UNIVERSITAS INDONESIA
GAMBARAN PERSEPSI BIDAN DI DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWABARAT TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh : RETNA PERTIWI NPM 1006821464
PROGRAM SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KEBIDANAN KOMUNITAS FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2012
i Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
ii Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
iii Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
iv Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmanir Rahim Alhamdulillahirrabil alamin. Segala puji dan Syukur bagi Allah SWT, yang telah memberi rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga akhirnya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Program Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, program studi Kebidanan Komunitas. Dalam menyelesaikan skripsi
ini, kami mendapatkan bantuan serta
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Prof. Amal Chalik Sjaaf, dr, SKM, Dr. PH selaku pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Drs. Anwar Hassan, MPH yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi penguji I dalam skripsi ini. 3. H. Hermansyah, SKM, MPH yang bersedia meluangkan waktu dalam kesibukan beliau untuk menjadi Penguji II . 4. Drg. Tri Wahyu Harini.MM.M. Kes, Ibu Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan seluruh jajarannya yang telah memberikan izin kepada kami untuk melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Bogor. 5. Bidan di desa, bidan koordinator, serta Kepala Puskesmas wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor yang telah bersedia meluangkan waktunya ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data di lapangan. 6. Bapak dan I bu tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan yang besar kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan di FKM-UI. 7. Suamiku Tri Samhudi dan anak-anakku tercinta (M. Anhabyan R.M dan Khadeeja Azra R.M) yang telah memberikan semangat dan kekuatan yang besar bagi saya selama pendidikan di FKM –UI. 8. Teman-teman mahasiswi Program studi Kebidanan Komunitas FKM-UI angkatan 2010 yang telah saling membantu dan memberikan dukungan.
v Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan semangat sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan yang telah semua pihak berikan kepada saya. Ssemoga skripsi
ini dapat
bermanfaat bagi seluruh pihak.
Depok, Juni 2012 Penulis
Retna Pertiwi
vi Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
vii Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: RETNA PERTIWI
Tempat Tanggal Lahir
: Sukoharjo, 04 Mei 1982
Alamat Rumah
: Serpeng Wetan, Pacarejo, Kecamatan Semanu Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta
Riwayat Pendidikan : 1.
SD Negri Bentakan 01 Kabupaten Sukoharjo
: Tahun 1988
2.
SLTP Negri 11 Kotamadya Surakarta
: Tahun 1994
3.
SMU Negri 7 Kotamadya Surakarta
: Tahun 1997
4.
Akademi Kebidanan Aisyiyah Surakarta
: Tahun 2000
5.
Program Peminatan Bidan Komunitas FKM UI
: Tahun 2010 – Sekarang
Riwayat Pekerjaan Bidan Puskesmas Semanu Kabupten Gunungkidul DIY Tahun 2006 sampai sekarang
viii Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
ix Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
ABSTRAK
Nama
: Retna Pertiwi
NPM
: 1006821646
Judul
: Gambaran Persepsi Bidan di Desa Dalam Pelaksanaan Program Kemitraan Bidan Dengan Dukun Bayi Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat Tahun 2012
Salah satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu adalah masih kurangnya cakupan persalinan yang di tolong oleh tenaga kesehatan. Indonesia pertolongan persalinan
Di
masih banyak dilakukan oleh dukun bayi,
sehingga kemudian dilakukan upaya kemitraan bidan dan dukun untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi bidan di desa dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun paraji di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan data yang di peroleh dari hasil wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah (FGD), dengan analisis sistem mulai dari komponen masukan, proses dan keluaran. Hasil penelitian menggambarkan pelaksanaan kemitraan di wilayah Kecamatan Sukaraja oleh bidan di desa belum sesuai dengan harapan. Penting bagi instansi terkait untuk melakukan pengelolaan yang serius dan lebih baik lagi untuk perbaikan pada kegiatan kemitraan selanjutnya.
Kata Kunci : Kemitraan, Bidan, Dukun Paraji, Persepsi.
x Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
ABSTRACT
Name
: Retna Pertiwi
NPM
: 1006821646
Title
: Discription of Midwife Perception In Implementation of Partnership Program With Traditional Birth Attendant (TBA) in Subdistrict of Sukaraja, District of Bogor, West Java Year 2012
One of the main cause of high maternal mortality rate is still a lack of coverage of deliveries by health personnel in please. Help labor in Indonesia is still mostly done by traditional birth attendants, so then do midwives and TBA partnership efforts to improve maternal and child health. The research was conducted in the District of Talbot Bogor regency of West Java Province. The purpose of this study was to determine the image perception of village midwives in the implementation of partnership programs with the shaman paraji midwives in the District of Talbot, Bogor Regency. Research using qualitative methods with data obtained from in-depth interviews and focus group discussions (FGD), the analysis starts from the component system inputs, processes and outputs. The study describes the implementation of partnerships in the sub district of Sukaraja by the midwife in the village have not been in line with expectations. It is important for agencies to conduct the management of serious and even better for the improvement of the partnership activities further.
Keyword: Partnership, Midwife, TBA, Perception.
xi Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
i
HALAMAN ORISINALITAS ..............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
iv
KATA PENGANTAR............................................................................................
v
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................................
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................
ix
ABSTRAK ............................................................................................................
x
ABSTRACT ..........................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................
xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................
xvi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................
1
1.1
Latar Belakang....................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ..............................................................................
5
1.3
Pertanyaan Penelitian ........................................................................
6
1.4
Tujuan Penelitian ..............................................................................
6
1.4.1 Tujuan Umum.........................................................................
6
1.4.2 Tujuan Khusus........................................................................
6
Manfaat Penelitian.............................................................................
7
1.5
1.5.1 Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan Puskesmas .............................................................................
7
1.5.2 Bagi Bidan Di Desa ................................................................
7
1.5.3 Bagi Peneliti ...........................................................................
7
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
9
1.6
2.1
Persepsi ..............................................................................................
xii Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
9
2.1.1 Pengertian Persepsi ................................................................
9
2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi..........................
10
Kemitraan ..........................................................................................
13
2.2.1 Pengertian ...............................................................................
13
2.2.2 Prinsip Dasar ..........................................................................
14
2.2.3 Langkah-Langkah Kemitraan .................................................
14
2.2.4 Indikator Keberhasilan kemitraan ..........................................
15
2.3
Bidan Di Desa ....................................................................................
15
2.4
Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi ....................................................
17
2.2
2.4.1
Pengertian ...............................................................................
17
2.4.2
Tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi .............................
18
2.4.3
Kebijakan ...............................................................................
18
2.4.4
Mekanisme Kerja ...................................................................
18
2.4.5
Tata Hubungan Kerja .............................................................
19
2.4.6
Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi ...............
20
2.4.7
Langkah-langkah Kemitraan Bidan dan Dukun .....................
21
2.4.8
Peran Bidan Dengan Dukun Dalam Pelaksanaan Kemitraan .
22
2.5
Pendekatan Sistem .............................................................................
26
2.6
Kerangka Pikir ...................................................................................
27
BAB 3 KERANGKA KONSEP ........................................................................
29
3.1
Kerangka Konsep...............................................................................
29
3.2
Definisi Istilah ...................................................................................
29
BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................
32
4.1
Desain Penelitian ...............................................................................
32
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................
32
4.3
Sumber Informasi .............................................................................
32
4.4
Jenis Data dan Metoda Pengumpuan Data ........................................
33
4.5
Instrumen Penelitian ..........................................................................
33
4.6
Pengolahan Data ................................................................................
34
4.7
Analisis Data ......................................................................................
34
4.8
Validasi Data .....................................................................................
34
xiii Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 5 GAMBARAN UMUM ...........................................................................
36
BAB 6 HASIL PENELITIAN ............................................................................
39
6.1
Karakteristik Informan .....................................................................
39
6.2
Komponen Input ...............................................................................
40
6.2.1 Sumber Tenaga .....................................................................
40
6.2.2 Dana .......................................................................................
43
6.2.3 Sarana .....................................................................................
51
6.2.4 Metode ....................................................................................
53
Komponen Proses ...............................................................................
61
6.3.1
Pendataan dan pemetakan dukun ...........................................
61
6.3.2
Koordinasi dengan lintas sektor .............................................
64
6.3.3
Membina dukun .....................................................................
67
6.3.4
Melaksanakan kegiatan program kemitraan ..........................
69
6.3.5
Pemantauan dan Evaluasi kegiatan program .........................
73
Komponen Output ..............................................................................
75
BAB 7 PEMBAHASAN ....................................................................................
79
6.3
6.4
7.1
Keterbatasan Penelitian .....................................................................
79
7.2
Komponen Input ................................................................................
79
7.2.1
Sumber Tenaga ......................................................................
79
7.2.2
Dana.......................................................................................
80
7.2.3
Sarana ....................................................................................
81
7.2.4
Metode ...................................................................................
82
Komponen Proses ..............................................................................
84
7.3.1
Pendataan dan pemetakan dukun ...........................................
84
7.3.2
Koordinasi dengan lintas sektor .............................................
85
7.3.3
Membina dukun .....................................................................
85
7.3.4
Melaksanakan kegiatan program kemitraan ..........................
86
7.3.5
Pemantauan dan Evaluasi kegiatan program .........................
87
Komponen Output .............................................................................
88
7.3
7.4
xiv Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................
90
8.1
Kesimpulan ........................................................................................
90
8.2
Saran ..................................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
5.1
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Per Desa..............................
35
5.2
Tabel Wilayah Binaan UPT Kecamatan Sukaraja ..............................
36
6.1
Karakteristik Informan Utama Penelitian Kemitraan Bidan didesa dengan dukun bayi di Kecamatan Sukaraja tahun 2012 .....................
37
6.2
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Sumber Tenaga
39
6.3
Hasil Wawancara Mendalam Informan Lain Tentang Sumber Tenaga ................................................................................................
41
6.4
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Kemitraan
42
6.5
Hasil Wawancara Mendalam Sumber Informasi lain Mengenai Dana Kemitraan .................................................................................
6.6
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Pembagian Biaya Persalinan Pasien ......................................................................
6.7
44
46
Wawancara Mendalam Informan Lain Mengenai Dana Pembagian Biaya Persalinan .................................................................................
48
6.8
Hasil FGD Informan Bidan Di Desa Mengenai Sarana Persalinan
50
6.9
Hasil wawancara Mendalam Tentang Sarana Dengan Sumber Informan Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas ........................
6.10
51
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Metode Yang Digunakan Dalam Kemitraan .............................................................
6.11
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Reward dan Sanksi Dalam Kemitraan ...............................................................................
6.12
55
Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Pendataan Dan Pemetaan Paraji Dalam Kemitraan .....................................................
xvi Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
58
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Halaman
2.1
Bagan Skematis Proses Persepsi (The Perseptual Process)
22
2.2
Bagan Hubungan Unsur-Unsur Sistem
26
2.3
Kerangka Pikir Penelitian Gambaran Pelaksanaan Kemitraan Bidan
27
di Desa Terhadap Program Kemitraan
xvii Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran Lampiran 1 : Matriks Hasil FGD dengan Bidan di Desa Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat Lampiran 2 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Bidan di Desa Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat Lampiran 3 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Kepala Puskesmas Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat Lampiran 4 : Matriks Hasil Wawancara Mendalam dengan Bidan Koordinator Puskesmas Mengenai Persepsi Kemitraan Dengan Dukun Bayi di Wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Jawa Barat Lampiran 5 : Lembar Permintaan Menjadi Informan Lampiran 6 : Petunjuk Wawancara Mendalam Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Sebagai Responden Lampiran 8 : Panduan FGD Informan Bidan di Desa Lampiran 9 : Pedoman Wawancara Mendalam Bidan di desa Lampiran 10 : Pedoman Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas Lampiran 11: Pedoman Wawancara Mendalam Informan Bidan Koordinator Puskesmas
xviii Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Bayi merupakan standar tingkat kesehatan disuatu negara atau daerah. Kelompok ibu dan anak merupakan kelompok yang strategis bagi masa depan bangsa, terutama dalam rangka membangun sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas. Negara kita bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN, Indonesia masih menempati urutan atas negara yang Angka Kematian Ibunya tinggi. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007, Angka Kematian Ibu di Indonesia sebesar 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup, terjadi penurunan signifikan dari 390 pada tahun 1991, dan 307 pada tahun 2002 (Depkes 2011). Sedangkan Angka Kematian Bayi 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2002, hanya bergeser menjadi 34 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2007.
Sementara Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan
Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi adalah 23 per 1000 kelahiran hidup, sesuai dengan target MDGs. Penyebab kematian ibu di pengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu 90% terjadi
saat persalinan dan
segera setelah persalinan. Dari 90 % tersebut, 28% perdarahan, 24% eklampsia, 11% infeksi, 8% infeksi puerperium, 5% partus macet, 5% trauma obstetric, 3% emboli, dan lain-lain 11% (SKRT, 2001). Disamping itu kematian ibu juga dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, kedudukan dan peran perempuan faktor sosial bidaya serta faktor transportasi, yang
kesemuanya
berpengaruh
pada
munculnya
keadaan
yang
tidak
menguntungkan yaitu tiga terlambat (terlambat mngenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, dan terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan kesehatan), keadaan yang tidak menguntungkan yan lain adalah 4 telalu (terlalu muda melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, terlalu tua melahirkan). Mengingat penyebab dan latar belakang kematian ibu sangat kompleks dan menyangku
1 Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
2
bidang-bidang yang ditangani banyak sektor, maka upaya menurunkan AKI memerlukan penaganan yang menyeluruh terhadap masalah yang ada dengan melibatkan sektor terkait. Untuk
mananggulangi
masalah
tersebut
telah
dilakukan
upaya
pengembangan Gerakkan Sayang Ibu tahun 1996 yang lebih menonjolkan peran masyarakat dalam upaya penurunan angka kematian ibu. Selain itu, di canangkan pula Making Pregnancy Safer (MPS) tahun 2008 dengan 3 pesan kunci dalam upaya percepatan Penurunan AKI, yaitu setiap persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetric dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat, dan setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. Bahkan tahun 2011 pemerintah melakukan upaya terobosan untuk mengejar ketertinggalan penurunan AKI agar dapat mencapai target MDGs dengan meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal). Kebijakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan. Jaminan persalinan diberikan kepada semua ibu hamil agar dapat mengakses pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pemeriksaan nifas dan pelayanan KB oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan sehingga dapat menekan angka kematian ibu dan bayi. (Depkes, 2009). Penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas di masyarakat dan didukung oleh peningkatan kualitas sistem rujukan merupakan upaya yang berdampak relatif cepat terhadap penurunan Angka Kematian Ibu. Tahun 1990-an, pemerintah menempatan bidan di desa seluruh Indonesia dalam upaya mendekatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak kepada masyarakat. Melalui kebijakan tersebut sampai tahun 2006 sudah sekitar 40.000 bidan bertugas di desa yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Keadaan ini menempatkan bidan bidan di desa sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, neonatal, bayi dan balita. Namun demikian kualitas pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa masih perlu ditingkatkan. Bidan di
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
3
desa membutuhkan pembinaan, baik secara klinis profesi bidan maupun dalam hal manajemen program KIA agar dapat menjalankan fungsinya dengan standar (Depkes RI, 2008) Namun pada kenyataanya hasil yang diharapkan masih belum optimal, hal tersebut tercermin dari masih tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun tradisional.
Berdasarkan riskesdas 2010, penolong persalinan terbesar adalah
bidan yaitu 51,9%, selanjutnya adalah dukun 40,2% , sedangkan dokter 2,1% , dan paramedis lain 1,4%. Selain itu, sebagian besar persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan yaitu
53,4%, , untuk persalinan yang masih dilakukan di
rumah 46,3% lainnya di polindes atau poskesdes 0,3%, Di Kabupaten Bogor sendiri cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 80,4%. masih dibawah target SPM (85%) maupun Nasional (90%). Bahkan dalam tiga tahun terakhir persalinan oleh dukun bayi atau biasa disebut dengan paraji/maberang masih tergolong tinggi, yaitu tahun 2009 persalinan oleh dukun sebesar 12,7%, sedangkan tahun 2010 sebesar 13% dan 2011 sama 13% atau sekitar 15.576 persalinan ditolong oleh dukun bayi / Paraji (Dinkes Kab. Bogor 2011). Masih rendahnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan masalah yang komplek, salah satu diantaranya adalah bahwa masyarakat masih banyak mempercayai dukun bayi dibandingkan dengan bidan karena pelayanan dukun dinilai lebih komprehensif, lebih murah dan mudah di panggil kerumah (Depkes RI, 2005). Keberadaan dukun paraji yang berjumlah 4 : 1 (Dinkes Kab. Bogor 2010) dengan bidan di desa yang dianggap sebagai pesaing, belum dapat digunakan sebagai peluang untuk meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, mengingat segala kelebihannya dalam melakukan pelayanan yang diterima oleh masyarakat (Dinkes Prop. Jabar, 2004). Masyarakat khususnya daerah pedesaan masih menaruh kepercayaan yang besar kepada dukun bayi, oleh karena itu, bidan harus dapat memanfaatkan kepercayaan masyarakat tersebut dalam menolong persalinan dengan melakukan kemitraan dengan dukun bayi sehingga dukun bayi bersedia merujuk kebidan.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
4
Program kemitraan bidan dan dukun bayi yang telah dicanangkan sejak tahun 2002 merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan cakupan pertolongan persalinan yang aman sehingga diharapkan angka kematian ibu di Indonesia akan mengalami percepatan penurunan. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, perlu ada alih peran penolong persalinan dari penolong persalinan bukan tenaga kesehatan ke penolong persalinan oleh tenaga kesehatan. Perubahan peran dukun bayi yang biasanya sebagai penolong persalinan di dorong supaya menjadi mitra pendamping bagi bidan yang menolong persalinan, melalui mekanisme kerjasama yang saling menguntungkan (Depkes RI, 2008). Selama ini di Kabupaten Bogor program kemitraan bidan dan dukun paraji telah di sosialisakan sejak tahun 2008. Begitu juga di wilayah Kecamatan Sukaraja, wilayah yang mempunyai 3 UPF Puskesmas yaitu Puskesmas Cilebut, Puskemas Cimandala, dan Puskesmas Sukaraja telah melaksanakan kemitraan sejak tahun 2009. Dari program tersebut diharapkan Angka Kematian Ibu dan Bayi dapat di tekan dengan mengurangi resiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun. Kasus kematian di wilayah Sukaraja tahun 2010 terdapat 1 kasus kematian ibu, kasus tersebut meningkat pada tahun 2011 menjadi 3 kasus kematian ibu. Cakupan persalinan yang semula 77 % menjadi 82,7 pada tahun 2011. Pencapaian tersebut masih di bawah target SPM Puskesmas yaitu 85% (2011) dan masih di bawah target nasional yaitu 90%. Sedangkan jumlah dukun yang berada di wilayah kecamatan Sukaraja berjumlah 65 dan 17 diantaranya belum bermitra dengan bidan di desa. (Laporan Tahunan UPT Puskesmas Sukaraja, 2011) Evaluasi yang dilakukan Depkes terhadap kemitraan bidan di desa dan dukun bayi di Kabupaten Trenggalek pada 3 tahun terakhir setelah dilaksanakannya program tersebut cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat, demikian juga dengan kasus kematian ibu dan bayi juga mengalami penurunan (Depkes RI, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa upaya membina
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
5
kemitraan bidan di desa dan dukun merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Peran bidan di desa sebagai pelaku utama kemitraan selain dukun, sangat mendukung pelaksanaan program tersebut, selain dukungan dinas terkait, puskesmas dan masyarakat sebagai stakeholder yang memperkuat keberhasilan dan berjalannya program kemitraan bidan dan dukun tersebut. Salah satu cara supaya bidan di desa dapat diterima baik oleh masyarakat desa adalah ia perlu melakukan hubungan baik dengan dukun dan masyarakat dengan memperhatikan faktor sosio budaya setempat serta faktor kelebihan “dukun” dalam pelayanan masyarakat (Depkes RI, 2008) Dari hasil pengamatan selama ini di wilayah Kecamatan Sukaraja belum pernah dilakukan pemantauan dan evaluasi secara khusus pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun bayi/paraji yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2009. Masih ada persalinan yang di tolong oleh dukun bayi padahal di wilayah desa tersebut sudah ada bidan di desa dan kemitraan sudah disosialisasikan. Pembinaan dan pertemuan antara pelaku kemitraan belum dilakukan secara rutin, sedangkan pendekatan yang dilakukan oleh bidan di desa terhadap paraji terlihat belum menunjukkan hasil yang optimal. Dalam hal ini penulis tertarik untuk melihat lebih dalam dengan melakukan penelitian terhadap bidan di desa mengenai gambaran pelaksanaan kegiatan kemitraan dengan dukun, karena bidan di desa merupakan ujung tombak pelaksana pelayanan kesehatan dan pelaksana program, dalam kaitannya dengan kemitraan, bidan di desa memegang peran penting sebagai driver yang bisa menentukan kegiatan ini berjalan ataupun tidak.
1.2. Rumusan Masalah Program Kemitraan Bidan dan Dukun bayi merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk meningkatkan cakupan persalinan tenaga kesehatan dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu. Selama ini belum pernah dilakukan monitoring dan evaluasi sejauh mana bidan di desa melakukan kemitraan terhadap dukun bayi di kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, sehingga perlu dilakukan penelitian
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
6
kualitatif untuk mendapatkan informasi secara mendalam tentang kemitraan tersebut.
1.3. Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah gambaran persepsi bidan di desa terhadap pelaksanaan program kemitraan dengan dukun bayi di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat ?
1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi bidan di desa terhadap pelaksanaan program kemitraan dengan dukun bayi di wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Diketahuinya secara mendalam persepsi bidan di desa terhadap komponen masukan (input) dalam pelaksanaan program kemitraan oleh bidan di desa di Kecamatan Sukaraja,
Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat. 2. Diketahuinya secara mendalam persepsi bidan di desa terhadap komponen proses (process) dalam pelaksanaan program kemitraan oleh bidan di desa yang meliputi pendataan dan pemetakan dukun, koordinasi dengan lintas sektor, membina dukun, melaksanakan kegiatan program kemitraan, pemantauan dan evaluasi kegiatan program di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. 3. Diketahuinya secara mendalam persepsi bidan terhadap keluaran (output) dalam pelaksanaan program kemitraan oleh bidan di desa di Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
7
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan Puskesmas) Sebagai bahan masukan dan dasar dalam evaluasi serta perbaikan
kebijakan
program
kemitraan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan dan mempererat hubungan kemitraan antara bidan di desa dengan dukun, meningkatkan cakupan pertolongan persalinan tenaga kesehatan serta menurunkan Angka kematian Ibu.
1.5.2. Bagi Bidan di Desa Dengan di ketahuinya gambaran pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh bidan di desa maka hasil penelitian ini dapat di jadikan pedoman dalam upaya peningkatan kemitraan dengan dukun bayi sebagai mitra kerja utamanya.
