UNIVERSITAS INDONESIA
PERBEDAAN DAMPAK PENGGUNAAN EMLA DAN
KOMPRES DINGIN TERHADAP TINGKAT NYERI ANAK
USIA SEKOLAH SAAT TINDAKAN PUNGSI VENA
DI RSU Dr. SLAMET GARUT
TESIS
Oleh:
GUSGUS GHRAHA RAMDHANIE
NPM.I006833741
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PEMINATANKEPERAWATAN ANAK
FAKULTASILMUKEPERAWTAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2013
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PERBEDAAN DAMPAK PENGGUNAAN EMLA DAN
KOMPRES DINGIN TERHADAP TINGKAT NYERI ANAK
USIA SEKOLAH SAAT TINDAKAN PUNGSI VENA
DI RSU Dr. SLAMET GARUT
TESIS
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk
Memperoleh Gelar Magister Ilmu Keperawatan
Peminatan Keperawatan Anak
Oleh:
GUSGUS GHRAHA RAMDHANIE
NPM. 1006833741
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK
FAKULTASILMUKEPERAWTAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2013
1
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Gusgus Ghraha Ramdhanie
NPM
: 1006833741
Tanda Tangan Tanggal
~. : 16 Januari 2013
11
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama NPM Program Studi Judul Tesis :
Gusgus Ghraha Ramdhanie 1006833741 Magister Keperawatan Perbedaan Dampak Penggunaan EMLA dan Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri Anak Usia Sekolah Saat Tindakan Pungsi Vena Di RSU Dr. Slamet Garut
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan pada Program Studi Magister Keperawatan Fakultas IImu Keperawatan Universitas Indonesia. DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Nani Nurhaeni, S.Kp., MN
Pembimbing II: Nur Agustini, S.Kp., M.Si
(~
Penguji
: Fajar Tri Waluyanti, S.Kp, M.Kep, Sp. Kep. An
(~~t)
Penguji
: Dessie Wanda, S.Kp., MN
(~
Ditetapkan di : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok Tanggal
: 10 Januari 2013
III
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
)
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa tesis ini .saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika di kemudian hari temyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Depok, Januari 2013
Gusgus Ghraha Ramdhanie
IV
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Gusgus Ghraha Ramdnanie NPM : 1006833741 Program Studi : Program Studi IImu Keperawatan : Keperawatan Anak Kekhususan : Ilmu Keperawatan Fakultas Jenis Karya : Tesis Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PERBEDAAN DAMPAK PENGGUNAAN EMLA DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP TINGKAT NYERI ANAK USIA SEKOLAH SAAT TINDAKAN PUNGSI VENA DI RSU DR. SLAMET GARUT Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non Eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmediakan/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data based), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikianlah pemyataan ini saya buat dengan sebenamya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 16 Januari 2013 Yang menyatakan
(Gusgus Ghraha Rarndhanie)
v Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
ABSTRAK
Nama Program studi Judul
Gusgus Ghraha Ramdhanie Program Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan Perbedaan Dampak Penggunaan EMLA dan Kompres Dingin terhadap Tingkat Nyeri Anak Usia Sekolah Saat Tindakan Pungsi Vena di RSU dr. Slamet Garut.
Pungsi vena merupakan prosedur yang dapat menimbulkan nyeri. Krim EMLA dan kompres dingin merupakan pilihan untuk mengurangi nyeri se1ama prosedur pungsi vena pada anak. Dengan desain quasi-experiment, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin terhadap tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena. Sebanyak 50 anak usia menjadi sampel penelitian menggunakan metode non probability sampling dengan cara consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat nyeri antara ke1ompok EMLA dan kelompok kompres dingin (p=0,994). Penelitian merekomendasikan penggunaan kompres dingin untuk menurunkan nyeri saat tindakan pungsi vena pada anak. Kata Kunci: EMLA, kompres dingin, nyeri, pungsi vena.
VI
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
ABSTRACT
Name Study program Tittle
Gusgus Ghraha Ramdhanie Postgraduate ofNursing Program The difference effect of EMLA usage and cold application on pain level ofvenipuncture procedure in school age children in dr. Slamet General Hospital, Garut.
Pain is one of impacts of venipuncture. The EMLA cream and cold application are often used to minimize venipuncture pain. This research is designed to identify the pain level difference between EMLA cream and cold application before venipuncture procedure in school age children, using quasi experiment. 50 samples were recruited using consecutive sampling technique, and divided into 2 groups (EMLA and cold application). The data analysis result showed that there is no significant pain level difference between both groups (p value=0,994). This research recommended to use cold application in clinical practice to reduce pain level of venipuncture procedure in children. Keywords: EMLA, cold application, pain, venipuncture
Vll
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
KATAPENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa karena . atas rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul "Perbedaan Dampak Penggunaan EMLA dan Kompres Dingin terhadap Tingkat Nyeri Anak Usia Sekolah Saat Tindakan Pungsi Vena di RSU dr. Slamet Garut".
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini dapat diselesaikan atas bantuan berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Nani Nurhaeni, SKp., MN, selaku Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran telah membimbing dan mendukung peneliti dalam menyusun dan menyelesaikan penelitian ini. 2. Nur Agustini, SKp., M.Si, selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penggunaan metodologi dan hasil penelitian pada penelitian ini. 3. Dewi Irawaty, MA., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 4. Astuti Yuni Nursasi, SKp., MN, selaku Ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 5. Dr. Maskut Farid, MM selaku Direktur RSU dr. Slamet Garut yang telah memberikan ijin tempat bagi peneliti untuk melakukan penelitian. 6. Yeni Mariyam, S.Kep, Ners selaku kepala bidang keperawatan RSU dr Slamet Garut, 7. Uu Sunarya, S.Ip, S.Kep.Ns., M.Kes selaku direktur Akper Pemda Garut yang selalu memotivasi peneliti untuk menyelesaikan pendidikan Magister Keperawatan. 8. Ema Arum Rukmasari, S.Pd., M.Kes selaku Pudir II Bidang Administrasi Umum Akper Pemda Garut yang selalu memberikan semangat kepada peneliti.
V1l1
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
9. Seluruh anak dan orang tuanya yang telah menjadi responden dalam penelitian ini. 10. Asisten peneliti (Rini Martini, S.Kep, Winny Wulandhary, AMK dan Ratna Dewi Yuniar, AMK.) yang telah terlibat langsung dalam pengumpulan data penelitian. 11. Seluruh staf pengajar Program Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Anak dan seluruh staf akademik yang telah membantu peneliti. 12. Seluruh staf ruang perawatan anak RSU dr Slamet Garut yang telah memberikan bantuan kepada peneliti. 13. Seluruh rekan-rekan
mahasiswa
Program
Magister
Keperawatan
Peminatan Keperawatan Anak yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi peneliti. 14. Seluruh staf dosen Akper Pemda Garut yang telah memberikan dukungan bagi peneliti. 15. Keluarga kecilku (Bunda anak-anakku Fitri Khairunnisa, Akang Azhie dan Ade Nadhif) yang selalu memberikan dukungan dan do'a bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. 16. Orang tua, kakak-kakak dan adik-adik yang telah memberikan do'a dan semangat bagi peneliti.
Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan dari ALLAH SWT dan dicatat sebagai amal kebaikan. Akhir kata, peneliti berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
Depok, Januari 2013
Peneliti
IX
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
DAFTARISI Hal
HALAMAN JUDUL .
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR............................................................. DAFTAR IS1..... DAFTAR TABEL......................................................... . .. . DAFTAR SKEMA.................................................................... DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN... BAB 1. PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang ,. .. 1.2 Rumusan Masalah. .................... ..... ........... .. .. 1.3 Tujuan Penelitian ,. 1.4 Manfaat Penelitian......................................... BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................ 2.1 Hospitalisasi ,. '" ....... .... .. 2.2 Perawatan Atraumatik pada Anak '" 2.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah................................ 2.4 Nyeri....................................... . 2.4.1 Klasifikasi Nyeri 2.4.2 Fisiologi Nyeri 2.4.3 Pengkajian Nyeri pada Anak 2.4.4 Skala Penilaian Nyeri '" 2.4.5 Penatalaksanaan Nyeri 2.4.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri 2.5 Pungsi Vena pada Anak 2.6 Penggunaan Eutectic Mixture ofLocal
Anesthetics (EMLA) dalam Mengatasi Nyeri 2.7 Kompres Dingin dalam Mengatasi Nyeri... 2.8 Teori Comfort Kolkaba 2.9 Aplikasi Teori Comfort dalam Keperawatan Anak 2.1oKerangka Teori Keperawatan BAB 3. Kerangka Konsep, Hipotesis, dan Definisi Operasional 3.1 Kerangka Konsep................................................ 3.2 Hipotesis........................................................ 3.3 Definisi Operasional.............................. BAB 4. METODE PENELITIAN....................................
x Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
11
111
IV
V
vi
Vll
Vll1
x
xii
xiv
xv
xvi
1
1
7
8
9
10
10
11
12
13
13
14
15
15
18
19
19
20
21
23
27
29
30
30
31
32
33
4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7
Desain Penelitian...................................................... Populasi dan Sampel............................................. Tempat Penelitian............................................... Waktu Penelitian... Etika Penelitian................................................ Alat Pengumpul Data......................................... Prosedur Pengumpulan Data.............................................. 4.7.1 Prosedur Administratif ,. ... . .. 4.7.2 Prosedur Intervensi 4.8 Analisa Data................................................... BAB 5. HASIL PENELITIAN.......... 5.1 Hasil Analisis Univariat 5.1.1 Karakteristik Responden Kelompok EMLA dan
Kelompok Kompres Dingin 5.1.2 Tingkat Nyeri Kelompok EMLA dan Kelompok
Kompres Dingin 5.2 Analisis Bivariat 5.2.1 Perbedaan Tingkat Nyeri Antara Kelompok
EMLA dan Kelompok Kompres Dingin 5.2.2 Hubungan Karakteristik Responden dengan
Nyeri BAB 6. PEMBAHASAN....... 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil 6.1.1 Karakteristik Responden dan Tingkat Nyeri
Kelompok EMLA dan Kompres Dingin 6.1.2 Perbedaan TingkatNyeri Antara Kelompok
EMLA dan Ke1ompok Kompres Dingin 6.1.3 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Nyeri.. 6.2 Keterbatasan Penelitian 6.2.1 Desain dan Rancangan 6.2.2 Pengumpulan Data dan Pelaksanaan 6.3 Implikasi Dalam Keperawatan 6.3.1 Implikasi terhadap Pelayanan Keperawatan 6.3.2 Implikasi terhadap Keilmuan Keperawatan 6.3.3 Implikasi terhadap Pendidikan Profesi Keperawaran BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN................................................. 7.1 Simpulan 7.2 Saran 7.2.1 Bagi Pe1ayanan Keperawatan 7.2.2 Bagi Perawat Spesialis Anak 7.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan DAFTAR PUSTAKA ..
LAMP IRAN-LAMPIRAN ..
Xl
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
33
34
36
36
37
39
41
41
41
43
45
45
45
47
48
48
49
53
53
53
56
60
62
62
63
63
63
64
64
65
65
65
65
66
66
DAFTAR TABEL
Hal Tabe1 2.1. Rekomendasi Area Pengolesan Maksimum EMLA untuk Bayi dan Anak
26
Tabel 3.1. Definisi Operasional
32
TabeI4.2. Uji Statistik Bivariat
44
Tabel 5.1. Distribusi Responden Menurut Usia Anak di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
45
TabeI5.2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
46
Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Sebelumnya di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
46
Tabe15.4. Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50) .
47
Tabel 5.5. Distribusi Tingkat Nyeri pada Ke1ompok EMLA dan Kelompok Kontrol di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
47
Tabe15.6. Analisis Kesetaraan Usia Responden antara Kelompok EMLA dan Kelompok Kompres Dingin di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
48
TabeI5.7. Analisis Kesetaraan Jenis Kelamin, Pengalaman Sebelumnya dan Dukungan Keluarga antara Responden Kelompok EMLA dan Kelompok Kompres Dingin di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
48
TabeI5.8. Distribusi Perbedaan Tingkat Nyeri antara Kelompok EMLA dan Kelompok Kompres Dingin di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
49
Tabel 5.9. Distribusi Rata-rata Umur Menurut Tingkat Nyeri di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
50
xu Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Tabe15.10. Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dan Tingkat Nyeri di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
50
Tabel 5.11. Hasil Analisis Hubungan Pengalaman Sebe1urnnyadan Tingkat Nyeri di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, November-Desember, 2012 (n=50)
51
Tabe15.12. Hasil Analisis Hubungan Dukungan Ke1uarga dan Tingkat Nyeri di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut, NovemberDesember, 2012 (n=50)
51
X111
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
DAFTARSKEMA
Skema 2.1. Kerangka Konseptual Comfort Theory pada Pasien Anak Skema 2.1. Kerangka Teon....................................... Skema 3.1. Kerangka Konsep...................................................
XIV
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Hal
29
30
31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Taksonomi Comfort... ... .... .... ....
.. .
xv
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
.. ... .
Hal
27
DAFTAR LAMPlRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9
Informed Concent / Penjelasan Penelitian . Lembar Persetujuan Menjadi Responden Prosedur Pemberian EMLA Sebelum Pungsi Vena Prosedur Pemberian Kompres Dingin Sebelum Pungsi Vena Prosedur Penilaian Tingkat Nyeri Kuesioner Data Demografi Kuesioner Penilaian Tingkat Nyeri Dokumen Perijinan Penelitian Daftar Riwayat Hidup
XVI
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
BABI
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dilakukan pene1itian, rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Penyakit dan hospitalisasi merupakan peristiwa yang sering menimbulkan stress pada anak. Hal ini seringkali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi setiap anak. Hockenberry dan Wilson (2009) menjelaskan bahwa ketika hospitalisasi anak mengalami stres akibat perubahan kesehatan, perbedaan rutinitas lingkungan, serta anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menghadapi stressor. Salah satu stressor utama hospitalisasi pada anak adalah nyeri yang akan berdampak terhadap perasaan trauma pada anak. Oleh karena itu, anak perlu dipersiapkan dalam menghadapi pengalaman hospitalisasi dan berbagai prosedur terutama yang menimbulkan nyeri.
Selama di rurnah sakit, serangkaian prosedur akan dilalui anak sebagai terapi. Prosedur pertama yang sering ditemui anak ketika awal masuk rumah sakit adalah prosedur terapi intra vena dan pungsi vena pengambilan sampe1 darah. Prosedur terapi intra vena dan pungsi vena merupakan prosedur yang menimbulkan nyeri pada anak (Kenndy, Luhmann & Zempsky, 2008). Nyeri akibat prosedur pungsi vena merupakan pengalaman anak yang diikuti perasaan kekhawatiran anak selama di rurnah sakit (Hockenberry & Wilson, 2009).
Pungsi vena adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memungsi vena secara transkutan dengan menggunakan pemflon yang kaku dan tajam (Potter & Perry, 2005). Menurut Handayani dan Haribowo (2008) pungsi vena
merupakan uji hematologis yang sering dilakukan pada darah vena yang 1
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
2
biasanya diperoleh dari vena antekubital, Selain tujuan uji hematologis, pungsi vena juga dapat bertujuan untuk memasukkan obat atau memulai infus cairan sebagai akses intravena. Prosedur ini merupakan langkah pertama pengobatan dan perawatan anak sakit.
Penelitian observasional pada anak remaja mencatat bahwa anak remaja dan pra remaja (usia sekolah) mempunyai level nyeri tertinggi terhadap prosedur rutin pungsi vena. Hasil penelitian melaporkan 13 % dari 171 anak usia 7 -17 tahun mengalami nyeri sedang sampai berat akibat pungsi vena. Hampir 50 % anak pada rentang usia ini mengalami distres tertinggi selama prosedur pungsi vena (Kennedy, Luhmann & Zempsky, 2008).
Menurut Piaget, anak usia sekolah berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret dimana anak menganggap penyebab sakit adalah manusia,
benda, atau tindakan ekstemal yang bersifat buruk atau
membahayakan bagi
tubuh.
Anak usia sekolah mulai menunjukkan
kekhawatiran terhadap kemungkinan dampak menguntungkan dan merugikan dari suatu prosedur. Anak usia usia sekolah juga selalu ingin tahu apakah prosedur tersebut dapat membuat mereka lebih baik atau cedera dan bahaya apa yang akan terjadi, Anak usia sekolah dapat mengkomunikasikan secara verbal nyeri yang mereka alami berkaitan dengan letak, intensitas, dan gambarannya (Hockenberry & Wilson, 2009).
Perawat hams menghonnati kekhawatiran anak terhadap cedera tubuh dan reaksi terhadap nyeri sesuai dengan periode perkembangannya, ketika memberikan perawatan pada anak (Hockenberry & Wilson, 2009). Oleh karena itu, diperlukan upaya menurunkan nyeri akibat prosedur yang diberikan pada anak dan tindakan pengkajian nyeri pada anak yang mendapat prosedur tersebut. Upaya ini sebagai langkah penerapan prinsip perawatan atraumatik pada anak. Perawatan atraumatik sebagai bentuk perawatan Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
3
terapeutik perawat melalui penggunaan tindakan yang mengurangi cedera dan nyeri (Supartini, 2004). Berbagai teknik dapat dilakukan perawat, baik secara non-farmakologik maupun farmakologik untuk menurunkan nyeri. Perawat dapat melakukan teknik distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing, stimulasi kulit dan pemberian terapi topikal (Hockenberry & Wilson, 2009; Schiff, Holtz, Peterson & Rakusan, 2001).
Teknik mengurangi nyeri pada anak saat prosedur pungsi vena yang sudah banyak diteliti adalah menggunakan anestesi topikal, tehnik distraksi dan kehadiran orang tua (Gilboy & Hollywood, 2009). Penggunaan anestesi topikal merupakan tindakan yang sering dilakukan dalam perawatan anak. Eutectic Mixture ofLocal Anesthetics (EMLA) adalah salah satu obat anestesi topikal yang digunakan pada berbagai prosedur yang menimbulkan nyeri. EMLA diketahui dapat menembus dan mencapai serabut saraf nyeri pada bagian dermis dengan cara difusi (Eichenfield, Funk, Fallon-Friedlander & Cunningham, 2002; Zempsky, 2008). Pada area klinik keperawatan, EMLA digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri akibat kebanyakan prosedur yang melibatkan pungsi kulit (Hockenberry & Wilson, 2009).
