UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN MATERNITAS DENGAN FOKUS PENERAPAN TEORI MODEL KEPERAWATAN CONSERVATION LEVINE PADA ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM PASKA PERDARAHAN
Laporan Praktek Spesialis Keperawatan Maternitas Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis Keperawatan Maternitas
Oleh Regina VT Novita, M.Kep 0906621483
PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN MATERNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA JAKARTA, JUNI 2012
i
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
ii
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
iii
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
iv
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
v
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa dan rahmat, berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktek residensi spesialis keperawatan maternitas yang berjudul “Penerapan Teori Model Keperawatan Conservation Levine’s Pada Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Paska Perdarahan”
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas bimbingan dan dukungannya kepada ibu Dra. Setyowati, S.Kp., M.App.Sc.,Ph.D., selaku supervisor utama ibu Dr. Yati Afiyanti, S.Kp., MN., selaku supervisor yang telah membimbing selama praktek residensi spesialis keperawatan maternitas ini.
Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dra. Dewi Irawaty, M.A., PhD., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Univeritas Indonesia. 2. Ibu Astuti Yuni Nursasi, SKp.MN., selaku Ketua Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia., selaku Ketua Program Studi Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Univeritas Indonesia. 3. Dra. Setyowati, SKp., M.App.Sc., PhD., selaku Koordinator Mata Ajar Praktek Residensi Keperawatan Maternitas Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Keperawatan Univeritas Indonesia. 4. Ketua STIK Sint Carolus yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melanjutkan studi pada program Spesialis Keperawatan Maternitas FIK-UI, serta seluruh staf pengajar STIK Sint Carolus yang telah banyak memberikan dukungan dan doa selama pendidikan. 5. Kepala bidang Keperawatan dan kepala SMF Kebidanan dan Kandungan RSUP Persahabatan dan RSUPN Cipto \mangumkusumo serta rekan-rekan di unit perawatan yang telah memberikan kesempatan dan dukungan sehingga laporan praktek residensi spesialis keperawatan maternitas ini dapat dilaksanakan. vi
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
6. Ibu Mimin, Amd.Kep dan ibu Adelina, Amd.Kep sebagai kepala ruang dan CI di ruang post partum dan ginekologi di gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo. 7. Suami dan anak-anakku tercinta dan orang tuaku yang senantiasa dengan doa, dukungan dan selalu memberikan kekuatan selama pendidikan ini. 8. Justina Purwarini. A., SKp., Mkep.Sp.Mat. dan Tuti Asrianti, AmdKep., SE. serta Ken Aura Matahari yang telah memberikan doa, dorongan dan masukkan selama pendidikan dan laporan praktek residensi keperawatan maternitas ini. 9. Semua rekan-rekan pasca sarjana FIK-UI khususnya kelas keperawatan maternitas angkatan 2009, yang telah banyak memberikan semangat guna terselesainya
penyusunan
laporan
praktek
residensi
keperawatan
maternitas ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal laporan praktek keperawatan maternitas ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan balasan dan rahmat karunia-Nya atas budi baik yang telah diberikan dan semoga laporan praktek keperawatan
maternitas
ini
dapat
dilaksanakan
dan
bermanfaat
untuk
perkembangan Ilmu Keperawatan khususnya keperawatan maternitas.
Jakarta, Juni 2012
Penulis
vii
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
PROGRAM RESIDENSI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN MATERNITAS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA Regina VT Novita Laporan Praktek Spesialis Keperawatan Maternitas, Juni 2012 Penerapan Teori Model Keperawatan Conservation Levine’s pada Ibu Post Partum Paska Perdarahan Xi + 57 hal + 1 skema + 5 lampiran
ABSTRAK Laporan ini merupakan rangkuman kegiatan praktek residensi spesialis keperawatan maternitas selama satu tahun untuk menerapkan peran dan fungsi perawat maternitas dengan mengambil contoh penerapan teori model keperawatan Conservation Levine’s pada ibu post partum paska perdarahan. Penerapan teori Levine pada kelima kasus dilaporkan menurut kemampuan adaptasi klien terhadap konservasi energi, konservasi integritas struktural, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial. Kekuatan teori Levine pada kasus post partum paska perdarahan adalah pengkajian sudah terfokus pada setiap konservasi sedangkan kelemahan teori Levine tidak ada pengkajian psikologis ibu akibat keterpisahan ibu dan bayinya. Disamping itu dilaporkan kegiatan pencapaian kompetensi perawat spesialis maternitas sebagai pemberi asuhan, konselor, pendidik, advokat, kolaborator, peneliti dan change agent serta inovasi yang dilakukan di lahan praktek. Kata kunci : Teori Model Conservation Levine’s, perdarahan post partum, peran perawat maternitas. Daftar Pustaka 27 (1997-2012)
viii
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
RESIDENSI NERS SPECIALIST PROGRAM MATERNITY NURSING NURSING FACULTY OF UNIVERSITY INDONESIA Regina VT Novita Maternity Nursing Specialist Practice Report, June 2012 Application of The Theory of Levine's Conservation Model of Nursing at The Mother After Post Partum Hemorrhage xi + 57 pages + 1 schema + 5 Appendixes ABSTRACT This report is a summary report of the activities that have been done during clinical practice of maternity nurse specialist. The focus of interest in clinical practice have focused by application of Levine’s theory in nursing care of the post partum hemorrhage cases. The theory of Levine’s focused in adaptability through to the conservation of energy, structural integrity, personal integrity and social integrity. The strength of Levine's theory in the case is assessment have focused in each of conservation and the weakness is no assessment of maternal psychological separation the mother and her baby. Besides the activities reported achieving competence as a nurse specialist maternity, counselor, educator, advocate, collaborator, researcher and change agent and the innovation that have done in clinical practice.
Keywordss : Theory Model Conservation Levine’s, haemorrhagic post partum, role the maternity nursing.
Bibliography 27 (1997-2012)
ix
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................... LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................... PANITIA SIDANG UJIAN HASIL RESIDENSI ............................. PERNYATAAN KEASLIAN LAPORAN ......................................... KATA PENGANTAR ........................................................................ ABSTRAK .......................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................... BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
: PENDAHULUAN A. latar belakang ............................................................ B. Tujuan ....................................................................... C. Sistematika ................................................................
i ii iii iv v vi viii x
1 7 7
: APLIKASI MODEL KONSEPTUAL DAN TEORI KEPERAWATAN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN POST PARTUM PASKA PERDARAHAN A. Gambaran lima kasus kelolaan ................................. B. Tinjauan teori konsep dasar post partum................... C. Integrasi teori dan model kosep keperawatan dalam proses keperawatan pada klien post partum paska perdarahan .......................................... D. Aplikasi teori dan model konsep keperawatan dalam asuhan keperawatan klien post partum paska perdarahan ......................................................
33
: PENCAPAIAN KOMPETENSI DENGAN PELAKSANAAN TARGET ASUHAN DAN TARGET PROSEDUR .................................................
44
: PEMBAHASAN A. Pembahasan penerapan konsep dan teori keperawatan pada asuhan keperawatan ibu post partum paska perdarahan ................................... B. Keunggulan dan kelemahan aplikasi konsep model Konservasi Levine .................................................... C. Pembahasan praktek spesialis keperawatan Maternitas dalam pencapaian target ........................... : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................... B. Saran ......................................................................... x
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
8 11
22
49 53 55
57 58
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR SKEMA 2.1. Integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses keperawatan pada klien post partum paska perdarahan.
LAMPIRAN 1. Kontrak belajar 2. Daftar hadir dan Pencapaian target kompetensi dengan pelaksanaan target asuhan keperawatan dan target prosedur. 3. Proyek inovasi 4. Laporan kasus masyarakat dan kasus ujian 5. Laporan kasus kelolaan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xi
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan jaman diikuti oleh tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang profesional dan berkualitas. Pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan juga mengalami perkembangan dalam menghadapi tuntutan tersebut. Keperawatan maternitas telah berkembang menjadi salah satu pelayanan keperawatan dengan ruang lingkup yang memberikan pelayanan keperawatan profesional pada kesehatan perempuan baik pada masa childbearing maupun diluar masa childbearing secara mandiri (Reeder, 2011). Perempuan dalam siklus kehidupannya memiliki peran ganda yaitu peran reproduksi
dan
produksi.
Selama
menjalankan
peran
reproduksinya,
perempuan dihadapkan pada berbagai resiko kesehatan. Hal ini diperparah dengan persepsi perempuan terkait kesehatannya. Menurut mereka, kesehatan alat reproduksi bukanlah masalah yang penting. Sebagian besar masyarakat juga beranggapan bahwa peristiwa mulai dari haid sampai perkawinan, hamil, melahirkan, menopouse atau segala yang berkaitan dengan alat reproduksi perempuan adalah peristiwa alamiah. Fenomena tersebut berdampak banyak perempuan jika mengalami penyakit yang berkaitan dengan alat reproduksinya berusaha mengatasi sendiri, misalnya dengan obat tradisional atau jamu, jika penyakitnya sudah parah barulah mereka mencari pertolongan tenaga kesehatan. Peningkatan kesehatan reproduksi merupakan salah satu target kesehatan perempuan dalam MDG’s yaitu tujuan ke-3 yaitu meningkatkan kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, tujuan ke-4 yaitu menurunkan angka kematian anak, dan
tujuan ke-5 meningkatkan kesehatan maternal. Di
Indonesia, usaha untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi ini masih
1 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
2
belum mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini terbukti masih tingginya angka kematian ibu bersalin. Menurut hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2007 AKI sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, sedangkan berdasar target sasaran MDG’s 102/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2010). Ini merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara. Tingginya angka kematian ibu, disebabkan adalah perdarahan, pre eklamsi, aborsi dan infeksi serta penyebab tak langsung adalah kemiskinan, tradisi sosial budaya, status gizi yang tidak memadai dan kurangnya akses pemanfaatan faslitas kesehatan serta rendahnya status perempuan (Depkes, 2010). Masalah kesehatan reproduksi perempuan ini tidak terlepas dari faktor sosial, budaya dan ekonomi secara keseluruhan (SKRT, 2007; Depkes, 2009). Kesehatan perempuan harus lebih diperhatikan karena jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari separuh jumlah seluruh penduduk dan manjadi sasaran mayoritas program kesehatan (Depkes, 2010). Selain itu, perempuan mempunyai peranan penting sebagai pemelihara kesehatan keluarga, terutama anak-anak. Perempuan mempunyai peranan sentral dalam menentukan kualitas generasi penerus dan kualitas keluarga. Pemberdayaan perempuan dapat dilakukan
dengan
mempertahankan
kesehatannya,
dimana
memiliki
kesempatan untuk memenuhi semua potensi yang ada dalam dirinya. Di samping itu, ia akan mempunyai bayi yang sehat, mampu merawat keluarga dengan lebih baik, mendidik anak-anaknya dan mampu berperan lebih banyak dalam masyarakat (Cohen, 2003). Perawat maternitas merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai kontribusi besar dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan perempuan (Perry, et.al, 2010). Secara umum peran perawat maternitas dalam upaya kesehatan reproduksi meliputi pemberi pelayanan perawatan (care provider), pendidik (educator), peneliti dan konsultan (Kozier, 2005). Residensi spesialis keperawatan maternitas dalam proses pendidikan keperawatan untuk menjadi perawat
spesialis
maternitas
profesional
diarahkan
untuk
memiliki
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk dapat berperan dan berfungsi secara mandiri sehingga mampu memberikan pelayanan asuhan keperawatan
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
3
maternitas secara profesional pada klien perempuan baik dengan permasalahan kesehatan pada masa child bearing maupun masalah reproduksi ginekologi dalam ruang lingkup individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Perawat spesialis keperawatan maternitas sebagai pemberi pelayanan keperawatan profesional memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri juga berkolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait, misalnya peran sebagai peneliti, berkontribusi dalam pengembangan profesi pelayanan keperawatan maternitas, peran sebagai pendidik dan konsultan, perawat maternitas mengajarkan klien, kader kesehatan dan perawat lain untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan di area keperawatan maternitas. Untuk itu dipersiapkan dalam proses pendidikan spesialis keperawatan maternitas dengan beberapa kompetensi spesialitik yang harus dicapai. AKI merupakan tolok ukur dari kualitas pelayanan maternitas dimana kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (Prawiroharjo, 1999). AKI di Indonesia disebabkan oleh tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni, pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu (WHO, 2007). Selain masalah kematian, kualitas hidup seorang perempuan pun akan menurun apabila perempuan tersebut mengalami komplikasi selama kehamilan dan persalinannya dimana terdapat masalah kesehatan yang berkepajangan contohnya adalah seperti pada kasus perdarahan post partum. Ibu akan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
4
mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan apabila tidak ditangani dengan tepat (WHO, 2007, Milman, 2011). Faktor resiko yang dapat menyebabkan perdarahan di periode post partum antara lain meningkatnya usia ibu, kunjungan antenatal kurang dari empat kali dan kekurangan zat besi (Geller, 2008). Indeks Masa Tubuh (IMT) lebih dari 30 dan kurang dari 18, Ibu yang mengalami hipertensi, multi parity yaitu kehamilan yang lebih dari 5 kali merupakan resiko tinggi selama periode ante natal yang memiliki resiko terjadi perdarahan (Sheiner, 2005; Doherty, 2006 & Driessen, 2011). Faktor resiko lainnya yang dapat menyebabkan perdarahan post partum yang terjadi pada saat intra natal adalah adalah perdarahan antepartum dan postpartum, inertia uterus, vacum ekstraksi, persalinan lama, kala 2 lama, persalinan lebih dari 41 minggu, bayi lebih dari 4000 gram, pemberian oxytocin selama persalinan, melahirkan spontan dengan episiotomi, dan melahirkan dengan seksio sesar (Weydert, 2006). Periode post partum merupakan periode pemulihan paska bersalin membutuhkan nutrisi yang adekuat, apabila ibu mengalami anemia selama kehamilan maka untuk terjadinya atonia uteri lebih besar, kelainan faktor pembekuan darah, infeksi endometrium dan laserasi perineal juga beresiko perdarahan post partum (Magann, 2005). Angka kejadian kematian ibu pada periode post partum dapat diturunkan dengan tersedianya fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang terampil dalam mengenali dan menangani ibu dengan faktor resiko. Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu post partum adalah perdarahan. Perdarahan post partum menyebabkan kematian sekitar 125.000 pertahunnya (WHO, 2003). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi kematian ibu post partum karena perdarahan post partum yaitu menyusui (Newman, 2008). Menyusui merupakan kegiatan yang penting selama periode post partum karena dapat meningkatkan kontraksi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan setelah melahirkan (Thompson et al, 2010).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
5
Peranan fasilitas dan tenaga kesehatan yang terampil dalam menangani faktor resiko yang dapat menyebabkan masalah diperiode post partum sangat besar kontribusinya, seperti penanganan pada antenatal resiko tinggi, tindakan pertolongan persalinan khususnya managemen kala III aktif bila dilakukan dengan benar maka akan menurunkan perdarahan maternal, penurunan kebutuhan akan transfusi darah dan penurunan kebutuhan obat-obatan uterotoika (Predenville, 2003). Penanganan pada fase pemulihan di periode post partum dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan dan interaksi dengan bayi yang baru dilahirkan, sehingga angka kesakitan maternal dapat diturunkan (WHO, 2010). Di RSUP Persahabatan selama kurun waktu 2 bulan yaitu bulan September dan Oktober 2011 tercatat 9 kasus perdarahan post partum. 5 kasus post partum dalam 24 jam dan 4 kasus perdarahan setelah 24 jam. Demikian juga di RSUPN Cipto Mangunkusumo sejak Januari hingga Maret 2012 terdapat 4 kasus, 2 kasus perdarahan dalam 24 jam dan 2 kasus setelah 24 jam. Perawatan yang berkelanjutan dapat meningkatkan mutu pelayanan dan kepercayaan ibu pada pelayanan kesehatan. Oleh karena itu salah satu perawatan pada ibu post partum paska perdarahan sebagai upaya continuity of care dari pelayanan keperawatan maternitas. Dukungan perawatan post partum direkomendasikan untuk mencegah angka kesakitan infant dan maternal, dukungan yang diberikan oleh perawat maternitas untuk meningkatkan kesehatan mental ibu, kesehatan fisik, kualitas kesehatan ibu dan meningkatkan pola asuh (Shaw, 2006). Tujuan asuhan keperawatan maternitas adalah untuk mengoptimalkan kesehatan ibu di post partum dimana ibu untuk beradaptasi dalam menghadapi permasalahan yang ada baik fisik dan psikologis, hal tersebut dapat diatasi dengan menciptakan interaksi ibu dengan kondisi sehat dan bayinya dimana memerlukan keseimbangan perkembangan psikolgis, fisik dan pikiran (Lonstein, 2007). Proses menjadi seorang ibu baru dapat menimbulkan kecemasan kemungkinan disebabkan oleh perubahan peran terhadap kelahiran
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
6
seorang anak karena timbulnya tantangan besar dalam struktur keluarga inti (Waren, 2005). Kecemasan seorang ibu berlangsung setelah proses kelahiran sampai dengan 6 bulan, pendampingan perawat maternitas pada fase pemulihan di post partum sangat diperlukan untuk mengurangi rasa cemas ibu dalam merawat diri sendiri, bayi dan keluarganya (Hunter, 2003). Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa ibu post partum paska perdarahan dapat menimbulkan masalah yang serius bagi ibu dan bayinya. Penanganan kasus ibu post partum paska perdarahan merupakan focus of interest selama residen praktek. Kasus ini akan diaplikasikan asuhan keperawatannya secara terperinci menggunakan model konsep konservasi Levine, untuk meningkatkan
kemampuan adaptasi dan mempertahankan
keutuhan atau wholeness selama proses perawatan setelah terjadinya perdarahan dan perbaikan pada fase pemulihan. Untuk menuju ke proses adaptasi dan keutuhan ini seseorang akan mengalami suatu proses yang disebut konservasi. Konservasi tersebut meliputi konservasi energi, integritas struktural, integritas personal dan integritas sosial (Cox, 2003; Tomey & Alligood, 2006). Perawat maternitas memberikan pelayanan keperawatan yang profesional, karena praktek keperawatan yang diberikan adalah berdasarkan ilmu pengetahuan keperawatan yang unik, yang sesuai dengan kebutuhan individu karena pada dasarnya tiap individu itu berbeda dalam merespon suatu masalah, sehingga dengan berbekal ilmu pengetahuan perawat memberikan sesuatu yang sangat diperlukan oleh pasien untuk mencapai keberhasilan proses adaptasi atau kesembuhan. Laporan ini melaporkan penerapan teori pada asuhan keperawatan ibu post partum paska perdarahan dan berbagai kegiatan pencapaian kompetensi perawat spesialis maternitas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan wanita.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
7
A. Tujuan 1. Tujuan Umum Memberikan laporan kegiatan praktek residensi spesialis maternitas. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus laporan praktek spesialisasi keperawatan maternitas ini adalah sebagai berikut : 1. Memberikan gambaran tentang aplikasi teori dan konsep keperawatan dengan menjelaskan penerapan teori model konsep “Conservation” Levine pada asuhan keperawatan ibu post partum paska perdarahan. 2. Memberikan gambaran dalam kesenjangan antara teoritis dengan asuhan keperawatan pada klien post partum paska perdarahan baik yang bersifat mendukung dan menghambat. 3. Memberikan gambaran peran perawat maternitas dalam pelaksanaan praktek aplikasi keperawatan maternitas sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, advokat, edukator, agen perubahan dan peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu post partum paska perdarahan.
B. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan residensi ini terdiri dari 5 BAB. Bab I berisi tentang pendahuluan yang mencakup latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi gambaran lima kasus kelolaan, tinjauan teori tentang perawatan pada ibu post partum paska perdarahan dan penatalaksanaannya serta teori model “Conservation” Levine, sedangkan bab III berisi tentang pencapaian kompetensi dengan pelaksanaan target asuhan keperawatan
dan target prosedur selama praktik. Bab IV berisi tentang
pembahasan kasus kelolaan serta faktor-faktor pendukung dan penghambat selama menjalani pratik residensi, dan Bab V berisi kesimpulan dan saran. Laporan ini juga dilengkapi dengan kepustakaan serta lampiran yang terkait selama praktik residensi keperawatan maternitas.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
BAB II APLIKASI MODEL KONSEPTUAL DAN TEORI KEPERAWATAN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST PARTUM PASKA PERDARAHAN
A. Gambaran Lima Kasus Kelolaan Model konsep konservasi Levine dan caring Swanson diaplikasikan pada lima kasus kelolaan ibu dengan post partum paska perdarahan, dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Kasus 1 : Ny. S, P3A0, post seksio sesaria hari kesembilan, melahirkan di rumah sakit swasta di Jakarta timur, mengalami perdarahan dan sudah dilakukan tindakan di IGD kemudian dirawat di ruangan nifas. Klien berusia 38 tahun, SMP tamat, pekerjaan IRT, Jawa, Islam. Ny. S datang ke IGD rumah sakit tanggal 30 Oktober 2011 dengan keluhan perdarahan selama 2 hari yang jumlahnya lebih banyak dari hari-hari sebelumnya, pandangan mendadak gelap, badan lemas dan pusing. Klien melahirkan yang ketiga, anak I berusia 20 tahun dilahirkan pervaginam dengan berat lahir 3200 gram , anak II berusia 13 tahun dilahirkan pervaginam dengan berat lahir 3200 gram. Riwayat menggunakan alat kontrasepsi pil dan suntik selama 13 tahun. Pada saat di IGD klien mendapat transfusi PRC sebanyak 5 kantong karena kadar Hemoglobine 4,6 g/dl. Klien saat dirawat memiliki tekanan darah 160/90 mmHg, mendapat terapi tatalaksana pre eklampsi berat. Keluhan utama saat ini takut perdarahan akan terulang lagi seperti yang sudah terjadi dan khawatir bayinya tidak mendapat makanan karena ASI belum diperah, payudara klien bengkak. Klien bingung dengan keadaan sakitnya karena persalinan yang terdahulu tidak seperti ini. 2. Kasus 2 : Ny. C, P2A0, spontan partus hari kesepuluh, melahirkan di puskesmas di daerah Jakarta timur. Mengalami perdarahan pasca persalinan dan sudah dilakukan tindakan manual plasenta di IGD kemudian dirawat di ruangan nifas. Klien berusia 28 tahun, SLTA tamat, pekerjaan IRT, Jawa, Islam. Ny. C saat setelah melahirkan dilakukan manual plasenta di PKM. Ny. C datang ke IGD rumah sakit tanggal 05
8 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
9
Oktober 2011 dengan keluhan tiba-tiba
badan lemas dan pusing,
perdarahan yang banyak, 6 jam sebelum datang ke IGD rumah sakit. Klien melahirkan yang kedua, anak I berusia berusia 11 tahun dengan berat badan lahir 3300 gram, lahir melalui spontan partus. Riwayat menggunakan alat kontrasepsi suntik selama sebelas tahun. Pada saat di IGD klien dilakukan curetage karena berdasarkan hasil USG ditemukan sisa jaringan kecil dan metritis. Klien mendapat terapi infus ringer laktat dan oxytocin 20 unit per 8 jam sampai dengan 24 jam. Hemoglobine 10 g/dl. Keluhan utama saat ini kawatir perdarahan akan terus berlajut karena tidak memiliki pengalaman seperti ini sebelumnya, dan belum bisa memerah dan menyimpan untuk bayinya. 3. Kasus 3 : Ny. M, P3AO, post seksio sesaria hari ketujuh, melahirkan di rumah sakit di Jakarta, mengalami
perdarahan dan sudah dilakukan
tindakan di IGD kemudian dirawat di ruangan nifas. Ny. S datang ke IGD rumah sakit tanggal 06 Maret 2012 dengan keluhan keluar darah dari kemaluan 1 jam sebelum masuk rumah sakit berbentuk gumpalan darah yang telah beku berwarna kehitaman. Klien berusia 29 tahun, SLTA tamat, pekerjaan IRT, Jawa, Islam. Klien melahirkan gemelli dengan berat badan lahir bayi 1 2800 gram bayi II 2200 gram. Klien melahirkan anak yang ketiga, anak I berusia 12 tahun pervginam dengan berat lahir 3800 gram, anak II berusia 8 tahun, pervaginam dengan berat lahir 4000 gram. Riwayat menggunakan alat kontrasepsi suntik selama 7 tahun. Pada saat di IGD klien dilakukan pemeriksaan USG ditemukan sub involutio uterus dan metritis. Klien mendapat terapi di IGD terapi cairan ringer lactat ditambah dengan oxytocin 20 unit per delapan jam dan satu ampul methergin sampai dengan 24 jam serta terapi antibiotik, terpasang catheter. Hemoglobine 7.7 g/dl. Klien pantang daging setelah persalinan. Menyusui bayi yang kembar jarang bahkan sekarang tidak pernah karena produksi sedikit dan bayinya kembar. Keluhan utama saat ini kawatir perdarahan akan terus berlajut karena tidak memiliki pengalaman seperti ini sebelumnya.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
10
4. Kasus 4 : Ny. L, P4A0, partus spontan satu hari yang lalu, mengalami perdarahan 3 jam setelah persalinan dan sudah dilakukan tindakan manual plasenta di IGD kemudian dirawat di ruangan nifas. 12 Oktober 2011 klien datang ke IGD dengan rujukan dari klinik praktek swasta karena retensio plasenta, bayi lahir 3 jam yang lalu tetapi plasenta tidak terlepas. Klien dirawat setelah mengalami perdarahan dan sudah dilakukan tindakan manual plasenta untuk mengatasi perdarahannnya. Klien berusia 29 tahun, SMP tamat, pekerjaan IRT, Jawa, Islam. Klien melahirkan yang keempat, anak I berusia 10 tahun dilahirkan secara spontan partus dengan berat lahir 3200 gram , anak II berusia 8 tahun dilahirkan spontan partus dengan berat lahir 2500 gram, anak III berusia 6 tahun dilahirkan spontan partus dengan berat lahir 2700 gram. Riwayat menggunakan alat kontrasepsi pil. Pada saat di IGD klien mendapat transfusi PRC sebanyak 2 kantung karena kadar Hemoglobine 6.7 g/dl., Klien mendapat terapi cairan di IGD yaitu ringer laktat didalamnya ditambah oxytocin 20 unit selama 8 jam. Keluhan utama saat ini kawatir perdarahan akan terus berlajut karena tidak memiliki pengalaman seperti ini sebelumnya, dan belum bisa memerah dan menyimpan untuk bayinya, payudara bengkak dan klien demam 38OC. 5. Kasus 5 : Ny. St.H, P3A0, partus spontan satu hari yang lalu, mengalami perdarahan setelah persalinan, klien dirawat setelah mengalami perdarahan dan sudah dilakukan tindakan untuk mengatasi perdarahannnya di IGD. Klien berusia 40 tahun, SD tamat, pekerjaan IRT, Jawa, Islam. Ny. St. H datang ke IGD rumah sakit tanggal 19 Oktober 2011 dengan mengeluh mules dan hamil 9 bulan. Setelah plasenta lahir perdarahan kurang lebih 500 cc karena atonia uteri dilakukan pemberian Oksigen 4 lt/mnt, kompresi bimanual, obat-obatan uterotonika, hasil eksplorasi tidak terdapat sisa plasenta, tidak ada laserasi portio, fornix, maupun perineum. Klien melahirkan yang keempat, anak I berusia 21 tahun dilahirkan secara spontan partus dengan berat lahir 3000 gram , anak II berusia 17 tahun dilahirkan spontan partus dengan berat lahir 2800 gram, anak III berusia 9 tahun dilahirkan spontan partus dengan berat lahir 3200 gram. Riwayat menggunakan alat kontrasepsi kondom. Klien di ruagan nifas masih
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
11
mendapat terapi dari IGD yaitu terapi cairan ringer laktat yang ditambah oxytocin 20 unit dan satu ampul methergin diberikan selama 8 jam dan terpasang catheter. Keluhan utama saat ini kawatir karena mau dilakukan tubektomi pada tanggal 20 Oktober 2012 dan kawatir bila perdarahan akan terus berlajut karena tidak memiliki pengalaman seperti ini sebelumnya, dan kawatir bayinya tidak menyusu langsung karena klien minum obat.
B. Tinjauan Teori Post Partum Masa Post partum adalah periode setelah bayi lahir sampai waktu dimana tubuh beradaptasi ke keadaan sebelum hamil (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005); Menurut Perry, et al (2010) periode post partum adalah periode setelah bayi lahir dan kembalinya organ reproduksi pada kondisi normal sebelum hamil atau suatu masa antara kelahiran sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, Martin & Koniak-griffin, 2001).
Adaptasi fisik ibu Post partum Selama kehamilan perubahan bertahap terjadi pada semua sistem tubuh. Perubahan yang paling menonjol adalah sistem reproduksi dan hormonal. Setelah kelahiran maka setiap sistem tubuh kembali ke keadaan semula (Cohen, 1991). Menurut Perry, et al (2010); Bobak, Lowdermilk & Jensen (2005), Pilliteri (2003) menyatakan bahwa selama periode post partum akan terjadi perubahan anatomis dan fisiologis pada ibu meliputi: sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem urinarius, sistem pencernaan, sistem kardiovaskuler, dan sistem musculoskeletal.
Sistem Reproduksi Uterus, segera setelah kelahiran placenta, uteruspun menjadi massa jaringan yang hampir padat. Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga dibagian tengah merata. Ukurannya akan tetap sama selama 2 hari pertama, namun secara cepat ukurrannya berkurang karena ovulasi yang cepat. Setelah 6 minggu rahim telah kembali
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
12
ke keadaan normal (Derricott, 2010). Menurut Perry, et al (2010) involusi uteri ditandai dengan penurunan tinggi fundus uteri dan pengeluaran lochea. Lochea yang berwarna merah segar (Lochea Rubra) terdiri dari darah dan partikel desidua jaringan tropoblast. Setelah 3-4 hari akan berubah menjadi merah muda (Lochea serosa), lochea serosa terdiri dari sisa darah, serum, lekosit dan jaringan. Setelah hari kesepuluh lochea berwarna agak putih (Lochea alba) terdiri dari lekosit, sel epitel, mucus, serum dan desidua. Pengkajian jumlah aliran lochea berdasarkan observasi perineum sulit dilakukan. Lochea dinilai dari coca (consistency, odor, colour,amount) yaitu bentuk dari lochea gumpalan darah atau cairan, bau, warna dan jumlahnya (Derricott, 2010). Aliran lochea yang masih bersifat fisiologis dapat juga terjadi ketika setelah berbaring di tempat tidur selama kurun waktu yang lama, kemudian ibu mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri. Hal ini bukanlah tanda suatu post partum paska perdarahan.
Lochea rubra yang menetap pada awal periode pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai akibat periode pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membran yang tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke-10 pascapartum menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun, setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi atau subinvolusi. Lochea serosa atau lochea alba yang berlanjut bisa menandakan endometritis (Cohen, 2003).