1.5.3. Bagi Peneliti Memberikan informasi kepada peneliti lainnya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kemitraan antara bidan dan dukun bayi, serta untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Sukaraja untuk mengkaji tentang persepsi bidan di desa terhadap pelaksanaan kemitraan dengan dukun bayi di wilayah kerja daerah kecamatan Sukaraja di Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Data yang dikaji meliputi komponen input yang terdiri dari sumber tenaga, dana, sarana dan metode. Komponen proses yang dikaji meliputi pendataan dan pemetakan dukun, koordinasi dengan lintas sektor, membina dukun, melaksanakan kegiatan program kemitraan, pemantauan dan evaluasi kegiatan program. Sedangkan komponen output yang akan dikaji adalah mengenai pencapaian target pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam kaitannya dengan kemitraan.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
8
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, untuk memperoleh data yang diperlukan. Data primer dikumpulkan melalui Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi Kelompok Terarah dan wawancara mendalam, sedangkan data sekunder diperoleh dengan telaah dokumen. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Mei – Juni 2012.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi adalah pengalaman objek, peristiwa, hubungan – hubungan
yang
menafsirkannya.
diperoleh Persepsi
dengan
menyimpulkan
memberikan
makna
informasi
kepada
dan
stimulus
(Notoatmodjo, 2010). Sedangkan menurut James L. Gibson (1988) persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Sarwono
Sarlito
(1985)
berpendapat
persepsi
adalah
kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan meliputi kemampuan untuk
membeda-bedakan,
kemampuan
untuk
mengelompokkan,
kemampuan untuk memfokuskan dan sebagainya. Beberapa hal yang dapat menyebabkan perbedaan dalam persepsi antara lain perhatian, harapan seseorang akan rangsangan yang timbul, kebutuhan, sistem nilai dan ciri kepribadiannya, sehingga setiap orang mempunyai persepsi yang berbedabeda terhadap suatu rangsangan/stimulus. Beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang selain ciri-ciri khas yang terdapat dalam objek stimulus, juga beberapa faktor yang merupakan faktor pribadi termasuk didalamnya ciri khas individu antara lain umur, taraf kecerdasan, minat, emosi dan sebagainya (Oskamp dalam Herawaty. 1998) Robins Stephen (2003) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan kesan indera yang memberikan makna kepada lingkungan individu tersebut. Nina Mutmainah dan M. Fauzi (1997) menyatakan bahwa persepsi adalah cara kita menginterpretasikan atau mengerti pesan yang diproses oleh sistem panca indera kita, timbulnya persepsi didahului adanya sensasi. Sedangkan persepsi merupakan tahap awal dalam
9 Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
10
penerimaan informasi melaui alat indera yang selanjutnya mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf yang disampaikan ke otak melalui pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, perasa dan sentuhan. Sensasi yang dialami oleh masing-masing individu dapat berbeda terhadap stimuli yang sama. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
faktor
kapasitas
alat
indera,
perbedaan
pengalaman
,lingkungan, budaya dan faktor personal lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses hasil interpretasi otak terhadap sensasi yang diterimanya melalui panca indera untuk dapat diberikan arti atau makna. Pendapat lain tentang definisi persepsi juga dikemukakan oleh James P Chaplin (2000) dalam Krisna (2011) yaitu 1. Suatu proses untuk mengetahui objek dan kejadian onjektif dengan bantuan indera. 2. Kesadaran dari proses-proses organis 3. Satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti – arti yang berasal dari pengalaman diri di masa lalu. 4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan berasal dari kemampuan organisme untuk melkukan perbedaan di antara rangsangan- rangsangan. 5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenali sesuatu. 2.1.2 Faktor-faktor Yang Berpengaruh pada Proses Persepsi Robins Stephen (2003) melihat adanya sejumlah faktor yang berperan dalam membentuk dan kadang memutar balikkan yang berhubungan dengan persepsi. Faktor – faktor ini dapat berada pada pihak pelaku persepsi dan pihak objek atau target yang dipersepsikan atau dalam konteks situasi dimana persepsi itu dibuat. Faktor tersebut diantaranya : 1.
Pelaku (perceiver) Yaitu ketika individu memandang ke obyek tertentu dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pelaku persepsi. Diantara karakteristik pribadi yang
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
11
mempengaruhi persepsi adalah sikap, kepribadian, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu dan harapan. 2.
Target atau obyek Karakteristik target obyek yang diamati akan mempengaruhi persepsi, misalnya hal yang baru atau berbeda, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang dan kedekatan. Orang yang bersuara keras akan lebih cepat menarik perhatian dari pada orang yang bersuara lembut.
3.
Situasi Persepsi juga dapat dipengaruhi oleh situasi atau lingkungan yang ada disekitarnya (waktu, keadaan tempat kerja, keadaan sosial).
Rakhmat (1992) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang menjadi empat, yaitu : 1. Faktor Fungsional Faktor ini dihasilkan dari kebutuhan, kegembiraan (suasana hati), pelayanan, dan pengalaman masa lalu. Bruner dan Goodman (1947, dalam Krech dan Crutcfield 1975) memformulasikan hipotesis sebagai berikut : semakin tinggi derajat sosial efek, semakin tinggi tingkat kelemahannya terhadap susunan faktor penentu perilaku, semakin tinggi tinggi tingkat kebutuhan sosial obyek semakin tinggi nilai operasi objek faktor penentu perilaku. 2. Faktor Struktural Berarti bahwa faktor-faktor tersebut timbul atau dihasilkan dari bentuk stimuli dan efek-efek netral yang ditimbulkan dari sistem syaraf individu (dalam Krech dan Crutcfield 1975). Menurut Gestalt jika mempersepsikankan
sesuatu,
kita
mempersepsikannya
secara
keseluruhan dan tidak melihat bagian – bagiannya, meskipun stimuli yang diterima tidak lengkap. 3. Faktor Situasional Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, kinesik wajah, paralinguistik, adalah beberapa faktor yang situasional yang mempengaruhi persepsi.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
12
4. Faktor Personal Menurut David Krech (1962) persepsi seseorang dipengaruhi dua hal yaitu Frame of reference (kerangka pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh dari pendidikan, pengamatan, atau bawaan) dan Field of experience (pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya). Sedangkan Nina Mutmainah dan M. Fauzi (1997), membagi faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain : 1. Faktor Personal Karakter
seseorang
yang
melakukan
persepsi
mempengaruhi
bagaimana dirinya mempersepsikan suatu objek, hal tersebut mencakup kebutuhan atau motif, sikap, nilai, dan keyakinan, tujuan, kapabilitas atau kemampuan, serta pengalaman dan kebiasaan. 2. Faktor yang berasal dari stimuli/ stimulus/ rangsangan Antara lain karakter fisik stimuli (ukuran, warna, intensitas), pengorganisasian pesan, asal mula pesan serta novelty (kebaruan, keluarbiasaan) 3. Pengaruh media dan lingkungan Media
dan
lingkungan
berpengaruh
dalam
penerimaan
dan
pengolahan informasi terhadap persepsi seseorang. Gibson (1988) menyatakan bahwa persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus, dan penterjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisir dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Proses persepsi menurut Gibson (1988) dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
13
Gambar 2.1 Bagan Skematis Proses Persepsi (The Perseptual Proses) Menurut James L. Gibson (1987)
Stimulus (Sistem imbalan, organisasi, gaya persuasi yang dipakai supervisor, arus pekerjaan)
Penga matan Stimu lus
Faktor faktor yang mempengaruhi Persepsi : ‒ Meniru ‒ Memilih-milih ‒ Gambaran diri sendiri ‒ Situasi ‒ Kebutuhan ‒ Emosi
Evalua si dan penafs iran kenyat aan
Perila ku tangg apan
Sikap yang terbentuk
2.2 KEMITRAAN 2.2.1 Pengertian Kemitraan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok – kelompok, atau organisasi – organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerja sama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing – masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan – kesepakatan yang telah dibuat dan saling berbagi, baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh. Dari batasan ini terdapat 3 kata kunci dalam kemitraan yakni : (a) Kerjasama antar kelompok, organisasi, individu. (b) bersama-sama mencapai tujuan tertentu (yang disepakati bersama). (c) saling menanggung resiko dan keuntungan.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
14
2.2.2 Prinsip dasar Di dalam Notoatmodjo (2003) untuk membangun sebuah kemitraan ada tiga prinsip kunci yang perlu dipahami oleh masing – masing anggota kemitraan yakni : a. Persamaan (equity) Individu, organisasi, atau institusi yang telah tersedia menjalin kemitraan harus merasa “duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi”. Bagaimana besarnya suatu institusi atau organisasi, apabila sudah bersedia untuk menjalin kemitraan harus merasa sama. Oleh karena itu di dalam kemitraan asas demokrasi harus dijunjung tinggi. Tidak boleh satu anggota memasakan kehendak kepada orang lain karena merasa lebih tinggi, dan tidak adanya dominasi terhadap yang lain. b. Keterbukaan (transparancy) Keterbukaan maksudnya adalah apa yang menjadi kekuatan atau kelebihan dan apa yang menjadi kekurangan atau kelemahan masing – masing anggota harus diketahui oleh anggota lain. Maksudnya bukan untuk menyombongkan yang satu dengan yang lain atau merendahkan yang satu terhadap yang lain tetapi untuk lebih saling memahami saru dengan yang lain, sehingga tidak ada saling mencurigai. Dengan saling keterbukaan ini akan menimbulkan rasa saling melengkapi dan saling membantu diantara anggota (mitra). c. Saling Menguntungkan (Mutual Benefit) Menguntungkan disini bukan selalu diartikan dengan materi atau uang tetapi lebih kepada non materi. Saling menguntungkan disini lebih dilihat dari kebersamaan atau sinergis dalam mencapai tujuan bersama. Ibarat mengangkat barang atau beban 50kg, diangkat bersama-sama 4 orang jelas lebih ringan dibandingkan dengan diangkat sendiri.
2.2.3 Langkah-langkah Kemitraan Langkah langkah kemitraan menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut : 1. Melakukan identifikasi stakeholder (mitra dan pelaku potensial)
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
15
2. Membangun jejaring kerjasama antar mitra kerja dalam upaya mencapai tujuan. 3. Memadukan sumberdaya yang tersedia dimasing-masing mitra kerja. 4. Melaksanakan kegiatan terpadu. 5. Menyelenggarakan
pertemuan
berkala
untuk
perencanaan,
pemantauan, penilaian, dan pertukaran informasi.
2.2.4 Indikator Keberhasilan Kemitraan Indikator keberhasilan kemitraan yaitu ukuran kualitatif dan kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian tujuan kemitraan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan (Depkes RI 2002 ; Notpatmodjo, 2007) : 1.
Indikator masukan (input), yaitu sumberdaya yang dimiliki dan tersedia dalam kemitraan.
2.
Indikator proses, berupa kontribusi mitra, frekuensi pertemuan, jumlah dan kelangsungan kegiatan.
3.
Indikator Keluaran (out put) : Terbentuknya jaringan kerja, tersusunya program dan pelaksanaan kegiatan bersama.
4.
Indikator dampak (out come), yaitu membaiknya indikator derajat kesehatan.
2.3
Bidan di Desa Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. (KEP.MEN.KES.RI nomor 900, 2002). Bidan adalah seorang wanita yang memiliki keahlian, kemampuan, dan ketrampilan di bidang perawatan kehamilan dan pertolongan persalinan yang diperoleh melalui pendidikan dan telah dinyatakan lulus dari program pendidikan bidan yang diakui pemerintah. Bidan di desa adalah seorang bidan yang ditempatkan di desa dan bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah kerjanya, serta secara langsung
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
16
mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada kepala dinas kesehatan Kabupaten (Ilyas, 2004). Bidan didesa adalah bidan yang di tempatkan dan bertugas didesa, yang mempunyai wilayah kerja satu atau dua desa dan memberikan tugas pemberian pelayanan medik. Bidan di desa bertanggungjawab kepada kepala puskesmas. Tugas pokok bidan adalah melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan diberikan. Selain itu, bidan juga menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk berperilaku sehat. (Depkes RI, 1992) Bidan sebagai tenaga medis yang bertugas di wilayah kerjanya mempunyai fungsi sebagai berikut a.
Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, menangani keluarga berencana dan pengayoman medik kontrasepsi.
b.
Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, dengan melakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat.
c.
Membina dan memberi bimbingan teknis kepada kader dan dukun bayi.
d.
Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan
e.
Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral, dan lembaga swadaya masyarakat.
f.Melakukan rujukan medis dan rujukan kesehatan ke puskesmas, kecuali dalam keadaan darurat harus dirujuk kefasilitas kesehatan yang lebih lengkap. g.
Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan pemakaian kontrasepsi serta adanya penyakit – penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan. (Depkes RI, 1992) Salah satu cara agar bidan di desa dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat desa, ia perlu membina hubungan baik dengan dukun dan masyarakat dengan memperhatikan faktor sosio budaya setempat serta
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
17
faktor “kelebihan” dukun dalam pelayanan kepada masyarakat. Terbinanya hubungan yang harmonis antara bidan dan dukun diharapkan peningkatan pemanfaatan bidan didesa dalam menolong persalinan dapat meningkat. Dalam survey yang dilakukan McDermott (1997), salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya bidan dalam membina hubungan dengan dukun bayi adalah karena pebedaan usia dan asal daerah, karena bidan bidan yang diturunkan ke desa adalah bidan yang masih muda dan tidak selalu berasal dari daerah tempat dimana bidan ditempatkan. Demikian pula dengan pembangunan kesehatan yang partisipatif, respon terhadap kebutuhan masyarakat yang diyakini memiliki investasi kedepan perlu dikawal oleh sumber daya pembaharu sebagai agen perubahan dan dari sosok bidan desalah beban tersebut ada di pundaknya.
2.4
Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi
2.4.1 Pengertian Kemitraan bidan dan dukun adalah suatu bentuk kerjasama dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Kemitraan ini menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalihfungsikan dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, yang berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemen masyarakat yang ada. Kemitraan Bidan dan Dukun Paraji dalam pelayanan kesehatan Ibu dan Anak adalah suatu proses kerjasama yang bersifat keterbukaan, kesetaraan dan saling menguntungkan antara Bidan dan Dukun Paraji dalam membantu melakukan pendampingan pada seorang ibu di mulai dari saat ibu tersebut hamil,
pendampingan
dan
membantu
proses
kelahiran
dan
mendampingi/merawat pada saat nifas sesuai dengan keahlian, fungsi dan kewenangannya, sehingga seorang ibu dapat melalui semua proses tersebut dengan baik, tenang, aman dan nyaman.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
18
2.4.2 Tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun Paraji Kemitraan bidan dan Dukun Paraji adalah untuk mendayagunakan dukun paraji sebagai pendamping spiritual untuk melakukan komunikasi yang terarah sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, melahirkan, dan nifas, serta membantu bidan dalam semua proses sesuai dengan kemampuannya untuk meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam rangka menurunkan angka kematian ibu akibat kehamilan, Persalinan dan nifas. Kemitraan dapat di bentuk dengan kerjasama, karena alaminya manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus di hargai di mulai dari menerima mitra apa adanya setara dengan dirinya sesuai dengan kompetensinya. Diharapkan pada kemitraan ini didapatkan manfaat dari semua pihak, dalam hal ini bagi bidan adanya kemitraan dan kerjasama sehingga membantu dalam pencapaian tujuan, bagi dukun paraji memperoleh pengetahuan tentang kesehatan pada umumnya dan kesehtana ibu dan anak pada khususnya, bagi ibu hamil, bersalin dan nifas memperoleh palayanan yang aman dan nyaman sesuai dengan keinginannya.
2.4.3
Kebijakan
Kebijakan dalam kemitraan bidan dan dukun antara lain : 1. Meningkatkan persalinan dan perawatan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan melalui kemitraan bidan dengan dukun 2. Setiap ibu bersalin dan bayi baru lahir memperoleh pelayanan dan pertolongan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dalam pertolongan persalinan . 3. Seluruh dukun yang ada dilibatkan dalam suatu bentuk kerjasama yang menguntungkan antara bidan dengan dukun dalam bentuk kemitraan.
2.4.4 Mekanisme Kerja Di dalam kemitraan, bidan dengan dukun bayi mempunyai peran dan tanggung jawab masing-masing. Oleh sebab itu perlu diberi pengertian bahwa
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
19
peran dukun bayi tidak kalah penting dibandingkan perannya dahulu. Proses perubahan peran dukun menuju peran barunya yang berbeda, memerlukan suatu adaptasi dan hubungan interpersonal yang baik antara bidan dukun. Di dalam konsep kemitraan bidan dengan dukun, dukun bayi perlu diberikan wawasan dalam bidang kesehatan ibu dan bayi baru lahir, terutama tentang tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta persiapan yang harus dilakukan oleh keluarga dalam menyongsong kelahiran bayi (Depkes, 2008)
2.4.5 Tata hubungan kerja Dalam tata hubungan kerja masing-masing bidang administrasi mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Tugas Provinsi : Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan Bidan – Dukun, mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan), menjamin kualitas Pelaksanaan (Legal/Aspek Hukum, Kelembagaan, Partisipasi Masyarakat), fasilitasi
kegiatan
program
kemitraan
Bidan
–
Dukun,
penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan Lintas Program/Lintas Sektor Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan kegiatan, penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas. 2. Tugas Kabupaten/Kota : Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan Bidan – Dukun, mengembangkan Kebijakan (Strategi, Perencanaan), menjamin kualitas
Pelaksanaan
(Legal/Aspek
Hukum,
Kelembagaan,
Partisipasi
Masyarakat), fasilitasi kegiatan program kemitraan Bidan
– Dukun,
penanggungjawab/Pengelola Program KIA berkoordinasi dengan Lintas Program/Lintas Sektor Kabupaten/Kota dan Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan, penanggungjawab/Pengelola Program KIA bertanggung jawab dan melaporkan kegiatan kepada Kepala Dinas. 3. Tugas Puskesmas : Melakukan Asesmen (analisa situasi, monitoring, evaluasi) Kemitraan Bidan – Dukun, berkoordinasi dengan Lintas Program/Lintas Sektor Kecamatan dan
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
20
Desa/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan, membangun jejaring (dengan LSM, PKK, Tokoh agama, Tokoh Masyarakat dan Swasta di Kecamatan dan Desa/Kelurahan), membina dukun yang berada di wilayah setempat, melaksanakan kegiatan program kemitraan Bidan – Dukun, memfasilitasi Bidan di Desa dalam pelaksanaan kemitraan, memantau dan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan dengan dukun, bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala dinas. 4. Tugas bidan di Desa/bidan pembina wilayah : Mendata dan memetakan dukun bayi dan ibu hamil, berkoordinasi dengan Lintas Sektor di Desa/Kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan, membina dukun yang berada di wilayah setempat, melaksanakan kegiatan program kemitraan bidan dengan dukun, melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan program kemitraan bidan dengan dukun, bertanggung jawab dan melaporkan kepada kepala Puskesmas.
2.4.6 Ruang Lingkup Kemitraan Bidan dan dukun bayi Ruang lingkup kegiatan kemitraan menurut (depkes, 2008) mencakup masukan, proses dan luaran program. 1. Input Meliputi penyiapan tenaga, penyiapan biaya operasional, penyiapan sarana kegiatan bidan dan saran dukun, serta metode /mekanisme pelaksanaan kegiatan. 2. Proses Proses yang dimaksudkan adalah lingkup kegiatan kerja bidan dan kegiatan dukun.Kegiatan bidan mencakup aspek teknis kesehatan dan kegiatan dukun mencakup aspek non teknis kesehatan. Tugas dukun ditekankan pada alih peran dukun dalam menolong persalinan menjadi merujuk ibu hamil dan merawat ibu nifas dan bayi baru lahir berdasarkan kesepakatan antara bidan dengan dukun. Aspek teknis kesehatan adalah aspek proses pengelola dan pelayanan program KIA. Pengelolaan (manajemen) program KIA adalah semua kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian (evaluasi)
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
21
program kesehatan ibu dan anak masuk KB. Sedangkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, mencakup kegiatan yang dilakukan bidan dalam melaksanakan asuhan kebidanan sesuai wewenang, etika, tanggung jawab bidan. Aspek non kesehatan meliputi penggerakkan dan pemberdayakan ibu, keluarga dan masyarakat, memberdayakan tradisi setempat yang positif berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak , menghilangkan kebiasaan buruk yang dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. 3. Output Output dalam kemitraan bidan dengan dukun adalah pencapaian target upaya kesehatan ibu dan anak antara lain meningkatnya jumlah bidan dan dukun yang bermitra, meningkatnya rujukan oleh dukun, meningkatnya cakupan ANC, pertolongan Linakes, KB pasca Salin, serta deteksi risti/komplikasi oleh masyarakat. (Depkes RI, 2008).
2.4.7
Langkah – Langkah Kemitraan Bidan Dan Dukun Bayi Dalam membangun kemitraan antara dukun dan bidan diperlukan langkah – langkah yang dilakukan tahap demi tahap
yang meliputi
beberapa proses sebagai berikut (Dinkes, 2004) : 1. Penjajagan Untuk melakukan kemitraan bidan dan dukun paraji harus dilakukan atau melakukan penjajagan disertai dengan tokoh masyarakat lain yang dianggap potensial atau penting untuk menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah kerja. 2. Untuk memperoleh pandangan yang sama dalam menangani masalah kesehatan yang ada, maka bidan dan dukun paraji beserta tokoh masyarakat lainnya perlu bertemu secara terbuka dan kekeluargaan untuk saling memahami tugas, fungsi dan peran masing-masing untuk mengatasi permasalahan kesehatan diwilayahnya.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
22
3. Pengaturan peran Pengaturan peran ini harus dipahami oleh masing-masing individu dalam proses kemitraan dan pengaturan peran tersebut harus ditulis secara jelas dalam dokumen resmi. 4. Komunikasi intensif Untuk mengetahui perkembangan perlu dilakukan komunikasi antara
bidan
dan
dukun
bayi
secara
teratur
dan
berkesinambungan. 5. Melakukan kegiatan Kegiatan yang sudah disepakati haruslah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peran masing-masing berlandaskan 7 saling dan prinsip kemitraan. 6. Pemantauan dan penilaian Kegiatan pemantauan dan penilaian harus disepakati sejak awal, kegiatan ini bertujuan untuk mnyempurnakan kemitraan dan menjaga kelangsungan terjadinya suatu kemitraan.
2.4.8
Peran Bidan Dengan Dukun Dalam Pelaksanaan Kemitraan
Periode kehamilan BIDAN
DUKUN
1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam hal:
1. Memotivasi ibu hamil untuk periksa
a. Keadaan umum b. Menentukan taksiran partus c. Menentukan keadaan janin dalam kandungan
ke Bidan 2. Mengantar ibu hamil yang tidak mau periksa ke Bidan 3. Membantu Bidan pada saat
2. Melakukan tindakan pada ibu hamil dalam hal :
pemeriksaan ibu hamil 4. Melakukan penyuluhan pada ibu
a. Pemberian imunisasi TT
hamil dan keluarga tentang
b. Pemberian tablet Fe
a. Tanda-tanda persalinan
c. Pemberian pengobatan/tindakan apabila
b.Tanda bahaya kehamilan
ada komplikasi 3. Melakukan penyuluhan dan konseling pada
kebersihan pribadi & lingkungan c. Kesehatan & Gizi
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
23
BIDAN ibu hamil dan keluarga mengenai:
DUKUN d. perencanaan persalinan (bersalin
a. Tanda-tanda Persalinan dan lingkungan
di Bidan, menyiapkan
b. Tanda bahaya kehamilan
transportasi, menggalang dalam
c. Kebersihan pribadi dan lingkungan
menyiapkan biaya, menyiapkan
d. Kesehatan & gizi
calon donor darah)
e. Perencanaan persalinan (bersalin di
5. Memotivasi ibu hamil dan keluarga
Bidan, menyiapkan transportasi,
tentang :
menggalang dalam menyiapkan biaya,
a. KB setelah melahirkan
menyiapkan calon donor darah) f. KB setelah melahirkan menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK)
b. persalinan di Bidan pada waktu menjelang taksiran partus 6. melakukan ritual
4. Melakukan kunjungan rumah untuk : a. Pemerikasaan kehamilan b. Penyuluhan/konseling pada keluarga tentang perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi c. Melihat kondisi rumah persiapan
keagamaan/tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat (bila ada) 7. melakukan motivasi pada waktu rujukan diperlukan 8. melaporkan ke Bidan apabila ada ibu hamil baru
persalinan d. Motivasi persalinan di Bidan pada waktu menjelang taksiran partus 5. Melakukan rujukan apabila diperlukan 6. Melakukan pencatatan seperti : a. Kartu ibu b. Kohort ibu c. Kohort KIA 7. Melakukan laporan : *cakupan K1 dan K4
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
24
Periode Persalinan
BIDAN 1. Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman dan alat resusitasi bayi baru lahir, termasuk pencegahan infeksi.
DUKUN 1. Mengantar calon ibu bersalin ke Bidan 2. Mengingatkan keluarga menyiapkan alat transport untuk pergi ke
2. Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf.
