UNIVERSITAS INDONESIA
DAMPAK PENYALURAN DANA BERGULIR USAHA MIKRO TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA MIKRO (Studi Kasus Industri Mikro di Kota Payakumbuh)
TESIS
SRI ESSA RAMADHANI 0906586820
FAKULTASEKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK JAKARTA DESEMBER 2010
UNIVERSITAS INDONESIA
DAMPAK PENYALURAN DANA BERGULIR USAHA MIKRO TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA MIKRO (Studi Kasus Industri Mikro di Kota Payakumbub)
TESIS
SRI ESSA RAMADHANI 0906586820
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Ekonomi
FAKULTASEKONOMI PROGRAM MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK KEKHUSUSAN EKONOMI PERENCANAAN KOTA DAN DAERAH JAKARTA DESEMBER 2010
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan dibawah
ini dengan
sebenamya
menyatakan bahwa tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Jika di kemudian hari temyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggungjawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya.
Jakarta,
8 Desember 2010
~~ (SRI ESSA RAMADHANI)
ii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah basil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: SRI ESSA RAMADHANI
NPM
: 0906586820
~
Tanda Tangan
Tanggal
8 Desember 2010
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh Nama : SRI ESSA RAMADHANI : 0906586820 NPM : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Program Studi : Dampak Penyaluran Dana Bergulir Mikro Terhadap Judul Tesis Peningkatan Pendapatan Pengusaha Milcro (studi kasus Industri mikro di Kota Payakumbuh)
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi pada Program Studi Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Muliadi Widjaja, Ph.D
Penguji
:Dr. Widyono Soetjipto
Penguji
: Darlis Rabai, SE.,MA
(
)
rvvr)
Ditetapkan di :Jakarta Tanggal
iv
KATAPENGANTAR
Alhamdulillahirobbil a'lamin, Segala rasa Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini di tulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Master Ekonomi Jurusan Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini secara khusus penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesarbesamya kepada Bapak Muliadi Widjaja, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan tesis ini. Selain itu, penulis juga menyadari sepenuhnya, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada: I. Ketua Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP) FEUI beserta staf administrasi program yang telah banyak memberikan kemudahan dalam proses perkuliahan. 2. Para dosen pengajar yang telah memberikan wawasan selama mengikuti perkuliahan, Dewan Penguji Bapak DR. Widyono soetjipto, dan Bapak Darlis Rabai, SE.MA, yang telah memberikan masukan untuk kesempumaan tesis ini, 3. Bapak hendri Refdinal, Msi selaku Kepala BLUD Dana Bergulir, Bapak Ermi, B, selaku sekretaris BLUD Kota Payakumbuh, serta Karyawan dan Karyawati BLUD lainnya, yang telah meluangkan waktu, memberikan data yang diperlukan dan diskusinya untuk penyelesaian tesis ini, 4. Ternan-ternan di Disperindag, DPPKA, Bappeda,dan Organisasi atas datanya dan informasinya, 5. Pengusaha Industri pangan Kota Payakumbuh, sebagai responden saya, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk wawancara. 6. Suamiku, Pradhana Kataluba tercinta dan anandaku Arkan Ataya Pradhana tersayang yang telah berkorban waktu, perasaan, materi untuk studi mama,
v
7. Papa, Mama dan Mertuaku terkasih, adik-adikku Miceal, Lisa, Ikhsan, Widia, Terimakasih untuk semangat, motivasi, dan doa yang dihadirkan. Saya yakin tanpa Doa kalian saya tidak akan sanggup melewati semua ini. 8. Rekan-rekan MPKP Angkatan XXI kelas Pagi Bappenas yang telah memberi wama dalam hari-hari yang terlewati di taman kuning, memberikan bantuan baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyelesaian tesis ini. Semoga, semangat persaudaraan itu akan selalu teijalin dalam untaian silaturahim selamanya. Akhir kata, semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan bagi kita semua, kemudahan dalam mengarungi kehidupan dan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Salemba,
Desember 2010
SRI ESSA RAMADHANI
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AK1DR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: : SRI ESSA RAMADHANI Nama NPM : 0906586820 Program Studi : Magister Perencanaan Dan Kebijakan Publik Departemen : Ekonomi Fakultas : Ekonomi Jenis karya : Tesis Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : "Dampak Penyaluran Dana Bergulir Usaha Mikro Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha Mikro (studi Kasus Industri Mikro di Kota Payakumbuh)" beserta perangkat yang ada Gika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non eksklusif 1m Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di : Jakarta Pada tanggal : 8 Desember 2010
Yang menyatakan,
(SRI ESSA RAMADHANI}
vii
ABSTRAK
: SRI ESSA RAMADHANI Nama Program Studi : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik : Dampak Penyaluran Dana Bergulir Usaha Mikro terhadap Judul Tesis Peningkatan Pendapatan Pengusaha Mikro (Studi Kasus Industri Mikro di Kota Payakumbuh) Dana bergulir merupakan program pemerintah Kota Payakumbuh dalam rangka memperluas akses masyarakat untuk memperoleh modal usaha khususnya bagi pengusaha mikro. Di Kota payakumbuh program ini sudah ada semenjak tahun 2003. Sampai akhir tahun 2009 dana yang digulirkan telah mencapai Rp. 29.851.500.000,-. Sasarannya adalah sektor pertanian, perdagangan, industri, petemakan, koperasi dan usaha lainnya. Melihat perkembangan perekonomian Kota Payakumbuh, sektor industri mengalami pertumbuhan yang lambat Kota Payakumbuh, padahal kedepan sektor ini akan menjadi leading sector bagi sektor ekonomi lainnya. Sehingga perlu upaya konkrit dari pemerintah Kota Payakumbuh untuk mewujudkan hal tersebut, termasuk memberikan kemudahan akses dana bagi sektor industri. Diharapkan dengan adanya program dana bergulir mikro semakin banyak pengusaha mikro khususnya sektor industri memperoleh akses dana untuk mengembangkan usaha. Dengan demikian bisa lebih meningkatkan pendapatan pengusaha industri dan meningkatkan pertumbuhan sektor industri. Penelitian ini akan mengevaluasi Program dana bergulir dari segi penggunaan input, perolehan output, outcome, manfaat dan dampak program terhadap masyarakat/nasabah pemanfaat dana bergulir. Di mana dampak program akan dilihat melalui peningkatan pendapatan pengusaha sektor industri dengan melakukan uji beda dua rata-rata. Berdasarkan hasil evaluasi program temyata ditemukan bahwa penyaluran dana bergulir belum disertai pembinaan oleh pengelola terhadap nasabah (sektor industri) sehingga pengusaha tersebut berkembang secara otodidak saja. Selanjutnya berdasarkan uji beda dua rata-rata pendapatan pengusaha mikro sektor industri meningkat sesudah memperoleh dana bergulir. Dari hasil penelitian, direkomendasikan beberapa kebijakan yang mungkin dapat diterapkan oleh BLVD Dana Bergulir Usaha Mikro Kota payakumbuh dalam usaha peningkatan pendapatan pengusaha mikro sektor industri di Kota payakumbuh.
Kata kunci: Evaluasi program dana bergulir, peningkatan pendapatan pengusaha mikro, sektor industri, Kota Payakumbuh. Universitas Indonesia
viii
ABSTRACT SRI ESSA RAMADHANI Name Study Programme Mmter Of Planning And Public Policy : The Impact ofof Micro- Ventures' Revolving-Fund Title Distribution Against The Increased Income ofMicro Entrepreneurs (Micro-Industry Case Study in Payakumbuh)
Revolving-Fund Program is a Payakumbuh City Government Program in order to expand access to the community to obtain venture capital, especially for Micro- Ventures. The Program has already existed since the year 2003 in Payakumbuh. By the end of 2009 the funds revolved has reached Rp. 29.851.500.000,- directed towards the agricultural, trade, industry, farming, cooperatives and other sectors. In the future , the industry sector will be the front runner of the economy development in Payukumhuh, but unfortunately it is still developing at a slow rate. It needs concrete efforts of the Payukumbuh Governments to accomplish this, including providing the ease of access to funds for industry sectors. It is expected that The Micro Revolving-Fund Program could provide more microentrepreneurs, particularly in the industry sector, the ease of access to obtain funds to develop their business, thus able to further improve the proceeds of entrepreneurs and the growth in the industrial sector. This Research will evaluate the Revolving-Fund Programs in terms of the input, output, outcome, earnings, benefits and impacts of the program to the community/customer that make use of the program. To evaluate the impact of the program, it will be viewed through the increased in the proceeds of industry sectors entrepreneurs using two-test average. Based on the results of the evaluation, the revolving-fund distribution is not complemented by coaching by the administrator to the customer (industrial sector), as a consequence they developed themselves as self-taught entrepreneurs. Based on the two-test average, the industry sectors' micro entrepreneurs ' proceeds increased after acquiring the Revolving-Fund As a conclusion, it is recommended that some policies may be applied by the Payakumbuh's BLUD Micro-Ventures' Revolving-Fund in increasing the revenue of micro-entrepreneurs in the industrial sector in Payakumbuh City.
Key Word: Revolving-Fund Program Evaluation, increase in revenue of microentrepreneurs, industry sectors, Payakumbuh City. Universitas Indonesia
ix
DAFfARISI HALAMAN JUDUL .................................................................... . SURA T PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.............................. ... n PENYAT AAN ORISINALITAS....................................................... m LEMBAR PENGESAHAN............................................................ .. IV KAT A PENGANTAR.................................................................. .. v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... vn ABSTRAK ................................................................................. viii DAFTAR lSI............................................................................... X DAFTAR GAMBAR..................................................................... xii DAFTAR TABEL .......................................................................... xiii DAFTAR LAMPI RAN ................................................................... XIV 1. PENDAHULUAN. .. ... ... ....... .. . .. ... ... . ... . . .... .. .. ..... .. . ..... ... ... .... .. 1 1.1. La tar Belakang.......... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... ...... ..... 1 1.1.1. Peranan Lembaga Keuangan Mikro............ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 1 1.1.2. Perkembangan Industri Skala Kecil di Payakumbuh............ .... 6 1.2. Perumusan Masalah............... ............................................ 10 1.3. Tujuan Penelitian............................................................ .. 11 1.4. Manfaat Penelitian............................................................ 11 1.5. Metodologi............................................................... ......... 11 1.5.1. Pendekatan Penelitian................................................... 11 1.5.2. Sumber Data ............................................... ·............... 11 1.5.3. Populasi dan Sampel.......... .. . ...... .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . ... . . . . .. . . ... 12 1.5.4. Metode Analisis... ... ... . .. ... ..... .. . . .... ........ ... ... . . ....... ... . ... 12 1.5.5. Peralatan Pemantauan dan Evaluasi Program........................ 12 1.6.Kerangka Berfikir ............................................................... 14 1.7.Ruang Lingkup ................................................................... 15 1.8.Sistematika Penulisan ............................................................ 15 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 16 2.1. Kerangka Teori............................................................... .. 16 2.1.1. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Daerah...... ... 16 2.1.2. Konsep Pendapatan................................................... .. 16 2.1.3. Konsep Modal........................................................... 18 2.1.4. Pengertian Kredit...................................................... .. 20 2.2. Usaha Skala Kecil Dan Mikro ................................................ 21 2.3. Kerangka Kerja Logis Evaluasi Kinerja ................................... 23 2.4. Penelitian Terdahulu......................................................... 24 2.4.1 Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro................................. 24 2.4.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)...... .. . 25 2.4.3 Permodalan Nasional Berhard....................................... 25 2.4.4 Program Microcredit di Bangladesh ................................... 26 2.4.5 Banking for the poor evidance in India ............................... 27 X
Universitas Indonesia
GAMBARAN UMUM ............................................................... 29 3.1. Gambaran Perekonomian Kota Payakumbuh........................... 29 3.2. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) ................................... 33 4. METODE PENELITIAN ......................................................... 41 4.1. Pendekatan Penelitian................................................. ..... .. 41 4.2. Jenis Dan Somber Data...................................................... 41 4.3. Metode Pemilihan Sampel.. .................................................. 42 4.4. Teknik Pengumpulan Data.................................................. 42 4.5. Metode Analisa Data........................................................ .. 42 4.5.1. Uji Beda Dua Rata-Rata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 4.5.2. Kerangka Kerja Logis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 43 4.6. Ruang Lingkup................................................... ......... ...... 46 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 47 5. 1. Hasil Analisa Kusioner. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 47 5 .2. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program Dana Bergulir Usaba Mikro.......... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57 5.2.1. Evaluasi Input........................................................ ..... 58 5.2.2 Evaluasi Output...................................................... ..... 60 5.2.3 Evaluasi Hasil .............................................................. 65 5.2.4 Manfaat Program ........................................................... 66 5.2.5 Dampak Program ........................................................... 68 5.3. Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata ................................................ 70 6. PENUTUP ............................................................... ............... 73 6.1. Kesimpulan.............................................. ....................... .. 73 6.2. Rekomendasi Kebijakan ...................................................... 74 6.3. Keterbatasan Penelitian.... .. . .. . .. ... ... . . . ... ... ... ... ... .. . ...... .. . .. .. .. 74 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ....... 76 3.
XI
Universitas Indonesia
DAFfAR GAMBAR Gambar 3.1. Struktur Organisasi BLUD Penyaluran Dana Bergulir Mikro Kota Payakwnbuh...................................................... .. Gambar 3.2. Mekanisme Penyaluran Dana Bergulir Usaha Mikro............... Gambar 5.1. Persentase Jmnlah Jenis Kelamin Responden........................ Gambar 5.2. Persepsi Responden terhadap Peningkatan Pendapatan setelah menerima Dana Bergulir ................................................. Gambar 5.3 Persepsi Responden terhadap Pembinaan oleh BLUD ...............
36 39 51 55 56
xu
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabell.l. Tabell.2. Tabell.3. Tabel 1.4. Tabel 1.5. Tabel 1.6. Tabel3.1. Tabel3.2. Tabel3.3. Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel5.3. Tabel5.4. Tabel5.5. Tabel5.6. Tabel5.7. Tabel5.8. Tabel5.9. Tabel5.10. Tabel 5.11. Tabel 5.12. Tabel5.13. Tabel 5.14. Tabel 5.15. Tabel 5.16. Tabel 5.17. Tabel 5.18.
Kondisi Modal BLUD Dana Bergulir Kota Payakumbuh sampai Tahun 2007............................................................... 3 Perkembangan Dana yang telah digulirkan tahun 2003 - 2009... 4 Jumlah Nasabah Dana Bergulir Usaha Mikro berdasarkan Lapangan Usaha tahun 2009... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 4 Perkembangan Sektor lndustri Kota Payakumbuh tahun 2005 - 2008.................. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 Tiga Besar Potensi lndustri Skala Kecil Kota Payakumbuh Tahun 2008 - 2009....................................................... 9 Matrik Kerangka Kerja Logis........................................... 13 Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan Lapangan Usaha Kota Payakumbuh tahun 2002- 2006 ........................................ 30 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut Lapangan Usaha ........................................................... 31 Kondisi Surplus BLUD Dana Bergulir Kota Payakumbuh Tahun 2003 s/d 2009................................................... .. 40 Responden berdasarkan Jenis Hasil Produk lndustri Pangan....... 48 Responden berdasarkan Tingkat Umur. ................................ 49 Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................... 49 Sumber Infonnasi Responden tentang Program Dana Bergulir BLUD ....................................................................... 50 Persepsi Responden terhadap Ada atau Tidaknya Pertemuan Khusus yang dilakukan BLUD .......................................... 51 Persepsi Responden terhadap Pengajuan Kredit. ..................... 52 Persepsi Responden terhadap Lama Waktu Realisasi Kredit. ...... 53 Pemanfaatan Kredit Dana Bergulir oleh Responden .................. 58 Rencana Bisnis Anggaran BLUD Dana Bergulir tahun 2009 ....... 60 Jumlah Setoran PAD Dana Bergulir tahun 2004- 2009 ............. 62 Daftar Belanja Operasional Dana Bergulir dari tahun 2003-2009 .. 62 Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Anggaran Kegiatan Pelayanan Operasional BLUD Dana Mikro tahun 2009 ............. 63 Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Anggaran Kegiatan Pendukung Operasional BLUD Dana Bergulir. ....................... 64 Kondisi Aset BLUD Dana Bergulir Mikro tahun 2009.............. 65 Peningkatan Produksi Responden sesudah memperoleh Dana Bergulir .............................................................. 67 Peningkatan Pendapatan Responden sesudah menerima Dana Bergulir.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 69 Tabel Paired Samples Correlation ....................................... 70 Tabel Output Paired Samples Test.. .................................... 71
XIII
Universitas Indonesia
DAFfARLAMPIRAN Lampiran I Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6
Peta Wilayah Administrasi Kota Payakumbuh Rekomendasi penelitian Kuesioner Penelitian.................................................. ..... Hasil Output SPSS.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Data Respo:nden................................................ ...... ..... Matrik Kerangk.a Kerja Logis............................................
81 86 95 97
XIV
Universitas Indonesia
BABl PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.1.1 Peranan Lembaga Keuangan Mikro. Undang Undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah melahirkan konsep desentralisasi dan otonomi daerah, di mana desentralisasi adalah penyerahan kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur rumah tangga daerahnya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi rakyat dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Desentralisasi cenderung ke penyerahan keuangan dan otonomi lebih kepada penyerahan wewenang. Dengan demikian Pemerintah Daerah memiliki wewenang untuk meningkatkan pembangunan daerahnya dan meningkatkan taraf hidup serta mengentaskan kemiskinan masyarakatnya. Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Daerah terus berupaya membantu masyarakat agar pendapatan perkapita mereka meningkat sehingga pertumbuhan ekonomi juga meningkat seperti yang tercermin dalam PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) yang terus meningkat. Salah satu cara mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat adalah dengan konsep pembangunan masyarakat (community development) dimana pemerintah dan masyarakat berintegrasi untuk melakukan pembangunan
secara
swadaya
dan
melakukan
kegiatan
bersama
guna
meningkatkan kondisi ekonomi, sosial dan kultural serta mengidentifikasikan kebutuhannya secara bersama. Perlu dilakukan pemberian akses yang lebih luas kepada masyarakat miskin untuk menjadi produktif seperti dalam pepatah disebutkan "jangan berikan umpannya tapi berikanlah kailnya", sehingga sangat relevanjika diupayakan lembaga Keuangan Mikro (LKM) sebagai salah satu pilar keuangan nasional. Lembaga keuangan mikro dengan kemiskinan sangat erat kaitannya karena lembaga keuangan mempunyai fungsi sebagai intermediasi dalam aktifitas ekonomi. Hal ini berarti jika usaha kecil dapat memanfaatkan lembaga keuangan
Universitas Indonesia
2
ini akan memberikan nilai tambah sehingga dengan usaha produktif yang dilakukan masyarakat ini bisa meningkatkan pendapatan mereka. Di Kota Payakumbuh upaya community development
1ru terus
ditingkatkan, upaya membentuk lembaga keuangan mikro juga telah diupayakan salah satunya dengan adanya program kredit dana bergulir. Pada awalnya program pemberian kredit dana bergulir yang dikelola pemerintah daerah ditujukan untuk menghindari praktek ijon dalam masyarakat, di mana bagi masyarakat miskin yang cenderung tidak memiliki akses ke Bank mereka akan meminjam dana ke tengkulak yang bunganya sangat tinggi, sehingga hanya menambah kesulitan masyarakat untuk membayar apalagi mengembangkan usaha. Melihat indikasi tersebut pada tahun 2002 pemerintah daerah mengambil kebijakan melalui pemberian kredit kepada masyarakat dalam bentuk PER (Pemberdayaan
Ekonomi
Rakyat)
yang
dianggarkan
melalui
Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Payakumbuh tahun 2002. Sistim ini tidak memerlukan agnnan sehingga sangat memudahkan bagi masyarakat untuk memperoleh tambahan modal usaha. Namun karena koordinasi yang tidak bagus maka program ini tidak beljalan dengan lancar dana yang tersedia sebesar Rp. 1,5 Milyar hanya mampu diserap sebanyak 59% dengan
pengembalian kredit yang macet, sehingga
merugikan pemerintah kota Payakumbuh. Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Kota
Payakumbuh
dibawah
koordinasi
Sekretariat
Daerah
c/q
Bagian
Perekonomian mengambil alih hutang masyarakat sehingga dibentuk lembaga Badan
pengelola
Dana
Bergulir
(BPDB)
dengan
Keputusan
Walikota
Payakumbuh Nomor 29 tahun 2003. Terakhir pada tahun 2008 berdasarkan Peraturan Walikota (Perwako) Payakumbuh Nomor 14 Tahun 2008 Badan pengelola Dana Bergulir dijadikan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Dana Bergulir Penguatan Modal Usaha Mikro Kota Payakumbuh. Dana Bergulir pada BLUD adalah program pemerintah daerah yang termasuk kepada pengeluaran pembiayaan daerah, yaitu pengeluaran dana yang bersumber dari APBD yang ditempatkan pada pengelola Dana Bergulir (BLUD) untuk disalurkan kepada usaha mikro di mana semua penerimaannya akan dibayarkan kembali ke daerah pada tahun bersangkutan atau pada tahun anggaran
Universitas Indonesia
3
berikutnya. Anggaran yang dikeluarkan untuk program ini dapat kita lihat pada tabel 1.1 berikut : Tabell.l
.. Mo d a IBLUDDana B ergo r1r K ota P aya k um b u h sampa1 ta h un 200 7 Ko Dd lSI Nilai (Rp. Juta)
No.
Sumber Dana
I.
Pengembalian Dana PER Tahun 2002
2.
APBD Tahun 2003
2.170,00
3.
APBD Tahun 2004
1.500,00
4.
APBD Tahun 2005
4.400,00
5.
APBD Tahun 2006
5.000,00
6.
APBD Tahun 2007
6.000,00
Jumlah
350,42
19.420,42
Sumber : data olahan dan laporan BLUD
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa investasi Pemerintah untuk dana bergulir sudah sebanyak Rp. 19.420.420.000,-. Untuk tahun berikutnya sampai sekarang pertambahan modal diperoleh dari basil laba usaha dana bergulir terse but. Berdasarkan Peraturan Walikota (Perwako) nomor 14 tahun 2008, tujuan dana bergulir BLUD ini adalah: I. Mengoptimalkan pemberdayaan usaha mikro, melalui koordinasi dan sinkronisasi penganggaran, pelaksanaan dan pemantauan dana bergulir; 2. Memperluas akses pendanaan usaha mikro; 3. Mewujudkan keberpihakan Pemerintah Kota Payakumbuh dalam upaya pengembangan usaha produktif dan kesejahteraan masyarakat; 4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan dana bergulir untuk pengentasan kemiskinan, pengembangan ekonomi daerah pada sektor informal dan formal perkotaan. Sedangkan sasaran penyaluran dana bergulir adalah bidang usaha meliputi : 1. Pertanian, petemakan dan perikanan, 2. Perdagangan; 3. Industri kecil dan rumah tangga; 4. Jasa; Universitas Indonesia
4
5. Usaha ekonomi rakyat lainnya. Sampai saat ini perkembangan jumlah dana yang digulirkan dan jwnlah penerima Dana bergulir tersebut dapat kita lihat pada tabel 1.2 berikut :
Tabel1.2 P erk em b angan Dana yang t eIa h d.tgu li r k an t a h un 2003-2009 Jwnlah Nasabah Jwnlah Nama Kecamatan No. (orang)
Pinjaman (Rp)
I.
Kec. Payakumbuh barat
553
12.123.000.000
2.
Kec. Payakumbuh Utara
287
5.955.000.000
3.
Kec. Payakumbuh Timur
355
6.556.000.000
4.
Kec. Payakumbuh Selatan
141
2.984.000.000
5.
Kec. Lamposi Tigo Nagori
113
2.233.500.000
Total
1.449
29.851.500.000
Sumber : Iaporan Tahunan BLUD tahun 2009
Dengan rincian jwnlah nasabah dan jumlah dana persektor ekonomi terlihat pada tabel berikut :
Tabel1.3 Jumlah Nasabah Dana Bergulir Usaha Mikro Berdasarkan L apangan Usah a T a h un 2009 JUMLAH JUMLAHDANA NO
LAPANGAN USAHA
(Rp)
NASABAH (Unit/Orang)
1.
