah sewaktu yang berada di bawah 200 mg/ dL masih normal dan bukan kondisi yang perlu dikhawatirkan. Padahal, hasil pemeriksaan gula darah puasa dalam rentang 90-99 mg/ dL ataupun gula darah sewaktu yang berada dalam rentang 100-199 mg/ dL sudah termasuk kondisi pradiabetes.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
83
Dokumentasi mengetahui kondisi pradiabetes yang terjadi di masyarakat juga belum ada, baik di posbindu, puskesmas, ataupun dinas kesehatan. Peneliti tidak menemukan adanya catatan terkait kejadian pradiabetes di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, ataupun Kota Depok. Hal ini mungkin dikarenakan kita sebagai petugas kesehatan belum menyadari bahwa pradiabetes adalah suatu kondisi yang serius dan memerlukan perhatian dan penanganan yang tepat agar tidak jatuh pada keadaan diabetes melitus. Hal ini juga terlihat dari belum adanya program pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan terkait penanggulangan pradiabetes di Indonesia. Padahal upaya promosi kesehatan yang difokuskan pada masyarakat dengan pradiabetes akan dapat membantu mengurangi masalah kesehatan yang terkait dengan penyakit tidak menular, khususnya diabetes melitus. Dengan demikian, adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat menggugah kita semua bahwa promosi kesehatan untuk pradiabetes harus menjadi fokus kita dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat. Menurut peneliti, perawat komunitas mempunyai peranan yang penting dalam penanggulangan pradiabetes di masyarakat. Promosi kesehatan dapat dilakukan perawat komunitas dengan menggunakan tiga level pencegahan penyakit, yaitu prevensi primer, sekunder, dan tersier. Pada prevensi primer, perawat komunitas dapat berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat yang berisiko pradiabetes untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang perilaku hidup sehat. Pada prevensi sekunder, perawat komunitas dapat menjalankan perannya sebagai kolaborator, leadership, dan peneliti dalam melakukan deteksi dini kondisi pradiabetes atau mengidentifikasi faktor risiko diabetes yang terdapat pada masyarakat. Terakhir, prevensi tersier yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas adalah dengan menjalankan perannya sebagai care giver, konsultan dan konselor dalam membantu masyarakat yang pradiabetes untuk memahami kondisinya dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, sehinggga tidak berlanjut pada kondisi diabetes melitus.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
84
6.1.2. Hubungan Karakteristik Keluarga Dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah 6.1.2.1. Hubungan tipe keluarga dengan kejadian pradiabetes Hasil uji univariat memperlihatkan tipe keluarga inti lebih banyak daripada keluarga besar. Hal ini sesuai dengan Laporan Tahunan Kelurahan Cisalak Pasar bulan April tahun 2012, diketahui bahwa hampir dari separuh masyarakat (48,9%) berada dalam usia dewasa dan merupakan pasangan usia subur. Dengan kata lain, masyarakat sebagian besar merupakan keluarga kecil yang hanya terdiri dari suami, istri, dan anak. Namun, sesuai dengan kebiasaan orang betawi, walaupun responden memiliki tipe keluarga inti, tetapi mereka banyak yang tinggal berdekatan dengan kerabatnya (dalam satu lingkungan). Kebiasaan tinggal berdekatan dengan keluarga ini dapat menjadi support system bagi keluarga dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan anggota keluarga. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui tipe keluarga inti lebih banyak yang menderita pradiabetes daripada tipe keluarga besar. Nilai OR menunjukkan bahwa individu usia dewasa menengah dengan keluarga inti mempunyai peluang sebesar 0,4 kali untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga besar. Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003), jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah akan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan anggotanya. Kaakinen, Duff, Coehlo, dan Hanson (2010) menyatakan bahwa struktur keluarga (komposisi dan tipe keluarga) mempengaruhi pelaksanaan peran dan fungsi keluarga dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat tersebut, penelitian yang dilakukan Diskamara (2009) tentang hubungan profil keluarga dengan komplikasi diabetes melitus, menemukan bahwa penderita diabetes melitus yang memiliki tipe keluarga besar dengan jumlah anggota keluarga ≥ 10 orang lebih banyak yang mengalami komplikasi diabetes melitus daripada penderita diabetes melitus yang mempunyai tipe keluarga inti dengan jumlah anggota keluarga < 10 orang. Jika ditelusuri lebih dalam, maka peneliti berpendapat bahwa keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang sedikit lebih bebas dalam menggunakan keuangan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari dan kesenangan keluarga, sehingga kadang-kadang pemenuhan kebutuhan keluarga melebihi yang seharusnya, Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
85
khususnya dalam kebutuhan nutrisi. Selain itu, jumlah anggota keluarga yang kecil membuat keluarga lebih mempunyai waktu dan dana dalam melakukan perawatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala dengan lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian ini, perawat komunitas dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai pemberi pelayanan keperawatan pada masyarakat harus memperhatikan struktur keluarga, khususnya tipe keluarga. Pengkajian yang lengkap terhadap struktur keluarga penting dilakukan agar dapat diketahui sebesar masalah kesehatan yang ada pada masing-masing anggota keluarga, bagaimana pelaksanaan peran dari setiap anggota keluarga, dan berapa besar beban ekonomi terkait dengan jumlah anggota keluarga, serta sumber daya manusia yang dimiliki oleh keluarga. Diharapkan, dengan diketahuinya komposisi dan tipe keluarga tersebut dapat memberikan arahan yang tepat sehingga asuhan keperawatan yang diberikan sesuai dengan masalah kesehatan atau kebutuhan dalam keluarga. 6.1.2.2. Hubungan suku bangsa dengan kejadian pradiabetes Hasil analisis univariat memperlihatkan responden dengan suku betawi lebih banyak dibandingkan dengan suku bukan betawi. Hal ini mungkin karena wilayah Cisalak Pasar yang merupakan bagian dari kota Depok, pada mulanya masuk wilayah Jakarta. Seperti kita ketahui, penduduk asli Jakarta adalah betawi. Akan tetapi, sejalan dengan proses pembangunan dan perkembangan kota Jakarta sebagai ibukota negara, banyak tanah orang betawi yang terpaksa dikorbankan, sehingga orang betawi yang tergeser ke wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) (Rampaiseri, 2009). Analisis bivariat menunjukkan hasil tidak terdapat hubungan antara suku bangsa dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Hasil analisis lanjut diperoleh proporsi pradiabetes pada suku betawi dan bukan betawi mempunyai selisih yang tidak besar (3,2%), sehingga dapat disimpulkan tidak ada perbedaan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah dengan suku betawi dan bukan betawi. Hal ini diduga, suku tidak mempengaruhi secara langsung pada kejadian pradiabetes, akan tetapi mungkin berhubungan dengan perilaku perawatan kesehatan keluarga.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
86
Menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003), latar belakang budaya mempengaruhi keluarga dalam menjalankan fungsi perawatan kesehatan keluarga, seperti keyakinan terhadap kesehatan, praktik pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pencarian perawatan kesehatan. Sementara itu, Nikkhou (2011) mengatakan bahwa perbedaan ras dan etnis dapat menghambat masyarakat dalam memperoleh informasi kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pemeliharaan kesehatan dirinya. Winkelman (2009) mengemukakan latar belakang budaya keluarga mempengaruhi perilaku kesehatan keluarga, keyakinan, dan nilai kesehatan dalam keluarga. Begitu pula dengan Becker (2004) yang menyatakan bahwa masing-masing budaya mempunyai pola makan dan jenis makanan yang berbeda, misalnya masyarakat dari budaya Timur biasanya makan nasi dengan sedikit sayur, kadang-kadang sepotong daging atau ikan, kacang-kacangan, atau umbi-umbian. Pendapat tersebut sejalan dengan Codario (2011) yang mengatakan bahwa konsumsi makanan tinggi lemak dan karbohidrat berkaitan dengan budaya dan etnis yang dimiliki oleh seseorang. Beberapa penelitian yang terkait yang menunjang hasil penelitian ini adalah penelitian Hassling, Nordfeldt, Eriksson, dan Timpka (2005) yang menunjukkan bahwa pendekatan budaya dapat digunakan untuk mengetahui perilaku keluarga dalam memahami kondisi penyakit kronis yang ada. Selain itu, penelitian Fisher, dkk (2000) dalam Bomar (2004) tentang manajemen diabetes tipe 2 pada keluarga dengan etnis European American dan Hispanic, menunjukkan bahwa etnis European American memiliki manajemen diabetes tipe 2 yang lebih baik dibandingkan etnis Hispanic, dilihat dari kadar glukosa yang lebih terkontrol dan tingkat stress yang lebih ringan. Heisler, Faul, Hayward, Langa, Blaum, dan Weir (2007)
dalam
penelitiannya juga menemukan adanya perbedaan antara kontrol gula darah antara etnis Latino dan African American dengan White American, yaitu etnis White American mempunyai kontrol gula darah yang lebih baik daripada etnis Latino dan African American. Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa suku bangsa melatarbelakangi budaya keluarga dalam berperilaku hidup sehat, misalnya mempengaruhi keluarga dalam mengelola dan menyajikan makan sehari-hari, mempengaruhi keyakinan dan persepsi keluarga tentang kesehatan dan pencarian pertolongan kesehatan di saat sakit, dan lain-lain. Bila dianalisis lebih lanjut, suku non betawi lebih banyak yang Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
87
mengalami pradiabetes dibandingkan suku betawi. Suku non betawi dalam penelitian ini lebih banyak yang berasal dari jawa (23,7%). Dilihat secara empiris, mungkin bisa dipahami kenapa suku jawa banyak yang mengalami pradiabetes. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kebiasaan orang jawa yang suka dengan makanan yang manis. Namun ini perlu penelitian lebih lanjut, karena secara ilmiah belum ada penelitian yang terkait dengan hal tersebut. Sementara itu, yang bisa dijelaskan hanyalah tingginya kasus diabetes melitus daerah Jawa Tengah (7,8%) dan Jawa Timur (6,8%) yang melebihi prevalensi nasional (5,7%) (Riskesdas, 2007). Akhirnya, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat komunitas bahwa dalam memberikan pelayanan keperawatan pada masyarakat, khususnya pada penderita pradiabetes atau yang berisiko diabetes melitus, perlu mengkaji suku bangsa yang terdapat pada kelompok masyarakat tertentu dan latar belakang budaya yang dianutnya. Pemahaman perawat komunitas tentang budaya, ras, dan suku bangsa akan membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor apa yang terkait budaya yang mempengaruhi perilaku hidup sehat masyarakat dan masalah kesehatan yang terdapat dalam masyarakat (Kaakinen, Duff, Coehlo, dan Hanson, 2010). Selanjutnya, perawat komunitas juga perlu memperhatikan adanya hambatan bahasa dalam komunikasi, akses pelayanan kesehatan, dan perbedaan pandangan/ persepsi dalam tindakan keperawatan yang diberikan pada keluarga atau masyarakat berhubungan dengan budaya yang dianut oleh masyarakat dan perawat komunitas sendiri. 6.1.2.3. Hubungan tingkat pendidikan keluarga dengan kejadian pradiabetes Hasil analisis univariat memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak adalah pendidikan rendah. Akan tetapi, uji bivariat menunjukkan tidak ditemukannya perbedaan antara individu usia dewasa menengah yang memiliki pendidikan keluarga tinggi dan pendidikan rendah dalam mengalami pradiabetes. Dengan demikian, tidak didapatkan hubungan antara tingkat pendidikan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Soewondo dan Pramono (2011) yang menemukan proporsi pradiabetes lebih banyak terjadi Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
88
pada individu dengan pendidikan rendah (66,4%) daripada individu yang berpendidikan tinggi (33,6%), dan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan prevalensi pradiabetes di Indonesia, dengan nilai p = 0,0005. Penelitian Saydah dan Lochner (2010) juga menunjukkan bahwa kematian akibat diabetes lebih banyak terjadi pada individu berpendidikan rendah daripada pendidikan tinggi. Challem (2011) menyatakan pradiabetes berhubungan dengan kebiasaan makan, pengaturan dan pengolahan makanan dalam keluarga. Kebiasaan makan tersebut dipengaruhi oleh asuhan keluarga dan tingkat pendidikan yang dimiliki anggota keluarga. Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi perilaku keluarga dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan keluarga (Notoatmodjo, 2010; Potter dan Perry, 2011). Pendidikan yang rendah memungkinkan keluarga mengalami hambatan dalam memahami informasi tentang kesehatan atau kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang dilihat ataupun didengar (Edelman dan Mandle, 2010). Potter dan Perry (2011) menyatakan pendidikan seseorang akan dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap individu dalam berperilaku hidup sehat. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, mungkin disebabkan karena pendidikan keluarga tidak berpengaruh langsung terhadap kejadian pradiabetes, melainkan mempunyai pengaruh pada perilaku perawatan kesehatan keluarga, baik dari aspek pengetahuan, sikap, dan praktik. Selain itu, peneliti berpendapat bahwa pendidikan seseorang bukanlah suatu kendala yang besar untuk meningkatkan status kesehatan. Hal ini dikarenakan saat ini informasi sudah dapat diperoleh masyarakat secara lebih luas dan mudah, melalui media massa (seperti koran, spanduk, leaflet, dan sebagainya) ataupun media audio/ visual (seperti radio dan televisi). Namun, perlu diperhatikan kemampuan masyarakat dalam memahami informasi yang diberikan. Dengan keterbatasan pendidikan yang dimiliki, hal ini mungkin akan menjadi kendala, sehingga informasi yang diberikan tidak sampai ke masyarakat sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mencegah hal tersebut, maka informasi yang diberikan harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
89
Jika dilihat lebih jauh, sebagian besar responden yang berpendidikan rendah adalah tamatan SMP (30%). Menurut peneliti, rendahnya tingkat pendidikan responden mungkin dikarenakan latar belakang penghasilan keluarga responden sebelumnya (status ekonomi orangtua responden) termasuk rendah, sehingga responden tidak mempunyai cukup biaya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Akan tetapi, dengan taraf pendidikan seperti itu, masyarakat mungkin tidak akan terlalu kesulitan dalam memahami informasi yang dilihat, didengar, atau dibacanya. Hal itu disebabkan oleh kader kesehatan yang berperan aktif di Kelurahan Cisalak Pasar sehingga sangat membantu masyarakat dalam memahami informasi yang ada selama ini. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat peneliti kemukakan bahwa dengan tingkat pendidikan yang rendah pada masyarakat berusia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar, maka perawat komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan harus menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat. Selain itu, pendidikan kesehatan yang dilakukan tidak hanya menggunakan metode ceramah dan media tulisan saja, tetapi mungkin juga perlu memakai metode yang lain, seperti diskusi, demonstrasi, dan simulasi, serta media yang digunakan dapat berupa audio visual, alat peraga, dan alat permainan simulasi. Diharapkan dengan mendengar, melihat, dan melakukan akan lebih dapat diingat oleh masyarakat daripada hanya dengan mendengar saja. Seperti yang dikatakan oleh John Dewey bahwa keterlibatan langsung peserta didik dalam proses pembelajaran akan memberikan pengalaman yang selalu diingat atau dengan kata lain learning by doing. 6.1.2.4. Hubungan status pekerjaan dengan kejadian pradiabetes Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa responden yang tidak bekerja lebih banyak dibandingkan yang bekerja. Jika ditelusuri lebih jauh, hal ini dapat dimaklumi, karena sebagian besar responden adalah perempuan dan tidak bekerja, atau hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan pengamatan peneliti selama praktik aplikasi diketahui bahwa sebagian besar ibu-ibu rumah tangga melakukan aktivitas rumah tangga secara mandiri. Aktivitas yang biasa dilakukan adalah aktivitas mengurus rumah tangga yang biasanya selesai sebelum tengah hari (sekitar jam 12.00). Setelah itu, mereka biasanya duduk di rumah sambil menonton televisi atau mengobrol dengan tetangga di sekitar rumah. Aktivitas lain yang biasa Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
90
dilakukan ibu-ibu yang mempunyai anak masih sekolah TK atau SD adalah mengantar dan menunggu anak di sekolah mereka. Sambil menunggu anak, biasanya ibu-ibu duduk mengobrol sesama mereka sambil makan makanan ringan yang ada di sekitar sekolah. Menurut peneliti, ibu-ibu tersebut akan berisiko mengalami pradiabetes atau diabetes melitus karena aktivitas yang mereka lakukan merupakan aktivitas ringan sampai sedang yang tidak dapat mencukupi kebutuhan aktivitas fisik orang dewasa. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh proporsi pradiabetes pada keluarga dengan usia dewasa menengah yang bekerja lebih besar daripada yang tidak bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Soewondo dan Pramono (2011) yang juga menemukan proporsi pradiabetes lebih besar pada masyarakat yang bekerja (85,1%) dibandingkan yang tidak bekerja (14,9%). Kondisi ini terjadi karena pada orang bekerja kemungkinan untuk mengatur pola makan yang sehat kurang dilakukan dan kurang mempunyai waktu luang untuk berolahraga dan berisitirahat, karena aktivitas pekerjaan yang padat (Santrock, 2009). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Becker (2004) bahwa pada orang yang bekerja terdapat beberapa alasan yang menyebabkan mereka makan makanan yang tidak sehat, antara lain: godaan dari lingkungan sekitar, waktu makan yang singkat, atau pilihan makanan yang terbatas. Analisis lebih lanjut terhadap data penelitian didapatkan sebagian besar kelompok yang bekerja adalah sebagai pedagang di pasar tradisional Cisalak Pasar. Mereka biasanya bekerja mulai dari dini hari sampai siang hari, sehingga jam istirahat (khususnya tidur malam) menjadi kurang. Menurut Scalpi (2011), orang yang tidur malam kurang dari 5,5 jam berisiko untuk mengalami pradiabetes. Hal ini dikarenakan kondisi kurang tidur yang berlangsung lama dapat menimbulkan stress bagi tubuh. Guerra (2010) menjelaskan bahwa keadaan stress akan menstimulasi sistem saraf simpatis untuk melepaskan hormon glukortikoid, katekolamin, dan glukagon sehingga menekan pelepasan insulin. Kondisi ini menyebabkan kurang kadar insulin serum dan menimbulkan hiperglikemia. Selain itu, pola makan mereka juga kurang sehat, karena mereka lebih banyak membeli makanan di pasar dan tidak memperhatikan jumlah kalori yang dimakan.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