Beberapa penelitian telah membuktikan efektivitas penggunaan EMLA dalam berbagai prosedur seperti pungsi vena, kateterisasi intra vena, berbagai prosedur urologi, sirkumsisi, lumbal pungsi, debridemen luka, luka laserasi, dan berbagai pembedahan kulit (Eichenfield, Funk, Fallon-Friedlander & Cunningham, 2002; Galinkin, Rose, Harris & Watcha, 2002; Kundu & Achar, 2002). Siregar (2007) meneliti perbandingan anestesi semprot dan anestesi oles pada prosedur pungsi vena. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara anestesi semprot dengan anestesi oles dalam menurunkan nyeri pada prosedur pungsi vena. Penelitian ini menyimpulkan bahwa anestesi topikal baik itu dengan media oleslkrim maupun spray
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
4
direkornendasikan untuk digunakan dalarn rnengurangi nyeri pada prosedur yang rnelibatkan insersi pada kulit.
Biran et
at. (2011) rneneliti tentang efektifitas penggunaan EMLA
dikornbinasikan dengan sukrosa dalarn rnenurunkan nyeri saat pungsi vena pada anak. Hasil penelitian rnenunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan yaitu nyeri yang dialarni anak lebih tinggi pada kelornpok hanya rnenggunakan EMLA dari pada kelornpok yang mengkornbinasikan EMLA dan sukrosa. Penelitian rnenyirnpulkan bahwa EMLA dengan kornbinasi sukrosa direkornendasikan untuk digunakan pada anak yang rnendapatkan prosedur pungsi vena.
Selain penggunaan EMLA dalarn rnengurangi nyeri pada anak saat prosedur pungsi vena, perawat dapat rnelakukan tindakan lain yang kernanfaatannya sarna dengan EMLA. Tindakan lain yang dapat rnengurangi nyeri saat prosedur pungsi vena adalah rnenggunakan kompres dingin atau kirbat es. Kornpres dingin merupakan tindakan nonfarrnakologik untuk rnenurunkan nyeri tanpa efek sarnping dan berbiaya ringan (Movahedi, Rostami, Salsali, Keikhaee & Moradi, 2006).
Kompres dingin merupakan stimulasi area permukaan kulit (Hockenberry & Wilson, 2009). Menurut Berman, Snyder, Kozier dan Erb (2002), efek fisiologis kompres dingin adalah meredakan nyeri dengan membuat area menjadi mati rasa, rnemperlambat aliran impuls nyeri, dan meningkatkan ambang nyeri. Kompres dingin dapat digunakan pada berbagai kondisi nyeri, termasuk nyeri akut karena trauma atau pembedahan, artritis, spasme otot dan sakit kepala sehingga
(Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher & Camera, 2011),
kompres
dingin memiliki
keuntungan yang sarna dengan
penggunaan terapi anesteri topikal untuk menurunkan nyeri pada area lokal.
Universit~fi I~donesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
5
Movahedi, Rostami, Salsali, Keikhaee dan Moradi (2006) melakukan penelitian efektivitas kompres dingin terhadap nyeri pungsi vena dan responnya pada anak usia sekolah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada respon fisiologis antara sebelum dan sesudah prosedur. Respon perilaku dan respon subjektif selama dan setelah prosedur pada kelompok intervensi lebih rendah dari pada kelompok kontrol. Respon fisiologis yang diukur meliputi tekanan sistolik, tekanan diastolik, nadi dan frekuensi nafas. Respon perilaku diukur menggunakan The Children's Hospital os Eastern Ontario Pain Scale (CHEOP) meliputi menangis, verbal
anak, gerakan tubuh, sentuhan dan gerakan kaki. Sementara respon subjektif adalah mengukur respon verbal anak atau self reporting terhadap nyeri menggunakan vertical numerical scale (VNS). Penelitian menyimpulkan kompres dingin menggunakan es terhadap kulit sebelum pungsi vena adalah metoda yang aman dan mudah untuk mengurangi respon nyeri pada anak. Sulistiyani (2009) melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian kompres dingin dengan menggunakan es batu terhadap tingkat nyeri pada anak. Penelitian dilakukan pada 64 anak usia pra sekolah dengan prosedur pemasangan infus. Hasil penelitian menunjukan 83,3% anak usia pra sekolah yang diberikan kompres es batu mengalami nyeri ringan sedangkan pada anak yang tidak diberi es batu, mengalami nyeri ringan sebanyak 16,7% anak. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kompres es batu diketahui efektif dan efisien digunakan sebagai penurun nyeri pada stimulasi kulit.
Penelitian lain melakukan perbandingan efektivitas krim EMLA dengan kompres dingin. Renany (2008) meneliti perbandingan respon nyeri menggunakan skala oucher pada tiga kelompok anak usia sekolah dengan prosedur pungsi vena (kelompok kontrol, pendinginan lokal dan krim EMLA). Hasil penelitian menunjukan 48 % anak pada kelompok kontrol mengalami nyeri ringan selama pungsi vena. Terdapat perbedaan yang Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
6
signifikan skor rata-rata skala oucher diantara tiga kelompok tersebut. Skor rata-rata pada kelompok EMLA dan kelompok pendinginan lokal lebih rendah dari pada kelompok kontrol. Hasil uji statistik menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri pada kelompok EMLA dan kelompok pendinginan lokal (p> 0,05) dan ditemukan perbedaan yang signifikan pada intensitas nyeri antara kelompok EMLA dan kelompok kontrol (p<0,05) serta antara kelompok pendinginan lokal dan kelompok kontrol (p<0,05).
Perawat perlu melakukan pengkajian nyeri pada anak sebelum melakukan penatalaksaanaan terhadap nyeri. Ketepatan pengkajian nyeri yang dirasakan anak merupakan hal penting untuk efektifitas manajemen nyeri yang akan dilakukan (Berman & Snyder, 2012). Salah satu alasan penatalaksanaan nyeri menjadi kurang adekuat adalah kurangnya pemahaman tentang nyeri yang merupakan fenomena pribadi yang tidak dapat dirasakan orang lain (Hockenberry & Wilson, 2009). Instrumen penilaian nyeri diberikan pada anak sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Pengkajian dan penatalaksanaan nyeri saat pungsi vena selama anak di rumah sakit merupakan peran dan tanggung jawab perawat. Hasil studi pendahuluan di RSU dr. Slamet Garut, prosedur pungsi vena dilakukan di ruang perawatan anak atau di ruang intermediate wing (lW) Instalasi Gawat Darurat. Setiap pasien baik pasien baru masuk ruang perawatan maupun pasien lama, menjalani prosedur pungsi vena untuk pengurnpulan sampel darah dalam pemeriksaan laboratorium. Prosedur pungsi vena untuk pengumpulan sampel darah biasanya dilakukan sekaligus dengan pemasangan infus dengan tujuan untuk mengurangi trauma pada anak. Prosedur ini dilakukan oleh perawat berdasarkan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
7
Selama melakukan prosedur pungsi vena, perawat sudah melakukan upaya menurunkan nyeri dan kecemasan pada anak walaupun belum semua teknik dilakukan sesuai teori. Perawat melakukan upaya menurunkan nyeri dengan melibatkan orang tua selama prosedur, membimbing anak untuk berdoa sebelum pungsi vena, melakukan teknik relaksasi untuk anak yang lebih besar dan memberi stimulus dingin pada kulit dengan alkohol atau es. Teknik menurunkan nyeri pada pungi vena seperti penggunaan EMLA belum pemah dilakukan perawat.
Rumah Sakit Umum Dr. Slamet Garut adalah rumah sakit rujukan daerah milik pemerintah Kabupaten Garut. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit diberikan kepada pasien rawat rawat inap dan rawat jalan (poliklinik anak dan tumbuh kembang). Jumlah kunjungan rawat inap anak pada bulan September 2012, yaitu usia 0 - 28 bulan 28 (4%), usia 28 bulan - 1 tahun 228 (32,6%), usia 1 - 4 tahun 127 (18,1%), dan usia 5-14 tahun 257 (36,7%). Sementara jumlah rata-rata kunjungan rawat inap anak usia 5-14 tahun bulan Januari hingga September 2012 adalah 293 orang (Rekam Medik RSU dr. Slamet Garut, 2012). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin terhadap tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena di RSU dr. Slamet Garut.
1.2 Perumusan Masalah
Perubahan kesehatan dan rutinitas lingkungan yang berbeda merupakan penyebab stres bagi anak yang menjalani perawatan di rumah sakit. Salah satu stressor bagi anak adalah nyeri ketika menjalani sebuah prosedur. Nyeri dan cedera merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
8
menyenangkan bagi anak. Nyeri dapat dipersepsikan oleh anak sebagai sebuah ancaman yang merugikan (Hockenberry & Wilson, 2009).
Pungsi vena merupakan prosedur yang dapat menimbulkan nyeri selarna anak dirawat. Prosedur ini dilakukan untuk untuk pemeriksaan laboratorium yang mungkin bisa lebih dari sekali selama anak di rawat. Pengumpulan darah vena melalui pungsi merupakan prosedur pengobatan dan perawatan anak sakit yang membutuhkan perawatan, sehingga pungsi vena dapat menjadi pengalaman tidak menyenangkan bagi anak dan dapat menganggap prosedur yang lainpun akan berakibat sarna.
Perawat perlu mengaplikasikan tehnik mengurangi nyeri selama prosedur pungsi vena sebagai upaya penerapan prinsip atraumatik pada anak. Teknik mengurangi nyeri saat prosedur pungsi vena telah banyak dilakukan baik secara farmakologis maupun non-farmakologis. Hasil studi pendahuluan di RSU Dr. Slamet Garut, menunjukan bahwa upaya menurunkan nyeri saat prosedur pungsi vena yang telah dilakukan perawat adalah melibatkan orang tua selama prosedur, membimbing anak untuk berdoa, teknik relaksasi dan stimulus dingin pada kulit. Perawat perlu mengupayakan teknik lain yang langsung berdampak secara fisiologis terhadap nyeri itu sendiri. Penggunaan EMLA dan kompres dingin merupakan pilihan bagi perawat untuk menurunkan nyeri secara fisiologis. Keuntungan kedua teknik ini adalah sarna yaitu menurunkan nyeri langsung pada area lokal atau topikal, sehingga dampak keduanya perlu dibandingkan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin terhadap tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena. Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
9
1.3.2 Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah teridentifikasi :
a.
Karakteristik anak (umur, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya dan dukungan keluarga).
b.
Tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena setelah pemberian EMLA.
c.
Tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena setelah pemberian kompres dingin.
d.
Perbedaan tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena setelah penggunaan EMLA atau kompres dingin.
e.
Pengaruh karakteristik anak (umur, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya dan dukungan keluarga) terhadap tingkat nyeri.
1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Aplikatif a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak terutama saat pungsi vena pada anak. b. Hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
pentingnya pendekatan asuhan atraumatik pada pasien anak usia sekolah.
1.4.2 Perkembangan Ilmu Keperawatan a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penggunaan EMLA dan kompres dingin sebagai salah satu intervensi keperawatan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai data untuk penelitian selanjutnya yaitu meneliti efektifitas dad berbagai macam tehnik menurunkan nyeri saat tindakan keperawatan.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
BAB2
TINJAUAN TEORI
Bab ini memaparkan tinjauan pustaka yang berhubungan dengan hospitalisasi, perawatan atraumatik pada anak, perkembangan anak usia sekolah, konsep nyeri, penggunaan Eutectic Mixture of Local Anesthetics (EMLA) dan kompres dingin dalam mengatasi nyeri, teori comfort Kolkaba dan aplikasi teori comfort dalam keperawatan anak. 2.1 Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu proses terapi atau perawatan mengharuskan seseorang harus tinggal di rumah sakit sampai dinyatakan sehat (Supartini, 2004). Bagi anak, hospitalisasi dapat menjadi masalah karena dapat menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Hospitalisasi seringkali menimbulkan krisis dan sangat rentan pada semua tingkatan usia anak (Hockenberry & Wilson, 2009; Basiri Moghaddam, Sadeghmoghaddam & Ahmadi, 2009).
Stressor utama hospitalisasi bagi anak adalah cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri(Hockenberry & Wilson, 2009). Reaksi anak terhadap stresor tersebut dipengaruhi oleh usia perkembangan, pengalaman sebelum dan sesudah sakit, perpisahan dengan orang tua, keterampilan koping yang dimiliki, keparahan penyakit dan sistem pendukung yang
ada
(Hockenberry
Wilson,
&
2009;
Basiri-Moghaddam,
Sadeghmoghaddam & Ahmadi, 2009).
Cemas akibat perpisahan merupakan stress uiama pada bayi sampai usia pra sekolah, terutama untuk anak-anak yang berusia 6 sampai dengan 30 bulan (Hockenberry & Wilson, 2009). Respon terhadap stressor cemas terdapat tiga fase. Fase protes adalah anak bereaksi agresif terhadap perpisahan, anak sering 10
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
11
menangis dan berteriak memanggil orang tua mereka, menolak perhatian dari orang lain, dan kedukaan mereka tidak dapat ditenangkan. Fase putus asa adalah
fase dimana tangisan anak berhenti dan muncul depresi, dimana anak kurang begitu aktif tidak tertarik terhadap bermain atau terhadap makanan dan menarik diri dari orang lain. Fase pelepasan adalah fase dimana anak akhimya menyesuikan diri terhadap kehilangan, dimana anak menjadi lebih tertarik pada lfngkungan sekitar dan bermain dengan orang lain sebagai akibat kepasrahan mereka (Hockenberry & Wilson, 2009).
Kehilangan kendali adalah salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah stress akibat hospitalisasi. Kurangnya kendali dapat mengakibatkan ancaman dan dapat mempengaruhi keterampilan koping anak. Situasi rumah sakit dapat menurunkan jumlah kendali yang dirasakan anak seperti suara, cahaya dan bau yang berlebihan. Cedera tubuh dan nyeri merupakan bagian stressor utama hospitalisasi karena takut dan cedera tubuh dan nyeri sering terjadi diantara anak. Kekhawatiran anak terhadap cedera tubuh dan nyeri sesuai dengan tahap perkembangannya (Hockenberry & Wilson, 2009).
2.2 Perawatan Atraumatik pada Anak Perawatan atraumatik (atraumatic care) merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak. Perawatan atraumatik atau asuhan yang terapeutik telah diterima sebagai suatu prinsip dalam melasanakan auhan keperawatan karena merupakan tindakan yang dapat mengurangi distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya selama dalam perawatan di rumah sakit (Hockenberry & Wilson, 2009).
Perawatan straumatik atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada anak <Jan keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik kerena bertujuan sebagai Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
12
terapi bagi anak (Supartini, 2004). Prinsip yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah meminimalkan perpisahan anak dengan keluarganya, rp-engidentifikasi stres anak dan keluarga, mencegah terjadinya nyeri serta cedera tubuh, meningkatkan kontro1 diri anak dan mempromosikan program kemitraan tFnaga kesehatan dan orang tua. Perawatan atraumatik bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa, di mana, mengapa, dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak (Hockenberry & Wilson, 2009).
Pelaksanaan prinsip perawatan atraumatik menurut Supartini (2004), yaitu cegah atau turunkan dampak perpisahan antara orang tua dan anak dengan lflenggunakan pendekatan family centred. Tingkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol anaknya. Cegah atau turunkan cedera baik fisik maupun psikologis. Terakhir, modifikasi lingkungan fisik rumah sakit dengan mendesain seperti rumah.
2.3 Perkembangan Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah anak dengan rentang kehidupan dimulai dari usia 6-12 tahun (Hockenberry & Wilson, 2009). Usia sekolah termasuk usia pertengahan yang sering disebut usia masa sekolah. Periode ini dimulai saat anak masuk ke lingkungan sekolah, yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Pengalaman sekolah bagi anak dapat memperluas dunia anak yang merupakan transisi dari kehidupan bermain ke kehidupan bebas belajar dan bekerja secara terstruktur (potter & Perry, 2005).
Perubahan kognitif anak usia sekolah adalah pada kemampuan berfikir dengan cara logis dan bukan abstrak (potter & Perry, 2005). Pada tahap ini anak mulai belajar tentang hubungan sebab akibat secara lebih luas antara suatu peristiwa Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
13
dengan peristiwa yang lain. Anak dapat membuat penilaian berdasarkan pemikiran perseptual dan koseptual, konsep konservasi dan keterampilan mengklasifikasi (Hockenberry & Wilson, 2009).
Menurut Piaget, anak usia sekolah berada pada tahap perkembangan kognitif operasional konkret dimana, mereka mulai menggunakan proses pemikiran logis dengan materi konkret (Potter & Perry, 2005). Anak mulai mengembangkan
kemampuan kognitifnya untuk memecahkan masalah dengan menganggap penyakit yang dialaminya sebagai gangguan dari luar. Persepsi anak tentang konsep nyeri adalah berhubungan secara fisik, menganggap nyeri sebagai
hukuman dan kesalahan (Hockenberry & Wilson, 2009).
Anak usia sekolah merasa khawatir dan berfikir mengenai kemungkinan dampak: menguntungkan dan merugikan suatu prosedur. Anak selalu ingin tabu apakah prosedur yang diterimanya dapat membuat mereka lebih baik atau babkan membahayakan, Anak usia sekolah sudah dapat menunjukan metode koping
1.flltuk
menghadapi rasa nyeri. Anak dapat menggunakan kata-kata untuk
mengendalikan reaksi mereka terhadap nyeri (Hockenberry & Wilson, 2009).
2.4 Nyeri
Nyeri adalah ketidaknyamanan dan pengalaman seseorang yang mendalam yang dikatakan oleh orang yang mengalaminya dan tidak dapat dirasakan orang lain dan terjadi pada setiap bagian dari kehidupan seseorang (Berman & Snyder, 2012; Hockenberry & Wilson, 2009). Nyeri merupakan suatu kondisi yang 1ebih
dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu dan subjektif individu (Potter & Perry, 2005).
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
14
ZA.l Klasifikasi Nyeri Berdasarkan durasinya nyeri dapat dikelompokkan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Ketika nyeri itu hilang hanya dalam beberapa periode yang diharapkan maka nyeri itu disebut nyeri akut, baik terjadi tiba-tiba ataupun lambat, tanpa menghiraukan intensitas nyerinya. Nyeri kronis diketahui sebagai nyeri yang persisten dan berlangsung lama, biasanya kembali dan berakhir setelah 3 bulan lebih (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher & Camera, 2011; Berman & Snyder, 2012).
