UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
HAVIANI RIZKA NURCAHYANINGTYAS, S. Farm. 1206313173
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK MEI 2013
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
HAVIANI RIZKA NURCAHYANINGTYAS, S. Farm. 1206313173
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK MEI 2013 ii
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
iv
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dra. Dyan Sulistyorini, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman, Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 2. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi dan ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini. 3. Dr. Safaruddin, MARS selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA. 4. drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 5. drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 6. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.Si., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 7. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA. 8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. iv
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
9. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan finansial kepada penulis. 10. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis 2013
v
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM Program Studi Fakultas Jenis karya
: Haviani Rizka Nurcahyaningtyas, S. Farm. : 1206313173 : Profesi Apoteker : Farmasi : Karya Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya akhir saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Jl. Matraman Raya No. 218 Periode 11 – 28 Maret 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal: 1 Juli 2013 Yang menyatakan
( Haviani Rizka Nurcahyaningtyas, S. Farm.)
vi
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Univeritas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................vi DAFTAR ISI........................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR..........................................................................................viii DAFTAR TABEL............................................................................................... . ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi 1. PENDAHULUAN ............................................................................................1 1.1. Latar Belakang............................................................................................1 1.2. Tujuan .........................................................................................................2 2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR ..........................................................3 2.1. Instansi Kesehatan .....................................................................................3 2.2. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur ..........................4 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN ..............14 3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan .................................................................14 3.2. Dasar Hukum ............................................................................................14 3.3. Ruang Lingkup .........................................................................................17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................43 4.1. Bagian Tenaga Kesehatan ........................................................................43 4.2. Bagian Standarisasi Mutu Kesehatan ......................................................50 4.3. Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman ...............................................52 5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................75 5.1. Kesimpulan ...............................................................................................75 5.2. Saran .........................................................................................................75 DAFTAR ACUAN ...............................................................................................76
vii
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor PIRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013 ............................................................ 61 Gambar 4.2 Grafik rekapitulasi jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013 ........................................................................ 79
viii
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Table 4.9. Tabel 4.10. Tabel 4.11. Tabel 4.12. Tabel 4.13. Tabel 4.14.
Tabel 4.15.
Tabel 4.16.
Tabel 4.17.
Tabel 4.18. Tabel 4.19. Tabel 4.20.
Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Pulo Gadung................................................................................ 44 Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Matraman .................................................................................... 45 Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Makasar ....................................................................................... 45 Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Duren Sawit ................................................................................ 46 Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Ciracas ......................................................................................... 46 Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Cakung ........................................................................................ 47 Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Cipayung ..................................................................................... 48 Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Jatinegara .................................................................................... 48 Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Kramat Jati .................................................................................. 49 Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Pasar Rebo .................................................................................. 49 Jenis obat terbanyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur........................................................................................... 55 Data jumlah apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur berdasarkan kecamatan ............................................................... 58 Data jumlah apotek rakyat di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur berdasarkan kecamatan .................................................... 58 Data jumlah apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker pendamping berdasarkan data sarana dan prasarana di wilayah Sudinkes Jakarta Timur............................................................... 59 Data jumlah sarana IRTP di berbagai kecamatan dalam wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 ........................................................................ 60 Data jumlah Nomor P-IRT di berbagai kecamatan dalam wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013 ........................................................................ 60 Data rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor PIRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013 ............................................................ 61 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2010... 62 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2011... 63 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2012... 65 ix
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Tabel 4.21. Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT hingga bulan Maret 2013 .................................................................................. Tabel 4.22. Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 ........ Tabel 4.23. Data rekapitulasi sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013............................................................................................. Tabel 4.24. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2010 ......................... Tabel 4.25. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2011 ......................... Tabel 4.26. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2012 ......................... Tabel 4.27. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2013 ......................... Tabel 4.28. Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur ............................................
x
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
66 68
68 69 70 70 71 72
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan ...................................78 Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.. 79
xi
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Univeritas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang berhak atas kesehatan baik kesehatan fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat
yang
setinggi-tingginya,
sebagai
investasi
bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009). Serangkaian reformasi di bidang kesehatan telah diselenggarakan. Namun, walaupun sudah mencapai banyak kemajuan, sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun perkotaan, masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun dalam skala minimal. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini sebenarnya membutuhkan peran aktif dari seluruh anggota masyarakat
dan
pemerintah
(Keputusan
Menteri
Kesehatan
No.
1202/MENKES/SK/VIII/2003, 2003). Pemerintah
dalam
perannya
pada
perencanaan,
pengaturan,
penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan upaya kesehatan bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial; ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata; serta ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Pemerintah juga bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan; ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau bagi masyarakat untuk mencapai, meningkatkan, dan memelihara derajat kesehatan yang setinggitingginya (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009). Sistem otonomi daerah menjadikan Pemerintah Pusat melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah (Undang-undang No. 22 Tahun 1999, 1999). Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Salah satu pendelegasian wewenang adalah dalam hal pengelolaan 1
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
2
kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000, 2000). Pembangunan Kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diatur dalam suatu aturan, yaitu Sistem Kesehatan Daerah (Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009, 2009). Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota Administrasi yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta untuk mempermudah tugas dan tanggung jawabnya
dalam
pelaksanaan
binwasdal
(pembinaan,
pengawasan,
dan
pengendalian) upaya-upaya kesehatan di Jakarta Timur (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). Sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Suku Dinas Kesehatan. Peran dan fungsi tersebut berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi cara perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dari pelayanan kesehatan, termasuk sarana dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal 7-28 Januari 2013 dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran profesi apoteker di Suku Dinas Kesehatan, serta memberikan pengalaman.
1.2 Tujuan Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker: a. Mengetahui penyebaran tenaga kesehatan di Jakarta Timur. b. Mengetahui pencapaian mutu Sudinkes Jaktim. c. Mengetahui sistem pelaporan obat di Sudinkes Jaktim.
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR 2.1 Instansi Kesehatan Ada beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang kesehatan. Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi: a. Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan. Kementerian Kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional.
b. Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI Jakarta.
c. Suku Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Suku
Dinas
Kesehatan
adalah
Suku
Dinas
Kesehatan
Kota
Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara
3
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
4
teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya.
d. Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit Puskesmas Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap, 21.587 unit Puskesmas kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 78 Puskesmas Kelurahan.
2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya, dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
5
Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu, yakni Suku Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan
dipimpin oleh
seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi : a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian. d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB). e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular. f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian. g. Pelaksanaan surveilans kesehatan. h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan. i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. j. Pelaksanaan
pemungutan,
penatausahaan,
penyetoran,
pelaporan,
dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas. k. Pemberian,
pengawasan,
pengendalian,
dan
evaluasi
perizinan
atau
rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
6
l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang. q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan. r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas. s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas. t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
2.2.1
Visi dan Misi (Sudinkes Jaktim, 2009) Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat,
Mandiri dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah : a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM). b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim. c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan teknologi. d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan organisasi terkait. e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
7
2.2.2. Sasaran Mutu (Sudinkes Jaktim, 2009) Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah : a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 % terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu. b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu. c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja, kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja. d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti. e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) minimal 2,51 atau dalam kategori baik.
2.2.3. Struktur Organisasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari : a. Kepala Suku Dinas b. Subbagian Tata Usaha c. Seksi Kesehatan Masyarakat d. Seksi Pelayanan Kesehatan e. Seksi Sumber Daya Kesehatan f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan g. Sub kelompok Jabatan Fungsional
2.2.3.1. Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas mempunyai tugas : a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
8
c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
2.2.3.2. Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas : a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. d. Pelakasanaan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas. f.
Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas.
g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. h. Pemeliharaan kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. i.
Pelaksanaan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas.
j.
Pelaksanaan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas.
k. Penerimaan, pencatatan, pembukuan, penyetoran, dan pelaporan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan. l.
Penyiapan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
9
m. Pengkoordinasian penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas. n. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.
2.2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas : a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pelaksanaan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan. d. Pengkoordinasian sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan informasi f.
Pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann masyarakat.
g. Pelaksanaan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota Administrasi. h. Pelaksanaan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. i.
Pelaksanaan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.
j.
Penerapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).
k. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
10
l.
Pelaporan dan pertanggunjawaban pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.
2.2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas: a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d. Penghimpunan,
pengolahan,
penyajian,
pemeliharan,
pengembangan,
pemanfaatan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. e. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan f. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. g. Pemberian rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Pemberian tanda daftar kepada pengobat tradisional. i. Pelaksanaan
siaga
24
jam/Pusat
Pengendali
Dukungan
Kesehatan
(Pusdaldukkes). j. Pelakuan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. k. Peyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan. l. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
11
2.2.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pelaksanaan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman. d. Pemberian rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman. e. Pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan f. Penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. g. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. h. Pelaksanaan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. i. Pelaksanaan survey kepuasan pelanggan kesehatan. j. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. k. Pelaksanaan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l. Pelaksanaan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan. m. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
12
n. Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. o. Pelaksanaan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. p. Pelaksanaan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. q. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan.
2.2.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas: a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pelaksanaan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan. d. Pelaksanaan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji. e. Penyiapan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. f. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan
kompetensi
surveilans
epidemiologi,
tenaga
kesehatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta kesehatan jiwa masyarakat. g. Pelaksanaan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
13
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah (UKPD) dan atau instansi pemerintah / swasta / masyarakat. h. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi. i. Penghimpunan, pengolahan, penyajian, pemeliharaan, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota Administrasi. j. Pelaksanaan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan. k. Peningkatan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. l. Pelaksanaan kegiatan pengendalian surveilans kematian. m. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n. Pelaksanaan
kegiatan
pengendalian
pelaksanaan
program
kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan air minum / air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan / upaya pemantauan lingkungan. o. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. p. Penyiapan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. q. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN 3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan (Undang-undang No. 25 Tahun 2009, 2009) Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain: a. Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan; Tenaga Kesehatan; dan Farmasi, Makanan, dan Minuman selama 1 tahun. b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan. c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan. d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan, dan Minuman. e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur. f. Pemantauan Pemberantasan Sarang Nyamuk di wilayah kecamatan binaan.
3.2 Dasar Hukum 3.2.1 Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman adalah sebagai berikut: a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. d. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian f. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
14
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
15
h. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. i. Kepmenkes No.1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Pedagang Eceran Obat. j. Kepmenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. k. Permenkes
No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010
tentang Penyaluran
Alat
Kesehatan l. Kepmenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. m. Kepmenkes No.184/MenKes/Per/II/1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker. n. Kepmenkes No. 149/MenKes/Per/II/1998 tentang Perubahan Atas PerMenKes No.184/MenKes/Per/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker. o. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta.
3.2.2 Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: a. Permenkes No. 1796/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang
Registrasi Tenaga
Kesehatan. b. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja Tenaga Kefarmasian. c. Kepmenkes
No.2052/Menkes/Per/X/2011
Tentang
Izin
Praktik
dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran. d. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat. e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. f. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 Tentang Registrasi dan PraktikBidan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
16
g. Kepmenkes
No.357/Menkes/Per/2006
Tentang
Registrasi
dan
Izin
Radiografer. h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis. j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 Tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara.
3.2.3
Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut
Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan di Negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut UndangUndang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang,
jasa,
dan/atau
pelayanan
administratif
yang
disediakan
oleh
penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi: a.
Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam
peraturan
perundang-undangan
dalam
rangka
mewujudkan
perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara. b.
Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
17
Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lag ioleh peraturan pemerintah. Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan publik yang berkulaitas bagi seluruh masyarakat.
3.3 Ruang Lingkup Seksi ini membawahi tiga bagian, yaitu: a. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman b. Koordinator Tenaga Kesehatan c. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan
3.3.1 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah: a. Apotek (apotek kerjasama, apotek profesi, apotek rakyat dari toko obat dan depo obat / farmasi) b. Toko Obat c. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) sejak Januari 2013 d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) e. Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga/ Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)
3.3.1.1 Apotek (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002) Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian maka nantinya Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
18
semua persyaratan untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan pada sarana farmasi akan mengacu pada Peraturan Pemerintah tersebut. Akan tetapi, fungsi Peraturan Pemerintah tersebut belum dapat digunakan karena masih menunggu aturan dari Menteri Kesehatan RI yang hingga kini belum diterbitkan. Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu: a. Apotek Kerjasama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai apoteker pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain). b. Apotek Profesi, adalah apotek yang apoteker pengelola apotek (APA) juga sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA). c. Depo Farmasi/Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya boleh menerima resep dari klinik tersebut. d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual obat golongan narkotika dan psikotropika, di mana terhitung sejak ditetapkannya
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat.
Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Izin Kerja (SIK)/Surat Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan non fisik. SIA harus diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian apoteker pengelola saranaapotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
19
alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi,dan/atau terjadi karena surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik, yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi perubahan pindah lokasi apotek. Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat apotek. Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI Jakarta, sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun sekali. SIA
dapat
dicabut
jika
terdapat
pelanggaran-pelanggaran
yang
menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
20
c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terusmenerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan, dan ketentuan perundang-undangan yang lain. e. Surat izin kerja APA dicabut. f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat.
Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah: a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI. c. Fotokopi KTP DKI dari APA. d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai negeri. e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila kontrak/sewa. f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG). g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat. i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. j. Peta lokasi dan denah ruangan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
21
k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00. l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00. m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep di atas materai Rp.6000,00. n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram). o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan. p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi. q. Rencana jadwal buka apotek. r. Daftar peralatan peracikan obat. s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi. t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika. u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir). v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.
Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi: a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6000,00. b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi yang diterbitkan setiap tahun sekali. c. Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi. d. Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2 tahun. e. Denah bangunan beserta peta lokasi. f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll. g. Fotokopi NPWP apoteker. h. SIK/SP apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
22
i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup). j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta.
Secara umum persyaratan Izin depo obat/farmasi: a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6000,00. b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku. c. Fotokopiakte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum. d. Fotokopi KTP DKI APA. e. Ijasah/SIK/SP Apotekerdengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker. f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo obat/farmasi. g. Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi. h. Ijazah/SIK asisten apoteker. i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta denah bangunan tertutup. j. NPWP perusahaan. k. UUG. l. Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun. m. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya (bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan.
Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
23
setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor, dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk apoteker pengganti, sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1 – 3 bulan, maka harus menunjuk apoteker supervisor.(Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002). Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).