Bidan/memanggil bidan 3. Mempersiapkan sarana prasarana
3. Melakukan asuhan persalinan.
persalinan aman seperti :
4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini.
a. Air bersih
5. Injeksi vit. K1 dan salep mata
b. Kain bersih
antibiotik pada bayi baru lahir. 6. Melakukan perawatan bayi baru lahir. 7. Melakukan tindakan PPGDON apabila mengalami komplikasi. 8. Melakukan rujukan bila diperlukan. 9. Melakukan pencatatan persalinan pada :
4. Mendampingi ibu pada saat persalinan 5. Membantu Bidan pada saat proses persalinan 6. Melakukan ritual keagamaan/tradisional yang sehat sesuai tradisi setempat
a. Kartu ibu/partograf b. Kohort ibu dan bayi c. Register persalinan 10. Melakukan pelaporan : *Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
7. Membantu Bidan dalam perawatan bayi baru lahir 8. Membantu ibu dalam inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam 9. Memotivasi rujukan bila diperlukan 10. Membantu Bidan membersihkan ibu, tempat dan alat setelah persalinan
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
25
Periode Nifas
BIDAN 1. Melakukan kunjungan Neonatal dan
DUKUN 1. Melakukan kunjungan rumah dan
sekaligus pelayanan nifas
memberikan penyuluhan tentang :
a. Perawatan ibu nifas
a. tanda-tanda bahaya dan penyakit
b. Perawatan neonatal
ibu nifas
c. Perawatan imunisasi HB 1
b. tanda-tanda bayi sakit
d. Pemberian Vit. A ibu nifas 2 kali
c. kebersihan pribadi dan lingkungan
e. Perawatan payudara
d. kesehatan & Gizi
2. Melakukan penyuluhan dan
e. Asi Ekslusif
konseling pada ibu dan keluarga
f. Perawatan tali pusat
mengenai :
g. Perawatan payudara
a. Tanda-tanda bahaya dan penyakit
2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk
ibu nifas
ber-KB setelah melahirkan
b. Tanda-tanda bayi sakit
3. melakukan ritual
c. Kebersihan pribadi dan lingkungan
keagamaan/tradisional yang sehat
d. Kesehatah & gizi
sesuai tradisi setempat
e. Asi Ekslusif
4. Memotivasi rujukan bila diperlukan
f. Perawatan tali pusat
5. Melaporkan ke Bidan apabila da
g. KB setelah melhirkan
calon akseptor KB baru
3. Melakukan rujukan bila diperlukan 4. Melakukan pencatatan pada : a. Kohort Bayi b. Buku KIA 5. Melakukan laporan : *cakupan pelayanan nifas
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
26
2.5 Pendekatan Sistem Sistem menurut Azrul Anwar (2010) adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Stoner (1996) memandang organisasi sebagai suatu sistem yang dipersatuakn dan diarahkan dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Melalui pendekatan tersebut para manajer diarahkan untuk melihat organisasi secara keseluruhan dan sebagi bagian dari lingkungan eksternal yang lebih luas. Terry (2005) menyatakan bahwa sistem dapat dipandang sebagai suatu kumpulan atau himpunan antara dua komponen yang saling berada dalam pola hubungan tertentu dimana suatu kegiatan menimbulkan reaksi pihak yang lain. Dengan kata lain sebuah sistem adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling beraksi.
2.5.1 Ciri – Ciri Sistem Ciri – ciri sistem antara lain terdapat bagian atau elemen yang satu sama lain saling berhubungan dan mempengaruhi yang kesemuanya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan, fungsi yang diperankan masing-masing bagian mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, fungsi bekerja secara bebas namun terkait yang diarahkan suatu mekanisme pengendalaian yang mengarahkannya agar tetap berfungsi sesuai dengan apa yang direncanakan, sistem merupakan satu kesatuan yang terpadu dan tidak tertutup terhadap lingkungan (Azrul Anwar, 2010)
2.5.2 Unsur – Unsur Sistem Menurut Azrul Anwar (2010) unsur-unsur sistem terdiri dari masukan, proses, keluaran, umpan balik, dampak, dan lingkungan. Masukan (Input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan diperlukan untuk fungsinya tersebut. Proses (process) merupakan elemen yang terdapat dalam sistem yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
Keluaran
(output)
adalah
elemen
yang
dihasilkan
dari
berlangsungnya proses dalam sistem. Umpan Balik (feed back) adalah keluaran
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
27
dari suatu sistem. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem. Lingkungan (environment) dunia luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
Gambar 2.2 Bagan Hubungan Unsur-Unsur Sistem Lingkungan
Proses
Masukan
Keluaran
Dampak
Umpan Balik
Sumber : Azrul Anwar. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Hal 29.
2.5
Kerangka Pikir Berdasarkan pedoman kemitraan bidan dan dukun bayi yang diterbitkan
oleh Sekretaris Jendral Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 bahwa lingkup kegiatan bidan dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dan dukun paraji antara lain pendataan dan pemetakan dukun, koordinasi dengan lintas sektor, membina dukun, melaksanakan kegiatan program kemitraan, pemantauan
dan
evaluasi
kegiatan
program
dan
pelaporan.
Dalam
mengembangkan konsep kemitraan dapat menggunakan pendekatan sistem yakni input, proses, output, dan outcome (Notoatmodjo, 2003), dan menurut Azrul Anwar (2010) bahwa sistem merupakan suatu kesatuan utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari hal tersebut diatas, maka tersusunlah kerangka pikir penelitian sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
28
Gambar 2.3 Kerangka Pikir Penelitian Gambaran Pelaksanaan Kemitraan Bidan di Desa Terhadap Program Kemitraan
INPUT ‒Sumber daya
PROSES
OUTPUT
Pelaksanaan kemitraan terhadap dukun bayi oleh bidan di desa
Kemitraan Bidan dengan
manusia
Mendata dan memetakan dukun Berkoordinasi dengan lintas sektor Membangun jejaring Membina dukun Melaksanakan kegiatan program kemitraan Pemantauan dan Evaluasi kegiatan program
‒Dana / biaya operasional
‒Sarana ‒Metode
Umpan Balik
LINGKUNGAN Kebijakan Program Budaya masyarakat Karakteristik masyarakat
dukun
Dampak Persalinan oleh tenaga kesehatan Angka Kematian Ibu menurun Angka kematian bayi menurun
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1
Kerangka Konsep Agar tujuan penelitian tercapai, peneliti menyusun kerangka konsep
penelitian berdasarkan kerangka pikir yang di paparkan pada bab sebelumnya. Maka tersusun kerangka konsep sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam menggali informasi sebagai berikut ini :
PROSES INPUT Sumber
Pelaksanaan kemitraan oleh bidan di desa Pendataan dan pemetakan dukun
OUTPUT
Koordinasi dengan lintas sektor
Kemitraan
Dana
Membina dukun
Bidan
Sarana
Melaksanakan kegiatan program
dengan
Tenaga
Metode
kemitraan
dukun
Pemantauan dan Evaluasi kegiatan program
Gambar 3.1. Kerangka konsep sistem kemitraan bidan terhadap dukun bayi oleh bidan di desa
3.2
Definisi Istilah
Komponen Input 1.
Sumber tenaga
: tersedianya tenaga kesehatan bidan di setiap desa, dan kecukupanya menurut bidan di desa.
2.
Dana
: ketersediaan dana yang diperlukan untuk melakukan program kemitraan. Dalam penelitian ini peneliti menggali informasi tentang sumber dana yang digunakan dalam pelaksanakan kemitraan.
3.
Sarana
: fasilitas atau sarana yang menunjang kegiatan kemitraan, dalam hal ini yang akan di gali peneliti yaitu berupa
29 Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
30
penyediaan kemitraan
sarana dan
penyelenggaraan
tersedianya
pertemuan
buku-buku
pedoman
kemitraan yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam bermitra. 4.
Metode
: merupakan suatu cara atau metode yang digunakan dalam pelaksanaan kemitraan. Dalam penelitian ini, metode yang akan digali oleh peneliti yaitu mengenai pendekatan
bidan
terhadap
mitra
nya,
adanya
kesepakatan pelaku kemitraan yaitu bidan di desa dan dukun paraji adanya sistem reward pada pelaksanaan kemitraan dan adanya sanksi. Komponen Proses 1. Pendataan dan pemetakan dukun Mengetahui, mengenal dan mendata siapa dan berapa dukun di wilayah desa binaannya. 2. Koordinasi lintas sektor Melakukan koordinasi dengan lintas sektor
di desa atau kelurahan. Hal
tersebut bertujuan untuk mendapatkan dukungan dalam melakukan kemitraan dengan paraji. 3. Membina dukun Melakukan pembinaan dukun secara rutin mengenai kemitraan, peran atau tugas dukun dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas, tanda bahaya kehamilan dan persalinan. 4. Melaksanakan kegiatan program kemitraan Melakukan serangkaian kegiatan bermitra dengan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas sesuai dengan pembagian tugas atau perannya masing - masing, pelaksanaan MOU atau kesepakatan tertulis antara bidan dan dukun bayi. 5. Evaluasi kegiatan program Merupakan suatu kegiatan untuk menilai pencapaian seluruh pelaksanaan sesuai rencana yang di tetapkan dalam kegiatan kemitraanya dengan dukun bayi dan melaporkannya kepada puskesmas.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
31
Komponen Output Output kemitraan bidan dan dukun paraji adalah pencapaian target upaya kesehatan ibu dan anak. Meningkatnya jumlah bidan dan dukun yang bermitra, meningkatnya rujukan oleh dukun, Cakupan ANC, Cakupan pertolongan Linakes.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, karena melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi lebih mendalam tentang bagaimana gambaran persepsi bidan di desa terhadap pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun bayi di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2012 yang
dilaksanakan oleh peneliti dan di bantu oleh asisten yang terlebih dahulu telah dilakukan pelatihan untuk penyamaan persepsi mengenai apa yang akan diteliti.
4.3
Sumber Informasi Pemilihan sumber informasi pada penelitian ini dilakukan secara purposif
(purposive
sampling)
memperhatikan
prinsip
kesesuaian
(appropriates) dan kecukupan (adequacy). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka sumber informasi pada penelitian ini adalah bidan–bidan di desa yang membina wilayah dan melaksanakan kegiatan program kemitraan bidan dan dukun bayi, Kepala UPT Puskesmas Sukaraja , Kepala UPF Cimandala, Sukaraja dan Cilebut, serta Bidan koordinator di puskesmas Cimandala, Sukaraja dan Cilebut. Bidan di desa dipilih sebagai sumber informasi karena mereka terlibat langsung dan termasuk pelaku utama dalam pelaksanaan program kemitraan Bidan dan Dukun bayi. Sedangkan
Kepala UPT Puskesmas
32 Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
33
Sukaraja, Kepala UPF Cimandala, Sukaraja dan Cilebut, Bidan koordinator di puskesmas Cimandala, Sukaraja dan Cilebut dipilih sebagai informan dengan tujuan untuk memverifikasi dan melengkapi informasi yang diperoleh dari bidan desa.
4.4
Jenis dan Metoda Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan Fokus Group Diskusi (FGD). Sedangakan data sekunder didapat dari telaah dokumen hasil laporan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam (indepth interview) dan diskusi kelompok terpadu (Foccus Group Discussion) atau FGD. FGD merupakan tehnik pengumpulan data kualitatif, dimana sekelompok orang berdiskusi dengan pengarahan dari seoang fasilitator atau moderator mengenai suatu topik. FGD dilakukan dengan panduan pedoman FGD dan di rekam dengan tape recorder . Sedangkan wawancara mendalam dilakukan dengan tatap muka langsung dengan sumber informasi, menggunakan tehnik wawancara terbuka dengan menggunakan pedoman wawancara.
4.5
Instrumen Penelitian Instrumen penelitian pada studi kualitatif yang paling utama adalah peneliti itu sendiri dengan dibantu dengan instrumen lain, yaitu : 1)
Pedoman wawancara mendalam
2)
Alat pencatat dan perekam suara (Voice Recorder)
3)
Kamera
4)
Fasilitator FGD dan pedoman FGD
5)
Panduan penelusuran
Univesitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
34
Penyusunan pedoman wawancara mendalam dan FGD disesuaikan dengan kerangka konsep penelitian. Sebelum pedoman untuk FGD dan pedoman wawancara digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap informan di luar wilayah penelitian dengan karakteristik yang hampir sama dengan daerah yang akan diteliti. Uji coba pedoman dilaksanakan dengan tujuan reabilitas instrumen penelitian.
4.6
Pengolahan Data 1.
Pembuatan Transkrip
2.
Pengkodean
3.
Peringkasan Data
4.
Ringkasan data diinterpretasikan dan secara keseluruhan disajikan dalam bentuk matriks.
4.7
Analisis Data Analisis data mengatur transkrip wawancara mendalam dan FGD secara sistematis. Hasil pengolahan data dilakukan analisis berdasarkan isi (content analisis) yaitu menganalisis dan mengidentifikasi sesuai dengan topik bahasan dari setiap hasil wawancara dan FGD menjadi berbagai kategorik topik bahasan yang sama, sesuai topik dalam pertanyaaan penelitian dan tujuan penelitian..
4.8
Validasi Data
Untuk mendapatkan validitas data, maka dalam penelitian ini dilakukan tehnik triangulasi yang meliputi : 1)
Triangulasi Sumber, dilakukan cross check data dengan fakta dari sumber melaui informan yang berbeda, sampai menghasilkan data yang saling memperkuat atau tidak ada kontradiksi satu dengan yang lainnya.
Univesitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
35
2)
Triangulasi Metode, yaitu menggunakan metode yang berbeda dalam pengumpulan data. Pada penelitian ini digunakan metode wawancara mendalam dan FGD.
Univesitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 5 GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Wilayah Kecamatan Sukaraja terletak di sebelah Selatan Kabupaten Bogor. Berdasarkan profil Kecamatan Luas wilayah Kecamatan Sukaraja adalah ± 4.202 Ha. Dengan batas wilayah adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong gede
Sebelah Selatan
: Kota Bogor dan Kecamatan Megamendung
Sebelah Barat
: Kota Bogor
Sebelah Timur
: Kecamatan Babakan Madang
Jarak kecamatan dengan ibu kota kabupaten, ibu kota provinsi, dan ibu kota negara dijelaskan sebagai barikut : Ibu kota Kabupaten : 6 km Ibu Kota Provinsi
: 120 km
Ibu kota negara
: 52 km
Berdasarkan topografi, Kecamatan Sukaraja beriklim sedang dengan temperatur suhu rata-rata 320 C pada siang hari dan 240 C pada malam hari, dengan ketinggian antara 200 m – 750 m DPL. Daerah dataran rendah di Kecamatan Sukaraja meliputi desa Cijujung, Cimandala, Cilebut Barat dan Cilebut Timur. Desa Gunung Geulis merupakan daerah dataran tertinggi dengan curah hujan rata-rata 300-350 mm per tahun. Penduduk kecamatan Sukaraja pada tahun 2011 berjumlah 168.397 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 86.299 dan perempuan sebanyak 82.098 jiwa dengan jumlah kepala keluarha sebanyak 43.777 KK.
36 Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
37
Tabel 5.1 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Per Desa
No
Desa
Luas Wilayah
Kepadatan Penduduk
1
Cilebut Barat
440
49,76
2
Cilebut Timur
135
116,53
3
Sukaraja
223
32,56
4
Nagrak
766
13,88
5
Cikeas
313
28,12
6
Pasir laja
337
34,60
7
Pasir Jambu
215
44,40
8
Cimandala
316
71,78
9
Cijujung
365
65,60
10
Cadas ngampar
183
33,74
11
Gunung Geulis
465
13,83
12
Cibanon
290
25,05
13
Sukaani
154
28,70
Jumlah
4.202
Sumber : laporan penyelenggaraan pemerintahan kecamatan Sukaraja tahun 2011
Mata pencaharian masyarakat Sukaraja paling dominan adalah buruh industri, sedangkan mata pencaharian penduduk selain itu adalah petani, pengusaha kecil, pedagang, pengemudi dan lain-lain. Di wilayah Kecamatan Sukaraja terdapat UPT Puskesmas Sukaraja yang merupakan Unit Pelaksana Tekhnis Puskesmas yang membawahi 3 Unit Pelaksana Fungsional (UPF), yaitu UPF Cimandala, UPF Cilebut dan UPF Sukaraja.
Kepala UPT sukaraja Merangkap sebagai Kepala UPF Cimandala.
Setiap UPF Puskesmas mempunyai desa binaan masing – masing. Berikut adalah nama –nama desa binaan Puskesmas wilayah Kecamatan Sukaraja.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
38
Tabel 5.2 Tabel Wilayah Binaan UPT Kecamatan Sukaraja
No I
UPT/UPF UPT/UPF Cimandala
DESA 1. Desa Cijujung 2. Desa Pasir Laja 3. Desa Cimandala 4. Desa Pasir Jambu
II
UPF Sukaraja
1. Desa Cikeas 2. Desa Cadas Ngampar 3. Desa Nagrak 4. Desa Sukaraja 5. Desa Sukatani 6. Desa Cibanon 7. Desa Gunung Geulis
II
UPF Cilebut
1.
Desa Cilebut Barat
2.
Desa Cilebut Timur
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Tahun 2011
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 6 HASIL PENELITIAN
6.1
Karakteristik Informan Pada penelitian ini informan utama adalah bidan di desa, sedangkan
informan pendukung terdiri dari Kepala Puskemas dan Bidan Koordinator.
Tabel 6.1 Karakteristik Informan Utama Penelitian Kemitraan Bidan didesa dengan dukun bayi di Kecamatan Sukaraja tahun 2012
No
Kode
1
FB1
2
Alamat
Umur
Pendidikan
Jabatan
Pasir Laja
32
D3 Kebidanan
Bidan Desa
FB2
Cijujung
26
D3 Kebidanan
Bidan Desa
3
FB3
Cilebut Timur
47
D3 Kebidanan
Bidan Desa
4
FB4
Nagrak
31
D3 Kebidanan
Bidan Desa
5
FB5
Cibanon
25
D3 Kebidanan
Bidan Desa
6
FB6
Cikeas
29
D3 Kebidanan
Bidan Desa
7
FB7
Gunung Geulis
29
D3 Kebidanan
Bidan Desa
8
WB1
Cimandala
28
D3 Kebidanan
Bidan Desa
9
WB2
Sukaraja
34
D3 Kebidanan
Bidan Desa
10
KP1
Cimandala
49
S1 Kedokteran
Kepala Puskesmas
11
KP2
Cilebut
36
S1 Kedokteran
Kepala Puskesmas
12
BK1
Cimandala
28
D3 Kebidanan
Bidan Koordinator
13
BK2
Sukaraja
32
D3 Kebidanan
Bidan Koordinator
39 Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
40
Para bidan di desa dilakukan Foccus Group Discussion (FGD). Dari 9 bidan di desa yang direncanakan terdapat tujuh bidan di desa yang menghadiri FGD. Yaitu bidan di desa dari desa Pasir laja, Cijujung, Cilebut Timur, Gunung Geulis, Cikeas, Cibanon, Nagrak. Selanjutnya terhadap bidan di Desa yang tidak ikut serta dalam FGD di ikutkan dalam wawancara mendalam sebagai bentuk penerapan triangulasi metode. Bidan di desa yang terlibat dalam wawancara mendalam adalah bidan di desa dari Cimandala dan desa Sukaraja. Koordinator KIA Puskesmas, dan kepala Puskesmas dilakukan wawancara mendalam sebagai sumber informan lain. Dari UPF Puskesmas Cimandala jumlah peserta yang hadir adalah dua bidan di desa yaitu desa Pasir Laja dan Cijujung. UPF Puskesmas Cilebut 1 bidan di desa yang hadir dari 2 bidan desa yang ada. Sedangkan UPF Puskesmas Sukaraja hadir 4 bidan di desa dari 7 wilayah desa yang ada, yaitu desa Gunung Geulis, Nagrak, Cikeas, dan Cibanon . Semua informan bidan didesa adalah orang Sunda. Dari tujuh bidan desa yang hadir, 6 diantaranya ber status bidan PTT, hanya satu yang sudah PNS yaitu dari Cilebut Timur. Mereka telah menjadi bidan di desa dan telah bekerja dipuskesmas masing-masing antara 1 sampai 8 tahun. Setiap bidan di desa mengkoordinir satu wilayah desa. Hampir semua informan sudah menikah dan mempunyai anak. Hanya ada satu yang belum menikah yaitu bidan di desa dari Gunung Geulis.
6.2 6.2.1
Komponen Input Sumber tenaga Informan bidan di desa mengatakan bahwa tenaga bidan sudah tersedia
ditiap-tiap desa. Satu orang satu desa binaan. Seperti informasi hasil FGD bidan di desa berikut ini :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
41
Tabel 6.2 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Sumber Tenaga
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
...tempat kita
...satu bidan satu
...per desa satu
...satu desa juga...
... per desa
...sama satu
...udah di bagi tiap-
mah satu desa
desa, saya satu.
bidannya, yang
maunya sih ada
satu bidan
aja.. cukuplah
tiap desa satu bidan
satu bidan yah... Cukup lah...
ngebina... saya
temennya hehe..
sih, tapi
ya bisa
desanya... cukup
cukup ya saya
kadang juga
rasa udah cukup
biar bisa bagi-bagi emang saya
kepegang...
nggak cukup lah ya,
rasa, udah bisa
dibantu ama yang
sih ya..kalao pas
tugas, kan banyak
nggak tinggal iya, saya
ngehandel saya
lain juga... saya
kerepotan
ya posyandu
di situ, saya
tinggal di situ, banyak sih ya,
rasa ya.
disuruh ama Ibu
posyandu dibantu
tempat saya. Tapi
pulang ke
kebetulan asal belum lagi kegiatan
Awalanya
Kepala tinggalnya
juga ama temen
ya karena udah
Cibinong,
dari situ
yang lain, ya
emang di
di situ juga, tahun
puskesmas...
aturannya gitu...
nggak ya, ia
hehehe...
penyuluhan, lokmin
haruskan
pertama dulu
...kebetulan saya
saya tinggal disitu,
(Kepala
desa.. saya tinggal
tinggal di situ
ngontrak yah
udah punya
ibu Kepala dulu
Puskesmas)
di situ, di suruhnya
sama
hehehe... baru
rumah di situ jadi
yang nyuruh...
nggak
gitu...
Kepalanya...
sekarang beli di
ya tinggalnya di
daerah situ..
situ...
ngurusin posyandu
maksain...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
42
Dari ketujuh informan mengatakan bahwa dua diantaranya merasa perlu bidan tambahan, mengingat luasnya area desa binaan mereka sehingga mereka merasa perlu tembahan partner untuk meringankan kerja mereka, sedangkan lima bidan lainnya merasa cukup karena merasa mampu melakukan tugas bidan di desa tersebut.
dan dari seluruh bidan di desa sebagian tidak bertempat tinggal di
wilayah desa binaannya Informasi tentang sumber tenaga bidan di desa juga dijelaskan oleh informan lain sebagai triangulasi sumber dan metode yaitu dari bidan di desa yang tidak mengikuti FGD namun dilakukan wawancara mendalam, serta bidan koordinator puskesmas. Berikut hasil wawacara mendalam yang dilakukan peneliti : ... kalau kita mah saya rasa cukup deh satu bidan satu desa ya, meskipun ngos-ngosan juga hampir tiap hari posyandu hehehe... (WB1)
...saya ngebina satu desa, saya nggak tinggal disitu sih, karna kan udah ada gubuk sendiri tuh, tapi semua ke handel kok, kepegang semua.. sebenernya tergantung kitanya aja sih ya... (WB2)
Sedangkan untuk triangulasi sumber berikut informasi yang didapat dari informan Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas terkait sumber tenaga bidan di desa. Berikut hasil wawancaranya :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
43
Tabel 6.3 Hasil Wawancara Mendalam Informan Lain Tentang Sumber Tenaga
KP1
KP2
BK1
BK2
...satu bidan
...ada satu bidan
...bidannya satu ...kalau
membina satu
di desa yang
desa satu dan
bidannya yang
wilayah desa.
bertanggung
itu cukup...
tinggalnya di
saya
jawab di daerah
harus tinggal di desa itu, Cikeas,
menganjurkan
situ, ada yang
situ, udah
Cadas, Nagrak,
nya tinggal di
tinggal, ada juga
peraturannya
Gunung geulis,
situ ya
yang tidak , tapi
kan ya, bidan
sedang yang
bidannya, biar selain bidan desa
desa ya harus
lain tinggalnya
bisa stand
ada juga kok
tinggal di
diluar
by...
bidan lain yang di
desa...
wilayah...udah
tinggal di daerah
punya rumah
situ juga...
sendiri kan...
Dari hasil penggalian informasi dari informa Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas di simpulkan bahwa tiap-tiap desa mempunyai wilayah binaan desanya masing-masing, dan tidak semua bidan di desa tinggal di daerah binaanya masing-masing.
6.2.2
Dana Sebagian informan bidan di desa menyatakan bahwa dana yang di
gunakan untuk kegiatan kemitraan bidan dan dukun paraji berasal dari dana BOK Puskesmas, sebagian lagi kurang mengetahuinya. Berikut ungkapan informan bidan di desa dalam FGD :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
44
Tabel 6.4 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Kemitraan
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
... mmh, kurang
... ada lah, ya.