ZA.2 Fisiologi Nyeri Secara fisiologis, trasmisi dan persepsi nyeri pada manusia merupakan sebuah proses yang kompleks (Berman & Snyder, 2012). Komu dorsalis dari medula spinalis dianggap sebagai tempat memproses sensori nyeri. Serabut traktus sensori asenden berawal dari medulla spinalis dan berakhir di serabut perifer. Terdapat interkoneksi antara sistem neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks serebri (Smeltzer & Bare, 2004).
Neuron pada sistem asenden hams diaktifkan agar nyeri dapat diserap secara sadar. Aktivasi neuron pada sistem asenden terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ intemal. Terdapat interkoneksi neuron dalam komu dorsalis yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan transmisi informasi yang menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden, area ini disebut sebagai "gerbang". Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua input yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkanjaras asenden dan mengaktifkan nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
15
perlawanan, akibatnya sistem yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri (Smeltzer & Bare, 2004).
Teori gerbang kendali nyeri merupakan proses dimana terjadinya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain serta stimulasi serabut yang mengirim sensasi tidak nyeri memblok transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat. Sel-sel inhibitor dalam komu dorsalis medula spinalis mengandung eukafalin yang
menghambat transmisi nyeri
(Smeltzer & Bare, 2004).
2.4.3 Pengkajian Nyeri pada Anak Pengkajian nyeri merupakan komponen penting dalam proses keperawatan. Pengkajian nyeri menjadi hal penting untuk efektivitas manajemen nyeri yang akan diberikan (Berman & Snyder, 2012; Huang et al, 2012). Perawat harns melakukan pengkaj ian mengenai pengalaman nyeri yang dirasakan pasien, melakukan manajemen nyeri dan melakukan pengkajian kemba1i apakah tehnik menurunkan nyeri telah berhasil (Huang et al, 2012).
Salah satu pendekatan terhadap pengkajian nyeri pada anak adalah metoda QUES1T yang meliputi: Question the child (tanyakan pada anak), Use pain rating scale (gunakan Skala Nyeri), Evaluate behavioral and physiologic change
(evaluasi perubahan sikap
dan
fisiologis),
Secure parent
involvement (pastikan keterlibatan orang tua), Take the cause ofpain into account (pertimbangkan penyebab nyeri), Take action and evaluate result (lakukan tindakan dan evaluasi hasilnya) (Hockenberry & Wilson, 2009).
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
16
2.4.4 Skala Penilaian Nyeri Skala nyeri adalah garnbaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual serta kemungkinan nyeri dalarn intensitas yang sarna dirasakan sangat berbeda oleh
dua
orang yang
berbeda (Tarnsuri, 2007).
Kedalarnan dan
kompleksitas tehnik untuk penilaian nyeri bervariasi. Idealnya, cara untuk penilaian ini mudah digunakan, mudah dimengerti oleh pasien, dan valid, sensitif serta dapat dipercaya. Skala nyeri yang dapat digunakan dan sesuai pada anak usia sekolah yaitu Face Pain Rating Scale menurut Wong dan Baker, Word Grapic Rating Scale, Skala Numerik, Skala Analog Visual (Hockenberry & Wilson, 2009).
2.4.4.1 Face Pain Rating Scale Pengukuran skala nyeri untuk anak usia pra sekolah dan sekolah, menggunakan Face Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang tersenyum untuk "tidak ada nyeri" hingga wajah yang menangis untuk "nyeri yang berat" (Wong dan Baker, 1998, 2000, dalarn Hockenberry & Wilson, 2009). Wong-Baker FACES Pain Rating Scale
@ O
Cl
(\
o
5
Skala penilaian Face Pain Rating Scale dianjurkan untuk anak yang berusia minimal 3 tahun. Pengukuran menggunakan instruksi asli tanpa kata-kata afek, seperti bahagia atau sedih atau kata-kata singkat menghasilkan penilaian yang sarna, yang kemungkinan mencerminkan
penilaian
anak
terhadap
intensitas
nyeri.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
17
Pengkodean angka dapat menggunakan sistem 0-5 yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5 atau sistem 0-10 yaitu 0, 2, 4, 6, 8, 10.
2.4.4.2 Word Grapic Rating Scale Metoda penilaian ini menggunakan kata-kata deskriptif untuk menunjukkan intensitas nyeri yang bervariasi. Penilaian sangat cocok untuk anak usia 4 - 17 tahun (Tesler et al, 1991 dalam Hockenberry & Wilson, 2009).
I~_I_-----,-I_ _I_---I
tidak nyeri
sedikit nyeri
nyeri sedang
nyeri berat
nyeri hebat
2.4.4.3 Skala numerik Skala ini menggunakan garis lurus dengan titik pada ujung garis yang diidentifikasi sebagai "tidak ada nyeri" dan terkadang "nyeri sedang" di bagian tengahnya dan "nyeri hebat", pembagian disepanjang garis tersebut ditandai dengan unit dari 0 sampai 5 atau 10 (banyaknya nomor bervariasi). Digunakan untuk anak-anak berusia minimal 5 tahun (Hockenberry & Wilson, 2009).
Tidaknyeri
Nyeri hebat
2.4.4.4 Skala Analog Visual Skala ini didefmisikan sebagai garis vertikal atau horizontal yang dibuat sampai dengan panjang tertentu, seperti 10 ern, dan
Univer~it~s
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Indonesia
18
ditambatkan oleh hal-hal yang mewakili fenomena subjektif yang ekstrim (Cline et al., 1992 dalam Hockenberry & Wilson, 2009).
2.4.5 Penatalaksanaan Nyeri Pengurangan nyeri merupakan kebutuhan dasar dan hak untuk setiap anak. Penatalaksanaan nyeri yang efektif membutuhkan tenaga kesehatan yang. mau mencoba berbagai intervensi untuk memperoleh hasil yang optimum. Penatalaksanaan nyeri dibagi menj adi dua, yaitu secara non-farmakologik dan farmakologik (Potter & Perry, 2005).
Penatalaksanaan nyeri secara non-farmakologik didasari oleh nyeri yang sering dihubungkan dengan takut, cemas, dan stress. Sejumlah tehnik non farmakologik,
seperti
bimbingan
antisipasi,
hipnosis,
biofeedback,
distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing, dan stimulasi kutaneus dapat diberikan pada anak (potter & Perry, 2005; Hockenberry & Wilson, 2009). Percobaan dengan strategi-strategi ini yang sesuai dengan usia anak, intensitas nyeri, minat, dan kemampuan anak sering dilakukan untuk menentukan pendekatan yang paling efektif.
Penatalaksanaan secara farmakologik nyeri untuk mengendaliklan nyeri memelukan kecermatan perawat untuk memastikan penanganan nyeri yang dilakukan.
Observasi terhadap
efek samping merupakan tindakan
keperawatan yang sangat penting. Analgesik merupakan metoda yang paling umum untuk mengatasi nyeri secara farmakologis, yang terdiri dari analgesik narkotik , analgesik non-narkotik dan obat tambahan (adjuvant) (potter & Perry, 2005). Rute pemberian analgesik dapat berupa obat oral, sublingual, intravena, subkutan, intramuscular, intranasal, intradermal,
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
19
topikal atau transdermal, rektal, blok saraf regional, inhalasi, dan epidural/intrateka1 (Hockenberry & Wilson, 2009).
2.4.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri pada Anak Karena nyeri merupakan suatu hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi nyeri individu. Perawat harus mempertimbangkan faktor faktor yang mempengaruhi nyeri yang dirasakan pasien. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa perawat menggunakan pendekatan yang holistik dalam pengkajian dan perawatan klien yang mengalami nyeri. Menurut Potter & Perry (2005) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nyeri anak selama prosedur yaitu umur, jenis kelamin, budaya, makna nyeri, perhatian, kecemasan, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping dan dukungan keluarga.
2.5 Pungsi Vena pada Anak Pungsi vena merupakan sebuah tehnik yang digunakan untuk memungsi vena untuk uji hematologis yang sering dilakukan pada darah vena yang biasanya diperolah dari vena antekubital. Prosedur ini disebut juga pengambilan specimen qarah (Potter & Perry, 2005; Handayani & Haribowo, 2008)
Tujuan pungsi vena adalah mengumpulkan darah, memasukan obat, memulai infus, atau menginjeksikan bahan kontras untuk pemeriksaan sinar X dari bagian atau system tubuh atau menginjeksikan substansi untuk uji nuklir (Handayani & Haribowo, 2008). Terdapat berbagai macam jarum yang biasanya digunakan untuk pengambilan darah vena, yaitu metode spuit, berupa jarum steril 20G sampai 210 untuk dewasa dan 23-250 untuk anak. Metoda butterfly, berupa jarum butterfly 200 sampai 210 untuk dewasa dan 23-250 untuk ana-anak dan lansia, Terakhir, metoda vacutainer, berupa tabung vacutainer dengan pemegang Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
20
jarum. Jarum berujung ganda steril 20G sampai 21G untuk dewasa dan 23-25G untuk anak-anak,
2.6 Penggunaan Eutectic Mixture ofLocal Anesthetics (EMLA) dalam Mengatasi
Nyeri Krim Eutectic Mixture of Local Anesthetics (EMLA) adalah campuran eutetik anestesi lokal (lidokain dan prilokain). EMLA didalamnya mengandung lidokain 2,5 % dan prilokain 2,5 %. Indikasi pemakain EMLA adalah menghasil anestesi lokal jika diberikan pada kulit yang normal. EMLA menghasilkan anestesi lokal dengan menghambat transpor ion melewati membrane neuronal, sehingga dapat mencegah inisiasi dan konduksi impuls saraf normal. EMLA digunakan sebagai satu sistem yang terdiri dari krim yang dioleskan di bawah balutan oklusif. Obat yang aktif dilepas ke lapisan kulit dermal dan epidermal yang mengakibatkan akumulasi anatetik local pada region reseptor nyeri dan ujung saraf (Deglin & yallerand, 2004).
Secara farmakokinetik, EMLA dapat diabsorpsi secara sistemik dalam waktu 4 jam. Sebagian besar lodikain akan dimetabolisme oleh hati. Prolokain dimetabolisme di hati dan ginjal. Waktu paruh lidokain 7-30 menit pada fase pertama, 90-120 menit pada fase akhir sementara prilokain 10-50 menit (Deglin ~
Vallerand, 2004).
Kontraindikasi penggunaan EMLA yaitu pada paslen yang hipersensitifitas terhadap produk obat ini, diberikan pada telinga tengah, methemoglobinemia
kongenital atau idiopatik, bayi yang <6 bulan yang menerima agen penyebab methemoglobinemia, dan bayi < 1 bulan. EMLA memiliki efek samping dan reaksi merugikan. Efek samping lokal meliputi pucat, kemerahan, perubahan sensasi suhu, edema, gatal dan ruam. Reaksi yang lain meliputi reaksi alergik dan Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
21
tprmasuk anafilaksis. EMLA dapat menembus dan mencapai serabut saraf nyeri di dermis dengan cara difusi (Eichenfield, Funk, Fallon-Friedlander & Cunningham, 2002; Deglin & Vallerand, 2004; Zempsky, 2008). EMLA digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri akibat prosedur yang yang berhubungan dengan pungsi kulit (Hockenberry & Wilson, 2009).
Tabel2.1
Rekomendasi Area Pengolesan Maksimum EMLA untuk Bayi dan Anak
(Wong, Hockenberry-Eaton, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2001)
Usia dan Berat Badan 1-3 bulan, <5 kg 4-12 bulan, >5 kg 1-6 tahun, > 10 kg 7-12 tahun, >20 kg
Dosis
1 gram 2 gram 10 gram 20 gram
Luas pengolesan 10 em (1,25 x 1,25 in) 20 em (1,75 x 1,75 in) 100 em (4 x 4 in) 200 em (5,5 x 5,5 in)
2.7 Kompres Dingin dalam Mengatasi Nyeri Kompres dingin adalah suatu tindakan memberikan sensasi dingin pada kulit baik basah maupun kering (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher & Camera, 2011). Kompres dingin kering diberikan untuk mendapatkan efek lokal dengan menggunakan kantong es, kolar es, sarung tangan es, dan kemasan pendingin qisposibel. Kompres basah diberikan pada bagian tubuh untuk memberikan efek pendinginan sistemik (Berman, Snyder, Kozier & Erb, 2002; Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher & Camera, 2011). Manfaat kompres dingin adalah rp.enurunkan berbagai kondisi nyeri, termasuk nyeri akut karena trauma atau pembedahan, artritis, spasme otot dan sakit kepala (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher & Camera, 2011).
Kompres dingin menghasilkan perubahan fisiologis suhu jaringan, ukuran pembuluh darah, tekanan darah perifer, area permukaan kapiler untuk pertukaran qairan dan elelctrolit serta metabolism jaringan. Efek fisiologis kompres dingin Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
22
rp.eliputi
vasokontriksi,
menurunkan
permeabilitas
kapiler,
menurunkan
metabolism seluler, merelaksasi otot, memperlambat pertumbuhan bakteri, rp.engurangi imflamasi, meredakan nyeri dengan membuat area menjadi mati rasa, memperlambat aliran impuls nyeri, meningkatkan ambang nyeri dan rp.eredakan perdarahan (Berman, Snyder, Kozier & Erb, 2002). Respon tubuh terhadap sensasi dingin tergantung dari beberapa faktor, yaitu durasi terapi, bagian tubuh, kerusakan permukaan tubuh, suhu kulit sebelumnya, area permukaan tubuh, usia dan kondisi fisik (Potter & Perry, 2005).
Kompres dingin dapat menurunkan nyeri karena dapat menyebabkan perubahan fisiologis. Secara fisiologis ketika reseptor dingin terpajan suhu yang tiba-tiba rendah, pada awalnya reseptor terstimulasi dengan kuat. Stimulasi yang kuat ini menurun dengan cepat selama beberapa detik pertama dan kemudian menjadi lebih lambat selama setengah jam berikutnya atau lebih reseptor beradaptasi I
dengan suhu yang barn. Terdapat suatu fenomena mendapatkan efek terapeutik rpaksimal pada kompres dingin atau disebut dengan fenomena rebound, maksudnya kompres dingin akan membuat vasokontriksi maksimum ketika kulit dikompres dibawah suhu 15° C. Di atas suhu 15° C sudah mulai terjadi vasolilatasi (Berman, Snyder, Kozier & Erb, 2002).
Hasil penelitian Movahedi, Rostami, Salsali, Keikhaee dan Moradi (2006) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan respon fisiologis nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan kompres dingin pada anak dengan prosedur pungsi vena. Respon perilaku dan respon subjektif selama dan setelah prosedur pada kelompok intervensi lebih rendah dari pada kelompok kontrol. Respon fisiologis yang diukur meliputi tekanan sistolik, tekanan diastolik, nadi dan respirasi. Respon perilaku diukur meliputi menangis, verbal anak, gerakan batang tubuh, sentuhan dan gerakan kaki. Respon subjektif adalah mengukur respon Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
23
verbal anak atau self reporting terhadap nyen. Movahedi, Rostami, Salsali, Keikhaee dan Moradi (2006) menyimpulkan aplikasi pendinginan lokal menggunakan es terhadap kulit sebelum pungsi vena adalah metoda aman dan mudah untuk mengurangi respon nyeri pada anak usia sekolah.
2.8 Teori Comfort Kolkaba Teori comfort merupakan teori yang pertama kali dikembangkan tahun 1990 oleh Katharine Kolcaba. Teori ini terus berubah dan berkembang dengan kerangka kerja konseptualnya (Tomey & Alligood, 2006). Menurut Katharine Kolcaba (1991) dalam Tomey & Alligood (2006) terdapat tiga tipe comfort, yaitu relief,
ease dan transcendence. Relief didefinisikan sebagai keadaan dimana rasa tidak I1yaman berkurang dengan latar belakang teoritikal ini dari teori Orlando (1961) yaitu filosofi keperawatan berdasarkan kebutuhan. Ease didefinisikan sebagai hilangnya rasa tidak nyaman yang spesifik dengan latar belakang teoritikal Henderson (1966) tentang 13 kebutuhan dasar manusia. Untuk berada dalam tingkat ease, pasien atau keluarga tidak harus mempunyai pengalaman ketidaknyaman spesifik sebelumnya (misalnya kecenderungan nafas pendek pada anak dengan asthma atau kecemasan akut pada anggota keluarga). Terakhir,
transcendence didefmisikan sebagai keadaan dimana seseorang bangkit dari ketidaknyamanan ketika ketidaknyamanan tersebut tidak dapat dihindari (misalnya anak merasa percaya diri terhadap ambulasi walaupun dia tahu hal tersebut akan memperparah nyeri). Transcendence merupakan turunan dari teori yang dikembangkan oleh Peterson dan Zderad (1975) (Tomey & Alligood, 2006).
Terdapat empat aspek pengalaman holistik berdasarkan teori comfort meliputi kenyamanan fisik, psikospiritual, social dan lingkungan. Kenyamanan fisik berhubungan dengan mekanisme sensasi tubuh dan homeostatis. Kenyamanan Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
24
psikospiritual berhubungan dengan kewaspadaan diri secara internal seperti harga diri, seksual dan arti hidup seseorang. Kenyamanan sosial berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan masyarakat, Kenyamanan lingkungan berhubungan dengan latar be1akang eksternal dari pengalaman manusia seperti sinar, suara, tempat tinggal, warna, suhu dan elemen sintetis alam (Kolcaba & DiMarco, 2005).
Stuktur taksonomi merupakan hubungan tiga tipe comfort dengan empat aspek pengalaman holistik berdasarkan teori comfort. Struktur ini menggambarkan elemen comfort dan membantu dalam memperoleh pengertian comfort secara teknik, Pengalaman kenyamanan merupakan pemenuhan kebutuhan terhadap
relief, ease dan transcendence dalam empat aspek kenyamanan (fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan) (Kolcaba & DiMarco, 2005).
Menurut Kolcaba dan DiMarco (2005) penerapan teori comfort penting dilakukan oleh perawat untuk menentukan aspek kenyamanan mana yang dialami pasien dan keluarganya. Pengkajian terhadap kebutuhan kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Kebutuhan kenyamanan fisik Kebutuhan kenyamanan fisik meliputi penurunan mekanisme fisiologis beresiko karena suatu penyakit atau prosedur invasif. Terdapat dua kebutuhan fisik yaitu kebutuhan fisik yang tak terlihat dimana pasien atau keluarga tidak waspada (keseimbangan cairan dan elektrolit, oksigenasi dan tennoregulasi) dan kebutuhan fisik yang terlihat (nyeri, mual, muntah,
menggigil, gatal).