Koperasi
2.
67
9.543.500.000,-
Perdagangan
971
12.792.416.150,-
3.
lndustri Mikro
110
1.823.500.000,-
4.
Petemakan
219
3.379.500.000,-
5.
Pertanian
49
1.186.346.600,-
6.
Lain-lain
33
1.126.237.250,-
1.449
29.851.500.000,-
Jumlah
Sumber : Data dwlah dan Laporan Keuangan BLUD Tahun 2009
Di mana sektor perdagangan mendominasi jwnlah pemmJam yaitu sebanyak 971 orang denganjwnlah penyaluran dana sebesar Rp. 12.792.416.150,. Hal ini berkaitan dengan keberadaan K.ota Payakwnbuh sebagai pusat Perdagangan yang memenuhi kebutuhan Kota Payakwnbuh sendiri dan
Universitas Indonesia
Kabupaten Lima Puluh Kota yang merupakan tetangga Kota Payakumbuh juga daerah sekitamya seperti Tanah Datar. Berikutnya adalah sektor Petemakan. Payakumbuh di tingkat propinsi memiliki komoditi unggulan yaitu bidang industri makanan ringan dan sapi potong, karena kondisi alam Kota Payakumbuh yang membuat petemakan sapi maupun ayam dapat berkembang dengan cukup baik. Selanjutnya posisi ketiga baru ditempati oleh sektor industri. Terlihat masih sedikit pengusaha sektor ini yang memperoleh dana bergulir mikro, jumlah dana yang baru disalurkan sampai tahun 2009 tersebut sejumlah Rp. 1.823.500.000,-. Padahal potensi pengusaha Industri terutama makanan ringan atau sektor pangan sangat besar. Kota Bukittinggi sebagai Kota Wisata yang betjarak 33 Km dari Payakumbuh, merupakan pasar potensial untuk industri pangan khas daerah, begitu juga dengan Propinsi Riau merupakan pasar yang menjanjikan untuk penjualan produk khas Kota Payakumbuh. Mengingat, permintaan akan produk tersebut terbilang cukup tinggi, ma)(a komitmen pemerintah Kota Payakumbuh harus serius mengembangkan sektor industri guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kota Payakumbuh, khususnya industri mikro. Pada sub bab berikut kita akan lihat bagaimana perkembangan sektor industri ini. Pada intinya penyaluran kredit dana bergulir oleh BLUD dimaksudkan untuk membantu golongan ekonomi lemah yang telah memiliki usaha tertentu dengan harapan pendapatannya akan meningkat setelah menerima kredit program ini dan usahanya bisa berkembang sebagai multiplier efeknya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa dengan tersedianya kredit ini dapat memecahkan masalah keuangannya, bisa saja tetjadi setelah memperoleh kredit tidak dapat dimanfaatkan secara efisien sehingga jangankan meningkatkan pendapatan, kreditnya saja tidak dapat dikembalikan. Sehingga tujuan pemerintah semula tidak dapat tercapai. Sebagai usaha pemberdayaan rakyat sekaligus usaha pengentasan kemiskinan serta dalam rangka pengembangan industri kecil, penyaluran dana bergulir BLUD di Kota Payakumbuh pada prinsipnya memberikan kemudahan
Universitas Indonesia
6
dan keringanan bagi pengusaha mikro. Pola pengelolaan keuangannya fleksibel berupa keleluasaan menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan
kepada
masyarakat
pada umumnya
khususnya
pengusaha mikro. Jasa yang ditarik antara 3-6 % dari pinjaman pertahun. Hal ini jelas jauh lebih ringan jika kita bandingkan dengan kredit mikro pada institusi lain. 1.1.2 Perkembangan Industri Skala Kecil di Payakumbuh Industri Sumatera Barat didominasi oleh industri skala kecil dan rumah tangga. Jumlah unit industri sebanyak 47.819 unit, terdiri dari 47.585 unit industri kecil dan 234 unit industri besar menengah, dengan perbandingan 203 : I. Nilai produksi industri besar menengah Sumatera Barat mencapai Rp. 1.623 milyar, yaitu 60 % dari total nilai produksi, dan nilai produksi industri kecil hanya mencapai Rp. 1.090 milyar, atau 40% dari total nilai produksi. Pada negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat sumbangsih dari industri kecil ini dapat mencapai 80% dari total nilai produksi 1• Pengembangan Industri Kecil.dan Menengah (IKM) harus dilanjutkan, karena IKM akan dijadikan basis industri nasional, sehingga IKM dituntut mampu untuk menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dan harga yang kompetitif serta disiplin dalam memenuhi kebutuhan konsumen akhir maupun pasokan untuk industri yang lebih hilir. Kebijakan dalam pengembangan industri di daerah diarahkan untuk meningkatkan daya saing daerah melalui pemanfaatan kekayaan alam, modal atau aset berwujud lainnya, seperti penguasaan teknologi, dan perencanaan yang matang. Pengembangan industri daerah mengedepankan pendekatan berdasarkan
Resource based. Dengan demkian kegiatan industri yang strategis sebagai sarana memberdayakan sumber daya alam juga akan menstimulus kesejahteraan masyarakat di daerah (Potret 3,5 Tahun RPJM 2005-2009 ,hal 95,2008). Untuk itu perlu dilakukan beberapa strategi salah satunya dengan mengembangkan industri unggulan daerah. Provinsi Sumatera Barat memiliki beberapa produk unggulan yang harus dikembangkan yang tersebar diseluruh 1
Profit Sumatera Barat, Pragraf 17
Universitas Indonesia
7
kabupaten dan kota di Sumatera Barat. Diantaranya adalah industri kakao, industri basil taut, industri pengolahan makanan ringan, industri gambir, industri semen, industri minyak atsiri, industri minyak jarak dan industri alsintan. Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2005-2009, saat ini Sumatera Barat memprioritaskan penanganan pada produk unggulan industri kakao, hal ini jJ.Iga sesuai dengan ekpose gubemur Sumatera Barat pada tahun 2008 yang lalu. Sehingga Sumatera Barat merumuskan komoditas
unggulan
masing-masing
kabupaten
dan
kota
dimana
Kota
Payakumbuh memiliki produk unggulan yaitu industri makanan ringan dan sapi potong. Pada umumnya industri yang ada di Payakumbuh tergolong menengah ke bawah dan kecil. Mayoritas dari usaha kecil menengah (UKM) ini didominasi oleh usaha rumah tangga (home industri) yang berbentuk formal maupun informal. Sektor industri ini terdiri dari ; direktorat industri pangan, direktorat industri sandang, direktorat industri kimia dan bahan bangunan, direktorat industri logam dan elektronika dan direktorat industri kerajinan. Perkembangan sektor industri di Kota Payakumbuh dari tahun 2005 dapat kita lihat pada tabel 1.4 berikut :
No
Tabel1.4 p er k em b angan Se ktor I n d us t rl. K oa t P aya k um b u b T a b un 2005-2008 % Rincian 2005 % 2006 % 2007 % 2008
1.
Unit
Usaha
1.160 2,7
1.187 2,3
1.228
3,3
6.126
6.396
14,38 6.396
978
-25,6
(Unit)* 2.
Tenaga Kerja 5.998
12,7
12,9
14,35
(orang)** Sumber :data d10lah dan Payakumbuh Dalam Angka 2009 * persentase pertumbuhan unit usaha dari tahun ketahun **persentase terhadap total tenaga kerja di Kota Payakumbuh
Berdasarkan data diatas menunjukkan pertumbuhan unit usaha industri secara
~ata-rata
meningkat sampai tahun 2007, dimana pertumbuhan unit usaha
tahun 2005 sebesar 2, 7%, tahun 2006 sebesar 2,3%, tahun 2007 sebesar 3,3%.
Universitas Indonesia
8
Selanjutnya pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup besar mencapai 25,6%. Penurunan ini disebabkan oleh karena sektor Industri pada umumnya didominasi oleh sektor informal, jadi ketika usaha mereka mengalami krisis mereka langsung menutup usaha mereka tersebut. Selain itu penurunan unit usaha ini juga disebabkan oleh krisis ekonomi dunia pada tahun 2008. Disisi lain, penurunan jumlah unit usaha tersebut tidak meyebabkan berkurangnya jumlah tenaga keija sektor industri. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa industri yang cukup berkembang dengan baik, sehingga pengusaha sektor informal yang telah menutup usahanya tersebut memilih bekeija pada industri yang lebih besar atau industri formal.(Profil Kota Payakumbuh,2008). Pada tahun 2009 unit usaha yang bergerak dibidang Industri tersebut meningkat menjadi 1.289 unit usaha atau meningkat sebesar 24,12% dan total tenaga keija sebanyak 6.555 orang dengan total produksi mencapai 111.267.171 ton/tahun. (Dinas Koperindag Kota Payakumbuh,2010). Hal ini disebabkan oleh mulai membaiknya kondisi ekonomi pasca krisis dunia tahun 2008. Kontribusi terbesar terhadap sektor tersebut berasal dari direktorat industri pangan sebanyak 542 unit usaha, baik formal maupun non formal. Berikut adalah tiga besar potensi skala kecil Kota Payakumbuh tahun2009. Tabell.S
y·1ga Besar P ot ens1. I n d usn t . Ska I a K ec1·1 K oa t Paya k urn b u h T a h un 2009 Tahun
Bidang Usaha
Unit
%*
usaha
2009
Kerupuk Pakaian jadi dari tekstil Roti
%*
Tenaga
Jlh produksi
%*
(Rp.OOO/thn)
keija
239
18,5
1.507
23,0
17.043.293
15,3
85
6,5
968
14,7
14.310.579
12,8
105
8,1
492
7,5
7.082.529
Sumber : data dto1ah dan laporan dmas Kopermdag Kota Payakumbuh,20 10 *persentase terhadap total Industri
Potensi industri paling besar berasal dari sektor pangan yaitu jenis usaha kerupuk, sebesar 18,5% dari total unit usaha industri, menyerap tenaga keija sebanyak 23% dari total tenaga keija sektor industri. Posisi ketiga produksi terbesar juga ditempati oleh industri sektor pangan yaitu industri roti, dengan jumlah unit usaha sebanyak 8,1% dan menyerap tenaga kerja sebanyak 7,5% dari
.
seluruh total tenaga keija di sektor industri. Posisi kedua adalah dari sektor
Universitas Indonesia
6,3
9
industri sandang, yaitu industri pakaian jadi dari tekstil sebesar 6,5% unit usaha dengan jumlah produksi mencapai 12,8%. Pada
umumnya
pengolahan
ketiga
sektor
industri
1m
masih
menggunakan peralatan sederhana. Tenaga keija yang dipakai pada umumnya terdiri dari keluarga dan beberapa tetangga terdekat. Untuk pemasaran, mereka memasarkan sendiri dengan membuka outlet dirumah mereka sendiri, punya tempat (los) di pasar, menjual kepada pedagang lain atau dipasarkan ke daerah lain. Jika ketiga sektor yang dinilai berpotensi in! terns ditingkatkan, maka akan memperbesar kontribusinya terhadap total jumlah industri. Hal ini tentu juga akan bisa meningkatkan jumlah penyerapan tenaga keija, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat nantinya. Kalau kita lihat distribusi persentase Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Payakumbuh atas harga berlaku menurut lapangan usaha, sumbangan sektor industri masih dibawah 10% terhadap PDRB. Yaitu pada tahun 2006 sebesar 6,66%, tahun 2007 sebesar 6,86% dan tahun 2008 sebesar -6,93%. (Profil Kota Payakumbuh,2008). Kondisi ini perlu mendapat perhatian serius karena dalam jangka panjang lapangan usaha industri diharapkan dapat menjadi lapangan usaha andalan dalam perekonomian Kota Payakumbuh sebagai wujud transformasi perekonomian dari daerah pertanian menjadi daerah industri. Berdasarkan kenyataan
tersebut
lapangan
usaha
industri
belum
memperlihatkan peranan yang cukup dominan dalam PDRB Kota Payakumbuh, hal ini disebabkan oleh berbagai masalah antara lain kurangnya modal, rendahnya kemampuan sumber daya manusia, lemahnya jaringan pemasaran dan lemahnya kelembagaan. Namun dalam jangka panjang lapangan usaha ini diharapkan akan menjadi andalan dalam penyerapan tenaga keija. Dengan makin berkembangnya pembangunan di wilayah timur Sumatera, terutama sekali Provinsi Riau diharapkan akan semakin membuka peluang bagi masyarakat Kota Payakumbuh untuk memasarkan produk-produknya sebagai akibat meningkatnya permintaan pada daerah tersebut. Untuk itu perlu dilakukan pembenahan dan penge.mb?Dgan lapangan usaha ini sehingga dapat menjadi usaha yang lebih modem dan mempunyai daya saing tinggi.
Universitas Indonesia
10
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan Jatar belakang di atas dapat kita lihat bahwa dana yang
disalurkan untuk program dana bergulir cukup besar, dan telah mengalami perkembangan. Berdasarkan sasaran dana penyaluran dana bergulir tersebut salah satunya ditujukan untuk sektor industri, terutama industri skala kecil dan rumah tangga. Kontribusi Dana Bergulir masih sedikit terhadap sektor Industri padahal sektor ini berpotensi untuk dikembangkan terutama industri makanan ringan atau produk pangan. Oisisi
lain
kita
melihat
perkembangan
sektor industri
mengalami
peningkatan, meskipun kontribusinya terhadap PDRB masih kecil hal ini menyiratkan jika dilakukan pembinaan dan perhatian yang maJ<:simal tentu nantinya akan juga bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB juga kesejahteraan masyarakat. Seperti yang kita ketahui kendala yang dimiliki oleh sektor industri adalah kurangnya jumlah modal, sehingga sektor ini menjadi sulit berkembang. Kurangnya akses modal juga menyebabkan melambatnya perkembangan sektor ini. Akses yang terjangkau oleh pengusaha Industri kecil dan rumah tangga di Kota Payakumbuh yang paling memungkinkan adalah Program dana bergulir ini, karena difasilitasi oleh pemerintah. Di mana pemerintah dapat mengambil kebijakan terhadap suatu sektor jika sektor tersebut berpotensi. Kalau kita baca RPJM Kota Payakumbuh tahun 2007-2012, Kota Payakumbuh bemiat ingin menjadikan sektor industri sebagai leading sektor di Kota Payakumbuh, sehingga seharusnya Pemerintah Konsisten terhadap "niat baik" tersebut, dengan upaya yang seharusnya dilakukan oleh semua Dinas terkait, tidak hanya Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja saja. Tetapi juga seharusnya oleh BLUD sebagai Badan Layanan Umum Daerah yang mengelola program akses dana masyarakat yaitu Dana Bergulir. Namun kenyataan tidak demikian, sehingga terkesan bahwa keinginan mengembangkan sektor industri hanya sebatas impian saja. Sehingga hal ini mengundang persoalan, bagaimana sebenamya pelaksanaan program dana bergulir ini dan kenapa sektor industri sedikit yang memperoleh dana bergulir, padahal peningkatan sektor industri merupakan program kerja nomor tiga setelah penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesempatan kerja dalam program pembangunan pemerintah Kota Payakumbuh. Apakah tidak memberikan dampak apa-apa terhadap pengusaha industri, sehingga sektor industri tidak perlu dibantu lagi dari segi permodalan, atau ada penyebab lainnya.
Universitas Indonesia
11
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan pennasalahan diatas, tujuan penelitian ini dilakukan untuk:
1.
mengevaluasi program Dana bergulir Mikro di Kota Payakumbuh dari tahun 2003 sampai 2009, bagaimana perencanaannya dari segi input,output, outcome dan manfaat dan bagaimana praktek dilapangan
2.
menganalisis dampak program tersebut terhadap sektor industri sehingga dapat direkomendasikan kebijakan yang seharusnya dilakukan oleh BLUD terhadap sektor industri.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran
untuk Pemerintah Kota Payakumbuh dalam upaya menyusun kebijakan pengembangan perekonomian daerah sehingga mempunyai acuan yang jelas dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah terutama kebijakan yang berkaitan dengan Penyaluran Kredit Dana Bergulir oleh Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan sektor Industri.
1.5
Metodelogi
1.5.1 Pendekatan Penelitian. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatifyaitu penelitian dengan sasaran penelitian yang luas dengan penekanan analisis numerik. Metode ini digunakan untuk melihat dampak peningkatan pendapatan pengusaha industri mikro dan rumah tangga setelah mengikuti program penyaluran dana bergulir mikro. Pendekatan kualitatif adalah penelitian dengan sasaran penelitian terbatas namun dengan menggali data lebih dalam (depth interview). Hal ini dilakukan dalam hal memperoleh informasi sebanyak-banyaknya baik dari pihak pengusaha industri mikro dan rumah tangga maupun pihak BLUD sendiri tentang perencanaan, proses, kendala serta manfaat yang diperoleh dari program tersebut. 1.5.2 Sumber Data. Jenis data yang akan digunakan adalah data primer, yaitu data yang diperoleh dari subjek penelitian disini adalah pengusaha industri mikro penerima kredit dana bergulir usaha mikro, objeknya adalah pendapatan pengusaha tersebut.
Universitas Indonesia
12
Data ini digunakan untuk melihat dampak pemberian bantuan dana bergulir terhadap pengusaha sektor industri pangan. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung (field research) dengan melakukan wawancara terhadap responden dan memberikan daftar pertanyaan (kusioner) yang berkaitan dengan objek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan depth interview dengan responden terse but. Data sekunder diperoleh dari literatur hasil penelitian sebelumnya, Badan Layanan Umum Daerah sebagai pengelola program dana bergulir mikro, bagian perekonomian, Dinas Perindustian dan Perdagangan Kota Payakumbuh, BPS Kota Payakumbuh dan Bappeda Kota Payakumbuh serta Dinas terkait yang dirasa perlu. 1.5.3
Populasi dan Sampel. Pemilihan sam pel akan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling yaitu sampel dipilih bardasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitian. Dengan arti kata sampel yang dipilih adalah bersifat homogen, yaitu, jenis usaha yang digeluti, tahun memperoleh pinjaman, karakteristik dari penerima bantuan, lokasi, sistem dan lama waktu pengembalian bantuan. 1.5.4
Metode Analisis. Untuk menguji dampak sesudah dan sebelum memperoleh kredit dana
bergulir mikro terhadap pendapatan pengusaha dilakukan uji beda dua rata rata, hasil perhitungan dibandingkan dengan t-tabel, pada tingkat a = 5%, dengan pengujian dua sisi. Terima
Ho jika t-hitung
> t-tabel, artinya pendapatan
meningkat setelah menerima kredit dana bergulir usaha mikro. Sebaliknya terima H 1 jika t-hitung < t-tabel, artinya tidak ada perbedaan atau peningkatan pendapatan setelah menerima kredit dana bergulir usaha mikro. (Triton,2006). Pendapatan yang digunakan adalah pendapatan kotor Pengusaha atau pendapatan sebelum dikurangi pajak. 1.5.5
Peralatan Pemantauan dan Evaluasi Program. Untuk menjawab bagaimana kinerja program penyaluran dana bergulir
terhadap peningkatan pendapatan pengusaha industri mikro serta mengetahui
Universitas Indonesia
13
sejauh mana kesesuaian antara perencanaan dan kenyataan dilapangan dapat digunakan metode Matrik Kerangka Ketja Logis (KKL). KKL yang digunakan adalah versi Bappenas yaitu matrik 5 baris 4 kolom. Baris terdiri dari : masukan (input), keluaran (output), Hasil (outcome), manfaat (benefit) dan sasaran/dampak (impact/Goal). Kolom terdiri dari ringkasan narasi, indikator kinetja, sumber pembuktian, asumsi terpenting (faktor ekstemal). Hasil (outcome), manfaat (benefit) dan sasaran (impact) merupakan tujuan proyek yang diharapkan dapat dicapai dengan diproduksinya output tersebut. Berikut adalah matrik kerangka kerja logis.
N 0
5
4
3
Tabel1.6 . L ogas t "kKerang1ka K erJa M an INDIKATOR DAN ALAT/CARA/SUMBER RINGKASAN SASARAN PEMBUKTIAN/ NARASI KINERJA PENJELASAN Ukuran yang Alat/cara membuktikan Pampak indikator kinerja. menunjukkan kinerja pasar pemikiran Bagaimana dan kemana proyek atau ~ilaksanakan data indikator kinetja proyek,diadakannya pencapaian sasaran dapat diperoleh. butput. Indikasi diperolehnya Alat/cara membuktikan Manfaat Hal yang diharapkan manfaat setelah output indikator kinetja. Bagaimana dan kemana dapat berfungsi dapat dicapai bila dengan baik. petunjuk data indikator kinerja output dapat dapat diperoleh. kuantitatiflkualitatif. diselesaikan Alat/cara membuktikan Indikasi yang Outcome indikator kinerja. menunjukkan hasil iLatar be lakang dan kemana Bagaimana pemanfaatan output tmengadakan output data indikator kinerja selama pelaksanaan dapat diperoleh. dan proyek selesai.
2 Putput ~asil spesifik yang diharapkan dari proyek 1
Besaran hasil pengolahan input selama umur proyek
nput: Kegiatan/dana yang diperlukan menghasilkan output
Alat/cara membuktikan indikator kinetja. Bagaimana dan kemana data indikator kinerja dapat diperoleh. Alat/cara membuktikan indikator kinerja. Bagaimana dan kemana data indikator kinerja dapat diperoleh.
ASUMSI TERPENTING Faktor-faktor ekstemal yang diperlukan agar sasaran paling akhir dari pelaksanaan proyek dapat tercapai Faktor-faktor ektemal yang diperlukan agar hasil proyek dapat memberikan manfaat Faktor-faktor ekstemalyang diperlukan agar output dapat berfungsi dan tetap memberi hasil setelah proyek selesai. Faktor-faktor ekstemal untuk mencapai output seperti yang diharapkan, bila seluruh input terpenuhi. Faktor-faktor ekstemal yang dapat mempengaruhi tersedianya seluruh input dan dilaksanakan tepat waktu
Sumber :Konsep proyek dan Kerangka kerJa logts perencanaan proyek,2005
Universitas Indonesia
14
1.6
Kerangka Berf1kir Alur kerangka berfikir pemecahan masalah dapat kita lihat pada diagram
berikut: Latar belakang
Harapan
Adanya program penyaluran dana bergulir untuk memperluas akses masyarakat akan modal termasuk untuk pengusaha bidang industri mikro dari pemerintah kota Payakumbuh. Industri pangan berpotensi untuk dikembangkan karena pasamya ada.
Dengan program dana bergulir sektor industri mikro lebih terperhatikan sehingga bisa meningkatkan pendapatan masyarakat dan kontribusi thd PDRB.
IL...____~_ ~
Permasalahan
___,I
Bagaimana perkembangan dana bergulir Mikro, kenapa sektor industri yang akan dijadikan leading sektor oleh Kota Payakumbuh, terkesan tidak mendapat tempat, terbukti dengan sedikitnya pengusaha sektor industri memperoleh dana bergulir
Mengevaluasi Program dana bergulir dan melihat dampaknya terhadap sektor industri.
Tujuan
Metode 1. Evaluasi dengan metode KKL 2. Analisa kualitatif dan kuantitatif dengan Uji beda dua rata-rata. Diketahui :
Sumber Data I. Data pnmer, kusioner , depth interview 2. Data sekunder dari dokumendokumen yang relevan
~.
I. Kenyataan lapangan perkembangan program dana bergulir oleh BLUD tahun 2003-2009 melaui analisis indicator input,otput,outcome, benefit dan dampak. 2. Dampak dana bergulir terhadap pengusaha sektor industri.
·1
Kesimpulan dan saran
I Universitas Indonesia
15
1. 7
Ruang Lingkup Penelitian dilakukan di Kota Payakumbuh untuk program Dana bergulir
usaha mikro secara umwn, yaitu mulai berjalannya program tahun 2003 sampai tahun 2009 berdasarkan dokumen rencana strategis yang ada. Dampak yang dilihat hanya untuk sektor industri. Hal ini dilakukan karena keterbatasan data dan kenyataan lapangan bahwa program penyaluran dana bergulir selalu ada setiap tahun di Kota Payakumbuh dan ditujukan untuk semua sektor usaha yang produktif.