...setahu saya ada ...kalo masalah
... dana buat
...tahu ya, tanya
... tahunya dana
tahu ya, tanya
Kan kalo
yah, dananya sih
dana mah yang
pertemuan ada
ke pengurus
itu
langsung aja deh pertemuan itu,
buat pertemuan
keuangan
ya, saya rasa
uangny, aja lah,
pertemuan...
sama Bikornya...
pake dana
gitu... rinciannya
puskesmas kali ya cukup banyak
nggak enak kalo
...dari BOK ...
ntar salah lagi
kemitraan...
ya nggak tahu...
yang tahu
juga sih ya, kan
salah ngomong,
ngomongnya...
...dari BOK sih
Ngundangnya
rinciannya, kita
ampe ngundang
... sumbernya sih
kayaknya...
sih dari lintas
mah mmm..
polisi, koramil,
emang dari BOK
sektor yah...
pelaksananya
pak camat,
tapi buat apa aja
ajah...
lurahnya gitu...
ya nggak tahu ...
mah
buat
...bikornya yang tahu detailnya yah, heheh..
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
45
Dari infomasi semua peserta FGD dapat di simpulkan bahwa dana untuk kegiatan kemitraan bersumber dari dana BOK di alokasikan untuk pertemuan kemitraan dengan mengundang lintas sektoral yang berasal dari kepolisian, koramil, kecamatan dan lurah selain bidan dan parajinya. Informasi tentang dana yang di pergunakan untuk kegiatan kemitraan bidan dan paraji diungkapkan pula oleh bidan di desa yang tidak mengikuti FGD melaui wawancara mendalam. Menurut mereka dana kegiatan kemitraan di khususkan untuk pertemuan kemitraan bidan paraji dengan sumber dana dari BOK. Berikut informasi yang diperoleh :
...setahu saya ada dananya, tapi emang cuman sedikit, buat pertemuan besar aja, yang untuk rutinnya kayaknya belum diadain dananya... (WB1)
...masalah dana mah, urusan yang diatas, bikornya ya yang tahu rinciannya...kayaknya dari BOK sih sumbernya... (WB2)
Sumber Informan lain juga menyatakan tentang dana yang dipergunakan untuk kemitraan. Informan tersebut dari bidan koordinator puskesmas dan Kepala Puskesmas melalui hasil wawancara mendalam sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
46
Tabel 6.5 Hasil Wawancara Mendalam Sumber Informasi lain Mengenai Dana Kemitraan
KP1
KP2
BK1
BK2
... dana ada, sekarang dari
...untuk masalah dana, selama ini
... dana dari BOK yah,
...sebenarnya masalah
BOK. Tapi ya terbatas
pertemuan kemitraan dananya dari
penggunaannya untuk
dana pihak BOK yang
hanya untuk pertemuan
dana BOK, dananya untuk beli
pertemuan... selama ini
lebih tahu... pertemuan
saja, kayak kemarin untuk
snack, makan, juga uang transport
pertemuannya baru 1 kali
kemitraan selama ini
pertemuan kemitraan
maparajinya...
dalam setahun yah, kemarin
baru sekali ya, iya
dengan mengundang lintas
... alokasi untuk pertemuan
tuh mengundang linsek juga
pertahun.
sektor juga. Kalau untuk
rutinnya belum, BOK kan dibagi
sih...
yang pertemuan rutinnya
banyak program juga yah... jadi ya
per bulan gitu ya dana yang
terbatas untuk pertemuan aja
di khususkan belum ada..
selama ini, pertemuan di puskesmas.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
47
Kesimpulan dari hasil WM Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator adalah bahwa sumber dana kegiatan kemitraan dari BOK, dengan alokasi untuk pertemuan kemitraan dengan mengundang lintas sektor 1-2 kali dalam setahun. Sedangkan dana untuk pertemuan rutin belum ada. Selain dana yang di pergunakan dalam pertemuan kemitraan dengan sumber dana dari BOK, dana lain yang berkaitan dengan kemitraan adalah dana pembagian yang bersumber dari biaya persalinan pasien. Persentase pembagian dana tersebut berbeda tiap desanya tergantung kesepakatan yang di buat. Kesepakatan tersebut tertuang dalam MOU (Memorandum Of Understanding) Ada variasi informasi yang diperoleh dari informan bidan di desa, persentase pembagian jasa persalinan sudah tidak berlaku lagi sejak ada program jampersal. Pasien yang bersalin di bidan dengan jampersal tidak lagi dikenakan biaya persalinan. Sehingga paraji hanya menerima secara langsung dari pasien. Ada sebagian informan bidan di desa mengatakan bahwa pembagian tetap sesuai kesepakatan, namun menunggu uang klaim persalinan dengan jampersal, pendapat lain mengatakan bahwa bidan tetap memberikan langsung ke paraji dengan memakai uang pribadinya terlebih dahulu sebelum uang jampersal cair. Berikut ungkapan informan yang di peroleh dari informan bidan desa dari hasil FGD dan wawancara mendalam :
...soal pembagiannya kalo menurut MOU sih 20% ya, nganter juga segitu, tapi sejak april 2011 kan ada kebijakan jampersal tuh, yaa.. jadinya beda lagi. Nggak kasih lagi, tapi ma paraji tetep dikasih dari pasien yang bersalin itu buat ngurus ari, buat mijit, gitu.. (WB1)
... dulu nya di kasih langsung, sekarang nunggu dulu dari jampersal cair, heheh... persentase sama 20-30% , Cuman sekarang lebih dikit, dari sononya juga dikit yah...(WB2)
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
48
Tabel 6.6 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Dana Pembagian Biaya Persalinan Pasien
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
...ada
...gimana yah,
persalinannya...
... mmmhh..
...ya, kalau
... sepuluh
...pas dulu sih
pembagiannya...
sekarang ada
gimana ya.. jadi
sebenarnya
dianya
persen (10%),
bisa sampai
dari biaya
jampersal itu sih ya.
terpaksa pake uang
tinggal kita
nganterin aja
kadang juga
25% nan yah,
persalinan yang di
Kita kan gak di bayar
sendiri dulu, di
hitung aja ya,
dikasihnya lima
lima belas
tergantung juga.
kasih pasien..,
lansung sama pasien
kasihkan itu ke
berapa kali ia
(5%) atau
persen (15%)
Kalau sekarang
ditempat saya 10%
ya, ya kita nggak
paraji, kalau nunggu
nganter pasien.
sepuluh (10%)
tergantung sih
mah.. agak itu
nan itu
kasih lah. Ia (paraji)
klaim ntar takutnya
Kalau klaim
aja ya. Kalau
ya, ada yang
juga
...yah... uang klaim
kan dapet juga dari
ia ngitung rujukan
udah cair ya
sambil bantu-
nungguin
sebenarnya,
yang khusus
pasiennya. Tiap-tiap
segini, saya
kita kasih tuh
bantuin ampe
pasiennya
menurun, kan
persalinan kan 350
kunjung juga dapet
ngitungnya segini,
paraji berapa
selesai ya kita
ampe selesai ya biaya
ribu aja, kita harus
yah, kalo kita mana
kalo beda ntar
persennya, tapi
kasih lebih
ditambahin
persalinan
ngeklaim dulu kan
klaimnya lama,
dianya berpikir yang
ya nggak kayak
dong, tiga
gitu... ya
jampersal 350,
ya... ya kalo ia
kadang-kadang juga
enggak-enggak, trus
di kasih
puluh, empat
meskipun kita
trus ntar ma
periksanya kekita
kurang syarat-
nggak mau ngrujuk
langsung sih
puluh lah,
yang ngerjain
paraji 15 % nya
bisa kita klaimkan
syaratnya...(BD4)
lagi, akhirnya ya
sebenarnya.
soalnya bantuin
semuanya, tapi
dikumpulin
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
49
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
juga ANC nya, kalo
...kalau sejak ada
pake kantong pribadi
Trus uang klaim
bersih-bersih
kan ia ikut di
dulu, di catat, di
nggak ya
jampersal teh, udah
dulu lah... gimana
persalinan kan
juga...
dalem yah,
kasih kalo udah
bersalinnya doang,
nggak ada pembagian
lagi... biar dianya
cuma sedikit
Sejak ada
kasih support
dapat uang
paling ama nifasnya
lagi, udah gak berlaku
juga rajin ngarujuk... ya.. 350 ribu
jampersal,
ibunya, pijitin,
kitanya... dari
3 kali 10.000...
kesepakatannya ...ya
nggak lagi yah.
kadang bantuin
jampersal.
persenan
mana yang akan di
Kebanyakan
kita juga...
pembagiannya ya
bagi...orang kita aja
juga nganter
yang dari bersalin
dapetnya juga entar-
doang sih, ia
aja. Kalau dulu kan
entar, nunggunya 2
dapet langsung
mungkin kita tarik
bulan, 3 bulan. Kalau
dari pasien,
400 ribu ya, trus
pake jampersal trus
kitanya
ntar ma paraji
dia (pasien) kasih
dapetnya
langsung kasih 20 % uang ke kita, kitanya gitu, sekarang mah
di marahin, di tegor
nggak bisa
ama Kepala...
klaim
nunggu,
langsung...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
50
Tabel 6.7 Hasil Wawancara Mendalam Informan Lain Mengenai Dana Pembagian Biaya Persalinan
BK1
BK2
KP1
KP2
... memang sudah ada
... sekarang belum ada ...sebelum ada jampersal
... perdesa berbeda – beda tergantung kesepakatan,
MOU nya pembagian
kesepakatan baru lagi, pembagiannya 40% buat
ada yang 25% sampai 40% itu kan di bahasnya di
jasa persalinannya,
tahun sekarang ya, kan paraji, 60 % buat
musyawarah desa mengundang paraji juga... tapi
berapa persennya
udah berlaku jampersal. bidannya. Sesudah ada
itu yang sebelum jampersal ya... sejak ada
tergantung maunya bidan
dulunya udah, beda-beda jampersal, pasiennya aja
jampersal tuh ya, per april 2011 kesepakatan itu
ama paraji sih ya. Selama sih tiap desa. Tergantung yang kasih uang lansung
tidak bisa diterapkan lagi, pasien kan gratis ya,
ini memang jalan, cuman
berapa
tidak dipungut bayaran, jadi bidannya udah nggak
itu.. setelah program
disepakati...
yang
dulunya ke paraji, kebidannya gratis. Bidan juga nggak
kasih ke paraji lagi secara langsung, tapi setelah
jampersal kan harusnya
kasih langsung ke paraji,
klaim keluar... Tapi parajinya dapet juga kok dari
ada kesepakatan baru, ini
Ntar kalau bidan sudah
pasien langsung. Kalo misalnya ya si pasien
belum...
klaim uang jampersal,
jampersal kasih juga kebidan, maka bidannya harus
baru paraji kebagian,
kasih uang tersebut ke parajinya, jadi dobel kan
ntar uangnya dikasihkan
parajinya, tapi kita udah sosialisai pasien
ke parajinya...
jampersal nggak perlu kasih uang ke bidannya...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
51
Kesimpulan informasi Bidan di desa di dapatkan bahwa pembagian biaya persalinan masing – masing desa berbeda satu sama lain, semua nya tergantung dari kesepakatan antara bidan dan parajinya, adanya kebijakan jampersal bagi bidan di desa dinilai mempengaruhi sistem pembayaran dan jumlah persentase yang diberikan. Belum ada MOU baru tentang kebijakan yang baru. Sedangkan kesimpulan dari sumber lain menyatakan hampir senada dengan yang dungkapkan bidan di desa, belum ada MOU kemitraan yang baru setelah bergulirnya program jampersal, anjuran kepala puskesmas tentang persentase pembagian tidak dilakukan perubahan, sesuai kesepakatan, hanya saja sistem pemberiannya yang perlu diatur.
6.2.2 Sarana Hasil dari
penggalian informasi mengenai sarana seperti yang
diungkapkan oleh informan bidan di desa dalam FGD dan wawancara mendalam sebagai berikut :
... di sini mah kalau pertemuan gitu yang ngurusinya pihak puskesmas bu.. kita kan udah sibuk pelayanan segala macem ya, biasanya bikor nya yang kasih tahu kita ntar ada pertemuan di puskesmas, ada pak camat, lintas sektor segala macem... soal buku pedoman saya nggak punya.. (WB1)
... yang perlu kan tempat kita mengadakan pertemuannya kan ya, pernah ya kita pertemuan kemitraan di desa kala itu, di balai desanya... bukunya nggak punya... (WB2)
.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
52
Tabel 6.8 Hasil FGD Informan Bidan Di Desa Mengenai Sarana Persalinan
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
...selama ini mah
... pas pertemuan
...dari
... sarana
...puskesamsnya
...di tempat saya
...iyah,
sarana atau fasilitas
kemitraan di desa,
puskesmas
kemitraan paling
yah yang kasih
pihak puskesmas
pihak
puskesmas yang
kayak tahun
juga. yang dari tempat
fasilitas
juga yang
puskesmas
nyediain, kayak pas
kemarin, desa ya
dinas yang
pertemuannya ya,
pertemuan, yang
ngadainnya, yang
yang
pertemuan itu,
yang kasih sarana.
diundang
puskesmas yang
ngundang paraji
nyiapainnya...
nyediain
puskesmas yang
Walaupun yang
paling-paling
ngurusin gitu-
untuk pertemuan,
sarananya..
nyediain tempatnya.
ngundang dari
hanya
gitu...
ngundang lintas
.
Kalau yang dari
puskesmas, tapi desa
bikornya...
dinas belum ada ya
yang siapin macem-
kayaknya...
macemnya...
sektor juga yah...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
53
Sarana atau fasilitas yang menunjang kegiatan kemitraan menurut bidan di desa sudah cukup, sarana di sediakan oleh puskesmas maupun pihak desa. sedangkan buku pedoman sebagai sarana penunjang bagi bidan untuk melaksanakan tugasnya belum di sediakan dri pihak dinas maupun puskesmas. Hal tersebut di perkuat oleh informan Bidan koordinator dan Kepala Puskesmas. Berikut hasilnya : Tabel 6.9 Hasil wawancara Mendalam Tentang Sarana Dengan Sumber Informan Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas.
KP1
KP2
BK1
BK2
...dari kita
...iya kita, dari
...selama ini
...pertemuan ada
yang nyediain
puskesmas, kerja
puskesmas
di puskesmas ,
tempatnya...
sama juga sama
yang fasilitasin, didesa juga ada
...buku
desa...
dinas belum
fasilitasnya
pedoman buat
... kayaknya dulu
ada..
puskesmas ama
bidan di desa
pernah ada ya,
... belum ada ya desa juga...
belum di drop
cuman dipegang
bukunya, belum
... ada nggak ya,
ya, itu kan
siapa kurang tahu
dikasih dari
kurang tahu
dinas ya yang
sekarang...
dinas...
saya...
punya...
6.2.3
Metode.
Hasil dari penggalian informasi melalui FGD dan wawancara mendalam bidan di desa tentang cara pendekatan bidan terhadap paraji dan adanya MOU sebagai bentuk tertulis yang dapat mendekatkan bidan dan paraji adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
54
Tabel 6. 10 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Metode Yang Digunakan Dalam Kemitraan
FB1
FB2
FB3
FB4
... pendekatan
... pernah sih
...cara kita
...pendekatannya
nya saat ada
kitaberkunjung
mendekati dukun
pesalinan yah,
kerunahnya gitu,
kita sama-
FB5 ...berusaha
FB6
FB7
...mendekatinya
.. selama ini
paling pas ketemuan mendekati sih
kita kerumahnya,
emang belum
yah, saat kita
di puskesmas saja
udah, tapi
meski nggak bawa
pernah
nganterin uang
kemitraan gitu
sih. Tempat saya
kadang si
apa-apa, ada yang
kerumahnya
sama kerja
transport
yah, ya..kita
kan jaraknya ada
maparaji nggak tanggapannya baik, satu-satu ya,
ngurusin
kemitraan..
ketemu mungkin
jauh ya ma parinya
respek ya,
ada juga yang
kalau pas ada
pasien
nggak ngobrol
pas dijalan,
masuk ke dalem
kurang apa ya..
nggak bikin
kemitraan aja
bersalin, ya
ya, Cuma
ngobrol sih
banget, jadi paling
kayak cuek-
sreg.macem-
kita coba ajak
pas itu kita
ngomong biasa
enggak yah, say
yang dekat aja yang
cuekan kalo
macem. Tapi kan
ngobrol gitu
sambil
aja, lagi apa
hello gitu-gitu
kadang ketemu di
diajak
udah usaha...
yah.. ada juga
ngobrol...
mak, repot
ajah. Kunjung
jalan, , apa pas
ngomong...
...untuk
nggak, gitu-gitu
kerumah pernah,
kondangan...ngobrol Karena udah
...perjanjiannya
kerumah saat
kesepakatan
aja...
pas nganter
juga kok. kalo harus
ada, di buat dulu
ada persalinan
MOU nya ada,
undangan atau
kesana-sana capek
pas kemitraan, tapi
gitu..
ditandatangani ...ada sih
buat nanya
yah
tua kali yah..
...ada,
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
paraji yang
ya pelaksanaannya
Universitas Indonesia
55
FB1
FB2
FB3
oleh bidan dan
MOUnya.. isinya
data...
parajinya, trus
tentang
... MOU udah di
disaksikan
pertolongan
oleh kepala
FB4
FB5
FB6
FB7
kesepakatannya gimana ya... nggak
...iya, ada MOU
MOU sih aya... tapi
ditandatangani
itu sih sesuai..
nya ada...
buat... tapi
ya cuman formalitas
kita ama
masih ada paraji
persalinan yang
belum ada
ajah yah menurut
maparajinya...
yang juga nolong,
desa setempat,
nggak boleh
perbaruan...
saya...
ditandatangani
trus sangsinya juga
juga
dilakukan paraji
ama ibu kepala, gak jalan.
camatnya...
sendirian, trus
pak camat
pembagian fee,
sama lurahnya
trus saling
ya kita ya...
menghubungi, gitu..
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
56
Seluruh informan bidan di desa mengatakan bahwa sudah ada MOU tentang kemitraan antara bidan dengan paraji. MOU yang dibuat di tandatangani oleh Bidan di desa serta paraji, disaksikan oleh Camat, Kepala UPT dan Lurah desa. Sedangkan informasi dari bidan desa yang dilakukan wawancara mendalam adalah sebagai berikut :
...memang kita dulu sih ya, yang istilahnya menyapa duluan lah ya, tapi mereka tuh tanggapannya kurang bersahabat gitu, kadang males juga sih kalo udah gitu ya..Tapi ada juga yang enak ngobrolnya,.. ...soal MOU ada udah pernah dibuat, di simpan sama bikornya ya lembaranya... (WB1)
... ada yang belum kenal, jadi belum ada pendekatan, kalau yang udah bermitra ma kita ya kita saling menyapa yah kalo pas ketemu dijalan... ...Kesepakatan ada, udah pernah dibuat... (WB2)
Pendapat senada juga di ungkapkan oleh Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator sebagaimana informasi berikut ini :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
57
Tabel 6.11 Hasil wawancara Mendalam Tentang Metode Dengan Sumber Informan Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas.
KP1
KP2
BK1
BK2
...setiap orang
...yah kita nggak
...memang
...banyak faktor
kan nggak
bisa maksain ia
nggak semua
sih saya rasa,
sama ya, tapi
harus seperti yang mempunyai
ada kan ya,
pada
lain, watak kan
kemampuan
bidannya tuh
dasarnya
itu.., ada yang
pendekatan
dah baik, sabar,
bidan didesa
bisa deket sama
yang baik,
ramah, eee
cukup bisa
parajinya, ada
biasanya yang
parajinya yang
berbaur
yang judes, ada
baik itu
kelewat egois,
dengan dukun
yang cuek, variatif nakesnya
tapi ada juga itu
paraji nya...
ya...
bagus, paraji
bu, paraji takut
...mengenai
...MOU sudah
seneng rujuk
deket ma dia,
Mou setiap
ada. Setiap desa
pasien ke dia,
dianya terkenal
desa sudah
sudah di buat...
ada sih ya yang
galak gitu, tapi
terkesan
sebenernya dia
judesan gitu..
baik kok...
...udah semua,
...iyah aya, tiap
tiap desa...
desa udah di
ada...
buatkan...
Untuk mendukung terjalinnya hubungan kemitraan dan sebagai wujud dari menghargai eksistensi dukun paraji dan pengakuan untuk bidan dalam pelaksanaan kemitraan perlu adanya reward bagi pelaku kemitraan tersebut. selain itu di gali pula mengenai sanksi yang di kenakan apabila pelaku kemitraan tidak melakukan atau melaksanakan segala ketentuan yang telah di sepakati. Berikut informasi mengenai reward dan sanksi dari informan bidan di desa melalui FGD dan wawancara secara mendalam :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
58
Tabel 6. 12 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Reward dan Sanksi Dalam Kemitraan FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
...nggak ada ya,
...di dalam
...dulu paraji
...pengharg
...amin, kalau
... maparaji nya kalo pas ...
belum pernah
MOU kalo si
yang periksa
aannya sih
ada reward
lebaran itu yah di kasih
yang buat kita
ada reward....
Paraji
kepuskesmas
belum ada
buat kita..
bingkisan sembako ama
kita... yang buat
bidan nggak ada,
menolong
yang punya
yah,
heheh...
puskesmas, tapi untuk
maparaji ya itu
yang buat
persalinan
askin atau
sebenarnya
harusnya dinas yang bermitra terus ama
parajinya juga
sendiri tanpa
nggak kita
bagus juga
tuh ya yang
nggak ada ya di
bidan, maka
gratisin, tapi
kalo
kasih ya..,
tempat saya..
uang hasil
semenjak lebih diadain
selama ini
...ada sih sangsinya, di
pelaksanaanya ,
Tapi sebenernya
pemberian
ketat
nggak ada
minta ya uangnya yang
sanksi cuman di
kalau ada seperti
pasien tersebut
pemeriksaan
sama
dari hasil menolong
tulis doang di
itu bisa jadi
diminta 100%
tentang
... sanksi
sekali..mapara
persalinan... semuanya
MOU...
penyemangat
oleh FMD,
keuangan
ada juga,
ji yang baik
100%. Tapi selama ini
buat kita kerja
bukan kita
puskesmas, ya
belum ada
aja mitranya
sih saya rasa belum
yah...
yang
nggak lagi.
yang
yang dikasih,
pernah parajinya yang
mintainnya,
Malah jadi
pernah
sembako pas
nolong dimintain ya,
yah heheh..
belum
ada
sembako...
kita... ...nggak
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
ada
Universitas Indonesia
59
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
...sanksi emang
tapi desa... ya,
temuan kan ya kena
hari lebaran
gimana ya... desa juga
adah di MOU in
...memang
nanti...
itu yah...
gak enak kali ya... kan
tapi belum
belum sih
...sanksi
pernah ada
realisasinya...
selama ini
...sama
anaknya jadi pamong
tindak
belum pernah
sanksinya
desa...
lanjutnya...
dilakukan...
nggak jalan
sanksi...
FB7
ada tuh ya maparaji
juga..
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
60
Perihal tentang reward informan bidan di desa menyatakan selama ini belum ada reward untuk bidan didesa. Namun untuk paraji yang kemitraannya baik, salah satu puskesmas yaitu puskesmas Sukaraja memberikan bingkisan lebaran bagi paraji yang bermitra baik dengan bidan. Sedangkan untuk sanksi sebenarnya sudah tercantum dalam MOU namun belum dilaksanakan secara optimal. seperti ungkapan bidan di desa berikut ini :
...reward belum ada, nggak ada yang kasih.. heheh, kalo sanksi memang di MOU di tulis, tapi nggak jalan juga... (WB1)
...mengenai sanksi yah, pernah tuh saya yang disuruh mintainya, kan uang hasil persalinan dukun kan harus dikasih ke desa tuh sesuai sepakat kita, maunya sekalian pembinaan gitu yah, karena maparajinya nolong sendiri tuu, halaah... malah nangis-nangis coba dia nya (paraji), orang saya tuh ngomongnya baik-baik yah, sesuai kesepakatan juga kan ya,
haduh...
malahan
saya
yang
kena
marah
ama
keluarga
maparajinya... kapok deh saya..bener lho bu... (WB2)
Selain hal tersebut diatas, didapat pula informasi yang di peroleh dari Bidan Koordinator Puskesmas dan Kepala Puskesmas. Berikut hasil wawancara yang di peroleh :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
61
Tabel 6.13 Hasil wawancara Mendalam Tentang Metode Dengan Sumber Informan Bidan Koordinator dan Kepala Puskesmas.