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
25
2. Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual Kebutuhan kenyamanan psikospiritual meliputi kebutuhan terhadap kepercayaan diri, motivasi. Kebutuhan ini seringkali dipenuhi dengan
ketenangan
jiwa yang berfokus pada transcendence seperti pijatan,
kebersihan mulut, pengunjung, sentuhan dan memfasilitasi kenyamanan personal.
3. Kebutuhan kenyamanan sosiokultural Kebutuhan kenyamanan sosiokultural meliputi kebutuhan ketenangan hati, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan perawatan dari sudut pandang budaya. Kebutuhan ini termasuk perilaku dapat melakukan (a can-do
attitude), pesan kesejahteraan (massage of wellness) dan jaminan tentang "anda melakukan dengan baik" (you're doing great), yang dilakukan oleh perawat selama bertugas. Kebutuhan sosial juga termasuk kebutuhan pendampingan finansial keluarga, pendampingan tugas pekerjaan dan hubungan selama hospitalisasi jika dukungan keluarga mempunyai keterbatasan. Discharge planning dapat membantu memenuhi kebutuhan sosial transisi sebelum di rumah.
4. Kebutuhan kenyamanan lingkungan Kebutuhan rasa nyaman lingkungan meliputi kerapian, lingkungan yang tenang, perabotan yang nyaman, bau lingkungan yang minimal, keamanan, perhatian dan saran terhadap adaptasi lingkungan di ruangan rumah sakit dan rumah pasien atau keluarga. Perawat semestinya melakukan upaya menurunkan kegaduhan, mengurangi pencahayaan pada saat tidur dan memfasilitasi promosi kesehatan lingkungan lainnya.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
26
Gambar 2.1 Struktur Taksonomi Comfort (Kolcaba & DiMarco, 2005)
Fisik
Psikospiritual
Relief Mual Kurang mobilitas
Kecemasan
Lingkungan
Keadaan gaduh di ruangPICU, Pencahayaan berlebih Dingin
Sosiokultural
Tidak adanya perawatan yang sensitifterhadap budaya, keluarga tidakhadir
Ease Tempat tidur yang nyaman, keseimbangan, posisi yang nyaman untuk nyeri Ketidakpastian tentang keberhasilan pembedahan Kekurangan privasi
Trancendence Persepsi pasien "Saya dapat mentoleransi nyeri"
Kebutuhan dukungan spiritual dan penentraman hati dari tim kesehatan Kebutuhan untuk ketenangan, lingkungan yang tidak asing Kebutuhan privasi dengan perawatan diri
Keterbatasan bahasa
Kebutuhan dukungan keluarga dan teman, kebutuhan informasi
2.9 Aplikasi Teori Comfort dalam Keperawatan Anak Tujuan asuhan keperawatan pada anak adalah untuk meningkatkan kenyamanan pada anak dan keluarga. Berdasarkan teori comfort, ada beberapa konsep teori yang harus dipahami oleh perawat dalam melakukan intervensi pada anak dan keluarga (Kolcaba & DiMarco, 2005) meliputi
a, Anak dan keluarga memiliki respon terhadap rangsangan yang bersifat kompleks. b. Rasa aman merupakan hasil yang bersifat holistik dari disiplin ilmu keperawatan termasuk keperawatan anak. c. Rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar bagi anak dan keluarga, sehingga untuk memenuhinya dibutuhkan dari bantuan perawat. Univer$it~s
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Indonesia
27
4. Kebutuhan rasa nyaman bagi anak dan keluarga beragam. e. Pemenuhan kebutuhan kenyamanan pada anak dan keluarga baik secara fisiologis dan psikologis lebih mudah dari pada mengobati ketidaknyamanan.
f. Ketika suatu ketidaknyamanan terjadi seperti kekacauan lingkungan atau sakit yang tidak dapat dicegah, anak dan keluarga dapat diberi bantuan untuk memenuhi tipe kenyamanan trancendence melalui intervensi kepedulian dan dukungan. g. Ketika perawat menerapkan teori comfort dalam intervensi keperawatan maka perawat hams mempertimbangkan keunikan anak sebagai bagian dari sistem keluarga sehingga perencanaan keperawatan lebih efisien.
Skema 2.1 Kerangka Kerja Konseptual Comfort Theory pada Pasien Anak (Kolcaba & DiMarco, 2005) Baris 1 Health care
Nll rsing in
mteiveruio«
Enchanced COm
need
tetvention
variable
fort
Baris 2
D
j}
D
rasa nyaman anak dan
Usia perkem
Kenyamanan
bangan, du
fisik, psikospiri
kenya
kungan 50
tuat, Iingkungan,
manan
keluarga
cial, diagnosis
sosiokultura I
D
Internal, ekter nal meniggal dengantenang
SES
Baris 3
/nstitusional integrity
..[!..
Intervensi
Kebutuhan
Health seek ing behavior
xepuasan ke luarga, lama rawat berkurang, tin dakan rnedls
jJ
D
D
..0
Kebutuhan
Protokol
Catalan usia
Comfort Behav
Perawat percaya anak rnendapat
LOS minimal, kebutuhan se
kenyamanan
dasi berkurang,
kenya
prosedur
anakdan
lor Checklist
manan
tindakan
kehadiran
(CSC)
D
dan tidak nyeri
pada
kepuasan ke
prosedur
luarga mening
invasif
kat
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
28
Pada gambar 2.1, terdapat gambaran hubungan antara konsep penting dalam teori comfort. Baris 1 menggambarkan konsep teori digeneralisasi dan merupakan middle range theory. Baris ini adalah tingkat tertinggi yang bersifat abstrak dan setiap baris berikutnya lebih konkret. Baris 2 adalah tingkat praktik comfort pada perawatan anak. Baris 3 adalah cara dimana masing-masing konsep dilaksanakan. Di baris 4 adalah operasionalisasi, yang berarti untuk dimasukkan ke dalam praktik (seperti sebuah protokol) atau untuk
mengukur
(seperti
dengan
instrumen
kenyamanan).
Untuk
menunjukkan bagaimana angka ini membantu perawat untuk menerapkan teori dalam praktik dan penelitian (Kolcaba & DiMarco, 2005).
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
29
2.10 Kerangka Teori
Skema 2.2 Kerangka Teori Perbedaan Penggunaan EMLA dan Kompres Dingin terhadap Tingkat Nyeri Pungsi Vena pada ADak Usia Sekolah
iI
Pengalarnan holistik comfott
11
,
, ,
I
,
I
,
I
,,
~----------------------
I
Prinsip atraumatik care pada anak : • Family centre care & kemampuanorangtua • Turunkim t:ede.... b..ik
Psikospiritual Lingkungan
q
ffslk I pslkolOllls
Sosial kultural
• Mod ffikasillngkungan
Pendekatan pengkajian nyeri pad a anak QUESTT: • Question the child • Use pain rating seale • Evaluate behavioral and physiologic change
• Secure parent Involvement • Take the couse of ootn into account
FARMAKOLOGIS : analgesik narkotik dan analgeslk nonnarkotlk dan obat Taksonomi
tambahan (adjuvant)
NON-FARMAKOLOGIS: bimbin gan antisipasi, hipnosis, blo feedback, d Istraksl, retaksasl, imajinasi terbimbine, dan stimula si kutaneus.
Comfort
---~-------------------~-----
Anestesi topical;
Stimulasi kutaneus;
EMLA
Kompres d ingin
Skala penilaian nyeri
Face Pain Rating Sude Word Gropic Rating Scale Skala numcrik Skala Analog Visual
Tipe COlT/lUll Tlleuly :
PUlIgsiVell
11~j;=~~---------~
.. I NYERI I
~ ..ktory.. ng rnernpengaruhl nyeri: umur,jenis kelamln,
budaya, makna nyeri, per hattan, kecemasan, keletlhan, penll"I.. man sebelumnya, gaya koping dan dukungan keluargil.
Sumber: Kolcaba & DiMarco (2005); Potter & Perry (2005); Tomey & Alligood (2006); Hockenberry & Wilson (2009); Movahedi, Rostami, Salsali, Keikhaee dan Moradi (2006); Renany (2008).
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
BAB3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
Bab ini menguraikan tentang kerangka konsep, hipotesis penelitian dan definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian. 3.1 Kerangka Konsep Variabel independen
Variabel dependen
Menggunakan EMLA Prosedur pungsi vena
Anak usia sekolah
Menggunakan Kompres Dingin
Nyeri pungsi vena
Karakteristik : umur, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, dukungan keluarga
Skema 3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan responden yaitu pasien anak \
usia sekolah yang dilakukan prosedur pungsi vena. Pasien dibagi menjadi dua kelompok dalam menggunakan tehnik menurunkan nyeri. Kelompok pertama, responden menggunakan EMLA dan kelompok kedua, responden diberi kompres dingin sebelum dilakukan tindakan. Setelah dilakukan pungsi vena kedua kelompok dilakukan penilaian tingkat nyeri menggunakan skala penilaian nyeri 30
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
31
Face Pain Rating Scale (Wong dan Baker, 1998, 2000, dalam Hockenberry & Wilson, 2009). Variabel independen pada penelitian ini ada 2 yaitu pemberian teknik menurunkan nyeri menggunakan EMLA dan tehnik menurunkan nyeri menggunakan kompres dingin. Variabel dependen adalah tingkat nyeri yang 4ialami anak saat dilakukan pungsi vena pada kedua kelompok menggunakan skala penilaian nyeri pada anak usia sekolah.
3.2 Hipotesis 1. Ada perbedaan tingkat nyen pungsi vena pada kelompok EMLA dan kelompok kompres dingin. 2. Ada hubungan umur dengan tingkat nyeri pungsi vena.
3, Ada hubunganjenis kelamin dengan tingkat nyeri pungsi vena.
4. Ada hubungan pengalaman sebelumnya dengan tingkat nyeri pungsi vena. 5, Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat nyeri pungsi vena.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
32
3.3 Definisi Operasional Tabel3.1 Definisi Operasional No
Variabel Variabel independen Teknik menurunkan nyeri
Definisi Operasional
Cara Ukur
Hasil Ukur
Teknik menurunkan nyeri dengan memberikan EMLA pada area pungsi vena sesuai dosis, 45 menit sebelum pungsi atau memberikan kompres dingin kering selama 3 menit sebelum pungsi.
Observasi
1. Pemberian EMLA 2. Pemberian kompres dingin
Nominal
Nyeriyang dirasakan anak saat insersi pungsi vena.
Menilai Tingkat Nyeri dengan Penilaian Nyeri Wong Baker FACES Pain Rating Scale setelah selesai tindakan pungsivena
O.Tidak nyeri 1. Sedikit nyeri 2. Sedikit lebih nyeri 3. Lebih nyeri 4. Nyeri sekali 5. Nyeri hebat
Ordinal
Skala
2
Variabel dependen Tingkat nyeri
3
Umur
Usia anak saat penelitian dilakukan
Kuesioner
Umur pada rentang usia 6-12 tahun
Rasio
4
Jenis kelamin
Ciri biologis pasien berdasarkan sex
Kuesioner
1. Laki-Iaki 2. Perempuan
Nominal
5
Pengalaman sebelwnnya
Kuesioner
O. Pemah 1. Tidak pernah
Nominal
6
Dukungan keluarga
Pengalaman dilakukan tindakan pungsi vena Kehadiran keluarga saat tindakan pungsi vena
Kuesioner
O. Hadir 1. Tidakhadir
Nominal
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
BAB4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi-experiment dengan post-test
only desain yaitu suatu pengukuran hanya dilakukan pada saat akhir penelitian (Sugiyono, 2001). Pada penelitian ini terdapat dua kelompok yang diberi perlakukan berbeda. Kelompok pertama mendapat perlakuan berupa pemberian EMLA dan kelompok kedua mendapat perlakuan berupa pemberian kompres dingin.
1(-1\------------------------)(1 ------------------------- C>I
I 03
K-B ------------------------ X2 ------------------------- 02
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Keterangan : K-A
=
Subjek (Anak dengan prosedur pungsi vena) kelompok EMLA
K-B
=
Subjek (Anak dengan prosedur pungsi vena) kelompok kompres dingin
Xl
=
Intervensi pemberian EMLA
X2
=
Intervensi pemberian kompres dingin
01
=
Tingkat nyeri kelompok EMLA
02
=
Tingkat nyeri kelompok kompres dingin
03
=
01 - 02 = Perbedaan tingkat nyeri kedua kelompok
33
Universitas fndonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
34
4.2 Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak usia sekolah dengan prosedur pungsi vena baik untuk pengambilan sampel darah dan pemasangan infus yang dirawat di ruang intermediate wings (IW) Instalasi Gawat Darurat dan ruang rawat anak RSU dr. Slamet Garut. Jumlah pasien rawat inap anak usia 5-14 tahun pada bulan September menurut data dari Bagian Rekam Medik RSU Dr. Slamet Garut sebanyak 257 anak.
Pengambilan sampel (sampling) pada penelitian ini menggunakan metode
non probability sampling dengan cara consecutive sampling. Consecutive sampling adalah suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan (Dharma, 20 II). Populasi yang memenuhi kriteria inklusi ditentukan masuk menjadi kelompok intervensi 1 (EMLA) atau kelompok intervensi 2 (kompres dingin). Peneliti menyelesaikan pengumpulan data pada satu kelompok intervensi kemudian pada kelompok intervensi kedua, Kelompok EMLA didahulukan dalam pengumpulan data.
Besar sampel ditentukan dengan mengetahui data rata-rata, standar deviasi pada penelitian sebelumnya. Rumus menentukan besar sampel pada penelitian menggunakan uji hipotesis rata-rata pada 2 kelompok independen menurut Ariawan (1998) yaitu n= n
2u 2 [Zl _a/2+Zl_p]2
(111-112 ) 2
= Besar sampel
= Standar deviasi dari beda dua rata-rata
= Derajat kemaknaan= 1,96
= Kekuatan Uji = 0,84
= Rata-rata nyeri kelompok intervensi
= Rata-rata nyeri kelompok kontrol
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
35
Peneliti menentukan besar sampel minimal berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Movahedi, Rostami, Salsali, Keikhaee dan Moradi (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh pendinginan terhadap nyeri akibat prosedur pungsi vena pada 80 orang anak usia sekolah. Berdasarkan penelitian diperoleh rata-rata intensitas nyeri pada kelompok kontrol (u1) adalah 42,75 dengan standar deviasi (s.) 32,501 dan jumlah responden (n1) = 40 orang
sedangkan rata-rata intensitas nyeri
intervensi (u2) adalah 30,75 dengan standar deviasi
(S2)
pada kelompok 29,73 dan jumlah
responden (n2) = 40 orang. Nilai u 2 diperkirakan dan varians gabungan s\ dan
S2 adalah
[(nC 1)s1 2+(n2- 1)s22]
Sp2
(nl-1)(n2- 1) [(40-1)32,5012+(40-1)29,732 ] (40-1)(40-1)
=49,8 Maka, besar minimal sampel penelitian adalah
n=
2U 2 [Z l _a/ 2+Z1_ p]2
n=
(1l1-1l2) 2 2x49,8 [1,96+0,84] 2
(42,75-30,75)2
=22 Untuk mencegah kejadian drop out karena kesalahan teknis maka besar sampel ditambah 10 % menjadi 25 orang anak. Maka total sampel menjadi 50 orang. Pasien anak dapat menjadi responden dalam penelitian ini, jika memenuhi kriteria inklusi serta dirawat di ruang rawat anak dan intermediate
wings (IW) Instalasi Gawat Darurat. Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
36
responden penelitian sebanyak 50 orang yang terdiri dari 25 orang kelompok EMLA dan 25 orang kelompok kompres dingin.
Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu 1. Anak usia sekolah (6 - 12 tahun), yang mendapatkan prosedur pungsi vena, yaitu pengambilan sampel darah dan infus. 2. Anak dapat berkomunikasi secara verbal. 3. Anak menyatakan bersedia menjadi responden penelitian. 4. Penanggung jawab (orangtua/pengasuh) anak bersedia anaknya menjadi responden penelitian. 5. Anak tidakmengalami penyakit gangguan persyarafan.
Kriteria eksklusi responden pada penelitian adalah anak yang membutuhkan tindakan kegawatdaruratan.
4.3 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang intermediate wings (IW) Instalasi Gawat Darurat dan ruang rawat anak RSU dr. Slamet Garut. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan rumah sakit rujukan daerah tingkat pertama dan terbuka menerima perubahan baru yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Selain itu RSU dr. Slamet Garut memiliki jwnlah responden yang memenuhi syarat inklusi dan belum ada riset tentang penggunaan EMLA sebagai intervensi pada pasien anak yang menjalani prosedur pungsi vena.
4.4 Waldu Penelitian Penelitian dilakukan mulai tanggal 27 November sampai dengan 12 Desember 2012.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
37
4.5 Etika Penelitian Penelitian ini hanya melibatkan responden yang mau terlibat secara sadar dan tanpa paksaan. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur kepada penanggung jawab responden yaitu pengasuh atau orang tua anak. Selanjutnya peneliti meminta persetujuan untuk terlibat dalam penelitian. Jika penanggung jawab responden setuju, maka penanggungjawab
responden
diminta
untuk
menandatangani
surat
persetujuan bahwa anaknya menjadi responden. Peneliti telah menerapkan prinsip-prinsip etik dalam me1akukan penelitian ini. Adapun prinsip-prinsip etik tersebut adalah :
4.1.1 Beneficence Beneficence merupakan kewajiban untuk me1akukan hal yang baik
bagi responden. Peneliti berusaha melakukan penelitian yang memberi manfaat bagi pasien. Menurut Hudak dan Gallo (2005) bahwa prinsip ini memaksa kita untuk memberi keuntungan. Pene1iti melakukan pengkajian komprehesif kepada responden untuk menilai apakah responden dapat diberikan tindakan tanpa kontraindikasi.