Serviks, segera setelah bayi lahir serviks mendatar dan sedikit tonus, tampak lunak edema, serta mengalami banyak laserasi kecil. tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah melahirkan. Saluran servik yang mengalami dilatasi hingga 10 cm selama persalinan akan menutup secara bertahap. Serviks bentuknya menganga seperti corong, lunak, dan dua jari masih dapat dimasukkan ke dalam serviks selama 4 sampai 6 hari pertama setelah lahir (Reeder, 2006).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
13
Vagina dan Perineum, vagina menjadi lunak dan membengkak serta memiliki tonus yang buruk setelah persalinan. Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil enam sampai 8 minggu setelah bayi lahir (Newman, 2008). Rugae pada vagina akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pemulihan fungsi ovarium seiring dengan penebalan mukosa pada vagina, dimana pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali (Reeder, 2006).
Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina (Cohen, 2003). Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia) menetap sampai fungsi ovarium kembali normal
dan
menstruasi
dimulai
lagi.
Biasanya
wanita
dianjurkan
menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubunagn seksual untuk mengurangi nyeri. Perawatan vulva hygiene, perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan dini hematoma selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari itroitus pada wanita nulipara.
Pada umumnya perawatan luka episiotomi diperlukan dalam dua sampai minggu pertama. Proses penyembuhan luka episotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Terjadinya infeksi dapat dinilai atau di deteksi menggunakan skala reeda terdiri dari kerapatan antar kulit perineum yang dijahit, ada pengeluaran seperti serosa atau nanah, kemerahan, pembengkakan pada daerah jahitan, perdarahan di bawah kulit daerah jahitan harus berlangsung dalam dua sampai tiga minggu (Cohen, 2003).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
14
Faktor potekanan darahal yang dapat menjadi penyebab perdarahan post partum antara lain
4 T yaitu tone, trauma, tissue dan thrombin. Tone
dimished yaitu atonia uteri yang merupakan penyebab 70% dari kasus perdarahan post partum, perlukaan jalan lahir, retekanan daraho plasenta, sisa plasenta, kelainan pembekuan darah. Sekitar 20% perdarahan post partum karena trauma jalan lahir berupa ruptur uteri, inversi uterus, perlukaan jalan lahir, robekan pada vagina dan periuneum. Tissue atau jaringan, sisa jaringan plasenta, retensioho plasenta dan plasenta acreta serta variasinya, dimana mempengaruhi kontraksi uteri dan sekitar 10% dari kejadian perdarahan post partum. Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan post partum. Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus gagal untuk berkontraksi dan mengecil sesudah janin keluar dari rahim. Atonia terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada perdarahan karena atonia juga terdapat, uterus membesar dan lembek pada palpasi. Perdarahan post partum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi serta-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah tempat perlengkatan plasenta. Atonia uteri juga dapat timbul karena kesalahan pada kala III persalinan, dimana dilakukan pemijatan dan mendorongnya uterus kebawah dalam usaha melahirkan plasenta. Infeksi puerperal dapat terjadi karena daya tahan penderita berkurang. Perdarahan yang banyak dapat mengakibatkan sheehan syndrom sebagai akibat dari nekrosis pada hypofisis anterior sehingga terjadi insufeinsi bagian tersebut dengan gejala hypotensi, anemia, penurunan berat badan, penurunan fungsi seksual dengan atrofi alat-alat genital, amenorea dan kehilangan fungsi laktasi. Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya atonia adalah partus lama, plasenta previa, solutio plasenta, grande multipara, anestesi yang dalam, uterus yang teregang berlebihan karena kehamilan kembar, fetal macrosomia dan polyhidramion, kehamilan lewat waktu, infeksi uterus (Ramanathan, 2006).
Trauma jalan lahir dapat menyebabkan perdarahan post partum. Laserasi dapat mengenai uterus, cervix, vagina atau vulva dan biasanya terjadi karena
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
15
terminasi kehamilan dengan seksio sesar atau pervaginam dengan bayi besar. Episotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan jika mengenai arteri atau vena besar. Laserasi pada cervix dan vagina dapat sebagai penyebab perdarahan. Inversio uteri penyebab kematian tinggi (15-70%) reposisi secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan ibu.
Tempat placenta, segera setelah placenta dan membran placenta dikeluarkan, tempat placenta menjadi area yang menonjol, nodular, dan tidak beraturan. Konstrtiksi vaskular dan trombus menyumbat pembekuan darah yang ada dibawah tempat placenta tersebut. Endometrium yang merupakan dinding uterus tempat menempelnya plasenta, akan berinvolusi setelah lepasnya plasenta. Involusi adalah proses kembalinya ukuran uterus ke ukuran semula terjadi dalam 6-7 minggu. Involusi akan terjadi karena ada pertumbuhan dan perluasan kearah bawah endometrium.
Retensio plasenta adalah plasenta yang belum berhasil keluar setengah jam setelah janin lahir, dapat disebabkan karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas aka tetapi belum dilahirkan. Perdarahan terjadi apabila plasenta terlepas sebagian. Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta dan plasenta melekat erat pada dinding uterus. Sisa plasenta yang tertinggal merupakan penyebab 20-25% dari kasus perdarahan post partum. Penemuan Ultrasonografi adanya masa uterus yang echogenic mendukung diagnosa retekanan daraho sisa plasenta. Hal ini bisa digunakan jika perdarahan terjadi beberapa jam setelah persalinan ataupun pada late post partum hemorrhagic. Apabila didapatkan cavum uteri kosong tidak perlu dilakukan dilatasi dan curettage.
Tuba folopi dan ligamen, perubahan histologik pada tuba folopi menunjukan pengurangan ukuran sel sekretorik, penurunan ukuran dan
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
16
jumlah sel-sel silia dan atropi epitelium tuba. Setelah 6 – 8 minggu, epitelium mencapai suatu kondisi fase folikukar awal siklus menstruasi.
Payudara, perubahan progresif terjadi pada payudara selama kehamilan sebagai persiapan laktasi. Lobulus payudara berkembang dibawah pengaruh stimulus hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh placenta Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormonhormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. Bila ibu tidak menyusui payudara biasanya teraba nodular (pada wanita tidak hamil teraba granular). Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi san ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah wanita melahirkan. Pada jaringan payudara wanita, saat palpasi dilakukan pada hari kedua dan ketiga, dapat ditemukan adanya nyeri seiring dimulainya produksi susu. Pada hari ketiga atau keempat pascapartum biasa terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara teregang (bengkak), keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Distekanan darah payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena dan pembuluh limfatik, bukan akibat penimbunan air susu.
Jaringan payudara di aksila (tail of Spence) dan jaringan payudara atau puting tambahan bisa terlihat. Pembengkakkan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa nyaman dapat berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila bayi belum mengisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu (Walker, 2006).
Pada ibu yang menyusui, teraba suatu massa (benjolan), yaitu kantong susu yang terisi dan berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan terbentuklah suatu cairan kekuningan, yakni
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
17
kolostrum,yang nanti akan dikeluarkan dari payudara ketika bayi mulai menghisap. Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh dan nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat keluar dari puting susu (Walker, 2006).
Endometrium,
regenerasi jaringan endometrium perlahan menggantikan
basalis desidua, dan setelah 7 hari melahirkan kalenjar endometrium mulai beregenerasi dalam lapisan basal. 16 hari kemudian endometrium kembali sepenuhnya ke keadaan semula. Segera setelah melahirkan, desidua basalis berukuran 8 sampai 9 mm. Setelah 8 hari post partum ukurannya berkurang hingga setengahnya.
Sistem Endokrin Kadar prolakting meningkat selama kehamilan. Setelah melahirkan prolakting menurun mencapai kadar sebelum hamil pada wanita yang tidak menyusui selama 2 minggu. Dan akan meningkat tajam pada wanita yang menyusui. Selama periode post partum, terjadi perubahan yang sangat signifikan. Setelah plasenta lahir menyebabkan penurunan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormone human placental lactogen (hPL), estrogen dan kortisol, serta placental enzyme insulinase membuat kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa peurperium. Kadar estrogen dan progesterone menurun secara drastis setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu post partum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan dieresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil (Perry, et al, 2010).
Sistem Urinarius Selama hamil, kadar hormon steroid yang tinggi berkontribusi terhadap peningkatan fungsi ginjal. Fungsi ginjal berkurang sebagai akibat penurunan kadar hormon steroid. Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi), turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal dan kembali
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
18
normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005, Perry, et al, 2010). Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama hamil dengan cara diaphoresis, terutama pada malam hari selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan.
Mekanisme dari tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan selama kehamilan akibat penurunan kadar estrogen adalah diuresis. Terjadinya diuresis disertai perubahan pada ureter dan piala ginjal yang berdilatasi setelah melahirkan, dan kembali kekondisi normal 3 sampai 6 minggu (Pillitteri, 2003; Ladewig, 2002). Kandung kemih, uretha dan meatus urinarius dapat menjadi trauma ditandai dengan adanya pembengkakan akibat proses persalinan. Trauma pada kandung kemih berakibat menurunnya kekuatan otot kandung kemih, sehingga wanita setelah melahirkan tidak ada keinginan untuk berkemih. Peristiwa tersebut dapat membuat kandung kemih berdistensi sehingga akan mengurangi kontraksi uterus dalam proses involusi.
Sistem Pencernaan Motilitas dan tonus sistem gastrointestinal kembali normal dalam 2 minggu setelah melahirkan. Kebanyakan wanita merasakan sangat haus 2-3 hari pertama karena perpindahan cairan instertisial dan sirkulasi akibat diuresis. Keinginan buang air besar dapat tertunda selama 2-3 hari post partum, yang disebabkan karena penurunan tonus dan motilitas otot akibat penurunan hormone progesterone, selain itu ibu seringkali takut untuk buang air besar karena rasa sakit pada daerah perineum (Pillitteri, 2003; Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005, Perry, et al, 2010).
Sistem Kardiovaskuler Kebanyakan perubahan yang terjadi setelah melahirkan secara signifikan akan menghilang pada akhir minggu kedua pascapartum. Perubahan curah jantung meningkat sampai 48 jam setelah kelahiran yang disebabkan karena meningkatnya stroke volume yang disebabkan oleh kembalinya aliran darah
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
19
ke sirkulasi sistemik ibu, sehingga terjadi penurunan aliran darah uterus dan pergerakan cairan ekstravaskuler (Monga, 2009). Stroke volume, Cardiak output dan Diastole volume tetap tinggi dibandingkan kondisi tidak hamil selama 12 minggu setelah kelahiran dan mungkin tidak stabil sampai 24 minggu setelah kelahiran (Monga, 2009).
Pasca persalinan selama 3 x 24 jam terjadi penurunan volume plasma darah lebih besar dari sel darah merah, yang menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin dan hematokrit selama satu minggu setelah persalinan, sedangkan peningkatan jumlah sel darah putih atau lekositosis dapat terjadi karena pengeluaran neutrophil efek dari rasa nyeri dan stress selama proses persalinan, tetapi kenaikan sel darah putih ini harus juga dimonitor terhadap adanya indikasi infeksi selama periode post partum (Magann, 2005).
Sistem Muskuloskeletal Adaptasi pada system ini, berkaitan dengan relaksasi dan hipermobilitas sendi serta perubahan pusat berat tubuh ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi terjadi pada minggu keenam hingga minggu kedelapan setelah melahirkan. Postur tubuh ibu akan segera kembali, ditunjang sikap tubuh yang baik selama periode post partum (Pillitteri, 2003).
Pencegahan dan penatalaksanaan Perdarahan Post Partum Tujuan utama pertolongan pada pasien dengan perdarahan post partum adalah menemukan dan menghentikan penyebab dari perdarahan secepat mungkin. Terapi pada ibu dengan perdarahan post partu mempunyai dua bagian. Pertama resusitasi dan managemen yang baik terhadap perdarahan, dengan cara pemberian cairan dengan normal saline atau ringer lactat, tranfusi darah dan evaluasi pemberian cairan dengan pemantauan produksi urine. Kedua managemen penyebab perdarahan post partum seperti atonia uteri maka dilakukan pengosongan kandung kemih mempermudah kontraksi, lakukan kompresi bimanual apabila perdarahan masih berlanjut dan pemberian uterotonica (Anderson, 2007).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
20
Adaptasi Psikologis ibu post partum Proses pencapaian peran maternal dapat terjadi dalam hitungan menit atau jam, atau bahkan hari yang tergantung pada interaksi, keadaan fisik ibu dan bayi baru lahir, hal tersebut tidak terlepas dari variasi budaya dan etnis. Aktivitas ibu memberikan sentuhan dini pada bayinya, eksplorasi ujung jarijari tangan, kontak telapak tangan dan secara bertahap memeluk bayi yang baru dilahirkan dapat membantu proses pencapaian peran maternal. Selain itu faktor keadaan emosi ibupun memegang peranan dalam membina kedekatan antara ibu dan bayinya. Periode post partum merupakan masa transisi menjadi orang tua, sehingga dapat menjadi stressor tersendiri bagi ibu yang belum memahaminya. Penurunan estrogen dan progesteron juga berdampak pada mood ibu post partum yang disebut baby blues. Perubahan mood akan berkembang
sekitar 10%-15% menjadi depresi yang lebih berat (Groer,
2006).
Depresi postpartum terjadi di belahan dunia dan di berbagai kultur, dengan angka kejadian 10%-20% (Leung, 2004). Di Amerika depresi postpartum merupakan masalah komplikasi yang sering terjadi dalam periode Childbearing, terdapat 13% yaitu dari 8 ibu melahirkan 1 orang menderita depresi postpartum (Dennis, 2004). Peranan perawat maternitas dalam mengatasi perubahan mood menjadi lebih berat dengan memberikan edukasi pada ibu primi khususnya yang belum mengalami perubahan peran sebelumnya.
Ibu post partum tidak hanya mengalami perubahan peran, tetapi juga perubahan bentuk tubuh untuk kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan yang terjadi selama periode post partum salah satunya adalah perubahan psikologis dimana pada masa awal post partum yaitu satu minggu pertama, ibu merasa ditinggalkan dan dapat mengalami gejala misalnya mudah tersinggung, menangis, pusing, cemas, kesadaran berkabut, mood
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
21
labil, dan perasaan tidak nyaman, kadang disertai gangguan nafsu makan dan tidur, peristiwa ini dapat berlangsung 1-10 hari atau lebih.
Ada tiga fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua. Menurut Bobak, Lowdermilk & Jensen (2005), Fase-fase penyesuaian maternal ini ditandai oleh perilaku dependen, perilaku dependen-independent, dan perilaku interdependen.
Fase Dependent Fase ini terjadi segera setelah proses melahirkan sampai satu atau dua hari, ketergantungan ibu terhadap nutrisi, istirahat dan kenyamanan sangat menonjol. Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain, ibu belum berinisiatif untuk melakukan kontak dengan bayinya. Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima (taking-in phase). Fase dependen ialah waktu-waktu yang penuh
kegembiraaan
dan
kebanyakan
orang
tua
sangat
suka
mengkomunikasikannya. Mereka merasa perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan proses kelahiran secara verbal.