3.3.1.2 Apotek Rakyat (Dinkes Provinsi, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, 2007) Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007, ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah: a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat generik. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
24
b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas, dan perbekalan kesehatan rumah tangga. c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar. d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan pencabutan izin. f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana dianggap telah menjadi apotek rakyat.
Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek sederhana (apotek rakyat) : a. Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6.000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT. c. Salinan/fotokopi KTP DKI dari APA. d. Fotokopi izin domisili dari lurah. e. Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, fotokopi perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 (dua) tahun. f. Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp.6000,00. g. Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. h. Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
25
i. Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp.6000,00. j. Peta lokasi dan denah bangunan. k. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi/obat di atas materai Rp.6000,00. l. Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/toko obat diatas materai Rp.6000,00. m. Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan penjualan obat Narkotik, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dari pemilik dan apoteker diatas materai Rp.6000,00. n. Struktur organisasi apotek dan tata kerja/tata laksana. o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri sengan SK pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan tenaga kerja tersebut diatas materai Rp.6000,00. p. Surat izin kerja/surat penugasan apoteker. q. Surat izin kerja AA/D3 Farmasi. r. Rencana jadwal buka apotek. s. Daftar peralatan lainnya. t. Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi. u. Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp.6000,00.
3.3.1.3 Toko Obat (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002) Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau) dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan, dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
26
Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain : a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat. c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM. d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan e. Ijazah dan SIK AA, foto 2x3 2 lembar. f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis pada toko obat di atas materai Rp. 6000,00. g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik. h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat.
Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
27
d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak. Perubahan fisik meliputi: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat. b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.
Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.
3.3.1.4 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) (Permenkes No.006 Tahun 2012) Menurut Permenkes No.006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional menjelaskan Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. UMOT hanya dapat diselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri Kesehatan, kecuali untuk usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan. Dalam memberikan izin obat tradisional, Menteri Kesehatan mendelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain wajib memiliki izin, industri dan usaha obat tradisional juga wajib memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan di bidang penanaman modal. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin UMOT terdiri dari : a. Surat Permohonan; b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
28
c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan; d. Fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas; e. Pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang farmasi; f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan; g. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan; h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan; i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; dan j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
dengan
menggunakan
contoh
sebagaimnana
tercantum dalam Formulir 18. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis, dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 19. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyetujui, menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat, dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 20a, Formulir 20b atau Formulir 20c. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tidak dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi
Kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/kota
dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 21. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
29
Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan. Permohonan izin UMOT ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi persyaratan. Dalam hal pemberian izin UMOT ditunda, kepada pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya Surat Penundaan. Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban: a. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan; b. Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran; dan c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan CPOTB wajib melapor dan mendapat persetujuan dari Kepala Badan. Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat: a. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat; b. Obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral, supositoria kecuali untuk wasir; dan/atau c. Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1% (satu persen). d. UMOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat, atau Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan
secara
tertulis
kepada
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat. Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan. UMOT wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi. Laporan UMOT disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
30
3.3.1.5 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagen/produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada manusia. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), antara lain: a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan (UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materaiRp. 6000,00. b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp. 6.000,00. c. Fotokopi izin UPAK. d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM. e. Denah bangunan/ruangan dari CPAK. f. Peta lokasi CPAK. g. SIUP CPAK. h. NPWP CPAK. i. UUG. j. Domisili perusahaan. k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
31
l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat pengelolaan alat kesehatan).
Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia maupun lainnya) b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi.
3.3.1.6 Izin Toko Alat Kesehatan (Kemenkes/No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010, 2010) Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut: Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
32
a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat 2 (dua) tahun. Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila: a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar. b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan. c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3.3.1.7 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002) Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk: a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT
Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu: a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi KTP. c. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
33
Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara lain: a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya. c. Peta lokasi, IMB. d. Denah ruangan produksi. e. Rancangan etiket. f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta). g. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. h. Surat izin perindustrian dari Dinas/SuDin Perindustrian. i. Data produk makanan yang akan diproduksi. j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk. k. Status bangunan (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat , dan bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP pemilik.
Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT yaitu: a. Pengajuan permohonan 1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa: a) Susu dan hasil olahan. b) Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku. c) Pangan kaleng. d) Pangan bayi. e) Minuman beralkohol. f) Air minum dalam kemasan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
34
g) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh : SL, coklat bubuk, garam yodium, AMDK, dan tepung). h) Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM. 3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Sudinkes Kotamadya. b. Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi: 1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya serta pengawetan pangan. 2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga. 3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB). 4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan. Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan industri rumah tangga, misalnya: 1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga. 2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk etika bisnis. c. Pemeriksaan sarana produksi Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas Kesehatan Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT. a. Sertifikasi produksi pangan IRT Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu: Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
35
1) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti penyuluhan keamanan pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai minimal satu orang tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti penyuluhan keamanan pangan. 2) Sertifikasi produksi pangan Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk satu jenis pangan produk IRTP. IRTP berlaku untuk selamanya selama IRTP tersebut masih tetap beroperasi.
b. Sistem pendataan dan pelaporan Penyelenggaraan
SPP-IRT
di
Sudinkes
Kota
Administrasi
setempat
melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP yang selambatlambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudinkes Kota Administrasi setempat.
3.3.2 Koordinator Tenaga Kesehatan Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah, antara lain: a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian b. Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi danDokter gigi spesialis) Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
36
3.3.2.1 Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011, 2011) Tenaga
kefarmasian
adalah
tenaga
yang
melakukan
pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja/praktik. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN (Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki SIAA dan/atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara mendaftar melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga Teknis
Kefarmasian
wajib
mengurus
SIKTTK
di
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota. STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, di mana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
37
lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh
STRTTK,
Tenaga
Teknis
Kefarmasian
harus
mengajukan
permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Surat permohonan STRTTK harus melampirkan: a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker; b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP; c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian; d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm dua lembar. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang melakukan
pekerjaan
kefarmasian
di
fasilitas
produksi
atau
fasilitas
distribusi/penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala DinKes Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN;
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
38
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan: a. Fotokopi STRTTK; b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian; c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan d. Pas foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.
3.3.2.2 Surat
Izin
Praktik
Dokter
(Peraturan
Menteri
Kesehatan
No.
2052/Menkes/Per/X/2011, 2011) Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
39
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota
dalam
memberikan
SIP
harus
mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut meliputi: a. Fotokopi Surat TandaRegistrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih berlaku; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya; c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu; d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik; dan e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut: a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki; b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung; dan c. Fotokopi KTP. Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas. Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas Administrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan apakah izin akan dibuatkan atau tidak. Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut diberikan SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
40
milik pemerintah, swasta maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk tempat praktik pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5 tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
3.3.3 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan (Sudinkes, 2009) Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut: a.
Orientasi pada kepuasan pelanggan.
b. Perbaikan/peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and sustainable improvement). c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif. Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan Binwasdal yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut. a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 % terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu. b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu. c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja, kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja. d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti. e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) minimal 2,51 atau dalam kategori baik. Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes Jakarta Timur sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Ada beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan penggunaannya di lingkungan Sudinkes Jakarta Timur.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
41
a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim. b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu seksi/subbagian saja. c. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu dijelaskan lebih lanjut. d. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu. Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut. a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim b. Profil Organisasi Sudin c. Sistem Manajemen Mutu Sudin d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu e. Komitmen Mutu f. Manjemen Sumber Daya g. Realisasi Pelayanan h. Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jakarta Timur adalah sebagai berikut: a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang dilakukan oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
42
dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam setahun. b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/audit yang dilakukan oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal satu kali dalam setahun. c. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkahlangkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali. d. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan. e. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Suku Dinas Kesehatan baru dibentuk pada bulan Januari 2009. Suku Dinas Kesehatan ini merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, di mana sebelumnya ke dua suku dinas ini dipisah. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 tahun 2008. Di daerah DKI Jakarta saat ini terdapat enam Suku Dinas yang terdapat di enam wilayah, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Pulau Seribu. Masingmasing Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, serta mempunyai tugas pokok melaksanakan perizinan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dan program kesehatan masyarakat. Salah satu seksi dalam Suku Dinas Kesehatan di Jakarta Timur, yaitu Sumber Daya Kesehatan. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai hasil pelaksanaan tugas dari seksi Sumber Daya Kesehatan.
4.1 Bagian Tenaga Kesehatan Bagian Tenaga Kesehatan dipimpin oleh seorang koordinator. Bagian ini bertugas antara lain: a. Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan. b. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan c. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan d. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan Analisis
ketersediaan
tenaga
kesehatan
di
puskesmas
dilakukan
berdasarkan jumlah minimal tenaga kesehatan yang harus tersedia di puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan. Perhitungan rasio dilakukan untuk melihat kecukupan dan penyebaran tenaga kesehatan di masing-masing kecamatan dan kelurahan dilihat dari jumlah penduduk di setiap kecamatan dan kelurahan. e. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga kesehatan. Terdapat dua jenis izin yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan, yaitu izin kewenangan dan izin kerja atau praktek. Dengan adanya otonomi daerah ada 43
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
44
beberapa izin kerja yang menjadi wewenang sudinkes, yaitu Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, Surat/ Sertifikat Penanggung Jawab Industri Rumah Tangga Pangan, dan Surat izin praktek tenaga medis (SIPTM), seperti Surat Izin Praktek Dokter Umum, Surat Izin Praktek Dokter Gigi, Surat Izin Praktek Bidan, Surat Izin Praktek Perawat, dan Surat Izin Praktek Refraksi Optisian. Analisis distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan pada Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan untuk melihat ketersediaan tenaga kesehatan di Puskemas. Berdasarkan data kepegawaian dari Tata Usaha (TU) dari 10 Puskesmas Kecamatan di Jakarta Timur didapatkan distribusi dan jumlah dari tenaga kesehatan yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Tenaga kesehatan yang dianalisis adalah tenaga medis (dokter dan dokter gigi), keperawatan, bidan, kefarmasian, ahli gizi, sanitarian, dan keteknisan medis. Tenaga non-kesehatan juga turut di hitung jumlah dan ketersediaannya. Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 8 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo Gadung terdapat pada Tabel 4.1. Jumlah total dokter umum yaitu 11 orang, dokter gigi 12 orang, Apoteker 1 orang, asisten apoteker 2 orang, bidan 13 orang, perawat 31 orang, tidak ada perawat gigi dan sanitarian sama sekali, ahli gizi 1 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan 19 orang.
1 1 0 1 1 0 2
1 1 0 1 2 0 1
1 1 0 1 3 0 1
1 1 0 1 2 0 1
1 1 0 1 2 0 1
Jumlah
0 1 0 1 2 0 1
PKL Cipinang
PKL Pisangan Timur II
1 1 0 1 2 0 1
PKL Jatinegara Kaum
PKL Pisangan Timur I
4 4 1 2 5 15 0 1 0 2 10
PKL Rawamangun PKL Kayu Putih
PKL Jati II
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan medis Staf Non-kesehatan
PKL Jati I
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKC Pulo Gadung
Tabel 4.1. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Pulo Gadung
1 1 0 1 2 0 1
11 12 1 2 13 31 0 1 0 2 19
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
45
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 6 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Matraman terdapat pada Tabel 4.2. Jumlah total dokter umum yaitu 15 orang, dokter gigi 11 orang, Apoteker 2 orang, asisten apoteker 1 orang, bidan 13 orang, perawat 18 orang, perawat gigi 5 orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan 16 orang.
1 1 0 1 1 1 0
1 1 0 1 2 1 0
1 1 0 1 2 0 1
1 1 0 1 1 0 0
1 1 0 1 2 1 1
1 1 1 2 1 1 1
Jumlah
PKL Kayu Manis
PKL Palmeriem
PKL Pisangan Baru
PKL Utan Kayu Utara
9 5 2 0 6 9 1 2 2 2 13
PKL Utan Kayu Selatan II
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan Medis Staf Non-kesehatan
PKL Utan Kayu Selatan I
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKC Matraman
Tabel 4.2. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Matraman
15 11 2 1 13 18 5 2 2 2 16
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 6 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Makasar terdapat pada Tabel 4.3. Jumlah total dokter umum yaitu 9 orang, dokter gigi 9 orang, Apoteker 2 orang, asisten apoteker 5 orang, bidan 13 orang, perawat 31 orang, tidak ada perawat gigi sama sekali, ahli gizi 1 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 1 orang dan staf non-kesehatan 12 orang.
PKL Cipinang Melayu
0 1 1 2 3 0 1
1 1 1 2 3 0 0
0 2 1 2 3 0 0
0 2 1 3 4 0 1
1 0 0 1 1 0 0
1 1 0 2 4 0 0
Jumlah
PKL Pinang Ranti
6 2 2 1 11 13 0 1 3 1 10
PKL Halim II
PKL Makasar
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan Medis Staf Non-kesehatan
PKL Kebon pala PKL Halim I
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKC Makasar
Tabel 4.3. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Makasar
9 9 2 5 23 31 0 1 3 1 12
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
46
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 11 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Duren Sawit terdapat pada Tabel 4.4. Jumlah total dokter umum yaitu 16 orang, dokter gigi 20 orang, Apoteker 2 orang, asisten apoteker 7 orang, bidan 22 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 1 orang, sanitarian 4 orang, keteknisan medis 4 orang dan staf nonkesehatan 17 orang.
7 7 2 2 6 13 1 1 4 4 5
1 1 1 1 2 1 -
1 0 0 1 2 0 -
1
0 2 0 1 2 0
1 0 1 1 1 0
0
1
1 2 1 2 2 0 -
2
1 1 0 1 1 0
1 1 0 2 2 1
1
1
0 2 0 3 3 0
1 2 1 1 1 1
1
1
1 0 0 2 1 0 -
1
1 2 1 1 2 0 -
2
1
Jumlah
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan Medis Staf non-kesehatan
PKL Duren Sawit PKL Klender I PKL Klender II PKL Klender III PKL Malaka Jaya PKL Malaka Sari PKL Pd. Bambu I PKL Pd. Bambu II PKL Pd. Kelapa PKL Pd. Kopi I PKL Pd. Kopi II
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKC Duren Sawit
Tabel 4.4. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit
16 20 2 7 22 32 4 1 4 4 17
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 5 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Ciracas terdapat pada Tabel 4.5. Jumlah total dokter umum yaitu 12 orang, dokter gigi 10 orang, Apoteker 2 orang, asisten apoteker 5 orang, bidan 20 orang, perawat 35 orang, perawat gigi 5 orang, ahli gizi 3 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 3 orang dan staf non-kesehatan 23 orang.