KP1
KP2
BK1
BK2
...belum ada reward
...nggak ada
...belum ada
...nggak ada
bagi bidan maupun
reward buat
reward bagi
reward buat
parajinya... belum
bidan, kalau untuk bidan maupun
bidan, kalau
ada pembicaraan
paraji biasanya
parajinya...
untuk paraji
mengenai hal
bidannya yang
belum ada
biasanya
tersebut sih selama
inisiatif, dikasih
pembicaraan
bidannya yang
ini. selain itu
kayak bingkisan
mengenai hal
inisiatif, dikasih
dananya untuk
lebaran gitu
tersebut sih
kayak bingkisan
kemitraan saja
setahu saya...
selama ini.
lebaran gitu
terbatas, jabi
dananya dari
selain itu
setahu saya...
alokasi ke situ
kantong bidan
dananya untuk
dananya dari
belum...
sendiri ya, yang
kemitraan saja
kantong bidan
Sanksi sudah
dari puskesmas
terbatas, jabi
sendiri ya, yang
tertuang di MOU,
belum... sanksi
alokasi ke situ
dari puskesmas
kalo paraji nolong,
ada, di tulis dalm
belum...
belum... sanksi
uang jasa
MOU juga,
ada, di tulis
persalinan diminta
pelaksanaanya
dalm MOU
100% oleh desa,
belum...
juga,
uangnya masuk
pelaksanaanya
FMD...
belum...
6.3 Komponen Proses 6.3.1 Pendataan Dan Pemetaan Dukun Informasi tentang pendataan dan pemetaan dukun bayi diperdalam dengan sejauh mana bidan di desa mengenal paraji yang berada di wilayah binaannya, hal tersebut di peroleh informasi dari bidan di desa melalui FGD. Berikut hasilnya :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
62
Tabel 6. 14 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Pendataan Dan Pemetaan Dukun Paraji Dalam Kemitraan
FB1
FB2
...tahu ya, kenal
... iyah di tempat
mabeurang nya.
FB3 ... cuma 2
FB4
FB6
FB7
...kenal lah ma
... semua bidan
...saya kan belum
saya ada 3 orang paraji ya, jadi ketemu, tapi ada juga
parajinya, tahu,
mah tahu siapa
lama tinggal di
Ketemunya pas
yang agak bandel ya kenal sih..,
yang belum, yang
Cuma dianya
paraji yang ada
situnya, jadi ya
lokmin desa...
satu, kadang suka bermitra kok
belum pernah ketemu
nggak pernah
di desanya kali
belum mengenal
semua ma paraji
nolong sendiri,
tahu namanya dari
kirim kekita
yah, Mereka
semua, tapi
tahu, kenal
semua udah
kadernya, juga
pasen, ya kita
kenal kok. Kalo
minimal tahu
banget sih
bermitra yah...
pasiennya yang suka
jarang
rumah –
namanya, meski
kita...
... ada yang udah
FB5
enggak, tapi
cerita... rumahnya kan ketemuannya...
rumahnya paraji
belum pernah
minimal pernah
jauh ya, trus banyak
ya nggak semua
ketemuan.. kalau
ketemu..
banget paraji
tahu ya, kan ada
pas kemitraan
ditempat saya, saya
yang masuk ke
nggak dateng
nggak kenal semua...
daerah banget...
dia...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
63
Belum semua bidan di desai kenal dan bertemu dengan paraji yang tinggal di wilayah kerjanya. Hal tersebut juga diungkapkan oleh bidan di desa yang di wawancara secara mendalam, berikut hasilnya :
... saya mengenal semua paraji ya, ada ma E, ma I, ma S, sama ma A. Ada yang ketemunya pas dia rujuk kekita, ada juga pas pertemuan kemitraan itu dia dateng... (WB1)
...kenal
lah ya, kan di wilayah binaan kita, cuman kadang lupa
namanya... jarang sih ya ketemunya... (WB2)
Hal tersebut juga diungkapkan oleh kepala Puskesmas dan Bidan koordinator Puskesmas dalam hasil wawancara mendalam sebagai berikut :
Tabel 6. 15 Hasil Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator Mengenai Pendataan Dan Pemetaan Paraji Dalam Kemitraan
KP2
KP2
BK1
...ya harus
... saya
tahu dong, itu
menganjurkan kalau di sini
saya kira ya, ada
kan mitra
semua harus
semuanya
yang belum lama
mereka, dan
tahu ya, kan
mengetahuinya kan kerjanya, trus
mereka pasti
kerja
siapa nama-
ada yang jauh
tahu siapa
samanya
namanya
banget juga,
nama
sama paraji
paraji yah,
apalagi dianya
parajinya,
juga
mereka tahu,
nggak pernah
rumah
nantinya...
bisa nanya ke
ikutan pertemuan,
kaderya juga...
jadi yah bidan
dimana ... itu penting...
... memang
BK2 Belum semua tahu
mungkin belum kenal...
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
64
Tidak semua bidan di desa sudah mengenal paraji yang ada di wilayah kerja desa binaannya, ada beberapa faktor yang menyebabkan bidan di desa belum mengenal semua paraji yang ada yaitu karena jarak yang jauh antara rumah paraji dengan tempat tinggal bidan di desa, selain itu ada bidan desa yang baru tinggal di daerah binaannya tersebut dan memang belum terjalin mitra diantara bidan dan paraji.
6.3.2
Koordinasi Dengan Lintas Sektor Informasi tentang koordinasi yang dilakukan oleh bidan di desa terhadap
lintas sektor yang ada di wilayah desa binaanya diungkapkan oleh bidan didesa melalui FGD dan hasil wawancara mendalam berikut ini :
... koordinasi lintas sektor memang bukan kita ya, yang secara langsung berkoordinasi
gitu,
di
tempat
saya
mah
puskesmasnya
yang
melaksanakannya, koordinasi lintas sektor kan mengundang pihak luar juga, ya dari polisi, koramil, camat gitu yah, jadi ya mereka (Puskesmas) yang ngoordinir, kita juga hadir , paraji ada, ikutan juga... (WB1).
... yang kita sendiri sama kadernya sih koordinasinya, sama tokoh masyarakat juga, ma RT, RW... yang dari polisi, koramil, kecamatan kita bersama puskesmas yang nyelenggarainnya... gak bisa lah sendiri, gimana yah hheheh... biasanya dari puskesmas hanya Ibu Kepala yang bicara pas pertemuan lintas sektor itu ya... kita mendengar... (WB2).
Untuk hasil FGD nya adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
65
Tabel 6.16 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Koordinasi Lintas Sektor Dalam Kemitraan
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
... yang kita
Kalo ada pertemuan
Koordinasi tuh
... lintas
...kalau dari kita-
... kalau menurut
... saya sih
lakukan sendiri
desa itu, kita ngobrol
penting ya, bagi
sektor ma,
kita aja kan
saya mah kurang
paling sama
sih sama PKK ya ama pak sekdesnya,
kita, biasanya
dari
paraji dah nggak
ngefek ya,
kadernya ya,
pas posyandu
atau ama RT nya,
ama kadernya
puskesmas
mau dengar kali
gimana ya, orang
yang linsek itu
gitu...
tentang kemitraan..
kalo kita , kalo
ya yang
ya, kalau mereka
pas ada kematian
puskesmas sih
yang tokoh-tokoh
ngundang.
(Polisi, camat,
ibu bersalin,
yang mengkoordinir.
... yang lintas
... kalo yang lintas
itu puskesmas
Kita ikutan lurah, koramil)
yang datengin
sektor , kita mah
sektor diundangnya ke
yang
hadir juga
yang bicara kan
cuman kita-kita
berharapnya
Puskesmas kalo lagi ada koordinasinya
di
lain yah...agak
doang, tahu
... yang hadir di
kalau mereka
pertemuan. Biasanya
pertemuan
ada rasa
sendirilah ma
depan yang
hadir juga dalam dari polisi, dari koramil, ...kita kan
itu, yang
takutnya....
paraji sama kita
lintas sektor,
pertemuan kan
kecamatan, trus
inginnya mereka
resmi
makanya lintas
mah cuma iya iya
biasanya dari
parajinya mau
lurahnya..
itu berperan
mengunda
sektor perlu
doang, abis ntu
polisi, trus
dengar tuh
... semua (paraji) kan
serta, mereka kan
ng pihak
terlibat juga, biar yah udah, nolong
koramil yah,
penjelasan. Kalo
ada yang nggak
di segani, trus
puskesmas
mereka juga
trus camatnya,
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
lagi... meskipun
Universitas Indonesia
66
FB1
FB2
FB3
FB4
FB6
FB7
mendukung kita...
udah sama lintas
lurahnya,
menolong
dateng yah, jadi ada
menurut saya
persalinan trus
yang nggak tahu juga
mereka sesuai
sektor tetep aja
kadang di
kok sampai
ada penjelasan-
kalau
jalan di tempat...
wakilin ama
meninggal bisa di
penjelasan dari
memberikan
kenakan
mereka...
penjelasan
hukuman...
nya...
FB5
sekdesnya...
tentang tentang hukum-hukum...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
67
Tujuan dari diundangnya lintas sektor dalam pertemuan kemitraan bidan dan dukun paraji diungkapkan oleh informan kepala Puskesmas sebagai bentuk peran serta sektor lain dalam menggalang dukungan alih peran dukun sebagai penolong persalinan, menjadi pendamping ibu bersalin, sebagaimana ungkapan berikut : ... dukungan lintas sektor itu kan penting ya perannya, tujuannya biar mereka itu mendukung kalau persalinan sekarang itu oleh tenaga kesehatan bukan paraji, itu kan demi ibu bersalinnya juga, masyarakat mereka...pertemuan lintas sektor kita yang fasilitasi, biasanya di puskesmas. Yang datang dari pihak polisi, koramil, tokoh masyarakt, camatnya juga... (KP1)
... koordinasi dengan linsek kita lakukan ketika pertemuan kemitraan, seperti pas kesepakatan MOU kemarin.. biar memperkuat dukungan... agar semua menganggapnya bahwa hal ini tuh penting gitu.. (KP2)
6.3.3
Membina Dukun Menurut informan bidan di desa, selama ini di wilayah kecamatan
Sukaraja pembinaan dukun paraji tentang
hal hal yang berkaitan dengan
kemitraan dalam forum khusus secara rutin belum
terlaksana. Seperti yang
diungkapkan dalam hasil wawancara mendalam dan FGD bidan di desa berikut ini: ... pembinaan yang khusus kemitraan secara rutin mah belum ada yah, adanya ya pertemuan itu aja, nanti di pertemuan itu di kasih pembinaan gitu... (WB1) ...belum ada tempat saya. Nggak ada dananya kali ya, untuk hal itu...(WB2)
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
68
Tabel 6.17 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Mengenai Pembinaan Dukun Paraji Dalam Kemitraan
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
.. selama ini ma,
...pembinaan
... pembinaan rutin untuk
...
...di tempat
... belum
... yang rutin
pembinaan yang
buat paraji
ma paraji sekarang mah
pembinaan
saya ada ya,
dilakukan
belum ada...,
rutin belum sih,
penting ya
nggak ya, dulunya pernah
secara
pembinaan.
secara resmi,
nggak ada
perbulan gitu
sebenarnya,
ada pelatihan, pelatihan ma
khusus,
Itu pas kalo
kalo itu ya,
dana nya,
belum, kalau pas
disana kan
paraji sebelum tahun
waktu
lagi ada
pembinaan ya
anggarannya
pertemuan itu aja
kita bisa
berapa yah..., 2000an
khusus
pertemuan
pas pertemuan
buat
dikatakan kalau
ngomong ma
kayaknya, tapi malahan
belum ada
gitu di
itu aja kita
pertemuan aja
ngerawat tali pusat
parajinya
parajinya tambah PD tuh,
selama ini
puskesmas..,
kasih tahunya,
saya kira ya...
begini, kalau
kalo tugas
nolong sendiri, apa –apa
saya rasa...
untuk yang
bahwa peran
ngurut bayi atau
kita begini,
sendiri, mentang-mentang
harusnya
berkala belum dukun
ibunya nggak boleh
tugas mereka
udah dilatih gitu, untungnya masuk
kenceng-kenceng,
begitu, itu
udah gak ada lagi tuh
anggaran
begini, tidak
trus tanda-tanda
menurut
sekarang...
juga lho
boleh lagi
bahayanya ini,
saya...
itu...
menolong
sih ya...
gitu...
sekarang
sendiri...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
69
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kepala Puskemas dan Bidan Koordinator dalam wawancara mendalam sebagai berikut :
Tabel 6. 18 Hasil Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator Mengenai Pembinaan Dukun Paraji Dalam Kemitraan
KP1
KP2
BK1
...ya ada
...penginnya
pembinaan,
diadain juga ya, sih bu..
sekarang belum ya,
pas
bisa
tapi kedepan kita
pertemuan itu
mempererat
berharap itu juga
sekalian.
hubungan bidan
dilaksanakan, kalo
Yang secara
sama parajinya,
sering ketemu kan
rutin per
tapi ya..
jadi lebih akrab...
berapa bulan
dananya belum
sekali belum
ada untuk yang
ada...
itu...
6.3.4
...belum ada
BK2
rutinnya...
...untuk yang
Melaksanakan Kegiatan Kemitraan Selain paraji yang sebagian masih melakukan praktek pertolongan
persalinan, informan bidan di desa juga mengungkapkan bahwa sebagian masyarakat masih mengandalkan paraji sebagai penolong persalinannya, selain dapat melahirkan dirumah, pasien juga di pijit, di mandikan dan di doa-doain (jampe-jampe). Selain itu paraji akan mendatangi pasien 2-3 hari sekali sampai 40 hari masa nifas. Menurut informan keluarga juga mempunyai pengaruh besar dalam pengambilan keputusan pertolongan persalinan.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
70
Tabel 6. 19 Hasil FGD Informan Bidan di Desa Tentang Melaksanakan Kemitraan
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
... sebenarnya sih
... saya rasa
...ada yang udah
...belum itu ya
... ya susah sih
... yang baik sih
... kalo ma paraji
udah baik ya
cukup lumayan
baik juga, ada
tempat saya,
ya, dari
bantuin kita
hanya kasih
kemitraannya,
dianya (paraji)
yang belum juga..
ada itu
parajinya gak
banget, biasanya
support aja sama
udah pada
datang sih ya pas soalnyaada tuh ya
persalinan
bisa di omongin,
kan suka ngeluh-
doa-doa, yang
ngarujuk ke kita,
pertemuan
mereka (bumil)
sungsang yah,
dari pasiennya
ngeluh pegel yah
nolong bayinya
hanya saja masih
kemitraan, pas
periksanya pernah ditolong ma
juga begitu,
pasienya, maparaji ya saya, keluarin
ada ma paraji
ada lokmin desa,
ke saya ya, tapi
paraji, pasiennya
emang ada yah
yang mijetin, saya
plasenta ama
yang nolong
ya.. meski tetep
bersalinnya
cerita ma saya
satu dua orang
bilangin boleh
jahitnya semua
sendiri, padahal
aja masih ada
malahan ke
pas imunisasi.
gitu, maunya
pijet-pijet tapi
saya, kalau
udah dikasih
nolong sendiri...
paraji, ma paraji
Kata si
lahirnya dirumah
tangan ma kakinya
bayinya udah
pembinaan, ntar
... si maparaji
nggak ngerujuk
maparajinya ini
aja, jadi manggil aja. Trus ma N
lahir si maparaji
alasannya
ikutan nganter,
kekita, nggak
mah emak udah
maparaji. Karena ngelus-elus
yang kasih
kebrojolan,
juga nemenin
kasih tahu kita, di
tahu ilmunya,
kalau bidan kan
bajunya,
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
perutnya, ama di
Universitas Indonesia
71
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
padahal nggak
sampai selesai,
tolonglah sendiri.
dulu nolong si Y
kasih sarannya
komat-kamitin
ngebedongin
satu dua lho ma
sampai bayinya
Ntar tahunya pas
juga bisa...
ke rumahnya
gitu... di
gitu... kadang
E nolong bayi,
lahir, juga
imunisasi, ee
kita kan udah
bidan atau
mantrain...hehehe.. mijitin kita juga
masak semua
bantuin bersih-
ternyata udah
bermitra ya sama
puskesmas yah...
Yang nggak baik
lho, dia itu
kebrojolan...
bersih...
lahir...heheh...
mereka tapi ya
ya.. kita nggak
ramah...
itu dia, masih
bermitra ma dia,
saja PD nolong
ada yang belum
sendiri...
juga saya kenal sih ya..
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
72
Dari seluruh informasi yang di gali dari informan bidan di desa yang ikut dalam FGD , sebagian belum melakukan kemitraan dengan paraji. Namun tidak semua paraji yang bermitra melakukan rujukan ibu hamil untuk bersalin ke bidan sebagian masih menolong persalinan tanpa ada pendampingan dari bidan. Selain paraji tidak melaporkan dan merujuk ibu hamil ke bidan, ibu hamil yang bersangkutan juga berkeinginan di tolong paraji. Sebagian besar informan Bidan di Desa mengungkapkan bahwa untuk pembagian peran antara Bidan di desa dan paraji sebagian besar masih terbatas dalam lingkup pertolongan persalinan. Paraji yang bermitra baik dengan bidan selain merujuk ibu hamil yang akan bersalin ke Bidan di desa juga mendampingi dan membantu bidan dalam proses persalinan. Menurut bidan di desa saat bersama – sama menolong persalinan paraji melakukan peran secara sosial budaya seperti mengelus-elus perut ibu, memijat tangan dan kaki, mendampingi ibu selama proses melahirkan, membersihkan ibu , memberikan kekuatan psikologis kepada ibu, membersihkan kain bekas melahirkan, serta membersihkan plasenta. Hal tersebut juga di sampaikan oleh informan bidan di desa yang di lakukan wawancara mendalam, berikut hasil nya :
... gimana yah, susah sih kalo yang masyarakatnya udah itu banget sama paraji, kadang ibu hamilnya mau ya ikut saran kita, suaminya juga mau ya, tapi keluarganya itu yang susahnya minta ampun... ya ibunya, neneknya, saudaranya... mereka kuat banget pengaruhnya... jadi meski kitanya udah bermitra, tapi kurang juga menurut saya. Harusnya dia (paraji) kan juga hubungi saya ya, itu nggak nolong sendiri.. (WB2)
...Yah... gimana ya, yang baik kemitraannya ma kita mah bisa banget diajak kerja bebarengan, yang kurang tuh yang susah, kadang dianya diajak ngomong, ngobrol pun susah, gimana kita bisa kerja bareng coba bikin gimana yah... se el (kesal).. gitu.. (WB1)
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
73
Dari hasil wawancara mendalam kepada bidan koordinator Puskesmas dan Kepala puskesmas tentang pelaksanaan kemitraan yang di lakukan oleh bidan di desa, di peroleh informasi sebagai berikut :
Tabel 6.20 Hasil Wawancara Mendalam Informan Kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator Mengenai Pelaksanaan Kemitraan oleh Bidan Di Desa
KP1
KP2
BK1
BK2
... menurut saya
... rata-rata kerja
... ya lumayan ada yang
...Secara umum
mereka (bidan di
mereka baik ya,
baik ada yang
baik sih ya,
desa) udah bagus
sudah bermitra
susah...sebenarnya nggak
mereka terjun
pelaksanaannya,
tapi tetep aja ada
parajinya aja ya yang
kemasyarakat
ya, sebagian
pasien yang
susah kita ajak mitra ya,
udah bagus, tapi
besar sudah
maunya bersalin
kitanya kan juga nggak
karena belum
bermitra, mereka
sama paraji ya.
bisa maksa ya, ada yang
deket, jadi ya
juga melakukan
Maunya kan
mau di bilangin kalau
kemitraannya
pendekatan yang
ngelahirinnya
lahiran ke bidan, ada juga
dengan paraji
baik dengan
dirumah , kalau
yang nggak usah
kurang bagus..
parajinya...
sama kita kan
dibilangin udah tahu gitu
kita nyuruhnya ke
yah, tapi ada juga yang
puskesmas atau
nggak mau denger, udah
rumah kita yang
gimana ya... sugestinya
alatnya lebih
udah biasa ama paraji
lengkap kan...
sih...
6.3.5
Evaluasi Kegiatan Program Dari seluruh bidan di desa menyatakan bahwa telah melakukan pelaporan
kepada kepuskesmas, melalui laporan PWS. Belum ada format khusus tentang pelaporan kegiatan kemitraan.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
74
Tabel 6. 21 Hasil FGD Mengenai Evaluasi Program Kemitraan
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
... laporan
... belum ada
...selama ini
... iyah.. pas
... gimana kita
... kita selalu
...laporannya ya
kegiatan ada kali
setahu saya...
PWS aja yang
ditanya aja
buatnya ya...
laporan rutin
PWS itu, di situ kan
ya di bikornya,
nggak ada
kita laporin rutin kita
saya nggak tahu
nya
PWS
ada ya persalinan
laporannya pas
formatnya, yang
per bulan, kalau
ngejawabnya, itunya
KIA,
udah
bidan berapa, paraji
ada pertemuan
kita laporin
kegiatan paling-
tertulisnya
formatnya...
macem-
itu biasanya,
paling cuma PWS
paling cuman
belum...
setahu saya ya
macem
kalau yang
aja...
ditanya aja, ama
PWS itu...
laporannya
trus yang
di sana...
pendampingan ama
khusus pada
Bikornya atau
evalusi
Kepala, itu aja...
pelaksanaanya
berapa, yang itu
meninggal berapa,
paraji berapa, ada itu..
belum ada sih..
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Universitas Indonesia
75
Informasi juga di peroleh dari bidan desa yang di wawancara, berikut hasilnya :
...selama ini yang memantau paling kepala puskesmasnya ya, biasanya di tanyain, gimana kemitraannya dengan mak itu ..., kalau laporan khusus saya nggak tahu, kayaknya belum ada selama ini. yang rutin di laporin itu PWS KIA, cakupan-cakupan... (WB1)
... pemantauan dari dinas nggak saya nggak tahu ya, kalo dari puskesmas sih saya rasa belum ada selama ini, hanya cakupan-cakupan aja yang diminta buat puskesmas ya... (WB2)
Hal tersebut juga di perkuat oleh informasi dari Kepala Puskesmas :
... pemantauan secara tidak langsung dilakukan sebenarnya, tapi hanya dari puskesmas, yang dari dinas belum secara fokus ya, untuk evaluasinya mungkin pas kita ketemuan di dinas ya, suka disinggung juga mengenai kemitraan... (KP1)
... selama ini pemantauan dan evaluasi khusus kegiatan yang dilakukan oleh bidan di desa sih belum ada, mungkin di lihat aja ya dari laporan bulanan bidan desa nya, cakupannya udah bagus atau belum... (KP2)
6.4 Komponen Output Informasi tentang hasil keluaran kemitraan bidan di desa dengan paraji, diungkapkan oleh informan bidan di desa melalui FGD sebagaimana berikut ini :
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
76
Tabel 6. 22 Hasil FGD Mengenai Out Put Program Kemitraan
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
...kalau di desa
... kalau hasil
...paraji yang
...yang tahun 2011 ...lumayan naik
... sama ,biasa
...alhamdulillah
saya mah, linakes
dari cakupan-
suka nganterin
itu emang banyak
ya, saya senang
ajah, tempat saya
cakupannya naik,
dari tahun lalu
cakupan
ngarujuk tetap ya persalinan
itu, kebetulan
mah masih ada
cuman ya, masih
naik sih
meningkat ya,
itu, nggak ada
maparijinya, 50
emang semua
aja persa linan
ada
yah...meski
tapi yang
tambahan tapi
an lebih naik dari
bermitra dengan
dukunnya...
nolong,
sedikit...
bermitra itu-itu
emang
tahun 2010, 40 an
saya...
aja, belum ada
persalinannya
saat itu..
yang gabung
agak naik.
belum
lagi...
diempat saya..
terangkul...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
yang
dukunnya jumlah bermitra
tetap, yang lain
Universitas Indonesia
77
Sedangkan hasil wawancara mendalam dengan bidan di desa adalah sebagai berikut: ...alhamdulillah, klo cakupan di desa saya naik yah, naik 5% dari yang kemarin..., ada yang turun emang, di pasir jambu Nakesnya malah turun itu... semua dukunnya udah bermitra, jadi nggak ada tambah-tambah lagi... (WB1)
...cakupan cukup lah, nggak rendah-rendah amat 78% tempat saya. Jumlah dukun bermitra tetap yah, belum ada yang mitra lagi, satu aja itu yang susah sampai saat ini belum mau diajak kerjasama... (WB2)
Informasi yang di dapat dari kepala Puskesmas dan Bidan Koordinator tentang output adalah sebagai berikut: Tabel 6. 23 Hasil Wawancara Mendalam Mengenai Out Put Program Kemitraan
KP1
KP2
BK1
BK2
... kalau bicara
...menurut
...bervariasi ya
...yah... gimana ya,
tentang
saya udah
perdesanya, ada yang
hasilnya memang
cakupan
lumayan baik
persalinannya naik, ada
belum memuaskan
memang naik,
sih ya, di
juga maparajinya yang
ya,masih dibawah
tapi masih saja
Cilebut mah
malahan naik, yang
target juga. tahun
di bawah
linakesnya
agak banyak maparinya
2011 itu emang agak
target, ada
bertambah,
tuh desa Pasir Jambu,
naik maparajinya,
desa yang
naik dari
dulunya sempat bagus
gimana ya..
persalinan
tahun-tahun
sih, tapi kesini-sini
jampersal juga udah
nakesnya
sebelumnya... persalinan malahan
di sosialisasi, bidan
menurun ya,
maparajinya nambah
tiap desa ada,
parajinya yang
bahkan yang tahun 2011
hehehe...belum
naik, tapi
kemarin itu 60 an persen maksimal kali yah..
secara umum
linakesnya...
ada kenaikan...