1.8
Sistematika Penulisan
BABIPENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat, kerangka berfikir, metodologi, ruang lingkup dan sistematika penulisan. BAB II KERANGKA TEORI Berisi tentang teori yang digunakan sebagai dasar penelitian, penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. BAB III GAMBARAN UMUM Berisikan gambaran umum perekonomian Kota Payakumbuh, profil program penyaluran dana bergulir mikro oleh Badan Layanan Umum Daerah Kota Payakumbuh. BAB IV METOOOLOGI PENELITIAN Berisikan paparan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini, mencakup teknik/ pengumpulan data, sumber data, ruang lingkup dan pengolahan data guna mengetahui dampak program dan evaluasi program. BAB V HASIL PENELITIAN Berisi hasil analisa kusioner terhadap kondisi responden yaitu pengusaha industri pangan skala kecil, hasil evaluasi terhadap program dana bergulir mikro oleh BLVD dan hasil uji beda rata-rata terhadap pendapatan responden setelah menerima bantuan program dana bergulir mikro. BAB VI PENUTUP Berisi kesimpulan penelitian, saran kebijakan.
Universitas Indonesia
BAB2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori. 2.1.1 Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Teori ekonomi Neo K1asik mengatakan bahwa pembangunan ekonomi ada 2 konsep pokok, yaitu : keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi. Artinya sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiah j ika modal dapat mengalir tanpa adanya pembatasan , sehingga modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi ke daerah yang berupah rendah. Namun teori ini tidak terlalu memiliki dimensi spasial secara signifikan. (Lincolin, 1999) Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk bahan baku dan tenaga kerja untuk di eksport akan menciptakan peluang kerja dan kekayaan daerah yang lebih besar. Strategi pembangunan dengan penekanan memberikan bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun intemasional. Implementasi kebijakan
mencakup
pengurangan
hambatan
terhadap
perusahaan
yang
berorientasi eksport di daerah tersebut. (Lincolin, 1999). 2.1.2 Konsep Pendapatan. Menurut Samuelson dan Nordhaus ( 1997), tujuan pokok dijalankannya suatu
usaha perdagangan adalah untuk memperoleh pendapatan, dimana
pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran Selanjutnya, pendapatan juga dapat di definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta
16 Universitas Indonesia
17
pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransipengangguran. Adapun menurut Lipsey (1995), pendapatan terbagi dua macam, yaitu pendapatan perorangan dan pendapatan disposable. Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan perorangan dibayarkan untuk pajak, sebagian ditabung oleh rumah tangga ; yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan
pajak penghasilan. Pendapatan
disposible merupakan jumlah pendapatan saat ini yang dapat di belanjakan atau ditabung oleh rumah tangga ; yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan. Sedangkan menurut Gilarso (1998), pendapatan atau penghasilan adalah sebagai balas karya. Pendapatan sebagai balas karya terbagi dalam enam (6) kategori, yaitu : 1. upahlgaji yang merupakan balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan
dalam hubungan kerja dengan orang/instansi lain (sebagai karyawan yang dibayar), 2. laba usaha sendiri yaitu balas karya untuk pekerjaan yang dilakukan sebagai pengusaha yang mengorganisir produksi, mengambil keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung resikonya sendiri entah sebagai petanil tukang/pedagang dan sebagainya, 3. laba perusahaan (perseroan) atau laba yang diterima atau diperoleh perusahaan yang berbentuk atau badan hukum, 4. sewa atas jasa yang diterima oleh pemilik atas penggunaan hartanya seperti tanah, rumah atau barang-barang tahan lama, 5. penghasilan campuran yaitu penghasilan yang diperoleh dari usaha seperti ; petani, tukang, warung, pengusaha kecil, dan sebagainya 6. disebut bukan laba, melainkan terdiri dari berbagai kombinasi unsur-unsur pendapatan, serta bunga atau balas jasa untuk pemakaian faktor produksi uang.
Universitas Indonesia
18
Menurut Sukimo (2004) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan tersebut adalah sebagai berikut : I. Pendapatan pribadi, yaitu : semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara. 2. Pendapat disposibel, yaitu : pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang disebut pendapatan disposibel. 3. Pendapatan nasional, yaitu : nilai seluruh barang-barang jadi dan jasajasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam satu tahun. Sedangkan
menurut teori
Milton Friedman,
1956 (dipetik dari
Rachmawati 2008), pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan : I. Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnnya, misal upah, gaji. 2. Pendapatan yang diperoleh dari hasil semua faktor yang menentukan kekayaan seseorang. 2.1.3 Konsep Modal. Menurut Snavyly, 1980 (dipetik dari Rachmawati 2008), dalam ilmu ekonomi, istilah modal merupakan konsep yang pengertiannya berbeda-beda, tergantung dari konteks penggunaannya dan aliran pemikiran yang dianut. Secara historis konsep modal juga mengalami perubahan/perkembangan. Sedangkan Smith, 1776 (dipetik dari Rachmawati 2008), menggunakan istilah modal dan modal berputar, yang didasari oleh kriteria sejauh mana suatu unsur modal terkonsumsi dalam jangka waktu tertentu (misal satu tahun). Jika suatu unsur modal dalam jangka waktu tertentu hanya terkonsumsi sebagian sehingga hanya sebagian (kecil) nilainya menjadi susut, maka unsur tersebut disebut modal tetap (misal mesin, bangunan, dan sebagainya). Tetapi jika unsur
Universitas Indonesia
19
modal terkonsumsi secara total, maka ia disebut modal berputar (misal tenaga kerja, bahan mentah dan sarana produksi). Selanjutnya Mill, 1848 (dipetik dari Rachmawati, 2008), menggunakan istilah modal dengan arti barang fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lain, dan suatu dana yang tersedia untuk mengupah buruh. Pada akhir abad ke-19, modal dalam arti barang fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lain, dipandang sebagai salah satu di antara empat faktor utama produksi (tiga lainnya adalah tanah, tenaga kerja dan organisasi atau manajemen). Mill menggunakan istilah modal dengan arti barang fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lai~ dan suatu dana yang tersedia untuk mengupah buruh. Pada akhir abad ke-19, modal dalam arti barang fisik yang dipergunakan untuk menghasilkan barang lain, dipandang sebagai salah satu di antara empat faktor utama produksi (tiga lainnya adalah tanah, tenaga kerja dan organisasi atau manajemen). seseorang sebagai kekayaan yang tidak segera dikonsumsi melainkan, atau disimpan, atau dipakai untuk menghasilkan barang/jasa baru (investasi). Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang. Sejumlah uang menjadi modal apabila ditanam atau di investasikan untuk menjamin adanya suatu kembalian. Dalam arti ini modal juga mengacu kepada investasi itu sendiri yang berupa alat-alat finansial seperti deposito, stok barang, ataupun surat saham yang mencerminkan hak atas sarana produksi, atau dapat pula berupa sarana produksi fisik. Kembalian dapat berupa pembayaran bunga, ataupun klaim atas suatu keuntungan. Modal yang berupa barang, mencakup modal tetap dalam bentuk bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan distribusi, dan barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk memproduksi barang/jasa baru; dan modal berputar, dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam proses untuk diolah menjadi barang jadi. Dalam konsep Marx, unsur-unsur modal tersebut dapat dibedakan menurut dua macam kriteria. Pertama, dari kriteria proses kerja yaitu faktor obyektif yang berupa sarana produksi, dan faktor subyektif yang berupa tenaga kerja. Kedua, dari segi penetapan nilai, yaitu modal tetap dan modal variabel.
Universitas Indonesia
20
2.1.4 Pengertian Kredit Salah satu cara untuk memperoleh modal adalah dengan kredit. Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayamya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. I 0 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan. Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, tentu saja bank mengharapkan uangnya kembali. Untuk memperkecil resiko, dalam memberikan kredit bank harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari karakter, kapasitas, modal, jaminan dan keadaan perekonomian. Karakter merupakan watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang) dapat meneliti apakah caJon debitur masuk ke dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau tidak. Untuk itu kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan informasi dari lingkungan usahanya. Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur untuk mengembalikan
pinjaman.
Untuk
mengukumya,
kreditur dapat
meneliti
kemampuan debitur dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan lainlain. Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau melihat berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur dapat menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan dipandang semakin serius dalam menjalankan usahanya. Jaminan (agunan) dibutuhkan untuk beljaga-jaga seandainya debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah pinjaman.
Universitas Indonesia
21
Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan tetjadi di masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya.
2.2. Usaha Skala Kecil Dan Mikro. Penge:rtian usaha mikro dan usaha kecil pada dasamya mengacu pada undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, kecil dan Menengah, dimana usaha mikro adalah adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: I.
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Sedangkan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut : I.
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2.
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00(dua milyar lima ratus juta rupiah). Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 9
tahun 1995
tentang usaha kecil menengah yang merupakan usaha berskala kecil juga meliputi usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Pengertian usaha kecil informal
Universitas Indonesia
22
adalah usaha kecil yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima dan pemulung. Usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun yang berkaitan dengan seni dan budaya yang dimiliki dan menghidupi sebagian besar rakyat. Menurut BPS (2002: 9), batasan mengenai skala usaha didasarkan pada kriteria jumlah tenaga kerja. Berdasarkan kreteria tersebut, skala usaha diklasifikasikan sebagai berikut: (a) usaha kecil 1-19 orang; (b) usaha menengah 20-99 orang; (c) usaha besar lebih dari 100 orang. Banyak disadari bahwa Usaha Kecil dan Mikro (UKM) mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan, yaitu melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan pemberdayaan masyarakat, peningkatan produktivitas karena meningkatnya capacity building dan penyediaan jaminan sosial terhadap kelompok masyarakat ekonomi bawah. Keberhasilan UKM tidak hanya tergantung kepada produk dan modal melainkan juga pada manajemen yang tepat dalam pengelolaan perusahaan. Salah satu komponen kunci keberhasilan bisnis UKM adalah elemen konteks dalam perkembangan UKM. Elemen konteks ini meliputi pemasaran, teknologi, akses informasi, kesiapan kewirausahaan, jaringan sosial, legalitas, akses modal, dukungan pemerintah dan rencana bisnis. Beberapa faktor manajemen merupakan komponen kritis dalam menumbuhkan peran industri secara cepat. Faktor manajemen tersebut adalah: (1) sumber-sumber keuangan yang menjamin bahwa pertumbuhan bisnis mampu membiayai pertumbuhan stok, aset tetap, dan sebagainya, yang jika tidak dapat dipenuhi, maka bisnis akan menghadapi krisis likuiditas karena tidak dapat memenuhi kewajiban finansial dalam jangka pendek, atau sering disebut
'overtrading'; (2) system resources dalam bentuk tingkat kepuasan system pengawasan, perencanaan dan informasi.
Universitas Indonesia
2.3. Kerangka Kerja Logis Evaluasi Kinerja. Evaluasi merupakan proses untuk membuat penilaian secara sistematik mengenai suatu kebijakan, program, proyek, atau kegiatan berdasarkan informasi dan basil analisis, dibandingkan terhadap relevansi, keefektifan biaya dan keberhasilannya untuk keperluan pemangku kepentingan 1• Evaluasi menurut jenisnya dapat dibagi menjadi : 1. Menurut waktu pelaksanaan : •
Evaluasi Fonnatif Yaitu dilaksanakan pada waktu pelaksanaan program, bertujuan untuk memperbaiki pelaksanaan program, sehingga akan ditemukan masalah-masalah dalam pelaksanaan program.
•
Evaluasi summatif Dilaksanakan pada saat pelaksanaan program sudah selesai, bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan program, sehingga akan ditemukan capaian dalam pelaksanaan program.
2. Menurut Tujuan; •
.
Evaluasi proses : bagaimana program berjalan dengan fokus pada masalah penyampaian pelayanan (service delivery).
•
Evaluasi biaya-manfaat : mengkaji biaya program relatif terhadap penggunaan sumber daya dan manfaat program,
•
Evaluasi dampak : apakah program dapat memberikan pengaruh yang diinginkan.
Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan merupakan bagian dari upaya pengendalian. Diharapkan pemantauan dan evaluasi dapat digunakan sebagai bahan perbaikan bagi pelaksanaan maupun bagi penyesuaian rencana, ataupun sebagai masukan bagi perencanaan selanjutnya. Kegiatan pemantauan sendiri dapat membantu kegiatan pengendalian, yaitu dengan melakukan tinjauan pada kegiatan yang sedang beljalan secara terns menerus. Sedangkan evaluasi dapat dilakukan pada tahap penyusunan rencana juga dapat dilakukan terhadap kegiatan yang telah selesai dilakukan.(bahan ajar Suyanti, 2008).
1
Bahan ajar Hera Susanti, Mata Kuliah Ekonomi Perencanaan Kota dan Daerah.
Universitas Indonesia
24
Sedangkan KKL untuk pemantauan dan evaluasi fonnatnya sama dengan KKL untuk tahap perencanaanya, hanya saja pada KKL tahap pemantauan dan evaluasi terdapat penambahan kolom pada sisi kanan kolom 5 yang berisi temuan studi /evaluasi yang digunakan untuk membandingkan antara rencana dengan realisasi (Suyanti: 1997). Dengan penambahan kolom 5 maka akan dianalisa perbandingan indikator-indikator kinelja yang disusun pada tahap perencanaan dengan realisasi setelah proyek berjalan atau berakhir. Hal menunjukkan seberapa jauh proyek dapat mencapai tujuan-tujuannya dan digunakan untuk mengukur kinerja suatu proyek pembangunan, tindakan-tindakan koreksi, dan bahan masukan
bagi
perencana berikutnya serta dalam pengambilan keputusan. (teknis alat KKL dijelaskan dalam bab metodologi penelitian).
2.4. Penelitian Terdahulu. 2.4.1 Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. Adalah bagian dari
program
pemerintah yang ditujukan
untuk
mendukung mengembangkan Koperasi dan Usaha kecil Menengah yang layak usahanya untuk mendapat fasilitas kredit I pembiayaan dari kreditur, namun kurang memiliki jaminan yang disyaratkan oleh kreditur. Artinya yang menjadi sasaran adalah koperasi atau pengusaha UKM yang membutuhkan pendanaan dan dinyatakan layak oleh lembaga keuangan namun belum mempunyai agunan yang cukup untuk pembiayaan (Adri Said,2007). Berdasarkan kesepakatan yang ada, ditetapkanlah 6 bank yang menjadi pelaksana KUR : 1.
Bank Rakyat Indonesia
2.
Bank Mandiri
3.
Bank Bukopin
4.
Bank Negara Indonesia
5.
Bank Syariah Mandiri
6.
Bank Tabungan Negara Skema KUR adalah :
1.
Nilai kredit maksimal perdebitur adalah Rp 500 juta
2.
Bunga maksimal 16% pertahun
Universitas Indonesia
25
3.
Pembagian resiko jaminan
perusahaan penJamm 70% dan Bank
pelaksana 30% 4.
Penilaian
terhadap
kelayakan
usaha debitur
sepenuhnya menjadi
kewenangan bank pelaksana. 5.
UMKM dan Koperasi tidak dikenakan lmbal jasa penjaminan (IJP) Pinjaman ini bersifat tanpa agunan artinya peminjam tidak perlu
menggadai asetnya untuk mendapatkan kredit ini karena sudah dijamin pemerintah sebesar 70 % melalui Perum Jamkrindo dan PT Askrindo, sisanya oleh bank itu sendiri. Guna menghindari moral hazard, bank perlu menerapkan pendekatan kehati-hatian dan tidak asal menyalurkan kredit. Di Indonesia pada tahun pertama penyaluran KUR Mikro sudah dapat membantu 1,67 juta usaha milcro dan akhir tahun 2009 dengan ditambahnya dana penjaminan sebesar Rp 2 Triliun maka KUR diharapkan mencapai Rp 34 Triliun. (Kusmuljono, 2009). 2.4.2 Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Yaitu Program pemerintah untuk membantu masyarakat yang tidak memiliki apa-apa sama sekali. Terutama kaum perempuan sebagai tiang rumah tangga yang tujuannya mengentaskan kemiskinan. Dasarnya adalah agar tidak melalukan pinjaman kepada lintah darat. Mereka yang menerima PNPM adalah kelompok-kelompok perempuan rumah tangga miskin (RTM) yang produktif. Dimana terdapat tiga kelompok yang menjadi prioritas : 1.
Untuk membantu mereka yang sudah tidak berdaya agar dapat survive.
2.
Memberi ikan agar bisa makan,
3.
Memberi pembiayaan yang sifatnya untuk usaha produktif melalui kredit mikro. Dengan demikian semua lapisan masyarakat bisa tersentuh.
2.4.3 Permodalan Nasional Berhard Program pemerintah yang mengarah kepada kepemilikan aset yang dilakukan oleh Pemerintah Malaysia. Dimana melalui lembaga permodalan Nasional Berhard rakyat kecil bisa memiliki saham perusahaan perusahaan besar yang go public di pasar modal. Dimana dengan program ini para pemuda yang
Universitas Indonesia
26
ingin mengembangkan usaha mendapat dukungan keuangan tennasuk bidang franchise. (Kusmuljono, 2009). 2.4.4 Program Microcredit di Bangladesh Program yang digulirkan oleh Grameen Bank (GB), Bangladesh Rural Advencement Committee (BRAC) dan Bangladesh Rural Development Board's (BRDB). Merupakan program pengentasan kemiskinan terutama untuk kaum miskin yang produktif. Menyediakan dua program yang pertama menyediakan kredit
untuk
masyarakat
miskin
sebagai
modal
guna
meningkatkan
produktivitasnya. Kedua program nonkredit berupa bantuan kesehatan, pelatihan, hak dan kewajiban sipil dan infonnasi antara sesama anggota. Kredit dimaksud bisa diberikan perorangan atau bisa per kelompok masyarakat.(Madajewicz, 1999) Penelitian menemukan bahwa : 1.
Ada dampak positif yang sangat besar dari program terhadap produktivitas masyarakat yang dibantu oleh program ini sebagai strategi pengentasan kemiskinan.
2.
Dampak program
nonkredit,
dengan
adanya
program
pemmJaman
berkelompok dapat meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap kredit, sehingga masyarakat bisa saling bertukar infonnasi untuk pembangunan masyarakatnya. Penelitian lain di Bangladesh juga mendapatkan bahwa dengan adanya akses kredit bisa meningkatkan konsumsi perkapita, terutama non food. Misalnya meningkatnya aset tanah yang dimiliki. Meningkatnya kesejahteraan bukan hanya terhadap nasabah tapi seluruh masyarakat karena adanya efek spillover pada seluruh masyarakat lokal. Sehingga program ini menjadi efektif memberantas kemiskinan di Bangladesh.(Keman,2002) Penelitian ini juga menunjukkan bahwa nasabah yang meminjam perorangan lebih cepat meningkat kekayaannya dibandingkan dengan nasabah yang
meminjam
secara
berkelompok.
Karena
mekanisme
pemmJaman
berkelompok mekanismenya kurang efektif dibandingkan dengan pemmJaman individu.
Universitas Indonesia
27
2.4.5 Banking for the poor :Evidence from India. Bank sentral India komit bahwa setiap Bank harus mendirkan 4 (empat) cabang di daerah lain yang dinamakan dengan Bank sosial. Dengan prioritas program sosial
bankny~
sektor pertanian dan industri skala kecil. Dimana basil
penelitian menunjukkan pada tahun 1977-1990 dengan adanya ekspansi perbankan tersebut dapat menurunkan tingkat kemiskinan di daerah cabang tersebut. Rumah tangga yang meminjam di Bank umum lain relatif berkurang, karena masyarakat beralih ke Bank sosial ini. Sehingga kemiskinan bisa berkurang dengan rendahnya biaya pengurusan kredit di sektor perbankan sosial ini.(Burgess,2005) Panggabean (2005) meneliti tentang efektivitas program dana bergulir di Bidang Petemakan, perikanan dan perkebunan oleh Anggaran Pendapatan Bel
Universitas Indonesia
28
Palangkaraya, beliau meneliti pengrajin rotan, dimana beliau menemukan bahwa pemberian kredit MAP berdampak positif bagi pendapatan masyarakat pengrajin rotan tersebut, jumlah kredit yang diterima berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan penerima kredit, jumlah tenaga kerja berpengaruh signifikan positif peningkatan pendapatan penerima kredit, tingkat pendidikan berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan penerima kredit. Yuniri Yunirman (2009) mengadakan penelitian tentang penyaluran da.'la bergulir mikro di kota Payakumbuh, beliau menemukan bahwa penyaluran dana bergulir belum sepenuhnya efektif digunakan peminjam, karena sebagian besar pinjaman hanya dugunakan untuk konsumsi belum untuk skala memperluas atau mengembangkan usaha.
Universitas Indonesia
BAB3
GAMBARAN UMUM
3.1
Gambaran Perekonomian Kota Payakumbuh. Dengan digulirkan dan dilaksanakannya berbagai kebijakan untuk
menghadapi era otonomi daerah yang dicanangkan semenjak tahun 2000, sebagai implementasi dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 yang diganti dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, serta Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 yang diganti dengan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah dan Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, temyata telah membawa perekonomian Kota Payakumbuh ke arah yang lebih baik, setelah sempat mengalami keterpurukan ekonomi akibat krisis ekonomi pada tahun 1998. Kota Payakumbuh
memiliki luas wilayah 80,43 km 2 dan jumlah
penduduk 104.969 jiwa (keadaan tahun 2007). Dilihat dari pembangunan ekonomi wilayah Payakumbuh
mempunyai karakteristik sebagai kota jasa dan
perdagangan yang ditopang oleh sektor pertanian. Hal ini terlihat dari komposisi distribusi PDRB yang didominasi oleh sektor jasa. Dalam
perkembangannya
Kota Payakumbuh terns mengalami perbaikan ekonomi dari tahun ketahun. Membaiknya kondisi perekonomian dapat dilihat dari peningkatan PDRB kota selama lima tahun terakhir (tahun 2002-2006), baik atas dasar harga kostan tahun 2000 maupun atas dasar harga berlaku. Kondisi ini sekaligus juga mengindikasikan bahwa kebijakan pemulihan ekonomi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dapat berjalan dan berhasil dengan baik. Prestasi ekonomi ini juga tidak terlepas dari dukungan kondisi sosial, politik dan keamanan yang semakin kondusif selama lima tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 3.1 berkut ini. Lapangan usaha angkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang paling tinggi dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 8,05%, posisi kedua ditempati oleh lapangan usaha listrik, gas dan air minum, kemudian diikuti oleh lapangan usaha bangunan.
29
Universitas Indonesia
30
Hal ini memperlihatkan bahwa perekonomian kota bergerak secara dinamis dengan tingkat pembangunan fisik yang cukup tinggi.
Tabel3.1 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Kota Payakumbuh Tahun 2002-2006 Pertumbuhan %) No.
Lapangan usaha
2002 2003 2004
2005
2006
Rata-~
1.
Pertanian
4,82
4,56
5,19
4,15
4,04
rata 4,55
2.
Pertambangan dan Penggalian
4,79
5,35
5,80
4,77
3,92
4,93
3.
Jndustri
5,52
4,85
5,21
6,19
6,31
5,62
4.
Listrik, Gas dan Air Min urn
8,54
5,38
6,02
5,96
5,36
5,89
5.
Bangunan
7,36
6,47
5,45
4,97
4,60
5,77
6.
Perdagangan, hotel dan restoran
4,24
5,43
4,74
4,82
4,86
4,82
7.
Angkutan dan Komunikasi
5,21
5,70
9,03
9,90
10,39
8,05
8.
Keuangan, Persewaan dan J asa Perusahaan
5,14
3,05
5,61
5,41
6,78
5,20
9.