Fase Dependent-Independent Dalam fase dependen-independent ibu, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mencari perawatan dan keinginan untuk bisa segala sesuatu secara mandiri. Rubin (1961) menjelaskan keadaan ini sebagai fase takinghold, yang berlangsung kira-kira 3 hari
sampai 8 minggu setelah melahirkan,
kemampuan ibu untuk menguasai tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting. Ibu mulai terjadi peralihan perhatian dari dirinya sendiri ke bayinya yang baru dilahirkan. Diharapkan bahwa pada akhir fase dependenindependent, tugas dan penyesuaian rutinitas sehari-hari akan mulai menjadi sesuatu pola yang menetap. Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tingkah laku bayi sehingga dapat timbul perasaan depresi. Keadaan fisiologis ini dapat menjelaskan depresi pascapartum ringan (baby blues) keadaan
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
22
depresif ini ditandai dengan menarik diri, kehilangan perhatian terhadap sekeliling dan menangis.
Fase Interdependen Fase ini merupakan fase akhir dimana wanita menjalankan perannya sesuai dengan keinginannya dan memiliki peran sebagai ibu baru. Fase ini mulai menerima bayi yang dilahirkan sebagai individu yang lepas dari diri ibunya sendiri. Kebanyakan suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada minggu ke-3 atau ke-4 setelah anak lahir. Fase interdependen (letting-go) merupakan fase yang penuh ketegangan bagi orang tua, dimana dampak dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur jadwal, dan membina karir harus berjalan secara seimbang.
C. Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan dalam Proses Keperawatan pada Klien Post partum paska perdarahan 1. Konsep Model Konservasi Levine Model Konservasi Levine berfokus pada adaptasi dan menjaga kesehatan menggunakan prinsip-prinsip konservasi. Model ini menuntun perawat untuk fokus pada pengaruh dan tanggapan atau respon yang diberikan. Perawat dalam menyelesaikan tujuan keperawatan ini melalui konservasi energi, struktur, dan integritas pribadi dan sosial (Tomey & Alligood, 2006).
Manusia memaknai kehidupan sebagai perubahan untuk mencapai adaptasi dalam mencapai tujuan konservasi. Proses kehidupan
merupakan proses
berubah dimana seorang individu dalam menghadapi suatu gangguan selalu menyesuaikan diri dengan mengadakan perubahan atau proses adaptasi. Individu selalu dan dapat berespon terhadap tantangan dari lingkungan sekitarnya dalam bentuk utuh. Setiap individu
memiliki atau terdiri dari unsur lingkungan baik,
lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. Lingkungan internal terdiri dari aspek fisiologis dan patofisiologis sedangkan lingkungan
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
23
eksternal mempunyai tiga tingkatan yaitu perceptual, operasional dan konseptual. Adanya tingkatan pada lingkungan ekternal memberikan dimensi dalam interaksi antara individu dan lingkungannya. Tingkat perceptual pada lingkungan eksternal meliputi aspek kemampuan individu dalam menerima dan memahami sesuatu hal dengan indera yang dimiliki. Tingkat operasional meliputi hal-hal yang mempengaruhi fisik individu dan Tingkat konseptual mengandung arti bahwa lingkungan itu dibentuk dari budaya dan bahasa.
Dalam menjalankan fungsinya di kehidupan masyarakat, individu akan selalu berhubungan dengan orang lain. Dalam berhubungan dengan orang lain tersebut adakalanya individu menghadapi suatu masalah atau tantangan. Setiap individu bila berinteraksi dengan lingkungan akan menghadapi permasalahan dan dengan proses adaptasi untuk mencapai
kesehatan.
Proses adaptasi merupakan suatu proses berubah dimana individu berusaha untuk mempertahankan integritasnya (keutuhan) dalam lingkungan internal maupun eksternal.
Penekanan pada proses adaptasi pada konservasi Levine adalah berupa tingkatan dan bukan pada proses berhasil atau gagal, jadi dalam konservasi Levine tidak mengenal proses maladaptasi. Ada empat tingkatan dalam adaptasi menurut Levine yaitu : 1.1. Fight-flight merupakan respon yang paling primitif dimana ancaman yang diterima individu baik nyata maupun tidak, merupakan respon terhadap ketakutan melalui menyerang atau menghindar hal ini bersifat reaksi yang tiba-tiba. Respon yang disampaikan adalah kewaspadaan untuk mencari informasi untuk rasa aman dan sejahtera. Ketika ibu post partum mengalami suatu peristiwa yaitu perdarahan hebat, maka ibu atau keluarga akan mencari pertolongan segera untuk menghindari dari kematian. 1.2. Respon peradangan atau inflamasi merupakan mekanisme pertahanan yang melindungi diri dari lingkungan yang merusak, merupakan cara
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
24
untuk menyembuhkan diri. Respon individu adalah menggunakan energi sistemik yang ada dalam dirinya untuk membuang zat iritan atau patogen yang merugikan. Peristiwa engorgement yang sering terjadi pada periode post partum, dimana respon ibu dari reaksi dari pembengkakan
pada
payudara
adalah
suhu
tubuh
meningkat,
kemerahan sekitar payudara. Usaha yang ibu lakukan adalah mencegah terjadinya pembengkakan dengan mengalirkan ASI dengan tindakan masage dan memerah ASI sehingga statis ASI yang merupakan penyebab pembengkakan dapat dihilangkan. 1.3. Respon terhadap stress dapat berupa respon menarik diri, perubahan fisik dan kehilangan energi untuk beradaptasi secara bertahap. Rasa lelah terjadi, setelah persalinan dapat meningkatkan stress ibu setelah persalinan, respon yang dapat diberikan ibu dapat mengurangi bounding attachment dengan bayi yang baru dilahirkan. 1.4. Respon terhadap sensori berupa akitifitas fisik atau tingkah laku. Respon yang diberikan adalah untuk keamanan diri sendiri, dalam menghadapi permasalahan. Periode post partum adalah periode dimana terjadi perubahan transisi menjadi orang tua, dengan adanya perubahan tersebut maka ibu akan berusaha mencapai peran tersebut dengan penuh kepercayaan dirinya dalam mengasuh anaknya.
Untuk menuju proses adaptasi ini seorang individu akan mengalami suatu proses yang disebut sebagai konservasi. Konservasi berarti menyatukan segala sesuatu yang dimiliki secara yang kompleks untuk melakukan fungsinya pada saat mengalami suatu masalah yang berat atau harus melanjutkan kehidupan ketika terjadi tantangan yang buruk. Dalam pengertian ini bahwa individu mampu untuk berkonfrontasi atau melawan dan beradaptasi demi mempertahankan keunikan mereka. Melalui konservasi inilah individu mampu menghadapi masalah dengan melakukan adaptasi dan tetap mempertahankan keunikan pribadi.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
25
Model
Levine
menekankan pada proses interaksi dan intervensi
keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan beradaptasi dan mempertahankan integritas tersebut. Konservasi tersebut meliputi : 1) Konservasi energi yaitu keseimbangan energi dan memperbaharui energi yang seimbang untuk mempertahankan aktivitas kehidupan. Contoh dari konservasi energi adalah kebutuhan istirahat, nutrisi, eliminasi dimana intervensi keperawatan dilakukan untuk mengurangi ketergantungan secara bertahap terhadap pemenuhan kebutuhan untuk mempercepat proses penyembuhan. Kebutuhan nutrisi yang adekuat pada periode post partum diperlukan tubuh untuk mengembalikan fungsi tubuh seperti sebelum hamil. Nutrisi yang adekuat diperlukan untuk proses involusi uterus, dimana uterus kembali ke ukuran semula. 2) Konservasi integritas struktural yaitu proses penyembuhan bertujuan untuk mempertahankan keutuhan fungsi tubuh terhadap dampak penyakit yang diderita. Contohnya adalah bila menghadapi ibu yang mengalami inkonentia urin akibat edema pada meatus urinarius pada waktu proses persalinan, ibu tidak ada keinginan untuk buang air kecil peristiwa ini akan menyebabkan kandung kemih menjadi distensi sehingga uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik, yang nanti akan menimbulkan perdarahan. 3) Konservasi integritas personal, dimana seorang individu menghargai diri sendiri dan menjalankan perannya saat ini. Individu yang tidak bisa menjalani perannya akan timbul rasa cemas. Intervensi keperawatan dapat menghilangkan perasaan ini dengan cara memanggil namanya, menghargai keinginannya, menghargai nilai yang dianutnya, menjaga privasi selama prosedur dan melakukan pendidikan kesehatan. Seorang ibu yang sakit dan harus berpisah dari bayi yang baru dilahirkannya akan merasa bersalah tidak dapat menjalani perannya sebagai seorang ibu. Untuk mencapai perannya menjadi optimal adalah meningkatkan kemampuan ibu untuk merawat bayinya sehigga ibu lebih percaya diri merawat anaknya setelah pulang dari pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
26
4) Konservasi integritas sosial, hal ini menjelaskan bahwa individu mendapatkan dukungan melalui komunitas sosial seperti anggota keluarga sebagai bagian yang terdekat dari individu. Perawat membantu pemenuhan kebutuhan religius, menghadirkan anggota keluarga dan menggunakan hubungan interpersonal untuk menjaga integritas sosial. Dukungan atau support sistem sangat dibutuhkan dalam periode post partum, karena secara psikologis ibu mengalami perubahan mood maka kehadiran suami, orang tua dan anak memberi dukungan dalam menghadapi perubahan dalam struktur keluarga. Perubahan mood ini diharapkan tidak berkembang menjadi depresi yang lebih berat.
Dari semua uraian diatas disebutkan bahwa tujuan utama dalam proses adaptasi adalah tercapainya suatu keutuhan dalam diri individu (wholeness), keutuhan ini merupakan hasil respon individu terhadap pola hubungan antar individu yang saling menguntungkan dan berlangsung secara terus menerus. Untuk mencapai kondisi sehat dapat melalui proses adaptasi dengan tidak meninggalkan peran lingkungan yang merupakan tempat tinggal individu.
2. Proses Keperawatan (Critical Thinking) Penggunaan Model Konservasi Levine pada proses keperawatan terdiri dari tahapan pengkajian, trophicognosis/judgement (diagnosa keperawatan), hipotesis, intervensi dan evaluasi (Tomey & Alligood, 2006). 2.1 Pengkajian Pengkajian adalah proses mengumpulkan data klien melalui wawancara dan observasi terhadap perubahan lingkungan yang terkait dengan prinsip-prinsip konservasi. Perawat mengobservasi respon klien terhadap perdarahan yang dialami setelah melahirkan, aktifitas yang dilakukan dirumah, pencetus terjadanya perdarahan, kebutuhan istirahat setelah melahirkan dan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan atau yang dikonsumsi setelah melahirkan, alasan klien saat masuk ke rumah sakit, mengevaluasi hasil pemeriksaan diagnostik dan menanyakan kepada
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
27
klien tentang kebutuhan yang belum terpenuhi serta memperhatikan respon klien setalah tindakan keperawatan diberikan.
Perawat juga
mengkaji
antara
berdasarkan
prinsip-prinsip
konservasi,
lain
(1)konservasi energi meliputi keseimbangan suplai energi dengan kebutuhan, (2)konservasi integritas struktural meliputi sistem pertahanan tubuh, (3)konservasi integritas personal meliputi perasaan diri, identitas diri dan kepribadian, dan (4)konservasi integritas sosial meliputi kemampuan berpartisipasi dalam sistem sosial.
Pengkajian lingkungan internal pada klien post partum paska perdarahan yang mengalami shock hypovolemik dengan tranfusi darah, post curetage, eksplorasi plasenta
meliputi pengkajian adanya perubahan
fisiologis dan patofisiologi pada tubuh klien, seperti adanya perdarahan pervaginam, uterus yang masih teraba lembek, adanya perubahan organ reproduksi akibat tindakan pembedahan sebelumnya seperti seksio sesaria,
efek
lingkungan
dari
obat-obat
internal
juga
uterotonika.
didukung
Pengkajian
adanya
hasil
perubahan pemeriksaan
laboratorium dan diagnostik yang abnormal, seperti hematologi seperti anemia
Hemoglobine
kurang
dari
7
g/dl,
trombositopenia,
ketidakseimbangan elektrolit, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta USG atau scan.
Pengkajian pada lingkungan eksternal meliputi pengkajian pada perseptual berupa tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, geografis daerah, tingkat ekonomi, ketersediaan sumber dan media informasi, ketersediaan pelayanan dan tenaga kesehatan, dan tekhnologi. Pengkajian lingkungan operasional meliputi faktor resiko seperti usia saat melahirkan, riwayat jenis persalinan yang pernah dialami, penyulit selama kehamilan dan persalinan, berat badan bayi lahir yang dilahirkan lebih dari 4000 gram, berat badan/obesitas sebelum kehamilan, jumlah kehamilan, penggunaan kontrasepsi dalam jangka waktu lama, defisiensi iron selama kehamilan dan post partum, penyakit keturunan seperti
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
28
diabetes, hypertekanan darah, jantung, dan faktor pasangan pria (pria beresiko tinggi), paparan tembakau dan atau merokok. Lingkungan ekternal konseptual meliputi pengkajian pada aspek budaya yang melatarbelakangi dan mempengaruhi klien, nilai, karakteristik pandangan spiritual, bahasa yang digunakan, pemikiran dan gaya hidup.
Pengkajian selanjutnya adalah pengkajian konservasi energi yaitu mengkaji kebutuhan klien selama menjalani perawatan dengan mengobservasi tanda-tanda syok hypovolemik akibat perdarahan yang keluar pervaginam. Pengkajian kebutuhan istirahat yang adekuat dan nutrisi dan aktifitas sehari-hari, serta bagaimana klien dan keluarga mengatasi masalah aktifitas dan nutrisi di rumah, selanjutnya pengkajian pada konservasi integritas struktural memperhatikan proses untuk mempertahankan atau memperbaiki struktur tubuh dari aspek fisik, dengan mengobservasi struktur dan fungsi tubuh yang lain akibat proses perdarahan, perubahan pada sirkulasi pada perifer, adanya anemis dan pucat. Perawat melakukan pendampingan saat klien menjalani semua program pengobatan dan perawatan.
Pengkajian integritas personal memperhatikan aspek moral, nilai etis dan pengalaman hidup klien. Perawat mengkaji aspek psikososial yaitu dengan mengkaji riwayat bagaimana perdarahan terjadi dan klien pertama kali datang ke IGD untuk mendapatkan perawatan, bagaimana respon dan mekanisme koping klien dan keluarga, apa makna penyakit yang diderita, adanya perasaan sedih, bersalah, perubahan peran karena tidak bisa merawat bayi yang baru dilahirkan dengan optimal seperti menyusui dan pengambilan keputusan untuk menjalani perawatan dimana bayi yang baru dilahirkan terpisah dari klien.
Pengkajian konservasi integritas sosial, ditujukan untuk mengkaji keberadaan individu sebagai makhluk sosial, bagian dari pasangan, keluarga, mayarakat, budaya dan sistem kesehatan. Perawat mengkaji
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
29
adanya perasaan kesepian, berpisah dengan bayi yang baru dilahirkannya serta pasangan dan/atau anggota keluarga lainnya, cemas, takut, depresi. Perawat juga mengkaji mekanisme koping pada klien dan keluarga dan pengaruh budaya dalam keluarga selama merawat keluarga post partum paska perdarahan.
2.2. Diagnosa Keperawatan (Tropichognosis) Trophicognosis, adalah istilah untuk diagnosa keperawatan menurut Levine
yaitu memformulasikan pertimbangan asuhan keperawatan
melalui metode ilmiah (Tomey & Alligood, 2006). Diagnosa keperawatan diartikan sebagai fakta-fakta yang provokatif yang menjelaskan adanya masalah pada individu. Pertimbangan dibuat berdasarkan kebutuhan klien yang membutuhkan bantuan. Pertimbangan ini disebut Trophicognosis.