4.1.2 Nonmaleficence Prinsip nonmaleficence menekankan peneliti untuk tidak me1akukan tindakan yang menimbulkan bahaya bagi responden. Tindakan nonmaleficence me1iputi upaya untuk mencegah dan membuang unsur
bahaya, Kenyataannya upaya untuk tidak membahayakan orang lain lebih berat daripada upaya untuk memberi manfaat bagi orang lain (Hudak & Gallo, 2005). Pada penelitian ini, pene1iti me1akukan intervensi pada anak dengan prosedur pungsi untuk menurunkan tingkat nyeri anak. Peneliti mempertimbangkan efek samping dari terapi anestesi topikal dan kompres dingin. Selama penelitian, peneliti
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
38
tidak menemukan masalah terkait dampak intervensi yang merugikan bagi responden.
4.1.3 Otonomi Otonomi
memberikan
makna
kebebasan
bagi
pasien
untuk
menentukan keputusan sendiri. Peneliti memberikan kesempatan dan kebebasan kepada pasien dan orang tua untuk menentukan apakah bersedia atau tidak menjadi responden dan peneliti menghormati dan menghargai keputusan tersebut.
Peneliti tidak
memaksa atau
melakukan tekanan terhadap calon responden dalam mengambil keputusan (Smeltzer & Bare, 2004). Peneliti memberikan dan menghormati hak, pilihan dan privasi kepada pasien dan orang tuanya seperti tidak memaksa pasien j ika tidak mau dilakukan intervensi penelitian, menawarkan kenyamanan posisi, tempat tindakan.
4.1.4 Fidelity Prinsip fidelity merupakan kewajiban untuk
percaya terhadap
komitmen seseorang. Fidelity atau kesetiaan menekankan ketulusan dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan memenuhi semua komitmen yang telah dibuat (Smeltzer & Bare, 2004). Peneliti telah berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan anak dan keluarga selama penelitian. Peneliti memberikan kesempatan pada keluarga untuk berparitisipasi dalam tindakan pungsi vena dan intervensi penelitian.
4.1.5 Veracity Veracity atau kejujuran merupakan upaya untuk menyampaikan kebenaran informasi yang diberikan, tidak melakukan kebohongan (Hudak & Gallo, 2005). Peneliti memberikan informasi yang benar
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
39
kepada responden seperti tujuan penelitian, alasan menjadi responden, resiko intervensi, manfaat intervensi dan prosedur intervensi.
4.1.6 Justice
Justice atau keadilan adalah suatu kewajiban untuk bersikap adil dalam distribusi beban dan keuntungan (Hudak & Gallo, 2005). Peneliti bersikap adil pada kedua kelompok intervensi dengan melakukan pengambilan data dan melakukan intervensi berbeda waktu.
Penelitian ini memberikan hak kepada pasien untuk bebas memilih bersedia atau tidak menjadi responden penelitian dan berhak mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa ada sanksi apapun. Peneliti menjaga kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan responden. Data pada penelitian ini disimpan oleh peneliti di tempat yang aman sampai peneliti menyelesaikan laporan penelitian. Data yang sudah selesai diteliti dan tidak diperlukan lagi dalam proses penelitian maka data tersebut akan dimusnahkan.
4.6 Mat Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan 1. Kuesioner karakteristik responden Kuesioner karakteristik responden merupakan data primer yang dibuat sendiri oleh peneliti yang terdiri dari tanggal lahir/umur, jenis kelamin, pengalaman sebelumnya dan dukungan keluarga.
2. Lembar penilaian tingkat nyeri Lembar observasi berisi skala penilaian nyeri dengan menggunakan Wong
Baker FACES Pain Rating Scale yang diisi oleh peneliti dan asisten peneliti. Lembar ini dibuat oleh peneliti berdasarkan FACES Pain Rating
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
40
Scale menurut Wong (1998); Baker (2000) dikutip dalam Hockenberry &
Wilson (2009).
3. Stopwatch Stopwatch digunakan untuk mengukur durasi penggunaan EMLA (45
menit) dan kompres dingin (3 menit).
Dalam proses pengumpulan data, peneliti dibantu oleh 3 orang asisten peneliti (satu orang berpendidikan Sl keperawatan dan 2 orang berpendidikan DIII Keperawatan). Asisten peneliti telah mengikuti pelatihan tentang prosedur intervensi penelitian, earn pengisian kuesioner dan identifikasi tingkat nyeri anak. Pelatihan dilakukan pada tanggal 27 November 2012. Pada akhir pelatihan, asisten peneliti dievaluasi dengan melakukan redemonstrasi intervensi dan identifikasi tingkat nyeri anak. Asisten peneliti yang terlibat dalam pengumpulan data telah lulus evaluasi yang diberikan. Tugas asisten peneliti yaitu meminta persetujuan kepada calon responden, melakukan intervensi sesuai kelompok anak, mengisi kuesioner dan mengidentifikasi tingkat nyeri anak. Asisten peneliti tidak terlibat dalam prosedur pungsi vena. Prosedur pungsi vena dilakukan oleh perawat ruangan yang telah berpengalaman dalam perawatan anak minimal 2 tahun masa kerja. Peneliti tidak melakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen karena peneliti menggunakan instrumen yang sudah diuji validitasnya. Hasil uji validitas terhadap Face Pain Rating Scale
=
1,21, df= 5 dan r = 0,63 hingga
0,94. Hasil uji reliabilitas konvergen = 0,67 dan p = 0,0001, reliability r = 0,79 (Wong & Baker, 1988; West et al, 1994; Keck, Gerkensmeyer, Jouce & Scade, 1996 dalam Luffy & Grove, 2003).
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
41
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Langkah-Iangkah dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
4.1.7 Prosedur Administratif
I. Penelitian telah lolos kaji etik: dad Komite Etik Penelitian FIK-UI pada tanggal22 Nopember 2012. 2. Peneliti mendapat izin dad Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Garut pada tanggal20 Nopember 2012. 3. Penelti mendapat izin penelitian dari Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut pada tanggal21 Nopember 2012.
4.1.8 Prosedur Intervensi
I. Peneliti memberikan pelatihan tentang prosedur intervensi penelitian dan earn pengisian kuesioner dan lembar observasi pada tanggal 27 Nopember 2012, sebelum memulai pengumpulan data 2. Peneliti mensosialisasikan pelaksanaan penelitian kepada perawat ruangan. 3. Peneliti melakukan kerjasama dengan perawat ruangan dalam memberikan penjelasan kepada calon responden dan penanggung jawabnya. 4. Peneliti melakukan persiapan bahan dan alat untuk intervensi, yaitu obat anestesi topikal EMLA dan alat kompres dingin kering. 5. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat serta prosedur penelitian kepada penanggung jawab ealon responden. Jika penanggung jawab responden telah memahami dan setuju berpartisipasi dalam penelitian
ini,
penanggung
jawab
responden
diminta
menandatangani surat persetujuan. 6. Peneliti melaksanakan perlakuan berupa pemberian EMLA sebelum pungsi vena, dengan langkah-Iangkah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
42
a. Menjelaskan pada anak dan orang tua bahwa anak akan diberikan krim EMLA untuk menurunkan rasa nyeri saat dilakukan prosedur yaitu 45 menit sebelum ditusuk. b. Menjelaskan kepada anak tentang penilaian tingkat nyeri. c. Mengkaji vena yang akan dilakukan pungsi. d. Mengoleskan krim 1 gr /10 cm 2 pada daerah pungsi. e. Menutup olesan krim dengan menggunakan tegaderm film. Beritahu anak untuk tidak melepas atau mengganggu penutup. f. Krim EMLA dibiarkan pada kulit minimal 45 menit.
g. Melepaskan balutan sebelum prosedur dan bersihkan krim pada kulit. h. Melakukan prosedur pungsi vena. 1.
Mengidentifikasi tingkat nyeri pada anak dengan meminta anak untuk memilih skala wajah berdasarkan Wong Baker Pain Rating Scale setelah prosedur pungsi vena selesai.
7. Pada kelompok kompres dingin, perlakuan dilakukan sesuai dengan kompres dingin kering, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menjelaskan pada anak dan orang tua bahwa kompres dingin untuk mengurangi nyeri injeksi selama 3 menit sebelum ditusuk. b. Menjelaskan kepada anak tentang penilaian tingkat nyeri. c. Mengkaji vena yang akan dilakukan pungsi d. Memberikan kompres dingin kering dengan menggunakan cold pack selama 3 menit.
e. Memberitahu anak untuk tidak melepas kompres. f. Melepaskan kompres dingin sebelum prosedur.
g. Melakukan prosedur pungsi vena. h. Mengidentifikasi tingkat nyeri pada anak dengan meminta anak untuk memilih skala wajah berdasarkan Wong Baker Pain Rating Scale setelah prosedur pungsi vena selesai. Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
43
4.8 Analisis Data Data yang terkumpul diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Data diolah dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut
I. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan, konsistensi, dan kesesuaian data yang diperoleh.
2. Coding, yaitu mengklasifikasikan jawaban berdasarkan kode tertentu. 3. Processing, melakukan entry data daftar pertanyaan yang telah dilengkapi dengan pengkodean dan diproses dengan komputer sehingga siap dianalisis.
4. Cleaning, pembersihan data apabila terdapat kesalahan dalam entry data. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu : 1. Analisis univariat Analisis univariat dilakukan terhadap data karakteristik responden dan respon nyeri masing-masing kelompok. Hasil analisis data numerik disajikan dalam bentuk mean, median, standar deviasi, minimal-maksimal, 95% CI dan data katagorik disajikan dalam bentuk distribusi proporsi.
2. Analisis bivariat Analisis bivariat dilakukan terhadap nyeri pada kelompok EMLA dan kelompok kompres dingin. Adapun uji statistik yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.2.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
44
Tabel 4.2. Uji Statistik Bivariat
Kelompok EMU
Kelompok kompres
Uji statistik
dingin
Tingkat nyeri VariabelX Umur
Jenis Kelamin
Pengalaman sebelumnya
Dukungan keluarga
Tingkat nyeri Variabel Y Nyeri kelompok pada EMLA dan Kompres dingin pada kelompok Nyeri EMLA dan Kompres dingin Nyeri pada kelompok EMLA dan Kompres dingin Nyeri kelompok pada EMLA dan Kompres dingin
Kolmogorov smimov Anolla
Kolmogorov smirnov
Kolmogorov smirnov
Kolmogorov smirnov
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
BAB5
HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian tentang perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin terhadap tingkat nyeri pada anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena di RSU dr. Slamet Garut, Jumlah responden yang didapatkan sesuai dengan perhitugan besar sampel sebanyak 25 orang anak untuk kelompok EMLA dan 25 orang anak untuk kelompok kompres dingin. Berikut ini disajikan data hasil penelitian.
5.1 Hasil Analisis Univariat 5.1.1 Karakteristik Responden
Kelompok EMLA
dan
Kelompok
Kompres Dingin Karakteristik responden yang disajikan di bawah ini terdiri dari umur, jenis kelamin, pengalarnan sebelumnya dan dukungan keluarga pada kelompok EMLA dan ke1ompok kompres dingin.
Tabel5.1. Distribusi Responden Menurut Usia Anak di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut November-Desember, 2012 (n=50) Umur Kelompok EMLA
Kelompok Kompres Dingin
Mean Median 8,92 10,00
Standar Deviasi 2,36
6 - 12
7,945 - 9,895
9,13 9,00
1,99
6 -12
8,300 - 9.939
Min-maks
95%CI
Tabel 5.1 di atas menunjukkan rata-rata umur responden pada ke1ompok EMLA adalah 8,92 tahun, median 10 tahun dengan standar deviasi 2,36 tahun (95% CI 7,945 - 9,895 tahun), Pada tabel yang sarna hasil analisis juga menemukan rata rata umur responden pada kelompok kompres dingin adalah 9,13 tahun, median 9 tahun dengan standar deviasi 1,99 tahun (95% 8,300 - 9.939 tahun).
45
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
46
Tabel 5.2. Distribusi Respoudeu Meuurut Jeuis Kelamin di Ruaug Rawat Auak RSU dr, Siamet Garut November-Desember, 2012 (u=50) Jenis Kelamin 1. Laki-Iaki 2. Perempuan Total
Kelompok EMLA
Kelompok Kompres Dingin
n 10 15
0/0 40.0 60.0
n 11 14
44,0 56,0
25
100
25
100
%
Tabel5.2 di atas menunjukkan bahwa responden denganjenis kelamin perempuan adalah yang paling banyak pada kelompok EMLA (60,0%) dan juga pada kelompok kompres dingin (56,0%).
Tabel 5.3. Distribusi Responden Menurut Pengalaman Sebelumnya
di Ruang Rawat Anak RSU dr, Slamet Garut
November-Desember, 2012 (n=50)
Pengalaman dilakukan pungsi vena 1. Pemah 2. Tidak Pemah Total
Kelompok EMLA n 0/0 22 88.0 3 12.0
25
100
Kelompok Kompres Dingin n
%
22 3
88,0 12,0
25
100
Tabel 5.3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada kedua kelompok sudah pemah mengalami tindakan pungsi vena, pada kelompok EMLA (88,0%) dan pada kelompok kompres dingin (88,0%).
Univt!rsit~#» I~donesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
47
Tabel 5.4. Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga di Ruang Rawat Anak RSU dr. Siamet Garut November-Desember, 2012
I. 2.
Kelompok EMLA n 0/0 22 88.0 3 12.0
Kehadirao oraogtua Hadir Tidak Hadir Total
25
100 .
Kelompok Kompres Diogin n 0/0 23 92,0 2 8,0·
25
100
Tabel 5.4 di atas memperlihatkan sebagian besar responden mendapat dukungan keluarga dengan kehadiran orang tua, pada kelompok EMLA (88,0%) dan juga pada kelompok kompres dingin (92,0%).
5.1.2 Tingkat Nyeri Kelompok EMLA dan Kelompok Kompres Dingin Tabel 5.5. Distribusi Tingkat Nyeri pada Kelompok EMLA dan Kelompok
Kontrol di Ruang Rawat Anak RSU dr. Slamet Garut
November-Desember, 2012 (n=50)
Tiogkat Nyeri I. Tidak nyeri 2. Sedikit Nyeri 3. Sedikit Lebih Nyeri 4. Lebih Nyeri 5. Nyeri Sekali 6. Nyeri Hebat Total
Kelompok' EMLA n 0/0 5 20,0 9 36,0 6 24,0 4 16,0 I 4,0 o 0,0
25
100
Kelompok Kompres Diogio n 0/0 2 8,0 10 40,0 7 28,0 3 12,0 3 12,0 o 0,0
25
100
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada kelompok EMLA paling banyak responden mengalami sedikit nyeri sebanyak 36,0% dan pada kelompok kompres dingin Yllng mengalami sedikit nyeri sebanyak 44,0%. Tidak ada responden yang mengalami nyeri hebat pada kedua kelompok.
Universita~
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Indonesia
48
$.2 Analisis Bivariat 5.2.1 Uji Kesetaraan Kelompok EMLA dan Kelompok Kompres Dingin
label 5.6.Analisis Kesetaraan Usia Responden antara Kelompok EMLA dan Kelompok Kompres Dingin di Ruang Rawat ADak RSU dr. Slamet Garut November-Desember, 2012 (n=50) Kelompok
EMLA Kompres Dingin
Mean 8,92
Standar Deviasi 2,36
9,13
1,99
P value 0,747
N 25
25
Tabel 5.6 di atas menunjukkan kesetaraan usia pada kelompok EMLA dan kelompok kompres dingin. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=O,747 (p>O,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel umur setara pada kedua kelompok.
TabeI5.7. Analisis Kesetaraan Jenis Kelamin, Pengalaman Sebelumnya dan
Dukungan Keluarga antara Responden Kelompok EMLA dan Kelompok
Kompres Dingin di Ruang Rawat Anak RSU dr, Slamet Garut
November-Desember, 2012 (n=50)
Variabel Jenis Kelamin 1. Laki-Iaki 2. Perempuan Pengalaman Sebelumnya 1. Pemah 2. Tidak Pemah Dukungan Keluarga 1. Hadir 2. Tidak Hadir
Kelompok EMLA (n=25)
Kelompok Kompres Dingin (n=25) n 0/0
n
%
10 15
40.0 60.0
11 14
44,0 56,0
22 3
88.0 12.0
22 3
88,0 12,0
22 3
88.0 12.0
23 2
92,0 8,0
P value 1,000
1,000
1,000
. Tabe15.7 di atas menunjukkan kesetaraanjenis kelamin, pengalaman sebelum dan dukungan keluarga antara kelompok EMLA dan kelompok kompres dingin. Hasil uji statistik untuk varibel jenis kelamin diperoleh nilai p=l,OOO (p>O,05), varibel pengalaman sebelumnya diperoleh nilai p=l,OOO (p>O,05) dan variabel dukungan keluarga diperoleh nilai p=l,OOO (p>O,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
49
variabel jenis kelamin, pengalaman sebelumnya dan dukungan keluarga setara
aptara kedua kelompok.
5.2.2 Perbedaan Tingkat Nyeri Antara Kelompok EMLA dan Kelompok Kompres Dingin
label 5.8. Distribusi Perbedaan Tingkat Nyeri antara Kelompok EMLA dan Kelompok Kompres Dingin di Ruang Rawat Anak RSU dr, Siamet Garut November-Desember, 2012 (n=50)
Kelompok
1. EMLA 2. Kompres Dingin Total
n 5
0/0 20,0
n 9
Tingkat nyeri Sedikit Lebih Nyeri 0/0 n 0/0 24,0 36,0 6
2
8,0
10
40,0
7
28,0
3
12,0
3
12,0
7
14,0
19
38,0
13
26,0
7
14,0
4
8,0
Tidak nyeri
Sedikit Nyeri
Lebih Nyeri
Nyeri Sekali
n 4
0/0 16,0
n 1
0/0 4,0
Total
25 (100%) 25
(100%)
50
(100%)
p value 0,994
Hasil analisis perbedaan tingkat nyeri antara kelompok EMLA dan kompres dingin pada tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa pada responden kelompok EMLA paling banyak mengalami sedikit nyeri sebanyak 36,0% dan pada responden pada kelompok kompres dingin paling banyak mengalami sedikit nyeri sfbanyak 40,0%. Tidak ada perbedaan antara tingkat nyeri pada kelompok EMLA dan kelompok kompres dingin (p=O,994).