Jasa-jasa
3,71
5,24
4,06
4,38
5,02
4,48
PDRB
4,80
5,13
5,61
5,78
6,18
5,67
ekonomi
saja
belum
mampu
Sumber: PDRB Kota Payakumbuh,2008
Keberhasilan
dalam
pertumbuhan
mencerminkan peningkatan dalam kesejahteraan bagi masyarakat, meskipun jika dilihat dari perkembangan pendapatan perkapita masyarakat Kota Payakumbuh juga terjadi peningkatan nilai secara nominal, namun ini belum cukup untuk memperlihatkan keberhasilan pembangunan kota. Indikator penting lainnya yang harus diperhatikan adalah apakah peningkatan pertumbuhan ekonomi juga diikuti oleh kemampuan daya serap terhadap tenaga kelja sehingga semakin banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, baik di lapangan kelja formal maupun informal, yang pada akhimya akan semakin menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan di kota ini.
Universitas Indonesia
31
Tabel3.2 Jumlab Penduduk Usia 15 tabun ke atas yang bekerja menurut lapangan usaba Tabun2003-2006 No
Lapangan Usaha
I.
Pertanian
2.
Pertambangan & penggalian
3.
Industri
4.
Listrik, gas & airminum
5.
Jml
2005
2004
2003 %
2006*
Jml
%
Jml
%
Jml
%
Perturn buhan (%)
8.765
21,7
9.187
21,25
9.340
22,46
8.972
21,25
0,78
418
1,35
462
1,07
204
0,49
275
0,65
0.90
4.174
10,34
5.834
12,61
5.998
12,70
6.126
12,89
0,85
196
0,48
153
0,35
52
0,13
81
0,19
(25,51)
Bangunan & Konstruksi
1.751
3,34
2.402
5,51
1.843
4,43
1.749
4,14
(0,04)
6.
Perdagangan
13.256
32,83
13.230
30,60
13.809
33,21
14.022
33,20
1,89
7.
Angkutan & Komunikasi
2.713
6,72
4.182
9,67
3.188
7,67
3.270
7,74
6,42
8.
Keuangan
560
1,39
354
0,82
672
1,62
945
2.24
19,06
9.
Jasa-jasa
8.549
20,95
7.808
18,06
9.746
23,44
10.057
23,82
5,56
Jumlab
40.382
100
43.231
100
41.577
100
42.230
100
1,50
Sumber : Payakumbuh Dalam Angka.,2008 Ket : * Bappeda Kota Payakumbuh (data diolah) (---) nilai negatif
Jika dilihat dari tingkat rata-rata pertumbuhan, maka tampak bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata penyerapan tenaga kerja Kota Payakumbuh selama 4 tahun sebesar 1,5%, meski lebih tinggi dari pertumbuhan penduduk, tetapi angka ini masih jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kemampuan laju pertumbuhan ekonomi secara rata-rata yang mencapai angka 5,6%. Lapangan usaha yang pertumbuhan penyerapan tenaga kerja paling tinggi adalah lapangan usaha jasa keuangan, meskipun secara kontribusi nilai perannya masih kecil, yaitu sebesar 2,24% pada tahun 2006. Sementara penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha pertanian sudah sangat kecil, hal ini memperlihatkan bahwa lapangan usaha ini mulai jenuh dan sudah berkurang kemampuannya untuk menyerap tenaga kerja.
Universitas Indonesia
32
Di sisi lain, ada dua lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan daya serap terhadap tenaga kerja dengan nilai negatif, artinya telah teijadi penurunan penggunaan tenaga keija selama empat tahun terakhir, yaitu lapangan listrik, gas dan air minum; dan lapangan usaha bangunan & konstruksi. Kondisi ini harus mendapat perhatian pemerintah kota, karena ketiga lapangan usaha ini ternyata memberikan kontribusi yang selalu meningkat pada PDRB kota. Hal ini mengisyaratkan
bahwa peningkatan nilai produksi lapangan usaha ini tidak
diikuti dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja, yang diharapkan dapat mendorong percepatan penurunan angka pengangguran dan kemiskinan. Pertumbuhan penyerapan tenaga keija sektor industri rata-rata hanya sebesar 0,85% pertahun.
Lambatnya penyerapan tenaga keija sektor industri
disebabkan oleh banyaknya kendala yang dimiliki oleh pengusaha skala kecil dan mikro dalam hal sebagai berikut : •
Kendala Internal, yang meliputi: o Kendala dalam memperoleh informasi pasar. o Keterbatasan dalam pemanfaatan dan penguasaan teknologi. o Keterbatasan jaringan usaha dan keijasama usaha. o Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen. o Kelemahan dalam struktur permodalan
•
Kendala eksternal, diantaranya adalah: o lklim persaingan yang belum sehat. o Sarana dan prasarana pendukung yang kurang memadai. o Pembinaan yang masih kurang terpadu. o Image bahwa IKM kurang menguntungkan Investor Berdasarkan data Statistik Sumatera Barat, pada tahun 2006 di Kota
Payakumbuh terdapat 14.925 unit usaha, denganjumlah tenaga keija yang mampu diserap sebanyak 30.534 orang, dimana 5.779 unit merupakan usaha yang berlokasi di tern pat tidak permanen, dan 9.146 unit adalah usaha yang berlokasi
Universitas Indonesia
33
di tempat pennanen. Kondisi ini memperlihatkan bahwa masih cukup besar jumlah UKM yang berada di sektor infonnal, yang tentunya membutuhkan perhatian pemerintah daerah untuk pengembangan pada masa yang akan datang. Berdasarkan Renstra (Rencana Strategis) Kota Payakumbuh sektor industri ini dinilai berpotensi untuk dikembangkan dan ditingkatkan. Karena kontribusi yang diberikan oleh usaha pada umumnya tergolong usaha rumah tangga, Usaha mikro kecil, dan menengah yang temyata banyak dikelola masyarakat. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberdayaan UKM tersebut, agar potensi tersebut bisa direalisasikan.
3.2
Badan Layanan Umum Daerah ((BLUD).
Landasan hukum Badan Layanan Umum adalah Undang-Undang No. 01 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan PP nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Statusnya adalah bukan badan hukum, merupakan instansi pemerintah, pegawainya adalah PNS (Pegawai Negeri Sipil), sumber keuangan adalah negara, tujuan usaha adalah tidak mengutamakan laba dibawah menteri teknis terkait dan bersifat pelayanan kepada masyarakat. Ciri lain dari Badan Layanan Umum adalah dapat menggunakan basil penerimaan jasa/barang untuk operasional Badan, adanya prinsip efisiensi dan produktivitas, tidak dapat mengambil kebijakan sendiri karena ada pembinaan teknis dan sebatas dalam memberikan layanan teknis saja. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarak:at dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan Undang - undang dan Peraturan Pemerintah tersebut serta esensi pemberdayaan ekonomi kerakyatan sebagai amanat koor Pemerintah Kota Payakumbuh
Tahun
2008-2012,
yaitu
memberikan
kemudahan
kepada
masyarakat dalam memperoleh modal usaha guna meningkatkan produksi dan pendapatan, maka Pemerintah Kota melahirkan program Dana Bergulir Mikro. Selanjutnya untuk meningkatkan pelayanan terhadap publik Program ini dibentuk
Universitas Indonesia
34
dalam suatu wadah yaitu Badan Layanan Umwn Daerah (BLUD) pada tahun 2009. Pada awalnya, BLUD Dana bergulir mikro
ini merupakan Badan
Pengelola Dana Bergulir (BPBD), badan ini dibentuk untuk menekan maraknya pertwnbuhan praktek-praktek rentenir, yang merupakan salah satu faktor penghambat perkembangan UMKM di Kota Payakwnbuh. Modalnya dari APBD dalam bentuk penyertaan modal, dimana sampai tahun 2007 mencapai Rp. 19.422.362.712,-. Dengan dana yang beredar di masyarakat sebesar Rp. 14.658.516.706,- dan pendapatan jasa sebesar Rp. 1.368.218.919,-. Jumlah nasabah sampai tahun 2007 sebanyak 3.097 orang yang sebagian besar bergerak dibidang usaha industri perdagangan sebesar 58%, petemakan 11%, pertanian 6% dan koperasi 25%. Dengan keluamya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang pedoman teknis pengelolaan keuangan Badan Layanan Umwn Daenih yang merupakan tindak lanjut dari ketentuan pasal 150 Peraturan Pemerintah Nomor : 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, diisyaratkan bahwa setiap pemerintah daerah di daerah yang menyelenggarakan pelayanan wnwn yang berhubungan dengan penyediaan barang dan jasa kepada masyarakat, baik dibidang pelayanan jasa kesehatan maupun dana bergulir untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) diwajibkan menyesuaikan dan menerapkan Pola Pengelolaan BLUD (Badan Layanan Umwn Daerah) sesuai dengan ketentuan Permendagri Nomor : 61 tahun 2007 ini paling lambat sampai tahun 2009. Adapun yang menjadi dasar hukwn pembentukan BLUD Dana Bergulir Kota Payakwnbuh adalah : 1.
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pelaksanaan otonomi daerah
2.
Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umwn
3.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umwn Daerah
4.
Peraturan Menteri Keuangan No. 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Penggunaan Dana Bergulir pada kementerian Negara/Lembaga
Universitas Indonesia
35
5.
Peraturan Walikota Payakumbuh No. 14 tahun 2008 tentang BLVD Dana Bergulir Usaha Milcro Kota Payakumbuh. Berdasarkan dasar hukum tersebut berubahlah BPBD tersebut menjadi
BLUD dana bergulir usaha mikro pada tahun 2008. Dimana secara subtantif BLVD dana bergulir mikro merupakan BLVD pada unit kerja yaitu Unit Kerja Sekretariat Daerah Kota Payakumbuh, dengan pengelola administrasi pada Bagian Perekonomian karena fungsinya sebagai pelaksana unsur pelayanan. Dengan lingkup kerja BLVD dana bergulir mikro memiliki lingkup kerja pemberian pinjaman dari berbagai sektor usaha antara lain Industri dan dagang, pertanian, petemakan, jasa, dan koperasi. Tetapi status BLVD ini masih bertahap, artinya belum BLVD penuh, kedepan akan ditingkatkan statusnya menjadi BLUD penuh. Secara administrasi Pejabat Pengelola BLVD Dana Bergulir terdiri dari : 1.
Dikoordinir oleh seorang pimpinan dan dibantu seorang sekretaris, kepala seksi pelayanan /pemasaran, kepala seksi teknis dan operasional, kepala seksi keuangan yang dibantu bendaharawan dan kasir, petugas administrasi dan pelaporan.
2.
Operasional dan penetapan pinjaman, dibantu 16 orang petugas teknis lapangan dibawah naungan dinas teknis, yakni Dinas Koperasi, UMKM Perindag dan Dinas Pertanian.
3.
Personil pengelola administrasi, 7 (tujuh ) orang unsur Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 6 (enam) orang karyawan.
Dimana Struktur organisasi dapat kita lihat pada hagan pada halaman setelah ini.
Universitas Indonesia
36
Struktur Organisasi BLUD Penyaluran Dana Bergulir Mikro Kota Payakumbuh Penanggung Jawab WAKO/WA W AKO Wakil Penanggung Jawab SEKRETARIS DAERAH
Kepala
BADAN PENGA WAS
I
................................
··························
I
Sekretaris
..............................
H
Kaur Personalia
---l
Kaur Administrasi Umum
I I
Kaur Akuntans~ Peng.Kas dan Pelaporan
-
Kaur Keuangan
I
1
r
l
Kasi Pelayanan dan Pemasaran
I Kasubsi Pembinaan dan Kerjasama
Kasi Teknis dan Operasional
I .
l
I Kasubsi Pinjaman
I
II Kasubsi Teknis
I Kasubsi Pengembanangan
l Petugas Teknis Lapangan
I
Gambar 3.1 Sumber: Perwako No. 14 Tahun 2008
Universitas Indonesia
I
I Kasubsi Penagihan
37
Dana tersebut di salurkan ke masyarakat dengan syarat sebagai berikut : 1.
Warga Kota Payakumbuh yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
2.
Mempunyai usaha yang sedang beljalan
3.
Tidak mempunyai ikatan utang dengan pihak pemberi pinjaman lain
4.
Rekomendasi dari kelurahan setempat
5.
Bukan pegawai negeri sipil
6.
Bersedia mengikuti aturan yang telah disepakati dalam peljanjian.
Dengan bidang usaha yang difasilitasi sebagai berikut : •
Industri Fasilitas pinjaman lebih diutamakan untuk membantu permodalan usaha bagi pelaku industri rumah tangga yang mengelola bahan baku menjadi bahan jadi dari produk-produk unggulan daerah seperti usaha makanan ringan, aneka olahan produk ternak (rendang) dan industri rumah tangga lainnya secara langsung mampu menyerap tenaga kerja lokal. Kelancaran pemasaran usaha menjadi patokan utama dan memberikan kelayakan bagi petugas teknis untuk ditetapkan menjadi rekomendasi dinas teknis.
•
Kerajinan Usaha yang diutamakan adalah usaha kerajinan rakyat yang memanfaatkan bahan baku dalam daerah. Mampu menyerap tenaga kelja lokal dalam upaya mengurangi kemungkinan teljadi penambahan pengangguran. Diantaranya usaha kerajinan yang difasilitasi permodalannya adalah kerajinan dari bahan baku bambu, kayu maupun porselin.
•
Pertanian Komoditas tanaman pangan yang menjadi skala prioritas adalah membantu permodalan bagi usaha-usaha produk unggulan daerah. Bentuknya komoditi padi, sayuran, palawija dan hortikultura serta wadah pengolahan seperti huller dan wadah pemasaran seperti pengumpul produksi. Komoditi unggulan daerah antara lain usaha tanaman padi, mentimun, terung, kacang panjang dan sayuran dataran rendah lainnya. Sistem pinjaman tetap berlaku seperti pinjaman lainnya dengan cicilan bulanan.
Universitas Indonesia
38
•
Petemakan Komoditi temak yang difasilitasi adalah temak budi daya. Khusus temak sapi (bibit dan kreman) sudah menjadi program khusus dinas teknis. Diantara jenis usaha untuk pinjaman modal komoditas temak antara lain pennodalan untuk usaha temak ayam ras, ayam buras, temak puyuh, temak itik dan temak kambing. Cicilan pembayaran dilakukan setiap bulan sesuai dengan surat peJjanjian. BLVD tidak melayani dan memberikan pinjaman kepada petemak pemula atau masyarakat yang akan berusaha temak.
•
Koperasi Koperasi yang difasilitasi dalam kegiatannya, anggota koperasi melaksanakan usaha-usaha mikro dan kecil. Pinjaman modal usaha yang diberikan dalam bentuk pemupukan modal koperasi dan pemberdayaan anggota. Penyaluran Dana Bergulir dilaksanakan dengan sistem pelaksana
kegiatan (executing) dimana BLVD Dana Bergulir bertindak sebagai pengelola kegiatan penyaluran kredit dan menampung resiko atas kredit yang disalurkan serta menerima imbalan berupa jasa layanan, dimana pelayanan dilakukan dengan membuat ikatan peJjanjian antara usaha kecil dan mikro yang ditentukan oleh BLVD Dana Bergulir. Piutang diberikan minimal Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan maksimal Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dengan jangka waktu pengembalian maksimal36 bulan. Berbeda dengan program penyaluran dana bergulir pada umumnya, BLVD dana bergulir menggunakan agunan sebagai jaminan pinjaman nasabah. Hal ini bukan bennaksud memberatkan kepada nasabah, tetapi adalah untuk memberikan tanggung jawab dan rasa memiliki bagi nasabah dana bergulir, sehingga nasabah sadar untuk melakukan pengembalian pinjaman dengan tepat waktu. Aturan ini dipakai juga dperbolehkan, sebagaimana terdapat dalam Pennenkeu nomor 99 tentang Pedoman pengelolaan Dana bergulir pada kementrian/lembaga dan Pennendagri nomor 61 tahun2007 tentang Pedoan Pengelolaan Badan layanan Umum. BLUD Dana Bergulir juga memiliki mekanisme penyelesaian masalah, bekerjasama dengan pihak lain, melakukan sistim pelayanan minimal, serta memperoleh laba usaha. Dimana laba usaha tersebut akan digunakan untuk :
Universitas Indonesia
39
I. 60% untuk penambahan dana BLUD Dana Bergulir. 2. 30% untuk Pendapatan Asli Daerah, 3. 6% untuk dana sosial kemasyarakatan, 4. 4% untuk peningkatan sumber Daya Manusia. Berikut adalah gambar
mekanisme penyaluran dana bergulir BLUD
Kota Payakumbuh.
Mekanisme Penyaluran Dana Bergulir Usaha Mikro INPUT
lt----------+1:~
~~~~
Permohonan kredit dari masyarakat yang membutuhkan dana untuk menambah modal usaha
Persyaratan permohonan : I. Mengisi formulir permohonan dan ditandatangani pemohon. 2. Melengkapi persyaratan yang ditentukan
PROSES
~~---+1:1
r----+
Gambar3.2 Sumber :Perwako No.l4 Tahun 2008
I
~~·~--~
l I. Menerima permohonan dari pemohon 2. Permohonan di agendakan 3. Meneliti kelengkapan permohonan, mendiskusikan, permohonan dengan Tim Teknis yang terdiri dari Dinas terkait danBLUD 4. Dianalisa layak atau tidak layak 5. Survey kelapangan oleh Tim Teknis
OUTPUT
Keluarnya keputusan. permohana setuju atau tidak
,....------c::~~ ~
I
Tidak Setuju
I I
Proses dihentikan
Pencairan Pinjaman
Disetujui
I
Penandatanganan surat perjanjian pinjaman dihadapan notaris dengan menyerahkan agunan yang disyahkan BLUD
Dana digunakan ___. untuk dapat mengembangkan usaha oleh perorangan maupun kelompok
Pinjaman dicicil tiap bulan dengan bungan 6%/tahun selama 12-36 bulan
Universitas Indonesia
40
Dengan demikian BLVD terus menggulirkan dana sehingga telah dapat memperoleh jasa usahanya dan surplus. Di mana menurut laporan BLVD Tahun 20 I 0 Surplus yang diperoleh dari tahun 2003 sampai dengan 2009 adalah sejumlah Rp. 2.482.082.195,- (Dua milyar empat ratus delapan puluh dua juta delapan puluh dua ribu seratus sembilan puluh lima rupiah). Yang nantinya menjadi salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Payakumbuh. Dengan rincian seperti yang diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel3.3 Kondisi surplus BLUD Dana Bergulir Kota Payakumbuh Tahun 2003 s/d 2009 No. Surplus Tahun Jumlah (Rp.) 1.
2003
9.668.610,-
2.
2004
47.442.128,-
3.
2005
55.260.482,-
4.
2006
463.628.372,-
5.
2007
504.801.629,-
6.
2008
741.966.057,-
7.
2009
659.314.917,-
Jumlah
2.482.082.195,-
Sumber: Laporan Keuangan BLVD Dana Berguhr Usaha M1kro Tahun 2010
Sehingga sampai akhir tahun 2009 jumlah kekayaan (ekuitas) BLUD dana bergulir adalah sebesar Rp. 21.980.411.985,- (dua puluh satu milyar sembilan ratus delapan puluh juta em pat ratus sebelas ribu sembilan ratus de Iapan puluh lima rupiah), dikurangi pajak dan kewajiban sosiallainnya sebanyak Rp. 77.825.172,- (tujuh puluh tujuh juta delapan ratus dua puluh lima ribu seratus tujuh puluh dua rupiah). Dengan demikian diharapkan dengan adanya BLUD dana bergulir ini akan mampu mendukung upaya peningkatan dan perkembangan sektor industri skala kecil dan mikro. Sehingga dengan berkembangnya sektor industri akan dapat meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat nantinya.
Universitas Indonesia
BAB4 METODE PENELITIAN
4.1
Pendekatan Penelitian. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Kuantitatif dipakai untuk melihat dampak pendapatan pengusaha industri kecil dan mikro. Kualitatif dipakai untuk melihat pelaksanaan kinerja program penyaluran dana bergulir mikro oleh Badan Layanan Umum Daerah Kota Payakumbuh. Sesuai salah satu kriteria persyaratan usaha untuk memperoleh kredit dana bergulir mikro adalah jenis usahanya adalah
industri~.
kerajinan, petemakan,
pertanian dan koperasi. Usaha industri cukup banyak berkembang di kota Payakumbuh dan menurut data propinsi Sumatera Barat salah satu produk unggulan kota Payakumbuh adalah pengolahan makanan ringan, dan menurut data Dinas Koperindag Produksi terbesar pada tahun 2009 juga dihasilkan oleh Industri makanan ringan tersebut. Jenis industri ini tergolong kepada Jenis Industri Pangan, dimana sampai tahun 2009 telah menyerap 1.878 tenaga kerja dari 542 unit usaha. Untuk itu penelitian disini akan dibatasi sampai kepada penerima kredit sektor usaha skala kecil industri dan mikro saja, karena sektor tersebut mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak dan secara teori sektor industri dapat lebih mendorong proses pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, peningkatan produktivitas, penciptaan tenaga kerja terlatih dan pengembangan sektor pertanian dan jasa.
4.2
Jenis Dan Somber Data. Jenis data yang akan digunakan adalah data primer, yaitu data yang
diperoleh dari subjek penelitian disini adalah pengusaha Industri mikro penerima kredit dana bergulir, objeknya adalah pendapatan pengusaha tersebut. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung (field research) dengan melakukan wawancara terhadap respondendan memberikan daftar pertanyaan (kusioner) yang berkaitan dengan objek penelitian. 41 Universitas Indonesia
42
Data sekunder diperoleh dari literatur hasil penelitian sebelumnya, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sebagai pengelola program dana bergulir mikro, bagian perekonomian, Dinas Perindustian dan Perdagangan Kota Payakumbuh, BPS Kota Payakumbuh dan Bappeda Kota Payakumbuh serta Dinas terkait yang dirasa perlu.
4.3
Metode Pemilihao Sampel. Metode pemilihan sampel adalah dengan metode purposive sampling
yaitu metode penarikan sampel dimana responden dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitian. Jumlah sampel yang diteliti adalah sebanyak 30 orang dari 64 orang pengusaha sektor pangan dari total 110 orang populasi pengusaha tergolong industri skala kecil dan mikro dari tahun 2003-2009 yang memperoleh kredit dana bergulir mikro tahun 2008-2009. Sampel tersebut akan didata berdasarkan data yang dimiliki oleh Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) mengenai data nasabah yang diinginkan peneliti, dimana akan dikelompokk:an berdasarkan jenis usaha serta tahun peminjaman. Sampel di ambil berdasarkan kriteria yaitu : usaha yang digeluti adalah bidang industri skala kecil dan mikro, sektor pangan, lokasi di Kota Payakumbuh, realisasi pinjaman tahun 2008-2009, pinjaman dari BLUD baru pertama kali.
4.4
Teknik Pengumpulan Data. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dengan
instrumen daftar pertanyaan (kusioner) kepada sampel yang telah ditentukan. Berbekal daftar pertanyaan tersebut peneliti akan dapat memperoleh data yang diinginkan kemudian dilanjutkan dengan in depth interview terhadap responden tersebut guna menggali informasi yang tidak terdapat dalam kuisioner.
4.5 4.5.1
Metode Analisa Data. Uji Beda Dua rata rata. Untuk melihat peningkatan pendapatan pengusaha sektor industry
digunakan teknik analisa dengan membandingkan antar kelompok seperti T-test, maka jumlah sampel untuk setiap sel dalam rancangan analisa harus 30 kasus
Universitas Indonesia
43
(Singarimbun : 1989). Pada penelitian ini digunakan 30 kasus untuk pendapatan sebelum memperoleh dana bergulir mikro, 30 kasus untuk pendapatan sesudah memperoleh dana bergulir mikro, karena pengujian yang dilakukan adalah pengujian t-test. Untuk menguji dampak sesudah dan sebelum memperoleh kredit dana bergulir mikro terhadap pendapatan pengusaha mikro dilakukan uji beda dua rata rata atau dikenal dengan Paired sample T-test yaitu pengujian yang dilakukan terhadap dua sampel yang berpasangan. Sampel yang berpasangan disini dapat diartikan sebagai subyek yang sama, yaitu pengusaha industri pangan skala kecil dan mikro yang mengalami dua perlakuan yang berbeda, yaitu pendapatan sebelum memperoleh dana bergulir mikro dan sesudah memperoleh dana bergulir mikro. Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 13.00 for window, sehingga akan diperoleh basil yang diinginkan. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut : H0
:
pendapatan tidak meningkat setelah memperoleh dana bergulir.