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKC Ciracas
PKL Cibubur
PKL Ciracas
PKL Kelapa Dua Wetan
PKL Rambutan
PKL Susukan
Jumlah
Tabel 4.5. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Ciracas
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat
5 6 2 2 11 24
0 1 1 1 3
1 0 1 2 1
1 1 1 3 2
1 0 0 1 3
3 2 0 2 2
11 10 2 5 20 35
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
47
1 3 3 3 15
Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan Medis Staf non-kesehatan
1 1
1 2
0 0
1 2
1 3
5 3 3 3 23
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 8 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Cakung terdapat pada Tabel 4.6. Jumlah total dokter umum yaitu 9 orang, dokter gigi 12 orang, Apoteker 2 orang, tidak ada asisten apoteker, bidan 14 orang, perawat 24 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 4 orang, tidak ada tenaga keteknisan medis dan staf nonkesehatan 22 orang.
0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1
1 1 0 0 2 1 1 0 0 0 3
1 1 0 0 2 2 0 0 0 0 0
1 2 0 0 1 2 0 0 0 0 1
1 1 0 0 1 3 0 0 0 0 1
1 1 0 0 1 2 0 0 0 0 1
0 1 0 0 0 2 1 0 0 0 1
Gebang Jumlah
PKL Penggilingan Elok PKL Pulo
PKL Ujung Menteng
PKL Cakung Barat
PKL Rawa Terate
1 0 0 0 1 2 1 1 0 0 0
PKL Cakung Timur
3 4 2 0 5 8 1 3 2 0 14
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf non-kesehatan
PKL Penggilingan PIK
PKL Jatinegara
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKC Cakung
Tabel 4.6. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Cakung
9 12 2 0 14 24 4 4 2 0 22
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 10 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Cipayung terdapat pada Tabel 4.7. Jumlah total dokter umum yaitu 5 orang, dokter gigi 10 orang, tidak ada tenaga Apoteker, asisten apoteker hanya 2 orang, bidan 22 orang, perawat 38 orang, perawat gigi 3 orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 1 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan 27 orang.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
48
1 1 0 0 1 2 0 0 0 0 2
0 0 0 0 1 3 0 0 0 0 2
Jumlah
0 1 0 0 1 4 0 0 0 0 1
0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 3
PKL Cipayung
0 1 0 0 2 2 0 0 0 0 1
PKL Ceger
0 1 0 0 2 2 0 0 0 0 0
PKL Cilangkap
PKL Setu
0 1 0 0 2 3 0 0 0 0 1
PKL Lubang Buaya
PKL Bambu Apus I PKL Bambu Apus II PKL Munjul
2 3 0 2 5 14 3 1 2 2 15
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf non-kesehatan
PKL P.Rangon II
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKL P.Rangon I
PKC Cipayung
Tabel 4.7. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Cipayung
0 1 0 0 2 2 0 0 0 0 1
1 1 0 0 1 2 0 0 0 0 0
1 0 0 0 3 3 0 0 0 0 1
5 10 0 2 22 38 3 1 2 2 27
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 11 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Jatinegara terdapat pada Tabel 4.8. Jumlah total dokter umum yaitu 17 orang, dokter gigi 18 orang, Apoteker 1 orang, asisten apoteker 3 orang, bidan 19 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 3 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan 21 orang.
1 1 0 0 2 1 1 0 0 0 0
Jumlah
1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1
PKL Kampung Melayu PKL Rawa Bunga
1 1 0 0 0 2 0 0 0 0 0
PKL Cip Muara
0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1
PKL Cip Cempedak
1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
PKL Cip Besar Utara
PKL Bidaracina III
2 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1
PKL Cip Besar Selatan II
PKL Bidaracina II
9 5 1 3 10 16 1 2 1 1 12
PKL Cip Besar Selatan I
PKL Bidaracina I
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf nonkesehatan
PKL Balimester
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKC Jatinegara
Tabel 4.8. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Jatinegara
2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1
0 2 0 0 1 1 0 0 1 0 1
0 3 0 0 0 4 1 0 0 0 2
0 1 0 0 2 2 0 0 0 0 1
17 18 1 3 19 32 4 2 3 2 21
0 2 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
49
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 8 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Kramat Jati terdapat pada Tabel 4.9. Jumlah total dokter umum yaitu 8 orang, dokter gigi 14 orang, Apoteker hanya 1 orang, asisten apoteker 3 orang, bidan 27 orang, perawat 27 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 1 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf nonkesehatan 47 orang.
1 1 0 1 2 2 0 0 0 0 2
0 1 0 0 2 2 0 0 0 0 2
0 2 0 0 1 3 0 0 0 0 2
1 0 0 0 2 1 0 0 0 0 2
PKL Bale Kambang Jumlah
1 1 0 0 2 0 0 0 0 0 2
PKL Batu Ampar
PKL Cawang
PKL Kramat Jati 2 1 2 0 1 4 3 1 0 0 1 2
PKL Dukuh
0 0 0 0 3 1 0 0 0 0 3
PKL Tengah
3 6 1 1 9 14 3 3 1 1 31
PKL Cililitan
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf non-kesehatan
PKL Kramat Jati 1
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKC Kramat Jati
Tabel 4.9. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Kramat Jati
1 1 0 0 2 1 0 0 0 0 1
8 14 1 3 27 27 4 3 1 2 47
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 5 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pasar Rebo terdapat pada Tabel 4.10. Jumlah total dokter umum yaitu 10 orang, dokter gigi 7 orang, Apoteker 1 orang, asisten apoteker 1 orang, bidan 15 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 3 orang dan staf nonkesehatan 30 orang.
PKL Pekayon
1 0 0 0 1 2
1 1 0 0 2 2
1 1 0 0 2 2
2 0 0 0 0 1
Jumlah
PKL Kalisari
1 1 0 0 1 4
PKL Gedong
4 4 1 1 9 21
PKL Cijantung
Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat
PKL Baru
Puskesmas Kecamatan / Kelurahan
PKC Pasar Rebo
Tabel 4.10. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Pasar Rebo
10 7 1 1 15 32
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
50
Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf non-kesehatan
0 2 2 3 24
1 0 0 0 0
1 0 0 0 2
1 0 0 0 1
0 0 0 0 1
1 0 0 0 2
4 2 2 3 30
Dari analisis data tenaga kesehatan di 10 Puskesmas Kecamatan, dapat dilihat jumlah tenaga kesehatan yang tidak merata antara tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan dengan Puskesmas Kelurahan. Masih banyak tenaga kesehatan yang harus tersedia di puskesmas kelurahan seperti dokter, dokter gigi, asisten apoteker, perawat, dan sanitarian untuk memberikan pelayanan kesehatan.
4.2 Bagian Standardisasi Mutu Kesehatan Sistem Manajemen Mutu yang dilaksanakan berdasarkan ISO 9001:2008 telah dan terus menerus dijalankan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk menjamin
kualitas
pelayanan
publik
dalam
bidang
kesehatan
yang
diselenggarakan oleh Sudinkes Jaktim. Pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dilakukan lewat pelaksanaan audit internal dan surveilans, survei kepuasan pelanggan dan tinjauan manajemen, serta berbagai pelatihan seperti pelatihan lead auditor dan pelatihan manajemen kepuasan pelanggan. Instruksi Kerja dan Quality Procedure tentang pelayanan perizinan dan sertifikasi mengalami revisi terkait proses perizinan yang masih ditangani oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan salah satu aspek mendasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 mengenai dokumentasi. Sampai saat ini penyelenggaraan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) pada pelayanan perizinan masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan bidan dan sarana farmasi, makanan, dan minuman, berkas pemohon yang dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor walikota, berkas permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota untuk selanjutnya dapat diambil oleh pemohon. Sejak 9 Agustus 2011, diberlakukan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 74 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada Kota Administrasi yang menerangkan bahwa Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
51
kegiatan pelayanan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat melalui satu pintu, yaitu di kantor walikota. Dengan perubahan ini maka terjadi perubahan pula terhadap alur perizinan untuk sarana dan tenaga kesehatan yang dialihkan ke Kantor Walikota. Telah disebutkan sebelumnya mengenai sistem pelayanan satu pintu, Pemerintah kota Jakarta Timur sedang dalam peralihan atau percobaan menuju sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 114 tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSP). PTSP ini merupakan sistem di mana seluruh berkas permohonan perizinan masuk melalui customer service yang berada di walikota, kemudian diteruskan ke seksi atau bagian yang bersangkutan. Sistem PTSP ini menjadikan seluruh proses perizinan terpusat di satu tempat dan diharapkan dapat mengurangi lamanya proses perizinan. Dengan perubahan sistem perizinan ini maka alur perizinan dan sertifikasi mengalami perubahan juga yang sebelumnya mengacu pada sistem satu atap menjadi satu pintu. Dengan perubahan ini, maka instruksi kerja dan prosedur mutu perlu mengalami perubahan atau dilakukan revisi. Namun, sampai saat ini penyelenggaraan PTSP pada pelayanan perizinan masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan bidan dan sarana farmasi, makanan, dan minuman, berkas pemohon yang dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor walikota, berkas permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota untuk selanjutnya dapat diambil oleh pemohon. Salah satu tugas bagian Standarisasi Mutu Kesehatan adalah evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan dengan cara mengevaluasi pelayanan perizinan yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur berdasarkan standar 12 hari kerja terhitung dari lengkapnya berkas yang diperlukan untuk mendapatkan surat izin. Dengan adanya alur perizinan ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai tata cara perizinan tenaga dan sarana kesehatan dan jika pelayanan alur perizinan lebih dari 12 hari dapat diketahui penyebab dari keterlambatan tersebut dengan melihat pada alur perizinan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
52
Revisi instruksi kerja perizinan dilakukan terhadap referensi yang digunakan dengan membandingkan peraturan yang sudah ada dan menambahkan peraturan baru yang belum ada ke dalam instruksi kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada instruksi kerja juga ditambahkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan perizinan baik untuk tenaga kesehatan maupun sarana kesehatan. Revisi quality procedure pelayanan perizinan dan sertifikasi dilakukan terhadap referensi yang digunakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini dengan cara menambahkan peraturan baru yang belum tercantum serta mengganti peraturan yang lama dengan peraturan baru ke dalam quality procedure tersebut. Peraturan-peraturan baru tersebut melengkapi peraturan lama yang telah ada pada referensi sebelumnya. Selain itu, revisi juga dilakukan terhadap definisi, rincian prosedur, dan alur pelayanan perizinan yang mengacu pada prosedur manual. Pembuatan bagan alur perizinan menggunakan program Microsoft Office Visio 2007 berdasarkan proses dari tiap tahap dan bentuk diagram yang ada di program tersebut. Proses revisi Instruksi Kerja dan Quality Procedure melibatkan bagian terkait hingga diperoleh persetujuan dari bagian tersebut atas revisi yang dilakukan.
4.3 Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman 4.3.1 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat Sistem penyerahan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) di Puskesmas kecamatan wilayah Jakarta Timur kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan setiap sebulan sekali sebagai pengawasan terhadap penggunaan obat di Puskesmas sebab puskesmas Kecamatan merencanakan sendiri kebutuhan obatnya untuk pemakaian satu tahun.. Hal ini dilakukan karena Puskesmas Kecamatan di wilayah DKI Jakarta mendapat subsidi langsung dari pemerintahan DKI Jakarta dan dianggap mampu melakukan pengelolaan obat sendiri. Selain itu, sistem tersebut dilakukan supaya persediaan atau pengadaan obat di setiap Puskesmas Kecamatan sesuai dengan yang diperlukan sehingga pengobatan dapat memenuhi sasaran. Puskesmas Kecamatan merencanakan pengadaan obat tiap tahunnya berdasarkan jumlah pemakaian obat selama setahun, jumlah resep atau kunjungan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
53
pasien, dan pola penyakit yang berkembang. Puskesmas Kelurahan mendapat distribusi obat dari Puskesmas Kecamatan tiap tiga bulan sekali namun apabila terjadi kekosongan obat Puskesmas Kelurahan dapat langsung melakukan permintaan obat ke Puskesmas Kecamatan. Hal ini untuk menghindari pemakaian obat yang berlebihan di Puskesmas Kelurahan. Dari data LPLPO dapat dilihat jumlah pemakaian obat setiap bulan, sisa stok dan pola penyakit yang berkembang sehingga dapat dimanfaatkan oleh penanggung jawab Puskesmas untuk analisis pengelolaan
obat,
penggunaan
obat,
perencanaan
kebutuhan
obat
dan
pengendalian persediaan. Alur pelaporan LPLPO dimulai dari penyerahan LPLPO Puskesmas Kelurahan ke Puskesmas Kecamatan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya. Selanjutnya, Puskesmas Kecamatan mengirimkan LPLPO ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya/Kabupaten paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya.