Universitaf» Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
50
5.2.3 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tiogkat Nyeri
Tabel 5.9. Distribusi Rata-rata Umur Menurnt Tingkat Nyeri di Ruang Rawat Anak RSU dr. Siamet Garut November-Desember, 2012 (n=50) Tiogkat Nyeri
Meao
SD
95%CI
P value
1. Tidak oyeri 2. Sedikit Nyeri 3. Sedikit Lebih Nyeri 4. Lebih Nyeri 5. Nyeri Sekali
10,29 9,05 8,85 9,00 7,25
1,380 2,094 2,512 2,380 1,258
9,01-11,56 8,04-10,06 7,33-10,36 6,80-11,20 5,25-9,25
0,264
Tabel 5.9 di atas menunjukkan rata-rata umur responden yang tidak mengalami nyeri adalah 10,29 tahun, sedikit nyeri adalah 9,05 tahun, sedikit lebih nyeri adalah 8,85 tahun, lebih nyeri adalah 9,00 tahun dan nyeri sekali adalah 7,25 tahun, Tidak ada hubungan antara umur dan tingkat nyeri responden (p=0,264).
Tabel 5.10. Hasil Analisis Hubungan Jenis Kelamin dan Tingkat Nyeri
di Ruang Rawat Anak RSU dr. Siamet Garut
November-Desember, 2012 (n=50)
Jeois Kelamin 0
1. Laki-laki
6
2. Perempuan Total
% 28,6
0
7
Tingkat oyeri
Sedikit Lebih Lebih Nyeri Nyeri 0/0 % 0 0 0/0 33,3 5 238 2 9,5
3,4
12
41,4
8
27,6
5
17,2
3
10,3
14,0
19
38,0
13
26,0
7
14,0
4
8,0
Tidak oyeri
7
Sedikit Nyeri
Nyeri
Sekali 0
0/0 4,8
Total
21 (100%) 29 (100%) 50 (100%)
p value
0,426
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat nyeri pada tabel 5.10 di atas menunjukkan bahwa pada responden laki-Iaki paling banyak tidak mengalami nyeri (28,6%) dan sedikit nyeri (33,3%). Sedangkan pada responden perempuan paling banyak mengalami sedikit nyeri (41,4%). Tidak ada hubungan aptarajenis kelamin dan tingkat nyeri (p=0,426). Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
51
TabeI5.11. Hasil Aoalisis Hubungan Peogalaman Sebelumnya dao Tiogkat
Nyeri di Ruang Rawat a oak RSU dr. Siamet Garut
November-Desember, 2012 (n=50)
Pengalaman dilakukan pungsivena
I.Pernah 2. Tidak Pernah Total
Tidak nyeri n 7
0/0 15,9
0
0,0
7
14,0
Tingkat nyeri Sedikit Lebih Nyeri % n % 40,9 10 22,7
Sedikit Nyeri n 18
19
16,7
3
50,0
38,0
13
26,0
Lebih Nyeri n 6
0/0 13,6
Nyeri SekaU n 3
16,7 7
14,0
0/0 6,8
16,7 4
8,0
Total
44 (100%) 6 (100%) 50 (100%)
p value
0,362
lfasil analisis pada tabel 5.11 tentang hubungan antara pengalaman sebelumnya dengan tingkat nyeri responden menunjukan bahwa pada responden yang pemah mengalami pungsi vena paling banyak adalah mengalami sedikit nyeri (40,9%). Sedangkan pada responden yang tidak pernah mengalami pungsi vena paling banyak adalah mengalami sedikit lebih nyeri (50,0%). Tidak ada hubungan antara pengalaman sebelumnya dengan tingkat nyeri (p=0,362).
TabeI5.12. Hasil analisis hubungan dukungan keluarga dan tingkat nyeri di ruang rawat anak RSU dr, Siamet Garut November-Desember, 2012 (n=50)
Dukungan keluarga 1. Hadir
2. Tidak hadir Total
n 7
0/0 15,6
n 19
Tingkat nyeri
Lebih Sedikit Nyeri Lebih Nyeri 0/0 n 0/0 n "(0 42,2 13 28,9 5 11,1
0
0,0
0
0,0
0
0,0
2
7
14,0
19
40,0
13
38,0
7
Tidak nyeri
Sedikit Nyeri
Nyeri
SekaU n 1
% 2,2
40,0
3
60,3
8,0
4
8,0
Total
45 (100%) 5 (100%) 50 (100%)
p
value
0,002
Hasil analisis pada tabel 5.12 tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat nyeri responden menunjukkan bahwa pada responden yang didampingi Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
52
orang tua paling banyak mengalami sedikit nyeri (42,2%). Sedangkan pada responden yang tidak didampingi orang tua paling banyak mengalami nyeri sekali (>0,3%). Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat nyeri (p=0,002).
Unive.'sitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
BAB6
PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang makna hasil pene1itian yang dikaitkan dengan tujuan pene1itian. Pembahasan mencakup penje1asan hasil analisis dari variabel-variabe1 yang diteliti pada pene1itian ini dan membandingkannya dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya. Se1ain itu pada pembahasan ini juga dije1askan juga tentang keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan serta implikasi hasil penelitian untuk keperawatan.
6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Pene1itian ini seperti telah yang telah dije1askan sebe1umnya bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin terhadap tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena. Berikut ini akan diuraikan interpretasi hasil dari tingkat nyeri pada anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena sete1ahmenggunakan EMLA dan kompres dingin.
6.1.1 Karakteristik Anak dan Tingkat Nyeri Kelompok EMLA dan Kompres Dingin Karateristik anak menurut umur sudah ditentukan pada kriteria inklusi penelitian bahwa populasi yang menjadi sampe1 penelitian adalah pasien anak yang berada pada rentang umur 6-12 tahun. Hasil analisis menunjukkan rata-rata umur anak pada kelompok EMLA adalah 8,92 tahun sedangkan rata-rata umur anak pada kelompok kompres dingin adalah 9,13 tahun. Umur termuda dan tertua sesuai dengan rentang usia 6-12 tahun. Secara umum hasil pene1itian menunjukkan rata-rata umur anak pada ke1ompok EMLA lebih muda dari kelompok kompres dingin,
Karakteristik jenis ke1amin perempuan paling banyak pada kedua kelompok. Anak berjenis ke1amin perempuan pada ke1ompok EMLA sebanyak 60,0% dan pada ke1ompok kompres dingin sebanyak 56,0%. 53 Universitas Indonesia Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
54
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin anak paling banyak adalah perempuan. Banyaknya jumlah pasien pada salah satu gender sering dikaitkan dengan kelompok resiko morbiditas. Jumlah pasien anak
perempuan
lebih
banyak
menjadi
responden
penelitian
menggambarkan anak perempuan yang dirawat lebih banyak dari pada laki-laki dan anak perempuan adalah kelompok resiko morbiditas. Sementara menurut Hockenberry dan Wilson (2009) ke1ompok beresiko morbiditas pada anak adalahjenis kelamin anak laki-laki. Perbedaan ini dapat menjadi bahan analisis mungkin terdapat faktor lain yang menyebabkan jumlah pasien anak perempuan lebih banyak dari pada laki-laki seperti jumlah penduduk perempuan yang banyak di suatu daerah, jumlah kematian bayi atau anak laki-laki yang tinggi dan budaya masyarakat. Tidak ada data pendukung yang dapat menjelaskan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak dalam penelitian.
Pengalaman sebelumnya dan dukungan keluarga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat nyeri anak selama prosedur (potter & Perry, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum anak sudah pemah mengalami tindakan pungsi vena. Anak yang sudah mengalami prosedur pungsi vena pada kelompok EMLA sebanyak 88,0% dan pada kelompok kompres dingin juga sebanyak 88,0%. Hal ini disebabkan karena pengumpulan data dilakukan di ruang perawatan. Pengumpulan data tidak banyak dilakukan di ruang Instalasi Gawat Darurat karena banyak ditemukan calon responden yang masuk kriteria eksklusi penelitian. Pasien anak yang sudah memasuki ruang perawatan umumnya sudahsudah pemah mengalami tindakan pungsi vena pemasangan infus di ruang Instalasi Gawat Darurat.
Hasil penelitian menunjukkan hampir semua anak mendapat dukungan keluarga dengan kehadiran orang tua. Anak yang didampingi ke1uarga c
pada kelompok EMLA sebanyak 88,0% dan pada kelompok kompreso Universitas
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
I~donesia
55
dingin 92,0%. Dukungan keluarga lebih banyak pada anak kelompok kompres dingin dari pada kelompok EMLA. Berdasarkan pengamatan peneliti, respon subjektif orang tua lebih positif pada intervensi kelompok EMLA. Orang tua atau pengasuh anak pada kelompok EMLA menyatakan nyeri pasti akan berkurangjika diberi obat. Berbeda pada anak kelompok kompres dingin respon subjektif orang tua menyatakan tidak yakin nyeri akan berkurang dengan kompres dingin sehingga orang tua/pengasuh menyatakan ingin mendampingi anak saat tindakan pungsi vena.
Nyeri merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh stimulus tertentu dan subjektif individu (potter & Perry, 2005). Tingkat nyeri pada kedua kelompok
diidentifikasi
setelah
mendapatkan
intervensi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa paling banyak anak mengalami sedikit nyeri dan sedikit lebih nyeri pada kedua kelompok. Anak pada kelompok EMLA paling banyak mengalami sedikit nyeri (36,0%) dan pada kelompok kompres dingin yang mengalami sedikit nyeri sebanyak 44,0%. Sebanyak 20% anak kelompok EMLA dan 8% anak kelompok kompres dingin tidak mengalami nyeri. Dilihat dari distribusinya tingkat nyeri pada kedua kelompok hampir sama yaitu paling banyak mengalami sedikit nyeri dan sedikit lebih nyeri serta ditemukan juga anak yang tidak mengalami nyeri. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan EMLA dan kompres dingin merupakan pilihan untuk menurunkan nyeri saat tindakan pungsi vena. Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) keuntungan kedua teknik ini adalah sama yaitu menurunkan nyeri
langsung pada area lokal.
Hasil
penelitian
memberikan gambaran bahwa kedua teknik ini mempunyai dampak yang sama yang perlu dibuktikan secara statistik.
Universit~~ I~donesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
56
Pada bagian lain dalam pembahasan ini dipaparkan tentang hasil penelitian
terkait : pengaruh
umur,
jenis
kelamin,
pengalaman
sebelumnya dan dukungan keluarga terhadap tingkat nyeri.
6.1.2 Perbedaan Tingkat Nyeri Antara Kelompok EMLA dan Kelompok Kompres Dingin Penelitian telah mengidetifikasi tingkat nyeri pada kelompok EMLA. Tingkat nyeri yang dialami anak pada kelompok EMLA adalah sedikit nyeri (36%), sedikit lebih nyeri (24%) dan lebih nyeri (16%). Sementara pasien anak yang tidak mengalami nyeri sebanyak 20%. Hal ini menunjukkan bahwa EMLA merupakan terapi analgesik yang dapat menurunkan nyeri namun tidak semua pasien anak merasakan dampak pemberian EMLA sampai tingkat nyeri paling rendah. Menurut Deglin dan Vallerand (2004) pemakaian krim EMLA membutuhkan waktu untuk difusi ke lapisan kulit dermal dan epidermal yang akhimya mengakibatkan akumulasi lokal pada region reseptor nyeri dan ujung . saraf
Penelitian telah
memberikan
gambaran
bahwa
dampak
penggunaan EMLA terhadap tingkat nyeri tergantung dari seberapa besar difusi krim EMLA mencapai reseptor nyeri.
Penelitian juga telah mengidetifikasi tingkat nyeri pada kelompok kompres dingin. Pada kelompok kompres ding in, tingkat nyeri paling banyak yang dialami anak adalah sedikit nyeri (44,0%). Penelitian telah memberikan gambaran bahwa sebagian besar anak mengalami sedikit nyeri
setelah diberikan kompres dingin.
Penelitian sebelumnya
dilakukan Movahedi, Rostami, Salsali, Keikhaee dan Moradi (2006) (
menyimpulkan bahwa pemberian lokal kompres dingin memberikan perubahan yang signifikan terhadap respon fisiologis nyeri pada anak dengan prosedur pungsi vena. Efek fisiologis kompres dingin dapat meredakan
nyeri
dengan
membuat
area
menjadi
Universita~
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
mati
rasa,
Indonesia
57
memperlambat aliran impuls nyeri dan meningkatkan ambang nyeri (Berman, Snyder, Kozier & Erb, 2002).
Penelitian telah mengidentifikasi perbedaan tingkat nyeri yang dialami anak pada kedua kelompok. Tidak ada perbedaan tingkat nyeri pada kelompok EMLA dan kelompok kompres dingin (p=O,994). Hasil penelitian ini memperkuat penelitian yang dilakukan Renany (2008) mengenai perbandingan efektivitas krim EMLA dan kompres dingin terhadap respon nyeri dengan menggunakan skala oucher. Penelitian sebelumnya membandingkan skor rerata intensitas nyeri kelompok EMLA dan kompres dingin dengan kelompok kontrol. Hasil uji statistik menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara intensitas nyeri pada kelompok EMLA dan kelompok pendinginan lokal (p>0,05). Renany (2008) menyimpulkan bahwa pemberian pendinginan lokal pada prosedur pungsi vena merupakan terapi altematif yang dapat diberikan pada anak sebelum prosedur pungsi vena.
Dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin yang tidak berbeda dalarn menurunkan nyeri telah membuktikan keduanya memiliki efektivitas yang sarna menurunkan nyeri lokal pada kulit. Menurut Deglin dan Vallerand (2004), EMLA menghasilkan anestesi bersifat lokal dengan menghambat transpor ion membrane neuronal, sehingga dapat mencegah inisiasi dan konduksi impuls saraf. Sementara kompres dingin merupakan media stimulasi kutaneus yang dapat memperlarnbat aliran impuls nyeri dan meningkatkan ambang nyeri (Berman, Snyder, Kozier & Erb, 2002; Hockenberry & Wilson, 2009).
Berdasarkan durasi, nyeri yang dialarni anak saat prosedur pungsi vena merupakan nyeri akut. Nyeri akut terjadi apabila nyeri itu hilang hanya dalam beberapa periode yang diharapkan (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher & Camera, 2011; Berman & Snyder, 2012). Waktu paruh Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
58
lidokain yang terkandung dalam EMLA adalah 7-30 menit pada fase pertama, 90-120 menit pada fase akhir sementara prilokain 10-50 menit (Deglin & Vallerand, 2004). Kompres dingin dapat menurunkan nyeri sesuai dengan efek terapeutik maksimal. Stimulasi kompres dingin efektif sebelum 30 menit mempengaruhi reseptor nyeri, selama setengah jam berikutnya atau lebih reseptor karena beradaptasi dengan suhu yang baru (Berman, Snyder, Kozier & Erb, 2002). Rata-rata lama tindakan untuk pungsi vena adalah 3-5 menit (pengambilan sampel darah) dan 8-10 menit (pemasangan
infus). Dengan demikian
penggunaan obat topikal EMLA dan kompres dingin mempunyai batas waktu maksimal dalam mengurangi nyeri sehingga lebih baik untuk mengurangi nyeri bersifat akut.
Berdasarkan hasil penelitian anak yang tidak mengalami nyeri pada kelompok EMLA lebih banyak dari pada anak pada kelompok kompres dingin begitupun sebaliknya anak yang mengalami nyeri sekali pada kelompok EMLA lebih sedikit dari pada anak pada kelompok kompres dingin. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tidak ada perbedaan tingkat nyeri berdasarkan uji statistik, namun penggunaan EMLA lebih banyak mengurangi tingkat nyeri pada anak.
Dengan demikian
perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin perlu diteliti lebih lanjut.
Dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin yang tidak berbeda dalam menurunkan nyeri tidak memberi arti bahwa kedua intervensi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan yang sama dalam penggunaan. Kelebihan dan kekurangan dari penggunaan EMLA dan kompres dingin dapat dijadikan bahan masukan intervensi mana yang lebih baik untuk diberikan pada kondisi tertentu. Berdasarkan pengamatan peneliti selama penelitian, pada kelompok EMLA ditemukan anak yang c
meminta kembali untuk diberi intervensi ketika akan dilakukan Universit~~ I~donesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
59
tindakan pungsi vena pengambilan sampel darah. Anak mengatakan merasa nyaman ketika disuntik dan tidak merasa terganggu walaupun harus menunggu tindakan selama 45 menit. Hal ini menjadi keuntungan penggunaan EMLA untuk diaplikasikan pada anak.
Penggunaan EMLA mempunyai beberapa kelemahan. Perawat ruangan memberikan
tanggapan
mengenai
penggunaan
EMLA
selama
penelitian. Perawat mengatakan penggunaan EMLA tidak bisa diberikan untuk semua kondisi pasien. Perawat ruangan lebih memilih menggunakan penggunaan kompres dingin dari pada memberikan EMLA dengan alasan lebih mudah digunakan, biayanya murah dan tidak membutuhkan waktu yang lama.
Penatalaksanaan nyeri menggunakan kompres dingin merupakan tindakan mandiri keperawatan. Teknik penggunaan kompres dingin disesuaikan dengan kebutuhannya. Kompres dingin yang digunakan untuk efek lokal adalah teknik kompres dingin kering dengan menggunakan kantong es, kolar es, sarung tangan es, dan kemasan pendingin disposibel (Berman, Snyder, Kozier & Erb, 2002; Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher & Camera, 2011). Intervensi kompres dingin pada penelitian ini menggunakan coldpack; sebuah produk alat kesehatan yang berisi gel. Berdasarkan pengamatan selama penelitian, perawat tampak lebih mudah dalam penggunaan kompres dingin menggunakan coldpack. Perawat ruangan mengatakan coldpack lebih praktis dalam penggunaan dari pada alat kompres dingin lainnya.
Penggunaan EMLA maupun kompres dingin merupakan aplikasi teori comfort Kolkaba. Menurut Kolcaba dan DiMarco (2005) nyeri akibat
prosedur invasif merupakan salah satu mekanisme fisiologis beresiko mengganggu rasa nyaman fisiko Nyeri yang dialami anak adalah kebutuhan fisik yang terlihat yang dapat langsung ditangani perawat. Universitas
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
I~donesia
60
Panatalaksanaan nyeri menggunakan EMLA atau kompres dingin memberikan dampak pada anak agar dapat mentoleransi nyeri akibat tindakan pungsi vena.