H1
:
pendapatan meningkat setelah memperoleh dana bergulir.
Hasil perhitungan dibandingkan dengan tabel t, pada tingkat a = 5%, dengan pengujian dua sisi. Tolak H0 jika t hitung > t tabel, artinya pendapatan meningkat setelah menerima kredit dana bergulir usaha mikro. Sebaliknya terima H0 jika t hitung < t tabel, artinya tidak ada perbedaan atau peningkatan pendapatan setelah menerima kredit dana bergulir usaha mikro. 4.5.2 Kerangka Kerja Logis (KKL). Kerangka
logis (logframe) adalah sebuah jabaran yang memudahkan
dalam perencanaan dimana disini ditetapkan target dengan memakai pendekatan strategik yang merupakan daftar keinginan perencana sebagai cerminan dari keinginan organisasi. Membuat kerangka kerja logis dapat dipermudah dengan membuat pohon permasalahan terlebih dahulu, menentukan sasaran dan evaluasi sasaran. (Nining I. Soesilo: 2002). Kerangka Kerja Logis (KKL) Proyek merupakan salah satu peralatan yang digunakan dalam perencanaan dan pemantauan-evaluasi proyek, KKL
Universitas Indonesia
44
berbentuk tabel matriks 4 baris dan 4 kolom (yang dikenal dan digunakan negara donor intemasional) atau 5 baris dan 4 kolom (yang digunakan oleh Bappenas; 1996). KKL dibuat ditahap awal suatu perencanaan proyek mengenai Jatar belakang pemikiran tentang apa harapan-harapan yang akan dicapai dalam setiap tahapan
proyek sehingga dapat mempertajam
logika perencanaan proyek
bersangkutan pada setiap tingkatan tujuannya serta perekembangan evaluasinya bila proyek tersebut telah dilaksanakan. KKL dapat dipakai untuk menilai proyek pada setiap setiap tahap proyek, yaitu tahap perencanaan (ex-ante
=
appraisal), tahap pelaksanaan (on-going
evaluation) dan tahap selesainya proyek (ex-post evaluation). Penyusunan KKL mencakup: 1.
Menentukan masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak proyek dalam suatu indikator dan sasaran kinerja;
2.
Menentukan indikator atau ukuran yang dapat menunjukkan tingkat pencapaian setiap tujuan secara kuantitatif;
3.
Hubungan kausal (means-end) antara indikator-indikator tersebut;
4.
Asumsi-asumsi yang mengikuti tujuan di setiap tingkatan, yaitu faktor-faktor luar (ekstemal) yang tidak dapat dikontrol oleh proyek, tetapi dapat mempengaruhi tercapainya tujuan proyek dan hubungan antara masukan, keluaran, basil, manfaat dan dampak. Kerangka Kerja Logis dalam tabel matriks secara umum memiliki
struktur sebagai berikut : A. Logika Vertikal (dibaca dari baris bawah ke atas) Baris I : masukan dan kegiatan. Informasi mengenai rincian kegiatan proyek dan segala sesuatu yang dibutuhkan (dana, sumberdaya manusia dan faktor produksi lainnya) untuk menghasilkan keluaran. Baris 2 : keluaran. Hasil spesifik yang diharapkan langsung dari pelaksanaan kegiatan proyek, baik fisik maupun non fisik.
Universitas Indonesia
45
Baris 3 : Hasil. Infonnasi mengenai latar belakang diproduksinya output. Menunjukkan fungsi langsung yang diharapkan dari keluaran setelah pelaksanaan proyek selesai. Baris 4 : Manfaat. Hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat berfungsi dengan optimal (tepat lokasi, tepat waktu). Baris 5 : sasaran/dampak. Infonnasi yang menunjukkan dasar pemikiran dilaksanakannya proyek. Menggambarkan aspek makro proyek, tujuan proyek secara sektoral, regional maupun nasional.
B. Logika Horisontal (dibaca dari kolom kiri ke kanan) Logika horisontal yang dibaca dari kolom ke kolom menunjukkan ukuran kegiatan proyek yang berhubungan dengan tujuan proyek disemua tingkatan indikator dan sasaran kinelja. Kolom 1 : Ringkasan Narasi (Narrative Summary). Penjabaran proyek dan tujuannya di semua tingkatan secara kualitatif. Kolom 2 : Rincian indikator dan sasaran kinelja secara kuantitatif
(Objectively Verifiable lndicators-OVI). Menunjukkan indikator-indikator yang menjelaskan secara kuantitatif hasil yang ingin dicapai pada setiap tingkatan indikator dan sasaran kinerja. Kolom 3: Alat penjelasan dan pembuktian (Means ofVerification-MOV). Alat/sumber infonnasi/data yang digunakan untuk menjelaskan indikator dan sasaran kinerja pada kolom 2. Kolom
4
Asumsi-asumsi
terpenting
(Important
Assumptions).
Asumsi-asumsi terpenting yang mengikuti tujuan di setiap tingkatan. Merupakan faktor-faktor ekstemal (di luar kontrol pengelola proyek) yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan indikator dan sasaran kinelja disemua tingkatan. Apabila basil proyek tidak sesuai dengan rencana, maka penilai dapat meneliti kolom 4, apakah asumsi yang diperkirakan dalam perencanaan
Universitas Indonesia
46
terpenuhi atau tidak. Penentuan asumsi harus dilakukan dengan cennat, karena hanya asumsi terpenting saja yang layak dicantumkan. Oleh karena itu, dengan menggunakan KKL, kita dapat melihat konsistensi hirarki dari proses pembangunan proyek sejak memasukkan input sampai sasaran yang
diharapkan teijadi,
sehingga evaluasi yang akan
dilaksanakan adalah dengan melihat kesesuaian antara KKL yang disusun dengan kenyataan yang teijadi saat ini. Untuk KKL Evaluasi akan digunakan fonnat 5 baris
5
kolom
dimana
kolom
terakhir
berisikan
deskripsi
basil
evaluasi.(Suyanti: 1997). 4.6
Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan di Kota Payakumbuh, terhadap Program Penyaluran Dana Bergulir Usaha Mikro untuk pengusaha sektor industri skala kecil dan milcro khususnya industri pangan yang memperoleh penyaluran dana bergulir mikro. Periode waktunya dibatasi tahun 2008-2009. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu dari bulanjuni sampai bulan Agustus 2010.
Universitas Indonesia
BAB5 BASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Basil Analisa Kuisioner Penelitian diawali dengan mendata nasabah dana bergulir mikro yang bergerak di sektor industri pangan. Dari data Badan Layanan Umum Daerah tercatat bahwa jumlah nasabah pada bidang industri hanya 110 orang, nasabah tersebut untuk peminjam dari tahun 2003 sampai 2009. Khusus industri pangan tercatat sebanyak 64 orang, yang kemudian di ambit sebagai sampel responden sebanyak 30 orang, khususnya nasabah yang memulai pinjaman baru tahun 20082009. Hal tersebut di atas dilakukan karena jangka waktu pinjaman dana bergulir ini pada umumnya pendek, antara 8-36 bulan. Kemudian besar pinjaman antara Rp 5 juta sampai Rp 50 juta. Sehingga banyak nasabah yang dapat melunasi dengan cepat tanpa menunggu sampai 36 bulan. Penelitian dilakukan dengan panduan kuisioner dan peneliti turun langsung kelapangan yang kemudian dilanjutkan dengan depth interview (wawancara mendalam). Dari sejumlah sampel yang ditentukan ditemukan bahwa pengusaha laki-laki adalah sebanyak 40% (12 orang) dan perempuan sebanyak 60% (18 orang). Seperti yang terlihat pada gambar berikut ini. Persentase Jumlah Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin
laki-laki • perempuan
Gambar 5.1 Sumber : basil survey dan wawancara, data diolah
47 Universitas Indonesia
48
Terlihat disini bahwajumlah peminjam lebih didominasi oleh kaum hawa atau perempuan. Hal ini terjadi karena pada umumnya jenis industri adalah industri kecil dan rumah tangga, sehingga kaum perempuan lebih banyak berperan untuk usaha ini. Sedangkan untuk industri pangan ini, mereka memproduksi berbagai jenis produk, yaitu kerupuk, makanan ringan, tabu/tempe, roti dan rendang. Rincian persentase dapat dilihat pada tabel berikut: TabeiS.l . d ust ri. pan gao . prod u k h as1.• m R espon d en b er:d asarka D J ems Jenis produk
No.
Jumlah (orang)
Porsentase (%)
1.
Kerupuk
13
43,3
2.
Makanan Ringan
II
36,7
3.
Tabu/Tempe
2
6,7
4.
Roti
3
10,0
5.
Rendang
I
3,3
30
100,0
Jumlah Sumber : has1l survey dan wawancara, data dwlah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Industri kerupuk paling banyak digeluti oleh masyarakat yaitu sebanyak 43,3%. Industri yang tergolong kerupuk ini adalah kerupuk ubi mentah, kerupuk sanjai, kerupuk Iento, kerupuk cancang dan kerupuk talas. Sedangkan yang tergolong makanan ringan sebanyak 36, 7% terdiri dari kue kusuik, roda gandiang, kue kacang gulung, rakik kacang, jagung goreng, karak kaliang dan lain-lainjenis makanan ringan. Dilihat dari bahan baku yang digunakan, pada umumnya untuk memproduksi dua jenis industri pangan ini adalah ubi kayu, yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga menjadi makanan yang layak di konsumsi dan enak dimakan. Pada umumnya pengusaha industri adalah usia angkatan kerja, yaitu terdistribusi antara 25-60 tahun, sehingga masih memiliki tingkat produktivitas yang cukup tinggi untuk menghasilkan suatu produk. Hal ini juga menunjukkan
Universitas Indonesia
49
bahwa responden pengguna dana bergulir cukup potensial untuk berkembang seperti yang ditunjukkan oleh tabel berikut.
Tabel5.2 R espon den be r d asar kaD ti ngJkat U mur. Porsentase (%) Jumlah (orang) Usia (Tahun)
25-35
14
46,6
36-45
5
16,6
46-55
10
33,3
56 keatas
1
3,3
Jumlah
30
100
Sumber : hast! survey dan wawancara, data dwlah
Dari 30 orang responden yang diteliti, 26,7% (8 orang) tamat SD, 13,3% (4 orang) tamat SMP, 46,7% (14 orang) tamat SMA dan 13,3% (4 orang) tamat Perguruan tinggi. Seperti yang terlihat pada tabel berikut. Tabel5.3 . k a t Pen d"d"ka R espon d en b erd asarka n tmgJ 1 1 n
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Porsentase (%)
SD
8
26,7
SMP
4
13,3
SMA
14
46,7
Perguruan Tinggi
4
13,3
Jumlah
30
100
Sumber : hasll survey dan wawancara, data dwlah
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden sudah cukup tinggi karena responden pada umumnya sudah berpendidikan SMA, bahkan sudah ada yang tamat perguruan tinggi.
Universitas Indonesia
50
Tahap sosialisasi Karakteristik non demografis menggambarkan pengetahuan dan persepsi responden terhadap program penyaluran dana bergulir milcro oleh Badan Layanan Umum Daerah Kota Payakumbuh. Dimana responden pada umumnya mengetahui program ini dari aparat pemerintah, baik dari aparat kecamatan, maupun kelurahan yaitu sebanyak 43,3%. Berikut adalah tabel tentang pengetahuan responden terhadap infonnasi tentang adanya program dana bergulir mikro. Tabel5.4 S urn be r I n fiormas1"Respon den T en t ang Program d ana B ergo rIr BLUD JUMLAH PORSENTASE URAl AN NO
1.
Masyarakat/tetangga
10
33,3
2.
Aparat Pemerintah/Kel./Kec.
13
43,3
3.
Saudara yang beketja di Pemda
3
10
4.
Lain-lain
4
13,3
Jumlah
30
100
Sumber : has1l survey dan wawancara, data d10lah
Dari wawancara mendalam (depth interview) diketahui bahwa, responden memperoleh informasi tentang dana bergulir tidak dari pihak pengelola dana bergulir sendiri. Tetapi melalui aparat pemerintah lain, artinya pengelola dana bergulir tidak pemah melakukan kegiatan sosialisasi secara resmi, seperti yang dikatakan salah seorang pengusaha laki-laki berinisial SP : "Saya tahu tentang dana bergulir dari aparat pemerintah Bu, waktu itu saya ikut pertemuan kelompok tani, karena Saya menjadi anggota kelompok tani itu, jadi waktu itu Pak Lurah mengatakan ada BLUD Dana bergulir, kita bisa minjam dana dengan bunga rendah .. "(SP, Nasabah BLUD Dana Bergulir 25/07/201 0). Hal senada juga di ungkapkan oleh salah seorang pengusaha laki-laki berinisial RO, bahwa dia mengetahui tentang adanya dana bergulir tidak dari pengelola dana bergulir, tidak ada pihak Dana Bergulir melakukan sosialisasi ke Kelurahannya. Dia mengetahui tentang program dana bergulir dari tetangganya. Seperti yang diungkapkan RO :
Universitas Indonesia
51
" .. Saya sudah lama tahu tentang dana bergulir dari tetangga Saya, tetangga Saya itu dulu sudah pemah minjam, tapi Saya tidak tahu apakah Saya bisa pinjam apa tidak, setelah banyak-banyak nanya, Saya sudah tabu syaratsyaratnya, dan mengajukan pinjaman .."(RO, Nasabah BLUD Dana Bergulir 25/07/201 0). Dari informasi di atas dapat diketahui bahwa Pihak BLUD tidak pemah melakukan sosialisasi tentang Program Dana Bergulir ke masyarakat langsung, sehingga jika ingin memperoleh pinjaman tersebut, masyarakat hams aktif mencari informasi tentang Program ini. Hal senada juga dapat kita lihat pada persepsi terhadap ada atau tidak pertemuan khusus yang dilakukan oleh pihak BLUD Dana Bergulir. Di mana sebanyak 53,3% mengakui tidak pemah memperoleh
s~sialisasi
dari BLUD dana
bergulir mikro, sedangkan yang mengaku pemah memperoleh sosialisasi mengatakan, sosialisasi diadakan oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Koperindag) Kota Payakumbuh dan ada juga yang mengaku sosialisasi tersebut diperoleh melalui pertemuan kelompok tani. Artinya bukan dari BLUD dana bergulir langsung. Berikut adalah tabel Persepsi Responden terhadap Pertemuan yang dilakukan BLUD untuk sosialisasi Dana Bergulir.
Tabel5.5 Persepsi Responden Terhadap ada atau tidaknya Pertemuan yang dilakukan BLUD NO URAl AN PORSENTASE JUMLAH 1.
Tidak Pemah
16
53,3
2.
Pemah - Kantor Dinas terkait - Pertemuan Kelompok
14 13 1
46,7 43,3 3,3
Jumlah
30
100
Sumber : hasll survey dan wawancara, data d10lah
Hal ini senada dengan basil temuan sebelumnya di mana meskipun informasi diperoleh dari aparat pemerintah namun bukan dari pihak dana bergulir. Setelah mengetahui mengenai dana bergulir, semua responden (100%) mengaku sudah mengetahui tentang tujuan, manfaat, cara memperoleh pinjaman maupun cara pengembalian pinjaman, dengan baik. Artinya, pada dasamya tidak ada kesulitan bagi responden untuk memahami tentang program dana bergulir.
Universitas Indonesia
52
Tahap Pelaksanaan Penyaluran. Responden pada umumnya mengakui bahwa persyaratan memperoleh kredit tidaklah berat, hanya 30% yang mengatakan mengalami kesulitan memperoleh kredit.
Kalaupun mengalami kesulitan,
responden mengakui
kesulitannya adalah pada prosedur mengajukan kredit pertama kali serta menunggu survei dan realisasi turunnya dana. Berikut adalah tabel persepsi responden dalam hal kendala memperoleh dana bergulir.
p ersepsr NO I
Tabel5.6 espon d en T er ha dap P roses p engaJuan K red.rt Porsentase Jumlah Uraian (%)
Tidak Sulit
2I
70
Banyaknya Prosedur yang dilalui
7
23,3
Keharusan adanya agunan
I
3,3
I
3,3
30
IOO,O
Sulit 2
-
- Lain-lain Jumlah Sumber : hast! survey dan wawancara, data dtolah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kendala responden paling banyak terletak pada proses realisasi dana yang lambat, sehingga kadangkala mengganggu proses produksi responden yang memerlukan dana tersebut untuk modal usaha. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pengusaha perempuan berinisial RN berikut : " .. Saya sudah mengajukan beberapa kali Bu, namun baru yang ke tiga kali · tim survey datang ke tempat Saya, katanya setelah disurvey kira-kira dalam I minggu dana Saya bisa cair, jadi Saya mulai bikin kontrak untuk menambah pasokan kepada pembeli produk saya, tapi kenyataannya dana tersebut terlambat turunnya, sampai Saya menunggu I bulan .. "(RN, Nasabah BLUD Dana Bergulir 25/07/20IO). Ketika di tanyakan kepada pihak pengelola dana bergulir, kenapa realisasi dana lambat, menurut pihak pengelola dana bergulir, hal ini disebabkan oleh kurangnya jumlah dana yang akan disalurkan, karena banyaknya masyarakat yang meminjam pada BLUD dana bergulir tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh salah seorang pejabat pengelola BLUD berinisial HR : Universitas Indonesia
53
" Realisasi dana terlambat karena banyaknya dana yang harus disalurkan oleh pihak BLUD Dana Bergulir, sedangkan dana yang akan kita salurkan hanya berasal dari pengembalian masyarakat, sehingga nasabah harus antri dulu .."(HR, Kepala BLUD Dana Bergulir, 26/07/2010). Maksudnya adalah, masyarakat lebih memilih kredit BLUD Dana Bergulir daripada Bank atau Lembaga Keuangan lain, karena tingkat bunga rendah (6%)/tahun, sehingga BLUD dana bergulir menjadi kekurangan dana untuk disalurkan. Solusi untuk mengatasi hal ini belum ditemukan sampai sekarang. Berikut adalah tabel persepsi responden terhadap realisasi kredit.
p erse pSI
No
Tabel5.7 espon d en terh a d ap L amawa kt u R ear1sas1. K re d·t 1 Porsentase Jumlah Waktu (%)
1.
1 Bulan
7
23,3
2.
1-3 Bulan
16
53,3
3.
4-6 Bulan
3
10,0
4.
7 -12 Bulan
2
6,7
5.
> 1 Tahun
2
6,7
30
100,0
Jumlah Sumber : has1l survey dan wawancara, data d10lah
Untuk pengembalian pinjaman, umumnya responden punya kesadaran dan tanggung jawab untuk mengembalikan pinjamannya, karena apabila sering menunggak maka nasabah bisa masuk daftar hitam dan bisa jadi tidak memperoleh pinjaman lagi untuk tahap berikutnya, padahal mereka masih membutuhkan dana tersebut. Pemanfaatan Dana. Sebanyak 80,0% responden mengaku memanfaatkan dana yang mereka peroleh
sesuai
dengan
perencanaan
mereka,
yaitu
seluruhnya
untuk
mengembangkan usaha mereka. Seperti kutipan wawancara dengan salah seorang pengusaha laki-laki berinisial MY :
Universitas Indonesia
54
"Modal yang Saya peroleh saya gunakan untuk mengembangkan usaha Bu, seperti menambah jumlah produksi, karena pada dasarnya pennintaan masyarakat akan produk kita cukup tinggi Bu, tapi kadang kita terkendala dana tidak cukup untuk memenuhi produksi tersebut. Sehingga dengan adanya tambahan modal ini kita bisa memenuhi permintaan pasar kita.."(MY, Nasabah BLUD Dana Bergulir 25/07/2010) Sebanyak
20,0%
mengaku
hanya
sebagian
digunakan
untuk
mecgembangkan usaha atau digunakan untuk keperluan lain. Di mana keperluan lain itu responden menjawab untuk biaya sekolah anak sebanyak 3,3% ( 1orang) dan sisanya sebanyak
16~7%
(5 orang) menggunakan untuk investasi keperluan
usaha, misalnya membuat "bengkel" yaitu tempat atau pabrik pengolahan makanan ringan, atau menambah tungku untuk memasak produk mereka tersebut. Berikut adalah tabel pemanfaatan dana bergulir oleh responden. Tabel 5.8 p eman f:aata n Kred"t 1 D ana B ereu r1r oI e h R espon d en Porsentase Uraian NO Jumlah (%) 1
Mengembangkan Usaha
2
Kebutuhan lain
-
Sekolah anak
24
80,0
_ _6
20,0
1
- Lain-lain *Investasi (bangun Pabrik)
Jumlah
5
30
100,0
Sumber : hasil survey dan wawancara, data diolah
Pada umumnya responden mengaku pendapatannya meningkat dan mencukupi kebutuhan setelah memperoleh dana bergulir sebanyak 63,3% (19 orang), ada juga yang juga merasakan peningkatan pendapatan tapi belum mencukupi sebanyak 300/o ( 9 orang), namun ada juga responden yang merasa belum ada peningkatan dari segi pendapatan keluarganya yaitu sebanyak 6, 7% (2 orang). Seperti kutipan wawancara dengan Bapak MY :
Universitas Indonesia
55
"pasti ada peningkatan pendapatan Bu. Dengan bertambahnya jumlah produksi saya, ketmtungan Saya juga bertambah, Saya sudah bisa membeli mobil Carry yang digunakan untuk mengantar barang, sehingga biaya transportasi saya bisa berkurang, saya juga bisa menambah usaha lain, yaitu membuat kontrakan"..(MY, Nasabah BLVD Dana Bergulir 25/07/2010) Tabel berikut adalah sebaran persentase jawaban responden terhadap peningkatan pendapatan setelah menerima Dana Bergulir : Persepsi RespondeD terhadap Peningkatan Pendapatan setelah menerima Dana Bergulir
Peningkatan Pedapatan 6,7
tidak ada !! ada, tapi tidak cukup
ada dan cukup
Gambar 5.2 Somber : basil survey dan wawancara, data diolah
Responden yang menjawab pendapatan mereka meningkat dan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mengaku bahwa tambahan pendapatan tersebut juga digunakan untuk tambahan modallagi sebanyak 14 orang (46,7%) dan sisanya sebanyak 5 orang (16,7%) memilih untuk ditabung. Hal ini berarti bahwa ketika memperoleh pinjaman, pada umumnya responden tersebut serius untuk mengelola dana supaya usaha mereka bisa berkembang, bukan hanya sekedar memperoleh uang segar saja, selanjutnya dikeluarkan untuk konsumsi. Artinya responden bisa bertanggung jawab dan cukup produktif dalam mengelola dana. Tahap Pembinaan/Pengawasan. Meskipun responden secara statistik bisa dikatakan cukup produktif dalam mengelola, namun pengelolaan dana terhadap usaha tersebut hanya otodidak dilakukan oleh pengusaha sektor industri ini. Tidak ada peran
Universitas Indonesia
56
pemerintah khususnya dari pihak pemberi dana yaitu BLUD dana bergulir untuk memberikan pembinaan atau pengetahuan kepada pengusaha bagaimana mengelola dana dengan baik. Seperti pengakuan salah seorang pengusaha laki-laki berinisial AS berikut : " Saya tidak pemah mendapatkan pembinaan bagaimana cara mengembangkan usaha yang baik dari pihak BLUD Dana Bergulir Bu, jangankan membuat catatan laba rugi, cara mengurus izin Dinas Kesehatan saja saya tidak tabu Bu, sehingga sampai sekarang usaha Saya belum ada mereknya, berkembang atau tidaknya usaha Saya, Saya nilai dengan pertambahan produksi Saya, atau jumlah tungku saya Bu, lagian Saya tamat STM (Sekolah Teknik Menengah) jadi saya tidak pemah belajar akuntansi.."(AS, Nasabah BLUD Dana Bergulir 25/07/2010). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan responden yaitu sebanyak 86,7% atau 26 orang mengaku tidak pemah memperoleh pembinaan. Adapun yang memperoleh pembinaan sebanyak 1 kali sebanyak 10,0% (3 orang), responden yang mengaku memperoleh pembinaan lebih dari 3 kali hanya 1 orang (3,3%). Jadi berkemungkinan hal inilah yang menjadi salah satu penyebab kenapa sektor industri pertumbuhannya begitu lambat. Karena terkesan BLUD hanya memberikan uang saja, tanpa memantau perkembangan usaha masyarakat tersebut. lebih jelas terlihat pada gambar berikut :
Persepsi Responden terhadap Pembinaan oleh BLVD
Pembinaan Oleh BLUD terhadap Nasabah 3,3
- tidakada 1 kali
3 kali
i
I I
l
I
___.J
Gambar 5.3 Sumber : basil survey dan wawancara, data diolah
Universitas Indonesia
57
Berdasarkan basil survey tersebut terlihat, potensi sektor industri itu memang sangat besar. Dilihat dari segi pendidikan, pada umumnya tamat setingkat SMA, artinya mereka cukup pintar untuk menerima ajaran baru. Dari segi umur, masih usia produktif semua, komitmen dan tanggung jawab, terlihat dari penggunaan dana mereka adalah untuk meningkatkan usaha. Selanjutnya yang paling potensial adalah, tanpa pembinaan pun mereka bisa meningkatkan pendapatan mereka. Artinya mereka cukup baik dalam mengelola pinjaman yang diberikan. Satu lagi alasan sektor industri ini penting adalah bahwa mereka pada umumnya tidak punya usaha lain selain usaha mereka tersebut. Artinyajika dibina dengan baik tentu mereka akan bisa berkembang dengan lebih baik lagi dan lebih fokus serta profesional.