Hasil
rekapitulasi
LPLPO
dari
Suku
Dinas
Kesehatan
Kotamadya/Kabupaten dikirim kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan. Kemudian, setiap 6 bulan sekali hasil kompilasi LPLPO dari Dinas Kesehatan Provinsi dilaporkan ke Departemen Kesehatan RI. Saat ini, sistem pengiriman LPLPO dari masing-masing Puskesmas Kecamatan kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan secara komputerisasi dalam bentuk softcopy menggunakan program Microsoft Excel yang telah ditentukan formatnya oleh Kemenkes kemudian dikirim melalui surat elektronik. Pada format ini terdapat 144 macam obat, tetapi tidak mencakup semua obat yang ada di Puskesmas, sehingga setiap Puskesmas perlu menambahkan obat yang tidak terdapat dalam format. Selain itu, Puskesmas juga perlu melaporkan data kunjungan pasien dalam pelaporan. Sistem ini dirasa sangat memudahkan dalam melakukan rekapitulasi. Perlu diketahi bahwa pelaporan LPLPO sebelumnya (hingga 2012) dilakukan secara manual dalam bentuk hardcopy dengan format yang berbeda-beda tiap Puskesmas. Selain itu juga, beberapa LPLPO Puskesmas Kecamatan ada yang mencantumkan obat yang tidak terdapat di Puskesmas Kecamatan lainnya sehingga pada akhirnya Kemenkes melalui Suku Dinas Kesehatan membuat Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
54
format standar LPLPO yang berlaku untuk setiap Puskesmas Kecamatan. Format standar yang dibuat diharapkan dapat memudahkan rekapitulasi LPLPO di Suku Dinas Kesehatan, menghemat waktu pengerjaan dan tenaga dari staf Suku Dinas Kesehatan. Rekapitulasi LPLPO diharapkan dapat membantu pihak Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk merencanakan pengadaan obat-obat buffer stock bagi Puskesmas maupun obat-obat program pemerintah dari Kementerian Kesehatan. Rekapitulasi LPLPO juga digunakan dalam pengambilan l kebijakan maupun keputusan dalam pendistribusian obat buffer stock (obat essensial generik) ke tiap-tiap Puskesmas kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Timur sehingga pembagiannya dapat merata sesuai dengan kebutuhan tiap Puskesmas. Berdasarkan daftar pemakaian dua puluh obat terbanyak di wilayah Jakarta Timur periode Desember 2012 – Februari 2013, dapat disimpulkan bahwa penyakit yang banyak menyerang masyarakat di wilayah Jakarta Timur adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dengan gejala seperti demam, batuk, pilek, radang maupun gatal tenggorokan yang masing-masing gejala tersebut diatasi dengan pemberian Parasetamol,
Gliseril Guaiakolat atau Dekstrometorfan HBr,
Khlorofeniramin Maleat (CTM) atau prednison. Selain itu, pada penderita ISPA juga diberikan Vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh seperti Vitamin B ( B1, B6, B12 atau B Kompleks) dan vitamin C. Penyakit lain yang prevalensinya cukup tinggi adalah gangguan saluran pencernaan (gastritis dan diare) yang pengobatannya dengan antasida dan antibiotika kotrimoksazol , nyeri-nyeri yang pengobatannya dengan antalgin, ibuprofen atau paracetamol, dan tekanan darah tinggi yang pengobatannya dilakukan dengan pemberian kaptopril dan kombinasi Vitamin B. Hal ini dapat terlihat pada data Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat di Puskesmas wilayah Jakarta Timur periode Desember 2012 Februari 2013, dua puluh jenis obat terbanyak yang dipakai secara berurutan dari yang terbesar adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
55
Tabel 4.11. Jenis obat terbanyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur No
Nama Obat
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Paracetamol 500 mg Khlorfeniramin Maleat Gliseril Guaiakolat 100 mg Amoxylin 500 mg Vitamin B Kompleks Vitamin C 50 mg Vitamin B6 10 mg Deksametason 0,5 mg Vitamin B1 50 mg Antasida DOEN Kalsium Laktat 500 mg Amoxylin 250 mg Kaptopril 12.5 & 25 mg Prednison Antalgin 500 mg Vitamin B12 50 mcg Dekstrometorfan HBr Tablet Tambah Darah Kotrimoksazol (Dewasa) Ibuprofen 200 mg
Satuan Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Kapsul Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet
Total 1,503,962 1,399,013 1,272,494 1,080,576 999,087 825,297 757,698 652,461 598,748 593,296 429,469 323,249 310,685 305,227 260,334 260,032 195,308 190,275 176,147 153,530
Rata - Rata /Bulan 501,321 466,338 424,165 360,192 333,029 275,099 252,566 217,487 199,583 197,765 143,156 107,750 103,562 101,742 86,778 86,677 65,103 63,425 58,716 51,177
4.3.2 Sitem pelaporan Narkotika dan Psikotropika Unit
pelayanan
kesehatan
wajib
membuat,
menyampaikan,
dan
menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika dan psikotropika sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Sistem pelaporan Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika di DKI Jakarta dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Data penggunaan narkotika dan psikotropika di Puskesmas juga dapat terlihat pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas Kecamatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan program SIPNAP sejak tahun 2008. Program SIPNAP ini mengalami perkembangan dan pembaharuan pada tahun 2012. Pada akhir tahun 2012 program ini sudah diperkenalkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
56
kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Program terbaru ini sudah mulai diberlakukan pada tahun 2013. Sistem pada program ini memiliki bagianbagian yang terintegrasi, yaitu unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan pusat, serta web server (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Pada program SIPNAP baru ini sistem dapat langsung melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika masing-masing unit pelayanan kesehatan ke Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Kementerian Kesehatan. Masing-masing unit pelayanan kesehatan dapat langsung memasukkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropikanya ke program SIPNAP. Rekapitulasi data pelaporan penggunaan narkotika menggunakan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang baru. Pada data laporan penggunaan narkotik di Apotek bulan Desember 2012, tidak ditemukan data. Hanya ada data stok awal dan stok akhir narkotika dengan jumlah yang sama, artinya tidak ada penggunaan narkotika pada bulan tersebut. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek bulan Januari tahun 2013 adalah Codein tablet 20 mg sejumlah 4.874 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek bulan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 15 mg sejumlah 1.206 mg. Narkotika yang paling banyak digunakan di rumah sakit bulan Desember tahun 2012 dan bulan Januari tahun 2013 berturut-turut adalah Codein tablet 20 mg sejumlah 938 tablet dan 5.703 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di rumah sakit bulan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 15 mg sejumlah 591 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Puskesmas bulan Desember tahun 2012, Januari tahun 2013 dan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 10 mg sejumlah 1.110 tablet, 1.733 tablet dan 685 tablet. Berdasarkan hasil rekapitulasi bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Februari 2013 maka narkotika yang paling banyak digunakan pada bulan-bulan tersebut adalah Codein tablet 20 mg. Data penggunaaan psikotropika bulan Desember 2012-Februari 2013 di unit pelayanan apotek tidak dapat direkapitulasi karena data tersebut tidak bisa diambil atau diunduh dari situs SIPNAP. Hal ini disebabkan karena jaringan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
57
internet yang kurang memadai dan program SIPNAP yang masih dalam tahap pengembangan. Oleh karena itu data yang dapat disajikan hanya dari unit pelayan puskesmas kecamatan dan rumah sakit. Namun, pada bulan Februari 2013 semua rumah sakit belum mengumpulkan laporannya. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh Puskesmas Kecamatan pada bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Februari adalah Phenobarbital tablet 30 mg dengan jumlah berturut-turut adalah 8.303 tablet, 6.860 tablet dan 5.402 tablet. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh rumah sakit pada bulan Desember 2012 adalah Phenobarbital tablet 30 mg sejumlah 4.590 tablet. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh rumah sakit pada bulan Januari 2013 adalah Alprazolam 0,5 mg sejumlah 8.489 tablet. Berdasarkan hasil rekapitulasi bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Februari 2013 maka psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan-bulan tersebut adalah Phenobarbital tablet 30 mg sejumlah 27.342 tablet.
4.3.3 Perizinan Peraturan Menteri Kesehatan no 1332 tahun 2002 dan Keputusan kepala Dinkes Propinsi DKI Jakrta no 7687 2002 ; Permenkes 1332 2002 menyebutkan bahwa perizinan sarana apotek telah didelegasikan proses perizinannya ke sudinkes kota/kabupaten, sehingga Sudinkes memiliki tugas mengatur dan mengawasi keberadaan sarana, fasilitas, pelayanan dan jumlah tenaga kerja apotek. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 1332 tahun 2002, Sudinkes kota wajib melaporkan pemberian, pembekuan, pencairan dan pencabutan izin sekali setahun kepada Menteri kesehatan, sehingga setiap tahun dilakukan pemutakhiran data sarana apotek, baik apotek maupun apotek rakyat. Berdasarkan hasil pemutakhiran data apotek dan apotek rakyat di wilayah Suku Dinas Kesehatan kota jakarta Timur hingga Maret 2013, diketahui bahwa jumlah total sarana apotek yang berada di wilayah Sudinkes Jakarta Timur hingga Maret 2013 adalah sebanyak 509 sarana dengan jumlah apotek sebanyak 359 sarana dan jumlah apotek rakyat sebanyak 150 sarana. Data jumlah apotek di wilayah Sudinkes jakarta Timur dapat dilihat pada tabel 4.12, sedangkan data jumlah apotek rakyat dapat dilihat pada tabel 4.13. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
58
Tabel 4.12. Data jumlah apotek di wilayah kota administrasi Jakarta Timur berdasarkan kecamatan Jumlah Jumlah No. Kecamatan Apotek Tutup Apotek aktif 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Duren Sawit Kramat Jati Pasar Rebo Cipayung Ciracas Jatinegara Matraman Makasar Cakung Pulo gadung Jumlah
93 37 16 22 28 33 16 20 36 58 359
5 2 1 0 0 1 2 1 3 4 19
Tabel 4.13. Data jumlah apotek rakyat di wilayah kota administrasi Jakarta Timur berdasarkan kecamatan No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Duren Sawit Kramat Jati Pasar Rebo Cipayung Ciracas Jatinegara Matraman Makasar Cakung Pulo gadung Jumlah
Jumlah Apotek aktif 4 8 1 1 3 50 78 1 1 3 150
Jumlah Apotek tutup
3 8
11
Sedangkan jumlah total perizinan apotek yang diterbitkan pada periode tahun 2010 hingga Maret 2013 adalah sebanyak 257 sarana dengan rincian sebagai berikut: jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2010 adalah sebanyak 45 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 44 sarana; jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2011 adalah sebanyak 45 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 31 sarana; jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2012 adalah sebanyak 52 sarana, sedangkan apotek Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
59
rakyat adalah sebanyak 23 sarana; jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada Januari – Maret 2013 adalah sebanyak 13 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 4 sarana. Jumlah total apoteker yang terdaftar bekerja di apotek dan apotek rakyat, baik sebagai apoteker pengelola maupun apoteker pendamping adalah sebanyak 531 apoteker dengan rincian sebagai berikut: pada apotek terdapat 359 apoteker sebagai apoteker pengelola apotek dan 22 apoteker sebagai apoteker pendamping, sedangkan pada apotek rakyat terdapat 150 apoteker sebagai apoteker penanggung jawab (APA). Untuk apoteker pendamping, data ini bukan merupakan data faktual karena tidak semua apoteker pendamping melakukan pelaporan sehingga perlu dilakukan pemutakhiran data di lapangan. Data jumlah apoteker dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.14.
Data jumlah apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker pendamping berdasarkan data sarana dan prasarana di wilayah Sudinkes Jakarta Timur.
No. 1 2
Apoteker APA Apoteker Pendamping Total
Sarana/Prasarana Apotek Apotek Rakyat 359 150 22 381 150
Total 509 22 531
Kegiatan pemutakhiran data IRTP dilakukan oleh Sudinkes sebagai program
dari
Depkes
dibawah
perintah
Menkes.
Format
penyusunan
pemutakhiran data IRTP sesuai dengan petunjuk adalah sebagai berikut: Tahun, Propinsi, Kabupaten/Kota, Nama, Alamat Kantor, Telepon Kantor, Pemilik, Penanggung Jawab, Kelamin, Sertifikat PKP, Sertifikat IRT Jenis Produk, Keterangan dan Tutup. Berdasarkan data yang tersedia, diperoleh data Perizinan IRTP di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur yang disusun sesuai format tersebut hingga bulan Maret 2013 yang dapat dilihat pada lampiran 3. Data jumlah sarana IRTP yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 dapat dilihat pada tabel 4.15 dan data jumlah Nomor P-IRT dapat dilihat pada tabel 4.16. Sedangkan data
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
60
rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan rekapitulasi jumlah Nomor P-IRT dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.1. Tabel 4.15 Data jumlah sarana IRTP di berbagai kecamatan dalam wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 Kecamatan
Jatinegara
Duren Sawit
Matraman
Pulogadung
Cakung
Makasar
Kramat Jati
Pasar Rebo
Ciracas
Cipayung
Jumla h
Tahun
≤2009
19
30
8
23
7
8
14
9
13
19
150
2010
22
34
10
26
9
10
20
12
13
20
176
2011
27
42
12
32
11
11
22
14
13
22
206
2012
27
46
14
35
13
12
25
14
17
23
226
2013 (Maret)
28
46
16
35
13
13
25
14
17
25
232
Tabel 4.16 Data jumlah Nomor P-IRT di berbagai kecamatan dalam wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013
Tahun
Jatinegara
Duren Sawit
Matraman
Pulogadung
Cakung
Makasar
Kramat Jati
Pasar Rebo
Ciracas
Cipayung
Kecamatan
≤2009
41
94
20
70
8
21
25
12
18
44
353
2010
63
136
22
103
11
29
74
17
18
52
525
2011
85
199
45
124
18
33
85
29
18
72
708
2012
85
209
55
132
27
44
89
29
28
78
776
2013 (Maret)
89
213
58
133
33
54
89
29
28
87
813
Jumlah
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
61
Tabel 4.17 Data rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013
Tahun
Jumlah sarana IRTP
Jumlah Nomor Keterangan P-IRT
≤2009
150
353
34 IRTP Baru
2010
176
525
26 IRTP Baru
2011
206
708
30 IRTP Baru + 1 IRTP Lama (Penambahan Produk)
2012
226
776
20 IRTP Baru
813
6 IRTP Baru + 3 IRTP Lama (2 Penambahan Produk dan 1 Penyesuaian No. SPP-IRT)
2013 (Maret)
232
Gambar 4.1 Grafik rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
62
Dari tabel 4.17 terlihat bahwa hingga bulan Maret 2013 teradapat adanya 232 sarana IRTP dan 813 SPP-IRT dengan penambahan 82 sarana IRTP dan 460 Nomor P-IRT dari tahun 2010 hingga Maret 2013 dimana: a.
Pada tahun 2010 terdapat adanya 26 sarana IRTP baru dengan 172 Nomor P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.18
Tabel 4.18 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2010 No
Nama IRTP
Keterangan
Banyaknya izin No P-IRT
1
GSR SARI RASA
Izin Baru
2
2
SUMBER ROSO
Izin Baru
17
3
THE COOKIES LADY (TCL )
Izin Baru
3
4
SUKA HATI
Izin Baru
22
5
Saboga
Izin Baru
7
6
YORYA COOKIES
Izin Baru
8
7
RATU CERIA BAKERY
Izin Baru
5
8
JAKARTA (JAC)
Izin Baru
1
9
TABHO
Izin Baru
1
10
IVA CAKE BAKERY
Izin Baru
6
11
PARAHYANGAN
Izin Baru
20
12
TRI DARA
Izin Baru
7
13
CIPTA BINA KARYA
Izin Baru
1
14
RAFLESIA BAKERY
Izin Baru
2
15
EEL SHOP WIYONO
Izin Baru
5
16
CV.56 BINTANG UTAMA
Izin Baru
3
ART
CULTUTE
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
63
17
AYA SNACK
Izin Baru
8
18
MEMORI
Izin Baru
2
19
RATIH JAYA
Izin Baru
9
20
WADI BIN ALI
Izin Baru
10
21
MELATI PUTIH
Izin Baru
15
22
AMANAH
Izin Baru
5
23
SARI JAYA
Izin Baru
1
24
CV. GEMILANG BERSAMA
Izin Baru
3
25
GEMBIRA
Izin Baru
1
26
KIRANI JAYATAMA
Izin Baru
8
Jumla h
26 IRTP
Semuanya izin baru
172 No. P-IRT Baru
b.