91
Selisih proporsi pradiabetes dari kedua kelompok yang bekerja dan tidak bekerja tersebut hanya sebesar 3,8%, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kejadian pradiabetes pada kelompok yang bekerja dengan yang tidak bekerja. Dengan demikian, tidak ditemukannya hubungan antara kejadian pradiabetes pada keluarga yang bekerja dengan tidak bekerja. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Chen and Lin (2010) yang menunjukkan kejadian pradiabetes pada kelompok pekerja lebih dipengaruhi oleh pengetahuan tentang pradiabetes, keyakinan terhadap kesehatan, dan kepercayaan diri untuk berperilaku hidup sehat, bukan dari jenis pekerjaan yang dilakukan pekerja. Menurut peneliti, tidak adanya perbedaan kejadian pradiabetes pada masyarakat dewasa yang tidak bekerja dan bekerja di Kelurahan Cisalak Pasar disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, dan tidur yang kurang pada malam hari. Pada masyarakat yang tidak bekerja, aktivitas fisik yang dilakukan biasanya hanya intensitas ringan dan sedang, sehingga hal ini menyebabkan pembakaran kalori dalam tubuh tidak maksimal dan mengakibatkan kegemukan. Pada masyarakat yang bekerja, pola makan yang tidak sehat, konsumsi minuman manis (kopi/ teh), menghisap rokok/ menghirup asap rokok, dan jumlah jam tidur yang kurang dari 5,5 jam setiap malamnya akan menjadi faktor risiko pradiabetes pada mereka. Jadi, masing-masing kelompok masyarakat yang tidak bekerja dan bekerja mempunyai risiko untuk mengalami pradiabetes karena gaya hidup yang tidak sehat, selain faktor keturunan yang sudah mereka miliki. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan, khususnya perawat komunitas, bahwa promosi kesehatan tentang gaya hidup sehat merupakan hal utama yang harus dilakukan dalam mencegah pradiabetes pada masyarakat. Upaya promosi kesehatan tidak hanya berfokus pada peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hidup sehat, tetapi lebih menekankan pada bagaimana mengajak masyarakat untuk berperilaku hidup sehat. Menurut peneliti, peran perawat sebagai leadership penting untuk dijalankan karena perawat komunitas harus mampu untuk menjadi agen perubahan di Kelurahan Cisalak Pasar dalam upaya melakukan perubahan yang positif pada masyarakat dalam berpikir dan melakukan gaya hidup sehat.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
92
6.1.2.5. Hubungan penghasilan keluarga dengan kejadian pradiabetes Analisis univariat menunjukkan dua kategori penghasilan responden, yaitu penghasilan rendah (< Rp 1.400.000,00 perbulan) dan penghasilan tinggi (≥ Rp 1.400.000,00 perbulan). Responden yang berpenghasilan rendah lebih banyak daripada responden yang mempunyai penghasilan tinggi. Jika ditelusuri lebih jauh, hal ini dapat dimaklumi, karena sebagian besar responden adalah perempuan dan tidak bekerja, atau hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, sehingga penghasilan keluarga hanya bertumpu pada kepala keluarga. Pada uji bivariat diketahui keluarga dengan penghasilan tinggi lebih banyak yang menderita pradiabetes daripada yang berpenghasilan rendah. Nilai OR juga menunjukkan bahwa individu usia dewasa menengah dengan penghasilan tinggi mempunyai peluang sebesar 2,7 kali untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah yang berpenghasilan rendah. Peneliti juga menemukan adanya hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Penelitian yang terkait adalah penelitian dari Soewondo dan Pramono (2011) yang menunjukkan proporsi pradiabetes pada individu dengan penghasilan tinggi (62,8%) lebih besar daripada yang berpenghasilan rendah (37,2%), serta adanya hubungan antara besarnya penghasilan dengan kejadian pradiabetes. Hal ini disebabkan karena keluarga yang mempunyai penghasilan tinggi akan lebih leluasa untuk mengelola keuangan keluarga (Soegondo, 2008), khususnya dalam penyediaan makanan selingan atau jajan di luar, selain makanan pokok, dan aktivitas rumah tangga yang telah banyak dibantu oleh peralatan yang lebih canggih sehingga tidak membutuhkan tenaga atau pergerakan yang lebih dari seseorang. Dengan kata lain, makanan yang dimakan lebih banyak, namun aktivitas yang dilakukan lebih sedikit, sehingga lebih banyak kalori yang masuk daripada kalori yang dibakar, dan pada akhirnya mengakibatkan kegemukan. Hal ini menyebabkan risiko pradiabetes yang lebih tinggi. Pendapat lain mengatakan usia dewasa menengah biasanya berada pada puncak karir dengan bertambahnya penghasilan. Akan tetapi, beban ekonomi makin tinggi karena Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
93
meningkatnya kebutuhan finansial yang akan menimbulkan tekanan ekonomi bagi kelompok dewasa menengah dan berakibat waktu kerja yang semakin lama setiap harinya, tidak cukup waktu luang untuk rekreasi dan olahraga, dan pola makan yang tidak teratur. Hal-hal tersebut menyebabkan pradiabetes lebih berisiko pada orang dengan penghasilan tinggi (Papalia, Olds, & Feldman, 2001). Pendapat berbeda, Gee, Smith, Solomon, Quinn, dan Lipton (2007) dalam penelitiannya menemukan bahwa kondisi finansial dan asuransi yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi perawatan diabetes melitus yang dideritanya. Begitu pula dengan Hankonen, Absetz, Haukkala, dan Uutela (2009) yang menyatakan bahwa status sosial ekonomi mempengaruhi proses perubahan perilaku penderita diabetes melitus pada tahapan intervensi dalam manajemen perawatan diabetes melitus. Sedangkan penelitian Saydah dan Lochner (2010) menunjukkan bahwa kematian akibat diabetes lebih banyak terjadi pada individu yang memiliki status ekonomi rendah dan miskin. Berdasarkan uraian diatas, peneliti berpendapat bahwa penghasilan yang tinggi akan membuat seseorang untuk cenderung melakukan gaya hidup tidak sehat, seperti makan makanan yang cepat saji, tinggi lemak, dan kalori yang tidak terkontrol karena memiliki dana yang berlebih untuk makan makanan enak dan belum tentu sehat. Kebiasaan tersebut menyebabkan individu tersebut cenderung mengalami kondisi pradiabetes yang akan dapat berkembang menjadi diabetes melitus. Jika seseorang sudah menderita diabetes melitus, maka ia akan membutuhkan biaya yang besar untuk perawatan dan pencegahan komplikasinya. Kondisi ini akan menimbulkan masalah keuangan atau tekanan ekonomi bagi individu dan keluarga. Dengan kata lain, dapat peneliti simpulkan bahwa status ekonomi tinggi dapat menyebabkan kecenderungan penyakit diabetes melitus, namun pada akhirnya akan mengakibatkan masalah ekonomi bagi seseorang karena besarnya biaya pengobatan dan perawatan penyakit diabetes melitus yang dideritanya. Berdasarkan hasil penelitian ini, perawat komunitas sebagai salah satu petugas kesehatan yang berada di dekat masyarakat, dalam melakukan pelayanan keperawatan pada masyarakat juga perlu mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, khususnya penghasilan keluarga atau dana yang tersedia Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
94
dalam keluarga. Perawat komunitas dapat berperan sebagai advokat, konsultan, dan konselor bagi masyarakat dalam membantu masyarakat mengatasi masalah kesehatan yang ada atau mencegah risiko penyakit yang mungkin terjadi pada diri mereka (Wilkey dan Gardner, 1999; Allender, Rector, dan Warner, 2010). Pada masyarakat Kelurahan Cisalak Pasar, perawat komunitas dapat bekerjasama dengan masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dan kemitraan untuk mencegah pradiabetes ataupun mencegah kondisi pradiabetes berlanjut menjadi diabetes dengan tingkat penghasilan masyarakat yang dominan rendah. Pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan adalah mengajak masyarakat untuk mempunyai dana sehat di setiap RW masing-masing, meningkatkan kepedulian masyarakat yang berpenghasilan tinggi terhadap tetangga sekitar yang membutuhkan bantuan dengan membentuk donatur kesehatan di RW, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk kontrol kesehatan di posbindu/ puskesmas karena biayanya lebih terjangkau. Kemitraan yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas adalah menjalin kerjasama dengan kelurahan dalam bantuan sosial pada masyarakat miskin, kerjasama dengan puskesmas dalam penyediaan tenaga kesehatan untuk kegiatan pemeriksaan kesehatan masyarakat di posbindu dengan biaya yang murah, dan kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Depok untuk melakukan skrining kesehatan, khususnya pradiabetes/ pradiabetes pada masyarakat secara berkala, misalnya dua tahun sekali. 6.1.3. Hubungan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah 6.1.3.1. Hubungan pengetahuan keluarga dengan kejadian pradiabetes Hasil uji univariat menunjukkan bahwa proporsi individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berpengetahuan tinggi lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang berpengetahuan rendah. Keluarga yang mempunyai pengetahuan tinggi akan berpengaruh terhadap kemampuan keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan pada anggota keluarga. Selanjutnya, akan berdampak pada kejadian pradiabetes pada individu dalam keluarga (Friedman, Bowden, Jones, 2003). Sementara itu, Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang akan menentukan perilaku yang diambilnya dalam meningkatkan status kesehatannya.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
95
Analisis lebih lanjut dapat dilihat pada setiap aspek perilaku perawatan kesehatan keluarga yang berhubungan dengan risiko pradiabetes, yaitu diet keluarga, aktivitas, pola tidur, kebiasaan merokok/ kopi/ alkohol dalam keluarga, dan kontrol kesehatan. Pengetahuan tinggi yang dimiliki keluarga ternyata meliputi kelima aspek tersebut. Berdasarkan kuisioner yang dijawab responden, 69-82% dari keluarga dapat menjawab dengan benar setiap item pernyataan yang diberikan. Hal ini berarti bahwa sebagian besar keluarga telah mengetahui perilaku perawatan keluarga yang bagaimana seharusnya diberikan kepada anggota keluarganya agar terhindar dari risiko penyakit diabetes melitus. Akan tetapi, jika dilihat jawaban responden untuk per-item pernyataan dapat diketahui bahwa ada beberapa hal yang tidak diketahui oleh keluarga, antara lain: contoh makanan selingan yang baik untuk kesehatan; pengaturan makan yang baik dalam keluarga meliputi jadwal, jenis, dan jumlah makanan yang dikonsumsi; kurang tidur dapat menyebabkan risiko diabetes melitus; olahraga tidak hanya dibutuhkan oleh anak-anak dan orang gemuk; kebiasaan minum alkohol dapat meningkat risiko diabetes melitus; dan minum kopi tidak dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Pada uji bivariat terlihat bahwa individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang
berpengetahuan
rendah
lebih
banyak
yang
mengalami
pradiabetes
dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang memiliki pengetahuan tinggi. Dengan kata lain, didapatkannya keterkaitan antara pengetahuan yang dimiliki keluarga dengan besarnya kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Jika dilihat dari OR-nya, usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai pengetahuan rendah berpeluang sebesar 0,1 kali untuk menderita pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang memiliki pengetahuan tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Walter dan Emery (2005) yang menunjukkan keluarga yang memahami faktor risiko keturunan yang dimilikinya akan mengubah perilaku yang tidak efektif menjadi lebih efektif dalam mencegah terjadinya penyakit kronis dalam keluarganya. Penelitian lain juga memperlihatkan bahwa informasi tentang riwayat penyakit keluarga dapat meningkatkan gaya hidup sehat dan pencegahan penyakit pada anggota keluarga (Claassen, 2010). Heideman, dkk (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
96
penurunan berat badan seseorang dengan riwayat diabetes melitus dalam keluarga, menunjukkan hasil bahwa program pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan individu dan selanjutnya akan mengubah perilaku hidup individu tersebut untuk menurunkan berat badannya. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga akan mempengaruhi keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan pada anggota keluarganya. Keluarga yang memahami bahwa faktor risiko diabetes melitus berupa faktor keturunan yang dimilikinya akan lebih berhati-hati dan waspada dalam mengontrol perilaku hidup sehatnya sehari-hari. Keluarga akan lebih menjaga dan memberikan perawatan kesehatan yang lebih optimal pada anggota keluarganya, misalnya mengatur pola makan yang baik, mengingatkan anggota keluarga untuk berolahraga, menjaga berat badan dalam batas normal, dan lain-lain. Selain itu, keluarga akan lebih giat mencari informasi terkait tindakan pencegahan diabetes melitus dan lebih memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan kontrol kesehatan, khususnya pemeriksaan gula darah. Pengetahuan yang tinggi pada masyarakat di Kelurahan Cisalak Pasar disebabkan masyarakat sudah sering terpapar terhadap informasi terkait perilaku hidup sehat dan diabetes melitus. Informasi tersebut banyak diterima masyarakat melalui koran, televisi, ataupun penyuluhan kesehatan yang diberikan di posbindu. Oleh karena itu, dengan hasil penelitian ini, diharapkan pengetahuan masyarakat yang sudah baik tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan, dan selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Akan tetapi, jika dilihat dari skor rata-rata responden adalah sebesar 37,8 dengan median 38, maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh responden hanya sedikit diatas nilai terbawah (nilai 35) dari batas kategori pengetahuan tinggi. Dengan demikian, masih dibutuhkan pendidikan kesehatan terkait perilaku hidup sehat, khususnya tentang pengaturan makan yang sehat untuk keluarga, olahraga yang baik untuk keluarga, dan faktor risiko terjadinya diabetes melitus (seperti kurang tidur, alkohol, dan kopi). Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk program kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu, kelompok maupun masyarakat melalui perubahan cara berpikir, bersikap, dan bertindak sehingga dapat membantu dalam upaya preventif, Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
97
promotif, kuratif, dan rehabilitatif (Edelman dan Mandle, 2010). Pendidikan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan yang dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Swanson dan Nies, 2007). Pendidikan kesehatan
yang
efektif
dapat
menghasilkan
perubahan
pengetahuan,
menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan bahkan mempengaruhi perubahan perilaku atau gaya hidup individu, keluarga, dan kelompok masyarakat (Pender, Murdaugh, dan Parsons, 2002). Pelaksanaan pendidikan kesehatan berkaitan dengan peran perawat sebagai edukator. Perawat komunitas dalam melakukan intervensi keperawatan berupa pendidikan kesehatan pada masyarakat yang berisiko pradiabetes atau menderita pradiabetes, meliputi tiga tahap pencegahan, yaitu: primer, sekunder, dan tersier. Pada tahap pencegahan primer, pendidikan kesehatan bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat mengakibatkan terjadi pradiabetes pada masyarakat; tahap pencegahan sekunder, pendidikan kesehatan mempunyai tujuan memotivasi masyarakat berisiko pradiabetes untuk melakukan uji skrining dan perubahan gaya hidup; dan tahap pencegahan tersier, pendidikan kesehatan ditujukan untuk mencegah masyarakat yang mengalami pradiabetes berkembang menjadi diabetes melitus. 6.1.3.2. Hubungan sikap keluarga dengan kejadian pradiabetes Uji univariat pada domain sikap menunjukkan bahwa individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang bersikap negatif lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang memiliki sikap positif. Sikap negatif yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi keluarga dalam berperilaku hidup sehat (Edelman dan Mandle, 2010). Sikap merupakan respon seseorang terhadap sesuatu yang dilihat, didengar, ataupun dibacanya. Sikap yang negatif akan menghalangi seseorang melakukan sesuatu yang baik dan menghalangi mereka untuk memberikan respon yang sesuai dengan yang diharapkan oleh orang lain. Hal ini terlihat dari hasil penelitian ini yang menunjukkan pengetahuan masyarakat sebagian besar tinggi (65,4%), akan tetapi sikap mereka sebagian besar negatif (76,9%). Dengan kata lain, pengetahuan yang tinggi belum tentu membuat seseorang memberikan respon yang baik terhadap sesuatu hal, tergantung dari sikap yang dimilikinya.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
98