Diagnosa keperawatan (trophicognosis) ditegakkan dengan mengetahui perubahan dalam kekuatan dan kelemahan pada keempat area pengkajian (empat prinsip konservasi). Diagnosa keperawatan yang dapat digunakan dalam asuhan keperawatan pada ibu paska perdarahan dengan menggunakan model konservasi Levin dapat mengacu pada diagnosa keperawatan menurut NANDA. Diagnosa keperawatan yang dapat digunakan (NANDA, 2009, Reeder, 2003, Cohen, 1991), antara lain: 2.2.1. Konservasi energi meliputi penurunan curah jantung, resiko, ketidakseimbangan elektrolit, resiko perubahan fungsi liver, resiko/defisiensi volume cairan, resiko subnvolusi uteri, resiko/intoleransi aktivitas, nyeri berhubungan dengan prosedur atau terapi. 2.2.2.
Konservasi integritas struktural meliputi tidak efektifnya perfusi jaringan otak, perubahan eliminasi urinari, resiko injury pada organ vital, reiko/aktual infeksi pada sistem reproduksi, resiko terjadinya mastitis atau pembengkakan payudara.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
30
2.2.3. Konservasi integritas personal meliputi gangguan gambaran diri, cemas, koping defensif, ketakutan akan kondisi yang dapat mengancam kematian. 2.2.4. Konservasi integritas sosial meliputi resiko/ketegangan pada peran ibu, resiko atau aktual perubahan peran orangtua, konflik peran orang tua, ketidakmampuan koping keluarga, gangguan bonding irangtua-bayi dan perubahan interaksi sosial.
2.3. Intervensi Intervensi keperawatan kepada klien secara langsung yang yang bertujuan mencapai wholeness dan meningkatkan adaptasi. Berdasarkan pengkajian dan diagnosa yang telah ditentukan kemudian perawat memberikan intervensi keperawatan sehingga masalah klien dapat terpecahkan. Tujuan intervensi keperawatan utama yang pernah diaplikasikan pada prinsip-prinsip konservasi model Levine antara lain (Cox, 2003):
Konservasi energi, meliputi mampu meningkatkan istirahat yang adekuat,meningkatkan status nutrisi, mampu beraktifitas sehari-hari sesuai kemampuan dan mampu mengontrol cemas karena proses perdarahannya.
Intervensi
yang
diberikan
seperti
mengobservasi
keseimbangan energi input dan output untuk mencegah perdarahan pervaginam, menjelaskan aktifitas untuk tidak berlebihan, memonitor keseimbangan
cairan
dan
elektrolit,
nutrisi,
mempertahankan
keadekuatan cairan dan nutrisi, menjelaskan perlunya istirahat yang adekuat, menjelaskan bagaimana mempertahankan keadekuatan cairan dan nutrisi selama di rumah untuk mempercepat proses involusi, menjelaskan cara masage uterus saat teraba lembek dan ada perdarahan pervaginam. Konservasi integritas struktural, meliputi mampu mempertahankan kemampuan mobilisasi, mampu mencegah injuri, mampu mencegah
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
31
infeksi, mampu mempertahankan integritas kulit/jaringan, mampu melakukan pengukuran tinggi fundus uteri. Intervensi berdasarkan keluhan fisik terkait post partum paska perdarahan dengan memonitor efek samping yang mungkin dialami klien post transfusi darah, post curetage, manual placeta. Memonitor pemberian terapi cairan dan obat sesuai program, dan membantu aktifitas dan personal hygiene sesuai kemampuan klien, menjelaskan bagaimana mempertahankan aktifitas mandiri yang cukup bagi klien, menghindari injuri dan resiko infeksi di rumah. Konservasi integritas personal, meliputi mampu menghargai keunikan diri; mampu mempertahankan harga diri melalui mampu melakukan personal higiene mandiri, menunjukkan kemampuan untuk memerah ASI secara mandiri, meningkatkan identitas diri, menunjukkan kerjasama dalam proses perawatan dengan mengenali respon emosi, distress emosi, mendengarkan keluhan klien, mengeskplorasi perasaan, menjaga privasi pembicaraan klien, mengajarkan tekhnik relaksasi, mengajarkan tekhnik pijat oxytocin, mengarahkan mekanisme koping klien dan keluarga yang kurang efektif, memberikan dukungan atas perilaku yang positif sesuai atas kemampuan klien. Konservasi integritas sosial, meliputi menunjukkan keterlibatan dalam interaksi dengan keluarga, berhubungan baik dengan keluarga dan tenaga kesehatan
diharapkan
perawat
melakukan
intervensi
dengan
mengeksplorasi perasaannya terhadap bayi yang baru dilahirkannya, membantu pasangan atau keluarga untuk mengantar ASI yang telah diperah untuk dibawa pulang yang nantinya bisa diberikan kepada bayinya dirumah. 2.4. Evaluasi Evaluasi merupakan observasi respon klien terhadap intervensi yang telah diberikan. Pada tahap evaluasi inilah keyakinan klien untuk segera sembuh mencapi keutuhan atau wholeness melalui adaptasi yang
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
32
ditampilkan oleh perilaku klien selama perawatan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil dari intervensi yang mendukung proses adaptasi. Keterikatan model konseptual “Conservation”
Levine
dan teori
keperawatan dalam asuhan keperawatan pada ibu post partum paska perdarahan digambarkan dalam skema sebagi berikut : Konsep dan Teori Keperawatan
Proses Keperawatan pada Ibu Post Partum Paska Perdarahan
Pengkajian Lingkungan Internal Lingkungan Eksternal
Konservasi Levine Konservasi Konservasi Energi Struktur Integritas Konservasi Konservasi Integritas Integritas Sosial Personal
Diagnosa Keperawatan Evaluasi Tingkat adaptasi & perilaku
Intervensi Keperawatan Konservasi Energi: Memenuhi kebutuhan istirahat, nutrisi, mengobservasi cairan yang keluar pervaginam, memonitor cairan dan elektrolit.
Konservasi struktur integritas Memonitor pemberian terapi cairan membantu aktifitas dan personal hygiene, menjelaskan cara mempertahankan aktifitas mandiri, menghindari injuri dan resiko infeksi di rumah. Konservasi integritas personal menjaga privasi klien, mengajarkan tekhnik relaksasi, mengarahkan mekanisme koping Konservasi integritas sosial Memberikan dukungan , melibatkan keluarga dalam proses
Peningkatan Mutu Asuhan Keperawatan pada Ibu Post Partum Paska Perdarahan Skema 2.1 Integrasi Model Konsep Keperawatan Konservasi Levine pada Ibu Post Partum Paska Perdarahan
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
33
D. Aplikasi Teori dan Konsep Keperawatan dalam Proses Keperawatan pada Klien Post Partum Paska Perdarahan. Aplikasi model konsep konservasi Levine digunakan saat pengkajian untuk mengetahui konservasi apa yang terganggu untuk mencapai adaptasi klien secara utuh sampai dengan evaluasi dalam setiap konservasi yang dikaji. Adapun gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Ny. S dengan post partum paska perdarahan digambarkan sebagai berikut : 1. Pengkajian Data dasar Klien Ny. S, P3A0, post partum hari ke 9 post seksio sesar berusia 38 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, beralamat di Jakarta pusat. Masuk rumah sakit pada tanggal 30 Oktober 2011. Tanggal pengkajian
1 November 2011, pukul
08.00.
Alasan masuk IGD kebidanan karena perdarahan hebat sampai klien pingsan.
1.1. Lingkungan internal Saat ini klien mengatakan masih ada perdarahan pervaginam. Klien terdiagnosa late hemorrhagic post partum hari kesembilan penyebab subinvolusi karena adanya metritis. Ny. S mengalami perdarahan hebat 2 hari namun tidak segera ke rumah sakit karena merasa hal itu biasa, namun setelah Ny. S. pingsan, suami langsung membawa ke rumah sakit.
1.2. Lingkungan eksternal 1.2.1. Perseptual Ny. N, asal jawa tengah, ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan ibu rumah tangga. Klien mengatakan menempati rumah kontrakan saudaranya dengan akses transportasi 24 jam, sarana kesehatan seperti klinik dan rumah sakit dekat dan mudah dijangkau. Ny. S melakukan pemeriksaan antenatal secara rutin setiap bulannya. Media
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
34
informasi yang tersedia di rumah hanya televisi sedangkan media komunikasi memiliki
handphone (milik suaminya).
Sumber penghasilan keluarga dari hasil pekerjaan suami sebagai sopir perusahaan swasta yang dimiliki oleh saudaranya sendiri.
Selama
pengobatan
ini
klien
dan
suaminya
menggunakan fasilitas jampersal.
1.2.2. Operasional Klien memiliki riwayat menikah 1 kali pada usia 18 tahun, riwayat obstetri Klien melahirkan yang ketiga, anak pertama berusia 20 tahun dilahirkan secara spontan partus dengan berat lahir 3200 gram, anak kedua berusia 13 tahun dilahirkan spontan partus dengan berat lahir 3200 gram, anak ketiga usia sembilan hari dengan berat lahir 3300 gram. Riwayat menggunakan alat kontrasepsi pil dan suntik.
1.2.3. Konseptual Klien beragama Islam, suku daerah jawa, bahasa sehari-hari yang digunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Sehari-hari klien menjalankan ibadah sebagai seorang muslim, menganut nilai-nilai dan keyakinan bahwa penyakit yang diderita merupakan cobaan dan teguran dari Allah SWT. 1.3. Pengkajian konservasi: 1.3.1. Konservasi energi Klien mengatakan saat ini lemas dan pusing, belum bisa makan seperti biasa karena tidak nafsu makan, Ny S. post tranfusi kolf ke 2 di IGD, masih belum bisa beraktifitas secara optimal masih harus dibantu. Klien mengatakan dirumah sudah beraktifitas seperti biasa, tidak bisa istirahat karena tidak enak menumpang di rumah saudara. Suami sudah melarangnya Ny. S beraktifitas. Saat perdarahan terjadi adalah Ny. S melakukan aktifitas mengangkat
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
35
kasur dengan maksud untuk dipindahkan dan dibersihkan. Klien mengatakan makan makanan seperti biasa tidak ada yang menu khusus setelah melahirkan. Ny. S pada tanggal 30 Oktober 2011 jam 23.00 Wib pemeriksaan Hemoglobine 4,6 g/dl. Hasil USG kesan subinvolusi kemungkinan adanya metritis. Terapi Ny. S Methergin 3X1 Amp, Misoprostol 3X200 mg, infus terpasang Ringer Lactat dan Oxytocin 20 unit. 1.3.2. Konservasi integritas struktural Saat ini klien mengatakan tidak ada gangguan pada eliminasi urin, klien terpasang catheter untuk mengosongkan kandung kemih sehingga meningkatkan kontraksi uterus. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data antara lain, kesadaran klien komposmentis; pada mata nampak sklera tidak ikterik, konjungtiva
anemis; pada
auskultasi terdengar bunyi jantung I dan II tunggal, reguler; suara paru vesikuler, pada abdomen nampak datar, supel, lemas, ada bekas sayatan melintang diatas pubis, masih ada nyeri tekan/lepas karena post seksio, uterus teraba keras dengan tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat; pada vagina nampak vulva/labia utuh, ada keluaran darah ½ pembalut warna merah segar selama 4 jam, pada ekstremitas tidak ada pembengkakan. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan data tekanan darah 160/90 mmHg, nadi 84 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu: 36,9oC. Ny. S mengatakan ada rasa sakit pada payudaranya karena tidak dapat menyusui bayinya secara langsung. Terapi untuk mecegah infeksi Cefriaxon 1X2gram, Metronidazol 3X500mg, dan Gentamycin 2X80 mg. Tata laksana pre ekalmpsi berat yaitu pemberian adalat oros 2X30 mg, NAC 3X600 mg, Vit C 2x400 mg.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
36
1.3.3. Konservasi integritas personal Ny. S merasa belum siap menerima kelahiran anak ketiga karena tidak menyangka akan hamil lagi, karena sudah menggunakan alat kontrasepi suntik. Jarak kelahiran 20 tahun dengan anak pertama dan 13 tahun dengan aak kedua menyebabkan Ny. S merasa malu, takut tidak bisa merawat bayinya dengan baik. Ny. S menyusui tetapi tidak eksklusif karena merasa ASInya kurang baik karena Ny. S merasa sudah tua. Saat perdarahan terjadi klien menganggap perdarahan biasa, setelah masuk RS baru tersadar kalau harus dirawat. Ny. S hanya pasrah pada Tuhan atas perdarahan yang terjadi yang hampir merenggut nyawanya.
1.3.4. Konservasi integritas sosial Suami selalu mendampingi Ny. S selama menjalani perawatan di rumah sakit, kadang anak yang pertama ikut menunggu. Dukungan lain yang dirasakan klien bermanfaat adalah sikap terbuka dokter yang mau
menjelaskan penyakit dan pengobatan yang akan
dijalani sehingga klien dan keluarga dapat kooperatif. Perawat di ruangan juga mau mendengarkan keluhan dan cerita klien. Klien mengatakan ketika ditemani perawat selama menjalani perawatan perasaan cemas akan efek samping perdarahan berkurang. Selain itu, selama perawatan di rumah sakit ia berinteraksi dengan bertukar pikiran dan pengalaman dengan sesama pasien di ruangan.
2. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan, antara lain : 2.1. Konservasi energi. Resiko tinggi
deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan
adanya post partum paska perdarahan yang aktif, subinvolusi uterus. Tujuan dari hipotesa adalah mempertahankan volume cairan tubuh yang adekuat dengan kriteria hasil antara lain
uterus dapat
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
37
berkontraksi
dengan
optimal,
penurunan
jumlah
pengeluaran
perdarahan pervaginam, adanya proses involusi dengan kontraksi uterus, produksi urine 30cc/jam, tanda-tanda vital stabil. Rencana intervesi keperawatan yang dilakukan adalah mengkaji tanda-tanda vital terutama tekanan darah dan nadi setiap 4 jam, mengkaji involusi uterus setiap hari, memassage uterus ketika uterus tidak keras, mengkaji pengeluaran lochea dengan COCA (Colour, Odor, Consistency, Amount), mengukur ukur intake dan output urin, melakukan kolaborasi pemberian uterotonika dan mengukur intake nutrisi cairan perparenteral dan oral. 2.2. Konservasi integritas struktural. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hypovolemia. Tujuan dari hipotesa adalah mampu mempertahankan perfusi jaringan perifer yang adekuat, yang ditandai antara lain kadar Hemoglobine lebih dari 10 g/dl, capilary refill kurang dari 3 detik, urine 30 cc perjam, Fungsi ginjal dan hati dalam batas normal, tanda vital dalam batas normal, perdarahan pervaginam berkurang. Rencana Intervensi yang dilakukan antara lain, memonitor terhadap tanda vital, mengukur urine output, memberikan posisi supine pada klien, memasage fudus uteri dengan lembut, mengobservasi pemasangan catheter, mendampingi dan menjelaskan setiap prosedur yang akan dijalani, kalau perlu ukur saturasi, kalau perlu pemberian oksigen 2-3 liter per menit, memberikan transfusi sesuai program, mengobservasi
tanda-tanda
alergi
post
pemberian
transfusi,
melakukan kolaborasi pemberian oxytocin atau methergin. 2.3. Konservasi integritas personal Resiko terhentinya pemberian ASI berhubungan dengan gangguan proses menyusui, bayi tidak rawat bersama ibu.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
38
Tujuan hipotesa yang muncul adalah klien dapat kembali menyusui dengan eksklusif ditandai dengan aliran ASI lancar seperti semula, ibu mau memerah ASInya, menyusui dirumah kembali efektif. Rencana intervensi yang dilakukan antara lain mengobservasi pengeluaran ASI, mengkaji daerah payudara terhadap pembengkakan dan mastitis, mengajarkan ibu cara memerah ASI, memotivasi ibu untuk memerah ASI, menjelaskan manfaat pemberian ASI terhadap ibu dan bayi, memberikan ibu dukungan saat mau memerah, mendampingi ibu untuk memerah dan merawat payudaranya.