KARYA
Pada tahun 2011 terdapat adanya 30 sarana IRTP baru dengan 183 Nomor P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.19
Tabel 4.19 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2011 No
Nama IRTP
Keterangan
Banyaknya produk/No P-IRT
1
KENANGA
Izin Baru
4
2
FRESH HJ. LELA
Izin Baru
3
3
ZAFA FOOD
Izin Baru
5
4
LAPAS KLAS NARKOTIKA
Izin Baru
7
5
Tjik Oneh
Izin Baru
3
6
PRIMA
UTAMA Izin Baru
2
TALENT
II
A
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
64
MANDIRI 7
SIHAR PANGIHUTAN Izin Baru HAMONANGAN SITORUS
2
8
RAFA HARUM JAYA
Izin Baru
3
9
SRIKANDI JAYA
Izin Baru
4
10
TUNAS MEKAR
Izin Baru
9
11
AMNUR JB HERBAL
Izin Baru
3
12
LESTARI FOOD INDUSTRI
Izin Baru
26
13
DAPUR ACI
Izin Baru
14
14
PD. LARIS MANIS
Izin Baru
9
15
SALAMAH FOOD
Izin Baru
14
16
Shofi Cookies
Penambahan Produk
13
17
WILMAS MANDIRI
Izin Baru
2
18
HARUM LEGIT
Izin Baru
1
19
Aneka Kriuk
Izin Baru
2
20
Wawat Suprabawati
Izin Baru
1
21
Sedap Sari
Izin Baru
1
22
MEI PASTEL
Izin Baru
1
23
KEMANGI 3 FOODS
Izin Baru
1
24
CV. JAYA TUNGGAL
Izin Baru
6
25
INNA
Izin Baru
4
26
CITRA INDOBOGA
Izin Baru
5
27
RAYA FOOD
Izin Baru
6
28
UD. LESTARI MAKMUR
Izin Baru
10
29
Usaha Mandiri Segar Alami
Izin Baru
2 Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
65
30
CV. Mora Sentosa
Izin Baru
13
31
CLARISHA
Izin Baru
7
Juml ah
31 IRTP
30 izin baru 183 No. + 1 lama Baru
c.
P-IRT
Pada tahun 2012 terdapat adanya 20 sarana IRTP baru dengan 68 Nomor P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.20
Tabel 4.20 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2012 No
Nama IRTP
Keterang an
Banyaknya produk/No P-IRT
1
UD. SUMBER TANI MAKMUR
Izin Baru
2
2
UD. SYIFA ALAMI TURKI
Izin Baru
5
3
MAHARAJA
Izin Baru
1
4
CV MENATA KREASI
Izin Baru
2
5
INDRI RASA
Izin Baru
8
6
CV HUSEN'S PRIMA MANDIRI
Izin Baru
2
7
MAJU SEKAWAN SEJATI
Izin Baru
1
8
POPY POPS MAKARONI
Izin Baru
1
9
BROTIE BAKERY
Izin Baru
6
10
CV BUMI PANGAN
Izin Baru
5
11
TIGA PUTRI
Izin Baru
4
12
FELISYA ENTERPRISE
Izin Baru
11
13
IKONARASAKI
Izin Baru
2
14
RANI INDAH PERMATA SARI
Izin Baru
1
15
HANDAYANI
Izin Baru
1
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
66
16
HERBAL HOLISTIK
Izin Baru
4
17
SYAFARA
Izin Baru
1
18
ORIENTASI NUSANTARA
Izin Baru
1
19
LITO BINTANG ABADI
Izin Baru
4
20
NA JAYA
Izin Baru
6
Jumla h
20 IRTP
Semuanya 68 No. P-IRT Baru izin baru
d.
Hingga bulan Maret 2013 terdapat adanya 6 IRTP baru dengan 37 Nomor P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.21
Tabel 4.21 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT hingga bulan Maret 2013 No
Nama IRTP
Keterangan
Banyaknya produk/No P-IRT
1
JAYA ABADI PACKAGING
Izin Baru
4
2
MAHARAJA
Penambahan produk
4
3
SANGKU RATU
Izin Baru
2
4
CV AZ ZAHRA
Izin Baru
1
5
Shofi Cookies
Penambahan produk
1
6
CV. JAYA TUNGGAL
Penyesuaian No. PIRT
6
7
DAPUR KUE MAMA
Izin Baru
10
8
CEMILAN
Izin Baru
5
9
INDOVERA BIOTECH
Izin Baru
4
Jumla h
9 IRTP
6 izin baru + 3 37 No. P-IRT Baru lama
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
67
Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.03.1.23.04.12.2205 tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga tertera bahwa SPP-IRT berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan sehingga untuk IRTP yang memiliki SPP-IRT yang terdaftar sebelum tahun 2012 seharusnya didaftar ulang dan disesuaikan untuk mendapatkan SPP-IRT yang baru sedangkan hingga bulan Maret 2013 hanya ada 1 sarana IRTP lama yang melakukan penyesuaian No P-IRT sesuai SPP-IRT yang baru. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pemilik sarana IRTP lainnya belum mengetahui adanya peraturan tersebut sehingga seharusnya diberikan sosialisasi atau pemberitahuan yang bisa dilakukan melalui media massa seperti radio, koran dan sebagainya kepada para pemilik tentang adanya peraturan tersebut. Kegiatan pemutakhiran data toko obat dilakukan oleh Sudinkes sebagai program
dari
Depkes
dibawah
perintah
Menkes.
Format
penyusunan
pemutakhiran data IRTP sesuai dengan petunjuk adalah sebagai berikut: Tahun, Propinsi, Kabupaten/Kota, Nama Toko Obat, Nomor Izin, Alamat Kantor, Telepon Kantor, Penanggung-Jawab, Kelamin, SIK Penanggung-Jawab, dan Tutup. Berdasarkan data yang tersedia, diperoleh data perizinan toko obat di wilayah Suku Dinas Kesehatan kota administrasi Jakarta Timur yang disusun sesuai format tersebut hingga bulan Maret 2013 yang dapat dilihat pada lampiran 4. Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 dapat dilihat pada tabel 4.22 dan data rekapitulasi jumlah sarana toko obat dapat dilihat pada Tabel 4.23 sedangkan grafik data rekapitulasi jumlah sarana toko obat dapat dilihat pada Gambar 4.24
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
68
Tabel 4.22 Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 Kecamatan Duren Sawit
Pulogadung
Kramat Jati
Cipayung
Ciracas
Jatinegara
Matraman
Cakung
Pasar Rebo
Makasar
Jumlah sarana toko obat
≤ 2009
5
6
18
1
13
24
58
3
2
7
137
2010
5
6
18
1
13
24
58
3
2
6
136
2011
6
6
18
1
14
23
58
3
2
6
137
2012
7
6
18
1
14
23
58
3
2
6
138
2013 (Maret)
8
8
18
1
14
23
58
4
3
6
143
Tahun
Tabel 4.23 Data rekapitulasi sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 Tahun
Jumlah Toko Obat Keterangan
≤ 2009
137
Perizinan hingga tahun 2009
2010
136
1 TO Baru, 2 jadi Apotek Rakyat, 4 Perpanjangan Izin
2011
137
2 TO Baru, 1 jadi Apotek Rakyat, 3 Perpanjangan Izin
2012
138
1 TO Baru, 5 Perpanjangan Izin
2013 (Maret)
143
5 TO Baru, 3 Perpanjangan Izin
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
69
Gambar 4.2 Grafik rekapitulasi jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013
Dari tabel 4.23 terlihat bahwa hingga bulan Maret 2013 teradapat adanya 143 sarana toko obat dengan penambahan izin dari tahun 2010 hingga Maret 2013 sebanyak 24 perizinan dimana: a.
Pada tahun 2010 terdapat adanya 1 izin toko obat baru, 2 toko obat yang menjadi Apotek Rakyat dan 4 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.24
Tabel 4.24 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2010 Toko Obat
Keterangan
ANUGERAH
Menjadi Apotek Rakyat
MERLIN
Izin Baru
PT.LION SUPER INDO
Perpanjangan
CAHAYA BARU II
Perpanjangan
LOTTE INDONESIA
Perpanjangan & Ganti Nama
SHOPPING
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
70
Toko Obat INTI CITRA
Keterangan CAKRAWALA Perpanjangan & Ganti Nama (INDOGROSIR CIPINANG)
SINAR MAKMUR II
b.
Menjadi Apotek Rakyat
Pada tahun 2011 terdapat adanya 2 izin toko obat baru, 1 menjadi apotek rakyat dan 3 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.25
Tabel 4.25 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2011 Toko Obat
Keterangan
A&G
Izin Baru
SEHAT CIJANTUNG
Perpanjangan
JAYA AGUNG
Jadi Apotek Rakyat
TIGA A (3A)
Perpanjangan
PERMATA BIRU
Perpanjangan
HYPERMART CIBUBUR JUNCTION Izin Baru
c.
Pada tahun 2012 terdapat adanya 1 izin toko obat baru dan 5 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.26
Tabel 4.26 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2012 Toko Obat
Keterangan
CAHAYA BARU II
Perpanjangan
FOODMART
Izin Baru
GURYANA
Perpanjangan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
71
HADI MAKMUR
Perpanjangan
LOTTE SHOPPING INDONESIA Perpanjangan INDOGROSIR CIPINANG
d.
Perpanjangan
Hingga bulan Maret 2013 terdapat adanya 5 izin toko obat baru dengan 3 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.27
Tabel 4.27 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2013 Toko Obat
Keterangan
FARHANAH
Perpanjangan
HYPERMART CIBUBUR JUNCTION Perpanjangan PERMATA BIRU
Perpanjangan
SUPER INDO PASAR REBO
Izin Baru
SUPER INDO ARION
Izin Baru
SUPER INDO CAKUNG
Izin Baru
SUPER INDO PULOMAS
Izin Baru
SUPER INDO PONDOK BAMBU
Izin Baru
Dari peraturan tertera bahwa izin usaha pedagang eceran obat (toko obat) berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan sedangkan dari data yang didapatkan masih ada sarana toko obat yang izinnya dibawah tahun 2011 yang belum memperpanjang izinnya dan masih terdaftar data sarana toko obat tersebut di Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pemilik sarana yang tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa izin sarana yang dimiliki telah berakhir sehingga seharusnya pihak pemilik diberikan sosialisasi atau pemberitahuan misalnya melalui media massa seperti koran tentang batas izin toko obat tersebut. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
72
4.3.4 Harga Eceran Tertinggi Monitoring harga obat generik di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur periode Januari – Maret 2013 dilakukan pada 10 sarana pelayanan farmasi, di antaranya satu Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo, delapan apotek yang terdiri dari Apotek Kimia Farma 48, Apotek K24 Pondok Kopi, Apotek K24 Matraman, Apotek K24 Haji Ten, Apotek Sehati Farma, Apotek Dewa Medika, Apotek Kimia Farma No. 4 Rawamangun dan Apotek Golden Libra, serta satu apotek rakyat yaitu Apotek Rakyat Aisyah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 092/MENKES/SK/II/2012, terdapat 498 item Harga Eceran Tertinggi (HET) obat generik yang diperbarui. Dari 498 item tersebut, dibuat daftar sebanyak 30 item obat generik yang umum digunakan oleh masyarakat sesuai program kerja bersama dengan pemantauan pada sarana pelayanan farmasi, di antaranya Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Apotek dan Apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur. Hal ini dilakukan untuk mengawasi seberapa banyak sarana pelayanan kesehatan dan item obat generik yang melebihi harga eceran tertinggi. Sarana pelayanan farmasi yang memenuhi dan yang tidak memenuhi persyaratan harga obat generik di bawah
Harga
Eceran
Tertinggi
(HET)
sesuai
Kepmenkes
RI
No.
092/Menkes/SK/II/2012 dapat dilihat pada tabel 4.28.