Analisis lebih lanjut terhadap jawaban responden tentang kuisioner sikap, dapat diketahui bahwa sikap responden yang negatif terlihat pada aspek olahraga (aktivitas fisik) dan tidur. Kedua aspek dari perilaku perawatan kesehatan keluarga tersebut banyak yang direspon negatif oleh responden. Dari aspek olahraga, sikap negatif keluarga tampak pada item pernyataan sikap yang terkait dengan: olahraga tidak diperlukan bagi anggota keluarga yang berusia dewasa, karena sudah capek bekerja; keluarga tidak perlu meluangkan waktu untuk berolahraga; setiap kali berolahraga sebaiknya dilakukan selama 2 jam dan cukup dilakukan 1 kali seminggu. Sedangkan dari aspek pola tidur, keluarga banyak merespon negatif pada item pernyataan berikut ini, yaitu: pemenuhan kebutuhan tidur bagi anggota keluarga yang berusia dewasa tergantung pada kesibukan, kenyamanan kamar, dan lamanya tidur siang; serta jadwal tidur yang teratur hanya dibutuhkan oleh anak-anak yang masih sekolah. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada kesesuaian antara pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga yang berkaitan dengan aspek olahraga. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya promosi kesehatan yang dapat memperbaiki sikap negatif keluarga terhadap aspek-aspek tersebut di atas. Notoatmodjo (2010) menyatakan sikap yang dimiliki seseorang menentukan penilaian dan respon individu dalam pemeliharaan kesehatan dirinya. Hal ini terlihat dari hasil uji bivariat, ditemukan individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai sikap negatif lebih banyak mengalami pradiabetes daripada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang bersikap positif. Nilai OR juga menunjukkan bahwa orang usia dewasa menengah dengan keluarga yang bersikap negatif berpeluang sebesar 0,4 kali untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang bersikap negatif. Penelitian yang dilakukan Kumi, Ariza, Mikhail, Feinglass, dan Binns (2009) menunjukkan bahwa penggunaan riwayat keluarga dan keyakinan kesehatan keluarga dapat membantu mengubah perilaku yang lebih sehat. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat menjelaskan bahwa sikap yang dipunyai keluarga dapat mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga. Sikap negatif keluarga akan menyebabkan keluarga memberikan perawatan kesehatan keluarga yang tidak efektif. Sikap negatif yang dipunyai keluarga dalam penelitian ini tidak sejalan dengan pengetahuan tinggi pada keluarga. Hal ini mungkin karena Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
99
pengetahuan yang ada pada keluarga baru sebatas pada mengetahui dan memahami, belum pada tahap menerapkan pengetahuan yang dimiliki pada kehidupan seharihari. Seperti yang kita ketahui, bahwa masalah kesehatan yang terdapat dalam keluarga bisa terjadi karena ketidaktahuan, ketidakmauan, ataupun ketidakmampuan keluarga. Menurut peneliti, pradiabetes yang dialami oleh masyarakat berusia dewasa di Kelurahan Cisalak Pasar, bukan disebabkan oleh keluarga tidak tahu tentang perawatan kesehatan keluarga yang baik, akan tetapi mungkin disebabkan keluarga tidak mau melakukan perawatan kesehatan keluarga yang semestinya karena keluarga tidak mempunyai waktu ataupun memiliki motivasi dan kesadaran yang masih rendah. Menurut peneliti, sikap negatif yang dimiliki oleh masyarakat menjadi tantangan bagi perawat komunitas. Perawat komunitas mempunyai tanggung jawab untuk mengubah sikap negatif tersebut menjadi sikap positif sehingga diharapkan dapat meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat. Roybal dan Nemecek (2006) mengatakan bahwa mengembangkan sikap yang sehat dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: mengidentifikasi stressor dalam hidup, bertekad untuk memperbaiki sikap, mengambil tindakan segera, dan berkonsultasi tentang arah dan harapan hidup. Semua hal tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti kelompok pendukung (support group) yang ada di lingkungan sekitar atau organisasi yang berfokus pada masalah diabetes/ pradiabetes. Krause (2011) mengatakan masyarakat yang aktif mengikuti kegiatan kelompok sosial dan menerima dukungan dari kelompok tersebut akan memperlihatkan kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. Sementara itu, Nies dan McEwan (2007) menjelaskan pembentukan kelompok masyarakat bertujuan untuk melibatkan individu dan kelompok masyarakat dalam setiap tahapan proses keperawatan, dan terjadinya perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian masyarakat dalam upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatannya. Peran perawat komunitas dalam pengembangan sikap positif masyarakat di Kelurahan Cisalak Pasar adalah sebagai leadership, konsultan, dan konselor. Peran leadership dijalankan oleh perawat dengan cara menjadi agen perubahan dan role Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
100
model bagi masyarakat dalam hidup sehat, seperti mengajak masyarakat untuk senam atau olahraga, membentuk dan menggerakkan kelompok pendukung di masyarakat, memberikan contoh pola makan yang sehat, dan lain-lain. Sebagai konsultan dan konselor bagi masyarakat, perawat komunitas harus dapat menjadi pendengar yang aktif dan objektif bagi masyarakat, membantu masyarakat dalam menentukan pilihan perilaku yang diambil untuk mencegah pradiabetes, mendorong masyarakat untuk aktif dalam kegiatan kelompok pendukung, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat (misalnya dengan menunjukkan pada masyarakat contoh nyata dari akibat gaya hidup yang berisiko pradiabetes melalui gambar, video, atau mengunjungi penderita diabetes, dan lain-lain). 6.1.3.3. Hubungan praktik perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes Hasil uji univariat pada domain praktik perawatan kesehatan keluarga, diketahui bahwa individu usia dewasa menengah yang memiliki praktik perawatan kesehatan keluarga yang tidak baik lebih besar daripada individu usia dewasa menengah dengan praktik perawatan kesehatan keluarga yang baik. Dengan kata lain, sebagian besar keluarga (65,4%) memberikan perawatan kesehatan yang tidak baik pada anggota keluarga yang berusia dewasa menengah. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh sikap negatif yang dimiliki keluarga terkait dengan perawatan kesehatan keluarga. Walaupun keluarga mempunyai pengetahuan tinggi, namun sikapnya negatif, akan berpengaruh terhadap praktik keluarga sehari-hari dalam memelihara kesehatan anggota keluarga. Friedman, Bowden, dan Jones (2003) mengatakan bahwa praktik perawatan kesehatan keluarga yang tidak baik juga berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan dalam keluarga. Hasil analisis lebih lanjut terhadap jawaban responden yang berkaitan dengan praktik perawatan kesehatan keluarga, dapat diketahui bahwa sebagian besar praktik perawatan kesehatan keluarga yang tidak baik berhubungan dengan aspek diet keluarga, olahraga (aktivitas fisik), dan kontrol kesehatan. Pada aspek diet keluarga, terlihat bahwa praktik keluarga yang tidak baik adalah kebiasaan dalam keluarga yang makan dua kali sehari, dan penyediaan sayur untuk anggota keluarga yang kurang dari 1 mangkok perhari. Dari aspek olahraga, diketahui bahwa praktik keluarga yang tidak baik berkenaan dengan kebiasaan keluarga yang tidak jarang/ Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
101
tidak pernah berolahraga setiap harinya, tidak ada waktu (tidak sempat) untuk berolahraga, dan olahraga hanya jika ada waktu luang atau 1 kali seminggu, serta tidak adanya kebiasaan dalam keluarga untuk saling mengingatkan atau memotivasi anggota keluarga untuk berolahraga. Pada aspek kontrol kesehatan, terlihat bahwa keluarga tidak mempunyai kebiasaan untuk melakukan cek kesehatan secara rutin, seperti cek gula darah, tekanan darah, ataupun menimbang berat badan. Selain itu, keluarga tidak mempunyai anggaran khusus untuk pemeriksaan kesehatan secara rutin. Oleh karena itu, perlu diadakan kegiatan promosi kesehatan yang dapat memperbaiki praktik keperawatan kesehatan keluarga untuk menjadi lebih baik, terutama terkait dengan diet, olahraga, dan kontrol kesehatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan pradiabetes lebih banyak terjadi pada individu usia dewasa menengah dengan praktik perawatan kesehatan keluarga yang tidak baik daripada praktik perawatan kesehatan keluarga yang baik. Dilihat dari OR-nya diketahui individu usia dewasa menengah dengan praktik perawatan kesehatan keluarga yang tidak baik mempunyai peluang sebesar 0,4 kali untuk mengalami pradiabetes dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan praktik perawatan kesehatan keluarga yang baik. Potter dan Perry (2011) menyatakan praktik membutuhkan integrasi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang. Dalam hal ini jelas, praktik juga berhubungan dengan pengetahuan dan sikap seseorang terhadap sesuatu objek. Penelitian Linmans, dkk (2011) menunjukkan intervensi yang secara langsung terkait dengan masalah yang nyata dihadapi oleh seseorang akan dapat meningkatkan kemampuan/ keterampilan individu untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Menurut peneliti, praktik perawatan kesehatan keluarga yang tidak baik pada masyarakat usia dewasa menengah dengan pradiabetes di Kelurahan Cisalak Pasar dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, penghasilan, dan pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga. Tingkat pendidikan keluarga yang sebagian besar adalah rendah akan berkontribusi dalam pembentukan sikap keluarga terhadap kesehatan, yang pada akhirnya mempengaruhi praktik keluarga, misalnya praktik diet keluarga, olahraga/ aktivitas fisik, dan kontrol kesehatan. Penghasilan rendah yang dimiliki sebagian besar keluarga akan mempengaruhi kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan yang sehat dan dana untuk pemeriksaan kesehatan. Begitu pula dengan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
102
pengetahuan tinggi yang dimiliki oleh sebagian besar keluarga, ternyata tidak berdampak positif pada praktik keluarga. Hal ini mungkin terjadi karena pengetahuan tinggi keluarga hanya sebatas pada tahap pemahaman, belum pada tahap penerapan. Selain itu, mungkin saja keluarga sudah mengetahui tentang perawatan kesehatan keluarga yang baik, tetapi belum mampu menerapkannya karena tidak mengetahui caranya ataupun terkendala dengan dana dan waktu yang dimiliki oleh keluarga. Berdasarkan hasil penelitian ini, sangat diharapkan perawat komunitas dapat memberikan kontribusinya dalam meningkatkan praktik perawatan kesehatan keluarga di Kelurahan Cisalak Pasar. Beberapa strategi intervensi yang dapat dilakukan perawat adalah pendidikan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan intervensi keperawatan. Pendidikan kesehatan yang dilakukan berupa simulasi tentang aktivitas yang sehat untuk keluarga, cara menghitung berat badan normal, dan menyusun jadwal kegiatan yang mungkin dilakukan anggota keluarga. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam hal pembentukan kelompok senam di RW/ RT, pengadaan pemeriksaan kesehatan dengan swadana dari masyarakat, pojok konsultasi gizi oleh kader, pencanangan RW/ RT bebas asap rokok, dan lainlain. Terakhir, intervensi keperawatan yang diberikan berupa penghitungan kalori, penyusunan menu makanan sehat, perawatan kaki, dan latihan fisik untuk keluarga. Strategi intervensi keperawatan yang melibatkan masyarakat secara langsung diharapkan dapat menjadi perilaku yang diadopsi oleh keluarga di kemudian hari. 6.1.3.4. Hubungan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes Pada hasil univariat diketahui bahwa proporsi perilaku perawatan kesehatan keluarga yang tidak efektif lebih besar dibandingkan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang efektif. Selanjutnya, analisis bivariat juga menunjukkan bahwa pradiabetes lebih banyak terjadi pada individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang memiliki perilaku perawatan kesehatan keluarga yang tidak efektif dibandingkan individu usia dewasa menengah dengan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang efektif. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yang menyatakan perilaku perawatan kesehatan keluarga akan mempengaruhi status kesehatan anggota keluarganya. Keluarga menyediakan informasi dan sumber daya, membuat keputusan, menyusun tujuan dan prioritas, dan mengembangkan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
103
sikap dan perilaku terkait proteksi kesehatan anggota keluarga (Bomar, 2004). Tujuan dari aktivitas pemeliharaan kesehatan keluarga adalah untuk menstabilkan kesehatan dan memelihara kesehatan saat ini. Perilaku perawatan kesehatan keluarga tidak hanya dapat ditentukan hanya oleh satu domain, seperti pengetahuan, sikap, dan praktik saja, tetapi ketiga domain tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian, pengetahuan tinggi yang dimiliki masyarakat tidak cukup untuk membuat masyarakat menunjukkan perilaku perawatan kesehatan keluarga yang efektif, jika sikapnya negatif dan praktiknya tidak baik. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini akan dapat memberikan masukan bagi kader kesehatan dan petugas kesehatan serta pihak yang terkait bahwa promosi kesehatan yang diberikan untuk lebih difokuskan pada perubahan sikap dan praktik masyarakat dalam berperilaku hidup sehat. Menurut peneliti, peningkatan perilaku perawatan kesehatan keluarga di Kelurahan Cisalak Pasar tidak terlepas dari peran perawat komunitas. Perawat komunitas mempunyai tanggung jawab untuk memperbaiki perilaku masyarakat yang tidak efektif menjadi perilaku yang efektif. Wilkey dan Gardner (1999), serta Allender, Rector, dan Warner (2010) mengatakan bahwa terdapat beberapa peran yang harus dijalankan perawat komunitas dalam memberikan pelayanan keperawatan pada masyarakat, antara lain: care giver, edukator, advokat, manejer, kolaborator, leadership, peneliti, konsultan, dan konselor. Peran care giver dilakukan perawat komunitas dalam hal memberikan asuhan keperawatan keluarga yang mengalami pradiabetes, misalnya memeriksa gula darah dan tekanan darah karena pradiabetes berkaitan dengan prahipertensi atau kondisi diabetes berkaitan dengan hipertensi. Peran edukator dilaksanakan dengan memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat tentang perilaku hidup sehat. Peran advokat, konsultan, dan konselor dilakukan dengan menjadi fasilitator bagi klien dan keluarga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas (misalnya cek gula darah dan tekanan darah), membantu keluarga untuk memahami kondisi pradiabetes yang dialami dan membantu mengambil keputusan yang tepat dalam mengubah gaya hidup yang lebih sehat, serta memandu klien dan keluarga Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
104
untuk menyelesaikan permasalahan dalam keluarga yang dapat menjadi pemicu terjadinya pradiabetes/ diabetes. Peran perawat sebagai manejer, kolaborator, dan leadership dibutuhkan untuk mengelola kebutuhan masyarakat terhadap perilaku hidup sehat, misalnya bersama masyarakat merencanakan pembentukan kelompok pendukung, membuat komitmen bersama terkait RW/ RT bebas asap rokok. Perawat juga dapat menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat, dengan menunjukkan aktivitas fisik aktif, tidak merokok, makan makanan yang sehat, dan sebagainya. Perawat komunitas dapat menjalin kerjasama dengan pihak kelurahan, puskesmas, dan dinas kesehatan, serta pihak terkait lainnya dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan secara berkala, penerapan jumat bersih, pengadaan jalan santai, perlombaan keluarga sehat, dan lainlainnya. Terakhir, peran sebagai peneliti dapat dijalankan perawat komunitas dengan aktif melakukan kegiatan penelitian yang dapat mengembangkan ilmu keperawatan komunitas sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan yang diberikan pada masyarakat. 6.1.4. Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah Hasil analisis multivariat menunjukkan pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga mempunyai kontribusi yang paling besar terhadap kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Analisis lebih lanjut memperlihatkan hasil bahwa individu usia dewasa menengah dengan keluarga yang mempunyai pengetahuan rendah mempunyai peluang sebesar 7,9 kali untuk menderita pradiabetes dibandingkan dengan individu dewasa menengah dengan keluarga yang berpengetahuan tinggi setelah dikontrol oleh tipe keluarga dan praktik keluarga. Hasil penelitian ini sesuai dengan Notoatmodjo (2010) yang menyatakan pengetahuan yang dimiliki keluarga akan menentukan apakah suatu perilaku tetap diterapkan oleh keluarga dalam pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit, atau tidak. Penelitian lain yang terkait juga menunjukkan bahwa perubahan perilaku individu yang tidak sehat dapat dilakukan dengan memberikan intervensi pendidikan kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan individu tersebut tentang gaya Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
105
hidup sehat (Mendenhall, 2010). Penelitian serupa memperlihatkan pengetahuan yang adekuat tentang diabetes melitus dan penatalaksanaannya, membantu klien dan keluarga untuk melakukan manajemen perawatan diabetes melitus menjadi lebih baik (Valenzuella, 2003). Menurut peneliti, pengetahuan keluarga menjadi faktor yang paling besar pengaruhnya dalam kejadian pradiabetes pada masyarakat berusia dewasa di Kelurahan Cisalak Pasar dapat dijelaskan sebagai berikut: pengetahuan keluarga merupakan pemahaman dan pengertian yang dimiliki oleh keluarga terhadap perilaku perawatan kesehatan dalam keluarga. Pengetahuan tersebut akan menuntun sikap dan praktik yang baik dalam keluarga. Pengetahuan terdiri dari tingkatan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Pada masyarakat Kelurahan Cisalak Pasar, peneliti berpendapat bahwa pengetahuannya baru pada tahapan pemahaman, karena jika sudah sampai tahap evaluasi tentunya masyarakat sudah akan memiliki sikap positif dan praktik yang baik. Hal ini dikarenakan keluarga yang mempunyai pengetahuan pada tingkatan evaluasi, akan dapat menggunakan pengetahuannya dalam hidup sehari-hari, dapat menghubungkan penyakit atau masalah kesehatan yang akan terjadi jika perilaku sehat tidak diterapkan, dan dapat menilai praktik keluarga yang ditampilkan dalam kehidupannya sesuai dengan standar yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitarnya atau tidak, serta dapat memodifikasi keterbatasan yang dimiliki oleh keluarga untuk tetap berperilaku hidup sehat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi sikap dan praktik keluarga dalam perawatan kesehatan keluarga sehari-hari. Pengetahuan keluarga tentang gaya hidup sehat mempunyai peranan yang sangat besar dalam mencegah kejadian pradiabetes pada anggota keluarga yang berusia dewasa menengah. Pencegahan pradiabetes dapat dilakukan dengan perubahan perilaku hidup sehat dan modifikasi lingkungan keluarga. 6.2. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain yang terkait dengan instrumen penelitian, variabel penelitian, dan pelaksanaan penelitian. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan kuisioner yang peneliti Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