2.4. Konservasi integritas sosial Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi selama perawatan. Tujuan dari hipotesa yang disusun yaitu rasa cemas berkurang ditandai dengan klien dapat mengungkapkan rasa kecemasannya, kooperatif selama perawatan. Rencana intrvensi keperawatan yang dilakukan antara lain mengkaji nilai harapan untuk kesembuhan, motivasi klien untuk kesembuhan, memberi dukungan dan peran aktif anggota keluarga dalam perawatan klien, misalnya suami dan anak, memberitahu klien terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan, memberikan penguatan positif terhadap penggunaan koping yang efektif.
3.1. Intervensi keperawatan Tanggal 1 Oktober 2011 3.1.1. Resiko tinggi deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan adanya post partum paska perdarahan yang aktif, subinvolusi uterus. Intervensi keperawatan yang diberikan mengobservasi tanda vital, hasil dari pengukuran tanda vital
suhu 36⁰C;
pernafasan 18 x/mnt reguler, nadi 80x/mnt teratur, kuat; tekanan darah 150/80 mmHg. Mengkaji tinggi fundus uteri, kontraksi
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
39
uterus dan konsistekanan darah uterus. Hasil yang didapatkan 2 jari dibawah umbilicus. Uterus teraba keras dan membulat. Mengajarkan klien untuk melakukan massage uterus ketika teraba lembek. Hasil yang didapatkan klien mengatakan baru tahu cara memijat lembut kandungannya dan akan dipakai ketika terjadi perdarahan dan teraba lembek. Mengkaji pengeluaran perdarahan pervaginam. Hasil yang didapatkan masih ada darah ¼ pembalut selama empat jam, warna merah, tidak ada gumpalan darah beku, tidak ada bau yang menyertai pengeluaran lochea. Menganjurkan untuk minum dan tidak menahan kencing. Memberikan cairan peroral, dan mengukur output urine hasil urine 600 cc per 6 jam, warna jernih kekuningan. Memberikan terapi sesuai program terapi yaitu Ceftriaxon 1x 2gr, methergin 3 x 1 tab, Misoprostol 2 x 1 tab, Gentamycin 2X80 mg. Tanggal 2 Oktober 2012 Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah mengobservasi tanda vital, hasil dari pengukuran tanda vital yaitu suhu 36⁰C, pernafasan 18 x/mnt reguler, nadi 105x/mnt teratur, kuat, tekanan darah 150/80 mmHg. Mengkaji tinggi fundus uteri, kontraksi uterus dan konsistekanan darah uterus. Hasil yang didapatkan 2 jari dibawah umbilicus. Uterus teraba keras dan membulat. Mengobservasi klien saat melakukan massage uterus. Hasil yang didapatkan klien mandiri dalam melakukannya dengan benar. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi air putih, ibu mau minum 5 gelas selama 4 jam. Menganjurkan ibu untuk menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit selama perawatan. Mengkaji pengeluaran perdarahan pervaginam. Hasil yang didapatkan masih ada darah ¼ pembalut selama 4 jam, warna merah kecoklatan, tidak ada stolsel, tidak ada bau yang menyertai pengeluaran lochea. Memberikan terapi sesuai program
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
40
terapi Ceftriaxon 1x 2gr, methergin 3 x 1 tab, Misoprostol 2 x 1 tab, Gentamycin 2X80 mg, 3.1.2. Resiko tinggi Perubahan perfusi jaringan perifer, berhubungan dengan hypovolemia. Tanggal 1 Oktober 2012 Memonitor terhadap tanda vital. Hasil yang didapat dari pengukuran suhu
36⁰C; pernafasan
18 x/mnt reguler, nadi
80x/mnt teratur, kuat; tekanan darah 150/80 mmHg. Memberikan posisi supine pada klien. Hasil yang didapatkan Ny, S bersedia menggunakan 1 bantal yang tidak terlalu tingi.
Melakukan
masage fudus uteri dengan lembut. Hasil klien kooperatif saat diberikan
contoh
masage
uterus.
Mengobservasi
tempat
pemasangan catheter dan urine output. Hasil observasi tidak ada tanda-tanda infeksi pemasangan catheter, warna urine jernih kekuningan tidak ada endapan. Mengambil spesimen darah untuk mengetahui kadar Hemoglobine setelah post transfusi di IGD. Hasil
pemeriksaan
laboratorium
Hemoglobine
10,4
g/dl.
Memberikan obat antibiotik dan adalat oros, vitamin C, NAC. Tanggal 2 Oktober 2012 Memberikan posisi yang nyaman pada klien. Hasil yang didapatkan Ny, S bersedia menggunakan 1 bantal yang tidak terlalu tinggi. Mengobservasi tinggi fundus uteri dan konsistesi uterus. Hasil klien dapat melakukan masage fudus uteri dengan lembut dan menyebutkan 2 jari dibawah pusar. Uterus teraba keras membulat. Melepas catheter dan mengukur urine output. Hasil pelepasan catheter klien dapat buang air kecil dengan lancar, urine yang keluar 300 cc dalam waktu 4 jam. Memberikan obat adalat oros, vitamin C dan NAC sebagai penatalaksanaan pre eklampsi berat. Hasil tekanan darah 120/90-130/80 mmhg.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
41
3.1.3. Resiko terhentinya pemberian ASI berhubungan dengan gangguan proses menyusui, bayi tidak rawat bersama ibu. Tanggal 2 Oktober 2012 Mengobservasi pengeluaran ASI. Hasil ASI keluar bila di tekan payudara atau diperah. Mengkaji daerah payudara terhadap pembengkakan dan mastitis. Hasil tidak ditemui pembengkakan dengan kulit yang meregang dan mengkilat dan sumbatan serta tidak ada perubahan warna kulit. Mengajarkan ibu cara memerah ASI. Hasil
ibu dapat memerah secara mandiri. Menjelaskan
manfaat pemberian ASI terhadap ibu dan bayi. Hasil dari tindakan yang dilakukan ibu mengerti mengapa perdarahan tidak berhenti karena kemungkinan dari ibu tidak menyusui secara maksimal. Memberikan motivasi ibu untuk memerah ASI. hasil dari dukungan yang diberikan ibu mau memerah ASInya 3-4 jam sekali.
Mendampingi
ibu
untuk
memerah
dan
merawat
payudaranya. Hasil dari pendampingan ini adalah ibu mampu melakukan secara mandiri dan melakukan pemerahan dengan cara yang tepat. Suami klien mau mengantar ASI perah ke rumah untuk bayinya.
3.1.4.Cemas
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
selama
perawatan. (Tanggal 1 Oktober 2012) Mengkaji nilai harapan untuk kesembuhan. Hasil klien berharap bisa sembuh dari sakit ini. Memotivasi klien untuk kesembuhan. Hasil dari memotivasi ini klien punya keyakinan pasti sembuh dan merawat bayinya. Memberi dukungan dan peran aktif anggota keluarga dalam perawatan klien, misalnya suami dan anak. Hasil dari tindakan ini suami selalu mendampingi tanpa rasa lelah. Memberitahu klien terhadap hasil pemeriksaan yang dilakukan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
42
Hasil klien senang ketika hasil lab fungsi ginjal dan hatinya dalam batas normal, rasa cemas berkurang. Memberikan penguatan positif terhadap penggunaan koping yang efektif, seperti ibu mau melakukan perawatan terhadap tubuhnya, karena ibu berharap akan pulang kerumah dalam keadaan bersih. Hasil dari penguatan positif klien sangat koperatif dalam setiap tindakan yang akan dilakukan. 3.2. Evaluasi Tanggal: 2 Oktober 2012 3.2.1. Resiko tinggi deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan adanya post partum paska perdarahan yang aktif, subinvolusi uterus. Hipotesa yang dievaluasi yaitu klien menunjukkan volume cairan tubuh kembali adekuat terhadap kehilangan cairan karena perdarahan, dengan observasi terhadap respon tubuh antara lain klien mengatakan perdarahan sudah berkurang hanya ¼ pembalut warna merah kecoklatan selama 4 jam, tanda vital dalam batas normal, ibu mengkonsumsi air teh, air putih sebanyak 6 gelas selama 4 jam ibu mampu berkemih spontan setiap 4-6 jam sekali dengan jumlah 200-300 cc, adanya kontraksi uterus, klien selama perawatan dapat beristirahat dan menghabiskan semua makanan yang
disediakan
oleh
rumah
sakit.
Evaluasi
intervensi
keperawatan yang sudah dilakukan adalah respon yang adaptif dari klien.
3.2.2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hypovolemia. Hipotesa yang dapat dievaluasi yaitu tidak terjadinya perubahan perfusi jaringan, ditandai dengan perdarahan pervaginam sudah berkurang, tanda-tanda syok hypovolemik tidak ada, tanda vital
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
43
dalam batas normal, pemeriksaan fungsi ginjal dan hati dalam batas normal. Evaluasi intervensi keperawatan
yang sudah
dilakukan adalah respon adaptif dari klien.
3.2.3. Resiko terhentinya pemberian ASI berhubungan dengan gangguan proses menyusui, bayi tidak rawat bersama ibu. Hipotesa yang dievaluasi setelah intervensi keperawatan adalah klien mampu memerah payudara secara mandiri, payudara mulai terisi ASI, ada rembesan ASI pada baju klien, menandakan sudah aktifnya reflek oxytocin dan prolaktin, klien membawa botol untuk menyimpan ASI perah. Suami atau anggota keluarga yang menjenguk membawa ASI perah ke rumah untuk diberikan kepada bayinya. Evaluasi melalui telephone pada tanggal 3 Oktober 2011 produksi ASI ibu meningkat dan bayi menyusui selama kurang lebih satu jam setiap tiga jam sekali.
Payudara tidak terjadi
pembengkakan dan mastitis. Evaluasi intervensi keperawatan saat ini menunjukkan klien berespon adaptif.
3.2.4. Cemas
berhubungan
dengan
kurangnya
informasi
selama
perawatan. Hipotesa yang dievaluasi yaitu rasa cemas berkurang setelah dilakukan intervensi keperawatan ditandai dengan Ny. S sangat kooperatif pada setiap tindakan keperawatan yang diberikan, Ny. S mampu mengeluarkan apa yang dicemaskan selama perawatan dan dapat mengatasinya dengan berceritera kepada suami dan perawat. Evaluasi intervensi keperawatan yang suportif ini telah membantu klien beradaptasi menghadapi rasa cemas selama perawatan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
BAB III PENCAPAIAN KOMPETENSI DENGAN PELAKSANAAN TARGET ASUHAN DAN TARGET PROSEDUR
Tujuan pendidikan Spesialis Keperawatan Maternitas untuk mendidik peserta didik melalui proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan oleh akademik yang pada akhirnya diharapkan memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan untuk dapat berperan dan berfungsi secara mandiri.
Fokus dari pembelajaran pada masa residensi ini adalah residen belajar secara mendalam
mengenai
suatu
masalah
atau
kasus
sehingga
mampu
menyelesaikannya. Tujuan dari pembelajaran ini diharapkan akan meningkatkan kemampuan residen dalam menganalisa dan mensintesa masalah penelitian yang terkait dengan keperawatan. Adapun tujuan lain dari proses pembelajaran adalah residen diharapkan juga mampu menerapakan teori-teori keperawatan dalam kasus kelolaan yang menrupakan focus of interest sehingga dengan mendalam dapat menguasai asuhan keperawatan yang diberikan. Penerapan teori dan kasus pada ibu post partum paska perdarahan yang merupakan focus of interest yang residen ambil. Residen juga dituntut dalam praktek ini untuk melakukan penerapan teknik baru dari hasil penelitian atau berdasarkan pengalaman praktek yang telah teruji dan sesuai dengan kaidah etik, hukum dan budaya. Tindakan keperawatan yang diberikan bersifat lebih interaksi dan meningkatkan
keutuhan
atau
wholeness
dengan
adaptasi untuk
berkolaborasi
dengan
multidisiplin.
Berperan secara mandiri sebagai praktisi merupakan harapan dari Ners Spesialis pada pelayanan keperawatan keperawatan maternitas sebagai pendidik, penyuluh dan konsultan di bidang perawatan maternitas, disamping itu sebagai advocat bagi klien dan keluarganya dan sebagai pengelola asuhan keperawatan serta menjadi peneliti dalam bidang keperawatan maternitas. Untuk menghasilkan kondisi tersebut,
maka
proses
pendidikan
residensi
keperawatan
maternitas
diselenggarakan selama 2 semester. Pada semester 1 Keperawatan Maternitas (7
44 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
45
SKS) dan Keperawatan Maternitas Lanjut 1 (3 SKS) sedangkan pada semester II terdiri dari Keperawatan Maternitas Lanjut Berbasis Pendekatan Komunitas (3 SKS), Keperawatan Maternitas lajut II (4 SKS) dan Karya Tulis Ilmiah Spesialis Keperawatan Maternitas (3 SKS) (Lampiran 1 kontrak belajar).
Pencapaian kompetensi pada pelaksanaan target asuhan keperawatan dan target prosedur prosedur sebagi ners spesialis keperawatan maternitas diuraikan secara garis besar sebagai berikut:
A. Mampu menerapkan peran pemberi pelayanan asuhan keperawatan maternitas (care giver). Target kompetensi dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta Timur, RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dan Puskesmas Cimanggis Depok. Target utama pada ibu yang memiliki masalah post partum paska perdarahan. Target lain yang dicapai selama pemberian asuhan keperawatan pada ante natal care 80 kasus, pada unit KIA pada kasus ginekologi 10 kasus, sedangkan pada kasus diruang rawat nifas sebanyak 40 kasus. Pertolongan persalinan sebanyak 50 kasus, dan juga di supervisi dengan kepala ruangan. Perawatan bayi baru lahir sebanyak 10 kasus, 5 kasus bayi dengan seksio sesar dan 5 kasus dengan bayi resiko tinggi. Merawat klien abortus 10 kasus, perawatan dengan komplikasi dan kegawatan persalinan 10 kasus, klien dengan post partum normal 15 kasus, post partum beresiko 5 kasus, klien dengan seksio sesar 10 kasus, perawatan antenatal care beresiko 15 kasus. Selama perawatan residen juga menangani konseling dengan klien yang memiliki masalah laktasi sebayak 6 kasus. Residen juga melaksanakan asuha keperawatan pada keluarga dalam konteks keperawatan maternitas sebanyak 10 kasus, salah satunya merupakan kasus binaan yang telah disupervisi oleh supervisor akademik (Lampiran 2 pencapaian target kompetensi).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
46
B. Mampu menerapkan peran konselor dalam pelayanan keperawatan maternitas. Peran sebagai konselor dihadapkan pada kondisi dimana klien dan keluarganya mengalami ketidakberdayaan karena kondisi kegawatdaruratan atau sampai pada masalah berduka. Kasus yang diminati residen yaitu penerapan model konep pada ibu dengan post partum paska perdarahan, pelaksanaan keperawatan lebih banyak menerapkan edukator dan konselor, karena kasus yang diambil diruangan perawatan dimana kegawatdaruratan sudah ditangani di IGD. Sebagai konselor target utama asuhan keperawatan diberikan pada keluarga yang membutuhkan antara lain perencanaan keluarga melalui penggunaan alat kontrasepsi, keluarga yang mengalami infertilitas, dyspareunia semua itu diberikan di komunitas. Konseling menyusui juga diberikan secara khusus bagi klien yang mengalami masalah menyusui sebanyak 6 kasus yang dilakukan di ruang pojok laktasi (Lampiran 2 pencapaian target kompetensi).