5.2
Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program Dana Bergulir Usaha Milrro. Pada dasarnya evaluasi ini dilakukan untuk mengukur dampak program
dana bergulir terhadap masyarakat,dampak disini kita ambil khusus pengusaha industri kecil dan mikro. Program ini memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Dimana menjadi salah satu cara pemerintah Kota Payakumbuh untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam perkembangannya Penyaluran dana bergulir telah banyak mengalami perbaikan. Ada suatu tanggung jawab yang besar yang harus dipikul pelaksana program, yaitu anggapan masyarakat bahwa program dana bergulir adalah program bagi-bagi uang oleh pemerintah. Sehingga ada indikasi bahwa masyarakat menganggap pinjaman tersebut tidak perlu dikembalikan sehingga banyak terjadi tunggakan pinjaman. Jika hal ini dibiarkan terus, maka akan terjadi kekurangan modal pacta BLVD dana bergulir yang pada akhirnya juga akan merugikan masyarakat. Untuk melakukan evaluasi akan digunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari basil survei, basil pengamatan, wawancara mendalam dan data/diskusi dengan pemangku jabatan. Data sekunder diperoleh dari rencana strategis BLVD, laporan keuangan, serta peraturan perundangan lainnya. Dari evaluasi kinerja Kerangka Kerja Logis, akan diketahui mengenai perkembangan pelaksanaan program apakah pencapaian tujuan sudah sesuai dengan indikator sasaran kinerja yang telah disepakati.
Universitas Indonesia
58
Evaluasi kinerja dilakukan dengan melihat tingkat pencapaian indikator dan sasaran kinerja pada semua tingkatan (masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak). Mengidentifikasi masalah yang terjadi, pemecahan masalah, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberhasilan program/proyek. Pada matrik evaluasi KKL akan ditambahkan kolom realisasi pada sisi paling kanan matrik. Berikut ini adalah hasil temuan di lapangan mengenai kinerja BLVD Dana Bergulir.
5.2.1
Evaluasi Input. Kategori input merupakan segala sesuatu mengenai rincian kegiatan atau
proyek. Disini akan dijelaskan mengenai dana yang dikeluarkan untuk pelaksanaan program, dan sumberdaya manusianya. Program ini pada awalnya merupakan program pemerintah daerah untuk mengantisipasi berkembangnya rentenir di kalangan masyarakat kota Payakumbuh. Total anggaran yang telah dikeluarkan dari tahun 2003 sampai tahun 2007 sebesar Rp. 19.420.424.612,- (sembilan belas milyar empat ratus dua puluh juta empat ratus dua puluh empat ribu enam ratus dua belas rupiah). Anggaran ini awalnya berupa penyertaan modal dari Pemerintah Kota Payakumbuh, dimana tiap tahunnya Pemko Payakumbuh akan menerima hasilnya berupa Pendapatan Asli Daerah pada pos pendapatan lain-lain. Sedangkan untuk operasional program penyaluran dana bergulir ini dari tahun 2003-2008 diambil dari jasa yang diperoleh dari operasional penyaluran dana bergulir. Dimana
setoran PAD dalam laporan keuangan dana bergulir
menjadi salah satu komponen belanja operasional. Sisa dari total pendapatan dikurangi belanja operasional akan diperoleh nilai surplus. Dengan jumlah surplus tahun 2003-2008 sebanyak Rp. 1.822.767.278,- (satu milyar delapan ratus dua puluh dua juta tujuh ratus enam puluh tujuh ribu dua ratus tujuh puluh delapan rupiah). Tahun 2009 meningkat menjadi Rp. 2.482.082.195 (Dua milyar empat ratus delapan puluh dua juta de Iapan puluh dua ribu seratus sembilan puluh lima rupiah).
Universitas Indonesia
59
Untuk laporan program ini dilaporkan tiap tahun ke Walikota Payakumbuh dan ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Kekayaan dan Aset (DPPKA) Kota Payakumbuh yang pada saat itu bemama Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD). Artinya untuk biaya operasional ini tidak diambil dari dana DAU (Dana Alokasi Umum) sehingga tidak dibebankan pada APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola dana bergulir pada awalnya dikelola oleh PNS (Pegawai Negeri Sipil) di jajaran Sekretariat Daerah, Bagian Perekonomian. Seiring dengan berkembangnya program ini dan adanya perubahan peraturan pengelolaan keuangan daerah maka SDM pengelola dana bergulir mulai diambil dari tenaga kerja non PNS. Dengan adanya tuntutan permendagri nomor 61 tahun 2007 (pasal 2) maka semua kegiatan yang bersifat memberikan pelayanan kepada masyarakat baik berupa kegiatan yang memiliki praktek bisnis yang sehat maupun yang tidak bersifat mencari keuntungan harus berbentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Sehingga pengelolaannya dilakukan berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh kepala daerah. Karena BLUD merupakan bagian dari perangkat daerah dan status hukumnya tidak terpisah pemerintah daerah, maka pola tata kelolanya tidak terlepas dari Pola tata kelola BLUD. Sehingga BLUD hams memiliki rencana strategis bisnis, Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA), dan laporan keuangan pokok maupun laporan keuangan proyeksi. Sehingga semenjak tahun 2008 sesuai dengan Perwako no.l4 tahun 2008 lahirlah BLUD Dana Bergulir penguatan Modal Usaha Mikro Kota Payakumbuh. Dan semenjak tahun 2009 untuk kegiatan operasional BLUD dianggarkan melalui RBA yang sumber dananya dari PAD Kota Payakumbuh.
Universitas Indonesia
60
Berikut adalah Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLVD Dana bergulir Kota Payakumbuh. Tabel5.9 . A nggaran BLUDDana Bergo r1r T a h un 2009 R encana B'IS DIS Tahun Uraian Kegiatan Jumlah Dana (Rp.)
.
2009
1. Pendukung
Pelayanan
Operasional
254.755.000,-
Dana Bergulir Usaha Mikro. 2. Pelayanan Operasional BLUD Dana
324.3 75.000,-
Mikro. JUMLAH
579. 130.000,-
Sumber: DPA SKPD Pemko Payakumbuh Tahun 2009
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Sekretariat Daerah Kota Payakumbuh. Hal ini akan terlaksana dengan baik apabila bisa memenuhi asumsi dana cair tepat pada waktunya, kebijakan pemerintah tidak berubah dan pelaksanaan kegiatan tepat waktu. Dari kegiatan Pelayanan operasional BLUD Dana Bergulir realisasi anggarannya adalah sebesar 84,28% atau sebanyak Rp. 237.360.150,- (dua ratus tiga puluh tujuh juta tiga ratus enam puluh ribu seratus lima puluh rupiah. Sedangkan untuk kegiatan Pendukung pelayanan Operasional Dana Bergulir mikro realisasi anggarannya adalah sebanyak 95% yaitu sebesar Rp. 240.743.998,- (dua ratus em pat puluh juta tujuh ratus em pat puluh tiga ribu sembilan ratus sembilan puluh delapan rupiah). Dari kegiatan penyaluran dana bergulir usaha mikro tahun 2009 menghasilkan surplus sebesar Rp. 659.314.917,(enam ratus lima puluh sembilan juta tiga ratus em pat be las ribu sembilan ratus tujuh belas rupiah). 5.2.2
Evaluasi Output. Merupakan basil spesifik yang diharapkan langsung dari pelaksanaan
kegiatan proyek, baik berupa fisik maupun non fisik. Berhubung rencana strategis tahun 2003 tidak ada, maka tidak bisa diketahui berapa indikator output yang diinginkan oleh Program dana bergulir. Pada saat itu sasaran yang diinginkan pemerintah Kota Payakumbuh hanyalah bagaimana supaya masyarakat khususnya
Universitas Indonesia
61
pengusaha milcro bisa mengembangkan usahanya dengan mudah dan
bisa
memperoleh modal dengan bunga yang tidak terlalu membebani, sehingga terlepas dari jeratan Bank 4-7 (dipinjam 4 dibayar 7) alias rentenir yang dikembalikan dalam wak:tu 42 hari. Hal ini juga yang menjadi Jatar belakang berdirinya program dana bergulir oleh pemko Payakumbuh. Pada pelaksanaan program tahun 2003-2008, tingkat bunga bervariasi, pada tahun 2003 tingkat bunga pinjaman 5ebesar 9%, kemudian tahun 2005 turun menjadi 8%. Dengan jumlah nasabah tercatat tahun 2007 sebanyak 3.097 orang (Renstra BLVD 2008-2012). Dari basil kinerja tersebut, dari laporan arus kas tahun 2007, total pendapatan sudah mencapai Rp. 20.367.276.323,- (dua puluh milyar tiga ratus enam puluh tujuh juta dua ratus tujuh puluh enam ribu tiga ratus dua puluh tiga rupiah). Pada intinya pada tahun 2003-2008 pengelolaan dana bergulir berjalan dengan apa adanya, yang paling penting komitmen pengelola pada saat itu adalah bagaimana masyarakat bisa mengakses dana bergulir tersebut dengan mudah dan masyarakat bisa mengembangkan usahanya, sehingga terjadi peningkatan produksi yang akan meningkatkan pendapatan, dengan asumsi tingkat pendidikan, pengalaman kelja, jumlah tenaga kelja dan jumlah pinjam tidak mempengaruhi. Pada tahun 2003-2008 tersebut, operasional Badan Pengelola Dana bergulir diambil langsung dari pendapatan jasa usaha BLUD tersebut, dimana komponen setoran PAD (Pendapatan Asli Daerah) menjadi pos pengeluaran bagi Badan Pengelola Dana Bergulir. Berikut adalah tabel jumlah setoran BLUD Dana Bergulir ke kas Daerah Kota Payakumbuh.
Universitas Indonesia
62
Tabel 5.10 Jumlah Setoran PAD Dana Bergulir Tahun 2004-2009 (Dalam Rupiah)
NO
TAHUN
JUMLAH 58.862.174 96.873.819 206.199.802 206.199.802 180.000.000 350.000.000 1.098.135.597
2004 2005 2006 2007 2008 2009 JUMLAH
I
2 3 4 5 6
Sumber : Data diolah dari Laporan BLUD Tahun 2009 dan Renstra BLUD tahun 2008
Sedangkan untuk biaya operasional Dana Bergulir dari tahun 2003-2009 terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 5.11 Daftar Belanja Operasional Dana Bergulir dari Tahun 2003-2009 (Dalam Rupiah) TAHUN
JENIS PENGELUARAN
2004
2005
2006
2007
2008
-
2009
Administrasi U mum
53.261.600
83.900.196
40.650.900
Insentif Pengelola
12.921.314
19.925.259
36.720.016
50.018.877
-
-
Honorarium Pengelola
48.799.751
121.993.730
113.797.652
105.091.855
-
-
Biay a Lay anan Biay a Pendukung Lay an an JUMLAH
114.982.665
-
-
-
225.819.185
49.580.600
191.168.568
204.691.332
-
537.797.185
274.820.150
320.630.749
240.743.998
858.427.934
515.564.148
Sumber : Data dwlah dan Laporan BLUD Tahun 2009 dan Renstra BLUD tahun 2008
Dari dua tabel di atas kita peroleh angka setoran PAD dari tahun 20042009 adalah sebanyak Rp. 1.098.135.597,- sedangkan untuk biaya operasional Dana Bergulir dari tahun 2004-2009 adalah sebanyak Rp.2.110.653.832,berdasarkan data tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa biaya untuk pengelolaan dana bergulir lebih dua kali lipat setoran PAD yang diterima daerah. Artinya, secara irnplisit tergambar bahwa daerah tidak menjadikan program dana bergulir ini sebagai target PAD, tetapi lebih berdasarkan bagaimana program ini dapat berjalan dengan lancar.
Universitas Indonesia
63
Pada tahun 2009, setelah menjadi BLVD, jumlah nasabah menurun drastis menjadi 1.449 orang. Hal ini menurut mengelola dana bergulir disebabkan oleh penerimaan permohonan
nasabah yang lebih selektif, guna menghindari
terjadinya kredit macet, dan tuntutan supaya BLVD bisa bekerja lebih profesional dan akuntabilitas, serta banyak dari nasabah yang tidak mengulang lagi pinjaman mereka. Output dari kegiatan Pelayanan operasional BLVD dana mikro sebagaimana yang terdapat dalam kerangka acuan Kerja (KAK)nya adalah terlaksananya pelayanan dana bergulir usaha mikro dan terlaksananya perubahan peraturan sesuai dengan perkembangan sebesar 70%. Pada kenyataannya tingkat keterukuran 70% ini tidak jelas, karena pelayanan yang seperti apa yang dimaksud dan perubahan peraturan yang dimaksud juga belum terlaksana, misalnya Petunjuk Pelaklasanaan (juklak) atau Petunjuk Teknis (juknis) tidak ada, kata pengelola BLUD belum selesai. Realisasi anggaran kegiatan pelayanan tahun 2009 untuk honor PNS dan Non PNS sebanyak Rp. 209.999.500,- dibayarkan untuk honorarium dari total anggaran sebanyak Rp.241.900.000,- , monitoring sebanyak Rp. 5.040.000,-, lembur sebanyak Rp. 12.421.000,- untuk rincian penggunaan dana tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut.
Tabel 5.12 Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Anggaran Kegiatan Pelayanan 0•perasiOna . I BLVD dana M.k 1 rota h un 2009 NO
KEGIATAN
1.
Honorarium PNS
2.
Honorarium Non PNS
3.
Monitoring
4.
Lembur
5.
Sosialisasi
6.
Barang dan Jasa
7.
Makan Minum Tamu JUMLAH
ANGGARAN
REALISASI
176.260.000,-
145.305.000,- 81,31
65.640.000,-
64.694.500,- 99,39
8.890.000,-
5.040.000,- 56,7
12.456.000,-
12.421.000,- 99,7
%
9.350.000,-
1.015.000,-
10,86
48.779.000,-
45.344.650,-
92,96
3.000.000,-
1.000.000,- 33,34
324.375.000,-
274.820.150,- 84,28
Sumber: Laporan Keuangan BLVD tahun 2010
Universitas Indonesia
64
Berdasarkan tabel tersebut, kita lihat bahwa kegiatan sosialisasi realisasinya hanya 10,86%. Jika kita bandingkan dengan hasil kuisioner terhadap responden, maka kenyataan ini adalah sejalan. Di mana sebanyak 53,3% responden menyatakan tidak pemah memperoleh sosialisasi Program dana bergulir mikro. Namun demikian, kalau kita lihat mengenai pemahaman responden terhadap program terse but, 100% dari responden memahami tentang tujuan, manfaat, cara memperoleh dan cara mengembalikan pinjaman. Sehingga dapat dikatakan, tanpa sosialisasi masyarakatpun sudah tahu mengenai adanya program dana bergulir. Sedangkan untuk kegiatan Pendukung Pelayanan Operasional BLUD dana bergulir usaha milcro, output yang diinginkan adalah tersedianya sarana dan prasarana pendukung operasional BLUD dana bergulir usaha mikro tahun 2009 untuk belanja barang dan jasa dan belanja modal sebanyak 14 unit. Dilaksanakan oleh BLUD dana Bergulir, konsultan, dan dengan asumsi supplier dan pelaksana program bekerja dengan baik, tidak ada krisis dan bencana, pelaksanaan pekerjaan sesuai jadwal. Berikut adalah
realisasi kegiatan Pendukung Pelayanan
Operasional BLUD dana bergulir. Tabel5.13 Rekapitulasi Rencana dan Realisasi Anggaran Kegiatan Pendukung I BLUD d ana ber~u ru. . P e Iayanan 0 •perasiOna % Anggaran Realisasi NO Kegiatan 119.855.000,-
114.431.998
98
Perjalanan Dinas
94.000.000,-
93.825.000,-
99
Belanja Modal
40.900.000,-
32.601.000,-
80
I.
Belanja Barang dan Jasa
2. 3.
254.755.000,-
JUMLAH
240.743.998,- 92
.
Sumber: Data diolah dari Laporan Keuangan Tahun 2010
Dari tabel diatas terlihat bahwa belanja modal dana dan realisasinya paling sedikit dibandingkan dengan yang lain. Artinya apa, tujuan semula melengkapi sarana dan prasarana pelayanan paling minim direalisasikan. Berbeda dengan belanja perjalanan Dinas realisasinya paling besar yaitu hamper I 00%, hal ini mengindikasikan bahwa pihak pengelola dana bergulir masih mengutamakan pos-pos untuk kepentingan mereka, sedangkan pos-pos untuk kelancaran
Universitas Indonesia
65
pekeljaan masih dalam urutan nomor sekian. Berikut adalah kondisi BLUD dana bergulir sampai tahun 2009 berdasarkan komposisi aset yang dimiliki BLUD :
Tabel5.14 Koodisi Aset BLUD dana Bergulir Mikro Tahun 2009 ASETLANCAR ASETTETAP JUMLAH(Rp) JUMLAH(Rp) URAIAN URAIAN Kas BLUD di Bank 1.394.364.450 Peralatan dan Mcsin 21.272.000 Piutang Pinjaman 19.609.185.113 aset Tetap Lainnya 83.571.975 Piutang lain-lain 899.037.250 JUMLAH 21.902.586.813 104.843.975 Total aset 22.007.430.788 Sumber: Data diolah dari Laporan Keuangan Tahun 2010
Dari data di atas, terlihat belum ada aset berupa bangunan milik sendiri. Kantor BLUD tidak tergabung dengan Bagian Pemerintahan Kota Payakumbuh, secara administrasi mereka memiliki pengelolaan tersendiri, dengan sebagian staf bukan PNS sehingga selama ini untuk pengelolaan Dana Bergulir, mereka masih menyewa bangunan untuk kelancaran tugas mereka. Kedepan alangkah baiknya jika BLUD punya kantor sendiri daripada anggaran tersebut digunakan untuk perjalanan dinas yang anggarannya cukup besar.
5.2.3
Evaluasi Hasil. Merupakan informasi mengenai Jatar belakang diproduksinya output.
Menunjukkan fungsi langsung yang diharapkan dari keluaran setelah proyek selesai. Untuk tahun 2009 hasil yang diharapkan BLUD adalah meningkatnya pelayanan dana bergulir mikro sebesar 75% dengan jumlah nasabah 2.000 (dua ribu) orang nasabah. Dengan asumsi bahwa ada koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berhubungan dengan penyaluran dana bergulir tersebut, adanya masyarakat yang memerlukan modal untuk mengembangkan usaha. Hasil ini ditujukan untuk semua komponen nasabah. Artinya terlayaninya semua komponen nasabah. Jika kita bandingkan dengan hasil survei terhadap nasabah, khususnya bidang industri ditemukan bahwa nasabah pada umumnya mengaku lama menunggu proses pencairan dana yaitu sebesar 53,3% menjawab
Universitas Indonesia
66
1-3 bulan semenjak kontrak ditanda tangani, bahkan ada yang sampai 1 tahun. Dengan tingkat pencapaian pelayanan masyarakat yang memanfaatkan dana bergulir baru I.449 orang pada akhir tahun 2009 dibandingkan dengan target kinerja 2.000 orang masyarakat. Atau sebanyak 72, 45%. Sedangkan untuk pengusaha industri mikro, hanya II 0 orang yang memperoleh dana bergulir mikro dari 1.449 tersebut. Sangat sedikit jika dibandingkan dengan total jumlah pengusaha industri mikro yang ada di Kota Payakumbuh yang mencapai 1.289 unit usahalorang. Selanjutnya jika kita kaitkan dengan pembinaan yang harus dilakukan pengelola dana bergulir terhadap pemanfaat dana bergulir sesuai dengan pasal 25 ayat (2) poin a, Perwako nomor 14 tahun 2008, maka hasil survei terhadap responden (pemanfaat dana) ditemukan bahwa sebanyak 86,7% menjawab tidak ada mendapat pembinaan pengelolaan dana dari instansi terkait (gambar 5.3). Pembinaan yang mereka harapkan adalah bagaimana cara mengembangkan usaha. 5.2.4
Manfaat Program. Manfaat merupakan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran
dapat diselesaikan berfungsi dengan optimal (tepat lokasi, tepat waktu). Artinya dengan adanya program dana bergulir bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menambah modal usaha guna mengembangkan usaha, sesuai dengan Jatar belakang berdirinya program dana bergulir pada tahun 2003. Dengan kata Jain masyarakat bisa terhindar dari rentenir yang yang merugikan masyarakat. Hal tersebut bisa tercapai apabila memenuhi asumsi bahwa kebijakan pemerintah tidak mengalami perubahan, dana diberikan tepat waktu sehingga bisa dimanfaatkan secara tepat guna, dukungan dan koordinasi diantara instansi terkait, terutama dinas
koperas~
industri dan perdagangan dan masukan hasil evaluasi
digunakan untuk perencanaan proyek yang akan datang. Hasil survei terhadap pemanfaat dana sektor industri ditemukan bahwa dana bergulir sangat membantu bagi penambahan modal mereka. Dimana hampir semua responden menjawab dana digunakan sesuai dengan rencana yaitu mengembangkan usaha. Sebagian besar menggunakan untuk tambahan modal usaha, lainnya memanfaatkan untuk investasi berupa menambah alat kerja dan menambah tempat usaha. Seperti yang dijelaskan pada hasil wawancara.