106
susun sendiri berdasarkan teori dan konsep yang berhubungan dengan fenomena penelitian. Dengan kata lain, instrumen belum baku, sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kembali sebelum digunakan dalam penelitian selanjutnya yang terkait dengan pradiabetes. Variabel yang diteliti tidak mencakup semua aspek yang terdapat dalam kerangka teori penelitian, karena penelitian ini lebih berfokus pada aspek keluarga, sehingga yang dilihat hanya pada karakteristik keluarga. Padahal, mungkin saja beberapa aspek dari individu dewasa menengah (karakteristik individu) mempunyai pengaruh terhadap kejadian pradiabetes. Pada pelaksanaan penelitian, proses pengumpulan data membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya. Awalnya direncanakan selama 8 hari, tetapi pada kenyataannya membutuhkan waktu 14 hari. Hal ini, terjadi karena pada saat penelitian berlangsung, terdapat beberapa responden yang lupa untuk puasa sebelum pemeriksaan gula darah, sehingga harus ditunda pada hari berikutnya. Selain itu, awalnya dalam pemeriksaan gula darah peneliti dibantu oleh 4 orang mahasiswa keperawatan komunitas lain yang sedang melaksanakan praktik aplikasi di Kelurahan Cisalak Pasar, namun hal tersebut tidak dapat dilaksanakan karena waktu pengambilan data bertepatan dengan akhir semester sehingga mereka sibuk dengan tugas-tugas praktik aplikasi yang harus dikumpulkan di akhir semester. Pelaksanaan penelitian ini juga membutuhkan dana yang besar, melebihi rancangan anggaran biaya yang peneliti tetapkan saat proposal. Hal terjadi karena, pelaksanaan pemeriksaan gula darah dilaksanakan di rumah kader tiap RW, sehingga banyak masyarakat yang tidak terlibat dalam penelitian ini, ingin diperiksa juga gula darahnya. Mengingat prinsip keadilan dalam penelitian, maka masyarakat yang tidak terlibat tetap diperiksa gula darah, setelah semua responden diperiksa. 6.3. Implikasi Hasil Penelitian 6.3.1. Pelayanan Keperawatan Komunitas Hasil penelitian ini memperlihatkan proporsi pradiabetes dan tidak pradiabetes pada usia dewasa menengah yang tidak terlalu jauh berbeda. Selain itu, hasil penelitian ini Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
107
merupakan fenomena yang cukup mengejutkan, karena di luar perkiraan peneliti. Penelitian ini mendapatkan proporsi pradiabetes sebesar 47,4%, lebih tinggi dari angka nasional yang hanya 10%. Dengan kata lain, proporsi kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar hampir 5 kali lipat dari proporsi pradiabetes secara nasional. Selama ini, kondisi pradiabetes belum mendapatkan perhatian dari pemerintah ataupun swasta, karena jika dilihat dari program kesehatan yang ada, hanya ditekankan pada masyarakat yang telah menderita diabetes melitus. Programprogram kesehatan yang terkait pradiabetes belum ada, begitu pula dengan organisasi-organisasi masyarakat yang bergerak dalam bidang pradiabetes. Selain itu, paradigma dari petugas kesehatan juga masih terfokus pada penyakit diabetes melitus, atau dengan kata lain pada program pengobatan dan rehabilitasi, bukan pada program promosi dan prevensi terhadap penyakit. Hasil penelitian ini memberikan implikasi pada pelayanan keperawatan komunitas berupa perlunya mengubah paradigma dan meningkatkan kesadaran petugas kesehatan, khususnya perawat bahwa pradiabetes merupakan kondisi yang serius dan membutuhkan perhatian dan penanganan yang intens agar tidak berlanjut menjadi diabetes atau terjadi gangguan kesehatan lainnya. Selain itu, penting dilakukan dan ditingkatkan upaya promosi kesehatan pada masyarakat, terutama kelompok usia dewasa menengah yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes melitus. Hal ini dilakukan untuk mencegah meningkatnya kejadian pradiabetes pada masyarakat, dan pada akhirnya dapat menurunkan kejadian diabetes melitus. Beberapa pendekatan intervensi yang perlu dilakukan oleh perawat komunitas adalah pendidikan kesehatan,
pemberdayaan
masyarakat,
kemitraan,
pembentukan
kelompok
pendukung, dan intervensi keperawatan. Pendidikan kesehatan yang diberikan untuk mencegah kondisi pradiabetes dan mencegah pradiabetes berkembang menjadi diabetes, adalah: pengaturan makan, aktivitas fisik, serta menghentikan rokok dan kopi. Hal ini terkait dengan hasil penelitian yang menunjukkan pengaturan makan yang masih kurang baik, aktivitas fisik yang kurang, dan ketidaktahuan masyarakat terhadap risiko pradiabetes yang berasal dari rokok, kopi, dan kurang tidur malam. Pendidikan kesehatan yang telah Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
108
diberikan selama ini perlu ditingkatkan dengan menggunakan metoda dan media yang lebih bervariasi, misalnya audio visual (melalui televisi berupa iklan-iklan kesehatan terkait pradiabetes, film dokumenter, talkshow), papan reklame di tempattempat yang strategis (persimpangan jalan, pasar, kantor pemerintahan, dan lainnya), demonstrasi langsung tentang praktik keperawatan kesehatan keluarga sehari-hari, dan lain-lain. Selain itu, program pendidikan kesehatan ini juga bisa dilakukan dengan lebih menggalakkan program pemerintah kota Depok yang sudah ada, seperti Satu Hari Tanpa Nasi (One Day No Rice), Kawasan Bebas Rokok (No Smoking Area) di institusi pemerintah dan fasilitas pelayanan umum, dan sebagainya. Dalam pemberian informasi ini diharapkan juga petugas kesehatan (khususnya perawat) memperhatikan latar belakang budaya (suku bangsa) dan tingkat pendidikan dari masyarakat, serta pemilihan waktu pendidikan kesehatan disesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki oleh masyarakat yang bekerja. Strategi intervensi yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat, berupa pembentukan dana sehat, donatur kesehatan RW/ RT, RW/ RT bebas asap rokok, pojok konsultasi gizi, dan pemeriksaan kesehatan dengan swadana dari masyarakat. Hal ini perlu dilakukan terkait dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mempunyai penghasilan yang rendah, sehingga dibutuhkan ada ketersediaan dana yang memadai sehingga dapat membantu masyarakat yang membutuhkan biaya untuk berobat. Dana sehat ini dapat disosialisasikan oleh perawat komunitas dan memfasilitasi cara pengumpulannya. Donatur kesehatan juga dapat dikembangkan oleh petugas kesehatan (khususnya perawat) dengan cara mengajak masyarakat yang berpenghasilan tinggi untuk peduli dan mau membantu masyarakat sekitarnya yang membutuhkan. Dana yang terkumpul dari donatur kesehatan dapat dimasukan dalam dana sehat. RW/ RT bebas asap rokok bertujuan untuk membiasakan masyarakat hidup tanpa rokok. Petugas kesehatan (khususnya perawat) dapat melontarkan ide ini pada masyarakat (terutama tokoh masyarakat dan tokoh agama) dan memotivasi masyarakat untuk bersamasama melaksanakannya. Pelaksanaan dari intervensi ini adalah melibatkan masyarakat untuk saling mengingatkan agar tidak merokok selama berada di wilayah RW/ RT tersebut. Pojok konsultasi gizi dapat dibentuk dengan menggerakkan kader RW/ RT sebagai pelaksananya. Tujuan dari pojok konsultasi gizi ini adalah untuk membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan dalam penghitungan kalori dan Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
109
penyusunan menu makan sehari-hari dalam keluarga. Terakhir, pemeriksaan kesehatan secara berkala berupa cek gula darah, kolesterol, asam urat, tekanan darah, berat badan. Pemeriksaan ini diharapkan menggunakan sumber dana dari masyarakat, sehingga kondisi kesehatan masyarakat tetap terkontrol. Strategi intervensi pembentukan kelompok pendukung dapat dilakukan oleh petugas kesehatan (terutama perawat) untuk memfasilitasi wadah berkumpul bagi masyarakat yang berisiko pradiabetes atau menderita pradiabetes. Kelompok pendukung ini diharapkan dapat menjadi tempat saling bertukar pengalaman, berbagi pendapat dan saran, saling mengingatkan diantara masyarakat tersebut. Strategi yang terakhir adalah intervensi keperawatan, berupa demonstrasi tentang penghitungan kalori, penyusunan menu makan sehari-hari, perawatan kaki, dan aktifitas fisik sehat untuk keluarga. Semua strategi intervensi yang telah diuraikan di atas, dapat berjalan dengan baik jika ada petugas kesehatan (khususnya perawat) yang turun langsung ke masyarakat, terutama petugas kesehatan yang bekerja di puskesmas. Tetapi kenyataannya, selama ini petugas kesehatan (perawat) masih jarang melakukan kunjungan ke masyarakat. Hal ini dikarenakan jumlah perawat yang masih kurang; beban kerja perawat yang tidak sesuai dengan peran dan fungsi perawat yang sebenarnya atau dengan kata lain masih banyak perawat yang ditempatkan di bagian administrasi, pengobatan, loket karcis, dan sebagainya; belum terlaksananya program kunjungan rumah (home visit) secara optimal (karena dana operasional yang belum ada dan beban kerja perawat yang tinggi); serta belum adanya program khusus di puskesmas yang memfasilitasi perawat untuk terjun langsung ke masyarakat, seperti perkesmas (perawatan kesehatan masyarakat). Oleh karena itu, penting ditetapkannya program perkesmas sebagai program pokok di puskesmas, sehingga diharapkan pelayanan keperawatan dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas. Pada akhirnya, akan dapat mencegah peningkatan pradiabetes di masyarakat, dan menurunkan kejadian diabetes melitus di masa yang akan datang. 6.3.2. Institusi Pendidikan Keperawatan Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan proporsi pradiabetes yang cukup tinggi di masyarakat. Kondisi ini tentu berimplikasi pada institusi pendidikan keperawatan, Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
110
bahwa tingginya kejadian pradiabetes perlu diketahui dan dipahami oleh mahasiswa keperawatan sebagai keadaan yang memprihatinkan dan memerlukan perhatian petugas kesehatan. Oleh karena itu, dalam kurikulum pendidikan keperawatan diharapkan untuk memasukan pradiabetes sebagai salah satu materi yang harus diketahui dan dikuasai oleh mahasiswa keperawatan sebagai calon petugas kesehatan yang akan memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. 6.3.3. Penelitian Keperawatan Komunitas Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak fenomena-fenomena terkait pradiabetes yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut, misalnya hubungan budaya dengan perilaku perawatan kesehatan keluarga pada pradiabetes, pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode tertentu yang dapat meningkatkan sikap dan praktik masyarakat dalam hidup sehat, persepsi individu yang mengalami pradiabetes, dan sebagainya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sama. Pradiabetes berkaitan dengan perilaku hidup sehat masyarakat, sehingga merupakan tantangan bagi perawat komunitas untuk mengajak dan menghimbau masyarakat untuk mau dan mampu mengubah perilaku yang ada menjadi lebih baik lagi. Pengembangan penelitian dalam desain eksperimen perlu dilakukan dengan menerapkan beberapa strategi intervensi keperawatan komunitas untuk mencegah terjadinya pradiabetes pada usia dewasa menengah, misalnya pengaruh kelompok pendukung terhadap pengontrolan kadar gula darah pada pradiabetes, perbedaan peningkatan sikap antara kelompok pradiabetes yang mengikuti kelompok pendukung dan yang tidak, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
111
BAB 7 PENUTUP Bab ini menguraikan tentang simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. 7.1. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 7.1.1. Karakteristik keluarga pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok adalah: lebih dari setengahnya berasal dari suku betawi (57,1%), mempunyai tingkat pendidikan rendah (58,3%), tidak bekerja (50,6%), memiliki penghasilan rendah (51,9%), dan sebagian besar mempunyai tipe keluarga inti (62,8%). 7.1.2. Perilaku perawatan kesehatan keluarga pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok adalah sebagian besar menunjukkan perilaku yang tidak efektif (64,7%). Dilihat dari tiga domain perilaku diketahui bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan tinggi (65,4%), sikap negatif (76,9%), dan praktik perawatan kesehatan keluarga yang tidak baik (65,4%). 7.1.3. Kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok cukup tinggi (47,4%) melebihi angka nasional (10%). 7.1.4. Tidak terdapat hubungan antara suku bangsa dengan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 7.1.5. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
111
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Universitas Indonesia
112
7.1.6. Tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 7.1.7. Terdapat hubungan antara penghasilan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 7.1.8. Terdapat hubungan antara tipe keluarga dengan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 7.1.9. Terdapat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki keluarga tentang perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 7.1.10. Terdapat hubungan antara sikap yang dimiliki keluarga tentang perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 7.1.11. Terdapat hubungan antara praktik perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 7.1.12. Terdapat hubungan antara perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 7.1.13. Faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian pradiabetes pada individu usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok adalah pengetahuan yang dimiliki keluarga terkait perawatan kesehatan keluarga.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
113
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. 7.2. SARAN 7.2.1. Dinas Kesehatan dan Puskesmas 7.2.1.1. Program perkesmas harus dimasukkan dalam program pokok puskesmas agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih luas jangkauan pada masyarakat. 7.2.1.2. Penting meningkatkan jumlah tenaga kesehatan (khususnya perawat) di puskesmas, untuk melaksanakan kunjungan rumah (home visit) ke masyarakat. 7.2.1.3. Perawat di puskesmas harus ditempatkan sesuai dengan tupoksinya sebagai tenaga
keperawatan
yang
memberikan
pelayanan
keperawatan
di
masyarakat, baik di dalam gedung ataupun di luar gedung puskesmas. 7.2.2. Pelayanan Keperawatan Komunitas 7.2.1.1. Sebaiknya dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran petugas kesehatan (khususnya perawat komunitas) tentang dampak serius dari kondisi pradiabetes bagi kesehatan seseorang di masa yang akan datang, misalnya melalui pelatihan, seminar, ataupun diskusi yang diadakan secara berkala. 7.2.1.2. Petugas kesehatan sebaiknya meningkatkan promosi kesehatan tentang pradiabetes pada masyarakat, melalui pendidikan kesehatan melalui iklan di televisi dan radio, pemasangan papan reklame tentang pradiabetes, acara talkshow, demonstrasi langsung yang lengkap dengan alat peraganya, focus group discussion; pembentukan kelompok pendukung khusus untuk pradiabetes; pemberdayaan masyarakat (seperti dana sehat, donatur sehat, RW/ RT bebas asap rokok, pemeriksaan kesehatan swadana masyarakat, dan pojok konsultasi gizi); kemitraan (seperti menjalin kerjasama dengan kelurahan, puskesmas, dan Dinas Kesehatan dalam skrining pradiabetes secara berkala; dan intervensi keperawatan (seperti demonstrasi penyusunan menu sehat, aktivitas fisik, dan perawatan kaki). Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
114
7.2.1.3. Sebaiknya dilakukan pendokumentasian yang rapi tentang kejadian pradiabetes di Posbindu, Puskesmas, ataupun Dinas Kesehatan di masyarakat sehingga dapat dipantau perkembangan kondisinya. 7.2.1.4. Pentingnya dibuat suatu pedoman penatalaksanaan promosi kesehatan pada pradiabetes, baik untuk tingkat masyarakat, puskesmas, dan Dinas Kesehatan. 7.2.2. Institusi Pendidikan Keperawatan 7.2.2.1. Peningkatan peran serta institusi pendidikan dalam melakukan promosi kesehatan pada masyarakat khususnya usia dewasa menengah terkait dengan pradiabetes, melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan secara berkala, misalnya tiga kali setahun. 7.2.2.2. Pada materi diabetes melitus yang terdapat dalam kurikulum pendidikan keperawatan, harus lebih dipertajam pembahasan mengenai pradiabetes sehingga mahasiswa mempunyai bekal dalam memberikan pelayanan keperawatan yang terkait dengan pradiabetes. 7.2.3. Penelitian Keperawatan 7.2.3.1. Pentingnya penelitian lebih lanjut terkait pradiabetes pada tingkat usia yang lain, misalnya usia dewasa awal atau remaja, karena pradiabetes juga dapat terjadi pada usia tersebut 7.2.3.2. Penelitian dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, misalnya: quasi eksperimen tentang pengaruh kelompok pendukung (support group) terhadap perubahan perilaku hidup sehat pada penderita pradiabetes, pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan audio visual terhadap peningkatan praktik perawatan kesehatan keluarga pada penderita pradiabetes, dan lain-lain. 7.2.3.3. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian terkait pradiabetes, misalnya: persepsi keluarga terhadap peran keluarga dalam memberikan perawatan kesehatan keluarga untuk meningkatkan status kesehatan anggota keluarga, persepsi individu yang mengalami pradiabetes, dan sebagainya.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
115
7.2.4. Masyarakat 7.2.4.1. Pada kader kesehatan, harus diberikan pelatihan atau penyegaran kader tentang pradiabetes dan perilaku perawatan kesehatan keluarga, sehingga mereka dapat menjadi kepanjangan tangan dari petugas kesehatan dalam melakukan promosi kesehatan pada masyarakat di sekitarnya. 7.2.4.2. Peningkatan upaya promosi kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan sikap yang positif pada masyarakat dalam hal pemeliharaan kesehatan anggota keluarga, melalui kegiatan jalan sehat atau senam di lingkungan RT/ RW yang bertujuan untuk membiasakan masyarakat untuk berolahraga; penyuluhan kesehatan terkait gizi seimbang untuk keluarga, terutama difokuskan pada bagaimana menyusun menu dan mengatur jadwal yang baik untuk keluarga; dan pemeriksaan kesehatan yang diadakan secara rutin di kegiatan posbindu dengan biaya yang murah dan terjangkau oleh masyarakat.