6.1.3 Hubungan Karakteristik Anak dengan Nyeri a. Hubungan umur terhadap nyeri Umur anak yang menjadi anak penelitian sudah ditentukan dalam kriteria inklusi yaitu usia sekolah (6-12 tahun). Meskipun umur anak berada pada tahapan perkembangan yang sama, analisis umur sebagai karateristik yang akan mempengaruhi nyeri perlu dilakukan karena rentang usia sekolah yang lebar. Hasil analisis hubungan umur dan tingkat nyeri pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara umur dan tingkat nyeri (p=0,264). Namun berdasarkan distribusi rata-rata umur menurut tingkat nyeri, rata rata umur anak yang tidak mengalami nyeri 10,29 tahun, sedikit nyeri 9,05 tahun, sedikit lebih nyeri 8,85 tahun dan nyeri sekali 7,25 tahun, Hal ini menunjukan bahwa semakin tua umur maka tingkat nyeri semakin rendah. Menurut James dan Ashwill (2007) bertambahnya umur dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak usia sekolah. Anak usia sekolah sudah mulai memahami kebutuhan akan nyeri akibat suatu prosedur. anak usia sekolah sudah dapat menunjukkan metode koping untuk menghadapi rasa nyeri. Anak dapat menggunakan kata-kata untuk mengendalikan reaksi mereka terhadap nyeri (Hockenberry & Wilson, 2009)
b. Hubunganjenis kelamin terhadap nyeri Analisis hubungan antara jenis kelamin dengan tingkat nyeri anak menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkat nyeri yang dialami anak. Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat nyeri (p=0,426). Namun, jika (
dilihat dari distribusinya, anak yang tidak mengalami nyeri lebih Universit~$ I~donesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
61
banyak berjenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Anak yang tidak mengalarni nyeri dan berjenis kelamin Iaki-laki sebanyak 28,6%, sementara anak yang tidak mengalami nyeri dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 3,4%. Penelitian yang dilakukan Soetanto, Chung dan Wong (2006) menyimpulkan bahwa perbedaan gender berpengaruh terhadap persepsi nyeri seseorang. Menurut Soetanto, Chung dan Wong (2006) rata-rata tingkat toleransi laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Jika dilihat dari distribusinya, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya.
c. Hubungan pengalarnan sebelumnya terhadap nyeri Hasil analisis hubungan antara pengalaman sebelumnya dengan tingkat nyeri anak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengalaman sebelumnya dengan tingkat nyeri yang dirasakan anak. Tidak ada hubungan antara pengalarnan sebelumnya dan tingkat nyeri anak (P=0,362). Pengalarnan nyeri yang sarna sebelumnya yang diduga berpengaruh terhadap nyeri tidak terbukti pada penelitian. Hal ini tidak sesuai dengan literatur menurut Potter dan Perry (2005) bahwa pengalarnan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi nyeri karena setiap individu akan belajar dari pengalaman nyeri. Potter dan Perry (2005) menjelaskan apabila seseorang tidak pemah merasakan nyeri, maka persepsi pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri. Narnun, pengalarnan nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu tersebut sering mengalarni serangkaian episode nyeri tanpa pemah sembuh atau menderita nyeri berat, maka ansietas atau rasa takut tetap bisa muncul (potter & Perry, 2005).
Universit~~ I~donesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
62
d. Hubungan dukungan keluarga terhadap nyeri Hasil analisis hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat nyeri anak menunjukkan tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kehadiran orang terhadap nyeri saat prosedur pungsi vena. Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dan tingkat nyeri (p=0,002). Dukungan keluarga yang diberikan pada anak adalah kehadiran orang tua saat tindakan pungsi vena. Orang tua yang hadir ketika tindakan pungsi vena memberikan motivasi pada anak sambil membantu memegang tangan anak ketika tindakan. Hasil penelitian ini membuktikan dukungan keluarga sebagai salah satu faktor yang bermakna dalam mempengaruhi nyeri. Menurut Potter dan Perry (2005) nyeri yang dirasakan akan tetap terjadi tetapi dengan kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian sebelumnya. Cavender, Goff, Hollon dan Guzzetta (2004) meneliti efektivitas distraksi posisi orang tua terhadap nyeri, takut dan penderitaan pasien anak yang menjalani pungsi vena. Penelitian menyimpulkan bahwa intervensi posisi dan distraksi orang tua memiliki potensi untuk meningkatkan hasil klinis yang positif dengan manfaat utama mengurangi rasa takut pada anak.
6.2 Keterbatasan Penelitian 6.2.1 Desain dan Rancangan Penelitian
hanya
membandingkan
tingkat
nyeri
anak
setelah
menggunakan EMLA dan kompres dingin. Sesuai rancangannya, penelitian ini membagi dua kelompok yang diberi perlakukan berbeda. Kelompok pertama mendapat perlakukan berupa pemberian EMLA dan kelompok kedua mendapat perlakuan berupa pemberian kompres dingin. o
Peneliti tidak membuat
kelompok pembanding sebagai
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan atau kelompok yang hanya diberikan perlakuan standar rumah sakit. Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
63
6.2.2 Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Pemakaian krim EMLA membutuhkan waktu untuk difusi obat mencapai reseptor nyeri dan ujung saraf. Hal ini mengakibatkan EMLA tidak dapat diberikan pada semua kondisi pasien dengan tindakan pungsi vena anak terutama pasien dalam keadaan gawat darurat. Oleh karena ito, pe1aksanaan pengumpulan data pada pene1itian lebih banyak dilakukan di ruang perawatan anak sehingga banyak dijumpai pasien yang sudah memiliki pengalaman nyeri terhadap pungsi vena dan akhimya karakteritik anak tidak variatif.
6.3 Implikasi Dalam Keperawatan 6.3.1 Implikasi terhadap Pelayanan Keperawatan Penatalaksanaan nyeri akibat prosedur se1ama hospitalisasi merupakan peran dan tanggung jawab perawat. Perawat disarankan me1akukan identifikasi nyeri pada anak sebe1um prosedur dan memberikan manajemen nyeri sebagai bagian dari penerapan prinsip perawatan atraumatik pada anak. Pengkajian nyeri yang dirasakan anak dapat menjadi dasar pengelolaan nyeri dan tindakan menurunkan nyeri. Penggunaan EMLA dan kompres dingin merupakan pilihan bagi perawat untuk menurunkan nyeri secara fisiologis, Keuntungan kedua teknik ini adalah menurunkan nyeri langsung pada area lokal.
Penelitian telah membuktikan bahwa teknik non-farmakologis dengan kompres dingin tidak memiliki dampak berbeda dengan teknik farmakologis menggunakan obat topikal EMLA terhadap tingkat nyeri. Hasil pene1itian ini sebagai bahan masukan bagi perawat bahwa memberikan kompres dingin untuk menurunkan nyeri merupakan tindakan mandiri keperawatan yang efektif dan berbiaya ringan.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
64
6.3.2 Implikasi terhadap Keilmuan Keperawatan Penelitian telah menjawab pertanyaan tentang perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin terhadap tingkat nyeri anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena. EMLA maupun kompres dingin dapat digunakan sebagai salah satu tindakan untuk mengurangi nyeri pada anak saat pungsi vena. Penelitian ini juga menjawab teori keperawatan comfort yang dikembangkan oleh Kolkaba bahwa pemberian EMLA dan kompres dingan sebelum tindakan pungsi vena dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman fisik sebagai salah satu aspek kenyamanan dalam theory ofcomfort. Selain itu, pemberian EMLA dan kompres dingin untuk menurunkan nyeri memenuhi tipe kenyamanan trancendence menurut Kolkaba yang akan memberikan rasa percaya
kepada pasien anak untuk menjalani prosedur pungsi vena, karena anak yakin bahwa dirinya dapat mentoleransi nyeri dari prosedur tersebut
6.3.3 Implikasi terhadap Pendidikan Profesi Keperawaran Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan evidence based practice bahwa penggunaan EMLA dan kompres dingin telah terbukti tidak ada perbedaan dalam menurunkan nyeri saat tindakan pungsi vena pada anak usia sekolah. Penggunaan EMLA maupun kompres dingin telah memberikan dampak terhadap tingkat nyeri yang dapat dicari kaitannya secara anatomi fisiologis bagaimana hal tersebut dapat teIjadi. Penilaian tingkat nyeri menggunakan skala dalam penelitian memberikan gambaran bahwa pengkajian nyeri pada anak adalah langkah pertama untuk menentukan tindakan penanganan nyeri yang dapat dipelajari dan diaplikasikan.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
BAB7
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil pene1itian yang telah dapat dirumuskan beberapa simpulan dan saran sebagai berikut.
7.1 Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari pene1itian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar anak pada ke1ompok EMLA dan kelompok kompres dingin adalah anak perempuan dan rata-rata umur responden adalah 9 tahun. 2. Sebagian besar anak sebe1umnya pernah mengalami prosedur pungsi vena. 3. Sebagian besar anak mendapat dukungan keluarga pada saat prosedur dilakukan dengan kehadiran orang tua. 4. Sebagian besar anak mengalami sedikit nyeri dan sedikit lebih nyeri pada saat prosedur pungsi vena dilakukan baik pada ke1ompok EMLA maupun ke1ompok kompres dingin. 5. Tidak ada perbedaan tingkat nyeri antara kelompok EMLA dan kelompok kompres dingin. 6. Tidak ada hubungan antara umur, .jenis ke1amin, pengalaman sebelum dengan tingkat nyeri. 7. Terdapat hubungan antara dukungan ke1uarga dengan tingkat nyeri.
7.2 Saran 7.2.1 Bagi Pelayanan Keperawatan 1. Institusi pelayanan kesehatan agar segera membuat prosedur tetap tentang pemberian kompres dingin khusus untuk prosedur tindakan pungsi vena serta mensosialisasikan ke semua ruang rawat. 2. Perawat
perlu
melakukan teknik menurunkan nyeri
untuk
meminimalkan dampak trauma pada anak sebe1um me1akukan prosedur tindakan. 65
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
66
3. Meningkatkan pengetahuan dan partisipasi orang tua dalam asuhan keperawatan yang diberikan perawat di ruang rawat dengan memberikan bimbingan antisipasi untuk kesejahteraan anak.
7.2.2 Bagi Perawat Spesialis Anak 1. Perawat spesialis anak perlu melakukan penelitian lebih lanjut baik kuantitatif atau kualitatif yang lebih mendalam terkait tehnik menurunkan nyeri sebelum prosedur tindakan baik farmakologis maupun non-farmakologis. 2. Perawat spesialis anak diharapkan membuat rencana asuhan keperawatan pada anak dengan menerapkan prinsip atraumatik pada anak berdasarkan bukti hasil penelitian/evidence based untuk meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
7.2.3 Bagi Penelitian Keperawatan 1. Perlu dilakukan penelitian kuantitatif lebih lanjut tentang teknik menurunkan nyeri dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan menguhubungkannya dengan variabellain yang lebih beragam. 2. Perlu dilakukan penelitian kualitiatif terkait respon nyeri pada anak saat prosedur tindakan untuk mendukung atau mempeJjelas hasil penelitian kuantitiatifyang telah ada. 3. Akademisi dan praktisi keperawatan bekeJjasama melakukan penelitian kuantitatif atau kualitatif terkait respon nyeri pada anak saat prosedur tindakan di berbagai rumah sakit untuk mendapatkan hasil yang lebih luas.
Universitas Indonesia
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Ariawan. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Asmadi. (2008). Tehnik prosedural keperawatan: Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar manusia. Jakarta: Salemba Medika. Berman, A. & Snyder, S. (2012). Kozier and Erb's fundamentals of nursing: Concepts, process and practice. (9th edition). USA: Pearson. Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb, G. (2002). Kozier and Erb's techniques in clinical nursing. ( 5th edition). Eni Au1ia, dkk, penerjemah. Jakarta: EGC. Biran, V. r., Gourrier, E., Cimerman, P., Walter-Nicolet, E., Mitanchez, D., & Carbajal, R. (2011). Analgesic effects of EMLA cream and oral sucrose during venipuncture in preterm infants. Pediatrics, 128(1), e63 e70. Basiri-Moghaddam, K., Basiri-Moghaddam, M., Sadeghrnoghaddam, L., & Ahmadi, F. (2009). The concept of hospitalization of children from the view point ofparents and children. Iran Journal Pediatric, 21(2), 201-8. Cavender, K, Goff, M.D., Hollon, E.C., Guzzetta, C.E. (2004). Parents' positioning and distracting children during venipuncture: Effects on children's pain, fear, and distress. Journal ofHolistic Nursing, 22(1),32 56. Commodari, E. (2010). Children staying in hospital: A research on psychological stress of caregivers. Italian Journal of Pediatrics, 15(2), 36-40. Dharma, K.K. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Jakarta: TIM Deglin, J.H. & Vallerand, A.H. (2004). Davis's drug guide for nurse. (4th edition). Kuncara & Widiastuti, penterjernah. Jakarta: EGC Eichenfie1d, L. F., Funk, A., Fallon-Friedlander, S., & Cunningham, B. B. (2002). A clinical study to evaluate the efficacy of ELA-Max (4% liposomal lidocaine) as compared with eutectic mixture of local anesthetics cream for pain reduction of venipuncture in children. Pediatrics, 109(6), 1093-1099.
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Galinkin, 1. L., Rose, J. B., Harris, K., & Watcha, M. F. (2002). Lidocaine iontophoresis versus eutectic mixture of local anesthetics (EMLA®) for N placement in children. Anesthesia & analgesia, 94(6), 1484~1488. Gilboy, S., & Hollywood, E. (2009). Helping to alleviate pain for children having venepuncture. Paediatric Nursing, 21(8), 14-9. Handayani, W. & Haribowo, AS. (2008). Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong's essentials ofpediatric nursing. St. Louis: Mosby. Huang, K. T., Owino, c., Vreeman, R. C., Hagembe, M., Njuguna, F., Strother, R. M., et al. (2012). Assessment ofthe face validity of two pain scales in kenya: A validation study using cognitive interviewing, BMC Palliat Care, 10-11. Hudak, M. C. & Gallo, B. M. (2005). Critical care nursing, a holistic approach. (tfh edition)'-Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. James, S.R. & Ashwill, J.W. (2007). Nursing care of children, principles & practice. (3th edition). St. Louis: Saunders Elsevier. Kennedy, R. M., Luhmann, J., & Zempsky, W. T. (2008). Clinical implications of unmanaged needle-insertion pain and distress in children, Pediatrics, 122(Supplement 3), S130-S133. Kolcaba, K. & DiMarco,M. A (2005). Comfort theory and its application to pediatric nursing, Pediatric Nursing, 31(3), 187-94. Kundu, S. & Achar, S. (2002). Principles of office anesthesia: Topical anesthesia. American Family Physician, 66(1),99-102. Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., Bucher, L. & Camera, I.M. (2011). Medical surgical nursing: Assessment and management of clinical problem. tfh edition. St. Louis: Mosby. Luffy, R. & Grove, S. K. (2003). Examining the validity, reliability, and preference of three pediatric pain measurement tools in african-american children. Pediatric Nursing, 29(1), 54-59. Movahedi, A F., Rostami, S., Salsali, M., Keikhaee, B. & Moradi, A (2006). Effect of local refrigeration prior to venipuncture on pain related responses in school age children. Aust J Adv Nurs, 24(2), 51-5.
o
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Muscari, M. (2004). Lippincott review series: Pediatric nursing. (3rd edition). Hany Alfrina, penerjemah, Jakarta: EGC Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamentals of nursing. concepts, process andpractice. (4th edition). Renata Komalasari, dkk, penerjemah. Jakarta: EGC. Renany, H. (2008). Comparison of effect of EMLA cream and local application of cooling during venipuncture in children. Di unduh pada tanggal 20 Oktober 2012 dari http://www.nursinglibrary.org/vhl/handle/10755/154051 Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2002). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-Z, Jakarta: Sagung Seto. Schiff, W. R, Holtz, K. D., Peterson, N., & Rakusan, T. (2001). Effect of an intervention to reduce procedural pain and distress for children with HIV infection. Journal ofPediatric Psychology, 26(7),417-427. Siregar, A.I. (2009). Perbandingan anestesi oles dan anestesi semprot. Diunduh tanggal 16 Oktober 2012 dari http://repository.usu.ac.idlbitstream/123456789/6263/1/Ira%20Alizal.pd
f Soetanto, A.L., Chung, J.W., Wong, T.K. (2006). Are there gender differences in pain perception? Journal ofNeuroscince Nursing, 38(3), 172-6. Smeltzer, S.c., & Bare, RG. (2004). Textbook of medical surgical nursing. (ld h edition). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Sugiyono. (2011). Statistik untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Sulistiyani, E. (2009). Pengaruh pemberian kompres es terhadap respon
nyeri anak usia pra sekolah di ruang bedah anak RSUPN Cipto Mangunkusumo. Tesis. Tidak Dipublikasikan. FIK-UI. Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC. Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theory and their work 6th edition. St. Louis: Mosby
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Wong, D.L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L. & Schwartz, P. (2001). Wong's essentials ofpediatric nursing. (jh edition. Agus Sutama, dkk, penerjemah. Jakarta: EGC Zempsky, W. T. (2008). Pharmacologic approaches for reducing venous access pain in children. Pediatrics, 122 (Supplement 3), SI40-8153.
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
LAMPlRAN-LAMPIRAN
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Lampiran 1
INFORMED CONCENT / PENJELASAN PENELITIAN "Perbedaan Dampak Penggunaan EMLA dan Kompres Dingin terhadap
Tingkat Nyeri Anak Usia Sekolah saat Tindakan Pungsi Vena
di RSU dr. Siamet Garut"
Bapak/Ibu diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan dampak penggunaan EMLA dan kompres dingin terhadap respon nyeri anak usia sekolah saat tindakan vena pungsi.. Saya sebagai peneliti akan memberikan lembar persetujuan ini dan menjelaskan bahwa keterlibatan Bapak/Ibu dan anak Bapak/Ibu di dalam penelitian ini atas dasar sukarela. Nama saya, Gusgus Ghraha Ramdhanie. Saya staf pengajar di Akademi Keperawatan Pemda Garut dan sekarang sedang me1anjutkan studi S2 Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang beralamat di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia kampus Depok, 16424. Saya dapat dihubungi di nomor 081323973679 atau 0882210973817. Pene1itian ini merupakan bagian dari persyaratan untuk Program Pendidikan Magister saya di Universitas Indonesia. Pembimbing saya adalah Nani Nurhaeni, SKp., MN, dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penelitian ini me1ibatkan anak usia sekolah (6-12 tahun) yang akan dilakukan tindakan pungsi vena baik untuk infus (terapi intravena) maupun pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium. Keputusan Bapak/Ibu untuk ikut atau pun tidak dalam penelitian ini, tidak berpengaruh terhadap status Bapak/Ibu sebagai penanggung jawab pasien. Dan apabila Bapak/Ibu memutuskan berpartisipasi, Bapak/Ibu bebas untuk bebas mengundurkan diri dari penelitian kapan pun. Sekitar 50 anak usia sekolah akan terlibat dalam penelitian ini dad berbagai kelas perawatan anak di rumah sakit. Penelitian hanya dilakukan di Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut. Kuesioner yang akan saya berikan berupa pertanyaan tentang demografi seperti usia anak, jenis kelamin, pengalaman anak dilakukan prosedur pungsi vena dan kehadiran orang tua selama prosedur. Diharapkan Bapak/Ibu dapat menyelesaikan pengisian kuesioner tersebut selama 15 menit.