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
78
Hasil penelitian informan FGD dan wawancara mendalam, cakupan KIA sebagian mengalami peningkatan meskipun tidak banyak, namun ada desa yang justru menurun. Dari yang meningkat sebagian besar masih dibawah target nasional maupun target puskesmas. Sedangkan jumlah paraji yang bermitra dengan bidan masih tetap. Paraji yang semula belum bermitra saat ini belum ada upaya bidan untuk merangkulnya menjadi mitra kerja.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
79
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 7 PEMBAHASAN
7.1
Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih mempunyai kekurangan
dan keterbatasan antara lain masih kurangnya pengalaman peneliti dalam pelaksanaan penelitian dengan metoda kualitatif, tidak semua informan bidan di desa dapat hadir memenuhi undangan untuk melakukan FGD, dari 9 yang di rencanakan hadir 7 informan bidan di desa, tidak semua informan bidan koordinator sebagai triangulasi sumber dapat diwawancarai hal ini karena bidan koordinator dari puskesmas Cilebut sedang dalam keadaan sakit sedangkan bidan koordinator pengganti kurang bisa memberikan informasi yang di butuhkan, dari ketiga kepala puskesmas yang ada hanya dua yang dapat memberikan informasi hal ini di karenakan kepala puskesmas sedang melaksanakan pelatihan.
7.2 7.2.1
Komponen Input Sumber Tenaga Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber tenaga bidan di desa
sebagai pembina wilayah di masing – masing desa sudah tersedia, hal tersebut nampak dari ungkapan para informan FGD bidan di desa, Bidan Koordinator Kepala Puskesmasnya, serta data tenaga kesehatan yang tersedia. Sedangkan persepsi bidan tentang kecukupan tenaga bidan yang tersedia sebagian besar sudah merasa cukup bahwa satu bidan di desa membina satu wilayah desa, ada sebagian lagi menyatakan bahwa satu bidan di desa kurang cukup dengan alasan bahwa beban kerja sebagai bidan di desa di rasakan terlalu berat karena mengampu banyak posyandu dan area binaan terlalu luas. Berdasarkan observasi data puskesmas dan informasi sumber lain ketiga puskesmas di wilayah kecamatan sukaraja masing – masing desa di wilayah tersebut mempunyai satu bidan di desa sebagai bidan pembina wilayah desa. Tidak semua bidan di desa tinggal di desa binaanya tersebut. Dari 13 desa, 3 desa yang bidan desanya tidak tinggal di desa. Hal tersebut karena mereka telah mempunyai rumah di luar wilayah desa binaanya tersebut.
79 Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
80
Sumber daya manusia adalah kekuatan yang bersumber dari manusia baik tenaga, pemikiran, maupun support moral, atau sering juga disebut Human Resource, tenaga atau kekuatan. Hal tersebut merupakan hal yang penting yang dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan atau program (Fathoni, 2006) Tugas pokok bidan adalah melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah kesehatan yang dihadapi, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan diberikan. Selain itu, bidan juga menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk berperilaku sehat. (Depkes RI, 1992)
7.2.2
Dana Dana yang di gunakan dalam kegiatan kemitraan di wilayah kecamatan
Sukaraja Kabupaten Bogor, bersumber dari dana BOK. Dana tersebut di aplikasikan dalam pertemuan di puskesmas dengan melibatkan bidan, paraji, serta lintas sektoral yang melibatkan kepolisian, koramil, kecamatan, serta kelurahan. Bidan di desa tidak terlibat langsung dalam pengelolaan dana yang di gunakan untuk pertemuan kemitraan, pengelolaan di pegang oleh pengurus keuangan puskesmas atau bidan koordinator puskesmasnya. Selain dana yang bersumber dari anggaran dana puskesmas, sebenarnya dana untuk kegiatan ini juga dapat diusulkan melalui dana peningkatan dan kesehatan dan pendidikan yang ada dalam alokasi dana desa (ADD) sesuai dengan BAB 7 tentang Sumber Keuangan dari PP 72 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Pemerintah Desa (Depkes RI, 2008). Dalam hal ini seluruh sumber informan belum tahu adanya hal tersebut. Pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan dalam pembangunan. Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat primer di tanggung oleh pemerintah bersama dengan masyarakat yang di tujukan untuk menangani masalah kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas pembangunan (Depkes RI, 2009) Selain dana kemitraan yang digunakan untuk pertemuan, ada dana lain yang berkaitan erat dengan kemitraan bidan dan dukun paraji, yaitu dana pembagian jasa persalinan. Ada variasi persentase pembagian jasa persalinan di
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
81
tiap-tiap desa, hal tersebut sesuai dengan hasil kesepakatan yang telah dituangkan dalam MOU. Semenjak di berlakukannya program Jampersal sejak bulan April 2011, terjadi pergeseran cara pemberian jasa dan jumlah yang harus di berikan kepada dukun, hal tersebut belum tertuang dalam kesepakatan yang baru, sehingga bidan di desa membuat kebijakan tersendiri dalam hal ini. Di dalam hal ini, Kepala Puskesmas hanya menyarankan sistem pembagian jasa persalinan dilakukan sesuai persentase kesepakatan MOU, namun di berikan setelah klaim jampersal terbayar. Belum ada ketentuan tertulis tentang pembagian jasa persalinan yang baru setelah ada kebijakan program Jampersal. Sistem dana bergulir dalam kemitraan bidan di desa dan dukun bayi yang dilaksanakkan di kabupaten Trenggalek dapat meningkatkan jumlah persalinan yang ditolong tenaga kesehatan dan menurunkan jumlah kematian ibu setelah sistem tersebut dilaksanakan selama lima tahun (Depkes RI, 2006a) Pembagian jasa persalinan akan menjadi lebih baik lagi apabila ada kesepakatan yang jelas antara bidan dan paraji dengan di komunikasikan secara baik. Terutama apabila ada kebijakan baru yang bisa mempengaruhi kesepakatan sebelumnya. Komunikasi antar pelaku kemitraan tentang pembagian jasa tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup positif bagi berlangsungnya kemitraan yang telah terbina. Dana pelayanan persalinan dari askeskin / Jamkesmas juga dapat dikelola dengan sistem dana bergulir yaitu dengan cara memberikan uang muka kepada dukun bayiyang selanjutnya akan ditambah oleh bidan di desa sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan yang berlaku, jika dukun tersebut merujuk atau mengantarkan ibu hamil atau bersalin untuk periksa dan melahirkan dengan bidan di desa (Depkes RI, 2006b)
7.2.3
Sarana Secara umum pelaksanaan kemitraan bidan di desa dan paraji di wilayah
kecamatan Sukaraja di saranai oleh pihak puskesmas, selain itu desa juga turut serta dalam memfasilitasi pertemuan kemitraan dalam hal ini penyediaan tempat pertemuan kegiatan kemitraan antara bidan dan paraji yang juga melibatkan sektor lain. Peran serta dinas kesehatan dirasakan kurang berperan dalam kontribusi
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
82
sarana untuk pertemuan kemitraaan. Sedangkan untuk ketersediaan sarana buku – buku pedoman kemitraan untuk bahan acuan kemitraan seluruh informan bidan di desa belum ada yang memilikinya. Puskesmas tidak menyediakan buku tersebut karena pihak dinas kesehatanpun belum memberikan buku tersebut. Sarana dan prasarana merupakan hal pokok sekaligus modal dasar untuk berfungsinya suatu organisasi (Mills & Gibson, 1990). Seperti halnya yang di kemukakan oleh Notoatmodjo (1993) yaitu bahwa bantuan dan dukungan fasilitas sarana dan prasarana akan berakibat mampu meningkatkan kerja seseorang. Ketersediaan sarana yang di perlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan suatu program akan memperlancar keberlanjutan program itu sendiri. Menurut Bruce;1990,Fromberg;1988,Gambone;1991 dalam Azwar;1996 bahwa apabila tenaga dan sarana tidak sesuai dengan standar dan dana tidak sesuai kebutuhan maka sulit diharapkan baiknya mutu pendidikan.
7.2.4
Metode Dalam penelitian ini
bidan di desa wilayah kecamatan Sukaraja
melakukan perdekatan personal terhadap mitranya (Paraji) dengan membina komunikasi secara langsung pada saat berkunjung kerumah, saat persalinan, bertemu di jalan ataupun melakukan pendekatan melalui sarana pertemuan kemitraan. Pendekatan yang dilakukan bidan di desa mengalami mengalami beberapa hambatan sehingga hubungan personal belum terbina secara utuh. Beberapa faktor yang menyebabkan bidan di desa
kesulitan melakukan
pendekatan dan komunikasi terhadap mitranya antara lain karena adanya perbedaan usia yang cukup jauh, pendidikan, pola pikir, respon paraji terhadap bidan, jarak rumah yang terlalu jauh dengan tempat tinggal bidan serta perasaan segan untuk datang atau berkunjung. Hasil survey Mc Dermott (1997) mengatakan bahwa salah satu hambatan dalam komunikasi antara dukun bayi dan bidan di desa adalah karena perbedaan umur dan latar belakang budaya. Sedangkan menurut Depkes RI (2006) kualitas komunikasi yang kurang baik cenderung berkaitan dengan hubungan interpersonal yang kurang baik dengan dukun bayi.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
83
Salah satu cara supaya bidan di desa dapat diterima baik oleh masyarakat desa adalah ia perlu melakukan hubungan baik dengan dukun dan masyarakat dengan memperhatikan faktor sosio budaya setempat serta faktor kelebihan “dukun” dalam pelayanan masyarakat. Johnson (1981) menyatakan bahwa agar mampu mengembangkan dan memelihara komunikasi yang akrab dan produktif kita memerlukan untuk memiliki sejumlah ketrampilan dasar. Pertama, harus saling memahami, yaitu mempunyai sikap percaya, pembukaan sendiri, keinsafan diri dan penerimaan diri. Yang kedua harus mampu mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kita, kemampuan ini juga harus disertai kemampuan menunjukkan sikap dan rasa senang serta kemampuan memdengarkan dengan cara yang akan menujukkan bahwa kita memahami lawan komunikasi kita. Yang ke tiga harus saling memberikan dan menerima dukungan atau saling menolong. Selanjutnya yang keempat harus mampu memecahkan konflik dan bentuk-brntuk masalah antar pribadi yaitu dengan mendekatkan kita dengan lawan komunikasi kita dan menjadikan komunikasi menjadi tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan penelitian Adisasmita, Tarigan dan Hadi (2003) yang mengemukakan bahwa pendekatan dan intensitas komunikasi antara bidan di desa dan dukun bayi berperan dalam kemitraan. Semakin tanggap dan sensitif seorang bidan di desa terhadap kebutuhan dan motif dukun bayi semakin mudah bidan di desa mempengaruhi dukun bayi untuk bekerja sama. Begitu juga dengan penelitian Suryaningsih (2001) mengungkapkan bahwa komunikasi intensif yang dilakukan bidan di desa diakui sebagai salah satu hal yang mendukung kemitraan (pendampingan) meskipun pengalihan dukun bayi sebagai penolong persalinan tetap dilakukan secara bertahap. Untuk membina komunikasi dan hubungan dengan mitranya yaitu paraji bidan di desa diharapkan mengerti serta memiliki
ketrampilan dalam
berkomunikasi sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis dengan dukun bayi/paraji. Telah di buat MOU atau kesepakatan tertulis antara bidan dan dukun paraji dengan di tanda tangani oleh kepala puskesmas, camat, serta pihak desa sebagia saksi. Di buatnya MOU tersebut diharapkan bisa menjadi sarana bidan di desa dan dukun paraji duduk berdampingan untuk menyepakati keputusan
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
84
bersama. Namun dalam kenyataannya menurut bidan di desa hasil kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan sepenuhnya. Di dalam kemitraan ada kesepakatan tertulis tentang peran dan tugas antara bidan dengan dukuny yang di ketahui oleh kepala desa ataupun tokoh masyarakat (Depkes RI, 2008). Selain itu untuk mendukung terjalinnya hubungan kemitraan dan sebagai wujud penghargaan terhadap seseorang perlu adanya reward atau penghargaan bagi pelaku kemitraan tersebut. Namun dari hasil penelitian ini reward atau penghargaan bagi bidan itu sendiri belum pernah ada. Sedangkan bagi paraji hanya satu wilayah puskesmas saja yaitu dari sukaraja yang memberikan bingkisan lebaran bagi paraji yang bermitra baik dengan bidannya. Dari hasil penelitian tentang sanksi, di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Sukaraja sudah di tentukan adanya bentuk sanksi yang tertuang dalam MOU.
Namun sanksi tersebut belum pernah dilaksanakan secara sebenarnya
sesuai kesepakatan.
7.3 Komponen Proses 7.3.1
Pendataan dan Pemetakan Dukun Dari hasil penelitian ini, pendataan dan pemetakan dukun oleh bidan di
desa belum maksimal, tidak semua bidan di desa wilayah kecamatan Sukaraja sudah mengenal baik setiap paraji yang tinggal di wilayah desa binaan bidan. Bidan mengetahui paraji tersebut karena sudah mengenalnya secara langsung, tahu ketika ada kemitraan atau hanya mengetahui paraji tersebut dari laporan kader atau informasi dari pasien. Hal tersebut dikarenakan jarak antara rumah dukun yang terlalu jauh dengan tempat tinggal bidan di desa, masa kerja bidan di desa yang masih baru, serta belum terbinanya kemitraan antara bidan di desa dengan sebagian paraji. Dari seluruh jumlah paraji yang berjumlah 65 orang, 48 diantaranya bermitra dengan bidan di desa, dan sisanya 17 belum bermitra. Menurut bidan di desa paraji yang bermitra telah di kenal oleh bidannya, merujuk pasien ke bidan, dan pernah datang pada saat pertemuan kemitraan. Sedangkan yang tidak bermitra
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
85
sebagian belum di kenal oleh bidannya, masih suka menolong persalinan sendiri, tidak pernah merujuk pasien ke bidan dan tidak hadir dalam pertemuan kemitraan. Dalam survey yang dilakukan McDermott (1997), salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya bidan dalam membina hubungan dengan dukun bayi adalah karena pebedaan usia dan asal daerah, karena bidan - bidan yang diturunkan ke desa adalah bidan yang masih muda dan tidak selalu berasal dari daerah tempat dimana bidan ditempatkan.
7.3.2
Koordinasi dengan lintas sektor Bagi bidan di desa koordinasi lintas sektor memiliki arti penting dalam
mempengaruhi masyarakat untuk melakukan perilaku hidup sehat, termasuk didalamnya melaksanakan persalinan dengan tenaga kesehatan. Koordinasi yang dillakukan oleh bidan di desa dengan kader PKK dan tokoh masyarakat dilakukan pada saat pelaksanaan posyandu, sedangkan koordinasi yang dilakukan dengan lintas sektor yang melibatkan pihak Kepolisian, Koramil, Kecamatan dan Kelurahan di fasilitasi oleh puskesmas. Kegiatan yang dilakukan dengan lintas sektor tersebut selama ini hanya terbatas tentang sosialisasi program kemitraan dan sosialisasi kesepakatan / MOU antara bidan di desa dan paraji. Melakukan koordinasi dan sosialisasi di tingkat desa bertujuan untuk mendapatkan dukungan serta kesepakatan pada pelaksanaan kemitraan bidan dengan dukun dari aparat desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK dan masyarakat itu sendiri (Depkes RI, 2008)
7.3.3
Membina Dukun Paraji Pembinaan yang dilakukan bidan di desa dalam kemitraan dianggap
mempunyai peranan penting bagi bidan untuk mempermudah penyampaian informasi yang berkaitan dengan kemitraan, seperti bagaimanakah pembagian peran dan tugas antara bidan dan paraji saat persalinan, penjaringan ibu hamil, selain itu pembinaan dapat meningkatkan hubungan bermitra antara bidan dan paraji. Selama ini pembinaan secara rutin dilakukan bidan di desa belum terlaksana dikarenakan keterbatasan dana dan anggaran. Pembinaan terhadap
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
86
paraji menurut bidan di desa memuat informasi tentang perawatan ibu dan bayi, tanda bahaya kehamilan dan pembagian tugas/kerja. Terhenti atau tidak berjalannya suatu organisasi apapun sering terjadi dikarenakan tersumbatnya saluran komunikasi diantara anggota organisasi tersebut (Notoadmodjo, 2005). Dengan demikian terlihat bahwasanya berjalannya suatu kemitraan di desa di pengaruhi oleh intensitas pertemuan antara bidan dan dukun paraji. Pertemuan dengan frekuensi yang lebih sering maka akan terjalin hubungan yang lebih harmonis antara pelaku kemitraan, sehingga diharapkan bidan lebih bisa memberikan arahan dan pengaruhnya kepada paraji dengan lebih baik, dan bagi dukun akan membuat lebih nyaman bermitra dengan bidan, lebih terbuka serta tidak segan lagi untuk mnghubungi bidan bila ada persalinan ataupun hal lain yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Memberikan informasi maupun advokasi kepada mitra merupakan cara yang dapat dilakukan dalam menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya kemitraan (Notoatmodjo, 2005). Penting bagi bidan untuk memberikan informasi yang jelas tentang tugas dan tanggungjawabnya sebagai bidan, serta tugas dan tanggungjawab dukun yang sebenarnya.
7.3.4
Melaksanakan Kegiatan Program Kemitraan Dalam pelaksanaan kemitraan antara bidan dengan paraji menurut bidan
di desa yang menilai kemitraannya baik dengan paraji melakukan pertolongan persalinan dengan paraji yang ada di wilayah desanya, menerima laporan dan rujukan ibu hamil dari paraji, sering bertemu dalam acara baik informal dan non informal, serta mendapatkan sambutan yang baik saat bertemu atau bekerja sama. Sebaliknya, bidan di desa yang menilai kemitraannya kurang, ternyata belum mengenal seluruh paraji yang ada di daerah binaannya, hanya sebagian paraji yang sudah bermitra yang melakukan rujukan, masih banyaknya persalinan yang di tolong sendiri oleh paraji
meskipun paraji tersebut telah menandatangani
kesepakatan, serta hubungan komunikasi yang kurang baik antara bidan di desa dan paraji. Semua desa di wilayah Kecamatan Sukaraja masyarakatnya sebagian masih mempercayai dan memanfaatkan paraji dalam pelayanan kesehatan ibu dan
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
87
anak, terutama bagi ibu hamil, bersalin, dan nifas. Hal tersebut tercermin dari masih banyaknya persalinan yang di tolong oleh paraji. Menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak ibu di Indonesia yang tidak mau meminta pertolongan tenaga penolong persalinan terlatih untuk memberikan asuhan persalinan dan kelahiran bayi, dengan alasan bahwa tenaga penolong persalinan terlatih tidak benar-benar memperhatikan kebutuhan, kebudayaan, tradisi, dan keinginan pribadi para ibu dalam persalinandan kelahiran bayinya (Depkes RI, 2006). Menurut hasil penelitian Ponny (2008) di kabupaten Katingan menunjukkan bahwa dukun bayi masih menjadi kebutuhan masyarakat meskipun bidan di desa sudah tersedia dekat dengan masyarakat. Hal yang sama juga di dapatkan dari penelitian Ni Putu (2011) di Puskesmas Pangi, Kabupaten Parigi Moutong bahwa sebagian masyarakat masih percaya dan lebih senang dengan dukun karena mereka masih percaya mistis, adanya ikatan keluarga yang terbentuk antara masyarakat dengan dukun atau dengan kata lain ada hubungan kekerabatan, selain itu faktor biaya dan tradisi masyarakat, dan masayarakat percaya dukun karena dukun adalah orang yang di tuakan. Meskipun dalam hal ini pemerintah telah menggelontorkan kebijakankebijakan yang diharapkan dapat mengubah pola pikir masyarakat terutama dalam pemanfaatan dukun paraji dalam pertolongan persalinan, pengaruh paraji masih mempunyai kekuatan di masyarakat itu sendiri. Untuk itulah bidan perlu menjalin kemitraan, meningkatkan hubungan personal dengan dukun paraji yang telah dipercaya dan mempunyai kedudukan khusus di mata masyarakat. Dengan dibutuhkannya dukun dan kedudukannya oleh masyarakat sehingga sangat penting upaya untuk merangkul dukun paraji tersebut sebagai mitra bidan dalam memberikan dukungan kepada ibu hamil, bersalin dan nifas. Terutama di daerah dengan persalinan dukunnya masih tinggi (Depkes RI, 2008)
7.3.5
Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan Program Hasil dari pendalaman informasi yang di peroleh atas dasar hasil diskusi
kelompok dan wawancara mendalam mengenai kegiatan pemantauan dan evalusi program kemitraan bidan dengan dukun bayi, selama ini belum ada penilaian
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
88
secara khusus baik oleh dinas kesehatan, puskesmas, ataupun dari desa. Hanya laporan secara verbal saja yang disampaikan oleh bidan di desa apabila ditanya oleh Kepala Puskesmas. Laporan adanya persalinan oleh dukun, cakupan pemeriksaan kehamilan, kasus kematian, sudah terangkum dalam laporan PWSKIA yang diserahkan kepada koordinator setiap bulannya. Berdasarkan buku pedoman Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi (Depkes RI, 2008) bahwa pemantauan kegiatan kemitraan dari propinsi ke kabupaten 1 kali per tahun, pemantauan Kabupaten ke Puskesmas-Desa adalah 3 bulan sekali (laporan dari desa/Puskesmas) dan evaluasi dilakukan 1 kali dalam setahun setelah proses kemitraan bidan dengan dukun berlangsung. Sedangkan di tingkat propinsi dan kabupaten/kota melaui pertemuan bulanan, tingkat kecamatan melaui lokakarya mini, dan di tingkat desa melalui pertemuan bulanan. Pemantauan dan penilaian merupakan kegiatan yang di perlukan untuk mengetahui keberhasilan suatu program dengan melihat apakah program tersebut sesuai dengan rencana yang di tetapkan. Pemantauan dapat dilaksanakan secara vertikal dari yang menduduki jabatan yang paling atas sampai ke pengurus yang paling bawah. Atau secara horizontal adalah dengan koreksi dan perbaikan dari teman sejajar. Sedangkan menilai atau evaluasi merupakan proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Penilaian dilakukan terhadap aspek administrasi seperti register dan laporan - laporan kegiatan. Kegiatan dilakukan berdasrkan tahapannya sehingga penilaian dilakukan secara menyeluruh dan bersifat obyektif yang berguna untuk memudahkan upaya perbaikan dan peningkatan selanjutnya (Yaneu,2011).