Universitas Indonesia
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA Aday, L. A. & Cornelius, L. J. (2006). Designing and Conducting Health Surveys: A Comprehensive Guide. Third Edition. San Fransisco: Jossey Bass. Allender, J. A., Rector, C., & Warner, K. D. (2010). Community Health Nursing: Promoting & Protecting The Public’s Health. Seventh Edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. Anonim (2011). Peringatan Hari Diabetes Sedunia Tahun 2011. Diunduh pada tanggal 16 September 2012 dari www.bppsdmk.depkes.go.id. Arikunto, S. (2009). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Balitbangkes. (2007). Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Depkes RI. Becker, G. (2004). Prediabetes: What You Need to Know to Keep Diabetes Away. New York: Marlow & Company. Better
Health Channel (2012). Diabetes-Prediabetes. Diunduh http://www.betterhealth.vic.gov.au pada tanggal 28 Desember 2012.
dari
Bomar, P.J. (2004). Promoting Health in Families: Applying Family Research and Theory to Nursing Practice. Third edition. Saunders. Diunduh dari www.books.google.co.id. pada tanggal 8 Januari 2013. Borbasi, S., Jackson, D., & Langford, R.W. (2004). Navigating The Maze Of Nursing Research: An Interactive Learning Adventure. Australia: Mosby Elsevier. BPS (2012). Data Sensus Penduduk Indonesia 2010. http://sp2010.bps.go.id. Diunduh tanggal 30 September 2012. Burns, N. & Grove, S.K. (2009). The Practice Of Nursing Research: Appraisal, Synthesis, And Generation Of Evidence. Sixth Edition. St. Louis: Saunders Elsevier. Challem, J. (2007). AARP: Stop Prediabetes Now. New Jersey: John Willey & Sons, Inc. Chaoyang, L., Ford, E.S., Zhao, G., & Mokdad A.H. (2009). Prevalence of PreDiabetes and Its Association With Clustering of Cardiometabolic Risk Factors and Hyperinsulinemia Among U.S. Adolescents: National Health and Nutrition Examination Survey 2005–2006. Diabetes Care Article, 32 (2), 342-247. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 1 Oktober 2012.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Chen, S.F. dan Lin, C.C. (2010). The Predictors Of Adopting A Health-Promoting Lifestyle Among Worksite Adults With Prediabetes. Blackwell Publishing Ltd. Journal of Clinical Nursing: 19, 2713–2719. Claasen, F., dkk. (2010). Using family history information to promote healthy lifestyles and prevent disease: a discussion of the evidence. BMC Public Health, 10 (248): 1-7. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 10 September 2012. Codario, R.A. (2011). Type 2 diabetes, Pre-diabetes, and The Metabolic Syndrome. Second Edition. Philadelphia: Humana Press. Diunduh dari www.books google.co.id. pada tanggal 8 Januari 2013. Copstead & Banasik (2010). Pathophysiology. Fourth Edition. St. Louis: Saunders Elsevier. Darmojo. (2009). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: FKUI. Depkes. (2008). Petunjuk Teknis Penemuan & Tatalaksana Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Depkes RI. Depkes RI (2009). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bi&g Kesehatan 20052025. Jakarta: Depkes RI. Dewi, A.P. (2012). Hubungan Karakteristik Remaja, Peran Teman Sebaya, dan Paparan Pornografi Dengan Perilaku Seksual Remaja di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Depok. Tesis Tidak Dipublikasikan. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Diskamara, E.R. (2009). Hubungan Profil Keluarga Dengan Pola Penyakit Terbanyak Pada Keluarga Binaan Klinik Dokter Keluarga FK UI. Diunduh dari www.lontar.ui.ac.id. pada tanggal 8 Januari 2013. Drabkin, A. & Smitherman, R.K. (2011). Prediabetes. The Clinical Advisor, November 2011: 78-88. Diunduh dari www.ClinicalAdvisor.com pada tanggal 1 Oktober 2012. Edelman & Mandle (2010). Health Promotion: Throughout The Life Span. Seventh Edition. St. Louis: Mosby Elsevier. Friedman, Bowden, & Jones (2003). Family Nursing: Research, Theory, And Practice. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Garber, dkk. (2008). Diagnosis and management of prediabetes in the continuum of hyperglycemia, when do the risks of diabetes begin: a consensus statement from the American College of Endocrinology and the American Association of Clinical Endocrinologists. Journal of Endocrine Practice. 14 (7): 933-46.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Gee, L., Smith, T.L., Solomon, M., Quinn, M.T., & Lipton, R.B. (2007). Populations At Risk Across The Lifespan - Empirical Studies: The Clinical, Psychosocial, and Socioeconomic Concerns of Urban Youth Living With Diabetes. Public Health Nursing, Volume 24, No.4: 318-328. Glanz, K., Barbara K.R., & Viswanath, K. (2008). Health Behavior and Health Education: Theory, Research, and Practice. Fourth edition. San Fransisco: John Wiley and Sons Inc. Greene, B., Merendino, J.J., & Jibrin, J. (2009). The Best Life Guide to Managing Diabetes and Pre-Diabetes. New York: Simon & Schuster. Gunawan, A.W. (2007). The Secret Of Mindset. Jakarta: Gramedia. Gupta, A.K., Brashear, M.M., & Johnson, W.D. (2011). Coexisting Prehypertension And Prediabetes In Healthy Adults: A Pathway For Accelerated Cardiovascular Events. Hypertension Research, 34: 456–461. Diunduh dari www.nature.com pada tanggal 1 Oktober 2012. Hankonen, N., Absetz, P., & Haukkala, A. (2009). Socioeconomic Status and Psychosocial Mechanisms of Lifestyle Change in a Type 2 Diabetes Prevention Trial. Ann.Behav.Med., 38: 160-165. Hanson, S.M.H., & Boyd, S.T. (1996). Family Health Care Nursing: Theory, Practice, and Research. Philadelphia: F.A. Davis Company. Hassling, Nordfeldt, Eriksson, dan Timpka (2005). Use of Cultural Probes for Representation of Chronic Disease Experience: Exploration of An Innovative Method for Design of Supportive Technologies. Technology and Health Care: 87–95 IOS Press. Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: FKM Universitas Indonesia. Healthy Living. (2012). Health Problems Of Women http://www.squidoo.com. Diunduh tanggal 8 Oktober 2012.
Over
40.
Heianza, Y., dkk (2011). HbA1c and Impaired Fasting Plasma Glucose for Diagnosis of Prediabetes and Risk of Progression to Diabetes in Japan (Topics 3): A Longitudinal Cohort Study. www.thelancet.com. Heideman, W.K., dkk (2011). DiAlert: A Lifestyle Education Programme Aimed at People With A Positive Family History of Type 2 Diabetes and Overweight, Study Protocol of A Randomised Controlled Trial. BMC Public Health, 11: 751. Heisler, M., Faul, J.D., Hayward, R.A., Langa, K.M., Blaum, C., & Weir, D. (2007). Mechanism for Racial and Ethnic Disparities in Glycemic Control in MiddleAged and Older Americans in The Health and Retirement Study. Arch Intern Med,167: 17 diunduh tanggal 8 Januari 2013 dari www.archinternmed.com
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Hitchcock, Schubert, & Thomas (1999). Community Health Nursing: Caring In Action. New York: Delmar Publishers. Hutchison, E.D. (2011). Dimensions of Human Behavior: The Changing Life Course. California: SAGE Publications, Inc. James, C, dkk (2011). Implications of Alternative Definitions of Prediabetes for Prevalence in U.S. Adults. Diabetes Care, 34: 387-391. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 1 Oktober 2012. Kaakinen, Duff, Coehlo, & Hanson (2010). Family Health Care Nursing: Theory, Practice And Research. Fourth Edition. Philadelphia: F.A.Davis Company. Kumar, Abbas, & Fausto (2005). Robbins And Cotran: Pathologic Basis Of Disease. Philadelphia: Saunders Elsevier. Laporan Rekapitulasi Penduduk Kelurahan Cisalak Pasar. (2012). Laporan Tahunan Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis. Depok: Kelurahan Cisalak Pasar. Lohr, S. L. (2010). Sampling: Design and Analysis. Second Edition. USA: Brooks/ Cole. Luknis, S & Hastono, S.P. (2007). Statistik Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers. Lundy, K.S. & Janes, S. (2009). Community Health Nursing: Caring For The Public’s Health. Second Edition. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers. Macnee, C.L. (2004). Understanding Nursing Research: Reading And Using Research In Practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Maglaya, A.S. (2009). Nursing Practice In The Community. Fifth edition. Philippine: Argonauta Corporation. Marlow, S. (2012). The Rise in Prediabetes and the Threat of Insulin Resistance and Hyperglycemia. USA: Sands Publishing. Maurer, F.A. & Smith, C.M. (2005). Community Public Health Nursing Practice: Health For Families And Population. Third Edition. St. Louis: Saunders Elsevier. Midlife Health & Fitness. (2012). Common Health Issues For The Middle-Aged Man. http://www.50ish.org. Diunduh tanggal 8 Oktober 2012. Moore, J.B., Davis, C.L., Baxter, S.D., Lewis, R.D., & Yin, Z. (2008). Physical activity, metabolic syndrome, and overweight in rural youth. The Journal of Rural Health, 142 (24/ 2): 136-142. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 30 Agustus 2012.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Nemecek, D. & Roybal, B.A.P. (2006). Prediabetes Wake-Up Call: A Personal Road Map To Prevent Diabetes. Berkeley: Ulysses Press. Diunduh dari www.books google.co.id. pada tanggal 8 Januari 2013. Nies, M.A. & McEwen, M. (2007). Community/ Public Health Nursing: Promoting The Health Of Populations. Fourth Edition. St. Louis: Saunders Elsevier. Nikkhou, K. (2011). Prediabetes: An Effective Target for Decreasing Racial and Ethnic Health Disparity. Connecticut Medicine, Volume 75, No. 6. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 30 Agustus 2012. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori & Aplikasi. Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. Papalia, Olds, & Feldman (2001). Human Development: Life Span. Eigth Edition. Boston: McGraw-Hill. Pender (1996). Health Promotion in Nursing Practice. 3rd Edition. Stamford: Appleton & Lange. Pierce, W. D. & Cheney, C.D. (2004). Behavior Analysis And Learning. Third Edition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Inc. Polit, D.F. & Beck, C.T. (2010). Essential Of Nursing Research: Appraising Evidence For Nursing Practice. Seventh Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Potter, Perry, Stockert, & Hall (2011). Basic Nursing. Seventh Edition. St. Louis: Mosby Elsevier. Qureshi, N. & Kai, J. (2008). Informing patients of familial diabetes mellitus risk: how do they respond: a cross-sectional survey. BMC Health Services Research, 8 (37): 1-8. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 30 Agustus 2012. Ramachandran, A., Snehalatha, C., Shetty, A.S., & Nandhita, A. (2012). Trends in prevalence of diabetes in Asian Countries. World Journal of Diabetes, 3 (6): 110-117. Diunduh dari www.wjgnet.com pada tanggal 30 Agustus 2012. Rampaiseri (2009). Kepribadian Orang Betawi. Diunduh http://gambang.wordpress.com pada tanggal 28 Desember 2012.
dari
Robert, K.B., dkk. (2007). Family history of diabetes, awareness of risk factors, and health behaviors among african americans. American Journal of Public Health, 97 (5): 907-912. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 1 Oktober 2012. Rosland, A.M., dkk. (2008). When is social support important? The association of family support and professional support with specific diabetes self-
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
management behaviors. J Gen Intern Med, 23 (11):1992–1999. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 1 Oktober 2012. Rubin, A.L. (2009). Prediabetes for Dummies. Indiana: Wiley Publishing, Inc. Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2009). Life-Span Development. Twelfh Edition. New York: McGraw-Hill. Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. Saydah, S., & Lochner, K. (2010). Socioeconomic Status and Risk of DiabetesRelated Mortality in the U.S. Public Health Reports, 125. Scalpi, G. (2011). The Everything Guide to Managing and Reversing Pre-Diabetes: Your Complete Plan For Preventing The Onset of Diabetes. USA: F+W Media, Inc. Sherwood, L. (2004). Human Physiology: From Cells To Systems. Fifth Edition. USA: Thomson Brooks/ Cole. Singh, K. (2007). Quantitative Social Research Methods. New Delhi: Sage Publication India Pvt Ltd. Sipkoff, M. (2009). Prediabetes: Prevalent and Preventable: How Community Pharmacists Can Help. Diunduh dari www.drugtopics.com pada tanggal 1 Oktober 2012. Soegondo, S. (2008). Hidup Mandiri Dengan Diabetes Melitus, Kencing Manis, Sakit Gula. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (2011). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu: Sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter Maupun Edukator Diabetes. Edisi Kedua. Jakarta: FKUI. Soewondo, P. & Pramono, L.A. (2011). Prevalence, Characteristics, and Predictors Of Pre-diabetes In Indonesia. Medical Journal Indonesia, 20 (4):283-294. Diunduh dari www.google.com pada tanggal 30 September 2011. Stalsbroten, V.L., & Torrence, E. (2010). Middle Adulthood. Dalam Ashford, J.B. & LeCroy, C.W., Human Behavior in The Social Environment: A Multidimensional Perpective. Fourth Edition. USA: Brooks/ Cole Cengage Learning. Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community And Public Health Nursing, 6th ed. St Louis: Mosby.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Steinberg, L., Bornstein, M.H., Vandel, D.L., & Rook, K.S. (2010). Lifespan Development: Infancy Through Adulthood. USA: Wadsworth Cengage Learning. Stromborg, M.F. & Olsen, S.J. (2004). Instruments For Clinical Health Care Research. London: Jones and Bartlett Publisher Inc. Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & R & D. Bandung: Alfabeta. Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Swanson (1997). Community Health Nursing: Promoting The Health of Aggregates. 2rd Edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company. Tabak, A.G., Herder, C., Rathmann, W., Brunner, E.J., & Kivimaki, M. (2012). Prediabetes: A High-Risk State for Diabetes Development. Thelancet online, 379 (16): 2279-2290. Tomey, A.M. & Alligood, M.R. (2006). Nursing Theory and Their Work. Sixth Edition. St. Louis: Mosby Elsevier Twigg, S.M., Kamp, M.C., Davis, T.M., Neylon, E.K., & Flack, J.R. (2007). Prediabetes: a position statement from the Australian Diabetes Society and Australian Diabetes Educators Association. Medical Journal Australian, 186 (9): 461-5. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 30 September 2011. Vegt, Dekker, & Jager. (2001). Relation of impaired fasting and postload glucose with incident type 2 diabetes in a Ducth population: the hoorn study. JAMA Journal, 285: 2109-2113. Walter, F.M. & Emery, J. (2005). Coming down the line: patients understanding of their family history of common chronic disease. Annals of Familiy Medicine, 3 (5): 405-414. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 10 September 2012. Walter, F.M. dan Emery, J. (2005). Coming Down the Line: Patients’Understanding of Their Family History of Common Chronic Disease. Ann Fam Med: 3; 405414. Wandeler, G., Paccaud, F., Vollenweider, P.,Waeber, G., Mooser, V., & Bochud, M. (2009). Strenght of family history in predicting levels of blood pressure, plasma glucose and cholesterol. Public Health Genomics, 13: 143-145. Diunduh dari www.ebscohost.com pada tanggal 30 Agustus 2012. Winkelman, M. (2009). Culture and Health: Applying Medical Anthropology. San Fransisco: John Wiley and Sons. Diunduh dari www.books.google.co.id. pada tanggal 8 Januari 2013.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Wood, G.L. & Haber, J. (2010). Nursing Research: Methods And Critical Appraisal For Evidence-Based Practice. Seventh Edition. St. Louis: Mosby Elsevier. Wu, J., dkk (2011). High Prevalence of Coexisting Prehypertension and Prediabetes Among Healthy Adults in Northern and Northeastern China. BMC Public Health, 11: 794. Diunduh dari www.biomedcentral.com Yunir. (2006). Prevalensi pre-diabetes pada populasi umum berusia 25-64 di lima wilayah DKI Jakarta. Medical Journal Indonesia. Diunduh dari http://medjindones.com pada tanggal 30 Agustus 2012.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
LAMPIRAN
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN September 12 No
Oktober 12
November 12
Desember 12
Januari 13
Kegiatan I
1
Penyusunan proposal
2
Ujian proposal
3
Uji etik penelitian
4
Uji instrument
5
Pengumpulan data
6
Pengolahan dan analisis data
7
Ujian hasil penelitian
8
Sidang tesis
9
Pengumpulan laporan tesis
II
III
IV
I
II
III
IV
V
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
Lampiran 1