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Saya akan menjaga kerahasiaan BapaklIbu dan keterlibatan BapaklIbu dalam penelitian ini. Nama anak Bapak/Ibu tidak akan dicatat dimanapun. Semua kuesioner yang telah terisi akan diberikan kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi BapaklIbu. Apabila hasil penelitian dipublikasikan, tidak ada satu identifikasi yang berkaitan dengan anak Bapak/Ibu akan ditampilkan dalam publikasi tersebut. Siapa pun yang bertanya tentang keterlibatan Bapak/Ibu dan apa yang BapaklIbu jawab di penelitian ini, Bapak/Ibu berhak untuk tidak rrienjawabnya. Namun, jika diperlukan catatan penelitian ini dapat dijadikan barang bukti apabila pengadilan memintanya. Keterlibatan anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini, sejauh yang saya ketahui tidak menyebabkan resiko yang lebih besar dari pada resiko yang biasa Bapak/Ibu hadapi sehari-tehari. Walaupun keterlibatan dalam penelitian ini tidak memberikan keuntungan langsung pada Bapak/Ibu, namun hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui lebih jauh mengenai teknik menurunkan nyeri pada saat pungsi vena padaanak. Apabila setelah penelitian ini Bapak/Ibu masih memiliki pertanyaan, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya di nomor telepon 081323973679 atau 0882210973817. Gamt, November 2012 Peneliti,
(Gusgus Ghraha Ramdhanie)
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah membaca surat permohonan dan mendapat penjelasan tentang penelitian yang dilakukan oleh saudara Gusgus Ghraha Ramdhanie, mahasiswa Program Magister Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, saya dapat memahami dan mengerti tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti dan yakin peneliti akan menghormati hak-hak saya dan anak saya serta kerahasiaannya sebagai responden. Saya mengetahui penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kualitas pelayanan yang diberikan perawat. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, saya setuju anak saya untuk berpartisipasi dalam peneltian ini.
Garut,
(
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
20 12
)
Lampiran 3
PROSEDUR PEMBERIAN EMLA SEBELUM PUNGSI VENA
1. Pengertian
2. Tujuan 3. Persiapan alat dan bahan 4. Kontraindikasi pemberian EMLA
5. Prosedur
6. Perhatian
Mengoleskan krim Eutectic Mixture ofLocal Anesthetics (EMLA) 5% sesuai dosis pada area pungsi vena sebelum pungsi vena. Menurunkan sensasi nyeri pada saat pungsi vena a. Krim ELMA 5% 5g b. Tegadermfilm ukuran 5x5 em c. Plester a. Hipersensitifitas terhadap EMLA. b. Methemoglobinemia kongenital atau idiopatik, c. Bayi yang <6 bulan yang menerima agen penyebab methemoglobinemia, dan d. Bayi < 1 bulan a. Cuci tangan b. Jelaskan pada anak dan orang tua bahwa anak akan diberikan krim EMLA untuk menurunkan rasa sakit saat dilakukan prosedur, 45 menit sebelum ditusuk c. Kaji vena yang akan dilakukan pungsi d. Oleskan krim EMLA sesuai dosis pada daerah pungsi (usia anak 1 g/l Ocnr') e. Tutup olesan krim menggunakan tegaderm film atau plastik yang dimodifikasi. f. Lakukan fiksasi untuk plastik transparan modifikasi, g. Beritahu anak untuk tidak melepas atau mengganggu penutup. h. Diamkan EMLA pada kulit selama minimal 45 menit. i. Lepaskan balutan. j. Bersihkan krim pada kulit. k. Lakukan prosedur pungsi vena sesuai standar institusi. 1. Cuci tangan Kaji area olesan krim EMLA terhadap efek samping lokal meliputi pucat, kemerahan, perubahan sensasi suhu, edema, gatal can ruam, Reaksi yang lain meliputi reaksi alergik dan termasuk anafilaksis. Hentikan tindakan dan konsultasi dengan petugas kesehatan tekait.
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Lampiran 4
PROSEDUR PEMBERIAN KOMPRES DINGIN SEBELUM PUNGSI VENA
1. Pengertian
2. Tujuan 3. Persiapan alat dan bahan
4. Prosedur
Memberikan kompres dingin kering pada area pungsi vena. Menurunkan sensasi nyeri pada saat pungsi vena Kirbat es karet dengan isi es batu secukupnya atau es batu yang dibungkus kain/pengalas atau Coldpack. a. Cuci tangan b. Jelaskan pada anak dan orang tua bahwa kompres dingin untuk mengurangi nyeri injeksi, 3 menit sebelum ditusuk c. Kaji vena yang akan dilakukan pungsi d. Berikan kompres dingin kering dengan menggunakan kirbat es atau cold pack dingin. e. Diamkan selama 3 menit f Angkat kompres dingin g. Lakukan prosedur pungsi vena sesuai standar institusi. h. Cuci tangan
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Lampiran 5
PROSEDUR PENILAIAN TINGKAT NYERI
Dalam penelitian ini, penilaian nyeri yang akan dilakukan pada anak usia sekolah saat tindakan pungsi vena berdasarkan Wong Baker Pain Rating Scale (Hockenberry & Wilson, 2009).
Wong-Baker FACES Pain Rating Scale
o
2
~ @ ® \CY 3
4
5
!+ROSEDUR a. Lakukan penilaian segera setelah tindakan pungsi vena selesai. b. Jelaskan kepada anak untuk setiap wajah adalah untuk anak yang merasa senang karena ia tidak memiliki rasa nyeri (tidak nyeri) atau sedih karena ia memiliki beberapa atau banyak rasa nyeri.
.,/ o. Tidak nyeri .,/ 1. Sedikit Nyeri
.,/ 2. Sedikit Lebih Nyeri
.,/ 3. Lebih Nyeri
.,/ 4. Nyeri Sekali
.,/ 5. Nyeri hebat
c. Minta anak untuk memilih wajah yang paling tepat menggambarkan bagaimana anak merasakan nyeri.
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Lampiran 6
KUESIONER DATA DEMOGRAFI i
Judul penelitian : "PERBEDAAN DAMPAK PENGGUNAAN EMLA DAN
~OMPRES
DINGIN TERHADAP TINGKAT NYERI ANAl( USIA
SEKOLAH SAAT TINDAKAN PUNGSI VENA DI RSU Dr. SLAMET
GARUT".
Kelompok
: 1 D
No. kuesioner :
1
Inisial Responden Hari/tanggal
_
.. . ..... .. .......... ...... .. .... .. ....
Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang checklist pada salah satu kotak yang dan tuliskan umur anda pada kotak yang disediakan.
1. Umur Anak
2. Jenis Kelamin
:D o
tahun
Laki-laki
DPerempuan
3. Pengalaman diambil darah :
0
o
Ya Tidak
4. Orang tua mendampingi anak saat tindakan:
0
Ya
DTidak
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
Lampiran 7
KUESIONER PENILAIAN TINGKAT NYERI
Judul penelitian : "PERBEDAAN DAMPAK PENGGUNAAN EMLA DAN ~OMPRES
DING IN TERHADAP TINGKAT NYERI ANAK USIA
SEKOLAH SAAT TINDAKAN PUNGSI VENA DI RSU Dr. SLAMET
qARUT".
Kelompok
: 1 0
No. kuesioner :
1
_
Inisial Responden Hariltanggal
Wong-Baker FACES Pain Rating Scale
~
o
2
3
4
\CY 5
Observer meminta anak untuk memilih wajah yang paling tepat menggambarkan bagaimana merasakan nyeri.
lfasil:
D
Sumber: Hockenberry, M.J. & Wilson, D. (2009). Wong's essentials a/pediatric nursing. 8th edition. St. Louis: Mosby
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
FA'KULTAS IL:MU KEiP,ERAVVAIAN . ...
.
.
Kampus UJ Depok Telp. (021)78849120. 78849121 Faks.7864124 Email:
[email protected] Web Site : www.fik.ui.~"c.id
KETERANGAN lOlOS KA.II"ETIK No. 14/H2.FJ2.02/HKP.02.04/2012
Komite Etik Penelirian, Fakultas IImu Keperawatan Universitas Indonesia dalarn upaya melindungi hak azasi dan kesejahteraan subyek penelitian keperawatan,
telah mengkaji
dengan teliti proposal berjudul : Perbedaan Dampak Penggunaan Emla dan Kompres Dingin terhadap Tin~kat"Nyeri Anak Usia Sekolah saat Tindakan Pungsi Vena di RSU Dr. Siamet Garut.
Nama peneliti utama : Gusgus Graha Ramdhanie : Fakultas Hmu Keperawatan Universitas lndonesla
Nama institusi
Dan telah menyetujui proposal tersebut.
Jakarta, 22 Nopember 2012 Ketu I
~.
') -:~
~'~';Q~w, Irawaty, '..;,,'..'.; !I.·~~; '::
MA, P
NIP. 195206011974112 001
tJyDra. NIP. 19511427 197703 2 001
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
PEMERINTAH KABUPATEN GARUT
BADAN KESATUAN BANGSA DAN 'POLITIK
BIDANG KETAHANAN BANGSA Jalan Patriot No. 10 A Telp. (0262) 2246916 Garut 44151
Nomor Lampran Perihar
: 0721 297f Badan Kesbangpol/2012 : Rekomendasi ijin penelitian
GaNt, 20 November 2012 Kepada, Yth, Direktur RSUD dr. Siamet Garut
di Tempat
Dalam rangka membantu memperfancar Kegiatan Mahasiswa Universitas Indonesia Fakuftas f1mu Keperawatan bersama ini terfampir REKOMENDASI IJIN PENELIAN HOMOR : 0721291IBAKESBAHGPOU2012 TANGGAL 20 NOVEMBER 2012 ATAS NAMA SDR. GUSGUS GHRAHA RAMADHANIE iudul Pendataan "Perbedaan Dampak Penggunaan Emla dan Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri pad a Anak usia Sekolah Saat Tindakan Fungsf Vena" rnengarnbil lokasi di RSUD dr. Slarnet Ganrt. Untuk hal dimaksud dengan ini karni mohon Bantuan BapakJlbuiSdr. demikian untul< maklum, atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terima kasih.
Garut 20 November 2012
Tembusan, disampaikan kepada Yth : 1. Kepala BAPPEDA Kabupaten Garut; 2 Dekan Universitas Indonesia Fakultas IImu Keperawatan Depok 3 Arsip
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
~ ..'
"~ . ,
'
P.FMERINTAH KABUP,ATEN GARUT
BADAN KESATUAN BANGSA.DAN POLITIK
:BiOANGKETAHANAN BANGSA Jalan PatriotNo. 10A Telp. (0262) 2246916 Garut44151
REKOMENDASI fJfN PENELITfAN
Nomor: 072/297.1 - Bakesbangpolf 2012
- a.
Oasar
b. Menimbang
1
Peraturan Menteri Oalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kelja Kementerian Oalam Negeo (Berita Negara Republik Indonesia tahun2010 Nomor 316), sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Mentert Dalam. Negeri Nomar 14 Tahun 2011 lentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kelja Kementerian Oalam Negeri (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 168);
2
Peraturan Menteri Oalam Negeri Nomor 64 Tahun 2011 tentang Pedcman Penerbitan Rekomendasi ljin Penelitian. Surat Oari Oakan Universitas Indonesia Fakultas IImu Keperawatan Nomor : 44281H2.F12.DIPDP.04.0012012 Tanggal 20 November 2012 Perihal Permohonan Ipn Penelitian
KEPAlA BADAN KESATUAN BANGSA, POUTIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN GARUT, memberikan rekomendasi kepada :
a. Nama b. A1amat
c. Untuk 1. Judul 2. Tujuan 3. lokasi/Tempat 4. TanggaJ atau Lama 5. BidanglStatus 6. NamaPenanggungjawab 7., AnggotaPelaksanaan
: Gusgus Ghraha RamdhanieINPM 1006833741 : Komp. BumiAnggrek Blok 0 NO.2 Rt 003lRw015 : IjinPenelitian : Perbeciaan Dampak Penggunaan Emla dan Kompres Dingin Terhadap TIngkat Nyeri pada Anak usia Sekolah Saat Tindakan Fungsi Vena; : Pelaksanaan Kegiatan Tesis; : RSUD dr. Siamet Ganrt; : 20 November sid 30 Oesember 2012; : Kesehatan 1 Perseorangan; : Dewi lrawati MA, Phd;
d. Catatan: 1. Mengumpulkan hasil Pelaksanaan Penelitian setelahselesai Pelaksanaan Penelitian; 2. Menjaga dan menjunjung tinggi normaatauadatistiadatdan Kebersihan, Ketertiban, Keindahan (K3) masyarakat setempat di lokasi Pelaksanaan Penelitian; 3. "Tidak me1akukan ha\-halyang bertentangan denganhukum dan atasdasaradat istiadatdi lokasi Pelaksanaan Penelilian atau sesuatu yang dapat meresahkan masyarakat dan desintegrasi
bangsa.
Tembusan, disampaikan kepada Yth : 1 Kepala BAPPEDA Kabupaten Garut; 2 DirakturRSUO dr. SlametGarut; 3 Dekan Universitas·Indonesia Fakultas IImu Kepernwatan Depok;
4
Arsip; Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
PEMERINTAH KABUPATEN GARUT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr, SLAMET
Alamat: JI. RumahSakitNo. 12 Telp. ( 0262 ) 232720Gamt 4415I
Rekening : Bank Jabar Garut,KeIas: B Non Pendidikan, Status: PPK-BLUD Penuh
Garut, 21 November 2012
Nomor : 800ItGIJ/ RSUIXII2012 Lampiran : 1 (satu) lembar . Perihal
: lzin PeneJit1an
Yth,
Kepada: Dekan Fakultas llmu Keperawatan
UNIVERSITAS INDONESIA di Tempat Meriindaklanjuti s~ dati Kepala Bak.esban~, dan Politik Kab. Garut tanggal 20 November 2012 nomor : 072/297 -Badan Kesbangpoll2012 perihaI :
Rekomendasi Research/Survey, pada prinsipnyakami tidak. keberatan dan mengizinkan mahasiswa saudara, atas : Nama
: Gusgus Ghraha Ramadhanie
NPM
: 1006833741
Untuk: melaksanakan lzin PeneJit1an di RSU dr. Slamet Gantt dengan catatan hams ~entaati
segala peraturan dan ketentuan yang berlaku, izin ini berlaku sesuai dengan
pe~jntaanyaitu dari tanggal20 November 2012 s.d 30 Desember 2012. Sehubungan dengan hal tersebut kami beritahukan bahwa untuk biaya PenelitianlPraktek berdasarkan Peratnran Bupati Nomor : 764 I 2011 Bcrita Daerah Tahwt2011 Nomor: 5 Tanggal 23 Desember 2011 Tentang TarifPelayanan Kesehatan
dan Fasilitas lainnya pada Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut sebesar Rp. 100,000 ( Serams ribu rupiah) per orang .' bulan. Demikian agar menjadi maJdum dan atas kepercayaan dan perhatiannya
kami ucapkan terima kasih, Garut, 21 November 2012 an. Direktur
Tembusan Disampaikan K~ada yth : 1. Direktur RSU dr. SlametGarut ( Sebagai laporan) 2. Wadir Pelayanan
3. Wadir Keuangan 4. Ka. Bidang Keperawatan Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTASILMU KEPERAWATAN
Kampus UI Depok Telp. (021)78849120, 78849121 Faks.7864124
Email:
[email protected] Web Site: www.fik.uLac.id
Nomor Lampiran Perihal
: t('12h'/H2.F12.D/PDP.04.00/2012 .
12 November 2012
: Permohonan Ijin Penelitian
Yth. Kepala Kesbangpol Kabupaten Garut Jawa Barat Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Tesis mahasiswa Program Pendidikan Magister Fakultas IImu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) dengan Peminatan Keperawatan Anak atas nama: Sdr. Gusgus Ghraha Ramadhanie
NPM 1006833741
akan mengadakan penelitian dengan judul "Perbedaan Darnpak Penggunaan Emla dan Kompres Dingin Terhadap Tingkat Nyeri pada Anak Usia Sekolah Saat Tindakan Fungsi Vena". Sehubungan dengan hal tersebut, bersama ini karni- mohon dengan hormat . kesediaan Saudara mengijinkan y~ng bersangkutan untuk mengadakan penelitian di Wilayah Kabupaten Garut Jawa Barat. Atas perhatian Saudara dan kerjasarna yang baik, disampaikan terima kasih
Tembusan Yth. : 1. Sekretaris FIK-UI 2. Manajer Pendidikan dan Riset FIK-UI 3. Ketua Program Magister dan Spesialis FIK-UI 4. Koordinator M.A.Tesis FIK-Ul 5. Pertinggal
"..
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013
DAFTAR RIWAYAT IllDUP
Nama
: Ns. Gusgus GhrahaRamdhanie, S.Kep
TIL
: Garut, 15 Agustus 1979
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan
: StafPengajar Akper Pemda Garut
J\lamat Rumah : Perum Bumi Anggrek Parahyangan Blok D No.2 Garut J\lamat Institusi : J1. Proklamasi No. 05 Garut
Riwayat Pendidikan : 1986 -1992
: SDN Haurpanggung Tarogong Kidul
1992 -1995
: SMPN 2 Garut
1995 - 1998
: SMUN 1 Taragong Kidul - Garut
1998 - 2001
: Akper Pemda Garut
2005 - 2007
: Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2009 - 2010
: Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2011 - sekarang : Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
R,.iwayat Pekerjaan : Februari 2002 - Juni 2006
: Perawat pelaksana di RSI Al Ihsan Bandung
September 2006 - sekarang : StafPengajar Akper Pemda Garut
o
Perbedaan dampak..., Gusgus Ghraha Ramdhanie, FIK UI, 2013