Tabel 4.28. Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur
No
Sarana
1 2 3 4 5 6 7
IFRSUD Rasar Rebo Apotek Kimia Farma 48 Apotek K-24 Pondok Kopi Apotek K-24 Matraman Apotek K -24 Haji Ten Apotek Sehati Farma Apotek Dewa Medika Apotek Kimia Farma No.4 Rawamangun
8
Harga generik tidak melebihi HET sesuai Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/ 2012 Jumlah % 28 100 24 85,71 26 96,29 26 92,86 29 96,67 29 96,67 6 23,08 27
96,43
Harga generik melebihi HET sesuai Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/ 2012 Jumlah % 0 0 4 14,28 1 3,70 2 7,14 1 3,33 1 3,33 20 76,92 1
3,57
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
73
9 Apotek Rakyat Aisyah 10 Apotek Golden Libra Rata – rata persentase
20 25
80 100 86,78
5 0
20 0 13,22
Dari tabel 4.28, dapat dilihat masing-masing sarana memiliki perbedaan pada total jumlah obat generik. Apotek K24 Haji Ten dan Apotek Sehati Farma memiliki semua item obat generik yang diisi dalam kuesioner yaitu 30 item. Namun dari 30 item obat generik dalam kuisioner, Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo, Apotek Kimia Farma 48, Apotek K24 Matraman dan Apotek Kimia Farma No.4 Rawamangun memiliki 28 item; Apotek K24 Pondok Kopi memiliki 27 item; Apotek Dewa Medika memiliki 26 item; Apotek Rakyat Aisyah dan Apotek Golden Libra memiliki 25 item obat generik. Hal tersebut karena adanya perbedaan kelengkapan tersedianya obat generik di masing-masing sarana. Dari hasil perhitungan kenaikan per item harga obat generik terhadap Harga Eceran Tertinggi, harga obat generik yang paling banyak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Dari delapan sarana pelayanan farmasi, terdapat empat sarana pelayanan farmasi memberikan harga amoksisilin (golongan antibiotik) melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Penyebab sarana pelayanan farmasi menjual obat generik melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) masih belum bisa dipastikan karena ada beberapa kemungkinan. Pertama, kemungkinan tidak teliti dalam memberi harga obat generik dengan kemasan yang mirip tetapi jumlah tabletnya berbeda. Kedua, Apoteker penaggung jawab sarana pelayanan farmasi tidak mengetahui adanya Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/2012 yang mengatur pemberian harga generik tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Ketiga, kemungkinan harga pembelian obat generik dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang tinggi sehingga sarana pelayanan farmasi menjual obat generik tersebut lebih tinggi dari harga beli. Kemungkinan terakhir yaitu sarana pelayanan farmasi yang memang memberikan harga obat generik lebih mahal untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
74
4.3.5 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan binwasdal periode Januari-Maret 2013 telah dilakukan oleh Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman ke beberapa unit pelayanan kesehatan, yaitu 14 apotek, 2 puskesmas, dan 2 rumah sakit. Kriteria yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sarana, administrasi, sumber daya manusia (SDM) dan pelayanan informasi obat (PIO). Dari hasil
binwasdal ini ditemukan bahwa masih ada beberapa
kekurangan yang perlu diperbaiki. Dari segi sarana di apotek, tera timbangan harus terus diawasi agar timbangan ditera pada waktunya, kebersihan harus ditingkatkan, alat-alat yang belum ada harus segera diadakan seperti termometer lemari es dan penyimpanan obat hendaknya sesuai dengan tempatnya. Sarana di puskesmas sudah cukup baik dan lengkap. Hal yang perlu dilakukan adalah perluasan gudang puskesmas kecamatan (PKC Matraman) agar memudahkan pekerjaan di gudang, obat-obat tersimpan dengan baik dan aliran udara terjaga. Sarana di rumah sakit sudah cukup baik dan lengkap. Tera timbangan tetap harus dilaksanakan pada waktunya. Dari segi administrasi di apotek, hal-hal yang harus diperbaiki adalah kartu stok harus dilengkapi dengan nomor batch dan tanggal kadaluarsa, pengeluaran obat antibiotik harus dengan resep dan resep-resep diarsipkan dengan baik. Kegiatan administrasi di rumah sakit juga harus diperbaiki, yaitu kartu stok harus dilengkapi dengan nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Kegiatan administrasi di puskesmas sudah cukup baik, kartu stok sudah dilengkapi dengan nomor batch dan tanggal kadaluarsa sehingga sistem FIFO berjalan. Sistem pendokumentasian di apotek puskesmas juga sudah berjalan dengan baik. Selain itu, berkaitan dengan adanya Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik (SIPNAP) yang baru maka diperlukan sosialisasi mengenai SIPNAP ini ke unit-unit pelayanan kesehatan. Dari segi SDM dibutuhkan tambahan SDM terutama di apotek dan puskemas agar pelayanan informasi obat dapat berjalan dengan baik. Sejauh ini, pelayanan informasi obat (PIO) baik di apotek, puskemas maupun rumah sakit belum berjalan dengan aktif dan terdokumentasi. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi mengenai pentingnya PIO dan pendokumentasiannya kepada saranasarana kesehatan. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Penyebaran tenaga kesehatan di Jakarta Timur belum merata sehingga mengalami hambatan dalam mengimplementasikan program Kartu Jakarta Sehat. 5.1.2 Pencapaian mutu di Sudinkes Jakarta Timur belum mencapai sasaran terkait pelaksanaan alur perizinan yang tidak dilaksanakan secara konsisten. 5.1.3 Sistem pelaporan obat telah diperbaharui dengan sistem SIPNAP dan LPLPO.
5.2 Saran 5.2.1 Perlu dilakukan pemutakhiran data tenaga kesehatan di lapangan dan dilakukan pemenuhan tenaga kesehatan di semua sarana pelayanan kesehatan agar program Kartu Jakarta Sehat dapat terlaksana. 5.2.2 Perlu dilakukan alur perizinan secara konsisten atau mengubahnya sesuai dengan kondisi di lapangan. 5.2.3 Perlu dilakukan pemutakhiran format LPLPO yang sesuai dengan jenis obat di Puskesmas serta pemutakhiran data sarana farmasi makanan dan minuman di lapangan.
75
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. (2009). Undangundang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonomi (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah OtonomPresiden RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. (2011). KeputusanMenteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007 tentang Apotek Rakyat. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara 76
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
77
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem KesehatanDaerah. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009;Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
78
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
79
Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
MONITORING HARGA OBAT GENERIK SARANA FARMASI (RUMAH SAKIT, APOTEK, DAN APOTEK RAKYAT) DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
HAVIANI RIZKA NURCAHYANINGTYAS, S. Farm. 1206313173
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv 1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 3 2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman . 3 2.2 Monitoring Obat Generik ........................................................................... 3 2.3 Sarana Farmasi ........................................................................................... 4 2.3.1 Rumah Sakit ..................................................................................... 4 2.3.2 Apotek .............................................................................................. 5 2.3.3 Apotek Rakyat .................................................................................. 5 3. METODOLOGI PENGKAJIAN ...................................................................... 6 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ......................................... 6 3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 6 3.3 Pengolahan Data ......................................................................................... 6 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 7 5. KESIMPULAN ............................................................................................... 10 5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 10 5.2 Saran ......................................................................................................... 10 DAFTAR ACUAN ............................................................................................. 11
ii
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur ...................................................................... 8
iii
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil monitoring harga obat generik berdasarkan Keputusan Menkes No. 092/MENKES/SK/II/2012 ...................................................... 12 Lampiran 2. Perhitungan kenaikan harga obat terhadap HET ............................ 26
iv
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang terkandung (Permenkes RI No. HK.02.02/Menkes/068/I/2010) yang telah habis masa patennya serta terbukti khasiat dan keamanannya dengan harga terjangkau. Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah wajib menuliskan obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis. Kewajiban ini tertuang secara tegas dalam Peraturan Menteri Kesehatan
RI
Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010
tentang
kewajiban
menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Fasilitas pelayanan kesehatan pun wajib menyediakan obat generik sehingga obat generik dijamin ketersediannya dalam jumlah dan jenis yang cukup. Namun, harga obat generik harus rasional. Oleh karena itu, pemerintah melalui menteri kesehatan telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) obat generik yang tertuang dalam Keputusan Menkes RI No. 092/Menkes/SK/II/2012 untuk menjamin ketersediaan dan pemerataan obat dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan menteri ini harus dilakukan secara berjenjang. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja Lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Salah satu tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan yaitu melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat termasuk monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (SDK Farmakmin) (Pergub Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009). Dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan obat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, perlu dilakukan 1
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
pengawasan
Universitas Indonesia
2
pelaksanaan
penyediaan
obat
generik
(Keputusan
Menkes
RI
No.
092/MENKES/SK/II/2012). Oleh karena itu, dibuat pelaporan monitoring harga obat generik di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur yang dilakukan dalam Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
1.2 Tujuan Pelaksananaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan, pada koordinator Farmasi Makanan dan Minuman dengan tujuan: a. Untuk mengetahui sarana apotek di wilayah Jakarta Timur periode Januari – Maret 2013 yang tidak memenuhi persyaratan harga obat generik berdasarkan HET Kepmenkes RI Nomor 092/MENKES/SK/II/2012. b. Untuk mengetahui persentase kesesuaian harga obat generik pada sarana apotek di wilayah Jakarta Timur periode Januari – Maret 2013.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman (Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 150, 2009) Berdasarkan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta pasal 39, tugas pokok dan fungsi Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman di Suku Dinas Kesehatan yaitu: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman; d. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga; e. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial; f. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. 2.2 Monitoring Obat Generik Obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Permenkes RI No. 068, 2010 ). Pelaksanaan Pengawasan Obat generik dilakukan oleh satuan pengawas internal Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, koordinator Sumber Daya Kesehatan farmasi makanan dan minuman (SDK Farmakmin) pada penyediaan obat generik di rumah sakit dan instalasi farmasi kabupaten/kota. Pemantauan harga obat generik yang beredar di sarana pelayanan kesehatan sebanyak 498 item 3
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
4
yang merupakan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan dilakukan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 092/MENKES/SK/II/2012. Berdasarkan Keputusan Menkes RI tersebut, HET adalah harga jual tertinggi obat generik di apotek, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang berlaku untuk seluruh Indonesia. Harga Netto Apotek (HNA) ditetapkan tidak lebih besar dari 74% (tujuh puluh empat persen) HET. Harga Netto Apotek ditambah Pajak Pertambahan Nilai (HNA + PPN) adalah harga jual pabrik obat dan/atau Pedagang Besar Farmasi kepada apotek dan rumah sakit. Apotek, rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang melayani penyerahan obat generik hanya dapat menjual pada harga maksimal sama dengan HET.
2.3 Sarana Farmasi 2.3.1
Rumah sakit (UU No. 44 Tahun 2009) Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Rumah Sakit mempunyai fungsi : Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan; Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah dengan pengelolaan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
5
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan.
2.3.2
Apotek (Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, 2006) Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Apotek harus terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek. Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi: Administrasi Umum yaitu pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Administrasi Pelayanan yaitu pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat.
2.3.3
Apotek rakyat (Permenkes RI No. 284/Menkes/PER/III/2007) Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan
kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat
generik dan dilarang menyediakan narkotika dan
psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar. Setiap apotek rakyat harus memiliki 1 (satu) orang Apoteker sebagai penanggung jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas, dan perbekalan kesehatan rumah tangga. Apotek rakyat harus memiliki papan nama sebagai Apotek Rakyat yang dapat dilihat dengan jelas, berisi antara lain: nama apotek rakyat, nama apoteker penanggung jawab, dan nomor ijin apotek rakyat.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
6
BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus Tugas khusus dibuat selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 11 – 28 Maret 2013 di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur di Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman.
3.2 Metode Pengumpulan Data Data diperoleh dari kuisioner harga jual obat generik yang diisi oleh sarana Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dan Apotek.
3.3 Pengolahan Data Data yang diperoleh dari kuisioner monitoring harga jual obat generik di wilayah Jakarta Timur di input ke program Microsoft Excel. Kemudian, data tersebut diolah dengan menghitung tiap obat generik yang melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) sesuai Permenkes No.092/MENKES/SK/II/2012.
6
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu tugas pokok dan fungsi koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman yaitu melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat termasuk monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur sehingga dapat dipantau seberapa besar dan banyaknya sarana pelayanan kesehatan khususnya sarana pelayanan farmasi yang harga jual obat generiknya melebihi harga eceran tertinggi yang tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No.092/Menkes/SK/II/2012 dalam penjualan obat generik. Monitoring harga obat generik di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur periode Januari – Maret 2013 dilakukan pada 10 sarana pelayanan farmasi, di antaranya satu Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo, delapan apotek yang terdiri dari Apotek Kimia Farma 48, Apotek K24 Pondok Kopi, Apotek K24 Matraman, Apotek K24 Haji Ten, Apotek Sehati Farma, Apotek Dewa Medika, Apotek Kimia Farma No. 4 Rawamangun, dan Apotek Golden Libra, serta satu apotek rakyat yaitu Apotek Rakyat Aisyah. Berdasarkan rekapitulasi data yang telah diperoleh, hasil monitoring harga obat generik berdasarkan Keputusan Menkes RI No. 092/MENKES/SK/II/2012 pada Instalasi Farmasi Rumah sakit (IFRS), Apotek, dan Apotek Rakyat secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 1. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 092/MENKES/SK/II/2012, terdapat 498 item Harga Eceran Tertinggi (HET) obat generik yang diperbarui. Dari 498 item tersebut, dibuat daftar sebanyak 30 item obat generik yang umum digunakan oleh masyarakat sesuai program kerja bersama dengan pemantauan pada sarana pelayanan farmasi, di antaranya Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Apotek, dan Apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur. Hal ini dilakukan untuk mengawasi seberapa banyak sarana pelayanan kesehatan dan item obat generik yang melebihi harga eceran tertinggi. Sarana pelayanan farmasi yang memenuhi dan yang tidak memenuhi persyaratan harga obat generik di bawah
Harga
Eceran
Tertinggi
(HET)
sesuai
Kepmenkes
RI
No.
092/Menkes/SK/II/2012 dapat dilihat pada tabel 4.1.