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN DAN PERSETUJUAN RESPONDEN PENELITIAN Hubungan Karakteristik Keluarga dan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok Bapak/ Ibu diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh tentang gambaran karakteristik keluarga, perilaku perawatan kesehatan keluarga, dan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah, serta hubungan karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Peneliti (saya) akan memberikan lembar persetujuan ini, dan menjelaskan bahwa keterlibatan anda di penelitian ini atas dasar sukarela. Nama saya adalah SOVIA. Saya pengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Propinsi Jambi, dan sekarang sedang melanjutkan studi S2 di Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, yang beralamat di Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia Kampus Depok, 16424. Saya dapat dihubungi di nomor telpon 0813-6669-4443. Penelitian ini merupakan bagian dari persyaratan untuk Program Pendidikan Magister saya di Universitas Indonesia. Pembimbing saya adalah Etty Rekawati, S.Kp., M.K.M. dan Kuntarti, S.Kp., M.Biomed. dari Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. Penelitian ini melibatkan individu yang berusia dewasa menengah (35-55 tahun) dan memiliki riwayat diabetes melitus (penyakit gula/ kencing manis) dalam keluarga. Keputusan anda untuk ikut atau pun tidak dalam penelitian ini, tidak berpengaruh negatif pada diri anda. Dan apabila Bapak/ Ibu memutuskan berpartisipasi, Bapak/ Ibu bebas untuk mengundurkan diri dari penelitian kapanpun tanpa diberi sanksi apapun. Sekitar 156 orang berusia dewasa menengah akan terlibat dalam penelitian ini dari beberapa RW (RW 1 s/d RW 7) di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama, pengisian kuisioner untuk mengetahui karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga (pengetahuan, sikap, dan praktik); dan tahap kedua, pemeriksaan kadar gula darah puasa untuk mengetahui kejadian pradiabetes. Kuisioner yang akan saya berikan terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan tentang demografi seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, komposisi, dan riwayat diabetes melitus (penyakit gula/ kencing manis) dalam keluarga. Bagian kedua berisi pernyataan tentang pengetahuan mengenai perilaku perawatan kesehatan keluarga. Bagian ketiga berisi tentang pernyataan sikap mengenai perilaku perawatan kesehatan keluarga. Bagian keempat berisi tentang pernyataan praktik mengenai perilaku perawatan kesehatan keluarga. Diharapkan Bapak/ Ibu dapat menyelesaikan pengisian kuisioner ini selama 30-45 menit. Pemeriksaan gula darah puasa akan dilakukan pada pagi esok harinya sehingga Bapak/ Ibu diharapkan untuk berpuasa (tidak makan apapun dan minum manis) selama ± 8 jam, mulai pukul 22.30 WIB s/d 06.30 WIB. Pemeriksaan gula darah dilakukan dengan cara menusuk ujung jari anda dengan jarum khusus (lancet), sehingga akan menimbulkan sedikit ketidaknyamanan pada Bapak/ Ibu (sakit sedikit). Untuk mengurangi rasa sakit tersebut, saya akan mengatur kedalaman tusukan sesuai dengan tebal tipisnya kulit jari anda, dan mengusap serta menekan bekas tusukan dengan kapas alkohol hingga darahnya berhenti. Saya akan menjaga kerahasiaan anda dan keterlibatan Bapak/ Ibu dalam penelitian ini. Nama Bapak/ Ibu tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuisioner hanya akan diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi identitas Bapak/ Ibu. Apabila hasil penelitian ini dipublikasikan, tidak ada satu identifikasi yang berkaitan dengan anda akan ditampilkan dalam publikasi tersebut. Siapapun yang bertanya tentang keterlibatan Bapak/ Ibu dan apa yang anda jawab di penelitian ini, Bapak/ Ibu berhak untuk tidak menjawabnya. Namun, jika diperlukan catatan penelitian ini dapat dijadikan barang bukti apabila pengadilan memintanya. Semua berkas, data, dan informasi yang didapatkan dari anda akan disimpan di tempat khusus dan hanya diketahui oleh saya, dimana dokumen tersebut akan disimpan maksimal selama 5 tahun dan akhirnya akan dimusnahkan dengan cara dibakar. Keterlibatan Bapak/ Ibu dalam penelitian ini, sejauh yang saya ketahui, tidak
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
menyebabkan risiko yang lebih besar daripada risiko yang biasa anda hadapi seharihari. Keterlibatan dalam penelitian ini akan memberikan keuntungan langsung pada Bapak/ Ibu berupa diketahuinya kadar gula darah saat ini. Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran karakteristik keluarga, perilaku perawatan kesehatan keluarga, dan seberapa banyak kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah, serta hubungan karakteristik keluarga dan perilaku perawatan kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia dewasa menengah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan program pencegahan dan peningkatan kesehatan bagi masyarakat yang berisiko mengalami penyakit diabetes melitus. Apabila setelah terlibat penelitian ini anda masih memiliki pertanyaan, Bapak/ Ibu dapat menghubungi saya di nomor telepon yang tercantum di atas. Akhirnya, saya memohon kesediaan Bapak/ Ibu untuk menandatangani kolom yang tersedia jika Bapak/ Ibu setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Setelah membaca informasi dan memahami tentang tujuan penelitian, serta peran yang diharapkan dari saya di dalam penelitian ini, maka saya setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini Depok, ….. Desember 2012
Depok, 6 Desember 2012
Responden
Peneliti
……………………………….
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
SOVIA
Lampiran 3
Kuisioner Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian Pradiabetes Pada Usia Dewasa Menengah Di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Petunjuk: 1. Jawablah pertanyaan dengan singkat dan jelas sesuai dengan kondisi anda saat ini. 2. Pilihlah satu pernyataan dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom yang telah tersedia. 3. Setelah selesai mengisi kuisioner, mohon dicek kembali agar tidak ada pertanyaan/ pernyataan yang terlewat (tidak terisi). 4. Setiap jawaban yang anda berikan akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan berdampak negatif pada anda. 5. Selamat mengerjakan. Nomor Responden: ……………………
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Umur
:
2. Jenis kelamin : 3. Suku bangsa
………… tahun. ...............................................................................
:
Betawi Sunda Jawa Minang Lain-lain, sebutkan …………….
4. Pendidikan terakhir:
Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi (D3/ S1/ S2/ S3*) *Pilih salah satu
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
5. Pekerjaan saat ini:
Pegawai negeri (sipil/ polisi/ tentara)
Kurang dari Rp 1.400.000,00 perbulan
Pegawai swasta Wiraswasta Buruh Pensiunan Tidak bekerja
Lain-lain, sebutkan ……………………………….. 6. Penghasilan keluarga Rp 1.400.000,00 perbulan atau lebih
7. Anggota keluarga yang tinggal satu rumah:
Suami, istri, dan anak. Suami, istri, anak, dan orangtua/ mertua Suami, istri, anak, orangtua/ mertua, dan cucu. Suami, istri, anak, dan keponakan. Lain-lain, sebutkan ………………………………………………..
8. Apakah dalam keluarga besar anda, ada yang menderita penyakit gula:
Ada Tidak ada
9. Jika ada, apa hubungan kekeluargaannya dengan anda:
Ayah kandung Ibu kandung Saudara kandung Orangtua dari ayah kandung Orangtua dari ibu kandung Saudara sedarah (saudara kandung) dari ayah kandung Saudara sedarah (saudara kandung) dari ibu kandung Anak kandung
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
B. ANGKET SATU Angket di bawah ini bertujuan untuk menggali hal-hal yang anda ketahui mengenai perilaku yang sehat dalam keluarga. Bacalah pernyataan secara teliti dan isilah dengan menggunakan tanda checklist (√) pada kolom “BENAR” atau “SALAH” sesuai dengan yang anda pahami. No Pernyataan 1 Makanan yang sehat untuk keluarga mengandung zat gizi seimbang, seperti nasi, lauk, sayur atau buah. 2
Cemilan seperti gorengan, baso, dan cilok dapat memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
3
Pengaturan makan keluarga cukup dengan memperhatikan jenis makanan (apa saja yang dimakan) dan jumlah makanan (berapa banyak porsi makan).
4
Mengatur jadwal makan hanya dilakukan pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang berbadan gemuk.
5
Kebiasaan makan yang tidak sehat oleh keluarga dapat menyebabkan sakit kencing manis (penyakit gula).
6
Kebutuhan tidur orang dewasa adalah 4 jam dalam satu hari.
7
Tidur yang kurang pada malam hari dapat meningkatkan risiko menderita penyakit gula.
8
Kualitas tidur anggota keluarga ditentukan oleh lamanya tidur dan lelapnya tidur.
9
Sering terbangun pada malam hari dapat meningkatkan risiko penyakit gula pada anggota keluarga.
10
Manfaat tidur bagi keluarga adalah untuk menyimpan tenaga, pemulihan tubuh, dan melindungi dari kelelahan.
11
Kegiatan rumah tangga seperti mencuci, menyapu, dan memasak sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan olahraga pada anggota keluarga.
12
Olahraga hanya dibutuhkan oleh anggota keluarga yang masih anak-anak untuk membantu pertumbuhannya.
13
Olahraga hanya dibutuhkan oleh anggota keluarga yang berbadan gemuk
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Benar
Salah
No Pernyataan 14 Jalan-jalan di mall yang dilakukan oleh keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan olahraga. 15
Pergerakan tubuh yang aktif hingga berkeringat dapat mencegah terjadinya penyakit gula.
16
Kebiasaan merokok dengan menggunakan pipa rokok dapat mengurangi bahaya rokok pada anggota keluarga.
17
Kebiasaan minum minuman beralkohol (bir) dapat meningkatkan risiko penyakit gula.
18
Kebiasaan merokok meningkatkan risiko menderita penyakit gula.
19
Kopi berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh seseorang.
20
Minum kopi tiap hari meningkatkan risiko menderita penyakit gula.
21
Pemeriksaan kesehatan ke puskesmas/ rumah sakit/ klinik dokter hanya perlu dilakukan saat seseorang menderita sakit.
22
Periksa gula darah dilakukan satu kali seminggu.
23
Pengukuran tekanan darah hanya dilakukan saat kepala terasa sakit dan tengkuk terasa berat.
24
Cek gula darah tidak diperlukan jika keluarga tidak mempunyai garis keturunan dengan penyakit gula.
25
Mengontrol berat badan dapat membantu mengurangi risiko penyakit gula.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Benar
Salah
C. ANGKET DUA Angket di bawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dan keyakinan anda mengenai perilaku yang sehat dalam keluarga. Bacalah pernyataan secara teliti dan isilah dengan menggunakan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang anda yakini. Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
No
: jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar sangat sesuai dengan yang keluarga anda pikirkan dan yakini. : jika anda merasa pernyataan tersebut cukup sesuai dengan yang keluarga anda pikirkan dan yakini : jika anda merasa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan yang keluarga anda pikirkan dan yakini : jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar sangat tidak sesuai dengan yang keluarga anda pikirkan dan yakini
Pernyataan
1
Menurut keluarga saya, mengatur menu makanan sehari-hari penting dilakukan dalam keluarga.
2
Makanan yang bervariasi (beranekaragam) tiap hari dalam keluarga akan menambah pengeluaran dalam rumah tangga.
3
Menurut keluarga saya, kebiasaan mengemil dapat membantu memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari dalam keluarga.
4
Menurut keluarga saya, jadwal makan tidak penting, karena makan cukup saat lapar saja.
5
Menurut keluarga saya, makan satu kali sehari dapat membantu menurunkan atau menjaga berat badan.
6
Menurut keluarga saya, olahraga itu penting walaupun sudah capek bekerja atau beraktivitas sehari-hari.
7
Meluangkan waktu untuk berolahraga penting dilakukan keluarga saya.
Sangat setuju
Setuju
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
No
Pernyataan
8
Olahraga hanya dibutuhkan oleh orang yang berbadan gemuk atau ingin menurunkan berat badan.
9
Olahraga sebaiknya dilakukan selama 2 jam.
10
Menurut keluarga saya, olahraga cukup dilakukan 1 kali seminggu.
11
Kebutuhan tidur setiap anggota keluarga berbeda-beda tergantung kesibukan, kenyamanan tidur, dan lamanya tidur siang.
12
Menurut keluarga saya, anggota keluarga harus mempunyai jadwal tidur yang teratur agar terhindar dari penyakit gula.
13
Menurut keluarga saya, jadwal tidur yang teratur hanya penting untuk anak-anak karena masih sekolah.
14
Menurut keluarga saya, minum obat tidur setiap malam harus dilakukan oleh anggota keluarga agar dapat tidur dengan nyenyak.
15
Menurut keluarga saya, sebaiknya tidur pada malam hari selama 7 jam.
16
Menurut keluarga saya, merokok di dalam rumah sebaiknya dihindari karena berpengaruh pada anggota keluarga yang lain.
17
Menurut keluarga saya, kebiasaan minum kopi sebaiknya tidak dilakukan tiap hari karena dapat mengganggu kesehatan.
18
Menurut keluarga saya, minum minuman beralkohol (bir) dibolehkan saja, asalkan tidak sampai mabuk.
Sangat setuju
Setuju
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
No
Pernyataan
19
Menurut keluarga saya, menghirup asap rokok sama bahayanya dengan menghisap rokok.
20
Menurut keluarga saya, merokok boleh dilakukan jika sudah berusia dewasa.
21
Orang yang berusia dewasa penting untuk menimbang berat badan secara teratur.
22
Menurut keluarga saya, pemeriksaan kesehatan secara rutin hanya akan menambah pengeluaran dalam rumah tangga.
23
Menurut keluarga saya, cek gula darah penting dilakukan oleh anggota keluarga yang dewasa secara berkala.
24
Menurut keluarga saya, sebaiknya orang dewasa cek tekanan darah secara teratur walaupun tidak sedang sakit.
25
Pemeriksaan kesehatan secara rutin hanya penting dilakukan oleh orang yang sudah tua (berusia 60 tahun keatas).
Sangat setuju
Setuju
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
D. ANGKET TIGA Angket di bawah ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan yang biasa dilakukan dalam keluarga anda. Bacalah pernyataan secara teliti dan isilah dengan menggunakan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang kondisi atau kebiasaan yang ada dalam keluarga anda. Selalu : jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan dalam keluarga anda. Sering : jika anda merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang cukup rutin dilakukan dalam keluarga anda. Jarang : jika anda merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang tidak rutin dilakukan dalam keluarga anda. Tidak pernah : jika anda merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang tidak pernah sama sekali dilakukan dalam keluarga anda. No
Pernyataan
1
Saya dan keluarga makan dua kali sehari.
2
Keluarga saya mengatur menu makanan sehari-hari.
3
Keluarga menyiapkan sayuran minimal 1 mangkok perorang setiap hari.
4
Keluarga saya menyediakan gorengan sebagai cemilan seharihari.
5
Saya dan keluarga makan makanan manis atau gula 4 sendok makan perhari.
6
Saya dan keluarga melakukan olahraga tiap hari selama 1 jam.
7
Saya dan keluarga tidak sempat berolahraga karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
8
Saya dan keluarga berolahraga jika mempunyai waktu luang saja.
9
Keluarga mengingatkan saya untuk berolahraga setiap hari.
10
Saya dan keluarga melakukan olahraga bersama satu kali seminggu.
Selalu
Sering
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Jarang
Tidak pernah
No
Pernyataan
11
Saya dan keluarga tidur malam hari selama 4 jam.
12
Saya dan keluarga tidur dengan jam yang teratur tiap hari.
13
Saya dan keluarga sering terbangun di malam hari dan tidak bisa tidur lagi.
14
Saya dan keluarga mengalami kesulitan tidur (insomnia) di malam hari.
15
Saya dan keluarga minum obat tidur setiap malam.
16
Keluarga mengingatkan saya untuk tidak merokok atau menghirup asap rokok dari orang lain.
17
Saya dan keluarga minum kopi minimal 3 gelas tiap hari.
18
Keluarga saya minum minuman beralkohol pada hari-hari khusus, seperti lebaran, ulang tahun, pesta pernikahan, dan lain-lain.
19
Saya dan keluarga merokok (menghirup asap rokok) dalam rumah jika ada tamu atau acara keluarga.
20
Keluarga mengingatkan saya untuk minum kopi setiap pagi.
21
Keluarga mengingatkan saya untuk periksa kesehatan ke puskesmas/ rumah sakit/ klinik dokter jika sedang sakit saja.
22
Saya dan keluarga melakukan pemeriksaan gula darah secara teratur.
23
Saya dan keluarga menimbang berat badan secara rutin.
Selalu
Sering
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Jarang
Tidak pernah
No
Pernyataan
24
Keluarga saya menyediakan uang (dana khusus) untuk periksa kesehatan secara teratur bagi anggota keluarga.
25
Saya dan keluarga melakukan pengukuran tekanan darah secara teratur.