7.4
Komponen Output Indikator luaran atau output dalam pelakasanaan program kemitraan
bidan terhadap dukun paraji terlihat dari peningkatan pencapaian target KIA terutama persalinan tenaga kesehatan, deteksi risiko tinggi oleh mayarakat dan dari jumlah bidan yang bermitra dengan paraji. Hasil penelitian informan FGD dan wawancara mendalam bahwa output atau komponen keluaran pada pelaksanaan program kemitraan bidan di desa belum sepenuhnya tercapai baik. Cakupan KIA sebagian mengalami peningkatan
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
89
meskipun tidak banyak, namun ada desa yang justru menurun. Dari yang meningkat sebagian besar masih dibawah target nasional (90%) maupun target puskesmas (85%). Sedangkan jumlah paraji yang bermitra dengan bidan masih tetap. Paraji yang belum bermitra dengan bidan tahun lalu, saat ini belum juga berjalan beriringan dan terangkul oleh bidan. Hasil yang didapatkan dari hasil wawancara bidan koordinator, secara umum cakupan pesalinan mengalami peningkatan, hanya saja kunjungan pemeriksaan mengalami penurunan kualitas karena cakupan K1 mempunyai selisih lebih besar dari jumlah cakupan K4. Secara keseluruhan cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan di
wilayah kecamatan Sukaraja mengalami kenaikan dari tahun 2010 yaitu 77,2% menjadi 82%. Cakupan kunjungan K4 menurun dari 86,6% menjadi 80,4% pada tahun 2011. Jumlah paraji yang sudah bermitra dengan bidan adalah sama yaitu dari 65 paraji 17 diantaranya belum bermitra. Persalinan dukun dari 1,8 menjadi 3%.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN
8.1
Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi
bidan di desa terhadap pelaksanaan kemitraan terhadap dukun paraji di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Hasil
dari penelitian ini diperoleh
kesimpulan sebagai berikut : 1.
Komponen Input Bidan di desa sebagai human source dalam kegiatan kemitraan mempunyai peran yang penting dalam keberhasilan dan berjalannya suatu kegiatan. Di setiap desa di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor terdapat 1 bidan di desa yang membina wilayah terebut. Kecukupan dan kesediaan bidan di desa dalam membina wilayah kerjanya di nilai belum optimal. Begitu juga dana yang terkait, alokasi dana yang di peruntukkan untuk kegiatan kemitraan bagi bidan di desa belum sepenuhnya dapat meningkatkan kemitraan dengan paraji, selain itu perubahan cara dan jumlah pembagian jasa persalinan setelah adanya program Jampersal belum tertuang dalam kesepakatan tertulis yang baru. Bagi bidan di desa sarana yang di berikan oleh puskesmas dan desa adalah cukup dalam perannya untuk pertemuan kemitraan. Pendekatan dan komunikasi bidan terhadap mitra kerjanya kurang dilaksanakan secara optimal. Pendekatan yang dilakukan terhadap paraji mengalami hambatan sehingga hubungan personal belum terbina secara utuh. Komunikasi yang intensif mempunyai pengaruh yang besar terhadap keberhasilan kemitraan. MOU atau kesepakatan tertulis juga merupakan salah satu cara supaya terjalin suatu kedekatan antara bidan di desa bisa duduk berdampingan untuk kesepakatan bersama. Dalam pelaksanaannya kesepakatan tersebut belum sepenuhnya terimplementasikan. Belum pernah ada reward atau penghargaan kepada bidan di desa yang melakukan kemitraan baik dengan paraji di wilayah kerjanya. Selain itu, tidak semua puskesmas memberikan memberikan reward nya kepada paraji.
90 Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
91
2.
Komponen Proses Dalam pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh bidan di desa di wilayah kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, hasil penelitian menunjukkan pendataan dan pemetaan dukun paraji oleh bidan di desa belum dilaksanakan sepenuhnya, bidan di desa kurang mengenal bahkan ada yang tidak mengenal dukun yang ada di wilayah kerjanya. Masih terbatasnya koordinasi dengan lintas sektor di wilayah Kecamatan Sukaraja, sehingga dukungan masyarakat tentang kemitraan bidan dengan paraji kurang optimal. Bagi bidan kurangnya frekuensi dan intensitas bertemunya bidan dengan paraji memberikan hambatan bagi bidan di desa melakukan pembinaan dengan paraji. Pembinaa dianggap penting untuk mempermudah penyampaian informasi dan edukasi tentang kemitraan. Pelaksanakan kemitraan yang dianggap baik oleh bidan di desa karena paraji sudah berkolaborasi dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu dan memberikan respon baik terhadap keberadaan bidan di desa, sebaliknya kemitraan yang dianggap tidak baik bagi bidan desa bahwa paraji masih tetap menolong persalinan dan kurangnya respon paraji terhadap Bidan di desa. Pemantauan dan evaluasi kegiatan untuk mengetahui tingat keberhasilan program kemitraan bidan di desa di wilayah Kecamatan Sukaraja belum terlaksana. Pelaporan dilakukan oleh bidan di desa bukan dalam bentuk format khusus evaluasi kemitraan, melainkan dalam bentuk verbal, sedangkan hasil cakupan upaya pelayan KIA laporan dalam bentuk PWS.
3.
Komponen Output Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan secara umum mengalami peningkatan namun masih dibawah target nasional, dan terkait hal tersebut kasus kematian ibu penambahan kasus. Sedangkan untuk jumlah paraji yang bermitra dengan bidan di desa wilayah kecamatan Sukaraja tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
92
8.2
Saran
8.2.1 Bagi Instansi (Dinas Kesehatan Bogor dan Puskesmas) a.
Dalam pelaksanaan program kemitraan bidan dengan dukun paraji perlu adanya dukungan serta pengelolaan yang serius dan lebih baik lagi mulai dari komponen input, proses dan output sehingga dapat menjadi solusi pencapaian target cakupan KIA khususnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan menekan adanya kasus kematian.
b.
Perlu adanya kesepakatan tertulis yang baru sesuai dengan jalannya kebijakan program yang berpengaruh terhadap kemitraan.
c.
Meningkatkan
sistem
pemantauan
dan
evaluasi
yang
berkesinambungan, sehingga hasil dari evaluasi tersebut dapat dijadikan perbaikan pada kegiatan selanjutnya. d.
Memberikan pelatihan-pelatihan terkait kemitraan, seperti pelatihan tentang KIE yang mampu mengasah kemampuan bidan di desa dalam caranya berkomunikasi, penyampaian informasi dan edukasi sehingga dapat menjadi bekal untuk bidan di desa dalam merangkul dukun dan masyarakat.
8.2.2 Bagi Bidan di Desa a.
Membina hubungan komunikasi yang baik dan intensif dengan paraji di wilayah desanya baik yang sudah bermitra maupun yang belum bermitra.
b.
Menjaga hubungan personal yang baik dengan mitra kerja yaitu paraji dengan mempererat tali bersilaturahmi.
c.
Menjalankan peran dan fungsinya lebih optimal sebagai tenaga pelaksana kesehatan di wilayah kerjanya dengan meningkatkan semangat bekerja.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
93
d.
Perlu ditanamkan kesadaran bahwa kemitraan bidan dengan paraji merupakan kegiatan bersama, sehingga walaupun dana dan anggaran terbatas diharapkan bidan di desa dapat memanfaatkan sarana pertemuan/potensi wilayah yang ada seperti kegiatan gotong royong, PKK, majelis taklim, lokakarya mini Desa dan kegiatan-kegiatan lainnya sehingga memperkuat dukungan dari masyakat serta peran aktif masyarakat terkait program yang dilaksanakan.
Universitas Indonesia
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, A., Tarigan, L., H.,& Hadi, E., N., (2003). ‘Partnership Between Village Midwife (Bidan) and TBA (Dukun/Paraji) in Several Provinces in Indonesia.’ Final Report. Jakarta Azwar, Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan, Jakarta : Bina Rupa Aksara Departemen Kesehatan RI (1992). Panduan Bidan di Tingkat Desa. Jakarta : Depkes RI Departemen Kesehatan RI (2006). Dokumentasi Model Kemitraan Promosi Kesehatan. Depkes RI Jakarta Departemen Kesehatan RI (2006). Hikmah Pelaksanaan Proyek Safe Motherhood : A Patrnership &Family Approach, Jakarta :Depkes RI Departemen Kesehatan RI (2008). Pedoman Kemitraan Bidan dengan Dukun, Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, (2010). Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Tahun 2010. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Gibson,J.L.,Ivancevich,J.M.,&
Donelly,J.H.
(1985).
Organisasi:
Perilaku,
Struktur, Proses : Jilid 1 edisi kelima (Penerjemah Agus Dharma). Jakarta : Erlangga Green, L. W.,& Kreuter, M. W. (2005), Health Program Planning, An Educational and Ecological Approach 4th Ed, Boston, Mc. Graw Hill Herawaty (1998). Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Pelayanan Bidan Di Desa Di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Universitas Indonesia Kecamatan Sukaraja, (2011). Kecamatan Dalam Angka.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Selatan. Tesis.
Kecamatan Sukaraja, (2011). Profil Kecamatan Sukaraja Tahun 2011. Khrisna Aditya (2011). Analisis Persepsi Pekerja Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Multi Nitrotama Kimia Cikampek Tahun 2011. Skripsi. Depok. Universitas Indonesia Madestria, N. (2011). Kajian Kemitraan Bidan Dan Dukun di Wilayah Kerja Puskesmas Pangi Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah Tahun 2011. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok Martha, E., dkk. (2007). Studi Hambatan dan Pendukung Penyediaan dan Penggunaan Pelayanan Bidan di Desa (Kabupaten Pandeglang dan Serang, Privinsi Banten). Laporan Hasil Penelitian Immpact di Indonesia, Depok, Puska FKM UI Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan, Teori Dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta Ponny, N. (2008). Kajian Kemitraan Bidan Di Desa dan Dukun Bayi Di Kabupaten Katingan Tahun 2008. [Tesis]. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok Robbins, Stephen P (1996). Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi Jilid Satu. Jakarta Sarwono, Sarlito (1993). Sosiologi kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gajah Mada, Universit y Press Yogyakarta. Suryaningsih, D. (2001) Analisis Kualitatif Pendampingan Bidan di Desa Pada Persalinan Yang Ditolong Oleh Dukun Bayi di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, [Tesis]. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Depok
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
WHO (1992). Trainning of Traditional Birth Attendants (TBAS), A Guide for Master Trainers, Geneva, WHO Widyono, S. H. (2001). Analisis Terhadap Pemilihan Persalinan Pada Dukun Bayi di Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat Tahun 1999. [Tesis]. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Depok
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
MATRIKS HASIL FGD (FOCCUS GROUP DISCUSSION) DENGAN BIDAN DI DESA MENGENAI PERSEPSI PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN DUKUN BAYI DI WILAYAH KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT TAHUN 2011
Sumber Informasi Hasil
Informasi
INPUT 1. Sumber Daya
FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
“...tempat kita mah satu desa satu bidan yah... cukup ya saya rasa, udah bisa ngehandel saya rasa ya.
“...satu bidan satu desa, saya satu. Cukup lah... kadang juga dibantu ama yang lain juga... saya disuruh ama Ibu Kepala tinggalnya di situ juga, tahun pertama dulu ngontrak yah hehehe... baru sekarang beli di daerah situ..”
“...per desa satu bidannya, yang ngebina... saya rasa udah cukup sih ya..kalao pas kerepotan posyandu dibantu juga ama temen puskesmas... ...kebetulan saya udah punya rumah di situ jadi ya tinggalnya di situ...”
“...satu desa juga... maunya sih ada temennya hehe.. biar bisa bagi-bagi tugas, kan banyak ya posyandu tempat saya. Tapi ya karena udah aturannya gitu... saya tinggal disitu, ibu Kepala dulu yang nyuruh...”
“... per desa satu bidan sih, tapi emang saya nggak tinggal di situ, saya pulang ke Cibinong, nggak ya, ia (Kepala Puskesmas) nggak maksain...”
“...sama satu aja.. cukuplah ya bisa kepegang... iya, saya tinggal di situ, kebetulan asal dari situ hehehe...”
“...udah di bagi tiap-tiap desa satu bidan desanya... cukup nggak cukup lah ya, ngurusin posyandu banyak sih ya, belum lagi kegiatan yang lain, ya penyuluhan, lokmin desa.. saya tinggal di situ, di suruhnya gitu...”
Awalanya emang di haruskan tinggal di situ sama Kepalanya...”
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1
2. Dana a. Sumber dana untuk pertemuan kemitraan
“... mmh, kurang tahu ya, tanya langsung aja deh sama Bikornya... ntar salah lagi ngomongnya...”
FB2
“... ada lah, ya. Kan kalo pertemuan itu, pake dana kemitraan... ...dari BOK sih kayaknya...”
FB3
FB4
FB5
“...setahu saya ada yah, dananya sih buat pertemuan gitu... rinciannya ya nggak tahu...
“...kalo masalah dana mah yang keuangan puskesmas kali ya yang tahu rinciannya, kita mah mmm.. pelaksananya ajah... “
“... dana buat pertemuan ada ya, saya rasa cukup banyak juga sih ya, kan ampe ngundang polisi, koramil, pak camat, lurahnya gitu...
Ngundangnya sih dari lintas sektor yah...”
b. Pembagian jasa persalinan antara bidan dengan paraji
“...ada pembagiannya.. . dari biaya persalinan yang di kasih pasien.., ditempat saya 10% nan itu
“...gimana yah, sekarang ada jampersal itu sih ya. Kita kan gak di bayar lansung sama pasien ya, ya kita nggak kasih lah. Ia
“...persalinann ya... gimana ya.. jadi terpaksa pake uang sendiri dulu, di kasihkan itu ke paraji, kalau
FB6
“...tahu ya, tanya ke pengurus uangny, aja lah, nggak enak kalo salah ngomong,
FB7
“... tahunya dana itu mah buat pertemuan... ...dari BOK ...”
... sumbernya sih emang dari BOK tapi buat apa aja ya nggak tahu ...”
...bikornya yang tahu detailnya yah, heheh..” “... mmmhh.. sebenarnya tinggal kita hitung aja ya, berapa kali ia nganter pasien. Kalau klaim udah cair ya kita kasih tuh paraji berapa
“...ya, kalau dianya nganterin aja dikasihnya lima (5%) atau sepuluh (10%) aja ya. Kalau sambil bantu-
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
“... sepuluh persen (10%), kadang juga lima belas persen (15%) tergantung sih ya, ada yang nungguin pasiennya ampe
“...pas dulu sih bisa sampai 25% nan yah, tergantung juga. Kalau sekarang mah.. agak itu juga sebenarnya,
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1
FB2
FB3
...yah... uang klaim yang khusus persalinan kan 350 ribu aja, kita harus ngeklaim dulu kan ya... ya kalo ia periksanya kekita bisa kita klaimkan juga ANC nya, kalo nggak ya bersalinnya doang, paling ama nifasnya 3 kali 10.000... persenan pembagiannya ya yang dari bersalin aja. Kalau dulu kan mungkin kita tarik 400 ribu ya, trus ntar ma
(paraji) kan dapet juga dari pasiennya. Tiaptiap kunjung juga dapet yah, kalo kita mana klaimnya lama, kadang-kadang juga kurang syaratsyaratnya...(BD4 )
nunggu klaim ntar takutnya ia ngitung rujukan segini, saya ngitungnya segini, kalo beda ntar dianya berpikir yang enggakenggak, trus nggak mau ngrujuk lagi, akhirnya ya pake kantong pribadi dulu lah... gimana lagi... biar dianya juga rajin ngarujuk...”
...kalau sejak ada jampersal teh, udah nggak ada pembagian lagi, udah gak berlaku kesepakatannya ...ya mana yang akan di bagi...orang kita aja dapetnya juga entar-entar, nunggunya 2 bulan, 3 bulan.
FB4 persennya, tapi ya nggak kayak di kasih langsung sih sebenarnya. Trus uang klaim persalinan kan cuma sedikit ya.. 350 ribu klaim..”
FB5 bantuin ampe selesai ya kita kasih lebih dong, tiga puluh, empat puluh lah, soalnya bantuin bersihbersih juga... Sejak ada jampersal, nggak lagi yah. Kebanyakan juga nganter doang sih, ia dapet langsung dari pasien, kitanya dapetnya nunggu, ..”
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
FB6 selesai ya ditambahin gitu... ya meskipun kita yang ngerjain semuanya, tapi kan ia ikut di dalem yah, kasih support ibunya, pijitin, kadang bantuin kita juga....”
FB7 menurun, kan biaya persalinan jampersal 350, trus ntar ma paraji 15 % nya dikumpulin dulu, di catat, di kasih kalo udah dapat uang kitanya... dari jampersal...”
Sumber Informasi Informasi
3. Sarana
Hasil FB1
FB2
paraji langsung kasih 20 % gitu, sekarang mah nggak bisa langsung...”
Kalau pake jampersal trus dia (pasien) kasih uang ke kita, kitanya di marahin, di tegor ama Kepala...”
“...selama ini mah sarana atau fasilitas puskesmas yang nyediain, kayak pas pertemuan itu, puskesmas yang nyediain tempatnya.
“... pas pertemuan kemitraan di desa, kayak tahun kemarin, desa ya yang kasih sarana. Walaupun yang ngundang dari puskesmas, tapi desa yang siapin macemmacemnya... “
“...dari puskesmas juga. yang dari dinas yang diundang paling-paling hanya bikornnya...”
“... pernah sih kitaberkunjung kerunahnya gitu,
“...cara kita mendekati dukun yah, saat
Kalau yang dari dinas belum ada ya kayaknya...”
4. Metode
“... pendekatan nya saat ada pesalinan yah,
FB3
FB4
FB5
FB6
“... sarana kemitraan paling tempat pertemuannya ya, puskesmas yang ngurusin gitugitu..”.
“...puskesamsn ya yah yang kasih fasilitas pertemuan, yang ngundang paraji untuk pertemuan, ngundang lintas sektor juga yah... “
“...di tempat saya pihak puskesmas juga yang ngadainnya, yang nyiapainnya.....”
“...iyah, pihak puskesmas yang nyediain sarananya...”
“...pendekatannya paling pas ketemuan di puskesmas saja
“...berusaha mendekati sih udah, tapi
“...mendekatinya kita kerumahnya, meski nggak bawa
“.. selama ini emang belum pernah
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
FB7
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1 kita sama-sama kerja ngurusin pasien bersalin, ya pas itu kita sambil ngobrol... ...untuk kesepakatan MOU nya ada, ditandatangani oleh bidan dan parajinya, trus disaksikan oleh kepala desa setempat, juga camatnya...
FB2 nganterin uang transport kemitraan.. nggak ngobrol ya, Cuma ngomong biasa aja, lagi apa mak, repot nggak, gitu-gitu aja...
...ada sih MOUnya.. isinya tentang pertolongan persalinan yang nggak boleh dilakukan paraji sendirian, trus pembagian fee, trus saling menghubungi, gitu..
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
kita kemitraan gitu yah, ya..kita ketemu mungkin pas dijalan, ngobrol sih enggak yah, say hello gitu-gitu ajah. Kunjung kerumah pernah, pas nganter undangan atau buat nanya data...
sih. Tempat saya kan jaraknya ada jauh ya ma parinya masuk ke dalem banget, jadi paling yang dekat aja yang kadang ketemu di jalan, , apa pas kondangan...ngobro l juga kok. kalo harus kesana-sana capek yah
kadang si maparaji nggak respek ya, kurang apa ya.. kayak cuekcuekan kalo diajak ngomong...
apa-apa, ada yang tanggapannya baik, ada juga yang nggak bikin sreg.macemmacem. Tapi kan udah usaha...
kerumahnya satu-satu ya, kalau pas ada kemitraan aja kita coba ajak ngobrol gitu yah.. ada juga paraji yang kerumah saat ada persalinan gitu..
... MOU udah di buat... tapi belum ada perbaruan...
MOU sih aya... tapi ya cuman formalitas ajah yah menurut saya...
Karena udah tua kali yah..
...ada, kesepakatannya ditandatangani kita ama maparajinya... ditandatangani ama ibu kepala, pak camat sama lurahnya ya kita ya...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
...perjanjiannya ada, di buat dulu pas kemitraan, tapi ya pelaksanaannya gimana ya... nggak itu sih sesuai.. masih ada paraji yang juga nolong, trus sangsinya juga gak jalan.
...iya, ada MOU nya ada...
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1
FB2
FB3
...nggak ada ya, belum pernah ada reward.... bidan nggak ada, yang buat parajinya juga nggak ada ya di tempat saya..
...di dalam MOU kalo si Paraji menolong persalinan sendiri tanpa bidan, maka uang hasil pemberian pasien tersebut diminta 100% oleh FMD, bukan kita yang mintainnya, tapi desa... ya, ...memang belum sih realisasinya...”
...dulu paraji yang periksa kepuskesmas yang punya askin atau nggak kita gratisin, tapi semenjak lebih ketat pemeriksaan tentang keuangan puskesmas, ya nggak lagi. Malah jadi temuan kan ya nanti...
Tapi sebenernya kalau ada seperti itu bisa jadi penyemangat buat kita kerja yah...” “...sanksi emang adah di MOU in tapi belum pernah ada tindak lanjutnya...
“...sanksi selama ini belum pernah dilakukan... “
FB4
...penghargaannya sih belum ada yah, sebenarnya bagus juga kalo diadain yah heheh..
“... sanksi ada juga, belum ada yang pernah kena sanksi..”.
FB5
FB6
FB7
...amin, kalau ada reward buat kita.. heheh... harusnya dinas tuh ya yang kasih ya.., selama ini nggak ada sama sekali..maparaj i yang baik aja mitranya yang dikasih, sembako pas hari lebaran itu yah...”
... maparaji nya kalo pas lebaran itu yah di kasih bingkisan sembako ama puskesmas, tapi untuk yang bermitra terus ama kita...”
... belum ada yang buat kita kita... yang buat maparaji ya itu sembako...”
“...sama sanksinya nggak jalan juga..
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
“...ada sih sangsinya, di minta ya uangnya yang dari hasil menolong persalinan... semuanya 100%. Tapi selama ini sih saya rasa belum pernah parajinya yang nolong dimintain ya, gimana ya... desa juga gak enak kali ya... kan ada tuh
“...nggak ada pelaksanaanya , sanksi cuman di tulis doang di MOU...”
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
ya maparaji anaknya jadi pamong desa...
PROSES 1. Pendataan dan Pemetaan Dukun Paraji
2. Koordinasi dengan lintas sektor
...tahu ya, kenal mabeurang nya. Ketemunya pas lokmin desa... semua ma paraji tahu, kenal banget sih enggak, tapi minimal pernah ketemu..
... iyah di tempat saya ada 3 orang yang agak bandel satu, kadang suka nolong sendiri, semua udah bermitra yah...
... cuma 2 paraji ya, jadi ya kenal sih.., bermitra kok kita...
... ada yang udah ketemu, tapi ada juga yang belum, yang belum pernah ketemu tahu namanya dari kadernya, juga pasiennya yang suka cerita... rumahnya kan jauh ya, trus banyak banget paraji ditempat saya, saya nggak kenal semua...
...kenal lah ma parajinya, tahu, Cuma dianya nggak pernah kirim kekita pasen, ya kita jarang ketemuannya...
... semua bidan mah tahu siapa paraji yang ada di desanya kali yah, Mereka kenal kok. Kalo rumah – rumahnya paraji ya nggak semua tahu ya, kan ada yang masuk ke daerah banget...
...saya kan belum lama tinggal di situnya, jadi ya belum mengenal semua, tapi minimal tahu namanya, meski belum pernah ketemuan.. kalau pas kemitraan nggak dateng dia...
... yang kita lakukan sendiri sih sama PKK ya pas
Kalo ada pertemuan desa itu, kita ngobrol ama pak
Koordinasi tuh penting ya, bagi kita, biasanya ama
... lintas sektor ma, dari puskesmas ya yang ngundang. Kita ikutan hadir
...kalau dari kita-kita aja kan paraji dah nggak mau
... kalau menurut saya mah kurang ngefek ya, gimana ya, orang pas ada
... saya sih paling sama kadernya ya, yang linsek itu
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1 posyandu gitu...
... yang lintas sektor , kita mah berharapnya kalau mereka hadir juga dalam pertemuan kan parajinya mau dengar tuh penjelasan. Kalo menolong persalinan trus kok sampai meninggal bisa di kenakan hukuman...
FB2
FB3
sekdesnya, atau ama RT nya, tentang kemitraan..
... kalo yang lintas sektor diundangnya ke Puskesmas kalo lagi ada pertemuan. Biasanya dari polisi, dari koramil, kecamatan, trus lurahnya.. ... semua (paraji) kan ada yang nggak dateng yah, jadi ada yang nggak tahu juga ada penjelasanpenjelasan dari
kadernya kalo kita , kalo yang tokoh-tokoh itu puskesmas yang koordinasinya
...kita kan inginnya mereka itu berperan serta, mereka kan di segani, trus menurut saya mereka sesuai kalau memberikan penjelasan tentang tentang hukum-hukum...
FB4 juga di pertemuan itu, yang resmi mengundang pihak puskesmasnya...