7
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
8
Tabel 4.1 Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur
No
1 2 3 4 5 6 7
Sarana
IFRSUD Rasar Rebo Apotek Kimia Farma 48 Apotek K-24 Pondok Kopi Apotek K-24 Matraman Apotek K -24 Haji Ten Apotek Sehati Farma Apotek Dewa Medika Apotek Kimia Farma No.4 8 Rawamangun 9 Apotek Rakyat Aisyah 10 Apotek Golden Libra Rata – rata persentase
Harga generik tidak melebihi HET sesuai Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/ 2012 Jumlah % 28 100 24 85,71 26 96,29 26 92,86 29 96,67 29 96,67 6 23,08
Harga generik melebihi HET sesuai Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/ 2012 Jumlah % 0 0 4 14,28 1 3,70 2 7,14 1 3,33 1 3,33 20 76,92
27
96,43
1
3,57
20 25
80 100 86,78
5 0
20 0 13,22
Dari tabel 4.1, dapat dilihat masing-masing sarana memiliki perbedaan pada total jumlah obat generik. Apotek K24 Haji Ten dan Apotek Sehati Farma memiliki semua item obat generik yang diisi dalam kuesioner yaitu 30 item. Namun dari 30 item obat generik dalam kuisioner, Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo, Apotek Kimia Farma 48, Apotek K24 Matraman, dan Apotek Kimia Farma No.4 Rawamangun memiliki 28 item; Apotek K24 Pondok Kopi memiliki 27 item; Apotek Dewa Medika memiliki 26 item; Apotek Rakyat Aisyah dan Apotek Golden Libra memiliki 25 item obat generik. Hal tersebut karena adanya perbedaan kelengkapan tersedianya obat generik di masing-masing sarana. Dari tabel di atas, dapat juga dilihat persentase kesesuain harga obat generik di wilayah Jakarta Timur periode Januari – Maret 2013 yaitu pada sarana instalasi farmasi RSUD Pasar Rebo dan Apotek Golden Libra yaitu 100% memenuhi persyaratan tidak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) sedangkan kesesuaian harga obat generik pada sarana apotek dan apotek rakyat antara lain Apotek Kimia Farma 48 sebesar 85,71%, Apotek K24 Pondok Kopi sebesar 96,29%, Apotek K24 Matraman sebesar 92,86%, Apotek K24 Haji Ten dan Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
9
Apotek Sehati Farma sebesar 96,67%, Apotek Dewa Medika sebesar 23,08%, Apotek Kimia Farma No.4 Rawamangun sebesar 96,43%, dan Apotek Rakyat Aisyah sebesar 80% yang memenuhi persyaratan tidak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Dari depalan sarana farmasi yang tidak memenuhi persyaratan, obat generik di sarana Apotek Dewa Medika yang paling banyak harganya melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu sebanyak 20 item dari total 26 item obat generik. Rentang persentase yang dipantau melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) dari 30 obat generik yaitu 3,33% - 76,92% sedangkan yang tidak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yaitu 23,08% – 100%. Dari rata-rata persentase yang diperoleh berdasarkan monitoring 30 obat generik terhadap 10 sarana, didapatkan 86,78% item obat generik yang memenuhi Harga Eceran Tertinggi (HET) dan 13,22% item obat generik yang tidak memenuhi Harga Eceran Tertinggi (HET). Hasil perhitungan kenaikan per item harga obat generik terhadap Harga Eceran Tertinggi masing-masing sarana pelayanan farmasi yang tidak memenuhi syarat dapat dilihat pada lampiran 2. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat dilihat harga obat generik yang paling banyak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Dari delapan sarana pelayanan farmasi, terdapat empat sarana pelayanan farmasi memberikan harga amoksisilin (golongan antibiotik) melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Penyebab sarana pelayanan farmasi menjual obat generik melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) masih belum bisa dipastikan karena ada beberapa kemungkinan. Pertama, kemungkinan tidak teliti dalam memberi harga obat generik dengan kemasan yang mirip tetapi jumlah tabletnya berbeda. Kedua, Apoteker penaggung jawab sarana pelayanan farmasi tidak mengetahui adanya Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/2012 yang mengatur pemberian harga generik tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Ketiga, kemungkinan harga pembelian obat generik dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang tinggi sehingga sarana pelayanan farmasi menjual obat generik tersebut lebih tinggi dari harga beli. Kemungkinan terakhir yaitu sarana pelayanan farmasi yang memang memberikan harga obat generik lebih mahal untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan a. Sarana apotek si wilayah Jakarta Timur periode Januari – Maret 2013 yang tidak memenuhi persyaratan harga obat generik berdasarkan HET Kepmenkes RI Nomor 092/MENKES/SK/II/2012 yaitu Apotek Kimia Farma 48, Apotek K24 Pondok Kopi, Apotek K24 Matraman, Apotek K24 Haji Ten, Apotek Sehati Farma, Apotek Dewa Medika, Apotek Kimia Farma No.4 Rawamangun, dan Apotek Rakyat Aisyah. b. Persentase kesesuain harga obat generik di wilayah Jakarta Timur periode Januari – Maret 2013 pada sarana instalasi farmasi RSUD Pasar Rebo dan Apotek Golden Libra yaitu 100% memenuhi persyaratan tidak melebihi HET sedangkan kesesuaian harga obat generik pada sarana apotek dan apotek rakyat antara lain Apotek Kimia Farma 48 sebesar 85,71%, Apotek K24 Pondok Kopi sebesar 96,29%, Apotek K24 Matraman sebesar 92,86%, Apotek K24 Haji Ten dan Apotek Sehati Farma sebesar 96,67%, Apotek Dewa Medika sebesar 23,08%, Apotek Kimia Farma No.4 Rawamangun sebesar 96,43%, dan Apotek Rakyat Aisyah sebesar 80% yang memenuhi persyaratan tidak melebihi HET.
5.2. Saran Seksi Sumber Daya Kesehatan, koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur sebaiknya melakukan penelusuran kembali penyebab sarana pelayanan farmasi memberikan harga obat generik melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).
10
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (2012). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 092/Menkes/SK/II/2012, Tentang Harga Obat Generik. Menteri Kesehatan RI. (2010).
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
H.K.02.02/Menkes/068/I/2010, Tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Menteri Kesehatan RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/ Menkes/PER/III/2007 Tentang Apotek Rakyat. Jakarta. Gubernur Propinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150
Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas
Kesehatan. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. (2006). Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.
11
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Lampiran 1. Hasil monitoring harga obat generik berdasarkan Keputusan Menkes RI No. 092/MENKES/SK/II/2012 Rumah Sakit Sarana
APA
Nama Obat
Satuan
Harga Eceran Tertinggi (HET)
Harga Jual Sarana
1
Instalasi Farmasi RSUD Rasar Rebo
Susilawati, Apt.
Allopurinol 100 mg Ambroksol 30 mg tablet Amoksisilin 500 mg kaplet Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Antasida Doen tablet Asam mefenamat 500 mg tablet Asiklovir 200 mg tablet Asiklovir 400 mg tablet Bromheksin 8 mg Captopril 25 mg Cefadroxyl 500 mg kapsul Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml Cefixim 100 mg kapsul Ciprofloxacin 500 mg Dekstrometorfan 15 mg Diazepam 2 mg Glibenklamid 5 mg Hydrokortison 2,5% Kotrimoksazol tablet 480 mg
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 6 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 5 x 10 kapsul Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 100 tablet Kotak 10 x 10 tablet Tube 5 g Kotak 10 x 10 tablet
17.820 16.884 49.950 4.995 21.870 23.760 19.643 29.464 5.200 11.613 56.700 11.070 161.636 17.550 14.850 4.307 9.720 4.050 22.275
12.000 11.300 44.300 4.709 9.100 21.100 14.850 25.110 8.760 35.000 8.242 90.000 16.500 9.900 3.200 7.600 2.376 16.800
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Kriteria Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
12
No.
Loratadin 10 mg
Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 kapsul
22.483 24.503 11.318 14.175 11.340 8.910 11.344 15.512 20.777 6.573 34.695
16.250 17.800 8.400 9.000 7.500 6.000 10.600 7.300 15.390 21.900
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Satuan
Harga Eceran Tertinggi (HET)
Harga Jual Sarana
Kriteria
Allopurinol 100 mg
Kotak 10 x 10 tablet
17.820
17.000
Memenuhi
Ambroksol 30 mg tablet
Kotak 10 x 10 tablet
16.884
16.100
Memenuhi
Amoksisilin 500 mg kaplet
Kotak 10 x 10 tablet
49.950
46.700
Memenuhi
Botol 60 ml
4.995
4.950
Memenuhi
Antasida Doen tablet
Kotak 10 x 10 tablet
21.870
20.700
Memenuhi
Asam mefenamat 500 mg tablet Asiklovir 200 mg tablet
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 kaplet
23.760 19.643
22.500 18.000
Memenuhi Memenuhi
Metformin tablet 500 mg Natrium Diklofenak 25 mg Paracetamol 500 mg tablet Piroksikam tablet 10 mg Ranitidin 150 mg tablet Salbutamol tablet 2 mg Simetidin 200 mg Simvastatin 10 mg tablet Terbutalin tablet 2,5 mg Tetrasiklin 500 mg kapsul
Apotek No.
Sarana
APA
1
Apotek Kimia Farma 48
Priyanggo, Apt.
Nama Obat
Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml
13
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Asiklovir 400 mg tablet
Kotak 3 x 10 kaplet
29.464
27.300
Memenuhi
Bromheksin 8 mg
Kotak 10 x 10 tablet
5.200
-
-
Captopril 25 mg
Kotak 6 x 10 tablet
11.613
10.740
Memenuhi
Cefadroxyl 500 mg kapsul
Kotak 5 x 10 tablet
56.700
55.850
Memenuhi
Botol 60 ml
11.070
10.900
Memenuhi
Cefixim 100 mg kapsul
Kotak 5 x 10 kapsul
161.636
159.700
Memenuhi
Ciprofloxacin 500 mg
Kotak 5 x 10 tablet
17.550
17.500
Memenuhi
Dekstrometorfan 15 mg
Kotak 10 x 10 tablet
14.850
13.200
Memenuhi
Botol 100 tablet
4.307
4.930
Tidak Memenuhi
Glibenklamid 5 mg
Kotak 10 x 10 tablet
9.720
9.700
Memenuhi
Hydrokortison 2,5%
Tube 5 g
4.050
3.990
Memenuhi
Kotrimoksazol tablet 480 mg
Kotak 10 x 10 tablet
22.275
21.900
Memenuhi
Loratadin 10 mg
Kotak 5 x 10 tablet
22.483
22.150
Memenuhi
Metformin tablet 500 mg
Kotak 10 x 10 tablet
24.503
24.600
Tidak Memenuhi
Natrium Diklofenak 25 mg
Kotak 5 x 10 tablet
11.318
11.150
Memenuhi
Paracetamol 500 mg tablet
Kotak 10 x 10 tablet
14.175
13.800
Memenuhi
Piroksikam tablet 10 mg
Kotak 10 x 10 tablet
11.340
11.200
Memenuhi
Ranitidin 150 mg tablet
Kotak 3 x 10 tablet
8.910
8.790
Memenuhi
Salbutamol tablet 2 mg
Kotak 10 x 10 tablet
11.344
11.200
Memenuhi
Simetidin 200 mg
Kotak 10 x 10 tablet
15.512
15.600
Tidak Memenuhi
Simvastatin 10 mg tablet
Kotak 3 x 10 tablet
20.777
34.000
Tidak Memenuhi
Terbutalin tablet 2,5 mg
Kotak 5 x 10 tablet
6.573
-
Kotak 10 x 10 kapsul
34.695
34.600
Memenuhi
Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml
Diazepam 2 mg
Tetrasiklin 500 mg kapsul
14
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
2
Apotek K24 Pondok Kopi
Nikmah NK., Apt.
Allopurinol 100 mg Ambroksol 30 mg tablet Amoksisilin 500 mg kaplet Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Antasida Doen tablet Asam mefenamat 500 mg tablet Asiklovir 200 mg tablet Asiklovir 400 mg tablet Bromheksin 8 mg Captopril 25 mg Cefadroxyl 500 mg kapsul Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml Cefixim 100 mg kapsul Ciprofloxacin 500 mg Dekstrometorfan 15 mg Diazepam 2 mg Glibenklamid 5 mg Hydrokortison 2,5% Kotrimoksazol tablet 480 mg Loratadin 10 mg Metformin tablet 500 mg Natrium Diklofenak 25 mg Paracetamol 500 mg tablet Piroksikam tablet 10 mg
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 6 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 5 x 10 kapsul Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 100 tablet Kotak 10 x 10 tablet Tube 5 g Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet
17.820 16.884 49.950 4.995 21.870 23.760 19.643 29.464 5.200 11.613 56.700 11.070 161.636 17.550 14.850 4.307 9.720 4.050 22.275 22.483 24.503 11.318 14.175 11.340
16.840 14.970 45.330 4.203 18.150 20.690 18.600 23.700 10.900 40.215 9.677 148.500 15.410 12.880 3.700 9.100 5.000 20.800 20.800 21.350 11.065 12.770 10.460
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
15
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
3
Apotek K24 Matrama n
Eka Safitri S.Farm., Apt.
Kotak 3 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet
8.910 11.344 15.512 20.777 6.573
8.392 10.350 14.750 18.226 -
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi -
Tetrasiklin 500 mg kapsul Allopurinol 100 mg Ambroksol 30 mg tablet Amoksisilin 500 mg kaplet Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Antasida Doen tablet Asam mefenamat 500 mg tablet Asiklovir 200 mg tablet Asiklovir 400 mg tablet Bromheksin 8 mg Captopril 25 mg Cefadroxyl 500 mg kapsul Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml Cefixim 100 mg kapsul Ciprofloxacin 500 mg Dekstrometorfan 15 mg Diazepam 2 mg Glibenklamid 5 mg Hydrokortison 2,5%
Kotak 10 x 10 kapsul Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 6 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 5 x 10 kapsul Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 100 tablet Kotak 10 x 10 tablet Tube 5 g
34.695 17.820 16.884 49.950 4.995 21.870 23.760 19.643 29.464 5.200 11.613 56.700 11.070 161.636 17.550 14.850 4.307 9.720 4.050
16.700 15.820 45.520 5.223 19.100 22.000 14.800 21.400 10.700 51.800 10.600 145.600 20.700 12.700 3.600 9.400 4.000
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
16
Ranitidin 150 mg tablet Salbutamol tablet 2 mg Simetidin 200 mg Simvastatin 10 mg tablet Terbutalin tablet 2,5 mg
4
Apotek K24 Haji Ten
Chanif Fajar Setiawan, S.Si., Apt.
Kotrimoksazol tablet 480 mg Loratadin 10 mg Metformin tablet 500 mg Natrium Diklofenak 25 mg Paracetamol 500 mg tablet Piroksikam tablet 10 mg Ranitidin 150 mg tablet Salbutamol tablet 2 mg Simetidin 200 mg Simvastatin 10 mg tablet Terbutalin tablet 2,5 mg
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet
22.275 22.483 24.503 11.318 14.175 11.340 8.910 11.344 15.512 20.777 6.573
21.400 20.800 22.700 10.800 11.700 10.800 8.700 10.800 14.600 19.300 -
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi -
Tetrasiklin 500 mg kapsul
Kotak 10 x 10 kapsul
34.695
32.600
Memenuhi
Allopurinol 100 mg Ambroksol 30 mg tablet Amoksisilin 500 mg kaplet Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Antasida Doen tablet Asam mefenamat 500 mg tablet Asiklovir 200 mg tablet Asiklovir 400 mg tablet Bromheksin 8 mg Captopril 25 mg Cefadroxyl 500 mg kapsul Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 6 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Botol 60 ml
17.820 16.884 49.950 4.995 21.870 23.760 19.643 29.464 5.200 11.613 56.700 11.070
16.400 15.600 44.700 5.500 19.600 21.600 19.500 28.400 5.000 11.500 55.000 10.500
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
17
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
5
Apotek Sehati Farma
Herdini, M.Si., Apt.