Selalu
Sering
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Jarang
Tidak pernah
Lampiran 4
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS PERTAMA Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted
tau1 tau2 tau3 tau4 tau5 tau6 tau7 tau8 tau9 tau10 tau11 tau12 tau13 tau14
43.20 43.90 43.17 43.23 43.37 43.20 43.73 43.20 43.67 43.20 43.43 43.27 43.67 43.23
9.959 9.128 9.730 9.289 8.930 9.821 8.478 9.200 7.885 9.269 8.392 9.651 9.195 9.840
-.227 .147 .000 .244 .261 -.108 .340 .448 .555 .385 .436 -.007 .089 -.110
.732 .723 .721 .713 .712 .728 .705 .707 .680 .709 .695 .729 .732 .732
tau15 tau16 tau17 tau18 tau19 tau20 tau21 tau22 tau23
43.17 43.60 43.30 43.23 43.27 43.47 43.47 43.23 43.30
9.730 8.317 8.976 8.737 8.892 8.395 8.189 9.426 8.217
.000 .399 .306 .619 .409 .414 .496 .153 .703
.721 .699 .708 .692 .702 .697 .688 .718 .677
tau24 tau25
43.23 43.27
9.840 9.306
-.110 .178
.732 .717
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.720
25
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted
kap1 kap2 kap3 kap4 kap5 kap6 kap7 kap8 kap9 kap10 kap11
72.17 72.17 72.33 72.33 72.27 72.30 71.83 72.00 71.77 72.53 72.33
63.385 68.764 64.575 65.057 61.168 66.907 64.489 66.552 68.668 64.395 65.195
.516 .095 .481 .475 .647 .217 .563 .372 .205 .379 .397
.790 .811 .793 .794 .783 .806 .791 .798 .804 .797 .796
kap12 kap13 kap14 kap15 kap16 kap17 kap18 kap19 kap20 kap21 kap22 kap23
72.63 72.00 72.33 72.00 71.67 72.03 71.60 72.03 72.40 71.90 72.80 72.10
67.413 67.862 65.885 68.414 65.678 62.861 69.559 67.275 62.800 69.197 59.269 63.610
.209 .185 .342 .156 .430 .604 .067 .283 .465 .107 .639 .533
.805 .806 .799 .807 .796 .787 .810 .802 .792 .808 .781 .790
kap24 kap25
71.93 72.53
63.651 74.189
.579 -.245
.789 .833
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.806
25
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Hasil Uji Validitas Variabel Praktik Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
pil1 pil2 pil3 pil4 pil5 pil6 pil7 pil8 pil9
68.53 69.17 69.03 68.53 68.63 69.37 68.73 68.40 69.70
89.430 80.557 83.137 93.499 87.413 83.757 93.857 83.834 88.217
.221 .518 .472 .013 .311 .659 -.033 .535 .241
.775 .756 .760 .782 .771 .755 .788 .758 .775
pil10 pil11 pil12 pil13 pil14 pil15 pil16 pil17 pil18 pil19 pil20 pil21 pil22 pil23 pil24 pil25
69.17 68.67 68.33 68.37 68.57 67.97 68.27 69.30 68.47 68.23 69.27 69.93 69.10 69.07 69.00 69.00
87.454 87.195 93.264 88.171 90.047 94.654 93.168 90.010 93.844 87.357 82.892 84.271 81.679 81.513 88.759 79.655
.284 .412 .022 .349 .189 -.083 -.017 .096 -.035 .491 .411 .457 .543 .641 .275 .682
.772 .766 .783 .769 .777 .784 .791 .787 .788 .765 .764 .762 .756 .751 .773 .747
Hasil Uji Reliabitas Variabel Praktik Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.778
25
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KEDUA Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted
tau1 tau2 tau3 tau4 tau5 tau6 tau7 tau8 tau9 tau10 tau11 tau12
39.33 39.80 39.47 39.33 40.03 39.63 39.57 39.63 39.53 39.73 39.63 39.60
47.264 46.166 45.499 47.264 46.792 44.378 45.702 46.516 46.120 45.926 44.240 46.041
.444 .409 .609 .444 .406 .692 .507 .361 .455 .440 .714 .442
.928 .929 .926 .928 .929 .924 .927 .930 .928 .929 .924 .928
tau13 tau14 tau15 tau16 tau17 tau18 tau19 tau20 tau21 tau22 tau23 tau24 tau25
39.47 39.37 39.53 39.63 39.67 39.57 39.50 39.67 39.67 39.63 39.63 39.40 39.57
45.361 46.378 45.637 43.826 44.920 44.668 44.534 44.023 45.954 44.930 45.206 45.145 44.875
.634 .578 .534 .780 .599 .674 .747 .739 .441 .605 .562 .772 .641
.925 .927 .927 .923 .926 .925 .924 .923 .929 .926 .926 .924 .925
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengetahuan Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.929
25
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Hasil Uji Validitas Variabel Sikap
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted
kap1 kap2 kap3 kap4 kap5 kap6 kap7
70.20 69.93 69.73 70.00 69.77 69.90 70.17
163.545 168.685 167.513 168.759 164.461 167.679 168.420
.602 .488 .491 .407 .655 .490 .463
.927 .929 .929 .930 .927 .929 .929
kap8 kap9 kap10 kap11 kap12 kap13 kap14 kap15 kap16 kap17 kap18 kap19 kap20 kap21 kap22 kap23
69.53 70.00 70.20 69.67 70.10 69.73 70.13 69.87 69.77 70.20 70.30 69.90 69.73 69.97 70.03 69.93
169.637 169.172 160.234 169.195 167.403 168.547 164.947 166.189 165.978 162.234 156.355 159.886 161.789 160.516 165.413 165.237
.609 .468 .690 .519 .471 .592 .647 .519 .547 .607 .738 .675 .774 .678 .446 .632
.928 .929 .926 .929 .929 .928 .927 .929 .928 .927 .925 .926 .925 .926 .930 .927
kap24 kap25
70.17 69.87
162.626 162.464
.533 .631
.929 .927
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sikap Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.931
25
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Hasil Uji Validitas Variabel Praktik
Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Correlation Item Deleted
pil1 pil2 pil3 pil4 pil5 pil6 pil7 pil8 pil9 pil10 pil11 pil12
67.57 67.33 67.13 67.10 67.13 68.27 67.57 67.10 67.43 67.57 66.97 67.90
183.564 187.747 187.844 183.541 188.257 182.616 184.185 183.541 184.875 184.116 185.482 185.817
.587 .452 .509 .561 .492 .598 .564 .561 .603 .485 .618 .420
.896 .899 .898 .897 .899 .896 .897 .897 .896 .899 .896 .901
pil13 pil14 pil15 pil16 pil17 pil18 pil19 pil20 pil21
67.43 68.27 67.57 67.10 67.57 67.00 67.77 67.13 67.73
186.599 183.375 184.323 191.334 186.323 188.207 186.323 192.395 185.651
.535 .571 .559 .480 .455 .510 .423 .325 .432
.898 .897 .897 .899 .899 .898 .900 .902 .900
pil22 pil23 pil24 pil25
67.37 67.27 67.10 67.23
189.482 188.409 196.507 182.461
.399 .462 .205 .559
.900 .899 .903 .897
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Praktik Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.902
25
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Lampiran 5
ANALISIS UNIVARIAT UMUR
Valid
Cumulative Percent
Frequency
Percent
Valid Percent
umur < 45 tahun
99
63.5
63.5
63.5
umur > 45 tahun
57
36.5
36.5
100.0
Total
156
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
laki-laki
41
26.3
26.3
26.3
perempuan
115
73.7
73.7
100.0
Total
156
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
bukan betawi
67
42.9
42.9
42.9
betawi
89
57.1
57.1
100.0
Total
156
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
pendidikan rendah
91
58.3
58.3
58.3
pendidikan tinggi
65
41.7
41.7
100.0
Total
156
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
tidak bekerja
79
50.6
50.6
50.6
bekerja
77
49.4
49.4
100.0
Total
156
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
< Rp 1.400.000/ bln
81
51.9
51.9
51.9
≥ Rp 1.400.000/ bln
75
48.1
48.1
100.0
Total
156
100.0
100.0
JENIS KELAMIN
Valid
Cumulative Percent
SUKU BANGSA
Valid
Cumulative Percent
PENDIDIKAN
Valid
Cumulative Percent
PEKERJAAN
Valid
Cumulative Percent
PENGHASILAN
Valid
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Cumulative Percent
TIPE KELUARGA
Valid
Cumulative Percent
Frequency
Percent
Valid Percent
keluarga inti
98
62.8
62.8
62.8
keluarga besar
58
37.2
37.2
100.0
Total
156
100.0
100.0
PENGETAHUAN
Valid
Cumulative Percent
Frequency
Percent
Valid Percent
pengetahuan rendah
54
34.6
34.6
34.6
pengetahuan tinggi
102
65.4
65.4
100.0
Total
156
100.0
100.0
SIKAP
Valid
Cumulative Percent
Frequency
Percent
Valid Percent
sikap negatif
120
76.9
76.9
76.9
sikap positif
36
23.1
23.1
100.0
Total
156
100.0
100.0
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
102
65.4
65.4
65.4 100.0
PRAKTIK
Valid
praktik tidak baik praktik baik
54
34.6
34.6
Total
156
100.0
100.0
PERILAKU PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA Frequency Valid
perilaku tidak efektif
101
perilaku efektif Total
Percent
Valid Percent 64.7
Cumulative Percent
64.7
64.7 100.0
55
35.3
35.3
156
100.0
100.0
GULA DARAH PUASA Frequency Valid
tidak pradiabetes pradiabetes Total
Percent 82
Valid Percent 52.6
52.6
52.6 100.0
74
47.4
47.4
156
100.0
100.0
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Cumulative Percent
ANALISIS BIVARIAT tipe keluarga * GDPkat Crosstabulation GDPkat tidak pradiabetes tipe keluarga
keluarga Count inti % within tipe keluarga keluarga Count besar % within tipe keluarga
Total
Count % within tipe keluarga
pradiabetes
Total
44
54
98
44.9%
55.1%
100.0%
38
20
58
65.5%
34.5%
100.0%
82
74
156
52.6%
47.4%
100.0%
Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
Value
df
6.213
a
1
.013
Continuity Correction
5.413
1
.020
Likelihood Ratio
6.291
1
.012
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test
.014
Linear-by-Linear Association
6.173
1
.010
.013
N of Valid Cases 156 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 27.51. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval
Value Odds Ratio for tipe keluarga (keluarga inti / keluarga besar) For cohort GDPkat = tidak pradiabetes For cohort GDPkat = pradiabetes N of Valid Cases
Lower
Upper
.429
.219
.840
.685 1.598 156
.514 1.074
.914 2.377
sukuKAT * GDPkat Crosstabulation GDPkat sukuKAT
bukan betawi
Count
betawi
Count
% within sukuKAT % within sukuKAT
Total
Count % within sukuKAT
Total
tidak pradiabetes
pradiabetes
34
33
67
50.7%
49.3%
100.0%
48
41
89
53.9%
46.1%
100.0%
82
74
156
52.6%
47.4%
100.0%
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
Value
df
.156 .054 .156
a
1 1 1
.693 .816 .693
.155 156
1
.694
.747
.408
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31.78. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate 95% Confidence Interval
Value Odds Ratio for sukuKAT (bukan betawi / betawi) For cohort GDPkat = tidak pradiabetes For cohort GDPkat = pradiabetes N of Valid Cases
Lower
Upper
.880
.466
1.661
.941 1.069 156
.694 .768
1.275 1.489
didikKAT * GDPkat Crosstabulation GDPkat tidak pradiabetes didikKAT
pradiabetes
Total
pendidikan Count rendah % within didikKAT
45
46
91
49.5%
50.5%
100.0%
pendidikan Count tinggi % within didikKAT
37
28
65
56.9%
43.1%
100.0%
Total
Count % within didikKAT
82
74
156
52.6%
47.4%
100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square .849a 1 .357 b Continuity Correction .576 1 .448 Likelihood Ratio .851 1 .356 Fisher's Exact Test .417 Linear-by-Linear Association .844 1 .358 N of Valid Cases 156 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 30.83. b. Computed only for a 2x2 table
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
.224
Risk Estimate 95% Confidence Interval
Value Odds Ratio for didikKAT (pendidikan rendah / pendidikan tinggi) For cohort GDPkat = tidak pradiabetes For cohort GDPkat = pradiabetes N of Valid Cases
Lower
Upper
.740
.390
1.404
.869 1.173 156
.646 .831
1.168 1.658
kerjaKAT * GDPkat Crosstabulation GDPkat kerjaKAT
tidak bekerja
pradiabetes
43
36
79
54.4%
45.6%
100.0%
39
38
77
50.6%
49.4%
100.0%
82
74
156
52.6%
47.4%
100.0%
Count % within kerjaKAT
bekerja
Count % within kerjaKAT
Total
Total
tidak pradiabetes
Count % within kerjaKAT
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square b
Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
.224a
1
.636
.098 .224
1 1
.755 .636
.222 156
1
.637
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.749
.377
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 36.53. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate Value Odds Ratio for kerjaKAT (tidak bekerja / bekerja) For cohort GDPkat = tidak pradiabetes For cohort GDPkat = pradiabetes N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower
Upper
1.164
.620
2.183
1.075
.797
1.449
.923 156
.663
1.285
hasil * GDPkat Crosstabulation GDPkat penghasilan < 1.400.000 Count rupiah perbulan % within penghasilan ≥ 1.400.000 Count rupiah perbulan % within penghasilan Total
Count % within penghasilan
Total
tidak pradiabetes
pradiabetes
52
29
81
64.2%
35.8%
100.0%
30
45
75
40.0%
60.0%
100.0%
82
74
156
52.6%
47.4%
100.0%
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square b
Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
9.145
a
1
.002
8.200 9.231
1 1
.004 .002
9.086 156
1
.003
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.004
.002
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35.58. b. Computed only for a 2x2 table Risk Estimate 95% Confidence Interval
Value Odds Ratio for penghasilan (< 1.400.000 rupiah perbulan / ≥ 1.400.000 rupiah perbulan) For cohort GDPkat = tidak pradiabetes For cohort GDPkat = pradiabetes N of Valid Cases
Lower
Upper
2.690
1.407
5.141
1.605 .597 156
1.164 .423
2.213 .843
tauKAT * GDPkat Crosstabulation GDPkat tidak pradiabetes tauKAT
pengetahuan rendah
Count
pengetahuan tinggi
Count
Total
% within tauKAT % within tauKAT Count % within tauKAT
pradiabetes
Total
12
42
54
22.2%
77.8%
100.0%
70
32
102
68.6%
31.4%
100.0%
82
74
156
52.6%
47.4%
100.0%
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1(2-sided) sided) sided)
df
30.493 28.661 31.745
a
1 1 1
.000 .000 .000
30.298
1
.000
.000
.000
N of Valid Cases 156 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25.62. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate Value Odds Ratio for tauKAT (pengetahuan rendah / pengetahuan tinggi) For cohort GDPkat = tidak pradiabetes For cohort GDPkat = pradiabetes N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower
Upper
.131
.061
.281
.324 2.479 156
.193 1.799
.542 3.416
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
kapKAT * GDPkat Crosstabulation GDPkat tidak pradiabetes kapKAT
sikap negatif
Count % within kapKAT
sikap positif
Count % within kapKAT
Total
Count % within kapKAT
pradiabetes
Total
57
63
120
47.5%
52.5%
100.0%
25
11
36
69.4%
30.6%
100.0%
82
74
156
52.6%
47.4%
100.0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
a
1
.021
5.348
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
b
Continuity Correction 4.504 1 .034 Likelihood Ratio 5.480 1 .019 Fisher's Exact Test .023 Linear-by-Linear Association 5.314 1 .021 N of Valid Cases 156 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.08. b. Computed only for a 2x2 table
.016
Risk Estimate 95% Confidence Interval
Value
Lower
Upper
Odds Ratio for kapKAT (sikap negatif / sikap positif)
.398
.180
.881
For cohort GDPkat = tidak pradiabetes For cohort GDPkat = pradiabetes N of Valid Cases
.684 1.718 156
.513 1.020
.911 2.893
tikKAT * GDPkat Crosstabulation GDPkat tidak pradiabetes tikKAT
praktik tidak baik
Count % within tikKAT
praktik baik
Count % within tikKAT
Total
Count % within tikKAT
pradiabetes
Total
46
56
102
45.1%
54.9%
100.0%
36
18
54
66.7%
33.3%
100.0%
82
74
156
52.6%
47.4%
100.0%
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
.012
.008
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square b Continuity Correction Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
6.587 5.751 6.688
a
1 1 1
.010 .016 .010
6.545 156
1
.011
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 25.62. b. Computed only for a 2x2 table
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Risk Estimate 95% Confidence Interval
Value Odds Ratio for tikKAT (praktik tidak baik / praktik baik) For cohort GDPkat = tidak pradiabetes For cohort GDPkat = pradiabetes N of Valid Cases
.411 .676 1.647 156
Lower
Upper
.207 .509 1.086
.817 .900 2.497
lakuKAT * GDPkat Crosstabulation GDPkat tidak pradiabetes lakuKAT
perilaku tidak efektif
Count
perilaku efektif
Count
Total
% within lakuKAT % within lakuKAT Count % within lakuKAT
pradiabetes
Total
40
61
101
39.6%
60.4%
100.0%
42
13
55
76.4%
23.6%
100.0%
82
74
156
52.6%
47.4%
100.0%
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. Exact Sig. (2-sided) (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 19.298 1 .000 b Continuity Correction 17.852 1 .000 Likelihood Ratio 20.080 1 .000 Fisher's Exact Test .000 Linear-by-Linear Association 19.174 1 .000 N of Valid Cases 156 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 26.09. b. Computed only for a 2x2 table
.000
Risk Estimate Value Odds Ratio for lakuKAT (perilaku tidak efektif / perilaku efektif) For cohort GDPkat = tidak pradiabetes For cohort GDPkat = pradiabetes N of Valid Cases
.203 .519 2.555 156
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
95% Confidence Interval Lower
Upper
.097 .391 1.549
.425 .688 4.215
ANALISIS MULTIVARIAT 1.