FB5
FB6
FB7
dengar kali ya, kalau mereka (Polisi, camat, lurah, koramil) yang bicara kan lain yah...agak ada rasa takutnya.... makanya lintas sektor perlu terlibat juga, biar mereka juga mendukung kita...
kematian ibu bersalin, yang datengin cuman kita-kita doang, tahu sendirilah ma paraji sama kita mah cuma iya iya doang, abis ntu yah udah, nolong lagi... meskipun udah sama lintas sektor tetep aja jalan di tempat...
puskesmas sih yang mengkoordinir.
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
... yang hadir di depan yang lintas sektor, biasanya dari polisi, trus koramil yah, trus camatnya, lurahnya, kadang di wakilin ama sekdesnya...
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
... pembinaan rutin untuk ma paraji sekarang mah nggak ya, dulunya pernah ada pelatihan, pelatihan ma paraji sebelum tahun berapa yah..., 2000an kayaknya, tapi malahan parajinya tambah PD tuh, nolong sendiri, apa –apa sendiri, mentangmentang udah dilatih gitu, untungnya udah gak ada
... pembinaan secara khusus, waktu khusus belum ada selama ini saya rasa... harusnya masuk anggaran juga lho itu...
...di tempat saya ada ya, pembinaan. Itu pas kalo lagi ada pertemuan gitu di puskesmas.., untuk yang berkala belum sih ya...
... belum dilakukan secara resmi, kalo itu ya, pembinaan ya pas pertemuan itu aja kita kasih tahunya, bahwa peran dukun sekarang begini, tidak boleh lagi menolong sendiri...
... yang rutin belum ada..., nggak ada dana nya, anggarannya buat pertemuan aja saya kira ya...
mereka...
3. Membina Dukun
.. selama ini ma, pembinaan yang rutin belum sih, perbulan gitu belum, kalau pas pertemuan itu aja dikatakan kalau ngerawat tali pusat begini, kalau ngurut bayi atau ibunya nggak boleh kencengkenceng, trus tanda-tanda bahayanya ini, gitu...
...pembinaan buat paraji penting ya sebenarnya, disana kan kita bisa ngomong ma parajinya kalo tugas kita begini, tugas mereka begitu, itu menurut saya...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
FB6
FB7
...belum itu ya tempat saya, ada itu persalinan sungsang yah, ditolong ma paraji, pasiennya cerita ma saya pas imunisasi. Kata si maparajinya ini mah emak udah tahu ilmunya, dulu nolong si Y juga bisa... kita kan udah bermitra ya sama mereka tapi ya itu dia, masih saja PD nolong sendiri...
... ya susah sih ya, dari parajinya gak bisa di omongin, dari pasiennya juga begitu, emang ada yah satu dua orang gitu, maunya lahirnya dirumah aja, jadi manggil maparaji. Karena kalau bidan kan kasih sarannya ke rumahnya bidan atau puskesmas yah...
... yang baik sih bantuin kita banget, biasanya kan suka ngeluhngeluh pegel yah pasienya, maparaji yang mijetin, saya bilangin boleh pijet-pijet tapi tangan ma kakinya aja. Trus ma N ngelus-elus perutnya, ama di komat-kamitin gitu... di mantrain...hehehe. .
... kalo ma paraji hanya kasih support aja sama doadoa, yang nolong bayinya ya saya, keluarin plasenta ama jahitnya semua saya, kalau bayinya udah lahir si maparaji yang kasih bajunya, ngebedongin gitu... kadang mijitin kita juga lho, dia itu ramah...
lagi tuh sekarang...
4. Melaksanakan Kegiatan Kemitraan
... sebenarnya sih udah baik ya kemitraannya, udah pada ngarujuk ke kita, hanya saja masih ada ma paraji yang nolong sendiri, padahal udah dikasih pembinaan, ntar alasannya kebrojolan, padahal nggak satu dua lho ma E nolong bayi, masak semua kebrojolan...
... saya rasa cukup lumayan dianya (paraji) datang sih ya pas pertemuan kemitraan, pas ada lokmin desa, ya.. meski tetep aja masih ada nolong sendiri... ... si maparaji ikutan nganter, juga nemenin sampai selesai, sampai bayinya lahir, juga bantuin bersihbersih...
...ada yang udah baik juga, ada yang belum juga.. soalnyaada tuh ya mereka (bumil) periksanya pernah ke saya ya, tapi bersalinnya malahan ke paraji, ma paraji nggak ngerujuk kekita, nggak kasih tahu kita, di tolonglah sendiri. Ntar tahunya pas imunisasi, ee
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Yang nggak baik ya.. kita nggak bermitra ma dia,
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1
FB2
FB3
FB4
FB5
ternyata udah lahir...heheh...
5. Evaluasi program
OUTPUT
... laporan kegiatan ada kali ya di bikornya, laporannya pas ada pertemuan itu biasanya, kalau yang khusus pada evalusi pelaksanaanya belum ada sih..
... belum ada setahu saya... nggak ada formatnya, yang kita laporin paling cuma PWS aja...
...selama ini PWS aja yang kita laporin rutin per bulan, kalau kegiatan paling-paling cuman ditanya aja, ama Bikornya atau Kepala, itu aja...
...kalau di desa saya mah, linakes dari tahun lalu naik
... kalau hasil dari cakupancakupan meningkat ya,
...paraji yang suka nganterin ngarujuk tetap ya itu, nggak
FB6
FB7
ada yang belum juga saya kenal sih ya..
... iyah.. pas ditanya aja kita ngejawabnya, tertulisnya belum...
...yang tahun 2011 itu emang banyak persalinan maparijinya, 50 an
... gimana kita buatnya ya... saya nggak tahu itunya formatnya... setahu saya ya PWS itu...
... kita selalu laporan rutin nya PWS KIA, udah macem-macem itu laporannya di sana...
...laporannya ya PWS itu, di situ kan ada ya persalinan bidan berapa, paraji berapa, yang meninggal berapa, trus yang pendampingan ama paraji berapa, ada itu..
...lumayan naik ya, saya senang itu, kebetulan emang semua
... sama ,biasa ajah, tempat saya mah masih ada aja persa linan
...alhamdulilla h cakupannya naik, cuman ya, masih ada
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Sumber Informasi Informasi
Hasil FB1 sih yah...meski sedikit...
FB2
FB3
FB4
tapi yang bermitra itu-itu aja, belum ada yang gabung lagi...
ada tambahan tapi emang persalinannya agak naik. diempat saya..
lebih naik dari tahun 2010, 40 an saat itu..
FB5 bermitra dengan saya...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
FB6 dukunnya...
FB7 dukunnya nolong, jumlah yang bermitra tetap, yang lain belum terangkul...
MATRIKS HASIL WAWANCARA MENDALAM BIDAN KOORDINATOR PUSKESMAS MENGENAI PELAKSANAAN KEMITRAAN DENGAN DUKUN PARAJI DI WILAYAH KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR JAWABARAT TAHUN 2012
Sumber Informasi Hasil Informasi
INPUT 1. Sumber Daya
2.
Dana a. Sumber dana
b.
Pembagian jasa persalinan
BK1
BK2
...bidannya satu desa satu dan itu cukup... harus tinggal di situ, udah peraturannya kan ya, bidan desa ya harus tinggal di desa...
...kalau bidannya yang tinggalnya di desa itu, Cikeas, Cadas, Nagrak, Gunung geulis, sedang yang lain tinggalnya diluar wilayah...udah punya rumah sendiri kan...
... dana dari BOK yah, penggunaannya untuk pertemuan... selama ini pertemuannya baru 1 kali dalam setahun yah, kemarin tuh mengundang linsek juga sih...
...sebenarnya masalah dana pihak BOK yang lebih tahu... pertemuan kemitraan selama ini baru sekali ya, iya pertahun.
... memang sudah ada MOU nya pembagian jasa persalinannya, berapa persennya tergantung maunya bidan ama paraji sih ya. Selama ini memang jalan, cuman itu.. setelah program jampersal kan harusnya ada kesepakatan baru, ini belum...
... sekarang belum ada kesepakatan baru lagi, tahun sekarang ya, kan udah berlaku jampersal. dulunya udah, beda-beda sih tiap desa. Tergantung berapa yang dulunya disepakati...
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Sumber Informasi Hasil Informasi BK1 3.
Sarana a. Penyediaan fasilitas pertemuan kemitraan
“...selama ini puskesmas yang fasilitasin, dinas belum ada...”
“...pertemuan ada di puskesmas , didesa juga ada fasilitasnya puskesmas ama desa juga...
“... belum ada ya bukunya, belum dikasih dari dinas...”
... ada nggak ya, kurang tahu saya...”
Metode a. Cara pendekatan bidan di desa terhadap dukun paraji
“...memang nggak semua mempunyai kemampuan pendekatan yang baik, biasanya yang baik itu nakesnya bagus, paraji seneng rujuk pasien ke dia, ada sih ya yang terkesan judesan gitu...”
b. Adanya MOU/kesepakatan Kemitraan antara bidan di desa dengan dukun paraji
“...banyak faktor sih saya rasa, ada kan ya, bidannya tuh dah baik, sabar, ramah, eee parajinya yang kelewat egois, tapi ada juga itu bu, paraji takut deket ma dia, dianya terkenal galak gitu, tapi sebenernya dia baik kok....”
“...udah semua, tiap desa...”
“...iyah aya, tiap desa udah di buatkan ...”
“...belum semua tahu saya kira ya, ada yang belum lama kan kerjanya, trus ada yang jauh banget juga, apalagi dianya nggak pernah ikutan pertemuan, jadi yah bidan mungkin belum kenal...” “... itu penting ya, biar mereka mendukung. Mereka kan cukup berpengaruh di masyarakat, jadi kita juga melibatkan mereka... dari kepolisian, koramil, kecamatan, kelurahan itu...”
b. Ketersediaan buku-buku pedoman kemitraan
c.
BK2
PROSES 1.
Pendataan dan Pemetaan Dukun Paraji
“... memang kalau di sini semuanya mengetahuinya siapa nama-namanya paraji yah, mereka tahu, bisa nanya ke kaderya juga...”
2.
Koordinasi Lintas sektor
“... tentu kita berkoordinasi lintas sektor, dari kepolisian, koramil, kecamatan, kelurahan, tokoh masyarakat. Kita mengundang mreka saat petemuan kesepakatan MOU...”
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Sumber Informasi Hasil Informasi BK1
BK2
3.
Membina Dukun Paraji
“...belum ada sih bu.. rutinnya...”
“...untuk yang sekarang belum ya, tapi kedepan kita berharap itu juga dilaksanakan, kalo sering ketemu kan jadi lebih akrab...”
4.
Melaksanakan Kegiatan Kemitraan
“... ya lumayan ada yang baik ada yang susah...sebenarnya nggak parajinya aja ya yang susah kita ajak mitra ya, kitanya kan juga nggak bisa maksa ya, ada yang mau di bilangin kalau lahiran ke bidan, ada juga yang nggak usah dibilangin udah tahu gitu yah, tapi ada juga yang nggak mau denger, udah gimana ya... sugestinya udah biasa ama paraji sih...”
“...Secara umum baik sih ya, mereka terjun kemasyarakat udah bagus, tapi karena belum deket, jadi ya kemitraannya dengan paraji kurang bagus....”
“...bervariasi ya perdesanya, ada yang persalinannya naik, ada juga maparajinya yang malahan naik, yang agak banyak maparinya tuh desa Pasir Jambu, dulunya sempat bagus sih, tapi kesini-sini persalinan malahan maparajinya nambah bahkan yang tahun 2011 kemarin itu 60 an persen linakesnya...”
“...yah... gimana ya, hasilnya memang belum memuaskan ya,masih dibawah target juga. tahun 2011 itu emang agak naik maparajinya, gimana ya.. jampersal juga udah di sosialisasi, bidan tiap desa ada, hehehe...belum maksimal kali yah.. .”
OUTPUT
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI INFORMAN/RESPONDEN
Kepada Yth:........(calon informan) Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor
Dengan hormat, Saya mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Peminatan Kebidanan Komunitas, bermaksud akan melakukan penelitian tentang “Gambaran Persepsi Bidan Di Desa Dalam Pelaksanaan Kemitraan Dengan Dukun Paraji di Wilayah Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat tahun 2012”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi bidan tentang pelaksanaan kemitraan dengan dukun paraji di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat tahun 2012. Rencana pelaksanaan penelitian ini berupa FGD / Diskusi Kelompok Terarah dan Wawancara Mendalam kepada informan/responden (........................). Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti mohon kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan yang akan peneliti berikan. Demikian permohonan ini peneliti sampaikan, segala informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan sebagai bahan penelitian. Atas segala perhatian ibu, peneliti ucapkan terimakasih.
Bogor, ..... Mei 2012
Peneliti
(Retna Pertiwi)
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Petunjuk Wawancara Mendalam
I.
Petunjuk Umum 1.
Sampaikan terimakasih atas ketersediaannya
2.
Jelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian
3.
Minta ijin kepada informan untuk menggunakan alat perekam selama wawancara
II. Petunjuk Wawancara Mendalam 1.
Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti
2.
Wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan dalam Pedoman Wawawancara Mendalam
3.
Pewawancara mencatat gambaran situasi ,tingkah laku dan ekpresi informan secara tepat dan benar.
4.
Infomasi bebas untuk menyampaikan pendapat
5.
Pendapat, pengalaman, saran dan komentar informan sangat bernilai
6.
Jawaban informan tidak ada yang salah atau yang benar,karena semata-mata hanya untuk penelitian.
7.
Semua keterangan akan dijamin kerahasiaannya
8.
Wawancara akan direkam dengan tape recorder untuk membantu ingatan peneliti.
III. Pelaksanaan Penelitian 1.
Perkenalan dari Peneliti
2.
Perkenalan dari informan
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
PENELITIAN KEMITRAAN BIDAN DENGAN DUKUN BAYI (PARAJI) DI KECAMATAN SUKARAJA KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN Setelah saya mendapat perjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemitraan bidan dengan dukun bayi (paraji) di kecamatan Sukaraja kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat tahun 2012, dengan ini saya : 1. Nama
:
2. Alamat
:
3. Umur
:
Sebagai*
:
a. Kepala Puskesmas b. Bidan Koordinator Puskesmas c. Bidan di Desa Dengan ini menyatakan * :
a. Bersedia
b. Tidak bersedia
Untuk berperan dalam penelitian ini
Tempat dan tanggal : Tanda tangan
:
Nama Responden
:
(* Lingkari jawaban anda)
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
PANDUAN FGD/DISKUSI KELOMPOK TERARAH KEMITRAAN BIDAN DIDESA DAN DUKUN PARAJI INFORMAN : BIDAN DI DESA
I.
Perkenalan
II.
Kesepakatan bahwa pembicaraan direkam, hanya untuk kepentingan pendidikan dan peningkatan program, perlu di tekankan bahwa pendapat semua yang hadir sangat berarti, dan di harapkan keikutsertaanya dalam menyampaikan pendapat.
III.
Diskusi.
Tanggal : Tempat
:
Lama
:
No
Bidan
1
B1
2
B2
3
B3
4
B4
5
B5
6
B6
7
B7
8
B8
9
B9
Umur
Status
Pendidikan
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Lama Kerja
INPUT Sumber Tenaga Berapa banyak desa yang di bina oleh ibu? Menurut ibu apakah itu cukup? Mengapa? Apakah ibu tinggal di desa tersebut? Mengapa? Dana 1. Menurut ibu apakah ada ketersediaan dana yang digunakan khusus untuk pelaksanaan program kemitraan antara bidan dan dukun bayi? Apabila ada, apakah ibu mengetahui dari manakah sumber dana tersebut? dan dialokasikan untuk apa sajakah dana tersebut? 2. Bagaimanakah pembagian jasa persalinan antara ibu dan dukun paraji yang bermitra di wilayah desa binaan ibu? Sarana 1.
Menurut ibu siapakah yang menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan bidan desa dalam melaksanakan program kemitraan?
2.
Apakah ibu mempunyai buku pedoman kemitraan bidan dengan dukun? Siapakah yang menyedikan? Apabila tidak, mengapa?
Metode 1.
Bagaimanakah cara ibu melakukan pendekatan kepada paraji dalam pelaksanaan kemitraan? Bagimana cara ibu berkomunikasi dan menghubungi dukun bayi?
2.
Apakah ada reward atau penghargaan bagi bidan atau dukun yang bermitra? Mengapa? Siapakah yang memberikan penghargaan? Dalam bentuk apakah penghargaan tersebut?
3.
Apakah ada sanksi apabila ibu atau dukun tidak melakukan kemitraan? Mengapa? Apabila ada sanksi, dalam bentuk apa sanksi tersebut? siapkah yang memberikan sanksi tersebut ?
PROSES 1.
Apakah ibu mengenal semua dukun bayi/paraji yang ada disini?
Dari mana ibu
mengenalnya? Ada berapa jumlahnya? Siapa namanya? Dapatkah ibu menceritakan masing-masing dukun tersebut? 2.
Selama ini bagaimanakah koordinasi lintas sektor yang dilakukan oleh ibu unruk menyusun dukungan?
3.
Apakah ibu melakukan pembinaan secara rutin kepada dukun bayi, berapa bulan sekali? Apabila tidak, mengapa? Menurut ibu apa saja yang perlu di sampakan kepada paraji dalam pembinaan tersebut?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
4.
Bagaimanakah kemitraan dengan dukun yang ibu lakukan pada saat memberikan pelayanan kesehatan ibu di masa kehamilan, persalinan dan nifas? Adakah pembagian tugas atau peran antara bidan dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan tersebut? Mohon jelaskan.
5.
Menurut ibu bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan program kemitraan dengan dukun di daerah ibu? Berapa bulan sekali dilakukan evaluasi program kemitraan tersebut? bagaimana cara mengevaluasinya dan siapa saja yang terlbat?
6.
Apakah ibu melakukan pelaporan kemitraan kepada puskesmas wilayah ibu? Apa sajakah yang dilaporkan? Berapa bulan sekali pelaporan ke puskesmas dilakukan?
OUTPUT Bagaimana menurut pendapat ibu tentang program kemitraan antara bidan dan dukun bayi di desa binaan ibu? Apakah cakupannya sudah sesuai target? Bagaiman dengan jumlah bidan yang bermitra sekarang ?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEMITRAAN BIDAN DIDESA DENGAN DUKUN PARAJI INFORMAN : KEPALA PUSKESMAS
INPUT Sumber Tenaga Apakah setiap desa di wilayah Puskesmas ibu ada bidan di desanya? Apakah Bidan di desa tinggal di desa tersebut? Mengapa? Dana 1. Menurut ibu apakah ada ketersediaan dana yang digunakan khusus untuk pelaksanaan program kemitraan antara bidan dan dukun bayi? Apabila ada, apakah ibu mengetahui dari manakah sumber dana tersebut? dan dialokasikan untuk apa sajakah dana tersebut? 2. Bagaimanakah pembagian jasa persalinan antara ibu dan dukun paraji yang bermitra di wilayah desa binaan ibu? Sarana 1. Menurut ibu siapakah yang menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan bidan desa dalam melaksanakan program kemitraan? 2. Apakah bidan di desa mempunyai buku pedoman kemitraan bidan dengan dukun? Siapakah yang menyedikan? Apabila tidak, mengapa? Metode 1.
Menurut ibu bagaimanakah cara bidan di desa melakukan pendekatan kepada paraji dalam pelaksanaan kemitraan?
2.
Apakah ada reward atau penghargaan bagi bidan atau dukun yang bermitra? Mengapa? Siapakah yang memberikan penghargaan? Dalam bentuk apakah penghargaan tersebut?
3.
Apakah ada sanksi apabila bidan di desa atau dukun tidak melakukan kemitraan? Mengapa? Apabila ada sanksi, dalam bentuk apa sanksi tersebut? siapkah yang memberikan sanksi tersebut ?
PROSES 1.
Menurut ibu, apakah bidan di desa mengenal semua dukun bayi/paraji yang ada disini? Dari mana mereka mengenalnya?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
2.
Selama ini bagaimanakah koordinasi lintas sektor yang dilakukan oleh ibu unruk menyusun dukungan?
3.
Apakah selama ini bidan di desa melakukan pembinaan secara rutin kepada dukun bayi, berapa bulan sekali? Apabila tidak, mengapa? Menurut ibu apa saja yang perlu di sampakan kepada paraji dalam pembinaan tersebut?
4.
Menurut ibu bagaimanakah kemitraan dengan dukun yang Bidan di desa lakukan pada saat memberikan pelayanan kesehatan ibu di masa kehamilan, persalinan dan nifas? Adakah pembagian tugas atau peran antara bidan dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan tersebut? Mohon jelaskan.
5.
Menurut ibu bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan program kemitraan dengan dukun di daerah ibu? Berapa bulan sekali dilakukan evaluasi program kemitraan tersebut? bagaimana cara mengevaluasinya dan siapa saja yang terlbat?
6.
Menurut ibu, apakah bidan di desa melakukan pelaporan kemitraan kepada puskesmas wilayah ibu? Apa sajakah yang dilaporkan? Berapa bulan sekali pelaporan ke puskesmas dilakukan?
OUTPUT Bagaimana menurut pendapat ibu tentang program kemitraan antara bidan dan dukun bayi di wilayah puskesmas ibu? Apakah cakupannya sudah sesuai target? Bagaiman dengan jumlah bidan yang bermitra sekarang ?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEMITRAAN BIDAN DIDESA DENGAN DUKUN PARAJI INFORMAN : BIDAN KOORDINATOR PUSKESMAS
INPUT Sumber Tenaga Apakah setiap desa di wilayah Puskesmas ibu ada bidan di desanya? Apakah Bidan di desa tinggal di desa tersebut? Mengapa? Dana 3. Menurut ibu apakah ada ketersediaan dana yang digunakan khusus untuk pelaksanaan program kemitraan antara bidan dan dukun bayi? Apabila ada, apakah ibu mengetahui dari manakah sumber dana tersebut? dan dialokasikan untuk apa sajakah dana tersebut? 4. Bagaimanakah pembagian jasa persalinan antara ibu dan dukun paraji yang bermitra di wilayah desa binaan ibu? Sarana 3. Menurut ibu siapakah yang menyediakan sarana atau fasilitas yang diperlukan bidan desa dalam melaksanakan program kemitraan? 4. Apakah bidan di desa mempunyai buku pedoman kemitraan bidan dengan dukun? Siapakah yang menyedikan? Apabila tidak, mengapa? Metode 4.
Menurut ibu bagaimanakah cara bidan di desa melakukan pendekatan kepada paraji dalam pelaksanaan kemitraan?
5.
Apakah ada reward atau penghargaan bagi bidan atau dukun yang bermitra? Mengapa? Siapakah yang memberikan penghargaan? Dalam bentuk apakah penghargaan tersebut?
6.
Apakah ada sanksi apabila bidan di desa atau dukun tidak melakukan kemitraan? Mengapa? Apabila ada sanksi, dalam bentuk apa sanksi tersebut? siapkah yang memberikan sanksi tersebut ?
PROSES 7.
Menurut ibu, apakah bidan di desa mengenal semua dukun bayi/paraji yang ada disini? Dari mana mereka mengenalnya?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
8.
Selama ini bagaimanakah koordinasi lintas sektor yang dilakukan oleh ibu unruk menyusun dukungan?
9.
Apakah selama ini bidan di desa melakukan pembinaan secara rutin kepada dukun bayi, berapa bulan sekali? Apabila tidak, mengapa? Menurut ibu apa saja yang perlu di sampakan kepada paraji dalam pembinaan tersebut?
10. Menurut ibu bagaimanakah kemitraan dengan dukun yang Bidan di desa lakukan pada saat memberikan pelayanan kesehatan ibu di masa kehamilan, persalinan dan nifas? Adakah pembagian tugas atau peran antara bidan dan dukun bayi dalam pelayanan kesehatan tersebut? Mohon jelaskan. 11. Menurut ibu bagaimana pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan program kemitraan dengan dukun di daerah ibu? Berapa bulan sekali dilakukan evaluasi program kemitraan tersebut? bagaimana cara mengevaluasinya dan siapa saja yang terlbat? 12. Menurut ibu, apakah bidan di desa melakukan pelaporan kemitraan kepada puskesmas wilayah ibu? Apa sajakah yang dilaporkan? Berapa bulan sekali pelaporan ke puskesmas dilakukan?
OUTPUT Bagaimana menurut pendapat ibu tentang program kemitraan antara bidan dan dukun bayi di wilayah puskesmas ibu? Apakah cakupannya sudah sesuai target? Bagaiman dengan jumlah bidan yang bermitra sekarang ?
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012
Gambaran persepsi..., Retna Pertiwi, FKM UI, 2012