C. Mampu menerapkan peran advokat dalam pelayanan keperawatan maternitas. Target kompetensi ini dilakukan di Rmah Sakit Persahabatan dan RSUPN Cipto Mangunkusumo serta Puskesmas Cimanggis Depok. Advokasi diberikan kepada klien dan keluarganya yang telah mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan sebelum menandatangani informed
concent untuk
pengambilan keputusan seperti tindakan curetage, manual plasenta khususnya pada klien dengan perdarahan. Memberikan solusi pada proses administrasi dengan menggunakan jampersal dan SKTM.
Memberikan perlindungan
terhadap ibu dan janin dengan bekerja sesuai standar operasional prosedur sehingga safety patient dapat ditingkatkan. Tindakan safety patient misalnya memasangkan gelang sebagai identitas pasien.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
47
D. Mampu
menerapkan
peran
pendidik/edukator dalam pelayanan
keperawatan maternitas. Peran sebagai pendidik atau edukator dengan melakukan pembimbingan dan menjadi role model bagi mahasiswa D3 keperawatan dan kebidanan serta S1 profesi keperawatan yang pada saat itu berpraktek bersamaan dengan residen. Laboratorium kelas diberikan kepada mahasiswa profesi pada mata ajar keperawatan maternitas khususnya pertolongan persalinan dan pemeriksaan antenatal care. Sedangkan di Rumah Sakit Persahabatan dan RSUPN Cipto Mangunkusumo, residen memberikan pengetahuan tentang pemberian ASI untuk menaikkan berat badan pada kasus BBLR dan prematur khususnya. Pendidikan kesehatan diberikan juga di komunitas dengan pelatihan bagi kader di wilayah Puskesmas Cimanggis Depok (Lampiran 3 proyek inovasi).
E. Mampu menerapkan peran pengelola dalam pelayanan keperawatan maternitas. Peran perawat dengan kompetensi sebagai pengelola dilakukan di RSCM, RS. Persahabatan dan Puskesmas Cimanggis Depok melalui kegiatan diskusi dan pelatihan kepada bidan dan perawat maternitas. Peran ini dilakukan dengan mengelola asuhan keperawatan maternitas pada klien melalui metode tim, koordinasi dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya seperti di pelayanan komunitas dengan mengidentifikasi masalah yang merupakan masalah kesehatan wanita, mengembangkan kemampuan sumber daya yang ada, mengimplementasikan dengan melatih kader sebagai sumber kekuatan, dan mengevaluasi kegiatan tersebut dengan bekerja sama dengan puskesmas. (Lampiran 3 proyek inovasi).
F. Mampu menerapkan peran koordinator dalam pelayanan keperawatan maternitas. Bekerjasama dengan multidisiplin seperti bidan, dokter, ahli gizi, fisioterapi dan tenaga kesehatan lain dalam menyelesaikan masalah kesehatan klien, sehingga asuhan keperawatan dapat lebih terkoordinasi dan keamanan pasien lebih terjamin. Hari rawat pun dapat menjadi lebih pendek.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
48
G. Mampu menerapkan peran kolaborator dalam pelayanan keperawatan maternitas. Peran dalam kompetensi ini residen melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain sehingga asuhan keperawatan kepada klien lebih berkualitas dan komprehensif.
H. Mampu menerapkan peran peneliti dalam pelayanan keperawatan maternitas. Peran ini dilakukan di RS. Persahabatan dan RSCM serta PKM Cimanggis Depok, dimana hasil dari evdidence base
yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan di maternitas dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain itu kegiatan dalam kompetensi ini dengan melakukan studi observasi, wawancara dan menganalisa serta melakukan penelitian secara mandiri (Lampiran 3 proyek inovasi).
I.
Mampu menerapkan peran sebagai change agent dalam pelayanan keperawatan maternitas. Pada kompetensi ini residen mencoba melakukan strategi perubahan ke arah positif sesuai kebutuhan klinik dan komunitas. Pada awalnya dengan melakukan penelitian kecil kemudian secara bersama-sama bersama pelayanan di klinik dan komunitas melakukan perubahan yang direncanakan bersama-sama. Di RS. Persahabatan proyek inovasi yang dilakukan adalah Contuinity of Care (COC) dalam sistem pendokumentasian melalui tool pengkajian di semua unit maternitas. Proyek inovasi di RSCM adalah Clinical Pathway pada kasus Ketuban Pecah Dini, sedangkan proyek inovasi di komunitas adalah upaya peningkatan promosi kesehatan perempuan di lingkungan RW 01, 02, 04 dan 08, Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Depok dengan pemeriksaan pap smear, pemeriksaan payudara sendiri serta senam kegel dan menjadikan kader untuk motivator bagi ibu yang menyusui sehingga dapat menyusui secara eksklusif (Lampiran 3 proyek inovasi).
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
BAB IV PEMBAHASAN
Penerapan konsep dan teori keperawatan konservasi Levine pada ibu post partum paska perdarahan dan akan dilanjutkan dengan pembahasan tentang praktek maternitas dalam pencapaian target.
A. Pembahasan penerapan konsep dan teori keperawatan konservasi Levine pada ibu post partum paska perdarahan. Pada kasus yang dikelola residen terdiri dari 5 kasus post partum yang memiliki riwayat perdarahan. Pada fase pemulihan residen merawat ibu post partum paska perdarahan, setelah ditangani di IGD. Faktor resiko yang terdapat pada kelima kasus kelolaan adalah jarak kehamilan yang terlalu jauh yaitu lebih dari 5 tahun dari kehamilan sebelumnya. Hal tersebut dapat menyebabkan perdarahan setelah melahirkan kemungkinan karena tonus otot rahim yang tidak adekuat (Doherty & Driessen, 2011). Kasus lainnya adalah meningkatknya usia ibu saat hamil dan melahirkan, usia ibu lebih dari 35 tahun terdapat pada kasus Ny. S dengan perdarahan sekunder dan Ny. St. H dengan perdarahan primer, meningkatnya usia ibu ini sesuai dengan pendapat Geller, 2008.
Ibu hamil dengan gemelli pada Ny. M dan hipertensi selama kehamilan pada Ny. S, penyakit yang diderita pada klien ini merupakan faktor resiko yang menyebabkan masalah di periode post partum. Hal ini sesuai dengan pendapat Sheiner, 2005. Kehamilan gemelli dengan terjadinya distensi uterus yang cukup besar menyebabkan untuk proses involusi membutuhkan waktu yang cukup lama dan terjadinya tekanan darah yang tinggi selama kehamilan membuat aliran darah ke bagian uterus berkurang, sehingga ketika harus melakukan kontaksi membutuhkan aliran darah yang cukup banyak agar otot-otot myometrium dapat berkontraksi dengan baik.
49 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
50
Pada 5 kasus ada 3 kasus yang merupakan penyebab perdarahan setelah persalinan adalah retensio plasenta dan atonia uteri yang merupakan penyebab yang paling umum pada perdarahan post partum (Weydert, 2006). Pada Ny. C dan Ny. L adalah mengalami retensio plasenta, dimana dilakukan manual plasenta sebagai tindakan untuk mengeluarkan plasenta, untuk memperbaiki kontraktilitas uterus dan Ny. St. H mengalami atonia uteri kemungkinan karena usia yang beresiko yaitu 40 tahun (Sheiner, 2005).
Pengawasan selama antenatal sangat penting karena kasus-kasus resiko selama post partum seperti perdarahan sangat memiliki peluang baik yang memiliki faktor resiko maupun yang tidak. 5 kasus yang dikelola residen semua rata-rata memeriksakan kehamilannya lebih dari 4 kali ke pelayanan kesehatan. Walaupun sudah memeriksakan diri secara teratur namun dapat terjadi peluang perdarahan sekitar 5.15 % khususnya yang lahir pervaginam (Mangann, 2005), Sangat sulit memprediksi post partum paska perdarahan, karena hanya 40% dari wanita yang telah teridentifikasi berkembang menjadi aktual perdarahan. Oleh sebab itu setiap persalinan beresiko terjadinya perdarahan (Roura, 2009).
Pada adaptasi psikologis ibu post partum terdapat perbedaan pada kasus keloaan yaitu pada kasus Ny. S. Tahap dependent atau taking in masih terjadi pada hari kesembilan, dimana Ny. S masih berfokus terhadap dirinya sendiri belum beralih ke bayinya. Ibu yang sudah melahirkan sembilan hari yang lalu seharusnya pada fase dependent-independent. Oleh karena itu perlu meningkatkan peran ibu dalam mengasuh anaknya dengan memberi pendampingan dalam proses perawatan payudara dan memerah ASI. kegiatan tersebut juga untuk mencegah terjadinya depresi post partum yang dapat terjadi (Groer, 2006).
Penanganan yang cepat dan tepat termasuk pengambilan keputusan kapan harus merujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dapat menurunkan angka kematian ibu karena perdarahan, dari 5 kasus yang dikelola residen
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
51
yang merupakan kasus rujukan dari puskesmas 2 kasus yang sifatnya perdarahan yang terjadi kurang dari 24 jam setelah persalinan, sedangkan 3 kasus yang lain dimana perdarahan terjadi setelah 24 jam persalinan rata-rata adalah 7-10 hari setelah persalinan. Keberhasilan pertolongan pada kasus perdarahan tidak terlepas pada pengambilan keputusan dalam keluarga. Keluarga, yang membawa langsung ke IGD setelah ibu merasakan adanya perdarahan yang berlebihan, pada kasus Ny. S sampai mengalami kehilangan kesadaran saat dibawa ke pelayanan kesehatan. Namun, dari 5 kasus yang dikelola residen tidak ada yang mengalami komplikasi lanjutan dari efek perdarahan dengan diketahuinya fungsi ginjal dan hati semua dalam batas normal.
Istilah trophicognosis pada konservasi Levine adalah diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan (trophicognosis) dilakukan dengan menganalisa perubahan dalam kekuatan dan kelemahan yang mencerminkan perubahan kesimbangan pada keempat area pengkajian (empat prinsip konservasi). Diagnosa sejahtera atau wellness yang muncul pada kelima klien adalah usaha mencari pertolongan ke pelayanan kesehatan yang tepat, dimana klien mendapat penanganan yang tepat dan fase pemulihan yang efektif sehingga kualitas hidup klien dapat meningkat tanpa ada masalah kesehatan yang berkepanjangan. Diagnosa lain, yang sesuai dengan kasus klien dengan post partum paska perdarahan yaitu deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam dan resiko tinggi gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hypovolemia. Terdapat satu diagnosa yang tidak ada pada teori yaitu resiko terputusnya pemberian ASI diangkat karena bayi terpisah dari ibu dan ibu tidak eksklusif memberikan ASI kepada bayinya serta ibu dan bayi tidak mendapatkan inisiasi menyusu dini.
Ketidakefektifan menyusui ini nanti akan berdampak pada proses involusi. Terdapat 2 kasus dimana ibu tidak menyusui secara eksklusif yaitu Ny. M dan Ny. C, dimana ibu sudah pulang dari pelayanan kesehatan. Terjadi perdarahan beberapa hari setelah melahirkan, sebenarnya peristiwa tersebut
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
52
dapat ditekan dengan kegiatan menyusui dimana membantu rahim berkontaksi secara normal dan mengurangi jumlah darah yang hilang (Newman, 2008) dan Wanita yang melakukan kegiatan menyusui secara terus menerus dapat mencegah terjadinya perdarahan setelah melahirkan (Thompson et al, 2010).
Pada konservasi Levine hipotesa adalah tindakan keperawatan yang diberikan lebih bersifat edukator dan konselor dimana peran perawat lebih kearah rehabiltatif karena masa kegawatdaruratan telah ditangani di IGD. Pada perawatan nifas perawat mengobservasi dampak dari perdarahan yang sudah terjadi dengan mengobservasi tanda-tanda vital untuk mencegah terjadinya syok
hypovolemik,
mengukur
penurunan
tinggi
konsistensinya. Lima kasus kelolaan residen
fundus
uteri
dan
dapat mencapai status
homeostasinya dengan menilai ulang kadar Hemoglobine post transfusi agar mengetahui perfusi jaringan adekuat. Apabila tujuan tidak tercapai maka yang dimodifikasi adalah hipotesa.
Evaluasi dari semua tindakan didapatkan pada struktur integritas struktural dapat mencegah kerusakan organ vital. 5 kasus diperiksa fungsi hati dan ginjal, serta observasi intake dan output urine. Hasil semua dalam batas normal, sedangkan tiga kasus lainnya masih bersifat resiko tinggi. Untuk konservasi energi, perawat menekankan pentingnya istirahat yang adekuat untuk proses involusi dan kebutuhan nutrisi yang diperlukan. Klien dan keluarga juga mampu mengulang kembali penjelasan perawat mengenai aktivitas yang dapat dilakukan dirumah dan mengenali tanda-tanda bahaya seperti perdarahan, tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perdarahan.
Selama perawatan di rumah sakit pendampingan klien yang intensif dan penjelasan perawat dalam setiap tindakan membuat rasa cemas klien berkurang sehingga klien dapat kooperatif. Kelima klien mau memerah ASInya dan dibawa pulang ke rumah untuk nutrisi bagi bayinya dan untuk
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
53
proses involusi bagi ibunya. Pada kasus Ny. M yang memiliki bayi gemelli payudaranya tidak merasa terisi oleh ASI dan waktu diperahpun sedikit, memotivasi ibu untuk mempersingkat waktu perahan dan menganjurkan ibu untuk selalu mengobservasi perdarahan yang keluar dari jumlah dan warnanya.
RSCM dan RS. Persahabatan adalah rumah sakit rujukan, kasus yang dirujuk ataupun klien yang datang ke IGD mendapatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif sehingga perawatan pada fase pemulihan cukup singkat ratarata 3 hari perawatan, mempersingkat hari rawat baik ibu yang melahirkan spontan maupun seksio sesar (Shaw, 2006). Dalam waktu 3 hari ini tujuan dari setiap diagnosa keperawatan dapat tercapai semua, menggunakan pendekatan konservasi levine.