Universitas Indonesia
67
Responden sangat merasa terbantu dengan adanya program dana bergulir ini, dengan bunga yang ringan tersebut mereka bisa berproduksi lebih efisien, karena angsuran ringan sehingga keuntungan bisa bertambah dan bisa menambah modal usaha. Meskipun dana bergulir yang mereka terima hanya sekitar 5 juta, untuk usaha skala mikro modal sebanyak itu sudah mampu memutar usaha mereka, artinya mereka sudah bisa meningkatkan produksi dengan pertambahan modal tersebut. Berikut adalah tabel peningkatan Produksi Responden sesudah memperoleh Dana Bergulir. Tabel5.15
Peningkatan produksi Responden sesudab Memperoleb Dana Bergulir NO I
NAMA
AR AS AP EY 5 EN EYI 6 7 EM 8 ER 9 EV 10 FT II HU I2 MY I3 MS 14 MP 15 NR 16 OY 17 OA 18 RA 19 RO 20 RL 21 RH 22 RN 23 SP 24 SG 25 SJ 26 UY 27 YE 28 YT 29 YS 30 ZK JUMLAH
2 3 4
PRODUKSI SEBELUM (Kg/mg)
90 200 300 400 300 600 400 600 IOO 1200 300 2000 600 150 600 600 I 50 600 700 300 350 300 300 100 480 1200 300 300 400 1500 15.420
PRODUKSI SESUDAH (Kg/mg)
150 700 I200 600 700 I200 700 I200 300 I200 600 3000 900 300 900 8400 300 1800 600 600 500 500 500 300 720 3000 900 400 500 1200 33.870
SELISIH (Kg/mg)
60 500 900 200 400 600 300 600 200 0 300 1000 300 150 300 7800 I50 I200 -100 300 150 200 200 200 240 1800 600 100 100 -300 18.450
Sumber : hasil survey dan wawancara, data diolah
Universitas Indonesia
68
Berdasarkan tabel tersebut total peningkatan rata-rata produksi responden sebanyak II9,64%, artinya dana tersebut mampu meningkatkan produksi responden. Kalaupun ada responden yang menjawab bahwa dana tersebut digunakan untuk yang lain, mereka beralasan karena dana tersebut pencairannya tidak sesuai dengan rencana yang disusun oleh responden. Misalnya, responden telah dijanjikan dana akan keluar atau cair pada tanggal I, jadi pengusaha akan membuat perencanaan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk menambah produksi, karena adanya peningkatan permintaan kerupuk dari 500 kg menjadi I ton, dimana produk akan dikirim tanggal 8, sehingga pengusaha punya waktu memproduksi selarna I minggu. Tetapi kenyataannya dana tersebut tidak cair pada tanggal I tersebut, sehingga pengusaha harus mencari dana lain untuk memenuhi permintaan tersebut, akibatnya dana tersebut tidak untuk menambah produksi lagi, tetapi digunakan untuk keperluan lain. Selain itu kerugian yang dirasakan oleh responden juga adalah, mereka kadang tidak bisa mengusahakan pinjaman modal lain, karena agunan satusatunya sudah dijarninkan ke dana bergulir, ujung-ujungnya kembali lagi ke rentenir, atau terpaksa membatalkan rencana karena kurangnya .modal. Sehingga jika modal tidak tepat waktu disalurkan maka hanya akan merugikan pengusaha industri mikro.
5.2.5 Dampak Program. Merupakan
informasi
yang
menunjukkan
dasar
pemikiran
dilaksanakannya proyek. Menggambarkan tujuan proyek secara sektoral, regional dan nasional. Berdasarkan Perwako no.l4 tahun 2008 ten tang BL UD dana bergulir penguatan modal usaha mikro kota Payakumbuh bahwa salah satu tujuan BLUD dana bergulir adalah meningkatkan efisiensi dan keefektifan pemanfaatan dana bergulir untuk mengentaskan kemiskinan, pengembangan ekonomi daerah baik formal maupun informal. hal ini akan terlihat apabila adanya peningkatan pendapatan masyarakat, terutama masyarakat pemanfaat dana bergulir mikro. Selain dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pendapatan, dampak program juga bisa dilihat dari keberhasilan usaha pengusaha industri mikro, selain itu juga dapat dilihat dari pertambahan akses pendanaan usaha mikro. Artinya BLUD dana bergulir telah menjadi salah satu akses dana bagi masyarakat
Universitas Indonesia
69
khususnya pengusaha mikro. Dalam hal ini dampak program hanya akan dilihat melalui peningkatan pendapatan pengusaha industri dengan uji beda dua rata-rata. Pendapatan disini adalah pendapatan kotor, yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil jual beli dikurangi biaya produksi atau laba usaha. Berikut adalah Tabel distribusi Pendapatan Responden.
Tabel5.16 Peningkatan Pendapatan Responden sesudab Menerima Dana Bergulir NO
NAMA
PENDAPATAN SEBELUM (Rp)
PENDAPATAN SESUDAH (Rp)
SELISIH (Rp)
17
AR AS AP EY EN EYI EM ER EV FT HU MY MS MP NR OY OA
3.000.000
5.000.000
2.000.000
18
RA
10.000.000
40.000.000
30.000.000
19
RO
3.000.000
3.000.000
-
20
RL
1.000.000
2.000.000
1.000.000
I
2 3 4 5 6 7 8 9 10
II 12 13 14 15 16
13.000.000
26.000.000
13.000.000
2.000.000
3.000.000
1.000.000
4.000.000
6.000.000
2.000.000
2.000.000
2.800.000
800.000
3.500.000
4.500.000
1.000.000
3.000.000
6.000.000
3.000.000
2.000.000
3.000.000
1.000.000
4.000.000
7.000.000
3.000.000
10.000.000
30.000.000
20.000.000
10.000.000
10.000.000
-
2.000.000
3.000.000
1.000.000
15.000.000
30.000.000
15.000.000
3.400.000
5.000.000
1.600.000
4.000.000
6.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
1.000.000
4.500.000
20.000.000
15.500.000
21
RH
1.500.000
1.500.000
-
22
RN
1.000.000
2.500.000
1.500.000
23 24
SP SG SJ UY YE YT YS
2.000.000 5.000.000
3.000.000 13.000.000
1.000.000 8.000.000
1.440.000
2.160.000
720.000
10.000.000
30.000.000
20.000.000
2.600.000
7.800.000
5.200.000
2.000.000
2.500.000
500.000
2.000.000 8.000.000
2.500.000 6.000.000
500.000 (2.000.000)
25 26 27 28 29 30
ZK
JUMLAH
137.940.000,00 287.260.000,00 Sumber : hasll survey dan wawancara, data d10lah
149.320.000,00
Untuk matrik kerangka kerja logis evaluasi program penyaluran dana bergulir mikro dapat kita lihat pada halaman lampiran.
Universitas Indonesia
70
5.3
Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata. Dari penelitian yang dilakukan terbadap karakteristik responden dan
evaluasi terbadap program dan kegiatan penyaluran dana bergulir dimuka, selanjutnya dilakukan uji beda dua rata-rata terbadap bipotesis ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara pendapatan responden sebelum memperoleb dana bergulir mikro untuk tambaban modal mengembangkan usaba dengan pendapatan sesudab memperoleb dana bergulir mikro. Pendapatan responden adalab pendapatan perbulan, sejak mulai mengangsur yaitu tabun 2008-2009. Pengujian tersebut dilakukan dengan tes statistik parametrik dengan pengujian dua sisi (two tailed test). Ho (bipotesis nol) adalab pendapatan tidak meningkat atau sama atau lebib kecil setelab memperoleb dana bergulir. H 1 (bipotesis satu) adalab pendapatan meningkat atau lebib besar setelab memperoleb dana bergulir. Untuk mendapatkan basil bipotesis akan dilakukan penguJian dengan
tools SPSS for windows IO.O yaitu dengan Paired Sample T-Test, sebingga akan diperoleb nilai t-bitung. Kemudian nilai t-bitung akan dibandingkan dengan nilai t-tabei dari niiai tabel distribusi t pada df=N-I dengan tingkat a
=
0.05, pada
tingkat kepercayaan 95o/o, yaitu dengan nilai kritis sebesar 2,045. Tolak H0 jika tbitung > t-tabel, artinya terima H 1 dan terima Hojika t-bitung < t-tabel, H 1 ditolak. Berikut
adalah
basil
pengujian
paired sample
T-test
dengan
menggunakan SPSS for windows versi I3.0. I. Interpretasi output Paired SamplesCorrelation
Tabel5.17 TbiP" I C orreIation . a e aaredSam pies N Correlation Pair
Tingkat
I
sebelum menerima dana
Pendapatan
bergulir mikro & Tingkat
Sig.
30
0,85I
0,000
Pendapatan
setelab menerima dana
bergulir mikro Sumber :hasil olahan SPSS
Universitas Indonesia
71
Uji ini digunakan untuk melihat korelasi antara tingkat pendapatan pengusaha mikro sebelum memperoleh dana bergulir mikro dengan sesudah memperoleh dana bergulir mikro. Nilai korelasi diperoleh adalah r
=
0,851, dengan nilai sig. p = 0,000. artinya korelasi
antara tingkat pendapatan sebelum dan sesudah memperoleh dana bergulir mikro sangat kuat karena nilai r mendekati 1, dan p<0,05 pada tingka kepercayaan 95%. 2. Interpretasi output Paired Samples test. Tabel5.18 T a beI OUipU t tP,a1re . dS amp1es t est Paired Differences Mean
Pair
Tingkat Pendapatan
l
sebelum
Std.
Std.
Dev
Err.M
95%
L
u
2,073
7,847
t
df
Sig.
3,514
29
0,001
menerima
dana bergulir mikro 4,960
&
7,732
1,411
Tingkat Pendapatan setelah
menerima
dana bergulir mikro Sumber :has1l olahan SPSS
Berdasarkan
basil regresi tersebut dapat di interpretasikan sebagai
berikut: a. Bahwa Ho ditolak dan H 1 diterima, karena nilai p < 0,05 yaitu p 0,001. Artinya pendapatan meningkat atau
=
lebih besar setelah
memperoleh dana bergulir mikro dengan nilai t-hitung = 3,514. b. Mengacu kepada ketentuan di atas, jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel maka keputusannya adalah H0 ditolak dan H 1 diterima. Dari hasil regresi diperoleh nilai t-hitung = 3,514 lebih besar daripada nilai t-tabel (0,025;29) = 2, 045. Artinya tingkat pendapatan sesudah menerima kredit dana bergulir lebih besar daripada sebelum menerima kredit dana bergulir.
Universitas Indonesia
72
Kesimpulannya adalah terjadi peningkatan pendapatan pengusaha industri mikro setelah menerima penyaluran kredit dana bergulir mikro pada tingkat kepercayaan 95%. Keterlcaitan positif pemberian kredit dan peningkatan pendapatan pengindikasikan bahwa kredit yang diterima digunakan sebagai modal. Hal ini juga sejalan dengan basil penelitian terhadap responden yaitu, sebagian besar responden menggunakan kredit dana bergulir untuk modal usaha.
Universitas Indonesia
BAB6 PENUTUP
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap program Penyaluran Dana Bergulir
Usaha Mikro dalam
upaya peningkatan pendapatan pengusaha industri mikro
oleh BLUD kota Payakumbuh, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : I.
Berdasarkan hasil analisa kuisioner dapat diketahui hal-hal sebagai berikut : 53.3%
Pengusaha
Industri
mengaku
tidak
pemah
menerima
sosialisasi/pertemuan khusus yang diadakan oleh pengelola BLUD Dana Bergulir Mikro. Sisanya (46,7%) mengaku menerima sosialisasi dari BLUD melalui instansi terkait (Dinas Perindustrian dan Perdagangan). Proses Penyaluran atau realisasi Dana relatif lama diterima oleh pengusaha mikro. Dimana sebanyak 53,3% responden mengaku menerima pencairan pinjaman antara 1-3 bulan. Sebanyak 80% dari pengusaha industri mikro yang di survei mengaku, memanfaatkan
pinjaman dana sesuai dengan
rencananya,
yaitu
mengembangkan usaha. Dari 30 orang pengusaha industri mikro yang disurvei, sebanyak 86,7% mengaku tidak pemah memperoleh pembinaan dari pengelola BLUD Dana Bergulir. 2.
Dari Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program Dana Bergulir Usaha Mikro ditemukan hal-hal sebagai berikut: Evaluasi Output Target Output dalam KAK., yaitu terlaksananya perubahan peraturan sesuai perkembangan (Juknis) sebesar 70% tidak tercapai, terbukti tidak adanya dokumen peraturan yang dimaksud. Evaluasi Hasil Target untuk mampu melayani 2.000 orang nasabah sampai tahun 2009 belum tercapai, jumlah nasabah pacta akhir tahun 2009 barn mencapai 1.449 orang atau hanya sebanyak 72,45%, kurang dari targetnya yaitu 75%.
73 Universitas Indonesia
74
3.
Program penyaluran dana bergulir sangat bermanfaat bagi pengusaha industri, dimana sebanyak 63,3% mengaku dapat meningkatkan pendapatan mereka dan produksi meningkat rata-rata 119,64%.
4.
Penyaluran dana bergulir mikro memberikan dampak positifbagi pengusaha industri mikro, dimana sesuai dengan hasil uji Paired Sample test dengan hasil t hitung = 3,514 > t tabel = 2,045, berarti Hipotesa H0 ditolak dan H 1 diterima, artinya terjadi peningkatan pendapatan pengusaha industri mikro setelah memperoleh dana bergulir usaha mikro.
6.2
Rekomendasi Kebijakan. Berikut adalah rekomendasi kebijakan yang mungkin dapat dilakukan oleh
Pemerintah Kota Payakumbuh sehubungan dengan program dana bergulir usaha mikro oleh BLVD dana Bergulir : Sesuai dengan salah satu tujuan berdirinya BLVD dana bergulir, yaitu mewujudkan keberpihakan pemerintah terhadap usaha mikro, maka dibarapkan pemerintab disini BLUD Dana Bergulir, lebib memperbatikan sektor industri, dengan memberikan prioritas pinjaman modal pada pengusaba industri, dengan 2 alasan : Pertama, jika pemko memang berkomitmen ingin menjadikan sektor industri sebagai leading sector di Kota Payakumbuh Kedua, berdasarkan hasil uji beda dua rata-rata terbukti bahwa pendapatan pegusaha industri meningkat setelah memperoleh dana bergulir. sehingga diharapkan hal ini akan memperbesar kontribusi sektor industri terhadap PDRB Kota Payakumbuh. 6.3 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dengan sebaik mungkin agar memperoleh hasil yang benar. Dengan keterbatasan yang dimiliki peneliti antara lain : I. Responden diambil 30 orang, hal ini dilakukan karena data yang diperoleh hanya kelurahan tempat responden tinggal, sehingga diperlukan waktu yang banyak untuk mencari alamat responden
untuk melakukan surve1,
sedangkan waktu penelitian hanya 19 Juli-31 Agustus 20 I 0.
Universitas Indonesia
75
2. Penelitian tidak disertai dengan metode triangulasi, yaitu mewawancarai pihak lain sebagai penyeimbang responden dalam survei evaluasi program dana
bergulir.
Sehingga
untuk
penelitian
selanjutnya
dianjurkan
menggunakan metode tersebut guna menghindari bias dari kuisioner yang diberikan. 3. Penelitian ini bukan "Evaluasi Dampak", tetapi merupakan Evaluasi dengan metode Kerangka Kerja Logis, dan Uji beda dua rata-rata digunakan hanya untuk melihat ada atau tidaknya peningkatan pendapatan dari responden antara sebelum dan sesudah memperoleh pinjaman dana bergulir dan tidak melihat perbedaan pendapatan nasabah penerima dana bergulir dan bukan penerima dana bergulir.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Arsyad, Lincolin. ( 1999). Pengantar perencanaan dan pembangunan ekonomi
daerah. BPFE Y ogyakarta. Gilarso, T ( 1998). Ekonomi Indonesia sebuah pengantar. Kanisius. Yogyakarta. Ismaryanto, Suyanti (No.l/2005). Konsep proyek dan kerangka kerja logis
perencanaan proyek. LPEM-FEUI. Kusmuljono, B.S, (2009), Menciptakan kesempatan rakyat berusaha. IPB Press. Bogor. Lipsey, Richard G. (1991). Pengantar Ilmu Makroekonomi. Alih bahasa Jaka Wasana, dkk. Erlangga. Jakarta. PB, Triton. (2006). SPSS 13.0 Terapan. Riset statistik parametrik. ANDI. Yogyakarta. Said Adri, dkk, (2007). Akses Keuangan UMKM. Buku panduan untuk
membangun akses pembiayaan bagi usaha menengah, kecil dan mikro dalam konteks pembangunan daerah. GTZ-RED Jakarta. Samuelson, Paul & Nordhous, William D, (1997). Mikroekonomi. Alih Bahasa Haris Munandar, dkk. Erlangga. Jakarta. Singarimbun, Masri & Sofian Effendi. (1989). Metode penelitian survei. LP3ES. Jakarta. Soesilo, Nining I. (2002). Manajemen strategik di sektor publik (pendekatan
praktis). Buku II. MPKP-FEUI. Jakarta. Sukirno, S (2004). Makroekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
----LPotret tiga setengah tahun pelaksanaan rencana pembangunan jangka menengah industri manufaktur tahun 2005-2009. (2008). Departemen Perindustrian.
76 Universitas Indonesia
77
KARY A ILMIAH Burgess, Robin dkk. 2005. Banking for the poor: evidence from India. The MIT Press. Journal of European Economic Assosiation. Khander, Shahidur R. 2003. Micro finance and Poverty :Evidence Using Panel
Datafrom_India. Word Bank Policy Research Working Paper. Madajewicz, Margaret, 1999, Does the credit contract matter?The impact of
lending programs on poverty in Bangladesh, Colombia University. Malik, Rachmawati, dkk. 2008. Ana/isis Pengaruh Kredit, aset dan Jumlah
Pegawai Terhadap pendapatan Usaha kecil, menengah penerima kredit Bank Perkreditan Rakyat. Paper. Universitas Gunadarma. http://www.gunadanna.ac.id/library/article/postgraduate/management/per bankan/article-91205144.pdf. Mc-Kernan, Mary. 2002. The Impact of Microcredit Programs on Self
Employment Profit: Do noncredit Program aspects Matter?. The MIT Press. The review of economic and statistics.
----,Ringkasan eksekutif kajian Efektivitas bantuan dana Bergulir kepada Masyarakat di Kola Bandung. Kantor Litbang dengan LPM-UPI. http://www.docstoc.com/docs/27250230/RINGKASAN-EKSEKUTIFKAJIAN-EFEKTIVITAS-DANA-BERGULIR-KEPADA. Panggabean, Riana.Dr. 2005. Efektivitas program dana bergulir bagi koperasi
dan UKM. Artikel. Jakarta. http://www.smecda.com/deputi7/file_makalah/efektivitas_dana_bergulir. Sujamo. 2008. Ana/isis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pendapatan
Nelayan di Kabupaten Langkat. Tesis S2 Ekonomi Pembangunan. USU. Medan. Wijono, Wiloejo Wirjo, 2005, Pemberdayaan Lembaga Keuangan Mikro
sebagai salah satu pilar Sistem Keuangan Nasional : Upaya konkrit Memutus Mala Rantai Kemiskinan, Kajian Ekonomi dan Keuangan.
Universitas Indonesia
78
Yulberi, 2005, Dampak Penyaluran Kredit Program Modal Awal dan Padanan
(MAP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Pahandut Kota Palangkaraya, Tesis S-2 Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan, UGM (tidak dipublikasikan). Yunirman, Yuniri,2009, Efektijitas Penyaluran Dana Bergulir Mikro di Kota
Payakumbuh,
Tesis
S-2
Program
Studi
Magister
Perencanaan
Pembangunan. Universitas Andalas. (tidak dipublikasikan). PERATURANPERUNDANGAN Payakumbuh Dalam Angka 2009. Peraturan Walikota Payakumbuh Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Dana Bergulir Penguatan Modal Usaha Mikro Kota Payakumbuh. 2008. Profil Kota Payakumbuh. 2008 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Payakumbuh Tahun 20072012. Bappeda Kota Payakumbuh. 2007. Rencana Strategis Badan Layanan Umum Daerah Dana Bergulir Usaha Mikro Kota Payakumbuh Tahun 2008-2013. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. BAHAN AJAR Ismaryanto, Suyanti. Bahan Ajar Diktat Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Kerangka Kerja
Logis untuk Perencanan Proyek Susanti, Hera 2010 Bahan Ajar Perencanaan Kota dan daerah ..
Universitas Indonesia
PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH
KANTOR KESBANG POLITIK DAN LINMAS Jl. Sri Rejeki No.5 Kel. Bulakan Balai Kandi Telp. (0752) 95713
Kota Payakumbuh
REKOMENDASI Nomor. B.070/180/KesbangPol/VTI/2010 TENTANG IZIN PENELITIAN DAN PENGAMBILAN DATA
Berdasarkan Surat Permohonan dari Dekan Fakultas Ekonomi / Ketua Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia Nomor : 757/H2.F6.Dl.MKP/PDP/2010 tanggal 2 Juni 2010, tentang Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data, dengan ini kami Pemerintah Kota Payakumbuh memberikan Izin dimaksud kepada : Nama TempatjTgl Lahir Pekerjaan Ala mat Kartu Identitas' Maksud/ tujuan
LokasiPenelitian Waktu Penelitian Anggota Penelitian
SRI ESA RAMADHANI M. Paiti / 12 Juli 1981 Mahasiswa 52 Universitas Indonesia JI. Singgalang Bl. Jaring Air Tabit Kartu Tanda Mahasiswa No. 0906586820 Penelitian dan Pengambilan Data untuk menyusun Tesis Judul "Dampak Penyaluran Dana Bergulir Usaha Mikro Terhadap Peningkatan Pendapatan Pengusaha lndustri Milao di Kota Payakumbuh" Kelurahan 19Julis/d 31 Agustus2010
Dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Tidak boleh menyimpang dari kerangka serta tujuan penelitian dan pengambilan data. 2. Memberitahukan / melaporkan diri pada Pemerintah, Dinas / Kantor setempat dan menjelaskan atas kedatangannya serta menunjukan surat- surat keterangan yang berhubungan dengan itu. 3. Mematuhi semua Peraturan yang berlaku dan menghormati Adat Istiadat serta kebiasaan masyarakat setempal 4. Mengirimkan laporan hasil pengambilan data sebanyak 1 (satu) exemplar pada Walikota Payakumbuh cq Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Linmas Kota Payakumbuh. 5. Apabila terjadi suatu penyimpangan/pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang tersebut diatas maka surat keterangan I Rekomendasi ini akan dicabut kembali. Payakumbuh, 19 Juli 2010 AL~OTAPAYAKUMBUH
,.A~~~;;,OR KFSATUAN BANGSA DAN Lll-J1..IAS BANG,
Tembusan disampaikan kepada Yth : 1. Bapak Gubemur Sumatera Barat Cq. Kahan Kesbang Pol Linmas di Padang 2. Bapak Muspida Kota Payakumbuh di Payakumbuh 3. Sdr. Camat 4. Sdr. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Jakarta 5. Arsip ...... .
81
· Lampiran 3 SURVEI DAMPAK PENYALURAN DANA BERGULIR USAHA TERHADAP
PENINGKATAN
PENDAPATAN
PENGUSAHA MIKRO (Studi Kasus lndustri Mikro Di Kota Payakumbuh)
KUESIONER PENELITIAN PENDAHULUAN. Survei ini dilakukan untuk kepentingan akademis, dalam rangka menyelesaikan Tesis pada Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Tahun Akademik 2009/2010. Melalui survei ini, ingin diketahui bagaimana dampak penyaluran dana bergulir usaha mikro terhadap peningkatan pendapatan pengusaha mikro (studi kasus Industri Mikro di Kota Payakumbuh), dengan cara memperoleh informasi langsung dari pengusaha industri mikro khususnya industri pangan di Kota Payakumbuh yang dijadikan sampel penelitian. Oleh karena itu, saya: Nama
SRI ESSA RAMADHANI
NPM
0806586820
Kekhususan : Ekonomi Perencanaan Kota dan Daerah Memohonkan kesedian Bapak/ lbu, dapat memberikan jawaban atas sejwnlah pertanyaan yang diajukan dalam survei ini. Jawaban yang Bapak/lbu berikan, dijamin kerahasiaannya. Atas kesediaan dan keijasama Bapakllbu, diucapkan terima kasih.
Payakumbuh,
Juni 2010
SRI ESSA RAMADHANI
82
DAJ\-IP AK PENYALURAN DANA BERGULIR USAHA MIKRO TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PENGUSAHA MIKRO (STUDI KASUS DI KOTA PAYAKUMBUH)
ldentitas Responden l.Nama Responden 2. Jenis Kelamin 3. Alamat 4. Umur 5. Status pemikahan 6. Jumlah keluarga 7. Pekeijaan/industri 8. Pendidikan terakhir
: (1) Laki-laki (2) Perempuan
: (1) kawin (2) tidak kawin : (1) kerupuk (2) makanan ringan (3)tahu/tempe (4) Roti (5) rendang : (1) SD (2) SLTP (3) SLTA (4) PT (5) Tidak Sekolah - tidak tamat SD s&mpai kelas ............ . - tidak tamat SMP sampai kelas ......... . - tidak tamat SMA sampai kelas ......... .