Cefixim 100 mg kapsul Ciprofloxacin 500 mg Dekstrometorfan 15 mg Diazepam 2 mg Glibenklamid 5 mg Hydrokortison 2,5% Kotrimoksazol tablet 480 mg Loratadin 10 mg Metformin tablet 500 mg Natrium Diklofenak 25 mg Paracetamol 500 mg tablet Piroksikam tablet 10 mg Ranitidin 150 mg tablet Salbutamol tablet 2 mg Simetidin 200 mg Simvastatin 10 mg tablet Terbutalin tablet 2,5 mg
Kotak 5 x 10 kapsul Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 100 tablet Kotak 10 x 10 tablet Tube 5 g Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet
161.636 17.550 14.850 4.307 9.720 4.050 22.275 22.483 24.503 11.318 14.175 11.340 8.910 11.344 15.512 20.777 6.573
160.600 16.550 14.600 4.100 9.500 4.000 21.100 22.200 24.100 11.000 13.700 10.800 8.200 10.400 15.100 20.500 5.600
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
Tetrasiklin 500 mg kapsul
Kotak 10 x 10 kapsul
34.695
34.400
Memenuhi
Allopurinol 100 mg Ambroksol 30 mg tablet Amoksisilin 500 mg kaplet Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Antasida Doen tablet Asam mefenamat 500 mg tablet
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet
17.820 16.884 49.950 4.995 21.870 23.760
17.500 16.500 49.000 5.000 21.000 23.000
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi
18
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Asiklovir 200 mg tablet Asiklovir 400 mg tablet Bromheksin 8 mg Captopril 25 mg Cefadroxyl 500 mg kapsul Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml Cefixim 100 mg kapsul Ciprofloxacin 500 mg Dekstrometorfan 15 mg Diazepam 2 mg Glibenklamid 5 mg Hydrokortison 2,5% Kotrimoksazol tablet 480 mg Loratadin 10 mg Metformin tablet 500 mg Natrium Diklofenak 25 mg Paracetamol 500 mg tablet Piroksikam tablet 10 mg Ranitidin 150 mg tablet Salbutamol tablet 2 mg Simetidin 200 mg Simvastatin 10 mg tablet Terbutalin tablet 2,5 mg
Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 6 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 5 x 10 kapsul Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 100 tablet Kotak 10 x 10 tablet Tube 5 g Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet
19.643 29.464 5.200 11.613 56.700 11.070 161.636 17.550 14.850 4.307 9.720 4.050 22.275 22.483 24.503 11.318 14.175 11.340 8.910 11.344 15.512 20.777 6.573
19.500 29.000 5.000 10.000 50.000 10.000 160.000 17.000 12.000 4.000 9.000 3.500 20.000 20.000 22.000 10.000 10.000 10.000 7.000 10.000 14.500 19.000 6.000
Tetrasiklin 500 mg kapsul
Kotak 10 x 10 kapsul
34.695
33.000
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
19
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
6
Apotek Dewa Medika
Siti Allopurinol 100 mg Nurhasanah Ambroksol 30 mg tablet , Apt. Amoksisilin 500 mg kaplet Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Antasida Doen tablet Asam mefenamat 500 mg tablet Asiklovir 200 mg tablet Asiklovir 400 mg tablet Bromheksin 8 mg Captopril 25 mg Cefadroxyl 500 mg kapsul Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml Cefixim 100 mg kapsul Ciprofloxacin 500 mg Dekstrometorfan 15 mg Diazepam 2 mg Glibenklamid 5 mg Hydrokortison 2,5% Kotrimoksazol tablet 480 mg Loratadin 10 mg Metformin tablet 500 mg Natrium Diklofenak 25 mg Paracetamol 500 mg tablet Piroksikam tablet 10 mg
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 6 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 5 x 10 kapsul Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 100 tablet Kotak 10 x 10 tablet Tube 5 g Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet
17.820 16.884 49.950 4.995 21.870 23.760 19.643 29.464 5.200 11.613 56.700 11.070 161.636 17.550 14.850 4.307 9.720 4.050 22.275 22.483 24.503 11.318 14.175 11.340
34.000 13.500 50.000 5.000 20.000 30.000 21.000 30.000 10.000 12.000 60.000 7.500 200.000 7.500 3.000 20.000 25.000 30.000 15.000 20.000 20.000
Tidak Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
20
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
7
Apotek Kimia Farma No.4 Rawama ngun
Ledy Alvina, S.Farm. Apt.
Ranitidin 150 mg tablet Salbutamol tablet 2 mg Simetidin 200 mg Simvastatin 10 mg tablet Terbutalin tablet 2,5 mg
Kotak 3 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet
8.910 11.344 15.512 20.777 6.573
15.000 20.000 30.000 10.000
Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi
Tetrasiklin 500 mg kapsul Allopurinol 100 mg Ambroksol 30 mg tablet Amoksisilin 500 mg kaplet Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Antasida Doen tablet Asam mefenamat 500 mg tablet Asiklovir 200 mg tablet Asiklovir 400 mg tablet Bromheksin 8 mg Captopril 25 mg Cefadroxyl 500 mg kapsul Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml Cefixim 100 mg kapsul Ciprofloxacin 500 mg Dekstrometorfan 15 mg Diazepam 2 mg Glibenklamid 5 mg Hydrokortison 2,5%
Kotak 10 x 10 kapsul Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 6 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 5 x 10 kapsul Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 100 tablet Kotak 10 x 10 tablet Tube 5 g
34.695 17.820 16.884 49.950 4.995 21.870 23.760 19.643 29.464 5.200 11.613 56.700 11.070 161.636 17.550 14.850 4.307 9.720 4.050
40.000 16.500 15.600 46.200 4.950 20.200 22.000 14.500 21.400 11.000 60.300 10.900 159.250 17.500 14.600 4.300 9.700 3.900
Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi
21
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
8
Apotek Golden Libra
Maratu Soleha, Apt.
Kotrimoksazol tablet 480 mg Loratadin 10 mg Metformin tablet 500 mg Natrium Diklofenak 25 mg Paracetamol 500 mg tablet Piroksikam tablet 10 mg Ranitidin 150 mg tablet Salbutamol tablet 2 mg Simetidin 200 mg Simvastatin 10 mg tablet Terbutalin tablet 2,5 mg
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet
22.275 22.483 24.503 11.318 14.175 11.340 8.910 11.344 15.512 20.777 6.573
21.900 22.150 24.200 11.150 13.800 11.200 8.790 11.200 15.300 20.250 -
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi -
Tetrasiklin 500 mg kapsul
Kotak 10 x 10 kapsul
34.695
34.600
Memenuhi
Allopurinol 100 mg
Kotak 10 x 10 tablet
17.820
15.000
Memenuhi
Ambroksol 30 mg tablet
Kotak 10 x 10 tablet
16.884
15.000
Memenuhi
Amoksisilin 500 mg kaplet
Kotak 10 x 10 tablet
49.950
40.000
Memenuhi
Botol 60 ml
4.995
3.500
Memenuhi
Antasida Doen tablet
Kotak 10 x 10 tablet
21.870
10.000
Memenuhi
Asam mefenamat 500 mg tablet
Kotak 10 x 10 tablet
23.760
20.000
Memenuhi
Asiklovir 200 mg tablet
Kotak 3 x 10 kaplet
19.643
13.500
Memenuhi
Asiklovir 400 mg tablet
Kotak 3 x 10 kaplet
29.464
15.000
Memenuhi
Bromheksin 8 mg
Kotak 10 x 10 tablet
5.200
-
-
Captopril 25 mg
Kotak 6 x 10 tablet
11.613
6.600
Cefadroxyl 500 mg kapsul
Kotak 5 x 10 tablet
56.700
32.500
Memenuhi Memenuhi
Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml
22
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml
Botol 60 ml
11.070
9.000
Memenuhi
Cefixim 100 mg kapsul
Kotak 5 x 10 kapsul
161.636
75.000
Memenuhi
Ciprofloxacin 500 mg
Kotak 5 x 10 tablet
17.550
16.500
Memenuhi
Dekstrometorfan 15 mg
Kotak 10 x 10 tablet
14.850
-
-
Botol 100 tablet
4.307
-
-
Glibenklamid 5 mg
Kotak 10 x 10 tablet
9.720
8.000
Memenuhi
Hydrokortison 2,5%
Tube 5 g
4.050
3.000
Memenuhi
Kotrimoksazol tablet 480 mg
Kotak 10 x 10 tablet
22.275
20.000
Memenuhi
Loratadin 10 mg
Kotak 5 x 10 tablet
22.483
20.000
Memenuhi
Metformin tablet 500 mg
Kotak 10 x 10 tablet
24.503
20.000
Memenuhi
Natrium Diklofenak 25 mg
Kotak 5 x 10 tablet
11.318
-
-
Paracetamol 500 mg tablet
Kotak 10 x 10 tablet
14.175
13.000
Memenuhi
Piroksikam tablet 10 mg
Kotak 10 x 10 tablet
11.340
10.000
Memenuhi
Ranitidin 150 mg tablet
Kotak 3 x 10 tablet
8.910
6.000
Memenuhi
Salbutamol tablet 2 mg
Kotak 10 x 10 tablet
11.344
10.000
Memenuhi
Simetidin 200 mg
Kotak 10 x 10 tablet
15.512
14.000
Memenuhi
Simvastatin 10 mg tablet
Kotak 3 x 10 tablet
20.777
18.000
Memenuhi
Terbutalin tablet 2,5 mg
Kotak 5 x 10 tablet
6.573
-
Kotak 10 x 10 kapsul
34.695
30.000
Memenuhi
Diazepam 2 mg
Tetrasiklin 500 mg kapsul
23
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Apotek Rakyat No.
Sarana
APA
Nama Obat
Satuan
Harga Eceran Tertinggi (HET)
Harga Jual Sarana
Kriteria
1
Apotek Rakyat Aisyah
Sejahtera Putera Barus, S. Si., Apt.
Allopurinol 100 mg Ambroksol 30 mg tablet Amoksisilin 500 mg kaplet Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Antasida Doen tablet Asam mefenamat 500 mg tablet Asiklovir 200 mg tablet Asiklovir 400 mg tablet Bromheksin 8 mg Captopril 25 mg Cefadroxyl 500 mg kapsul Cefadroxyl syrup 125 mg/5 ml Cefixim 100 mg kapsul Ciprofloxacin 500 mg Dekstrometorfan 15 mg Diazepam 2 mg Glibenklamid 5 mg Hydrokortison 2,5% Kotrimoksazol tablet 480 mg Loratadin 10 mg
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 3 x 10 kaplet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 6 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Botol 60 ml Kotak 5 x 10 kapsul Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Botol 100 tablet Kotak 10 x 10 tablet Tube 5 g Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet
17.820 16.884 49.950 4.995 21.870 23.760 19.643 29.464 5.200 11.613 56.700 11.070 161.636 17.550 14.850 4.307 9.720 4.050 22.275 22.483
12.000 13.000 27.000 2.500 8.000 11.000 12.000 12.000 10.000 55.000 8.000 45.000 25.000 8.000 2.500 12.000 24.000
Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi
24
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
Metformin tablet 500 mg Natrium Diklofenak 25 mg Paracetamol 500 mg tablet Piroksikam tablet 10 mg Ranitidin 150 mg tablet Salbutamol tablet 2 mg Simetidin 200 mg Simvastatin 10 mg tablet Terbutalin tablet 2,5 mg Tetrasiklin 500 mg kapsul
Kotak 10 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 10 x 10 tablet Kotak 3 x 10 tablet Kotak 5 x 10 tablet Kotak 10 x 10 kapsul
24.503 11.318 14.175 11.340 8.910 11.344 15.512 20.777 6.573 34.695
15.000 12.000 8.000 12.000 16.000 8.000 10.000 12.000 -
Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Tidak Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi -
25
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
26
Lampiran 2. Perhitungan kenaikan harga obat terhadap HET No
Sarana
Nama Obat
HET (Rp)
Harga (Rp)
Kenaikan
%
1
Apotek Kimia Farma 48
Diazepam 2 mg Metformin tab 500 mg Simetidin 200 mg Simvastatin 10 mg tab
4.307 24.503 15.512 20.777
4.930 24.600 15.600 34.000
623 97 88 13.223
14,46 0,40 0,57 63,64
2
Apotek K24 Pondok Kopi Apotek K24 Matraman
Hydrokortison 2,5%
4.050
5.000
950
23,46
4.995
5.223
228
4,56
17.550
20.700
3.150
17,95
4.995
5.500
505
10,11
4.995
5.000
5
0,10
17.820
34.000
16.180
90,80
49.950
50.000
50
0,10
4.995
5.000
5
0,10
23.760
30.000
6.240
26,26
19.643 29.464 5.200 11.613
21.000 30.000 10.000 12.000
1.357 536 4.800 387
6,91 1,82 92,31 3,33
56.700
60.000
3.300
5,82
161.636 200.000
38.364
23,73
22.483
25.000
2.517
11,20
24.503
30.000
5.497
22,43
11.318
15.000
3.682
32,53
14.175
20.000
5.825
41,09
11.340
20.000
8.660
76,37
8.910 11.344 15.512 6.573
15.000 20.000 30.000 10.000
6.090 8.656 14.488 3.427
68,35 76,30 93,40 52,14
34.695
40.000
5.305
15,29
3
4 5 6
Apotek K24 Haji Ten Apotek Sehati Farma Apotek Dewa Medika
Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Ciprofloxacin 500 mg Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Allopurinol 100 mg Amoksisilin 500 mg kaplet Amoksisilin 125 mg syrup/5 ml Asam mefenamat 500 mg tab Asiklovir 200 mg tab Asiklovir 400 mg tab Bromheksin 8 mg Captopril 25 mg Cefadroxyl 500 mg kapsul Cefixim 100 mg kapsul Loratadin 10 mg Metformin tablet 500 mg Natrium Diklofenak 25 mg Paracetamol 500 mg tab Piroksikam tablet 10 mg Ranitidin 150 mg tab Salbutamol tab 2 mg Simetidin 200 mg Terbutalin tab 2,5 mg Tetrasiklin 500 mg kapsul
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013
27
7
8
Apotek Kimia Farma No.4 Rawamangun Apotek Rakyat Aisyah
Cefadroxyl 500 mg kapsul Ciprofloxacin 500 mg Loratadin 10 mg Natrium Diklofenak 25 mg Piroksikam tab 10 mg Ranitidin 150 mg tab
56.700
60.300
3.600
6,35
17.550 22.483
25.000 24.000
7.450 1.517
42,45 6,75
11.318
12.000
682
6,02
11.340 8.910
12.000 16.000
660 7.090
5,82 79,57
Laporan praktek…., Haviani Rizka, FF, 2013