B. Keunggulan dan kelemahan aplikasi model konsep konservasi levine Keunggulan aplikasi model konsep knservasi Levine. Model konsep keperawatan konservasi levine sangat aplikatif dalam perawatan ibu post partum paska perdarahan melalui tahap pengkajian lingkungan internal yaitu perubahan yang terjadi baik fisiologis dan patologis, sedangkan lingkungan eksternal adalah data tingkat pendidikan, data geografis, riwayat obstetri dan ginekologi yang pernah dilalui, penyakit turunan. Pengkajian terasa lebih mudah karena lebih fokus terhadap respon yang diberikan kemudian memasukkan respon kedalam salah satu konservasi. Pada tahap konservasi inilah terlihat kebutuhan apa yang diperlukan saat ini baik fisik maupun psikologis. Fisik cenderung menggunakan konservasi energy dan struktural dan psikologis menggunakan konservasi inegrotas personal dan sosial. Pada kasus ibu post partum paska perdarahan sangat cocok menggunakan konservasi Levine, karena selama perawatan diruangan nifas ibu harus menyeimbangkan energi yang masuk dan keluar, dengan cara setiap kali ibu melakukan kegiatan dan sudah terasa lelah maka energy yang sudah dikeluarkan sudah melebihi energy yang masuk. Proses penyembuhan lebih
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
54
ditekankan dalam konservasi energy dimana istirahat dan nutrisi adekuat diperlukan oleh ibu yang mengalami paska perdarahan. Adaptasi dapat tercapai sebagai tujuan utama teori model konsep konservasi Levine, menggunakan respon klien yang ditunjukkan dalam menghadapi masalah. Setiap dampak penyakit yang di derita klien pada konservasi Levine harus dicegah dan segala tindakan untuk mencegah dampak yang menyebabkan kerusakan struktur tubuh termasuk di dalam konservasi integritas struktur. Intervensi keperawatan semua bersifat preventif terhadap dampak yang diberikan. Konservasi integritas personal lebih kepada menjalankan peran, harga diri, perawatan tubuh selama mengalami perawatan. Fase adaptasi yang dialami klien dapat terlihat selama perawatan, bagaimana usaha klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anaknya yang terpisah. Konservasi integritas sosial lebih kepada dukungan yang diterima klien selama perawatan di rumah sakit. Kelemahan aplikasi teori model konservasi Levine Pada awalnya residen melihat bahwa hubungan antara ibu dan bayi dapat menjadi bagian dalam konservasi integritas personal, terlebih lagi hubungan yang erat antara ibu dan bayi yang akan mempengaruhi kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Pada pengkajian integritas personal tidak ada pengkajian yang lebih mendalam tentang interaksi antara ibu dan bayinya. Pada tahap apa ibu saat dikaji mengalami gangguan karena tahapan adaptasi maternal dalam konservasi integritas personal tidak ada. Perawatan pada masa fase pemulihan berasal dari fase akut, sehingga saat memasukkan data fase akut agak kesulitan konservasi mana yang terganggu, karena pada fase akut bersifat kegawatdaruratan, riwayat perdarahan klien yang sudah ditangani pada fase akut sulit untuk dimasukkan kedalam konservasi pada teori Levine. Perawatan tidak terlihat berkesinambungan karena adanya fase akut yang tidak dikaji secara langsung. Perawatan yang
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
55
tidak tidak berkesinambungan ini akan berdampak terhadap kebutuhan yang kurang tepat diberikan kepada klien. C. Pembahasan praktek spesialis maternitas dalam pencapaian target. Selama menjalani praktek residensi di RS. Persahabatan dan RSUPN Cipto Mangunkusumo serta Puskesmas Cimanggis Depok, banyak mendapat dukungan dan hambatan yang residen rasakan. Proses pembelajaran inilah yang diperlukan menjadi suatu fenomena bagi program pendidikan Ners Spesialis keperawatan Maternitas.
Mengasah ketrampilan dan mengggali ilmu pengetahuan selama di tempat praktek merupakan kesempatan yang sangat bermanfaat karena beragam kasus yang ditemui. Kondisi ini merupakan proses pembelajaran yang sangat baik juga sekaligus kesempatan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh. Dukungan yang didapat adalah berkesempatan berdiskusi dan bertukar pikiran serta pengalaman dengan tim kesehatan lain seperti dokter spesialis, perawat, serta kader masyarakat di lahan komunitas.
Bimbingan dari supervisor baik dilapangan maupun akademik menunjang kelancaran praktk residensi dalam pencapaian target kompetensi. Aspek positif lainnya adalah dukungan yang berasal dari pihak struktural dan pengambil keputusan baik di pelayanan dan puskesmas ikut serta dalam mengimplementasikan serta melanjutkan program-program yang telah diusulkan oleh residen, sehingga program dapat berjalan dengan lancar.
Unit perawatan nifas sangat memberikan dukungan dalam residen melakuka perawatan bagi ibu post partum paska perdarahan yang merupakan focus of interest dimana dapat merawat klien dengan fokus sehingga klien dan keluarga sangat kooperatif dalam menjalani perawatan di rumah sakit.
Di tatanan komunitas residen sangat diberikan dukungan dari puskesmas yang memberikan daerah binaan yang dikelola residen untuk dibina. Partisipasi kader yang mau menerima dan memfasilitasi program-program
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
56
residen sehingga dapat berjalan dengan lancar dengan dihadiri bapak Camat dan peserta pelatihan kader sampai 50 orang dan masyarakat sekitar
Hambatan yang ditemui dan dirasakan adalah pada awal praktek dimana pengurusan administrasi yang ternyata biasa terjadi dari tahun ke tahun terjadi lagi saat residen akan praktek, khususnya mengenai surat penunjukkan pembimbing selama praktek residensi.
Proyek inovasi yang dilakukan di RS. Persahabatan, RSUPN Cipto Mangunkusumo dan Puskesmas Cimanggis Depok mengalami beberapa kendala antara lain menentukan topik inovasi dengan pelayanan, waktu presentasi awal dan akhir dimana sulit untuk mengumpulkan seluruh staf pada waktu bersamaan karena adanya kegiatan weekly, mobilitas ruangan yang tinggi dan tingginya jumlah pasien yang dirawat. Namun pada akhirnya dari segi topik inovasi yang memang diperlukan bagi kebutuhan rumah sakit dan waktu yang dapat disesuaikan dengan segala kesemapatn yang ada sehingga proyek inovasi dapat berjalan dengan lancar.
Hambatan dalam menerapkan model konsep keperawatan ibu dengan post partum paska perdarahan adalah persepsi yang belum sama antara petugas kesehatan. Dimana petugas kesehatan hanya berorientasi pada ibu sedangkan bayi luput dari perhatian karena tidak rawat gabung, mengenai kebutuhan bayi terhadap nutrisi tidak diperhatikan sehingga ibupun tidak memperhatikan aktifnya hormon oksitosin dan prolaktin berupa aliran ASI yang lancar dimana dengan aktifnya hormon tersebut maka akan membantu ibu mepercepat proses involusi yang dapat mencegah post partum paska perdarahan. Sehingga penerapan model konsep belum secara optimal dapat dilakukan.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Perawatan paska perdarahan yang membuat ibu terpisah dari bayinya dapat membawa dampak dari segi fisik dan psikologis ibu. Oleh sebab itu pengkajian pada model dan konsep teori konservasi Levine diperlukan dan sangat mudah dilakukan, melalui keempat konservasi menunjang proses adaptasi diperlukan pada ibu dalam fase pemulihan. Proses adaptasi merupakan tujuan dari teori model konservasi, adaptasi diperlukan untuk mencapai peran ibu seoptimal mungkin. Pada minggu kedua paska melahirkan diharapkan perhatian ibu sudah beralih ke bayinya untuk mengurus segala keperluan terutama kebutuhan nutrisi bayi yang baru dilahirkannya. Gangguan kesehatan yang terjadi dapat memberikan dampak fisik dan psikologis, sehingga selain merawat fisik ibu yang memiliki riwayat perdarahan juga tidak terlepas dari psikologis ibu akibat terpisahnya ibu dan bayi, sehingga asuhan yang diberikan lebih komprehensif.
Residen ners spesialis keperawatan maternitas dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu post partum paska perdarahan menggunakan penerapan model konsep konservasi Levine menjadi lebih komprehensif sehingga mencapai adaptasi sehingga keutuhan atau wholeness dapat tercapai.
Upaya mewujudkan pelayanan kepada klien yang komprehensif, maka diperlukan perawat yang berkualitas yaitu perawat ners spesialis maternitas yang profesional. Aspek profesional yang harus dimiliki oleh perawat maternitas adalah asfek intelektual, prilaku dan psikomotor. Diharapkan dengan adanya perawat ners spesialis keperawatan maternitas dapat melakukan semua peran secara lebih komprehensif, dan lebih mengenalkan perannya dalam tindakan nyata terhadap profesi lain dan masyarakat pada umumnya.
57 Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
58
B. Saran 1. Perlunya peningkatan pendidikan kesehatan pada masa antenatal, intra dan post partum care di pelayanan kesehatan, dimana deteksi dini pada antenatal yang merupakan faktor resiko dapat ditangani sehingga mengurangi jumlah kasus post partum paska perdarahan di intra dan post partum. 2. Kesadaran dan keberanian untuk melakukan perubahan salah satunya menjalankan peran yang semestinya dilakukan di pelayanan keperwatan oleh perawat maternitas salah satunya sebagai peneliti dan konselor yang jarang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelyanan melalui kepuasan pasien. Hal tersebut ditunjang dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi sehingga wawasan dalam merawat dapat menjadi komprehensif. 3. Penggunaan teori konservasi di fase pemulihan menjadi komprehensif bila ada penggabungan pada fase akut menggunakan teori “Need for Weidenbach
Help”
sehingga
dapat
tercapai
perawatan
yang
berkesinambungan. 4. Penerapan model konsep yang sesuai terbukti dapat membantu menyelesaikan permasalahan klien secara efektif. 5. Adanya niat dan kemuan dalam merawat pasien menggunakan model konsep keperawatan yang telah dipelajari, sehigga perawat maternitas terbiasa menggunakan model konsep saat merawat pasien. 6. Tempat yang sudah ada seperti pojok ASI dapat dilengkapi dengan tenaga konselor agar dapat meluangkan waktu dalam konseling menyusui bagi ibu yang mengalami masalah menyusui baik ibu yang dirawat bersama bayinya maupun yang terpisah 7. Perlunya peningkatan koordinasi dan kejelasan administrasi dengan lahan praktek terutama dalam hal kerjasama untuk pelaksanaan praktek residensi, sehingga tidak mengalami hambatan saat akan melakukan praktek.
Universitas Indonesia Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, JM., (2007). Prevention and management of postpartum hemorrhage, Etches D, American Family Physician [Am Fam Physician] Mar 15; Vol. 75 (6), pp. 875-82. Diunduh pada tanggal 23 Maret 2012 di http://search.ebscohost.com Bobak, I. M., Lawdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2005). (4thed). Mosby : Years Book-Inc.
Maternity Nursing.
Cohen SM., Kenner SA., Hollingsworth AO.,(2003). Maternal, neonatal and women health, springhouse, pennsylvania. Cox, Ruth Alyce. (2003). Using NANDA, NIC and NOC with levine’s conservation princples in a nursing home, international journal of nursing knowledge. Cunningham, F.G., Gilstrap, L.C., VanDorstein, J.P. (2005). Obstetry William. (1nd edition). McGrow-Hill Medical Publlishing Division, New York. Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta: Depkes. Dennis, CL dan Stewart, DE. (2004). Treatment of postpartum depression, part I:A critical review of biological interventions, diambil 21 Maret 2012 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15367053 Derricott, B. (2010). Postpartum care, wild iris education, diambil 20 Maret 2012 dari http://www.nursingceu.com/courses/309/index_nceu.html Driessen, M., et al. (2011). Postpartum hemorrhagic resulting from uterine atony after vaginal delivery. Diunduh pada tanggal 27 Maret 2012 di www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. Doherty, D.A., Magann,J. Francis, .C. Morrison, J.P. Newnham. (2006). Prepregnancy body mass index and pregnancy outcomes, D.A.,E.F., International journal of gynecology obstetrics, Elsivier. Geller, S.E., Goudar, S.S., Adams, M.G., (2008). Factors associated with acute postpartum hemorrhage in low-risk women delivering in rural india. International journal of gynocology & obstetrucs. Vol 101. Diunduh pada tanggal 27 Maret 2012 di http://www.sciencedirect.com/science/article. Groer, MV dan W, Mitzi. (2006), Cytokines, infections, stress, and dysphoric moods in breastfeeders and formula feeders, diambil 6 maret 2010 dari http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer?vid=1&hid=112&sid=bba
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
Hunter, LP., et.al. (2003). A selective reviewof maternal sleep characteristics in post partum periode, JOGNN. Kozier, B., Erb, G., Bermann and Snyber. (2004). Fundamental of nursing:concept, prossing practice, uper sadle river : pearson education inc. Leung, Sharon. (2004). Stress in women with postpartum depression: a phenomenological study. Diambil 6 maret 2010 dari http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=1&hid Lonstein, Joseph.S. (2007). Regulation of anxiety during the postpartum periode, elsivier. Diunduh tanggal 26 Maret 2012 di http://www.sciencedirect.com/science Magann, E., et al. (2005). Postpartum hemorhage after vaginal birth: an analysis of risk factors. Southern medical journal. Diunduh pada tanggal 16 Februari 2012 di www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. Newman, Jack., Pitman, Teresa. (2008). The ultimate breastfeeding book of answers. Jakarta : Buah hati. Perry, S.E., Hockenberry, M.J., Lowdermilk, D.L., & Wilson, D. (2010). Maternal child nursing care. (4th ed). Missouri: Mosby. Pilliteri, A. (2003). Maternal & child health nursing care of the child hearing & child bearing family. (3rd ed). Philadhelpia: Lippincot. Ramanathan, G., Arulkumaran, S. (2011). Postpartum Hemorrhage, JOGC. Diunduh pada tanggal 5 Desember di http://sogc.com/jogc/abstracts/full/2006 Reeder, SJ., Martin, LL and Griffin DK, (1997). Maternity nursing: family, newborn, and women’s health care, 18th ed, lippincott. Shaw, E., Levitt, C., Wong, S., Kaczorowski, J. (2006), Systematic Review of the Literature on Postpartum Care: Effectiveness of Postpartum Support to Improve Maternal Parenting, Mental Health, Quality of Life, and Physical Health. Diunduh pada tanggal 15 Februari 2012 di http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1523-536X. Shiner, E., Sarid, L., Levy, A.(2005). Obstetric risk factors and outcome of pregnancies complicated with early postpartum hemorrhage: A populationbased study 2005, Vol. 18, No. 3. Diunduh tanggal 23 Mei 2012 di http://informahealthcare.com/doi/abs/10.1080. Tomey, Alligood (2006). Nursing Theorists and Their Work. 6th ed. St. Louis : Mosby. Walker, M., & Wetson, A. (2006). Breastfeeding management for clinician: Using the evidance. Massachussetts : Jones and Barlett Publishers.
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
Weydert, JA., Benda, JA. (2006). Subinvolution of placental site as an anatomic cause of postpartum uterine bleeding, arch pathol lab med. Diunduh pada tanggal 13 Maret 2012 di www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. WHO (2006). Integrated management of pregnancy and childbirth; pregnancy, childbirth,postpartum and newborn care: a quide for essensial practise, 2nd edition. Geneva.
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012
CURRICULUM VITAE
Nama
: Regina Vidya Trias Novita
Tempat, tanggal Lahir: Sukabumi, 30 Oktober 1975 Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Katolik
Pekerjaan
: Staff Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta
Alamat Rumah
: Wahana Pondok Gede Blok B4 No : 1 Jatiranggon - jatisampurna, Bekasi
Alamat Institusi
: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Sint Carolus Jl. Salemba Raya 41, Jakarta Pusat 10440. Telp (021) 3910594
Email
:
[email protected]
Telp / HP
: 021-29062922 / 08161305080
Riwayat Pendidikan Formal : 1. AKPER Panti Rapih Yogyakarta, lulus tahun 1997 2. SI STIK Sint Carolus, lulus tahun 2002 3. S2 Universitas Indonesia tahun 2009-sekarang Riwayat Pendidikan Informal : 1. 2. 3. 4.
Konselor ASI thn 2003 Fasilitator ASI thn 2008 IBCLC thn 2010 Hipnoterapis thn 2009
Riwayat Pekerjaan : 1. 2. 3. 4. 5.
Perawat Kontrak Daerah (PKD) Jabar (1997-1998) Perawat di PUSKESMAS Lembur Situ Sukabumi (1998) Perawat di SOS Medika Jakarta (1998) Staf pengajar di STIK Sint Carolus (2002 - sekarang) Fasilitator ASI di SELASI (2008 - sekarang)
Laporan praktek..., Regina VT Novita, FIK UI, 2012