Sosialisasi. 9. Dimana pertama kali Bapak/lbu/saudara mengetahui tentang adanya Program dana bergulir usaha mikro oleh pemerintah kota Payakumbuh? 1. Masyarakat/tetangga 2. Aparat pemerintah/desa/kecamatan 3. Saudaralkerabat yang bekeija di pemda 4. Lain-lain (sebutkan) ................ . 10. Apakah Bapak!Ibu/saudara pemah mengikuti acara/pertemuan yang khusus menjelaskan tentang Penyaluran kredit dana bergulir usaha mikro ini? 1. Tidak pemah (langsung ke pertanyaan nomor 13) 2. Pemah (teruskan ke pertanyaan nomor 11) 11. Jika pemah, dimana Bapak!Ibu/saudara mengikuti acara/pertemuan terse but? 1. Dikantor/dinas terkait. 2. Di kantor camat 3. Dikantor kepala desa 4. Pada acara pertemuan kelompok 5. Lain-lain (sebutkan) ................ . 12. Siapa yang memberikan penjelasan pada acara terse but? I. Aparat dari kantor/dinas kabupaten 2. Aparat kecamatan 3. Aparat kepala desa/wali nagari 4. Lain-lain (sebutkan) .............. .
83
13. Dari informasi tentang kegiatan ini yang Bapak/Ibu/saudara dapatkan, apakah Bapak/lbu/saudara benar-benar memahami tentang : Tujuan program, manfaat program, cara memperoleh pinjaman, cara pengembalian pinjaman : I. Ya 2. Tidak
Proses pengajuan, seleksi dan penyaluran kredit 14. Apakah Bapakllbu/saudara merasa mengalami kesulitan dalam mengajukan permohonan untuk memperoleh kredit dana bergulir? I. Ya 2. Tidak (langsung ke 16) 15. Jika Bapakllbu/Saudara merasa mengalami kesulitan, maka kesulitan adalah hal : 1. Pembuatan proposal 2. Banyaknya prosedur yang hams dilalui 3. Keharusan adanya agunan 4. Lain-lain (sebutkan) ............................ . 16. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu/saudara perlukan dari sejak pengajuan kredit sampat memperoleh kredit dana bergulir? 1. 1 bulan 2. Antara 1 hingga 3 bulan 3. Antara 3 hingga 6 bulan 4. Antara 7 bulan hingga 1 tahun 5. Lebih dari 1 tahun
Pemanfaatan kredit 17. Apakah kredit dana bergulir yang Bapakllbu/saudara dapatkan dimanfaatkan sesUai dengan rencana dalam perencanaan? I. Ya, seluruhnya 2. Hanya sebagian, sebagian digunakan untuk keperluan lain 3. Tidak 4. Lain-lain (sebutkan) .............................. . 18. Kredit dana bergulir yang Bapak/Ibu/saudara terima dimanfaatkan untuk : 1. Modal usaha 2. Modal investasi (pembelian alat) 3. Lain-lain (sebutkan) .................................. . 19. Jika hanya sebagian yang digunakan untuk usaha, maka sebagian lain digunakan untuk keperluan lain, yaitu untuk : 1. Memenuhi kebituhan hidup sehari-hari 2. Membiayai kebutuhan sekolah anak 3. Membiayai anggota keluarga yang sakit 4. Lain-lain (sebutkan) ......................................... .
84
Pembinaan dan pengawasan
20. Setelah mendapatkan kredit dana bergulir, apakah ada pembinaan dan penyuluhan usaha yang dilakukan oleh aparat terkait/instansi teknis : 1. Tidak ada 2. Hanya 1 kali 3. 2 atau 3 kali 4. Lebih dari 3 kali 21. Apakah pembinaan yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan? 1. Sudah 2. belum 22. Jika temyata pembinaan belum sesuai dengan harapan Bapak/Ibu/saudara, bagaimana bentuk pembinaan yang Bapak/Ibu/Saudara harapkan? 1. Bagaimana memanfaatkan pinjaman yang diperoleh secara optimal untuk usaha. 2. Manajemen usaha 3. Perencanaan pengembangan usaha 4. Pembinaan mental dan sikap wirausaha Hasil kegiatan/Program
23. Apakah Bpklibu/saudara mempunyai usaha sampingan sesudah menerima kredit? 1. jika ya, sebutkan usaha apa:
2. tidak punya 24. Kapan Bapak/Ibu/Saudara menerima kredit dana bergulir? Jawaban : ......................................................................................... . 25. Berapa banyak penghasilan Bapak/ibu/Saudara setiap bulan sesudah meneriman Dana Bergulir? Jawaban : ................................................................. . 26. Setelah mendapatkan kredit dana bergulir, apakah ada peningkatan pendapatan rumah tangga Bapak/Ibu/saudara? 1. Tidak ada 2. Ya, tapi belurn mencukupi 3. Ada mencukupi 27. Setelah mendapatkan tambahan pendapatan, untuk apa Bapak/ibu/saudara gunakan? 1. Untuk keperluan keluarga 2. Disamping keperluan keluarga dijadikan tambahan modal 3. Ditabung untuk cicilan 28. Berapa Jumlah tenaga keija Bapak/Ibu/Saudara sesudah menerima Dana bergulir? Jawaban : ........................................................... .
85
29. Berapajumlah produksi Bapakllbu?Saudara sesudah menerima Dana Bergulir? Jawaban : ........................................................ · · · ....... · ..
r.adisi responden sebelum menerima kredit Dana Bergulir 30. Apakah Bpk/ibulsaudara mempunyai usaha sampingan sebelum menerima Dana bergulir? I. j ika ya, sebutkan usaha apa:
2. tidak punya 31. Berapa jumlah tenaga kerja sebelum Bpk/ibulsaudara menerima Dana Bergulir ? Jawaban: ............................................................................................... . 32. Berapa jumlah produksi Bapak sebelum Bapak/lbu/Saudara menerima dana bergulir? Jawaban : ............................................................... ................... . 33. Berapa banyak penghasilan Bpk/ibulsaudara setiap bulan sebelum menerima kredit? Jawaban: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . o
86
Lampiran 4 1. Jenis kelamin Responden
Valid laki laki perempuan Total
Percent 40,0 60,0 100,0
Frequency 12 18 30
Cumulative Valid Percent Percent 40,0 40,0 100,0 60,0 100,0
2. Umur Responden
Valid 25 30 31 32 33 34 35 38 40 42 45 48 50 52 53 54 55 60 Total
Frequency Percent 2 6,7 3,3 1 10,0 3 10,0 3 3,3 1 1 3,3 10,0 3 3,3 1 1 3,3 6,7 2 3,3 1 2 6,1 3,3 1 10,0 3 3,3 1 1 3,3 6,7 2 1 3,3 100,0 30
Cumulative Valid Percent Percent 6,7 6,7 10,0 3,3 10,0 20,0 30,0 10,0 3,3 33,3 36,7 3,3 46,7 10,0 3,3 50,0 3,3 53,3 60,0 6,7 3,3 63,3 6,7 70,0 73,3 3,3 83,3 10,0 3,3 86,7 90,0 3,3 6,7 96,7 3,3 100,0 100,0
3. jenis lndustri pangan yang digeluti Responden
Valid kerupuk makanan nngan tabu/tempe roti rendang Total
Valid Cumulative Percent Percent 43,3 43,3
Frequency 13
Percent 43,3
11
36,7
36,7
80,0
2 3 1 30
6,7 10,0 3,3 100,0
6,7 10,0 3,3 100,0
86,7 96,7 100,0
87
4. Tingkat pendidikan Responden
Valid
Valid Cumulative Percent Percent 26,7 26,7 13,3 40,0 46,7 86,7
Frequency Percent 8 26,7 4 13,3 14 46,7
so SLTP SLTA Perguruan Tinggi Total
4
13,3
13,3
30
100,0
100,0
100,0
5. dimana mengetahui pertama kali tentan program dana bergulir mikro.
Valid masyarakat/tetangga aparat pemerintah/desa/kec am atan saudara/kerabat yang bekeija di Pemda lain lain Total
Valid Cumulative Percent Percent 33,3 33,3
Frequency 10
Percent 33,3
13
43,3
43,3
76,7
3
10,0
10,0
86,7
4 30
13,3 100,0
13,3 100,0
100,0
6. pernah mengikuti pertemuan kusus membahas kredit mikro Valid Percent
Cumulative Percent
Frequency
Percent
16
53,3
53,3
53,3
14 30
46,7 100,0
46,7 100,0
100,0
Valid tidak pernah pernah Total
7. jika pernah, dimana pertama kali mengatahui
Valid 0 di kantor dinas terkait pada acara pertemuan kelompok Total
Frequency Percent 53,3 16
Valid Cumulative Percent Percent 53,3 53,3
13
43,3
43,3
96,7
1
3,3
3,3
100,0
30
100,0
100,0
88
8. siapa yang memberikan penjelasan pada acara tersebut Valid Percent
Cumulative Percent
Frequency
Percent
I6
53,3
53,3
53,3
I4
46,7
46,7
IOO,O
30
IOO,O
IOO,O
Valid 0 aparat dari kantor/dinas kabupaten Total
9. pemahaman program tentang tujuan, cara meminjam, cara mengembalikan dari informasi yang telah didapat
Valid ya
Frequency
Percent
30
100,0
Valid Percent IOO,O
Cumulative Percent 100,0
10. pernah mengalami kesulitan mengajukan permohonan
Valid ya tidak Total
Frequency
Percent
9 2I 30
30,0 70,0 IOO,O
Valid Percent 30,0 70,0 100,0
Cumulative Percent 30,0 IOO,O
11. jika mengalami kesulitan, dalam hal apa
Valid 0 banyaknya prosedur yang harus dilalui keharusan adanya agunan lain lain Total
Valid Percent
Cumulative Percent
Frequency
Percent
2I
70,0
70,0
70,0
7
23,3
23,3
93,3
I
3,3
3,3
96,7
I 30
3,3 100,0
3,3 100,0
100,0
89
12. berapa lama waktu diperlukan pengajuan kredit
Valid I bulan 1-3 bulan 4-6 bulan 7-1 tahun >1 tahun Total
Frequency 7 16 3 2 2 30
Percent 23,3 53,3 10,0 6,7 6,7 100,0
Valid Percent 23,3 53,3 10,0 6,7 6,7 100,0
Cumulative Percent 23,3 76,7 86,7 93,3 100,0
13. kredit yang didapat apakah dimanfaatkan sesuai rencana
Valid ya, seluruhnya hanya sebagian, sebagian Jagi untuk keperluan lain Total
Cumulative Valid Percent Percent 80,0 80,0
Frequency 24
Percent 80,0
6
20,0
20,0
30
100,0
100,0
I
100,0
14. kredit yang didapat digunakan untuk
Valid modal usaha modal investasi lain-lain Total
Valid Cumulative Percent Percent 80,0 80,0
Frequency 24
Percent 80,0
5
16,7
16,7
96,7
l 30
3,3 100,0
3,3 100,0
100,0
15. jika hanya sebagian yang digunakan, sebagian lagi digunakan untuk
Valid 0 membiayai kebutuhan sekolah anak lain lain Total
Valid Cumulative Percent Percent 80,0 80,0
Frequency 24
Percent 80,0
l
3,3
3,3
83,3
5 30
16,7 100,0
16,7 100,0
100,0
90
16. apakah mendapat pembinaan dan penyuluhan
Valid tidak ada hanya satu kali lebih dari 3 kali Total
Valid Cumulative Percent Percent 86,7 86,7
Frequency 26
Percent 86,7
3
10,0
10,0
96,7
1
3,3
3,3
100,0
30
100,0
100,0
17. apakah pembinaan yang diberikan sudah sesuai dengan diharapkan
Valid 0 sudah bel urn Total
Frequency Percent 26 86,7 10,0 3 1 3,3 30 100,0
Valid Cumulative Percent Percent 86,7 86,7 96,7 10,0 3,3 100,0 100,0
18. jika belum sisuai, bagaimana yang diharapkan
Valid 0 perencanaan pengembangan us aha Total
Valid Cumulative Percent Percent 96,7 96,7
Frequency 29
Percent 96,7
1
3,3
3,3
30
100,0
100,0
19. apakah mempunyai usaha sampingan sesudahmenerima kredit
Valid ya tidak punya Total
Frequency Percent 3 10,0
Valid Cumulative Percent Percent 10,0 10,0
27
90,0
90,0
30
100,0
100,0
100,0
100,0
91
20. kapan menerima dana kredir bergulir (tahun)
Valid 2008 2009 Total
Frequency 14 16 30
Percent 46,7 53,3 100,0
Cumulative Valid Percent Percent 46,7 46,7 53,3 100,0 100,0
21. berapa banyak penghasilan setiap bulan setelah menerima kredit Guta)
Valid 1,50 2,00 2,16 2,50 2,80 3,00 4,00 4,50 5,00 6,00 7,00 7,80 10,00 13,00 20,00 26,00 30,00 40,00 Total
Frequency Percent 3,3 1 3,3 1 3,3 1 10,0 3 3,3 1 16,7 5 3,3 1 1 3,3 6,7 2 4 13,3 3,3 1 3,3 1 3,3 1 3,3 1 3,3 1 1 3,3 10,0 3 3,3 1 100,0 30
Cumulative Valid Percent Percent 3,3 3,3 3,3 6,7 3,3 10,0 10,0 20,0 3,3 23,3 16,7 40,0 43,3 3,3 3,3 46,7 6,7 53,3 13,3 66,7 3,3 70,0 3,3 73,3 3,3 76,7 3,3 80,0 3,3 83,3 3,3 86,7 10,0 96,7 3,3 100,0 100,0
22. setelah mendapat kredir apakah pendapatan keluarga meningkat
Valid tidak ada ya tapi belum mencukupi ada mencukupi Total
Cumulative Valid Percent Percent 6,7 6,7
Frequency 2
Percent 6,7
9
30,0
30,0
36,7
19 30
63,3 100,0
63,3 100,0
100,0
92
23. setelah mendapat tambahan pendapatan, untuk apa digunakan
Valid 0 untuk keperluan keluarga disampaing kebutuhan keluarga dijadikan tambahan modal ditabung untuk cicilan Total
Frequency 2 9
Percent 6,7 30,0
Valid Percent 6,7 30,0
14
46,7
46,7
83,3
5 30
16,7 100,0
16,7 100,0
100,0
24. berapa jumlah produksi sesudah menerima dana bergulir (kg/mggu)
Valid 150 300 400 500 600 700 720 900 I200 I800 3000 8400 Total
Frequency Percent I 3,3 13,3 4 I 3,3 13,3 4 4 13,3 3 10,0 I 3,3 10,0 3 I6,7 5 I 3,3 6,7 2 1 3,3 30 100,0
Valid Cumulative Percent Percent 3,3 3,3 13,3 16,7 3,3 20,0 13,3 33,3 13,3 46,7 IO,O 56,7 3,3 60,0 IO,O 70,0 16,7 86,7 3,3 90,0 6,7 96,7 3,3 100,0 100,0
25. berapa jumlah tenaga kerja setelah mendapat dana bergulir (org)
Valid 2 3 4 5 6 7 8 10 20 Total
Frequency 6 6 6 1 3 I 3 2 2 30
Percent Valid Percent 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 20,0 3,3 3,3 10,0 10,0 3,3 3,3 10,0 10,0 6,7 6,7 6,7 6,7 100,0 100,0
Cumulative Percent 20,0 40,0 60,0 63,3 73,3 76,7 86,7 93,3 100,0
Cumulative Percent 6,7 36,7
93
26. berapa jumlah tenaga kerja sebelum menerima dana bergulir (org)
Frequency
Valid I 2 3 4 7 Total
4 12 6 6 2 30
Percent 13,3 40,0 20,0 20,0 6,7 100,0
Valid Cumulative Percent Percent 13,3 13,3 40,0 53,3 20,0 73,3 20,0 93,3 6,7 100,0 100,0
27. berapa jumlah produksi bapak sebelum menerima dana bergulir (kg/minggu)
Frequency
Valid 90 100 150 200 300 350 400 480 600 700 I200 1500 2000 Total
1 2 2 I 8 1 3 1 6 1 2 1 1 30
Percent 3,3 6,7 6,7 3,3 26,7 3,3 10,0 3,3 20,0 3,3 6,7 3,3 3,3 100,0
Valid Cumulative Percent Percent 3,3 3,3 6,7 10,0 6,7 16,7 3,3 20,0 26,7 46,7 3,3 50,0 10,0 60,0 3,3 63,3 20,0 83,3 3,3 86,7 6,7 93,3 3,3 96,7 3,3 IOO,O 100,0
28. apakah saudara pempunyai usaha sampingan sebelum menerima dana bergulir
Frequency
Valid ya tidak Total
5 25 30
Percent 16,7 83,3 100,0
Valid Cumulative Percent Percent 16,7 16,7 83,3 100,0 100,0
94
29. berapa jumlah banyak penghasilan setiap bulan sebelum menerima kredit (jt)
Frequency
Valid I,OO I,44 1,50 2,00 2,50 2,60 3,00 3,40 3,50 4,00 4,50 5,00 8,00 IO,OO 13,00 15,00 Total
2 I 1 6 1 1 4 1 I 3 1 1 1 4 1 I 30
Percent 6,7 3,3 3,3 20,0 3,3 3,3 I3,3 3,3 3,3 10,0 3,3 3,3 3,3 13,3 3,3 3,3 100,0
Valid Cumulative Percent Percent 6,7 6,7 3,3 IO,O 3,3 13,3 20,0 33,3 3,3 36,7 3,3 40,0 13,3 53,3 3,3 56,7 60,0 3,3 10,0 70,0 3,3 73,3 3,3 76,7 80,0 3,3 13,3 93,3 96,7 3,3 3,3 100,0 100,0
Data Responden
Lampiran 5
no
1 2 2 4 5 6 7 8 9 10 11 I2 13 I4 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
nama
AR AS AP
EY EN EYI EM ER EV FT HU
MY
MS MP NR
OY OA RA
RO RL RH
RN
SP SG SJ UY
YE YT YS ZK
umur (Th) I 25 25 30 31 31 3I 32 32 32 33 34 35 35 35 38 40 42 42 45 48 48 50 52 52 52 53 54 55 55 60
JK
status
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
1
1
1 I 1
1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1
1 1 1 1 I 1 1 I I 1 1 I 1 1 1 1
1 I 1 I
Jlh.Kel (org)
jenis us aha
pddk
4
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 I I 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4 4 5
6 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 6 6 6 6 6 7 7 7 8 9
Proses Pengajuan ,Seleksi dan Penyaluran kredit
Sosialisasi 9 1 1 1 1 1 1 1 I 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 4
I6
1 0 0 1 0
1 1 1 1 1 I 1 1 I 1 1 1 I I 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
I5 4 3 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5
1 1 I I 1 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 I I I I 1 1 I 1 I 1 1 2 2 2 2 2
I
I
2
0
5
2
3
II 1 0 1 0 0 1
I2 1 0
1
1
1 I 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
0 0 1 0 1 0 0 1 I 0 0 0 1 0 I 0 1 4 0 0 1 0
0 0 1 0 I 0 0 I 1 0 0 0 1 0 I 0
2
I
IO 1 1
1 1
1 1 1 1
1
Pemanfaatan Kredit ,
1 0 0 1
1
I3 1 1 1 1 1 1 1
1
I4 1 1
1
1
1 1
17 1 1
18 1 1
1
1 1 1
1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 I 1 1
1
1 1 1
1
19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 4 4 4
4
4
Bersambung Ke halaman Berikut.
\0 V1
Pembinaan dan Pengawasan
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 4
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 I
1 I
2
Kondisi Responden sebelum menerima krcdit
Hasil Kegiatan!Program
22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2
24 2008 2009 2009 2009 2009 2008 2008 2009 2008 2009 2009 2008 2008 2009 2009 2008 2009 2009 2008 2009 2009 2008 2008 2009 2008 2008 2008 2009 2009 2008
25 Quta) 1,5 2 2,16 2,5 2,5 2,5 2,8 3 3 3 3 3 4 4,5 5 5
6 6 6 6 7 7,8 10 13 20 26 30 30 30 40
28 (org) 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4
26 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
27 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
3
3
IO
3 3
3 3 3
10 20 20
3
5
6 6 6 7 8 8 8
29 (mggu) 150 300 300 300 300 400 500 500 500 500 600 600 600 600 700 700 700 720 900 900 900 1200 1200 1200 1200 1200 1800 3000 3000 8400
30 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
31 (org) 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
3 3
3 3 3 4 4 4 4 4 4 7 7
32 (mggu) 90 100 100 150 150 200 300 300 300 300 300 300 300 300 350
400 400 400 480 600 600 600 600 600 600 700 1200 1200 1500 2000
33 Qt) I
1 1,44 1,5 2· 2 2 2 2 2 2,5 2,6 3i 3I 3. 3
3,4 3,5 4 4 4 4,5 5 8 10 10 10 10
13 15
U)
C1l
MATRIK KERANGKA KERJA LOGIS
Lampiran 6
PROGRAM : PENYALURAN DANA BERGULIR MIKRO tahun 2003-2009 NO
5
ASUMSI TERPENTING ALAT/CARA/SUMBER PEMBUKTIAN/ PENJELASAN I. Kebijakan pemerintah ke responden Survei I. pendapatan Meningkatnya tidak berubah. usaha pengusaha industri mikro 2. Uji beda dua rata-rata Responden 2. menjawab memperoleh dana kota yang dengan jujur bergulir mikro.
RINGKASAN NARASI
Dampak: Keberhasilan masyarakat payakumbuh
INDIKATOR DAN SASARAN KINERJA
REALISASI LAPANGAN
' '
I
Pendapatan pengusaha industri mikro meningkat, berdasarkan hasil analisis uj i beda dua rata-rata Pada umurnnya responden menjawab bahwa produksi • me.r.eka meningkat setelah memperoleh dana bergulir ratarata 1I9,64%. Jumlah nasabah sampai tahun 2009 sebanyak 1.449 orang atau 72,45%. '
I
4
Manfaat: Bertambah pengusaha mikro
. 3
Perkembangan modal pengusaha mikro Bertambahnya produksi
pemerintah terhadap I. Kebijakan usaha Survei berubah. tidak pengusaha responden 2. Dana diberikan tepat jumlah industri mikro. waktu 3. Responden menjawab dengan jujur
Mampu melayani 2.000 orang I. BLUD dana bergulir Outcome: 2. SKPD terkait Meningkatnya pelayanan nasabah dana bergulir mikro
I. Adanya koordinasi antara SKPD 2. Adanya masyarakat yang memerlukan dana bergulir
I bersambung ke halaman berikut.
\.0
"'
(Lanjutan.. )
bergulir 1. Pelaksana program bekerja dengan baik 2. Tidak ada krisis pekerjaan 3. Pelaksanaan sesuai jadwal.
Realisasi dana 92%, tetapi anggaran dana banyak untuk perjalanan dinas. sarana prasarana hanya 80%.
SKPD Sekretariat 1. Dana cair tepat waktu. pemerintah Kota Payakumbuh. · 2. Kebijakan tidak berubah BLUD Dana Bergulir 3. Pelaksanaan kegiatan tepat waktu
Dana sudah digulirkan sudah sebanyak Rp. 29.851.500.000,-
2
sarana BLUD 1. Terpenuhinya Output: mikro pendukung prasarana bergulir Tersalurnya dana industri, operasional dana bergulir. sektor di pertanian, 2. Terpenuhi dana pelayanan perdagangan, dana bergulir petemakan dan koperasi.
1
1. Input: 1. Penyaluran dana bergulir oleh BPBD tahun 20032008. ~. Dana Rp.19.420.424.612,2. Pelayanan Operasional BLUD Dana Mikro Tahun 2009. Dana: Rp. 324.375.000,3. Pendukung pelayanan operasional dana bergulir usaha mikro.tahun 2009. Dana: 254.755.000,-
dana
-- --- - _j . - - -- --
-----
\0 00