SELEKSI BIVARIAT
Analisis bivariate antara “suku bangsa” dengan “kejadian pradiabetes” Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
.156
1
.693
Block
.156
1
.693
Model
.156
1
.693
Variables in the Equation
Step 1
a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
sukuKAT
-.128
.324
.156
1
.693
.880
Constant
-.030
.244
.015
1
.903
.971
95% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
.466
1.661
a. Variable(s) entered on step 1: sukuKAT.
Analisis bivariate antara “tingkat pendidikan” dengan “kejadian pradiabetes” Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
.851
1
.356
Block
.851
1
.356
Model
.851
1
.356
Variables in the Equation
Step 1
a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
pendidikan
-.301
.327
.847
1
.357
.740
Constant
.022
.210
.011
1
.917
1.022
a. Variable(s) entered on step 1: pendidikan.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
95% C.I.for EXP(B) Lower .390
Upper 1.404
Analisis bivariate antara “pekerjaan” dengan “kejadian pradiabetes” Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
.224
1
.636
Block
.224
1
.636
Model
.224
1
.636
Variables in the Equation
Step 1
a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
kerjaKAT
.152
.321
.223
1
.636
1.164
Constant
-.178
.226
.619
1
.432
.837
95% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
.620
2.183
a. Variable(s) entered on step 1: kerjaKAT.
Analisis bivariate antara “penghasilan” dengan “kejadian pradiabetes” Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
9.231
1
.002
Block
9.231
1
.002
Model
9.231
1
.002
Variables in the Equation
Step 1
a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
penghasilan
.989
.331
8.959
1
.003
2.690
Constant
-.584
.232
6.348
1
.012
.558
95% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
1.407
5.141
a. Variable(s) entered on step 1: penghasilan.
Analisis bivariate antara “tipe keluarga” dengan “kejadian pradiabetes” Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
6.291
1
.012
Block
6.291
1
.012
Model
6.291
1
.012
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Variables in the Equation
Step 1
a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
tipega
-.847
.343
6.097
1
.014
.429
Constant
.205
.203
1.017
1
.313
1.227
95% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
.219
.840
a. Variable(s) entered on step 1: tipega.
Analisis bivariate antara “pengetahuan” dengan “kejadian pradiabetes” Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
31.745
1
.000
Block
31.745
1
.000
Model
31.745
1
.000
Variables in the Equation
Step 1
a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
pengetahuan
-2.036
.391
27.138
1
.000
.131
Constant
1.253
.327
14.648
1
.000
3.500
95% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
.061
.281
a. Variable(s) entered on step 1: pengetahuan.
Analisis bivariate antara “sikap” dengan “kejadian pradiabetes” Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
5.480
1
.019
Block
5.480
1
.019
Model
5.480
1
.019
Variables in the Equation
Step 1a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
sikap
-.921
.405
5.163
1
.023
.398
Constant
.100
.183
.300
1
.584
1.105
a. Variable(s) entered on step 1: sikap.
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
95% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
.180
.881
Analisis bivariate antara “praktik” dengan “kejadian pradiabetes” Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Chi-square
df
Sig.
Step
6.688
1
.010
Block
6.688
1
.010
Model
6.688
1
.010
Variables in the Equation
Step 1
a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
praktik
-.890
.351
6.441
1
.011
.411
Constant
.197
.199
.977
1
.323
1.217
95% C.I.for EXP(B) Lower
Upper
.207
.817
a. Variable(s) entered on step 1: praktik.
2.
PEMODELAN MULTIVARIAT
Block 1: Method = Backward Stepwise (Likelihood Ratio) Omnibus Tests of Model Coefficients Step 1
Step 2
a
Chi-square
df
Sig.
Step
48.029
5
.000
Block
48.029
5
.000
Model
48.029
5
.000
Step
-2.130
1
.144
Block
45.899
4
.000
Model
45.899
4
.000
a. A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step. Model Summary Step
-2 Log likelihood a
1 2
167.823 169.953a
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.265 .255
.354 .340
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. a
Classification Table
Predicted GDPkat Observed Step 1
GDPkat
tidak pradiabetes
pradiabetes
Percentage Correct
tidak pradiabetes
63
19
76.8
pradiabetes
26
48
64.9
tidak pradiabetes
61
21
74.4
pradiabetes
24
50
67.6
Overall Percentage Step 2
GDPkat
71.2
Overall Percentage a. The cut value is .500
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
71.2
Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B) a
Step 1
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
tipega
-.776
.398
3.797
1
hasil
.656
.383
2.932
1
.051
.460
.211
1.005
.087
1.926
.910
4.080
-1.865
.419
19.787
1
.000
.155
.068
.352
kapKAT
-.677
.471
tikKAT
-1.005
.412
2.068
1
.150
.508
.202
1.279
5.962
1
.015
.366
.163
.820
Constant tipega
1.587 -.728
.478 .394
11.017 3.416
1 1
.001 .065
4.888 .483
hasil
.223
1.045
.669
.380
3.095
1
.079
1.952
.927
4.112
tauKAT
-1.949
.416
21.963
1
.000
.142
.063
.322
tikKAT
-1.052
.409
6.619
1
.010
.349
.157
.778
Constant
1.488
.468
10.102
1
.001
4.429
tauKAT
a
Step 2
a. Variable(s) entered on step 1: tipega, hasil, tauKAT, kapKAT, tikKAT.
3.
UJI INTERAKSI Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B)
Step 1a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
-1.387
.895
2.405
1
.121
.250
.043
1.442
.550
.837
.432
1
.511
1.734
.336
8.951
tauKAT
-1.409
.754
3.490
1
.062
.244
.056
1.072
tikKAT
-1.731
.952
3.308
1
.069
.177
.027
1.144
hasil by tipega
.784
.837
.879
1
.349
2.191
.425
11.289
tauKAT by tipega
.137
.892
.024
1
.878
1.147
.200
6.594
tikKAT by tipega
.394
.957
.169
1
.681
1.483
.227
9.680
hasil by tauKAT
-.813
.859
.895
1
.344
.444
.082
2.389
hasil by tikKAT
1.381
.891
2.403
1
.121
3.978
.694
22.790
tauKAT by tikKAT
-.375
.922
.166
1
.684
.687
.113
4.189
tipega hasil
Constant 1.501 .710 4.471 1 .034 4.486 a. Variable(s) entered on step 1: tipega, hasil, tauKAT, tikKAT, hasil * tipega , tauKAT * tipega , tikKAT * tipega , hasil * tauKAT , hasil * tikKAT , tauKAT * tikKAT .
4.
PEMODELAN TERAKHIR Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B) B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
hasil(1)
-.669
.380
3.095
1
.079
.512
.243
1.079
tipega(1)
.728
.394
3.416
1
.065
2.070
.957
4.478
tauKAT(1)
1.949
.416
21.963
1
.000
7.025
3.109
15.876
tikKAT(1)
1.052
.409
6.619
1
.010
2.863
1.285
6.379
Constant -1.572 .503 9.755 1 .002 a. Variable(s) entered on step 1: hasil, tipega, tauKAT, tikKAT.
.208
Step 1a
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Lampiran 6
UNIVERSITAS INDONESIA FAKU LTAS I LM U KEPERAV\IATAN Kampus Ul Depok Telp. (021)78849120,78849121 Faks. 7804124 Email :
[email protected] Web Site : wwwfik.ui.ac.id
KETERANGAN LOLOS KAJI ETIK N o. 4 l/H 2. F 72. D/H KP. 02.04/20 12
Komite Etik Penelitian, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dalam upaya melindungi hak azasi dan kesejahteraan subyek penelitian keperawatan, telah mengkaji dengan teliti proposal berjudul
:
Hubungan Karakteristik Keluarga dan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan Kejadian Pradiabetes pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis kota Depok.
Nama peneliti utama : SOV I A Nama
institusi
: Fakultas
ltmu Keperawatan Universitas lndonesia
Dan telah menyetujui proposal tersebut.
Jakarta, 29 Nopember 2012 Ketua,
NlP. 1952060t L9741L 2 001
*Dra.
ti, SKp, M.App.Sc, PhD
NtP. 19511427 t97703 2007
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Lampiran 7
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN Kampus Ul Depok Telp (021)78849120, 78849121 Faks. T864124 Email :
[email protected] Web Site : www.fik.ui.ac.id
Nomor Lampiran Perihal
:Y
SoL lH2.F12.DtPDp .O4.OO1}O1Z
19 November 2012
: Permohonan ljin Penelitian
Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok Jl. Margonda Raya Ruko Depok Mas Kav A7-Ag Kota Depok p-ala.m rangka pela.ksanaan kegiatan
Tesis mahasiswa program pendidikan Magister Fakultas llmu Keperawatan Universitas lndonesia irrr-ul) dengan Peminatan Keperawatan Komunitas atas nama: Sdr. Sovia
ttplvt@otz akan mengadakan penelitian dengan judul: "Hubungan Karakteristik dan Perilaku Perawatan Kesehatan Keiuarga dengan Kejatian pradiabetes pada Usia Dewasa Menengah di Kelurahan Gisalai Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depokl'. Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini kami mohon dengan hormat kesediaan saudara mengijinkan yang untuk riengadakan _bersangkutan penelitian di Kelurahan Cisalak pasar-Kota Depok. Atas perhatian saudara dan kerjasama yang baik, disampaikan terima kasih
rawaty, MA, PhD 19520601 197411 2 001 Tembusan Yth : 1. Sekretaris FIK-UI 2. Manajer Pendidikan dan Riset FIK_UI Ketua Program Magister dan Spesialis FIK-Ul 4. Kepada Kesbangpolinmas Kota Depok 5. Kepala Kelurahan Cisalak pasar 6. Koordinator M.A.Tesis FIK-Ul Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013 7. Pertinggal
I
PEMERINTAH KOTA DEP6K,' DINAS I(ESEHATAN
Jl. Margonda Raya No.42, Ruko Depok Mas BlokA-7-8-9 Telp : (021) 77203904,77203724 Fax. :77212909 - DEPOK 16431 Depok, S Desember2012 Nomor
o7ol6795 AJmum
Hal Lamp Hal
Biasa
Yth.
Kepada
Ka. ...
di-
Tempat
Izin Penelitian
Sehubungan -dpngan surat dari Kepala Kantor Kesbang Pol & Linmas - Kota Depok Nomor , 79 7{0t7_Kesbang Pol & Linmas, tanggal { Desember 2012 tentang Surat
Pemberitahuan Rekomendasi dan surat dari Dekan Fakhltas FIK UI, Tanggal : 19 November 2012 Nomor : 45021H2.FI2.D/PDP.04.0012012, dengan perihal : Permohonan
Izin Penelitian. Dengan ini kami tidak keberatan dilakukannya Penelitian oleh
:
Lama Judul
Sovia ( 1006834012 ) Pendidikan Magister FIK Keperawatan Komunitas Desember 2012 s.d Maret 2013 Hubungan karakteristik dan perilaku perawatan Kesehatan keluarga dengan kejadian pradiabetes pada Usia dewasa menengah di Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok
Tempat
Upt PKM Kec Cimanggis Kota Depok
Nama / NPM Program Peminatan
Dengan ketentuan sebagai berikut: Tidak dibenarkan melakukan kegiatan yang tidak sesuai/tidak ada kaitannya dengan j udul penelitian /topik masalah/tujuan akademik. 2. Mematuhi dan memenuhi standar ketentuan / peraturan yang berlaku di locus kegiatan. 3. Apabila masa berlaku surat pengantar ini berakhir sedangkan kegiatan yang dimaksud
l.
belum selesai, perpanjang izin kegiatan harus diajukan oleh institusi pemohon dan disertai Surat Pemberitahuan Penelitian dari Kantor Kesbang Pol dan Linmas Kota
4. 5. 6.
Depok. Sesudah selesai melakukan kegiatan, yang bersangkutan wajib melaporkan hasilnya kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok melalui Ka Sub Bag Umum. Sebelum hasil Penelitian dipublikasikan harap dipersentasikan hasil Penelitian tersebut ke Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok / ke Program. Surat ini akan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku apabila ternyata yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan seperti tersebut di atas.
Demikian surat pengantar
ini dibuat untuk diketahui
dan
dipergunakan
sebagaimana mestinya.
,':an: I(epala Dinas Kesehatan Kota Depok .,r ;',,l, ' i";'::t
|
,.
- dt. $ni Rubiani.M.Kes MP:19591230 198903 2 001 Tembusan
-
Yth
( sebagai laporan ) Kota Depokkarakteristik..., Kepala Dinas Kesehatan Hubungan Sovia, FIK UI, 2013 Dekan FIK UI Ka. Kelurahan Cisalak Pasar
Lampiran
I
PEMERINTAH KOTA DEPOK I$I{TOR KESAII'AN BANGSA, POTITIK DAN PERLINDUNGATI MASYNIAIHT Jl. Pemuda No. 70B Pancoranmas - Depok 16431 TelP''lFax' (02U 7 7 2047 A4
SUMT REKOMENPASI Nomor 70 1807- Kesbang pol& Linmas Membaca
: Surat dari :
Universitas lndonesia
45AUH2.F12.D/PDP.04.0AAU2 tanggal, Mempefiatikan
:
Mengingat
:
19
Fakultas
llmu
Keperawatan
No.
November 2012, Perihal, Permohonan lzin
Penelitian. 1. Peraturan Drerah NomorS tahun 2008, tentang : OrganlsasiPerangkat Daerah (OpD) 2. Peraturan Walikola Depok Nomor 42 tahun 2008, tentang : Rincian tugas fungsi dan iata ke4a Kantor Kesbang Pol& Linmas (Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kegiatan yang bensangkutan tersebut diatas maka; Dengan ini kamitidak keberatan dilakukannya penelitian oleh: Nama (NPM) Sovia (1006834012); Alamat / Telp Kampus UlDepoMfelp,021 - 78849120 Jurusan Kepenawatan Komunitas Judul "Hubungan Karakteristik dan Perilaku Perawatan Kesehatan Keluarga dengan kejadian pradiabetes pada usia Dewasa menengah diKelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok' Lama Waktu 28 November Z}fisld 28 Januari2013 Tempat Dinas Kesehatan Kota Depok, Kelurahan Cisalak Pasar Kota .
: : : :
: :
L
Depok,
Denoan ketentuan sqhaoai berikut : l{elakukan kegiatan PKU mqangl , dset/oenqumoulan daW observasil sertr kerjmama dengan Perguruan Tinggil univesitm, yang bersangkutan harus melaporkan kedatargannya kepada Kepala : Dinas/ lnstansi/ Badar/ l*mbaga/ Kantor/ Bagian yang dituju, dengan menunjukkan surat pembedhhauan ini;
2. Tidak dibenarkan 3.
4.
melakukan kegiatan yang tidak sesuail tidak ada kaihnnya dengan
judul perelifianl topik mmalah/
tujuan akademik; Apabila masa berlaku surat pemberitahuan ini benakhir sedangkan kegiatan dimaksud belum selesai, perpanjangan izin kegiatan harus diajukan oleh instansi pemohon; Sesudah selesai melakukan kegiatan , yarq bersangkutan wajib melaporkan hasilnya kepada Walikoh Depok, Up. Kepala Kanbr Kesbang Pol& Linmas - Kota Depok;
5, Surat ini akan dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku apabila temyata yang bensangkutan tidak memenuhi kebntuan-ketentuan
seperti tensebut diatas.
Depok, 28 NopemberA1l?
A.n. KEPAI-A KANTOR KESBANG POL & LINMAS KOTA DEPOK
KmiUnmm
tC/^. NENENG RQCHAENT. S.Pd NIP : 196402101984m2m5 Tembusan : Wah:ko6 De0ok Cq.Sbf Ahli Bid.kmbaqunan SeEa
1. 2. 3. 4.
l(oh
D@ (se@i
lapomn);
lG. Dlnas lGsdptsn KoA kpok; LurahCisahkPasarK@Oepok; Ybs;
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013
Lampiran 9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
:
Sovia
Tempat, Tanggal Lahir :
Jambi, 29 September 1976
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Agama
:
Islam
Pekerjaan
:
Staf Pengajar Poltekkes Jambi
Alamat Rumah
:
Jln. H. Syamsu Bachrun RT 26 No.16 Kel. Payolebar Kec. Jelutung Kota Jambi - 36135 Email:
[email protected]
Alamat Institusi
:
Jl. DR. Tazar No.05 Kel. Buluran Kenali Kec. Telanaipura Kota Jambi
Riwayat Pendidikan
:
1.
SD Negeri 29 Kota Jambi (1982-1988)
2.
SMP Negeri 11 Kota Jambi (1988-1991)
3.
SMA Negeri 1 Kota Jambi (1991-1994)
4.
PAM Keperawatan Depkes Jambi (1994-1997)
5.
Program Sarjana Ilmu Keperawatan PSIK FK Universitas Padjadjaran (1999-2001)
6.
Program
Profesi
Ners
PSIK-FK
Universitas
Padjadjaran Bandung (2002-2003) 7.
Program
Magister
Ilmu
Keperawatan
FIK
Universitas Indonesia (2010-2013) Riwayat Pekerjaan
:
1.
Staf Pengajar di Akper Telanai Bhakti Kota Jambi (2003-2005)
2.
Staf Pengajar di Jurusan Keperawatan Poltekkes Jambi (2005-sekarang)
Hubungan karakteristik..., Sovia, FIK UI, 2013